Perawanku – Cerita Sex Genitnya Tante Sari Si Janda Muda, Pada saat itu saya pulang dari universitas sekitaran jam 20 : 00 karna ada kuliah malam. Sesampainya ditempat kost, perutku minta di isi. Saya segera saja pergi ke warung tempat langgananku dimuka tempat tinggal. Warung itu punya Ibu Sari, umurnya 30 th.. Dia seseorang janda ditinggal mati suaminya serta belum juga miliki anak. Orangnya cantik serta bodynya bagus.
Narasi Sex Paling baru 2018 Saya lihat warungnya masih tetap buka tapi kok nampaknya telah sepi. Wah, bebrapa janganlah makanannya telah habis, aduh dapat mati kelaparan saya kelak. Lantas saya segera masuk kedalam warungnya.
“Tante..? ”
“Eee.. Dik Sony, ingin makan ya? ”
“Eee.. ayam gorengnya masih tetap ada, Tante? ”
“Aduhh.. telah habis tuh, ini tinggal kepalanya doang. ”
“Waduhh.. dapat makan nasi tok nich.. ” kataku memelas.
“Kalau Dik Sony ingin, mari ke tempat tinggal tante. Dirumah tante ada persediaan ayam goreng. Dik Sony ingin tidak? ”
“Terserah Tante saja dech.. ”
“Tunggu sebentar ya, agar Tante tutup dahulu warungnya? ”
“Mari saya bantu Tante. ”
Lantas sesudah tutup warung itu, saya turut dengannya pergi ke tempat tinggalnya yg tidak jauh dari warung itu. Sesampai di tempat tinggalnya..
“Dik Sony, tunggulah sebentar ya. Oh ya, bila ingin nonton TV nyalakan saja.. ya janganlah malu-malu. Tante ingin ganti baju dahulu.. ”
“Ya Tante.. ” jawabku.
Lantas Tante Sari masuk ke kamarnya, selalu sebagian waktu lalu dia keluar dari kamar dengan cuma kenakan kaos serta celana pendek warna putih. Wow bagus, bodynya yang sexy terpampang di mataku, puting susunya yang menyembul dari balik kaosnya itu, begitu besar serta menantang susunya itu. Kakinya yang panjang serta tahap, putih serta mulus dan ditumbuhi bulu-bulu halus.
Dia menuju ke dapur, lantas saya melanjutkan nonton TV-nya. Sesudah sebagian waktu.
“Dik.. Dik Sony.. cobalah kemari sebentar? ”
“Ya Tante.. sebentar.. ” kataku sembari lari menuju dapur.
Setelah tiba di pintu dapur.
“Ada apa Tante? ” tanyaku.
“E.. Tante hanya ingin bertanya, Dik Sony sukai sisi mana.. dada, sayap atau paha? ”
“Eee.. sisi paha saja, Tante. ” kataku sembari melihat badan Tante Sari yg tidak dapat disibakkan oleh kalimat. Badannya demikian indah.
“Dik Sony sukai paha ya.. eehhmm.. ” tuturnya sembari menggoreng ayam.
“Ya Tante, soalnya sisi paha begitu enak serta gurih. ” kataku.
“Aduhh Dik.. tolong Dik.. paha Tante gatel.. aduhh.. mungkin saja ada semut nakal.. aduhh.. ”
Saya kaget
“Masak sich, cobalah anda gosok-gosok gunakan tangan agar gatelnya hilang. ” pintanya.
“Baik Tante.. ” lantas kugosok-gosok pahanya dengan tanganku. Wow, demikian halus, selembut kain sutera dari China.
“Bagaimana Tante, telah hilang gatelnya? ”
“Lumayan Dik, aduh terima kasih ya. Dik Sony pandai dech.. ” tuturnya membuatku jadi tersanjung.
“Sama-sama Tante.. ” kataku.
“Oke, ayamnya telah siap.. saat ini Dik Sony makan dahulu. Sesaat Tante ingin mandi dahulu ya. ” tuturnya.
Sewaktu makan, terlintas di fikiranku badan Tante Sari yang telanjang. Oh, begitu bahagianya mandi berdua dengannya. Saya tidak dapat konsentrasi dengan makanku. Fikiran kotor itu menyergap sekali lagi, serta tidak kuasa saya menampiknya. Tante Sari tidak mengerti bila mataku selalu ikuti langkahnya menuju kamar mandi. Saat pintu kamar mandi sudah tertutup, saya memikirkan bagaimana tangan Tante Sari menyeka lembut semua badannya dengan sabun yang wangi, dari mulai berwajah yang cantik, lantas pipinya yang mulus, bibirnya yang sensual, lehernya yang tahap, susunya yang montok, perut serta pusarnya, selalu vaginanya, bokongnya yang montok, pahanya yang putih serta mulus itu. Saya lantas segera saja ambil satu kursi supaya dapat mengintip lewat kaca diatas pintu itu. Di situ terlihat terang sekali.
Tante Sari terlihat mulai mengangkat ujung kaosnya ke atas sampai melampaui kepalanya. Badannya tinggal terbalut celana pendek serta BH, itu juga tidak berjalan lama, karna selekasnya dia melucutinya. Dia melepas celana pendek yang dipakainya, serta dia tidak menggunakan CD. Lalu dia melepas BH-nya serta meloncatlah susunya yang besar itu. Lantas, dengan diguyur air dia mengolesi semua badannya dengan sabun LUX, lantas tangannya meremas ke-2 susunya serta berputar di ujungnya. Kejantananku seolah ikut rasakan pijitannya menjadi membesar sekitaran 50%. Dengan tempat berdiri sembari bertumpu tembok, Tante Sari melanjutkan gosokannya di daerah selangkangan, sesaat matanya tertutup rapat, mulutnya menyungging.
Sebagian waktu lalu..
“Ayo, Dik Sony.. masuk saja tidak butuh mengintip demikian, kan tidak baik, pintunya tidak dikunci kok! ” mendadak terdengar nada dari Tante Sari dari dalam. Seruan itu nyaris saja membuatku pingsan serta sangat begitu mengagetkan.
“Maaf yah Tante. Sony tidak berniat lho, ” sembari bebrapa perlahan buka pintu kamar mandi yang memanglah tidak terkunci. Namun sesudah pintu terbuka, saya seperti patung melihat panorama yg tidak sempat terbayangkan. Tante Sari tersenyum manis sekali serta..
“Ayo sini dong rekani Tante mandi ya, janganlah seperti patung gicu? ”
“Baik Tante.. ” kataku sembari tutup pintu.
“Dik Sony.. burungnya bangun ya? ”
“Iya Tante.. ah jadi malu saya.. setelah Sony simak Tante telanjang gini mana harum sekali lagi, jadi nafsu saya, Tante.. ”
“Ah tidak pa-pa kok Dik Sony, itu lumrah.. ”
“Dik Sony sempat ngesex belum juga? ”
“Eee.. belum juga Tante.. ”
“Jadi, Dik Sony masih tetap perjaka ya, wow ngetop dong.. ”
“Akhh.. Tante jadi malu, Sony. ”
Saat itu bentuk celanaku telah beralih 70%, agak kembung, rupanya Tante Sari juga memerhatikan.
“Dik Sony, burungnya masih tetap bangun ya? ”
Saya hanya mengangguk saja, serta di luar sangkaanku mendadak Tante Sari mendekat dengan badan telanjangnya meraba penisku.
“Wow besar juga burungmu, Dik Sony.. ” sembari selalu diraba turun naik, saya mulai rasakan kesenangan yang belum juga sempat kurasakan.
“Dik Sony.. bisa dong Tante simak burungnya? ” belum juga pernah saya menjawab, Tante Sari telah menarik ke bawah celana pendekku, praktis tinggal CD-ku yang ketinggalan plus kaos T-shirtku.
“Oh.. besar sekali serta sampai keluar gini, Dik Sony. ” kata Tante sembari mengocok penisku, sangat nikmat dikocok Tante Sari dengan tangannya yang halus mulus serta putih itu. Saya tanpa ada sadar selalu mendesah nikmat, tanpa ada saya tahu, penisku nyatanya telah digosok-gosokan di antara buah dadanya yang montok serta besar itu. “Ough.. Tante.. nikmat Tante.. ough.. ” desahku sembari bertumpu pada dinding.
Kemudian, Tante Sari memasukkan penisku ke bibirnya, dengan buasnya dia mengeluar-masukkan penisku di mulutnya sembari sekali-kali menyedot, terkadang juga dia menjilat serta menyedot habis 2 telur kembarku. Saya kaget, mendadak Tante Sari hentikan aktivitasnya. Dia pegangi penisku sembari jalan ke arah bak mandi, lantas Tante Sari nungging membelakangiku, sebongkah pantat terpampang terang di depanku.
“Dik Sony.. berbuatlah sesukamu.. kerjain Tante ya?! ”
Saya lihat panorama yang demikian indah, vagina dengan bulu halus yang tidaklah terlalu lebat. Lantas segera saja kusosor vaginanya yang harum serta ada lendir asin yang demikian banyak keluar dari vaginanya. Kulahap dengan rakus vagina Tante Sari, saya mainkan lidahku di klitorisnya, kadang-kadang kumasukkan lidahku ke lubang vaginanya.
“Ough Sonn.. ough.. ” desah Tante Sari sembari meremas-remas susunya.
“Terus Son.. Sonn.. ” saya makin keranjingan, ditambah lagi saat kumasukkan lidahku kedalam vaginanya ada rasa hangat serta denyut-denyut kecil makin membuatku hilang ingatan.
Lalu Tante Sari tidur terlentang di lantai dengan ke-2 paha ditekuk ke atas.
“Ayo Dik Sony.. Tante telah tidak tahan.. mana burungmu Son? ”
“Tante telah tidak tahan ya? ” kataku sembari lihat panorama sekian menantang, vaginanya dengan sedikit rambut lembut, dibasahi cairan harum asin sekian tampak mengkilat, saya segera menancapkan penisku di bibir vaginanya.
“Aoghh.. ” teriak Tante Sari.
“Kenapa Tante..? ” tanyaku kaget.
“Nggak.. Tidak apa-apa kok Son.. lanjutkan.. lanjutkan.. ”
Saya masukan kepala penisku di vaginanya.
“Sempit sekali Tante.. sempit sekali Tante? ”
” Tidak pa-pa Son.. selalu saja.. soalnya telah lama sih Tante tidak ginian.. nanti juga enak kok.. ”
Yah, saya paksa sedikit untuk sedikit, baru 1/2 dari penisku amblas. Tante Sari telah seperti cacing kepanasan menggelepar ke sana kemari.
“Ough.. Son.. ouh.. Son.. enak Son.. selalu Son.. oughh.. ” desah Tante Sari, demikian halnya saya meskipun penisku masuk ke vaginanya hanya 1/2 tapi kempotannya benar-benar mengagumkan, sangat nikmat. Makin lama pergerakanku makin cepat, kesempatan ini penisku telah amblas dikonsumsi vagina Tante Sari. Keringat mulai membasahi tubuhku serta tubuh Tante Sari.
Mendadak Tante Sari terduduk sembari memelukku serta mencakarku.
“Oughh Son.. ough.. mengagumkan.. oughh.. Sonn.. ” tuturnya sembari merem melek.
“Kayaknya saya ingin orgasme.. ough.. ” penisku tetaplah menancap di vagina Tante Sari.
“Dik Sony telah ingin keluar ya? ”
Saya menggeleng, lalu Tante Sari terlentang kembali. Saya seperti kesetanan menggerakkan tubuhku maju mundur, saya melirik susunya yang bergelantungan karna pergerakanku, saya menunduk, kucium putingnya yang coklat kemerahan. Tante Sari makin mendesah, “Ough.. Sonn.. ” mendadak Tante Sari memelukku sedikit agak mencakar punggungku.
“Oughh.. Sonn.. saya keluar sekali lagi.. ”
Vaginanya kurasakan makin licin serta makin besar, tapi denyutannya makin kerasa. Saya di buat terbang rasa-rasanya. Ah, rasa-rasanya saya telah ingin keluar. Sembari selalu goyang, kutanya Tante Sari.
“Tante.. saya keluarin dimana Tante..? Didalam bisa tidak..? ”
“Terseraahh.. Soonn.. ” desah Tante Sari.
Kupercepat pergerakanku, burungku berdenyut keras, ada suatu hal yang juga akan dimuntahkan oleh penisku. Pada akhirnya semuanya merasa mudah, tubuhku terasanya terbang, ada kesenangan yang begitu mengagumkan. Pada akhirnya kumuntahkan laharku dalam vagina Tante Sari, masih tetap kugerakkan tubuhku serta rupanya Tante Sari orgasme kembali lantas dia gigit dadaku, “Oughh.. ”
“Dik Sony.. Sonn.. anda memanglah hebat.. ”
Saya kembali mangenakann CD-ku dan celana pendekku. Sesaat Tante Sari tetap masih telanjang, terlentang di lantai.
“Dik Sony.. jika ingin beli makan malam sekali lagi yah.. jam-jam demikian saja ya.. ” kata Tante Sari menggodaku sembari memainkan puting serta klitorisnya yang masih tetap terlihat bengkak.
“Tante menginginkan Dik Sony seringkali makan dirumah Tante ya.. ” kata Tante Sari sembari tersenyum genit.
Lalu saya pulang, saya jadi tertawa sendiri karna peristiwa barusan. Ya bagaimana tidak ketawa hanya dikarenakan “Ayam Goreng” saya dapat nikmati indahnya bercinta dengan Tante Sari. Dunia ini memanglah indah.