Author: perawanku

  • Cerita Sex Mieske Yang Aduhai

    Cerita Sex Mieske Yang Aduhai


    581 views

    Perawanku – Cerita Sex Mieske Yang Aduhai, Tahun 1972, Dua tahun sudah aku menginjak bangku kuliah fakultas teknik Mesin di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Berkawan dengan teman-teman kuliah satu angkatan semua jurusan yang ada dengan segala kelebihan dan kekurangannya disertai pesta, camping dan diakhiri pacaran dengan cewek-ceweknya yang rata-rata cantik dan seksi merupakan bagian dari kehidupan kampus. Aku mempunyai group atau kelompok teman-teman seangkatan dari jurusan teknik, antara lain Mesin, Sipil, Arsitek dan Elektro. Diantaranya Aryono dan Tonny, kami bertiga mempunyai ikatan persahabatan yang erat bagaikan saudara kandung, sampai pada kegiatan mendaki gunung Gede, Pangrango di Cimacan terus ke gunung Slamet di Cirebon.

    Kami bertiga pada umumnya, akhir minggu keempat, setiap akhir bulan, naik ke gunung Gede (Pangrango). Pulangnya hampir dipastikan lewat Sukabumi dan menginap satu malam di penginapan yang murah dan biasanya mencari cewek-cewek manis di Sukabumi yang berakhir dengan pelampiasan nafsu seks kami bertiga. Untuk mendapatkan cewek-cewek Sukabumi, pada saat itu sedang In atau Ngetrend khususnya kalau yang mencari cowok-cowok Jakarta, pasti dapat. Di sini yang ingin kuceritakan adalah salah satu pengalamanku yang lain yang tidak akan kulupakan seumur hidup.
    Bermula dengan persahabatan kami bertiga yang membuat Tonny berkenalan dengan adiknya Aryono, bernama Aryani. Akhirnya mereka pacaran dengan hebat (dari ujung rambut sampai ke ujung kaki). Aryani pada saat itu baru naik kelas 3 SMP, jadi masih segar-segarnya suka sama cowok mahasiswa, si Tonny ini. Aku belum punya pacar tetap dan seperti biasanya, kencan kesana kemari dengan teman-teman cewek di kampus sampai sebatas cium-ciuman dan pegang-pegang saja (petting). ML (Making Love) pun akhirnya sama cewek-cewek tertentu saja yang dari lain almamater. Satu waktu, entah mereka bertiga Aryono, Tonny dan Aryani, mungkin sudah merencanakan untuk menjodohkan aku dengan salah satu teman sekolah Aryani, tepat pada saat pesta ulang tahun temannya itu.
    Kami berempat datang pada malam acara pesta ulang tahun tersebut ke rumah teman Aryani. Setiba kami di sana, aku diperkenalkan kepada yang berulang tahun.
    “Mas Adit,” kata Aryani kepadaku, “Kenalin, ini temanku Meiske, yang berulang tahun.” sambungnya lagi.
    Begitu aku melihat dengan siapa aku diperkenalkan, sambil memberi tanganku untuk bersalaman, di depanku berdiri gadis yang tingginya lebih kurang 3 cm lebih pendek dari aku (173 cm), berkulit putih, matanya coklat tua berbinar dengan bibir yang amat sensual serta rambut hitam panjang sebahu, kontras dengan lehernya yang putih dan jenjang itu. Dan terlebih-lebih, tanpa disadari, mataku turun melihat pakaiannya, rok dan blus yang formal and casual dengan kancing terbuka sampai sebatas dadanya.
    “Dadanya.. oh Tuhan.. betapa cantiknya makhluk yang engkau hadapkan padaku malam ini. Ini wanita dewasa apa anak kelas 3 SMP?” dalam hatiku.
    Kalau aku boleh membandingkan Meiske dengan bintang film atau sinetron zaman sekarang, Meiske mirip dengan Monica Oemardi (tidak terlalu extreem kan).
    Terus terang para pembaca yang budiman, aku tertegun sampai Tonny menepuk pundakku sambil berkata, “Hey.. ngomong dong.. selamat ulang tahun kek.. I Love You kek.. I want to kiss you kek..”
    Aku terkejut dan sadar, mereka bertiga tertawa, Meiske tersenyum malu dan terasa ingin melepaskan genggaman tanganku, dengan cepat kusadari dan aku berkata, “Maaf.. happy birthday Meis, saya Adhitya, dan.. maaf lagi saya ngga bawa apa-apa.”
    “Oh yaa.. ngga apa-apa, Mas-mas sama Yani udah pada datang aja, saya udah cukup senang, yok masuk!” katanya lagi.
    Kami berlima masuk, dan seperti kebiasaanku apabila berkenalan dengan teman baru, aku terus mencari orang tuanya, juga berkenalan, biasa deh.. cari dukungan utama dari orang tua.
    Malam pesta ulang tahun berakhir dengan gembira dan tentunya bagiku sendiri bisa berkenalan dengan gadis yang menjadi idamanku yaitu, cantik, tinggi, putih dan yang terlebih penting adalah dadanya yang besar dan montok. Kuketahui belakangan ternyata ukurannya 36C.
    “Wooww! Lagi-lagi.. ini anak SMP atau wanita dewasa sih?” dalam hatiku bertanya.
    Begitulah setelah perkenalanku pada malam pesta ulang tahunnya Meiske. Aku jadi sering wakuncar (wajib kunjung pacar) ke rumahnya dibilangan Jakarta Pusat. Kemudian aku juga mengetahui bahwa ayahnya seorang ABRI, kawin dengan ibunya seorang wanita keturunan Portugis, jadi pantas saja, Meiske mempunyai perawakan seperti di awal ceritaku.
    Kami berdua sering jalan-jalan atau berempat dengan Tony dan Aryani pada saat libur atau malam minggu. Untuk hal ini, Aryono tidak ikut karena ceweknya lain aliran dengan Aryani dan Meiske saat itu. Reaksi teman-teman kuliah pada saat itu yang tahu aku pacaran sama anak SMP, bukan main hebohnya.
    “Hey Dhit, tau diri donk.. elu kan udah tua, mahasiswa lagi.. masa elu mau pacaran dan ngebodohin anak kecil? Masih SMP lagi! Emangnya kagak ada cewek yang gedean dikit?” begitulah komentar mereka.
    Aku tidak memberi reaksi banyak, paling tidak hanya tersenyum sambil menunjukkan kepalan tanganku dengan posisi jari telunjuk ke atas sambil berkata kepada mereka, “Fuck you, man!”
    Aku memanggilnya dengan Meis dan dia memanggilku dengan Mas Adit. Awalnya, kami berdua pacaran seperti biasanya. Karena aku jauh lebih dewasa dari Meiske, jadi aku lebih banyak mengajari dan melindungi Meiske. Sampai-sampai waktu pertama kali aku cium bibirnya, dia masih lugu. Hal ini terjadi pada saat kami pacaran di belakang rumahnya yang mempunyai halaman serta kebun yang lumayan luas. Malam Minggu, kami duduk berdampingan di kursi, kulingkarkan tangan kiriku kepundaknya, dia merebahkan kepalanya ke dadaku.
    Kuraba dengan lembut pipinya dan berkata, “Meis..”
    “Hmm.. apa Mas Adit?” jawabnya perlahan.
    “Kamu tahu ngga bahwa aku sayang kamu..” aku berkata lagi.
    Kepalanya diangkat dari pundakku sambil memandangku dengan matanya yang bulat dan berbinar-binar sayu. Tanpa kusadari, wajah kami saling mendekat dan terasa nafas kami yang agak memburu.Kusentuh pipinya dengan kedua telapak tanganku. Kukecup keningnya dan reaksinya, dia diam dan waktu kulihat matanya tertutup.
    “Meis, aku sayang kamu, Non..” bisikku di depan bibirnya.
    “Hmm.. apa Mas?” berbisik jawabnya lagi.
    “Aku ingin mencium bibirmu.. boleh ngga?” suaraku kubuat selembut mungkin dan seyakin mungkin, karena dia tidak bereaksi seperti anak gadis lainnya kalau kucium keningnya biasanya langsung menyediakan bibir mereka.
    Meiske mengangguk pelan dan memejamkan matanya, menunggu dengan lembut kukecup bibirnya yang sensual itu, reaksinya sesaat diam. Setelah beberapa saat, tangannya melingkar di leherku dan kedua tanganku melingkar di pinggangnya. Kemudian tanpa melepaskan bibirku di bibirnya, dengan perlahan kuangkat tubuhnya sehingga dia berada di pangkuanku. Bibirnya yang lembut kukulum dengan erat. Saat kupermainkan, lidahku masuk ke dalam mulutnya, dia terkejut dan melepaskan bibirnya sambil berkata pelan.
    “Lidahnya mau ngapain Mas..?” tanyanya.
    Lugu banget kan ini cewek! Rupanya dia belum mengerti tentang permainan lidah sambil berpagut.
    “Meis.. kamu belum tahu kan?” aku berkata dan dia menggeleng pelan.
    “Meis, kalau kita kissing saling cinta, bukan hanya bibir ketemu bibir saja, tapi lidah juga harus main.. Coba kamu rasakan deh.. dan nikmati yaa..” kataku membujuk halus, dia mengangguk pelan.
    “Sekarang, boleh aku cium kamu lagi ngga?” tanyaku dengan lembut.
    Meiske hanya mengangguk dan langsung kukecup lagi bibirnya sambil mempermainkan lidahku dan ternyata reaksinya.. lidahnya ikut main dengan lidahku dan sementara tanganku mulai meraba-raba punggungnya dengan lembut, membuat nafasnya Meiske memburu ditengah-tengah kecupan dan pagutan bibir kami berdua.
    Sementara itu, tanganku mulai turun ke arah dadanya. Dia tidak bereaksi tehadap tanganku yang sudah mengusap susunya yang ternyata, montok dan memang benar-benar besar dan kenyal. Maklum umurnya masih 15 tahun. Nafasnya makin memburu tatkala kecupanku turun ke lehernya dan kugigit-gigit kecil. Rintihan halus mulai keluar juga saat tanganku masuk ke dalam bajunya setelah kancingnya berhasil kulepaskan satu persatu tanpa disadarinya. Tanganku terus meraba susunya yang masih terbungkus BH. Yang kurasakan hanya setengah menutupi susunya yang besar dan montok serta lembut itu, atau memang BH-nya terlalu kecil untuk menampung bukit indahnya Meiske yang montok. Bibirku terus mengecup turun dari leher ke dadanya sementara tanganku bergerilya ke punggungnya yang akhirnya berhasil melepaskan kaitan BH-nya. Kurasakan Meiske tersentak pada saat aku berhasil melepaskan BH-nya.
    “Mas Adit.. jangaan.. Maass..” rintihnya terengah-engah sambil menunduk melihat ke arah mukaku yang hampir terbenam di antara kedua susunya yang besar dan montok itu.
    Aku melepaskan kecupanku di pangkal dadanya sambil melihat ke arahnya dengan lembut tetapi masih penuh nafsu.
    Sambil tersenyum lembut, “Kenapa sayang.. kamu takut yaa..?” tanyaku hati-hati.
    “Iya mas..” jawabnya dengan suara bergetar akan tetapi kedua tangan masih tetap memeluk leherku dengan kencang.
    “Jangan takut Meis, Mas tahu kamu belum pernah seperti ini, rasakan dan nikmati saja pelan-pelan.” jawabku lagi sambil tanganku tetap membelai susunya yang putih disertai puting kecilnya yang berwarna merah muda (pink).
    Rupanya dengan gerakan Meiske tersentak itu, BH yang dipakainya terlepas dari susunya yang montok. Kukecup lagi bibirnya dengan lembut. Sejenak kusadari bahwa ini adalah hal yang pertama kali Meiske alami bersama lelaki dewasa seperti aku jadi aku berniat untuk petting dulu sama dia agar tidak kaget dan terlalu memaksa. Aku takut akibatnya dapat merugikanku sendiri untuk menikmati tubuh perempuan berdarah Portugis ini. Demikianlah kejadian demi kejadian yang aku dan Meiske lakukan, yaitu petting atau French kissing sejak kami pacaran yang kuajari dia, baik di rumahnya maupun di rumahku dan dengan pasti kami lakukan pada saat rumah kami berdua dalam keadaan yang memungkinkan.
    Sampai satu hari Minggu, aku bisa mengajaknya keluar dari pagi jam 08:00 sampai jam 17:00, atas izin orang tuanya. Kami berdua naik motorku, Honda CB-100 tahun 70an. Motor seperti ini dan CB-125 lagi top-topnya berputar-putar keliling Jakarta. Kami makan mie ayam Gang Kelinci dan berakhir di rumahku yang kebetulan lagi sepi. Orang tuaku sedang mengunjungi famili di Bandung, kedua kakakku sibuk dengan urusannya masing-masing dan tinggalah pembantuku bik Inem yang lumayan sudah 59 tahun umurnya di kamar belakang. Meiske langsung kuajak ke kamarku, terpisah dari ruang utama cukup jauh. Mungkin karena rasa kangen yang meluap-luap, begitu masuk ke kamarku, Meiske memelukku dengan erat dan sepertinya kurasakan dia agak buas. Menciumiku dengan cara menarikku dengan kasar, sehingga kami terjatuh di atas tempat tidurku dengan posisi dia berada di atasku.
    Padahal, biasanya kalau kami berdua ada kesempatan, ciuman sambil pegang-pegang, seingatku aku selalu ambil peranan dan dengan lembut serta very enjoyable bagiku dan Meiske sendiri yang kulihat dia sangat menikmati permainan petting dariku. Tetapi hari ini aku hampir kewalahan menghadapi ciumannya yang bertubi-tubi dan kurasakan bahwa ini bukan ciuman anak SMP lagi, tetapi ciuman wanita yang lagi berahi tinggi. Menyadari hal tersebut, aku akhirnya mulai memberikan respon yang tinggi juga. Dengan segera aku membalikkan badanku, sehingga posisiku berada di atasnya serta kubalas kecupannya dengan gairah tetapi juga dengan lembut serta gigitan-gigitan kecil di bibirnya, serta permainan lidah pada saat mengulum bibirnya yang sensual itu. Sementara tanganku bergerak membuka baju casualnya, seperti biasanya Meiske sudah tahu kalau kami mau petting, dia selalu pakai baju casual dengan kancing di depan.
    Desahan-desahan kecilnya mulai terdengar bersamaan dengan kecupan dan gigitan kecilku yang turun ke arah susunya yang besar dan montok itu sampai aku berhasil menjilati puting susunya yang berwarna merah muda (pink) bergantian, kiri dan kanan. Desahannya makin menjadi-jadi sewaktu aku menghisap putingnya yang kecil dan mulai keras disertai gigitan-gigitan kecil yang menggemaskan dan menikmatkan dia.
    “Aduuh.. Maass Adiit!” erangannya sambil mencengkramkan tangannya di kepalaku.
    Sementara itu, penisku mulai berontak di balik jeans dan CD-ku. Cepat-cepat aku membuka zip (ruistzleting) jeansku agar Mr. Penis Adithya agak leluasa untuk diperbaiki letaknya (daripada terjepit). Kulepaskan kecupanku dari susunya Meiske yang besar dan aku memandangnya dengan penuh kasih dan lembut, kukecup bibirnya Meiske.
    “Meis sayang, aku ingin membuat kamu jadi milikku seutuhnya, kamu mau kan?”
    “Mas Adit, aku mau apa aja yang Mas lakukan untukku.. aku mau Mas..” jawabnya mesra dan nafasnya mulai memburu.
    “Meis.. aku akan membuat kamu untuk tidak melupakan hubungan kita dan aku mau kamu tidak seperti anak SMP lagi yaa, mau kan?” kataku lagi dengan lembut setengah bebisik, dia mengangguk manja.
    Sambil berbaring side by side, kukecup bibirnya yang sensual sambil kubuka habis bajunya. Tanganku yang cukup berpengalaman melepas BH-nya yang berwarna pink, hal ini membuat penisku tegang (kira-kira 100 volt). Akhirnya terlihat dua bukit keemasannya, susunya yang sekali lagi, “Alaamaak.. kok anak SMP bisa punya seperti ini?” dalam hatiku, putih , besar, montok dan kenyal dengan putingnya yang kecil berwarna merah muda (pink). Sejenak aku memandanginya sambil perlahan-lahan tanganku menjamah, membelai serta mengusap-usap puting yang menggemaskanku. Meiske tersadar saat aku masih memandang ke arah susunya dan tiba-tiba dia mengeluh sambil menyusupkan kepalanya di dadaku yang juga sudah telanjang.
    “Maass.. jangan diliatin terus dong.. Meis kan malu!” katanya perlahan dengan nada manja.
    Aku tertawa perlahan sambil memeluknya dengan mesra.
    “Malu sama siapa sayang? Sama aku? Iya? Kan yang ngeliatin juga cuma satu orang kan..?” jawabku tersenyum geli melihat kelakuannya anak SMP ini.
    “Tapi Meis kan tetap aja malu.. soalnya Mas Adit orang laki-laki yang pertama yang lihat Meis ngga pakai BH.” katanya lagi.
    Kukecup lagi keningnya, terus turun ke matanya yang indah, hidungnya yang bangir, terus turun ke sudut bibirnya yang sensual, merah merekah disertai desahan-desahan kecilnya terdengar olehku. Di sana aku mempermainkan lidahku serta kugigit lembut. Dia menggelinjang dan dengan tidak sabar dia mengecup bibirku dengan buas, sementara tangannya mulai mengusap kepalaku, aku pun tidak tinggal diam. Dengan segera tanganku turun ke susunya yang menjadi kegemaranku bermain, kuraba dan kuputar-putar putingnya yang mungil. Dia mengerang nikmat.
    Tanganku terus turun. Kusibak rok mini (kulot)nya Meiske, terus ke arah belakang tempat zip (ruitszleting) langsung kubuka perlahan-lahan. Dia diam saja dan aku merasakan bahwa dia sudah pasrah dengan apa yang akan kulakukan. Kutarik roknya ke bawah dan dia membantu untuk melepaskannya.
    Para pembaca yang budiman, anda bisa membayangkan, dihadapanku (laki-laki sehat fisik dan mental berumur 22 tahun) tergeletak sebatang tubuh gadis 15 tahun yang berdarah Portugis. Dengan tinggi 170 cm, putih mulus dengan perut yang rata, buah dada yang besar berukuran 36C, montok serta kenyal, mengenakan CD mini berwarna pink.
    “Tuhan.. betapa sempurnanya ciptaanMu.” dalam hatiku.
    “Maass Adit.. peluk Meis dong..” tiba-tiba katanya dengan sendu membuyarkan lamunanku.
    Kembali aku memeluknya dengan lembut dan aku merasa penisku melakukan pemberontakan yang gila. Sambil mencium bibirnya, lehernya terus turun ke susunya serta putingnya yang menggairahkan, aku melepaskan jeansku. Kini di tempat tidurku tergeletak sepasang manusia hanya tertutup oleh CD masing-masing, pink dan white saling berpagut menggelora. Kukecup kedua puting merah muda itu berulang-ulang dengan lembut sampai basah oleh air liurku. Kuturunkan kecupanku ke arah pusarnya Meis, dia bergerak sambil terus menjambak rambutku sambil mendesah disertai erangan-erangan nikmatnya yang halus. Sampai akhirnya bibirku berada di atas vaginanya yang sudah basah tertutup oleh Miss Pink CDnya.
    “Meiske sayang.. mau kan kamu merasakan dan menikmati ini? Pelan-pelan yaa?” kataku sambil mulai membuka CD-nya lepas dari tubuhnya.
    Meiske hanya menganggukkan kepalanya dengan rintihan kenikmatan yang kuyakin belum pernah dirasakannya seumur hidup. Dihadapanku terlihat anak gadis, perawan, telanjang dengan lubang kewanitaan ditumbuhi bulu-bulu halus yang teratur rapi nan cantik. Vagina anak perawan yang belum pernah disentuh oleh laki-laki manapun. Kukecup bibir atas benda indah itu yang dengan serta merta mengeluarkan aroma yang khas. Aku merasakan gerak gelinjang Meiske serta keluhan panjang.
    “Ooohh.. Maass..!”
    Kuyakin Meiske sudah kehilangan kata-kata untuk menyatakan kenikmatan yang belum pernah dia alami, karena umurnya baru 15 tahun.
    Aku berusaha sekuat mungkin untuk menahan nafsuku serta pemberontakan Adhitya junior di balik CD-ku, aku ingin memberikan kepuasan kepada Meiske semaksimal mungkin, sehingga dia akan menyerah dengan apa yang akan kulakukan demi kepuasan bersama. Kujilat belahan vaginanya sambil perlahan-lahan kubuka pahanya yang sebelumnya Meiske jepitkan untuk menahan gejolak kenikmatan pada saat aku pertama kali mengecup pucuknya. Pahanya yang putih mulus itu terbuka sedikit demi sedikit sambil lidahku bermain dengan lembut. Klitorisnya yang mungil tampak merekah merah muda. Aku tidak tahan. Kukecup dan kugigit-gigit kecil. Hal ini membuat Meiske menggoyangkan pantatnya yang padat, kenyal serta mulus itu dengan gila. Kedua tangannya mencekal rambutku dan menekankan ke arah vaginanya sambil berteriak kecil menahan.
    Basah sudah bibirku, hidungku, lidahku dengan cairan putih bening yang keluar terasa agak asin namun harum dengan aroma yang khas dari vaginanya Meis. Cengkraman serta jepitan di kepalaku mengendur, dia telah mencapai orgasme. Kujilat dan kutelan habis cairan itu di sekitar vagina indahnya dengan nafsu yang memuncak. Aku merasakan otot penisku berdenyut-denyut, dan aku merasakan sesuatu keluar dengan dahsyatnya dari penisku yang terasa membasahi CD-ku. Rupanya aku juga mengalami orgasme.
    “Maass Adit.. sini, peluk Meiske..” rintihnya sendu.
    Aku tersadar dengan kejadian yang baru saja kulakukan. Gila.. aku baru saja menelan cairan orgasme anak perawan. Aku bangun dan memeluk Meiske dengan lembut dan mesra, dia kaget melihat mulut dan hidungku masih tercecer cairan putih bening.
    Tiba-tiba, “Cup.. cup.. cup..” dikecupnya bibirku, hidungku, daguku sambil menjilati sisa-sisa cairan putih bening yang masih ada di wajahku dengan liar.
    Dia terus memandangku dengan matanya yang indah berbinar itu. Posisi kami rebah berhadapan berdampingan, dia berada di sebelah kiriku dan aku berada di sebaliknya. Tanganku menyentuh dan mengusap susunya yang putih, montok dihiasi puting kecil merah muda.
    “Mas Adit..” desahnya lembut.
    “Apa Meis..?” jawabku berbisik.
    “Mas Adit kan sayang sama Meis..” katanya lagi sambil memandang serta membelai pipiku, menyentuh bibirku dengan jarinya.
    “Iyaa.. ada apa Non.. kok pake nanya..?” balasku lembut.
    Jariku tetap nakal bermain-main di puting susunya yang menggairahkan.
    “Maass.. soalnya Meis belum pernah begini..” katanya lagi sambil melirik ke arah mataku.
    Usapan tangannya tidak berhenti di antara pipi dan bibirku. Aku balas memandangnya sambil tersenyum.
    “Aaahh Maass.. Jangan diliatin begitu dong.. Meis kan maluu..” katanya sambil merajuk menyusupkan wajahnya di leherku, kakinya yang indah dibelitkan ke pinggangku seperti memeluk guling.
    Tiba-tiba dia tersentak saat perutnya menyentuh perutku yang mau tidak mau, vaginanya menyentuh sesuatu yang tegang di balik CD-ku yang sudah basah. Secara refleks Meiske mencoba meregangkan tubuhnya, tetapi dengan sigap kutahan dengan melingkarkan tanganku di pinggangnya sambil berbisik, “Jangan dilepas sayang.. biarkan nempel.. aku ingin kamu merasakan milik laki-laki yang menyayangimu, menyentuh kulitmu.” kataku dengan nada pasti.
    Dia terhenyak dan tegang sesaat, dengan sabar dan lembut aku cium kening dan bibirnya dan aku berkata sambil melepaskan CD-ku perlahan-lahan, “Kamu belum pernah melihat yang namanya penis laki-laki dewasa dalam keadaan tegang kan? Kamu mau lihat?” tanyaku sambil menatap pasti ke arah matanya yang indah itu.
    Sepertinya dia bingung sesaat dan aku tetap memandangnya dengan tatapan mata yang menusuk serta meyakinkan. Akhirnya dengan sikap pasrah dia mengangguk pelan. Kami melepas pelukan dan dengan perlahan-lahan, Meiske menundukkan kepalanya melihat ke arah pangkal pahaku.
    “Ooohh..” teriaknya kecil dan kaget serta merta memeluk leherku menyembunyikan mukanya.
    Aku rasanya ingin tertawa melihat sikapnya yang lugu itu, maklum saja anak perawan melihat pertama kali penis laki-laki dewasa lagi tegang sepanjang 15cm x 3cm. Surprise!
    “Hey.. kenapa sayang..? Lihat tuh.. indah kan?” kataku menggoda.
    “Ngga mauu.. Meis maluu Mas..!” jawabnya tanpa melepaskan wajahnya di leherku dengan nafas yang agak memburu dan tangannya memeluk leherku.
    Dengan sigap aku peluk dia di pinggangnya yang berakibat penisku si 15cm x 3cm yang masih tegang itu menempel di antara vaginanya yang lembut. Dia kaget dan berusaha melepaskan tetapi kutahan pinggangnya, nafasnya makin terengah-engah.
    Terasa ada cairan hangat mengalir menyentuh penisku perlahan-lahan dan ketegangan tubuh dia mulai agak mengendur.
    “Maass.. Meiis.. aahh nggaa aahh..” desahnya terengah-engah.
    Pelukanku di pinggangnya kukendurkan sambil menatap matanya yang agak redup sambil berbisik,”Sayang.. ini bagian dari perasaan cinta dan kasih sayang, Non.. ayo lihat..”
    Aku mengambil tangan kirinya dan kuarahkan ke penisku yang tegang, dia mengikuti gerakan tanganku sambil pelan-pelan menundukkan kepalanya ke arah penisku, kuusapkan tangannya ke penisku sambil menggenggam dengan lembut. Aku rasakan nafasnya memburu dan aku mulai merasakan sentuhan lembut itu dengan nikmat.
    “Gila.. man..! Penisku dipegang oleh anak perawan yang cantikk..!” pekikku dalam hati.
    Kuajari Meiske sambil menggengam si Junior untuk mengurut dengan lembut, tanganku kemudian melepaskan tangannya yang halus, terus mengurut penisku secara berirama. Sementara tanganku sendiri menyentuh vaginanya yang lembut dan mulai mengelus bibir hangat tersebut dengan penuh rasa cinta.
    Beberapa saat kemudian dia berteriak kecil, “Maass.. oohh..” dia bergerak dan tangannya yang masih memegang penisku disentuhkan ke vaginanya.
    Tiba-tiba dia memelukku sambil melingkarkan pahanya yang putih dan mulus itu serta menekankan vaginanya dengan penisku. Tanganku terpaksa kulepas dari bibir vagina cantik itu, tangannya memeluk badanku, kemudian bibirnya dengan buas mengecup bibirku sambil mengerang karena nikmat. Terasa basah penisku yang masih menempel di bibir hangatnya Meiske, orgasmenya yang kedua.
    Woow.. seprei tempat tidurku sudah tidak karuan lagi bentuknya serta basah pada bagian di mana kemaluan kami berdua saling menempel. Aku mulai tidak tahan dengan keadaan seperti itu, penisku makin keras dan tegak sementara agak terjepit di antara bibir vagina lembut miliknya Meiske. Yang agak mengherankan adalah, aku masih bisa menahan diri untuk tidak mulai melakukan penetrasi karena sadar bahwa anak ini masih perawan, meskipun keadaannya tinggal tancap, beres kan? Pikiran sehat muncul sejenak (sejenak saja! Tidak sampai satu menit).
    “Hey, ini anak masih perawan kan, kalau elu perawanin die, dose man..! Tau ngga?” dalam hatiku bergejolak.
    Aku yakin bahwa aku harus mengakhiri kenikmatan ini dengan kondisi baik. Aku dan Meiske harus benar-benar puas.
    Kubalas kecupan-kecupan ganasnya Meiske di bibirnya, lehernya, dadanya dan berhenti serta bermain-main agak lama di kedua susunya yang menggairakan serta putingnya yang kecil merah muda itu. Tanganku bergerilya ke arah vaginanya yang lembut berwarna merah muda pada kedua labia mayora-nya. Pahanya yang putih mulus masih melingkar di pinggangku, sehingga jari tengahku bebas berkeliaran mengusap-usap vaginanya yang sudah amat basah dengan cairan putih bening yang keluar terakhir. Desahan, erangan serta teriakan-teriakan kecil terus meluncur dari bibir yang sensual di depan wajahku. Sekali-kali dia mngecup dan juga menggigit bibirku dengan ganas selama jariku mempermainkan labia mayora serta clitorisnya yang agak keras. Kugeser tubuh putih mulus itu perlahan-lahan, sehingga Meiske telentang dan posisiku berada di atasnya.
    “Meiske sayang, Mas ingin kamu merasakan kenikmatan orang bercinta.. kamu mau kan..?” aku berkata sambil menatap wajahnya yang terlihat pasrah dan bertambah cantik dengan sebagian keringat menitik di dahinya.
    “Maass Adit.. Meis musti gimana sekarang?” jawabnya lembut setengah tersenyum juga dengan nafas mulai memburu.”Mas mau kamu merasakan gimana yang namanya Real-Make-Love Oke?” kataku dengan lembut dan pasti sambil mengecup bibirnya yang menggemaskan.
    Dia mengangguk pelan tetapi kuyakin pasti dia ingin merasakan sesuatu yang tidak pernah dirasakannya.
    Dengan sabar dan lembut tanpa melepaskan pandangan mataku ke arah matanya yang mulai setengah terpejam, kurenggangkan pahanya, kuarahkan penisku yang sudah tegang dari tadi ke atas vaginanya yang kuraba dengan jari tengahku. Sudah merekah terbuka, lembut, perlahan kuusap-usapkan ujung penisku ke vagina Meiske sambil kukecup bibirnya, susunya, putingnya. Kujilat mesra tangan kirinya dengan segera memegang dia meremas kepalaku dan tangan kanannya membelai punggungku dengan mesra seolah-olah mulai merasakan kenikmatan lidahku bermain pada puting susunya yang kecil mungil kemerah-merahan serta usapan-usapan penisku pada vaginanya. Perlahan-lahan kudorong penisku memasuki kira-kira setengahnya ke liang vaginanya Meiske.
    “Maass.. pelan-pelan.. sakiitt Maas..” jerit kecilnya.
    Aku agak kaget dan langsung berhenti bergerak karena meskipun aku sudah tidak tahan ingin penetrasi penuh tetapi aku masih sadar bahwa ini adalah Real Make Love antara aku yang mahasiswa 22 tahun dengan Meiske yang anak perawan 15 tahun berdarah Portugis yang amat kusayangi, jadi aku harus sabar dan penuh rasa kasih serta cinta yang lembut.
    “Oh.. maaf sayang.. sedikit lagi.. Mas pelan-pelan.. atau dicabut aja..?” kataku tanpa sadar.
    “Jangan Maass.. pelan-pelan aja..” jawabnya lirih.
    Aku merasa tidak tahan, antara mau terus dan takut dia kesakitan.
    “Gila lu Dit, ini anak masih perawan!” kata hatiku kembali berkata.
    Tetapi karena sudah tanggung, penisku sudah masuk setengah kuteruskan amat perlahan.
    Penetrasi yang berakhir dengan keluhan Meiske yang terdengar lirih, “Maass.. aduuhh..!”
    Nafasnya memburu, terasa liang vaginanya yang sempit itu basah melumasi penisku yang masuk dan menyentuh sesuatu batas, selaput dara. Aku bingung sejenak untuk berusaha menguasai diriku.
    “Adit.. terusin kalau elu bener cinta sama gadis berdarah Portugis ini.” bisikan hatiku lagi.
    Sambil mengatur nafas, aku diam beberapa saat sambil memandang gadis perawanku yang cantik ini.
    “Meis.. kamu mau kan..?” aku berbisik di depan bibirnya yang sensual, reaksinya membuat aku tertegun.
    Dia angkat pantatnya sehingga penisku masuk penuh ke dalam vagina indah itu, tiba-tiba kedua kakinya melingkar di pinggangku dan sekaligus menjepitnya.
    “Luar biasa ini gadisku yang perawan!” pujiku dalam hati.
    Aku langsung goyangkan pantatku maju mundur perlahan-lahan tetapi pasti, makin lama makin cepat, kukecup sudut bibirnya, ujung dagunya. Nafasnya dan nafasku tidak karuan lagi iramanya.
    “Maass.. ohh.. ngg.. Maass.. Adiit, teerruss maass..” erangannya makin keras.
    Gerakan pantatnya yang bulat makin menjadi-jadi. Kupeluk Meiske dengan erat karena aku mulai merasakan denyut-denyut gila penisku di bagian kepalanya. Gerakan otot vagina Meiske yang menghisap penisku setiap gerakan mundur membuat aku benar-benar tidak tahan. Rasanya belum lama penetrasiku, tiba-tiba Meiske menjerit lirih disertai pagutannya di bahuku sebelah kanan serta jepitan kedua pahanya di pinggangku.
    “Maass Adiitt.. aakkhh.. mmff..”
    Aku tidak bisa menahan lagi kenikmatan badaniah ini, di mana kurasakan seluruh penisku terbenam di liang vaginanya Meiske dan.
    “Meeiis.. Mas nggaa.. tahan..!” teriakku kecil di kupingnya sebelah kanan.
    Ini intercourse, makelove, sanggama atau entah apalagi namanya, aku sendiri tidak tahu. Yang jelas ini adalah yang paling gila dan paling edan yang pernah kulakukan sampai saat itu. Aku mengalami orgasme hebat bersama Meiske, gadis kecilku, anak SMP yang berdarah Portugis dan yang telah kuperawani. This is very-very goddam, asshole, cocksucker, cunteater, pussylicker, sonofthebitch something special.
    Spermaku keluar menyemprot di dalam vagina lembutnya Meiske bersamaan dengan pahanya yang mulus menjepit pinggangku dengan kuat tanda dia mengalami hal yang bersamaan denganku. Kami berpagutan, berkecup, berpelukan, tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh-tubuh telanjang kami. Skin To Skin. Beberapa saat, kami berpelukan seolah-olah tidak akan melepaskan satu sama lain. Kuputar tubuhku sehingga posisi kami berdua berhadapan berdampingan tanpa melepaskan pelukan kami masing-masing. Peluh kami berdua mengalir membasahi punggung, leher, dada, perut dan hampir seluruh tubuh.
    “Meiske sayang.. buka dong matanya..” kataku lembut sambil mengelus pipinya, menyentuh bibirnya dengan ibu jariku sewaktu melihat dia dengan matanya yang masih menutup.
    Menikmati atau berusaha menyadari apa yang baru saja terjadi, mungkinkah? Dia membuka mata coklat tua yang indah dan berkaca-kaca. Perlahan-lahan dia memandang ke arah mataku, dua butir air mata mengalir dari mata yang indah itu.
    “Maass..” suaranya terdengar lembut sambil jarinya mengusap pipi dan bibirku.
    “Mas Adit sayang sama Meis kan..?” katanya lagi dengan agak tersedan manja.
    “Iyaa Meis.. Mas Adit sayang kamu.” jawabku dengan tetap mengelus pipi dan bibirnya yang sensual indah itu.
    Kuusap tetesan air matanya dan kami saling mengelus muka masing-masing dengan penuh kasih dan cinta.
    “Meis ngga nyesel lakukan sama Mas Adit.. karena Meis sayang sama mas.. Meis cinta sama mas..” katanya lagi dengan lembut.
    “Mas Adit juga sayang sama Meis.. kamu ngga nyesel kan dengan apa yang kita lakukan tadi..?” tanyaku lagi.
    Dia mengangguk pelan tetapi pasti dan tersenyum manis. Kupeluk dia dan kukecup keningnya, bibirnya dan kugigit kecil sudut bibirnya, dia mencengkram rambutku sambil membalas kecupanku di bibirnya. Perlahan-lahan kami saling melepaskan diri dan secara refleks kami berdua melirik ke arah pangkal paha kami masing-masing. Kami termenung sejenak melihat seprei tempat tidurku basah dan ada bercak merah.
    “Maass.. Meis takut Mas.. ada darah di..” dia berkata dengan ekspresi wajah khawatir.
    Segera kupegang kedua belah pipinya dan melekatkan pandanganku ke matanya.
    “Jangan takut sayang.. itu tandanya kamu masih suci dan Mas yang pertama melakukan pada Meis dan Mas akan bertanggung jawab atas perbuatanku, Meis.. jangan khawatir sayang.” jawabku dengan tenang dan pasti dan langsung kembali kupeluk dia sambil mengecup keningnya.
    Dia menbalas pelukanku. Kami berpelukan seolah-olah tidak akan saling melepaskan. Aku bangun dan meraih bajuku dari lantai segera kubersihkan tubuh Meiske, di pangkal pahanya, vaginanya, sambil memandang tersenyum puas kepadanya. Dia pun bangun dan ikut membereskan bajunya yang berserakan di atas lantai.
    Kami berdiri berhadapan, saling berpandangan mesra dengan tubuh telanjang. Kupeluk Meiske, dia membalas pelukanku dan kami berpagut lembut mesra. Kugandeng tangannya, kami berjalan beberapa langkah mendekati lemari pakaianku, kuambil CD yang bersih. Tanpa sadar Meiske terlihat termenung memadangiku.
    “Meiske sayang.. udah sore, non..” aku berkata mengingatkannya juga menyadarkan diriku sendiri sambil menyodorkan CD-ku yang bersih.
    Dia tersentak dan terlihat pandangan yang lucu waktu matanya melihat CD-ku yang kusodorkan kepadanya.
    “Buat siapa..?” tanyanya heran.
    “Ya buat kamu.. masa kamu mau pakai CD kamu yang udah basah dan lengket lagi.” aku jawab sambil menahan tawa geli, dasar anak kecil.
    Dia tersadar dan merajuk manja serta merta memelukku, menyembunyikan wajahnya di dadaku.
    “Aaahh.. Mas Adit.. Meis jadi malu kan..?” sergahnya manja.
    Kutuntun Meiske duduk di tempat tidurku, kukenakan CD cowok putihku. Lucu juga melihat cewek pakai CD cowok. Meiske memakai baju dan rok mininya kembali. Kemudian aku sendiri berpakaian.
    “Meiske, Mas mau tahu, kok kamu mau melakukan ini sama aku ngga takut hamil..?” tanyaku serius sambil memandang matanya yang indah itu.
    “Meis mau karena Meis sayang sama Mas Adit.. kan Mas udah janji ngga akan meninggalkan Meis.. iyaa kan?” jawabnya sambil memeluk leherku.
    “Sekarang udah sore. Mau pulang ngga, Meis?” tanyaku sambil memeluk pinggangnya.
    Dia memandangku sambil tersenyum sendu melingkarkan tangannya di leherku sambil mengangguk pelan.
    CD-nya yang berwarna pink masih tergeletak basah di atas tempat tidurku. Kuambil sambil kuciumi, dia berusaha merebutnya dari tanganku tetapi kutahan tangannya.
    “Ini milik Mas Adit untuk selama-lamanya..” kataku tegas sambil menatap matanya yang cantik berbinar-binar itu.
    “Jangan Mas.. itu kotor dan bau kan..?” sergahnya.
    “Biaariin.. kotoran yang cantik dan bau yang haruumm.. kenang-kenangan dari gadis kecilku yang cantik.” jawabku sambil mengecup bibirnya yang sensual.
    Cepat-cepat aku melepaskan diri dan melemparkan CD pink itu ke dalam lemari pakaianku, kututup, kukunci. Dia terdiam dan tersenyum cerah. Kuantarkan Meiske pulang kerumahnya, jam menunjukan jam 18:00. Kami berkasih mesra hampir 5 jam di rumahku, edan, gila dan sebagainya. Aku bahagia sekali.
    Hubunganku dengan Meiske berlangsung sampai dia kelas 2 SMA, dan setiap kali ada kesempatan kami bercinta dengan gairah yang tinggi selalu di rumahku yang sering kali sepi dan kosong di mana orang tuaku serta kedua kakakku sering keluar kota dengan urusannya masing-masing. Karena tidak mungkin kami lakukan di rumahnya atau di hotel atau tempat lain. Yang jelas kami selalu berhati-hati setiap kali kami bercinta, aku beberapa kali mencoba menggunakan kondom tetapi aku merasa tanpa kondom yang paling asyik. Skin To Skin.
    Hubungan kami terputus dengan alasan klasik, perbedaan agama, dia Kristen sedangkan aku Islam. Orang tuanya yang tidak setuju hubungan kami berlanjut atas dasar perbedaan agama tersebut. Padahal aku dan Meiske sudah saling berikrar untuk hidup bersama setelah aku selesai kuliah dan dia paling tidak sampai D3. Perbedaan agama bagi kami bisa di bicarakan nanti-nanti. Aku selama satu tahun terakhir, sejak orang tuanya menyatakan ketidak setujuan mereka atas hubungan kami itu, tetap berusaha menghubungi Meiske baik lewat telepon maupun surat, tidak ada jawaban atau pun kalau melalui telepon jawabannya dia tidak ada di rumah atau alasan lain yang menegaskan bahwa aku tidak dapat berhubungan lagi dengannya.
    Sedihkah aku..? jangan tanya lagi, aku sempat frustrasi hampir satu tahun. Kegiatan fisik yang keras seperti beladiri, naik gunung dan terjun payung akhirnya dapat memulihkan semangat hidupku untuk melanjutkan hidup ini. The Life Show Must Go On Man! Terakhir aku melihat Meiske di salah satu pusat perbelanjaan pada tahun 1998, kulihat dia sedang berjalan-jalan bersama ibu serta adiknya disertai 2 anak-anak kecil yang lucu, anaknyakah? Hanya Tuhan dan keluarganya yang tahu.
    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Misteri Gadis Tengah Malam

    Cerita Sex Misteri Gadis Tengah Malam


    1724 views

    Perawanku – Cerita Sex Misteri Gadis Tengah Malam, Sejak tadi suara itu mengganggunya. Suara seorang perempuan yang penuh desah kemanjaan itu, seakan memanggil Norman beberapa kali. Dahi Norman berkerut, hatinya bimbang dengan pendengarannya. Menurutnya, tak mungkin ada perempuan yang memanggilnya di tengah malam. Norman sengaja melupakan suara itu.

    Ia mendengar langkah kaki di depan kamarnya, tapi ia tahu itu langkah kaki Susilo, teman satu pondokan. Ia bergegas membuka pintu kamarnya dan memanggil Susilo yang hendak masuk ke kamar sebelah.

    “Sus… jam berapa ini?” tanya Norman.
    “Setengah satu kurang,” jawab Susilo sambil membetulkan celananya. Agaknya ia habis dari kamar mandi untuk buang air. Susilo justru berkata,
    “Kau sendiri kan punya arloji, masa’ masih tanya aku?”
    “Arlojiku mati! Eh, sebentar, Sus!” Norman keluar dari kamarnya, tidak sekadar melongokkan kepala. Ia mendekati Susilo yang berdiri di ambang pintu kamarnya sendiri. Dengan nada herbisik Norman bertanya,
    “Sus, kau tadi waktu ke kamar mandi melihat ada perempuan di sekitar sini?”
    “Maksudmu?” Susilo berkerut dahi.
    “Aku mendengar suara perempuan di samping kamar, la seakan memangil-manggil aku.”
    “Perek. mungkin!” jawab Susilo seenaknya. Norman hanya mendesah.
    “Aku serius, Sus. Dari tadi aku tidak bisa tidur karena mendengar suaranya.” Susilo berpikir sejenak, tubuhnya bersandar pada kusen pintu. Seingatnya, waktu ia ke kamar mandi, ia tidak melihat sekelebat manusia. Pondokan itu sepi. Maklum sudah lewat
    tengah malam. Beberapa mahasiswa yang kost di situ kebanyakan sudah tidur. Kalau toh ada, mereka pasti di dalam kamar menekuni bukunya.
    “Menurutku, kau hanya terngiang-ngiang cewekmu saja,” kata Susilo.
    “Maksudmu, Arni? Ah, suara Arni tidak seperti itu.”
    “Kalau begitu, kau hanya mendengar suara hatimu saja. Halusinasi! Ah, ngapain repot-repot memikirkan suara, kaukan bukan penata rekaman!”
    Susilo masuk, menutup kamarnya. Norman mengeluh dalam desah napas tipis. Ia berhenti sejenak ketika mau masuk ke kamarnya. Matanya memandang sekeliling. Oh, pondokan itu amat sepi. Lengang. Denni yang biasanya masih memutar kaset sampai jauh malam, kali ini agaknya sudah tidur. Lampu di kamarnya telah padam. Lampu-lampu di kamar lain pun padam. Hanya ada dua kamar yang lampunya masih menyala, kamar Mahmud dan kamar Tigor. Mungkin mereka sedang menekuni materi ujiannya untuk besok. Tengkuk kepala meremang lagi, Norman bergidik. Badannya bergerak dalam sentakan halus. Karena, ketika ia masuk ke kainar dan hendak menutup pintu, ia mendengar suara perempuan dalam desah kemanjaan yang memanggilnya.
    “Normaaan…! Normaaan….”
    Lampu kamar Norman sengaja diredupkan. Ia menyalakan lampu biru 10 watt sejak tadi. Menurut kebiasaannya, tidur dengan nyala lampu biru yang remang-remang membuat kesejukan tersendiri dalam hatinya. Namun, kali ini, kesejukan itu tidak ada. Yang ada hanya kegelisahan dari kecamuk hati yang terheran-heran atas terdengarnya suara panggilan itu. Angin malam lewat. Desaunya terasa menerobos dari lubang angin yang ada di atas jendela kamar. Suara itu terdengar lagi setelah dua menit kemudian.
    “Normaaan…! Datanglah…!”
    Dengan berkerut-kerut dahi, Norman bangkit dari rebahannya.
    “Suara itu seperti berada di luar jendela,” pikir Norman. Kemudian, ia mendekati pintu jendela. Ingin membuka jendela, tetapi ragu. Hatinya berkata, “Tidak mungkin ada perempuan di luar jendela. Dari mana ia masuk? Pintu pagar dikunci. Tidak mungkin ia memanjat pagar. Kalau memang ada perempuan yang memanjat pagar, itu nekat namanya.”
    Kemudian, telinga Norman agak ditempelkan pada daunjendela. Tapi yang didengar hanya suara desau angin, gemerisik dedaunan. Kamar Norman memang kamar paling ujung dari sederetan kamar kost-kostan itu. Di samping kamar, di seberang jendela itu, adalah sebidang tanah yang biasa dipakai olah raga. Ada lapangan bulu tangkis, dan meja ping-pong yang jika malam begitu dalam posisi miring, menempel dinding kamar Norman. Tanah yang merupakan fasilitas olah raga itu dikelilingi oleh pagar tembok. Pada bagian atas pagar diberi kawat berduri sebagai penolak tamu tak diundang. Di seberang pagar tembok itu ada pohon rambutan milik tetangga belakang pondokan. Sebagian daun dan dahan pohon itu menjorok ke halaman pondokan, dan meneduhkan bagi mereka yang bermain pingpong jika siang hari.
    Norman sudah tiga menit lebih berdiri di depan jendela, tetapi suara perempuan yang menggairahkan itu tidak terdengar lagi. Maka, ia kembali ke pembaringan dan merebahkan badan.. Ia kelihatan resah. Batinnya bertanyatanya,
    “Mengapa aku mendengar suara itu? Dan, sepertinya memang aku pernah mendengar suara itu. Suara siapa, ya?”
    Ada gonggongan anjing dari rumah belakang pondokan. Gonggongan anjing itu mulanya hanya sesekali. Ditilik dari nada gonggongannya, anjing itu seakan sedang menggoda orang lewat.
    Tetapi, gonggongan anjing itu lama-lama jadi memanjang. Mangalun mendayu-dayu mirip irama orang merintih kesakitan. Suara anjing itu menyatu dengan suara perempuan yang kian jelas di pendengaran Norman.
    “Normaaan…! Norrr…! Lupakah kauuu…? Lupakah kau padaku, Norman…!”
    Norman segera melompat dari pembaringannya, dan membuka jendela. Jantungnya berdetak-detak ketika wajahnya diterpa angin yang berhembus membawa udara dingin. Sekujur tubuhnya merinding. Matanya melebar, karena ia tidak menemukan siapa-siapa di luar jendela kamarnya.Padahal suara tadi jelas terdengar di depan jendela, seakan mulut perempuan itu ditempelkan pada celah jendela supaya suaranya didengar Norman. Tetapi, nyatanya keadaan di luar kamar sepi-sepi saja.
    “Brengsek!” geram Norman. Ia menunggu beberapa saat,
    sengaja membuka jendelanya, sengaja membiarkan angin dingin menerpa masuk ke kamar. Suara perempuan yang penuh desah menggairahkan itu tidak terdengar lagi. Norman mengeluh kesal sambil duduk di kursi belajarnya. Ia menyalakan lampu belajar yang ada di meja kamar. Kamar menjadi terang. Cermin di depan meja belajar menampakkan wajahnya yang sayu. Pintu kamarnya tiba-tiba ada yang mengetuknya dengan lembut. Pelan sekali, seakan pe-ngetuknya sengaja hati-hati supaya suara ketukan tidak didengar penghuni pondokan yang lainnya. Norman melirik ke arah pintu. Membiarkan ketukan itu terulang beberapa kali. Lalu, ia mendengar suaraperempuan di seberang pintunya.
    “Nor…? Normaaan…!”
    “Siapa…?!”
    tanya Norman dengan nada kesal, karena iatahu, bahwa suara perempuan yang mengetuk pintu kamarnya itu sama persis dengan suara yang mengganggunya sejak tadi. Tapi, karena tidak ada jawaban dari pengetuk pintu, Norman berseru lagi,
    “Siapa sih?! Jawab dong!”
    “Aku…!”
    “Aku siapa?! Sebutkan!”
    Norman sudah berdiri walau belum mendekat ke pintu.
    “Kismi….”
    Mata Norman jadi membelalak. Kaget.
    “Kismi…?!”
    desahnya dengan nada heran sekali. Ia mengenal pemilik nama itu, tapi ia sama sekali tidak menyangka kalau Kismi akan datang, apalagi lewat tengah malam begini. Norman pun akhirnya bergegas membukakan pintu setelah ia sadar, bahwa suara yang sejak tadi memanggilnya itu memang suara Kismi.
    “Sebentar, Kis…!”
    kata Norman, yang kemudian segera membukakan pintu.
    “Hah…?!” Ia terperanjat dengan jantung berdetak-detak.
    Di luar kamarnya, tidak ada siapa-siapa. Sepi. Hanya hembusan angin yang dirasakannya begitu dingin dan membuat tubuhnya merinding lagi. Dalam keadaan bingung dan berdebar-debar itu, Norman masih menyempatkan diri berpaling ke kanan-kiri, mencari Kismi yang menurutnya bersembunyi. Tapi, tak terlihat bayangan atau sosok seseorang yang bersembunyi. Di kamar mandi? Tak mungkin. Kamar mandi terlalu jauh dari kamar Norman jika akan digunakan seseorang untuk berlari dan bersembunyi. Sebelum orang itu sempat bersembunyi, pasti Norman sudah melihatnya lebih dahulu.
    “Kismi…?!”
    Norman mencoba memanggil perempuan yang dikenalnya kemarin malam itu, tetapi tidak ada jawaban. Makin merinding tubuh Norman. dan semakin resah hatinya di sela debaran-debaran mencekam. Karena ditunggu beberapa menit Kismi tidak muncul lagi, bayangannya pun tak terlihat, maka Norman pun segera menutup pintu kamarnya dengan hati bertanya-tanya:
    “Kemana dia?”
    Mendadak gerakan penutup pintu itu terhenti. Mata Norman sempat menemukan sesuatu yang mencurigakan di lantai depan pintu. Aneh, namun membuatnya penasaran.
    “Kapas…?!”
    Hati semakin resah, kecurigaan kian mengacaukan benaknya. Segumpal kapas jatuh di lantai depan pintu. Sedikit bergerak-gerak karena hembusan angin. Ada rasa ingin tahu yang menggoda hati Norman. Maka. dipungutnya kapas itu. Ketika tubuh Norman membungkuk untuk mengambil kapas, tiba-tiba angin bertiup sedikit kencang. Kapas itu bergerak, terbang. Masuk ke kamar. Gerakan kapas sempat membuat Norman yang tegang terperanjat sekejap. Pintu ditutup, dan kapas itu dipungutnya. Ia segera melangkah ke meja belajarnya, mencari tempat yang terang. Ia memperhatikan kapas itu di bawah penerangan lampu belajarnya.
    “Apakah kapas ini milik Kismi?”
    pikirnya sambil mengamatamati segumpal kapas yang kurang dari satu genggaman. Ada aroma bau harum yang keluar dari kapas itu. Bau harum itu mengingatkan Norman pada jenis parfum yang baru sekali itu ia temukan. Parfum yang dikenakan pada tubuh Kismi.
    “Aneh?! Mengapa Kismi tidak muncul lagi?”
    pikirnya setelah setengah jam lewat tak terdengar suara Kismi maupun ketukan pintu.
    “Mengapa ia hanya meninggalkan kapas ini? Lalu, kapas untuk apa ini? Apakah Kismi sakit? Apakah ia hanya bermaksud mengingatkan kenangan semalam?”
    Norman tertawa sendiri. Pelan. Ia kembali berbaring dengan jantung yang berdebar takut menjadi berdebar indah.Kapas itu  diletakkan di samping bantalnya, sehingga bau harum yang lembut masih tercium olehnya. Pikiran Norman pun mulai menerawang pada satu kenangan manis yang ia peroleh kemarin malam. Kisah itu, sempat pula ia ceritakan kepada Hamsad, teman baiknya satu kampus, dan Hamsad sempat tergiur oleh cerita tentang Kismi.

    ***
    “Siapa yang mengajakmu ke sana?” tanya Hamsad waktu
    itu.
    “Pak Hasan! Mungkin dia ingin men-service aku, supaya
    buku pesanannya cepat kukerjakan. Wah, tapi memang luar
    biasa, Ham,” ujar Norman berseri-seri. “Perempuan itu
    cantiknya mirip seorang ratu!”
    “Kau yang memilih sendiri?” Hamsad tampak bersemangat.
    “Bukan. Dia datang sendiri ke motel-ku. Kurasa, Pak Hasan
    yang memesankan cewek itu untukku. Atau, barangkali
    memang service dari motel itu sendiri, entahlah. Yang jelas,
    dia datang di luar dugaanku. Tak lama kemudian, setelah kami
    berbasa-basi sebentar, datang juga perempuan lain. Tapi,
    kutolak. Aku lebih memilih perempuan pertama. Mulus dan
    sexy sekali dia. Namanya, Kismi. Antik, kan?!”
    “Terus…? Terus bagaimana?” desah Hamsad tergiur.

    8
    “Macan, Mack! Luar biasa romantisnya. Hebat. Baru kali ini
    aku menemukan perempuan cantik yang punya daya rangsang
    yang luar biasa! Tujuh malam bersama dia tanpa keluar dari
    kamar, aku akan betah! Kurasa kau sendiri tidak akan sempat
    mengenakan pakaianmu lagi kalau sudah bersamanya, Ham!”
    Hamsad tertawa ngakak ketika itu. Ia benar-benar
    terperangah cerita Norman. Khayalannya melambung tinggi
    ketika Norman menceritakan detail kehebatan Kismi.
    “Berapa anggaran untuknya?” tanya Hamsad dengan gaya
    kelakar.
    “Aku tidak tahu. Mungkin Pak Hasan-lah yang mengurus
    soal itu. Antara pukul 4 atau 5 pagi, dia pamit. Dia tidak minta
    bayaran padaku. Ketika kutanya tentang uang taksi, dia hanya
    tersenyum, lalu pergi.”
    “Kurasa dia perempuan panggilan kelas atas, Nor!”
    “Menurut dugaanku juga begitu! Tapi, itu kan urusan Pak
    Hasan. Aku mau tanya tentang tarif argo untuk perempuan
    semacam Kismi, ah… nggak enak. Riskan.”
    “Beruntung sekali kau mendapat service seperti itu!”
    “Makanya konsekuensinya aku harus segera menyelesaikan
    naskah pesanan Pak Hasan itu! Siapa tahu selesai itu aku
    dibawanya ke motel tersebut. Kalau ke sana lagi, aku tidak
    ingin mencari perempuan lain. Hanya Kismi yang kubutuhkan,
    dan aku juga menghendaki Motel Seruni, tidak mau Motel
    Mawar, Kenanga, atau yang lainnya. Karena, kenanganku
    bersama Kismi yang pertama kali ada di Motel Seruni itu!”
    ***
    Malam semakin mengalunkan kesunyian, dan kesunyian itu
    sendiri menaburkan perasaan cemas. Sedangkan perasaan
    cemas itu membawa desiran indah bagi sebaris kenangan
    bersama Kismi. Bau harum dari parfum pada kapas semakin
    menggoda khayalan Norman. Khayalan itulah yang
    menumbuhkan rasa rindu, rasa ingin bertemu dan rasa ingin
    bercumbu. Maka, Norman pun menggeliat dengan gelisah.
    Darahnya dibakai’ oleh khayalannya sendiri. Nafsunya
    menghentak-hentak jantung, menuntut suatu perbuatan nyata

    9
    dari birahi yang ada. Norman menjadi bernafsu sekali untuk
    bertemu dengan Kismi.
    “Kismiii…!” erangnya dari sebuah rintih dari kerinduan.
    Dan, kerinduan itu akhirnya menjadi racun pada jiwa Norman.
    Emosinya meluap, meletup-letup, bahkan tak bertakaran lagi.
    Emosi itu bukan hanya sekadar luapan gairah bercinta saja,
    melainkan kebencian, kemarahan, kesedihan, semuanya
    bercampur aduk dan menyiksa jiwa Norman. Ia sempat
    meremat bantalnya kuat-kuat dengan tubuh gemetar, lalu
    ditariknya re-matan itu dan robeklah kain bantal. Isinya
    berhamburan, diremas pula dalam suara yang menggeram.
    Tubuh berkeringat, urat-urat menegang, gemetar dan ia
    menggemeletukkan gigi kuat-kuat dengan mata mendelik.
    Perubahan itu aneh sekali, namun tidak disadari oleh
    Norman. Napasnya terengah-engah seperti orang habis lari
    jauh. Matanya menjadi liar, ia menggeram beberapa kali,
    bahkan mengerang seperti seekor monyet buas yang hendak
    mengamuk.
    Sementara itu, sisa kesadarannya sesekali tumbuh, dan
    membuat Norman mampu meredam gejala anehnya itu. Ia
    sempat bertanya dalam hati, “Mengapa aku jadi begini?
    Mengapa aku benci pada diri sendiri?”
    Masa kesadarannya hilang lagi, kembali ia dalam amukan
    jiwa yang tak terkontrol. Ia mengamuk, berguling-guling di
    ranjangnya. Tangannya mencakar-cakar kasur, membuat
    seprei menjadi tercabik-cabik. Bahkan guling pun diremas,
    digigitnya kuat-kuat bagai beruang lapar. Sampai beberapa
    saat hal itu dilakukan di luar kesadarannya, kemudian ia
    terkulai lemas sambil terengah-engah.
    “Apa sebenarnya yang kualami ini…?! Oh, badanku sakit
    sekali…!” keluhnya lirih, nyaris tanpa suara.
    Plakkk…!
    Norman terkejut. Tiba-tiba ia memukul kepalanya sendiri
    dengan keras. Ia merasa heran, mengapa tangan kanannya
    bergerak sendiri menampar wajahnya. Bahkan kini tangan.

    kanan itu mengejang-ngejang, jarinya membentuk cakar yang
    kokoh.
    “Oh, kenapa tanganku ini?!” Norman menjadi tegang
    dengan mata melotot, memandangi tangan kanannya. Hanya
    tangan kanannya.
    Tangan itu sukar dikendalikan. Norman ingin melemaskan
    otot-ototnya, namun tidak berhasil Bahkan sekarang tangan
    kanannya yang membentuk cakar itu bergerak ke atas.
    Mendekati wajahnya. Norman melawannya, berusaha
    mengendalikan gerakan itu, tetapi tidak berhasil. Tiba-tiba
    gerakan tangan itu begitu cepat menghampiri wajahnya dan
    mencakar wajah itu sendiri.
    “Aaaow…!” Norman berteriak, namun tidak begitu keras,
    karena hanya luapan rasa kagetnya saja. Ia masih
    memandang tangan kanannya dengan mendelik. Tangan itu
    terasa ingin bergerak lagi mencakarnya, dan Norman berusaha
    melawan kekuatan yang ada pada tangan tersebut.
    “Gilaaa…!”
    Norman berteriak keras dan semakin ketakutan oleh
    tangannya sendiri. Ia benar-benar panik dan tak mengerti,
    mengapa tangannya bergerak di luar kemauannya?Dari kamar Susilo, teriakan Norman itu terdengar tidak
    terlalu keras, tapi jelas. Susilo yang belum tertidur nyenyak itu
    menjadi curiga. Ia menelengkan telinganya, menyimak suara
    dari kamar Norman. Dahinya berkerut menandakan perasaan
    anehnya.
    “Sinting dia. Hampir pukul dua pagi masih teriak-teriak
    juga. Ada apa sih?” gerutu Susilo sendirian. Suara gaduh dari
    kamar Norman itu benar-benar mengganggunya, sampaisampai
    ia terpaksa bangkit dan turun dari ranjang.
    Untuk melangkah keluar dari kamar. Susilo ragu-ragu. Ia
    masih menyimak suara gaduh yang mirip seseorang sedang

    11
    bergelut mengalahkan sesuatu. Mulanya Susilo menyangka
    Norman sedang membawa perempuan masuk ke kamarnya,
    namun setelah makin disimak, ternyata suara erangan Norman
    itu tidak mirip seseorang sedang mencumbu kekasihnya. Tapi
    lebih mirip seseorang yang sedang bertengkar.
    Prang…!
    Suara di kamar Norman semakin jelas. Berisik dan gaduh.
    Entah apa yang telah jatuh dan pecah sehingga suaranya
    sempat membuat Susilo tergerak kaget.
    “Aneh. Kenapa aku jadi merinding?” gumam Susilo sambil
    melangkah mendekati pintu. Ia bermaksud mengingatkan
    Norman agar tidak menimbulkan suara gaduh yang
    mengganggu, tapi hatinya menjadi bimbang, dan ia berdesir
    merinding saat hendak membuka pintu.
    Brak…! Prang…!
    Sekali lagi kamar Norman bagai mengalami gempa.
    Agaknya sesuatu telah membuat kamar itu menjadi porakporanda.
    Susilo pun akhirnya keluar dari kamar. ,
    “Astaga…!” Susilo terpekik tertahan. Jantungnya berdesir
    ketika ia melihat sosok manusia berdiri di depan pintu
    kamarnya. Untung saja ia tidak menjerit, karena ia buru-buru
    menyadari bahwa sosok manusia itu adalah Denny.
    Sambil membungkus badannya dengan selimut, Denny
    memandang pintu kamar Norman dan melangkah mendekati
    Susilo. Ia bertanya pelan,
    “Ada apa dia? Ngamuk sama siapa sih?”
    “Mana aku tahu?” Susilo menjawab dengan bisikan.
    Yoppi keluar juga dari kamarnya yang berjarak dua kamar
    dari kamar Norman. Ia bergabung dengan Denny dan Susilo,
    di depan kamar Susilo.
    “Berkelahi dengan siapa si Norman?” tanya Yoppi. Ia
    mengerjap-ngerjapkan mata karena terbangun dari tidurnya.
    “Tadi ia menanyakan tentang perempuan,” kata Susilo. “Ia
    mengaku mendengar suara perempuan memanggilnya.”

    12
    “Perempuan?!” Alis Yoppi yang tebal hampir menyatu
    karena heran. Tangan Yoppi menggaruk-garuk pinggang
    sambil masih mengerjap-ngerjap pertanda masih mengantuk.
    “Wah, gawat. Jangan-jangan dia membawa masuk perek,”
    kata Denny. “Kalau ketahuan ibu kost, nggak enak kita!”
    “Atau, siapa tahu ia berkelahi dengan pencuri?” kata Yoppi.
    Kemudian, Susilo memberanikan diri mengetuk pintu kamar
    Norman. “Nor…?! Nor, ada apa sih? Sudah lewat malam ini,
    Nor!”
    Jawaban yang ada hanya suara Norman yang menggeramgeram
    seakan sedang mengalahkan sesuatu. Ketiga teman
    kost itu menjadi cemas dan makin curiga. Yang menambah
    mereka cemas ialah suara Norman dalam satu teriakan rasa
    sakit.
    “Aaaow…! Uh, uh… uh… hiaaah…!” suara itu sangat jelas.
    “Dobrak saja pintunya,” kata Denny kepada Susilo dan
    Yoppi yang berusaha menggedor pintu kamar Norman.
    “Sialan! Aku jadi merinding sendiri. Aku mencium bau
    wangi,” kata Denny.
    “Aku juga mencium bau parfum enak,” sambung Yoppi.
    “Kurasa benar. Norman memasukkan perek ke dalam
    kamarnya.”
    Itulah yang membuat mereka ragu-ragu. Mereka tidak
    tahu, bahwa di dalam kamar Norman sedang berusaha
    mengalahkan gerakan tangan kanannya yang sepertinya
    bernyawa sendiri itu. Tangan kanan itu sudah ditekan matimatian
    menggunakan tangan kiri, namun gerakannya masih
    belum bisa dikendalikan. Tangan itu seolah-olah sosok
    makhluk tersendiri yang bergerak memukuli wajah Norman
    sendiri. Bahkan, ketika tangan kanan itu bergerak sendiri
    mengambil gunting, Norman berusaha menariknya. Tapi,
    tenaga Norman yang telah digerakkan kekuatan penuh itu
    tidak mampu menarik tangan kanan yang hendak memegang
    gunting. Tangan tersebut seakan mempunyai kekuatan yang
    lebih besar dari seluruh kekuatan tenaga Norman sebenarnya.

    13
    Lalu, ketika gunting itu telah digenggam oleh tangan kanan
    secara kokoh, tiba-tiba gerakan tangan kanannya itu melesat
    ke arah dada. Norman menjerit kesakitan, karena ujung
    gunting itu menancap di bawah pangkal pundaknya. Darah
    mulai mengucur keluar dan Norman masih terengah-engah
    melawan kekuatan tangan kanannya. Tangan yang
    menggenggam gunting itu seakan ingin menusuk-nusuk tubuh
    Norman sendiri dengan tanpa mengenal ampun lagi. Norman
    berusaha menahan dengan seluruh kekuatan dan tenaga yang
    dikerahkan. Ternyata hal itu tidak mampu. Gunting itu
    bergerak sendiri ke arah dada Norman. Pada waktu itu
    Norman tak ingin ditusuk oleh dirinya sendiri. Ia berusaha
    memegangi tangan kanannya dengan tangan kiri, sampaisampai
    ia berguling-guling di lantai. Tetapi, pada satu detik
    tertentu, gunting itu berhasil mengenai perutnya. Jubbb…!
    “Aaaow…!” teriaknya. Rasa sakit membuat ia makin
    mendelik. Tapi beruntung sekali gunting itu tidak masuk
    terlalu dalam, hanya beberapa mili dari ujung gunting.
    Brakkk…! Pintu berhasil didobrak oleh Denny dan Susilo.
    Ketigji orang itu terbelalak tegang melihat Norman berusaha
    menikam tubuhnya dengan gunting. Mereka menyangka
    Norman hendak melakukan bunuh diri, sehingga Denny pun
    berteriak,
    “Jangan gila kau, Norman!”
    “Cegah dia! Dia mau bunuh diri!” seraya berkata begitu
    Yoppi mendorong kedua temannya, dan Susilo serta Denny
    segera berusaha menyergap Norman. Saat itu Norman
    menyadari kehadiran ketiga temannya, tetapi ia tidak bisa
    mengendalikan gerakan tangan kanannya.
    “Pergi! Jangan dekati aku, nanti kalian celaka…!” teriak
    Norman.
    Gunting itu sedang ditahan kuat-kuat, karena hendak
    menusuk ulu hatinya. Norman mengerahkan kekuatannya,
    otot lengannya tampak bertonjolan. Namun, bagi mereka yang
    tidak tahu, Norman disangka sedang ragu-ragu untuk
    menusukkan gunting ke dalam tubuhnya.

    14
    “Lepaskan gunting itu! Lepaskan!” teriak Denny. “Jangan
    picik kau, Norman…!”
    Denny berusaha merebut gunting di tangan kanan Norman,
    tetapi baru saja mendekat, tiba-tiba tangan kanan itu bergerak
    di luar kontrol kesadaran Norman. Gunting itu mengibas cepat
    dan mengenai lengan Denny.
    “Aaaow…!” pekik Denny kesakitan.
    “Menjauh! Kalian menjauh dari aku. Ohw… aku tidak bisa
    mengendalikan tangan ini!” teriak Norman sambil berusaha
    mengekang gerakan tangan kanannya.
    “Sergap dari belakang!” teriak Yoppi dalam kepanikan.
    Maka, Susilo pun berusaha menyergap Norman dari
    belakang. Tetapi, sebelum Susilo berhasil mendekap tubuh
    Norman, tubuh itu berputar terbawa gerakan tangan
    kanannya. Gunting terarah lurus ke depan, sementara tangan
    kiri Norman masih memegangi tangan kanannya untuk
    menahan gerakan misterius itu.
    “Aaaow…! Kau melukaiku, Nor…!” teriak Susilo yang
    berhasil tergores dadanya oleh kibasan gunting tajam itu.
    “Aku tidak bisa menahan gerakan tanganku! Oh…. Tolong!
    Lekas tolong akuuu…!”
    Norman mendelik-delik dengan mengerang mengerahkan
    tenaga untuk menahan diri. Ia jatuh berlutut karena berusaha
    semaksimal mungkin menahan gerakan tangan kanannya yang
    kini kembali mengacungkan gunting ke arah dadanya.
    “Pukul dia biar pingsan!” teriak Yoppi, namun ia sendiri tak
    berani maju setelah melihat Susilo dan Denny berdarah karena
    terkena gunting tersebut.
    “Dia kemasukan setan!” pekik Denny yang berlari ke arah
    pintu.
    “Tolong…! Aaaoh… tolong aku… hiaaah…!” Norman
    berusaha habis-habisan menahan gerakan tangan kanannya.
    Dan, tiba-tiba ia menjerit tertahan, “Aaahg…!”
    “Normaaan…!” teriak Susilo di puncak kepanikan.
    Norman membelalakkan mata dalam keadaan berdiri
    dengan lutut menghadap ke arah ketiga temannya. Tubuhnya

    15
    menjadi kejang sesaat, karena waktu itu gunting telah berhasil
    menghunjam dada, menembus sampai ke bagian pangkalnya,
    tepat mengenai jantungnya. Darah pun menyembur ke manamana.
    Wajahnya yang mendelik dan kaku itu terkena percikan
    darah sendiri hingga tampak mengerikan.
    Denny diam tak bergerak. Shock. Susilo berteriak-teriak tak
    karuan dengan mata berkaca-kaca, tak tega menyaksikan
    keadaan Norman. Sementara itu, Yoppi berlari dengan panik
    menggedor setiap pintu kamar sambil berteriak-teriak
    mengagetkan mereka yang sedang tertidur nyenyak.
    “Norman bunuh diri…! Norman mati bunuh diri…!” seru
    Yoppi dengan suara tak tanggung-tanggung lagi kerasnya.
    Perlahan-lahan tubuh Norman limbung. Tangan kanannya
    masih memegangi gunting yang menikam jantungnya sampai
    ke bagian pangkal. Kemudian, tangan kanan itu mulai
    melemas bersama gerakan limbung tubuh Norman. Lalu, ia
    pun tergeletak di lantai yang banjir karena darah. Matanya
    masih mendelik ketika ia menghembuskan napas terakhir di
    depan Denny. Semakin shock Denny menyaksikan kengerian
    itu, semakin pucat sekujur tubuhnya. Ketika teman-teman satu
    pondokan menghambur ke kamar Norman, Denny jatuh
    terkulai tak sadarkan diri.
    Lalu, menyebarkan berita tentang kematian Norman.
    Semua mulut mengatakan, Norman mati bunuh diri. Hamsad,
    sebagai teman dekat Norman yang pernah tinggal sekamar
    dengan Norman, merasa tak yakin jika Norman sampai bunuh
    diri. Dalam rona kesedihan yang dalam, Hamsad menjelaskan
    kepada mereka,
    “Tiga bulan aku pernah tinggal sekamar dengannya, dan
    aku tahu kekerasan hatinya Norman bukan pemuda cengeng.
    Norman cukup tangguh dalam menghadapi kesulitan apa pun.
    Tak mungkin rasanya jika ia mati bunuh diri.”
    “Tapi, aku melihat sendiri saat ia menikamkan gunting itu
    ke arah dadanya,” kata Yoppi meyakinkan.

    16
    Hamsad menghempaskan napas dukanya. Kemudian, ia
    berkata dengan pelan, “Pasti ada sesuatu yang tak beres pada
    dirinya.”
    Tiga hari setelah jenazah Norman dimakamkan di kota
    asalnya, para penghuni pondokan itu masih ramai
    membicarakan tentang kematian Norman. Salah satu di
    antaranya ada yang berpendapat, Norman melakukan hal itu
    karena ada masalah dengan Arni.
    “Mungkin ia takut menghadapi Arni. Mungkin Arni hamil
    dengannya,” tutur Bahtiar kepada teman-temannya yang
    meriung di depan kamar Yoppi. Saat itu, Hamsad juga ada di
    situ dan menyimak beberapa kemungkinan dari mereka.
    “Aku juga punya praduga begitu,” kata Denny. “Tetapi, aku
    telah menghubungi Arni secara pribadi, dan menanyakan hal
    itu.”
    “Lalu, apa kata Arni?” tanya Yoppi.
    “Dia mengaku belum pernah dijamah Norman. Dan,
    memang kenyataannya mereka baru taraf saling menaksir
    saja. Belum berpacaran mutlak, kan?”
    Yang lainnya manggut-manggut. Mereka memang tahu,
    bahwa Norman sedang naksir Arni, mahasiswi seni tari itu.
    Mereka juga tahu, bahwa Arni sedang mempertimbangkan
    untuk menerima kehadiran Norman. Maka, mereka pun
    sepakat, bahwa praduga tentang kehamilan Arni adalah tidak
    benar.
    Susilo yang sejak kematian Norman menjadi orang bego.
    banyak melamun, sering terbengong-bengong di depan
    kamarnya, kali ini ia mulai ikut bicara.
    “Beberapa menit sebelum almarhum meninggal,” kata
    Susilo. “Ia sempat keluar dari kamar. Waktu itu, aku habis dari
    kamar mandi. Almarhum menanyakan tentang suara
    perempuan.”
    Semua mata tertuju pada Susilo. Bahtiar bertanya pelan
    ketika Susilo mengatur pernapasannya. “Suara perempuan
    bagaimana?”

    17
    “Almarhum Norman mendengar suara perempuan
    memanggil-manggilnya. Dan, mencari keluar kamar, lalu
    berpapasan denganku.”
    “Kau sendiri mendengar suara perempuan itu?” tanya Ade,
    yang kamarnya dekat kamar mandi.
    “Tidak,” jawab Susilo sambil menggeleng. “Aku tidak
    mendengar suara apa-apa. Tetapi, sebelum kudengar suara
    gaduh dari kamar Norman, aku sempat mendengar Norman
    seperti bicara dengan seorang perempuan. Aku mendengar ia
    menyebut namanya.”
    “Kau masih ingat nama yang disebutkan Norman?” tanya
    Yoppi.
    Susilo mengangguk dalam tatapan mata menerawang. Lalu,
    ia berkata pelan, “Kismi…!”
    Hanya Hamsad yang terperanjat ketika itu. Yang lain masih
    tertegun tak mengerti maksudnya. Tetapi, Hamsad yang sejak
    tadi menyimak pembicaraan dan pendapat dari mereka, kali ini
    bagai ada sesuatu yang menusuk punggungnya, hingga ia
    menegakkan badan.
    “Kismi…?!” tanyanya kepada Susilo yang tertegun
    dibungkus duka.
    “Ya, Kismi…! Kupikir…, Norman menyuruh perempuan
    menciumnya. Tetapi, setelah kupikir-pikir, ternyata dia tidak
    menyuruh perempuan menciumnya, melainkan menyebutkan
    nama perempuan itu. Kismi.”
    “Kau yakin begitu?” desak Denny.
    Susilo mengangguk. “Ada rangkaian kata lain ketika ia
    mengatakan Kismi. “Sebentar, Kis…? Itu katanya. Setelah itu,
    ia membuka pintu, dan memanggil nama Kismi, sepertinya
    mencari-cari perempuan itu.”
    “Ah, mungkin kau memang salah anggapan,” ujar Bahtiar
    menyangsikan.
    Hamsad buru-buru menyahut, “Tidak! Sus benar. Norman
    memang pernah bercerita padaku tentang Kismi, perempuan
    yang dikenalnya di sebuah motel.”

    18
    “Ooo… jadi, Norman punya cewek baru yang namanya
    Kismi? Begitu?” ujar Denny.
    Kemudian, Hamsad menceritakan apa yang pernah
    diceritakan Norman kepadanya. Ketika itu, mencuatlah
    praduga baru dari mulut Bahtiar,
    “Kalau begitu, dia punya problem dengan Kismi, sehingga
    ia nekat bunuh diri!”
    Sejenak suasana menjadi hening, karena masing-masing
    menekuni analisa dalam benaknya. Beberapa saat setelah
    keheningan itu mencekam, Denny berkata dengan nada
    sedikit menggeram,
    “Aku akan menemui Kismi! Aku merasa ditantang untuk
    mengejar misteri kematian Norman, karena teman kita yang
    malang itu sempat melukaiku dan menikam dirinya sendiri di
    depanku, di depan kau, dan kau juga Yoppi,” seraya Denny
    menuding Susilo dan Yoppi.
    “Kalau ingin mencari dia, datanglah ke motel itu. Kurasa
    bagian front-office pasti mengenal nama Kismi!” ujar Hamsad.
    “Hostes itu menurut Norman termasuk hostes eksklusif, yang
    mungkin biaya pemakaian semalam sama besarnya dengan
    uang semestermu!”
    Denny merasa berhutang budi kepada Norman, karena dulu
    ketika ia sakit, membutuhkan sumbangan darah, Norman-lah
    yang mendonorkan darahnya secara sukarela. Dan, kali ini,
    Denny ingin melacak penyebab kematian Norman yang
    menurutnya punya keganjilan semu. Denny yakin, pasti ada
    tabir misteri di balik kematian Norman. Barangkali juga ada
    hubungannya dengan perempuan malam yang bernama Kismi.
    Atau setidaknya Denny bisa memperoleh informasi dari Kismi
    tentang benar dan tidaknya pada malam itu Kismi datang ke
    pondokan mereka.
    Uang bukan masalah bagi Denny, karena ia memang
    berlimpah uang. Ayahnya direktur sebuah bank ternama di
    ibukota, dan Denny sendiri punya simpanan di beberapa bank.
    Sebenarnya, ia bisa hidup dari uang simpanannya itu. Tak
    perlu kuliah, ia sudah bisa memperoleh pekerjaan. Tetapi,

    19
    ayahnya punya gengsi tinggi, sehingga anaknya dipaksa harus
    memperoleh gelar sarjana penuh yang kelak akan dikirim ke
    Amerika untuk memperdalam study bidangnya. Kalau saja
    Denny mau, tahun-tahun kemarin ia sudah kuliah di Amerika.
    Tapi, Denny belum punya niat untuk ke sana, karena ia
    merasa malu jika ke Amerika hanya modal ijazah SMA saja. Ia
    harus punya modal khusus sebelum ia meraih gelar doktoral di
    Amerika.
    Denny datang ke motel itu bersama Hamsad, sebab
    Hamsad punya dendam tersendiri atas ke-matian Norman,
    sebagai teman dekatnya yang sudah dianggap saudara
    sendiri. Mereka berdua berlagak menjadi tamu yang ingin
    menyewa dua tempat di motel itu.
    “Hanya tinggal satu kamar, Bung,” kata bagian front-office
    kepada Denny. “Maklum, malam minggu begini, biasanya
    harus bocking dulu sehari atau dua hari sebelumnya.”
    Denny memandang Hamsad, seakan meminta
    pertimbangan. Lalu, Hamsad berkata kepada petugas
    tersebut,
    “Tinggal satu, tapi yang sebelah mana, Bung?”
    “Agak jauh dari pantai. Hm… ini, di kamar Melati.” Petugas
    itu menunjuk pada denah dalam brosur.
    “Bagaimana dengan kamar sampingnya? Motel Seruni ini?”
    Sejenak tak ada jawaban dari petugas tersebut. Denny
    menimpali pembicaraan itu,
    “Apakah Motel Seruni juga sudah di-bocking orang?”
    “Belum. Tapi…,” petugas front-office sedikit ragu. Tapi,
    karena Denny memandangnya dengan kerutan dahi pertanda
    merasa aneh, maka petugas itu pun melanjutkan katakatanya,
    “Kamar itu jarang ada yang mau memakainya.”
    “Kenapa?” desak Hamsad.
    “Tempatnya kurang nyaman. AC-nya sering macet, dan
    saluran airnya kadang tersumbat. Hm… belakangan ini
    memang tidak kami tawarkan kepada tamu, sebab kami belum
    sempat membetulkan beberapa kerusakannya. Tapi, kalau

    20
    Bung mau, bisa saja. Di sana juga ada kipas angin, kalaukalau
    AC tidak berfungsi.”
    “Oke!” jawab Hamsad tanpa meminta persetujuan Denny.
    Tapi, kami perlu teman. Kalau ada… tolong panggilkan yang
    bernama Kismi.”
    “Kismi…?!” petugas itu bingung. “Di sini tidak ada yang
    bernama Kismi. Mungkin Bung salah nama.”
    ***
    Bab 3
    Jawaban petugas dianggap hal yang wajar. Pada umumnya
    mereka saling berlagak tidak mengenal perempuan panggilan,
    tidak menyediakan hostes, tidak menyediakan wanita
    penghibur, dan semua itu hanya kamuflase saja. Den-ny dan
    Hamsad sudah tidak heran lagi. Mereka tetap menempati
    kamar-kamar yang telah dipesan. Kamar-kamar itu merupakan
    sebuah bangunan tersendiri, berbentuk semacam rumahrumah
    penduduk yang satu dengan yang lainnya terpisah.
    Bangunan-bangunan tersebut tidak memakai nomor,
    melainkan memakai nama bunga. Dalam setiap rumah motel,
    terisi beberapa perabot rumah tangga, terdiri dari satu ruang
    tamu, satu ruang tidur berukuran besar, dapur, dan kamar
    mandi.
    “Kau di kamair mana? Melati atau Seruni?” tanya Hamsad
    kepada Denny.
    “Aku di Seruni saja. Tapi, bagaimana dengan Kismi? Kalau
    mereka tidak bisa menyediakan perempuan itu, kita sia-sia
    bermalam di sini!”
    “Bisa kita atur lewat telepon, nanti. Biar aku yang bicara.”
    “Kau sendiri mau pakai dia?” tanya Denny.
    “Pakai dan tidak itu urusan nanti. Tapi, kalau Kismi sudah
    datang, segera kau telepon aku melalui kamarmu. Kita akan
    bicara bertiga, siapa tahu bisa menyimpulkan sesuatu yang
    berguna. Aku sendiri tidak perlu perempuan lain. Aku hanya

    21
    ingin bertemu dengan Kismi, ingin melihat seperti apa
    perempuan itu.”
    Mereka masuk ke motel itu memang sudah malam. Pukul 8
    mereka memesan kamar tersebut. Letaknya berseberangan.
    Masing-masing mempunyai bangku taman di bawah payung
    berwarna-warni.
    Telepon di kamar Denny berbunyi. Hamsad yang
    menghubunginya. Kata Hamsad kepada Denny,
    “Aku sudah paksa petugas itu untuk mengirimkan
    penghibur hangat yang bernama Kismi. Kukirimkan ke
    kamarmu. Den.”
    “Apa katanya, Ham?”
    “Yah… mereka mau usahakan. Tapi, mulanya mereka
    ngotot dan tetap tidak mengaku mempunyai ‘anak buah’ yang
    bernama Kismi. Lalu. kubujuk mereka, kucoba untuk
    mencarinya, dan akhirnya mereka suruh kita menunggu, ha ha
    ha…,” Hamsad tertawa.
    “Agaknya Kismi perempuan yang cukup eksklusif,” kata
    Denny dalam tersenyum. “Mungkin tidak semua orang bisa
    menemui Kismi, Ham. Kurasa tarifnya jauh di atas yang lain.”
    ‘Itu kan bisa diatur,” kata Hamsad dalam nada kelakar.
    Suara debur ombak terdengar, karena memang motel itu
    dibangun di kawasan pantai. Adakalanya hembusan angin kian
    bergemuruh, seakan menyatu dengan deru ombak memecah
    karang.
    Di dalam kamarnya, Denny mulai gelisah. Sudah pukul 11
    malam, tak ada perempuan yang datang. Hamsad sempat
    mendatangi kamar Denny, karena berulangkah ia menelepon
    Denny dan menanyakan perempuan pesanannya, Denny
    selalu menjawab, “Belum datang.” Mungkin karena rasa
    penasaran yang menggelitik, maka Hamsad pun datang ke
    kamar Denny itu. Dan, ia membuktikan sendiri bahwa di
    kamar itu Denny sendirian, tanpa teman wanita yang
    diharapkan.
    “Aku sudah menghubungi resepsionis, dan menurutnya
    Kismi sedang dijemput,” kata Hamsad. “Bersabarlah.”

    22
    “Yang harus bersabar aku atau kamu? Kulihat kau yang
    kelihatan nggak sabar lagi, Ham,” kata Denny seraya tertawa
    pelan.
    Hamsad kembali ke kamarnya: kamar Melati. Rupanya ada
    satu keisengan yang ia lakukan di kamarnya itu. Tak jauh dari
    kamarnya, terdapat kamar motel lain. Kamar Mawar. Di kamar
    itu, agaknya penghuninya tidak menyadari kalau lampu terang
    di dalamnya menampakkan sebentuk bayangan dari luar
    kamar yang gelap. Dari jendela dapur, Hamsad
    memperhatikan ruang tidur yang terang di kamar Mawar itu.
    Karena di sana tampak gerakan-gerakan dua orang yang
    bercumbu dalam bentuk bayangan. Dari kamar Denny,
    bayangan itu tak akan terlihat. Tapi, dari kamar Hamsad
    bayangan dua makhluk bercumbu di atas ranjang itu terlihat
    jelas.
    Denny sendiri asyik menikmati acara TV Malaysia yang
    menyajikan film kesukaannya. Ia tidak begitu menghiraukan
    apakah wanita pesanan itu akan hadir atau tidak. Ia juga tidak
    bertanya-tanya dalam hati: mengapa sampai larut malam
    perempuan itu belum muncul? Yang ada dalam pikiran Denny
    saat itu adalah rangkaian cerita film detektif yang menjadi
    kegemarannya.
    Pukul 12 malam lewat dua menit, tiba-tiba TV menjadi
    buram. Seolah-olah salurannya terputus. Layar TV
    menampakkan bintik-bintik seperti semut sedang kenduri.
    Saat itu, barulah Denny menyadari tujuan semula. Ia
    melirik arlojinya dan mendesah. TV dimatikan, ia berbaring
    sambil mulai menerawang pada masa-masa kematian Nomian.
    Bayangan tubuh Norman yang bermandikan darah
    terpampang kembali dalam benaknya. Bergidik badan Denny
    mengingat kengerian itu. Meletup emosinya, ingin mengetahui
    penyebab kematian Norman.
    Debur ombak terdengar samar-samar di sela siulan angin
    pantai. Kali ini, hembusan angin itu terasa cukup aneh. Denny
    sesekali berkerut dahi, karena suara angin yang berhembus itu
    menyerupai lolong serigala menelan malam. Hati Denny

    23
    menjadi gelisah, ada debaran-debaran aneh yang ia rasakan
    ganjil. Tanpa ada sesuatu ia bisa mengalami debaran, dan ini
    adalah hal yang aneh baginya. “Ada apa?” batinnya pun
    bertanya demikian.
    Gagang telepon diangkat. Denny bermaksud menghubungi
    Hamsad, karena makin lama ia merasa semakin merinding dan
    berperasaan resah. Namun, baru saja ia hendak menekan
    nomor telepon kamar Melati, tahu-tahu terdengar suara
    ketukan pintu yang lembut.
    Denny berhenti spontan dari segala geraknya, ia ingin
    menyimak suara ketukan pintu itu. Ternyata, untuk kedua
    kalinya pintu itu terdengar lagi diketuk. Lembut. Sopan. Pasti
    bukan Hamsad, pikir Denny.
    Ia bergegas turun dari ranjang berkasur empuk dan
    berseprei halus lembut. Ia merapikan rambutnya sesaat,
    kemudian segera membukakan pintu.
    “Selamat malam,” sapa seorang perempuan yang memiliki
    sepasang mata indah dan bibir yang sensual.
    “Malam…,” jawab Denny sambil merasakan debar-debar di
    dadanya. Ia sedikit gugup, karena baru kali ini ia melihat
    perempuan cantik yang memiliki nilai kecantikan luar biasa.
    Sungguh mengagumkan dan menggairahkan.
    “Anda yang bernama Kismi?”
    “Benar. Anda yang membutuhkan saya, bukan?” kata Kismi
    dengan suara serak-serak manja. Lalu, ia melontarkan tawa
    yang pelan namun memanjang.
    “Kupikir kau tak akan datang. Kupikir malam ini kau ada
    kencan dengan boss lain,” kata Denny memancing diplomasi.
    “Tidak semua orang bisa kencan denganku. O, ya… siapa
    namamu?”
    “Denny.”
    Kismi tertawa lagi. Pelan dan pendek. Denny berkerut dahi
    sedikit dan bertanya, “Kenapa tertawa?”
    “Namamu seperti nama bekas cowokku yang dulu. Tapi,
    wajahnya jauh lebih tampan wajahmu dan aku yakin hatinya

    24
    lebih lembut darimu,” kata Kismi seraya meletakkan tas kecil
    yang tadi tergantung di pundaknya.
    “Kau mau minum apa? Bir?” tanya Denny seraya membuka
    kulkas yang telah penuh dengan-minuman dan buah-buahan.
    “Aku biasa air putih, yang lainnya tidak,” kata Kismi.
    Kemudian, Denny mengambilkan air putih untuk Kismi.
    Malam melantarkan keheningan yang romantis. Tetapi, bagi
    Denny, malam itu bagai malam yang penuh teka-teki indah.
    Malam itu terasa menghadirkan sesuatu yang meresahkan dan
    membuatnya merinding, tetapi penuh dengan buaian mesra
    dari sang sepi. Tak henti-hentinya Denny menatap Kismi yang
    memang mempunyai nilai kecantikan dan lekuk tubuh
    sintalnya yang eksklusif. Ia mirip seorang ratu. Hadir dengan
    mengenakan gaun longdres putih berenda-renda pada bagian
    perut dan lehernya. Bau parfumnya sangat halus dan lembut.
    Enak dihirup beberapa saat lamanya. Rambutnya yang
    disanggul, sehingga tampak lehernya yang jenjang itu berkulit
    kuning langsat, bagai menantang untuk dikecup. Bibirnya yang
    sensual itu pun sesekali membuat hati Denny deg-degan
    karena menahan gejolak nalurinya yang masih ingin
    dikendalikan.
    Longdres putih itu terbuat dari bahan semacam sutra tipis,
    sehingga begitu membayang jelas lekuk tubuhnya yang sexy
    di balik gaun itu. Berulangkah Denny menelan air liurnya
    sendiri. Ia lebih suka bungkam sambil menikmati kecantikan
    yang luar biasa itu ketimbang harus bicara panjang lebar.
    “Mengapa diam saja?” tegur Kismi yang sudah duduk di
    pembaringan, sementara Denny duduk di meubel dekat
    ranjang, menatap Kismi tak berkedip. “Untuk apa kau kemari
    kalau hanya memandangiku? Kau rugi waktu lho.”
    “Jadi…. Jadi apa yang harus kuperbuat, menurutmu?”
    Denny masih sedikit kikuk dan menggeragap karena ia bagai
    dibuai oleh keindahan yang tiada duanya.
    “Apa perlumu kemari?” tanya Kismi. Denny jadi bingung
    menjawabnya. Sepertinya ada suatu kekuatan magis yang
    membuat Denny lupa segala-galanya dan hanya memikirkan

    25
    keagungan seraut wajah cantik yang siap menyerahkan diri
    padanya.
    “Kau baru pertamakan kemari, bukan?” Kismi mendekat
    sambil menyentil hidung Denny. Pemuda berwajah halus dan
    bersih itu hanya mengangguk. Kismi menyambung lagi,
    “Kau bisa penasaran dan ketagihan lho kalau bermalam di
    sini bersamaku.”
    “Apakah banyak yang… yang seperti itu? ‘Hem…
    maksudku, apakah banyak yang ketagihan padamu?”
    Kismi mengangguk, lalu berkata, “Tapi tidak semua
    kulayani. Aku pilih-pilih jika harus mengulang kemesraan
    dengan mereka. Memang ada yang kulayani lagi, tetapi hanya
    satu-dua.”
    “Termasuk aku?”
    “Mana aku tahu. Kita belum saling menukar kenikmatan,
    bukan?”
    “Kau ingin tahu kehebatanku?” tantang Denny sok berani,
    walau sesekali ini mengusap lengannya karena merinding.
    “Apa kau lelaki yang hebat?” Kismi tak kalah
    menantangnya.
    “Kau ingin buktikan?”
    “Tentu. Hanya pada lelaki yang hebat bercinta aku akan
    tunduk kepadanya. Kalau kau berhasil menundukkan aku,
    maka kau akan hidup berlimpah kemegahan dan
    kebahagiaan.”
    “Kenapa kau berkata begitu? Apakah kau sedang memburu
    pasangan yang sesuai dengan idamanmu?”
    “Tidak terlalu memburu, tapi kalau memang ada yang bisa
    berkenan di hatiku, barangkali dialah yang kupilih untuk
    selamanya…,” kata Kismi sambil merayapkan jari telunjuknya
    ke dagu Denny, kemudian merayap ke bibir Denny, dan Denny
    menyambutnya dengan ujung lidahnya.
    “Oh…,” Kismi mendesah dengan mata mulai membeliak
    sayu. Denny tergugah, dan semakin terbakar naluri
    kejantanannya. Ia mulai memberanikan diri meraba pipi Kismi

    26
    sementara bibir dan lidahnya sibuk menghisap-hisap jarijemari
    Kismi yang sengaja bermain di mulut Denny-
    Tangan Kismi yang kiri berusaha melepas tali gaun yang
    terikat di pundak kanan-kirinya. Simpul tali itu hanya
    ditariknya satu kali, lalu gaun terlepas sebelah. Yang satu
    ditariknya kembali simpul talinya, dan kini gaun lembut itu
    terlepas dari tubuh Kismi. Ia ternyata tidak mengenakan bra di
    balik gaun. Hanya sebentang kepolosan yang halus mulus
    yang ada di balik gaun. Dan kepolosan itu sangat
    menghentak-hentakkan jantung Denny karena kepadatan
    dadanya yang menonjol dalam keindahan yang ideal. Padat,
    besar dan menantang.
    Denny merayapkan tangannya ke leher, terus ke bawah.
    Kepala Kismi terdongak ke atas sambil mendesiskan erangan
    serak-serak manja. Matanya membeliak sayu. Ia masih
    berlutut di hadapan Denny yang duduk di kursi empuk itu.
    Tangan kiri Kismi segera melepas sanggulnya dengan gerakan
    tangan gemulai, maka tergerailah rambut hitam yang punya
    kelembutan bagai benang-benang sutra. Rambut itu ternyata
    sepanjang punggung dan berbentuk lurus tanpa I gelombang.
    Gerakan kepalanya yang mendongak makin ke belakang
    seakan memberi kesempatan Denny untuk mengecup
    lehernya. Denny tak sabar, kemudian ia melepaskan tangan
    kanan Kismi yang masih bermain di mulutnya. Kini bibir dan
    mulut Denny mulai merapat ke leher Kismi, membuat suatu
    kecupan kecil yang membuat Kismi semakin mengerang
    panjang.
    “Ouuuh…! Dennyyy…!”
    Ucapan kata dalam bentuk desah serak memanja itu begitu
    mempengaruhi jiwa Denny. Ia makin dibuai oleh suara yang
    memancing api birahi itu. Denny pun akhirnya memburu tanpa
    bisa menahan diri. Tak ada niat untuk menunda sedikit pun.
    Tak ada hasrat untuk berucap kata apa pun. Denny telah
    mabuk dan lupa segala-galanya.
    Sementara itu, tangan Kismi pun tak mau tinggal diam. Ia
    pandai menyusupkan jemarinya ke lekuk-lekuk tubuh yang

    27
    peka dari seorang lelaki. Ia memang jago. Hebat. Ia memang
    berpengalaman, jauh di atas segala pengalaman Denny.
    “Ooouh… kau terbakar, Sayang…,” bisik Kismi sambil
    menggeliat, bergerak maju bagai menerkam Denny. Pada
    waktu itu, tangan Kismi sudah berhasil melepas kancing baju
    Denny. Bahkan bagian atas tubuh Denny itu sudah tidak
    dibalut selembar benang pun. Denny tidak menyadari keadaan
    dirinya yang sudah demikian. Bahkan ia tidak tahu kalau
    celananya telah terlempar di lantai tak jauh dari kursi empuk
    itu.

    Cerita Sex Misteri Gadis Tengah Malam

    Cerita Sex Misteri Gadis Tengah Malam

    Satu hal yang disadari Denny adalah keadaan Kismi yang
    polos itu. Keadaan yang terbuka tanpa penghalang seujung
    rambut pun itu kini berada di sandaran kursi. Entah
    bagaimana caranya, Denny tak sadar, tahu-tahu Kismi duduk
    pada bagian atas dari sandaran punggung kursi. Ia duduk
    bagai seorang ratu yang siap memerintah dari singgasananya.
    Kismi mengerang tiada putus-putusnya sambil meremasremas
    kepala Denny yang ada di bawah tempat duduknya. Ia
    biarkan kedua pahanya tersentuh lengan dan ujung pundak
    Denny, karena pada saat itu ia merasakan satu sentuhan
    mesra yang nikmat dan sesekali membuat ia makin kuat
    meremas rambut-rambut di kepala Denny.
    Pekikan-pekikannya menandakan ia telah dikuasai oleh
    gairah birahi yang sesekali mengejutkan dirinya. Dan, tiap
    kejutan, ia memekik keras sambil mengejangkan otot. Denny
    bagai dipaksa tetap mencumbu di sela kepekaannya yang
    utama, dan agaknya itu sangat memabukkan dirinya. Pekikan
    dan erangannya kini makin berubah seperti tangis. Bukan
    tangis kesakitan, melainkan tangis kebahagiaan yang sering
    membuatnya gemas dan geregetan.
    Tak sabar Denny menghadapi kegemasan Kismi, karena ia
    sendiri ingin memperoleh masa-masa kegemasan yang
    melambung jiwanya. Maka, segera Denny mengangkat tubuh
    mulus berkeringat harum itu sambil mulutnya tetap merapat di
    bibir Kismi. Tubuh mulus yang mendebarkan hati itu
    diletakkan di atas ranjang, sehingga terlihat perempuan itu

    28
    lebih leluasa bergerak menggeliat, dan Denny sendiri lebih
    bebas menikmatinya.
    Deburan ombak di pantai terdengar bergemuruh bercampur
    deru angin. Gemuruhnya ombak itu, masih belum sebanding
    dengan gemuruhnya darah Denny yang dibuai kehangatan
    cinta Kismi. Perempuan itu lebih galak dari singa, dan lebih
    buas dari beruang. Tak segan-segan ia menjadi juru mudi
    dalam ‘pelayaran’ itu. Tak ada lelahnya ia menghantar Denny
    ke puncak kebahagiaan yang diharapkan setiap lelaki. Bahkan,
    Denny sempat memekik keras dalam suara tertahan ketika
    Kismi sengaja memancing Denny untuk berlayar lagi. dan
    berlayar terus. Puncak-puncak kebahagiaan Denny telah
    dicapai beberapa kali, tetapi Kismi masih ingin memacu diri
    untuk makin menggila, meremat-re-mat tubuh Denny, mencari
    puncaknya sendiri.
    “Aku lelah, Kismi… oh… berhentilah…!” Denny terengahengah
    dengan bermandikan keringat. Tetapi, Kismi tak mau
    berhenti. Masih saja ia mengerang, mengeluh, mendesah dan
    mendesis di sela setiap gerakannya yang luar biasa hebatnya.
    “Kismi… oh… kita istirahat dulu. Sayang! Aku capek…!”
    Kismi bahkan mengerang berkepanjangan sambil terus
    bergerak seirama dengan kemauan hatinya. Denny hanya
    terengah-engah dan sudah mengalami kesulitan menuju
    ketinggian puncak asmaranya. Akhirnya ia biarkan Kismi
    berlaga seorang diri. Ia biarkan Kismi berbuat apa maunya,
    dan Kismi pun merasa diberi kesempatan. Ia jadi lebih
    menggebu lagi.
    Denny mulai merasa pusing. Matanya berkunang-kunang.
    Napasnya sesak, dan perutnya terasa mual. Namun demikian,
    Kismi masih tetap mendayung sampannya menuju samudera
    kebahagiaan, sehingga mau tak mau Denny pun memekik lagi
    karena tiba di puncak khayalan mesranya. Dalam hati, Denny
    hanya bertanya-tanya dengan lemas, kapan ‘pelayaran’ itu
    akan usai? Haruskah ia menolak dengan kasar, atau
    membiarkan ia jatuh pingsan ditimpa sejuta kenikmatan?
    ***

    29
    Bab 4
    Hamsad menggeragap ketika menyadari dirinya tertidur di
    kursi dapur. Ternyata saat itu matahari telah memancarkan
    sinar paginya yang menghangat di ruang dapur.
    “Astaga…?! Sudah pagi?!” Hamsad segera bergegas ke
    meja di kamar tidur, ia mengambil arlojinya di sana.
    “Busyet! Pukul 7 kurang 10 menit? Apa-apa-an ini?
    Bagaimana dengan Denny?!’
    Tanpa cuci muka. tanpa menyisir rambutnya, Hamsad
    langsung keluar dari kamarnya, menyeberang jalan kecil, dan
    segera mengetuk pintu kamar Denny,
    Beberapa kali pintu kamar itu diketuknya, tapi tidak ada
    jawaban. “Ada apa Denny? Kenapa tidak segera membukakan
    pintu? Apakah ia tertidur seperti aku? Ah.seharusnya tadi
    kutelepon saja dari kamar. Pasti ia terbangun, karena meja
    telepon dekat sekali dengan ranjang.”
    Baru saja Hamsad ingin kembali ke kamarnya untuk
    menelepon Denny. Tiba-tiba pintu kamar itu terdengar dibuka
    seseorang dari dalam. Denny muncul dengan mata menyipit
    dan ta-ngan melintang ke atas, ia menahan sorot matahari
    yang mengenai matanya.
    “Brengsek lu” gerutu Denny sambil bersugut-sungut. Ia
    masuk, membiarkan Hamsad terbengong. Kemudian Hamsad
    juga turut masuk dan mengikuti Denny. Denny
    menelentangkan tubuhnya di ranjang empuk dengan satu
    hempasan yang lemas.
    “Ya, Tuhan…! Mengapa kamu menjadi seperti mayat
    begini. Denny?” Hamsad memandang Denny tak berkedip,
    sedikit tegang. Denny meraih guling dan mendesah.
    “Kamar ini menjadi bau sperma! Brengsek’ Apa yang telah
    kau lakukan semalam. Denny? hei, ? apakah Kismi datang
    kemari?!”
    “Hem…” Denny hanya menggumam, membenarkan dugaan
    Hamsad

    30
    “Oh, dia benar-benar datang? Dan .. dan… kau bercinta
    dengannya?”
    ‘Semalam suntuk!” kata Denny seenaknya dengan mata
    menyipit sayu bagai masih mengantuk.
    “Kenapa kau tak menghubungi aku?!” protes Hamsad
    merasa dongkol.
    ”Tak sempat!”
    “Ah, kau konyol! Aku nggak suka dengan kekonyolan model
    begitu. Den! Kita kemari bukan mencari kenikmatan sepihak!
    Kita kemari untuk…!”
    ’Tidak sempat!” bentak Denny yang merasa dongkol juga
    Hamsad tidak melanjutkan omelannya, takut terjadi
    perselisihan tak sehat, la diam. Memandang keadilan
    sekeliling. Ia menggeleng-gelengkan kepala, merasa heran
    melihat ranjang berserakan, sprei dan selimut tebal seperti
    habis dipakai bertanding adu banteng. Kaos Denny masih
    tergeletak di lantai, dekat kursi empuk itu bersama celananya.
    Hanya celana dalam Denny yang kala itu dikenakan
    Sementara kasur yang acak-acakan itu terlihat banyak noda
    kelembapan yang mengeluarkan bau jorok. Hamsad terpaksa
    menyingkir, tak tahan menghadapi suasana seperti itu.
    Sebelum ia kembali ke kamarnya, ia mengingatkan Denny,
    ‘Kita check out pukul 12 siang ini lho! Jangan lebih’
    Denny hanya menggumam sambil tetap memejamkan
    mata, dan Hamsad pun segera meninggalkan kamar lembap
    ini. Dalam hatinya ia menggerutu dan menyesal setengah
    mati, karena ia tidak berhasil bertemu dengan perempuan
    yang bernama Kismi. Untuk menghalau kedongkolannya itu.
    Hamsad menetralisir diri dengan berkata dalam hati, “Ah. tapi
    Denny kan sudah bertemu dengan Kismi ini. Pasti Denny
    sudah bisa mengorek beberapa rahasia dari Kismi tentang
    Almarhum Norman Tak apalah! Yang penting Denny bisa
    menyimpulkan semua keterangan dari Kismi tentang Norman,”
    Pukul 10. menjelang pagi berakhir, Denny masih tertidur.
    Hamsad menyempatkan diri berjalan ke pantai. Sambil

    31
    melangkah menikmati pemandangan indah dan cuaca cerah.
    Hamsad bertanya-tanya dalam hati.
    “Tapi, mengapa wajah Denny begitu pucat. Persis dengan
    wajah sesosok mayat, la kelihatan lemas dan layu sekali.
    Apakah benar ia telah bercinta dengan Kismi semalaman
    suntuk? Separah itukah ia?”
    Pasir pantai yang putih dan lembut disusurinya. Banyak
    sepasang sejoli yang melangkah sambil bergandengan tangan
    banyak pasangan yang beda usia sangat menyolok. dan sudah
    tentu mereka bukan suami-istri Oom-oom sedang monikmati
    masa santainya bersama daun muda. Ataupun ‘daun muda’
    yang berhasil menggaet oom-oom untuk diperas dompetnya?
    Terkadang Hamsad merasa iri melihat mereka. Yang tua. bisa
    mendapatkan pasangan muda belia dan cantik. Yang beruban
    dan berwajah peot saja bisa memeluk gadis cantik
    menggiurkan, mengapa ia tidak bisa seperti mereka?
    Mungkinkah karena faktor ekonomi yang tidak sepadan
    dengan opa-opa pecandu daun muda itu?
    Dalam masa-masa merenungi kenyataan itu.
    Hamsad teringat kata-kata Almarhum Norman saat ia
    menceritakan tentang kehebatan Kismi.
    “Ia tidak pantas dipajang sebagai wanita penghibur. Kismi
    sungguh anggun. Mirip seorang ratu di zaman Romawi Kuno.
    Hidungnya mancung dan matanya bening, mempunyai
    ketajaman yang berwibawa, tapi enak dipandang. Kalau kau
    berjalan dengan Kismi menyusuri pantai, maka orang-orang
    yang saling mendekap pasangannya itu akan melepaskan
    pelukan mereka, dan mata oom-oom yang ada di sana pasti
    terarah kepada Kismi tanpa berkedip. Kismi mempunyai daya
    magnitisme yang membuat lelaki bisa lupa daratan maupun
    lautan…!”
    Hamsad tertawa sendiri teringat kata-kata Norman.
    Barangkali di pantai inilah yang dimaksud Norman. Di pantai
    itulah seharusnyu Hamsad menggandeng Kismi. agar semua
    mata lelaki akan membelalak ke arah Kismi, dan semua
    pelukan lelaki akan terlepas dari pasangannya. Jika benar

    32
    begitu, oh… alangkah istimewanya wanita yang bernama
    Kismi itu? Pantas rupanya jika petugas motel merahasiakan
    tentang Kismi, dan tidak sembaningau memberikan Kismi
    kepada tamunya. Rupanya Kismi adalah maskot bagi motel
    itu. Kismi adalah sang Primadona yang tidak sembarang lelaki
    boleh menyentuhnya. Mengenai harga keringatnya, sudah
    tentu jauh di atas harga wanita-wanita penghibur yang lain.
    Hamsad digelitik oleh rasa penasaran tentang Kismi. Ia
    bergegas kembali ke kamarnya dan membangunkan Denny
    lewat telepon, karena jam sudah menunjuk pukul 11 siang.
    Tetapi, sebelumnya ia sempat berpapasan dengan seorang
    lelaki separuh baya yang berkumis dan berbadan gemuk, tapi
    bukan gendut.
    “Pak Hasan!” sapa Hamsad. Lelaki itu berpaling ke arah
    Hamsad, lalu tersenyum kaget. Pak Hasan segera melepaskan
    tangannya yang sejak tadi menggandeng wanita bertubuh
    langsing yang berusia sebaya dengan Hamsad.
    “Hei. kau di sini juga. Ham?!” Pak Hasan segera berjabat
    tangan dengan Hamsad.
    “Biasa, Pak. Refresing…!” Hamsad tertawa seirama dengan
    tawa Pak Hasan.
    “Bersama siapa kau di sini. Ham? Maksudku, bukan teman
    cewek, tapi teman lelakimu, Hem… o. ya kau tentu bersama
    Norman, bukan?”
    Hamsad sedikit kikuk untuk menjawab, namun akhirnya ia
    berkata. “Apakah Pak Hasan belum mendengar kabar tentang
    Norman?”
    Lelaki separuh baya yang masih digelayuti perempuan
    muda itu berkerut dahi. mulai curiga.
    ”Ada apa dengan Norman? Aku baru saja kemarin sore
    pulang dari Bandung.”
    “Astaga,..! Kalau begitu, mungkin Pak Hasan belum
    mendengar kabar terakhir tentang Norman”
    “Maksudmu?”
    “Norman… hm… dia telah meninggal. Pak.”

    33
    “Hah…?!” Pak Hasan nyaris terpekik keras. matanya
    mendelik. Mulutnya ternganga kaku sejenak.
    “Dia… dia melakukan kebodohan. Pak.” tambah Hamsad
    dengan nada sendu.
    “Kebodohan?” ‘
    Ya. Dia… bunuh diri!’
    “Astaga…?” makin mendelik lagi Pak Hasan mendengar
    kata-kata itu. Wajahnya tampak tegang dan menjadi pias.
    “Apa masalahnya? Ada apa sih?! Mengapa dia sampai
    melakukan hal itu?r
    Secara singkat Hamsad menceritakan saat-saat Norman
    menikam dirinya dengan gunting dan tepat mengenai
    jantungnya. Keceriaan Pak Hasan kala itu benar-benar
    terganggu dan boleh dikatakan hilang seluruhnya, la menjadi
    murung, duduk di bangku plesteran dari batu berlapis traso. Ia
    kelihatan sedih .sekali.
    “Norman….” gumamnya. “Ah. gila! Padahal dia satusatunya
    penulis andalanku yang baru saja kemarin malam
    kuusulkan oleh perusahaan yang baru untuk mengontrak
    Norman dalam penerbitan tahun ini. Tapi… ah. gila! N’orman
    itu gila apa waras sih? Mengapa ia sampai berani berbuat
    nekat begitu?”
    “Teman-teman satu pondokan tak ada yang mengetahui
    alasan Normali secara pasti, Pak.” kata Hamsad. “Tapi, ada
    tiga orang yang melihat persis saat Norman melakukan
    tindakan nekatnya itu. Dua temannya terluka ketika hendak
    menghalangi tindakan picik itu.”
    Wanita cantik yang duduk di samping Pak Hasan itu ikut
    menampakkan wajah sendu, seakan turut berdukacita atas
    kematian Norman, walau sebenarnya ia sendiri tidak tahu.
    siapa Norman. Dan, setelah menghela napas beberapa kali
    dalam kebungkamannya. Pak Hasan berkata kepada Hamsad.
    “Ham, aku tahu kau teman dekat Nornian. Aku ingin bicara
    denganmu, tapi tidak di sini! Datanglah ke rumahku, atau…
    jangan. Jangan ke rumah, nanti terganggu urusan lain. Hem…
    besok sore, teleponlah aku. Atau kapan saja setempatmu.

    34
    Telepon aku, dan kita tentukan di mana kita harus bertemu
    untuk membicarakan tentang Norman.”
    “Baik. Saya setuju. Pak.”
    “Ah. sial! Mengapa aku harus kehilangan dia?!” gumam Pak
    Hasan yang tampak menyesal sekali atas kematian Norman
    itu.
    Tak enak jika terlalu lama mengganggu Pak Hasan.
    Hamsad pun segera memisahkan diri. Pukul 11 lebih 20 menit,
    ia segera ke kamar Denny. takut Denny berlarut-larut dalam
    tidurnya.
    “Hei, minggat ke mana kau?!” sapa Denny yang rupanya
    justru sedang menengok keadaan di kamar Hamsad.
    “Aku baru saja memesan makanan,” kata Hamsad sambil
    duduk di kursi teras yang terbuat dari rotan.
    Hamsad tidak bicara untuk beberapa saat, karena ia masih
    terheran-heran melihat kepucatan wajah Denny.
    “Kenapa memandangku begitu? Apa aku mirip setan?!”
    “Persis sekali.” jawab Hamsad. “Kau bukan mirip, tapi
    persis setan! Pucat pasi. seperti kertas HVS ukuran kuarto!’
    Hamsad geleng-geleng kepala. Denny hanya nyengir berkesan
    tersipu.
    “Kita tidak buru-buru pulang, kan?” tanya Denny
    mengalihkan perhatian.
    “Tinggal satu setengah jam lagi kita punya ketempatan di
    sini.”
    “Ah, pulang besok saja,’ kala Denny. dan ia bergegas
    masuk ke kamar Hamsad. Begitu keluar sudah membawa dua
    kaleng Green Sands.
    ‘Kau mau pulang besok?” Hamsad sangsi.
    Denny hanya tersenyum-senyum. “Aku ada janji dengan
    Kismi untuk bertemu nanti malam.”
    “Ah, kau gila!” ketus Hamsad sambil membuka kaleng
    Green Sands.
    “Untung bukan kau yang bertemu dengan Kismi. Kalau kau
    bertemu dengan Kismi. maka kau yang akan menjadi gila!”

    35
    Denny tertawa. Wajahnya yang tampak sayu seperti
    dipaksakan untuk ceria.
    “Almarhum Norman pernah bilang begitu padaku.” kata
    Hamsad. “Katanya, aku akan tergila-gila jika bertemu dengan
    Kismi, apalagi sampai bergumul dengan wanita itu, pasti kesan
    itu menjadi sebuah kenangan yang tak terlupakan seumur
    hidupku.”
    “Benar! Kata-kata Norman itu memang benar! Kismi wanita
    istimewa yang mempunyai kehebatan luar biasa. Daya
    tariknya mampu melumpuhkan lututmu, Ham! Wah, aku
    hampir pingsan menikmati kebahagiaan dengannya. Dia
    pandai. Pandai dalam segala hal! Dia akan membuatmu lemas
    lunglai dan tak bisa bergerak lagi oleh cumbuan dan gairah
    birahinya yang berkobar-kobar Gairahnya itu seakan lak bisa
    dipadamkan dalam waktu sekejap. Perlu proses yang cukup
    panjang untuk menurunkan temperatur nafsunya. Sungguh
    melebihi kuda betina yang kokoh dan tangguh.”
    Terbayang dalam khayalan Hamsad. seperti apa
    sebenarnya keadaan Kismi itu. Ia meraba dalam bayangan
    dan akhirnya menciptakan debar-debar penasaran yang
    mengganggu ketenangannya. Denny terus bercerita tentang
    kehebatan Kismi. tentang kecantikan Kismi, dan tentang kesan
    indah yang ia peroleh dari Kismi. Lalu, meluncurlah
    pertanyaan dari mulut Hamsad yang bersifat usil.
    “Berapa banyak ia memeras uangmu untuk semalam
    suntuk Itu?”
    “Tidak sepeser pun!”
    “Ah…!” Hamsad mendesah, pertanda tak percaya.
    “Sungguh, Ham! Dia tidak minta sepeser pun uang duriku!”
    “Betul? Atau. barangkali menyuruhmu membayar di kasir»”
    “Kamu pikir dia dagangan di supermarket?” Denny tertawa
    lepas.
    Hamsad termenung heran.
    “Kok aneh?! Dia tidak minta bayaran? Lalu…? lalu untuk
    apa dia datang?!”

    36
    “Yah… mungkin dia seorang perempuan yang butuh
    hiburan juga,’ kata Denny. “Yang jelas, ketika pukul 4 pagi
    lewat sedikit, ia segera berbenah diri. kemudian mencium
    keningku dan berbisik agar aku kembali lagi pada malam
    berikutnya. Ia akan datang dan tak perlu memikirkan tarif apa
    pun. Dia tersinggung kalau aku bertanya tentang tarif
    cintanya. Dia merasa tidak menjual cinta kepada siapa pun. Ia
    hanya akan datang jika aku pun datang di tempat yang
    sama.”
    Terlintas kejanggalan yang menggelisahkan hati Hamsad
    saat itu. Rasa penasarannya semakin menggebu, dan hasrat
    untuk membuktikan Semua kata-kata Denny itu ditekan kuat.
    disambunyikan rapat-rapat.
    “Jadi kau ingin bermalam lagi?” tanya Hamsad dalam
    kebimbangan.
    “Ya. Kau… kau bisa datang ke kamarku. Kali ini. akan
    kusempatkan untuk meneleponmu jika dia datang. Tapi.
    ingat… aku tidak mau kau mengganggu kemesraan kami’
    Awas lu kalau konyol!”
    ‘Tidak. Aku tidak akan bermalam lagi di sini.”
    “Alaaah… begitu saja sewot!” ledek Denny.
    “Bukan sewot. Kau ingat, nanti malam adalah hari
    perkawinan dosen Biologi kita. Bu Anis.”
    “Astaga! Benar! Aku hampir lupa!”
    ‘Aku harus datang dalam pesta perkawinan itu. Semua
    teman kurasa juga datang, karena Bu Anis adalah satusatunya
    dosen yang paling akrab di hati para mahasiswanya.”
    Denny mauggul-manggut. lalu kelihatan bingung, la
    berkata, “Ya.ya…, Bu Anis nanti malam melangsungkan
    pernikahan. Dan, wah… repot kalau begini, Ham. Kalau aku
    tidak datang, itu sangat keterlaluan. Sebab, Bu Anis itu anak
    dari kakaknya ibuku- Kepada Bu Anis dulu ibuku menitipkan
    aku agar kuliah di kota ini. Dan. kurasa keluargaku pasti
    datang semua. Malulah aku kalau tidak nongol dalam
    perkawinan Bu Anis.”
    ‘Jadi, bagaimana dengan janjimu dengan Kismi?”

    37
    Denny diam sampai beberapa saat lamanya, la dalam
    kebimbangan yang benar-benar menjengkelkan. Setelah
    beberapa saat kemudian akhirnya ia memutuskan agar segera
    pulang saja. Urusan Kismi akan ditunda sampai malam
    berikutnya. Denny menitipkan pesan tulisan kepada bagian
    resepsionis. Pesan itu untuk Kismi yang berisi penundaan
    waktu berkencannya. Maka. siang itu juga mereka check-out
    dari motel tersebut. Denny langsung ke rumah Bu Anis untuk
    membantu persiapan malam perkawinan nanti, sedangkan
    Hamsad kembali ke rumahnya dengan sejumlah pertanyaan
    batin yang menggelisahkan hatinya.
    “Ada sesuatu yang ganjil dari cerita Norman dengan cerita
    Denny. Tapi, di mana letak keganjilan itu. aku belum
    menemukan.” pikir Hamsad ketika sore itu bergegas ke
    pondokan Denny dalam keadaan siap berangkat ke pesta
    perkawinan Bu Anis.
    Di pondokan. Hamsad yakin, banyak mahasiswa yang akan
    datang ke perkawinan Bu Anis, karena di situ banyak teman
    satu kampus dengannya, di antaranya Bahtiar, Ade. dan
    Yoppi. Mulanya Hamsad ingin menghampiri Sonita, cewek
    kampus yang pernah pergi ke pesta ulang tahun salah seorang
    teman bersama Hamsad. Tetapi, Hamsad ragu. sebab Sonita
    belakangan ini kelihatan mengakrabkan diri dengan Bob, dan
    kehadiran Hamsad bisa jadi menimbulkan perkara di antara
    mereka. Karena itu Hamsad lebih setuju untuk pergi bersamasama
    anak-anak pondokan saja. Mungkin lebih seru ketimbang
    harus membawa cewek yang penuh resiko itu.
    “Denny baru saja pergi lagi, Ham.’ kata Ade.
    “Ke mana dia?!”
    “Menjemput Kismi.”
    “Hah…?!” Hamsad terbalalak kaget memandang Yoppi yang
    menjawab pertanyaan tadi. “Dengan siapa ia menjemput
    Kismi?”
    “Tigor. Dia paling bernafsu mendengar cerita Denny
    tentang Kismi. Luar biasa menurutku juga”

    38
    Ada rona ketegangan yang tahu-tahu muncul di wajah
    Hamsad. la memandang Yoppi. Ade dan Bahtiar. Satu persatu
    wajah itu dipandanginya. Kemudian, ia bertanya dengan suara
    pelan, sepertinya tidak ditujukan pada mereka.
    “Jadi… kalian sudah tahu cerita tentang Kismi?”
    Ade tertawa sinis dalam gaya kelakar, *Kau pikir cuma kau
    saja yang boleh mendengar cerita menggairahkan itu? Kami
    juga berhak mendengarnya dong!”
    Bahtiar menimpali, “Kami juga berhak inengkhayalkannya
    dong. Betul, nggak?!” Dan, Ade serta Yoppi menjawab
    serempak. “Betuuul…!”
    Setelah diam sesaat. Hamsad berkala, “Tiba-tiba aku
    mencemaskan Denny?” Hamsad tampak resah.
    “Cemas? Kenapa harus cemas?”
    ‘Entahlah. Perasaan cemas itu juga timbul sebelum malam
    Kematian Norman. Ah, mau ada apa, ya?” gumam Hamsad.
    ***
    Bab 5
    Dengan mengendarai mobil Jeep milik Tigor, Denny
    bernafsu sekali utiluk membawa Kismi pada pesta perkawinan
    Bu Anis. Ia ingin memamerkan Kismi.kepada keluarganya yang
    malam itu berkumpul di gedung, tempat pesta perkawinan itu
    berlangsung. Sedangkan Tigor, adalah salah satu pemuda
    korban khayalan cerita Denny. Tigor penasaran sekali dan
    ingin melihat sendiri seperti apa Kismi itu. Benarkah cerita
    Denny bukan sekadar bualan belaka?
    Pukul 7 malam kurang beberapa menit, mereka tiba di
    bagian resepsionis. Seorang pemuda berdasi kupu-kupu duduk
    di balik meja resepsionis dan menyambut kedatangan Denny
    serta Tigor dengan senyum ramah.
    “Ada yang bisa saya bantu. Bung?” kata resepsionis itu.
    seperti sebuah hafalan.
    “Saya tadi siang titip pesan dengan petugas yang badannya
    sedikit gemuk.”

    39
    “O, maksudnya…. Mas Gagan?’
    ‘Entah siapa dia punya nama, tapi dia bagian resepsionis
    tadi siang. Mungkin sekarang tugasnya telah Anda gantikan,
    ya?’
    ”Benar. Saya tugas malam. Ada pesan apa maksudnya?”
    Denny sedikit bingung menjelaskannya. Lalu, dengan hatihati
    ia ceritakan pertemuannya kemarin malam dengan Kismi.
    Tetapi, petugas itu tampak kebingungan juga.
    “Maaf, kami memang mempunyai wanita-wanita yang…
    yah, sering dipesan oleh para tamu. Tetapi, tidak ada yang
    bernama Kismi. Mmm… mungkin Anda memesannya dari
    motel lain?”
    “Tidak. Saya memesannya dari sini. Dan, perempuan itu
    datang juga ke kamar saya. Maka, saya titip pesan untuknya,
    karena seharusnya hari ini saya masih di sini menunggu dia.
    Tapi, karena ada resepsi perkawinan keluarga, jadi saya
    tinggalkan. Nah, malam ini saya ingin ajak dia untuk
    menghadiri resepsi tersebut,” tutur Denny menjelaskan.
    Sejenak kemudian petugas itu mencari sesuatu dan
    menemukan surat Denny untuk Kismi
    ‘Mungkin ini surat Anda.”
    “Ya. benar! Rupanya belum disampaikan, ya?’
    “Mungkin tak seorang pun dari kami yang mengetahui
    perempuan bernama Kismi, Bung. Dan. kalau begitu, biasanya
    kami tunggu saja di sini Apabila perempuan itu datang, baru
    kami serahkan surat ini.”
    “Dari tadi dia belum datang?” Tigor yang tak sabar mulai
    angkat bicara.
    “Belum. Dalam buku tamu ini juga tidak ada yang
    mencantumkan namanya sebagai Kismi,” jawab petugas
    resepsionis dengan ramah. Sesaat kemudian, ketika Denny
    dan Tigor berbicara bisik-bisik, petugas itu bertanya lagi,
    “Maaf. di mana Anda semalam menginap? Maksud saya. di
    kamar Kenanga atau Flamboyan?”
    “Di kamar Seruni,” jawab Denny.

    40
    Petugas resepsionis itu kelihatan terperanjat sesaat, dan
    buru-buru menyembunyikan perasaan kagetnya itu. Tigor
    sempat mengetahui hal itu, kemudian sedikit berkerut dahi
    karena merasa curiga.
    “Apakah kamar itu sampai sekarang masih kosong?”
    “Saya rasa begitu. Bung?’” resepsionis itu telah berhasil
    menguasai rasa kagetnya, sehingga memberi jawaban ramah
    kepada Denny. Tetapi. Tigor diam-diam memperhatikan wajah
    pemuda tersebut yang tampaknya mulai dihinggapi keresahan.
    “Dia janji jam berapa akan datang?” tanya Tigor kepada
    Denny.
    “Dia tidan menentukan jamnya tapi yang jelas dia pasti
    datang untuk menemuiku kembali.”
    ‘Mmm… barangkali….” petugas itu sedikit, gugup.
    “Barangkali Anda bisa menunggunya jika membooking kamar
    itu lagi. Bung.”
    “Ah, kurang efisien itu!” Denny mendesah. “Atau barangkali
    Bung mau menunggunya?” petugas itu tetap ramah.
    Denny meminta pendapat Tigor. lalu Tigor berkata, “Repot
    pulalah aku! Kau yang punya urusan, kenapa aku yang ikut
    susah. Kau sendirilah yang tunggu dia kalau kau mau!’
    “Kita bicara sebentar di lobby itu yuk…”ajak Denny.
    Kemudian, mereka berdua duduk di sofa yang ada pada lobby
    tersebut.
    Agaknya Denny merengek kepada Tigor agar Tigor mau
    menemani dia menunggu Kismi. Tigor sendiri makin tertarik
    setelah Denny menceritakan kehebatan Kismi di ranjang. Tigor
    makin terbuai oleh cerita Denny tentang kecantikan Kismi
    yang mirip seorang Ratu Mesir Kuno. Maka. Tigor pun
    akhirnya berkata.
    “Kalau kau bohong, aku tak mau berteman lagi dengan
    kaulah! Tapi kalau kau benar, kau boleh anggap aku
    abangmu.”
    “Bah! Abang macam apa kau kalau diam-diam punya minta
    juga dengan kekasih adiknya.” kata Denny menirukan gaya
    Tapanuli.

    41
    ”Eh. siapa bilang aku mau sama cewekmu?”
    ”Eh. siapa bilang begitu, Denny?! Aku cuma ingin tahu,
    seperti apa cewek yang kau agung-agungkan itu. Denny!
    Jangan punya pikiran yang macam-macamlah!” Tigor
    bersungut-sungut, berlagak sewot. Denny tertawa terkekeh
    melihat gaya Tiyor berlagak tersinggung. Buktinya, Tigor
    sendiri segera berkata,
    “Kalau masalah kau mau kasih kesempatan sama aku, itu
    lain persoalan, kan?”
    “Kesempatan apa?”
    “Yang, kesempatan merasakan khayalanmu itulah.,.!” Tigor
    sendiri akhirnya tertawa bersama Denny.
    Sampai pukul 9 malam, Kismi belum datang juga. Tigor
    mulai menggerutu dan merasa ditipu. Denny tidak bisa
    tenang. Gelisah sakali, karena seharusnya saat itu ia sudah
    berada di pesta perkawinan Bu Anis. Ia penasaran kalau tidak
    membawa Kismi ke pesta itu. Ia malu. Dan, ia yakin, bahwa
    Kismi pasti datang sesuai janjinya.
    “Bagaimana ini, Denny? Sudah pukul 10 malam kurang
    sedikit. Apa kita harus tunggu dia sampai pagi, atau
    tinggalkan saja dongengmu itu! Kita ke resepsi sekaranglah!
    Biar aku tak kena marah keluargamu!”
    Kesal sekali hati Denny. la dicekam oleh kebimbangan yang
    menyebalkan. Menunggu Kismi seperti menanti kematian yang
    memuakkan.
    Dan akhirnya Denny pun setuju dengan usul Tigor untuk
    meninggalkan motel itu. Mereka segera melejit ke arah
    gedung pertemuan yang dipakai mengadakan pesta
    perkawinan Bu Anis. Denny yang mengemudikan mobil itu.
    karena Denny yang tahu persis mencari jalan pintas menuju
    gedung pertemuan untuk mempersingkat waktu.
    Tapi. tiha-tiba mobil itu mogok di perjalanan. Berulangkali
    Denny menstarternya, tapi mesin tak mau hidup lagi. Tigor
    mengambil alih kemudi, dan ternyata sama saja.
    “Bah ! Mobil macam apa ini?! Bensin masih ada, oli masih
    ada, air masih ada, kenapa macet!. Ah. macam-macam pula

    42
    mobil ini! Ala. Maaak…! Apa yang rusak ini?!” Tigor
    menggerutu dan ngomel-ngomel sendiri, sedangkan Denny
    diliputi rasa gelisah yang membuatnya menggeram-geram dan
    mendesah-desah tak karuan.
    Tigor mendorong mobil, sementara Denny memegang
    kemudi, tapi hasilnya nol. Dua orang tukang becak dimintai
    bantuan untuk mendorong mobil , tetap saja tak menghasilkan
    apa-apa., Akhirnya tukang becak itu bahkan menyatakan diri
    tidak sanggup dan terlalu jauh meninggalkan becaknya- Tigor
    memberi mereka uang seribu, lalu tinggallah Denny bersama
    Tigor di jalanan yang sepi itu.
    Malam melengangkan udara dingin. Sepertinya mau hujan,
    karena langit mendung, tak berbintang satu pun. Jalanan itu
    adalah jalanan yang jarang dilalui kendaraan karena di
    samping banyak lubang juga karena tak ada penerangan.
    “Denyyy…!’
    Tiba-tiba Denny mendengar seseorang memanggilnya. Ia
    tersentak kaget dan matanya membelalak mencari-cari suara
    tersebut. Tigor sedang mencoba mengutak-atik mesin mobil,
    sehingga ia tidak melihat Denny kelabakan mencari sesuatu.
    Beberapa saat selelah mencoba mengutak-atik mesin, Tigor
    mencoba menstarternya, tapi masih belum bisa hidup mesin
    mobil itu.
    “Kurang ajar!” umpatnya sendiri. “Sudah jam berapa ini,
    Denny? Aku rasa kita sudah terlambat. Mereka sudah pulang
    dari pesta perkawinan Bu Anis.”
    “Bakar saja mobil ini. Gor!” seraya Denny melirik arlojinya
    yang menunjuk pukul 12 tengah malam lewat lima menit.
    “Ah. jangan begitu kau! Kalau mobil itu bagus, kau tidak
    pernah suruh aku bakar, kan? Ini kan namanya insiden kecil!”
    “Mobil rungsokan kau bawa ke mana-mana!” gerutu Denny.
    “Dennyyy…!” suara itu terdengar lugi.
    Tigor ingin mengatakan sesuatu, tapi Denny melarang
    Tigor bicara. “Ssst…! Jangan bicara,” bisik Denny. “Aku
    mendengar suara perempuan memanggilku. Sudah dua kali
    ini, Gor.”

    43
    “Ah, kau macam-macam pula!”
    “Ssst… benar! Diamlah dulu. Dengarkan suara itu, siapa
    tahu ia memanggilku lagi.”
    Tigor hanya menghela napas dan menghempaskannya
    dengan kesal. Ia kesal terhadap mobilnya sendiri, juga kesal
    terhadap tingkah Denny yang menurutnya mengada-ada.
    Tetapi, ketika ia hendak berdiam diri beberapa saat. ia merasa
    tengkuk kepalanya merinding. Bulu-bulunya meremang
    sendiri, dan ia pun bergidik sambil mendesis pelan.
    “Aku jagi merinding, Denny!”
    “Aku juga,” bisik Denny.
    “Celaka! Matilah aku kalau tempat ini ternyata angker…!”
    kata Tigor dengan sedikit tegang, suaranya tak berani keras.
    Deru angin malam pembawa hujan mulai teram
    menyibakkan rambut-rambut mereka. Tigor semakin cemas,
    takut kalau-kalau hujan turun, sementara mereka berhenti di
    jalanan sepi. Kanan-kiri adalah rawa-rawa yang ditanami
    semacam tanaman kangkung atau sejenisnya. Tak jelas
    karenn malam. Yang jelas, mereka jauh dari rumah atau
    bangunan berpenghuni.
    ‘Eh, Denny… kita dorong saja mobil ini. Cari tempat yang
    tidak seram beginilah!”
    Denny setuju. .Mereka mendorong mobil mencari tempat
    yang tidak menyeramkan. Tigor mendorong bagian samping
    sambil mengendalikan stiran mobil. Napas mereka ngosngosan,
    keringat pun mulai beranjuran. Tetapi, keringat
    mereka itu bercampur dengan keringat dingin akibat rasa
    takut yang mencekam.
    Beberapa saat setelah mereka mendorong mobil, Denny
    yang mendorong dari bagian belakang mobil, tiba-tiba
    berhenti melangkah. Ia mendengar suara perempuan
    memanggilnya.
    “Tigor. aku mendengar suara Kismi memanggilku!”
    “Ah, tak ada suara apa-apa.’ Kau jangan macammacamlah!
    Bikin orang sport jantung saja.’” gerutu Tigor

    44
    sambil tetap mendorong mobil. ‘Eh, dorong lagi mobil ini!
    Jangan diam sajalah!”
    Denny mencoba melupakan suara itu. ia mendorong mobil
    lagi. Sampai akhirnya, mereka menemukan sebuah warung di
    pangkalan ojek Ada dua tukang ojek yang ada di situ. dan hati
    Tigor serta Denny sedikit lega. Setidaknya mereka berada di
    antara beberapa orang. Syukur ada yang bisa memperbaiki
    mobil, atau memberi saran yang terbaik bagi Tigor dan Denny.
    Warung itu. terletak pada satu tikungan jalan raya yang
    mempunyai cahaya lampu mercury di salah satu sisi. Sinar
    lampu itu jatuh ke warung dalam keadaan remang-remang,
    tetapi nyala lampu petromaks di warung itu cukup membuat
    penerangan tersendiri di sekitar situ.
    Ternyata dari dua tukang ejek itu, tak ada yang bisa
    diharapkan untuk membetulkan mesin mebil Tigor. Bahkan
    mereka bersikap acuh lak acuh. tak mau memberi saran apa
    pun. Sementara itu, pemilik warung jalanan itu juga tidak tahu
    soal mesin mobil dan tidak punya pandangan yang lebih baik.
    Pemilik warung itu seorang lelaki lanjut usia dengan anak
    lelakinya yang masih belasan tahun. Tigor dan Denny akhirnya
    ngopi di warung itu sambil mencari ide untuk kembali ke
    pondokan mereka.
    ‘Apakah mobil harus dititipkan pada pemilik warung ini?
    Kita pulang naik taksi saja?” usul Tigor. Denny menjawab
    dengan ketus karena dongkol pada nasibnya.
    “Kalau mobilmu mau hilang, silakan saja kau titipkan ke
    warung ini. Esok pagi warung ini sudah tidak ada. Mereka
    jualan pada waktu malam saja.’
    Denny ingin bicara lagi. tetapi kali ini ia mendengar suara
    seseorang berseni di kejauhan memanggilnya.
    “Denny…! Denny. tolong akuuu…!”
    Arah suara itu dari tempat Denny dan Tigor tadi mendoiong
    mobilnya. Denny terperanjat karena ia yakin bahwa Kismi
    sejak tadi sebenarnya menyusul mereka. Kismi tertinggal di
    belakang mereka, dan sekarang agaknya wanita itu mendapat
    kesulitan. Maka. Denny segera melompat keluar dari warung.

    45
    “Hei, mau ke mana kau. Denny?!“ seru Tigor.
    “Kismi menyusul kita. Gor! la tertinggal di belakang kila
    sejak tadi!”
    “Ah, mana mungkin dia berani lewat jalan sepi itu
    sendirian!’ bantah Tigor.
    “Tapi. aku mendengar suaranya memanggilku, la minta
    tolong!”
    Denny segera pergi, kembali ke arah semula. Tigor sangsi
    untuk mengikutinya. Ketika ia memandung jalanan yang gelap
    itu. ia melihat sosok bayangan Denny yang melangkah cepat
    bagai mengejar suara yang memanggilnya. Tetapi. Tigor
    sendiri sejak tadi tidak mendengar suara perempuan.
    Sekalipun tidak pernah. Maka. ia jadi merinding sendiri, dan
    masuk ke warung lagi.
    “Apakah Bapak mendengar suara perempuan berseru dari
    sana. Pak?” tanya Tigor pada pemilik warung.
    “Tidak. Tidak ada suara orang memanggil kok.” jawab
    pemilik warung. “Kamu mendengar. naK?” Ia bertanya kepada
    anak lelakinya.
    “Nggak dengar apa-apa kok. Pak! Nggak ada orang
    perempuan berteriak’” jawab anak lelaki pemilik warung.
    “Nah, temanku itu jangan-jangan sudah gila dia! Nekat
    memburu suara hatinya sendiri! Sinting, dia” Tigor
    menggerutu seenaknya sambil mencomot makanan dan
    melahapnya, la tidak begitu menghiraukan keadaan Denny. Ia
    sendiri merasa merinding dan diganggu oleh perasaan gelisah
    sejak Denny pertama kali mengaku mendengar suara
    perempuan memanggilnya.
    Denny sendiri tidak peduli dengan Tigor. Menurutnya, Tigor
    berlagak tidak mendengar suara Kismi karena ia takut jika
    harus kembali melalui jalan gelap dan sepi itu. Tetapi, Denny
    hanya punya satu konsentrasi, yaitu Kismi. Ia yakin Kismi
    memanggilnya dan ia harus datang dengan segera.
    Tetapi, setelah beberapa langkah ia meninggalkan warung
    itu, langkah kakinya menjadi terhenti Ia mendengar suara
    Kismi memanggilnya di tengah rawa yang penuh tanaman

    46
    sejenis kangkung. Sedangkan, di tengah rawa itu tak terlihat
    bayangan seseorang bergerak mendekat atau menjauh.
    “Dennyyy..! Deimv. lupakah kau padakuuu..?!”
    “Kismii…!” teriak Denny keras ke arah rawa gelap itu.
    Beberapa saat ia menunggu, ternyata tak ada jawaban.
    Jantungnya semakin berdebar-debar, tubuhnya merindng dan
    hatinya gelisah tak menentu.
    “Kismiii…! Di mana kaauu…!” teriak Denny lagi. tapi tetap
    tak ada jawaban.
    Angin bertiup mulai kentang. Denny masih berdiri di tepi
    rawa untuk menunggu kemungkinan terlihatnya Kismi. Ia ingin
    masuk ke tengah rawa-rawa ii u, tetapi ada keraguan sebab ia
    tak melihat bayangan manusia di sana. Tubuhnya dibiarkan
    semakin merinding, ia menganggap itu hal yang wajar karena
    angin bertiup cukup kencang dan membawa udara dingin.
    Tetapi, rasa takutnya itu masih menjadi bahan pemikiran
    Denny. Mengapa jantungnya jadi berdebar-debar dan
    sepertinya dicekam perasaan takut? Apa yang akan terjadi
    sebenarnya?
    Ada sesuatu yang terbang karena terbawa angin. Sesuatu
    itu menempel di telinga Denny. Dengan tersentak kaget Denny
    menangkap benda yang menempel di telinganya. Ia mulai
    terhenyak kaget setelah diketahui benda itu adalah kapas
    putih
    “Kapas dari mana ini?” pikirnya heran. Sekali Lagi tengkuk
    kepalanya merinding. Gumpalan kapas kecil itu sepertinya
    bekas penyumbat hidung atau mulut mayat Karena ia
    mempunyai dugaan begitu, maka jantungnya semakin
    berdebar keras.
    Hanya saja. sewaktu ia mencium bau harum dari kapas
    tersebut, rasa takutnya sedikit berkurang. Bau harum itu
    serupa betul dengan bau parfum di tubuh Kismi. Makin yakin
    Denny jadinya, bahwa Kismi memang ada di sekitarnya. Tapi
    di mana? Ia melangkah semakin menuju tempat asalnya ia
    datang bersama Tigor tadi.

    47
    “Kismiii…?! Kismi, di mana kau?!’ seru Denny sambil
    matanya mencari-cari. Lalu, mulailah ia terbayang masa-masa
    bercumbu bersama Kismi. karena tempat itu sepi dan ia mulai
    berkhayal, seandainya Kismi ada di situ, maka ia tak segansegan
    untuk menggeluti di rerumputan.
    Ingatan bercumbu habis-habisan dengan Kismi membuat.
    Denny mengerang menahan gejolak birahinya. Napasnya
    semakin terengah-engah, dan hasratnya untuk memburu
    kemesraan bersama Kismi menyesakkan pernapasannya.
    “Kismiii..!” Kali ini, Denny mendesah tanpa suara, dan
    meremas-remas sesuatu yang mendatangkan nikmat baginya.
    Di kejauhan, masih terdengar suara Kismi memanggilnya
    dengan suara serak-serak manja, seakan suatu ajakan untuk
    bercumbu di alam bebas itu. Denny semakin terangsang,
    menegang semua otot tubuhnya, mendesis-desis lak
    berkesudahan, Kapas itu sesekali diciumnya sebagai ingatan
    keringat Kismi yang berbau wangi lembut itu. Setiap ia
    mencium wangi kapas itu. birahinya pun semakin bergolak
    menghentak-hentak. Mulutnya mengucap kata “Kismi”
    beberapa kali.
    Namun, pada detik tertentu, Denny mengalami satu
    kejutan yang membuatnya tegang. Tangan kanannya tak
    dapat digerakkan. Kaku. la ingin memegang kepalanya, tapi
    tak bisa. Gerakan kaku tangan kanannya itu membuat Denny
    menarik ke atas untuk menggunakan tangan kiri. Tangan
    kanan itu tiba-tiba terlepas dari pegangan tangan kiri dan
    menampar matanya sendiri. Bahkan kali ini tangan tersebut di
    luar kemauan Denny telah meremat wajahnya sendiri,
    mencakar-cakar hingga wajah Denny pun mulai berdarah.
    ‘Oh ..! Aaaow…! Kenapa tanganku ini? Oh…!” Dan, ia pun
    segera berlari ke arah warung dalam cekaman rasa takut
    sambil menjerit -jerit dicakar tangannya sendiri.
    ***
    Bab 6

    48
    Malam yang hening dan angin yang bertiup ke arah Utara,
    membuat. Tigor berkerut dahi saat meneguk kopi panas.
    Suara Denny terdengar sayup-sayup, sejenak meragukan hati
    Tigor.
    “Ah, tak mungkin itu suara Denny,” pikirnya sendiri, dan ia
    melanjutkan menghirup kopi panasnya.
    Tetapi, beberapa saat kemudian anak pemilik warung itu
    berkata kepada Tigor, “Bang, sepertinya itu suara teman
    Abang.”
    Sekali lagi Tigor berkerut dahi sambil menelengkan kepala,
    menyimak suara yang ada di kejauhan. Pemilik warung yang
    sudah lanjut usia itu juga berkata kepada anaknya,
    “Iya, ya?! Sepertinya itu suara orang yang tadi ke sana, ya,
    Man? Jangan-jangan dia dalam bahaya,” kalimat terakhir
    ditujukan kepada Tigor.
    “Alaaah, Mak! Dia itu suka bercanda. Pak! Ja ngan mau
    percaya dengan lagaknya! Pasti dia main-main saja itu!” Tigor
    tetap tenang, sedangkan pemilik warung dan anaknya
    kelihatan menyimpan kecemasan.
    Denny berusaha mempercepat larinya sambil tangan kirinya
    memegangi tangan kanan supaya tak bergerak. Tapi,
    bagaimanapun juga kekuatan tangan kiri itu tidak sebanding
    dengan tangan kanannya. Sekali lagi tangan kanannya
    bergerak cepat menampar wajah sendiri, kemudian
    mencakarnya dengan ganas dan kuat sehingga sebagian kulit
    wajah Denny mengelupas perih.
    “Aaauw…!” teriak Denny begitu kuat menahan penderitaan
    itu. “Tigooor…! Tigooor…! Aaaow…!”
    Anak pemilik warung segera memandang ke arah jalanan
    yang sepi dan gelap itu. Ia melihat sesosok bayangan manusia
    yang berlari terhuyung-huyung dengan teriakan-teriakan kian
    jelas. Angin yang berhembus kali ini berubah arah,
    bertentangan dengan pelarian Denny, sehingga suara
    teriakannya nyaris terbawa angin seluruhnya. Hanya anak
    pemilik warung itu yang mendengar lebih jelas, sebab ia

    49
    melangkah beberapa meter dari depan warungnya. Ia segera
    meng-huhungi Tigor dan herkata dengan tegang,
    “Bang! Bang, itu teman Abang dalam bahaya! Ia berlari-lari
    menuju kemari!”
    Tigor tertawa dalam gumam. “Dia pasti ketakutan,
    disangkanya ada setan yang mengejarnya! Mampuslah kau!
    Sok berani dia!” Tigor tetap meremehkan temannya itu,
    sehingga anak pemilik warung menjadi jengkel sendiri. Ia
    tinggalkan saja Tigor yang menyepelekan pemberitahuannya.
    Ia kembali melangkah di tempatnya semula dan memandang
    dengan mata menyipit langkah-langkah Denny yang mulai tak
    mampu secepat semula.
    Denny tersungkur jatuh dengan menggeram-geram,
    mengerahkan tenaganya untuk melawan gerakan tangan
    kanannya itu. Tetapi, kekuatannya itu tak mampu menguasai
    tangan kanannya yang hergerak sendiri di luar keinginannya.
    Bahkan kali ini tangan kanan itu menjambak rambutnya
    sendiri, kemudian mengangkat kepala dan membenturkan
    kepalanya sendiri ke tanah. Berkali-kali tangan kanan itu
    membentur-benturkan kepalanya ke tanah hingga kotor dan
    berlumur darah. Sesekali Denny mencoba menahan hentakan
    kepalanya, namun selalu gagal dan akhirnya batu runcing pun
    mengenai keningnya beberapa kali, hingga makin deras darah
    yang mengalir dari wajahnya.
    “Aaaow! Aaaow! Aaaow…!” Denny berteriak kesakitan.
    Kemudian ia berusaha sekuat tenaga untuk bisa herdiri. Dan,
    ia berhasil. Tangan kanannya bergerak kaku melepaskan
    rambutnya. Gerakan kaku itu akibat kekuatan Denny memaksa
    agar tangan tersebut tidak bergerak. Tangan kirinya segera
    menarik turun tangan kanannya dengan kekuatan yang
    terpaksa menguras tenaga.
    Dalam keadaan melawan kekuatan gaib yang lelah merasuk
    dalam tangan kanannya itu, Denny tetap melangkah cepat,
    berlari ke arah warung. Erang dan tangisnya meraung di sela
    kesunyian malam, dan hanya anak pemilik warung yang
    mendengarnya.

    50
    “Man, ngapain kamu di situ?” tegur pemilik warung kepada
    anaknya.
    “Orang itu kesakitan, Pak!” jawab Man dengan perasaan
    ngeri.
    “Astaga…! Kenapa orang itu, Man?!” pemilik warung
    terbengong memandangi Denny dengan mata menyipit. Makin
    lama Denny semakin terlihat jelas dalam hembusan angin,
    seakan ia menyongsong derasnya angin yang menderu.
    “Aaaow…! Tigor…! Tolooong…!”
    Kali ini, Tigor keluar dari warung bertenda plastik itu.
    Denny berlari terhuyung-huyung dan tak tentu arah. Tigor
    masih saja menganggap itu suatu sandiwara atau permainan
    Denny. Ia bahkan berseru di sela tawanya,
    “Hei, mabuk di mana kau?! Macam mana bisa mabuk kalau
    cuma minum kopi, he he he…!”
    “Bang, dia hersungguh-sungguh!” kata anak pemilik
    warung.
    Tigor tiba-tiba menghentikan tawanya. Wajahnya menjadi
    tegang setelah Denny berjarak 7 meter darinya.
    “Denny…?! Kenapa kau, hah?!” Buru-huru Tigor
    menyambut Denny, namun tiba-tiba sewaktu ia hendak
    meraih tuhuh Denny yang berwajah merah karena darah itu,
    tangan kanan Denny menghantam dagu Tigor dengan keras.
    Tigor memekik kesakitan dan terjengkang ke belakang hingga
    jatuh terduduk di tanah. Sedangkan Denny masih mengerang,
    ngotot hingga uratnya keluar semua. Ia menahan gerakan
    tangan kanannya yang ingin menghantam kepalanya sendiri.
    Dan, sekali lagi Denny menjerit kesakitan karena tangan
    kanannya berhasil menghantam kepalanya dengan keras.
    Dua tukang ojek itu segera mendekati Denny, karena
    mereka curiga darah membasah di wajah Denny.
    “Ada apa, Wak…?!” tanya salah seorang tukang ojek
    kepada pemilik warung.
    “Nggak tahu, tuh! Dia tahu-tahu menghajar temannya dan
    memukuli dirinya sendiri!”
    “Gila barangkali, dia!” kata tukang ojek yanj; lain.

    51
    Denny masuk ke warung dengan gerakan kaku dan
    meraung-raung. Tangan kanannya yang masih mengejang
    kaku, seakan-akan bergerak sendiri.
    “Kasihan dia…!” tukang ojek yang jangkung hendak
    menolong Denny dengan cara memegang kedua pundaknya.
    Sayang sekali, sebelum tangan tukang ojek itu menyentuh
    tubuh Denny, tangan kanan itu sudah lebih dahulu mengibas
    dan menampar lelaki jangkung itu dengan keras. Tentu saja
    lelaki jangkung itu terpekik kesakitan dan terhuyung-huyung
    ke belakang.
    “Oh… hooow… hhh! Aaaowh…!” Denny bersuara tak
    karuan, membuat semua orang tak berani mendekati Denny.
    Apalagi dalam keadaan wajah berlumur darah itu Denny
    mendelik-delik dengan liar, oh… menyeramkan sekali. Pemilik
    warung dan anaknya gemetaran, memandang dari luar
    warungnya.
    “Denny…?! Denny, apa yang terjadi, Denny?!” teriak Tigor
    sambil mendekati Denny.
    Mata Denny yang membelalak liar itu memandang sebuah
    sendok garpu di atas piring kotor yang ada di sudut meja.
    Agaknya piring itu bekas orang makan yang belum dicuci.
    Seketika itu, samhil menggeram Denny menahan tangan
    kanannya yang ingin bergerak mengambil garpu makan itu.
    “Denny, apa-apaan kau sebenarnya, Bangsat!” bentak
    Tigor. Ia dalam keadaan panik melihat Denny berlumur darah
    wajahnya Lebih panik lagi setelah Denny terlihat
    menggenggam sebuah garpu makan dengan tangan
    kanannya. Garpu makan diacungkan ke arah diri sendiri.
    Suara Denny menggeram, sementara tangan kirinya
    menahan kuat-kuat gerakan tangan kanannya yang ingin
    menikam diri sendiri.
    “Oh, Tig…, Tigor… tolong aku…! Tangan kananku! Oh,
    tangan ini sukar kukendalikan, dan…. Aaaow…!” Denny
    menjerit lagi karena tangan kanannya berhasil
    menghunjamkan garpu makan itu ke arah pundak kirinya,
    dekat dengan leher.

    52
    Tigor hendak menyergap Denny, namun ia terpaksa
    berpaling dan menghindar seketika, karena dengan cepat
    tangan kanan itu bergerak mengibas dan mengenai pipi Tigor
    hingga berdarah.
    Jubb…!
    “Hughhh…! Krrr… krrr…!”
    “Edan kau! Edaaan…!” teriak Tigor dengan mata makin
    membelalak ketika ia melihat Denny menusukkan garpu
    bermata tiga itu ke arah tenggorokannya. Ia mendelik,
    matanya terbeliak-beliak. Batang garpu masuk terbenam ke
    bagian tengah leher, dan membuat Denny tak mampu bicara
    lagi. Ia seperti kambing yang disembelih seketika.
    Tigor mau menyergap bersama kedua tukang ojek, namun
    masing-masing merasa ciut nyalinya dan takut terkena
    sabetan garpu itu lagi. Tigor hanya bisa berseru.
    “Jangan nekat, Denny! Jangan berpikiran picik! Kismi masih
    bisa kau temani kalau kau hidup, tapi… tapi….”
    “Aaahg…!”
    Tepat pada saat itu Denny mendelik, membungkuk dan
    akhirnya jatuh dengan darah tersembur dari jantungnya yang
    terkena tusukan garpu yang kedua kalinya.
    Anak pemilik warung memeluk ayahnya, tak tega melihat
    peristiwa mengerikan itu. Dan, anak tersebut tak sempat
    melihat, bagaimana susah payahnya Denny mencabut garpu
    yang telah terbenam di jantungnya, kemudian berusaha
    menikam dirinya lagi, dan berhasil mengenai ulu hati. Darah
    semakin menyembur ke makanan atau toples tempat peyek
    kacang. Darah menjadi berceceran di mana-mana.
    Pada saat itu, Denny menjadi melemas. Sepertinya sudah
    tak ada setan yang masuk dalam raganya. Lalu, jatuhlah ia.
    Terkapar dekat bangku warung dengan berlumuran darah tak
    bisa diharapkan lagi. Tigor bermaksud mencari mobil
    ambulans atau mobil darurat untuk membawa Denny ke
    rumah sakit. Tetapi, usaha itu rupanya tak pernah berhasil,
    sebab beberapa saat kemudian, tubuh Denny itu tak mampu
    bergerak lagi. Ia menghembuskan napasnya yang terakhir

    53
    dengan masih sempat menyebut kata: “Kismi” dalam desah
    napas penghabisannya. Maka. meninggallah Denny dengan
    keadaan dan suasana yang amat mengerikan.
    Tigor tidak bisa berbicara sepatah kata pun melihat
    kenyataan itu. Mulutnya seperti dibekukan, kerongkongannya
    kering dan sukar untuk mengeluarkan suara. Lidahnya pun
    seperti terbuat dari besi, kaku sekali untuk digerakkan.
    Seorang tukang ojek mengambil inisiatif, menghubungi pos
    polisi terdekat. Mereka mempunyai kesimpulan yang sama,
    bahwa kematian Denny adalah satu tindakan bunuh diri, tanpa
    campur tangan pihak lain.
    Berita itu sempat membuat Hamsad nyaris jatuh pingsan di
    rumahnya. Ade menghubungi Hamsad pada pagi hari, empat
    jam setelah jenazah Almarhum Denny tiba di pondokan
    mahasiswa. Hamsad merasa dibantai jiwanya dengan berita
    kematian Denny. Bahkan, ketika ia bergabung dengan anakanak
    pondokan, Hamsad sempat berlinang air mata melihat
    wajah-wajah mereka dicekam duka, seakan menunggu giliran
    untuk melakukan bunuh diri yang keji.
    Hamsad terdengar berkata parau kepada Ade, “Setelah
    Norman, Denny. Setelah Denny, siapa lagi?”
    Seperti jenazah Norman dulu. Almarhum Denny pun
    dimakamkan di kota asalnya: Madiun. Hampir semua teman
    kost-nya turut memakamkan Denny ke Madiun. Hanya Tigor
    dan Lukman yang tinggal di pondokan. Tigor merasa tidak
    mampu menghadapi kenyataan tersebut. Tigor lebih merasa
    dibantai jiwanya, karena ia sempat menyepelekan teriakan
    Denny yang meminta tolong pada waktu itu. Rasa sesalnya
    begitu besar, dan membuat Tigor lebih sering mengunci
    mulutnya ketimhang harus bercerita kepada siapa pun yang
    bertanya kepadanya. Sedangkan Lukman, waktu itu dalam
    keadaan sakit. Ia tak bisa ikut menghadiri upacara
    pemakaman jenazah Denny di Madiun. Tetapi, dialah orang
    pertama yang menangis tersengguk-sengguk ketika melihat
    keadaan Denny sudah menjadi mayat. Beruntung waktu itu
    keluarga Denny berkumpul di rumah Bu Anis, sehingga

    54
    Lukman masih bisa mengantarkan jenazah Denny ke rumah
    Bu Anis, namun tidak mampu lagi ikut ke Madiun.
    Tentu saja setiap orang bertanya-tanya: Mengapa kematian
    Denny mempunyai kesamaan dengan kematian Norman?
    Masing-masing mati oleh tangannya sendiri. Bunuh diri. Tapi,
    faktor apa yang membuat mereka bunuh diri, masih belum
    mendapat suatu kesimpulan yang pasti. Ada yang
    mengatakan, pondokan mereka angker dan meminta korban
    entah berapa jumlahnya. Ada lagi yang beranggapan, Denny
    dihampiri roh Norman dan diajaknya pergi dengan cara seperti
    yang dilakukan Norman semasa hidupnya. Sementara yang
    lain mengatakan, itu hanya satu hal yang kebetulan saja.
    Kebetulan Denny punya masalah yang mengerdilkan jiwanya,
    sehingga ia berani melakukan bunuh diri.
    Hanya satu orang yang mempunyai dugaan aneh di dalam
    pertemuan tak resmi yang mereka adakan di kamar Bahtiar,
    dua hari setelah jenazah Denny dimakamkan. Orang yang
    mempunyai dugaan aneh itu adalah Hamsad. Karena dialah
    yang mempunyai firasat buruk pada saat-saat menjelang
    kematian Norman dan Denny.
    “Keduanya sama-sama jatuh cinta pada Kismi,” kata
    Hamsad. Kemudian, mereka memberikan reaksi serupa.
    Bungkam. Benak mereka sama-sama menerawang pada cerita
    Denny tentang Kismi.
    Bahtiar bertanya pada diri sendiri, dengan ucapan yang
    sempat didengar oleh teman-temannya, “Mungkinkah
    keduanya menjadi picik hanya karena jatuh cinta?”
    “Tiap-tiap orang mempunyai ketahanan jiwa yang
    berbeda,” ujar Ade. “Pada saat mencapai klimaks persoalan,
    jiwa manusia mudah menjadi rapuh. Yang terlintas dalam
    logiknya hanya jalan pintas menyelesaikan persoalan tersebut.
    Dan, mungkin bagi kedua korban itu sama-sama sependapat,
    bahwa jalan pintas yang terbaik adalah bunuh diri.”
    Tigor mulai tertarik dengan pembicaraan tersebut. Ia
    berkata dengan suara pelan, masih bernada duka,
    “Wanita itu sebenarnya tidak ada!”

    55
    Kini, semua mata memandang ke arah Tigor. Hanya
    Hamsad yang masih memandang ujung kakinya yang
    melonjor, namun telinganya menyimak kata-kata Tigor. Ia
    mendengar Tigor berkata lagi,
    “Petugas motel itu, aku rasa tidak ada yang kenal dengan
    Kismi. Jadi, kubilang Kismi itu hanya ada dalam khayalan
    mereka.”
    “Dan mereka mati karena khayalannya sendiri, begitu
    maksudmu?” tanya Yoppi.
    “Begitulah! Buktinya petugas motel berkeras untuk
    mengatakan, bahwa di situ tidak ada perempuan yang
    bernama Kismi! Dari pukul 7 malam sampai pukul 10 malam
    aku dan Denny menunggu perempuan itu, nyatanya tidak
    ada!”
    “Denny mengatakan, perempuan itu adalah perempuan
    eksklusif, yang keberadaannya sendiri dirahasiakan oleh
    petugas motel. Barangkali hal itu dimaksud agar reputasi Kismi
    yang sebenarnya tidak jatuh di mata mereka. Mungkin Kismi
    seseorang yang punya reputasi tinggi, punya jabatan
    fungsional, punya karir yang gemilang, sehingga kalau setiap
    orang mengenal dia sebagai perempuan kehausan, alangkah
    memalukan sekali? Karena itu, Denny juga berkata, bukan?
    Bahwa, Kismi bukan perempuan sembarangan yang mudah
    disentuh oleh lelaki. Dia tidak seperti wanita-wanita penghibur
    lainnya, yang sekali panggil pasti akan datang!” celoteh Susilo
    sambil memainkan korek api.
    Siapa sebenarnya Kismi? Di mana tempat tinggalnya?
    Menurut Hamsad, hanya Pak Hasan yang mengetahui hal itu.
    Karena, Norman mengenal Kismi lewat pesanan dari Pak
    Hasan. Hamsad masih ingat cerita Almarhum Norman, bahwa
    ia datang ke motel itu dibawa oleh Pak Hasan sebagai service
    pemancing spirit untuk tulisan yang akan disusun oleh
    Norman. Pak Hasan-lah yang memesankan seorang
    perempuan untuk Norman, karena waktu itu, tahu-tahu
    Norman dihampiri seorang perempuan sedangkan Pak Hasan
    mungkin mengambil perempuan lain untuk dirinya sendiri.

    56
    Jadi, Pak Hasan-lah sebenarnya yang memegang rahasia
    tentang siapa Kismi dan di mana Kismi.
    Tanpa memberitahukan kepada yang lain masalah Pak
    Hasan itu, Hamsad segera menghubungi Pak Hasan melalui
    telepon. Kebetulan, ketika Hamsad jalan-jalan di pantai, ia
    sempat bertemu dengan Pak Hasan dan disuruh
    menghubunginya sewaktu-waktu. Maka, kali ini ia ingin
    membuat janji untuk bertemu di sebuah restoran fast food.
    Pak Hasan sebenarnya punya bahan pembicaraan sendiri.
    Ia ingin berbicara tentang kematian Norman dan tawaran buat
    Hamsad mengenai penulisan tentang buku-buku. Tetapi,
    Hamsad lebih dahulu bertanya,
    “Siapa Kismi itu sebenarnya, Pak?”
    Pak Hasan kelihatan bingung, tak mengerti maksud
    Hamsad. Ia menggumam, “Kismi…?! Maksudmu, Kismi apa
    ini? Kismi makanan atau…?”
    “Norman bunuh diri sejak ia dibawa oleh Bapak ke Motel
    Seruni, dan di sana ia bercinta dengan Kismi.”
    “Ya. Memang aku yang mengajaknya ke motel, tapi dia
    menolak perempuan yang kukirimkan untuknya. Malahan
    perempuan itu bilang, bahwa Norman telah mempunyai
    pasangan sendiri. Mungkin, perempuan itu yang bernama
    Kismi. Tapi, aku tak tahu, Norman dapat dari mana
    perempuan itu.” tutur Pak Hasan kelihatan serius sekali.
    Hamsad masih curiga. “Jadi, Pak Hasan benar-benar tidak
    mengenal perempuan yang bernama Kismi?”
    “Tidak. Mendengar nama itu pun aku baru sekarang.” Pak
    Hasan tertawa pendek. “Kusangka tadinya Kismi itu nama
    makanan. Jadi, tadi aku sedikit bingung.”
    Hamsad tersenyum tawar, kemudian menghempaskan
    napas. Rona duka terlihat samar-samar di wajah itu, membuat
    Pak Hasan berbalik curiga kepada Hamsad.
    “Ada apa sehenarnya, Ham? Apa benar kematian Norman
    karena mengenal perempuan bernama Kismi?”
    ‘Ya. Benar. Tempo hari, ketika saya bertemu Pak Hasan di
    pantai, saya dengan teman saya mencari perempuan yang

    57
    bernama Kismi. Teman saya, Denny, berhasil bertemu dengan
    Kismi, tapi ia tidak sempat berbicara panjang lebar mengenai
    Norman. Ia terbuai dan bergumul dengan Kismi sampai pagi.
    Badannya lemas, wajahnya jadi pucat seperti mayat hidup.
    Beberapa hari yang lalu, Denny pun mati karena bunuh diri.”
    “Hah…?!” Pak Hasan mendelik.
    “Denny menikam leher, jantung dan ulu hatinya dengan
    garpu makan di sebuah warung. Menurut saksi mata, ia
    menghempaskan napas terakhir sambil menyebutkan nama
    Kismi.” Hamsad menelan ludahnya sendiri, seperti memendam
    suatu kepedihan. Pak Hasan melihat kesungguhan di wajah
    Hamsad, dan hal itu membuatnya berdebar-debar.
    Setelah Hamsad menceritakan secara detail tentang
    kematian Norman, juga proses kematian Denny, Pak Hasan
    pun akhirnya berkata, “Misterius sekali. Aku jadi tertarik untuk
    menemui perempuan itu.”
    “Apakah Bapak bisa membujuk petugas motel?”
    “Kenapa tidak!? Pemilik motel itu temanku satu kampung.”
    ***
    Bab 7
    Memang benar. Pemilik motel itu adalah teman sekampung
    dengan Pak Hasan. Tetapi, sayangnya Pak Hasan merasa
    keberatan jika Ham-sad ikut menghadap pemilik motel itu.
    Hamsad hanya diizinkan menunggu di lobby, sementara Pak
    Hasan terlibat pembicaraan dengan pemilik motel di dalam
    kantornya. Sore itu, Hamsad merasa seperti kambing congek,
    terbengong sendirian di lobby. Hatinya dongkol, karena tak
    diizinkan ikut dalam pembicaraan tersebut. Alasan Pak Hasan,
    karena temannya yang menjadi pemilik motel itu dalam
    keadaan cacat, dan ia tak mau orang lain melihat kecacatan
    fisiknya. Mau tak mau Hamsad menerima alasan tersebut.
    Matahari hampir terbenam seluruhnya. Hamsad masih
    berharap, mudah-mudahan ia bisa bertemu dengan
    perempuan yang bernama Kismi di lobby itu. Paling tidak

    58
    melihat perempuan dengan ciri-ciri seperti yang disebutkan
    Norman dan Denny, dan Hamsad akan berusaha mengenal
    perempuan itu. Sayangnya, tamu-tamu yang memasuki lobby
    tidak satu pun ada yang punya paras cantik dan punya pesona
    mirip ratu Mesir Kuno. Rata-rata perempuan yang masuk ke
    lobby mempunyai paras standar, biasa-biasa saja. Tak ada
    yang istimewa. Kalau tidak istimewa, berarti dia bukan Kismi.
    Sambil merenungkan misteri kematian Norman dan Denny,
    Hamsad berhasil menemukan satu kejanggalan. Kejanggalan
    itu, tempo hari dikatakan rusak AC-nya, dan sering tersumbat
    saluran airnya. Tetapi, nyatanya ketika Hamsad masuk
    menemui Denny, kamar itu ber-AC. Lancar. Timbul rasa curiga
    dalam hati Hamsad, mengapa bagian resepsionis waktu itu
    setengah tidak mengizinkan mereka membocking kamar,
    Seruni? Kamar masih ada dua yang kosong, tapi dikatakan:
    “Tinggal satu kamar yang belum di-bocking.” Ini aneh dan
    janggal bagi Hamsad.
    Kecurigaan kedua, mengapa Norman dan Denny bisa
    bertemu dengan Kismi di kamar itu? Bagaimana dengan kamar
    lain? Apakah Kismi mau datang ke kamar lain juga? Mengapa
    pula Kismi tidak meminta uang lelah kepada Norman dan
    Denny? Bukankah Kismi bekerja sebagai wanita penghibur?
    Bukankah yang dibutuhkan dalam hal itu adalah uang?
    Iseng-iseng, Hamsad mendekati bagian resepsionis. Kali ini
    yang bertugas bukan orang yang dulu, tetapi orang yang
    sebenarnya pernah ditemui Denny dan Tigor. Hanya saja,
    Hamsad tidak tahu tentang pemuda tersebut.
    “Masih ada kamar kosong, Mas?” sapa Hamsad dengan
    ramah.
    “Masih,” jawab bagian resepsionis dengan ramah pula.
    “Mau bocking kamar?” tawarnya. Hamsad hanya tersenyum
    dalam ketenangan sikapnya.
    “Saya tunggu keputusan dari teman saya yang sedang
    menemui pemilik motel ini. Kalau dia mengajak bermalam di
    sini, yah… mau tak mau kami bocking dua kamar.” Padahal

    59
    rencana itu tidak ada dalam pembicaraan Hamsad dengan Pak
    Hasan.
    “Hari ini, agak sepi,” kata petugas resepsionis. “Lain halnya
    jika malam Minggu. Kalau malam-malam seperti ini, apalagi ini
    malam Jumat, biasanya kamar kami banyak yang kosong.
    Kalau Bung jadi bermalam di sini, Bung bisa bebas memilih
    kamar sesuai selera.”
    “O, begitu, ya?! Jadi, bisa saja saya memilih kamar Seruni,
    ya?”
    Pemuda petugas resepsionis itu sedikit menggeragap.
    “Hm… kalau kamar itu, wah… kebetulan tadi siang sudah ada
    yang bocking. Kamar itu sudah diisi, Bung.”
    “Ooo…?!” Hamsad manggut-manggut. “Kalau boleh saya
    tahu, lelaki atau perempuan yang memakai kamar Seruni itu?”
    “Lelaki. Mungkin dia orang seberang.”
    “Sendirian?”
    “Ya. Sendirian. Barangkali sebentar lagi partnernya
    datang.”
    “Apa dia langganan di sini? Maksud saya, sering datang dan
    bermalam di sini dengan seorang perempuan?” makin lama
    pertanyaan Hamsad makin bersifat pribadi. Petugas itu agak
    sulit menjawab. Ia hanya tersenyum-senyum yang a-khirnya
    berkata,
    “Sebenarnya, kami tidak boleh bicara soal itu, Bung. Tapi,
    karena kebetulan tadi saya juga yang menerima tamu itu, jadi
    kalau boleh saya katakan, bahwa saya baru sekali ini bertemu
    dengan orang tersebut. Saya rasa, dia juga baru kali ini
    datang kemari, Bung.”
    Hamsad manggut-manggut sambil menggumam. Petugas
    itu berkata lagi,
    “Kalau Bung mau, bisa memilih kamar yang lain. Kamar
    Seroja juga bagus. Bung. Strategis dan romantis letaknya. Dia
    ada di tepi pantai. Bung bisa melihat ombak dari terasnya.”
    “Kalau saya mau, saya akan memilih kamar Seruni,” kata
    Hamsad pelan, sepertinya sekadar basa-basi saja.

    60
    “Kamar itu jarang dipakai, Bung,” bisik petugas resepsionis,
    nada bicaranya mencurigakan.
    “Kenapa? AC-nya rusak? Saluran airnya tersumbat?”
    Petugas itu tertawa pendek. “Itu hanya alasan kami.
    Sebenarnya, kami menghindari kamar itu dari para tamu.
    Kalau tidak memaksa sama sekali, kami tidak izinkan para
    tamu menggunakan kamar tersebut.”
    “Alasannya?” desak Hamsad semakin penasaran.
    “Kamar itu angker, Bung.” Kali ini suaranya yang berbisik
    namun ditekankan kalimatnya itu, membuat Hamsad menjadi
    merinding seketika. Ia memandang ke arah luar, ternyata
    malam mulai datang. Suasana tak secerah waktu ia tiba di
    motel ini. Dan, suasana malam itu makin membuat Hamsad
    berdebar-debar setelah mendengar jawaban petugas tersebut.
    Sebenarnya Hamsad ingin bertanya lebih lanjut mengenai
    kamar Seruni, sayangnya petugas itu harus menemui tamu
    yang hendak mem-bocking kamar. Hamsad ditinggalkan, dan
    kini ia kembali ke meubel lobby, duduk di sana merenung diri.
    Hatinya menjadi galau. Resah. Batinnya bertanya-tanya,
    “Benarkah kamar itu angker? Jika benar begitu, mengapa
    begitu mudah petugas resepsionis itu mengatakannya
    kepadaku? Seharusnya dirahasiakan. Ini menyangkut prestise
    motel ini sendiri, kan? Ah, kurasa ia mengada-ada. Dengan
    cara begitu, diharapkan aku tidak kecewa dan mau memilih
    kamar lain. Brengsek!
    Itu hanya teknik propagandanya saja!”
    Hamsad mendesah kesal. Pak Hasan terlalu lama ngobrol di
    dalam dengan pemilik motel yang juga sebagai manager.
    Untuk menghilangkan kejenuhannya, Hamsad melangkah
    keluar dari lobby, menikmati udara malam di luar lobby. Dalam
    pikirannya sempat terlintas satu harapan. “Mudah-mudahan
    cewek yang akan datang ke kamar Seruni ituadalah Kismi.
    Kalau benar yang akan melayani tamu di kamar Seruni itu
    Kismi, maka ada baiknya kalau aku menghadangnya di sini.
    Kismi pasti akan berjalan lewat arah sini untuk menuju kamar
    Serani. Mungkin aku bisa menyapanya, setidaknya melihat

    61
    dengan mata kepala sendiri kecantikan yang konon istimewa
    itu.”
    Harapan itu adalah harapan yang sia-sia. Karena, sebelum
    Kismi muncul, Pak Hasan telah keluar dari lobby dan
    melambaikan tangan kepada Hamsad, memanggil. Mereka
    kembali duduk di lobby. Pak Hasan berkata kepada Hamsad,
    “Aku sudah mendesaknya beberapa kali, tapi dia tetap
    mengatakan, tidak ada ‘anak buahnya’ yang bernama Kismi.
    Bahkan ia mengingatkan padaku, agar jangan sekali-kali
    menggunakan kamar Seruni.”
    “Kenapa, katanya?”
    “Kamar itu angker!” bisik Pak Hasan dalam ketegangan.
    Hamsad sedikit terperanjat dan merasa heran, karena
    pernyataan itu sama dengan pernyataan petugas resepsionis
    tadi.
    “Saya tidak yakin, Pak!” kata Hamsad. “Saya rasa itu satu
    cara untuk mempromosikan kamar-kamar lainnya.”
    “Kalau tidak percaya, malam ini juga aku disuruh
    membuktikannya, Ham!”
    “Percuma. Pak. Kamar itu sudah dibocking orang.”
    “Hah…?!” Pak Hasan terperanjat.
    “Jadi, apa rencana kita selanjutnya?” tanya Hamsad dengan
    perasaan masih kesal akibat kegagalan menyelidik tentang
    Kismi.
    “Ham, kita disuruh cek ke beberapa tempat yang
    menampung wanita-wanita penghibur. Terutama di Panti Pijat
    Mahaiani. Karena, wanita-wanita di sana sering diambil kemari
    untuk melayani tamu yang membutuhkannya. Bagaimana
    kalau kita ke sana untuk mencari Kismi?”
    Setelah dipertimbangkan sejenak, Hamsad menjawab, “Kita
    coba saja!”
    Sebenarnya Hamsad tidak begitu bersemangat.’ Dalam
    hatinya ia berkata, “Pasti tidak ada yang bernama Kismi. Kalau
    toh ada, pasti Kismi sedang keluar, sebab kamar Seruni itu
    ada yang menempati. Tapi, coba sajalah. Barangkali ada halhal
    baru yang bisa dijadikan pertimbangan.”

    62
    Dugaan Hamsad menjadi kenyataan. Ia tidak memperoleh
    apa-apa di Panti Pijat Maharani itu. Tidak ada yang bernama
    Kismi, tidak ada yang mengenal Kismi, kendati mereka
    mengaku sering diambil ke Motel Angel Flowers. Kemudian,
    Pak Hasan dan Hamsad menuju ke Panti Pijat Ibu Endang,
    konon terkenal banyak pengunjungnya. Tetapi, di sana juga
    tidak ada yang bernama Kismi.
    Gagal sudah. Malam itu, Hamsad pulang tanpa membawa
    hasil. Hanya sedikit data tentang kamar Seruni yang katanya
    angker itu. Tapi, Hamsad tidak menghiraukan kata-kata
    petugas resepsionis tadi. Kemudian, dalam ketermenungannya
    itu ia mendapatkan gagasan baru. Ia berkata dalam hati. “Aku
    harus bermalam di sana! Barangkali dengan bermalam di
    sana, aku bisa menemukan apa yang kucari. Kismi. Dan, dari
    Kismi aku bisa memperoleh kesimpulan, mengapa kedua
    temanku itu mati bunuh diri? Kapan aku harus ke sana?
    Besok? Ah, jangan! Besok aku ada acara dengan Lista. Cewek
    itu menggemaskan juga sih. Siapa tahu dia mau nyantol
    padaku. Lumayan, kan?”
    Acara yang dimaksud Hamsad adalah menghadiri reuni SMP
    tempat Lista dulu. Acara itu cukup sederhana, namun sudah
    tentu mengesankan bagi mereka yang pernah satu bangku
    dan satu sekolah semasa SMP. Sedangkan Hamsad sendiri,
    tidak mempunyai kesan apa-apa, kecuali mendampingi Lista.
    “Kenapa kau membawaku kemari? Aku kan tidak punya
    kenalan di sini? Mereka tidak mengenalku,” kata Hamsad.
    “Justru aku ingin mengenalkan kamu kepada mereka
    sebagai pacarku,” kata Lista yang berpenampilan tomboy.
    “Apa? Sebagai pacarmu? Pacar cap apa aku ini? Bercinta
    belum sudah mengaku pacaran!”
    “Ah, cuek sajalah! Supaya aku kelihatan laku!”
    “Kenapa kau tidak mencari pacar yang sebenarnya saja?!”
    “Malas! Bikin repot karirku saja!” jawab Lista . seenaknya.
    Yang lebih menyebalkan lagi. dalam pesta reuni itu Lista
    justru asyik ngobrol dengan cowok-cowok bekas teman SMPnya
    yang sekarang, menurut Lista, sudah kelihatan gantengTiraikasih

    63
    ganteng semua. Hamsad merasa dikesampingkan oleh Lista,
    sehingga hampir-hampir ia pulang sendiri tanpa setahu Lista.
    Malam itu, Hamsad hanya memperoleh kedongkolan pergi
    dengan Lista. Ia merasa jera. Tak mau lagi pergi ke mana saja
    dengan Lista. Gadis itu egois. Ia hanya mementingkan diri
    sendiri, tanpa memikirkan perasaan orang lain. Untung saja
    malam itu Hamsad bisa lekas tertidur, sehingga kedongkolan
    hatinya pun cepat reda.
    Hanya saja, esok harinya, Hamsad bangun sedikit siang. Ia
    memang bermaksud tidak kuliah. Malas. Karenanya, ketika
    adiknya membangunkan, Hamsad hanya menggeliat dan tidur
    lagi.
    Tetapi, kali ini ia dibangunkan oleh mamanya karena ada
    seorang teman yang ingin bertemu dengannya. Hamsad
    malas, tapi mamanya memaksa. Bahkan mamanya berkata,
    “Kalau kau ingin jadi pemalas, cari pondokan lain, seperti dulu
    lagi! Jadi, kau bisa bebas mau bertingkah apa saja!”
    Tak tahan mendengar omelan mamanya, Hamsad pun
    turun dari pembaringan. “Siapa yang mencariku?”
    “Temanmu! Bahtiar!”
    Benar. Bahtiar yang datang pagi itu, sekitar pukul 9 kurang.
    Hamsad mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih terasa
    mengantuk. Ia berdiri dengan lesu, bersandar pada kusen
    pintu. Suaranya parau dan malas, “Ada apa, Tiar…?! Bikin
    kagok orang tidur saja kau, ah!”
    Bahtiar tidak langsung menjawab. Ia memandang Hamsad
    yang menguap sambil mengencangkan otot-ototnya.
    Kemudian, Hamsad menghampiri Bahtiar di kursi tamu, duduk
    di depan Bahtiar dengan loyo.
    Mendadak ia jadi curiga melihat Bahtiar berwajah sendu.
    Kecurigaannya itu membuat Hamsad menjadi serius, dan
    bertanya lagi, “Ada apa sih?!”
    “Ham…,” kata Bahtiar sedikit gagap. “Ada… ada korban lagi
    dari teman kita.”
    “Hah…?!” Hamsad terperanjat baru mendengar kata-kata
    itu. “Korban?! Maksudmu?”

    64
    “Tigor, bunuh diri!”
    “Gila!” teriak Hamsad sambil menggebrak meja, untung
    meja kaca itu tak sampai pecah, hanya asbaknya yang
    terpental.
    “Tigor bunuh diri?! Tigor…?!” Hamsad seperti orang tak
    percaya terhadap pendengarannya sendiri. Bahtiar
    mengangguk dalam kesedihan.
    “Peristiwanya terjadi tadi malam, sekitar pukul dua hampir
    pagi,” tutur Bahtiar.
    “Meng… mengapa? Mmmeng… mengapa ia bunuh diri?
    Apa alasannya, Tiar?!” Hamsad gemetar dan napasnya
    terengah-engah. Deburan di dalam dadanya membuat ia
    sedikit gemetar.
    “Kemarin malam, ia penasaran. Ia datang ke motel, tempat
    Norman dan Denny menginap….”
    “Kemarin malam? Bukan tadi malam, kan?” tegas Hamsad.
    “Kalau kemarin malam…? Berarti…? Berarti waktu itu aku ada
    di sana bersama Pak Hasan! Gila betul dia? Jadi… oh, ya…
    aku memang menanyakan kamar Seruni, dan petugas motel
    itu menjawab, bahwa kamar itu ada yang menyewanya. Aku
    tidak tahu kalau orang itu adalah Tigor?! Aaah…! Gila semua!”
    Hamsad bagai orang kesetanan. Matanya yang masih merah
    karena habis bangun dari tidur itu membelalak lebar, penuh
    kemarahan. Tapi, ia tak tahu, kepada siapa ia harus marah?
    Di perjalanan menuju pondokan Tigor dan teman-teman
    yang lainnya, Bahtiar menjelaskan tentang kematian Tigor.
    “Siangnya dia kembali, dan bercerita kepada kami, bahwa
    ia berhasil bertemu dengan wanita yang mengaku bernama
    Kismi. Menurutnya, Kismi memang cantik. Luar biasa
    kecantikannya. Kismi hebat di ranjang. Luar biasa
    kehebatannya. Dan, menurutnya, Kismi muncul setelah lewat
    tengah malam. Pintu kamarnya diketuk, dan ternyata Kismilah
    yang datang.”
    “Tigor memesan Kismi dari siapa?”
    “Ia tidak memesan Kismi. Ia yakin, bahwa Kismi itu setan.
    Ia sengaja ingin bertemu setan di situ, dan usahanya itu

    65
    berhasil, la bahkan bangga, karena bisa menjinakkan setan,
    Kismi bukan hantu yang menakutkan menurut Tigor, justru
    sebaliknya, Kismi hantu yang membuat lelaki betah tinggal
    bersamanya.”
    “Lalu, kenapa Tigor bunuh diri?”
    “Karena ia ingin bertemu dengan Kismi lagi, barangkali! Itu
    dugaan kami. Tigor ingin bertemu Kismi, tapi tidak punya
    uang sewa Seruni yang cukup mahal itu. Kemudian, ia
    mengambil pisau badiknya, dan menusuk-nusuk dirinya sendiri
    sampai beberapa kali. Lukman berhasil memukul tengkuk
    kepala Tigor, dan pingsan. Waktu itu, tubuh Tigor sudah
    berlumur darah. Tetapi, anehnya… tangan kanannya yang
    memegang badik sukar dicabut. Tangan kanannya itu justru
    bergerak sendiri, hampir menikam perut Ade.”
    “Kemudian, bagaimana cara kalian mengatasi?”
    “Tidak ada yang bisa mengatasi! Kami melihat sendiri
    tangan kanan itu menikam ulu hatinya sendiri, padahal Tigor
    dalam keadaan pingsan oleh pukulan Lukman. Dan… dan
    setelah tangan kanan itu merasa puas menikam-nikam
    tubuhnya sendiri, lalu ia berhenti. Lemas. Pisau badiknya
    tergeletak. Waktu itu, Tigor masih sempat terlihat napasnya,
    dan kami melarikan dia ke rumah sakit. Tetapi, di perjalanan
    Tigor menghembuskan napas terakhirnya.” Bahtiar menghela
    napas, sedikit tersendat-sendat, mungkin karena menahan
    duka atas kematian temannya yang tragis itu.
    “Tangan kanan…?!” gumam Hamsad sambil mengemudikan
    mobilnya “Lagi-lagi tangan kanannya! Norman, Denny, dan
    kini Tigor, masing-masing bunuh diri dengan tangan
    kanannya. Masing-masing mempunyai persamaan yang
    sekarang baru kusadari, bahwa tangan mereka bergerak
    dengan sendirinya. Jadi, ada satu kekuatan yang
    menggerakkan tangan kanan mereka, lalu menikam diri
    mereka masing-masing. Oh… mengerikan sekali!”
    Madi,-menurutmu ada satu kekuatan yang merasuk pada
    tangan kanan mereka?” tanya Bahtiar.

    66
    “Kurasa memang begitu. Roh seseorang masuk dalam
    tangan kanan mereka, dan membunuh mereka sendiri.
    Dengan begitu, tak ada orang yang dicurigai oleh pihak yang
    berwajib.”
    Bahtiar bergidik. Lalu, ia menggumam lirih, “Sudah pastikah
    bencana itu datang dari perempuan yang bernama Kismi?” Ia
    melirik Hamsad, seakan meminta pendapat. Hamsad diam
    saja. Lama sekali ia terbungkam sambil mengemudikan
    mobilnya. Beberapa saat kemudian, barulah ia berkata,
    “Akan kucoba menaklukkan dia!”
    Bahtiar buru-buru berpaling memandang penuh perasaan
    cemas. “Kau., kau hendak mencobanya seperti Tigor?”
    “Yah…!” Hamsad mengangguk sambil mendesah.
    “Kupikirkan dulu cara menaklukkannya, baru akan kutantang
    hantu keparat itu!”
    “Berbahaya, Ham! Jangan coba-coba berjudi dengan
    maut!” bisik Bahtiar merasa ngeri mendengar tekad Hamsad.
    “Kau mau membantuku?” Hamsad melirik Bahtiar.
    “Aku masih ingin hidup beberapa saat,” jawab Bahtiar.
    “Kalau begitu aku akan lakukan hal itu sendiri…!” Hamsad
    berkata dengan tenang, datar, seakan di dalam dadanya telah
    mendidih darah kemarahan yang sukar didinginkan kembali.
    Bahtiar makin ngeri melihat rona wajah Hamsad yang
    memancarkan dendam. Ia bagai seseorang yang sudah siap
    untuk mati.
    ***
    Bab 8
    Tekad Hamsad sudah hulat, ia harus menemui Kismi. Ia
    ingin membuktikan segalanya, dan mencari jawaban yang
    pasti tentang Kismi, juga tentang kematian Norman, Denny,
    dan Tigor. Di dalam hatinya ia menyimpan dendam, dan
    dendam itu yang menuntut pembalasan.
    Karena itu, pukul 4 sore itu, Hamsad sudah membocking
    kamar Seruni. Ia belum tahu, bagaimana caranya menghadapi

    67
    Kismi kalau benar wanita itu adalah hantu. Ia hanya punya
    keyakinan, bahwa ia akan bisa mengatasi Kismi dengan
    beberapa doa yang pernah diajarkan oleh kakeknya ketika ia
    masih di SMP. Ada beberapa doa yang konon bisa untuk
    mengusir hantu. Dulu, Hamsad pernah mendapat pelajaran
    mengusir hantu dari kakeknya, tapi satu kali pun belum
    pernah ia gunakan. Kali ini, ia ingin mencoba kekuatan magis
    dari doa tersebut untuk mengalahkan Kismi.
    Hati Hamsad belum terlalu berdebar-debar, karena ia ingat
    cerita para korban, bahwa Kismi akan muncul pada saat
    tengah malam. Karena sekarang masih pukul 4 lebih, rnaka
    tak ada yang perlu dicemaskan, tak ada yang perlu ditakutkan.
    Yang harus ia lakukan adalah mempersiapkan segala
    sesuatunya, di antaranya menghafal doa pengusir setan itu.
    Debur ombak dan angin senja membaur. Suasana di motel
    itu terasa lengang, sepi, namun terlihat beberapa kesibukan
    manusia yang seakan bergerak dan bekerja tanpa suara
    sedikit pun.
    “Aneh…! Mengapa mereka melangkah bagai tanpa suara?
    Mengapa mobil di jalan raya itu bergerak hanya
    memperdengarkan suaranya yang samar-samar? Alam ini
    menjadi lengang, seperti lorong menuju alam kematian. Oh,
    mungkinkah aku akan menemukan ajalku di sini juga?” pikir
    Hamsad sambil duduk di teras kamar Seruni. Tak lama
    kemudian, terdengar suara adzan magrib sayup-sayup sekali.
    Langit menjadi merah lembayung. Mentari mulai
    menyembunyikan diri.
    Iseng sekali Hamsad duduk sendirian di teras. Kebetulan
    seorang petugas motel yang biasa disebut sebagai room-boy
    sedang melintas di depan teras kamar Hamsad. Orang itu
    sudah tua, tapi gerakannya masih lincah, penuh semangat
    kerja.
    “Pak…!” panggil Hamsad, kemudian melambaikan tangan.
    Pelayan tua itu mendekat dengan senyum ramah.
    “Pak, bisa mencarikan saya makanan kecil?”
    “Maksud, Tuan?”

    68
    “Yah… semacam kacang mete, atau emping.”
    “O, bisa. Di restoran kami tersedia makanan itu. Mau
    kacang mete atau emping?” pelayan tua itu ganti bertanya.
    “Emping saja deh! Atau… emping sama kacang mete juga
    boleh.”
    Pelayan itu mengambilkan pesanan yang telah di pesan
    Hamsad. Waktu itu, Hamsad segera masuk dan memeriksa isi
    kulkas. Oh, lumayan ada dua kaleng bir sebagai selingan. Ia
    mengeluarkan salah satu, dan membukanya sambil matanya
    memandang ke arah TV yang dinyalakan dari tadi.
    Tak berapa lama, pelayan datang membawakan emping
    pesanan Hamsad.
    “Masuk saja, Pak!” teriak Hamsad, malas membukakan
    pintu karena ada acara menarik di TV.
    “Sendirian saja, Tuan?” tanya pelayan itu sambil cengarcengir.
    “Ya. Sendirian. Kenapa, Pak?” pancing Hamsad.
    “Tidak membutuhkan teman buat ngobrol-ngobrol?”
    “Teman perempuan maksudnya?”
    Pelayan berambut uban itu terkekeh sesaat,
    “Kalau teman lelaki sih buat apa, Tuan?”
    Hamsad ikut tertawa sekadarnya. Ia membuka plastik
    emping sambil bertanya, “Apa… apa kamu bisa sediakan
    perempuan cantik, Pak?”
    “O, bisa! Bisa saja, Tuan! Mau cari yang modelnya seperti
    apa?”
    ‘Yang paling cantik. Kalau bisa yang seperti Ratu Mesir
    Kuno!”
    Bapak itu terkekeh lagi. la berdiri dengan sikap
    menghormat, sopan, sekalipun merasa geli dengan kata-kata
    Hamsad, tapi ia tetap sopan.
    “Bisa, Pak?” desah Hamsad. Ia berjalan ke ruang tamu, dan
    duduk di meubel yang ada di situ.
    “Saya belum pernah melihat Ratu Mesir Kuno, Tuan,”
    katanya. “Lagi pula, bagi saya, semua perempuan itu ratu.”

    69
    Hamsad sempat tertawa keras mendengar banyolan
    pelayan tua itu. Ia tertarik untuk mengajaknya bicara,
    sehingga ia perlu mempersilakan bapak itu duduk di kursi.
    “Bapak namanya siapa. Pak?”
    “Saya…, Kosmin. Kalau perlu apa-apa bisa panggil saya
    saja lewat telepon, Tuan.”
    “Ah, paling-paling yang kuperlukan ya soal perempuan itu
    tadi. Pak.”
    “Bisa juga! Tempo hari ada yang memesan perempuan dua
    sekaligus! Tamu itu seorang lelaki yang usianya lebih tua dari
    Tuan, dan ia memakai dua perempuan dalam satu kamar.
    Saya juga yang mencarikan. Dia minta perempuan yang
    separuh baya, tapi masih kelihatan cantik dan montok, saya
    terpaksa mencarikannya ke beberapa tempat yang saya
    kenal….”
    “Berhasil?”
    “Berhasil juga, Tuan.”
    “Kalau begitu, carikan saya yang paling cantik.”
    “Boleh. Kapan saya suruh kemari?” tanya Pak Kosmin
    dengan penuh semangat. Hamsad tersenyum kalem sambil
    mengunyah emping.
    “Cantik sekali, nggak? Kalau nggak cantik sekali, saya
    nggak mau, Pak!”
    “O, ditanggung memuaskan, Tuan! Saya punya kenalan
    yang jarang saya suguhkan pada tamu-tamu di sini. Biasanya
    yang suka pakai dia… beberapa boss dari luar negeri.
    Perempuan itu memang biasanya dibawa ke luar negeri oleh
    boss-boss minyak. Baru seminggu yang lalu ia pulang dari
    Itali.”
    Hamsad makin tertarik, ia memperhatikan Pak Kosmin yang
    bermata cekung itu, lalu bertanya dengan penuh harap,
    “Namanya siapa, Pak?”
    “Gea. Nama lengkapnya saya tidak tahu, tapi ia selalu
    memperkenalkan diri dengan nama: Gea!”

    70
    Hamsad kelihatan mengeluh kecil. Ia kurang menggebugebu.
    Namun, ia membiarkan pelayan itu meneruskan
    promosinya tentang Gea. Setelah itu, baru Hamsad bertanya,
    “Pak Kosmin bisa mencarikan perempuan yang bernama
    Kismi?!”
    Pak Kosmin tampak terperanjat sekalipun berusaha
    disembunyikan. Hamsad mengetahui hal itu, dan ia segera
    mengusap tengkuk kepalanya yang sejak tadi bergidik bulu
    romanya. Sejak tadi! Hanya saja, Hamsad tadi bisa menahan
    diri untuk bersikap biasa-biasa saja.
    “Bagaimana, Pak? Kok malah melamun?” tegur Hamsad
    setelah mengetahui lelaki itu melamun. Wajahnya yang tua
    dan sedikit berkeriput itu kelihatan pias. Ia jadi tidak
    bersemangat lagi, seperti tadi. Ada senyum yang dipaksakan
    untuk tetap ramah. Dan, Hamsad membiarkan perubahan
    tersebut, seakan tidak mengetahuinya.
    “Kalau Pak Kosmin bisa mencarikan atau memanggilkan
    perempuan yang bernama Kismi, saya berani kasih tip banyak
    kepada Pak Kosmin,” tantang Hamsad sambil berlagak
    berseloroh. Pak Kosmin tersenyum hambar.
    “Mengapa harus Kismi?” tanyanya tiba-tiba. Pertanyaan itu
    mempunyai arti lain bagi Hamsad, maka ia pun buru-buru
    bertanya,
    “Jadi, Pak Kosmin sudah mengenal Kismi, kan? Sudah
    pernah melihat Kismi, bukan? Nah, type wanita seperti itulah
    yang saya sukai, Pak. Kalau tidak Kismi, saya tidak mau
    ditemani oleh siapa pun!”
    Lelaki berseragam biru-biru, sebagai seragam pelayan
    motel ini, tampak termenung beberapa saat. Lalu, tiba-tiba ia
    mengajukan pertanyaan yang membuat Hamsad sedikit
    terpojok,
    “Apakah Tuan sudah pernah bertemu dengan Kismi?”
    “Hem… anu… bertemu sih belum pernah, tapi ketiga
    temanku pernah bermalam dengan Kismi. Aku mengetahui
    kecantikannya dari ketiga temanku itu, Pak.”

    71
    “Ooo..,” Pak Kosmin manggut-manggut. “Dan, bagaimana
    dengan ketiga teman Tuan itu?”
    “Mereka merasa bahagia sekali tidur bersama Kismi,” jawab
    Hamsad memaksakan untuk bersikap kalem.
    “Maksud saya, bagaimana nasibnya setelah ia tidur
    bersama Kismi?”
    Nah, pertanyaan ini kembali membuat Hamsad merinding.
    Ia melirik ke arah luar lewat gorden jendela, ternyata alam
    telah menjadi gelap. Terbersit perasaan ngeri dalam hatinya,
    namun ia mampu menutupi dengan caranya sendiri.
    “Mengapa Pak Kosmin menanyakan begitu? Apa
    maksudnya?”
    “Setahu saya,” kata lelaki tua itu. “Siapa pun yang tidur
    bersama Kismi, maka ia akan mati!”
    Ada suatu rasa yang menghentak di hati Hamsad, namun
    Hamsad berusaha menetralkan perasaannya.
    “Mengapa harus mati?” tanya Hamsad masih tetap kalem,
    seakan tidak mau percaya dengan keterangan Pak Kosmin.
    “Kismi itu roh!”
    “Ah…!” Hamsad sengaja mendesah dengan nada tidak
    percaya.
    “Sungguh, Tuan. Dulu, memang ada seorang wanita yang
    bernama Kismi. Dia seorang peragawati, tapi dia juga punya
    jabatan penting dalam suatu perusahaan besar di luar negeri.
    Konon, kesibukannya sebagai peragawati hanyalah sebagai
    penangkal kejenuhannya saja…!”
    Karena Pak Kosmin diam. Hamsad mendesaknya,
    “Ceritakan selengkapnya, Pak. Siapa tahu aku mempercayai
    kata-katamu.”
    “Kismi dibunuh di kamar ini oleh pacarnya. Ternyata
    pacarnya itu orang yang punya penyakit syaraf. Ia dicekik, dan
    tangan kanannya dipotong…!”
    Bergidik Hamsad mendengar cerita itu. Sejak tadi ia sudah
    berdebar-debar, keringat dinginnya sudah tersembul, hanya
    saja ia pandai menampilkan sikap tenang sehingga tidak
    kentara apa yang ia rasa.

    72
    “Kismi memang mempunyai hubungan dengan kepercayaan
    Mesir Kuno,” tambah Pak Kosmin, dan tambahan itulah yang
    membuat Hamsad terbelalak kaget.
    “Mmm… mak… maksud… maksudnya, bagaimana, Pak?
    Bagaimana?” Hamsad sampai meng-geragap.
    “Mayat Kismi sampai sekarang masih utuh, karena
    dimakamkan dalam kotak kaca hampa udara. Ia mempunyai
    cincin berbatu putih kekuning-kuningan. Cincin itu, konon
    pemberian seorang profesor, ahli sejarah, yang menjadi
    gurunya di perguruan tinggi. Cincin itu, berasal dari zaman
    Mesir Kuno. Bukan cincinnya yang saya maksud, melainkan
    batu pada cincin tersebut.”
    “O, begitu?! Lalu… lalu… lalu, khasiat cincin itu sendiri
    apa?”
    “Apabila ia mati, nyawanya masuk ke dalam batu cincin
    tersebut. Kalau ia mengenakan cincin itu lagi, maka ia akan
    hidup. Tetapi, kalau sampai tiga kali ia mati, maka ia akan
    mati selama-lamanya!”
    “Gila…!” gumam Hamsad sepertinya antara mengagumi
    dan tidak percaya.
    Pak Kosmin melanjutkan lagi, “Jadi, karena ia dicekik dan
    tangan kanannya dipenggal, maka ia tak dapat hidup lagi.
    Karena, di jari manis tangan kanannya itulah cincin mistik itu
    dikenakan. Ia terpisah dengan cincin tersebut, maka sama
    saja ia terpisah dari nyawanya. Kemudian, pelayannya yang
    selalu mendampingi Kismi memakamkan mayat Kismi di dalam
    tabung kaca hampa udara, supaya kuman tidak merusak
    jasadnya. Apabila potongan tangan kanan itu disambungkan
    lagi ke lengan Kismi, maka ia akan hidup lagi sebagai manusia
    biasa. Itulah keistimewaan dari Cincin Zippus.”
    Beberapa saat lamanya Hamsad terbengong. Terbayang
    sesuatu yang mustahil menjadi nyata. Dan, ia terkejut ketika
    Pak Kosmin berdiri, mohon pamit.
    “Tunggu, Pak…! Bapak sendiri siapa? Kenapa bisa
    mengetahui riwayat Kismi?”
    “Saya pelayan Kismi…!”

    73
    Dan, tiba-tiba lelaki tua beruban putih itu melangkah keluar
    kamar tanpa membuka pintu lebih dulu. Badannya bagai
    gumpalan asap yang mampu menembus daun pintu yang
    tebal. Hal itu membuat Hamsad tercengang dengan mata
    mendelik dan tubuh gemetar. Ia buru-buru membuka pintu
    untuk mengejar Pak Kosmin, tetapi ternyata lelaki tua itu tidak
    terlihat sama sekali. Di luar hanya ada gelap malam yang sepi.
    Sekujur tubuh Hamsad menjadi merinding dan keringat
    dinginnya pun membasahi semua pakaiannya. Lalu, sesuatu
    yang aneh kembali dialaminya, tak lama berselang dari
    peristiwa itu. Hamsad masih terengah-engah, ia melihat
    arlojinya, dan begitu terkejutnya ia setelah mengetahui,
    bahwa saat itu malam sudah menunjukkan pukul 11 lewat 55
    menit.
    “Gila! Arloji murahan bikin kaget saja!” gerutunya sambil
    gemetar. Ia tak percaya, tapi juga penasaran. Ia menelepon
    bagian resepsionis dan menanyakan jam. Ternyata
    jawabannya sama, “Pukul 11 lewat 55 menit, Tuan!”
    “Astaga…! Kalau begitu aku sudah bicara dengan… dengan
    roh pelayan Kismi itu memakan waktu cukup lama?! Dari
    magrib sampai hampir tengah malam?! Oh, konyol! Terasa
    hanya sebentar! Nyatanya lebih dari lima jam?! Gila! Ini benarbenar
    gila!”
    Malam yang mengalunkan deburan ombak samar-samar itu
    ibarat irama penghantar ke liang kubur. Suasana ganjil yang
    menimbulkan rasa takut mencekam kuat di dalam kamar
    tersebut. Jantung Hamsad berdetak-detak keras, sampai dia
    mengalami sesak napas. Ia berusaha merubah suasana
    tegang di dalam kamar dengan suara TV yang mengalunkan
    lagu-lagu tempo dulu: acara ‘Dari Masa ke Masa’. Dengan
    suara keras dari musik-musik itu, Hamsad sedikit berhasil
    mengatasi cekaman rasa takut yang bagai membekukan
    darahnya itu. Ia membuka kaosnya yang basah oleh keringat
    dingin. Bahkan juga melepas celana panjangnya yang lembab
    karena keringat pula.

    74
    Sekarang, ia merasa panas. Gerah. Padahal AC berjalan
    dengan lancar. Karena tak tahan, Hamsad pun mengguyur
    badannya di kamar mandi. Pada saat itu, ia masih terngiangngiang
    cerita Pak Kosmin, dan terbayang kenyataan
    mengerikan dari Pak Kosmin yang mampu menembus pintu
    tanpa dibuka lebih dahulu. Hamsad tidak percaya kalau
    ternyata sejak tadi berbicara dengan roh. Roh pelayan Kismi.
    Dan, agaknya roh pelayan Kismi itu pun mencari tahu di mana
    tangan kanan Kismi yang dipotong oleh pembunuhnya. Maka,
    timbul kecamuk di hati Hamsad,
    “Kalau aku bisa menemukan tangan atau cincin itu, dan
    bisa menyambungkannya ke lengan jenazah Kismi, mungkin
    perempuan itu akan hidup kembali. Lalu, apa yang kuperoleh
    dari pekerjaan itu? Oh… gila! Cerita itu kenapa mendominir
    otakku? Kenapa aku sangat percaya? Bukankah itu suatu hal
    yang mustahil?” Hamsad berdebat sendiri di dalam hatinya.
    Kemudian, batinnya berkata juga,
    “Jadi, pantas kalau selama ini Norman, Denny, dan Tigor
    mati bunuh diri setelah tidur bersama Kismi. Rupanya roh
    Kismi menaruh dendam kepada lelaki. Roh itu yang ada di
    tangan kanannya, pada batu cincin tersebut. Dan, roh itu yang
    masuk ke dalam tangan kanan Norman, kemudian memaksa
    Norman bunuh diri. Padahal itu adalah tindakan pembunuhan
    dari roh Kismi yang ada di tangan kanannya. Oh, mengerikan
    sekali! Apa jadinya jika roh itu masuk ke tangan kananku…?!”
    sambil berkecamuk demikian di batinnya, Hamsad
    mengangkat tangan kanannya sendiri. Memperhatikan tangan
    kanannya itu dengan hati berdebar-debar. Semakin lama ia
    memperhatikan tangan kanannya, semakin gemetar tangan
    kanan itu. Jantungnya bertambah cepat terpacu. Jari-jemari
    tangan kanannya mengejang. Mulanya bergerak-gerak, lalu
    mengejang semuanya, membentuk cakar.
    “Oh…?! Tangan kananku kaku..?!” katanya terpekik
    ketakutan sendiri. Ia mendelik memperhatikan tangan
    kanannya. Jari-jemari itu gemetar pada saat membentuk cakar
    yang keras dan kaku. Tangan kiri Hamsad buru-buru

    75
    melunakkan tekukan jari-jemari tangan kanannya. Dan,
    Hamsad pun menghempaskan napas. Ternyata tangan
    kanannya mengalami kram sebentar. Kini kembali lemas,
    seperti sediakala.
    Sambil mengenakan handuk, Hamsad terengah-engah
    karena rasa takutnya. Ia keluar dari kamar mandi dengan
    hanya berbalut handuk, karena pada saat itu ia mendengar
    suara TV berkerosak tak karuan. Ternyata layar TV sudah
    tidak menampilkan gambar apa-apa lagi, kecuali bintik-bintik
    semacam semut berpesta pora. Salurannya bagai ada yang
    memutus, dan suara berisik itu mengganggu pendengaran
    Hamsad. Maka, pesawat TV pun terpaksa dimatikan. Dan, kali
    ini kamar menjadi hening tanpa suara apa pun.
    Hamsad duduk di pembaringan dengan melamun,
    membayangkan sesuatu yang bersimpang siur dalam
    pikirannya. Kacau!
    ***
    Bab 9
    Suara ketukan pintu yang lembut mengejutkan lamunan
    Hamsad. Napasnya terhempas karena rasa kagetnya. Ia
    sempat mencaci sendiri, lalu menyadari bahwa ia lupa
    membayar uang emping dan kacang mete. Setelah mengambil
    uang puluhan ribu dari dompetnya, Hamsad menuju ke ruang
    tamu dengan hanya berbalut handuk tebal.
    Klik…! Pintu dibuka, dan sapaan lembut terdengar,
    “Selamat malam…!”
    Hamsad terbelalak seketika. Darahnya bagai mengalir cepat
    ke bagian kepala. Pucat. Napasnya pun tersentak, seakan
    berhenti seketika. Di depannya, berdiri seorang perempuan
    yang berbadan atletis, tinggi sekitar 168 cm, berbadan padat,
    menonjol namun ideal bagi tubuhnya yang sexy itu. Mulut
    Hamsad bergerak-gerak, namun tak berhasil melontarkan
    sepatah kata pun. Matanya tak bisa berkedip menatap seraut

    76
    wajah klasik, dengan kecantikan yang mirip seorang ratu Mesir
    Kuno. Hidung mancung, bibir ranum tak terlalu lebar, mata
    bulat dengan kebeningan yang tajam meneduhkan, dan
    rambut hitam indah disanggul ke atas, sehingga
    menampakkan lehernya yang tergolong jenjang itu berkulit
    kuning langsat.
    Yang terucap di hati Hamsad hanya kata-kata, “Sudah
    lewat tengah malam…!”
    Perempuan itu tersenyum ramah, indah sekali. Enak
    dipandangi berjam-jam lamanya. Suaranya yang serak-serak
    manja terdengar membuai hati Hamsad yang gemetar.
    “Boleh aku masuk?”
    “Bo… bob… eh, sil… silakan…!” Hamsad menggeragap.
    Jantungnya yang berdetak cepat membuat ia serba gemetar.
    Berulangkah ia menelan napasnya untuk menguasai
    kegugupan yang mengerikan, dan sedikit-sedikit ia mulai
    berhasil menenangkan gemuruh di dalam dadanya.
    Ada bau harum dari parfum yang dikenakan perempuan itu.
    Bau harum itu begitu lembut, klasik, namun membawa kesan
    yang anggun. Perempuan itu mengenakan gaun transparan
    putih tanpa lengan. Tas kulit warna hitam yang bertali rantai
    kuning keemasan tergantung di pundak kirinya. Sepatunya
    berwarna hitam, menapak di lantai. Jelas sekali. Ketika
    melangkah terdengar ketukan sepatunya yang lembut.
    Waktu itu, angin berhembus lebih kencang dari
    sebelumnya. Suara angin itu mengalun bercampur deburan
    ombak. Malam berubah menjadi lebih sunyi lagi, seakan kutukutu
    malam pun tak berani bersuara. Hal itu semakin
    membuat Hamsad dicekam rasa takut, tubuhnya pun menjadi
    merinding semua.
    “Sendirian di sini?” suara serak-serak manja yang
    menggemaskan hati lelaki itu mengacaukan pikiran Hamsad.
    Ia masih diam di pintu, tanpa menutup daun pintu, sehingga
    angin yang berhembus membawa kemisterian itu menerobos
    masuk ke kamar. Ia tak sempat menjawab dengan kata,
    kecuali mengangguk dan menampakkan rasa takutnya. Ada

    77
    niat untuk lari keluar kamar dan berteriak meminta tolong,
    tetapi sikap perempuan itu begitu mengesankan, baik dan
    ramah. Sehingga, hati Hamsad berdiri di batas kebimbangan.
    “Apakah ruangan ini kurang dingin? Kurasa sudah cukup
    sejuk, tak perlu kau tambah dengan cara membiarkan pintu
    terbuka,” katanya sambil menampakkan senyumnya yang
    mengagumkan sekali. Hamsad pun segera menutup pintu,
    namun tak berani menguncinya. Ia jadi seperti orang bego
    berdiri bersandar pada pintu dengan kedua lutut gemetar.
    Detak-detak jantungnya kembali memburu ketika perempuan
    itu melangkah mendekati Hamsad, memandang dengan penuh
    sorot mata yang mempesonakan.
    Luar biasa kecantikan itu. Hamsad baru percaya dengan
    apa yang pernah dikatakan Almarhum Norman, Denny, dan
    Tigor. “Perempuan itu mempunyai kecantikan yang luar biasa.
    Kehebatan di ranjang yang luar biasa pula….” Pantas rasanya
    jika para korban memuji Kismi habis-habisan, karena
    perempuan itu memang patut dipuji dan disanjung. Hanya
    saja, kali ini lidah Hamsad masih kelu, darahnya berdesir
    seakan beredar di seluruh tubuh dengan kacau. Apalagi kali ini
    perempuan itu tepat berada di depannya, oh…. Hamsad
    seperti kehilangan kesempatan untuk menghela napas.
    “Kau sakit?” tanya perempuan itu. “Wajahmu pucat sekali.”
    Kemudian, karena lama sekali Hamsad tidak bisa
    menjawab, perempuan itu menyentuh jari-jemarinya ke pipi
    Hamsad. Lembut sekali. Pelan. Hamsad merasa diusap oleh
    selembar kain sutra yang berbau harum menggairahkan.
    Lutut semakin gemetar, nyaris tak bisa dipakai untuk
    berdiri, karena saat itu, Hamsad merasakan suatu ciuman
    yang hadir dengan sangat pelan. Menempel di pipinya terasa
    menghangat dipermukaan wajah Hamsad. Suara serak-serak
    manja menggemaskan itu terdengar berbisik di telinga
    Hamsad,
    “Kosmin memberitahu kehadiranmu. Aku tahu, kau
    membutuhkan aku, bukan? Kau mencari aku, bukan?” Ia
    segera menarik wajahnya, kini beradu pandang dengan

    78
    Hamsad. Mulut Hamsad masih kaku, sukar digerakkan. Dan,
    perempuan itu berkata lagi,
    “Jangan takut. Aku Kismi, orang yang kau cari. Kau hanya
    memilih aku dari sekian perempuan yang ditawarkan Kosmin.
    Dan, sekarang pilihanmu telah berada di sini, di depanmu.
    Mengapa kau diam saja? Mengapa kau takut? Barangkali
    karena kau mendengar cerita dari Kosmin, lantas kau pikir aku
    akan membunuhmu? Hem…?!”
    Oh, begitu mesranya ia bicara. Sesekali tangannya
    mengusap rambut di kening Hamsad, menyibakkan ke
    belakang dengan tatapan mata penuh curahan rasa kasih.
    “Barangkali kita bisa buat perjanjian,” katanya dengan
    lembut.
    “Ak… aaak… akuuu…,” Hamsad berkata dengan gagap.
    “Akuuu… hm… akkk….”
    “Ssst…!” Kismi menempelkan jari telunjuknya ke bibir
    Hamsad. Ia membisik, “Kecuplah bibirku…! Kecuplah, agar
    rasa takutmu hilang…!”
    Hamsad gundah. Debaran hatinya membuat ia tersengalsengal
    dalam bernapas.
    Kismi memejamkan mata, menyodorkan bibirnya yang
    terperangah menantang. Ia berbisik lagi, “Kecuplah aku…
    kecuplah, supaya rasa takutmu hilang…!”
    Dengan gemetar, Hamsad mendekatkan bibirnya ke bibir
    Kismi. Ia ragu sejenak, tetapi Kis-mi bergerak lebih maju,
    sehingga bibirnya menyentuh bibir Hamsad. Kemudian,
    Hamsad mengecup bibir itu dengan gemetar. Mulanya hanya
    ingin sekejap, tetapi Kismi membalas dengan hangat.
    Mengulumnya, melumatnya penuh gairah. Bahkan ia
    mendesah ketika bibir itu terlepas sekejap. Sebelum Hamsad
    menarik diri, Kismi telah mengulang adegan itu. Semuanya ia
    lakukan dengan lembut, tidak kasar dan rakus. Justru
    kelembutan itulah yang membuat hati Hamsad terasa tersiram
    serpihan salju. Dingin, tenang, dan debarannya pun
    berkurang.

    79
    Perlahan-lahan sekali Kismi melepaskan kecupan itu,
    seakan merasa enggan memisahkan bibirnya dari bibir
    Hamsad. Ketika kecupan itu berhenti, senyum Kismi mekar
    mengagumkan. Hamsad mulai menyunggingkan senyum
    bernada malu. Anehnya, saat itu ia tidak lagi merasa
    berdebar-debar. Ia tidak merasa takut dan gemetar. Ia dalam
    keadaan normal, memandang Kismi seperti memandang
    perempuan biasa. Hamsad sadar, ia berhadapan dengan
    hantu, tapi ia tidak merasa ngeri sedikit pun. Justru ia merasa
    bangga bisa berhadapan muka dengan wanita berwajah mirip
    ratu Mesir Kuno itu. Ia berdecak menyatakan rasa kagumnya
    kepada Kismi.
    “Bagaimana aku harus memanggilmu?” tanya Kismi sambil
    melingkarkan kedua tangannya ke leher Hamsad. Matanya
    berkedip-kedip memandang Hamsad dengan penuh pesona
    mengagumkan.
    “Panggil aku, Hamsad!” jawab Hamsad dengan lancar, tak
    ada kebimbangan, hanya sedikit sisa getaran masih terasa.
    “Aku kagum padamu, Hamsad. Kau manusia yang nekat.
    Kau punya semangat, tapi tidak punya keberanian. Mungkin
    begitulah dalam hidupmu sehari-hari.”
    Hamsad tersipu. Ia tak berkedip menatap Kismi, kemudian
    ia berkata bagai di luar kesabaran, “Cantik sekali…!”
    “Siapa?” tukas Kismi.
    “Kau…,” desah Hamsad, romantis sekali. Kismi mencibir
    manis. Kemudian keduanya sama-sama tertawa. Keduanya
    sama-sama berpelukan, masih di depan pintu.
    “Aneh sekali…,” bisik Hamsad.
    “Apanya yang aneh?”
    “Hatiku jadi berbunga-bunga. Aku bahagia sekali.”
    “Kenapa?” bisik Kismi makin mendesah.
    “Aku bisa bertemu denganmu, dan aku bisa memelukmu,”
    jawab Hamsad. “Padahal aku tahu….”
    “Tahu apa?” tukas Kismi lagi, seakan menggoda.
    “Aku tahu, bahwa kau bukan manusia…!”

    80
    Kismi buru-buru melepaskan pelukannya. Ia kelihatan
    tersinggung. Hamsad menggeragap bingung ketika Kismi
    meninggalkannya. Perempuan itu berjalan ke kamar tidur, dan
    menghempaskan dirinya di tepian ranjang. Wajahnya murung.
    Hamsad serba salah jadinya. Ia mencoba mendekati Kismi dan
    berkata penuh sesal,
    “Maaf, aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu.”
    “Aku tidak tersinggung,” jawab Kismi. Masih murung. “Aku
    sedih jika ada yang mengatakannya begitu. Aku ingin kau
    pura-pura tidak mengetahui siapa aku.”
    “Mengapa begitu?”
    Kismi mendongak, memandang Hamsad yang berdiri di
    sampingnya. Wajah Kismi tepat berada di pinggang Hamsad.
    Perempuan itu berkata dengan nada sedih,
    “Aku datang memenuhi keinginanmu. Aku ingin mengagumi
    lelaki yang punya tekad seperti kamu. Jadi, aku tak ingin
    mendengar kata-kata seperti itu lagi.”
    “Aku berjanji tidak akan mengatakan hal itu lagi, Kismi,”
    kata Hamsad sambil mengusap-usap kepala Kismi. Kepala itu
    pun kemudian rebah di pinggang Hamsad.
    “Aku ingin mencari kebahagiaan. Aku ingin menghibur
    diriku seriang mungkin. Aku…,” Kismi berhenti sejenak,
    mendongak lagi, menatap Hamsad, lalu berkata,”… aku ingin
    hanyut dalam kemesraan.”
    Hamsad mengangguk, “Apakah menurutmu aku bisa
    memberi kemesraan padamu?”
    Tangan Kismi mulai merayap, mengusap-usap paha
    Hamsad yang hanya dibalut handuk itu. Ia bicara bagai
    sedang melamun,
    “Aku tak tahu, apakah kau yang terpilih bagiku. Tetapi, aku
    sangat menyukai lelaki yang punya tekad, daripada yang
    hidup penuh kebimbangan. Biasanya, lelaki yang hidup
    mengandalkan tekad, ia mempunyai naluri bercumbu sangat
    romantis.”
    Hamsad tertawa pelan. “Aku tidak merasakan diriku begitu.
    Kismi,”

    81
    “Tapi aku merasakannya…,” seraya tangan Kismi terus
    merayap pada bagian terpeka bagi seorang lelaki. Hamsad
    membiarkan tangan itu memainkan sesuatu, Ia sibuk
    menekuni hatinya yang berdebar-debar dalam keindahan.
    Lalu, ia sedikit menunduk, mencium kening Kismi. Wajah
    itu buru-buru tengadah ke atas, merenggangkan bibirnya
    dalam desah yang tipis sekali. Hamsad mencium kening dan
    merayap ke hidung Kismi, kemudian merayap lagi perlahanlahan,
    sampai akhirnya mulut Hamsad menyentuh bibir Kismi.
    Lidah Hamsad mempermainkan bibir Kismi yang segar dan
    menggairahkan itu. Kismi mengerang pelan, bagai merengek
    minta sesuatu. Kemudian, Hamsad pun mengecup bibir itu
    pelan-pelan. Lembut sekali. Sementara itu, tangan Kismi yang
    nakal semakin bengal.
    Handuk pembalut pun terlepas dan jatuh di lantai. Hamsad
    membiarkan. Ia masih sibuk menciptakan sejuta desiran indah
    melalui kecupan bibir Kismi. Tapi, kali ini tangan Hamsad pun
    menarik tali gaun yang ada di pundak Kismi. Kedua tali pun
    terlepas, dan gaun transparan itu terkulai jatuh di pangkuan
    Kismi. Tangan Hamsad mulai merayap dengan usapan lembut,
    sentuhan jemarinya bagai mengambang dan justru
    menciptakan debaran halus di hati Kismi.
    “Oh… kau pandai membawaku melayang, Hamsad…,” bisik
    Kismi dalam desahnya. Ia buru-buru memeluk pinggang
    Hamsad. Mengecup pinggang itu, dan menjalar ke manamana.
    Hamsad melepas sanggul rambut Kismi sambil berdesis-
    desis. Rambut itu tergerai sebatas punggung. Lemas
    sekali. Halus, dan berbau harum. Tangannya mengusap-usap
    punggung Kismi dengan gerakan lamban, sedangkan Kismi
    semakin berani menjalarkan lidah dan bibirnya ke ujung
    percintaan Hamsad.
    Di relung keheningan malam, suara desah mereka saling
    memburu. Kismi sering memekik dalam keadaan tubuhnya
    mengejang kaku, sedangkan Hamsad hanya mendesah-desah
    dan tetap menjadi nahkoda ‘pelayaran’ itu. Ia sengaja tidak
    mendorong tubuh selembut sutra itu ke permukaan ranjang.

    82
    Ia biarkan cintanya melayang-layang dengan mengandalkan
    kekuatan kakinya. Kismi sendiri agaknya masih mampu
    menegakkan betisnya, sekalipun ia merasa limbung beberapa
    kali.
    Namun, kehebatan Kismi akhirnya membutuhkan alas bagi
    punggungnya, dan ia menarik Hamsad perlahan-lahan, maka
    jatuhlah mereka di ranjang yang berkasur empuk itu.
    Kecupan-kecupan Hamsad masih membanjir di sekujur tubuh
    Kismi. Napasnya masih mampu berlari sejauh 10 km lagi,
    bahkan lebih. Kismi merasa dirinya diterbangkan oleh amukan
    kasmaran Hamsad, sampai-sampai ia menggelinjang dengan
    brutal karena mengalami masa kejayaan cintanya beberapa
    kali.
    Pada detik-detik yang mendebarkan cinta Hamsad, ia
    semakin ‘berlari’ cepat, mengejar bayangan kasihnya di
    puncak bukit cinta. Ketika ia tiba di sana, ia pun mengerang
    panjang dan mengejang. Kismi ganti mengambil alih ‘kemudi’.
    Kini menjadi nahkoda ‘pelayaran’ malam itu. Dan sebagai
    seorang nahkoda, ia ternyata mempunyai kelincahan
    mempermainkan kemudi. Layar dikembangkan, dayung
    direngkuh, dan bahtera pun melaju makin dipermainkan
    ombak. Hamsad tak sempat berpikir untuk menentukan, Kismi
    bahtera atau ombak? Ia hanya merasakan amukan gelombang
    yang melemparkan ia ke awang-awang. Kismi bagai gulungan
    badai yang mampu menerbangkan Hamsad ke atas
    percintaannya beberapa kali, hingga pekikan dan erangan
    bahagia pun terlontar silih berganti.
    Ketika menyongsong fajar, kasur sudah berubah menjadi
    tanah lembab. Seprei dan selimut tebal tak ubahnya rumput
    yang terbabat, berserakan ke mana-mana. Banjir keringat
    mengguyur tubuh mereka. Napas-napas terpenggal saling
    berhamburan. Tubuh Kismi lunglai di peraduan. Hamsad
    mengusapnya dengan sarung bantal. Tubuh mulus tanpa
    cacat sedikit pun itu dibersihkan dari keringat. Diusap
    perlahan-lahan. Kemudian, dikecupnya beberapa bagian.
    Masih saja tercium bau wangi yang lembut dan

    83
    menggairahkan. Napas Kismi terengah-engah, dadanya yang
    menonjol dalam bentuk indah itu bergerak naik-turun. Ia
    membiarkan Hamsad mengucapnya beberapa kali, terkadang
    mencekam pada titik terpeka, dan Kismi hanya bisa
    mengerang di sela desah napas dan kelunglaian
    persendiannya.
    “Luar biasa…,” gumamnya bercampur dengus napas yang
    terengah-engah. Hamsad diam saja. Masih mengusap-usap,
    masih mencium beberapa tempat, masih pula menatapinya
    penuh rasa kagum dan bangga diri.
    Tangan Kismi meraba keringat Hamsad yang meleleh dari
    leher ke dada. Ia tersenyum, lalu berkata lirih,
    “Kau sungguh luar biasa, Hamsad. Kau… ah, kenapa baru
    sekarang kau kutemukan?”
    Hamsad tersenyum di sela engahan napasnya. “Kau
    memiliki kata dan tanya yang sama dalam benakku. Tapi…
    mengapa kau tampak pucat sekali? Lelah?”
    Kismi mengangguk, tak malu-malu. “Kau juga pucat,
    seperti selembar kertas. Capek?” tanyanya bergantian. Lalu,
    keduanya mengadu wajah sambil tertawa bahagia.
    ‘Hamsad, aku harus pulang sebelum matahari terbit,” bisik
    Kismi.
    “Tak bisakah kau tinggal sampai siang hari?”
    Kismi menggeleng. “Kita harus berpisah,” ucapnya penuh
    sendu. “Tapi, bila lewat tengah malam, kita bisa berjumpa
    lagi, Hamsad.”
    “Oh… tidak! Aku ingin memilikimu sepanjang masa, Kismi!
    Aku ingin mendekapmu, ingin menciummu, tanpa peduli siang
    atau malam.”
    “Hamsad, kau tahu siapa aku, bukan? Kita punya
    perbedaan masa. Kita punya perbedaan alam. Dan, itu tak
    bisa dibantah, Hamsad.”
    “Harus bisa! Aku tidak ingin kehilangan kau, Kismi. Aku…
    ah, terlalu mudah jika aku berkata cinta padamu, bukan? Jadi,
    sebaiknya tak kukatakan, bahwa aku mencintaimu….”
    “Kau sudah mengatakannya. Hamsad.”

    84
    Kemudian, Kismi pun tertawa mengikik geli sambil memijit
    hidung Hamsad. Tangan Hamsad mengibas, dan ia ganti
    memijit hidung Kismi sambil berkata, “Nakal…!”
    Pagi mulai meremang. Kismi bergegas pulang dengan
    wajahnya yang pucat. Hamsad sempat berbisik sedih, “Kapan
    kau datang padaku lagi, Kismi?”
    “Menunggu saatmu pulang kemari,” jawab Kismi. “Hati-hati,
    Hamsad. Mudah-mudahan ia tidak mengancammu.”
    “Siapa…?!” Hamsad merasa heran. Kismi diam saja.
    ***
    Bab 10
    Tubuh yang lunglai itu tergeletak sampai siang hari.
    Hamsad bagai habis mengadakan perjalanan jauh. Tulangtulangnya
    terasa ngilu semua. Ia meninggalkan motel itu
    antara pukul 12 siang. Ia tidak langsung ke rumah, melainkan
    ke kampus, karena hari itu ia punya acara: mengadakan
    audensi dengan salah seorang tokoh bersama dua temannya.
    Namun, ternyata benaknya sudah telanjur dipenuhi oleh
    kesan indah dan manis dari Kismi. Berulangkah’ ia
    mengalihkan pikirannya, tanpa sadar toh kembali juga ke
    masalah Kismi. Ia memang pernah punya perasaan cinta. Ia
    pernah menyukai seorang gadis. Tetapi, tidak seperti kali ini
    perasaan suka kepada gadis yang ia rasakan. Kali ini ia benarbenar
    terpaku oleh perasaan cintanya kepada Kismi. Ia seperti
    belum pernah mengenal cinta sebelumnya. Bahkan, dalam hati
    ia berkata, “Aku seperti anak ingusan yang baru pertama kali
    ini disentuh wanita. Padahal aku sering mencium Reni sewaktu
    di SMA. Aku juga sering berciuman dengan Laila. Bahkan aku
    pernah tidur dengan Pungki. Tetapi, mengapa mereka tidak
    meninggalkan kesan yang mematri di hatiku? Mengapa
    mereka jauh berbeda dengan Kismi? Kesannya begitu kuat,
    membuat aku tak mampu mengalihkan konsentrasiku walau
    sekejap. Oh… luar biasa daya tariknya. Luar biasa kecantikan

    85
    itu. Pantas kalau Norman dan yang lainnya tega melakukan
    bunuh diri demi cintanya yang tak tercapai itu.”
    Dalam perjalanan ke kampus, mendadak Hamsad menjadi
    tegang. Hatinya berdebar-debar setelah ia ingat kematian
    Norman, Denny, dan Tigor. La menggumam sendiri di dalam
    mobilnya, “Mereka mati dengan cara bunuh diri. Mereka
    bunuh diri karena rindu pada Kismi. Mereka rindu, karena
    mereka jatuh cinta pada Kismi. Lalu, bagaimana dengan aku?
    Apakah aku tidak akan berbuat seperti Norman, Denny, dan
    Tigor? Oh, jangan! Jangan sampai aku sepicik mereka. Aku
    harus tegar, tak mau jatuh karena perempuan. Tapi…?”
    Hamsad berkerut dahi. Ia melanjutkan kata-katanya dalam
    bentuk kecamuk di dalam liati.
    “Tapi, Kismi meninggalkan pesan yang misterius. Saat ia
    sebelum pergi, sebelum ia mengecup bibirku yang terakhir
    kali, aku mendengar ia menyuruhku berhati-hati. Ada sebaris
    kata yang aneh. Mudah-mudahan ia tidak mengancammu’.
    Ia…?! Siapa yang dimaksud ‘ia’ oleh Kismi itu? Benarkah diriku
    terancam? Oleh siapa sebenarnya? Kekasih Kismi? Kekasihnya
    yang telah tega membunuhnya itu? Ih, brengsek amat kalimat
    itu. Menghantui pikiranku terus. Siapa sih sebenarnya yang di
    maksud itu…?!”
    “Pucat sekali kau!” tegur Ade di pintu gerbang kampus.
    Waktu itu, Hamsad sedang; menuju ke gedung rektorat
    setelah memarkirkan mobilnya. “Kau habis begadang, ya?
    Atau… sakit?”
    “Apakah aku kelihatan pucat?!”
    “Ya, pucat sekali,” jawab Ade tegas. Hamsad jadi gelisah.
    “Aku ingin membicarakan sesuatu kepadamu, De. Tapi,
    tunggu sebentar, aku punya urusan penting.”
    “Oke. Aku nongkrong di kantin! Kutunggu kau di sana,
    Ham.”
    Ragu-ragu Hamsad jadinya. Wajahnya pucat pasi. Semua
    temannya yang berpapasan dengannya mengatakan begitu.
    Malahan seorang dosen yang berpapasan dengannya juga
    menyarankan, “Pulanglah! Jangan paksakan diri kalau kau

    86
    dalam keadaan sakit. Ilmu bisa dicari sampai tua, tapi nyawa
    seseorang tidak bisa dicari lagi. Sekali hilang, akan selamanya
    hilang.”
    Setelah bertemu dengan temannya yang punya urusan
    sama, Hamsad juga dianjurkan untuk pulang. Justru temannya
    kelihatan cemas dan berkata, “Kau benar-benar seperti mayat,
    Ham. Aku kuatir kau akan mengalami naas di sini! Pulanglah.
    Biar aku yang mengurus masalah kita ini.”
    Hamsad tidak langsung pulang, melainkan langsung ke
    kantin menemui Ade. Di pintu kantin ia berpapasan dengan
    Yoppi. Yoppi pun terkejut melihat Hamsad berwajah pucat
    sekali, ia menegur,
    “Gila kau, Ham! Kau kemanakan darahmu? Kau seperti
    manusia tanpa darah setetes pun, tahu?!”
    “Aku sedang tak enak badan,” ujarnya seraya langsung
    menemui Ade. Yoppi menguntit dari belakang. Begitu Hamsad
    duduk, Yoppi ikut duduk di sampingnya, tapi langsung
    berkata,
    “Demi Tuhan, aku jadi merinding melihat kau berjalan,
    Hamsad! Kau…. Wah, celaka! Kurasa saat ini bukan waktumu
    untuk ngobrol di sini!” Yoppi kelihatan cemas sekali.
    Sedangkan Ade hanya memandang Hamsad dengan
    kecemasan yang disembunyikan.
    “Aku…. Oke-lah, aku akan pulang dan beristirahat. Tetapi,
    sebelumnya ada yang ingin kuta-kakan kepada kalian,” kata
    Hamsad. “Tapi, kumohon kalian bisa merahasiakan. Kumohon
    sekali!”
    Yoppi dan Ade menggumam. Yoppi kelihatan lebih tegang
    dari Ade. Ia juga yang bertanya.
    “Tentang apa itu, Ham?!”
    Hamsad berkata pelan, “Aku telah bertemu dengan Kismi.”
    “Hah…?!” Kini, bukan Yoppi saja yang terpekik kaget,
    melainkan Ade pun jadi tersentak. Duduknya yang semula
    bersandar santai, kali ini bergerak maju dan mata memandang
    Hamsad penuh kecemasan.

    87
    “Kau…?! Kau bertemu dengan Kismi?!” Ade setengah tidak
    percaya.
    “Aku tidur dengan perempuan itu,” tambah Hamsad,
    semakin membuat Yoppi dan Ade menampakkan rasa
    takutnya. “Aku bergumul dengannya. Semalaman kami tak
    tidur. Ia memang hebat, istimewa dan luar biasa segalanya.
    Kecantikannya luar biasa, kekuatannya di ranjang juga luar
    biasa…!”
    “Tunggu, Ham…!” sergah Yoppi. Lalu, Yoppi berkata dalam
    bisikan yang dipertajam, “Dulu, Almarhum Tigor juga
    menceritakan hal itu kepada kami. Dan, malamnya ia bunuh
    diri. Denny pun demikian. Lalu, mengapa sekarang kau
    berkata begitu, Hamsad?! Apakah kau tak menyadari risiko
    berbahaya yang akan menimpamu?!”
    Sebelum Hamsad menjawab, Ade telah berkata, “Aku jadi
    merinding. Sungguh. Aku takut membayangkan kengerian
    yang akan kau alami nantinya. Oh… saat ini aku seperti
    melihat Tigor merenggangkan nyawanya karena tikaman badik
    ke tubuhnya…! Uh, mengerikan sekali, Ham! Sangat
    mengerikan!”
    Getir juga hati Hamsad mendengar kata-kata mereka, Ia
    makin beri debar-debar. Sudah lama ia berhenti merokok,
    namun kali ini ia menyahut rokok Yoppi dan menghisapnya.
    Barangkali ia mencari ketenangan jiwa dengan cara
    menghisap rokok. Namun, natanya ia masih saja kelihatan
    pucat dan tegang.
    “Aku tahu, apa yang dialami mereka yang habis bercinta
    dengan Kismi, tapi aku menjaga kesadaranku untu’k tidak
    berbuat seperti mereka,” kata Hamsad dongan gerak mata
    yang nanar karena hati berdebar-debar.
    “Apakah kau bisa?”
    “Harus bisa! Aku tidak boleh cengeng. Aku harus tegar
    dan…”
    “Norman bukan pemuda cengeng,” sahut Yoppi. “Dia
    pemuda yang tegar dan tidak mengenal kecengengan. Tetapi,
    nyatanya ia rapuh…!”

    88
    “Ia menikam dirinya sendiri dengan gunting,” sahut Ade.
    Kemudian, Yoppi melanjutkan,
    “Ia tidak bisa mengendalikan tangan kanannya yang
    beirgerak sendiri menikam dirinya…! Ham, aku curiga, di balik
    kematian mereka ada kekuatan gaib yang berperan tanpa
    mereka sadari. Kekuatan gaib itu… menurutku, berasal dari
    Kismi.”
    “Benar,” jawab Hamsad tegas.
    “Kalau kau tahu, mengapa kau lakukan?” sela Ade.
    Hamsad menghempaskan napasi “Sudah telanjur, De.
    Semuanya sudah telanjur. Aku tahu, Kismi sebenarnya sudah
    mati…!”
    “Ya, Tuhan…!” keluh Ade.
    “Kismi memang hantu, tetapi Kismi tidak seperti hantu.
    Aku… aku mencintainya, De.”
    “Gila kau!” geram Yoppi. “Kalau terjadi sesuatu padaku,
    kumohon, jangan ada yang mencobanya lagi. Lupakan
    tentang Kismi, dan jangan ada yang tergiur dengan cerita ini,
    juga jangan ada yang terpengaruh dengan cerita Almarhum
    Norman, Denny, maupun Tigor. Berbahaya! Aku akan
    mencoba mengalahkannya dengan caraku sendiri. Kalau aku
    gagal, berarti kalian akan gagal juga jika mencoba
    mengalahkannya…’:”
    Yoppi dan Ade sama-sama diam. Napas mereka terasa
    sesak. Mereka seakan berada di depan calon mayat. Mereka
    merasakan sesuatu kelengangan. Sepertinya, itulah saat -saat
    yang terakhir mereka bertemu dengan Hamsad. Yoppi sendiri
    terlihat begitu sedih dan cemas. Mungkin saat itu ia tak tahan
    menghadapi kenyataan, maka ia segera berdiri. Ia menepuknepuk
    punggung Hamsad. Ingin mengucapkan sesuatu,
    mungkin kata “Selamat jalan”, tetapi mulutnya tak mampu
    mengucap kata apa pun. Yoppi pergi begitu saja dengan
    desah napas yang terdengar oleh Hamsad dan Ade.
    Di rumah, Hamsad sendiri jadi gelisah. Ia dibayang-bayangi
    kenangan manis bersama Kismi di kamar motel itu. Kenangan
    manis itu menghantuinya, membuat ia tak dapat beristirahat

    89
    siang. Beberapa kali ia menelan telur ayam kampung yang
    masih mentah, meminum susu dan madu sebanyakbanyaknya.
    Ia ingin menutupi kepucatan wajahnya, agar tidak
    mencurigakan keluarga. Lalu, ia pun lebih sering mengurung
    diri di kamar. Benaknya berkecamuk terus, membuat ia
    menjadi pusing dan mual.
    Ketika sore hari, Dian, adik perempuannya, minta diantar
    ke rumah teman untuk suatu urusan. Hamsad sebenarnya
    malas keluar rumah. Tetapi, setelah dipikir-pikir, untuk
    menghilangkan kegelisahan yang menteror jiwanya, ia perlu
    mencari penyegar. Suasana di dalam kamar bisa mengurung
    jiwanya pada kenangan manis bersama Kismi. Maka, ia pun
    tidak keberatan mengantar Dian ke rumah temannya.
    Sepanjang perjalanan Hamsad tak banyak bicara. Biasanya
    ia banyak bercerita kepada Dian, baik mengenai teman
    kampusnya, atau mengenai cewek yang ditaksirnya. Dian
    menjadi heran melihat kakaknya murung dan
    menyembunyikan perasaan. “Ada apa, Ham?”
    Hamsad hanya melirik dan berkerut dahi, berlagak bingung.
    Dian melanjutkan kata-katanya, “Ada apa kau murung? Kau
    pucat sekali! Pasti kau punya persoalan! Aku tak yakin kalau
    kau terkena penyakit! Kau pasti punya masalah yang
    membuatmu stres begitu. Ada apa sih?”
    “Tidak ada apa-apa,” jawab Hamsad.
    “Ham, aku memang adikmu. Aku memang lebih muda
    darimu. Tetapi, otakku masih bisa mengungguli otakmu,” kata
    Dian yang kuliah di kedokteran, dua tingkat di bawah Hamsad.
    “Jadi, jangan sepelekan aku! Aku bisa membantu
    memecahkan problemmu. Banyak teman yang suka minta
    pendapat padaku, dan aku bisa mencarikan jalan keluarnya.”
    “Oke. Aku mengakui, kau memang cerdas. Tapi, untuk
    mengutarakan masalahku, aku perlu mempertimbangkan
    masak-masak.”
    “Kenapa begitu? Kau sangsi?”
    “Bukan soal sangsi, tapi ini menyangkut soal pribadi!”

    90
    “Aaah…! Kau mulai tertutup denganku, Ham! Itu tidak
    menguntungkan kamu…!”
    Berulangkali Dian membujuk kakaknya agar membeberkan
    masalah yang ada, tetapi Hamsad masih ragu-ragu. Banyak
    beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, dan itu semua
    membutuhkan tempo yang cukup lama.
    Sampai pulang dari mengantar Dian, Hamsad masih belum
    punya keputusan. Haruskah ia bicarakan masalahnya kepada
    keluarga? Apakah itu tidak akan mengganggu ketenangan
    keluarganya? Bagaimana jika keluarganya tahu, bahwa
    Hamsad di ambang kematian? Sudah tentu hanya akan
    membuat panik. O, tidak! Hamsad tidak mau masalah
    pribadinya membuat panik keluarga. Ia lebih baik
    menyimpannya sendiri, dan menanggung segala risiko
    sendirian. Ia tak ingin melibatkan keluarga.
    Pulang dari mengantar Dian, hari sudah malam. Tadi Dian
    mengajaknya mampir ke supermarket, dan Hamsad setuju.
    Pulangnya sudah cukup malam, dan Hamsad menjadi lebih
    gelisah lagi. Bayangan indah bersama Kismi semakin nyata,
    bahkan sempat membangkitkan gairah kejantanannya. Lalu,
    tiba-tiba ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
    “Lho, kok berhenti? Ada apa?!” tanya Dian merasa sangat
    heran.
    “Apakah kau mendengar seseorang memanggilku?”
    “Tidak,” jawab Dian.
    “Aneh. Dua kali aku mendengar seseorang memanggilku.”
    “Ah, ngaco! Tidak ada suara apa-apa kok! Ayolah,
    buruan…! Nanti papa dan mama ngomel kalau aku pulang
    kemalaman.”
    Hamsad melanjutkan perjalanan menuju ke rumahnya.
    Beberapa saat kemudian, laju mobilnya dikurangi. Ia
    menelengkan kepala, menyimak sesuatu dengan dahi
    berkerut.
    “Tuh, ada yang memanggil namaku berulangkah…!”
    katanya kepada Dian. Tetapi, Dian hanya menggerutu tak
    jelas. Hamsad kembali tancap gas.

    91
    Pada saat itu, ia baru teringat cerita tentang kematian
    Norman, Denny, dan Tigor. Menurut Susilo, sebelum Norman
    melakukan bunuh diri, anak itu juga mendengar suara
    seseorang memanggilnya. Tigor juga bercerita, bahwa Denny
    selalu merasa ada yang memanggilnya. Suara orang yang
    memanggil seperti suara Kismi. Dan, tak berapa lama, Denny
    bunuh diri. Menurut Bahtiar, sebelum Tigor bunuh diri, Tigor
    juga merasa ada yang memanggil-manggil. Konon, suara itu
    membuat Tigor menjadi sangat merindukan Kismi.
    Dan, sekarang? Sekarang Hamsad merasa mendengar
    suara Kismi memanggilnya. Apakah ia pertanda ia akan
    melakukan bunuh diri?!
    “Celaka kalau benar begitu,” geram Hamsad di dalam
    hatinya. “Padahal mereka berbuat bunuh diri seperti di luar
    batas kemauan hatinya. Ada kekuatan gaib yang
    menggerakkan tangan mereka untuk melakukan bunuh diri.
    Apakah aku juga demikian?”
    Ketika sampai di rumah, suara orang memanggilnya itu
    semakin jelas. Hamsad merinding sekujur badan. Ia berusaha
    menjaga, kesadarannya, menegakkan logikanya, tetapi ia juga
    merasa, bahwa dirinya sesekali terasa limbung karena dibuai
    oleh kenangan manis bersama Kismi. Hatinya berdebar-debar,
    seakan menuntut curahan rasa yang ada, yaitu rasa rindu
    kepada Kismi.
    “Gawat…! Aku harus bisa mengatasi emosiku sendiri…,”
    katanya dalam hati.
    Pikirannya berputar mencari cara. Lalu, ditemukan
    beberapa kemungkinan untuk menghindari gelagat yang
    membahayakan itu. Ia harus segera pergi ke pondokan Ade,
    dan meminta bantuannya. Ia tak mau membuat kegaduhan di
    rumah, sehingga keluarganya menjadi panik dan tegang.
    Dengan mengendarai mobil berkecepatan tinggi, Hamsad
    mulai terengah-engah diburu kegelisahan yang menyiksa.
    Rindu ingin bertemu Kismi membuat napasnya sukar dihela. Ia
    mencoba mengendalikan pikirannya agar tertuju pada temanTiraikasih

    92
    teman di pondokan, tetapi pikirannya itu justru menjadi kacau
    balau.
    “Hamsaaad…! Haaamsaaad…!”
    Suara Kismi terdengar memanggilnya sepanjang
    perjalanan. Suara itu jelas sekali mengalun, seakan-akan
    untuk mengajaknya bercumbu. Apalagi suara Kismi terdengar
    serak-serak manja, hati Hamsad semakin berdebar-debar.
    Rindunya mengembang dan meracuni pikirannya. Ia menahan
    perasaan itu sampai keluar keringat dinginnya. Ia menambah
    kecepatan mobilnya supaya segera tiba di pondokan, tetapi
    suara ‘Kismi itu semakin menyiksa jiwanya. Membuat Hamsad
    tegang dan kelabakan. Ia sempat melirik arlojinya, ternyata
    sudah pukul 10 malam lebih 45 menit. Ia hanya menggumam,
    “Hampir tengah malam…!”
    Pintu pagar halaman rumah pondokan itu tertutup
    sebagian. Hamsad tidak sempat turun dari mobil untuk
    membuka pintu halaman itu. Maka. ia langsung menabrak
    pintu tersebut dengan mobilnya, hingga menimbulkan suara
    gaduh yang mengagetkan semua penghuni pondokan itu.
    Dan, mobil berhenti tepat di depan kamar Ade. Sorot
    lampunya menyala terang, menyilaukan.
    Hamsad terengah-engah, masih belum mampu turun dari
    mobil. Kepalanya berdenyut-nyut, namun hatinya semakin
    dicekam rasa ingin bertemu dengan Kismi. Ia terkulai lemas di
    balik stiran mobil. Beruntung mesin mobilnya sempat
    dimatikan, sehingga sedikit aman.
    Para penghuni pondokan itu nyaris marah melihat sebuah
    mobil merusakkan pintu pagar mereka Tetapi, Bahtiar segera
    berteriak,
    “Hamsad…?!”
    “Siapa sih?!” seru yang lain.
    ‘Hamsad…!” jawab Yoppi juga. Ia berlari lebih dahulu
    mendekati mobil Hamsad dan berseru, “Ham…?! Ham, kau
    tidak apa-apa, kan?”
    Hamsad menggeram, “Tolong akuuu…!”

    93
    Yoppi agak ragu ketika hendak membukakan pintu mobil,
    tetapi setelah Bahtiar mendekat dan berkata,
    “Buka pintunya, bawa keluar dia!”
    Maka, Yoppi pun berani membukakan pintu mobil, lalu
    segera membantu Hamsad keluar dari mobil. Hamsad gemetar
    dan mengerang seperti suara orang merengek. Ia menyeringai
    bagai merasakan sesuatu yang amat sakit. Teman-teman yang
    lainnya pun segera mengerumuninya.
    “Tolong aku…! Ouh… tolooong, De…! Aku… aku… ah!”
    Hamsad terpelanting, nyaris jatuh. Kakinya amat lemas dan
    gemetar. Lalu, ia segera digotong ke bangku panjang, depan
    kamar Bahtiar. Ia dibaringkan di sana. Tetapi, mendadak ia
    meronta sambil menggeram, kejang.
    “Aku… oh… tolong jangan dekati aku! Aku ingin mati…!”
    kata-katanya menyeramkan bagi yang mendengar.
    “Ham, ingat! Ingat kau tidak boleh mati atas kemauanmu
    sendiri…! Ingat, Ham…!” kata Yoppi.
    “Aku ingin mati!” ia menggeram dengan ge-regetan.
    Matanya mendelik dan bergerak nanar, seakan mencari
    sesuatu. Dan, pada saat itu Yoppi pun gemetar dan berkata,
    “Celaka! Ia punya emosi untuk bunuh diri! Ia akan
    mengalami nasib seperti Tigor…!”
    Semua mundur, tegang. Napas mereka menjadi sesak, dan
    tubuh mereka merinding semua. Hamsad tersengal-sengal
    sambil menggerang-gerang. Matanya memandang mereka
    dengan liar. Giginya menggemelutuk dan otot-otot tubuhnya
    mulai mengeras. Ia masih sempat berusaha berkata,
    “Tolong aku…! Ouhhh… tolooong…!”
    ***
    Bab 11
    Mereka berkomat-kamit membaca doa dalam upaya
    menyadarkan Hamsad. Tetapi, nalurinya untuk bunuh diri
    semakin kuat dan mengacaukan kesadarannya. Dengan napas

    94
    yang tersendat-sendat dan bibir gemetar, Hamsad berkata
    kepada Ade, karena matanya yang liar itu tertuju pada Ade,
    “Ambil tali…! Tal… tali…!”
    Ade gugup, tak tahu harus mengambil tali ke mana. Yang
    lain juga sibuk mencari tali tanpa mengerti maksud Hamsad.
    Malahan Susilo berseru,
    “Jangan! Jangan beri tali dia! Dia mau gantung diri…!”
    Maka, semua yang sibuk mencari tali berhenti seketika.
    “Kismiii…! Aaaow…!” Hamsad mengerang setelah
    mendesah menyebutkan nama Kismi. Bayangan perempuan
    itu semakin kuat dan seakan meremat hatinya, menciptakan
    rasa sakit yang sukar dipahami.
    Kembali matanya yang nanar itu memandang Yoppi.
    “Taliii… cepat taliii…! Ikat tubuhku di pohon! Ikat kuat-kuat…!
    Oh, tolong…!”
    Barulah mereka mengerti maksud Hamsad yang
    sebenarnya. Dia minta diikat di pohon, supaya segala
    gerakannya terbatas. Maka, mereka sibuk mencari tali untuk
    mengikat tubuh Hamsad. Pada saat itu, terdengar lagi Hamsad
    berkata sambil memejamkan mata kuat-kuat, “Ada di… di
    mobil! Ada di mobilku…! Taliii…!”
    Ade berlari ke arah mobil, dan mendapatkan segulung
    tambang di samping tempat duduk sopir. Di situ juga terdapat
    borgol, gelang besi untuk pencuri, yang diperkirakan milik
    ayah Hamsad yang memang sebagai kepala polisi di sebuah
    resort. Ade membawa serta borgol yang siap digunakan itu.
    Tepat ketika Ade tiba kembali di depan Hamsad, pemuda
    diracun kerinduan itu menggeram sambil berkata,
    “Taaa… tanganku… oh, tanganku mau mengeras…! Ouh…
    tolong, tolong diborgol ke belakang! Cepat, cepat…! Cepat…!”
    Bahtlar merebut borgol dari tangan Ade, lalu ttegera
    memborgol kedua tangan Hamsad. Tangan kanan itu belum
    sempat menjadi kaku ketika ditautkan ke belakang dan
    dijadikan satu dengan tangan kiri, lalu diborgol keduanya.
    Crek…!

    95
    Sambil terengah-engah, Hamsad menyebut “Kismi”
    beberapa kali. Di sela kata-kata Kis-mi itu ia berkata, “Ikat
    aku…! Ikat di pohon mangga, belakang kamar mandi itu…!
    Lekas…, bawa aku ke sana…! Ouh…, Kismi! Aku ingin
    bertemu Kismi…!”
    Lukman yang berbadan besar segera membawa Hamsad ke
    pohon mangga. Yoppi dan Ade membantu mengikat tubuh
    Hamsad, dijadikan satu dengan batang pohon.
    “Ikat yang kuat! Jangan sampai ia bisa bergerak,” kata
    Bahtiar dengan gugup.
    Tali itu cukup panjang. Agaknya Hamsad berhasil
    menyiapkan peralatan yang sederhana itu, sehingga tubuhnya
    berhasil diikat dari dada sampai ke kaki. Ia seperti seorang
    tawanan yang siap dihukum tembak. Sementara Hamsad
    menggeram dan terengah-engah, mulut-mulut yang lainnya
    gemetar tidak berani bicara. Dalam hati mereka timbul
    perasaan macam-macam, antara kasihan, takut dan heran
    bercampur menjadi satu, membuat mereka hanya terbengongbengong
    dengan jantung berdebar-debar.
    Lonceng di gardu ronda terdengar samar-samar satu kali.
    Itu pertanda malam telah melewati pertengahan, dan sepi
    kian menghadirkan kesunyian. Saat itulah, masa-masa
    kemunculan Kismi ke kamar seruni pada motel tersebut.
    Namun, kali ini bukan Kismi yang muncul menemui Hamsad,
    melainkan kerinduannya yang amat menyiksa. Gairah ingin
    bercumbu meluap-luap. Birahi Hamsad bagai membakar jiwa.
    Menuntut satu pelampiasan yang nyata, namun ia tidak
    mampu berbuat apa-apa karena tubuhnya terikat kuat di
    pohon sedangkan kedua tangannya diborgol ke belakang.
    Hamsad mengerang dengan otot leher menjadi bertonjolan
    keluar. Ia menahan gejolak hasratnya yang membara di luar
    kewajaran.
    “Ta… tang… tanganku… tanganku… kakkk… kaku! Iaaa…
    ia mau bergerak sendiri…! Oh… ouh…! Aaaow…!”
    Hamsad memekik tertahan dengan kepala mendongakdongak,
    seakan berusaha keras untuk dapat melepaskan

    96
    tangan kanannya dari borgol. Ia juga menggerak-gerakkan
    badannya, bagai ingin meronta dari ikatan. Tetapi, ia tidak
    berhasil. Ikatan terlalu kuat dan borgol pun cukup kokoh
    menautkan tangan kanan dengan tangan kirinya. Jiwanya
    bagai terbagi dua, antara ingin bunuh diri dan ingin melawan
    hasratnya itu. Akibatnya Hamsad tiada habisnya mengerang,
    menggeram dan meronta-ronta.
    Mereka merasa terharu melihat Hamsad susah payah ingin
    melepaskan diri. Susilo sempat berkata, “Kasihan dia!
    Lepaskan saja…!”
    Saat itu, Hamsad sempat berkata sambil menggeram
    seperti orang kesurupan, “Jang… jangan…! Ouh, yaaah…
    jangan! Jangan lepaskan…! Aaaoh… panggil Kismi! Panggil
    Kismi… oh, aku ingin bertemu dengannya di alam kubur…!
    Kismiii…!” Hamsad mengejang-ngejang. Tangan kanannya
    bergerak-gerak dengan kasar. Ia kelihatan amat menderita
    sekali. Teman-temannya banyak yang membaca doa kembali
    untuk membebaskan Hamsad dari cekaman gaib yang
    mengancam keselamatan itu.
    Sesaat, terdengar lagi Hamsad meminta sesuatu tanpa
    menatap salah seorang. Ia memejamkan mata sambil berkata
    dalam erangan,
    “Tutup mulutku…! Oh…! Tutup mulutku dengan kain…!
    Lekaaas…! Aku ingin berteriaaak…! Lekaaas…!”
    Bahtiar meraih sarung yang ada di tali jemuran dalam.
    Sarung itu segera digunakan untuk menutup mulut Hamsad,
    diikatkan ke belakang, sehingga praktis sarung itu juga
    mengikat kepala Hamsad dengan batang pohon.
    ‘Hidungnya jangan ikut ditutup, Tiar! Biar ia bisa bernapas!”
    saru Lukman dengan perasaan cemas bercampur kasihan.
    Malam menghadirkan desiran angin pembawa embun.
    Dingin. Ada kesan lengang di sela desiran angin itu. Seakan
    angin berhembus tanpa desau dan suara apa pun. Hal itu
    membuat mereka yang ada di depan Hamsad menjadi
    merinding dicekam rasa takut. Apalagi mereka mendengar

    97
    anjing di rumah belakang pondokan itu melolong panjang
    bagai irama menjelang ajal. tubuh mereka semakin bergidik.
    Sementara itu, Hamsad masih meronta-ronta. la berteriak
    keras-keras, namun suaranya teredam kain sarung yang
    menutup mulutnya rapat-rapat. Tangan kanannya makin
    agresif, berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan gelang
    borgol besi itu. Kakinya pun mulai bergerak-gerak, berusaha
    melonjak, dan pundaknya meliuk-liuk, ingin melepaskan diri
    dari ikatan tali yang kuat. Hamsad tak bisa berkata apa-apa.
    Hanya suaranya yang menggeram disekap kain dan matanya
    yang melotot bagai ingin keluar itulah ang membuat temantemannya
    tak berani menatapnya langsung. Doa-doa masih
    diucapkan oieh mereka dengan perasaan sedih. Bahkan Susilo
    mengusap kedua matanya yang mulai berkaca-kaca,
    memandang haru keadaan Hamsad.
    Angin semakin berhembus kencang, merontokkan banyak
    dedaunan dari pohon tersebut. Tak lama kemudian, gerimis
    pun turun. Mereka semakin panik dan serba bingung. Namun,
    saat itu mereka juga menepi menghindari rintikan gerimis di
    ujung dini. Bahkan kali ini, gerimis itu telah berubah menjadi
    hujan yang deras.
    “Lepaskan dia! Dia kehujanan…! Dia menggigil di sana!”
    kata Susilo dengan panik.
    “Tenang, Sus.Itu cara yang dipilihnya,” kata Bahtiar.
    ‘Tapi kita harus tahu perasaan! Itu cara yang tidak
    manusiawi!” bentak Susilo.
    “Kalau dia kita lepaskan, maka ia akan bunuh diri! Apakah
    itu manusiawi?!” balas Bahtiar dalam serentetan bentakan
    kasarnya. Lukman segera melerai percekcokan mereka.
    Gelegar suara petir di angkasa terdengar mengejutkan
    mereka. Hamsad masih berusaha berontak dari ikatan dan
    borgolnya. Jeritannya teredam kain sarung sehingga tak
    terdengar keras. Hujan deras mengguyur tubuhnya di sela
    per-cikan cahaya petir yang menggelegar beberapa kali.
    “Bahaya! Dia bisa tersambar petir jika diam di bawah
    pohon!” kata Susilo sangat tegang. Lama-lama, Susilo tidak

    98
    sampai hati melihat Hamsad diguyur hujan dan petir dalam
    keadaan terikat, lalu ia pun berlari menerobos derasnya hujan
    dan bermaksud membukakan tali pengikat tubuh Hamsad.
    “Sus…! Jangan!” teriak Yoppi.
    Ade segera melompat menyusul Susilo dan menarik kaos
    yang dikenakan Susilo sambil berkata,
    “Kau mau membunuh teman sendiri, hah?! Kau mau
    membiarkan teman bunuh diri?!”
    “Dia bisa mati tersambar petir, tahu?!” Susilo membetot,
    tetap ingin mendekati Hamsad, tetapi Ade menyeret Susilo
    hingga anak itu terpelanting jatuh.
    “Bangsat kau…!” teriak Susilo lepas kontrol.
    Ia hendak memukul Ade, tapi tangannya segera dipegang
    Lukman yang berbadan besar, Lukman menyeret Susilo ke
    teras sambil berkata,
    “Kuasai emosimu, Sus! Saat ini gunakanlah otakmu, jangan
    hanya perasaanmu!”
    Susilo tak dapat berbuat banyak dalam cengkeraman
    Lukman. Akhirnya ia tak tega menghadapi penderitaan
    Hamsad, ia segera masuk ke kamar dan mengunci kamarnya
    dengan kasar.
    Tak berapa lama, hujan pun reda. Gerakan Hamsad mulai
    melemah. Memang masih terlihat napasnya terengah-engah,
    tetapi tangan kanannya yang sejak tadi berusaha ditarik keluar
    dari borgol, kali ini tampak melemas.
    Pukul 12 lewat, saat itu, mereka melihat Hamsad terkulai
    pingsan di tempat. Tetapi, mereka masih belum berani
    melepaskan ikatan pada tubuh Hamsad. Bahtiar berkata,
    “Tigor dulu juga pingsan karena dipukul Lukman, tetapi
    tangan kanannya bisa bergerak sendiri, dan menikam dadanya
    beberapa kali. Jadi, kurasa tangan kanan Hamsad pun bisa
    melakukan hal yang serupa jika kita lepaskan ikatan tali dan
    borgolnya.”
    “Sebaiknya tunggu sampai subuh tiba,” kata Yoppi, dan
    yang lainnya setuju.

    99
    Maka, ketika mendengar suara adzan subuh, mereka baru
    mulai berani melepaskan ikatan Hamsad. Tetapi, borgol itu tak
    dapat dilepaskan, karena mereka tidak tahu di mana Hamsad
    menaruh kunci borgol. Hamsad digotong ke kamar Bahtiar,
    dan mendapat pertolongan sebagaimana mestinya. Tangan
    kanannya berdarah, karena berulangkali memaksakan diri
    untuk lolos dari borgol. Semua mata yang memandangnya
    merasa iba dan semakin kasihan kepada Hamsad. Tetapi,
    ketika Hamsad siuman, ia justru merasa lega karena telah
    selamat dari ancaman maut, yaitu bunuh diri di luar
    kesadaran. Roh yang masuk ke tangan kanannya telah
    berhasil dijerat dengan akalnya, sehingga tangan kanan itu tak
    bisa bergerak sendiri, seperti yang terjadi dalam kasus
    kematian Norman, Denny, dan Tigor.
    Di depan mata mereka, Hamsad memang berhasil lolos dari
    ancaman maut kekuatan gaib tangan kanannya, tetapi apakah
    itu berarti Hamsad menjadi jera? Apakah itu membuat
    Hamsad puas dengan dirinya?
    Tidak! Hamsad masih penasaran. Ia masih menyimpan
    rindu kepada Kismi, walau rindunya itu tidak meracun jiwa.
    Tetapi, karena rindunya itu ia jadi datang kembali ke Motel
    Angel Flowers, dan membocking kamar Seruni. Kamar itu
    masih kosong. Barangkali memang tidak ditawarkan kepada
    tamu lain oleh petugas motel, karena mereka takut tamutamunya
    mengecam akibat kamar angker tersebut. Hanya
    saja, karena Hamsad memaksa untuk menyewa kamar Seruni,
    maka petugas resepsionis tak bisa lagi menghalanginya.
    Kamar itu tetap seperti dua malam yang lalu. bersih,
    teratur rapi. Taplak meja di ruang tamu masih sama,
    berwarna biru muda. Kursi meubel-nya juga masih sama,
    terletak melingkar, menghadap ke dinding kaca depan. Hanya
    saja, letak pot besar yang memuat tanaman sejenis palm itu
    bukan lagi di samping pintu, melainkan ada di sudut ruangan,
    dekat dengan buffet penghias ruangan. Selebihnya tak ada
    yang berubah. Bahkan warna seprei dan selimutnya pun tetap

    100
    sama. Ini semakin mengingatkan Hamsad pada masa-inasa
    indah yang pernah ia lewati bersama Kismi di kamar tersebut.
    Hamsad masuk pada pukul 7 malam dengan tangan dibalut
    perban. Luka pada tangan kanannya itu terasa perih jika tidak
    dibalut perban, seperti seorang petinju yang belum
    mengenakan sarung tinjunya. Dengan dibalut perban begitu,
    rasa perih tersebut berkurang, dan konsentrasi Hamsad tidak
    terlalu terganggu oleh rasa perih.
    Sebelumnya, Hamsad telah menyiapkan segala sesuatunya
    yang diperlukan. Tabungannya diambil sebagian dari bank.
    Lalu, ia membeli sebotol madu asli, susu, telur ayam kampung
    sampai 24 butir, anggur ginseng, super mie, dan beberapa
    obat yang berguna untuk memulihkan kesehatan badan serta
    menjaga stamina tubuh. Hamsad sempat tertawa sendiri
    ketika membeli barang-barang tersebut. Tetapi, ia akhirnya
    tidak peduli, karena semua itu memang ia butuhkan untuk
    memulihkan tenaganya yang nyaris terkuras habis akibat
    pergulatannya melawan emosinya kemarin malam.
    Menunggu sampai lewat tengah malam, adalah pekerjaan
    yang menggelisahkan bagi Hamsad. Ia berbaring sambil
    menyaksikan acara TV, satu-satunya hiburan yang ada di
    kamar tersebut. Sampai tak terasa, ia pun tertidur di tempat.
    Mungkin karena kelelahan yang luar biasa, sehingga ia sampai
    tertidur dan lupa mematikan TV.
    Kalau saja ia tidak mendengar suara orang mandi, mungkin
    ia tidak akan terbangun sampai pagi. Tapi, karena ia
    mendengar desis kran shower di kamar mandi dan
    gemericiknya air, maka ia pun terperanjat bangun. Lalu,
    hatinya bertanya heran, “Siapa yang mandi? Rasa-rasanya aku
    tidak membawa teman?!”
    Buru-buru Hamsad menengok arlojinya di meja, lalu ia
    menggumam, “Oh, pantas. Sudah pukul 12 lewat 23 menit.
    Sudah lewat tengah malam…!”
    Maka, hati Hamsad pun mulai berdebar-debar, karena ia
    tahu bahwa orang yang mandi itu tak lain dari Kismi. Gemetar
    langkahnya ketika ih mengendap-endap mendekati kamar

    101
    mandi yang pintunya tak tertutup itu. Pada saat langkahnya
    makin dekat, kran shower itu berhenti, bagai ada yang
    mematikan. Hamsad semakin berdebar dan merasa heran.
    Tapi, ia nekat mengendap-endap untuk mengintip siapa
    gerangan ynng mandi di tengah malam ini.
    “Jangan seperti pencuri, Hamsad…!” terdengar suara dari
    dalam kamar mandi. Dan, suara itu jelas suara Kismi yang
    serak-serak manja, Hamsad lalu menampakkan diri dengan
    cengar-cengir. Matanya tak berkedip memandang tubuh mulus
    berkulit kuning langsat itu dalam bintik-bintik air yang hendak
    disapu dengan handuk. Mamsad buru-buru masuk dan
    menyahut handuk dari tangan Kismi.
    “Jangan hapus…!”
    “Hamsad…?! Aku dingin…!”
    “Biarkan aku memandangi tubuhmu yang tersiram bintikbintik
    air ini. Oh… begitu indahnya kau dalam keadaan basah
    begini, Kismi…,” bisik Hamsad sambil menatapi tubuh polos itu
    Kismi kepala sampai ke kaki.
    “Konyol kamu, ah!” Kismi berusaha meraih handuk, dan
    Hamsad menyembunyikannya di belakang tubuhnya.
    Jari-jemari Hamsad meraba tubuh itu, bagai menyentuh
    butiran-butiran airnya dari pundak ke dada. Kismi
    membiarkan, justru tertawa dalam desah, dan terdengar nada
    seraknya yang seakan kemanjaan itu.
    “Maaf, aku membangunkanmu, Hamsad,” kata Kismi sambil
    membiarkan ujung jemari Hamsad merayap samar-samar di
    permukaan kulit tubuhnya.
    “Aku tertidur menunggumu,” kata Hamsad tanpa menatap.
    “Aku tahu, dan aku merasa semakin kagum padamu,
    Hamsad.”
    “Dalam hal apa?” tanya Hamsad setelah mencibir.
    “Tak pernah ada lelaki yang lolos dari dendam Cincin
    Zippus, kecuali kau.”
    Kali ini, Hamsad menatapnya. “Dendam cincin…?!” Hamsad
    memperjelas keheranannya.

    102
    “Setiap lelaki yang bercinta denganku, ia pasti mati oleh
    tangan kanannya sendiri, sebab di tangan kananku itulah
    Cincin Zippus melekat sampai sekarang. Kutukan Cincin Zippus
    akan merasuk dalam tangan kanan lelaki yang bercinta
    denganku, dan lelaki itu pasti akan mati oleh kutukan Zippus,
    yang menggunakan bantuan tangan korban sendiri. Dan,
    kau…?” Kismi tersenyum sambil geleng-geleng kepala. “Kau
    hebat sekali! Kau bisa lolos dari kutukan. Itu
    mengagumkan…!”
    “Kau juga mengagumkan! Perempuan lain bisa kuabaikan,
    tapi kau tidak sama sekali…,” Hamsad tersenyum, Kismi
    mengikik serak, kemudian ia mengecup kening Hamsad.
    Tetapi, balasan Hamsad lebih panas dari lahar gunung berapi.
    Sekujur tubuh Kismi dirayapinya dengan bibir dan lidah,
    membuat Kismi merintih di sela desah, melebarkan tubuhnya,
    memberi kesempatan Hamsad agar lebih leluasa. Lalu, kamar
    mandi itu menjadi arena berpacu bagi napas-napas yang
    memburu puncak kemesraannya.
    ***
    Bab 12 tamat
    Keduanya ternyata memang pasangan yang tak pernah
    mengenal lelah. Banjir keringat bukan penghalang bagi
    mereka untuk terus berpacu. Kali ini, ranjang menjadi
    tumpuan amukan birahi mereka. Seprei kasur menjadi lusuh.
    Morat-marit tak karuan. Kismi mengamuk setiap birahinya
    melambung tinggi, melahirkan pekik dan ringkikan yang serakserak
    manja. Dan, suara itu membuat Hamsad makin
    menggebu-gebu dalam cumbuannya, makin dibakar
    gairahnya, meskipun ia sudah berulangkali melambung tinggi
    mencapai puncak harapannya.
    Di awal dini, akhirnya petualang cinta mereka berhenti.
    Kismi yang memohon agar Hamsad mengakhiri ‘pelayarannya’
    saat itu juga.

    103
    “Hari sudah menjelang pagi, dan kita harus berpisah lagi,
    Hamsad,” kata Kismi memberi pengertian dengan sabar dan
    lembut.
    Hamsad mendesah, seakan tak mengizinkan Kismi pergi. Ia
    memeluk perempuan itu dalam satu rengek kemanjaan
    seorang lelaki. Erat sekali ia memeluk Kismi, sehingga Kismi
    merasa kehadirannya sangat dibutuhkan oleh Hamsad disetiap
    saat. Kismi menjadi haru. Ia mencium Hamsad beberapa kali,
    bahkan kini ia juga memeluknya erat-erat dengan kedua kaki
    menggamit tubuh Hamsad.
    “Aku juga tidak ingin berpisah,” bisik Kismi. ‘Tapi
    keadaanku tidak mengizinkan kasih kita selalu berpadu
    sepanjang hari, bahkan sepanjang masa, Hamsad.”
    “Aku ingin memilikimu, Kismi. Aku ingin membanggakan
    kekasihku kepada mereka!”
    “ltu tidak mungkin, Hamsad. Ada penghalang di antara
    kita.”
    “Aku akan menembusnya, Kismi! Aku akan menghancurkan
    penghalang itu!” ucap Hamsad dalam pelukannya. “Apa pun
    yang harus kutempuh, aku harus bisa memiliki kamu, Kismi.
    Aku tak mau tersiksa seperti kemarin malam lagi. Aku tak
    mau!”
    Kismi merasa kaget, dan bingung juga menggadapi sikap
    lelaki seperti Hamsad. Ia masih memeluk Hamsad,
    membiarkan Hamsad tengkurap di atasnya Tangan Kismi
    mengusap-usap kepala Hamsad dengan lembut, seakan satu
    curahan rasa kasih sayang yang tak ingin berakhir sampai di
    situ.
    Setelah melalui masa bungkam yang mendalam, Kismi pun
    berkata lirih,
    “Carilah potongan tanganku, dan tempelkan pada jasadku,
    maka aku akan hidup kembali dan kita bisa berdua ke mana
    saja, Hamsad.”
    Kali ini, Hamsad menarik wajahnya, ia mengatur jarak
    dengan menggunakan kedua lengan dipakai bertumpu di

    104
    kasur. Ia memandang Kismi yang terbaring di bawahnya, lalu
    bertanya,
    “Bukankah kedua tanganmu dalam keadaan lengkap, tak
    kurang satu apa pun?”
    Kismi menggeleng, wajahnya sendu. “Ini tangan semu.
    Tangan yang ada dalam khayalanmu saja. Jasadku ini juga
    jasad yang ada dalam khayalanmu, Hamsad. Itulah sebabnya
    kukatakan, bahwa di antara kita ada batas penghalang, yaitu
    khayal dan kenyataan! Terkadang manusia tidak bisa
    membedakan keduanya. Kau tidak bisa melihat, bahwa tangan
    kananku ini sebenarnya buntung. Dipotong oleh Rendy, bekas
    kekasihku yang punya penyakit syaraf.”
    “Di mana orang itu sekarang?”
    “Ada di neraka. Kau mau ikut ke neraka?”
    Hamsad menghempaskan napas. Ia masih belum mau
    melepas hubungan kasihnya, dan tetap membiarkan dirinya di
    atas Kismi. Lalu, dengan suara sedikit bimbang ia bertanya,
    “Di mana kau dibunuh oleh Rendy?”
    “Di kamar ini!”
    “Dan, potongan tanganmu di simpan di mana?”
    “Entahlah. Mungkin di kamar ini, mungkin di tempat lain.
    Dibuang begitu saja. Carilah, dan letakkan pada jasadku yang
    bersemayam di dalam kotak kaca, maka rohku yang ada di
    dalam batu Cincin Zippus itu akan membuatku hidup kembali.
    Kematianku yang ketiga nanti, adalah kematian yang sejati.
    Tapi, saat ini, aku masih bisa hidup dan menikmati kehidupan
    selayaknya manusia biasa…!”
    Hamsad mendesah, lalu menegaskan kata, “Akan kucari
    potongan tanganmu itu sampai dapat!”
    “Tapi, hati-hati, Hamsad. Dia ganas! Dia memendam kutuk
    dan dendam! Dialah yang semalam berusaha ingin
    membunuhmu!”
    Merinding juga Hamsad jika teringat peristiwa kemarin
    malam. Tapi, demi teringat kemesraan dan cintanya kepada
    Kismi, Hamsad tetap bertekad untuk mencari potongan tangan
    kanan Kismi. Hanya saja, di mana potongan tangan itu

    105
    dibuang oleh Rendy, atau disembunyikan? Ah… itu satu hal
    yang sulit bagi Hamsad. Sukar ditentukan secara logika.
    Sepanjang siang, Hamsad memikirkannya sambil mondarmandir
    di dalam kamar, terkadang ia meneliti keadaan tanah
    di luar kamar, mencari kemungkinan di mana tangan Kismi
    disembunyikan Rendy.
    Semuanya dilakukan secara diam-diam agar tidak
    menimbulkan kecurigaan orang lain, terutama petugas motel
    itu. Beberapa batu dibongkarnya, dan dikembalikan seperti
    semula jika ternyata tidak terdapat apa yang dicari. Beberapa
    tanah di korek-koreknya, dan dikembalikan seperti semula
    karena tak ada tanda-tanda tangan Kismi di sana.
    “Kamar ini harus kutelusuri lebih dulu,” pikir Hamsad.
    “Mungkin membutuhkan waktu sehari penuh. Kalau memang
    di kamar ini tidak ada, berarti aku harus mencari ke tempat
    lain, mungkin di pinggir sungai, di pinggir selokan, atau… ah,
    memang sulit ditentukan. Tetapi, seandainya aku menjadi
    Rendy, apa yang kulakukan setelah aku membunuh Kismi dan
    memotong tangannya?” Hamsad berpikir keras.
    Membayangkan seandainya dia menjadi Rendy yang
    berpenyakit syaraf, apa yang akan dilakukan terhadap
    potongan tangan itu? Kemudian, batinnya berkata, “Mayat
    akan kutinggalkan, supaya orang-orang terkejut menemukan
    mayat Kismi, lalu tangan itu…? Hm… tangan itu akan
    kuletakkan di tempat tertentu di kamar ini. Tak perlu repotrepot
    membawanya pergi dan membuangnya. Cukup
    diletakkan di suatu tempat, sehingga suatu saat akan ada
    orang yang terkejut menemukan tangan itu. Lalu, ia akan
    berteriak ketakutan, dan aku akan puas mendengarnya!”
    Hamsad menghempaskan tubuhnya, duduk di ruang tamu.
    “Itulah pikiranku jika aku menjadi Rendy yang sinting.
    Sekarang, di mana tangan itu disembunyikan yang kira-kira
    bisa membuat orang terkejut?” Setelah berpikir beberapa saat,
    Hamsad berkata sendiri, “Di almari…! Buffet, kulkas, almari
    dapur dan… dan bawah kasur!”

    106
    Bergegas dia memeriksa tempat-tempat tersebut dengan
    teliti. Ternyata tempat yang diperkirakan itu tidak menyimpan
    tangan Kismi. Ia mendesah kesal. Hatinya berkata,
    “Bagaimana dengan tempat penampungan air closet? Jika ada
    yang membukanya pasti akan menjerit karena melihat
    potongan tangan terapung!”
    Lalu, ia pun memeriksa tempat penampungan air WC, yang
    secara otomatis akan mengguyur closet itu jika habis dipakai
    seseorang. Ternyata di sana juga tidak ada. Hamsad mulai
    kesal. Ia melihat plafon kamar mandi yang terbuka pada
    gagian sudutnya. Hatinya berkata, “Oh, ya, ya…apa salahnya
    jika kuperiksa bagian atas eternit ? Siapa tahu potongan
    tangan itu dilemparkan begitu saja di dalam eternit itu?!”
    Dengan susah payah Hamsad memeriksa langit-langit
    kamar mandi, dan seluruhnya. Isinya tanya kabel-kabel
    instalasi listrik yang malang-melintang. Tak ada potongan
    tangan di sana. Hamsad sudah mencarinya dengan teliti,
    sampai jeluruh pakaian dan tubuhnya menjadi kotor oleh
    debu.
    “Ke mana, ya?” pikirnya sambil garuk-garuk kepala.
    Mendadak, telepon berdering. Petugas resepsionis
    mengingatkan ckeck-out hampir tiba, lalu menanyakan apakah
    Hamsad mau melanjutkan sampai beberapa malam, atau
    cukup untuk hari itu saja? Karena Hamsad digelayut rasa
    penasaran dan tekad untuk menemukan potongan tangan itu
    menggebu-gebu, maka ia bermaksud memperpanjang waktu
    sampai besok siang.
    “Sial! Benar-benar sulit menemukan potongan tangan itu!”
    gerutunya dengan nada kesal. “Ah, sebaiknya aku istirahat
    dulu. Semalaman aku tidak tidur. Siapa tahu setelah bangun
    tidur nanti aku menemukan gagasan yang lebih baik…!”
    Hamsad menyuruh room-boy untuk membereskan
    kamarnya, sementara itu ia mandi, merendam diri di air
    hangat, yang mampu mengurangi rasa capeknya itu.
    Ketika ia merebahkan diri, benaknya terbayang kecantikan
    Kismi dan kehebatan wanita itu di atas ranjang. Alangkah luar

    107
    biasa bangganya jika Hamsad bisa memperistri wanita cantik
    seperti Kismi. Alangkah bahagianya nanti jika ia telah hidup
    bersama Kismi. Angan-angannya pun mulai melambung tinggi,
    menciptakan sejuta keindahan yang ada pada khayalnya.
    Berulangkah hatinya berucap tekad, “Aku harus memiliki dia!
    Aku harus memiliki Kismi. Aku sangat mencintainya…!” Lalu, ia
    pun tertidur.
    Tak diduga ternyata Hamsad tertidur cukup lama. Ketika ia
    bangun, ia mendapatkan alam telah meremang, matahari
    senja tinggal seujung rambut dan memancarkan warna merah
    lembayung di perbatasan samudera. Debur ombak terdengar
    jelas, karena angin senja berhembus tanpa suara. Badannya
    segar dari segala kepenatan, apalagi ia telah meminum susu,
    telur mentah, madu dan lain sebagainya. Namun demikian,
    perutnya toh masih terasa lapar juga, sehingga ia memesan
    makanan untuk pengisi perutnya.
    Sambil menikmati makanannya, Hamsad berpikir-pikir
    tentang potongan tangan Kismi. Tadi siang, semua tempat
    sudah diperiksanya. Kini tinggal bagian dinding dan lantai.
    Maka, seusai menyantap makanannya, Hamsad kembali
    beroperasi, memburu tangan Kismi. Setiap dinding diketuknya
    pelan-pelan, didengarkan suara ketukannya. Jika menggema,
    berarti tempat itu berongga. Besar kemungkinan di situlah
    tangan tersebut disembunyikan. Semua dinding diketuk. Rata.
    Dan, itu memakan waktu cukup lama, karena ia kerjakan
    dengan cermat dan hati-hati.
    Sayang, hasilnya tidak memuaskan. Tidak ada dinding yang
    patut dicurigai. Tak ada rongga di dalam dinding tersebut.
    Bahkan dinding kamar mandi dan dapur pun telah
    diperiksanya, dan hasilnya nihil. Sekarang giliran lantai yang
    menjadi pusat perhatiannya. Saat itu, malam telah lama
    menebarkan kegelapan. Arlojinya menunjukkan pukul 8 lewat
    15 menit.
    Lantai kamar terbuat dari ubin marmer warna putih kebirubiruan.
    Berukuran 40×40 cm tiap lempengan ubin. Dengan
    tekun Hamsad mengetuk-ngetuk setiap ubin, mencari ruangan

    108
    di bawahnya. Dari lantai teras, masuk ke ruang tamu, masuk
    ke ruang tidur dan terus ke kamar mandi, tidak ada ubin yang
    menimbulkan gema jika diketuk. Berarti tidak ada bagian yang
    berongga.
    Sejenak pintu diketuk. Hamsad terperanjat. Ia menggumam
    dalam hati, “Belum lewat tengah malam, mungkinkah Kismi
    datang?”
    Oh, ternyata seorang pelayan restoran yang datang dan
    menyodorkan bon makanan yang dipesan Hamsad. Hempasan
    napas menandakan Hamsad mengalami kelegaan ketika
    mengetahui yang datang pelayan restoran itu. Ia segera
    memberikan selembar uang puluhan ribu tanpa kembali, dan
    pelayan itu pun pergi.
    Ketika ia hendak kembali ke ruang belakang, meneruskan
    pekerjaannya yang menyita waktu itu, ia sedikit merasa heran.
    “Seingatku, pot besar itu kemarin ada di sudut sana,
    kenapa sekarang berada di sini, di dekat pintu? Siapa yang
    memindahkan?” Kemudian, Hamsad tertawa sendiri dan
    menggumam, “Sial! Room-boy yang membereskan kamar
    sewaktu aku mandi siang tadi, pasti telah memindahkannya
    kemari. Dan… ah, pikiranku sekarang mudah curiga. Bukan
    kepada manusia, kepada benda pun punya kecurigaan!
    Gawat! Jangan-jangan aku menjadi sinting!” sambil
    menggumam begitu, ia melangkah ke belakang.
    Sekarang, bagian dapur ia periksa lantainya. Satu demi
    satu diketuknya menggunakan gagang obeng besar yang ia
    ambil dari dalam mobilnya di garasi. Dan ternyata, salah satu
    dari ubin itu menimbulkan gema ketika diketuk. Hamsad mulai
    berdebar-debar. Apa yang dicarinya mulai menumbuhkan
    harapan. Kemudian, ia segera membongkar ubin tersebut
    dengan menggunakan obeng besar dan kunci pas dari dalam
    mobilnya. Kunci digunakan untuk memukul gagang obeng,
    sedangkan mata obeng sendiri berfungsi sebagai alat
    pemotong semen perekat sambungan ubin.
    Lama juga membongkar satu lempeng ubin itu, karena
    semennya cukup keras. Kalau petugas motel mengetahui,

    109
    pasti pekerjaan itu dilarang. Tetapi, Hamsad yang sudah
    telanjur penasaran itu tidak peduli dengan akibatnya. Ia tetap
    membongkar ubin itu dengan sabar, sekalipun sudah
    memakan waktu hampir satu jam lamanya.
    Napas terhempas lega. Ubin sudah berhasil dibongkar.
    Kemudian, dengan hati-hati dan berdebar-debar, ia
    mengangkat ubin tersebut untuk dipindahkan ke sampingnya.
    “Sial…!” cacinya dengan kesal. Di bawah ubin itu memang
    ada rongga, tanah kosong, tetapi di situ ada pipa saluran air
    yang agaknya pernah terpotong dan disambung lagi. Tidak
    ada tangan Kismi, tidak ada tanda-tanda lain. Hanya pipa
    saluran air dengan sambungannya.
    “Uuuh…! Brengsek! Sudah capek-capek membongkar,
    berkeringat, gemetar, eh… isinya pipa air! Konyol!” gerutu
    Hamsad seraya meletakkan kembali ubin tersebut pada
    tempatnya, tanpa menutupnya dengan semen seperti semula.
    Ia terpaksa mandi saat itu juga, karena selain tubuhnya
    berkeringat juga kotor karena tanah. Selesai mandi, ia
    membubuhkan parfum penyegar badan sambil matanya
    melirik ke arloji di meja. Oh, sudah pukul 10 malam lebih 50
    menit?
    “Aku harus bersiap menyambut kedatangan Kismi. Ia akan
    semakin mengagumiku jika aku berpakaian rapi dan
    menunggunya di ruang tamu!” kata Hamsad sendirian, seperti
    orang gila.
    Susu, madu dan telur yang dicampur ginseng, segera
    ditenggaknya habis. Kemudian, ia duduk di meubel tamu,
    santai. Sekaleng bir tersedia di atas meja, depannya. Sebuah
    majalah milik Dian yang tertinggal di mobil bisa dijadikan
    bahan bacaan menunggu lewat tengah malam.
    Penat juga membuang waktu lama dengan duduk-duduk.
    Maka, Hamsad pun pindah tempat. Kali ini ia melonjorkan kaki
    di sofa dengan santai sambil meneruskan membaca majalah.
    Tetapi, pada saat majalahnya menyentuh daun tanaman
    dalam pot, Hamsad jadi terkejut.

    110
    “Aneh. Beberapa jam yang lalu pot ini ada di dekat pintu,
    kok sekarang ada di sini lagi? Siapa yang memindahkan?” Ia
    memperhatikan pot besar berisi tanaman sejenis palm yang
    daunnya mirip daun mangga. Dahinya berkerut ketika
    memperhatikan tanaman tersebut. Jelas tadi ia sempat curiga,
    karena tanaman itu ada di dekat pintu. Sekarang ia semakin
    curiga, karena tanaman itu ada di sudut, dekat dengan sofa
    Tangan Hamsad secara tak sadar mematahkan ujung daun
    tersebut. Dan, ia terbelalak kaget, karena yang keluar dari
    ujung daun itu bukan getah putih, melainkan getah merah.
    Ketika diciumnya, getah itu berbau amis darah.
    Merinding seketika itu juga tubuh Hamsad. Ilerdebar-debar
    hatinya, dan mulai gemetar jari-jemarinya. Satu daun ia
    patahkan lagi dari tangkainya. Klak…!
    “Astaga…?!” Hamsad nyaris memekik keras, karena tangkai
    daun itu mengucurkan getah merah yangberbau amis darah.
    Hamsad sempat terlonjak mundur dengan mata membelalak
    lebar.
    Tetesan darah dari tempat bekas tangkai daun itu
    menjatuhi tanah di bawahnya. Dan, Hamsad teipaksa
    mengerutkan dahi tajam-tajam, mempertegas penglihatannya,
    karena tetesan darah itu jatuh pada sebuah benda yang
    mencuat dari kedalaman tanah pot. Rasa ingin tahunya
    bergumul dengan perasaan takut. Hamsad mendekatkan
    wajah, memperhatikan benda kecil itu.
    “Astaga…?! In… ini., ini ujung kuku…!” Hamsad mencoba
    mengorek tanah itu sedikit-sedikit, maka semakin berdebarlah
    ia, karena kini tampak jelas di kedalaman tanah pot itu
    terdapat jari kelingking manusia yang berkuku panjang, tapi
    indah dan serasi.
    “Ya, ampun…! Pasti di sini tangan Kismi ditanam oleh
    pembunuhnya…!” kata Hamsad dalam hati.
    Maka, segera ia mengorek tanah dalam pot besar itu
    dengan kedua tangannya. Makin dalam semakin jelas
    bentuknya. Sepotong tangan perempuan yang masih utuh,
    tanpa kebusukan. Di jari manisnya melingkar cincin berbatu

    111
    putih kekuning-kuningan. Cincin Zippus. Mungkin karena cincin
    itulah maka tangan yang terkubur di dalam tanah pot itu tidak
    membusuk.
    Hamsad menggali dengan kedua tangannya untuk
    mendapatkan tangan tersebut tanpa ada yang tertinggal.
    Napasnya memburu karena memendam rasa takut dan girang.
    Sampai akhirnya, ia berhasil menggali seluruhnya. Menatapnya
    sesaat, kemudian mengangkatnya pelan-pelan bekas
    potongan sebatas pergelangan tangan lebih sedikit itu, masih
    kelihatan berdarah segar.
    “Benar. Tangan ini sama persis dengan tangan Kismi yang
    sering mengusap-usap,” kata Hamsad pelan sambil
    memperhatikan telapak tangan yang menghadap ke muka.
    Tapi, tiba-tiba tangan itu melesat cepat mencengkeram
    wajah Hamsad.
    “Hah…!Aaah…!”
    Hamsad terpekik dan ketakutan seketika. Jantungnya nyaris
    berhenti berdetak ketika tangan itu bergerak cepat,
    mencengkeram wajahnya. Dengan sekuat tenaga Hamsad
    berusaha melepaskan, menarik tangan itu dan membuangnya
    ke sembarang tempat. Napasnya terengah-engah. Wajahnya
    berdarah karena kuku yang mencengkeramnya. Gerakan
    potongan tangan Kismi yang di luar dugaan itu membuat
    Hamsad menjadi panik dan sangat tegang. Matanya
    membelalak lebar penuh rasa takut. Ia memandang potongan
    tangan yang tergeletak jatuh di sofa, dekat dengan majalah.
    Hamsad melangkah mundur perlahan-lahan mengitari
    meja. Pada saat itu, ia melihat jelas jari tengah dan jari
    telunjuk tangan itu bergerak-gerak, bagai merayap. Kemudian,
    melompat ke meja kaca. Sekali lagi jantung Hamsad nyaris
    berhenti melihat gerakan tangan yang mengerikan itu. la
    bagai susah menelan air ludahnya sendiri. Kakinya gemetar
    dan keringat dinginnya mengucur seketika.
    Desakan rasa takut itu membuat Hamsad bergegas untuk
    melarikan diri. Ia segera melompat dan berlari ke arah pintu
    keluar.

    112
    Plokkk…!
    Tiba-tiba potongan tangan itu melesat dan menempel pada
    leher belakang Hamsad.
    “Aaah… hah…! Hiiih…!” Hamsad meronta-ronta,
    berjingkrak-jingkrak ketakutan dengan tubuh semakin
    merinding. Kuku pada potongan tangan itu terasa menggores
    perih di kulit lehernya, seakan hendak mencekik dari belakang.
    Dengan sekuat tenaga Hamsad menarik tangan itu dan
    membuangnya ke arah pintu. Namun, kali ini tangan tersebut
    tidak mau terlepas dari genggaman Hamsad. Tangan itu justru
    menggenggam tangan Hamsad kuat-kuat, bagai berpegangan.
    Celaka! Hamsad mengibas-ngibaskan dengan gerakan cepat,
    tetapi tangan itu masih lengket pada tangan Hamsad.
    Lalu. dengan menggunakan tangan kanannya, Hamsad
    menarik punggung potongan tangan yang masih berlumur
    tanah itu. Ia berhasil, dan membuangnya ke arah pintu.
    Plokkk…!
    Tangan itu jatuh ke lantai. Mata Hamsad masih mendelik
    memandanginya penuh rasa takut dan jijik. Potongan tangan
    itu bergerak-gerak jarinya, kemudian bagai sebuah mainan ia
    mampu melarikan diri dengan menggunakan jari-jemarinya
    itu. Hamsad segera melompat ke ruang tidur menghindari
    kejaran potongan tangan tersebut. Gerakannya begitu cepat,
    sehingga sewaktu Hamsad hendak haik ke atas ranjang,
    benda menjijikkan itu berhasil melompat dan mencengkeram
    betis Hamsad.
    “Waaaow…!” Hamsad memekik ketakutan. jPotongan
    tangan itu bagai menempel pada celana Hamsad, dan ketika
    hendak dipegang, ia bisa bergerak naik ke paha dengan cepat,
    lalu merambat merambat terus ke punggung. Hamsad
    kebingungan untuk memegang potongan tangan itu. Ia
    berguling-gulingan sambil berteriak ketakutan. Potongan
    tangan itu tidak mau terlepas. Kini justru merayap sampai ke
    leher samping dan mencengkeram lagi.
    “Setaaan…! Hhhah…!” Dengan menggunakan kedua
    tangan, Hamsad berhasil lagi menarik potongan tangan Kismi

    113
    itu dan membuangnya ke arah dinding, bagai dibenturkan
    dengan keras.
    Semakin panik Hamsad menghadapi hal itu, semakin ngeri
    ia melihat tangan tersebut tidak jatuh ke lantai, melainkan
    mampu merayap di dinding seperti seekor cicak. Darah bekas
    potongan tangan menetes ke sana-sini. Sungguh mengerikan.
    Jari-jemari tangan yang sebenarnya lentik dan indah itu kali
    ini bergerak-gerak lagi, bagai merayap di permukaan dinding.
    Hamsad buru-buru masuk ke kamar mandi, dan mengunci
    pintunya.
    “Oh…! Oooh…!” Ia terengah-engah diteror potongan
    tangan bercincin Zippus itu. Napasnya nyaris habis,
    tenggorokannya kering, dan badannya lemas. Ia bersandar
    pada dinding di kamar mandi dalam ketegangan yang
    mencekam Sekarang ia merasa aman. Potongan tangan itu
    tidak dapat masuk ke dalam kamar mandi. Tetapi, sampai
    kapan ia harus mendekam di kamar mandi?
    Tiba-tiba pintu kamar mandi itu diketuk-ketuk dengan
    lembut. Hamsad tersentak kaget, berdiri dari jongkoknya, dan
    menjauhi pintu. Ia tidak berani membukakan, bahkan
    mendekati pintu pun ia tidak berani. Perasaan ngeri membuat
    jiwanya menjadi kerdil dan ingin menangis karena dongkolnya.
    Tok, tok, tok…! Suara pintu diketuk. Hamsad masih diam,
    makin tegang, makin menjauh. Ia berdiri di atas closet yang
    tertutup. Gemetar ketakutan.
    “Hamsad…?! Haaam…?!”
    “O, itu suara Kismi…!” katanya sambil menghempaskan
    napas lega. Berulang-ulang Hamsad menghempaskan napas,
    senang sekali, karena pemilik potongan tangan itu sudah
    datang. Itu berarti waktu sudah menunjukkan lewat tengah
    mulum.
    Hamsad segera turun dari closet. dan membuka pintu
    kamar mandi. “Hahhh…!”
    Rupanya di luar kamar mandi tidak ada Kismi. Yang ada
    hanya potongan tangan itu. Dan bunda tersebut segera
    melesat masuk, menerkam kejantanan Hamsad. Nyawa

    114
    Hamsad bagai melayang ketika itu. Ia memekik kaget,
    kemudian mengerang kesakitan karena alat kejantanannya
    diterkam oleh potongan tangan yang ganas itu.
    “Oh…! Oooh…! Aaaow…!” Hamsad terhuyung-huyung
    dengan badan membungkuk. Kedua tangannya memegangi
    potongan tangan Kismi yang makin lama terasa makin
    meremat alat kejantanannya itu. Hamsad meringis kesakitan
    dengan badan membungkuk, dan kini limbung ke kiri,
    bersandar pada dinding di depan kamar mandi. Potongan
    tangan itu bagai sukar ditarik. dan, apabila ia ditarik, terasa
    makin kuat cengkramannya. Hal itu membuat Hamsad
    semakin mengerang kesakitan dengan mata terpejam kuatkuat.
    “Hamsad…?!” sapa sebuah suara di ruang tamu.
    “Kismiii…!” teriak Hamsad tertahan karena memendam rasa
    sakitnya.
    Kismi muncul dari ruang tamu ke kamar mandi, dan ia
    melihat Hamsad kesakitan sambil memegangi alat
    kejantanannya.
    “Oh… kau…?!” Kismi terperanjat kaget dengan mulut
    terbengong.
    “Aku menemukan… menemukan potongan tanganmu…!
    Tapi, tapi dia meremat… aouuuh…!” Hamsad semakin
    membungkuk dengan kaki merendah karena potongan tangan
    itu semakin menggenggam alat kejantanannya.
    “Lepaskan! Jangan sakiti dia…!” bentak Kismi sambil
    memandang potongan tangannya.
    Beberapa saat kemudian, potongan tangan itu pun
    mengendur. Hamsad buru-buru menariknya. Sempat terlihat
    olehnya jari-jemari potongan tangan itu bergerak-gerak, bagai
    sedang melemaskan otot-ototnya. Hamsad buru-buru
    melemparkannya, dan potongan tangan itu jatuh di lantai.
    Kismi memandang potongan tangannya dengan senyum
    berseri. Ia buru-buru memeluk Hamsad dan menciuminya.
    “Oh… kau telah berhasil! Kau berhasil menemukannya,
    Hamsad…!”

    115
    Yang bisa dilakukan Hamsad hanya uh nyr ringai
    merasakan sisa sakitnya. Tetapi, ia kemudian berkata, “Apa
    yang harus kulakukan?!”
    “Lekas, bawa dia ke tempatku. Cari aku di ruang bawah,
    dan tempelkan potongan tangan itu pada jasadku, Hamsad…!”
    “Aku tidak mau membawanya! Aku tidak mau mati dicekik
    olehnya, Kismi!”
    “Jangan kuatir…!” kemudian Kismi mendekati potongan
    tangannya yang tergeletak telentang di ranjang. Ia berbicara
    dengan potongan tangan itu,
    “Jangan sakiti dia! Dia akan mempertemukan kita!”
    Jari-jemari yang tadinya diam, kini bergerak-gerak, seakan
    sebuah anggukan tanda patuh terhadap perintah Kismi. Lalu,
    Kismi mendekati Hamsad dan berkata,
    “Bawa mobilmu menuju rumahku. Di sana aku tinggal, di
    bekas rumah keluargaku yang sudah pindah ke Amsterdam.
    Ikutilah kunang-kunang, ke mana arahnya, ikuti saja. Nanti
    kau akan menemukan rumah di sebuah bukit. Rumah itu
    sudah tak terawat lagi, tapi di sanalah Kosmin
    menyemayamkan aku di dalam kaca…!”
    Setelah berkata demikian, Kismi mencium pipi Hamsad.
    Hamsad sendiri menunduk memperhatikan alat kejantanannya
    yang dikhawatirkan terluka. Ternyata tidak. Namun, ketika ia
    memandang ke depan, ternyata Kismi telah tiada.
    “Kismiii…?! Kismiii…?!” Hamsad mencoba mencari Kismi,
    dan wanita yang hadir setiap tengah malam itu memang tidak
    ada lagi. Tetapi, Hamsad melihat seekor kunang-kunang
    terbang di sekitar pintu. Hamsad tak tahu persis, apakah
    kunang-kunang itu jelmaan dari roh Kismi atau bukan, tetapi
    ia membiarkan kunang-kunang itu keluar melalui celah sempit,
    dan Hamsad sendiri harus segera mengeluarkan mobil dari
    garasinya.
    Mulanya ia ragu-ragu ketika hendak mengangkat potongan
    tangan. Tetapi, agaknya potongan tangan itu tidak seganas
    tadi. Maka, dibungkusnya potongan tangan itu dengan

    116
    saputangan, kemudian ia pun keluar dari motel dengan
    mengendarai mobilnya.
    Malam bercahaya purnama, sehingga gelap tak terlalu
    pekat. Kunang-kunang terbang di depan mobil. Gerakannya
    cepat, seirama dengan gerakan mobil. Sementara itu,
    saputangan pembungkus potongan tangan Kismi diletakkan di
    jok samping kiri. Perhatian Hamsad tertuju pada gerakan
    kunang-kunang penuntun jalan itu.
    Ia tidak tahu kalau saputangan itu terbuka sendiri.
    Kemudian, jari-jemari potongan tangan bercincin itu bergerakgerak.
    Kini tengkurap, dan merayap perlahan-lahan.
    Ciiit…! Mobil nyaris menabrak pohon, karena Hamsad
    terkejut setelah pahanya terasa dicubit oleh potongan tangan
    tersebut.
    “Brengsek! Kulaporkan kau kepada Kismi kalau
    menggangguku terus!” geram Hamsad dengan jantung
    kembali berdebar-debar. Potongan tangan itu mencolek-colek
    paha, bahkan kini menggelitik di pinggang Hamsad. Sesekali
    Hamsad terpekik dan badannya bergerak kegelian, membuat
    laju mobilnya menjadi limbung.
    “Diam! Jangan ganggu aku!” bentak Hamsad
    memberanikan diri. Potongan tangan itu melompat ke depan
    stiran mobil. Hamsad membiarkan, karena potongan tangan
    itu tidak membuat gerakan yang perlu dikuatirkan. Bahkan,
    ketika kunang-kunang membelok arah, jari telunjuk dari
    potongan tangan itu menuding ke arah kiri, seakan memberi
    tahu agar mobil harus membelok ke arah kiri. Demikian juga
    jika harus ke arah kanan, jari itu menujuk arah kanan.
    Kemudian, tibalah Hamsad di sebuah perbukitan. Jalanan
    menanjak, kanan-kirinya kebun teh. Melewati perkebunan itu,
    ada jalan persimpangan. Jari telunjuk potongan tangan itu
    menuding ke arah kanan, dan Hamsad membelokkan mobilnya
    ke kanan. Tak berapa lama, jari tangan itu mengembang
    semuanya, seakan menyuruh “Stop” pada mobil tersebut.
    Cahaya purnama menampakkan sosok rumah kuno yang
    tinggal reruntuhannya. Menyeramkan sekali. Bentuk

    bangunannya jelas bangunan zaman Belanda. Bagian atapnya
    sudah rusak total, dan pada bagian halamannya telah banyak
    ditumbuhi tanaman liar, termasuk rumput ilalang.
    Kunang-kunang terbang memasuki rumah yang
    menyeramkan itu. Hamsad ragu-ragu. Ia berdiri di samping
    mobil sambil memegangi potongan tangan. Tiba-tiba,
    potongan tangan itu bergerak maju sambil memegangi tangan
    Hamsad, seakan menariknya agar Hamsad segera memasuki
    rumah kuno tanpa penghuni itu.
    Langkah kaki Hamsad terasa gemetar. Ia memasuki rumah
    yang sunyi dan kotor itu. Cahaya pucat rembulan
    meneranginya. Bahkan ada lantai yang longsor ke bawah,
    menuju ruang bawah. Potongan tangan dan kunang-kunang
    menunjukkan jalan menuju lantai bawah, melalui tangga batu
    di balik sebuah dinding kamar. Debar-debar di dalam dada
    Hamsad makin bergemuruh. Ia tetap mengikuti penunjuk
    jalannya yang setia Sampai akhirnya, ia menemukan sebuah
    peti kaca seukuran tubuh manusia.
    Hamsad terhenyak kaget ketika menegaskan
    penglihatannya, bahwa ternyata di dalam kotak kaca yang
    mirip akuarium itu terdapat tubuh Kismi yang terbaring
    dengan tangan kanan terpotong. Kismi mengenakan gaun
    putih transparan yang sering dikenakan berkunjung ke kamar
    motel.
    Lebih terkejut lagi Hamsad setelah ruangan itu menjadi
    terang. Ada cahaya api yang datang dari arah belakangnya. Ia
    buru-buru berpaling. Oh, ternyata Pak Kosmin memegangi
    obor sebagai penerangnya. Hamsad semakin gemetar, karena
    ia ingat Pak Kosmin mampu menembus daun pintu bagaikan
    asap.
    “Jangan takut, Tuan. Saya tidak akan berbuat jahat…!
    Lakukanlah apa yang harus Tuan lakukan,” kata Pak Kosmin
    yang mempunyai sepasang mata cekung.
    Kemudian, Hamsad membuka tutup kotak kaca itu dengan
    gemetar. Napasnya tertahan, sesekali tersendat-sendat. PelanTiraikasih

    pelan ia letakkan potongan tangan itu ke lengan kanan tubuh
    Kismi.
    Suatu keajaiban membelalakkan mata Hamsad, sambungan
    pada potongan tangan dengan lengan Kismi itu membentuk
    satu cahaya hijau muda. Hijau kekuning-kuningan, mirip
    cahaya fosfor. Cahaya itu berpijar-pijar sejenak, kemudian
    redup. Dan, kini menjadi hilang sama sekali. Obor yang
    dibawa Pak Kosmin mendekat. Mereka memandang potongan
    tangan bercincin Zippus itu, dan ternyata pada sambungan
    tersebut tidak terlihat ada bekas luka sedikit pun
    “Ia telah pulih kembali, Tuan,” bisik Pak Kosmin.
    Hamsad terhentak lagi ketika mata Kismi yang terpejam itu
    terbuka, berkedip-kedip sejenak, kemudian tersenyum
    memandang Hamsad.
    “Jangan takut, Hamsad.,.. Aku Kismi! Aku telah hidup
    kembali!” seraya Kismi mengusap-usap pergelangan
    tangannya yang semula buntung itu.
    “Kau… kau benar-benar hidup…?!”
    Kismi mengangguk, keluar dari kotak kaca, mendekati
    Hamsad, kemudian Hamsad meraba pelan-pelan wajah Kismi.
    Terasa hangat. Lalu, Kismi berkata lirih, “Kau berhak memiliki
    aku, Hamsad…!”
    Mata Hamsad berkaca-kaca karena terharu, kemudian
    tanpa ragu lagi ia memeluk Kismi erat-erat, seakan tak ingin
    berpisah dengan Kismi selama-lamanya. Kismi pun
    menyambut pelukan itu dengan perasaan bahagia yang
    mengharu. Ia sempat meneteskan air mata, dan Hamsad
    mengusapnya sambil berkata,
    “Jangan teteskan air mata. Aku tak ingin kehilangan kau,
    walau hanya setetes air matamu. Aku tak ingin, Kismi…!”
    “Ohhh, Hamsad…!” Aku kagum pada tekadmu! Aku juga
    tidak ingin kehilangan kau…! Tapi….”
    “Tapi, apa, Sayang?”
    “Tapi ada satu risiko jika kau memperistri aku, Hamsad.”
    “Risiko apa?”

    “Aku… aku tak akan mempunyai keturunan…,” bisik Kismi
    dengan perasaan sedih. Hamsad pun berkata lirih sambil
    menatapnya,
    “Aku tak mau peduli tentang itu, yang penting kau jadi
    milikku. Dan… dan kau tak boleh kehilangan apa-apa lagi,
    Kismi!”
    Pelukan itu makin erat. Kemudian, Kismi berkata kepada
    Pak Kosmin, “Terima kasih, pak Kosmin. Dampingilah kami
    dari alammu…!”
    Obor pun padam. Ruangan jadi gelap. Kisimi berlari-lari
    membawa keluar Hamsad dari reruntuhan bekas rumahnya.
    Kemudian, Hamsad bermaksud membawa Kismi kembali ke
    motel untuk sementara waktu, sampai ditemukan tempat
    kontrakan yang layak bagi Kismi yang ternyata seorang
    ilmuwan berotak cerdas. Namun, ketika Kimiiii hendak naik ke
    dalam mobil Hamsad, ia jadi terhenti dengan wajah memanja.
    “Kenapa…?” tanya Hamsad heran.
    “Kiss me…!” katanya seraya menyodorkan pipi, dan
    Hamsad pun mencium pipi itu.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex ML Dengan Adik Tiri Yang Sampai Sekarang Masih Kulakukan

    Cerita Sex ML Dengan Adik Tiri Yang Sampai Sekarang Masih Kulakukan


    2152 views

    Perawanku – Cerita Sex ML Dengan Adik Tiri Yang Sampai Sekarang Masih Kulakukan, Namaku agus,
    singkat cerita aku memiliki adik tiri dari seorang duda beranak satu yang menikah dgn ibuku. dan ibuku pun seorang janda beranak satu, yaitu aq.
    namanya gadis, di mempunyai perawakan yang bagus seperti ibu aslinya, tinggi putih dan montok,

    memang dari kecil aq sudah sering bersama-sama. pada saat kecil si memang tidak ada rasa apa2. tapi lama kelamaan, setelah bertambahnya umur, dan payudaranya pun tumbuh, kelas 6 sd payudaranya udah tumbuh, dia sering mandi dgn bertelanjang dada. tidur pun hanya menggunakan celana dalam,
    pada saat itu aq masih duduk di bangku smp kelas 2.

    pada suatu hari, entah kenap aku sangat terangsang melihat buah dada adiku pada saat tidur. hatiku bergejolak tidak karuan. penisku mengeras. tak sadar aku mulai memegang payudaranya, sunggung nikmat yang kurasakan. keremas-remas perlahan, putingnya yang masih baru hanya berwarnya merah pucat,
    “abang ngapain”, aku terperanjat tampa basa basi kuterjang dia, seolah-olah aq hanya bercanda….

    karena kami sering bercanda, lama kelamaan bercanda aq mulai kelewatan, setiap hari kuremas-remas payudara adiku, dia pun hanya membalas dgn pukulan dan senyum, karena dia belum mengerti dgn artinya sex.

    setiap malam aq datang kemarnya hanya untuk mengisap dan meremas remas payudaranya, dia pun lama kelamaan suka dgn perlakuanku.

    dia beranjak dewasa setelah memasuki jenjang smp. badannya makin montok, payudaranyanya bertambah besar, mungkin karena sering kuremas dan kuisap.

    pada suatu hari, kebranikan diri untuk menyentuh vaginanya.
    dia terkejut.
    “jangan bang, geli”
    merasa dia tidak marah. aku mulai mempermainkannya. ia meronta.
    tp karena aku laki2 dan dia kalah kuat. dia pun hanya bisa meronta2 saat kumainkan vaginanya. sampai akhirnya dia menangis.

    mulai saat itu, dia sudah tidak mau berhubungan dgn aku, tidak mau lg bercanda yang padahal cuman penyaluran nafsu aku.

    setelah sekian lama, dia sudah tidak marah dgnku, tp dia sekarang lebih liar, sering bertanya hal2 tentang sex kepadaku,
    aku pun tidak habis pikir,
    kuambil dvd porno simpananku, dan ku tonton bersama adik tiriku.
    kami berdua pun larut dalam nafsu yang terpendam.
    setelah nonton kami pun kekamar.

    kucoba menyentuh payudaranyanya, dia hanya diam,
    kucoba meremas perlahan.
    terdengar bunyi..ssssttttttt
    ternyata dia mendesah, dan menikmati perlakuanku,
    tak sampai disitu, kucoba lg menyentuh vaginanya adik tiriku.
    pertama2 dia menolak. langsung saja ku isap bibirnya. dia terkejut. dan melepaskan tanganku.
    aq pun dgn puas memainkan vaginyanya dari luar celana dalam.
    lama kelamaan kutanggalkan satu persatu pakainnya. dia pun sudah terjerat dalam nafsu, hanya bisa pasrah dgn kelakuanku.
    kulumat payudaranya, di pun meranjing2 ke’enakan.
    sssttt…enak bang,,,,
    isep yang kuat bang…sebelahnya lg bang….

    Cerita Sex ML Dengan Adik Tiri Yang Sampai Sekarang Masih Kulakukan

    kucoba memasuk jariku kedalam vaginanya yang ternyata sudah basah.
    aaahhhkkkk. dia kesakitan. kucabut. dan kucaba lg perlahan-lahan…
    ia bang, pelan2 aja bang….
    ku kocok2 perlahan vaginanya. sampai akhirnya lobangnya tidak lg sempit. cukuplah untuk seukuran jariku.

    setelah sekian lama bercumbu, akupun memasukan penisku kedalam vaginanya…
    arrgghhh….dia mengerang….
    aq pun tidak mau mengalah…kucoba lg…akhirnya penisku masuk setengah kedalam vaginanya….dia terlihat kewalahan dan terlihat meringis menahan rasa sakit….melihat itu aq pun mencabut perlahan penisku…
    jantungku bergetar, hatiku miris, melihat darah keperawanan adik tiriku mengalir oleh karena ulahku sendiri…

    ayo bang…kok berhenti…aq terkejut,,,permintaan itu membangkitakan nafsu birahiku lg. aku pun dgn semangat memasukan penisku, walau hanya setengah, kerena vagina anak smp yang teramat kecil
    aq pun menggenjotnya secara perlahan…
    ah ah ah…..cumam itu yang terdengar di mulut kecilnya….
    sekian lama menggenjot….batas penisku pun mulai masuk sepenuhnya kedalam vagina adik tiriku,,,,

    terus bang,,,,,lagi bang,,,yang cepat…..
    enak bang….
    aq pun menggenjot tambh capat. tangannya mencakar2 punggungku. serasa mau robek saja punggungku…
    aaahhhhhh… oh oh oh….

    kayakya dia merasakan apa yang dinamakan dgn orgasme…..
    melihat dia orgasme…nafsuku tambah naik…aku mulai mnggenjot lebih cepet….

    ah ah ah ah..erangku…aq pun merasakan orgasme juga….
    kutumpahkan spermaku di dalam vaginanya….

    dia yang terlelah karena orgasme terperanjat…ah ah ah…
    apa ini bang…..hanya air kataku….

    kami pun akhitnya tertidur….
    dan sampai sekarang masih sering melakukan itu….

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex ML Dengan Kedua Cucunya Yang Imut

    Cerita Sex ML Dengan Kedua Cucunya Yang Imut


    736 views

    Perawanku – Cerita Sex ML Dengan Kedua Cucunya Yang Imut, Namaku Budyanto (bukan nama asli), saat ini usiaku 63 tahun, Boleh dibilang untuk urusan main perempuan aku adalah pakarnya. Ini bisa kukatakan karena pada saat usiaku 13 tahun aku sampai menghamili 3 temanku sekaligus.Dan di usiaku ke 17 sampai dengan 5 orang teman yang aku hamili, satu di antaranya Winnie, seorang gadis peranakan Belanda dan Cina yang pada akhirnya aku terpaksa mengawininya karena hanya dia yang ambil risiko untuk melahirkan bayi atas kenakalanku dibanding gadis lain.

    Winnie sampai memberiku 3 orang anak, tetapi selama aku mendampinginya dalam hidupku, aku masih juga bermain dengan perempuan sampai usiaku 50 tahun, inipun disebabkan karena Winnie harus tinggal di Belanda karena sakit yang dideritanya hingga akhir hayatnya yaitu 7 tahun yang lalu, otomatis aku harus mendampinginya di Belanda sementara ketiga anakku tetap di Indonesia.

    Kira-kira satu tahun yang lalu petualanganku dengan perempuan terjadi lagi, tapi kali ini orangnya adalah yang ada hubungan darah denganku sendiri yaitu Dhea dan Marsha, keduanya merupakan cucuku sendiri.

    Satu tahun yang lalu, anakku yang kedua mengontakku di Belanda yang memberitahukan bahwa kakaknya yaitu anakku yang pertama dan istrinya mengalami kecelakaanyang akhirnya harus meninggalkan dunia ini. Aku si kakek mesum pun langsung terbang ke Jakarta.

    Setiba di Jakarta aku lansung menuju ke rumah anakku, di sana aku menemukan anakku dan istrinya telah terbujur kaku dan kulihat Dhea dan adiknya Marsha sedang menagis meraung-raung di depan keduajenazah itu. Sewaktu kutinggal ke Belanda, Dhea dan Marsha masih kecil.

    Setelah peguburan jenazah kedua anakku, atas anjuran anakku yang kedua, aku diminta untuk tinggal di Jakarta saja dan tidak usah kembali ke Belanda, aku harus menjaga kedua cucuku, aku pun setuju. Sejak saat itu, aku pun tinggal di Indonesia.

    Satu minggu aku sudah tinggal di rumah almarhum anakku, dan kutahu Dhea usianya 19 tahun sedangkan adiknya Marsha usianya 17 tahun ini kutahu karena tugasku sekarang menjaga dan mengantarkan cucuku sekolah. Dhea sudah tumbuh menjadi anak gadis tetapi kelakuannya agak nakal, setiap pulang dari sekolah bukannya belajar malah main ke temannya sampai jam 09.00 malam baru kembali, di saat aku sudah tertidur.

    Suatu hari ketika Dhea pulang aku si kakek mesum masih terbangun, Dhea langsung masuk kamar setelah mandi dan berdiam di dalam kamarnya yang membuat aku penasaran melihat sikap Dhea, sampai di depan kamarnya sebelum kuketuk aku coba mengintip dari lubang pintu dan aku terkaget-kaget melihat apa yang dilakukan Dhea di kamarnya.

    TV di kamar itu menyala dimana gambarnya film porno, sedangkan Dea sedang mengangkat roknya dan jarinya ditusukkan ke dalam lubang kemaluannya sendiri. Aku mengintipnya hampir 15 menit lamanya yang membuat aku tidak sadar bahwa batangkemaluanku mulai mengeras dan celanaku basah. Setelah itu kutinggalkan Dhea yang masih onani, sedang aku si kakek mesum pun ke kamar untuk tidur, tapi dalam tidurku terbayang kemaluan Dhea.

    Paginya aku bangun terlambat karena mimpiku. Dhea dan Marsha sudah berangkat sekolah naik angkutan kota. Sore hari aku kembali setelah mengurus surat-surat kuburan anakku. Ketika aku masuk ke ruang keluarga, aku sempat terkejut melihat Dhea sedang menonton TV,

    pikirku tumben sore-sore Dhea ada di rumah dan aku makin terkejut ketika aku menghampiri Dhea, Dhea sedang melakukan onani sementara TV yang ia tonton adalah film porno yang tadi malam sudah dilihatnya. Dhea pun tidak tahu kalau aku sedang memperhatikannya dimana Dhea sedang asyik-asyiknya onani.

    “Dhea… kamu lagi… ngapain?”
    “Uh… kakek.. ngagetin aja… nih…”

    Dhea yang kaget langsung menutupinya dengan rok dan memindahkan channel TV.

    “Kamu kaget.. yach, kamu.. belajar begini sama siapa.. kamu ini bandel yach..”
    “Belajar dari film dan bukunya temen, tapi Dhea.. nggak bandel loh… Kek…”
    “Sini Kakek.. juga mau nonton,” kataku sambil duduk di sebelahnya.”Kakek mau nonton juga.. Kakek nggak marah sama Dea khan?” katanya agak manja sambil melendot di bahuku.
    “Nggak… ayo pindahin channel-nya!”

    Gambar TV pun langsung berubah menjadi film porno lagi. Tanpa bergeming, Dhea asyik menatap film panas itu sementara nafasku sudah berubah menjadi nafsu buas dan batang kemaluanku mulai mengeras berusaha keluar dari balik celanaku.

    “Dhe… mau Kakek pangku.. nggak?” Tanpa menoleh ke arahku Dhea bergeser untuk dipangku. Dhea yang sudah meloloskan celana dalamnya merasa terganggu ketika kemaluannya yang beralaskan roknya tersentuh batang kemaluanku yang masih tertutup celana.

    “Ah.. Kakek.. ada yang mengganjal lubang kemaluan Dhea nih dari bawah.”
    “Supaya nggak ganjal, rok kamu lepasin aja, soalnya rok kamu yang bikin ganjal.”

    Tiba-tiba Dhea menungging dipangkuan melepaskan roknya, badannya menutupi pemandanganku ke arah TV tapi yang kulihat kini terpampang di depan mukaku pantat Dhea yang terbungkus kulit putih bersih dan di bawahnya tersembul bulu-bulu tipis yang masih halus menutupi liang kemaluannya yang mengeluarkan aroma bau harum melati.

    “Dhea.. biar aja posisi kamu begini yach!”
    “Ah.. Kakek, badan Dhea khan nutupin Kakek… nanti Kakek nggak lihat filmnya.”
    “Ah.. nggak apa-apa, Kakek lebih suka melihat ini.”

    Pantatnya yang montok sudah kukenyot dan kugigit dengan mulut dan gigiku. Tanganku yang kiri memegangi tubuhnya supaya tetap berdiri sedangkan jari tengah tangan kananku kuusap lembut pada liang kemaluannya yang membuat Dhea menegangkan tubuhnya.

    “Ah… Ah… ssh.. sshh…”

    Pelan-pelam jari tengahku kutusukkan lebih ke dalam lagi di lubamg kemaluannya yang masih sangat rapat. “Aw.. aw… aw.. sakit.. Kek…” jerit kecil Dhea. Setelah lima menit jariku bermain di kemaluannya dan sudah agak basah, sementara lubang kemaluannya sudah berubah dari putih menjadi agak merah.

    Kumulai memainkan lidah ke lubang kemaluannya. Saat lubang kemaluan itu tersentuh lidahku, aku agak kaget karena lubang kemaluan itu selain mengeluarkan aroma melati rasanya pun agak manis-manis legit, lain dari lubang kemaluan perempuan lain yang pernah kujilat, sehingga aku si kakek mesum berlama-lama karena aku menikmatinya.

    “Argh… argh… lidah Kakek enak deh.. rasanya.. agh menyentuh memek Dhea… Dhea jadi suka banget nih.”
    “Iya… Dhea, Kakek juga suka sekali rasanya, memekmu manis banget rasanya.”

    Dengan rakusnya kujilati lubang kemaluan Dhea yang manis, terlebih-lebih ketika biji klitorisnya tersentuh lidahku karena rupanya biang manisnya dari biji klitorisnya. Dhea pun jadi belingsatan dan makin menceracau tidak karuan.

    “Argh.. sshh.. agh… aghh… tidddaak… Kek… uenak… buanget… Kek.. argh… agh.. sshhh…”

    Hampir 30 menit lamanya biji klitoris Dhea jadi bulan-bulanan lidahku dan limbunglah badan Dhea yang disertai cairan putih kental dan bersih seperti lendir, mengucur deras dari dalam lubang kemaluannya yang langsung membasahi lubang kemaluannya dan lidahku. Tapi karena lendir itu lebih manis lagi rasanya dari biji klitorisnya langsung kutelan habis tanpa tersisa dan membasahi mukaku.

    “Arggghh.. aaawww… sshhh.. tolong… Kek… eennaak… baangeeet… deh…” Jatuhlah tubuh Dhea setelah menungging selama 30 menit meniban tubuhku.

    Setelah tubuhku tertiban kuangkat Dhea dan kududukkan di Sofa, sementara badannya doyong ke kiri, aku melepaskan semua pakaianku hingga bugil dimana batang kemaluanku sudah tegang dan mengeras dari tadi.

    Kemudian kedua kaki Dhea aku si kakek mesum lebarkan sehingga lubang kemaluan itu kembali terbuka lebar dengan sedikit membungkuk kutempelkan batang kemaluanku persis di liang kemaluannya. Karena lubang kemaluannya masih sempit, kumasukkan tiga buah jari ke lubang kemaluannya, supaya lubang kemaluan itu jadi lebar.

    Cerita Sex ML Dengan Kedua Cucunya Yang Imut

    Cerita Sex ML Dengan Kedua Cucunya Yang Imut

    Ketika jari itu kuputar-putar, Dhea yang memejamkan mata hanya bisa menahan rasa sakit, sesekali ia meringis. Setelah 5 menit lubang kemaluannya kuobok-obok dan terlihat agak lebar, kutempelkan batang kemaluanku tepat di lubang kemaluannya, lalu kuberikan hentakan. Tapi karena masih agak sempit maka hanya kepala kemaluanku saja yang bisa masuk. Dhea pun menjerit.

    “Awh… sakit.. Kek… sakit.. banget…”
    “Sabar… sayang… nanti juga enak.. deh…”

    Kuhentak lagi batang kemaluanku itu supaya masuk ke lubang kemaluan Dhea, dan baru yang ke-15 kalinya batangan kemaluanku bisa masuk walau hanya setengah ke lubang kemaluan Dhea. Dhea pun 15 kali menjeritnya. “Ampun… Kek… sakit.. banget… ampun!” Karena sudah setengah batang kemaluanku masuk, dan mulai aku gerakan keluar-masuk dengan perlahan, rasa sakit yang dirasakan Dhea berubah menjadi kenikmatan.

    “Kek.. Kek.. gh… gh… enak.. Kek… terus.. Kek.. terus.. Kek… batang.. Kakek.. rasanya… sampai.. perut Dhea.. terus… Kek!”
    “Tuh.. khan… benar.. kata Kakek… nggak.. sakit lagi sekarang.. jadi enak.. kan?”

    Dhea hanya mengangguk, kaus yang digunakannya kulepaskan berikut BH merah mudanya, terlihatlah dengan jelas payudara Dhea yang baru tumbuh tapi sudah agak membesar dimana diselimuti kulit putih yang mulus dan di tengahnya dihiasi puting coklat yang juga baru tumbuh membuatku menahan ludah. Lalu dengan rakusnya mulutku langsung mencaplok payudara itu dan kukulum serta kugigit yang membuat Dhea makin belingsatan.

    Setelah satu jam, lubang kemaluan Dhea kuhujam dengan batang kemaluanku secara ganas, terbongkarlah pertahanan Dhea yang sangat banyak mengeluarkan cairan lendir dari dalam lubang kemaluannya membasahi batanganku yang masih terbenam di dalam lubang kemaluannya disertai darah segar yang otomatis keperawanan cucuku Dhea telah kurusak sendiri. Dhea pun menggeleparlalu ambruk di atas Sofa.

    “Agh… agh.. agh.. argh… argh… sshh… ssshh… argh… gh.. gh… Dhea… keluar.. nih.. Kek.. aw… aw…”

    Lima belas menit kemudian aku si kakek mesum pun sampai pada puncak kenikmatan, dimana tepat sebelum keluar aku sempat menarik batang kemaluanku dari lubang kemaluan Dhea dan menyemburkan cairan kental hangat di atas perut Dhea dan aku pun langsung ambruk meniban tubuh Dhea.

    “Aw.. agh.. agh.. Dhea.. memekmu.. memang.. luar biasa, kontol Kakek.. sampai dipelintir di dalam memekmu…agh… kamu.. me.. memang… hebat…”

    Setengah jam kemudian, dengan terkaget aku terbangun oleh elusan tangan lembut memegangi kontolku.

    “Kakek… habis… ngapain.. Kakak Dhea… kok… Kakak Dhea dan Kakek telanjang… kayak habis.. mandi.. Marsha juga.. mau dong telanjang.. kayak… Kakek dan.. Kakak Dhea.”
    “Hah.. Marsha jangan… telanjang!”

    Tapi perkataanku kalah cepat dengan tindakannya Marsha yang langsung melepaskan semua pakaiannya hingga Marsha pun bugil. Aku si kakek mesum terkejut melihat Marsha bugil dimana tubuh anak ini kelihatan sempurna, lubang kemaluan Marsha yang masih gundul belum tumbuh bulu-bulu halus tetapi payudaranya sudah mulai berkembang malah lebih montok dari payudara Dhea. Kulit tubuh Marsha pun lebih putih dan mengkilat dibanding kulit tubuh Dhea, sehingga membuat nafsu seks-ku kembali meningkat.

    “Kek… Marsha kan tadi ngintip ketika perut Kakak Dhea dimasukin sama punya kakek.. Marsha juga mau dong.. kata mama dan papa, kalau Kakak Dhea dapat sesuatu pasti Marsha juga dapat.”

    “Oh… mama dan papa bilang begitu yach, kamu memang mau perut kamu dimasukin punya Kakek.”
    “Iya.. Kek.. Marsha mau sekali.”

    Tanpa banyak basa-basi kusuruh Marsha terlentang di atas karpet. Dengan agak riang Marsha langsung terlentang, aku si kakek mesum duduk di sampingnya kedua kakinya aku lebarkan sehingga lubang kemaluannya yang gundul terlihat jelas. Kusuruh Marsha menutup mata. “Marsha sekarang tutup matanya yach, jangan dibuka kalau Kakek belum suruh, nanti kalau sakit Marsha hanyaboleh bilang sakit.”

    Marsha pun menuruti permintaanku. Lubang kemaluannya kuusap dengan jari tengahku dengan lembut dan sesekali jariku kumasukkan ke lubang kemaluannya. Tangan kiriku dengan buasnya telah meremas payudaranya dan memelintir puting yang berwarna kemerahan. Marsha mulai menggelinjang.

    Dia tetap memejamkan matanya, sedang mulutnya mulai nyerocos. “Ah… ah… ah.. sshh.. ssh…” Kedua kakinya disepakkan ketika jari tengahku menyentuh klitorisnya. Lidahku mulai menjilati lubang kemaluannya karena masih gundul, dengan leluasa lidahku mengusapliang kemaluannya sampai lidahku menyentuh klitorisnya.

    Dikarenakan usianya lebih muda dari Dhea maka lubang kemaluan dan klitoris Marsha rasanya belum terlalu manis dan 10 menit kemudian keluarlah cairan kental putih yang rasanya masih hambar menetes dengan derasnya dari dalam lubang kemaluannya membasahi lidahku yang sebagian tidak kutelan karena rasanya yang masih hambar sehingga membasahi paha putihnya.

    “Ah… ah… ngeh.. ngeh… Marsha.. basah nih Kek…” Kuambil bantal Sofa dan kuganjal di bawah pantat Marsha sehingga lubang kemaluan itu agak terangkat, lalu kutindih Marshadan kutempelkan batang kemaluanku pada lubang kemaluannya yang masih berlendir.

    Kuhentak batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan Marsha yang masih lebih rapat dari lubang kemaluan Dhea. Kuhentak berkali-kali kemaluanku sampai 25 kali baru bisa masuk kepala kemaluanku ke lubang kemaluan Marsha. 25 kali juga Marsha menjerit.

    “Aw.. aw.. sakit.. Kek… sakit.. sekali..”
    “Katanya kamu mau perutmu aku masukin punya Kakek seperti lubang kemaluan Kakak Dhea.”
    “Iya Kek… Marsha mau… Marsha tahan aja deh sakitnya.”

    Kepala kemaluanku yang sudah masuk ke lubang kemaluan Marsha kehentak sekali lagi, kali ini masuk hampir 3/4-nya batang kemaluanku ke lubang kemaluan Marsha, ini karena lubang kemaluan Marsha masih licin sisa lendir yang tadi dikeluarkannya.

    “Hegh… hegh… hegh.. iya Kek sekarang Marsha nggak sakit lagi… malah enak.. rasanya di perut Marsha ada yang dorong-dorong… Hegh.. Hegh…” komentar Marsha ketika menahan hentakan batang kemaluanku di lubang kemaluannya.

    Setelah 30 menit lubang kemaluannya kuhujam dengan hentakan batang kemaluanku, meledaklah cairan kental dan tetesan darah dari lubang kemaluan Marsha keluar dengan derasnya yang membasahi kemaluanku dan pahanya. Marsha pun langsung pingsan.

    “Arrgh.. arrghh.. ssh… Kek… Marsha.. nggak kuat… Kek… Marsha.. mau pingsan… nih… nggak.. ku.. kuaatt…”

    Pingsannya Marsha tidak membuatku mengendorkan hentakan kemaluanku di lubang kemaluannya yang sudah licin, malah membuatku makin keras menghentaknya, yang membuatku sampai puncak yang kedua kalinya setelah yang pertama kali di lubang kemaluannya Dhea,

    tapi kali ini aku tidak sempat menarik batang kemaluanku dari dalam lubang kemaluan Marsha sehingga cairan kental hangat itu kubuang di dalam perut Marsha dan setelah itu baru kulepaskan batang kemaluanku dari lubang kemaluan Marsha yang masih mengeluarkan lendir.

    “Ah.. ah… ser… ser… ser… jrot.. jrot.. agh… ag.. ssh… argh…”

    Tubuhku pun langsung ambruk di tengah Marsha yang pingsan di atas karpet dan Dhea yang tertidur di sofa. Satu jam kemudian aku si kakek mesum terbangun di saat batang kemaluanku berasa dijilat dan ketika aku melirik aku melihat Dhea dan Marsha sedang bergantian mengulum batang kemaluanku dan menjilati sisa cairan lendir tadi, kuusap kedua kepala cucuku itu yang lalu kusuruh keduanya mandi.

    “Dhea.. sudah.. sayang.. sana ajak adikmu.. bersih-bersih dan mandi setelah itu kita ke Mall, beli McDonal.. ayo sayang!”
    “Kek.. Dhea puas deh.. lain.. kali lagi yach Kek!”
    “Asyik beli McDonal.. tapi lain kali lagi yach… Kek, perut Marsha jadi hangat.. deh.. enak..”
    “Iya.. sayang.. pasti lagi.. ayo sekarang Kakek yang mandiin.”

    Setelah itu kami pun mandi bertiga, sejak saat itu kedua cucuku selalu tiap malam minta coba lagi keganasan batang kemaluanku. Aku si kakek mesum pun tersenyum bangga bahwa aku memang penakluk perempuan, walau perempuan yang aku taklukan adalah kedua cucuku yang sekarang tinggal bersamaku.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex ML Dengan Pacar

    Cerita Sex ML Dengan Pacar


    1046 views

    Perawanku – Nama saya Samsul, saya baru saja masuk ke salah satu universitas di bandung, sifatku yang malu malu menjadikan saya susah untuk bergaul apalagi dengan lawan jenis, tapi dari situlah saya mendapat pengalaman yang mengesankan, ceritanya begini bermula dari saat liburan semester, 2 minggu lamanya di kasih waktu liburan dari situ saya berkunjung ke teman teman lamaku , salah satunya adalah Mawar.

    Teman lamaku Mawar yang sudah sejak SMU tidak pernah bertemu. Kalau kuhitung-hitung sudah sekitar satu tahun saya tidak bertemu ia. Sejak saya pertama kali bertemu ia saya langsung jatuh cinta.

    Aku melihat Mawar sebagai sosok perempuan yang paling sempurna, The Angel From Heaven!, rambut hitam yang sepanjang bahu, wajah super cantik, body bagaikan supermodel, payudara yang indah meskipun hanya dapat dilihat dari luar seragam sekolah, & bokong yang membuat mata cowok manapun mengikutinya kemana pun ia pergi.

    Betapa inginnya saya menjadi bra atau celana dalam yang selalu dipakainya, jadi kursi yang selalu didudukinya, jadi tempat tidur yang selalu ditidurinya, atau jadi sabun yang selalu menjelajahi tubuhnya. saya selalu membayangkan bagaimana seandainya Mawar menjadi pacarku.

    Waktu itu kelas dua SMU. ia kelas 2-4 & saya kelas 2-3. saya mendekati ia dengan cara menjadi temannya yang paling baik. saya tidak berani mengutarakan perasaanku kepada dia, akibatnya ia tergaet oleh orang lain. Hasil yang saya terima adalah saya hanya dianggap sebagai temannya. Agen Obat Kuat Pasutri

    Setelah tamat SMU kerinduanku makin memuncak, saya memikirkannya tiap saya mau tidur, mau makan, mau mandi, mau gosok gigi, mau berangkat ke kampus, mau nonton VCD porno, mau masturbasi, tiap mau melakukan apapun. [Even we’re apart, you will always in my heart, Mawar]. Maka dari itu saya memberanikan diri untuk mengunjungi ia mumpung masih liburan. Untuk memastikan ia ada di rumah, saya meneleponnya.

    “Halo, dapat bicara dengan Mawar?” tanyaku menyapa.

    “Iya, ini Mawar sendiri, ini siapa ya?” balasnya.

    “Hei Met, gimana kabar lo? masih inget aku ngga?” kataku bersikap sok tenang.

    “Hmm.. siapa ya? ini Evan ya? jangan iseng dech, aku tau ini kamu kan?” katanya menebak.

    “Evan siapa.. ngaco ah.. ini aku Samsul..”

    “Samsul? hei.. pa kabar juga? aku baik2 aja.. udah berapa lama sich? setahun ada kali ya..”

    “Iya.. eh Met gimana kabar lo ma si.. itu tuch..”

    “Sama sapa?”

    “Itu lho.. si Arifin.. hi.. hi..”

    Cerita Sex ML Dengan Pacar

    Cerita Sex ML Dengan Pacar

    “..”

    “Halo Met.. saya salah ngomong ya..? haloo..”

    “.. ngga.. kok.. gue..” katanya sambil menangis.

    “.. Mawar ga perlu ceritain kok kalo Mawar rasa itu bikin sakit..” kataku berusaha menenangkannya.

    “.. Samsul.. bisa.. ga.. dateng.. ke.. rumah.. Mawar..?” lanjutnya.

    “Samsul pasti kesana.. Mawar tunggu aja ya.. Samsul pasti datang..” jawabku.

    “.. cepet ya.. please..” katanya masih menangis.

    Saya langsung pergi ke rumahnya begitu telepon ku tutup. Selama perjalanan saya mulai berpikir apa Mawar baik-baik saja.. saya berharap ia tidak melakukan sesuatu yang ceroboh. Kira-kira 30 menit kemudian saya tiba di rumahnya. saya lihat ia sudah menungguku di pintu depan. saya parkir mobilku di tepat di depan rumahnya.

    Saya langsung berjalan kearahnya dimana kulihat cewek yang sangat kusayangi meneteskan airmatanya. Belum sempat ku tanya alasan mengapa ia menangis, dengan tiba-tiba ia menarik tanganku & membawaku ke dalam rumah. Kami kemudian duduk di sofa & ia mulai menceritakan masalahnya.

    tapi beberapa menit kemudian tanpa sadar saya melingkarkan tanganku di bahunya, namun anehnya ia tidak merasa canggung ataupun risih, malah ia menyandarkan kepalanya ke bahuku.

    Aku pun tiba-tiba mengatakan sesuatu yang tidak pernah berani saya katakan kepadanya.

    “Mawar, dari dahulu ada hal yang saya pengen bilang ke kamu..”

    “Samsul bener-bener sayang sama Mawar.. Samsul selalu memikirkan Mawar..”

    “Dari pertama kali kita kenalan, Samsul sudah suka ma Mawar..”

    “Dan sekara..”

    Belum selesai saya mengatakannya Mawar tiba-tiba menutup mulutku dengan tangannya. ia kemudian mencium bibirku dengan lembut sekali, saya pun tanpa pikir panjang, kubalas ciumannya penuh cinta. Beberapa saat kami berciuman, kemudian Mawar mengatakan hal yang paling indah yang pernah saya dengar.

    “Samsul.. sebenernya Mawar juga suka sama kamu”

    “.. dari dahulu saya berharap kalo kamu itu yang mengajak Mawar nonton, makan..”

    “.. Mawar selalu berharap Samsul suatu saat bakal ngajak Mawar..”

    “I love U..”

    Langsung saja kucium bibir hangatnya dengan mesra. Kami berciuman cukup lama sampai akhirnya Mawar mengajakku ke kamarnya. Tujuannya sudah jelas, tempat tidur empuk yang masih tertata rapi. Ciuman kami terus berlanjut dimana kami sedikit demi sedikit saling melepaskan pakaian kami, kuangkat dasternya sambil ku meremas bokongnya yang sangat kenyal, “Gila.. empuk banget pantatnya..” kataku dalam hati melanjutkan meraba & meremas bokong terseksi milik Mawar.

    Aku dahulu hanya dapat melihat, kini saya dapat menikmatinya. saya tahu masih banyak lagi yang lebih hebat dari cewek ini. Suara hatiku berkata “Dia cinta pertamamu, & kini kamu memilikinya..”.

    Tanganku melanjutkan perjalanannya keatas, disana ia menemukan dua buah gundukan, dengan lembut ku remas & perlahan kulepaskan dari penutupnya yang telah mengurungnya selama ini.

    Ternyata buah dada Mawar tampak sangat indah jika dilihat langsung. Bundar penuh & putingnya berwarna coklat kemerah-merahan.

    Ukurannya pun benar-benar menakjubkan. Tepat dalam telapak tanganku. Penisku pun menjadi amat tegang. saya merabanya dari bawah & kemudian naik keatas dimana ku menemukan puting susu yang sudah mulai mengeras. Mawar pun bersuara saat saya menjilatinya.

    “Mmmmppphhhhhh.. nikmat.. Samsul.. terus.. ss..” desah Mawar,

    Aku pun menuntunnya ke tempat tidur. Kami sudah seperti pasangan suami istri pada saat malam pengantin. Mawar duduk di tepi tempat tidur sedangkan saya masih berdiri. Mawar sudah tidak memakai bra tapi masih mengenakan celana dlm, kami saling bertatapan sejenak..

    “Samsul.. Mawar mau melakukannya sama kamu.. Mawar melakukannya untuk kamu..”

    Mawar pun kemudian melepaskan celana dlmku, dimana disana tersimpan milikku yang sangat berharga. Perlahan ia meraih penisku yang sudah teramat tegang & menghisapnya.

    “Ouuuhhhhh.. Mawar..”, saya merasakan kenikmatan hebat.

    Aku balas perlakuannya dengan meraba buah dadanya yang juga semakin tegang.

    “Ahh.. Samsul.. terusin.. ahh..” lalu saya membuka celana dalam Mawar yang sudah agak basah.

    Aku dapat melihat meqi yang di tumbuhi sedikit bulu, rupanya ia rajin mencukurnya. Langsung saja kuraba seluruh bagiannya berharap menemukan tempat yang paling sensitif.

    “Aah.. teruss.. Samsul.. ohh..” Mawar mendesah, mendengarnya saya makin bersemangat.

    Aku kemudian membawa Mawar ke tengah tempat tidur seraya mencium & menjilati bagian tubuhnya yang paling intim itu.

    “Aahh.. aku.. mo.. keluarr.. ohh.. sshh..” Mawar mengerang & menjambak rambutku, Mawar orgasme saat itu, cairan kenikmatannya banyak sekali yang keluar.

    Aku menciumnya bibirnya & terus meremas-remas buah dadanya, lalu kulumat puting susunya seperti anak kecil mengemut permen kesukaannya.

    “Ahh.. sshh.. aahh.. sshh..” Mawar mengerang tak karuan.

    Penisku yang sudah agak melemas kembali tegang saat Mawar mengulumnya sebagai balas budi.

    “Ohh.. Mawar.. you.. are.the.. best.” kenikmatanku memuncak saat saya merasa saya akan orgasme.

    “Ahh.. sshh.. Mawarr..” creett.. creett.. creett.. saya menyemprotkan maniku kedalam mulut Mawar, & ia pun menelannya.

    Kami berada dalam kondisi sangat bergairah. saya tetap menggeraygi tubuh Mawar supaya ia terus merasa “Panas”, beberapa saat kemudian penisku yang sudah kembali tegang & tampaknya sudah siap mencelupkan diri kedalam kolam kenikmatan.

    Dalam posisi Mawar terlentang & saya diatasnya, saya menuntun penisku [14x3cm] ke arah lubang surga milik Mawar. Perlahan saya dorong penuh percaya diri, terlihat wajah Mawar agak menahan sakit.

    “Ahh.. pelan-pelan.. sayang.. ohh..”.

    Aku dorong lebih dalam lagi meskipun agak sempit, “oh God.. gila.. memeknya ngejepit penis aku kenceng banget!” kataku dalam hati. saya berpikir “jangan-jangan Mawar masih perawan”. Kemudian penisku seperti tertahan sesuatu, kupaksa masuk.

    “ahh..!” pekik Mawar, kurasa saya menembus selaput daranya, ternyata benar Mawar masih perawan. Lalu perlahan kuayun pinggulku.

    “Oh.. sshh.. aah.. ohh.. hmm..”, kami saling mendesah menikmati tiap gesekan, meqi Mawar benar-benar rapat, & ototnya terus memijat penisku tanpa ampun.

    “Ohh.. sshh.. ahh.. sshh.. ohh..” & kemudian tanpa mencabut penisku, saya mengganti posisi, saya dibawah, & kini giliran Mawar yang bergerak.

    “Ohh.. ah.. ssh.. Samsul.. enaakk.. terus.. ss” gerakan Mawar saya imbangi, saya meremas buah dada Mawar & sekali-sekali saya mengangkat tubuhku untuk menghisap & menjilati puting susunya.

    Tiba-tiba tubuh Mawar kejang, “Aah.. aku.. mauu.. keluarr.. ohh..”

    Aku merasakan semprotan cairan meqi Mawar membasahi kepala penisku, terasa hangat & nikmat. Kami dalam posisi ini agak lama, dimana variasi hanya dalam bentuk ciuman, hisapan puting susu. Kemudian saya merasakan adanya desakan di pangkal penisku, saya lalu menggerakkan pinggulku naik turun, dibantu Mawar yang juga bergerak naik turun.

    “Ohh.. sshh.. ohh.. SSHH..” saya merasa akan orgasme, saya lalu mempercepat gerakanku, tiba-tiba tubuh Mawar kembali mengejang, namun kali ini lebih kuat, & meqinya pun menjadi lebih sempit, otot-ototnya memijat lebih hebat.

    “OOHH.. Mawar.. mau.. kkee.. ke.. AAHH..” Mawar mencengkeram bahuku keras sekali.

    “OOHH.. AHH.. Samsull.. ga.. kuat..” saya langsung menancapkan penisku sampai habis, kupeluk cintaku seerat-eratnya dan..

    “Creett.. Creett.. Creett” saya & Mawar orgasme bersama, bersama mencapai kenikmatan.

    Aku memeluk Mawar seperti tak akan kulepaskan, ia cintaku yang pertama, cinta pertamaku yang hebat, cinta pertamaku yang nikmat. Kami sudah menjadi sepasang kekasih. saya sadar Mawar telah memberikan mahkotanya kepadaku.

    “Baby you’re all that i want, and you’re lying here in my arms”

    “I love u so much Mawar” kataku lembut seraya mencium bibirnya yang basah namun lembut.

    Ini pertama kali Mawar bercinta, ia pertama kali bercinta denganku, saya bercinta dengan cinta pertamaku. saya mengalami hal yang terindah dalam hidupku.

    Kami masih dalam keadaan telanjang, duduk berhadapan, Mawar kupangku diatas pahaku, kami tidak berbicara sepatah kata pun, kami hanya saling memandang, saling tersenyum, sesekali kucium bibirnya, kubelai rambutnya, & kuhapus airmata bahagianya yang mengalir menuruni pipinya.

    “Mawar.. saya sangat mencintai kamu sepenuh hati Samsul, kamu adalah hal terindah yang pernah terjadi untukku, Samsul ngga bakal ninggalin Mawar, Samsul akan selalu ada untuk Mawar..” kemudian kuberikan ciuman terhangat & termanis untuk Mawar-ku.

    Aku akhirnya mendapatkan cintaku, cinta pertamaku.

    Sampai saat ini saya berpacaran dengan Mawar, kami bercinta kapan saja kami mau, baik itu di rumah Mawar ataupun di rumahku. Kami selalu ingin merasakan kenikmatan dunia itu berulang kali.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex ML Dengan Pembantu Yang Nakal

    Cerita Sex ML Dengan Pembantu Yang Nakal


    665 views

    Perawanku – Cerita Sex ML Dengan Pembantu Yang Nakal, ML Dengan Pembantu Yang Nakal Pak Mahdi dapat digolongkan sebagai kaum menengah ke atas, Dia kerja untuk sebuah multinational company di bidang telekomunikasi. Dia memiliki 2 buah kendaraan & sebuah rumah yang sangat cukup untuk ditinggali oleh dia, istrinya & seorang anak tunggalnya. Bahkan Pak Mahdi dapat mempekerjakan seorang pembantu untuk mengurus rumahnya.

    Nuning, 21 tahun, itulah nama pembantu tersebut. Dia berasal dari sebuah kampung di Dekat Cilacap Jawa Tengah. Sudah hampir 1 tahun dia mengabdi kepada Pak Mahdi & keluarganya. Perlakuan Pak Mahdi & keluarganya benar – benar membuatnya betah walaupun dDia harus berpisah dengan suaminya yang menjadi petani di kampungnya. Jika pekerjaan rumahnya sudah selesai, dia akan pergi ke taman & berkumpul bersama pembantu – pembantu lain di perumahan tempat Pak Mahdi tinggal.

    Pak Mahdi hanya memiliki seorang anak. Istrinya merasakan trauma hebat akibat kelahiran anak pertamanya yang hampir merenggut nyawanya, sehingga sangat takut untuk dapat hamil lagi. Hans nama anak satu – satunya. Saat ini usianya sudah 18 tahun. Dia bersekolah di sebuah SMA swasta yang bonafid. Maklum, kedudukannya sebagai anak tunggal membuat semua perhatian & harta dari Pak Mahdi tertuju kepadanya.

    Sore itu pukul 3 sore. Hans telah pulang dari sekolahnya. Hans merasa sangat lelah hari itu sehingga ajakan temannya untuk nongkrong di mall dia tolak. Dia hanya ingin sampai di rumah & bersantai. Sampai di rumah dia langsung berganti pakaian & menuju ruang TV. DDia nyalakan tv & duduk sambil menyandarkan punggunya di sofa empuk. Pak Mahdi sendiri tentu saja masih ada di kantornya.

    Dengan kemacetan Jakarta membuat dDia paling cepat bisa sampi di rumah pukul 7 malam. Sedangkan istrinya tidak jauh berbeda, sebagai sesama karyawan tentu istrinya pun merasakan apa yang suaminya rasakan. Sedangkan Nuning, dia sedang mengerjakan tugas sehari – harinya. Kali ini dia sedang menyapu lantai di sekitar ruang TV tempat Hans berada.

    Sebenarnya tidak ada acara tv yang menarik bagi hans, dia pun mulai merasa bosan. Namun, sesaat sebelum Hans beranjak dari sofa malasnya. Tiba – tiba.

    Tiba2 saja Nuning duduk mengangkang di depan Hans. Belum selesai kekagetan Hans. Tiba2 saja Hans didekap oleh Nuning ke dada besarnya.

    5 menit sebelumnya…..

    “Aduhhhh kenapa sih aku jadi mikirin film bokep dari si Inah tetangga sebelah terus. Mana mas parto akhir – akhir ini klo dDiajak telponan jorok suka gamau…huh..”

    Begitulah, kemajuan teknologi tidak hanya dirasakan oleh kalangan atas. Para pembantu pun merasakan perkembangan teknologi informasi, apalagi kalau bukan untuk saling tukar video bokep. & pagi tadi, Inah menyebarkan video porno barunya ke pembantu – pembantu lain.

    Berbeda dengan Inah & sebagian pembantu lainnya yang di malam harinya bisa bertemu suaminya (Inah adalah pembantu yang tinggal di sekitar kompleks itu, sehingga pagi datang ke majikan, sore bisa pulang), Nuning adalah tipe pembantu yang tinggal di rumah majikan & biasanya pulang setahun dua kali saja.

    Walhasil Nuning pun kali ini bingung ketika birahinya sedang naik. Biasanya di malam hari dia akan mengajak suaminya melakukan phone sex. Namun entahlah, akhir – akhir ini suaminya menolak dengan alasan lelah setelah seharDian mencangkul sawah. Namun tiba – tiba Nuning melihat Hans.

    “Loh kok tumben den ganteng udah pulang. Aduhhhh emang ganteng bener anak majikanku ini. Ga salah deh klo den hans jadi idola pembantu2 disini hihih. Duh makin gatel deh nih meki”.

    Nuning menyapu dengan tidak tenang. DDia berpikir untuk berbuat nekat. DDia tahu risikonya sangat besar. Jika Hans menolak & melaporkan ke ortunya maka sudah dipastikan karir Nuning sebagai PRT di rumah ini akan lenyap.

    Namun Nuning membayangkan juga reward yang akan dDia dapat jika dDia berhasil. Bukan hanya hasratnya saat ini saja yang akan terpuaskan. Tapi tentunya ke depannya pun tidak akan sulit bagi dirinya untuk bersetubuh dengan Hans. DDia juga sudah membayangkan betapa dDia akan menjadi buah bibir di kalangan rekan – rekannya sesame pembantu. Bagaimana tidak, dDia berhasil menaklukan hati pujaan para pembantu di kompleks ini. Ahhhhhh membayangkannya saja sudah basah.

    “haduhhh bodo amat. Meki gue udah kaga bisa dDiajak kompromi. Masa dih den hans kaga suka ama toket gue. Pak sarip aja ampe kelojotan”

    Ya pak sarip, satpam kompleks, memang pernah dibuat KO hanya dengan jepitan toket 38D milik Nuning. Nuning terpaksa melakukan itu karena saat itu ketika sedang booming video Ariel – Luna, Nuning yang penasaran dengan video tersebut disyaratkan oleh Pak Sarip untuk berhubungan badan dengannya jika ingin dikirimkan video Ariel – Luna.

    Untung saja baru titfuck saja Pak Sarip sudah KO. Sehingga aman lah meki Nuning dari kontol pak sarip. Walau Nuning jablay (jarang dibelai), namun dDia juga pilih-pilih untuk melampiaskan nafsunya hehehe.

    “hmmphhhh”
    “ahhh den hans ayo nikmati susu mbak Nuning. Ayo den ganteeeng” Hans tidak berdaya didekap oleh Nuning
    “hmmmphhhh” hans mencoba melepaskan dekapan itu karena tidak bisa bernapas. Namun kuat sekali dekapan Nuning.

    Nuning melepaskan dekapan itu sejenak. Secepat kilat dDia melepaskan kaos & branya lalu mendekap hans kembali.

    Hans yang masih kaget langsung menarik napas panjang ketika dilepaskan. Namun tidak sampai 5 detik kemudDian

    “hmmmmmppphhhhh” namun kali ini mukanya langsung bertemu kulit toket Nuning. DDia merasakan nikmatnya kekenyalan toket Nuning.
    “ayo den hans rasain gimana toket mbak Nuning. Ahhhh” Nuning sambil menggoyang2kan pinggulnya.

    Tentunya sambil menggesek-gesekk an vaginanya ke tonjolan di celana Hans. Walaupun Keduanya masih menggunakan bawahannya namun gesekan itu sangat terasa karena Nuning memakain rok lebar & celana dalam, sedangkan hans menggunakan celana boxer & celana dalam rider di dalamnya. Alhasil vagina yang berlapis celana dalam langsung bergesekan dengan kontol yang beralaskan boxer.

    Hans mulai merasakan nikmatnya permainan ini tangannya mulai meremas2 toket Nuning. Memang Nuning tidak wangi seperti pacarnya Cinthya yang dengan parfumnya mampu memabukkan dirinya. Wangi tubuh yang dDia cium saat ini adalah wangi alami khas perempuan desa.

    Tidak wangi memang, namun entah mengapa Hans senang dengan wangi ini. Kulit Nuning pun tidak semulus Cinthya, namun hans sangat senang dengan kekencangan kulit dari Nuning. Kekencangan kulit khas dari wanita yang sehari – hari bekerja membersihkan rumah.

    Nuning yang mulai merasakan adanyaya kerjasama dari Hans lalu melepaskan dekapannya.

    “hahhh hahhh hahhhh. Gila hah hah. Ampir bunuh saya mbak Nuning nih hah hah!!”
    “ ehehheeh jangan marah dong ganteng. Nih isep lagi susunya mbak”

    Kali ini hans langsung melahap putting kiri Nuning. Terlihat betul gerakan hans masih kaku. DDia hanya menghisap-hisap putting Nuning. Terlihat memang hans belum berpengalaman.

    Nuning perlahan melepaskan celana dalamnya. Sehingga kali ini di dalam rok nya tidak ada lagi yang melindungi memeknya. Nuning melanjutkan goyangan pinggulnya. Terasa kontol hans semakin keras.

    “hihihi ada yang ngaceng nih. Hayooooo”
    “mmmmhh mmmhh. Gimana lagi. Digesek-gesek gitu sama mbak Nuning hihihih”
    “kluarin dong kontolnya. Kasian tuh kesempitan hihihi”

    Hans pun langsung menurunkan celana pendek & celana dalamnya. Setelah kontol itu muncul. Nuning langsung mengocok-ngocok nya. Pas segenggam besarnya. Lumayan pikir Nuning. Walau tentu saja belum sebesar kontol suaminya di rumah.

    “SDiap den menuju surga dunDia? Hihihi”

    Nampaknya Nuning sudah tidak sabar merasakan kontol. Tentu saja, ini sudah bulan ketiga semenjak terakhir kali dDia pulang ke kampung. Lagipula dDia merasakan rangsangan Hans tidak ada apa – apanya. Jadi dDia pikir langsung saja ditancap.

    “iii iiiya iya”
    “hihihii belum pernah ya sebelumnya?”

    Hans menggeleng. Dalam hati Nuning merasa puas sekali. Siapa sangka dDia akan mendapatkan perjaka dari hans si ganteng hihih.

    “eh bentar sebelum dimasukin” Nuning mengambil HP nya yang dDia sakukan di rok. Lalu dDia melakukan selfie dengan Hans
    “ih buat apa mbak?”
    “buat disombongin dong ke pembantu-pembantu lain. Den hans kan favoritnya pembantu-pembantu sini. Klo lagi masturbasi atau gituan sama suaminya katanya pada bayangin den hans hihihi”

    Hans tidak peduli. DDia masih saja memainkan toket Nuning. DDia tidak pernah menyangka ada toket sebesar ini. DDia pernah secara tidak sengaja menyentuh toket pacarnya, & sangat jauh ukurannya daripada toket di depannya ini. Hans & Cinthya memang belum pernah ML. paling jauh yang mereka lakukan hanyalah kissing. Itu pun hanya ciuman tempel bibir. Bukan French kiss.

    “siap yaaaaa.. ahhhhhh” Nuning akhirnya memasukkan kontol itu ke memeknya.

    Setelah masuk seluruhnya, Nuning dDiam & tidak goyang dahulu. DDia sedikit tersenyum menahan tawa melihat muka Hans yang dilanda kenikmatan untuk pertama kalinya. Nuning semakin gemas dengan muka anak majikannya ini

    “hihihi kenapa den ganteng?”
    “ouhhhhh ouhhhhhhh” Hans fokus dengan kenikmatan yang dirasakan kontolnya

    Nuning pun lalu mencium-cium wajah tampan Hans saking tidak kuatnya menahan gemas. DDia basahi seluruh muka dari Hans. Hans yang merasa nikmat hanya pasrah saja menerima kebinalan pembantunya itu.

    Perlahan – lahan Nuning mulai menggoyangkan pinggulnya sambil tetap menikmati ketampanan muka hans. Ciuman & hisapan – hisapan dari Nuning mulai turun ke leher dari Hans. Nuning meninggalkan banyak cupangan di leher Hans tersebut.

    “mmmuuachh mmmm cup cupppp” Nuning sangat menikmati mengeksplor Hans, Wangi tubuh hans yang sering merawat diri benar – benar memabukkan Nuning.

    Jika ditelaah mungkin sudah tidak ada lagi bagDian wajah & leher Hans yang bebas dari liur Nuning.

    Nuning semakin bersemangat menggoyangkan pinggulnya. Terlihat Hans yang baru pertama kali ngeseks benar – benar kewalahan menghadapi kebinalan Nuning yang memang sudah banyak pengalaman dalam hal ini.

    “mmhhh ahh ahhh uhhhh mmmmmhhhh” Terlihat hans berusaha keras menahan dorongan spermanya untuk segera keluar. Mukanya memerah.

    Namun apa daya, belum sampai 5 menit kemudDian.

    “Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh” Sperma kental keluar dari kontol Hans di dalam memek Nuning.
    “Hans, heh Hans. Bangun kamu. Kebiasaan klo nonton tivi ampe ketiduran. Pindah ke kamar sana” Tiba – tiba Hans terbangun karena dibangunkan ibunya yang langsung berlalu ke kamar.

    Hans yang terbangun lalu dDia meraba raba tubuhnya. Ternyata dDia masih berpakaDian lengkap. Namun dDia memang merasa ada sesuatu yang lengket di celana dalamnya.

    “Huh sial ternyata mimpi basah doang. Gue kirain beneran nyata”

    Dari kamar, Ibunya lalu berterDiak

    “Hans ati-ati ah kalo tidur pake selimut. Sekarang lagi jaman demam berdarah. Tuh leher kamu bentol-bentol digigit nyamuk”

    Hans kaget. Hah bentol – bentol. Sekilas lalu dDia bertukar pandang dengan Pembantunya Nuning yang sedang berada di pintu dapur. Terlihat Nuning tersenyum geli lalu mengedipkan sebelah matanya pada Hans sambil menggigit bibir.

    “Hah…yang tadi mimpi ga sih??”

    Hans yang masih bingung lalu mendengar HP nya berbunyi tanda ada SMS masuk. DDia buka ternyata dari nomor yang tidak dDia kenal. & isinya adalah

    “makasih ya mas hans. Kapan-kapan kita ewean lagi ya. Tapi nanti mas hans nya minum obat kuat dulu ya biar mainnya lama hihihihi”
    “glek” Hans senang sekaligus bingung sekaligus takut.

    Senang karena dDia benar – benar merasakan tubuh nikmat pembantunya. & mungkin bukan hanya saat itu saja. Ke depannya mungkin dDia akan lebih sering menikmati tubuh pembantunya.

    Bingung karena kenapa dDia bisa menikmati bermain seks dengan pembantunya. Padahal oembantunya sangat berbeda tipenya dibandingkan paacarnya saat ini. CInthya, perempuan keturunan Chinese dengan kulit mulus & wajah cantik tiada tara.

    Dan takut, bagaimana jika pembantunya cerita ke orang tua atau orang di sekitar kompleksnya. Bisa hancur nama baiknya. Apalagi dDia ingat pembantunya sempat mengambil foto.

    Sementara di dapur, Nuning masih tersenyum-senyum penuh kemenangan. DDia yakin hans sudah takluk pada dirinya. DDia bisa memenuhi kebutuhan seksualnya kapan saja. Bukan dengan orang sembarangan, tapi orang yang paling ganteng sekompleks ini. Hihihi.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex ML Dengan Riana Dan Anis Si Cewek Perawan

    Cerita Sex ML Dengan Riana Dan Anis Si Cewek Perawan


    864 views

    Perawanku – Cerita Sex ML Dengan Riana Dan Anis Si Cewek Perawan, Ini terjadi secara kebetulan dan benar-benar murni sebuah keberuntungan buatku, saat itu aku sedang melintasi sebuah kawasan hutan antara Rembang dan Blora. Entah karena salah makan atau mungkin masuk angin, mendadak perutku terasa mual dan ingin BAB. Aku harus kemana? Tidak ada SPBU atau toilet umum di jalur ini, tanyaku dalam hati.

    Saat melintasi sebuah jembatan kecil, aku langsung menghentikan laju mobilku dan turun menuju tepian Situs Judi Pkv Terbaik sungai yang tidak begitu deras. Entah mengapa, rasa mual dan sakit diperutku mendadak hilang dan sembuh. Sekitar 10 menit aku duduk disebuah batu, menunggu reaksi perut kalau-kalau kambuh lagi tapi ternyata tidak ada tanda-tanda sakit lagi.

    Setelah kurasa cukup yakin tidak sakit, aku berniat untuk kembali menuju mobil dan kembali melanjutkan perjalanan pulang. Tapi, mendadak aku mendengar ada suara percakapan orang yang sepertinya seorang pria dan wanita. Siang-siang di tempat seperti ini, pasti orang pacaran! Kataku dalam hati. Mendadak timbul rasa ingin tahu dalam hatiku, siapa dan sedang apa orang itu ditempat ini. Pelan-pelan sambil setengah merangkak, aku mendekati sumber suara tersebut dan samar-samar terlihat sepasang ABG sedang bermesraan dibawah sebuah pohon. Yah, tepatnya seorang cowok yang sedang memangku cewek di sebuah akar pohon Mahoni.

    Sepertinya mereka sepasang kekasih yang sedang berasyik masyuk melepas kemesraan, tampak kedua tangan cowok itu sedang meremas kedua toket ceweknya dari dalam kaos. Wajahnya sangat manis, berjilbab pink dan bawahan sebuah rok putih panjang seumuran anak SMA. Entah mengapa aku betah melihatnya, bahkan kont*lku ntegang dibuatnya teringat masa-masa SMA dulu. 10 menit telah berlalu, si cowok memaksa cewek untuk melepaskan kaosnya dan anehnya si cewek menurut saja. Sebuah BH Situs Online Judi Terbaik putih membungkus 2 toket ranum yang kenyal dan putih muluusssssssssss….. aku bilang WOW deh!! Disaat mereka mulai meningkatkan cumbuan, timbul niat isengku untuk menangkap basah mereka.

    “Hey…kalian jangan mesum disitu! Teriakku sambil berjalan mendekati mereka
    Spontan si cowok mendorong dan menjatuhkan cewek dari pangkuanya serta berlari menuju sepeda motor Ninja 150 RR warna hijau yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka duduk. Entah karena panik atau takut si cowok tancap gas dan kabur meninggalkan ceweknya yang tercebur ke sungai dalam keadaan setengah bugil.

    “namamu siapa dan rumahmu mana?? Bentakku
    ‘Aaaa….Anis Pak….rumahku Semarang! Jawabnya menunduk malu
    “emang aku bapakmu? Semarang kok sampai sini, aku gak percaya! Tanyaku tegas
    ‘ampun Pak….benar kok! Jawabnya sambil sesenggukan
    “cepat pakai bajumu dan ikut aku! Cepaaaaaaaaaaaaaaatttttt!!! Bentakku
    Dengan wajah menunduk Anis mengenakan baju basahnya dan kemudian berjalan mengikutiku karena aku meminta dompetnya. Kumpulan Situs Judi Pkv Terbaik Dari dalam dompet, aku lihat sebuah kartu pelajar atas nama Anis Trisnawati, kelas 2 di sebuah Madrasah Aliyah di kota Blora. Setelah di dalam mobil, Anis tampak semakin ketakutan melihat sticker dan beberapa pin yang bertuliskan keluarga besar Polri karena ini memang mobil temanku yang tukeran denganku.

    “kenapa takut?? Mana pacarmu tadi? Bentakku
    ‘anu….Pak….ampun, tolong jangan bawa saya ke kantor polisi! Pintanya sambil menangis
    “trus aku mesti bawa kamu kemana? Kamu ngaku salah gak? Tanyaku
    ‘iya…saya salah Pak…tapi jangan bawa ke kantor polisi….aku mohon, aku pasti diusir kakakku kalau ketahuan! Rengeknya

    Di depan sebuah pos Polisi aku menghentikan mobilku dan itu membuatnya semakin ketakutan dan terus memohon akan melakukan apa saja asal tidak dibawa ke kantor polisi dan diketahui kakaknya (Riana) yang menyekolahkan dan tempat tinggalnya. Lagian siapa yang akan ke kantor polisi, aku juga bukan polisi! Gumamku dalam hati.

    “apa kamu masih perawan? Tanyaku, Anis hanya menggelengkan kepala pertanda tidak.
    “sudah berapa kali ML, sering ya? Tanyaku, dia tetap menggeleng membuatku bingung!
    “gak perawan kok belum ML?? Kamu bohong ya!! Aku membentaknya keras.

    Dengan cucuran air mata Anis bercerita, keperawananya hilang oleh ujung jarinya (masturbasi) dan Situs Online Judi Terbaik 2020 dengan cowok (pacarnya) dia sama sekali tidak berani ML. Di Blora di tinggal bersama kakaknya Riana yang bekerja sebagai SPG di sebuah dealer motor. Bahkan saking jujurnya, dia menceritakan kakaknya seorang bispak karena gajinya tidak cukup untuk hidup dan membiayai sekolahnya. Riana akan melakukan apapun untuk memberikan yang terbaik untuk Anis agar kelak tidak seperti dirinya.

    “kamu sudah mengecewakan kakakmu, bagaimana kalau dia tahu? Tanyaku lembut
    ‘jangan beritahu ya, aku mohon! Jawabnya
    “aku tidak akan memberitahu kakakmu, asal kamu mau menjadi pacar sehariku! Tawarku
    ‘tapi….maksudnya? tanya Anis bingung
    “aku ingin menggantikan posisinya pengecut yang lari meninggalkan kamu! Sampai nanti jam 5 saja kok! Kataku menjelaskan
    ‘tapi….jangan ML ya?? Pintanya
    “iya…iyaaaaa…. jawabku.

    Jam tanganku sudah menunjukan angka 14:30 dan dengan sigap aku menuju sebuah hotel yang cukup terkenal di Blora. Setelah membereskan semua urusan, aku langsung mengajak Anis masuk ke kamar nomor 22 dengan alasan di hotel lebih aman dan bisa berteriak minta tolong Daftar Agen Judiqq kalau-kalau aku berbuat jahat. Anis merasa lebih tenang dengan penjelasanku dan sesaat setelah masuk, aku langsung mendekap tubuhnya serta menciumi bibir dan lehernya yang masih terbungkus jilbab. Dengan sedikit rayuan dan jaminan kakaknya tidak akan tahu, Anis menurut dan merespon aktif setiap ciuman dan cumbuanku.

    Emuah…emuah….emuah…emuah…..emuah…. ciuman basah bertubi-tubi mendarat di bibirku
    “Lepaskan bajumu ya? Bisikku sambil melumat telinganya
    ‘jangan lebih ya? Jawabnya berbisik
    Kedua tanganku menyusup kedalam punggungnya, melepas pengait BHnya dan membuang bajunya. Toket kenyalnya terlihat jelas membulat seperti bakpao dan putingnya masih memerah ranum, dengan gemes aku mulai meremas, mengelus, mencium dan memilin ujung putinganya searah jarum jam.
    ……….ssssssssssshhhhhhhhh….eeehhhhhhhhh….ooooouuuuhhhhhhhhh….. desahnya!
    Tanpa membuang waktu akupun melepaskan baju dan memeluknya erat-erat, dadaku dan dadanya melekat erat tanpa celah membuat Anis terengah dan semakin bergairah. Terasa ganjalan di dadaku semakin lama semakin kenyal, sementara tanganku terus meraba dan mengelus punggungnya hingga ke pinggang. Terus dan terus, sambil pelan-pelan membuka resleting belakangnya…. aku elus CDnya dan membuka kancing roknya. Aku rebahkan tubuhnya sambil menurunkan ciumanku, dari leher ke toket kiri dan kananya kemudian ke bawah mencium dan menjilat perut putihnya, hingga akhirnya aku cium CDnya dan menggigitnya dengan bibir.

    Aaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh…..emmmmmmmmmm…..aaaaaaaaaaahhhhh…. desahan Anis semakin menjadi saat lidahku menjilat pangkal pahanya dan menyusuri sekitar memeknya. jari-jariku aktif memijit dan menggelitik memeknya yang masih terbungkus rapi. Oooooooooouuuuuhhhh, Anis melenguh panjang bersamaan dengan rembesan lendir yang membasahi CDnya.

    “aku buka (CDnya) yaahhh…. pintaku
    ‘jangan….jangan lebih dari…. jawabnya

    Aku tak mau kehilangan momentum, tanpa persetujuanya aku selipkan jariku dari sela CDnya dan mengelus memek basahnya. Aku gelitik dan aku pijit dengan lembut, sambil berbisik “anggap aja sedang bermasturbasi” Anis hanya diam dan memejamkan mata tanda setuju. Aku sibakkan CDnya ke sebelah kiri dan memasukkan lidahku ke bibir memeknya sambil terus menggelitik dengan jariku. Anis mendadak bergerak tak terkendali, pahanya menjepit kuat wajahku dan tanganya menjambak rambutku dengan gerakan pantat ke kiri dan kanan.
    AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHH…..HHHEEEEEEEMMMMMMM….. gumamnya!

    Aku terus merangsangnya tanpa menghiraukan jambakan dan jepitan pahanya, terus dan terus hingga akhirnya mengerang panjang sebagai pertanda Anis telah mencapai puncak orgasme. Entah mengapa, mendadak keringat dingin menyelimuti tubuhnya, wajahnya menjadi pucat dan ujung kaki serta tanganya menjadi kaku. Nafasnya terengah dengan tubuh melemah dan pasrah.
    “kamu kenapa? Sakit ya? Tanyaku, tapi Anis hanya menggeleng
    ‘aku belum pernah seperti ini, aku keluar banyak banget ya? Dia balik bertanya
    “iya…nikmat kan? Anggap aja, aku membantumu bermasturbasi…. kataku sambil memelorotkan celana dan CD hitamku.

    ‘kamu mau apa, iiihhhh….jangan lebih ya? Katanya terkejut melihat kont*lku yang big size
    “enggak, tolong gantian bantu aku bermasturbasi ya? Bujukku
    Aku langsung rebahan disampingnya dan memintanya berposisi 69. Anis percaya saja dengan bujuk rayuku dan mulai mengelus dan mengocok kont*lku yang hanya berjarak 1 inci dari wajahnya.

    Awalnya dengantegas Anis menolak mencium dan mengulum kont*lku, tapi aku takkehilangan akal. Aku langsung melumat bibir memeknya, meraba anusnya dan memasukkan lidahku kedalam memeknya sambil meremas toketnya dengan tangan kiriku. Rangsangan yang datang bersamaan membuatnya hilang kendali dan tanpa sadar ingin membalas perlakuanku dengan mencium dan menghisap palkonku dengan lahapnya. Ooooouuuuhhhh…..bibir mungilnya terasa begitu sempit untuk ukuran kont*lku, kelihatan sangat dipaksakan untuk dimasukkan kedalam mulutnya.

    OOOOOOOOOOOHHHHHHH….MMMMMMMMMMMM….. Anis bergumam tanpa henti sambil mempercepat kocokan tangan dan hisapanya. Aaaaaduuuuuhhhh….terasa palkonku digigitnya secara tidak sengaja saat Anis tak mampu menahan ledakan orgasme yang ada.
    Kami diam sejenak, Anis kembali berada disisihku, mata kami saling memandang seakan berbincang, berkata sayang dan ingin mengulang. Mendadak HP Anis berbunyi dan itu adalah telepon dari kakaknya. Ini adalah kesempatanku! Teriakku dalam hati. Aku tak menghiraukan percakapan mereka, dan memanfaatkan ketakutan Anis terhadap kakaknya dengan menggesek-gesekkan kont*lku di selangkanganya. Anis tidak kuasa melarang, karena takut terdengar kakaknya…. aku gesek maju mundur, semakin cepat dan terus. Dan saat Anis akan menutup telepon, aku hentakkan kont*lku ke dalam memeknya.

    MMMMMMMMMMMMMM…..Anis meringis kesakitan dan langsung mematikan Hpnya. Dengan cepat aku membungkam mulutnya dengan tanganku sambil terus menyodokkan kont*lku lebih dalam karena baru sepertiga yang ditelan memeknya. setengah memperkosa aku terus menekan kont*lku lebih dalam, lebih cepat dan menggoyangnya kiri-kanan agar memeknya cepat menyesuaikan ukuran kont*lku.

    OOOOOOH,……HEMMMMMMMMMMM….MMMMMMMMM….AGHHHHHHHHHHH…. Anis menggelinjang dan meronta dengan kuat tapi sia-sia karena tenaganya sudah terkuras habis. Sedikit demi sedikit lendir dari dalam memeknya melicinkan laju kont*lku.
    BLESSSSSSS……….BLEEEEEEEESSSSSSSSSSSSSSS…..BLESSSSSSSSSSSSSSSSS….BLESSSS
    SSSSSSS….

    Kini tubuhnya tak lagi meronta, jambakan tanganya berganti belaian di rambutku, pahanya melebar mempersilahkan aku mempercepat goyanganku dan akupun melepaskan tanganku dari mulutnya.
    AAAAAAAAHHHHHHHHHH….AH….AH….AH….AH…AH….GELIIIIII…..AAAAAAHHHH….
    Anis sudah menikmati goyanganku dan perlahan aktif membalas goyanganku dengan goyangan pinggulnya. Tanpa melepaskan kont*l aku mengangkat tubuhnya dan memposisikan doggy style untuknya.

    PLAK….PLAKKKK….PLAAAAAAAAAKKKKKKKKKKK…..PLAAAAAAAAAAAAAAKKKK
    KKKKKKKK…..

    Suara pahaku tertahan pantatnya, semakin keras dan cepat terdengar, beriring dengan desahan basah bibirnya. Aku tersenyum penuh kemenangan, walau Anis sudah tidak perawan (masturbasi) tapi kont*lkulah yang pertama kali masuk di memeknya. 20 menit aku goyang, membuat tumpuan tanganya goyah dan lelah hingga membuatnya tersungkur diatas bantal. Tapi pantatnya kau tahan, jadi posisi doggy style tetap terjaga dengan pantat yang sangat menungging. Dengan posisi setengah berdiri aku benamkan kont*lku sedalam-dalamnya hingga menthok rasanya. Tampak terlihat, bercak darah di bibir memeknya mungkin ada lecet atau apalah.

    ZLEBBBBB….ZLEEEEEEEEEEEEBBBBB…PLAKKKK….PLAAAAAAAAAAAKKKKK….
    PLAKKK
    KKKKKK…..
    AAAAAAAAAAAAAHHHH……OOOOOOOOOOOOOOOOOHHHHHHHHH……….OOOOOOO…….
    Erangan panjang kami kebetulan bersamaan, sepersekian detik Anis lebih dulu orgasme dan aku menyusulnya. Tapi dengan sigap aku mengeluarkan kont*lku dari memeknya dan menahan semprotan sperma dengan menekan palkon sekuat-kuatnya. Aku balikkan badanya dan arahkan kont*lku ke mulutnya yang terengah…..

    HLEEEEEEEEBBBBB….CROT….CROT…CROOOOOOOOOOOTTTTTTTTTTT…..

    Semua spermaku menyemprot kedalam memeknya hingga membuatnya tersedak. Uhukkk…uhukkk aku langsung menutup hidungnya agar spermaku tertelan habis olehnya dan benar saja terasa tenggorokaanya terbuka mengambil nafas dan menelan spermaku. Aku langsung memeluknya dan membungkam mulutnya dengan ciuman. Terasa, masih ada sisa sperma di mulutnya… asin dan lengket, iiihhhh…aku menjilat spermaku sendiri dan ini adalah yang pertama kalinya. Kami berpelukan untuk beberapa saat, hingga tenaga dan nafas normal kembali.
    “maaf ya…. aku melakukan ini agar kamu tidak melupakan aku! Bisikku
    ‘tapi itu kan jorok!! Jawabnya manja
    “iya maaf!! Rayuku sambil mengelus toketnya
    ‘bagaiman bisa lupa, kamu yang pertama… tapi terimakasih juga karena tidak mengeluarkan sperma di dalam!! Jawabnya

    Sex bisa mengakrabkan diri, itu terbukti dengan kami. Sebelum mengantarnya pulang kami sempat berbincang dan makan bersama. Bahkan rayuan dan gombalanku ditelanya mentah-mentah, dia mau menjadi ATM-ku (Adik Tapi Mesra) dengan harapan menjaga hubungan dan kalau mungkin jodoh akan kawin. Heheheee….padahal aku sudah punya istri. Aku ambil Hpnya dengan alasan mau save nopenya tapi niatku adalah menghafal nope kakaknya (Riana).

    Aku antar Anis di ujung gang tempat kostnya dan langsung menelpon kakaknya yang kata Anis seorang bispak. Tanpa aku duga, malam ini Riana Free dan mengiyakan ajakanku untuk check-in tapi menunggu adiknya pulang dulu jawabnya. Aku tertawa dalam hati, karena akan mengentot kakak dari ATM-ku yang baru aja aku entot. Sekitar 10 menit aku menunggu di depan gang dan akhirnya dia datang juga. Dari foto wallpaper HP Anis aku mengenali orang yang berjalan di depan mobilku dan untuk meyakinkanya aku menelponya. Benar, dia adalah Riana dan aku langsung menyuruhnya masuk kedalam mobil. Riana tampak terkejut, tapi dengan sejuta rayuan gombal aku kembali menaklukkanya. Aku bilang sudah sebulan mencarinya, sejak bertemu di sebuah dealer tempatnya bekerja. Dia sangat tersanjung, saat aku bilang jauh-jauh dari Malang hanya untuknya. Ujung-ujungnya aku ganti dibuatnya terkejut saat dia bilang mau berubah dan akan menuruti semua kata-kataku jika aku benar-benar mencintainya apa-adanya. Dengan terpaksa, aku mengiyakan dan tetap mengalir di jalan pikiranya.

    Setelah berputar-putar sebentar, kami langsung menuju ke hotel dimana aku dan adiknya tadi berMLria. Sesaat setelah masuk, wajah Riana menjaddi merah dan marah karena kamarnya acak-acakan dan spreinya lusuh dan ada lendir dan ceceran sperma. Aku kembali berbohong dengan bilang, aku baru check-in dan mungkin kamar ini belum sempat di bereskan. Kembali aku buktikan, sex mampu mengakrabkan diri dan menurunkan tensi marah. Tanpa ba-bi-bu aku lumat bibirnya dan rema-remas toket jumbonya sambil duduk di sofa.

    Sungguh berbeda dengan adiknya, Riana sangat pandai bercinta ciuman dan cumbuanya benar-benar memanjakan nafsuku. Dengan cekatan aku sudah dibuatnya bugil dan dengan tanggap dia mengulum dan menghisap kont*lku dengan nikmatnya. Tanganya aktif mengocok dan lidahnya meliuk menari diatas kont*lku, membuatku merem melek tersapu badai kenikmatan.

    OOOOOOOOOOOOOHHHH….AAAAAAAAAHHHH….Beib…aku…aku sayang kamu Beib…..
    AAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHH….ayo puaskan aku Beib. Kali ini aku yang dibuatnya tenggelam dalam rangsangan. Aku jambak rambutnya dan menekanya kuat-kuat, hingga kurasakan palkonku mentok di tenggorokanya. Sungguh nikmat, lendir dan lembut tenggorokanya mengelus palkonku. Apalagi aliran nafas yang keluar masuk di tenggorokanya, membuat kont*lku semakin panas dan keras. Dengan cepat kepala Riana bergerak naik turun, meningkatkan nikmat di kont*lku. Sangat hebat, hanya dalam 15 menit aku dibuatnya menyemprotkan sperma!!! Dan tanpa ampun terus menghisap dan menjilati kont*lku yang penuh lendir hingga bersih. Seperti tak rela kont*lku mengecil, dengan lahapnya Riana terus merangsang dan merangsang. Hingga kont*lku kembali menegang sempurna. Benar-benar profesional, lidahnya mengelus celah di pantatku tanpa ragu, hanya untuk membuat kont*lku kembali tegak.\

    Mendadak telponku berbunyi dan itu dari Anis, dengan jariku aku memberi isyarat kepada Riana agar tidak bersuara. Dan seperti ingin membalas perlakuanku terhadap adiknya, mendadak Riana duduk diatas pahaku dan menelan kont*lku dengan memeknya.

    HHHHHHEMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM… aku hanya bisa bergumam menahan suara, sementara Riana bergoyang liar menjurus kasar. Bahkan sengaja mempercepat goyanganya sambil menggigit dan menghisap leherku. Aku kelabakan dibuatnya, dengan alasan ngantuk aku akhiri telponku dan meladeni nafsu liar riana.

    Dengan jam terbang yang sama-sama tinggi, aku dan Riana memforsir tenaga untuk mengekspresikan gaya dan posisi. Bahkan Riana sempat bergantung di leherku dengan kaki melingkar di pinggangku sambil terus bergoyang. Untung tanpa sepengetahuanya, aku sempat minum obat kuat dengan dosis dobel. Jadi aku kuat meladeninya dengabn seimbang. Hingga subuh menjelang kami bermain hingga 4 kali dan kami ketiduran hingga pagi menjelang.

    Begitu terbangun Riana tampak kelabakan, karena jarum jam sudah menunjuk angka 07:15 padahal dia harus tiba di dealer tepat jam 8. Riana bergegas mandi dan memakai baju seadanya. Dengan merayu dan merengek, Riana meminta aku mengantarnya. Aku mengiyakan tapi bersyarat dan syaratnya dia harus mau menyepong kont*lku hingga sampai di dealer.

    Sungguh obsesi yang liar buatku dan ini yang pertama kalinya! Begitu masuk mobil, aku langsung membuka resletingku dan mengeluarkan kont*lku. Kali ini aku sengaja tidak memakai CD agar obsesiku berjalan lancar. Dengan sedikit ragu, tangan Riana mulai mengocok kont*lku perlahan lahan penuh penghayatan. Untuk menambah sensasi, aku menjambak rambutnya dan mengarahkan wajahnya ke kont*lku. Jilatan dan hisapanya sangat nikmat terasa, ada sensasi dan fantasi yang tinggi di dalamnya. Apalagi saat berhenti di lampu merah, di sekeliling mobilku banyak orang yang berhenti juga. Untung pekat kaca mobilku, membuat mereka tidak dapat melihat kedalam mobil.
    Jam telah menunjukkan angka 07:50 dan kami sudah tepat di depan dealernya! Aku melarangnya turun dan memaksanya melanjutkan kocokanya hingga jam 8 tepat. Kali ini, Riana mengocok kont*lku dengan setengah terpaksa karena ancamanku akan membuka kaca mobilnya kalau dia tidak mau. Padahal, riana belum berpakaian lengkap…. rok merahnya masih aku genggam erat. 10 menit sisaku telah habis, tapi belum ada tanda-tanda akan muncrat. Dengan terpaksa aku membiarkanya bekerja dan menggantung nafsuku.

    Mendadak pikiran liarku kembali memunculkan ide gila, dengan alasan sangat amat kangen sekali aku sms Anis dan memintanya membolos sekolah serta menemui aku. Hampir setengah jam tidak ada balasan dari Anis, sempat terpikir olehku untuk mencari purel tapi di pagi hari apa ada purel yang stand by?? Tanyaku dalam hati. Tit…tit….tit….tit…..HPku berbunyi dan itu adalah sms dari Anis.

    Dengan alasan kurang enak badan Anis meminta izin pulang dan menyuruhku menjemput setengah jam kemudian. I LOVE ANIS, KAU TAHU YANG KU MAU…. gumamku dalam hati.
    Waktu yang dinantipun tiba, aku menunggu Anis di depan gerbang sekolahnya dan beberapa saat kemudian Anis datang menghampiriku. Hasratku terlanjur memuncak tapi Riana tidak menyelesaikanya maka sepatutnya adiknya yang meneruskan, pikirku dalam hati. Canda tawa mesra menyelimuti perjalanan kami menuju entah kemana saat itu aku belum tahu. Hingga aku memasuki sebuah hutan jati yang lumayan lebat, timbul niatku untuk bercinta dialam terbuka dan kebetulan Anis mengiyakan saja ajakanku. Melewati jalan berbatu aku lajukan mobilku, hingga sekitar 4 kilo meter kemudian kami serasa sudah berada ditengah hutan dan jauh dari perkampungan. Aku parkir mobilku di tepi jalan, aku pasang segitiga pengaman agar terlihat tidak mencurigakan kalau-kalau ada yang lewat.

    Aku dan Anis berjalan menyusuri semak dan belukar menuju sebuah pohon besar yang tampak dari kejauhan begitu rindang dan menyejukkan. Begitu tiba, aku langsung menggelar sleeping bed dan langsung duduk berpangkuan. Dengan manja Anis duduk dipangkuanku dan langsung menciumku bertubi-tubi, seperti sudah lama tidak ketemu dan tenggelam dilautan rindu padahal kami baru bertemu dan baru kemarin sore berMLria. Entahlah, nafsu ABG kadang meledak-ledak. Tidak seperti kemarin, dimana aku yang aktif dan agresif bahkan setengah memaksa kali ini sepertinya Anis ingin membalasku dengan aktif dan lebih agresif.

    ‘Mas,….aku kangen kamu! Bisiknya
    “iya Beib, aku juga kangen banget ama kamu… jawabku mengalir saja
    ‘tanpa aku duga, resletingku sudah terbuka dan tangan Anis sudah masukmemainkan palkonku dengan jari-jarinya. tak mau kalah, aku langsung melepaskan kancing baju seragamnya satu-persatu dan membuangnya jauh-jauh. Tampak sebuah BH hitam menyangga toket 34B nya, lumayan untuk ukuran ABG seusianya. Taku singsingkan BHnya keatas dan langsung melahap bulatan kenyalnya dengan remasan dan pilinan di putingnya bergantian.

    OOOOOOOOOOOHHHH….AAAAAAAHHHHH…..Mas….geli banget Masss……erangnya sambil menjambak rambutku.
    HHEMMMMMMMMMMMMMM…..enak kan hisapanku?? Bisikku
    Kami bergulat semakin ketat, belaian, ciuman dan cumbuan silih berganti saling memberi melupakan bahwa kami sedang berada di alam terbuka. Tanpa sadar, kami sudah berposisi 69 dan kepalaku menyusup di sela keduakakinya masuk kedalam rok seragamnya serta menciumi paha dan CDnya. Sementara Anis terus menyibukkan diri dengan CD dan kont*lku yang sudah menegang panjang keluar dari CD. Kurasakan hisapanya tak kalah dari kakaknya, benar-benar anak yang pintar dan cepat belajar, pujiku dalam hati. Dikocoknya kont*lku dengan cepat, sambil terus menghisap dan menjilat palkon.

    AAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHH….OOOOOOUUUGGHHHHHHHHHH…..MAAAAAA
    AAAAASSSS…. rengeknya memanja membuatku semakin bersemangat untuk cepat-cepat mengentotnya.
    HMMMMMMMMMMMMMMMMMMM….kamu sudah basah ya??? Tanyaku, mengelus dan menggelitik memeknya yang masih terbungkus CD. Niatku ingin menarik CDnya kesamping agar jari telunjukku bisa masuk dan menusuk memeknya tapi ternyata CDnya robek. Karena sudah terlanjur, akupun menyobeknya sekalian dan langsung menjulurkan lidahku ke bibir memeknya yang sudah mengkilat basah. Anis mendesah penuh gairah, tubuhnya merebah pasrah dengan tangan terus menjamah. Desahan, erangan dan jeritan Anis semakin menggila, bahkan menggema diantara rimbunya hutan. Sempat terbersit dalam kepalaku, bagaimana kalau ada yang mendengar dan tahu?? Tapi nafsu telah menutup akal dan logika hingga semua terasa sekedar angin lalu.

    Ah…ah…aaaaaaaahhhh….ahhhhhh….Maaaaaasss….akugak kuat lagi, buruan masukin yah?? Pinta Anis
    “iya Beib,….buruan naik diatasku!! Jawabku
    Aku tiduran terlentang di atas sleeping bed, sementara Anis perlahan-lahan duduk diatas perutku setelah sebelumnya mengarahkan kont*lku ke bibir memeknya.

    ZLEEEEEEEEEEBBBBBBB…ZLEB…ZLEEBBB….ZLEEEEEEEEEEEBBBBBB….. memek sempit Anis kembali menelan kont*l jumboku dengan pelan tapi pasti. Ooouuuuhhhh….sambil meringis Anis mendesis dan memaju mundurkan pantatnya pelan-pelan. Terlihat memeknya begitu sesak dan penuh tersumbat kont*lku, tanganya bertumpu di dadaku sambil mencengkeram dan mencakar dadaku.

    OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOHHHH….nikmaaaaaaaaaattt Beiiiibbbbbb….pujiku
    Kont*lku semakin dalam tenggelam di memeknya, goyangan Anis juga semakin cepat, semakin nikmat dan semakin dahsyat membuat aku merem melek menahan nikmatnya syahwat. Sebagai pelampiasan, aku hanya bisa meremas-remas kedua toketnya, memilin dan memutar-mutar putingnya dan sesekali meremas pantatnya. Aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh….kalau di beri kesempatan, Anis pasti lebih mantap servisnya bila dibanding dengan Riana yang sudah profesional. Hisapan dan kedutan di memeknya begitu nyata terasa, seakan dinding memeknya bisa berkerut melumat kont*lku.

    ….Beib….aku sayang kamu, ayoooo puaskan akuuuu….terus…..ayoo….lebih cepaattt…. pintaku sambil terus memuji dan merayu. …………aku…akuuuu…uuuuhhhhh…juga sayang Mas Adith, aku cinta Mas…..aku milikmu Mas….jawabnya dengan suara agak terengah.

    Dalam setengah jam, Anis sudah 4 kali mencapai orgasme tapi anehnya goyanganya tidak berkurang malah seperti semakin bersemangat memacu nafsu. Ke kiri-kanan, ke atas-bawah dan maju-mundur Anis terus menggoyang pantatnya denga cepat. Mendadak jantungku berdegub kencang, kedutan di kont*lku semakin cepat dan terasa spermaku sudah berada diujung palkon.

    “Beib….berhenti Beib….aku mau keluaaaaarrr….aaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhh… desahku
    Tapi Anis hanya menjawab dengan senyuman dan terus menggoyang bahkan semakin liar dan binal. Dalam kondisi seperti ini, aku tidak mungkin mampu menahan semprotan sperma dari kont*lku. Biarlah keluar di dalam memeknya,…. gumamku dalam hati.

    CROT….CROT…CROOT…CROOT….CROOOT…CROOOT….. delapan semprotan kuat terasa memenuhi ruang memeknya, begitu hangat dan nikmat. Tapi Anis tetap bergoyang bahkan semakin dalam membenamkan kont*lku kedalam memeknya membuatku melenguh dan mengerang nikmat.
    AAAAAAAAHHHH…OOOOOOOOOOOOHHHHH….HEMMMMMMMMMMMMMMM….
    OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOHHHHHHHHHHHH…..teriakku!

    Hingga akhirnya, tubuh Anis terjatuh diatas dadaku dalam keadaan lemas dengan nafas terengah-engah dan penuh keringat. Kami berpelukan mesra, saling memanja dengan kata dan belaian cinta. Sangat romantis sekaligus fantastis, kami berpelukan bugil diruang terbuka, menghirup segarnya udara dan mereguk nikmatnya cinta (nafsu).

    Di tempat ini kami berMLria hingga 3 kali, hingga senja mebiaskan kilau emasnya. Sangat indah dan romantis…tapi lagi-lagi tenagaku terkuras habis. Sejak saat itu, aku tidak pernah bertemu dengan Riana atau Anis karena aku tidak mau merusak ikatan persaudaraan diantara mereka, aku juga bingung memilih yang mana hingga akhirnya aku putuskan untuk tidak memilih keduanya serta mencari yang lain. MAAFkan AKU…

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex ML Dengan Sahabat Istriku Sangat Enak Sekali

    Cerita Sex ML Dengan Sahabat Istriku Sangat Enak Sekali


    640 views

    Perawanku – Cerita Sex ML Dengan Sahabat Istriku Sangat Enak Sekali, Penat banget rasanya seharian kerja, kudu pulang jam 6, untung dah punya bini yang masih sempat-sempatnya nyiapin makan ama kopi. Padahal dia pasti capek juga seharian kerja. Mungkin jam 8 kita berdua udah tertidur. Capek banget lewat deh ML-nya.

    Siang ini aku kok ngantuk banget ya rasanya. Mumpung direksi pada lagi rapat, kesempatan nih aku pulang kerumah, tidur barang 1-2 jam sempatlah pikirku, langsung deh aku ngacir kerumah yang jaraknya cuma 15 menit dari kantor.

    Sampe dirumah aku memang punya kebiasaan masuk dengan ‘silent style’ tapi bukan ninja ya bro. Maklum daerah pinggiran mesti cek dulu, daripada keduluan rampok, apalagi kalo ada “Sejenis Ryan” bisa ngacir nih nyawa.

    Perlahan kubuka garasi rumah, “lho kok ada motor bini yach” padahal kan dia tadi ngantor, turunnya aja sama-sama, cuti juga ndak. Kalo sakit pasti dia telpon aku, ndak mungkin berani pulang sendiri. Perasaan curiga mulai muncul, pengalaman selingkuhku justru mengganggu aku nih.

    Garasiku memang langsung mengarah ke ruang tengah, kulihat Tas biniku, ada diatas meja kerjaku, blazer kantornya tergeletak di sofa, bau asap rokok menusuk hidungku dan kulihat diatas meja masih menyala rokoknya dan sepertinya baru saja dihisap.
    Kontan darahku mendidih sampe ke ubun-ubun. Gila istriku yang kusayang, dan perhatian ternyata berselingkuh. Perasaan marah bercampur sakit hati membuat aku hampir saja menendang pintu kamarku.

    “Mundur 7 langkah, maju 7 langkah” aku teringat sebuah buku filsafat cina yang intinya bisa meredakan amarah. Emosiku akhirnya bisa terkendali, memang aku tidak mundur tapi mengambil nafas biar hatiku tetap dingin. Aku hanya mundur beberapa langkah, mengambil sebuah kursi bar yang cukup tinggi.

    Kubawa ke depan pintu kamarku, aku mengintip lebih dulu melalui ventilasi kamar tidurku. Tempat tidurku terhalang oleh dinding kamar mandi, hanya seperempat kasur saja yang terlihat, dan disitu hanya terlihat sepasang kaki mulus istriku saja, “ah ternyata istriku sedang istirahat sendiri” aku agak sedikit lega.

    Sesaat aku diam dan berniat ingin turun, namun tiba-tiba ada sebuah kaki yang merayap menaiki kaki istriku, kagetku membuat aku hampir melompat dari kursi. Untung aku bisa bertahan dan terus kuperhatikan sepasang kaki lainnya itu. “mulus” lho kok?
    Aku turun dari kursiku pelan-pelan mengembalikan kursi itu ketempat semula, berjalan kearah garasi, kuamati disitu, sepatu lelaki yang ada hanya milikku. Dan beberapa sepatu wanita, yang aku sendiri tidak hafal dengan sepatu-sepatu istriku.

    Aku jadi penasaran kudekati lagi kamar tidurku, beruntung sekali aku selalu merawat engsel pintuku yang ternyata tidak terkunci, karena memang tidak ada orang lain dirumah kami. Suara TV dikamarku menyamarkan bunyi handle pintu. Posisi tempat tidurku memang sedikit salah sehingga jika pintu kamar terbuka pasti tidak akan kelihatan dari arah kepala tempat tidur.

    Aku berjalan perlahan seperti ninja menyusuri dinding kamar mandi, dan berhenti setelah aku bisa melihat bayangan tempat tidurku dari cermin rias. Aku kembali terkejut melihat tubuh istriku yang sudah tidak menggunakan apa-apa lagi, sementara diatasnya menindih seseorang yang sangat aku kenal, “sahabat istriku” yang juga tempat curhatku kalo lagi marahan sama istriku.

    Temannya sekantornya yang selama ini aku percayakan jika istriku ingin berlibur keluar kota. Seseorang yang juga aku senangi. Dia selalu membayangi pikiranku yang kadang ngeres namun sedang bosan dengan wajah istriku. Keturunan cina yang kulitnya sedikit lebih putih dari istriku. Pernah sekali pas istriku sedang keluar kota dengannya aku minta difotoin dia kalo lagi tidur sama istriku, sayangnya sampat saat ini ndak pernah dituruti sama istriku.

    Oke bro, Mey memang seorang wanita keturunan cina, dengan wajah yang cantik. Tingginya juga seukuran biniku, hanya saja bokongnya yang padat sudah agak turun karena sudah punya 2 anak. Kok bisa punya anak ya padahal kehidupannya dengan suami yang aku dengar dari cerita istriku sih biasa saja, malahan cukup dingin, Mey sering iri dengan gaya kami yang masih seperti orang pacaran. Tapi hari ini aku ndak percaya kalo ternyata istriku dan Mey bukan hanya bersahabat tapi menjadi sepasang kekasih.

    Lamunanku buyar karena kudengar suara desahan istriku, istriku dan Mey masih melakukan French kiss, aku sedikit cemburu karena kulihat begitu semangatnya istriku membalas setiap ciuman yang diberikan Mey, mereka terlihat sangat mahir memainkan lidahnya, posisi Mey yang diatas biniku, selalu menggoyangkan pinggulnya mengikuti irama tangan kanan istriku yang memegang bokongnya, sementara tangan kiri istriku mengelus leher dan punggungnya, desahan istriku terdengar lagi saat Mey memegang puting istriku.

    Ampun dah sekarang bukannya aku marah sama istriku, malahan aku jadi ikutan horny, aku justru menikmati show itu. Mey mulai melepas gaya frenchkissnya dan mulai menjilati leher biniku, ketelinga istriku, mengulumnya, membuat istriku mendesah dan memperkuat pelukannya pada Mey, aku tau rasanya saat itu, karena itu juga yang aku lakukan ke bini saat foreplay.

    Mey mencium istriku dan menjilati leher istriku seperti menikmati eskrim. Mey mulai turun ke arah payudara biniku yang sekel itu.

    Diremasnya kedua bukit dengan begitu halusnya, sambil menjilati dan mengulum putingnya, istri menggelinjang dan begitu menikmatinya, aku merasa bersalah pada istriku karena sering melewati bagian ini, “ah yank” desahan itu keluar dari mulut istriku, bukannya “ah mas”.

    Kumajukan badanku karena kau semakin horny dan supaya bisa melihat jelas tanpa lewat cermin lagi, wajah istriku begitu menikmati gigitan-gigitan yang diberikan Mey. Kedua tangan istriku mencengkram bantal tanda ia begitu menikmati, kaki istriku melingkari badan Mey yang terus bergoyang menekan daerah selangkangan istriku.

    Mey kembali memberikan kenikmatan pada istriku dengan menciumi daerah pusar dan terus turun ke daerah miss V istriku. Mey menjilati seluruh daerah itu membuat badan istriku terkadang sontak kejang, memang wanita bisa saling mengerti bagian itu.

    aku benar-benar menikmati tubuh Mey yang selama ini hanya bisa aku bayangkan, posisi Mey yang meninggung dengan wajahnya yang mengarah ke tubuh istriku membuatnya tubuhnya semakin sexy, bokongnya yang putih. Duh kepingin rasanya aku melompat dan menjilati bokong itu.

    payudara Mey memang sudah tidak terik lagi, maklum sudah punya anak, namun dengan putingnya yang kecil itu begitu berbeda dengan milik istriku yang sedikit besar. Desahan istriku semakin sering, tanda istriku hampir mencapai klimaksnya, Mey sekarang mengambil posisi 69.
    Dasar aku masih sayank ama biniku, aku ndak tega kalo istriku juga harus menjilati MissVnya Mey. Nekat aku berdiri di depan Mey yang masih asyik memainkan miss-V istriku.

    Sontak Mey terhenyak, aku tau pasti dia kaget bener, tubuhnya gemetar ketakutan, aku sengaja memasang wajah angker dulu, padahal aku juga lagi horny banget. “Mas” suara istriku juga bergetar, keduanya terduduk, istriku benar-benar salah tingkah,

    sedangkan Mey menutupi payudara dan miss-Vnya, tapi ndak mungkin bisa kan, aku masih bisa melihat bentuk tubuhnya yang putih mulus itu, sedikit lebih putih dari istriku, udah dari sononya emang putih sih Mey, aku berpura-pura mengambil nafas panjang. Kudekati mereka berdua.

    Wajah istriku menunduk, pasti ia takut aku gampar. “Mas maaf, ampun mas”.
    Kini aku duduk mendekati istriku, duduknya semakin meringkuk, sedangkan Mey semakin gemetaran. Kupandangi wajah mereka berdua, keduanya ndak berani menatapku, he..he sandiwaraku berhasil, padahal aku sedang menikmati dua wajah cantik dihadapanku, seseorang yang aku cintai dan seseorang yang aku senangi dan selalu mengganggu hayalanku.

    Kuambil selimut dan kututupi kedua tubuh wanita ini. Mey ingin berdiri, pasti dia akan mengenakan bajunya.
    “Mey, kamu duduk dulu, aku mau ngomong” cegahku. Suaraku sengaja kutinggikan biar lebih gimana gitu.
    “sudah berapa lama, ma begini?”
    “B..baru kali ini mas” jawabnya.

    “Tapi kalian kan sering pergi liburan sama-sama, malahan seringnya satu kamar, biarpun perginya rame-rame”
    “benar mas, baru kali ini kita keterusan sampe gini” istriku diam “dulu pernah pegangan tangan aja waktu tidur bang” sambut Mey.
    “Ma, aku lebih suka kamu jujur”

    “Iya mas, dulu waktu liburan ke Bali yang berlima, kami cuma ciuman mas, ndak lebih” yah aku ingat istriku pernah cerita kalo suami Mey saat itu sedang selingkuh, dan dia curhat ke biniku sampe nangis, mungkin itu yang buat Mey jadi ndak mesra lagi ama suaminya. Dan berita terakhir Mey pingin cerai dari suaminya.

    “ya udahlah, mau diapain lagi, aku tau kalian juga saling menyayangi” “Mey.. kamu tega benar ama aku, padahal aku percaya sama kamu, dan aku suka kok sama kamu”

    “Maaf ya bang” he..he.. pasti Mey ndak ngerti arah omonganku tadi.
    Wajahku tida lagi angker, aku sebenarnya dari tadi sudah mau tersenyum, dan saat kupandangi wajah istriku dan aku tersenyum padanya, istriku meraih tanganku dan mencium tanganku tanda menyesal. Kupegangi wajahnya dan aku mencium kening istriku.

    Dasar akunya dari tadi emang udah horny, langsung kucium istriku, kulumat bibirnya dengan gaya French kiss yang tadi aku saksikan. Ciuman kali ini benar-benar beda banget, istriku membalasnya seakan ia benar-benar mau menyenangi aku.

    Ia menarikku dan meluruskan tubuhnya keranjang, sedangkan Mey masih terduduk disamping kami, kupegang payudara istriku, dia membalasnya dengan menggenggam Mr.Pku, istriku mulai melucuti baju kemejaku dan melemparnya ke lantai, aku bergerak menciumi leher istriku, wangi tubuh Mey, masih melekat di tubuh istriku membuat aku semakin semangat mengulum telinganya.

    Istriku mendesah, “oh mas, aku sayang mas” sambil tanganya mulai membuka celanaku, sekilas kulihat Mey mulai bergerak menyingkir, dia pasti ingin memberi kesempatan kepada kami berdua.

    Tanganku langsung menangkap tangannya, tanda ia tidak boleh pergi dari situ. “Bentar bang, aku ke WC dulu ya” pasti karena ketakutan tadi Mey jadi pengin pipis. Kuteruskan melumat bibir istriku dan mengulum payudara istriku, sementara istriku telah melepaskan seluruh pakaianku.

    Kudengar dari kamar mandi ada suara air tanda Mey telah selesai, “Ma panggil Mey” kataku. Saat Mey keluar dari kamar mandi istriku memberinya kode untuk duduk kembali ketempat semula. Mey menurutinya.

    Kutangkap tangan Mey, namun aku masih asyik mencumbu istriku, kuremas tangan Mey layaknya orang berpacaran, Mey menanggapinya dia juga meremas tanganku dengan kedua tangannya, dan mencium tanganku seperti mengucapkan terima kasih karena tidak seperti yang dia takutkan tadi.

    Istriku juga melihat kejadian itu, lau ia bergeser menaikkan kepalanya ke atas paha Mey sambil menarikku untuk mengikutinya. Posisi ku sungguh diuntungkan aku berciuman dengan istriku dengan tangan kananku memegang tangan Mey sementara tangan kiriku mengelus payudara istriku, sementara wajahku menempel ke payudara Mey.

    Sesaat kemudian istriku melepaskan ciumanku, lalu memandangku kemudian ke arah Mey, aku menatap wajahnya dan wajah Mey, Mey membalas kami berdua sambil tersenyum. Coba kukecup pipi Mey. Dia agak menghindar, aku tau ia pasti merasa tidak enak dengan istriku.

    “Jadi gimana kita ma?” tanyaku. “Ya mas kan sayang ama aku, senang ama Mey juga dari dulu sampe minta fotonya yang habis mandi kan? Hi..hi..” “Terus?” tanyaku lagi

    “Aku sayang ama mas dan Mey, Mey sayang juga ama aku, Cuma ndak tau dianya dengan mas”.
    “Kalo mama selingkuhnya ama laki-laki sih aku pasti bisa marah besar, tapi kalo ama Mey, sih aku ndak masalah ma, rasa senangku bisa berubah jadi sayang juga kan”

    “Makasih ya mas, aku beruntung punya suami kayak kamu mas, kamu gimana Mey?”
    “Entah kenapa kok aku jadi sayang ya ama kalian berdua, aku ijin ya selingkuh ama suami kamu?” jawabnya. Istriku tersenyum.
    Lalu kucium lagi istriku sambil merangkul Mey, tak lama istriku mendorongku keatas aku pun mencium Mey yang membalasku, kali ini aku merasakan double French kiss yang luar biasa.

    Ciumannya lebih liar saat istriku mulai meremas dan mencium payudara Mey, sementara satu tangannya membelai torpedoku. Lidah kami seperti dua orang satria yang berperang memainkan pedang dengan liukan-liukan jurus mematikan, jurus kami yang selalu saja seri membuat aku melakukan manuver untuk melakukan jurus lainnya, kini kuarahkan lidahku ke arah leher Mey.

    “hhhhh” desahannya yang tertahan mengisyaratkan manuverku cukup berhasil, pingin rasanya kubuat tanda disitu, tapi ah, ntar jadi berabe, jadi kelanjutkan dengan arah telinga, kujilati dan kukulum bagian bawah telinganya, Mey menyerah tak berkutik, gigitan kecil dan remasan istriku ke payudaranya tentu membuatnya semakin tak berdaya.

    Posisi Mey yang tadi duduk kini berganti menjadi terlentang, sementara istriku mendapatkan daerah bawah aku mendapatkan tubuh bagian atas Mey, bentuk payudaranya yang masih agak kencang berarti punya Mey jarang disentuh sama suaminya, putingnya mengeras, nafsu Mey mulai naik.

    Istriku mulai meraba paha dan daerah selangkangan Mey, akupun mulai memijat susu Mey, meremasnya dengan lembut, Mey membalasnya dengan menyentuh mr-P, masih agak kaku, pasti karena bukan punya suaminya, walau begitu dengan sentuhan jari-jarinya membuat mr-P ku mengeras dengan sangat-sangat.

    Dengan ujung jari telunjuknya ia memainkan milikku dari atas ke arah pangkal, menyentuh buah Z-ku hingga menggenggamnya, dan kali ini kekakuannya telah hilang. Kuarahkan milikku mendekati wajahnya, Mey ngerti maksudnya, dia mulai mendekatkan bibirnya ke milikku.

    Dimasukkan milikku mulutnya, hangat, rasanya ingin kudorong penuh ke mulut kecilnya itu, tapi kubiarkan saja Mey yang mengontrol permainan itu, saat itu aku sudah berganti arah memegang payudara istriku, Mey ternyata lebih mahir dalam jurus ini dibandingkan biniku. Sedotannya serasa ingin mengeluarkan cairanku.

    aku jadi semangat meremas bokong istriku. Dengan jariku kusentuh bagian clitorisnya, mengusapnya, istriku menggelinjang dan membuka selangkangannya, sesekali kumasukkan jariku ke dalam lubang v-nya, cairan pelumas dari lubang itu kumanfaatkan untuk mengusap clit-nya.

    Istriku juga mulai high, sesaat dia mau mencium miss-V Mey, tapi kucegah dengan merubah posisinya, aku masih ndak tega, kalo istriku yang harus melakukan itu dengan orang lain, sekalipun itu Mey. Kurelakan melepas jurus Mey ke Mr-Pku dan kuarahkan ke bibir istriku, dan sebenarnya aku kepingin sekali mengenal Mey lebih jauh, apalagi Miss-Vnya Mey yang selama ini aku idam-idamkan. Mey berbalik ke arah selangkangan istriku, aku langsung berbaring dan mulai mencium Miss-Vnya.

    Kukeluarkan jurus pembangkit selera, bentuk Mey ternyata lebih tembem dari punya istriku, dengan jariku kubuka daerah clitorisnya, kuhujamkan lidahku disitu, gerakan naik turun lidahku membuat pinggul Mey bergerak naik turun melawan arus lidahku, sementara Mey juga melakukan hal yang sama ke istriku, apa yang dilakukan Mey ke istriku sekarang juga kulakukan kepadanya,

    saat ia memasukkan lidahnya ke lubang istriku, kulakukan hal yang sama kepadanya, wajahnya menunjukkan ekspresi senang, istriku yang tengah mendapatkan kenikmatan itu pun memasukkan hampir seluruh Mr-P ku kemulutnya, Luar biasa memang segitiga yang kami lakukan ini, pantaslah ‘segitiga bermuda’ bisa menelan banyak korban.

    Aku benar-benar hampir mencapai klimaks dan sebelum itu terjadi kulepaskan sedotan istriku, kali ini kubiarkan Mey, merayap menaiki tubuh istriku. Mey menjilati tubuh istriku, menggigit payudaranya, dan mencium bibir istriku.

    Gerakan pinggul mereka pasti membuat clitorisnya saling bergesekan, aku bergerak ke arah mereka, kuangkat kaki istriku, aku benar-benar kepingin melakukan penetrasi kepada mereka berdua, posisi Mey yang menungging bisa membuat aku lebih cepat keluar, makanya kupilih istriku, Mey memberi ruang dan memajukan badannya kedepan sehingga payudaranya tepat diatas wajah istriku,

    aku langsung menancapkan milikku ke lubang istriku, desahan istriku mulai terdengar ngos-ngosan, sambil ia mengulum payudara Mey dan memainkan Clit Mey dengan jarinya, hingga akhirnya kurasakan hawa hangat pada mr-Pku, istriku sudah mencapai titik puasnya. Kucabut penetrasiku pada istriku setelah rasanya pijatan dari dalam lubang istriku mengendor, kali ini kuarahkan mr-P ke lubang milik Mey. Mulai kumasukkan milikku ke arahnya.

    “Ahhh” kudengar desahan Mey, lubang itu agak lebih sempit dari milik istriku, “Yank, punya suamimu lebih gede” kudengar bisikan mesra Mey ke istriku. Istriku tersenyum ke arahku dan mengangguk pertanda aku bisa melanjutkan lagi.

    Kali ini aku mencoba memasukkan hampir seluruh Mr-P ku, tubuh Mey kejang, antara menahan sakit atau keenakan, entah karena ia jarang disentuh sama suaminya atau memang punya suaminya lebih kecil aku ndak mau mikir, karena aku kembali

    menikmati bokong indah Mey, sekaligus rapatnya lubang miliknya membuatku harus bisa bertahan lebih lama, manalgi posisinya yang menungging itu. istriku membantu dengan mencumbu Mey. Hisapan pada payudara Mey dan gerakanku membuat Mey mulai mendesah, nafasnya mulai memburu, untung saja mereka sudah melakukan lebih awal sehingga aku bisa bertahan, hingga akhirnya Mey mendesah,

    “bang terus, lebih kencang lagi bang” aku tau Mey sudah hampir mencapai klimaks, aku juga hampir mencapai, maka gerakan maju mundurku kali ini lebih kencang, memang benar filsafat cina, bahwa kegiatan maju mundur dalam kondisi perasaan seperti apapun pasti membawa nikmat. AGEN POKER INDONESIA TERBESAR

    Sampai akhirnya, dari torpedoku keluarlah semburan, yang memuntahkan hampir berjuta pasukan kecil ke sarang musuh yang bisa mematikan semua benda milik lelaki setelah keluar dari lubang itu. kurasakan pijatan otot dari arah dalam lubang ke milikku, benar-benar kenikmatan yang luar biasa.

    Mey perlahan melepaskan milikku yang hampir mati layu, dan merebahkan dirinya disamping istriku setelah mengecup bibir istriku, aku yang kecapean juga ikut merebahkan diriku, kuambil posisi ditengah-tengah mereka.

    Istriku langsung memelukku dan menciumku, “Makasih mas, kamu suami terbaik di dunia, aku ndak rela orang lain merebut mas”, “Tapi kalo buat Mey aku rela kok, kalo nanti Mey cerai sama suaminya, mas kawini aja dia, kan enak kita bertiga bisa serumah, aku sayang ama mas”

    Mey pun langsung memelukku juga, dia mencium bibirku “Bang, aku juga mau jadi istri kedua kamu, pasti kamu bisa adil ke kita berdua, makasih ya bang, Love u honey”.
    Aku hanya tersenyum toh kalo aku kawini mereka berdua kan ndak masalah, kita masing-masing sudah punya gaji, Cuma saja apa kata orang-orang kalo aku punya 2 istri yang serumah dan sekantor lagi mereka.

    Bodoh ah, yang aku tau aku capek sekali, dan mataku langsung terpejam lagi, ketiduran.
    Kemudian aku terbangun, kulihat ke arah jendela sudah tertutup dan terdengar suara azan subuh, kulihat disebelahku istriku sedang tertidur pulas, kuarahkan tanganku ke Mr-P, ternyata ada lendir disitu.
    “Ah sialan, ternyata aku cuma mimpi”, hanya saja mimpi itu indah banget. Andaikan itu terjadi, gimana ya rasanya.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex ML Dengan Suster – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sex ML Dengan Suster – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1291 views

    Perawanku – July adalah seorang dokter muda yang baru saja menamatkan pendidikan dokternya pada sebuah universitas ternama di Jakarta. Sebagaimana dokter baru ia harus menjalani masa ptt pada sebuah desa di daerah itu. Orang tua dan tunangannya keberatan jika July melaksanakan ptt di daerah itu, selain jauh dari kotanya dan daerah itu masih terbelakang dan terisolir. Orang tua July sangat keberatan dan ia mengupayakan agar July ditempatkan pada daerah yang dekat dan tidak terisolir itu. Upaya orang tuanya ini gagal karena telah menjadi keputusan instansi pusat dan tidak dapat di batalkan.

    Anthony adalah seorang pria yang telah memiliki kehidupan yang mapan pada sebuah tempat kuliah, selain itu ia anak dari sahabat ayah July. Selama mereka pacaran hanya diisi dengan makan malam dan kadang nonton. Mereka berdua tidak pernah melakukan hal yang bertentanggan dengan adat dan agama, sebab masing-masing menyadari suatu saat akan mendapatkannya juga nantinya.

    Setelah melalui perjalanan yang melelahkan July dengan diantar ayahnya dan Anthony didesa itu. Perjalanan dari kotanya memakan waktu selama 1 hari perjalanan ditambah jalan yang amat rusak dan setapak. Didesa itu July di sambut oleh perangkat desa itu dan kepala dusun. Dengan sedikit acara, barulah July resmi bertugas. Lalu ayahnya dan Anthony pulang ke kota besoknya setelah mewanti-wanti July untuk berhati-hati.

    Hari pertama ia bertugas July dibantu oleh kader kesehatan yang bertugas penunjuk jalan. July menempati salah satu rumah milik kepala dusun yang bernama pak Anthony. Pak Anthony amat disegani dan ia termasuk orang kaya didesa itu. Umurnya sekitar 67 tahun dan memiliki 3 orang istri. Pak inipun sering meminjamkan sepeda motornya kepada July untuk tugas-tugasnya, kadang-kadang ia sendiri yang memboncengkan July saat July ingin ke desa sebelah. Bagi July keberadaan Pak Anthony ini amat membantunya di saat ia hampir putus asa melihat lingkungan desa yang hanya terdiri dari hutan dan jalan yang hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor.

    Karena sering diantar kedesa desa lainnya, seringkali tanpa disadari oleh July telah membuat pak Anthony menaruh rasa ingin memiliki dari diri paka Taba, apalagi jika dalam berboncengan seringkali dada July yang montok itu bersentuhan dengan punggung paka Anthony. Sebagai laki-laki normal iapun merasakan ingin yang lebih jauh lagi. July merasa ia tak bisa bertugas jika tanpa dibantu pak Anthony.

    Suatu hari saat pulang dari desa tetangga, mereka kehujanan dan hari saat itu hujan turun dengan derasnya.Lalu dengan buru-buru pak Anthony mempercepat kendaraannya , secara otomatis July memegang pinggang pak Taba dengan erat dan dalam suasana itu pak Anthony dapat merasakan kehangatan dan sentuhan dada July dengan nyata. Lalu mereka sampai di kediaman July yang merupakan juga rumah milik pak Anthony. Sesampai didalam rumah, July masuk kekamar dan mengganti pakaiannya dengan kimono handuk, sedang pak Anthony ia pinjami handuk untuk ganti pakainan yang basah itu.

    Saat July berganti pakaian tadi pak Anthony mengintipnya dari celah pintu kamar itu. Jakunnya naik turun karena melihat kehalusan dan kemulusan kulit tubuh July seluruhnya. Dengan langkah pasti ia duduk di ruang tengah rumah itu karena diluar hari hujan.
    “Wah, hujannya deras sekali pak.” kata July,
    “Bagaimana jika nginap disini saja pak.”
    “Ooooo.. terima kasih bu. Kalau hujan reda saya akan pulang…” terang pak Anthony.
    “Baiklah pak…” jawab July.
    Lalu July kedapur dan membuatkan kopi untuk pak Anthony.
    “Pak, ini kopinya ..”.
    “Wah kopi… bisa begadang saya malam ini buk.”
    “O.. ya.. pak .. apa perlu saya ganti dengan teh hangat?” jawab July.
    “Ohh… nggak usah buk.. ini juga nggak apa.” timpal pak Taba, sambil memandang kearah July.

    Hingga saat itu hujan belum reda dan paka Anthony terpaksa nginap di rumah itu. July terus menemani paka Anthony ngobrol tentang pekerjaan hingga rencana ia akan menikah. Pak Anthony mendengarnya dengan penuh perhatian dan sesekali mencuri pandang dada July. July tak enak hati jika ia meninggalkan pak Anthony sendirian malam itu karena pak Taba telah banyak membantunya. Sedang matanya mulai ngantuk. Sedang hiburan di rumah itu tidak ada karena tidak adanya jaringan televisi. Melihat July yang mulai ngantuk itu lalu pak Anthony menyuruh July tidur duluan.
    “Bu, tidur aja dulu biar saya diluar sini.”
    “Wah saya nggak enak ni pak masa pak Anthony saya tinggal.” July memaksakan dirinya untuk terus ngobrol hingga jam menunjukan pukul 9 00 wib yang kalau didesa itu telah larut ditambah hujan deras.

    Dari tadi pak Anthony terus memperhatikan July karena suasana malam itu membuatnya ingin mengambil kesempatan terhadap July dengan tidak menampakkan keinginannya.
    Padahal saat itu tanpa di sadari July pak Anthony telah duduk disamping July.
    “Bu… July.., dingin ya buk..” kata pak Anthony.
    “Ya pak…,” sahut July.. dengan pasti pak Anthony, meraih tangan
    July…
    “Ini buk, saya pegang tangan ibu ya.., biar dinginnya hilang….” bisik Pak Anthony.

    Julypun membiarkan pak Anthony meraih tangannya, memang ada hawa hangat yang ia rasakan. Lalu pak Anthony melingkarkan tangannya di bahu July dan mengelus balik telinga July, padahal itulah daerah sensitif July. Kepala July lalu rebah di bahu pak Anthony dan seperti sepasang kekasih pak Anthony terus meransang daerah peka di tengkuk dan bahu July.

    Julypun meresapi usapan dan elusan lembut laki-laki yang seusia dengan ayahnya itu, matanya hanya merem melek. Mungkin karena suasana dan cuaca yang dingin membuat July membiarkan tindakan Anthony itu. Pak Anthony lalu berdiri, dan menarik tangan July hingga berdiri. July menurut, lalu ia tuntun kekamar yang dan menyilahkan July berbaring.

    “Bu, tampaknya ibu capai.” kata pak Taba.
    “Ya pak..” kata July.
    Pak Anthony keluar kamar dan mengunci pintu rumah itu dan memeriksa jendela, lalu ia masuk kekamar July kembali sambil menguncinya dari dalam. Ia sudah tidak sabar ingin menggauli July yang telah menjadi obsesinya selama ini malam itu.

    Pak Anthony berjalan kearah July, yang saat itu duduk ditepian ranjang.
    “Pak.. koq di kunci?” tanya July.
    “Biasalah bu, jika malam hujan begini kan biar hawa dingin nggak masuk…” timpal pak Taba.
    “Bagaimana bu apa masih Dingin?” tanyanya.
    “Iya pak…” angguk July.

    “Baiklah buk bagaimana jika saya pijitin kepala ibu itu biar segar.” kata pak Anthony
    “Silahkan pak…” jawab July.
    Lalu July duduk membelakangi pak Anthony dan pak Anthonypun naik ke ranjang itu dengan memijit kepala dan tengkuk July. Padahal yang dilakukannya adalah meransang July kembali untuk bisa mengusainya. Sebagai laki-laki berpengalaman tidaklah susah bagi Pak Taba untuk menaklukkan July, yang ia tahu belum begitu tau tentang dunia sex dan laki-laki.

    Dengan gerakan lembut dan pasti usapan tangannya mulai dari tengkuk hingga balik telinga July.
    July … menutup matanya menikmati setiap gerakan tangan pak Anthony. Dari dekat pak Anthony dapat merasakan dan menikmati kehalusan kulit July. Beberapa saat lamanya pijitan Anthony itu telah turun ke punggung dan diluar kesadaran July kimononya telah turun dari bahunya dan yang tinggal hanya Bh yang menutup payudaranya. Bh itupun dengan kelincahan tangan pak Anthony jatuh dan sempat dilihat pak taba bernomor 34b. Masih dari belakang gerakan tangan pak taba lalu meremas payudara July. July sadar dan menahan gerakan tangan Pak Anthony..

    “Sudah pak…, jangan lagi pak…” sambil memakai kimononya kembali sedang bhnya telah terjatuh.

    Pak Anthony kaget dan ia memandang mata July, ada nafsu tertahan, namun ia harus mulai memasang strategi agar July, kembali bisa ia kuasai.

    “Maaf bu.., kalau tadi saya lancang.” kata pak Anthony.
    July diam saja. Sedang saat itu pak Anthony hanya selangkah lagi bisa mengusai July. Lalu pak Taba berjalan keluar dan ia tinggalkan July. Kemudian ia balik lagi kekamar itu, dan duduk disamping July, pakaian July saat itu acak-acakan.

    “Bu…, apa ibu marah?” tanaynya.
    “Tidak pak tapi sayalah yang salah. Padahal selama saya pacaran dan tunangan belum pernah seperti ini.” terang July.
    Pak Anthony manggut-manggut mendengar perkataan July.

    Cuaca malam itu tetap hujan deras dan dingin udara terus menusuk tulang, pak Anthony mengerti jika July khawatir sebab ia masih perawan, namun tekadnya sudah bulat bahwa malam itu July harus bisa ia gauli.

    Dalam kebiusan sikap July saat itu, pak Anthony kembali meraih tangan July dan menciumnya, July diam membisu, lalu pak Anthony memeluk July dan tidak ada penolakan dari July, Rupanya July saat tadi telah bangkit birahinya namun karena ingat akan statusnya maka ia menolak pak Anthony. Dijari July memang melingkar cincin tunangan dan pak Anthony tidak memperdulikannya.

    Dengan kelihaiannya, kembali July larut dalam pelukan dan alunan nafsu yang di pancarkan laki-laki desa itu. Sekali sentak maka terbukalah kimono July, hingga terbuka seluruh kulit tubuhnya yang mulus itu, tanpa bisa ditolak July.Dengan penuh nafsu pak Anthony memilin dan membelai dada putih itu hingga memerah dan dengan mulutnya ia gigit putingnya. Keringat telah membasahi tubuh July dan membuatnya pasrah kepada pak Anthony.

    Sebelah tangan Anthony turun dan merongoh cd July dan memasuki lobang itu yang telah basah. Lalu ia buka dan tubuh July ia baringkan. Ia amat bernafsu sekali melihat belahan vagina July yang tertutup oleh sedikit bulu halus.

    Pak Anthonypun lalu membuka baju dan cdnya, hingga mereka sama-sama bugil diatas ranjang itu. Penis Anthony amat panjang dan besar. July saat itu tidak tahu apa-apa lagi.

    Pak Anthonypun lalu membuka kedua kaki July dan mengarahkan penisnya kebelahan vagina July.

    Beberapa kali meleset, hingga dengan hati-hati ia angkat kedua kaki July yang panjang itu kebahunya, dan barulah ia bisa memasukan kepala penisnya.

    “Aduhhhhhh pak.. aughhhhghhhhh… ghhh… sakit pak…” jerit July. Pak Anthony lalu menarik penisnya kembali. Lalu dengan mulutnya ia beri air ludah ke pinggiran lobang vagina itu biar lancar. Kemudian ia ulangi memasukan penisnya. Dengan hati2 ia dorong masuk dan kepala penis masuk…

    “Auuuuuggggkkkk…” jerit July.
    “Sebentar bu…” kata Pak Anthony.
    “Nanti juga hilang sakitnya buk…” terangnya lagi.

    Sekali hentak maka seluruh penisnya masuk dan ia maju mundurkan. Padahal saat itu July merasa dilolosi tulangnya. ia gigit bibir bawahnya menahan rasa nyilu dan sakit saat penetrasi tadi.Pak Anthony telah berhasil merobek selaput dara July, hingga kelihatan tetesan darah di paha mulus July saat itu dan membasahi sprey yang kusut.

    Tangan pak Anthonypun terus memilin payudara July dan kembali menahan pinggul July. Lebih kurang 20 menit ia maju mundurkan penisnya kedalam vagina July sedang July telah 2 kali orgasme, barulah ia muntahkan spermanya didalam rahim July. lalu ia tetap diam diatas tubuh July. Terlihat ketika itu, tubuh putih mulus July berada dibawah tubuh pak Anthony yang masih membelai dada dan menjilat bibir dan lidah July. Kedua tubuh manusia itu penuh keringat. Di sudut mata July ada air mata karena keperawanannya telah hilang bukan karena tunangannya tapi oleh laki-laki tua itu.

    Ia tidak punya pilihan lain karena telah terlanjur di setubuhi Pak Anthony. Hingga menjelang pagi pak Anthony kembali mengulang permainan sex itu dengan July, hingga July merasakan kenikmatan dan mengetahui rahasia dalam permaianan dewasa. Anthony tidak ia ingat lagi dan saat itu ia terbelenggu oleh gairah dan nafsu yang di berikan pak Anthony.

  • Cerita Sex ML Dengan Tukang Jamu

    Cerita Sex ML Dengan Tukang Jamu


    813 views

    Perawanku – Cerita Sex ML Dengan Tukang Jamu, Hai, nama saya Andi. Ini kisah saya liburan ke ke rumah ortu saya di suatu kabupaten yang terletak di lereng pegunungan karena lagi libur pergantian semester di universitas saya. Pada saat itu saya sedang dudukduduk di teras sambil menghirup udara segar tidak seperti di bandung yang sekarang sudah mulai tercemar polusi. kemudian setelah berselang beberapa menit, kemudian ada seorang wanita menggunakan capil (topi bambu berbentuk kerucut yang biasanya dipakai petani) dan menggendong sebuat bakul yang berisi botolbotol bekas syrup. Mukanya tidak kelihatan karena ditutupi capil coklatnya tapi terlihat dari tanganya kalau dia berkulit putih.

    mungkin karena saya lama memerhatikanya dia kemudian dia masuk dari pagar yang terbuka dan masuk keteras. jamunya tuan.. kemudian dia membuka capilnya. terlihat seorang wanita yang kirakira berumur 28 tahun. mukanya cantik sekali, putih mulus dan tak satupun jerawat hinggap di wajah cantiknya. jamunya ada apa aja mbok ada jamu kuat, encok, pegel linu, cekot cekot, asam urat dst. (macammacam sampai pusing mendengarkanya) waduh maaf mbok, saya nggak sakit oh kalau begitu minum jamu ini aja mas, ini buat seharihari supaya tetap sehat ya udah deh mbok, yang itu aja kemudian dia mengeluarkan sebuah gelas kaca dan mulai tanganya mengambil bermacammacam botol dan menuangakanya ke gelas itu seperti bartender.

    Saya diam diam meliahatnya dari ujung rambut sampai ujung kaki. rambutnya yang hitam panjang dan lurus menghiasi wajahnya yang bersih itu. dan terlihat badannya sangat sintal dan langsing singset dan kaki putihnya yang tidak ditumbuhi bulubulu. Terlihat dia sangat merawat dirinya. mungkin dirinya rajin minum jamunya itu. dari atas melihat gundukan payudaranya dibalik bajunya. terlihat payudaranya yang SANGAT BESAR dan kencang itu. rupanya dia tidak menggunakan BH. tapi tetap saya kesulitan melihat putingnya karena bajunya ketat. tapi putingnya pun tidak terlihat karena bajunya tebal ini mas jamunya triam kasih kemudian saya minum jamunya sedikit demi sedikit sambil melihat wajahnya yang cantik itu sambil berbincang bincang waduh mbok, jamunya enak banget trima kasih mas andi, nama saya andi. nama mbok siapa nama saya Sumirah panggilanya siapa mbok sumirah? terserah mas kalo manggilnya mbok mirah boleh nggak? boleh mas, tapi jangan panggil saya mbok, saya kan belum neneknenek (tertawa kecil) iya mirah kamu masih muda, cantik lagi ah mas bisa aja deh pasti suami kamu pasti senang sama kamu ucapan ini tersirat untuk menanyakan statusnya karena biasanya disini orang kawin pada umur 20 tahunan saya belum kawin mas ohh begitu toh ngomongngomong mirah sudah jualan jamu sejak kapan? sudah 7 tahun ohh gitu toh mbak, oh ini mbak sudah habis kemudian saya memberikan gelas kepadanya 3000 mas kemudian saya berdiri dan mengambil dompet saya di kantong dan mengambil selembar 5000 an ini mbak kemudian saya menyenggol tanganya.

    halus sekali. ini mas kembalianya kemudian saya menyenggol tanganya kembali kemudian dia pergi dan menjajakan ketempat lain. kemudian keesokan harinya saya ingin bertemu dia lagi sehingga saya kembali menunggu di teras rumah di pagi hari. cukup lama saya menuggunya sekitar setengah jam. tapi ujung hidungnya belum tampak juga. kemudian saya masuk kerumah. kemudian sekitar 3 jam kemudian terdengar sebuah ketukan di pintu depan. kemudian saya buka pintunya dan ternyata yang datang rupanya si mirah. mas andi, jamunya lagi nggak? wahh dari tadi sudah saya tunggu tunggu kok nggak datang iya mass tadi saya lagi nganter anak saya ke sekolahan kemudian saya bingung, belum kawin kok punya anak sih? gumamku kemudian saya ajak ke dalam rumah saya ayo mbak masuk aja trima kasih mas kemudian dia langsung masuk kerumah saya dan melepaskan sendal kumalnya di depan eh mirah jangan dibuka sendalnya! nggak papa mas nanti ngotorin lantai mas aja kemudian dia masuk kerumah dan duduk beralas ubin em mirah kok duduk disitu sih kan kebiasaan saya begini mas, masa tukang jamu duduk di kursi, kan nggak sopan? ini kan di ruang tamu jadi nggak apa apa ayo duduk kemudian dia duduk di sofa. nah gitu dong nanti kalo duduk di lantai masuk angin lo iya mas oh ya mirah, kemarin minumanya bikin saya sehat dan bertenaga maksih mas, mas mau minum itu lagi? iya mirah kemudian dia mulai meramu minumannya.

    tapi perbincangan kami membuatnya berhenti sebentarsebentar mirah, biasanya yang laku itu jamu apa? oh, biasanya jamu buat perempuan sama jamu kuat mas jamu buat perempuan itu apa aja? jamu pembesar dan pengencang payudara dan pantat, kulit putih dan mulus

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex ML Di Sanggar Beladiri Mua Thay

    Cerita Sex ML Di Sanggar Beladiri Mua Thay


    636 views

    Perawanku – Cerita Sex ML Di Sanggar Beladiri Mua Thay, Aku seorang remaja berstatus sebagai seorang mahasiswa tingkat 2. Namaku Sony, hobi latihan beladiri, dan tubuhku lumayan proposional. Sebagai seorang pemuda jama sekarang beladiri adalah suatu hal yang sangat penting, karena selain baik untuk kebugaran tubuh, beladiri juga bisa sebagai pelindung kita dari orang jahat, hhe.

    Usiaku kini 19 tahun, aku sejak sekolah dasar memanglah sudah gemar dengan berbagi macam beladiri. Selain Mua Thay aku dulu juga juga pernah belajar beladiri taekwondo dan pencak silat. Jika kata teman-teman main atau kampusku mereka memanggilku dengan sebutan jet lee, hha. Yah mungkin aja karena aku jago beladiri dan mataku sipit seperti keturunan Chinese,hhe.
    Aku menekuni beladiri Mua Thay sejak aku kelas 1 SMA. Kini aku sudah ditingkat Pro dan menjadi pelatih disalah satu sanggar beladiri Mua Thay dibandung. Untuk lokasi sanggar-nya sengaja tidak aku sebutkan, karena itu privasi, hhe. Oke saya kira cukup perkenalan tentang saya, dan langsung saja yah masuk kecerita saya.
    Disini aku akan menceritakan cerita sex yang aku alami dengan salah satu murid wanita yang berlatih disanggar Mua Thay dimana tempat aku mengajar. Pada hari selasa adalah hari dimana hanya para wanita saja yang berlatih Mua Thay. Ketika itu hanya jelas cardio dan Advance saja yang ebrlatih, jika untuk kelas Pro ada hari sendiri.
    Hari itu aku melatih dengan 1 temanku yang bernama Hendra, seperti biasa kami memulai latihan dengan latihan fisik dulu untuk kelas cardio dan Advance.Pada hari itu ada 15 wanita yang berlatih, 7 dinataranya kelas cardio dan 8 diantaranya kelas advance. Hari itu latihan berjalan sepeti biasa.
    Kurang lebih saat itu 2 jam latihan-pun telah selesai, kebetulan malam itu adalah jam kloter terakhir untuk latihan. Singkat cerita saat itu-pun semua murid dan Hendra puang duluan, untuk kunci sanggar beladiri diserahkan kepadaku. Karena sudah selesainhya latihan aku-pun segera kekamar mandi sekaligus kamar ganti.
    Kamar mandi cowok dan cewek kebetulan disanggar Mua Thay itu jadi satu. Pintu kamar mandi yang ada disanggar itu menggunakan stabiliser, jadi setelah dibuka maka akan tertutup sendiri, kurang lebih seperti pintu minimarket gitu deh. Karena saat itu aku berfikir semua orang sudah pulang maka aku-pun memilih salah satu kamar mandi.
    Aku bukalah salah satu kamar mandi,
    “ Ngeeeeekkk.., ” suara pintu terbuka.
    “ Siapa tuh…, ” teriak seorang wanita dari dalam kamar mandi.
    “ Ma… Maaf, aku kira tidak ada orang, ” ucapku kaget.
    Seketika aku tertegun dengan sesosok wanita yang telanjang bulat dengan tubuhnya yang penuh dengan busa sabun,
    “ Aduh abang gimana sih, emngnya nggak tahu yah kalau Arhin sedang mandi, ” ucapnya sembari menutupi payudara dan vaginanya dengan tanganya.
    “ Aduh Arhin, kamu gimana sih, mandi kog nggk dikunci pintunya, kan jadinya begini, ” ucapku dengan posisi berdiri dipintu kamar mandi.
    “ Ihhhh… abang pasti sengaja yah, abang pasti nafsukan sama Arhin, Huwwww…, ” ucapnya manja.
    “ Aduh Rhin maaf banget yah, Abang nggak tau kalau masih ada orang, soalnya sanggar udah sepi tnggal aku sama kamu aja, ” ucapku menjelaskan.
    “ Yaudah maaf yah, abang mandi disebelah aja, ” ucapku lagi,
    Ketika aku akan pergi tidak aku sangka Arhin menarik tanganku,
    “ Udah nanggung bang, masak iya sih Abang nggak nafsu sama Arhin, ” ucapnya sembar menarik aku kedalam kamar mandi.
    “ Rhin Ja……, ”
    Belum selesai aku berbicara tiba-tiba saja Arhin meremas penisku lalu diciumlah bibirku. Melihat perlakuan Arhin yang seperti itu tanpa ragu aku-pun meladeni perlakuan mesumnya padaku. Aku membalas ciumanya dan aku remas payudara montoknya,
    “ Shhhhh… Eummmmm… Euhhhhh.., ” lenguh Arhin.
    Didalam kamar mandi itu kami-pun mulai memicu nafsu birahi kami. Tidak aku sangka Arhin yang cenderung pendiam ternyata dia sangat liar sekali. Dia melumat habis bibirku dengan gemas sembari meremas-remas penisku yang masih terlindung dengan celana boxerku. Merasa agak terganggu Arhin-pun meyuruhku melepas celana boxer dan kaos singletku,
    “ Bang, kamu bugil dong biar kita sama-sama telanjang, ” ucapnya berbisik dengan manja.
    “ Iya Rhin, ”
    Dengan cepatnya aku-pun mulai melepas semua kain yang menempel ditubuhku, seketika itu kami-pun telanjang bulat. Setelah aku telanjang kamipun kembali bercumbu dengan penuh nafsu liar. Arhin mulai mengocok penisku dengan tanganya yang penuh sabun cair dan aku-pun meremas payudara dan pantatnya yang semok.
    Arhin adalah tipe wanita yang bertubuh sintal, tinggi sedang, berkulit putih, cubi, dan menggairahkan. Saat itu kami bercumbu dengan penuh gairah. Kocokam Arhin membuat penisku semakin mebesara dan panjang saja,
    “ Rhinn.. Ouhhhh… Shhhhhhh…, ” desah nikmatku.
    “ Enak ya bang ??? Ouhhhh… mainin itil aku bang, Ouhhhh…, ” pintanya.
    Tanpa menjawab tanganku yang tadinya meremas pantat, saat itu berpindah pada vagina Arhin,
    “ Sssshhhhh… enak bang, Ouhhhh… gesek terus itil aku bang… Ouhhh, ” desah arhin penuh gairah sex.
    Kami sama-sama merasakn kenikmatan sex yang luar biasa. Aku sungguh tidak menyangka bisa bercumbu dengan wanita secantik dan sesexy Arhin. Kami saling memberikan rangsangan agar nafsu kami semakin memuncak. Sesekali aku masukan jari tengahku kedalam vagina Arhin,
    “ Bang… Ouhhhhh… terus kobel memek Arhin bang.. Ssshhhh… Ahhhh…, ”
    “ Iya Rhin… Ahhhh…, ”
    Arhin nampak sekali menikmati permainan jari tengahku didalam vaginanya. Selama percumbuan kami Arhin terus meracau sembari terus mengocok penisku dengan gemasnya. Dia kocok dan dia genggam penisku dengan tanganya,
    “ Uhhhhh… Ssssshhhh… kocokan kamu enak Rhin… Ahhhh.., ”
    Penisku dikocok Arhin dan vagina Arhin aku sodok dengan jari tengahku. Lendir kawin Arhin mulai keluar dari dalam vaginnya. Terbukti saat itu liang senggamanya terasa licin dan hangat. Sesekali aku juga mengarahkan jariku pada G-spotnya,
    “ Uhhhhhh… Bang… Ouhhhh… Udah Bang… Arhin nggak kuat lagi, Ahhhh…, ”
    Melihat Arhin yang sudah seperti itu aku-pun melepaskan jariku dari dalam vaginanya,
    “ Yaudah yuk ML ya Rhin sekarang, soalnya udah malem nih, ” ajakku.
    “ Iya Bang, Arhin yang diatas ya bang, ” pintanya.
    “ Iya terserah kamu aja, ” ucapku pasrah.
    Kami-pun saat itu segera mengatur posisi sex kami. Aku duduk bersandar tembok dengan kaki aku luruskan kedepan. Arhin yang sudah nampak berpengalaman dalam berhu Bungan sex, maka dia segera duduk diatasku lalu meraih kejantananku dan dibenamkanlah penisku,
    “ Zlebbbbbbbbbbbbbbbbbb…, ”
    “ Euhhhhhhhhhhhhhhh…., ” lenguh kami bersamaan disela masuknya penisku pada vagina Arhin.
    Begitu sudah masuk penisku, Arhin segera bergoyang dengan pantatnya yang ada diatas pangkuanku. Sembari begoyang tanganya berpegangan pada pundaku. Arhin sungguh lincah bercinta dengan posisi sex WOT (women on top),
    “ Ouhhhh… Bang…. Ssssshhhh… Euhhhhh… Bang… Ahhhh.., ” desahnya peuh gairah sembari menggoyang penisku didalam memeknya.
    “ Enak Rhin, terus Rhin, Ouhhhh… Sssssshhhh…, ”
    Melihat aku merasa nikmat Arhin-pun semakin gila daalam bermain sex saat itu. Dia bergoyang memutar, maju mundur, naik turun sembari terus mendesah hebat. Hubungansex kami malam itu sungguh terasa memuncak sekali. Aku serasa oleh gadise belia yang baru doyan-doyanya ngentot. Penisku yang besar dan tahan lama membuat Arhin semakin liar,
    “ Bang… Ahhhhhhhhhhhhhhhhhh… keluar aku bang, Ouhhhhhhhhhhh, ” teriaknya seiring didapatkanlah klimaksnya.
    Arhin semakin gila saja setelah orgasme saat itu. Dia memaju mundurkan pantanya dengan cepatnya,
    “ Ouhhhh… Euhhhh..Sssssshhh… Ahhhh…, ” desah Arhin semakin liar saja.
    Baru aku rasakan hubungan sex yang seliar ini. Penisku serasa tertaririk dan terjepit dengan vagina Arhin yang gemuk dan masih sempit itu. Tidak terasa kami sudah bercinta cukup lama, hampir 30 menit kami berhubungan sex didalam kamar mandi sanggar Mua Thay itu. Desahan Arhin dan desahanku saling mengisi.
    Seakan desahan sex kami seperti dikomando saja saat itu. Detak jantung kami bedetak dengan kencang, nafas kami saling memburu, dan racauan-racaun liar kami terus mengiringi hubungan sex kami saat itu. Karena Arhin begitu hebatnya dalam berhubungan sex, aku mulai merasa ada penisku mulai berdenyut-denyut,
    “ Rhin aku mau keluar nih, buruan berdiri kamu,… Ouhhhh…, ” pintaku.
    Aku meminta Arhin berdiri agar spermaku tidak keluar didalam vagina Arhin. Mendengar itu Arhin-pun segera menyingkir dari pangkuanku,
    “ Bluppppppppppppppp, ” keluarlah penisku dari vagina Arhin.
    Aku segera berdiri dan aku kocok penisku dengan penuh nafsu. Merasa akan keluar spermaku, segera aku arahkan penisku kedalam mulut Arhin. Arhin yang sudah tanggap diapun segera mengkulum penisku dengan gemasnya. Baru berapa detik aku dikulum rasanya batang penisku sudah tidak tahan lagi menahan birahiku, lalu,
    “ Crottttttttttttt…. Crottttttttttttt…. Crottttttttttttt…. Crottttttttttttt…., ”
    “ Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh…. Keluar Rhin… Ouhhhhhhhhhhhh…, ” ucapku puas mendapatkan orgasmeku.
    Tertumpalah semua sperma didalam mulut Arhin dengan derasnya. Arhin dengan lahapnya mengkulum dan menelan semua spermaku hingga tidak tersisa setetespun. Sungguh hubungan sex yang tidak pernah aku bayangkan. Hubungan sex kami terasa memuaskan hinggga kami sama-sama mendapatkan kepuasan sex.
    Singkat cerita setelah kami mendapatkan kepuasan, kami-pun mandi bersama sembari bercumbu mesra. Karena hari semakin larut kami-pun cepat-cepat menyelesaikan mandi kami. Selesai mandi kami berganti baju bersih dan setelah selesai kami keluarlah dari kamar mandi. Segera kami keluar dari sanggar beladiri dan kami-pun pulang kerumah masng-masing.
    Sejak kejadian skandal sex kami malam itu, Arhin-pun hampir setiap hari bernagkat berlatih Mua Thay. Kami selalu pulang belakangan hanya demi berhubungan sex semata. Aku dan Arhin-pun semakin sering saja ML, maupun itu disanggar Mua Thay, dikostku, ataupun dihotel. Seperti itulah kisah sex yang aku lakukan dengan Arhin. Selesai.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex ML Pertama Dengan Cewe Montok

    Cerita Sex ML Pertama Dengan Cewe Montok


    866 views

    Perawanku – Cerita Sex ML Pertama Dengan Cewe Montok, Aku ikut dalam acara reality show di salah satu tv swasta, Presenternya, Ines, sangat seksi. aku napsu sekali melihatnya, Selama show, bodinya yang bahenol terbungkus dengan tank top ketat dan jeans yang juga ketat.

    Toketnya yang besar tampak sangat menonjol. Pantatnya yang besar juga tampak sangat menggairahkan.Karena tank Agen Judi Slot Depo Pulsa topnya sepinggang, puser dan pinggangnya sering terlihat karena dia sangat aktif bergerak.

    Acara tersebut adalah acara mencari pasangan. Pada satu kesempatan, aku berkata pada Ines : “Aku sih milih Ines aja deh boleh gak. Dari pertama kita ketemu, aku sudah tertarik dengan kamu Nes”. “Kan Ines host nya, gak termasuk dalam prempuan yang mencari pasangannya. Mas boleh milih Ines, Sintia atau yang lainnya”.

    “Enggak ah, aku milih Ines aja yach”. “Kalo gitu kita omongin diluar acara aja ya mas, macem2 aja si mas teh”, katanya sambil tersenyum. Ketika sampai waktunya harus menentukan aku tidak memilih siapapun

    Ines hanya tersenyum ketika aku menyatakan alasanku tidak memilih, “Kan aku maunya milih Ines tapi gak bisa”. Agen Judi ONline Deposit Mudah Selesai acara yang diselenggarakan disalah satu resort diluar kota, aku nungguin Ines. Lama juga aku nunggunya, akhirnya dia keluar juga dari resort, masih memakai pakaian seksinya. “Ines pulang ama siapa?”, tanyaku.

    “Sendiri mas, mas mo nganterin Ines pulang”, dia minta to the point. “Bole banget, tapi pulangnya ke tempatku ya”. “Mo ngapain di tempat mas”. “Aku mo ngobrol ama Ines, belum puas ngobrolnya sih”.

    Belum puas ngobrolnya atau mo ngepuasin yang lainnya mas?”, katanya nantangin. “Kalo aku minta dipuasin yang lainnya, Ines mo muasin aku gak”, langsung kujawab, to the point juga. “Bisa diatur”, kata Ines sambil masuk ke mobilku. Dalam perjalanan pulang, kami ngobrol ngalor ngidul, Ines sangat open.

    Dia crita petualangan sexnya dengan banyak lelaki, terutama dengan yang bukan abg. Dia bilang sudah sebulan ini dia gak kencan ama lelaki. “Wah, kalo gitu kamu dah napsu banget dong Nes. Aku kan sudah gak termasuk abg, jadi boleh dong ikut dalam petualangan Ines”.

    “Bisa diatur kok mas”. Selama perjalanan, aku mengelus pahanya, dari luar jeans ketatnya tentunya. “Ih, si mas, dah napsu sama Ines ya”. “Kalo napsu sih dari tadi Nes”. “Kalo dah napsu artinya dah ngaceng ya mas”, katanya sambil mengelus selangkanganku. “Ih, kayanya besar ya mas, keras lagi”, dia HokiBos77 mulai meremas selangkanganku. “Ines mo liat duluan, buka aja ritsluitingnya”.

    Dia segera menurunkan ritsluiting celanaku dan tangannya masuk ke dalam cd ku merogoh kontolku. “Ih besar banget mas, panjang lagi.

    Ines belum pernah ngerasain yang sebesar dan sepanjang ini”, katanya sambil mengeluarkan kontolku. Segera dikocok2nya batangnya. Lalu Ines menunduk dan mengemut kepala kontolku. “Nes, diisep sampe aku ngecret dong”.

    “Tempatnya sempit mas, Ines kocok aja yach. Nonok Ines jadi basah mas, dah kepingin kemasukan kontol gede mas”, dia mulai mengocok kontolu keatas dan kebawah. Aku jadi melenguh kenikmatan. “Masih jauh mas, tempatnya”. “Enggak kok Nes, sebentar lagi sampe”, kataku sambil mempercepat lajunya kendaraanku.

    Tak lama kemudian, sampailah kami dirumah milik kantorku. Aku belum ngecret dan Ines menyudahi sepongannya. “Mas, besar banget rumahnya kaya kontol mas aja besar, punya mas ya”. “Bukan Nes, punya kantor.

    Ini mes kantor, buat tamu yang perlu nginep. Sekarang lagi kosong, jadi kita pake aja yach”. Kami menuju ke bagian belakang rumah, ada kolam renang disana. Tempatnya teduh karena banyak pepohonan dan tertutup tembok tinggi sehingga gak mungkin ada yang bisa ngintip.

    Aku duduk didipan dipinggir kolam renang, Ines duduk disebelahku. Aku memeluknya. Kucium pipinya sambil jemariku membelai-belai bagian belakang telinganya. Matanya terpejam seolah menikmati usapan tanganku.

    Kupandangi wajahnya yang manis, hidungnya yang mancung lalu bibirnya. Tak tahan berlama-lama menunggu Agen HokiBos akhirnya aku mencium bibirnya. Kulumat mesra lalu kujulurkan lidahku.

    Mulutnya terbuka perlahan menerima lidahku. Lama aku mempermainkan lidahku di dalam mulutnya. Lidahnya begitu agresif menanggapi permainan lidahku, sampai-sampai nafas kami berdua menjadi tidak beraturan.

    Sesaat ciuman kami terhenti untuk menarik nafas, lalu kami mulai berpagutan lagi dan lagi. Kubelai pangkal lengannya yang terbuka. Kubuka telapak tanganku sehingga jempolku bisa menggapai permukaan dadanya sambil membelai pangkal lengannya. Bibirku kini turun menyapu lehernya seiring telapak tanganku meraup toketnya.

    Ines menggeliat bagai cacing kepanasan terkena terik mentari. Suara rintihan berulang kali keluar dari mulutnya di saat lidahku menjulur menikmati lehernya yang jenjang. “Maas….” Ines memegang tanganku yang sedang meremas toketnya dengan penuh napsu.

    Bukan untuk mencegah, karena dia membiarkan tanganku mengelus dan meremas toketnya yang montok. “Nes, aku ingin melihat toketmu”, ujarku sambil mengusap bagian puncak toketnya yang menonjol.

    Dia menatapku. Ines akhirnya membuka tank top ketatnya di depanku. Aku terkagum-kagum menatap toketnya yang tertutup oleh BH berwarna hitam. Toketnya begitu membusung, menantang, dan naik turun seiring dengan desah nafasnya yang memburu. Sambil berbaring Ines membuka pengait BH-nya di punggungnya.

    Punggungnya melengkung indah. Aku menahan tangan Ines ketika dia mencoba untuk menurunkan tali BH-nya dari atas pundaknya. Justru dengan keadaan BH-nya yang longgar karena tanpa pengait seperti itu membuat toketnya semakin menantang. “Toketmu bagus, Nes”, aku mencoba mengungkapkan keindahan pada tubuhnya. Perlahan aku menarik turun cup BH-nya.

    Mata Ines terpejam. Perhatianku terfokus ke pentilnya yang berwarna kecoklatan. Lingkarannya tidak begitu besar sedang ujungnya begitu runcing dan kaku. Kuusap pentilnya lalu kupilin dengan jemariku. Ines mendesah. Mulutku turun ingin mencicipi toketnya. “Egkhh..” rintih Ines ketika mulutku melumat pentilnya.

    Kupermainkan dengan lidah dan gigiku. Sekali-sekali kugigit pentilnya lalu kuisap kuat-kuat sehingga membuat Ines menarik rambutku. Puas menikmati toket yang sebelah kiri, aku mencium toket Ines yang satunya yang belum sempat kunikmati.

    Rintihan-rintihan dan desahan kenikmatan keluar dari mulut Ines. Sambil menciumi toket Ines, tanganku turun membelai perutnya yang datar, berhenti sejenak di pusarnya lalu perlahan turun mengitari lembah di bawah perut Ines.

    Kubelai pahanya sebelah dalam terlebih dahulu sebelum aku memutuskan untuk meraba nonok nya yang masih Daftar HokiBos tertutup oleh celana jeans ketat yang dikenakan Ines. Aku secara tiba-tiba menghentikan kegiatanku lalu berdiri di samping dipan.

    Ines tertegun sejenak memandangku, lalu matanya terpejam kembali ketika aku membuka kancing jeans warna hitamnya. Aku masih berdiri sambil memandang tubuh Ines yang tergolek di dipan, menantang.

    Kulitnya yang tidak terlalu putih membuat mataku tak jemu memandang. Perutnya begitu datar. Celana jeans ketat yang dipakainya terlihat terlalu longgar pada pinggangnya namun pada bagian pinggulnya begitu pas untuk menunjukkan lekukan pantatnya yang sempurna. Puas memandang tubuh Ines, aku lalu membaringkan tubuhku di sampingnya.

    Kurapikan untaian rambut yang menutupi beberapa bagian pada permukaan wajah dan leher Ines. Kubelai lagi toketnya. Kucium bibirnya sambil kumasukkan air liurku ke dalam mulutnya. Ines menelannya.

    Tanganku turun ke bagian perut lalu menerobos masuk melalui pinggang celana jeans Ines yang memang agak longgar. Jemariku bergerak lincah mengusap dan membelai selangkangan Ines yang masih tertutup CDnya. jari tengah tanganku membelai permukaan CDnya tepat diatas nonok nya, basah.

    Aku terus mempermainkan jari tengahku untuk menggelitik bagian yang paling pribadi tubuh Ines. Pinggul Ines perlahan bergerak ke kiri, ke kanan dan sesekali bergoyang untuk menetralisir ketegangan yang dialaminya.

    aku menyuruh Ines untuk membuka celana jeans yang dipakainya. Ines menurunkan reitsliting celana jeansnya. CD hitam yang dikenakannya begitu mini sehingga jembut keriting yang tumbuh di sekitar nonok nya hampir sebagian keluar dari pinggir CDnya.

    Aku membantu menarik turun celana jeans Ines. Pinggulnya agak Inesikkan ketika aku agak kesusahan menarik celana jeans Ines. Akupun melepas pakeanku. Posisi kami kini sama-sama tinggal mengenakan CD. Tubuhnya semakin seksi saja.

    Pahanya begitu mulus. Memang harus kuakui tubuhnya begitu menarik dan memikat, penuh dengan sex appeal. Kami berpelukan. Dia menyentuh kontolku dari luar CD ku. Ines melorotkan CD ku. Langsung kontolku yang panjangnya kira-kira 18 cm serta agak gemuk dibelai dan digenggamnya.

    Belaiannya begitu mantap menandakan Ines juga begitu piawai dalam urusan yang satu ini. “Tangan kamu pintar juga ya, Nes,”´ ujarku sambil memandang tangannya yang mengocok kontolku. “Ya, mesti dong!” jawabnya sambil cekikikan.

    Jari-jariku masuk dari samping CD langsung menyentuh bukit nonok Ines yang sudah basah. Telunjukku membelai-belai itilnya sehingga Ines keenakan. “Diisep lagi Nes. Kan sekarang lebih leluasa” kataku. Ines tertawa sambil mencubit kontolku.

    Aku meringis. “”Nggak muat di mulut Ines, tadi dimobil kan cuma kepalanya yang masuk. Itu juga udah ampir gak muat. gede banget sih kontolnya” selesai berkata demikian Ines langsung tertawa kecil. “Kalau yang dibawah, gimana, muat gak?” tanyaku lagi sambil menusukkan jari tengahku ke dalam nonok nya.

    Ines merintih sambil memegang tanganku. Jariku sudah tenggelam ke dalam liang nonok nya. Aku merasakan nonok nya berdenyut menjepit jariku. Ugh, pasti nikmat sekali kalau kontolku yang diurut, pikirku. Segera CD nya kulepaskan.

    Perlahan tanganku menangkap toketnya dan meremasnya kuat. Ines meringis. Diusapnya lembut kontolku yang sudah keras banget. Tangannya begitu kreatif mengocok kontolku sehingga aku merasa keenakan. Aku tidak hanya tinggal diam, tanganku membelai-belai toketnya yang montok.

    Kupermainkan pentilnya dengan jemariku, sementara tanganku yang satunya mulai meraba jembut lebat di sekitar nonok Ines. kuraba permukaan nonok Ines. Jari tengahku mempermainkan itilnya yang sudah mengeras.

    kontolku kini sudah siap tempur dalam genggaman tangan Ines, sementara nonok Ines juga sudah mulai mengeluarkan cairan kental yang kurasakan dari jemari tanganku yang mengobok-obok nonok nya. Kupeluk tubuh Ines sehingga kontolku menyentuh pusarnya.

    Tanganku membelai punggung lalu turun meraba pantatnya yang montok. Ines membalas pelukanku dengan melingkarkan tangannya di pundakku. Kedua telapak tanganku meraih pantat Ines, kuremas dengan sedikit agak kasar lalu aku menaiki tubuhnya.

    Kaki Ines dengan sendirinya mengangkang. Kuciumi lagi lehernya yang jenjang lalu turun melumat toketnya. Telapak tanganku terus membelai dan meremas setiap lekuk dan tonjolan pada tubuh Ines.

    Aku melebarkan kedua pahanya sambil mengarahkan kontolku ke bibir nonok nya. Ines mengerang lirih. Matanya perlahan terpejam. Giginya menggigit bibir bawahnya untuk menahan laju birahinya yang semakin kuat. Ines menatapku, matanya penuh nafsu seakan memohon kepadaku untuk memasuki nonok nya. “Aku ingin mengentoti kamu, Nes” bisikku pelan, sementara kepala kontolku masih menempel di belahan nonok Ines. Kata ini ternyata membuat wajah Ines memerah.

    Ines menatapku sendu lalu mengangguk pelan sebelum memejamkan matanya. aku berkonsentrasi penuh dengan menuntun kontolku yang perlahan menyusup ke dalam nonok Ines. Terasa seret, memang, nikmat banget rasanya.

    Perlahan namun pasti kontolku membelah nonok nya yang ternyata begitu kencang menjepit kontolku. nonok nya begitu licin hingga agak memudahkan kontolku untuk menyusup lebih ke dalam. Ines memeluk erat tubuhku sambil membenamkan kuku-kukunya di punggungku hingga aku agak kesakitan. Namun aku tak peduli. “Maas, gede banget, ohh..” Ines menjerit lirih.

    Tangannya turun menangkap kontolku. “Pelan mas”. Akhirnya kontolku terbenam juga di dalam nonok Ines. Aku berhenti sejenak untuk menikmati denyutan-denyutan yang timbul akibat kontraksi otot-otot dinding nonok Ines.

    Denyutan itu begitu kuat sampai-sampai aku memejamkan mata untuk merasakan kenikmatan yang begitu sempurna. Kulumat bibir Ines sambil perlahan-lahan menarik kontolku untuk selanjutnya kubenamkan lagi. Aku menyuruh Ines membuka kelopak matanya. Ines menurut.

    Aku sangat senang melihat matanya yang semakin sayu menikmati kontolku yang keluar masuk dari dalam nonokya. “Aku suka nonokmu, Nes.. nonokmu masih rapet” ujarku sambil merintih keenakan. Sungguh, nonok Ines enak sekali. “Kamu enak kan, Nes?” tanyaku lalu dijawab Ines dengan anggukan kecil.

    Aku menyuruh Ines untuk menggoyangkan pinggulnya. Ines langsung mengimbangi gerakanku yang naik turun dengan goyangan memutar pada pinggangnya. “Suka kontolku, Nes?” tanyaku lagi. Ines hanya tersenyum. kontolku seperti diremas-remas ditambah jepitan nonok nya. “Ohh.. hh..” aku menjerit panjang. Rasanya begitu nikmat.

    Aku mencoba mengangkat dadaku, membuat jarak dengan dadanya dengan bertumpu pada kedua tanganku. Dengan demikian aku semakin bebas dan leluasa untuk mengeluar-masukkan kontolku ke dalam nonok Ines. Kuperhatikan kontolku yang keluar masuk dari dalam nonok nya. Dengan posisi seperti ini aku merasa begitu jantan. Ines semakin melebarkan kedua pahanya sementara tangannya melingkar erat di pinggangku.
    Gerakan naik turunku semakin cepat mengimbangi goyangan pinggul Ines yang semakin tidak terkendali. “Nes.. enak banget, kamu pintar deh.” ucapku keenakan. “Ines juga, mas”, jawabnya. Ines merintih dan mengeluarkan erangan-erangan kenikmatan. Berulang kali mulutnya mengeluarkan kata, “aduh” yang diucapkan terputus-putus.

    Aku merasakan nonok Ines semakin berdenyut sebagai pertanda Ines akan mencapai puncak pendakiannya. Aku juga merasakan hal yang sama dengannya, namun aku mencoba bertahan dengan menarik nafas dalam-dalam lalu bernafas pelan-pelan untuk menurunkan daya rangsangan yang kualami.

    Aku tidak ingin segera menyudahi permainan ini hanya dengan satu posisi saja. Aku mempercepat goyanganku ketika kusadari Ines hampir nyampe. Kuremas toketnya kuat seraya mulutku menghisap dan menggigit pentilnya.

    Kuhisap dalam-dalam. “Ohh.. hh.. mas..” jerit Ines panjang. Aku membenamkan kontolku kuat-kuat ke nonok nya sampai mentok agar Ines mendapatkan kenikmatan yang sempurna. Tubuhnya melengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhnya kejang. Kepalaku ditarik kuat terbenam diantara toketnya.

    Pada saat tubuhnya menyentak-nyentak aku tak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi. “Nes, aakuu.. keluaarr, Ohh.. hh..” jeritku. Ines yang masih merasakan orgasmenya mengunci pinggangku dengan kakinya yang melingkar di pinggangku.

    Saat itu juga aku memuntahkan peju hangat dari kontolku. Kurasakan tubuhku bagai melayang. secara spontan Ines juga menarik pantatku kuat ke tubuhnya. Mulutku yang berada di belahan dada Ines kuhisap kuat hingga meninggalkan bekas merah pada kulitnya.

    Telapak tanganku mencengkram toket Ines. Kuraup semuanya sampai-sampai Ines kesakitan. Aku tak peduli lagi. Aku merasakan nikmat yang tiada duanya ditambah dengan goyangan pinggul Ines pada saat aku mengalami orgasme.

    Tubuhku akhirnya lunglai tak berdaya di atas tubuh Ines. kontolku masih berada di dalam nonok Ines. Ines mengusap-usap permukaan punggungku. “Ines puas sekali dientot mas,” katanya. Aku kemudian mencabut kontolku dari nonok nya.

    Aku masuk kembali ke rumah. Ines langsung masuk ke kamar mandi dan menyalakan shower . Aku bisa mendengarnya karena pintu kamar mandi tidak ditutup. Tak lama kemudian, shower terdengar berhenti dan Ines keluar. Ganti aku yg masuk ke kamar mandi, aku hanya membersihkan tubuhku. Keluar dari kamar mandi, Ines berbaring diranjang telanjang bulat. “Nes, kamu kok mau aku ajak ngentot”, kataku.

    “Kan Ines dah lama gak ngerasain nikmatnya kontol mas, kontol mas besar lagi”, jawab Ines tersenyum. “Malem ini kita men lagi ya mas”. Hebat banget Ines, gak ada matinya. Pengennya dientot terus. “Ok aja, tapi sekarang kita cari makan dulu ya, biar ada tenaga bertempur lagi nanti malem”, kataku sambil berpakaian. Ines pun mengenakan pakaiannya dan kita pergi mencari makan malem. Kembali ke rumah sudah hampir tengah malem, tadi kita selain makan santai2 di pub dulu.

    Di kamar kita langsung melepas pakaian masing2 dan bergumul diranjang. Tangan Ines bergerak menggenggam kontolku. Aku melenguh seraya menyebut namanya. Aku meringis menahan remasan lembut tangannya pada kontolku. Ines mulai bergerak turun naik menyusuri kontolku yang sudah teramat keras.

    Sekali-sekali ujung telunjuknya mengusap kepala kontolku yang sudah licin oleh cairan yang meleleh dari lubang diujungnya. Kembali aku melenguh merasakan ngilu akibat usapannya. Kocokannya semakin cepat. Dengan lembut aku mulai meremas-remas toketnya.

    Tangan Ines menggenggam kontolku dengan erat. Pentilnya kupilin2. Ines masukan kontolku kedalam mulutnya dan mengulumnya. Aku terus menggerayang toketnya, dan mulai menciumi toketnya. Napsuku semakin berkobar.

    Jilatan dan kuluman Ines pada kontolku semakin mengganas sampai-sampai aku terengah-engah merasakan kelihaian permainan mulutnya. Aku membalikkan tubuhnya hingga berlawanan dengan posisi tubuhku. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku.

    Kami sudah berada dalam posisi enam sembilan! Lidahku menyentuh nonok nya dengan lembut. Tubuhnya langsung bereaksi dan tanpa sadar Ines menjerit lirih. Tubuhnya meliuk-liuk mengikuti irama permainan lidahku di nonok nya. Kedua pahanya mengempit kepalaku seolah ingin membenamkan wajahku ke dalam nonok nya.

    Kontolku kemudian dikempit dengan toketnya dan digerakkan maju mundur, sebentar. Aku menciumi bibir nonok nya, mencoba membukanya dengan lidahku. Tanganku mengelus paha bagian dalam. Ines mendesis dan tanpa sadar membuka kedua kakinya yang tadinya merapat.

    Aku menempatkan diri di antara kedua kakinya yang terbuka lebar. Kontol kutempelkan pada bibir nonok nya. Kugesek-gesek, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Ines merasa ngilu bercampur geli dan nikmat. nonok nya yang sudah banjir membuat gesekanku semakin lancar karena licin. Ines terengah-engah merasakannya.

    Aku sengaja melakukan itu. Apalagi saat kepala kontolku menggesek-gesek itilnya yang juga sudah menegang. “Maas.?” panggilnya menghiba. “Apa Nes”, jawabku sambil tersenyum melihatnya tersiksa. “Cepetan..” jawabnya. Aku sengaja mengulur-ulur dengan hanya menggesek-gesekan kontol. Sementara Ines benar-benar sudah tak tahan lagi mengekang birahinya. “Ines sudah pengen dientot mas”, katanya. Ines melenguh merasakan desakan kontolku yang besar itu.

    Ines menunggu cukup lama gerakan kontolku memasuki dirinya. Serasa tak sampai-sampai. Maklum aja, selain besar, kontolku juga panjang. Ines sampai menahan nafas saat kontolku terasa mentok di dalam, seluruh kontolku amblas di dalam.

    Aku mulai menggerakkan pinggulnya pelan2. Satu, dua dan tiga enjotan mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan dalam nonok nya membuat kontolku keluar masuk dengan lancarnya. Ines mengimbangi dengan gerakan pinggulnya. Meliuk perlahan.

    Naik turun mengikuti irama enjotanku. Gerakan kami semakin lama semakin meningkat cepat dan bertambah liar. Gerakanku sudah tidak beraturan karena yang penting enjotanku mencapai bagian-bagian peka di nonok nya.

    Ines bagaikan berada di surga merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. Kontolku menjejali penuh seluruh nonok nya, tak ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga gesekan kontolku sangat terasa di seluruh dinding nonok nya.

    Ines merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini. Ines mengakui keperkasaan dan kelihaianku di atas ranjang. Yang pasti Ines merasakan kepuasan tak terhingga ngentot denganku. Aku bergerak semakin cepat.

    kontolku bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitivenya. Ines meregang tak kuasa menahan napsu, sementara aku dengan gagahnya masih mengayunkan pinggulku naik turun, ke kiri dan ke kanan. Erangannya semakin keras. Melihat reaksinya, aku mempercepat gerakanku. kontolku yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan cepatnya. Tubuhnya sudah basah bermandikan keringat.

    Aku pun demikian. Ines meraih tubuhku untuk didekap. Direngkuhnya seluruh tubuhku sehingga aku menindih tubuhnya dengan erat. Ines membenamkan wajahnya di samping bahuku. Pinggul nya diangkat tinggi-tinggi sementara kedua tangannya menggapai pantatku dan menekannya kuat-kuat. Ines meregang. Tubuhnya mengejang-ngejang. “maas..”, hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya saking dahsyatnya kenikmatan yang dialaminya bersamaku. Aku menciumi wajah dan bibirnya.

    Ines mendorong tubuhku hingga terlentang. Dia langsung menindihku dan menciumi wajah, bibir dan sekujur tubuhku. Kembali diemutnya kontolku yang masih tegak itu. Lidahnya menjilati, mulutnya mengemut. Tangannya mengocok-ngocok kontolku.

    Belum sempat aku mengucapkan sesuatu, Ines langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan masing-masing berada di samping kiri dan kanan tubuhku. Nonok nya berada persis di atas kontolku. “Akh!” pekiknya tertahan ketika kontolku dibimbingnya memasuki nonok nya. Tubuhnya turun perlahan-lahan, menelan seluruh kontolku. Selanjutnya Ines bergerak seperti sedang menunggang kuda. Tubuhnya melonjak-lonjak.

    Pinggulnya bergerak turun naik. “Ouugghh. Nes.., luar biasa!” jeritku merasakan hebatnya permainannya. Pinggulnya mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tanganku mencengkeram kedua toketnya, kuremas dan dipilin-pilin. Aku lalu bangkit setengah duduk. Wajah kubenamkan ke dadanya. Menciumi pentilnya. Kuhisap kuat-kuat sambil kuremas-remas. Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan.

    Kami tidak lagi merasakan panasnya udara meski kamar menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain. Ines berkutat mengaduk-aduk dengan pinggulnya. Aku menggoyangkan pantatku. Tusukan kontolku semakin cepat seiring dengan liukan pinggulnya yang tak kalah cepatnya.

    Permainan kami semakin meningkat dahsyat. Sprei ranjang sudah tak karuan bentuknya, selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali. AKu merasa pejuku udah mau nyembur.

    Aku semakin bersemangat memacu pinggulku untuk bergoyang. Tak selang beberapa detik kemudian, Ines pun merasakan desakan yang sama. Ines terus memacu sambil menjerit-jerit histeris. Aku mulai mengejang, mengerang panjang. Tubuhnya menghentak-hentak liar. Akhirnya, pejuku nyemprot begitu kuat dan banyak membanjiri nonok nya. Ines pun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam dirinya.

    Sambil mendesakan pinggulnya kuat-kuat, Ines berteriak panjang saat mencapai puncak kenikmatan berbarengan denganku. Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan erat. “maas., nikmaat!” jeritnya tak tertahankan. Ines lemes, demikian pula aku. Tenaga terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 1 jam!

    Akhirnya kami tertidur kelelahan. Liar sekali Ines diranjang, baru sekali aku nemu abg seliar Ines, tetapi dia telah memberikan kenikmatan yang luar biasa yang belum pernah aku dapatkan dari abg lainnya yang pernah kuentot.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Model ML Dengan Fotografer

    Cerita Sex Model ML Dengan Fotografer


    2544 views

    Perawanku – Cerita Sex Model ML Dengan Fotografer, Seorang fotografer profesional bernama Rinto sange ketika melihat model barunya ksaat sesi pemotretan bugil atau foto Nude. Karena foto model barunya itu tergolng bina dan genit, akhirnya Rintopun ML dengan model bugil amatir itu sampai pejuhnya keluar didalam memek sang model amatir binal dan hot itu.

    Posisisex-Pekerjaan menjadi photografer tidaklah mudah karena kebanyakan harus berpendidikan khusus terlebih dahulu. Aku dari lulus SMA melanjutkan ke jurusan tersebut, kuliah selama 4 tahun.lalu magang di sebuah studio foto. Banyak pengalaman yang aku cari selama masih bisa. Banyak tehnik untuk memotret seseorang dengan hasil yang maximal.
    Aku merintis karirku mulai dari nol. Tidak bisa otodidak semua harus melalui proses terlebih dahulu. Panggil saja aku Rinto seorang photographer yans sekarang namanya melejit seperti roket. Dulu aku keliling mendatangi setiap orang yang membutuhkan aku. Sekarang orang berdatangan mengampiri ke studioku. Aku melayani indoor dan outdor, banyak sekali peminatnya.
    Aku terkenal dengan hasil jepretan yang maximal. Cara pengambilan objek juga memuaskan pelanggan. Acara pernikahan ,prewedding bahkan Foto resmi. Dari keringatku sendiri aku mendirikan studio ini bagiku orangtua hanyalah penyemangat saja. Aku ingin membuktikan kepada mereka bahwa hasil dari kuliahku selama ini adalah kebanggan bagi mereka.
    Kadang aku tinggal di studio untuk sekedar melepas penat. Usiaku 27 tahun masih lajang masih ingin banyak berkarya. Walaupun di studio banyak pegawai yang membantu aku namun tidak aku biarkan begitu saja. Takut pelayanan kurang memuaskan, biasanya pelanggan juga minta aku yang memotret mereka.
    Apalagi para wanita muda yang cantik-cantik itu selalu minta aku yang melayaninya. Wanita cantik makananku sehari-hari, banyak model berdatangan disini. Ya sekedar foto biasa sih mereka tidak begitu sure. Aku juga melayani pemotretan majalah dewasa. Tetapi ada waktunya sendiri di malam hari. Kalau pas pagi atau siang takutnya orang berfikiran aneh-aneh tentang studioku.
    Di malam hari biasanya aku mendapat job untuk memotret para model dengan pakaian sexy bahkan tidak mengenakan baju sama sekali atau yang sering disebut foto nude. Sudah biasa bagiku karena memang ini pekerjaanku setiap hari. Ya namanya pria melihat seorang wanita tanpa busana tentu ada sedikit perasaan gimana gitu.
    Ya aku tahan demi profesionalisme dalam bekerja. Sebenarnya dalam hati juga ingin karena begitu menggairahkan. Pria normal pasti ingin sekali menikmati tubuh mulus seorang model. Kadang kalau lagi masukin foto-foto ke computer itu bisa horny. Aku zoom gambarnya aku lihat memek si cewek itu mulus sungguh karunia yang sangat mengagumkan.
    Bahkan aku sampai bisa onani di malam hari dengan hanya melihat foto model itu. Tidak dapat dipungkuri rasanya pengen sekali menikmati tubuh wanita-wanita itu. Payudara yang besar dan motok tubuh mulus sungguh godaan terberat jika session pemotretan nude dimulai. Mengatur cara mereka duduk atau bergaya itu yang membuat aku horny.
    Ada tuh yang mengangkang kakinya lebar , sehingga terlihat jelas memek ngewenya. Cuma bisa bayangin kalau posisi sexs seperti itu pasti nyaman sekali. scedule ku minggu depan memotret model baru, model keluaran majalah dewasa terbaru. Aku udah dikirim wajah wanita itu cantik kelihatannya masih muda sekitar umur 18 tahunan.
    Hari yang kun anti datang juga pemotretan modell terbaru. Namanya Nikita, sekitar jam 8 dia datang ke studio. Singkat cerita, dia datang terlambat aku masih setia untuk menunggu kedatangannya. Menggunakan dress panjang tanpa lengan anaknya tinggi sekali. Payudaranya montok sekali terlihat belahan dadanya,
    “mas maaf ya udah nunggu lama, tadi kena macet dijalan…”
    “ohhh..nggak papa silahkann bersiap ya…”
    Nikita bersiap di ruang ganti aku menunggu di depan kamera sambil menata background. Pemotretan kali ini benar-benar sure tanpa busana. Siap-siap menahan nafsu pastinya karena banyak session pemotretan selesai malam hari. Nikita sudah bersiap keluar dari ruang ganti dengan make up yang pas dengan wajahnya. Cantik sekali mempesona, tubuhnya telanjang hanya dibalut kain tipis dia berjalan mendekatiku,
    “aku udah siap nih mas, semoga kamu tahan ya melihatku nanti…”
    “aahhh…kamu bisa aja pekerjaanku memang seperti ini .. tahan dong…”
    “kita lihat nanti ya mas, seberapa tahan kamu melihatku bergaya….” Sambil tangannya menarik bajuku.
    Baru kali ini aku ditantang seorang model, biasanya tanpa basa basi langsung menempatkan diri. Gadis ini memang terlihat berani dan sangat binal. Pertama aku memotret tubuhnya dari belakang, dia melepaskan kain balutan itu. Seketika aku bengong karena pantatnya besar sekali mulus tanpa ada lect maupun selulit sedikitpun.
    Punggungnya putih bersih tanpa tato murni gadis tulen menurutku. Dia berpose dengan menggerakkan tubuhnya seperti memeancing gairahku. Sesekali aku memegang penisku aku remas ketika melihat gerakan yang bikin aku horny. Pada akhirnya dia membalikkan badannya. Aku semakin tak kuat melihat tubuh mulusnya.
    Kedua payudara gadis itu montok putingnya merah muda menonjol. Turun ke bawah memeknya tanpa bulu kemaluan bersih sekali. Mimpi apa aku semalam dapat gratis melihat gadis berpose sure seperti ini. Akupun gagal focus berkali-kali memandangi tubuh sexynya. Tak habis pikir gadis ini memancing birahi mesumku,
    “angkat tangannya dong….”
    Dia mengangkat tangannya lalu payudara itu terlihat sangat menonjol besar. Menggantung ke atas sungguh pemandangan yang sangat indah. Gaya berikutnya adalah memperlihatkan payudaranya. Dia memegang kedua payudaranya, lalu menonjolkan putting susunya. Wajah gadis itu juga penuh dengan gairah. Mungkin dia juga horny karena pegang tubuh sexynya sendiri,
    “coba yang pegangin kamu mas, pasti lebih nikmat deh….”
    “mau aku pegang nih? Nanti ya selesai session ini….” ucapku dengan raut wajah menggoda.
    “beneran ya mas…uuuhh jadi nggak sabar nihh….” Ucap gadis centil itu.
    Sebenarnya aku juga sudah tidak tahan melihat gerak-gerik Nikita. Setelah sessions foto nude ini aku harus melampiaskan nafsuku yang benar-benar memuncak. Sessions yang sangat aku nantikan adalah pemotretan pada bagian kelaminnya. Dia duduk dikursi yang sudah aku persiapkan. Kakinya memakai highhells sangat tinggi, dia membuka perlahan kakinya,
    “buka sedikit ya kakinya , agak diangkat sedikit dagunya….” Aba-abaku.
    Setelah itu dia malah membuka lebar selangkanganya dan terlihatlah memek tembem putih dan tanpa jembut. Kakinya mengangkang lebar kanan kiri kursi kakinya bertumpu. Sementara memeknya terbuka begitu lebar, aku harus mengambil fotonya lebih dekat. Aku maju ke depan maju biar makin jelas aku ambil gambarnya.
    Tepat di depan memek Nikita aku memotret memek gadis itu. Kedua tangannya memegang payudara sementara kaki membuka lebar wajah mesumnya sangat terlihat jelas. Perfect sekali gadis ini tak ada sessions yang diulang, semua gambarnya istimewa sekali,
    “sampai session ke berapa sih lama banget ya….”
    “sabar dulu tinggal posisi doggys style sama tiduran aja kok …”
    “hmmmmm oke deh….”
    Sebelum session itu ada adegan pegang memeknya. Dia pegang memeknya dan sedikit dia buka lipatannya. Terlihat begitu jelas tu lubang memek ngewe dia. Benar-benar aku nggak tahan dengan sessions memek ngewe. Adegan berikutnya adalah posisi seks dengan nungging. Dia nungging kemudian ada guling dibawahnya.
    Dia mempraktekkan gaya nungging, pantatnya kebelakang payudara menggantung ke bawah. Adegan itu juga membuat penisku makin menegang. Sessions terakhir tiduran dia malah asyik menggesek-gesekkan memeknya dengan guling,
    “Niki, ngapain sih masih ada satu adegan lagi..”
    “bentar mas break dulu dong Niki terlanjur nikmat dengan gesekan guling ini…”
    “sabar dong nanti aku gesekkin deh sayang…”
    “udah terlanjur enak nih mas , aaahh…aaaahhh…….”
    Dia menggesek-gesekkan memeknya dengan guling secara terus menerus. Dia hyper sekali ternyata sampai nggak tahan dengan adegannya sendiri. Aku lihat memeknya meneteskan cairan, dia sampai masturbasi sendiri. Wow sungguh keren gadis ini, mampu membuat dirinya sange dirinya sendiri. Aku mengambilkan dia tissue untuk mengelap memeknya.
    “kamu bikin aku makin horny deh…” kataku.
    “iyalah mas, tuh penismu tegak terlihat jelas dari dalam celanamu…”
    Aku malu ketika dia mengetahui penisku menegang terlihat jelas. Dia terbaring bersiap untuk diambil gambarnya. Dari atas dari samping dengan wajah mesum yang hot. Selesai sudah adegan Nikita malam ini, dia terbaring seperti menungguku untuk membelai tubuhnya. Aku melepas semua baju dan celanaku bersiap untuk melayani gadis itu sekaligus meluapkan gairahku.
    Selama satu jam aku menahan gairahku. Seluruh tubuhku bergerak secara reflek menindih tubuhnya. Selakanganku tepat menempel di selakangannya menggesek-gesek memek tembem nya. Badan Nikita menggelinjang seperti cacing kepanasan. Kakinya terus bergerak menendang-nendang tangannya mendorong dadaku dengan kuat.
    Kurasakan gerakan dia mulai melemas pandangan matanya menyorot dengan penuh gairah sexs. Mulutku mengulum bibir tipisnya dengan perlahan. Aku sedot dan aku gigit mulutnya, kumainkan lidahku untuk membuka mulutnya. Aku terus coba untuk merangsangnya. Aku masih menekan selakangannya dan terus bergesekan.
    Nafas Nikita mulai memburu dengan penuh kegairahan. Lidahku dan lidahnya saling menarik ke dalam. Kita berdua saling menyedot kenikmatan enak sekali , nikmat tak terkira. Aku melepaskan ciumannya , aku jilati telinga hingga leherny. Nafasku sudah panas membara seperti orang yang sedang berlarian. Payudaranya aku raba dengan kedua tanganku.
    Aku remas payudara Nikita putting susunya aku putar dengan jemariku desahan pun mengalir dari bibirnya,
    “mmm…ssssshh…aaakkkhhh…..aaahhhh…oooohhh…..aaaaakkhh….”
    Aku lebih agresif saat itu karena Nikita terkapar lemas setelah aku belai tubuhnya. Aku meremas payudara sambil aku jilat-jilat leher mulusnya. Kedua tangan Nikita menjambak rambutku mungkin dia tidak bisa menahan kenikmatan yang aku berikan. Perlahan aku jilati putting susuyang menonjol itu. Aku jilati kanan kiri secara bergantian sampai mata Niki terpejam.
    Nikita mengigit bibirnya sendiri karena menahan kenikmatan. Aku masukkan putting susu dia ke dalam mulutku. Aku emut dan aku sedot secara perlahan lalu dengan keras aku menyedot putting dia,
    “aaaaaww…aaakkhh…pelan mas…aaakkh..nikmat sekali….oohh……”
    Buah dada Nikita terbukti sangat keras dan kenyal. Aku tak bisa melepaskan payudara itu dari cengkramanku. Lama sekali aku menikmati payudara dia. Aku masih enggan melepaskan karena aku memang sangat bergairah ketika melihat payudara Nikita. Mata Nikita merem melek menikmati setiap belaian dan sedotan putting susu yang ranum itu,
    “oooooohhhhh….aaaakkkhhh….aaahhhh…….ooohh mas…..”
    Penisku semakin tegang terasa sekali ketika bergesekan dengan memek Nikita. Dia juga mencoba meraih penisku, tangannya turun kebawah meremas-remas penisku yang besar itu. Dia mengocok penisku hingga aku merintih,
    “nikmat Niki…aaaakkhh…oohhh……”
    Aku lepaskan putting susu Nikita, lidahku turun ke bawah menjilati tubuh mulus dia. Lidahnku terus menjilati seluruh tubuhnya tanpa henti. Bahkan pusarnya aku jilati dia tampak geli. Dia menggerakkan tubuhnya dengan manja sambil berkata,
    “aaaaakkkhh..geli mas….aaahhh….oohh…..”
    Memek Nikita yang berjam-jam menganga sepeti gua itu akhirnya berada didepan mataku. Aku belai memeknya dari atas hingga ke bawah. Aku buka lipatan itu dengan jemariku, itilnya menyeruak ke atas. Lalu aku kulum itilnya sambil aku gigit perlahan,
    “aaaahh…oohh….mas…nikmat sekali..oohh..aaahh…oohh…terus mas….”
    Dia menarik tangannku yang satunya ke depan payudaranya. Dia meminta aku meremas payudaranya agar dia terjaga dalam gairah yang tinggi. Sementara bibirku masih saja mengulum itil Nikita yang besar itu. Lidahku bergerilya menjilati memekknya dari selakangan hingga bagian luar dalam memek Niki,
    “ooooohhhh…..aaaaaahhh……oooohhh…… nggak tahan mas… pengen pipis mas….”
    “pipisin aja sayang paling juga nggak pipis itu hanya cairan nikmat saja..”
    “cccreeeett…ccrreeett… aaaaahh…”
    Cairan nikmat itu mengalir dari memek Niki dia tampaknya mudah untuk masturbasi dengan cepat. Nafsuku semakin mengebu-gebu ketika penisku menengang dan akan memasuki lubang kenikmatan pada memek Nikita. Kedua pahanya aku renggangkan kakinya mengangkang lebar. Posisi seks ini sangat manis. Aku jadi lebih mudah untuk memasuki dan menjilati memekknya.
    Aku tidak terburu-buru untuk memasuki lubang itu. Nikita memintaku untuk bergantian, dia pengen mengulum penisku. Aku duduk di kursi yang digunakan untuk sessions pemotretan tadi. Biar dia mudah untuk mengulum penisku. Aku duduk dan membuka kakiku lebar, Nikita langsung saja menyerbu penisku.
    Dia menjilati penisku dari bawah hingga ke atas. Bahkan selakanganku pun membuat dia bergairah. Dia jilati hingga aku mendesah kuat,
    “aaaaaakkhh…mm..ssshh…aaaahhh Niki…aaaaahh…oohh….”
    Nikita memang sangat lihay mengulum penis pria. Wajah dia mesum terpancar dengan sangat jelas. Dia masukkan penisku ke dalam mulutnya secara perlahan. Dia lumat penisku didalam mulutnya, keluar masuk dengan lancarnya. Penisku yang berukuran besar itu bisa masuk seluruhnya ke dalam mulut Nikita. Tangannya mulai mengocok penisku dengan keras.
    Kepalaku meggadah ke belakan karena tak kuat menahan kuluman Nikita,
    “ssshh….aaaaaakkkhhhh…oooohhhh…….aahhh….”
    Kuluman penis itu sangat kuat dan nikmat , membuat aku tak bisa menahan pejuh yang akan keluar. Nikita mencengkeram penisku mengocok keatas dan kebawah. Sementara mulutnya terus mengulumkeluar masuk , dia menyedot hingga aku mengeluarkan pejuh,
    “ccccccrrrroooootttt….cccccccrrrrroooottt….cccccrrrrooottt……”
    Pejuhku keluar didalam mulut Nikita banyak dan sangat kental. Dia menelan pejuhku tanpa sisa, dia juga membersihkan pejuh yang masih menempel di penisku dengan menjilatinya. Setelah pejuh itu bersih dia mengocok kembali penisku,
    “penismu belum nyodok memek aku kok udah keluar aja sih maa,” ucapnya manja dan genit.
    “aku nggak tahan Niki jadinya ngecrot deh,hehehe…”
    “aku buat tegang lagi ya mas, aku kan pengen penis ini masuk ke dalam memekku…huuhh…”
    “iya sayang…”
    Dia mengulum kembali memekku hingga menegang besar. Dia juga tak henti mengocok setelah penisku tegang dia terbaring kembali. Dia meminta agar penisnya masuk mengenjot memek dia. Aku bersiap aku gesek-gesekkan ujung penisku tepat didepan lubang memeknya,
    “aaaakkkhh…enak mas…aaaaaahhh…..”
    Kedua tangan Nikita pegang bahuku dengan kuat. Perlahan aku masukkan ujung penisku ke dalam. Aku tekan dengan lembut, masuklah ujungnya ke dalam lubang memek NIkit,
    “ssssllleeeebbbb….ssssllleeeebbb…mmm…aaaakkhh…aaahhhh….dorong ke dalam mas….aaahhh…”
    Aku dorong penisku biar seluruh batang penisku masuk ke dalam memeknya. Kudorong pantatku dengan penuh perasaan perlahan namun pasti. Aku lihat wajah Nikita tampak lemas, aku coba menjilati telinganya. Agar dia semakin gairah dengan genjotan penisku. Memek Nikita sudah tidak perawan lagi karena dengan mudahnya aku memasuki lubang itu.
    Memeknya yang licin itu membuat gerakan semakin cepat. Aku dorong pantatku lalu aku tekan penisku ke dalam memeknya. Keluar masuk penisku terus menekan memek Nikita,
    “genjot terus mas…aaaakkkhh…..terus mas….aaahhh…..”
    Penisku semakin berdenyut dengan cepat, tubuh Nikita juga mengejang kuat. Sesekali aku alihkan dengan mengulum putting susunya. Dia lemas tak berdaya, pasrah menikmati setiap sentuhanku. Aku bahkan melepaskan penisku dari memeknya. Aku tarik penisku aku gesekkan di itilnya biar tidak cepat keluar pejuhku.
    Makin lama makin asyik aku menahan pejuhku keluar terlebih dahulu. Tanganku menggerak-gerakkan penisku sendiri kugesek-gesekkan dengan lubang memeknya. Perlahan masuk kembali penisku , seluruh batang penisku menusuk-nusuk memeknya kembali,
    “aaaakkkhhhh oooohhh…terus mas…..”
    Tangan Nikita mencengkeram bahuku dengan kuat. Aku dorong pantatku dengan sepenuh tenaga. Mentok masuk ke dalam memek Nikita, mata Niki terpejam dan kepala megadah keatas. Kutarik dan kutekan terus menerus penisku. Sedikit aku goyangkan ke kanan pantatku, goyang kiri seraya penis itu bergoyang didalam memek Nikita,
    “aaaaakkkhh…ooohh…..ooohhh…oohhh…..aaahhh……”
    Dia tak berhenti terus mendesah dengan keras. Aku merasakan ada cairan hangat di dalam memek Nikita. Dia masturbasi lagi penisku terus menggenjot keluar masuk. Kepala Nikita menggeleng-geleng ke kanan dan kiri. Kutegakkan tubuhku kupegang pinggulnya dia kemudian mengangkat pantatnya keatas. Dia jepit penisku dengan kuat, dia mulai memberikan perlawanan.
    Pantatnya dia goyangkan ke kanan dan kekiri. Gerakan jepit lepas membuat aku tambah bergairah. Dia menjepit penisku lalu dia lepaskan begitu seterusnya,
    “ooohh…niki,….aaaaakkkhh……”
    Anganku melayang ketika penis itu keluar masuk dengan indahnya. Apalagi dengan gerakan jepit lepas semakin tak terarah anganku,
    “bbleeeeesss….bleeesss….aaakkkhh….ooohh…..aaaaahhhh…..”
    Penisku masuk dengan leluasa di dalam memek Nikita. Rintihan Nikita juga semakin tak terarah, dia menggigit bibirnya sendiri. Tangannya terus mencengkeram bahuku bahkan rambutku terus dia jambak. Aku semakin ganas dan beringas saat itu. Keringat ku jatuh bercucuran wajahku memerah menegang. Aku percepat gerakkanku, aku dorong penisku dengan keras dan kuat.
    Nikita merintih dengan keras kakinya melingkar di punggungku. Kembali cairan dari memek Niki mengalir hangat membasahi penisku yang sedang mengenjot didalam,
    “aaaaakkhh…mas…..aaaaaaahhh…..ooohhh….” desah Nikita.
    Tubuh Nikita menggeliat dengan sangat liar ketika penisku semakin bergerak cepat. Aku berikan jilatan di telinga dia , dia semakin memuncak. Wajahnya menahan kenikmatan, bibirnya terus dia gigitt. Dia memelukku dengan sangat erat. Aku tetap memberikan sentuhan pada derah leher dan telinga. Sungguh Nikita begitu liarnya, dia tampak terus bergerak dengan sangat liar.
    Pantat Nikita bergerak terus sembari bergoyang . Binal sekali dia bergerak tanpa henti aku pun juga. Seperti sudah dikuasai birahi yang kuat kita berdua. Bibirnya terbuka aku kulum dengan keras. Dia meminta ku untuk memainkan putting susunya. Disitulah Nikita menjerit dengan sangat keras,
    “aaaakkkkhhhhh….aaaaaakkkkkhh…nggak kuat mas….ooohh…..”
    “angkat pantatmu keatas Niki, aaaaaaaaakkhhh….” Pintaku.
    Kurang lebih 15 menit aku menggenjot memek Nikita. Hingga dia masturbasi berkali-kali aku pun menahan pejuhku agar tidak keluar cepat. Akhirnya kita berdua mencapai klimaks bersamaan, tak lama kemudian pejuhku keluar di dalam memek Nikita,
    “cccccrrrrrrooootttt……cccccrrrrroootttt…..ccccccrrrroootttt…”
    “aaaakkkkhhh….aaaahh….lega sayang…..ooohh…..puas sekali….”
    Pejuhku keluar di dalam terasa begitu hangat kata Niki. Pejuh keduaku lebih banyak dan lebih kental. Nikita tergolek lemas, tubuhnya terkapar di lantai. Aku memeluk dengan erat tubuh Niki, tak aku lepaskan. Aku masih sempat menciumi bibir tipisnya. Sementara penisku masih tertancap di memek Niki. Kit aberpelukan 5 menit setelah itu aku menarik penisku.
    Aku lihat pejuhku masih menetes dari memek Niki, aku bergegas mengambil kamera. Aku ambil gambar ketika memek Nikita meneteskan pejuhku secara terus menerus. Wajah Niki yang lemas juga aku ambil gambarnya. Seperti tidak dikonsep wajah Niki tubuhnya yang terkapar seperti settingan itu terlihat begitu mempesona.
    Itulah kisahku mesum dengan model cantik ketika pemotretan. Nikita seorang model berusia 18 tahun itu mampu membuatku bergairah dari awal sessions hingga akhir adegan berakhir. Semua seperti tak tertahankan aku pun mesum dengan dia distudioku hingga mengeluarkan pejuh dua kali. Pengalaman dan cerita dewasa ini tak akan terlupakan begitu saja. Sekian.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Munggilnya Memek Keponakan

    Cerita Sex Munggilnya Memek Keponakan


    2023 views

    Cerita Sex Munggilnya Memek Keponakan –  Karen aku pernah kerja sebagai EO. Ana minta tolong aku untuk mengatur pesta hutnya. Aku tanya ma Ana, dia maunya pestanya seperti apa dan berapa budgetnya yang disediakan ortunya. Bapaknya Ana adalah adik kandungku, makanya Ana bebas sekali ma aku. Kalo becanda dah kaya ma temennya, padahal umurku dan dia berbeda jauh sekali, 20 tahun lebih. Ya gak apa, jadi aku awet muda kan kalo banyak bergaul dengan bag (termasuk menggauli kale)

    Cerita Sex Munggilnya Memek Keponakan | Setelah aku mendapat info yang dibutuhkan, aku mencari cafe yang deket dengan rumah adikku, sehingga gak problem dengan trafik yang macet. Aku nego dengan manajer bar itu mengenai arrangement pesta hutnya Ana. Karena ini pesta abg, makan malem mah ala kadarnya saja, yang penting banyak minumannya, non alkoholik tentunya. Aku juga minta disediakan MC dari bar yang bisa memandu beberapa games untuk memeriahkan suasana. Aku minta adikku menyediakan beberapa suvenir dari kantornya sebagai hadiah untuk games itu.

    “An, temen-temen kamu kece-kece gak”.
    “So pasti om, ana gitu loh”. wah asik juga nih, banyk yg bisa dilihat,
    “Tapi mreka datengnya bawa pasangan lo om”. Wah, kecewa juga aku mendengarnya.

    Sampe dengan hari H nya. undangan dibuat jam 8 malem. Adik dan iparku dah standby di bar untuk menyambut temen-temen Ana, setelah makan malam, acara potong kue dilakukan, gak ada coreng muka pake krim kue yang sering dilakukan pada acara abg. Setelah itu adikku dan istrinya pulang karena selanjutnya adalah acara buat para abg. Ana minta aku tetap stay, dia tajut kalo ada acara yang meleset dari rencana.

    “Om kan gak ada siapa-siapa dirumah, mending juga disini, ntar om turun ja ma temenku yang gak bawa pasangan”.

    Memang tadi aku liat ada beberapa prempuan abg yang dateng bergerombol tanpa kawalan pasangannya. Acara games berlangsung meriah, palagi MC nya pinter banget membuat suasana jadi ceria. Setelah acara games slesai, sampailah pada acara puncak. Musik berdentam keras, ditingkahi dengan celoteh DJ yang mengajak para tetamu untuk mulai goyang.

    “Om, ini Ayu, om temenin Ayu ya, dia gak punya pasangan”, Ana mengenalkan aku pada seorang abg, seumuranlah ma Ana.

    Cantik, wajahnya dihiasi dengan sepasang mata uang indah, bulu mata yang lentik, hidung mancung dan bibir mungil yang merekah. Yang menarik perhatainku, Ayu punya kumis tipis diatas bibirnya yang mengundang untuk dikecup. Diruang yang temaran aku masi bisa menikmati wajah ayunya Ayu. Nama yang sangat sesuai dengan orangnya lagi. Yang lebi menarik lagi, dadanya dihiasi dengan sepasang tonjolan yang lumayan besar. Palagi Ayu mengenakan t shirt dan jin ketat, sehingga semua yang menonjol ditubuhnya menjadi nampak dengan jelas. Pinggangnya ramping dan pinggu serta pantat yang membulat sehingga badannya yang imut berpotongan seperti biola, sangat menggugah napsu.

    “Om, tu apanya Ana si”, teriak Ayu ditengah bisingnya musik.
    “Aku kakak bokapnya Ana”.
    “Kok beda ya om”.
    “apa bedanya?”
    “Om kliatan lebi mudah, badan om atletis sekali, gak kaya bokapnya Ana, dah botak gendut pula”.
    “Lelaki kan juga mesti jaga penampilan, gak prempuan aja kan”.
    “Bener banget om, duduk yuk om”. aku mengambil 2 soft drink dan duduk dipojokan berdua Ayu, kringeten juga jingkrakan ngiktui goyangannya Ayu.
    “Yu, kamu seksi banget deh, kamu yang paling seksi dari semua yang dateng, Ana ja kalah seksi ma kamu”.
    “Om suka kan ngeliatnya”.
    “Suka banget Yu, palagi kalo gak pake apa2″, godaku menjurus.
    “Ih si om, mulai deh genitnya, ntar kalo liat Ayu gak pake apa2, gak bisa nahan diri lagi”.
    “Mangnya kamu suka gak pake apa2 didepan lelaki?”
    “Depan cowokku om”.
    “Wah bole dong skarang depan aku ya”.
    “Maunya”. Musik berganti dengan musik yang lembut.
    “Om turun lagi yuk, Ayu pengen dipeluk om”. Aku turun lagi dan melantai (ngepel kale) dengan Ayu, Ayu kupeluk erat, terasa sekali toket besarnya mengganjal didadaku.
    “Yu toket kamu besar ya, sering diremes ya”, bisikku.
    “Iya om”. Aku mencium telinganya, Ayu menggeliat kegelian,
    “om, nakal ih”.
    “Tapi suka kan”. Ayu gak menjawab, kembali aku mencium lehernya sehingga Ayu menggelinjang.

    Ayu mempererat pelukannya, aku seneng ja dipeluk abg seksi kaya Ayu. Sampe acara slesai Ayu nempel terus ma aku.

    “Om tinggal sendiri ya”.
    “Kok tau”. “ana yang bilang, napa si om tinggal sendiri”.
    “aku dah cere Yu, anak2 ikut ibunya, napa kamu mo gantiin?”
    “Mangnya om mau ma Ayu, Ayu kan masi abg, ntar om malu lagi jalan ma Ayu”.
    “Wah malah bangga Yu, biasa jalan ma abg yang cantik dan seksi kaya kamu”. Ketika ana melihat Ayu nempel terus ma aku, dia mulai godain,
    ”Wah ada yang nempel terus neh kaya prangko, ayu cantik kan om, pasti om suka deh ma Ayu, aku kan tau selera om kaya apa”. Aku hanya senyum saja, Ayu cemberut jadinya,
    “Udah deh loe sana ma cowok loe aja, gak bole liat orang lagi seneng ja”.
    “Iya deh”, Ana meninggalkan kami sambil tertawa berderai.

    Setelah acara selesai, aku membereskan administrasinya dengan pihak bar.

    “Om, makasi banyak ya buat bantuannya, kalo gak ada om pasti pestaku gak semeriah ini. Yu kamu puilang ikutan om ku ja, dia searah kok sama rumah kamu. Om anterin ayu dulu ya, jangan diapa2in lo temenku yang seksi ini, dah tengah malem soalnya”, ana tersenyum sambil menjabat tanganku.
    “Mau aku anter pulang Yu”, tanyaku menoleh ke ayu.
    “Bole, kalo gak ngerepotin om”.
    “Buat prempuan secantik dan sesekai kamu apa si yang repot”. Ayu aku gandeng menuju ke tempat parkir.
    “Om, Ayu males pulang deh”.
    “Lo napa”. “Dirumah gak ada siapa2 om, mending juga ma om ada yang nemenin Ayu ngobrol”.
    “Mangnya ortu kemana”.
    “Wah ortu mah sibuk ma urusan masing2, Ayu jarang ketemu ortu biar serumah juga. ayu ketemu ortu kalo ada keperluan ja, minta duit”.
    “O gitu, kamu mo ikut aku ke apartmen?’
    “Bole om”.
    “Gak takut ma aku”.
    “Mangnya om mo makan Ayu”.
    “Mau makan bagian2 tertentu dibadan kamu”. Ih si om, bisa aja”. Sepanjang perjalanan ke apartmenku ayu curhat mengenai kondisinya, aku menjadi pendengar yang baik saja, sesekali aku kasi komentar.
    “Om, ayu suka deh lelaki kaya om, mature sekali, lagian om ganteng banget, atletis lagi badannya. Om sering maen ma abg ya”.
    “Sesekali ja Yu, kalo ada yg seksi kaya kamu, kamu mau kan maen ma aku”. Ayu diem saja, tapi tangannya mulai mengelus2 pahaku, aku tau itu jawabannya atas pertanyaanku.

    Sesampainya di apartmen, aku langsung parkir mobil di basement di lot yang diperuntukkan buat aku. Ayu kugandeng ke lift dan lift melumcur ke lantai 40, dimana aku tinggal. Di lift ayu kupeluk dan kucium pipinya,

    “Oom”, ayu hanya melenguh sambil memperat pelukannya ke aku.

    Di apartment, Ayu langsung inspeksi, apartmenku kecil, ada 2 kamar tidur, ruang tamu yang menyatu dengan ruang makan dan pantri. Di bagian belakang ada tempat untuk cuci pakean dan balkonnya lumayan luas untuk jemur pakean. Ayu cukup lama berdiri di alok menatap kerlap kerlip lampu kota. Aku memeluknya dari belakang sambil mencium kuduknya. Ayu mengeglinjang tapi dia membiarkan tanganku yang mulai mengelus toketnya dari luar t shirtnya.

    “Ooom”, lenguhnya ketika toket montoknya mulai kuremas2.

    Ayu menggeser2kan pantatnya yang membulat ke selangkanganku. Kontolku dah mengejang dengan kerasnya.

    “Ih, om dah ngaceng ya”, katanya sambil terus menggeser2kan pantatnya ke kekontolku. aku makin gemes meremes2 toketnya, terasa sekali besar dan kencengnya toket abg montok ini.
    “Om, ayu dah pengen om, masuk yuk”.

    Di sofa Ayu langsung melepas pakean luarnya. Wah baru seumur segini dah liar banget ni anak, pikirku. Ya aku seneng ja dapet abg yang liar kaya Ayu gini, pasti nikmat banget dientotinnya. Aku mengeluarkan 2 soft drink dari lemari es. Aku melotot melihat ayu muncul dengan daleman bikini yang minim dan seksi. Toketnya seakan mau tumpah dari branya yang minim sekali. Demikian pula jembutnya berhamburan dari cd bikini yang model g string itu.

    “Yu, duduk disebelahku, kamu mau gak aku pijitin”, tanyanya.

    aku tinggal memakai celana panjangnya saja. Baju dah kulepas. Ayupun duduk membelakangiku. Aku mulai memijit pelan keningnya dari belakang. Dari kening turun ke kuduk. Ayu hanya terpejam saja menikmati pijitanku, turun lagi ke pundak. “Enak om”, katanya.

    “Memangnya om pernah jadi tukang pijit ya”, godanya.

    Aku diam saja, tapi tanganku meluncur ke toketnya. Jariku kembali menelusuri toketnya, kuelus2 dengan lembut. Ayu terdiam, napasnya mulai memburu terengah. Jari kuselipkan ke branya dan mengkilik2 pentilnya. Pentilnya langsung mengeras,

    “Ooom”, lenguhnya. Aku langsung saja meremes2 toketnya dengan penuh napsu.

    Ayu bersandar di dadaku yang bidang. Aku kembali menciumi lehernya sementara kedua toketnya terus saja kuremes2, sehingga napsunya makin berkobar. Kemudian aku minta ayu berbalik sehingga kami duduk berhadapan. Ayu tak menunggu lama, aku segera mengecup bibirnya. Dibalas dengan ganas. Bibirnya kukulum, lidahnya menjalar didalam mulutku sementara tangannya segera turun mencari kontolku. Diusap2, terasa sekali kontolku sudah ngaceng berat, keras sekali. Segera ikat pinggangku dibuka, celanaku dibuka. Aku berdiri sehingga celana panjangku meluncur ke lantai. kontolku yang besar panjang itu nongol dari bagian atas CD ku yang mini. Kami segera bergelut. Aku terus meremas-remas toketnya sementara Ayu mengocok kontolku.

    “om keras banget, gede lagi”, katanya sambil jongkok didepanku, melepas cdku dan menciumi kontolku dan menghisap daerah sekelilingnya termasuk biji pelernya.
    “Aah Yu, kamu pinter banget bikin aku nikmat”, erangku.
    “aaaduuuuuhh. Yu..enak banget emutanmu”. kontolku dijilati seluruhnya kemudian dimasukkan ke mulutnya, dikulum dan diisep2. Kepalanya mengangguk2 mengeluar masukkan kontolku di mulutnya. Akhirnya aku gak tahan lagi. Ayu kubopong ke kamar.

    Ayu kubaringkan diranjang. Sambil terus meremas2 toketnya tanganku satunya nyelip ke balik cd bikininya yang g string itu. Otomatis pahanya mengangkang, sehingga aku dengan mudah mempermainkan jembutnya yang lebat.

    “Om, geli”, erangnya.
    “geli apa nikmat Yu”, tanyanya.
    “Dua2nya om, Ayu dientot dong om, udah kepengin banget nih”, katanya to the point.

    Tanganku menyusup ke punggungnya sambil mengecup bibirnya. Tali pengikat bra kutarik sehingga toketnya membusung menantang untuk diremas dan dikenyot pentilnya, tanpa penutup lagi. Ikatan CD bikini kutarik dengan mulutku sehingga lepaslah semua penutup tubuhnya yang minim.

    “Yu kamu napsuin banget deh”, kataku.

    Aku langsung saja menindihnya. penisku kuarahkan ke belahan memeknya yang sudah basah dan sedikit terbuka, lalu aku menekan kontolku sehingga kepala kontolku mulai menerobos masuk memeknya. Ayu mengerang keenakan sambil memeluk punggungku. Aku kembali menciumi bibirnya. Lidahnya menjulur masuk mulutku lagi dan segera kuisep2. sementara itu aku terus menekan pantatku pelan2 sehinggga kepala kontolku masuk memeknya makin dalam dan bless, kontolku sudah masuk setengahnya kedalam memeknya.

    “Aah, om nikmat banget om”, erangnya sambil mencengkeram punggungku.

    Kedua kakinya dilingkarkan di pinggangku sehingga penisku besarku langsung ambles semuanya di memeknya.

    “Om, ssh, enak om, terusin”, erangnya.

    Ayu menggeliat2 ketika aku mulai mengeluarmasukkan kontolku di memeknya. Ayu mengejang2kan memeknya meremes2 kontolku yang sedang keluar masuk itu.

    “Yu, nikmat banget empotan memek kamu, kamu masi muda gini dah pinter ngeladenin napsuku”, erangku.

    aku memeluknya dan kembali menciumi bibirnya, dengan menggebu2 bibirnya kulumat, Ayu mengiringi permainan bibirku dengan membalas mengulum bibirku. Terasa lidahnya menerobos masuk mulutku. Aku mengenjotkan kontolku keluar masuk makin cepat dan keras, Ayu menggeliatkan pinggulnya mengiringi keluar masuknya kontolku di memeknya. Setiap kali aku menancapkan kontolku dalam2 Ayu melenguh keenakan.

    Terasa banget kontolku menyesaki seluruh memeknya sampe kedalem. Karena lenguhannya aku makin bernapsu mengenjotkan kontolku. Gak bisa cepet2 karena kakinya masih melingkar dipinggangku, tapi cukuplah untuk menimbulkan rangsang nikmat di memeknya. Kenikmatan terus berlangsung selama aku terus mengenjotkan kontolku keluar masuk, akhirnya Ayu gak tahan lagi. Jepitan kakinya di pinggangku terlepas dan di kangkangkan lebar2. Posisi ini mempermudah gerakan kontolku keluar masuk memeknya dan rasanya masuk lebih dalam lagi. Tidak lama kemudian Ayu memeluk punggungku makin keras

    “Om, Ayu mau nyampe om”.
    “Kita bareng ya Yu”, kataku sambil mempercepat enjotanku.
    “Om, gak tahan lagi om, Ayu nyampe om,aakh”, jeritnya saking nikmatnya.

    Kakinya kembali melingkar di pinggangku sehingga kontolku nancep dalam sekali di memeknya. memeknya otomatis mengejang2 ketika Ayu nyampe sehingga bendungan pejuku bobol juga.

    “Akh Yu, aku ngecret Yu, akh”, aku mengerang sambil mengecretkan pejuku beberapa kali di memeknya.

    Dengan nafas yang terengah engah dan badan penuh dengan keringat, Ayu kupeluk sementara kontolku masih tetep nancep di memeknya. Ayu menikmati enaknya nyampe. Setelah gak ngos2an, aku mencabut kontolku dari memeknya.kontolku berlumuran lendir memeknya dan pejuku sendiri. Aku berbaring disebelahnya.

    “Yu, kamu nikmat banget deh kalo dientot. Kamu yang paling nikmat dari semua abg yang pernah aku entot”, kataku sambil mengelus2 pipiku.
    “Ayu mo kok tinggal sama om, biar om gak usah repot cari abg kalo pengen *******. Udah tersedia di rumah”, katanya sambil tersenyum. Aku diam saja.
    “Om, Ayu ngantuk dan cape”.
    “Ya udah, tidur ja Yu, besok kita tenmpur lagi”. Aku mematikan lampu dan tak lama kemudian kami dah terlelap diranjang yang kusut bertlanjang bulet.

    Hari sudah mulai terang ketika kami terbangun. Aku merasa lapar, ayu juga,

    “Om, Ayu laper om”, katanya.
    “Iya Yu, aku juga laper lagi nih, abis kerja keras sih”, jawabku.
    “Mandi dulu yuk” ajakku.

    Kami bercanda-canda di kamar mandi seperti anak kecil saling menggosok dan berebutan sabun, aku kemudian menarik tubuhnya merapat ke tubuhku. Aku duduk di toilet dan Ayu duduk dipangkuanku dan aku mengusap2 pahanya.

    “Kamu cantik sekali, Yu”, rayuku.

    Tanganku pindah ke bukit memeknya mempermainkan jembutnya yang lebat. Aku bisa melakukan itu karena ayu mengangkangkan pahanya. Tanganku terus menjalar ke atas ke pinggangnya.

    “geli om”, katanya ketika tanganku menggelitiki pinggangnya.

    Ayu menggeliat2 jadinya. Segera aku meremes2 toketnya.

    ”toket kamu besar ya Yu, kenceng lagi”, kataku.
    “om suka kan”, jawabnya.
    “ya Yu, aku suka sekali setiap inci dari tubuhmu”, jawabku sambil terus meremes2 toketnya. Aku kemudian mencium bibirnya. Akhirnya usailah kemesraan di kamar mandi. Kami saling mengeringkan badan, dengan masih bertelanjang bulet, aku menyiapkan sarapan buat kita ber 2. Indomi rasa presiden ja ya Yu”.

    “Ya abis iklannya indomi dipake ma capres kan”.
    “Bisa aja si om, boleh deh, Ayu suka kok apa aja, asal om yang sediain”.
    “Ih manjanya”. “Tapi om suka kan Ayu manja2 ma om”.
    “Suka banget Yu”.
    “ayu tinggal ma om ya, boleh ya om”.
    “Nanti om dituduh melarikan anak dibawah umur lagi ma ortu kamu, kan repot kalo dilaporkan polisi sgala. Ayu bole kok kapan aja mo nginep disini”. Ayu diem saja, kulihat ada raut kekecewaan diwajahnya.
    “Jangan kecewa dong sayang, aku buatin dulu ya indomi rasa presidennya”. Dia kembali tersenyum.

    Cantik sekali Ayu, wajahnya yang tanpa riasan sama sekali tampak cantik segar dan muda sekali. aku langung on lagi ngeliatnya. Segera aku menyiapkan sarapan.

    “Kamu mo minum apaan Yu, ada teh kopi atau susu. Kalo susu mah kamu dah punya ya, besar lagi”.
    “Oom”, katanya manja.

    Aku nyiapin tehm manis ja buat aku dan dia. Setelah indominya mateng, aku tambahin bawang goreng, sedikit kecap asin dan roiko penedap rasa.

    “Om enak banget indomi bikinan om, kalo dirumah bikinan pembokat gak seenak bikinan om”.
    “Kalo suka ya tambah lagi ya, nanti aku bikinin lagi”.
    “enggak lah om, ni kan ukuran jumbo, semangkok juga ayu dah kenyang”.
    “semalem kan ukuran jumbo yang masuk, dah kenyang juga”.
    “O kalo yang itu masi pengen berkali2 lagi”.
    “Haah, berkali2 lagi”.
    “Iya om, abis nikmat banget si, abis sarapan maen lagi ya om”. Luar biasa napsunya ni abg pikirku, ya gak apalah, malah aku bisa nikmati ayu terus2an.

    Di kamar, ayu sudah berbaring diranjang. kontolku yang belum diapa2in sudah ngaceng berat. Aku segera mengecup bibirnya, beralih ke lehernya dan kemudian turun ke toketnya. toketnya kuremes2, ayu terengah, napsunya berkobar lagi. pentilnya ku emut2 sambil meremas toketnya. Tanganku satunya menjalar kebawah, menerobos lebatnya jembutnya dan mengilik2 itilnya.

    “aakh om, pinter banget ngerangsang Ayu”, erangnya.

    Ayu mengangkangkan pahanya supaya kilikannya di itilnya makin terasa. Kilikan di itilnya membuat ayu makin liar. Tangannya mencari kontolku, diremes dan kepalanya dikocok2. Ayu bangkit. kontolku yang tegak berdiri dengan kerasnya. langsung diraih dan dijilati. Pertama cuma kepalanya yang dimasukkan ke mulutnya dan diemut2. Aku meraih pantatnya dan menarik ayu menelungkup diatasku. Aku mulai menjilati memeknya, ayu menggelinjang setiap kali aku mengecup bibir memeknya. Dengan kedua tangan, aku membuka memeknya pelan2, aku menjilati bagian dalam bibir memeknya. Ayu melepaskan emutannya di kontolku dan mengerang hebat,

    “om aakh”. Pantatnya menggelinjang sehingga mulutku melekat erat di memeknya.
    “Terus om aakh”, erangnya lagi.

    itilnya yang menjadi sasaran berikutnya, ayu makin mengerang keenakan. memeknya makin kebanjiran lendir yang terus merembes, soalnya ayu udah napsu banget. Cukup lama aku mengemut itilnya dan akhirnya

    “Om, Ayu nyampe om, aakh”, erangnya.
    “om nikmat banget deh, belum dientot udah nikmat begini om”. Ayu memutar badannya kesamping dan berbaring disebelahku.

    Aku mencium bibirnya. Kemudian ayu kunaiki, kutancapkan kontolku kememeknya dan kudorongnya masuk pelan2,

    “Om, enak, masukin semuanya om, teken lagi om, akh”, erangnya merasakan nikmatnya kontolku nancep lagi di memeknya.

    Aku mengenjotkan kontolku keluar masuk, ketika sudah nancep kira2 separonya, aku menggentakkan pantatku kebawah sehingga langsung aja kontolku ambles semuanya di memeknya.

    “Om, aakh”, erangnya penuh nikmat.

    aku mengenjotkan kontolku keluar masuk makin cepet, sambil menciumi bibirnya sampe akhirnya,

    “Om, Ayu nyampe lagi om, ooh”, ayu mengejang2 saking nikmatnya. memeknya otomatis ikut mengejang2. Aku meringis2 keenakan karena kontolku diremes2 memeknya dengan keras, tapi aku masih perkasa.

    Kemudian aku mencabut kontolku dan minta ayu nungging. Aku menciumi kedua bongkahan pantatnya, dengan gemas aku menjilati dan mengusapi pantatnya. Mulutku terus merambat ke selangkangannya. Ayu mendesis merasakan sensasi waktu lidahku menyapu naik dari memeknya ke arah pantatnya. Kedua jariku membuka bibir memeknya dan aku menjulurkan lidah menjilati bagian dalem memeknya. Ayu makin mendesah gak karuan, tubuhnya menggelinjang. Ditengah kenikmatan itu, aku dengan cepat mengganti lidah dengan kontolku. Ayu menahan napas sambil menggigit bibir ketika ****** besarku kembali nancep di memeknya.

    “Om”, erangnya ketika akhirnya kontolku ambles semuanya di memeknya.

    Aku mulai mengenjotkan kontolku keluar masuk, mula2 pelan, makin lama makin cepat dan keras. Ayu kembali mendesah2 saking enaknya. toketnya kuremes2 dari belakang, tapi enjotan kontolku jalan terus. Ditengah kenikmatan, aku mengganti posisi lagi, aku duduk di kursi dan ayu duduk dipangkuanku membelakangiku. kontolku sudah nancep semuanya lagi di memeknya. Ayu menolehkan kepalanya sehingga aku langsung melumat bibirnya. Ayu semakin cepat menaik turunkan badannya sambil terus ciuman dengan liar.

    Aku gak bosen2nya ngeremes toketnya. Pentilnya yang sudah keras itu kuplintir2. Gerakannya makin liar saja, ayu makin tak terkendali menggerakkan badannya, digerakkannya badannya turun naik sekuat tenaga sehingga kontolku nancep dalem banget. “Om Ayu dah mau nyampe lagi om, aduh om, enak banget”, erangnya. Tau ayu udah mau nyampe, aku mengangkat badannya dari pangkuanku sehingga kontolku yang masih perkasa lepas dari memeknya. “Kok brenti om”, tanyanya protes.

    Ayu kutelentangkan lagi diranjang, aku naiki dia dan kembali kutancepkannya kontolku kedalam memeknya. Dengan sekali enjot, kontolku sudah ambles semuanya. Aku mulai mengenjotkan kontolku keluar masuk dengan cepat. memeknya mulai berkontraksi, mengejan, meremes2 kontolku, tandanya ayu dah hampir nyampe. Aku makin gencar mengenjotkan kontolku, dan

    “Om, Ayu nyampe om, akh”, jeritnya.

    Akupun merasakan remesan memeknya karena nyampe. enjotanku makin cepat saja sehingga akhirnya,

    “Yu…” aku berteriak menyebut namanya dan pejuku ngecret dengan derasnya di memeknya.
    “Om, nikmat banget ya, lagi ya om”, tanyanya.
    “istirahat dulu ya Yu, kamu kok gak puas2 si, aku cape juga nih nggelutin kamu”, jawabku.

    Aku mencabut kontolku dan terkapar disebelahnya. Tak lama kemudian aku kembali terlelap karena lemes dan nikmat.

    Aku terbangun, dah ampir tengah hari. kulihat Ayu masi terkapar dengan lelapnya. Toketnya yang membusung bergerak turun naik seiring dengan tarikan napasnya. Kkinya pada posisi mengangkang sehingga memeknya terkuak diantara kerimbunan jembutnya. Memek yang barusan memberikan kenikmatan tak terhingga bagiku karena jepitan pada kontolku. Memandangi tubuhnya pada posisi menantang seperti itu, napsuku naik lagi, kontolku kembali mulai mengeras. Ayu masih terbaring di ranjang. aku mandi membersihkan diriku, selesai mandi kulihat ayu dah terbangun.

    “enak banget tidurnya Yu”.
    “Ayu cape banget om, om kok mandi gak ajak2 Ayu”.
    “Abis bobonya pules banget, jadi aku gak bangunin kamu. Dah siang ni, mo cari makan gak, aku laper”.
    “Ayu juga laper om, mi presidennya dah abis buat maen tadi pagi, kudu diisi batere baru ni, pasti om masi mau maen ma Ayu lagi kan”.
    “Tau aja kamu, dah mandi sana”.
    “Ayu gak bawa ganti om, masak pake baju yang semalem”.
    “Mo pake bajuku, kegedean gak”. Ayu tubuhnya imut, sehingga kalo pake pakeanku pastinya lah kedodoran.
    “Gini deh, abis mandi ya terpaksa kamu pake lagi baju itu. Aku anter kamu pulang buat tuker baju, baru kita pergi cari makan”.
    “Ayu tapi masi mo disini om”.
    “Boleh, kamu boleh ja disini selama kamu mau, tapi kan kamu gak mo pake baju yang semalem”. Ayu segera masuk kamar mandi membersihkan diri, selesai mandi dia mengenakan pakean yang semalem, kulihat dalemannya cuma dimasukkan kantong plastik.
    “Yu om, buruan, gatel2 ni, pake baju yang esemalem”. Rumah Ayu gak jauh dari apartmentku.
    “Om, brentinya jauhan dari rumah ya, ntar keliahatan ma pembantu lagi Ayu om anter pulang”. Aku berhenti dibawah pohon rindang, Ayu segera menenteng kantong plastik yang berisi dalemannya menuju rumahnya.

    Cukup lama aku menunggunya, dia keluar lagi cuma bercelana pendek dan memakai tanktop. toketnya yang membusung nampak sangat menonjol. Aku dah pengen menggemasi toketnya itu.

    “Kamu tu seksi sekali deh Yu, pake apa aja tetep aja seksi dan cantik”.
    “Kalo gak pake apa2?”
    “Wah lebi lagi, merangsang. Kamu mo makan apa?”.
    “Terserah om aja, abis makan Ayu om makan lagi kan”.
    “So pasti lah, kam kata kamu kita mo isis bensin buat ronde berikutnya”. aku menuju ke mal yang terdekat dari tempat itu. Kit puter2 saja disana mencari makan.
    “Yu kamu mo aku beliin pakean?”
    “Gak ah om, pakean Ayu dah selemari dirumah”. Akhirnya aku mengajak Ayu makan pasta di satu resto pasta Itali. Ayu doyan banget makan pasta, dia makan semua yang aku pesan dengan lahapnya.
    “Wah ngisi bensinnya banyak banget Yu”.
    “Biar siap om kerjain lagi”. Pulang makan, ayu berbaring diranjang dan aku duduk disebelahnya.
    “Yu, aku dah napsu lagi liat badan kamu”, kataku.

    Langsung Ayu melirik daerah kontolku, kelihatan sekali sudah mulai ngaceng karena kelihatan menggelembung. Aku mengelus2 punggungnya, terus tanganku pindah mengelus pahanya, merayap makin dalam sehingga menggosok memeknya dari luar celana pendeknya.

    “Gak berasa om, lepasin dong pakean Ayu”. Aku membuka kancing celana pendeknya dan kulorotkan, Ayu membantu dengan mengangkat pantatnya keatas.

    Ayu mengangkangkan pahanya sehingga jariku menggosok2 belahan memeknya dari luar cd.

    “Ssh om”, erangnya. terus saja aku mengelus belahan memeknya dari luar cd nya.

    Aku mulai menjilati pahanya, jilatanku perlahan menjalar ketengah. Ayu hanya dapat mencengkram sprei ketika merasakan lidahku yang tebal dan kasar itu menyusup ke pinggir cd nya yang kusingkirkan dengan jari, lalu menyentuh bibir memeknya. Bukan hanya bibir memeknya yang kujilati, tapi lidahku juga masuk ke liang memeknya. Aku terus mengelus paha dan pantatnya mempercepat naiknya napsunya. Sesaat kemudian, aku melepas cd nya. Kembali terpampang dengan jelas .memeknya yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi.

    Aku mendekap tubuhnya dari belakang dalam posisi berbaring menyamping. Dengan lembut aku membelai permukaannya yang ditumbuhi jembut yang lebat. Sementara tanganku yang satunya mulai naik ke toketnya, menyusup ke dalam tanktopnya, kemudian kebalik branya kemudian meremas toketnya dengan gemas.

    “Yu, toket kamu besar dan keras. Jembut kamu lebat sekali, gak heran napsu kamu besar ya” kataku dekat telinganya sehingga deru nafasku menggelitik.

    Ayu hanya terdiam dan meresapi dalam-dalam elusan-elusan pada daerah sensitifnya. Aku makin getol, jari-jariku kini bukan hanya mengelus memeknya tapi juga mulai mengorek-ngoreknya, tanktop dan branya dah kulepas sehingga aku dapat melihat jelas toketnya dengan pentil yang sudah mengeras. Tak lama kemudian cd nya pun menyusul kulepaskan, ayu dah tlanjang bulet siap menampung kontolku lagi didalem memeknya. Ayu merasakan ****** keras di balik celanaku yang kugesek-gesek pada pantatnya. Aku sangat bernafsu melihat toketnya yang montok itu, aku meremas-remas dan terkadang memilin-milin pentilnya.

    Ketika aku menciumi lehernya, nafasku sudah memburu, bulu kuduknya merinding waktu lidahku menyapu kulit lehernya disertai kecupan. Ayu hanya bisa meresponnya dengan mendesah dan merintih, bahkan menjerit pendek waktu remasanku pada toketnya mengencang atau jariku mengebor memeknya lebih dalam. Kecupanku bergerak naik menuju mulutnya meninggalkan jejak berupa air liur dan bekas gigitan di permukaan kulit yang dilalui. Bibirku akhirnya bertemu dengan bibirnya menyumbat erangannya, aku menciuminya dengan gemas. Aku bergerak lebih cepat dan melumat bibirnya. Mulutnya mulai terbuka membiarkan lidahku masuk, aku menyapu langit-langit mulutnya dan menggelitik lidahnya dengan lidahku sehingga lidahnya pun turut beradu dengan lidahku. Kami larut dalam birahi, aku memainkan lidahku di dalam mulutnya.

    Setelah puas berciuman, aku melepaskan dekapannya dan melepas pakeanku. Maka menyembullah kontolku yang sudah ngaceng dari tadi. Ayu tetep saja melihat takjub pada kontolku yang begitu besar dan berurat,

    “Om, Ayubelum pernah melihat penis sebesar dan sepanjang penis om”. Ayupun pelan-pelan meraih kontolku, tangannya tak muat menggenggamnya.
    “Ayo Yu, emutin kontolku” kataku. Kubimbing kontolku dalam genggamanku ke mulutnya. ayu terus memasukkan lebih dalam ke mulutnya lalu mulai memaju-mundurkan kepalanya.

    Selain mengemut Ayu mengocok ataupun memijati biji pelirnya.

    “Uaahh.. ennakk banget, kamu udah pengalaman yah” ceracauku menikmati emutannya, sementara tanganku yang bercokol di toketnya sedang asyik memelintir dan memencet pentilnya.

    Tangan kananku tetap saja mempermainkan memek dan itilnya. Ayu menggelinjang gak karuan, tapi kontolku tetap saja diemutnya. Ayu hanya bisa melenguh tidak jelas karena mulutnya penuh dengan kontolku yang besar.

    “Yu, kita mulai aja ya. Aku udah gak tahan nih pengen menikmati memek kamu lagi”, kataku.

    Aku menelentangkan Ayu, aku mengambil posisi ditengah kangkangannya, kontolku yang besar dan keras kuarahkan ke memeknya yang sudah makin basah. Ayu menggeliat2 ketika merasakan betapa besarnya penisku yang menerobos masuk memeknya pelan2. memeknya berkontraksi kemasukan penis gede itu.

    “Yu, memek kamu peret banget”, kataku sambil terus menekan masuk kontolku pelan2.
    “abis penis om besar sekali. Memek Ayu baru sekarang kemasukan yang sebesar penis om, masukin terus om, nikmaat banget deh rasanya”, jawabnya sambil terus menggeliat.

    Setengah kontolku telah masuk. Dan satu sentakan berikutnya, seluruh kontolku telah ada di dalam memeknya. Ayu hanya memejamkan mata dan menengadahkan muka saja karena sedang mengalami kenikmatan tiada tara. Aku mulai mengenjotkan kontolku keluar masuk dengan pelan, makin lama makin cepat karena enjotannya makin lancar. Terasa memeknya mengencang meremas kontolku, nikmat banget deh. Tangankua mulai bergerilya ke arah toketnya. toketnya kuremas perlahan, seirama dengan enjotan kontolku di memeknya. Ayu hanya menoleh ke kanan dan ke kiri, Pinggulnya mengikuti goyangan pinggulku.

    kontolku terus saja kukeluar masukkan mengisi seluruh relung memeknya. Sambil mengenjotkan kontolku, aku mengemut pentilnya yang keras dengan lembut.Kumainkan pentil kanan dengan lidahku, namun seluruh permukaan bibirku membentuk huruf O dan melekat di toketnya. Ini semua membuat ayu mendesah lepas, tak tertahan lagi. Aku mulai mempercepat enjotannya. Ayu makin sering menegang, dan merintih, “Ah… ah…” Dalam enjotannya yang begitu cepat dan intens, ayu menjambak rambutku,

    “Aaahhh om, Ayu nyampee,” lenguhan panjang dan dalam keluar dari mulutnya. Ayu udah nyampe.

    Tangannya yang menjambak rambutku itu pun terkulai lemas. Aku makin intens mengenjotkan kontolku. Bibirnya yang tak bisa menutup karena menahan kenikmatan itu pun kulumat, dan ayu membalasnya dengan lumatan juga. Kami saling berpagut mesra sambil bergoyang. Tangan kananku tetap berada ditoketnya, meremas-remas, dan sesekali mempermainkan pentilnya. Terasa memeknya mencengkeram penis gedeku.

    “Uhhh,” aku mengejang.

    Satu pelukan erat, dan sentakan keras, kontolku menghujam keras ke dalam memeknya, mengiringi muncratnya pejuku. Tepat saat itu juga ayu memelukku erat sekali, mengejang, dan menjerit,

    “Aahhh”. Kemudian pelukannya melemas. Ayu nyampe untuk kedua kalinya, namun kali ini berbarengan dengan ngecretnya pejuku.

    Setelah dengusan napas mereda, aku mencabut kontolku dari memeknya dan terkapar disebelahnya.
    “om, penis om lemes aja udah gede, gak heran kalo ngaceng jadi gede banget. Bener kata temen Ayu, makin gede penis yang masuk, makin nikmat rasanya”, katanya.
    “memangnya penis cowok kamu kecil ya Yu”, tanyanya.
    “Gede sih om, tapi gak segede penis om, tapi nikmat banget deh”, jawabnya sambil menguap.

    Tak lama kemudian ayu kembali terlelap. Ayu terbangun karena hpnya bunyi, sms dari Ana rupanya, ngingetin kalo mereka akan kumpul malem ini untuk blajar bersama.

    “Dari sapa Yu”.
    “Ana om, ngingetin buat blajar bersama di tempat Ana malem ini. Udahan deh nikmatnya ya om, kapan Ayu ngerasain nikmat kaya gini lagi om”.
    “Kapan aja kamu mau, aku siap kok Yu, aku juga nikmat banget deh ngentotin kamu. Kamu yang paling nikmat dari semua abg yang pernah aku entotin”. Ayu bangkit dari ranjang menuju kamar mandi.

    Gak lama kemudian dia sudah keluar dari kamar mandi dan giliranku untuk membersihkan diri. Setelah rapi berpakaian, aku mengantarkan Ayu kembali ke rumahnya, Ayu mengambil buku2 yang diperlukan untuk belajar bersama, aku mengantarkannya ke tempat Ana.

    “Om, nanti jam 9an jemput Ayu lagi ya, Ayu masi pengen ngerasain nikmat ma om lagi, bole ya om”. Wah hebat banget ni akak, gak ada puasnya.
    “Ya deh, nanti aku tunggu kamu disini ya, aku sms kamu deh kalo dah sampe”.
    “Nanti Ayu sms om juga deh kalo dah mo selesai blajarnya, biar om gak nunggu kelamaan. Kalo dah malem kan jalannya gak macet om ke tempat Ana”.

    Jam 9, aku dah standbye deket tempatnya ana, ayu dah sms aku beberapa waktu yang lalu ngasi tau bahwa dia dah selesai blajarnya. Aku mengajak ayu ke pantai, menikmati udara laut yang segar. Bosen kalo ditempatku terus.

    “Kamu dah makan Yu”.
    “Udah om, om dah makan”.
    “Ya udah dong sayang”.
    “Ih om mulai deh nggombalin Ayu, pake sayang2an segala. Kok kita kesini si om, Ayu kan pengen ngerasain nikmat lagi ma om”.
    “Bosen ditempatku terus Yu, kita ke motel aja yuk, deket sini ada kok”. Aku langsung mengrahkan mobil menuju ke motel.

    Mobil masuk garasi dan petugas menutup rolling doornya. Aku menggandeng Ayu naik ke lantai 2. Gak lama kemudian petugas menagih biaya kamar, aku membereskannya. Ayu heran melihay banyaknya kaca sekeliling ruang dan dilangit2.

    “Buat apa kaca sebanyak ini om”.
    “Kan sensasinya beda Yu, lagi maen sembari melihat kita yang lagi maen”. Ayu membuka pakaiannya dan hanya mengenakan daleman yang tipis berbaring diranjang, akupun segera melepas pakaianku meninggalkan cd nya saja dan berbaring disebelahnya.

    kemudian aku mulai meremas-remas pantatnya dengan gemas. setelah itu tanganku mulai menyusup ke dalam cdnya dan meremas kembali pantatnya dari dalam. Kemudian, aku mengangkat satu kakinya dan menahannya selagi tanganku satunya meraih memeknya.

    “Ohh.. om,” rintihnya.

    Jariku dengan lincah menggosok-gosok lubang memeknya yang mulai basah. Nafasnya juga mulai cepat dan berat. Aku membuka cdnya dan membuka lebar-lebar pahanya sehingga memeknya terpampang lebar untuk dijelajahi oleh tanganku. dengan sigap tanganku kembali meraih memeknya dan meremasnya. Aku menjilati telinganya ketika tanganku mulai bermain diitilnya. Napsunya sudah tak tertahankan lagi. Ayu mulai mendesah-desah tak keruan. Jilatan maut di telinganya menambah nafsunya. Aku terus menekan-nekan itilnya dari atas ke bawah. ayu meracau tak karuan. “Ahh.. Shh.. om” desahnya bernafsu.

    Jariku dengan lihai mengggosok-gosok dan menekan itilnya dengan berirama. desahannya berubah menjadi rintihan kenikmatan. Tak sampai 15 menit kemudian, ayu nyampe.

    “om, nikmat banget, belum dientot saja sudah nikmat,” desahnya, tangannya meremas tanganku yang sedang bermain di itilnya dengan bernafsu.

    Aku merentangkan kedua pahanya. Kujilat bibir memeknya, rasa menggelitik yang luar biasa menyerang tubuh Ayu. Jilatanku menjalar ke itilnya, kugigit lembut itilnya yang kian merangsang napsunya. Ayu melenguh keras disertai jeritan-jeritan kenikmatan yang seakan menyuruh aku untuk terus dan tak berhenti. Melihat reaksinya, aku terus menggesekan jariku di liang memeknya yang sudah membanjir. Tak kuasa menahan nikmat, ayu pun mendesah keras terus-menerus. Ayu meracau tidak beraturan. Kemudian memeknya mengeluarkan cairan deras bening, ayu nyampe untuk kedua kalinya.

    “om, ooh”, lenguhnya.

    Aku membuka branya dan meremas toketnya dengan sangat keras. Ayu melenguh sakit, kemudian pentilnya yang menjadi sasaran berikutnya, kupilin dan kucubit pelan. Napsunya kembali berkobar, memeknya kembali membasah,

    “om, entotin Ayu sekarang, Ayu udah napsu banget om”, erangnya. Akupun mencopot cdku, penis besarku sudah ngaceng berat mengangguk2. Aku menggesekkan kepala kontolku ke bibir memeknya yang sudah basah. Ayu merasakan sensasi lebih daripada jilatan lidahku di memeknya sebelumnya hingga Ayu merintih keras saking nikmatnya.

    “Ahh! om.. Ohh.. Entotin Ayu” racaunya.

    Dengan perlahan aku memasukkan kepala penis ke dalam memeknya, segera aku menyodok-nyodok kontolku dengan kuat dan keras di memeknya. Rasanya nikmat sekali. Aku mendesah terus-menerus karena kerapatan dan betapa enaknya memeknya. kontolku yang panjang dan besar terasa menyodok bagian terdalam memeknya hingga membuatnya nyampe lagi. “om, Ayu nyampe om, aakh nikmatnya”, erangnya.

    Kemudian aku membalikkan badannya yang telah lemas dan menusukkan kontolku ke dalam memeknya dari belakang. Posisi doggie ini lebih nikmat karena terasa lebih menggosok dinding memeknya yang masih sensitif. Akhirnya setelah menggenjotnya selama setengah jam, aku ngecret didalam memeknya. Pejuku terasa dengan kuat menyemprot dinding memeknya. aku menjerit-jerit nikmat dan badanku mengejang-ngejang. Aku dengan kuat meremas toketnya dan menarik-narik pentilnya. Setelah reda, aku berbaring di sebelahnya dan menjilati pentilnya. Pentilnya kusedot-sedot dengan gemas. Aku ingin membuatnya nyampe lagi.

    Tanganku kembali menjelajahi memeknya, namun kali ini jariku masuk ke dalam memeknya. Aku menekan-nekan dinding memeknya. Ketika sampai pada suatu titik, badannya mengejang nikmat dan aku kembali menggosok-gosok daerah rawan itu dan menekannya terus menerus. itulah G-Spot. Ayu tidak bertahan lama dan akhirnya nyampe lagi untuk kesekian kalinya. Badannya mengejang dan memeknya kembali berlendir.

    “om nikmat banget deh malem ini”, katanya.
    “Masi mo lagi kan sayang”. “Kalo om masi kuat ya mau aja”.

    Aku mencium bibirnya. ayu menyambut ciumankua dengan napsu juga, bukan cuma bibir yang main, lidah dan ludah pun saling belit dan campur baur dengan liarnya. Sebelah kakinya ngelingker di pinggulku supaya lebih mepet lagi. Tanganku mulai main, menjalari pahanya. Tanganku terus menjalar sampai menyentuh celah di pangkal pahanya. memeknya kugelitik-gelitik. Ayu menggelepar merasakan jari-jariku yang nakal. Bibir kulepas dari bibirnya.

    “Hmmhhh…enak, om.” jeritnya. jari-jariku tambah nakal, menusuk lubang memeknya yang sudah berlendir dan mengocoknya. Ayu tambah menjerit-jerit.
    “om…hhh…masukkin penisnya om, Ayu udah nggak tahan..hhhh…hhh…” Aku segera memposisikan diatasmya yang sudah telentang mengangkang. kontolku ditancapkan ke memeknya, ayu melenguh keenakan,
    “om penis om nikmat banget deh”. penis kudorong lagi sampai mentok.
    “Om..oohhh..nikmatnya” jeritnya. penisku kukocok keluar masuk memeknya.

    ayu mulai mengejang-ngejang lagi dan bibirnya tak henti-henti menyuarakan kenikmatan. Kurang lebih dua puluh menitan akhirnya aku ngecret. Ugh, rasanya enak bener. pejuku berhamburan keluar, bermuncratan dan menembak-nembak didalam memeknya. Ayu sendiri sudah beberapa kali nyampe sampe memeknya mengejang-ngejang keenakan. Lendir dari memeknya membanjir…meleber di paha, betis dan pantatnya. Ayu menggeletak lemas. Aku dan dia sama-sama mandi keringat. Nafasnya terengah-engah tak beraturan. dia merebahkan badannya di sampingku.

    “Om, dah waktunya pulang, sedih ya, tapi Ayu besok mesti sekolah lagi, pengen nangis deh om”.
    “Jangan nangis sayang, masi banyak waktu laen kok buat kita berdua”, aku menenangkan diri.

    Setelah bebersih, kita meninggalkan motel dan aku mengantarkan Ayu pulang. Luar biasa hari ini, lemes rasanya aku nggelutin Ayu seharian, tapi nikmatnya top markotop.

  • Cerita Sex Murid Nakal 2 Sekali

    Cerita Sex Murid Nakal 2 Sekali


    1682 views

    Perawanku – Esok harinya, aku pun terbangun dalam keadaan galau. Semalaman aku mencoba tidur, namun di kepalaku
    selalu terbayang kejadian kemarin sore di rumah bu Diana. Akibatnya, bisa ditebak, aku benar-benar
    merasa amat letih dan lesu.

    Aku pun mencoba menyetel lagu yang kemarin diberikan Reza padaku untuk mempercerah suasana. Aku lalu
    membuka handphoneku untuk mendengarkan lagu. Tapi aku tidak menemukan satupun file musik baru di
    handphoneku, malahan, lagu-lagu koleksiku banyak yang terhapus.

    Penasaran, aku pun memeriksa isi handphoneku. Sekarang, di bagian video, malah ada sebuah video yang
    berukuran ekstra besar. Penasaran dengan video di handphoneku, aku pun mulai memutar video itu.

    Astaga! Aku benar-benar terkejut setengah mati saat melihat diriku yang sedang memamerkan celana dalam
    di hadapan Reza terekam di video itu dan bagaimana Reza memainkan jari-jarinya di vaginaku juga
    terlihat dengan amat jelas dari arah samping. Saat itulah aku baru ingat bahwa saat aku memamerkan
    selangkanganku, sebuah handycam milik Reza tergeletak di ranjangnya yang ada disamping meja
    belajarnya. Berarti, Reza secara diam-diam berhasil merekam adegan mesumku!

    Tidak terbayang bagaimana perasaanku saat itu. Rasa letih dan lesu yang menyerangku dari pagi kini
    ditambah dengan perasaan cemas dan takut kalau video itu disebarluaskan, apalagi wajahku tampak jelas
    di video itu.

    Aku bingung, apa yang harus kulakukan? Bagaimana apabila video itu sudah disebarluaskan? Aku pasti
    diberhentikan dari universitas. Parahnya lagi, aku pasti akan dianggap sebagai perempuan rendahan oleh
    masyarakat.

    Bagaimana caraku menjelaskan pada keluargaku tentang video itu? Bayangan-bayangan itu terus berkecamuk
    didalam pikiranku selama seharian penuh.

    Walaupun begitu, sore harinya aku kembali berangkat menuju rumah bu Diana untuk mengajari Reza. Saat
    aku datang, bu Diana masih belum pulang karena harus menyelesaikan proyek di studionya. Aku pun segera
    menemui Reza untuk menyelesaikan masalah ini. Kebetulan, Reza yang membukakan pintu untukku. Seolah ia
    sudah lama menunggu kedatanganku.  Agen Judi Bola

    “Halo, Kak Linda. Bagaimana, video klip lagunya bagus tidak?” tanyanya dengan nada mengejek.

    “Reza, kenapa kamu sejahat itu dengan kakak?! Buat apa kamu merekam video beginian sih?! Belum cukup
    kamu mempermainkan kakak kemarin?!!” jawabku dengan perasaan kesal bercampur cemas.

    “Waah, kenapa Reza dibilang mempermainkan kakak? Bukannya kemarin kakak terlihat nyaman saat aku
    layani?” Mata Reza tampak semakin merendahkanku.

    “Sudahlah! Mana videonya? Cepat berikan ke kakak!!” perintahku.

    “Tenang saja kak, videonya Reza simpan dengan baik kok. Jadi kakak tenang saja!” Aku mengepalkan
    tanganku, menahan berbagai macam emosi yang bergejolak didalam hatiku.

    Nyaris aku kembali menangis karena rasa cemas yang semakin kuat mencengkeram diriku, namun aku
    berusaha mengendalikan diri. Aku sadar aku tidak bisa mengambil jalan kekerasan untuk menghadapi Reza,
    karena malah akan membuat masalahku tambah runyam.

    “Oh iya, Reza juga belum memperlihatkan videonya ke orang lain. Waah, sayang sekali ya kak? Padahal
    videonya bagus kan?” lanjutnya.

    Mendengar pernyataan Reza itu, aku merasa melihat secercah cahaya dan harapanku sedikit pulih. Namun
    masih saja aku merasa tegang dan cemas. Aku pun berusaha membujuk Reza untuk menyerahkan video itu
    padaku.

    “Reza, kakak mohon… berikan video itu ke kakak, ya? Tolong jangan sakiti kakak lagi…” aku memohon
    meminta belas kasihan pada Reza.

    “Hmm… kalau begitu, kakak harus mau menuruti perintahku lagi, aku berjanji akan memberikan videonya ke
    kakak.”

    “Kakak mohon, Reza… Jangan lagi…” air mataku kembali mengucur saat mendengar syarat yang diajukan
    Reza.

    Berarti aku harus kembali merendahkan diriku dihadapannya.

    Iklan Sponsor :

    “Kakak mau atau tidak?! Kalau tidak, ya sudah! Kakak bisa melihat videonya di internet besok pagi.”
    Ketusnya tanpa menghiraukan perasaanku.

    Aku pun tidak punya pilihan lain, selain menuruti kemauan Reza. Tampaknya percuma saja aku berusaha
    meminta belas kasihan anak ini.

    Yang ada di pikirannya saat ini pasti hanyalah keinginan untuk mempermainkan diriku sekali lagi.
    Terpaksa aku harus melayani permintaannya lagi agar video itu kudapatkan.

    “Baiklah, kakak mengerti… Kakak akan menuruti perintahmu, tapi kamu harus berjanji akan memberikan
    video itu ke kakak!” jawabku memberi persetujuan.

    “Beres, Kak!” Kali ini Reza tampak girang sekali saat mendengar kalimat persetujuanku itu.

    “Nah, sekarang apa yang kamu mau?!” Tanyaku tidak sabaran

    “Tunggu sebentar dong Kak… Jangan buru-buru! Kalau sekarang pasti cuma sebentar karena Mami sebentar
    lagi pulang.”

    “Lalu, kamu maunya kapan?”

    “Nah, kebetulan 2 hari lagi Mami akan berangkat ke luar negeri, soalnya Mami akan memperagakan busana
    pengantin buatannya di pameran.”

    “Lalu kenapa?”

    “Kebetulan minggu depan ada ulangan yang penting, jadi aku boleh tinggal di rumah ini sampai mami
    pulang. Selama itu, aku mau kakak untuk tinggal bersamaku di rumah, sambil mengajariku! Bagaimana?
    Kita bisa bersenang-senang sampai puas kan, Kak?”

    “Memangnya sampai kapan bu Diana ada di luar negeri?” tanyaku kembali.

    Iklan Sponsor :

    “Yaah, karena Mami juga mau ketemu Papi di Jerman, makanya Mami tinggal di sana selama 2 minggu.”

    “Tapi apa bu Diana akan mengizinkan kakak untuk tinggal disini?”

    “Tenang saja, kak! Biar nanti Reza yang bicara dengan Mami.” Ujarnya meyakinkanku.

    Aku menghela nafas sejenak sambil berpikir menimbang-nimbang permintaan Reza. Sebenarnya aku tidak
    begitu rugi apabila aku menginap di rumah bu Diana. Aku bisa menghemat uang kosku selama setengah
    bulan kalau aku menginap di rumah bu Diana.

    Cerita Sex Murid Nakal 2 Sekali

    Cerita Sex Murid Nakal 2 Sekali

    Lagipula aku akan lebih bisa mengawasi Reza untuk belajar menghadapi ujian semesternya yang kian
    mendekat, dengan begitu, aku bisa mendapat kesempatan untuk mengamankan pekerjaanku. Sebenarnya yang
    perlu kulakukan hanyalah memastikan kalau Reza tidak “mengerjaiku” lebih parah dari kemarin.

    “Baiklah, kakak setuju. Tapi kamu juga harus berjanji, kamu harus belajar yang rajin selama kakak
    tinggal di rumahmu.” Anggukku sambil memberinya penawaran.

    “Berees, kak! Asal kakak mau menurutiku selama itu, aku pasti belajar!” jawabnya dengan bersemangat.

    “Iya, iya…” balasku dengan perasaan agak lega.

    Kami lalu segera beranjak ke kamar Reza dan aku pun mulai mengajarinya. Tapi hari ini ada yang berbeda
    dari Reza.

    Ia tampak lebih serius dan bersemangat dalam menyimak penjelasanku. Kurasa dia sudah cukup senang saat
    mendengar aku akan menginap di rumahnya 2 hari lagi. Tak lama kemudian, kudengar suara bu Diana di
    lantai bawah.

    “Nah, Mami sudah pulang! Kakak tunggu sebentar ya! Aku mau bicara dulu dengan Mami!” Reza segera
    beranjak dari kursinya dan keluar dari kamarnya tanpa menghiraukanku.

    Sayup-sayup kudengar suara percakapan Reza dengan bu Diana, namun aku tidak dapat mendengar dengan
    jelas apa yang mereka katakan. Sambil menunggu Reza, aku mempersiapkan soal-soal latihan yang akan
    kuberikan untuknya nanti. Sekitar 5 menit kemudian, Reza kembali ke kamarnya bersama bu Diana.

    “Halo, Linda. Reza meminta saya untuk mengizinkanmu tinggal di rumah ini selama saya tidak dirumah.”

    “Eh? I… iya, bu Diana! Reza memberitahu saya kalau ia ingin mendapat les tambahan dari saya selama bu
    Diana tidak dirumah… Katanya… untuk persiapan ujian semester…” ujarku dengan agak gugup.

    Iklan Sponsor :

    “Wah, kebetulan sekali kalau begitu! Soalnya tante Reza juga akan ikut ke Jerman. Makanya tadi saya
    sempat mengajak Reza untuk ikut. Tapi karena ada ulangannya yang penting, Saya jadi ragu-ragu.”

    “Jadi?” tanyaku “Kalau kamu mau, Saya memperbolehkan kamu tinggal disini selama saya tidak dirumah.
    Tapi saya juga meminta kamu untuk mengurus Reza selama itu. Sebagai gantinya, saya akan berikan
    tambahan bonus untukmu di akhir bulan ini. Bagaimana?” Jawab bu Diana memberikan tawaran.

    “Baik, bu Diana. Saya setuju!” anggukku sambil tersenyum.

    Sekarang aku mendapat tambahan keuntungan dengan menerima tawaran Reza. Dengan bonus yang disediakan
    bu Diana dan penghematan uang kosku selama setengah bulan, aku bisa menambah uang tabunganku sekaligus
    membiayai sebagian keperluanku bulan depan.

    “Baguslah! Kalau begitu, Linda, tolong kamu siapkan barang-barangmu yang akan kamu bawa untuk tinggal
    disini. Lusa nanti saya akan menjemputmu sebelum kamu mengajar Reza.” Ujar bu Diana.
    “Iya, bu Diana!” aku mengiyakan permintaan bu Diana.

    Setelah menyelesaikan tugasku hari itu, aku segera bergegas pulang untuk mulai mengemas barang-
    barangku. Untunglah aku tidak memiliki banyak barang selain pakaian dan perlengkapan-perlengkapan
    kecil milikku.

    Aku juga memberitahu pemilik rumah kosku bahwa aku akan pindah selama setengah bulan. Syukurlah mereka
    mau mengerti dan bersedia menyimpankan kamar bagiku apabila aku kembali. 2 hari kemudian, bu Diana dan
    Reza pun datang menjemputku sebelum aku mengajar Reza. Aku lalu diantar ke rumah mereka. Aku diizinkan
    untuk tidur di kamar tamu di lantai bawah.

    Malam harinya, aku diberitahu bu Diana tugas-tugasku di rumah itu selama bu Diana di luar negeri. Aku
    diminta untuk mengerjakan beberapa pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci dan membersihkan
    rumah.

    Aku sudah terbiasa memasak dan mencuci sendiri sejak kecil, maka tugas ini tidak lagi sesulit yang
    kubayangkan. Lagipula untuk keperluan sehari-hari, bu Diana sudah menyuruh anak buahnya untuk
    mengantar bahan makanan dan supir studio untuk mengantar-jemput kami. Apabila ada hal lainnya yang
    diperlukan, aku hanya perlu menelepon studio untuk meminta bantuan mereka.

    Esok harinya, bu Diana sudah berangkat saat aku pulang dari kuliah. Sehingga hanya ada aku dan Reza
    sendiri di rumah.

    Aku segera menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Seusai mandi, aku benar-benar terkejut saat
    melihat semua pakaian milikku menghilang. Hanya ada satu pelaku yang dapat melakukan hal ini! Aku lalu
    menutupi tubuhku dengan selembar handuk yang untungnya, tidak sempat diambil oleh “pencuri” itu.

    Aku segera naik ke lantai atas untuk mengambil kembali pakaian milikku.

    “Reza! Reendyy!! Buka pintunya!” Seruku sambil menggedor kamar Reza.

    Pintu kamar itu sedikit dibuka dan wajah Reza muncul dari sela-sela pintu kamar itu.

    “Ya, ada apa kak?!” tanyanya padaku.

    Namun matanya segera melirik tubuhku yang hanya berbalutkan sebuah handuk dan ia tersenyum cengengesan
    melihat keadaanku.

    “Wah, waah… Kakak sudah tidak sabaran ya?” tanyanya sambil tertawa kecil.

    “Huuh! Dasar usiil!! Ayo, kembalikan baju kakak!!” gerutuku.

    “Lhooo… memangnya baju kakak kuambil? Apa ada buktinya?”

    “Kalau bukan kamu siapa lagii? Sudah, ayo cepat kembalikan baju kakak!”

    “Kak, kalau menuduh orang tanpa bukti itu tidak baik lho! Hukumannya, aku tidak mau memberitahu dimana
    kusembunyikan baju kakak, Hehehe…” Reza tersenyum mengejekku dan menutup dan mengunci pintu kamarnya
    dihadapanku.

    “Aah! Hei, Reza! Tunggu duluu…” protesku, tapi Reza sudah keburu menutup pintu kamarnya sambil
    mengejekku dibalik pintu.

    Aku pun terpaksa menggigil kedinginan, suhu di rumah itu dingin sekali karena dipasangi AC, ditambah
    lagi aku baru saja mandi dan sekarang tubuhku hanya ditutupi oleh selembar handuk saja.

    Selama beberapa menit aku terus menggedor pintu kamar Reza dan berusaha membujuknya, namun ia sama
    sekali tidak menggubrisku.

    “HATSYII…!!!” Karena tidak biasa, aku pun bersin akibat pilek karena suhu dingin itu.

    “Kak! Kakak pilek, ya?” tiba-tiba terdengar suara Reza dari balik pintu.

    “I… iya… Reza, tolong…. kembalikan pakaian kakak… disini dingin sekali… kakak tidak tahan…”

    “Oke deh, tapi kakak harus mau memakai pakaian yang kuberikan ya!”

    “Iya… iya… cepat doong…. Kakak kedinginan disini…” pintaku pada Reza Reza kembali keluar dari
    kamarnya.

    Ia melihat sekujur tubuhku yang menggigil kedinginan. Anehnya, raut wajahnya tampak berubah, ia tidak
    lagi tampak senang ataupun puas mengerjaiku. Kini ia tampak agak gelisah.

    “Haa… HATSYII!!!” kembali aku bersin dihadapannya.

    Kulihat raut wajahnya semakin cemas saja melihat keadaanku.

    “Ayo Kak, ikut denganku!” pinta Reza padaku yang segera kuturuti saja.

    Reza menuntunku ke ruang disebelah kamarnya. Pintu ruang itu dikunci, namun Reza segera membuka pintu
    itu dengan sebuah kunci di tangannya. Begitu aku masuk, aku takjub melihat puluhan helai gaun
    pengantin putih dalam berbagai ukuran dan model yang tergantung rapi di kamar itu.

    Berbagai aksesoris pengantin wanita juga tertata rapi bersama gaun-gaun itu. Rupanya kamar itu adalah
    kamar desain bu Diana sekaligus tempatnya menyimpan hasil rancangannya yang belum dikirim ke studio.

    “Kak, aku minta kakak memakai baju itu.” ujar Reza seraya menunjuk ke arah sehelai gaun pengantin
    putih yang dipasang di sebuah mannequin.

    “Apaa?! Kenapa kakak harus memakai baju seperti itu? Memangnya kakak mau menikah, apa?!” jawabku
    setengah tak percaya, setengah kebingungan.

    “Ya, sudah! Kalau kakak tidak mau, kakak boleh memakai handuk itu saja kok!” balas Reza.

    “Iyaa! Dasar!! Kamu mintanya yang aneh-aneh saja!!” ujarku agak kesal.

    Terpaksa kuturuti permintaan Reza, daripada pilekku semakin parah.    Agen Judi Bola

    “Oh iya Kak!”

    “Apa lagii?”

    “Pakaiannya yang lengkap ya, Kak! Soalnya baju itu sudah 1 set dengan aksesorisnya!” pinta Reza.

    “Jangan lupa juga untuk merias diri dengan kosmetik Mami ya Kak! Sudah kusiapkan lhoo…” imbuhnya.

    Aku menghela nafas dan menutup pintu kamar itu. Memang kulihat gaun itu dilengkapi dengan mahkota,
    sarung tangan, bahkan stocking dan sepatu yang semuanya berwarna putih susu. Luar biasa! Sejenak aku
    kagum dengan kepandaian bu Diana dalam merancang gaun itu, komposisi yang disusunnya benar-benar
    serasi.

    Aku lalu menuruti perintah Reza untuk memakai semua pakaian itu dengan lengkap. Berat bagiku memang,
    karena aku belum pernah memakai gaun pengantin sebelumnya. Setelahnya, aku pun merias diriku dengan
    kosmetik milik bu Diana.

    Kulihat semua kosmetik itu buatan luar negeri. Aku sendiri agak canggung untuk memakai kosmetik-
    kosmetik itu, mengingat harganya yang selangit bagi mahasiswi sepertiku.

    Tapi setidaknya, aku mendapat sebuah kesempatan untuk mencoba kosmetik-kosmetik itu, maka aku berusaha
    untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Setelah beberapa lama, aku akhirnya selesai mempengantinkan
    diriku.

    Kubuka pintu kamar itu dan seperti yang sudah kuduga, Reza sedari tadi sudah menungguku didepan pintu.
    Ia tampak amat terpana melihatku yang berbusana pengantin itu. Busana pengantinku berupa sebuah gaun
    pengantin putih yang indah sekali.

    Atasan gaun memiliki sepasang puff bahu yang terikat dengan sepasang sarung tangan satin dengan
    panjang selengan di kedua tanganku yang kini menutupi jari-jariku yang lentik. Di bagian perut dan
    dada gaunku bertaburan kristal-kristal imitasi yang samar-samar membentuk sebuah pola hati.

    Bagian pinggang gaun itu memiliki hiasan kembang-kembang sutra yang melingkari bagian pinggang gaun
    itu seperti sebuah ikat pinggang yang seolah menghubungkan atasan gaunku dengan rok gaun polos yang
    dihiasi manik-manik membentuk hiasan bunga-bunga yang bertebaran disekeliling rok gaunku. Pinggulku
    dipasangi pita putih besar. Aku juga memakaikan rok petticoat di pinggangku agar rok gaunku tampak
    mengembang.

    Reza sendiri tampak kagum melihat cantiknya wajahku yang sudah kurias sendiri; kelopak mataku kurias
    dengan eye-shadow berwarna pink dan alsiku yang kurapikan dengan eye-pencil. Sementara lipstick yang
    berwarna pink lembut kupilih untuk melapisi bibirku yang tampak serasi dengan riasan bedak make-upku.

    Riasan mahkota bunga putih tampak serasi dengan rambut hitam-sebahuku yang kubiarkan tergerai bebas.
    Aku telah memasang stocking sutra berwarna putih yang lembut di kakiku yang dilengkapi dengan sepasang
    sepatu hak tinggi berwarna putih yang tampak serasi seperti gaun pengantinku.

    Tubuhku juga kuberi parfum melati milik bu Diana sehingga sekujur tubuhku memancarkan aroma melati
    yang amat wangi.

    “Nah, bagaimana?” ujarku pada Reza yang masih melongo melihat penampilanku.

    “Hei! Kok malah bengong sih?!” seruku, yang segera menyadarkan Reza dari lamunannya.

    “E… eh… ccantik sekali Kak!” jawab Reza tergagap-gagap, aku tertawa kecil melihat tingkahnya yang
    kebingungan.

    “Kak, ini… buat kakak…” Reza mengulurkan setangkai mawar merah kepadaku.

    Mawar merah yang indah itu tampak segar berkilauan.

    “Waah, terima kasih ya!!” otomatis aku mencium bunga itu untuk menghirup aromanya. Sejenak aroma yang
    menyengat memasuki hidungku aku pun langsung merasa pandanganku tiba-tiba kabur dan tubuhku terasa
    lemas. Aku pun ambruk tidak sadarkan diri.

    Sayup-sayup kulihat senyuman Reza, aku berusaha untuk tetap sadarkan diri, namun mataku terasa berat
    sekali dan akhirnya aku menutup kelopak mataku. Entah apa yang terjadi pada tubuhku, namun saat aku
    sadar, aku melihat diriku sudah terbaring mengangkang di sebuah ranjang canopy dalam keadaan berbusana
    pengantin lengkap.

    Kedua tanganku terikat di belakang punggungku sementara kakiku terikat erat di sisi kanan-kiri tiang
    ranjang itu sehingga posisi tubuhku mengangkang lebar. Aku merasa amat geli di daerah kewanitaanku,
    seperti ada sebuah daging lunak hangat yang menyapu-nyapu daerah kewanitaanku, terkadang daging itu
    menusuk-nusuk seolah hendak membuka bibir kewanitaanku melewati celah vaginaku.

    Aku juga merasa daerah disekitar vaginaku amat becek akibat gerakan daging itu.

    “Aahh… oohhh…” Aku pun mendesah pelan menikmati sensasi di kewanitaanku itu.

    Rasanya vaginaku seolah diceboki, namun gerakan daging itu yang seolah berputar-putar mempermainkan
    vaginaku menimbulkan sensasi nikmat disekujur tubuhku. Aku merasa tubuhku diairi listrik tegangan
    rendah saat daging itu membelah bibir kewanitaanku dan menyentuh lubang pipisku.

    “Eh! Kakak sudah bangun rupanya!!” tiba-tiba kudengar suara Reza dibalik gaunku.

    Aku berusaha mendongak dan kulihat wajah Reza sedang berada tepat didepan selangkanganku yang terbuka
    lebar. Sadarlah aku kalau “daging” tadi tak lain adalah lidah Reza yang sedang menjilati vaginaku. Aku
    berusaha berontak, namun untuk menutup kedua pahaku yang sedang terbuka lebar saja amat sulit.

    Tubuhku terasa amat lemas tanpa tenaga. Saat aku melihat sekitarku, aku baru sadar kalau aku kini
    berada didalam kamar bu Diana.

    “Badan kakak masih belum bisa digerakkan, soalnya pengaruh obat tidur Mami masih tersisa.” Jelas Reza
    sambil berjalan ke sampingku.

    Sekejap aku merasa amat panik dan berusaha mengerahkan seluruh tenagaku untuk kabur, tapi sia-sia
    saja. Tubuhku tidak mau bergerak sedikitpun.

    Astaga! Bagaimana aku bisa sebodoh itu mencium aroma bunga yang ditaburi obat bius?! Niatku untuk
    menjaga jarak dari Reza kini sia-sia saja. Sekarang malah kesucianku terpampang jelas dihadapannya,
    aku dalam keadaan terjepit dan tidak bisa kabur lagi.

    “Kakak tenang saja, dijamin enak kok! Hehehe…” tawa Reza terkekeh-kekeh.

    “Jangan, Reza… Jangan… kakak mohon!!” pintaku berderai air mata saat melihat Reza berbalik berjalan
    menuju arah selangkanganku.

    Namun sia-sia saja, Reza sama sekali tidak mau mendengar permohonanku. Aku pun semakin panik dan
    cemas. Air mataku kembali meleleh membasahi mataku, namun apa dayaku? Tubuhku kini amat sulit
    digerakkan karena ikatan itu ditambah rasa lemas disekujur tubuhku karena pengaruh obat bius yang
    tersisa.

    Kini aku hanya bisa pasrah membiarkan Reza menyantap kewanitaanku. Jantungku berdegup semakin kencang
    dan wajahku merah merona saat Reza semakin mendekati selangkanganku. Reza lalu memegang kedua pahaku
    yang mulus. Ia mulai mengendusi paha kananku sementara paha kiriku dibelai-belai dengan tangannya.

    “Essh…” aku mendesis sesaat setelah bibir Reza mencium bibir kemaluanku.

    Hembusan nafas Reza di pahaku membuat tubuhku sedikit mengigil kegelian. Saat bibir kemaluanku bertemu
    dengan bibir Reza, Reza mulai menjulurkan lidahnya. Seperti lidah ular yang menari-nari, bibir
    kemaluanku dijilati olehnya.

    Kembali bibir kewanitaanku dibelah oleh lidah Reza, yang kembali menarikan lidahnya menceboki liang
    vaginaku perlahan-lahan. Aku berusaha sekuat mungkin untuk menahan gejolak birahi yang kini mulai
    melanda diriku,

    namun tetap saja suara desahan-desahanku yang tertahan sesekali terdengar keluar dari bibirku karena
    rasa nikmat yang menjuluri tubuhku apalagi belaian lembut Reza di pahaku semakin terasa geli akibat
    stocking sutra yang kupakai.

    “Haaa?! Aakh…!!” Sontak aku menjerit terkejut saat merasakan sensasi rasa geli dan nikmat yang tiba-
    tiba melanda tubuhku.

    Rupanya Reza menjilati klitorisku. Sesekali ia menyentil klitorisku dengan lembut sehingga sekujur
    tubuhku seperti dialiri listrik dan bulu kudukku berdiri. Reza menyadari bahwa aku mulai dikuasai oleh
    gejolak birahiku. Ia terus melancarkan serangannya ke klitorisku.

    Berulang kali permohonanku yang disertai dengan desahan kusampaikan ke Reza, namun ia malah tampak
    kian bersemangat mengerjaiku. Kesadaranku pun semakin menghilang tergantikan dengan rasa nikmat dan
    hasrat seksual yang semakin merasuki tubuhku.

    “Bagaimana kak? Enak tidak?” tanya Reza padaku.

    “Rezay… stoop… auhhh… jangaan…”

    “Ah masaa? Bukannya kakak mendesah keenakan tuh? Yakin nih, nggak mau lagi?” ejeknya sambil menjauhkan
    wajahnya dari kemaluanku.

    Namun secara refleks, aku malah mengangkat pinggangku kehadapan wajah Reza, seolah menawarkannya untuk
    kembali mencicipi liang vaginaku.

    “Tuh, kan?! Malu-malu mau, nih cewek!” kembali Reza menghinaku.

    Dipeganginya kedua bongkahan pantatku dengan telapak tangannya dan dtegadahkannya tangannya, sehingga
    kini pinggangku ikut terangkat tepat dihadapan wajah Reza.

    “Aww… aww… aaahh…” kembali aku merintih saat Reza mengecup dan mengisap-isap daging klitorisku.

    Sesekali aku merasa sentuhan giginya pada klitorisku dan hisapannya membuatku kini hanya berusaha
    untuk mengejar kenikmatan seksualku semata. SLURP… SLURP… Sesekali terdengar suara Reza yang
    menyeruput cairan cintaku yang sudah banyak keluar dari vaginaku, seolah hendak melepas dahaganya
    dengan cairan cintaku.

    “AAHH… AAHHH… AAA…” Desahanku semakin keras.

    Aku merasa ada sebuah tekanan luar biasa di vaginaku yang sebentar lagi hendak meledak dari dalam
    tubuhku. Otot-otot tubuhku secara otomatis mulai menegang sendirinya.

    “HYAA… AAAKH!!!” jeritku bersamaan dengan meledaknya tekanan dalam tubuhku.

    Tanpa bisa kutahan, pinggangku menggelepar liar, bahkan Reza terlontar mundur akibat dorongan tubuhku.
    Aku bisa merasakan vaginaku memuncratkan cairan cintaku dalam jumlah yang banyak.
    Seluruh simpul sarafku terasa tegang dan kaku saat sensasi geli dan nikmat yang luar biasa itu
    menjalari tubuhku, dan akhirnya muncul perasaan lega yang nyaman setelahnya.

    Aku pun terkapar kelelahan, nafasku tersengal-sengal. Tenaga di tubuhku seolah lenyap seketika. Aku
    sadar, baru saja aku mengalami orgasme yang luar biasa!

    “Wah, waah… Rupanya galak juga nih, kalau orgasme!” ejek Reza yang kini terduduk dihadapan
    selagkanganku.

    Ia mendekati vaginaku dan kembali ia menyeruput cairan cintaku yang masih tersaji di vaginaku setelah
    ledakan orgasmeku barusan. Aku pun hanya mendesah kecil tanpa memberontak. Kepalaku serasa kosong dan
    aku membiarkan Reza menikmati cairan cintaku sesuka hatinya.

    Setelah puas meminum cairan cintaku, Reza berdiri di hadapanku dan melepas pakaiannya sehingga ia
    telanjang bulat dihadapanku. Bisa kulihat penisnya yang panjangnya sekitar 14 cm sudah menegang keras
    melihat keadaanku yang mengangkang lebar, memamerkan kewanitaanku didepannya. Reza berjalan melewati
    tubuhku hingga akhirnya ia tiba didepan kepalaku.

    Reza lalu berlutut dihadapan wajahku sambil mengocok penisnya.

    “Kak, tadi rasa memek kakak enak sekali loh! Nah sekarang giliran kakak ya, ngerasain punya Reza?”
    seloroh Reza.

    Aku yang menyadari kalau Reza akan mengoral penisnya dengan mulutku, mulai menjerit meminta
    pertolongan.

    “TOL… uumph!!” jeritanku terhenti karena Reza langsung menyumpalkan penisnya didalam mulutku.

    Walaupun ukuran penisnya tidak begitu besar, namun batang penisnya sudah cukup memenuhi rongga mulutku
    yang mungil.

    “Hhmmphh… hmph…” suaraku teredam oleh penis Reza.

    Aku berusaha memuntahkan penis itu, namun Reza memajukan pantatnya sehingga penisnya tetap masuk
    didalam mulutku hingga menyentuh kerongkonganku.

    Reza menjambak poni rambutku dan mulai menggerakkan kepalaku maju mundur. Rasa sakit di ubun-ubunku
    karena poni rambutku dijambak sudah cukup untuk membuatku tidak berontak lebih jauh, aku mengikuti
    gerakan tangan Reza yang sedang memaksaku mengulum dan mempermainkan penisnya dalam mulutku.

    “Aahh… Enaak…” desah Reza saat penisnya keluar masuk dari mulutku.

    “Hmmp… mpp… phh…” aku berusaha mengambil nafas untuk menyesuaikan gerakan penis Reza dalam mulutku.

    Kocokan mulutku masih belum berhenti, namun aku merasa agak mual karena rasa dalam mulutku saat ini.
    Sementara leherku juga pegal karena dipaksa naik-turun oleh Reza.

    Beberapa saat kemudian, Reza berhenti manjambak poniku, aku pun segera merebahkan kepalaku yang
    pegal-pegal keatas bantal yang lembut untuk melepas penat. Namun rupanya penderitaanku belum juga
    berakhir. Reza belum mau melepaskan kenikmatannya dioral olehku.

    Belum sempat penisnya keluar dari mulutku, sekarang ia malah menekan selangkangannya ke wajahku dan
    menggoyang-goyangkan pantatnya sehingga penisnya kembali masuk kedalam rongga mulutku.

    Aku bisa merasakan buah zakarnya yang tergantung menampar-nampar daguku berulang kali bersamaan dengan
    gerakan pantatnya yang maju mundur dihadapan wajahku yang kini tertekan oleh bantal, aku pun berulang
    kali tersedak karena penis Reza dalam mulutku bergerak dengan amat cepat.

    “Oke, kak! Sekarang giliran kakak yang main! Ayo kulum dan mainin pakai lidah kakak!” perintah Reza
    sambil menghentikan gerakannya.

    Aku sendiri sudah mati kutu, kepalaku terjepit diantara selangkangan Reza dan bantalku, sehingga aku
    tidak bisa bergerak bebas.

    “Ayo, Kak! Atau mau kugerakkan sendiri dimulut kakak seperti barusan?” ancamnya padaku.
    Aku pun tidak punya pilihan lain selain menuruti perintah Reza, setidaknya aku akan lebih leluasa
    bernafas apabila aku yang bergerak sendiri.

    Aku pun menggerakkan lidahku membelai-belai batang penisnya yang masuk hingga rongga mulutku. Sesekali
    lidahku juga bersentuhan dengan kepala penisnya. Sebenarnya aku agak jijik juga karena tercium bau
    agak pesing dari ujung penis Reza, namun apa dayaku? Lebih baik kuturuti perintah anak ini supaya
    siksaanku cepat selesai.

    Aku pun berusaha untuk tidak begitu mempedulikan bau itu. Penis Reza kuanggap saja seperti permen yang
    luar biasa tidak enak. Aku pun terus mengemut penis Reza itu.

    “Ayo, kak! Terus! Jago juga nih, nyepongnya! Enak bangeet!”

    “Mmphh…” erangku.

    “Isapin juga kak! Seperti ngisap permen!” kembali Reza memberi perintah padaku, yang langsung saja
    kuturuti.

    Kuhisap penisnya dengan pelan dan lembut dengan harapan anak ini bisa segera menghentikan aksinya dan
    aku bisa terbebas dari siksaan ini. Herannya, selama beberapa menit kuoral, Reza masih saja tidak
    puas.

    Aku pun mulai kelelahan mempermainkan penisnya dalam mulutku, walaupun aku mulai terbiasa dengan
    situasiku sekarang.

    Entah setan apa yang merasukiku, namun saat aku mengingat bahwa aku sedang mengoral penis anak kecil
    yang tak lain adalah muridku, aku merasa hasrat seksualku kembali meninggi dalam tubuhku.

    Aku ingin sekali mencapai orgasme sekali lagi dan aku ingin mencoba sesuatu yang lebih hebat lagi
    bersama Reza. Pikiran itupun membuatku memainkan penis Reza sebaik mungkin dalam mulutku agar Reza
    mencapai kepuasannya.

    “Ookh…” Aku mendengar suara erangan panjang keluar dari mulut Reza dan saat itulah, aku merasa mulutku
    disembur oleh cairan kental berbau amis.

    Aku menyadari bahwa Reza baru saja berejakulasi dalam mulutku, dan kini mulutku dipenuhi spermanya.
    Reza kembali menekankan selangkangannya ke wajahku.

    “Telan kak! Jangan sampai bersisa!” Aku pun menuruti perintah Reza, kutelan semua sperma dalam
    mulutku, sekaligus kuhisap-hisap penis Reza agar spermanya tidak bersisa.

    Reza hanya mengerang keenakan saat penisnya kubersihkan dengan mulutku.

    “Woow… enaak… lebih enak dari onanii….” seloroh Reza.

    Namun aku tidak peduli, aku terus menghisap-hisap penisnya itu hingga aku yakin tidak ada lagi sperma
    yang tersisa. Setelah selesai, Reza mengeluarkan penisnya dari dalam mulutku.

    “Waah… Kakak jago banget lho! Enak sekali kak!”

    “Reza, kamu jahaat…” protesku.

    “Lho kenapa? Bukannya kakak sekarang sudah jadi pengantinku?” balasnya.

    “You may kiss your briide!!” sorak Reza tiba-tiba.

    Tanpa basa-basi, Reza segera mencium bibirku. Bibirku diemut-emut dengan lembut dan sesekali bibirku
    juga dijilati oleh lidahnya. Aku hanya membiarkannya mempermainkan bibirku sesuka hatinya.

    Pelan-pelan lidah Reza membelah bibirku dan lidahnya menyusup kedalam rongga mulutku. Aku pun merespon
    dengan menghisap lidah Reza dengan lembut. Sesekali juga kujulurkan lidahku, sehingga giliran Reza
    yang menghisap air ludahku yang menyelimuti lidahku.

    Gairah seksualku sekarang benar-benar menguasai tubuhku, semakin kuingat bahwa Reza yang saat ini
    sedang bercinta denganku, semakin aku tenggelam dalam hasratku. Selama beberapa menit kami terlibat
    dalam French kiss itu, sebelum akhirnya Reza menghentikan ciumannya di bibirku. Aku pun tampak kecewa
    saat Reza menjauhkan wajahnya.

    “Kenapa kak? Enak kan rasanya? Masih mau lagi?” tanyanya.

    Pertanyaan Reza itu seketika memancing gairah seksualku yang meningkat. Aku merasa ini adalah sebuah
    kesempatan bagiku, namun sebelum aku sempat menjawab, tiba-tiba Reza mengambil sehelai celana dalam
    putih berenda yang tadi kupakai dan menjejalkannya ke mulutku hingga celana dalamku memenuhi seluruh
    rongga mulutku. Belum puas, Reza juga melakban mulutku sehingga celana dalamku itu tersumpal sempurna
    didalam mulutku.

    “Mmfff….” Protesku pada Reza. Namun suaraku terhalang oleh celana dalam yang menyumbat mulutku.
    “Jangan dijawab dulu, Kak. Nanti ya, Reza mau istirahat dulu!”

    “Oh, Kakak juga boleh istirahat kok! Nah, daripada bosan, bagaimana kalau kakak nonton saja dulu?”
    lanjut Reza.

    Aku bisa mendengar suara televisi yang dinyalakan dan suara pemutar DVD yang dibuka oleh Reza. Setelah
    selesai, Reza lalu mendatangiku yang masih terbaring mengangkang di ranjang.

    “Jangan berontak ya, Kak! Kalau macam-macam, video kakak kusebarkan!” ancamnya.

    Reza lalu melepaskan ikatan kakiku di kedua tiang ranjang itu. Aku disandarkan ke kepala ranjang dan
    Reza menyandarkan sebuah bantal di punggungku dan juga sebuah bantal kecil di pantatku untuk kududuki
    agar aku merasa nyaman.

    Tali yang tadi dipakai untuk mengikat kakiku kini digunakan untuk mengikat sikut tanganku yang masih
    terikat di punggungku pada kedua tiang bagian atas ranjang canopy itu agar aku tidak kabur.

    “Oke deh! Rasanya sudah cukup!! Nah, kakak santai saja ya? Nikmati saja filmnya!” Reza lalu memutar
    DVD itu.

    “Mmff!!” Aku berteriak terkejut saat melihat adegan percintaan seorang wanita berambut pirang di layar
    televisi itu, rupanya Reza menyetelkan DVD porno untuk kutonton..

    “Kakak pelajari gayanya dulu, ya! Supaya nanti siap main dengan Reza! OK?!” Reza tersenyum dan
    beranjak pergi, meninggalkanku sendiri terikat di ranjang sambil berusaha menahan gejolak birahiku
    yang semakin mendera karena suguhan adegan panas dihadapanku.

    Aku pun terpaksa menonton film porno itu sekitar 2 jam. Yah, aku memang pernah melihat sekilas film
    porno di handphone teman-teman SMUku, namun mungkin karena ini pengalaman pertamaku melihat film porno
    selama itu, muncul keinginanku agar vaginaku dimasuki oleh penis seperti wanita bule yang ada di film
    porno itu.

    Pikiranku bergejolak, aku sadar bahwa aku akan kehilangan keperawananku apabila vaginaku dimasuki
    penis Reza, namun di sisi lain, aku penasaran akan rasa nikmat yang tampaknya melanda wanita di film
    itu saat vaginanya dimasuki oleh penis.

    Aku juga ingin merasakan kenikmatan itu. Apakah aku juga akan merasa senikmat itu apabila vaginaku
    dimasuki oleh penis? Aku masih bisa mengingat dengan jelas rasa nikmat saat vaginaku dijilati dan
    dipermainkan oleh Reza sebelumnya.

    Tentunya aku akan merasa lebih nikmat lagi apabila vaginaku dipermainkan oleh penis Reza. Lagipula,
    setidaknya aku tidak perlu khawatir akan hamil sebab masa suburku baru saja terlewati minggu lalu.

    Akhirnya rasa penasaran dan gairah seksualku mengalahkan perasaanku. Sudah kuputuskan, aku akan
    melayani Reza sepenuh hatiku. Aku sudah tidak peduli lagi akan statusku sebagai gurunya ataupun
    perbedaan usia kami, yang kini kuinginkan hanyalah mengejar kenikmatan seksualku semata. Bahkan status
    dan perbedaan usia kami malah menjadi sumber gejolak gairah seksualku.

    Detik dan menit berlalu, namun bagiku yang kini dikuasai gairah seksualku, serasa menunggu selama
    berhari-hari. Cairan cintaku sudah semakin banyak keluar dari vaginaku sehingga aku bisa merasakan
    bantal yang kududuki semakin basah.

    Akhirnya, pintu kamar itu terbuka juga dan masuklah Reza kedalam kamar itu.

    “Bagaimana kak? Sudah puas nontonnya?”

    “Sudah tahu kan bagaimana gaya-gayanya?” lanjutnya.

    Aku hanya mengangguk pelan dengan wajah memelas.

    “Bagus, bagus!! Kakak emang pintar!” ujarnya sambil membelai kepalaku dengan pelan, seolah memuji anak
    kecil.

    “Hff…” jawabku.

    “Nah, kalau begitu kakak mau tidak kalau aku setubuhi seperti di film?” muncullah pertanyaan yang
    sedari tadi kutunggu.

    Tanpa pikir panjang, aku langsung mengangguk sambil melihat wajah Reza. Namun Reza malah pura-pura
    tidak melihat sambil mematikan DVD playernya.

    “Apaa? Reza nggak bisa dengar nih!”

    “Mmff!!” Aku berusaha untuk meminta Reza melepaskan sumbatan mulutku agar aku bisa berbicara, namun
    Reza malah melepas ikatan di kedua sikutku sehingga aku terbebas dari ranjang canopy itu. namun
    tanganku masih terikat kencang di punggungku.

    Aku lalu dituntun turun dari ranjang. Reza tidak lagi mengawasiku dengan ketat. Ia tahu bahwa aku
    sekarang sudah tidak ingin kabur lagi.

    “Waah, udah gede masih ngompol yah, Kak?” ejek Reza saat melihat bekas cairan cintaku di bantal yang
    tadi kududuki.

    Aku hanya menggeleng pelan, namun kurasa Reza juga tahu bahwa itu adalah cairan cintaku yang meluber
    karena aku terangsang sedari tadi. Reza lalu menarikku kehadapan sebuah papan tulis putih di kamar itu
    yang ditempeli berbagai rancangan bu Diana.

    Reza melepas semua rancangan itu agar papan tulis itu bersih. Reza juga memposisikan tubuhku agar
    terjepit diantara sebuah meja dihadapanku dan papan tulis itu dibelakangku.

    Aku terkejut saat Reza dengan sigap menundukkan tubuhku di meja itu sehingga posisiku kini menungging
    kearah papan tulis itu. Reza juga menaikkan rok gaun dan petticoatku bagian belakang dan mengaitkannya
    di pita putih gaunku yang ada di pinggangku, sehingga kini pantatku terpampang jelas menungging
    didepan papan tulis itu.

    “Nah, gimana kalau kakak tulis saja apa yang kakak mau? Soalnya kakak nggak bisa ngomong sekarang”
    ujarnya dari belakang.

    Aku pun semakin heran, bagaimana caraku menulis dengan tangan terikat dan posisi tubuh menungging
    seperti ini? Aku hendak berdiri, namun punggungku ditekan ke meja itu oleh Reza.
    “Tahan sebentar ya, Kak” ujar Reza sambil membuka celah pantatku.

    Reza lalu menuangkan lotion ke jari telunjuknya dan mengusapkan lotion itu ke lubang pantatku. Sesaat
    aku merasakan jari Reza yang menempel dilubang pantatku bergerak pelan mengoleskan lotion itu dan aku
    bisa merasakan rasa dingin dan licin akibat lotion itu di pantatku.

    Setelah lubang pantatku selesai dilumuri lotion, aku merasa ada sesuatu di lubang pantatku, aku tahu
    benda itu bukanlah jari Reza karena benda itu terasa lebih besar dan keras dari jari Reza.

    “HMMFF!!” jeritku saat tiba-tiba aku merasakan rasa sakit yang luar biasa di lubang pantatku.
    Suatu benda yang panjang dan keras menekan memasuki lubang pantatku. Aku menoleh kebelakang dan
    melihat Reza memaksakan untuk memasukkan benda itu kedalam anusku. Benda itu diputarnya perlahan masuk
    kedalam pantatku seperti sekrup.

    Air mataku meleleh saat merasakan rasa perih yang amat sangat saat Reza memperawani anusku dengan
    benda itu. Lubang pantatku serasa tersayat-sayat dan rasa perihnya tak terkira.

    “Wuiih… lubang pantatnya seret banget! Padahal sudah dikasih lotion! Pasti masih perawan, nih!”
    komentar Reza yang terus memutar benda itu masuk kedalam anusku.

    Aku hanya bisa menggeleng-geleng keras memohon agar Reza menghentikan aksinya itu. Namun Reza terus
    memaksakan benda itu untuk masuk kedalam pantatku.

    “Oke! Selesai deh!” seru Reza.

    Aku menoleh kebelakang, aku amat panik saat menyadari sebuah spidol berukuran besar kini tertanam
    didalam pantatku. Spidol itu tampak mengacung tegak kearah papan tulis karena posisi tubuhku yang
    menungging.

    “Oops, tenang saja, Kak! Spidolnya sudah kumasukkan dengan baik, kok! Kakak tahan saja spidolnya
    dengan otot pantat kakak supaya tidak jatuh!” ujar Reza.

    Kata-kata Reza sama sekali tidak menenangkanku apalagi saat merasakan spidol besar yang sedang
    tertanam dalam pantatku.

    “Nah, ayo tulis apa yang kakak mau!”

    “MMFF!!” aku menggeleng memprotes Reza.

    Ide anak ini benar-benar gila! Aku yakin dia pasti mempelajari cara ini lewat film-film pornonya untuk
    mempermalukanku.

    “Ayoo, kalau tidak, kakak nanti kubiarkan seperti ini, lho! Spidolnya tidak akan kucabut kalau kakak
    tidak mau menurut!” ancamnya.

    “Mmm…” aku memelas mendengar ancaman Reza.

    Aku tahu kalau sedari awal aku tidak memiliki posisi menawar melawan Reza dengan kondisi seperti ini.

    “Nah! Ayo, tulis di papan tulis kak! Seperti waktu kita belajar! Sekarang, aku mau kakak mengajariku
    menulis!” ujar Reza sambil beranjak duduk dihadapanku, seolah sedang mendengarkan pelajaran di kelas.

    Aku berusaha tetap tenang dan mulai menggerakkan pantatku di papan tulis itu.

    “Mmf!” aku menjerit kecil dan mataku membelalak saat ujung spidol di pantatku menyentuh permukaan
    papan tulis.

    Pantatku terasa geli dan sedikit perih akibat tekanan spidol itu. Reza tampak senang melihat ekspresi
    wajahku yang dipenuhi rasa panik, malu dan bingung akan keadaanku sekarang. Perlahan-lahan aku
    berusaha untuk menulis dengan pantatku di papan tulis itu.

    Kaki dan pahaku ikut bergerak menaik-turunkan tubuhku yang menungging. Aku selalu merintih setiap kali
    satu goresan kutulis di papan tulis itu karena sensasi yang ditimbulkan spidol itu dalam pantatku,
    yang entah bagaimana semakin membangkitkan gairah seksualku.

    “Hati-hati lho, kak. Kalau terlalu ditekan, spidolnya bisa tergelincir masuk kedalam pantat kakak.
    Nanti tidak bisa keluar lagi lhoo…” sorak Reza.

    Dasar badung! Pikirku. Memangnya salah siapa kalau nanti spidol ini malah terselip masuk kedalam
    pantatku?! Malah sekarang aku yang harus berusaha keras menangkal resiko yang diciptakan oleh anak ini
    untuk tubuhku!

    Aku pun mulai kehilangan ketenanganku akibat sorakan Reza itu. Apalagi sesekali aku merasa spidol itu
    semakin masuk kedalam pantatku saat aku menulis. Namun aku tetap berusaha keras dan hasilnya, 5 huruf
    yang acak-acakan tertulis di papan tulis itu.

    Aku menghela nafas lega saat aku melihat hasil tulisanku itu. Sulit untuk dibaca memang, bahkan aku
    yakin tulisan anak SD pasti jauh lebih mudah dibaca dari tulisanku; namun aku yakin telah menulis
    huruf P-E-N-I-S di papan tulis itu.

    “Waah, tulisan kakak jelek sekali! Padahal katanya sudah kuliah!” kembali Reza mempermalukan diriku.

    Ia lalu berjalan kehadapanku, melepas lakban mulutku dan menarik keluar celana dalamku yang sedari
    tadi telah menjejali mulutku.

    “Ahh… ohk… ohkk…” Aku terbatuk-batuk dan menghela nafas lega.

    Kulihat Reza sedang mengendusi celana dalamku yang basah karena ludahku dan sesekali ia menghisap-
    hisap ludahku yang membasahi celana dalamku itu.

    “Hmmm… ludahnya kakak memang enaak… Nah sekarang coba kakak baca apa yang kakak tulis!”
    “Pe… penis…” ujarku pelan dengan perasaan yang amat malu.

    “Apaa? Apa yang kakak mau?” tanyanya dengan nada mengejek, seolah tidak mendengar ucapanku barusan.

    “Penis!!” jawabku tidak sabaran.

    “Penis siapa, hayooo?”

    “Penisnya Reza!!” aku mengumpulkan seluruh keberanianku untuk meneriakkan kata itu dan akhirnya
    terucap juga.

    “Iya deh! Nah, tahan sebentar ya, Kak!” Reza lalu berjalan kebelakang tubuhku yang masih menungging.

    Aku bisa merasakan ia memegang spidol yang tertanam dalam pantatku. Perlahan-lahan ditariknya spidol
    itu keluar dari pantatku.

    “Aww… auuch…” rintihku pelan saat merasakan gesekan batang spidol itu di permukaan lubang pantatku
    yang rasanya sedikit sakit, namun agak geli juga.

    Apalagi saat aku mengejan, pantatku terasa semakin nikmat dengan tekanan itu. PLOOP! Terdengarlah
    suara lepasnya spidol itu dari pantatku.

    “AAHH!!” Sontak aku berteriak merasakan kelegaan yang kembali ke lubang pantatku setelah sekian lama
    disumbat.

    Namun, sebelum aku sempat berdiri dan merasakan kelegaan, Reza segera menarik dan menghempaskan
    tubuhku ke ranjang canopy itu sehingga aku kembali terbaring diatas ranjang.
    “Aduh!” Aku segera berusaha bangkit, namun Reza segera menerkam dan menimpa tubuhku.
    “Jangan bergerak Kak!” perintahnya.

    Entah bagaimana, aku segera menuruti perintah Reza dan mulai merelakan tubuhku dipermainkan olehnya.

    “Sekarang kakak kupanggil pakai nama saja ya? Linda…” pintanya manja.

    “I, iya… terserah kamu…” jawabku dengan wajah memerah saat menatap wajah Reza yang ada tepat diatas
    wajahku.

    “Ah!” aku menjerit kecil saat Reza mencengkeram dan meremas-remas dadaku.

    Tangan kanannya menekan payudaraku dengan perlahan dan mencubitnya dengan lembut, sementara tangan
    kirinya menyibakkan rambutku. Reza lalu mendekatkan wajahnya dan mencium pipiku.

    “Linda, kamu wangi deh!” pujinya seraya melayangkan kecupan ke bibirku yang segera kubalas.
    Reza lalu duduk bersimpuh diatas ranjang itu dan memangku kepalaku diatas pahanya. Reza kembali
    menjamah payudaraku, namun kali ini ia mengulurkan tangannya menyusupi bagian dada gaunku.

    Jari-jarinya menjalar pelan diatas payudaraku sambil mencari puting payudaraku. Aku merasa agak sesak
    karena aku masih memakai BH, namun itu tidak menghalangi jari-jari nakal Reza untuk mempermainkan
    dadaku.

    “Aw!” aku merasakan puting payudaraku disentuh oleh jari Reza. Reza segera memencet putingku sehingga
    aku merasa seperti tersetrum oleh listrik di sekujur dadaku.

    “Ahh…” desahku pelan saat Reza kembali meremas payudaraku.

    Payudaraku digerakkan berputar pelan oleh jari Reza sambil sesekali memencet putingku. Aku semakin
    terhanyut saat Reza menyentil-nyentil puting payudaraku dengan kukunya yang agak panjang ataupun saat
    memencet puting susuku dengan kuku jempol dan jari telunjuknya.

    Saraf-saraf tubuhku kini semakin sensitif karena aku semakin terangsang dengan pijatan di payudaraku.
    Kakiku mulai menggeliat-geliat pelan dan aku bisa merasakan cairan cintaku kembali meluber dari
    vaginaku. Reza yang melihat pergerakan-pergerakan terangsang tubuhku, mengentikan aksinya.

    Kini ia kembali bergerak kearah selangkanganku. Ia lalu duduk dihadapan tubuhku yang masih terbaring

    “Nah, Linda. Ayo buka pahamu. Yang lebar ya!” aku merentangkan kakiku selebar mungkin dihadapan Reza.

    Ia tersenyum melihat aku yang tidak menolak perintahnya lagi. Reza lalu mengamati selangkanganku.
    Bagaimana kewanitaanku yang masih basah oleh cairan cintaku dan lubang pantatku yang terbuka sedikit
    setelah diperawani spidol, terhidang di hadapannya.

    Reza mencolek vaginaku dan mencicipi cairan cintaku yang ada di jarinya. Reza kembali membenamkan
    jarinya dengan pelan di celah vaginaku, jarinya bergerak lembut seolah mencari sesuatu.

    “Aww…” desahku pelan saat jari telunjuk Reza menyentuh klitorisku.

    Reza yang akhirnya menemukan apa yang dicarinya dalam liang vaginaku tampak kegirangan. Jarinya segera
    menyentil-nyentil klitorisku.

    Akibatnya, bisa ditebak, aku kembali melayang kelangit ketujuh. Aku merintih-rintih keenakan dihadapan
    muridku yang kini sedang memainkan gairah seksualku.
    “Aahh… ohh… aww…” desahanku semakin keras dan akhirnya tubuhku kembali serasa akan meledak.

    Punggungku melengkung bagai busur dan kakiku kembali menegang, siap untuk menyambut orgasmeku untuk
    yang kedua kalinya.

    Namun, Reza yang tahu bahwa aku akan orgasme segera mencabut jarinya keluar dari liang vaginaku;
    otomatis, kenikmatan yang sebentar lagi akan kucapai lenyap seketika.

    “Rezay… jahaat… ayo lagiii…” pintaku memohon pada Reza.

    “Apanya yang lagi, Linda?” tanyanya seolah tidak mengerti.

    “Ayoo… mainin vagina Lindaa… Linda sukaa…” jawabku seperti seorang pelacur rendahan.
    “Suka apa?”

    “Linda suka kalau vagina Linda dimainin Reza… ayo doong… Linda mau orgasme lagii… enaak…” kembali aku
    mempermalukan diriku sendiri.

    Aku sudah tidak bisa berpikir lagi karena tubuhku sudah sepenuhnya dikuasai dorongan seksualku yang
    sudah diambang batas.

    “Panggil aku “Sayang”! Kan kamu sudah jadi pengantinku!” perintah Reza

    “Iyaa… Reza sayaang… ayoo…” entah bagaimana aku terjebak dalam permainan psikologis Reza.
    Aku sekarang bertingkah seolah-olah dia adalah suamiku yang sah. Aku agak terkesan karena walaupun
    masih begitu muda,

    Reza sudah tahu bagaimana menjalankan trik psikologis untuk mempengaruhiku agar menuruti
    permintaannya, mungkin ini juga pengaruh dari video pornonya. Namun kuakui, permainan psikologis ini
    semakin membangkitkan gairahku dan aku amat menikmatinya! Sekarang hubungan kami bukan lagi seperti
    seorang murid dan guru, namun lebih seperti sepasang pengantin baru.

    “Nah, Linda. Boleh tidak kalau Reza memasukkan ‘adik kecil’ ke memek Linda?”

    “Boleh sayang… Linda kan pengantinnya Reza…” selorohku.

    Aku sekarang sudah rela memberikan keperawananku untuk Reza. Lagipula mulut dan pantatku kini sudah
    tidak perawan lagi, jadi tidak ada salahnya kalau aku sekalian merelakan kesucianku kepada Reza. Aku
    pun menarik rok gaunku hingga ke perutku sehingga kewanitaanku terpampang jelas sekali dihadapan Reza.

    “Ayo sayang. Linda mau orgasme lagi…” aku memohon pada Reza.

    Reza segera merespon dengan duduk dihadapan selangkanganku dan mengatur posisi tubuh kami sehingga
    penisnya sekarang berada di bibir kewanitaanku. Aku bisa merasakan penisnya yang kembali membesar
    seperti saat aku mengoralnya barusan menyentuh celah vaginaku.

    Aku menghela nafas, menyiapkan diriku untuk menerima kenyataan bahwa keperawananku akan direnggut
    sesaat lagi. Aku berusaha mengatur nafasku yang memburu untuk mengusir rasa takut dan cemas akibat
    degup jantungku yang amat kencang.

    “Bagaimana, Linda? Sudah siap?” aku mengangguk pelan menjawab pertanyaan Reza akan kesiapanku.

    “Reza… yang pelan ya? Jangan kasar…” pintaku kembali.

    Aku tidak ingin Reza memperawaniku seperti sebuah pemerkosaan, yang kuinginkan hanya agar aku bisa
    diperlakukan lebih lembut. Maklumlah, ini juga merupakan pengalaman pertamaku yang pasti akan berkesan
    seumur hidupku.

    Untunglah, Reza tampaknya mengerti akan perasaanku. Ia mengangguk dan sorot matanya seolah
    menenangkanku. Reza mulai mendorong pinggangnya ke depan. Sesaat penisnya berhasil membelah bibir
    vaginaku, namun mungkin karena vaginaku licin akibat cairan cintaku, penis Reza malah meleset keluar
    dari celah vaginaku. Mengakibatkan timbulnya suara tertahan dari mulutku.

    Reza kembali berusaha, namun tampaknya agak susah baginya untuk memasukkan penisnya kedalam vaginaku
    karena diameter penisnya juga cukup lebar (walaupun masih kalah dengan penis yang kulihat di film
    porno barusan), apalagi aku juga masih perawan sehingga liang vaginaku masih sempit.

    Setelah beberapa kali berusaha, Reza tampak kesal karena belum berhasil memperawaniku. Akhirnya ia
    meraih batang penisnya dan mengarahkannya tepat dihadapan celah bibir kewanitaanku. Tangannya masih
    kuat mencengkeram penisnya saat ia sekali lagi menggerakkan pantatnya ke depan dan…

    “AAGH!!!” aku membelalak dan menjerit keras saat merasakan rasa ngilu dan perih yang amat hebat
    melanda vaginaku.

    Akhirnya selaput daraku robek dan keperawananku sekarang lenyap sudah terenggut oleh Reza. Aku bisa
    merasakan penis Reza yang kini terjepit di vaginaku dan ujung penisnya didalam lubang pipisku.

    Reza kembali memajukan pinggulnya dengan pelan, mengakibatkan rasa sakit itu semakin mendera vaginaku.
    Bahkan rasanya jauh lebih sakit daripada saat pantatku diperawani oleh spidol barusan.

    “Reza, Reza!! Sakit! Sebentar!! Aduuh!!” aku kembali meminta dengan panik pada Reza.
    Air mataku meleleh akibat rasa perih itu.

    “Sebentar, Linda. Tenang ya, sebentar lagi…” jawab Reza sambil mendorong pinggangnya dengan pelan.

    Penisnya semakin dalam memasuki vaginaku diiringi dengan jeritan piluku yang tersiksa oleh rasa sakit
    itu. Kepalaku terbanting kekiri-kanan menahan rasa sakit, seolah menolak penetrasi Reza kedalam lubang
    vaginaku.

    “Ohh…” Reza melenguh dan menghentikan dorongannya. Aku bisa merasakan sepasang buah zakarnya
    bergelantungan di bongkahan pantatku dan paha kami yang sekarang saling bersentuhan.

    “Hhh…” aku mengambil nafas sejenak merasakan rasa sesak di vaginaku akibat besarnya penis Reza didalam
    lubang pipisku.

    Aku akhirnya sadar kalau sekarang ini seluruh penis Reza sudah terbenam sepenuhnya didalam
    kewanitaanku. Rambut-rambut kemaluannya yang baru tumbuh juga menggelitik selangkanganku. Untuk
    beberapa saat, kami terdiam dalam posisi itu. Reza memberiku waktu untuk menyesuaikan diri dengan
    keadaanku.

    “Linda…” panggil Reza pelan.

    “Ya?”

    “Hangat sekali rasanya didalam. Kamu lembut sekali, Linda…” pujinya.

    Aku tidak bisa merespon jelas karena rasa perih yang menyiksa ini, namun bisa kulihat kalau Reza
    tampak mencemaskan keadaanku.

    “Sakit ya?” tanyanya penuh perhatian

    “I, iya, sakit sekali…” jawabku pelan.

    “Sekarang kita sudah bersatu lho, Linda. Aku dan kamu sekarang jadi satu…” Aku mengangguk membenarkan
    pernyataan Reza.

    Memang, sekarang tubuh kami sudah bersatu karena kemaluan kami masing-masing telah menyatukan tubuh
    kami.

    “Reza… sakiit…” protesku pada Reza.

    Reza terdiam, ia hanya mengusap air mataku.

    “Sabar ya, Linda? Sebentar lagi pasti enak kok!” Reza lalu menarik penisnya sedikit vaginaku dan
    dengan pelan dilesakkannya kembali kedalam liang vaginaku.

    Rasa pedih kembali menyengat vaginaku, namun Reza selalu berusaha menenangkanku. Aku merasa tampaknya
    Reza juga tahu bagaimana sakitnya saat seorang gadis diperawani untuk pertama kalinya karena ia selalu
    berusaha memompa penisnya selembut mungkin untuk mengurangi rasa sakitku.

    Lama kelamaan, muncul rasa nikmat dari vaginaku akibat gerakan penis Reza. Walaupun masih bercampur
    dengan rasa perih, aku bisa merasakan bahwa sensasi baru ini berbeda dari saat vaginaku dioral dan
    dipermainkan oleh jari Reza. Sensasi ini lebih menyentuh sekujur syarafku.

    Reza kembali membelai pahaku sambil menjilatinya pelan sehingga gairah seksualku kembali bangkit
    perlahan.

    Rasa perih itu semakin hilang dan digantikan dengan sensasi baru di tubuhku. Rasa geli, sakit dan
    sesak yang melanda vaginaku memberikan sensasi tersendiri yang mengasyikkan. Reza yang melihat bahwa
    aku sudah terbiasa akan pergerakannya mulai leluasa mengatur gerakannya.

    Sekarang penisnya ditarik keluar hingga hanya tersisa pangkal penisnya saja dalam vaginaku otomatis
    bibir vaginaku ikut tertarik keluar. Tiba-tiba, Reza mendorong pantatnya mendadak dengan cepat
    sehingga penisnya kembali menghunjam liang vaginaku dengan keras.

    “Hyahh…” jeritku kaget, namun sekarang rasanya tidak lagi perih seperti tadi.

    Reza mulai menggerakkan penisnya dengan tempo yang lebih cepat, membuatku akhirnya melenguh-lenguh
    nikmat merasakan sensasi di vaginaku.

    “Oohh…ahhh….aahh…aakhh…” aku mendesah-desah keenakan saat penis Reza menghunjam vaginaku.

    Sesekali Reza berhenti menggerakkan pinggangnya saat penisnya tertanam penuh dalam vaginaku dan mulai
    menggoyang-goyangkan pantatnya sehingga penisnya seolah mengaduk-aduk isi liang vaginaku, membuatku
    semakin melayang diatas awan kenikmatan seksual.

    Semakin lama, kurasakan tempo goyangan penis Reza semakin cepat keluar-masuk vaginaku dan menggesek
    klitorisku saat memasuki vaginaku. Tubuhku juga berguncang mengikuti irama pompaan penis Reza seiring
    dengan desahan-desahan erotis dari bibirku.

    Malah, saat Reza menghentikan gerakan penisnya, secara otomatis aku menurunkan pinggulku menjemput
    penisnya, seolah tidak rela melepaskan penisnya itu.

    Reza terlihat puas melihatku yang sekarang sudah berhasil ditaklukkan olehnya. Tidak terasa sudah
    sekitar 10 menit sejak penis Reza memasuki vaginaku pertama kalinya. Reza masih dengan giat terus
    menggerakkan penisnya menjelajahi vaginaku. Sementara aku sendiri sudah kewalahan menerima serangan
    kenikmatan di vaginaku, orgasmeku sudah siap meledak kapan saja.

    “OH! AAKHHH…!!!” akhirnya aku menjerit keras dan tubuhku terbanting-banting saat aku merasakan
    gelombang kenikmatan yang melanda seluruh simpul syarafku, mengiringi ledakan orgasmeku untuk kedua
    kalinya.

    Tanpa bisa kukontrol, kakiku menendang bahu Reza sehingga Reza terpelanting ke ranjang. PLOP! Otomatis
    terdengar suara pelepasan penisnya yang tercabut keluar dari vaginaku seiring dengan rebahnya tubuh
    Reza di ranjang.

    Cairan cintaku yang hangat kembali terasa meluap dari celah kewanitaanku. Reza bergerak menjauh
    sedikit membiarkan tubuhku bergerak liar meresapi kenikmatan orgasme yang saat ini kurasakan.

    Setelah merasakan ledakan orgasme itu, tubuhku kembali melemas, serasa tenagaku lenyap seluruhnya.
    Nafasku terasa berat dan degup jantungku juga masih saja kencang. Reza membiarkanku beristirahat
    sesaat untuk mengembalikan staminaku.

    “Waah, nggak nyangka nih! Padahal tampangnya alim, tapi rupanya Linda memang galak kalau orgasme!”
    Reza menggodaku .

    “Gimana? Enak nggak rasanya?” tanyanya padaku.

    Aku mengangguk pelan sambil tersenyum kecil.

    “Mau lagi?” kembali Reza bertanya menantangku.

    “Mau…” jawabku mengiyakan.

    “Nah, sekarang ikut aku kak!” Reza menarik tanganku turun dari ranjang dan melepas ikatan kedua
    tanganku.

    Aku lalu digandengnya kehadapan meja rias bu Diana. Meja rias itu delengkapi sebuah cermin besar
    sehingga aku bisa melihat penampilanku dengan jelas dihadapan cermin itu.

    “Linda, sekarang coba kamu menungging!” aku pun membungkukkan badanku dan menumpukan tubuhku pada
    kedua lenganku yang menekan meja rias bu Diana, sehingga aku dalam posisi menungging dihadapan cermin
    meja rias itu.

    “Lebarkan pahamu dan coba lebih menunduk!” kembali Reza memberi perintah yang segera kuturuti, pahaku
    kulebarkan dan aku semakin menunggingkan tubuhku.

    Reza lalu menyingkapkan rok gaunku dan menaikkan petticoatku dari belakang dan menjepitnya dengan pita
    gaunku, sehingga kembali pantat dan vaginaku terpampang jelas dihadapannya. Reza lalu berdiri
    dibelakangku, aku bisa melihat tubuhnya yang berdiri dibelakang pantatku lewat cermin itu. Tampaknya
    Reza memang ingin agar aku bisa melihat keadaan sekitarku lewat cermin itu.

    “Auuch…” aku merintih pelan saat penis Reza kembali menghunjam vaginaku dari belakang.
    Sekarang Reza memegang pinggulku dan menggerakkannya maju mundur sehingga vaginaku dihentak-hentakkan
    oleh penisnya.

    “Aw… aakhh… aawww…” rintihku saat gesekan antara kemaluan kami kembali menimbulkan sensasi kenikmatan
    yang melanda tubuhku.
    Suara beturan tubuh kami juga menggema didalam kamar itu mengikuti desahan-desahan yang keluar dari
    bibirku.

    “Linda, coba kamu lihat cermin.” Perintah Reza sambil terus memompaku.

    Aku menatap cermin dan aku bisa melihat ekspresi wajah cantikku yang tampak dilanda kenikmatan di
    tubuhku. Aku bisa melihat mataku yang sayu dan bibirku yang megap-megap berusaha mencari nafas dan
    melontarkan desahan-desahanku.

    “Apa yang kamu lihat di cermin itu?” tanyanya

    “Linda… aakh… Linda jadi… pengantin… Reza… auuhh…” jawabku terbata-bata.

    “Oh ya? Apa yang sedang dilakukan Linda, pengantin Reza itu?”

    “Oohh… Linda… Linda sedang disetubuhi… aww… Reza… ahh…”

    “Bagaimana menurutmu, penampilanmu sekarang?”

    “Linda… Linda jadi… aww… cantik sekali… Linda… suka… gaun Linda… juga… ahh… indah…”

    “Linda senang tidak jadi pengantin?” ujar Reza.

    Aku hanya menganggukkan kepalaku merespon pertanyaan Reza karena mulutku sekarang sedang sibuk
    mendesah penuh kenikmatan.

    Memang dengan penampilanku sebagai pengantin saat ini, aku tampak cantik sekali. Saat aku melihat
    wajah cantikku itu tampak dikuasai oleh gairah seksualku, entah kenapa aku semakin terangsang. Apalagi
    saat aku melihat diriku yang sedang disetubuhi dari belakang oleh Reza, dalam balutan busana
    pengantinku yang indah, gairah seksualku semakin meningkat drastis.

    “Oouch… ahhh…aww…” aku berusaha menggapai orgasmeku, namun Reza malah berusaha bertahan agar aku tidak
    mencapai orgasmeku dengan cepat.

    Sesekali gerakannya dipercepat, namun saat merasakan aku akan mencapai orgasmeku, ia segera
    menghentikan serangan penisnya di vaginaku. Akibatnya siksaan orgasmeku semakin mendera tubuhku.

    “Rezay… kamu jahaat… auuch… Linda mau orgasmee…hyaah…” aku memprotes perlakuan Reza padaku.

    “Iyaa… soalnya Linda kan sudah orgasme dua kali! Reza juga mau! ” balasnya.

    Memang benar, dari tadi Reza terus memberi pelayanan yang membuatku mencapai orgasme dua kali, namun
    dia sendiri hanya sekali berejakulasi dalam mulutku. Tiba-tiba, Reza menghentikan gerakannya, sehingga
    aku mendesah tertahan sejenak. Aku cemas karena tampaknya Reza tidak berminat lagi meneruskan
    pompaannya.

    “Sekarang, giliran Linda yang gerak, ya?” pinta Reza yang segera kurespon dengan senang hati.
    Goyangan maju-mundur pantatku pun menjemput dan mempermainkan penisnya dalam vaginaku.

    Aku merasa lega karena setidaknya vaginaku masih bisa merasakan kenikmatan dari persetubuhanku dengan
    Reza. “Linda, ayo lihat cerminnya lebih dekat!” kembali aku menuruti perintah Reza.

    Wajahku kudekatkan pada cermin itu sehingga cermin itu mengembun akibat hembusan nafasku. Aku bisa
    melihat pantatku yang kini bergerak maju-mundur dan ekspresi nikmat di wajah Reza.

    “Linda suka lihat cerminnya?”

    “Iyaa… wajah Linda cantiik… eeghh… dan nakaal…”

    “Jadi, Linda cewek yang nakal yaa?” tanyanya sedikit menggodaku sambil menghentakkan penisnya secara
    tiba-tiba di vaginaku.

    “Aww… iyaa… Linda memang nakaal…” celotehku tanpa pikir panjang.

    “Bagaimana, rasanya enak tidak dientot, Linda?”

    “Mmm… aah…enaak… nikmaaat… Linda sukaa…”

    “Kalau begitu, boleh kan kalau Reza mengentoti Linda lagi?” selorohnya.

    “Boleeh… Linda… auuh… boleh dientot Reza… kapaan saja… Linda kan… sudah jadi… pengantin Reza… oh…”
    jawabku yang sekarang sudah sepenuhnya takluk oleh Reza.

    “Kalau begitu, Linda tidak boleh selingkuh dengan orang lain ya?”

    “Iyaa… ooh… Reza sayaang… Linda cuma mau dientot Reza sajaa… nggak mau sama cowok laiin…” secara
    otomatis aku menyatakan kesetiaanku pada Reza.

    Reza terus mempermainkan mentalku sambil mempermalukanku. Anehnya, dipermalukan sedemikian rupa, malah
    semakin merangsangku dan aku semakin mempercepat gerakan pantatku walaupun sendi-sendi paha dan
    pinggangku terasa ngilu akibat kelelahan. Akhirnya Reza mencengkeram pinggulku dan menghentikan
    pergerakanku.

    “Rezay… kenapaa?” tanyaku penuh kekecewaan.

    “Sekarang giliranku ya, Linda?” aku hanya mengangguk pelan mengiyakan permintaan Reza.
    Ada untungnya juga bagiku karena tubuhku sudah amat lelah dan aku juga merasa aku tidak bisa
    melanjutkan gerakanku lebih lama lagi. Reza kembali menggerakkan pinggulku maju-mundur dengan cepat
    sehingga aku semakin kewalahan.

    Dengan nakalnya, Reza melesakkan jari telunjuknya kedalam lubang pantatku. Tidak seperti tadi, anusku
    yang sekarang sudah amat becek akibat lelehan cairan cintaku yang sekarang juga meluber ke anusku.

    Lubang pantatku dengan mudahnya menelan jari telunjuk Reza sehingga kembali rasa perih yang sedikit
    nikmat melanda anusku. Jari telunjuk itu lalu digerakkan seirama dengan gerakan penisnya di vaginaku
    sehingga aku semakin tenggelam dalam kenikmatanku.

    Desahan-desahanku semakin keras karena sensasi di selangkanganku saat ini dimana penis Reza masih
    terbenam dalam vaginaku, sementara jari telunjuknya berputar-putar menjelajahi isi pantatku apalagi
    saat jarinya mempermainkan saraf di sekitar lubang pantatku. Saat aku mengejan, Reza malah semakin
    memasukkan jarinya lebih dalam kedalam pantatku sehingga sensasi rasa geli dan sakit di anusku kian
    menjadi.

    Aku semakin kewalahan dengan rasa nikmat yang datang menguasai tubuhku apalagi aku bisa merasakan
    otot-otot tubuhku yang menegang lebih keras dari sebelumnya, aku mengepalkan tanganku dengan keras
    menahan desakan dari dalam tubuhku. Namun sekuat-kuatnya aku berusaha menahan diri, akhirnya
    pertahananku runtuh juga.

    “Ahhk… aah… AKHHH!!!” dengan diiringi teriakanku, orgasmeku kembali meledak.

    Aku merasakan vaginaku berdenyut keras seolah menyempit dan penis Reza semakin terjepit erat di
    dinding kewanitaanku. Tubuhku langsung dialiri oleh ledakan rasa nikmat dan kelegaan yang luar biasa.

    “OOKH… Lindaa…” Merasakan sensasi jepitan vaginaku saat orgasme, Reza akhirnya tidak bisa menahan
    dirinya.

    Sekali lagi dihentakkannya penisnya sekeras mungkin kedalam vaginaku dan saat itu pula aku merasakan
    cairan hangat menyembur dari penis Reza memenuhi rahimku.

    Reza pun mencabut jarinya dari lubang pantatku sebelum menarik penisnya keluar dari vaginaku setelah
    spermanya telah tertuang sepenuhnya kedalam rahimku. Aku tidak tahan lagi melawan rasa lelah tubuhku.

    Setelah mencapai orgasmeku itu tubuhku serasa kehilangan seluruh tenagaku. Aku pun jatuh lunglai tanpa
    tenaga di lantai kamar bu Diana. Reza menghampiriku yang masih tergeletak lelah dan mencium bibirku
    sekali lagi dengan lembut sambil melumat bibirku. Aku menggerakkan bibirku membalas kecupan Reza
    dengan pelan sebelum rasa lelah mengalahkanku sehingga aku pun tertidur kelelahan.

    Aku terbangun saat kurasakan sentuhan lembut di pipiku. Saat aku membuka mataku, aku melihat Reza
    sedang duduk disampingku yang kini terbaring di ranjang bu Diana. Aku masih berbusana pengantin
    lengkap seperti sebelumnya.

    Melihatku yang terbangun, Reza segera membelai kepalaku dengan penuh kasih sayang. Aku merasa terkesan
    dengan perhatiannya, belaiannya terasa lembut melindungiku seolah menjawab perasaanku sebagai seorang
    wanita yang ingin dilindungi dan diperhatikan oleh seorang kekasih.
    Akhirnya kusadari kalau aku telah jatuh cinta pada Reza. Walaupun bisa disebut sebagai cinta terlarang
    antara guru dan murid, namun bagiku hal itu sekarang bukan lagi hambatan bagiku. Aku hanya ingin agar
    bisa bersama dengan Reza selama mungkin.

    Lagipula, dialah yang telah membuatku menjadi pengantinnya dan merenggut keperawananku yang tadinya
    kujaga dengan baik demi calon suamiku dimasa depan. Jadi, wajar saja kalau dia berhak menerima
    cintaku.

    “Linda, kamu akhirnya bangun juga…” panggil Reza pelan.

    “Ya, sayang…” jawabku manja sambil melihat wajahnya.

    “Kamu suka tidak sama Reza?” tanyanya dengan mimik cemas.

    “Linda cinta Reza kok! Linda mau jadi pengantin Reza selamanya!” jawabku mantap.

    “Benar?” tanyanya dengan ragu.

    “Iyaa… kan Linda sudah jadi pengantin Reza? Niih lihaat!” jawabku nakal sambil memamerkan gaun
    pengantinku.

    Reza tersenyum melihat tingkahku itu dan ia segera mencium bibirku. Sekali lagi kami berciuman diatas
    ranjang itu dan kali ini, tidak ada paksaan atas diriku untuk memadu kasih dengan Reza. Perasaanku
    terhadap Reza telah berubah seluruhnya menjadi perasaan cinta sepenuh hatiku.

    Sekarang aku adalah seorang pengantin wanita bagi seorang lelaki yang telah berhasil menaklukkan
    hatiku dengan kehebatannya bercinta denganku. Reza juga tampak bahagia karena berhasil menjadikanku
    sebagai kekasih hidupnya. Ya, sekarang aku telah menjadi pengantin muridku, Reza!

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Nadya, Gadis Alim Yang Tergoda

    Cerita Sex Nadya, Gadis Alim Yang Tergoda


    3120 views

    Perawanku – Cerita Sex Nadya, Gadis Alim Yang Tergoda, Hari itu hujan rintik-rintik di awal tahun 2014, Nadya, seorang gadis yang alim dan manis berniat mendaftarkan diri di sebuah tempat bimbingan belajar yang katanya paling berkualitas di kota mereka untuk persiapan UMPTN 2014. Sesampainya di sana Nadya dan temannya disambut seseorang di tangga. Dia berkata, “Mo mendaftar yah Dek..? Kalo mau mendaftar di atas.” Dia kelihatan agak dewasa dari yang lainnya yang ada di sana. Belakangan Nadya tahu dia bernama Budi, tentor kelas IPA yang juga mengajarnya di kelas.

    Tidak cakep sih mas itu, namun rayuannya membuat Nadya sangat tersanjung. Dan wibawa serta senyumannya sangat membuat Nadya, yang lugu dan alim terkesima, apalagi saat mas Budi menjelaskan terlihat sekali kecerdasannya terpancar. Nadya semakin kagum melihatnya. Dari hari ke hari mereka semakin akrab. Nadya pun biasa diantarnya pulang, mereka pun sering ngobrol bersama tentang masalah mereka karena mereka juga sudah saling terbuka bahkan menyangkut cerita pribadi mereka. Mereka juga seringbercanda. Mas Budi pun sesekali menyentuh Nadya, dan walaupun Nadya seringkali menolak, tetap saja Nadya merasakan sesuatu yang lain dalam sentuhannya yang begitu lembut dan mesranya.

    Sampai pada suatu hari dia mengajak Nadya nonton. Awalnya Nadya ragu, namun kemudian Nadya pun menerima ajakan itu. Mereka pun pergi sekitar jam 7 malam ke twenty one. Nadya tampak canti saat itu dengan busana biru sedada dan kemeja putih bersih serta rok panjang lembut yang selalu Nadya pakai. Tidak lupa kaus kaki yang selalu menutupi kakinya yang putih bersih. Saat film tengah diputar, mas Budi tidak henti-hentinya melihat Nadya. Nadya pura-pura serius nonton, tapi Nadya sebenarnya juga melihatnya. Kemudian mas Budi mulai berani memegang tangannya, Nadya pun tak kuasa menolaknya dan saat mas Budi berkata, “Mas sayang kamu.” Serr.., rasanya Nadya tersambar petir asmara dan tidak kuasa menolaknya, apalagi ketika mas Budi mulai berani menyandarkan kepalanya di bahunya dan meletakkan tangannya di paha Nadya yang masih tertutup rok panjang. Nadya semakin tidak kuasa menepisnya.

    Kemudian mas Budi pun memandang Nadya sejenak dan langsung menyambar bibirnya. Awalnya Nadya berusaha menolak. Namun karena serangan bibir mas Budi yang bertubi2 dan serangan birahi yang menggebu2, dengan agak canggung akhirnya Nadya menyambutnya. Nadya yang sudah terbakar napsu birahi untuk pertama kali dalam hidupnya lagi2 tak kuasa menolak saat sidah mas Budi menyusup kedalam mulutnya dan bertemu dengan lidahnya. Lidah mereka saling bertautan dan aroma nafas mereka saling memburu mereguk nikmatnya air liur mereka yang saling mereka tukarkan. Kebetulan di sederetan kursi mereka duduk tidak ada orang, jadi tidak ada yang melihat aktivitas mereka ini. Baru sekali ini Nadya melakukan hal seperti ini. Apalagi sekarang Nadya melakukannya di bioskop, sehingga nadya juga merasa agak malu saat kemudian ia membayangkan. Bagaimana bila tiba2 orang2 mengetahui apa yang ia lakukan dengan mas Budi. Dimana martabatnya sebagai seorang gadis yang alim dan manis? Namun pikiran itu tidak bisa mengalahkan gejolak birahi Nadya, justru malah membuatnya semakin terangsang. Itulah sebabnya Nadya sangat menikmatinya.

    Mas Nadya yang satu ini pun semakin berani menyingkap rok panjang Nadya dan mulai mengelus-elus paha mulus Nadya yang kuning langsat itu,dan dia berkata, “Paha kamu mulus yah.., Mas jadi tambah sayang sama kamu. Pasti paha kamu belum pernah disentuh cowok kayak sekarang khan??” Kebetulan rok yang Nadya pakai saat itu memang mendukung, sebuah rok biru panjang lembut namun ada belahannya di pinggir yang menyebabkan tangan masnya ini mudah menyusup masuk mencari kehangatan cinta di antara dua paha Nadya. Namun karena malu Nadya pun menahan tangannya, dan berkata, “Jangan Kak.” Mas Budi tidak memperhatikan kata-kata Nadya, dan tangannya terus memaksa masuk.

    Sekarang celana dalam Nadya bagian paha dalam sudah ia raih. Sedikit lagi ia tarik, maka mas Budi akan mendapatkan kemaluan Nadya yang sudah basah ini. Mas Budi berkata, “De.., nggak pa-pa kok, enak deh, masa nggak percaya sih sama Mas. Ya Yang… ya..!” Nadya pun tetap bertahan untuk tidak memberikan apa yang mas Budi mau, namun tenaganya lebih kuat dari padanya, sehinggga slep.., jarinya menyentuh klitoris Nadya.
    Nadya merasakan kenikmatan yang luar biasa, apalagi ketika mas Budi mulai memainkan tangannya di lubang Nadya bagian luar, mengelus-elus bulunya yang tipis dan menggesek-gesekkan klitorisnya yang sudah basah dengan cairannya. Sungguh sensasi yang luar biasa yang tak pernah tidak Nadya rasakan. Tidak sadar Nadya pun mulai menggelinjang dan mengeluarkan suara-suara yang erotis sambil masih merasakan malu, “Ahh… ahh… Mas..,maaasss.., jang…jangaaan…. Mass..aaaakhh….!”

    Kepalanya yang tanpa sadar juga sudah sudah menempel di kedua payudaranya. Film pun habis, lampu kembali menjadi terang. Mas Budi pun memandangi Nadya dengan mesranya. “Pulang yuk..!” katanya sambil menggandeng tangan Nadya. Sambil berjalan turun, Nadya pun membetulkan rok dan busananya yang sudah diacak-acak oleh mas Budi tadi.

    “Maafin kelakuan Mas yah tadi.” mas Budi pun memecahkan kebisuan di antara mereka berdua. “Nggak pa-pa, tapi jangan diulangi lagi yah Kak.. Nadya takut.” jawab Nadya. Mas Budi langsung merangkul pinggul Nadya dan mencium pipinya, sungguh sangat mesranya. Mereka pun pulang dengan menggunakan jasa taxi.

    “Turun dulu Kak..!” kata Nadya saat taxi sudah sampai di depan rumahnya. Mas Budi pun menyanggupi dengan langsung membayar taxi dan ikut turun bersama Nadya.

    Nadya pun mengambil kunci di bawah pot, di situ biasa keluarganya menyimpan kunci kalau tidak ada orang di rumah. Maklumlah, ibu dan bapak Nadya sering pergi ke rumah masnya yang paling tua, sehingga Nadya biasanya hanya tinggal di rumah bersama saudara-saudaranya.

    Nadya langsung mempersilakannya masuk ke rumah mungilnya. “Duduk Mas.., mo minum apa..?” “Nggak usah repot-repot deh, ehh iya orangtuamu nggak ada..?” “Nggak ada Mas, lagi pergi kayaknya.” “Oohh..” Begitu percakapan mereka setelah mereka masuk. Nadya pun langsung masuk kamar untuk mengganti baju.

    “Tunggu sebentar yah Kak.” kata Nadya, namun mas Budi langsung mengikuti Nadya ke dalam kamar dan menggendongnya ke atas ranjang, lalu mengunci pintu kamarnya. “Mas mau apa..?” tanya Nadya lugu. “Lanjutin yang tadi yah..?” ucapnya. “Jangan Kak, Nadya takut..!” kata Nadya lagi tapi Mas Budi langsung memeluk Nadya dan menciumi Nadya dengan liarnya. Nadya yang juga sudah dari tadi terangsang menyambutnya dengan ciuman Nadya yang bernafsu.

    “Achh.., ack.., ack..!” bunyi mulut mereka yang saling terpaut mesra. Mas Budi pun melepaskan semua bajunya dan bugil di depan Nadya yang wajahnya mulai merah karena terbakar napsu birahi. Kemaluan Mas Budi yang menggelantung di depannya sangat besar, baru kali ini Nadya melihat secara langsung. Selama ini Nadya hanya melihat sesekali saat ia membuka situs porno di internet. Biarpun alim, namun Nadya suka membuka situs2 porno di internet. Nadya tidak kuasa menolak ketika mas Budi melepaskan seluruh baju Nadya, sehingga Nadya polos tanpa sehelai benang pun yang menempel pada tubuhnya, kecuali busana birunya yang memang sengaja tidak ditanggalkan oleh mas Budi. “kamu tampak lebih menggairahkan saat masih pake busana, sayang.” Bisik mas Budi lembut.

    Cerita Sex Nadya, Gadis Alim Yang Tergoda

    Cerita Sex Nadya, Gadis Alim Yang Tergoda

    Di kamar Nadya sendiri, di atas ranjangnya sendiri, dimana ibunya biasa tidur bersamanya, sekarang Nadya sedang memegangi batang kemaluan tentornya yang amat panjang dan keras yang mas Budi sodorkan ke mulut Nadya. Walaupun sempat menolak karena agak jijik, namun akhirnya Nadya mau juga dan malah keenakan menghisap miliknya seperti lolypop yang dulu sering diberikan mama waktu Nadya kecil. Mas tentornya pun mengerang keenakan, “Ahh.., aah.., ahhh.., enak Sayang.. terus..!” Terdengar juga saat itu, “Ckkc.. ckkk..!” bunyi hisapan mulut Nadya di batang kemaluannya. Terlihatlah pemandangan yang sangat menggairahkan, seorang gadis yang hanya memakai busana di tubuhnya sedang menjilati kemaluan seorang lelaki yang bukan suaminya.

    Dalam posisi Nadya tidur dan mas Budi mengangkang di atasnya sambil kedua tangannya meraih payudaranya dan meremas-remasnya, Nadya pun keenakan dibuatnya. Ia sudah tidak ingat apa2 lagi, karena api birahi sudah menguasainya 100 persen. Mas Budi kini melepaskan penisnya dan menghisap kedua payudara Nadya secara bergantian dengan liarnya sambil tangannya memainkan klitoris Nadya dan sesekali menusuk masuk ke lubangnya yang sudah amat becek. Nadya pun merasa sangat nikmat dibuatnya. “Aaah.., ahh.., uhh.., uuhh Maasshh.. shhtt..kkk….. Kak eehhk.., ah.. aahh uhh aaah..!” begitulah teriakannya sambil meracau tidak karuan karena menahan nikmat yang luar biasa.

    Mas Budi pun menjilati tubuh Nadya, turun dan turun hingga sampai kepada lubang kemaluannya yang ia garapmesra. Nadya pun melenguh keenakan, “Aahh.., aahhh… massshh.., Nadya mo pipiisshhh..!” Mas Budi seakan tidak menggubrisnya, jilatannya pindah ke arah paling sensitif. Klitoris Nadya dimain-mainkan dengan lidahnya. Nadya hanya bisa merem melek dibuatnya, karena sensasi yang luar biasa atas permainan lidahnya di bagian tubuhnya yang sensitif.

    “Kakkk.., Kakkk.., Nadya pipiiishhh. Ahh.., aahh..!” Nadya pun mengeluarkan cairannya, namun mas Budi tidak berhenti menghisap vagina Nadya sampai semuanya dibuat bersih. “Oohh.., Kakkk.., enakk.. Kakk..!” Nadya seakan tidak perduli lagi apa yang Nadya ucapkan. Mas Budi pun mencoba menusuk Nadya dengan senjatanya yang sudah menegang dari tadi. mas Budi mau memuaskan Nadya dulu baru memikirkan nasib ‘adek’-nya.

    Nadya pun segera melebarkan kakinya untuknya, pasrah memberikan diri Nadya untuknya. Mas Budi pun berusaha memasukkan batang penisnya ke arah vagina Nadya, namun agak sulit karena memang Nadya masih perawan. Nadya pun merasa sakit, namun karena mas Budi juga meremas payudara Nadya dan menghisap bibir Nadya, rasa sakit itu sedikit terobati. Sampai akhirnya, “Bless..! Pertahanan Nadya berhasil ditembusnya. Nadya pun berteriak, “Ahh.., saa.. saakiitt Kaakkk..!” Mas Budi pun membelai kepala Nadya yang terbungkus busana, dan berkata, “Tahann ya uhh..!”

    Mas Budi pun nampak keasyikkan menikmati jepitan Nadya, “Uhh.., Dekk.., kamu hebat..!”Mereka pun terus berciuman sementara tangannya memainkan puting susu Nadya yang semakin mengeras. “Ahh.., aahh.. aahh..” betul-betul nikmat dan asyik, “Aahhh.., ohh.., uuhh..!” Mas Budi pun menghisap bibir Nadya dengan lembut. Tidak lama kemudian, “Ahh.., aahh.., ohh.., yeaahh.. yeaah.. Kak.. Nadya mo pipiss lagiiihhh… Oohh Nadya sudah tidak tahan lagi..!” dan, “Serrr…” keluarlah cairan Nadya.

    Nadya pun merasakan kenikmatan yang teramat sangat di sekujur tubuhnya seiring keluarnya cairan di liang kenikmatan Nadya beserta darah segar yang sejak tadi keluar dan membasahi sepreinya. Seketika itu juga Mas Budi mengeluarkan batang kemaluannya dari lubang kemaluan Nadya dan menyemprotkan spermanya ke seluruh wajah dan mulut Nadya, sampai membasahi busana Nadya. Nadya pun membersihkan sisa-sisanya dengan menelan sperma yang ia semprotkan dengan menghisap batang kemaluannya sampai bersih.

    Kemudian mereka pun menatap mesra, berpelukan dan tertidur bersama.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Nafsu Anakku Tinggi Banget

    Cerita Sex Nafsu Anakku Tinggi Banget


    4724 views

    Perawanku – Cerita Sex Nafsu Anakku Tinggi Banget, Namaku Ibu Hana (Samaran),  usiaku 31 tahun, PNS di kota Bandung, Anakku yg pertama, laki-laki, namanya Ridwan.Anakku yg kedua, perempuan lahir tahun 1981, namanya Iin. Anakku yg ketiga, perempuan namanya Tanti.

    Aku dan suamiku bercerai, ketiga anak-anakku ikut bersamaku.. kehidupan kami pada sa’at itu tdk ada masalah terutama dari segi ekonomi, karena selain aku bekerja sebagai PNS, orang tuaku meninggalkan warisan cukup besar, sampai aku bisa mempunyai rumah sendiri, bisa beli mobil, perabotan rumah tangga yg lux, dan sisanya aku depositokan.

    Sampai akhirnya anakku yg kedua..Iin, selang beberapa bulan anakku yg pertama..Ridwan diterima bekerja di xxx yg cukup ternama di kota Bandung, setelah beberapa bulan dia menganggur setamat kuliahnya, DIII jurusan xxx, anakku yg bungsu..Tanti menikah, sejak sa’at itu aku tinggal hanya berdua dengan anakku yg pertama, Ridwan, Aku sering menggonjak Ridwan.

    “Wan..lihat adikmu semua sudah menikah…..kapan kamu nikah ???”….Ridwan selalu cuek saja, malahan kelihatannya dia seperti belum pernah punya pacar…dia anaknya agak pendiam dan tertutup.

    Akhirnya terjadilah suatu kejadian yg tak akan pernah aku lupakan dan tak terbesit sedikitpun dalam pikiranku, hal itu akan terjadi menimpaku……

    Suatu malam,…malam minggu, aku seperti biasanya sekitar jam 9 malam pergi beranjak menuju pembaringan untuk tidur…… setelah aku tertidur…… tiba-tiba aku terbangun, karena merasa ada yg menindih di punggungku, waktu itu posisi tidurku tengkurap….aku segera menoleh ke arah wajah yg dekat dengan pipiku, nafasnya yg ngos-ngosan terasa di pipiku….

    Astaga…ternyata dia anakku..Ridwan, tetapi sa’at itu aku masih belum pulih betul dari rasa kantuk, selang beberapa detik aku baru benar-benar sadar dan hilang sudah rasa kantukku….

    Aku Kaget, …Aku hanya memakai CD dan BH saja.Ridwan sedang menggenjot-genjot… pantatnya naik-turun perlahan-lahan dan keadaannya telanjang bulat, terasa sekali di belahan pantatku k0ntolnya yg hangat sedang menggesek-gesek……lantas dengan refleks aku segera membalikkan badan dan memakinya……sumpah serapah keluar dari mulutku…..dia diam saja dan tdk perduli…malahan dia semakin beringas.. tenaganya seperti ada yg membantunya…kuat sekali…..

    Akhirnya aku sampai menangis diiringi omelan-omelan kasar .. tetapi dia…”Ridwan” Anakku tdk perduli dan sepertinya tdk mempunyai rasa iba.

    Akhirnya Aku berhasil dia telanjangi dan posisiku sa’at itu terlentang sambil ditindih dia…..anehnya dia tdk segera memasukkan k0ntolnya ke lubang memekku,…k0ntolnya terhimpit oleh bagian bawah perutnya dan bagian bawah perutku atau bukit memekku, sambil dia menggenjot-genjotkan pantatnya perlahan-lahan naik turun serta payudaraku disosor mulutnya dan diremas-remas oleh kedua tangannya…..lama kelamaan aku berhenti dari tangisanku….dan ..mau tdk mau / suka tdk suka…aku mulai terangsang juga dan merasa enak (wanita manapun mungkin akan merasakan hal yg sama denganku, apalagi aku sudah lama tdk merasakan bersetubuh) .

    Setelah aku terdiam…dan nafasku mulai ngos-ngosan serta dadaku naik turun agak cepat, “Ridwan”.. anakku seperti sudah faham.. lalu dia memasukkan jari tengahnya ke lobang memekku…sambil dikocok-kocok keluar masuk..dinding dalam memekku sudah licin karena cairan memekku sudah keluar akibat rangsangan yg dilakukan oleh Ridwan….., setelah beberapa menit kemudian.. Ridwan mulai menghentikan kocokan jari tengahnya… dan dia mulai memasukkan k0ntolnya… cerita sex

    Sa’at itu aku menutup mata rapat-rapat dan merasakan masuknya k0ntol Ridwan… perlahan tapi pasti, akhirnya seluruh batang k0ntol Ridwan tertelan memekku….aku kaget juga, k0ntol Ridwan besar dan panjang, terasa sekali mengganjal hangat di dalam rahimku….apalagi dia mulai menggerakan k0ntolnya keluar masuk perlahan-lahan seperti dihayati dan genjotannya terasa lembut,…. sambil dia memeluk erat tubuhku… nafasnya terasa hangat dan ngos-ngosan di leherku

    Entah berapa lama Ridwan menyetubuhiku…. yg kurasakan sa’at itu benar-benar dibuai oleh kenikmatan dan dalam pikiranku, aku bayangkan saja ….aku sedang digenjot oleh pemain sinetron idolaku…. tiba-tiba aku tak tahan lagi, sepertinya seluruh tubuhku akan meletus… terutama bagian-bagian vital tubuhku….payudaraku rasanya ingin didekap terus oleh hangatnya dada yg memelukku….memek bagian dalamku rasanya akan mengeluarkan sesuatu… dan tanpa sadar aku pun langsung menjerit tetapi jeritanku agak aku tahan karena takut terdengar oleh tetangga.

    Hampir bersamaan dengan puncak kenikmatan yg aku rasakan…aku dibuat kaget karena di dalam rahimku…k0ntol Ridwan yg mengganjal dan terasa agak panas, mengeluarkan cairan yg rasanya juga agak panas… (nikmatnya tdk bisa dibayangkan)… semprotan air mani Ridwan terasa menembak di dalam rahimku dan keluarnya banyak sekali… (rasanya seperti di stroom)… lantas dia menekan kuat-kuat pantatnya dan dengan refleks pula aku ikut membantunya dengan memegang pantatnya sambil kucengkram kuat dan ditekan kearahku… akupun menjerit untuk kedua kalinya bersamaan dengan erangan Ridwan…..

    Malam itu aku digenjot “Ridwan”,…anakku.. sampai 3 kali…. dan pagi harinya badanku serasa lemas..tetapi perasaanku terasa sangat bahagia, sepertinya seluruh beban/problemku serasa sirna…..

    Selama dua hari setelah kejadian itu, kami tdk saling tegur sapa… dan pada malam harinya, Ridwan kembali masuk ke kamarku… Aku diam saja (seperti gedebong pisang).. tubuhku digumuli Ridwan… payudaraku diremas-remas dan dijilatinya…. memekku dijilati.. dan malam itu aku disetubuhinya 2 kali,.. keesokan harinya aku mulai membuka komunikasi dengan Ridwan.. diawali dengan pembicaraan bahwa

    “kejadian ini jangan sampai bocor ke orang lain.. cukup menjadi rahasia kita berdua”…….., selanjutnya keadaan seperti semula tetapi Ridwan berubah menjadi manja dan dia tdk pendiam lagi, malahan sangat terbuka…. Akupun semakin sayang kepadanya.

    Cerita Sex Nafsu Anakku Tinggi Banget

    Cerita Sex Nafsu Anakku Tinggi Banget

    Seminggu 2 kali kami bersetubuh,… layaknya seperti suami istri, akupun tdk seperti gedebong pisang lagi,…kami sering nonton DVD XXX dan mempraktekkan gaya-gaya yg ada di film itu..2 Tahun lamanya kami berhubungan intim (INCEST)…

    Lantas kami sepakat untuk tdk melakukannya lagi, 3 bulan setelah itu Ridwan menikah, tetapi dia tdk mau pisah denganku… padahal dia sudah punya cukup tabungan untuk membeli rumah dan kekurangannya sedikit aku sanggup menanggungnya.Ridwan dan istrinya tinggal bersama di rumahku……

    Kami hidup bahagia, apalagi setelah kehadiran cucuku dari Ridwan …. bertambahlah cucuku menjadi 5 orang (dari Iin dan Tanti).

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Nafsu Bertubi-Tubi Lampiaskan Kepada Wanita Semok Bertoket Mulus

    Cerita Sex Nafsu Bertubi-Tubi Lampiaskan Kepada Wanita Semok Bertoket Mulus


    675 views

    Perawanku – Cerita Sex Nafsu Bertubi-Tubi Lampiaskan Kepada Wanita Semok Bertoket Mulus. kali ini saya ingin bercerita tentang pengalaman yang saya alami 3 tahun yang lalu,sebelumnya, perkenalkan Namaku Sony, berasal dari kawasan Timur Indonesia, tinggal di Surabaya. Isteriku Lia yang terpaut lima tahun dariku telah dipanggil menghadap hadirat penciptanya. Tinggal aku seorang diri dengan dua orang anak yang masih membutuhkan perhatian penuh.

    Aku harus menjadi ayah sekaligus ibu untuk mereka. Bukan hal yang mudah. Sejumlah teman menyarankan untuk menikah lagi agar anak-anak memperoleh ibu baru. Anjuran yang bagus, tetapi saya tidak ingin anak-anak mendapat seorang ibu tiri yang tidak menyayangi mereka. Karena itu aku sangat hati-hati.

    Kehadiran anak2 jelas merupakan hiburan yang tak tergantikan. Sinta kini berusia 10 tahun dan jeremy adiknya berusia enam tahun. Anak-anak yang lucu dan pintar ini sangat mengisi kekosonganku. Namun kalau anak-anak lagi berkumpul bersama teman-temannya, kesepian itu senantiasa menggoda. Ketika hari telah larut malam dan anak-anak sudah tidur, kesepian itu semakin menyiksa.

    Sejalan dengan itu, nafsu birahi ku yang tergolong besar itu meledak-ledak butuh penyaluran. Beberapa teman mengajakku mencari wanita panggilan tetapi aku tidak berani. Resiko terkena penyakit mengendurkan niatku. Terpaksa aku bermasturbasi. Sesaat aku merasa lega, tetapi sesudah itu keinginan untuk menggeluti tubuh seorang wanita selalu muncul di kepalaku.

    Tidak terasa 3 bulan telah berlalu. Perlahan-lahan aku mulai menaruh perhatian ke wanita-wanita lain. Beberapa teman kerja di kantor yang masih lajang kelihatannya membuka peluang. Namun aku lebih suka memiliki mereka sebagai teman. Karena itu tidak ada niat untuk membina hubungan serius. Di saat keinginan untuk menikmati tubuh seorang wanita semakin meningkat, kesempatan itu datang dengan sendirinya.

    Senja itu di hari Jumat, aku pulang kerja. Sepeda motorku santai saja kularikan di sepanjang Jalan Darmo. Maklum sudah mulai gelap dan aku tidak terburu-buru. Di depan hotel Mirama kulihat seorang wanita kebingungan di samping mobilnya, Suzuki Baleno. Rupanya mogok. Kendaraan-kendaraan lain melaju lewat, tidak ada orang yang peduli. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, tidak tahu apa yang hendak dilakukan. Rupanya mencari bantuan. Aku mendekat.

    “Ada yang bisa saya bantu, Mbak?” tanyaku sopan.

    Ia terkejut dan menatapku agak curiga. Saya memahaminya. Akhir-akhir ini banyak kejahatan berkedok tawaran bantuan seperti itu.

    “Tak usah takut, Mbak”, kataku.”Namaku Sony. Boleh saya lihat mesinnya?”

    Walaupun agak segan ia mengucapkan terima kasih dan membuka kap mesinnya. Ternyata hanya problema penyumbatan slang bensin. Aku membetulkannya dan mesin dihidupkan lagi. Ia ingin membayar tetapi aku menolak. Kejadian itu berlalu begitu saja. Tidak kuduga hari berikutnya aku bertemu lagi dengannya di Tunjungan Plaza. Aku sedang menemani anak-anak berjalan-jalan ketika ia menyapaku. Kuperkenalkan dia pada anak-anak. Ia tersenyum manis kepada keduanya.

    “Sekali lagi terima kasih untuk bantuan kemarin sore”, katanya,”Namaku Linda. Maaf, kemarin tidak sempat berkenalan lebih lanjut.”

    “Aku Sony”, sahutku sopan.

    Harus kuakui, mataku mulai mencuri-curi pandang ke seluruh tubuhnya. Wanita itu jelas turunan Cina. Kontras dengan pakaian kantor kemarin, ia sungguh menarik dalam pakaian santainya. Ia mengenakan celana jeans biru agak ketat, dipadu dengan kaos putih berlengan pendek dan leher rendah. Pakaiannya itu jelas menampilkan keseksian tubuhnya. Buah dadanya yang ranum berukuran kira-kira 38 menonjol dengan jujurnya, dipadu oleh pinggang yang ramping. Pinggulnya bundar indah digantungi oleh dua bongkahan pantat yang besar.

    “Kok bengong”, katanya tersenyum-senyum,”Ayo minum di sana”, ajaknya.

    Seperti kerbau dicocok hidungnya aku menurut saja. Ia menggandeng kedua anakku mendahului. Keduanya tampak ceria dibelikan es krim, sesuatu yang tak pernah kulakukan. Kami duduk di meja terdekat sambil memperhatikan orang-orang yang lewat.

    “Ibunya anak-anak nggak ikut?” tanyanya.

    Aku tidak menjawab. Aku melirik ke kedua anakku, Anita dan Marko. Anita menunduk menghindari air mata.

    “Ibu sudah di surga, Tante”, kata Marko polos. Ia memandangku.

    “Isteriku sudah meninggal”, kataku. Hening sejenak.

    “Maaf”, katanya,”Aku tidak bermaksud mencari tahu”, lanjutnya dengan rasa bersalah.

    Pokok pembicaraan beralih ke anak-anak, ke sekolah, ke pekerjaan dan sebagainya. Akhirnya aku tahu kalau ia manajer cabang satu perusahaan pemasaran tekstil yang mengelola beberapa toko pakaian. Aku juga akhirnya tahu kalau ia berusia 32 tahun dan telah menjanda selama satu setengah tahun tanpa anak.

    Selama pembicaraan itu sulit mataku terlepas dari bongkahan dadanya yang menonjol padat. Menariknya, sering ia menggerak-gerakkan badannya sehingga buah dadanya itu dapat lebih menonjol dan kelihatan jelas bentuknya. Beberapa kali aku menelan air liur membayangkan nikmatnya menggumuli tubuh bahenol nan seksi ini.

    “Nggak berpikir menikah lagi?” tanyaku.

    “Rasanya nggak ada yang mau sama aku”, sahutnya.

    “Ah, Masak!” sahutku,”Aku mau kok, kalau diberi kesempatan”, lanjutku sedikit nakal dan memberanikan diri.”Kamu masih cantik dan menarik. Seksi lagi.”

    “Ah, Sony bisa aja”, katanya tersipu-sipu sambil menepuk tanganku. Tapi nampak benar ia senang dengan ucapanku.

    Tidak terasa hampir dua jam kami duduk ngobrol. Akhirnya anak-anak mendesak minta pulang. Linda, wanita Cina itu, memberikan alamat rumah, nomor telepon dan HP-nya. Ketika akan beranjak meninggalkannya ia berbisik,

    “Saya menunggu Sony di rumah.”

    Hatiku bersorak-sorak. Lelaki mana yang mau menolak kesempatan berada bersama wanita semanis dan seseksi Linda. Aku mengangguk sambil mengedipkan mata. Ia membalasnya dengan kedipan mata juga. Ini kesempatan emas. Apalagi sore itu Anita dan Marko akan dijemput kakek dan neneknya dan bermalam di sana.

    “OK. Malam nanti aku main ke rumah”, bisikku juga, “Jam tujuh aku sudah di sana.” Ia tersenyum-senyum manis.

    Sore itu sesudah anak-anak dijemput kakek dan neneknya, aku membersihkan sepeda motorku lalu mandi. Sambil mandi imajinasi seksualku mulai muncul. Bagaimana tampang Linda tanpa pakaian? Pasti indah sekali tubuhnya yang bugil. Dan pasti sangatlah nikmat menggeluti dan menyetubuhi tubuh semontok dan selembut itu. Apalagi aku sebetulnya sudah lama ingin menikmati tubuh seorang wanita Cina.

    Tapi apakah ia mau menerimaku? Apalagi aku bukan orang Cina. Dari kawasan Timur Indonesia lagi. Kulitku agak gelap dengan rambut yang ikal. Tapi.. Peduli amat. Toh ia yang mengundangku. Andaikata aku diberi kesempatan, tidak akan kusia-siakan. Kalau toh ia hanya sekedar mengungkapkan terima kasih atas pertolongaku kemarin, yah tak apalah. Aku tersenyum sendiri.

    Jam tujuh lewat lima menit aku berhasil menemukan rumahnya di kawasan Margorejo itu. Rumah yang indah dan mewah untuk ukuranku, berlantai dua dengan lampu depan yang buram. Kupencet bel dua kali. Selang satu menit seorang wanita separuh baya membukakan pintu pagar. Rupanya pembantu rumah tangga.

    “Pak Sony?” ia bertanya, “Silahkan, Pak. Bu Linda menunggu di dalam”, lanjutnya lagi.

    Aku mengikuti langkahnya dan dipersilahkan duduk di ruang tamu dan iapun menghilang ke dalam. Selang semenit, Linda keluar. Ia mengenakan baju dan celana santai di bawah lutut. Aku berdiri menyambutnya.

    “Selamat datang ke rumahku”, katanya.

    Ia mengembangkan tangannya dan aku dirangkulnya. Sebuah ciuman mendarat di pipiku. Ini ciuman pertama seorang wanita ke pipiku sejak kematian isteriku. Aku berdebaran. Ia menggandengku ke ruang tengah dan duduk di sofa yang empuk. Mulutku seakan terkunci. Beberapa saat bercakap-cakap, si pembantu rumah tangga datang menghantar minuman.

    “Silahkan diminum, Pak”, katanya sopan, “Aku juga sekalian pamit, Bu”, katanya kepada Linda.

    “Makan sudah siap, Bu. Saya datang lagi besok jam sepuluh.”

    “Biar masuk sore aja, Bu”, kata Linda, “Aku di rumah aja besok. Datang saja jam tiga-an.”

    Pembantu itu mengangguk sopan dan berlalu.

    “Ayo minum. Santai aja, aku mandi dulu”, katanya sambil menepuk pahaku.

    Tersenyum-senyum ia berlalu ke kamar mandi. Di saat itu kuperhatikan. Pakaian santai yang dikenakannya cukup memberikan gambaran bentuk tubuhnya. Buah dadanya yang montok itu menonjol ke depan laksana gunung. Pantatnya yang besar dan bulat berayun-ayun lembut mengikuti gerak jalannya. Pahanya padat dan mulus ditopang oleh betis yang indah.

    “Santai saja, anggap di rumah sendiri”, lanjutnya sebelum menghilang ke balik pintu.

    Dua puluh menit menunggu itu rasanya seperti seabad. Ketika akhirnya ia muncul, Linda membuatku terkesima. Rambutnya yang panjang sampai di punggungnya dibiarkan tergerai. Wajahnya segar dan manis. Ia mengenakan baju tidur longgar berwarna cream dipadu celana berenda berwarna serupa.

    Tetapi yang membuat mataku membelalak ialah bahan pakaian itu tipis, sehingga pakaian dalamnya jelas kelihatan. BH merah kecil yang dikenakannya menutupi hanya sepertiga buah dadanya memberikan pemandangan yang indah. Celana dalam merah jelas memberikan bentuk pantatnya yang besar bergelantungan. Pemandangan yang menggairahkan ini spontan mengungkit nafsu birahi ku. Kemaluanku mulai bergerak-gerak dan berdenyut-denyut.

    “Aku tahu, Sony suka”, katanya sambil duduk di sampingku, “Siang tadi di TP (Tunjungan Plaza) aku lihat mata Sony tak pernah lepas dari buah dadaku. Tak usah khawatir, malam ini sepenuhnya milik kita.”

    Ia lalu mencium pipiku. Nafasnya menderu-deru. Dalam hitungan detik mulut kami sudah lekat berpagutan. Aku merengkuh tubuh montok itu ketat ke dalam pelukanku. Tangaku mulai bergerilya di balik baju tidurnya mencari-cari buah dadanya yang montok itu. Ia menggeliat-geliat agar tanganku lebih leluasa bergerak sambil mulutnya terus menyambut permainan bibir dan lidahku. Lidahku menerobos mulutnya dan bergulat dengan lidahnya.

    Tangannya pun aktif menyerobot T-shirt yang kukenakan dan meraba-raba perut dan punggungku. Membalas gerakannya itu, tangan kananku mulai merayapi pahanya yang mulus. Kunikmati kehalusan kulitnya itu. Semakin mendekati pangkal pahanya, kurasa ia membuka kakinya lebih lebar, biar tanganku lebih leluasa bergerak.

    Peralahan-lahan tanganku menyentuh gundukan kemaluannya yang masih tertutup celana dalam tipis. Jariku menelikung ke balik celana dalam itu dan menyentuh bibir kemaluannya. Ia mengaduh pendek tetapi segera bungkam oleh permainan lidahku. Kurasakan badannya mulai menggeletar menahan nafsu birahi yang semakin meningkat.

    Tangannyapun menerobos celana dalamku dan tangan lembut itu menggenggam batang kemaluan yang kubanggakan itu. Kemaluanku tergolong besar dan panjang. Ukuran tegang penuh kira-kira 15 cm dengan diameter sekitar 4 cm. Senjata kebanggaanku inilah yang pernah menjadi kesukaan dan kebanggaan isteriku. Aku yakin senjataku ini akan menjadi kesukaan Linda. Ia pasti akan ketagihan.

    “Au.. Besarnya”, kata Linda sambil mengelus lembut kemaluanku.

    Elusan lembut jari-jarinya itu membuat kemaluanku semakin mengembang dan mengeras. Aku mengerang-ngerang nikmat. Ia mulai menjilati dagu dan leherku dan sejalan dengan itu melepaskan bajuku. Segera setelah lepas bajuku bibir mungilnya itu menyentuh puting susuku. Lidahnya bergerak lincah menjilatinya. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tangannya kembali menerobos celanaku dan menggenggam kemaluanku yang semakin berdenyut-denyut. Aku pun bergerak melepaskan pakaian tidurnya. Rasanya seperti bermimpi, seorang wanita Cina yang cantik dan seksi duduk di pahaku hanya dengan celana dalam dan BH.

    “Ayo ke kamar”, bisiknya, “Kita tuntaskan di sana.”

    Aku bangkit berdiri. Ia menjulurkan tangannya minta digendong. Tubuh bahenol nan seksi itu kurengkuh ke dalam pelukanku. Kuangkat tubuh itu dan ia bergayut di leherku. Lidahnya terus menerabas batang leherku membuat nafasku terengah-engah nikmat. Buah dadanya yang sungguh montok dan lembut menempel lekat di dadaku. Masuk ke kamar tidurnya, kurebahkan tubuh itu ke ranjang yang lebar dan empuk. Aku menariknya berdiri dan mulai melepaskan BH dan celana dalamnya.

    Ia membiarkan aku melakukan semua itu sambil mendesah-desah menahan nafsunya yang pasti semakin menggila. Setelah tak ada selembar benangpun yang menempel di tubuhnya, aku mundur dan memandangi tubuh telanjang bulat yang mengagumkan itu. Kulitnya putih bersih, wajahnya bulat telur dengan mata agak sipit seperti umumnya orang Cina. Rambutnya hitam tergerai sampai di punggungnya.

    Buah dadanya sungguh besar namun padat dan menonjol ke depan dengan puting yang kemerah-merahan. Perutnya rata dengan lekukan pusar yang menawan. Pahanya mulus dengan pinggul yang bundar digantungi oleh dua bongkah pantat yang besar bulat padat. Di sela paha itu kulihat gundukan hitam lebat bulu kemaluannya. Sungguh pemandangan yang indah dan menggairahkan birahi.

    “Ngapain hanya lihat tok,” protesnya.

    “Aku kagum akan keindahan tubuhmu”, sahutku.

    “Semuanya ini milikmu”, katanya sambil merentangkan tangan dan mendekatiku.

    Tubuh bugil polos itu kini melekat erat ditubuhku. Didorongnya aku ke atas ranjang empuk itu. Mulutnya segera menjelajahi seluruh dada dan perutku terus menurun ke bawah mendekati pusar dan pangkal pahaku. Tangannya lincah melepaskan celanaku. Celana dalamku segera dipelorotnya. Kemaluanku yang sudah tegang itu mencuat keluar dan berdiri tegak. Tiba-tiba mulutnya menangkap batang kemaluanku itu. Kurasakan sensai yang luar biasa ketika lidahnya lincah memutar-mutar kemaluanku dalam mulutnya. Aku mengerang-ngerang nikmat menahan semua sensasi gila itu.

    Puas mempermainkan kemaluanku dengan mulutnya ia melepaskan diri dan merebahkan diri di sampingku. Aku menelentangkannya dan mulutku mulai beraksi. Kuserga buah dada kanannya sembari tangan kananku meremas-remas buah dada kirinya. Bibirku mengulum puting buah dadanya yang mengeras itu. Buah dadanya juga mengeras diiringi deburan jantungnya. Puas buah dada kanan mulutku beralih ke buah dada kiri. Lalu perlahan tetapi pasti aku menuruni perutnya. Ia menggelinjang-linjang menahan desakan birahi yang semakin menggila. Aku menjilati perutnya yang rata dan menjulurkan lidahku ke pusarnya.

    “Auu..” erangnya, “Oh.. Oh.. Oh..” jeritnya semakin keras.

    Mulutku semakin mendekati pangkal pahanya. Perlahan-lahan pahanya yang mulus padat itu membuka, menampakkan lubang surgawinya yang telah merekah dan basah. Rambut hitam lebat melingkupi lubang yang kemerah-merahan itu. Kudekatkan mulutku ke lubang itu dan perlahan lidahku menyuruk ke dalam lubang yang telah basah membanjir itu. Ia menjerit dan spontan duduk sambil menekan kepalaku sehingga lidahku lebih dalam terbenam. Tubuhnya menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan. Pantatnya menggeletar hebat sedang pahanya semakin lebar membuka.

    “Aaa.. Auu.. Ooo..”, jeritnya keras.

    Aku tahu tidak ada sesuatu pun yang bakalan menghalangiku menikmati dan menyetubuhi si canting bahenon nan seksi ini. Tapi aku tak ingin menikmatinya sebagai orang rakus. Sedikit demi sedikit tetapi sangat nikmat. Aku terus mempermainkan klitorisnya dengan lidahku. Tiba-tiba ia menghentakkan pantatnya ke atas dan memegang kepalaku erat-erat. Ia melolong keras.

    Pada saat itu kurasakan banjir cairan vaginanya. Ia sudah mencapai orgasme yang pertama. Aku berhenti sejenak membiarkan ia menikmatinya. Sesudah itu mulailah aku menjelajahi kembali bagian tersensitif dari tubuhnya itu. Kembali erangan suaranya terdengar tanda birahi nya mulai menaik lagi. Tangannya terjulur mencari-cari batang kejantananku. Kemaluanku telah tegak sekeras beton. Ia meremasnya. Aku menjerit kecil, karena nafsuku pun sudah diubun-ubun butuh penyelesaian.

    Kudorong tubuh bahenon nan seksi itu rebah ke kasur empuk. Perlahan-lahan aku bergerak ke atasnya. Ia membuka pahanya lebar-lebar siap menerima penetrasi kemaluanku. Kepalanya bergerak-gerak di atas rambutnya yang terserak. Mulutnya terus menggumam tidak jelas. Matanya terpejam. Kuturunkan pantatku. Batang kemaluanku berkilat-kilat dan memerah kepalanya siap menjalankan tugasnya. Kuusap-usapkan kemaluanku di bibir kemaluannya. Ia semakin menggelinjang seperti kepinding.

    “Cepat.. Cepat.. Aku sudah nggak tahan!” jeritnya.

    Kuturunkan pantatku perlahan-lahan. Dan.. BLESS!

    Kemaluanku menerobos liang senggamanya diiringi jeritannya membelah malam. Tetangga sebelah mungkin bisa mendengar lolongannya itu. Aku berhenti sebentar membiarkan dia menikmatinya. Lalu kutekan lagi pantatku sehingga kemaluanku yang panjang dan besar itu menerobos ke dalam dan terbenam sepenuhnya dalam liang surgawi miliknya.

    Ia menghentak-hentakkan pantatnya ke atas agar lebih dalam menerima diriku. Sejenak aku diam menikmati sensasi yang luar biasa ini. Lalu perlahan-lahan aku mulai menggerakkan kemaluanku. Balasannya juga luar biasa.

    Dinding-dinding lubang kemaluannya berusaha menggenggam batang kemaluanku. Rasanya seberti digigit-gigit. Pantatnya yang bulat besar itu diputar-putar untuk memperbesar rasa nikmat. Buah dadanya tergoncang-goncang seirama dengan genjotanku di kemaluannya. Matanya terpejam dan bibirnya terbuka, berdesis-desis mulutnya menahankan rasa nikmat.

    Desisan itu berubah menjadi erangan kemudian jeritan panjang terlontar membelah udara malam. Kubungkam jeritannya dengan mulutku. Lidahku bertemu lidahnya. Sementara di bawah sana kemaluanku leluasa bertarung dengan kemaluannya, di sini lidahku pun leluasa bertarung dengan lidahnya.

    “OH..”, erangnya, “Lebih keras sayang, lebih keras lagi.. Lebih keras.. Oooaah!”

    Tangannya melingkar merangkulku ketat. Kuku-kukunya membenam di punggungku. Pahanya semakin lebar mengangkang. Terdengar bunyi kecipak lendir kemaluannya seirama dengan gerakan pantatku. Di saat itulah kurasakan gejala ledakan magma di batang kemaluanku. Sebentar lagu aku akan orgasme.

    “Aku mau keluar, Linda”, bisikku di sela-sela nafasku memburu.

    “Aku juga”, sahutnya, “Di dalam sayang. Keluarkan di dalam. Aku ingin kamu di dalam.”

    Kupercepat gerakan pantatku. Keringatku mengalir dan menyatu dengan keringatnya. Bibirku kutekan ke bibirnya. Kedua tanganku mencengkam kedua buah dadanya. Diiringi geraman keras kuhentakkan pantatku dan kemaluanku membenam sedalam-dalamnya. Spermaku memancar deras. Ia pun melolong panjang dan menghentakkan pantatnya ke atas menerima diriku sedalam-dalamnya.

    Kedua pahanya naik dan membelit pantatku. Ia pun mencapai puncaknya. Kemaluanku berdenyut-denyut memuntahkan spermaku ke dalam rahimnya. Inilah orgasmeku yang pertama di dalam kemaluan seorang wanita sejak kematian isteriku. Dan ternyata wanita itu adalah Linda yang cantik bahenol dan seksi.

    Sekitar sepuluh menit kami diam membatu mereguk semua detik kenikmatan itu. Lalu perlahan-lahan aku mengangkat tubuhku. Aku memandangi wajahnya yang berbinar karena birahi nya telah terpuaskan. Ia tersenyum dan membelai wajahku.

    “Sony, kamu hebat sekali, sayang”, katanya, “Sudah lebih dari setahun aku tidak merasakan lagi kejantanan lelaki seperti ini.”

    “Linda juga luar biasa”, sahutku, “Aku sungguh puas dan bangga bisa menikmati tubuhmu yang menawan ini. Linda tidak menyesal bersetubuh denganku?”

    “Tidak”, katanya, “Aku malah berbangga bisa menjadi wanita pertama sesudah kematian isterimu. Mau kan kamu memuaskan aku lagi nanti?”

    “Tentu saja mau”, kataku, “Bodoh kalau nolak rejeki ini.” Ia tertawa.

    “Kalau kamu lagi pingin, telepon saja aku,” lanjutnya, “Tapi kalau aku yang pingin, boleh kan aku nelpon?”

    “Tentu.. Tentu..”, balasku cepat.

    “Mulai sekarang kamu bisa menyetubuhi aku kapan saja. Tinggal kabarkan”, katanya.

    Hatiku bersorak ria. Aku mencabut kemaluanku dan rebah di sampingnya. Kurang lebih setengah jam kami berbaring berdampingan. Ia lalu mengajakku mandi. Lapar katanya dan pingin makan.

    Malam itu hingga hari Minggu siang sungguh tidak terlupakan. Kami terus berpacu dalam birahi untuk memuaskan nafsu. Aku menyetubuhinya di sofa, di meja makan, di dapur, di kamar mandi dalam berbagai posisi. Di atas, di bawah, dari belakang. Pendek kata hari itu adalah hari penuh kenikmatan birahi .

    Dapat ditebak, pertemuan pertama itu berlanjut dengan aneka pertemuan lain. Kadang-kadang kami mencari hotel tetapi terbanyak di rumahnya. Sesekali ia mampir ke tempatku kalau anak-anak lagi mengunjungi kakek dan neneknya. Pertemuan-pertemuan kami selalu diisi dengan permainan birahi yang panas dan menggairahkan.

    Satu malam di kamar tidurnya. Setelah beberapa kali orgasme iseng aku menggodanya.

    “Linda”, kataku, “Betapa beruntungnya aku yang berkulit gelap ini bisa menikmati tubuhmu bahenol, seksi, putih dan mulus seorang wanita Cina.” kataku, disambut dengan tawa cerianya.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Nafsu Besar Reza di Kelas

    Cerita Sex Nafsu Besar Reza di Kelas


    781 views

    Perawanku – Cerita Sex Nafsu Besar Reza di Kelas. Cerita ini berawal saat akumasih duduk di bangku SMU, aku termasuk cowok yang dikagumi oleh semua cewek di sekolahku, perkenalkan namaku Adit dengan tinggi 175 cm rambut klimis seperti c.ronaldo dengan dandanan modis dan gaul. Cewek dari kelas 1 sampai kelas 3 kebanyakan menaksir diriku.

    Cerita Dewasa ini berawal pas aku duduk di SMU.. pertama kali aku masuk kelas 3.. aku pindahan dari surabaya.. SMP aku di Bandung cuma sampai kelas 2 semester 1.. kelas 2 SMP.. selanjutnya aku terusin di surabaya.. maklum bonyok pindah kerja melulu terpaksa aku ikut juga waktu itu hari pertama aku masuk kelas 3.

    Aku di kenalin di salah satu kelas kalu nggak salah 3 IPA aku orang pinter wajar masuk IPA hauahahhauah!!.. aku di kenalin sama guru aku n kepsek di kelas udah gitu aku di suruh duduk di samping cewe yang langsung aku kenal namanya Reza tingginya sebahy aku.. badannya sintel banget payudaranya yang selalu buat aku ndisir melulu klo deket dia.

    Aku sempet tuker-tukeran no. hp sama dia setelah aku tau dia kaya gimana aku coba aja jadian sama dia aku jalan sama dia masih sampai sekarang dia klo deket aku rada binal Napsuan bersyukur banget aku dapet cewek macem gitu waktu itu pelajaran biologi, kebetulan gurunya nggak masuk aku sama Reza ngobrol aja dipojok kelas.

    Maklum tempat duduk aku sama dia di taro di pojok sama walas pertama aku sich nggak berani ngapangapain dia di kelas tapi klo udah masuk ke mobil aku abis tuch cewe. waktu itu aku liat temen aku lagi cipokan di depan kelas.

    Cerita Dewasa belakang meja guru tiba aja cewe aku ngomong gini tuch rido aja berani.. masa kamu kalah sama dia?? ha? aku kalah belum sempet selesai bibir aku di lahap sama Reza di bales aja dengan ciuman n sedotan yang bikin dia ampunan sama aku Reza sempet ngasih lidahnya ke aku.. tapi aku lepas ciumannya kenapa?? aku bilang aja begini aku nggak mau maen lidah di kelas.. takut kelewatan y udah.. maen biasa aja aku lanjutin ciuman aku di bawah.

    Bangku meja aku aku dorong ke depan supaya lebih luas aku ngelakuin ciuman demi ciumanahhhhhh. ahhhh dittttt.. kata itu selalu keluar dari mulutnya. setelah aku puas ciumin tuch bibir aku turun ke bawah ke lehernya dia yang makin membuat dia kewalahan dan tangan aku ngeremes payudara dia.. yang ukurannya aku taksir 35 tau A B C D..

    Setiap aku tanya dia g pernah mau jawab. aku remes tuch dadanya sampe dia kelojotan setelah aku nandain tanda merah di lehernya dia ngeremes remes penis aku yang membuat ni ADEK kagak kuat lagi buat nahan di dalam kancut.

    Maupun masih make baju seragam n aku ngelakuin di dalam kelas aku tetep nggak gentar. aku bukan resleting seragam aku n aku keluarin tuch siADEK.. dan si Reza udah siap dengan mulutnya yang menganga. aku sempet nutupin dia pake jaket aku sehingga misalnya temen aku nanya aku bilang aja lagi sakit..

    Jilatan demi jilatan dia beri untuk aku.. isapan dia bikin aku nggak kuat lagi buat nahan keluarnya mani aku.. lidahnya bergoyang di ADEK aku. akhhhhhhh. crotttttt croooootttt crotttttttttttt. keluar mani aku.. Reza membersihkannya dengan mulutnya dan di kocok trus di ADEK aku.

    Selesai itu aku bersiin mulutnya dia pake tissue yang ada di kantongnya. aku sama Reza kembali berciuman freenc kiss,,, lidahnya dia ber gelugit di dalam mulut aku jam 12.00 aku balik sekolah. sebelum aku gas mobil aku ke rumah aku di bilangan bekasi.. nggak jauh dari rumahnya Reza.. aku bermain dadanya Reza dolo di mobil aku.

    Aku buka kancing seragam pelan di bantu Reza dengan napsu yang ganas Reza ngerti maksud aku and dia nge buka tali BHNya dan 2 buah gunung merapi yang bakal mengeluarkan volcano gara isapan aku muncul di depan aku.. dengan napsu di ujung rambut aku isap puting susunya tangan kiri aku megangin kepala belakang dia.. and tangan kanan aku ngeremes dada yang satu lagi. ahhhhh..

    Adit pelan donkkk. Reza udah nggak bisa nahannnnn lagiiiii nehhhhhhhh.. puting Reza yang berwarna merah ke merah mudaan tertelan abis oleh mulut aku and tiba aja tubuhhhhh Reza mejelijang seperti cacing kepanasan. aku sedot trus dada Reza. sampai puting itu terasa keras banget di mulut aku. Reza cuma diam dan terkulai lemas di mobil aku. aku liat parkiran mobil di sekolahan aku udah sepi.

    Reza mengancingi baju seragamnya satu aku bantu supaya cepet. selama perjalanan pulang Reza tetap lemas dan memejamkan matanya aku kecup keningnya sesampai di rumah aku.

    Reza bangun dan dia pengen ke kamar kecil aku suruh dy ganti seragam dengan baju kaos yang dia bawa dari rumah sebelum berangkat kesekolah.

    Selesai dari kamar mandi aku liat Reza nyopot BHnya. terlihat jelas putingnya dan bongkahan susu sebesar melon itu.

    Cerita Dewasa Belum sempat masukin baju ke tasnya dia dia aku dorong aku tempat tidur dan aku lahap bibirnya dan dia membalas nya dengan penuh hot panas bercampur dengan napsu aku yang cuma make bokser doank ke walahan tangan dy bermain di selangakangan aku.. aku bermain di leher dia dan aku buat cap merah lagi di lehernya.

    Aku sibak SMA negeri yang hanya sampai lutut itu dy cuma make CD G string dengan perlahan dia nurunin roknya dan dy hanya menggunakan CDnya aku copot dan aku jilatin vaginanya.. ahhhhhhhhhhhhhhhhhh.. . dit..ahhh hhhhhhh cuma kata itu yang keluar daru mulutnya.. aku rasain vagina Reza semakin keras dan aku gigit kelentitnya dia terik semakin kencang untung di rumah cuma da pembantu aku.. dit.. puasin akuwww dunkkkkkkk. nggak pake cing cong aku jilat n aku sodok tuch vagina pake telunjuk aku dittttttttttttttttt.

    Aku keluarrrrrrrrrrrrrrrr.. vagina Reza basah ketika di depan mata aku di sedot sampai bersih tuch vagina udah gitu aku liat dia memegang bantal dengan keras. aku deketin dia dan aku cium bibir dia.

    Ternyata dia blum lemas.. dia bangkit dan memegang penis aku dan di kocokinnya sampe si ADEK mengacung sangat keras.. penis aku di masukin ke mulutnya Reza. di masukan di keuarkan. sampai di sedot.uhhhhhhhhh.. nikmat banget yang sekarang dari pada yang di kelas tadi.

    Biji zakar aku juga nggak lupa ikut ke sedot.. pass biji aku di sedot rasanya aku pengen FLY. kocokin Reza semakin panas dan hisapannya semakin nggak manusiawi lagi wajahnya tambah maniss kalo dia sambil horny begini..

    ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh.. . crottttttttttttttttttttttttttt tt many aku tumpah semua ke lantai kamar aku. yang sisanya di jilatin Reza sampai bersuh aku bangkit dan menarik tangan Reza aku ciumin dadanya aku kenyotlagi putingnya sampai merah.

    Aku cupang di sebelah putingnya. manis banget susunya. membuat aku semakin napsu sama dia Rezaku sayang. masukinnn sekarang yach?? ya udahhhh cepetannn aku dari tadi Nungggu kamu.. aku bertukar posisi Reza di bawah.

    Dan aku di atas sebelum aku masukan aku gesek dolo di depan vaginanya belum aku masukin aja Reza udah meringis. aku dorong perlan Dit pelan sakit. nee.. di bantu dengan tangannya dia perlahan penis aku masuk.

    Baru seperempatnya masukkk aku cabut lagi dannn aku sodok lagi. dan akhirnya masuk semua.. aku lihat Reza sangat menderita tapi sepertinya dia seneng banget. udah semuanya masuk aku goyangin aku maju mundurin perlahan lahan.

    Bokong Reza pun ikut bergoyang yang membuatku kewalahan.. setelah beberapa menit aku goyang tiba badan Reza mengejang semua.. dan akhirnya Reza orgasme untuk ke 3xnya.. aku cabut kembali penisg w dan Reza berada di atas aku.

    Posisi ini membuat aku lebih rileks. Reza memasukannya pelan di genggamnya penisku dan di masukannya penisku ke vaginanya. dan blesssss ternanam semua di dalam vaginanya.. badan Reza naik turun mengikuti irama.

    Cerita Dewasa Reza mengambil bantal yang da di sebelahnya dan menarohnya di pala aku. posisi ini membuat aku bisa ngerasaain 2 gerakan sekaligus aku emut kecil putingnya Reza dan meremas remasnya.

    Bokong Reza terusss bergoyaanggg.. ahhhhhhhhh ahhhhhhhhh.. isappp teruss dit badan Reza mengenjang dan Adittttttttttttttt akuuu pengen keluar lagi… akuuu juga pengennnnn selesaiiiiii metttt tahannnn sebentarrrrrrr lagi… aku dan Reza mempercepat permainan dan akhirnyaahhhhh hhhhhhhhhhhhhhhhhhhh hhhhhhhhhh.. aku keluar.. kata itu yang menngakiri permainan ini.

    Sampaiiii sekarang pun Reza tetep bermain sama aku kami tetap melakukan banyakk hal. dan aku di tunangin sama Reza karena orang tua kami sama setuju atas hubungan kami.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Nafsu Besar Reza di Kelas – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sex Nafsu Besar Reza di Kelas – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1339 views

    Perawanku – Cerita ini berawal saat akumasih duduk di bangku SMU, aku termasuk cowok yang dikagumi oleh semua cewek di sekolahku, perkenalkan namaku Adit dengan tinggi 175 cm rambut klimis seperti c.ronaldo dengan dandanan modis dan gaul. Cewek dari kelas 1 sampai kelas 3 kebanyakan menaksir diriku.

    Cerita Dewasa ini berawal pas aku duduk di SMU.. pertama kali aku masuk kelas 3.. aku pindahan dari surabaya.. SMP aku di Bandung cuma sampai kelas 2 semester 1.. kelas 2 SMP.. selanjutnya aku terusin di surabaya.. maklum bonyok pindah kerja melulu terpaksa aku ikut juga waktu itu hari pertama aku masuk kelas 3. Targetqq

    Aku di kenalin di salah satu kelas kalu nggak salah 3 IPA aku orang pinter wajar masuk IPA hauahahhauah!!.. aku di kenalin sama guru aku n kepsek di kelas udah gitu aku di suruh duduk di samping cewe yang langsung aku kenal namanya Reza tingginya sebahy aku.. badannya sintel banget payudaranya yang selalu buat aku ndisir melulu klo deket dia.

    Aku sempet tuker-tukeran no. hp sama dia setelah aku tau dia kaya gimana aku coba aja jadian sama dia aku jalan sama dia masih sampai sekarang dia klo deket aku rada binal Napsuan bersyukur banget aku dapet cewek macem gitu waktu itu pelajaran biologi, kebetulan gurunya nggak masuk aku sama Reza ngobrol aja dipojok kelas.

    Maklum tempat duduk aku sama dia di taro di pojok sama walas pertama aku sich nggak berani ngapangapain dia di kelas tapi klo udah masuk ke mobil aku abis tuch cewe. waktu itu aku liat temen aku lagi cipokan di depan kelas.

    Cerita Dewasa belakang meja guru tiba aja cewe aku ngomong gini tuch rido aja berani.. masa kamu kalah sama dia?? ha? aku kalah belum sempet selesai bibir aku di lahap sama Reza di bales aja dengan ciuman n sedotan yang bikin dia ampunan sama aku Reza sempet ngasih lidahnya ke aku.. tapi aku lepas ciumannya kenapa?? aku bilang aja begini aku nggak mau maen lidah di kelas.. takut kelewatan y udah.. maen biasa aja aku lanjutin ciuman aku di bawah.

    Bangku meja aku aku dorong ke depan supaya lebih luas aku ngelakuin ciuman demi ciumanahhhhhh. ahhhh dittttt.. kata itu selalu keluar dari mulutnya. setelah aku puas ciumin tuch bibir aku turun ke bawah ke lehernya dia yang makin membuat dia kewalahan dan tangan aku ngeremes payudara dia.. yang ukurannya aku taksir 35 tau A B C D..

    Setiap aku tanya dia g pernah mau jawab. aku remes tuch dadanya sampe dia kelojotan setelah aku nandain tanda merah di lehernya dia ngeremes remes penis aku yang membuat ni ADEK kagak kuat lagi buat nahan di dalam kancut.

    Maupun masih make baju seragam n aku ngelakuin di dalam kelas aku tetep nggak gentar. aku bukan resleting seragam aku n aku keluarin tuch siADEK.. dan si Reza udah siap dengan mulutnya yang menganga. aku sempet nutupin dia pake jaket aku sehingga misalnya temen aku nanya aku bilang aja lagi sakit..

    Jilatan demi jilatan dia beri untuk aku.. isapan dia bikin aku nggak kuat lagi buat nahan keluarnya mani aku.. lidahnya bergoyang di ADEK aku. akhhhhhhh. crotttttt croooootttt crotttttttttttt. keluar mani aku.. Reza membersihkannya dengan mulutnya dan di kocok trus di ADEK aku.

    Selesai itu aku bersiin mulutnya dia pake tissue yang ada di kantongnya. aku sama Reza kembali berciuman freenc kiss,,, lidahnya dia ber gelugit di dalam mulut aku jam 12.00 aku balik sekolah. sebelum aku gas mobil aku ke rumah aku di bilangan bekasi.. nggak jauh dari rumahnya Reza.. aku bermain dadanya Reza dolo di mobil aku.

    Aku buka kancing seragam pelan di bantu Reza dengan napsu yang ganas Reza ngerti maksud aku and dia nge buka tali BHNya dan 2 buah gunung merapi yang bakal mengeluarkan volcano gara isapan aku muncul di depan aku.. dengan napsu di ujung rambut aku isap puting susunya tangan kiri aku megangin kepala belakang dia.. and tangan kanan aku ngeremes dada yang satu lagi. ahhhhh..

    Adit pelan donkkk. Reza udah nggak bisa nahannnnn lagiiiii nehhhhhhhh.. puting Reza yang berwarna merah ke merah mudaan tertelan abis oleh mulut aku and tiba aja tubuhhhhh Reza mejelijang seperti cacing kepanasan. aku sedot trus dada Reza. sampai puting itu terasa keras banget di mulut aku. Reza cuma diam dan terkulai lemas di mobil aku. aku liat parkiran mobil di sekolahan aku udah sepi.

    Reza mengancingi baju seragamnya satu aku bantu supaya cepet. selama perjalanan pulang Reza tetap lemas dan memejamkan matanya aku kecup keningnya sesampai di rumah aku.

    Reza bangun dan dia pengen ke kamar kecil aku suruh dy ganti seragam dengan baju kaos yang dia bawa dari rumah sebelum berangkat kesekolah.

    Selesai dari kamar mandi aku liat Reza nyopot BHnya. terlihat jelas putingnya dan bongkahan susu sebesar melon itu.

    Cerita Dewasa Belum sempat masukin baju ke tasnya dia dia aku dorong aku tempat tidur dan aku lahap bibirnya dan dia membalas nya dengan penuh hot panas bercampur dengan napsu aku yang cuma make bokser doank ke walahan tangan dy bermain di selangakangan aku.. aku bermain di leher dia dan aku buat cap merah lagi di lehernya.

    Aku sibak SMA negeri yang hanya sampai lutut itu dy cuma make CD G string dengan perlahan dia nurunin roknya dan dy hanya menggunakan CDnya aku copot dan aku jilatin vaginanya.. ahhhhhhhhhhhhhhhhhh.. . dit..ahhh hhhhhhh cuma kata itu yang keluar daru mulutnya.. aku rasain vagina Reza semakin keras dan aku gigit kelentitnya dia terik semakin kencang untung di rumah cuma da pembantu aku.. dit.. puasin akuwww dunkkkkkkk. nggak pake cing cong aku jilat n aku sodok tuch vagina pake telunjuk aku dittttttttttttttttt.

    Aku keluarrrrrrrrrrrrrrrr.. vagina Reza basah ketika di depan mata aku di sedot sampai bersih tuch vagina udah gitu aku liat dia memegang bantal dengan keras. aku deketin dia dan aku cium bibir dia.

    Ternyata dia blum lemas.. dia bangkit dan memegang penis aku dan di kocokinnya sampe si ADEK mengacung sangat keras.. penis aku di masukin ke mulutnya Reza. di masukan di keuarkan. sampai di sedot.uhhhhhhhhh.. nikmat banget yang sekarang dari pada yang di kelas tadi.

    Biji zakar aku juga nggak lupa ikut ke sedot.. pass biji aku di sedot rasanya aku pengen FLY. kocokin Reza semakin panas dan hisapannya semakin nggak manusiawi lagi wajahnya tambah maniss kalo dia sambil horny begini..

    ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh.. . crottttttttttttttttttttttttttt tt many aku tumpah semua ke lantai kamar aku. yang sisanya di jilatin Reza sampai bersuh aku bangkit dan menarik tangan Reza aku ciumin dadanya aku kenyotlagi putingnya sampai merah.

    Aku cupang di sebelah putingnya. manis banget susunya. membuat aku semakin napsu sama dia Rezaku sayang. masukinnn sekarang yach?? ya udahhhh cepetannn aku dari tadi Nungggu kamu.. aku bertukar posisi Reza di bawah.

    Dan aku di atas sebelum aku masukan aku gesek dolo di depan vaginanya belum aku masukin aja Reza udah meringis. aku dorong perlan Dit pelan sakit. nee.. di bantu dengan tangannya dia perlahan penis aku masuk.

    Baru seperempatnya masukkk aku cabut lagi dannn aku sodok lagi. dan akhirnya masuk semua.. aku lihat Reza sangat menderita tapi sepertinya dia seneng banget. udah semuanya masuk aku goyangin aku maju mundurin perlahan lahan.

    Bokong Reza pun ikut bergoyang yang membuatku kewalahan.. setelah beberapa menit aku goyang tiba badan Reza mengejang semua.. dan akhirnya Reza orgasme untuk ke 3xnya.. aku cabut kembali penisg w dan Reza berada di atas aku.

    Posisi ini membuat aku lebih rileks. Reza memasukannya pelan di genggamnya penisku dan di masukannya penisku ke vaginanya. dan blesssss ternanam semua di dalam vaginanya.. badan Reza naik turun mengikuti irama.

    Cerita Dewasa Reza mengambil bantal yang da di sebelahnya dan menarohnya di pala aku. posisi ini membuat aku bisa ngerasaain 2 gerakan sekaligus aku emut kecil putingnya Reza dan meremas remasnya.

    Bokong Reza terusss bergoyaanggg.. ahhhhhhhhh ahhhhhhhhh.. isappp teruss dit badan Reza mengenjang dan Adittttttttttttttt akuuu pengen keluar lagi… akuuu juga pengennnnn selesaiiiiii metttt tahannnn sebentarrrrrrr lagi… aku dan Reza mempercepat permainan dan akhirnyaahhhhh hhhhhhhhhhhhhhhhhhhh hhhhhhhhhh.. aku keluar.. kata itu yang menngakiri permainan ini.

    Sampaiiii sekarang pun Reza tetep bermain sama aku kami tetap melakukan banyakk hal. dan aku di tunangin sama Reza karena orang tua kami sama setuju atas hubungan kami.

  • Cerita Sex Nafsu Birahi Membawa Mesum

    Cerita Sex Nafsu Birahi Membawa Mesum


    697 views

    Perawanku – Cerita Sex Nafsu Birahi Membawa Mesum, Singkat cerita, ketika hari pertama aku ketemu dengan teman kuliahku itu, rasanya kami langsung akrab karena memang sewaktu kami sama-sama duduk di bangku kuliah, kami sangat kompak dan sering tidur bersama di rumah kostku di kota Bone. Bahkan seringkali dia mentraktirku. “Nis, aku senang sekali bertemu denganmu dan memang sudah lama kucari-cari, maukah kamu mengingap barang sehari atau dua hari di rumahku?” katanya padaku sambil merangkulku dengan erat sekali. Nama teman kuliahku itu adalah “Nasir”.

    ”Kita lihat saja nanti. Yang jelas aku sangat bersukur kita bisa ketemu di tempat ini. Mungkin inilah namanya nasib baik, karena aku sama sekali tidak menduga kalau kamu tinggal di kota Makassar ini” jawabku sambil membalas rangkulannya. Kami berangkulan cukup lama di sekitar pasar sentral Makassar, tepatnya di tempat jualan cakar.

    “Ayo kita ke rumah dulu Nis, nanti kita ngobrol panjang lebar di sana, sekaligus kuperkenalkan istriku” ajaknya sambil menuntunku naik ke mobil Feroza miliknya. Setelah kami tiba di halaman rumahnya, Nasir terlebih dahulu turun dan segera membuka pintu mobilnya di sebelah kiri lalu mempersilakan aku turun.
    Aku sangat kagum melihat rumah tempat tinggalnya yang berlantai dua. Lantai bawah digunakan sebagai gudang dan kantor perusahaannya, sementara lantai atas digunakan sebagai tempat tinggal bersama istri. Aku hanya ikut di belakangnya.

    “Inilah hasil usaha kami Nis selama beberapa tahun di Makassar” katanya sambil menunjukkan tumpukan beras dan ruangan kantornya.

    “Wah cukup hebat amu Sir. Usahamu cukup lemayan. Kamu sangat berhasil dibanding aku yang belum jelas sumber kehidupanku” kataku padanya.
    “Lin, Lin, inilah teman kuliahku dulu yang pernah kuceritakan tempo hari. Kenalkan istri cantik saya” teriak Nasir memanggil istrinya dan langsung kami dikenalkan.

    “Alina”, kata istrinya menyebut namanya ketika kusalami tangannya sambil ia tersenyum ramah dan manis seolah menunjukkan rasa kegembiraan.

    “Anis”, kataku pula sambil membalas senyumannya.
    Nampaknya Alina ini adalah seorang istri yang baik hati, ramah dan selalu memelihara kecantikannya. Usianya kutaksir baru sekitar 25 tahun dengan tubuh sedikit langsing dan tinggi badan sekitar 145 cm serta berambut agak panjang.

    Tangannya terasa hangat dan halus sekali. Setelah selesai menyambutku, Alina lalu mempersilakanku duduk dan ia buru-buru masuk ke dalam seolah ada urusan penting di dalam.

    Belum lama kami bincang-bincang seputar perjalanan usaha Nasir dan pertemuannya dengan Alina di Kota Makassar ini, dua cangkir kopi susu beserta kue-kue bagus dihidangkan oleh Alina di atas meja yang ada di depan kami.

    “Silakah Kak, dinikmati hidangan ala kadarnya” ajakan Alina menyentuh langsung ke lubuk hatiku. Selain karena senyuman manisnya, kelembutan suaranya, juga karena penampilan, kecantikan dan sengatan bau farfumnya yang harum itu.

    Dalam hati kecilku mengatakan, alangkah senang dan bahagianya Nasir bisa mendapatkan istri seperti Alina ini. Seandainya aku juga mempunyai istri seperti dia, pasti aku tidak bisa ke mana-mana
    “Eh, kok malah melamun. Ada masalah apa Nis sampai termenung begitu? Apa yang mengganggu pikiranmu?” kata Nasir sambil memegang pundakku, sehingga aku sangat kaget dan tersentak.
    “Ti.. Tidak ada masalah apa-apa kok. Hanya aku merenungkan sejenak tentang pertemuan kita hari ini. Kenapa bisa terjadi yah,” alasanku.

    Alina hanya terdiam mendengar kami bincang-bincang dengan suaminya, tapi sesekali ia memandangiku dan menampakkan wajah cerianya.

    “Sekarang giliranmu Nis cerita tentang perjalanan hidupmu bersama istri setelah sejak tadi hanya aku yang bicara. Silahkan saja cerita panjang lebar mumpun hari ini aku tidak ada kesibukan di luar.
    Lagi pula anggaplah hari ini adalah hari keistimewaan kita yang perlu dirayakan bersama. Bukankah begitu Lin..?” kata Nasir seolah cari dukungan dari istrinya dan waktunya siap digunakan khusus untukku.
    “Ok, kalau gitu aku akan utarakan sedikit tentang kehidupan rumah tanggaku, yang sangat bertolak belakang dengan kehidupan rumah tangga kalian” ucapanku sambil memperbaiki dudukku di atas kursi empuk itu.
    “Maaf jika terpaksa kuungkapkan secara terus terang. Sebenarnya kedatanganku di kota Makassar ini justru karena dipicu oleh problem rumah tanggaku. Aku selalu cekcok dan bertengkar dengan istriku gara-gara aku kesulitan mendapatkan lapangan kerja yang layak dan mempu menghidupi keluargaku.

    Akhirnya kuputuskan untuk meninggalkan rumah guna mencari pekerjaan di kota ini. Eh.. Belum aku temukan pekerjaan, tiba-tiba kita ketemu tadi setelah dua hari aku ke sana ke mari. Mungkin pertemuan kita ini ada hikmahnya. Semoga saja pertemuan kita ini merupakan jalan keluar untuk mengatasi kesulitan rumahtanggaku” Kisahku secara jujur pada Nasir dan istrinya.

    Mendengar kisah sedihku itu, Nasir dan istrinya tak mampu berkomentar dan nampak ikut sedih, bahkan kami semua terdiam sejenak. Lalu secara serentak mulut Nasir dan istrinya terbuka dan seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi tiba-tiba mereka saling menatap dan menutup kembali mulutnya seolah mereka saling mengharap untuk memulai, namun malah mereka ketawa terbahak, yang membuatku heran dan memaksa juga ketawa.

    “Begini Nis, mungkin pertemuan kita ini benar ada hikmahnya, sebab kebetulan sekali kami butuh teman seperti kamu di rumah ini. Kami khan belum dikaruniai seorang anak, sehingga kami selalu kesepian.
    Apalagi jika aku ke luar kota misalnya ke Bone, maka istriku terpaksa sendirian di rumah meskipun sekali-kali ia memanggil kemanakannya untuk menemani selama aku tidak ada, tapi aku tetap menghawatirkannya. Untuk itu, jika tidak memberatkan, aku inginkan kamu tinggal bersamaku.
    Anggaplah kamu sudah dapatkan lapangan kerja baru sebagai sumber mata pencaharianmu. Segala keperluan sehari-harimu, aku coba menanggung sesuai kemampuanku” kata Nasir bersungguh-sungguh yang sesekali diiyakan oleh istrinya.

    “Maaf kawan, aku tidak mau merepotkan dan membebanimu. Biarlah aku cari kerja di tempat lain saja dan..” Belum aku selesai bicara, tiba-tiba Nasir memotong dan berkata..
    “Kalau kamu tolak tawaranku ini berarti kamu tidak menganggapku lagi sebagai sahabat. Kami ikhlas dan bermaksud baik padamu Nis” katanya.

    “Tetapi,” Belum kuutarakan maksudku, tiba-tiba Alina juga ikut bicara..
    “Benar Kak, kami sangat membutuhkan teman di rumah ini. Sudah lama hal ini kami pikirkan tapi mungkin baru kali ini dipertemukan dengan orang yang tepat dan sesuai hati nurani. Apalagi Kak Anis ini memang sahabat lama Kak Nasir, sehingga kami tidak perlu ragukan lagi.

    Bahkan kami sangat senan jika Kak sekalian menjemput istrinya untuk tinggal bersama kita di rumah ini” ucapan Alina memberi dorongan kuat padaku.

    “Kalau begitu, apa boleh buat. Terpaksa kuterima dengan senang hati, sekaligus kuucapkan terima kasih yang tak terhingga atas budi baiknya. Tapi sayangnya, aku tak memiliki keterampilan apa-apa untuk membantu kalian” kataku dengan pasrah.

    Tiba-tiba Nasir dan Alina bersamaan berdiri dan langsung saling berpelukan, bahkan saling mengecup bibir sebagai tanda kegembiraannya. Lalu Nasir melanjutkan rangkulannya padaku dan juga mengecup pipiku, sehingga aku sedikit malu dibuatnya.

    “Terima kasih Nis atas kesediaanmu menerima tawaranku semoga kamu berbahagia dan tidak kesulitan apapun di rumah ini. Kami tak membutuhkan keterampilanmu, melainkan kehadiranmu menemani kami di rumah ini.

    Kami hanya butuh teman bermain dan tukar pikiran, sebab tenaga kerjaku sudah cukup untuk membantu mengelola usahaku di luar. Kami sewaktu-waktu membutuhkan nasehatmu dan istriku pasti merasa terhibur dengan kehadiranmu menemani jika aku keluar rumah” katanya dengan sangat bergembira dan senang mendengar persetujuanku.

    Kurang lebih satu bulan lamanya kami seolah hanya diperlakukan sebagai raja di rumah itu. Makanku diurus oleh Alina, tempat tidurku terkadang juga dibersihkan olehnya, bahkan ia meminta untuk mencuci pakaianku yang kotor tapi aku keberatan.

    Selama waktu itu pula, aku sudah dilengkapi dengan pakaian, bahkan kamar tidurku dibelikan TV 20 inch lengkap dengan VCD-nya. Aku sangat malu dan merasa berutang budi pada mereka, sebab selain pakaian, akupun diberi uang tunai yang jumlahnya cukup besar bagiku, bahkan belakangan kuketahui jika ia juga seringkali kirim pakaian dan uang ke istri dan anak-anakku di Bone lewat mobil.

    Kami bertiga sudah cukup akrab dan hidup dalam satu rumah seperti saudara kandung bersenda gurau, bercengkerama dan bergaul tanpa batas seolah tidak ada perbedaan status seperti majikan dan karyawannya.

    Kebebasan pergaulanku dengan Alina memuncak ketika Nasir berangkat ke Sulawesi Tenggara selama beberapa hari untuk membawa beras untuk di jual di sana karena ada permintaan dari langgarannya.
    Pada malam pertama keberangkatan Nasir, Alina nampak gembira sekali seolah tidak ada kekhawatiran apa-apa. Bahkan sempat mengatakan kepada suaminya itu kalau ia tidak takut lagi ditinggalkan meskipun berbulan-bulan lamanya karena sudah ada yang menjaganya, namun ucapannya itu dianggapnya sebagai bentuk humor terhadap suaminya. Nasir pun nampak tidak ada kekhawatiran meninggalkan istrinya dengan alasan yang sama.

    Malam itu kami (aku dan Alina) menonton bersama di ruang tamu hingga larut malam, karena kami sambil tukar pengalaman, termasuk soal sebelum nikah dan latar belakang perkawinan kami masing-masing.
    Sikap dan tingkah laku Alina sedikit berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Malam itu, Alina membuat kopi susu dan menyodorkanku bersama pisang susu, lalu kami nikmati bersama-sama sambil nonton. Ia makan sambil berbaring di sampingku seolah dianggap biasa saja. Sesekali ia membalikkan tubuhnya kepadaku sambil bercerita, namun aku pura-pura bersikap biasa, meskipun ada ganjalan aneh di benakku.
    “Nis, kamu tidak keberatan khan menemaniku nonton malam ini? Besok khan tidak ada yang mengganggu kita sehingga kita bisa tidur siang sepuasnya?” tanya Alina tiba-tiba seolah ia tak mengantuk sedikitpun.
    “Tidak kok Lin. Aku justru senang dan bahagia bisa nonton bersama majikanku” kataku sedikit menyanjungnya. Alina lalu mencubitku dan..

    “Wii de.. De, kok aku dibilangin majikan. Sebel aku mendengarnya. Ah, jangan ulang kata itu lagi deh, aku tak sudi dipanggil majikan” katanya.
    “Hi.. Hi.. Hi, tidak salah khan. Maaf jika tidak senang, aku hanya main-main. Lalu aku harus panggil apa? Adik, Non, Nyonya atau apa?”
    “Terserah dech, yang penting bukan majikan. Tapi aku lebih seneng jika kamu memanggil aku adik” katanya santai.

    “Oke kalau begitu maunya. Aku akan panggil adik saja” kataku lagi.
    Malam semakin larut. Tak satupun terdengar suara kecuali suara kami berdua dengan suara TV. Alina tiba-tiba bangkit dari pembaringannya.
    “Nis, apa kamu sering nonton kaset VCD bersama istrimu?” tanya Alina dengan sedikit rendah suaranya seolah tak mau didengar orang lain.

    “Eng.. Pernah, tapi sama-sama dengan orang lain juga karena kami nonton di rumahnya” jawabku menyembunyikan sikap keherananku atas pertanyaannya yang tiba-tiba dan sedikit aneh itu.
    “Kamu ingat judulnya? Atau jalan ceritanya?” tanyanya lagi.
    “Aku lupa judulnya, tapi pemainnya adalah Rhoma Irama dan ceritanya adalah masalah percintaan” jawabku dengan pura-pura bersikap biasa.

    “Masih mau ngga kamu temani aku nonton film dari VCD? Kebetulan aku punya kaset VCD yang banyak. Judulnya macam-macam. Terserah yang mana Anis suka” tawarannya, tapi aku sempat berfikir kalau Alina akan memutar film yang aneh-aneh, film orang dewasa dan biasanya khusus ditonton oleh suami istri untuk membangkitkan gairahnya.
    Setelah kupikir segala resiko, kepercayaan dan dosa, aku lalu bikin alasan.
    “Sebenarnya aku senang sekali, tapi aku takut.. Eh.. Maaf aku sangat ngantuk. Jika tidak keberatan, lain kali saja, pasti kutemani” kataku sedikit bimbang dan takut alasanku salah. Tapi akhirnya ia terima meskipun nampaknya sedikit kecewa di wajahnya dan kurang semangat.

    “Baiklah jika memang kamu sudah ngantuk. Aku tidak mau sama sekali memaksamu, lagi pula aku sudah cukup senang dan bahagia kamu bersedia menemaniku nonton sampai selarut ini.

    Ayo kita masuk tidur” katanya sambil mematikan TV-nya, namun sebelum aku menutup pintu kamarku, aku melihat sejenak ia sempat memperhatikanku, tapi aku pura-pura tidak menghiraukannya.
    Di atas tempat tidurku, aku gelisah dan bingung mengambil keputusan tentang alasanku jika besok atau lusa ia kembali mengajakku nonton film tersebut. Antara mau, malu dan rasa takut selalu menghantukiku.
    Mungkin dia juga mengalami hal yang sama, karena dari dalam kamarku selalu terdengar ada pintu kamar terbuka dan tertutup serta air di kamar mandi selalu kedengaran tertumpah.

    Setelah kami makan malam bersama keesokan harinya, kami kembali nonton TV sama-sama di ruang tamu, tapi penampilan Alina kali ini agak lain dari biasanya. Ia berpakaian serba tipis dan tercium bau farfumnya yang harum menyengat hidup sepanjang ruang tamu itu.

    Jantungku sempat berdebar dan hatiku gelisah mencari alasan untuk menolak ajakannya itu, meskipun gejolak hati kecilku untuk mengikuti kemauannya lebih besar dari penolakanku. Belum aku sempat menemukan alasan tepat, maka

    “Nis, masih ingat janjimu tadi malam? Atau kamu sudah ngantuk lagi?” pertanyaan Alina tiba-tiba mengagetkanku.

    “O, oohh yah, aku ingat. Nonton VCD khan? Tapi jangan yang seram-seram donk filmnya, aku tak suka. Nanti aku mimpi buruk dan membuatku sakit, khan repot jadinya” jawabku mengingatkan untuk tidak memutar film porn.

    “Kita liat aja permainannya. Kamu pasti senang menyaksikannya, karena aku yakin kamu belum pernah menontonnya, lagi pula ini film baru” kata Alina sambil meraih kotak yang berisi setumpuk kaset VCD lalu menarik sekeping kaset yang paling di atas seolah ia telah mempersiapkannya, lalu memasukkan ke CD, lalu mundur dua langkah dan duduk di sampingku menunggu apa gerangan yang akan muncul di layar TV tersebut.

    Dag, dig, dug, getaran jantungku sangat keras menunggu gambar yang akan tampil di layar TV. Mula-mula aku yakin kalau filmnya adalah film yang dapat dipertontonkan secara umum karena gambar pertama yang muncul adalah dua orang gadis yang sedang berloma naik speed board atau sampan dan saling membalap di atas air sungat.

    Namun dua menit kemudian, muncul pula dua orang pria memburuhnya dengan naik kendaraan yang sama, akhirnya keempatnya bertemu di tepi sungai dan bergandengan tangan lalu masuk ke salah satu villa untuk bersantai bersama.

    Tak lama kemudian mereka berpasang-pasangan dan saling membuka pakaiannya, lalu saling merangkul, mencium dan seterusnya sebagaimana layaknya suami istri. Niat penolakanku tadi tiba-tiba terlupakan dan terganti dengan niat kemauanku.

    Kami tidak mampu mengeluarkan kata-kata, terutama ketika kami menyaksikan dua pasang muda mudi bertelanjang bulat dan saling menjilati kemaluannya, bahkan saling mengadu alat yang paling vitalnya. Kami hanya bisa saling memandang dan tersenyum.
    “Gimana Nis,? Asyik khan? Atau ganti yang lain saja yang lucu-lucu?” pancing Alina, tapi aku tak menjawabnya, malah aku melenguh panjang.

    “Apa kamu sering dan senang nonton film beginian bersama suamimu?” giliran aku bertanya, tapi Alina hanya menatapku tajam lalu mengangguk.

    “Hmmhh” kudengar suara nafas panjang Alina keluar dari mulutnya.
    “Apa kamu pernah praktekkan seperti di film itu Nis?” tanya Alina ketika salah seorang wanitanya sedang menungging lalu laki-lakinya menusukkan kontolnya dari belakang lalu mengocoknya dengan kuat.
    “Tidak, belum pernah” jawabku singkat sambil kembali bernafas panjang.

    “Maukah kamu mencobanya nanti?” tanya Alina dengan suara rendah.
    “Dengan siapa, kami khan pisah dengan istri untuk sementara” kataku.
    “Jika kamu bertemu istrimu nanti atau wanita lain misalnya” kata Alina.
    “Yachh.. Kita liat saja nanti. Boleh juga kami coba nanti hahaha” kataku.
    “Nis, apa malam ini kamu tidak ingin mencobanya?” Tanya Alina sambil sedikit merapatkan tubuhnya padaku. Saking rapatnya sehingga tubuhnya terasa hangatnya dan bau harumnya.
    “Dengan siapa? Apa dengan wanita di TV itu?” tanyaku memancing.

    “Gimana jika dengan aku? Mumpung hanya kita berdua dan nggak bakal ada orang lain yang tahu. Mau khan?” Tanya Alina lebih jelas lagi mengarah sambil menyentuh tanganku, bahkan menyandarkan badannya ke badanku.

    Sungguh aku kaget dan jantungku seolah copot mendengar rincian pertanyaannya itu, apalagi ia menyentuhku. Aku tidak mampu lagi berpikir apa-apa, melainkan menerima apa adanya malam itu.
    Aku tidak akan mungkin mampu menolak dan mengecewakannya, apalagi aku sangat menginginkannya, karena telah beberapa bulan aku tidak melakukan sex dengan istriku. Aku mencoba merapatkan badanku pula, lalu mengelus tangannya dan merangkul punggungnya, sehingga terasa hangat sekali.
    “Apa kamu serius? Apa ini mimpi atau kenyataan?” Tanyaku amat gembira.

    “Akan kubuktikan keseriusanku sekarang. Rasakan ini sayang” tiba-tiba Alina melompat lalu mengangkangi kedua pahaku dan duduk di atasnya sambil memelukku, serta mencium pipi dan bibirku bertubi-tubi.
    Tentu aku tidak mampu menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku segera menyambutnya dan membalasnya dengan sikap dan tindakan yang sama. Nampaknya Alina sudah ingin segera membuktikan dengan melepas sarung yang dipakainya, tapi aku belum mau membuka celana panjang yang kepakai malam itu.
    Pergumulan kami dalam posisi duduk cukup lama, meskipun berkali-kali Alina memintaku untuk segera melepaskan celanaku, bahkan ia sendiri beberapa kali berusaha membuka kancingnya, tapi selalu saja kuminta agar ia bersabar dan pelan-pelan sebab waktunya sangat panjang.

    “Ayo Kak Nis, cepat sayang. Aku sudah tak tahan ingin membuktikannya” rayu Alina sambil melepas rangkulannya lalu ia tidur telentang di atas karpet abu-abu sambil menarik tanganku untuk menindihnya. Aku tidak tega membiarkan ia penasaran terus, sehingga aku segera menindihnya.

    “Buka celana sayang. Cepat.. Aku sudah capek nih, ayo dong,” pintanya.
    Akupun segera menuruti permintaannya dan melepas celana panjangku. Setelah itu, Alina menjepitkan ujung jari kakinya ke bagian atas celana dalamku dan berusaha mendorongnya ke bawah, tapi ia tak berhasil karena aku sengaja mengangkat punggungku tinggi-tinggi untuk menghindarinya.

    Ketika aku mencoba menyingkap baju daster yang dipakaianya ke atas lalu ia sendiri melepaskannya, aku kaget sebab tak kusangka kalau ia sama sekali tidak pakai celana. Dalam hatiku bahwa mungkin ia memang sengaja siap-siap akan bersetubuh denganku malam itu.

    Di bawah sinar lampu 10 W yang dibarengi dengan cahaya TV yang semakin seru bermain bugil, aku sangat jelas menyaksikan sebuah lubang yang dikelilingi daging montok nan putih mulus yang tidak ditumbuhi bulu selembar pun.

    Tampak menonjol sebuah benda mungil seperti biji kacang di tengah-tengahnya. Rasanya cukup menantang dan mempertinggi birahiku, tapi aku tetap berusaha mengendalikannya agar aku bisa lebih lama bermain-main dengannya. Ia sekarang sudah bugil 100%, sehingga terlihat bentuk tubuhnya yang langsing, putih mulus dan indah sekali dipandang.

    “Ayo donk, tunggu apa lagi sayang. Jangan biarkan aku tersiksa seperti ini” pinta Alina tak pernah berhenti untuk segera menikmati puncaknya.
    “Tenang sayang. Aku pasti akan memuaskanmu malam ini, tapi saya masih mau bermain-main lebih lama biar kita lebih banyak menikmatinya”kataku
    Secara perlahan tapi pasti, ujung lidahku mulai menyentuh tepi lubang kenikmatannya sehingga membuat pinggulnya bergerak-gerak dan berdesis.

    “Nikmat khan kalau begini?” tanyaku berbisik sambil menggerak-gerakkan lidahku ke kiri dan ke kanan lalu menekannya lebih dalam lagi sehingga Alina setengah berteriak dan mengangkat tinggi-tinggi pantatnya seolah ia menyambut dan ingin memperdalam masuknya ujung lidahku.

    Ia hanya mengangguk dan memperdengarkan suara desis dari mulutnya.
    “Auhh.. Aakkhh.. Iihh.. Uhh.. Oohh.. Sstt” suara itu tak mampu dikurangi ketika aku gocok-gocokkan secara lebih dalam dan keras serta cepat keluar masuk ke lubang kemaluannya.
    “Teruuss sayang, nikkmat ssekalii.. Aakhh.. Uuhh. Aku belum pernah merasakan seperti ini sebelumnya” katanya dengan suara yang agak keras sambil menarik-narik kepalaku agar lebih rapat lagi.
    “Bagaimana? Sudah siap menyambut lidahku yang panjang lagi keras?” tanyaku sambil melepaskan seluruh pakaianku yang masih tersisa dan kamipun sama-sama bugil.
    Persentuhan tubuhku tak sehelai benangpun yang melapisinya. Terasa hangatnya hawa yang keluar dari tubuh kami.

    “Iiyah,. Dari tadi aku menunggu. Ayo,. Cepat” kata Alina tergesa-gesa sambil membuka lebar-lebar kedua pahanya, bahkan membuka lebar-lebar lubang vaginanya dengan menarik kiri kanan kedua bibirnya untuk memudahkan jalannya kemaluanku masuk lebih dalam lagi.

    Aku pun tidak mau menunda-nunda lagi karena memang aku sudah puas bermain lidah di mulut atas dan mulut bawahnya, apalagi keduanya sangat basah. Aku lalu mengangkat kedua kakinya hingga bersandar ke bahuku lalu berusaha menusukkan ujung kemaluanku ke lubang vagina yang sejak tadi menunggu itu. Ternyata tidak mampu kutembus sekaligus sesuai keinginanku. Ujung kulit penisku tertahan, padahal Alina sudah bukan perawan lagi.

    “Ssaakiit ssediikit.., ppeelan-pelan sedikit” kata Alina ketika ujung penisku sedikit kutekan agak keras. Aku gerakkan ke kiri dan ke kanan tapi juga belum berhasil amblas.
    Aku turunkan kedua kakinya lalu meraih sebuah bantal kursi yang di belakanku lalu kuganjalkan di bawah pinggulnya dan membuka lebar kedua pahanya lalu kudorong penisku agak keras sehingga sudah mulai masuk setengahnya.

    Alinapun merintih keras tapi tidak berkata apa-apa, sehingga aku tak peduli, malah semakin kutekan dan kudorong masuk hingga amblas seluruhnya. Setelah seluruh batang penisku terbenam semua, aku sejenak berhenti bergerak karena capek dan melemaskan tubuhku di atas tubuh Alina yang juga diam sambil bernafas panjang seolah baru kali ini menikmati betul persetubuhan.

    Alina kembali menggerak-gerakkan pinggulnya dan akupun menyambutnya. Bahkan aku tarik maju mundur sedikit demi sedikit hingga jalannya agak cepat lalu cepat sekali. Pinggul kami bergerak, bergoyang dan berputar seirama sehingga menimbulkan bunyi-bunyian yangberirama pula.
    “Tahan sebentar” kataku sambil mengangkat kepala Alina tanpa mencabut penisku dari lubang vagina Alina sehingga kami dalam posisi duduk.

    Kami saling merangkul dan menggerakkan pinggul, tapi tidak lama karena terasa sulit. Lalu aku berbaring dan telentang sambil menarik kepada Alina mengikutiku, sehingga Alina berada di atasku. Kusarankan agar ia menggoyang, mengocok dan memompa dengan keras lagi cepat.

    Ia pun cukup mengerti keinginanku sehingga kedua tangannya bertumpu di atas dadaku lalu menghentakkan agak keras bolak balik pantatnya ke penisku, sehingga terlihat kepalanya lemas dan seolah mau jatuh sebab baru kali itu ia melakukannya dengan posisi seperti itu.

    Karena itu, kumaklumi jika ia cepat capek dan segera menjatuhkan tubuhnya menempel ke atas tubuhku, meskipun pinggulnya masih tetap bergerak naik turun.
    “Kamu mungkin sangat capek. Gimana kalau ganti posisi?” kataku sambil mengangkat tubuh Alina dan melapas rangkulannya.

    “Posisi bagaimana lagi? Aku sudah beberapa kali merasa nikmat sekali” tanyanya heran seolah tidak tahu apa yang akan kulakukan, namun tetap ia ikuti permintaanku karena ia pun merasa sangat nikmat dan belum pernah mengalami permainan seperti itu sebelumnya.
    “Terima saja permainanku. Aku akan tunjukkan beberapa pengalamanku”
    “Yah.. Yah.. Cepat lakukan apa saja” katanya singkat.

    Aku berdiri lalu mengangkat tubuhnya dari belakang dan kutuntunnya hingga ia dalam posisi nungging. Setelah kubuka sedikit kedua pahanya dari belakan, aku lalu menusukkan kembali ujung penisku ke lubangnya lalu mengocok dengan keras dan cepat sehingga menimbulkan bunyi dengan irama yang indah seiring dengan gerakanku.

    Alina pun terengah-engah dan napasnya terputus-putus menerima kenikmatan itu. Posisi kami ini tak lama sebab Alina tak mampu menahan rasa capeknya berlutut sambil kupompa dari belakan. Karenanya, aku kembalikan ke posisi semula yaitu tidur telentang dengan paha terbuka lebar lalu kutindih dan kukocok dari depan, lalu kuangkat kedua kakinya bersandar ke bahuku.

    Posisi inilah yang membuat permainan kami memuncak karena tak lama setelah itu, Alina berteriak-teriak sambil merangkul keras pinggangku dan mencakar-cakar punggungku. Bahkan sesekali menarik keras wajahku menempel ke wajahnya dan menggigitnya dengan gigitan kecil. Bersamaan dengan itu pula, aku merasakan ada cairan hangat mulai menjalar di batang penisku, terutama ketika terasa sekujur tubuh Alina gemetar.

    Aku tetap berusaha untuk menghindari pertemuan antara spermaku dengan sel telur Alina, tapi terlambat, karena baru aku mencoba mengangkat punggungku dan berniat menumpahkan di luar rahimnya, tapi Alina malah mengikatkan tangannya lebih erat seolah melarangku menumpahkan di luar yang akhirnya cairan kental dan hangat itu terpaksa tumpah seluruhnya di dalam rahim Alina.

    Alina nampaknya tidak menyesal, malah sedikit ceria menerimanya, tapi aku diliputi rasa takut kalau-kalau jadi janin nantinya, yang akan membuatku malu dan hubungan persahabatanku berantakan.
    Setelah kami sama-sama mencapai puncak, puas dan menikmati persetubuhan yang sesungguhnya, kami lalu tergeletak di atas karpet tanpa bantal. Layar TV sudah berwarna biru karena pergumulan filmnya sejak tadi selesai.

    Aku lihat jam dinding menunjukkan pukul 12.00 malam tanpa terasa kami bermain kurang lebih 3 jam. Kami sama-sama terdiam dan tak mampu berkata-kata apapun hingga tertidur lelap. Setelah terbangun jam 7.00 pagi di tempat itu, rasanya masih terasa capek bercampur segar.

    “Nis, kamu sangat hebat. Aku belum pernah mendapatkan kenikmatan dari suamiku selama ini seperti yang kamu berikan tadi malam” kata Alina ketika ia juga terbangun pagi itu sambil merangkulku.
    “Benar nih, jangan-jangan hanya gombal untuk menyenangkanku” tanyaku.

    “Sumpah.. Terus terang suamiku lebih banyak memikirkan kesenangannya dan posisi mainnya hanya satu saja. Ia di atas dan aku di bawah. Kadang ia loyo sebelum kami apa-apa. Kontolnya pendek sekali sehingga tidak mampu memberikan kenikmatan padaku seperti yang kami berikan.

    Andai saja kamu suamiku, pasti aku bahagia sekali dan selalu mau bersetubuh, kalau perlu setiap hari dan setiap malam” paparnya seolah menyesali hubungannya dengan suaminya dan membandingkan denganku.
    “Tidak boleh sayang. Itu namanya sudah jodoh yang tidak mampu kita tolak. Kitapun berjodoh bersetubuh dengan cara selingkuh. Sudahlah. Yang penting kita sudah menikmatinya dan akan terus menikmatinya” kataku sambil menenangkannya sekaligus mencium keningnya.
    “Maukah kamu terus menerus memberiku kenikmatan seperti tadi malam itu ketika suamiku tak ada di rumah” tanyanya menuntut janjiku.

    “Iyah, pasti selama aman dan aku tinggal bersamamu. Masih banyak permainanku yang belum kutunjukkan” kataku berjanji akan mengulanginya
    “Gimana kalau istri dan anak-anakmu nanti datang?” tanyanya khawatir.

    “Gampang diatur. Aku kan pembantumu, sehingga aku bisa selalu dekat denganmu tanpa kecurigaan istriku. Apalagi istriku pasti tak tahan tinggal di kota sebab ia sudah terbiasa di kampung bersama keluarganya tapi yang kutakutkan jika kamu hamil tanpa diakui suamimu” kataku.
    “Aku tak bakal hamil, karena aku akan memakan pil KB sebelum bermain seperti yang kulakukan tadi malam, karena memang telah kurencanakan” kara Alina terus terang.

    Setelah kami bincang-bincang sambil tiduran di atas karpet, kami lalu ke kamar mandi masing-masing membersihkan diri lalu kami ke halaman rumah membersihkan setelah sarapan pagi bersama.
    Sejak saat itu, kami hampir setiap malam melakukannya, terutama ketika suami Alina tak ada di rumah, baik siang hari apalagi malam hari, bahkan beberapa kali kulakukan di kamarku ketika suami Alina masih tertidur di kamarnya, sebab Alina sendiri yang mendatangi kamarku ketika sedang “haus”.
    Entah sampai kapan hal ini akan berlangsung, tapi yang jelas hingga saat ini kami masih selalu ingin melakukannya dan belum ada tanda-tanda kecurigaan dari suaminya dan dari istriku.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Nafsu Birahi Yang Kutuntaskan Bersama Wanita Cantik

    Cerita Sex Nafsu Birahi Yang Kutuntaskan Bersama Wanita Cantik


    875 views

    Perawanku – Cerita Sex Nafsu Birahi Yang Kutuntaskan Bersama Wanita Cantik, Kali ini saya ingin bercerita tentang pengalaman yang saya alami 3 tahun yang lalu,sebelumnya, perkenalkan Namaku Sony, berasal dari kawasan Timur Indonesia, tinggal di Surabaya. Isteriku Lia yang terpaut lima tahun dariku telah dipanggil menghadap hadirat penciptanya. Tinggal aku seorang diri dengan dua orang anak yang masih membutuhkan perhatian penuh.

    Aku harus menjadi ayah sekaligus ibu untuk mereka. Bukan hal yang mudah. Sejumlah teman menyarankan untuk menikah lagi agar anak-anak memperoleh ibu baru. Anjuran yang bagus, tetapi saya tidak ingin anak-anak mendapat seorang ibu tiri yang tidak menyayangi mereka. Karena itu aku sangat hati-hati.

    Kehadiran anak2 jelas merupakan hiburan yang tak tergantikan. Sinta kini berusia 10 tahun dan jeremy adiknya berusia enam tahun. Anak-anak yang lucu dan pintar ini sangat mengisi kekosonganku. Namun kalau anak-anak lagi berkumpul bersama teman-temannya, kesepian itu senantiasa menggoda. Ketika hari telah larut malam dan anak-anak sudah tidur, kesepian itu semakin menyiksa.

    Sejalan dengan itu, nafsu birahi ku yang tergolong besar itu meledak-ledak butuh penyaluran. Beberapa teman mengajakku mencari wanita panggilan tetapi aku tidak berani. Resiko terkena penyakit mengendurkan niatku. Terpaksa aku bermasturbasi. Sesaat aku merasa lega, tetapi sesudah itu keinginan untuk menggeluti tubuh seorang wanita selalu muncul di kepalaku.

    Tidak terasa 3 bulan telah berlalu. Perlahan-lahan aku mulai menaruh perhatian ke wanita-wanita lain. Beberapa teman kerja di kantor yang masih lajang kelihatannya membuka peluang. Namun aku lebih suka memiliki mereka sebagai teman. Karena itu tidak ada niat untuk membina hubungan serius. Di saat keinginan untuk menikmati tubuh seorang wanita semakin meningkat, kesempatan itu datang dengan sendirinya.

    Senja itu di hari Jumat, aku pulang kerja. Sepeda motorku santai saja kularikan di sepanjang Jalan Darmo. Maklum sudah mulai gelap dan aku tidak terburu-buru. Di depan hotel Mirama kulihat seorang wanita kebingungan di samping mobilnya, Suzuki Baleno. Rupanya mogok. Kendaraan-kendaraan lain melaju lewat, tidak ada orang yang peduli. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, tidak tahu apa yang hendak dilakukan. Rupanya mencari bantuan. Aku mendekat.

    “Ada yang bisa saya bantu, Mbak?” tanyaku sopan.

    Ia terkejut dan menatapku agak curiga. Saya memahaminya. Akhir-akhir ini banyak kejahatan berkedok tawaran bantuan seperti itu.

    “Tak usah takut, Mbak”, kataku.”Namaku Sony. Boleh saya lihat mesinnya?”

    Walaupun agak segan ia mengucapkan terima kasih dan membuka kap mesinnya. Ternyata hanya problema penyumbatan slang bensin. Aku membetulkannya dan mesin dihidupkan lagi. Ia ingin membayar tetapi aku menolak. Kejadian itu berlalu begitu saja. Tidak kuduga hari berikutnya aku bertemu lagi dengannya di Tunjungan Plaza. Aku sedang menemani anak-anak berjalan-jalan ketika ia menyapaku. Kuperkenalkan dia pada anak-anak. Ia tersenyum manis kepada keduanya.

    “Sekali lagi terima kasih untuk bantuan kemarin sore”, katanya,”Namaku Linda. Maaf, kemarin tidak sempat berkenalan lebih lanjut.”

    “Aku Sony”, sahutku sopan.

    Harus kuakui, mataku mulai mencuri-curi pandang ke seluruh tubuhnya. Wanita berpakaian kantor kemarin, ia sungguh menarik dalam pakaian santainya. Ia mengenakan celana jeans biru agak ketat, dipadu dengan kaos putih berlengan pendek dan leher rendah. Pakaiannya itu jelas menampilkan keseksian tubuhnya. Buah dadanya yang ranum berukuran kira-kira 38 menonjol dengan jujurnya, dipadu oleh pinggang yang ramping. Pinggulnya bundar indah digantungi oleh dua bongkahan pantat yang besar.

    “Kok bengong”, katanya tersenyum-senyum,”Ayo minum di sana”, ajaknya.

    Seperti kerbau dicocok hidungnya aku menurut saja. Ia menggandeng kedua anakku mendahului. Keduanya tampak ceria dibelikan es krim, sesuatu yang tak pernah kulakukan. Kami duduk di meja terdekat sambil memperhatikan orang-orang yang lewat.

    “Ibunya anak-anak nggak ikut?” tanyanya.

    Aku tidak menjawab. Aku melirik ke kedua anakku, Anita dan Marko. Anita menunduk menghindari air mata.

    “Ibu sudah di surga, Tante”, kata Marko polos. Ia memandangku.

    “Isteriku sudah meninggal”, kataku. Hening sejenak.

    “Maaf”, katanya,”Aku tidak bermaksud mencari tahu”, lanjutnya dengan rasa bersalah.

    Pokok pembicaraan beralih ke anak-anak, ke sekolah, ke pekerjaan dan sebagainya. Akhirnya aku tahu kalau ia manajer cabang satu perusahaan pemasaran tekstil yang mengelola beberapa toko pakaian. Aku juga akhirnya tahu kalau ia berusia 32 tahun dan telah menjanda selama satu setengah tahun tanpa anak.

    Selama pembicaraan itu sulit mataku terlepas dari bongkahan dadanya yang menonjol padat. Menariknya, sering ia menggerak-gerakkan badannya sehingga buah dadanya itu dapat lebih menonjol dan kelihatan jelas bentuknya. Beberapa kali aku menelan air liur membayangkan nikmatnya menggumuli tubuh bahenol nan seksi ini.

    “Nggak berpikir menikah lagi?” tanyaku.

    “Rasanya nggak ada yang mau sama aku”, sahutnya.

    “Ah, Masak!” sahutku,”Aku mau kok, kalau diberi kesempatan”, lanjutku sedikit nakal dan memberanikan diri.”Kamu masih cantik dan menarik. Seksi lagi.”

    “Ah, Sony bisa aja”, katanya tersipu-sipu sambil menepuk tanganku. Tapi nampak benar ia senang dengan ucapanku.

    Tidak terasa hampir dua jam kami duduk ngobrol. Akhirnya anak-anak mendesak minta pulang. Linda, wanita itu, memberikan alamat rumah, nomor telepon dan HP-nya. Ketika akan beranjak meninggalkannya ia berbisik,

    “Saya menunggu Sony di rumah.”

    Hatiku bersorak-sorak. Lelaki mana yang mau menolak kesempatan berada bersama wanita semanis dan seseksi Linda. Aku mengangguk sambil mengedipkan mata. Ia membalasnya dengan kedipan mata juga. Ini kesempatan emas. Apalagi sore itu Anita dan Marko akan dijemput kakek dan neneknya dan bermalam di sana.

    “OK. Malam nanti aku main ke rumah”, bisikku juga, “Jam tujuh aku sudah di sana.” Ia tersenyum-senyum manis.

    Sore itu sesudah anak-anak dijemput kakek dan neneknya, aku membersihkan sepeda motorku lalu mandi. Sambil mandi imajinasi seksualku mulai muncul. Bagaimana tampang Linda tanpa pakaian? Pasti indah sekali tubuhnya yang bugil. Dan pasti sangatlah nikmat menggeluti dan menyetubuhi tubuh semontok dan selembut itu. Apalagi aku sebetulnya sudah lama ingin menikmati tubuh seorang wanita.

    Tapi apakah ia mau menerimaku?. Dari kawasan Timur Indonesia lagi. Kulitku agak gelap dengan rambut yang ikal. Tapi.. Peduli amat. Toh ia yang mengundangku. Andaikata aku diberi kesempatan, tidak akan kusia-siakan. Kalau toh ia hanya sekedar mengungkapkan terima kasih atas pertolongaku kemarin, yah tak apalah. Aku tersenyum sendiri.

    Jam tujuh lewat lima menit aku berhasil menemukan rumahnya di kawasan Margorejo itu. Rumah yang indah dan mewah untuk ukuranku, berlantai dua dengan lampu depan yang buram. Kupencet bel dua kali. Selang satu menit seorang wanita separuh baya membukakan pintu pagar. Rupanya pembantu rumah tangga.

    “Pak Sony?” ia bertanya, “Silahkan, Pak. Bu Linda menunggu di dalam”, lanjutnya lagi.

    Aku mengikuti langkahnya dan dipersilahkan duduk di ruang tamu dan iapun menghilang ke dalam. Selang semenit, Linda keluar. Ia mengenakan baju dan celana santai di bawah lutut. Aku berdiri menyambutnya.

    “Selamat datang ke rumahku”, katanya.

    Ia mengembangkan tangannya dan aku dirangkulnya. Sebuah ciuman mendarat di pipiku. Ini ciuman pertama seorang wanita ke pipiku sejak kematian isteriku. Aku berdebaran. Ia menggandengku ke ruang tengah dan duduk di sofa yang empuk. Mulutku seakan terkunci. Beberapa saat bercakap-cakap, si pembantu rumah tangga datang menghantar minuman.

    “Silahkan diminum, Pak”, katanya sopan, “Aku juga sekalian pamit, Bu”, katanya kepada Linda.

    “Makan sudah siap, Bu. Saya datang lagi besok jam sepuluh.”

    “Biar masuk sore aja, Bu”, kata Linda, “Aku di rumah aja besok. Datang saja jam tiga-an.”

    Pembantu itu mengangguk sopan dan berlalu.

    “Ayo minum. Santai aja, aku mandi dulu”, katanya sambil menepuk pahaku.

    Tersenyum-senyum ia berlalu ke kamar mandi. Di saat itu kuperhatikan. Pakaian santai yang dikenakannya cukup memberikan gambaran bentuk tubuhnya. Buah dadanya yang montok itu menonjol ke depan laksana gunung. Pantatnya yang besar dan bulat berayun-ayun lembut mengikuti gerak jalannya. Pahanya padat dan mulus ditopang oleh betis yang indah.

    “Santai saja, anggap di rumah sendiri”, lanjutnya sebelum menghilang ke balik pintu.

    Dua puluh menit menunggu itu rasanya seperti seabad. Ketika akhirnya ia muncul, Linda membuatku terkesima. Rambutnya yang panjang sampai di punggungnya dibiarkan tergerai. Wajahnya segar dan manis. Ia mengenakan baju tidur longgar berwarna cream dipadu celana berenda berwarna serupa.

    Tetapi yang membuat mataku membelalak ialah bahan pakaian itu tipis, sehingga pakaian dalamnya jelas kelihatan. BH merah kecil yang dikenakannya menutupi hanya sepertiga buah dadanya memberikan pemandangan yang indah. Celana dalam merah jelas memberikan bentuk pantatnya yang besar bergelantungan. Pemandangan yang menggairahkan ini spontan mengungkit nafsu birahi ku. Kemaluanku mulai bergerak-gerak dan berdenyut-denyut.

    “Aku tahu, Sony suka”, katanya sambil duduk di sampingku, “Siang tadi di TP (Tunjungan Plaza) aku lihat mata Sony tak pernah lepas dari buah dadaku. Tak usah khawatir, malam ini sepenuhnya milik kita.”

    Ia lalu mencium pipiku. Nafasnya menderu-deru. Dalam hitungan detik mulut kami sudah lekat berpagutan. Aku merengkuh tubuh montok itu ketat ke dalam pelukanku. Tangaku mulai bergerilya di balik baju tidurnya mencari-cari buah dadanya yang montok itu. Ia menggeliat-geliat agar tanganku lebih leluasa bergerak sambil mulutnya terus menyambut permainan bibir dan lidahku. Lidahku menerobos mulutnya dan bergulat dengan lidahnya.

    Tangannya pun aktif menyerobot T-shirt yang kukenakan dan meraba-raba perut dan punggungku. Membalas gerakannya itu, tangan kananku mulai merayapi pahanya yang mulus. Kunikmati kehalusan kulitnya itu. Semakin mendekati pangkal pahanya, kurasa ia membuka kakinya lebih lebar, biar tanganku lebih leluasa bergerak.

    Peralahan-lahan tanganku menyentuh gundukan kemaluannya yang masih tertutup celana dalam tipis. Jariku menelikung ke balik celana dalam itu dan menyentuh bibir kemaluannya. Ia mengaduh pendek tetapi segera bungkam oleh permainan lidahku. Kurasakan badannya mulai menggeletar menahan nafsu birahi yang semakin meningkat.

    Tangannyapun menerobos celana dalamku dan tangan lembut itu menggenggam batang kemaluan yang kubanggakan itu. Kemaluanku tergolong besar dan panjang. Ukuran tegang penuh kira-kira 15 cm dengan diameter sekitar 4 cm. Senjata kebanggaanku inilah yang pernah menjadi kesukaan dan kebanggaan isteriku. Aku yakin senjataku ini akan menjadi kesukaan Linda. Ia pasti akan ketagihan.

    “Au.. Besarnya”, kata Linda sambil mengelus lembut kemaluanku.

    Elusan lembut jari-jarinya itu membuat kemaluanku semakin mengembang dan mengeras. Aku mengerang-ngerang nikmat. Ia mulai menjilati dagu dan leherku dan sejalan dengan itu melepaskan bajuku. Segera setelah lepas bajuku bibir mungilnya itu menyentuh puting susuku. Lidahnya bergerak lincah menjilatinya. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tangannya kembali menerobos celanaku dan menggenggam kemaluanku yang semakin berdenyut-denyut. Aku pun bergerak melepaskan pakaian tidurnya. Rasanya seperti bermimpi, seorang wanita yang cantik dan seksi duduk di pahaku hanya dengan celana dalam dan BH.

    Cerita Sex Nafsu Birahi Yang Kutuntaskan Bersama Wanita Cantik

    Cerita Sex Nafsu Birahi Yang Kutuntaskan Bersama Wanita Cantik

    “Ayo ke kamar”, bisiknya, “Kita tuntaskan di sana.”

    Aku bangkit berdiri. Ia menjulurkan tangannya minta digendong. Tubuh bahenol nan seksi itu kurengkuh ke dalam pelukanku. Kuangkat tubuh itu dan ia bergayut di leherku. Lidahnya terus menerabas batang leherku membuat nafasku terengah-engah nikmat. Buah dadanya yang sungguh montok dan lembut menempel lekat di dadaku. Masuk ke kamar tidurnya, kurebahkan tubuh itu ke ranjang yang lebar dan empuk. Aku menariknya berdiri dan mulai melepaskan BH dan celana dalamnya.

    Ia membiarkan aku melakukan semua itu sambil mendesah-desah menahan nafsunya yang pasti semakin menggila. Setelah tak ada selembar benangpun yang menempel di tubuhnya, aku mundur dan memandangi tubuh telanjang bulat yang mengagumkan itu. Kulitnya putih bersih, wajahnya bulat telur dengan mata agak sipit . Rambutnya hitam tergerai sampai di punggungnya.

    Buah dadanya sungguh besar namun padat dan menonjol ke depan dengan puting yang kemerah-merahan. Perutnya rata dengan lekukan pusar yang menawan. Pahanya mulus dengan pinggul yang bundar digantungi oleh dua bongkah pantat yang besar bulat padat. Di sela paha itu kulihat gundukan hitam lebat bulu kemaluannya. Sungguh pemandangan yang indah dan menggairahkan birahi.

    “Ngapain hanya lihat tok,” protesnya.

    “Aku kagum akan keindahan tubuhmu”, sahutku.

    “Semuanya ini milikmu”, katanya sambil merentangkan tangan dan mendekatiku.

    Tubuh bugil polos itu kini melekat erat ditubuhku. Didorongnya aku ke atas ranjang empuk itu. Mulutnya segera menjelajahi seluruh dada dan perutku terus menurun ke bawah mendekati pusar dan pangkal pahaku. Tangannya lincah melepaskan celanaku. Celana dalamku segera dipelorotnya. Kemaluanku yang sudah tegang itu mencuat keluar dan berdiri tegak. Tiba-tiba mulutnya menangkap batang kemaluanku itu. Kurasakan sensai yang luar biasa ketika lidahnya lincah memutar-mutar kemaluanku dalam mulutnya. Aku mengerang-ngerang nikmat menahan semua sensasi gila itu.

    Puas mempermainkan kemaluanku dengan mulutnya ia melepaskan diri dan merebahkan diri di sampingku. Aku menelentangkannya dan mulutku mulai beraksi. Kuserga buah dada kanannya sembari tangan kananku meremas-remas buah dada kirinya. Bibirku mengulum puting buah dadanya yang mengeras itu. Buah dadanya juga mengeras diiringi deburan jantungnya. Puas buah dada kanan mulutku beralih ke buah dada kiri. Lalu perlahan tetapi pasti aku menuruni perutnya. Ia menggelinjang-linjang menahan desakan birahi yang semakin menggila. Aku menjilati perutnya yang rata dan menjulurkan lidahku ke pusarnya.

    “Auu..” erangnya, “Oh.. Oh.. Oh..” jeritnya semakin keras.

    Mulutku semakin mendekati pangkal pahanya. Perlahan-lahan pahanya yang mulus padat itu membuka, menampakkan lubang surgawinya yang telah merekah dan basah. Rambut hitam lebat melingkupi lubang yang kemerah-merahan itu. Kudekatkan mulutku ke lubang itu dan perlahan lidahku menyuruk ke dalam lubang yang telah basah membanjir itu. Ia menjerit dan spontan duduk sambil menekan kepalaku sehingga lidahku lebih dalam terbenam. Tubuhnya menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan. Pantatnya menggeletar hebat sedang pahanya semakin lebar membuka.

    “Aaa.. Auu.. Ooo..”, jeritnya keras.

    Aku tahu tidak ada sesuatu pun yang bakalan menghalangiku menikmati dan menyetubuhi si canting bahenon nan seksi ini. Tapi aku tak ingin menikmatinya sebagai orang rakus. Sedikit demi sedikit tetapi sangat nikmat. Aku terus mempermainkan klitorisnya dengan lidahku. Tiba-tiba ia menghentakkan pantatnya ke atas dan memegang kepalaku erat-erat. Ia melolong keras.

    Pada saat itu kurasakan banjir cairan vaginanya. Ia sudah mencapai orgasme yang pertama. Aku berhenti sejenak membiarkan ia menikmatinya. Sesudah itu mulailah aku menjelajahi kembali bagian tersensitif dari tubuhnya itu. Kembali erangan suaranya terdengar tanda birahi nya mulai menaik lagi. Tangannya terjulur mencari-cari batang kejantananku. Kemaluanku telah tegak sekeras beton. Ia meremasnya. Aku menjerit kecil, karena nafsuku pun sudah diubun-ubun butuh penyelesaian.

    Kudorong tubuh bahenon nan seksi itu rebah ke kasur empuk. Perlahan-lahan aku bergerak ke atasnya. Ia membuka pahanya lebar-lebar siap menerima penetrasi kemaluanku. Kepalanya bergerak-gerak di atas rambutnya yang terserak. Mulutnya terus menggumam tidak jelas. Matanya terpejam. Kuturunkan pantatku. Batang kemaluanku berkilat-kilat dan memerah kepalanya siap menjalankan tugasnya. Kuusap-usapkan kemaluanku di bibir kemaluannya. Ia semakin menggelinjang seperti kepinding.

    “Cepat.. Cepat.. Aku sudah nggak tahan!” jeritnya.

    Kuturunkan pantatku perlahan-lahan. Dan.. BLESS!

    Kemaluanku menerobos liang senggamanya diiringi jeritannya membelah malam. Tetangga sebelah mungkin bisa mendengar lolongannya itu. Aku berhenti sebentar membiarkan dia menikmatinya. Lalu kutekan lagi pantatku sehingga kemaluanku yang panjang dan besar itu menerobos ke dalam dan terbenam sepenuhnya dalam liang surgawi miliknya.

    Ia menghentak-hentakkan pantatnya ke atas agar lebih dalam menerima diriku. Sejenak aku diam menikmati sensasi yang luar biasa ini. Lalu perlahan-lahan aku mulai menggerakkan kemaluanku. Balasannya juga luar biasa.

    Dinding-dinding lubang kemaluannya berusaha menggenggam batang kemaluanku. Rasanya seberti digigit-gigit. Pantatnya yang bulat besar itu diputar-putar untuk memperbesar rasa nikmat. Buah dadanya tergoncang-goncang seirama dengan genjotanku di kemaluannya. Matanya terpejam dan bibirnya terbuka, berdesis-desis mulutnya menahankan rasa nikmat.

    Desisan itu berubah menjadi erangan kemudian jeritan panjang terlontar membelah udara malam. Kubungkam jeritannya dengan mulutku. Lidahku bertemu lidahnya. Sementara di bawah sana kemaluanku leluasa bertarung dengan kemaluannya, di sini lidahku pun leluasa bertarung dengan lidahnya.

    “OH..”, erangnya, “Lebih keras sayang, lebih keras lagi.. Lebih keras.. Oooaah!”

    Tangannya melingkar merangkulku ketat. Kuku-kukunya membenam di punggungku. Pahanya semakin lebar mengangkang. Terdengar bunyi kecipak lendir kemaluannya seirama dengan gerakan pantatku. Di saat itulah kurasakan gejala ledakan magma di batang kemaluanku. Sebentar lagu aku akan orgasme.

    “Aku mau keluar, Linda”, bisikku di sela-sela nafasku memburu.

    “Aku juga”, sahutnya, “Di dalam sayang. Keluarkan di dalam. Aku ingin kamu di dalam.”

    Kupercepat gerakan pantatku. Keringatku mengalir dan menyatu dengan keringatnya. Bibirku kutekan ke bibirnya. Kedua tanganku mencengkam kedua buah dadanya. Diiringi geraman keras kuhentakkan pantatku dan kemaluanku membenam sedalam-dalamnya. Spermaku memancar deras. Ia pun melolong panjang dan menghentakkan pantatnya ke atas menerima diriku sedalam-dalamnya.

    Kedua pahanya naik dan membelit pantatku. Ia pun mencapai puncaknya. Kemaluanku berdenyut-denyut memuntahkan spermaku ke dalam rahimnya. Inilah orgasmeku yang pertama di dalam kemaluan seorang wanita sejak kematian isteriku. Dan ternyata wanita itu adalah Linda yang cantik bahenol dan seksi.

    Sekitar sepuluh menit kami diam membatu mereguk semua detik kenikmatan itu. Lalu perlahan-lahan aku mengangkat tubuhku. Aku memandangi wajahnya yang berbinar karena birahi nya telah terpuaskan. Ia tersenyum dan membelai wajahku.

    “Sony, kamu hebat sekali, sayang”, katanya, “Sudah lebih dari setahun aku tidak merasakan lagi kejantanan lelaki seperti ini.”

    “Linda juga luar biasa”, sahutku, “Aku sungguh puas dan bangga bisa menikmati tubuhmu yang menawan ini. Linda tidak menyesal bersetubuh denganku?”

    “Tidak”, katanya, “Aku malah berbangga bisa menjadi wanita pertama sesudah kematian isterimu. Mau kan kamu memuaskan aku lagi nanti?”

    “Tentu saja mau”, kataku, “Bodoh kalau nolak rejeki ini.” Ia tertawa.

    “Kalau kamu lagi pingin, telepon saja aku,” lanjutnya, “Tapi kalau aku yang pingin, boleh kan aku nelpon?”

    “Tentu.. Tentu..”, balasku cepat.

    “Mulai sekarang kamu bisa menyetubuhi aku kapan saja. Tinggal kabarkan”, katanya.

    Hatiku bersorak ria. Aku mencabut kemaluanku dan rebah di sampingnya. Kurang lebih setengah jam kami berbaring berdampingan. Ia lalu mengajakku mandi. Lapar katanya dan pingin makan.

    Malam itu hingga hari Minggu siang sungguh tidak terlupakan. Kami terus berpacu dalam birahi untuk memuaskan nafsu. Aku menyetubuhinya di sofa, di meja makan, di dapur, di kamar mandi dalam berbagai posisi. Di atas, di bawah, dari belakang. Pendek kata hari itu adalah hari penuh kenikmatan birahi .

    Dapat ditebak, pertemuan pertama itu berlanjut dengan aneka pertemuan lain. Kadang-kadang kami mencari hotel tetapi terbanyak di rumahnya. Sesekali ia mampir ke tempatku kalau anak-anak lagi mengunjungi kakek dan neneknya. Pertemuan-pertemuan kami selalu diisi dengan permainan birahi yang panas dan menggairahkan.

    Satu malam di kamar tidurnya. Setelah beberapa kali orgasme iseng aku menggodanya.

    “Linda”, kataku, “Betapa beruntungnya aku yang berkulit gelap ini bisa menikmati tubuhmu bahenol, seksi, putih dan mulus.” kataku, disambut dengan tawa cerianya.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Nafsu Birahi Yang Menggila

    Cerita Sex Nafsu Birahi Yang Menggila


    866 views

    Perawanku – Cerita Sex Nafsu Birahi Yang Menggila, Pergaluanku dikota sungguh sangat bebas sekali, tapi sebagai wanita aku masih tetap berusaha menjaga kewanitaanku sebaik mungkin. Aku suka nongkrong, suka dugem, bahkan aku juga kadang merokok tapi aku sangat menjauhi yang namanya hubungan Sex.

    Sampai kisah ini aku tulis aku sudah tak bisa lagi menjaga kewanitaanku, bahkan semenjak kejadian pagi itu aku menjadi sorang wanita yang sangat haus dengan Sex. Aku merasakan tidak cukup jika aku Cuma disetubuhi satu laki-laki, aku baru merasa sangat puas jika aku disetubuhi 2 atau 3 laki-laki sekaligus. Entah apa yang membuatku bisa menjadi seperti ini. Ini ceritaku.

    Perkenalkan namaku Nindy, aku mempunyai perawakan yang sangat menarik dibandingkan dengan teman-temanku. Dari semua sisi aku lebih unggul dari mereka semua, badanku yang langsing, buah dadaku yang sintal dan berukuran lumayan besar 34B, dan pantatku yang kata teman laki-laki ku sangat montok. Itu yang membuatku sangat percaya diri.

    Aku dan Dua teman wanitaku namanya Tari dan Hilda dan 3 teman laki-laki ku namanya Nando,Raka dan Bima mempunyai rencana untuk ke villa ku yang ada dipuncak untuk sekedar refresing menghilangkan penat. Dan setelah hari dan jam disepakati akhirnya semua teman-temanku itu menuju kerumahku dan kita langsung berangkat kepuncak.

    Kira-kira 3 jam perjalanan akhirnya kita sampailah dipuncak. Kita langsung bisa menempati villa karena sehari sebelumnya kami sudah menyuruh penjaga untuk membersihkan seluruh ruangan Villa. Dan akhirnya kami langsung masuk dan memilih kamar masing-masing dan langsung rebahan karena sudah merasa capek dijalanan.
    Setelah kurang lebih 30 menita kami istirahat masing-masing akhirnya kami semua berkumpul diruang tamu yang luas. Saat itu lah aku melihat Raka dan Hilda bermesraan, karena emang mereka berdua pacaran. Dan yang lain juga hanya memandinginya saja sambil kadang-kadang mengjeknya dengan yang mesum-mesum.
    Timbullah rasa iri dalam hatiku melihat kemesraan Nando dan Hilda, tapi aku tahan rasa itu. Setelah santai-santai selesai akhirnya malam menjelang malam tiba, aku, Tari dan Hilda menyiapkan makan untuk makan nanti malam, sementara yang laki-laki menata-nata meja diluar Villa, biar suasana makan malam terasa romantis. Jam 7 tepat semua makanan dan tempat sudah tertata rapi akhirnya kita semua bersenang-senang serasa pesta kecil-kecilan.

    Gurauan-gurauan terus keluar dari mulut kita, baik candaan yang menjorok tentang Sex, ataupun hal-hal mesum lainnya keluar dari kita semua karena kami semua sudah terbiasa dengan candaan yang seperti itu.
    Tari dan Hilda sudah biasa melakukan hubungan Sex tapi kalau aku belum pernah sama sekali. Tapi aku juga sudah terbiasa karena aku sudah berteman dengan mereka lama sekali. Setelah malam itu selesai akhirnya kita menuju kamar.
    Dalam suasana hening dan kegelapan malam aku mendengar suara desahan-desahan dari kamar raka, semakin lama semakin keras suaranya, dengan rasa penasaran aku langsung keluar untuk mengintipnya, dan yang kulihat ini sangatlah HOT, raka sedang menyetubuhi Hilda dengan buasnya. Raka memompa meki Hilda dengan sangat perkasa, sungguh yang aku lihat secara langsung ini membuat birahiku langsung meningkat. Tapi apa daya, aku hanya bisa melihat saja.

    Malam itu aku jadi tidak bisa tidur gara-gara adegan Sex raka dan Hilda yang menurutku sangatlah HOT. Serasa aku juga ingin melakukannya, tapi itu hanya angan-angan saja. malam itu sungguh sunyi sekali, aku yang tidak bisa tidur hanya ditemani dengan desahan-desahan dari Hilda yang tubuhnya sedang dinikmati oleh Raka. Sampai aku terbangun keesokan harinya.
    Jam 10.00 pagi harinya kami jalan-jalan menghirup udara puncak, sekalian membeli makanan dan cemilan sementara Tari dan Nando menunggu villa. Belum lagi 15 menit meninggalkan villa perutku tiba-tiba mulas, aku mencoba untuk bertahan, tidak berhasil, bergegas aku kembali ke villa.
    Selesai dari kamar mandi aku mencari Tari dan Nando, rupanya mereka sedang di ruang TV dalam keadaan bugil. Lagi-lagi aku mendapat suguhan live show yang spektakuler. Tubuh Tari setengah melonjor di sofa dengan kaki menapak kelantai, Nando berlutut dilantai dengan badan berada diantara kedua kaki Tari, Mulutnya mengulum-ngulum kewanitaan Tari, tak lama kemudian Nando meletakan kedua tungkai kaki Tari dibahunya dan kembali menyantap segitiga venus yang semakin terpampang dimukanya. Tak ayal lagi Tari berkelojotan diperlakukan seperti itu.

    “Sssssshh.. sshh.. aaaahh” desis Tari.
    “Oouuuuhh.. Nan.. nikmat sekalii.. sayang”
    “Gigit.. Nan.. pleasee.. gigitt”
    “Auuuuuwww.. pelan sayang gigitnyaa”
    Melengkapi kenikmatan yang sedang melanda dirinya satu tangan Tari mencengkram kepala Nando, tangan lainnya meremas-remas payudara 36B nya sendiri serta memilin putingnya. Beberapa saat kemudian mereka berganti posisi, Tari yang berlutut di lantai, mulutnya mengulum Penis Nando, kepalanya turun naik, tangannya mengocok-ngocok batang kenikmatan itu, sekali-kali dijilatnya bagai menikmati es krim. Setiap gerakan kepala Tari sepertinya memberikan sensasi yang luar biasa bagi Nando.
    “Aaaaaahh.. aauuuuugghh.. teruss sayangg” desah Nando.
    “Ohh.. sayangg.. enakk sekalii”
    Suara desahan dan erangan membuat Tari tambah bernafsu melumat Penis Nando.
    “Ohh.. Tarii.. ngga tahann.. masukin sayangg” pinta Nando.

    Tari menyudahi lumatannya dan beranjak keatas, berlutut disofa dengan pinggul Nando berada diantara pahanya, tangannya menggapai batang kenikmatan Nando, diarahkan kemulut kewanitaannya dan dibenamkan. “Aaagghh” keduanya melenguh panjang merasakan kenikmatan gesekan pada bagian sensitif mereka masing-masing. Dengan kedua tangan berpangku pada pahanya Tari mulai menggerakan pinggulnya mundur maju, karuan saja Nando mengeliat-geliat merasakan batangnya diurut-urut oleh kewanitaan Tari.
    Sebaliknya, milik Nando yang menegang keras dirasakan oleh Tari mengoyak-ngoyak dinding dan lorong kenikmatannya. Suara desahan, desisan dan lenguhan saling bersaut manakala kedua insan itu sedang dirasuk kenikmatan duniawi.

    Tontonan itu membuat aku tidak dapat menahan keinginanku untuk meraba-raba sekujur tubuhku, rasa gatal begitu merasuk kedalam kemaluanku. Kutinggalkan live show bergegas menuju kamar, kulampiaskan birahiku dengan mengesek-gesekan bantal di kewanitaanku. Merasa tidak puas kusingkap rok miniku, kuselipkan tanganku kedalam celana dalamku membelai-belai bulu-bulu tipis di permukaan kewanitaanku dan.. akhirnya menyentuh klitorisku.

    “Aaahh.. sshh.. eehh” desahku merasakan nikmatnya elusan-elusanku sendiri, jariku merayap tak terkendali ke bibir kemaluanku, membuka belahannya dan bermain-main ditempat yang mulai basah dengan cairan pelancar, manakala kenikmatan semakin membalut diriku tiba-tiba pintu terbuka.. Tari! masih dengan pakaian kusut menerobos masuk, untung aku masih memeluk bantal, sehingga kegiatan tanganku tidak terlihat olehnya.
    “Ehh Nin.. kok ada disini, bukannya tadi ikut yang lain?” sapa Tari terkejut.
    “Iya Tar.. balik lagi.. perut mules”
    “Aku suruh Nando beli obat ya”
    “Ngga usah Si.. udah baikan kok”
    “Yakin Nin?”
    “Iya ngga apa-apa kok” jawabku meyakinkan Tari yang kemudian kembali ke ruang tengah setelah mengambil yang dibutuhkannya. Sirna sudah birahiku karena rasa kaget.

    Malam harinya selesai makan kami semua berkumpul diruang tengah, Bima langsung memutar VCD X-2. Adegan demi adegan di film mempengaruhi kami, terutama kawan-kawan pria, mereka kelihatan gelisah. Film masih setengah main Tari dan Nando menghilang, tak lama kemudian disusul oleh Andra dan Vito. Tinggal aku, Raka dan Bima, kami duduk dilantai bersandar pada sofa, aku di tengah.
    Melihat adegan film yang bertambah panas membuat birahiku terusik. Rasa gatal menyeruak dikewanitaanku mengelitik sekujur tubuh dan setiap detik berlalu semakin memuncak saja, aku jadi salah tingkah. Raka yang pertama melihat kegelisahanku.

    “Kenapa Nin, gelisah banget horny ya” tegurnya bercanda.
    “Ngga lagi, ngaco kamu Rak” sanggahku.
    “Kalau horny bilang aja Nin.. hehehe.. kan ada kita-kita” Bima menimpali.
    “Rese nih berdua, nonton aja tuh” sanggahku lagi menahan malu.
    Raka tidak begitu saja menerima sanggahanku, diantara kami ia paling tinggi jam terbangnya sudah tentu ia tahu persis apa yang sedang aku rasakan. Raka tidak menyia-nyiakannya, bahuku dipeluknya seperti biasa ia lakukan, seakan tanpa tendensi apa-apa.
    “Santai Nin, kalau horny enjoy aja, gak usah malu.. itu artinya kamu normal” bisik Raka sambil meremas pundakku.

    Remasan dan terpaan nafas Raka saat berbisik menyebabkan semua bulu-bulu di tubuhku meremang, tanpa terasa tanganku meremas ujung rok. Raka menarik tanganku meletakan dipahanya ditekan sambil diremasnya, tak ayal lagi tanganku jadi meremas pahanya.
    “Remas aja paha aku Nin daripada rok” bisik Raka lagi.
    Kalau sedang bercanda jangankan paha, pantatnya yang geboy saja kadang aku remas tanpa rasa apapun, kali ini merasakan paha Raka dalam remasanku membuat darahku berdesir keras.
    “Ngga usah malu Nin, santai aja” lanjutnya lagi.
    Entah karena bujukannya atau aku sendiri yang menginginkan, tidak jelas, yang pasti tanganku tidak beranjak dari pahanya dan setiap ada adegan yang wow kuremas pahanya. Merasa mendapat angin, Raka melepaskan rangkulannya dan memindahkan tangannya di atas pahaku, awalnya masih dekat dengkul lama kelamaan makin naik, setiap gerakan tangannya membuatku merinding.

    Entah bagaimana mulainya tanpa kusadari tangan Raka sudah berada dipaha dalamku, tangannya mengelus-elus dengan halus, ingin menepis, tapi, rasa geli-geli enak yang timbul begitu kuatnya, membuatku membiarkan kenakalan tangan Raka yang semakin menjadi-jadi.
    “Nin gue suka deh liat leher sama pundak kamu” bisik Raka seraya mengecup pundakku.
    Aku yang sudah terbuai elusannya karuan saja tambah menjadi-jadi dengan kecupannya itu.
    “Jangan Rak” namun aku berusaha menolak.
    “Kenapa Nin, cuma pundak aja kan” tanpa perduli penolakanku Raka tetap saja mengecup, bahkan semakin naik keleher, disini aku tidak lagi berusaha jaim.

    “Rak.. ahh” desahku tak tertahan lagi.
    “Enjoy aja Nin” bisik Raka lagi, sambil mengecup dan menjilat daun telingaku.
    “Ohh Rak” aku sudah tidak mampu lagi menahan, semua rasa yang terpendam sejak melihat live show dan film, perlahan merayapi lagi tubuhku.
    Aku hanya mampu tengadah merasakan kenikmatan mulut Raka di leher dan telingaku. Bima yang sedari tadi asik nonRak melihatku seperti itu tidak tinggal diam, ia pun mulai turut melakukan hal yang sama. Pundak, leher dan telinga sebelah kiriku jadi sasaran mulutnya. Melihat aku sudah pasrah mereka semakin agresif. Tangan Raka semakin naik hingga akhirnya menyentuh kewanitaanku yang masih terbalut celana dalam. Elusan-elusan di kewanitaanku, remasan Bima di payudaraku dan kehangatan mulut mereka dileherku membuat magma birahiku menggelegak sejadi-jadinya.

    “Agghh.. Rak.. Bim.. ohh.. sshh” desahanku bertambah keras.
    Bima menyingkap tang-top dan braku bukit kenyal 34B ku menyembul, langsung dilahapnya dengan rakus. Raka juga beraksi memasukan tangannya kedalam celana dalam meraba-raba kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan pelicin. Aku jadi tak terkendali dengan serangan mereka tubuhku bergelinjang keras.
    “Emmhh.. aahh.. ohh.. aagghh” desahanku berganti menjadi erangan-erangan.
    Mereka melucuti seluruh penutup tubuhku, tubuh polosku dibaringkan dilantai beralas karpet dan mereka pun kembali menjarahnya. Bima melumat bibirku dengan bernafsu lidahnya menerobos kedalam rongga mulutku, lidah kami saling beraut, mengait dan menghisap dengan liarnya. Sementara Raka menjilat-jilat pahaku lama kelamaan semakin naik.. naik.. dan akhirnya sampai di kewanitaanku, lidahnya bergerak-gerak liar di klitorisku, bersamaan dengan itu Bima pun sudah melumat payudaraku, putingku yang kemerah-merahan jadi bulan-bulanan bibir dan lidahnya.

    Diperlakukan seperti itu membuatku kehilangan kesadaran, tubuhku bagai terbang diawang- awang, terlena dibawah kenikmatan hisapan-hisapan mereka. Bahkan aku mulai berani punggung Bima kuremas-remas, kujambak rambutnya dan merengek-rengek meminta mereka untuk tidak berhenti melakukannya.
    “Aaahh.. Raak.. Bim.. teruss.. sshh.. enakk sekalii”
    “Nikmatin Nin.. nanti bakal lebih lagi” bisik Bima seraya menjilat dalam-dalam telingaku.
    Mendengar kata lebih lagi aku seperti tersihir, menjadi hiperaktif pinggul kuangkat-angkat, ingin Raka melakukan lebih dari sekedar menjilat, ia memahami, disantapnya kewanitaanku dengan menyedot-nyedot gundukan daging yang semakin basah oleh ludahnya dan cairanku. Tidak berapa lama kemudian aku merasakan kenikmatan itu semakin memuncak, tubuhku menegang, kupeluk Bima-yang sedang menikmati puting susu-dengan kuatnya.

    “Aaagghh.. Rakn.. Bim.. akuu.. oohh” jeritku keras, dan merasakan hentak-hentakan kenikmatan didalam kewanitaanku. Tubuhku melemas.. lungai.
    Raka dan Bima menyudahi hidangan pembukanya, dibiarkan tubuhku beristirahat dalam kepolosan, sambil memejamkan mata kuingat-ingat apa yang baru saja kualami. Permainan Bima di payudara dan Raka di kewanitaanku yang menyebarkan kenikmatan yang belum pernah kualami sebelumnya, dan hal itu telah kembali menimbulkan getar-getar birahi diseluruh tubuhku.

    Aku semakin tenggelam saja dalam bayang-bayang yang menghanyutkan, dan tiba-tiba kurasakan hembusan nafas ditelingaku dan rasa tidak asing lagi.. hangat basah.. Ahh.. bibir dan lidah Bima mulai lagi, tapi kali ini tubuhku seperti di gelitiki ribuan semut, ternyata Bima sudah polos dan bulu-bulu lebat di tangan dan dadanya menggelitiki tubuhku. Begitupun Raka sudah bugil, ia membuka kedua pahaku lebar-lebar dengan kepala sudah berada diantaranya.
    Mataku terpejam, aku sadar betul apa yang akan terjadi, kali ini mereka akan menjadikan tubuhku sebagai hidangan utama. Ada rasa kuatir dan takut tapi juga menantikan kelanjutannya dengan berdebar. Begitu kurasakan mulut Raka yang berpengalaman mulai beraksi.. hilang sudah rasa kekuatiran dan ketakutanku. Gairahku bangkit merasakan lidah Raka menjalar dibibir kemaluanku, ditambah lagi Bima yang dengan lahapnya menghisap-hisap putingku membuat tubuhku mengeliat-geliat merasakan geli dan nikmat dikedua titik sensitif tubuhku.

    “Aaahh.. Raak.. Bim.. nngghh.. aaghh” rintihku tak tertahankan lagi.
    Raka kemudian mengganjal pinggulku dengan bantal sofa sehingga pantatku menjadi terangkat, lalu kembali lidahnya bermain dikemaluanku. Kali ini ujung lidahnya sampai masuk kedalam liang kenikmatanku, bergerak-gerak liar diantara kemaluan dan anus, seluruh tubuhku bagai tersengat aliran listrik aku hilang kendali.
    Aku merintih, mendesah bahkan menjerit-jerit merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Lalu kurasakan sesuatu yang hangat keras berada dibibirku.. Penis Bima! Aku mengeleng-gelengkan kepala menolak keinginannya, tapi Bima tidak menggubrisnya ia malah manahan kepalaku dengan tangannya agar tidak bergerak.

    “Jilat.. Nin” perintahnya tegas.
    Aku tidak lagi bisa menolak, kujilat batangnya yang besar dan sudah keras membatu itu, Bima mendesah-desah merasakan jilatanku.
    “Aaahh.. Niiin.. jilat terus.. nngghh” desah Bima.
    “Jilat kepalanya Nin” aku menuruti permintaannya yang tak mungkin kutolak.
    Lama kelamaan aku mulai terbiasa dan dapat merasakan juga enaknya menjilat-jilat batang penis itu, lidahku berputar dikepala kemaluannya membuat Bima mendesis desis.
    “Ssshh.. nikmat sekali Nin.. isep sayangg.. isep” pintanya diselah-selah desisannya.
    Aku tak tahu harus berbuat bagaimana, kuikuti saja apa yg pernah kulihat di film, kepala Penisnya pertama-tama kumasukan kedalam mulut, Bima meringis.
    “Jangan pake gigi Nin.. isep aja” protesnya, kucoba lagi, kali ini Bima mendesis nikmat.
    “Ya.. gitu sayang.. sshh.. enak.. Nin”
    Melihat Bima saat itu membuatku turut larut dalam kenikmatannya, apalagi ketika sebagian Penisnya melesak masuk menyentuh langit-langit mulutku, belum lagi kenakalan lidah Raka yang tiada henti-hentinya menggerayangi setiap sudut kemaluanku. Aku semakin terombang-ambing dalam gelombang samudra birahi yang melanda tubuhku, aku bahkan tidak malu lagi mengocok-ngocok Penis Bima yang separuhnya berada dalam mulutku.

    Beberapa saat kemudian Bima mempercepat gerakan pinggulnya dan menekan lebih dalam batang kemaluannya, tanganku tak mampu menahan laju masuknya kedalam mulutku. Aku menjadi gelagapan, ku geleng-gelengkan kepalaku hendak melepaskan benda panjang itu tapi malah berakibat sebaliknya, gelengan kepalaku membuat kemaluannya seperti dikocok-kocok. Bima bertambah beringas mengeluar-masukan Penisnya dan.
    “Aaagghh.. nikmatt.. Ninr.. aku.. kkeelluaarr” jerit Bima, air maninya menyembur-nyembur keras didalam mulutku membuatku tersedak, sebagian meluncur ke tenggorokanku sebagian lagi tercecer keluar dari mulutku.
    Aku sampai terbatuk-batuk dan meludah-ludah membuang sisa yang masih ada dimulutku. Raka tidak kuhiraukan aku langsung duduk bersandar menutup dadaku dengan bantal sofa.

    “Gila Bima.. kira-kira dong” celetukku sambil bersungut-sungut.
    “Sorry Nin.. ngga tahan.. abis isepan kamu enak banget” jawab Bima dengan tersenyum.
    “Udah Nin jangan marah, kamu masih baru nanti lama lama juga bakal suka” sela Raka seraya mengambilkan aku minum dan membersihkan sisa air mani dari mulutku.
    Raka benar, aku sebenarnya tadi menikmati sekali, apalagi melihat mimik Bima saat akan keluar hanya saja semburannya yang membuatku kaget. Raka membujuk dan memelukku dengan lembut sehingga kekesalanku segera surut. Dikecupnya keningku, hidungku dan bibirku. Kelembutan perlakuannya membuatku lupa dengan kejadian tadi.

    Kecupan dibibir berubah menjadi lumatan-lumatan yang semakin memanas kami pun saling memagut, lidah Raka menerobos mulutku meliuk-liuk bagai ular, aku terpancing untuk membalasnya. Ohh.. sungguh luar biasa permainan lidahnya, leher dan telingaku kembali menjadi sasarannya membuatku sulit menahan desahan-desahan kenikmatan yang begitu saja meluncur keluar dari mulutku.

    Raka merebahkan tubuhku kembali dilantai beralas karpet, kali ini dadaku dilahapnya puting yang satu dihisap-hisap satunya lagi dipilin-pilin oleh jari-jarinya. Dari dada kiriku tangannya melesat turun ke kewanitaanku, dielus-elusnya kelentit dan bibir kemaluanku. Tubuhku langsung mengeliat-geliat merasakan kenakalan jari-jari Raka.

    “Ooohh.. mmppff.. ngghh.. sshh” desisku tak tertahan.
    “Teruss.. Rakn.. aakkhh”
    Aku menjadi lebih menggila waktu Raka mulai memainkan lagi lidahnya di kemaluanku, seakan kurang lengkap kenikmatan yang kurasakan, kedua tanganku meremas-remas payudaraku sendiri.
    “Ssshh.. nikmat Raak.. mmpphh” desahanku semakin menjadi-jadi.
    Tak lama kemudian Raka merayap naik keatas tubuhku, aku berdebar menanti apa yang akan terjadi. Raka membuka lebih lebar kedua kakiku, dan kemudian kurasakan ujung Penisnya menyentuh mulut kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan cinta.

    “Aauugghh.. Raak.. pelann” jeritku lirih, saat kepala Penisnya melesak masuk kedalam rongga kemaluanku.
    Raka menghentikan dorongannya, sesaat ia mendiamkan kepala kemaluannya dalam kehangatan liang kewanitaanku. Kemudian-masih sebatas ujungnya-secara perlahan ia mulai memundur-majukannya. Sesuatu yang aneh segera saja menjalar dari gesekan itu keseluruh tubuhku. Rasa geli, enak dan entah apalagi berbaur ditubuhku membuat pinggulku mengeliat-geliat mengikuti tusukan-tusukan Raka.

    “Ooohh.. Raak.. sshh.. aahh.. enakk Raak” desahku lirih.
    Aku benar-benar tenggelam dalam kenikmatan yang luar biasa akibat gesekan-gesekan di mulut kewanitaanku. Mataku terpejam-pejam kadang kugigit bibir bawahku seraya mendesis.
    “Enak.. Nin” tanya Raka berbisik.
    “He ehh Raak.. oohh enakk.. Raak.. sshh”
    “Nikmatin Nin.. nanti lebih enak lagi” bisiknya lagi.
    “Ooohh.. Raaak.. ngghh”
    Raka terus mengayunkan pinggulnya turun-naik-tetap sebatas ujung Penisnya-dengan ritme yang semakin cepat. Selagi aku terayun-ayun dalam buaian birahi, tiba-tiba Raka menekan Penisnya lebih dalam membelah kewanitaanku.
    “Auuhh.. sakitt Raaak” jeritku saat Penisnya merobek selaput daraku, rasanya seperti tersayat silet, Raka menghentikan tekanannya.

    “Pertama sedikit sakit Nin.. nanti juga hilang kok sakitnya” bisik Raka seraya menjilat dan menghisap telingaku.
    Entah bujukannya atau karena geliat liar lidahnya, yang pasti aku mulai merasakan nikmatnya milik Raka yang keras dan hangat didalam rongga kemaluanku. Raka kemudian menekan lebih dalam lagi, membenamkan seluruh Penisnya dan mengeluar-masukannya. Gesekan Penisnya dirongga kewanitaanku menimbulkan sensasi yang luar biasa! Setiap tusukan dan tarikannya membuatku menggelepar-gelepar.
    “Ssshh.. ohh.. ahh.. enakk Raak.. empphh” desahku tak tertahan.
    “Ohh.. Niin.. enak banget punya kamu.. oohh” puji Raka diantara lenguhannya.
    “Agghh.. terus Raak.. teruss” aku meracau tak karuan merasakan nikmatnya hujaman-hujaman Penis Raka di kemaluanku.

    Peluh-peluh birahi mulai menetes membasahi tubuh. Jeritan, desahan dan lenguhan mewarnai pergumulan kami. Menit demi menit Penis Raka menebar kenikmatan ditubuhku. Magma birahi semakin menggelegak sampai akhirnya tubuhku tak lagi mampu menahan letupannya.
    “Rakaa.. oohh.. tekan Raak.. agghh.. nikmat sekali Raak” jeritan dan erangan panjang terlepas dari mulutku.
    Tubuhku mengejang, kupeluk Raka erat-erat, magma birahiku meledak, mengeluarkan cairan kenikmatan yang membanjiri relung-relung kewanitaanku.

    Tubuhku terkulai lemas, tapi itu tidak berlangsung lama. Beberapa menit kemudian Raka mulai lagi memacu gairahku, hisapan dan remasan didadaku serta pinggulnya yang berputar kembali membangkitkan birahiku. Lagi-lagi tubuhku dibuat mengelepar-gelepar terayun dalam kenikmatan duniawi. Tubuhku dibolak-balik bagai daging panggang, setiap posisi memberikan sensasi yang berbeda.

    Entah berapa kali kewanitaanku berdenyut-denyut mencapai klimaks tapi Raka sepertinya belum ingin berhenti menjarah tubuhku. Selagi posisiku di atas Raka, Bima yang sedari tadi hanya menonRak serta merta menghampiri kami, dengan berlutut ia memelukku dari belakang. Leherku dipagutnya seraya kedua tangannya memainkan buah dadaku. Apalagi ketika tangannya mulai bermain-main diklitorisku membuatku menjadi tambah meradang.

    Kutengadahkan kepalaku bersandar pada pundak Bima, mulutku yang tak henti-hentinya mengeluarkan desahan dan lenguhan langsung dilumatnya. Pagutan Bima kubalas, kami saling melumat, menghisap dan bertukar lidah. Pinggulku semakin bergoyang berputar, mundur dan maju dengan liarnya. Aku begitu menginginkan Penis Raka mengaduk-aduk seluruh isi rongga kewanitaanku yang meminta lebih dan lebih lagi.
    “Aaargghh.. Niiin.. enak banget.. terus Nin.. goyang terus” erang Raka.

    Erangan Raka membuat gejolak birahiku semakin menjadi-jadi, kuremas buah dadaku sendiri yang ditinggalkan tangan Bima.. Ohh aku sungguh menikmati semua ini. Bima yang merasa kurang puas meminta merubah posisi. Raka duduk disofa dengan kaki menjulur dilantai, Akupun merangkak kearah batang kemaluannya.
    “Isep Nin” pinta Raka, segera kulumat Penisnya dengan rakus.
    “Ooohh.. enak Niiiin.. isep terus”
    Bersamaan dengan itu kurasakan Bima menggesek-gesek bibir kemaluanku dengan kepala Penisnya. Tubuhku bergetar hebat, saat batang kemaluan Bima-yang satu setengah kali lebih besar dari milik Raka-dengan perlahan menyeruak menembus bibir kemaluanku dan terbenam didalamnya.

    Tusukan-tusukan Penis Bima serasa membakar tubuh, birahiku kembali menggeliat keras. Aku menjadi sangat binal merasakan sensasi erotis dua batang Penis didalam tubuhku. Batang kemaluan Raka kulumat dengan sangat bernafsu. Kesadaranku hilang sudah naluriku yang menuntun melakukan semua itu.
    “Niiin.. terus Niiin.. gue ngga tahan lagi.. Aaarrgghh” erang Raka.

    Aku tahu Raka akan segera menumpahkan cairan kenikmatannya dimulutku, aku lebih siap kali ini. Selang berapa saat kurasakan semburan-semburan hangat sperma Raka.
    “Aaagghh.. nikmat banget Niiin.. isep teruss.. telan Niiin” jerit Raka, lagi-lagi naluriku menuntun agar aku mengikuti permintaan Raka, kuhisap Penisya yang menyemburkan cairan hangat dan.. kutelan cairan itu.
    Aneh! Entah karena rasanya, atau sensasi sexual karena melihat Raka yang mencapai klimaks, yang pasti aku sangat menyukai cairan itu. Kulumat terus itu hingga tetes terakhir dan benda keras itu mengecil.. lemas.
    Raka beranjak meninggalkan aku dan Bima, sepeninggal Raka aku merasa ada yang kurang. Ahh.. ternyata dikerjai dua pria jauh lebih mengasikkan buatku. Namun hujaman-hujaman kemaluan Bima yang begitu bernafsu dalam posisi doggy style dapat membuatku kembali merintih-rintih. Apalagi ditambah dengan elusan-elusan Ibu jarinya dianusku. Bukan hanya itu, setelah diludahi Bima bahkan memasukan Ibu jarinya ke lubang anusku. Sodokan-sodokan dikewanitaanku dan Ibu jarinya dilubang anus membuatku mengerang-erang.

    “Ssshh.. engghh.. yang keras Bim.. mmpphh”
    “Enak banget Bim.. aahh.. oohh”
    Mendengar eranganku Bima tambah bersemangat menggedor kedua lubangku, Ibu jarinya kurasakan tambah dalam menembus anusku, membuatku tambah lupa daratan. Sedang asiknya menikmati, Bima mencabut Penis dan Ibu jarinya.
    “Bimaaa.. kenapa dicabutt” protesku.
    “Masukin lagi Biiim.. pleasee” pintaku menghiba.

    Sebagai jawaban aku hanya merasakan ludah Bima berceceran di lubang anusku, tapi kali ini lebih banyak. Aku masih belum mengerti apa yang akan dilakukannya. Saat Andi mulai menggosok kepala penisnya dilubang anus baru aku sadar apa yang akan dilakukannya.
    “Bimaa.. pleasee.. jangan disitu” aku menghiba meminta Bima jangan melakukannya.
    Bima tidak menggubris, tetap saja digosok-gosokannya, ada rasa geli-geli enak kala ia melakukan hal itu. Dibantu dengan sodokan jarinya dikemaluanku hilang sudah protesku. Tiba-tiba kurasakan kepala kemaluannya sudah menembus anusku. Perlahan namun pasti, sedikit demi sedikit batang kenikmatannya membelah anusku dan tenggelam habis didalamnya.

    “Aduhh sakitt Bim.. akhh..!” keluhku pasrah karena rasanya mustahil menghentikan Bima.
    “Rileks Niiin.. seperti tadi, nanti juga hilang sakitnya” bujuknya seraya mencium punggung dan satu tangannya lagi mengelus-elus klitorisku.
    Separuh tubuhku yang tengkurap disofa sedikit membantuku, dengan begitu memudahkan aku untuk mencengram dan mengigit bantal sofa untuk mengurangi rasa sakit. Berangsur-angsur rasa sakit itu hilang, aku bahkan mulai menyukai batang keras Bima yang menyodok-nyodok anusku. Perlahan-lahan perasaan nikmat mulai menjalar disekujur tubuhku.

    “Aaahh.. aauuhh.. oohh Bim” erang-erangan birahiku mewarnai setiap sodokan penis Bima yang besar itu.
    Bima dengan buasnya menghentak-hentakan pinggulnya. Semakin keras Bima menghujamkan Penisya semakin aku terbuai dalam kenikmatan.
    Raka yang sudah pulih dari istirahatnya tidak ingin hanya menonRak, ia kembali bergabung. Membayangkan akan dijarah lagi oleh mereka menaikan tensi gairahku. Atas inisiatif Raka kami pindah kekamar tidur, jantungku berdebar-debar menanti permainan mereka. Raka merebahkan diri terlentang ditempat tidur dengan kepala beralas bantal, tubuhku ditarik menindihinya.
    Sambil melumat mulutku-yang segera kubalas dengan bernafsu-ia membuka lebar kedua pahaku dan langsung menancapkan kemaluannya kedalam vaginaku. Bima yang berada dibelakang membuka belahan pantatku dan meludahi lubang anusku. Menyadari apa yang akan mereka lakukan menimbulkan getaran birahi yang tak terkendali ditubuhku. Sensasi sexual yang luar bisa hebat kurasakan saat Penis mereka yang keras mengaduk-aduk rongga kewanitaan dan anusku. Hentakan-hentakan milik mereka dikedua lubangku memberi kenikmatan yang tak terperikan.

    Bima yang sudah lelah berlutut meminta merubah posisi, ia mengambil posisi tiduran, tubuhku terlentang diatasnya, Penisnya tetap berada didalam anusku. Raka langsung membuka lebar-lebar kakiku dan menghujamkan Penisnya dikemaluanku yang terpampang menganga. Posisi ini membuatku semakin menggila, karena bukan hanya kedua lubangku yang digarap mereka tapi juga payudaraku.
    Bima dengan mudahnya memagut leherku dan satu tangannya meremas buah dadaku, Raka melengkapinya dengan menghisap puting buah dadaku satunya. Aku sudah tidak mampu lagi menahan deraan kenikmatan demi kenikmatan yang menghantam sekujur tubuhku. Hantaman-hantaman Raka yang semakin buas dibarengi sodokan Bima, sungguh tak terperikan rasanya. Hingga akhirnya kurasakan sesuatu didalam kewanitaanku akan meledak, keliaranku menjadi-jadi.

    “Aaagghh.. ouuhh.. Raaak.. Bim.. tekaann” jerit dan erangku tak karuan.
    Cerita Sex Nafsu Birahiku Yang Menggila – Dan tak berapa lama kemudian tubuhku serasa melayang, kucengram pinggul Raka kuat-kuat, kutarik agar batangnya menghujam keras dikemaluanku, seketika semuanya menjadi gelap pekat. Jeritanku, lenguhan dan erangan mereka menjadi satu.

    “Aduuhh.. Raaak.. Bim.. nikmat sekalii”
    “Aaarrghh.. Niiin.. enakk bangeett”
    Keduanya menekan dalam-dalam milik mereka, cairan hangat menyembur hampir bersamaan dikedua lubangku. Tubuhku bergetar keras didera kenikmatan yang amat sangat dahsyat, tubuhku mengejang berbarengan dengan hentakan-hentakan dikewanitaanku dan akhirnya kami.. terkulai lemas.

    Sepanjang malam tak henti-hentinya kami mengayuh kenikmatan demi kenikmatan sampai akhirnya tubuh kami tidak lagi mampu mendayung. Kami terhempas kedalam mimpi dengan senyum kepuasan. Dihari-hari berikutnya bukan hanya Bima dan Raka yang memberikan kepuasan, tapi juga pria-pria lain yang aku sukai.
    Tapi aku tidak pernah bisa meraih kenikmatan bila hanya dengan satu pria.. aku baru akan mencapai kepuasan bila dijarah oleh dua atau tiga pria sekaligus.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Nafsu Bosku Seperti Bintang Film

    Cerita Sex Nafsu Bosku Seperti Bintang Film


    1015 views

    Perawanku – Aku baru kerja 4 bulan di perusahaan asing di Jakarta bos saya namanya M Richard yang berasala dari
    USA umurnya 45 tahun dengan waktu yang cepat kami semua karyawan sudah kenal dekat dengan Mr. Rich
    biasanya dipanggil seperti itu.

    Hobi kita sama yaitu bermain golf perusahaan kami bergerak di bidang advertising katanya teman
    sekantor istri dari sibos cantik tubuhnya seksi kayak bintang Hollywood, karena aku belum pernah
    melihat istri si Bos, hanya meilhat fotonya yang terpampang di ruangannya.

    Meja kantor saya memang aku desain dengan nyaman dan aku selipakn foto aku dan istriku Nindy yang
    berasal dari Bandung dan berumur 26 tahun, di meja kerja saya. Pada waktu Richard melihat foto itu,
    secara spontan dia memuji kecantikan Nindy dan sejak saat itu pula saya mengamati kalau Richard sering
    melirik ke foto itu, apabila kebetulan dia datang ke ruang kerja saya.

    Suatu hari Richard mengundang saya untuk makan malam di rumahnya, katanya untuk membahas suatu proyek,
    sekaligus untuk lebih mengenal istri masing-masing.

    “Dik, nanti malam datang ke rumah ya, ajak istrimu Nindy juga, sekalian makan malam”.

    “Lho, ada acara apa boss?”, kataku sok akrab.

    “Ada proyek yg harus diomongin, sekalian biar istri saling kenal gitu”. Agen Obat Kuat Pasutri

    “Okelah!”, kataku.

    Sesampainya di rumah, undangan itu aku sampaikan ke Nindy. Pada mulanya Nindy agak segan juga untuk
    pergi, karena menurutnya nanti agak susah untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan mereka. Akan
    tetapi setelah kuyakinkan bahwa Richard dan Istrinya sangat lancar berbahasa Indonesia, akhirnya Nindy
    mau juga pergi.

    “Ada apa sih Mas, kok mereka ngadain dinner segala?”.

    “Tau, katanya sih, ada proyek apa.., yang mau didiskusikan”.

    “Ooo.., gitu ya”, sambil tersenyum. Melihat dia tersenyum aku segera mencubit pipinya dengan gemas.
    Kalau melihat Nindy, selalu gairahku timbul, soalnya dia itu seksi sekali. Rambutnya terurai panjang,
    dia selalu senam so.., punya tubuh ideal, dan ukurannya itu 34B yang padat kencang.

    Pukul 19.30 kami sudah berada di apartemen Richard yang terletak di daerah Jl. Gatot Subroto. Aku
    mengenakan kemeja batik, sementara Nindy memakai stelan rok dan kemeja sutera. Rambutnya dibiarkan
    tergerai tanpa hiasan apapun.

    Sesampai di Apertemen no.1009, aku segera menekan bel yang berada di depan pintu. Begitu pintu
    terbuka, terlihat seorang wanita bule berumur kira-kiar 32 tahun, yang sangat cantik, dengan tinggi
    sedang dan berbadan langsing, yang dengan suara medok menegur kami.

    “Oh Diko dan Nindy yah?, silakan.., masuk.., silakan duduk ya!, saya Lillian istrinya Richard”.

    Ternyata Lillian badannya sangat bagus, tinggi langsing, rambut panjang, dan lebih manis
    dibandingkan dengan fotonya di ruang kerja Richard. Dengan agak tergagap, aku menyapanya.
    “Hallo Mam.., kenalin, ini Nindy istriku”.

    Setelah Nindy berkenalan dengan Lillian, ia diajak untuk masuk ke dapur untuk menyiapkan makan malam,
    sementara Richard mengajakku ke teras balkon apartemennya.

    “Gini lho Dik.., bulan depan akan ada proyek untuk mengerjakan iklan.., ini.., ini.., dsb. Berani
    nggak kamu ngerjakan iklan itu”.

    “Kenapa nggak, rasanya perlengkapan kita cukup lengkap, tim kerja di kantor semua tenaga terlatih,
    ngeliat waktunya juga cukup. Berani!”.

    Aku excited sekali, baru kali itu diserahi tugas untuk mengkordinir pembuatan iklan skala besar.
    Senyum Richard segera mengembang, kemudian ia berdiri merapat ke sebelahku.

    “Eh Dik.., gimana Lillian menurut penilaian kamu?”, sambil bisik-bisik.

    “Ya.., amat cantik, seperti bintang film”, kataku dengan polos.

    Cerita Sex Nafsu Bosku Seperti Bintang Film

    Cerita Sex Nafsu Bosku Seperti Bintang Film

    “Seksi nggak?”.

    “Lha.., ya.., jelas dong”.

    “Umpama.., ini umpama saja loo.., kalo nanti aku pinjem istrimu dan aku pinjemin Lillian untuk kamu
    gimana?”.

    Mendenger permintaan seperti itu terus terang aku sangat kaget dan bingung, perasanku sangat shock dan
    tergoncang. Rasanya kok aneh sekali gitu.

    Sambil masih tersenyum-senyum, Richard melanjutkan, “Nggak ada paksaan kok, aku jamin Nindy dan
    Lillian pasti suka, soalnya nanti.., udah deh pokoknya kalau kau setuju.., selanjutnya serahkan pada
    saya.., aman kok!”.

    Membayangkan tampang dan badan Lillian aku menjadi terangsang juga. Pikirku kapan lagi aku bisa
    menunggangi kuda putih? Paling-paling selama ini hanya bisa membayangkan saja pada saat menonton blue
    film.

    Tapi dilain pihak kalau membayangkan Nindy dikerjain si bule ini, yang pasti punya senjata yang besar,
    rasanya kok tidak tega juga. Tapi sebelum saya bisa menentukan sikap, Richard telah melanjutkan dengan
    pertanyaan lagi, “Ngomong-ngomong Nindy sukanya kalo making love style-nya gimana sih?”.

    Tanpa aku sempat berpikir lagi, mulutku sudah ngomong duluan, “Dia tidak suka style yang aneh-aneh,
    maklum saja gadis pingitan dan pemalu, tapi kalau vaginanya dijilatin, maka dia akan sangat
    terangsang!”.

    “Wow.., aku justru pengin sekali mencium dan menjilati bagian vagina, ada bau khas wanita terpancar
    dari situ.., itu membuat saya sangat terangsang!”, kata Richard.

    “Kalau Lillian sangat suka main di atas, doggy style dan yang jelas suka blow-job” lanjutnya.
    Mendengar itu aku menjadi bernafsu juga, belum-belum sudah terasa ngilu di bagian bawahku membayangkan
    senjataku diisap mulut mungil Lillian itu.

    Kemudian lanjut Richard meyakinkanku, “Oke deh.., enjoy aja nanti, biar aku yang atur. Ngomong-ngomong
    my wife udah tau rencana ini kok, dia itu orangnya selalu terbuka dalam soal seks.., jadi setuju aja”.

    “Nanti minuman Nindy aku kasih bubuk penghangat sedikit, biar dia agak lebih berani.., Oke.., yaa!”,
    saya agak terkejut juga, apakah Richard akan memberikan obat perangsang dan memperkosa Rina? Wah kalau
    begitu tidak rela aku.

    Aku setuju asal Rina mendapat kepuasan juga. Melihat mimik mukaku yang ragu-ragu itu, Richard cepat-
    cepat menambahkan,

    “Bukan obat bius atau ineks kok. Cuma pembangkit gairah aja”, kemudian dia menjelaskan selanjutnya,
    “Oke, nanti kamu duduk di sebelah Lillian ya, Nindy di sampingku”.

    Selanjutnya acara makan malam berjalan lancar. Juga rencana Richard. Setelah makan malam selesai
    kelihatannya bubuk itu mulai bereaksi. Rina kelihatan agak gelisah, pada dahinya timbul keringat
    halus, duduknya kelihatan tidak tenang, soalnya kalau nafsunya lagi besar, dia agak gelisah dan
    keringatnya lebih banyak keluar.

    Melihat tanda-tanda itu, Richard mengedipkan matanya pada saya dan berkata pada Nindy, “Nin.., mari
    duduk di depan TV saja, lebih dingin di sana!”, dan tampa menunggu jawaban Nindy, Richard segera
    berdiri, menarik kursi Nindy dan menggandengnya ke depan TV 29 inchi yang terletak di ruang tengah.
    Aku ingin mengikuti mereka tapi Lillian segera memegang tanganku.

    “Dik, diliat aja dulu dari sini, ntar kita juga akan bergabung dengan mereka kok”. Memang dari ruang
    makan kami dapat dengan jelas menyaksikan tangan Richard mulai bergerilya di pundak dan punggung
    Nindy, memijit-mijit dan mengusap-usap halus.

    Sementara Nindy kelihatan makin gelisah saja, badannya terlihat sedikit menggeliat dan dari mulutnya
    terdengar desahan setiap kali tangan Richard yang berdiri di belakangnya menyentuh dan memijit
    pundaknya.

    Lillian kemudian menarikku ke kursi panjang yang terletak di ruang makan. Dari kursi panjang tersebut,
    dapat terlihat langsung seluruh aktivitas yang terjadi di ruang tengah, kami kemudian duduk di kursi
    panjang tersebut.

    Terlihat tindakan Richard semakin berani, dari belakang tangannya dengan trampil mulai melepaskan
    kancing kemeja batik Nindy hingga kancing terakhir. BH Nindy segera menyembul, menyembunyikan dua
    bukit mungil kebanggaanku dibalik balutannya.

    Kelihatan mata Nindy terpejam, badannya terlihat lunglai lemas, aku menduga-duga,

    “Apakah Nindy telah diberi obat tidur, atau obat perangsang oleh Richard?, atau apakah Nindy pingsan
    atau sedang terbuai menikmati permainan tangan Richard?”.

    Nindy tampaknya pasrah seakan-akan tidak menyadari keadaan sekitarnya. Timbul juga perasaan cemburu
    berbarengan dengan gairah menerpaku, melihat Nindy seakan-akan menyambut setiap belaian dan usapan
    Richard dikulitnya dan ciuman nafsu Richardpun disambutnya dengan gairah.

    Melihat apa yang tengah diperbuat oleh si bule terhadap istriku, maka karena merasa kepalang tanggung,
    aku juga tidak mau rugi, segera kualihkan perhatianku pada istri Richard yang sedang duduk di
    sampingku.

    Niat untuk merasakan kuda putih segera akan terwujud dan tanganku pun segera menyelusup ke dalam rok
    Lillian, terasa bukit kemaluannya sudah basah, mungkin juga telah muncul gairahnya melihat suaminya
    sedang mengerjai wanita mungil.

    Dengan perlahan jemariku mulai membuka pintu masuk ke lorong kewanitaannya, dengan lembut jari
    tengahku menekan clitorisnya. Desahan lembut keluar dari mulut Lillian yang mungil itu, “aahh..,
    aaghh.., aagghh”, tubuhnya mengejang, sementara tangannya meremas-remas payudaranya sendiri.

    Sementara itu di ruang sebelah, Richard telah meningkatkan aksinya terhadap Nindy, terlihat Nindy
    telah dibuat polos oleh Richard dan terbaring lunglai di sofa.

    Badan Nindy yang ramping mulus dengan buah dadanya tidak terlalu besar, tetapi padat berisi, perutnya
    yang rata dan kedua bongkahan pantatnya yang terlihat mulus menggairahkan serta gundukan kecil yang
    membukit yang ditutupi oleh rambut-rambut halus yang terletak diantara kedua paha atasnya terbuka
    dengan jelas seakan-akan siap menerima serangan-serangan selanjutnya dari Richard.

    Kemudian Richard menarik Nindy berdiri, dengan Richard tetap di belakangnya, kedua tangan Richard
    menjelajahi seluruh lekuk dan ngarai istriku itu. Aku sempat melihat ekspresi wajah Nindy, yang dengan
    matanya yang setengah terpejam dan dahinya agak berkerut seakan-akan sedang menahan suatu kenyerian
    yang melanda seluruh tubuhnya dengan mulutnya yang mungil setengah terbuka.

    Menunjukan Nindy menikmati benar permainan dari Richard terhadap badannya itu, apalagi ketika jemari
    Richard berada di semak-semak kewanitaannya, sementara tangan lain Richard meremas-remas puting
    susunya, terlihat seluruh badan Nindy yang bersandar lemas pada badan Richard, bergetar dengan hebat.

    Saat itu juga tangan Lillian telah membuka zipper celana panjangku, dan bagaikan orang kelaparan terus
    berusaha melepas celanaku tersebut. Untuk memudahkan aksinya aku berdiri di hadapannya, dengan
    melepaskan bajuku sendiri.

    Setelah Lillian selesai dengan celanaku, gilirannya dia kutelanjangi. Wow.., kulit badannya mulus
    seputih susu, payudaranya padat dan kencang, dengan putingnya yang berwarna coklat muda telah
    mengeras, yang terlihat telah mencuat ke depan dengan kencang.

    Aku menyadari, kalau diadu besarnya senjataku dengan Richard, tentu aku kalah jauh dan kalau aku
    langsung main tusuk saja, tentu Lillian tidak akan merasa puas, jadi cara permainanku harus memakai
    teknik yang lain dari lain.

    Maka sebagai permulaan kutelusuri dadanya, turun ke perutnya yang rata hingga tiba di lembah diantara
    kedua pahanya mulus dan mulai menjilat-jilat bibir kemaluannya dengan lidahku.

    Kududukkan Lillian kembali di sofa, dengan kedua kakinya berada di pundakku. Sasaranku adalah
    vaginanya yang telah basah. Lidahku segera menari-nari di permukaan dan di dalam lubang vaginanya.

    Menjilati clitorisnya dan mempermainkannya sesekali. Kontan saja Lillian berteriak-teriak keenakan
    dengan suara keras,

    ” Ooohh.., oohh.., sshh.., sshh”. Sementara tangannya menekan mukaku ke vaginanya dan tubuhnya
    menggeliat-geliat. Tanganku terus melakukan gerakan meremas-remas di sekitar payudaranya. Pada saat
    bersamaan suara Nindy terdengar di telingaku saat ia mendesah-desah,

    “Oooh.., aagghh!”, diikuti dengan suara seperti orang berdecak-decak. Tak tahu apa yang diperbuat
    Richard pada istriku, sehingga dia bisa berdesah seperti itu. Nindy sekarang telah telentang di atas
    sofa, dengan kedua kakinya terjulur ke lantai dan Richard sedang berjongkok diantara kedua paha Nindy
    yang sudah terpentang dengan lebar.

    Kepalanya terbenam diantara kedua paha Nindy yang mulus. Bisa kubayangkan mulut dan lidah Richard
    sedang mengaduk-aduk kemaluan Nindy yang mungil itu. Terlihat badan Nindy menggeliat-geliat dan kedua
    tangannya mencengkeram rambut Richard dengan kuat. ‘’

    Aku sendiri makin sibuk menjilati vagina Lillian yang badannya terus menggerinjal-gerinjal keenakan
    dan dari mulutnya terdengar erangan,

    “Ahh.., yaa.., yaa.., jilatin.., Ummhh”. Desahan-desahan nafsu yang semakin menegangkan otot-otot
    penisku.

    “Aahh.., Dik.., akuu.., aakkuu.., oohh.., hh!”, dengan sekali hentakan keras pinggul Lillian menekan
    ke mukaku, kedua pahanya menjepit kepalaku dengan kuat dan tubuhnya menegang terguncang-guncang dengan
    hebat dan diikuti dengan cairan hangat yang merembes di dinding vaginanya pun semakin deras, saat ia
    mencapai organsme.

    Tubuhnya yang telah basah oleh keringat tergolek lemas penuh kepuasan di sofa. Tangannya mengusap-usap
    lembut dadaku yang juga penuh keringat, dengan tatapan yang sayu mengundangku untuk bertindak lebih
    jauh.

    Ketika aku menengok ke arah Richard dan istriku, rupanya mereka telah berganti posisi. Nindy kini
    telentang di sofa dengan kedua kakinya terlihat menjulur di lantai dan pantatnya terletak pada tepi
    sofa, punggung Nindy bersandar pada sandaran sofa.

    Sehingga dia bisa melihat dengan jelas bagian bawah tubuhnya yang sedang menjadi sasaran tembak
    Richard. Richard mengambil posisi berjongkok di lantai diantara kedua paha Nindy yang telah terpentang
    lebar.

    Aku merasa sangat terkejut juga melihat senjata Richard yang terletak diantara kedua pahanya yang
    berbulu pirang itu, penisnya terlihat sangat besar kurang lebih panjangnya 20 cm dengan lingkaran yang
    kurang lebih 6 cm dan pada bagian kepala penisnya membulat besar bagaikan topi baja tentara saja.

    Terlihat Richard memegang penis raksasanya itu, serta di usap-usapkannya di belahan bibir kemaluan
    Nindy yang sudah sedikit terbuka, terlihat Nindy dengan mata yang terbelalak melihat ke arah senjata
    Richard yang dahsyat itu, sedang menempel pada bibir vaginanya.

    Kedua tangan Nindy kelihatan mencoba menahan badan Richard dan badan Nindy terlihat agak melengkung,
    pantatnya dicoba ditarik ke atas untuk mengurangi tekanan penis raksasa Richard pada bibir vaginanya.

    Akan tetapi dengan tangan kanannya tetap menahan pantat Nindy dan tangan kirinya tetap menuntun
    penisnya agar tetap berada pada bibir kemaluan Nindy, sambil mencium telinga kiri Nindy, terdengar
    Richard berkata perlahan,

    “Niinn.., maaf yaa.., saya mau masukkan sekarang.., boleh?”, terlihat kepala Nini hanya menggeleng-
    geleng kekiri kekanan saja, entah apa yang mau dikatakannya, dengan pandangannya yang sayu menatap ke
    arah kemaluannya yang sedang didesak oleh penis raksasa Richard itu dan mulutnya terkatup rapat
    seakan-akan menahan kengiluan.

    Richard, tanpa menunggu lebih lama lagi, segera menekan penisnya ke dalam lubang vagina Nindy yang
    telah basah itu, biarpun kedua tangan Nindy tetap mencoba menahan tekanan badan Richard.

    Mungkin, entah karena tusukan penis Richard yang terlalu cepat atau karena ukuran penisnya yang over
    size, langsung saja Nindy berteriak kecil,

    “Aduuh.., pelan-pelan.., sakit nih”, terdengar keluhan dari mulutnya dengan wajah yang agak meringis,
    mungkin menahan rasa kesakitan. Kedua kaki Nindy yang mengangkang itu terlihat menggelinjang.

    Kepala penis Richard yang besar itu telah terbenam sebagian di dalam kemaluan Nindy, kedua bibir
    kemaluannya menjepit dengan erat kepala penis Richard, sehingga belahan kemaluan Nindy terlihat
    terkuak membungkus dengan ketat kepala penis Richard itu.

    Kedua bibir kemaluan Nindy tertekan masuk begitu juga clitoris Nindy turut tertarik ke dalam akibat
    besarnya kemaluan Richard.

    Richard menghentikan tekanan penisnya, sambil mulutnya mengguman, “Maaf.., Nin.., saya sudah
    menyakitimu.., maaf yaa.., Niin!”.

    “aagghh.., jangan teerrlalu diipaksakan.., yaahh.., saayaa meerasa.., aakan.., terbelah.., niih..,
    sakiitt.., jangan.., diiterusiinn”.

    Nindy mencoba menjawab dengan badannya terus menggeliat-geliat, sambil merangkulkan kedua tangannya di
    pungung Richard.

    “Niinn.., saya mau masukkan lagi.., yaa.., dan tolong katakan yaa.., kalau Nindy masih merasa sakit”,
    sahut Richard dan tanpa menunggu jawaban Nindy, segera saja Richard melanjutkan penyelaman penisnya ke
    dalam lubang vagina Nindy yang tertunda itu, tetapi sekarang dilakukannya dengan lebih pelan pelan.

    Ketika kepala penisnya telah terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluan Nindy, terlihat muka Nindy
    meringis, tetapi sekarang tidak terdengar keluhan dari mulutnya lagi hanya kedua bibirnya terkatup
    erat dengan bibir bawahnya terlihat menggetar.

    Terdengar Richard bertanya lagi, “Niinn.., sakit.., yaa?”, Nindy hanya menggeleng-gelengkan kepalanya,
    sambil kedua tangannya meremas bahu Richard dan Richard segera kembali menekan penisnya lebih dalam,
    masuk ke dalam lubang kemaluan Nindy.

    Secara pelahan-lahan tapi pasti, penis raksasa itu menguak dan menerobos masuk ke dalam sarangnya.
    Ketika penis Richard telah terbenam hampir setengah di dalam lubang vagina Nindy, terlihat Nindy telah
    pasrah saja dan sekarang kedua tangannya tidak lagi menolak badan Richard.

    Akan tetapi sekarang kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada tepi sofa. Richard menekan lebih
    dalam lagi, kembali terlihat wajah Nindy meringis menahan sakit dan nikmat, kedua pahanya terlihat
    menggeletar,

    Tetapi karena Nindy tidak mengeluh maka Richard meneruskan saja tusukan penisnya dan tiba-tiba saja,
    “Blees”, Richard menekan seluruh berat badannya dan pantatnya menghentak dengan kuat ke depan
    memepetin pinggul Nindy rapat-rapat pada sofa.

    Pada saat yang bersamaan terdengar keluhan panjang dari mulut Nindy, “Aduuh”, sambil kedua tangannya
    mencengkeram tepi sofa dengan kuat dan badannya melengkung ke depan serta kedua kakinya terangkat ke
    atas menahan tekanan penis Richard di dalam kemaluannya.

    Richard mendiamkan penisnya terbenam di dalam lubang vagina Nindy sejenak, agar tidak menambah sakit
    Nindy sambil bertanya lagi,

    “Niinn.., sakit.., yaa? Tahan dikit yaa, sebentar lagi akan terasa nikmat!”, Nindy dengan mata
    terpejam hanya menggelengkan kepalanya sedikit seraya mendesah panjang,

    “aagghh.., kit!”, lalu Richard mencium wajah Nindy dan melumat bibirnya dengan ganas. Terlihat pantat
    Richard bergerak dengan cepat naik turun, sambil badannya mendekap tubuh mungil Nindy dalam
    pelukannya.

    Tak selang lama kemudian terlihat badan Nindy bergetar dengan hebat dari mulutnya terdengar keluhan
    panjang,

    “Aaduuh.., oohh.., sshh.., sshh”, kedua kaki Nindy bergetar dengan hebat, melingkar dengan ketat pada
    pantat Richard, Nindy mengalami orgasme yang hebat dan berkepanjangan. Selang sesaat badan Nindy
    terkulai lemas dengan kedua kakinya tetap melingkar pada pantat Richard yang masih tetap berayun-ayun
    itu.

    aah, suatu pemandangan yang sangat erotis sekali, suatu pertarungan yang diam-diam yang diikuti oleh
    penaklukan disatu pihak dan penyerahan total dilain pihak.

    “Dik.., ayo aku mau kamu”, suara Lillian penuh gairah di telingaku. Kuletakkan kaki Lillian sama
    dengan posisi tadi, hanya saja kini senjataku yang akan masuk ke vaginanya. Duh, rasanya kemaluan
    Lillian masih rapet saja, aku merasakan adanya jepitan dari dinding vagina Lillian pada saat rudalku
    hendak menerobos masuk.

    “Lill.., kok masih rapet yahh”. Maka dengan sedikit tenaga kuserudukkan saja rudalku itu menerobos
    liang vaginanya. “Aagghh”, mata Lillian terpejam, sementara bibirnya digigit.

    Tapi ekspresi yang terpancar adalah ekspresi kepuasan. Aku mulai mendorong-dorongkan penisku dengan
    gerakan keluar masuk di liang vaginanya. Diiringi erangan dan desahan Lillian setiap aku menyodokkan
    penisku, melihat itu aku semakin bersemangat dan makin kupercepat gerakan itu. Bisa kurasakan bahwa
    liang kemaluannya semakin licin oleh pelumas vaginanya.

    “Ahh.., ahh”, Lillian makin keras teriakannya.

    “Ayo Dik.., terus”.

    “Enakk.., eemm.., mm!”.

    Tubuhnya sekali lagi mengejang, diiringi leguhan panjang, “Uuhh..hh..” “Lill.., boleh di dalam..,
    yaah”, aku perlu bertanya pada dia, mengingat aku bisa saja sewaktu-waktu keluar.

    “mm..”.

    Kaki Lillian kemudian menjepit pinggangku dengan erat, sementara aku semakin mempercepat gerakan
    sodokan penisku di dalam lubang kemaluannya. Lillian juga menikmati remasan tanganku di buah dadanya.

    “Nih.., Lill.., terima yaa”.

    Dengan satu sodokan keras, aku dorong pinggulku kuat-kuat, sambil kedua tanganku memeluk badan Lillian
    dengan erat dan penisku terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluannya dan saat bersamaan cairan
    maniku menyembur keluar dengan deras di dalam lubang vagina Lillian.

    Badanku tehentak-hentak merasakan kenikmatan orgasme di atas badan Lillian, sementara cairan hangat
    maniku masih terus memenuhi rongga vagina Lillian, tiba-tiba badan Lillian bergetar dengan hebat dan
    kedua pahanya menjepit dengan kuat pinggul saya diikuti keluhan panjang keluar dari mulutnya,
    “..aagghh.., hhm!”, saat bersamaan Lillian juga mengalami orgasme dengan dahsyat.

    Setelah melewati suatu fase kenikmatan yang hebat, kami berdua terkulai lemas dengan masih berpelukan
    erat satu sama lain. Dari pancaran sinar mata kami, terlihat suatu perasaan nikmat dan puas akan apa
    yang baru kami alami.

    Aku kemudian mencabut senjataku yang masih berlepotan dan mendekatkannya ke muka Lillian. Dengan
    isyarat agar ia menjilati senjataku hingga bersih. Ia pun menurut. Lidahnya yang hangat menjilati
    penisku hingga bersih. “Ahh..”. Dengan kepuasan yang tiada taranya aku merebahkan diri di samping
    Lillian.

    Kini kami menyaksikan bagaimana Richard sedang mempermainkan Nindy, yang terlihat tubuh mungilnya
    telah lemas tak berdaya dikerjain Richard, yang terlihat masih tetap perkasa saja. Gerakan Richard
    terlihat mulai sangat kasar, hilang sudah lemah lembut yang pernah dia perlihatkan.

    Mulai saat ini Richard mengerjai Nindy dengan sangat brutal dan kasar. Nindy benar-benar dipergunakan
    sebagai objek seks-nya. Saya sangat takut kalau-kalau Richard menyakiti Nindy, tetapi dilihat dari
    ekspressi muka dan gerakan Nindy ternyata tidak terlihat tanda-tanda penolakan dari pihak Nindy atas
    apa yang dilakukan oleh Richard terhadapnya.

    Richard mencabut penisnya, kemudian dia duduk di sofa dan menarik Nindy berjongkok diantara kedua
    kakinya, kepala Nindy ditariknya ke arah perutnya dan memasukkan penisnya ke dalam mulut Nindy sambil
    memegang belakang kepala Nindy.

    Dia membantu kepala Nindy bergerak ke depan ke belakang, sehingga penisnya terkocok di dalam mulut
    Nindy. Kelihatan Nindy telah lemas dan pasrah, sehingga hanya bisa menuruti apa yang diingini oleh
    Richard, hal ini dilakukan Richard kurang lebih 5 menit lamanya.

    Richard kemudian berdiri dan mengangkat Nindy, sambil berdiri Richard memeluk badan Nindy erat-erat.
    Kelihatan tubuh Nindy terkulai lemas dalam pelukan Richard yang ketat itu. Tubuh Nindy digendong
    sambil kedua kaki Nindy melingkar pada perut Richard dan langsung Richard memasukkan penisnya ke dalam
    kemaluan Nindy.

    Ini dilakukannya sambil berdiri. Badan Nindy terlihat tersentak ke atas ketika penis raksasa Richard
    menerobos masuk ke dalam lubang kemaluannya dari mulutnya terdengar keluhan, “aagghh!”, Nindy terlihat
    seperti anak kecil dalam gendongan Richard.

    Kaki Nindy terlihat merangkul pinggang Richard, sedangkan berat badannya disanggah oleh penis Richard.
    Richard berusaha memompa sambil berdiri dan sekaligus mencium Nindy. Pantat Nindy terlihat merekah dan
    tiba-tiba Richard memasukkan jarinya ke lubang pantat Nindy.

    “Ooohh!”. Mendapat serangan yang demikian serunya dari Richard, badan Nindy terlihat menggeliat-geliat
    dalam gendongan Richard. Suatu pemandangan yang sangat seksi.

    Ketika Richard merasa capai, Nindy diturunkan dan Richard duduk pada sofa. Nindy diangkat dan
    didudukan pada pangkuannya dengan kedua kaki Nindy terkangkang di samping paha Richard dan Richard
    memasukkan penisnya ke dalam lubang kemaluan Nindy dari bawah.

    Dari ruang sebelah saya bisa melihat penis raksasa Richard memaksa masuk ke dalam lubang kemaluan
    Nindy yang kecil dan ketat itu. Vaginanya menjadi sangat lebar dan penis Richard menyentuh paha Nindy.

    Kedua tangan Richard memegang pinggang Nindy dan membantu Nindy memompa penis Richard secara teratur,
    setiap kali penis Richard masuk, terlihat vaginanya ikut masuk ke dalam dan cairan putih terbentuk di
    pinggir bibir vaginanya. Ketika penisnya keluar, terlihat vaginanya mengembang dan menjepit penis
    Richard. Mereka melakukan posisi ini cukup lama.

    Kemudian Richard mendorong Nindy tertelungkup pada sofa dengan pantat Nindy agak menungging ke atas
    dan kedua lututnya bertumpu di lantai. Richard akan bermain doggy style. Ini sebenarnya adalah posisi
    yang paling disukai oleh Nindy.

    Dari belakang pantat Nindy, Richard menempatkan penisnya diantara belahan pantat Nindy dan mendorong
    penisnya masuk ke dalam lubang vagina Nindy dari belakang dengan sangat keras dan dalam, semua
    penisnya amblas ke dalam vagina Nindy.

    Jari jempol tangan kiri Richard dimasukkan ke dalam lubang pantat. Nindy setengah berteriak,
    “aagghh!”, badannya meliuk-liuk mendapat serangan Richard yang dahsyat itu. Badan Nindy dicoba ditarik
    ke depan, tapi Richard tidak mau melepaskan, penisnya tetap bersarang dalam lubang kemaluan Nindy dan
    mengikuti arah badan Nindy bergerak.

    Nindy benar-benar dalam keadaan yang sangat nikmat, desahan sudah berubah menjadi erangan dan erangan
    sudah berubah menjadi teriakan, “Ooohhmm.., aaduhh!”. Richard mencapai payudara Nindy dan mulai
    meremas-remasnya.

    Tak lama kemudian badan Nindy bergetar lagi, kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada sofa, dari
    mulutnya terdengar,

    “Aahh.., aahh.., sshh.., sshh!”. Nindy mencapai orgasme lagi, saat bersamaan Richard mendorong habis
    pantatnya sehingga pinggulnya menempel ketat pada bongkahan pantat Nindy, penisnya terbenam seluruhnya
    ke dalam kemaluan Nindy dari belakang.

    Sementara badan Nindy bergetar-getar dalam orgasmenya, Richard sambil tetap menekan rapat-rapat
    penisnya ke dalam lubang kemaluan Nindy, pinggulnya membuat gerakan-gerakan memutar sehingga penisnya
    yang berada di dalam lubang vagina Nindy ikut berputar-putar mengebor liang vagina Nindy sampai ke
    sudut-sudutnya.

    Setelah badan Nindy agak tenang, Richard mencabut penisnya dan menjilat vagina Nindy dari belakang.
    Vagina Nindy dibersihkan oleh lidah Richard. Kemudian badan Nindy dibalikkannya dan direbahkan di
    sofa. Richard memasukkan penisnya dari atas, sekarang tangan Nindy ikut aktif membantu memasukkan
    penis Richard ke vaginanya.

    Kaki Nindy diangkat dan dilingkarkan ke pinggang Richard. Richard terus menerus memompa vagina Nindy.
    Badan Nindy yang langsing tenggelam ditutupi oleh badan Richard, yang terlihat oleh saya hanya pantat
    dan lubang vagina yang sudah diisi oleh penis Richard.

    Kadang-kadang terlihat tangan Nindy meraba dan meremas pantat Richard, sekali-kali jarinya di masukkan
    ke dalam lubang pantat Richard.

    Gerakan pantat Richard bertambah cepat dan ganas memompa dan terlihat penisnya yang besar itu dengan
    cepat keluar masuk di dalam lubang vagina Nindy, tiba-tiba,

    “Ooohh.., oohh!”, dengan erangan yang cukup keras dan diikuti oleh badannya yang terlonjak-lonjak,
    Richard menekan habis pantatnya dalam-dalam, mememetin pinggul Nindy ke sofa, sehingga penisnya
    terbenam habis ke dalam lubang kemaluan Nindy.

    Pantat Richard terkedut-kedut sementara penisnya menyemprotkan spermanya di dalam vagina Nindy, sambil
    kedua tangannya mendekap badan Nindy erat-erat. Dari mulut Nindy terdengar suara keluhan, “Sssh..,
    sshh.., hhmm.., hhmm!”, menyambut semprotan cairan panas di dalam liang vaginanya.

    Setelah berpelukan dengan erat selama 5 menit, Richard kemudian merebahkan diri di atas badan Nindy
    yang tergeletak di sofa, tanpa melepaskan penisnya dari vagina Nindy. Nindy melihat ke saya dan
    memberikan tanda bahwa yang satu ini sangat nikmat.

    Aku tidak bisa melihat ekspresi Richard karena terhalang olah tubuh Nindy. Yang jelas dari sela-sela
    selangkangan Nindy mengalir cairan mani. Kemudian Nindypun seperti kebiasaan kami membersihkan penis
    Richard dengan mulutnya, itu membuat Richard mengelinjang keenakan.

    Malam itu kami pulang menjelang subuh, dengan perasaan yang tidak terlupakan. Kami masih sempat
    bermain 2 ronde lagi dengan pasangan itu.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Nafsu Ibu Tetangga

    Cerita Sex Nafsu Ibu Tetangga


    1476 views

    Perawanku – Cerita Sex Nafsu Ibu Tetangga, Sore ini, ibu muda yang alim ini kedatangan tamu seorang laki-laki yang dikenalnya sebagai rekan sekantor suaminya, sehingga terpaksa dia harus mengenakan jilbab lebarnya serta kaus kaki menutupi kakinya untuk menemuinya, karena kebetulan suaminya sedang rapat di kantor dan baru akan kembali selepas maghrib.

    Dengan jilbab putih yang lebar serta jubah panjang bemotif bunga kecil berwarna biru serta kaus kaki berwarna krem, Mufidah menemui tamu suaminya itu bernama Hendri. Seorang laki-laki yang kerap bertamu ke rumahnya. Wajahnya tidak tampan namun tubuhnya terlihat tegap dan atletis.Usianya lebih muda dari suaminya ataupun dirinya hingga suaminya ataupun dia sendiri memanggilnya dengan sebutan dik Hendri. Sebetulnya Mufidah kurang menyukai laki-laki bernama Hendri itu, karena matanya yang jalang kalau melihatnya seakan hendak menelannya bulat-bulat sehingga dia lebih suka menghindar jika Hendri datang bertamu.

    Namun kali ini, Mufidah harus menemuinya karena Hendri ini adalah rekan suaminya, terpaksa Mufidah bersikap ramah kepadanya. Memang tidak mungkin untuk menyuruh Hendri kembali, ketika suaminya tidak ada di rumah seperti ini karena jauhnya rumah tamu suaminya ini. Akhirnya Mufidah mempersilahkan Hendri menunggu di ruang tamu sedangkan dia pergi ke dapur membuatkan minum untuk tamunya tersebut. Sore ini, suasana rumah Mufidah memang sangat sepi. Selain suaminya yang tidak ada di rumah, kedua anaknya pun sedang ngaji dan baru pulang menjelang maghrib nanti. Di dapur, Mufidah tengah menyiapkan minuman dan makanan kecil buat tamu suaminya yang tengah menunggu di ruang tamu.Tangan ibu muda ini tengah mengaduk gelas untuk minuman tamu suaminya ketika tanpa disadarinya, laki-laki tamu suaminya yang semula menunggu di ruang tamu tersebut menyelinap ke dapur menyusul Mufidah.

    Mufidah terpekik kaget, ketika dirasakannya tiba-tiba seorang lelaki memeluknya dari belakang. Wanita berjilbab lebar ini sangat kaget ketika menyadari yang memeluknya adalah Hendri tamu suaminya yang tengah dibikinkan minuman olehnya. Mufidah berupaya meronta namun tiba-tiba sebilah belati telah menempel di pipi wanita yang halus ini.Kemudian lelaki itu langsung mendekatkan mulutnya ke telinga Mufidah.

    “Maaf, Mbak Mufidah. Mbak Mufidah begitu cantik dan menggairahkan, aku harap Mbak jangan melawan atau berteriak atau belati ini akan merusak wajah ayu yang cantik ini”. desis Hendri dalam membuat Mufidah tak berkutik. Kilatan belati yang dibawa Hendri membuat wajah wanita berjilbab ini pucat pasi. Seumur hidupnya, baru kali ini Mufidah melihat pisau belati yang terlihat sangat tajam sehingga membuat wanita ini lemas ketakutan. Tubuh ibu muda berjilbab yang alim ini mengejang ketika dia merasakan kedua tangan Hendri itu menyusup ke balik jilbab lebarnya meremas-remas lembut kedua payudaranya yang tertutup jubah dan….. Lantas salah satu tangan Hendri lalu turun ke arah selangkangannya, meremas-remas kemaluannya dari luar jubah yang dipakainya.

    “Jangaan.. dik Hendrii..”desah Mufidah dengan gemetaran. Namun laki- laki ini tak perduli, kedua tangannya kian bernafsu meremas-remas buah dada serta selangkangan wanita alim berusia 31 tahun ini. Mufidah menggeliat-geliat menerima remasan laki-laki yang bukan suaminya ini dalam posisi membelakangi laki-laki itu.

    “Jangaan.. dik Hendrii….sebentar lagi anak-anakku pulang..” desah Mufidah masih dengan wajah ketakutan dan gelisah. Hendri terpengaruh dengan kata-kata Mufidah, diliriknya jam dinding yang terdapat pada dapur tersebut. dan memang selama sering bertamu di rumah ini Hendri mengetahui tak lama lagi kedua anak wanita yang tengah diperkosanya itu pulang dari ngaji. Laki-laki ini mengumpat pelan sebelum kemudian, Hendri berlutut di belakang Mufidah.

    Mufidah menggigil dengan tubuh mengejang ketika kemudian wanita kader ini merasakan tangan lelaki tamu suaminya itu merogoh lewat bagian bawah jubahnya, lalu menarik turun sekaligus rok dalam dan celana dalamnya. Lantas tanpa diduganya, Hendri menyingkap bagian bawah jubah birunya ke atas sampai ke pinggang. Ibu muda berjilbab lebar ini terpekik dengan wajah yang merah padam ketika menyadari bagian bawah tubuhnya kini telanjang.

    Sementara Hendri justru merasa takjub melihat istri rekan sekantornya ini dalam keadaan telanjang bagian bawah tubuhnya begitu menggairahkan. Sungguh, laki-laki ini tidak pernah menyangka kalau sore ini akan melihat tubuh istri Mas Syamsul yang selalu dilihatnya dalam keadaan berpakaian rapat kini ditelanjanginya. Pertama kali Hendri melihat Mufidah, laki-laki ini memang sudah tergetar dengan kecantikan wajah wanita berkulit putih keturunan ningrat ini walaupun sebenarnya Hendri juga sudah beristri, tapi apabila dibandingkan dengan Mufidah wajah istrinya nggak ada apa-apanya. Namun wanita yang selalu berpakaian rapat tertutup dengan jilbab yang lebar membuatnya segan juga karena Mufidah adalah istri temannya.

    Tetapi seringkalinya mereka bertemu membuat Hendri semakin terpikat dengan kecantikan istri mas Syamsul ini, bahkan walaupun Mufidah memakai pakaian jubah panjang dan jilbab yang lebar, Hendri dapat membayangkan kesintalan tubuh wanita ini melalui tonjolan kemontokan buah dadanya dan pantatnya yang bulat indah bahenol. Muka Mufidah merah padam ketika diliriknya, mata Hendri masih melotot melihat tubuh Mufidah yang setengah telanjang. Celana dalam dan rok dalam yang dipakai wanita berjilbab ini kini teronggok di bawah kakinya setelah ditarik turun oleh Hendri, sehingga wanita alim ini tidak lagi memakai celana dalam. Bentuk pinggul dan pantat wanita alim yang sintal ini sangat jelas terlihat oleh Hendri.

    Belahan pantat Mufidah yang telanjang terlihat sangat bulat, padat serta putih mulus tak bercacat membuat birahi laki-laki yang telah menggelegak sedari tadi kian menggelegak. Diantara belahan pantat Mufida terlihat kemaluan wanita istri rekannya yang sangat menggiurkan. “Mbak Mufidah..Kakimu direnggangkan dong. Aku ingin melihat memekmu…” kata Hendri masih sambil jongkok seraya menahan birahinya karena melihat bagian kehormatan istri rekannya yang cantik ini. Wanita itu menyerah total, ia merenggangkan kakinya. Dari bawah, lelaki itu menyaksikan pemandangan indah menakjubkan. Di pangkal paha wanita berjilbab ini tumbuh rambut kemaluannya, meski tak lebat namun terlihat rapi. Hendri kagum melihat kemaluan Mufidah yang begitu montok dan indah, beda sekali dengan kemaluan istrinya.

    “Jangaan..diik..hentikaaan…anak-anaku sebentar lagi pulang ” pinta Mufidah dengan suara bergetar menahan malu. Namun Hendri seolah tak mendengarnya justru tangan lelaki itu menguakkan bongkahan pantat istri Mufidah dan lidahnya mulai menyentuh anusnya. Mufidah menggeliat, tubuh ibu muda berjilbab ini mengejang ketika ia merasakan lidah lelaki itu menyusuri belahan pantatnya lantas menyusuri celah di pangkal pahanya Oh dik jajajangan…. Dengan bernafsu Hendri menguakkan bibir kemaluan Mufidah yang berwarna merah jambu dan lembab. Tubuh wanita ini mengejang lebih hebat lagi saat lidah lelaki itu menyeruak ke liang vaginanya. Tubuhnya bergetar ketika lidah itu menyapu klitorisnya. Semakin lama wanita berjilbab berusia 31 tahun ini tak kuasa menahan erangannya Oh yeah…Aaaagggh !, ketika bibir lelaki itu mengatup dan menyedot-nyedot klitorisnya. dan menit-menit selanjutnya Mufidah semakin mengerang berkelojotan oleh kenikmatan birahi ketika Hendra seakan mengunyah-ngunyah kemaluannya. Seumur hidupnya, Mufidah belum pernah diperlakukan seperti ini walaupun oleh mas Syamsul suaminya.

    “Hmmm…, memekmu enak…. Mbak Mufidah….” kata Hendrii sambil berdiri setelah puas menyantap kemaluan istri rekannya ini,dan tangan kirinya terus mengucek-ngucek kelamin Mufidah sambil berbisik ketelinga ibu muda itu….

    ”Mbak saya entotin ya, saya mau mbak merasakan hangatnya penisku” “Aihhhh…eungghhhh….jangan..ampun” Mufidah mengerang dengan mata mendelik, ketika sesuatu yang besar,panjang dan panas mulai menusuk kemaluannya melalui belakang. Tubuh wanita berjilbab berdarah ningrat itu mengejang antara rasa marah bercampur nikmat Mufidah meronta lemah disertai desahannya. Dengan buas Hendri menghujamkan batang penisnya

    “Mmmfff..oh oh. enak juga ngentot sama Mbak….. tanpa melepas bajunya ibu muda itu…. Hendri menyetubuhi isteri sahabatnya dari arah belakang, Hendri sambil menggerakkan pinggangnya maju mundur dengan napas terengah-engah menghentakan penis besarnya.

    Mufidah dapat merasakan penis Hendri yang kini tengah menusuk-nusuk liang kemaluannya, jauh lebih besar dan panjang dibanding penis suaminya. Tangan kiri lelaki itu membekap pangkal paha Mufidah, lalu jari tengahnya mulai menekan klitoris ibu muda berjilbab itu lantas dipilinnya dengan lembut, membuat wanita kader salah satu partai yang alim ini menggigit bibirnya disertai desahan nikmatnya. Mufidah tak kuasa menahan sensasi yang menekan dari dasar kesadarannya.Wanita berjilbab lebar ini mulai mendesah nikmat, apalagi tangan kanan lelaki itu kini menyusup ke balik jubahnya, lalu memilin-milin puting susunya yang peka…

    “Ayo Mbak Mufidah….ahhhh…jangan bohongi dirimu sendiri…nikmati…ahh….nikmati saja….” Hendri terus memaju mundurkan penisnya yang terjepit vagina ibu muda yang alim ini. Mufidah menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba melawan terpaan kenikmatan di tengah tekanan rasa malu. Tapi ia tak mampu. Mufidah mendesah nikmat dan tanpa sadar ia meracau

    “Oh besar sekali punyamu dik hendri…sakiiiit Oooh ampuuun… yeah ampuuun dik”. Hendri dengan gencar mengocok penisnya didalam vagina yang mulai basah sambil berbisik pada ibu muda itu.

    “Mana yang enak kontolku dengan punya mas Syamsul mbak”, Mufidah mulai meracau kembali seraya mengerang…”ooooh enak punyamu dik, besar dan panjang aduh dik ngilu oh mmmf Aaaagghh….” dan akhirnya wanita cantik ini menjerit kecil saat ia meraih puncak kenikmatan, sesuatu yang baru pertama kali ditemuinya walaupun 6 tahun dia telah menjalani pernikahan dengan mas Syamsul belum pernah Mufidah mendapatkan orgasme sedahsyat ini. Tubuh Mufidah langsung lunglai, tapi lelaki di belakangnya selangkah lagi akan sampai ke puncak. Hendri masih terus mengaduk vaginanya dengan kecepatan penuh. Lalu, dengan geraman panjang Hendri menusukkan penisnya sejauh mungkin ke dalam kemaluan ibu muda berjilbab ini.Kedua tangannya mencengkeram payudara Mufidah yang padat dan montok dengan kuat diremasnya.

    Mufidah yang masih dibuai gelombang kenikmatan, kembali merasakan sensasi aneh saat bagian dalam vaginanya disembur cairan hangat mani dari penis Hendri yang terasa banyak membanjiri liangnya. Mufidah kembali merintih mirip suara anak kucing, saat dengan perlahan Hendri menarik keluar penisnya yang lunglai. Begitu gelombang kenikmatan berlalu, kesadaran kembali memenuhi ruang pikiran wanita ini. Mufidah tersadar dan terisak dengan tangan bertumpu pada meja dapur.

    “Sudah, Mbak Mufidah nggak usah nangis! toh mbak Mufidah ikut menikmati juga, jangan ceritakan pada siapa-siapa kalau tidak mau nama baik suamimu tercemar dengan perselingkuhan kita !!” kata kata Hendri dengan nada tekanan keras sambil membenahi celananya.

    Mufidah diam saja, harga dirinya sebagai seorang istri dan wanita hancur. Wanita itu baru merapikan pakaiannya yang awut-awutan ketika, dilihatnya Hendri telah pergi dari dapur dan beberapa saat kemudian tanpa berpamitan, terdengar suara mobil Hendri berlalu meninggalkan halaman rumahnya. Mufida terisak menyesali nasib yang menimpanya,namun dia juga merasa malu betapa dia ikut menikmati juga ketika tamu suaminya itu menyetubuhinya sambil berdiri dari arah belakang tubuhnya dengan posisi menungging, Mufidah belum pernah melakukan hubungan intim bersama suaminya dengan posisi demikian itu, namun segera air mata yang menghiasi wajahnya buru-buru dihapusnya saat didengar suara kedua anaknya pulang. Dan sejak peristiwa perkosaan itu, ketika ia melakukan hubungan kelamin dengan suaminya Mufidah sudah tak bisa merasakan nikmat lagi saat ia melayani suaminya. Mufidah merasakan penis suaminya tidak ada apa apanya bila dibandingkan dengan punya hendri yang besar panjang, dan bayangan saat ia diperkosa oleh hendri membuat dirinya menuntut sesuatu yang dapat memberikan gelombang kenikmatan. Ia ingin suaminya bisa seperkasa hendri yang bisa melambungkan sukmanya saat mencapai puncak kenikmatan. Rasa menyesal saat diperkosa dan gejolak syahwat berkecamuk dalam batinnya membuat ibu muda itu merindukan kejantanan milik lelaki seperti Hendri, namun semuanya ia pendam sendiri seolah olah tidak ada kejadian apa apa bila berada didepan suaminya.Dua minggu setelah peristiwa itu Mufidah menerima telepon dari Hendri saat suaminya keluar kota.

    “ Halo mbak ! mas Syamsul pergi ke Semarang ya ?” Saya mau bertamu kerumah bolehkan. “ Brengsek kamu dik Hendri !” jawab Mufidah. Lho koq mbak marah…. mbak menikmati juga kejantananku saat itu. Lalu Mufidah memutuskan hubungan telepon, dengan tubuh gemetar dan perasaan tak menentu ia masuk kedalam kamar, ia khawatir Hendri pasti akan datang bertamu siang ini disaat anak anaknya berada disekolah dan suaminya tak ada dirumah. Hatinya berkecamuk antara menerima kunjungan hendri atau tidak, namun gejolak nafsunya menuntut sesuatu yang tak pernah didapatkan dari suaminya.

    Tiba tiba ketukkan pintu terdengar olehnya dan dengan gugup ia keluar dari kamar, langkahnya sedikit gemetar saat menuju pintu rumah.Ketika ia membuka pintu tampak seringai Hendri dengan sorot mata penuh nafsu saat menatap dirinya. Tanpa basa basi lagi Hendri langsung mengunci pintu rumahnya, dan Hendri telah mempunyai rencana agar isteri sahabatnya yang cantik ini akan selalu ketagihan dengan batang kejantanannya, dan Hendri akan menunjukan bagaimana memberikan kepuasan dalam permainan seks pada isteri sahabatnya. Saat Hendri mendekati tubuh wanita cantik ini kian gemetar dan dengan buasnya Hendri menciumi leher jenjang isteri sahabatnya, tubuh ibu muda itu mengejang ketika dengan sedikit kasar Hendri meremas remas pantatnya dan kekasaran itu membuat gejolak nafsu Mufidah menggelegak hingga lupa akan segala galanya. Matanya terbelalak saat dengan cepatnya Hendri sudah dalam keadaan telanjang dihadapannya, penisnya yang besar panjang mulai membesar. Dan dengan kasar Hendri melucuti pakaian Mufidah hingga keduanya sama sama telanjang yang tinggal hanya jilbabnya yang belum terlepas, karena Hendri akan lebih bergairah jika isteri sahabatnya saat digarap masih memakai jilbab. Kemudian Hendri mendudukan ibu muda itu di sofa, lalu disorongkan penisnya kewajah Mufidah dan digesekan kehidung perempuan itu.

    “ Ayo mbak cium dan jilati ini penis yang pernah memberikan kenikmatan ayo ayo !.” Saat itu Mufidah serasa akan muntah karena ia belum pernah mencium penis Hendri sedang penis suaminya belum pernah Mufidah menjilatinya, dan ini penis orang lain. Namun kali ini ia dengan terpaksa melakukan itu.

    “ Pegang ya mbak, dan gesek gesek dipipi, nah begitu cium mbak terus terus cium. Aroma batang penis itu mulai merangsang Mufidah dan tanpa sadar ia mulai menjilati penis Hendri dengan nafsu yang menggelegak dan ia merasakan sensasi baru memacu gairahnya, ia mulai merasakan penis itu kian membesar dalam mulutnya hingga mulutnya tak sanggup lagi untuk mengulum batang penis lelaki itu. Mufidah sudah bukan Mufidah yang dulu lagi sejak ia mengenal batang penis lelaki yang besar panjang

    ,…mmmfff mmmf……“ Oh oh yeah enak juga ngentot mulut mbak, ternyata mbak suka isep kontol besar ya “, dan kata kata kotor Hendri ditelinganya serasa indah terdengar dan nafsu Mufidah kian membuncah keubun ubun.

    Dik Hendri puaskanlah mbak….. bawalah mbak masuk kekamar oh dik cepatan…..setubuhi mbak seperti tempo hari…Aaaagggh..Ouuuh”Lalu Hendri membopong tubuh molek isteri sahabatnya naik keranjang, dan dengan buas Hendri menindihnya, dan ibu muda itu berkelojotan saat mulut Hendri mengulum putting susu yang masih segar dan jari jari Hendri merogoh liang vaginanya.

    Mufidah kian mengejang…. “Ooooh mmmf ampun Dik Hendri jangan….jangaaan mempermainkan mbak oh yeah mmf. Ayo dik Hendri berilah mbak nikmat kejantananmu….aaaaaampun.

    “ He heee sabar dong mbak, aku juga suka dengan memek mbak yang sempit ini, aku suka ngentotin memekmu, mana yang enak punyaku dengan punya mas Syamsul mbak….. “Enak punyamu dik.

    Mana yang besar dan panjang punyaku sama punya mas Syamsul….. Oh dik tolong dik cepat…. Bbbbbesar pppppunya muuu. Lalu dengan gemasnya Hendri menggigit kecil payudara indah milik Mufidah seraya batang penis besar itu menerobos masuk keliangnya yang sempit, walau ia sudah melahirkan anak dua namun serasa sempit buat ukuran penis besar Hendri. Mata ibu muda itu terbeliak keatas saat penis besar itu kandas didasar rahimnya dan kenikmatan seperti itu belum pernah ia dapatkan dari suaminya dan sekarang ia dapat merasakan dari penis orang lain selain suaminya, tubuhnya menggeletar hebat ketika dengan irama lambat dan terkadang cepat ayunan batang penis Hendri keluar masuk vaginanya.

    Kenikmatan demi kenikmatan serasa sampai ke ubun ubunnya….oh oh yeh enak eeeeeenak kontol besarmu dik Hendriiiiiiii oh ampun. Ia meracau tanpa sadar saking kenikmatan itu mendera dirinya. Mufidah bagaikan kuda betina liar saat dipacu oleh lelaki sahabat suaminya, ia melenguh seperti sapi disembelih karena nikmatnya, ia menangis dan menyesal karena selama ini ia telah tertipu oleh suaminya bahwa kenikmatan itu bisa ia dapatkan asalkan mas Syamsul tahu bagaimana caranya memberikan kepuasan kepadanya, dan ternyata suaminya adalah suami yang tidak mempunyai pengetahuan tentang urusan seks, itu yang membuat ia menangis, serta menyesal, terhina dan marah pada diri sendiri. Maka bagaikan banteng betina yang terluka ia pacu nafsu berahinya yang terpendam selama ini.

    “ Ayo dik nikmatilah tubuhku, setubuhilah aku sesukamu. Baik mbak yang cantik… kekasih binalku sekarang waktunya nikmatilah rasa kontol besar ini…mmmmf yeah, oh memek mbak legit rasanya. Dan Tubuh Mufidah melengkung saat ia mencapai puncak nirwana Ooooh enak tolooooong ampuuuuuun, biji mata Mufidah mendelik ia berkelonjotan saat semburan lahar panas Hendri dengan derasnya menyemprot dasar rahimnya, dan batang penis besar itu berkedut kedut didinding vaginanya.

    Selama 6 tahun perkawinannya dengan mas Syamsul baru ini ia merasakan begitu nikmatnya semburan air man lelaki hingga tubuhnya bergetar bagai kena aliran listri ribuan watt dan sukmanya serasa terbang melambung keawang awang.Hingga kini hubungan mereka telah berjalan 1 tahun tanpa diketahui oleh suaminya, karena mereka pintar memanfaatkan waktu serta merahasiakannya, kadang bila ada kesempatan mereka melakukan di hotel dan yang lebih berani lagi saat suaminya ada dirumah. Hendri pura pura berkunjung untuk bermain catur dengan suaminya, saat itu juga isterinya menyediakan minuman kopi buat suaminya dengan dibubuhi obat tidur yang sengaja dibawa Hendri, sehingga sewaktu suaminya bermain catur dengan hendri Syamsul tidak tahan lama karena mengantuk berat lalu masuk kedalam kamar.

    Mufidah berpura pura ikut tidur juga disamping suaminya agar suaminya tidak curiga dan ia katakan bahwa Hendri ingin menginap dirumahnya dan tidur di sofa ruang tamu. Pada saat suaminya telah tertidur pulas bagaikan orang mati, Mufidah disetubuhi oleh Hendri disamping suaminya, Mufidah berpacu dalam birahi hingga ia meringkik nikmat dengan tubuh berkelojotan disamping tubuh suami yang tertidur pulas, bahkan perbuatan yang demikian itu membuat sensasi aneh tersendiri bagi mereka berdua. Persetubuhan itu mereka lakukan hingga menjelang subuh.Ada sesuatu yang lebih membuat Mufidah amat terangsang nafsunya bila saat Hendri sekali kali datang berkunjung kerumahnya, dengan berpura minta diajarkan computer sama Hendri sementara suaminya duduk diruang keluarga sambil menikmati secangkir kopi, hanya dengan jarak beberapa meter, disitu ibu muda itu sedang belajar computer bersama Hendri, Mufidah merasa sangat terangsang hebat saat dengan sengaja Hendri menggesek gesekan batang penisnya yang menegang dari balik celana training ke lengan Mufidah yang sedang mengetik didepan monitor. Gesekan itu membuat sensasi aneh dalam dirinya ketika merasakan batang penis Hendri serasa mengeras dan tegang dipangkal lengannya, dan terkadang pula ia rasakan batang penis besar itu berdenyut denyut dipinggangnya saat dengan sengaja Hendri pindah membelakangi tubuhnya.

    Suaminya tidak merasa curiga sedikitpun karena Syamsul tahu bahwa isterinya sedang diberi pelajaran tentang mengakses computer, ia tidak menyadari bahwa isterinya sedang dirangsang oleh Hendri habis habisan. Tubuh Mufidah mulai menggeletar penuh nafsu dengan aksi yang dilakukan Hendri padanya. Karena sudah tak tahan lagi Mufida pergi keruang dapur membuat minuman dan Hendri pergi menuju toilet namun sesungguhnya Hendri ikut pula menyusul isteri sahabatnya kearah dapur, dari balik lemari makan yang besar itu mereka melakukan persetubuhan dengan berdiri dengan amat tergesa gesa saat sang suami wanita itu sedang menikmati secangkir kopi sambil membaca Koran. Syamsul tidak menyadari bahwa isterinya sedang disetubuhi habis habisan oleh Hendri dengan posisi berdiri.

    “Ooooh Hendri mmmmfff…..ampun dik Hen…, dengan buas Hendri mengayunkan pantat maju mundur menusukkan penis besarnya kedalam vagina ibu muda itu, sukma wanita cantik itu serasa terbang kelangit tinggi saat ia disetubuhi dengan cara demikian itu oleh Hendri sahabat suaminya, Mufidah belum pernah merasakan disetubuhi dengan cara berdiri dan tergesa gesa, dan ini yang membuat suatu kenikmatan tersendiri buat Mufidah saat ia digarap oleh Hendri sementara sang suami berada tak jauh darinya. Oooooh Hendri mbak keluaaar oh ampun dik, cepat dik hendri nanti ketahuan suamiku, namun Hendri tidak menghiraukannya, dengan perkasanya Hendri memacu kuda betinanya yang cantik ini sampai berkelojotan dengan biji mata mendelik keatas menikmati kocokan batang penis besar itu dalam vaginanya yang sempit,

    “Oooooh yeah memek mbak sempit legit, enaak rasanya”, aku akan lebih bergairah lagi bila aku dapat ngentot mbak bila disaksikan mas Syamsul. Hendri semakin terbuai sensasi saat ia dengan buasnya menyetubuhi isteri sahabatnya padahal Syamsul tak begitu jauh jaraknya dari tempat mereka bersetubuh. Dan dengan menggeram nikmat Hendri menyemprotkan air maninya kedalam vagina ibu muda itu, Mufidah mengejang dan mengerang bagaikan kucing betina yang mengeong lirih saat semburan lahar panas Hendri menerpa dasar rahimnya, tubuhnya bergetar dengan hebat dengan nafas serasa akan putus ketika batang kejantanan Hendri yang besar panjang berkedut kedut diliang memeknya

    …..oooohhh mmmmffff…enaaaaaaaaaaak, ampuuuuuun dik, kontolmu enak dan besar. Dan persetubuhan itu berakhir dengan sama sama mencapai puncak nirwana yang diraih dengan cara tergesa gesa penuh rasa sensasi. Dan akhirnya mereka berdua kembali keruang keluarga tanpa menimbulkan kecurigaan mas Syamsul. Sebelum keluar dari dapur Hendri sempat berbisik ketelinga ibu muda itu,

    “ Lain waktu aku akan ngentotin mbak lagi ya, seraya tangan Hendri meremas remas susu mengkal wanita cantik berdarah ningrat itu.Ketika Syamsul ditugaskan oleh atasannya untuk mengelola perkebunan disumatera, Mufidah terpaksa ikut dengan suaminya dan anak anak mereka dititipkan pada neneknya di Jogyakarta karena kedua anaknya harus tetap bersekolah. Dan ditempat pindah mereka yang baru itu adalah sebuah pulau kecil dimana penduduknya masih terbelakang pola pikirnya. Ditempat tugas barunya Syamsul mendapatkan sebuah rumah perkebunan yang lengkap dengan segala fasiltasnya. Mufidah merasa sangat senang menempati rumah itu, dengan suasana alam pedesaan, disini Mufidah bisa menghindar dari Hendri. Setelah tiga bulan berada dipulau terpencil itu, kehidupan rumah tangga Mufidah masih berjalan seperti biasanya hingga suatu hari Mas Syamsul menawarkan pada Mufidah seorang tukang kebun untuk merawat pekarangan rumah dinas yang ditempatinya dan sekalian sebagai penjaga rumah. Pak Renggo adalah seorang lelaki yang berusia 65 tahun namun tubuhnya masih nampak kekar dan berkulit hitam dengan rambutnya yang telah memutih.

    Pak Renggo adalah seorang lelaki pekerja keras ia hanya memiliki sebidang tanah yang selalu digarapnya sendiri dan ditanami sayur mayur untuk kebutuhan hidupnya sehari hari. Isteri pak Renggo telah tujuh tahun meninggal dunia kini ia hidup sendiri tanpa mempunyai anak. Ketika ia ditawari Syamsul untuk bekerja dirumah dinas perkebunan, pak Renggo dengan sangat senang hati menerimanya, apalagi pak Renggo diberi sebuah kamar dibelakang rumah dinas itu. Wajah lelaki tua itu nampak sangar mengerikan dalam pandangan Mufidah ketika pertama kali diperkenalkan oleh suaminya, namun lama kelamaan Mufidah sudah terbiasa berhadapan dengan pak Renggo yang berwajah jelek dan menyeramkan itu, apalagi pak Renggo orangnya sangat rajin membersihkan pekarangan rumah dan terkadang sering membantu Mufidah menanam bunga hingga rasa ketakutan Mufidah pada pak Renggo hilang dengan sendirinya karena sering bertemu setiap waktu. Mufidah tak menyadari ketika seringnya mata pak Renggo melirik buah dadanya saat ia berjongkok menggemburkan tanah tanaman bunga, buah dada Mufidah sangat menggiurkan bergelayut indah hingga membuat pak Renggo bergairah dan ingin meremas buah dada Mufidah yang mengkal itu. Namun pak Renggo tidak berani berbuat macam macam pada isteri pak Syamsul yang telah berbaik hati memberinya pekerjaan meskipun sebagai tukang kebun. Mufidah yang telah lama tidak merasakan hangatnya batang penis lelaki jantan seperti punya Hendri kini Mufidah sangat merindukan kehangatan itu. Suaminya mas Syamsul tak mampu bercinta dan cepat berejakulasi hingga membuat Mufidah frustrasi dan kecewa selalu. Disuatu senja Mufidah melihat pak Renggo seketika Mufidah langsung terkesima saat melihat pak Renggo kencing dibalik pohon nangka sedang memegang penisnya yang tergantung panjang dan besar seperti pisang tanduk.

    Mufidah mengintip dari balik kaca hitam jendela rumahnya, dengan tubuh menggeletar Mufidah memandang batang kejantanan pak Renggo yang berwajah sangar itu namun alat kelaminnya sungguh membuat Mufidah jadi menggelegak nafsu birahinya. Mufidah tidak ingat lagi setatus sosialnya yang berdarah ningrat dan sebagai seorang isteri sah mas Syamsul, saat itu yang terbayang dalam pikirannya betapa nikmatnya penis besar panjang itu bila mengaduk aduk dalam vaginanya. Pengalaman Mufidah saat disetubuhi oleh lelaki yang punya penis besar telah membangkitkan libidonya yang tertidur. Setelah selesai kencing, pak Renggo mengeringkan sisa air seninya dengan cara menggoyang goyangkan penisnya. Meskipun penis itu dalam keadaan lemas namun begitu panjang dan besar sekali. Mufidah lalu membayangkan bagaimana bila penis itu dalam keadaan ereksi.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Nafsu Rinelda – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sex Nafsu Rinelda – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    3183 views

    Perawanku – Cerita ku ini bermula ketika aku sedang memenuhi panggilan interview pekerjaan di pusat kota Surabaya, meski lulusan sebuah perguruan tinggi yang cukup ternama di Malang namun berpuluh kali aku mengikuti interview namun tak satu pun mengangkatku menjadi salah satu pegawainya.

    Aku menginap di rumah tetangga kampung yang pindah ke Surabaya namun sudah ku anggap saudara sendiri karena mereka cukup baik pada keluargaku dan sudah kuanggap sebagai keluarga dan aku memanggil mereka PakDhe dan BuDhe, hari itu kebetulan aku sedang mengikuti interview di hotel Tunjungan Plasa Surabaya.

    Oh ya.. namaku Rinelda. 24 tahun. Aku pernah menjadi Finalis Putri sebuah kontes kecantikan di malang, Aku pernah menikah tapi belum mempunyai anak karena usia perkawinanku baru berjalan 4 bulan dan sudah 3 bulan ini menjanda karena suamiku sangat pencemburu akhirnya ia menceraikan aku dengan alasan aku terlalu mudah bergaul dan gampang di ajak teman laki-lakiku.

    Dari teman dan suami aku mendapat pujian bahwa aku cantik, tubuh yang cukup sintal dengan tinggi 173 cm mulus dan 2 bongkahan Susu yang tak terlalu gede tapi untuk ukuran seorang janda tak mengecewakanlah, cocok dengan body ku yang cukup atletis. Soal sexs, dulu setiap ber “ah-uh” dengan suamiku aku merasa kurang, mungkin karena gairah sex yang kumiliki sangat kuat sehingga kadang-kadang suamiku yang merasa tak mampu memuaskan tempikku, meski aku bisa orgasme tetapi masih kurang puas!

    Kulihat jam di tangan ku sudah menunjukan pukul 16.15 menit, aku sedikit dongkol karena seharusnya aku sudah dipanggil sejak pukul 15.00 tadi, padahal aku sudah datang sejak pukul 14.30 tadi. “He..eh” aku pun Cuma bisa menggerutu sambil mencoba untuk memahami bahwa aku butuh kerja untuk saat ini.

    “Hallo!” suara perempuan mengagetkan ku dari lamunan.
    “Ya !” jawabku sambil berdiri. Sejurus aku memandang kearah perempuan itu, Cantik!
    “Nona Rinelda ?” dia bertanya sambilmengulurkan tangan mempersilahkan aku kembali duduk.

    Beberapa saat kami berbicara dan ku tahu namanya adalah Rifda, dia memakai jam gede di tangan kanannya, dengan nama dan pakaian yang lumayan seksi mengingatkan ku pada teman SMP ku di Malang, ternyata dia mengaku seorang pengusaha yang memiliki banyak perusahaan dan sedang mencari model, setelah berbicara tentang diriku panjang lebar akhirnya dia berkata bahwa aku cocok untuk menjadi salah satu Modelnya. Akhirnya aku mendapatkan kepastian esok hari aku akan bekerja, aku pun berjalan pulang dengan langkah seolah lebih ringan dari biasanya.

    Sesampainya di jalan sebelum rumahku , sekedar anda tahu bahwa sejak aku mencari kerja aku tinggal di rumah BuDhe Tatik saudara dari Ibu ku. Ada beberapa anak muda bergerombol, ketika aku lewat di depannya, mereka menatapku dengan mata yang seolah-olah mengikuti gerakan pantatku yang kata teman-teman ku memng mengundang mata lelaki untuk meremas dan mendekapnya.
    “Wuih, kalau aku jadi suaminya ga tak bolehin dia pake celana dalam !” Ucap salah satu dari mereka namun terdengar jelas di telingaku.
    “Rai mu ngacengan!” timpal temannya, disambut tawa teman-teman lainya.

    Sampai di rumah pukul 18.30. aku langsung mandi untuk mengusir kepenatan dan panas yang hari itu kurasa sangat menyengat.
    “Gimana hasil kamu hari ini Rin?” ku dengar suara BuDhe Tatik dari dalam kamarnya.
    “Besok aku sudah mulai kerja BuDhe” jawabku.” kerja yang benar jangan melawan sama atasan terima saja perintah atasan karena mencari pekerjaan itu sulit dan yang penting kamu suka dan menikmati apa yang kamu kerjakan” kata-kata dan wejangan dari orang tua pada umumnya namun ada poin tertentu yang terasa ganjil menurutku. Sosok BuDhe Tatik adalah Wanita yang dalam berbicara cukup seronok apalagi jika berbicara dengan pemuda di kampungnya sekitar 38 tahun an, cukup seksi dalam penampilannya, suaminya adalah seorang PNS di KMS, dia pun juga tak kalah ngawur kalau berbicara yang berbau saru dengan BuDhe atau teman-temannya. Tak berapa lama setelah ngobrol aku pun beranjak ke kamar,

    Kamarku sendiri adalah bekas ruang tamu yang dipasang sekat dari triplek. Sekitar pukul 22.30 an aku mendengar suara aneh bercampur derit kursi seperti didongong atau ditarik berulang-ulang dari ruang tamu depan kamarku persis, sejenak kuperhatikan secara seksama suara tersebut dan aku penasaran dengan suara tersebut.

    Sedikit kubuka pintu kamarku, betapa kaget setelah mengetahui BuDhe sedang duduk di kursi sambil mengakangkan kakinya sementara PakDhe di depannya sambil memegang kedua kaki BuDhe pada pundak sedangkan pantat nya bergerak maju mundur..

    “Och…u..o..” suara yang keluar dari mulut BuDhe. Seolah menikmati apa yang dilakukan oleh suaminya, badanku terasa panas dan pikiran yang tak tahu harus bagaimana karena baru kali ini aku benar-benar melihat hal ini live di depan mataku. Selama kurang lebih 10 menit kedua orang itu melakukan sambil duduk akhirnya PakDhe menarik kontolnya dari dalam Tempik BuDhe, Yak ampun ternyata kontol nya lumayan gede lebih gede dari pada milik mantan suamiku yang biasa mengocok isi tempikku, akhir-akhir ini aku sering nonton BF saat PakDhe dan Budhe sedang kerja, pernah sekali aku hampir kepergok oleh PakDhe saat aku sedang nonton BF sambil mempermainkan liang nikmatku, namun ternyata PakDhe tidak peduli dan mungkin mengetahui bahwa aku seorang wanita yang butuh kesenangan pada salah satu bagian tubuhku, namun saat itu PakDhe hanya tersenyum sambil mengambil sesuatu dari dalam kamarnya yang mungkin tertinggal dan segera pergi lagi.

    Kusaksikan BuDhe mengambil posisi menungging dengan kedua tangan nya memegang kursi di hadapannya “ayo mas cepet keburu tempiknya kering” pinta BuDhe dengan suara yang pelan mungkin agar orang luar tidak mendengar dan mengetahui tapi kenyataanya aku malah menyaksikan dan memperhatikan secara detil apa yang mereka perbuat. Kulihat kali ini PakDhe mengeloco kontolnya sebelum dimasukkan ke tempik yang sudah minta di jejeli tersebut.

    “Ach…ack…sh” suara yang keluar dari mulut laki-laki tersebut. akhirnya kulihat lagi adegan itu dari belakang karena mereka menmbelakangi kamarku. Ada yang berdenyut pada tempikku tanpa terasa tangan ku masuk ke dalam celana dalam yang kupakai, ku tekan pada itilnya “ahk” terasa geli dan benar terangsang tempikku kali ini. Aku tersenyum mendapatkan pengalaman ini.
    “Tempikmu… ue.nak .Tik pe… res… kontol ku” kata kata terputus dari Pakdhe seolah tak kuasa menahan nikmat yang dirasakannya.
    “Lebih cepat… mas… cep… at!” BuDhe pun seakan mengharapkan serangan dari suaminya lebih hebat lagi.
    “A… ach… aku keluar ma… s!” suara BuDhe terdengar setengah berteriak.Wanita itu terlihat melemas tapi PakDhe tetap menggenjot dengan lebih giat kali ini tangan nya memegang pantat BuDhe yang bulat mulus itu dan akhirnya laki-laki itupun menekan kontolnya lebih dalam kearah tempik didepannya tersebut. Sambil menahan sesuatu. Ketika konsentrasiku tertuju pada kontol dan tempik yang sedang beradu tersebut tanpa kusadari sambil digenjot BuDhe menoleh ke arah pintu kamarku dan tersenyum, “hek” aku kaget setengah mati segera ku tutup pelan-pelan pintu kamar dan kembali ke tempat tidurku, beribu pikiran menyeruak dalam benakku antara bingung dan takut karena mungkin kepergok saat mengintip tadi. Aku kecewa karena tidak melihat bagaimana raut muka PakDhe ketika mencapai puncak kepuasan.

    Terasa ada yang basah di selangkanganku saat aku menyaksikan adegan tadi, “yah aku terangsang” terakhir kali aku merasakan nikmatnya berburu nafsu dengan suamiku adalah hampir 4 bulan yang lalu.

    Memang aku mudah terangsang jika melihat hal-hal yang berbau porno. Sering kali aku melakukan masturbasi dengan membayangkan laki-laki yang kekar dan memiliki batang kontol yang kokoh tegak berdiri dan akhirnya aku memasukkan sesuatu ke dalam tempikku yang seolah lapar akan terjangan kontol laki-laki, tapi terkadang aku merasa ada yang kurang dan memang aku butuh kontol yang sebenarnya, Tanpa kupungkiri aku butuh yang satu itu. Kulihat jam didinding kamarku menunjukan pukul 11.35, ya ampun besiok aku kan mulai kerja! Sialan gara-gara kontol dan tempik perang diruang tamu akhirnya aku tidur kemalaman! Emang dikamar kurang luas apa? “ah sialan!” umpatku dalam hati.

    Pukul 04.30 aku terbangun, ketika akan membuka pintu kamar aku teringat akan kejadian yang baru aku saksikan semalam, pelan-pelan kubuka ternyata tak kulihat orang diluar, aku langsung menuju dapur untuk memulai aktivitas pagi, terkadang aku harus membantu memasakkan sarapan pagi dan menyapu lantai sebelum menjalankan altivitasku sendiri, aku merasa adalah suatu vyang lumrah karena aku menumpang disini.

    Aku berjalan melewati depan pintu kamar BuDhe yang terbuka lebar, sekali lagi aku terhenyak kali ini aku menyaksikan dua orang sedang tidur tanpa memakai baju sama sekali, kulihat senyum di bibir Budhe Tatik, tanda kepuasan atas perlakuan suaminya tadi malam mungkin.

    Di kamar mandi aku kembali memikirkan kejadian semalam yang membuatku “terus terang cukup terangsang” apalagi jika mengingat kontol yang gede milik PakDhe. “ahh” rupanya tangan ku sudah berada di sela-sela pahaku yang mulus dan bulu hitam yang tampak olehku cukup lebat meski tak terlalu banyak diantara garis melintang ditengahnya, tiba-tiba nafasku berburu kala kuteruskan untuk menggosok bagian atasnya, “sialan!” pikirku dalam hati. Kusiram tubuhku untuk mengusir nafsu yang mulai mengusik alam pikiran ku.

    Sebelum berangkat kerja di hari pertamaku, kusempatkan untuk sarapan pagi siapa tahu nanti aku harus kerja keras di kantor.
    “Jaga diri baik-baik Rin” kata BuDhe sambil menepuk pundakku,
    “Eh.. iya.. BuDhe Rinel tahu kok” kataku sambil ngangguk. Kulihat BuDhe baru keluar kamar dengan mengenakan handuk pada bagian susu sampai atas lulutnya wajahnya tampak masih berseri meskipun tampak kecapean.
    “Edan udah jam 7!” pekikku dalam hati.
    “BuDhe aku berangkat dulu” pamit ku.
    “Yo ati-ati Nduk ingat ikuti dengan baik perintah atasan lakukan dengan baik tanpa banyak kesalahan” katanya sambil tersenyum padaku, senyum itu penuh makna sama seperti tadi malam.
    “Enggeh BuDhe… ” aku pun keluar rumah menuju tempat kerjaku yang baru.

    Dari depan kantor itu aku berjalan menuju pos sekuriti,
    “Permisi” aku mendekati seorang sekuriti,
    “Ada yang bias saya Bantu mbak?” Tanya nya dengan sopan. Tubuh yang lumayan atletis tangan yang kekar serta tonjolan di bawah perutnya cukup menantang dibalut celana yang agak ketat di bagian pahanya.
    “Ruangan Ibu Rifda dimana ya?” tanyaku.
    “Bu Rifda Miranti? pasti sampeyan mbak Rinelda!” terlihat senyum dibibirnya masih dengan ramah dan sopan. Aku cuma mengangguk.
    “Tunggu sebentar mbak” sambil mengangkat intercom di depannya, ketika dia berbicara dengan seseorang aku melihat suasana sekeliling “Kok sepi ya?” tanyaku dalam hati.
    “Sebentar lagi karyawan Ibu Rifda akan menemui mbak, silahkan menunggu” katanya sambil menunjuk kursi sofa di tengah ruangan yang cukup besar. Ketika aku baru akan meletakkan pantatku aku melihat sesuatu yang ganjil di lingkungan perkantoran ini, tak terlalu banyak orang yang biasa ada pada sebuah perkantoran, kuperhatikan sekuriti tadi kulihat dia berbicara dengan temannya tersenyum-senyum sambil memandang kearahku, tak berapa lama kudengar namaku dipanggil seorang wanita
    “Rinelda?”
    “Saya” jawabku sambil memalingkan muka kea rah datangnya suara tadi,
    “Hai, kamu mau kerja disini?” tanyanya lagi.
    “Lho Agatha, kamu kerja disini ya?” kataku sambil kenbali bertanya
    “Tadi aku disuruh sama bu Rifda untuk menemui kamu, ayo ikut aku!” sambil ngobrol kami pun berjalan menaiki tangga menuju ruangan Bu Rifda.
    “Tunggu sebentar ya” kata Agatha. Pintu di ruangan itu sedikit terbuka ketika dia masuk kulihat didalamnya ada 3 wanita yang menurutku cantik, berbusana mahal dan seksi. Itu mungkin beberapa model yang dimilikinya.
    “Masuk Rin” Agatha membuka pintu lebih lebar. Ternyata didalam ada 2 laki-laki yang sedang melihat 3 wanita didepannya “ nah ini dia cewek baru yang aku dapatkan kemarin di Tunjungan, namanya Rinelda” kata bu Rifda sambil menunjuk ke arahku pada ke dua laki-laki itu.

    “Rin, mas-mas ini dari Jakarta mereka akan menguji kemampuan kamu dalam memakai barang mereka” aku segera mengambil kesimpulan bahwa mereka adalah desainer atau rekan kerja bu Rifda. Aku mendekat dan berjabat tangan dengan keduanya,
    “Rif, kami perlu kerja di dalam studio” kata laki-laki yang sedari tadi melotot melihat 3 wanita dihadapannya sambil menenteng kamera. Lelaki itu berjalan diikuti oleh ketiga gadis.
    “Tunggu sebentar ya Rin” kata bu Rifda sambil mengajak lelaki yang satunya serta Agatha. Aku terdiam sebentar sambil melihat ruangan yang cukup besar tersebut, ketika melewati ruangan yang baru di masuki oleh tiga gadis dan seorang lelaki tadi aku mendengar suara tertawa wanita kegelian dari dalamnya, ku coba untuk mendekat pada ruangan itu, aku semakin penasaran lerja macam apa kok suaranya seperti… Yah aku ingat suara itu mirip desahan BuDhe Tatik semalam! Kucoba lebih dekat untuk mengetahuinya tapi… “Rin?” tiba-tiba Bu Rifda sudah berada di sampingku.

    “Ada yang mau aku tunjukan padamu” katanya sambil berjalan ke ruangan pribadinya, tertulis didepan pintu ruangan tersebut.
    “Mana Agatha? Sama lelaki yang tadi?” tanyaku dalam hati. Didalam ruangan itu terdapat banyak Foto diatas meja.
    “Duduk Rin” katanya mengetahui aku sedang menunggu dipersilahkan.
    “Bu, maaf kamar kecil dimana? Saya kebelet pipis” tanyaku sambil nyengir menahan sesuatu dibawah selakangku. “ah..ya..” dia menunjuk kearah belakangnya. Aku langsung bergerak ke sana, masuk kamar kecil itu aku langsung melorotkan celana dalam yang kupakai dan Chessh….” Suara khas air
    yang keluar dari tempikku, saat ku jongkok aku mendengar samara-samar suara laki-laki.
    “Aah….uh…ya …ayo..terus …sedot…ah nah gitu dong…” setelah itu terdengar suara wanita tertawa, segera lu ceboki tempikku, kuangkat kembali CD, sebentar aku terdiam sambil mencari asal suara tadi, setelah yakin tak kudengar lagi akupun keluar dan menuju ke meja bu rifda sambil bertanya-tanya dalam hati apa yang sebenarnya pekerjaan disini, saat ku berjalan mendekati meja bu Rifda kulihat wanita itu sedang berganti pakaian, kulihat tubuh yang sangat seksi dan mulus, pahanya yang putih dan pantatnya bulat putih cukup memberi bagiku untuk berkesimpulan bahwa dia adalah wanita yang sempurna.

    “Maaf bu” kataku,
    “Oh tidak apa-apa kok Rin, bisa tolong ambilkan itu” katanya sambil menunjuk kearah kursi kerjanya, “ini bu?” kulihat sebentar ini adalah baju yang sering dipakai oleh bintang film luar negri “ah” aku teringat saat aku melihatnya di sebuah film BF. Aku berikan padanya dan dia memakainya dengan cekatan terlihat bahwa ia sudah terbiasa mengenakan pakaian model itu.
    “Kita bekerja dengan scenario dan harus tampil cantik serta se-seksi mungkin karena target penjualan kita adalah kaum Pria” kata nya sambil membenahi pakaianya,

    “Hari ini adalah saat dimana kamu akan menjadi seorang entertainer seperti gadis-gadis diluar tadi” , aku mendengarkannya sambil mengira-ira apa kerjaku sebenarnya;
    “Maaf sebelumnya Agatha di sini sebagai apa bu?” tanyaku,
    “Kenapa?” dia balik bertanya,
    “Kamu mau tahu tugas dia?” katanya sambil mengambil sebuah remote control di laci mejanya,
    “Tugas dia adalah menjamu para tamu dan melayani mereka sebelum mereka memulai kerja yang sebenarnya” katanya sambil menunjuk sebuah televise berukuran raksasa di belakangku, betapa kaget aku melihat apa yang terpampang dihadapanku, ternyata Agatha sedang bergumul dengan laki-laki di
    sebuah ruangan kosong yang hanya di lapisi karpet tebal diseluruh ruangan itu, setengah tak percaya kembali kulihat kea rah bu Rifda, dia hanya tersenyum sambil matanya berbinar-binar seolah bernafsu karena melihat kejadian di layer tersebut, aku segera mengetahui apa yang sedang dan akan kualami maka aku berjalan menuju pintu keluar, tapi apa yang ku dapat pintu itu terkunci! Aku menoleh kearah wanita itu tapi wanita itu hanya tersenyum sambil matanya tetap menyaksikan adegan Agatha dan laki-laki itu dihadapanya.

    “Kamu bisa berteriak kalau kamu mau tapi itu tak akan berguna karena seluruh ruangan disini telah kedap jadi tak akan ada yang mendengar” katanya.
    “Duduklah maka tidak akan terjadi sesuatu padamu atau jika tidak aku panggilkan satpam didepan agar membuatmu diam” kali ini nadanya terdengar sedikit mengancam. Aku pun telah paham bahwa aku tak bias berbuat apa-apa, saat terduduk aku dihampiri oleh wanita itu dan tanpa kusadari dia telah menarik tangan ku kebelakang dan mengikatnya dengan tangkas, aku berontak tapi tak bisa karena kursi yang ku duduki besar dan berat, akhirnya aku terdiam.

    “Sudah kita nikmati saja tontonan yang disuguhkan teman SMP kamu itu” katanya, sialan rupanya Agatha telah bercerita banyak tentang aku, Agatha adalah temanku saat duduk di bangku SMP di Malang, dia adalah type cewek yang cukup berani tampil seksi dan punya teman cowok yang cukup banyak, dan dia pun telah kehilangan keperawanannya saat perayaan kelulusan di suatu acara yang diadakan oleh teman-temannya,
    “Kurang ajar, kenapa aku harus melewati hari yang seperti ini?” kataku dalam hati.

    Dari layer raksasa dhadapanku kulihat Agatha sedang duduk di atas pria itu sambil menaik-turunkan pantatnya yang bahenol.
    ‘Oh… oh… ouh… ha… enak maass?” tiba-tiba suara Agatha terdengar sangat keras, rupanya Bu Rifda menikan volume pada remote controlnya.
    “Ga seru kalau tidak ada suaranya ya Rin?” kata wanita itu namun aku tak mempedulikan kata-katanya. Aku menunduk tak mau melihat apa yang ada dilayar TV besar itu, tapi suara yang menggoda nafsu itu tetap terdengar.
    “Setiap aku kesini… kurasa… tempik kamu masih… ouckh… tetap… keset… Th..ah” suara laki itu tersendat-sendat.
    “Tapi kontol mas….kok rasanya.. tam.. baa.. ah… aha…” suara Agatha tak terselesaikan.
    “Jangan munafik Rin kamu past terangsang kan?” lagi suara Rifda terdengar tak kupercaya wanita yang kemarin kutemui ini terlihat anggun dan sopan kini…
    “Perempuan macam apa kamu Rif?” kataku tapi tak kudengar jawaban darinya yang kudengar hanya suara dia sedikit tertawa.

    Tak berapa lama kembali kudengar Agatha berteriak
    “Ack… a… yah… terus… tete… rus… sentak lagi… mas!” kali ini aku mengangkat kepalaku untuk melihat apa yang saat ini dilakukan laki-laki itu pada Agatha, kulihat Agatha sudah nungging dengan bertumpu pada lututnya sementara laki-laki itu menekan-nekan kontolnya yang besar itu maju-mundur ke arah tempik Agatha yang tampak menganga dan berdenyut-denyut itu, cukup lama mereka saling mengimbangi gerakan maju mundur itu satu sama lainnya, akhirnya…
    “Aku… ke… luar… mas… aih… ya… ah!” nampak Agatha telah mencapai puncak orgasme tubuhnya terlihat sedikit melemah namun si lelaki itu terus mengocok kontolnya yang masih menegang itu sambil tangannya memegang bongkahan pantat Agatha, aku sendiri terangsang melihat semua ini dan merasa ada yang mulai membasah di tempikku, seandainya tanganku tidak di ikat pasti aku sudah memegang itil kecil ku.

    “Ackh… sh… oh… sh… ” nampaknya laki itu sudah memuntahkan pejunya di dalam tempik Agatha. Tiba-tiba Rifda mematikan layer tersebut dan berkata
    “Gimana Rin, apa yang kamu rasakan pada Tempikmu?” seolah mengetahui apa yang aku rasakan.
    “Lepaskan! Aku mau keluar dari tempat ini!” teriakku menutupi rangsangan yang aku rasakan.
    “Keluar? sebentar, ada yang mau aku perlihatkan sama kamu!” lalu dia menekan kembali remote di tangannya kea rah layer raksasa di dan… “ya ampun!” ternyata BuDhe Tatik!
    Mengenakan baju berwarna merah menantang seperti yang dipakai oleh Rifda, dia sedang sibuk mengulum kontol seorang laki-laki disebuah ruangan yang hanya terdapat sebuah ranjang yang cukup bagus, ku lihat Pria itu memegang kepala BuDhe agar lebih cepat emutannya, sementara tangan kiri
    BuDhe mempermain kan tempiknya sendiri.
    “Eh… eh… e… gm… emph… !” suara wanita dilayar itu seperti menikmati kontol yang panjang dan besar di dalam mulutnya.
    “Itu di rekam 2 hari yang lalu” kata Rifda seperti sedang menerangkan sesuatu padaku.
    “Maksudmu?” tanyaku,
    “Lihat dulu baru komentar sayang!” aku pun kembali menyaksikan adegan di depanku itu, belum pernah aku menyaksikan orang yang aku kenal berbuat dengan orang lain seperti yang dilakukan oleh BuDhe dan Agatha.

    “Kontol mu hot banget mas… besar pa… njang… aku… akua… suka… !” kali ini BuDhe nampak gemas memegang kontol besar itu dengan kedua tangannya, kontol Pria itu memang sangat besar dibanding dengan milik PakDhe yang kulihat semalam kelihatan kokoh berdiri dan lebih berotot apalagi kepala kontol Pria ini nampak besar dan mengkilap karena sinar dari kamera, nampak sekali bahwa pria itu sangat menikmati emutan mulut BuDhe, mendengar suara Budhe dan laki-laki itu saling ah..uh.. membuat aku jadi terangsang, aku jadi salah tingkah karenanya, ku toleh ke arah Rifda ternyata wanita itu sedang sibuk memasukan sesuatu kebawah tubuhnya kutahu dia sedang mencari kenikmatan di tempiknya mengetahui aku melihatnya wanita itu mendekati aku dang menunjukan sebuah tongkat kecil yang mirip… kontol!

    “Kamu akan suka dengan yang seperti ini sayang” katanya sambil menarik kedua kakiku hingga aku terlentang di atas kursi besar itu.
    “Tenang Rin, cari nikmatnya dulu ya” aku diam dan tak terlalu banyak bergerak aku tak tahu mengapa aku diam dengan perlakuan Rifda di hadapanku kali ini, Rifda mengosok-gosokkan kontol mainan itu ke arah selakanganku, aku menggelinjang geli karenanya, aku tahu apa yang akan dilakukannya, dan benar! Dia membuka resleting celanaku, sekali lagi aku diam aku terangsang terasa tempikku berdenyut-denyut menginginkan sesuatu. Dengan tangkas Rifda sudah menarik ke bawah celana yang kupakai, diringi suara desahan nikmat yang disuarakan BuDhe Tatik dari layer didepanku

    “Oh… yaa… ya… be… nar… yang situ enak… mas… sh… ah!” kali ini kulihat laki-laki itu sedang menciumi tempik BuDhe yang mengakang memberi ruang yang bebas pada laki-laki itu, terdengar pula suara mulut laki-laki itu berkecipak. Nampak bokong BuDhe yang bulat itu diangkat agar mulut laki-laki itu dapat masuk lebih jauh mempermainkan lidahnya. Tanpa kusadari paha dan selakangan ku terasa dingin ternyata Rifda telah sukses melepaskan CD ku.
    “Wah ternyata Jembut kamu tebal juga Rin” kata Rifda kemudian tangannya menyentuh mulut tempikku, terasa hangat tangannya, kutatap matanya seolah ingin kubiarkan apa yang dilakukannya, sudah kepalang basah kubiarkan apapun yang dikerjakannya,

    Saat Rifda sedang sibuk meng emek-emek tempikku dari depan, tiba-tiba lampu ruangan mennjadi sangat terang, dan kulihat ada dua orang laki-laki masing memegang kamera dan mengabadikan suasana di ruangan ini. Tak kusadari ada sentuhan tangan pada pundakku.
    “Rin, rupanya kamu sudah merasakan kenyamanan di ruangan ini” ternyata aku kenal suara laki-laki dari belakangku yah itu suara PakDhe! tanganku berusaha menutupi bagian bawahku yang menganga karena ulah Rifda.
    “Sudah nikmati saja, toh aku tahu kamu butuh yang seperti ini” kata Pakdhe sambil menempelkan sesuatu yang hangat lunak dan membesar ditanganku yang masih terikat kebelakang. Kupegang dan tahu apa yang aku pegang namun terasa makin hangat dan memanjang.

    Aku diam memikirkan semua rentetan dan semua orang yang ada disekitar ku saat ini, saat kuterdiam ternyata Rifda berdiri di depanku dengan menggerakan lidah ke bibir sambil memainkan celah tempiknya dan matanya menatap ke arah PakDhe, laki-laki itu tahu apa yang dinginkan Rifda dan segera berdiri mendekat dengan tangan memegang pantat Rifda.
    “Ayoh, kita bikin janda muda ini tersiksa dan memohon agar tempiknya di isi sesuatu yang hangat! Ha… ha… ha… !” kata Rifda sambil melihatku, tangannya yang cekatan dan terampil mulai mengurut-urut kontol PakDhe yang sudah mulai kembali menegang, sementara tangan PakDhe meremas-remas susu Rifda yang Cuma terbuka pada putingnya sementara aku tetap menatap mereka berdua seolah tak percaya.

    “U… uh” kata Rifda gemas mengocok kontol di tangannya.
    “Sudah, langsung aja masukin kontolmu pak!”
    “Lho Rin, tempik Rifda sudah basah! Kamu ga pengin niih?” Kata PakDhe yang mempermainkan tangannya di sekitar tempik Rifda. Kusaksikan gerakan Rifda membalikkan badannya memnbelakangi tubuh PakDhe, dengan cukup sigap pakDhe segera menggiring batang kontol yang dipegangnya kearah tempik Rifda yang berada ditengah bongkahan pantat mulus Rifda yang sudah menganga karena bibir tempiknya di kuak sendiri oleh tangan kanannya sementara tangan kirinya menggosok itil yang sedikit menonjol di bagian atasnya.
    “Hrm ouch… masukin… te… rus… ah sampai men… tock pak!” kata Rifda sambil menarik pantat PakDhe agar segera menekankan kontolnya lebih dalam.

    Kali ini mereka merubah posisinya menyampingiku sehingga tampak susu Rifda bergerak-gerak karena gerakan tubuhnya sementara kontol PakDhe yang sedang berusaha memasuki liang sempit itu semakin didorong kedepan.
    “Ah….” kontol itu sudah tenggelam kedalam tempik rifda PakDhe kemudian menarik kontolnya pelan-pelan tampak olehku buah pelir kontol itu menggelantung.
    “Sabar ya Rif, sebentar… ” kata pakDhe sambil menoleh kea rah ku sambil mengedipkan mata kirinya seolah berkata.”Tunggu giliranmu”.
    “Betapa nikmat kalau kontol itu bersarang pada tempikku” kembali aku sudah dirasuki hawa nafsu yang sedari tadi menghinggapi pikiranku yang mulai tak terkontrol. Aku mulai menggepit paha agar tempikku yang terasa gatal dan membasah tak diketahui oleh mereka, andai tangan ku tak terikat mungkin aku sudah melakukan sesuatu yang nikmat!

    “Eh… ah… mpffh… yang cepat dong… genjot… terus… pak!” teriakan nikmat Rifda sambil menggerakan bongkahan pantatnya kekiri –kanan mengimbangi sentakan PakDhe.
    “Plak… plak… ” suara benturan paha kedua orang didepanku serta kecipak tempik Rifda yang diterjang kontol gede itu seolah bersorak senang. Saat ku sedang memperhatikan mereka ikatan pada pergelangan tanganku terasa melonggar sedikit kutari tangan kananku dan terlepas! Sebentar aku bingung apa yang harus kulakukan, namun diluar kesadaran ku saat itu ternyata aku tidak mengambil kesempatan itu untuk melarikan diri lagi pula disitu ada 2 pria berkamera yang pasti akan mennghentikan ku, yah otakku mungkin sudah dirasuki nafsu. Aku butuh keprluan biologis itu! Aku butuh kontol yang hangat dengan terjangan yang sesungguhnya bukan seperti yang selama ini kudapatkan dengan masturbasi! Semakin kuperhatikan secara seksama apa yang dikerjakan PakDhe dab Rifda didepanku, Rifda nampak sangat menikmati genjotan PakDhe dari arah belakang.

    ‘Ay… o.. pak… ayo… terus… kerasin… sentakanmu pak… !”
    “Tempik nakal… nakal… nakal… ” kata PakDhe setiap kali si kontol menerobos tempik Rifda.
    Kulihat tongkat mainan persis kontol yang diletakkan dimeja oleh Rifda, tak kuhiraukan 2 orang berkamera yang sedang mengabadikan setiap gerakan dan erangan nikmat PakDhe dan Rifda, kuambil mainan wanita itu dan mulai kugesekkan pada tempikku, tak kuhiraukan segalanya!
    Aku tersenyum karena aku merasa tak tersiksa sama sekali dengan keadaanku saat ini, kali ini aku bermaksud memasukkan kontol mainan lembut ini pada liang tempikku dan…
    “Eh… auch… ” bersamaan dengan sodokan PakDhe pada tempik Rifda setiap PakDhe menarik kontolnya kutarik pula mainan ini dari tempikku.Saat aku sedang menikmati tontonan didepanku tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan masuk seorang laki-laki yang tadi bergumul dengan Agatha menghampiriku sambil tersenyum, sambil berjalan dia melepas satu persatu kancing baju dan membuka resleting celananya. Kukeluarkan pelan-pelan kontol mainan dari dalam tempikku.

    Aku membayangkan isi didalam celana itu adalah kontol besar seperti yang dirasakan oleh Agatha tadi, yang pasti akan memberi kenikmatan pada tempikku yang sangat merindukan kontol, kutatap matanya seolah aku memberinya ijin untuk segera menyerang tubuhku, aku sadar bahwa semua perbuatanku saat ini akan direkam dan disebar luaskan, aku tak pedulikan itu aku Cuma butuh laki-laki saat ini yang bisa membuatku menggelepar penuh kenikmatan! Ketika Rifda mengetahui laki-laki itu lewat didepannya tangan kanannya memegang kontol laki-laki itu.
    “Tempikku… masih… cukup… ah..ah… untuk… kontolmu… auh… Rudi… say… ang… eh… ” Rifda berkata sambil menikmati sodokan PakDhe. Sebentar laki-laki itu berhenti dan memasukan kontolnya kemulut Rifda.
    “Ech… mpfh… Rud… empfh… di..kont… tol… ” tampak mulut Rifda seperti kewalahan menelan sebuah Pisang yang besar, aku segera bangkit dan menghampiri mereka, yaah aku tak rela jika kontol dihadapanku ini akan di telan juga oleh tempik Rifda dan aku lagi-lagi jadi penonton, Rifda dan PakDhe tidak terlalu kaget melihatku.
    “Oh… rupanya kamu baru bisa lepas dari tali tadi ha… ha… ha!” Rifda tertawa setelah kontol dimulutnya terlepas setelah laki-laki bernama Rudi itu membalikkan diri padaku tampak kontol besar setengah mengacum itu mengarah padaku.
    “Wao… ” Tanpa kuhiraukan si Rudi aku langsung jongkok didepannya dan bersiap mengulum Kontol idamanku itu.
    “Lihat pak… ah… si… ja… ech… janda… tak tahan… juga… a yes… !” kata Rifda
    seolah senang dengan apa yang kuperbuat, kumasukan kedalam mulutku dan kepalaku mulai bergerak maju mundur, kurasa sesuatu yang besar sedang berdenyut-benyut di dalam mulutku,
    “Ach… ternyata pandai juga kamu mempermain kan kontol dengan mulut.
    “Oh… !” tangan Rudi mulai meremas pentil susuku yang mulai mengeras.
    Aku memang pandai melakukan oral sex hal itu pun diakui oleh mantan suamiku dulu bahwa mulutku sangat hebat dal;am hal ciuman bibir dan mengulum kontolnya bahkan sering kali saat oral sex suamiku mengeluarkan spermanya di mulutku.
    “Ehm… ehm… ehm… ” Aku sangat senang dan sangat merindukan batang hangat dan kenyal ini! “Oh… oh… ya… ouh… ” Rudi tampak sangat menyukai kulumanku kupermainkan lidahku pada kepala kontolnya, sambil memberikan Rudi kenikmatan kulihat PakDhe semakin mempercepat genjotannya, tak lama kemudian.
    “Arch… a… ah… aku… sudah… kel… luar… pa… ak… a… ” kata Rifda, matanya
    merem-melek menahan sesuatu yang keluar dari dalam tempiknya. Saat Rifda mulai sedikit lemas ternyata PakDhe mengeluarkan kontolnya dan melihat kearah Rudi seolah mengetahui maksud PakDhe Rudi pelan-pelan menarik kontolnya dari mulutku, yah PakDhe menuju kearahku sedang Rudi menuju tubuh Rifda, aku ragu apakaha aku akan melakukannya dengan orang yang sudah aku anggap sebagai orang tuaku ini, namun PakDhe ternyata langsung menarik pantatku hingga tuibuhku telentang pada kursi besar di belakangku dan kontolnya berada tepat didepan tempikku, mengetahui aku sudah terangsang dengan sekali tekan kontol PakDhe segera menerobos lobang tempikku sesaat terasa sakit

    “Adu… h… pelan-pelan… dong PakDhe… !” Teriakku.
    “Ah sorry Rin, lupa aku, tempik kamu sudah lama tak terisi ya! Tahan sebentar ya… kamu tahu ini ..enak..” kata PakDhe sambil menarik kontolnya dari dalam tempikku, aku merasa seluiruh isi tempikku tertarik.
    “Pelan-pelan… ” kataku lagi, tapi ternyata Pakdhe langsung menggenjot kontolnya itu keluar masuk. Tiba-tiba rasa sakit yang kurasakan menjadi rasa geli dan nikmat
    “Ah… a… ayou… lagi PakDhe… terus… sh… haa… ” yang kurasakan tempikku jebol
    luar dalam namun ennaak sekali, sudah cukup lama bagiku waktu 4 bulan menanti yang seperti ini, aku tak peduli meski ini kudapat dari seorang yang selama ini menampungku. Saat sibuk menikmati sodokan kontol di tempikku sempat kulihat Rudi memompa pantatnya sementara Rifda mulutnya terbuka menahan nikmat yang akan dia dapat untuk kedua kalinya dengan posisi miring dan kaki kirinya terangkat sehingga memudahkan kontol gede milik Rudi mengobrak abrik isi tempiknya, tak berapa lama Rifda sudah memekik…

    “Sudah Rud… aku… ah… !” tampak Rifda sudah mengalami orgasme yang keduanya. sementara kulihat muka PakDhe memerah menahan sesuatu
    “Rin… torok… kamu… serr… et… aku tak… tahan… ah” PakDhe rupanya sudah mendapatkan ganjaran karena berani memasukan kontolnya ke milikku yang memang masih peret, dia menarik kontolnya dan mengeluarkan pejunya pada Susuku dan wajahku
    “Ah… ah… ” teriak PakDhe setiap kali cairan itu keluar dari kepala kontolnya.
    “Ya… PakDhe… !” kataku kecewa, aku belum merasa orgasme! Tak kuhiraukan PakDhe sibuk dengan kontolnya yang mulai mengecil, saat kumandang Rudi yang mengocok kontolnya sendiri dia tersenyum padaku dan akhirnya kontol yang cukup gede itu datang padaku, tangan Rudi memegang pantatku, aku tahu dia ingin posisi anjing nungging, kubalik tubuhku menghadap sandaran kursi sedang kedua lututku tersangga pinggiran kursi, tak nerapa lama kontol Rudi sudah digesekgesekkan pada pantatku yang putih mulus,
    “Ayoh Rud kamu mau merasakan seperti yang di rasakan PakDhe?” kataku nakal, aku tak tahu dan tak mau tahu apa yang kulakukan yang pasti aku mendapatkannya saat ini, akhirnya Rudi pun memasukan kontolnya ke dalam tempikku.
    “A… euh… ah… em… ya… ” kontol yang menerobos di bawahku memang terasa sangat gede seolah menyentuh rongga-rongga di dalam tempikku. Pantas Rifda mulut Rifda tak bersuara apa-apa ternyata ini yang dirasakannya.

    “Eh… eh… eh… ” Rudi menekan maju mundur kontolnya sementara tangannya meremas susuku dan bibirnya mencium punggungku, cukup lama Rudi menggenjot tubuhku dari belakang, kini dia memintaku untuk berdiri menghadap tubuhnya dengan mengangkat kaki kiriku dia memasukan kontolnya dari depan
    “Ya… h… he… he..lagi… lagi… ” nafasku terengah-engah menahan serangan Rudi yang belum pernah ku lakukan dengan mantan suamiku dulu. Sensansi yang luar biasa aku dapatkan dari laki-laki ini, sentakannya sangat mantab dan sodokkan kontolnya sangat luar biasa
    “Rud… puaskan… puaskan… a.. ku… kontol… Ter… us… sh… ” kata-kataku tak terkontrol lagi karena tempikku merasakan hal yang sangat luar biasa dan belum pernah aku merasakan yang seperti ini. Akhirnya aku merasa kebelet pipis dan geli bercampur menjadi satu…
    “Aku… ae… kelu… ar Rud… ah..” Puas, aku puas! Jeritku dalam hati ini kontol yang aku harapkan setiap masturbasi, sementara Rudi tetap mengocok kontolnya sambil menahan tubuhku yang terasa lemas agar tak terjatuh,
    “Pepek kamu… mem… mang… enak… ach” akhirnya Rudi menarik kontolnya dari tempikku dan menyemprotkan Spermanya ke mukaku.
    “Ah… hangat… enakkan… Rud?” tampaknya tempikku memuaskan Rudi.

    Cahaya terang dari kamera yang merekam semua tadi tampak meng-close up muka ku yang tampak ceria!

    Akhirnya, aku menikmati semua ini, semua kulakukan dengan senang hati. Karena BuDhe adalah ketua dari semua pekerjaan ini dan Rifda dan Agatha adalah Teman SMPku, sehingga aku bekerja menjadi pemain film blue seperti yang dulu sering kulihat di keping VCD.

  • Cerita Sex Nafsu Tak Tertahankan

    Cerita Sex Nafsu Tak Tertahankan


    1584 views

    Perawanku – Intan merupakan seorang mahasiswi kedokteran dari sebuah universitas swasta di Yogyakarta yang terkenal
    memiliki banyak mahasiswi cantik-cantik serta seksi. Tidak hanya itu saja, disana juga banyak mahasiswi
    yang katanya bisa di-booking, walaupun dengan harga mahal tentunya. Intan sendiri merupakan mahasiswi
    kedokteran yang sebentar lagi akan melakukan praktek di daerah terpencil di daerah Purwokerto, Jawa
    Tengah.

    Intan mempunyai seorang pacar yang bernama Rangga, dia hanyalah seorang buruh pabrik, walaupun begitu
    tekad kerja keras untuk menjadi tulang punggung keluarganya-lah yang membuat Intan jatuh hati dan
    akhirnya bersedia menjadi pacarnya. Intan sendiri memakai hijab modern ketika keluar rumah, tapi tidak
    ketika bersama Rangga, seperti sore itu di kontrakan Rangga.

    “Aaaaaahhhhh.. uuhh.. Ranggaaa.. nikmatnya, sayangg!” teriakan dan desahan nikmat berasal dari bibir
    seorang calon dokter yang sehari-harinya berhijab, Intan.

    Dia sedang mendaki bukit kenikmatan bersama kekasihnya, Rangga. Seperti biasa, sore itu ketika semua
    teman Rangga pulang ke kampung halamannya masing-masing, dia mengayuh perahu birahi bersama Intan.

    “Uuuccchh.. memek kamu enak banget ngejepit kontol aku, sayangg.. uuchh!” Rangga hampir tidak tahan
    untuk menyemprotkan isi testisnya ketika Intan berkata,
    “Iya, kontol kamu juga nusuk banget ke dalem memek aku, bebbb!” Intan yang saat itu hanya tinggal
    memakai bra, masih menggoyang pantatnya di atas pangkuan Rangga.
    “Uuuhh.. kamu kuat banget sih, sayangg? Udah 15 menit belum keluar juga! Uuuhh!” Rambutnya yang tergerai
    panjang membuat kesan menggairahkan bagi Rangga.
    “Aku udah mau keluar, Yang! Uuuhh.. aku harus keluar dimana nih?” Rangga sudah sangat ingin mengeluarkan
    spermanya dari tadi pagi ketika melihat foto-foto selfie telanjang Intan yang dikirim via Line.
    “Di luar, Sayangg! Uhh.. aku masih masa subur soalnya nih. Uuhh.. bareng-bareng ya, sayangg!” Intan
    mengingatkan.

    Crott! Crott! Hampir lima kali semprotan sperma dari penis Rangga akhirnya jatuh ke atas perutnya
    sendiri ketika penisnya dikeluarkan dari vagina sempit Intan.

    Intan pun membantu dengan mengocok npenis Rangga agar semua isinya keluar, serta sesekali mengulumnya
    juga.

    “Uuuhh.. sayangku Intan, makasih ya buat ngentot sore ini. Uuuhh.. aku keluar banyak banget nih!” Rangga
    tidak sadar bahwa Intan hampir klimaks tapi belum mencapai puncak orgasme.  Agen Judi Bola

    Oleh karena itu, dia seolah tidak peduli ketika jatuh tertidur dan Intan mengocok vaginanya sendiri
    dengan dua jari tangannya sendiri.

    “Uuuhh.. uuhh.. Rangga, kontol kamu enak banget. Uuhh.. memekku bakal selalu kangen kontol kamu kalo aku
    udah di Purwokerto! Uuuhh.. kontol kamu boleh aku bawa gak? Uuuhh!” Itulah kebiasaan Intan untuk
    menaikkan birahinya, bicara kotor. Dan akhirnya,

    Crott! Crott Croootttt! Intan mencapai puncak orgasmenya dan ikut tidur di sebelah Rangga yang sudah
    terlelap lebih dulu. Intan tidak tersenyum.

    Keesokan harinya.. Intan terbangun dan memakai sebuah kemeja putih polos yang terlalu besar ukurannya
    karena itu punya Rangga, dan di dalamnya ia tidak memakai daleman. Dia menuju dapur dan mengambil minum
    ketika ada suara pintu diketuk.

    Tok! Tok! Tok! itu ternyata adalah Pak Jarwo, ketua RT disini. Intan mengenakan hotpants dan
    mengancingkan kemejanya sampai atas, dia lalu membuka pintu.

    “Iya, Pak Jarwo kan? Ada apa ya, Pak?”
    “Eh, ada mbak Intan. Begini, mbak, ada sesuatu yang harus dibicarakan. Boleh saya masuk? Mas Rangga-nya
    ada? Atau teman-temannya yang lain?”Bingunglah Intan untuk menjawab pertanyaan tersebut, kalau dibilang
    ada maka teman-teman Rangga akan dipanggil.

    Tapi kalau dijawab tidak ada, maka Intan dan Rangga akan langsung diarak keliling desa karena dituduh
    berbuat asusila. Mata Pak Jarwo pun tak pernah lepas dari paha putih milik Intan, wanita yang selama ini
    tertutup dan memakai hijab ternyata bisa menjadi binal juga, begitulah pikir Pak Jarwo.

    “Tidak ada, Pak.” akhirnya Intan menjawab dengan jujur. Pak Jarwo tersenyum licik.
    “Ah, begini… tadi malam ada laporan dari warga bahwa mbak Intan menginap berdua disini dengan mas
    Rangga.

    Sudah menjadi etika moral disini bahwa hal tersebut tidak diperbolehkan, bisa jadi fitnah bahkan bisa
    kita arak keliling desa.” Pak Jarwo menjelaskan duduk permasalahan dengan santai.

    “Iya, Pak, saya minta maaf. Lain kali tidak akan saya ulangi lagi.” Intan berusaha memilih kata-kata
    dengan hati-hati agar tidak salah ucap dan supaya kejadian kali ini tidak menjadi buah bibir masyarakat
    desa.
    “Oh ya, bapak mau minum apa? Saya bikinkan kopi ya,” Intan berusaha mengalihkan bahan pembicaraan.
    “Tapi ada beberapa syarat ketika mbak Intan ingin kejadian ini tidak menjadi besar, mungkin mbak Intan
    bisa buatkan saya kopi terlebih dahulu.” ujar ketua RT ini dengan begitu santainya.

    Intan pun berjalan menuju dapur diikuti ekor mata Pak Jarwo yang sudah sangat lapar untuk menyantap
    belahan pantat montok kepunyaannya. Diam-diam Pak Jarwo mengikuti Intan ke dapur, dan seketika itu pula
    mendekap Intan dari belakang dan menutup mulutnya.

    “Ini syarat pertama, saya mau kopi susu dan… susunya langsung dari sini.” Pak Jarwo mengelus pelan
    payudara Intan yang tidak ditutupi bra dan hanya dilapisi oleh kemeja tipis.

    Seketika Intan berusaha berontak, tapi apalah daya Intan melawan kekuatan Pak Jarwo. Intan juga takut
    Rangga terbangun dan memergoki mereka.

    “Hmm.. kamu memang binal, pagi-pagi sudah menggoda saya dengan tidak memakai bra dan celana pendek.”
    ujar Pak Jarwo.
    “Intan baru bangun tidur, Pak Jarwo.” Intan sudah memahami maksud dari Pak Jarwo yang mendekapnya saat
    ini dan mencoba santai.
    “Pak Jarwo mau pakai susu? Yang kanan apa yang kiri? Aahh..” kata Intan manja. Seketika itu juga Intan
    berubah menjadi sangat binal dengan harapan permainan ini cepat selesai.

    Mendengar Intan yang dipikirnya susah ditaklukan lalu menjadi seperti pelacur, tak ayal penis Pak Jarwo
    pun menegang kuat bahkan hampir keluar dari celana bahannya karena saking panjangnya.

    “Intan, Intan… kamu luarnya saja berhijab, mahasiswi kedokteran, tapi dalamnya tidak beda dengan para
    perek yang saya temui di jalanan. Kalau begitu langsung masuk ke syarat kedua, kamu harus menjadi budak
    seks saya.” kata Pak Jarwo sambil tangannya terus menerus meremas payudara besar milik Intan.

    “A-apa, Pak? Budak seks? Intan siap memberikan semuanya buat Pak Jarwo kok, Pak Jarwo bisa entot Intan
    dimanapun dan kapanpun. Uuuhh.. remas terus tetek Intan dong, Pak. Intan yakin kontol Pak Jarwo lebih
    bisa muasin memek Intan daripada kontol Rangga.. uuhh.. uuhh..” Intan semakin tidak bisa mengontrol
    kata-katanya ketika dia merasakan kerasnya penis Pak Jarwo yang sengaja digesekkan ke belahan pantatnya.

    “Oke, bawa kopi dan susunya ke ruang tamu. Kamu harus telanjang, hanya pakai handuk dan temui saya.
    Bisa?”

    Pak Jarwo dengan sangat jumawa memerintah Intan. Intan pun berbalik dan mengemuti jari-jari tangan Pak
    Jarwo sambil berkata dengan suara manja,

    “Apa pun yang Pak Jarwo mau dengan tubuh Intan, Intan akan berusaha muasin Pak Jarwo dan membuat Pak
    Jarwo setia sama memek Intan. Uuuhh.. Pak Jarwo tunggu aja di ruang tamu, yaa..” Usai berkata begitu,
    Pak Jarwo pun akhirnya meninggalkan Intan di dapur dan menuju ruang tamu.

    Intan sendiri masih merenung di dapur, dia bingung kenapa dia mau mengiyakan permintaan Pak Jarwo untuk
    melayaninya pagi ini padahal Rangga, kekasihnya yang tampan, masih tidur nyenyak di kamarnya. Tapi Intan
    tak ingin dia dan Rangga pada akhirnya dituduh berbuat asusila dan diarak keliling desa, mau ditaruh
    dimana harga diri dan nama baik keluarganya? Padahal sehari-harinya Intan memakai hijab.

    Banyak pertanyaan muncul di kepalanya saat itu. Satu hal yang membuat Intan akhirnya mantap menjadi
    budak seks Pak Jarwo mulai pagi ini adalah ukuran penis Pak Jarwo yang tadi digesekkan ke pantatnya,
    seakan membelai vagina dan lubang pantatnya. Intan seketika itu juga tersenyum dan membawa kopi panas ke
    ruang tamu.

    Cerita Sex Nafsu Tak Tertahankan

    Cerita Sex Nafsu Tak Tertahankan

    “Ini, Pak, kopinya. Intan mau siap-siap dulu, Pak Jarwo tunggu ya..” Sambil mengelus pantat Intan, Pak
    Jarwo berkata,
    “Iya, pelacur, jangan lama-lama ya.. saya tidak punya waktu banyak.” Pak Jarwo tersenyum menjijikkan.

    Intan pun berjalan menuju kamar tidur bsambil menggoyangkan pantat, mempertontonkan kemontokan tubuhnya
    pada Pak Jarwo. Sampai di depan pintu, ia menengok ke belakang dan dengan kerlingan mata nakal, Intan
    menjilat bibirnya sendiri. Uuuh! Penis milik Pak Jarwo sudah tidak tahan ingin segera mencoblos vagina
    Intan saat itu juga, tapi Pak Jarwo masih bersabar. Tak berapa lama kemudian, Intan keluar hanya dengan
    memakai handuk. Ia berjalan menuju ruang tamu dan duduk menyamping di pangkuan Pak Jarwo.

    “Pejantannya Intan, nih maunya udah diturutin. Sekarang Pak RT cabul ini mau apalagi?” Intan berusaha
    menjadi pelacur yang baik walau dalam hatinya masih ada sedikit keraguan.

    Pak Jarwo yang ditanya seperti itu malah semakin memuncak birahinya, tapi memang beliau adalah pria yang
    sudah sangat matang, tidak mau terburu-buru.

    Maka sambil mengelus lengan Intan yang terbuka, ia berkata,

    “Sekarang berdiri di hadapan saya, buka handuknya, terus rentangkan sambil kamu duduk di pangkuan saya
    sekarang. Ayo lakukan!!” Intan segera berdiri, membuka lipatan handuknya dan memperlihatkan vaginanya
    yang tercukur rapi serta payudaranya yang montok dengan putingnya yang berwarna pink mencuat ke atas,
    tanda dia sendiri pun sebenarnya dalam kondisi terangsang.

    Perlahan-lahan dengan menyunggingkan senyum nakal, Intan duduk di pangkuan Pak Jarwo.

    “Hmm.. bapak ini banyak maunya deh, aku juga paham kok caranya muasin tua bandot mesum kayak bapak.
    Bapak tenang aja ya..” Sehabis berkata begitu, Intan perlahan mendekatkan bibirnya yang ranum ke telinga
    Pak Jarwo,
    “Jangan selesai terlalu cepat ya, suamiku sayang.” Intan berbisik dengan begitu mesra dan itu membuat
    jantung Pak Jarwo semakin berdetak kencang.

    Intan mengulum telinga Pak Jarwo dengan pelan dan mesra, dengan tangan masih memegang handuk dan memeluk
    leher Pak Jarwo, seakan-akan mereka tak ingin terlihat orang lain. Pak Jarwo pun tersenyum licik,
    menyadari ketidakpercayaannya bagaimana begitu mudah ia menaklukkan mahasiswi kedokteran yang sehari-
    harinya berjilbab ini. Dengan tangannya yang kasar, Pak Jarwo mengelusi buah dada Intan yang hanya bisa
    dibayangkannya selama ini.

    “Uuuhh.. Pak Jarwo nakal ya tangannya. Kok cuma dielus sih, Pak? Diremes juga dong, ini kan punya bapak
    sekarang. Hihi,” Intan pun mulai terbawa arus birahi ketika bibirnya menyentuh bibir Pak Jarwo yang
    kental dengan bau tembakau,

    tapi itu malah menambah gairahnya untuk mengulum bibir pejantan tuanya.

    “Uuhh.. hmm.. mmhh.. hmm.. uuhh.. Pak Jarwo lebih aktif dong! Uuuhh.. hmm.. mmhh..” Lidah mereka berdua
    saling bertautan, beradu seakan saling mendorong keluar.

    Kecipak suara mereka juga sangat keras karena Pak Jarwo sangat menyukai seks yang sedikit kasar dan
    berisik, maka dia coba meludahi mulut Intan dan Intan dengan sangat setia menelan semua air liur Pak
    Jarwo.

    Pak Jarwo meremas payudara Intan dengan sedikit kasar, membuat Intan melenguh nikmat. Jari-jari tua itu
    mulai
    memilin puting mahasiswi kedokteran tersebut, pegangan tangan Intan pada handuk pun lepas karena Intan
    tidak
    tahan dengan sentuhan-sentuhan tangan Pak RT tersebut. Tangan Intan mengelus rambut Pak Jarwo yang
    sudah memutih dengan penuh rasa sayang.

    “Uuuhh.. Pak Jarwooo.. bapak pasti udah lama gak ngerasain tubuh montok kayak Intan ya? Intan pagi ini
    jadi istri bapak deh, Intan akan bikin bapak ngerasain surga dunia ya.. uuhh..” Intan menarik kepala Pak
    Jarwo menuju payudaranya, berharap putingnya diemut bibir tua namun menggairahkan tersebut.

    “Hmm.. umm.. mmm.. puting kamu memang manis, sama seperti orangnya. Hihi..” Pak Jarwo mencolek dagu
    Intan sehingga pipi Intan pun semakin memerah mendengar pujian tersebut.

    Pak Jarwo terus mengemuti puting Intan dan akhirnya.. mencupang payudara Intan dengan keras dan berisik.

    “Auuuww!! Pak Jarwo, pelan-pelan dong ah. Intan gak mau Rangga sampe bangun, nanti Intan gak ngerasain
    kontol Pak Jarwo pagi ini..” PakJarwo melempar handuk yang tadi dipakai Intan, meremas pantat gadis itu
    dan menciumi lehernya.

    Pak Jarwo berubah menjadi beringas karena ia sebenernya sudah tidak tahan dengan segala kata-kata yang
    keluar dari mulut Intan saat ini.

    Intan melenguh menahan desahannya yang sebenarnya sudah tidak tertahankan, ia baru ingat bahwa ia lupa
    mengunci pintu kamarnya dan Rangga bisa keluar sewaktu-waktu. Tapi rasa takut ketahuan malah membuat
    birahinya makin meningkat. Intan berusaha melepaskan kancing-kancing kemeja Pak Jarwo saat lidah laki-
    laki itu semakin ganas melumuri lehernya dengan air liur. Intan melempar kemeja Pak Jarwo entah kemana,
    ia begitu kagum melihat dada bidang Pak Jarwo yang sedikit berbulu.

    “Aaaahh.. Pak Jarwo, biarkan saya yang bekerja melayani bapak ya..” Intan tersenyum manja dan turun dari
    pangkuan Pak Jarwo secara perlahan sambil menciumi leher lelaki tua itu.
    “Aaahh.. Intan, kamu memang pintar sekali memainkan lidahmu di kulit bapak, uuhh!” Pak Jarwo baru kali
    ini dimanjakan oleh lidah seorang perempuan, apalagi ketika ciuman Intan turun menuju putingnya. Gadis
    itu mencium, menjilat dan sedikit menggigit puting Pak Jarwo.  Agen Judi Bola

    Birahi Intan sudah tak tertahankan lagi, ia sudah bertransformasi menjadi layaknya pelacur jalanan yang
    menghamba pada kenikmatan seksual. Ciumannya kembali turun menuju perut Pak Jarwo yang sudah sedikit
    membuncit, walau begitu sisa-sisa hasil fitness zaman dulu masih terlihat samar. Hmm.. dengan sedikit
    tergesa-gesa, Intan mencoba melepas ikat pinggang dan celana panjang milik Pak Jarwo, ia sendiri tidak
    sabar untuk memanjakan kontol yang tadi digesekkan ke belahan pantatnya.

    “Pak Jarwo..” Intan memanggil nama ketua RT tersebut sambil mendesah dan mengerlingkan matanya dengan
    nakal, tangannya meremas penis Pak Jarwo sambil menciuminya dari luar celana dalam.

    Ah, bagai mimpi jadi kenyataan bagi Pak Jarwo sendiri, ia bisa mengelusi rambut seorang Intan yang
    sedang membuka celana dalamnya dan akhirnya mengelus penisnya. Kulit bertemu kulit. Bagaikan adegan film
    slow motion, Intan mengecup pelan kepala penis Pak Jarwo.

    Cup! Lalu ia mulai menjilati pinggiran penis Pak Jarwo, masih dengan gerakan yang lambat karena Intan
    ingin meresapi rasa penis yang mungkin akan menjadi penis favoritnya untuk selamanya. Intan menjilat
    penis Pak Jarwo senti demi senti, sambil menutup matanya bagaikan mencoba pertama kali es krim coklat
    kesukaannya saat SD.

    “Hmm.. mmhh.. umm.. Intan suka rasa Pak Jarwo, mulut ini bakal selalu kangen disentuh kontol Pak Jarwo,
    hmm.. mmm..” Penis Pak Jarwo makin tegang mendengar Intan berkata kotor seperti itu.

    Mulailah Intan memasukkan semua bagian penis Pak Jarwo setelah dirasa cukup basah oleh liurnya.
    Perlahan, sangat pelan, Intan memasukkan semua ke dalam mulutnya, ia ingin penis tersebut menyentuh
    ujung tenggorokannya. Lalu juga dengan pelan sekali, Intan melepaskan penis tersebut.

    Cup! Penis tersebut sudah begitu tegang ketika pada akhirnya Intan menghisapnya, dari pelan perlahan
    menjadi semakin cepat, cepat dan semakin cepat.

    “Uhh.. hmm.. mmhh.. hmm.. Pak Jarwo.. hmm.. mmhh!!”
    “Iya, mbak Intan? Kontol saya sepertinya jodoh sama mulut mbak, hehe..”

    Tapi Pak Jarwo tetaplah seorang pria tua, ia tak akan tahan kalau begini terus. Maka dari itu sebelum
    spermanya keluar, segera ia membangunkan Intan dan menyuruh gadis itu kembali dipangku olehnya untuk
    mulai memasukkan penis ke dalam liang vagina Intan yang sudah begitu basah. Intan juga berpikir kalau
    lama-lama, Rangga bisa bangun dan memergokinya bergumul mesra dengan Pak Jarwo. Maka Intan pun naik dan
    duduk di pangkuan Pak Jarwo, tangannya yang lembut memegang dan mengarahkan penis Pak Jarwo ke dekat
    bibir vaginanya.

    “Uuuhh.. Pak Jarwo.. puaskan saya ya, Pak.. cup!” Intan mencium pipi keriput Pak Jarwo dan menurunkan
    tubuhnya perlahan-lahan supaya penis Pak Jarwo bisa masuk secara sempurna ke dalam lorong vaginanya.
    “Hhhh… saya tidak menyangka bisa ngentot sama mbak Intan. Tenang aja, bukan Jarwo namanya kalau gak bisa
    muasin memek perempuan, hehe..” Pak Jarwo membantu dengan menaikkan pinggulnya guna menyambut pantat
    Intan yang semakin turun menyelimuti penisnya dengan kehangatan liang vaginanya.
    “Uuhh.. hhh.. mmhh.. uuhh!!” Intan mulai mendesah ketika ia mulai memompa penis Pak Jarwo dengan vagina
    sempitnya yang bak perawan. Sambil menggenjot, ia meremas rambut Pak Jarwo dan menciumi pipinya.
    “Aahh.. mbak Intan! Uuhh.. uuhh.. memek mbak enak banget, belum pernah saya menikmati memek seperti ini,
    uuhh!”

    Darah tua Pak Jarwo mulai berganti menjadi darah muda kembali, tangannya mengelus punggung dan pantat
    Intan yang sedikit demi sedikit mulai berkeringat. Kecipak pertemuan penis dan vagina perempuan dan
    lelaki berbeda usia ini begitu berisik, untung saja Rangga memang terbiasa bangun siang karena ini hari
    Minggu. Intan yang mengetahui hal itu menerima saja tumbukan penis di vagina yang sehari-harinya hanya
    diisi oleh penis kekasihnya.

    “Uuuhh.. teruusshh, Pak Jarwoo.. kontol bapak memang tidak ada duanyaaa!!” Selesai berkata seperti itu,
    bibir Intan mencium, mengulum bahkan seperti akan memakan bibir Pak Jarwo, begitu ganas, liar dan
    beringas.

    Intan terbiasa menerima perlakuan seksual yang lembut dari Rangga, tapi sekarang ia menjadi liar karena
    kenikmatan yang kelewat batas.

    “Uuuhh.. uuuhh.. mbak Intan! Ayo ganti gaya, saya mau mbak nungging, saya mau doggy style! Uuhh.. hhhh!”
    Pak Jarwo merasa bahwa ia harus mengeluarkan spermanya di vagina Intan, kalau bisa menghamilinya. Intan
    akhirnya turun dari pangkuan Pak Jarwo dan dengan berpegangan pada sofa, ia menunggingkan pantatnya yang
    montok ke arah Pak Jarwo.

    Pak Jarwo berdiri dan mencoba memasukkannya ke vagina Intan saat tiba-tiba ia berkata,

    “Mbak Intan yang binal, rayu kontol saya biar mau masuk ke memek mbak dong, hehe..” Dia tersenyum
    menjijikkan.
    “Uuhh.. Pak Jarwo.” Intan mendesah sambil menggoyangkan pantatnya seakan menyambut penis Pak Jarwo yang
    semakin mendekat ke liang vaginanya.
    “Ayo dong kontolku sayang, masuk ke memek aku. Aku udah gak tahan banget pengen disodok sama kamu, terus
    disemprot pake peju, uuhh!” Intan berkata dengan manja sambil memperlihatkan muka sayu,

    menggigit jarinya sendiri dan itu cukup membuat Pak Jarwo kembali menusukkan penisnya ke vagina Intan
    dengan ganas!

    “Uuuhh.. uuhh.. dasar perek nakal! Mahasiswi emang semuanya bisa dipake! Uuhh.. uuhh! Ini bapak entot!
    Uuuhh!” Pak Jarwo menggenjot vagina Intan dengan ganas,

    sambil menampar pantat gadis itu sampai memerah.

    ”Uhh! Uhh! Uuhh! Uuhh!” desahan mereka bsaling bersahutan tetapi tetap berusaha untuk tidak terlalu
    keras.

    Intan juga ikut menggoyangkan pantatnya dan mencari kenikmatan dengan menggosok kelentitnya sendiri
    menggunakan jari-jarinya.

    “Uuuhh.. uuuhh.. terus, Pak Jarwooo!! bSudah hampir setengah jam berlalu, bapak belum keluar juga!
    Uuhhh!” Intan
    terus mendesah,

    sebentar lagi ia akan mencapai klimaksnya!

    “Aaahhh.. Pak Jarwoo!! Saya keluaarrrrr!! Aaahhhhh!!” Intan mendorong pantatnya ke belakang dengan
    keras, ia ingin penis Pak Jarwo menyentuh ujung rahimnya.
    “Aaaahhhhh.. nikmatnya, Pak Jarwo.. aahhh.. bapak belum keluar ya? Yuk keluarin aja, Pak, di dalem juga
    gak papa. Hehe..” Kata-kata Intan yang menggoda membuat Pak Jarwo tidak sabar menyirami vagina mahasiswi
    kedokteran ini dengan spermanya.
    “Aaahh.. aahhh!” Pak Jarwo semakin ganas menusuk vagina Intan sampai suara tumbukan antara pantat Intan
    dan pinggul Pak Jarwo semakin berisik, untung saja tidak berapa lama kemudian Pak Jarwo merasa bahwa
    spermanya telah berada di ujung penis dan siap buntuk ditembakkan.
    “Aaahh.. aaahhh! Memek mbak enak banget! Sumpah saya ndak bohong! Aaahhh.. uuuhh.. saya keluar yaaa..
    aaaaaaaaahhhhhhhhh!!!” Dengan satu lolongan kuat dan dorongan yang kuat akhirnya sperma Pak Jarwo
    meluncur masuk ke dalam rahim Intan.
    “Aaaahhh.. akhirnya saya bisa puas ngentot sama memek perempuan kayak kamu, uuhh..” Jatuhlah tubuh tua
    namun masih bertenaga milik Pak Jarwo ke sofa, ia masih menutup mata dan terengah- engah.

    Belum benar-benar bangun dari kenikmatan surgawi yang baru ia rasakan. Intan sendiri juga ikut menyusul
    merebahkan dirinya di atas tubuh Pak Jarwo, ia bersandar pada dada bidang laki-laki itu sambil memainkan
    penis Pak Jarwo yang masih sedikit tegang namun
    sangat basah.

    “Hmm.. saya puas banget bisa main sama Pak Jarwo.. hmm, kontol bapak sekarang bebas keluar masuk memek
    saya deh.. oke pejantanku sayang?” Intan sekarang benar-benar manja dan terlihat tidak mau melepas penis
    milik Pak Jarwo,

    ia sudah takluk dan menghamba pada kenikmatan seksual yang diberikan oleh Pak Jarwo.

    “Iya, mbak, saya juga puas banget. Hhmm.. ya sudah, pokoknya mbak harus janji selalu sedia memek setiap
    kali saya sange ya, mbak.. hehe, cup!” Pak Jarwo mengecup kening Intan, membuat perempuan itu semakin
    terbang melayang.

    Akhirnya Pak Jarwo memakai kembali pakaiannya dan pergi dari kontrakan Rangga sebelum hari makin siang
    dan Rangga kembali terbangun. Sebelumnya, Pak Jarwo dan Intan sempat bertukar liur sebelum mereka
    berpisah. Ah, hari yang indah! Intan akhirnya mandi dan pulang meninggalkan Rangga yang sebenarnya..
    berpura-pura tidur!!

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Nafsuku Di Puaskan Anak Sulung

    Cerita Sex Nafsuku Di Puaskan Anak Sulung


    785 views

    Perawanku – Cerita Sex Nafsuku Di Puaskan Anak Sulung, Bukan salahku kalau aku masih menggebu-gebu dalam berhubungan seks. Sayangnya suamiku sudah uzur, kami beda umur hampir 15 tahun, sehingga dia tidak lagi dapat memberi kepuasan kepadaku. Dan bukan salahku pula kemudian aku mencari pelampiasan pada pria-pria muda di luar, untuk memenuhi hasrat seks-ku yang kian menggebu di usia kepala 3 ini.

    Namun sepandai-pandainya aku berselingkuh akhirnya ketahuan juga. Suamiku marah bukan kepalang memergoki aku berpelukan dengan seorang pria muda sambil telanjang bulat di sebuah motel. Dan ultimatum pun keluar dari suamiku. Disinilah cerita ewe ini dimulai.

    Aku dilarang olehnya beraktivitas di luar rumah tanpa pengawalan. Entah itu dengan suamiku ataupun kedua anakku. Tak sedikitpun aku lepas dari pengawasan mereka bertiga. Secara bergantian ketiganya mengawasiku. Tommy anak sulungku yang baru masuk kuliah dapat giliran mengawasi di pagi hari karena dia masuk siang.

    Siangnya giliran Bagus yang duduk di kelas dua SMA, untuk mengawasiku. Dan malamnya suamiku kena giliran. Tentu saja aktivitas seks-ku pun terganggu total. Hasratku sering tak terlampiaskan, akibatnya aku sering uring-uringan. Memang sih aku bisa masturbasi, tapi kurang nikmat. Dua minggu berlalu aku masih bisa menahan diri.

    Sebulan berlalu aku sudah stres berat. Bahkan frekuensi masturbasiku terus bertambah, sampai pernah sehari 10 kali kulakukan. Tapi tetap saja tak pernah mencapai kepuasan yang total. Aku masih butuh kemaluan laki-laki!

    Seperti pada pagi hari Senin, saat bangun pagi jam 8 rumah sudah sepi. Suamiku dan Bagus sudah pergi, dan tinggal Tommy yang ada di bawah. Aku masih belum bangkit dari tempat tidurku, masih malas-malasan untuk bangun.

    Tiba-tiba aku tersentak karena merasa darahku mengalir dengan cepat. Ini memang kebiasaanku saat bangun pagi, nafsu seks-ku muncul. Sebisanya kutahan-tahan, tapi selangkanganku sudah basah kuyup. Aku pun segera melorotkan CD-ku dan langsung menyusupkan dua jari tangan kananku ke lubang kemaluanku.

    Aku mendesis pelan saat kedua jari itu masuk, terus kukeluar-masukkan dengan pelan tapi pasti. Aku masih asyik bermasturbasi, tanpa menyadari ada sesosok tubuh yang sedang memperhatikan kelakuanku dari pintu kamar yang terbuka lebar. Dan saat mukaku menghadap ke pintu aku terkejut melihat Tommy, anak sulungku, sedang memperhatikanku bermasturbasi.

    Tapi anehnya aku tidak kelihatan marah sama sekali, tangan kanan masih terus memainkan kemaluanku, dan aku malah mendesah keras sambil mengeluarkan lidahku. Dan Tommy tampak tenang-tenang saja melihat kelakuanku.

    Aku jadi salah tingkah, tapi merasakan liang vagina yang makin basah saja, aku turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah Tommy. Anak sulungku itu masih tenang-tenang saja, padahal saat turun dari tempat tidur aku sudah melepas pakaian dan kini telanjang bulat. Aku yang sudah terbuai oleh nafsu seks tak mempedulikan statusku lagi sebagai mamanya.

    Saat kami berhadapan tangan kanan langsung meraba selangkangan anak sulungku itu.

    “Bercintalah dengan Mama, Tommy!” pintaku sambil mengelus-elus selangkangan Tommy yang sudah tegang.

    Tommy tersenyum, “Mama tahu, sejak Tommy berumur 17 Tommy sudah sering membayangkan bagaimana nikmatnya kalo Tommy bercinta dengan Mama…”

    Aku terperangah mendengar omongannya.

    “Dan sering kalo Mama tidur, Tommy telanjangin bagian bawah Mama serta menjilatin kemaluan Mama.”

    Aku tak percaya mendengar perkataan anak sulungku ini.

    “Dan kini dengan senang hati Tommy akan entot Mama sampai Mama puas!”.

    Tommy langsung memegang daguku dan mencium bibirku dan melumatnya dengan penuh nafsu. Lidahnya menyelusuri rongga mulutku dengan ganas. Sementara kedua tangannya bergerilya ke mana-mana, tangan kiri meremas-remas payudaraku dengan lembut sementara tangan kanannya mengelus permukaan kemaluanku. Aku langsung pasrah diperlakukan anakku sedemikian rupa, hanya sanggup mendesah dan menjerit kecil. Puas berciuman, Tommy melanjutkan sasarannya ke kedua payudaraku.

    Kedua puting susuku yang waktu kecil pernah Tommy hisap, kembali dihisap anak sulungku itu dengan lembut. Kedua permukaan payudaraku dijilati sampai mengkilat, dan aku sedikit menjerit kecil saat putingku digigitnya pelan namun mesra. Aduh, tak henti-hentinya aku mendesah akibat perlakuan Tommy.

    Ciuman Tommy berlanjut ke perut, dan anakku itu pun berjongkok sementara aku tetap berdiri. Aku tahu apa yang akan Tommy lakukan dan ini adalah bagian di mana aku sering orgasme. Yah, aku paling tak tahan kalau kemaluanku di oral seks.

    Tommy tersenyum sebentar ke arahku, sebelum mulutnya mencium permukaan lubang tempat di mana dia dulu pernah keluar. Lidahnya pun menari-nari di liang vagina mamanya, membuatku melonjak bagai tersetrum. Kedua tanganku terus memegangi kepalanya yang tenggelam di selangkanganku, saat lidahnya menjilati klitorisku dengan lembut.

    Dan benar saja, tak lama kemudian tubuhku mengejang dengan hebatnya dan desahanku semakin keras terdengar. Tommy tak peduli, anak sulungku itu terus menjilati kemaluanku yang memuncratkan cairan-cairan kental saat aku berorgasme tadi.

    Aku yang kelelahan langsung menuju tempat tidur dan tidur telentang. Tommy tersenyum lagi. Anakku itu kini melucuti pakaiannya sendiri dan siap untuk menyetubuhi mamanya dengan penisnya yang telah tegang. Tommy bersiap memasukkan penisnya ke lubang vaginaku, dan aku menahannya, “Tunggu sayang, biar Mama kulum burungmu itu sebentar.”

    Tommy menurut, di sodorkannya penis yang besar dan keras itu ke arah mulutku yang langsung mengulumnya dengan penuh semangat. Penis anakku itu kini kumasukkan seluruhnya ke dalam mulutku sementara anakku membelai rambutku dengan rasa sayang. Batangnya yang keras kujilati hingga mengkilap.

    “Sekarang kau boleh entot kemaluan Mama, Tom..” kataku setelah puas mengulum penisnya. Anakku itu mengangguk. Penisnya segera dibimbing anakku menuju lubang kemaluan tempat Tommy lahir. Vaginaku yang basah kuyup memudahkan penis Tommy untuk masuk ke dalam dengan mulus.

    “Ahh.. Tomm!” aku mendesah saat penis Tommy amblas dalam kemaluanku. Tommy lalu langsung menggenjot tubuhnya dengan cepat, lalu berubah lambat tapi pasti. Diperlakukan begitu kepalaku berputar-putar saking nikmatnya.

    Apalagi Tommy seringkali membiarkan kepala penisnya menggesek-gesek permukaan kemaluanku sehingga aku kegelian. Berbagai macam posisi diperagakan oleh Tommy, mulai dari gaya anjing sampai tradisional membuatku orgasme berkali-kali.

    Tapi anak sulungku itu belum juga ejakulasi membuatku penasaran dan bangga. Ini baru anak yang perkasa. Dan baru saat aku berada di atas tubuhnya, Tommy mulai kewalahan. Goyangan pinggulku langsung memacunya untuk mencapai puncak kenikmatan.

    Dan saat Tommy memeluk dengan erat, saat itu pula air mani anak sulungku itu membasahi kemaluanku dengan derasnya, membuatku kembali orgasme untuk yang kesekian kalinya. Selangkanganku kini sudah banjir tidak karuan bercampur aduk antara mani Tommy dengan cairanku sendiri. Tommy masih memelukku dan mencium bibirku dengan lembut.

    Dan kami terus bermain cinta sampai siang dan baru berhenti saat Bagus pulang dari sekolah. Sejak saat itu aku tak lagi stress karena sudah mendapat pelampiasan dari anakku. Setiap saat aku selalu dapat memuaskan nafsuku yang begitu besar.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Nafsuku Di Puaskan Oleh Anak Bungsu ku

    Cerita Sex Nafsuku Di Puaskan Oleh Anak Bungsu ku


    902 views

    Perawanku – Cerita Sex Nafsuku Di Puaskan Oleh Anak Bungsu ku, Bukan salahku bila aku masih menggebu-gebu dalam bersangkutan seks, Sayangnya suamiku telah uzur, kami lain umur nyaris 15 tahun, sampai-sampai dia bukan lagi dapat memberi kepuasan kepadaku. Dan bukan salahku pula lantas aku menggali pelampiasan pada pria-pria muda di luar, untuk mengisi hasrat seks-ku yang makin menggebu di umur kepala 3 ini.

    Namun sepandai-pandainya aku berselingkuh kesudahannya ketahuan juga. Suamiku marah bukan kepalang memergoki aku berdekapan dengan seorang lelaki muda seraya telanjang bulat di suatu motel. Dan ultimatum pun terbit dari suamiku. Disinilah kisah ewe ini dimulai.

    Aku dilarang olehnya beraktivitas di luar lokasi tinggal tanpa pengawalan. Entah tersebut dengan suamiku ataupun kedua anakku. Tak sedikitpun aku lepas dari pemantauan mereka bertiga. Secara bergantian ketiganya mengawasiku. Tommy anak sulungku yang baru masuk kuliah bisa giliran memantau di pagi hari sebab dia masuk siang.

    Siangnya giliran Bagus yang duduk di ruang belajar dua SMA, guna mengawasiku. Dan malamnya suamiku kena giliran. Tentu saja kegiatan seks-ku juga terganggu total. Hasratku tidak jarang tak terlampiaskan, akibatnya aku tidak jarang uring-uringan. Memang sih aku dapat masturbasi, tapi tidak cukup nikmat. Dua minggu selesai aku masih dapat menahan diri.

    Sebulan selesai aku telah stres berat. Bahkan frekuensi masturbasiku terus bertambah, hingga pernah sehari 10 kali kulakukan. Tapi tetap saja tak pernah menjangkau kepuasan yang total. Aku masih perlu kemaluan laki-laki!

    Seperti pada pagi hari Senin, ketika bangun pagi jam 8 lokasi tinggal sudah sepi. Suamiku dan Bagus telah pergi, dan bermukim Tommy yang terdapat di bawah. Aku masih belum bangkit dari lokasi tidurku, masih malas-malasan guna bangun.

    Tiba-tiba aku tersentak sebab merasa darahku mengalir dengan cepat. Ini memang kebiasaanku ketika bangun pagi, nafsu seks-ku muncul. Sebisanya kutahan-tahan, namun selangkanganku telah basah kuyup. Aku juga segera melorotkan CD-ku dan langsung menyusupkan dua jari tangan kananku ke lubang kemaluanku.

    Aku mendesis pelan ketika kedua jari tersebut masuk, terus kukeluar-masukkan dengan pelan namun pasti. Aku masih asyik bermasturbasi, tanpa menyadari terdapat sesosok tubuh yang sedang menyimak kelakuanku dari pintu kamar yang tersingkap lebar. Dan ketika mukaku menghadap ke pintu aku terkejut menyaksikan Tommy, anak sulungku, sedang memperhatikanku bermasturbasi.

    Tapi herannya aku tidak kelihatan marah sama sekali, tangan kanan masih terus memainkan kemaluanku, dan aku justeru mendesah keras sambil menerbitkan lidahku. Dan Tommy terlihat tenang-tenang saja menyaksikan kelakuanku.

    Aku jadi salah tingkah, tapi menikmati liang vagina yang kian basah saja, aku turun dari lokasi tidur dan berlangsung ke arah Tommy. Anak sulungku tersebut masih tenang-tenang saja, sebenarnya saat turun dari lokasi tidur aku telah melepas pakaian dan sekarang telanjang bulat. Aku yang telah terbuai oleh nafsu seks tak mempedulikan statusku lagi sebagai mamanya.

    Saat kami berhadapan tangan kanan langsung meraba selangkangan anak sulungku itu.

    “Bercintalah dengan Mama, Tommy!” pintaku seraya mengelus-elus selangkangan Tommy yang telah tegang.

    Tommy tersenyum, “Mama tahu, semenjak Tommy berumur 17 Tommy telah sering menginginkan bagaimana nikmatnya kalo Tommy bercinta dengan Mama…”

    Aku terperangah mendengar omongannya.

    “Dan tidak jarang kalo Mama tidur, Tommy telanjangin unsur bawah Mama serta menjilatin kemaluan Mama.”

    Aku tak percaya mendengar ucapan anak sulungku ini.

    “Dan sekarang dengan senang hati Tommy bakal entot Mama hingga Mama puas!”.

    Tommy langsung memegang daguku dan menghirup bibirku dan melumatnya dengan sarat nafsu. Lidahnya menyelusuri rongga mulutku dengan ganas. Sementara kedua tangannya bergerilya ke mana-mana, tangan kiri meremas-remas payudaraku dengan lembut sedangkan tangan kanannya membelai permukaan kemaluanku. Aku langsung pasrah diperlakukan anakku sedemikian rupa, melulu sanggup mendesah dan menjerit kecil. Puas berciuman, Tommy melanjutkan sasarannya ke kedua payudaraku.

    Kedua puting susuku yang masa-masa kecil pernah Tommy hisap, pulang dihisap anak sulungku tersebut dengan lembut. Kedua permukaan payudaraku dijilati hingga mengkilat, dan aku tidak banyak menjerit kecil ketika putingku digigitnya pelan tetapi mesra. Aduh, tak henti-hentinya aku mendesah dampak perlakuan Tommy.

    Ciuman Tommy berlanjut ke perut, dan anakku tersebut pun berjongkok sedangkan aku tetap berdiri. Aku tahu apa yang bakal Tommy kerjakan dan ini ialah bagian di mana aku tidak jarang orgasme. Yah, aku sangat tak tahan bila kemaluanku di oral seks.

    Tommy tersenyum sebentar ke arahku, sebelum mulutnya menghirup permukaan lubang lokasi di mana dia dulu pernah keluar. Lidahnya juga menari-nari di liang vagina mamanya, membuatku melonjak laksana tersetrum. Kedua tanganku terus memegangi kepalanya yang terbenam di selangkanganku, ketika lidahnya menjilati klitorisku dengan lembut.

    Dan benar saja, tak lama lantas tubuhku mengejang dengan hebatnya dan desahanku semakin keras terdengar. Tommy tak peduli, anak sulungku tersebut terus menjilati kemaluanku yang memuncratkan cairan-cairan kental ketika aku berorgasme tadi.

    Aku yang keletihan langsung mengarah ke tempat istirahat dan istirahat telentang. Tommy tersenyum lagi. Anakku tersebut kini melucuti pakaiannya sendiri dan siap guna menyetubuhi mamanya dengan penisnya yang sudah tegang. Tommy bersiap memasukkan penisnya ke lubang vaginaku, dan aku menahannya, “Tunggu sayang, biar Mama kulum burungmu tersebut sebentar.”

    Tommy menurut, di sodorkannya penis yang besar dan keras tersebut ke arah mulutku yang langsung mengulumnya dengan sarat semangat. Penis anakku tersebut kini kumasukkan seluruhnya ke dalam mulutku sedangkan anakku mengelus rambutku dengan rasa sayang. Batangnya yang keras kujilati sampai mengkilap.

    “Sekarang kau boleh entot kemaluan Mama, Tom..” kataku sesudah puas mengulum penisnya. Anakku tersebut mengangguk. Penisnya segera dituntun anakku mengarah ke lubang kemaluan lokasi Tommy lahir. Vaginaku yang basah kuyup mempermudah penis Tommy guna masuk ke dalam dengan mulus.

    “Ahh.. Tomm!” aku mendesah ketika penis Tommy amblas dalam kemaluanku. Tommy kemudian langsung menggenjot tubuhnya dengan cepat, kemudian berubah lambat namun pasti. Diperlakukan begitu kepalaku berputar-putar saking nikmatnya.

    Apalagi Tommy seringkali tidak mempedulikan kepala penisnya menggesek-gesek permukaan kemaluanku sampai-sampai aku kegelian. Berbagai macam posisi diperagakan oleh Tommy, mulai dari gaya anjing hingga tradisional membuatku orgasme berkali-kali.

    Tapi anak sulungku tersebut belum pun ejakulasi membuatku penasaran dan bangga. Ini baru anak yang perkasa. Dan baru ketika aku sedang di atas tubuhnya, Tommy mulai kewalahan. Goyangan pinggulku langsung memacunya untuk menjangkau puncak kenikmatan.

    Dan ketika Tommy mendekap dengan erat, saat tersebut pula air mani anak sulungku tersebut membasahi kemaluanku dengan derasnya, membuatku pulang orgasme guna yang kesekian kalinya. Selangkanganku sekarang sudah banjir tidak karuan bercampur aduk antara mani Tommy dengan cairanku sendiri. Tommy masih memelukku dan menghirup bibirku dengan lembut.

    Dan kami terus bermain cinta hingga siang dan baru berhenti ketika Bagus kembali dari sekolah. Sejak saat tersebut aku tak lagi stress sebab sudah mendapat pelampiasan dari anakku. Setiap ketika aku tidak jarang kali dapat memuaskan nafsuku yang begitu besar.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Nafsuku Sudah Tak Tertahankan

    Cerita Sex Nafsuku Sudah Tak Tertahankan


    803 views

    Perawanku – Aku senang sekali karena setahun ini kami berumah tangga kehidupan di keluarga kami sangat indah berjalan dengan baik tanpa masalah, nama aku Santi umurku 22 tahun aku seorang lulusan D3 setelah lulus aku langsung diterima di sebuah instansi di Solo, kulitku putih dan bersih tinggiku 170 cm dan berat badanku 50 kg ukuran buah dadaku 34b.
    Suamiku Ardi umurnya lebih tua dari ku 3 tahun dia berumur 25 tahun bergelar sarjana S1 ia bekerja di bidangnya yaitu tata kota, suamiku ini sangat perhatian dan sabar soal hubungan kami di rranjang juga tidak masalah mungkin kita lakukan seminggu 2 kali.

    Hanya saja , jika hasrat saya sedang meninggi ,dan Ardi menolak berhubungan badan dengan alasan lelah , itu membuat saya kecewa. Memang saya akui kalau soal yang satu ini , saya lebih agresive .
    Bila Ardi sudah berkata, “Kita tidur ya,” maka saya pun menganggukkan kepala meski saat itu mata saya masih belum mengantuk.

    Akibatnya, tergolek disamping tubuh suami , dengan mata yang masih nyalang itu, saya sering , menghayal. Menghayalkan banyak hal. Tentang jabatan di kantor, tentang anak, tentang hari esok , sampai tentang ranjang.

    Seperti cerita Ani atau Indah di kantor, yang setiap pagi selalu punya cerita menarik tentang apa yang mereka perbuat dengan suami mereka pada malamnya.

    Kalau sudah begini , tanpa saya sadar , vagina saya mulai berlendir . Untuk mengobati kekecewaan dengan suami saya , saya melakukan mastubasi . Tak ada jalan lain , entah apa kah saya seorang hypersex .

    Suatu malam sepulang makan malam di salah satu resto favorit kami, entah mengapa, mobil yang disopiri suami saya menabrak sebuah sepeda motor. Untung tidak terlalu parah betul. Pria yang membawa sepedamotor itu hanya mengalami lecet di siku tangannya.  Agen Obat Kuat Pasutri

    Namun, pria itu marah-marah. “Anda tidak lihat jalan atau bagaimana. Masak menabrak motor saya. Mana surat-surat mobil Anda? Saya ini polisi!” bentak pria berkulit hitam , berperut buncit itu pada suami saya.

    Kulihat sorot matanya tajam memandang diriku . Ketika mataku sejajar dengan matanya , aku menerima sinyal sinyal , aneh . Matanya seperti mengirim , sinyal birahi ke otakku . Aku segera menghindar , memalingkan mukaku.

    Setelah bernegosiasi dengan suamiku , Kemudian dicapai kesepakatan, suami saya akan memperbaiki semua kerusakan motornya. Sementara motor itu dititipkan pada sebuh bengkel. Orang berperut buncit itu , yang kemudian kita ketahui bernama Jono , pun setuju .

    Akhirnya kita melanjutkan , perjalanan dan tiba dirumah . Entah kenapa , sosok Jono membayangiKu ,dan membuatKu agak birahi . Aku masuk ke kamar mandi, untuk mencuci muka , dan menganti pakaian .

    Untuk mengoda suamiKu , aku mengenakan pakaian tidur tipis , tanpa bra . Lalu aku kembali ke kamar tidur . Aku memerima kekecewaan , suamiku terlihat sudah tertidur pulas .

    Cerita Sex Nafsuku Sudah Tak Tertahankan

    Cerita Sex Nafsuku Sudah Tak Tertahankan

    Aku dengan membawa rasa kecewa , berbaring di samping suamiku . mataku menerawang jauh . Tiba tiba ruangan tidurku menjadi gelap , tubuhku kehilangan gaya gravitasi , seakan tubuhku melayang .

    Dan aku meresa sesak , tubuhku di himpit sosok bertubuh besar , aku berusaha sekuat tenaga mendorongnya . Sosok itu mundur beberapa langkah , saat itu juga ruang kamarku kembali terang .

    Kudapati Jono , dengan mimik muka , penuh nafsu menghapiriku . Tubuhku bagai kehilangan tenaga .Dia merambet baju tidurku , dan merobek begitu saja . Kemudian tangan tangannya yang kasar , meremas buah dadaku , aku merasa sakit sekali . lepaskan , tolong .. tolongaE pekik panikKu .

    Lidahnya yang terlihat kasar , menjulur keluar , dan mengenai putting susuku . Saat itu juga , getaran getaran birahi merasuk tubuhku . Aku mendesah kenikmatan . Lidahnya turus berputar , memberi sensasi nikmat di puting susuKu yang mulai membesar.

    Tanpa kusadar , bagian bawah tubuhku mulai berlendir . Lidah Jono terus turun dan turun , pusar ku pun di gelitik oleh lidah kasarnya . Lidah kasar itu tak bisa berhenti , dan terus memberiku rasa yang sangat nikmat .

    Makin kebawah , terus dan lidah itu mulai menjilati bagian paling pribadi di tubuhKu.

    Aku mengerang , merasakan nikmat yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya . Lidah itu terus menjilati selangkangan celana dalamku . Tapi rasanya lidah itu bersentuhan langsung ke klitorisku .
    Aku mendesah desah , dengan penuh nafsu .

    Pinggulku bergoyang seirama dengan jilatan Jono . Dan terus begitu , sampai tubuhku mengeram , kejang . Aku menjerit sekeras mungkin Aghhh aku aku keluarrr .

    Tubuhku mengeliat , menikmati orgasme yang di berikan Jono . Sesaat kemudian Jono , hendak menarik turun celana dalamKu . Saat itu aku teringat suamiku tercinta . Segera Kakiku dengan kuat mendengan tubuhnya.

    Jono hanya tersenyum , dan dia mengambil pentungannya . Pentungan yang selalu dibawanya . Pentungan hitam sepanjang 60 cm , di hantam keras ke perutku . Aku menjerit , menerima rasa sakitnya . Berkali kali Jono memukulku dengan pentungan itu .

    Sampai tubuhku terasa lemas . Tak bisa kulawan lagi , saat dia menarik turun celana dalamku . Matanya jalang , menatap vaginaKu dengan bukit berbulu , yang sangat berlendir itu . Dia segera membuka celananya dan aku bergidik .

    Pak Jono tidak mempunyai penis . Yang tegak mengantung itu adalah pentungan hitam yang di gunakan memukul tubuhku tadi . Aku menjerit jerit , ini monster , bukan manusia . Jono semakin mendekat , pentungan yang mengantung di selangkangannya itu terus mendekat ke liang vaginaku . tolong , hentikan tolong , tolong jaritKu .

    Dan tiba , tiba aku merasakan sakit yang luar biasa di vaginaKu . Dan ruang kamarku menjadi terang benderang menyilaukan. Aku terbangun dari mimpi yang aneh itu. Peluh membasahi tubuhKu . Kulihat suamiku masih terlelap . Perlahan Aku beranjak dari ranjang , dan mengambil air minumku . Aku meminum segela air , untuk menghilangkan rasa kering di tenggorokanku .

    Aku ke kamar mandi , membuka celana dalamku , dan duduk di kloset . Aku mendapati celana dalamku basah sekali , begitu juga vaginaku .

    Jari jariku menyentuh klitorisku , dan kembali sinyal sinyal birahi , aktif di otakku . Jari jari ku terus bermain di klitorisku , tubuhku menerima rasa nikmat . Terus dan terus , sampai aku mengejang , mencapai puncak birahiKu di atas kloset itu.

    Esoknya, setelah menjemput saya di kantor, Suami saya mengajak saya mampir ke rumah Jono . untuk apa , mas ? tanyaku . yah , kita silaturami saja , kan tak enak rasanya , aku telah menabraknya kata suamiKu .

    Aku mengalah , sebenar aku tak mau ketemu Jono , apalagi sejak mimpiku yang aneh itu . Dan Aku tak pernah menceritakan mimpi itu pada siapa pun , tak terkecuali suamiKu sendiri .
    kami pun pergi ke rumah Jono . Setelah berbasa basi dan minta maaf, Suami saya mengatakan kalau sepedamotor Pak Jono sudah diserahkan anak buahnya ke salah satu bengkel besar. Dan akan siap dalam dua atau tiga hari mendatang.

    Sepanjang Ardi bercerita, Pak Jono tampak cuek saja. Ia menaikkan satu kaki ke atas kursi. Sesekali ia menyeruput secangkir kopi yang ada di atas meja.

    Yang saya tahu matanya terus jelalatan menatap tubuhku . Dan tiap kali matanya , bertemu mataku , ada getaran aneh yang kurasakan . Tapi aku tak tahu apa itu . Yang jelas , aku sepertinya manjadi birahi.

    Kalau Memandang tubuh Jono, saya bergidik juga. Badannya besar meski ia juga tidak terlalu tinggi. Lengan tangannya tampak kokoh berisi. Sementara perutnya membusung. Dari balik kaosnya yang sudah kusam itu tampak dadanya yang berbulu. Jari tangannya seperti besi yang bengkok-bengkok, kasar.

    Setelah suamiku ngobrol cukup lama , akhirnya kita pamitan . Suamiku segera menjalankan mobilnya dan pulang kerumah . Malam itu aku berencana mengajak suamiku bercinta , tapi begitu dia masuk kamar dia langsung berkata ayo kita bobo yuk , saya lelah sekali hari ini , banyak tugas ..
    Aku tersenyum dalam kekecewaan . Dan ikut berbaring bersama suamiku .

    Di kantor ,esok harinya aku tak semangat bekerja . Jam makan siang aku gunakan untuk pergi ke Mall . Tapi apes , di perempatan lampu merah , aku kecopetan . Dompetku di gondol pencopet itu . Aku tak terlalu memikirkan uang di dompet itu.

    Tapi KTP dan SIM , mau tak mau aku harus lapor polisi. Setelah proses verbal selesai , aku pamit . Ketika berjalan di koridor kantor polisi itu aku berpapasan dengan Jono. Bu Ranta, ngapain kesini kata Jono . oh engak , cuma , lapor , saya habis kecopetan jawabku . Dan terus berjalan , mencoba menghindari dirinya.

    Eh , Bu Santi , kebenaran kemari , ayo kita makan di kantin sana ajak Jono . Matanya yang tajam menatap wajahku . Aku diam sesaat , berpikir , namanya juga polisi , pasti minta di bayarin makan . baik ,lah pak , tapi saya gak bisa lama lama yah kataKu .

    Setelah memilih tempat duduk , aku memesan air jeruk . Jono memesan nasi goreng. Sambil makan ia bercerita. Tentang tentang istri yang minta cerai, tentang dirinya yang disebut orang-orang suka menanggu istri orang. Saya hanya diam mendengarkan ceritanya.

    Kadang Jono juga bercerita , tentang hal hal kehidupan sexnya . Saya mendengarkan, rasa birahi mulai timbul , dan rasanya tubuh saya mulai , menyukai Jono . Setelah itu dia menyakan bagai mana kehidupan sex saya .

    Saya hanya bisa menjawab ah , biasa aja Pak Jono , namanya juga suami istri . Pak Jono tersenyum , iyah maksud saya , bagaimana suami kamu di ranjang apa hot kayak saya engak ? .

    Aku hanya diam , aku berpikir , Jono mulai kurang ajar , di lain pihak aku sepertinya tertarik bicara sama dia .

    Aku berusaha mengalihkan arah pembicaraan . suami saya dan saya sedang ikut program , kami ingin punya anak , jadi kita main pakai aturan . . Dan ini mendapat perhatian besar Pak Jono. Ia antusias sekali. Matanya tampak berkilau.

    “Oh ya. kalau yang itu mungkin saya bisa bantu,” katanya . “Bagaimana caranya?” tanya saya bingung.

    “Mudah-mudahan saya bisa bantu. Kalau mau kita kerumah saya . Saya beri obat,” kata Pak Jono pula. Aku berpikir , dan melirik jam tanganku , baru pukul 3.00 sore . Naik apa kita tanyaku .

    Setelah motor yang aku tumpangi berhenti di rumah Jono , dia segera mengajakku masuk kerumahnya . Tanpa bisa menolak , dia memegang tangan dan membawaku masuk kerumahnya.

    “Sekarang saja kita mulai pengobatannya,” ujarnya seraya membawa saya masuk kamarnya. Kamarnya kecil dan pengab. Jendela kecil disamping ranjang tidak terbuka. Sementara ranjang kayu hanya berasalan kasur yang sudah menipis.

    Aku masih berdiri , rasanya tubuhku kaku . loh koq bengong , ini minyak khusus untuk pengobatan , supaya cepat hamil katanya sambil memperlihat botol kecil berwarna hitam . Ayo , buka baju kamu .. katanya lagi .

    Entah apa yang terjadi pada diriku , aku seperti kehilangan akal sehat . Perlahan kancing bajuku aku buka satu persatu . Kemudian , aku membuka rok ku sendiri . Kini tubuhku hanya memaki Bra dan celana dalam hitamku saja . berdiri terpaku di depan orang yang pantas manjadi ayaku .

    Oh , Santi , BH nya juga harus di buka dong kata Jono lagi . Tanganku seperti di gerakan oleh pikirannya . Dengan gemetar , tanganku melepas kait BH ku . Dan kini dia bisa melihat jelas buah dadaku yang mengantung bebas , besar dan montok.

    Oh , Santi , suami kamu berutung bisa , memperoleh istri secantik kamu . guman pak Jono , lalu memintaku berbaring terlentang di ranjangnya.

    Setelah aku berbaring , dia mengolesi tanganya dengan minyak yang ada di botol kecil itu , sebagian minyak itu di tuang di atas tubuhku . Perlahan tangan kasarnya mulai menyentuh tubuhku . Tangannya bergerak mengurut perutku .

    Tanganya sepertinya bukan mengurut , melainkan mengelus elus perutku . Makin lama gerakkan tanganya makin keatas , dan tangan itu kini memainkan buah dadaku Aku tak kuasa menolaknya . Aku memejamkan mata , merasakan nikmat sentuhan tangan kasarnya.

    Saya merasakan bibir vagina saya pun sudah mulai basah. Saya mulai merasakan birahi saya meningkat. Jari jari itu terus mamainkan buah dada saya , tak ketinggalan putting susu saya di sentuh lembut oleh jarinya .

    Sambil mengigit bibir saya , berusaha untuk tidak mengeluarkan desahan saya . Jono terus memainkan buah dada saya. Perlahan tanganya turun kebawah , dan terus turun , jari jarinya menyentuh selangkangan celana dalam saya .

    Saya tak kuasa , tubuh saya bagai terkena segatan listrik ohh Jono , apa yang kamu lakukan .. . Jari jarinya terus menekan nekan selangkangan celana dalam saya , yang otomasis , menyentuh klitoris saya , yang berada di balik celana dalam saya.

    Lendir nikmat saya merember ke celana dalam saya , terus dan terus membasahi selangkangan celana dalam saya. Jari jari Jono pun , terus bergetar di selangkangan celana dalam saya . oh , Jono aku tak tahan .. aku tak kuat.. .

    Oh , ayo sayang , lepaskan nafsu kamu , lepaskan jangan di tahan katanya lembut , membuat tubuhku tak bisa lagi bertahan . Saat jarinya bergerak semakin liar , tubuhku mengejang hebat , pantatku terangkat , Jono , a aku keluarrr .

    Pantatku kembali terhempas di kasur lusuhnya , tubuhku lunglai . Aku merasakan sensasi nikmat , hampir sama dengan mimpi anehku beberapa hari yang lalu.

    Santi sayang , itu baru jari saya bermain di celana dalam kamu , kamu bisa bayangkan kalau kamu , buka celana dalam kamu , dan rasakan lidah saya menjilati m-e-m-e-k kamu bisik Jono di telingaku .
    Tangan Jono memegang celan dalam saya , berusaha membukanya , tapi tangan saya segera menghalanginya jangan Jono , saya malu .. jangan .

    Tapi Jono terus memaksa , dan lepaslah celana dalam saya , dia orang kedu yang melihat vagina saya . Saya sungguh merasa bersalah sama Ardi , tapi tubuh saya , pikiran saya sudah di kuasi nafsu birahi yang tak bisa saya tolak .

    Saat jari jarinya , membuka bibir vagina saya , dan lidahnya menjulur , menjilati kitoris saya tubuh saya , mangejang , merasakan nikmat sekali .

    Jono ahhh , i-t-i-l saya , ohh i-t-i-l saya gatel sekali .. desahku yang tak lagi menghiraukan rasa malu . Lidah lidahnya terus menjilati klitoris saya . Membuat tubuh saya mengejang tak karuan . Jono ohh .. enak enak .. .

    Lidah Jono juga tak ke tinggalan menjulur julur seperti memasuki liang sagamaku. Berputar di dalam liang sagamaKu . Tubuhku terasa ringan , seluruh kulitku sensitif Saat , Jono kembali menjilati Klitorisku yang membesar , karena birahi , Aku tak tahan lagi ahh , gatel gatel banget , Jono ..ahhaE| .
    Klitoriku rasanya mau pecah . Tubuh terhentak , aku menjejang , mengejet beberapa kali . Aku mengalami orgasme yang , hebat .

    Jono membiarkan aku , dia menatap tubuh bugil ku , yang sesekali masih mengejet Matanya yang jalang , tak melepaskan satu inci pun bagian tubuhKu.

    Puas menatap tubuh bugilku Jono melepas pakaiannya . Aku bergidik , jika mengingat mimpiku . Apa iya , penis Jono sebesar pentungan. Setelah penis hitamnya mencuat keluar aku baru tenang . Penis tak sebesar tongkat , tapi lebih besar dari milik suamiku .

    Dia mendekat . Aku merapatkan kakiku . tolong , jangan yang satu ini Jono, tolong.. . Jono tersenyum Santi , aku sudah memberikan kamu nikmat , apa salahnya ganti kamu yang memberiku nikmat , sayang .

    Jangan , tolong Jono , aku masih punya suami , tolong lah pintaku . Hemm , oke deh , aku mengerti , kalo gitu pakai mulut kamu saja katanya .

    Oh , aku tidak pernah , jangan .. kataku , dan penis Jono terus mendekati wajahKu . masa sih , kamu gak pernah ngisep k-o-n-t-o-l suami kamu tanya Jono . Aku mengangguk Sumpah Jono , aku tak pernah .

    Apa suami kamu pernah jilatin m-e-m-e-k kamu ? tanya Jono lagi . Aku kembali mengeleng . gila , mana enak sih , jadi kalian , langsung aja buka baju , terus n-g-e-n-t-o-t . katanya . Aku diam saja .
    Tapi seakan Jono tak peduli , penis hitamnya terus di dekatkan ke wajah ku. Seakan tak mampu menolak , aku memejamkan mataku . Yang aku rasakan pipiku terasa hangat , dia menekan nekan penisnya di pipiku .

    Penis itu bergerak terus ke bibirku , dan berusaha masuk ke mulutku . Perlahan aku membuka mulutku . dan penisnya mulai masuk ke mulutku . Penis itu bergerak , Jono seperti menzinai mulutku. Keluar masuk mulutku . KepalaKu di pegangnya.

    Jono mendengus kenikmatan , dan terus bergerak . Lama kelaman aku pun merasa terbiasa. Dan rasanya aku mulai suka permainan ini . Jono terus memainkan penisnya di mulutku , sampai dia mengeram , dan spermanya keluar di mulutku .

    Aku segera memuntahkan spermanya . Baru kali ini Aku merasakan sperma . Rasanya aku ingin muntah . Jono tampak terduduk lemas. Saat itu aku segera memakai pakaianku kembali . Aku segera meninggalkan ruamahnya , tanpa permisi

    Hari sudah gelap saat aku keluar dari rumahnya . Dengan menyetop taksi Aku segera pulang kerumahKu . Aku melihat Opel Blazer suamiku sudah terpakir dengan rapi .

    Sial Aku ke duluannya. Jantung berdegup , aku takut suamiku curiga ,otakku segera berpikir , mencari alasan yang tepat jika suamiku menayakan hal ini .

    Perlahan Aku membuka pintu , dan memasuki rumah ku . Tiba tiba suamiku memelukku dari belakang . Aku terkejut Ah .. mas bikin kaget aja .. kataKu .

    Ha ha ha , Aku gembira sayang , jabatanku di naikan , yang berarti gajiku juga di naik kan .. kata suamiku . Dia ingin menciumku . Tapi aku menghindar , mulutku kotor , aku malu terhadap diriku sendiri. Mas , yang benar ah , jangan bercanda kataKu untuk menhidari ciumannya .

    Benar sayang , benar , kita harus rayakan kata suamiku . oh , rayakan di mana mas tanyaKu . karena sudah malam , kita rayakan di ranjang saja yah, sayang kata suamiku . Dan tangannya segera mengangkat rok ku , dan menyetuh selangkanganKu .

    Aku berusaha mengindar lagi , ih mas masa di sini , nanti kelihatan orang dong di kamar saja kataKu .loh , di rumah ini kan cuma kita berdua .. kata suamiku . Yang jarinya segera meraba selangkangan ku . Jarinya menyelinap di balik celana dalamKu .

    Aku takut , suamiku curiga , karena Vaginaku basah , akibat di buat Jono tadi . Sayang , koq m-e-m-e-k kamu sudah basah benar sih , kamu horny yah kata suami ku . ih mas bisa aja , tadi aku habis pipis , di rumah bu Ani kataku berbohong . oh , kamu di rumah Ani , toh kata suamiku .

    Aku mandi dulu yah kataku langsung lari ke kamar mandi . Aku segar membasuh mulutku , mencuci bersih vaginaku . Aku merasa sangat menyesal telah melakukan hal ini terhadap suamiku. Walaupun selama setahun menikah dengannya tak pernah sekalipun aku merasa begitu nikmat dalam bercinta.
    Aku membutuhkan kenikmatan itu , tapi aku juga membutuhkan suamiku . Aku tak habis pikir , pikiranku menolak Jono , tapi tubuhku sangat menginginkan Jono .

    Sayang , cepat dong .. terdengar suara mesra suamiku . Malam itu kami bercinta . ada rasa hambur disitu . Aku mencintai suamiku , tapi rasanya sexku tak terpuaskan . Sekarang aku makin bisa membedakan . Benar kata Jono , Aku seperti tempolong , suamiku hanya mempergunakan vaginaku untuk mengeluarkan spermanya , tanpa bisa memuaskan diriku.

    Tapi biar bagaimanapun , Ardi adalah pilihanKu , aku harus konsekuen . Aku mencintainya apa adanya. Aku lebih baik mengekang nafsu birahi . Aku memutuskan untuk tak menemui Jono lagi .
    Santi , mas besok harus ke Jakarta , menemui dereksi darti kantor pusat kata Ardi tiga hari setelah kenaikan jabatannya .

    ha , berapa hari mas , saya boleh ikut ? kataku.

    Ah cuma sehari koq , kata Ardi . tapi mas , saya takut di rumah sendiran kata ku , dengan harapan suamiku mau mengajakku ke Jakarta . Tapi jawabannya , berbeda dengan yang kuharapkan .
    saya sudah minta Pak Jono unutk mengawasi rumah kita , dia akan mengirim anak buahnya , untuk jaga di sini , kamu tenang aja deh kata suamiku. Jantung berdugup keras , Jono lagi ..

    Pagi itu suamiku di jemput mobil dari kantornya , dan mobil itu segera membawa suamiku ke airport .Dangan melambaikan tangan aku melepas suami ku ke Jakarta.

    Belum sempat aku menutup pintu rumahku , sosok tubuh besar itu sudah berada di depan pintu rumahku . Jono , mau apa pagi pagi begini ke rumah orang kataku ku buat ketus.

    Loh , suami mu minta , aku menjaga rumah mu , juga menjaga dirimu he he he kata Jono , yang terus masuk ke rumahku tanpa di persilakan.

    Jono , tolong jangan ganggu aku , kataKu . Jono menatapku , bola matanya bagaikan bersinar , yang menerobos ke mataku . Santi , ayo katakan dengan nurani kamu , kamu tak membutuhkan diriku kata Jono .

    Aku , aku , aku lidahku seperti terkunci . Tangan Jono segera mengandeng tubuhku , membawaku masuk ke kamarku.

    Sayang , aku tak bermaksud jahat sama kamu , aku cuma mau memberi kamu kenikmatan sayang . kita sama sama butuh itu kata Jono .

    Perlahan Jono melepas daster tidurku , yang di balik daster itu aku tak memakai bra . Dan buah dadaku langsung terpampang di hadapannya . Perlahan lidahnya menjilat puting susuku . ahh .. desahku.

    Pikiranku kosong melopong , aku lupa suamiku . aku hanya ingat kenikmat yang kudapat dari Jono . Lidahnya terus bermain di putingku . Jari jarinya hinggap di selangkangan celana dalam merahku . ohh Jono .. sudah tolong jangan bikin aku nafsu .

    Jari jari itu bergerak , dan vaginaku mulai mengeluarkan lendir birahi . Mulutnya pun terus menyedot nyedot buah dadaku . Jarinya terus menari nari di selangkangan celana dalamku yang makin membasah .

    Ohh , Jono kamu jahat ooh i-t-i-l saya jadi gatel .. desah saya . Jono terus menaikkan birahi saya dengan permainannya. Saya sudah tak tahan , saya mendesah kenikmatan Jono , saya mau keluar . Saat itu , Jono dengan sekuat tenaga , meremas buah dada saya .

    Saya menjerit kesakitan , otomatis , birahi saya menurun , orgasme saya menghilang . Tapi Jono perlahan menjilati lagi putting susu saya . mengelitik . Membuat birahi saya berangsur naik kembali . Kembali saya mendesah kenikmatan .

    Saat saya hampir menuju puncak kenikmatan saya , Jono mengigit putting susu saya , memberi saya rasa sakit . kembali saya gagal orgasme.

    Tapi Jono segera menaikan birahi saya lagi ,dengan memainkan selangkangan saya Jono tolonglah , saya mau orgasme buat saya orgasme . saya memohon orgasme pada dirinya setelah dia mengagalkan orgasme saya yang ke tiga kali .

    Tenang sayang , saya pasti kasih kamu orgasme yang ternikmat yang pernah kamu rasakan . Sambil dia mendorong tubuh saya dan saya terduduk di pinggir ranjang.

    Celana dalan saya , sudah terlepas dari tubuh saya . dangan dua jarinya bibir vagina saya di buka . Lidahnya menjulur menjilati klitoris saya . Saya mengerang ohh , iyah terus buat saya orgasme , saya mau keluar Jono .. .

    Lidahnya dengan cepat , terus merangsang klitoris saya yang semakin membesar ,

    Oh.. Jono , gatel , enak sekali teruss . Lidah itu terus menjilati klitoris saya .

    Saya sudah dekat , dan seperti nya Jono tahu , Dia sengaja , segera klitoris saya di sedotnya dengan kuat , saya merasakan sakit sekali , yang membuat orgasme saya pergi menjauh .

    Jono , kamu jahat , kamu jahat , tolong saya mau keluarr kata saya mengiba , rasanya saya ingin menangis . Mengiba minta orgasme , dari orang seperti Jono , sangat merendah kan diri saya. Tapi apa boleh buat , saya tengah di amuk birahi .

    Santi sayang , tenang kamu pesti mendapatkan orgasme katanya . Lidahnya kembali menjilati klitoris saya dengan lembut. Tiga buah jarinya di gunakan menekan perut saya di bawah pusar . Ini membuat saya merasa ingin pipis . Saya mencoba mengeser tanganya . Tapi saya seperti tak bertenaga.

    Lidahnya terus memberi kenikmatan di klitoris saya , sebentar saja , rasa ingin orgasme telah mendera tubuh saya . Ohh , Jono , saya , oh i-t-i-l nya ..oh gatel sekali , saya tak kuatt .. oh kebelet.. mau pipis .

    Saya merasakan seperti nya sulit menahan rasa ingin pipis , tapi saya juga mau orgasme.
    Yah , lepaskan Santi , ayo keluarkan nafsu birahi kamu .. kata Jono . Tubuhku mengejang OOHHHH .. Jono .. ahh gatell gatell aku tak tahan jeritku tak karuan .

    Tubuhku mengerang nikmat , dan Aku menyemburkan pipiku dengan kuat . Aku merasa kan setiap tetes air seniku , mengalir memberi sensasi kenikmatan , berbarengan orgasmeKu .

    Aku orgasme dangan begitu fantastik , tak aku perdulikan kamarku yang basah dengan air pipisku . Tubuhku sepertinya rontok , tulangku seperti lepas , aku terbaring dengan lemas.

    Jono hanya melihatku dengan tersenyum . Dan membiarkan diriku beristirahat.

    Setelah itu tubuh Jono yang bugil merangkang menaikki tubuhku , aku berusaha mendorong tubuhnya Jono jangan , aku pakai mulutku saja kataKu , tak rela penisnya memasuki tubuhku .

    Aku sudah pernah merasakan mulut kamu sayang , sekarang aku mau coba m-e-m-e-k kamu kata Jono . Tubuh terasa lemas , seperti tak bertulang , Jono dengan mudah membuka lebar kaki ku , kepala penisnya mulai menyetuh liang vaginaku .

    Air mataku meleleh di pipiku saat itu aku teringat suamiku Ardi . Aku memejamkan mata . Saat kurasa , penisnya mulai memasuki tubuhku .

    Getar getar nikmat mulai berkecamuk di diriku . Aku merasakan sentuhan penisnya yang menikmatkan. Tak pernah Sekalipun aku menemukan rasa ini pada penis Ardi .

    Tat kala batang penis hitamnya bergerak keluar masuk , aku mulai merakan nikmat yang luar biasa , Jono yang terus mengocok vaginaku dengan penisnya mendengus m-e-m-e-k kamu luar biasa nikmatnya sayang katanya .

    Dalam hati aku pun berkata yang sama . Ahh Jono .. ahhh desahku Goyangannya yang lembut, tapi mantap segera membawaku ke puncak orgasme . Tapi seperti sebelumnya Jono menahannya . Dia membenamkan penis besar di dalam , vaginaku , dan dia diam tak bergerak .

    Jono , ayo goyang dong .. pintaKu . Jono tersenyum loh , tadi gak mau , koq sekarang minta . Wajahku sepertinya panas , birahiku melorot .

    Kembali Jono mengoyang , dan membawaku kepuncak orgasmeku . Aku sudah tak tahan , aku harus mendapatkan orgasmeku . Dan lagi lagi Jono dengan sengaja membatalkan orgasmeku . Penisnya di hentak keras ke dalam vaginaku , rasanya kepala penisnya memukul rahimku .

    Aku mengerang sakit . Jono , kamu jahat sekali .. kataku . Jono tersenyum . kalau mau ninta orgasme dari aku yah , kamu harus minta dengan mesra dan nafsu dong katanya.

    Aku seperti seorang cewek murahan tak bisa berpikir jernih . langsung aku berkata Ayo , mas Jono e-n-t-o-tin Santi ,yah , Santi minta orgasme , ayo mas tolong .

    Jono tersenyum , dan dia mulai mengoyang batang penisnya. Penis itu membuat aku gila . Sebentar saja , rasa gatel di vaginaku , membuat tubuhku mengerang dan menjerit ahhh , enak.aku keluarrr .

    Aku lemas , Jono menahan gerakan penisnya sebentar , merasakan otot otot vaginaku meremas batang penisnya , dan kemudian bergerak lagi . Sebentar saja , aku mencapai orgasme lagi .

    Entah hari itu berapa kali tubuhku , mengejang di buat orgasme oleh batang penis Jono . Yang jelas aku sangat menikmati permainannya . Aku lupa siapa diriku , aku lupa siapa suamiku.

    Sejak saat itu, saya pun ketagihan dengan permainan Pak Jono. Kami masih sering melakukannya. Kalau tidak di rumahnya, kami juga nginap di Tawangmangu. Meski, kemudian Pak Jono juga sering minta duit, saya tidak merasa membeli kepuasan sahwat kepadanya.

    Semua itu saya lakukan, tanpa setahu Ardi. Dan saya yakin Ardi juga tidak tahu sama sekali. Saya merasa berdosa padanya. Tapi, entah mengapa, saya juga butuh belaian keras Jono itu. Entah sampai kapan.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Naluri Lesbiku Mulai Dari Khayalan Foto Duo Srigala

    Cerita Sex Naluri Lesbiku Mulai Dari Khayalan Foto Duo Srigala


    586 views

    Perawanku – Cerita Sex Naluri Lesbiku Mulai Dari Khayalan Foto Duo Srigala, Ini kisahku tentang cinta sesama jenis, panggil saja amel saya masih kelas 2 SMU di daearah Yogya, tinggi 168cm, berat 49kg, ukuran bra 36. Saya sendiri sebenarnya bukan lesbian entah kenapa saat melihat wanita yang memang mempunyai dada yang indah mataku langsung tertuju kesana. Sebagai contoh saat aku sedang menonton TV musik dirumah, video klip dari duo srigala salah satunya yang namanya Pamela safitri saat melihat dadanya yang aduhai saat itu saya mempunyai rasa yang lain.

    Kalau waktu siang hari saya sering maen maen di warnet untuk browsing tentang duo srigala salah satunya Pamela safitri, melihat foto foto di sebuah googling banyak yang memang mempertontonkan keindahan dadanya, saya pun mengkopi atau meyimpan banyak gambar tentang personil duo srigala tersebut.

    Saat saya pun ingin tidur biasanya sering menghayal sampai masturbasi sampai orgasme sambil membayangkan tubuhku saat itu diraba – raba hingga geli geli diremas payu daraku dari belakang dan dari depan membayangkan ada seorang wanita sedang menyedot vaginaku sampai maasturbasi, kejadian itu saya sering aku ulangi hampir setiap malam saya menghayal dengan wanita lain.
    Untuk kisah nyatanya saya berbagi pengalaman cerita tentang naluri lesbiku bergejolak. Suatu hari aku duduk di kursi sofa sedang menonton televisi. Aku hanya memakai bra dan celana dalam saja. Dari dalam kamar keluarlah seorang cewek. Sebut saja Astrid. Dia juga hanya memakai bra dan celana dalam saja. Dia lalu duduk disampingku.

    Dia belai pahaku. Aku tahu maksudnya. Kumatikan televisi dengan remote control. Aku menggeser posisi dudukku dengan menyamping. Kugeser juga tubuh Astrid dengan memegang pundaknya. Kulepas kaitan bra yang dipakainya dari belakang. Pelan-pelan kuturunkan tali branya yang menggantung di pundaknya. Kedua payudaranya yang berukuran 36 (sama dengan punyaku) kini sudah telanjang. Lalu kubelai lengannya dengan lembut.

    Astrid menolehkan kepalanya dan menjulurkan lidahnya. Kusambut lidahnya dengan lidahku. Kami berdua saling menjilat lidah sambil tanganku tetap membelai pundaknya. Kami berhenti saling menjilat. Kemudian dari belakang kuremas kedua payudaranya. Astrid dengan setengah terpejam mengeluarkan desahannya. Lalu kudorong Astrid ke depan.

    Aku melepas bra yang kupakai. Aku lalu telentang di sofa dan kutarik pundak Astrid supaya telentang di atasku. Kini posisi pantatnya berada di selangkanganku sementara kakiku sendiri mengangkang. Pipinya hinggap di payudara kananku dan matanya melihat payudara kiriku. Kuremas lagi payudara kirinya dengan tangan kiriku. Sementara tangan kananku membenarkan posisi kaki kananku yang kurasa kurang enak.

    Kuremas lagi kedua payudaranya. Sementara tangan kiri Astrid membelai paha kiriku. Dan tangan kanannya membelai vaginanya yang masih ditutupi celana dalam. Dibukanya sedikit celana dalam bagian bawahnya untuk dapat membelai vaginanya. Kami berdua tersenyum. Kemudian dia duduk dan melepas celana dalam yang kupakai. Kuangkat pantatku supaya mempermudah dia dalam melepas celana dalamku. Setelah itu dia berdiri mau melepas celana dalamnya sendiri. Aku cegah dia. Kupegang tangannya. Dia malah menarik aku untuk ikut berdiri. Ditempelkannya kedua payudaranya ke kedua payudaraku. Digesek-gesekkan. Kami berdua berpelukan sambil kedua tanganku meremas pantatnya yang besar.

    Agak lama kami berpelukan dan merasakan sensasi pada masing-masing kedua payudara kami yang saling bergesekan. Kemudian aku didorongnya hingga aku terjatuh dan dengan cepat melepaskan celana dalamnya. Lalu dia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Kembali kami saling menjilat lidah. Kupegang pinggangnya dan kutumpangkan paha kananku ke pinggangnya. Sementara paha kiriku dijepit kedua pahanya. Membuat apha kiriku menggesek vaginanya.

    Lalu lidahnya turun ke bawah. Dijilatinya puting payudara kananku sambil tangannya juga meremas. Aku hanya bisa mendesah dan kedua tanganku meremas rambutnya. Kemudian disodorkannya payudara kanannya ke mulutku. Tak kusia-siakan kesempatan itu. Kukulum puting payudara kanannya. Aku sendiri juga meremas payudara kananku sendiri. Sedangkan payudara kiriku diremas oleh Astrid.

    Lalu kudorong Astrid sehingga dia ganti di bawah tubuhku. Kuremas kedua payudaranya dengan kedua tanganku. Sementara dia hanya kebagian remasan pada payudara kananku. Payudara kiriku sendiri menempel di bawah belahan kedua payudara Astrid. Astrid kembali mendesah sambil matanya setengah terpejam. Lalu aku menggeser tubuhku. Kudekatkan wajahku ke vagina Astrid. Astrid tahu maksudku. Kedua tangannya membuka vaginanya. Langsung saja kusedot vaginanya dengan lidahku sambil membaringkan tubuhku dengan posisi miring. Paha kirinya yang berada di antara kedua payudaraku diangkat ke atas pinggangku.

    Posisi ini ternyata kurang mengenakkan bagiku. Kusuruh Astrid minggir sebentar. Lalu aku tidur telentang. Kusuruh Astrid mengangkangkan selangkangannya di depan mulutku dengan bertumpu pada kedua lutut dan kedua tangannya. Kembali kubuka vagina Astrid dan kusedot dengan lidahku. Astrid hanya bisa menjerit perlahan. Jeritan kenikmatan. Astrid rupanya kelelahan. Aku sendiri juga sudah puas menyedot vaginanya. Dia membaringkan tubuhnya sejenak disampingku. Hanya sebentar. Lalu dengan setengah berbaring dia ganti menyedot vaginaku dengan lidahnya. Dibukanya vaginaku dengan tangan kanannya. Ganti aku yang menjerit kenikmatan.

    Cerita Sex Naluri Lesbiku Mulai Dari Khayalan Foto Duo Srigala

    Cerita Sex Naluri Lesbiku Mulai Dari Khayalan Foto Duo Srigala

    Kami berdua telah puas. Kami dengan masih telanjang bulat beristirahat sambil saling membelai. Kemudian datang lagi soerang cewek. Sebut saja Niken. Juga hanya dengan memakai bra dan celana dalam. Kedua payudaranya yang berukuran 38 tampak ingin keluar dari bra yang dipakainya. Aku dan Astrid kemudian berdiri menghampirinya. Niken sedang melepas bra yang dipakainya. Payudaranya yang paling besar diantara kami bertiga tampak sudah lega. Kami berdua lalu setengah berdiri disamping Niken dengan bertumpu pada lutut. Aku disamping kaki kanan Niken sedangkan Astrid di samping kaki kiri Niken. Kami berdua melepaskan celana dalam yang dipakainya.

    Kemudian aku berdiri dan dirangkul Niken. Sementara Astrid jongkok di depan vagina Niken. Dia lalu menyedot vagina Niken dengan lidahnya sambil tangan kirinya membelai paha kanan Niken. Tangan kananku juga membelai paha kanannya dan tangan kiriku memeluk pinggangnya. Tangan kiri Niken sendiri membuka vaginanya dengan tangan kanan tetap merangkul tubuhku. Niken hanya bisa mendesah. Lalu kuajak Niken untuk duduk di lantai. Dia lalu duduk dengan kedua tangannya bertumpu ke belakang. Aku ingin mencicipi vaginanya. Tetapi keduluan oleh Astrid yang rupanya masih belum cukup merasakan vagina Niken. Kudengar desahan Niken yang lalu kusumpal dengan ciumanku.

    Rupanya Niken tidak merasa enak dengan ciumanku. Dia membalas ciumanku hanya sebentar. Dia lalu memegang payudara kananku dan diremasnya. Aku yang dari tadi ingin mencicipi vagina Niken hanya bisa membantu membuka vaginanya sementara Astrid masih asyik dengan sedotannya. Niken lalu menjilati puting payudara kananku dan tangan kirinya meremas payudara kanannya sendiri. Juga payudara kirinya bergantian.

    Astrid sudah puas dengan vagina Niken. Dia sedang menjilati jari-jari kaki kanan Niken yang diangkatnya. Aku segera mendaratkan lidahku ke vagina Niken untuk menyedotnya. Niken mendesah lagi. Dan seperti juga aku. Astrid lalu menciumnya. Niken keenakan dengan ciuman Astrid. Lama sekali mereka beerciuman sehingga aku bisa sepuasnya menyedot vagina Niken dengan lidahku. Kami bertiga akhirnya mencapai orgasme pada waktu hampir bersamaan. Karena kelelahan kami juga tertidur di lantai dengan keadaan telanjang.

    Ketika aku bangun kulihat Astrid sudah tidak ada. Dan kudengar suara gemericik air dari kamar mandi. Kubangunkan Niken dan kami berdua menuju dikamar mandi. Di kamar mandi sudah ada Astrid. Kami berdua bersama-sama mandi di bawah pancuran sambil sesekali saling membelai. Kemudian Niken mematikan kran pancuran. Dia mengambil sabun. Karena sabunnya ada dua, yang satu diserahkan ke aku. Kemudian dia dari depan menyabuni tubuh Astrid. Sedang aku sendiri dari belakang juga menyabuni tubuh Astrid. Astrid kemudian berbalik menghadap ke aku. Dia mengambil sabun dariku dan menyabuni tubuhku. Sedangkan Niken menyabuni tubuhnya sendiri. Sambil sesekali menyabuni pantat Astrid.

    Kupeluk Niken sehingga otomatis tubuh Astrid berada di antara tubuhku dan tubuh Niken. Tubuh kami yang penuh busa sabun menempel. Kedua payudaraku dan kedua payudara Astrid menempel. Sedangkan kedua payudara Niken menempel di punggung Astrid. Astrid lalu melepaskan diri dari jepitan kedua tubuh yang penuh busa sabun. Dia lalu membersihkan tubuhnya dari busa sabun dengan air dari ember sambil melihat aku yang sedang saling menempelkan payudara dengan Niken. Tangan kananku memegang payudara kananku yang kutempelkan ke payudara kiri Niken yang juga dipegang tangan kirinya. Setelah menempel lalu tangan kirinya mengangkat paha kananku sehingga vaginaku menggesek paha kirinya.

    Kulihat Astrid sedang menghanduki tubuhnya sambil keluar kamar mandi sementara kami berdua sedang asyik dengan kedua payudara penuh busa sabun yang saling bergesekan. Aku lalu membuka kran pancuran kembali untuk membersihkan busa sabun yang memenuhi tubuhku dan tubuh Niken. Niken ternyata tidak setuju. Dimatikan lagi kran pancuran.

    Lalu didorongnya dengan pelan ketubuhku sehingga aku bersandar ke dinding kamar mandi. Diremas-remas lagi kedua payudaraku yang juga kubantu dengan kedua tanganku yang memegang kedua tangannya. Tubuhnya lalu turun ke bawah dan disiramnya bagian vaginaku dengan air dari ember. Lalu tangannya membuka vaginaku. Disedotnya vaginaku dengan lidahnya. Kedua tangannya naik ke atas meremas kedua payudaraku. Agak lama dia melakukan itu.

    Dan ketika dia tidak meremas kedua payudaraku, aku meremas sendiri kedua payudaraku sambil sesekali mendesah.

    Setelah puas menyedot vaginaku dengan lidahnya, dia membuka kran pancuran dan membersihkan tubuhnya dari busa sabun dengan bantuanku dengan membersihkan tubuhnya dari belakang. Dia berbalik sambil mematikan kran pancuran dan mengambil botol sabun cair. Dia kelihatannya belum puas bermain sabun.

    Dikucurkannya sabun dari botol itu ke tangannya lalu diusapkan ke payudara kiriku. Tanganku minta bagian. Niken mengucurkan sabun ke tanganku dan lalu aku mengusapnya ke payudara kirinya. Kemudian Niken menjatuhkan botol sabun itu dan meratakan sabun ke kedua payudaraku. Kulakukan hal yang sama. Kami berdua lalu saling menempelkan kedua payudara. Dan digesek-gesekkan sampai dia puas.

    Niken lalu membalikkan badannya dan membuka kran air. Dia membersihkan kedua payudaranya dari busa sabun. Aku dari belakang memegang bagian belakang kepalanya untuk menciumnya dari belakang. Dibawah kucuran air pancuran aku meraba bagian depan tubuh Niken dari belakang sambil lidahku menjilati lehernya. Kuremas juga kedua payudaranya. Akhirnya kami selesai bermain di bawah pancuran. Kami berdua keluar setelah menghanduki tubuh yang basah. Dilihatnya Astrid dengan masih telanjang sedang merapikan rambutnya. Dia duduk di pinggir tempat tidur. Niken menghampirinya sementara aku tetap berdiri untuk melihat apa yang akan dilakukan Niken terhadap Astrid.

    Dari samping dia menjilati puting payudara kanan Astrid. Tangan Astrid memegang bagian belakang lehernya. Niken lalu duduk di paha kanan Astrid dan mencium bibirnya. Mereka berdua berciuman sambil saling menjilat lidah. Lalu Niken menelentangkan Astrid. Dengan setengah berjongkok dia menyodorkan vaginanya ke mulut Astrid. Astrid lalu menyedot vagina Niken dengan lidahnya.
    Niken lalu agak mundur ke belakang. Sambil setengah berdiri dengan bertumpu pada kedua lututnya ditekannya kedua payudara Astrid yang kedua tangannya juga menekan kedua payudaranya sendiri. Sehingga kedua payudara Astrid yang ditekan dua pasang tangan saling menempel.

    Setelah itu Astrid mendudukkan Niken kembali. Didudukkan di lantai pinggi tempat tidur.
    Astrid sendiri duduk di pinggir tempat tidur. Dari belakang dijilatnya lidah Niken. Kedua tangannya dipegang kedua tangan Niken untuk meremas kedua payudara Niken.

    Astrid lalu menyodorkan payudara kanannya ke mulut Niken yang langsung menjilati puting payudara kanan Astrid. Tangan kirinya meremas payudara kiri Niken. Lalu ganti Astrid menyodorkan payudara kirinya ke mulut Niken yang juga langsung menjilati puting payudara kiri Astrid. Tangan kanannya meremas payudara kanan Niken. Aku yang melihat hal itu langsung ikut bergabung. Kami bertiga bercumbu dengan lebih hebat lagi.

     

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Nani Teman Lamaku

    Cerita Sex Nani Teman Lamaku


    646 views

    Perawanku – Cerita Sex Nani Teman Lamaku, Suatu ketika aku mengikuti Pelatihan selama seminggu dan di kegiatan itu ada 5 perempuan yang ikutan, salah satunya bernama Nani. Selama kegiatan berlangsung, sering kulihat Nani diam-diam memperhatikan aku tetapi kalau aku tengok dia membuang muka. Tubuhnya tidak terlalu tinggi tapi masih kencang dan dari obrolan-obrolan saat istirahat aku tahu dia sudah menikah dan punya 2 anak perempuan.

    Saat istirahat makan siang, Nani menghampiriku dan dia langsung bertanya nama lengkapku. Ketika ku sebut namaku, langsung dia berkata “ Kamu kan pacarnya Tuti waktu di SMP kan ?”. Aku kaget, kenapa dia tahu dan ternyata baru terungkap bahwa Nani ini sebenarnya sesekolah denganku saat SMP, seangkatan tetapi beda kelas dan aku pada waktu itu tidak kenal dekat dengannya. Mulai dari situ, aku sering dekat dengan Nani, ngobrol masa-masa sekolah dulu dan pada malam menjelang penutupan pelatihan, aku ajak dia untuk ngobrol terpisah dari teman-teman. Dari obrolan berdua itu aku dapat menyimpulkan bahwa Nani kurang bahagia dengan suaminya, saat dia bercerita tentang kondisi keluarganya, dia sempat menangis.

    Ku peluk tubuhnya dan dia sandarkan dadanya ke dadaku. Ku belai rambutnya dengan lembut dan entah setan dari mana yang masuk, perlahan ku angkat dagunya lalu ku tatap matanya. Nani memejamkan matanya sehingga akhirnya bibirku mengecup bibirnya. Dari kecupan berubah jadi ciuman karena Nani menyambut lidahku sehingga kami terlibat dalam ciuman yang panas. Nani tidak menolak saat ku remas lembut dadanya bahkan tangannya malah menekan belakang leherku saat ku ciumi lehernya.
    Desah nafasnya memburu disertai dengan rintihan dan perlahan ku belai pahanya. Nani sama sekali tidak menolak. Akhirnya “insiden mesra” itu terputus karena Panitia sudah memanggil kembali seluruh peserta untuk kumpul di ruang pelatihan. Di ruang pelatihan kami jadi duduk berdua dan sesekali tanganku meremas tangannya dan Nani hanya senyum kalau aku lakukan itu. Keesokan harinya usai penutupan, aku janjian untuk bertemu dan karena di rumahku sedang kosong, aku tawari dia untuk datang ke rumahku dan Nani setuju. Asyik dah Hari yang disepakati tiba, istri dan anak-anakku sedang pergi berwisata ke Jogja selama seminggu, otomatis di rumah hanya aku sendiri.

    Jam 10 bel rumahku berbunyi dan ketika ku buka pintu ruang tamu, Nani sudah berdiri di hadapanku. Segera ku suruh dia masuk, ku kunci gerbang dan pintu ruang tamu lalu segera aku peluk tubuhnya dan kami terlibat dalam ciuman yang panjang dan panas.

    Cerita Sex Nani Teman Lamaku

    Cerita Sex Nani Teman Lamaku

    Tanganku dengan bebas bergerak meraba dan meremas dadanya, pantatnya dan Nani membalas pula dengan meremas dadaku. Sayangnya dia pakai celana jeans sehingga aku tidak bisa meraba kulit pahanya. Ciuman panas ku hentikan lalu ku ajak dia ke kamarku. Ku suruh dia utuk membuka bajunya dan kusodorkan T shirtku. Dia buka kemeja dan celana jeansnya dan kusuruh dia untuk membuka bh-nya sekalian.
    Saat dia hanya tinggal bercelana dalam, kembali aku peluk tubuh setengah bugilnya dan kuciumi kembali dia dengan lebih bebas. Nani membalas ciumanku tak kalah panasnya lalu ku rebahkan dia di tempat tidur. Kami bergelut dengan penuh nafsu dan lidahku bermain dengan bebas menjilati seluruh tubuhnya. Lehernya, puting buah dadanya yang masih kencang, perutnya yang mulus lalu pahanya yang masih kencang. Nani mendesah dan merintih tiada henti saat bibir, lidah dan tanganku bergerak ke setiap sudut tubuhnya.

    Tapi saat ketika aku akan menarik cd-nya telepon tiba-tiba berdering sehingga terputus sudah kemesraan kami. Ku angkat telepon ternyata dari istriku yang mengabari bahwa dia dan anak-anak baru akan pulang 3 hari lagi. Nani keluar dari kamar hanya menggunakan t shirt yang ku berikan dan kemudian dia memelukku. Aku tanyakan apakah dia sudah sarapan, ternyata belum dan dia ingin makan bersamaku.
    Maka ku ajak dia ke dapur dan kami masak berdua sambil sesekali kami berciuman atau ku colek bongkahan pantatnya yang masih kencang itu. Kami sarapan di ruang keluarga sabil nonton tv. Mesra banget, seperti pengantin baru. Kadang ku suapi dia atau sebaliknya dan ketika acara sarapan selesai, ku ajak dia untuk nonton acara televisi tapi karena tidak ada acara yang menarik, ku tawari dia untuk nonoton film biru, dia tidak menolak. Jadilah kami nonton film biru dan saat film sudah bermain beberapa waktu, nafsu kami bangkit kembali dan kami kembali berciuman, saling meraba, saling remas. T-shirt yang tadi dia gunakan tanggal sudah dan dia hanya menggunakan cd yang transparan begitu juga dengan aku yang tinggal menggunakan cd yang sudah terasa sempit karena batang kemaluanku sudah tegak mengeras.

    Akhirnya aku bopong tubuh Nani ke kamar lalu kubaringkan di ranjang. Kuciumi kembali senti demi senti tubuhnya dan tangan Nani akhirnya merogoh celana dalamku dan menggenggam batang kemaluanku yang sudah mengeras. Aku sudah terangsang sekali lalu akhirnya ku turunkan celana dalamnya dan kulempar entah kemana. Kini, di hadapanku tergolek tubuh Nani tanpa sehelai benang menutupi tubuh mulusnya. Bulu yang tidak begitu lebat yang berada di pangkal pahanya ku raba dengan tanganku dan kurasakan kelembaban lubangnya …. ku ciumi perutnya, ku mainkan lidahku terus bergerak ke bawah dan akhirnya tibalah aku di lubang kemaluannya yang memerah.
    “Uuuuhhhhh …. Daaaannnnn …..” lenguh Nani saat lidahku mulai menjilati bibir kemaluannya dan tangannya menggerumas rambutku. Tubuh Nani tersentak-sentak karena kenikmatan dan kumainkan terus lidahku di lubangnya, di clithorisnya sehingga kepala Nani menggeleng ke kiri- ke kanan karena merasa kenikmatan bahkan pantatnya ikut naik turun. “Daaaannnn …. Oooohhhh …. Dannnnn …….. ahhhh …..” ceracaunya dan tanganku pun turut beraksi dengan meremas dadanya serta memainkan puting dadanya yang sudah terasa mengeras. “Daaaannnn ….. ayolllaaahhhh …. Oooohhhh … akkkuuuu ggaaaakkkk kkkkuuuuaaaatttt ……” rintih Nani sambil menarik-narik badanku.

    Tapi aku belum mau memulai, ku lepas mulutku dari lubang vaginanya dan ku sodorkan batang kemaluanku untuk dikulumnya. Sekarang giliran aku yang terhentak ketika Nani memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya. Hisapan dan permainan lidahnya membuat aku tersentak nikmat dan ketika ku rasakan cukup lalu ku baringkan tubuhnya. Kubuka pahanya dengan kakiku dan Nani menatapku dengan sayu ….
    “Ni …. Boleh yaa ?” aku Tanya dia saat kepala batang kemaluanku sudah berada di depan lubang vaginanya. Nani hanya menganggukkan kepalanya dan perlahan ku tempelkan kepala kemaluanku lalu ku dorong batangku memasuki lubangnya yang licin dan basah. “Oooouuuuhhhh …. Daaaannnn ….” rintih Nani ambil mencengkram punggungku saat batang kemaluanku sudah masuk seluruhnya. Ku ayunkan tubuhku perlahan sehingga batangku bergerak maju mundur di lubang vaginanya yang masih terasa sempit dan Nani menyambut tiap hujaman batang kemaluanku dengan mengangkat pinggulnya. Bibirku bermain melumat bibirnya, menjilati lehernya dan tanganku meremas dada, pinggang, pantat dan pahanya.

    Ayunan pinggulku disambut dengan goyangan pinggulnya sehingga dari mulut kami hanya terdengar desah, rintih kenikmatan. Saat tubuh kami sudah bermandi peluh dan gerakanku mulai semakin cepat, tiba tiba Nani membalikkan tubuhku dan dia mengambil posisi WOT. Nani ayunkan pinggulnya di atas perutku dan terasa sekali mulut rahimnya menggesek-gesek kepala batang kemaluanku. Ku remas kedua toketnya sambil kumainkan putingnya …. lalu gerakan Nani semakin liar menggilas batang kemaluanku dan …… “Ooooohhhh …. Daaaannnnnn” tubuh Nani mengejang dan kurasakan ada yang hangat menyirami batang kemaluanku. Saat tubuh Nani ambruk, segera ku lebarkan pahanya, ku tarik kakinya hingga menyadar di pundakku lalu kembali kuhujamkan batang kemaluanku ke lubang vaginanya. Ku terjang dia dengan gerakanku yang keras dan ku gigit gigit buah betisnya ….. mata Nani kadang membeliak kadang terpejam merasakan keliaran gerakan dan gigitanku ……. tangannya mencengkram sprei, bantal dengan gerakan yang tidak menentu …. dan ketika kurasakan bahwa aku akan segera sampai segera ke tindih tubuhnya …

    ku percepat gerakanku ……. saat ku benamkan se dalam-dalanya batang kemaluanku …. aku muntahkan cairan maniku di dasar luang vaginanya. Ku peluk tubuhnya seerat mungkin dan Nani menggigit bahuku karena ternyata saat aku meledak, dia kembali mengalami orgasme. Setelah air maniku sudah keluar semua di lubangnya …. ku kecup bibirnya. Wajah dan tubuh Nani bersimbah peluh sama dengan tubuhku. Saat akan ku cabut batang kemaluanku, Nani menahannya dengan kakinya dan dia bisikkan “ Biar Dan … biar lepas sendiri …. Nikmat sekali ******mu, Yang “ katanya sambil mengecup bibirku. Kami berciuman dan akhirnya batang kemaluanku yang sudah mengecil terlepas dengan sendirinya. Aku berbaring dan Nani membaringkan kepalanya di dadaku. Kupeluk tubuhnya dan dia memelukku. Kami sempat tertidur kelelahan dan ketika aku terbangun … Nani mengecup bibirku sambil berkata “Malam ini aku nginep di sini yaa, Dan ?!” ku iyakan karena masih dua malam lagi aku menikmati kesendirianku sehingga aku bisa dengan merdeka menikmati tubuh Nani sepuasku.

    Kami kemudian mandi bersama dan di kamar mandi karena kami mandi sambil bercumbu, batangku mengeras kembali sehingga di kamar mandi kembali ku benamkan batang kemaluanku. Kusuruh Nani nungging berpegangan di bibir bak dan ku susupkan batangku dari belakang. Tak kalah panasnya tapi karena posisinya kurang nyaman sehingga kami tidak menggapai orgasme. Kami lanjutkan acara mandi yang tertunda dan selesai mandi kami kembali bercumbu di sofa ruang keluarga. Dua malam kami bercumbu dan bersetubuh lagi dan lagi sampai akhirnya tiba waktunya Nani harus pulang. Kami buat janji untuk bertemu dan mengulangi perselingkuhan nikmat kami dan Nani sambut keinginanku karena dia juga ketagihan dengan permainan mesra kami. Selama 3 tahun kami jalani perselingkuhan, kadang kami bertemu di hotel, menyewa bungalow bahkan kami pernah beberapa kali bersetubuh di tenda saat kami melakukan kemping bersama. Hubungan kami akhirnya putus dengan baik-baik karena kami sama-sama menyadari bahwa anak-anak kami memerlukan perhatian penuh dari kami. Usiaku saat memulai perselingkuhan dengannya sudah 43 tahun dan Nani setahun lebih muda dariku.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,