Perawanku – Aku mengenal Lisa dari rekan kerjaku di kantor, Dennis. Umur kurang lebih 23 atau 24. Tinggi sekitar 165cm dengan berat sekitar 54 kg. Putih, dengan gingsul di gigi, rambut lurus sedikit berwarna blonde di bagian samping rambutnya. Bodinya langsing tetapi dihiasi dengan gundukan payudara yang sedikit lebih besar. Sebenarnya terkesan tidak proporsional entah karena ia begitu suka menggunakan pakaian yang ketat atau BHnya menggunakan busa yang padat. Sering banget aku kepergok sama Lisa kalau sedang memperhatikan payudaranya. Terkadang mata ini seringkali seperti menelanjanginya.
Perkenalanku dengan Lisa sebenarnya tidak terlalu berkesan. Biasa-biasa aja. Lisa memiliki sebuah butik di daerah kemang dan ia menjalankan usahanya memperkerjakan 1 orang karyawan.
“Pagi Lis, tumben nelpon. Ada apa nih?” Tanyaku dengan sedikit santai sambil membuang rokokku.
“Hallo Jay, apa kabar? Sorry mendadak nelpon” ujar Lisa.
“Oh.. Gak apa-apa Lis, kenapa nih… Ada yang bisa gw banting, eh bantu?”
“Gw mau minta tolong nih Jay, sebenernya ga enak nih mau ngomong sama lu coz kita jarang ngobrol. Gw minta tolong Dennis dia ga bisa.” jawab Lisa yang masih menyisakan pertanyaan buat ku.
“Minta tolong apa? Kalo gw bisa bantu pasti gw bantu.”
“Bisa ga nanti pas pulang kantor mampir ke butik? Gw ada produk Βάяü buat cowo yang sepertinya sesuai sama lu” kata Lisa.
“Lhaaa terus ga enaknya dimananya? Cuma buat cobain baju aja kan?” Tanyaku.
“Mau yah? Pliisss…? Nanti gw traktir makan deh” pinta Lisa dengan sedikit mengiba.
“Okeee Lis, nanti gw ke butik lu setelah dari kantor. Nanti gw kabarin lagi kalo mau jalan dari kantor yah Lis…” Aku setujui permintaan Lisa.
“Okay deh gw tunggu kabar dari lu yah?” Kemudian ia menutup telponnya.
Setengah jam kemudian akhirnya aku telah sampai di cerita dewasa kantor. Dengan segera aku memeriksa pekerjaan ku yang sebenarnya tidak ada pekerjaan lagi yang mesti aku kerjakan. Hanya formalitas aja aku harus hadir di kantor. Tiba-tiba aku di kagetkan dengan tepukan di bahu.
“Heh ngelamun aja lu, bayangin siapa sih lu… Yang mau cuti malah galau. Payah lu…” Kata Dennis sambil senyum-senyum.
“Ehh lu, ga galau laaahh… Gw mau liburan ke lombok. Dah nemu akhirnya hotel yang gw mau” kataku.
“Gimana? Jadi lu ke tempatnya si Lisa? Tadi gw sengaja nolak permintaan si Lisa. Soalnya ada janji sama Bu Rina. Mau makan malam.” Kata Dennis dengan penuh senyum yang menurutku senyuman mesum.
“Gila lu ndrooo… Bu Rina lu embat juga. Trus jangan-jangan lu yah yang suruh Lisa nelponin gw?” Tanya ku dengan penasaran.
“Biasa aja kale… Ga perlu heboh gitu. daripada lu manyun cuma bisa liat toket si Lisa dari jauh tuh gw umpanin lu supaya bisa liat dari deket makanya gw rekomendasiin lu.”
“Geblek, kirain ga ada yang merhatiin” sambil garuk-garuk kepalaku yang tidak gatal.”
“Si Lisa yang kasih tau gw kalo lu sering perhatiin toketnya. Makanya bro dateng aja ke tempat si Lisa. Siapa tau lu dikasih lebih.” Kata Dennis.
“Gw sih tadi udah setuju mau dateng, sekarang gw jadi ga sabar pengen liat toket Lisa dari deket” tawa lebar ku memecah kesunyian kantor. Secara reflek aku menutup mulutku karena semua orang kantor memperhatikanku.
“Ya udah bro.. Selamat senang-senang yah” kata Dennis sambil meninggalkan meja kerjaku.
Aku menghitung hari masih 3 hari lagi aku akan pergi ke Lombok. Masih ada kesempatan buatku untuk mencari seseorang yang bisa di ajak liburan. Sejenak terpikirkan untuk mengajak Lisa. Langsung saja aku hilangkan dalam pikiranku untuk mengajak Lisa. Boro-boro bisa ajak Lisa, ngobrol aja ga pernah. Waktu demi waktu terus berlalu. Waktu telah menunjukkan pukul 16.30. Aahh saatnya untuk membereskan mejaku sampai bersih.
17.00 saatnya jam pulang kantor. Aku pun sms ke Lisa dan mengatakan kalau aku on the way ke butiknya. Dan Lisa pun menjawabnya denga singkat “okee”
Lagi-lagi macet yang aku temui. Akhirnya setelah 1 jam dari bilangan kuningan ke kemang aku bisa melalui kendaraan-kendaraan tersebut. Dengan segera ku pacu kendaraanku dengan cepat. Sengaja ku pacu dengan cepat karena aku tidak mau menemui kemacetan di daerah kemang.
Sesampai di Butik Lisa sempat kaget dengan tulisan di kaca “CLOSED” aku pun mencoba membuka pintuk butiknya. Masuk ke butik Lisa disambut oleh Lisa sendiri. Ia menggunakan setelan casual baju kaos putih longgar bergambar dengan belahan dada yang rendah dan rok jeans mini dipadukan dengan sepatu hak tinggi. Sehingga ia sedikit lebih tinggi daripada aku. Kaos putih tersebut sedikit longgar sehingga meskipun tidak terlalu ketat payudara Lisa begitu sesak di dalam bajunya. Kaki jenjangnya begitu menggoda, putih, mulus, dan hampir tidak ada cacat sama sekali.
Butiknya tidak terlalu besar berukuran 6X10 dengan satu lantai, terkesan mewah. Memang untuk daerah kemang begitu banyak expatriat dan orang-orang berduit apabila memiliki usaha di wilayah tersebut memang harus memiliki konsep interior yang mewah dan lux. Butik Lisa menjual berbagai macam jenis baju, mulai dari casual, baju pesta, dan beberapa di pojok terdapat baju renang.
“Capek ga jay? Minum dulu yuk. Sebentar yah gw pesenin minuman dulu” tanya Lisa kepadaku.
“Ga usah repot Lis, air putih juga cukup.”
“Yasudah gw ambilin air mineral aja deh yang ada di kulkas. Tunggu sebentar yah? Liat-liat aja dulu koleksi baju gw” kata Lisa.
Lisa pun pergi ke ruangan belakang yang sepertinya ia jadikan gudang. Kemudian aku pun berputar-putar di butiknya sambil sesekali melihat koleksinya. Ada beberapa baju yang menurutku memang bagus desainnya. Memang sepertinya Lisa sangat berbakat di bidangnya. Kemudian aku duduk di kursi sofa yang menghadap kamar pas. Tidak lama kemudian muncul Lisa membawa 2 botol air mineral dan sedikit snack. Dan ia pun bergabung duduk di sofa bersama ku.
“Wah butik lu bagus juga yah Lis, interiornya keren banget. Koleksi-koleksi baju lu juga banyak dan bagus-bagus” aku membuka pembicaraan dengan Lisa untuk mencairkan suasana. “Biasa aja lagi jay, kalo koleksi gw bagus-bagus pasti rame. Ini lu liat sendiri sepi”
“Yaa belum kali. Semua kan pasti ada waktunya. By the way udah berapa lama lu buka butik ini?” Tanyaku
“Udah berjalan 6 bulan masih buntung lum untung. Ini lagi bikin desain yang ga biasa-biasa supaya butik gw tetep eksis. Soalnya gw liat disini kalo model biasa-biasa aja ga laku” jawab Lisa.
“Gw yakin lu pasti bisa kok, omong-omong gw disuruh kemari mau cobain baju apa nih?”
“Hehehehehe… Iya sampe lupa. Sebentar gw ambil dulu bajunya” kata Lisa sambil membuka laci dibawah sofa yang ternyata model sofa tersebut memiliki laci di bagian bawahnya. Lisa mengambil baju tersebut sambil menunduk dan aku pun sempat menelan ludahku sendiri melihat begitu jelasnya pemandangan payudara Lisa yang memang besar dibalut dengan BH berwarna merah tua.
Sepertinya BH tersebut tidak menggunakan Tali hanya menggunakan pengait di bawah ketiak. Dan penisku ku pun akhirnya mulai bergeliat di balik celana kantorku tersebut. Entah memang disengaja oleh Lisa atau melihat pemandangan tersebut waktu menjadi melambat sepertinya lama sekali kejadian itu berlangsung. Sepertinya sadar aku perhatikan pemandangan tersebut Lisa menutup kaosnya dengan tangannya dan aku pun tersadar sehingga aku pura-pura membuang muka ku ke arah lain. “Sial” dalam hati aku mengumpat. Bukan karena pemandangan tersebut hilang begitu saja melainkan begitu bodohnya aku sampai bisa ketahuan oleh Lisa kalau aku sedang melihat gundukan payudaranya.
“Nih coba bajunya. Tuh gantinya di kamar pas” kata Lisa sambil memberikan baju tersebut kepadaku. Lalu Aku berjalan ke arah kamar pas yang hanya berjarak sekitar 3 meter dari sofa tempat aku dan Lisa duduk. Di dalam kamar pas aku coba baju tersebut. Kemeja dengan model yang sebenarnya terlalu kecil di bagian perutku. Tetapi aku paksakan kemeja tersebut dengan menahan perutku agar bisa muat. Maklum perut ini terlalu banyak buat minum-minuman jadinya ya gitu deh buncit. Tapi masih bisa aku tahan karena memang sudah jadi kebiasaanku.
Kemudian aku keluar dari kamar pas..
“Gimana Lis? Pantes ga?” Tanyaku kepada Lisa.
Dengan senyuman Lisa menjawab “pantes keliatan junkies banget lu pake. Tapi kok kayaknya lu ga nyaman yah pake itu”
“Iya Lis, kegedean perut. Kan lu tau ndiri kalo gw sama pak Bobby and dennis suka minum-minum bareng lu” jawabku.
“Hahahaha…. Iya sih. Tapi gw rasa lu pantes kok pake itu” kata Lisa.
Berbagai macam baju telah aku coba, ada yang pantes, ada yang tidak pantes, ada yang keliatan seperti gigolo, macam-macam deh pokoknya. Sampai akhirnya tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 9 malam. Dan akupun mulai lapar dan begitu pula Lisa. Kemudian Lisa mengajak ku untuk dinner di sebuah cafe yang cukup ramai dikunjungi tempatnya tidak jauh dari Butik Lisa cukup berjalan kaki saja.
Kita telah memesan beberapa menu makanan yang disodorkan oleh waitress di resto tersebut. Dari sinilah aku mulai banyak tahu tentang Lisa. Lisa sangat berambisi untuk mewujudkan cita-citanya. Menjadi desainer yang di akui di Jakarta. Dan aku pun mulai banyak bertanya tentang cita-cita Lisa tersebut. Dan Lisa pun lebih terbuka kepadaku. Ia banyak berkeluh kesah terhadap cita-citanya yang sangat sulit ia capai. Dan akupun menyemangatinya untuk bisa lebih semangat lagi mengahadapi semua tantangan-tantangan di masa depan.
Makanan dan minuman pun mulai satu persatu tersaji di depan kami. dan kamipun menyantapnya dengan lahap. Tidak ada pembicaraan apapun selama kita menyantap makanan masing-masing.
Setelah semua makanan telah kita habiskan kami pun melanjutkan obrolan kami. Suatu moment kesempatan datang tanpa aku duga
“Jay, gw lagi buntu ide desain baju nih. Jalan yuk kemana kek. Kalo lu mau.” Tanya Lisa kepadaku.
“Emang kenapa Lis?” Tanyaku lagi.
Kemudian Lisa menjawab “gw butuh ide-ide segar nih buat konsep wardrobe yang udah mulai usang menurut gw. Konsep wardrobe gw sekarang kayaknya begitu-begitu aja ga ada yang membuat gw puas”
“Ya sudah lu mau kemana? Kapan?” Kembali aku bertanya kepada Lisa.
“Kemana kek, kapan waktu lu bisanya aja. Pengennya sih tempatnya yang bener-bener suasananya baru, fresh, dan tenang. Gw pengen short escape dari Jakarta nih” ujar Lisa.
“Ya sudah lu mau berapa lama? 3 hari lagi gw cuti.”Tanyaku.
“Pengennya sih seminggu tapi ya mana mungkin gw tinggalin butik lama-lama. Paling 3 harian lah menurut gw dah cukup.” Jawab Lisa.
Kemudian aku berkata “ya sudah siap-siap aja 3 hari lagi gw ajak lu jalan. Tapi dengan satu syarat?”
“Apa tuh? Jangan yang aneh-aneh yah?” Tanya Lisa.
“Engga aneh-aneh kok. Gw cuma minta lu ga nanya kita mau kemana. Pokoknya lu ikutin aja yang pasti gw jamin lu pulang dengan keadaan fresh, dan yang pasti tempatnya bikin lu tenang banget.” Jawabku.
“Okee deh, terserah lu mau kemana. Nanti biaya gw yang nanggung.”
Aku menjawab “siap Lis, besok gw kabar-kabarin. Yuk gw anter pulang”. Kemudian kami berdua berjalan ke arah butik Lisa untuk menuju mobilku. Aku antar Lisa tanpa terjadi insiden apa-apa. Meskipun di mobil tidak bisa berkonsentrasi melihat paha mulus Lisa yang bening tersebut. cerita panas
2 hari kemudian aku menelpon Lisa. “Lis, besok kita pergi pesawat jam 8.15 kita ketemuan di bandara Soetta yah?” Kataku kepada Lisa.
“Hah?? Kita mau kemana kok pake pesawat segala. Upsss iyaa gw ga boleh nanya-nanya mau kemana yah. Hehehehe….” Tanya Lisa dengan penasaran.
“Itu tauu… Positif yah? Soalnya tiket dah kebeli sama gw” jawabku.
“Iya.. Iya… Tetep jadi kok. Jangan kuatir bos” timpal Lisa. “Okee jadi jangan lupa yah. Besok kita di terminal 2 pesawat garuda gate F. On time yah”. Aku pun memastikannya. “Siap bossss on time pokoknya”.
Aku pun berteriak dengan gembira. Akhirnya aku pun jadi liburan ke Lombok. Dengan segera aku ke pulang ke rumah dan langsung packing baju-baju dan beberapa buku kesukaanku yang belum aku baca. Tidak sabar aku menanti besok, aku pastikan booking hotel “JK” bagian reservasi dan aku juga memastikan jemputan oleh pihak hotel. Semuanya telah siap dan sesuai rencana.
Esok harinya aku telah berada di bandara soetta pukul 7 pagi. 15 menit kemudian Lisa menelpon ku bahwa ia telah sampai di bandara. Kemudian kamipun bertemu. Penampilan Lisa kali ini sangat berbeda dari sebelum-sebelumnya. Ia mengenakan tanktop putih di tutup dengan baju berenda warna krem, celana pendek ketat berbahan kain. Dan memakai sendal teplek. Dan menggunakan topi softball berlambang Yankee warna hitam. Dan kacamata besar menghiasi wajah Lisa yang manis itu.