Author: perawanku

  • Cerita Sex Bersemangat Untuk Diperiksa

    Cerita Sex Bersemangat Untuk Diperiksa


    1048 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Bersemangat Untuk DiperiksaCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Kau sudah jenuh untuk menunggu antri di sebuah klinik untuk memerikasakan tubuhku, mungkin seperti biasanya aku disuruh untuk cek darah, air seni dan si periksa menggunakan stetoscop, mungkin hanya hanya itu saja kemudian dikasih obat resep , mana yang memeriksaku dokter cowok tua lagi pasti kerjanya sudah bisa dibayangkan sendiri.

    Beberapa kali saya menanyakan pada orang di loket pendaftaran dan selalu memperoleh jawaban sama, yaitu agar saya sabar sebab dokternya dalam perjalanan dan mungkin sedang terjebak macet. Saya melihat arloji di tangan saya. Akhirnya saya memutuskan bahwa kalau dokternya tidak juga datang limabelas menit lagi, maka saya akan pulang saja ke rumah.

    Dengan menarik nafas kesal, saya memandangi sekeliling saya. Tahu-tahu mata saya tertumbuk pada seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam klinik tersebut. Amboi, cantik juga dia. Saya taksir usianya sekitar 35 tahun.

    Tetapi alamak, tubuhnya seperti cewek baru duapuluhan. Kencang dan padat. Payudaranya yang membusung cukup besar itu tampak semakin menonjol di balik kaos oblong ketat yang ia kenakan. Gumpalan pantatnya di balik celana jeans-nya yang juga ketat, teramat membangkitkan selera.

    Batinku, coba dokternya dia ya. Tidak apa-apa deh kalau harus diperiksa berjam-jam olehnya. Akan tetapi karena rasa bosan yang sudah menjadi-jadi, saya tidak memperhatikan wanita itu lagi. Saya kembali tenggelam dalam lamunan yang tak tentu arahnya.

    “Mas, silakan masuk. Itu dokternya sudah datang.” Petugas di loket pendaftaran membuyarkan lamunan saya. Saat itu saya sudah hendak memutuskan untuk pulang ke rumah, mengingat waktu sudah berlalu limabelas menit. Dengan malas-malasan saya bangkit dari bangku dan berjalan masuk ke ruang periksa dokter.

    “Selamat malam”, suara lembut menyapa saat saya membuka pintu ruang periksa dan masuk ke dalam. Saya menoleh ke arah suara yang amat menyejukkan hati itu. Saya terpana, ternyata dokter yang akan memeriksa saya adalah wanita cantik yang tadi sempat saya perhatikan sejenak. Seketika itu juga saya menjadi bersemangat kembali.

    “Selamat malam, Dok”, sahut saya. Ia tersenyum. Aah, luluhlah hati saya karena senyumannya ini yang semakin membuatnya cantik.

    “Oke, sekarang coba kamu buka kaos kamu dan berbaring di sana”, kata sang dokter sambil menunjuk ke arah tempat tidur yang ada di sudut ruang periksa tersebut.

    Saya pun menurut. Setelah menanggalkan kaos oblong, saya membaringkan diri di tempat tidur. Dokter yang ternyata bernama Dokter S itu menghampiri saya dengan berkalungkan stetoskop di lehernya yang jenjang dan putih.

    “Kamu pernah menderita penyakit berat? Tipus? Lever atau yang lainnya?” Tanyanya. Saya menggeleng.

    “Sekarang coba kamu tarik nafas lalu hembuskan, begitu berulang-ulang ya.” Dengan stetoskopnya, Dokter S memeriksa tubuh saya.

    Saat stetoskopnya yang dingin itu menyentuh dada saya, seketika itu juga suatu aliran aneh menjalar di tubuh saya. Tanpa saya sadari, saya rasakan, batang kemaluan saya mulai menegang. Saya menjadi gugup, takut kalau Dokter S tahu.

    Tapi untuk ia tidak memperhatikan gerakan di balik celana saya. Namun setiap sentuhan stetoskopnya, apalagi setelah tangannya menekan-nekan ulu hati saya untuk memeriksa apakah bagian tersebut terasa sakit atau tidak, semakin membuat batang kemaluan saya bertambah tegak lagi, sehingga cukup menonjol di balik celana panjang saya.

    “Wah, kenapa kamu ini? Kok itu kamu berdiri? Terangsang saya ya?” Mati deh! Ternyata Dokter S mengetahui apa yang terjadi di selangkangan saya. Aduh! Muka ini rasanya mau ditaruh di mana. Malu sekali!

    “Nah, coba kamu lepas celana panjang dan celana dalam kamu. Saya mau periksa kamu menderita hernia atau tidak.” Nah lho! Kok jadi begini?! Tapi saya menurut saja. Saya tanggalkan seluruh celana saya, sehingga saya telanjang bulat di depan Dokter S yang bak bidadari itu.

    Gila! Dokter S tertawa melihat batang kemaluan saya yang mengeras itu. Batang kemaluan saya itu memang tidak terlalu panjang dan besar, malah termasuk berukuran kecil. Tetapi jika sudah menegang seperti saat itu, menjadi cukup menonjol.

    “Uh, burung kamu biar kecil tapi bisa tegang juga”, kata Dokter S serasa mengelus batang kemaluan saya dengan tangannya yang halus. Wajah saya menjadi bersemu merah dibuatnya, sementara tanpa dapat dicegah lagi, batang kemaluan saya semakin bertambah tegak tersentuh tangan Dokter S.

    Dokter S masih mengelus-elus dan mengusap-usap batang kemaluan saya itu dari pangkal hingga ujung, juga meremas-remas buah zakar saya.

    “Mmm… Kamu pernah bermain?” Saya menggeleng. Jangankan pernah bermain. Baru kali ini saya telanjang di depan seorang wanita! Mana cantik dan molek lagi!

    “Aahhh…” Saya mendesah ketika mulut Dokter S mulai mengulum batang kemaluan saya. Lalu dengan lidahnya yang kelihatannya sudah mahir digelitiknya ujung kemaluan saya itu, membuat saya menggerinjal-gerinjal. Seluruh batang kemaluan saya sudah hampir masuk ke dalam mulut Dokter S yang cantik itu. Dengan bertubi-tubi disedot-sedotnya batang kemaluan saya. Terasa geli dan nikmat sekali. Baru kali ini saya merasakan kenikmatan yang tak tertandingi seperti ini.

    Dokter S segera melanjutkan permainannya. Ia memasukkan dan mengeluarkan batang kemaluan saya dari dalam mulutnya berulang-ulang. Gesekan-gesekan antara batang kemaluan saya dengan dinding mulutnya yang basah membangkitkan kenikmatan tersendiri bagi saya.

    “Auuh.. Aaahh..” Akhirnya saya sudah tidak tahan lagi. Kemaluan saya menyemprotkan cairan kental berwarna putih ke dalam mulut Dokter S. Bagai kehausan, Dokter S meneguk semua cairan kental tersebut sampai habis.

    “Duh, masa baru begitu saja kamu udah keluar.” Dokter S meledek saya yang baru bermain oral saja sudah mencapai klimaks.

    “Dok.. Saya.. baru pertama kali.. melakukan ini…” jawab saya terengah-engah.

    Dokter S tidak menjawab. Ia melepas jas dokternya dan menyampirkannya di gantungan baju di dekat pintu. Kemudian ia menanggalkan kaos oblong yang dikenakannya, juga celana jeans-nya.

    Mata saya melotot memandangi payudara montoknya yang tampaknya seperti sudah tidak sabar ingin mencelat keluar dari balik BH-nya yang halus. Mata saya serasa mau meloncat keluar sewaktu Dokter S mencopot BH-nya dan melepaskan celana dalamnya.

    Astaga! Baru sekarang saya pernah melihat payudara sebesar ini. Sungguh besar namun terpelihara dan kencang. Tidak ada tanda-tanda kendor atau lipatan-lipatan lemak di tubuhnya. Demikian pula pantatnya. Masih menggumpal bulat yang montok dan kenyal.

    Benar-benar tubuh paling sempurna yang pernah saya lihat selama hidup saya. Saya rasakan batang kemaluan saya mulai bangkit kembali menyaksikan pemandangan yang teramat indah ini.

    Dokter S kembali menghampiri saya. Ia menyodorkan payudaranya yang menggantung kenyal ke wajah saya. Tanpa mau membuang waktu, saya langsung menerima pemberiannya. Mulut saja langsung menyergap payudara nan indah ini.

    Sambil menyedot-nyedot puting susunya yang amat tinggi itu, mengingatkan saya waktu saya menyusu pada ibu saya selagi kecil. Dokter S adalah wanita yang kedua yang pernah saya isap-isap payudaranya, tentu saja setelah ibu saya saat saya masih kecil.

    “Uuuhhh.. Aaah…” Dokter S mendesah-desah tatkala lidah saya menjilat-jilat ujung puting susunya yang begitu tinggi menantang. Saya permainkan puting susu yang memang amat menggiurkan ini dengan bebasnya. Sekali-sekali saya gigit puting susunya itu. Tidak cukup keras memang, namun cukup membuat Dokter S menggelinjang sambil meringis-ringis.

    Tak lama kemudian, batang kemaluan saya sudah siap tempur kembali. Saya menarik tangan Dokter S agar ikut naik ke atas tempat tidur. Dokter S memahami apa maksud saya. Ia langsung naik ke atas tubuh saya yang masih berbaring tertelentang di tempat tidur.

    Perlahan-lahan dengan tubuh sedikit menunduk ia mengarahkan batang kemaluan saya ke liang kewanitaannya yang sekelilingnya ditumbuhi bulu-bulu lebat kehitaman. Lalu dengan cukup keras, setelah batang kemaluan saya masuk satu sentimeter ke dalam liang kewanitaannya, ia menurunkan pantatnya, membuat batang kemaluan saya hampir tertelan seluruhnya di dalam liang senggamanya.

    Saya melenguh keras dan menggerinjal-gerinjal cukup kencang waktu ujung batang kemaluan saya menyentuh pangkal liang kewanitaan Dokter S. Menyadari bahwa saya mulai terangsang, Dokter S menambah kualitas permainannya.

    Ia menggerak-gerakkan pantatnya berputar-putar ke kiri ke kanan dan naik turun ke atas ke bawah. Begitu seterusnya berulang-ulang dengan tempo yang semakin lama semakin tinggi. Membuat tubuh saya menjadi meregang merasakan nikmat yang tiada tara.

    Saya merasa sudah hampir tidak tahan lagi. Batang kemaluan saya sudah nyaris menyemprotkan cairan kenikmatan lagi. Namun saya mencoba menahannya sekuat tenaga dan mencoba mengimbangi permainan Dokter S yang liar itu.

    Akhirnya.., “Aaahh.. Ouuhhh..” Saya dan Dokter S sama-sama menjerit keras. Kami berdua mencapai klimaks hampir bersamaan. Saya menyemprotkan air mani saya di dalam liang kewanitaan Dokter S yang masih berdenyut-denyut menjepit batang kemaluan saya.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Bersetubuh Dengan Mbak Cindy Di Kapal Selam

    Cerita Sex Bersetubuh Dengan Mbak Cindy Di Kapal Selam


    730 views

    Perawanku – Cerita Sex Bersetubuh Dengan Mbak Cindy Di Kapal Selam, Boleh di bilang aku adalah laki-laki yang beruntung . karena terus terang saja aku tak memiliki penampilan fisik yang sungguh-sungguh baik , padahal tak jelek-jelek sekali.

    Kulit aku yang cukup gelap , badan aku yang cukup atletis , dan yang pasti batang kemaluan aku yang cukup ukurannya . Namun mungkin sebab secara naluri aku sungguh-sungguh senang melayani orang lain , sehingga aku menjadi seperti sekarang ini dengan segala kelebihan yang aku miliki.

    Awal cerita di kala tahun 2015 , aku berangkat dari kampung halaman aku dengan menumpang salah satu kapal milik PELNI , KM Rinjani . Karena waktu itu aku di terima sebagai seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggu di kota Yogyakarta , kota yang sekarang menjadi daerah tinggal aku.

    Sebagai seorang mahasiswa baru dari keluarga yang berkecukupan , aku sungguh-sungguh bangga apalagi untuk berangkat ini aku di bekali cukup uang dan tiket di kelas satu . Dan juga aku di bolehkan untuk mampir di rumah paman yang tinggal di jakarta dan jalan-jalan di sana sebelum daftar ulang sebagai mahasiswa baru di Jogja.

    Saat naik kapal pada hari keberangkatan , hati ini terasa senang sekali . Aku seketika menuju kamar aku . Kamar kelas satu , yang pasti sudah terbayang aku sungguh-sungguh enak rasanya . Namun aku kaget sekali , sebab di dalam kamar sudah ada seorang wanita . yang terus terang saja ada sedikit rasa senang juga sebab wanita tersebut tersenyum dengan manis nya di kala memperhatikan aku agak kaget.

    ” Ohh maaf , mungkin mabk ini salah kamar .. ? ” tanya aku agak ragu.

    Karena setahu aku tidak mungkin sudah kerap kali berpergian dengan kapal laut , dalam satu kamar harus nya hanya ada satu tipe kelamin , jika laki-laki ya laki-laki segala , atau jika peremouan ya perempuan segala.

    Namun sudah di cocokan terbukti nomer tiket kami sama , artinya kami satu kamar . Wahh , terus terang aja aku agak canggung juga rasanya , melainkan di balik kecanggungan aku ada rasa senang juga loh . Karena wanita yang ini cukup cantik juga dan body nya cukup menggairahkan . dan sebab aku kerap kali sekali nonton film porno , seketika aku membayangkan jika nanti malam kami akan tidur berdua dan berpelukan dengan saling mengelus-elus ‘ sentra ‘ kenikmatan masing-masing.

    Pada waktu pemeriksaan tiket, tanpa ragu dia seketika mengatakan bahwasanya aku ialah adik sepupunya , jadi oleh petugas kami tak di pindahkan . Wahh, tambah senang lah hati ini . Dan semenjak itu kami banyak sekali ngobrol-ngobrol, dari situ juga aku tahu jika dia adalah pegawai sebuah bank swasta di jakarta.
    Bernama cindy . Suaminya seorang dosen sebuah perguruan tinggi di jakarta, dan yang lebih hebat lagi dia tak sesuai dengan umurnya yang sudah 35 tahun dan sudah beranak dua.

    Setelah makan siang kami masih melanjutkan obrolan kami tentang beragam hal di anjungan depan kapal. kapal kami sudah semakin jauhh dari daratan , jarum jam sudah pukul dia, hawa terasa agak panas , mata mulai mengantuk di terpa angin laut, akhirnya kami menentukan untuk beristirahat saja. Tanpa sadar Cindy menggandeng tangan aku dikala kami berjalan menuju kamar. Sebab agak canggung, tangan nya aku lepaskan. Cindy agak kaget melainkan dia bahkan tersenyum manja.

    Memang pada waktu itu aku kerap kali menonton film porno dan juga kerap kali beronani, melainkan melakukan hubungan seks aku belum pernah sama sekali. jadi hati ini rasanya deg-degan luar biasa. Sebab di kala berjalan di lorong kapal yang kebetulan aku berada di belakangnya, aku memperhatikan pantatnya yang bulat yang terbalut celana jeans ketat dan rambutnya yang panjang sepunggung dan diikat sehingga terlihat level belakang lehernya yang putih dan mulus.

    ” Ohh !! Cantik sekali ” jerit batin aku.

    Pada waktu itu aku berharap memeluknya dari belakang dan berharap seketika mencium lehernya itu, melainkan sekali lagi hati ini rasanya canggung sekali , boleh di bilang aku takut !

    Saat kami bersama-sama masuk kamar cindy seketika menuju ke kemar mandi, katanya dia sudah kegerahan dan sebelum tidur siang berharap mandi dulu. Aku seketika rebahan di daerah tidur sambil membayangkan tubuh cindy yang pasti sintal dan menggairahkan jika diamati dari pantatnya yang bula . Tanpa sadar tangan kiri aku sudah mnegendalikan batang kemaluan yang mulai mengeras.

    Namun tiba-tiba ada bunyi dari balik pintu kamar mandi, ” Mass Andi , Tolong ambilkan handuk aku di dalam koper dong.”

    Aku kaget setengah mati, sebab pikir aku Cindy sudah keluar dari kamar mandi. Saat mengambil handuk, aku memperhatikan pakaian dalamnya yang baik-baik dan supermini.

    ” Ohhh .. ! ” batin ini semakin menjerit,

    Karena sebagai seorang laki-laki normal, pasti siapa saja tak akan tahan dengan momen seperti ini.

    Pintu aku keyuk untuk memberikan handuknya , dan di kala pintu di buka, alangkah kagetnya aku sebab Cindy berdiri di depan pintu hanya dengan celana dalam yang sungguh-sungguh mini dengan bordiran yang apik dan sungguh terang sekali terlihat gunungan hitam di selangkangan seperti akan meletus. Saat memperhatikan aku tertegun dengan handuk di tangan, dengan cueknya Cindy menarik tangan aku untuk mandi bersama.

    Pada waktu itu aku hanya seperti robot yang bergerak hanya jika di setel untuk bergerak . Karena terus terang saja. Waktu itu pikiran aku seakan tak percaya dengan apa yang sedang ada di hadapan ku .rupanya tubuh Cindy lebih cantik daripada apa yang aku bayangkan, dan lebih hebat lagi lebih cantik dalam kondisi telanjang.

    Tanpa sadar aku melepaskan celana dalam Cindy, Dan tubuhnya sekarang ku sirami dengan air dari shower . Cindy melenggak-lenggok pantatnya yang bulat dikala air shower aku arahkan ke pantatnya. Dan dikala aku arahkan ke punggung, Cindy meliuk-liukkan tubuhnya dengan sungguh-sungguh erotis. Tiba-tiba Cindy membalikkan tubuhnya dan seketika melahap bibir aku, dengan pesat dihisap dan disedot.

    Namun tiba-tiba Cindy berhenti dan marah, “Hey, dicopot dong bajunya!”

    Aku hanya bisa terawa kecil sebab bersamaan dengan itu Cindy bahkan dengan bergairahnya mencopot kaos dan celana panjang aku yang mana celana dalamnya seketika ikut serta terlepas.

    “Wow, lucu sekali bentuk batang kamu Andi..?” Cindy bertanya dengan manjanya.

    “Lho apa punya suami kamu nggak lucu tuh..?” aku balik tanya dan Cindy hanya tertawa dengan ujung kemaluan aku yang sudah berada di dalam mulutnya.

    Gila! Cindy benar-benar luar lazim, mungkin sebab dia sudah bersuami dan sudah punya anak pula. Dan baru kali ini aku menikmati alangkah nikmatnya apa yang selama ini selalu aku tonton di film dan selalu aku bayangkan siang dan malam. Dengan gemasnya Cindy mengelus-elus buah zakar dan menghisap-hisap kepala penis aku dengan lembutnya.

    Tak terasa sudah lama sekali Cindy menghisap batang penis dan akhirnya, “Hey, capek nih jongkok terus. Gantian dong..!”

    Cindy lalu aku gendong ke arah daerah tidur, lalu aku rebahkan dengan kakinya yang putih mulus terkulai di lantai. Kaki Cindy aku angkat perlahan-lahan, sambil memberikan sedikit sensasi di talapak kaki. Cindy kegelian dan mengelinjang, kemudian aku mulai menyerang payudaranya yang memang tak begitu besar melainkan cukup menggoda.

    Ujung penis aku gosok-gosokkan di lubang vaginanya sambil menghisap-hisap puting payudara Cindy. Aku semakin menikmati permainan dikala Cindy mulai mengerang-ngerang keenakkan. Dan dikala pinggulnya mulai digerak-gerakkan ke atas dan ke bawah aku mulai menyadarai jika Cindy minta dicoblos liang vaginanya. Namun aku sengaja untuk mempermainkan ujung penis di mulut vagina Cindy.

    “Ayo Andi, dimasukkan saja, jangan hanya diluar begitu dong..!” akhirnya Cindy benar-benar tak tahan.

    Lalu aku mulai menekan panis aku untuk masuk ke dalam vagina Cindy. Uuuhhh..! Hangat dan enak sekali rasaya. Cindy sambil mengerang keenakkan mangangkat pantatnya, sehingga penis aku semakin dalam masuknya. Aaahhh..! Semakin enak saja rasanya. Nantinya aku tahu jika berkaitan seks itu sungguh-sungguh enak rasanya.

    Saat pantat Cindy diwariskan, tiba-tiba penis aku terlepas dari lubangnya. Cindy menaikkan lagi pantatnya, dan dikala diwariskan lagi terlepas lagi. Begitu dan seterusnya sampai Cindy marah-marah sebab terbukti aku hanya membisu saja.

    “Ayo dong Andi kamu goyang juga pantatmu maju mundur. Ayo… dongg..!”

    Aku semakin tahu jika behubungan seks bukan saja enak melainkan juga menyenangkan. Pantat Cindy mulai membisu dan pantat aku mulai digerakkan. Perlahan-lahan aku masukkan batang penis yang sudah sungguh-sungguh tegang ini, dan aku tarik lagi dengan satu hentakan keras.

    Perlahan-lahan lagi aku masukkan dan aku tarik lagi dengan satu hentakan keras. Cindy merem melek dikala aku masukkan, dan Cindy mengerang keras dikala aku tarik. Begitu terus aku lakukan sampai akhirnya Cindy bangun dan memeluk aku.

    Dengan mesranya aku menggendong dan mencium bibir Cindy. Namun aku kaget dikala tiba-tiba Cyndi menggoyang dengan keras sekali pantatnya, diputar-putar pantatnya pada gendongan aku, dan pada dikala itu aku semakin kaget dikala tiba-iba pula lubang vaginanya terasa mengecil lalu dengan kerasnya Cindy berteriak, “Annddiii..!” dan keringat kecil-kecil mulai keluar di atas keningnya.

    Sekali lagi, dari sinilah aku benar-benar tahu bahwasanya berkaitan seks itu enak sekali, menyenangkan, dan yang lebih menyenangkan lagi jika kita bisa membawa pasangan kita ke puncak kenikmatan. Karena pada dikala kita memperhatikan pasangan kita menggelinjang keenakkan pada dikala itu pula hati ini akan terasa plong.

    Kembali Cindy marah, sebab dia sudah kelelahan sementara batang kemaluan aku masih berdiri tegak. Dan yang pasti aku belum ejakulasi. Namun sambil mengecup bibir Cindy dengan lembut aku katakan jika aku sudah sungguh-sungguh senang dikenalkan dengan hubungan seks yang sebenarnya, dan aku sudah sungguh-sungguh puas memperhatikan dirinya puas dan senang dengan permainan aku.

    Nantinya kami mandi bersama, dan di kamar mandi kami masih mengulangi permainan-permainan yang lebih menyenangkan lagi. Hampir setiap dikala dan setiap kesempatan di kapal kami melakukannya lagi dan lagi. Saat sampai di Jakarta, dia memberikan alamat dan nomer teleponnya dan berharap sekali jika aku berharap mampir ke rumah atau kantornya.

    Beberapa kali Cindy pernah aku hubungi dan beberapa kali kami pernah berjumpa, sampai akhirnya sekarang kami tak pernah lagi berjumpa sebab terakhir kali aku hubungi alamatnya sudah pindah.

    Entah dimana kamu Cindy, melainkan yang terang aku selalu merindukan kamu, sebab kamu sudah memberikan pengalaman dan pengetahuan yang berharga tentang bagaimana berkaitan seks dan memuaskan pasangan main.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Bersetubuh Dengan Pembantu Yang Sudah Lama Menjanda

    Cerita Sex Bersetubuh Dengan Pembantu Yang Sudah Lama Menjanda


    1032 views

    Perawanku – Cerita Sex Bersetubuh Dengan Pembantu Yang Sudah Lama Menjanda, Mbak Diah adalah sosok wanita dari desa yang begitu cantik dan mempunyai bodi yang sangat mengigurkan. Mbak Diah ini sudah bekerja dirumahku lama sekali, kurang lebih 10 tahun. Mbak Diah juga sudah dianggap seperti keluarga sendiri karena ortuku juga sudah percaya padanya. Mbak Diah umurna masih muda 28 tahun Sementara umurku 22 tahun. Dan kali ini aku akan meneritakan bagaimana mbak Dia mengajariku tentang semua yang berhubungan dengan “sex”. Selain itu mbak Diah juga banyak mengajariku tentang bagamana agar bisa meuaskan seorang perempuan. Namun selum mendapatkan ajara dari mbak Diah, aku juga sedikit banyaktau dar video porno.

    Ceritaku ini terjadi bermula ketika kedua ortuku sedang pergi keluar kota untuk menengok keluarga ayahku yang kecelakaan dan terluka parah. Aku sempet mau ikut namun karena aku ada ujian jadilah aku dilarang oleh kedua ortuku. Karena diruma aku hanya anak satu-satunya maka jadilah sekaran dirumah hanya ada aku dan mbak Diah. Seketika itu juga melihat keadaan ang sepi, otak kotorku pun keluar, aku langsung berpikir bagaimana caranya untuk aku bisa enikmat tubuh mbak Diah sangat menggiurkan itu. Payudara yang sangat besar dan padat, bongkahan pantatnya membuat birahiku naik. Ingin sekali aku langsung memaksa mbak Diah, namun aku masih berpikir karena aku takut kalau aku dilaporkan pada kedua ortuku.

    Selama ujian berlangsung, aku gak bisa konsen dan hanya mbak Diah yang ada dipikirnku. Pikiranku terus melayang mebayangkan mbak tubuh molek mbak Diah telanjang dan aku menikmati setiap jengkal tubuhnya.

    Kubayangkan betapa nikmatnya memek mbak Diah saat kuentot dengan desahan-desahan yang keluar dari mulutnya. Hingga akhirnya ujianku selesai danaku langsung pulang kerumah. Aku sangat bersemangat karena sampai dirumah aku bisa menikmati keseksian mbak Diah. Dan benar seperti yang kubayangkan, ketika aku sampai dirumah, kulihat pemandangan yang tak seperti biasanya. Kulihat mbak Diah memakai pakaian yang sangat ketat sekali hingga payudaranya sangat menonjol besar sekali dan seketika itu juga aku langsung bernafsu melihatnya.

    Ketika aku mau masuk kamar, mbak Diah-pun menyapaku,

    “Kenapa mas Bayu menundukkan kepalanya begitu”

    “Gak papa kok mbak” jawabk sambil tidak melihat mbak Diah.

    Dan aku langsung pergi begitu saja meninggalkan mbak Diah yang sedang asik menonton TV. Sampai didalam kamar, aku masih terheran Dengan kemolekan tubuh mbak Diah yang sangat menggoda sekali. Kemudian aku-pun berimajinasi membayangkan kenikmatan menyetubuhi mbak Diah dan aku-pun langsung melampiaskan anganku Dengan menonton film porno lewat HP-ku. Dan tak kusangka aku menonton film porno Dengan volume yang tinggi hingga mbak Diah mendengarnya dan langsung mbak Diah nyamperin aku dikamarku dan menegurku,

    “Hayoooo…lagi nonton apa mas?? Suaranya terdengar sampai diluar lho mas”

    “Eeennngg…Ennggaak nonton apa-apa kok mbak” jawabku dengan wajah yang sudah memerah

    “Aaaahhh…mbak tau hlooo mas, Mas Bayu gak usah bohong deeh,, gak papa kok kan mas juga sudah besar, apa mau mbak temenin nontonnya??” tanya mbak Diah.

    Mendengar pertanyaan mbak Diah-pun aku bingung mejawabnya hingaga aku terdiam dengan wajah yang tertunduk. Namun dilar dugaanku, setelah aku diam tak menjawab pertanyan mbak Diah, mbak DIah-pun langsung menuju sebelahku. Hatiku saat itu sangat deg-deg’an sekali, jantungku berdetak tak karuan dan,

    “Jangan malu-malu mas, mbak tau kok kalau setiap hari mas memperhatikan mbak, benar kan??” tanya mbak Diah dengan berbisik disebelahku.

    “iiii…iiiiYhaaaa…kok mbak tau, pasti mbak juga memperhatikanku kan??” tanyaku balik.

    “Sudah lama aku menantikan saat-saat seperti ini mas” ucap mbak Diah lirih disebelah kupingku persis, hingga wajah kami sekarang sudah berdekatan.

    Mbak Diah menghadap wajahku saat kutatap wajahnya. Mata kami saling bertatapan. Kulihat Mbak Diah sepertinya senang dan menyukai apa yang kulakukan. Tanganku jadi lebih berani mengusap-usap lengannya lalu kedadanya. Kuusap dadanya yang kenyal menegang dengan putting yang mulai mengeras.

    Kudekatkan mulutku untuk mencium pipinya. Dia berpaling menyamping, kemudian kutarik lagi pipinya. Mulut kamipun bertemu. Dan aku mencium bibirnya.

    Inilah pertama kalinya aku melakukannya kepada seorang perempuan. Desahan halus keluar dari mulut Mbak Diah saat kedua tanganku meremas punggungnya dan lidahku mulai menjalari leher Mbak Diah. Ini semua akibat film porno yang sering kutonton. Mbak DIah bersandar kedinding, namun gak meronta. Sementara tanganku menyusup masuk kedalam bajunya, mulut dan lidahnya kukecup, kuhisap dan kugelitik langit-langit mulutnya. Kancing BH-nya kulepaskan. Hingga tanganku bisa bergerak bebas mengusap payudaranya. Putingnya kupegang dengan lembut. Kami sama-sama hanyut dibuai kenikmatan walaupun kami masih berdiri bersandar di dinding.

    Aku dan mbak DIah sangat terangsang tak karuan. Nafas kami semakin memburu. Aku merasa tubuh Mbak DIah menyandar kedadaku. Dia sepertinya pasrah. Kemudian baju daster Mbak Diah kubuka. Didalam cahaya remang dan hujan lebat itu, kutatap wajahnya. Matanya terpejam. Daging kenyal yang selama ini terbungkus rapi menghiasi dadanya dan kuremas perlahan. Bibirku mengecup putting susunya secara perlahan. Kuhisap putting susunya yang mengeras itu hingga memerah. Mbak Diah semakin gelisah dan nafasnya sudah gak teratur lagi. Tangannya liar menarik-narik rambutku, sedangkan aku tenggelam dicelah payudaranya yang membusung. Mulutnya mendesah-desah, “Ssshh…, sshh!”. Putting susunya yang merekah itu kujilat berulangkali sambil kugigit perlahan-lahan.

    Kulepaskan ikatan kain dipinggangnya. Lidahku sekarang bermain dipusar Mbak Diah, sambil tanganku mulai mengusap-usap pahanya.

    Saat kulepaskan ikatan kainnya, tangan Mbak DIah semakin kuat menarik rambutku. “Mas Baayyuuu…Mas Bayuu…” suara Mbak DIah memanggilku perlahan. Aku terus melakukan usapanku. Nafasnya terengah-engah saat CD-nya kutarik kebawah. Tanganku mulai menyentuh daerah kemaluannya. Rambut halus disekitar kemaluannya kuusap-usap perlahan. Saat lidahku baru menyentuh vaginanya, Mbak Diah menarikku berdiri. Pandangan matanya terlihat sayu bagai menyatakan sesuatu.

    Pandangannya ditujukan tempat tidurnya. Aku segera mengerti maksud Mbak Diah dan lansung menuntun Mbak Diah menuju tempat tidur. Bau khas vaginanya merangsang sekali. Dengan satu bau khas yang sukar diceritakan.

    “Mas Bayuu” bisiknya perlahan di telingaku

    Aku terdiam sambil mengikuti apa yang kuinginkan. Mbak DIah sepertinya membiarkan saja. Kami benar-benar tenggelam. Mbak DIah sekarang kutelanjangi. Tubuhnya berbaring telentang sambil kakinya menyentuh lantai. Seluruh tubuhnya sangat menggiurkan.

    Mukanya berpaling kesebelah kiri. Matanya terpejam. Tangannya meremas kain sprei. Payudaranya membusung seperti minta disentuh. Putting susunya terlihat berair karena liur hisapanku tadi. Perutnya mulus dan pusarnya cukup indah. Aku melihat gak ada lipatan dan lemak seperti perut perempuan yang telah melahirkan. Memang Mbak Diah tidak memiliki anak karena dia bercerai setelah menikah 3 bulan. Kakinya merapat. Karena itu aku gak dapat melihat seluruh memeknya. Cuma sekumpulan rambut yang angat lebat namun halus menghiasi bagian bawah.

    Kemudian, tanganku terus membuka kancing bajuku satu-persatu. Retsluiting jeansku kuturunkan. Aku telanjang bulat dihadapan Mbak Diah. K0ntolku berdiri tegang melihat kecantikan sosok tubuh Mbak Diah. Payudara yang membusung dihiasi putting kecil dan daerah dibulatan putingnya kemerah-merahan. Indah sekali kupandang dicelah pahanya. Mbak Diah terlentang kaku. Tidak bergerak. Cuma nafasnya saja naik turun. Kemudian aku-pun duduk dipinggir kasur sambil mendekap tubuh Mbak Ayuk. Sungguh lembut tubuh mungil Mbak Diah. Kupeluk dengan gemas sambil kulumat mesra bibir ranumnya. Tanganku meraba seluruh tubuhnya. Sambil memegang putting susunya, kuremas-remas payudaranya yang kenyal itu. Kuusap-usap dan kuremas-remas. Nafsuku terangsang semakin hebat hingga k0ntolku menyentuh pinggang Mbak Diah. Kudekatkan k0ntolku ketangan Mbak Dah yang kemudian digenggamnya k0ntolku erat-erat kemudian diusap-usapnya.

    Memang Mbak DIah tahu apa yang harus dilakukan. Maklumlah dia sudah pernah menikah. Dibandingkan denganku, aku cuma tahu teori dengan melihat film porno saja. Tanganku terus mengusap perutnya hingga kecelah selangkangannya. Terasa lendir basah dikemaluannya. Aku beralih dengan posisi 69. Rupanya Mbak DIah mengerti keinginanku. Kemudian dipegangnya k0ntolku yang sudah tegang dan dimasukkannya kedalam mulutnya. Mataku terpejam-pejam saat lidah Mbak DIah melumat kepala k0ntolku dengan lembut.

    K0ntolku dikulum sampai kepangkalnya. Sukar untuk dibayangkan betapa nikmatnya diriku.

    Bibir Mbak Diah terasa menarik-narik batang k0ntolku. Gak tahan diperlakukan begitu, kemudian aku mendesah menahan nikmat. Kubuka lebar-lebar paha Mbak Diah sambil mencari liang vaginanya. Kusibakkan vaginanya yang telah basah itu. Kujulurkan lidahku sambil memegang klitorisnya. Mbak Diah mendesah. Kujilat-jilat dengan lidahku. Kulumat dengan mulutku. Lubang kemaluan Mbak Diah semakin memerah. Bau kemaluannya semakin kuat. Aku jadi semakin terangsang. Seketika kulihat air berwarna putih meleleh dari lubang memeknya. Tentu Mbak Diah sudah cukup terangsang, pikirku.

    Aku kembali pada posisi semula. Tubuh kami berhadapan. Tangannya menarik tubuhku untuk rebah bersama. Payudaranya tertindih oleh dadaku. Mbak Diah memperbaiki posisinya saat tanganku mencoba mengusap-usap pangkal pahanya. Kedua Kaki Mbak Diah mulai membuka sedikit saat jariku menyentuh memeknya. Lidahku mulai turun kedadanya. Putting susunya kuhisap sedikit kasar.

    Punggung Mbak Diah terangkat-angkat saat lidahku mengitari perutnya. Akhirnya jilatanku sampai kecelah pahanya. Mbak Diah semakin membuka pahanya saat kujilat klitorisnya, kulihat Mbak Diah sudah gak bergerak lagi. Kakinya kadang-kadang menjepit kepalaku sedangkan lidahku sibuk mencari tempat-tempat yang bisa mendatangkan kenikmatan baginya. Desahan Mbak Diah semakin keras dan nafasnya pun yang terus mendesah. Rambutku ditarik-tariknya dengan mata terpejam menahan kenikmatan. Aku bertanya.

    “Gimana Mbak rasanya?” suaraku lembut dan sedikit manja.

    Mbak Diah gak menjawab. Mbak Diah hanya membuka matanya sedikit sambil menarik napas panjang. Aku mengerti. Itu bertanda dia setuju. Tanpa disuruh, kuarahkan k0ntolku kearah lubang memeknya yang sekarang sudah terbuka lebar. Lendir dan liurku telah banjir dilubang memeknya.

    Kugesek-gesekan kepala k0ntolku dicairan yang membanjir itu. Perlahan kutekan kedalam. Tekanan k0ntolku memang agak sedikit susah. Terasa sempit. Kulihat Mbak Diah menggelinjang seperti kesakitan.

    “Pelan-pelan mas Bayu” mbak DIah berbicara dengan nafas sesak.

    Aku sekarang mengerti, vagina mbak Diah sudah sempit lagi setelah 5tahun gak disetubuhi, walaupun dia sudah gak perawan lagi. Memang aku belum berpengalaman kerena ini merupakan pertama kalinya aku menyetubuhi seorang perempuan walau umurku sudah matang. Kutekan lagi. Kumasukkan k0ntolku perlahan. Kutekan punggungku kedepan. Sangat hati-hati. Terasa memang sempit. Kemudian mbak Diah memegang lenganku erat-erat. Mulutnya meringis seperti orang sedang menggigit tulang. Hanya sebagian k0ntolku yang masuk. Kubiarkan sebentar k0ntolku berhenti, terdiam. Mbak Diah juga terdiam tenang. Sementara itu, kupeluk tubuh mbak Diah dengan gemas sambil memainkan payudaranya, menjilat, mengusap dan menggigit-gigit lembut. Mulutnya kukecup sambil lidahnya kumainkan.

    Kami memang sudah sangat bernafsu dan snagat terangsang. Kemudian kutanya dengan suara lembut.

    “Mau diteruskan mbak???”

    Mbak Diah membuka matanya. Dibibirnya terlihat senyum manis yang menggairahkan. Kutekan k0ntolku kedalam. Lalu kutarik kebelakang perlahan-lahan. Kuhentakkan perlahan, emang sempit memek mbak Diah, mencengkram seluruh batang k0ntolku.

    k0ntolku terasa seperti tersedot didalam memek mbak Diah. Kami semakin terangsang! k0ntolku mulai memasuki vagina mbak Diah lebih lancar. Terasa hangatnya sungguh menggairahkan. Mata mbak Diah terbuka menatapku dengan pandangan yang sayu saat k0ntolku mulai kukeluar-masukkan. Bibirnya dicibirkan rapat-rapat seperti gak sabar menunggu tindakanku selanjutnya. Sedikit demi sedikit k0ntolku masuk sampai kepangkalnya. Mbak Diah mendesah dan mengerang seiring dengan keluar-masuknya k0ntolku divaginanya. Kadang-kadang punggung mbak Diah terangkat-angkat menyambut k0ntolku yang sudah melekat divaginanya. Lama kumaju-mundurkan k0ntolku seiring dengan nafas kami yang semakin gak teratur lagi. Suatu saat kurasakan badan mbak Diah mengejang dengan mata yang tertutup rapat. Tangannya memeluk erat-erat pinggangku.

    Punggungnya terangkat tinggi dan satu keluhan berat keluar dari mulutnya secara pelan. Denyutan divagina mbak Diah terasa kuat seakan melumatkan k0ntolku yang tertanam didalamnya. Goyanganku semakin kuat. Kasur mbak Diah bergoyang mengeluarkan bunyi berdecit-decit. Leher mbak Diah kurengkuh erat sambil badanku rapat menindih badannya. Saat itu seolah-olah kurasakan ada denyutan yang menandakan spermaku akan keluar. Denyutan yang semakin keras membuat k0ntolku semakin menegang keras. Mbak Ayuk mengimbanginya dengan menggoyangkan pinggulnya.

    Goyanganku semakin kencang. Vagina mbak Diah semakin keras menjepit k0ntolku. Kurangkul tubuhnya kuat-kuat. Mbak Diah diam saja. Bersandar pada tubuhku, mbak Diah lunglai seperti gak bertenaga. Kugoyang terus hingga tubuh mbak Diah seperti terguncang-guncang. Mbak Diah membiarkan saja perlakuanku itu. Nafasnya semakin kencang.

    Dalam keadaan sangat menggairahkan, akhirnya aku sampai kepuncak. spermaku muncrat kedalam vagina mbak Diah. Bergetar badanku saat spermaku muncrat. Mbak Diah mengait pahaku dengan kakinya. Matanya terbuka lebar memandangku. Mukanya serius. Bibir dan giginya dicibirkan. Nafasnya terengah-engah.

    Mbak Diah mengerang agak kuat. Waktu kumuntahkan spermaku, tusukanku dengan kuat menghunjam masuk kedalam. Kulihat mbak Diah menggelepar-gelepar. Dadanya terangkat dan kepalanya mendongak kebelakang. Aku lupa segala-galanya. Untuk beberapa saat kami merasakan kenikmatan itu. Beberapa tusukan tadi memang membuat kami sampai kepuncak bersama-sama. Memang hebat. Sungguh puas. Memang inilah pertama kalinya aku melakukan senggama. Mbak Diah lah perempuan pertama yang mendapatkan air perjakaku. Walaupun dia seorang janda, bagiku dia adalah perempuan yang sangat cantik.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Bersetubuh Dengan Wulan

    Cerita Sex Bersetubuh Dengan Wulan


    945 views

    Perawanku – Cerita Sex Bersetubuh Dengan Wulan, Wulan, 29 tahun, adalah seorang ibu rumah tangga dgn 2 orang anak 3 dan 5 tahun, Suaminya, Arif, 36 tahun, adalah karyawan dari salah satu perusahaan swasta besar di Bandung. Perawakan Wulan sebetulnya biasa saja seperti kebanyakan. Yg membuatnya menarik adalah bentuk tubuhnya yg sangat terawat. Payudaranya tdk terlalu besar, tp enak utk dipandang, sesuai dgn pinggangnya yg ramping dan pinggulnya yg bulat.Kehidupan rumah tangga mereka sangat harmonis. Dgn 2 anak yg sedang lucu-lucunya, ditambah dgn posisi Arif yg cukup tinggi di perusahaannya, membuat mereka menjadi keluarga yg cukup di hormati di lingkungan kompleks mereka tinggal. Wulan pada dasarnya adalah istri yg sangat setia kepada suaminya. Tdk pernah ada niat berkhianat terhadap Arif dlm hati Wulan karena dia sangat mencintai suaminya. Tp ada satu peristiwa yg menjadi awal berubahnya cara berpikir Wulan tentang cinta..

    Suatu siang, Wulan sedang mengasuh anaknya di depan rumah. Dikarenakan kedua anaknya waktu itu berlari jauh dari rumah, maka Wulan langsung mengejar mereka. Tp tanpa disengaja, kakinya menginjak sesuatu sampai akhirnya Wulan terjatuh. Lututnya memar, agak mengeluarkan darah. Wulan langsung berjongkok dan meringis menahan sakit. Pada waktu itu, Heru, anak tetangga depan rumah Wulan kebetulan lewat mau pulang ke rumahnya. Ketika melihat Wulan sedang jongkok sambil meringis memegang lututnya, Heru langsung lari ke arah Wulan.

    “Kenapa tante?” tanya Heru.
    “Aduh, lutut saya luka karena jatuh, Her…” ujar Wulan sambil meringis.
    “Bantu saya berdiri, Her…” kata Wulan.
    “Iya tante,” kata Heru sambil memegang tangan Wulan dan dibimbingnya bediri.
    “Her, tolong bawa anak-anak saya kemari.. Anterin ke rumah saya, ya…” kata Wulan.
    “Iya tante,” kata Heru sambil segera menghampiri anak-anak Wulan.

    Sementara Wulan segera pulang ke rumahnya sambil tertatih-tatih. Waktu Heru mengantarkan anak-anak Wulan ke rumahnya, Wulan sedang duduk di kursi depan sambil memegangi lututnya.

    “Ada obat merah tdk, tante?” tanya Heru.
    “Ada di dlm, Her,” kata Wulan.
    “Kita ke dlm saja…” kata Wulan lagi sambil bangkit dan tertatih-tatih masuk ke dlm rumah.

    Heru dan anak-anaknya mengikuti dari belakang.

    “Ma, Donny ngantuk,” kata anaknya kepada Wulan.
    “Tunggu sebentar ya, Her. Saya mau antar mereka dulu ke kamar. Sudah waktunya anak-anak tidur siang,” kata Wulan sambil bangkit dan tertatih-tatih mengantar anak-anaknya ke kamar tidur.

    Setelah mengantar mereka tidur, Wulan kembali ke tengah rumah.

    “Mana obat merahnya, tante?” tanya Heru.
    “Di atas sana, Her…” kata Wulan sambil menunjuk kotak obat.

    Heru segera bangkit dan menuju kotak obat utk mengambil obat merah dan kapas. Tak lama Heru segera kembali dan mulai mengobati lutut Wulan.

    “Maaf ya, tante.. Saya lancang,” kata Heru.
    “Tdk apa-apa kok, Her. Tante senang ada yg menolong,” kata Wulan sambil tersenyum.

    Heru mulai memegang lutut Wulan dan mulai memberikan obat merah pada lukanya.

    “Aduh, perih…” kata Wulan sambil agak menggerakkan lututnya.

    Secara bersamaan rok Wulan agak tersingkap sehingga sebagian paha mulusnya nampak di depan mata Heru. Heru terkesiap melihatnya. Tp Heru pura-pura tak melihatnya. Tp tetap saja paha mulus Wulan menggoda mata Heru utk melirik walau kadang-kadang. Hati Heru agak berdebar.. Biasanya dia hanya bisa melihat dari kejauhan saja lekuk-lekuk tubuh Wulan. Atau kadang-kadang hanya kebetulan saja melihat Wulan memakai celana pendek.

    Heru biasanya hanya bisa membayangkan saja tubuh Wulan sambil onani. Tp kini, di depan mata sendiri, paha mulus Wulan sangat jelas terlihat. Wulan sepertinya sadar kalau mata Heru sesekali melirik ke arah pahanya. Segera Wulan merapikan duduknya dan jg menutup pahanya. Herupun sepertinya terkesima dgn sikap Wulan tersebut. Heru menjadi malu sendiri..

    “Sudah saya berikan obat merah, tante…” kata Heru.
    “Iya, terima kasih,” kata Wulan sambil tersenyum.
    “Sekarang sudah mulai tdk terasa sakit lagi,” ujar Wulan lagi sambil tetap tersenyum.

    Heru, 16 tahun, adalah anak tetangga depan rumah Wulan. Masih duduk di bangku SMP kelas 3. Seperti kebanyakan anak laki-laki tanggung lainnya, Heru adalah sosok anak laki-laki yg sudah mulai mengalami masa puber.

    “Kenapa kamu nunduk terus, Her?” tanya Wulan.
    “Tdk apa-apa, tante…” ujar Heru sambil sekilas menatap mata Wulan lalu menunduk lagi sambil tersenyum malu.
    “Ayo, ada apa?” tanya Wulan lagi sambil tersenyum.
    “Anu, tante.. Maaf, mungkin tadi sempat marah karena tadi saya sempat melihat secara tdk sengaja…” kata Heru sambil tetap menunduk.
    “Lihat apa?” tanya Wulan pura-pura tdk mengerti.
    “Lihat.. Mm.. Lihat ini tante,” kata Heru sambil tangannya mengusap-ngusap pahanya sendiri.

    Wulan tersenyum mendengarnya.

    “Tdk apa-apa kok, Her,” kata Wulan.
    “Kan hanya melihat.. Bukan memegang,” kata Wulan lagi sambil tetap tersenyum.
    “Lagian, saya tdk keberatan kok kamu melihat paha tante tadi,” kata Wulan lagi sambil tetap tersenyum.
    “Kamu kan tadi sedang menolong saya memberikan obat,” kata Wulan.
    “Benar tante tdk marah?” tanya Heru sambil menatap Wulan.

    Wulan menggelengkan kepalanya sambil tetap tersenyum. Herupun jadi ikut tersenyum.

    “Tante sangat cantik kalau tersenyum,” kata Heru mulai berani.
    “Ihh, kamu tuh masih kecil sudah pintar merayu…” kata Wulan.
    “Saya berkata jujur loh, tante,” kata Heru lagi.
    “Kamu sudah makan, Her?” tanya Wulan.
    “Belum tante. Saya pulang dari rumah teman tadi belum makan,” kata Heru.
    “Makan disini saja, ya.. Temani saya makan siang,” ajak Wulan.
    “Baik tante, terima kasih,” kata Heru.

    Mereka menikmati makan siang di meja makan bulat kecil. Ketika sedang menikmati makan, tanpa sengaja kaki Heru menyentuk kaki Wulan. Heru kaget, lalu segera menarik kakinya.

    “Maaf tante, saya tdk sengaja,” kata Heru.
    “Tdk apa-apa kok, Her…” kata Wulan sambil matanya nenatap Heru dgn pandangan yg berbeda.

    Ketika kaki Heru menyentuh kakinya, seperti terasa ada sesuatu yg berdesir dari kaki yg tersentuh sampai ke hati. Wulan merasakan sesuatu yg lain akan kejadian tak sengaja itu.. Tiba-tiba Wulan merasakan ada sesuatu keinginan tertentu muncul yg membuat perasaannya tdk menentu. Sentuhan kaki Heru terasa begitu hangat dan membangkitkan suatu perasaan aneh..

    “Kamu sudah punya pacar, Her?” tanya Wulan sambil menatap Heru.
    “Belum tante,” kata Heru sambil tersenyum.
    “Lagian saya tdk tahu caranya mendapatkan perempuan,” ujar Heru lagi sambil tetap tersenyum. Wulanpun ikut tersenyum.
    “Pernah tdk kamu punya keinginan tertentu terhadap perempuan?” tanya Wulan lagi.
    “Keinginan apa tante?” tanya Heru. Wulan tersenyum.
    “Kita habiskan dulu makannya. Nanti kita bicara…” kata Wulan.

    Selesai makan, mereka duduk-duduk di ruang tengah.

    “Kamu ada sesuatu yg harus diselesaikan di rumah tdk saat ini?” tanya Wulan.
    “Tdk ada, tante,” kata Heru.
    “Tadi tante mau tanya apa?” kata Heru penasaran.
    “Begini, apakah kamu suka kepada wanita tertentu? Maksud saya suka kepada tubuh wanita?” tanya Wulan.
    “Kita bicara jujur saja, ya.. Saya tdk akan bicara pada siapa-siapa kok,” kata Wulan lagi.
    “Kamu jg mau kan jaga rahasia pembicaraan kita?” kata Wulan lagi.
    “Iya, tante,” kata Heru.
    “Kalau begitu jawablah pertanyaan tante tadi…” kata Wulan sambil tersenyum.
    “Ya, saya suka melihat perempuan yg tubuhnya bagus. Saya jg suka tante karena tante cantik dan tubuhnya bagus,” kata Heru tanpa ragu.

    “Maksudnya tubuh bagus apa,” tanya Wulan lagi. Heru agak ragu utk menjawab.
    “Ayolah…” kata Wulan sambil memegang tangan Heru. Tangan Heru bergetar.. Wulan tersenyum.
    “Mm.. Saya pernah.. Pernah lihat majalah Playboy, jg.. Jg.. Jg saya pernah lihat VCD porno.. Mm.. Mm.. Saya lihat banyak perempuan tubuhnya bagus…” kata Heru dgn nafas tersendat.
    “Oh, ya? Di VCD itu kamu lihat apa saja,” kata Wulan pura-pura tdk tahu, sambil terus menggenggam tangan Heru yg terus gemetar.
    “Mm.. Lihat orang sedang begituan…” kata Heru.
    “Begituan apa?” tanya Wulan lagi.
    “Ya, lihat orang sedang bersetubuh…” kata Heru.

    Wulan kembali tersenyum, tp dgn nafas yg agak memburu menahan sesuatu di dadanya.

    Cerita Sex Bersetubuh Dengan Wulan

    Cerita Sex Bersetubuh Dengan Wulan

    “Kamu suka tdk film begitu?” tanya Wulan.
    “Iya suka, tante?” kata Heru sambil menunduk.
    “Mau coba seperti di film, tdk?” kata Wulan.

    Heru diam sambil tetap menunduk. Tangannya makin gemetar. Wulan mendekatkan tubuhnya ke tubuh Heru. Wajahnya di dekatkan ke wajah Heru.

    “Mau tdk?” tanya Wulan setengah berbisik.

    Heru tetap diam dan gemetar. Wajahnya agak tertunduk. Wulan membelai pipi anak tanggung tersebut. Lalu diciumnya pipi Heru. Heru tetap diam dan makin gemetar. Wulan terus menciumi wajah Heru, lalu akhirnya dilumatnya bibir Heru.. Lama-lama Herupun mulai terangsang nafsunya. Dgn pasti dibalasnya ciuman Wulan.

    “Masukkan tangan kamu ke sini…” kata Wulan dgn nafas memburu sambil memegang tangan Heru dan mengarahkannya ke dlm baju Wulan.
    “Masukkan tangan kamu ke dlm BH saya, Her.. Pegang payudara saya,” kata Wulan sambil tangannya meremas penis Heru dari luar celana.

    Sementara tangan Heru sudah masuk ke dlm BH Wulan dan mulai meremas-remas payudara Wulan.

    “Mmhh.. Terus sayang…” kata Wulan.
    “Tangan saya pegal, tante…” kata Heru polos.
    “Uhh.. Kita pindah ke kamar, yuk…” ajak Wulan sambil menarik tangan Heru. Sesampainya di dlm kamar..
    “Buka pakaian kamu, Her…” ujar Wulanpun melepas seluruh pakaiannya sendiri.
    “Iya, tante…” kata Heru.

    Wulan setelah melepas seluruh pakaiannya, segera naik dan telentang di tempat tidur. Heru terkesima melihat tubuh telanjang Wulan. Seumur-umur Heru, baru kali ini dia melihat tubuh telanjang wanita di depan mata. Apalagi wanita tersebut adalah wanita yg sering di bayangkannya bila onani. Penis Heru langsung tegang dan tegak..

    “Naik sini, Her…” kata Wulan.
    “Iya, tante…” kata Heru.
    “Sini naik ke atas tubuh saya…” kata Wulan sambil mengangkangkan pahanya.

    Heru segera menaiki tubuh telanjang Wulan. Wulan langsung melumat bibir Heru dan Herupun langsung membalasnyanya dgn hebat. Sementara satu tangan Heru meremas payudara Wulan yg tdk terlalu besar. Sementara penis Heru sesekali mengenai belahan meqi Wulan.

    “Ohh.. Mmhh.. Terus remas.. Terus…” desah Wulan sambil memegang tangan Heru yg sedang meremas payudaranya, dan tangan mereka bersamaan meremas payudaranya.
    “Ohh.. Sshh…” kata Wulan. Herupun dgn bernafsu terus meremas dan menciumi serta menjilati payudara Wulan.
    “Her, jilati meqi ya, sayang…” pinta Wulan.
    “Tp saya tdk tahu caranya, tante,” kata Heru polos.

    “Sekarang dekatkan saja wajah kamu ke meqi, lalu kamu jilati belahannya…” kata Wulan setengah memaksa dgn menekan kepala Heru ke arah meqinya.

    Heru langsung menuruti permintaan Wulan. Dijilatinya belahan meqi Wulan sampai tubuh Wulan mengejang menahan nikmat.

    “Ohh.. Mm.. Ohh.. Terus jilat, sayang…” desah Wulan sambil meremas kepala Heru.
    “Her, kamu jilati bagian atas sini…” kata Wulan sambil jarinya mengelus kelentitnya.

    Lalu lidah Heru menjilati habis kelentit Wulan.. Wulan kembali menggelepar merasakan nikmat yg teramat sangat.

    “Teruss.. Sshh.. Ohh…” desah Wulan sambil badannya semakin mengejang.

    Pahanya rapat menjepit kepala Heru. Sementara tangannya semakin menekan kepala Heru ke meqinya. Tak lama..

    “Ohh…” desah Wulan panjang. Wulan orgasme.
    “Sudah, Her.. Naik sini,” kata Wulan.

    Heru lalu menaiki tubuh Wulan. Wulan lalu mengelap mulut Heru yg basah oleh cairan meqinya. Wulan tersenyum, lalu mengecup bibir Heru.

    “Mau tdk penis kamu saya hisap,” kata Wulan.
    “Mau tante,” kata Heru bersemangat.
    “Bangkitlah.. Sinikan penis kamu,” kata Wulan sambil tangannya meraih penis Heru yg tegang dan tegak.

    Heru lalu mengangkangi wajah Wulan. Wulan segera mengulum penis Heru. Tdk hanya itu, penis Heru lalu dijilat, dihisap, lalu dikocoknya silih berganti. Heru tubuhnya mengejang menahan rasa nikmat yg teramat sangat. Tangannya berpegangan pada pinggiran ranjang.

    “Ohh.. Tantee.. Enaakk…” jerit kecil Heru sambil memompa penisnya di mulut Wulan.
    “Masukkin ke meqi, sayang…” kata Wulan setelah dia beberapa lama menghisap penis Heru.

    Heru lalu mengangkangi Wulan. Sementara tangan Wulan memegang dan membimbing penis Heru ke lubang meqinya.

    “Ayo tekan sedikit, sayang…” kata Wulan.

    Heru berusaha menekan penisnya ke lubang meqi Wulan sampai akhirnya.. Bless.. Bless.. Bless.. Penis Heru berhasil masuk dan mulai memompa meqi Wulan. Heru merasakan suatu kenikmatan yg tiada tara pada batang penisnya.

    “Bagaimana rasanya, Her?” tanya Wulan sambil tersenyum dan menggoyang pantatnya.
    “Ohh.. Sangat enakk, tanttee…” kata Heru tersendat sambil memompa penisnya keluar masuk meqi Wulan.

    Wulan tersenyum.. Setelah beberapa lama memompa penisnya, tiba-tiba tubuh Heru mengejang. Gerakannya makin cepat. Wulan karena sudah mengerti langsung meremas pantat Heru dan menekankannya ke meqinya. Tak lama.. Crott.. Croott.. Croott.. Croott..

    “Ohh.. Hohh…” desah Heru. Tubuhnya lemas dan lunglai di atas tubuh Wulan.
    “Udah keluar? Bagaimana rasanya?” tanya tante Wulan sambil memeluk Heru.
    “Sangat enak, tante…” kata Heru.

    *****

    Itulah pengalaman nyata dari Wulan yg saya paparkan sesuai dgn aslinya ditambah sedikit reka-reka sensual dari saya. Menurut Wulan, kejadian ini baru berjalan mulai 2 bulan yg lalu. Sampai saat ini mereka masih sering melakukan persetubuhan di rumah Wulan setiap ada kesempatan. Menurutnya lagi, dlm satu hari/sepanjang siang, mereka biasanya bisa melakukan 2 kali persetubuhan, mungkin karena Heru masih muda. Perlu dijelaskan bahwa menurut Wulan, cintanya pada Arif tdk pernah berubah. Kejadian itu bermula tanpa ada niat dan keinginan. Terjadi begitu saja.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Bersetubuh Sehari Semalam

    Cerita Sex Bersetubuh Sehari Semalam


    2584 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Bersetubuh Sehari SemalamCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Terlebih dahulu perkenalkan namaku Mia panjangnya miyati, tak menyangka umurku sudah berkepala 4 tapi orang orang taunya kalau aku masih sekitar umur 29 tahun, aku sudah mempunyai 2 anak tinggiku 167 cm berat badanku 58 kg secara keselurahan tubuhku kencang dan padat aku berprofesi sebagai guru di SLTA.

    Kata orang tahi lalat di daguku seperti Berliana Febriyanti, dan bentuk tubuhku mirip Minati Atmanegara yang tetap kencang di usia yang semakin menua. Mungkin mereka ada benarnya, tetapi aku memiliki payudara yang lebih besar sehingga terlihat lebih menggairahkan dibanding artis yang kedua. Semua karunia itu kudapat dengan olahraga yang teratur.

    Kira-kira 6 tahun yang lalu saat usiaku masih 38 tahun salah seorang sehabatku menitipkan anaknya yang ingin kuliah di tempatku, karena ia teman baikku dan suamiku tidak keberatan akhirnya aku menyetujuinya.

    Nama pemuda itu Sandi, kulitnya kuning langsat dengan tinggi 173 cm. Badannya kurus kekar karena Sandi seorang atlit karate di tempatnya. Oh ya, Sandi ini pernah menjadi muridku saat aku masih menjadi guru SD.

    Sandi sangat sopan dan tahu diri. Dia banyak membantu pekerjaan rumah dan sering menemani atau mengantar kedua anakku jika ingin bepergian. Dalam waktu sebulan saja dia sudah menyatu dengan keluargaku, bahkan suamiku sering mengajaknya main tenis bersama.

    Aku juga menjadi terbiasa dengan kehadirannya, awalnya aku sangat menjaga penampilanku bila di depannya. Aku tidak malu lagi mengenakan baju kaos ketat yang bagian dadanya agak rendah, lagi pula Sandi memperlihatkan sikap yang wajar jika aku mengenakan pakaian yang agak menonjolkan keindahan garis tubuhku.

    Sekitar 3 bulan setelah kedatangannya, suamiku mendapat tugas sekolah S-2 keluar negeri selama 2, 5 tahun. Aku sangat berat melepasnya, karena aku bingung bagaimana menyalurkan kebutuhan sex-ku yang masih menggebu-gebu. Walau usiaku sudah tidak muda lagi, tapi aku rutin melakukannya dengan suamiku, paling tidak seminggu 5 kali. Mungkin itu karena olahraga yang selalu aku jalankan, sehingga hasrat tubuhku masih seperti anak muda. Dan kini dengan kepergiannya otomatis aku harus menahan diri.

    Awalnya biasa saja, tapi setelah 2 bulan kesepian yang amat sangat menyerangku. Itu membuat aku menjadi uring-uringan dan menjadi malas-malasan. Seperti minggu pagi itu, walau jam telah menunjukkan angka 9.

    Karena kemarin kedua anakku minta diantar bermalam di rumah nenek mereka, sehingga hari ini aku ingin tidur sepuas-puasnya. Setelah makan, aku lalu tidur-tiduran di sofa di depan TV. Tak lama terdengar suara pintu dIbuka dari kamar Sandi.

    Kudengar suara langkahnya mendekatiku. Agen Sbobet

    “Bu Asmi..?” Suaranya berbisik, aku diam saja. Kupejamkan mataku makin erat. Setelah beberapa saat lengang, tiba-tiba aku tercekat ketika merasakan sesuatu di pahaku. Kuintip melalui sudut mataku, ternyata Sandi sudah berdiri di samping ranjangku, dan matanya sedang tertuju menatap tubuhku, tangannya memegang bagian bawah gaunku, aku lupa kalau aku sedang mengenakan baju tidur yang tipis, apa lagi tidur telentang pula. Hatiku menjadi berdebar-debar tak karuan, aku terus berpura-pura tertidur.

    “Bu Asmi..?” Suara Sandi terdengar keras, kukira dia ingin memastikan apakah tidurku benar-benar nyeyak atau tidak.

    Aku memutuskan untuk pura-pura tidur. Kurasakan gaun tidurku tersingkap semua sampai keleher.

    Lalu kurasakan Sandi mengelus bibirku, jantungku seperti melompat, aku mencoba tetap tenang agar pemuda itu tidak curiga. Kurasakan lagi tangan itu mengelus-elus ketiakku, karena tanganku masuk ke dalam bantal otomatis ketiakku terlihat. Kuintip lagi, wajah pemuda itu dekat sekali dengan wajahku, tapi aku yakin ia belum tahu kalau aku pura-pura tertidur kuatur napas selembut mungkin.

    Lalu kurasakan tangannya menelusuri leherku, bulu kudukku meremang geli, aku mencoba bertahan, aku ingin tahu apa yang ingin dilakukannya terhadap tubuhku. Tak lama kemuadian aku merasakan tangannya meraba buah dadaku yang masih tertutup BH berwarna hitam, mula-mula ia cuma mengelus-elus, aku tetap diam sambil menikmati elusannya, lalu aku merasakan buah dadaku mulai diremas-remas, aku merasakan seperti ada sesuatu yang sedang bergejolak di dalam tubuhku, aku sudah lama merindukan sentuhan laki-laki dan kekasaran seorang pria. Aku memutuskan tetap diam sampai saatnya tiba. candusex

    Sekarang tangan Sandi sedang berusaha membuka kancing BH-ku dari depan, tak lama kemudian kurasakan tangan dingin pemuda itu meremas dan memilin puting susuku. Aku ingin merintih nikmat tapi nanti amalah membuatnya takut, jadi kurasakan remasannya dalam diam.

    Kurasakan tangannya gemetar saat memencet puting susuku, kulirik pelan, kulihat Sandi mendekatkan wajahnya ke arah buah dadaku. Lalu ia menjilat-jilat puting susuku, tubuhku ingin menggeliat merasakan kenikmatan isapannya, aku terus bertahan.

    Kulirik puting susuku yang berwarna merah tua sudah mengkilat oleh air liurnya, mulutnya terus menyedot puting susuku disertai gigitan-gigitan kecil. Perasaanku campur aduk tidak karuan, nikmat sekali.

    Tangan kanan Sandi mulai menelusuri selangkanganku, lalu kurasakan jarinya meraba vaginaku yang masih tertutup CD, aku tak tahu apakah vaginaku sudah basah apa belum. Yang jelas jari-jari Sandi menekan-nekan lubang vaginaku dari luar CD, lalu kurasakan tangannya menyusup masuk ke dalam CD-ku. Jantungku berdetak keras sekali, kurasakan kenikmatan menjalari tubuhku.

    Jari-jari Sandi mencoba memasuki lubang vaginaku, lalu kurasakan jarinya amblas masuk ke dalam, wah nikmat sekali. Aku harus mengakhiri Sandiwaraku, aku sudah tak tahan lagi, kubuka mataku sambil menyentakkan tubuhku.

    “Sandi!! Ngapain kamu?”

    Aku berusaha bangun duduk, tapi tangan Sandi menekan pundakku dengan keras. Tiba-tiba Sandi mecium mulutku secepat kilat, aku berusaha memberontak dengan mengerahkan seluruh tenagaku.

    Tapi Sandi makin keras menekan pundakku, malah sekarang pemuda itu menindih tubuhku, aku kesulitan bernapas ditindih tubuhnya yang besar dan kekar berotot. Kurasakan mulutnya kembali melumat mulutku, lidahnya masuk ke dalam mulutku, tapi aku pura-pura menolak.

    “Bu.., maafkan saya. Sudah lama saya ingin merasakan ini, maafkan saya Bu… ” Sandi melepaskan ciumannya lalu memandangku dengan pandangan meminta.

    “Kamu kan bisa denagan teman-teman kamu yang masih muda. Ibukan sudah tua,” Ujarku lembut.

    “Tapi saya sudah tergila-gila dengan Bu Asmi.. Saat SD saya sering mengintip BH yang Ibu gunakan… Saya akan memuaskan Ibu sepuas-puasnya,” jawab Sandi.

    “Ah kamu… Ya sudah terserah kamu sajalah”

    Aku pura-pura menghela napas panjang, padahal tubuhku sudah tidak tahan ingin dijamah olehnya.

    Lalu Sandi melumat bibirku dan pelan-pelan aku meladeni permainan lidahnya. Kedua tangannya meremas-remas pantatku. Untuk membuatnya semakin membara, aku minta izin ke WC yang ada di dalam kamar tidurku.

    Di dalam kamar mandi, kubuka semua pakaian yang ada di tubuhku, kupandangi badanku di cermin. Benarkah pemuda seperti Sandi terangsang melihat tubuhku ini? Perduli amat yang penting aku ingin merasakan bagaimana sich bercinta dengan remaja yang masih panas.

    Keluar dari kamar mandi, Sandi persis masuk kamar. Matanya terbeliak melihat tubuh sintalku yang tidak berpenutup sehelai benangpun.

    “Body Ibu bagus banget.. ” dia memuji sembari mengecup putting susuku yang sudah mengeras sedari tadi. Tubuhku disandarkannya di tembok depan kamar mandi. Lalu diciuminya sekujur tubuhku, mulai dari pipi, kedua telinga, leher, hingga ke dadaku.

    Sepasang payudara montokku habis diremas-remas dan diciumi. Putingku setengah digigit-gigit, digelitik-gelitik dengan ujung lidah, juga dikenyot-kenyot dengan sangat bernafsu.

    “Ibu hebat…,” desisnya.

    “Apanya yang hebat..?” Tanyaku sambil mangacak-acak rambut Sandi yang panjang seleher.

    “Badan Ibu enggak banyak berubah dibandingkan saya SD dulu” Katanya sambil terus melumat puting susuku. Nikmat sekali.

    “Itu karena Ibu teratur olahraga” jawabku sembari meremas tonjolan kemaluannya. Dengan bergegas kuloloskan celana hingga celana dalamnya. Mengerti kemauanku, dia lalu duduk di pinggir ranjang dengan kedua kaki mengangkang. DIbukanya sendiri baju kaosnya, sementara aku berlutut meraih batang penisnya, sehingga kini kami sama-sama bugil.

    Agak lama aku mencumbu kemaluannya, Sandi minta gantian, dia ingin mengerjai vaginaku.

    “Masukin aja yuk, Ibu sudah ingin ngerasain penis kamu San!” Cegahku sambil menciumnya.

    Sandi tersenyum lebar. “Sudah enggak sabar ya ?” godanya.

    “Kamu juga sudah enggak kuatkan sebenarnya San,” Balasku sambil mencubit perutnya yang berotot.

    Cerita Dewasa : Sandi tersenyum lalu menarik tubuhku. Kami berpelukan, berciuman rapat sekali, berguling-guling di atas ranjang. Ternyata Sandi pintar sekali bercumbu. Birahiku naik semakin tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Terasa vaginaku semakin berdenyut-denyut, lendirku kian membanjir, tidak sabar menanti terobosan batang kemaluan Sandi yang besar.

    Berbeda dengan suamiku, Sandi nampaknya lebih sabar. Dia tidak segera memasukkan batang penisnya, melainkan terus menciumi sekujur tubuhku. Terakhir dia membalikkan tubuhku hingga menelungkup, lalu diciuminya kedua pahaku bagian belakang, naik ke bongkahan pantatku, terus naik lagi hingga ke tengkuk. Birahiku menggelegak-gelegak.

    Sandi menyelipkan tangan kirinya ke bawah tubuhku, tubuh kami berimpitan dengan posisi aku membelakangi Sandi, lalu diremas-remasnya buah dadaku. Lidahnya terus menjilat-jilat tengkuk, telinga, dan sesekali pipiku. Sementara itu tangan kanannya mengusap-usap vaginaku dari belakang. Terasa jari tengahnya menyusup lembut ke dalam liang vaginaku yang basah merekah.

    “Vagina Ibu bagus, tebel, pasti enak ‘bercinta’ sama Ibu…,” dia berbisik persis di telingaku. Suaranya sudah sangat parau, pertanda birahinya pun sama tingginya dengan aku. Aku tidak bisa bereaksi apapun lagi. Kubiarkan saja apapun yang dilakukan Sandi, hingga terasa tangan kanannya bergerak mengangkat sebelah pahaku.

    Mataku terpejam rapat, seakan tak dapat lagi membuka. Terasa nafas Sandi semakin memburu, sementara ujung lidahnya menggelitiki lubang telingaku. Tangan kirinya menggenggam dan meremas gemas buah dadaku, sementara yang kanan mengangkat sebelah pahaku semakin tinggi. Lalu…, terasa sebuah benda tumpul menyeruak masuk ke liang vaginaku dari arah belakang. Oh, my God, dia telah memasukkan rudalnya…!!!

    Sejenak aku tidak dapat bereaksi sama sekali, melainkan hanya menggigit bibir kuat-kuat. Kunikmati inci demi inci batang kemaluan Sandi memasuki liang vaginaku. Terasa penuh, nikmat luar biasa.

    “Oohh…,” sesaat kemudian aku mulai bereaksi tak karuan. Tubuhku langsung menggerinjal-gerinjal, sementara Sandi mulai memaju mundurkan tongkat wasiatnya. Mulutku mulai merintih-rintih tak terkendali.

    “Saann, penismu enaaak…!!!,” kataku setengah menjerit.

    Sandi tidak menjawab, melainkan terus memaju mundurkan rudalnya. Gerakannya cepat dan kuat, bahkan cenderung kasar. Tentu saja aku semakin menjerit-jerit dibuatnya. Batang penisnya yang besar itu seperti hendak membongkar liang vaginaku sampai ke dasar.

    “Oohh…, toloongg.., gustii…!!!”

    Sandi malah semakin bersemangat mendengar jerit dan rintihanku. Aku semakin erotis.

    “Aahh, penismu…, oohh, aarrghh…, penismuu…, oohh…!!!”

    Sandi terus menggecak-gecak. Tenaganya kuat sekali, apalagi dengan batang penis yang luar biasa keras dan kaku. Walaupun kami bersetubuh dengan posisi menyamping, nampaknya Sandi sama sekali tidak kesulitan menyodokkan batang kemaluannya pada vaginaku. Orgasmeku cepat sekali terasa akan meledak.

    “Ibu mau keluar! Ibu mau keluaaar!!” aku menjerit-jerit.

    “Yah, yah, yah, aku juga, aku juga! Enak banget ‘bercinta’ sama Ibu!” Sandi menyodok-nyodok semakin kencang.

    “Sodok terus, Saann!!!… Yah, ooohhh, yahh, ugghh!!!”

    “Teruuss…, arrgghh…, sshh…, ohh…, sodok terus penismuuu…!”

    “Oh, ah, uuugghhh… ”

    “Enaaak…, penis kamu enak, penis kamu sedap, yahhh, teruuusss…”

    Pada detik-detik terakhir, tangan kananku meraih pantat Sandi, kuremas bongkahan pantatnya, sementara paha kananku mengangkat lurus tinggi-tinggi. Terasa vaginaku berdenyut-denyut kencang sekali. Aku orgasme!

    Sesaat aku seperti melayang, tidak ingat apa-apa kecuali nikmat yang tidak terkatakan. Mungkin sudah ada lima tahun aku tak merasakan kenikmatan seperti ini. Sandi mengecup-ngecup pipi serta daun telingaku. Sejenak dia membiarkan aku mengatur nafas, sebelum kemudian dia memintaku menungging. Aku baru sadar bahwa ternyata dia belum mencapai orgasme.

    Kuturuti permintaan Sandi. Dengan agak lunglai akibat orgasme yang luar biasa, kuatur posisi tubuhku hingga menungging. Sandi mengikuti gerakanku, batang kemaluannya yang besar dan panjang itu tetap menancap dalam vaginaku.

    Lalu perlahan terasa dia mulai mengayun pinggulnya. Ternyata dia luar biasa sabar. Dia memaju mundurkan gerak pinggulnya satu-dua secara teratur, seakan-akan kami baru saja memulai permainan, padahal tentu perjalanan birahinya sudah cukup tinggi tadi.

    Aku menikmati gerakan maju-mundur penis Sandi dengan diam. Kepalaku tertunduk, kuatur kembali nafasku. Tidak berapa lama, vaginaku mulai terasa enak kembali. Kuangkat kepalaku, menoleh ke belakang. Sandi segera menunduk, dikecupnya pipiku.

    “San.. Kamu hebat banget.. Ibu kira tadi kamu sudah hampir keluar,” kataku terus terang.

    “Emangnya Ibu suka kalau aku cepet keluar?” jawabnya lembut di telingaku.

    Aku tersenyum, kupalingkan mukaku lebih ke belakang. Sandi mengerti, diciumnya bibirku. Lalu dia menggenjot lebih cepat. Dia seperti mengetahui bahwa aku mulai keenakan lagi. Maka kugoyang-goyang pinggulku perlahan, ke kiri dan ke kanan.

    Sandi melenguh. Diremasnya kedua bongkah pantatku, lalu gerakannya jadi lebih kuat dan cepat. Batang kemaluannya yang luar biasa keras menghunjam-hunjam vaginaku. Aku mulai mengerang-erang lagi.

    “Oorrgghh…, aahh…, ennaak…, penismu enak bangeett… Ssann!!”

    Sandi tidak bersuara, melainkan menggecak-gecak semakin kuat. Tubuhku sampai terguncang-guncang. Aku menjerit-jerit. Cepat sekali, birahiku merambat naik semakin tinggi. Kurasakan Sandi pun kali ini segera akan mencapai klimaks.

    Maka kuimbangi gerakannya dengan menggoyangkan pinggulku cepat-cepat. Kuputar-putar pantatku, sesekali kumajumundurkan berlawanan dengan gerakan Sandi. Pemuda itu mulai mengerang-erang pertanda dia pun segera akan orgasme.

    Tiba-tiba Sandi menyuruhku berbalik. Dicabutnya penisnya dari kemaluanku. Aku berbalik cepat. Lalu kukangkangkan kedua kakiku dengan setengah mengangkatnya. Sandi langsung menyodokkan kedua dengkulnya hingga merapat pada pahaku.

    Kedua kakiku menekuk mengangkang. Sandi memegang kedua kakiku di bawah lutut, lalu batang penisnya yang keras menghunjam mulut vaginaku yang menganga.

    “Aarrgghhh…!!!” aku menjerit.

    “Aku hampir keluar!” Sandi bergumam. Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak bisa bergoyang dalam posisi seperti itu, maka aku pasrah saja, menikmati gecakan-gecakan keras batang kemaluan Sandi. Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat.

    “Terus, Sayang…, teruuusss…!”desahku.

    “Ooohhh, enak sekali…, aku keenakan…, enak ‘bercinta’ sama Ibu!” Erang Sandi

    “Ibu juga, Ibu juga, vagina Ibu keenakaan…!” Balasku.

    “Aku sudah hampir keluar, Buu…, vagina Ibu enak bangeet… ”

    “Ibu juga mau keluar lagi, tahan dulu! Teruss…, yaah, aku juga mau keluarr!”

    “Ah, oh, uughhh, aku enggak tahan, aku enggak tahan, aku mau keluaaar…!”

    “Yaahh teruuss, sodok teruss!!! Ibu enak enak, Ibu enak, Saann…, aku mau keluar, aku mau keluar, vaginaku keenakan, aku keenakan ‘bercinta’ sama kamu…, yaahh…, teruss…, aarrgghh…, ssshhh…, uughhh…, aarrrghh!!!”

    Tubuhku mengejang sesaat sementara otot vaginaku terasa berdenyut-denyut kencang. Aku menjerit panjang, tak kuasa menahan nikmatnya orgasme. Pada saat bersamaan, Sandi menekan kuat-kuat, menghunjamkan batang kemaluannya dalam-dalam di liang vaginaku.

    “Oohhh…!!!” dia pun menjerit, sementara terasa kemaluannya menyembur-nyemburkan cairan mani di dalam vaginaku. Nikmatnya tak terkatakan, indah sekali mencapai orgasme dalam waktu persis bersamaan seperti itu.

    Lalu tubuh kami sama-sama melunglai, tetapi kemaluan kami masih terus bertautan. Sandi memelukku mesra sekali. Sejenak kami sama-sama sIbuk mengatur nafas.

    “Enak banget,” bisik Sandi beberapa saat kemudian.

    “Hmmm…” Aku menggeliat manja. Terasa batang kemaluan Sandi bergerak-gerak di dalam vaginaku.

    “Vagina Ibu enak banget, bisa nyedot-nyedot gitu…”

    “Apalagi penis kamu…, gede, keras, dalemmm…”

    Sandi bergerak menciumi aku lagi. Kali ini diangkatnya tangan kananku, lalu kepalanya menyusup mencium ketiakku. Aku mengikik kegelian. Sandi menjilati keringat yang membasahi ketiakku. Geli, tapi enak. Apalagi kemudian lidahnya terus menjulur-julur menjilati buah dadaku.

    Sandi lalu menetek seperti bayi. Aku mengikik lagi. Putingku dihisap, dijilat, digigit-gigit kecil. Kujambaki rambut Sandi karena kelakuannya itu membuat birahiku mulai menyentak-nyentak lagi. Sandi mengangkat wajahnya sedikit, tersenyum tipis, lalu berkata,

    “Aku bisa enggak puas-puas ‘bercinta’ sama Ibu… Ibu juga suka kan?”

    Aku tersenyum saja, dan itu sudah cukup bagi Sandi sebagai jawaban. Alhasil, seharian itu kami bersetubuh lagi. Setelah break sejenak di sore hari malamnya Sandi kembali meminta jatah dariku. Sedikitnya malam itu ada 3 ronde tambahan yang kami mainkan dengan entah berapa kali aku mencapai orgasme. Yang jelas, keesokan paginya tubuhku benar-benar lunglai, lemas tak bertenaga.

    Hampir tidak tidur sama sekali, tapi aku tetap pergi ke sekolah. Di sekolah rasanya aku kuyu sekali. Teman-teman banyak yang mengira aku sakit, padahal aku justru sedang happy, sehabis bersetubuh sehari semalam dengan bekas muridku yang perkasa.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Bertanya Langsung Merasakan

    Cerita Sex Bertanya Langsung Merasakan


    1193 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Bertanya Langsung MerasakanCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Kisah yang nyata dan pengalaman baru dimana temanku yang bernama Henry maen ke tempat kost dan bercerita saat dia ngentot dengan penjaga toko, dia menceritakan banyak hal tentang seksnya tapi aku lantas tak mempercai omongannya dan aku ingin buktikan , pukul 8 malam aku dan Henry datang ke toko di sekitar komplek perumahan.

    Sesampainya di sana toko-toko sudah mau tutup, dan kami memasuki salah satu toko serba ada di sana. Langsung saja saya menuju counter pakaian, sambil berkeliling pura-pura mau membeli pakaian. Kebetulan toko sudah sepi karena mau tutup, dan pengunjungnya hanya beberapa orang. “Mau cari baju apa Mas?” tanyanya.

    Waktu saya lihat ke arah suara tadi, ternyata wanita penjaga counter yang mirip dengan bintang sinetron CT. “Ini Mbak, mau cari jeans ini yang nomor 32 ada nggak ya?” tanyaku. Si Mbak pun mencarikan jeans yang saya maksud.

    Karena letaknya di bagian bawah, maka si Mbak mencari dengan membungkukkan badan. Karena rok yang di pakai 10 cm di atas lutut, maka paha mulusnya pun terpampang di depan saya. Agen Judi Bola Sbobet

    “Wah gile bener nih.. mulus banget.” Pikiran saya jadi ngeres nggak karuan lihat pemandangan di depan saya.

    “Yang ini Mas?”, tanyanya.

    “Oh.. ya..”, jawabku.

    Lalu si Mbak pun menuliskan bon untuk dikasihkan ke kasir.

    “Mmm.. Mbak.. boleh tahu namanya?” tanyaku mengawali pembicaraan.

    “Evi”, katanya.

    “Denny”, kataku sambil mengulurkan tanganku.

    “Ini Mas bonnya”, katanya.

    “Makasih, mmh.. Mbak pulang jam berapa?” tanyaku.

    “Ntar jam 9.30”, jawabnya.

    “Ada yang nganter?” tanyaku lagi.

    “Mas mau nganter?” tanya dia menantang.

    “Wah, kalau situ mau ya bolehlah”, jawabku mantap.

    Tak lama kemudian ada pengumuman bahwa toko mau tutup, dan saya pun membayar barang belanjaan, dan menunggu bersama teman saya di luar di depan pintu tempat karyawan toko keluar. Tak lama kemudian terlihatlah Evi menuju ke arahku.

    “Kelamaan nunggunya ya Den?” tanyanya.

    “Wah, kalau nunggu wanita secakep Evi sih rasanya sangat lama”, kataku.

    “Ah bisa aja kamu..” kata Evi sambil nyubit pinggangku.

    Kami bertiga pun meninggalkan toko tersebut.

    “Emang Evi rumahnya di mana?” tanyaku.

    “Saya di Jalan S”, katanya.

    “Oohh, okelah!” jawabku.

    Kami pun menuju tempat parkir dan saya starter Katana tahun 90-an yang sudah menemani saya selama 5 tahun ini.

    “Denn, saya turunin di sini Den..” kata Henry saat mobil melewati panti pijat di Jalan S. Dan mobil pun kuhentikan, Henry turun langsung masuk ke panti pijat. Wah ini anak memang gila beneran.

    “Itu sudah deket kok Den, tempat kost Evi”, katanya.

    “Yah kiri, di situ.” katanya lagi.

    Kami pun turun, saat di tempat kos penghuninya sudah tidur semua, tapi karena Evi memiliki kunci sendiri, kami pun tak ada kesulitan untuk masuk.
    “silakan duduk dulu Den!” katanya.

    Dan Evi pun pergi ke dapur membuat minuman. Kamar Evi ukurannya 3 X 4 meter, di dalamnya hanya ada televisi, VCD, sama kursi. Meja dan tempat tidur. Tempat tidurnya diletakkan di bawah di atas karpet. Kubuka 2 koleksi VCD-nya, wah ini ada VCD xx-nya. Pas saya lihat 2 VCD, dia pun masuk dengan membawakan segelas STMJ dan memakai kaos street dan celana pendek.

    Wah, semakin kelihatan seksi nih anak”, pikirku.

    “Nih diminum Den, biar anget”, katanya.

    “Shell.. kamu suka ya lihat film-film macem ginian?” tanyaku.

    “Ah nggak juga, cuma buat nonton kalau lagi butuh.” katanya.

    “Butuh apaan?” tanyaku berlagak bodoh.

    “Yah, butuh itu tuh..” katanya sambil tertawa.

    “Eh, saya mau nonton yah..” kataku.

    “Yah silakan, asal nggak terpengaruh loh ya! resiko ditanggung sendiri”, katanya sambil tersenyum genit.

    Aku pun mulai menyalakan VCD dan menontonnya. Disitu diperlihatkan seorang wanita yang diikat tangan kakinya di ranjang dan ditutup matanya, disetubuhi oleh lelaki dengan nafsunya. “Ahh.. no.. no.. uhshh..” jerit wanita tersebut sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya.

    “Eh Den, kalau yang itu saya juga belum liat tuh”, kata Evi. Kemudian Evi pun duduk di samping saya. Terlihat lagi kemudian ikatan tali itu dilepas, dan si wanita menungging, dan si lelaki berdiri di belakangnya, dan mulai menyetubuhinya dengan gaya anjing. “Ohh.. yess.. ahh.. ahh.. yess.. yess..” jerit wanita tersebut.

    Evi duduk semakin mendekat ke tubuhku saat menonton adegan tersebut, dan dadanya malah digesekkan ke lenganku. “Wah, kayaknya dia terangsang nih”, pikir saya. Kemudian adegan pun semakin seru, si wanita menggoyang maju mundurkan pantatnya mengimbangi laju kemaluan laki-laki tersebut ke dalam ke kemaluannya.

    “Oohh baby, yess.. ahhk”, jerit wanita tersebut dan Evi pun semakin menggesekkan dadanya ke lenganku dan akhirnya saya beranikan diri untuk memegang dadanya, dan ternyata Evi diam saja sambil terus memperhatikan gambar. Saya semakin berani dengan mencium bibirnya, yang dibalas dengan ciuman pula oleh Evi.

    Akhirnya saya dan Evi pun terlibat dalam acara pagut memagut yang sangat seru. Lidah kami saling melilit satu sama lain. Kemudian Evi melepaskan kaos streetnya. Saat kaos sampai di kepalanya dan matanya masih tertutup kaos tersebut, saya menciumi bibirnya dengan ganas, “Mmm”, dan dibalas dengan ganas pula oleh Evi. Akhirnya saya turun ke bawah menciumi lehernya yang panjang dan agak melengkung ke depan berbentuk seperti kuda. Kata orang sih wanita dengan bentuk leher seperti ini nafsunya besar.

    Kemudian Sheila pun mendesah, “Oohh.. shh.. shh”, dan kemudian saya buka kaitan branya dengan gigi saya dan terpampang di depan mata saya gundukan gunung kembar berbentuk kerucut dengan puncaknya berwarna merah muda.

    Langsung saya jilati dari lembah gunung kembar tersebut terus menuju ke puncaknya.

    “Aakhh.. okhh.. Denn.. shh.. jangann.. jangan Den.. jangan.. jangan hentikan Den..” hanya kata itu yang keluar dari bibir Evi. Wah gila juga nih cewek, masih sempat bercanda dalam kenikmatan.

    Tak lama kemudian ujung gunung kembar itupun berubah menjadi keras seperti penghapus pensil dan semakin keras saja. Selanjutnya habis mengerjakan tugas di puncak gunung, saya turun sedikit menuju lembah dan tepat di atas pusar saya jilati lagi. Terus saya berhenti.

    “Aahh.. shh.. loh.. sshh kok berhenti? sshh”, tanya Sheila.

    “Shell kamu punya susu kental manis nggak?” tanya saya.

    “Loh kan udah ada susu kenyal nikmat”, katanya.

    “Beneran nih Shell”, kata saya.

    “Tuh di atas meja”, katanya sambil menunjuk ke meja.

    Langsung saja saya ambil dan saya bawa menuju ke Evi.

    “Wah mau diapain Den?” tanyanya.

    “Biar lebih manis”, kata saya sambil mengoleskan susu kental tersebut ke daerah di sekitar pusar Evi, dan menjilatinya.

    “Wah tubuhmu memang lezat pakai susu ini Evi, mmh.. slurpp”, kata saya sambil menjilat dan menghisap-hisap tubuhnya.

    “Ahh.. shh.. ukhh.. ss..” desah Sheila.

    Kemudian saya mulai membuka celana pendek Evi dan membuka celana dalam warna kremnya. Dan setelah seluruh susu kental di tubuh Evi habis, saya langsung turun ke daerah selangkangan Evi.

    Posisi Evi sekarang tidur di sofa dengan kaki mengangkang membentuk huruf M dan saya duduk di bawah dan menjilati pangkal pahanya.

    “Mmm.. mm.. slurpp.. mmh.. saya jilati seluruh permukaan rambut di daerah segitiga terlarang tersebut di situ tumbuh dengan lebatnya rambut-rambut halus bagaikan hutan tropis Kalimantan sebelum kebakaran.

    Kujilati hingga rambut di situ basah semua, dan kemudian saya menuju ke bibir-bibir kemaluan Evi. Kujilati bibir-bibir indah tersebut dengan ganasnya, “Okhh.. akkhh.. yess.. Denn.. ahh..” desah Evi sambil mengangkat pinggulnya.

    Kemudian kusingkap kedua bibir untuk mengetahui rahasia di dalam kemaluannya. Terlihat dengan jelas tonjolan daging yang ada di dalamnya dan kujilati dengan lidahku. “Ohh.. di situu terus Den.. akhh.. oukhh.. akk”, jerit Evi saat saya jilati daging, yang biasa disebut klitoris.

    Setelah menjilati daging tersebut, kumasukkan tanganku ke dalamnya terasa ada yang menyedot jariku. dan kugesek-gesekkan jari-jariku ke dalam kemaluan Evi dan terasa daging yang bergelombang-gelombang di dalamnya.

    Mungkin ini yang disebut G-spot pikir saya. Langsung saja saya korek-korek daerah situ. Evi pun semakin tak terkendali, “Aahh.. sshh.. ohkk.. uhh.. yess, Dennyy.. teruss.. ahkkh..” jeritnya semakin nggak jelas.

    Saya semakin memperbesar frekuensi mengobrak-abrik daerah tersebut, yang makin lama terasa semakin basah dan semakin menyedot-nyedot jariku. Tak lama kemudian,

    “Ohh.. Dennyy.. shh.. akkhh..” jerit Evi mengejang tanda mencapai klimaks, dan jariku di dalamnya pun semakin basah oleh semburan air dari dalam kemaluannya. Kemudian saya keluarkan tangan saya dari cengkeraman kemaluannya dan menciumi Evi. “Sudah puas sayang?” tanya saya. Dia pun tersenyum genit. Situs Judi Bola

    Kemudian Evi saya rebahkan di karpet dan saya ambil inisiatif 69 dan saya mulai menjilati kemaluan Evi. “Den.. masih ngilu.. kamu aja yang saya jilatin deh!” kata Evi. Saya langsung duduk di sofa, dan Evi mulai menjilati kemaluan saya.

    Dia jilat kantung kemaluan saya dengan nikmatnya sambil sekali-kali melirik ke arah saya. Kemudian dia menjilati batangan saya yang 7 inchi menyusuri jejak urat-urat yang menonjol di situ. Saya cuma bisa bilang,

    “Ahh.. ohh.. shh”, saat dia menjilati batangan saya. Dia pun lalu mulai menjilati kepala kemaluan saya yang seperti helm astronot sambil memainkan lubangnya dengan lidah yang menari-nari di atasnya. kemaluan saya pun semakin tegang saja, dan kemudian dia mulai memasukkan dan mengeluarkan kemaluan saya di dalam mulutnya dengan frekuensi tinggi

    Sehingga dengan gerak reflek saya maju mundurkan kemaluan saya sambil memegangi rambutnya. Setelah hampir 6 menit berlalu sepertinya dia sudah capai karena saya nggak keluar-keluar juga. Akhirnya dia pun menghentikan aktifitasnya. “Denn.. lama bener sih keluarnya, masukin ke kemaluan aja ya biar cepet keluar!” katanya.

    Kemudian Evi mengambil sesuatu dari lemarinya. Ternyata dia mengambil kondom yang bentuknya lucu seperti ikan lele, ada sungutnya. Dan memberikan ke saya. “Nih Den pake, biar saya nikmat dan tahan lama”, katanya. Lalu saya memakaikan kondom tersebut ke kemaluan saya, dan Evi sudah siap tempur dengan tidur telentang dan kakinya membentuk huruf M.

    Langsung saya masukkan kemaluan saya ke dalam kemaluan Evi. Wah, ternyata masih seret juga nih lubangnya pikir saya. Dan dengan dorongan sedikit tenaga masuklah batang saya ke dalam cengkraman kemaluannya.

    Saya dorong keluar masuk kemaluan saya ke dalam kemaluannya. “Aahh.. oohh.. shh.. akhh.. shh.. teruss.. Denn.. ahh..” desah Evi semakin tak beraturan. Kemudian saya berhenti, kemaluan saya di dalam kemaluannya dan memainkannya seperti orang sedang menahan air pipis.

    “Ih.. kamu nakal.. Den..” dan Evi ganti membalasnya dengan perlakuan seperti saya. Saat dia melakukan hal tersebut, kemaluannya terasa menjepit-jepit seluruh batang kemaluan saya secara periodik, dan membuat saya tak bisa mengendalikan diri.

    Kemudian saya genjot lagi kemaluan saya dan menggesekkan sungut-sungut pada kondom, sepertinya membuat sensasi tersendiri pada kemaluannya, “Ahh.. oohh.. Denny.. sungut lelemu.. ohkss.. akk.. yes ahh.. ohkk..” jerit Evi menikmati sungut lele dan dia pun menggoyangkan pinggulnya semakin kuat dan berbunyi kecipak-cipak saat saya memasuk-keluarkan kejantanan saya di dalam kewanitaan Evi yang makin basah.

    Setelah 15 menit kemudian Evi mendesah, “Deny.. ouchh.. akuu.. mmaauu.. akh, sampaii.” Tak lama kemudian terasa tumpahan cairan dari kemaluan Evi membuat batang kemaluan saya panas dan terasa ada yang menghisap-hisap kemaluan saya yang membuat saya tak bisa mengendalikan diri, dan keluarlah lahar panas dari kemaluan saya pada kantong kondom di dalam kemaluan Evi.

    Kami berdua pun lemas dalam kenikmatan. Saya biarkan kemaluan saya di dalam kemaluan Evi sampai hilang hisapan-hisapan dari kemaluannya. Kemudian kukeluarkan kemaluan saya dan saya lepas kondom dan saya berikan ke Evi.

    “Nih, sumbangkan ke bank sperma”, kata saya. Dia pun tersenyum genit, dan pergi ke kamar mandi untuk membuang kondom tersebut. Kemudian kami pun tertidur dengan tubuh tanpa busana sampai keesokan harinya.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Berteduh Di Warung

    Cerita Sex Berteduh Di Warung


    1085 views

    Perawanku – Aku adalah seorang karyawan pada sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang kredit barang
    keperluan rumah tangga. Namun pekerjaanku di lapangan, yaitu sebagai seorang kolektor (Collector). Jadi
    kegiatanku sehari-hari adalah menarik uang tagihan dari pelanggan yang mengambil barang secara kredit
    dari perusahaanku. Dalam pekerjaanku, sekali dalam sebulan, aku pasti akan bekerja di luar kota.

    Pengalaman yang ingin ku ceritakan ini adalah peristiwa yang terjadi saat aku harus melakukan penarikan
    di luar kota. Waktu itu, aku berangkat menggunakan sepeda motor. Karena pertimbangan kemacetan, aku
    memilih untuk memilih jalan alternatif, yaitu jalan menuju luar kota yang melewati perkampungan. Jarak
    yang harus ku tempuh memang lebih jauh, tetapi waktu yang ku tempuh untuk mencapai tujuan relatif lebih
    cepat, karena jalan alternatif ini masih dalam kondisi baik dan jauh dari kemacetan.

    Warung Remang-Remang Di tengah perjalanan, tiba-tiba langit menjadi gelap. Aku sadar bahwa aku tidak
    membawa jas hujan, sehingga ku pacu motorku lebih cepat berharap tiba di tujuan sebelum hujan turun.
    Ternyata tanpa disangka, hujan justru menghadangku di depan perjalanan. Mau tidak mau aku harus mencari
    tempat untuk berteduh. Sialnya aku terjebak hujan justru di daerah hutan dan persawahan. Ku pikir tidak
    kan ada tempat berteduh di tempat seperti ini, sehingga ku pacu motorku lebih cepat untuk bisa mencapai
    daerah pemukiman warga berada tak begitu jauh di depan.

    Dalam cepatnya aku memacu motorku, tiba-tiba melihat sebuah rumah tua dengan warung minum di depannya.
    Aku langsung menghentikan motorku dan memutar balik menuju warung itu. Setibanya di warung itu, aku
    langsung melompat masuk ke warung dan meninggalkan motorku di depan warung. Dengan nada bicara sesopan
    mungkin aku minta izin untuk berteduh kepada pemilik warung yang ternyata, seorang gadis cantik yang
    masih berusia belasan tahun. Wanita itu dengan sopan mempersilahkanku untuk duduk berteduh di warungnya.

    Warung minum sederhana yang saat itu kebetulan sepi, memberikan kesempatan kepadaku untuk sedikit
    bercakap-cakap dengan pemilik warung itu. Dari percakapan itu ku ketahui bahwa namanya Nurlaila, dia
    bukan pemilik warung, tetapi anak dari warung yang ternyata hari itu kebetulan sedang pergi ke pasar
    untuk membeli barang dagangan yang sudah habis. Lela panggilan singkatnya, dia berhenti sekolah saat
    kelas I SMA, karena Bapaknya yang menjadi tulang punggung keluarga meninggal dunia. Jadi sekarang
    pekerjaannya adalah membantu ibunya menjaga warung minum kecil tersebut.  Agen Judi Bola

    Kalau kuperhatikan, gadis ini sangat cantik alami, rambut panjang terikat di belakang, bibirnya tipis,
    bulu matanya lentik, kulitnya putih, tubuhnya tidak terlalu tinggi, namun proporsional dengan ukuran
    dada dan pingulnya. Hanya saja permasalahannya, ia kurang pandai dalam berdandan dan perawatan kulit.
    Penampilannya yang cukup sederhana, dan kecantikannya yang alami, sebenarnya cukup menggodaku, terutama
    menggoda pikiran nakalku.

    Dalam percakapan yang terjadi di tengah derasnya hujan itu, beberapa kali ku coba menggodanya.

    “Boleh saya minta Susu?” Tanyaku.
    “Susunya habis, Mas! kalau mau teh saja…” Jawabnya
    “Saya lihat masih ada kok!” Godaku sambil melirik ke buah dada yang menonjok di dadanya.

    Dia hanya tersenyum dan mengatakan “ah!” dengan wajah malu-malu. Jawabannya itu, bagiku terdengar cukup
    seksi dan menggodaku untuk terus mengajaknya berbincang.

    “nggak perlu pakai gula lagi deh!”
    “Ah, Mas ini! ada-ada saja! Lela jadi malu nih diliatin begitu.”
    “melihat juga belum, kok udah malu-malu sih?”
    “Jangan gitu ah, Mas! ini buat anak Lela nanti kalau udah punya anak…”
    “anak Lela bolehlah minum susunya, tapi kalau Mas kalengnya aja deh! nggak apa-apa!”
    “ih..! nggak boleh, Mas! ntar kalengnya pecah!”

    begitulah! suasana perbincanganku dengan Lela semakit hanya di tengah dinginnya hujan yang cukup lebat.
    Akhirnya ku coba untuk meminta buatkan secangkir teh hangat, agar pembicaraanku bisa terus berlanjut,
    mumpung masih hujan, dan mumpung warung sepi. Lela membuatkanku secangkir teh hangat dan menyuguhkannya
    di depanku. Karena alasan hujan yang sekain lebat, aku minta izin untuk dudk di bagian dalam warung.
    Lela tanpa berpikir macam-macam mengizinkanku untuk duduk di dalam warung tepat di dekatnya.

    Dengan pikiran yang sebenarnya sudah cukup ngeres, aku terus mencoba menggodanya, dengan kata-kata dan
    pertanyaan yang semuanya menjurus pada hal-hal yang merangsang.

    “kalau boleh tahu, ukuran BH Lela berapa ya?”
    “ih, Mas ini.! ngapain tanya begitu?”
    “Yaa nggak apa-apa sih! biar Mas bisa membelikan BH buat Lela!”
    “Hahaha…. nggak usah, Mas! Lela nggak pakai BH…”
    “Serius?”
    “Hahaha…..”

    Perbincanganku dan Lela semakin hangat, kekakuan antara kami semakin hilang, suasana semakin mencair,
    karena Lela terus saja punya jawaban yang bisa membuatku tidak bosan duduk menunggu hujan reda. Sikap
    Lela yang terus merespon membuatku semakin berani untuk mengarahkan pada pembicaraan yang lebih
    merangsang.

    Cerita Sex Berteduh Di Warung

    Cerita Sex Berteduh Di Warung

    “Lela pernah lihat ini, nggak?” tanyaku sambil memberi isyarat mata untuk melihat ke bagian bawah
    tubuhku.

    Tepatnya bagian yang tersembunyi di dalam celanaku yang waktu itu mengembul karena tegang karena arah
    pembicaraan yang sangat merangsang.

    “Apa’an?” tanya Lela, dan ketika mengerti apa yang ku maksud, ia terus berkata. ” iih, nggak mau’ah!
    ngeri… takut…!”
    “Takut kenapa?” tanyaku.
    “Abis gundul sih…! Hehehe….” Jawab Lela sambil tertawa.

    Aku tahu pasti, Lela saat ini juga pasti sedang terangsang, hanya saja karena dia perempuan, tidak ada
    bagian tubuh yang menegang seperti pada laki-laki. Dengan jawaban Lela seperti itu, lalu ku katakan
    padanya:

    “Mas tahu kok, CD Lela pasti sudah basah, ya…”
    “Ah, Mas ini sembarangan aja kalau ngomong…! Tapi Mas kok tahu, ya?” Jawab Lela sambil menatapku dan
    memperbaiki posisi duduknya dengan kaki menyilang.
    “Lela pasti juga terangsang kan?” ku pegang pergelangan tangan Lela, ku tarik dan ku coba untuk
    menyentuhkannya ke penisku yang tersebunyi di balik celana panjangku.

    Lela sedikit berontak karena terkejut atas keberanianku memegang tangannya.

    “Mas!”
    “Lela nggak usah malu-malu…! Kalau belum kawin, Lela nggak akan perah lagi dapat kesempatan megang
    punya laki-laki…”

    Ku paksa tangannya untuk menyentuh baang penisku yang sangat tegang. Karena tanganku lebih kuat, Lela
    akhirnya mengalah, dibiarkannya tanganku menarik tangannya untuk memegang batang penisku. Beberapa saat
    kemudian, Lela kembali menarik tangannya dari menyentuh batang penisku yang masih tertutup celana.

    “Udah!” katanya sambil menarik tangannya.

    Tapi tangan Lela kembali ku tarik dan ku paksa kembali untuk menyentuh batang penisku. Lela menatapku,
    lalu berkata:

    “Mas! berpikir yang macam-macam! Maunya Mas, apa?”
    “Mas pingin Lela memegang punya Mas!”
    “Oke! tapi jangan berpikir lebih dari itu…!!”
    “Ya… baiklah!”

    Lela akhirnya memegang batang penisku, dan tanpa pikir panjang, ku buka celanaku dan ku minta Lela untuk
    menggenggam penisku. Lela memalingkan wajahnya lalu berkata:

    “Mas! Kenapa dikeluarkan?”

    “kalau nggak begini, Lela nggak akan bisa memegang…..” Kembali ku raih tangan Lela lalu ku minta ia
    menggenggam batang penisku.

    Lela menurut saja keinginanku, namun wajahnya menatap ke arah lain. Ku gerakkan tangannya yang telah
    menggengam tangan naik turun, Lela hanya diam tanpa kata. Dapat ku rasakan, Lela menikmati setiap
    gesekan batang penisku yang tegang di telapak tangannya yang dingin.

    Perlahan ku lepaskan genggaman tanganku di pergelangan Lela dan ku biarkan dia melakukannya sendiri.
    Lela terus mengocok penisku dengan genggaman tangannya yang mencengkram erat. Lalu perlahan ku sentuh
    dan ku elus pahanya yang masih tertutup rok panjang selutut. Lela membiarkan saja tanganku singgah di
    pahanya. Keadaan ini ku manfaatkan dengan menarik roknya dan memasukkan tanganku untuk menyentuh
    selangkangannya.

    Merasakan tanganku masuk ke daerah sensitifnya, Lela merapatkan pahanya. Namun aku tetap memaksakan
    untuk menyentuh belahan vaginanya. Memang benar, CD Lela memang sudah sangat basah. Itu artinya Lela
    juga sudah sangat terangsang. Aku terus melesakkkan jariku di selangkangannya.

    “Lela..! Jangan ditolak, jika Lela merasa nikmat….”  Agen Judi Bola
    “Lela hanya tidak ingin keterusan, Mas!”
    “Ya! Mas juga mengerti…. Kita nikmati saja, mumpung masih ada kesempatan…!” Setelah aku mengatakan hal
    itu, Lela meraih tanganku dan menarikku ke dalam rumahnya. di ruangan itu, Lela langsung menanggalkan
    seluruh pakaiannnya.

    Aku terpaku melihat apa yang terjadi di hadapanku, seakan tak percaya dengan apa yang ku lihat. Seorang
    gadis yang baru ke kenal beberapa jam yang lalu kini telah berdiri di hadapanku dalam keadaan siap
    dinikmati.

    Lela menarik tanganku sambil menjatuhkan tubuhnya di atas kasur tipis di yang terdapat di dalam rumah
    kecil tersebut. Aku pun ikut terjatuh di atas tubuhnya. Dalam posisi seperti itu, Lela membisikkan
    sepatah kata di telingaku:

    “Ini tidak pernah ku lakukan sebelumnya… Memberikan kenikmatan hanya untuk menikmati…”

    Mendengar perkataannya yang penuh gairah dan makna itu, aku tidak buang-buang waktu. Langsung saja ku
    lucuti seluruh pakaianku, dan langsung ku tancapkan kepala penisku ke belahan vagina Lela yang telah
    mengangkang menanti kenikmatan birahi yang telah memuncak.

    Di antara lebatnya hujan yang tak henti-hentinya mengguyur jalanan, aku dan Lela larut dalam kenikmatan
    persenggamaan terlarang. penisku telah amblas dalam lobang vagina gadis yang masih berusia belasan. Aku
    tak perduli lagi dengan apapun yang terjadi diluar sana, yang ada di benakku hanya menikmati gesekan
    demi gesekan penisku di dinding vagina Lela yang basah. Menghujam, menghentak, menusuk, demi memburu
    puncak kepuasan sengama.

    Suara becek terdengar di dalam liang vagian Lela, seiring dengan suara desahan di bibir Lela yang
    membisik di telingaku, menambah panas suasana birahi di diriku. Aku semakin bersemangat untuk menghujam
    penisku hingga menyentuh bibir rahim Lela. Batang penisku terasa berdenyut-denyut menandakan bahwa aku
    akan mencapai puncak kepuasan dalam percintaan terlarang dengan Lela.

    Beberapa saat sebelum aku mencapai puncak, ku bisikkan pada Lela:

    “Mas akan segera keluar…. Heh…”
    “Di dalam saja, Mas!”

    Tanpa memikirkan akibat yang akan ditimbulkannya, puncak kenikmatan hubungan seks antara aku dan Lela,
    ku selesaikan dengan menumpahkan sperma dalam lobang vagian Lela. Aku terhempas kelelahan mengejar
    orgasme di atas tubuh gadis kecil anak pemilik warung. Batang penisku tetap ku biarkan amblas dalam
    vagina Lela. Setelah permainan berakhir, aku baru menyadari apa akibat yang akan terjadi jika sperma
    yang ku tanam akan membuahi sel telur di rahim Lela.

    “Kenapa kamu membiarkan saya mengeluarkan di dalam?”
    “Tenang saja! Lela sudah biasa kok!” begitu jawaban Lela yang sangat mengejutkanku.
    “Maksud Lela? sudah biasa hamil…!?”
    “Bukan!”
    “Lalu…!?
    “Lela sudah biasa melayani birahi laki-laki seperti Mas!”
    “Jadi Lela….???”
    “Ya! Lela memang bukan perawan seperti yang mungkin Mas kira…! Lela bekerja memang sebagai penjaga
    warung, tetapi itu tidak cukup untuk kami bertahan hidup.

    Ibu mengizinkan Lela untuk melakukannya, asal dengan laki-laki yang menurut Lela bersih dari penyakit
    kelamin…”

    Mendengar pengakuan itu, aku terperanjat dan bangkit dari tubuh Lela. Aku tidak menyangka gadis seusia
    Lela telah menjual keperawanannya hanya demi bertahan hidup. Tapi di sisi lain, aku juga berpikir,
    masalahnya bukan hanya urusan bertahan hidup, tetapi karena banyaknya lelaki yang memandang wanita hanya
    sebagai pemuas nafsu. Salah satunya aku, yang dengan susah payah memancing pembicaraan yang merangsang,
    hanya demi mendapatkan lobang kecil di selangkangan Lela.

    “Kenapa Lela tidak minta bayaran dari, Mas!”
    “Hehe…. untuk pertama Gratis kok, Mas! Biar Mas merasa dulu, gimana rasanya pelayanan Lela…” Lela
    bangkit dari tempat berbaringnya, lalu mengenakan kembali seluruh pakaiannya.

    Aku terdiam menatap Lela yang sedang mengenakan kembali pakaiannya. Ku tarik kembali tubuh Lela sehingga
    ia jatuh kembali di atas kasur tipis tempat kami becinta, lalu ku katakan:

    “Lela…! hujan masih lebat… Mas masih ingin bersama Lela… Berapa yang harus Mas keluarkan untuk yang
    kedua…???”
    “Kalau Mas bener mau lagi, Mas tinggal aja di sini malam ini menemani Lela…. Lela akan melayani Mas,
    berapa kalipun Mas sanggup…. Gratis!”

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Bertemu Cewek Super Sexy Di Tempat Fitnes

    Cerita Sex Bertemu Cewek Super Sexy Di Tempat Fitnes


    911 views

    Perawanku – Cerita Sex Bertemu Cewek Super Sexy Di Tempat Fitnes, Nama saya Mike ini cerita nyata gue, badan saya atletis ya karena sering fitnes, disini saya akan menceritakan kisah gue sama pacar saya Nelly umur lebih muda dari gue, kesamaan dari kita suka suka fitnes, Nelly dengan badan yang ramping , tinggi, pasti semua cowo yang melihat pacar gue waktu dia fitnes matanya pasti tidak kedip, ya dikarenakan supersexi lah,,

    Disuatu ketika waktu mau fitnes kita berdua mau join ke salah satu klub fitness di sebuah hotel berbintang. Tapi pada saat pendaftaran, kita registrasinya masing-masing sehingga tidak ada yang tau kalo sebenarnya kita itu adalah pasangan. Pada hari pertama kita mulai fitness, gue datang 20 menit lebih awal dibanding Nelly. Gue ganti baju, langsung mulai pemanasan. Saat selesai pemanasan, datanglah Nelly, dia langsung ke kamar ganti untuk bersiap-siap. Gue sudah duduk di sepeda dan memulai latihan. Tampak dari cermin di depan gue, Nelly keluar dari kamar ganti. Sexy banget… dia pakai baju senam model bh yang tipis berwarna biru tua dan hotpants berwana biru muda.

    Samar-samar terlihat putingnya yang menapak dan garis thong di pantatnya. Semua orang yang berada di tempat fitness itu, baik cowo maupun cewe, semua terbengong sesaat. Pasti di pikiran mereka yang cowo, buset nih cewe dari mana, koq ga pernah keliatan, berani banget pake bajunya… Kalo yang cewe pasti berpikiran sirik melihat Nelly. Memang perut Nelly yang rata membuat para cewe lainnya pasti iri.

    30 menit sudah berlalu, baju Nelly sudah mulai basah, putingnya terlihat jelas, garis thong nya sudah mulai jelas menapak. Hampir semua cowo yang lagi fitness di situ melihat ke arah Nelly. Walaupun sambil angkat beban, treadmill dan minum, mereka semua curi-curi melihat Nelly. Ada beberapa cowo berusaha menarik perhatian Nelly, ada juga yang nekat langsung mengajak kenalan. Nelly menanggapinya dengan santai, bahkan berkesan memberi angin kepada cowo-cowo itu. Gue ngelihat dari jauh sambil ketawa dalam hati dan bangga… memang cewe gue itu sexy banget, terbukti dengan kelakuan cowo-cowo itu terhadap Nelly.

    Nelly sedang bersiap untuk sit up, ada instruktur cowo yang membantu memegangi kakinya Nelly. 20x sit up rupanya sudah membuat Nelly tambah berkeringat, tambah kelihatan putingnya, instruktur itu sambil menghitung juga melihat ke arah dada Nelly. Dari jauh gue bisa melihat tonjolan di selangkangan instruktur itu mulai membesar. Pada saat Nelly bangun setelah sit up, thongnya ketarik ke atas, jadi dari belakang jelas terlihat thong hitamnya diatas celana. Pemandangan ini membuat semua cowo yang ada di situ, termasuk gue langsung ngaceng. Nelly selesai fitness lebih dulu dari gue, sambil berjalan meninggalkan ruang fitness, Nelly memandangan sekilas semua cowo dan cewe yang ada di situ dengan senyuman binalnya, dan setelah dia keluar ruangan fitness, cowo-cowo pada ngebahas tentang Nelly.

    Gue papasan ma Nelly pas mau masuk ruang ganti
    ” Sexy banget kamu say… ” kata gue.
    ” Makasih say… kamu ga jealous kan liat aku td diserbu ma mata cowo-cowo di bawah ? ” kata Nelly sambil ngedipin satu matanya.
    ” Ngga dong say, kan aku seneng ngeliatinnya hehehe… btw, td itu baju tersexy kamu ” tanya gue sambil meremas pantat dia.
    ” Mau yang lebih ? kamu kuat ga nahannya ? ” bisik Nelly sembari mengelus kontol gue.
    ” Nahan apanya nih ? ”
    ” Ga jealous dan kontol kamu ga ngaceng mulu, kan malu ma yang fitness lainnya hehehe… ”
    ” let’s see say… ” tantang aku sambil aku penasaran dalam hati…
    ” Gue ke mobil dulu ya say, kamu mandi dulu sampai wangi, terutama kontol kamu itu harus wangi hehehe… ” kata Nelly sambil meninggalkan gue.
    Secepat kilat gue mandi dan beberes karena kontol gue udah ga bisa nahan… udah napsu banget…
    Sampai di parkiran, Nelly sudah menunggu di mobil sambil mendengarkan house musik.
    ” Say, weekend sekarang kita dugem yuk, dah lama nih kita ga dugem ” ajak Nelly.
    ” Hayu aja Nel, mau dugem di mana ? ”
    ” Mana aja, yang penting house musik dan jangan di room, males say kalo Cuma ber 2 trus di room… ”
    ” Sip… Tar diaturin semuanya, yang penting harus tampil sexy ok ” kataku ambil menjalankan mobil keluar dari parkiran.

    Sampai di apartemen, gue langsung menerkam Nelly… kita kissing dengan hot nya di ruang tamu. Gue tinggal sendirian di apartemen ini, jadi kita bebas ngapa-ngapain juga tanpa ada rasa takut kalo ada yang melihat.

    Sambil kissing, tank top Nelly gue buka, rupanya dia udah ga pakai bh. Sekeliling tokednya gue jilatin, kecuali putingnya. Gue hisap pinggiran toked… yang kiri trus yang kanan…
    ” Ahhh ahhh…. say jilat putingnya juga dong… ahh… sshhshshssss…. ayo dong say, emut putingnya… ” kata Nelly
    Gue ga tanggepin desahannya sampai sekitar 5 menit lidah gue bermain di sekitar toked, baru gue jilat putingnya…
    ” Ahhhhhhhhhh….. ssshshsshsss…. enak banget say…. ”

    Rupanya Nelly juga sudah horny banget, gue jilat toked yang kiri, toked kanannya diremes-remes sama tangan dia sendiri.
    Puas dengan toked, lidah gue mulai turun ke bawah. Gue buka rok mininya, gue lempar entah kemana, tinggal g-string ungu dengan bagian depan transparan. Bulu memeknya ga ada, jadi terlihat jelas garis memeknya yang begitu indah…
    Gue jilat pahanya… paha bagian dalam… gue nunggingin Nelly jadi gue bisa jilatin pantatnya…

    Bagian memek gue jilat sesekali…
    ” Say, memeknya dong, masa ga di jilat ” protes Nelly sambil nungging.
    Gue jilatin tali g-stringnya dr belakang sampai ke memek…
    ” Ugh… enak say… memeknya dong…. “
    Gue buka g-stringnya, terlihat bagian memeknya basah banget.. itilnya udah membesar…
    Masih dalam posisi Nelly nungging, gue jilatin belahan pantatnya… dari anus sampai ke memek…
    “ Ahhhhh…. ssshshhshsssssss…. “

    Memeknya gue tusuk-tusuk pakai lidah, memeknya jadi tambah basah… Nelly ganti posisi terlentang sambil mekangkang, supaya gue lebih leluasa ngejilatin memeknya.
    Tangan Nelly bermain di tokednya sendiri… ngeremes-remes sambil mainin putingnya. Kadang-kadang putingnya di cubit-cubit kecil…
    5 menit gue jilatin itilnya, bibir memek sambil nusuk memek pake lidah, kadang lidah gue turun ke anus… Tiba-tiba….

    Cerita Sex Bertemu Cewek Super Sexy Di Tempat Fitnes

    Cerita Sex Bertemu Cewek Super Sexy Di Tempat Fitnes

    “ Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh………. say, nyammmmmpppeeeeeeeeee…. “ teriak Nelly sambil ngeremes kuat-kuat tokednya.
    Gue jilatin semuanya…
    Gue kasih kesempatan Nelly menikmati orgasmenya yang pertama… Mukanya itu lho kl lagi orgasme, sexy banget…
    Nelly mulai lagi dengan membuka semua baju dan celana gue sampai gue bugil…
    Dia mulai cium gue, turun ke leher, dada, trus ke paha gue…
    “ Nel, koq kontolnya di lewatin ? “ protes gue.
    “ Biarin… tadi juga memek gue dilewatin… “ kata Nelly sambil menjilatin biji gue…
    Beberapa menit Nelly ngejilatin biji gue sambil sesekali turun ke anus gue…
    “ Enak banget say… kontolnya di jilat dong…. ”
    Mulai dikit demi dikit lidah Nelly menyentuh pangkal kontol gue…
    Sambil ngejilatin kontol gue, Nelly merubah posisi badannya sambil menungging… Tangan kirinya megang kontol gue, tangan kanannya maenin memeknya sendiri…
    Wah… pemandangan yang napsuin…
    Ada kali 10 menit Nelly ngejilatin kontol gue sambil masukin jari dia ke memeknya sendiri…
    Tiba-tiba Nelly bangun dan duduk diatas kontol gue…
    “ Shhhhsssss……. Ahhhh……… gede banget kontolnya say… Shhhshsssssss…. “ teriak Nelly sambil meringis.
    “ Sempit banget memek kamu… koq bisa gini sih ? “ seru gue.
    “ Ada deh sayyyyyyy…. Ssshhhhsssss…. kan memek ini buat kamu, yang penting kamu suka… Ahhhhh Ahhhh Ahhh… “ kata Nelly sambil menggoyangkan pantatnya…
    Nelly terus menggoyangkan pantatnya… naik turun…. diputer ke kiri… diputer ke kanan… sambil kedua tangannya meremas tokednya…
    ” Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhh…….. gue keluarrrrr ahhhh…. ahhhh…. ahhh….. ” teriak Nelly dengan kepala menghadap ke atas…

    Ini yang gue suka dari Nelly kalo ngentot, dia pasti mendesah dengan suara keras, membuat gue makin bernapsu…
    Kita ganti posisi, skg Nelly di bawah, kakinya dalam posisi mekangkang…
    Gue pegang kaki kiri dan kaki kanannya… gue goyang pelan-pelan… Tangan kanan Kelly ngeremes tokednya n tangan kirinya ngelus-ngelus itilnya… Goyangan gue makin lama makin cepet.

    ” Ahhhh… Ahhhh…. Ahhhh……. Ahhhhhhhhhhhhh….. ”
    ” Enak Nel ? ” tanya gue.
    Nelly diem aja, dia lagi menikmati orgasmenya yang ke 3…
    Goyangan gue mulai lagi… makin lama makin cepat…
    ” Nel, gue mau keluar, keluarin dimana say ? “
    “ Siniin kontol kamu say, gue mau emut sampe peju kamu abis…. “
    “ Nel, gue mau keluaaaarrrr ahhhhhhh……. “
    Gue cabut kontol gue dari memek Nelly, langsung gue arahin ke mulut dia. Disambutnya kontol gue dengan hisapan yang tiada henti… sampe mulut Nelly penuh dengan peju gue…
    “ Enak banget Nel, gue sayang ma elo… “
    “ Gue juga sayang ma elo Mike… “
    Akhirnya selesai juga pertempuran kita, tidak terlalu lama, paling hanya sekitar 30 menit. Tapi buat kita lebih penting kualitas daripada lamanya ngentot… Toh hasil yang dicapai maksimal, peju Nelly sudah habis dan kontol gue butuh waktu buat isi tenaga lagi.

    Hari jumat sore adalah jadwal kita fitness… ini adalah waktu yang gue tunggu-tunggu. Pengen tau aja, hari ini Nelly mau pake baju apa buat fitness…
    Nelly sampai di tempat fitness duluan, adalah selisih 1 jam ma gue, soalnya ada gawean yang musti gue kerjain dulu…

    Begitu masuk ke ruangan fitness, gue lihat Nelly lagi ngobrol ma 2 cowo yang biasa latihan di situ. Dari jauh terlihat Nelly menggunakan kaos singlet yang agak kebesaran tapi pendek, udelnya sampe kelihatan, dan pakai hot pants putih. Apa istimewanya ya pikir gue… gue langsung ke kamar ganti dan bersiap untuk fitness. Sampainya di ruang fitness, gue lihat Nelly lagi treadmill… Dari belakang gue bisa ngelihat…

    Hmm, ga pake bh… koq ga ada garis g-string ya ? masa dia ga pake daleman lagi, pikir gue. Gue ambil alat treadmill di sebelah Nelly… Busettt…. Itu toket kemana-mana, dari sampingnya Nelly gue bisa melihat puting dan toked dia dengan jelas. Langsung bereaksi adik gue, untung gue hari ini pake kaos yang agak kebesaran, jadi bagian Kontol gue ga kelihatan, kan malu kalo keliatan ngaceng ma yang lain…

    Nelly selesai treadmill lebih dulu dari gue, dia langsung mau latihan untuk mengencangkan selangkangan. Posisi alat itu berhadapan dengan alat yang untuk latihan bisep. Langsung aja gue berhenti treadmill dan menggunakan alat itu, jangan sampai keduluan ma yang lain. Alat yang buat latihan selangkangan itu cara pakainya adalah, Nelly duduk dng posisi tegak, disebelah luar paha ada beban dan Nelly harus mendorong beban itu dengan cara membuka paha sampai mekangkang, trus di tutup lagi pahanya. Pada saat Nelly membuka pahanya, terlihat dengan jelas garis memeknya di balik hotpants putihnya…
    Edaaaannnnnnnn, nih anak berani bener…, Kontol gue udah kenceng, udah ga kepikiran buat ngencengin otot bisep gue… mata gue terus melihat kearah selangkangan Nelly. Kayanya Nelly juga mulai terangsang, ada noda lendir disekitar garis memeknya… Rupanya Nelly kalo dilihatin bodynya yang sexy, dia ikut terangsang…

    Selesai latihan otot selangkangan, Nelly mulai siap-siap untuk sit up. Dan hari ini yang membantu Nelly sit up adalah Lina, instruktur aerobik di tempat fitness itu. Tinggi Lina sepantaran ma Nelly, perut sama-sama rata, tokednya lebih besah dari pada Nelly. Menurut pengamatan gue, 34b sih ada hehehe… Kulitnya lebih hitam sedikit dibanding Nelly. Sambil megangin kaki Nelly, gue lihat, koq matanya Lina melihat ke arah selangkangannya Nelly, trus kadang-kadang melihat ke arah dada nya Nelly. Mustinya instruktur lihatnya ke muka orang yang di bimbingnya ya…

    Selesai latihan fitness, gue lihat Nelly lagi ngobrol ma Lina, mereka ketawa-ketiwi, entah apa yang diomongin. Gue langsung masuk kamar ganti n segera beberes, gue bbm ( BlackBerryMsg ) in Nelly, gue kasih tau kalo gue nunggu di mobil.Begitu Nelly sampai di mobil, gue langsung nanya ma dia

    ” Tadi ngobrol apa ma Lina ? koq keliatannya seru banget ? “ selidik gue.
    “ Gue ngajak Lina dugem bareng, kan biar seru say “ kata Nelly
    “ Lho, dia tar sama siapa ? ma cowonya ? “ tanya gue sambil penasaran.
    “ Ngga say, cowonya lagi ada kerjaan di singapore, jadi besok dia sendirian aja katanya “
    “ Jadi kita jalannya ber 3 nih ? okeh deh… berangkat… ”

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Bertemu Teman SMA

    Cerita Sex Bertemu Teman SMA


    675 views

    Perawanku – Cerita Sex Bertemu Teman SMA, Suatu siang aku jalan-jalan kepusat perbelanjaan buat refresing ya liat-liat cewek cantik, Begitu aku lagi liat kiri kanan eee tak taunya seseorang menubrukku. Wanita ini sepertinya habis belanja banyak dan tergesa-gesa hingga tak tahunya menubruk orang.

    Begitu bertabrakan…aku langsung membantu memberesi barang-barangnya yang berserakan. Tak lupa kuucapkan permintaan maafku padanya karena tak sengaja menabraknya….walau sebenarnya dialah yang harus minta maaf padaku.

    “Maaf ..mbak…nggak sengaja nih…”kataku padanya.
    “ya…nggak apa-apa lagi….oya..kamu Andy kan….”katanya padaku.
    “iya..saya Andy….dan mbak siapa ya…kok tahu nama saya”
    “kamu nggak ingat sama aku ya…teman SMA kamu…yang suka jahilin kamu….”katanya padaku.
    “siapa ya….eeeee….maaf …Rani ya….SiBunga SMA “
    “Tepat sekali ….tapi tadi kok kamu manggilin aku mbak seh…”
    “Maaf deh….abis aku nggak tau siapa kamu..”
    “kenapa..lupa ya sama aku….atau emang udah dilupain ya…”
    “ya..gimana ya..kamu cantik banget ..beda dengan yang dulu..”kataku sedikit memujinya.
    “ak kamu ….biasa aja kok…”katanya sambil tersipu malu.
    “oh ya….kita kekafe yuk..buat ngerayain pertemuan kita ini…
    “ok deh…tapi kamu yang traktir aku ya…abis aku lagi bokek nih”kataku padanya
    “ya..nggak masalah lagi….”

    Aku dan rani pergi kekafe langgananya Rani.Sampai disana ..kami memilih meja yang paling pojok.Suasana didalam kafe ini sangat sejuk dan nyaman…membuat orang yang berada didalamnya betah untuk duduk berlama-lama.

    “Gimana kabar kamu sekarang andy…..udah berkeluarga ya…”tanya rani padaku.
    “aku seh baik-baik aja….masih sendiri lagi….masih kepengen bebas”
    “kalau kamu gimana….udah bekeluarga ya….”tanyaku padanya.
    “aku udah married….udah 3 tahun”
    “asyik dunk….trus suami kamu mana…kok pergi sendirian ….nggak takut digodain sama lelaki iseng”
    “ah kamu..biasa aja lagi….laki aku lagi keLN…urusan bisnis katanya”
    eh…ayo makan..kok didiamin aja nih”

    Kamipun akhirnya menyantap hidangan yang telah tersedia.Habis makan,kami jalan-jalan dan pulang kerumah masing-masing
    Beberapa hari kemudian….Rani mengirim SMS keHP ku….isinya mengajak aku untuk main kerumahnya.SMSnya kubalas….dan aku tanyakan dimana alamat rumahnya..Beberapa menit kemudian…Rani membalas SMSku dan menyebutkan alamat rumahnya.

    Aku berangkat kerumah Rani…sibunga SMA. Tak lama kemudian ..aku sampai didepan rumah mewah.Kubaca kembali alamat yang
    diberikan oleh Rani dan kucocokkan dengan nomor rumah yang tertera didepan pintu…pass..memang benar ini rumahnya.Kutekan bel yang ada didepanku.Beberapa saat kemudian …pintu pagar terbuka dengan sendirinya.Aku masuk, pintu pagarpun ikut tertutup dengan sendirinya. Aku berjakan menuju teras depan dan Rani telah menungguku disana.

    “Hii..gimana kabar kamu sekarang….”sapanya padaku.
    “Baik saja nih….kamu gimana…kok sepi amat seh…pada kemana nih”
    “iya nih…nggak ada siapa-siapa nih dirumah…jadi kesepian..makanya aku undang kamu kesini ..buat nemenin aku…”
    “nggak salah nih..ntar suami kamu marah lagi”
    “ah..nggak apa-apa lagi…. dia lagi diLN sekarang nih…”
    “yuk ..masuk….kita ngobrol didalam aja deh”

    Kamipun masuk kedalam rumahnya Rani.Wah….benar-benar mewah nih rumah..semua perabotannya sangat mengagumkan.
    “mari..silahkan duduk….jangan malu -malu..anggap saja seperti rumah sendiri”
    “Thank’s….”dan akupun duduk
    “oya..mau minum apa nih….panas..dingin atau yang hangat..”kata siNyonya rumah.
    “jadi bingung nih ..milihnya …”kataku padanya.
    “ya…kalau yang panas…teh sama kopi…trus kalau mau yang dingin..ada soft drink..”balas siRani
    “trus kalau aku milih yang hangat gimana”tanyaku lagi.
    “ya…ada deh…”kata rani sedikit genit.
    “ok deh…kalau gitu..aku minta yang hangat aja deh”kataku coba menggodanya
    “ah..kamu ini bisa aja….ntar kalau aku kasih kamu nggak susah nanti”
    “ya..tergantung yang ngasih dunk…”

    Rani bangkit dari duduknya ….”bentar ya …aku kebelakang dulu”
    Ia pergi meninggalkanku diruang tamu yang mewah itu.Rani kembali lagi keruang tamu dengan membawa dua gelas jus orange. Dia meletakkannya datas meja.

    “Lho..tadi katanya yang hangat..kok yang itu seh”kataku padanya.
    “yang hangat ntar….so pasti aku kasih deh”
    Akupun duduk kembali.
    “Ran…rumah kamu bagus banget deh….semuanya kamu punya…so pasti kamu bahagia dong dengan suami kamu….”
    “ah ..siapa bilang..dari luarnya saja aku keliatan bahagia”katanya mulai serius
    “memang semuanya aku punya ..tapi khan itu nggak menjamin aku bahagia”
    “bayangin aja deh ..dalam satu bulan ..palingan suamiku 3 hari ada dirumah”
    “selebihnya
    ..ya kesana kemari ..ngurusin bisnis keluarganya yang segudang itu…jadi
    kamu bisa bayangin deh..betapa aku sangat kesepian..”

    Rani mulai menceritakan semua keluhan yang ada dalam dirinya.Kucoba memahami setiap jalan ceritanya sambil sesekali mataku nakal melirik bagian tubuhnya yang sangat menggairahkan sekali.Saat itu,Rani mengenakan kaos yang cukup ketat sekali sehingga mencetak seluruh lekuk tubuhnya yang sangat indah itu.Dibalik kaos ketat lengan pendek itu. Sepertinya Rani tak mengenakan Bra…itu terlihat dari tonjolan kecil dipuncak dadanya yang padat dan berisi .Perlahan terasa sesuatu bergerak nakal dari balik celana yang kukenakan.

    Rani bangkit dari duduknya dan pindah disampingku.Tercium bau harum parfumnya yang sangat mengundang gairah.

    “Dy..aku kangen banget deh sama kamu….”katanya padaku
    “oya…”kataku padanya.
    “iya nih….apalagi sama…….”katanya terputus.
    “sama apa seh Ran…..”
    “sama…..sama ini nih….”katanya sambil meletakkan tangannya diatas gundukan batang kejantananku.

    Kontan saja aku terkejut mendengar penuturannya yang begitu spontan.walau sebenarnya aku juga menginginkannya.

    Karena tak ada kata-kata yang keluar dari mulutku,Rani tak memindahkan tangannya dari atas selangkanganku..malah sebaliknya dia mengelus pelan batang kejantananku yang masih tersembunyi dibalik celana panjang yang kukenakan.

    Perlahan ..mukaku dan muka Rani makin mendekat. Rani memejamkan matanya sambil merekahkan bibirnya padaku. Kukecup bibirnya yang merah itu. Mulutku bermain dimulutnya yang mungil dan seksi .Sesekali lidahku berpilin dengan lidahnya. Rani sangat bergairah sekali menyambut ciuman bibirku dibibirnya.

    Sementara itu tanganku tak tinggal diam.Kucoba meraba dua bukit kembar yang tumbuh didadanya. Begitu hangat ,padat dan berisi Terasa sangat halus sekali kulit dadanya Rani.Dua puncak dadanya yang mulai mengeras tak luput dari remasan tanganku. Dan tangan Rani semakin liar begerilya diatas gundukan batang kejantananku yang mulai mengeras.

    Rani beranjak dari tempat duduknya .Perlahan ia mulai membuka satu persatu pakaian yang melekat ditubuhnya. Hingga akhirnya tak sehelai benangpun yang menempel ditubuhnya.Kuperhatikan tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Begitu sangat sempurna sekali.Dua gundukan bulat menggantung didadanya .ditambah dengan bukit kecil yang ditumbuhi bulu hitam yang
    lebat menandakan kalau Rani type wanita haus seks

    Rani kembali duduk bersimpuh dihadapanku.Kali ini ia mulai membuka celana panjang yang masih kukenakan.Begitu celanaku terbuka ..nongollah batang kejantananku yang mulai mengeras dibalik celana dalamku. Namun tak berselang lama celana dalamkupun telah terbuka dan tinggallah penisku yang tegak bak torpedo yang siap meluncur.

    Tangannya yang halus itu mulai membelai batang kejantananku.Lama kelamaan ukurannya makin membesar .Rani mulai menjilat ujung kepala penisku .Mulutnya yang mungil itu menjiltai permukaan kulit batang kejantananku hingga sampai kedua buah biji pelerku.Beberapa saat lamanya Rani menikmati batang kejantananku dengam ciuman-ciuman yang sangat menggetarkan
    persendianku.

    Sementara kedua tanganku meremasi kepalanya. Hingga sesuatu terasa berdenyut dibatang kejantananku Sesuatu yang ingin muncrat dari ujung kepala penisku.Aku semakin kuat menjambak rambutnya Rani dan menekannya kedalam hingga ujung kepala penisku menyentuh ujung tenggorokannya.

    “Akhhh..Ran..aku mau keluar nih”erangku padanya

    Beberapa detik kemudian spermaku tumpah didalam mulutnya Rani. Tanpa merasa jijik sedikitpun Rani menelan setiap tetes spermaku. Dan sambil tersenyum ..Rani menjilati sisa- sisa sperma yang masih tersisa dibatang kemaluanku.

    Beberapa saat kamipun istirahat setelah aku mencapai orgasme yang pertama. Kemudian aku berdiri dan mengangkat tubuh montok Rani dan merebahkannya diatas sofa yang empuk. Kini tiba saatnya bagiku untuk memulai babak permainan berikutnya. Aku membuka kedua kaki Rani lebar-lebar.Kudekatkan wajahku kepermukaan perutnya yang datar. Dengan penuh nafsu ..aku menjilati setiap permuakaan kulit perutnya yang halus itu.Rani menggelinjang hebat merasakan jilatan bibirku dipermukaan kulit
    perutnya yang ramping.

    Rani merasakan dirinya seolah terbang kesorga kenikmatan saat ujung-ujung lidahku mengelitik organ-organ sensitifnya.Ia melupakan sejenak bayangan suaminya yang saat ini sedang berada diluar negri.Baginya ,kenikmatan yang kuberikan padanya tak ada bandingnya dengan limpahan materi yang diberikan oleh suaminya. Desahan…erangan dan jeritan Rani makin menbuatku bersemangat menusuk-nusuk permukaan Vaginanya dengan ujung lidahku.

    “Sayang….cepet dunk masukin punyamu. Udah nggak kuat nih”rengeknya padaku.

    Akupun memenuhi permintaan Rani yang sudah tidak tahan menunggu batang kejantananku yang tegang dan mengeras untuk masuk kedalam vaginanya Rani. Aku memegang batang kejantananku dan mengocoknya sebentar kemudian mengarahkannya kelubang vagina Rani.

    Aku mulai maju mendorong pantatnya Rani.Beberapa kali kucoba selalu meleset. Mungkin karena ukuran senjataku yang cukup besar hingga sulit untuk menembus lubang vaginanya yang rapet.Namun setelah beberapa kali mencoba,akhirnya batang kejantananku masuk menembus lubang memeknya Rani.

    Tanpa membuang waktu lagi,kugerakkan pantatku maju mundur menusuk memeknya Rani.Dengan penuh nafsu,Rani menikmati gerakan Penisku yang maju mundur menusuk vaginanya.Desiran dan desahan beriringan keluar dari mulutnya yang mungil itu.Rani mengimbangi gerakanku dengan memaju mundurkan pantatnya yang bahenol itu. Sekitar tiga pulu menit berlalu,Rani merasakan akan mencapai klimaks.

    Rani mengangkat pantatnya dan menggelinjang hebat.Wajahnya berubah ganas,matanya mendelik saat puncak kenikmatan itu datang. Aku tahu kalau Rani akan mencapai klimaknya. Kupercepat gerakan pantatku menusuk vaginanya sampai akirnya puncak kenikmatanna datang.Rani mendekap erat tubuhku,Vaginanya berkedut-kedut menjepit batang kejantananku. Cairan hangat dan kental merembesi dinding vaginanya.Orgasme yang beruntun telah dialami Rani sibunga SMA.

    Untuk beberapa saat ..kubiarkan Rani menikmati sisa -sisa orgasmenya ,sebelum kami melanjutkan permainan yang berikutnya. Perlahan Rani bangkit dari tidurnya dan duduk diatas sofa empuk itu.Akupun duduk disampingnya. Tanganku singgah digundukan
    vagina yang ditumbuhi rambut halus itu.Kubelai perlahan untuk membangkitkan kembali gairah wanita cantik yang ada disampingku ini. Perlahan terdengar desahan lembut dari mulut Rani. Sementara itu mulutku tak lepas dari dua puncak mungil didadanya.

    Merasa sudah tepat saatnya bagiku untuk menuntaskan permainan ini… kuangkat Rani dan kududukkan ia diatas pahaku. Posisinya kini tepat berada diatas pangkuanku, sehingga dua buah dadanya yang padat membusung tepat berada didepan mulutku. Kugosok-gosok ujung penisku kemulut vaginanya. Kutekan ujung penisku hingga amblas masuk kedalam vaginanya. Kudiamkan perlahan, kunikmati beberapa saat kontolku bersarang dalam memeknya Rani.

    Perlahan kugerakkan pantatku naik turun menusuk lubang kemaluannya Rani. Gerakanku makin lama semakin cepat membuat tubuh Rani bergoyang-goyang diatas pangkuanku.Terdengar erangan kenikmatan dari mulut rani.Beberapa kali ia harus memekik kecil tak kala penisku yang makin membesar menyentuh ujung rahimnya. Sementara dua buah gundukan didadanya bergoyang -goyang tak karuan. Kedua tanganku meraih dua gundukan itu dan meremasnya perlahan.

    Beberapa menit kemudian terasa sesuatu menyesak dalam batang kejantananku. Mungkin tiba saatnya bagiku untuk orgasme. Dengan diiringi desahan panjang secara bersamaan…aku dan Rani mencapai orgasme. Kusemprotkan spermaku yang hangat didalan vagina Rani. Beberapa saat kemudian Ranipun menyusul.Cairan hangat merembesi dinding Vaginanya yang hangat itu. Aku memcabut batang kejantananku dari dalam vaginanya Rani.

    Dengan cepat Rani jongkok diselangkanagnku dan menjilat sisa-sisa sperma yang masih menempel dipenisku. Sesaat kemudian Rani tersenyum padaku.Senyum penuh kepuasam …yang tak pernah ia dapatkan dari suaminya tersayang.Aku bangkit dan mengenakan kembali pakaianku. Kulihat jam ditanganku sudah menunjukkan jam sepuluh malam. Akupun pamit pada Rani.

    Namun sebelum aku pergi meninggalkam rumah Rani. Ia memberikan sesuatu buatku sebagai hadiah. Sebuah Handphone terbaru dan motor besar. Semula aku menolak pemberiannya, namun ia berharap sekali aku menerima pemberiannya itu. Demi menghibur hatinya Rani, kuterima hadiah yang bagiku cukup besar sekali.

    Kupergi meninggalkan Rani dengan membawa Handphone dan sebuah motor besar. Hadiah yang mungkin lebih kecil jika dibandingkan dengan kenikmatan seks yang kudapatkan hari ini….dan bahkan akan kudapatkan hari-hari berikutnya bersama wanita cantik yang pernah menjadi Bunga SMA.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Bertiga TreeSome Denyutan-Denyutan Memekku

    Cerita Sex Bertiga TreeSome Denyutan-Denyutan Memekku


    2221 views

    Perawanku – Teman SMA ku dulu yang bernama Gilang kini menjadi suamiku kami dikaruniai anak anak yang sudah remaja
    sekarang dan kuliar di luar kota , sekarang tinggallah kami berdua di rumah terasa sepi , suamiku yang
    bekerja sebagai karyawan PMA sehinga kehidupan kami sudah cukup.

    Aku juga hobi dengan pergi ke salon unutk merawat tubuhku walaupun wajahku tidak cantik banget tapi
    kata orang bodyku tidak boseni jika dilihat, suamiku selalu sering memuji dengan kata kat gombalnya
    “hari ini kamu cantik baget sayangku”

    Suamiku senang olah raga tenis dan golf kalau badan tidak terlalu tinggi 165 cm tapi cukup atletis
    dengan berat badan 63 kg. Urusan diranjang sebenarnya aku cukup bahagia karena suamiku orangnya
    telaten dan sabar dia selalu memberikan kesempatan dulu padaku untuk orgasme seteleh itu baru dia
    melakukan penetrasi sampai aku orgasme yang kedua.

    Pengalaman ini terjadi karena rasa kesepianku di rumah sendiri akhirnya aku usul untuk menerima kost
    toh kamar anakku 2 kamar tidak ada yang nempati.

    Akhirnya suamiku sepakat dia yang cari dan kebetulan ada teman kenalannya seorang pengusaha yang biasa Fastbet99
    mondar-mandir Jakarta ke kotaku karena ada anak perusahaannya di kotaku.

    Pertimbangannya dari pada ke hotel boroAgen Bola Maxbets karena kadang harus sampai dua minggu. Namanya Rendra
    (samaran) keturunan arab dengan cina orangnya tinggi (176 cm 76 kg) besar dengan kulit putih tapi
    wajah arab kayak Omar Syarif dengan bulu diseluruh tubuhnya, orangnya sangat santun.

    Kami cepat akrab bahkan seperti keluarga sendiri karena makan malam kami selalu bersama bahkan
    pada waktu lapor Pak RT kami mengaku sebagai saudara. Oh iya aku panggilnya Dik karena umurnya baru 38
    tahun.

    Bahkan jika suamiku dan Aku pergi berlibur ke Tawangmangu atau Bandungan dan pas ada di kotaku ia kami
    ajak. Begitu akrabnya kami sehingga tak jarang kami Dik Rendra juga membantu kalau ada kerepotan
    dirumah sehingga lingkungan taunya memang adik saya.

    Untuk sehari-hari setelah berjalan 3 bulan kami makin akrab saja bahkan suamiku suatu hari, ketika
    kami ngobrol habis makan malam.

    “Ajaklah Isterimu jalan-jalan kemari Dik Rendra,” celetuk suamiku, “Biar
    dia kenal mbakyumu” lanjutnya, Dik Rendra hanya diam dan menghela napas
    panjang.

    “Ada apa.. Ada yang salah?” lanjut Mas Gilang melihat gelagat yang kurang
    enak.

    “E.. Anu Mas Aku sebenarnya duda isteriku meninggal 3 tahun yang lalu
    diruamh cuma ada anak-anak dengan pembantu saja” jawabnya dengan mata
    berkaca-kaca.

    Kami akhirnya tahu statusnya dan kami minta suatu ketika kalau liburan sekolah biar anak-anak diajak
    kebetulan anaknya 2 orang masih 7 tahun dan 4 tahun.

    Sejak itu keakraban kami tambah dekat bahkan suamiku sering membisiki aku kalau keturunan arab
    biasanya barangnya besar dan panjang.

    Akupun merasa Dik Rendra makin memperhatikan aku, pernah aku dibawakan hadiah liontin permata yang
    cantik. Bahkan sehari-hari kami makin terbuka misalnya ditengah guyonan, kadang kadang Dik Rendra
    seolah mau memelukku dan bahkan sembunyi-sembunyi berani menciumi pipiku kalau mau pamit pulang
    Jakarta.

    Demikian pula sebaliknya Mas Gilang seolah membiarkan kami bercengkarama kadang kadang bahkan
    ngompori, “Ooo mabkyumu itu biar STW tapi malah tambah punel (maksudnya memeknya) lho Dik Rendra”
    kalau sudah begitu aku yang merah padam, tapi untungnya hanya kami bertiga.

    Seperti kebiasan kami, pada hari libur Sabtu Minggu kami bertiga week end di kebun kami di
    Tawangmangu. Walaupun tidak terlalu luas namun kebun ini cukupanlah untuk hiburan dan cukup nyaman
    untuk beristirahat.

    Entah apa sebabnya Mas Gilang hari itu dengan manja tiduran berbantal pahaku di depan Dik Rendra
    setelah selesai makan malam sambil menonton TV dan ngobrol kesana kemari diruang keluarga.

    Kulihat Mas Gilang sangat atraktif mempertontonkan kemesraannya di depan di Rendra. Aku sebenarnya
    agak kikuk tapi karena sudah seperti adik sendiri aku bisa mengatasi perasaanku, lagian Dik Rendra
    sudah sering melihat kemesraan kami sehari-hari dirumah. Kulihat Dik Rendra acuh saja melihat tingkah
    laku Mas Gilang. Malah akhirnya Dik Rendra mengambil inisiatif mengambil kasur dari kamar tidur untuk
    dihamparkan ke lantai.

    Akhirnya kamipun menonton TV sambil tiduran, aku dan Dik Rendra bersandar didinding berjajar cuma
    berjarak setengah meter sedang Mas Gilang tiduran di pahaku. Acara yang ditayangkan kebetulan agak
    menyerempet-nyerempet hubungan suami isteri.

    Kulihat Dik Rendra tidak bisa konsentrasi, ia lebih sering mencuri pandang ke arah dadaku yang saat
    itu hanya terbungkus daster, aku pura-pura nggak tahu tapi aku sempat melihat arah tengah
    celananya yang aku yakin sudah setengah ereksi.

    Tiba-tiba Mas Gilang memeluk pahaku sambil mengusap usap tonjolan payudara dari luar baju daster yang
    kukenakan, aku bingung.

    “Mas malu ah masa ada Dik Rendra,” protesku sambil melemparkan tangannya
    kasar.

    “Ah nggak apa apa, wong Di Rendra juga pernah merasakan koq.” sahut Mas
    Gilang sambil senyum penuh arti ke Rendra.

    Rendra tersenyum kecut Aku melengos sebel tapi jujur saja rabaan Mas Gilang membuat aku on apalagi
    udara dingin Tawangmangu yang menusuk tulang.

    Sementara Mas Gilang malah nekat dan kepalanya yang menindih pahaku digeser ke arah selangkanganku,
    sehingga tak terhindarkan baju dasterku yang memang pendek makin tersingkap sehingga Rendra makin
    leluasa melahap pahaku yang terbuka lebar..

    “Mbak.. Aku.. Jadi ingin nih..” Rendra bicara padaku.

    Gila batinku aku benar-benar kaya kepiting rebus mendengar kata-kata Rendra hampir saja aku tampar.
    Tapi Mas Gilang malah menimpali, “Nggak pa-pa, ya Mam? Kasihan khan Dik Rendra sudah lama lho nggak
    merasakan” sahutnya.

    “Pap!! apa-apaan sih ini” sahutku nggak kalah seru.

    “Papa boleh kok mam, papa iklas please, ..!” pintanya sambil mengedip ke
    Dik Rendra.

    Cerita Sex Bertiga TreeSome Denyutan-Denyutan Memekku

    Cerita Sex Bertiga TreeSome Denyutan-Denyutan Memekku

    Rupanya Rendra tanggap langsung saja dia miringkan badannya, karena jarak kami cuma sejengkal maka
    langsung direngkuhnya belakang kepalaku dan diciumnya mulutku dengan paksa.

    Aku ingin menolak tapi Mas Gilang memegang tanganku dan meraba tengah CDku aku terombang-ambing antara
    nafsu dan nilai yang ada dalam diriku tapi aku makin terangsang, tanpa sadar malah
    kumiringkan tubuhku menghadap Dik Rendra sehingga aku bisa berhadapan.

    Melihat reaksiku tanpa segan Dik Rendra menyelusupkan tangannya dibalik dasterku untuk meremas remas
    buah dadaku, sementara Mas Gilang tangannya sudah masuk CD untuk mengelus elus klitorisku yang menjadi
    titik kelemahanku.

    Mendapat seranngan dua orang sekaligus sensasiku melambung tinggi ada kenikmatan yang tiada tara.
    Kucoba memberanikan diri meraba perut Rendra dan turun kebawah pusar, ada rasa penasaran ingin tahu
    ukuran barangnya. Link Alternatif Fastbet99

    WAU.. luar biasa rupannya sudah berdiri keras dan tidak pakai CD lagi tanganku tak bisa memegang
    semuanya genggamanku penuh itupun baru separonya.

    Ketika itu Mas Gilang melepaskan seluruh pakaiannya dan mencopoti dasterku, Rendra melepaskan
    pakainnya juga dan menggeser posisinya merapat ke arahku dari sebelah kiri kami berhadapan, sedangkan
    Mas Gilang memiringkan tubuhnya yang bugil sebelah kanan (belakangku).

    Sehingga dengan sendirinya kontol Mas Gilang yang sudah kencang menempel bokongku dan kontol Rendra
    yang luar biasa panjang dan besar menempel pahaku karena Rendra tak mau melepaskan pelukannya padaku
    jadi Mas Gilang hanya merogoh memekku dari belakang.

    Rendra menciumi diriku sambil mengelus payudara penuh nafsu, kulihat Rendra yang penuh dengan gairah,
    aku ikut terhanyut. Aku tak sempat berfikir macam macam, nafsuku telah mendominasi pikiranku,
    kunikmati apa yang dilakukan Rendra padaku tanpa menghiraukan Mas Gilang yang meremas-remas bokongku,
    dan mengelus vaginaku yang sudah basah.

    Aku mendesis desis tak karuan karena keenakan dengan tangan kanannya Rendra mendekap punggungku erat
    erat, sedangkan tangan kirinya mulai menyibak vaginaku rupanya dia
    sudah nggak tahan ingin memasukkan kontolnya ke memekku.

    Dituntunnya penisnya ke arah lubang vaginaku, dan dalam tempo singkat aku sudah melayang kelangit ke
    tujuh menikmati kontol Dik Rendra yang panjang besar ada meskipun rasa perih dan penuh menyesak di
    vaginaku namun kenikmatan yang kurasakan mampu membuatku melupakan rasa perih memekku.

    Otomatis jepitan lobang kemaluanku makin jadi dan denyutan-denyutan memekku yang selama ini dipuja
    oleh Mas Gilang dirasakan oleh Rendra.

    “Oh Mbak memekmu luar biasa, benar-benar punel Mbak” bisik Rendra sambil
    mulai memompa batang kemaluannya secara ritmis.

    Sementara aku mengimbangi mengocoknya perlahan lahan, Rendra mendesis desis keenakan, kini wajah
    Rendra menghadap ke arahku dengan matanya yang terpejam sungguh tampan sekali apalagi desisanya
    membuatku benar-benar melayang.

    Gesekan bulu dada di ujung putingku membuatku seperti kesetrum listrik ribuan watt. Setelah hampir
    sepuluh menit Rendra memompa memekkuaku mulai kesetanan mau meledak tapi dia mulai mengendurkan
    pelukannya.

    “Ganti posisi yuk Mbak, nggak adil kan masa yang punya (Mas Gilang
    maksudnya) nggak kebagian” bisik Rendra padaku.

    Rendra melepaskan kontolnya dari memekku pelan-pelan terasa ada yang hilang dari selanggkanganku,
    Rendra berdiri sambil membimbingku Mas Gilang masih ikut dibelangku sambil meremasi pantatku.

    Aku menoleh memandang suamiku penasaran ingin tahu reaksinya, tapi ternyata kulihat Mas Gilang
    begitu bahagia bahkan dia tersenyum.

    “Kita main bersamaan ya Mas?” ajak Rendra pada suamiku.

    Rendra mengambil posisi duduk bersandar di sofa dengan paha mengangkang, tampak kontolnya yang besar
    panjang dan kokoh dengan topi baja yang mengkilat karena cairan memekku berdiri seperti prajurit siap
    serbu, kemudian ia menyuruhku mengangkang diatasnya dengan menumpangkan pahaku pada pahanya sambil
    membelakanginya.

    Perlahan-lahan aku turunkan bokongku dan Rendra membibing kontolnya untuk memasuki memekku, bles,
    ahh.. Rasanya tambah nikmat dan sudah nggak perih lagi.

    Dengan posisi begitu maka dari depan mencuatlah klitorisku yang sudah keras dan kencang, perlahan-
    lahan aku mulai memompa dengan menaik turunkan bokongku, melihat pemandangan seperti itu Mas Gilang
    langsung duduk jongkok di depanku oh.. Ia menjilati klitorisku yang terbiar menantang.

    Oh.. Luar biasa sensasi yang timbul seluruh tubuhku bergetar kurasakan memekku makin berdenyut keras,
    kuraih kepala Mas Gilang kurapatkan ke selangkanganku sementara Rendra terus menyodokku dari bawah.
    Ahh.. Aku mau meledak.. Mas.. Aku mau meladak..!!

    Rendra menggeram karena kontolnya kucengkeram dengan denyutan memekku yang makin kuat,. Dan dengan
    sambil meremas-remas payudarku kurasakan kontol Rendra dalam memekku berdenyut keras.. Ahh Mbak aku
    mau keluar..

    Ditariknya putingku sambil menyodokku dari bawah kuat-kuat sementara Mas Gilang melumat klitorisku aku
    benar-benar tidak bisa menggambarkan kenikmatan yang kudapat ketika kontol Rendra menyemburkan
    spermanya ke dalam memekku bersamaan orgasmeku dan hisapan-hisapan pada klitorisku.

    Belum selesai sensasiku Mas Gilang menarikku dan memintaku nungging ini kebiasaan Mas Gilang dia mau
    memompaku kalau aku sudah orgasme katanya enak sekali keRendran-keRendran memekku kalau orgasme.

    Aku mengambil posisi nungging dengan bertumpu pada kedua paha Rendra pas kontolnya yang
    berlendir-lendir di mukaku langsung saja aku bersihkan sementara Mas Gilang mulai memasukkan kontolnya
    yang meskipun tidak panjang tapi kepalanya sangat leber sehingga seperti klep pompa.

    Kurasakan sensasi yang lebih hebat lagi ketika Mas Gilang mulai memompaku dari belakang.
    Hampir saja kugigit kontol Rendra kalau saja Rendra tidak berteriak, mengaduh. Entah aku merasa tidak
    kuat lagi menahan ledakankanku yang berikutnya dan segara saat kontol Mas Gilang mulai berkedut-kedut
    akan menyemburkan spermanya akupun juga merasakan diriku akan meledak lagi.

    Dan aahh dengan teriakan panjang Mas Gilang menyemprotkan spermanya ke dalam memekku. Aku segera
    berbalik untuk membersihkan kontol Mas Gilang, rasa sperma dua orang laki-laki yang bercampur membuat
    lidah merasa aneh dan asing.

    Kami terkulai lemas tapi aku merasa lapar dengan tetap bugil aku kedapur untuk masak kulihat dua orang
    laki-laki itu berpelukan saling
    menepuk punggung.

    “Gimana dik?” lamat lamat kudengan suara Mas Gilang menanyakan kesannya
    pada Rendra.

    “Wah luar biasa Mas, aku nggak nyangka kalau Mbak Rin.. Begitu hebat,
    pantas Mas Gilang tidak pernah jajan,” timpal Rendra.

    “Begini aja dik, Dik Rendra nggak usah sungkan lagi sekarang ini mbakyumu ya isterimu, tapi janji Dik
    Rendra nggak boleh jajan, aku jijik kalau mbayangkan Dik Rendra jajan,” sambung Mas Gilang.

    “Sumpah Mas aku nggak pernah jajan sepeninggal isteriku, pernah pembantuku aku pakai itupun cuma
    sekali selebihnya aku pake alat,” lanjut Rendra.

    “Jadi janji betulan lho dik, dan kita nggak boleh cemburu, satu sama lain..”

    “Eh.. Enak aja ngomongin nasib orang nggak ngajak yang diomongin” aku langsung protes nglendot di
    pangkuan Mas Gilang.

    “Tapi Mama setujukann..” lanjut suamiku.

    “Mmm.. Gimana.. Ya.. Mmm” sengaja kubuat-buat jawabanku aku ingin melihat reaksi Rendra.

    “Maaf Mbak, kalau Mbak nggak setuju aku nggak pa-pa kok Mbak” Rendra memelas.

    “Habis.. Habis..” jawabku nggak kulanjutkan.

    “Habis apa Mbak?” Rendra panasaran.

    “Habis.. E n a a k hi.. Hi.. Hi” jawabku sambil cekikikan.

    Rendra langsung menubrukku yang masih dipangkuan Mas Gilang, tanpa sungka lagi diciumnya ibirku
    diremasnya dadaku kulihat kontolnya sudah ngacung. “Eh.. Makan duluu.. Ah aku lapar nih.. Nasi goreng
    sudah masak tuh di meja” pintaku.

    Rendra menghentikan cumbuannya terus membopongku kekursi makan sambil memangkuku dia menghadapi meja
    makan sementara Mas Gilang mengikuti dari belakang dan mereka duduk berimpitan kursi.

    Aku membagi bokongku diatas kedua paha mereka yang berhimpitan satu berbulu yang satu agak licin.
    Mereka dengan sabar bergantian menyuapi aku. Aku benar-benar bahagia mereka berdua sekarang suamiku,
    yang siap memuaskanku.

    Selesai makan kusiapkan sikat gigi dan odol buat mereka, aku mendahului membersihkan diriku di kamar
    mandi sperma yang kering berleleran di pahaku terasa lengket. Setelah itu aku kekamar utama menyisir
    rambut ku di depan cermin.

    Tak lama kemudian kulihat mereka berdua mengendap-endap beriringan masuk kamar aku seolah tak melihat.
    Kurasakan elusan lembut sebuah tangan dengan bulu-bulu halus menelusuri bokongku, bahkan kemudian
    mengarah keselangkangan dan mengelus memekku.

    Aku sudah bisa menduga pemilik tangan itu, dan hatiku berdesir ketika kulihat tangan Rendra lah yang
    sedang mengelus belahan memekku, dan Mas Gilang mengelus batang penisnya, sambil mulutnya menciumi
    dadaku.

    Sambil berubah posisi dengan setengah duduk di depanku Mas Gilang siap dengan selangkanganku yang
    terbuka lebar memperlihatkan vagina merah basah yang sangat indah, sementara tangan kanannya
    menggosokan gosokkan kemaluanya, sementara Rendra tidak tinggal diam buah dadaku yang menggantung
    diremas remas dan diciumi dari belakang.

    Rendra merubah posisinya dengan duduk di meja rias dengan kontol siap dimuka mulutku. Sekarang aku
    baru bisa mengukur panjangnya kontol Rendra yang ternyata ada dua kepalan tanganku dengan kepala agak
    meruncing dan diameter kepala bajanya lebih kecil dari punya Mas Gilang.

    Langsung kugenggam dan ku jilati dan kukocok-kocok. Begitu kulakukan sampai hampir setengah jam dan
    dalam waktu yang tidak terlalu lama gerakan Rendra tak terkendali, bahkan ia membalas menekan kepala
    Mas Gilang yang sedang mengenyot klitorisku dibawah meja pada saat itulah Rendra menghentak hentakkan
    pinggul dan menyorong-nyorongkan kontolnya dimulutku dan.. Agen Bola Maxbet
    Croot.. Croot.. Croot..

    Sperma Rendra memenuhi kerongkonganku. Dia telah orgasme. Ini terlalu cepat, padahal aku merasa masih
    belum apa-apa. Rendra terus turun membopongku ke ranjang dan Mas Gilang sekarang menindihku semetara
    Rendra mempermainkan ku dari bawah ah rupanya mereka telah kompak untuk kerja sama memuaskan diriku.

    Mas Gilang sudah terlengkup ditubuhku, sementara pinggulnya naik turun, mengocok batangnya yang sudah
    melesak ditelan liang kenikmatanku. Sekali kali tangannya meremas bokongku.

    Aku mulai on lagi dan otot-otot vaginaku mulai berdenyut-denyut tapi tiba-tiba Mas Gilang menghentikan
    kocokannya, dan mencabut penisnya, aku masih tanggung tetapi aku memang juga tidak ingin selesai
    sekarang, aku masih berharap Rendra bangkit lagi setelah istirahat.

    Aku ingin Rendra memompaku dulu baru Mas Gilang yang mengakhiri puncaknya. Tapi Mas Gilang minta aku
    dan Rendra melakukan 69 dengan posisi Rendra dibawah begitu aku posisi enam sembilan Mas Gilang
    menusukku dari belakang dan Rendra ganti yang ngenyot klitorisku.

    Sungguh luar biasa rasanya ber 69 sambil memekku dipompa aku tak dapat menahan kenikmatan yang
    menyerbu lubang memekku. Denyutan-denyutan mencengkeram makin keras dan ini yang paling disukai Mas
    Gilang, kemudian kurasakan Mas Gilang mulai mencengkeram bokongku dan melenguh seperti sapi di
    sembelih sambil mempercepat goyangannya, semetara mulut Rendra tak henti menciumi klitorisku dan
    lidahnya menerobos kadang masuk ke memekku disela kontol Mas Gilang.
    Nafasku tersengal, aku mulai masuk kemasa orgasme.

    Tanpa menunggu waktu lagi Mas Gilang mempercepat kocokannya, dan kemaluankupun sudah berdenyut denyut
    kencang, akan segera akan keluar. Mas Gilang merengkuh bokonku, makin kencang, sambil dari mulutnya
    keluar erangan kenikmatan yang panjang dan kemaluannya ditekan keras ke kemaluanku, dia semprotkan
    spermanya..

    Crot.. Crot.. Crot tapi aku belum orgasme.

    Dan segera berlelehanlah air maninya menyemprot didalam vaginaku Pada saat yang sama, aku tak tahan
    menahan orgasmeku, kugenggam kontol Rendra kuat-kuat dan kuhisap sampai batangnya sambil mengejan
    menikmati orgasmeku bersama Mas Gilang mendapat perlakuan begitu Rendra juga orgasme kembali dan
    menyemburkan maninya ke mulutku untuk yang kedua kali.

    Kenikmatan yang luar biasa. ceritasexdewasa.org Walaupun permainan sudah berakhir tetapi Mas Gilang tidak mau mencopot
    kemaluanku dari memekku, aku paham betul dia paling suka menikmati denyutan memekku.

    “Pah.. Aku sudah nggak tahan.. Pahaahh.. Eghh.. Eegghh capek nih kasian Rendra kita tindih”

    Malam ini adalah malam pertama aku merasakan penis orang lain selain punya Mas Gilang apalagi penisnya
    lebih panjang, sebuah pengalaman yang sangat memuaskanku.

    Pembaca terhormat masih banyak pengalaman nikmat yang kualami bersama ke dua suamiku namun sementara
    sampai disini dulu, bila ada kesempatan akan aku ceritakan lainnya.
    Sejak kejadian itu Rendra minta jatahnya padaku setiap ada dikotaku bahkan anak-anaknya sering diajak
    untuk bersama tinggal dikotaku saat libur agar tidak bolak-balik.

    Saat Rendra ada hampir tiap hari sekali aku mendapat giliran dari Mas Gilang
    dan Rendra kadang kami lakukan treesome kadang hanya berdua saja dengan salah sat dari mereka, dan
    kami sepakat hanya dilakukan bertiga saja.

    Pembaca yang terhormat kalau anda wanita disayangi 2 orang pria percayalah mereka bisa akur sabar
    tidak ada rasa cemburu dan yang hebat anda akan dimanja seperti diriku.

    Nggak percaya cobalah. Pengalaman ini benar-benar nyata kami telah 5 tahun bersama tapi kasih sayang
    mereka sangat tulus padaku. Aku jadi rajin jamu dan senam untuk kepuasanku dan kepuasan mereka bagi
    yang ingin tanya silahkan kirim email pasti dijawab. Mau coba aku punya caranya.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Bertukar Pasangan

    Cerita Sex Bertukar Pasangan


    702 views

    Perawanku – Cerita Sex Bertukar Pasangan, Dia adalah anak bungsu dari lima bersaudara, ayahnya adalah seorang pejabat yang kini bersama ibunya tengah bertugas di ibukota, sedang kakak-kakaknya tinggal di berbagai kota di pulau jawa ini karena keperluan pekerjaan atau kuliah. Maka tinggallah Riska seorang diri di rumah tersebut, terkadang dia juga ditemani oleh sepupunya yang mahasiswi dari sebuah universitas negeri ternama di kota itu.

    Sebagai anak ABG yang mengikuti trend masa kini, Riska sangat gemar memakai pakaian yang serba ketat termasuk juga seragam sekolah yang dikenakannya sehari-hari. Rok abu-abu yang tingginya beberapa senti di atas lutut sudah cukup menyingkapkan kedua pahanya yang putih mulus, dan ukuran roknya yang ketat itu juga memperlihatkan lekuk body tubuhnya yang sekal menggairahkan.
    Penampilannya yang aduhai ini tentu mengundang pikiran buruk para laki-laki, dari yang sekedar menikmati kemolekan tubuhnya sampai yang berhasrat ingin menggagahinya. Salah satunya adalah Parno, si tukang becak yang mangkal di depan gang rumah Riska. Parno, pria berusia 40 tahunan itu, memang seorang pria yang berlibido tinggi, birahinya sering naik tak terkendali apabila melihat gadis-gadis cantik dan seksi melintas di hadapannya.
    Sosok pribadi Riska memang cukup supel dalam bergaul dan sedikit genit termasuk kepada Parno yang sering mengantarkan Riska dari jalan besar menuju ke kediaman Riska yang masuk ke dalam gang.
    Suatu sore, Riska pulang dari sekolah. Seperti biasa Parno mengantarnya dari jalan raya menuju ke rumah. Sore itu suasana agak mendung dan hujan rintik-rintik, keadaan di sekitar juga sepi, maklumlah daerah itu berada di pinggiran kota YK. Dan Parno memutuskan saat inilah kesempatan terbaiknya untuk melampiaskan hasrat birahinya kepada Riska. Ia telah mempersiapkan segalanya, termasuk lokasi tempat dimana Riska nanti akan dikerjai. Parno sengaja mengambil jalan memutar lewat jalan yang lebih sepi, jalurnya agak jauh dari jalur yang dilewati sehari-hari karena jalannya memutar melewati areal pekuburan.
    “Lho koq lewat sini Pak?”, tanya Riska.
    “Di depan ada kawinan, jadi jalannya ditutup”, bujuk Parno sambil terus mengayuh becaknya.
    Dengan sedikit kesal Riska pun terpaksa mengikuti kemauan Parno yang mulai mengayuh becaknya agak cepat. Setelah sampai pada lokasi yang telah direncanakan Parno, yaitu di sebuah bangunan tua di tengah areal pekuburan, tiba-tiba Parno membelokkan becaknya masuk ke dalam gedung tua itu.
    “Lho kenapa masuk sini Pak?”, tanya Riska.
    “Hujan..”, jawab Parno sambil menghentikan becaknya tepat di tengah-tengah bangunan kuno yang gelap dan sepi itu. Dan memang hujan pun sudah turun dengan derasnya.
    Bangunan tersebut adalah bekas pabrik tebu yang dibangun pada jaman belanda dan sekarang sudah tidak dipakai lagi, paling-paling sesekali dipakai untuk gudang warga. Keadaan seperti ini membuat Riska menjadi semakin panik, wajahnya mulai terlihat was-was dan gelisah.
    “Tenang.. Tenang.. Kita santai dulu di sini, daripada basah-basahan sama air hujan mending kita basah-basahan keringat..”, ujar Parno sambil menyeringai turun dari tempat kemudi becaknya dan menghampiri Riska yang masih duduk di dalam becak.
    Bagai tersambar petir Riskapun kaget mendengar ucapan Parno tadi.
    “A.. Apa maksudnya Pak?”, tanya Riska sambil terbengong-bengong.
    “Non cantik, kamu mau ini?” Parno tiba-tiba menurunkan celana komprangnya, mengeluarkan penisnya yang telah mengeras dan membesar.
    Riska terkejut setengah mati dan tubuhnya seketika lemas ketika melihat pemandangan yang belum pernah dia lihat selama ini.
    “J.. Jaangan Pak.. Jangann..” pinta Riska dengan wajah yang memucat.
    Sejenak Parno menatap tubuh Riska yang menggairahkan, dengan posisinya yang duduk itu tersingkaplah dari balik rok abu-abu seragam SMU-nya kedua paha Riska yang putih bersih itu. Kaos kaki putih setinggi betis menambah keindahan kaki gadis itu. Dan di bagian atasnya, kedua buah dada ranum nampak menonjol dari balik baju putih seragamnya yang berukuran ketat.
    “Ampunn Pak.. Jangan Pak..”, Riska mulai menangis dalam posisi duduknya sambil merapatkan badan ke sandaran becak, seolah ingin menjaga jarak dengan Parno yang semakin mendekati tubuhnya.
    Tubuh Riska mulai menggigil namun bukan karena dinginnya udara saat itu, tetapi tatkala dirasakannya sepasang tangan yang kasar mulai menyentuh pahanya. Tangannya secara refleks berusaha menampik tangan Parno yang mulai menjamah paha Riska, tapi percuma saja karena kedua tangan Parno dengan kuatnya memegang kedua paha Riska.
    “Oohh.. Jangann.. Pak.. Tolongg.. Jangann..”, Riska meronta-ronta dengan menggerak-gerakkan kedua kakinya. Akan tetapi Parno malahan semakin menjadi-jadi, dicengkeramnya erat-erat kedua paha Riska itu sambil merapatkan badannya ke tubuh Riska.
    Riska pun menjadi mati kutu sementara isak tangisnya menggema di dalam ruangan yang mulai gelap dan sepi itu. Kedua tangan kasar Parno mulai bergerak mengurut kedua paha mulus itu hingga menyentuh pangkal paha Riska. Tubuh Riska menggeliat ketika tangan-tangan Parno mulai menggerayangi bagian pangkal paha Riska, dan wajah Riska menyeringai ketika jari-jemari Parno mulai menyusup masuk ke dalam celana dalamnya.
    “Iihh..”, pekikan Riska kembali menggema di ruangan itu di saat jari Parno ada yang masuk ke dalam liang vaginanya.
    Tubuh Riska menggeliat kencang di saat jari itu mulai mengorek-ngorek lubang kewanitaannya. Desah nafas Parno semakin kencang, dia nampak sangat menikmati adegan ‘pembuka’ ini. Ditatapnya wajah Riska yang megap-megap dengan tubuh yang menggeliat-geliat akibat jari tengah Parno yang menari-nari di dalam lubang kemaluannya.
    “Cep.. Cep.. Cep..”, terdengar suara dari bagian selangkangan Riska. Saat ini lubang kemaluan Riska telah banjir oleh cairan kemaluannya yang mengucur membasahi selangkangan dan jari-jari Parno.
    Puas dengan adegan ‘pembuka’ ini, Parno mencabut jarinya dari lubang kemaluan Riska. Riska nampak terengah-engah, air matanya juga meleleh membasahi pipinya. Parno kemudian menarik tubuh Riska turun dari becak, gadis itu dipeluknya erat-erat, kedua tangannya meremas-remas pantat gadis itu yang sintal sementara Riska hanya bisa terdiam pasrah, detak jantungnya terasa di sekujur tubuhnya yang gemetaran itu. Parno juga menikmati wanginya tubuh Riska sambil terus meremas remas pantat gadis itu.
    Selanjutnya Parno mulai menikmati bibir Riska yang tebal dan sensual itu, dikulumnya bibir itu dengan rakus bak seseorang yang tengah kelaparan melahap makanan.
    “Eemmgghh.. Mmpphh..”, Riska mendesah-desah di saat Parno melumat bibirnya. Dikulum-kulum, digigit-gigitnya bibir Riska oleh gigi dan bibir Parno yang kasar dan bau rokok itu. Ciuman Parno pun bergeser ke bagian leher gadis itu.
    “Oohh.. Eenngghh..”, Riska mengerang-ngerang di saat lehernya dikecup dan dihisap-hisap oleh Parno.
    Cengkeraman Parno di tubuh Riska cukup kuat sehingga membuat Riska sulit bernafas apalagi bergerak, dan hal inilah yang membuat Riska pasrah di hadapan Parno yang tengah memperkosanya. Setelah puas, kini kedua tangan kekar Parno meraih kepala Riska dan menekan tubuh Riska ke bawah sehingga posisinya berlutut di hadapan tubuh Parno yang berdiri tegak di hadapannya. Langsung saja oleh Parno kepala Riska dihadapkan pada penisnya.
    “Ayo.. Jangan macam-macam non cantik.. Buka mulut kamu”, bentak Parno sambil menjambak rambut Riska.
    Takut pada bentakan Parno, Riska tak bisa menolak permintaannya. Sambil terisak-isak dia sedikit demi sedikit membuka mulutnya dan segera saja Parno mendorong masuk penisnya ke dalam mulut Riska.
    “Hmmphh..”, Riska mendesah lagi ketika benda menjijikkan itu masuk ke dalam mulutnya hingga pipi Riska menggelembung karena batang kemaluan Parno yang menyumpalnya.
    “Akhh..” sebaliknya Parno mengerang nikmat. Kepalanya menengadah keatas merasakan hangat dan lembutnya rongga mulut Riska di sekujur batang kemaluannya yang menyumpal di mulut Riska.
    Riska menangis tak berdaya menahan gejolak nafsu Parno. Sementara kedua tangan Parno yang masih mencengkeram erat kepala Riska mulai menggerakkan kepala Riska maju mundur, mengocok penisnya dengan mulut Riska. Suara berdecak-decak dari liur Riska terdengar jelas diselingi batuk-batuk.
    Beberapa menit lamanya Parno melakukan hal itu kepada Riska, dia nampak benar-benar menikmati. Tiba-tiba badan Parno mengejang, kedua tangannya menggerakkan kepala Riska semakin cepat sambil menjambak-jambak rambut Riska. Wajah Parno menyeringai, mulutnya menganga, matanya terpejam erat dan..
    “Aakkhh..”, Parno melengking, croot.. croott.. crroott..
    Seiring dengan muncratnya cairan putih kental dari kemaluan Parno yang mengisi mulut Riska yang terkejut menerima muntahan cairan itu. Riska berusaha melepaskan batang penis Parno dari dalam mulutnya namun sia-sia, tangan Parno mencengkeram kuat kepala Riska. Sebagian besar sperma Parno berhasil masuk memenuhi rongga mulut Riska dan mengalir masuk ke tenggorokannya serta sebagian lagi meleleh keluar dari sela-sela mulut Riska.
    “Ahh”, sambil mendesah lega, Parno mencabut batang kemaluannya dari mulut Riska.
    Nampak batang penisnya basah oleh cairan sperma yang bercampur dengan air liur Riska. Demikian pula halnya dengan mulut Riska yang nampak basah oleh cairan yang sama. Riska meski masih dalam posisi terpaku berlutut, namun tubuhnya juga lemas dan shock setelah diperlakukan Parno seperti itu.
    “Sudah Pak.. Sudahh..” Riska menangis sesenggukan, terengah-engah mencoba untuk ‘bernego’ dengan Parno yang sambil mengatur nafas berdiri dengan gagahnya di hadapan Riska.
    Nafsu birahi yang masih memuncak dalam diri Parno membuat tenaganya menjadi kuat berlipat-lipat kali, apalagi dia telah menenggak jamu super kuat demi kelancaran hajatnya ini sebelumnya. Setelah berejakulasi tadi, tak lama kemudian nafsunya kembali bergejolak hingga batang kemaluannya kembali mengacung keras siap menerkam mangsa lagi.
    Parno kemudian memegang tubuh Riska yang masih menangis terisak-isak. Riska sadar akan apa yang sebentar lagi terjadi kepadanya yaitu sesuatu yang lebih mengerikan. Badan Riska bergetar ketika Parno menidurkan tubuh Riska di lantai gudang yang kotor itu, Riska yang mentalnya sudah jatuh seolah tersihir mengikuti arahan Parno.
    Setelah Riska terbaring, Parno menyingkapkan rok abu-abu seragam SMU Riska hingga setinggi pinggang. Kemudian dengan gerakan perlahan, Parno memerosotkan celana dalam putih yang masih menutupi selangkangan Riska. Kedua mata Parno pun melotot tajam ke arah kemaluan Riska. Kemaluan yang merangsang, ditumbuhi rambut yang tidak begitu banyak tapi rapi menutupi bibir vaginanya, indah sekali.
    Parno langsung saja mengarahkan batang penisnya ke bibir vagina Riska. Riska menjerit ketika Parno mulai menekan pinggulnya dengan keras, batang penisnya yang panjang dan besar masuk dengan paksa ke dalam liang vagina Riska.
    “Aakkhh..”, Riska menjerit lagi, tubuhnya menggelepar mengejang dan wajahnya meringis menahan rasa pedih di selangkangannya.
    Kedua tangan Riska ditekannya di atas kepala, sementara ia dengan sekuat tenaga melesakkan batang kemaluannya di vagina Riska dengan kasar dan bersemangat.
    “Aaiihh..”, Riska melengking keras di saat dinding keperawanannya berhasil ditembus oleh batang penis Parno. Darah pun mengucur dari sela-sela kemaluan Riska.
    “Ohhss.. Hhsshh.. Hhmmh.. Eehhghh..” Parno mendesis nikmat.
    Setelah berhasil melesakkan batang kemaluannya itu, Parno langsung menggenjot tubuh Riska dengan kasar.
    “Oohh.. Oogghh.. Oohh..”, Riska mengerang-ngerang kesakitan. Tubuhnya terguncang-guncang akibat gerakan Parno yang keras dan kasar. Sementara Parno yang tidak peduli terus menggenjot Riska dengan bernafsu. Batang penisnya basah kuyup oleh cairan vagina Riska yang mengalir deras bercampur darah keperawanannya.
    Sekitar lima menit lamanya Parno menggagahi Riska yang semakin kepayahan itu, sepertinya Parno sangat menikmati setiap hentakan demi hentakan dalam menyetubuhi Riska, sampai akhirnya di menit ke-delapan, tubuh Parno kembali mengejang keras, urat-uratnya menonjol keluar dari tubuhnya yang hitam kekar itu dan Parno pun berejakulasi.
    “Aahh..” Parno memekik panjang melampiaskan rasa puasnya yang tiada tara dengan menumpahkan seluruh spermanya di dalam rongga kemaluan Riska yang tengah menggelepar kepayahan dan kehabisan tenaga karena tak sanggup lagi mengimbangi gerakan-gerakan Parno.
    Dan akhirnya kedua tubuh itupun kemudian jatuh lunglai di lantai diiringi desahan nafas panjang yang terdengar dari mulut Parno. Parno puas sekali karena telah berhasil melaksanakan hajatnya yaitu memperkosa gadis cantik yang selama ini menghiasi pandangannya dan menggoda dirinya.
    Setelah rehat beberapa menit tepatnya menjelang Isya, akhirnya Parno dengan becaknya kembali mengantarkan Riska yang kondisinya sudah lemah pulang ke rumahnya. Karena masih lemas dan akibat rasa sakit di selangkangannya, Riska tak mampu lagi berjalan normal hingga Parno terpaksa menuntun gadis itu masuk ke dalam rumahnya.
    Suasana di lingkungan rumah yang sepi membuat Parno dengan leluasa menuntun tubuh lemah Riska hingga sampai ke teras rumah dan kemudian mendudukkannya di kursi teras. Setelah berbisik ke telinga Riska bahwa dia berjanji akan datang kembali untuk menikmati tubuhnya yang molek itu, Parno pun kemudian meninggalkan Riska dengan mengayuh becaknya menghilang di kegelapan malam, meninggalkan Riska yang masih terduduk lemas di kursi teras rumahnya.
    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Bertukar Pasangan Dengan Istri Temanku

    Cerita Sex Bertukar Pasangan Dengan Istri Temanku


    832 views

    Perawanku – Cerita Sex Bertukar Pasangan Dengan Istri Temanku, Taryono (samaran) adalah sahabat lamaku sejak aku SMA, Kini setelah kami sudah mempunyai anak remaja (umurku 46 tahun) dia masih sahabatku, bahkan istrinya yang bernama Atik (samaran) dan istriku sangat akrab, dan kami rutin selalu ketemu kalau tidak dirumahnya, ya dirumahku.

    Bahkan jika aku dan Triyono pergi mancing ketengah laut dengan sewa perahu, tak jarang istriku menginap dirumah menemani istrinya atau sebaliknya (karena anak kami sudah remaja dan mereka kuliah dikota lain).

    Begitu akrabnya kami sehingga tak jarang kami melakukan yang menurut pandangan orang ketiga adalah hal yang aneh, misalnya ditengah gurauan, kadang kadang Triyono memeluk istriku dan menciumi pipinya berkali kali, didepanku maupun didepan istrinya. Demikian pula sebaliknya ketika kami bercengkarama berempat kadang kadang Atik dengan manja tiduran berbantal pahaku. Tentunya sikap kami ini tidak didepan anak anak yang sudah berangkat remaja.

    Bahkan pernah didapur rumahku aku memergoki Triyono mencolek pantat istriku, dan kulihat istriku pura pura marah, aku tahu itu dari raut wajahnya, tentu saja sebagai lelaki normal kadang aku dilanda cemburu. Tetapi kami selalu lebih memegang persahabatan, apalagi akupun sering melakukan hal yang sama terhadap istrinya.

    Tentu saja keadaan ini tidak terjadi begitu saja, kami menjalin hubungan kekeluargaan sejak kami menikah. Namun sejauh itu kami tidak pernah melakukan hal hal yang terlalu jauh. Sampai suatu hari terjadilah apa yang belum pernah terbayangkan sebelumnya, setidak tidaknya olehku. Tapi aku yakin ini adalah rencana Triyono dan istrinya yang sudah dipersiapkan (ini kusadari setelah cukup lama peristiwa itu terjadi)

    Seperti yang sering kami lakukan, pada hari jumat yang kebetulan hari libur kami berempat ber week end di Villaku didaerah Ciloto. Walaupun tidak terlalu mewah namun villaku ini cukup luas dan cukup nyaman untuk beristirahat di akhir pekan. Kami selalu rutin mengunjunginya paling tidak sebulan sekali, biasanya hanya aku dan istriku, kadang kadang anak anak ikut, atau famili lain.

    Kali ini aku mengajak Triyono dan istrinya, tidak ada yang istimewa kami hanya ingin menikmati liburan dan seperti biasanya selesai makan siang dijalan, istriku mampir untuk beli pepes ikan Mas kesukaanku. Sampai di villa sekitar jam jam 2 siang, aku tidur pulas, sampai akhirnya dibangunkan istriku untuk makan malam. Kami makan malam berempat dengan nasi hangat dan pepes ikan.

    Selesai makan malam kami menonton TV sambil ngobrol kesana kemari diruang keluarga. Setelah bosan ngobrol, Triyono mengambil inisiatif mengambil kasur dikamarnya dan dihamparkan didepan TV dia dan istrinya menonton TV sambil tiduran, dan akupun berbuat hal yang sama. Atiek masuk kamarnya dan mengganti dasternya dengan baju tidur yang amat tipis tanpa BH dan CD, ini terlihat jelas dari bayangan tubuhnya dibalik gaun tidurnya.

    Cerita Sex Bertukar Pasangan Dengan Istri Temanku

    Cerita Sex Bertukar Pasangan Dengan Istri Temanku

    Kulihat dia sangat atraktif mempertontonkan tubuhnya didepanku dan didepan istriku. Kulihat Triyono acuh saja melihat tingkah istrinya. Kamipun menonton TV sambil tiduran, istriku dan Atiek tidur berdampingan ditengah sedangkan aku berada disamping istriku dipinggir.

    Acara TV terasa membosankan mungkin karena aku tidak bisa konsentrasi, aku lebih terpesona menikmati tubuh yang menggairahkan yang tergolek disamping istriku dan itu membuat adik kecilku dibalik sarung setengah ereksi.

    “Pah.., puterin film yang hot.. dong.., aku kedinginan nih..” Atiek menyuruh suaminya memutar film porno.

    Aku tahu mereka sering muter film porno karena kami sering tukar menukar film, tapi selama ini kami belum pernah nonton bersama sama.

    Sebelum beranjak mengambil film, Triyono basa basi minta ijin istriku

    “Rin..muter film blue ya..”
    “Terserah aja ” jawab istriku.

    Filmnya cukup bagus dengan latar belakang jaman kekaisaran romawi, adegan sexnya tidak vulgar, dan ini membuat gairahku cepat bangkit. Sarungku sudah terdongkrak keatas sementara kulihat Atiek sering mencuri padang kearah sarungku yang memang sengaja tidak kusembunyikan. Sementara itu istriku sudah memindahkan kepalanya diatas lenganku dan jari tangannya meremas remas jari tanganku. Aku sudah hapal sekali, istriku pasti sudah terangsang.

    Triyono menonton film itu dengan memeluk istrinya secara ketat dan tangannya mengusap usap payudara Atiek dari luar baju tidurnya, sesekali diciumnya bibir istrinya dalam dalam. Sementara itu kaki kanan Atiek ditekuk dan pahanya menindih paha istriku, sehingga tak terhindarkan baju tidurnya yang memang pendek makin tersingkap sehingga akupun makin leluasa melahap pahanya yang putih mulus, dan sebagian rambut dipangkal pahanya dengan sudut mataku.

    “Mbak Rin,.. Aku jadi pengen nih..” Atiek bicara kepada istriku.
    “Ya nggak apa apa, wong Mas nya nyanding koq.” Istriku menyahut sambil senyum penuh arti.

    Aku makin terangsang, kumiringkan tubuhku menghadap istriku sehingga aku bisa melihat paha mulus Atiek, dan kuselusupkan tanganku dibalik blouse istriku yang tidak ber BH untuk meremas remas buah dadanya, sementara tangannya sudah masuk kesarungku untuk mengelus elus penisku yang sudah berdiri keras.

    Ia menutup tanganku dengan bantal sehingga gerilya yang kulakukan tidak terlihat oleh Triyono dan Atiek. Walaupun itu sebenarnya hal itu tidak perlu dilakukan, karena mereka sudah tidak memperhatikan kami lagi, keduanya sudah mulai tenggelam dalam percintaan.

    Ketika Atiek melepaskan seluruh pakaiannya dan mencopoti pakaian suaminya, Triyono menggeser posisinya merapat keistriku, sedangkan Atiek menindihkan tubuhnya yang bugil dari sebelah kanan, sehingga Triyono berdampingan dengan istriku.

    Mereka berciuman sambil saling saling mengelus penuh nafsu, kulihat istriku sering melirik mereka dengan gairah, ikut terhanyut dengan adegan panas persis satu jengkal disampingnya. Tiba tiba Atiek menghentikan pergulatan dengan suaminya dan tangannya meraih blouse depan istriku dan melepas kancingnya.

    “Biar adil dong Mbak..” sambil tangannya terus melolosi seluruh pakaian istriku.

    Walaupun wajah istriku protes, tapi usaha mencegah tangan Atiek yang nakal, tidak serius sehingga dengan mudah Atiek melucuti pakaian istriku. Sekelebat kulihat mata Triyono melahap seluruh tubuh indah istriku, bahkan ia segera mengeser posisinya merapat ketubuh istriku, sehingga lengannya menempel pada pinggir payudara istriku.

    Aku tak sempat berfikir macam macam, nafsuku mendominasi pikiranku, kucopot seluruh pakaianku sehingga kami berempat sudah bugil, kuciumi istriku, sambil jariku mengelus vaginanya yang sudah basah. Istriku mendesis desis keenakan tangan kanannya mendekap punggungku erat erat, sedangkan tangan kirinya tertindih tangan Triyono.

    Kurasakan elusan lembut sebuah tangan halus menelusuri bokongku, bahkan kemudian mengarah keselangkangan dan mengelus buah zakarku. Aku sudah menduga pemilik tangan itu, dan hatiku berdesir ketika kulihat tangan Atiek lah yang sedang mengelus batang penisku, sambil mulutnya menciumi dada suaminya.

    Aku yakin Triyono melihat tangan istrinya yang sedang beroperasi di batangku yang keras seperti kayu, tapi dia tampak acuh saja, bahkan kini lengan kanannya telah mendidih susu istriku. Istriku tidak menyadari atau pura pura tidak tahu bahwa tangan Triyono sudah menindih payudaranya, dan wajahnya dipalingkan kearah yang berlawanan.

    Atiek sambil berubah posisi dengan setengah duduk dipaha suaminya dengan selangkangan yang terbuka lebar memperlihatkan vagina merah basah yang sangat indah, sementara tangan kanannya menggosokan gosokkan kemaluan suaminya ke klitorisnya, sementara buah dada nya menggantung diremas remas suaminya.

    Posisinya tersebut membuat tubuh Triyono merenggang dari tubuh istriku sehingga tangan kiri istriku yang tertidih menjadi bebas. Dari padangan matanya yang sayu dan pahanya sudah direntangkan, aku tahu baha istriku sudah memberi lampu hijau.

    Dituntunnya penisku kearah lubang vaginanya, dan dalam tempo singkat aku sudah melayang menikmati jepitan lobang kemaluan istriku. Sementara aku mengocoknya perlahan lahan, istriku mendesis desis keenakan, kini wajah istriku menghadap kearah Triyono bahkan hanya berjarak sejengkal dengan wajah Triyono namun matanya terpejam.

    Atiek sudah terlengkup ditubuh suaminya, sementara pinggulnya naik turun, mengocok batang suaminya yang sudah melesak ditelan liang kenikmatannya. Sekali kali tangannya meremas bokongku dan istriku melihat aktifitas tangan Atiek ini, tapi rupanya diapun tak ambil peduli. bahkan beberapa kali Triyono mencium mulut istriku yang tengah mendesis, istriku diam saja, walaupun tidak meresponnya.

    Entah kenapa aku tidak cemburu melihat istriku diciumi oleh Triyono saat sedang kusetubuhi, bahkan aku makin terangsang. Karena kulihat ciuman itu membuat istriku makin bergolak gairahnya. Ini kurasakan dari gerakan dan nafasnya mendengus tidak seperti adat biasanya.

    Dalam waktu yang tidak terlalu lama gerakan istriku tak terkendali, bahkan ia membalas menyedot ciuman Triyono, dan pada saat itulah istriku menghentak hentakkan pinggulnya keatas, mulutnya menghisap mulut Triyono dalam dalam sambil merintih. Dia telah ejakulasi. Ini diluar kebiasaan, istriku biasanya cukup tahan lama ejakulasi-nya, tapi kali ini dia cepat selesai, padahal aku belum merasa akan ejakulasi.

    Kuhentikan kocokanku, kucabut penisku, aku masih tanggung tetapi aku memang tidak ingin selesai sekarang, aku masih berharap istriku bangkit lagi setelah istirahat. Kutatap wajah istriku yang penuh kepuasan. Disampingnya kulihat Triyono menggengam tangan istriku.

    Melihat aku tegeletak disamping istriku, dengan kemaluan yang masih tegar, Atiek segera tahu bahwa aku belum ejakulasi. Tiba tiba Atiek menghentikan goyangan pinggul, dicopotnya penis suaminya dari vaginanya. Dengan melangkahi tubuh istriku, Atiek segera menghampiriku, kemudian dengan dasternya yang diambil dari sisi kasur dibersihkannya penisku yang penuh lendir istriku.

    Dia menindihku dan menciumku. Aku sempat kaget, aku tak menduga kejadian itu, kulirik Triyono tetapi dia hanya melihat tingkah istrinya tanpa reaksi. Istriku juga hanya melirikku sebentar kemudian memejamkan mata kembali, menikmati sisa ejakulasi yang ia dapat dariku.

    Kubalas ciuman Atiek dengan nafsu, tangan kiriku mengelus bokongnya sedangkan tangan kanan meremas buah dadanya. Atiek menjulurkan lidahnya menyambut lidahku, sementara vaginanya yang basah digesek gesekan ke diatas kemaluanku.

    Tampak Atiek sudah sangat terangsang, sehingga ciuman kami hanya berlangsung sebentar, segera dia menghentikan ciumannya, ditariknya badannya sehingga sekarang posisinya duduk diatas pahaku, sementara belahan kemaluannya menidih pada batang penisku yang rebah diatas perut.

    Kulihat belahan kemaluannya yang merah penuh lendir, aku sudah tidak sabar lagi, kuangkat pinggangnya dengan kedua tanganku, Atiek cepat tanggap, sambil mengangkat pantatnya, diambilnya penisku dan diarahkan kelobang vaginanya. Dalam hitungan detik, kemaluanku sudah menyelusup kedalam vagina Atiek. Atiek melenguh pelan, badannya ambruk kedadaku dan wajahnya menempel disamping kepalaku sambil mendesis desis.

    Kuangkat pinggulku berusaha mengocok kemaluan Atiek, dan diapun mengikuti gerakanku tetapi pinggulnya digoyang memutar sedangkan otot vaginanya menjepit kemaluanku, jepitan dan putaran pinggulnya tidak akalh dengan istriku, kenikmatan menjalar keseluruh penisku.

    Sepuluh menit telah berlalu dan kurasakan Atiek mulai mempercepat goyangannya, mulutnya menciumku dan lidahnya menerobos masuk ke mulutku. Nafasnya tersengal, aku segera mengerti bahwa sedang mulai masuk kemasa ejakulasi. Tanpa menunggu waktu lagi kupercepat kocokanku, karena kemaluankupun sudah berdenyut denyut enak, dan segera akan keluar.

    Ketika kurengkuh bokongnya, Atiek merengkuh pundakku makin kencang, dari mulutnya keluar erangan kenikmatan yang panjang dan kemaluannya ditekan keras ke kemaluanku, dia sedang ejakulasi. Dan segera kulepas pula air maniku menyemprot didalam vaginanya. Kenikmatan yang luar biasa.

    Walaupun permainanku sudah berakhir tetapi Atiek tidak mau mencopot kemaluanku dari vaginanya, dia hanya mengeser tubuhnya dari dadaku untuk meringakan tindihan tubuhnya diatas tubuhku. Kesadaranku mulai pulih, kulihat istriku sedang bergumul dengan Taryono.

    Dengan tubuh yang bugil dia menindih tubuh istriku, mereka berciuman dengan pelan dan dalam, tangan meremas remas buah dada istriku yang tergolong besar dan montok, sementara tangan istriku mengelus bokong Triyono, dan kudengar desahan halus dari mulutnya itu pertanda istriku sudah mulai terangsang lagi.

    Melihat istriku terangsang, tiba tiba akupun terangsang kembali. Aku sangat senang istriku menikmati sexnya, Kuhadapkan tubuhku kearah istriku, dan Atiek segera merangkul pinggangku dengan kakinya dari belakang, sambil menikmati sisa ejakulasi yang kuberikan padanya.

    Triyono sedikit mengeser tubuhnya dan tangan yang tadinya meremas tetek istriku turus kebawah, kearah kemaluan istriku, dan istriku mengangkat pinggulnya ketika jari tengan Triyono memutar mutar clitorisnya. Desahan dari mulutnya makin keras.. Triyono mengangkat tubuhnya dan dibukanya lebar lebar paha istriku.

    Istriku menoleh kearahku, matanya sayu memandangku seolah minta ijin padaku. Kupandangi dia, dia sangat cantik tak kuasa aku menghalanginya. Kukecup bibirnya kuusap rambutnya tanda bahwa aku menyetujuinya. Dan ketika penis priyono melesak kedalam vaginanya, istriku memejamkan mata keenakan, dan tangannya mengelus elus penisku seirama dengan kocokan yang diberikan Triyono.

    Kuciumi bibirnya, pipinya lehernya, atau mana saja yang kudapat karena istriku dalam kenikmatan, selalu kepalanya tidak bisa diam, menoleh kekiri kekanan sambil menjilat jilat bibirnya sendiri. Sementara tangan kanannya mengocok penisku tangan kirinya merangkul pundak Triyono. Tangankupun tak henti hentinya meremas remas buah dadanya.

    Kudengar pula desisan Triyono menambah suasana jadi makin mengairahkan. Tiba tiba istriku berhenti menggelengkan kepalanya, dahinya berkerut dan giginya menggigit bibr bawahnya, dia menoleh kearahku, istriku akan selesai dan sebentar lagi pasti akan melenguh panjang.

    “Pah.. aku sudah nggak tahan.. Pahaahh.. eghh.. eegghh”

    Pada saat itu dia mendongakkan wajahnya keatas, matanya menatap mata Triyono dengan sayu. Pada saat yang sama, aku tak tahan menahan ejakulasi, digenggaman tangannya. Kulihat Triyono menekan kemaluannya dalam dalam kevagina istriku untuk berejakulasi.. Ketika dia mencabut kemaluanya, kulihat sisa air mani ejakulasi yang meleleh keluar dari bibir vagina istriku, yang berwarna kemerahan.

    Malam ini adalah malam pertama dimana istriku merasakan penis orang lain selain punyaku apalagi dia merasakannya sekaligus dalam selang beberapa menit, sebuah pengalaman yang sangat memuaskan kami berempat.

    Sejak itu kami sering melakukannya, sedikitnya sebulan sekali, dan kami berkomitmen ini hanya dilakukan berempat, Bahkan kini muncul ide baru dari Atiek untuk menambah menjadi tiga pasangan.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Beruntung Bisa Ngentot Pacar Sekaligus Ibunya

    Cerita Sex Beruntung Bisa Ngentot Pacar Sekaligus Ibunya


    915 views

    Perawanku – Cerita Sex Beruntung Bisa Ngentot Pacar Sekaligus Ibunya, Didalam cerita pengalaman saya yang pertama yang saya beri judul “Masa kecil saya di Solo”, saya menceritakan bagaimana saya diperkenalkan kepada kenikmatan senggama pada waktu saya masih berumur 13 tahun oleh Nadia, seorang wanita tetangga kami yang telah berumur jauh lebih tua. Saya dibesarkan didalam keluarga yang sangat taat dalam agama. Saya sebelumnya belum pernah terekspos terhadap hubungan laki-laki dan perempuan. Pengetahuan saya mengenai hal-hal persetubuhan hanyalah sebatas apa yang saya baca didalam cerita-cerita porno ketikan yang beredar di sekolah ketika saya duduk di bangku SMP.

    Pada masa itu belum banyak kesempatan bagi anak lelaki seperti saya walaupun melihat tubuh wanita bugil sekalipun. Anak-anak lelaki masa ini mungkin susah membayangkan bahwa anak seperti saya cukup melihat gambar-gambar di buku mode-blad punya kakak saya seperti Lana Lobell, dimana terdapat gambar-gambar bintang film seperti Ginger Roberts, Jayne Mansfield, yang memperagakan pakaian dalam, ini saja sudah cukup membuat kita terangsang dan melakukan masturbasi beberapa kali.

    Bisalah dibayangkan bagaimana menggebu-gebunya gairah dan nafsu saya ketika diberi kesempatan untuk secara nyata bukan saja hanya bisa melihat tubuh bugil wanita seperti Nadia, tetapi bisa mengalami kenikmatan bersanggama dengan wanita sungguhan, tanpa memperdulikan apakah wanita itu jauh lebih tua. Dengan hanya memandang tubuh Nadia yang begitu mulus dan putih saja sucah cukup sebetulnya untuk menjadi bahan imajinasi saya untuk bermasturbasi, apalagi dengan secara nyata-nyata bisa merasakan hangatnya dan mulusnya tubuhnya. Apalagi betul-betul melihat kemaluannya yang mulus tanpa jembut. Bisa mencium dan mengendus bau kemaluannya yang begitu menggairahkan yang kadang-kadang masih berbau sedikit amis kencing perempuan dan yang paling hebat lagi buat saya adalah bisanya saya menjilat dan mengemut kemaluannya dan kelentitnya yang seharusnyalah masih merupakan buah larangan yang penuh rahasia buat saya.

    Mungkin pengalaman dini inilah yang membuat saya menjadi sangat menikmati apa yang disebut cunnilingus, atau mempermainkan kemaluan wanita dengan mulut. Sampai sekarangpun saya sangat menikmati mempermainkan kemaluan wanita, mulai dari memandang, lalu mencium aroma khasnya, lalu mempermainkan dan menggigit bibir luarnya (labia majora), lalu melumati bagian dalamnya dengan lidah saya, lalu mengemut clitorisnya sampai si wanita minta-minta ampun kewalahan. Yang terakhir barulah saya memasukkan batang kemaluan saya kedalam liang sanggamanya yang sudah banjir.

    Setelah kesempatan saya dan Nadia untuk bermain cinta (saya tidak tahu apakah itu bisa disebut bermain cinta) yang pertama kali itu, maka kami menjadi semakin berani dan Nadia dengan bebasnya akan datang kerumah saya hampir setiap hari, paling sedikit 3 kali seminggu. Apabila dia datang, dia akan langsung masuk kedalam kamar tidur saya, dan tidak lama kemudian sayapun segera menyusul.

    Biasanya dia selalu mengenakan daster yang longgar yang bisa ditanggalkan dengan sangat gampang, hanya tarik saja keatas melalui kepalanya, dan biasanya dia duduk dipinggiran tempat tidur saya. Saya biasanya langsung menerkam pNadiadaranya yang sudah agak kendor tetapi sangat bersih dan mulus. Pentilnya dilingkari bundaran yang kemerah-merahan dan pentilnya sendiri agak besar menurut penilaian saya. Nadia sangat suka apabila saya mengemut pentil susunya yang menjadi tegang dan memerah, dan bisa dipastikan bahwa kemaluannya segera menjadi becek apabila saya sudah mulai ngenyot-ngenyot pentilnya.

    Mungkin saking tegangnya saya didalam melakukan sesuatu yang terlarang, pada permulaannya kami mulai bersanggama, saya sangat cepat sekali mencapai klimaks. Untunglah Nadia selalu menyuruh saya untuk menjilat-jilat dan menyedot-nyedot kemaluannya lebih dulu sehingga biasanya dia sudah orgasme duluan sampai dua atau tiga kali sebelum saya memasukkan penis saya kedalam liang peranakannya, dan setelah saya pompa hanya beberapa kali saja maka saya seringkali langsung menyemprotkan mani saya kedalam vaginanya. Barulah untuk ronde kedua saya bisa menahan lebih lama untuk tidak ejakulasi dan Nadia bisa menyusul dengan orgasmenya sehingga saya bisa merasakan empot-empotan vaginanya yang seakan-akan menyedot penis saya lebih dalam kedalam sorga dunia.

    Nadia juga sangat doyan mengemut-ngemut penis saya yang masih belum bertumbuh secara maksimum. Saya tidak disunat dan Nadia sangat sering menggoda saya dengan menertawakan “kulup” saya, dan setelah beberapa minggu Nadia kemudian berhasil menarik seluruh kulit kulup saya sehingga topi baja saya bisa muncul seluruhnya. Saya masih ingat bagaimana dia berusaha menarik-narik atau mengupas kulup saya sampai terasa sakit, lalu dia akan mengobatinya dengan mengemutnya dengan lembut sampai sakitnya hilang. Setelah itu dia seperti memperolah permainan baru dengan mempermainkan lidahnya disekeliling leher penis saya sampai saya merasa begitu kegelian dan kadang-kadang sampai saya tidak kuat menahannya dan mani saya tumpah dan muncrat ke hidung dan matanya.

    Kadang-kadang Nadia juga minta “main” walaupun dia sedang mens. Walaupun dia berusaha mencuci vaginanya lebih dulu, saya tidak pernah mau mencium vaginanya karena saya perhatikan bau-nya tidak menyenangkan. Paling-paling saya hanya memasukkan penis saja kedalam vaginanya yang terasa banjir dan becek karena darah mensnya. Terus terang, saya tidak begitu menikmatinya dan biasanya saya cepat sekali ejakulasi. Apabila saya mencabut kemaluan saya dari vagina Nadia, saya bisa melihat cairan darah mensnya yang bercampur dengan mani saya. Kadang-kadang saya merasa jijik melihatnya.

    Satu hari, kami sedang asyik-asyiknya menikmati sanggama, dimana kami berdua sedang telanjang bugil dan Nadia sedang berada didalam posisi diatas menunggangi saya. Dia menaruh tiga buah bantal untuk menopang kepala saya sehingga saya bisa mengisap-isap pNadiadaranya sementara dia menggilas kemaluan saya dengan dengan kemaluannya. Pinggulnya naik turun dengan irama yang teratur. Kami rileks saja karena sudah begitu seringnya kami bersanggama. Dan pasangan suami isteri yang tadinya menyewa kamar dikamar sebelah, sudah pindah kerumah kontrakan mereka yang baru.

    Saya sudah ejakulasi sekali dan air mani saya sudah bercampur dengan jus dari kemaluannya yang selalu membanjir. Lalu tiba-tiba, pada saat dia mengalami klimaks dan dia mengerang-erang sambil menekan saya dengan pinggulnya, anak perempuannya yang bernama Linda ternyata sedang berdiri dipintu kamar tidur saya dan berkata, “Ibu main kancitan, iya..?” (kancitan = ngentot, bahasa Solo)

    Saya sangat kaget dan tidak tahu harus berbuat bagaimana tetapi karena sedang dipuncak klimaksnya, Nadia diam saja terlentang diatas tubuh saya. Saya melirik dan melihat Linda datang mendekat ketempat tidur, matanya tertuju kebagian tubuh kami dimana penis saya sedang bersatu dengan dengan kemaluan ibunya. Lalu dia duduk di pinggiran tempat tidur dengan mata melotot.

    “Hayo, ibu main kancitan,” katanya lagi.

    Lalu pelan-pelan Nadia menggulingkan tubuhnya dan berbaring disamping saya tanpa berusaha menutupi kebugilannya. Saya mengambil satu bantal dan menutupi perut dan kemaluan saya .

    “Linda, Linda. Kamu ngapain sih disini?” kata Nadia lemas.

    “Linda pulang sekolah agak pagi dan Linda cari-cari Ibu dirumah, tahunya lagi kancitan sama Bang Johan,” kata Linda tanpa melepaskan matanya dari arah kemaluan saya. Saya merasa sangat malu tetapi juga heran melihat Nadia tenang-tenang saja.

    “Linda juga mau kancitan,” kata Linda tiba-tiba.

    “E-eh, Linda masih kecil..” kata ibunya sambil berusaha duduk dan mulai mengenakan dasternya.

    “Linda mau kancitan, kalau nggak nanti Linda bilangin Abah.”

    “Jangan Linda, jangan bilangin Abah.., kata Nadia membujuk.

    “Linda mau kancitan,” Linda membandel. “Kalo nggak nanti Linda bilangin Abah..”

    “Iya udah, diam. Sini, biar Johan ngancitin Linda.” Nadia berkata.

    Saya hampir tidak percaya akan apa yang saya dengar. Jantung saya berdegup-degup seperti alu menumbuk. Saya sudah sering melihat Linda bermain-main di pekarangan rumahnya dan menurut saya dia hanyalah seorang anak yang masih begitu kecil. Dari mana dia mengerti tentang “main kancitan” segala?

    Nadia mengambil bantal yang sedang menutupi kemaluan saya dan tangannya mengelus-ngelus penis saya yang masih basah dan sudah mulai berdiri kembali.

    “Sini, biar Linda lihat.” Nadia mengupas kulit kulup saya untuk menunjukkan kepala penis saya kepada Linda. Linda datang mendekat dan tangannya ikut meremas-remas penis saya. Aduh maak, saya berteriak dalam hati. Bagaimana ini kejadiannya? Tetapi saya diam saja karena betul-betul bingung dan tidak tahu harus melakukan apa.

    Cerita Hot – Tempat tidur saya cukup besar dan Nadia kemudian menyutuh Linda untuk membuka baju sekolahnya dan telentang di tempat tidur didekat saya. Saya duduk dikasur dan melihat tubuh Linda yang masih begitu remaja. PNadiadaranya masih belum berbentuk, hampir rata tetapi sudah agak membenjol. Putingnya masih belum keluar, malahan sepertinya masuk kedalam. Nadia kemudian merosot celana dalam Linda dan saya melihat kemaluan Linda yang sangat mulus, seperti kemaluan ibunya. Belum ada bibir luar, hanya garis lurus saja, dan diantara garis lurus itu saya melihat itilnya yang seperti mengintip dari sela-sela garis kemaluannya. Linda merapatkan pahanya dan matanya menatap kearah ibunya seperti menunggu apa yang harus dilakukan selanjutnya.

    Saya mengelus-elus bukit venus Linda yang agak menggembung lalu saya coba merenggangkan pahanya. Dengan agak enggan, Linda menurut, dan saya berlutut di antara kedua pahanya dan membungkuk untuk mencium selangkangan Linda.

    “Ibu, Linda malu ah..” kata Linda sambil berusaha menutup kemaluannya dengan kedua tangannya.

    “Ayo, Linda mau kancitan, ndak?” kata Nadia.

    Saya mengendus kemaluan Linda dan baunya sangat tajam.

    “Uh, mambu pesing.” Saya berkata dengan agak jijik. Saya juga melihat adanya “keju” yang keputih-putihan diantara celah-celah bibir kemaluan Linda.

    “Tunggu sebentar,” kata Nadia yang lalu pergi keluar kamar tidur. Saya menunggu sambil mempermainkan bibir kemaluan Linda dengan jari-jari saya. Linda mulai membuka pahanya makin lebar.

    Sebentar kemudian Nadia datang membawa satu baskom air dan satu handuk kecil. Dia pun mulai mencuci kemaluan Linda dengan handuk kecil itu dan saya perhatikan kemaluan Linda mulai memerah karena digosok-gosok Nadia dengan handuk tadi. Setelah selesai, saya kembali membongkok untuk mencium kemaluan Linda. Baunya tidak lagi setajam sebelumnya dan sayapun menghirup aroma kemaluan Linda yang hanya berbau amis sedikit saja. Saya mulai membuka celah-celah kemaluannya dengan menggunakan lidah saya dan Linda-pun merenggangkan pahanya semakin lebar. Saya sekarang bisa melihat bagian dalam kemaluannya dengan sangat jelas. Bagian samping kemaluan Linda kelihatan sangat lembut ketika saya membuka belahan bibirnya dengan jari-jari saya, kelihatanlah bagian dalamnya yang sangat merah.

    Saya isap-isap kemaluannya dan terasa agak asin dan ketika saya mempermainkan kelentitnya dengan ujung lidah saya, Linda menggeliat-geliat sambil mengerang, “Ibu, aduuh geli, ibuu.., geli nian ibuu..”

    Saya kemudian bangkit dan mengarahkan kepala penis saya kearah belahan bibir kemaluan Linda dan tanpa melihat kemana masuknya, saya dorong pelan-pelan.

    “Aduh, sakit bu..,” Linda hampir menjerit.

    “Johan, pelan-pelan masuknya.” Kata Nadia sambil mengelus-elus bukit Linda.

    Saya coba lagi mendorong, dan Linda menggigit bibirnya kesakitan.

    “Sakit, ibu.”

    Nadia bangkit kembali dan berkata,”Johan tunggu sebentar,” lalu dia pergi keluar dari kamar.

    Saya tidak tahu kemana Nadia perginya dan sambil menunggu dia kembali sayapun berlutut didepan kemaluan Linda dan sambil memegang batang penis, saya mempermainkan kepalanya di clitoris Linda. Linda memegang kedua tangan saya erat-erat dengan kedua tangannya dan saya mulai lagi mendorong.

    Cerita Panas – Saya merasa kepala penis saya sudah mulai masuk tetapi rasanya sangat sempit. Saya sudah begitu terbiasa dengan lobang kemaluan Nadia yang longgar dan penis saya tidak pernah merasa kesulitan untuk masuk dengan mudah. Tetapi liang vagina Linda yang masih kecil itu terasa sangat ketat. Tiba-tiba Linda mendorong tubuh saya mundur sambil berteriak, “Aduuh..!” Rupanya tanpa saya sadari, saya sudah mendorong lebih dalam lagi dan Linda masih tetap kesakitan.

    Sebentar lagi Nadia datang dan dia memegang satu cangkir kecil yang berisi minyak kelapa. Dia mengolesi kepala penis saya dengan minyak itu dan kemudian dia juga melumasi kemaluan Linda. Kemudian dia memegang batang kemaluan saya dan menuntunnya pelan-pelan untuk memasuki liang vagina Linda. Terasa licin memang dan saya-pun bisa masuk sedikit demi sedikit. Linda meremas tangan saya sambil menggigit bibir, apakah karena menahan sakit atau merasakan enak, saya tidak tahu pasti.

    Saya melihat Linda menitikkan air mata tetapi saya meneruskan memasukkan batang penis saya pelan-pelan.

    “Cabut dulu,” kata Nadia tiba-tiba.

    Saya menarik penis saya keluar dari lobang kemaluan Linda. Saya bisa melihat lobangnya yang kecil dan merah seperti menganga. Nadia kembali melumasi penis saya dan kemaluan Linda dengan minyak kelapa, lalu menuntun penis saya lagi untuk masuk kedalam lobang Linda yang sedang menunggu. Saya dorong lagi dengan hati-hati, sampai semuanya terbenam didalam Linda. Aduh nikmatnya, karena lobang Linda betul-betul sangat hangat dan ketat, dan saya tidak bisa menahannya lalu saya tekan dalam-dalam dan air manikupun tumpah didalam liang kemaluan Linda. Linda yang masih kecil. Saya juga sebetulnya masih dibawah umur, tetapi pada saat itu kami berdua sedang merasakan bersanggama dengan disaksikan Nadia, ibunya sendiri.

    Linda belum tahu bagaimana caranya mengimbangi gerakan bersanggama dengan baik, dan dia diam saja menerima tumpahan air mani saya. Saya juga tidak melihat reaksi dari Linda yang menunjukkan apakah dia menikmatinya atau tidak. Saya merebahkan tubuh saya diatas tubuh Linda yang masih kurus dan kecil itu. Dia diam saja.

    Setelah beberapa menit, saya berguling kesamping dan merebahkan diri disamping Linda. Saya merasa sangat terkuras dan lemas. Tetapi rupanya Nadia sudah terangsang lagi setelah melihat saya menyetubuhi anaknya. Diapun menaiki wajah saya dan mendudukinya dan menggilingnya dengan vaginanya yang basah, dan didalam kami di posisi 69 itu diapun mengisap-ngisap penis saya yang sudah mulai lemas sehingga penis saya itu mulai menegang kembali.

    Wajah saya begitu dekat dengan anusnya dan saya bisa mencium sedikit bau anus yang baru cebok dan entah kenapa itu membuat saya sangat bergairah. Nafsu kami memang begitu menggebu-gebu, dan saya sedot dan jilat kemaluan Nadia sepuas-puasnya, sementara Linda menonton kami berdua tanpa mengucapkan sepatah katapun. Saya sudah mengenal kebiasaan Nadia dimana dia sering kentut kalau betul-betul sedang klimaks berat, dan saat itupun Nadia kentut beberapa kali diatas wajah saya. Saya sempat melihat lobang anusnya ber-getar ketika dia kentut, dan sayapun melepaskan semburan air mani saya yang ketiga kalinya hari itu didalam mulut Nadia. “Alangkah lemaknyoo..!” saya berteriak dalam hati.

    “Ugh, ibu kentut,” kata Linda tetapi Nadia hanya bisa mengeluarkan suara seperti seseorang yang sedang dicekik lehernya.

    Hanya sekali itu saja saya pernah menyetubuhi Linda. Ternyata dia masih belum cukup dewasa untuk mengetahui nikmatnya bersanggama. Dia masih anak kecil, dan pikirannya sebetulnya belum sampai kepada hal-hal seperti itu. Tetapi saya dan Nadia terus menikmati indahnya permainan bersanggama sampai dua atau tiga kali seminggu. Saya masih ingat bagaimana saya selalu merasa sangat lapar setelah setiap kali kami selesai bersanggama. Tadinya saya belum mengerti bahwa tubuh saya menuntut banyak gizi untuk menggantikan tenaga saya yang dikuras untuk melayani Nadia.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Betapa Asyknya Ngentot Bosku

    Cerita Sex Betapa Asyknya Ngentot Bosku


    796 views

    Perawanku – Cerita Sex Betapa Asyknya Ngentot Bosku, Selama satu minggu Ibu Mertuaku berada di Jakarta, hampir setiap hari setiap ada kesempatan aku dan Ibu Mertuaku selalu mengulangi persetubuhan kami. Apalagi setelah Indri istriku ditugaskan ke Medan selama tiga hari untuk mengerjakan proyek yang sedang di kerjakan kantor istriku,

    Aku dan Ibu mertuaku tidak menyia-nyiakan kesempatan yang kami peroleh, kami berdua semakin lupa diri. Aku dan Ibu mertuaku tidur seranjang, layaknya suami istri, ketika hasrat birahi kami datang aku dan Ibu Mertuaku langsung menuntaskan hasrat kami berdua. Kusirami terus menerus rahim Ibu Mertuaku dengan spermaku, akibatnya fatal.

    Setelah istriku kembali dari Medan Bapak mertuaku minta agar Ibu mertuaku segera pulang ke Gl, dengan berat hati akhirnya Ibu mertuakupun kembali ke desa Gl.Setelah Ibu mertuaku kembali kedesa GL hari hariku jadi sepi Aku begitu ketagihan dengan permainan sex Ibu Mertuaku aku rindu jeritan jeritan joroknya, saat orgasme sedang melandanya.
    Pertengahan juni lalu Ibu mertuaku menelponku ke kantor, aku begitu gembira sekali Kami berdua sudah sama sama saling merindukan, untuk mengulangi persetubuhan kami, tapi yang paling membuatku kaget adalah saat Ibu mertuaku memberikan kabar, kalau beliau terlambat datang bulan dan setelah diperiksa ke dokter, Ibu mertuaku positip hamil. Aku kaget sekali, aku pikir, Ibu Mertuaku sudah tidak bisa hamil lagi.Aku minta kepada Ibu mertuaku, agar benih yang ada dalam kandungannya dijadikan saja, namun Ibu mertuaku menolaknya, Ibu mertuaku bilang itu sama saja dengan bunuh diri, karena suaminya sudah lama tidak pernah lagi menggaulinya, tetapi masih bisa hamil. Baru aku tersadar, yah kalau Bapak mertuaku tahu istrinya hamil, pasti Bapak mertuaku marah besar apalagi jika Bapak mertuaku tahu kalau yang menghamili istrinya adalah menantunya sendiri.
    Juga atas saran Dokter, menurut dokter di usianya yang sekarang ini, sangat riskan sekali bagi Ibu mertuaku untuk hamil atau memiliki anak lagi, jadi Ibu mertuaku memutuskan untuk mengambil tindakan.

    “Bu, apa perlu aku datang ke desa Gl?”Ibu mertuaku melarang, “Tidak usah sayang nanti malah bikin Bapak curiga, lagi pula ini hanya operasi kecil”.Setelah aku yakin bahwa Ibu mertuaku tidak perlu ditemani, otak jorokku langsung terbayang tubuh telanjang Ibu mertuaku.

    “Bu aku kangen sekali sama Ibu, aku kepengen banget nih Bu”
    “Iya Mas, Ibu juga kangen sama Mas Pento. Tunggu ya sayang, setelah masalah ini selesai, akhir bulan Ibu datang. Mas Pento boleh entotin Ibu sepuasnya”.
    Sebelum kuakhiri percakapan, aku bilang sama Ibu mertuaku agar jangan sampai hamil lagi, Ibu mertuaku hanya tersenyum dan berkata kalau dia kecolongan. Gila.. , hubungan gelap antara aku dengan Ibu mertuaku menghasilkan benih yang mendekam di rahim Ibu mertuaku, aku sangat bingung sekali.
    Saat aku sedang asyik asyiknya melamun memikirkan apa yang terjadi antara aku dan Ibu mertuaku, aku dikagetkan oleh suara dering telepon dimejaku.

    “Hallo, selamat pagi”.“Pento kamu tolong ke ruang Ibu sebentar”.Ternyata Bos besar yang memanggil, akupun beranjak dari tempat dudukku dan bergegas menuju rangan Ibu Mila. Ibu Mila, wanita setengah baya, yang sudah menjanda karena ditinggal mati suaminya akibat kecelakaan, saat latihan terjun payung di Sawangan. Aku taksir, usia Ibu Mila kurang lebih 45 tahun, Ibu Mila seorang wanita yang begitu penuh wibawa, walaupun sudah berusia 45 tahun namun Ibu Mila tetap terlihat cantik, hanya sayang Tubuh Ibu Mila agak gemuk.

    “Selamat pagi Bu, ada apa Ibu memanggil saya”.
    “Oh nggak.. , Ibu cuma mau Tanya mengenai pekerjaan kemarin, yang diberikan sama Bp. Anwar sudah selesai kamu kerjakan atau belum?”.
    “Oh.. ya Bu.. sudah, sekarang saya sedang memeriksanya kembali sebelum saya serahkan, biar tidak ada kesalahan”. Jawabku.
    “Oh.. ya.. sudah kalau begitu, Kamu kelihatan pucat kenapa? Kamu sakit?”. Tanya Ibu Mila.
    “Oh nggak Bu Saya tidak apa-apa”.
    “Kalau kamu kurang sehat, ijin saja istirahat dirumah, jangan dipaksakan nanti malah tambah parah penyakit mu”.
    “Ah.. nggak apa-apa Bu saya sehat kok”. Jawabku.
    Saat aku hendak meninggalkan ruangan Ibu Mila, aku sangat terkejut sekali, saat Ibu Mila berkata, “Makanya kalau selingkuh hati hati dong Pen Jangan terlalu berani. Sekarang akibatnya ya beginilah Ibu mertuamu hamil”.
    Aku sangat terkejut sekali, bagai disambar petir rasanya mukaku panas sekali, aku sungguh-sungguh mendapatkan malu yang luar biasa.
    “Dari mana Ibu tahu?” tanyaku dengan suara yang terbata bata.
    “Maaf Pen Bukannya Ibu ingin tahu urusan orang lain, Tadi waktu Ibu menelfon kamu kamu kok online terus Ibu jadi penasaran, Ibu masuk saja ke line kamu. Sebenarnya, setelah Ibu tahu kamu sedang bicara apa, saat itu Ibu hendak menutup telepon rasanya kok lancang dengerin pembicaraan orang lain, tapi Ibu jadi tertarik begitu Ibu tahu bahwa kamu selingkuh dengan Ibu mertuamu sendiri”.

    Aku marah sekali, tapi apa daya Ibu Mila adalah atasanku, selain itu Ibu Mila adalah saudara sepupu dari pemilik perusahaan tempat aku bekerja, bisa bisa malah aku dipecat. Aku hanya diam dan menundukan kepalaku, aku pasrah.

    “Ya sudah, tenang saja rahasia kamu aman ditangan Ibu”
    “Terima kasih Bu”, jawabku lirih sambil menundukkan mukaku
    “Nanti sore setelah jam kerja kamu temenin Ibu ke rumah, ada yang hendak Ibu bicarakan dengan kamu, OK”.
    “Tentang apa Bu?” tanyaku.
    “Ibu mau mendengar semua cerita tentang hubunganmu dengan Ibu mertuamu dan jangan menolak” pintanya tegas.
    Akupun keluar dari ruangan Ibu Mila dengan perasaan tidak karuan, aku marah atas perbuatan Ibu Mila yang dengan lancang mendengarkan pembicaraanku dengan Ibu mertuaku dan rasa malu karena hubungan gelapku dengan Ibu mertuaku diketahui oleh orang lain.
    “Kenapa Pen? Kok mukamu kusut gitu habis dimarahin sama si gendut ya”, Tanya Wilman sohibku.
    “Ah, nggak ada apa apa Wil Aku lagi capek aja”.
    “Oh aku pikir si gendut itu marahin kamu”.
    “Kamu itu Wil, gendat gendut, ntar kalau Ibu Mila denger mati kamu”.

    Hari itu aku sudah tidak konsentrasi dalam pekerjaanku Aku hanya melamun dan memikirkan Ibu mertuaku, kasihan sekali beliau harus dikuret sendirian, terbayang dengan jelas sekali wajah Ibu mertuaku kekasihku, rasanya aku ingin terbang ke desa GL dan menemani Ibu mertuaku, tapi apa daya Ibu mertuaku melarangku. Apalagi nanti sore aku harus pergi dengan Ibu Mila, dan aku harus menceritakan kepadanya semua yang aku alami dengan Ibu mertuaku, uh.. rasanya mau meledak dada ini

    Aku berharap agar jam tidak usah bergerak, namun detik demi detik terus berlalu dengan cepat, tanpa terasa sudah jam setengah lima. Ya aku hanya bisa pasrah, mau tidak mau aku harus mencerikan semua yang terjadi antara aku dengan Ibu mertuaku agar rahasiaku tetap aman.
    “Kring.. “, kuangkat telepon di meja kerjaku.
    “Gimana? Sudah siap”, Tanya Ibu Mila. “Ya Bu saya siap”, “Ya sudah kamu jalan duluan tunggu Ibu di ATM BNI pemuda”.
    Ternyata Ibu Mila tidak ingin kepergiannya denganku diketahui karyawan lain. Dengan menumpang mobil kawanku Wilman, aku diantar sampai atm bni, dengan alasan aku mau mengambil uang, dan akan pergi ketempat familiku, akhirnya wilman pun tidak jadi menunggu dan mengantarkanku pulang seperti biasanya.

    Kurang lebih lima belas menit aku menunggu Ibu Mila, tapi yang ditunggu-tunggu belum datang juga, saat kesabaranku hampir habis kulihat mobil Mercedes hitam milik Ibu Mila masuk ke halaman dan parkir. Ibu Mila pun turun dari mobil dan berjalan kearah ATM.
    “Hi.. Pento ngapain kamu disini?”, sapa Ibu Mila.
    Aku jadi bingung, namun Ibu Mila mengedipkan matanya, akupun mengerti maksud Ibu Mila, agar kami bersandiwara karena ada beberapa orang yang sedang antri mengambil uang.
    “Oh nggak Bu, saya lagi nunggu temen tapi kok belum datang juga”, sahutku.
    Ibu Milapun bergabung antri di depan ATM.
    “Gimana, temenmu belum datang juga?” Saat Ibu Mila keluar dari ruang ATM.
    “Belum Bu”.
    “Ya sudah pulang bareng Ibu aja toh kita kan searah”.
    Aku pun berjalan kearah mobil Ibu Mila, aku duduk di depan disamping supir pribadi Ibu Mila sementara Ibu Mila sendiri duduk dibangku belakang.
    “Ayo, Pak Bari kita pulang” “Iya Nya.. “, sahut Pak bari “Untung aku ketemu kamu disini Pento Padahal tadi aku sudah cari kamu dikantor kata teman temanmu kamu udah pulang”.
    Uh.. batinku Ibu Mila mulai bersandiwara lagi.
    “Memangnya ada apa Ibu mencari saya?”.
    “Mengenai proposal yang kamu bikin tadi siang baru sempat Ibu periksa sore tadi, ternyata ada beberapa kekurangan yang harus ditambahkan. Yah dari pada nunggu besok mendingan kamu selesaikan sebentar di rumah Ibu OK”.
    Aku hanya diam saja, pikiranku benar-benar kacau saat itu, sampai sampai aku tidak tahu kalau aku sudah sampai dirumah Ibu Mila.
    “Ayo masuk”, ajak Ibu mia.
    Aku sungguh terkagum kagum melihat rumah bossku yang sanggat besar dan megah. Aku dan Ibu Mila pun masuk kerumahnya semakin kedalam aku semakin bertambah kagum melihat isi rumah Ibu Mila yang begitu antik dan mewah.

    “Selamat sore Nya”,
    “Sore Yem, Oh ya.. yem ini ada anak buah ku dikantor, mau mengerjakan tugas yang harus diselesaikan hari ini juga tolong kamu antar dia ke kamar Bayu, biar Bapak Pento bekerja disana”.
    “Baik Nya”.
    Akupun diajak menuju kamar Bayu oleh Iyem pembantu di rumah Ibu Mila.
    “Silakan Den, ini kamarnya”.
    Akupun memasuki kamar yang ditunjuk oleh Iyem. Sebuah kamar yang besar dan mewah sekali. Langsung aku duduk di sofa yang ada di dalam kamar.
    “Kring.. , kring.. “, kuangkat telepon yang menempel di dinding.
    “Hallo, Pento, itu kamar anakku, sekarang ini anakku sedang kuliah di US, kamu mandi dan pakai saja pakaian anakku, biar baju kerjamu tidak kusut”.
    “Oh.. iya Bu terimakasih”.
    Langsung aku menuju kamar mandi, membersihkan seluruh tubuhku denga air hangat, setelah selesai akupun membuka lemari pakian yang sangat besar sekali dan memilih baju dan celana pendek yang pas denganku.
    Sudah hampir jam tujuh malam tapi Ibu Mila belum muncul juga, yang ada malah Iyem yang datang mengantarkan makan malam untukku. Saat aku sedang asyik menikmati makan malamku, pintu kamar terbuka dan kulihat ternyata Ibu Mila yang masuk, aku benar benar terpana melihat pakaian yang dikenakan oleh Ibu Mila tipis sekali. Setelah mengunci pintu kamar Ibu Mila datang menghampiri dan ikut duduk di sofa. Sambil terus melahap makananku aku memandangi tubuh Ibu Mila, walaupun gendut tapi Ibu Mila tetap cantik.
    Setelah beberapa saat aku menghabiskan makananku Ibu Mila berkata kepadaku, “Sekarang, kamu harus menceritakan semua peristiwa yang kamu alami dengan Ibu Mertuamu, Ibu mau dengar semuanya, dan lepas semua pakaian yang kamu kenakan”.
    “Tapi Bu”, protesku.
    “Pento, kamu mau istrimu tahu, bahwa suaminya ada affair dengan ibunya bahkan sekarang ini Ibu kandung istrimu sedang mengandung anakmu”.
    Aku benar benar sudah tidak punya pilihan lagi, kulepas kaos yang kukenakan, kulepas juga celana pendek berikut cd ku, aku telanjang bulat sudah. Karena malu kututup kontolku dengan kedua tanganku.
    “Sial!”, makiku dalam hati, aku benar benar dilecehkan oleh Ibu Mila saat itu.
    “Lepas tanganmu Ibu mau lihat seberapa besar kontolmu”, bentak Ibu Mila.
    “Mm.. , lumayan juga kontolmu”.
    Malu sekali aku mendengar komentar Ibu Mila tentang ukuran kontolku, yang ukurannya hanya standar Indonesia.
    “Nah, sekarang ceritakan semuanya”.

    Dengan perasaan malu, akupun menceritakan semua kejadian yan aku alami bersama Ibu Mertuaku, mau tidak mau burungkupun bangun dan tegak berdiri, karena aku menceritakan secara detail apa yang aku alami. Kulihat Ibu Mila mendengarkan dan menikmati ceritaku, sesekali Ibu Mila menarik napas panjang. Tiba tiba Ibu Mila bangkit berdiri dan melepaskan seluruh pakaian yang dia kenakan, aku terdiam dan terpana menyaksikan tubuh gendut orang paling berpengaruh dikantorku, sekarang sudah telanjang bulat dihadapanku. Walaupun banyak lemak disana sini namun pancaran kemulusan tubuh Ibu Mila membuat jakunku turun naik.

    “Kenapa diam, ayo lanjutkan ceritamu”, bentaknya lagi.“Baik Bu”, akupun melanjutkan ceritaku kembali, namun aku sudah tidak konsentrasi lagi dengan ceritaku, apalagi saat Ibu Mila menghampiri dan membuka kakiku kemudian mengelus elus dan mengocok ngocok kontolku, aku sudah tidak fokus lagi pada ceritaku.

    “Ahh.. “, jeritku tertahan saat mulut Ibu Mila mulai mengulum kontolku.
    “Ahh.. Bu.. , nikmat sekali”.
    Kuangkat kepala Ibu Mila, kamipun berciuman dengan liarnya, kupeluk tubuh gendut bossku.
    “Bu.. kita pindah keranjang saja”, pintaku,
    Sambil terus berpelukan dan berciuman kami berdua berjalan menuju ranjang. Kurebahkan tubuh Ibu Mila, ku lumat kembali bibirnya, kami berdua bergulingan diatas pembaringan, saling merangsang birahi kami.
    “Ahh.. “, Jerit Ibu Mila saat mulutku mulai mencium dan menjilati teteknya.
    “Uhh Pento.. enak.. sayang”.
    Ketelusuri tubuh Ibu Mila dan jilatan lidahkupun menuju memek Ibu Mila yang licin tanpa sehelai rambutpun. Kuhisap memek Ibu Mila dan kujilati seluruh lendir yang keluar dari memeknya. Banjir sekali Mungkin karena Ibu Mila sudah sangat terangsang mendengar ceritaku.
    “Ahh”, jerit Ibu Mila saat dua jariku masuk ke lubang surganya, dan tanganku yang satu lagi meremas-remas teteknya.

    Aku berharap agar orang yang telah melecehkanku ini cepat mencapai orgasmenya, aku makin beringas lidahku terus menjilati memek Ibu Mila yang sedang dikocok kocok dua jari tanganku. Usahaku berhasil, Ibu Mila memohon agar aku segera memasukan kontolku le lubang memeknya, tapi aku tidak mengindahkan keinginannya, kupercepat kocokan jari tanganku dilubang memek Ibu Mila, tubuh Ibu Milapun makin menegang.“Aaarrgghh.. Pento”, jerit Ibu Mila tubuhnya melenting, kakinya menjepit kepalaku saat badai orgasme melanda dirinya.

    Aku puas sekali melihat kondisi Ibu Mila, seperti orang yang kehabisan napas, matanya terpejam, kubiarkan Ibu Mila menikmati sisa sisa orgasmenya. Kucumbu kembali Ibu Mila kujilati teteknya, kumasukan lagi dua jariku kedalam memek nya yang sudah sangat basah.
    “Ampun.. Pento.. biarkan Ibu istirahat dulu”, pintanya.
    Aku tidak memperdulikan permintaannya, kubalik tubuh telentangnya, tubuh Ibu Mila tengkurap kini.
    “Jangan.. dulu Pen.. too.. Ibu lemas sekali”.
    Aku angkat tubuh tengkurapnya, Ibu Mila pasrah dalam posisi nungging. Matanya masih terpejam. Kugesek gesekan kontolku kelubang memek Ibu Mila. Kutekan dengan keras dan.. Blesss masuk semua batang kontolku tertelan lubang nikmat memek Ibu Mila.
    “Iiihh.. Pen.. to.. kamu.. jahat”.

    Akupun mulai mengeluar masukan kontolku ke lubang memek Ibu Mila, orang yang paling di takuti dikantorku sekarang ini sedang bertekuk lutut di hadapanku, merintih rintih mendesah desah, bahkan memohon mohon padaku. Aku puas sekali, kupompa dengan cepat keluar masuknya kontoku di lubang memek Ibu Mila, bunyi plak.. plak.. akibat beradunya pantat Ibu Mila dengan tubuhku menambah nikmat persetubuhkanku.

    “Uhh.. “, jeritku saat kontolku mulai berdenyut denyut.Akupun sudah tidak sanggup lagi menahan bobolnya benteng pertahananku. Kupompa dengan cepat kontolku, Ibu Milapun makin belingsatan kepalanya bergerak kekiri dan kekanan.“Ahh Ibu.. aku mau.. keluar.. “.Dan cret.. cret, muncrat sudah spermaku masuk kedalam Memek dan rahim Ibu Mila, beberapa detik kemudian Ibu Mila pun menyusul mendapatkan orgasmenya, dengan satu teriakan yang keras sekali, Ibu Mila tidak peduli apakah Iyem pembantunya mendengar jeritannya diluar sana.

    Ibu Mila rebah tengkurap, akupan rebah di belakangnya sambil terus memeluk tubuh gendut Ibu Mila. Nikmat sekali.. , Orgasme yang baru saja kami raih bersamaan, kulihat Ibu Mila sudah lelap tertidur, dari celah belahan memek Ibu Mila, air manyku masih mengalir, aku benar benar puas karena orang yang telah melecehkanku sudah kubuat KO. Kuciumi kembali tubuh Ibu Mila, kontolkupun tegak kembali, ku balik tubuh Ibu Mila agar telentang, kuangkat dan kukangkangi kakinya. Kugesek-gesekan kontolku di lubang memek Ibu Mila.

    “Uhh Pento.. Ibu lelah sekali sayang”, Lirih sekali suara Ibu Mila.
    Aku sudah tidak peduli, langsung kutancapkan kontolku ke lubang nikmat Ibu Mila, Bless.. Licin sekali, kupompa keluar masuk kontolku, tubuh Ibu Mila terguncang guncang akibat kerasnya sodokan keluar masuk kontolku, rasanya saat itu aku seperti bersetubuh dengan mayat, tanpa perlawanan Ibu Mila hanya memejamkan matanya. Kukocok dengan cepat dan keras keluar masuknya kontolku di lubang memek Ibu Mila.. , dan langsung ku cabut kontolku dan kumuncratkan air maniku diatas perut Ibu Mila.
    Karena lelah akupun tertidur sisamping tubuh telanjang Ibu Mila, sambil kupeluk tubuhnya, saat aku terbangun kulihat jarum jam sudah menunjukan pukul setengah sebelas malam, buru buru aku bergegas membersihkan tubuhku dan mengenakan pakaian kerjaku.

    “Bu.. Bu.. Mila bangun Bu.. “.
    Akhirnya dengan malas Ibu Mila membuka matanya.
    “Sudah malam Bu saya mau pulang”.
    “Pento kamu liar sekali, rasanya tubuh Ibu seperti tidak bertulang lagi”.
    Ibu Milapun bangkit mengenakan pakaiannya, kami berdua berjalan keluar kamar.
    “Tunggu sebentar ya Pento, kemudian Ibu Mila masuk kekamarnya, beberapa saat kemudian Ibu Mila keluar dari kamarnya dengan senyumnya yang menawan.
    “Ini untuk kamu”.
    “Apa ini Bu?”, Tanyaku, saat Ibu Mila menyodorkan sebuah amplop kepadaku.
    Aku menolak pemberian Ibu Mila, namun Ibu Mila terus memaksaku untuk menerimanya. Terrpaksa kukantongi amplop yang diberikan Ibu Mila lalu kembali kami berciuman dengan mesranya.

    Dalam perjalanan pulang aku masih tidak menyangka bahwa aku baru saja bersetubuh dengan Ibu Mila. Entah nasib baik ataukah nasib buruk tapi aku benar benar menikmatinya.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Betapa Indah Memeh Bersihmu

    Cerita Sex Betapa Indah Memeh Bersihmu


    882 views

    Perawanku – Kurasa tidak perlu aku ceritakan tentang nama dan asalku, serta tempat dan alamatku sekarang. Usiaku sekarang sudah mendekati empat puluh tahun, kalau dipikir-pikir seharusnya aku sudah punya anak, karena aku sudah menikah hampir lima belas tahun lamanya. Walaupun aku tidak begitu ganteng, aku cukup beruntung karena mendapat isteri yang menurutku sangat cantik. Bahkan dapat dikatakan dia yang tercantik di lingkunganku, yang biasanya menimbulkan kecemburuan para tetanggaku.

    Isteriku bernama Resty. Ada satu kebiasaanku yang mungkin jarang orang lain miliki, yaitu keinginan sex yang tinggi. Mungkin para pembaca tidak percaya, kadang-kadang pada siang hari selagi ada tamu pun sering saya mengajak isteri saya sebentar ke kamar untuk melakukan hal itu. Yang anehnya, ternyata isteriku pun sangat menikmatinya. Walaupun demikian saya tidak pernah berniat jajan untuk mengimbangi kegilaanku pada sex. Mungkin karena belum punya anak, isteriku pun selalu siap setiap saat.

    Kegilaan ini dimulai saat hadirnya tetangga baruku, entah siapa yang mulai, kami sangat akrab. Atau mungkin karena isteriku yang supel, sehingga cepat akrab dengan mereka. Suaminya juga sangat baik, usianya kira-kira sebaya denganku. Hanya isterinya, woow busyet.., selain masih muda juga cantik dan yang membuatku gila adalah bodynya yang wah, juga kulitnya sangat putih mulus.

    Mereka pun sama seperti kami, belum mempunyai anak. Mereka pindah ke sini karena tugas baru suaminya yang ditempatkan perusahaannya yang baru membuka cabang di kota tempatku. Aku dan isteriku biasa memanggil mereka Mas Agus dan Mbak Rini. Selebihnya saya tidak tahu latar belakang mereka. Boleh dibilang kami seperti saudara saja karena hampir setiap hari kami ngobrol, yang terkadang di teras rumahnya atau sebaliknya.

    Pada suatu malam, saya seperti biasanya berkunjung ke rumahnya, setelah ngobrol panjang lebar, Agus menawariku nonton VCD blue yang katanya baru dipinjamnya dari temannya. Aku pun tidak menolak karena selain belum jauh malam kegiatan lainnya pun tidak ada. Seperti biasanya, film blue tentu ceritanya itu-itu saja. Yang membuatku kaget, tiba-tiba isteri Agus ikut nonton bersama kami.

    “Waduh, gimana ini Gus..? Nggak enak nih..!”
    “Nggak apa-apalah Mas, toh itu tontonan kok, nggak bisa dipegang. Kalau Mas nggak keberatan, Mbak Res diajak sekalian.” katanya menyebut isteriku.
    Aku tersinggung juga waktu itu. Tapi setelah kupikir-pikir, apa salahnya? Akhirnya aku pamit sebentar untuk memanggil isteriku yang tinggal sendirian di rumah.

    “Gila kamu..! Apa enaknya nonton gituan kok sama tetangga..?” kata isteriku ketika kuajak.

    Akhirnya aku malu juga sama isteriku, kuputuskan untuk tidak kembali lagi ke rumah Agus. Mendingan langsung tidur saja supaya besok cepat bangun. Paginya aku tidak bertemu Agus, karena sudah lebih dahulu berangkat. Di teras rumahnya aku hanya melihat isterinya sedang minum teh. Ketika aku lewat, dia menanyaiku tentang yang tadi malam. Aku bilang Resty tidak mau kuajak sehingga aku langsung saja tidur.  Agen Obat Kuat Pasutri

    Mataku jelalatan menatapinya. Busyet.., dasternya hampir transparan menampakkan lekuk tubuhnya yang sejak dulu menggodaku. Tapi ah.., mereka kan tetanggaku. Tapi dasar memang pikiranku sudah tidak beres, kutunda keberangkatanku ke kantor, aku kembali ke rumah menemui isteriku. Seperti biasanya kalau sudah begini aku langsung menarik isteriku ke tempat tidur. Mungkin karena sudah biasa Resty tidak banyak protes. Yang luar biasa adalah pagi ini aku benar-benar gila. Aku bergulat dengan isteriku seperti kesetanan. Kemaluan Resty kujilati sampai tuntas, bahkan kusedot sampai isteriku menjerit. Edan, kok aku sampai segila ini ya, padahal hari masih pagi.Tapi hal itu tidak terpikirkan olehku lagi.

    Isteriku sampai terengah-engah menikmati apa yang kulakukan terhadapnya. Resty langsung memegang kemaluanku dan mengulumnya, entah kenikmatan apa yang kurasakan saat itu. Sungguh, tidak dapat kuceritakan.
    “Mas.., sekarang Mas..!” pinta isteriku memelas.
    Akhirnya aku mendekatkan kemaluanku ke lubang kemaluan Resty. Dan tempat tidur kami pun ikut bergoyang.

    Setelah kami berdua sama-sama tergolek, tiba-tiba isteriku bertanya, “Kok Mas tiba-tiba nafsu banget sih..?”
    Aku diam saja karena malu mengatakan bahwa sebenarnya Rini lah yang menaikkan tensiku pagi ini.

    Cerita Sex Betapa Indah Memeh Bersihmu

    Cerita Sex Betapa Indah Memeh Bersihmu

    Sorenya Agus datang ke rumahku, “Sepertinya Mas punya kelainan sepertiku ya..?” tanyanya setelah kami berbasa-basi.
    “Maksudmu apa Gus..?” tanyaku heran.
    “Isteriku tadi cerita, katanya tadi pagi dia melihat Mas dan Mbak Resty bergulat setelah ngobrol dengannya.”
    Loh, aku heran, dari mana Rini nampak kami melakukannya? Oh iya, baru kusadari ternyata jendela kamar kami saling berhadapan.
    Agus langsung menambahkan, “Nggak usah malu Mas, saya juga maniak Mas.” katanya tanpa malu-malu.

    “Begini saja Mas,” tanpa harus memahami perasaanku, Agus langsung melanjutkan, “Aku punya ide, gimana kalau nanti malam kita bikin acara..?”
    “Acara apa Gus..?” tanyaku penasaran.
    “Nanti malam kita bikin pesta di rumahmu, gimana..?”
    “Pesta apaan..? Gila kamu.”
    “Pokoknya tenang aja Mas, kamu cuman nyediain makan dan musiknya aja Mas, nanti minumannya saya yang nyediain. Kita berempat aja, sekedar refresing ajalah Mas, kan Mas belum pernah mencobanya..?”

    Malamnya, menjelang pukul 20.00, Agus bersama isterinya sudah ada di rumahku. Sambil makan dan minum, kami ngobrol tentang masa muda kami. Ternyata ada persamaan di antara kami, yaitu menyukai dan cenderung maniak pada sex. Diiringi musik yang disetel oleh isteriku, ada perasaan yang agak aneh kurasakan. Aku tidak dapat menjelaskan perasaan apa ini, mungkin pengaruh minuman yang dibawakan Agus dari rumahnya.

    Tiba-tiba saja nafsuku bangkit, aku mendekati isteriku dan menariknya ke pangkuanku. Musik yang tidak begitu kencang terasa seperti menyelimuti pendengaranku. Kulihat Agus juga menarik isterinya dan menciumi bibirnya. Aku semakin terangsang, Resty juga semakin bergairah. Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Tidak berapa lama Resty sudah telanjang bulat, entah kapan aku menelanjanginya. Sesaat aku merasa bersalah, kenapa aku melakukan hal ini di depan orang lain, tetapi kemudian hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Seolah-olah nafsuku sudah menggelegak mengalahkan pikiran normalku.

    Kuperhatikan Agus perlahan-lahan mendudukkan Rini di meja yang ada di depan kami, mengangkat rok yang dikenakan isterinya, kemudian membukanya dengan cara mengangkatnya ke atas. Aku semakin tidak karuan memikirkan kenapa hal ini dapat terjadi di dalam rumahku. Tetapi itu hanya sepintas, berikutnya aku sudah menikmati permainan itu. Rini juga tinggal hanya mengenakan BH dan celana dalamnya saja, dan masih duduk di atas meja dengan lutut tertekuk dan terbuka menantang.

    Perlahan-lahan Agus membuka BH Rini, tampak dua bukit putih mulus menantang menyembul setelah penutupnya terbuka.
    “Kegilaan apa lagi ini..?” batinku.
    Seolah-olah Agus mengerti, karena selalu saya perhatikan menawarkan bergantian denganku. Kulihat isteriku yang masih terbaring di sofa dengan mulut terbuka menantang dengan nafas tersengal menahan nafsu yang menggelora, seolah-olah tidak keberatan bila posisiku digantikan oleh Agus.

    Kemudian kudekati Rini yang kini tinggal hanya mengenakan celana dalam. Dengan badan yang sedikit gemetar karena memang ini pengalaman pertamaku melakukannya dengan orang lain, kuraba pahanya yang putih mulus dengan lembut. Sementara Agus kulihat semakin beringas menciumi sekujur tubuh Resty yang biasanya aku lah yang melakukannya.

    Perlahan-lahan jari-jemariku mendekati daerah kemaluan Rini. Kuelus bagian itu, walau masih tertutup celana dalam, tetapi aroma khas kemaluan wanita sudah terasa, dan bagian tersebut sudah mulai basah. Perlahan-lahan kulepas celana dalamnya dengan hati-hati sambil merebahkan badannya di atas meja. Nampak bulu-bulu yang belum begitu panjang menghiasi bagian yang berada di antara kedua paha Rini ini.

    “Peluklah aku Mas, tolonglah Mas..!” erang Rini seolah sudah siap untuk melakukannya.
    Tetapi aku tidak melakukannya. Aku ingin memberikan kenikmatan yang betul-betul kenikmatan kepadanya malam ini. Kutatapi seluruh bagian tubuh Rini yang memang betul-betul sempurna. Biasanya aku hanya dapat melihatnya dari kejauhan, itu pun dengan terhalang pakaian. Berbeda kini bukan hanya melihat, tapi dapat menikmati. Sungguh, ini suatu yang tidak pernah terduga olehku. Seperti ingin melahapnya saja.

    Kemudian kujilati seluruhnya tanpa sisa, sementara tangan kiriku meraba kemaluannya yang ditumbuhi bulu hitam halus yang tidak begitu tebal. Bagian ini terasa sangat lembut sekali, mulut kemaluannya sudah mulai basah. Perlahan kumasukkan jari telunjukku ke dalam.
    “Sshh.., akh..!” Rini menggelinjang nikmat.
    Kuteruskan melakukannya, kini lebih dalam dan menggunakan dua jari, Rini mendesis.

    Kini mulutku menuju dua bukit menonjol di dada Rini, kuhisap bagian putingnya, tubuh Rini bergetar panas. Tiba-tiba tangannya meraih kemaluanku, menggenggam dengan kedua telapaknya seolah takut lepas. Posisi Rini sekarang berbaring miring, sementara aku berlutut, sehingga kemaluanku tepat ke mulutnya. Perlahan dia mulai menjilati kemaluanku. Gantian badanku sekarang yang bergetar hebat.

    Rini memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Ya ampun, hampir aku tidak sanggup menikmatinya. Luar biasa enaknya, sungguh..! Belum pernah kurasakan seperti ini. Sementara di atas Sofa Agus dan isteriku seperti membentuk angka 69. Resty ada di bawah sambil mengulum kemaluan Agus, sementara Agus menjilati kemaluan Resty. Napas kami berempat saling berkejaran, seolah-olah melakukan perjalanan panjang yang melelahkan. Bunyi Music yang entah sudah beberapa lagu seolah menambah semangat kami.

    Kini tiga jari kumasukkan ke dalam kemaluan Rini, dia melenguh hebat hingga kemaluanku terlepas dari mulutnya. Gantian aku sekarang yang menciumi kemaluannya. Kepalaku seperti terjepit di antara kedua belah pahanya yang mulus. Kujulurkan lidahku sepanjang-panjangnya dan kumasukkan ke dalam kemaluannya sambil kupermainkan di dalamnya. Aroma dan rasanya semakin memuncakkan nafsuku. Sekarang Rini terengah-engah dan kemudian menjerit tertahan meminta supaya aku segera memasukkan kemaluanku ke lubangnya.

    Cepat-cepat kurengkuh kedua pahanya dan menariknya ke bibir meja, kutekuk lututnya dan kubuka pahanya lebar-lebar supaya aku dapat memasukkan kemaluanku sambil berjongkok. Perlahan-lahan kuarahkan senjataku menuju lubang milik Rini.

    Ketika kepala kemaluanku memasuki lubang itu, Rini mendesis, “Ssshh.., aahhk.., aduh enaknya..! Terus Mas, masukkan lagi akhh..!”
    Dengan pasti kumasukkan lebih dalam sambil sesekali menarik sedikit dan mendorongnya lagi. Ada kenikmatan luar biasa yang kurasakan ketika aku melakukannya. Mungkin karena selama ini aku hanya melakukannya dengan isteriku, kali ini ada sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya.

    Tanganku sekarang sudah meremas payudara Rini dengan lembut sambil mengusapnya. Mulut Rini pun seperti megap-megap kenikmatan, segera kulumat bibir itu hingga Rini nyaris tidak dapat bernapas, kutindih dan kudekap sekuat-kuatnya hingga Rini berontak. Pelukanku semakin kuperketat, seolah-olah tidak akan lepas lagi. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh kami. Agus dan isteriku tidak kuperhatikan lagi. Yang kurasakan sekarang adalah sebuah petualangan yang belum pernah kulalui sebelumnya. Pantatku masih naik turun di antara kedua paha Rini.

    Luar biasa kemaluan Rini ini, seperti ada penyedot saja di dalamnya. Kemaluanku seolah tertarik ke dalam. Dinding-dindingnya seperti lingkaran magnet saja. Mata Rini merem melek menikmati permainan ini. Erangannya tidak pernah putus, sementara helaan napasnya memburu terengah-engah.Posisi sekarang berubah, Rini sekarang membungkuk menghadap meja sambil memegang kedua sisi meja yang tadi tempat dia berbaring, sementara saya dari belakangnya dengan berdiri memasukkan kemaluanku. Hal ini cukup sulit, karena selain ukuran kemaluanku lumayan besar, lubang kemaluan Rini juga semakin ketat karena membungkuk.

    Kukangkangkan kaki Rini dengan cara melebarkan jarak antara kedua kakinya. Perlahan kucoba memasukkan senjataku. Kali ini berhasil, tapi Rini melenguh nyaring, perlahan-lahan kudorong kemaluanku sambil sesekali menariknya. Lubangnya terasa sempit sekali. Beberapa saat, tiba-tiba ada cairan milik Rini membasahi lubang dan kemaluanku hingga terasa nikmat sekarang. Kembali kudorong senjataku dan kutarik sedikit. Goyanganku semakin lincah, pantatku maju mundur beraturan. Sepertinya Rini pun menikmati gaya ini.

    Buah dada Rini bergoyang-goyang juga maju-mundur mengikuti irama yang berasal dari pantatku. Kuremas buah dada itu, kulihat Rini sudah tidak kuasa menahan sesuatu yang tidak kumengerti apa itu. Erangannya semakin panjang. Kecepatan pun kutambah, goyangan pinggul Rini semakin kuat. Tubuhku terasa semakin panas. Ada sesuatu yang terdorong dari dalam yang tidak kuasa aku menahannya. Sepertinya menjalar menuju kemaluanku. Aku masih berusaha menahannya.

    Segera aku mencabut kemaluanku dan membopong tubuh Rini ke tempat yang lebih luas dan menyuruh Rini telentang di bentangan karpet. Secepatnya aku menindihnya sambil menekuk kedua kakinya sampai kedua ujung lututnya menempel ke perut, sehingga kini tampak kemaluan Rini menyembul mendongak ke atas menantangku. Segera kumasukkan senjataku kembali ke dalam lubang kemaluan Rini.

    Pantatku kembali naik turun berirama, tapi kali ini lebih kencang seperti akan mencapai finis saja. Suara yang terdengar dari mulut Rini semakin tidak karuan, seolah menikmati setiap sesuatu yang kulakukan padanya. Tiba-tiba Rini memelukku sekuat-kuatnya. Goyanganku pun semakin menjadi. Aku pun berteriak sejadinya, terasa ada sesuatu keluar dari kemaluanku. Rini menggigit leherku sekuat-kuatnya, segera kurebut bibirnya dan menggigitnya sekuatnya, Rini menjerit kesakitan sambil bergetar hebat.

    Mulutku terasa asin, ternyata bibir Rini berdarah, tapi seolah kami tidak memperdulikannya, kami seolah terikat kuat dan berguling-guling di lantai. Di atas sofa Agus dan isteriku ternyata juga sudah mencapai puncaknya. Kulihat Resty tersenyum puas. Sementara Rini tidak mau melepaskan kemaluanku dari dalam kemaluannya, kedua ujung tumit kakinya masih menekan kedua pantatku. Tidak kusadari seluruh cairan yang keluar dari kemaluanku masuk ke liang milik Rini. Kulihat Rini tidak memperdulikannya.

    Perlahan-lahan otot-ototku mengendur, dan akhirnya kemaluanku terlepas dari kemaluan Rini. Rini tersenyum puas, walau kelelahan aku pun merasakan kenikmatan tiada tara. Resty juga tersenyum, hanya nampak malu-malu. Kemudian memunguti pakaiannya dan menuju kamar mandi.

    Hingga saat ini peristiwa itu masih jelas dalam ingatanku. Agus dan Rini sekarang sudah pindah dan kembali ke Jakarta. Sesekali kami masih berhubungan lewat telepon. Mungkin aku tidak akan pernah melupakan peristiwa itu. Pernah suatu waktu Rini berkunjung ke rumah kami, kebetulan aku tidak ada di rumah. Dia hanya ketemu dengan isteriku. Seandainya saja.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Betapa Nikmatnya Memprawani ABG tetangga

    Cerita Sex Betapa Nikmatnya Memprawani ABG tetangga


    1921 views

    Perawanku – Cerita Bokeb Tetangga ini terjadi gara-gara istriku yang pulang kampung. Sementara birahi sex ku yang memuncak dan tak bisa terbendung lagi. Yah akhirnya terjadilah cerita sex tetangga ini. Maklumlah di usia setengah baya ini emang gelora seks ku ga pernah ada hentinya minta jatah ngentot sama istriku.

    Daripada ga ada yang dientot ya mending ngentot sama gadis tetanggaku yang masih perawan dan memeknya masih sempit trus legit. Oke ga usah panjang lebar langsung aja aku ceritakan pengalaman seks ku pada kalian semua ya . Selamat menyimak.

    Minggu sore hampir pukul empat. Setelah menonton CD porno sejak pagi penisku tak mau diajak kompromi. Si adik kecil ini kepingin segera disarungkan ke vagina. Masalahnya, rumah sedang kosong melompong. Istriku pulang kampung sejak kemarin sampai dua hari mendatang, karena ada kerabat punya hajat menikahkan anaknya.

    Anak tunggalku ikut ibunya. Aku mencoba menenangkan diri dengan mandi, lalu berbaring di ranjang. Tetapi penisku tetap tak berkurang ereksinya. Malah sekarang terasa berdenyut-denyut bagian pucuknya. “Wah gawat gawat nih. Nggak ada sasaran lagi. Salahku sendiri nonton CD porno seharian”, gumamku. Aku bangkit dari tiduran menuju ruang tengah. Mengambil segelas air es lalu menghidupkan tape deck. Lumayan, tegangan agak mereda.Tetapi ketika ada video klip musik barat agak seronok, penisku kembali berdenyut-denyut.

    Nah, belingsatan sendiri jadinya. Sempat terpikir untuk jajan saja. Tapi cepat kuurungkan. Takut kena penyakit kelamin. Salah-salah bisa ketularan HIV yang belum ada obatnya sampai sekarang. Kuingat-ingat kapan terakhir kali barangku terpakai untuk menyetubuhi istriku. Ya, tiga hari lalu. Pantas kini adik kecilku uring-uringan tak karuan. Soalnya dua hari sekali harus nancap.

    “Sekarang minta jatah..”. Sambil terus berusaha menenangkan diri, aku duduk-duduk di teras depan membaca surat kabar pagi yang  Agen Obat Kuat Pasutri
    belum tersentuh.

    Tiba-tiba pintu pagar berbunyi dibuka orang. Refleks aku mengalihkan pandangan ke arah suara. Renny anak tetangga mendekat.

    “Selamat sore Om. Tante ada?”
    “Sore.. Ooo Tantemu pulang kampung sampai lusa. Ada apa?”
    “Wah gimana ya..”
    “Silakan duduk dulu. Baru ngomong ada keperluan apa”, kataku ramah.

    ABG berusia sekitar lima belas tahun itu menurut. Dia duduk di kursi kosong sebelahku.

    “Nah, ada perlu apa dengan Tantemu? Mungkin Om bisa bantu”, tuturku sambil menelusuri badan gadis yang mulai mekar itu.
    “Anu Om, Tante janji mau minjemi majalah terbaru..”
    “Majalah apa sich?”, tanyaku. Mataku tak lepas dari dadanya yang
    tampak mulai menonjol. Wah, sudah sebesar bola tenis nih.
    “Apa saja. Pokoknya yang terbaru”.
    “Oke silakan masuk dan pilih sendiri”.

    Cerita Sex Betapa Nikmatnya Memprawani ABG tetangga

    Cerita Sex Betapa Nikmatnya Memprawani ABG tetangga

    Kuletakkan surat kabar dan masuk ruang dalam. Dia agak ragu-ragu mengikuti. Di ruang tengah aku berhenti. “Cari sendiri di rak bawah televisi itu”, kataku, kemudian membanting pantat di sofa. Renny segera jongkok di depan televisi membongkar-bongkar tumpukan majalah di situ. Pikiranku mulai usil. Kulihati dengan leluasa tubuhnya dari belakang. Bentuknya sangat bagus untuk ABG seusianya. Pinggulnya padat berisi. Bra-nya membayang di baju kaosnya.

    Kulitnya putih bersih. Ah betapa asyiknya kalau saja bisa menikmati tubuh yang mulai berkembang itu.

    “Nggak ada Om. Ini lama semua”, katanya menyentak lamunan nakalku. “Nggg.. mungkin ada di kamar Tantemu. Cari saja di sana” Selama ini aku tak begitu memperhatikan anak itu meski sering main ke rumahku. Tetapi sekarang, ketika penisku uring-uringan tiba-tiba baru kusadari anak tetanggaku itu ibarat buah mangga telah mulai mengkal. Mataku mengikuti Renny yang tanpa sungkan-sungkan masuk kekamar tidurku. Setan berbisik di telingaku, “inilah kesempatan bagi penismu agar berhenti berdenyut-denyut. Tapi dia masih kecil dananak tetanggaku sendiri? Persetan dengan itu semua, yang penting birahimu terlampiaskan”.

    Akhirnya aku bangkit menyusul Renny. Di dalam kamar kulihat anak itu berjongkok membongkar majalah di sudut. Pintu kututup dan kukunci pelan-pelan.

    “Sudah ketemu Ren?” tanyaku.
    “Belum Om”, jawabnya tanpa menoleh. “Mau lihat CD bagus nggak?” “CD apa Om?” “Filmnya bagus kok. Ayo duduk di sini.”

    Gadis itu tanpa curiga segera berdiri dan duduk pinggir ranjang. Aku memasukkan CD ke VCD dan menghidupkan televisi kamar.

    “Film apa sih Om?” “Lihat saja. Pokoknya bagus”, kataku sambil duduk di sampingnya. Dia tetap tenang-tenang tak menaruh curiga. “Ihh..”, jeritnya begitu melihat intro berisi potongan-potongan adegan orang bersetubuh.
    “Bagus kan?” “Ini kan film porno Om?!” “Iya. Kamu suka kan?” Dia terus ber-ih.. ih ketika adegan syur berlangsung, tetapi tak berusaha memalingkan pandangannya.
    Memasuki adegan kedua aku tak tahan lagi. Aku memeluk gadis itu dari belakang.“Kamu ingin begituan nggak?”, bisikku di telinganya.
    “Jangan Om”, katanya tapi tak berusaha mengurai tanganku yang melingkari lehernya. Kucium sekilas tengkuknya. Dia menggelinjang. “Mau nggak gituan sama Om? Kamu belum pernah kan? Enak lo..”“Tapi.. tapi.. ah jangan Om.” Dia menggeliat berusaha lepas dari belitanku. Namun aku tak peduli. Tanganku segera meremas dadanya.

    Dia melenguh dan hendak memberontak.

    “Tenang.. tenang.. Nggak sakit kok. Om sudah pengalaman..”
    Tangan kananku menyibak roknya dan menelusupi pangkal pahanya. Saat jari-jariku mulai bermain di sekitar vaginanya, dia mengerang.Tampak birahinya sudah terangsang. Pelan-pelan badannya kurebahkan di ranjang tetapi kakinya tetap menjuntai. Mulutku tak sabar lagi segera mencercah pangkal pahanya yang masih dibalut celana warna
    hitam.

    “Ohh.. ahh.. jangan Om”, erangnya sambil berusaha merapatkan kedua kakinya. Tetapi aku tak peduli. Malah celana dalamnya kemudian kupelorotkan dan kulepas. Aku terpana melihat pemandangan itu. Pangkal kenikmatan itu begitu mungil, berwarna merah di tengah, dan dihiasi bulu-bulu lembut di atasnya. Klitorisnya juga mungil.

    Tak menunggu lebih lama lagi, bibirku segera menyerbu vaginanya. Kuhisap-hisap dan lidahku mengaduk-aduk liangnya yang sempit. Wah masih perawan dia. Renny terus menggelinjang sambil melenguh dan mengerang keenakan. Bahkan kemudian kakinya menjepit kepalaku, seolah-olah meminta dikerjai lebih dalam dan lebih keras lagi.Oke Non.

    Maka lidahku pun makin dalam menggerayangi dinding vaginanya yang mulai basah. Lima menit lebih barang kenikmatan milik ABG itu kuhajar dengan mulutku. Kuhitung paling tidak dia dua kali orgasme. Lalu aku merangkak naik. Kaosnya kulepas pelan-pelan. Menyusul kemudian BH hitamnya berukuran 32. Setelah kuremas-remas buah dadanya yang masih keras itu beberapa saat, ganti mulutku bekerja. Menjilat, memilin, dan mencium putingnya yang kecil.

    “Ahh..” keluh gadis itu. Tangannya meremas-remas rambutku menahan kenikmatan tiada tara yang mungkin baru sekarang dia rasakan. “Enak kan beginian?” tanyaku sambil menatap wajahnya. “Iii.. iya Om. Tapi..” “Kamu pengin lebih enak lagi?”

    Tanpa menunggu jawabannya aku segera mengatur posisi badannya. Kedua kakinya kuangkat ke ranjang. Kini dia tampak telentang pasrah. Penisku pun sudah tak sabar lagi mendarat di sasaran. Namun aku harus hati-hati. Dia masih perawan sehingga harus sabar agar tidak kesakitan. Mulutku kembali bermain-main di vaginanya. Setelah kebasahannya kuanggap cukup, penisku yang telah tegak kutempelkan ke bibir vaginanya. Beberapa saat kugesek-gesekkan sampai Renny makin terangsang.

    Kemudian kucoba masuk perlahan-lahan ke celah yang masih sempit itu. Sedikit demi sedikit kumaju-mundurkan sehingga makin melesak ke dalam. Butuh waktu lima menit lebih agar kepala penisku masuk seluruhnya. Nah istirahat sebentar karena dia tampak menahan nyeri.

    “Kalau sakit bilang ya”, kataku sambil mencium bibirnya sekilas. Dia mengerang. Kurang sedikit lagi aku akan menjebol perawannya. Genjotan kutingkatkan meski tetap kuusahakan pelan dan lembut. Nah ada kemajuan. Leher penisku mulai masuk.
    “Auw.. sakit Om..” Renny menjerit tertahan. Aku berhenti sejenak menunggu liang vaginanya terbiasa menerima penisku yang berukuran sedang. Satu menit kemudian aku maju lagi. Begitu seterusnya. Selangkah demi selangkah aku maju. Sampai akhirnya..
    “Ouuu..”, dia menjerit lagi. Aku merasa penisku menembus sesuatu. Wah aku telah memerawani dia. Kulihat ada sepercik darah membasahi sprei.

    Aku meremas-remas payudaranya dan menciumi bibirnya untuk menenangkan. Setelah agak tenang aku mulai menggenjot anak itu.

    “Ahh.. ohh.. asshh…”, dia mengerang dan melenguh ketika aku mulai turun naik di atas tubuhnya. Genjotan kutingkatkan dan erangannya pun makin keras. Mendengar itu aku makin bernafsu menyetubuhi gadis itu. Berkali-kali dia orgasme. Tandanya adalah ketika kakinya dijepitkan ke pinggangku dan mulutnya menggigit lengan atau pundakku.
    “Nggak sakit lagi kan? Sekarang terasa enak kan?”
    “Ouuu enak sekali Om…”

    Sebenarnya aku ingin mempraktekkan berbagai posisi senggama. Tapi
    kupikir untuk kali pertama tak perlu macam-macam dulu. Terpenting
    dia mulai bisa menikmati. Lain kali kan itu masih bisa dilakukan.
    Sekitar satu jam aku menggoyang tubuhnya habis-habisan sebelum spermaku muncrat membasahi perut dan payudaranya. Betapa nikmatnya menyetubuhi perawan. Sungguh-sungguh beruntung aku ini. “Gimana? Betul enak seperti kata Om kan?” tanyaku sambil memeluk tubuhnya yang lunglai setelah sama-sama mencapai klimaks. “Tapi takut Om..”
    “Nggak usah takut. Takut apa sih?”
    “Hamil”

    Aku ketawa. “Kan sperma Om nyemprot di luar vaginamu. Nggak mungkin
    hamil dong”

    Kuelus-elus rambutnya dan kuciumi wajahnya. Aku tersenyum puas bisa
    meredakan adik kecilku.

    “Kalau pengin enak lagi bilang Om ya? Nanti kita belajar berbagai gaya lewat CD”. “Kalau ketahuan Tante gimana?” “Ya jangan sampai ketahuan dong” Beberapa saat kemudian birahiku bangkit lagi. Kali ini Renny kugenjot dalam posisi menungging. Dia sudah tak menjerit kesakitan lagi. Penisku leluasa keluar masuk diiringi erangan, lenguhan, dan jeritannya.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Bibi Kandung ku pemuas sahwat ku

    Cerita Sex Bibi Kandung ku pemuas sahwat ku


    1004 views

    Perawanku – Cerita Sex Bibi Kandung ku pemuas sahwat ku, Waktu SMA ku dulu aku memilih wanita yang ingin aku pacarai, hal tersebut mengawaliku untuk berbagai cerita disini dan ini kisah seks sedarahku bermula, saat SMA aku jarang mendekati malah sebaliknya cewek yang mendekatiku padahal aku tidak ganteng ganteng juga tapi jika soal bidang olahraga aku terlihat atletis dan kekar seperti olahraga basket, lari dll

    Dan banyak surat cinta cewek yang tidak kubalas. Sebab aku tidak suka mereka. Untuk masalah pelajaran aku terbilang normal, tidak terlalu pintar, tapi teman-teman memanggilku kutu buku, padahal masih banyak yang lebih pintar dari aku, mungkin karena aku mahir dalam bidang olahraga dan dalam pelajaran aku tidak terlalu bodoh saja akhirnya aku dikatakan demikian.
    Ketika kelulusan, aku pun masuk kuliah di salah satu perguruan tinggi di Malang. Di sini aku numpang di rumah bibiku. Namanya Nova. Aku biasanya memanggilnya mbak Nova, kebiasaan dari kecil mungkin.

    Ia tinggal sendirian bersama kedua anaknya, semenjak suaminya meninggal ketika aku masih SMP ia mendirikan usaha sendiri di kota ini. Yaitu berupa rumah makan yang lumayan laris, dengan bekal itu ia bisa menghidupi kedua anaknya yang masih duduk di SD.
    Ketika datang pertama kali di Malang, aku sudah dijemput pakai mobilnya. Lumayanlah, perjalanan dengan menggunakan kereta cukup melelahkan. Pertamanya aku tak tahu kalau itu adalah mbak Nova. Sebab ia kelihatan muda.
    Aku baru sadar ketika aku menelpon hp-nya dan dia mengangkatnya. Lalu kami bertegur sapa. Hari itu juga jantungku berdebar. Usianya masih 32 tapi dia sangat cantik. Rambutnya masih panjang terurai, wajahnya sangat halus, ia masih seperti gadis.

    Dan di dalam mobil itu aku benar-benar berdebar-debar.
    “Capek Dek Iwan?”, tanyanya.
    “Iyalah mbak, di kereta duduk terus dari pagi”, jawabku. “Tapi mbak Nova masih cantik ya?”
    Ia ketawa, “Ada-ada saja kamu”.
    Selama tinggal di rumahnya mbak Nova. Aku sedikit demi sedikit mencoba akrab dan mengenalnya. Banyak sekali hal-hal yang bisa aku ketahui dari mbak Nova. Dari kesukaannya, dari pengalaman hidupnya. Aku pun jadi dekat dengan anak-anaknya. Aku sering mengajari mereka pelajaran sekolah.

    Tak terasa sudah satu semester lebih aku tinggal di rumah ini. Dan mbak Nova sepertinya adalah satu-satunya wanita yang menggerakkan hatiku. Aku benar-benar jatuh cinta padanya. Tapi aku tak yakin apakah ia cinta juga kepadaku.

    Apalagi ia adalah bibiku sendiri. Malam itu sepi dan hujan di luar sana. Mbak Nova sedang nonton televisi. Aku lihat kedua anaknya sudah tidur. Aku keluar dari kamar dan ke ruang depan. Tampak mbak Nova asyik menonton tv. Saat itu sedang ada sinetron.

    “Nggak tidur Wan?”, tanyanya.
    “Masih belum ngantuk mbak”, jawabku.
    Aku duduk di sebelahnya. Entah kenapa lagi-lagi dadaku berdebar kencang. Aku bersandar di sofa, aku tidak melihat tv tapi melihat mbak Nova. Ia tak menyadarinya. Lama kami terdiam.
    “Kamu banyak diam ya”, katanya.
    “Eh..oh, iya”, kataku kaget.
    “Mau ngobrolin sesuatu?”, tanyanya.
    “Ah, enggak, pingin nemeni mbak Nova aja”, jawabku.
    “Ah kamu, ada-ada aja”
    “Serius mbak”
    “Makasih”
    “Restorannya gimana mbak? Sukses?”
    “Lumayanlah, sekarang bisa waralaba. Banyak karyawannya, urusan kerjaan semuanya tak serahin ke general managernya. Mbak sewaktu-waktu saja ke sana”, katanya. “Gimana kuliahmu?

    “Ya, begitulah mbak, lancar saja”, jawabku.
    Aku memberanikan diri memegang pundaknya untuk memijat. “Saya pijetin ya mbak, sepertinya mbak capek”.
    “Makasih, nggak usah ah”
    “Nggak papa koq mbak, cuma dipijit aja, emangnya mau yang lain?”
    Ia tersenyum, “Ya udah, pijitin saja”
    Aku memijiti pundaknya, punggungnya, dengan pijatan yang halus, sesekali aku meraba ke bahunya. Ia memakai tshirt ketat. Sehingga aku bisa melihat lekukan tubuh dan juga tali bh-nya. Dadanya mbak Nova besar juga. Tercium bau harum parfumnya.
    “Kamu sudah punya pacar Wan?”, tanya mbak Nova.
    “Nggak punya mbak”
    “Koq bisa nggak punya, emang nggak ada yang tertarik ama kamu?”
    “Saya aja yang nggak tertarik ama mereka”
    “Lha koq aneh? Denger dari mama kamu katanya kamu itu sering dikirimi surat cinta”
    “Iya, waktu SMA. Kalau sekarang aku menemukan cinta tapi sulit mengatakannya”
    “Masa’?”
    “Iya mbak, orangnya cantik, tapi sudah janda”, aku mencoba memancing.
    “Siapa?”
    “Mbak Nova”.
    Ia ketawa, “Ada-ada saja kamu ini”.
    “Aku serius mbak, nggak bohong, pernah mbak tahu aku bohong?”,
    Ia diam.
    “Semenjak aku bertemu mbak Nova, jantungku berdetak kencang. Aku tak tahu apa itu. Sebab aku tidak pernah jatuh cinta sebelumnya. Semenjak itu pula aku menyimpan perasaanku, dan merasa nyaman ketika berada di samping mbak Nova

    Aku tak tahu apakah itu cinta tapi, kian hari dadaku makin sesak. Sesak hingga aku tak bisa berpikir lagi mbak, rasanya sakit sekali ketika aku harus membohongi diri kalau aku cinta ama mbak”, kataku.
    “Wan, aku ini bibimu”, katanya.
    “Aku tahu, tapi perasaanku tak pernah berbohong mbak, aku mau jujur kalau aku cinta ama mbak”, kataku sambil memeluknya dari belakang.

    Lama kami terdiam. Mungkin hubungan yang kami rasa sekarang mulai canggung. Mbak Nova mencoba melepaskan pelukanku.
    “Maaf wan, mbak perlu berpikir”, kata mbak Nova beranjak. Aku pun ditinggal sendirian di ruangan itu, tv masih menyala. Cukup lama aku ada di ruangan tengah, hingga tengah malam kira-kira. Aku pun mematikan tv dan menuju kamarku. Sayup-sayup aku terdengar suara isak tangis di kamar mbak Nova. Aku pun mencoba menguping.

    “Apa yang harus aku lakukan?….Apa…”
    Aku menunduk, mungkin mbak Nova kaget setelah pengakuanku tadi. Aku pun masuk kamarku dan tertidur. Malam itu aku bermimpi basah dengan mbak Nova. Aku bermimpi bercinta dengannya, dan paginya aku dapati celana dalamku basah. Wah, mimpi yang indah.

    Paginya, mbak Nova selesai menyiapkan sarapan. Anak-anaknya sarapan. Aku baru keluar dari kamar mandi. Melihat mereka dari kejauhan.
    Mbak Nova tampak mencoba untuk menghindari pandanganku. Kami benar-benar canggung pagi itu. Hari ini nggak ada kuliah. Aku bisa habiskan waktu seharian di rumah. Setelah ganti baju aku keluar kamar. Tampak mbak Nova melihat-lihat isi kulkas.
    “Waduh, wan, bisa minta tolong bantu mbak?”, tanyanya.
    “Apa mbak?”
    “Mbak mau belanja, bisa bantu mbak belanja? Sepertinya isi kulkas udah mau habis”,katanya.
    “OK”

    “Untuk yang tadi malam, tolong jangan diungkit-ungkit lagi, aku maafin kamu tapi jangan dibicarakan di depan anak-anak”, katanya. Aku mengangguk.
    Kami naik mobil mengantarkan anak-anak mbak Nova sekolah. Lalu kami pergi belanja. Lumayan banyak belanjaan kami. Dan aku menggandeng tangan mbak Nova. Kami mirip sepasang suami istri, mbak Nova rasanya nggak menolak ketika tangannya aku gandeng.

    Mungkin karena barang bawaannya banyak. Di mobil pun kami diam. Setelah belanja banyak itu kami tak mengucapkan sepatah kata pun. Namun setiap kali aku bilang ke mbak Nova bahwa perasaanku serius.
    Hari-hari berlalu. Aku terus bilang ke mbak Nova bahwa aku cinta dia. Dan hari ini adalah hari ulang tahunnya. Aku membelikan sebuah gaun. Aku memang menyembunyikannya. Gaun ini sangat mahal, hampir dua bulan uang sakuku habis. Terpaksa nanti aku minta ortu kalau lagi butuh buat kuliah.

    Saat itu anak-anak mbak Nova sedang sekolah. Mbak Nova merenung di sofa. Aku lalu datang kepadanya. Dan memberikan sebuah kotak hadiah.

    “Apa ini?”, tanyanya.
    “Kado, mbak Novakan ulang tahun hari ini”,
    Ia tertawa. Tampak senyumnya indah hari itu. Matanya berkaca-kaca ia mencoba menahan air matanya. Ia buka kadonya dan mengambil isinya. Aku memberinya sebuah gaun berwarna hitam yang mewan.
    “Indah sekali, berapa harganya?”, tanyanya.
    “Ah nggak usah dipikirkan mbak”, kataku sambil tersenyum. “Ini kulakukan sebagai pembuktian cintaku pada mbak”

    “Sebentar ya”, katanya. Ia buru-buru masuk kamar sambil membawa gaunnya.
    Tak perlu lama, ia sudah keluar dengan memakai baju itu. Ia benar-benar cantik.
    “Bagaimana wan?”, tanyanya.
    “Cantik mbak, Superb!!”, kataku sambil mengacungkan jempol.
    Ia tiba-tiba berlari dan memelukku. Erat sekali, sampai aku bisa merasakan dadanya. “Terima kasih”
    “Aku cinta kamu mbak”, kataku.

    Mbak Nova menatapku. “Aku tahu”
    Aku memajukan bibirku, dan dalam sekejap bibirku sudah bersentuhan dengan bibirnya. Inilah first kiss kita. Aku menciumi bibirnya, melumatnya, dan menghisap ludahnya. Lidahku bermain di dalam mulutnya, kami berpanggutan lama sekali. Mbak Nova mengangkat paha kirinya ke pinggangku, aku menahannya dengan tangan kananku. Ia jatuh ke sofa, aku lalu mengikutinya.“Aku juga cinta kamu wan, dan aku bingung”, katanya.
    “Aku juga bingung mbak”

    Kami berciuman lagi. Mbak Nova berusaha melepas bajuku, dan tanpa sadar, aku sudah hanya bercelana dalam saja. Penisku yang menegang menyembul keluar dari CD. Aku membuka resleting bajunya, kuturunkan gaunnya, saat itulah aku mendapati dua buah bukit yang ranum.
    Dadanya benar-benar besar. Kuciumi putingnya, kulumat, kukunyah, kujilati. Aku lalu menurunkan terus hingga ke bawah. Ha? Nggak ada CD? Jadi tadi mbak Nova ke kamar ganti baju sambil melepas CD-nya.
    “Nggak perlu heran Wan, mbak juga ingin ini koq, mungkin inilah saat yang tepat”, katanya.
    Aku lalu benar-benar menciumi kewanitaannya. Kulumat, kujilat, kuhisap. Aku baru pertama kali melakukannya. Rasanya aneh, tapi aku suka. Aku cinta mbak Nova. Mbak Nova meremas rambutku, menjambakku. Ia menggelinjang.

    Kuciumi pahanya, betisnya, lalu ke jempol kakinya. Kuemut jempol kakinya. Ia terangsang sekali. Jempol kaki adalah bagian paling sensitif bagi wanita.
    “Tidak wan, jangan….AAAHH”, mbak Nova memiawik.
    “Kenapa mbak?” kataku.
    Tangannya mencengkram lenganku. Vaginanya basah sekali. Ia memejamkan mata, tampak ia menikmatinya. “Aku keluar wan”

    Ia bangkit lalu menurunkan CD-ku. Aku duduk di sofa sambil memperhatikan apa yang dilakukannya.
    “Gantian sekarang”, katanya sambil tersenyum.
    Ia memegang penisku, diremas-remas dan dipijat-pijatnya. Oh…aku baru saja merasakan penisku dipijat wanita. Tangan mbak Nova yang lembut, hangat lalu mengocok penisku. Penisku makin lama makin panjang dan besar. Mbak Nova menjulurkan lidahnya.

    Dia jilati bagian pangkalnya, ujungnya, lalu ia masukkan ujung penisku ke dalam mulutnya. Ia hisap, ia basahi dengan ludahnya. Ohh…sensasinya luar biasa.
    “Kalau mau keluar, keluar aja nggak apa-apa wan”, kata mbak Nova.
    “Nggak mbak, aku ingin keluar di situ aja?”, kataku sambil memegang liang kewanitaannya.
    Ia mengerti, lalu aku didorongnya. Aku berbaring, dan ia ada di atasku. Pahanya membuka, dan ia arahkan penisku masuk ke liang itu.

    Agak seret, mungkin karena memang ia tak pernah bercinta selain dengan suaminya. Masuk, sedikit demi sedikit dan bless….Masuk semuanya. Ia bertumpu dengan sofa, lalu ia gerakkan atas bawah.
    “Ohh….wan…enak wan…”, katanya.
    “Ohhh…mbak…Mbak Nova…ahhh…”, kataku.

    Dadanya naik turun. Montok sekali, aku pun meremas-remas dadanya. Lama sekali ruangan ini dipenuhi suara desahan kami dan suara dua daging beradu. Plok…plok..plok..cplok..!! “Waan…mbak keluar lagi…AAAHHHH”
    Mbak Nova ambruk di atasku. Dadanya menyentuh dadanku, aku memeluknya erat. Vaginanya benar-benar menjepitku kencang sekali. Perlu sedikit waktu untuk ia bisa bangkit. Lalu ia berbaring di sofa

    “Masukin wan, puaskan dirimu, semprotkan cairanmu ke dalam rahimku. Mbak rela punya anak darimu wan”, katanya.
    Aku tak menyia-nyiakannya. Aku pun memasukkannya. Kudorong maju mundur, posisi normal ini membuatku makin keenakan. Aku menindih mbak Nova, kupeluk ia, dan aku terus menggoyang pinggulku. Rasanya udah sampai di ujung. Aku mau meledak. AAHHHH….

    “Oh wan…wan…mbak keluar lagi”, mbak Nova mencengkram punggungku. Dan aku menembakkan spermaku ke rahimnya, banyak sekali, sperma perjaka. Vaginanya mbak Nova mencengkramku erat sekali, aku keenakkan. Kami kelelahan dan tertidur di atas sofa, Aku memeluk mbak Nova.
    Siang hari aku terbangun oleh suara HP. Mbak Nova masih di pelukanku. Mbak Nova dan aku terbangun. Kami tertawa melihat kejadian lucu ini. Waktu jamnya menjemput anak-anak mbak Nova sepertinya.
    Mbak Nova menyentuh penisku. “Ini luar biasa, mbak Nova sampe keluar berkali-kali, Wan, kamu mau jadi suami mbak?”

    “eh?”, aku kaget.
    “Sebenarnya, aku dan ibumu itu bukan saudara kandung. Tapi saudara tiri. Panjang ceritanya. Kalau kamu mau, aku rela jadi istrimu, asal kau juga mencintai anak-anakku, dan menjadikan mereka juga sebagai anakmu”, katanya.

    Aku lalu memeluknya, “aku bersedia mbak”.
    Setelah itu entah berapa kali aku mengulanginya dengan mbak Nova, aku mulai mencoba berbagai gaya. Mbak Nova sedikit rakus setelah ia menemukan partner sex baru. Ia suka sekali mengoral punyaku, mungkin karena punyaku terlalu tangguh untuk liang kewanitaannya.#AGEN CASINO ONLINE
    hehehe…tapi itulah cintaku, aku cinta dia dan dia cinta kepadaku. Kami akhirnya hidup bahagia, dan aku punya dua anak darinya. Sampai kini pun ia masih seperti dulu, tidak berubah, tetap cantik.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Binalnya Rekan Kerja Ku Yang Berjilbab – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sex Binalnya Rekan Kerja Ku Yang Berjilbab – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    2665 views

    Perawanku – Namaku Sakti, umurku 29 tahun dan aku memiliki perawakan yang cukup gagah dimata para perempuan. Selain gagah dalam perawakanku, aku juga gagah dalam bidang pekerjaanku, karena baru sekitar 1 tahun aku bekerja disebuah perusahaan, aku sudah mendapatkan jabatan yang cukup tinggi. Diperusahaan tempatku bekerja, aku diposisikan sebagai manajer bagian penawaran. Aku diangkat sebagai manajer karena aku memenangkan sebuah tander yang sangat besar sekali dan membuat perusahaan tempatku bekerja itu untung sangat besar sekali, maka dari itu aku mendapatkan kepercayaan dari owner perusahaan.

    Naaah kali ini aku akan menceritakan kisahku dengan rekan kerjaku yang saat itu aku ditugaskan oleh kantor menyurvey dan memastikan sebuah lahan untuk usaha. Waktu itu aku ditemani oleh rekan kerjaku yang bernama bu Yana, orangnya siiih bisa saja, namun kalau senyum sangat manis sekali. Usia bu Yana sekitar 33 tahunan, dia sudah menikah dan mempunyai seorang anak. Meski

    sudah mempunyai anak, bu Yana ini masih memiliki body tubuh yang singset, ramping. Payudaranya juga cukup besar yang kutafsir sekitar 36B dan pantatnya yang bulat dan padat itu menghiasi tubuh molek bu Yana dibalik kerudung yang selalu dipakainya. Sudah hampir setahun aku bekerja dengan bu Yana, jadi aku bisa mengetahui sifat dan kebiasaan bu Yana yang menjadikan kita tidak segan lagi saat bercanda.

    Waktu itu, selain ditemani bu Yana, aku juga ditemani oleh sopir pribadiku yang juga sudah lama bekerja denganku. Dibalik kerudung bu Yana sempat aku menebak-nebak tentang gairah Sex bu Yana ini, bahkan aku juga sempat menanyakan pada bu Yana saat kami keluar menyurvey. Dia hanya tersenyum dengan pertanyaanku yang menjurus soal hubungan Sex. Aku jadi tahu kalau bu Yana ini juga sebenarnya gak baik-baik banget, aku juga bisa mendapatkannya, namun dia menutupinya dengan berkerudung saat dikantor. Aku juga sering menggodanya saat berada dikantor namun gak didepan teman-teman kantor, namun saat suasana terlihat sepi dan bu Yana selalu hanya membals godaanku dengan senyuman yang sangat khas dari raut wajahnya yang snagat manis itu. Saat itu hari sabtu aku mengambil libur karena aku ingin istirahat dirumah menenagkan pikiran dari segala urusan yang ada dikantor. Namun semua tak sesuai dengan harapanku, sekitar jam sepuluh siang aku ditelpon oleh atasanku dan aku ditugaskan untuk menyurvey sebuah lahan dengan sebuah klien dari perusahaan. Dengan tak bisa menolak aku pun menyanggupinya. Dan aku meminta kalau bu Yana diantar kerumahku. Segera aku bergegas bersiap menyiapkansegala sesuatu yang kuperlukan dan setengah jam kemudian bu Yana sampai kerumahku dengan diantar sopir perusahaan.

    Kupersilahkan bu Yana masuk dirumahku dulu sambil menunggu bersiap. Istriku dengan bu Yana juga sudah akrab karena aku sudah cerita tentang bu Yana jadi istriku gak masalah.

    Setelah aku selesai, aku mencari sopirku dan setelah kupanggil malah istriku yang menjawab, kalau sopirku pagi tadi ijin untuk mengantar istrinya kerumah sakit. Jadi terpaksalah aku menyetir mobil sendiri. Dan aku langsung berpamitan dengan istriku. Aku dan bu Yana kemudian masuk mobil dan kami pun langsung meninggalkan rumah. Obrolan kami diperjalanan menuju lokasi, hanya menyangkut masalah-masalah bisnis yang ada kaitannya dengan bu Yana. Gak ada sesuatu yang menyimpang. Bahkan setelah tiba di lokasi, aku gak berpikir yang aneh-aneh. Bahkan aku jengkel juga saat pemilik tanah itu gak ada ditempat, harus dijemput dulu oleh keponakannya yang segera meluncur diatas motornya.

    Kami duduk saja didalam mobil yang kuparkir menghadap kekebun tak terawat, yang rencananya akan dijadikan perumahan oleh kenalanku yang seorang developer. Suasana sunyi sekali. Karena kami berada didepan kebun yang mirip hutan. Pepohonan yang tumbuh tidak dirawat sedikit pun. Namun suasana yang sunyi itu entah kenapa tiba-tiba saja membuatku iseng memegang tangan bu Yana sambil berkata,

    “Bisa dua jam kita harus menunggu di sini Bu” kataku
    “Iya pak” sahutnya tanpa menepiskan genggamanku
    “Sabar aja ya pak didalam bisnis memang suka ada ujiannya” aku terdiam namun tanganku tidak diam. Aku mulai meremas tangan bu Yana, yang makin lama terasa makin hangat. bu Yana bahkan membalasnya dengan remasan. Apakah ini berarti “Aaaahhh…” pikiranku mulai melayang-layang tak menentu. Mungkin di mana-mana juga lelaki itu sama seperti aku. Dikasih sejengkal mau sedepa.

    Remas-remasan tangan gak berlangsung lama. Kami bukan ABG lagi. Masa cukup dengan remas-remasan tangan? Sesaat kemudian, lengan kiriku sudah melingkari lehernya. Tangan kananku mulai berusaha membuka jalan agar tangan kiriku bisa menyelusup kedalam bajunya yang sangat tertutup dan bertangan panjang. bu Yana diam saja dan akhirnya aku berhasil menyentuh buah dadanya. Namun bu Yana menepiskan tanganku sambil berkata,

    “Duduknya dibelakang saja pak, di sini takut dilihat orang…”
    Ooohhh…senangnya hatiku karena ucapannya itu mengisyaratkan bahwa dia juga mau.
    “Kenapa mendadak jadi begini pak?” tanya bu Yana saat kami sudah duduk di jok belakang, pada saat tanganku berhasil menyelinap masuk kedalam baju tangan panjangnya dan kebalik BH-nya.
    “Gak tau kenapa ya?” jawabku sambil meremas buah dadanya yang terasa masih kencang, mungkin karena rajin merawatnya.
    “Tapi pak……Uuuuhhhh……kalau saya jadi horny gimana nih?” bu Yana terpejam-pejam sambil meremas-remas lututku yang masih berpakaian lengkap.
    “Kita lakukan saja, asal bu Yana gak keberatan….” tanganku semakin berani dan berhasil menyelinap kebalik rok panjangnya, kemudian menyelundup kebalik CD-nya.
    Tanganku sudah menyentuh jembutnya yang terasa lebat sekali. Lalu menyeruak kebibir memeknya bahkan mulai menyelinap kecelah memeknya yang terasa sudah basah dan hangat.

    “Masa dimobil?” protesnya
    “Kata orang mobil jangan dipakai gituan, bisa bikin sial…” tambahnya
    “Emang siapa yang mau ngajak begituan dimobil? Ini kan perkenalan aja dulu….” kataku waktu jemariku mulai menyelusup kedalam lubang vagina bu Yana yang terasa hangat dan berlendir. Bu Yana memelukku erat-erat sambil berbisik,
    “Duuuh pak…aku jadi kepengen niiihh…kita cari penginapan aja dulu yuk. Bilangin aja sama orang-orang disini kalau kita mau datang lagi besok”
    “Iya sayang” bisikku
    “Sekarang ini memiliki dirimu lebih penting daripada ketemuan dengan pemilik tanah itu”
    “Ya sudah dulu donk” bu Yana menarik tanganku yang sedang mempermainkan memeknya
    “Nanti kalau aku gak bisa nahan disini kan berabe, nanti aja dihotel aku kasih semuanya…” Aku ketawa kecil

    Kamudian kami pindah duduk kebelakang setir lagi. Gak lama kemudian mobilku sudah meluncur dijalan raya. Persetan dengan pemilik tanah itu. Sekarang ini yang terpenting adalah tubuh bu Yana, yang jelas sudah siap diapakan saja. Dengan mudah kudapatkan hotel kecil dipinggiran kota, sesuai dengan keinginan bu Yana, karena kalau didalam kota takut kepergok oleh orang-orang yang kami kenal. Soalnya aku punya istri, bu Yana pun punya suami. Hotel itu cuma hotel sederhana namun lumayan, kamar mandinya pakai shower air panas. Tidak pakai AC, karena udaranya sudah cukup dingin. Yang penting adalah wanita berjilbab itu yang sekarang sedang berada didalam kamar mandi, mungkin sedang cuci-cuci dulu, sementara aku sudah tak sabar menunggunya.
    Saat bu Yana muncul didepan pintu kamar mandi, aku terpana dibuatnya. Rambutnya yang tak ditutupi apa-apa lagi, nampak tergerai lepas, panjang lebat dan ikal. Jujur, bu Yana nampak jauh lebih seksi, apalagi kalau mengingat bahwa dia 6 tahun lebih muda dari pada istriku. Rok bawahnya tidak dikenakan lagi, sehingga pahanya yang putih mulus itu nampak jelas didepan mataku. Aku bangkit menyambutnya dengan pelukan hangat,

    “Bu Yana kalau gak pake jilbab malah nampak lebih cantik…..Muuuahhhhh…” kataku diakhiri dengan kecupan hangat di pipinya.
    Bu Yana memegang pergelangan tanganku sambil tersenyum manis. Dan kuraih pinggangnya, sampai berada diatas ranjang yang lumayan besar. kamudian kami bergumul mesra diatas ranajng itu.

    Bu Yana tidak pasif, berkali-kali dia memagut bibirku. Aku pun dengan gak sabar menyingkapkan baju lengan panjangnya. Dan…Aah…rupanya gak ada apa-apa lagi dibalik baju lengan panjang itu selain tubuh bu Yana yang begitu mulus. Toketnya gak sebesar toket istriku namun nampak indah dimataku. Gak ubahnya toket seorang gadis belasan tahun. Dan saat pandanganku melayang kebawah perutnya, nampak sebentuk bongkahan vagina yang ditumbuhi rambut sangat lebat da aku pun mulai beraksi. Mencelucupi lehernya yang hangat, sementara tanganku mulai mengelus jembutnya yang lebat keriting itu.
    Bu Yana-pun gak tinggal diam, dia mulai melepaskan kancing kemejaku satu persatu, kemudian menanggalkan kemejaku. Untuk mempermudah, aku-pun menanggalkan celana panjang dan CD-ku. Sehingga batang k0ntolku yang sudah tegak kencang ini tak tertutup apa-apa lagi. Bu Yana melotot saat melihat batang k0ntolku yang sudah tak tertutup apa-apa lagi ini.

    “Iiiih…..burung bapak kok panjang dan gede gitu,..Mmmhh….si ibu pasti selalu puas ya…” desahnya
    “Emang punya suami bu Yana seperti apa?” tanyaku
    “Jauh lebih pendek dan kecil” bisik bu Yana sambil merangkulku dengan ketat, seperti gemas.

    Kembali kuciumi lehernya yang mulai keringatan, kemuidian turun mencelucupi putting susunya. Kusedot-sedot seperti anak kecil sedang menetek, sambil mengelus-eluskan ujung lidahku diputting susunya yang terasa semakin mengeras ini. Sementara tanganku gak hanya diam. Jemariku mulai mengelus bibir vagina bu Yana , bahkan mulai memasukkan jari tengahku kedalam lubang memeknya.

    Bu Yana sendiri gak cuma diam saja, tangannya mulai menggenggam batang k0ntolku dan meremasnya dengan lembut. Mengelus-elus kepala k0ntolku, sehingga aku makin bernapsu. Namun aku sengaja ingin melakukan pemanasan selama mungkin, agar meninggalkan kesan yang indah dikemudian hari. Maka setelah puas menyelomoti putting susu bu Yana, bibirku turun kearah perutnya. Menjilati pusarnya sesaat. Kemudian turun kebawah perutnya.

    “Pak…Jangan kesitu…..Aaaahhh…Malu…” bu Yana berusaha menarik kepalaku agar naik lagi keatas lagi namun aku bahkan mulai menciumi vaginanya yang berbulu lebat itu
    Kemudian jemariku menyibakkan jembut bu Yana , mengangakan bibirnya dan mulai menjilatinya dengan gerakan dari bawah keatas,
    “Aduh pak…ini diapain??? Aaah…kok enak sekali pak…” bu Yana mulai menceracau tak menentu

    Lebih-lebih saat aku mulai mengarahkan jilatanku diklitorisnya, terkadang menghisap-hisapnya sambil menggerak-gerakkan ujung lidahku.
    “Oooh Pak…Ooouuhhh….Pak…iiiih…aku udah mau keluar nih……Duuuhhhhhh” celotehnya membuatku buru-buru mengarahkan batang k0ntolku kebelahan vaginanya yang sudah basah dan kudesakkan sekaligus “Bleeeessss…” agak mudah membenam kedalam vagina bu Yana yang sudah banyak lendirnya itu.
    “Aduuuduuuhhhh…Sudah masuk paaakk…Oooouuuhhhh…” bu Yana menyambutku dengan pelukan erat, bahkan sambil menciumi bibirku sambil menggerak-gerakkan pantatnya,
    “Aakkk…Aku gak bisa nahan lagi…Langsung mau keluar paaak…tadi sih terlalu dienakin…Ooouuhhh”

    Kemudian kurasakan tubuh bu Yana mengejang dan mengelojot seperti sekarat. Rupanya bu Yana gak bisa menahan lagi. Dia sudah orgasme, terasa liang memeknya berkedut-kedut, kemudian jadi becek.
    “Barusan kan baru orgasme pertama” bisikku yang mulai gencar mengayun batang k0ntolku, maju mundur didalam vagina bu Yana

    Beberapa saat kemudian bu Yana merem-melek lagi, bahkan makin gencar menggoyang-goyang pinggulnya, sehingga batang k0ntolku serasa dibesot-besot oleh lubang vagina bu Yana. Aku tahu goyangan pantatnya itu bukan sekadar ingin memberikan kepuasan untukku, tapi juga mencari kepuasan untuknya sendiri. Karena pergesekan k0ntolku dengan vaginanya jadi semakin keras, klitorisnya pun berkali-kali terkena gesekan k0ntolku.

    “Adduuuh…Duuuh…Pak…kok enak sekali sih pak…Aaaahhh…aku bisa ketagihan nanti pak” celotehnya dengan napas tersengal-sengal
    “Aku juga bisa ketagihan” sahutku setengah berbisik ditelinganya, sambil merasakan enaknya gesekan dinding vaginanya
    “Vagina bu Yana enak sekali, saying…Duuuuh…Benar-benar enak sekaliii” Aku memang gak berlebihan

    Entah kenapa, rasanya persetubuhanku kali ini terasa fantastis sekali. Mungkin ini yang disebut Selingkuh Itu Indah. Padahal posisi kami cuma posisi klasik. Goyangan pantat bu Yana juga konvensional saja. Namun enaknya sangat luar biasa. Dalam tempo singkat saja keringatku mulai bercucuran. Bu Yana-pun nampak sangat menikmati genjotan batang k0ntolku. Sepasang kakinya diangkat dan ditekuk, kemudian melingkari pinggangku, sementara desahannya tak henti keluar dari mulutnya.

    “Ooooh…Ooouuhhh…Eeegghhhh…Aaaaahhhhh…Ooohhh…Aaaahhh…Aduuuh paaak…Enak Pak…Duuuuh…Mmmmhhhhh…Aku mau keluar lagi nih paaak” desah bu Yana
    “Kita barengin keluarnya yaaak” bisikku sambil mempergencar genjotan batang k0ntolku, maju mundur didalam vagina bu Yana

    “I…iya pak….bi…bi…biar nikmat…..” sahutnya sambil mempergencar pula ayunan pinggulnya, meliuk-liuk cepat dan membuat batang k0ntolku seperti dipelintir oleh dinding vagina bu Yana yang licin dan hangat itu.

    Sampai pada suatu saat, kuremas-remas payudara bu Yana, mataku terpejam, napasku tertahan, batang k0ntolku membenam sedalam-dalamnya kemudian kami seperti orang-orang kesurupan, kami sama-sama berkelojotan dipuncak kenikmatan yang tiada taranya. Dan “Croooottt…Croooottt…Croooottt…” Spermaku terasa menyemprot-nyemprot didalam liang vagina bu Yana. Lubang vagina bu Yana kurasakan berkedut-kedut.
    Kamudian kami sama-sama terkapar, dengan keringat bercucuran.

    “Ini yang pertama kalinya aku digauli oleh lelaki yang bukan suamiku” ujar bu Yana sambil membiarkan batang k0ntolku tetap menancap didalam vaginanya
    Kujawab dengan ciuman hangat dibibirnya yang sensual,
    “Sama…aku juga baru sekali ini merasakan bersetubuh dengan wanita yang bukan istriku. Terimakasih sayang…mulai saat ini bu Yana jadi istri rahasiaku…”
    “Dan Bapak jadi suami keduaku….iiih…kenapa tadi kok enak sekali ya pak?”
    “Mungkin kalau dengan pasangan kita sendiri sudah terlalu biasa, gak ada yang aneh lagi. Tapi barusan dilepas didalam…gak papa?”

    “Gak papa” sahutnya dengan senyum manis, mata bundar beningnya-pun bergoyang-goyang manja
    “Aku kan ikut KB sejak kelahiran anakku…”
    “Asyik donk, jadi aman….”
    “Aku pasti ketagihan pak….soalnya punya bapak panjang dan gede gitu…..” Kata-kata bu Yana itu membuat napsuku bangkit lagi

    Dan batang k0ntolku yang masih terbenam didalam vaginanya, terasa mengeras lagi. Maka kucoba menggerak-gerakkannya dan ternyata memang bisa dipakai “bertempur” lagi. Batang k0ntolku sudah mondar mandir lagi didalam memek bu Yana yang masih banyak lendirnya tapi tidak terlalu becek, bahkan lebih mengasyikkan karena aku bisa mengentot dengan gerakan yang sangat leluasa tanpa kehilangan nikmatnya sedikit pun. Bahkan saat aku menggulingkan diri kebawah, dengan aktifnya bu Yana action diatas tubuhku. Setengah duduk bu Yana menaik turunkan pinggulnya, sehingga aku cukup berdiam diri, hanya sesekali menggerakkan batang k0ntolku keatas, supaya bisa masuk sedalam-dalamnya. Posisi dibawah ini membuatku leluasa meremas-remas toket montok bu Yana yang bergelantungan diatas wajahku. Terkadang kuremas-remas juga pantatnya yang lumayan besar dan padat. Namun mungkin posisi ini terlalu enak buat bu Yana, karena moncong k0ntolku menyundul-nyundul dasar memeknya. Dan itu membuatnya cepat orgasme. Hanya beberapa menit saja bu Yana bisa bertahan dengan posisi ini. Tak lama kemudian dia memeluk leherku kuat-kuat, seperti hendak meremukkannya.

    Kemudian terdengar erangan nikmatnya, “Aaaahhhh….aku keluar lagi paaaak…..” lalu dia ambruk di dalam dekapanku.
    Namun aku seolah tak peduli bahwa bu Yana sudah orgasme lagi. Butuh beberapa saat untuk memulihkan vitalitasnya kembali. Tak perlu vitalitas. Yang jelas batang k0ntolku sedang enak-enaknya mengenjot vagina teman bisnisku ini. Kemudian kugulingkan badannya sambil kupeluk erat-erat, tanpa mencabut batang k0ntolku dari dalam vaginanya yang sudah orgasme kesekian kalinya. Bu Yana memejamkan matanya saat aku mulai mengentotnya lagi dengan posisi klasik, dia dibawah aku diatas.

    Namun beberapa saat kemudian dia mulai aktif lagi. Mendekapku erat-erat sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan gerakan meliuk-liuk. Aku-pun makin ganas mengentotnya. Namun bu Yana gak mau kalah ganas. Gerakan pantatnya semakin lama semakin dominan. Membuatku berdengus-dengus dalam kenikmatan yang luar biasa.

    “Ooouuhhh…Enak banget paaak….Ak…Aku mau keluar lagi ….kita barengin lagi pak…ta…tadi juga enak sekali….” celotehnya setelah batang k0ntolku cukup lama mengentot vaginanya.

    Aku setujui dan kugenjot batang k0ntolku dengan kecepatan tinggi, maju-mundur, maju-mundur sampai akhirnya kami sama-sama berkelojotan lagi Saling cengkram, saling lumat seolah ingin saling meremukkan dan akhirnya “Crooottt….Crooott…Croottt…” spermaku menyemprot-nyemprot lagi dipuncak kenikmatanku, diikuti dengan rintihan bu Yana yang sedang mencapai orgasme pula.

    “Kita kok bisa tiba-tiba begini ya?” cetus bu Yana sat sudah mengenakan pakaiannya lagi
    “Iya…dari rumah aja gak ada renana, namun tadi mendadak ada keinginan, untunglah bu Yana gak menolak…terimakasih ya sayang” sahutku dengan genggaman erat dipergelangan tangannya dan kemudian kukecup mesra bibirnya yang tipis mungil itu.
    Bu Yana tersenyum dan memeluk pinggangku sambil berkata perlahan,
    “Kita harus berterimakasih pada pemilik tanah itu ya pak, gara-gara dia gak ada ditempat kita jadi ada acara mendadak begini” Aku mengangguk dengan senyum. Sementara hatiku berkata “Gara-gara sopirku gak masuk pula, aku jadi punya kisah seperti ini. Kalau ada dia, aku tentu takkan sebebas ini”

    Sore itu kami pulang kerumah masing-masing dengan perasaan baru. Bahkan malamnya, saat istriku sudah tertidur pulas, aku masih sempat smsan dengan bu Yana. Salah satu smsnya berbunyi :
    “Puas banget…punyaku sampe terasa seperti jebol….punya bapak kegedean sih…kapan kita ketemuan lagi?”
    Kujawab singkat “Kapan pun aku siap..”

  • Cerita Sex Birahi Ibu Dan Anaknya

    Cerita Sex Birahi Ibu Dan Anaknya


    1027 views

    Perawanku – Cerita Sex Birahi Ibu Dan Anaknya, Birahi Ibu Dan Anaknya Ibu Ambar berusia 47 tahun, pekerjaannya sebagai karyawan perusahaan asuransi di kota Jakarta. Penampilannya sangat menarik. Wajah ayu karena ia adalah seorang peranakan ArabSundaJawa. Postur tubuhnya tinggi, montok dan berisi. Payudaranya besar, mengkal, meski agak turun menyerupai buah kelapa. Pinggangnya ramping dan makin ke bawah pinggulnya membesar seperti gentong besar. Bokongnya bulat, besar, dan kencang mendongak seperti bebek yang megalmegol bila ia berjalan. Kakinya panjang indah menyerupai kaki belalang.

    Betis halus mulus berbentuk bulir padi yang berisi ditumbuhi bulubulu halus yang kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Pahanya makin ke atas makin membesar dan bulu halus itupun makin ke atas makin jelas menghiasinya. Gerakgeriknya lembut keibuan dan tenang penuh kematangan. Suaranya merdu agak mendesah dan menggairahkan. Suaminya bernama Pak Widyo, berumur 53 tahun dan bekerja di perusahaan minyak asing. Dari perkawinan mereka, dikaruniai 3 orang anak. Dua orang anaknya meninggal karena kecelakaan mobil sewaktu mereka kecil, sedangkan yang masih hidup cuma Rudi yang sudah berusia 18 tahun dan duduk di bangku SMU.

    Keinginan untuk memiliki anak sudah tidak memungkinkan lagi karena rahim Bu Ambar sudah diangkat karena adanya gejala kanker rahim. Karenanya perhatian mereka terhadap Rudi sangatlah berlebihan. Sejak kecil mereka selalu memanjakan Rudi dan memenuhi semua permintaannya apapun itu. Bila Rudi masuk angin sedikit saja mereka akan dibuatnya kalang kabut. Kejadian diawali ketika Pak Widyo tugas meninjau ladang minyak baru di lepas pantai. Di rumah cuma ditunggui oleh Bu Ambar, Rudi dan seorang pembantu setengah baya Mbok Inah namanya.

    Seperti biasa, pada malam hari Rudi sedang belajar untuk menghadapi Ebtanas minggu depan. Ia tengah sibuk berkutat dengan soalsoal latihan ketika ibunya datang membawa makanan kecil untuknya sambil menenteng majalah. Rud, ini ada oleholeh dari Bogor tadi siang untuk menemani kamu belajar, kata ibunya sambil meletakkannya di atas meja belajar Rudi. Kapan Ibu datang, kok suara mobilnya tidak kedengaran, tanya Rudi sambil tetap memelototi soalsoal sulit di depannya. Baru saja Rud, ini ibu sudah pakai baju mandi mau mandi, jawab ibunya.

    Sambil menunggu air panasnya Ibu mau membaca majalah dulu di kamarmu, sambung ibunya sambil merebahkan diri di ranjang yang membelakangi meja belajar Rudi. Ya, boleh saja tapi jangan sampai ketiduran nanti malah nggak jadi mandi, timpal Rudi. Singkat cerita Rudi kemudian berkonsentrasi lagi dengan belajarnya. Akhirnya setelah hampir 1 jam ia merasakan matanya mulai lelah, ia memutuskan untuk tidur saja. Sewaktu Rudi beranjak dari kursinya dan membalikkan badannya, tatapannya terpaku pada sosok tubuh montok yang teronggok di atas ranjangnya. Rupanya karena terlalu kelelahan, ibunya ketiduran. Posisi tidurnya tidak karuan.

    Tangannya telentang sementara kakinya mengangkang lebar seperti orang yang sedang melahirkan. Baju mandi ibunya yang panjangnya selutut nampak tersingkap sehingga paha putih mulus ibunya bisa terlihat jelas. Rudi bingung, apakah harus membangunkan ibunya atau menikmati pemandangan indah dan langka ini dulu. Sebelumnya ia tidak pernah berpikiran kotor terhadap ibunya sendiri tapi entah kenapa dan setan mana yang merasuki dirinya sehingga ia merasakan rangsangan ketika melihat paha ibunya yang tersingkap. Perlahan didekatinya tepian ranjang dengan hati berdebardebar.

    Diperhatikan dengan seksama tubuh ibunya yang montok dan wajahnya yang ayu keibuan dari ujung kaki sampai ujung kepala. Rudi menyadari ternyata ibunya sangat cantik dan menggairahkan. Kemudian dengan tangan gemetaran diberanikannya dirinya mengeluselus kaki ibunyna sampai ke paha. Begitu halus, lembut dan hangat kulit ibunya ia rasakan. Ketika menyentuh paha yang ditumbuhi bulubulu halus, Rudi merasakan kehangatan yang makin terasa mengalir ke telapak tangannya. Kemaluannya menjadi menegang keras dan membuat celananya terasa sesak dan ketat. Jantungnya makin berdegup kencang ketika ia meneruskan belaian tangannya makin jauh ke arah pangkal kaki yang masih tertutupi baju mandi ibunya.

    Kulit tangannya merasakan hawa yang makin hangat dan lembab ketika tangannya makin jauh menggerayangi pangkal kaki ibunya yang bak belalang itu. Gerakannya terhenti ketika ia merasa telah meraba bulubulu halus yang lebat sekali dan menyentuh gundukan daging yang begitu lunak dan hangat. Beberapa saat ia merabaraba gundukan daging lunak hangat itu. Akhirnya dengan rasa penasaran ia singkapkan baju mandi ibunya ke atas. Sehingga kini di depan matanya teronggok bagian selangkangan dan pinggul ibunya yang besar dan montok. Bulubulu halus yang sangat lebat nampak tumbuh di sekitar anus, kemaluan sampai perut bagian bawah. Begitu panjangpanjang dan lebatnya bulu kemaluan ibunya sampai kemaluan ibunya agak tertutupi.

    Kemudian dengan tangannya ia sibakkan bulubulu kemaluan di sekitar kemaluan ibunya. Sehingga kini kemaluan ibunya nampak jelas terlihat. Gundukan daging yang memanjang membujur di selangkangan kelihatan empuk dan menggunung berwarna agak kegelapan. Bila diperhatikan bentuknya mirip mulut monster berkerutkerut. Ini pasti yang namanya labium mayora (bibir besar) seperti dalam atlas anatomi, batin Rudi. Dari celah atas bibir monster yang besarnya setempurung kelapa itu tampak menonjol keluara bulatan daging sebesar kacang tanah yang berwarna kemerahmerahan.

    Kalau yang ini pasti yang namanya kelentit, pikir Rudi lagi sambil mengusapusap tonjolan liat itu. Kemudian jarinya ia gerakkan ke bawah menyentuh lipatlipat daging yang memanjang yang mirip daging pada kantong buah pelir lakilaki. Wah, ternyata labium minora Ibu sudah memble begini, pasti karena terlalu sering dipakai Bapak dan untuk melahirkan, batin Rudi. Hidungnya lalu disorongkan ke muka kemaluan sebesar mangkok bakso itu. Sambil membelaibelai bebuluan yang mengitari kemaluan ibunya itu, Rudi menghiruphirup aroma harum khas kemaluan yang menyengat dari kemaluan ibunya itu. Tak puas dengan itu, ia meneruskan dengan jilatan keseluruh sudut selangkangan ibunya.

    Sehingga kini kemaluan di hadapannya basah kuyup oleh air liurnya. Dijulurkannya panjangpanjang lidahnya ke arah klitorisk dan menggelitik bagian itu dengan ujung lidahnya. Sementara tangan satunya berusaha melepaskan ikatan tali baju mandi, dan setelah lepas menyingkapkan baju itu sehingga kini tubuh montok ibunya lebih terbuka lagi. Muka Rudi sampai terbenam seluruhnya dalam kemaluan ibunya yang sangat besar itu, ketika dengan gemas ia menempelkan mukanya ke permukaan kemaluan ibunya agar lidahnya bisa memasuki celah bibir monster itu. Usahanya tidak berhasil karena bibir itu terlalu tebal menggunung sehingga ujung lidahnya hanya bisa menyapu sedikit ke dalam saja dari celah bibir monster itu. Ia merasakan gundukan daging itu sangat empuk, hangat dan agak lembab.

    Sementara itu Bu Ambar masih tetap lelap dalam mimpinya dan tidak menyadari sedikitpun apa yang dilakukan anak yang sangat disayanginya terhadap dirinya. Tampaknya ia benarbenar kelelahan setelah seharian tadi pergi keluar kota menghadiri resepsi pernikahan kerabat jauhnya. Dengkurannya malah makin keras terdengar. Sambil tetap membenamkan mukanya ke kemaluan besar itu, Rudi meraih payudara ibunya yang sebesar buah kelapa dengan tangannya. Diremasremasnya perlahan payudara mengkal yang putih mulus itu. Rasanya hangat dan kenyal. Lalu tangannya berpindah di sekitar puting susu gelap kemerahan yang dilingkari bagian berwarna samar yang berdiameter lebar.

    Ketika tangannya memijitmijit puting susu itu dengan lembut, ia merasakan payudara ibunya bertambah kencang terutama di bagian puting tersebut. Denyutandenyutan di celah kemaluan ibunya juga terasa oleh bibirnya. Sementara itu dalam tidurnya ibunya terlihat bernapas dengan berat dan mengerang perlahan seperti orang yang sedang sesak napas. Melihat ekspresi muka ibunya yang seperti orang sedang orgasme dalam filmfilm porno yang pernah ditontonnya, Rudi makin gemas. Sehingga sambil lidahnya menggelitik klitoris ibunya, ia menusuknusukkan jari tangannya ke dalam celah kemaluan itu. Makin ke dalam rasanya makin hangat, lembab dan lunak.

    Ada pijitan pijitan lembut dari lubang vagina ibunya yang membuat jari tangannya seperti dijepitjepit. Makin lama lubang itu makin basah oleh cairan bening yang agak lengket, sehingga ketika jari tangannya ditarik terlihat basah kuyup. Ibunya kini makin keras mengerang dan terengahengah dalam tidurnya. Rupanya ia merasakan kenikmatan dalam mimpi, ketika kemaluan dan payudaranya dijadikan barang mainan oleh anaknya. Pinggulnya mulai menggeliatgeliat dan kakinya ikut menendangnendang kasur. Melihat tingkah ibunya yang sangat menggoda itu, Rudi tanpa banyak berpikir lagi segera melepaskan kaos dan celananya. Sehingga kini ia berdiri di depan tubuh bugil ibunya dengan keadaan bugil pula.

    Badannya terlihat besar dan kekar serta penisnya mencuat kokoh dan besar ke atas. Uraturat penis itu tampak beronjolan seperti ukiran yang mengelilingi penisnya yang berukuran panjang 20 cm dan diamerer batang 5 cm. Kepala penisnya yang sebesar bola tenis terlihat kemerahmerahan dan menganggukangguk seperti terlalu besar untuk dapat disangga oleh batang kemaluannya. Ia ingin menusukkan batang penisnya ke dalam kemaluan ibunya, tapi ia raguragu apakah lubangnya tadi cukup. Ia kini membandingkan ujung penisnya dengan kemaluan ibunya yang sebesar mangkuk bakso.

    Sepertinya bisa jika dipaksakan, pikirnya kemudian. Lalu ia naik ke atas ranjang dan menekuk kakinya di antara kangkangan lebar kaki ibunya. Ditempelkannya ujung penisnya ke celah mulut monster yang hangat dan lunak itu. Dengan diarahkan satu tangannya ia berusaha menusukkankan penisnya ke mulut vagina yang berwarna kemerahan setelah sebelumnya celah bibir itu dikuakkan lebarlebar dengan tangan satunya lagi. Mulut liang peranakan ibunya terasa sempit sekali, tapi karena adanya lendir yang sudah keluar tadi membuatnya agak licin. Dengan mendorong pantatnya kuatkuat, sebagian kepala penisnya berhasil masuk dijepit mulut vagina yang kelihatan rapat tersebut.

    Rudi merasakan agak sedikit pegal di kepala penisnya karena jepitan kuat muulut vagina. Sementara ibunya mulai memperlihatkan kesadaran dari tidurnya. Sebelum ibunya benarbenar terjaga, Rudi menekankan kuatkuat pinggulnya ke arah selangkangan ibunya sambil merebahkan diri diatas tubuh bugil ibunya. Kemaluannya dengan cepat menerobos masuk dengan cepat ke dalam lubang yang relatif sempit itu. Bunyi Prrtt.. nampak keras terdengar ketika penis besar Rudi menggesek permukaan liang senggama ibunya. Bu Ambar segera terjaga ketika menyadari tubuhnya terasa berat ditindih tubuh besar dan kekar anaknya.

    Sementara itu kemaluannya juga agak nyeri dan seperi mau robek karena dorongan paksa benda bulat panjang yang yang sangat besar. Ia merasa selangkangannya seperti terbelah oleh benda hangat dan berdenyutdenyut itu. Perutnya agak mulas karena sodokan keras benda itu. Liang peranakannya terasa mau jebol karena memuat secara paksa benda besar yang terasa sampai masuk rahimnya itu. Ketika didapatinya anaknya yang melakukan ini semua terperanjatlah Bu Ambar. Segera berusaha mendorong tubuh kekar anaknya yang mendekap erat di atas tubuhnya yang tanpa busana lagi.

    Kakinya menjejakjejak kasur dan pinggulnya ia goyanggoyangkan dan hentakhentakkan untuk melepaskan kemaluannya dari benda sebesar knalpot motor. Tapi Rudi makin merasa keenakan dengan gerakan merontaronta ibunya itu karena penisnya menjadi ikut terguncangguncang di dalam liang peranakan. Ia merasakan liang itu terasa sangat hangat dan berdenyutdenyut memijit kemaluannya. Tubuh montok ibunya yang didekap erat terasa hangat dan empuk.

    Rud apa yang kamu lakukan pada Ibu, lepaskan, lepaskan..! teriak ibunya pelan karena takut membangunkan Mbok Inah sambil tetap menggeliatgeliatkan tubuh montoknya berusaha melepaskan diri. Bu, Rudi ingin dikelonin kayak dulu lagi, Rudi merengek sambil makin menekan tubuh polos ibunya. Rud. Ini nggak boleh Rud. Aku kan ibumu, nak, kata ibunya yang kini sudah mulai mengendurkan perlawanannya yang siasia. Posisinya memang sudah kalah. Tubuhnya sudah ditelanjangi, didekap kuat serta kakinya mengangkang lebar sehinnga selangkangannya terkunci oleh benda besar irtu. Bu, Rudi pokoknya ingin dikelonin Ibu. Kalau nggak mau berarti Ibu nggak sayang lagi sama Rudi.

    Rudi mau cari pelacur saja di pinggir jalan, sahut Rudi dengan nada keras. Jangan, Rudi nggak boleh beginian dengan wanita nakal. Nanti kalau kena penyakit kotor, Ibu yang sedih, kata ibunya pelan sambil mengusap rambut Rudi perlahan. Ya, sudah karena sudah terlanjur malam ini, Rudi Ibu kelonin. Tapi jangan beritahu Bapakmu, nanti ia bisa marahmarah, sambung ibunya pelan sambil tersenyum penuh kasih sayang. Jadi Rudi boleh, Bu. Terima ksih Ya, Bu. Rudi sayang sekali sama Ibu, kata Rudi sambil mengecup pipi ibunya. Iya, Ibu juga sayang sekali sama Rudi. Makanya Rudi boleh sesukanya melakukan apapun pada Ibu. Yang penting Rudi nggak mengumbar nafsu ke manamana.

    Janji, ya Rud, kata ibunya. Iya Bu, Rudi juga nggak mau sama yang lain karena nggak ada yang secantik dan sesayang Ibu, kata Rudi dengan mengendorkan dekapan kuatnya sehingga kini ibunya tidak merasa terlalu berat lagi menahan beban tubuhnya yang sudah berat itu. Tapi Rudi harus melakukannya dengan pelan. Sebab punya Rudi terlalu besar, tidak seperti biasanya yang sering Bapakmu masukkan ke dalam punya ibu, kata Bu Ambar meminta pengertian Rudi. Memang postur tubuh Rudi mengikuti garis keturunan Bu Ambar, tidak seperti bapaknya yang pendek dan kecil.

    Sudah, sekarang punya Rudi digerakkan pelanpelan naikturun. Tapi pelan ya Rud! perintah ibunya lembut pada Rudi sambil membelaibelai rambut anaknya penuh kasih sayang. Kini Rudi mulai menggerakgerakkan penisnya naikturun perlahan di dalam liang sempit yang hangat itu. Liang itu berdenyutdenyut, seperti mau melumat kemaluannya. Rasanya nikmat sekali. Kini mulutnya ia dekatkan ke mulut ibunya. Mereka pun berciuman mesra sekali, saling menggigit bibir, berukar ludah dan mempermainkan lidah di dalam mulut yang lain. Tangan Rudi mulai menggerayangi payudara putih mulus yang sudah mengeras bertambah liat itu. Diremasremasnya perlahan, sambil sesekali dipiojitpijitnya bagian puting susu tang sudah mencuat ke atas.

    Tangan Bu Ambar membelaibelai kepala anaknya dengan lembut. Pinggulnya yang besar ia goyanggoyangkan agar anaknya merasakan kenikmatan di dalam selangkangannya. Sementara vaginanya mulai berlendir lagi dan gesekan alat kelamin ibu dan anak itu menimbulkan bunyi yang seretseret basah. Prrtt.. prrtt.. prrtt.. ssrrtt.. srrtt.. srrtt.. pprtt.. prrtt.. Penis besar anaknya memang terasa sekali, membuat kemaluannya seperti mau robek. Vaginanya menjadi membengkak besar kemerahmerahan seperti baru melahirkan. Membuat syarafsyaraf di dalam liang senggamanya menjadi sangat sensirif terhadap sodokan kepala penis anaknya.

    Sodokan kepala penis itu terasa mau membelah bagian selangkangannya. Belum lagi uraturat besar seperti cacing yang menonjol di sekeliling batang kemaluan anaknya membuat Bu Ambar merasakan nikmat. Meski agak pegal dan nyeri tapi rasa enak di kemaluannya lebih besar. Ia merasakan seperti saat malam pertama. Agak sakit tapi enak. Lendirnya kini makin banyak keluar membanjiri kemaluannya, karena rangsangan hebat pada Bu Ambar. Ketika Rudi membenamkan seluruh batang kemaluannya, Bu Ambar merasakan seperti benda besar dan hangat berdenyutdenyut itu masuk ke rahimnya. Perutnya kini sudah bisa menyesuaikan diri tidak mulas lagi ketika saat pertama tadi anaknya menyodoknyodokkan penisnya dengan keras.

    Bu Ambar kini mulai menuju puncak orgasme. Vaginanya mulai menjepitjepit dengan kuat penis anaknya. Kakinya diangkatnya menjepit kuat pinggang anaknya dan tangannya menjambakjambak rambur Aanaknya. Dengan beberapa hentakan keras pinggulnya, muncratlah air maninya dalam lubang kemaluannya menyiram dan mengguyur kemaluan anaknya. Setelah itu Bu Ambar terkulai lemas di bawah tubuh berat anaknya. Kakinya mengangkang lebar lagi pasrah menerima tusukantusukan kemaluan Rudi yang semakin cepat. Tangannya menelentang, memperlihatkan bulu ketiaknya yang tumbuh subur lebat dan panjang. Mengetahui hal itu Rudi melepaskan kulumannya pada mulut ibunya agar ia bisa bernafas lega.

    Bu Ambar tampak terengahengah seperti baru lari maraton. Ibu sudah tua, Rud. Nggak kayak dulu lagi bisa tahan sampai lama. Tenaga dan kondisi fisik Ibu tidak sekuat dulu lagi. Jadi, Ibu tidak bisa mengimbangi kamu, bisik ibunya sambil mengatur napas. Keringat Bu Ambar nampak bercucuran dari sekujur tubuhnya membuat hawa semakin hangat. Tanpa merasa lelah Rudi terus memacu penisnya dan sesekali menggoyanggoyangkan pinggulnya. Sepertinya ia ingin mengorekngorek setiap sudut jalan bayi yang dulu dilaluinya. Suara bunyi becek makin keras terdengar karena liang itu kini sudah dibanjiri lendir kental yang membuatnya agak lebih licin.

    Bu Ambar mulai merasakan pegal lagi di kemaluannya karena gerakan anaknya yang bertambah liar dan kasar. Tubuhnya ikut terguncangguncang ketika Rudi menghentakhentakkan pinggulnya dengan keras dan cepat. Plok.. plokk.. ploll.. plookk.. crrpp.. crrpp.. crrpp.. srrpp.. srrpp.. Bunyi keras terdengar dari persenggamaan ibu anak itu. Rud pelan, Rud..! desis ibunya sambil meringis kesakitan. Kemaluannya terasa nyeri dan pinggulnya pegal karena agresivitas anaknya yang seperti kuda liar. Rudi yang merasakan dalam selangkangannya mulai terkumpul bom yang mau meledak tidak menyadari ibunya sudah kewalahan, malahan terus mempercepat gerakannya. Bu Ambar hanya bisa pasrah membiarkan dirinya diperlakukan seperti itu.

    Ia tidak ingin mengganggu kesenangan anaknya. Baginya yang lebih penting hanyalah bisa memberikan tempat penyaluran kebutuhan biologis yang aman dan nyaman untuk anak yang disayanginya. Kakinya menjejakjejak kasur dan pinggulnya yang besar disentaksentakkannya perlahan untuk mengimbangi rasa nyeri dan pegal. Napasnya mendesahdesah seperti orang kepanasan habis makan cabai dan tangannya menjambak rambut anaknya. Kini Rudi sudah mencapai orgasme. Dipagutnya leher jenjang ibunya dan ditekankannya badannya kuatkuat sambil menghentakkan pinggulnya keras berkalikali membuat tubuh ibunya ikut terdorong.

    Muncratlah air mani dari penisnya mengguyur rahim dan kemaluan ibunya. Karena banyaknya sampaisampai ada yang keluar membasahi permukaan sprei. Sementara Bu Ambar merasakan tulangtulang di daerah pinggulnya seperti rontok, karena sodokan bertenaga dari anaknya. Tapi ia bahagia karena anaknya bisa mendapatkan kepuasan dari tubuhnya yang sebenarnya sudah tua. Rudi akhirnya terbujur lemas di atas tubuh ibunya dengan keringat bercucuran membasahi tubuh keduanya. Dikecupnya lembut bibir ibunya. Bu, terima kasih, yaa. Rudi sayang sekali dengan Ibu, bisik Rudi terengahengah mengatur napasnya kembali. Ibu juga, sayang, desah Bu Ambar pelan sambil membelai rambut anak semata wayangnya.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Birahi Muda Mudi

    Cerita Sex Birahi Muda Mudi


    619 views

    Perawanku – Cerita Sex Birahi Muda Mudi, Nama aku Herman, aku berusia 23 tahun dan saat ini aku kuliah dan bekerja. Cerita ini bermula pada saat aku jalan-jalan dgn kawan-kawan aku di suatu kawasan di Jakarta yg memang sudah cukup terkenal di kalangan anak muda.

    Saat aku sedang melintas di jalan Sudirman aku melihat seorang perempuan dan aku menghentikan kendaraan aku lalu kita pun berkenalan.

    Perempuan tersebut bernama Nia dan dia masih berumur 19 tahun dgn tinggi kurang lebih sekitar 175 dan dgn ukuran bra sekitar 36 C akhirnya aku menawarkan dia untuk mengantar pulang dan dia pun setuju, maka akhirnya kita jalan pulang tanpa ada apa-apa.
    Kesokan harinya pada pukul 10.00 Nia menghubungi aku via HP aku

    “Hallo, Herman ya?”
    “Siapa nih?”, tanya aku
    “Nia, masa lupa yg semalam kenalan..”
    “Oh, iya.. lagi dimana nih.”
    “Lagi di Blok M, kamuh ada acara nggak hari ini?”
    “Ehmm, nggak ada tuh kenapa?”, jawab aku
    “Bisa jemput?”
    “Ya udah dimana?”
    “Di McDonald Blok M aja ya jam 11.00”
    “Ok”

    Singkat cerita langsung aku meluncur ke arah Blok M Sesampainya disana kita ngobrol sejenak lalu kita memutuskan untuk pergi.

    “Mau kemana nih?” tanya aku
    “Terserah kamuh aja..”
    “Main kerumahku sebentar yuk mau nggak?”
    “Ok”, jawabnya dgn santai.
    “Ga takut?”, tanya aku
    “Takut apa?”
    “Kalo diperkosa gimana?” Tapi dia dgn santainya menjawab,
    “Ga usah diperkosa juga mau kok.. he.. he..” sambil melirik kearahku dan mencubit manja pinggangku. Kemudian aku bertanya,
    “Bener nih?” Dia menjawab,
    “Siapa takut?”

    Lalu segera kita meluncur ke arah rumahku di bilangan Tebet yg memang sehari-harinya selalu kosong. Begitu sampai aku lalu mempersilahkan Nia untuk masuk lalu kita duduk bersebelahan dan aku menggoda dia.

    “Bener nih nggak takut diperkosa?”

    Dia malah menjawab, “Mau perkosa aku sekarang?” ujarnya sambil membusungkan dadanya yg montok itu.

    Aku tak tahu siapa yg memulai tiba-tiba bibir kita sudah saling bertemu dan saling melumat, dan memainkan lidah nya di mulutku. Tangan kirinya melepas bajuku dan aku tak mau ketinggalan, aku ikut membuka kaos ketatnya itu dan melepas BH nya.

    Ciumanku menjalar menyusuri leher dan belakang kupingnya.

    “Ahh.. esst.. terus yg..”, Nia udah mulai meracau tak jelas saat lidah aku turun ke dadanya diantara kedua bukitnya.

    Lidah aku terus menjalar di buah dadanya namun tak sampai pada pentilnya.
    Nia mendesah-desah, “Man isep Man ayo Man gue pingin elo isep Man..”

    Namun aku tak memperdulikannya dan masih be……rmain di sekitar pentilnya dan turun ke perut sambil perlaha-lahan tanganku membuka celananya dan masih tersisa celana dalamnya. Akhirnya kepalaku ditarik Nia dan ditempelkannya buah dadanya ke mulutku.

    “Ayo Man isep Man jangan siksa gue Man..”

    Akhirnya mulutku menghisap buah dada sebelah kirinya sedangkan tangan kanan ku meremas-remas buah dada sebelah kanannya.

    “Ohh.. aah.. esst.. enak Man terus sedot yg keras Man gigit Man ohh..”, racaunya.

    Sambil kusedot buah dadanya bergantian kiri dan kanan tanganku bergerilya di bagian pangkal pahanya sambil menggosok- gosok klitorsnya dari bagian luar celana dalamnya.

    Nia pun tak sabar, akhirnya dia membuka celanaku termasuk celana dalamku sehingga mencuatlah ‘kemaluanku’ yg sudah berdiri tegak itu dan Nia terpana.
    “Gila gede banget Man punya elo..”

    Dan tanpa dikomando langsung Nia memasukan kontolku ke dalam mulutnya yg mungil, terasa penuh sekali mulut itu, Nia menjilat-jilat ujung kemaluanku terus turun ke bawah sampai selurh batangnya terjilat olehnya.

    “Ah.. enak Ni terus Ni” aku pun menahan nikmat yg luar biasa.
    Akhirnya aku berinisiatif dan memutar badanku sehingga posisi kita menjadi 69. Sesaat aku menjilati bagian bibir kemaluannya Nia mendesah.

    “Ah.. enak Man esst.. terus Man..”

    Akhirnya Nia menggelinjang hebat ketika lidahku menyentuh bagian klitorisnya.

    “Ahh.. Man aku sampai Man..” sambil mulutnya terus mengelum kemaluanku sedotan Niapun semakin cepat dan kuat pada kemaluanku maka aku merasakkan denyut-denyut pada kemaluanku.
    “Ni, gue juga mau sampai Ni ahh..”
    “Barengan ya..”

    Mendengar itu Nia makin bernafsu menyedot-nyedot dan menjilati kemaluanku dan akhirnya..

    “Acchh.. ach..”, crot.. crot.. crott.., 8 kali kemaluanku menyemprotkan sperma dalam mulut Nia dan dia menelan semuanya sehingga kitapun keluar secara bersamaan.

    Akhirnya Niapun menggelimpang disampingku setelah menjilati seluruh kemaluanku hingga bersih.

    “Makasih ya Man aku dah lama nggak orgasme sejak suami gue kabur..”, kata Nia
    “Emang suami kamuh kemana?”
    “Ga tau tiba-tiba dia ngilang setelah gue ngelahirin anak gue”
    “Lho kamuh dah punya anak?”
    “Udah umur setahun, Man”

    Kemudian Nia memeluk aku dgn eratnya. Lalu dia mendongakkan kepalanya ke arah aku, lalu aku cium bibirnya lembut dia pun membalasnya tapi lama-kelamaan ciuman itu berubah menjadi ciuman penuh nafsu. Kemudian Nia memegang kemaluan aku yg masih terbuka dan meremas-remasnya sehingga secara otomatis ‘adikku’ langsung berdiri dan mengeras. Kemudian Nia menaiki badan aku lal……u menjilati habis seluruh badan aku mulai dari mulut hingga ujung kaki.

    “Ach..” desahku sejalan dgn jilatan di badanku.
    Kemudian Nia mengulum kemaluanku terlihat jelas dari atas bagaimana kemaluanku keluar masuk mulutnya yg mungil itu.

    “Ah. sst.. enak Sayg terus sedot Sayg achh..” desahanku semakin mengeras.

    Lalu kuputar badanku sehingga posisi 69 dgn Nia diatas badanku lalu aku menjilati kemaluan Nia dan kuisep klitoris Nia.

    “Ahh.. enak Man terus Sayg, aku Sayg kamuh achh..” desah Nia meninggi.

    Kemudian Nia memutar badannya kembali dan dia memegang ‘adikku’ yg sudah siap tempur itu, dipaskannya ke liang kemaluan setelah pas perlahan-lahan diturunkannya pantat Nia. Sehingga perlahan-lahan masuklah kemaluan aku ke liang senggama Nia

    “Auw.. sst.. ohh.. geede banget sih punya kamuh yg” lirih Nia.
    “Punya kamuh juga sempit banget Yg, enak.. ah..” kataku.

    Perlahan-lahan aku tekan terus kemaluanku ke dalam kemaluannya yg sempit itu. Akhirnya setelah amblas semuanya Nia mulai mengerakan pinggulnya naik turun sehingga membuat kemaluan aku seperti disedot-sedot. Nia berada diatasku sekitar 15 menit sebelum akhirnya dia mengerang.

    “Ahh.. Sayg aku keluar Yg, ahh..” racaunya.

    Setelah itu badan dia melemas dan memeluk aku namun karena aku sendiri juga mengejar puncak ku maka langsung kubalik badannya tanpa melepas kemaluanku yg ada di dalam kemaluannya. Setelah aku berada diatasnya maka langsung kugenjot Nia dari atas terus menerus hampir kurang lebih 20 menit hingga akhirnya Nia mengalami orgasme yg ketiga kali dalam waktu yg singkat ini.

    “Ahh.. Sayg aku keluar lagi Sayg ahh..” Desah Nia.
    “Kamuh lama banget sih Sayg” desah Nia sambil terus menggoygkan pinggulnya memutar.
    “Ahh terus Sayg sstt enak Sayg terus..” racaunya.
    “Iya aku juga enak Sayg terus Sayg ahh.. enak Sayg mentok banget ah..” racauku tak kalah hebatnya.

    Akhirnya setelah aku menggenjot Nia selama kurang lebih 40 menit aku merasakan seperti ada yg mendesak ingin keluar dari bagian kemaluanku.

    “Sayg, aku mau keluar Sayg”
    “Mau di dalam atau diluar Sayg?” kataku.
    “Bentar Sayg aku juga mau keluar lagi nih ahh..” desah Nia.
    “Di dalem aja Sayg biar aku tambah puas” desah Nia lagi.
    “Ahh.. sst.. Sayg aku keluar Sayg ahh..” racauku
    “Barengan Sayg aku juga sampai ah.. ahh.. oh..” desah Nia.
    “Ahh.. Sayg aku keluar Sayg ahh.. sst.. ohh..” desahku.
    “Aahh” menyemprotlah spermaku sebanyak 9 kali.
    “Emmhh..” saat itu juga si Nia mengalami orgasme….”Makasih ya Sayg” kata Nia sambil mencium bibirku mesra.

    Setelah itu kita langsung membersihkan diri di kamar mandi dan didalam kamar mandi pun kita sempat ‘main’ lagi ketika kita saling membersihkan punya pasangan kita masing-masing tiba-tiba Nia jongkok dan mengulum punyaku kembali dan au dalam posisi berdidi mencoba menahan nikmatnya. Namun aku tak tahan menahan gejolak yg ada maka aku duduk di ws dan Nia duduk di atasku dgn posisi menghadapku dan dia memasukkan kembali kemaluannya kedalam kemaluannya.

    “Bless.. ahh.. sst.. enak Sayg ahh..” racaunya mulai menikmati permainan.

    Namun setelah 15 menit aku merasa bosan dgn posisi seperti itu maka aku suruh memutar badannya membelakangi aku dan aku angkat perlahan tanpa melepas kemaluanku dan aku suruh Nia menungging dgn berpegangan pada tepian bak mandi dan ketika dia menungging langsung aku genjot maju mundur sambil meremas-remas buah dadanya yg mengayun-ayun.

    “Ah.. Man aku mau keluar Man..” desahnya.
    “Man aah..”, terasa cairan orgasme Nia kembali membasahi kemaluanku.
    Karena kondisi Nia yan lemas maka aku memutuskan untuk melepaskan kemaluanku dan Nia melanjutkannya dgn mengulum kemaluanku hingga akhirnya..
    “Ni aku mau keluar Sayg.. ah..”, Sambil kutekan dalam-dalam kepalanya ke arah kemaluanku sehingga terlihat kemaluanku amblas semua ke mulutnya yg mungil itu.

    Dan ketika Nia menyedot kemaluanku maka.. “Ah.. Ni..” akhirnya aku semprotkan seluruh spermaku ke mulut Nia dan aku lihat Nia menelan semua spermaku tanpa ada yg tumpah dari mulutnya bahkan dia membersihkan kemaluanku dgn menjilati sisa-sisa seluruh sperma yg ada.

    Setelah itu kita saling membersihkan badan kita masing-masing dan kita kembali ke kamar dgn badan yg sama-sama telanjang bulat dan kita tiduran sambil berpelukan tanpa sehelai benang pun yg menutupi badan kita dan kita saling mencium dan meraba serta ngobrol-ngobrol sejenak.

    Tanpa terasa kita sudah berada di rumahku hampir selama 4 jam. Maka akhirnya kita mengenakan baju kita masing-masing dan setelah itu aku mengantarkan Nia pulang ke kostannya di daerah Blok M dan berjanji untuk saling menghubungi. Hingga saat ini diturunkan kita masih sering melakukan hubungan intim.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Birahi Pembantu Janda Bernafsu Besar

    Cerita Sex Birahi Pembantu Janda Bernafsu Besar


    1013 views

    Perawanku – Cerita Sex Birahi Pembantu Namaku Damar, 25 tahun, baru lulus Universitas. Sambil menunggu kesempatan untuk dapat mulai bekerja, sekarang aku meneruskan program S-2 di Universitas yang sama. Sampai saat ini aku belum punya pacar, meskipun teman wanitaku cukup banyak, dan pergaulanku dengan mereka termasuk kategori ‘biasa-biasa’ saja.

    Sejak lulus SMA di Jawa Tengah, aku tinggal dengan Pak De di kawasan perumahan eksklusif di kawasan Jakarta Selatan. Pak De dan Bu De, yang menyayangiku adalah ‘pasutri’ yang sangat sibuk dengan kegiatan bisnis dan sosial mereka masing-masing.

    Berusia 60-an, mereka berdua adalah cerminan kaum feodal Jawa yang masih sangat konservatif. Ketiga orang anak-anak mereka sudah berumah tangga dan semua tinggal di luar negeri. Ini membuatku jadi seolah seorang pangeran yang kesepian, dan sebagai seorang introvert. Aku banyak menghabiskan waktu di puri yang megah namun kosong ini.

    Salah satu dari berbagai kesukaanku adalah menonton film hardcore di home theater, tentu ketika Ndoro-ndoro itu tidak sedang di rumah. Terkadang ketika aku tidak dapat lagi menahan gejolak birahi, maka aku ‘melepas’-nya dengan bermasturbasi di kursi kegemaran Pak De. (Aku tidak pernah lupa menyediakan sekotak tissue di dekatku.)

    Pembantu Rumah Tangga (PRT) kepercayaan Bu De. Dari 3 orang PRT disitu, hanya dia lah yang diperbolehkan masuk ke ‘ruangan dalam’ untuk membersihkannya. Berkulit mulus layaknya mojang Priangan, janda menawan beranak satu asal Sukabumi ini menurut perkiraanku berumur 30-an. Seringkali tubuhnya yang sintal dan terawat baik itu mengisi ‘laporan’ (lamunan porno)-ku. Hanya karena pengaruh ajaran keluarga, yang dengan tegas menganut perbedaan ‘kelas’ (antara majikan dan pembantu), yang masih bisa mencegahku untuk ‘mendekatinya’.  Agen Obat Kuat Pasutri

    Satu kejadian yang sangat memalukan tapi sekaligus mendebarkan terjadi ketika aku sedang bermasturbasi sambil menonton adegan lesbian favoritku. Di saat aku sedang orgasme, maniku bermuncratan, dan aku mengerang dalam nikmat, masuklah Narsih.

    “Eh, ada Aden disini, kirain teh kosong, sayah cuma mau bersihin kok. Punten nya’, nanti aja kalau Aden udah selesai, sayah balik lagi.”

    Aku yakin bahwa sebenarnya, tanpa sepengetauanku, dia sudah cukup lama ikut menonton bermacam adegan, dan mengamati dari awal permainan soloku.

    Sejak peristiwa itu aku bertekad untuk membalas dendam dengan cara mengintip ketika dia sedang mandi, atau berganti pakaian di kamarnya. Suatu ketika aku bahkan pernah melihatnya sedang bermasturbasi, meremasi payudara dan memelintir puting-putingnya, jari-jarinya yang lentik mempermainkan klitoris, dan keluar-masuk vulva-nya. Sampai akhirnya dia merintih, mengerang dalam klimaksnya. Dan aku pun ‘menemani’-nya dalam orgasme dari kejauhan. (Aku selalu membawa beberapa lembar tissue di kantongku saat mengintip Narsih.)

    Bu Murti, istri pengusaha sukses ini tinggal hanya berselang 3 rumah jauhnya. Perbedaan umur yang cukup jauh tampaknya bukan penghalang dalam menjalin persahabatannya dengan Bu De, sehingga dia sudah terbiasa dan leluasa bergerak di rumah kami.

    Cerita Sex Birahi Pembantu Janda Bernafsu Besar

    Cerita Sex Birahi Pembantu Janda Bernafsu Besar

    Sejak pertama diperkenalkan kepadanya, aku tidak pernah berhenti mengaguminya. Ibu dari 2 anak ABG, yang sangat paham merawat kecantikan dan tubuhnya ini seringkali kuajak ‘kencan’ dalam fantasi liarku. Semula Bu De mengharuskan aku menyapanya dengan “Bu”, tapi suatu kali justru Mbak Murti yang menegaskannya sendiri.

    “Mbakyu, Dik Damar dan saya ‘kan hanya terpaut beberapa tahun saja, dia masih pantas menjadi ‘adik’ saya.” katanya waktu itu. (Ooh.., terima kasih Mbak Murti.)

    Suatu waktu Pak De dan Bu De bepergian cukup lama ke luar negri menengok cucu-cucunya. Siang hari itu aku sedang asyik dengan menonton film XX kegemaranku, dan bersiap untuk bermain solo. Tiba-tiba ketika aku sedang bersiap melepas celana, entah sudah berapa lama dia mengamati ‘kesibukan’-ku, di sampingku berdiri Mbak Murti.

    Dalam pakaian tennis (gaun sangat pendek dan t-shirt ketat) dia menampakkan kemolekan lekuk tubuhnya. Dan tanpa basa-basi lagi dia berlutut di depanku.

    “Sini Damar, biar saya bantu.”

    Dengan sangat santun dan ramah dia mengatakan bahwa dia dapat memahami keadaanku, dan dalam suara yang mulai serak dia masih sempat memuji bahwa aku adalah anak muda yang baik karena ternyata lebih memilih swalayan daripada jajan ataupun bermain sex bebas.

    Selanjutnya, tanpa berkata sepatah pun, kedua tangannya dengan leluasa mulai melepas bajuku. Bibirnya yang sering aku khayalkan menciumiku mulai menjelajahi leher, telinga dan dadaku, lidahnya juga seakan tak mau kalah beraksi. Aku semakin tenggelam dalam kolam kenikmatan waktu Mbak Murti menjilat, mengecup, dan menggigit kecil puting dadaku.

    Jemarinya mulai mengelus penisku, sekejap kemudian, dalam satu gerakan yang sangat cepat, dilepasnya celanaku, dan aku yang tak berdaya telah telanjang, duduk di kursi Pak De. Mbak Murti semakin tak terkendali, darah semakin mengalir deras ke penisku, keras-panjang-tegak-menantang.

    “Aaahh..!” desah panjang Mbak Murti, nafasnya yang panas terasa sangat dekat di sekitar bawah perutku, penisku yang telah dalam genggamannya tak dilepasnya lagi.

    “Oohh.., Mbaak..!” terucap dari mulutku saat dia mendaratkan lidahnya di ‘leher’ penisku.
    Disitu dia memutar dan memainkan lidahnya, aku tak dapat menahan keluarnya cairan kentalku.

    “Mmm.., Damar..!” dan dengan tatap kagum pada penisku (panjang 18 cm, lingkar 5 cm) dijilatinya protein yang mengalir dari tubuhku itu.

    Satu tangan Mbak Murti mulai menggenggam dan meremas lembut, lalu lidahnya berpindah menjilati setiap milimeter kantong bijiku. Di ‘ambil’-nya bijiku dengan bibirnya, lalu dikulum dalam mulut, seakan ingin ditelannya.

    Dia melihat juice mengalir lagi dari ujung penisku, tanpa membuang waktu sedetik pun dikatupkannya kedua bibirnya pada mahkotaku. Inilah oral sex-ku yang pertama. Terus perlahan dia berusaha memasukkan seluruh penisku ke dalam mulutnya, bibir dan lidahnya seakan berlomba, naik-turun-naik-turun menelusuri penisku. Aku tidak sedang berkhayal, badanku terasa ringan serasa melayang tinggi saat dia tersengal megatakan, “Masih tahan Damar..? Tunggu saya ya, plee..ase..!”

    Mbak Murti bangkit, seperti kesurupan dia tanggalkan seluruh pakaiannya, dan dengan gaya yang sangat binal dia baringkan tubuhnya di selembar kulit domba New Zealand yang terhampar di lantai.

    “Damar, kamu tau apa yang harus kamu lakukan..” katanya, dan tiba-tiba aku bukan lagi jejaka pemalu.

    Seluruh ingatanku (dari ‘pelajaran’ di film) kukerahkan. Aku seolah menjelma menjadi cowboy yang sedang bersiap menundukkan kuda betina yang sedang birahi ini. Tak ada waktu lagi menciumi bibirnya yang merekah dan merangsang. Kuraih payudaranya, aku sempat melirik BH-nya yang berukuran 34C, dan tak kulepaskan. Kedua putingnya yang meregang kupelintir pelan sampai dia mengerang dalam kenikmatan. Kujilati, kulum, dan hisap keduanya tanpa ampun.

    Sekejap dengan sigapnya dia menyergap kepalaku dan, tanpa berkata apapun, mengarahkannya ke bawah perutnya. Aku ragu sejenak, tapi sudah cukup aku melihat bagaimana lelaki pun ternyata dapat memberikan cunnilingus, dan sekaligus menikmatinya.

    Dengan rakus aku melahap apa yang ada di hadapanku, klitorisnya yang telah mencuat tampak mengkilat dilumuri cairan yang menggenang di vulva Mbak Murti. Bukit vagina tertutup bulu kemaluannya yang digunting pendek dan terawat rapih mengundangku untuk berlama-lama menikmati keindahan ini sambil berpindah ke posisi 69.

    Bertubi-tubi kuluncurkan lidahku, keluar-masuk, naik-turun, sambil sekali-sekali bersama jariku menggoda sang ‘Dewi Clitoris’. Mulutku tak hentinya meneguk segarnya air danau senggama ini. Kurasakan otot-otot Mbak Murti menegang, dan Mbak Murti berteriak dalam ledakan orgasme yang tak terkendalikan lagi.

    “Ooohh.. Hhh.., Daamm.. Ar.. Yess, Yess, Damar..! Aaa.. hh..!”

    “Aden..! Ibu Murti kenapa..?” masuklah Narsih tergopoh-gopoh.

    Dari kamar mandi, Narsih yang tubuhnya masih basah hanya dibalut handuk, tampak jelas gemetar menyaksikan pemandangan yang dilihatnya. Seperti lemas tanpa tulang dia roboh terduduk di sampingku, handuk pembungkus tubuhnya terlepas.

    Sebelum Narsih sempat menyadarinya, aku tarik tubuh janda molek ini. Tubuhnya terbaring menggelepar ketika aku lampiaskan semua khayalanku yang selalu berakhir di lembar-lembar tissue selama ini.

    “Aden, Aden, Aden..!” hanya itu desahnya.

    Kudaratkan rudalku di lembah payudaranya, aku gesekkan ke putingnya, tampak dia menggelinjang. Lalu aku bangkit tepat di hadapannya, “Den Damar, kok jadi seperti di pi..” kalimatnya (maksud dia pilem) tidak selesai karena penisku sudah membungkam mulutnya.

    Dengan mata tertutup aku sangat menikmati permainan seruling janda Sukabumi ini, sampai ketika tiba-tiba alunan nadanya terasa faals. Ketika aku membuka mata ternyata Mbak Murti yang untuk beberapa saat tadi KO-lah penyebabnya.

    Kulihat dari belakang Narsih, satu tangan Mbak Murti meremas payudara Narsih, sementara satunya lagi mengobok-obok ‘momok’ (Sunda: vagina)-nya. Melihat adegan ini aku memutuskan untuk istirahat sejenak menjelang final round nanti. Sekarang Narsih lah yang berjaipong tanpa protes sedikitpun atas iringan degung Juragan Murti.

    Gila, semua fantasiku jadi kenyataan, sementara di layar muncul adegan lesbian, di depan mataku dua perempuan, yang katanya berbeda ‘kelas’ (tapi tak ada batas lagi kan?) beraksi. Mbak Murti tanpa sungkan lagi langsung menyodorkan clitoris nya ke mulut Narsih yang langsung melahapnya seakan sedang menikmati jagung bakar di Puncak, tangan Mbak Murti menuntun tangan Narsih ke payudaranya.

    Narsih tetap patuh ketika jemari Mbak Murti menelusuri ‘momok’-nya, tapi segala sesuatu ada batasnya. Nurani perempuan desa lugu yang lama tak tersentuh lelaki ini akhirnya bicara.

    “Den Damar, saya pingin dirojok pake kontolnya Aden.”
    Mbak Murti terhenyak, “Nggak bisa Narsih, saya harus duluan! Nanti kalau kontol Damar masih bisa ngaceng, baru giliran kamu. Pokoknya nggak bisa, harus saya duluan!”

    Narsih pasrah, “Yah, kalau memang begitu mah, terserah Juragan ajah.”

    “Damar, fuck me, now, please..! I want your cock inside my pussy.”

    Too good to be true. Penisku yang memang sudah semakin berat di ujungnya ini segera meluncur ke sasaran pertamanya. Sewaktu penisku mulai masuk ke dalam, dan memompa Mbak Murti, kulihat Narsih ‘sibuk’ sendirian bermasturbasi. Rupanya tembakanku tepat, bull’s eye! Hanya sebentar aku menunggangi Juragan kuda binal ini, dia menyerah.

    “Damar, aku keluar sekarang. Fuck me, fuck me. Aaa.. ah, yess!”
    One down, one to go.

    Kali ini aku tak boleh membedakan kedua perempuan itu, mereka harus mendapatkan apa yang diinginkannya. Perlahan aku memisahkan diri dari Mbak Murti yang sudah tak berdaya lagi, dan beringsut ke arah Narsih yang tahu bahwa sekarang gilirannya.

    “Den Damar, punten, sayah pingin seperti yang di pilem itu. Dirojok sembari nungging!”

    Edan, dasar janda doyan, kataku dalam hati. Pelan tapi pasti aku tak ingin mengecewakan PRT Bu De-ku yang setia ini. Ternyata goyang, gitek, geyol, dan sedotan mojang ini istimewa. Aku hampir kewalahan berjaipong dengan Narsih, ini harus ditancep seperti wayang golek di batang pisang, pikirku.

    Tanpa peduli lagi, aku pindah versnelling 2.

    “Adee.. een, kontol Aden enak, aduh saya kayak terbang, terus tancep Den Damar. Ampun, Aden, aduh Emak, sayah keenaa.. aakan, Ade.. een..!”

    Game is not over, pikirku begitu masih berdiri di belakang Narsih dengan penis yang sangat keras dan berdenyut-denyut.

    “Damar, kamu hebat!” celetuk Mbak Murti, sambil merangkak dia beringsut mendekatiku lagi.
    “Narsih, kesini kamu..!” perintahnya, “Sekarang kita kerjain Damar berdua, ya. Nanti kalau maninya keluar (“mani itu pejuh, ya Juragan?” tanya Narsih polos,) kita pakai buat luluran. Maninya lelaki bisa bikin kulit kita jadi halus.”

    Dengan kompak mereka mulai ‘bekerja’. Mbak Murti dengan telaten mengocok batang penisku, sementara Narsih dengan patuh menjilati kantong bijiku. Disinilah batasku, aku meledak sejadi-jadinya. Hampir tak mampu lagi rasanya aku berdiri selagi maniku menyemprot dengan deras, kedua perempuan itu berusaha keras untuk mencegah ada yang tercecer. Dengan sungguh-sungguh diulaskannya saripati kelelakianku ke tubuh-tubuh mereka yang molek itu.

    Entah berapa jam kemudian ketika aku terbangun, Mbak Murti tak nampak lagi disitu. Tapi kulihat Narsih memandangiku tersenyum sambil membersihkan arena tempat permainan rodeo tadi. Narsih menyerahkan secarik kertas dari Mbak Narti.

    You are a real Cowboy!, begitu tulisnya.

    Sampai sebelum Pak De dan Bu De kembali, beberapa kali kami mengulang permainan ini. Setelah mereka pulang, bagaimana? Aku belum tahu, karena sekarang aku harus pergi menjemput mereka ke Cengkareng.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Birahi Pembantu Janda Bernafsu Besar

    Cerita Sex Birahi Pembantu Janda Bernafsu Besar


    2250 views

    Perawanku – Cerita Sex Birahi Pembantu Janda Bernafsu Besar, Namaku Damar, 25 tahun, baru lulus Universitas. Sambil menunggu kesempatan untuk dapat mulai bekerja, sekarang aku meneruskan program S-2 di Universitas yang sama. Sampai saat ini aku belum punya pacar, meskipun teman wanitaku cukup banyak, dan pergaulanku dengan mereka termasuk kategori ‘biasa-biasa’ saja.

    Sejak lulus SMA di Jawa Tengah, aku tinggal dengan Pak De di kawasan perumahan eksklusif di kawasan Jakarta Selatan. Pak De dan Bu De, yang menyayangiku adalah ‘pasutri’ yang sangat sibuk dengan kegiatan bisnis dan sosial mereka masing-masing.

    Berusia 60-an, mereka berdua adalah cerminan kaum feodal Jawa yang masih sangat konservatif. Ketiga orang anak-anak mereka sudah berumah tangga dan semua tinggal di luar negeri. Ini membuatku jadi seolah seorang pangeran yang kesepian, dan sebagai seorang introvert. Aku banyak menghabiskan waktu di puri yang megah namun kosong ini.

    Salah satu dari berbagai kesukaanku adalah menonton film hardcore di home theater, tentu ketika Ndoro-ndoro itu tidak sedang di rumah. Terkadang ketika aku tidak dapat lagi menahan gejolak birahi, maka aku ‘melepas’-nya dengan bermasturbasi di kursi kegemaran Pak De. (Aku tidak pernah lupa menyediakan sekotak tissue di dekatku.)

    Cerita Birahi Pembantu Janda Pembantu Rumah Tangga (PRT) kepercayaan Bu De. Dari 3 orang PRT disitu, hanya dia lah yang diperbolehkan masuk ke ‘ruangan dalam’ untuk membersihkannya. Berkulit mulus layaknya mojang Priangan, janda menawan beranak satu asal Sukabumi ini menurut perkiraanku berumur 30-an. Seringkali tubuhnya yang sintal dan terawat baik itu mengisi ‘laporan’ (lamunan porno)-ku. Hanya karena pengaruh ajaran keluarga, yang dengan tegas menganut perbedaan ‘kelas’ (antara majikan dan pembantu), yang masih bisa mencegahku untuk ‘mendekatinya’.

    Satu kejadian yang sangat memalukan tapi sekaligus mendebarkan terjadi ketika aku sedang bermasturbasi sambil menonton adegan lesbian favoritku. Di saat aku sedang orgasme, maniku bermuncratan, dan aku mengerang dalam nikmat, masuklah Narsih.

    “Eh, ada Aden disini, kirain teh kosong, sayah cuma mau bersihin kok. Punten nya’, nanti aja kalau Aden udah selesai, sayah balik lagi.”

    Aku yakin bahwa sebenarnya, tanpa sepengetauanku, dia sudah cukup lama ikut menonton bermacam adegan, dan mengamati dari awal permainan soloku.

    Sejak peristiwa itu aku bertekad untuk membalas dendam dengan cara mengintip ketika dia sedang mandi, atau berganti pakaian di kamarnya. Suatu ketika aku bahkan pernah melihatnya sedang bermasturbasi, meremasi payudara dan memelintir puting-putingnya, jari-jarinya yang lentik mempermainkan klitoris, dan keluar-masuk vulva-nya. Sampai akhirnya dia merintih, mengerang dalam klimaksnya. Dan aku pun ‘menemani’-nya dalam orgasme dari kejauhan. (Aku selalu membawa beberapa lembar tissue di kantongku saat mengintip Narsih.)

    Bu Murti, istri pengusaha sukses ini tinggal hanya berselang 3 rumah jauhnya. Perbedaan umur yang cukup jauh tampaknya bukan penghalang dalam menjalin persahabatannya dengan Bu De, sehingga dia sudah terbiasa dan leluasa bergerak di rumah kami.

    Sejak pertama diperkenalkan kepadanya, aku tidak pernah berhenti mengaguminya. Ibu dari 2 anak ABG, yang sangat paham merawat kecantikan dan tubuhnya ini seringkali kuajak ‘kencan’ dalam fantasi liarku. Semula Bu De mengharuskan aku menyapanya dengan “Bu”, tapi suatu kali justru Mbak Murti yang menegaskannya sendiri.

    “Mbakyu, Dik Damar dan saya ‘kan hanya terpaut beberapa tahun saja, dia masih pantas menjadi ‘adik’ saya.” katanya waktu itu. (Ooh.., terima kasih Mbak Murti.)

    Suatu waktu Pak De dan Bu De bepergian cukup lama ke luar negri menengok cucu-cucunya. Siang hari itu aku sedang asyik dengan menonton film XX kegemaranku, dan bersiap untuk bermain solo. Tiba-tiba ketika aku sedang bersiap melepas celana, entah sudah berapa lama dia mengamati ‘kesibukan’-ku, di sampingku berdiri Mbak Murti.

    Dalam pakaian tennis (gaun sangat pendek dan t-shirt ketat) dia menampakkan kemolekan lekuk tubuhnya. Dan tanpa basa-basi lagi dia berlutut di depanku.

    “Sini Damar, biar saya bantu.”

    Dengan sangat santun dan ramah dia mengatakan bahwa dia dapat memahami keadaanku, dan dalam suara yang mulai serak dia masih sempat memuji bahwa aku adalah anak muda yang baik karena ternyata lebih memilih swalayan daripada jajan ataupun bermain sex bebas.

    Selanjutnya, tanpa berkata sepatah pun, kedua tangannya dengan leluasa mulai melepas bajuku. Bibirnya yang sering aku khayalkan menciumiku mulai menjelajahi leher, telinga dan dadaku, lidahnya juga seakan tak mau kalah beraksi. Aku semakin tenggelam dalam kolam kenikmatan waktu Mbak Murti menjilat, mengecup, dan menggigit kecil puting dadaku.

    Jemarinya mulai mengelus penisku, sekejap kemudian, dalam satu gerakan yang sangat cepat, dilepasnya celanaku, dan aku yang tak berdaya telah telanjang, duduk di kursi Pak De. Mbak Murti semakin tak terkendali, darah semakin mengalir deras ke penisku, keras-panjang-tegak-menantang.

    “Aaahh..!” desah panjang Mbak Murti, nafasnya yang panas terasa sangat dekat di sekitar bawah perutku, penisku yang telah dalam genggamannya tak dilepasnya lagi.

    “Oohh.., Mbaak..!” terucap dari mulutku saat dia mendaratkan lidahnya di ‘leher’ penisku.
    Disitu dia memutar dan memainkan lidahnya, aku tak dapat menahan keluarnya cairan kentalku.

    “Mmm.., Damar..!” dan dengan tatap kagum pada penisku (panjang 18 cm, lingkar 5 cm) dijilatinya protein yang mengalir dari tubuhku itu.

    Satu tangan Mbak Murti mulai menggenggam dan meremas lembut, lalu lidahnya berpindah menjilati setiap milimeter kantong bijiku. Di ‘ambil’-nya bijiku dengan bibirnya, lalu dikulum dalam mulut, seakan ingin ditelannya.

    Dia melihat juice mengalir lagi dari ujung penisku, tanpa membuang waktu sedetik pun dikatupkannya kedua bibirnya pada mahkotaku. Inilah oral sex-ku yang pertama. Terus perlahan dia berusaha memasukkan seluruh penisku ke dalam mulutnya, bibir dan lidahnya seakan berlomba, naik-turun-naik-turun menelusuri penisku. Aku tidak sedang berkhayal, badanku terasa ringan serasa melayang tinggi saat dia tersengal megatakan, “Masih tahan Damar..? Tunggu saya ya, plee..ase..!”

    Cerita Birahi Pembantu Janda Mbak Murti bangkit, seperti kesurupan dia tanggalkan seluruh pakaiannya, dan dengan gaya yang sangat binal dia baringkan tubuhnya di selembar kulit domba New Zealand yang terhampar di lantai.

    “Damar, kamu tau apa yang harus kamu lakukan..” katanya, dan tiba-tiba aku bukan lagi jejaka pemalu.

    Seluruh ingatanku (dari ‘pelajaran’ di film) kukerahkan. Aku seolah menjelma menjadi cowboy yang sedang bersiap menundukkan kuda betina yang sedang birahi ini. Tak ada waktu lagi menciumi bibirnya yang merekah dan merangsang. Kuraih payudaranya, aku sempat melirik BH-nya yang berukuran 34C, dan tak kulepaskan. Kedua putingnya yang meregang kupelintir pelan sampai dia mengerang dalam kenikmatan. Kujilati, kulum, dan hisap keduanya tanpa ampun.

    Sekejap dengan sigapnya dia menyergap kepalaku dan, tanpa berkata apapun, mengarahkannya ke bawah perutnya. Aku ragu sejenak, tapi sudah cukup aku melihat bagaimana lelaki pun ternyata dapat memberikan cunnilingus, dan sekaligus menikmatinya.

    Dengan rakus aku melahap apa yang ada di hadapanku, klitorisnya yang telah mencuat tampak mengkilat dilumuri cairan yang menggenang di vulva Mbak Murti. Bukit vagina tertutup bulu kemaluannya yang digunting pendek dan terawat rapih mengundangku untuk berlama-lama menikmati keindahan ini sambil berpindah ke posisi 69.

    Bertubi-tubi kuluncurkan lidahku, keluar-masuk, naik-turun, sambil sekali-sekali bersama jariku menggoda sang ‘Dewi Clitoris’. Mulutku tak hentinya meneguk segarnya air danau senggama ini. Kurasakan otot-otot Mbak Murti menegang, dan Mbak Murti berteriak dalam ledakan orgasme yang tak terkendalikan lagi.

    “Ooohh.. Hhh.., Daamm.. Ar.. Yess, Yess, Damar..! Aaa.. hh..!”

    “Aden..! Ibu Murti kenapa..?” masuklah Narsih tergopoh-gopoh.

    Dari kamar mandi, Narsih yang tubuhnya masih basah hanya dibalut handuk, tampak jelas gemetar menyaksikan pemandangan yang dilihatnya. Seperti lemas tanpa tulang dia roboh terduduk di sampingku, handuk pembungkus tubuhnya terlepas.

    Sebelum Narsih sempat menyadarinya, aku tarik tubuh janda molek ini. Tubuhnya terbaring menggelepar ketika aku lampiaskan semua khayalanku yang selalu berakhir di lembar-lembar tissue selama ini.

    “Aden, Aden, Aden..!” hanya itu desahnya.

    Kudaratkan rudalku di lembah payudaranya, aku gesekkan ke putingnya, tampak dia menggelinjang. Lalu aku bangkit tepat di hadapannya, “Den Damar, kok jadi seperti di pi..” kalimatnya (maksud dia pilem) tidak selesai karena penisku sudah membungkam mulutnya.

    Dengan mata tertutup aku sangat menikmati permainan seruling janda Sukabumi ini, sampai ketika tiba-tiba alunan nadanya terasa faals. Ketika aku membuka mata ternyata Mbak Murti yang untuk beberapa saat tadi KO-lah penyebabnya.

    Kulihat dari belakang Narsih, satu tangan Mbak Murti meremas payudara Narsih, sementara satunya lagi mengobok-obok ‘momok’ (Sunda: vagina)-nya. Melihat adegan ini aku memutuskan untuk istirahat sejenak menjelang final round nanti. Sekarang Narsih lah yang berjaipong tanpa protes sedikitpun atas iringan degung Juragan Murti.

    Gila, semua fantasiku jadi kenyataan, sementara di layar muncul adegan lesbian, di depan mataku dua perempuan, yang katanya berbeda ‘kelas’ (tapi tak ada batas lagi kan?) beraksi. Mbak Murti tanpa sungkan lagi langsung menyodorkan clitoris nya ke mulut Narsih yang langsung melahapnya seakan sedang menikmati jagung bakar di Puncak, tangan Mbak Murti menuntun tangan Narsih ke payudaranya.

    Narsih tetap patuh ketika jemari Mbak Murti menelusuri ‘momok’-nya, tapi segala sesuatu ada batasnya. Nurani perempuan desa lugu yang lama tak tersentuh lelaki ini akhirnya bicara.

    “Den Damar, saya pingin dirojok pake kontolnya Aden.”
    Mbak Murti terhenyak, “Nggak bisa Narsih, saya harus duluan! Nanti kalau kontol Damar masih bisa ngaceng, baru giliran kamu. Pokoknya nggak bisa, harus saya duluan!”

    Narsih pasrah, “Yah, kalau memang begitu mah, terserah Juragan ajah.”

    “Damar, fuck me, now, please..! I want your cock inside my pussy.”

    Cerita Birahi Pembantu Janda Too good to be true. Penisku yang memang sudah semakin berat di ujungnya ini segera meluncur ke sasaran pertamanya. Sewaktu penisku mulai masuk ke dalam, dan memompa Mbak Murti, kulihat Narsih ‘sibuk’ sendirian bermasturbasi. Rupanya tembakanku tepat, bull’s eye! Hanya sebentar aku menunggangi Juragan kuda binal ini, dia menyerah.

    “Damar, aku keluar sekarang. Fuck me, fuck me. Aaa.. ah, yess!”
    One down, one to go.

    Kali ini aku tak boleh membedakan kedua perempuan itu, mereka harus mendapatkan apa yang diinginkannya. Perlahan aku memisahkan diri dari Mbak Murti yang sudah tak berdaya lagi, dan beringsut ke arah Narsih yang tahu bahwa sekarang gilirannya.

    “Den Damar, punten, sayah pingin seperti yang di pilem itu. Dirojok sembari nungging!”

    Edan, dasar janda doyan, kataku dalam hati. Pelan tapi pasti aku tak ingin mengecewakan PRT Bu De-ku yang setia ini. Ternyata goyang, gitek, geyol, dan sedotan mojang ini istimewa. Aku hampir kewalahan berjaipong dengan Narsih, ini harus ditancep seperti wayang golek di batang pisang, pikirku.

    Tanpa peduli lagi, aku pindah versnelling 2.

    “Adee.. een, kontol Aden enak, aduh saya kayak terbang, terus tancep Den Damar. Ampun, Aden, aduh Emak, sayah keenaa.. aakan, Ade.. een..!”

    Game is not over, pikirku begitu masih berdiri di belakang Narsih dengan penis yang sangat keras dan berdenyut-denyut.

    “Damar, kamu hebat!” celetuk Mbak Murti, sambil merangkak dia beringsut mendekatiku lagi.
    “Narsih, kesini kamu..!” perintahnya, “Sekarang kita kerjain Damar berdua, ya. Nanti kalau maninya keluar (“mani itu pejuh, ya Juragan?” tanya Narsih polos,) kita pakai buat luluran. Maninya lelaki bisa bikin kulit kita jadi halus.”

    Dengan kompak mereka mulai ‘bekerja’. Mbak Murti dengan telaten mengocok batang penisku, sementara Narsih dengan patuh menjilati kantong bijiku. Disinilah batasku, aku meledak sejadi-jadinya. Hampir tak mampu lagi rasanya aku berdiri selagi maniku menyemprot dengan deras, kedua perempuan itu berusaha keras untuk mencegah ada yang tercecer. Dengan sungguh-sungguh diulaskannya saripati kelelakianku ke tubuh-tubuh mereka yang molek itu.

    Entah berapa jam kemudian ketika aku terbangun, Mbak Murti tak nampak lagi disitu. Tapi kulihat Narsih memandangiku tersenyum sambil membersihkan arena tempat permainan rodeo tadi. Narsih menyerahkan secarik kertas dari Mbak Narti.

    You are a real Cowboy!, begitu tulisnya.

    Cerita Birahi Pembantu Janda Sampai sebelum Pak De dan Bu De kembali, beberapa kali kami mengulang permainan ini. Setelah mereka pulang, bagaimana? Aku belum tahu, karena sekarang aku harus pergi menjemput mereka ke Cengkareng.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Birahi Remas Toket Jilbab

    Cerita Sex Birahi Remas Toket Jilbab


    1122 views

    Perawanku – Namaku boy,aku tinggal di medan. Aku mau menceritakan pengalaman seksku dirumahku sendiri. Kejadian ini baru terjadi dua bulan yang lalu. Aku mempunyai seorang kakak,namanya dewi.

    Kak dewi orangnya cantik. Dia mempunyai tinggi badan 171cm,kulit putih bersih,dadanya kira2 36 dan pantatnya sangat montok. Aku sangat terangsang jika melihatnya. Suatu hari,tepatnya malam minggu.Waktu itu mama dan papaku sedang pergi.Aku sendiri juga lagi malas dirumah.Lalu aku pergi kerumah teman kuliahku.Jadi dirumah hanya kak dewi sendirian yang lagi nungguin pacarnya.Tapi dasar sial temanku juga lagi keluar.Lalu untuk ngilangin suntuk aku mutar-mutar(jalan2) sendirian.setelah puas jalan jalan aku pun pulang.sampai dirumah kulihat ada kenderaan pacar kak dewi didepan rumah.”aduh..jagain orang pacaran nih..”pikirku.Aku langsung masuk keteras.Tapi aku terkejut.Kulihat kak dewi sedang ditunggangin oleh pacarnya(ngentot).Kubatalkan niatku dan aku terus mengintip permainnan mereka.Aku benar2 terangsang melihat adegan tersebut.

    Apalagi melihat kak dewi yang sedang bugil dan mendesah desah.Aku memperhatikan mereka dan mengelus-elus penisku.Terpaksa aku bersolo seks dan memuntahkannya di pot bunga.Lalu aku pergi lagi meninggalkan mereka berdua.setengah jam kemudian aku kembali dan kulihat mereka sedang duduk mesra diruang tengah.Kutegur mereka dan aku langsung masuk kekamarku.dikamar aku terus membayangkan kak dewi.selang beberapa menit aku keluar kamar dan kulihat cowoknya sudah pulang.Kulihat kak dewi masuk kekamarnya.lalu aku duduk sendirian di ruang tengah.Aku benar benar terangsang. Aku lalu bangkit dan masuk kekamar kak dewi. Rupanya kak dewi sedang ganti baju.Dia terkejut melihatku.”ngapain kamu?”tanyanya. “tadi kakak ngapain sama cowok kakak?”aku balik bertanya. Dia hanya diam.”emang kamu tahu?”tanyanya lagi. Aku hanya mengangguk. “Jangan bilang siapa-siapa ya..!”katanya lagi. “oke…tapi kakak harus mau begituan juga sama aku!”ujarku. “kamu mau juga ya…”katanya manja Dia lalu menarikku ketempat tidur. Dibukanya bajunya,lalu dibukanya juga bajuku.Cerita Sex Abg berJilbab

    Langsung dilumatnya penisku. Rasanya enak sekali. Diisapnya penisku sampai kusemprotkan spermaku didalam mulutnya. Aku cukup puas atas perlakuannya.Lalu dia menyuruhku menjilati vaginanya .oohh.. ahh.. erangnya. Lalu aku pindah meremas dan menjilati payudaranya. mmhh.. terus…. nggh.. Kujilati payudaranya, perutnya sampai kujilati lagi vaginanya. oh… ah…ena..k… erangnya. Nafsuku naik lagi. Penisku mulai berdiri lagi. Masu..kin aja… pintanya. Lalu kumasukin penisku dan memompanya. Rasanya enak sekali,penisku dijepit oleh otot vaginanya. ahh…. terus…. sayang…. jeritnya. Lalu dibaliknya tubuhku. Dengan posisi diatas,dia menggoyangkan pantatnya turun naik. Tangan ku meremas pantatnya yang montok. Payudaranya bergoyang-goyang. Aku mau keluar… erangku. Tahann… sayang…. ujarnya. Lalu ahh…. agh…. oh… kak dewi mengerang panjang pertanda orgasme. Dia terus bergoyang dan crot.. crot… crot… kusemburkan spermaku didalam vaginanya. Lalu dia mencium bibirku. Kami pun tergeletak bersampingan.    Agen Obat Kuat Pasutri

    ”maksih kak.. betul-betul nikmat”ujarku sambil meremas payudaranya. “iya…. kamu hebat juga”katanya “maukan kakak beginian lagi..?”tanyaku “Kapan aja kamu pengen”ujarnya sambil tersenyum. Aku langsung keluar dan masuk kekamarku.Cerita Sex Abg RemaJa toket gede

    Aku senang sekali.Aku terus minta jatah sama kak dewi.Kapan ada kesempatan kami pasti melakukannya dengan berbagai macam gaya. Aku juga sudah merasakan pantatnya yang montok. Waktu itu kak dewi lagi haid,jadi kusorong aja pantatnya.Rasanya sama-sama enak kok. Sampai pada suatu hari, Waktu itu aku pulang kuliah,kulihat pintu kamar kak dewi terbuka dan dia berbaring mengenakan handuk. Aku terangsang melihatnya. Aku masuk dan kubuka bajuku lalu kupeluk dan kucumbu.ah… jangan sekarang ! ada mama tuh! Ujarnya. Tapi aku tak perduli dan terus merangsangnya. Akhirnya dia pasrah. Kubuka handuknya dan kujilati payudaranya.Kak dewi mendesah. Lalu dia bangkit,menimpaku sambil berbalik.Cerita Sex Abg RemaJa dewasa

    Kami melakukan gaya 69, Dikocoknya dan diisapnya penisku .Aku pun menjilati vaginanya sambil meremas pantatnya. Lagi asyik menjilat,tiba2 pintu kamar dibuka. Kami sangat terkejut.Ternyata mama sedang memergoki kami berbuat mesum. Mama masuk dan menutup pintu. Muka mamaku tampak marah melihat perbuatan kami. Aku dan kak dewi hanya bisa terdiam. Matanya menatap kami tajam. ”maafin kami ma!, ini salah boy. Boy yang ngajak kak dewi. Soalnya boy lagi terangsang! ujarku. “Kenapa harus kak dewi ?”tanya mamaku. “Daripada dengan psk lebih baik dengan aku ma!” sambung kak dewi “Lagi pula aku juga mau kok”ujar kak dewi membelaku. “terserah mama mau marah,kami kan udah gede dan punya hasrat seks yang harus disalurkan”ujarku. Mamaku terdiam sejenak “ya..udah terserah kalian.

    Cerita Sex Abg BerJilbab Toketnya Gede
    Tapi perbuatan kalian jangan sampai ketahuan papa!”ujarnya. “satu hal lagi boy,jangan sampai kak dewi hamil”katanya sambil menatapku. “ya…udah sebagai hukumannya mama mau lihat bagaimana kalian melepaskan hasrat seks kalian itu”ujarnya lagi.

    Aku dan kak dewi saling pandang.Lalu kami lanjutkan permainan kami.Aku mulai merangsang kak dewi lagi.Kujilati payudaranya.Lalu kujilati vaginanya.Ah…ssst..mmmh..desahnya. Tanpa lama2 kumasukkan penisku keliang vaginanya dan kugoyang. Akkh…ohh…ngghh…ah..ah…desahnya.

    Cerita Sex Birahi Remas Toket Jilbab

    Cerita Sex Birahi Remas Toket Jilbab

    Aku makin mempercepat kocokanku. Dan akhhhhhhh……ahhhhh ….akhhkhhh….jeritnya panjang. Kurasakan kak dewi sudah mencapai orgasme. Semakin cepat goyanganku.ck.ckk..ck…suara kocokan penisku divaginanya yang sudah basah bercampur cairan orgasmenya. ”mau keluar nih..”jeritku “dimulut ku aja!”ujarnya sambil menahan sodokan penisku Kucabut penisku. Kak dewi langsung menggenggam penisku dan mengocoknya dalam mulutnya.

    Crott..crot…crot…crot kusemburkan spermaku kemulutnya sebanyak 8 kali. Mulutnya penuh dengan spermaku. Sampai menetes keluar dari sela mulutnya. Dan ditelannya semua. Aku terbaring puas,dan kak dewi menjilati penisku membersihkan sisa sperma. Kulihat mama menggelengkan kepalanya. Lalu mama pergi keluar dari kamar. Aku dan kak dewi hanya tersenyum. Kami akan lebih bebas melakukannya dirumah,walaupun mama mengetahuinya. Kami saling berpelukan dan berciuman. Aku lalu berpakaian dan masuk kekamarku.

    Dikamar aku masih memikirkan kejadian tadi. ”Mama tidak melarang aku ngeseks dengan kakakku sendiri. Berarti aku juga bisa ngeseks dengan mama”pikirku. Lagian body mama masih sip abis. Soalnya mamaku ikut fitnes. Walaupun usianya udah 44 tahun tapi masih oke(bukan membanggakan).Lagi pula mama pasti lebih berpengalaman. Aku berpikir lama mengenai ide gilaku ini. Kuputuskan,aku harus bisa merasakan ngeseks dengan mamaku sendiri.

    Lalu aku keluar dan masuk kekamar mamaku.Kulihat mamaku berbaring membelakangiku. Kulihat pantatnya yang montok dan pahanya yang mulus. Kubuka bajuku semuanya. Dan sambil menelan ludah aku naik ketempat tidur dalam keadaan bugil. Kupeluk mamaku dari belakang dan kugesek penisku yang sudah tegang. Tiba2 mama terbangun “ngapain kamu,boy?”tanyanya. “pengen ngeseks sama mama”jawabku manja Aku langsung memeluknya dan menciumnya. Mamaku diam saja. Kubuka kimononya. Wow ..mama tidak pakai bh dan cd. Payudaranya besar(lebih besar dari kak dewi.kak dewi aja 36B) dan masih kencang.Vaginanya merah merekah. Pantas papa sayang terus sama mama.Cerita Sex Abg Cantik

    Aku langsung meremas payudaranya,menjilatinya dan menggigitnya. Mama hanya mendesah kecil. “jilatin anu mama ya….kayak kak dewi tadi…”pintanya sambil meraba vaginanya. Aku lalu menjilati vagina mama sambil memainkan klitorisnya dengan gigi dan lidahku.

    Ahh…terus….sayang….okh..e.na.k……desah mama.Cerita Sex Abg- Kepalaku dijepitnya dengan kedua pahanya dan rambutku dijambaknya.Agar aku terus menjilati vaginanya.10 menit lidahku menari divagina mamaku akhirnya mamaku orgasme juga.

    Kurasakan cairan hangat di lidahku.Lalu mama bangkit dan menyuruhku telentang.Mama lalu mengambil baby oil dan mengoleskan kepenisku.Lalu dikulumnya penisku dengan nikmat.ohhh…rasanya benar2 nikmat sampe ubun2. Isapan mama jauh lebih enak dari kak dewi. Aku merasakan kenikmatan yang dahsyat. Mama mengulum semua penisku beserta bah zakarku.Yang paling sensasi kurasakan saat mama mengocok penisku sambil menjilati lubang duburku.Wow benar2 asik dan nikmat.Aku sampai merinding kenikmatan.

    Sekitar 10 menitan kesemprotkan spermaku di depan wajah mamaku.Mama ku sibuk menjilati spermaku yang muncrat kemana mana. “wah..benar-benar nikmat ma…”ujarku. “mama jago istong(isap totong)”pujiku “Kamu juga jago jilatannya,mama sampe merinding”ujarnya “Papa kalo jilat kurang nikmat,lagian papa jarang mau jilat”ujarnya lagi “Gimana, mau dilanjutkan?”tanya mamaku “iya dong…aku kan mau ngerasain anunya mama!”ujarku sambil melihat vaginanya. “mama juga mau ngerasain sodokan penismu!”jawabnya manja. Lalu mama mengajakku kekamar mandi,untuk membersihkan vaginanya dan penisku.Kuhidupkan air dibathtub setinggi mata kaki. Kami berdua masuk dan kucumbu mama,kucium bibirnya dan kuremas-remas payudaranya. Kami berdua sangat bernafsu,terutama aku. Padahal aku sudah main sebelumnya dengan kak dewi.

    Aku sudah gak tahan untuk memasukkan penisku kevagina mama. Kutusukkan penisku dan bless..amblas semuanya terbenam. Kurasakan jepitan liang surga mama masih kuat. Kupompa penisku menghujam vagina mama. Kaki mama menjepit sisi bathtub.Ohhh…yeahh….ahhh…Cerita Sex Abg.jerit mama.Sekitar 3 menit mama minta ganti posisi nyamping dengan posisi kaki belipat kearah samping dan aku menggoyang dari atas menyodok vagina mama. Mama tampak sangat menikmatinya. Lalu mama minta gaya doggie style. Kami bangkit dan mama nungging bertumpuan dengan sisi bathtub.Kusodok vagina mama dari belakang.Mama mendesah campur menjerit kecil. Pantatnya yang montok beradu dengan pangkal pahaku.Kupeluk mamaku dari belakang sambil terus bergoyang perlahan.meremas payudaranya.Cerita Sex abg RemaJa dewi namanya

    ”Ma…masukin ke lubang anus ya…”bisikku “pelan2 mama belum pernah ….”jawabnya Kucabut penisku dan kumasukkan pelan pelan kelubang anus mamaku. Mamaku merintih kecil menahan sakit. Lubang anus mama memang belum pernah dijamah. Masih terasa ketat. Kugoyang perlahan-lahan sambil tanganku mengusap-usap bibir vaginannya dari belakang .Oh… ahhhk…… oh… nikmat… mama mendesah.Sekitar 4 menit kucabut penisku kubalikkan tubuh mama dan satu kakinya kuangkat dan kuletakkan diwashtafel.Kumasukkan penisku lagi dan kugoyang lagi.sekitar 1 menit,kuangkat mama dan kutidurkan di lantai kamar mandi.Kakinya mengangkang dan aku mulai mengenjotnya lagi. ahh.. ohhh…. akhh….. mama terus menjerit merasakan nikmatnya.Dan ohhh….. ahh……. mama melenguh sambil memejamkan matanya menikmati orgasmenya.

    Aku terus bergoyang.Lalu aku mengakhiri permainanku dengan semprotan spermaku didalam rahim mama tempat aku dikandung dulu.

    Aku benar-benar puas. Aku mencium mama. “makasih ma…. permainan mama sangat hebat”pujiku “mama mau kan…ngeseks sama boy lagi…?”tanyaku mamaku tersenyum dan mengangguk “asal… jangan tahu papa ya…..!”katanya Aku Cuma tersenyum. Lalu kami mandi bersama dalam bathtub.Malamnya aku terlelap tidur. Esok paginya,aku bangun pukul 7 pagi dan bersiap mandi.Kulihat papa dan kak dewi sedang sarapan,sedangkan mama sedang didapur.Kudatangi mama dan kuremas pantatnya. “aduh…. kamu nakal ya…”ujarnya. Kubuka celanaku dan kukelurkan penisku yang tegang.Kugesekkan ke pantat mamaku.Cerita Sex abg RemaJa terpanas

    “ma…ayo.. dong…”bujukku “gak..ah…ntar dilihat papa!”tolaknya “please…..”rayuku “isap aja ya….”tawar mamaku “ya..deh..!”sahutku lalu mama jongkok dan mengisap penisku.Mataku meram melek menahan nikmatnya.Sampai kusemburkan lahar hangat kemulut mama.Lalu aku mandi dan berangkat kuliah.Dikampus aku rasanya pengen cepat pulang. Pukul 2 siang aku tiba dirumah.Kupanggil kak dewi dan mama kekamarku. “Gimana….kalo kita main bertiga”usulku “hah..!!!”jawab mama dan kak dewi serentak.

    “Aduh.. nih…anak.. nafsu amat ya…”ujar mamaku “kayaknya asyik juga tuh.”sahut kak dewi Kak dewi langsung membuka bajunya.Dan menimpaku.Bibirku dilumatnya sambil tangannya melucuti pakaianku. Mama akhirnya membuka bajunya dan ikut bergabung. Mama langsung mengisap penisku sambil menjilatinya.S edangkan aku menjilati vagina kak dewi.Lalu kusuruh mama tidur telentang sambil mengangkang.Kujilati vagina mama dan kak dewi menjilati dan meremas remas payudara mama. sssst….. enaaak…. ahhh….. erang mama.

    Lalu gantian,kujilati vagina kak dewi dan mama menjilati payudara kak dewi. Aku mulai memasukkan penisku kevagina kak dewi dan memompanya. Sedangkan mama menjilati payudara kak dewi sambil menggosok2 vaginanya sendiri.aahhh…ohhh..oh….kak dewi menjerit kecil berbarengan dengan deru napasnya yang tidak teratur.Kupercepat goyanganku.Aku harus membuat kak dewi orgasme terlebih dahulu .
    Beberapa saat kemudian kak dewi mengerang puas ah.a.h..ah.

    ah.ah.ahhhhhhhhhhhh.. ha.. sambil nafasnya agak tersenggal.Penisku terasa dijepit otot vagina kak dewi yang yang berkontraksi.Kucabut penisku dan kutarik mamaku.Lalu kumasukkan penisku ke liang surganya dan kugoyang.Mama ku hanya mendesah kecil.Aku menikmati goyanganku.Aku lalu membalikkan tubuh mama keatas.Mama bergoyang bagai menaiki kuda.Tanganku meremas-remas pantat mama dan membantunya turun naik. oooo… ahhhh….. yehhh…… erang mama sambil memejamkan matanya.Cerita Sex abg RemaJa remas toket

    Payudaranya bergantung dan bergoyang. ohhhhh…ahhhhhhhhh….. kudengar erangan mamaku sambil memejamkan mata dan menahan ludah.Kurasakan mama sudah orgasme.Kupeluk mama dan kubalikkan badannya.Kak dewi langsung mendekat dan menjilati payudara mama.Aku langsung menggenjot mamaku lagi dengan posisi mama telentang.Sekitar dua menitan, kurasakan aku mau mencapai puncak.Langsung kucabut penisku dan kusemburkan ke mulut kak dewi dan mama. Nonton film semi 18+ disini klik

    Mereka berebutan.spermaku muncrat kewajah mereka berdua.Aku lalu terduduk lemas.Kulihat mama dan kak dewi saling menjilati spermaku yang muncrat kewajah mereka.Setelah 10 menit kak dewi keluar dari kamarku.Dan aku memainkan satu ronde lagi dengan mamaku.Dan kuakhiri dengan semburan sperma didalam lubang anusnya.Setelah itu mama keluar dan mandi.

    Sekarang aku benar-benar betah dirumah,kapan saja ada saja yang melayaniku(mama dan kak dewi).Hampir tiap pagi aku mendapat jatah istong dari mama.Tapi semua udah kuatur.Kalo siang aku mainnya sama mama,dan kalo malam malam lagi pengen,aku mainnya sama kak dewi.Tapi kadang ngak tentu juga,yang mana aja.Kalo papa gak ada kami main bertiga.Apalagi kalo papa keluar kota kami makin bebas tidur sama.Bahkan aku pernah bolos kuliah karena kecapekan melayani mama dan kak dewi.Kejadian ini membuatku betah dirumah.Rumahku bagaikan surga bagiku.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Birahi Seorang Tante Girang

    Cerita Sex Birahi Seorang Tante Girang


    684 views

    Perawanku – Cerita Sex Birahi Seorang Tante Girang, Jam weker dimeja kamarku berdering pada jam 09.00 pagi, memang aku mensetting pada jam itu, karena tadi sampai terdengar adzan subuh aku masih belum bisa memejamkan mata untuk tidur. Aku menggeliatkan tubuhku terdengar kerotokan pada pinggangku, dengan malas aku bangkit dari tempat tidur… ups.. aku lupa kalo aku tadi tidur dengan tubuh telanjang bulat… kulihat tubuhku dari pantulan cermin besar.. mmm… dalam usia hampir kepala 4, kulihat tubuhku masih bagus dilihat… buah dadaku yang berukuran bra 36 B masih cukup kenyal, pinggangku masih ramping tak berlemak, pinggul dan pantatku kata mas Seno, almarhum suamiku adalah bagian yang terindah dari tubuhku, sangat seksi dan serasi dengan sepasang kakiku yang panjang… wajahku…? kata mas Seno lagi, katanya wajahku lebih pantas dibilang seksi daripada cantik… entahlah penilaian lelaki memang susah dijabarkan oleh perempuan….Sssssshhh… ooohhh… gila, lagi-lagi gairah birahiku meletup dengan tiba-tiba… di depan cermin besar itu aku meremasi buah dada montokku sendiri yang kian mengencang… ammpuuuun… sudah 2 hari 2 malam ini aku sangat menderita karena birahi gila ini… entah berapa belas kali selama 2 hari 2 malam ini aku bermasturbasi…sampe tubuhku benar-benar loyo.

    Bahkan pada hari pertama aku sempat melakukan masturbasi di belakang kemudi mobil di tengah keramaian jalan tol, saking ngga ketahan… Semalam, dengan diiringi adegan-adegan syur film bokep koleksi almarhum mas Seno… aku melampiaskan hasrat birahiku secara swalayan, mungkin lebih dari 10 kali sampai pagi menjelang…Maka betapa jengkelku, sekarang belum setengah jam mataku terbuka, gelegak birahi itu meletup lagi… kali ini aku melawan, aku masuk kamar mandi, kuguyur tubuhku dengan shower air dingin… agak menggigil juga tubuhku…. Aku memang wanita berlibido tinggi. Sejak ABG aku sudah kenal masturbasi… menjelang lulus SMU aku mengenal persetubuhan dan berlanjut menjadi doyan disetubuhi… Masa kuliahku adalah masa euphoria sex, karena aku kuliah di Bandung sementara orang tuaku di Jakarta… pada awal masa kuliahku, aku pantas dijuluki Pemburu Seks… beberapa kali aku diusir dari tempat kost yg berbeda, dengan sebab yg hampir sama… yang aku ingat, sore pulang kuliah diantar teman kuliahku, aku lupa namanya… pokoknya keturunan Arab… aku lupa bagaimana awal mulanya, aku bisa nyepong kemaluan Arab ganteng itu di dalam kamarku dalam keadaan pintu ngga terkunci dan Ipah pembantu ibu kost yg nyinyir itu nyelonong masuk kamarku utk menaruh pakaianku yg habis diseterikanya… aku tengah terkagum-kagum dengan volume batang kemaluan Arab ganteng yang lebih besar dari lenganku dan minta ampun panjangnya.
    Malam itu juga aku disidang dan harus keluar dari rumah kost itu. Tapi buatku ga ada masalah karena malam itu si Arab ganteng memberikan tumpangan sementara di rumah kontrakannya… tentu saja gairah birahiku yang binal dimanjakan oleh Arab ganteng itu… sepanjang hari… bahkan sampai beberapa hari aku tinggal di rumah kontrakan si Arab ganteng yang berantakan… Kejadian yg lain pernah juga tengah malam, lagi seru-serunya ML sama cowok baruku… tiba-tiba pintu didobrak petugas ronda yg rupanya sudah lama memperhatikan kebiasaanku masukin cowok malam-malam… cowokku dengan tengilnya berhasil kabur… sementara aku lagi-lagi terpaksa harus cari kost baru lagi… Satu lagi yang ga bakal aku lupa, affairku dengan bapak kost, biar sudah tua tapi ganteng dan handsome.. dan yang membuatku bertekuk lutut… mmm… aksi ranjangnya boo’… selalu membuatku bangun kesiangan esoknya… sayang aku menikmati kencan ranjang dengan bapak kost baru tiga kali keburu ketangkap basah sama istrinya… abis siang bolong bapak itu ngajakin naik ranjang… apesnya lagi aku ga akan mampu menolak, kalo tetekku sudah kena diremasinya… baru mau dua kali aku mendapatkan orgasme… eeh…pintu di ketok-ketok dari luar dan terdengar suara ibu kost memanggil namaku… mendengar itu bapak kost yg sedang memainkan batang kemaluannya di liang sanggamaku, jadi gugup dan efeknya justru membuatnya orgasme, untung gak telat nyabut… pejunya berhamburan di atas perutku banyak sekali…. bisa ditebak endingnya… aku harus angkat kaki dari rumah kost saat itu juga…
    Nasihat sahabat-sahabatku, banyak merubah perilaku seksualku yang liar… Dengan susah payah aku berhasil menekan hasrat birahiku yang memang luar biasa panas dan aku mengumbarnya… awalnya mana sanggup aku menahan seminggu tanpa aktivitas seksual… bakal uring-uringan dan kepala terasa pecah… Sampai akhirnya aku ketemu dengan mas Seno aktivis mapala kakak kelasku… ngga hanya sosoknya yang jantan… permainan ranjangnyapun luar biasa… permainannya yang agak kasar, mampu membuatku mengerang-erang histeris… Aku ga nyesel, harus married dengan mas Seno karena keburu hamil. Buktinya aku berhasil menyelesaikan kuliah, walaupun sambil mengasuh Astari buah cintaku dengan mas Seno. Status ekonomi kamipun tergolong bagus… Sampai akhirnya 5 tahun yg lalu, kecelakaan mobil di jalan tol merenggut mas Seno dari kami berdua… Selama 5 tahun menjanda, mungkin karena kesibukanku mengurus dan melanjutkan usaha mas Seno yang sedang menanjak pesat dan keberadaan Astari anak tunggalku sudah menginjak usia gadis remaja, aku hanya 2 kali terlibat affair dengan lelaki yg berbeda, itupun juga hanya having fun semata, penyegaran suasana disela-sela kesibukan bisnis… Kehidupan seksualku datar, tanpa gejolak… sesekali aktivitas masturbasi cukup memuaskanku…
    Setelah tubuh terasa segar, kukenakan kimono dan keluar kamar…
    ” Heee… Ron kamu disini..? kok ga sekolah..?” Kudapati Ronie di belakang komputer Astari. Ronie adalah kakak kelas Astari yang hampir setahun ini akrab dengan anak gadisku itu. Anak muda yang sopan dan pandai cerminan produk dari keluarga yang cukup baik dan mapan.
    ” Iya tante, saya hari ini kebetulan banyak pelajaran kosong jadi bisa pulang lebih awal dan tadi Tari minta tolong saya nungguin tante yg lagi sakit.. kali aja butuh apa-apa” Sahut Ronie sopan, membuatku terharu… Lumayan ngobrol dengan Ronie, penderitaanku agak berkurang…
    ” Ron, kamu bisa mijit ga..? tolongin pijitin tante dong bentar… leher tante kaku…” pintaku ke Ronie tanpa canggung, karena memang kami sudah akrab sekali, bahkan buatku Ronie kaya anakku sendiri. Ronie duduk menghadap punggungku pijatan demi pijatan kurasakan… tanpa kusadari sentuhan tangan lelaki muda itu terasa nikmat selayaknya sentuhan lelaki yang tengah membangkitkan birahi perempuan… aku mulai mendesah resah… percikan api birahi dengan cepat membakarku tanpa ampun…. sementara tanpa kusadari kimonoku sudah semakin melorot, terdesak tangan Ronie yang kini memijit daerah pinggangku, atas permintaanku sendiri untuk memijit lebih turun…. uuuhh… dadaku terasa sesak.. akibat tete’ku yang semakin mengencang…. aku ingin ada yang meremasinya… Sssshhh.. ooohhh… gilaaa… ngga tahaann… kupegang kedua tangan Ronie, tangan kiriku memegang tangan kirinya dan tangan kananku memegang tangan kanannya kutarik kedepan melingkari tubuhku dan kutangkupkan di buah dadaku…
    ” Eehh… tante…?” bisik Ronie bingung dari belakang tubuhku
    ” Ron… tolong remasi tete’ tante…” desisku resah… merasakan sentuhan tangan lelaki pada buah dadaku yg tengah mengencang…. Benar-benar hilang sosok Ronie yg sehari-hari adalah pacar Astari anakku.. yang ada dibenakku saat itu Ronie adalah lelaki muda bertubuh tegap… Ooouuh… Ronie mulai meremasi kemontokan buah dadaku…
    ” Yaaaaahh.. hhh…hhh… enaaaak Ronn.. ulangi lagi sayaaang.. oooohhh….” tubuhku menggeliat resah… kugapai kepala Ronie dan kutarik ke arah tengkukku yang terbuka karena rambutku kusanggul keatas… Ronie tak menolak dan melakukan permintaanku untuk menciumi tengkukku..
    ” Ciumi leher tante… hhhmmm..sssshhh.. yaaahh.. kecupin sayaaang.. aaaaccchh… sssshhh..” bisikan dan desah mesraku menuntun Ronie melakukan apa yg kuminta…Aku makin gemas, tubuhku gemetaran hebat… baju kimonoku tinggal menutupi tubuh bawahku karena tali pinggangnya masih terikat. Kubalikkan tubuhku, sejenak kupandangi wajah ganteng Ronie yang matanya terbelalak liar menatap nanar tubuh bagian depanku dengan mimik ngga karuan. Kulingkarkan kedua lenganku di lehernya dan dengan penuh gairah kusosot bibir manisnya… anak muda ini gelagapan menghadapi liarnya bibirku yang mengulum bibirnya dan nakalnya lidahku yang menggeliat menerobos masuk rongga mulutnya… Tapi insting lelakinya segera mengantisipasi, segera dapat mengatasi seranganku.
    Baju seragam Ronie dengan cepat kulolosi dan… ooohh… dada yg gempal dan bidang dari salah satu tim inti basket di sekolahnya ini membuat gairahku semakin binal… Kudorong tubuh Ronie untuk rebah disofa… nafas jantannya mulai tak beraturan.. Mmm… pejantan muda ini mulai mengerang-erang dan tubuhnya menggelepar, tatkala bibir dan lidahku menjelajahi permukaan kulit dadanya, bungkahan dada jantannya kuremas dengan gemas.. Aksi bibir dan lidahku terus melata sampai ke pusarnya… Sssshhh… celananya tampak menggembung besar.. entah ada apa dibaliknya..? jantungku berdegup semakin kencang melihatnya… dan mataku terbelalak dibuatnya, sampai aku harus menahan nafas, ketika retsluiting celana abu-abu itu terbuka… kepala kemaluan jantan menyembul keluar dari batas celana dalamnya…. aku dengan tergopoh-gopoh karena tak sabar melorotin celana seragam sekalian dengan celana dalam putihnya sampai ke lutut Ronie… Ooooohhh my God..! teriakku dalam hati… menyaksikan batang kemaluan Ronie yang mengacung di antara pahanya… begitu macho, begitu gagah, begitu indah bentuknya… dengan kepala kemaluannya yang besar tampak mengkilat…
    Tanganku terasa gemetaran ketika hendak menyentuh nya… Kembali tubuh Ronie menggerinjal kecil ketika tanganku bergerak mengocok batang kemaluannya… aku makin binal, kudekatkan wajahku untuk mengulum kepala kemaluan yang menggemaskan itu, sambil tetap tanganku bergerak mengocok batang kemaluannya… mendadak tubuh tegap itu meregang hebat diiringi erangan keras… dan bibirku yang setengah terbuka dan tinggal beberapa sentimeter dari kepala kemaluan itu merasakan semburan cairan hangat dengan menyebarkan aroma khas yg sangat kukenal dan kurindukan… apalagi kalo bukan peju lelaki… tanganku refleks mengocok batang kemaluan Ronie makin cepat sambil tanganku yang lain mengurut lembut kantung pelirnya…
    Sementara kubiarkan peju yang sangat kental itu menyembur wajahku…. sesekali kusambut dengan lidahku… mmmm… rasa khas itu kembali dikecap oleh lidahku…Terus terang aku sempat kecewa, dengan bobolnya peju Ronie….Tapi beberapa saat batang kemaluan yang masih dalam genggamanku, kurasakan tak menyusut sedikitpun masih tetap keras… tanpa buang waktu, aku merangkak diatas tubuh Ronie yang menggelosoh di sofa… dengan posisi tubuhku jongkok mengangkangi tubuh Ronie, di atas kemaluan Ronie… kutuntun batang kemaluan perkasa yang masih belepotan peju itu kearah liang sanggamaku yang sudah basah kuyub dari tadi… wooohh… ternyata kepala kemaluan itu terlalu besar untuk masuk ke liang sanggamaku… Akhirnya dengan sedikit menahan perih, akibat otot liang sanggama yang dipaksa membuka lebih lebar.. kujejalkan dengan sedikit memaksa ke liang sanggamaku yang sudah tak sabar untuk segera melahap mangsanya….
    ” Iiiiihhh… bantu dorong sayang…. Oooooowwwwww…” Aku merengek panjang ketika sedikit demi sedikit amblas juga batang kemaluan Ronie menembus liang sanggamaku.. diiring rasa perih yang menggemaskan…
    ” Sssshhh… mmmhh… ayun pinggulmu keatas sayaaang..” kembali aku menuntun pejantan muda ini untuk memulai persetubuhan…
    ” Aaaww… aahh… ooww.. pelahan duluuu sayaaang… burung kamu gede banget… perih tauuk..” aku ngedumel manja… ketika Ronie mengayun pinggulnya kuat sekali… Terasa tubuhku bagaikan baterai yang baru dicharge… aliran energi aneh itu mengalir menyebar ke seluruh tubuhku… membuat aku semakin binal memainkan goyangan pinggulku… sementara Ronie ternyata cukup cerdas menyerap pelajaran, bahkan mampu segera mengembangkan… dengan posisi tubuhku diatas, membuatku sangat cepat mencapai orgasme… entahlah atau karena besarnya batang kemaluan Ronie yang menyungkal rapat liang sanggamaku, sehingga seluruh syaraf dinding liang sanggamaku rata dibesutnya… Luar biasa..! dalam waktu kurang dari lima menit setelah orgasmeku yg pertama, kembali aku tak dapat menahan jeritku mengantar rasa nikmatnya orgasme yang kedua… dan… hhwwwoooo…. aaaammmpppuuunnn..!!!! Rupanya Ronie tak mampu menahan lebih lama bobolnya tanggul pejunya… tubuhku dihentak-hentaknya kuat sekali… seakan ingin memasukkan seluruh batang kemaluan sepeler-pelernya ke liang sanggamaku… diiringi erangan mirip suara binatang buas sekarat…
    Aku menangis menyesal setelahnya, berkali-kali Ronie memohon maaf atas kejadian yang terjadi siang itu…Tapi anehnya gairah seksualku yang meletup-letup tak terbendung itu, mereda setelah kejadian siang itu… Aktivitas berjalan normal kembali, tapi sudah hampir seminggu ini, aku tak pernah melihat Ronie datang ke rumah.
    ” Dia lagi sibuk Ma… dapat tugas antar jemput saudara sepupunya yang masih SD…” Jawab Astari ketika aku menanyakan tentang Ronie yang tak pernah muncul… Terus terang saja, sejak kejadian itu… pikiranku sangat kacau, disisi aku sebagai Mama Astari aku sangat menyesal dan sedih atas kejadian itu, tapi disisi aku sebagai seorang wanita yang masih punya hasrat dan naluri betina yang utuh… aku tak ingin melupakan kejadian itu… bahkan aku berharap kejadian itu terulang lagi….
    Hampir sebulan lamanya Ronie tak muncul ke rumah, akupun maklum, Ronie sebagai remaja hijau, tentu mengalami shock dengan kejadian itu… disitulah muncul rasa berdosaku kepada Ronie dan Astari anakku… Tapi jujur sejujurnya ada terselip rasa rinduku memandang wajah anak muda itu… Aku sering mengintip dari balik gordiyn jendela, saat Astari turun dari boncengan Ronnie… kenapa hatiku berdebar-debar dan sedikit desiran birahiku menggelegak…
    Pikiranku makin kacau… setelah beberapa kali kulihat Ronnie mulai nongkrong lagi dirumah… kulihat Ronnie masih salah tingkah di depanku, walaupun aku sdh berusaha menetralisirnya.. iiihhh tapi buat aku… otakku jadi ngeres begitu melihat wajah Ronnie yg innocent… betapa tidak… terbayanglah ekspresi wajahnya ketika tengah menyetubuhiku beberapa waktu yang lalu… ekspresi wajahnya yang begitu sensual dimataku pada saat dia melepas semburan spermanya… suara erangan dan nafas birahinya seakan nempel ditelingaku… maka kekacauan inilah yang mendorongku menerima tawaran Adrian seorang rekan bisnisku untuk makan siang di sebuah hotel berbintang dan setelahnya akupun tak menolak ketika ia mengajakku memasuki sebuah president suite di hotel itu, dengan alasan untuk mencari ketenangan membicarakan pekerjaan… walaupun yang terjadi kemudian adalah rayuan-rayuan mautnya yang kusambut positif… dari remasan tangan… kecupan bibir… jilatan lidahnya yang nakal pada leherku… desah resahku… remasan gemasku… dan… lolosnya pakaian kami satu persatu… payudaraku yang mengencang akibat remasan tangan dan cumbuan bibirnya… hhmmm… jilatannya pada clitorisku… batang kemaluannya yang berbentuk indah, perkasa… memaksa bibirku untuk mengulumnya… ooowww… nikmat hentakan tubuhnya menekan tubuhku… sodokan kejantanannya pada liang sanggamaku mengantarkan kenikmatan orgasmeku dua kali berturut-turut… 2 jam kami melewatkan waktu untuk making love siang itu, kekaguman Adrian atas permainan ranjangku yang begitu hot dan lihay… beberapa kali aku berkencan ranjang dengan Adrian lelaki tinggi besar berstyle dandy… kepuasan sex kuraih dengan sempurna dengan kelihayannya dia memperlakukan perempuan di atas ranjang… tapi bayangan sensual wajah bocah innocent bernama Ronnie itu tak juga sirna…
    Sampai pada suatu malam hujan turun dengan deras… rupanya malam itu Ronnie sedang dirumah, berbincang dengan Astari di ruang tamu… sedangkan aku nonton TV diruang belakang…
    ” Ma, mas Ronnie mo pulang tuh…” terdengar suara Astari dari belakangku…
    ” Eh… pulang..? hujannya gede banget, tunggu reda aja.. jauh lagi rumah Ronnie..” jawabku spontan sambil bangkit dari dudukku berjalan ke ruang depan… kulihat jam memang sudah terlalu malam untuk bertamu…
    ” Ronn… ujan begini lebat, udah malem lagi… ntar ada apa-apa di jalan… sudah deh Mama kasih kamu nginep disini, tidur di kamar atas, besok subuh Mama bangunin kamu…” ujarku, terdorong rasa sebagai orang tua yg khawatir kepada anaknya… Ronnie menunduk salah tingkah ga berani menolak..
    ” Tapi Ronnie harus telpon rumah dulu tante…” sahutnya pelan… dan akhirnya justru aku yang menelpon kerumah Ronnie memintakan ijin orang tua Ronnie, yang ternyata menyambut baik…
    Malam semakin larut, sementara hujan semakin hebat diserta guntur dan kilatan petir… Aku tergolek di ranjang, tak dapat memicingkan mata… Siang tadi kembali Aku melewati kencan ranjang dengan Adrian…. tapi… entah kenapa kali ini… susah sekali aku mencapai orgasme… sampai 2 kali Adrian menumpahkan spermanya… sedangkan aku tak sekalipun.. Gilaaa… kenapa justru sekarang wajah bocah itu yang terbayang-bayang di malam dingin ini… iiihhh… birahiku meletup- letup gila… ampuuunn… sekarang bocah itu ada dilantai atas… tunggu apa lagi..??? mmmm… bisikan setan.. aku tak mampu menahan tubuhku yang berjalan manapaki tangga… dan kini aku di depan pintu kamarnya… tanpa mengetuk kubuka pintu… ternyata Ronniepun masih belum tidur…
    ” Ronnie kamu belum tidur..?” tanyaku gagap… kenapa aku jadi salah tingkah sekarang…?
    ” Tante juga belum tidur…?” sahutnya… iiihh… jawabannya begitu tegas… aahh… siapa yg menuntunku duduk diranjangnya… mmm… darahku berdesir ketika tahu mata Ronnie menatap dada montokku yg memang tak mengenakan bra, sehingga puting susuku tercetak menonjol dibalik gaun tidurku yg memang berbahan tipis, sehingga semburat kecoklatan aura puting susukupun nampak jelas, kembali aku kehilangan kontrol… dan entahlah bagaimana awalnya dan siapa yang mengawali…. bibirku sudah dalam lumatan bibir Ronnie… sergapan nafsu birahiku tak dapat kuelakkan dan remasan lembut tangan lelaki muda pada buah dadaku melambungkan gairah seksualku… gelitikan lidah nakalnya pada puting susuku membuat tubuhku menggeliat erotis disertai erangan manjaku… satu demi satu pakaian beterbangan meninggalkan tubuh kami… aku begitu hot dan bergairah mencumbui tubuh pacar anakku itu… tapi aku sudah melupakan siapa Ronnie, yang aku tahu Ronnie adalah lelaki muda yang siap memenuhi kebutuhanku ooowww… aku tak menyangka kali ini Ronnie lebih lihay dan lebih berinisiatip melakukan serangan, sampai aku hampir tak percaya ketika Ronnie menyurukkan wajahnya di selangkanganku dan mencumbui bibir kemaluanku…
    ” Ronnn…. sssshhh…. kamu piiiinteer sekarangg… ooohh.. ammpuunn nikmaaaatnyaa…” desahku merasakan nikmat cumbuan lidahnya pada clitorisku, membuat Ronnie tambah semangat… Ketika permainan yang sesungguhnya berjalan… sebagai wanita dewasa yang telah berpengalaman menghadapi gairah lelaki… aku dibuat megap-megap menghadapi serangan pejantan muda ini… hajaran batang kemaluannya yang perkasa pada liang sanggamaku tak kenal ampun… membuat aku mengerang merintih bahkan menjerit setengah histeris… untung suara hujan yang lebat di timpa suara guruh meredam suaraku…. luluh lantak tubuhku dihajar aksi ganas Ronnie… tapi buatku adalah sebuah sensasi seksual yg sangat luar biasa.. yang mengantarku meraih dua kali kenikmatan orgasme…. tubuh telanjang kami terkapar lunglai di ranjang yang kusut spreinya, tak ada sesal kali ini…
    “Ronnie jujur sama Tante… setelah waktu itu kamu maen sama perempuan mana…?” tanyaku datar dg nada dingin.
    ” Aaah… nggak, sekali-sekalinya cuma sama Tante Arsanti..” jawab Ronnie agak gugup menyebut namaku..
    ” ga mungkin, kamu mendadak bisa begitu canggih mencumbu Tante…?” desakku… dan akhirnya Ronnie menceritakan pengalaman setelah pengalaman seksualnya yang pertama, Ronnie banyak nonton blue film dan otak cerdasnya banyak menyerap gaya dan cara bercinta dari film-film biru yang ditontonnya…
    “Mmmmm… kaciaaan… kamu tentunya kangen mencumbu Tante ya sayaang…?” bisikku sambil kudaratkan kecupanku ke bibirnya, tubuhku bergerak menindih tubuh atletis Ronnie, tubuhku direngkuh dan tubuh kami menempel ketat… kuajarkan permainan lembut… mmmm… anak pintar ini dengan cepat menguasai permainan baru yg kuajarkan… dengan telaten setiap inchi tubuhku dirambahnya dengan remasan, gerayangan tangannya yang nakal… jilatan dan kecupannya merambah setiap bagian tubuhku yang sensitif… tubuhku menggeliat erotis… kadang menggelepar liar… rintihanku mulai terdengar… tak dapat kutahan desah gelisahku… diselingi jeritan gemas…
    ” Ayo sayaang…hh..hhh… Tante udah ga tahan…” bisikku lembut, setelah aku nggak tahan lagi merasakan kuluman dan jilatan Ronnie pada clitorisku…
    ” Aoooouuuhhh… Roooonnn….hhh…hhhh…” suaraku terdengar bergetar memelas… mataku meredup sayu menatap wajah imut Ronnie, manakala liang sanggamaku untuk kesekian kalinya ditembus batang kemaluan bongsor milik Ronnie, namun kali ini Ronnie menekan pelan sekali, sehingga terjadi gesekan nikmaaaaat yang lama sekali… sehingga kedua kakiku yang melingkari pinggangnya seakan mengejang, tak tahan menahan kenikmatan yang luar biasa…
    “Enaaak Tante..?” bisiknya lembut sambil tersenyum manis, ketika liang sanggamaku sudah tak ada tempat lagi bagi batang kemaluannya… iiih… menggemaskan bibirnya… aku menjawab dengan mengangkat alis… bibirku kembali menyambar bibir yang menggemaskan itu… ciuman dan kuluman panjang dimulai, dorongan gelegak birahi kami memang luarbiasa, permainan semakin panas dan semakin liar, ekspresi kami total menyembur tanpa kendali…kembali tubuhku dihentak-hentak oleh tenaga perkasa Ronnie dengan garangnya… jeritan dan rintihanku silih berganti ditimpa dengus nafas birahi ronnie yang mengeros buas…
    “Aaaahhhkkk…. Roonnnie ssaayaang…. aammppuuunn…ooowww… ssshhh… niiikmaaat banggeet ssiih…???” rengekku dengan suara memelas, namun tarian pinggulku dengan gemulai masih dengan sengit mengcounter rajaman batang kemaluan Ronnie di liang sanggamaku sehingga terdengar bunyi berceprotan di selangkanganku… gillaaa.. susah untuk kuceritakan sensasi malam itu…
    “Tante…hhh…hh.. Ronnie ampiir… sssshhh..” desis ronnie dengan suara bergetar… matanya garang menatapku… iiihhh mengerikan, tapi aku sngat menyukai ekspresi ini
    ” Ayoooo sayaanggg…. semburkan bareng Tante… ooouuuuhhhh….!!” Ya ammppuuun… mengerikan sekali… tubuhku terguncang-guncang hebat, akibat hentakan tubuh Ronnie menghajar liang sanggamaku pada detik puncak… mulutku menganga lebar tanpa suara, tanganku mencengkeram erat pinggiran ranjang…. dan entah apa yang terjadi, karena pada saat itu orgasmekupun meletus dahsyat…
    Entah berapa lama suasana hening, hanya suara nafas kami terengah-engah yg terdengar…. hujan di luar rupanya sudah berhenti juga….
    ” Tante… boleh Ronnie pulang sekarang, hujan kayanya sudah berhenti…” suara Ronnie memecah keheningan…
    ” Hmmm… sebenernya Tante masih pingin meluk kamu, pingin cumbuin kamu sayaaang… ini ditinggal buat Tante aja yah..?” sambil kuremas batang kemaluan yg masih sembab…
    “Titit kamu buat Tante aja ya sayaang… jangan buat orang lain… apalagi buat Astari… awas Tante bisa marah besar..” sambungku dengan nada serius… Ronniepun mengangguk tegas. Kuantar Ronnie ke garasi tempat motornya diparkir, kubiarkan tubuhku bugil, telanjang bulat…. Gila… digarasi masih sempat kulakukan oral sex… kutelan habis peju segar yg menyembur di dalam mulutku…. Capek yang luar biasa kurasakan setelahnya, badan rasanya lengket-lengket dan bau gak jelas…
    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Birahi Sepupu Istriku Yang HOT

    Cerita Sex Birahi Sepupu Istriku Yang HOT


    707 views

    Perawanku – Cerita Sex Birahi Sepupu Istriku Yang HOT, Pertama kali aku mengenal dirinya, aku kagum dengan budi pekerti dan kesopanan bicaranya. Saat itu aku masih ingat, dia sudah duduk di bangku akhir SLTP dan usianya menginjak 15 tahun. Waktu itu aku sudah bertunangan dengan kakak sepupunya yang sekarang telah menjadi istri tercintaku dan dikaruniai seorang putra yang imut.

    Sebut saja namanya Fitri, seorang istri 23 tahun, ibu dari balita berusia satu tahun yg berwajah teduh dengan sorot mata tajam yg membuat libidoku bergejolak setiap kali bertemu pandang dengannya. Senyum dari bibirnya yg tipis, dipadu dengan lekukan bra 34B yg selalu tercetak dengan jelas di balik setiap pakaian ketat yg dikenakannya, plus, legging yg menjadi kesukaannya selalu membuat penisku menggeliat liar. Suaminya berprofesi sebagai supir distributor F&B yg diproduksi dari daerah ini, untuk didistribusikan ke berbagai hotel di Jakarta; yg pulang setiap seminggu sekali.

    Kembali pada pokok cerita, mudik kali ini aku kembali bertemu dengannya saat keluarganya termasuk sepupu istriku mengunjungi keluarga istriku untuk bertamu; selepas mengetahui bahwa aku dan istriku sudah sampai di kampung halaman. Posisi dudukku berada di ruang tengah, dan istriku berada di dapur. Setelah bersalaman, Fitri segera mencari istriku di dapur. Sensor tinggi dari telingaku menangkap komunikasi mereka dalam bahasa daerah, yg jika diartikan kurang lebih seperti ini:

    I: Istriku
    F: Fitri
    A: Aku

    F: “Teteeeh! Apa kabaaar??? Udah lama ga ketemu! Makin molegh (padet) aja teh!”

    I: “iiih Si Fitri bisa ajjaaah… yg ada kamuh yg makin seksi ajah! Tuh liat, kemejanya aja udah meletet begitu! Jadi keliatan atuh dalemnya kalo kancingnya ketat begituh”!

    F: “Ah, gapapa teh… sedekah buat cowo!”

    Kebetulan memang aku duduk di sofa panjang yg memungkinkanku untuk melihat jelas ke arah dapur. Fitri dan istriku mengobrol dalam posisi berdiri, dan Fitri mengenakan kemeja putih agak transparan dgn tanktop hitam sebagai daleman, dipadu dgn legging berwarna hitam yg membentuk dengan jelas bagian pinggul ke bawah. Fantasiku semakin liar ketika kuperhatikan dari jauh, tidak ada ceplakan celana dalam di legging si Fitri… which means dia menggunakan g-string -atau jangan2- tidak menggunakan underwear sama sekali!

    Lamunanku buyar tatkala keponakanku memanggilku minta THR, maka untuk sejenak aku mengalihkan perhatian sejenak ke para ponakanku untuk memberikan THR yg memang telah kusiapkan dlm amplop angpau warna pink. Tidak disangka, si Fitri tiba2 sudah persis di sampingku.. duduk dgn gaya manja di dudukan untuk tangan di sofaku.

    F: “Ooommm… buat Pitri maannaaahh?”

    A: “Kamu udah nini nini begitu masa masih mau THR?”

    F: “Namanya juga ibu rumah tangga yg kesepian ditinggal suami kerja, oom… jadi wajar atuh dapet THR dari siOm! Bener kan teh? … (Keluarga tertawa mendengar celetukan Fitri)”

    I: “iyah yang, gapapa… kasih dua amploplah sekalian buat si kecil..”

    A: “Yasudaah kalau begituuuu…”

    Sesaat kukeluarkan dua buah amplop angpau dari tas kecil berwarna hitam yg selalu kubawa kemana-mana dan kuberikan keduanya ke jemari lembut bersih si Fitri.

    F: “Aduuuh… Siom mah baik banget! Andaikan AAnya Pitri kaya siOm…”

    Kuanggap kalimat itu sebagai sebuah kalimat “basa basi” karena keinginannya telah terpenuhi.

    Sekian lama kami bercengkerama dgn anggota keluarga lainnya di ruang tengah, dan Fitri masih tidak beranjak dari tempatnya semula. Bahkan beberapa kali, entah dilakukan dgn sengaja atau tidak, ia melingkarkan tangannya ke belakangku. Karena posisinya berada di pinggir sofa (dudukan tangan), maka saat ia melingkarkan tangannya, otomatis payudaranya beberapa kali menyentuh daun telingaku.

    Lagi2 kubuang otak mesumku dengan berpikir bahwa ini adalah sepupu istriku yg SUDAH BERSUAMI.. maka kuanggap ini sebagai “kebetulan” belaka walaupun aku berusaha keras untuk menahan pikiran liarku yg seolah menggedor setiap pintu di dalam otakku, meminta paksa untuk dibebaskan dgn segera!

    —Skip—

    Hampir memasuki waktu malam, keluarga Fitri pamit, namun tanpa dirinya. Dia bilang mau nginep beberapa hari mau ngobrol2 sama tetehnya (istriku). Jadi, keluarganya pulang tanpa Fitri dan anaknya.

    Seperti biasa, aku mengambil posisi di ruang tengah karena aku perokok berat, sementara istriku dan sepupunya ngobrol di ruang TV sambil Fitri menidurkan anaknya yg masih berusia 1,5 tahun itu. Karena suasana santai, maka Fitri telah berganti kostum menggunakan tanktop dan hotpants warna pink saat ngobrol dgn istriku. Penisku semakin berdenyut melihat pemandangan seperti itu di depanku.
    Spoiler for Kurang lebih penampakan seperti ini:
    Tak lama kemudian, aku ingin buang air kecil, dan kebetulan di kamar mandi ada Abah, orang tua laki-laki istriku. Jadi, aku bilang ke istriku bahwa aku mau ke pincuran (pancuran yg difungsikan untuk tempat mandi/mencuci pakaian/buang air kecil).

    A: “Aku pipis di pincuran aja deh… di kamar mandi penuh”

    I: “Ya udah sanah, hati2 gelap! Jalannya licin loh…”

    A: “Iya gapapa, pelan2 aja”

    F: “Pitri ikut, Om… Udah nahan juga dari tadi…mana si Abah lama banget lagih..”

    Deg! Apakah ini waktunya? Tuhan, kok ya cepat sekali Kau beri aku ujian yg berat ini

    A: “oh gitu? Hayuk atuh…”

    Dan aku mengambil hpku untuk difungsikan sebagai senter. Aku berjalan di belakang Fitri yg sedang memakai jaket sembari mencari sendalnya di depan rumah. Saat ia merunduk, dengan jelas aku bisa melihat bongkahan pantat kenyalnya yg dibalut shortpant karet warna pink -dan lagi2- tanpa ceplakan celana dalam!

    A: “… … …”

    F: “Om, kok ngelamun gitu??”

    A: “Ah, nggak… Itu lagi ngeliatin jalan ke pincuran, ternyata gelap juga ya? (Ngeles)”

    F: “Di sini emang gitu, Om… Ga ada lampu buat ke pincuran… Hayuk atuh!”

    Maka kami berjalan beriringan, dan para suhu pasti bisa menebak bahwa aku kembali memposisikan diri berjalan di belakang Fitri untuk memperhatikan ayunan pinggul, pantat, dan paha mulusnya haha. Tidak berapa lama kemudian di tengah jalan berembun yg licin, dia terpeleset. Karena aku persis berada di belakangnya, maka aku dgn sigap menangkap tubuhnya… Dan dengan jelas aku bisa melihat payudaranya yg terbalut tanktop pink di balik jaketnya yg hanya diritsleting setengahnya. Yg lebih membuatku kaget, dari selipan tanktop pink itu aku tidak melihat adanya bra atau kemben atau apapun itu untuk menutupi putingnya! God damned! I think this situation is well prepared!

    F: “Aduh! Maaf Om… Licin banget jalannya!”

    A: “Iya, udah mulai ngembun soalnya! Pelanpelan aja, Fit! Yuk sini…”

    F: “Iya Om, pelan2 yah…”

    Entah kenapa, tanganku secara otomatis meraih pinggulnya untuk berjalan berdampingan denganku, namun posisi Fitri berada agak ke depan, dengan tanganku tetap melingkar di pinggulnya; sehingga dengan bebas penis tegangku yg masih terbungkus celana pendek warna hitam ini bisa kugesekkan ke hotpants karetnya yg berwarna pink.

    Langkah demi langkah kami berjalan pelan sekali, dan setiap langkah terhenti, penisku kugesekkan ke bongkahan pantat sebelah kanannya sambil tangan kiriku menahan pinggulnya, terlihat seolah berhati hati tetap menahan agar Fitri tidak terpeleset lagi. Entah disengaja tau tidak, kok ya di setiap langkah itu dia seperti mengerti maksudku. Setiap kugesekkan penisku ke pantatnya, dia seperti menekan pantatnya ke batangku… Setiap kali pasti begitu! Jarak antara rumah ke pincuran yg hanya 20 meter-an sepertinya terasa lama sekali karena kami melangkah “sangat hati2” … Atau lebih tepatnya, “saling menikmati” kali ya!

    Sesampainya di depan pincuran, aku segera menurukan celanaku dan penisku yg tegang sedari tadi langsung terbebas dari sangkarnya. Tapi aku baru sadar, bahwa tanganku masih pegang telepon yg kufungsikan sebagai senter. Tanpa pikir panjang, kupanggil Fitri untuk pegang teleponku, jd aku bisa buang air kecil dgn leluasa.

    A: “Fit, tolong pegang teleponku doong… Tadi lupa main masuk aja”

    F: “Iyaah Om, kadieukeun atuh hapenyaah…”

    Agar para suhu bisa membayangkan, pincuran ini berada di bawah jalan setapak; terdiri dari beberapa buah bilik yg saling bersebelahan. Kebetulan pincuran ini tdk memiliki tempat BAB, tapi memang dikhususkan untuk pipis atau mencuci baju. Sebuah bilik pincuran berukuran kurang lebih 2×3 meter, dengan air yg selalu mengalir selama 24 jam dari sebuah pipa PVC.

    Kembali ke jalan cerita, karena memang posisi badan jalan ke pincuran licin karena embun, maka bisa ditebak… Fitri, perempuan dengan dada 34B itu kembali terpeleset saat ingin meraih teleponku, dan aku reflek membalikkan badanku untuk menangkapnya.

    BRUKKK!!!

    Aku menangkapnya untuk kedua kalinya. Bedanya, kali ini posisi tubuhku agak membungkuk (masih dlm posisi berdiri) dan tubuh kami saling berhadapan, dan lebih parahnya lagi, penisku berada dalam posisi bebas dengan kepala Fitri berada di dadaku. Yg membuatku heran, kali ini tidak ada reaksi dari si Fitri.

    A: “Fit, kamu gapapa?”

    F: “… … …”

    A: “Fit, kamu kenapa? (Sambil kuletakkan tanganku di wajahnya)”

    F: “(posisi wajah masih menghadap bawah)Iya, Pitri ga apah2…
    (Mengubah posisi wajah menatapku)…
    Kontol qamuh gede juga yah?”

    OMG!!! Bagai disambar petir rasanya! SHIT!!! Ternyata posisi tangannya sudah memegang penisku dengan lembut. Perasaanku campur aduk antara khawatir dgn kondisinya, tapi juga sekarang shock karena posisi tangannya sudah berada di penisku yg tegang sedari tadi.

    F: “Masih mau pipis ga, Om kalo diginiin? (Sambil mengocok penisku maju mundur dgn perlahan)…”

    A: “Ouw… nakal banget kamu, Fit! Kalo aku bilang udah ga mau pipis lagi, gimana?”

    F: “Hihihi… Mmm… Kalo kamu ga mau pipis, nih, matiin lampu flashnya dong, om… Soalnya Pitri mau pipis sebentar…”

    Tangan Fitri tetap memegang penisku sambil berjalan perlahan ke tempat pipis di pincuran. Kemudian, dia menurunkan hotpants karet pinknya sampai batas lutut, dan berjongkok untuk pipis… Jadi posisi wajahya persis berada di depan penisku yg semakin tegang.

    F: “Deketan atuh, Om… Biar bisa sekalian…”

    A: “… … …”

    Dengan sigap aku mematikan flashku sambil melangkah maju ke depan sehingga posisi testisku menempel ke pipi si Fitri. Tangannya tetap mengocok penisku dengan perlahan, namun dilakukan dgn genggaman yg kuat.

    F: “Si Teteh pasti seneng banget dapetin qamuuh… Udah baik, gak pelit, pasti pinter ngewe kalo kontolnya gede begini”

    Aku tidak menduga bahasa seliar itu bisa keluar dari mulut kecil nan menggairahkan yg selama di depan keluarga istriku selalu mengeluarkan kalimat yg santun. Aku tidak mengira di balik sosok sepupu istriku ini tersimpan figur iblis wanita yg ganas dan bisa keluar di saat2 tertentu… seperti yg terjadi padaku saat ini.

    A: “Haha… kok kamu bisa bilang gitu, Fit? Ukuranku bukannya ukuran standar laki2 Asia?”

    F: “(Sambil menempelkan bibirnya ke penisku)… Mmmh Pitri mah teu ngarti … Mmmhh… urusan Asia Asia-an… Yg penting sekarang Pitri tau kalo kontol kamu gede! Lebih gede dari suami aquh…mmmhh”

    Fitri yg masih dlm posisi jongkok dengan hotpants pink yg turun setengah, telah menempelkan bibirnya di penisku dan mulai menjilati ujung penisku dengan jilatan-jilatan kecil persis seperti yg aku inginkan! Jilatan jilatan kecil dekat lubang penis yg menimbulkan sensasi ngilu nikmat yg akan membangkitkan libido tinggi yg selama ini bersembunyi di dalam tubuhku.

    Kemudian, dia mulai mengulum kepala penisku… bibirnya berusaha menyesuaikan dengan penisku dengan ukuran mulutnya yg mungil, dan kembali memainkan lidahnya di sekitar lubang dan lingkaran kepala penisku. Perlahan, dia mulai menjelajahi penisku lebih dalam; lebih turun lagi dan semakin ke bawah.

    Aku merasa ujung penisku telah menyentuh sesuatu, yg menurutku adalah ujung kerongkongannya. Sepertinya dia berusaha menjangkau pangkal penisku, namun tak kuasa, sehingga ia tersedak dan mengeluarkan penisku dari mulutnya… Diikuti dengan air liur yg melimpah ruah dan masih tersambung antara penisku dan bibir mungilnya.

    A: “Ouw… kamu seksi banget sih, Fit! Aku suka banget sama gaya blowjob kamu!”

    F: “Ssshh.. Haaah… Pitri ga kuat kalo semua, Om! Sluurpp… Kontol kamu kok lain yah? Jadi penasaran.. sshhh.. masa aku ga bisa fellatio-in qamuuh…”

    DAMN… Man! She knows about Fellatio! Suatu hal yg hanya berada dalam imajinasiku bahwa istriku suatu saat tahu banyak mengenai sex seperti apa yg kuharapkan… Namun ternyata harus kudapatkan dalam sosok sepupunya!

    Akupun mulai memberanikan diri untuk lebih membungkuk. Sambil memegang hp, jemari tangan kiri kufungsikan untuk membelai rambutnya, sementara jari tangan kananku yg bebas mulai menurunkan sedikit retsleting bagian atas jaketnya, untuk kemudian masuk ke balik tanktop bagian atas… Dan ternyata benar: Fitri tidak pakai BRA!

    Jemari kananku semakin leluasa membelai dan meremas-remas dada kirinya, sementara penisku masih berada dalam kuluman bibir mungil Fitri. Dengan perlahan kuapit putingnya dengan telunjuk dan jari tengahku, dan kupilin dengan sangat hati hati.

    F: “uuhh… auw.. Kamu pinter banget sih sayaaang… Mmhhh… sayang pinter mainin pentil Pitri.. Eemmhhh.. (Sambil terus maju mundur perlahan memainkan penisku dlm mulutnya)”

    A: “(berbisik) Sssttt… Jgn kenceng2, Fit! Nanti kedengeran orang ga enak akh! Terusin, Fit… Kamu suka yah blowjob-in aku?”

    F: “Iya… MmpPhhrrr.. Pitri suka kontol kamu sayang! Cup..plup… Pitri suka nyepongin kontol kamu”

    A: “Jangan lama2 atuh, Fit.. Gantian dong!”

    F: “(matanya melihat ke mataku penuh tanda tanya dan melepas penisku dari bibir mungilnya) … Gantian gimana maksudnyah, Om? Emang biss… Mmffff…”

    Sebelum Fitri menyelesaikan kalimatnya, tanpa banyak cingcong langsung kukulum bibir nya sambil kumainkan spesialisasiku: French Kiss! Sambil melakukan itu, kuarahkan tubuh seksi dengan hotpants pink yg turun selutut itu untuk berdiri, sambil perlahan kuarahkan mundur sampai dia bersandar di betonan dinding bilik pincuran.

    Alih2 berpikir untuk merekam peristiwa laknat nan nikmat tersebut, aku malah memasukkan smartphoneku ke dalam jaket sambil mencumbu sepupu istriku itu. Penisku kugesekkan sejajar dengan mulut vaginanya, sementara tangan kiriku membelai perlahan leher bagian belakang si Fitri. Bibir dan lidahku teleh berpindah ke leher sampingnya, sementara jemari kananku masih membelai puting sebelah kirinya yg sudah benar2 keras di balik tanktop pink yg dikenakannya.

    F: “Gantian kumaha sih, Om? Aaahh… SiOm meni pinter pisan jilatin kuping Pitri… Mmmhh.. Uugghh.. Mmphh..”

    A: “sluurpp.. mmhhh.. Ini belum, Fit! Maksudku gantian itu yg iniii…”

    Seketika aku langsung berjongkok ke depan vaginanya, dan mengarahkan dia untuk sedikit mengangkang. Fitri pun menekuk kedua tangan di samping telinganya, dan merendahkan tubuhnya sedikit agar bisa mengangkangi wajahku. Melihat pubis tanpa bulu dan vagina yg sudah dlm posisi terangsang merekah persis di depanku, mataku gelap! Langsung kuserang vaginanya bertubi tubi dengan lidahku, mulai dari klitoris, sisi2 lubang vagina, dan kuusahakan untuk memasukkan lidahku sedalam2nya ke liang vaginanya. Tangan kanan Fitri mulai berubah posisi untuk menjambak rambutku seolah mengarahkanku ke bagian vagina yg diinginkannya untuk bersentuhan langsung dgn lidahku.

    F: “..ooUhh.. Eeemmhh.. Aah.. Sshhhh.. Enak sayaang.. Aahhhh.. Eemhh.. Pitri baru sekali inih diginiin sama Om.. OUh.. Gatel, sayaang.. Ahhh..sshhh…”

    A: “… … …”

    Ia sudah tidak mempedulikan kata panggilan untuku yg terus menerus berubah: antara “om” dan “sayang”. Namun begitu, aku tidak mempedulikannya. Tidak sepatah katapun keluar dari mulutku dan terus kujilati dan kuhisap vagina Fitri tanpa berhenti.

    Untuk menambah sensasi, sambil menjilatinya, kubasuh jemari kananku dengan air yg mengalir di pincuran, dan setelah kulirik dan kuyakin bersih, segera kurapatkan telunjuk dan jari tengahku, untuk kemudian kumasukkan dengan sangat perlahan ke dalam vagina si Fitri. Semakin lama semakin dalam sampai jariku tenggelam sepenuhnya.. Dan kukocok vaginanya dengan perlahan dan speed yg semakin meningkat.

    Saat kulirik ekspresinya seperti sedang menahan sesuatu, bibirku pindah menyusuri leher dan kemudian kukulum dan kujilati kupingnya -sementara tangan kananku tetap mengocok vaginanya-

    A: “Gimana rasanya Fit?”

    F: “mmmh.. mmhh.. Enak banget! Kamu pinter banget entotin Pitri pake tangan! Pitri belon pernah diginiin, Om.. Aah.. Terusin sayang.. Sshhh.. Aaah.. Mmh, Pitri sayang sama Om.. Aahh..”

    Semakin kukenali mimik wajahnya seperti sudah ndak kuat menahan sesuatu yg sudah sedari tadi ditahannya. Semakin kupercepat kocokanku pada vaginanya, dan makin kuperdalam lidahku menyentuh telinganya. Sejenak dia berucap:

    F: “mmh.. Oom, takutnya Pitri pipis inniiihhh.. Mmhpphh.. Mmpphh….”

    A: “Ga apa2 Fit.. Pipisin aja tanganku jangan ditahan2 ya, geulis! Hayuk atuh aku mau lihat..”

    Tetiba desahan Fitri semakin meninggi, pinggulnya bergoyang semakin hebat dan tangan kanannya mencengkeram tanganku dengan kuat. Khawatir berteriak, segera kuarahkan tangan kiriku menutup bibir mungilnya yg terbuka setengah itu.

    F: “mmpphh.. Aah.. Aah.. Aaauuuw.. Aah.. Pitri pipis omm.. Pitri pipiiimmmpppfff… ”

    A: “Ssstt..(Tanganku membekap mulutnya)”

    Benar saja, dalam sekejap aku merasa telunjuk dan jari tengahku seperti dijepit sekuat tenaga, dan seperti ada sesuatu yg mendorong keluar! Secepatnya kulepas jemariku dari vaginanya, dan…

    SOOORRR… SRRRT.. SRRT..

    Semburan pertama sangat kuat dan kencang..

    Semburan kedua semakin berkurang..

    Dan semburan terhenti setelah yg ketiga!

    Ini adalah pertama kalinya kumelihat seorang perempuan squirt dengan mata kepalaku sendiri! Selain itu, ini juga kali pertama aku membuat serang perempuan squirt dalam hidupku!

    Nafas fitri tersengal sengal.. memburu layaknya seseorang yg terpuaskan! Ekspresi yg sungguh berbeda dgn ekspresi buatan yg banyak kulihat di film biru yg banyak tersimpan di hardisk notebook-ku. Kakinya bergetar hebat, hingga tangan kananku yg basah karena lendir kenikmatan dari vaginanya harus menopangnya agar ia tidak terjatuh; dan dengan perlahan kulepaskan dekapan tangan kiriku yg menutup bibir mungilnya yg masih mengeluarkan desahan lemah. Keringat membasahi wajah dan lehernya, membuat penisku yg masih berada di luar celana semakin keras dan berkedut semakin kencang!

    F: “(dengan suara tersengal sengal).. hhhh… hhh… Pitri pipis yah, Om? Maap yah, Om.. hhh.. hhhh..”

    A: “(dgn suara berbisik di telinga Fitri)… Gapapa Fitri sayaaang… Ekspresi kamu bener2 nafsuin banget tadi.. Puas banget aku liatnya”

    F: “hhh.. Pitri lemes banget.. Tapi kamu kan belomaaan..”

    A: “(berbisik dgn nada menenangkan).. Gapapa, Fit.. Kan aku masih 4 hari lagi di sini. Nanti2 juga gapapa..”

    F: “..hhhh..hhhh..tapi nanti belum tentu nemuin waktu kaya gini lagi, sayaaang!”

    A: “Sssttt..jgn teriak, Fit! ga enak sama orang orang”

    F: “tenang aja,sayang.. Mulai jam 7 malem jarang ada orang yg ke sini…soalnya banyak yg bilang di sini angker, dan pada males juga ke sini soalnya gelap, ga keliatan jalannya… Kaya kita tadi.. Tapi kalo kita kan makin ga keliatan makin nempel.. Makin nempel jadi makin enak, ya kan sayang??”

    Kemudian dia kembali menciumku, dan lidah kami kembali berpagutan satu sama lain. Sejenak Fitri melepaskan pagutannya, menengadahkan tangan kiri ke dekat bibirnya yg merekah, dan meludah. Setelah itu, dia meraih batangku yg masih tegak berdiri, mengusap batang penisku dengan ludahnya dan menggerakkan tangannya maju mundur dgn perlahan, sementara bibirnya kembali memagut bibirku dengan rakusnya!

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Birahi Terpesona Dengan Pemandangan Pantat Empuk

    Cerita Sex Birahi Terpesona Dengan Pemandangan Pantat Empuk


    1129 views

    Perawanku – Dunia sex yang mana saya sudah melang melintang lokasi panas sexsualitas yang ada di ibu kota sudah
    pernah aku datangi, tapi ada satu tempat yang menjadi favoritku di daerah Jakarta Timur, cewek disana
    banyak yang muda muda dan masih polos kelihatannya dari desa, penampilannya juga masih kayak orang
    kampung.

    Aku akhirnya punya langganan, namanya Katem, tapi lalu kuganti namanya jadi Ami. Jadi aku panggil dia
    Ami. Dia akhirnya terbiasa. Suatu hari dia bercerita ingin pulang kampung. Aku menawarkan diri
    mengantarnya sampai ke rumahnya.

    Dia dengan senangnya menyambut tawaranku. Kami akhirnya janjian untuk berangkat bersama. Kami janjian
    ketemu di halte mikrolet di dekat pasar. Dari situ kami menuju Pulo Gadung untuk mengambil bus jurusan
    Cirebon. Baru sekali itu aku naik bus dari Pulo Gadung dan bersama cewek.

    Sorry aku lupa menggambarkan bagaimana profil Mia. Usianya sekitar 15 tahun, mukanya manis, kulitnya
    agak gelap tingginya sekitar 155 cm. Rambut lurus sebahu. Bicara kurang lancar berbahasa Indonesia,
    dia sekolah sampai kelas 4 SD.

    Sekitar 3 jam setengah akhirnya kami sampai di pemberhentian sebelum kota Indramayu. Sebut saja KS,
    kami menyeberang jalan, dan di situ sudah ada puluhan ojek. Mia menyebut nama kampungnya dan kami
    menyewa 2 ojek dengan ongkos masing-masing 20 ribu. Rupanya tempatnya jauh juga masuk kedalam.

    Di kampung-kampung Indramayu dan Karawang, cukup banyak orang tua yang menganjurkan anaknya jadi
    pelacur. Jadi mereka sama sekali tidak keberatan ketika anaknya punya tamu. Bagi ortunya tamu itu
    adalah rejeki dan ini masuk area bisnis jadinya.

    “Nak, nginep disini aja, pulang ke jakarta besoklah, ngapain buru-buru pulang,” kata bapaknya.
    Jadi sebelum aku memohon sudah ditawari so ya why not kan. Lantas aku keluarin Rp 100k kasi langsung
    sama emaknya.

    “Mak ini buat beli makanan, nanti malam saya makan disini.”  Agen Judi Bola

    Wah itu emak langsung buru-buru pergi, pulangnya nenteng ayam hidup, lalu bapaknya suruh motong tuh
    ayam. Malamnya hidangannya adalah ayam goreng, sambel dan lauk berkuahnya 2 bungkus indomi direbus
    dengan banyak air. Yang makan berenam.

    Adik si cewek ada 2 soalnya. Aku gak bisa makan banyak, tapi dipaksa juga. Aku kurang selera, karena
    ayamnya masih keras dan masih bau amisnya ayam. Aku telen-telenin aja, abis kepaksa. Mau makan
    indomienya. Biasanya dua bungkus aku makan sendiri, ini dua bungkus dimakan berenam. Wah aku jadi gak
    enak body.

    Abis makan aku keluarin 50 k kasi ke bapaknya untuk beli rokok dan 50k lagi aku kasi ke dia juga
    dengan pesen untuk keamanan. Wekkk rumah tuh bapak akhirnya dijagain 2 hansip kampung semalaman.

    Buset deh, jadi raja minyak aku di kampung ini. Abis makan bukan terus tiarap, ngobrol dulu ama
    bokapnya ke utara-selatan. Yah bisa-bisa aku menerka minat obrolan dia. Begitu aku tau dia tertarik
    ama pertanian.

    Aku keluarin jurus-jurus dewa mabok aku untuk mengimbangi percakapannya. Bukan mau sombong sih diajak
    ngomong soal apa aja dari mulai menanam padi sampai nuklir korea utara aku bisa njabani. Kalo soal
    olah raga aku nyerah deh, gak hobi. Namanya ilmu dewa mabuk, si bapak jadi kalah ilmu ama aku,
    wakakakak.

    Aku inget hari itu dia nanya-nanya nanem apa yang hasilnya lumayan. Aku bilang semangka tanpa biji
    bagus tuh pasarnya. Dia bingung, semangka tanpa biji yang ditanam apanya. Aku bilang ya biji, ada tuh
    bibitnya di jual kalengan cuma harganya rada mahal.  Agen Judi Bola

    “mau dong” kata bapaknya.

    “Yah nanti deh kalo saya kemari lagi.”

    Ngobrol sampai jam 10 an sambil minum kopi dan makan kacang garuda. Akhirnya tuh bapak nyadar juga dan
    nyuruh aku istirahat.

    “Kamarnya udah disiapi, silahkan nak istirahat dulu.”

    Jam 10 malam di kampung, sunyinya kayak orang tuli, mana gelap lagi. Tapi aku PD aja meski rada was-
    was juga, Gimana gak PD rumah dijagai 2 hansip. Kayaknya hansip kelurahan. Was-wasnya kalau ada apa-
    apa aku lari kemana.

    Aku kan gak bawa kendaraan. Oh ya aku lupa. Kalo masuk kampung pedalaman gitu dan mau nginep jangan
    bawa mobil, mencolok bo. Orang jadi banyak perhatiin kita. Kalo kita datang naik ojek, kita jadi
    membaur dan gak kelihatan mentang-mentang.

    Si bapak nunjuki kamar tidur untuk aku, dan anak perempuannya udah tiduran di situ. Kamarnya cuma
    diterangi lampu minyak dan yang istimewa tempat tidurnya pake kelambu. buset dah seumur-umur aku baru
    pernah kali itu tidur pake kelambu.

    Tadinya pengen malu, tapi karena bapaknya nganjurin aku tidur ama anaknya, aku jadi bingung pengen
    malu ama siapa wakakakakak.

    Besok paginya aku rada kesiangan bangunnya, malemnya kebanyakan tiarap kali ya. eh si cewek walau udah
    bangun tapi dia belum keluar dari tempat tidur.Mungkin nunggu sampai aku juga bangun.Wah setia banget.

    Di luar udah disiapi kopi dan nasi goreng. Wuissh raja minyak diservice abis. Aku salut ama diri aku
    sendiri, sebab petualangan itu aku jalani sendiri tanpa kawan. nekat abis. Aku akhirnya nginep lagi
    semalem, mengingat dana dikantong masih mencukupi dan aku rasa aman-aman aja.

    Seharian di kampung aku ditemani tetangganya (laki-laki) nyewa motor muter-muter di kampung. Eh dia
    malah nunjuki potensi cewek di desanya.

    Jadi aku dikenali ama banyak cewe. Buset banget, ternyata banyak yang ok. Gilanya dia nawari perawan.
    Bukan satu, kalo aku nggak salah inget ada 3 semuanya dikenali ke aku.

    Tetangga sebelah si Mia ini rupanya juga lagi pulang kampung. Gilanya dia kelihatan lebih muda,
    mungkin usianya masih 13 – 14 tahun. Aku diperkenalkan dan dia mengaku kerja (melacur) di daerah
    Cilincing. Tempat yang dia sebutkan itu belum pernah aku datangi.

    Cerita Sex Birahi Terpesona Dengan Pemandangan Pantat Empuk

    Cerita Sex Birahi Terpesona Dengan Pemandangan Pantat Empuk

    Setelah nginap semalam aku kemudian pamit kepada orang tua si Mia. Diantar oleh tetangganya aku
    berangkat dari rumah Mia. Heri begitu nama tetangga Mia yang menjadi penunjuk jalan.

    Aku bukan sungguh-sungguh pulang tapi pindah nginap di kampung yang letaknya jauh lebih ke pelosok.
    Tujuannya adalah rumah Nani. Anaknya manis agak tinggi sekitar 160 usianya juga masih amat belia
    sekitar 15 tahun.

    Dia termasuk stok baru, karena belum pernah dikaryakan. Kata Heri Nani baru cerai. Padahal mereka
    belum genap 3 bulan kawin. Seperti diceritakan Heri, orang-orang di kampung itu banyak yang kawin
    singkat hanya untuk mengejar status janda. Dengan status janda, dia bisa punya KTP dan bisa kerja ke
    kota.

    Rumah Nani tidak begitu besar, berdinding separuh tembok separuh bambu anyaman (gedek). Kami disambut
    seorang wanita usianya sekitar 32 tahun, dia adalah ibunya Nani.

    “Mari mas masuk,” katanya mempersilahkan kami.

    Aku memilih duduk di bale-bale (amben) bambu di teras rumahnya. Sementara itu Heri masuk bersama
    ibunya Nani, sepertinya ada yang mereka rembukkan.

    “Dari mana mas,” tanya ibu si Nani.

    “Jakarta,” jawabku singkat.

    Maknya si Nani ini kelihatan akrab sekali, sedangkan aku masih rada kikuk. Aku merasa malu karena
    niatku akan menginap di rumah itu, kayaknya vulgar banget. Tapi Bu Karta begitu dia mengenalkan
    namanyam dia pintar sekali mencairkan suasana, dan dia sudah tau betul niatku .

    “Mas tunggu sebentar ya, si Nani lagi mandi, katanya.

    Kami mengobrol macam-macam sampai aku tahu bahwa Bu Karta ini juga janda dengan 2 anak. Anak yang
    pertama laki-laki sekarang kerja di Jakarta.. Jadi mereka hanya tinggal berdua.

    “Masnya jadikan menginap di sini,” tanya Bu Karta.

    “ Kalau ibu boleh, ya saya mau,” kataku.

    “Ya boleh lah mas, hotel dari sini jauh, tapi disini rumah kampung, nggak ada listrik, rumahnya juga
    jelek, nggak kayak rumah di Jakarta, gedongan semua,” katanya merendah.

    Heri memberi kode agar aku ikuti dia. Heri membrief aku, bahwa semuanya oke dan ada juga uang
    keamanan. Dia mau pamit, dan aku minta dia datang lagi besok jam 10 pagi. Heri kemudian pamit kepada
    mak nya Nani dan segera ngacir.

    Perutku sudah rada kroncongan karena sekarang udah jam 1 siang. Kutarik 5 lembar uang 20 ribuan dan
    kuserahkan ke Bu Karta.

    “Ini bu untuk beli makanan, siang ini ibu beli indomi bangsa 5 bungkus, minyak goreng dan kalau ada
    sedikit tepung sagu (kanji), lainnya beliin tempe dan cabe rawit ijo juga bawang putih.”

    Ibunya masuk ke dalam rumah sebentar dan keluar lagi membawa secangkir kopi. Tak lama kemudian datang
    belanjaan. Rupanya Bu karta minta tetangganya untuk belanja , pantesan dia gak beranjak dari tadi.

    “Mas tepung sagunya mau dibuat apa ya,” katanya.

    “Mau buat mi bu,” kata ku.

    “Ah jangan panggil bu ah, panggil mbak aja, kayaknya kok jadi tua banget,” katanya sambil matanya
    genit.

    “Boleh saya masak mi nya di dapur bu,”

    “Eh masnya pinter masa yaa, tapi dapurnya jelek dan kotor” katanya lalu membibimbingku ke bagian
    belakang rumahnya.

    Aku berpapasan dengan Nani yang berbalut handuk masuk dari belakang rumah. Dia malu-malu menundukkan
    muka , langsung masuk kamar. Aku meminta 3 bungkus indomi untuk digoreng.

    “Sini mas kita saja yang goreng,” kata bu karta.

    Orang di Indramayu ini menyebut kita untuk aku.

    Setelah mi di goreng aku minta dia merebus air dan pinjem mangkuk untuk mencampur air dengan tepung
    sagu.“ Segini cukup gak mas airnya.

    “Kurangi dikit mbak.”

    Setelah air menggelegak aku masukkan air campuran dengan kanji dan bumbu mi instannya. Setelah
    mendidih dan kuah agak mengental kuminta dipindahkan ke tempat lain. Sekarang makanannya sudah siap.

    Mas kita cuma punya nasi ama ikan asin. Lalu kami pun mengelilingi meja makan yang posisinya
    ditempelkan ke tembok dengan 4 kursi. Aku duduk di tengah, disamping ku Nani, dan di kiriku Bu karta.

    “Wah enak mi-nya mas, masnya pinter masak juga ya,”

    “Ini namanya ifumi, tapi sebenarnya bumbunya lebih lengkap dari ini ada sayur, ada bakso, baso ikan,
    dan udang segala, tapi karena adanya ini ya begini aja lah,” kata ku .

    “Enak ya mak, kita jadi pengin nambah mi nya lagi,” kata Nani yang makan sambil duduk kakinya diangkat
    satu (metingkrang).

    “Mas itu ada tempe mau diapain, biar kita yang ngerjain,” kata mak Karta.

    “Digoreng aja biasa mbak,” kata ku.

    Dia lalu menghilang ke belakang tinggal aku dan Nani di ruang yang rada gelap. Kami ngobrol dan aku
    mengorek banyak informasi. Katanya dia sudah ditawari kerja ke Jakarta, Tapi maknya belum ngasih
    karena sendirian di rumah. Gak terasa sudah jam 4 sore, cuaca mulai teduh.

    “ E mas-e mau mandi kan, ayu bareng kita ke belakang saya unjukin tempatnya.” kata mak Karta.
    Aku segera mengorek isi tas ku mengambil sabun cair, handuk dan celana pendek serta kaus oblong, juga
    sikat gigi.

    Maknya Nani juga kelihatannya bawa perlengkapan mandi nani juga. Mereka masing masing menjinjing ember
    kecil. Mereka mau mandi juga nampaknya.

    Kami sampai di halaman belakang yang jaraknya sekitar 10 m dari rumah ditengh kebun singkong. Di situ
    hanya ada ponpa tangan dan ember yang lebar. Tidak ada dinding, sehingga sama sekali terbuka.

    Aku melihat ke sekeliling, tidak ada bangunan apa pun . Ternyata kamar mandinya ya di pompa itu. Di
    situ hanya ada dua tonggak yang dihubungkan dengan kawat. Maksudnya mungkin untuk jemuran. Mereka
    berdua lalu melampirkan handuk, dan baju-baju mereka.

    Kulihat mereka gak bawa sarung, aku jadi mikir nih mereka mandinya gimana. Aku diam aja sambil pura-
    pura terlihat biasa sambil menyampirkan baju-bajuku dan membuka semua pakaianku kecuali celanda dalam
    yang memang bentuknya boxer.

    Si mak giat sekali memompa. Aku segera mengambil alih memompa. Astaga mereka berdua membuka semua
    bajunya sampai telanjang bulat di depan ku lalu jongkok di pinggir ember.

    Dengan gayung bekas kaleng susu mereka membasahi semua badannya lalu menyabuni tubuhnya Aku terus
    memompa sambil pura-pura cuek, padahal dedeku mulai mengembang.

    “Udah itu mas air juga udah penuh masnya juga mandi sini, kata si mak,”

    Aku tidak mau kalah dengan aksi mereka, Aku berbalik dan segera melepaskan celana dalam, dan
    kugantungkan dengan bajuku. Kututup burungku lalu aku jongkok berhadapan dengan mereka. Pembatas kami
    hanya ember.

    “Wah masnya gak biasa mandi di kampung jadi masih malu ya mas,” kata Mak karta.

    Aku hanya nyengir,

    “Ah nggak mbak, Cuma burungku susah diatur,” kataku berkilah.

    Mas nya gak biasa sih jadi burungnya kaget kali,” kata bu Karta.

    Ibu nya si Nani ini tampak makin cantik ketika semua rambutnya dibasahi. Toketnya cukup montok mungkin
    ukuran 38 , perutnya agak gendut sedikit, tapi masih bisa digolongkan ramping untuk seumuran dia,
    pantanya buset gede banget, begitu juga pahanya. Badannya putih mulus pula.

    Nani badan gadis remaja Teteknya masih mancung menantang dengan putting kecil yang belum berkembang,
    jembutnya masih jarang sekali, berbeda sama jembut ibunya. Karena mereka cuek, aku juga cuek aja,
    meski pun barangku ngacung terus. Ah normal aja pikir ku, laki-laki dekat perempuan telanjang pula
    pastilah on.

    “Gitu dong mas jangan malu-malu,” Komentar ibunya sambil dia mengambil semacam sabut untuk
    menggosokkan badannya. Aku diberinya satu sabut yang kuperhatikan bentukunya bulat panjang seperti
    gambas atau oyong.

    Aku tenang saja menggosok badan ku sambil berdiri dan mereka berdua juga akhirnya berdiri sih. Mas
    sini aku gosok punggungnya dan mas gosok punggunya Nani. Kami pun lalu berbaris saling menggosok.

    Mulanya aku menggosok punggung Nani, Tapi lama-lama tangan ku gak tertahan meremas pula tetek si Nani.
    Tapi dia diem aja. Si Ibu masih terus menggosok, tapi tidak hanya punggung juga sampai ke kaki-kaki
    pula Eh lama-lama naik sampai ke dekat dede ku.

    Di bagian vital itu disabuninya pula tapi gak pake sabut. Aku jadi menggelinjang gak karuan. Eh dia
    malah lama sekali berputar-putar menyabuni dedeku. Aku jadi gelap mata kutarik si Nani lalu kucium.
    Nani membalas. Aku udah kehilangan akal, sampai gak terasa kalau dedeku dibasuh air. Tapi aduh
    ternyata burungku dilomot sama si ibu. Buset kok jadi orgi di kebun singkong gini.

    Aku tidak bertahan lama segera muncrat di dalam mulut si ibu. Dia buang air mani ku. Aku segera
    menempelkan barang ku ke pantat si nani yang kupeluk dari belakang sementera tanganku sudah dari tadi
    mengorek-korek itil si Nani sampai dia muncak juga nampaknya. Aku kemudian berbalik ke si emak dan
    kurangkul dia lalu kucium mulutnya. Dia membalas dengan ganas.

    Tangan ku tak hanya meremas teteknya yang super toge, tapi juga mulai mengelus-elus mekinya. Aku mau
    balas dendam. Perlahan-lahan kujilati tubuhnya kebawah sampai akhirnya aku berlutut dan di depanku
    terpampang mem3k berjembut lebat.

    Lidahku mencari sendiri belahan mem3k sambil tanganku menyibak hutan rimba. Mem3knya tidak ada baunya,
    malah cenderung bau sabun. Mulutku kubekap ke mem3knya dan kaki kirinya kupanggul dipundakku.

    Si emak berpegangan ke tiang sambil mendesis-desis. Gak sampai 2 menit dia sudah muncak dan sambil
    mengerang. Barangku jadi keras lagi aku segera berdiri dan kusuruh si emak membungkuk dengan sekali
    tusuk masuklah si dede ke meki emaknya dari belakang.

    Aku sungguh terpesona dengan pemandangan pantat yang demikian besar membulat aku tabrak-tabakkan badan
    ku ke pantat si emak dan si emak mengimbanginya dengan mendesis-desis.

    Nani yang jongkok sambil mengguyur badannya memperhatikan kelakuan kami. Kupanggil dia agar mendekat.
    Nani menurut lalu aku sambil memompa emaknya aku gerayangi badannya. Sekitar 5 menit si emak sudah
    bilang

    “udah-udah mas ampun mas saya lemes banget,” katanya setelah dia meregang puncak orgasme.

    Sementara aku masih nanggung.Kini nani ku minta nungging dan segera dedeku kuarahkan ke mem3knya dari
    belakang. Beda banget mem3k sianak dengan si Mak, Si Emak tadi mudah sekali mencoblosnya. Kalau sianak
    pake rada dituntun baru bisa pelan-pelan masuk.

    Aku kembali memompa dan karena ketatnya liang nani aku tidak mampu bertahan lama baru sekitar 5 menit
    aku sudah merasa akan meledakkan lahar. Kucabut dari meki si Nani lalu ku tembakkan ke udara bebas.

    Si emak lagi di duduk dilantai lemes.

    “Si emas jago banget maennya,” kata emak.

    Kami lalu menuntaskan mandi dan segera kemlai ke rumah. Kami jadi makin akrab dan aku segera dibawanya
    masuk ke ruang tidur. Kamar tidur itu adalah satu-satunya kamar tidur di rumah itu.

    Di situ terbentang 2 kasur yang didempetkan namun dengan dua sprei yang berbeda corak. Aku disuruhnya
    istirahat tiduran. Dan mereka berdua juga ikut tidur mengapit aku.

    Si emak ini agresif sekali. Kalau bicara sebentar-sebentar nyium pipiku.

    “Aku gemes sama si emas abis cakep sih,” katanya.

    Karena matahari masih mencorong dan kami di dalam kamar yang tidak berventilasi, dengan birahi tinggi
    maka badanku cepat sekali berkuah alias berkeringat.

    “Panas banget boleh gak kita buka baju,“ kata ku menyebut diriku dengan kita menyesuaikan bahasa
    mereka.

    Tanpa menunggu jawaban dari mereka aku segera bangkit dan melepas tidak hanya baju tetapi semua busana
    ku sampai aku telanjang bulat.

    “Kok dibuka semuanya,” kata si Nani.

    “Abis panas, lagian kan tadi udah pada liat di sumur, jadi malunya udah ilang,” kata ku.

    “Idih,” kata Nani.

    Aku kembali mengambil posisi di antara mereka dan diam saja tidak bereaksi. Si emak langsung meremas
    tol ku sambil menciumi pipiku.

    Kelihatannya dia menginstruksikan anaknya untuk juga menciumiku dari sisi lain. Nani gerakannya masih
    canggung, tapi aku diam saja. Emaknya bangkit sambil duduk mengintrusikan anaknya untuk menciumi
    seluruh badan ku.

    Aku protes agar mereka juga telanjang sehingga kita bertiga sama posisinya. Emaknya lalu berdiri
    membuka semua bajunya dan dia juga menyuruh anaknya untuk membuka semua bajunya juga..
    Si emak kembali mengajari anaknya bagaimana caranya menyenangkan laki-laki, sampai akhirnya anaknya
    disuruh ngemut tool-ku.

    “Jangan sampai kena giginya, nanti masnya ngrasa sakit. Mulanya si Nani agak ragu. Tapi kemudian
    ibunya memberi contoh dengan cara mempraktekkannya langsung lengkap menjilat kedua kantong zakarku
    sampai ke lubang matahari

    Aku yang menjadi bahan praktikum, mengelinjang-gelinjang nikmat. Nani tampaknya berbakat, karena dalam
    waktu relatif singkat dia sudah menguasi ilmu oral-mengoral. Setelah sekitar 10 menit kutarik tubuhnya
    ke atas lalu kusuruh dia duduk di dadaku kusuruh maju sedikit sampai mekinya tepat jangkauan lidahku.

    Kukuak mem3knya yang masih gundul dan baru berambut sedikit. Benjolan kecil nampak menonjol di ujung
    atas bibir dalamnya. Itu tanda dia sudah cukup terangsang, Segera lidahku menggapai clitoris sambil
    kedua tanganku menahan pinggulnya yang kalau kulepas gerakannya terlalu liar.

    Nani mendesis sambil mengerang. Dia kelihatannya lebih rame dari pada ibunya. Ibunya yang dari tadi
    duduk saja memperhatikan permainan kami tiba-tiba bangkit. Aku tidak bisa jelas melihatnya, tapi aku
    merasa dia duduk mengangkangi badanku sambil menuntun tool ku yang lagi siaga ke dalam mekinya.

    Blebesss, masuk semua barang ku kedalam mekinya dan dia segera memaju mundurkan pinggulnya. Toolku
    seperti diulek atau dikacau (stir). Kosentrasiku jadi terbelah. Tapi aku berusaha memuatkan serangan
    lidahku secara konstan di ujung clitoris si Nani. Nani makin hot terlihat dari gerakannya yang melawan
    tahanan tanganku.

    Aku semakin keras menahan pinggul nani agar dia tidak menggelinjang terlalu liar. Akhirnya Nani sampai
    dan dia menjerit.

    Aku lalu membenamkan mulutku di meki nani. Ibunya nampaknya terpengaruh dengan teriakan Nani sehingga
    dia pun lalu mempercepat gerakkannya dan semakin liar sampai akhirnya dia juga berhenti dengan liang
    vaginanya berkedut. Dia memeluk anaknya.

    Keduanya aku minta tidur telentang untuk istirahat. Aku mengambil alih dengan mencolokkan jari tengah
    kanan ke Nani dan jari tengah kiri ke emaknya. Aku meraba titik G spot mereka. Keduanya akhirnya
    teraba.

    Lalu ku usap halus. Mereka mulai bereaksi dan pinggulnya di gerakkan gak beraturan, kadang maju mundur
    kadang kiri-kanan, sampai tiba-tiba Nani teriak sekencang-kencangnya gak sampai semenit Emaknya juga
    ikut teriak panjang.

    Mereka berdua seperti orang tak berdaya lemas dan pasrah. Aku segera mengambil alih untuk memuaskan
    diriku. Pertama kupilih meki emaknya, kugenjot sampai sekitar 10 menit, kemudian aku pindah ke nani
    dan kugenjot terus sampai akhirnya aku memuntahkan lahar putih jauh di dalam meki si Nany.

    Kami tertidur bertiga dalam keadaan bugil.

    Aku tidak sadar berapa lama tertidur sampai kudengar suara samar-samar emak si nani bangun .dia
    mencari lampu untuk dihidupkan, karena seisi rumah itu gelap gulita. Lampu yang dinyalakan adalah
    lampu minyak.

    Aku pun lalu bangun dan akhirnya kami bertiga dengan obor menuju ke sumur untuk membersihkan diri. Aku
    merasa kayak punya dua istri dua di kampung ini. Tapi uniknya kedua istri itu anak dan ibu. Keduanya
    berlaku manja sekali dan sering menggelendot.

    “Mas tempenya udah digoreng, mau dimasak apaan” kata si emak.

    ”Diulek pake 1 siung besar bawang putih dan cabe rawit ijo, tapi cabe dan bawangnya diulek dulu sama
    garam, jangan terlalu alus baru tempenya di teken-teken ke sambelnya,” kata ku.

    Dengan lauk tempe itu kami bertiga makan malam dengan lahapnya. “Enak banget ya padahal Cuma gitu aja
    bikinnya, “ kata si emak.

    Selesai makan kami duduk di beranda rumahnya sambil aku dibuatkan kopi dan singkong rebus. Kami
    ngobrol sampai sjam 11 malam. Lalu kembali masuk rumah dan menutup pintu. Kami bertiga kembali
    berbaring dan aku selalu ditempatkan diantara mereka berdua.

    Kami malam itu bertempur lagi sampai jam 2. Sampai akhirnya bangun agak kesiangan. Jam 7 baru kami
    terjaga dari tidur nyenak. Lalu kami buru-buru berkemas dan kembali ke sumur untuk membersihkan diri.
    Di sumur tidak terjadi insiden.

    Jam 10 si Heri datang untuk menjemput aku. Si emak minta agar aku memperpanjang waktu dan minta Heri
    datang besok lagi.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • CERITA SEX BIRAHI: TUMBAL PENGASIHAN GENDERUWO

    CERITA SEX BIRAHI: TUMBAL PENGASIHAN GENDERUWO


    1061 views

    Cerita Sex ini berjudulCERITA SEX BIRAHI: TUMBAL PENGASIHAN GENDERUWOCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Sebagian tokoh dalam cerita seks birahi ini digambarkan memiliki latar belakang (profesi, kelas sosial, suku dll.) tertentu. Tindakan mereka dalam cerita seks birahi ini adalah fiksi dan belum tentu menggambarkan orangorang berlatar belakang serupa di dunia nyata. (b) Semua tokoh dalam cerita seks birahi ini adalah fiktif. Kemiripan nama tokoh, tempat, lembaga dan lainlain hanyalah kebetulan belaka dan bukan kesengajaan.

    Malam yang sangat gelap mencekam mengiringi kedatangan sebuah mobil Toyota Kijang memasuki suatu desa yang cukup terpencil. Desa itu bernama desa Cimani Gunderowo, yang dalam bahasa Indonesia berarti Air Sperma Gunderewo. Suatu nama yang tak lazim untuk suatu desa. Desa itu terletak di suatu pedalaman hutan kota Banten. Kurang lebih 150 KM ke arah barat dari pusat kota. Sangat jauh dari hiruk pikuknya kendaraan, dan sangat jarang terjamah oleh orang luar.

    Terbukti dari akses jalan yang masih sangat minim untuk menuju ke sana. Sandra, Gisti, dan Gilang. Mereka adalah reporter dari salah satu stasiun televisi lokal. Mereka diberi tugas untuk meliput desa tersebut. Karena ada beberapa laporan masyarakat yang masuk pada pihak redaksi tentang desa tersebut.

    Cerita Sex Birahi | Setelah sekian lama berkendara, mereka pun menepikan mobil mereka ketika telah menemukan tempat yang mereka cari. Mereka akhirnya tiba di desa Cimani Gunderewo. Desa itu terlihat sangatlah menyeramkan. Pohonpohon besar tumbuh mengelilingi desa tersebut. Lolongan anjing sayupsayup terdengar di dalam kelebatan hutan, memecah keheningan malam. Sungguh, semakin membuat ngeri tempat itu.

    Lang, anter dong. Gue kebelet pipis nih. ucap Sandra kepada Gilang.

    Yaelah, elu. Yaudah deh, yuk gue anter. balas Gilang.

    Terus gue gimana guys? ucap Gisti.

    Elu diem aja disini Ti. Lu jagain mobil. Siapa tau ada warga yang lewat, lu kan bisa minta ijin sekalian tempat tinggal sama mereka. ucap Gilang.

    Tapi gue takut sendirian disini.

    Udah tunggu aja Ti. Bentar doang kok.

    Ayoo cepetan Lang, gue udah kebelet. lanjut Sandra seraya menarik tangan Gilang memasuki hutan.

    Mereka pun mulai menghilang di balik pepohonan, meninggalkan Gisti sendirian di dalam mobil. Di suatu desa yang sangat menyeramkan. Gisti, gadis kelahiran Bandung 21 tahun yang lalu. Dia memiliki paras yang cantik khas mojang kota kembang, dengan kulit yang berwarna putih bersih. Gadis ini memiliki tinggi 159 cm dan berat 42 kg.

    Payudaranya berukuran 36 B, juga pinggul yang semok membuat dia sangat menarik setiap kaum Adam yang memandangnya. Gisti memiliki seorang tunangan yang sudah ia pacari semenjak ia duduk di kelas 2 SMA. Umur mereka terpaut 5 tahun. Namun Gisti sangat mencintai tunangannya saat ini, karena dia tak pernah mau merenggut keperawanan Gisti semenjak mereka pacaran dulu.

    Paling banter mereka hanya melakukan piting dan Blow Job saja. Pria itu sangat menghormati Gisti sebagai perempuan, dengan tetap menjaga keperawanan gadis ini.

    20 menit sudah Gisti duduk termenung di dalam mobil sendirian. Dia sudah mengerti lagi dengan kelakuan kedua temannya tadi. Mereka pasti tengah bersetubuh di dalam hutan itu. Karena bosan, Gisti pun mencoba untuk berbaring di sana.

    Namun belum lama dia berbaring, terdengar suara ketukan di kaca samping mobilnya. Dan Gisti pun segera menoleh ke asal suara. Dia mendapati sesosok pria paruh baya tengah berdiri di luar mobilnya. Ki Samad, panggil saja begitu. Lelaki ini berusia sekitar 86 tahun. Seluruh wajahnya penuh dengan kerutan.

    Dia memiliki tinggi sekitar 152 cm dan berat 60 kg. Namun dia masih bisa berdiri tegap dalam usianya yang hampir satu abad itu. Akhirnya Gisti pun menghampiri kakek itu. Dia mengemukakan maksud kedatangan nya dan kedua temantemannya pada ki Samad.

    Gisti pun meminta sebuah tempat tinggal sementara untuk mereka tinggali selama beberapa hari di desa tersebut. Ki Samad pun mengangguk mengerti, dan mengajak Gisti ke suatu rumah milik warga tak jauh dari mobil mereka.

    Gisti mengunci pintu mobilnya, kemudian mengikuti ki Samad memasuki sebuah rumah. Meskipun hanya sebuah rumah yang terbuat dari anyaman bambu, rumah itu cukup nyaman dan layak untuk ditinggali. Akhirnya Gisti pun berterima kasih kepara ki Samad. Sebuah senyum terlukis indah di bibir tipisnya.

    Eh maaf Ki, temanteman saya sudah lebih dari 1 jam memasuki hutan disana. Kalo aki ketemu sama mereka, tolong beri tahu mereka kalo saya ada disini ya ki. Mereka memakai baju yang sama seperti yang saya pakai ini ki. Mohon maaf sebelumnya kalo merepotkan. ucap Gisti pada ki Samad.

    Ki Samad hanya mengangguk mengerti, seraya menyuguhkan makanan pada Gisti. Lelaki ini tahu kalau Gisti sedang lapar. Dan mereka pun makan bersama malam itu. Meski hanya sekedar makanan yang sederhana, namun cukup membuat Gisti merasa kenyang. Setelah makan, Gisti pun mulai mengambil hand phone nya dan menyeting recorder. Dia ingin mengorek informasi desa ini pada ki Samad. Gisti pun melayangkan beberapa pertanyaan pada kakek itu.

    Eh ki, maaf sebelumnya. Saya dari stasiun tv XXX dateng kesini untuk mencari informasi dari desa ini. Kalo boleh tau, kenapa desa ini dikasih nama Cimani Gunderewo yaa ki? tanya gadis itu.

    Oh itu, jadi ceritanya gini neng. Dulu, banyak orang yang dateng kesini untuk pengasihan. Pengasihan Gunderewo tepatnya. Jadi, setiap orang yang mau kaya dateng ke sini sambil bawa perawan sebagai tumbal. ucap ki Samad bercerita.

    Nah, terus perawan itu dibawa ke gua di hutan sebelah sana. Gua itu dipercaya tempat tinggal nya Gunderewo neng. lanjutnya.

    Oh gitu ki. Terus para perawan itu di apain lagi ki? Apakah gunderewo itu menampakan diri sama warga disini? Terus, para perawan yang dijadikan tumbal, apakah mereka terlihat kembali? Tanya Gisti memberondong.

    Yaa, para perawan itu di letakan di suatu ruangan di dalam gua itu. Terus tumbal itu di ikat kedua kaki dan tangannya membentuk huruf X dalam keadaan telanjang, diatas batu persembahan. jawab ki Samad Serius.

    Gunderewo itu gak pernah menampakan diri sama sembarangan orang neng. Dia hanya menampakan diri ke kuncen ataupun gadis tumbalnya saja. Mereka yang dijadikan tumbal pengasihan Gunderewo tak pernah terlihat keluar lagi dari gua itu neng, warga sini percaya kalo gadis yang ditumbalkan itu dijadikan gundik sama Gunderewo disana. lanjutnya seraya menatap nanar ke Gisti.

    Oh, iyaa ki. Aki sendiri pernah melihat sosok Gunderewo itu gak? Tanya Gisti lagi.

    Ki Samad hanya mengangguk, sambil pandangan matanya tak pernah lepas dari tubuh seksi Gisti. Membuat Gisti merasa risih dibuatnya.

    Kalo saya boleh tau, gimana rupa dari Gunderewo itu ki?

    Kenapa neng nanyain hal itu? jawab ki Samad galak.

    Maaf ki. Ini info yang sangat penting dalam liputan saya. Hal ini akan jadi berita yang sangat penting buat masyarakat luas. Jadi saya mohon maaf kalo aki merasa terganggu dengan pertanyaan saya barusan. jawab Gisti tertunduk.

    Kalo neng benerbener ingin tahu rupa dari Gunderewo itu, neng harus masuk ke gua itu. Soalnya saya tau kalo neng ini masih perawan kan. Gunderewo itu pasti dengan senang hati menampakan wujudnya sama neng. ucap ki Samad seraya tersenyum pada Gisti, menampakan susunan giginya yang telah menghitam.

    Gisti nampak terkaget dibuatnya, dia bergidik ketakutaan. Namun tak lama kemudian, Gisti merasa pusing dikepalanya. Seluruh pandangan nya mulai mengabur, dan dia pun jatuh pingsan. Ki Samad tersenyum melihat itu. Semua rencananya berhasil.

    ########################

    Kedua tubuh sedang bergumul di dalam rimbunnya semaksemak. Mereka sedang saling tindih dalam keadaan yang telanjang. Yaa, kedua sosok itu merupakan Sandra dan Gilang. Gilang sedang memacu tubuh montok Sandra dalam keadaan missionaris. Kedua kaki Sandra berada di bahu Gilang, membuat vaginanya terangkat menghadap Gilang. Hal ini membuat penis besarnya keluar masuk dengan lancar divagina Sandra.

    Aagghh, terus lang. Aggghh, kontol lu enak banget. Agghh,, ogghhh,, yaa terus.. Aggghh.. desah Sandra menikmati genjotan Gilang.

    Aggghhh, iyaa dra. Memek lu juga enak banget.. Agghhh Kontol gue berasa di pijet di dalam memek lu.. Agghhh jawab Gilang sambil mempercepat genjotannya.

    Sandra hanya mendesah dan mengerang dibuatnya. Kedua matanya terpejam, menikmati gesekan antara kelamin mereka. Sandra seakan terbang ke langit ke tujuh dibuatnya.

    Aaggghhh,, dra, gue mau keluar.. Aaggghhh Ooggghh.. ucap Gilang sambil mulai menciumi payudara Sandra.

    Sandra kelojotan dibuatnya. Dan beberapa detik kemudian, dia merasakan cairan hangat yang muncrat di dalam vaginanya. Ternyata Gilang telah mendapat orgasmenya yang kedua malam itu.

    Tubuh Gilang pun ambruk menimpa tubuh Sandra. Sandra masih terpejam menikmati denyutan penis Gilang di dalam vaginanya. Dia memeluk tubuh Gilang dengan erat. Namun dia pun menjerit ketika membuka matanya. Dia melihat ada beberapa sosok yang mengelilingi mereka berdua, Sandra hitung ada sekitar tujuh orang.

    Sandra pun segera membangunkan Gilang, namun tak ada respon darinya. Dia pun menggulingkan tubuh Gilang ke samping, dan memcoba memungut pakaiannya untuk menutupi ketelanjangannya. Sandra menjerit kembali ketika dia melihat kedua tangannya yang berlumuran darah segar. Dia sapukan pandangannya ke arah Gilang, dan menemukan luka sayatan di tubuh Gilang. Ternyata Gilang telah mati di tangan para penduduk setempat.

    Aaaarrrggghhhh! Siapa kalian? jerit Sandra.

    Biadab kalian! Kalian telah membunuh Gilang. Dasar manusia biadab kalian! Lanjutnya memaki para penduduk tersebut.

    Namun ke tujuh sosok yang mengelilingi Sandra tak mengeluarkan sekecap katapun. Mereka hanya menatap Sandra dengan tatapan lapar. Sebuah senyuman kemenangan mengembang di wajah mereka semua, lalu secara bersamaan mereka menyerang tubuh telanjang Sandra.

    Tidak! Mau apa kalian semua biadab? Tolong! Tolong! Aarrgghh, lepas kan! Tolong! Tolong! jerit Sandra ketakutan.

    Namun jeritannya tak berpengaruh apapun pada mereka semua. Dengan sangat bernafsu, mereka mulai menggerayangi tubuh telanjang Sandra. Mereka meremas payudara Sandra dengan sangat kasar, dua orang dari mereka mengoreki vagina Sandra dengan sangat kasar juga.

    Setiap lekuk tubuh Sandra tak ada yang terlewat dari jamahan tangan nakal mereka. Satu persatu dari mereka mulai melepas semua baju mereka. Dan tujuh batang besar mulai terpampang jelas di hadapan Sandra, minta untuk di puaskan.

    Sandra bergidik ketakutan melihat ukuran penis mereka. Dia tak sanggup membayangkan apa yang akan segera menimpa tubuh seksinya sebentar lagi. Satu per satu mereka mulai mendekati tubuh telanjang Sandra. Dan tanpa menunggu lama lagi, sebuah penis besar menembus vagina Sandra dengan sangat kasar. Sandra menjerit kesakitan.

    Vaginanya serasa disayat oleh silet. Namun jeritannya tak keluar lama, setelah satu penis besar telah menembus bibir tipisnya. Sandra merasa sangat tersiksa dibuatnya.

    Satu demi satu penis besar telah keluar masuk divagina dan mulutnya. Satu penis yang keluar setelah menyemburkan sperma, segera digantikan dengan penis besar lainnya. Tidak memberi Sandra waktu untuk sekedar menarik nafas. Dia sangat lemah kesakitan dibuatnya. Vaginanya mengeluarkan bercak darah, penis besar para penduduk setempat itu telah merobek vaginanya.

    Sandra mulai mendapatkan kesadarannya kembali dan mulai berontak, ketika dirasa ada sesuatu yang menggesek lubang duburnya. Sebuah penis besar tengah mencoba untuk menembus lubang duburnya dari belakang. Sandra menjerit memohon, berharap mereka akan sedikit tiba pada dirinya. Namun usahanya siasia saja. Para pemerkosanya itu sama sekali tak peduli pada Sandra.

    Mmmhhh,, jangan! Mmmhhh.. Ampun! Mmhhh jerit Sandra disela kulumannya.

    Dan aaarrrrggghhh! Sandra menjerit, dia melolong kesakitan. Sebuah penis raksasa menembus paksa lubang duburnya yang masih perawan dalam satu sentakan kasar.

    Sandra tak mampu menerima lagi semua itu. Tubuhnya telah mendapat titik maksimal dalam menerima rasa sakit, dia pun jatuh pingsan. Para penduduk masih terus melakukan aktifitas mereka diatas tubuh Sandra. Mereka sama sekali tak peduli pada keadaan Sandra saat itu. Mereka terus menggenjot dan meremasi tubuh Sandra secara brutal. Seluruh lubang di tubuh Sandra terus menerus dijejali penis raksasa mereka tanpa jeda sedikit pun.

    Mereka berniat untuk memberikan luka permanen pada tubuh Sandra. 4 jam kemudian mereka baru selesai dengan tubuh Sandra. Seluruh tubuh Sandra dipenuhi dengan bercak sperma yang mengering. Lelehan sperma masih merembes dari dalam mulut, lubang vagina dan lubang duburnya yang menganga lebar. Bercak darah pun masih nampak jelas di kedua lubang tersebut. Setelah puas dengan tubuh Sandra, mereka pun mengenakan pakaian mereka kembali.

    Tubuh telanjang Sandra yang sudah sangat mengenaskan mereka ikat di pohon pinus. Tak lupa mereka menaruh madu di seluruh tubuhnya, dan menjejalkan bunga pinus di lubang vagina dan duburnya. Sedangkan mayat Gilang, mereka buang ke sungai. Setelah semuanya selesai, mereka pun kembali ke desa. Meninggalkan Sandra yang masih pingsan di dalam rimbunnya hutan sendirian.

    #################################

    Gisti terbangun setelah mencium bau yang sangat menyengat hidungnya. Dia sama sekali tak ingat dengan kejadian yang dia alami kemarin, kepalanya masih sangat pusing. Dia pun membuka matanya dengan perlahan.

    Wahai Gunderewo, terimalah tumbal dari kami semua. Dan berikan kami hasil panen yang berlimpah. ucap seorang lelaki.

    Mendengar itu, Gisti segera mengerjapkan matanya yang masih mengabur. Tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakan. Dia pun mulai melihat kesekeliling, mengamati keadaan. Gisti menjerit sejadijadinya, ketika dia tau keadaan nya saat ini.

    Sadar juga kamu neng. ucap suara yang tak asing bagi Gisti.

    Ki Samad! Apa yang aki lakukan sama saya? Saya mau diapakan ki? Tolong! Tolong! teriak Gisti.

    Percuma geulis, gak akan ada orang yang bakalan denger kamu disini. Kamu bakalan aki jadikan tumbal untuk Gunderewo. ucap Ki Samad.

    Tidak! Apa salah saya ki? Tolong! Saya gak mau jadi tumbal. Tolong! teriak Gisti.

    Namun tak ada satu pun yang menolongnya. Ki Samad terlihat khusu melanjutkan mantera pemanggilan Gunderewonya. Mulutnya komatkamit merapalkan mantra. Dan tak lama kemudian, kepulan asap mulai memenuhi ruangan gua tersebut. Gisti meronta, dia mencoba untuk melepas kan dirinya.

    Gadis cantik itu tengah terbaring di atas sebuah batu yang datar. Kedua tangan dan kaki nya di ikat ke setiap sudut batu itu. Tubuh seksinya itu tak tertutupi sehelai benangpun, ia telah telanjang. Vagina dan payudaranya terpampang dengan sangat jelas. Membuat orang ingin segera menyantap dan menjamah bila melihatnya.

    Siapa yang berani membangunkanku? sebuah suara geraman menggema di gua tersebut.

    Ampun Gunderewo. Saya ki Samad. jawab ki Samad sambil membungkuk.

    Ah, ki Samad!

    Apa gerangan kamu sampai berani mengganggu tidur lelapku? Huh? lanjut Gunderewo itu.

    Ampun. Saya bawa tumbal baru buat Akang. Saya cuman minta ditukar dengan hasil panen yang melimpah 2 tahun ke depan.

    Gunderewo itupun mengalihkan pandangan nya pada batu persembahan. Dia tersenyum lebar ketika melihat sosok gadis perawan berparas ayu terbaring di atasnya. Dia kemudian tertawa dengan sangat menggema.

    Hahaha Tumbal yang bagus Samad. Haha Baiklah, akan ku buat panen warga desa melimpah untuk dua tahun ke depan. Hahaha

    Sekarang pergi lah! Biarkan aku menikmati tumbal ku! lanjut Gunderewo itu seraya mendekati tubuh Gisti.

    Ki Samad pun meninggalkan gua itu dengan segera. Dia tidak ingin mengganggu prosesi yang akan di lakukan Gunderewo itu pada Gisti. Dia sudah terlalu senang dengan apa yang akan dia dapat di ladangnya untuk dua tahun ke depan.

    Sesosok mahluk tinggi besar menghampiri tubuh Gisti. Tingginya sekitar 2 meter lebih. Badannya berwarna hitan legam, dengan bau yang sangat menyengat tercium di seluruh tubuhnya. Bulu hitam kasar menghiasi seluruh tubuh mahluk itu. Sepasang mata merah yang menyala menatap nanar pada Gisti. Taring tajam pun menghias di bibir tebalnya. Gisti terbelalak tak percaya melihat sosok di hadapannya sekarang.

    Dia berontak lebih keras, mencoba untuk melepaskan ikatan di tubuhnya. Gisti menjerit sejadinya. Meminta pertolongan kepada siapa pun yang bisa mendengarnya. Namun semua usahanya itu nihil. Tak ada seorang pun yang berani masuk ke gua tersebut.

    Melihat mangsanya terikat tak berdaya, membuat penis Gunderewo itu menyembul keras. Batang penisnya sangat besar dan panjang. Diameternya mencapai 15 cm, dan panjangnya hampir 35 cm. Sungguh penis raksasa.

    Gisti menggidik ketakutan melihat penis Gunderewo itu. Dia tak sanggup membayangkan bila benda sebesar itu menembus liang vaginanya yang masih perawan. Gisti mulai menangis karena saking takutnya pada mahluk itu. Gunderewo itu mulai tak sabar ingin segera menikmati tubuh Gisti. Dia mulai menjamah tubuh telanjang gadis itu.

    Tangannya segera menggerayangi tubuh seksi Gisti dengan perlahan. Mahluk itu mulai merangsang setiap titik sensitif di tubuh Gisti dengan sangat intens. Tangan besar nya meremasi payudara gadis itu dengan perlahan.

    Sedang kan mulutnya mulai menjilati wajah cantik Gisti. Mahluk itu mencoba mencium bibir mungil Gisti. lidahnya yang panjang dia coba untuk menelusup masuk ke dalam bibir Gisti.

    Namun Gisti tak pernah mau membuka mulutnya. Gisti terpejam, dia tak sanggup melihat sosok menyeramkan di depannya itu. Hidungnya mencium bau yang sangat menyengat di depannya. Dia sampai ingin muntah dibuatnya. Bibirnya dia katupkan dengan sangat keras. Dia tak mau berciuman dengan mahluk jelek nan bau ini.

    Takan pernah! Karena geram, Gunderewo itu pun mencubit puting kiri Gisti dengan sangat keras. Membuat Gisti membelalak kesakitan. Mulutnya terbuka, menjerit sejadinya. Dan pada saat itu lah, Gunderewo ini menesulupkan lidahnya ke dalam bibir tipis Gisti. Mahluk itu mulai mencium bibir gadis itu. Mendapatkan serangan seperti itu, Gisti merasa sangat mual. Ada rasa aneh yang sangat tidak mengenakan di dalam mulutnya.

    Air liur mahluk itu juga berbau menyengat di dalam mulutnya. Dia sampai muntah dibuatnya. Kedua matanya mulai menangis semakin deras. Lidah panjang mahluk itu menggelitik setiap rongga mulut Gisti. Dia ingin membuat Gisti terbiasa dengan rasa dari liurnya itu.

    Tangan kanannya meremasi payudara kiri Gisti, Sesekali memilin puting payudaranya yang masih berwarna merah muda itu. Sedangkan tangan kirinya, dia gerakan menuju vagina Gisti. Gisti merasakan sesuatu yang sangat kasar menggeseki lubang vaginanya.

    Mencoba untuk men stimulus daerah istimewanya tersebut. Gisti mencoba menahan matimatian setiap rangsangan tersebut. Namun dia pun hanya wanita biasa. Menerima serangan yang intens, lubang vaginanya pun membasah di jarijari kasar sesosok Gunderewo.

    Mengetahui mangsanya sudah mulai terangsang, Gunderewo itu pun segera menurunkan ciuman bibirnya semakin ke bawah. Dia jilati setiap lekuk tubuh Gisti. Mulai dari wajah, telinga, leher, perut, dan kedua bongkahan payudaranya Gisti. Tak ada bagian yang terlewat dari jilatan lidah panjangnya itu.

    Cerita Sex Birahi Terbaru | Ketika pagutan mahluk itu terlepas di bibirnya, Gisti meludah terus menerus. Dia ingin membuang semua air liur mahluk itu yang selalu terasa menempel di rongga mulutnya. Dia juga mencoba untuk menahan setiap rangsangan di tubuhnya dengan sangat kuat.

    Namun siasia saja semua usahanya itu. Gisti pun mulai mendesah dan mengerang, ketika lidah panjang mahluk itu mulai menjilati lubang vaginanya. Gunderewo itu menjilati setiap inchi vagina Gisti dengan sangat telaten. Sesekali dia coba untuk memasukan lidah panjangnya itu ke dalam lubang sempit dihadapannya.

    Lidah itu pun mulai keluar masuk lubang vagina Gisti bak seekor ular. Gunderewo itu menjilati seluruh rongga di dalam vagina Gisti. Menerima itu semua, membuat desahan Gisti semakin menjadi. Mulutnya tak berhenti mengerang dan mendesah. Gunderewo itu sungguh sangat pintar merangsang setiap titik sensitif di tubuhnya.

    Tak lama berselang, Gisti pun merasakan sesuatu yang sangat enak di vaginanya. Sebuah perasaan yang tak pernah dia rasa kan sebelum nya. Ada sebuah dorongan yang ingin keluar dari dalam vaginanya. Semakin dia tahan, semakin kuat dorongannya. Dan tanpa bisa dicegah lagi, Gisti pun mendapat kan orgasme nya yang pertama selama hidupnya itu.

    Cairan bening nan lengket menyembur deras dari dalam vaginanya. Dan langsung masuk ke dalam mulut Gunderewo itu semuanya. Yaa, Gunderewo itu menghisap habis setiap cairan yang keluar dari dalam liang vagina Gisti. Mahluk itu menelannya habis, tak bersisa. Tubuh Gisti masih mengejang sambil mengejatngejat. Dia sungguh sangat tenggelam oleh kenikmatan yang baru dia dapat hari itu.

    Matanya terpejam, sedang kan mulutnya membuka lebar. Melihat kesempatan itu, Gunderewo segera mencoba untuk memasukan penis raksasanya itu ke dalam mulut mungil Gisti. Dia mendorongnya dengan kasar, membuat Gisti sangat terkejut.

    Ukuran penisnya yang terlalu besar, tak muat ke dalam bibir Gisti. Hanya sebatas kepalanya saja yang dapat masuk, itu pun tak muat. Hal itu membuat Gisti sangat tersiksa. Mulutnya dipaksakan untuk menganga sampai ukuran maksimal.

    Koleksi Cerita Sex Birahi | Penis raksasa itu memaksa mulut Gisti untuk membuka sampai ukuran yang sebelum nya belum pernah bisa dia capai. Penis Gunderewo itu seakan ingin merobek mulut Gisti. Kesal karna penisnya tak bisa muat ke dalam mulut Gisti, Gunderewo ini pun mulai memposisikan posisi nya diatas tubuh Gisti.

    Dia gesekan penis raksasa nya yang bersisik itu tepat di depan lubang vagina Gisti yang masih perawan. Dia menggesekgesekan nya untuk beberapa saat. Dan saat dirasa sudah tepat di depan vaginanya, dia dorong penisnya merobek vagina mungil Gisti dalam satu hentakan kasar.

    Breeeettt Gisti yang awalnya terbuai oleh rangsangan di vaginanya itu mulai menjerit sejadijadinya. Dia merasakan perih yang teramat sangat di lubang kelaminnya itu. Tubuhnya mengejang keatas, menahan rasa sakit yang tak terkira itu.

    Dan Gisti pun jatuh pingsan, tak kuat menerima rasa sakit. Melihat mangsanya sangat lemah, Gunderewo itu sangat marah. Dia mulai menggerakan penisnya itu dengan sangat kasar di lubang vagina Gisti. Dia menggenjot vagina mungil Gisti dengan sangat brutal. Mahluk itu memaksakan vagina Gisti untuk bisa menerima seluruh batang penisnya yang sangat besar dan panjang itu. Dia hentakan pinggulnya dengan sangat keras, seakan ingin mendobrak dinding rahim Gisti.

    Setelah beberapa hentakan yang sangat kuat di dalam vagina Gisti, akhirnya seluruh penis Gunderewo itu pun masuk seluruh nya. Penis yang berdiameter 15 cm, dan panjang 35 cm itu pun bersarang dengan manis di dalam vagina mungil Gisti. Sampai vagina Gisti mengembung dibuatnya. Seluruh otot vagina Gisti seakan meremasi setiap bagian penis Gunderewo itu.

    Mahluk itu merasa sangat dimanjakan dibuatnya. Dia pun mulai mempercepat genjotannya di dalam vagina Gisti. Penis mahluk itu menghentak dengan sangat kuat mendobrak vagina Gisti. Kemudian dia cabut penisnya dengan sangat perlahan, menikmati setiap gesekan antara dinding vagina Gisti yang lembut dan Penis nya yang bersisik itu. Mahluk itu melakukannya terus menerus, sampai membuat Gisti sadar dari pingsannya.

    Aaaaawwwhhh,, sakiiitt Berhentiiii Sakiiitt,, aku mohon! Awwwhhh ucap Gisti mengiba.

    Diam kau sundal! Mulai detik ini tubuhmu adalah milik ku. Kau sama sekali tak berhak lagi atas seluruh tubuhmu ini. ucap Gunderewo itu sambil mempercepat genjotannya.

    Kamu itu sudah dijadikan tumbal untuk ku. Jadi mulai saat ini, kamu adalah budak birahiku. Hahaha lanjutku mahluk itu sambil tertawa.

    Tidak! Aku tidak sudi! Lepas kan aku dasar mahluk menjijikan! maki Gisti sambil meludah ke arah mahluk yang sedang menggagahinya itu.

    Dasar kurang ajar kak sundal! Lihat, aku akan menyetubuhimu dengan sangat ganas dari sekarang. akan kubuat kau bertekuk lutut pada kontolku ini. ucap mahluk itu geram.

    Pompaan di dalam vagina Gisti makin cepat dan kuat saja. Mahluk itu ingin membuat Gisti merasakan multiple orgasme. Gunderewo itu ingin membuat Gisti tak bisa lepas ataupun menolak penis raksasanya lagi. Mahluk itu mulai menyetubuhi Gisti dengan sangat menggila. Penisnya mengeluarkan precum di dalam lubang vagina Gisti.

    Cairan itu mengandung semacam bakteri, yang akan membuat vagina korbannya merasa sangat gatal dan geli dibuatnya. Precum yang Gunderewo itu keluar kan dalam dosis yang cukup banyak di dalam vagina becek Gisti. Rupanya mahluk itu ingin membuat Gisti tak bertingkah lagi. Gisti merasa ada yang aneh di dalam vaginanya.

    Dia merasakan ada sesuatu yang sangat panas di dalam vaginanya. Gadis itu merasakan vaginanya sangat gatal dan sangat geli, sehingga tanpa dasar dia pun mendesahdesah menerima setiap sodokan penis raksasa Gunderewo itu.

    Mengetahui kalau rencananya berhasil, mahluk itu pun menghentikan gerakan nya di dalam vagina Gisti. Dia mencabut keluar penisnya dalam satu tarikan kuat. Plooop suara ketika penisnya keluar. Lubang vagina Gisti nampak menganga sangat lebar. Bercak darah masih menetes dari dalam sana. Gisti tersadar dari lamunannya. Dia merasakan ada sesuatu yang hilang dari dalam vaginanya.

    Lubang vaginanya terasa sangat gatal minta digaruk. Namun benda yang sedari tadi keluar masuk di vaginanya itu telah hilang. Sedang kan kedua tangan dan kakinya terikat dengan keras, membuatnya tak bisa melakukan apapun selain menggesekgesekan kedua pahanya. Gunderewo itu hanya tersenyum melihat perilaku Gisti.

    Dia merasa puas dengan apa yang telah dia buat pada gadis alim tersebut. Rupanya dia telah berhasil untuk merubah sifat Gisti, dan membuang semua rasa malu gadis itu. Gunderewo itu telah berhasil membuat Gisti bertekuk lutut pada penisnya. Mahluk itu telah berhasil membuat Gisti menjadi budak sexnya.

    Aaaaggghhhh Hmmm Aggghhh. Ssshhhh Aggghhh. desah Gisti.

    Kenapa kau menggeliat seperti cacing seperti itu manusia? Huh?

    Apakah memekmu gatal ingin di garuk? Apakahmemek mu rindu sama batang penis besar ku? Huh? Jawab! ucap Gunderewo itu sambil menatap tajam ke arah Gisti. Sebuah tatapan yang seakan merendahkan derajat Gisti sebagai seorang wanita alim.

    Aaaagghhh,, iyaa tuan Aggghhh Tolong berikan kontol besarmu itu Aggghhh

    Tolong garuki memek gatalku ini tuan Aaaagghhh. Setubuhi aku tuan Aggghhh Aku adalah budak sex tuan. Ooouuuuuggghhh. ceracaunya Gisti makin tak jelas.

    Mendengar itu semua Gunderewo hanya tersenyum dengan bangga. Predikatnya sebagai mahluk bau, jelek, dan menjijikan namun tetap bisa menaklukan wanita muda yang amat cantik tetap melekat pada dirinya. Dia pun tersenyum lebar, kemudian melepas ikatan di kedua pergelangan kaki dan tangan Gisti. Gisti yang merasa bebas, segera mengarahkan tangannya menuju lubang vaginanya.

    Dia langsung menggeseki vaginanya dengan cepat dan bernafsu. Gisti mulai memasukan satu demi satu jarinya ke dalam vagina nya yang sudah sangat basah itu sambil terpejam. Ternyata semua jarinya mampu masuk ke dalam lubang vaginanya itu. Sekarang dia mengeluarmasukan kepalan tangan nya menggaruki dinding vaginanya yang sangat gatal itu.

    Gunderewo tertawa dengan sangat keras dengan apa yang telah dia buat pada gadis alim ini. Dia sangat puas melihat Gisti menggeseki vaginanya sendiri dengan susah payah. Gisti terlihat sangat bernafsu saat itu. Dia mencoba segala yang dia bisa untuk menghilang kan rasa gatal di dalam vaginanya. Namun semuanya siasia saja. Rasa gatal di vaginanya tak pernah hilang, namun bertambah gatal saja setiap detiknya.

    Frustasi, Gisti pun menangis. Dia merasa sangat tersiksa dengan rasa gatal di vaginanya itu. Dia terlihat sangat tersiksa karena ulahnya sendiri pada vaginanya. Karena kasihan, Gunderewo itupun berbisik pada Gisti.

    Rasa gatal di vaginamu itu hanya bisa hilang dengan gesekan kontolku saja wahai budak manusia. Rasa gatal itu hanya akan mereda bila bersentuhan dengan sisik di penisku ini. Apa kau mengerti? bisik mahluk itu ditelinga Gisti.

    Aaaaghhhh,,, iyaa tuaaan.. Tolong berikan itu pada hamba Aggghhh. ucap Gisti sambil terisak.

    Ada syaratnya! ucap mahluk itu menatap Gisti tajam.

    Aaapp,, apa syaratnya tuaann? Aaagghhhh ucap Gisti sambil terus mendesah.

    Kau harus membuatku orgasme terlebih dahulu dengan mulut dan tanganmu itu. Kamu harus menelan habis spermaku terlebih dahulu.

    Ba,, baik lah Tu,,, aaagghhhh Baik lah tuan. Sssshhh..

    Lakukanlah sekarang dasar budak!

    Ba, baik tuan. Ucap Gisti sambil menyerbu tubuh mahluk itu.

    Gisti mulai menggenggam penis raksasa Gunderewo dengan kedua tangannya. Diameternya tak muat dalam genggaman tangan nya itu. Dia kemudian menjilati penis bersisik itu dengan sangat bernafsu.

    Sesekali Gisti mencoba untuk memasukan benda itu ke dalam mulutnya. Namun sekeras apapun dia mencoba, benda itu tak pernah bisa masuk ke dalam mulutnya yang terlalu mungil itu. Gisti menjilati setiap inchi penis dari mahluk yang paling menjijikan itu dengan sangat telaten. Dia menjilati penis dari mahluk yang telah membuat nya muntah beberapa jam yang lalu.

    Gisti telah kehilangan akal sehatnya. 15 menit sudah Gisti menjilati penis besar bersisik Gunderewo itu, namun sama sekali belum terlihat jika benda itu akan segera memuntahkan sperma nya. Sedangkan rasa gatal di dalam vaginanya telah mencapai level maksimal. Gisti akhirnya menangis. Dia lalu mencoba memasukan benda besar itu kedalam liang vaginanya dengan sangat bersusah payah.

    Bleeeeesss akhirnya penis besar itu menembus liang vaginanya yang sudah sangat basah.

    Benda besar itu langsung menggaruk rasa gatal yang menyerang dinding vaginanya. Gisti pun menggoyangkan pinggulnya dengan sangat cepat diatas tubuh mahluk itu. Gisti memejamkan matanya menikmati kenikmatan yang batang penis mahluk itu tengah berikan pada vaginanya.

    Aagggghhh Enak nya Ooohhh,, ahhhhhh. desah Gisti sambil mempercepat goyangan vaginanya.

    Gunderewo itu hanya bisa tertawa dengan sangat lantang melihat aksi Gisti saat itu. Gisti sedang menggerakan tubuh seksinya itu dengan sangat lincah di atas tubuh nya. Gadis cantik itu tengah menunggangi penis raksasanya dengan bersusah payah.

    Namun wajahnya memancarkan rona kenikmatan yang sangat dahsyat. Wajahnya mendongak ke atas, kedua matanya terpejam, sedangkan mulutnya membuka lebar. Hal itu sungguh sangat membuat mahluk itu terangsang.

    15 menit menggenjot penis besar Gunderewo, vagina Gisti pun mulai berdenyut menandakan dia akan segera mendapatkan orgasme kembali. Gadis itu mempercepat goyangan pinggulnya, menghentak penis Gunderewo itu makin keras. Tubuhnya sudah dipenuhi dengan keringat. Kuncir rambutnya telah terbuka sehingga rambut panjangnya terurai bebas dan dahinya juga bercucuran keringat

    Aaaaaggghhh,, tuan,, kontol tuan nikmat bangeett Aaagghhhh,, hamba, orgasme lagi tuannnn Agggghhhh jerit Gisti sambil melepas orgasmenya yang kedua hari itu.

    Cairan hangat menyembur dengan sangat deras di liang vaginanya. Gisti bahkan mengalami squirting. Vaginanya mengeluarkan cairan dengan sangat derasnya. Seluruh tubuh Gisti mengejang untuk beberapa saat, lalu ambruk menimpa tubuh besar Gunderewo. Gisti sangat menikmati orgasmenya Kali itu, hingga dia lupa pada tugasnya untuk memuaskan Gunderewo.

    Gunderewo itupun marah pada Gisti. Dia lalu mengeluarkan kembali cairan precumnya didalam vagina Gisti dengan cukup banyak. Hal ini langsung membuat vagina Gisti sangat gatal dibuatnya. Gisti bahkan sampai menjerit kaget dibuatnya. Dan tanpa menunggu lama lagi, dia pun kembali menggoyangkan pinggulnya menggesek penis besar Gunderewo.

    Tak beberapa lama kemudian, Gisti mengalami orgasme nya kembali. Lagi, seluruh otot di tubuhnya mengejang lalu ambruk tak bertenaga. Hal ini kontan membuat Gunderewo itu sangat marah. Akhirnya mahluk besar ini mengeluarkan precumnya yang sangat beracun di dalam vagina Gisti. Precum ini mengandung bakteri yang sangat ganas.

    Bakteri yang akan terus menggigiti dinding vagina Gisti, menimbulkan rasa gatal yang teramat sangat. Bakteri ini takan berhenti menggigit seluruh rongga di dalam liang vagina Gisti, meskipun dia telah mendapatkan orgasme. Bakteri ini hanya bisa hilang oleh cairan sperma Gunderewo saja. Gisti sangat tersiksa dibuatnya.

    Vaginanya makin terasa gatal saja, padahal dia baru saja mendapatkan orgasme. Gisti pun mulai memaksakan tubuhnya untuk bergerak, sehingga kelamin mereka saling bergesekan kembali.

    Namun gesekan antara kelamin mereka itu hanya membuat vaginanya makin gatal saja. Vagina Gisti sudah sangat membanjir dibuatnya. Peluh beserta keringat bercucuran di seluruh tubuhnya. Ntah sudah berapa Kali dia mendapatkan orgasme dan squirting hari itu. Namun rasa gatal di vaginanya tak pernah berhenti.

    Gisti sudah sangat lemah, seluruh tenaganya sudah habis terkuras. Namun dia tetap memaksa pinggulnya tetap menggoyang, meskipun tubuh bergetar hebat. Tak lama berselang, Gisti pun mendapatkan orgasmenya kembali untuk yang kesekian kalinya. Tubuhnya mengejang dengan sangat dahsyat, lalu dia pun jatuh pingsan kembali.

    Melihat mangsanya tergeletak tak sadarkan kembali, Gunderewo itu hanya menatap puas. Dia mencabut penisnya dengan satu tarikan kuat. Mahluk itu lalu merebahkan tubuh Gisti mengangkang. Dia lalu menjilati vagina gadis itu dengan sangat bernafsu. Vagina Gisti yang sudah sangat membasah dijilatnya dengan sangat rakus.

    Lidahnya segera keluar masuk di dalam vagina Gisti dengan sangat lincah. Mahluk itu memasukan lidah panjangnya sangat jauh ke dalam vagina Gisti. Sehingga masuk kedalam rahim Gisti. Mahluk itu lalu menjilatinya gemas.

    Gisti hanya bisa mendesah lemah dibuatnya. Dia sudah tak memiliki tenaga sedikit pun hanya sekedar untuk membuka mata. Namun vaginanya tak pernah berhenti mengalami orgasme. Cairan cintanya yang bercampur dengan air kencing menyembur setiap kali dia orgasme. Muncrat membasahi lantai gua yang pengap dan lembab itu.

    Setelah puas menjilati vagina gadis tersebut, Gunderewo itu kembali memasukan penis besar nya itu ke dalam liang vagina Gisti yang sudah sangat melar. Mahluk itu kembali menghentak kan penisnya dengan sangat kuat dan keras di dalam vagina gadis itu, membuat tubuh Gisti terlonjaklonjak. Karena jepitan vagina Gisti sudah sangat melemah, Gunderewo pun membalikan tubuh mangsanya tersebut. Mahluk itu mulai memposisikan tubuh Gisti untuk menungging.

    Lidah panjangnya segera menjilati dan mengoreki liang dubur Gisti. Membuat Gisti kembali menggeliat. Sesekali dia masukan lidah panjangnya itu ke dalam sana, mencoba membuat lubang itu sedikit melebar.

    Ketika dirasa sudah cukup basah, Gunderewo pun memposisikan penis besarnya di depan lubang dubur Gisti. Dan dengan satu sentakan keras, amblas lah seluruh penis besar nya itu merobek anus Gisti. Gisti menjerit dengan sangat keras. Seluruh otot di tubuhnya bergetar merasakan sakit yang amat sangat. Gisti pun pingsan kembali.

    Cengkraman otot dubur Gisti seakan mencekik penis Gunderewo itu. Mahluk itu kembali merasakan nikmat nya tubuh gadis itu. Sekarang Gunderewo itu sudah tak perduli lagi dengan keadaan Gisti. Dia hanya ingin segera mencapai orgasmenya.

    Dia mulai menyetubuhi dubur Gisti dengan sangat kasar. Tak lama berselang mahluk itu pun mendapat orgasme nya yang pertama saat itu. Dia menggeram sambil menyembur kan sperma panasnya memenuhi liang dubur Gisti. Tangan besarnya meremas kuat payudara Gisti, gigigigi tajamnya menggeremet.

    Dan seluruh tubuhnya mengejang, lalu ambruk menimpa tubuh kecil Gisti dengan penis yang masih menancap di liang dubur gadis itu. Setelah mendapatkan orgasme nya itu, penis besar Gunderewo mengecil dengan sendiri nya. Lalu benda itu keluar dari dalam dubur Gisti secara perlahan. Mahluk itu tersenyum dengan sangat lebar.

    Rona kepuasan tergambar jelas di wajahnya. Mahluk itu pun menghilang ntah kemana. Meninggalkan Gisti sendirian dalam kondisi yang sangat mengenaskan di gua tersebut. Tinggallah Gisti sendiri di gua lembab nan pengap itu. Tubuhnya sudah sangat mengenaskan, dalam posisi yang menungging.

    Lubang vagina dan dubur nya menganga sangat lebar, bercak darah masih jelas terlihat di kedua lubang tersebut. Gisti mati dengan kedua lubang yang sangat basah oleh lendir dan oleh cairan sperma Gunderewo yang berwarna hitam pekat. Namun roh Gisti dibawa oleh sang empunya sperma ke alam nya. Yaa, roh Gisti dijadikan gundik oleh sang Gunderewo itu di alamnya.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Birahiku Naik Melonjak

    Cerita Sex Birahiku Naik Melonjak


    1292 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Birahiku Naik MelonjakCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Kisahku ini terjadi bebrapa bulan yang lalu saat itu aku masih di semester 3 masa masanya saat UAN, dan seperti itulah masa masa yang mendebarkan dimana apakah bisa ikut ujian atau tidaknya sebab ada yang kelebihan absen, administrasi belum lengkap, dan semua pemberitahuan tertera di papan pengumuman.

    Hari itu diriku dibuat shock dengan tercantumnya namaku di daftar cekal salah satu mata kuliah penting, 3 SKS pula. Diriku sangat bingung disana tertulis absenku sudah empat kali, melebihi batas maksimum tiga kali, apakah diriku salah menghitung, padahal di agendaku setiap absenku kucatat dengan jelas diriku hanya tiga kali absen di mata kuliah itu.

    Akupun complain masalah ini dengan dosen yang bersangkutan yaitu Pak Arya, seorang dosen yang cukup senior di kampusku, beliau berumur pertengahan 40-an, berkacamata dan sedikit beruban, tubuhnya pendek kalau dibanding denganku hanya sampai sedagu.

    Diajar olehnya memang enak dan mengerti namun beliau agak cunihin, karena suka cari-cari kesempatan untuk mencolek atau bercanda dengan mahasiswi yang cantik pada jam kuliahnya termasuk juga diriku pernah menjadi korban kecunihinannya.

    Karena sudah senior dan menjabat kepala jurusan, beliau diberi ruangan seluas 5×5 meter bersama dengan Bu Hany yang juga dosen senior merangkap wakil kepala jurusan. Kuketuk pintunya yang terbuka setelah seorang mahasiswa yang sedang bicara padanya pamitan.

    “Siang Pak !” sapaku dengan senyum dipaksa

    “Siang, ada perlu apa ?” “Ini Pak, saya mau tanya tentang absen saya, kok bisa lebih padahal dicatatan saya cuma tiga…” demikian kujelaskan panjang lebar dan beliau mengangguk-anggukkan kepala mendengarnya.

    Beberapa menit beliau meninggalkanku untuk ke TU melihat daftar absen lalu kembali lagi dengan map absen di tangannya.

    Ternyata setelah usut punya usut, diriku tertinggal satu jadwal kuliah tambahan dan cerobohnya diriku juga lupa mencatatnya di agendaku. Dengan memohon belas kasih diriku memelas padanya supaya ada keringanan atau keringanan.

    “Aduhh…tolong dong pak, soalnya gak ada yang memberitahu saya tentang yang tambahan itu, jadi saya juga gak tau pak, bukan salah saya semua doDiang pak” “Tapi kan dik, anda sendiri harusnya tahu kalau absen yang tiga sebelumnya anda bolos bukan karena sakit atau apa kan, seharusnya untuk berjaga-jaga anda tidak absen sebanyak itu dong dulu”

    Beberapa saat diriku tawar menawar dengannya namun ujung-ujungnya tetap harga mati, yaitu diriku tetap tidak boleh ujian dengan kata lain diriku tidak lulus di mata kuliah tersebut. Kata-kata terakhirnya sebelum diriku pamit hanyalah

    “Ya sudah lah dik, sebaiknya anda ambil hikmahnya kejadian ini supaya memacu anda lebih rajin di kemudian hari” dengan meletakkan tangannya di bahuku. Dengan lemas dan pucat diriku melangkah keluar dari situ dan hampir bertabrakan dengan Bu Hany yang menuju ke ruangan itu.

    Dalam perjalanan pulang dimobil pun pikiranku masih kalut sampai mobil di belakangku mengklaksonku karena tidak memperhatikan lampu sudah hijau. Hari itu diriku habis 5 batang rokok, padahal sebelumnya jarang sekali diriku mengisapnya. Rfbet99

    Diriku sudah susah-susah belajar dan mengerjakan tugas untuk mata kuliah ini, juga nilai UTS ku 8,8, tapi semuanya sia-sia hanya karena ceroboh sedikit, yang ada sekarang hanyalah jengkel dan sesal. Sambil tiduran diriku memindah-mindahkan chanel parabola dengan remote, hingga sampailah diriku pada chanel TV dari Taiwan yang kebetulan sedang menayangkan film semi.

    Terlintas di pikiranku sebuah cara gila, mengapa diriku tidak memanfaatkan sifat cunihinnya itu untuk menggodanya, diriku sendiri kan penggemar seks bebas. Cuma cara ini cukup besar taruhannya kalau tidak kena malah diriku yang malu, tapi biarlah tidak ada salahnya mencoba, gagal ya gagal, begitu pikirku.

    Diriku memikirkan rencana untuk menggodanya dam menetapkan waktunya, yaitu sore jam 5 lebih, biasanya jam itu kampus mulai sepi dan dosen-dosen lain sudah pulang. Diriku cuma berharap saat itu Bu Hany sudah pulang, kalau tidak rencana ini bisa tertunda atau mungkin gagal.

    Keesokan harinya diriku mulai menjalankan rencanaku dengan berdebar-debar. Kupakai pakaianku yang seksi berupa sebuah baju tanpa lengan berwarna biru dipadu dengan rok putih menggantung beberapa senti diatas lutut, gilanya adalah dibalik semua itu diriku tidak memakai bra maupun celana dalam.

    Tegang juga rasanya baru pertama kalinya diriku keluar rumah tanpa pakaian dalam sama sekali, seperti ada perasaan aneh mengalir dalam diriku. Birahiku naik membayangkan yang tidak-tidak, terlebih hembusan AC di mobil semakin membuatku bergairah, udara dingin berhembus menggelikitik kemaluanku yang tidak tertutup apa-apa.

    Karena agak macet diriku baru tiba di kampus jam setengah enam, kuharap Pak Arya masih di kantornya. Kampus sudah sepi saat itu karena saat menjelang ujian banyak kelas sudah libur, kalaupun masuk paling cuma untuk pemantapan atau kuis saja.

    Diriku naik lift ke tingkat tiga. Seorang karyawan dan dua mahasiswa yang selift denganku mencuri-curi pandang ke arahku, suatu hal yang biasa kualami karena diriku sering berpakaian seksi cuma kali ini bedanya diriku tidak pakai apa-apa di baliknya.

    Entah bagaimana reaksi mereka kalau tahu ada seorang gadis di tengah mereka tidak berpakaian dalam, untungnya pakaianku tidak terlalu ketat sehingga lekukan tubuhku tidak terjiplak.

    Akupun sampai ke ruang beliau di sebelah lab. bahasa dan kulihat lampunya masih nyala. Kuharap Bu Hany sudah pulang kalau tidak sia-sialah semuanya. Jantungku berdetak lebih kencang saat kuketuk pintunya.

    “Masuk !” sahut suara dari dalam “Selamat sore Pak !”

    “Oh, kamu Citra yang kemarin, ada apa lagi nih ?” katanya sambil memutar kursinya yang menghadap komputer ke arahku.

    “Itu…Pak mau membicarakan masalah yang kemarin lagi, apa masih ada keringanan buat saya”

    “Waduh…kan bapak udah bilang dari kemarin bahwa tanpa surat opname atau ijin khusus, kamu tetap dihitung absen, disini aturannya memang begitu, harap anda maklum”

    “Jadi sudah tidak ada tawar-menawar lagi Pak ?”

    “Maaf dik, bapak tidak bisa membantumu dalam hal ini” “Begini saja Pak, saya punya penawaran terakhir untuk bapak, saya harap bisa menebus absen saya yang satu itu, bagaimana Pak ?”

    “Penawaran…penawaran, memangnya pasar pakai tawar-menawar segala” katanya dengan agak jengkel karena diriku terus ngotot.

    Tanpa pikir panjang lagi diriku langsung menutup pintu dan menguncinya, lalu berjalan ke arahnya dan langsung duduk diatas meja tepat disampingnya dengan menyilangkan kaki. Tingkahku yang nekad ini membuatnya salah tingkah.

    Selagi Pak Arya masih terbengong-bengong kuraih tangannya dan kuletakkan di betisku. “Ayolah Pak, saya percaya bapak pasti bisa nolongin saya, ini penawaran terakhir saya, masa bapak gak tertarik dengan yang satu ini” godaku sambil merundukkan badan ke arahnya sehingga Pak Arya dapat melihat belahan payudaraku melalui leher bajuku yang agak rendah.

    “Dik…kamu-kamu ini….edan juga…” katanya terpatah-patah karena gugup Wajahku mendekati wajahnya dan berbisik pelan setengah mendesah :

    “Sudahlah Pak, tidak usah pura-pura lagi, nikmati saja selagi bisa” Beliau makin terperangah tanpa mengedipkan matanya ketika diriku mulai melepaskan kancing bajuku satu-persatu sampai kedua payudaraku dengan puting pink-nya dan perutku yang rata terlihat olehnya.

    Tanpa melepas pandangannya padaku, tangannya yang tadinya cuma memegang betisku mulai merambat naik ke paha mulusku disertai sedikit remasan.

    Kuturunkan kakiku yang tersilang dan kurenggangkan pahaku agar beliau lebih leluasa mengelus pahaku. Dengan setengah berdiri beliau meraih payudaraku dengan tangan yang satunya, setelah tangannya memenuhi payudaraku Pak Arya meremasnya pelan diiringi desahan pendek dari mulutku.

    “Dadamu bagus juga yah dik, kencang dan montok” pujinya Beliau lalu mendekatkan mulutnya ke arah payudaraku, sebuah jilatan menyapu telak putingku disusul dengan gigitan ringan menyebabkan benda itu mengeras dan tubuhku bergetar.

    Sementara tangannya yang lain merambah lebih jauh ke dalam rokku hingga akhirnya menyentuh pangkal pahaku. Beliau berhenti sejenak ketika jari-jarinya menyentuh kemaluanku yang tidak tertutup apa-apa “

    Ya ampun dik, kamu tidak pakai dalaman apa-apa ke sini !?” tanyanya terheran-heran dengan keberanianku “Iyah pak, khusus untuk bapak…makanya bapak harus tolong saya juga” Tiba-tiba dengan bernafsu Pak Arya bentangkan lebar-lebar kedua pahaku dan menjatuhkan dirinya ke kursi kerjanya.

    Matanya seperti mau copot memandangi kemaluanku yang merah merekah diantara bulu-bulu hitam yang lebat. Sungguh tak pernah terbayang olehku diriku duduk diatas meja mekakangkan kaki di hadapan dosen yang kuhormati.

    Sebentar kemudian lidah Pak Arya mulai menjilati bibir kemaluanku dengan rakusnya. Lidahnya ditekan masuk ke dalam kemaluanku dengan satu jarinya mempermainkan klitorisku, tangannya yang lain dijulurkan ke atas meremasi payudaraku.

    Uhhh…!” diriku benar-benar menikmatinya, mataku terpejam sambil menggigit bibir bawah, tubuhku juga menggelinjang oleh sensasi permainan lidah beliau. Diriku mengerang pelan meremas rambutnya yang tipis, kedua paha mulusku mengapit erat kepalanya seolah tidak menginginkannya lepas.

    Lidah itu bergerak semakin liar menyapu dinding-dinding kemaluanku, yang paling enak adalah ketika ujung lidahnya beradu dengan klitorisku, duhh…rasanya geli seperti mau ngompol. Butir-butir keringat mulai keluar seperti embun pada sekujur tubuhku.

    Setelah membuat vaginaku basah kuyup, beliau berdiri dan melepaskan diri. Pak Arya membuka celana panjang beserta celana dalamnya sehingga ‘burung’ yang daritadi sudah sesak dalam sangkarnya itu kini dapat berdiri dengan dengan tegak.


    Digenggamnya benda itu dan dibawa mendekati vaginaku “Bapak masukin sekarang aja yah Dik, udah ga sabar nih” “Eiit…bentar Pak, bapak kan belum ngerasain mulut saya nih, dijamin ketagihan deh” kataku sambil meraih penisnya dan turun dari meja Kuturunkan badanku perlahan-lahan dengan gerakan menggoda hingga berlutut di hadapannya.

    Penis dalam genggamanku itu kucium dan kujilat perlahan disertai sedikit kocokan. Benda itu bergetar hebat diiringi desahan pemiliknya setiap kali lidahku menyapunya. Sekarang kubuka mulutku untuk memasukkan penis itu.

    Hhmm….hampir sedikit lagi masuk seluruhnya tapi nampaknya sudah mentok di tenggorokanku. Boleh juga penisnya untuk seusia beliau, walaupun tidak seperkasa orang-orang kasar yang pernah ML denganku, miliknya cukup kokoh dan dihiasi sedikit urat, bagian kepalanya nampak seperti cendawan berdenyut-denyut.

    Dalam mulutku penis itu kukulum dan kuhisap, kugerakkan lidahku memutar mengitari kepala penisnya. Sesekali diriku melirik ke atas melihat ekspresi wajah beliau menikmati seponganku.

    Berdasarkan pengalaman, sudah banyak cowok kelabakan dengan oral sex-ku, mereka biasa mengerang-ngerang tak karuan bila lidahku sudah beraksi pada penis mereka, Pak Arya pun termasuk diantaranya. Beliau mengelus-elus rambutku dan mengelap dahinya yang sudah bercucuran keringat dengan sapu tangan.

    Namun ada sedikit gangguan di tengah kenikmatan. Terdengar suara pintu diketuk sehingga kami agak panik. Pak Arya buru-buru menaikkan kembali celananya dan meneguk air dari gelasnya. Diriku disuruhnya sembunyi di bawah meja kerjanya.

    “Ya…ya…sebentar tanggung ini hampir selesai” sahutnya membalas suara ketukan Dari bawah meja diriku mendengar beliau sudah membuka pintu dan berbicara dengan seseorang yang diriku tidak tahu.

    Kira-kira tiga menitan mereka berbicara, Pak Arya mengucapkan terima kasih pada orang itu dan berpesan agar jangan diganggu dengan alasan sedang lembur dan banyak pekerjaan, lalu pintu ditutup.

    “Siapa tadi itu Pak, sudah aman belum ?” tanyaku setelah keluar dari kolong meja “Tenang cuma karyawan mengantar surat ini kok, yuk terusin lagi Dik” Lalu dengan cueknya diriku melepaskan baju dan rokku yang sudah terbuka hingga telanjang bulat di hadapannya.

    Diriku berjalan ke arahnya yang sedang melongo menatapi ketelanjanganku, kulingkarkan lenganku di lehernya dan memeluknya. Dari tubuhnya tercium aroma khas parfum om-om. Beliau yang memangnya pendek terlihat lebih pendek lagi karena saat itu diriku mengenakan sepatu yang solnya tinggi.

    Kudorong kepalanya diantara kedua gunungku, beliau pasti keenakan kuperlakukan seperti itu. Tiba-tiba diriku meringis dan mendesis karena diriku merasakan gigitan pada puting kananku, beliau dengan gemasnya menggigit dan mencupangi putingku itu, giginya digetarkan pada bulatan mungil itu dan meninggalkan jejak disekitarnya.

    Tangannya mengelusi punggungku menurun hingga mencengkram pantatku yang bulat dan padat. “Hhmm…sempurna sekali tubuhmu ini dik, pasti rajin dirawat ya” pujinya sambil meremas pantatku. Diriku hanya tersenyum kecil menanggapi pujiannya lalu kubenamkan kembali wajahnya ke payudaraku yang sebelah, beliaupun melanjutkan menyusu dari situ.

    Kali ini Pak Arya menjilati seluruh permukaannya hingga basah oleh liurnya lalu diemut dan dihisap kuat-kuat. Tangannya dibawah sana juga tidak bisa diam, yang kiri meremas-remas pantat dan pahaku, yang kanan menggerayangi vaginaku dan menusuk-nusukkan jarinya di sana.

    Sebagai respon diriku hanya bisa mendesah dan memeluknya erat-erat, darah dalam tubuhku semakin bergolak sehingga walaupun ruangan ini ber-AC, keringatku tetap menetes-netes.

    Mulutnya kini merambat naik menjilati leher jenjangku, beliau juga mengulum leherku dan mencupanginya seperti Dracula memangsa korbannya. Cupangannya cukup keras sampai meninggalkan bercak merah selama beberapa hari.

    Akhirnya mulutnya bertemu dengan mulutku dimana lidah kami saling beradu dengan liar. Lucunya karena Pak Arya lebih pendek, diriku harus sedikit menunduk untuk bercumbuan dengannya. Sambil berciuman tanganku meraba-raba selangkangannya yang sudah mengeras itu.

    Setelah tiga menitan karena merasa pegal lidah dan susah bernafas kami melepaskan diri dari ciuman. “Masukin aja sekarang yah Pak…saya udah gak tahan nih” pintaku sambil terus menurunkan resleting celananya.

    Namun belum sempat diriku mengeluarkan penisnya, Pak Arya sudah terlebih dulu mengangkat tubuhku. Wow, pendek-pendek gini kuat juga ternyata, Pak Arya masih sanggup menggendongku dengan kedua tangan lalu diturunkan diatas meja kerjanya.

    Pak Arya berdiri diantara kedua belah pahaku dan membuka celananya, tangannya memegang penis itu dan mengarahkannya ke vaginaku. Tangan kananku meraih benda itu dan membantu menancapkannya. Perlahan-lahan batang itu melesak masuk membelah bibir vaginaku hingga tertanam seluruhnya.

    “Ooohhh….!” desahku dengan tubuh menegang dan mencengkram bahu Pak Arya. “Sakit dik ?” tanyanya Diriku hanya menggeleng walaupun rasanya memang agak nyeri, tapi itu cuma sebentar karena selanjutnya yang terasa hanyalah nikmat, ya nikmat yang semakin memuncak.

    Diriku tidak bisa tidak mendesah setiap kali beliau menggenjotku, tapi diriku juga harus menjaga volume suaraku agar tidak terdengar sampai luar, untuk itu kadang diriku harus menggigit bibir atau jari. Beliau semakin cepat memaju-mundurkan penisnya, hal ini menimbulkan sensasi nikmat yang terus menjalari tubuhku.

    Tubuhku terlonjak-lonjak dan tertekuk sehingga payudaraku semakin membusung ke arahnya. Kesempatan ini tidak disia-siakan beliau yang langsung melumat yang kiri dengan mulutnya dan meremas-remas yang kanan serta memilin-milin putingnya.

    Tak lama kemudian diriku merasa dunia makin berputar dan tubuhku menggelinjang dengan dahsyat, diriku mendesah panjang dan melingkarkan kakiku lebih erat pada pinggangnya. Cairan bening mengucur deras dari vaginaku sehingga menimbulkan bunyi kecipak setiap kali beliau menghujamkan penisnya.

    Beberapa detik kemudian tubuhku melemas kembali dan tergeletak di mejanya diantara tumpukan arsip-arsip dan alat tulis. Diriku hanya bisa mengambil nafas sebentar karena beliau yang masih bertenaga melanjutkan ronde berikutnya. Tubuhku dibalikkan telungkup diatas meja dan kakiku ditarik hingga terjuntai menyentuh lantai, otomatis kini pantatku pun menungging ke arahnya.

    Sambil meremas pantatku Pak Arya mendorongkan penisnya itu ke vaginaku. “Uuhh…nggghhh…!” desisku saat penis yang keras itu membelah bibir kemaluanku. Dalam posisi seperti ini sodokannya terasa semakin keras dan dalam, badanku pun ikut tergoncang hebat, payudaraku serasa tertekan dan bergesekan di meja kerjanya.

    Pak Arya menggenjotku semakin cepat, dengusan nafasnya bercampur dengan desahanku memenuhi ruangan ini. Sebisa mungkin diriku menjaga suaraku agar tidak terlalu keras, tapi tetap saja sesekali diriku menjerit kalau sodokannya keras.

    Mulutku mengap-mengap dan mataku menatap dengan pandangan kosong pada foto beliau dengan istrinya yang dipajang di sana. Beberapa menit kemudian Pak Arya menarik tubuh kami mundur beberapa langkah sehingga payudaraku yang tadinya menempel dimeja kini menggantung bebas. Dengan begitu tangannya bisa menggerayangi payudaraku.

    Pak Arya kemudian mengajak ganti posisi, digandengnya tanganku menuju sofa. Pak Arya menjatuhkan pantatnya disana, namun Pak Arya mencegahku ketika diriku mau duduk, disuruhnya diriku berdiri di hadapannya, sehingga kemaluanku tepat di depan wajahnya.

    “Bentar yah Dik, bapak bersihin dulu punyamu ini” katanya seraya menempelkan mulutnya pada kerimbunan bulu-bulu kemaluanku. “Sslluurrpp….sshhrrp” dijilatinya kemaluanku yang basah itu, cairan orgasmeku diseruputnya dengan bernafsu.

    Diriku mendesis dan meremas rambutnya sebagai respon atas tindakannya. Vaginaku dihisapinya selama sepuluh menitan , setelah puas diriku disuruhnya naik ke pangkuannya dengan posisi berhadapan.

    Kugenggam penisnya dan kuarahkan ke lubangku, setelah rasanya pas kutekan badanku ke bawah sehingga penis beliau tertancap pada vaginaku. Sedikit demi sedikit diriku merasakan ruang vaginaku terisi dan dengan beberapa hentakan masuklah batang itu seluruhnya ke dalamku.

    20 menit lamanya kami berpacu dalam gaya demikian berlomba-lomba mencapai puncak. Mulutnya tak henti-henti mencupangi payudaraku yang mencuat di depan wajahnya, sesekali mulutnya juga mampir di pundak dan leherku.

    Akupun akhirnya tidak tahan lagi dengan memuncaknya rasa nikmat di selangkanganku, gerak naik turunku semakin cepat sampai vaginaku kembali mengeluarkan cukup banyak cairan orgasme yang membasahi penisnya dan daerah selangkangan kami. Semakin lama goyanganku semakin lemah, sehingga tinggal beliau saja yang masih menghentak-hentakkan tubuhku yang sudah lemas di pangkuannya.

    Belakangan beliau melepaskanku juga dan menyuruh menyelesaikannya dengan mulut saja. Diriku masih lemas dan duduk bersimpuh di lantai di antara kedua kakinya, kugerakkan tangan kananku meraih penisnya yang belum ejakulasi.

    Benda itu, juga bulu-bulunya basah sekali oleh cairanku yang masih hangat. Diriku membuka mulut dan mengulumnya. Seiring dengan tenagaku yang terkumpul kembali kocokanku pun lebih cepat.

    Hingga akhirnya batang itu semakin berdenyut diiringi suara erangan parau dari mulutnya. Sperma itu menyemprot langit-langit mulutku, disusul semprotan berikutnya yang semakin mengisi mulutku, rasanya hangat dan kental dengan aromanya yang familiar denganku.

    Inilah saatnya menjajal teknik menyepongku, diriku berkonsentrasi menelan dan mengisapnya berusaha agar cairan itu tidak terbuang setetespun. Setelah perjuangan yang cukup berat akhirnya sempotannya makin mengecil dan akhirnya berhenti sama sekali.

    Belum cukup puas, akupun menjilatinya sampai bersih mengkilat, perlahan-lahan benda itu melunak kembali. Pak Arya bersandar pada sofa dengan nafas terengah-engah dan mengibas-ngibaskan leher kemejanya.

    Setelah merasa segar kami kembali memakai pakaian masing-masing. Pak Arya memuji permainanku dan berjanji berusaha membantuku mencari pemecahan masalah ini. Disuruhnya diriku besok datang lagi pada jam yang sama untuk mendengar keputusannya. Ternyata ketika besoknya diriku datang lagi keputusannya masih belum kuterima, malahan diriku kembali digarapnya.

    Rupanya Pak Arya masih belum puas dengan pelayananku. Dan besok lusanya yang kebetulan tanggal merah diriku diajaknya ke sebuah hotel melati di daerah Tangerang. Disana diriku digarapnya setengah hari dari pagi sampai sore, bahkan sempat diriku dibuat pingsan sekali.

    Luar biasa memang daya tahannya untuk seusianya walaupun dibantu oleh suplemen pria. Namun perjuanganku tidaklah sia-sia, ketika sedang berendam bersama di bathtub Pak Arya memberitahukan bahwa diriku sudah diperbolehkan ikut dalam ujian.

    “Kesananya berusaha sendiri yah Dik, jangan minta yang lebih lagi, bapak sudah perjuangkan hal ini dalam rapat kemarin” katanya sambil memencet putingku

    “Tenang aja Pak, saya juga tahu diri kok, yang penting saya ga mau perjuangan saya selama ini sia-sia” jawabku dengan tersenyum kecil Akhirnya akupun lulus dalam mata kuliah itu walaupun dengan nilai B karena UAS-nya lumayan sulit, lumayanlah daripada tidak lulus. Dan dari sini pula diriku belajar bahwa terkadang perjuangan itu perlu pengorbanan apa saja.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Bisa Lebih Enak

    Cerita Sex Bisa Lebih Enak


    2254 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Bisa Lebih EnakCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Namaku Mona, umurku 24 tahun, Aq sudah menikah dan mempunyai satu anak lelaki.. Berikut cerita panas ini Aq ingin berbagi pengalamantentang hubunganku dengan adik kandungku sendiri. Kejadian ini terjadi dua tahun yg lalu ketika Aq berusia 22 tahun dan adikku berusia 18 tahun.

    Kami adalah 3 bersaudara, kakakku Diana telah menikah dan ikut suaminya, sedangkan Aq dan adikku tinggal bersama orang tua kami. Aq sendiri berperawakan sedang, tinggiku 160cm berat badan 52kg, orang bilang Aq montok, terutama pada bagian pinggul/pantat. Payudaraku termasuk rata2 34 saja. Kulitku yg putih selalu menjadi perhatian orang2 bila sedang berjalan keluar rumah. Situs Judi Online

    Aq mempunyai seorang pacar berusia 2 tahun diatasku, dia adalah kakak kelas kuliahku. Aq dan pacarku berpacaran sudah 2 tahun lebih, dan selama itu paling jauh kami hanya melakukan petting, sailng raba, saling cium dan saling hisap…..

    Pacarku sangat ingin menerobos vaginaku jika saat petting, tapi Aq sendiri tidak ingin hal itu terjadi sebelum kami menikah, jadi Aq mengeluarkan air maninya dengan cara swalayan, yaitu mengocok kontolnya. Aq juga kerap dipaksa menghisap kontol pacarku yg mana sebenernya Aq agak jijik
    melakukannya.

    Keseringan petting dengan pacarku membuatku menjadi haus akan belaian lelaki dan selalu iingin disentuh, sehari saja tidak dibelai rasanya tersiksa sekali… entah kenapa Aq jadiketagihan… Sampai akhirnya kau sendiri melakukannya dengan tanganku sendiri dikamarku sendiri. Sering Aq meraba-raba payudaraku sendiri dan mengusap-usap memeku sendiri sampai Aq orgasme.

    Inilah kesalahan ku, Aq tidak menyadari kalau selama ini adikku John sering mengintip Aq… ini Aq ketahui setelah dia mengakuinya saat berhasil membobol keperawananku, kakaknya sendiri.

    Awal mulanya, ketika itu Aq, mamaku dan adikku John pergi ke supermarket 500m dekat rumah. Karena belanjaan kami banyak maka kami memutuskan untuk naik becak. Saat itu Aq memakai
    celana panjang ketat setengah lutut, dan karena kami hanya naik satu becak, Aq memutuskan untuk di pangku adikku, sedangkan mamaku memangku belanjaan.

    Diperjalanan yg hanya 500m itu, ketika Aq duduk di pangkuan adikku, Aq merasakan sesuatu bergerak-gerak dipantatku, Aq sadar bahwa itu kontol adikku, keras sekali dan berada di belahan pantatku.

    Aq membiarkannya, karena memang tidak ada yg bisa kulakukan. Bahkan ketika di jalan yg jelek, semakin terasa ganjalandipantatku. Karena Aq juga sangat rindu belaian pacarku yg sudah 3 hari tidak ke rumah, diam diam Aq menikmatinya.

    Sejak kejadian itu, Aq sering melihat dia memperhatikan tubuhku, agak risi Aq diperhatikan adikku sendiri, tapi Aq berusaha bersikap biasa.

    Suatu hari, Aq dan pacarku melakukan petting di kamarku… Aq sangat terangsang sekali… dia meraba dan membelai-belai tubuhku. Sampai akhirnya pacarku memaksakku membuka celana dalamku dan memaksaku untuk mengijinkannya memasukkan kontolnya ke memekku.

    Tentu saja Aq keberatan, walaupun Aq sangat terangsang tapi Aq berusaha untuk mempertahankankeperawananku. Dalam ketelajanganku Aq memohon padanya untuk tidak melakukannya.

    Dan anehnya Aq malah berteriak mintatolong. Hal ini di dengar oleh adikku John, dia langsungmenerobos kamarku dan mengusirnya, saat itu juga pacarkuketakutan, karena memang badan adikku jauh lebih besar.

    Aqlansung menutupi tubuhku yg telanjang dan Aq yakin adikku melihat ketelajanganku. Dan pacarku sendiri langsung memakai pakaiannya dan pamit pulang.

    Sejak itu, pacarku jadi jarang ke rumah. Dari selentinganteman-teman ku, pacarku katanya mempunyai teman cewe lain yg sering jalan dengannya. Tentu saja aq sedih mendengarnya, tapi Aq juga merasa beruntung tidak ternodai olehnya.

    Suatu malam aq berbincang-bincang dengan adikku, aq berterima kasih padanya karena dia telah menggagalkan pacarku menodaiku.

    Aq kaget ketika adikku ngomong bahwa, aq ngga bisa menyalahkan pacarku karena memang bodyku sexy sekali dan setiap laki-laki pasti ingin merasakan tubuhku. Ketika kutanya, jika setiap lelaki, apakah adikku juga inginmerasakan tubuhku juga… dia menjawab:

    “Kalau kakak bukan kakakku, ya aq juga pengen, aq kan jugalelaki” aq sangat kaget mendengar jawabannya tapi aq berusaha itu adalah pernyataan biasa, aq langsung aja tembak, “emang adik pernah nyobain cewe?” dia bilang “ya, belum kak”…. itulah percakapan awal bencana itu.

    Malam harinya aq membayangkan bercinta dengan pacarku, kau merindukan belaiannya… lalu aq mulai meraba-raba tubuhku sendiri… tapi aq tetap tidak bisa mencapai apa yg aq inginkan… sekilas aq membayangkan adikku… lalu aq memutuskan untuk mengintip ke kamarnya…

    Malam itu aq mengendap-endap dan perlahan-lahan nak keatas kursi dan dari lubang angin aq mengintip adikku sendiri, aq sangat kagetsekali ketika melihat adikku dalam keadaan tak memakai celana dan sedang memegan alat vitalnya sendiri, dia melakukan onani, aq terkesima melihat ukuran kontolnya, hampir 2 kali pacarku, gila kupikir, kok bisa yah sebesar itu punya adikku…

    Dan yg lebih kaget, di puncak orgasmenya dia meneriakkan namaku… Saat itu perasaanku bercampur baur antar nafsu dan marah… aq langsung balik kekamarku dan membayangkan apa yg baru saja aq saksikan.

    Pagi harinya, libidoku sangat tinggi sekali, ingin dipuaskan adikku tidak mungkin, maka aq memutuskan untuk mendatangi pacarku. Pagi itu aq langsung kerumah pacarku dan kulihat diasangat senang aq dating… ditariknya aq ke kamarnya dan kami langsung bercumbu… saling cium saling hisap dan perlahan-lahan baju kami lepas satu demi satu sampai akhirnya kami telanjang bulat.

    Gilanya begitu aq melihat kontolnya,aq terbayang kontol adikku yg jauh lebih besar darinya…sepert biasa dia menyuruhku menghisap kontolnya, dengan terpaksa aq melakukannya, dia merintih-rintih keenakkan dan mungkin karena hampir orgasme dia menarik kepalaku.’

    “Jangan diterusin, aq bisa keluar katanya” lalu dia mula menindihi ku dan dari nafasnya yg memburu kontolnyamencari-cari lubang memekku… begitu unjung kontolnya nempel dan baru setengah kepalanya masuk, aq kaget karena dia sudah langsung orgasme, air maninya belepotan diatas memekku… “Ohhhhh…” katanya.
    Dia memelukku dan minta maaf karena gagal melakukan penetrasike memekku. Tentu saja aq sangat kecewa, karena libidoku masih sangat tinggi.

    “Puaskan aq dong… aq kan belum…” rengekku tanpa malu-malu. Tapi jawabannya sangat menyakitkanku…

    “Maaf, aq harus buru-buru ada janji dengan sisca” katanyatanpa ada rasa ngga enak sedikitpun. Aq menyembunyikankedongkolanku dan buru-buru berpakaian dan kami berpisahketika keluar dari rumahnya.

    Diperjalanan pulang aq sangat kesal dan timbul kenginanku untuk menyeleweng, apalagi selama diperjalanan banyak sekalilelaki yg mengodaku dar tukang becak, kuli bangunan sampaisetiap orang di bis.

    Begitu sampai rumah aq memergoki adikku yg akan pergi kesport club, dia mengajakku untuk ikut dan aq langsungmenyanguppinya karena memang aq juga ingin melepaskanlibidoku dengan cara berolah raga.

    Di tempat sport club, kam berolah raga dari senam sampai berenang dan puncaknya kami mandi sauna. Karena sport club tersebut sangat sepi, maka aq minta adikku satu kamardenganku saat sauna. Saat didalam adikku bilang “kak, baju renangnya ganti tuh, kan kalau tertutup gitu keringatnya ngga keluar, percuma sauna”

    “Abis pake apa” timpalku, “aq ngga punya baju lagi”

    “Pake celana dalem sam BH aja kak, supaya pori-porinya kebuka”

    katanya

    Pikirku, bener juga apa katanya, aq langsung keluar danmenganti baju renangku dengan BH dan celana dalam, sialnya aq memakai celana dalam G-string putih sehabis dari rumah pacarkutadi… Tapi “ah, cuek aja.. toh adikku pernah liat aq telanjang juga”.

    Begitu aq masuk, adikku terkesima dengan penampilanku yg sangat berani… kulihat dia berkali-kali menelan ludah, aq pura-pura acuh dan langsung duduk dan menikmati panasnyasauna. Keringat mencucur dari tubuhku, dan hal itu membuatsegalanya tercetak didalam BH dan celana dalamku… adikkuterus memandang tubuhku dan ketka kulihat kontolnya,

    aq sangat kaget, dan mengingatkanku ke hal semalam ketika adikkuonani dan yg membuat libidoku malah memuncak adalah kepala kontolnya muncul diatas celana renangnya.

    Aq berusaha untuk tidak melihat, tapi mataku selau melirik kebagian itu, dan nafasku semakin memburu dan kulihat adikku melihat kegelisahanku. Aq juga membayangkan kejadian tadi pagi bersama pacarku, aq kecewa dan ingin pelampiasan.

    Dalam kediaman itu aq tidak mampu untuk bertahan lagi dan aq memulainya dengan berkata:

    “Ngga kesempitan tuh celana, sampe nongol gitu”

    “Ia nih, si otong ngga bisa diajak kompromi kalo liat cewe bahenol” katanya

    “Kasian amat tuh, kejepit. Buka aja dari pada kecekik” kataku lebih berani

    “Iya yah…” katanya sambil berdiri dan membuka celananya…

    Aq sangat berdebar-debar dan berkali-kali menggigit bibirku melihat batang kemaluan adikku yg begitu besar.

    Tiba-tiba adikku mematikan mesin saunanya dan kembali ke tempatnya.

    “Kenapa dimatiin” kataku

    “Udah cukup panas kak” katanya

    Memang saat juga aq merasa sudah cukup panas, dan dia kembali duduk, kami saling memandang tubuh masing-masing. Tiba-tiba cairan di memekku meleleh dan gatal menyelimuti dinding memekku, apalagi melihat kontol adikku.

    Akal warasku datang dan aq langsung berdiri dan hendakkeluar, tapi adikku malah mencegahku “nanti kak”. “Kan udah saunanya ” timpalku, aq sangat kaget dia berada tepat di depanku dengan kontol mengacung ke arahku, antara takut dan ingin.

    “Kakak udah pernah gituan belum kak” kata adikku

    “Belum” kataku, “emang kamu udah..?” lanjutku

    “Belum juga kak, tapi pengen nyoba” katanya

    “Nyoba gimana???? Nantikan juga ada saatnya” kataku berbalik kearah pintu dan sialnya kunci lokerku jatuh, ketika aq memungutnya, otomatis aq menunggingi adikku dan buah pantatku yg besar menempel di kontolnya.

    Gilanya aq malah tetap diposisi itu dan menengok ke arah adikku. Dan tak kusangka adikku memegang pinggulku danmenempelkan kontolnya dibelahan pantatku yg hanya tertutupG-string.

    “Oh kak…. bahenol sekali, aq pengen nyobain kak” katanya dengan nafas memburu.

    “Aw… dik ngapain kamu” timpalku tanpa berusaha merubahposisiku, karena memang aq juga menginginkannya.“Pengen ngentot kakak” katanya kasar sambil menekan batangnya
    kepantatku.

    Aq menarik pantatku dan berdiri membelakanginya, “Aq kankakakm John, inget dong”

    Adikku tetap memegang pinggulku “tolong kak.. asal nempelaja.. nga usah dimasukkin, aq ngga tahan banget”

    “Tolong kak,” katanya memelas. Aq di suruh nagpain juga maukak, asal bisa nempelin aja ke memek kakak”.

    Pikiranku buntu, aq juga punya libido yg tak tertuntaskantadi pagi.. dan membayangkan pacarku menunggangi sisca,

    libidoku tambah naik..

    “Persetan dengan pacar brengsek” batinku.

    “Jangan disini” pintaku.

    “Sebentar aja kak, asal nempel aja 1 menit” katanya meremaspinggulku.

    “Kakak belum siap” kataku.

    “Kakak nungging aja, nanti aq panasin” katanya.

    Bagai terhipnotis aq menuruti apa katanya, sambil memeganggrendel pintu, aq menungginginya dan dengam pelan-pelan dia membuka G-stringku dan melemparkannya. Dan dia jongkok dibelakangku dan gilanya dia menjulurkan lidahnya menjilat memeku dari belakang…

    “Oh… ngapain kamu dik…” kataku tanpa melarangnya.

    Dia terus menjulurkan lidah dan menjilati memekku daribelakang.. ohhhh… gila pikirku… enak banget, pacarku sajangga mau ngejilatin memekku, adikku sendiri dengan rakus menjilati memekku

    “Gila kamu dik, enak banget, belajar dimana” rintihku… Tanpa menjawab dia terus menjilati memekku dan meremas remas bokongku sampai akhirnya lama-lama memekku basah sekali danbagian dalam memekku gatal sekali…

    Tiba-tiba dia berdiri dan memegang pinggulku.. “Udah panas kak” katanya mengarahkan kontolnya kepantatku danmemukul-mukul kepala kontolnya kepantatku….

    “udah….” kataku sambil terus menungging dan menoleh ke arahadikku…

    “Jangan bilang siapa-siapa yah dik” kataku.

    Adikku berusaha mencari lubang memekku dengan kepala kontolnyayang besar… dia kesulitan…

    “Mana lubangnya kak..” katanya.

    Tanpa sadar aq menjulurkan tangan kananku dan menggengam kontolnya dan menuntun ke mulut goaku…
    “Ini dik” kataku begitu tepat di depannya, “gesek-gesek aja yah dik”.

    “Masukin dikit aja kak” katanya menekan kontolnya.

    “aw… dik, gede banget sih” kataku, “pelan-pelan….”.

    Begitu kepala kontolnya membuka jalan masuk ke memekku, adikku pelan-pelan menekannya.. dan mengeluarkannya lagi sedikit sedikit… tapi tidak sampai lepas… terus ia lakukan sampai membuat aq gemas….

    “Oh.. dik…. enak…. dik…. udah yah…” kataku pura-pura…..

    “Belum kak…. baru kepalanya udah enak yah….”

    “Memang bisa lebih enak…???” kataku menantang.

    Dan…. langsung menarik pinggulku sehingga batang kontolnyayang besar amblas ditelan memekku”

    Aq merasakan perih luar biasa dan “aw…. sakit dik…”

    teriakku.

    Adikku menahan batangnya didalam memekku …. “Oh…kak…nikmat banget…..” dan secara perlahan dia
    menariknya keluar dan memasukannya lagi, sungguh sensasi luarbiasa. Aq merasakan nikmat yg eramat sangat, begitu juga
    adikku…

    “Oh, kak… nikmat banget memekmu..” katanya.

    “Ssssshhhh… ia dik… enak banget” kataku.

    Lima belas menit dia mengenjotku, sampai akhirnya akumerasakan orgasme yg sangat panjang dan nikmat disusulerangan adkku sambil menggengam pinggulku agar penetrasinyamaksimum.

    “Oh.. kak.. aq keluar.. nikmat banget…” katanya

    Sejenak dia memelukku dari belakang, dan mulai mencabut kontolnya di memekku…

    “Ma kasih kak” katanya tanpa dosa dan memakaikan celanakulagi. Aq bingung bercampur menyesal dan ingin menangis.Aq langsung keluar dan membersihkan diri sambil menyesalidiri.. “kenapa adikku????”

    Dalam perjalanan pulang adikku berulang-ulang minta maaf atas perbuatannya di ruangan sauna… Aq hanya bisa berdiam merenungi diriku yg sudah tidak perawan lagi…

    Kejadian itu adalah awal petualangan aq dan adikku, Karena dua hari setelah itu kembali kami besetubuh, bahkan lebih gila lagi.. kami bisa melakukannya sehari 3 sampai 5 kali sehari semalam.

    Satahun sudah aq di tunggangi adikku sendiri sampai adaseorang kaya, kenalan bapakku melamarku, dan kami menikah.Untungnya suamiku tidak mempermasalahkan keperawananku.
    Akhirnya aq di karunia seorang anak dari suamiku, bukan dari adikku.. karena aq selalu menjaga jangan sampai hamil bilabersetubuh dengan adikku.

    hingga detik ini pun aq masih begituan dengan aq, sering kali malah adekku yang meminta untuk mengajak, dan aku juga kalau sange aku mengajak adekku untuk melampiaskan nafsuku.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Bokep Dosen Nakal

    Cerita Sex Bokep Dosen Nakal


    1021 views

    Perawanku – Saya dilahirkan di kota Pekanbaru di propinsi sumatera, kota yang panas karena terletak di dataran rendah. Selain tinggi badan seukuran orang-orang bule, kata temanku wajahku lumayan. Mereka bilang Saya hitam manis. Sebagai laki-laki, Saya juga bangga karena waktu SMA dulu Saya banyak memiliki teman-teman perempuan.

    Walaupun Saya sendiri tidak ada yang tertarik satupun di antara mereka. Mengenang saat-saat dulu Saya kadang tersenyum sendiri, karena walau bagaimanapun kenangan adalah sesuatu yang berharga dalam diri kita.

    Apalagi kenangan manis.Sekarang Saya belajar di salah satu perguruan tinggi swasta di kota S, mengambil jurusan ilmu perhotelan. Saya duduk di tingkat akhir. Sebelum berangkat dulu, orangtua Saya berpesan harus dapat menyelesaikan studi tepat pada waktunya. Joker123

    Maklum, keadaan ekonomi orangtuSaya juga biasa-biasa saja, tidak kaya juga tidak miskin. Apalagi Saya juga memiliki 3 orang adik yang nantinya juga akan kuliah seperti Saya, sehingga perlu biaya juga. Saya camkan kata-kata orangtuSaya. Dalam hati Saya akan berjanji akan memenuhi permintaan mereka, selesai tepat pada waktunya.

    Tapi para pembaca, sudah kutulis di atas bahwa segala sesuatu yang terjadi pada Saya tanpa Saya dapat menyadarinya, sampai saat ini pun Saya masih belum dapat menyelesaikan studiku hanya gara-gara satu mata kuliah saja yang belum lulus, yaitu mata kuliah yang berhubugan dengan hitung berhitung.

    Walaupun sudah kuambil selama empat semester, tapi hasilnya belum lulus juga. Untuk mata kuliah yang lain Saya dapat menyelesaikannya, tapi untuk mata kuliah yang satu ini Saya benar-benar merasa kesulitan.  Agen Obat Kuat Pasutri

    “Coba saja kamu konsultasi kepada dosen pembimbing akademis..,” kata temanku Andi ketika kami berdua sedang duduk-duduk dalam kamar kost. “Sudah, Di. Tapi beliau juga lepas tangan dengan masalahku ini. Kata beliau ini ditentukan oleh dirimu sendiri.” Kata Saya sambil menghisap rokok dalam-dalam. “Benar juga apa yang dikatakan beliau, Gi, semua ditentukan dari dirimu sendiri.” sahut Andi sambil termangu, tangannya sibuk memainkan korek api di depannya.

    Lama kami sibuk tenggelam dalam pikiran kami masing-masing, sampai akhirnya Andi berkata, “Gini saja, Gi, kamu langsung saja menghadap dosen mata kuliah itu, ceritakan kesulitanmu, mungkin beliau mau membantu.” kata Andi.

    Mendengar perkataan Andi, seketika Saya langsung teringat dengan dosen mata kuliah yang menyebalkan itu. Namanya Ibu Frisca, umurnya kira-kira 35 tahun. Orangnya lumayan cantik, juga seksi, tapi banyak temanku begitu juga Saya mengatakan Ibu Frisca adalah dosen killer, banyak temanku yang dibuat sebal olehnya. Maklum saja Ibu Frisca belum berkeluarga alias masih sendiri, perempuan yang masih sendiri mudah tersinggung dan sensitif.

    “Waduh, Di, bagaimana bisa, dia dosen killer di kampus kita..,” Kata Saya bimbang. “Iya sih, tapi walau bagaimanapun kamu harus berterus terang mengenai kesulitanmu, bicaralah baik-baik, masa beliau tidak mau membantu..,” kata Andi memberi saran. Saya terdiam sejenak, berbagai pertimbangan muncul di kepala Saya. Dikejar-kejar waktu, pesan orang tua, dosen wanita yang killer. Akhirnya Saya berkata, “Baiklah Di, akan kucoba, besok Saya akan menghadap beliau di kampus.” “Nah begitu dong, segala sesuatu harus dicoba dulu,” sahut Andi sambil menepuk-nepuk pundakku.

    Cerita Sex Bokep Dosen Nakal

    Cerita Sex Bokep Dosen Nakal

    Siang itu Saya sudah duduk di kantin kampus dengan segelas es teh di depanku dan sebatang rokok yang menyala di tanganku. Sebelum bertemu Ibu Frisca Saya sengaja bersantai dulu, karena bagaimanapun nanti Saya akan gugup menghadapinya, Saya akan menenangkan diri dulu beberapa saat. Tanpa Saya sadari, tiba-tiba Andi sudah berdiri di belakangku sambil menepuk pundakku, sesaat Saya kaget dibuatnya.

    “Ayo Chris, sekarang waktunya. Bu Frisca kulihat tadi sedang menuju ke ruangannya, mumpung sekarang tidak mengajar, temuilah beliau..!” bisik Andi di telingSaya. “Oke-oke..,” Kata Saya singkat sambil berdiri, menghabiskan sisa es teh terakhir, kubuang rokok yang tersisa sedikit, kuambil permen dalam sSaya, kutarik dalam-dalam nafasku. Saya langsung melangkahkan kaki. “Kalau begitu Saya duluan ya, Chris. Sampai ketemu di kost,” sahut Andi sambil mFriscanggalkanku. Saya hanya dapat melambaikan tangan saja, karena pikiranku masih berkecamuk bimbang, bagaimana Saya harus menghadapai Ibu Frisca, dosen killer yang masih sendiri itu.

    Perlahan Saya berjalan menyusupi lorong kampus, suasana sangat lengang saat itu, maklum hari Sabtu, banyak mahasiswa yang meliburkan diri, lagipula kalau saja Saya tidak mengalami masalah ini lebih baik Saya tidur-tiduran saja di kamar kost, ngobrol dengan teman. Hanya karena masalah ini Saya harus bersusah-susah menemui Bu Frisca, untuk dapat membantuku dalam masalah ini.

    Kulihat pintu di ujung lorong. Memang ruangan Bu Frisca terletak di pojok ruangan, sehingga tidak ada orang lewat simpang siur di depan ruangannya. Kelihatan sekali keadaan yang sepi. Pikirku, “Mungkin saja perempuan yang belum bersuami inginnya menyendiri saja.” Perlahan-lahan kuketuk pintu, sesaat kemudian terdengar suara dari dalam, “Masuk..!” Saya langsung masuk, kulihat Bu Frisca sedang duduk di belakang mejanya sambil membuka-buka map. Kutup pintu pelan-pelan. Kulihat Bu Frisca memandangku sambil tersenyum, sesaat Saya tidak menyangka beliau tersenyum ramah padSaya. Sedikit demi sedikit Saya mulai dapat merasa tenang, walaupun masih ada sedikit rasa gugup di hatiku.

    “Silakan duduk, apa yang bisa Ibu bantu..?” Bu Frisca langsung mempersilakan Saya duduk, sesaat Saya terpesona oleh kecantikannya. Bagaimana mungkin dosen yang begitu cantik dan anggun mendapat julukan dosen killer. Kutarik kursi pelan-pelan, kemudian Saya duduk. “Oke, Christoper, ada apa ke sini, ada yang bisa Ibu bantu..?” sekali lagi Bu Frisca menanyakan hal itu kepadSaya dengan senyumnya yang masih mengembang. Perlahan-lahan kuceritakan masalahku kepada Bu Frisca, mulai dari keinginan orangtua yang ingin Saya agak cepat menyelesaikan studiku, sampai ke mata kuliah yang saat ini Saya belum dapat menyelesaikannya.

    Kulihat Bu Frisca dengan tekun mendengarkan ceritSaya sambil sesekali tersenyum kepadSaya. Melihat keadaan yang demikian Saya bertambah semangat bercerita, sampai pada akhirnya dengan spontan Saya berkata, “Apa saja akan kulSayakan Bu Frisca, untuk dapat menyelesaikan mata kuliah ini. Mungkin suatu saat membantu Ibu membersihkan rumah, contohnya mencuci piring, mengepel, atau yah, katakanlah mencuci baju pun Saya akan melSayakannya demi agar mata kuliah ini dapat saya selesaikan. Saya mohon sekali, berikanlah keringanan nilai mata kuliah Ibu pada saya.”

    Mendengar kejujuran dan perkataanku yang polos itu, kulihat Bu Frisca tertawa kecil sambil berdiri menghampiriku, tawa kecil yang kelihatan misterius, dimana Saya tidak dapat mengerti apa maksudnya. “Apa saja Christoper..?” kata Bu Frisca seakan menegaskan perkataanku tadi yang secara spontan keluar dari mulutku tadi dengan nada bertanya. “Apa saja Bu..!” kutegaskan sekali lagi perkataanku dengan spontan.

    Sesaat kemudian tanpa kusadari Bu Frisca sudah berdiri di belakangku, ketika itu Saya masih duduk di kursi sambil termenung. Sejenak Bu Frisca memegang pundakku sambil berbisik di telingSaya. “Apa saja kan Christoper..?” Saya mengangguk sambil menunduk, saat itu Saya belum menyadari apa yang akan terjadi. Tiba-tiba saja dari arah belakang, Bu Frisca sudah menghujani pipiku dengan ciuman-ciuman lembut, sebelum sempat Saya tersadar apa yang akan terjadi. Bu Frisca tiba-tiba saja sudah duduk di pangkuanku, merangkul kepalSaya, kemudian melumatkan bibirnya ke bibirku. Saat itu Saya tidak tahu apa yang harus kulSayakan, seketika kedua tangan Bu Frisca memegang kedua tanganku, lalu meremas-remaskan ke payudaranya yang sudah mulai mengencang.

    Saya tersadar, kulepaskan mulutku dari mulutnya. “Bu, haruskah kita..” Sebelum Saya menyelesaikan ucapanku, telunjuk Bu Frisca sudah menempel di bibirku, seakan menyuruhku untuk diam. “Sudahlah Christoper, inilah yang Ibu inginkan..” Setelah berkata begitu, kembali Bu Frisca melumat bibirku dengan lembut, sambil membimbing kedua tanganku untuk tetap meremas-remas payudaranya yang montok karena sudah mengencang.

    Akhirnya timbul hasrat kelelakianku yang normal, seakan terhipnotis oleh reaksi Bu Frisca yang menggairahkan dan ucapannya yang begitu pasrah, kami berdua tenggelam dalam hasrat seks yang sangat menggebu-gebu dan panas. Saya membalas melumat bibirnya yang indah merekah sambil kedua tanganku terus meremas-remas kedua payudaranya yang masih tertutup oleh baju itu tanpa harus dibimbing lagi. Tangan Bu Frisca turun ke bawah perutku, kemudian mengusap-usap kemaluanku yang sudah mengencang hebat. Dilanjutkan kemudian satu-persatu kancing-kancing bajuku dibuka oleh Bu Frisca, secara reflek pula Saya mulai membuka satu-persatu kancing baju Bu Frisca sambil terus bibirku melumat bibirnya.

    Setelah dapat membuka bajunya, begitu pula dengan bajuku yang sudah terlepas, gairah kami semakin memuncak, kulihat kedua payudara Bu Frisca yang memakai BH itu mengencang, payudaranya menyembul indah di antara BH-nya. Kuciumi kedua payudara itu, kulumat belahannya, payudara yang putih dan indah. Kudengar suara Bu Frisca yang mendesah-desah merasakan kFriscakmatan yang kuberikan. Kedua tangan Bu Frisca mengelus-elus dadSaya yang bidang. Lama Saya menciumi dan melumat kedua payudaranya dengan kedua tanganku yang sesekali meremas-remas dan mengusap-usap payudara dan perutnya.

    Akhirnya kuraba tali pengait BH di punggungnya, kulepaskan kancingnya, setelah lepas kubuang BH ke samping. Saat itu Saya benar-benar dapat melihat dengan utuh kedua payudara yang mulus, putih dan mengencang hebat, menonjol serasi di dadanya. Kulumat putingnya dengan mulutku sambil tanganku meremas-remas payudaranya yang lain. Puting yang menonjol indah itu kukulum dengan penuh gairah, terdengar desahan nafas Bu Frisca yang semakin menggebu-gebu. “Oh.., oh.., Christoper.. teruskan.., teruskan Christoper..!” desah Bu Frisca dengan pasrah dan memelas. Melihat kondisi seperti itu, kejantananku semakin memuncak. Dengan penuh gairah yang mengebu-gebu, kedua puting Bu Frisca kukulum bergantian sambil kedua tanganku mengusap-usap punggungnya, kedua puting yang menonjol tepat di wajahku. Payudara yang mengencang keras.

    Lama Saya melSayakannya, sampai akhirnya sambil berbisik Bu Frisca berkata, “Angkat Saya ke atas meja Christoper.., ayo angkat Saya..!” Spontan kubopong tubuh Bu Frisca ke arah meja, kududukkan, kemudian dengan reflek Saya menyingkirkan barang-barang di atas meja. Map, buku, pulpen, kertas-kertas, semua kujatuhkan ke lantai dengan cepat, untung lantainya memakai karpet, sehingga suara yang ditimbulkan tidak terlalu keras.

    Masih dalam keadaan duduk di atas meja dan Saya berdiri di depannya, tangan Bu Frisca langsung meraba sabukku, membuka pengaitnya, kemudian membuka celanSaya dan menjatuhkannya ke bawah. Serta-merta Saya segera membuka celana dalamku, dan melemparkannya ke samping. Kulihat Bu Frisca tersenyum dan berkata lirih, “Oh.. Christoper.., betapa jantannya kamu.. kemaluanmu begitu panjang dan besar.. Oh.. Christoper, Saya sudah tak tahan lagi untuk merasakannya.” Saya tersenyum juga, kuperhatikan tubuh Bu Frisca yang setengah telanjang itu.

    Kemudian sambil kurebahkan tubuhnya di atas meja dengan posisi Saya berdiri di antara kedua pahanya yang telentang dengan rok yang tersibak sehingga kelihatan pahanya yang putih mulus, kuciumi payudaranya, kulumat putingnya dengan penuh gairah, sambil tanganku bergerilya di antara pahanya. Saya memang menginginkan pemanasan ini agak lama, kurasakan tubuh kami yang berkeringat karena gairah yang timbul di antara Saya dan Bu Frisca. Kutelusuri tubuh Bu Frisca yang setengah telanjang dan telentang itu mulai dari perut, kemudian kedua payudaranya yang montok, lalu leher. Kudengar desahan-desahan dan rintihan-rintihan pasrah dari mulut Bu Frisca.

    Sampai ketika Bu Frisca menyuruhku untuk membuka roknya, perlahan-lahan kubuka kancing pengait rok Bu Frisca, kubuka restletingnya, kemudian kuturunkan roknya, lalu kujatuhkan ke bawah. Setelah itu kubuka dan kuturunkan juga celana dalamnya. Seketika hasrat kelelakianku semakin menggebu-gebu demi melihat tubuh Bu Frisca yang sudah telanjang bulat, tubuh yang indah dan seksi, dengan gundukan daging di antara pahanya yang ditutupi oleh rambut yang begitu rimbun. Terdengar Bu Frisca berkata pasrah, “Ayolah Christoper.., apa yang kau tunggu..? Ibu sudah tak tahan lagi.”

    Kurasakan tangan Bu Frisca menggenggam kemaluanku, menariknya untuk lebih mendekat di antara pahanya. Saya mengikuti kemauan Bu Frisca yang sudah memuncak itu, perlahan tapi pasti kumasukkan kemaluanku yang sudah mengencang keras layaknya milik kuda perkasa itu ke dalam vagina Bu Frisca. Kurasakan milik Bu Frisca yang masih agak sempit. Akhirnya setelah sedikit bersusah payah, seluruh batang kemaluanku amblas ke dalam vagina Bu Frisca. Terdengar Bu Frisca merintih dan mendesah, “Oh.., oh.., Christoper.. terus Christoper.. jangan lepaskan Christoper.. Saya mohon..!” Tanpa pikir panjang lagi disertai hasratku yang sudah menggebu-gebu, kugerakkan kedua pantatku maju-mundur dengan posisi Bu Frisca yang telentang di atas meja dan Saya berdiri di antara kedua pahanya. Judi Slot online 

    Mula-mula teratur, seirama dengan goyangan-goyangan pantat Bu Frisca. Sering kudengar rintihan-rintihan dan desahan Bu Frisca karena menahan kFriscakmatan yang amat sangat. Begitu juga Saya, kuciumi dan kulumat kedua payudara Bu Frisca dengan mulutku. Kurasakan kedua tangan Bu Frisca meremas-remas rambutku sambil sesekali merintih, “Oh.. Christoper.. oh.. Christoper.. jangan lepaskan Christoper, kumohon..!” Mendengar rintihan Bu Frisca, gairahku semakin memuncak, goyanganku bertambah ganas, kugerakkan kedua pantatku maju-mundur semakin cepat. Terdengar lagi suara Bu Frisca merintih, “Oh.. Christoper.. kamu memang perkasa.., kau memang jantan.. Christoper.. Saya mulai keluar.. oh..!” “Ayolah Bu.., ayolah kita mencapai puncak bersama-sama, Saya juga sudah tak tahan lagi,” keluhku.

    Setelah berkata begitu, kurasakan tubuhku dan tubuh Bu Frisca mengejang, seakan-akan terbang ke langit tujuh, kurasakan cairan kFriscakmatan yang keluar dari kemaluanku, semakin kurapatkan kemaluanku ke vagina Bu Frisca. Terdengar keluhan dan rintihan panjang dari mulut Bu Frisca, kurasakan juga dadSaya digigit oleh Bu Frisca, seakan-akan nmenahan kFriscakmatan yang amat sangat. “Oh.. Christoper.. oh.. oh.. oh..” Setelah kukeluarkan cairan dari kemaluanku ke dalam vagina Bu Frisca, kurasakan tubuhku yang sangat kelelahan, kutelungkupkan badanku di atas badan Bu Frisca dengan masih dalam keadan telanjang, agak lama Saya telungkup di atasnya.

    Setelah kurasakan kelelahanku mulai berkurang, Saya langsung bangkit dan berkata, “Bu, apakah yang sudah kita lSayakan tadi..?” Kembali Bu Frisca memotong pembicaraanku, “Sudahlah Christoper, yang tadi itu biarlah terjadi karena kita sama-sama menginginkannya, sekarang pulanglah dan ini alamat Ibu, Ibu ingin cerita banyak kepadamu, kamu mau kan..?” Setelah berkata begitu, Bu Frisca langsung menyodorkan kartu namanya kepadSaya. Kuterima kartu nama yang berisi alamat itu.

    Sejenak kutermangu, kembali Saya dikagetkan oleh suara Bu Frisca, “Christoper, pulanglah, pakai kembali pakaianmu..!” Tanpa basa-basi lagi, Saya langsung mengenakan pakaianku, kemudian membuka pintu dan keluar ruangan. Dengan gontai Saya berjalan keluar kampus sambil pikiranku berkecamuk dengan kejadian yang baru saja terjadi antara Saya dengan Bu Frisca. Saya telah bermain cinta dengan dosen killer itu. Bagaimana itu bisa terjadi, semua itu diluar kehendakku. Akhirnya walau bagaimanapun nanti malam Saya harus ke rumah Bu Frisca. Cerita mesum

    Kudapati rumah itu begitu kecil tapi asri dengan tanaman dan bunga di halaman depan yang tertata rapi, serasi sekali keadannya. Langsung kupencet bel di pintu, tidak lama kemudian Bu Frisce sendiri yang membukakan pintu, kulihat Bu Frisca tersenyum dan mempersilakan Saya masuk ke dalam. Kuketahui ternyata Bu Frisca hidup sendirian di rumah ini. Setelah duduk, kemudian kami pun mengobrol. Setelah sekian lama mengobrol, akhirnya kuketahui bahwa Bu Frisca selama ini banyak dikecewakan oleh laki-laki yang dicintainya. Semua laki-laki itu hanya menginginkan tubuhnya saja bukan cintanya. Setelah bosan, laki-laki itu mFriscanggalkan Bu Frisca. Lalu dengan jujur pula dia memintSaya selama masih menyelesaikan studi, Saya dimintanya untuk menjadi teman sekaligus kekasihnya. Akhirnya Saya mulai menyadari bahwa posisiku tidak beda dengan gigolo.

    Kudengar Bu Frisca berkata, “Selama kamu masih belum wisuda, tetaplah menjadi teman dan kekasih Ibu. Apa pun permintaanmu kupenuhi, uang, nilai mata kuliahmu agar lulus, semua akan Ibu penuhi, mengerti kan Christoper..?” Selain melihat kesendirian Bu Frisca tanpa ada laki-laki yang dapat memuaskan hasratnya, Saya pun juga mempertimbangkan kelulusan nilai mata kuliahku. Akhirnya Saya pun bersedia menerima tawarannya.

    Akhirnya malam itu juga Saya dan Bu Frisca kembali melSayakan apa yang kami lSayakan siang tadi di ruangan Bu Frisca, di kampus. Tetapi bedanya kali ini Saya tidak canggung lagi melayani Bu Frisca dalam bercinta. Kami bercinta dengan hebat malam itu, 3 kali semalam, kulihat senyum kepuasan di wajah Bu Frisca. Walau bagaimanapun dan entah sampai kapan, Saya akan selalu melayani hasrat seksualnya yang berlebihan, karena memang ada jaminan mengenai kelulusan mata kuliahku yang tidak lulus-lulus itu dari dulu.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Bokep Ngentot Perawat

    Cerita Sex Bokep Ngentot Perawat


    2075 views

    Perawanku – Hari ini adalah hari pertamaku tinggal di kota Bandung. Karena tugas kantorku, aku terpaksa tinggal di Bandung selama 5 Hari dan weekend di Jakarta. Di kota kembang ini, aku menyewa kamar di rumah temanku. Menurutnya, rumah itu hanya ditinggali oleh Ayahnya yang sudah pikun, seorang perawat, dan seorang pembantu.

    Cerita Sex Dewasa Ngentot Perawat – “Rumah yang asri” gumamku dalam hati. Halaman yang hijau, penuh tanaman dan bunga yang segar dikombinasikan dengan kolam ikan berbentuk oval. Aku mengetuk pintu rumah tersebut beberapa kali sampai pintu dibukakan. Sesosok tubuh semampai berbaju serba putih menyambutku dengan senyum manisnya.
    “Pak Rafi ya..”.

    “Ya.., saya temannya Mas Anto yang akan menyewa kamar di sini. Lho, kamu kan pernah kerja di tetanggaku?”, jawabku surprise. Perawat ini memang pernah bekerja pada tetanggaku di Bintaro sebagai baby sitter.

    “Iya…, saya dulu pengasuhnya Aurelia. Saya keluar dari sana karena ada rencana untuk kimpoi lagi. Saya kan dulu janda pak.., tapi mungkin belum jodo.., ee dianya pergi sama orang lain.., ya sudah, akhirnya Saya kerja di sini..”, Mataku memandangi sekujur tubuhnya.

    Tati (nama si perawat itu) secara fisik memang tidak pantas menjadi seorang perawat. Kulitnya putih mulus, wajahnya manis, rambutnya hitam sebahu, buah dadanya sedang menantang, dan kakinya panjang semampai. Kedua matanya yang bundar memandang langsung mataku, seakan ingin mengatakan sesuatu. Daftar Bola Tangkas 2

    Aku tergagap dan berkata, “Ee.., Mbak Tati, Bapak ada?”.

    “Bapak sedang tidur. Tapi Mas Anto sudah nitip sama saya. Mari saya antarkan ke kamar..”.

    Tati menunjukkan kamar yang sudah disediakan untukku. Kamar yang luas, ber-AC, tempat tidur besar, kamar mandi sendiri, dan sebuah meja kerja. Aku meletakkan koporku di lantai sambil melihat berkeliling, sementara Tati merunduk merapikan sprei ranjangku. Tanpa sengaja aku melirik Tati yang sedang menunduk.

    Dari balik baju putihnya yang kebetulan berdada rendah, terlihat dua buah dadanya yang ranum bergayut di hadapanku. Ujung buah dada yang berwarna putih itu ditutup oleh BH berwarna pink. Darahku terkesiap. Ahh…, perawat cantik, janda, di rumah yang relatif kosong.Sadar melihat aku terkesima akan keelokan buah dadanya, dengan tersipu-sipu Tati menghalangi pemandangan indah itu dengan tangannya.

    “Semuanya sudah beres Pak…, silakan beristirahat..”.
    “Ee…, ya.., terima kasih”, jawabku seperti baru saja terlepas dari lamunan panjang.

    Sore itu aku berkenalan dengan ayah Anto yang sudah pikun itu. Ia tinggal sendiri di rumah itu setelah ditinggalkan oleh istrinya 5 tahun yang lalu. Selama beramah-tamah dengan sang Bapak, mataku tak lepas memandangi Tati. Sore itu ia menggunakan daster tipis yang dikombinasikan dengan celana kulot yang juga tipis. Buah dadanya nampak semakin menyembul dengan dandanan seperti itu. Di rumah itu ada seorang pembantu berumur sekitar 17 tahun. Mukanya manis, walaupun tidak secantik Tati. Badannya bongsor dan motok. Ani namanya. Ia yang sehari-hari menyediakan makan untukku.

    Hari demi hari berlalu. Karena kepiawaianku dalam bergaul, aku sudah sangat akrab dengan orang-orang di rumah itu. Bahkan Ani sudah biasa mengurutku dan Tati sudah berani untuk ngobrol di kamarku. Bagi janda muda itu, aku sudah merupakan tempat mencurahkan isi hatinya. Begitu mudah keakraban itu terjadi hingga kadang-kadang Tati merasa tidak perlu mengetuk pintu sebelum masuk ke kamarku.

    Sampai suatu malam, ketika itu hujan turun dengan lebatnya. Aku, karena sedang suntuk memasang VCD porno kesukaanku di laptopku. Tengah asyik-asyiknya aku menonton tanpa sadar aku menoleh ke arah pintu, astaga…, Tati tengah berdiri di sana sambil juga ikut menonton. Rupanya aku lupa menutup pintu, dan ia tertarik akan suara-suara erotis yang dikeluarkan oleh film produksi Vivid interactive itu.

    Cerita Sex Bokep Ngentot Perawat

    Cerita Sex Bokep Ngentot Perawat

    Ketika sadar bahwa aku mengetahui kehadirannya, Tati tersipu dan berlari ke luar kamar.
    “Mbak Tati..”, panggilku seraya mengejarnya ke luar. Kuraih tangannya dan kutarik kembali ke kamarku.
    “Mbak Tati…, mau nonton bareng? Ngga apa-apa kok..”.
    “Ah, ngga Pak…, malu aku..”, katanya sambil melengos.
    “Lho.., kok malu.., kayak sama siapa saja.., kamu itu.., wong kamu sudah cerita banyak tentang diri kamu dan keluarga.., dari yang jelek sampai yang bagus.., masak masih ngomong malu sama aku?”, Kataku seraya menariknya ke arah ranjangku.
    “Yuk kita nonton bareng yuk..”, Aku mendudukkan Tati di ranjangku dan pintu kamarku kukunci.

    Dengan santai aku duduk di samping Tati sambil mengeraskan suara laptopku. Adegan-adegan erotis yang diperlihatkan ke 2 bintang porno itu memang menakjubkan. Mereka bergumul dengan buas dan saling menghisap. Aku melirik Tati yang sedari tadi takjub memandangi adegan-adegan panas tersebut. Terlihat ia berkali-kali menelan ludah. Nafasnya mulai memburu, dan buah dadanya terlihat naik turun.

    Aku memberanikan diri untuk memegang tangannya yang putih mulus itu. Tati tampak sedikit kaget, namun ia membiarkan tanganku membelai telapak tangannya. Terasa benar bahwa telapak tangan Tati basah oleh keringat. Aku membelai-belai tangannya seraya perlahan-lahan mulai mengusap pergelangan tangannya dan terus merayap ke arah ketiaknya. Tati nampak pasrah saja ketika aku memberanikan diri melingkarkan tanganku ke bahunya sambil membelai mesra bahunya. Namun ia belum berani untuk menatap mataku.

    Sambil memeluk bahunya, tangan kananku kumasukkan ke dalam daster melalui lubang lehernya. Tanganku mulai merasakan montoknya pangkal buah dada Tati. Kubelai-belai seraya sesekali kutekan daging empuk yang menggunung di dada bagian kanannya.
    Ketika kulihat tak ada reaksi dari Tati, secepat kilat kusisipkan tangganku ke dalam BH-nya…, kuangkat cup BH-nya dan kugenggam buah dada ranum si janda muda itu.

    “Ohh.., Pak…, jangan..”, Bisiknya dengan serak seraya menoleh ke arahku dan mencoba menolak dengan menahan pergelangan tangan kananku dengan tangannya.
    “Sshh…, ngga apa-apa Mbak…, ngga apa-apa..”.
    “Nanti ketauanhh..”.
    “Nggaa…, jangan takut..”, Kataku seraya dengan sigap memegang ujung puting buah dada Tati dengan ibu jari dan telunjukku, lalu kupelintir-pelintir ke kiri dan kanan.
    “Ooh.., hh.., Pak.., Ouh.., jj.., jjanganhh.., ouh..”, Tati mulai merintih-rintih sambil memejamkan matanya. Pegangan tangannya mulai mengendor di pergelangan tanganku.
    Saat itu juga, kusambar bibirnya yang sedari tadi sudah terbuka karena merintih-rintih.
    “Ouhh.., mmff.., cuphh.., mpffhh..”, Dengan nafas tersengal-sengal Tati mulai membalas ciumanku. Kucoba mengulum lidahnya yang mungil, ketika kurasakan ia mulai membalas sedotanku. Bahkan ia kini mencoba menyedot lidahku ke dalam mulutnya seakan ingin menelannya bulat-bulat. Tangannya kini sudah tidak menahan pergelanganku lagi, namun kedua-duanya sudah melingkari leherku.

    Malahan tangan kanannya digunakannya untuk menekan belakang kepalaku sehingga ciuman kami berdua semakin lengket dan bergairah. Momentum ini tak kusia-siakan. Sementara Tati melingkarkan kedua tangannya di leherku, akupun melingkarkan kedua tanganku di pinggangnya. Aku melepaskan bibirku dari kulumannya, dan aku mulai menciumi leher putih Tati dengan buas.

    “aahh..Ouhh..” Tati menggelinjang kegelian dan tanganku mulai menyingkap daster di bagian pinggangnya. Kedua tanganku merayap cepat ke arah tali BH-nya dan, “tasss..” terlepaslah BH-nya dan dengan sigap kualihkan kedua tanganku ke dadanya.

    Saat itulah lurasakan betapa kencang dan ketatnya kedua buah dada Tati. Kenikmatan meremas-remas dan mempermainkan putingnya itu terasa betul sampai ke ujung sarafku. Penisku yang sedari tadi sudah menegang terasa semakin tegang dan keras. Rintihan-rintihan Tati mulai berubah menjadi jeritan-jeritan kecil terutama saat kuremas buah dadanya dengan keras. Tati sekarang lebih mengambil inisiatif. Dengan nafasnya yang sudah sangat terengah-engah, ia mulai menciumi leher dan mukaku.

    Ia bahkan mulai berani menjilati dan menggigit daun telingaku ketika tangan kananku mulai merayap ke arah selangkangannya. Dengan cepat aku menyelipkan jari-jariku ke dalam kulotnya melalui perut, langsung ke dalam celana dalamnya. Walaupun kami berdua masih dalam keadaan duduk berpelukan di atas ranjang, posisi paha Tati saat itu sudah dalam keadaan mengangkang seakan memberi jalan bagi jari-jemariku untuk secepatnya mempermainkan kemaluannya.

    Hujan semakin deras saja mengguyur kota Bandung. Sesekali terdengar suara guntur bersahutan. Namun cuaca dingin tersebut sama sekali tidak mengurangi gairah kami berdua di saat itu. Gairah seorang lajang yang memiliki libido yang sangat tinggi dan seorang janda muda yang sudah lama sekali tidak menikmati sentuhan lelaki. Tati mengeratkan pelukannya di leherku ketika jemariku menyentuh bulu-bulu lebat di ujung vaginanya.

    Ia menghentikan ciumannya di kupingku dan terdiam sambil terus memejamkan matanya. Tubuhnya terasa menegang ketika jari tengahku mulai menyentuh vaginanya yang sudah terasa basah dan berlendir itu. Aku mulai mempermainkan vagina itu dan membelainya ke atas dan ke bawah. “Ouuhh Pak.., ouhh.., aahh.., g..g.ggelliiihh…”.

    Tati sudah tidak bisa berkata-kata lagi selain merintih penuh nafsu ketika clitorisnya kutemukan dan kupermainkan. Seluruh badan Tati bergetar dan bergelinjang. Ia nampak sudah tak dapat mengendalikan dirinya lagi. Jeritan-jeritannya mulai terdengar keras. Sempat juga aku kawatir dibuatnya. Jangan-jangan seisi rumah mendengar apa yang tengah kami lakukan. Namun kerasnya suara hujan dan geledek di luar rumah menenangkanku. Benda kecil sebesar kacang itu terasa nikmat di ujung jari tengahku ketika aku memutar-mutarnya. Sambil mempermainkan clitorisnya, aku mulai menundukkan kepalaku dan menciumi buah dadanya yang masih tertutupi oleh daster.

    Seolah mengerti, Tati menyingkapkan dasternya ke atas, sehingga dengan jelas aku bisa melihat buah dadanya yang ranum, kenyal dan berwarna putih mulus itu bergantung di hadapanku. Karena nafsuku sudah memuncak, dengan buas kusedot dan kuhisap buah dada yang berputing merah jambu itu. Putingnya terasa keras di dalam mulutku menandakan nafsu janda muda itupun sudah sampai di puncak. Tati mulai menjerit-jerit tidak karuan sambil menjambak rambutku.

    Sejenak kuhentikan hisapanku dan bertanya, “Enak Mbak?”. Sebagai jawabannya, Tati membenamkan kembali kepalaku ke dalam ranumnya buah dadanya. Jari tengahku yang masih mempermainkan clitorisnya kini kuarahkan ke lubang vagina Tati yang sudah menganga karena basah dan posisi pahanya yang mengangkang. Dengan pelan tapi pasti kubenamkan jari tengahku itu ke dalamnya dan,

    “Auuhh.., P.Paak.., hh”. Tati menjerit dan menaikkan kedua kakinya ke atas ranjang. “Terrusshh.., auhh..”. Kugerakkan jariku keluar masuk di vaginanya dan Tati menggoyangkan pingggulnya mengikuti irama keluar masuknya jemariku itu.

    Aku menghentikan ciumanku di buah dada Tati dan mulai mengecup bibir ranum janda itu. Matanya tak lagi terpejam, tapi memandang sayu ke mataku seakan berharap kenikmatan yang ia rasakan ini jangan pernah berakhir. Tangan kiriku yang masih bebas, membimbing tangan kanan Tati ke balik celana pendekku. Ketika tangannya menyentuh penisku yang sudah sangat keras dan besar itu, terlihat ia agak terbelalak karena belum pernah melihat bentuk yang panjang dan besar seperti itu. Tati meremas penisku dan mulai mengocoknya naik turun naik turun.., kocokan yang nikmat yang membuatku tanpa sadar melenguh, “Ahh.., Mbaak.., enaknya.., terusin..”.

    Saat itu kami berdua berada pada puncaknya nafsu. Aku yakin bahwa Mbak Tati sudah ingin secepatnya memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Ia tidak mengatakannya secara langsung, namun dari tingkahnya menarik penisku dan mendekatkannya ke vaginanya sudah merupakan pertanda. Namun, di detik-detik yang paling menggairahkan itu terdegar suara si Bapak tua berteriak, “Tatiii…, Tatiii..”. Kami berdua tersentak. Kukeluarkan jemariku dari vaginanya, Tati melepaskan kocokannya dan ia membenahi pakaian dan rambutnya yang berantakan. Sambil mengancingkan kembali BH-nya ia keluar dari kamarku menuju kamar Bapak tua itu. Sialan!, kepalaku terasa pening. Begitulah penyakitku kalau libidoku tak tersalurkan.

    Beberapa saat lamanya aku menanti siapa tahu janda muda itu akan kembali ke kamarku. Tapi nampaknya ia sibuk mengurus orang tua pikun itu, sampai aku tertidur. Entah berapa lama aku terlelap, tiba-tiba aku merasa napasku sesak. Dadaku serasa tertindih suatu beban yang berat. Aku terbangun dan membuka mataku. Aku terbelalak, karena tampak sesosok tubuh putih mulus telanjang bulat menindih tubuhku.

    “Mbak Tati?”, Tanyaku tergagap karena masih mengagumi keindahan tubuh mulus yang berada di atas tubuhku. Lekukan pinggulnya terlihat landai, dan perutnya terasa masih kencang. Buah dadanya yang lancip dan montok itu menindih dadaku yang masih terbalut piyama itu. Seketika, rasa kantukku hilang. Mbak Tati tersenyum simpul ketika tangannya memegang celanaku dan merasakan betapa penisku sudah kembali menegang.

    “Kita tuntaskan ya Mbak?”, Kataku sambil menyambut kuluman lidahnya. Sambil dalam posisi tertindih aku menanggalkan seluruh baju dan celanaku. Kegairahan yang sempat terputus itu, mendadak kembali lagi dan terasa bahkan lebih menggila. Kami berdua yang sudah dalam keadaan bugil saling meraba, meremas, mencium, merintih dengan keganasan yang luar biasa. Mbak Tati sudah tidak malu-malu lagi menggoyangkan pinggulnya di atas penisku sehingga bergesekan dengan vaginanya.

    Tidak lebih dari 5 menit, aku merasakan bahwa nafsu syahwat kami sudah kembali berada dipuncak. Aku tak ingin kehilangan momen lagi. Kubalikkan tubuh Tati, dan kutindih sehingga keempukan buah dadanya terasa benar menempel di dadaku. Perutku menggesek nikmat perutnya yang kencang, dan penisku yang sudah sangat menegang itu bergesekan dengan vaginanya.

    “Mbak.., buka kakinya.., sekarang kamu akan merasakan sorganya dunia Mbak..”, bisikku sambil mengangkangkan kedua pahanya. Sambil tersengal-sengal Tati membuka pahanya selebar-lebarnya. Ia tersenyum manis dengan mata sayunya yang penuh harap itu.
    “Ayo Pak.., masukkan sekarang…”, Aku menempelkan kepala penisku yang besar itu di mulut vagina Tati. Perlahan-lahan aku memasukkannya ke dalam, semakin dalam, semakin dalam dan, “aa.., Aooohh.., paakh….., aahh..”, rintihnya sambil membelalakkan matanya ketika hampir seluruh penisku kubenamkan ke dalam vaginanya. Setelah itu, “Blesss…”, dengan sentakan yang kuat kubenamkan habis penisku diiringi jeritan erotisnya, “Ahh.., besarnyah.., ennnakk ppaak..”.

    Aku mulai memompakan penisku keluar masuk, keluar masuk. Gerakanku makin cepat dan cepat. Semakin cepat gerakanku, semakin keras jeritan Tati terdengar di kamarku. Pinggul janda muda itu pun berputar-putar dengan cepat mengikuti irama pompaanku. Kadang-kadang pinggulnya sampai terangkat-angkat untuk mengimbangi kecepatan naik turunnya pinggulku. Buah dadanya yang terlihat bulat dalam keadaan berbaring itu bergetar dan bergoyang ke sana ke mari. Sungguh menggairahkan!

    Tiba-tiba aku merasakan pelukannya semakin mengeras. Terasa kuku-kukunya menancap di punggungku. Otot-ototnya mulai menegang. Nafas perempuan itu juga semakin cepat. Tiba-tiba tubuhnya mengejang, mulutnya terbuka, matanya terpejam,dan alisnya merengut

    “aahh..”. Tati menjerit panjang seraya menjambak rambutku, dan penisku yang masih bergerak masuk keluar itu terasa disiram oleh suatu cairan hangat.

    Dari wajahnya yang menyeringai, tampak janda muda itu tengah menghayati orgasmenya yang mungkin sudah lama tidak pernah ia alami itu. Aku tidak mengendurkan goyangan pinggulku, karena aku sedang berada di puncak kenikmatanku.

    “Mbak.., goyang terus Mbak.., aku juga mau keluar..”. Tati kembali menggoyang pinggulnya dengan cepat dan beberapa detik kemudian, seluruh tubuhku menegang.
    “Keluarkan di dalam saja pak”, bisik Tati, “Aku masih pakai IUD”. Begitu Tati selesai berbisik, aku melenguh.
    “Mbak.., aku keluar.., aku keluarr…., aahh..”, dan…, “Crat.., crat.., craat”, kubenamkan penisku dalam-dalam di vagina perempuan itu.

    Seakan mengerti, Tati mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi sehingga puncak kenikmatan ini terasa benar hingga ke tulang sumsumku.
    Kami berdua terkulai lemas sambil memejamkan mata. Pikiran kami melayang-layang entah ke mana. Tubuhku masih menindih tubuh montok Tati. Kami berdua masih saling berpelukan dan akupun membayangkan hari-hari penuh kenikmatan yang akan kualami sesudah itu di Bandung.

    Sejak kejadian malam itu, kesibukan di kantorku yang luar biasa membuatku sering pulang larut malam. Kepenatanku selalu membuatku langsung tertidur lelap. Kesibukan ini bahkan membuat aku jarang bisa berkomunikasi dengan Tati. Walaupun begitu, sering juga aku mempergunakan waktu makan siangku untuk mampir ke rumah dengan maksud untuk melakukan seks during lunch. Sayang, di waktu tersebut ternyata Ayah Anto senantiasa dalam keadaan bangun sehingga niatku tak pernah kesampaian. Namun suatu hari aku cukup beruntung walaupun orang tua itu tidak tidur. Aku mendapat apa yang kuinginkan.

    Ceritanya sebagai berikut: Tati diminta oleh Ayah Anto untuk mengambil sesuatu di kamarnya. Melihat peluang itu, aku diam-diam mengikutinya dari belakang. Kamar ayah Anto memang tidak terlihat dari tempat di mana orang tua itu biasa duduk. Sesampainya di kamar kuraih pinggang semampai perawat itu dari belakang. Tati terkejut dan tertawa kecil ketika sadar siapa yang memeluknya dan tanpa basa-basi langsung menyambut ciumanku dengan bibirnya yang mungil itu sambil dengan buas mengulum lidahku.

    Ia memang sudah tidak malu-malu lagi seperti awal pertemuan kami. Janda cantik itu sudah menunjukkan karakternya sebagai seorang pecinta sejati yang tanpa malu-malu lagi menunjukkan kebuasan gairahnya. Kadang aku tidak mengerti, kenapa suaminya tega meninggalkannya. Namun analisaku mengatakan, suaminya tak mampu mengimbangi gejolak gairah Tati di atas ranjang dan untuk menutupi rasa malu yang terus menerus terpaksa ia meninggalkan perempuan muda itu untuk hidup bersama dengan perempuan lain yang lebih ‘low profile’. Aku memang belum sempat menanyakan pada Tati bagaimana ia menyalurkan kebutuhan biologisnya di saat menjanda. Aku berpikir, bawa masturbasi adalah jalan satu-satunya.

    Kami berdua masih saling berciuman dengan ganas ketika dengan sigap aku menyelipkan tanganku ke balik baju perawatnya yang putih itu. Sungguh terkejut ketika aku sadar bahwa ia sama sekali tidak memakai BH sehingga dengan mudahnya kuremas buah dada kanannya yang ranum itu.

    “Kok ngga pakai BH Mbak..?” Sambil menggelinjang dan mendesah, ia menjawab sambil tersenyum nakal.
    “Supaya gampang diremas sama kamu..”. Benar-benar jawaban yang menggemaskan!

    Kembali kukulum bibir dan lidahnya yang menggairahkan itu sambil dengan cepat kubuka kancing bajunya yang pertama, kedua, dan ketiga. Lalu tanpa membuang waktu kutundukkan kepalaku, dengan tangan kananku kukeluarkan buah dada kanannya dan kuhisap sedemikian rupa sehingga hampir setengahnya masuk ke dalam mulutku. Tati mulai mengerang kegelian, “Ouhh.., geli Mas.., geliii.., ahh..”. Sejak kejadian malam itu, ia memang membiasakan dirinya untuk memanggilku Mas. Sambil menggelinjang dan merintih, tangan kanan Tati mulai mengelus-elus bagian depan celana kantorku.

    Penisku yang terletak tepat di baliknya terasa semakin menegang dan menegang. Jari-jari lentik perempuan itu berusaha untuk mencari letak kepala penisku untuk kemudian digosok-gosoknya dari luar celana. Sensasi itu membuat nafasku semakin memburu seperti layaknya nafas kuda yang tengah berlari kencang. Seakan tak mau kalah darinya, tangan kiriku berusaha menyingkap rok janda muda itu dan dengan sigap kugosokkan jari-jemariku di celana dalamnya. Tepat diatas vaginanya, celana dalam Tati terasa sudah basah. Sungguh hebat! Hanya dalam beberapa menit saja, ia sudah sedemikian terangsangnya sehingga vaginanya sudah siap untuk dimasuki oleh penisku.

    Tanpa membuang waktu kuturunkan celana dalam tipis yang kali ini berwarna hitam, kudorong tubuh montok perawat itu ke dinding, lalu kuangkat paha kanannya sehingga dengkulnya menempel di pinggangku. Dengan sigap pula kubuka ritsluiting celanaku dan kukeluarkan penisku yang sudah sangat tegang dan besar itu. Tati sudah nampak pasrah. Ia hanya bersender di dinding sambil memejamkan matanya dan memeluk bahuku.

    “Tatiii.., mana minyak tawonnya.., kok lama betuul…”. Suara orang tua itu terdengar dengan keras. Sungguh menjengkelkan. Tati sempat terkejut dan nampak panik ketika kemudian aku berbisik, “Tenang Mbak.., jawab aja.., kita selesaikan dulu ini.., kamu mau kan?” Ia mengangguk seraya tersenyum manis.

    “Sebentar Pak..”, teriaknya.
    “Minyak tawonnya keselip entah ke mana.., ini lagi dicari kok…”. Ia tertawa cekikikan, geli mendengar jawaban spontannya sendiri.

    Namun tawanya itu langsung berubah menjadi jerikan erotis kecil ketika kupukul-pukulkan kepala penisku ke selangkangannya.
    Perlahan-lahan kutempelkan kepala penisku itu di pintu vaginanya. Sambi kuputar-putar kecil kudorong pinggulku perlahan-lahan. Tati ternganga sambil terengah-engah, “aahh.., aahh.., ouhh.., Mas.., besar sekali.., pelan-pelan Mas..pelan-pelanhh..”, dan, “aa…”. Tati menjerit kecil ketika kumasukkan seluruh penisku ke dalam vaginanya yang becek dan terasa sangat sempit dalam posisi berdiri ini. Aku menyodokkan penisku maju mundur dengan gerakan yang percepatannya meningkat dari waktu ke waktu. Tubuh Tati terguncang-guncang, buah dadanya bergayut ke kiri dan kanan dan jeritannya semakin menjadi-jadi.

    Aku sudah tak peduli kalau ayah Anton sampai mendengarkan jeritan perempuan itu. Nafsuku sudah naik ke kepala. Janda muda ini memang memiliki daya pikat seks yang luar biasa. Walaupun ia hanya seorang perawat, namun kemulusan dan kemontokan badannya sungguh setara dengan perempuan kota jaman sekarang. Sangat terawat dan nikmat sekali bila digesek-gesekkankan di kulit kita. Gerakan pinggulku semakin cepat dan semakin cepat. Mulutku tak puas-puasnya menciumi dan menghisap puting buah dadanya yang meruncing panjang dan keras itu. Buah dadanya yang kenyal itu hampir seluruhnya dibasahi oleh air liurku. Aku memang sedang nafsu berat. Aku merasakan bahwa sebentar lagi aku akan orgasme dan bersamaan dengan itu juga tubuh Tati menegang.

    Kupercepat gerakan pinggulku dan tiba-tiba, “aahh.., Mas.., Masss…, aku keluarrr.., aahh”, Jeritnya. Saat itu juga kusodokkan penisku ke dalam vagina janda muda itu sekeras-kerasnya dan, “Craat.., craatt.., craat”.

    “Ahh…, Mbaak”, erangku sambil meringis menikmati puncak orgasme kami yang waktunya jatuh bersamaan itu. Kami berpelukan sesaat dan Tati berbisik dengan suara serak.
    “Mas.., aku ngga pernah dipuasin laki-laki seperti kamu muasin saya.., kamu hebat..”. Aku tersenyum simpul.
    “Mbak., aku masih punya 1001 teknik yang bisa membuat kamu melayang ke surga ke-7.., ngga bosan kan kalo lain waktu aku praktekkan sama kamu?”. Perlahan Tati menurunkan paha kanannya dan mencabut penisku dari vaginanya.
    “Bosan? Aku gila apa.., yang beginian ngga akan membuatku bosan.., kalau bisa tiap hari aku mau Mas..”. Benar-benar luar biasa libido perempuan ini. Beruntung aku mempunyai libido yang juga luar biasa besarnya. Sebagai partner seks, kami benar-benar seimbang.

    Setelah kejadian siang itu, aku dan Tati seperti pengantin baru saja. Tak ada waktu luang yang tak terlewatkan tanpa nafsu dan birahi.

    Walaupun demikian, aku tekankan pada Tati, bahwa hubungan antara aku dan dia, hanyalah sebatas hubungan untuk memuaskan nafsu birahi saja. Aku dan dia punya hak untuk berhubungan dengan orang lain. Tati si janda muda yang sudah merasakan kenikmatan seks bebas itu tentu saja menyetujuinya.

    Suatu hari, Tati masuk ke dalam kamarku dan ia berkata, “Mas, aku akan mengambil cuti selama 1 bulan. Aku harus mengurusi masalah tanah warisan di kampungku..”.

    “Lha.., kalau Mbak pulang, siapa yang akan mengurusi Bapak?”, tanyaku sambil membayangkan betapa kosongnya hari-hariku selama sebulan ke depan.
    “Mas Anto bilang, akan ada adik Bapak yang akan menggantikan aku selama 1 bulan.., namanya Mbak Ine.., dia ngga kimpoi.., umurnya sudah hampir 40 tahun.., orangnya baik kok.., cerewet.., tapi ramah..”. Yah apa boleh buat, aku terpaksa kehilangan seorang teman berhubungan seks yang sangat menggairahkan. Hitung-hitung cuti 1 bulan.., atau kalau berpikir positif.., its time to look for a new partner!!!

    Hari ini adalah hari ke lima setelah kepergian Tati. Mbak Ine, pengganti sementara Tati, ternyata adalah adik ipar ayah Anto. Jadi, adik istri si bapak tua itu. Mbak Ine adalah seorang perempuan Sunda yang ramah. Wajahnya lumayan cantik, kulitnya berwarna hitam manis, badannya agak pendek dan bertubuh montok. Ukuran buah dadanya besar. Jauh lebih besar dari Tati dan senantiasa berdandan agak menor. Wanita yang berumur hampir 40 tahun itu mengaku belum pernah menikah karena merasa bahwa tak ada laki-laki yang bisa cocok dengan sifatnya yang avonturir. Saat ini ia bekerja secara freelance di sebuah stasiun televisi sebagai penulis naskah. Kemampuan bergaulku dan keramahannya membuat kami cepat sekali akrab.

    Lagi-lagi, kamarku itu kini menjadi markas curhatnya Mbak Ine.
    “Panggil saya teh Ine aja deh..”, katanya suatu kali dengan logat Bandungnya yang kental.
    “Kalau gitu panggil saya Rafi aja ya teh.., ngga usah pake pak pak-an segala..”, balasku sambil tertawa.

    Baru 5 hari kami bergaul, namun sepertinya kami sudah lama saling mengenal. Kami seperti dua orang yang kasmaran, saling memperhatikan dan saling bersimpati. Persis seperti cinta monyet ketika kita remaja. Saat itu seperti biasa, kami sedang ngobrol santai dari hati ke hati sambil duduk di atas ranjangku. Aku memakai baju kaos dan celana pendek yang ketat sehingga tanpa kusadari tekstur penis dan testisku tercetak dengan jelas. Bila kuperhatikan, beberapa kali tampak teh Ine mencuri-curi melirik selangkanganku yang dengan mudah dilihatnya karena aku duduk bersila.

    Aku sengaja membiarkan keadaan itu berlangsung. Malah kadang-kadang dengan sengaja aku meluruskan kedua kakiku dengan posisi agak mengangkang sehingga cetakan penisku makin nyata saja di celanaku.

    Sesekali, ditengah obrolan santai itu, tampak teh Ine melirik selangkanganku yang diikuti dengan nafasnya yang tertahan. Kenapa aku melakukan hal ini? Karena libidoku yang luar biasa, aku jadi tertantang untuk bisa meniduri teh Ine yang aku yakini sudah tak perawan lagi karena sifatnya yang avonturir itu. Dan lagi, dari sifatnya yang ramah, ceria, cerewet dan petualang itu, aku yakin di balik tubuh montok perempuan setengah baya tersimpan potensi libido yang tak kalah besar dengan Tati.

    Juga, gayanya dalam bergaul yang mudah bersentuhan dan saling memegang lengan sering membuat darahku berdesir. Apalagi kalau aku sedang dalam keadaan libido tinggi.

    Saat ini, teh Ine mengenakan daster berwarna putih tipis sehingga tampak kontras dengan warna kulitnya yang hitam manis itu. Belahan buah dadanya yang besar itu menyembul di balik lingkaran leher yang berpotongan rendah di bagian dada. Dasternya sendiri berpola terusan hingga sebatas lutut sehingga ketika duduk, pahanya yang montok itu terlihat dengan jelas. Aku selalu berusaha untuk bisa mengintip sesuatu yang terletak di antara kedua paha teh Ine. Namun karena posisi duduknya yang selalu sopan, aku tak dapat melihat apa-apa.

    Bukan main! Ternyata seorang wanita berusia 40-an masih mempunyai daya tarik sexual yang tinggi. Terus terang, baru kali ini aku berani berfantasi mengenai hubungan seks dengan teh Ine. Sementara ia bercerita tentang masa mudanya, pikiranku malah melayang dan membayangkan tubuh teh Ine sedang duduk di hadapanku tanpa selembar benangpun. Alangkah menggairahkannya. Aku seperti bisa melihat dengan jelas seluruh lekuk tubuhnya yang mulus tanpa cacat. Tanpa sadar, penisku menegang dan cairan madzi di ujungnya pun mulai keluar. Celanaku tampak basah di ujung penisku, dan cetakan penis serta testisku semakin jelas saja tercetak di selangkangan celanaku.

    Membesarnya penisku ternyata tak lepas dari perhatian teh Ine. Tampak jelas terlihat matanya terbelalak melihat ukuran penisku yang membesar dan tercetak jelas di celana pendekku. Obrolan kami mendadak terhenti karena beberapa saat teh Ine masih terpaku pada selangkanganku.

    “Kunaon teh..?”, tanyaku memancing.
    “Eh.., enteu.., kamu teh mikirin apa sih…?”, katanya sambil tersenyum simpul.
    “Mikirin teh Ine teh.., entah kenapa barusan saya membayangkan teh Ine nggak pakai apa-apa.., aduh indahnya teh..”, tiba-tiba saja jawaban itu meluncur dari mulutku.

    Aku sendiri terkejut dengan jawabanku yang sangat terus terang itu dan sempat membuatku terpaku memandang wajah teh Ine. Wajah teh Ine tampak memerah mendengar jawabanku itu. Napasnya mendadak memburu.

    Tiba-tiba teh Ine bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Ia menutup pintu kamarku dan menguncinya. Leherku tercekat, dan kurasakan jantungku berdegup semakin kencang. Dengan tersenyum dan sorot mata nakal ia menghampiriku dan duduk tepat di hadapan selangkanganku. Aku memang sedang dalam posisi selonjor dengan kedua kaki mengangkang.

    “Fi, kamu pingin sama teteh..? Hmm?”, Desahnya seraya meraba penis tegangku dari luar celana. Aku menelan ludah sambil mengangguk perlahan dan tersenyum. Entah mengapa, aku jadi gugup sekali melihat wajah teh Ine yang semakin mendekat ke wajahku. Tanpa sadar aku menyandarkan punggungku ke tembok di ujung ranjang dan teh Ine menggeser duduknya mendekatiku sambil tetap menekan dan membelai selangkanganku. Nafas teh Ine yang semakin cepat terasa benar semakin menerpa hidung dan bibirku. Rasa nikmat dari belaian jemari teh Ine di selangkanganku semakin terasa keujung syaraf-syarafku. Napasku mulai memburu dan tanpa sadar mulutku mulai mengeluarkan suara erangan-erangan.

    Dengan lembut teh Ine menempelkan bibirnya di atas bibirku. Ia memulainya dengan mengecup ringan, menggigit bibir bawahku, dan tiba-tiba.., lidahnya memasuki mulutku dan berputar-putar di dalamnya dengan cepat. Langit-langit mulutku serasa geli disapu oleh lidah panjang milik perempuan setengah baya yang sangat menggairahkan itu. Aku mulai membalas ciuman, gigitan, dan kuluman teh Ine. Sambil berciuman, tangan kananku kuletakkan di buah dada kiri teh Ine. Uh.., alangkah besarnya.., walaupun masih ditutupi oleh daster, keempukan dan kekenyalannya sudah sangat terasa di telapak tanganku.

    Dengan cepat kuremas-remas buah dada teh Ine itu, “Emph.., emph..”, rintihnya sambil terus mengulum lidahku dan menggosok-gosok selangkanganku. Mendadak teh Ine menghentikan ciumannya. Ia menahan tanganku yang tengah meremas buah dadanya dan berkata,

    “Fi, sekarang kamu diam dulu yah.., biar teteh yang duluan..”.

    Tiba-tiba dengan cepat teh Ine menarik celana pendekku sekalian dengan celana dalamku. Saking cepatnya, penisku yang menegang melejit keluar. Sejenak teh Ine tertegun menatap penisku yang berdiri tegak laksana tugu monas itu. “Gusti Rafi.., ageung pisan..”, bisiknya lirih. Dengan cepat teh Ine menundukkan kepalanya, dan seketika tubuhku terasa dialiri oleh aliran listrik yang mengalir cepat ketika mulut teh Ine hampir menelan seluruh penisku. Terasa ujung penisku itu menyentuh langit-langit belakang mulut teh Ine. Dengan sigap teh Ine memegang penisku sementara lidahnya memelintir bagian bawahnya. Kepala teh Ine naik turun dengan cepat mengiringi pegangan tangannya dan puntiran lidahnya.

    Aku benar-benar merasa melayang di udara ketika teh Ine memperkuat hisapannya. Aku melirik ke arah kaca riasku, dan di sana tampak diriku terduduk mengangkang sementara teh Ine dengan dasternya yang masih saja rapi merunduk di selangkanganku dan kepalanya bergerak naik turun. Suara isapan, jilatan dan kecupan bibir perempuan montok itu terdengar dengan jelas. Kenikmatan ini semakin menjadi-jadi ketika kurasakan teh Ine mulai meremas-remas kedua bola testisku secara bergantian. Perutku serasa mulas dan urat-urat di penisku serasa hendak putus karena tegangnya. Teh Ine tampak semakin buas menghisapi penisku seperti seseorang yang kehausan di padang pasir menemukan air yang segar. Jari-jemarinyapun semakin liar mempermainkan kedua testisku. “Slurrp.., Cuph.., Mphh..”. Suara kecupan-kecupan di penisku semakin keras saja.

    Nafsuku sudah naik ke kepala. Aku berontak untuk berusaha meremas kedua buah dada montok dan besar milik wanita lajang berusia setengah baya itu, namun tangan teh Ine dengan kuat menghalangi tubuhku dan iapun semakin gila menghisapi dan menjilati penisku. Aku mulai bergelinjang-gelinjang tak karuan.

    “Teh Ine.., teeeh…, gantian dongg.., please.., saya udah ngga kuaat…, aahh.., sss..”, erangku seakan memohon. Namun permintaanku tak digubrisnya. Kedua tangan dan mulutnya semakin cepat saja mengocok penisku. Terasa seluruh syaraf-syarafku semakin menegang dan menegang, degup jantungku berdetak semakin kencang.. napaskupun makin memburu.
    “Oohh…, Teh Ine.., Teh Ineee…, aahh….”, Aku berteriak sambil mengangkat pinggulku tinggi-tinggi dan, “Crat.., craat.., craat”, aku memuncratkan spermaku di dalam mulut teh Ine.

    Dengan sigap pula teh Ine menelan dan menjilati spermaku seperti seorang yang menjilati es krim dengan nikmatnya. Setiap jilatan teh Ine terasa seperti setruman-setruman kecil di penisku. Aku benar-benar menikmati permainan ini.., luar biasa teh Ine, “Enak Fi..? Hmm?”, teh Ine mengangkat kepalanya dari selangkanganku dan menatapku dengan senyum manisnya, tampak di seputar mulutnya banyak menempel bekas-bekas spermaku. Agen Obat Kuat Pasutri

    “Fuhh nikmatnya sperma kamu Fi..” Bisiknya mesra seraya menjilat sisa-sisa spermaku di bibirnya.
    “Obat awet muda ya teh..”, kataku bercanda.
    “Yaa gitulah…, antosan sekedap nya? Biar teteh ambilkan minum buat kamu”. Oh my God.., benar-benar seorang wanita yang penuh pengabdian, dia belum mengalami orgasme apa-apa tapi perhatiannya pada pasangan lelakinya luar biasa besar, sungguh pasangan seks yang ideal! Kenyataan itu saja membuat rasa simpati dan birahiku pada teh Ine kembali bergejolak. Teh Ine kembali dari luar membawa segelas air.
    “Minum deh.., biar kamu segeran..”.
    “Nuhun teh.., tapi janji ya abis ini giliran saya muasin teteh..”. Aku meneguk habis air dingin buatan teh Ine dan saat itu pula aku merasakan kejantananku kembali. Birahiku kembali bergejolak melihat tubuh montok teh Ine yang ada di hadapanku.
    Aku meraih tangan teh Ine dan dengan sekali betot kubaringkan tubuhnya yang molek itu di atas ranjang.
    “Eeehh.., pelan-pelan Fi..”, teriak teh Ine dengan geli.
    “Teteh mau diapain sih… “, lanjutnya manja. Tanpa menjawab, aku menindih tubuh montok itu, dan sekejap kurasakan nikmatnya buah dada besar itu tergencet oleh dadaku. Juga, syaraf-syaraf sekitar pinggulku merasakan nikmatnya penisku yang menempel dengan gundukan vaginanya walaupun masih ditutupi oleh daster dan celana dalamnya.

    Kupandangi wajah teh Ine yang bundar dan manis itu. Kalau diperhatikan, memang sudah terdapat kerut-kerut kecil di daerah mata dan keningnya. Tapi peduli setan! Teh Ine adalah seorang wanita setengah baya yang paling menggairahkan yang pernah kulihat. Pancaran aura sexualnya sungguh kuat menerangi sanubari lelaki yang memandangnya.

    “Teteh mau tau apa yang ingin saya lakukan terhadap teteh?”, Kataku sambil tersenyum.
    “Saya akan memperkosa teteh sampai teteh ketagihan”.

    Lalu dengan ganas, aku memulai menciumi bibir dan leher teh Ine. Teh Inepun dengan tak kalah ganasnya membalas ciuman-ciumanku. Keganasan kami berdua membuat suasana kamarku menjadi riuh oleh suara-suara kecupan dan rintihan-rintihan erotis. Dengan tak sabar aku menarik ritsluiting daster teh Ine, kulucuti dasternya, BH-nya, dan yang terakhir.., celana dalamnya. Wow.., sebuah gundukan daging tanpa bulu sama sekali terlihat sangat menantang terletak di selangkangan teh Ine. My God.., alangkah indahnya vagina teh Ine itu.., tak pernah kubayangkan bahwa ia mencukur habis bulu kemaluannya.

    “Kamu juga buka semua dong Fi”, rengeknya sambil menarik baju kaosku ke atas. Dalam sekejap, kami berdua berdua berpelukan dan berciuman dengan penuh nafsu dalam keadaan bugil! Sambil menindih tubuhnya yang montok itu, bibirku menyelusuri lekuk tubuh teh Ine mulai dari bibir, kemudian turun ke leher, kemudian turun lagi ke dada, dan terus ke arah puting susu kirinya yang berwarna coklat kemerah-merahan itu. Alangkah kerasnya puting susunya, alangkah lancipnnya.., dan mmhh.., seketika itu juga kukulum, kuhisap dan kujilat puting kenyal itu.., karena gemasnya, sesekali kugigit juga puting itu.

    “Auuhh.., Fi.., gellii.., sss.., ahh”, rintihnya ketika gigitanku agak kukeraskan. Badan montoknya mulai mengelinjang-gelinjang ke sana k emari.., dan mukanya menggeleng-geleng ke kiri dan ke kanan. Sambil menghisap, tangan kananku merayap turun ke selangkangannya. Dengan mudah kudapati vaginanya yang besar dan sudah sangat becek sekali. Akupun dengan sigap memain-mainkan jari tenganku di pintu vaginanya. “Crks.., crks.., crks”, terdengar suara becek vagina teh Ine yang berwarna lebih putih dari kulit sekitarnya. Ketika jariku mengenai gundukan kecil daging yang mirip dengan sebutir kacang, ketika itu pula wanita setengah baya itu menjerit kecil.

    “Ahh.., geli Fi.., gelli”, Putaran jariku di atas clitoris teh Ine dan hisapanku pada kedua puting buah dadanya makin membuat lajang montok berkulit hitam manis itu semakin bergelinjang dengan liar.

    “Fi.., masukin sekarang Fi.., sekarang.., please.., teteh udah nggak tahan..ahh..”. Kulihat wajah teh Ine sudah meringis seperti orang kesakitan. Ringisan itu untuk menahan gejolak orgasmenya yang sudah hampir mencapai puncaknya. Dengan sigap kuarahkan penisku ke vagina montok milik teh Ine.., kutempelkan kepala penisku yang besar tepat di bawah clitorisnya, kuputar-putarkan sejenak dan teh Ine meresponnya dengan mengangkangkan pahanya selebar-lebarnya untuk memberi kemudahan bagiku untuk melakukan penetrasi.., saat itu pula kusodokkan pantatku sekuat-kuatnya dan, “Blesss”, masuk semuanya!

    “Aahh….” Teh Ine menjerit panjang.., “Besar betul Fi.., auhh…., besar betuull…, duh gusti enaknya.., aahh..”. Dengan penuh keganasan kupompa penisku keluar masuk vagina teh Ine. Dan iapun dengan liarnya memutar-mutar pinggulnya di bawah tindihanku. Astaga.., benar-benar pengalaman yang luar biasa! Bahkan keliaran teh Ine melebihi ganasnya Mbak Tati.., luar biasa!

    Kedua tubuh kami sudah sangat basah oleh keringat yang bercampur liur. Kasurkupun sudah basah di mana-mana oleh cairan mani maupun lendir yang meleleh dari vagina teh Ine, namun entah kekuatan apa yang ada pada diri kami…, kami masih saling memompa, merintih, melenguh, dan mengerang. Bunyi ranjangkupun sudah tak karuan.., “Kriet.., kriet.., krieeet”, sesuai irama goyangan pinggul kami berdua. Penisku yang besar itu masih dengan buasnya menggesek-gesek vagina teh Ine yang terasa sempit namun becek itu.
    Setelah lebih dari 15 menit kami saling memompa, tiba-tiba kurasakan seluruh tubuh teh Ine menegang.

    “Fi.., Fi.., Teteh mau keluar..”.
    “Iya teh, saya juga.., kita keluar sama-sama teh…”, Goyanganku semakin kupercepat dan pada saat yang bersamaan kami berdua saling berciuman sambil berpelukan erat.., aku menancapkan penisku dalam-dalam dan teh Ine mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi…, “Crat.., crat.., crat.., crat”, kami berdua mengerang dengan keras sambil menikmati tercapainya orgasme pada saat yang bersamaan. Kami sudah tak peduli bila seisi rumah akan mendengarkan jeritan-jeritan kami, karena aku yakin teh Inepun tak pernah merasakan kenikmatan yang luar biasa ini sepanjang hidupnnya.

    “Ahh.., Fi.., kamu hebaat.., kamu hebaathh.., hh.., Teteh ngga pernah ngerasain kenikmatan seperti ini”.
    “Saya juga teh.., terima kasih untuk kenikmatan ini..”, Kataku seraya mengecup kening teh Ine dengan mesra.
    “Mau tau suatu rahasia Fi?”, tanyanya sambil membelai rambutku, “Teteh sudah lima tahun tidak bersentuhan dengan laki-laki.., tapi entah kenapa, dalam 5 hari bergaul dengan kamu.., teteh tidak bisa menahan gejolak birahi teteh.., ngga tau kenapa.., kamu itu punya aura seks yang luar biasa..”. Teh Ine bangkit dari ranjangku dan mengambil sesuatu dari kantong dasternya. Sebutir pil KB.
    “Seperti punya fitasat, teteh sudah minum pil ini sejak 3 hari yang lalu..”, katanya tersenyum, “Dan akan teteh minum selama teteh ada di sini..”, Teh Ine mengerdipkan matanya padaku dengan manja sambil memakai dasternya.
    “Selamat tidur sayang…”, Teh Ine melangkah keluar dari kamarku.

    Teh Ine memang luar biasa. Ia bukan saja dapat menggantikan kedudukan Tati sebagai partner seks yang baik, tetapi juga memberi sentuhan-sentuhan kasih sayang keibuan yang luar biasa. Aku benar-benar dimanja oleh wanita setengah baya itu. Fantasi sexualnya juga luar biasa. Mungkin itu pengaruh dari pekerjaannya sebagai penulis cerita drama. Coba bayangkan, ia pernah memijatku dalam keadaan bugil, kemudian sambil terus memijat ia bisa memasukkan penisku ke dalam vaginanya, dan aku disetubuhi sambil terus menikmati pijatan-pijatannya yang nikmat. Ia juga pernah meminta aku untuk menyetubuhinya di saat ia mandi pancuran di kamar mandi dan kami melakukannya dengan tubuh licin penuh sabun.

    Dan yang paling sensasional adalah.., Sore itu aku sudah berada di rumah. Karena load pekerjaan di kantorku tidak begitu tinggi, aku sengaja pulang cepat. Selesai mandi aku duduk di meja makan sambil menikmati pisang goreng buatan teh Ine. Perempuan binal itu memang luar biasa. Ia melayaniku seperti suaminya saja. Segala keperluan dan kesenanganku benar-benar diperhatikan olehnya. Seperti biasa, aku mengenakan baju kaos buntung dan celana pendek longgar kesukaanku dan (seperti biasa juga) aku tidak menggunakan celana dalam. Kebiasaan ini kumulai sejak adanya teh Ine di rumah ini, karena bisa dipastikan hampir tiap hari aku akan menikmati tubuh sintal adik ipar ayah si Anto itu.

    Sore itu sambil menikmati pisang goreng di meja makan, aku bercakap-cakap dengan ayah Anto. Orang tua itu duduk di pojok ruangan dekat pintu masuk untuk menikmati semilirnya angin sore kota Bandung. Jarak antara aku dengannya sekitar 6 meter. Sambil bercakap-cakap mataku tak lepas dari teh Ine yang mondar mandir menyediakan hidangan sore bagi kami. Entah ke mana PRT kami saat itu. Teh Ine mengenakan celana pendek yang ditutupi oleh kaos bergambar Mickey Mouse berukuran ekstra besar sehingga sering tampak kaos itu menutupi celana pendeknya yang memberi kesan teh Ine tidak mengenakan celana. Aku berani bertaruh perempuan itu tidak menggunakan BH karena bila ia berjalan melenggang, tampak buah dadanya bergayut ke atas ke bawah, dan di bagian dadanya tercetak puting buah dadanya yang besar itu. Tanpa sadar batang penisku mulai membesar.

    Setelah selesai dengan kesibukannya, teh Ine duduk di sebelah kiriku dan ikut menikmati pisang goreng buatannya. Kulihat ia melirik ke arahku sambil memasukkan pisang goreng perlahan-lahan ke dalam mulutnya. Sambil mengerdipkan matanya, ia memasukkan dan mengeluarkan pisang goreng itu dan sesekali menjilatnya. Sambil terus berbasa basi dengan orang tua Anto, aku menelan ludah dan merasakan bahwa urat-urat penisku mulai mengeras dan kepala penisku mulai membesar. Tiba-tiba kurasakan jari-jemari kanan teh Ine menyentuh pahaku. Lalu perlahan-lahan merayap naik sampai di daerah penisku. Dengan gemas teh Ine meremas penis tegangku dari luar celanaku sehingga membuat cairan beningku membuat tanda bercak di celanaku.

    Setelah beberapa lama meremas-remas, tangan itu bergerak ke daerah perut dan dengan cepat menyelip ke dalam celana pendekku. Aku sudah tidak tahu lagi apa isi percakapan orang tua Anto itu. Beberapa kali ia mengulangi pertanyaannya padaku karena jawabanku yang asal-asalan. Degup jantungku mulai meningkat. Jemari lentik itu kini sudah mencapai kedua bolaku. Dengan jari telunjuk dan tengah yang dirapatkan, perempuan lajang itu mengelus-elus dan menelusuri kedua bolaku.., mula-mula berputar bergantian kiri dan kanan kemudian naik ke bagian batang.., terus bergerak menelusuri urat-urat tegang yang membalut batang kerasku itu, “sss…, teteh..”. Aku berdesis ketika kedua jarinya itu berhenti di urat yang terletak tepat di bawah kepala penisku.., itu memang daerah kelemahanku.., dan perempuan sintal ini mengetahuinya.., kedua jemarinya menggesek-gesekkan dengan cepat urat penisku itu sambil sesekali mencubitnya.

    “aahh…”, erangku ketika akhirnya penisku masuk ke dalam genggamannya.
    “Kenapa Rafi?”, Orang tua yang duduk agak jauh di depanku itu mengira aku mengucapkan sesuatu.
    “E.., ee…, ndak apa-apa Pak..”, Jawabku tergagap sambil kembali meringis ketika teh Ine mulai mengocok penisku dengan cepat. Gila perempuan ini! Dia melakukannya di depan kakaknya sendiri walaupun tidak kelihatan karena terhalang meja.
    “Saya cuma merasa segar dengan udara Bandung yang dingin ini..”, Jawabku sekenanya.
    “Ooo begitu.., saya pikir kamu sakit perut.., habis tampangmu meringis-meringis begitu..”, Orang tua itu terkekeh sambil memalingkan mukanya ke jalan raya.

    Begitu kakaknya berpaling, teh Ine dengan cepat merebahkan kepalanya ke pangkuanku sehingga dari arah ayah Anto, teh Ine tak tampak lagi. Dengan cepat tangannya memelorotkan celanaku sehingga penisku yang masih digenggamnya dengan erat itu terasa dingin terterpa angin. Sejenak perempuan itu memandang penis besarku itu.., ia selalu memberikan kesempatan pada matanya untuk menikmati ukuran dan kekokohannya. Kemudian teh Ine menjulurkan lidahnya dan mulai menjilat mengelilingi lubang penisku.., kemudian ia memasukkan ujung lidahnya ke ujung lubang penisku dan mengecap cairan beningku.., lalu lidahnya diturunkan lagi-lagi ke urat di bawah penisku. Aku mulai menggelinjang-gelinjang tak karuan, walaupun dengan hati-hati takut ketahuan oleh kakak teh Ine yang duduk di depanku.

    Tanganku mulai meraba-raba buah dadanya yang besar itu dan meremasnya dengan gemas, “sss.., teeehh..”, desisku agak keras ketika perempuan itu dengan kedua bibirnya menyedot urat di bawah kepala penisku itu.., sementara tangannya meremas-remas kedua bolaku…, aawwww nikmatnya…, aku begitu terangsang sehingga seluruh pori-pori kulitku meremang dan mukaku berwarna merah. Aku sudah dalam tahap ingin menindih dan sesegera mungkin memasukkan penisku ke dalam vagina perempuan ini tapi semua itu tak mungkin kulakukan di depan kakaknya yang masih duduk di depanku menikmati lalu lalang kendaraan di depan rumahnya.

    Tiba-tiba bibir teh Ine bergerak dengan cepat ke kepala penisku.., sambil terus kupermainkan putingnya kulihat ia membuka mulutnya dengan lebar dan tenggelamlah seluruh penisku ke dalam mulutnya. Aku kembali mendesis dan meringis sambil tetap duduk di meja makan mendengarkan ocehan orang tua Anto yang kembali mengajakku berbincang. Mulut teh Ine dengan cepat menghisap dan bergerak maju mundur di penisku. Tanganku menarik dasternya ke atas dari arah punggung sehingga terlihatlah pantatnya yang mulus tidak ditutupi oleh selembar benangpun. Aku ingin menjamah vaginanya, ingin rasanya kumasukkan jari-jariku dengan kasar ke dalamnya dan kukocok-kocok dengan keras tapi aku sudah tak kuat lagi. Jilatan lidah, kecupan, dan sedotan teh Ine di penisku membuat seluruh syarafku menegang.

    Tiba-tiba kujambak rambut teh Ine dan kutekan sekuat-kuatnya sehingga seluruh penisku tenggelam ke dalam mulutnya. Kurasakan ujung penisku menyentuh langit-langit tenggorokan teh Ine dan, “Creeet…, creeett…, creeettt”, menyemburlah cairan maniku ke mulut teh Ine.

    “Ahh…, aahh.., aahh.., tetteeehh…”, Aku meringis dan mendesis keras ketika cairan maniku bersemburan ke dalam mulut teh Ine. prediksi togel klik disini

    Perempuan itu dengan lahap menjilati dan menelan seluruh cairanku sehingga penisku yang hampir layu kembali sedikit menegang karena terus-terusan dijilat. Aku memejamkan mataku.., gilaa.., permainan ini benar-benar menakjubkan. Ada rasa was-was karena takut ketahuan, tapi rasa was-was itu justru meningkatkan nafsuku. Teh Ine memandang penisku yang sudah agak mengecil namun tetap saja dalam posisi tegak. nonton film semi klik

    “Luar biasa…”, Bisiknya, “Siap-siap nanti malam yah?” Katanya sambil bangkit dan beranjak ke dapur.

    Aku cukup kagum dengan prestasi yang kucapai di rumah ini. Baru 2 bulan di Bandung, aku sudah bisa meniduri 2 orang wanita yang sudah lama

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Bos Perempuan ML Dengan Manajernya

    Cerita Sex Bos Perempuan ML Dengan Manajernya


    1809 views

    Perawanku – Cerita Sex Bos Perempuan ML Dengan Manajernya, Sudah sepuluh tahun aku bekerja di suatu perusahaan swasta. Diawali dengan membaca iklan yang dimuat oleh perusahaan tersebut, keesokan harinya aku datang membawa berkas yang dibutuhkan dan memasukkan lamaran lewat Sekretaris Eksekutif Direktur Utama, Ibu Ina namanya. Orangnya cantik, langsing dan menarik. Setelah melalui seleksi yang cukup ketat, akhirnya aku diterima bekerja. Aku sangat senang dan bekerja dengan giat.

    Berkat kerja keras, pimpinan memberikanku kesempatan meningkatkan keterampilan dengan sekolah lagi di luar kota, sehingga akhirnya aku memperoleh jabatan yang semakin tinggi. Ibu Ina yang dulunya jauh kedudukannya di atasku, menjadi semakin dekat, sehingga kami sering bertemu. Setelah duduk di jajaran eksekutif, barulah aku tahu bahwa ia sudah bersuami dan mempunyai dua orang anak yang sudah duduk di bangku SLTA dan SLTP. Padahal sejak kulihat pertama kali, aku sudah naksir dia, sayang ia sudah menikah. Ibu Ina yang kulihat sepuluh tahun lalu, belum banyak berubah, meskipun sudah berusia 40 tahun. Aku sendiri berusia 5 tahun di bawahnya. Keterampilan dan penampilannya selalu mempesona, sehingga posisinya semakin menanjak, bahkan setelah menyelesaikan pascasarjana strata dua ia diangkat sebagai Manager pada bidang quality control. Meskipun setahun yang lalu aku menikahi Waty, seorang gadis manis dari Klaten, aku tetap menjadi pengagum diam-diam Ibu Ina. Tak seorang pun di kantor yang mengetahui betapa aku begitu memujanya.

    Suatu ketika Direktur Utama memanggilku, “Saudara Agus saya tugaskan mengikuti pertemuan dengan beberapa rekanan di Yogya selama 3 hari.” Aku sempat kesal waktu dipanggil menerima tugas tersebut, karena ada ulah bawahan di bagianku yang membuatku uring-uringan dan harus kubereskan dalam waktu 5 hari. Aku sempat menolak halus, “… tapi maaf Pak, bukankah saya harus membereskan masalah di bagian saya?” Sang Direktur berkata, “Tentang hal itu tidak perlu saudara risaukan, saya sudah menugaskan orang lain untuk menyelesaikannya.” Lalu ditambahkannya, “Oh ya, saudara saya minta membantu sepenuhnya Ibu Ina, salah seorang manager kita untuk mempresentasikan di depan rekanan tentang manajemen mutu perusahaan kita. Pertemuan ini sangat penting dalam rangka menjalin kerja sama ke depan. Saudara saya minta bersungguh-sungguh dalam tugas ini. Saya mempercayakan saudara mendampingi Ibu Ina mengingat kemampuan saudara yang telah saya lihat selama ini.” Ups, aku terhenyak kaget, bukan hanya karena kepercayaan yang diberikan kepada saya, tetapi karena seakan mendapatkan durian runtuh. “Pucuk dicinta ulam tiba,” pikirku, “Tiga hari bersama si Cantik Bu Ina tentunya akan sangat menyenangkan.” Rasanya tidak sabaran menunggu saat keberangkatan.

    Sehari sebelum keberangkatan ke Yogya, Ibu Ina memanggilku dan mengatakan,

    “Dik Agus, aku agak deg-degan naik pesawat akhir-akhir ini, sehingga meskipun seharusnya kita naik pesawat, aku telah memesan dua tiket kereta api eksekutif malam untuk kita. Tetapi lumpsum kita tidak dikurangi selama berada di sana. Harap Dik Agus maklum dan tidak keberatan atas keputusanku,” nada suaranya terkesan galak dan tegas.

    Kujawab dengan spontan, “Tak apa-apa, Bu, demi menemani Ibu Ina, saya bersedia jalan kaki sekalipun.”

    Ia tersenyum kecil sambil mencubit lenganku. Wah, terkejut hatiku karena tidak menduga mendapat perlakuan demikian. Ah, berjuta rasanya. Kuelus-elus lenganku menikmati bekas cubitannya. Ia hanya memandangku dengan tatapan yang tak kumengerti.

    Saat berangkat dari Stasiun Gambir, aku duduk di sebelah kanan Bu Ina. Kami ngobrol begitu akrab, seakan-akan dua sahabat lama yang bertemu kembali. Wangi parfumnya begitu menggodaku, apalagi rambutnya yang sebahu tergerai lepas dan anak rambutnya sesekali mengenai keningku dikala kami berbincang-bincang.

    Menjelang tengah malam, Bu Ina minta ijin tidur duluan. Memang sebelumnya kulihat ia sudah menguap tanda mengantuk. Aku masih membaca majalah sambil sesekali melirik wajahnya yang cantik. “Ah, betapa lembut wajahnya, andaikan aku dapat mengelusnya,” batinku. Lamunanku semakin melambung manakala tubuhnya semakin rapat ke tubuhku dan kepalanya rebah di pundak kiriku. Tak enak mengganggu tidurnya, kubiarkan saja kepalanya bersentuhan dengan kepalaku, bahkan beberapa kali kudekatkan hidungku menghirup wangi rambutnya. Tak tahan dengan situasi itu, tangan kiriku kuletakkan ke pundak kirinya, merangkul tubuhnya. Kurasakan pipinya bersentuhan dengan pipiku. Ah, betapa halusnya. Tapi aku tak berani berbuat lebih jauh. Tak lama kemudian aku tertidur dalam posisi memeluk pundaknya.

    Tiba di Yogya, aku duluan bangun dan kuperbaiki letak dudukku agar ia tidak malu jika mengetahui kupeluk pundaknya semalaman. Kami pun naik taksi menuju hotel tempat pertemuan kami yang dimulai hari itu.

    Setelah dua hari lamanya berada di Yogya, pertemuan kami berakhir sehari lebih cepat dari yang dijadwalkan. Bu Ina berbisik padaku usai makan siang,

    “Dik Agus, tidak ada rencana mau kemana siang ini? Kalau tidak mengganggu, habis makan siang ini, tolong temani aku belanja ya?”

    “Baik Bu, ke manapun Ibu minta, akan saya antar,” jawabku sambil memperhatikan wajahnya.

    Siang itu kami berdua berjalan sepanjang Jalan Malioboro. Usai belanja, Ibu Ina mengajakku naik delman menuju hotel tempat kami menginap. Kami masuk ke kamar masing-masing. Letih juga berjalan menemani Bu Ina berbelanja. Aku berpikir ingin memanjakan diri sambil membersihkan tubuh, kemudian aku bertelanjang menuju kamar mandi dan berendam di bathtub. Rasanya belum lama berendam, telepon di kamar berdering kudengar berdering. “Sial, siapa yang ganggu orang sedang santai gini?” gerutuku. Kutarik handuk dan mengeringkan tanganku, lalu dengan bertelanjang, aku keluar kamar mandi dan mengangkat gagang telepon.

    “Sedang ngapain, Dik?” kudengar suara lembut di seberang sana, “Ah, ternyata Ibu Ina,” pikirku.

    “Sedang mandi, Bu, habis gerah banget abis jalan-jalan tadi,” jawabku.

    “Waduh, maaf ya, jadi ganggu kegiatan Dik Agus,” sesalnya, “Kalau gitu, teruskan aja mandinya.”

    Khawatir ia butuh bantuanku, dengan cepat kubantah, “Tidak apa-apa, Bu. Sudah selesai koq. Ada yang bisa saya bantu, Bu?”

    “Gini lho Dik, tapi maaf lho, terus-terusan aku minta bantuanmu. Sekarang kan sudah pukul enam, tadi petugas hotel memberitahuku ada film bagus di bioskop yang dekat hotel ini. Aku ingat waktu kuliah dulu di Bulaksumur suka nonton di situ. Bagaimana kalau tak ada acara, Dik Agus temani Mbak nonton? Tapi makan malam dulu deh!” Aku terkejut campur senang mendengar ajakannya, tetapi lebih kaget lagi waktu mendengarnya mengganti sebutan dirinya dengan Mbak. “Ah, ada apa nih?” pikirku penasaran.

    “Wah, dengan senang hati, Bu. Bila perlu kita makan di luar aja, supaya tidak telat nontonnya,” timpalku dengan hati berbunga-bunga.

    “Jangan panggil Ibu terus dong, kita kan sedang tidak di kantor. Panggil Mbak gitu, apalagi Mbak belum setua ibumu, bukan?” katanya di seberang sana.

    “Maaf, Bu … eh .. Bu … eh .. iya Mbak Ina,” kataku terbata-bata.

    “Nah, kan? Masih latah sebut Ibu terus?” guraunya lagi. Kemudian sambungnya, “Kita makan aja dulu, baru nonton. Mbak tunggu di ruang makan hotel tiga puluh menit lagi ya?” serunya tanpa menunggu jawabanku dan memutuskan pembicaraan.

    Waktu makan malam, aku begitu terpesona melihat penampilan Mbak Ina (sekarang kuganti panggilannya sesuai permintaannya tadi). Ia mengenakan celana jeans dan kaos, sebab ia tampil seperti anak muda usia belasan tahun. Apalagi warna lipstick tipis merah muda yang menghiasi bibir mungilnya. Kami makan berdua sambil berbincang-bincang tentang berbagai hal.

    Setelah makan, kami menuju bioskop yang dimaksud Mbak Ina. Ternyata film yang akan kami saksikan telah berjalan setengah jam dan pintu theatre sudah ditutup. Ada film di dua theatre lain, tetapi karena tidak tertarik, Mbak Ine tidak mau. Sewaktu melihat jadwal tayang, kami melihat bahwa film yang akan kami tonton masih akan diputar pukul 23.

    “Bagaimana jika kita nonton tengah malam Dik? Tokh kita masih nginap semalam lagi dan besok sore baru kembali ke Jakarta?” tukas Mbak Ina.

    “Saya sih tidak keberatan, Mbak, asal Mbak tidak takut tidur kemalaman ntar,” kataku.

    “Ah, sekali-sekali tidur larut malam tak apa, kan? Apalagi sayang jika tadi kita langsung pulang, padahal hotel ini sudah dibayar mahal sampai besok sore,” timpalnya sambil menarik tanganku. “Kita jalan-jalan dulu deh nunggu pukul sebelas,” tambahnya. Kami pun keluar areal bioskop setelah memesan tiket untuk pertunjukan film pukul 23.

    Kami berjalan-jalan dan menikmati roti bakar dan wedang jahe di pinggir jalan. “Ah, ternyata enak juga jalan bareng Mbak Ina, bisa merakyat begini, tidak hanya makan di restoran mahal,” pikirku.

    “Heh, ngapain, siang-siang sudah ngelamun jorok,” tiba-tiba Mbak Ina mengagetkan aku sambil mencubit pipiku. Aku tersipu-sipu malu dan menjawab,

    “Nggak ngelamun koq, Mbak, cuma heran aja, koq kita bisa begini akrab ya, padahal di Jakarta tidak sempat seperti ini?”

    “Ah kamu … emang nyesel jalan bareng Mbak?” tanyanya merajuk. Eh, dia mulai mengganti panggilan Dik dengan kamu. Aku agak heran, tapi kupikir mungkin karena ia makin merasa amat dekat denganku.

    “Siapa bilang nyesel, Mbak? Malah senang banget. Nggak pernah mimpi bisa berdua Mbak begini.”

    Sepuluh menit menjelang pukul 23, kami sudah kembali ke bioskop. Kami masuk dan nonton film romantis, tetapi berbau horor. Waktu menonton adegan yang menyeramkan, tangan Mbak Ina memegang pergelangan tanganku dengan kencang.

    Suatu ketika pegangannya begitu kuat, hingga aku terkejut dan berseru,

    “Mbak, tanganku sakit tertusuk kuku Mbak!”

    “Aduh, maaf, abis ngeri banget sih liat vampire-nya muncul tiba-tiba,” katanya tanpa melepaskan genggaman tangannya.

    Namun saat ada adegan ranjang yang cukup hot, dimana pemain wanitanya hanya tinggal mengenakan baju tipis dan buah dadanya nampak terbuka, sedang berciuman dengan tokoh vampire di film tersebut, kurasakan jari-jari Mbak Ina meremas-remas jari-jari tangan kiriku. Aku hampir tak berani bergerak merasakan remasan tangannya dan napasku serasa terhenti di leher. Hal itu terjadi beberapa kali. Aku tidak berusaha menepis, karena kupikir itu reaksi alami karena adegan panas yang kami lihat, bahkan aku berharap agar tangannya tidak pindah dari jari-jariku. Namun aku tidak berani membalas remasannya, khawatir ia akan salah sangka.

    Pukul 01 film pun berakhir. Kami naik becak menuju hotel. Mbak Ina nampak masih tercekam oleh film tadi, sehingga ia banyak berdiam diri.

    “Mbak udah ngantuk ya? Koq diam aja?” tanyaku sambil mencolek punggung tangannya.

    “Hiiyy, serem juga film tadi. Untung ada kamu, kalau tidak, Mbak udah pingsan kali,” jawabnya.

    “Ah, itu kan cuma film, Mbak. Ngapain dipikirin, ntar malah nggak bisa tidur lho! Apalagi tidak ada teman di kamar Mbak,” kataku.

    Ia diam saja, sehingga aku agak menyesal menggodanya dan memegang jari-jarinya,

    “Maaf ya Mbak, saya tidak bermaksud menakut-nakuti Mbak. Maafkan kata-kata saya barusan.”

    Mbak Ina membalas sentuhanku dengan meremas jari-jariku sambil berkata,

    “Tak apa-apa. Kamu begitu baik temani sejak siang tadi dan nonton, walaupun film tadi mungkin bukan film yang kamu sukai.”

    Kami turun dari becak dan menuju lantai lima di mana kamar kami berada dan masuk ke kamar masing-masing. Aku masih merasakan aroma parfum yang dipakai Mbak Ina melekat di pundak dan jari-jariku. Seperti kerasukan, aku menciumi jari-jariku sendiri seolah-olah mencium jari-jari Mbak Ina. Sewaktu mau merebahkan tubuh di ranjang, telepon berdering. “Ah, siapa lagi telepon malam-malam?” pikirku, “Dik Agus, sudah tidur ya?” kudengar suara Mbak Ina di seberang sana.

    “Hampir tidur Mbak. Ada apa, Mbak?” tanyaku.

    “Aa.. aku … takut, kebayang-bayang film tadi. Dik Agus tolong ke kamarku sebentar ya!” pintanya.

    Dengan bercelana pendek dan kaos oblong, aku mengetuk pintu kamarnya. Ketika pintu kamarnya terbuka, aku tercekat sebab melihat Mbak Ina berdiri dengan baju tidur tipis berwarna putih sehingga memperlihatkan lekuk-lekuk tubuhnya diterangi lampu kamar yang redup. Walaupun agak temaram, aku dapat melihat jelas betapa seksinya tubuh Mbak Ina. Tanpa sadar aku menelan ludah beberapa kali, apalagi melihat di balik baju tidurnya ia mengenakan BH dan celana dalam warna merah hati.

    “Ayo masuk, jangan bengong aja di situ!” ajaknya sambil menutup pintu di belakangku. “Kalau tak keberatan, maukah kamu duduk sambil nonton TV untuk menemani aku sampai aku tidur? Kalau aku sudah tertidur, tinggalkan saja dan kembali ke kamarmu,” sambungnya.

    “Boleh Mbak, malah saya sangat menyesal telah menakut-nakuti Mbak dengan ucapan saya waktu di becak tadi, sehingga bermaksud menemani Mbak sampai pagi,” kataku menanggapi.

    “Benar nih, sampai pagi mau temani aku?” tagihnya.

    Aku bingung juga dengan spontanitasku yang kusesali dapat membuatku menjadi satpam semalaman ini, tetapi melihat diri Mbak Ina dalam pakaiannya sekarang membuatku bersemangat, bila perlu seminggu lagi menemani dia sekamar.

    “Ok Mbak, aku siap mengawal Mbak, tak usah takut ada vampire,” jawabku menyombong.

    Mbak Ina berbaring di ranjangnya yang berukuran king size, sedangkan aku duduk di kursi yang ada di dekat TV sambil mencari channel yang menyuguhkan film. Tetapi mataku mencuri-curi pandang ke arah tubuhnya yang walaupun sebagian ditutupi selimut, bagian dadanya yang hanya tertutup sepertiga BH-nya ternyata tidak tertutup selimut. Aku tidak tahu, apakah ia sengaja melakukan itu atau tidak. Kuperhatikan diam-diam, ia sudah memicingkan matanya.

    Setengah jam kemudian kulihat ia sudah tertidur, terbukti dari suara napasnya dan matanya yang terpejam rapat, kuamati dadanya yang membusung indah naik turun dengan teratur sesuai helaan napasnya. Aku duduk dengan gelisah, sebab laki-laki mana yang tahan sekamar dengan wanita secantik Mbak Ina dalam baju tidur demikian? “Adik kecilku” yang sudah bangun sejak masuk kamarnya terus menerus mengangguk-angguk, menggodaku dengan bisikan liar, “Ayo, apa lagi yang kau tunggu, bukankah ini peluang emas yang kau impikan selama ini? Kapan lagi ada kesempatan begini dan ajakannya menemani adalah undangan untuk mereguk anggur kenikmatan?”

    Aku hampir tak berani beringsut dari dudukku, perlahan kugerakkan leher menoleh ke arah Mbak Ina. Ia tidur dengan tenang. Namun tiba-tiba kudengar ia berteriak, “Tidak, tidak, jangan … ahhh …” Aku terkejut dan melompat dari dudukku. Kulihat Mbak Ina terduduk, matanya agak melotot, ia terengah-engah, jari-jarinya meremas sprei ranjangnya, dan kuperhatikan tetesan keringat di keningnya. Sedangkan selimutnya berantakan tidak menutupi bagian dadanya, sehingga sebagian payudaranya yang putih dapat kulihat dengan jelas, tetapi aku menghalau pikiran-pikiran mesumku.

    Aku duduk di ranjang, di dekatnya sambil memegang tangannya lembut, bertanya, “Mimpi ya Mbak? Jangan takut, saya ada di dekat Mbak.”

    Ia diam saja, tetapi tanpa kuduga, ia menarik tanganku dan tanpa dapat kucegah sentakannya membuat tubuhku jatuh ke arahnya dan menimpa tubuhnya. “Ma..ma..af, Mbak, saya … ” ucapanku tak selesai karena tiba-tiba bibirku sudah ia tekan ke pipinya. Aku terkejut dengan muka merah padam. Dan belum selesai keterkejutanku, ia menarik tubuhku masuk ke balik selimutnya sambil berkata dengan memelas,

    “Temani aku tidur, aku takut … Jangan jauh-jauh di sana! Peluk aku ya!”

    Napasku seakan berhenti, jantungku berdebar-debar kencang, sebab kedua bahuku telah ia peluk erat, hingga terasa kedua buah dadanya menekan dadaku. “Aduhai, betapa kenyal payudara wanita ini,” batinku seraya berharap pelukan itu takkan ia lepaskan. Jantungku semakin kencang menghentak-hentak dadaku ketika sebelah kakinya naik memeluk paha dan kakiku. Nafas Mbak Ina terasa begitu dekat di wajahku. Aku serasa bermimpi dan tanpa sadar menutup mataku.

    Seperti seorang bayi yang membutuhkan dekapan, Mbak Ina meletakkan kepalanya di dadaku dan tanpa kusadari jari-jariku membelai-belai rambut di keningnya sambil menenangkannya. Kulihat ia memejamkan mata sambil memeluk tubuhku. Aku pun merasa begitu damai merengkuh pundaknya sambil mengingat suasana sewaktu di kereta api bersamanya. Ada kemiripan, tetapi kali ini lebih mesra, apalagi kami berdua sama-sama sedang mengenakan pakaian tidur. Rasanya begitu teduh dan nyaman. Tangannya semakin erat memeluk pinggangku dan kurasakan dagu dan hidungnya ditekankan ke dadaku hingga kelelakianku kurasa bangkit.

    Aku tidak berani berbuat macam-macam, walaupun hasratku sudah menggelegak. Tetapi sewaktu bibirnya bergerak naik ke leher, hembusan napasnya kurasa semakin dekat ke dagu dan pipiku, aku membuka mata dan menatap wajahnya. Hatiku kaget bercampur senang sebab kulihat Mbak Ine dengan mata terpejam semakin mendekatkan bibirnya ke bibirku. Secara naluriah aku membuka mulut dan menyambut bibirnya. Aku tidak ingat lagi siapa di antara kami yang memulai ciuman itu, dia atau aku, tapi aku tidak peduli. Gairahku bergelora ketika lidahnya mengait lembut tepi bibirku dan menyusuri rongga mulutku dan menggelitiki lidahku dengan lincahnya. Dengan tangkas kusambut pilinan lidahnya dengan lidahku. Tangan kiriku yang semula ada di atas bahunya yang terbuka, mulai naik ke arah dagu, pipi dan merabai bibirnya. Mbak Ina mendesah, “Ahh… ahh… aku kangen kamu, Gus… Peluk aku dan berikan kehangatan buatku!” pintanya.

    Aku menggelinjang merasakan aksinya selanjutnya. Mbak Ina begitu buas menciumi wajahku, leherku, turun ke dadaku, hingga aku sempat terperangah kaget saat ia meremas putingku dan mengisapnya, kadang-kadang lembut, dan di waktu lain begitu kuat menggemaskan. Kedua puting dadaku dijilati dan dimasukkan ke mulutnya secara bergantian. Lidahnya begitu lincah bermain di sekujur dadaku, turun ke perut dan lidahnya menggelitiki pusarku hingga aku merasakan aliran darahku memompa begitu kencang. Aku tak ingat lagi siapa dia dan bagaimana posisinya di kantorku, yang terpikir hanyalah bagaimana memacu kenikmatan bersamanya. Yang terbayang di benakku saat itu adalah seakan-akan sedang memadu kasih dengan istriku sendiri. Sebelah tanganku mengusap-usap perutnya yang datar, tidak terlihat gemuk meskipun sudah melahirkan dua orang anak, sedangkan tanganku yang lain mengelus-elus pundak, punggung dan pinggulnya hingga ia meliuk-liukkan tubuhnya dengan sangat menggairahkan.

    “Kamu mau ku-blow job, Agus sayang?” desahnya sambil melakukan “mandi kucing” pada perut, pinggang dan pusarku.

    “Ahh … ssshhh, oohhh …. Mmm … mmau, Mmbaakkk… mau banget!” aku memohon dengan sangat, karena begitu dahsyat ia memainkan lidah dan bibirnya sambil tangannya mulai bergerak ke arah celanaku, menyentuh penisku dari luar dan pelan-pelan menurunkan celana pendek dan celana dalamku secara serempak. Aku sudah tak sadar dengan ucapanku, karena birahiku sudah begitu dalam menguasai diriku. Tidak ada lagi Agus yang alim, yang sopan, yang santun, yang selalu menghargai wanita. Bahkan aku tak sendiri tidak ingat kapan ia membukai kaosku hingga kini aku benar-benar bugil di hadapannya, sedangkan ia masih mengenakan baju tidurnya. Aku benar-benar tak berkutik dibuatnya, bahkan sewaktu kucoba membuka kait BH dan melolosi baju tidurnya, Mbak Ina dengan gesit menepis tanganku dan sama sekali tidak memberi peluang bagiku. “Sebentar sayang, giliranku memuaskanmu ….,” desahnya di sela-sela permainan bibir dan lidahnya yang begitu memabukkan.

    Aku merasa seperti terombang-ambing, apalagi waktu ia mencium, menjilat dan mengisap kulit perut, pinggul dan pinggangku dengan gerakan lembut, berganti dengan gigitan-gigitan kecil, lumatan kasar, bahkan kadang-kadang kurasakan perih bercampur nikmat. Tangannya tak ketinggalan mengelus, mencubit, dan meremas pahaku, lutut, betis juga bagian-bagian atas tubuhku, tak ketinggalan putingku yang semakin merah akibat cubitan-cubitan kecilnya yang membuatku terlonjak-lonjak.

    Dalam memuncaknya gairahku, kulihat ia bergeser menempatkan tubuhnya berlutut di antara kedua paha dan kakiku, kepalanya tepat di selangkanganku. Ia mengusap-usap rambut di pangkal pahaku tanpa menyentuh penisku sama sekali hingga aku semakin menggeliat-geliat dibuatnya. Masih dengan kesibukannya memainkan bulu-bulu di sekitar penisku, bibir dan lidahnya mulai merambat ke sela-sela pahaku. Lidahnya menjilati pahaku dan “Ahh … Mmmbakkk,…. ohhhh …. en…nakkkk … nikmattt sayanggg….” aku terpekik waktu lidahnya menjilati kedua testisku secara bergantian, apalagi waktu keduanya dimasukkan ke dalam mulutnya dan diisapnya seakan-akan sedang menikmati es krim. Aku merasa terbang melayang.

    Setelah itu, lidahnya naik menjilati penisku, mulai dari bawah naik ke leher penis, pada bagian ini ia melakukan gerakan melingkar, hingga lidahnya bergerak mengelilingi leher penisku, lalu ia mengarahkan lidahnya ke lubang pipisku. “Ohh… Ougghh … enakh Mbaaakkk akkhhhh…” dan semakin tersentak saat kedua bibirnya mengecup kepala penisku dan menelannya hingga seluruh kepalanya tertelan oleh mulutnya. Dengan gerakan lembut, Mbak Ina memasukkan dan mengeluarkan kepala penisku dalam mulutnya. Aku merasa seakan-akan hampir tidak sadarkan diri, karena nikmat sewaktu penisku dimasukkannya hingga pangkalnya dan terasa ujungnya membentur daging lembut di tenggorokannya. Aku semakin menggelinjang saat merasakan jari-jarinya mengelus lubang analku dan kurasakan ada cairan yang ia oleskan di situ, aku hanya sempat melihat sekilas ke arah bawah, ternyata sesekali Mbak Ina memasukkan jarinya ke mulutnya dan menaruh ludahnya ke lubang analku. Entah mengapa dan bagaimana ia melakukannya, aku tak mau bertanya saat itu, hanya sanggup merintih dan berusaha menikmatinya sambil meremasi rambutnya yang tergerai.

    Pinggang dan pantatku kunaikkan karena geliatku ke kiri dan ke kanan terasa sudah tidak memadai, dan jeritan nikmatku kembali memecah di kamar hotel itu ketika jari tengah tangan kanannya perlahan-lahan memasuki analku, sedikit demi sedikit dan akhirnya sampai seluruhnya masuk ke analku. Kepalaku kugoyangkan ke kanan kiri dan kedua tanganku menekan belakang kepala Mbak Ina ke arah pahaku, hingga seluruh batang penisku masuk ke mulutnya. Belum pernah aku merasakan sensasi yang begitu nikmat pada penis dan sekaligus analku.

    “Mbak, aku nggak kuat, akkhu … mau … keluar … Lepaskan Mbak, akkhh …” jeritku.

    “Hm, sshhh …. ahh … sabar sayang, nikmati ya say… biar kutelan cairanmu sayang, … ahh… sss …. ekhhh…” desahnya dan kembali menelan penisku sambil jarinya semakin dalam masuk ke analku, ia masukkan dan keluarkan semakin cepat hingga aku semakin tinggi melayang-layang dalam alam kenikmatan. Ia mengulum, menjilat dan merangsek habis-habis.

    Entah karena pengaruh film yang kami saksikan tadi atau rangsangan melihat Mbak Ina dalam baju tidurnya dan aksinya yang begitu hebat, aku tak kuasa menahan cairan kenikmatanku.

    “Ougghhh … akhhhh … Mbaaakkkk … Inaaahhhh …. akhhh nik..mat…,” jeritku tatkala penisku dengan hebatnya menyemprotkan air mani ke dalam mulutnya. Aku terkejut karena dengan ganasnya Mbak Ina menelan seluruh penisku dan menelan cairanku, bahkan isapan bibirnya pada penisku begitu kencangnya hingga aku tak mampu menarik penisku keluar. Tangannya turut bekerja mengelus dan meremas kedua biji testisku. Kurasa tak setetes pun air maniku tersisa. Ia begitu menikmati kuluman mulutnya pada penisku dan kurasakan lidahnya terus bermain menggelitiki batang penis dan lubang pipisku. Denyutan penisku lebih sepuluh kali di dalam mulutnya.

    Aku terengah-engah karena orgasme yang kualami. Dengan istriku sendiri belum pernah kurasakan kenikmatan demikian, karena seluruh pori-pori tubuhku seakan-akan turut merasakannya, bukan hanya penisku. Mbak Ina kembali menciumi bibirku dan kurasakan beberapa tetes cairanku sewaktu bibir dan lidah kami berpagutan.

    Kupeluk dia sambil meredakan debur jantungku yang begitu kencang, aku bertanya padanya, “Mengapa …..?? Mengapa Mbak….?”

    Kulihat ia memandangiku dengan lembut dan meletakkan telunjuknya di bibirku, “Ssstt, dengarkan kisahku sayang!” Kutatap matanya, kulihat di sana rasa sayang yang tulus. Ia melanjutkan, “Sejak kamu masuk ke perusahaan kita, sudah kuperhatikan bagaimana cara kamu memandangku. Walaupun tidak pernah kamu katakan, aku dapat membaca tatapan matamu. Tapi aku sadar, Gus, bahwa aku sudah bersuami dan punya anak, tak mungkin menikah denganmu. Dan aku sempat cemburu, waktu kamu menikah. Kamu ingat bahwa aku tidak mau hadir pada pesta pernikahanmu? Itu karena aku iri, istrimu mendapatkan pria sebaik kamu. Aku tidak berani menggodamu di kantor kita, sebab aku sadar statusku sudah bersuami dan teman-teman tahu bahwa aku bukan wanita penggoda. Apalagi kulihat kamu begitu sopan dan tidak pernah kudengar sikapmu yang buruk terhadap karyawati di perusahaan kita. Itu sebabnya mengapa waktu kita mendapat tugas bersama, kuminta naik kereta api agar dapat bersentuhan denganmu setidak-tidaknya beberapa jam. Kesempatan emas makin terbuka kurasa karena kamu mau menemaniku berbelanja dan nonton.”

    Tak kuasa berdiam diri, keluar pengakuanku, “Aku sudah lama mengagumi dan menyayangimu Mbak, tapi aku menyesal, sebab Mbak sudah menikah waktu kita bertemu. Aku juga tidak berani mengganggu Mbak, karena kudengar dari teman-teman, Mbak adalah istri yang sangat setia pada suami. Maafkan aku atas kejadian malam ini, Mb…”

    “Husshh,” potongnya, “Kamu tidak perlu minta maaf, Gus, justru akulah yang menggodamu sehingga malam ini kita jadi begini. Aku cuma bikin alasan takut karena nonton film tadi dan minta kau temani supaya kita dapat bermesraan sekarang. Paling tidak ini saat-saat bahagia kita berdua. Kalau di Jakarta, tidak mungkin kita bisa melakukan hal ini.”

    Aku terdiam menyimak kata-katanya dan kembali gairahku bangkit manakala jari-jarinya bermain di dada dan perutku. “Ah, Mbak … aku .. sayang kamu …,” bisikku perlahan di telinganya. “Sekarang giliranku memuaskanmu, ya Mbak sayang?” sambungku.

    Ia tidak menjawab, hanya mengangguk sambil memejamkan mata.

    Aku dalam keadaan masih telanjang menciumi rambutnya, keningnya, kedua kelopak matanya dan hidungnya. Pipinya tak luput dari kecupanku dan kembali bibir kami bertemu serta lidah kami bertautan. Lidahku masuk ke dalam mulutnya, mencari dan memilin lidahnya, bahkan air ludahku ia isap dengan liar saat lidahku menggelitik bagian atas rongga mulutnya. Di lain waktu, lidahnya masuk ke dalam mulutku menggelitik gigi geligiku dan lidahku. Mulut dan lidah kami terus saling mengulum dan membelit berbagi kenikmatan. Tangannya mengelus-elus kepala dan rambutku. Jari-jariku kumainkan di pipi dan lehernya.

    Kuturunkan kepalaku, bibir dan lidahku menciumi lehernya yang jenjang dan turun ke pundaknya. Ia makin menggeliat sambil mulutnya terus mendesah. “Akhh.. Gus, sayang … ah, terus Gus, oohh… teruskan dong Gus, ja… jangan berhenti!”

    Aku mengambil napas memandangi wajahnya sambil jari-jariku mengusap pundaknya dan bermain ke belakang punggungnya melepas kaitan BH-nya. Ia makin merintih manakala tali kait BH-nya kulepas sambil menciumi ketiaknya yang bersih, lidahku kumainkan di situ dan merambat ke arah payudaranya yang begitu sekal, kenyal dan padat.

    “Oww… luar biasa payudaramu, Mbak!” tak dapat kusembunyikan kekagumanku atas keindahan payudaranya. “Padahal Mbak sudah tidak berumur tiga puluhan lagi. Koq bisa masih begini kenyal ya Mbak? Seperti payudara gadis-gadis saja?” lanjutku.

    “Ah, kau bisa saja, Gus! Aku kan sudah tua?” bantahnya sambil memainkan jari-jarinya mengelus dadaku.

    “Kata siapa Mbak sudah tua? Nyatanya payudara Mbak masih lebih bagus daripada punya Waty istriku,” kataku lagi memuji.

    “Gombal! Rayuan kuno Gus!” katanya lagi sambil menjentik pipiku dengan jarinya yang lentik.

    Aku menghentikan elusanku sambil mengamati payudaranya yang tak begitu besar, tetapi begitu sekal, kenyal, sehingga sangat nikmat dielus dan diremas. Ukurannya tidak terlalu besar, mungkin 34C, tetapi dengan putingnya yang begitu runcing bagaikan stupa candi, membuatku sangat terangsang untuk mengecupnya.

    “Ada apa sih, Gus? Koq jadi melongo gitu?” tanyanya, entah heran atau bangga, karena melihat sikapku yang begitu mengagumi keindahan payudaranya.

    “Ini lho Mbak, puting payudaramu sangat cantik. Aku jadi ingat stupa Candi Borobodur. Bagian atas putingmu begitu runcing, tetapi di bagian bawahnya semakin melebar, sehingga tidak sama diameternya dengan ujung putingmu,” kataku lagi sembari mengelus lembut putingnya dan menjilati ujungnya kemudian turun ke belahan payudaranya. Benar-benar indah. Seolah-olah ada dua gunung yang bertindihan melihat bentuk payudara dan putingnya. Gunung pertama berujung pada putingnya, sedangkan gunung yang lebih besar menyangga putingnya dan membentuk lembah indah ketika bertemu dengan bagian lereng payudaranya yang lain.

    “Ougghhh… Guuusss… ohhh.. enak … yah… terus, terusss, sayang ….” rintihnya saat kukecup dan kulumat putingnya dengan lidah dan bibirku tanpa menyentuh gunung payudaranya. Ia semakin menggeliat-geliat saat bibirku memasukkan putingnya ke mulutku dan mengecupnya dengan lembut, lama kelamaan makin kuat kemudian lembut lagi, demikian seterusnya. Apalagi kedua tanganku mulai turut aktif meremas-remas kedua payudaranya sambil mulutku tak henti-hentinya menjilat dan mengisap putingnya secara bergantian. Jari-jarinya mulai mencari-cari penisku dan mengusap-usapnya lagi, tetapi kutepis dengan halus sambil berkata, “Sabar sayang, tadi kan sudah Mbak puasi aku, sekarang giliranku dulu ya say…”

    “Ahh… sshhh … ihhh … kau menyiksaku Gus … ohh…nikmatnya,” erangnya sambil menghempaskan kepalanya ke kanan kiri tak beraturan. “Owwhh … ahhh…,” desahannya makin kuat waktu kedua kedua buah dadanya kudekatkan satu sama lain dan kedua putingnya kumasukkan ke mulutku serta kuisap secara berbarengan. Beberapa menit aku melakukan itu sambil lututku menekan-nekan dengan ritme yang beraturan pada kemaluannya yang telah basah walaupun masih dibalut celana dalam. Dengan setengah berlutut di samping tubuhnya yang menggeliat-geliat menahan nikmat, aku terus memainkan bibir, lidah dan tanganku di puting dan kedua payudaranya dan sebelah tanganku turun ke bagian bawah perutnya masuk ke balik celana dalamnya yang semakin basah menelusuri rambut-rambut kemaluannya dan mengusap-usap vaginanya yang membanjir. Begitu kutemukan sesuatu sebesar biji kacang pada bagian atas vaginanya yang ternyata adalah klitorisnya, aku melakukan usapan lembut dan perlahan-lahan menjepitnya dengan dua jari. Gerakan tersebut membuatnya makin meracau dan menggeliat.

    “Ya…. ya …. terusss … ya …. sshh … itu Guss….., jangan berhenti …. ayo say …. gerakkan lebih cepat tanganmu pada kelentitku. Oookkhhhh …. ekkhhh … uhhgg….” ia memberikan perintah padaku sambil menggeliat-geliat semakin tak menentu.

    Mendengar permintaannya itu, aku malah berdiam diri sejenak, hingga ia tersentak, “Oohh, ada apa … Gus? Jangan berhenti, cepaattt … aku sudah hampir sampai … ohhh jangan siksa akuuuu…” rintihnya lirih.

    Aku tidak menyahut, tetapi kembali kubenamkan wajahku ke dadanya mencium, menjilat dan mengisap puting dan kedua payudaranya. Putingnya kuisap kuat-kuat sambil menekankan mulutku ke payudaranya. Bukannya menolak, ia justru makin membusungkan dadanya ke atas hingga kedua payudaranya membuatku semakin tak bisa bernapas. Kumasukkan putingnya bergantian ke dalam mulutku sambil mengisap buah dadanya sebanyak yang dapat kumasukkan ke mulutku. “Ooooohhhhhhh ….. akkkhhh …. ssshh …. kamu pinnn…tarrr … Gus!” erangnya. Jari-jariku yang bermain di klitorisnya terus melakukan sentuhan dan tekanan yang semakin cepat, sesekali telunjukku kumasukkan ke liang vaginanya hingga cairannya semakin banyak merembes. Kuusap-usap klitorisnya semakin cepat dan makin cepat hingga pinggulnya dihentak-hentakkannya ke atas memberikan suguhan pemandangan yang indah bagiku tentang pesona kenikmatan seorang wanita.

    “Ahkhh … ak .. akkhu … mmmmaauu … keluar Gus … sayaanggg … sshhh… eekhh … ooohhhhh…..!” jeritnya panjang. Kedua belah pahanya menjepit kedua kakiku dengan eratnya sedangkan tangan kananku dijepitnya di vaginanya yang membanjir dengan cairan kenikmatan, kedua tangannya memeluk punggungku sambil mulutnya mencari-cari mulutku dan menciuminya dengan ganas bahkan dengan lihaynya diisap dan digigitnya lembut lidahku.

    Ia masih terengah-engah saat berkata, “Ohhh… kau begitu pandai memanjakanku, Gus.” Aku tersenyum sambil mengusap rambut-rambut kemaluannya yang basah kuyup. “Aku masih pakai celana pun sudah kau buat orgasme,” sambungnya.

    “Sayangku, apa yang kulakukan hanyalah merespon rasa cintamu padaku,” ujarku lembut sambil membelai-belai payudaranya dan tubuhnya yang telanjang. “Ngomong-ngomong, koq payudaramu masih sekal banget, Mbak, diapain sih koq tidak kendor walaupun sudah punya dua anak dan kawin begitu lama?” celetukku penasaran.

    “Aku kan tidak pernah menyusui anak-anakku, Gus, karena ASI-ku tidak banyak. Lalu karena dokter menyarankan susu kaleng, yah jadi keterusan, nggak menyusui. Selama ini cuma suamikulah yang menyusu padaku, dan terakhir ini, yah kamu….” katanya sambil memijat hidungku lembut. “Emang kenapa sih nanya-nanyain itu?

    “Soalnya waktu memesrai buah dada Mbak, tidak seperti buah dada wanita yang sudah punya anak. Kayak payudara gadis aja sih? Dikasih semalaman menjilatinya pun mau aku” kataku.

    “Genit kamu, Gus … hi .. hi .. hi ..” tawanya.

    “Berarti aku ini orang kedua yang pernah mencicipi buah dadamu, ya?” kataku lagi. Setelah terdiam beberapa saat, kutanya dia, “Apakah siap untuk permainan yang sebenarnya, Mbak Ina sayang?” aku bertanya sambil merabai pahanya dan berusaha membuka celana dalamnya.

    Ia menatapku dengan tatapan sayu tapi penuh rasa sayang, “Gus, aku sangat ingin melakukan itu denganmu, tapi … tapi …,” ia tak melanjutkan kalimatnya.

    “Mengapa sayang? Apakah Mbak takut hamil akibat perbuatan kita?” tanyaku.

    “Bukan itu, Gus! Di usiaku sekarang tentu sudah sulit hamil bagiku, apalagi aku pakai spiral. Yang kutakutkan adalah jika hubungan kita ini membuatku lupa akan suamiku. Ia begitu baik, setia dan percaya pada isterinya, tapi aku telah mengkhianati cintanya dan janji perkawinan kami,” lanjutnya sambil menatapku dengan mata berkaca-kaca. Oh, ternyata wanita ini bukanlah tipe penggoda, bukan pula tipe pengkhianat rumah tangga, aku semakin mengagumi pribadinya, tetapi aku masih berusaha menggodanya.

    “Kalau begitu, terserah Mbak sajalah. Aku tidak mau memaksa apalagi memperkosamu, sebab cintaku pada Mbak tidak mengijinkan pemaksaan,” kataku. Tapi aku sendiri bingung apakah ucapanku itu karena menyetujui pendapatnya atau karena kesal oleh penolakannya.

    Ia mengecup pipi dan bibirku sambil memelukku makin erat, kulihat air matanya menitik dari celah-celah pelupuk matanya, ia berkata, “Gus sayang, jangan salah sangka. Aku sangat sayang pada kamu, tetapi aku sudah bersuami dan punya anak, kamu pun sudah beristeri. Jangan sampai kita melakukan persetubuhan yang bisa membuat kita lupa akan keluarga kita.”

    “Lalu, yang kita lakukan tadi apa, Mbak? Bukankah itu sudah termasuk pengkhianatan?” tangkisku. “Kalau memang Mbak tidak suka, mengapa Mbak merencanakan semua ini?” aku makin tajam mendakwanya. Ia makin terisak-isak pilu sehingga aku merasa menyesal telah membuatnya merasa begitu bersalah, padahal aku pun ikut andil dalam kejadian ini. Aku berdiam diri sambil mengusap-usap rambut dan wajahnya serta punggungnya dengan lembut.

    Beberapa saat kemudian, kulihat ia mengusap air matanya dan dirinya sudah semakin tenang. Ia mendekatkan bibirnya ke telingaku dan berbisik, “Gus, aku pernah baca artikel, bahwa anal-sex merupakan salah satu alternatif hubungan seks. Kalau kamu tidak keberatan, lakukanlah hal itu walaupun aku sendiri belum pernah melakukannya dengan orang lain bahkan suamiku.”

    Aku terperanjat mendengar bisikannya, tapi merasa tergoda mencoba hal itu, apalagi dengan isteriku sendiri pun hal itu belum pernah kulakukan. “Entah bagaimana rasanya?” pikirku sambil membayangkan andaikan kami melakukannya sekarang.

    Sekonyong-konyong ia membuka celana dalamnya dan sisa gaun yang melekat di tubuhnya dan berbaring terlentang. “Ayo Gus, setubuhi aku lewat analku agar kau dan aku bersatu malaupun tidak dengan cara yang sesungguhnya,” ajaknya.

    Birahiku bangkit melihat tubuhnya yang terpampang indah di hadapanku. Perlahan kucium bibirnya, berpagutan dengan berbagai variasi dan saling memilin lidah. Turun ke payudara dan putingnya yang kembali tegang, perut dan pusarnya kembali menjadi sasaran lidah dan bibirku, kemudian jari-jariku menjelajahi rambut kemaluannya yang tipis tapi dicukur dengan rapi sehingga bagian seputar labia vaginanya betul-betul bersih. Bibirku terus turun menjelajahi pangkal pahanya, melakukan isapan dan jilatan lembut hingga ia menggeliat-geliat sambil mendesah. Tibalah saatnya kuperhatikan klitorisnya yang makin membesar di bagian depan vaginanya. Kusentuh dengan lidahku hingga ia terpekik ,”Ahhh … kau apakan aku sayang?” Aku tidak menjawab karena yakin ia baik-baik saja dan itu merupakan permintaan halus agar aku meneruskan aktivitasku.

    Klitorisnya kujilat tanpa mencium labia vaginanya sama sekali. Ia terus meracau sambil kedua tangannya menekan belakang kepalaku hingga hidung dan mulutku tepat berada di vaginanya yang sudah banjir. Bibirku menjilati dan sesekali mengisap labianya. Dan ketika klitorisnya kujilat dan kumasukkan ke mulutku sambil kuhisap lembut dan makin kuat, ia tak kuasa menahan gairahnya, pantatnya terangkat ke atas, tapi kedua tangannya tetap berusaha menekan kepalaku agar tetap berada di kemaluannya. Jari-jariku meremas-remas kedua bongkah pantatnya dan sesekali satu tangan bergantian meremas payudaranya.

    Geliatnya makin tak beraturan, bahkan ia makin kuat menghempas-hempaskan pinggul dan pantatnya ke sana ke mari, tetapi aku tidak memberikan kesempatan untuk melepaskan diri, karena aku tahu, justru hal itulah yang ia inginkan. Ke mana pinggulnya bergerak, ke situ wajahku ikut sambil bibir dan lidahku mencium, menjilat dan mengisap seluruh organ kemaluannya. Cairan vaginanya kembali membanjir dan entah sudah berapa banyak kutelan masuk dalam mulutku. Rasanya gurih, sedikit asin, tetapi aromanya begitu sedap dan tidak berbau amis, mungkin karena ia rajin merawat bagian tubuhnya itu. Rintihannya makin tak beraturan saat dua jari tengah dan telunjuk tangan kanan kumasukkan pelan-pelan ke vaginanya sambil terus melakukan aksi dengan bibir dan lidahku, terlebih saat jari tengah tangan kiri kumasukkan ke lubang analnya setelah kuolesi ludah dan cairan vaginanya.

    “Ahhh… Guuussss …. aaa… kkhuuuu …. ahh … ohhh … nikmatnya ….Shhsshh … ahh ..” suaranya tidak lagi keras, tetapi lebih merupakan desisan dan rintihan. “Ahhkhhh … lebih cepat Gusss sayang ….!” ia memohon. Kupercepat aksiku dan kurasakan betapa bagian dalam vaginanya meremas-remas jariku dan analnya pun memberikan jepitan yang luar biasa pada jari tengah tangan kiriku. Tanpa memberinya peluang untuk melawan, kulakukan gerakan semakin cepat, hingga ia meronta-ronta, menggelinjang-gelinjang dengan rambut yang tak beraturan dan bola matanya membeliak menahan kenikmatan yang sudah di ambang pintu.

    Dengan satu hentakan, kulakukan gerakan bersamaan ke vagina dan analnya sambil mengisap klitorisnya dengan cepat tetapi lembut. “Aaaakhhhhhh ….. aku …. keluar Gus!!!” jeritnya sambil mencakar pundak dan punggungku. Kulihat di ujung matanya menetes air mata. Kulepaskan jari-jariku dari bagian bawah tubuhnya dan kurengkuh tubuhnya sambil menciumi matanya, kujilati air matanya sambil membelai-belai rambutnya.

    “Kenapa Mbak? Apakah aku menyakitimu?” tanyaku sambil memeluk dirinya.

    “Ohhh… sayang. Agusku sayang, aku begitu bahagia. Begitu luar biasa kenikmatan yang kau berikan. Suamiku sendiri belum pernah memperlakukan diriku sepertimu. Terima kasih sayang,” bisiknya sambil mengecup leher dan bibirku.

    Orgasme yang kedua kalinya membuat Mbak Ina terkapar tanpa seutas benang pun melekat pada tubuhnya. Kami berbaring terlentang sambil berpegangan dan meremas tangan. Aku merasa agak lelah karena sudah memuaskannya sedemikian rupa. Tak sadar aku tertidur. Beberapa saat kemudian kurasakan elusan pada dada, perut dan pahaku. Penisku yang sudah terkulai kembali bangun akibat elusan jari-jari lembut pada dirinya. Mataku kubuka perlahan dan kulihat Mbak Ina sudah berlutut di samping tubuhku sambil merabai tubuhku. “Luar biasa wanita ini. Masih sanggup bermain lagi rupanya?” kataku dalam hati.

    Aku pura-pura masih tertidur, tapi waktu kurasakan kepala penisku dikulum oleh mulut lembut Mbak Ina, aku tak kuasa lagi, erangan nikmat pun kembali kulantunkan. “Ahhhh, mau apa lagi Mbak?” Tanganku mengelus-elus rambutnya yang tergerai di perut dan dadaku.

    “Aku tak mau stand kita masih 1-2, belum 2-2. Aku mau memuaskanmu sekali lagi,” katanya.

    “Maksud Mbak gimana?” tanyaku berlagak pilon, tetapi senang juga dengan perlakuannya.

    “Tadi kan sudah kubilang supaya kita main anal, koq kau tidak lakukan?” desaknya.

    “Apa nggak sakit nanti Mbak? Aku sih mau-mau saja, apalagi kata orang enak banget rasanya. Pengen sih nyobain,” kataku menggoda.

    “Emang istrimu belum pernah kau gituin?” tanyanya.

    Aku tidak menjawab, malah balik bertanya, “Mbak sendiri apa pernah melakukannya dengan suami Mbak?”

    “Suamiku sih mau menang sendiri aja. Baru sebentar main, sudah keluar. Aku sering dibiarkan mencari kenikmatan sendiri. Jangankan main anal, main biasa aja ia sering kewalahan. Satu ronde saja sudah terkapar,” gumamnya.

    “Wah, nasib kita sama dong, Mbak” kataku. “Istriku pun masih kuno. Nggak kayak Mbak ini. Seringkali aku yang meminta baru ia mau berhubungan badan. Kalau aku diam aja, ya dia tidak pernah mau minta kusetubuhi. Padahal kami laki-laki pun senang jika istri meminta, bukan kami saja yang minta, iya nggak? Posisi kami pun gitu-gitu aja, tidak mau coba variasi macem-macem.” Entah mengapa aku begitu terbuka padanya tentang rahasia di balik ranjang perkawinanku.

    “Kasihan kamu ya!” timpalnya, “Melihat bentuk tubuhmu, nafsu seks-mu pasti sangat hebat, tapi dengan istri yang begitu, bisa-bisa jajan terus dong kamu!” katanya mencoba mengorek informasi.

    “Aku tak berani jajan, Mbak. Takut kena penyakit kelamin,” elakku. “Paling-paling kalau sudah tidak tahan, yah main “swalayan” alias pake sabun di kamar mandi. Malah dengan perempuan lain, yah baru dengan Mbak inilah,” ungkapku jujur.

    “Masak sih? Apa iya ada lelaki jujur di abad ini?” tukas Mbak Ina sambil mencubit pipiku.

    “Buat apa aku bohong Mbak, apalagi kepada wanita yang kusayangi seperti Mbak ini,” kataku.

    “Iya deh, aku percaya kata-katamu,” ia menutup percakapan kami sambil kembali memelukku dengan tubuhnya di atasku.

    Himpitan payudaranya membuatku kembali terangsang, apalagi jari-jarinya bermain di sekitar paha dan mulai merabai penis dan testisku kembali. Aku berbisik padanya, “Mbak, sudah siap main anal-nya? Aku jadi kepengen nih atas ajakan Mbak tadi?”

    “Sudah siap sejak tadi, sayang, tapi kamunya malah bikin aku kesetanan dengan orgasmeku tadi,” jawabnya.

    Kembali kuciumi seluruh tubuhnya, bahkan hingga telapak kaki dan jari-jari kakinya, hingga ia kembali mendesah, merintih dan menjerit kecil di kamar hotel itu. Dengan cairan vaginanya yang kembali membanjir, kubasahi lubang analnya dan kuperhatikan bentuknya yang begitu mungil tetapi geliatnya persis mpot-mpotan ayam seperti pernah kubaca di buku tentang seksologi. Aku tak tahan memandanginya terus, kujilati analnya dan pelan-pelan kumasukkan satu jari ke dalam. Mbak Ina mengerang. Tubuhnya kubalikkan dengan pantat di atas, sehingga dengan posisi menungging dapat kulihat lebih jelas bentuknya. Ia makin merintih waktu jariku kumasukkan lebih dalam.

    “Ayo sayang, sekarang … aku sudah tak tahan …” desahnya.

    Kutempatkan pinggulku tepat di belakang kedua belah pantatnya yang sintal dan perlahan-lahan kepala penis kugesekkan ke lubang analnya. Ia mendesah semakin lirih. Kepala penisku kudesakkan, mula-mula agak susah karena lubangnya begitu kecil. Namun begitu kuolesi lagi dengan ludahku dan cairan vaginanya, sudah semakin mudah dimasuki. Kepala penisku pun masuk dengan sukses. “Aukhhh… sakittt sayang…,” desisnya. Aku menghentikan dorongan penisku dan berniat menariknya, tetapi ia justru menarik kedua belah pahaku kembali meneruskan kegiatanku. “Oohhh, enak banget penismu sayang ….,” rintihnya.

    Aku berdiam diri sejenak, lalu kuteruskan aksiku mendorong penis makin dalam memasuki analnya. Setengah penisku sudah masuk, ia agak mendongakkan kepala seakan menahan sakit, tetapi gerakannya pantatnya malah mundur pantatnya agar penisku masuk lebih dalam lagi. Setelah penisku masuk 2/3, kutarik mundur, kumajukan lagi, demikian seterusnya. Dan kalau kurasa agak susah masuk, kembali kuberikan ludahku untuk melincinkan jalan masuk penis ke dalam analnya. Mbak Ina merintih-rintih dengan nikmat, apalagi tangan kiriku memainkan vaginanya dari depan dan tangan kananku meraih payudaranya, sehingga ia merasakan kenikmatan yang begitu luar biasa.

    “Oughhh … Guusss, ssshhh … akhhh,” desisnya seperti orang kepedasan akibat rasa nikmat yang tak terkatakan. “Terusss …. okhh …. terrussskaaan …. sayyyang … ahhhhh …”

    Rintihannya semakin kuat dan suatu ketika ia menjerit-jerit sambil menghentakkan pantatnya ke belakang hingga tak ayal lagi seluruh penisku menghunjam ke dalam analnya. Akibatnya sangat luar biasa. Aku begitu terpukau dengan gerakannya dan melakukan reaksi berupa gerakan cepat dan sesekali memutar dalam analnya.

    Mbak Ina merintih-rintih. Kedua tanganku terus bermain di vagina dan payudaranya, apalagi waktu dadaku kudekatkan merapat ke punggungnya sambil merabai payudara dan membelai serta memelintir putingnya, ia makin kuat meronta-ronta tapi tidak berusaha melepaskan hunjamanku pada analnya. Gerakannya makin liar dan akhirnya ia tidak lagi menungging, tetapi tengkurap di ranjang tetapi dengan tanganku masih meremas payudara dan vaginanya dan hebatnya, dengan posisi ini, kurasakan penisku mendapatkan lumatan yang begitu dahsyat dalam analnya.

    “Ayo sayang, ahhh …. ayyooo …. keluarin spermamu di analku, ohhhh …. tidak usah dikeluarkan di luar,” rintihnya. “Akkhhh … sayang …. oughhh… nik … mattt …., uhhhh …. ohhh …. aku keluar lagi sayangggg…. aaaakkhhhh,” jeritnya.

    Kurasakan betapa kuat jepitan otot-otot analnya pada penisku, sensasi yang luar biasa merasuki diriku dan dengan hentakan yang kuat pada analnya, penisku menyemprotkan cairan kenikmatan di dalam liang analnya. Denyutan vaginanya yang demikian basah pada jari-jari tanganku bersaing dengan remasan otot-otot di liang analnya.

    Aku terpekik merasakan kenikmatan yang begitu dahsyat, “Aku … ohhh, …. aku .. juga keluar, Mbak Ina …. ooohhh … sayyy… sayang …. akhh ….,” bisikku di telinga Mbak Ina saat menjatuhkan tubuhku di atas tubuhnya sembari menggigit pundaknya dengan gemas dengan penisku masih tetap berada di analnya. Kunikmati denyutan demi denyutan pada liang vaginanya dan analnya yang menjepit penisku. Kuangkat perlahan-lahan penisku keluar dari analnya dan kuperhatikan beberapa tetesan cairan kenikmatanku turut keluar dari analnya membasahi pangkal pahanya.

    “Penismu enak banget say…,” desahnya di telingaku sambil memiringkan tubuhnya menghadap ke arahku.

    “Enak mana dibanding suami Mbak?” godaku.

    “Enakan punyamu Gus!”

    “Emang penisku lebih besar dari punya suami Mbak?” tanyaku dengan rasa ingin tahu yang besar.

    “Ukurannya sih lebih besar dan lebih panjang dari punyamu, Gus. Tapi apa artinya kalau tidak bisa menggunakannya dengan baik? Enakan yang biasa-biasa aja kayak punyamu, tapi begitu perkasa memuaskan wanitanya,” katanya sambil meraba penisku yang mulai melembek.

    “Lho, bukannya kalau lebih besar pasti lebih enak, Mbak?” Ada sedikit rasa iri padaku mendengar pengakuannya bahwa penis suaminya lebih besar daripada penisku.

    “Yaah, itu kan kata orang. Aku yang menjadi istri lebih sepuluh tahun, bisa merasakan orgasme sekali sebulan pun sudah untung. Apalagi akhir-akhir ini seringkali cuma sekali seminggu berhubungan badan, itu pun kebanyakan karena kuminta,” paparnya. “Tahu nggak Gus, walaupun kata orang, gairah wanita makin menurun pada usia empat puluh menjelang menopause, tapi aku sendiri merasa seolah-olah gairah masa mudaku kembali lagi. Entah mengapa bisa begitu? Aku sendiri heran tuh,” lanjutnya.

    “Kan ada aku, Mbak? Kalau butuh kenikmatan, aku tidak akan menolak Mbak,” rayuku.

    “Gus, Gus …. kamu ternyata pandai memuaskan dan menyenangkan wanita,” katanya menanggapi rayuanku, “Tapi jangan lupa, kalau di Jakarta, mana mungkin kita begini? Bisa-bisa rumah tangga kita masing-masing hancur, iya nggak?”

    Aku terdiam menyimak kata-katanya sambil mengelus-elus rambutnya di keningnya dan yang tergerai di dadaku. “Ya, benar Mbak. Apalagi reputasi Mbak begitu bagus selama ini. Bisa-bisa semuanya jadi tak berarti kalau perselingkuhan kita ketahuan ya?”

    “Benar Gus,” jawabnya, “Tapi, jangan biarkan aku sendiri tidur kalau tugas berdua seperti ini lagi keluar kota ya?” pintanya.

    “Emang masih boleh nanti-nanti, Mbak? Apa nggak takut ketahuan kenalan kita jika kebetulan ketemu?” tukasku.

    “Ah, kalau lagi tugas gini, kita tetap aja pesan dua kamar terpisah, tapi kalau malam tidurnya bareng,” imbuhnya membuat hatiku berbunga-bunga. “Berarti masih ada kesempatan lain untuk bermesraan dengannya, walaupun mungkin ia takkan pernah mau melakukan hubungan badan lewat vaginanya,” pikirku nakal.

    “Duhh, aku senang banget mendengar kata-kata Mbak,” kataku. “Lebih enak tidur berdua gini, bisa makin fresh kalau balik ke Jakarta ya?”

    Ia tidak menjawab, hanya tersenyum dan memainkan jari-jarinya di dadaku. Aku berbaring terlentang di sebelahnya dan ia berbaring lelah dengan kepalanya di dadaku sambil mengusap-usap perut dan penisku. Matanya terpejam dan iapun tertidur. Aku pun tak kuasa menahan kelopak mataku, tapi sebelum tertidur dalam posisi telanjang, masih sempat kutoleh jam dinding menunjukkan angka 4.

    Waktu terbangun, aku merasa tubuh Mbak Ina masih tergolek di atas tubuhku. Tangannya masih memegangi penisku yang sudah layu dengan sisa-sisa sperma yang telah mengering. Kutengok jam telah menunjukkan pukul 7 pagi, berarti aku tertidur selama 3 jam. Aku ingin bangun dan berusaha memindahkan tubuhnya ke sampingku, tetapi tiba-tiba Mbak Ina meraih pinggangku sehingga tubuhku rebah di atas tubuhnya. Payudaranya kurasa kenyal, liat, belum kendor, menekan dadaku, apalagi kutoleh putingnya sudah tegang lagi. “Ah… kuat benar nafsu wanita ini, padahal dalam keseharian ia tampil begitu sopan, tidak nampak binal sama sekali,” batinku.

    Dengan mata masih terpejam, ia menciumi bibirku dan mengusap-usap punggungku sambil berkata, “Sayangku, betapa nikmat kebersamaan kita tadi.” Aku menggulirkan tubuhku ke sampingnya dan memandangi wajahnya dengan memiringkan tubuh, “Ya Mbak, aku merasa seperti musafir kehausan yang baru menemukan oase,” sambutku sambil membelai-belai anak-anak rambut di keningnya.

    “Gusss,” bisiknya lembut di telingaku sambil menciumi belakang telingaku hingga desah napasnya terasa menggelitik membuatku geli tapi nikmat. “Aku mau sarapan …”

    “Ayo Mbak, apa kupesankan breakfast by phone?” timpalku.

    “Bukan sarapan itu maksudku, sayang,” desahnya sambil mencubiti kedua putingku bergantian, “Aku mau mengulangi kemesraan kita yang tadi … please!” sahutnya menghiba.

    Gairahku bergolak kembali, apalagi ia langsung bergerak ke arah selangkanganku dan menempatkan tubuhnya di atas tubuhku dengan posisi terbalik. Kepalanya ia tempatkan di pangkal pahaku, sedangkan pahanya mencari tempat di atas wajahku. Jari-jari tangannya meraih penisku, dengan bibir dan lidahnya ia mengecup kepala dan leher penisku, kemudian menjilatinya seperti anak kecil yang kesenangan menikmati es krim. Aku tak kuasa menolakkan tubuhnya, bahkan mulai menikmati posisi 69 yang ia tawarkan. Vaginanya mulai terasa basah lagi sewaktu bibir dan lidahku menyeruak menjilati bibir-bibir vaginanya yang merah merona. Kedua tanganku kulingkarkan ke atas hingga tepat memegang kedua belahan pantatnya. Remasan demi remasan di pantatnya membuatnya mengerang, “Ahhh … nikmatnya say.”

    Lidahku makin gesit bermain menjilati kedua labia vaginanya, bahkan bibirku mulai mengisap secara bergantian bibir-bibir yang menyimpan kenikmatan itu. Saat kujilat klitorisnya, pahanya nampak bergetar menahan nikmat, apalagi saat jari telunjukku kumasukkan lagi menerobos analnya, ia semakin merintih bahkan sesekali menjerit. Tetapi ia tidak berusaha mengangkat pantatnya dari jilatan dan hisapanku; bahkan ia semakin kuat menekan pantatnya ke bawah hingga kurasakan hidung dan mulutku terbenam pada vaginanya yang merekah. “Ohhh… Agusss…., terusss … teruskan sayangkuuuu….,” desahnya sambil meliuk-liukkan pinggulnya. “Sekarang, sekarang masukkan lagi penismu di analku, sayanggghhh …. ooougghh ….,” rintihnya sambil berbalik terlentang dan membuka kedua pahanya lebar-lebar. Ohhh, sungguh fantastis, dibawah cahaya mentari yang masuk lewat gordijn jendela kamar hotel, kulihat betapa indah bentuk vaginanya yang telah kumesrai semalam.

    Aku berlutut di antara kedua pahanya. Ia sudah menggelepar-gelepar seperti ikan terlempar dari air ke daratan, karena jari-jari tanganku terus bermain di klitoris dan vaginanya. Kedua tangannya kini meremas-remas payudara dan putingnya, matanya membeliak karena kenikmatan yang ia rasakan. Kedua kakinya kutarik lembut dan kuletakkan ke atas bahuku sambil mendekatkan lutut makin rapat ke pangkal pahanya. Jari-jariku mengait-ngait klitoris dan vaginanya dan cairan kenikmatan yang dihasilkan rongga vaginanya kuusapkan di analnya, juga air ludahku untuk menambah licinnya penetrasi penisku, bahkan kumasukkan jari telunjuk kanan ke dalamnya. Ia mengerang sambil terus meremas-remas dan mempermainkan payudaranya sendiri. Aku terpukau melihat gayanya. Ternyata Mbak Ina yang begitu tenang dalam penampilan di kantor, menyimpan kekuatan seks yang sangat hebat. Gayanya mengingatkanku pada pola permainan bintang film porno.

    Setelah kurasa cairan vaginanya bercampur air ludahku telah cukup sebagai pelumas untuk memberi jalan bagi penisku, kepala penis kutempatkan di mulut analnya, mengulas-ulasnya beberapa saat, dan kumasukkan pelan-pelan sambil memperbaiki letak kakinya di pundakku. “Akhh …. sshhhh … ougghhh … pelan-pelan sayanggghhh….akhhh,” rintihnya dan kedua tangannya seakan-akan ingin menolakkan pahaku, tetapi waktu kutarik mundur penisku dari analnya, kedua tangannya justru meraih pahaku untuk semakin rapat ke pahanya. Aku kembali melakukan tekanan dengan tenaga yang makin meninggi, walaupun belum berani memasuk-keluarkan penis dengan gerakan cepat di analnya, khawatir terjadi iritasi pada analnya. “Terus … ohhhh … te..russs…kan ….. sayyyanggg …. akhhhhhh,” mulutnya mendesis sambil lidahnya ia julurkan keluar mulutnya dan menjilati bibirnya sendiri. Semakin lengkap penampilannya kulihat sebagai bintang seks.

    Penisku sudah lebih setengah bermain di analnya, tetapi ia justru makin memajukan pahanya agar penisku masuk lebih dalam lagi. Kedua tangannya meraih kedua pahaku agar lebih rapat lagi ke pahanya. Dan waktu penisku masuk seluruhnya, tubuhnya terasa mengejang, sehingga aku sempat kaget dan menghentikan gerakanku.

    “Ada apa, Mbak? Apakah aku menyakitimu?” tanyaku lembut.

    “Ohhh… tidak, tidak sayang…. Teruskan, teruskan … akkhhh… enn…nak sayang….” ia merintih sambil menghempaskan kepalanya ke kanan kiri. Tangannya bergantian bermain di payudaranya dan sesekali meremas-remas sprei ranjang.

    Kedua kakinya sudah hampir tegak lurus terhadap tubuhnya, berjuntai di pundakku. Kupercepat gerakan penis di analnya sambil jari-jariku kembali merangsang klitoris dan vaginanya, bahkan dua jariku kumasukkan ke dalam vaginanya, hingga ia terpekik.

    “Gussss!!! Ahhh …. nikmatttt sayyy …” rintihannya. Suara kecipak penisku beradu dengan analnya dan jari-jariku masuk keluar vaginanya melantunkan irama yang sangat nikmat untuk didengar. Gerakan kami semakin liar dan tak beraturan. Rintihan kami berdua bercampur bunyi kelamin kami. Penisku makin cepat kuhunjamkan ke analnya hingga terasa ada jepitan yang begitu kuat di kepala penisku. “Ahhh… koq rasanya seperti vagina saja jadinya?” pikirku.

    “Ayo say … goyang … goyang yang kuat,” katanya sambil menikmati gerakan pantatku yang tidak lagi hanya maju mundur, tetapi juga menggunakan gerakan ngebor. Tanganku tidak lagi hanya bermain di vagina dan klitorisnya, tetapi juga meremas payudara dan menarik-narik dan memelintir putingnya hingga nampak warnanya semakin merah akibat jamahan dan jepitan jari-jariku. Keringatku tak kurasakan lagi mengucur dan menetes ke perutnya. Begitu pula keringat Mbak Ina telah membasahi tubuhnya membuatku semakin terangsang melihat payudara, perut dan pahanya yang nampak seakan-akan bercahaya.

    “Akhhh …. Gus …. sayaaannggg … akkkkhu …. keluarrrr … arrhggg….” jeritnya sambil menghempaskan pantatnya makin dalam hingga seluruh penisku ditelan analnya dan kedua kakinya menjepit kepalaku dengan kuatnya. Kurasakan betapa otot-otot vagina dan analnya berdenyut-denyut akibat orgasme yang sudah melanda dirinya. Mbak Ina terengah-engah

    “Okhhh …. Mbak, tahannn …. biar bareng denganku,” pintaku.

    “Oougg … sshhh … ahhh … aku sudah tidak kuatttt ….. oooooohhhh Gusss…” teriaknya membahana dan kurasakan cairan vaginanya begitu banyak membanjir membasahi jari-jariku dan jepitan analnya menahan penisku hingga tak bisa kutarik mundur. Aku pun mengerang sambil memeluk kedua kakinya di dadaku dan merasakan penisku berdenyut-denyut semakin kuat, pertanda akan mencapai klimaks.

    “Mbaakkkk ….. ohhhh sayangkuuu…. ” gumamku sambil menikmati puncak kenikmatan bersama dirinya. Dengan cepat kurebahkan dia dan menarik penisku dari analnya lalu dengan lahap melumat vaginanya dan menyedot cairannya yang membanjir hingga menetes ke sela-sela pahanya. Ia menggeliat-geliat geli merasakan bibir dan lidahku menyedot cairan vaginanya dengan sangat bernafsu. Sprei di ranjangnya sudah acak-acakan akibat permainan panas kami berdua yang begitu menggebu-gebu.

    Akhirnya, kami berdua berbaring bersisian sambil menenangkan diri, hingga lambat laun napas kami kembali normal. Ia mengambil handuk kecil dan melap peluh yang ada di tubuhku barulah kemudian ia sendiri mengeringkan tubuhnya dari keringatnya. Kami terlentang berdua sambil menatap langit-langit kamar hotel dengan tangan saling menggenggam.

    Setelah itu kami mandi berduaan di bathtub. Saling menyabuni satu sama lain. Ia menolak halus waktu kuelus-elus payudara dan vaginanya dengan sabun sambil merangsangnya kembali. “Sudah Gus, aku capek… ntar lagi deh kalau mau ….” Kami berdua keluar kamar mandi. Sambil memandanginya berpakaian dan berdandan, aku memesan makanan diantarkan ke kamar. Ia mengenakan celana pendek dan baju you can see tanpa mengenakan BH.

    Kami makan berdua sambil menikmati siaran televisi. Jam sudah menunjukkan pukul 10. Aku pamit ke kamarku, walaupun ia merengek mau mencegah kepergianku. Saat di kamar, telepon berdering-dering terus begitu juga ponselku, tetapi waktu kulihat nomor ponselnya yang memanggil, sengaja tak kujawab. Lima belas menit kemudian aku kembali ke kamarnya dan mengetuk. Pintu kamarnya terbuka dan kulihat wajahnya cemberut, “Kenapa sih tidak mau jawab teleponku?” tanyanya sambil mencubit lengan atasku dengan gemas.

    “Addduhhh, sakit Mbak,” jeritku sambil menutup pintu di belakang kami. Ia menarik tanganku dan mendorongku hingga rebah ke atas ranjangnya. Lalu tubuhnya jatuh menimpaku tanpa dapat kucegah. Payudaranya yang kenyal menekan dadaku dan bibirnya menjejahi wajahku hingga aku gelagapan dibuatnya. Kembali kami mereguk kenikmatan demi kenikmatan hingga sore hari saat kami check-out dari hotel tersebut menuju Bandar Udara kembali ke Jakarta. Di atas pesawat ke Jakarta, aku merenungi kejadian dua hari itu sambil membaui aroma tubuh Mbak Ina yang tertidur dengan kepala rebah ke bahuku. Ah, benar-benar kenangan manis yang tak terlupakan. Akankah ada lagi kelanjutannya?

    Sepulang dari pertemuan di Yogya, Mbak Ina tetap bersikap biasa-biasa padaku di kantor. Aku juga tidak berusaha memancing percakapan yang bersifat pribadi atau memandangnya dengan tatapan sayang, agar tidak menimbulkan kecurigaan teman-teman sekantor. Begitulah, di lingkungan kantor ia tetap seorang Ibu Ina yang tegas, tetapi ramah, baik kepada karyawan dan setia pada keluarga. Tetapi dalam hatiku ia kuanggap sebagai kekasih.

    Empat bulan setelah penugasan ke Yogya, aku dipanggil oleh Direktur Utama. “Saudara Agus, saya memanggil saudara untuk memberitahukan bahwa minggu depan ada pertemuan sangat penting tentang quality control of product untuk regional Asia di Singapura. Lamanya 3 hari. Orang yang saya percayai untuk hadir pada pertemuan itu adalah Ibu Ina dan saudara Agus. Mengapa? Sebab berdasarkan catatan psikolog perusahaan dan rekomendasi dari Ibu Ina serta memperhatikan kinerja saudara selama ini, saudara sudah mampu bekerja pada bagian yang Ibu Ina pimpin. Dan sepulang dari Singapura, saudara akan kami berikan tugas baru sebagai Manager Assisstant Ibu Ina, tentunya dengan standar penghasilan dan fasilitas sebagaimana mestinya. Kami harap saudara bersedia menerima tugas dan promosi ini.”

    “Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada saya, Pak, tapi saya minta ijin untuk melakukan adaptasi dalam waktu 2 minggu agar dapat mempelajari hal-hal yang menjadi kewajiban saya. Mudah-mudahan saya tidak mengecewakan Bapak dan pimpinan lain atas kepercayaan yang diberikan,” aku menjawab dengan riang, apalagi membayangkan berduaan lagi dengan Mbak Ina.

    Pada hari yang ditentukan, Mbak Ina berangkat denganku menuju Singapura. Kami masih memiliki waktu sehari untuk bersiap-siap mengikuti pertemuan regional tersebut. Waktu berada di pesawat, Mbak Ina berbisik padaku, “Gus, jangan lupa ya, tiap malam kamu harus tidur di kamarku lho, walaupun kita tetap menyewa dua kamar hotel.”

    “Tentu saja, Mbak. Dengan senang hati,” balasku.

    Setiba di Singapura, kami naik taxi menuju hotel yang telah dipesan dari Jakarta. Kami diantar oleh room boy hotel ke kamar masing-masing. Baru lima belas menit di kamar, telepon berdering, “Hello, Dik Agus, ke kamarku aja dulu sekarang ya?” kudengar suara Mbak Ina.

    “Iya Mbak. Ha.. ha.. sabaarr, ojo kesusu yo Mbak!” godaku sambil tertawa.

    “Iiihhh, ngomong kesusu, udah ngeres aja kamu ya? Hi … hi … hi …” sambutnya terkikik lembut. “Pokoknya buruan, lewat dari sepuluh menit, pintu tidak dibuka lagi,” ancamnya.

    “Daulat Tuan Puteri, hamba akan segera datang memenuhi panggilan Tuanku,” kujawab ancamannya dengan rayuan.

    Agar tidak ada yang curiga apabila memergoki aku masuk ke kamar wanita yang bukan isteriku, aku datang menenteng tas berisi notebook dan berpakaian rapi. Tidak sampai lima menit, aku sudah berdiri di depan kamarnya dan mengetuk. Aku terpana, tanganku ditarik masuk dan dengan cepat pintu telah ditutup oleh Mbak Ina yang sudah berdiri di depanku dengan hanya mengenakan celana dalam dan BH. Tubuhnya yang langsing begitu sexy, pinggulnya begitu indah dan pantatnya yang padat serta dada yang agak membusung meskipun payudaranya tidak begitu besar, membuat mataku cepat mengirimkan info ke otak. Aku merasa darahku mengalir semakin cepat di sekujur tubuhku. Wajahku langsung memerah melihat penampilannya dan desakan di pangkal pahaku semakin sempit terasa karena reaksi alami.

    “Kita mandi dulu yuk,” ajaknya sambil membukai dasi, baju dan celanaku, hingga aku hanya benar-benar telanjang bulat di hadapannya. “Luar biasa! Mbak Ina yang sangat berwibawa di kantor, rela memberikan tubuhnya bagiku,” batinku. Ditariknya tanganku setengah menyeret dan dengan cepat ia melepaskan celana dalam dan BH-nya, sehingga kami berdua berjalan ke kamar mandi bagaikan dua bayi raksasa yang siap berendam di bathtub.

    Sesampainya di dalam, kulihat air hangat di bathtub telah penuh dan wangi-wangian rempah begitu semerbak memenuhi kamar mandi tersebut. Rupanya Mbak Ina sebelumnya membawa bekal untuk menambah sensasi kebersamaan kami. Kami pun bergandengan tangan masuk ke dalam bathtub. Dalam keadaan masih berdiri kami berpelukan dan berciuman dengan ganas, maklum telah empat bulan berlalu sejak kejadian di Yogya, kami sama-sama rindu suasana penuh kegilaan itu lagi. Sambil terus berciuman kami duduk berhadapan di bathtub, tangan kami saling mengelus tubuh yang lain. Payudaranya kuremas-remas dengan lembut, putingnya kubelai-belai. Ia membalik tubuhnya dan duduk di pangkuanku. Penisku kurasa sudah begitu tegang apalagi waktu pantatnya turun menindih kedua belah pahaku. Kedua pahanya agak dibuka dan memberi ruang bagi penisku untuk bersentuhan dalam air dengan rambut-rambut kemaluannya. Aku mengambil sabun dan menyabuni bahu, punggung, pinggulnya, kemudian tanganku bergerak ke bagian depan tubuhnya menyabuni pundak depannya, turun ke payudara, di situ kedua tanganku mengelus-elus kedua puting payudaranya, juga meremas kedua belah payudaranya dengan gerakan melingkar, hingga ia mendesah-desak nikmat.

    “Oohhh, ya …. ya, gitu Gus. Ssshhh…., addduuuhhh …. enak …. oughhh nikmatnya Gus?” serunya sambil tangannya mengelus-elus penisku yang dijepit oleh kedua pahanya yang kupangku.

    “Ohhh … shhhh … udah dulu Gus, aku sudah tak tahan … ntar kita teruskan … di ranjang. Aku mulai kedinginan nih,” tiba-tiba ia bangkit berdiri dan membilas tubuhnya dengan air yang mengucur dari shower. Kubiarkan ia meraih handuk dan melap tubuhnya sambil berjalan keluar. Aku pun segera menyelesaikan mandi, mengambil handuk dan dengan cepat mengeringkan tubuhku.

    Kulihat ia sudah berbaring di ranjang di bawah selimut. Aku melompat ke ranjang dengan bertelanjang, hingga ia tersenyum melihat ulahku. Kubuka selimutnya dan masuk ke bawah selimut bersama-sama dengan Mbak Ina. Wah, ternyata ia sama saja denganku, sama-sama bertelanjang. Tiba-tiba kedua tangannya meraih kepalaku dan menciumi pipiku, hidungku dan berhenti di bibirku. Kami saling melumat dengan ganas dan lidah kami saling memilin. Geliatnya semakin tak menentu saat tanganku meremas kedua bulatan di dadanya, terlebih lagi waktu jari-jariku bermain di putingnya dan melumatnya dengan bibirku.

    “Ahh… ekhh … sshhh… Gus …. terus …. terusss…. shhh,” rintihnya.

    Lidahku bermain turun dari klitorisnya, kedua belah bibir bawahnya tak luput dari jilatan dan kuluman lidah dan permainan bibirku. Dengan jari-jariku, kukuakkan kedua labianya ke kanan kiri sehingga terlihat warna merah merona vaginanya yang indah. “Akkkhh … nikmattthhh …. Guuusss….. oooohhhhhhhhhhhhhhhh ….” jeritnya sewaktu lidahku kusapukan ke bagian dalam vaginanya yang terpampang lebar karena kedua labianya kutarik ke kanan kiri. Ia terengah-engah karena rasa nikmat yang semakin memuncak. Kulihat keringat mulai menetes di lehernya, juga dada, perut dan pinggangnya.

    Lidahku terus turun hingga melewati ujung bawah vaginanya. Kini sasaranku adalah lubang analnya. Kuarahkan hidung mengendus-endus analnya. Ia menggeliat kegelian, tetapi tidak berusaha menolakkan kepalaku. Bibirku mulai menciumi tepi-tepi analnya dan lidahku mulai mencari-cari lubang analnya. Jari-jariku kupakai untuk membuka analnya lebih lebar sehingga lidahku masuk ke analnya. Mendapat perlakuan demikian, pantatnya tiba-tiba terangkat ke atas dan rintihannya semakin keras mengatasi suara televisi yang sedang menyiarkan warta berita. “Ihhhhh …. nikmaaaaattthhhhh ….” Analnya terus kujilati sambil jari-jariku terus mengusap-usap labia dan klitorisnya.

    “Okkhhhhh ….. ssshhhhh … Gussss, aku tak kuuuu….att ….. ahhhhhh….. aku mau … ke …. kelll…..luarrrrr …..” ia menjerit-jerit sambil menggeliat-geliat. Tiba-tiba kurasakan vaginanya membanjir dengan cairan yang cukup banyak. Tak mau kehilangan momentum yang menentukan, kuarahkan bibir dan mulutku ke vaginanya dan menyedot dengan rakusnya cairan kenikmatan yang dihasilkannya. Telunjuk kiriku masuk ke vaginanya, menusuk dalam-dalam sedangkan telunjuk tangan kananku dengan cepat menembus analnya hingga lebih setengah jariku ditelan analnya yang berdenyut-denyut menjepit jariku.

    “Sayannnnngggg …oohhh …. akkk ….. ku keluarrrrr …..” teriaknya sambil kepalanya dihempas-hempaskan ke kiri dan kanan. Tangannya meremas-remas kedua buah dadanya dengan ganas dan pahanya dirapatkan dengan jariku masih terjepit dalam analnya.

    Sesudahnya ia tergolek lemas dengan senyum manis dan tatapan sayu ke arahku. Aku membalas dengan mengecup bibirnya berbagi cairan kenikmatannya yang masih tersisa di mulutku. Ia amat bergairah menyambut ciumanku dan tidak merasa jijik menjilati cairannya yang ada di mulutku.

    Tubuhku kuletakkan miring memeluk dirinya dari belakang. Sambil kuelus-elus bahu, pinggang dan pinggulnya, penisku mengambil posisi tepat di belakang pantatnya. Kurenggangkan sedikit pahanya dan perlahan-lahan penisku mencari-cari lubang analnya. Karena begitu sempit, kugunakan lagi jari-jariku meraba dan menusuk analnya setelah membasahinya dengan ludahku. Ia tersentak dengan style yang kupakai sekarang. Analnya semakin membesar saat topi baja kepala penisku memasuki sedikit demi sedikit. Kuhunjamkan penisku semakin dalam dan ia kembali mengerang. Kembali birahinya naik menyambut tusukan-tusukan mautku dan remasan jari-jariku di payudaranya. Karena posisinya demikian kritis, penisku masuk sebagian saja ke dalam analnya. Merasa kurang sreg, aku menggulingkan tubuhnya hingga tengkurap dan penisku masuk seluruhnya hingga ia mendongakkan kepala dengan jeritan kuat,

    “Gus …. ohhhhh … pelan-pelan, oohhh …. ssshhhh …. sssaaakiiittt….”

    “Tenang say, ntar lagi juga bakal enak kau rasakan ….” hiburku sambil menarik penisku dan memasukkannya lagi dengan gerakan yang lebih lambat.

    Benar saja, bukannya merasa sakit, perlahan-lahan Mbak Ina merasakan nikmat yang tak terhingga saat penisku kembali masuk keluar analnya, apalagi jari-jari tanganku turut merogoh vaginanya dari depan merangsang klitoris dan labianya yang membanjir dengan cairan kenikmatan. “Sssrrrt…. crrett … ssrrrt … crrrtt,” terdengar suara yang aneh saat penisku melesak maju mundur dalam analnya.

    “Sssshhh …. aaahhh ….. ekkk …… sssshhh…… ooooougggghhhhh…..” lenguhnya berusaha menahan agar tidak cepat-cepat orgasme. Tapi ia tak kuasa menahan lebih lama lagi, pantatnya yang menjepit penisku dalam analnya bergetar hebat hingga kurasa penisku tak dapat kutarik mundur maju lagi, terjepit dengan ketatnya dalam analnya; dan dengan suatu sentakan luar biasa, ia merapatkan bongkah pantatnya dengan telak ke arah penisku. “Ooouwww …………… sshhhh ….. aaaaahhhhhkkk …. aku dapat Gussss….!” teriaknya kuat hingga aku sendiri terkejut mendengar jeritan birahinya.

    “Crot …. crrooootttt … crrooootttt …” penisku tak mampu lagi kutahan, dengan hebat menyemprotkan air mani dalam analnya. “Ahhhhhhh…. akkkkuuuuu …. keluar Mbbbbaakkkkk!” desahku sambil menghunjamkan dalam-dalam penis ke dalam bongkahan pantatnya yang sangat merangsang.

    Masih menindih tubuhnya yang menelungkup dari atas, aku mulai meredakan napas dan mengatur detak jantungku yang begitu kencang, dan berguling ke sampingnya dengan tetap memeluk pinggulnya hingga terlentang dengan tubuhnya kini berada di atasku.

    “Gus, Gus, kamu tidak berat ditindih badanku begini?” tanya Mbak Ina.

    “Hmmm, nggak apa-apa, Mbak. Apalagi ada kompensasinya koq, penisku
    masih menikmati kuluman analmu,” jawabku.

    “Iihhhhh jorok …., nyebut-nyebut anal,” katanya.

    “Biarin jorok, yang penting nikmat, Mbak ….” aku menimpali ucapannya, “Kalau begini terus tiap malam di Singapura ini, wah … rasanya seperti berbulan madu dong Mbak?”

    “Enak aja kamu Gus! Kita kemari kan buat kerja,” tandasnya mengingatkan maksud kami datang ke Singapura. “Ini kan selingan buat menumpahkan rindu sejak pulang dari Yogya,” tambahnya.

    Aku tersenyum mendengar kata-katanya. “Iya deh Mbak. Tugas tetap tugas, tapi pacaran juga jalan terus kan?” gurauku.

    Ia tertawa kecil dan sambil menggulingkan tubuhnya ke sampingku ia bertanya, “Kamu senang ikut tugas kantor denganku, Gus?” Belum sempat kujawab pertanyaannya, ia berkata lagi, “Aku yang mendesak pimpinan agar kamu ditaruh pada bagianku dan menjadi asistenku. Tadinya ada manajer lain yang memintamu ke bagiannya, tapi berkat argumentasiku dan didukung oleh evaluasi dari bagian personalia, kamu disetujui pindah ke tempatku.”

    “Aku sempat kaget, Mbak. Koq tiba-tiba ditawari posisi baru padahal masih ada beban kerja di bagianku yang harus kuselesaikan tahun ini,” kataku. “Rupanya Mbak Ina yang menjadi dalang di balik semua ini?”

    “Jadi kamu nggak suka atas ulahku memindahkanmu?” desisnya sambil memandangku tajam.

    “Wah, keluar galaknya,” pikirku.

    “Ouww, jangan salah sangka, Mbak. Aku justru sangat senang dan berterima kasih mendapat promosi. Cuma tidak menduga sebelumnya bahwa Mbak turut berperan atas hal ini,” kataku sambil mencium bibirnya lembut. Ia membalas ciumanku dan mengulum serta mengisap lidahku.

    Kami kemudian tidur sambil berpelukan di bawah berselimut. Kira-kira sejam kemudian aku tersentak mendengar dering telepon. Ingin kuraih, tapi khawatir itu untuknya, maka kuguncang-guncangkan bahunya agar menerima telepon tersebut.

    “Hallo, I am Mrs. Ina,” katanya menjawab nada panggilan di seberang sana.

    Aku memeluk tubuhnya yang telanjang dari belakang dan kudekatkan telingaku ke telinganya, lalu kudengar suara dari seberang sana. Rupanya dari Direktur Utama kami.

    “Bagaimana perjalanan kalian? Apakah semuanya berjalan baik?”

    “Yes, oh … ya .. ya, Pak, kami baik-baik saja. Perjalanan kami lancar dan kami sudah berada di hotel untuk mempersiapkan diri pada pertemuan besok,” jawabnya.

    “Saya berkali-kali menelepon ke kamar Agus, tapi tidak diangkat. Apakah ia keluar hotel?”

    “Celaka, rupanya The Big Boss mencari jejakku,” pikirku.

    “Tadi begitu tiba di hotel, ia minta ijin tidak mau diganggu, Pak. Katanya semalam ia tidur larut malam karena mempersiapkan presentasi kami untuk pertemuan besok. Mungkin ia sedang bermimpi indah di kamarnya, Pak,” jawabnya berbohong. Gila benar, cepat sekali si Cantik ini memberi argumentasi yang membuat atasan kami senang.

    “Baiklah, jika demikian, silakan beristirahat agar penampilan kalian besok benar-benar prima. Sampaikan salam saya kepada Agus. Sukses ya!” kembali suara Direktur Utama kami terdengar.

    “Ok Pak, saya sampaikan salam Bapak nanti dan doakan kami agar tidak mengecewakan Bapak dan perusahaan. Salam kami kembali buat Bapak,” katanya menutup pembicaraan dan meletakkan gagang telepon.

    Masih memeluk pinggangnya dari belakang, bibirku menghembuskan napas di belakang telinganya hingga ia kegelian lalu lidahku menjilati lehernya yang jenjang hingga turun ke kuduknya. Di situ kubuat kecupan agak kuat hingga ia mendesah-desah. Apalagi sewaktu bahunya kuciumi dan kujilati dengan lembut. Ia mengerang dan desahannya seperti orang kepedasan karena makan cabai. Ciuman dan jilatanku semakin turun ke punggung, pinggang dan pinggulnya. Ia semakin menjadi-jadi meliuk-liukkan tubuhnya. Kudengar suaranya sambil mendesah,

    “Gus, apakah kamu pernah melakukan seperti ini dengan perempuan lain selain isterimu dan aku?”

    “Mbak, Mbak, mana berani aku berbuat begini. Dengan Mbak aja hanya karena “gayung bersambut” maka aku mau. Aku takut kena penyakit kelamin, Mbak,” jawabku.

    “Jadi kamu jujur nih tidak pernah begini dengan yang lain?” desaknya,

    “Soalnya aku tak mau kalau suatu waktu kena penyakit karena tertular darimu yang pernah main dengan perempuan lain. Apalagi kita cuma bisa main anal, karena aku tak mau kau coblos vaginaku.”

    “Jujur Mbak,” kataku. Memang aku tak pernah berpikir jajan atau berbuat begini dengan yang lain, bahkan ada beberapa gadis di kantor yang pernah menggodaku atau menaksirku baik terang-terangan maupun secara diam-diam, tidak pernah kugubris. “Aku cuma setia padamu dan istriku, Mbak Ina sayang,” rayuku.

    “Aku perlu kejujuranmu agar tiada sesal diantara kita kelak,” ungkapnya. “Biar saja Tuhan Sendiri yang menyaksikan kebinalan kita, tetapi rumah tangga kita tetap kita pelihara,” katanya lagi.

    Aku terdiam dan menghentikan elusan tangan dan permainan bibir dan lidahku sambil merenungkan kata-katanya barusan.

    “Lho, koq jadi diam? Tersinggung dengan kata-kataku barusan ya?” ia bertanya sambil menoleh ke belakang hingga hidungnya menyentuh pipi dan hidungku. “Terusin dong …” rajuknya sambil tangannya meraih tanganku yang memeluk pinggangnya agar naik meraba payudaranya kembali.

    “Aku terharu aja Mbak,” kataku. “Mbak tidak menuntut apa-apa dariku selain kebersihan diri seperti itu, walaupun aku sadari dosaku menggoda Mbak.”

    “Sssttt, jangan bicara begitu. Tidak ada yang salah. Bukan kau yang menggodaku, justru aku yang harus tahu diri dan tidak menggodamu,” bantahnya. “Tak perlu menyesali semua yang sudah-sudah. Yang penting kita berdua pandai-pandai membawa diri agar hanya kitalah yang tahu dan Tuhan bahwa kita saling menyayangi dan ingin berbagi kasih. Itupun tidak tiap kali kita melakukan hal begini. Paling-paling saat keluar kota atau keluar negeri seperti sekarang. Yang kuminta padamu Agus sayang, adalah jangan keterusan bersetubuh denganku lewat vaginaku, agar setidak-tidaknya masih ada bagian yang tersisa pada tubuhku yang hanya boleh dimiliki dan dinikmati oleh suamiku.”

    “Ya Mbak. Aku memang tergoda melihat vaginamu dan payudaramu serta seluruh organ tubuhmu yang sangat menawan. Bahkan waktu di Yogya aku sangat berhasrat memasukkan penisku ke dalam vaginamu. Untungnya aku masih sadar dan menahan diri. Entah nanti. Tapi kuharap jangan segan-segan menamparku apabila aku tak dapat menguasai diri, mana tahu Mbak kupaksa dan kuperkosa suatu waktu,” pintaku.

    “Justru itu Gus. Aku tak ingin ada kekasaran diantara kita. Biarlah kita menikmati kasih ini dengan cara kita sendiri tanpa harus menggunakan yang satu itu. Aku rela jika kau minta terus-terusan memasukkan penismu di mulutku atau analku, tapi ke vaginaku kuharap tidak kau lakukan, kecuali jika hanya bagian kepala hingga leher penismu saja masuk ke vaginaku. Bagaimana Gus, kau mau berjanji padaku?” tuntutnya sambil melingkarkan kedua tangannya ke leherku.

    “Aku tidak mau berjanji, Mbak, sebab janji adalah hutang. Tapi aku akan selalu berusaha untuk menahan diri agar tidak mengecewakan dirimu Mbak. Mudah-mudahan hubungan aneh kita ini tidak membuat kita saling menyakiti kelak dan tidak ada yang akan dipermalukan diantara kita berdua. Semoga hubungan gelap kita ini hanya Tuhan dan kita berdua yang tahu dan biarlah Dia memaafkan kita atas perbuatan kita ini. Sebab aku tulus mengasihi Mbak dan tidak ingin merusak kepercayaan yang sudah Mbak tanamkan padaku,” tekadku.

    Mbak Ina memelukku erat-erat dan mengecup leherku. Agak lama ia berbuat demikian hingga kurasakan ada aliran air hangat membasahi leherku turun ke dadaku. “Mungkin ia menangis,” pikirku. Benar saja, kemudian ia melepaskan wajahnya dari leher dan dadaku. Kupandang matanya berair dan sebagian membasahi pipinya. “Mengapa Mbak menangis?” aku bertanya lugu.

    “Aku terharu, Gus. Masih ada pria sebaik dirimu yang mengasihiku dengan tulus, tidak menuntut yang bukan-bukan. Andaikan dengan lelaki lain, barangkali sudah sejak di Yogya aku tak punya muka lagi melihat dunia karena melakukan persetubuhan dengan pria yang bukan suamiku. Mana ada buaya menolak bangkai, bukan? Pasti ajakanku menemani sekamar saja sudah diartikan untuk melakukan hubungan badan, iya nggak?” katanya.

    “Aku senang karena mencintai perempuan sebaik Mbak Ina,” kataku.
    “Memang sukar untuk tidak melakukan persetubuhan apalagi jika melihat wanita secantik Mbak. Aku justru karena sungguh-sungguh menyayangi Mbak sejak awal masuk perusahaan, sehingga tidak pernah berpikiran merusak diri Mbak.” lanjutku.

    “Ok sayang, sekarang … mumpung masih ada waktu tersedia sebelum kita bekerja besok, mari kita reguk kenikmatan kembali,” ajaknya sambil menghujani dadaku dengan ciuman-ciuman yang menggairahkan. Putingku dilumat oleh lidahnya dan bibirnya mengecup kedua putingku bergantian hingga kulihat ada cupang berwarna kemerah-merahan bekas kecupan bibirnya. Birahiku kembali membuncah mendapat perlakuan demikian. Kubalas dengan menaruh kedua pahanya di atas pahaku dan memeluk dirinya erat-erat sambil meremas-remas kedua buah dadanya. Kembali ia mengerang dan mendesah-desah.

    Vaginanya bergerak-gerak di bagian bawah penisku seakan-akan meminta diterobos oleh batang kenikmatanku. Diarahkannya penisku menguakkan rambut-rambut kemaluannya. Tetapi aku sadar akan percakapan kami tadi dan tidak berusaha memasukkan penisku ke dalam vaginanya yang semakin lembab. Ia berbisik di telingaku, “Gus, masukkan penismu dikit ya, atur agar cuma sampai leher penismu masuk dalam vaginaku. Soalnya aku terangsang banget. Biar klitoris dan labiaku nikmati tusukan kepala penismu ya sayang?” pintanya. Kuturuti permintaannya dan menekan lembut ke liang vaginanya, tapi jari-jari tangan kananku kupakai menggenggam penisku, sehingga batangnya dapat kukendalikan tidak masuk dan hanya kepala hingga leher penisku yang menekan-nekan rambut kemaluannya.

    Dengan sedikit geliat, ia berhasil membuat kepala penisku tepat berada di depan klitorisnya yang semakin tegang. Sekonyong-konyong ia merebahkan badannya terlentang di bawahku dengan kedua belah pahanya masih ditumpangkan di atas pahaku dan menggerakkan pahanya ke arah tubuhku sehingga kepala penisku menancap telak di mulut vaginanya. Untunglah aku tetap menggenggam batang penis hingga ke pangkalnya hingga tidak terbawa masuk akibat gerakannya yang tiba-tiba.

    “Ayo Gus, aaahhhh …. ssshhh ….ayo … sayangggg…. gerakkan kepala penismu menggesek-gesek klitoris dan permukaan vegy-ku,” erangnya.

    Dengan setengah berlutut, kugerakkan pantatku maju mundur agar kepala penisku benar-benar memberikan gesekan nikmat bagi klitoris dan labianya yang semakin basah.

    “Ahhhh … ssshhhh ….. ooooohhhh ….. ooouuuwwww ….. yang cepat Gus … lebih cepat lagi sayanggggg ….. aaahhhhhhhhhh …” desisnya sambil melemparkan kepalanya ke kanan kiri dan ke atas hingga rambutnya semakin awut-awutan, tapi justru menambah kecantikannya sebab wajahnya semakin merah merona dan kedua tangannya terus meremas-remas puting dan payudaranya karena tanganku kupakai meremas-remas kedua belah pantatnya dan mengelus-elus pahanya.

    Gerakan kepala penisku sekarang kupusatkan pada bagian klitorisnya dengan cara memutar hingga membuatnya semakin menggeliat-geliat sambil merintih sambil meraih kenikmatan. Kemudian kubuat variasi gerakan dengan mengulas-ulas labianya menggunakan kepala penisku hingga bibir bawahnya semakin terbuka memperlihatkan warna merah dengan cairan-cairan putih bening yang keluar dari lipatan-lipatan dalam vaginanya.

    Tiba-tiba pantatnya diangkat tinggi hingga kulepaskan penisku dan kedua belah pahanya menjepit leherku kuat-kuat, denyut-denyut di vaginanya semakin kencang dan dengan jari-jariku kuterobos liang kenikmatannya dalam-dalam sambil mengisap kuat-kuat klitorisnya. Dengan jari telunjuk kanan, kuterobos vaginanya mencari-cari letak G-spotnya. Agak ke atas di belakang klitorisnya kutemukan suatu titik lembut yang ketika kutekan membuatnya makin merintih-rintih nikmat. Sedangkan telunjuk tangan kiriku pelan-pelan merambat ke dalam analnya hingga ia semakin menggelinjang-gelinjang.

    Saat gerakannya semakin liar, kumasukkan lagi dua jariku bersama-sama telunjuk masuk membenam ke dalam vaginanya dan kurasakan bagaimana lorong vaginanya meremas-remas ketiga jariku dengan kuatnya dan dengan dorongan yang luar biasa ia menyemprotkan cairan vaginanya hingga muncrat ke wajahku. “Guuuuusssss …..” hanya itu kata-kata yang dapat ia lantunkan di puncak orgasmenya. Dengan cepat kubenamkan wajahku, bibirku dan lidahku menjilati cairannya yang kini bukan hanya di seputar vaginanya, tapi juga mengenai rambut dan dadaku bahkan sebagian mengenai sprei. Luar biasa banyaknya. Rasanya gurih, sedikit asin, dan aku terus dengan keasyikanku menjilati semua cairannya.

    “Oohhhh ….. Agus sayangggg ….. enak … nikmat sekali sayang, aaaakhhhh. Kau apakan vaginaku sampai begitu banyak menyemprotkan maniku?” erangnya sambil mengelus-elus kepala dan rambutku. “Begitu lama aku kawin dengan suamiku, tetapi baru sekali ini kurasakan semprotan vaginaku yang luar biasa,” katanya lagi.

    “Sayang …. apa kau tidak tahu? Itu kan G-spot-mu yang kutekan tadi bersama-sama klitoris dan liang vaginamu,” jawabku sambil mencium bibirnya.

    “Ehh … ya … aku sendiri walaupun sudah menikah lebih dari sepuluh tahun, rasanya masih banyak yang harus kupelajari tentang seks,” gumamnya. “Anehnya, aku malah bisa begitu nikmat kamu puasi, padahal suamiku termasuk orang yang rutin berhubungan badan, tetapi pemahamannya tentang tubuh wanita sepertinya kalah dari kamu,” lanjutnya.

    Sampai sore hari kami masih bermain dua kali dan setelah makan malam, kami kembali bergulat di kamarnya sampai pukul sembilan. Untunglah kami ingat harus beristirahat agar tampil bugar pada pertemuan besok.

    Selama mengikuti pertemuan dengan rekanan, kami berdua memperlihatkan sikap biasa-biasa di depan orang lain, tidak terkesan bahwa kami punya hubungan intim. Namun malam harinya, seperti hari pertama di Singapura, aku rutin menemani Mbak Ina di kamarnya. Tentu saja bukan sekadar tidur, tetapi setidaknya bermain cinta secara unik dengannya paling sedikit dua kali; bahkan pernah kami melakukan sampai ia mencapai orgasme sebanyak 5 kali dan aku sebanyak 3 kali.

    Malam terakhir kami di Singapura benar-benar kami habiskan berdua di kamarnya. Begitu usai makan malam dengan Mr. Chow, salah seorang manager pada perusahaan rekanan kami, dengan dalih akan beristirahat, Mbak Ina sudah pamit lebih dulu meninggalkanku bersama rekanan kami yang masih mengajakku ngobrol. Aku sudah ingin cepat-cepat pergi, apalagi sudah sepuluh sms Mbak Ina masuk, minta aku segera datang, tapi karena tak enak hati pada rekanan kami, aku cuma membalas singkat, “Masih ada yang dibicarakan, sabar sayang!” Tepat pukul 9 malam, barulah aku pamit dengan dalih sudah mengantuk dan membuat gerakan menguap beberapa kali.

    Kusms Mbak Ina, “Tuan Putri, hamba segera datang ke peraduanmu.” Sesampai di kamar, kuangkat gagang telepon untuk berbicara dengan Direktur Utama melaporkan kegiatan kami. “Semua beres, Pak. Laporan selengkapnya secara tertulis akan Ibu Ina dan saya selesaikan agar dapat Bapak terima sesegera mungkin,” janjiku. Pimpinan kami menjawab dengan nada puas, “Baiklah, saya percaya akan kinerja kalian. Silakan beristirahat karena kalian tentu sudah sangat lelah beberapa hari ini. Bila perlu tak perlu cepat-cepat pulang besok agar dapat sehari lagi berjalan-jalan di Sinagapura. Mengenai hal ini, sudah saya pesankan tadi kepada Ibu Ina, sehingga tak perlu kuatir akan adanya tambahan biaya, semua akan ditanggung oleh perusahaan. Ok, sampai jumpa.” Aku senang sekali mendengar ucapan Direktur Utama kami itu. “Wah, kalau Mbak Ina setuju, berarti besok kami dapat seharian mereguk anggur kenikmatan di atas ranjangnya,” pikirku.

    Setelah itu, kuputar nomor telepon rumahku. Begitu diangkat, kudengar suara istriku, “Hallo, selamat malam! Mau bicara dengan siapa?” Kukatakan pada istriku, “Mama sayang, bagaimana kabarmu?” Jawabnya, “Oh Papa ya? Aku baik-baik saja, tapi sudah rindu banget. Jadi pulang besok, Pa? tanyanya.

    “Itulah yang mau kukatakan. Aku belum tahu bagaimana Bu Ina selaku pimpinanku. Tadi Boss kami katakan agar kami menambah waktu untuk melakukan beberapa hal lain mumpung masih di Singapura, sehingga kami tak dapat pulang besok, paling cepat lusa. Mudah-mudahan Bu Ina memperbolehkan aku pulang duluan, abis udah kangen pada Mama sih! Tapi jika tidak diijinkan, Mama sabar aja ya nunggu Papa pulang lusa,” kataku dengan nada merayu. Sebetulnya tak enak juga berbohong seperti itu padanya, tapi karena adanya peluang diberi Pimpinan, kucoba gunakan.

    “Ahhh, Papa jahat deh! Jadi besok belum bisa melepas rindu dong?” rajuk istriku manja.

    “Jangan marahin Papa dong, Mama sayang … kan Papa hanya bawahan yang harus tunduk pada atasan. Apalagi Papa sudah bilang bahwa tugas kali ini berkaitan dengan promosi jabatan Papa sepulang ke Jakarta nanti. Kalau sudah balik ke Jakarta, Mama minta berapa ronde pun kulayani deh …” kucoba meyakinkan dengan melontarkan jurus-jurus rayuan maut.

    “Kalau begitu, Papa harus belikan Mama oleh-oleh yang bagus …. dan jangan lupa, kangen Mama harus dirapel beberapa ronde yaaaa???” kembali suara manja istriku terdengar.

    “Baik, Papa akan carikan souvenir indah buat Mama, tapi janji jangan musuhin Papa dan jangan buat Papa lecet-lecet waktu melepas rindu nanti ya?” jawabku. “Ok Mama, selamat malam, selamat tidur ya. Kiss bye,” sambungku menutup percakapan kami.

    “Cup … cup … met malam. Salam kangen banget ya Pa!” desah istriku.

    Baru saja kuletakkan gagang telepon, tiba-tiba telepon itu berdering.

    “Kriiingg … krrrinngg … krrinnggg ….” Kuangkat telepon, dan benar dugaanku, Mbak Ina. Pasti ia sedang uring-uringan. “Koq lama banget sih. Sibuk terus teleponmu! Apa kamu punya pacar baru ya?” semprotnya.

    “Maaf Mbak, tadi abis bicara dengan Mr. Chow, aku telepon Boss kita di Jakarta melaporkan pertemuan kita.”

    “Ngapain kamu mesti telepon Pimpinan kita, kan tadi sore kamu dengar sendiri aku bicara per telepon dengannya?” katanya ketus.

    “Jangan marah gitu dong, Mbak? Aku kan juga mau tambahkan percakapan informal kami dengan Mr. Chow tadi sekaligus memberitahu beliau bahwa laporan pertemuan kita akan sesegera mungkin saya siapkan.”

    “Ohh gitu, abis teleponmu sibuk terus sih, padahal sms-mu tadi bilang mau langsung ke kamarku? gerutunya sambil melanjutkan dengan nada yang sudah semakin datar, “Nah, tadi beliau katakan agar kita tidak buru-buru pulang. Jika ada yang masih perlu dipelajari dari rekanan kita di luar pertemuan formal beberapa hari ini, kita dapat menambah waktu sehari lagi di sini. Bagaimana, kamu tidak keberatan?”

    “Ah, aku sih bagaimana Mbak aja. Apalagi tokh tiap malam Mbak selalu memberikan service khusus buatku?” candaku demi mendengar suaranya sudah mulai mendatar.

    “Tapi bagaimana dengan istrimu, apa tidak curiga jika kita nambah waktu di sini?” tanyanya menyelidik. “Kalau aku sih, sudah langsung kutelepon suamiku tadi memberitahu kemungkinan pulang masih lusa dari sini.”

    “Beres, Mbak. Tadi istriku sudah kubilangin kalau masih ada tugas kita, sehingga belum bisa pulang besok,” jawabku.

    “Gila lu, tugas apa tugas nih?” oloknya sambil tertawa kecil. “Udah buruan, aku sudah kedinginan sendirian di kamarku. Jangan pake mandi lagi, cepat ya! Kutunggu dalam sepuluh detik,” ancamnya menggoda.

    “Ha … ha … ha … jangankan sepuluh detik, Mbak. Sekarang pun aku sudah di kamarmu karena masuk lewat saluran telepon …” balasku sambil meletakkan telepon dan bergegas ke kamarnya.

    Sesaat kemudian aku sudah di depan kamarnya. Waktu kuketuk pintunya, ternyata pintunya sedikit terbuka, “Masuk Gus!” Aku mengomelinya, “Gila, koq pintumu tidak dikunci sih Mbak? Nggak takut ada orang lain masuk?” Kulihat lampu kamarnya remang-remang dan ia berbaring di ranjang dengan selimut menutupi tubuhnya, sementara pesawat televisi di kamarnya menyajikan film dewasa semi porno. Batinku, “Wah, udah ngeres rupanya dia nonton film beginian?”

    “Ah ngapain takut? Tokh cuma kamu yang tahu kalau pintu itu agak terbuka. Dari tadi ada yang lewat kudengar tapi mana berani masuk?” tangkisnya.

    “Aku mandi dulu ya Mbak, gerah banget nich seharian duduk, sore tadi cuma mandi koboi,” kucoba bercanda melihat reaksinya terhadap ucapanku.

    “Ehhh …. belum pernah lihat televisi dilempar ke wajahmu, ya? Kan udah kubilang tadi tak usah pake mandi. Alasan aja, padahal mau godain aku… Sini, naik ke dekatku!” serunya dengan nada memerintah.

    Kulepaskan baju dan celana panjangku dan kusampirkan di gantungan baju di lemarinya. Dengan hanya mengenakan celana dalam dan kaos singlet, kudekati dia dan membuka selimut masuk ke baliknya berbaring di dekatnya. Sekilas kulihat ia hanya mengenakan baju tidur tipis tanpa mengenakan BH, entah celana dalamnya karena selimutnya tidak kubuka lebar.Belum sempat rebah dengan baik, ia sudah memelukku dan melumat bibirku dengan buas. Tangannya meraih kepalaku dan bahuku, hingga aku tak bisa mengelak dari ciuman-ciuman mautnya. Lidahnya disusupkan masuk ke dalam mulutku membelit lidahku dan mengait-ngait rongga mulutku sambil bibirnya menutup penuh-penuh mulutku. Buah dadanya yang padat begitu liat dengan putingnya yang kulihat sudah tegang, menekan dadaku hingga birahiku naik dengan cepat.

    “Sebentar Gus, kamu jangan melawan, ikuti saja kemauanku …” paksanya tiba-tiba sambil menyeret tubuhku ke pinggir ranjangnya, sementara selimut yang kami pakai sudah terlempar ke bawah ranjang. Ditariknya kedua kakiku hingga berjuntai ke lantai dan pantatku tepat di tepi ranjangnya, sementara di bawah kepalaku ia letakkan sebuah bantal. Lalu dengan cepat ia menempatkan diri berjongkok di antara kedua pahaku dan mengelus-elus rambut kemaluanku. Bibirnya mulai ia gunakan menciumi lututku, naik ke pahaku dan kedua testisku. Lidahnya mulai menjulur membasahi pori-pori tubuhku seolah-olah tidak mau menyisakan se-inci pun luput dari lumatan bibir dan tusukan lidahnya yang menimbulkan seribu satu sensasi. Aku mulai mengerang mendapat pelayanan yang begitu memuaskan.

    “Ekhhhh… sshhh …. ahhh … Mbakkkk …. nik .. mat … Ougghh .. sayaangggg….” Kembali kusaksikan bukan seorang Ibu Ina yang sangat disegani di lingkungan kerja, tetapi yang ada kini hanyalah seorang wanita yang benar-benar tahu apa yang harus ia lakukan untuk memenuhi kodratnya sebagai seorang wanita terhadap kekasihnya.

    Perlahan-lahan lidahnya menjilati batang penisku dan melakukan gerakan memutar sambil menggunakan sebelah tangannya memegangi pangkal kemaluanku dan tangannya yang lain mengelus-elus testisku yang menjadikanku menggeliat-geliat. Di bagian leher penisku, lidahnya bermain dengan lincah melakukan manuver keliling dan “Oouuuwww …!” aku menjerit ketika ujung lidahnya mengulas-ulas lubang penisku dan memasukkan kepala penis ke dalam rongga mulutnya sambil terus menerus melakukan gerakan simultan dengan kedua tangannya.

    Aku semakin terengah-engah manakala ia memasukkan seluruh penisku hingga pangkalnya masuk ke mulutnya. Kurasakan bagaimana ujung penisku menyentuh kerongkongannya, aku tidak tahu apakah itu amandelnya, tapi yang jelas ada benda yang lunak di sana memberikan rangsangan yang luar biasa bagi kepala penisku. Sambil menelan seluruh penisku dalam-dalam, lidahnya tetap menjilati batang penis dan kepala penisku, hingga aku terbeliak karena menahan nikmat yang tak terkatakan. Aksinya belum berhenti, tangan kanannya menggenggam batang penisku dan melakukan kocokan-kocokan maut sambil terus mulutnya melakukan gerakan memasukkan dan mengeluarkan kepala penisku semakin cepat dan semakin cepat.

    Tangan kirinya kembali meremas-remas, kini sasarannya adalah kedua belah pahaku dan entah kapan cairan ludahnya ia ambil dari mulutnya, kurasakan jari telunjuk kirinya mulai melakukan eksplorasi ke liang analku. Mula-mula masih di permukaan analku ia oleskan ludahnya, tetapi kemudian ia mulai memasukkan sedikit demi sedikit jarinya ke dalam analku. Lonjakan pantatku semakin hebat, bahkan hingga bergetar merasakan rangsangan yang dahsyat hingga tanpa kusadari kedua bongkah pantatku kuangkat hingga penisku semakin kutekankan ke mulutnya. Jarinya yang masuk ke analku pun masuk semakin dalam bahkan sampai seluruhnya dan kurasakan ia melakukan gerakan memutar di dalam analku, bahkan kadang-kadang ujung jarinya mengait-ngait bagian dalam analku hingga kurasakan betapa denyutan analku semakin kencang menjepit jarinya. “Penyiksaannya” pada penis, kedua testis dan analku membuatku semakin horny, hingga kurasa tak lama lagi akan mencapai klimaks. Gerakannya semakin cepat demi melihat reaksiku yang sudah seperti cacing kepanasan, menggeliat-geliat sambil merintih. Dengan suatu erangan nikmat, aku memuntahkan cairan hangat ke mulutnya.

    “Akkkhhh … Ak … kuuu keluar Mbakk sayangg?” Kurasakan betapa kuatnya desakan maniku menyemprot dalam rongga mulutnya yang ia sambut dengan penuh perasaan. Kuamati wajahnya, ia sedang terpejam sambil menikmati air maniku dengan pipi yang kempot karena kuatnya mengisap penisku. Lidahnya terus merangsang lubang penisku yang masih menyemprotkan mani.

    “Ohhh … hebat … jepitan analmu sungguh hebat Gus!” pujinya sambil menjilati air maniku yang menetes di bibirnya, sementara jarinya pada analku masih ia hunjamkan sedalam-dalamnya.

    Denyut jantungku yang memacu dengan kencang dan napasku yang terengah-engah tidak membuatku surut. “Sekarang rasakan pembalasanku,” pikirku sambil menegakkan tubuh berdiri di tepi ranjangnya dan dengan gerakan yang tak ia duga, mendorongnya jatuh ke ranjang lalu menarik kedua kakinya ke tepi ranjang persis seperti yang ia lakukan bagiku.

    “Lho, ada apa Gus? Pelan-pelan dong?” katanya terkejut.

    “Emang cuma Mbak yang bisa bikin begitu? Giliranku sekarang, ayo … nikmati aja say!”

    Kulucuti gaun tidurnya dan ternyata memang tidak ada lagi apa-apa di baliknya, hingga kini kami berdua sudah dalam keadaan telanjang tanpa selembar benang pun melekat di tubuh masing-masing. Kuciumi mulutnya dan kugelitik rongga mulutnya dengan memasukkan lidahku dalam-dalam ke mulutnya, lalu ciuman dan jilatanku turun ke lehernya yang jenjang terus ke payudaranya. Putingnya kulumat sambil mengisap buah dadanya sebanyak yang dapat kutelan dalam rongga mulutku sambil jari-jariku meremas-remas payudaranya yang sebelah lagi. Bergantian kulakukan seperti itu hingga ia semakin merintih.

    “Gusss…. ohhh….nikmat … ahhh… terus … ya gitu say…. ooohhhh …. teruskan remas susuku ….” desahnya.

    Usai menggeluti kedua buah dada dan kedua putingnya yang sudah tegang mencuat ke atas, kutelusuri perutnya, pinggang dan pinggulnya dengan bibir dan lidahku. Ia memejamkan mata sambil terus merintih hingga suara rintihannya terdengar begitu memilukan, tapi aku tahu, ia tidak kesakitan melainkan karena merasakan nikmat yang semakin memuncak. Lidahku semakin liar menjilati seputar kemaluannya dengan memulainya pada bagian labianya yang sudah basah. Rambut kemaluannya kuraba dengan jari-jariku sambil mencari-cari klitorisnya. Begitu kutemukan klitorisnya, lidahku dengan ganasnya melakukan isapan dan jilatan yang membuatnya semakin liar menggelinjang.

    Kedua tangannya meremas-remas rambutku bahkan sesekali menarik rambutku karena gemas. Jari-jari tangan kananku menekan-nekan labianya dan telunjukku kumasukkan ke liang vaginanya hingga membuatnya terhenyak kaget dan mengangkat kedua belah pantatnya tinggi. Kukuakkan kedua labianya lebar-lebar ke kiri kanan dan lidahku terhunjam dengan gerakan buas memasuki vaginanya. Kukait-kait klitoris dan vaginanya sambil jari-jariku melakukan eksplorasi lebih lanjut mencari G-spotnya. Tak sulit lagi mencarinya karena pengalaman beberapa malam yang lalu. Aksiku menggumuli klitoris, G-spotnya, labia liang vaginanya kurasa belum cukup, sehingga jari tengah tangan kiriku kumasukkan ke analnya setelah kuolesi cairan vaginanya yang semakin membanjir.

    “Oooohhhh Gus… sayyyangggg!” teriaknya dengan mata terbelalak, tapi aku tahu ia tidak marah karena itu adalah ungkapan kenikmatan.

    “Sabar Mbak sayang, bentar lagi kuantar ke gerbang kenikmatan ….” ujarku sambil meneruskan aksiku.

    “Aguuuusssss ….. sayangggkuuu .. ooohhhh,” jeritnya.

    Dengan suatu geraman tinggi, ia menghentakkan pantatnya tinggi-tinggi dan begitu kurasakan bahwa ia akan orgasme kutekan wajahku dalam-dalam ke vaginanya sambil terus mengocok vagina dan analnya dengan jari-jariku. “Croott.. crooot … crooot …” cairan hangat terasa membasahi wajahku dan sempat kutarik wajahku hingga kulihat betapa kuatnya semprotan cairan kenikmatannya bahkan kupikir melebihi semprotan penisku saat orgasme. Begitu ia rasakan kutarik wajahku dari vaginanya, kedua tangannya menekan belakang kepalaku kuat-kuat hingga kembali terbenam ke vaginanya yang merekah. Maka sibuklah aku menyedot dan menjilati cairan vaginanya hingga kurasa mulutku penuh dengan cairan gurih. Jariku di analnya masih merasanya denyutan-denyutan hebat, begitu pula jariku di vaginanya masih terjepit dan kurasakan remasan-remasan otot-otot vaginanya menjepit jariku.

    “Ahhh… aku capek Gus… kita istirahat dulu ya sayang?” katanya sambil memelas.

    Kuangkat tubuhnya ke atas dan kutempatkan diriku berbaring di sampingnya sambil saling berciuman meredakan gelora nikmat yang menguasai dirinya dan diriku. Kini kami berdua bagaikan dua bayi raksasa yang tergolek siap untuk saling berbagai kepuasan.

    Jari-jari kami saling meremas dan kaki kami membelit satu sama lain. Tak berapa lama kulihat matanya terpejam. “Ah, biarlah ia tidur dulu, kasihan jika kupaksa untuk main tanpa jeda,” pikirku. Aku pun memicingkan mata dan mencoba tidur sambil merenung mengapa kami bisa begitu binal.

    Jelang tengah malam, aku terbangun karena Mbak Ina bangkit menuju kamar mandi. Kudengar suara air gemercik mengisi bathtub. Karena penasaran menunggunya tidak balik ke ranjang, aku bangun dan berjalan ke kamar mandi, kubuka pelan pintu yang tidak ia tutup. Kulihat Mbak Ina sedang berendam sambil menutup mata dalam bathtub yang sudah mulai berisi air. Melihat sebagian tubuhnya berendam demikian, birahiku kembali menggelegak, aku masuk ke dalam kamar mandi dan kudekati dia. “Oh kamu udah bangun, Gus? Mau mandi air hangat bareng denganku?” ajaknya. “Iya Mbak, biar fresh untuk sesi berikutnya,” jawabku sambil masuk ke bathtub. “Uihhh, makin kelihatan kalau kamu sebetulnya mata keranjang,” katanya sambil mencipratiku dengan air. Kami mandi berdua, saling meremas, saling menggosok dan menyabuni satu sama lain.

    Usai mengeringkan badan, dengan bertelanjang kami berdua kembali ke ranjang. Kami duduk bersisian dengan saling peluk dan cium sambil menonton film dewasa yang belum juga usai. Kami sama-sama melihat sepasang pria dan wanita yang telanjang dalam posisi sedang duduk berpelukan melakukan hubungan badan. Tidak terlihat penis si pria masuk keluar kemaluan si wanita, tetapi gerakan-gerakan tubuh mereka di mana si wanita dalam pose menduduki kemaluan si wanita mengesankan bahwa mereka sedang mendaki puncak kenikmatan. Tiba-tiba si pria mengangkat si wanita, sambil berdiri di lantai, si pria menggendong si wanita dengan menahan kedua pantatnya sedang kedua paha si wanita memeluk erat-erat pinggang si pria. Posisi ini yang disebut sebagai monyet menggendong anaknya. Kuperhatikan dengan ekor mataku mata Mbak Ina memandangi adegan itu dengan tajam dan kurasakan jari-jarinya tidak lagi meremas tanganku tetapi berpindah ke pangkal pahaku dan mulai membelai penisku yang mulai bangkit kembali sejak kami mandi berdua. Elusan jari-jarinya membuat gairahku semakin naik kembali.

    “Gus, enak banget kali gaya begitu ya?” desahnya di telingaku. “Udah pernah nyoba dengan istrimu?” tanyanya.

    “Belum Mbak.”

    “Ehmmm, enak mungkin ya? Tapi gimana ya?” desahnya sambil melirik aku.

    “Tapi gimana ya? Aku justru maunya gini aja denganmu, penismu tidak sampai penetrasi ke vaginaku kayak gitu?”

    “Nggak apa-apa Mbak, kita tetap main anal seperti biasanya, cuma dengan posisi begitu, bagaimana?” kataku menantang, sambil menarik tangannya turun dari ranjang.

    Sambil tersenyum dengan wajah tak mengerti akan ajakanku, ia bertanya,
    “Ada apa sih Gus? Koq pake turun ranjang segala?”

    Aku tidak menjawab, tapi kuatur tubuhnya berdiri sambil membungkuk, bertopang kedua tangannya ke kursi di depan TV, kemudian kutempatkan diriku persis di belakang tubuhnya dan mulai mengusap-usap lubang analnya. Kuambil ludahku dan kuoleskan di mulut analnya sambil tanganku yang lain merabai payudaranya di depan. Ia mulai mendesah geli campur nikmat,

    “Sssshhhh, ohhh … kau kuat banget sih Gus? Udah minta lagi?”

    Kepala penisku mulai mengambil posisi tepat di mulut analnya dan dengan perlahan-lahan kudorong masuk ke analnya. “Sstt… eeekhhh …. pe..lan Gus, jangan kuat-kuat, ehhh … shhh …” katanya sambil sebelah tangannya mencoba menahan laju pantatku agar tidak maju mundur dengan cepat.

    “Tenang aja, Mbak. Aku takkan menyakitimu. Nikmati saja, sayang …” gumamku pelan sambil terus memaju-mundurkan pantatku hingga penisku masuk lebih dalam ke dalam analnya.

    Nafsunya kembali naik seiring dengan gerakan penisku yang semakin intens ke dalam analnya dan kedua tanganku tidak tinggal diam, kadang-kadang meremas kedua belah pantatnya, juga bergantian menjangkau vagina dan klitorisnya serta payudaranya. Desahannya mulai berganti dengan rintihan yang semakin kuat.

    “Sshhhh …. aakkkhhh … enakkkkhhh … Gus …. Ahhhh sayang …. terus … teruusssss ….

    ooukhhhh ….” geliat tubuhnya semakin menggairahkan apalagi sesekali kurapatkan tubuhku ke punggungnya dan menjilati kuduknya bahkan menggigit pelan-pelan. Bibir dan lidahku bermain juga di pundak, sela-sela ketiaknya dan turun ke lengan atasnya.

    Saat rintihannya semakin kuat, penisku kuhentikan tepat menghunjam sedalam-dalamnya ke analnya dan kuhentikan gerakanku untuk melihat reaksinya.

    “Oukhhh …. ada apa Gus? Koq kamu diam sih? Sengaja mau menyiksaku ya? tanyanya.

    Tanpa menjawab pertanyaannya, tiba-tiba kuletakkan kedua tanganku di bawah pahanya dan kutopang dengan kedua tanganku, lalu dengan kekuatan tanganku kunaik-turunkan pahanya, sehingga bunyi analnya menelan penisku semakin sedap kedengaran, “Slepp …. sleepp … sslep …” Ia mengerang-erang kenikmatan. “Guuussss ….” hanya itu suaranya. Kulihat kedua tangannya meremas-remas payudaranya menambah rasa nikmat yang ia terima akibat permainan penisku. “Ssshhh …. ahhh … aku hampir dapat Gus!” rintihnya semakin kuat.

    “Sabar Mbak, ntar bareng dengan aku,” bujukku sambil merebahkannya terlentang di tempat tidur. Wajahnya nampak kesal karena tiba-tiba kucabut penisku dari analnya.

    “Ada apa lagi sih Gus? Koq dicabut, padahal aku hampir klimaks?” gerutunya sambil cemberut.

    “Kita ganti posisi, biar Mbak lebih santai,” kataku sambil berlutut di dekat pahanya dan mengangkat paha kanannya ke atas paha kiriku. Kuambil ludahku dan kuoleskan lagi di mulut analnya kemudian penisku kuarahkan kembali ke analnya masuk keluar.

    “Ahhh… kau pinter banget bikin variasi. Shhh … ohhhgg … terusss Gus … aduh nikmatnya …” erangnya sambil menggeliat-geliatkan pantatnya.

    Kuayunkan pantatku mendorong penis masuk keluar analnya. Dengan kaki kanannya di atas paha kiriku, ia berbaring agak miring sehingga dengan bebas tangan kananku dapat merabai klitoris dan vaginanya.

    “Ssshhh … nikmattt Gus, te..rus … ohhh … lebih cepat lagi Gus?”

    “Yang mana yang lebih cepat, Mbak? Tanganku di analmu atau yang di vegy-mu nich?” godaku sambil mempercepat ayunan pantatku.

    “Semuanya enak Gus, aduh … kau suka banget sih bikin aku keqi? …. shhh …. akkkhh” rintihnya.

    Jari-jari tangan kananku semakin cepat menggesek-gesek labianya dan ketika kuraba klitorisnya yang sudah begitu tegang, kubuat jepitan kecil dengan jari telunjuk dan jari tengah. Kemudian kedua jari tersebut kumasukkan ke liang vaginanya sambil jempol kananku mengelus-elus klitorisnya.

    “Auhhhh … enakkkhhhh … Guuussss ….” rintihannya makin meninggi.

    “Akkkhuu hampir keluarrr …. oookhhhh ….”

    “Sekalian denganku Mbak, ssshhhh … akkkhhh … aku juga udah mau keluar …. Bareng Mbak …. aaakkhhh …” desahku sambil mempercepat genjotan penisku pada analnya dan jari-jari tangan kanan pada kemaluannya sedangkan tangan kiri meremas-remas payudara dengan putingnya yang amat tegang.

    Dengan suatu hentakan kuhempaskan dalam-dalam penis ke dalam analnya, paha kanannya melilit erat pinggangku, kurasakan denyutan luar biasa pada analnya juga liang vaginanya yang mpot-mpotan meremas-remas jari telunjuk dan tengah tangan kananku. Pantatnya dengan kuat menggelinjang-gelinjang hingga membuat penisku semakin erat dikulum oleh liang analnya.

    “Ggguuuuuussss! rintihannya berubah menjadi teriakan yang kuat di ruang kamar itu.

    “Mbaaakkk sayangggg …” sambutku sambil terus menggoyang-goyangkan pantat menikmati orgasme yang bersamaan tiba. Kurasakan penisku menyemprotkan air mani kuat-kuat ke dalam analnya. Setelah beberapa saat, kutarik penisku dan kulihat cairan putih bening menetes turun ke pahanya.

    Kami berdua berbaring miring sambil berpelukan dan berciuman. Bibirku dikulumnya dengan sangat erat, bahkan sempat digigitnya lidahku saking gemasnya. Setelah orgasme kami berdua mereda, kami berbaring sambil bergenggaman tangan dan tertidur dalam keadaan telanjang.

    “Kita tidur dulu ya sayang, besok masih bisa kita lanjutkan. Masih ada waktu sehari penuh buat kita,” katanya sambil memicingkan mata.

    “Iya Mbak, yuk tidur sayang! Met malam ya!” ujarku sambil mencium bibirnya.

    Keesokan harinya masih kami isi dengan berbagai gaya permainan ranjang meskipun tetap tanpa melakukan penetrasi ke dalam vaginanya. Tenaga kami benar-benar terkuras, karena ingat di Jakarta tak mungkin kami berbuat demikian.

    Itulah pengalamanku dengan Mbak Ina yang cantik dan penuh gairah. Hingga kini kami berdua masih tetap tidur bersama jika kebetulan bertugas keluar kota atau keluar negeri hanya berdua, paling tidak 4-8 kali kami memperoleh tugas luar semacam itu. Uniknya, hingga kini kami hanya bermain anal, tetapi kenikmatan yang kami rasakan tak ubahnya seperti permainan seks biasa. Lucunya lagi, akibat permainanku, Mbak Ina mulai coba-coba minta suaminya pun main di analnya, tetapi ia mengakui style-ku selalu lebih hot daripada suaminya. Rahasia kami berdua tetap tersimpan erat dan tidak pernah ada orang di perusahaan yang tahu hubungan kami, karena di kantor kami tetap berbuat sebagaimana wajarnya karyawan biasa. Orang hanya tahu ia sebagai atasanku dan aku sebagai asistennya selalu berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan pimpinan. Mereka tidak pernah tahu, bahwa keberhasilan itu juga sangat didukung oleh hubungan mesra di antara kami.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,