Author: perawanku

  • Cerita Sex Gairah Nafsu Dina Barus Di Tempat Tidur

    Cerita Sex Gairah Nafsu Dina Barus Di Tempat Tidur


    587 views

    Perawanku – Cerita Sex Gairah Nafsu Dina Barus Di Tempat Tidur, Aku lihat sekali lagi catatanku Benar, itu rumah nomor 27, Pasti itu rumah Om Andro, kerabat jauh ayahku, Kuhampiri pintu dan kutekan bel rumahnya. Tidak lama kemudian dari balik pintu muncul muka yang sangat cantik.

    “Cari siapa Mas?” tanyanya.

    “Apa betul ini rumah Om Andro? nama saya Randi.”

    “Oh.. sebentar ya,”

    “ Pa.. ini Randinya sudah datang”, teriaknya ke dalam rumah.

    Kemudian aku dipersilakan masuk, dan setelah Om Andro keluar dan menyambutku dia pun berkata dengan ramah,

    “Randi, ayahmu barusan nelpon, nanyain apa kamu sudah datang. Ini kenalin, anak Om, namanya Rina,”

    “ terus anterin Randi ke kamarnya, kan dia cape, biar dia istirahat dulu, nanti baru deh ngobrol-ngobrol lagi.”

    Aku datang ke kota ini karena diterima disalah satu Universitas, dan oleh ayah aku disuruh tinggal dirumah Om Andro. Rina ternyata baru kelas 1 SMA. Dia anak tunggal. Badannya tidak terlalu tinggi, mungkin sekitar 165 cm, tapi mukanya sangat lucu, dengan bibir yang agak penuh. Di sini aku diberi kamar di lantai 2, bersebelahan dengan kamar Rina.

    Aku sudah 3 bulan tinggal di rumah Om Andro, dan karena semuanya ramah, aku jadi betah. Lebih lagi Rina. Kadang-kadang dia suka tanya-tanya soal pelajaran sekolah, dan aku berusaha membantu. Aku sering mencuri-curi untuk memperhatikan Rina. Kalau di rumah, dia sering memakai daster yang pendek hingga pahanya yang putih mulus menarik perhatianku. Selain itu buah dadanya yang baru mekar juga sering bergoyang-goyang di balik dasternya. Aku jadi sering membayangkan betapa indahnya badan Rina seandainya sudah tidak memakai apa-apa lagi.

    Suatu hari pulang kuliah sesampainya di rumah ternyata sepi sekali. Di ruang keluarga ternyata Rina sedang belajar sambil tiduran di atas karpet.

    “Sepi sekali, lagi belajar yah? Tante kemana?” tanyaku.

    “Eh.. Randi, iya nih, aku minggu depan ujian, nanti aku bantuin belajar yah.., Mami sih lagi keluar, katanya sih ada perlu sampai malem.”

    “Iya deh, aku ganti baju dulu.”

    Kemudian aku masuk ke kamarku, ganti dengan celana pendek dan kaos oblong. Terus aku tidur-tiduran sebentar sambil baca majalah yang baru kubeli. Tidak lama kemudian aku keluar kamar, lapar, jadi aku ke meja makan. Terus aku teriak memanggil Rina mengajak makan bareng. Tapi tidak ada sahutan. Dan setelah kutengok ke ruang keluarga, ternyata Rina sudah tidur telungkup di atas buku yang sedang dia baca, mungkin sudah lelah belajar, pikirku. Nafasnya turun naik secara teratur. Ujung dasternya agak tersingkap, menampakkan bagian belakang pahanya yang putih. Bentuk pantatnya juga bagus.

    Memperhatikan Rina tidur membuatku terangsang. Aku merasa kemaluanku mulai tegak di balik celana pendek yang kupakai. Tapi karena takut ketahuan, aku segera ke ruang makan. Tapi nafsu makanku sudah hilang, maka itu aku cuma makan buah, sedangkan otakku terus ke Rina. Kemaluanku juga semakin berdenyut. Akhirnya aku tidak tahan, dan kembali ke ruang keluarga. Ternyata posisi tidur Rina sudah berubah, dan dia sekarang telentang, dengan kaki kiri dilipat keatas, sehingga dasternya tersingkap, dan celana dalam bagian bawahnya kelihatan.

    Celana dalamnya berwarna putih, agak tipis dan berenda, sehingga bulu-bulunya membayang di bawahnya. Aku sampai tertegun melihatnya. Kemaluanku mengeras di balik celana pendekku. Buah dadanya naik turun teratur sesuai dengan nafasnya, membuat kemaluanku semakin berdenyut. Ketika sedang nikmat-nikmat memandangi, aku dengar suara mobil masuk ke halaman. Ternyata Om Andro sudah pulang. Aku pun cepat-cepat naik kekamarku, pura-pura tidur.

    Dan aku memang ketiduran sampai agak sore, dan aku baru ingat kalau belum makan. Aku segera ke ruang makan dan makan sendirian. Keadaan rumah sangat sepi, mungkin Om dan Tante sedang tidur. Setelah makan aku naik lagi ke atas, dan membaca majalah yang baru kubeli. Sedang asyik membaca, tiba-tiba kamarku ada yang mengetuk, dan ternyata Rina.

    “Randi, aku baru dibeliin kalkulator nih, entar aku diajarin yah cara makainya. Soalnya rada canggih sih”, katanya sambil menunjukkan kalkulator barunya.

    “Wah, ini kalkulator yang aku juga pengin beli nih. Tapi mahal. Iya deh, aku baca dulu manualnya. Entar aku ajarin deh, kayaknya sih ga terlalu beda dengan komputer”, sahutku.

    “Ya sudah, dibaca dulu deh. Rina juga mau mandi dulu sih”, katanya sambil berlalu ke teras atas tempat menjemur handuk. Aku masih berdiri di pintu kamarku dan mengikuti Rina dengan pandanganku. Ketika mengambil handuk, badan Rina terkena sinar matahari dari luar rumah. Dan aku melihat bayangan badannya dengan jelas di balik daster. Aku jadi teringat pemandangan siang tadi waktu dia tidur.

    Kemudian sewaktu Rina berjalan melewatiku ke kamar mandi, aku pura-pura sedang membaca manual kalkulator itu. Tidak lama kemudian aku mulai mendengar suara Rina yang sedang mandi sambil bernyanyi-nyanyi kecil. Kembali imajinasiku mulai membayangkan Rina yang sedang mandi, dan hal itu membuat kemaluanku kembali mengeras. Karena tidak tahan sendiri, aku segera mendekati kamar mandi dan mencari cara untuk mengintipnya, dan aku menemukannya.

    Aku mengambil kursi dan naik di atasnya untuk mengintip lewat celah ventilasi kamar mandi. Pelan-pelan aku mendekatkan mukaku ke celah itu, dan ya Tuhan… aku! Melihat Rina yang sedang menyabuni badannya, mengusap-usap dan meratakan sabun ke seluruh lekuk tubuhnya. Badannya sangat indah, jauh lebih indah dari yang kubayangkan.

    Lehernya yang putih, pundaknya, buah dadanya, putingnya yang kecoklatan, perutnya yang rata, pantatnya, bulu-bulu di sekitar kemaluannya, pahanya, semuanya sangat indah. Dan kemaluanku pun menjadi sangat tegang.Tapi aku tidak berlama-lama mengintipnya, karena selain takut ketahuan, juga aku merasa tidak enak mengintip orang mandi. Aku segera ke kamarku dan berusaha menenangkan perasaanku yang tidak karuan.

    Malamnya sehabis makan, aku dan Om Andro sedang mengobrol sambil nonton TV, dan Om Andro bilang kalau besok mau keluar kota dengan istrinya seminggu. Dia pesan supaya aku membantu Rina kalau butuh bantuan. Tentu saja aku bersedia, malah jantungku menjadi berdebar-debar. Tidak lama kemudian Rina mendekati kita.

    “Randi, tolongin aku dong, ajarin soal-soal yang buat ujian, ayo!” katanya sambil menarik-narik tanganku. Aku tak bisa menolak. Aku pun mengikuti Rina berjalan ke kamarnya dengan diiringi Om Andro yang senyum-senyum melihat Rina yang manja. Beberapa menit kemudian kita sudah terlibat dengan soal-soal yang memang butuh konsentrasi.

    Rina duduk sedangkan aku berdiri di sampingnya. Aku bersemangat sekali mengajarinya, karena kalau aku menunduk pasti belahan dada Rina kelihatan dari dasternya yang longgar. Aku lihat Rina tidak pakai beha. Kemaluanku berdenyut-denyut, mengeras di balik celana dan kelihatan menonjol.

    Aku merasa bahwa Rina tahu kalau aku suka curi melihat buah dadanya, tapi dia tidak berusaha merapikan dasternya yang semakin terbuka sampai aku bisa melihat putingnya. Karena sudah tidak tahan, sambil pura-pura menjelaskan soal aku merapatkan badanku sampai kemaluanku menempel ke punggungnya. Rina pasti juga bisa merasakan kemaluanku yang tegak. Rina sekarang cuma diam saja dengan muka menunduk.

    “Rina, kamu cantik sekali..” kataku dengan suara yang sudah bergetar, tapi Rina diam saja dengan muka semakin menunduk. Kemudian aku meletakkan tanganku di pundaknya. Dan karena dia diam saja, aku jadi makin berani mengusap-usap pundaknya yang terbuka, karena tali dasternya sangat kecil. Sementara kemaluanku semakin menekan pangkal lengannya, usapan tanganku pun semakin turun ke arah dadanya.

    Aku merasa nafas Rina sudah memburu seperti suara nafasku juga. Aku jadi semakin nekad. Dan ketika tanganku sudah sampai kepinggiran buah dada, tiba-tiba tangan Rina mencengkeram dan menahan tanganku. Mukanya mendongak kearahku.

    “Randi aku mau diapain..” Rintihnya dengan suara yang sudah bergetar. Melihat mulutnya yang setengah terbuka dan agak bergetar-getar, aku jadi tidak tahan lagi. Aku tundukkan muka, kemudian mendekatkan bibirku ke bibirnya.

    Ketika bibir kita bersentuhan, aku merasakan bibirnya yang sangat hangat, kenyal, dan basah. Aku pun melumat bibirnya dengan penuh perasaan, dan Rina membalas ciumanku, tapi tangannya belum melepas tanganku. Dengan pelan-pelan badan Rina aku bimbing, aku angkat agar berdiri berhadapan denganku. Dan masih sambil saling melumat bibir, aku peluk badannya dengan gemas. Buah dadanya keras menekan dadaku, dan kemaluanku juga menekan perutnya.

    Pelan-pelan lidahku mulai menjulur menjelajah ke dalam mulutnya, dan mengait-ngait lidahnya, membuat nafas Rina semakin memburu, dan tangannya mulai mengusap-usap punggungku. Tanganku pun tidak tinggal diam, mulai turun ke arah pinggulnya, dan kemudian dengan gemas mulai meremas-remas pantatnya. Pantatnya sangat empuk. Aku remas-remas terus dan aku semakin rapatkan kebadanku hingga kemaluanku terjepit perutnya.

    Tidak lama kemudian tanganku mulai ke atas pundaknya. Dengan gemetar tali dasternya kuturunkan dan dasternya turun ke bawah dan teronggok di kakinya. Kini Rina tinggal memakai celana dalam saja. Aku memeluknya semakin gemas, dan ciumanku semakin turun. Aku mulai menciumi dan menjilat-jilat lehernya, dan Rina mulai mengerang-erang. Tangannya mengelus-elus belakang kepalaku.

    Tiba-tiba aku berhenti menciuminya. Aku renggangkan pelukanku. Aku pandangi badannya yang setengah telanjang. Buah dadanya bulat sekali dengan puting yang tegak bergetar seperti menantangku. Kemudian mulutku pelan-pelan kudekatkan ke buah dadanya. Dan ketika mulutku menyentuh buah dadanya, Rina mengerang lagi lebih keras sambil mendongakkan kepalanya, dan menekan pantat dan dadanya ke arahku. Nafsuku semakin naik. Aku ciumi susunya dengan ganas, putingnya aku mainkan dengan lidahku, dan susunya yang sebelah aku mainkan dengan tanganku.

    “Aduuhh.. aahh.. aahh”, Rina semakin merintih-rintih ketika dengan gemas putingnya aku gigit-gigit sedikit.

    Badannya menggeliat-geliat membuatku semakin bernafsu untuk terus mencumbunya. Tangan Rina kemudian menelusup kebalik bajuku dan mengusap kulit punggungku.

    “Randiii.. aahh.. baju kamu dibuka dong.. aahh..” Akupun mengikuti keinginannya. Tapi selain baju, celana juga kulepas, hingga aku juga cuma pakai celana dalam. Mulutnya kembali kucium dan tanganku memainkan susunya.

    Penisku semakin keras karena Rina menggesek-gesekkan pinggulnya sembari mengerang-erang. Tanganku mulai menyelinap ke celana dalamnya. Bulu kemaluannya aku usap-usap, dan kadang aku garuk-garuk. Aku merasa vaginanya sudah basah ketika jariku sampai ke mulut vaginanya. Dan ketika tanganku mulai mengusap clitorisnya, ciumannya di mulutku semakin liar. Mulutnya mengisap mulutku dengan keras.

    Clitorisnya kuusap, kuputar-putar, makin lama semakin kencang, dan semakin kencang. Pantat Rina ikut bergoyang, dan semakin rapat menekan, sehingga penisku semakin berdenyut. Sementara clitorisnya masih aku putar-putar, jariku yang lain juga mengusap bibir vaginanya. Rina menggelinjang semakin keras, dan pada saat tanganku mengusap semakin kencang, tiba-tiba tanganku dijepit dengan pahanya,dan badan Rina tegang sekali dan tersentak-sentak selama beberapa saat.

    “aahh aahh Randiii.. adduuuhh aahh aahh aahh”,

    Dan setelah beberapa saat akhirnya jepitannya berangsur semakin mengendur. Tapi mulutnya masih mengerang-erang dengan pelan.

    “Ran.. aku boleh yah pegang punya kamu”, tiba-tiba bisiknya di kupingku. Aku yang masih tegang sekali merasa senang sekali.

    “Iyaa.. boleh..” bisikku. Kemudian tangannya kubimbing ke celana dalamku.

    “Aahh…” Akupun mengerang ketika tangannya menyentuh penisku. Terasa nikmat sekali. Rina juga terangsang lagi, karena sambil mengusap-usap kepala penisku, mulutnya mengerang di kupingku. Kemudian mulutnya kucium lagi dengan ganas. Dan penisku mulai di genggam dengan dua tangannya, di urut-urut dan cairan pelumas yang keluar diratakan keseluruh batangku.

    Badanku semakin menegang. Kemudian penisku mulai dikocok-kocok, semakin lama semakin kencang, dan pantatnya juga ikut digesekkan kebadanku. Tidak lama kemudian aku merasa badanku bergetar, terasa ada aliran hangat di seluruh tubuhku, aku merasa aku sudah hampir orgasme.

    “Rinaaa.. aku hampir keluar..” bisikku yang membuat genggamannya semakin erat dan kocokannya makin kencang.

    “Aahh.. Rinna.. uuuhh.. aahh..” akhirnya dari penisku memancar cairan yang menyembur kemana-mana. Badanku tersentak-sentak.

    Sementara penisku masih mengeluarkan cairan, tangan Rina tidak berhenti mengurut-urut, sampai rasanya semua cairanku sudah diperas habis oleh tangannya. Aku merasa sperma yang mengalir dari sela-sela jarinya membuat Rina semakin gemas. Spermaku masih keluar untuk beberapa saat lagi sampai aku merasa lemas sekali.

    Akhirnya kita berdua jatuh terduduk di lantai. Dan tangan Rina berlumuran spermaku ketika dikeluarkan dari celana dalamku. Kita berpandangan, dan bibirnya kembali kukecup, sedangkan tangannya aku bersihkan pakai tissue. Dan secara kebetulan aku melihat ke arah jam.

    “Astaga, sekarang sudah jam 11! Wah, sudah malam sekali nih, aku ke kamarku dulu yah, takut Om curiga nanti..” kataku sembari berharap mudah-mudahan suara desahan kita tidak sampai ke kuping orang tuanya. Setelah Rina mengangguk, aku bergegas menyelinap ke kamarku.Malam itu aku tidur nyenyak sekali.

    Pagi itu aku bangun kesiangan, seisi rumah rupanya sudah pergi semua. Aku pun segera mandi dan berangkat ke kampus. Meskipun hari itu kuliah sangat padat, pikiranku tidak bisa konsentrasi sedikit pun, yang kupikirkan cuma Rina. Aku pulang ke rumah sekitar jam 3 sore, dan rumah masih sepi. Kemudian ketika aku sedang nonton TV di ruang keluarga sehabis ganti baju, Rina keluar dari kamarnya, sudah berpakaian rapi. Dia mendekat dan mukanya menunduk.

    “Randi, kamu ada acara nggak? Temani aku nonton dong..”

    “Eh.. apa? Iya, iya aku tidak ada acara, sebentar yah aku ganti baju dulu” jawabku, dan aku buru-buru ganti baju dengan jantung berdebaran. Setelah siap, aku pun segera mengajaknya berangkat. Rina menyarankan agar kita pergi dengan mobilnya. Aku segera mengeluarkan mobil, dan ketika Rina duduk di sebelahku, aku baru sadar kalau dia pakai rok pendek, sehingga ketika duduk ujung roknya makin ke atas. Sepanjang perjalanan ke bioskop mataku tidak bisa lepas melirik kepahanya.

    Sesampainya di bioskop, aku beranikan memeluk pinggangnya, dan Rina tidak menolak. Dan sewaktu mengantri di loket kupeluk dia dari belakang. Aku tahu Rina merasa penisku sudah tegang karena menempel di pantatnya. Rina meremas tanganku dengan kuat. Kita memesan tempat duduk paling belakang, dan ternyata yang menonton tidak begitu banyak, dan di sekeliling kita tidak ditempati.

    Kami segera duduk dengan tangan masih saling meremas. Tangannya sudah basah dengan keringat dingin, dan mukanya selalu menunduk. Ketika lampu mulai dipadamkan, aku sudah tidak tahan, segera kuusap mukanya, kemudian kudekatkan ke mukaku, dan kita segera berciuman dengan gemasnya. Lidahku dan lidahnya saling berkaitan, dan kadang-kadang lidahku digigitnya lembut.

    Tanganku segera menyelinap ke balik bajunya. Dan karena tidak sabar, langsung saja kuselinapkan ke balik behanya, dan susunya yang sebelah kiri aku remas dengan gemas. Mulutku langsung dihisap dengan kuat oleh Rina. Tanganku pun semakin gemas meremas susunya, memutar-mutar putingnya, begitu terus, kemudian pindah ke susu yang kanan, dan Rina mulai mengerang di dalam mulutku, sementara penisku semakin meronta menuntut sesuatu.

    Kemudian tanganku mulai mengelus pahanya, dan kuusap-usap dengan arah semakin naik ke atas, ke pangkal pahanya. Roknya kusingkap ke atas, sehingga sambil berciuman, di keremangan cahaya, aku bisa melihat celana dalamnya. Dan ketika tanganku sampai di selangkangannya, mulut Rina berpindah menciumi kupingku sampai aku terangsang sekali. Celana dalamnya sudah basah.

    Tanganku segera menyelinap ke balik celana dalamnya, dan mulai memainkan clitorisnya. Kuelus-elus pelan-pelan, kuusap dengan penuh perasaan, kemudian kuputar-putar, semakin lama semakin cepat. Tiba-tiba tangannya mencengkram tanganku, dan pahanya juga menjepit telapak tanganku, sedangkan kupingku digigitnya sambil mendesis-desis. Badannya tersentak-sentak beberapa saat.

    “Randi.. aduuuhh.. aku tidak tahan sekali.. berhenti dulu yaahh.. nanti di rumah ajaa..” rintihnya. Aku pun segera mencabut tanganku dari selangkangannya.

    “Randi.. sekarang aku mainin punya kamu yaahh..” katanya sambil mulai meraba celanaku yang sudah menonjol.

    Kubantu dia dengan kubuka ritsluiting celana, kemudian tangannya menelusup, merogoh, dan ketika akhirnya menggenggam penisku, aku merasa nikmat luar biasa. Penisku ditariknya keluar celana, sehingga mengacung tegak.

    “Randi.. ini sudah basah.. cairannya licin..” rintihnya di kupingku sambil mulai digenggam dengan dua tangan.

    Tangan yang kiri menggenggam pangkal penisku, sedangkan yang kanan ujung penisku dan jari-jarinya mengusap-usap kepala penis dan meratakan cairannya.

    “Rina.. teruskan sayang..” kataku dengan ketegangan yang semakin menjadi-jadi.

    Aku merasa penisku sudah keras sekali. Rina meremas dan mengurut penisku semakin cepat. Aku merasa spermaku sudah hampir keluar. Aku bingung sekali karena takut kalau sampai keluar bakal muncrat kemana-mana.

    “Rina.. aku hampir keluar nih.., berhenti dulu deh..” kataku dengan suara yang tidak yakin, karena masih keenakan.

    “Waahh.. Rina belum mau berhenti.. punya kamu ini bikin aku gemes..” rengeknya.

    “Terus gimana.., apa enaknya kita pulang saja yuk..!” ajakku, dan ketika Rina mengangguk setuju, segera kurapikan celanaku, juga pakaian Rina, dan segera kita keluar bioskop meskipun filmnya belum selesai.

    Di mobil tangan Rina kembali mengusap-usap celanaku. Dan aku diam saja ketika dia buka ritsluitingku dan menelusupkan tangannya mencari penisku. Aduh, rasanya nikmat sekali. Dan penisku makin berdenyut ketika dia bilang, “Nanti aku boleh yah nyiumin ininya yah..” Aku pengin segera sampai kerumah.

    Dan, akhirnya sampai juga. Kita berjalan sambil berpelukan erat-erat. Sewaktu Rina membuka pintu rumah, dia kupeluk dari belakang, dan kuciumi samping lehernya. Tanganku sudah menyingkapkan roknya ke atas, dan tanganku meremas pinggul dan pantatnya dengan gemas. Rina kubimbing ke ruang keluarga. Sambil berdiri kuciumi bibirnya, kulumat habis mulutnya, dan dia membalas dengan sama gemasnya.

    Pakaiannya kulucuti satu persatu sambil tetap berciuman. Sambil melepas bajunya, aku mulai meremasi susunya yang masih dibalut beha. Dengan tak sabar behanya segera kulepas juga. Kemudian roknya, dan terakhir celana dalamnya juga kuturunkan dan semuanya teronggok di karpet.

    Badannya yang telanjang kupeluk erat-erat. Ini pertama kalinya aku memeluk seorang gadis dengan telanjang bulat. Dan gadis ini adalah Rina yang sering aku impikan tapi tidak terbayangkan untuk menyentuhnya. Semuanya sekarang ada di depan mataku. Kemudian tangan Rina juga melepaskan bajuku, kemudian celana panjangku, dan ketika melepas celana dalamku, Rina melakukannya sambil memeluk badanku. Penisku yang sudah memanjang dan tegang sekali segera meloncat keluar dan menekan perutnya.

    Uuuhh, rasanya nikmat sekali ketika kulit kita yang sama-sama telanjang bersentuhan, bergesekan, dan menempel dengan ketat. Bibir kita saling melumat dengan nafas yang semakin memburu. Tanganku meremas pantatnya, mengusap punggungnya, mengelus pahanya, dan meremasi susunya dengan bergantian. Tangan Rina juga sudah menggenggam dan mengelusi penisku. Badan Rina bergelinjangan, dan dari mulutnya keluar rintihan yang semakin membangkitkan birahiku. Karena rumah memang sepi, kita jadi mengerang dengan bebas.

    Kemudian sambil tetap meremasi penisku, Rina mulai merendahkan badannya, sampai akhirnya dia berlutut dan mukanya tepat di depan selangkanganku. Matanya memandangi penisku yang semakin keras di dalam genggamannya, dan mulutnya setengah terbuka. Penisku terus dinikmati, dipandangi tanpa berkedip, dan rupanya makin membuat nafsunya memuncak.

    Mulutnya perlahan mulai didekatkan ke kepala penisku. Aku melihatnya dengan gemas sekali. Kepalaku sampai terdongak ketika akhirnya bibirnya mengecup kepala penisku. Tangannya masih menggenggam pangkal penisku, dan mengelusnya pelan-pelan. Mulutnya mulai mengecupi kepala penisku berulang-ulang, kemudian memakai lidahnya untuk meratakan cairan penisku. Lidahnya memutar-mutar, kemudian mulutnya mulai mengulum dengan lidah tetap memutari kepala penisku.

    Aku semakin mengerang, dan karena tidak tahan, kudorong penisku sampai terbenam kemulutnya. Aku rasa ujungnya sampai ketenggorokannya. Rasanya nikmat sekali. Kemudian pelan-pelan penisku disedot-sedot dan dimaju mundurkan di dalam mulutnya. Rambutnya kuusap-usap dan kadang-kadang kepalanya aku tekan-tekan agar penisku semakin nikmat. Isapan mulutnya dan lidahnya yang melingkar-lingkar membuat aku merasa sudah tidak tahan. Apalagi sewaktu Rina melakukannya semakin cepat, dan semakin cepat, dan semakin cepat.

    Ketika akhirnya aku merasa spermaku mau muncrat, segera kutarik penisku dari mulutnya. Tapi Rina menahannya dan tetap menghisap penisku. Maka aku pun tidak bisa menahan lebih lama lagi, spermaku muncrat di dalam mulutnya dengan rasa nikmat yang luar biasa.

    Spermaku langsung ditelannya dan dia terus menghisapi dan menyedot penisku sampai spermaku muncrat berkali-kali. Badanku sampai tersentak-sentak merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Meskipun spermaku sudah habis, mulut Rina masih terus menjilat. Akupun akhirnya tidak kuat lagi berdiri dan akhirnya dengan nafas sama-sama tersengal-sengal kita berbaring di karpet dengan mata terpejam.

    “Thanks ya Ran, tadi itu nikmat sekali”, kataku berbisik.

    “Ah.. aku juga suka kok.., makasih juga kamu ngebolehin aku mainin kamu.”

    Kemudian ujung hidungnya kukecup, matanya juga, kemudian bibirnya. Mataku memandangi tubuhnya yang terbaring telanjang, alangkah indahnya. Pelan-pelan kuciumi lehernya, dan aku merasa nafsu kami mulai naik lagi. Kemudian mulutku turun dan menciumi susunya yang sebelah kanan sedangkan tanganku mulai meremas susu yang kiri.

    Rina mulai menggeliat-geliat, dan erangannya membuat mulut dan tanganku tambah gemas memainkan susu dan putingnya. Aku terus menciumi untuk beberapa saat, dan kemudian pelan-pelan aku mulai mengusapkan tanganku keperutnya, kemudian ke bawah lagi sampai merasakan bulu kemaluannya, kuelus dan kugaruk sampai mulutnya menciumi kupingku.

    Pahanya mulai aku renggangkan sampai agak mengangkang. Kemudian sambil mulutku terus menciumi susunya, jariku mulai memainkan clitorisnya yang sudah mulai terangsang juga. Cairan vaginanya kuusap-usapkan ke seluruh permukaan vaginanya, juga ke clitorisnya, dan semakin licin clitoris dan vaginanya, membuat Rina semakin menggelinjang dan mengerang. clitorisnya kuputar-putar terus, juga mulut vaginanya bergantian.

    “Ahh.. Randiii.. aahh.. terusss… aahh.. sayaanggg..” mulutnya terus meracau sementara pinggulnya mulai bergoyang-goyang. Pantatnya juga mulai terangkat-angkat. Aku pun segera menurunkan kepalaku ke arah selangkangannya, sampai akhirnya mukaku tepat di selangkangannya. Kedua kakinya kulipat ke atas, kupegangi dengan dua tanganku dan pahanya kulebarkan sehingga vagina dan clitorisnya terbuka di depan mukaku.

    Aku tidak tahan memandangi keindahan vaginanya. Lidahku langsung menjulur dan mengusap clitoris dan vaginanya. Cairan vaginanya kusedot-sedot dengan nikmat. Mulutku menciumi mulut vaginanya dengan ganas, dan lidahku kuselip-selipkan ke lubangnya, kukait-kaitkan, kugelitiki, terus begitu, sampai pantatnya terangkat, kemudian tangannya mendorong kepalaku sampai aku terbenam di selangkangannya. Aku jilati terus, clitorisnya kuputar dengan lidah, kuhisap, kusedot, sampai Rina meronta-ronta. Aku merasa penisku sudah tegak kembali, dan mulai berdenyut-denyut.

    “Randii.. aku tidak tahan.. aduuhh.. aahh.. enaakk sekaliii.. ” rintihnya berulang-ulang.

    Mulutku sudah berlumuran cairan vaginanya yang semakin membuat nafsuku tidak tertahankan. Kemudian kulepaskan mulutku dari vaginanya. Sekarang giliran penisku kuusap-usapkan ke clitoris dan bibir vaginanya, sambil aku duduk mengangkang juga. Pahaku menahan pahanya agar tetap terbuka. Rasanya nikmat sekali ketika penisku digeser-geserkan di vaginanya. Rina juga merasakan hal yang sama, dan sekarang tangannya ikut membantu dan menekan penisku digeser-geserkan di clitorisnya.

    “Rina.. aahh.. enakkk.. aahh..”

    “aahh.. iya.. eeennaakkk sekaliii..”

    Kita saling merintih. Kemudian karena penisku semakin gatal, aku mulai menggosokkan kepala penisku ke mulut vaginanya. Rina semakin menggelinjang. Akhirnya aku mulai mendorong pelan sampai kepala penisku masuk ke vaginanya.

    “Aduuuhh.. Randii.. saakiiitt.. aadduuuhh.. jaangaann..” rintihnya

    “Tahan dulu sebentar… Nanti juga hilang sakitnya..” kataku membujuk

    Kemudian pelan-pelan penisku aku keluarkan, kemudian kutekan lagi, kukeluarkan lagi, kutekan lagi, kemudian akhirnya kutekan lebih dalam sampai masuk hampir setengahnya. Mulut Rina sampai terbuka tapi sudah tidak bisa bersuara.

    Punggungnya terangkat dari karpet menahan desakan penisku. Kemudian pelan-pelan kukeluarkan lagi, kudorong lagi, kukeluarkan lagi, terus sampai dia tenang lagi. Akhirnya ketika aku mendorong lagi kali ini kudorong sampai amblas semuanya ke dalam. Kali ini kita sama-sama mengerang dengan keras. Badan kita berpelukan, mulutnya yang terbuka kuciumi, dan pahanya menjepit pinggangku dengan keras sekali sehingga aku merasa ujung penisku sudah mentok ke dinding vaginanya.

    Kita tetap berpelukan dengan erat saling mengejang untuk beberapa saat lamanya. Mulut kami saling menghisap dengan kuat. Kita sama-sama merasakan keenakan yang tiada taranya. Setelah itu pantatnya sedikit demi sedikit mulai bergoyang, maka aku pun mulai menggerakkan penisku pelan-pelan, maju, mundur, pelan, pelan, semakin cepat, semakin cepat, dan goyangan pantat Rina juga semakin cepat.

    “Randii.. aduuuhh.. aahh.. teruskan sayang.. aku hampir niihh..” rintihnya.

    “Iya.. nihh.. tahan dulu.. aku juga hampirr.. kita bareng ajaa..” kataku sambil terus menggerakkan penis semakin cepat.

    Tanganku juga ikut meremasi susunya kanan dan kiri. Penisku semakin keras, kuhunjam-hunjamkan ke dalam vaginanya sampai pantatnya terangkat dari karpet. Dan aku merasa vaginanya juga menguruti penisku di dalam. Penisku kutarik dan kutekan semakin cepat, semakin cepat.. dan semakin cepat.. dannn..”Raaniii.. aku mau keluar niihh..””Iyaa.. keluarin saja.. Rina juga keluar sekarang niiihh.”Aku pun menghunjamkan penisku keras-keras yang disambut dengan pantat Rina yang terangkat ke atas sampai ujung penisku menumbuk dinding vaginanya dengan keras.

    Kemudian pahanya menjepit pahaku dengan keras sehingga penisku makin mentok, tangannya mencengkeram punggungku. Vaginanya berdenyut-denyut. Spermaku memancar, muncrat dengan sebanyak-banyaknya menyirami vaginanya.

    “aahh… aahh.. aahh..” kita sama-sama mengerang, dan vaginanya masih berdenyut, mencengkeram penisku, sehingga spermaku berkali-kali menyembur. Pantatnya masih juga berusaha menekan-nekan dan memutar sehingga penisku seperti diperas. Kita orgasme bersamaan selama beberapa saat, dan sepertinya tidak akan berakhir.

    Pantatku masih ditahan dengan tangannya, pahanya masih menjepit pahaku erat-erat, dan vaginanya masih berdenyut meremas-remas penisku dengan enaknya sehingga sepertinya spermaku keluar semua tanpa tersisa sedikitpun.

    “aahh.. aahh.. aduuuhh…” Kita sudah tidak bisa bersuara lagi selain mengerang-erang keenakan.

    Ketika sudah mulai kendur, kuciumi Rina dengan penis masih di dalam vaginanya. Kita saling berciuman lagi untuk beberapa saat sambil saling membelai. Kuciumi terus sampai akhirnya aku menyadari kalau Rina sedang menangis. Tanpa berbicara kita saling menghibur.

    Aku menyadari bahwa selaput daranya telah robek karena penisku. Dan ketika penisku kucabut dari sela-sela vaginanya memang mengalir darah yang bercampur dengan spermaku. Kita terus saling membelai, dan Rina masih mengisak di dadaku, sampai akhirnya kita berdua tertidur kelelahan dengan berpelukan.

    Aku terbangun sekitar jam 11 malam, dan kulihat Rina masih terlelap di sampingku masih telanjang bulat. Segera aku bangun dan kuselimuti badannya pelan-pelan. Kemudian aku segera ke kamar mandi, kupikir shower dengan air hangat pasti menyegarkan. Aku membiarkan badanku diguyur air hangat berlama-lama, dan memang menyegarkan sekali. Waktu itu kupikir aku sudah mandi sekitar 20 menit, ketika aku merasa kaget karena ada sesuatu yang menyentuh punggungku. Belum sempat aku menoleh, badanku sudah dilingkari sepasang tangan.

    Ternyata Rina sudah bangun dan masuk ke kamar mandi tanpa kuketahui. Tangannya memelukku dari belakang, dan badannya merapat di punggungku.

    “Aku ikut mandi yah..?” katanya.

    Aku tidak menjawab apa-apa. Hanya tanganku mengusap-usap tangannya yang ada di dadaku, sambil menenangkan diriku yang masih merasa kaget. Sambil tetap memelukku dari belakang, Rina mengambil sabun dan mulai mengusapkannya di dadaku. Nafsuku mulai naik lagi, apalagi aku juga merasakan susunya yang menekan punggungku.

    Usapan tangan Rina mulai turun ke arah perutku, dan penisku mulai berdenyut dan berangsur menjadi keras. Tidak lama kemudian tangan Rina sampai di selangkanganku dan mulai mengusap penisku yang semakin tegak. Sambil menggenggam penisku, Rina mulai menciumi belakang leherku sambil mendesah-desah, dan badannya semakin menekan badanku.

    Selangkangan dan susunya mulai digesek-gesekkan ke pantat dan punggungku, dan tangannya yang menggenggam penisku mulai meremas-remas dan digerakkan ke pangkal dan kepala penisku berulang-ulang sehingga aku merasakan kenikmatan yang luar biasa.

    “Rina oohh.. nikmat sekali sayang.”

    “Randiii uuuhh”, erangnya sambil lidahnya semakin liar menciumi leherku.

    Aku yang sudah merasa gemas sekali segera menarik badannya, dan sekarang posisi kita berbalik. Aku sekarang memeluk badannya dari belakang, kemudian pahanya kurenggangkan sedikit, dan penisku diselinapkan di antara pahanya, dan ujungnya yang nongol di depan pahanya langsung di pegang lagi oleh Rina. Tangan kiriku segera meremasi susunya dengan gemas sekali, dan tangan kananku mulai meremasi bulu kemaluannya.

    Kemudian ketika jari tangan kananku mulai menyentuh clitorisnya, Rina pun mengerang semakin keras dan pahanya menjepit penisku, dan pantatnya mulai bergerak-gerak yang membuat aku semakin merasa nikmat. Mukanya menengok ke arahku, dan mulutnya segera kuhisap dengan keras. Lidah kami saling membelit, dan jari tanganku mulai mengelusi clitorisnya yang semakin licin. Kepala penisku juga mulai dikocok-kocok dengan lembut.

    “Rina aku tidak tahan nih aduuuhh.”

    “Iya Ran.. aku juga sudah tidak tahan.. uuuhh.. uuuhh.”

    Badan Rina segera kubungkukkan, dan kakinya kurenggangkan. Aku segera mengarahkan dan menempelkan ujung penisku ke arah bibir vaginanya yang sudah menganga lebar menantang.

    “Randi.. cepat masukkan sayang cepat uuhh ayoo.” Aku yang sudah gemas sekali segera menekan penisku sekuat tenaga sehingga langsung amblas semua sampai ke dasar vaginanya. Rina menjerit keras sekali. Mukanya sampai mendongak.

    “aahh.. kamu kasar sekali.. aduuhh sakit aduuhh..” Aku yang sudah tidak sabar mulai menggerakkan penisku maju mundur, kuhunjam-hunjamkan dengan kasar yang membuat Rina semakin keras mengerang-erang. Susunya aku remas-remas dengan dua tanganku.

    Tidak lama kemudian Rina mulai menikmati permainan kita, dan mulai menggoyangkan pantatnya. Vaginanya juga mulai berdenyut meremasi penisku. Aku menjadi semakin kasar, dan penisku yang sudah keras sekali terus mendesak dasar vaginanya. Dan kalau penisku sedang maju membelah vaginanya, tanganku juga menarik pantatnya ke belakang sehingga penisku menghunjam dengan kuat sekali. Tapi tiba-tiba Rina melepaskan diri.

    “hh sekarang giliranku aku sudah hampir sampai.” katanya. Kemudian aku disuruh duduk selonjor di lantai di antara kaki Rina yang mulai menurunkan badannya. Penisku yang mengacung ke atas mulai dipegang Rina, dan di arahkan ke bibir vaginanya.

    Tiba-tiba Rina menurunkan badannya duduk di pangkuanku sehingga penisku langsung amblas ke dalam vaginanya. Kita sama-sama mengerang dengan keras, dan mulutnya yang masih menganga kuciumi dengan gemas.

    Kemudian pantatnya mulai naik turun, makin lama makin keras. Rina melakukannya dengan ganas sekali.

    Pantatnya juga diputar-putar sehingga aku merasa penisku seperti dipelintir.

    “Randii.. aku.. aku.. sudah.. hampirrr, uuuhh…” Erangnya sambil terus menghunjam-hunjamkan pantatnya. Mulutku beralih dari mulutnya ke susunya yang bulat sekali. Putingnya kugigit-gigit, dan lidahku berputar menyapu permukaan susunya. Susunya kemudian kusedot dan kukenyot dengan keras, membuat gerakan Rina semakin liar.

    Tidak lama kemudian Rina menghunjamkan pantatnya dengan keras sekali dan terus menekan sambil memutar pantatnya.

    “Sekaranggg aahh sekaranggg Randi, sekaranggg”, Rina berteriak-teriak sambil badannya berkelojotan.

    Vaginanya berdenyutan keras sekali. Mulutnya menciumi mulutku, dan tangannya memelukku sangat keras. Rina orgasme selama beberapa detik, dan setelah itu ketegangan badannya berangsur mengendur.

    “Ran, makasih yah.., sekarang aku pengin ngisep boleh yah..?” katanya sambil mengangkat pantatnya sampai penisku lepas dari vaginanya. Rina kemudian menundukkan mukanya dan segera memegang penisku yang sangat keras, berdenyut, dan ingin segera memuntahkan air mani. Mulutnya langsung menelan senjataku sampai menyentuh tenggorokannya.

    Tangannya kemudian mengocok pangkal penisku yang tidak muat di mulutnya. Kepalanya naik turun mengeluar-masukkan penisku. Aku benar-benar sudah tidak tahan. Ujung penisku yang sudah sampai di tenggorokannya masih aku dorong-dorong. Tanganku juga ikut mendesakkan kepalanya. Lidahnya memutari penisku yang ada dalam mulutnya.

    “Rina isap terus terusss hampirr terusss yyyaa sekaranggg sekarangg.. issaapp..”, Rina yang merasa penisku hampir menyemburkan sperma semakin menyedot dengan kuat.Dan…

    “aahh.. sekaranggg.. sekaranggg.. issaappp..” spermaku menyembur dengan deras berkali-kali dengan rasa nikmat yang tidak berkesudahan. Rina dengan rakusnya menelan semuanya, dan masih menyedot sperma yang masih ada di dalam penis sampai habis. Rina terus menyedot yang membuat orgasmeku semakin nikmat. Dan setelah selesai, Rina masih juga menjilati penisku, spermaku yang sebagian tumpah juga masih di jilati.

    Kemudian setelah beristirahat beberapa saat, kami pun meneruskan mandi sambil saling menyabuni. Setiap lekuk tubuhnya aku telusuri. Dan aku pun semakin menyadari bahwa badannya sangat indah. Setelah itu kami tidur berdua sambil terus berpelukan.

    Pagi-pagi ketika aku bangun ternyata Rina sudah berpakaian rapi, dan dia cantik sekali. Dia mengenakan rok mini dan baju tanpa lengan yang serasi dengan kulitnya yang halus. Dia mengajakku belanja ke Mall karena persediaan makanan memang sudah habis. Maka aku pun segera mandi dan bersiap-siap.

    Di perjalanan dan selama berbelanja kita saling memeluk pinggang. Siang itu aku menikmati jalan berdua dengannya. Kita belanja selama beberapa jam, kemudian kita mampir ke sebuah Café untuk makan siang. Di dalam mobil dalam perjalanan pulang kita ngobrol-ngobrol tentang semua hal, dari masalah pelajaran sekolah sampai hal-hal yang ringan.

    Ketika ngobrol tentang sesuatu yang lucu, Rina tertawa sampai terpingkal-pingkal, dan saking gelinya sampai kakinya terangkat-angkat. Dan itu membuat roknya yang pendek tersingkap. Aku pun sembari menyetir, karena melihat pemandangan yang indah, meletakkan tanganku ke pahanya yang terbuka.

    “Ayo.. nakal yah..” kata Rina, bercanda.

    “Tapi suka kan?” kataku sambil meremas pahanya. Kami pun sama-sama tersenyum. Mengusap-usap paha Rina memang memberi sensasi tersendiri, sampai aku merasa penisku menjadi tegang sendiri.

    “Randi.. sudah kamu nyetir saja dulu, tuh kan itunya sudah bangun.. pingin lagi yah? Rina jadi pengin ngelusin itunya nih..” kata Rina menggodaku.cerita porno 2016,cerita porno terupdate,cerita porno terbaru,cerita porno, Aku cuma senyum menanggapinya, dan memang aku sudah kepingin mencumbunya lagi.

    “Randi, bajunya dikeluarin dong dari celana, biar tanganku ketutupan. Dipegang yah?” Aku semakin nyengir mendengarnya. Tapi karena memang kepingin, dan memang lebih aman begitu dari pada aku yang meneruskan aksiku.

    Sambil menyetir aku pun mengeluarkan ujung bajuku dari celanaku. Kemudian tanpa menunggu, tangan Rina langsung menyelinap ke balik bajuku, ke arah selangkanganku. Tangannya mencari-cari penisku yang semakin tegang.

    “Ati-ati, masih siang nih, kalau ada orang nanti tangan kamu ditarik yah!” kataku. Rina diam saja, dan kemudian tersenyum ketika tangannya menemukan apa yang dicari-cari. Tangannya kemudian mulai meremas penisku yang masih di dalam celana. Penisku semakin tegang dan berdenyut-denyut.

    Karena terangsang juga, Rina mulai berusaha membuka ritsluiting celanaku, dan kemudian menyelinapkan tangannya, dan mulai memegang kepala penisku. Cairan pelumas yang mulai keluar diusap-usapkan ke kepala dan batang penisku.

    “Randi.. aku pengin ngisep ininya.. aku pengin ngisep sampai kamu keluar dimulutku..” katanya sambil agak mendesah. Aku juga ingin segera merasakan apa yang dia ingini. Yang ada di otakku adalah segara sampai di rumah, dan segera mencumbunya.

    Tapi harapan kita ternyata tidak segera terwujud karena sesampainya di rumah, ternyata orang tua Rina sudah pulang. Kita cuma saling berpandangan dan tersenyum kecewa.

    “Eh, sudah pada pulang yah..” Rina menyapa mereka.

    “Iya nih, ada perubahan acara mendadak. Makanya sekarang cape banget. Nanti malem ada undangan pesta, makanya sekarang mau istirahat dulu. Kamu masak dulu saja ya sayang.. sudah belanja kan?” kata maminya Rina.

    “Iya deh, sebentar Rina ganti baju dulu. Eh, Randi, katanya kamu pengin belajar masak, ayo, sekalian bantuin aku”, kata Rina sambil tersenyum penuh arti. Aku cuma mengiyakan dan ke kamarku ganti pakaian dengan celana pendek dan T-shirt. Kemudian aku ke dapur dan mengeluarkan belanjaan dan memasukkannya ke lemari es.

    Tidak lama kemudian Rina menyusul ke dapur. Dia pun sudah berganti pakaian, dan sekarang memakai daster kembang-kembang. Tante juga ikut-ikutan menyiapkan bahan makanan dan Rina mulai mengajariku memasak.

    “Sudah Mami istirahat saja sana, kan ini juga sudah ada yang ngebantuin..” kata Rina.

    “Iya deh, emang Mami cape banget sih, sudah yah, Mami mau coba istirahat saja”, kata Maminya Rina sambil keluar dari dapur. Aku yang sedang memotongi sayuran cuma tersenyum. Setelah beberapa saat, Rina tiba-tiba memelukku dari belakang, tangannya langsung ditelusupkan ke dalam celanaku dan memegang penisku yang masih tidur.

    “Eh.. kok ininya bobo lagi.. Rina bangunin yah?” tangannya dikeluarkan kemudian Rina mengambil salad dressing yang ada di depanku, masih sambil merapatkan badannya dari belakangku.

    Kemudian salad dressingnya dituangkan ke tangannya, dan langsung menyelinap lagi ke celana dan dioleskan ke penisku yang langsung menegang. Sambil merapatkan badannya, susunya menekan punggungku, Rina mulai meremasi penisku dengan dua tangannya. Nikmat yang aku rasakan sangat luar biasa. Aku segera melingkarkan tangan ke belakang, meremas pantatnya yang bulat itu.

    Tanganku aku turunkan sampai ke ujung dasternya, kemudian kusingkapkan ke atas sambil meremas pahanya dengan gemas. Ketika sampai di pangkal pahanya, aku baru menyadari kalau Rina ternyata sudah tidak memakai celana dalam. Maka tanganku menjadi semakin gemas meremasi pantatnya, dan kemudian menelusuri pahanya ke depan sampai ke selangkangannya. Jari-jariku segera membuka belahan vaginanya dan mulai memainkan clitorisnya yang sudah sangat basah terkena cairan yang semakin banyak keluar dari vaginanya. Tangan Rina juga semakin liar meremas, meraba dan mengocok penisku.

    “Rina.. sana diliat dulu, apa Om dan Tante memang sudah tidur..” kataku berbisik karena merasa agak tidak aman.

    Rina kemudian melepaskan pegangannya dan keluar dapur.

    Tidak lama kemudian Rina kembali dan bilang semuanya sudah tidur. Aku segera memeluk Rina yang masih ada di pintu dapur, kemudian pelan-pelan pintu kututup dan Rina kupepet ke dinding. Kita berciuman dengan gemasnya dan tangan kita langsung saling menelusup dan memainkan semua yang ditemui. Penisku langsung ditarik keluar oleh Rina dan aku segera menyingkap dasternya ke atas, kemudian kaki kirinya kuangkat ke pinggulku, dan selangkangannya yang menganga langsung kuserbu dengan jari-jariku.

    Tangan Rina menuntun penisku ke arah selangkangannya, menyentuhkan kepala penisku ke belahan vaginanya dan terus-terusan menggosok-gosokkannya. Untuk mencegah agar Rina tidak mengerang, mulutnya terus kusumbat dengan mulutku. Kemudian karena sudah tidak tahan, aku segera mengarahkan penisku tepat ke mulut vaginanya, dan menekan pelan-pelan, terus ditekan, terus ditekan sampai seluruh batangnya amblas.

    Kaki Rina satunya segera kuangkat juga ke pinggangku, sehingga sekarang dua kakinya melingkari pinggangku sambil kupepet di dinding. Kita saling mengadu gerakan, aku maju-mundurkan penisku, dan Rina berusaha menggoyang-goyangkan pantatnya juga. Vaginanya berdenyutan terasa meremasi batang penisku. Tidak lama kemudian aku merasa Rina hampir orgasme.

    Denyutan vaginanya semakin keras, badannya semakin tegang dan isapan mulutnya di mulutku semakin kuat. Kemudian aku merasa Rina orgasme. Kontraksi otot vaginanya membuat penisku merasa seperti diurut-urut dan aku juga merasa hampir mencapai orgasme. Setelah orgasme, gerakan Rina tidak liar lagi, dia cuma mengikuti gerakan pantatku yang masih menghunjam-hunjamkan penisku dan mendesakkan badannya ke dinding.

    Kemudian sementara penisku masih di dalam dan kaki Rina masih di pinggangku, aku melangkah ke arah meja dapur dan duduk di salah satu kursi, sehingga sekarang Rina ada di pangkuanku dengan punggung menyandar di meja dapur. Selama beberapa saat kita cuma berdiam diri saja. Rina masih menikmati sisa kenikmatan orgasmenya dan menikmati penisku yang masih di dalam vaginanya.

    Sementara aku menikmati sekali posisi ini, dan menikmati melihat Rina ada di pangkuanku. Tanganku mengusap-usap pahanya dan menyingkapkan dasternya ke atas sampai melihat bulu kemaluan kami yang saling menempel. Belahan vaginanya kubuka dan aku melihat pemandangan yang sangat indah. Penisku hanya kelihatan pangkalnya karena seluruh batangnya masih di dalam vagina Rina, dan di atasnya aku melihat clitorisnya yang sangat basah.

    Jari-jariku mulai mengusap-usap clitorisnya sampai Rina mulai mendesis-desis lagi, dan pantatnya mulai bergerak lagi, berputar dan mendesakkan penisku menjadi semakin masuk. Aku merasa vaginanya mulai berdenyutan lagi meremas-remas penisku. Karena gemas, kadang-kadang clitorisnya kupelintir dan kucubit-cubit.

    Kemudian dasternya kusingkap semakin ke atas sampai aku melihat susunya yang menantangku untuk segera memainkannya. Dengan tak sabar segera susunya yang kiri kulumat dengan mulutku, yang membuat kepala Rina mendongak merasakan kenikmatan itu. Sambil melumati susunya, lidahku juga memainkan putingnya yang sudah sangat tegang. Kadang-kadang putingnya juga kugigit-gigit kecil dengan gemas. Tanganku dua-duanya meremasi pantatnya yang bulat.

    “Ya Tuhan Randiii aahh aahh”, rintihnya di kupingku, sambil kadang menjilati dan menggigit kupingku.

    “Randii.. aahh.. aku hampir dapet lagii.. ahh.., terus gitu sayang”, rintihnya dengan gerakan yang semakin liar.

    Pantatnya semakin keras menekan dan berputaran, yang membuat penisku juga seperti dipelintir dengan lembut.

    Aku pun menuruti dan terus memberikan kenikmatan dengan terus memainkan susunya bergantian yang kiri dan kanan, dan tanganku juga ikut memainkan puting susunya, sampai Rina tiba-tiba menggigit kupingku dengan keras dan setelah menghentakkan pantatnya dia memelukku dengan eratnya.

    “hh Randdiii.. hh. hh.” Aku merasakan Rina orgasme untuk kedua kalinya dan lebih hebat dari yang pertama.

    Denyutan vaginanya keras sekali dan berlangsung selama beberapa detik, dan kenikmatan yang aku rasakan membuatku merasa sudah hampir orgasme. Tapi setelah orgasme, ternyata Rina masih ingat keinginannya untuk menghisap penisku.

    “Randi.. jangan dikeluarin dulu.. nanti di mulutku saja yah”.

    Maka setelah turun dari pangkuanku, Rina segera jongkok di depanku dan langsung mengulum penisku. Lidahnya memutari batangnya dan mulutnya menyedot-nyedot membuat aku merasa orgasmeku sudah sangat dekat. Tanganku memegang belakang kepala Rina, dan kutekan agar penisku semakin masuk di mulutnya, kemudian aku juga membantu memasuk-keluarkan penisku di mulutnya, dan

    “aahh Rina aku keluarrr terus isaappp.. aahh..” dan memang Rina dengan lahapnya terus menghisap spermaku yang langsung berhamburan masuk ke tenggorokannya. Penisku yang masih mengeluarkan sperma terus disedot dan dikenyot-kenyot dan pangkal penisku juga terus-terusan dikocok-kocok. Orgasmeku kali ini kurasakan sangat luar biasa.

    Setelah itu kita kembali berciuman, dan kembali meneruskan memasak.

    “Randi.. makasih yah, tapi aku belum puas, habis kurang bebas sih, entar malem lagi yah..!” aku yang merasa hal yang sama cuma mengangguk.

    “Ran, aku nanti malem pengin menikmati seluruh tubuhmu.”

    “Maksudmu..? apa selama ini belum?”

    “Aku pengin melakukan hal yang lain sama kamu.., tunggu saja..”

    “Ihh.. apaan sih.., Rina jadi merinding nih”, kata Rina sambil memperlihatkan bulu-bulu tangannya yang memang berdiri, dan sambil tersenyum aku mengelusi tangannya. Kemudian badannya kupeluk dari belakang dengan lembut. Aku merasa bahagia sekali.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Horny Jilatan Dan Emutan Di Kos an

    Cerita Sex Horny Jilatan Dan Emutan Di Kos an


    809 views

    Perawanku – Setelah kejadian kemarin yang aku share kepada pembaca dewasa “mesum didalam mobil” saat itu aku
    sedang makan di kantin bersama Sinta, kami bercanda sambil gosipin menunggu jam kuliah masuk, saat itu
    pukul 13.00 bisa kebayang jam seperti itu kantin pasti penuh, saking asyknya kita bercanda aku
    dikagetkan dengan seseorang yang menpuk pundakku

    “Helo girls, gabung yah, penuh nih !” sapa orang itu yang ternyata si Dimas, salah satu playboy
    kampusku yang dua minggu lalu terlibat ML denganku (baca mesum didalam mobil)

    “Penuh apa alasan buat bisa deketin kita, heh ?” goda Sinta padanya.

    “Iya nih, dasar, itu tuh disana aja kan ada yang kosong, hus…hus..!!” kataku dengan nada
    bercanda“Maunya sih…cuma kalo gua disana takutnya ada yang merhatiin gua, jadi mendingan gua deketin
    sekalian” kelakarnya dengan gaya khas seorang playboy.“Gila ga tau malu amat, jijay lo !” sambil
    kucubit lengannya

    Kami bertiga menikmati makan dan obrolan kami semakin seru dengan datangnya pemuda ini. Harus kuakui
    Dimas memang pandai berkomunikasi dengan wanita dan menarik perhatian mereka. Dalam empat sekawan
    geng-ku saja dia sudah pernah menikmati petualangan sex dengan tiga diantaranya (termasuk aku),
    tinggal si Indah yang belum dia rasakan.

    “Kuliah jam berapa lagi nih kalian ?” tanyanya“Gua sih masih lama, jam tiga nanti, pulang tanggung”
    jawabku“Kalo gua sih sebentar lagi jam satu masuk, BT deh kuliahnya Bu Dinah yang killer itu” jawab
    Sinta sambil mengelap mulutnya dengan tisu.

    “Halo Ci….hai Nana (Sinta) !” sapa Indah yang tiba-tiba nongol dari keramaian orang lalu duduk di
    sebelah Sinta.

    Hari itu Indah tampil dengan penampilan barunya yaitu rambutnya yang panjang itu dicat coklat sehingga
    nampak seperti cewek indo. Dia terlihat begitu menawan dengan baju pink yang bahunya terbuka dipadu
    celana panjang putih.

    Kuperkenalkan Dimas pada Indah, berbeda dengan kami bertiga yang dari fakultas yang sama, Sastra
    Inggris, Indah berasal dari Fakultas Ekonomi sehingga dia belum mengenal Dimas. Begitu kenal dengan
    Indah, Dimas langsung beraksi dengan kata-kata dan pujian gombalnya.

    Dengan sifat Indah yang gaul itu mereka cepat akrab dan omongannya nyambung.“Dasar aligator darat”
    begitu gumamku dalam hati sambil menyedot minumanku.Tak lama kemudian HP Sinta berdering lalu dia
    pamitan karena ada janji mau mengerjakan tugas kelompok dengan temannya di perpustakaan.

    Jadi sekarang tinggallah kami bertiga.“Ngapain yah enaknya sambil nunggu, bosen kan disini terus ?”
    kata Indah setelah menghabiskan kentang goreng dan minumnya. Ternyata dia sedang menunggu kuliah jam
    tiga juga.

    “Ke kost gua gimana ? gua sih dah beres ga ada apa-apa lagi” usul DimasKami pun mengiyakan daripada
    menunggu dua jam lebih di kampus, di kostnya kan banyak film jadi bisa nonton dulu. Kami pun berjalan
    ke gerbang samping yang menuju ke kostnya setelah membayar makan.

    Hanya dalam lima menit kami sudah tiba di tujuan. Kostnya cukup besar dan bagus karena termasuk kost
    yang mahal di daerah sini, terdiri dari dua tingkat dengan kamar mandi di kamar masing-masing.

    Penghuninya campur pria-wanita, tapi menurut Dimas lebih dari setengahnya wanita, makannya dia betah
    di sini.“Welcome to my room, sori yah rada berantakan” dia membukakan pintu dan mempersilahkan kami
    masuk ke kamarnya di tingkat dua.

    Ini bukan pertama kalinya aku ke sini, aku bahkan pernah ML disini saat one night stand dengannya.
    Pada temboknya terpampang beberapa poster pemain sepak bola, juga ada sebuah poster anime Kenshin.
    Foto pacarnya yang kuliah di luar negri dipajang diatas meja belajarnya yang sedikit acak-acakan.

    Kami ngobrol-ngobrol sambil menikmati snack hingga akhirnya obrolan kami mulai menjurus ke masalah
    seks. Dimas tanpa basa-basi menawarkan nonton film bokep koleksinya, dipilihnya salah satu vcd bokep
    Jepang favoritnya.

    Aku tidak ingat judulnya, yang pasti adegannya membuatku merinding. Kami bertiga hening menatapi layar
    komputer seakan terhanyut dalam adegan yang pemerkosaan masal seorang wanita oleh beberapa pria,
    sperma pria-pria itu berhamburan membasahi si wanita.

    Darahku serasa memanas dan selangkanganku mulai basah. Indah di sebelahku juga mulai gelisah, dia
    terlihat menggesek-gesekkan kedua pahanya. Dan, si Dimas….oh dia meremas-remas tangan Indah, dia juga
    mulai berani mengelus lengannya.

    Melihat reaksi Indah yang malu-malu mau dan sudah terangsang berat, Dimas makin berani mendekatkan
    mulutnya ke pundak Indah yang terbuka. Indah menggelinjang kecil merasakan hembusan nafas Dimas pada
    leher dan pundaknya.

    Karena sudah merasa horny, ditambah lagi Dimas dan Indah mulai beraksi, akupun tidak malu-malu lagi
    mengekspresikan nafsuku pada Indah yang duduk paling dekat denganku. Tanganku merayap lewat bagian
    bawah bajunya dan terus menyelinap ke balik bra-nya.

    Aku dapat merasakan putingnya makin mengeras ketika kumain-mainkan dengan jariku. Mulutku saling
    berpagutan dengannya, lidah kami saling beradu dan bertukar ludah. Sementara di sebelah sana, Dimas
    mulai menjilati leher dan pundaknya, disibakkannya rambut panjang itu lalu dihirupnya wangi tubuhnya
    sebelum cupangannya berlanjut ke leher dan belakang telinganya.

    Indah mendesah tertahan menikmati perlakuan ini, tangannya mulai bergerak meraih penis Dimas yang
    masih tertutup celana jeansnya, diraba-rabanya benda yang sudah mengeras itu dari luar. Ciuman Dimas
    menurun lagi ke bahu Indah sambil menurunkan pakaian dengan bahu terbuka itu secara perlahan-lahan,
    suatu cara profesional dan erotis dalam menelanjangi seorang wanita.

    Aku juga ikut menurunkan pakaian Indah dari sebelah kiri sehingga pakaian itu sekarang menggantung di
    perutnya. Dengan cekatan Dimas menurunkan cup BH kanannya dan langsung melumatnya dengan rakus.

    Indah melenguh merasakan payudaranya dihisap kuat oleh Dimas. Aku sekarang melepaskan pakaianku
    sendiri hingga bugil lalu mendekati Dimas yang sudah merebahkan tubuh Indah di ranjangnya. Kupeluk
    pinggangnya dari belakang dan melepaskan sabuknya disusul resleting celananya.

    Dimas berhenti sejenak untuk membiarkanku melucuti dirinya, disaat yang sama Indah juga melepasi
    pakaiannya. Kini kami bertiga sudah telanjang bulat. Kami menyuruh Dimas rebahan di ranjang agar bisa
    menservis penisnya. Penis yang sudah mengeras kukocok dan kujilati, lalu kumasukkan ke mulutku.

    Bersama dengan Indah, kami bergantian melayani ‘adik’ Dimas dengan jilatan dan emutan. Indah melakukan
    aktivitasnya dengan terngkurap diatas tubuh Dimas dengan kata lain mereka dalam posisi 69, jadi Dimas
    bisa menikmati vagina Indah sementara kami berdua menikmati penisnya.

    Dimas sangat menikmati vagina Indah, hal ini nampak dari cara dia menjilat dan menyedot liang itu,
    terkadang suara hisapannya terdengar jelas sehingga membuat Indah mengerang pendek. Beberapa menit
    kemudian Indah mengerang lebih panjang dan suara seruput Dimas terdengar lebih jelas, ternyata Indah
    sudah mencapai orgasme pertama.

    Dimas mengganti posisi, Indah disuruh telungkup di ranjang dan pantatnya diangkat menungging, Dimas
    sendiri mengambil posisi di belakangnya dan mengarahkan senjatanya ke vagina Indah. Indah merintih
    sambil meremas sprei menikmati penis Dimas melesak masuk membelah bibir bawahnya.

    Ketika penis itu masuk sebagian, Dimas menghentakkan pinggulnya dengan bertenaga sehingga penisnya
    amblas seluruhnya dalam vagina Indah. Tubuhnya tersentak pelan dengan mata membelakak diikuti dengan
    erangan nikmatnya.

    Dimas memompa Indah dengan gerakan-gerakan yang mantap dan erotis sehingga Indah tidak sanggup berkata
    apa-apa selain mengap-mengap keenakan. Kedua tangannya menjelajahi payudara Indah yang berukuran
    sedang tapi padat, kedua putingnya dipencet-pencet atau dipelintir.

    Aku sendiri yang tidak tahan hanya menonton mengambil posisi berselonjor di depan Indah, kedua pahaku
    kubuka lebar dan kudekatkan ke wajah Indah.“Dah…jilatin punya gua yah…ga tahan nih !”Indah mulai
    menjilati paha dan vaginaku, lidahnya menari-nari menggelikitik klitorisku yang sudah menegang
    sementara tangannya meraih payudaraku dan mencubit-cubit putingku.

    Lidah Indah memberi rangsangan tak terkira pada kemaluanku sehingga aku tidak tahan untuk tak
    mendesah. Desahan kami bertiga pun terdengar memenuhi kamar ini. Kami berganti posisi menjadi woman on
    top, Indah bergoyang di atas penis Dimas dan aku naik ke wajah Dimas berhadapan dengan Indah, kini
    vaginaku dilayani oleh Dimas dengan lidahnya.

    Sambil terus bergoyang aku berciuman dengan Indah, aku kembali menikmati lidah sesama jenisku, kami
    bercipokan sambil mengeluarkan desahan-desahan tertahan. Ciuman Indah terus turun ke leherku hingga
    berhenti di payudara kananku, sebuah gigitan kecil disertai hisapan pada daerah itu membuatku
    menggeliat, disusul tangan Dimas menjulur dari bawah mencaplok yang kiri.

    Ooohh…sepertinya bagian sensitifku diserang semua, lidah Dimas yang dikeraskan itu melesak masuk lebih
    dalam dan bergoyang menggelikitik dinding kemaluanku, tangannya yang satu meremas dan sesekali menepuk
    pantatku yang sekal.

    Cerita Sex Horny Jilatan Dan Emutan Di Kos an

    Cerita Sex Horny Jilatan Dan Emutan Di Kos an

    Aku semakin erat mendekap Indah sambil satu tanganku meremas payudaranya. Tak lama kemudian aku merasa
    sesuatu yang mendesak keluar dari bawah sana, ahh…aku tak sanggup lagi menahan cairan cinta yang mulai
    membasahi vaginaku.

    Hal yang sama juga dialami Indah tak lama kemudian, dia melepas emutannya pada putingku, nafasnya
    makin memburu dan dia menaik-turunkan tubuhnya dengan lebih cepat.

    Tubuh kami berdua mengejang hebat dan erangan klimaks keluar dari mulut kami. Dimas menusuk-nusukkan
    jarinya ke vaginaku membuat cairan itu makin membanjir dan tubuhku makin tak terkendali, aku mendesah
    panjang tanpa mempedulikan rasa sakit dari kuku Indah yang mencakar lenganku.

    Cairanku diseruput Dimas dengan rakusnya, vagina Indah juga mengeluarkan banyak cairan sehingga
    menimbulkan bunyi kecipak air. Goyangan kami mulai mereda, kami berpelukan menikmati sisa-sisa orgasme
    barusan, kami menghimpun nafas kami yang kacau balau, keringat seperti embun membasahi dahi dan tubuh
    kami.

    Akhirnya kujatuhkan diriku ke samping dan Indah jatuh di dekapan Dimas. Dimas menoleh ke samping
    bertatapan muka denganku lalu mengembangkan senyum, nampak mulutnya masih basah oleh cairan cintaku.
    Hebat juga dia, bisa membuat dua wanita klimaks dalam waktu hampir bersamaan, begitu pujiku dalam
    hati.

    “Gimana girls, ready for next round ? gua belum keluar nih” katanya sambil mengelus rambut panjang
    Indah.

    “Hhhh…lu duaan aja dulu deh, gua kumpul tenaga dulu. Heh sialan lu Ndah, pakai cakar-cakaran segala
    sakit tau, nih !” omelku memperlihatkan bekas cakaran di lengan kiriku yang sedikit berdarah sambil
    mencubit lengannya.

    “Hihihi…sory dong Ci, tadi kan kita lagi lupa daratan lagi, yang penting kan enjoy juga” jawabnya
    santai sambil tersenyum kecil.Sebentar kemudian Dimas sudah membalikkan tubuh Indah menjadi telentang
    dibawahnya, lalu kembali penisnya dimasukkan ke vagina Indah diiringi desahannya.

    Ranjang ini sudah mulai bergetar lagi oleh goyangan tubuh mereka. Sambil menggenjot Dimas meraih
    payudaraku dan memencetnya lembut sebagai sinyal mengajakku segera bergabung.“Ntar yah, gua mo minum
    dulu nih, haus” kataku sambil bangkit berdiri dan mengambil sebuah gelas, aku membuka kran dispenser
    yang terletak di dekat jendela untuk mengisi air.

    Ketika sedang meneguk air tiba-tiba aku mendengar suara kresek-kresek di pintu. Kutajamkan
    pendengaranku dan melihat ada seperti bayangan di celah bawah pintu, pasti seseorang mengintip kami
    pikirku.

    Aku tadinya bermaksud memberitahu mereka, tapi sebaiknya kuselidiki sendiri karena mereka sedang sibuk
    berpacu dengan nafsu sampai tidak begitu menghiraukanku. Kusingkap sedikit tirai jendela untuk melihat
    siapa di luar sana, ada seseorang pria sedang menempelkan telinganya pada pintu, dia juga berusaha
    mencari-cari lubang untuk mengintip, tapi wajahnya tidak jelas.

    Dalam pikiranku terbesit sebaiknya kuajak saja dia untuk meramaikan, mumpung aku daritadi belum
    dimasuki penis karena Dimas sedang asyik menggumuli Indah. Maka sebelumnya aku melihat dulu sekeliling
    apa ada orang lain lagi selain dia, letak kamar ini cukup strategis agak ujung dan jauh dari
    keramaian,

    Setelah yakin tidak ada siapapun lagi selain pengintip ini kuberanikan diri membuka pintu
    mengejutkannya. Pelan-pelan gagang pintu kuputar dan…hiya…orang itu terdorong masuk karena sedang
    menyandarkan tubuhnya pada pintu, dengan cekatan pintu kembali kututup. Orang itu benar-benar
    terkejut, bingung, dan terangsang melihat sekelilingnya bugil dan ada yang bersenggama pula.

    Dimas dan Indah yang sedang berasyik-masyuk kontan ikut terkejut, Indah menyambar guling untuk
    menutupi tubuhnya dan menjerit kecil. Belakangan aku tahu dia adalah kacung di kost ini, namanya
    Dadan, usianya masih 17 tahun, anaknya tinggi kurus dan berkulit sawo matang.

    Tadinya dia cuma mau mengambil barang di gudang yang kebetulan harus lewat kamar ini, ketika itu lah
    dia mendengar suara-suara aneh dan terpancing untuk mendengar dan mengintipnya. Dia langsung
    tertunduk-tunduk minta maaf berkali-kali karena dimarahi Dimas yang merasa gusar diintip olehnya.

    Namun ketika Dimas merenggut kerah baju pemuda itu dan hendak memukulnya buru-buru aku mencegah dan
    menenangkan si Dimas yang bertemperamen tinggi.

    “Ehhh…udah-udah, dia kan ga sengaja tadi, kita juga yang salah terlalu keras suaranya…udah lu sana aja
    terusin pestanya sama Indah, biar dia gua yang urus, lagian di sini kurang cowoknya” bujukku
    mengedipkan sebelah mata pada Dimas.

    Kuelus-elus dada Dimas dan berusaha menenangkannya, setelah kubujuk-bujuk akhirnya dia mundur
    juga.“Tenang Mas, lu orang terusin aja, biar gua urus yang ini”

    Akupun tersenyum padanya mencoba mengajak bicara sambil memegangi kedua lengannya, kurasakan tubuhnya
    masih agak gemetar dan tertunduk, entah karena tegang, kaget, atau malu.

    “Nama lu Dadan ya ?” tanyaku dengan lembut dan dijawab dengan anggukan kepalanya.“Lu tadi udah ngeliat
    apa aja Dan ?” tanyaku lebih lanjut

    “Belum liat apa-apa kok Non, sumpah…saya cuma denger suara-suara terus saya cari tau” jawabnya
    terbata-bata

    “Terus kamu tau apa yang kita kerjain barusan itu ?” dijawab lagi dengan anggukan kepala“Kamu pernah
    ngerasain ngentot sebelumnya ?”

    “Nggak pernah Non, paling cuma liat di VCD sambil coli”

    “Ya udah Dan, berhubung kamu udah disini gimana kalau mbak ajarin kamu soal gituan” aku tersenyum lagi
    dan mengangkat wajahnya yang tertunduk, walaupun gugup tapi matanya terus ke arah tubuhku yang polos,
    sebentar-sebentar juga melihat ke arah Indah

    “Sini Mbak bukain bajunya, biar enakan, ayo…jangan malu-malu disini semua bugil kok !” kulucuti
    pakaiannya tanpa menunggu responnya, dia masih malu-malu menutupi penisnya dengan tangan.

    Kutepis tangannya dan kugenggam penis yang masih setengah tegang itu, aku berlutut di depannya dan
    mulai menjilati benda itu, kemasukkan bagian kepalanya ke mulutku dan kuemut pelan. Aku melirik ke
    atas melihat reaksi wajahnya dengan mata merem-melek dan menelan ludah memperhatikan aku mengoralnya.

    Makin kukocok benda itu terasa makin keras dan besar, memang ga jumbo size sih, namanya juga ABG, tapi
    kerasnya lumayan.“Hmmmhhh…Mbak…geli mbak !” erangnya gemetaran.“Udah jangan cerewet, dikasih enak
    gratisan malah bawel, nanti juga ketagihan kok” jawabku.

    Tiba-tiba terdengarlah suara musik heavy metal mengalun di kamar ini, sambil terus menyepong
    kulirikkan bola mataku ke arah suara. Ternyata si Dimas menyalakan MP3 di komputernya dan menyetel
    volume suaranya untuk meredam suara kami.

    Kemudian mereka yang tadinya melongo memperhatikanku mengerjai anak muda sudah mulai lagi dengan
    kesibukan mereka. Kini Dimas menaikkan kedua tungkai Indah ke bahunya dan kembali melesakkan penisnya
    ke vaginanya.

    Setelah beberapa kumainkan dalam mulutku, penis itu mulai berkedut-kedut, pemiliknya juga mendesah
    makin tak karuan. Akupun semakin dalam menelan benda itu hingga menyentuh daging lunak di
    tenggorokanku.

    “Mbak…ohhh…enakk banget mbak…aahhh !” desahnya panjang bersamaan dengan spermanya yang ngecret di
    dalam mulutkuPipiku sampai kempot mengisap dan menelan cairan itu dengan nikmat, tak setetes pun
    tertinggal. Kemudian akupun bangkit berdiri sambil tetap menggenggam penisnya yang masih ngaceng tapi
    agak berkurang tegangnya.

    “Gimana Dan, pernah diginiin ga sama cewek sebelumnya, rasanya gimana ?” tanyaku dengan senyum
    nakal.“Baru pertama kali mbak…he-eh emang enak banget” katanya masih dengan nafas terengah-engah.

    “Ini baru pemanasan Dan, masih banyak yang lebih enak kok, yuk sini deh !” kataku seraya menaikkan
    pantat ke meja belajar dan mekangkangkan kedua belah paha mulusku.Kubimbing penisnya ke arah vaginaku
    yang terkuak lebar, setelah tepat sasaran kusuruh dia menggerakkan pinggulnya ke depan.

    Blesss….terbenamlah penis itu ke dalamku diiringi desahan nikmat kami. Tanpa kuajari lagi dia mulai
    menggerak-gerakkan pinggulnya maju-mundur, sodokannya walaupun terasa makin mantap tapi rasanya masih
    ada yang kurang yaitu dia tidak memberi rangsangan pada bagian sensitifku lainnya, maklumlah namanya
    juga perjaka, masih amatiran.

    Aku harus terus berinisiatif mengajarinya, maka kutarik kepalanya mendekati payudaraku yang membusung,
    kusuruh dia mengeyotnya sepuas hati. Barulah dia mulai berani menjilati dan mengulum payudaraku,
    bahkan tangan satunya kini aktif menggerayangi payudaraku yang lain.
    Entah karena terlalu nafsu atau kelepasan dia gigit putingku yang kanan dengan cukup keras, sampai aku
    menjerit.“Aakkhh…Dan sakit, jangan keras-keras dong !”Di seberang sana Indah sudah dibuat orgasme
    entah yang keberapa kalinya.

    Tak sampai lima menit berikutnya Dimas pun mendesah panjang mencapai klimaksnya, dia mencabut penisnya
    dari vagina Indah dan menumpahkan isinya diatas perut rata Indah. Merekapun roboh bersebelahan, Indah
    mengusap-ngusapkan sperma itu ke tubuhnya dan menjilati sisi-sisanya di jari.

    Dadan masih terus menyodokku dari depan, gairahku makin memuncak saja, vaginaku terasa makin panas
    akibat gesekan dengan penisnya, suara erangan kami terlarut bersama dengan dentuman musik rock dari
    komputer.

    Bosan dengan posisi ini, dia memintaku ganti gaya. Sekarang kami melakukannya dengan gaya berdiri, aku
    berpegangan pada tepi meja sambil disodok dari belakang, dengan posisi demikian tangannya lebih bebas
    menggerayangi payudaraku yang bergantung, putingku dipencet dan dipilin-pilin terkadang agak kasar
    sampai benda itu mencuat tegang.

    “Dan…tambah cepet dong…mbak udah mau nih…!!” aku mengerang lirih saat kurasakan klimaks sudah
    diambang.

    “Ooohhh…ahhh…saya juga….kok rasanya tambah…enak mbak” sahutnya dengan menambah goyangannya

    “Keluarin di…dalam….jangan cabut kontol lu…ahh” kataku dengan suara bergetarKamipun mencapai orgasme
    bersama, tubuhku menggelinjang hebat, aku berteriak seolah mengiringi lagu di komputer, kepalaku
    terangkat dan mataku merem-melek.

    Si Dadan juga mendesah nikmat merasakan orgasme pertamanya bersama seorang wanita. Spermanya menyembur
    banyak sekali di dalam rahimku, cairan hangat dan kental itu juga membasahi daerah selangkanganku
    serta sebagian meleleh turun ke pahaku.

    Tubuhku lemas bersimbah peluh dan jatuh terduduk di kursi terdekat. Kubentangkan pahaku lebar-lebar
    agar bagian itu mendapat angin segar, soalnya rasanya panas banget setelah begitu lama bergesekan.
    Liang kenikmatanku nampak menganga dan sisa-sisa cairan persengamaan masih menetes sehingga membasahi
    kursi di bawahnya.

    “Saya mau lagi dong Mbak, abis memek Mbak legit banget sih, lagi yah Mbak !” pintanya sambil
    menggenggam penisnya yang masih tegang itu di dekat wajahku.“Iyah, tapi nanti yah, Mbak istirahat
    sebentar” jawabku sambil mengelap keringat di wajahku dengan tisu.

    Kulihat Dimas bangkit dan mendekatiku, senjatanya sudah dalam posisi siap tempur lagi setelah cukup
    istirahat. Dia belai rambutku dan meraih tanganku untuk digenggamkan pada penisnya.

    “Yuk, Cit…sambil kumpulin tenaga, kasih senjata gua amunisi dulu dong !” pintanyaAkupun memijati benda
    itu diselingi jilatan. Melihat si Dadan yang bengong aku pun menarik tangannya menyuruh berdiri di
    sisi kananku.

    Maka dihadapanku sekarang mengacunglah dua batang senjata yang saling berhadapan dan masing-masing
    kugenggam dengan kedua tanganku. Kugerakkan tangaku mengocok keduanya, mulutku juga turut melayani
    silih berganti.

    Merasa cukup dengan pemanasan, Dimas menyuruhku berhenti, dan menyuruhku bangun dulu, lalu dia duduki
    kursi itu baru menyuruhku duduk lagi di pangkuannya (sepertinya mau gaya berpangkuan deh).

    Dengan agak kasar dia menyuruh Dadan menyingkir“Heh, sana lo….kali ini giliran gua tau, jangan ganggu
    lagi !”

    “Eee…udah jangan galak ah, gitu-gitu juga dia kan yang bantu-bantu lu orang di sini” sahutku mengelus
    lengan Dimas.“Dan lu minta mbak yang itu aja buat ngajarin lu” lanjutku “Dah mau yang ajarin dia
    bentar kan, masih pemula nih”

    Sekarang Dadan tidak segrogi saat pertama main denganku barusan, dia menindih tubuh Indah yang masih
    terbaring. Indah mengajarinya teknik berciuman, nampaknya Dadan cepat dalam mempelajari teknik-teknik
    bercinta yang kami ajarkan,

    Sebentar saja dia sudah nampak beradu lidah dengan panasnya bersama Indah, tangannya juga kini lebih
    aktif menjelajahi lekuk-lekuk tubuh Indah memberi rangsangan. Indah yang gairahnya sudah bangkit lagi
    merespon dengan tak kalah hebat.

    Dia berguling ke samping sehingga dia kini di atas Dadan, lidahnya tetap bermain-main dengan lidah
    lawannya sementara tangan lembutnya meraih penis pemuda tanggung itu serta mengocoknya, Dadan
    mendesah-desah tak karuan menghadapi keliaran Indah.

    Indah membimbing penis itu memasuki vaginanya, dengan posisi berlutut dia turunkan tubuhnya hingga
    penis itu melesak masuk ke dalamnya. Kemudian mulailah dia menaik-turunkan tubuhnya dengan gencar
    membuat pemuda tanggung itu kelabakan. Kedua tangan Dadan mencengkram kedua payudara Indah dan
    meremasinya dengan bernafsu.

    Di tempat lain aku sedang asyik menggoyangkan tubuhku di pangkuan Dimas. Vaginaku dihujam penisnya
    yang sekeras batu itu. Otot-otot kemaluanku serasa berkontraksi makin cepat memijati miliknya.

    Tangannya yang mendekapku dari belakang terus saja menggerayangi payudaraku dengan variasi remasan
    lembut dan kasar. Kutengokkan wajahku agar bisa berciuman dengannya, lidah kami saling membelit dan
    beradu dengan panasnya.

    Beberapa menit kemudian mulutnya merambat ke telingaku, dengusan nafasnya dan jilatannya membuatku
    merinding dan makin terbakar birahi. Mulutnya terus mengembara ke tenguk, leher, dan pundakku
    meninggalkan bekas liur maupun bercak merah.

    Tanpa terasa goyangan tubuh kami semakin dahsyat sampai kursinya ikut bergoyang, kalau saja bahannya
    jelek mungkin sudah patah tuh kursi. Posisi ini berlangsung 20 menit lamanya karena kami begitu
    terhanyut menikmatinya. Selama itu terdengar dua SMS yang masuk ke ponselku namun tak kuhiraukan agar
    tak merusak suasana.

    Akhirnya akupun tak bisa menahan orgasmeku, tubuhku kembali menggelinjang dahsyat, pandanganku serasa
    berkunang-kunang. Mengetahui aku akan segera keluar, dia makin bergairah, tubuhku ditekan-tekan
    sehingga penisnya menusuk lebih dalam, tangannya pun semakin kasar meremasi payudaraku.

    “Aaaahhkkkk….!” jeritku bersamaan dengan lagu mp3 yang hampir berakhirKugenggam erat lengan Dimas dan
    menggigit bibir merasakan gelombang dahsyat itu melanda tubuhku. Aku merasakan cairan cinta yang
    mengalir hangat pada selangkanganku.

    Akupun akhirnya bersandar lemas dalam dekapannya, penisnya tetap menancap di vaginaku, nafas kami
    tersenggal-senggal dan keringatpun bercucuran dengan derasnya. Kemudian dia angkat tubuhku hingga
    penisnya tercabut, tangan satunya menyelinap ke lipatan pahaku.

    Diangkatnya tubuhku dengan kedua lengan, aku menjerit kecil saat dia tiba-tiba menaikkanku ke
    lengannya karena kaget dan takut jatuh. Dibawanya aku ke ranjang lalu diturunkan di sana, nafasku
    belum teratur sehingga nampak sekali dadaku turun naik seperti gunung mau meletus.

    Tepat disebelah kami Dadan sedang menindih tubuh telanjang Indah dengan gerak naik-turun yang cepat.
    Indah hanya bisa menggelinjang dan mendesah, rambut panjangnya sudah kusut tak karuan, matanya menatap
    kosong pada kami.

    “Lagi yah Ci, dikit lagi tanggung gua belum keluar nih” pinta Dimas sambil merenggangkan kedua
    pahaku.Aku hanya pasrah saja mengikuti apa maunya. Dengan lancar penisnya yang sudah basah dan licin
    itu meluncur ke dalam vaginaku, aku mendesis dan meremas sprei saat dia hentakkan pinggulnya hingga
    seluruh penisnya masuk.

    Lagu dari komputer entah sudah berganti berapa kali, kali ini yang mengalun adalah lagunya Aerosmith
    yang dipakai soundtrack film ‘Armageddon’nya Bruce Willis. Lagu ini mengiringi permainan kami dalam
    babak ini. Perkasa juga si Dimas ini, dia masih sanggup menggenjotku dengan frekuensi tinggi sampai
    tubuhku terguncang hebat, padahal sebelumnya dia sudah membuatku dan Indah orgasme, kekuatannya jauh
    lebih meningkat dibanding ketika pertama kali one night stand denganku setahun lalu.

    Aku menggenggam tangan Indah dan bertatapan wajah dengannya“Udah berapa kali Ndah ?” tanyaku
    bergetar“Nggak tau…udah aahh…keenakan…ga hitung…lagi” jawabnya dengan mata merem melek.

    Aku makin tak terkontrol, kepalaku kugelengkan ke kiri-kanan, sesekali aku menggigit jari saking
    nikmatnya kocokan Dimas.

    Dia mempermainkan birahiku dengan sengaja tidak menyentuh payudaraku membiarkannya bergoyang-goyang
    seirama badanku, sehingga aku sendiri yang berinisiatif meraih tangannya dan meletakkannya di
    payudaraku, barulah dia mulai memencet-mencet putingku membuatku semakin terbakar.

    Akhirnya akupun sudah tidak kuat lagi, perasaan itu kuekspresikan dengan sebuah erangan panjang dan
    menarik sprei di bawahku hingga berantakan.“Udah dulu dong, Mas…gua gimana bisa kuliah ntar !” pintaku
    dengan terengah-engahTubuhku basah seperti mandi saja, habis AC kamarnya lagi rusak sih, sementara ini
    cuma ada kipas angin berukuran sedang, sedangkan iklim di Jakarta tau sendiri kan seperti apa
    gerahnya.

    Paham dengan kondisiku, dia biarkan aku beristirahat, dikecupnya bibirku dengan lembut disertai
    sedikit kata-kata manis dan pujian, setelah itu dia beralih ke Indah untuk menuntaskan hajatnya yang
    tinggal sedikit lagi. Kuseka dahiku yang bercucuran keringat lalu kulirikkan arlojiku, 20 menit lagi
    jam tiga, harus segera siap-siap kembali ke kampus.

    Indah yang sedang dalam posisi dogie digarap dari dua arah oleh mereka. Dadan yang menyodoknya dari
    belakang akhirnya klimaks, dia mengeluarkan penisnya dan menyiramkan isinya di punggung dan pantat
    Indah.

    Si Dimas yang sedang menyetubuhi mulut Indah juga tak lama kemudian menyusul, dia mengerang sambil
    menahan kepala Indah pada penisnya. Indah sendiri hanya bisa mengerang tertahan dan matanya merem
    melek menerima semprotan sperma Dimas, nampak cairan putih itu meleleh sedikit di pinggir bibir
    mungilnya.

    Dimas ambruk di sisiku dengan memeluk Indah yang menyandarkan kepalanya ke dada bidangnya, si Dadan
    terduduk lemas di bawah ranjang (karena ranjang sudah penuh sesak). Setelah tubuhku cukup stabil,
    pelan-pelan aku bangkit menuju kamar mandi dengan langkah gontai.

    Disana aku mencuci muka, dan membersihkan ceceran sperma di tubuhku dengan air. Indah masuk ketika aku
    sedang duduk di toilet buang air kecil.

    “Huh…ngagetin aja lu Dah, rambut acak-acakan kaya kuntilanak gitu lagi !” ujarku“Kuntilanak bajunya
    putih oi, ga bugil gini” jawabnya asal, lalu menyalakan kran wastafel.

    Setelah selesai berbenah diri, kami mengenakan kembali pakaian kami untuk kembali kuliah. Saat itu jam
    sudah menunjukkan hampir pukul tiga, maka itu kami agak terburu-buru sampai aku melupakan ponselku
    sehingga pulang kuliah aku harus balik lagi ke sini untuk mengambilnya.

    Kami berlari-lari kecil ke kampus, mana ruang kuliahku di lantai tiga lagi, aku sampai ke kelas
    terlambat lima menit, untung belum melebihi toleransi keterlambatan. Di kelas pun aku tidak bisa fokus
    karena selain masih lelah, dosennya, Pak Iwan ngomongnya juga slow motion, bikin ngantuk saja sehingga
    beberapa kali aku menguap.

    Temanku di sebelah bahkan bertanya“Baru bangun tidur lu Ci ? kok kusut gitu” karena make up ku memang
    agak luntur waktu cuci muka tadi“Iyah nih masih ngantuk tadi di kost temen belum cukup tidurnya”
    jawabku tersenyum dipaksa Lelah sekali hari itu sehingga begitu sampai di rumah aku langsung tiduran
    dan bangun jam tujuh malam, baru mandi untuk bersiap-siap menunggu jemputan Verna dan lainnya untuk
    nge-dugem malam itu.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Sedikit Kurang Ajar Sama Tante

    Cerita Sex Sedikit Kurang Ajar Sama Tante


    1122 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Sedikit Kurang Ajar Sama TanteCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Di Jakarta akhirnya aku bisa menyelesaikan progam studiku , dan aku mempunyai pengalam teptnya terjadi sebulan kemarin, saat itu aku sedng maen ke rumah om ku yang berada di Bogor, om aku masih muda dengan suami yang cantik dan 2 orang anak yang masih kecil kecil, saat aku menginap di rumah om ku, aku mendengar pertengakaran antara om dan tante, pemyebabnya tak lain adalah penyakit om saya yang kumat lagi yaitu maen ke diskotik bersama teman temannya.

    Cerita Dewasa Sedikit Kurang Ajar Sama Tante
    cerita sex tante, cerita hot tante, cerita tante hot, cerita hot tante tante, kumpulan cerita tante hot, cerita x tante, cerita tante tante hot, cerita sesk tante, cerita hot tante montok, cerita hot tante muda, kumpulan cerita hot tante, cerita tante haus, cerita ml tante tante, cerita hot tante cantik

    Hal tersebut sangat menyakitkan tante saya, karena di sana om saya akan mabuk-mabukan dan terkadang pulangnya bisa pada hari Minggu malam. Entahlah apa yang dilakukan di sana bersama teman-temannya. Dan pada saat itu hanya aku bertiga saja di rumah: saya, Om Pram dan Tante Sis.

    “Brak..” suara gelas pecah menghantam pintu, cukup membuat saya kaget, dan om saya dengan marah-marah berjalan keluar kamar.

    Dari dalam kamar terdengar tante saya berteriak, “Nggak usah pulang sekalian, cepet ceraikan aku.” Dalam hatiku berkata,

    “Wah ribut lagi.” Om Pram langsung berjalan keluar rumah, menstarter mobil Timornya dan pergi entah ke mana.

    Di dalam kamar, aku mendengar Tante Sis menangis. Aku mau masuk ke dalam tapi takut kena damprat olehnya (kesalahan Om Pram dilimpahkan kepadaku). Tapi aku jadi penasaran juga. Takut nanti terjadi apa-apa terhadap Tante Sis.

    Maksudku akibat kecewa sama Om Pram dia langsung bunuh diri.

    Pelan-pelan kubuka pintu kamarnya. Dan kulihat dia menangis menunduk di depan meja rias. Aku berinisiatif masuk pelan-pelan sambil menghindari pecahan gelas yang tadi sempat dilemparkan oleh Tante Sis. Kuhampiri dia dan dengan pelan.

    Aku bertanya, “Kenapa Tan? Om kambuh lagi?”

    Dia tidak menjawab, hanya diam saja dan sesekali terdengar isak tangisnya. Cukup lama aku berdiri di belakangnya. Pada waktu itu aku hanya memandangnya dari belakang, dan kulihat ternyata Tante Sis mengenakan baju tidur yang cukup menggiurkan.

    Pada saat itu aku belum berpikiran macam-macam. Aku hanya berkesimpulan mungkin Tante Sis mengajak Om Pram, berdua saja di rumah, karena anak-anak mereka sedang pergi menginap di rumah adik Tante Sis.

    Dan mungkin juga Tante Sis mengajak Om bercinta (karena baju yang dikenakan cukup menggiurkan, daster tipis, dengan warna pink dan panjang sekitar 15 cm di atas lutut). Tetapi Om Pram tidak mau, dia lebih mementingkan teman-temannya dari pada Tante Sis.

    Tiba-tiba Tante Sis berkata, “To, Om kamu kayaknya udah nggak sayang lagi sama Tante. Sekarang dia pergi bersama teman-temannya ke Stardust di Jakarta, ninggalin Tante sendirian di rumah, apa Tante udah nggak cakep lagi.”

    Ketika Tante Sis berkata demikian dia berbalik menatapku. Aku setengah kaget, ketika mataku tidak sengaja menatap buah dadanya (kira-kira berukuran 34). Di situ terlihat puting susunya yang tercetak dari daster yang dikenakannya. Aku lumayan kaget juga menyaksikan tubuh tanteku itu.

    Aku terdiam sebentar dan aku ingat tadi Tante Sis menanyakan sesuatu, aku langsung mendekatinya (dengan harapan dapat melihat payudaranya lebih dekat lagi).

    “Tante masih cantik kok, dan Om kan pergi sama temannya. Jadi nggak usah khawatir Tan!”

    “Iya tapi temennya itu brengsek semua, mereka pasti mabuk-mabukan lagi dan main perempuan di sana.”

    Aku jadi bingung menjawabnya. Secara refleks kupegang tangannya dan berkata, “Tenang aja Tan, Om nggak bakal macem-macem kok.” (tapi pikiranku sudah mulai macam-macam).

    “Tapi Tante denger dia punya pacar di Jakarta, malahan Tante kemarin pergoki dia telponan ama cewek, kalo nggak salah namanya Sella.”

    “Masak Om tega sih ninggalin Tante demi cewek yang baru kenal, mungkin itu temennya kali Tan, dan lagian Tante masih tetap cantik kok.”

    Tanpa Tante Sis sadari tangan kananku sudah di atas paha Tante Sis karena tangan kiriku masih memegang tangannya. Perlahan-lahan pahanya kuusap secara halus, hal ini kulakukan karena aku berkesimpulan bahwa tanteku sudah lama tidak disentuh secara lembut oleh lelaki.

    Tiba-tiba tanganku yang memegang pahanya ditepis oleh Tante Sis, dan berdiri dari duduknya, “To, saya tantemu saya harap kamu jangan kurang ajar sama Tante, sekarang Tante harap kamu keluar dari kamar tante sekarang juga!” Dengan nada marah Tante Sis mengusirku.

    Cukup kaget juga aku mendengar itu, dan dengan perasaan malu aku berdiri dan meminta maaf, kepada Tante Sis karena kekurangajaranku. Aku berjalan pelan untuk keluar dari kamar tanteku. Sambil berjalan aku berpikir, aku benar-benar terangsang dan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Sejak aku putus dengan pacarku, terus terang kebutuhan biologisku kusalurkan lewat tanganku.

    Setelah sampai di depan pintu aku menoleh kepada Tante Sis lagi. Dia hanya berdiri menatapku, dengan nafas tersenggal-senggal (mungkin marah bercampur sedih menjadi satu). Aku membalikkan badan lagi dan di pikiranku aku harus mendapatkannya malam ini juga. Dengan masa bodoh aku menutup pintu kamar dari dalam dan menguncinya, lalu langsung berbalik menatap tanteku. Tante Sis cukup kaget melihat apa yang aku perbuat. Otakku sudah dipenuhi oleh nafsu binatang.

    “Mau apa kamu To?” tanyanya dengan gugup bercampur kaget.

    “Tante mungkin sekarang Om sedang bersenang-senang bersama pacar barunya, lebih baik kita juga bersenang-senang di sini, saya akan memuaskan Tante”.

    Dengan nafsu kutarik tubuh tanteku ke ranjang, dia meronta-ronta, tetapi karena postur tubuhku lebih besar (tinggiku 182 cm dan beratku 75 kg, sedangkan Tante Sis memiliki tinggi tubuh sekitar 165 cm dan berat kurang lebih 50 kg) aku dapat mendorongnya ke ranjang, lalu menindihnya.

    “Lepasin Tante, Dito,” suara keluar dari mulutnya tapi aku sudah tidak peduli dengan rontaannya. Dasternya kusingkap ke atas. Ternyata Tante Sis tidak mengenakan celana dalam sehingga terpampang gundukan bukit kemaluannya yang menggiurkan, dan dengan kasar kutarik dasternya bagian atas hingga payudaranya terpampang di depanku.

    Dengan bernafsu aku langsung menghisap putingnya, tubuh tanteku masih meronta-ronta, dengan tidak sabar aku langsung merobek dasternya dan dengan nafsu kujilati seluruh tubuhnya terutama payudaranya, cukup harum tubuh tanteku.

    Akibat rontaannya aku mengalami kesulitan untuk membuka pakaianku, tapi pelan-pelan aku dapat membuka baju dan celanaku. Sambil membuka baju dan celanaku itu, dengan bergantian tanganku mengusap bukit kemaluannya yang menurutku mulai basah (mungkin Tante Sis sudah mulai terangsang walaupun masih berkurang tetapi frekuensinya agak menurun sedikit).

    Dengan tidak sabar aku langsung berusaha membenamkan kejantananku ke liang kewanitaannya. “To, jangan To, aku Tantemu tolong lepasin To, ampun, Tante minta ampun”. Aku sudah tidak peduli lagi rengekannya. Ketika lubang senggamanya kurasa sudah pas dengan dibantu cairan yang keluar dari liang kewanitaannya aku langsung menghujamkan senjataku.

    “Auuhhh, sakit To, aduh.. Tante minta ampun… tolong To jangan.. lepasin Tante To..” Ketika mendengar rintihannya, aku jadi kasihan, tetapi senjataku sudah di dalam, “Maaf Tante, saya sudah tidak tahan dan punyaku sudah masuk ke dalam, saya akan berusaha membuat Tante menikmatinya, tolong Tante sekali ini saja, biarkan saya menyelesaikannya,” bisikku ke telinganya. Tante Sis hanya diam saja. Dan tidak berkata apa-apa.

    Dengan pelan dan pasti aku mulai memompa kemaluanku naik turun, dan Tante Sis sudah tidak meronta lagi. Dia hanya diam pasrah dan kulihat air matanya berlinang keluar. Kucium keningnya dan bibirnya, sambil membisikkan, “Tante, Tante masih cantik dan tetap mengairahkan kok, saya sayang Tante, bila Om sudah tidak sayang lagi, biar Dito yang menyayangi Tante.” Tante Sis hanya diam saja, dan kurasakan pinggulnya pun ikut bergoyang seirama dengan goyanganku.

    Kira-kira 10 menit aku merasakan liang kewanitaan tanteku semakin basah dan kakinya menyilang di atas pinggulku dan menekan kuat-kuat (mungkin dia sudah orgasme), dan tidak lama kemudian akupun mengeluarkan spermaku di dalam liang senggamanya. Setelah pemerkosaan itu kami hanya diam saja.

    Tidak berkata apa, hanya diam. Aku sendiri harus ngapain. Tanteku kembali menitikkan air matanya. Dan aku pamit kepadanya, untuk keluar kamarnya, aku terus merenung, mengapa bisa begini.

    Itulah kisahku. Sejak kejadian itu hubunganku dengan tanteku menjadi renggang. Aku bingung dengan apa yang harus kulakukan. Sudah sebulan aku tidak lagi ke Bogor, karena ada perasaan malu. Tetapi Tante Sis tidak menceritakan kepada siapapun kejadian ini, dan kadang jika malam aku tidur, selalu terbayang kejadian waktu itu.

    Ingin rasanya aku melakukan kembali tetapi aku takut. Maaf aku tidak menceritakannya secara vulgar, karena ini terjadi begitu saja.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Gadis Yang Hyper Sex Sangat Binal

    Cerita Sex Gadis Yang Hyper Sex Sangat Binal


    764 views

    Perawanku – Cerita Sex Gadis Yang Hyper Sex Sangat Binal, Aku, Shandy, adalah seorang supir dari boss pemilik berbagai perusahaan real estate di Jakarta, Malam itu, Pak Alvin boss ku, mengizinkan aku membawa kendaraannya pulang karena hujan yang cukup deras dari sore dan hari sudah semakin larut. Ditambah aku memang orang kepercayaan Pak Alvin.

    Selesai ku antarkan Pak Alvin yang setengah mabuk karena bersenang-senang di klub malam, ku pacu kendaraan dengan kecepatan sedang menuju tol dari arah Pondok Indah. Waktu sudah menunjukan pukul 02:30 pagi, jalan begitu sepi karena malam dan hujan yang tak kunjung berhenti.

    “Besok Jakarta pasti banjir nih, hujan seharian gini…” gumamku dalam hati.

    Sekitar 100 meter setelah melewati Pondok Indah Plaza, aku melihat sebuah sedan menepi dengan kap mesin yang terbuka. Aku pun tanpa pikir panjang segera berhenti di belakang mobil tersebut, berniat untuk membantu. “Mana mungkin ada orang jahat pura-pura minta tolong jam segini ditengah hujan deras, dengan mobil yang lebih mahal dari mobil yang ku bawa malah…” Pikirku dalam hati.

    Segera ku ambil payung di bagian belakang mobil, dan menghampiri si pemilik mobil yang sedang berdiri sambil memegangi payung di depan kap mobil tersebut.

    “Kenapa mobilnya, pak? Ada yang bisa saya bantu?” Tanyaku ramah sambil mengerenyitkan dahi, cahaya yang redup dan hujan yang cukup deras, membuatku kesulitan melihat si pemilik mobil yang sedikit tertutup payung.

    “Ini, Mas. Mogok, gak tau kenapa…” Jawabnya pelan. Aku pun kaget karena ternyata ia seorang perempuan, dari suaranya terdengar belum terlalu tua. Mungkin sekitar 30 tahunan.

    “Oh, maaf mbak gak liat, kirain cowok, hehehe…” Balasku untuk memecah kekakuan. “Coba sebentar saya liat, kebetulan saya ngerti mesin kok…”

    Wanita tersebut memersilahkan aku untuk menangani mobilnya. Aku pun sibuk memerhatikan dan mencari tahu masalah sampai mobil tersebut tidak mau menyala.

    “Kenapa tidak telepon asuransi atau tukang derek aja, mbak?” Kataku sambil tetap berfokus pada mesin mobilnya.

    “Maunya sih gitu, tapi handphone saya mati semua, Mas. Batrenya abis…” Jawabnya memelas. Suaranya sudah parau, sepertinya ia baru saja menangis.

    “Kalau saya cek sih, gak ada masalah apa-apa, mbak. Saya bingung juga kalau liatnya ditempat gelap dan hujan deras gini…” Jelasku singkat. “Saya pinjamkan handphone untuk menelpon asuransi atau tukang derek saja ya, mbak. Bagaimana?” Tawarku padanya. Ia hanya mengangguk pelan.

    “Makasih ya, Mas…” Ujarnya saat ku berlalu menuju mobil untuk mengambil handphone ku.

    “Ini Mbak…” Kataku sambil menyerahkan handphone bututku yang bahkan tidak memiliki kamera tersebut.

    Wanita tersebut meraih ponselku dan mengambil sepucuk kartu nama dari dompetnya. Aku sedikit menjauhkan diri saat ia sedang menelpon setelah aku tutup kembali kap mesinnya.

    Tidak lama kemudian, “Ini mass… Terima kasih banyak ya. Aku sudah menelpon tukang derek supaya mobilku bisa diangkut ke bengkel…”

    “Iya, mbak sama-sama. Mbak mau pulang kemana emangnya?”

    “Ke Pondok Labu, Mas…” Jawabnya singkat. Awalnya aku ingin menawarkan diri untuk mengantarnya pulang, tapi langsung ku urungkan niat tersebut karena yakin ia akan menolak, mungkin ia takut akan ku perkosa.

    “Saya temani disini ya mbak sampai tukang dereknya datang. Daripada sendirian, kalau ada orang jahat, bisa repot…” Tawarku.

    “Gak usah repot-repot, mas. Sudah dipinjamkan handphone saja sudah cukup kok.”

    “Gapapa kok, mbak. Saya juga bawa mobil, tau lah rasanya gimana kayak mbak gini.” Balasku tenang. “Ini, ini KTP saya, kalau-kalau mbak takut saya berbuat jahat, paling gak mbak tau identitas saya…” Ujarku sambil menyodorkan KTP dari dalam dompetku.

    Ia pun tersenyum, “Tidak perlu, mas. Saya tau kok mas orang baik dan tidak ada niat jahat.”

    “Ya sudah kalau begitu saya temani ya.”

    Wanita tersebut pun mengangguk.

    “Mbak lebih baik duduk di dalam mobil, daripada kebasahan kena hujan gini…” Saranku padanya. “Saya temani disini saja.”

    “Ya enggak dong, mas. Masa saya di mobil, mas di luar.”

    “Kalau begitu, tunggu di mobil saya saja mbak. Biar saya hidupkan mesinnya, jadi ada AC dan lampunya. Bagaimana?”

    Ia pun menyetujui ideku.

    Kami berdua pun masuk ke dalam mobil. Ia duduk di kursi depan, dan aku duduk disampingnya di kursi pengemudi. Setelah lampu dalam mobil ku hidupkan, barulah ku bisa melihat dengan jelas wanita cantik yang sedang duduk disebelahku ini.

    Tubuhnya cukup proporsional, dengan rambut hitam panjang sepunggung, celana jeans hitam ketat dan kaos putih yang ditutupi jaket coklat terlihat serasi dengan wajah manisnya. Hidung mancung, kulit putih dan bibir tipisnya menambah kecantikannya, apalagi saat ia sedang tersenyum.

    “Mbak siapa namanya?” Tanyaku.

    “Gisella, mas. Kalau mas?”

    “Aku Shandy, mbak…”

    “Gak usah pake mbak, Gisell aja mas..”

    “Jangan pakai mas juga kalau gitu, Shandy saja…”

    Ia pun tertawa kecil mendengar jawabanku.

    “Kamu seperti habis menangis, kenapa sell?” Tanyaku.

    Gisell terdiam sambil memandangi kaca depan mobil.

    “Maaf kalau aku lancang, hanya bertanya…” Tambahku khawatir ia tersinggung dengan pertanyaanku barusan.

    “Enggak kok, Shan. Aku capek aja, lagi banyak masalah, pas mau pulang eh mobil malah mogok. Bikin perasaan makin gak karuan…” Jelasnya.

    “Banyak bersabar kalau gitu, mungkin emang lagi banyak cobaannya. Siapa tau besok malah banyak rejekinya.” Hiburku seadanya. Gisell pun sedikit tersenyum.

    Obrolan pun mengalir, tanpa diminta Gisell pun menceritakan masalah yang sedang dihadapinya. Orang tuanya sedang dalam proses bercerai, pacarnya pergi meninggalkannya karena ia terlalu sibuk bekerja dan mengurus masalah ke dua orang tuanya. Gisell sendiri seorang karyawan di perusahaan tambang yang kantornya terletak di bilangan Pondok Indah. Lulusan universitas jurusan hukum.

    Tidak terasa, hampir satu jam kami ngobrol kesana kemari, sampai akhirnya mobil derek datang. Gisell pun segera mengisi formulir yang diberikan, lalu masuk kembali ke dalam mobilku.

    “Terima kasih banyak ya Shan sudah membantu…” Ucapnya begitu masuk ke dalam mobilku.

    “Iya sama-sama, Sell. Aku antar ke rumah ya, gimana?”

    “Kamu emang pulang kemana? Jangan deh, takut ngerepotin…”

    “Enggak kok, kebetulan rumah ku di Cinere. Jadi searah kan sama rumahmu?”

    “Oh ya? Iya deh kalau gitu, sekali lagi makasih ya. Udah ditolongin pinjem handphone, sekarang ditolongin sampe dianterin…”

    “Udah, tenang aja…” Balasku.

    Hari sudah semakin pagi, hujan sudah selesai berganti kabut tipis yang menutupi jalan. Tidak sampai setengah jam perjalanan, kami sudah mendekati tujuan.

    “Rumah kamu dimana, Sell?” Tanyaku.

    Gisell pun menunjukan arah ke rumahnya. Aku dengan teliti menyetir, selain karena mata yang sudah letih juga rasa kantuk yang semakin datang.

    Tidak terlalu sulit mencari rumahnya karena terletak di pinggir jalan. Rumah besar yang mewah tersebut terlihat gelap tanpa cahaya sama sekali di dalamnya.

    “Sepi banget, kamu tinggal sendiri?”

    “Iya, sudah lama aku tinggal sendiri di sini. Orang tuaku tinggal di rumah yang di Kelapa Gading. Itu pun gak tau masih serumah atau udah pisah…” Jawabnya sedikit kesal.

    Aku pun tidak berani untuk banyak bertanya.

    Setelah pintu gerbang yang bisa dibuka otomatis dengan remote dari dalam tas Gisell terbuka, mobilku pun ku masukan lalu parkir di depan pintu masuk rumahnya.

    Rumah bergaya minimalis, dua lantai dengan cat berwarna putih terlihat suram tanpa penghuni, kebun kecil di depannya pun kurang terawat karena banyak tanaman yang mati dan layu.

    “Akhirnya sampai…” Ucapku sambil menarik rem mobilku.

    “Iya nih. Shan, udah hampir pagi. Kamu gak mau tidur dulu aja di rumahku? Besok pagi baru pulang. Daripada kenapa-kenapa di jalan karena ngantuk…” Tanya Gisell.

    “Enggak apa apa kok, udah biasa banget nyetir jam segini, namanya juga supir hehehe…” jawabku santai. Padahal dalam hati ingin sekali aku numpang tidur di rumahnya. Sayangnya aku merasa tidak enak hati untuk menerima tawarannya.

    Namun berbeda dengan Gisell, ia memaksa diriku untuk menginap. “Anggap aja aku bayar utang budi karena kamu sudah membantu aku….” Begitu kata-katanya untuk membujukku.

    Aku pun luluh dan menerima tawarannya.

    Gisell memersilahkan aku masuk ke dalam rumahnya. Aku merasa canggung masuk ke rumah wanita muda cantik yang baru ku kenal beberapa jam yang lalu di pinggir jalan. Namun Gisell terlihat santai dengan kehadiranku.

    Gisell pun menawarkan beberapa pakaian dan celana pendek untuk ku gunakan tidur, beberapa milik Ayahnya yang ukurannya tidak jauh berbeda denganku. Gisell juga mengantarkanku ke kamar tamu yang bisa kugunakan untuk beristirahat sampai matahari terbit beberapa jam lagi.

    Segera saja ku baringkan tubuhku yang aktif dari pagi kemarin. Pukul 4 pagi, ku lihat di jam dinding yang ada di atas jendela kamar. Ku coba memejamkan mataku.

    Belum sempat terlelap, pintuku diketuk pelan.

    Aku pun bangkit dari kasur, menuju pintu dan membukanya. Gisell berdiri di depan kamarku, mengenakan piyama tipis dengan rambut yang terikat.

    “Aku gak bisa tidur…” Ucapnya manja.

    “Yah, terus gimana? Mau aku temenin dulu?” Tanyaku setengah mengantuk. Gisell mengangguk sambil berjalan masuk ke dalam kamarku tanpa ku minta. Ya memang ini rumahnya, namun aku semakin canggung harus bagaimana bila ia masuk ke kamarku tanpa diminta.

    Gisell pun duduk di pinggir kasurku sambil melihatku yang berjalan mendekat. Ia pun memberikan isyarat dengan lambaian tangan agar aku mendekat.

    “Kenapa Sell?” Tanyaku yang masih berdiri di hadapannya.

    “Aku mau kasih sesuatu…” Dengan cepat Gisell menarik turun celanaku. Aku kaget bukan kepalang.

    Tangan Gisell langsung meraih penisku, dan memasukannya ke dalam mulut.

    Rasa kantuk ku pun hilang, ingin ku tolak perlakuan Gisell namun aku terlanjur menikmatinya. Aku hanya bisa merintih keenakan saat lidah Gisell menyapu batang penisku dan memaksa penisku untuk berdiri tegak.

    “Ahhh Selll, kamu ini ahhhh…” Rintihku sambil meremas rambutnya. Hisapan Gisell di penisku semakin kuat.

    Lahap sekali Gisell menikmati penisku. Tidak ada sedikitpun bagian yang terlewat dari hisapan dan jilatan lidahnya. Memberikan sensasi kenikmatan tersendiri bagiku yang sudah lama tidak menyentuh wanita ini.

    Setelah beberapa menit, Gisell melepaskan penisku dan berdiri menghadapku. Tanpa basa basi segera ku lumat bibir tipisnya yang sudah menggodaku dari awal bertemu. Lidah kami saling berpagutan, dera nafas Gisell semakin berat saat tanganku menelusup masuk ke dalam pakaiannya, berusaha mencari dan meremas payudaranya yang lembut dan kenyal.

    “Uhhh, Shandy….” Desisnya saat ku arahkan kecupanku ke lehernya. Ku jilati tiap senti kulitnya yang putih dan halus tersebut. Tubuhnya bergetar,

    keringat mulai keluar meski udara begitu dingin karena hujan dan pendingin ruangan. Tangannya bergantian meremas rambut dan mencengkram punggungku.

    Ku dorong tubuh Gisell agar terbaring di kasur. Ku tarik celana panjangnya sehingga terlihat celana dalamnya yang berwarna hitam. Kakinya begitu jenjang dan indah, suka sekali aku menatapnya berlama-lama.

    Ku usapkan tanganku dari betis hingga ke pahanya, mengirimkan rasa geli ke seluruh tubuhnya yang semakin menegang. Rintihan-rintihan kecil menghidupkan kamar yang biasanya sepi tersebut.

    Perlahan ku tarik celana dalam Gisell, kali ini terpampang jelas vagina cantik dengan bulu kemaluan yang dicukur rapih dibagian atasnya. Bibir vaginanya sudah merekah basah, klitorisnya sedikit menyumbul keluar, tanda ia sudah tidak sabar untuk dinikmati olehku.

    Ku dekatkan kepalaku ke arah vaginanya. Dengan kedua jari, ku buka bibir vaginanya dan ku sapu lembut dengan lidahku. Gisell menggelinjang, tangannya menarik seprei, rintihannya berubah menjadi teriakan menahan hasrat yang begitu menggairahkan.

    “Arrrgghhhh, Shandyyyyy! Terus Shannnn!”

    Aku pun tidak memedulikan teriakannya. Rumahnya yang besar, hujan deras yang kembali turun, sudah pasti tidak akan ada tetangga yang mendengar teriakan nikmat Gisell. Hal itu justru semakin meningkatkan gairahku untuk menyetubuhinya.

    Kali ini ku masukan kedua jariku, perlahan ku mainkan lubang kenikmatan Gisell. Tentu saja ia semakin menggelinjang dan menikmati perlakuanku. Gisell pun tidak bisa menahan lagi, ia orgasme dan mengeluarkan cairan kenikmatan dari dalam vaginanya.

    “Argghh ohhhhhhh, Shandyyy aku keluarrrrr…..” Teriaknya sambil menarik rambutku.

    Ku biarkan cairannya yang berwarna putih bening mengalir keluar dari dalam vaginanya, lalu ku hisap dan ku jilat habis, hanya menyisakan kenikmatan disekujur tubuh Gisell.

    Aku pun bangkit dan mendekap tubuhnya yang hangat. Gisel mengulurkan tangannya ke dalam saku piyamanya. Ternyata Gisell menyiapkan kondom untuk pertempurannya denganku. Tidak bisa kulihat jelas kondom berwarna hitam tersebut karena lampu kamar yang mati, hanya diterangi temaram lampu meja berwarna kuning.

    “Sini, kupakein dulu…” Pinta Gisell, aku pun menggeser pinggulku agar penisku mendekat ke arahnya. Gisell memasangkan kondom di penisku, lalu ia mengubah posisi diatasku. Digenggamnya lembut penisku yang sudah tegang dari awal hisapan mulutnya tadi, diarahkannya ke lubang vaginanya yang masih merekah merah.

    Aku hanya bisa menyaksikan sambil berusaha membuka kancing piyama Gisell satu persatu, lalu ku buka bra berwarna hitam yang menutupi payudaranya. Samar terlihat putingnya berwarna pink yang menegang kencang dan membesar.

    Ku remas pelan payudaranya saat penisku merengsek masuk ke dalam vagina Gisell. Terasa hangat, licin dan kuat menghisap penisku. Begitu penisku masuk seluruhnya, Gisell mendiamkannya sesaat agar vaginanya terbiasa. Penisku memang terbilang besar dan panjang, Gisell pun merintih kecil saat mendapatkan itu di dalam vaginanya untuk pertama kali.

    Selang beberapa detik, Gisell menggerakan pinggulnya ke depan dan belakang. Tangannya mencengkram perutku, kepalanya mengadah ke atas dengan mulut terbuka lebar seakan udara tak mampu mengisi otaknya yang saat ini sedang diburu nafsu birahi.

    “Arrrgghhhh, enak banget sih kontol kamu, Shan. Suka bangetttt….” Desis Gisell ditengah goyangan pinggulnya.

    Aku yang sibuk meremas payudaranya hanya bisa tersenyum sambil memilin kecil putingnya.

    Gisell pun merubah goyangan pinggulnya, kali ini naik turun dengan frekuensi yang tidak terlalu cepat. Setiap hentakan yang mengantarkan penisku ke ujung vaginanya, menambah volume suara Gisell yang sedang dirundung nafsu.

    “Arghhh, arghhhh ssssshhhhhhhh…..” Rintih Gisell.

    Aku yang puas meremas payudara Gisell, memindahkan tanganku untuk meremas pantatnya yang kencang. Ku bantu mengangkat pantatnya agar genjotannya semakin cepat. Gisell mengerang kencang saat mencapai puncak kenikmatan yang kedua kalinya.

    “Arrrghh, Shandyyyyyyy aku keluarrrr Shanddddd!!!” Crot crot crot. Vagina Gisell terasa menjepit penisku semakin kuat. Gisell ambruk diatas tubuhku. Aku pun mendekapnya dengan penuh kelembutan.

    Perlahan aku bangkit masih dengan mendekap Gisell. Ku rubah posisi agar aku yang diatas tanpa mencabut penisku dari dalam vaginanya.

    Ku genjot lagi vagina Gisell yang hangat, dengan tanganku yang meremas payudaranya gemas.

    “Aarrgggh, Shannn. Kamu kuat banget sihhh….”

    “Kamu juga kenapa enak banget sih?” balasku sambil mengusap perut dan pinggangnya. Gisell memalingkan wajahnya ke kanan dan ke kiri.

    Hampir lima menit aku berada di posisi tersebut. Gisell mencapai klimaks untuk yang ketiga kalinya. Sedangkan aku? Aku pun bingung kenapa penisku ini begitu kuat menggarap vagina Gisell. Mungkin karena kemolekan tubuhnya yang membuatku bersemangat, atau kondom yang diberikan Gisell mengandung cairan pelumas yang membuatku bisa kuat bertahan selama ini? Aku tidak tahu, dan tidak ingin memikirkannya, saat ini aku hanya ingin membuat Gisell lemas tak berdaya karena nikmat yang aku berikan.

    Aku memberikan sedikit waktu untuk Gisell mengumpulkan nafas dan tenaganya setelah orgasmenya yang ketiga tersebut. Ku perhatikan sejenak wanita yang terbaring tanpa busana dibawah tubuhku ini. Entah mimpi apa aku semalam bisa menikmatinya, bahkan aku belum pernah memiliki pacar secantik Gisell. Ia sendiri wanita cantik, pintar dan kaya raya yang selevel dengan putri bossku. Bisa dibilang, ia termasuk wanita yang awalnya aku kira tidak akan pernah bisa aku tiduri.

    Aku meminta Gisell untuk berdiri, ku tarik tangannya perlahan, mengarahkannya ke luar kamar. Aku menuju sofa di ruang TV rumahnya. Sofa empuk berbalut kulit coklat dengan ukuran yang cukup besar untuk permainan liar kita berdua.

    Aku duduk dan mengisyaratkan Gisell untuk duduk di atasku. Kali ini posisinya memunggungi diriku. Aku begitu menyukai posisi tersebut karena bisa dengan leluasa meremas pantatnya dan menyaksikan bagaimana penisku terlahap vaginanya dengan rakus.

    Dengan tenaga yang tersisa, Gisell menggenjot penisku sekali lagi. Tubuhnya terlihat sangat indah saat menyatu dengan tubuhku. Ringkuhan tubuh Gisell saat menahan kenikmatan membuatku gairahku tak kunjung padam.

    “Shandyyyy, enak bangetttt. Kamu kok kuat bangettt… Ohhh ssshhhhh gak keluar keluar sshhhhhh dari tadiiii…” Racau Gisell.

    Aku pun membiarkan Gisell mempermainkan penisku di dalam vaginanya. Terasa kedutan kencang di dalam vaginanya yang menambah kenikmatan di penisku.

    “Urrghhh, Shannnn….” Desis Gisell.

    Semakin lama, penisku terasa semakin sesak karena dorongan sperma yang sudah tidak sabar untuk keluar bebas. Ku pegangi pantat Gisell dan ku kendalikan genjotannya agar semakin cepat.

    Hisapan kuat vaginanya membuatku tak kuasa menahan lebih lama.
    “Aku mau keluar, Selll….” Ucapku berbisik pelan.

    Dan benar saja, beberapa detik kemudian penisku memuntahkan sperma berkali-kali. Membuatku lemas tak berdaya saat itu juga.

    “Arrggghhh, sellll!!!” Teriakku saat orgasme sambil menarik tubuhnya dan meremas payudaranya. Rupanya Gisell pun orgasme, empat kali ia mencapai puncak, ku yakin sudah tak berdaya lagi tubuhnya.

    Gisell pun menjatuhkan dirinya ke sampingku. Ku lihat kondom yang menancap di penisku sedikit menggembung karena banyaknya sperma yang keluar. Dengan perlahan ku tarik kondom agar tidak ada cairan kenikmatanku yang tumpah.

    “Kamu gila…” Bisik Gisell. Kepalanya menghadap ke jendela, matanya terpejam, namun kata-kata tersebut tidak bisa ia tahan untuk tidak diutarakan.

    “Baru kali ini aku main selama ini, dan seenak ini. Ganti ganti gaya pula. OK banget lah kamu…” Puji Gisell lagi. Aku hanya menoleh sebentar dan tersenyum.

    Ku angkat tubuh Gisell yang lemas tak berdaya itu ke kamar ku lagi. Ku baringkan dan ku selimuti, lalu aku ikut berbaring di sampingnya.

    Hari sudah terang karena matahari yang terjaga dari tidur lelapnya. Kali ini giliran kami beristirahat sambil menikmati sisa sisa kenikmatan duniawi yang baru saja kami dapatkan bertubi-tubi.

    Ku dekap tubuh Gisell, ku kecup lehernya dari belakang. Kami pun terlelap.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Mertua-Ku Rindu Akan Goyangan

    Cerita Sex Mertua-Ku Rindu Akan Goyangan


    1152 views

    Perawanku – Cerita Sex Mertua-Ku Rindu Akan Goyangan, Aku seorang laki-laki biasa, hobbyku berolah raga, tinggi badanku 178 cm dengan bobot badan 75 kg. Tiga tahun yang lalu saya menikah dan menetap di rumah mertuaku. Hari-hari berlalu kami lewati tanpa adanya halangan walaupun sampai saat ini kami memang belum dianugrahi seorang anak pendamping hidup kita berdua.

    Kehidupan berkeluarga kami sangat baik, tanpa kekurangan apapun baik itu sifatnya materi maupun kehidupan seks kami. Tetapi memang nasib keluarga kami yang masih belum diberikan seorang momongan.

    Di rumah itu kami tinggal bertiga, aku dengan istriku dan Ibu dari istriku. Sering aku pulang lebih dulu dari istriku, karena aku pulang naik kereta sedangkan istriku naik kendaraan umum. Jadi sering pula aku berdua di rumah dengan mertuaku sampai dengan istriku pulang.

    Mertuaku berumur sekitar kurang lebih 45 tahun, tetapi dia mampu merawat tubuhnya dengan baik, aktif dengan kegiatan sosial dan bersenam bersama Ibu-Ibu yang lainnya. Kadang sering kulihat Ibu mertuaku pakai baju tidur tipis dan tanpa BH, melihat bentuk tubuhnya yang masih lumayan dengan kulitnya yang putih membuatku kadang bisa hilang akal sehat.

    Pernah suatu hari, selesai Ibu mertua selesai mandi hanya menggunakan sehelai handuk yang dililitkan ke badannya. Gak lama dia keluar kamar mandi telpon berdering, sesampai dekat telpon ternyata Ibu mertuaku sudah mengangkatnya, dari belakang kulihat bentuk pangkal pahanya sampai ke bawah kakinya begitu bersih tanpa ada bekas goresan sedikitpun.

    Aku tertegun diam melihat kaki Ibu mertuaku, dalam hati berpikir “Kok, udah tua begini masih mulus aja ya..?”.

    Aku terhentak kaget begitu Ibu mertuaku menaruh gagang telpon, dan aku langsung berhambur masuk kamar, ambil handuk dan mandi. Selesai mandi aku membuat kopi dan langsung duduk di depan TV nonton acara yang lumayan untuk ditonton. Gak lama Ibu mertuaku nyusul ikutan nonton sambil ngobrol denganku.

    “Bagaimana kerjaanmu, baik-baik saja” tanya Ibu mertuaku.
    “Baik, Bu. Lho Ibu sendiri gimana” tanyaku kembali.
    Kami ngobrol sampai istriku datang dan ikut gabung ngobrol dengan kira berdua.

    Malam itu, jam 11.30 malam aku keluar kamar untuk minum, kulihat TV masih menyala dan kulihat Ibu mertuaku tertidur di depan TV. Rok Ibu mertuaku tersibak sampai celana dalamnya kelihatan sedikit. Kulihat kakinya begitu mulus, kuintip roknya dan terlihatlah gumpalan daging yang ditutupi celana dalamnya.

    Pengen banget rasanya kupegang dan kuremas vagina Ibu mertuaku itu, tetapi buru-buru aku ke dapur ambil minum lalu membawa ke kamar. Sebelum masuk kamar sambil berjalan pelan kulirik Ibu mertuaku sekali lagi dan burungku langsung ikut bereaksi pelan. Aku masuk kamar dan coba mengusir pikiranku yang mulai kerasukan ini. Aku telat bangun, kulihat istriku sudah tidak ada.

    Langsung aku berlari ke kamar mandi, selesai mandi sambil mengeringkan rambut yang basah aku berjalan pelan dan tanpa sengaja kulihat Ibu mertuaku berganti baju di kamarnya tanpa menutup pintu kamar. Aku kembali diam tertegun menatap keseluruhan bentuk tubuh Ibu mertuaku. Cuma sebentar aku masuk kamar, berganti pakaian kerja dan segera berangkat.

    Hari ini aku pulang cepat, di kantor juga nggak ada lagi kerjaan yang aku harus kerjakan. Sampai di rumah aku langsung mandi, membuat kopi dan duduk di pinggir kolam ikan. Sedang asyik ngeliatin ikan tiba-tiba kudengar suara teriakan, aku berlari menuju suara teriakan yang berasal dari kamar Ibu mertuaku. Langsung tanpa pikir panjang kubuka pintu kamar.

    Kulihat Ibu mertuaku berdiri diatas kasur sambil teriak “Awas tikusnya keluar..!” tandas Ibu mertuaku.
    “Mana ada tikus” gumanku.
    “Lho.. kok pintunya dibuka terus” Ibu mertuaku kembali menegaskan.
    Sambil kututup pintu kamar kubilang “Mana.. mana tikusnya..!”.
    “Coba kamu lihat dibawah kasur atau disudut sana..” kata Ibu mertuaku sambil menunjuk meja riasnya.

    Kuangkat seprei kasur dan memang tikus kecil mencuit sambil melompat kearahku. Aku ikut kaget dan lompat ke kasur.
    Ibu mertuaku tertawa kecil melihat tingkahku dan mengatakan “Kamu takut juga ya?”.

    Related image

    Sambil berguman kecil kembali kucari tikus kecil itu dan sesekali melirik ke arah Ibu mertuaku yang sedang memegangi rok dan terangkat itu. Lagi enak-enaknya mencari tiba-tiba Ibu mertuaku kembali teriak dan melompat kearahku, ternyata tikusnya ada di atas kasur. Ibu mertuaku mendekapku dari belakang, bisa kurasakan payudaranya menempel di punggungku, hangat dan terasa kenyal-kenyal. Kuambil kertas dan kutangkap tikus yang udah mulai kecapaian itu trus kubuang keluar.

    “Udah dibuang keluar belum?” tanya Ibu mertuaku.
    “Sudah, Bu.” jawabku.
    “Kamu periksa lagi, mungkin masih ada yang lain.. soalnya Ibu dengar suara tikusnya ada dua” tegas Ibu mertuaku.
    “walah, tikus maen pake ajak temen segala!” gumamku.
    Aku kembali masuk ke kamar dan kembali mengendus-endus dimana temennya itu tikus seperti yang dibilang Ibu mertuaku.

    mertuaku duduk diatas kasur sedangkan aku sibuk mencari, begitu mencari di bawah kasur sepertinya tanganku ada yang meraba-raba diatas kasur. Aku kaget dan kesentak tanganku, ternyata tangan Ibu mertuaku yang merabanya, aku pikir temennya tikus tadi. Ibu mertuaku tersenyum dan kembali meraba tangaku. Aku memandang aneh kejadian itu, kubiarkan dia merabanya terus.

    “Gak ada tikus lagi, Bu..!” kataku.
    Tanpa berkata apapun Ibu mertuaku turun dari kasur dan langsung memelukku. Aku kaget dan panas dingin.
    Dalam hati aku berkata “Kenapa nih orang?”.
    Rambutku dibelai, diusap seperti seorang anak. Dipeluknya ku erat-erat seperti takut kehilangan.

    “Ibu kenapa?” tanyaku.
    “Ah.. nggak! Ibu cuma mau membelai kamu” jawabnya.
    “Udah ya.. Bu, belai-belainya..!” kataku.
    “Kenapa, kamu nggak suka dibelai sama Ibu” jawab Ibu mertuaku.
    “Bukan nggak suka, Bu. Cumakan..?” tanyaku lagi.
    “Cuma apa, ayo.. cuma apa..!?” potong Ibu mertuaku.
    Aku diam saja, dalam hati biar sajalah nggak ada ruginya kok dibelai sama dia.

    Ibu mertuaku terus membelaiku, rambut trus turun ke leher sambil dicium kecil. Aku merinding menahan geli, Ibu mertuaku terus bergerilya menyusuri tubuhku. Kaosku diangkat dan dibukanya, pentil dadaku dipegang, diusap dan dicium. Kudengar nafas Ibu mertuaku makin nggak beraturan. Dituntunnya aku keatas ranjang, mulailah pikiranku melanglang buana.

    Dalam hati aku berpikir “Jangan-jangan Ibu mertuaku lagi kesepian dan minta disayang-sayang ama laki-laki”.
    Aku tidak berani bertindak atau ikut melakukan seperti Ibu mertuaku lakukan kepada saya. Aku diatas ranjang dengan posisi terlentang, kulihat Ibu mertuaku terus masih mengusap-usap dada dan bagian perutku.

    Dicium dan terus dielus, aku menggelinjang pelan dan berkata “Bu, sudah ya..”.

    Dia diam saja dan tangan kananya masuk ke dalam celanaku, aku merengkuh pelan. Tangan kirinya berusaha untuk menurunkan celana pendekku. Aku beringsut untuk membantu menurunkan celana pendekku, tidak lama celanaku sudah lepas berikut celana dalamku.

    Burungku sudah berdiri kencang, tangan kanan Ibu mertuaku masih memegang burungku dan menoleh kepadaku sambil tersenyum mesum. Kepala burungku diciumnya, tangan kirinya memijit bijiku, aku nggak tahan dengan gerakan yang dibuat Ibu mertuaku.

    “Ah, ah.. hhmmh, teruss..” itu saja yang keluar dari mulutku.

    Ibu mertuaku terus melanjutkan permainannya dengan mengulum burungku. Aku benar-benar terbuai dengan kelembutan yang diberikan Ibu mertuaku kepadaku. Kupegang kepala Ibu mertuaku yang bergerak naik turun. Bibirnya benar-benar lembut, gerakan kulumannya begitu pelan dan teratur. Aku merasa seperti disayang, dicintai dengan Ibu mertuaku.

    “Ah, Bu.. aku nggak tahan lagi Bu..” jelasku.
    “Hhmm.. mmh, heh..” suara Ibu mertuaku menjawabku.

    Gerakan kepala Ibu mertuaku masih pelan dan teratur. Aku makin menggelinjang dibuatnya. Badanku menekuk, meliuk dan bergetar-getar menahan gejolak yang tak tahan kurasakan. Dan tak lama badanku mengejang keras. Kurasakan nikmat yang amat sangat kurasakan, kulihat Ibu mertuaku masih bergerak pelan, bibirnya masih menelan burungku dengan kedua tangannya yang memegang batang burungku. Dia melihatku dengan tatapan sayunya dan kemudian kembali menciumi burungku, geli yang kurasakan sampai ke ubun-ubun kepala.

    “Banyak banget kamu keluarnya, Do..!” tanyaku Ibu mertuaku.

    Aku terdiam lemas sambil melihat Ibu mertuaku datang menghampiriku dan memelukku dengan mesra. Aku balas pelukannya dan kucium dahinya. Kubantu dia membersihkan mulutnya yang masih penuh spremaku dengan menggunakan kaosku tadi. Aku duduk diranjang, telanjang bulat dan menghisap rokok. Sedang Ibu mertuaku, tiduran dekat dengan burungku.

    “Kenapa jadi begini, Bu..?” tanyaku.
    “Ibu cuma pengen aja kok..” jawab Ibu mertuaku.
    Aku belai rambutnya dan kuelus-elus dia sambil berkata “Ibu mau juga.?”.

    Dia menggangguk pelan, kumatikan rokokku dan terus kucium bibir Ibu mertuaku. Dia balas ciumanku dengan mesra, aku melihat tipe Ibu mertuaku bukanlah tipe yang haus akan seks, dia haus akan kasih sayang. Berhubungan badanpun sepertinya senang yang pelan-pelan bukannya seperti srigala lagi musim kawin. Aku ikut pola permainan Ibu mertuaku, pelan-pelan kucium dia mulai dari bibirnya terus ke bagian leher dan belakang kupingnya, dari situ aku ciumi terus ke arah dadanya.

    Kubantu dia membukakan pakaiannya, kulepas semua pakaiannya. Kali ini aku benar-benar melihat semuanya, payaudaranya masih sedikit mengencang, badannya masih bersih untuk seumurannya, kakinya masih bagus karena sering senam dengan teman-teman arisannya. Kuraba dan kuusap semua badannya dari pangkap paha sampai ke payudaranya. Aku kembali ciumi dia dengan pelan dan beraturan. Payudaranya kupegang, kuremas pelan dan lembut, kucium putingnya dan kudengar desahan nafasnya.

    Kunikmati dengan pelan seluruh bentuk tubuhnya dengan mencium dan membelai setiap inchi bagian tubuhnya. Puas di dada aku terus menyusuri bagian perutnya, kujilati perutnya serta memainkan ujung lidahku dengan putaran lembut membuat dia kejang-kejang kecil. Tangannya terus meremas dan menjambak rambutku. Sampai akhirnya bibirku mencium daerah berbulu miliknya, kucium aroma vaginanya serta kujilati bibir vaginanya.

    “Oucchh.. terus sayang, kamu lembut sekali.. tee.. teruss..” kudengar suaranya pelan.

    Kumainkan ujung lidahku menyusuri dinding vaginanya, kadang masuk kadang menjilat membuat dia seperti ujung kenikmatan luar biasa. Kemudian ditariknya kepalaku dan melumat bibirku dengan panas. Dia kembali menidurkan aku dan terus dia menaikiku. Dipegangnya kembali burungku yang sudah kembali siap menyerang. Diarahkan burungku ke lobang vaginanya dan slepp.. masuk sudah seluruh batangku ditelan vagina Ibu mertuaku. Diangkat dan digoyang memutar-mutar vaginanya untuk mendapatkan kenikmatan yang dia inginkan.

    “Ah.. uh, nikmat banget ya..!” kata Ibu mertuaku.
    Dengan gerakan seperti itu tak lepas kuremas payudaranya dengan pelan sesekali kucium dan kujilat.
    “Aduh, Ibu nggak tahan lagi sayang..” kata Ibu mertuaku.

    Image result for mamah attiek

    Aku coba ikut membantu dia untuk mendapatkan kepuasan yang dulu mungkin pernah dia rasakan sebelum denganku. Gerakannya makin cepat dari sebelumnya, dan dia berhenti sambil mendekapku kembali. Kurangkul dia dan terus menggoyangkan batang burungku yang masih didalam dengan naik turun.

    “Ahh.. ah.. ahhss..” desah Ibu mertuaku.
    Kupeluk dia sambil kuciumi bibirnya. Dia diam dan tetap diatas dalam dekapanku.
    “Enak ya.. Bu. Mau lagi..?” tanyaku.
    Dia menoleh tersenyum sambil telunjuknya mencoel ujung hidungku.
    “Kenapa? Kamu mau lagi?” canda Ibu mertuaku.

    Tanpa banyak cerita kumulai lagi gerakan-gerakan panas, kuangkat Ibu mertuaku dan aku menidurkan sambil menciumnya kembali. Kutuntun dia untuk bermain di posisi yang lain. Kuajak dia berdiri di samping ranjangnya. Sepertinya dia bingung mau diapain. Tetapi untuk menutupi kebingunggannya kucium tengkuk lehernya dan menjilati kupingnya. Kuputar badannya untuk membelakangiku, kurangkul dia dari belakang. Tangan kanannya memegang batang burungku sambil mengocoknya pelan.

    Kuangkat kaki kanannya dan terus kupegangi kakinya. Sepertinya dia mengerti bagaimana kita akan bermain. Tangan kanannya menuntun burungku ke arah vaginanya, pelan dan pasti kumasukkan batang burungku dan masuk dengan lembut. Ibu mertuaku merengkuh nikmat, kutarik dan kudorong pelan burungku sambil mengikuti gerakan pantat yang diputar-putar Ibu mertuaku. Kutambah kecepatan gerakanku pelan-pelan, masuk keluar dan makin kepeluk Ibu mertuaku dengan dekapan dan ciuman di tengkuk lehernya.

    “Ah.. ah.. Dod.. Dodo, kammuu..!” suara Ibu mertuaku pelan kudengar.
    “Ibu keluar lagi.. Do..” kata Ibu mertuaku.

    Makin kutambah kecepatan sodokan batangku dan.., “Acchh..” Ibu mertuaku berteriak kecil sambil kupeluk dia. Tubuhnya bergetar lemas dan langsung jatuh ke kasur. Kubalik tubuhnya dan kembali kumasukkan burungku ke vaginanya. Dia memelukku dan menjepit pinggangku dengan kedua kakinya. Kuayun pantatku naik turun membuat Ibu mertuaku makin meringkih kegelian.

    “Ayo Dodo, kamu lama banget sih.. Ibu geli banget nih..” kata Ibu mertuaku.
    “Dikit lagi, Bu..!” sahutku.

    Ibu mertuaku membantu dengan menambah gerakan erotisnya. Kurasakan kenikmatan itu datang tak lama lagi. Tubuhku bergetar dan menegang sementara Ibu mertuaku memutar pantatnya dengan cepat. Kuhamburkan seluruh cairanku ke dalam vaginanya.

    “Ahhcckk.. ahhk.. aduhh.. nikmatnya” kataku.
    Ibu mertuaku memelukku dengan kencang tapi lembut.
    “Waduh banyak juga kayaknya kamu keluarkan cairanmu untuk Ibu..” kata Ibu mertuaku.

    Aku terkulai lemas dan tak berdaya disamping Ibu mertuaku. Tangan Ibu mertuaku memegang batang burungku sambil memainkan sisa cairan di ujung batang burungku. Aku kegelian begitu tangan Ibu mertuaku negusap kepala burungku yang sudah kembali menciut. Kucium bibir Ibu mertuaku pelan dan terus keluar kamar terus mandi lagi.

    Semenjak hari itu aku sering mengingat kejadian itu. Sudah empat hari Ibu mertuaku pergi dengan teman-temannya acara jalan-jalan dengan koperasi Ibu-Ibu di daerah itu. Jam 05.00 sore aku sudah ada di rumah, kulihat rumah sepi seperti biasanya.
    Sebelum masuk ke kamar tidurku kulihat kamar mandi ada yang mandi, aku bertanya “Siapa didalam?”.
    “Ibu! Kamu sudah pulang Do..” balas Ibu mertuaku.
    “O, iya. Kapan sampainya Bu?” tanyaku lagi sambil masuk kamar.
    “Baru setengah jam sampai!” jawab Ibu mertuaku.

    Kuganti pakaianku dengan pakaian rumah, celana pendek dan kaos oblong. Aku berjalan hendak mengambil handukku untuk mandi. Begitu handuk sudah kuambil aku berjalan lagi ke kamar mau tidur-tiduran dulu sebelum mandi. Lewat pintu kamar mandi kulihat Ibu mertuaku keluar kamar mandi dengan menggunakan handuk yang dililitkan ke badannya. Aku menunduk coba untuk tidak melihatnya, tetapi dia sengaja malah menubrukku.

    “Kamu mau mandi ya?” tanya Ibu mertuaku.
    “Iya, emang Ibu mau mandi lagi”? candaku.
    Dia langsung peluk aku dan cium pipi kananku sambil berbisik dia katakan “Mau Ibu mandiin nggak!”.
    “Eh, Ibu. Emang bayi pake dimandiin segala” balasku.
    “Ayo sini.. biar bersih mandinya..” jawab Ibu mertuaku sambil menarikku ke kamar mandi.

    Sampai kamar mandi aku taruh handukku sedangkan Ibu mertuaku membantu melapaskan bajuku. Sekarang aku telanjang bulat, dan langsung mengguyur badanku dengan air. Ibu mertuaku melepaksan handuknya dan kita sudah benar-benar telanjang bulat bersama. Burungku mulai naik pelan-pelan melihat suasana yang seperti itu.

    “Eh, belum diapa-apain sudah berdiri?” kata Ibu mertuaku sambil nyubit kecil di burungku.

    Aku mengisut malu-malu diperlakukan seperti itu. Kuambil sabun dan kugosok badanku dengan sabun mandi. Kita bercerita-cerita tentang hal-hal yang kita lakukan beberapa hari ini. Si Ibu bercerita tentang teman-temannya sedangkan aku bercerita tentang pekerjaan dan lingkungan kantorku. Ibu mertuaku terus menyabuni aku dengan lembut, sepertinya dia lakukan benar-benar ingin membuatku mandi kali ini bersih. Aku terus saja bercerita, Ibu mertuaku terus menyabuni aku sampai ke pelosok-pelosok tubuhku. Burungku dipegangnya dan disabuni dengan hati-hati dan lembut.

    Selesai disabun aku guyur kembali badanku dan sudah itu mengeringkannya dengan handuk. Begitu mau pakai celana Ibu mertuaku melarang dengan menggelengkan kepalanya. Aku lilitkan handukku dan kemudian ditariknya tanganku ke kamar tidur Ibu mertuaku. Sampai di kamar aku didorongnya ke kasur dan segera dia menutup pintu kamarnya. Aku tersenyum melihatnya seperti itu, dia lepaskan handuk di badannya dan di badanku. Burungku memang sudah hampir total berdiri.

    Selepasnya handukku dia langsung mengulum burungku, aku terdiam melihatnya bergairah seperti itu. Cuma sebentar dia ciumi burungku, langsung dia menaikku dan memasukkan burungku ke vaginanya. Dalam hati aku berpikir kalau Ibu mertuaku memang sudah kangen banget melakukannya lagi denganku. Dia angkat dan dia turunkan pantatnya dengan gerakan yang stabil. aku pegang dan remas-remas payudaranya membuat dia seperti terbang keawang-awang.

    Gerakannya makin cepat dan bersuara dengan pelan “Oh.. oh,.ahcch..”.
    Dan tak lama kemudian badannya menegang kencang dan jatuh ke pelukkanku.
    Kupeluk dia erat-erat sambil mengatakan “Waduh.. enak banget ya?”.
    “He-eh, enak” balasnya.
    “Emang ngeliat siapa disana sampai begini?” tanyaku.
    “Ah, nggak ngeliat siapa-siapa, cuma kangen aja..” balas Ibu mertaku.

    Kali ini aku kembali bergerak, kuciumi dia terlebih dahulu sambil kuremas payudaranya. Kubuat dia mendesah geli dan kubangkitkan lagi gairahnya kembali. Sampai di daerah vaginanya, kujilati dinding vaginanya sambil memainkan lobang vaginanya. Ibu mertuaku kadang merapatkan kakinya mendekapkan wajahku untuk masuk ke vaginanya.

    “Ayo ah.. kamu ngebuat Ibu gila nanti” kata Ibu mertuaku.

    Aku beranjak berdiri dan menidurnya sambil mengarahkan burungku masuk ke dalam vaginanya. Pelan-pelan aku goyangkan burungku, kadang kutekan pelan dengan irama-irama lembut. Tak lama masuk sudah burungku ke dalam dan Ibu mertuaku mendesis kayak ular cobra. Kugoyang pantatku, kunaikkan dan kutekan kembali burungku masuk ke dalam vaginanya.

    Aku terus bergerak monoton dengan ciuman-ciuman sayang ke arah bibir Ibu mertuaku. Ibu mertuaku hanya mengeluarkan desahan-desahan dengan matanya yang merem melek. Kulihat dia begitu nikmat merasakan burungku ada dalam vaginanya. Dia jepit pinggangku dengan kedua kakinya untuk membantuku menekan batang burungku yang sedari tadi masih terus mengocok lobang vaginanya.

    “Aku nggak kuat, Do..” desah ibu mertuaku.
    Aku semakin menambah kecepatan gerakanku apalagi setelah Ibu mertuaku memintaku untuk keluar berbarengan, aku menggeliat menambah erotis gerakanku.
    “Acchh.. sshh.. ah.. oh” desah Ibu dengan dibarengi pelukannya yang kencang ke badanku.

    Tiba-tiba kurasakan cairanku ikut keluar dan terus keluar masuk ke dalam vagina Ibu mertuaku. Aku benar-benar puas dibuat Ibu mertuaku, sepertinya cairanku benar-benar banyak keluar dam membasahi lubang dan dinding vagina Ibu mertuaku. Ibu mertuaku masih memelukku erat dan menciumi leherku dengan kelembutan. Aku beranjak bangun dan mencabut batang burungku, kulihat banyak cairan yang keluar dari lobang vagina Ibu mertuaku.

    “Mungkin nggak ketampung makanya tumpah”, kataku dalam hati.
    Aku pamit dan langsung ke kamar mandi membersihkan badan serta burungku yang penuh dengan keringat serta sisa sperma di batangku.

    Itulah terakhir kali kami melakukan perbuatan itu bersama. Sebenarnya aku berusaha untuk menghindar, tetapi kita hanyalah manusia biasa yang terlalu mudah tergoda dengan hal itu. Ibu mertuaku pindah ke rumah anaknya yang sulung, aku tahu maksud dan tujuannya.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Lama Tidak Ngewe Jadi Cepat Keluar

    Cerita Sex Lama Tidak Ngewe Jadi Cepat Keluar


    615 views

    Perawanku – Cerita Sex Lama Tidak Ngewe Jadi Cepat Keluar, Meskipun telah belasan tahun meninggalkan Bandung keterikatanku kepada kota kembang itu tidak begitu saja lepas, terutama setelah kegagalan rumah tanggaku. Dalam setahun aku sempatkan 2-3 kali berkunjung ke Bandung bernostalgia bersama kawan-kawan yang tetap bertahan tinggal disana selepas kuliah.

    Walaupun kesemrawutan kota Bandung agak mengurangi kenyamanan namun tetap tidak mengurangi keinginanku untuk berkunjung. Banyak perubahan terjadi, Jl. Dago juga daerah-daerah yg aku sebut kota lama-Cipaganti, Cihampelas, Setiabudhi, Pasteur dan daerah lainnya yang hancur keasriannya demi “pembangunan” namun ada dua hal yg masih bertahan, makanannya yang enak dan bervariasi dan..wanitanya yang terkenal cantik. “Di Bandung, beberapa kali kita melangkah akan selalu bertemu wanita cantik” anekdot kawan-kawan dan itu hampir sepenuhnya benar.

    Oktober 1998 dengan kereta Parahyangan siang aku berangkat ke Bandung, liburan “nostalgia” selalu aku lakukan saat weekday menghindari hingar bingar Bandung saat weekend. Setelah menaruh tas bawaanku, menghempaskan tubuh dibangku dekat jendela dan langsung membuka novel John Grisham kegemaranku. Belum lagi selesai membaca satu paragraph aku dikejutkan sapaan suara halus: “Maaf, apakah tidak keberatan kalau kita bertukar bangku?” aku menengadah, kaget dan terpana! begitu mengetahui si pemilik suara. ” Hmm..sure..ehh maaf..tidak, maksud saya tidak apa-apa” jawabku dengan gagap.

    Dia cukup tinggi untuk ukuran wanita Indonesia lebih kurang 168, putih, postur yang proporsional dengan rambut hitam lurus sebahu bak bintang iklan shampoo! Umurnya kira-kira sekitar 22 mengenakan baju krem ketat dan celana hitam yang juga ketat sehingga menonjolkan semua lekak-lekuk tubuhnya! Saat aku berdiri bertukar bangku, semilir tercium aroma parfum lembut yang entah apa merknya, yang pasti pas sekali dengan penampilannya.

    “Maaf mengganggu kenyamanan Anda tapi saya seringkali tertidur dalam perjalanan, kalau dekat jendela lebih mudah menyandarkan kepala” Ia menjelaskan sambil meminta maaf.
    “Ngga apa-apa kok” sahutku, bagaimana mungkin menolak permintaannya gumamku dalam hati. Setelah selesai merapihkan bawaannya Iapun duduk dan membuka Elle edisi Australia yang dibawanya. Kamipun tenggelam dengan bacaan masing-masing. Ingin rasanya aku menutup John Grisham-ku dan memulai pembicaraan dengannya namun melihat Ia begitu asik dengan Elle-nya niat itu pun aku urungkan. Kesempatan itu muncul saat pesanan makanan kami tiba,
    “Suka juga roti isi” tanyaku membuka pembicaraan
    “Iya, entah kenapa aku suka sekali roti isi di kereta, padahal rasanya biasa-biasa aja” jawabnya
    “Mungkin suasana kereta membuatnya enak” lanjutku sekenanya
    “Mungkin, oh ya Mas kenalkan saya Cristine” sambil menjulurkan tangannya
    “Bastian, ngga pake Mas” sahutku sambil menyambut tangannya
    “Hihihi” tawanya renyah “Kamu lucu juga, dalam rangka apa ke Bandung”
    “Main-main aja kangen sama Bandung dan kawan-kawan” jawabku.
    “Cristine sendiri ke Bandung dalam rangka apa” tanyaku.
    “Tugas kantor” jawabnya singkat tegas sepertinya enggan untuk menceritakan pekerjaannya.

    “Tinggal dimana di Bandung” Ia menyebutkan salah satu hotel berbintang di Dago
    “Lho kok sama? aku juga di kamar 313” suatu kebetulan yg mengejutkan
    “Oh ya?!! satu lantai pula” ujar Cristine tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Selepas makan kami tidak lagi membuka bacaan masing-masing, obrolan-obrolan mengalir dengan lancar diselingi dengan joke-joke nakal yang ternyata disukainya. Perbendaharaanku yang satu ini cukup lumayan banyak, sisa perjalanan rasanya seperti hanya kami yang ada dikereta. Cristine bahkan tidak lagi malu untuk memukul pundak atau mencubit kecil lenganku manakala ada joke yang “sangat” nakal. Tanpa terasa kami tiba di stasiun Bandung tepat jam 17.00, kami naik mobil jemputan hotel sambil terus bercengkerama dengan lebih akrab lagi.

    Di hotel kami berpisah, kamarku dikanan lift sementara Cristine dikiri. Dikamar aku langsung merebahkan diri membayangkan Cristine dan mengingat-ingat semua kejadian di kereta, di mobil dan di lift aku memutuskan untuk mengajaknya makan malam atau jalan-jalan bahkan kalau bisa lebih dari itu. Karenanya aku urungkan menghubungi kawan-kawanku. Dan terlelap dengan senyum terukir di bibirku.

    Jam 19.00 aku dikejutkan oleh dering telepon, belum lagi ‘napak bumi’ aku angkat telepon
    “Hallo” jawabku dengan suara ngantuk.
    “Hi Bastian tidur ya?sorry ganggu” terdengar suara halus diseberang.
    Cristine!! langsung aku bangkit “Is ok, aku juga niatnya bangun jam segini tapi lupa pesan di front office tadi” jawabku. “Ada apa Cristine?”
    “Kamu jadi ngga ketemuan sama kawan-kawan Bastian?”
    “Hmm..aku belum sempat call mereka, ketiduran”
    “Gimana kalau malam ini datang sama aku, soalnya aku ngga jadi dinner meeting”
    “Sayangkan dandananku kalau harus dihapus” lanjutnya dengan tawanya yang khas
    Aku shock mendengarkan ajakannya sampai-sampai tidak tahu harus berkata apa
    “Halloo..anybody home? Kok diam sih?” serunya, mengejutkan
    “Ooohh maaf..kaget..soalnya surprise..kaya ketiban bulan, diajak datang bidadari” jawabku. “Dasarr..kamu tuh..ketiban aku baru rasa, cepat mandi dong, casual aja ya” menutup pembicaraan.

    Tidak usah disuruh dua kali akupun langsung mandi, keramas, berpakaian casual, parfum disemua ‘sudut’ tubuh dan langsung menuju kekamarnya. Saat pintu terbuka aku hanya bisa ‘melongo’ melihat penampilannya yang ‘casual’, Cristine mengenakan rok jeans sedikit diatas lutut dengan dengan belahan dipaha kiri depan yang cukup tinggi, atasan kaos melekat ketat ditubuhnya dengan bahu terbuka, sungguh pemandangan yg menyekat kerongkongan. “Hii..kok bengong lagi sih” tegur Cristine menyadarkan aku dan kamipun segera bergegas. Setelah puas menyantap soto sulung dan sate ayam dipojok jl. Merdeka kami lanjutkan menghabiskan malam disalah satu kafe di daerah Gatsu, Cristine memilih seat di bar yang agak memojok dengan cahaya lampu yang minim. Aku memesan tequila orange double dengan ekstra es sementara Cristine memilih illusion, hentakan musik yg keras membuat kami harus berbicara dengan merapatkan telinga dengan lawan bicara, saat itulah, aku mencium aroma parfum malamnya, ditambah dengan nafas yang menerpa telingaku saat berbicara membuat sensor birahiku menangkap sinyal yang menggetarkan bagian sensitif ditubuhku.

    Waktu band memainkan lagu yang disukainya Cristine turun dari kursi, bergoyang mengikuti irama lagu, sebuah pemandangan yang menakjubkan, gerakan pundak telanjangnya, tangannya dan pinggulnya begitu serasi. Erotis namun tidak memberikan kesan vulgar, dan saat kami ‘turun’ ditempat (bukan di dance floor)-lebih tepat disebut berpelukan dengan sedikit gerakan-buah dadanya sesekali menyentuh tubuhku, aku merasakan getaran-getaran halus dan hangat menjalar diseluruh tubuhku. Entah pada ‘turun’ yg keberapa kali aku memberanikan diri, kukecup lembut lehernya dan..”Ehh..” hanya itu yg keluar dari bibirnya yang sensual. Seolah mendapat ijin akupun memeluknya lebih erat serta sekilas mengecup lembut bibirnya, setelah itu Cristinelah yang memberikan kecupan-kecupan kecil di bibirku..Malam yang indah.

    Sebelum tengah malam kami meninggalkan kafe, dalam taksi menuju hotel Cristine menyandarkan kepalanya di dada kananku, kesempatan ini tidak aku sia-siakan, kuangkat dagunya membuatnya tengadah. Sekilas kami perpandangan, bibirnya bergetar, Cristine memejamkan matanya seakan mengerti keinginanku segera saja kubenamkan bibirku di bibirnya, kecupan lembut yang semakin lama berganti dengan pagutan-pagutan birahi tanpa peduli pada supir taksi yang sesekali mengintip lewat kaca spion. Lidah kamipun menggeliat-geliat, saling memutar dan menghisap, sementara tanganku meraba-raba dadanya dengan lembut, belum sempat bertindak lebih tidak terasa taksi kami telah sampai di hotel.

    Kamipun bergegas menuju lift dan melanjutkan lagi apa yang kami lakukan di taksi, kusandarkan tubuhnya di dinding lift memagut leher dan pundaknya yg putih telanjang. “Bastian..eehh..” desahnya. Keluar lift Cristine menarik tanganku kekamarnya, begitu pintu kamar ditutup Cristine langsung menarik kepalaku memagut bibirku dengan bernafsu, lidahnya kembali menggeliat-geliat di mulutku namun lebih liar lagi. Kusandarkan tubuhnya di dinding kamar agar tanganku lebih leluasa, tangan kananku memeluk pinggulnya sementara tangan kiri mulai meremas-remas buah kenikmatannya yang begitu kenyal. Kejantananku membatu, ingin rasanya segera kukeluarkan dari kungkungan celana tapi kutahan, aku ingin menikmati semua ini perlahan-lahan. Kutarik pinggul Cristine sambil menekan pinggulku membuat “perangkat” kenikmatan kami beradu-walaupun masih terbungkus-membuat desiran darah kami meningkat dan semakin memanas saat kami menggesek-gesekannya. “Ahh..Ren..”desah Cristine kembali dan saat itu kurasakan lidahnya yang hangat basah menjalar di telingaku melingkar-lingkar di leherku. “Eeehh..aahh..” giliran aku yang mendesah merasakan permainan lidahnya.

    Lidahnya semakin turun kedadaku sementara jari-jari lentiknya membuka kancing bajuku satu per satu. Dan.. lidahnya berpindah keputing dadaku, berputar-putar jalang, mengecup, menghisap dan sesekali menggigit-gigit kecil. “Terus Chirstine..teruss..ahh..” suaraku bergetar meminta meneruskan kenikmatan yang diberikan mulutnya. Kurasakan Cristine semakin liar memainkan mulutnya yang semakin turun. Ia berlutut saat lidahnya meliuk-liuk di pusar sambil tangannya membuka celanaku. Cristine meremas, mengecup dan menggigit-gigit lembut kejantananku yang masih terbungkus CD dan setelah itu Ia memasukan tangannya kedalam CD dan mengeluarkan milikku yang sudah membatu. Ia menggenggam dan menggosok-gosokkan jempolnya di ujung kepala kejantananku yang sudah basah menimbulkan rasa ngilu yang nikmat..dan..akhirnya..lidahnya berputar-putar disana.
    “..aakhh..sshh..”desahku tak tertahan manakala lidahnya semakin kencang bergerak dibawah kepala kemaluanku dan diteruskan keseluruh batang dan buah zakar. “Enakk Cristine..
    aahh..kamu pintar sekalii..hisap cantik..hisapp..” aku meracau tidak karuan memintanya melakukan lebih lagi.

    Cristine mengerti betul apa yang harus dilakukannya, dikecupnya kepala kejantananku dan dimasukannya..hanya sebatas itu!dan mulai menghisap-hisap sambil tetap lidahnya menjilat-jilat, berputar-putar..serangan ganda!!sunguh nikmatt!! Setelah itu barulah Ia menelan semuanya membuat seluruh tubuhku bergetar hebat dilanda kenikmatan. Kuraih kepalanya memasukan seluruh jari-jemariku dirambutnya yang halus dan menggenggamnya, dengan demikian memudahkan aku mengatur gerakan kepalanya. Namun semakin lama genggamanku tidak lagi berguna, karena ritme gerakan kepalanya semakin cepat mengkocok-kocok kemaluanku membuat tubuhku serasa melayang-layang, semakin aku mengerang kenikmatan semakin cepat Cristine menggerakan ritme kocokannya. “Nikmat Cristine..ahh..lagi..lebih cepat..oohh” pintaku diselah-selah erangan yang semakin tidak terkontrol. Dan begitu kurasakan akan meledak segera kutahan dan kutarik kepalanya, aku tidak ingin menyelesaikan kenikmatan ini dimulutnya.

    Kuangkat tubuhnya dan kupeluk mesra. “Suka?”bisiknya bertanya. “Suka sekali..kamu hebat..” jawabku berbisik sekaligus menjilat dan menghisap kupingnya. “Ooohh..” erang Cristine. Kubalas apa yang Ia lakukan tadi, kupagut leher dan pundaknya serta membuka atasan dan bra 34b-nya, dua bukit kenikmatannya yang bulat putih itupun menyembul dengan puting kecil pinkies yang sudah mengeras. Lidahkupun segera beraksi menjilat-jilat putingnya “Eeehh..Bastian..” lenguh Cristine dan membusungkan dadanya meminta lebih, kuhisap putingnya “Auuhh..akkhh..”erangannya semakin keras, hisapanku semakin menggila bukan lagi putingnya tapi sebagian buah dadanyapun mulai masuk kedalam mulutku. “Aaaghh.. Ren..aauuhh..kamu ganaas..”jeritnya.

    Puas melumat buah kenikmatannya gilirin aku yang berlutut sambil melepas roknya, tampaklah CD mini putih menutupi kewanitaannya. Kuelus-elus bagian yang terhimpit paha dengan jari tengahku terasa lembab dan kumasukan dari sisi CDnya sehingga menyentuh daging lembut basah.
    “Bastiano..uugghh..”kembali erangan birahi keluar dari mulutnya waktu ujung jariku mulai bergerak-gerak di mulut kewanitaannya sementara mulutku sibuk mengecup dan menjilat sebelah dalam paha mulusnya. Beberapa saat kemudian penutup terakhir itu kulepaskan, rambut2 halus tipis menghias kewanitaannya dengan klitoris yang yang menyembul dari belahannya. Kuangkat kaki kirinya meletakan tungkainya di bahu kananku sehingga leluasa aku melihat seluruh bagian kenikmatannya.

    Akupun mulai sibuk menjilati dan sesekali menghisap-hisap klitorisnya. “Aaa..Bastian..” jerit Cristine tertahan sambil menjambak rambutku yang panjang, lidahku bergerak cepat menggeliat-geliat menjilat kewanitaannya yang semakin basah, sementara jariku berputar-putar didalamnya. “Ssshh..eehh” desis Cristine merasakan hisapanku yang kuat di lubang kenikmatannya. Kubuka bibir kewanitaannya dan menjulurkan lidahku lebih dalam dalam lagi Cristinepun membalas dengan menyorongkannya kemukaku, praktis semua sudah dimulutku, kumiringkan sedikit kepalaku sehingga memudahkan aku “memakan” semua kewanitaannya.”Bastian..stopp..aahh..aku ngga tahann..”aku tidak memperdulikan keingingannya bahkan semakin menggila “My godd..Bastiiiannn..shhff..pleasee..stop” tangannya sekuat tenaga menarik rambutku agar mulutku terlepas dari kewanitaannya.

    Akupun berdiri mengikuti keinginannya kurebahkan tubuhnya ditempat tidur dan kamipun bergumul saling memagut, menghisap dan meremas-remas bagian-bagian sensitif kami. “Sekarang Bastiiann..sekarang.. pleasee..”pintanya berbisiknya. Aku merayap naik ketubuhnya, Cristine membuka lebar kedua kakinya Iapun menggelinjang merasakan kepala kejantananku memasuki mulut kewanitaannya, kuhentikan sebatas itu dan mulai menggerakannya keluar masuk dengan perlahan. “Ooohh yaa..Basss..enakk..” Cristinepun mulai mengayunkan pinggulnya mengikuti gerakan-gerakanku, sementara mulutku tidak henti-hentinya mengulum buah dadanya.”Aagghh..terus Ren..lebih dalamm..aagghh..” pintanya, kutekan batang kemaluanku lebih dalam dan..”Ssshh..”desisku merasakan kenikmatan rongga kewanitaanya yang sempit meremas-remas sekujur batang kemaluanku.”Aaaugghh..punya kamu enak Crist..” akupun semakin kencang memacu tubuhku membuat Cristine semakin mengelepar-gelepar.

    “Ahh..oucchh..nikmat Bassss..sshh..”desahnya merasakan gesekan-gesekan batang kejantananku di dinding kemaluannya. Saat kami merasakan nikmatnya kemaluan masing-masing, tak henti-hentinya kami saling menghisap, memagut bahkan mengigit dengan liarnya..dan.. “Ugghh..Bastiannn..fuck me..fuck me hard..I’m comingg honey..” tubuh Cristine mengejang dan tangan serta kakinya memeluk tubuhku dengan kencang “Ouchh..oohh..aku keluar Renn..aaghh..” Iapun kejang sesaat kurasakan denyut-denyut di kewanitaannya dan..tubuh Cristinepun lungai.

    “Maaf Bastiann aku duluan..ngga tahan, habis udah lama ngga..” bisiknya, aku masih diatasnya dengan kemaluan yang masih terbenam didalam kewanitaannya. “Ngga apa-apa Cristine cewekan multiple orgasm, masih ada yang kedua dan seterusnya kok..” jawabku menggoda. “Memangnya kuat..?” tantangnya. “Lihat aja nanti..”membalas tantangannya. “Ihh..itu sih doyan ..” seru Cristine manja sambil mencubit pinggangku. Kubalas cubitannya dengan memagut lehernya dan menjilat telinganya sementara pinggulku mulai berputar-putar perlahan.”..Mmhhff..”kupagut bibirnya, lidah kamipun saling bertaut, meliuk dengan panasnya. Birahi kamipun kembali membara, tekanan pinggulku dibalasnya dengan putaran pinggulnya membuatku melayang-layang. “Shhff..agghh..ouch..” desahanpun tak tertahan keluar keluar dari mulutku. Dengan bahasa tubuh Cristine mengajak pindah posisi, Ia diatas memegang kendali.

    Cristine menekan kewanitaanya dalam-dalam-sehingga kejantananku menyentuh ujung lorong kenikmatannya-dan mengayunkan pinggulnya mundur-maju. Semakin lama ayunannya semakin cepat, tak kuasa aku menahan hentakan-hentakan kenikmatan yang keluar dari seluruh sendi-sendi tubuhku.
    “..teruss Bastiann.aahh..lagi Basstiiann..oohh..punya kamu enak..”rintihku. “..punya kamu juga Renn..oucchh..want me to fuck you hardd..mmhh..” tidak perlu jawabanku, dengan di topang tangannya Cristine membungkuk tambah mempercepat ayunannya. Buah dadanya yang indah berayun-ayun, kuremas-remas dan yang lainnya kulumat dengan rakus. “Ouchh..Bastiiann..nikmatt..lumat semua Bastiann..auuhh..” jerit Cristine sambil merendahkan tubuhnya memudahkan aku melumat buah dadanya membuat ayunan pinggulnya semakin tidak terkendali, tidak berapa lama kemudian tubuhnya kembali mengejang, Cristine menekan dalam-dalam kewanitaannya menelan seluruh batang kenikmatanku. “Bastiann..aku keluarr lagi..AAKKHH..” teriak Cristine, tubuhnya pun rubuh diatasku cairan kenikmatannya kurasakan membasahi kejantananku.

    Cristine rebah diatasku tubuhnya bagai tidak bertulang, hanya desah napasnya menerpa dadaku. Beberapa menit kemudian suaranya memecah kesunyian “Punya kamu masih keras Bastian..belum keluar?”
    “Aku tidak ingin kenikmatan ini cepat berakhir” bisikku sambil mengecup pipinya.
    “Mmmhh..” Cristine bergumam “Aku juga..”bisiknya sambil mengigit mesra leherku lalu mengecup bibirku. Hanya beberapa saat, gigitan dan kecupan mesra itu kembali menjadi pagutan birahi.

    Kamar itupun kembali dipenuhi suara-suara erangan dan desahan kenikmatan duniawi, kejantananku yang masih berada didalam kembali merasakan bagaimana nikmat yang diberikan oleh kewanitaannya. Aku bangun sambil mendorong tubuh Cristine sehingga kami berada dalam posisi duduk, satu tanganku memeluk punggungnya, tangan lain meremas-remas buah pantatnya yang bulat padat. Gerakan-gerakan pinggulnya membuat rongga kenikmatannya seakan melumat seluruh batang kejantananku, “Agghh..sshh.. Bastiann.” rintihannya membuat birahiku tambah memuncak. Kubalas gerakannya dengan menggoyang-goyangkan pinggulku sambil kuhisap putingnya dalam-dalam.”Reenn..achh..shh..fuck me..hardd..”

    Kurasakan gerakan tubuh Cristine semakin menggila dan bukan cuma itu bibirnya semakin mengganas memagut bahkan menggigit bibir, telinga dan leherku. Akupun tidak sanggup lagi menahan kenikmatan yang diberikan oleh Cristine, kurebahkan tubuhnya dan segera menindihnya, kakinya melingkar di pinggulku dan kamipun kembali mendaki puncak kenikmatan. Batang kejantananku tak henti-henti menikam-nikam lubang kenikmatan Cristine dengan keras, Ia tidak tinggal diam, diputar-putar pinggulnya seirama tikaman-tikamanku “Aghh..ngg..sshh..Bastiann..nikmat sekali..putarr teruss Bastiann..”pintaku merintih-rintih. “Auugghh..Bastiann..tekan yang dalamm ..” kami tenggelam dalam gelimang birahi yang memuncak..dan..”Cristine..akuu mau keluar..”kurasakan kejantanku bertambah besar. “Yess..yess..I’m coming too honey..” kami berpelukan dengan kuatnya dan secara bersamaan mengejang. “AAKKHH..punya kamu enak sekalii Bastiann..”pekikku, kutekan dalam-dalam kejantananku dan cairan kenikmatanku pun menyembur keluar membasahi relung-relung kewanitaannya, “Aauughh Bastiann..nikmatt..sshhekallii..AAKKGGHH..” Kamipun terkapar lemas.

    Setelah malam panjang yang indah itu kami tak henti-hentinya mengulangi lagi di hari-hari berikutnya, bukan hanya di tempat tidur, tapi semua sudut dikamar hotel itu bahkan kamar mandipun menjadi saksi bisu birahi kami. Bandung kembali memberi coretan khusus dalam hidupku membuat keterikatanku semakin besar yang tak akan pernah kulupakan seumur hidup.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Teman Kantor Ku Yang Montok Dan Hot Sedang Sange – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sex Teman Kantor Ku Yang Montok Dan Hot Sedang Sange – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1392 views

    Perawanku – Aku sudah berkeluarga dan dikaruniai anak 1 yang masih 2 tahun umurnya, perkenalkan namaku Citra usiaku saat ini 26 tahun, aku menikah dengan suamiku 4 tahun yang lalu, dimana suamiku itu sangat harmonis denganku dan pastinya romantis, kami bertemu di kantor suamiku team satu kerja denganku sampai sekarang. Dulunya aku tidak menaruh rasa simpati dengannya tapi namanya witing tresno jalaran seko kulino kata orang jawa.

    Terlalu keasikan pertemanan jadi kita memasuki area pacaran saat itu dan kami semakin kompak dalam menghadapi masalah saat waktu pacaran, aku tidak kwuatir kalau pulang malam karena suamiku itu setia setiap saat kalau aku pulang malam dia sering menjemput aku di kantor waluapun dia kadang pulang rumah dulu. Trus balik lagi untuk menjemput aku.

    Oh ya aku saat ini aku bekerja di bagian keuangan salah satu NGO asing yang menangani perpajakan sehingga banyak sekali tugasku menuntut aku harus banyak menghabiskan waktu untuk berhubungan dengan orang-orang pajak yang sudah menjadi rahasia umum sangat banyak tuntutan.

    Akupun jadi terbiasa menghadapi mereka dan tak jarang untuk dapat “melunakkan” hati mereka aku harus bersikap seluwes bahkan cenderung berpura-pura genit termasuk tampil agak seronok dengan tujuan supaya tugasku dapat selesai dengan mudah.

    Untungnya suamiku cukup bijaksana dan dapat memahami keberadaanku dengan memberikan kepercayaan 100% kepadaku.

    Ternyata keleluasaan ini justru membawa aku kedalam situasi yang sulit hingga akhirnya aku memasuki satu dunia yang belum pernah kukenal tapi gilanya aku jadi sulit untuk keluar dari dunia tersebut yaitu threesome sex.

    Awalnya ketika itu kantorku menjelang tutup buku dan seperti biasanya kesibukan kami di keuangan menjadi luar biasa tingginya sampai-sampai ada beberapa rekanku yang harus pulang kantor menjelang pagi.

    Aku sendiri tetap pada tugas utama yaitu merapihkan laporan-laporan pajak dengan dibantu oleh petugas-petugas pajak. Syukurlah kali ini yang ditugasi untuk konsolidasi ada 2 orang yang sudah tidak asing bagiku yaitu Iwan (26) dan Jaka (25) sehingga aku tidak perlu buang-buang waktu untuk beradoptasi dan menjelaskan kondisi kantorku.

    Kami janjian ketemu di Hertz Chicken untuk makan siang sekaligus berdiskusi awal menyepakati hal-hal apa yang harus dilakukan dan pembagian tugasnya. Karena sudah akrab kamipun menyelingi diskusi dengan senda gurau dan setelah itu kami lanjutkan pekerjaan inti di kantor mereka yang letaknya cukup jauh yaitu di Tanggerang. 3 hari pertama semua berlangsung normal, ketika memasuki hari ke 4 volume pekerjaan semakin serius sehingga tidak terasa sudah jam 8 malam.

    Sedangkan target selesai kerjaan kami hari ke 6 sudah harus dilaporkan.

    Akupun jadi gelisah sendiri dan rupanya Iwan menangkap gelagat itu dan mencoba membantuku mencari solusinya.

    “Bukan apa-apa Her, rumahku kan jauh sekali di Bogor sedangkan jam segini aku masih di Tanggerang”

    “Ya udah begini saja, bagaimana kalau Mbak Desy bermalam saja di cottage dekat kantor lalu besok pagi minta tolong suami Mbak Desy membawakan pakaian ke kantor. Tapi sekarang harus kasih tahu dulu sama suami supaya dia tidak gelisah nungguin,” usul Iwan

    “Boleh juga, usul diterima” sambutku gembira dan mengangkat tangan untuk TOSH dengan Iwan.

    Segera kutelpon suamiku R yang sedang berada di luar kota untuk minta ijin dan R menyetujui bahkan menyuruhku supaya mentuntaskan. Setelah makan malam nasi goreng di kantor akupun minta tolong Iwan mengantarku ke cottage yang dimaksud. Setiba disana ternyata tempatnya cukup menyenangkan karena tersedia ruang tamu dan 2 kamar ditambah lagi hari itu ada rate khusus berkenaan dengan ulang tahun cottage tersebut. Melihat itu spontan aku langsung setuju bahkan menyesali kenapa tidak dari awal saja disini.

    “Tahu begitu kita kerja disini saja lebih enak”

    Rupanya reaksiku ini disambut oleh Iwan, “kalau begitu bagaimana kalau kita melanjutkan tugas kita disini supaya aku dan Jaka enggak perlu repot-repot karena disini kan bisa sekalian mandi lalu tidur, mumpung kamarnya dua.. gimana Mbak?”

    “Boleh saja,” jawabku pendek tapi dalam hati menyesali spontanitasku tadi karena berarti malam ini aku akan berada bersama 2 laki-laki dalam satu atap rumah.

    Namun keraguanku pupus karena aku berusaha berpikir positif, toh kita nggak akan macam-macam karena kamar kami terpisah, kalaupun terjadi apa-apa atas diriku aku bisa berteriak. Ah, jahatnya hati ini.. kalau dilihat dari sikap dan penampilan mereka yang intelek mana mungkinlah mereka mau berbuat macam-macam.

    Tak lama kemudian Jakapun datang dengan membawa beberapa tumpuk order dan meletakkan di meja makan yang rencananya akan kami jadikan meja kerja. Untuk menghilangkan rasa lelah aku memutuskan untuk berendam di kamarku yang juga dilengkapi dengan kamar mandi.

    Tapi baru kusadar aku tidak membawa pakaian, untunglah aku membawa kaos mirip singlet dan kebetulan dibalik celana panjang yang kupakai aku juga mengenakan celana sport stretch hitam sebatas diatas lutut. Masalah lain adalah aku hanya membawa CD yang menempel.. Duh bagaimana ya..

    Akhirnya aku dapat ide untuk mencuci CD itu dan menjemur di kamar mandi dengan harapan besok pagi sudah kering. Sebagai pengganti CD aku melapisi kemaluanku dengan panty liner yang kutempelkan langsung di celana. Beress.. Kan??

    Lalu mandilah aku dengan air panas yang sudah kuatur sesuai selera. Usai mandi akupun berbusana seperti yang sudah aku pikirkan dan ketika keluar kamar kulihat Iwan dan Jaka sudah segar karena mereka juga sudah mandi dan seolah sudah janjian mereka sama-sama mengenakan celana pendek, tapi bagian atasnya hanya Iwan yang mengenakan kaos singlet sedangkan Jaka bertelanjang dada saja membiarkan dadanya yang bidang berotot dan berbulu itu terpampang membuat darahku sedikit berdesir.

    “Maaf Mbak Desy aku terpaksa tidak pakai apa-apa karena tadi waktu mau mandi bajuku jatuh dari kapstok sehingga basah”

    Jaka berusaha menjelaskan dan menutupi rasa saltingnya karena mataku menatap tajam.

    “O ya, tapi sudah dijemur kan?” tanyaku basa basi.

    “Sudah sih,” jawab Jaka sambil pura-pura sibuk dengan kerjaannya lagi.

    “Ah, bilang aja mau pamer bulu sama Mbak Desy.. ck, ck, ck.. Di kampungnya aja segitu banyak apalagi di kotanya.. ha, ha, ha” ganggu Iwan sambil melirik ke aku dan kulihat Jaka semakin malu.

    Rupanya introduksinya Iwan tidak berhenti disitu karena akhirnya kami kembali bersenda gurau yang selanjutnya topikpun beralih serius menjadi diskusi tukar pikiran seputar hal-hal yang sangat pribadi dan kamipun tenggelam asik dalam pembicaraan tentang teknik-teknik ML.

    Dari situ baru kuketahui dari kisah-kisah mereka ternyata Iwan sangat piawai dalam teknik sex. Iwan terus bercerita tentang pengalamannya dengan beberapa teman gadisnya yang menurut pengakuannya cewek-cewek itu sangat tergila-tergila dengan permainannya.

    Lain halnya dengan Jaka yang lebih banyak mendengarkan tapi tanpa sadar Jaka sudah menutupi bagian auratnya dengan bantal, mungkin malu kalau ketahuan “adik”nya sudah meronta-ronta.

    Semula aku bertahan untuk tidak menceritakan pengalamanku, tapi karena Iwan pandai memanfaatkan suasana akhirnya kuceritakan juga apa saja yang aku dan suamiku pernah lakukan tapi masih dalam batas yang sopan karena itu hal yang tabu untuk disampaikan kepada orang lain apalagi lawan jenis dan bukan suami sendiri.

    Lama kelamaan level cerita kamipun meningkat, aku sudah semakin berani menyampaikan hal yang sekecil-kecilnya tentang apa saja yang masing aku dan suamiku sukai. Begitu juga dengan Jaka yang berhasil dibuat mengaku kalau ternyata selama ini mengalami minder akibat bawaan lahir karena memiliki penis yang sangat besar. Dengan tetap berusaha keras mengendalikan hormon wanitaku aku berusaha untuk menghibur Jaka.

    “Ah, kenapa harus minder.. Justru seharusnya bangga dong. Seperti aku, maaf kata nih, aku suka minder karena memiliki rambut yang berlebihan. kalau laki-laki seperti kamu sih nggak apa-apa, tapi aku suka kuatir suamiku tidak menyukainya. Buktinya setiap aku memintanya untuk mengoral selalu ditolak halus, tapi jangan salah.. Dia selalu puas dengan coitus kami.”

    Hari semakin malam dan topik diskusi kami semakin panas dan kamipun sudah berpindah ke sofa. Ketika kami membahas threesome sex dan entah sadar atau tidak sambil bercerita posisi duduk sudah tak karuan.

    Aku bersandar di pegangan sofa dengan kaki diatas pangkuan Iwan dan kaki sebelah berjuntai ke karpet dimana Jaka duduk dilantai sambil menikmati Iwan yang memijat betis indahku dengan bulu-bulu halus yang tumbuh rapih disitu dan Jaka memijit telapak kakiku yang putih bersih dengan kuku dilapisi kutex transparan.

    Begitu nikmat sensasi pijatan yang mereka berdua lakukan akhirnya aku merasa melayang apalagi pijitan Iwan sudah naik ke arah pahaku dan aku ingat aku hanya mengangguk dengan mata terpejam ketika Iwan dan Jaka melepaskan celana sportku dengan alasan untuk memudahkan pemijitan dan lupa kalau itulah pertahananku terakhir. Ketika kubuka mata untuk mencegah upaya mereka tapi ternyata terlambat karena celana itu baru saja terlepas dari ujung kakiku.

    “Duh.. Kalian ini.. Aku jadi malu”

    Tapi mereka tidak menggubris sebab mereka sudah asik masing-masing dengan kakiku.. Dan aku semakin bergumul dengan diri ini antara menolak dan sebaliknya.. Yang kesimpulannya aku dengan perlahan dan sambil menggoyang-goyangkan pinggul akibat sensasi yang begitu hebat membuka kakiku terbuka lebar-lebar dan melupakan rasa malu karena telah memamerkan bagian dari wanita yang mestinya aku tutupi dan hanya dapat dibuka didepan suamiku.

    Tapi peraturan itu seolah tidak berlaku karena dibawah selangkanganku sana dua lelaki muda sedang menggeluti pahaku dan.. Oow mereka tiba-tiba berubah seperti hewan lapar sedang rebutan makanan dan begitulah mereka sedang saling dorong untuk bisa melahap kemaluanku.

    Dan akhirnya Jaka mengalah membiarkan Iwan melahap kemaluanku dengan rakusnya, selanjutnya giliran Jaka yang berbeda dari Iwan.. Lebih lembut tapi oougghh seluruh permukaan kemaluanku terasa dikunyah, penasaran mau tahu apa yang sedang Jaka lakukan, kubuka mata dan kulihat mulutnya yang ditumbuhi janggut dan kumis tebal itu telah menutupi kemaluanku membuat aku kegelian hebat serta tiba-tiba kurasakan ada sesuatu yang mendesak dari bagian bawahku yang ternyata cairan kewanitaanku mengalir deras memenuhi rongga kemaluanku.

    Setelah puas menggeluti kemaluanku Iwan mengambil handuk dan menyeka kemaluanku.. Dan mengambil sesuatu yang ternyata krim cukur jenggot dan shaver.. Aku tahu apa yang akan Iwan lakukan tapi akibat kenikmatan oral sex itu aku seperti tidak berdaya dan tetap telentang dengan posisi mengangkang.

    “Iwan apa yang mau kamu lakukan??”

    Tapi pertanyaanku tidak digubris malah Iwan memberi kode kepada Jaka yang kemudian Jaka menghampiriku dan didepan mataku dia menurunkan celana pendeknya.. Dan wow.. Batang kemaluan Jaka ternyata sudah memuai sampai sebesar tangan bayi.. Dengan tetap lembut Jaka menyodorkan Super Dicknya ke mulutku sehingga mulutku sekarang penuh sesak dengan penis milik Jaka sementara dibawah sana Iwan rupanya asik mencukuri kemaluanku.. Semua proses itu berlangsung kira-kira 15 menit dan ketika “pekerjaan” Iwan selesai Jakapun mencabut penisnya dari mulutku.

    Ketika kutengok kemaluanku sudah licin memerah.. Setelah membersihkan sofa dari bulu-buluku Iwan memulai tugas lainnya, penisnya yang tidak kalah besarnya dari milik Jaka segera melompat dari celana pendeknya.

    Sehingga yang terlihat sekarang 3 insan berlawanan jenis sudah polos tidak mengenakan apa-apa terlebih aku sudah seperti bayi karena kemaluanku sudah tidak ditumbuhi bulu lagi dan sedang digosok-gosok oleh batang kemaluan Iwan sampai cairanku keluar seolah menyatakan siap untuk menyambut penis Iwan yang besar dan penuh urat.

    “Sshh..”

    Hanya desisan itu yang keluar dari mulutku ketika kepala cendawan itu menerobos perlahan kewanitaanku yang selama ini hanya digunakan oleh suamiku R. Secara naluri mulutku terbuka lebar ketika kurasakan batang kemaluan Iwan sudah tertanam seluruhnya di dalam liang senggamaku.

    Setelah beberapa saat didiamkan yang ada dibenakku adalah betapa sesaknya kemaluanku dan gatalnya minta ampun sehingga tanpa sadar pinggulku bergoyang yang disambut dengan genjotan Iwan..

    Selang beberapa lama Iwan tiba-tiba membalikkan tubuh kami dengan penis masih tetap tertanam sehingga sekarang aku berada diatas Iwan memberiku kesempatan untuk mencari sensasi sendiri.. Hal ini berlangsung cukup lama entah sudah berapa kali aku orgasme.

    Tak lama kurasakan bokongku ada memukul-mukul pelan, ketika kutengok ternyata Jaka sedang dalam posisi tegak dibelakangku dan mengoleskan baby oil ke anusku.. Selanjutnya yang terjadi adalah kenyataan 2 penis besar mereka sudah tertanam dalam tubuhku.. Luar biasa nikmatnya sampai akhirnya merekapun ejakulasi dan menumpahkan di wajahku.

    Setelah itu kami bertiga tertidur pulas dan pagi-pagi kami bangun melanjutkan pekerjaan yang tersisa. Bedanya dengan kemarin-kemarin adalah sekarang kami bekerja tanpa sehelai benangpun dan bila sudah mulai bosan kami selingi dengan persetubuhan.. Kadang aku melayani sekaligus berdua, kadang satu-satu dan sementara salah satu dari mereka tetap bekerja.

    Lucu memang.. Tapi itulah pengalaman dahsyat yang aku alami dan membuat aku jadi sekarang jadi ketagihan.. Malah aku pernah melayani Iwan dan Jaka ditambah 3 orang temannya yang lain.

    Luar biasa.. Benar-benar aku sudah punya dunia sendiri diluar ijin suamiku.

  • Cerita Kisah Ngentot Tante Imel Dan anaknya

    Cerita Kisah Ngentot Tante Imel Dan anaknya


    1552 views


    Perawanku –  Masih ingat sama saya ? Nama saya Vito, 35 tahun, saya yang beberapa waktu lalu bercerita tentang hubungan saya dengan kakak beradik Mirna dan Rere.

    Sekarang saya sudah tidak pernah bertemu mereka lagi, karena sehubungan dengan Andre -suami Mirna- yang dipindah tugaskan ke Jawa Timur, beserta keluarganya tentu saja. Kepindahan Mirna, sekitar 2 bulan lalu itu, tentu saja membawa dampak yang kurang baik bagi saya. Bagaimana Tidak ? selama hampir 5 bulan hubungan kami, saya mendapatkan pengalaman sex yang amat sangat indah dan hebat. Sekarang ? Ya,… saya terpaksa ‘bertugas’ lagi dengan Jenny, istri saya.
    Tapi, saya punya pengalaman unik lagi. Berawal dari hobby saya berenang, kira-kira 3 minggu yang lalu, saya memulai hubungan lagi dengan seorang ibu rumah tangga, kali ini beserta putrinya yang masih kelas 2 SMP. Ceritanya begini,…

    Waktu itu saya berenang di kolam renang milik sebuah Country Club, dimana saya tercatat sebagai membernya. Saat itu sudah amat sore, sekitar pukul 5. Saya baru saja naik ke pinggir kolam renang untuk handukkan. Saya melihat ada seorang gadis mungil bersama anak perempuan kecil, gadis itu kira-kira berusia antara 14-15 tahun.

    Karena gadis itu berdiri tidak jauh dari saya, saya liatin aja dia. Untuk usia segitu, badannya bolah dibilang bagus, wajah manis, kulit putih bersih, rambut panjang, swimsuit yang benar-benar sexy dan sekilas saya lihat bibir dan dadanya yang menantang sekali. Setelah saya perhatikan baik-baik, tiba-tiba ‘adik kecil’ saya bangun, bagaimana tidak,… ternyata dia tidak mengenakan celana dalam. Hal ini nyata sekali dari belahan vaginanya yang tercetak di baju renangnya itu.

    Eh,…ngak disangka-sangka, si anak kecil (yang ternyata adiknya), menghampiri saya, lalu dia bilang “Om, mau main bola sama Grisa gak ?”
    “Eh,… mmh,… boleh,… kamu sama kakakmu ya ?” tanya saya gugup.
    “Iya,… itu kakak !” katanya sambil menunjuk kakaknya. Lalu saya hampiri dia dan kami berkenalan. Ternyata, gadis manis itu bernama Revi, dan juga, dia baru kelas 2 SMP. “Mmh, Revi cuma berdua sama Grisa ?” tanya saya mencoba untuk menghangatkan suasana.
    “Nggak Om, kami sama mami. Mami lagi senam BL di Gym diatas!” kata Revi sambil menunjuk atas gedung Country Club. “Ooo,… sama maminya, toh” kata saya,“Papi kamu ndak ikut Rev ?”
    “Nggak, Papi kan kalo pulang malem banget, yaa,… jam-jam 2-an gitu deh. Berangkatnya pagiii bener” katanya lucu.
    Saya tersenyum sambil memutar otak untuk dapat berkenalan sama maminya, “Mmh, mami kamu bawa mobil Rev ? kalo ndak bawa, nanti pulang sama Om saja, mau ndak ? Sekalian Om kenalan sama mami kamu, boleh kan ?”
    “Boleh-boleh aja sih Om. Tapi, rencananya, habis dari sini, mau ke Mall sebentar. Grisa katanya mau makan McD.”
    “O,.. ya udah ndak apa-apa. Om boleh ikut kan ? Nanti pulangnya Om anterin” Tapi yang menjawab si kecil Grisa, “Boleh,… Om boleh ikut,….”

    Sekitar ½ jam kami mengobrol, mami mereka datang. Dan ternyata, orangnya cantik banget. Tinggi dan postur tubuhnya benar-benar mengingatkan saya pada Mirna, mirip abis. Buah dada yang besar dan ranum, leher dan kulit yang putih,… pokoknya mirip. Singkat cerita, kami pun berkenalan. Revi dan Grisa berebut bercerita tentang awal kami semua berkenalan, dan mami mereka mendengarkan sambil tersenyum-senyum, sesekali melirik ke saya.

    Nama mami mereka Imel, umurnya sudah 29 tahun, tapi bodinya,… 20 tahun. Ngobrol punya ngobrol, ternyata Imel dan suaminya sedang pisah ranjang. Saya dalam hati berkata, wah,… kesempatan nih. Makanya setelah makan dari Mall, saya memberanikan diri untuk mengantarkan mereka ke rumah, dan ternyata Imel tidak berkeberatan. Setelah sampai di rumahnya di bilangan Cilandak, saya dipersilahkan masuk, langsung ke ruang keluarganya.

    Waktu itu sudah hampir jam 8 malam. Grisa yang sepertinya capek sekali, langsung tidur. Tapi saya, Imel dan Revi ngobrol-ngobrol di sofa depan TV.“Mel, suamimu sebenarnya kerja dimana?”, tanya saya.
    “Anu mas,… dia kontaraktor di sebuah perusahaan penambangan gitu,” jawab Imel ogah-ogahan.
    “Iya Om, jangan nanya-nanya Papi.Mami suka sebel kalo ditanya tentang dia,” timpal Revi, yang memang kelihatan banget kalo dia deket sama maminya.Mendengar Revi bicara seperti itu, Imel agak kaget, “Revi, nggak boleh bicara gitu soal Papi, tapi bener mas, aku ngak suka kalo ditanya soal suamiku itu”.
    ”Iya deh, aku nggak nanya-nanya lagi,…” kata saya sambil tersenyum.“Eh Iya,… Mas Vito mau minum apa ?” tanya Imel sembari bangkit dari sofa, “Kopi mau ?
    “Eh,… iya deh boleh,… “ jawab saya.Tak lama kemudian Imel datang sambil membawa 2 cangkir kopi.“Ini kopinya,…” katanya sambil tersenyum. Revi yang sedang nonton TV, dengan mimik berharap tiba-tiba berkata, “Om, malem ini nginep di sini mau ya ? bolehkan mam ?” Imel yang ditanya, menjawab dengan gugup, “Eh,… mmh,… boleh-boleh aja,… tapi emangnya Om Vito mau ?” Merasa dapat durian runtuh, saya menjawab sekenanya, “Yah,… mau sih,… “
    Singkat cerita, waktu sudah menunjukkan jam ½ 12 malam ketika Imel berdiri dari sofa dan berkata, “Mas Vito,aku mau ganti baju tidur dulu ya ?”
    “Eh, iya,… “ jawab saya, “kamu ndak tidur Rev, kan besok sekolah ?”“Mmh, belom ngantuk,… “ jawabnya lucu.Tak lama kemudian, Imel datang lagi ke ruang TV dengan mengenakan busana tidurnya yang tipis sekali. Di dalamnya dia hanya memakai celana dalam jenis G-string dan Bra tanpa tali. Revi yang sedang tidur-tiduran di karpet terbelalak kaget melihat maminya memakai baju se-sexy itu.“Ya ampun,… mami,… bajunya itu lho, gak sopan banget.”
    “Gak papa Rev’, mami udah lama nggak pake baju ini. Sekalian nyobain lagi,” kata Imel sambil tersenyum ke arah saya, “Om Vito aja nggak keberatan, masa kamu keberatan sih ?”

    Saya yang masih terkagum-kagum dengan kemulusan body Imel, tidak bisa bicara apa-apa lagi.“ Rev’ kamu tidur sana, sudah malam. Besok terlambat sekolah,… mami masih mau ngobrol sama Om Vito,… sana tidur!” kata Imel.Saya yang memang sudah pingin sekali mencoba tubuh Imel, juga ikut-ikutan ngomong,

    “Iya, Rev’ besok telat masuk sekolahnya,… kamu tidur duluan sana.”Revi sepertinya kesal sekali di suruh tidur, “Aaahh,… mami nih. Orang masih mau ngobrol sama Om Vito kok,…” tapi dia masuk juga ke kamarnya.
    Setelah ditinggal Revi, saya mulai melakukan agresi militer.“Mel, kok kamu pake baju kaya gitu sih ? kamu tidak malu apa sama aku, kita kan baru kenal. Belum ada 1 hari,… kamu ndak takut apa kalo’ aku apa-apain ? “Mas, aku memang sudah lama nggak pake baju ini. Kalaupun toh pake, suamiku sudah nggak peduli lagi kok sama aku. Dia lebih memilih sekretarisnya itu,” kata Imel dengan mimik muka sedih.“Berarti suami mu itu tolol.

    Dia nggak liat apa, kalo istrinya ini punya badan yang bagus, kulitnya putih, bibirnya tipis,… wah, kalo aku jadi suamimu, thak perem kamu ndak boleh keluar kamar,” kata saya bercanda.
    “Dan lagi kamu punya ‘itu’ mengkel banget,…”Si Imel menatap saya dengan wajah lugu, “Itu apa mas ?”“Mmh, boleh aku jujur tidak ?”“Boleh,… ngomong aja ““Anu,… payudaramu itu lho,… mengkel banget, dan lagi aku yakin kalo ‘anu’mu pasti seukuran satu sendok makan” kata saya sambil melakukan penetrasi dengan mengelus pahanya.“Ooo,… ini,” kata Imel sambil memegang buah dadanya sendiri, “Mas Vito mau ? terus apaku yang seukuran…”Belum selesai Imel berbicara, langsung saja aku potong dengan memegang dan mengelus kemaluannya, “Ini,.. mu,… buka dong bajumu !” kata saya asal.
    Imel yang sepertinya sudah setengah jalan, langsung melepas kain tipis yang menutupi tubuhnya. Sambil mengulum bibirnya yang tipis dan hangat, saya langsung membuka bra-nya. Imel dengan gerakan spontan yang halus sekali, membiarkan celana dalamnya saya lucuti.“Mas, aku sudah telanjang.

    Sekarang gantian ya,…” kata Imel tanpa memberi saya kesempatan bicara, Imel langsung melepas baju dan celana serta celana dalam saya, akibatnya dia shock setengah mati melihat batangan saya yang sudah terkenal itu. Hebatnya lagi, dia tanpa minta ijin, langsung jongkok di bawah saya dan mengulum si ‘adik’ dengan beringas. Sekitar 5 menit kemudian, dia berdiri dan menyuruh saya untuk menjilati bibir vertikalnya. Imel kelojotan setengah mati, ketika lidah saya menyapu dengan kasar klitorisnya.

    Imel saya suruh terlentang di karpet dan membuka kakinya, ‘Veggy’nya yang sudah basah itu, saya hajar dengan gerakan tajam dan teratur. Sambil terus menyerang, saya meremas buah dadanya yang besar, dan menghisap lidahnya dalam-dalam ke mulut saya. Sekitar 10 menit kami melakukan gaya itu, kemudian dia berdiri dan membelakangi saya dengan posisi menungging dan berpegangan di meja komputer didepannya, dia membuat jalan masuk dengan menggunakan kedua jarinya.

    Langsung saya pegang pantatnya dan saya tusuk dia perlahan-lahan sebelum gerakan makin cepat karena licinnya liang surga itu. Tak lama kemudian, Imel bergetar hebat sekali,… dia orgasme, tapi cairan sperma saya belum juga mau keluar. Saya percepat gerakan saya, dan tidak memperdulikan erangan dan desahan Imel, dalam hati saya berkata, dia enak sudah klimaks, aku kan belum. Tak lama kemudian saya sudah ndak tahan.

    Saya tanya : “Mel, aku mau keluar,… dimana nih ?”Di tengah cucuran keringat yang amat banyak, Imel mendesah sambil berpaling ke arah saya, “Di dalam aja mas ! biar lengkap “Benar saja, akhirnya cairan saya, saya semprotkan semua di dalam liang vaginanya. Banyak sekali, kental dan lengket.

    Setelah itu, kami duduk di sofa sambil dia saya suruh menjilati ‘Mr. Penny’ saya. Hisapan Imel tetap tidak berubah, tetap penuh gairah, walaupun bibirnya terkadang lengket di kepala ‘Mr. Penny’ saya.Sekitar 5 menit, Imel menikmati si ‘vladimir’, sebelum dia akhirnya melepaskan hisapannya dan bangun.“Mas, aku ke kamar mandi dulu ya,” katanya, “Aku mau nyuci ‘ini’ dulu,” sambil dia mengelus vaginanya sendiri.“Ya,… jangan lama-lama,… “ kata saya.

    Karena sendirian, saya kocok saja sendiri batangan saya. Tiba-tiba si Revi keluar kamar,… dia berdiri di depan pintu kamarnya sambil memperhatikan saya. Saya kaget sekali.“Loh, Rev… kamu belum tidur ?” tanya saya setengah panik.“Belum.” Jawabnya singkat. Lalu dia berjalan ke arah saya, sementara saya berusaha menutupi ‘Mr. Penny’ saya dengan bantal sofa. “Om, tadi ngapain sama mami ?” tanyanya lagi.“Eh,… anu,… Om sama mami lagi… “ belum selesai saya menjelaskan, Imel masuk ke ruang TV.

    Dia kaget sekali melihat Revi ada di situ. Sambil tangan kanannya menutupi vaginanya dan tangan kirinya menyilang menutupi buah dadanya yang ranum (tidak semua tertutupi sih…),Imel berkata, “Rev kamu ngapain, kok belum tidur ?”Revi berpaling menghadap Maminya, “Aku nggak bisa tidur, Mami tadi berisik banget. Ngapain sih sama Om Vito ?”Akhirnya saya menjelaskan, setelah sebelumnya menyuruh Imel duduk di samping saya, dan Revi saya suruh duduk di karpet, menghadap kami.“Revi, kamu kan tahu, Papi sama Mamimu sudah pisah ranjang selama hampir 4 bulan. Sebenarnya Om sama Mami sedang melakukan kegiatan yang sering dilakukan sama Mami dan Papimu setiap malam. Om dan istri Om juga sering melakukan ini,” kata saya sambil melirik Imel yang terlihat sudah agak santai.

    “Tapi karena sekarang ndak ada Papi, Mami minta tolong Om Vito untuk melakukan hal itu.”Revi terlihat sedikit bingung, “Hal itu hal apa Om ?”Di sini, Imel mencoba menjelaskan, “Rev, Mami jangan disalahin ya,…Revi sayang Mami kan ?”Revi tersenyum, “Iya lah, mi. Revi saayyaaaang banget sama Mami. Tapi Revi mau tahu, Mami sama Om Vito ngapain ?”Saya tersenyum sendiri mendengar rasa ingin tahu Revi yang cukup besar, “Om Vito sama Mami lagi making love.

    Kamu tahu artinya kan ?”“Mmh,… iya dikit-dikit. Jelasin semua dong Om,… Revi mau lihat,” jawab Revi.Wah,… kaget sekali mendengar Revi bicara begitu. Lalu saya melirik Imel, dan Imel mengangguk mengerti. “Revi beneran mau lihat Mami sama Om Vito making love ?” tanya Imel.Revi menjawab dengan polos, “Iya mau. Dan kalau Om Vito mau ngajarin, Revi juga mau diajarin,… biar bisa”. Saya beneran seperti ketiban durian runtuh, “Mmhh, tanya Mami ya ?! soalnya Om tidak bisa ngajarin, kalo Mamimu tidak ngijinin,… Om sih mau aja ngajarin.”Revi merajuk, merayu Maminya, “Mi, boleh ya ?”Imel ragu-ragu menjawab, “Kamu lihat aja dulu deh ya ?!”Sambil tersenyum Revi menjawab, “Iya deh,…,” senang sekali ia.
    Setelah itu, Revi saya suruh mundur beberapa langkah, dia masih duduk dan memperhatikan dengan serius, ketika saya ‘memamerkan’ batangan besar saya. Dan Revi hanya bisa melongo ketika saya mengulum bibir Maminya sambil mengelus-elus vagina yang tanpa bulu itu. Tak lama kemudian, Imel saya suruh untuk melakukan pekerjaan menghisap lagi. Sambil Imel disibukkan dengan pekerjaannya itu, saya menyuruh Revi untuk duduk mendekat disamping saya.

    “Lihat Rev, Mami seneng banget kan ?” kata saya. Sementara Imel melirik kami sambil terus menjilati ‘Mr. Penny’ saya. “Revi sudah pernah ciuman belom ?” tanya saya.“Belum Om.”“Mau Om ajarin ndak ?” tanya saya lagi sambil melingkarkan tangan saya di lehernya.“Mau !” jawabnya singkat.“Ya sudah,… Revi ikutin Om aja ya,… apa yang Om Vito lakukan, diikutin ya ?!”Belum sempat Revi menjawab, saya langsung saja mengulum bibirnya, tegang sekali si Revi. Ketika saya menarik lidah saya dengan lembut di dalam mulutnya, Revi terasa berusaha mengikuti, walaupun dengan gerakan yang tidak beraturan.

    Imel terus menghisap batangan saya, ketika saya melucuti tubuh anaknya yang putih bersih dan mulus itu. Buah dada Revi memang belum begitu besar, tapi untuk ukuran anak kelas 2 SMP, sudah cukup ranum. Puting susunya masih berwarna merah muda dan ketika saya memilin-milinnya, si Revi bergelinjang kegelian. Tak lama kemudian, Imel berlutut di depan saya dan membantu Revi melepas celana dalamnya yang berwarna hijau muda. Revi menurut aja ya sama Om Vito “kata Imel.

    Sementara saya meremas-remas toketnya, Imel menyuruh Revi untuk menggenggam batang ‘Mr. Penny’ saya.“Rev, sekarang kamu jongkok disini ya “ kata Imel, “Kamu hisap ‘Mr. Penny’nya Om Vito, seperti Mami tadi. Jangan dihisap terus, nanti kamu kehabisan nafas, “ Imel tersenyum sayang kepada Revi, “Kadang di lepas, terus di jilat-jilat. Pokoknya kayak Mami tadi. Bisa kan ?”Revi menjawab singkat, “Bisa, mam “Saya mengarahkan si ‘adik’ ke mulut Revi, sambil mengelus rambutnya yang hitam legam. “Pelan-pelan Rev, jangan ditelan semuanya ya !” Revi tersenyum.Imel memperhatikan cara Revi menghisap, kadang dia memberikan instruksi.

    Tak lama setelah itu, saya menyuruh Revi berdiri. Saya tersenyum memandang vaginanya yang masih rapat, tampak bulu-bulu halus menghiasi lubang sempit yang berwarna putih kemerahan itu. Terus terang saya tidak tega untuk menembusnya. Ya sudah, saya ciumi dan jilati saja ‘Veggy’ muda itu. Revi benar-benar kegelian. Akhirnya, Imel menyuruh Revi istirahat. Pekerjaannya dilanjutkan oleh Imel. Tanpa berbasa-basi, Imel langsung menduduki ‘Mr. Penny’ saya, dan mulai melakukan gerak maju mundur, nikmat sekali. Sambil Imel terus mengerjai ‘Mr. Penny’ saya, saya meremas-remas toketnya.

    Setelah itu, kami pindah tempat. Saya berbaring di karpet, dengan Imel masih menduduki si ‘adik’, kali ini dia membelakangi saya. Revi yang hanya diam melihat aksi kami, saya suruh mendekat ke arah saya. Saya menyuruh dia untuk jongkok, dengan posisi ‘Veggy’nya di mulut saya. Sambil saya remas pantatnya, saya tembus liang sempit itu dengan lidah, terkadang, saya sapu dengan jari, sampai akhirnya, setengah jari tengah saya, masuk ke ‘Veggy’nya dan direspon dengan gerakan yang sangat liar. Revi mulai mendesah tidak karuan, sementara pada saat bersamaan, Maminya mendesah keenakkan.

    Saya mulai serius menanggapi Imel. Revi saya suruh menyingkir. Setelah itu, saya membalik tubuh Imel, sekarang dia yang dibawah. Saya lebarkan kakinya dan saya tusuk dengan tajam dan tanpa ampun. Kali ini, Imel bertahan cukup lama, dia sudah mulai terbiasa dengan tusukan-tusukan saya. Akhirnya Imel tidak tahan juga, begitu juga saya. Dia orgasme, berbarengan dengan saya yang kembali memuntahkan sperma ke dalam liang kemaluannya. Setelah melepas si ‘vladimir’, Revi saya suruh menjilatinya.“Mmmhhh,….. Om… kok asin sih rasanya ?“ protes Revi.Imel sambil terengah-engah menjawab, “Memang gitu rasa sperma. Tapi enak kan ? Mami bagi dong ?!”Saya senyum-senyum saja melihat anak beranak itu berebut menjilati ‘Mr.

    Penny’ saya. Pada saat itu, saya teringat Vina (anak Mirna) yang selalu senang dan tertawa ketika melihat ibu dan tantenya berebutan ‘Mr. Penny’ dan menjilati sisa sperma di ujungnya. Begitu juga Imel dan anaknya, Revi, yang seperti mengagungkan batangan saya. Saya memegang kepala ibu dan anak itu, dan dengan maksud bercanda, kadang saya buat gerakan yang memaksa mereka harus berciuman dan menempelkan lidah masing-masing. Mereka tertawa dan tersenyum ceria, tanpa beban.

    Sekali dua kali, kami masih sering bersenggama bertiga. Tapi sekali tempo, saya hanya berdua saja dengan Revi, yang benar-benar telah merelakan keperawanannya saya ambil. Tapi kalau dengan Imel,… wow, jangan ditanya berapa kali, kami sering janjian di sebuah restoran di PIM, dan Grisa, anak bungsu Imel, selalu diajak. Pernah suatu saat, ketika saya dan Imel sedang ‘perang alat kelamin’ di kamar mandi rumahnya (tanpa menutup pintu), Grisa tiba-tiba masuk dan menonton dengan bingung adegan saya dan Maminya yang sedang nungging di bathtub.

    dia bertanya kepada Maminya (walaupun tidak dijawab, karena sedang ‘sibuk’ “Mami diapain Om Vito, kok teriak-teriak ?” katanya. Dan dia pun ikut menyaksikan kakaknya, yang saya senggamai di ruang TV, di samping Maminya yang telanjang bulat, dengan sperma di buah dadanya yang besar itu (bila saya buang di luar, dia tidak mau membersihkan sendiri, selalu menyuruh Revi untuk menjilatinya).
    Kami masih sering melakukan itu sampai sekarang. Untuk yang satu ini, saya tidak mau berbagi rezeki dengan teman kantor saya, tidak seperti sewaktu dengan Mirna dan Rere.

  • Skandal Janda Kembang Cantik Komplek Pemuas Nafsu – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Skandal Janda Kembang Cantik Komplek Pemuas Nafsu – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1288 views

    Perawanku – Aku sudah bersiap siap ke kota baru, untuk tugas karena statusku sekarang karyawan baru, pukul 8 pagi aku sudah siap di kereta api yang menghantarku ke kota tujuan, sesampainya di kota tersebut aku menyewa becak karena dari stasiun dengan hotel sangat dekat sekali, sesampainya di hotel dan istirahat, semalan saat dikereta aku belum makan jadi setalah beristirahat aku cari makan.

    Namun ketika keluar dan akan mengunci pintu kamar, aku terkejut melihat beberapa wanita memakai pakaian swimsuit melintas dibelakangku. “Ada apa gerangan?”, dalam hati aku bertanya. Rasa ingin tahuku begitu besar, sehingga membuat perutku rasanya menjadi kenyang. Aku coba mengikuti para wanita tersebut dari belakang dan.., wowww.., betapa bahenolnya pantat mereka. Sesaat aku berhenti dan.., ternyata mereka adalah pengujung biasa yang hanya ingin latihan fitness.

    Beberapa saat aku memperhatikan mereka, dan ketika itu juga terdengar suara wanita menggoda menyapaku “Mau fitness juga Mas?”, aku mencoba berbalik badan.., ya ampun!, seorang wanita memakai swimsuit warna pink dengan body yang aduhai dan mempunyai rambut lurus terurai hingga pundak menghampiriku sambil tersenyum.

    “Wah senyumnya begitu menggoda pikirku dalam hati”, hingga aku sejenak terdiam bagai patung tapi biji mataku berjalan dari atas ke bawah memperhatikan wanita tersebut yang mempunyai kaki begitu panjang dan indah. “Ohh.., tidak!, hanya lihat-lihat saja”, jawabku.

    “Mas.., dari mana?”, wanita tersebut kembali bertanya.

    “Malang.., saya sedang tugas ke sini, dan kebetulan saya menginap di hotel ini, anda sendiri sedang apa disini?” aku memberanikan diri balik bertanya.

    “Sebenarnya aku ke sini mau fitness, tapi sudah full.., jadi aku mengubah rencana ingin berenang saja, kebetulan kolam renangnya bersebelahan dengan ruangan fitness”.

    Kesunyian memecahkan pembicaraan kami sejenak.., dan “Oh, ya.., Sony namaku.., kamu siapa?”, aku mencoba berkenalan.

    “Namaku Yunita.., aku orang Jakarta, aku kuliah di sini, aku sering ke hotel ini hanya untuk fitness dan berenang” jawab Yunita.

    “Kalau begitu kita sama-sama saja ke kolam renang”, aku coba mengajak.

    “Emang Mas Sony mau berenang juga ya..”, tanya Yunita. Aku terkejut sambil menelan ludah.., gawat! aku kan nggak bisa berenang yachh.., “, pikirku dalam hati.

    “Oh, tidak.., tidak! kamu saja yang berenang, aku pesan makanan dan minuman, kebetulan aku belum sarapan”, jawabku sambil memanggil pelayan.

    “Oke dech kalau begitu.., Yunita sekalian minta minuman berenergi boleh nggak..?”.

    Langsung aku jawab, “Boleh-boleh.., mau berapa botol?”, dan byuurr Yunita menjatuhkan badannya yang sexy itu ke kolam”, aku pesan satu botol saja yach..”, jawab Yunita manja dari dalam kolam.

    Setelah 30 menit Yunita baru beranjak dari kolam renang dan langsung glek.., glek.., glek.., satu botol kecil minuman berenergi langsung kering diteguk Yunita. “Pantas Yunita mempunyai body begitu aduhai, dan pasti mempunyai gairah seks yang tinggi”, aku mengira-ngira.

    “Mas Sony, berapa lama di sini?”, tanya Yunita sambil mengusap-usap rambutnya dan menjatuhkan pantatnya di kursi malas di sampingku. “Enggak lama kok, hanya 2 hari” jawabku berbohong, padahal aku harus 1 bulan menetap di kota Y, karena tugas yang akan aku lakukan cukup berat.

    Angin sepoi-sepoi mengusap pembicaraan kami berdua, rasanya kami sudah cukup akrab meskipun perkenalan kami baru berlangsung beberapa jam dan tak terasa waktu menunjukan pukul 10 pagi.

    “Kamu mandi dan ganti pakaian di kamarku saja”, aku memberanikan diri memberi tawaran pada Yunita yang sejak tadi melonjorkan badannya dengan tangan ke atas sehingga dengan bebas bulu ketiaknya menari-nari tertiup angin.

    “Boleh dech..”, jawab Yunita singkat. Sampai di kamar, timbul rasa birahiku karena tergoda bentuk tubuh Yunita yang menggigit seluruh persendianku.

    “Mas Son.., nanti malam Jul boleh ke sini nggak?, karena sekarang aku mau kuliah dulu, Mas juga kan mau tugas dulu kan..?”, tanya Yunita ketika keluar dari kamar mandi dengan pakaian sudah rapi. Pertanyaan Yunita itu sekaligus mengundang ribuan setan mempengaruhi pikiranku mencari akal untuk merayu Yunita agar dapat aku setubuhi.

    “Boleh Jul.., datang saja”, jawabku sambil memegang pundak Yunita yang mempunyai umur 23 tahun tinggi badan 167 cm. Yunita diam saja saat aku pegang pundaknya, malah dia menatapku tajam. Aku tak berdaya akan tatapan matanya yang begitu indah. Suasana hening.., dan perlahan aku goyangkan kepalaku untuk mencoba menyentuh bibirnya.

    “Jangan Mas.., aku sudah pakai lipstik, nanti berantakan lagi” jawab Yunita menolak dengan halus. Aku jadi penasaran, tapi aku yakin daritatapan matanya tersembunyi ada kesan frustasi dalam diri Yunita, tapi aku tidak mau mencoba berusaha tau ada apa sebenarnya yang terjadi tehadap diri Yunita. Karena pikiranku sudah kacau termakan keindahan lekuk tubuh Yunita yang begitu menggoda.

    “Ting tong.., ting tong.., ting tong..”, tepat pukul 7 malam suara bell kamar berbunyi 3 kali, aku segera menghampiri pintu dan saat kubuka.., wuuaahh kulihat Yunita berdiri manis dengan mengenakan gaun tipis panjang warna biru muda dengan tali kecil di pundak hingga terlihat anggun.

    Terlihat bercak dua bulatan BH di dadanya dan celana dalam mungil yang tembus pandang tersorot lampu utama saat aku nyalakan.

    “Mau mengajak jalan ke mana yach..? Kalau ke disco tidak mungkin, pasti makan malam, sebab Yunita mengenakan pakaian resmi untuk pesta”, dalam hati aku bertanya-tanya.

    “Masuk Jul.., aku masih pakai handuk dan mau ganti pakaian dulu, aku baru selesai mandi”, jawabku sambil menarik tangan Yunita yang mulus putih bersih.

    “Bleekk!” pintu kamar kututup dan.., terkejut aku tiba-tiba jemari lentik nan lembut memegang jemariku yang kasar yang setiap hari memegang obeng dan solder ketika aku mengunci pintu.

    Aku berbalik badan dan sambil berdiri langsung aku belai rambut Yunita yang halus lurus terurai.., aku teruskan belaianku ke wajah Yunita yang berbentuk oval dan terlihat ada rasa penyesalan bercampur keputus-asaan juga keinginan untuk melakukan persetubuhan yang paling melekat.., kulanjutkan belaianku menyusuri pundak.

    “Ohh Mas..”, jawab Yunita lirih sambil memejamkan matanya isyarat meminta untuk dicium. Aku tatap bibirnya tidak berwarna merah muda lagi saat Yunita pakai di siang hari tadi, mungkin ini menandakan aku boleh menciumnya.

    Aku dekap Yunita dengan mesra seperti layaknya seorang istri di malam pertama. Dengan lembut aku

    hunjamkan ciuman dengan deras ke bibir Yunita yang tipis menggoda. Tak disangka.., Yunita membalas dengan menjulurkan lidahnya kedalam mulutku dan memainkannya dengan lihai.

    Aku segera membelai dan menciumi tengkuk leher panjang Yunita sampai pundak dan.., ting..!, aku lepas taligaunnya, hingga gaun terusan sampai kaki itu terjatuh ke lantai.

    Kini hanya BH ukuran 36C tanpa tali ke pundak yang ada di hadapanku siap aku mangsa. “Ahh.., ouuhh.., Mass.., beri Jul kepuasan..” terdengar suara Yunita meminta dengan pasrah yang saat itu juga terdengar degupanjantung Yunita yang berdetak keras dengan nafas terengah-engah apalagi disaat aku mencoba membuka BH-nya yang yang tipis berwarna putih.

    Woowww.., indah sekali buah dada Yunita yang menonjol ke depan dengan puting kecil dan dikelilingi aurora yang kecil pula dan penuh kehangatan itu. “oouuhh.., Mass.., isap.., isap dong Mass Sonn..” pinta Yunita memelas.

    Aku langsung melahap dua buah gunung kembar itu dengan hisapan dan jilatan yang liar sehingga membangunkan kemaluanku yang bersembunyi dibalik handuk, sepertinya kemaluankupun sudah tidak sabar menggedor-gedor dan menjatuhkan handuk hingga aku kini telanjang bulat.

    Aku semakin gencar melancarkan serangan ke seluruh tubuh Yunita yang wangi khas parfum true love, aku meremas buah dada kiri Yunita dan menjilati buahdada kanan Yunita.

    Yunita mendengus keenakan dan membuang kepalanya ke belakang dengan otomatis dadanya membusung ke depan dan makin tampak pula keindahan buah dadanya yang menonjol membesar.

    “Terus Mass.., ouugghh.., yang keras isapnya Mass..”, Yunita memaksa.

    Perlahan aku pelorotkan CD Yunita yang tipis berwarna putih dan berbunga di tengahnya hingga dengkul dan tanpa dikomando aku telah benamkankepalaku di hadapan liang kewanitaan Yunita yang tersembunyi dibalikbulu-bulu halus yang lebat tak terkira.

    Ohh.., honey.., please go on.., ouuhh.., sepertinya Yunita kurang bebas, akhirnya dia pelorotkan sendiriCD-nya sampai kini dia benar-benar bugil tanpa sehelai benangpunmenempel di tubuh indahnya itu. Sambil berdiri Yunita membuka kakinya lebar-lebar untuk menyerahkan lubang kenikmatannya yang menganga agar segera dijilat.

    “Ssstt.., sluupp.., eehhmm.., ohh.. Yunita betapa sempitnya memekmu”, pikirku yang terus membungkuk dan menjilati clitoris Yunita yang nangkring di pintu gua yang penuh misterius namun penuh kenikmatan itu.

    “Ougghh.., oouuhh.., eehhmm..” Yunita mendesah dan.., sseerr.., cairan mani membanjiri liang kewanitaan yang membuatku semakin mudahmeluncurkan kemaluanku untuk menembus liang kewanitaan Yunita.

    Kebangkitan birahi Yunita makin membara dan mulai memutar-mutarkan pantatnya yang gempal dan bulat seirama dengan jilatan lidahku yanglincah menari-nari di sekitara clitoris dengan sekali-sekali memasukan lidahku ke dalam gua yang gelap gulita. Yunita menggelinjang keenakan.

    Aku begitu merasakan kenikmatan begitupun Yunita yang menarik-narikrambutku dengan ganas.., bagai seorang wanita yang sudah lama haus menantikan kenikmatan yang tiada tara itu. “Oohh.., honey masukin cepatkemaluannya”, pinta Yunita tak sabar sambil menjatuhkan kedua tangannya ke sofa dan menjulurkan pantatnya ke belakang dengan kaki mengangkang.

    Kini Yunita dalam posisi berdiri menungging kebelakang siap menerima kemaluanku dari belakang. Sleebb.., kemaluanku menembus lorong gelapmenuju singgasananya dengan perlahan.

    “Oouuhh.., nikmat sekali Maass.., terus perlahan Maass.., acchhkk.., jangan berhenti Maass..” Yunita memohon lirih, diputar-putarkan pantatnya dari kiri ke kanan dan sebaliknya, sehingga rasa geli menyelimuti kemaluanku yang keluar masuk di liang senggama Yunita yang sempit tapi lembut.

    Aku semakin mengganas tatkala aku dengar desahan Yunita yang tiada hentinya. “Oouugghh.., acchhkk.., yang cepat.., yang keras.., Mass.., Mass.., oouugghh.., Maass..!”. Seerr.., terasa basah mengguyur kemaluanku yang masih berdiri tegak itu.

    Sehingga terdengar bunyi clep.., clep.., liang surga Yunita mulai becek, Yunita mengeluarkan kemaluanku dan.., slupp.., sluupp.., sstt.., Yunita langsung melahap kemaluanku dan mengisap dengan rakusnya, sesekali dia julurkan lidahnya untuk menjilati dua buah biji kemaluanku hingga lubang anus yang membuatku mengelinjang kegelian.

    Setelah puas memainkan kemaluanku, sepertinya Yunita meminta kembali untuk diserang dan dia menarikku ke kamar mandi hingga ke bath tab dengan memegang kemaluanku. Aku seperti kerbau dungu yang mau menuruti perintah tuannya, namun jika kerbau yang ditarik hidungnya, tapi aku

    yang ditarik kemaluanku yang sedang menegang.

    Yunita membuka kran air dingin tanpa air panasnya, jadi terasa dingin sekali tatkala kami berdua menjatuhkan diri kedalam bath tab tersebut.., namun tidak mengecilkan semangat kemaluankku yang masih terus menjulang tegang. Yunita menutup air kran setelah bath tab terisi sedikit sekedar membasahi alas bath tab. Yunita kembali menjilati kemaluanku.., selangkanganku.

    Aku tidak mau kalah, akhirnya aku bangkit dan aku tidur kembali membalikkan tubuhku sehingga kepalaku kini berada tepat di depan liang kewanitaan Yunita yang telah dari tadi menganga minta dijilat. Dalam keadaan posisi 69, Yunita berada di bawah dengan kaki merenggang diangkat ke sisi-sisi bath tab, Yunita mengangkat pantatnya sambil digoyang-goyang dengan dengan cepat karena semakin geli oleh jilatan lidahku yang menusuk-nusuk hingga dalam.

    “Oouuhh.., Maass.., masukin dong sayang.., Jul sudah nggak tahan nich..”, Yunita mengeluh minta dimasukin.

    Akhirnya kami merubah posisi, giliran Yunita yang berada di atas, sedang aku di bawah. Dengan posisi berjongkok Yunita langsung menangkap kemaluanku dan menuntunnya masuk kedalam lubangnya yang sudah basah dengan campuran mani dan air kran juga air ludahku.

    Sleebb.., sleebb.., perlahan Yunita menaik-turunkan tubuhnya sambil memegang dadaku yang plontos tanpa bulu sedikitpun. Aku lihat mata Yunita merem-melek keenakan sambil mengigit-gigitkan bibirnya yang mungil itu dengan sesekali mendesah.

    “Aahh.., acchh.., oouucchh.., Mass.., nikmat sekali, kamu hebat mass.., bisa bikin aku puas.., oouuhh! acchh..! uuhh.., baru kali ini aku merasakan kepuasan.., oouugghh..!”, Yunita mengerang merasakan kenikmatan yang tiada tara.

    Yunita semakin mempercepat gerakannya dan terdengar suara bleb.., bleb.., yang begitu keras antara pantat Yunita yang besar dengan pahaku,berpadu dengan suara teriakan Yunita yang meminta ampun merasakan ngiluatas gesekan kemaluanku dengan liang kewanitaan Yunita.

    “Mass Sonn.., Jul mau keluar lagi.., kita keluarin sama-sama yach say..?”, pinta Yunita lagi memelas dengan suara sedikit gemetaran menahan rasa nikmat yang segunung.

    “Ouugghh.., honey.., aku mau keluar.., ayo sayang.., lebih cepat, lebih cepat lagi sayang.., ouugghh..!”, aku mendengus. “oouuhh..,. aacckkhh..!!”, Yunita berteriak keras sambil menggaruk dadaku kuat-kuat.

    merasakan kenikmatan dunia yang hebat itu.

    Cret.., cret.., cret.., cret.., cairan maniku membasahi lubang kenikmatan Yunita dan terasa becek sekali, tapi rasa itu menghilang dengan secara mendadak kemaluanku yang masih mendarat di lubang kemaluan Yunita dipijit dengan keras oleh liang senggama Yunita yang kembang kempis.

    “Terima kasih ya Mas Son.., sudah memberi kepuasan kepada Yunita” ucapan Yunita membisik di telingaku dan Yunita langsung terkulai lemas di atas tubuhku dan tanpa sadar dia terbaring lelap dengan keadaan telanjang bulat, indah dan mulus sekali tubuhnya walau sudah 3 kali orgasme, bau aroma True Love-nyapun tetap melekat di tubuhnya.

    Aku peluk tubuhnya dengan mesra dan akupun mulai tertidur, sebelumnya aku buka penyumbat air bath tab supaya airnya mengalir keluar dan tidak menggenang di dalam bath tub.

    “Kalau airnya nggak dibuang bisa masuk angin aku.., apalagi dalam keadaan capek begini”, pikirku dalam hati. Kamipun tertidur lelap sampai pagi di dalam bath tab.

    Ternyata Yunita wanita yang kawin diusia muda dan melanjutkan kuliah di kota “Mlg”, tapi tidak pernah mendapatkan kepuasan seks dari suaminya, karena kemaluan suaminya impoten.

  • Ngesek Istri Muda Dilihat Oleh Suaminya – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018

    Ngesek Istri Muda Dilihat Oleh Suaminya – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018


    1293 views

    Perawanku – Sebelum memulai ceritaku, aku akan memberikan sedikit gambaran mengenai diriku. Namaku adalah Ivan, bekerja sebagai karyawan swasta asing di kawasan Sudirman, Jakarta. Aku adalah seorang pria berusia 29 tahun, aku keturunan chinese, wajahku lumayan ganteng, kulitku putih bersih. Tinggiku 175 cm dan berat badanku 70 kg, sedikit kumis menghiasi bibirku.

    Kejadian ini adalah sebagian dari kisah nyataku, yang terjadi kurang lebih 5 tahun yang lalu. Terus terang, aku sangat menyukai wanita yang berusia 30-40 tahun, dengan kulit mulus. Bagiku wanita ini sangat menarik, apalagi jika ‘jam terbangnya’ sudah tinggi, sehingga pandai dalam bercinta. Namun sebagai pegawai swasta yang bekerja, aku memiliki keterbatasan waktu, tidak mudah bagiku untuk mencari wanita tersebut. Hal ini yang mendorong aku untuk mengiklankan diriku pada sebuah surat kabar berbahasa Inggris, untuk menawarkan jasa ‘full body massage’. Uang bagiku tidak masalah, karena aku berasal dari keluarga menengah dan gajiku cukup, namun kepuasan yang ku dapat jauh dari itu. Sehingga aku tidak memasang tarif untuk jasaku itu, diberi berapapun kuterima.
    Sepanjang hari itu, sejak iklanku terbit banyak respon yang kudapat, sebagian dari mereka hanya iseng belaka, atau hanya ingin ngobrol. Di sore hari, kurang lebih pukul 18.00 seorang wanita menelponku.

    “Hallo dengan Ivan?” suara merdu terdengar dari sana.
    “Ya saya sendiri” jawabku.
    Dan seterusnya dia mulai menanyakan ciri-ciriku. Selanjutnya, “Eh ngomong-ngomong, berapa sich panjangnya kamu punya?” katanya.
    “Yah normal sajalah sekitar 18 cm dengan diameter 6 cm.” jawabku.
    “Wah lumayan juga yach, lalu apakah jasa kamu ini termasuk semuanya,” lanjutnya.
    “Apa saja yang kamu butuhkan, kamu pasti puas dech..” jawabku. Dan yang agak mengejutkan adalah bahwa dia meminta kesediaanku untuk melakukannya dengan ditonton suaminya. Namun kurasa, wah ini pengalaman baru buatku.
    Akhirnya dia memintaku untuk segera datang di sebuah hotel “R” berbintang lima di kawasan Sudirman, tak jauh dari kantorku. Aku menduga bahwa pasangan ini bukanlah sembarang orang, yang mampu membayar tarif hotel semahal itu. Dan benar dugaanku, sebuah president suite room telah ada di hadapanku. Segera kubunyikan bel di depan kamarnya. Dan seorang pria, dengan mengenakan kimono, berusia tak lebih dari 40 tahun membukakan pintu untukku. Fortunebet99
    “Ivan?” katanya.

    “Ya saya Ivan,” jawabku. Lalu ia mencermatiku dari atas hingga bawah sebelum ia mempersilakan aku masuk ke dalam. Pasti dia tidak ingin sembarang orang menyentuh istrinya, pikirku.
    “OK, masuklah” katanya. Kamar itu begitu luas dan gelap sekali. Aku memandang sekeliling, sebuah TV berukuran 52″ sedang memperlihatkan blue film.
    Lalu aku memandang ke arah tempat tidur. Seorang wanita yang kutaksir umurnya tak lebih dari 30 tahun berbaring di atas tempat tidur, badannya dimasukkan ke dalam bed cover tersenyum padaku sambil menjulurkan tangannya untuk menyalamiku. “Kamu pasti Ivan khan? Kenalkan saya Donna” katanya lembut.
    Aku terpana melihatnya, rambutnya sebahu berwarna pirang, kulitnya mulus sekali, wajahnya cantik, pokoknya perfect! Aku masih terpana dan menahan liurku, ketika dia berkata “Lho kok bingung sich”.
    “Akh enggak..” kataku sambil membalas salamnya.
    “Kamu mandi dulu dech biar segar, tuch di kamar mandi,” katanya.
    “Oke tunggu yach sebentar,” jawabku sambil melangkah ke kamar mandi. Sementara, suaminya hanya menyaksikan dari sofa dikegelapan. Cepat-cepat kubersihkan badanku biar wangi. Dan segera setelah itu kukenakan celana pendek dan kaos.
    Aku melangkah keluar, “Yuk kita mulai,” katanya.
    Dengan sedikit gugup aku menghampiri tempat tidurnya. Dan dengan bodohnya aku bertanya, “Boleh aku lepaskan pakaianku?”, dia tertawa kecil dan menjawab, “terserah kau saja..”.

    Segera kulepaskan pakaianku, dia terbelalak melihatku dalam keadaan polos, “Ahk.. ehm..” dan segera mengajakku masuk ke dalam bed cover juga. “Kamu cantik sekali Donna” kataku lirih.
    Aku tak habis pikir ada wanita secantik ini yang pernah kulihat dan suaminya memperbolehkan orang lain menjamahnya, ah.. betapa beruntungnya aku ini. “Ah kamu bisa saja,” kata Donna.
    Segera aku masuk ke dalam bed cover, kuteliti tubuhnya satu persatu. Kedua bulatan payudaranya yang cukup besar dan berwarna putih terlihat menggantung dengan indahnya, diantara keremangan aku masih dapat melihat dengan sangat jelas betapa indah kedua bongkah susunya yang kelihatan begitu sangat montok dan kencang. Samar kulihat kedua puting mungilnya yang berwarna merah kecoklatan. “Yaa aammpuunn..” bisikku lirih tanpa sadar, “Ia benar-benar sempurna” kataku dalam hati.

    “Van..” bisik Tante Donna di telingaku.
    Aku menoleh dan terjengah. Ya Ampuun, wajah cantiknya itu begitu dekat sekali dengan wajahku. Hembusan nafasnya yang hangat sampai begitu terasa menerpa daguku. Kunikmati seluruh keindahan bidadari di depanku ini, mulai dari wajahnya yang cantik menawan, lekak-lekuk tubuhnya yang begitu seksi dan montok, bayangan bundar kedua buah payudaranya yang besar dan kencang dengan kedua putingnya yang lancip, perutnya yang ramping dan pantatnya yang bulat padat bak gadis remaja, pahanya yang seksi dan aah.., kubayangkan betapa indah bukit kemaluannya yang kelihatan begitu menonjol dari balik bed cover. Hmm.., betapa nikmatnya nanti saat batang kejantananku memasuki liang kemaluannya yang sempit dan hangat, akan kutumpahkan sebanyak mungkin air maniku ke dalam liang kemaluannya sebagai bukti kejantananku.

    “Van.. mulailah sayang..” bisik Tante Donna, membuyarkan fantasi seks-ku padanya. Sorotan kedua matanya yang sedikit sipit kelihatan begitu sejuk dalam pandanganku, hidungnya yang putih membangir mendengus pelan, dan bibirnya yang ranum kemerahan terlihat basah setengah terbuka, duh cantiknya. Kukecup lembut bibir Tante Donna yang setengah terbuka. Begitu terasa hangat dan lunak. Kupejamkan kedua mataku menikmati kelembutan bibir hangatnya, terasa manis.

    Selama kurang lebih 10 detik aku mengulum bibirnya, meresapi segala kehangatan dan kelembutannya. Kuraih tubuh Tante Donna yang masih berada di hadapanku dan kubawa kembali ke dalam pelukanku.
    “Apa yang dapat kau lakukan untukku Van..” bisiknya lirih setengah kelihatan malu.
    Kedua tanganku yang memeluk pinggangnya erat, terasa sedikit gemetar memendam sejuta rasa. Dan tanpa terasa jemari kedua tanganku telah berada di atas pantatnya yang bulat. Mekal dan padat. Lalu perlahan kuusap mesra sambil kuberbisik, “Tante pasti tahu apa yang akan Ivan lakukan.. Ivan akan puaskan Tante sayang..” bisikku pelan. Jiwaku telah terlanda nafsu.

     

    Kuelus-elus seluruh tubuhnya, akhh.. mulus sekali, dengan sedikit gemas kuremas gemas kedua belah pantatnya yang terasa kenyal padat dari balik bed cover. “Oouuhh..” Tante Donna mengeluh lirih.
    Bagaimanapun juga anehnya aku saat itu masih bisa menahan diri untuk tidak bersikap over atau kasar terhadapnya, walau nafsu seks-ku saat itu terasa sudah diubun-ubun namun aku ingin sekali memberikan kelembutan dan kemesraan kepadanya. Lalu dengan gemas aku kembali melumat bibirnya. Kusedot dan kukulum bibir hangatnya secara bergantian dengan mesra atas dan bawah. Kecapan-kecapan kecil terdengar begitu indah, seindah cumbuanku pada bibir Tante Donna. Kedua jemari tanganku masih mengusap-usap sembari sesekali meremas pelan kedua belah pantatnya yang bulat pada dan kenyal.

    Bibirnya yang terasa hangat dan lunak berulang kali memagut bibirku sebelah bawah dan aku membalasnya dengan memagut bibirnya yang sebelah atas. ooh.., terasa begitu nikmatnya. Dengusan pelan nafasnya beradu dengan dengusan nafasku dan berulang kali pula hidungnya yang kecil membangir beradu mesra dengan hidungku. Kurasakan kedua lengan Tante Donna telah melingkari leherku dan jemari tangannya kurasakan mengusap mesra rambut kepalaku.
    Batang kejantananku terasa semakin besar apalagi karena posisi tubuh kami yang saling berpelukan erat membuat batang kejantananku yang menonjol dari balik celanaku itu terjepit dan menempel keras di perut Tante Donna yang empuk, sejenak kemudian kulepaskan pagutan bibirku pada bibir Tante Donna.

    Wajahnya yang cantik tersenyum manis padaku, kuturunkan wajahku sambil terus menjulurkan lidah di permukaan perutnya terus turun dan sampai di daerah yang paling kusukai, wangi sekali baunya. Tak perlu ragu.
    “Ohh apa yang akan kau lakukan.. akh..” tanyanya sambil memejamkan mata menahan kenikmatan yang dirasakannya. Beberapa saat kemudian tangan itu malah mendorong kepalaku semakin bawah dan.., “Nyam-nyam..” nikmat sekali kemaluan Tante Donna. Oh, bukit kecil yang berwarna merah merangsang birahiku.
    Kusibakkan kedua bibir kemaluannya dan, “Creep..” ujung hidungku kupaksakan masuk ke dalam celah kemaluan yang sudah sedari tadi becek itu.
    “Aaahh.. kamu nakaal,” jeritnya cukup keras. Terus terang kemaluannya adalah terindah yang pernah kucicipi, bibir kemaluannya yang merah merekah dengan bentuk yang gemuk dan lebar itu membuatku semakin bernafsu saja. Bergiliran kutarik kecil kedua belah bibir kemaluan itu dengan mulutku. “Ooohh lidahmu.. ooh nikmatnya Ivan..” lirih Tante Donna.

     

    Sementara aku asyik menikmati bibir kemaluannya, ia terus mendesah merasakan kegelian, persis seorang gadis perawan yang baru merasakan seks untuk pertama kali, kasihan wanita ini dan betapa bodohnya suaminya yang hanya memandangku dari kegelapan.
    “Aahh.. sayang.. Tante suka yang itu yaahh.. sedoot lagi dong sayang oogghh,” ia mulai banyak menggunakan kata sayang untuk memanggilku. Sebuah panggilan yang sepertinya terlalu mesra untuk tahap awal ini.
    Lima menit kemudian.. “Sayang.. Aku ingin cicipi punya kamu juga,” katanya seperti memintaku menghentikan tarian lidah di atas kemaluannya.

    “Ahh.. baiklah Tante, sekarang giliran Tante,” lanjutku kemudian berdiri mengangkang di atas wajahnya yang masih berbaring. Tangannya langsung meraih batang kemaluan besarku dan sekejap terkejut menyadari ukurannya yang jauh di atas rata-rata.
    “Okh Van.. indah sekali punyamu ini..” katanya padaku, lidahnya langsung menjulur kearah kepala kemaluanku yang sudah sedari tadi tegang dan amat keras itu.
    “Mungkin ini nggak akan cukup kalau masuk di.. aah mm.. nggmm,” belum lagi kata-kata isengnya keluar aku sudah menghunjamkan burungku kearah mulutnya dan, “Croop..” langsung memenuhi rongganya yang mungil itu. Matanya menatapku dengan pandangan lucu, sementara aku sedang meringis merasakan kegelian yang justru semakin membuat senjataku tegang dan keras.
    “Aduuh enaak.. oohh enaknya Tante oohh..” sementara ia terus menyedot dan mengocok batang kemaluanku keluar masuk mulutnya yang kini tampak semakin sesak. Tangan kananku meraih payudara besarnya yang menggelayut bergoyang kesana kemari sembari tangan sebelah kiriku memberi rabaan di punggungnya yang halus itu. Sesekali ia menggigit kecil kepala kemaluanku dalam mulutnya, “Mm.. hmm..” hanya itu yang keluar dari mulutnya, seiring telapak tanganku yang meremas keras daging empuk di dadanya.
    “Crop..” ia mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya. Aku langsung menyergap pinggulnya dan lagi-lagi daerah selangkangan dengan bukit berbulu itu kuserbu dan kusedot cairan mani yang sepertinya sudah membanjir di bibir kemaluannya.

    “Aoouuhh.. Tante nggak tahan lagi sayang ampuun.. Vann.. hh masukin sekarang juga, ayoo..” pintanya sambil memegang pantatku. Segera kuarahkan kemaluanku ke selangkangannya yang tersibak di antara pinggangku menempatkan posisi liang kemaluannya yang terbuka lebar, pelan sekali kutempelkan di bibir kemaluannya dan mendorongnya perlahan, “Ngg.. aa.. aa.. aa.. ii.. oohh masuuk.. aduuh besar sekali sayang, oohh..” ia merintih, wajahnya memucat seperti orang yang terluka iris.
    Aku tahu kalau itu adalah reaksi dari bibir kemaluannya yang terlalu rapat untuk ukuran burungku. Dan Tante Donna merupakan wanita yang kesekian kalinya mengatakan hal yang sama. Namun jujur saja, ia adalah wanita setengah baya tercantik dan terseksi dari semua wanita yang pernah kutiduri. Buah dadanya yang membusung besar itu langsung kuhujani dengan kecupan-kecupan pada kedua putingnya secara bergiliran, sesekali aku juga berusaha mengimbangi gerakan turun naiknya diatas pinggangku dengan cara mengangkat-angkat dan memiringkan pinggul hingga membuatnya semakin bernafsu, namun tetap menjaga ketahananku dengan menghunjamkan kemaluanku pada setiap hitungan kelima.

     

    Tangannya menekan-nekan kepalaku kearah buah dadanya yang tersedot keras sementara burungku terus keluar masuk semakin lancar dalam liang senggamanya yang sudah terasa banjir dan amat becek itu. Puting susunya yang ternyata merupakan titik nikmatnya kugigit kecil hingga wanita itu berteriak kecil merintih menahan rasa nikmat sangat hebat, untung saja kamar tidur tersebut terletak di lantai dua yang cukup jauh untuk mendengar teriakan-teriakan kami berdua. Puas memainkan kedua buah dadanya, kedua tanganku meraih kepalanya dan menariknya kearah wajahku, sampai disitu mulut kami beradu, kami saling memainkan lidah dalam rongga mulut secara bergiliran. Setelah itu lidahku menjalar liar di pipinya naik kearah kelopak matanya melumuri seluruh wajah cantik itu, dan menggigit daun telinganya. Genjotan pinggulnya semakin keras menghantam pangkal pahaku, burungku semakin terasa membentur dasar liang senggama.

    “Ooohh.. aa.. aahh.. aahh.. mmhh gelii oohh enaknya, Vann.. ooh,” desah Tante Donna.
    “Yaahh enaak juga Tante.. oohh rasanya nikmat sekali, yaahh.. genjot yang keras Tante, nikmat sekali seperti ini, oohh enaakk.. oohh Tante oohh..” kata-kataku yang polos itu keluar begitu saja tanpa kendali. Tanganku yang tadi berada di atas kini beralih meremas bongkahan pantatnya yang bahenol itu. Setiap ia menekan ke bawah dan menghempaskan kemaluannya tertusuk burungku, secara otomatis tanganku meremas keras bongkahan pantatnya. Secara refleks pula kemaluannya menjepit dan berdenyut seperti menyedot batang kejantananku.

    Hanya sepuluh menit setelah itu goyangan tubuh Tante Donna terasa menegang, aku mengerti kalau itu adalah gejala orgasme yang akan segera diraihnya, “Vann.. aahh aku nngaak.. nggak kuaat aahh.. aahh.. oohh..”
    “Taahaan Tante.. tunggu saya dulu ngg.. ooh enaknya Tante.. tahan dulu .. jangan keluarin dulu..” Tapi sia-sia saja, tubuh Tante Donna menegang kaku, tangannya mencengkeram erat di pundakku, dadanya menjauh dari wajahku hingga kedua telapak tanganku semakin leluasa memberikan remasan pada buah dadanya. Aku sadar sulitnya menahan orgasme itu, hingga aku meremas keras payudaranya untuk memaksimalkan kenikmatan orgasme itu padanya. “Ooo.. ngg.. aahh.. sayang sayang.. sayang.. ooh enaak.. Tante kelauaar.. oohh.. oohh..” teriaknya panjang mengakhiri babak permainan itu. Aku merasakan jepitan kemaluannya disekeliling burungku mengeras dan terasa mencengkeram erat sekali, desiran zat cair kental terasa menyemprot enam kali di dalam liang kemaluannya sampai sekitar sepuluh detik kemudian ia mulai lemas dalam pelukanku.

    Sementara itu makin kupercepat gerakanku, makin terdengar dengan jelas suara gesekan antara kemaluan saya dengan kemaluannya yang telah dibasahi oleh cairan dari kemaluan Tante Donna. “Aaakhh.. enakk!” desah Tante Donna sedikit teriak.

     

    “Tante.. saya mau keluar nich.. eesshh..” desahku pada Tante Donna.
    “Keluarkanlah sayang.. eesshh..” jawabnya sambil mendesah.
    “Uuugghh.. aaggh.. eenak Tante..” teriakku agak keras dengan bersamaannya spermaku yang keluar dan menyembur di dalam kemaluan Tante Donna.
    “Hemm.. hemm..” suara itu cukup mengagetkanku. Ternyata suaminya yang sedari tadi hanya menonton kini telah bangkit dan melepas kimononya. “Sekarang giliranku, terima kasih kau telah membangkitkanku kau boleh meninggalkan kami sekarang,” katanya seraya memberikan segepok uang padaku.

    Aku segera memakai pakaianku, dan melangkah keluar. Tante Donna mengantarkanku kepintu sambil sambil menghadiahkanku sebuah kecupan kecil, katanya “Terima kasih yach.. sekarang giliran suamiku, karena ia butuh melihat permainanku dengan orang lain sebelum ia melakukannya.”
    “Terima kasih kembali, kalau Tante butuh saya lagi hubungi saya saja,” jawabku sambil membalas kecupannya dan melangkah keluar.

    “Akh.. betapa beruntungnya aku dapat ‘order’ melayani wanita seperti Tante Donna,” pikirku puas. Ternyata ada juga suami yang rela mengorbankan istrinya untuk digauli orang lain untuk memenuhi hasratnya.

  • Cerita Sex Bersetubuh Dengan Wulan

    Cerita Sex Bersetubuh Dengan Wulan


    945 views

    Perawanku – Cerita Sex Bersetubuh Dengan Wulan, Wulan, 29 tahun, adalah seorang ibu rumah tangga dgn 2 orang anak 3 dan 5 tahun, Suaminya, Arif, 36 tahun, adalah karyawan dari salah satu perusahaan swasta besar di Bandung. Perawakan Wulan sebetulnya biasa saja seperti kebanyakan. Yg membuatnya menarik adalah bentuk tubuhnya yg sangat terawat. Payudaranya tdk terlalu besar, tp enak utk dipandang, sesuai dgn pinggangnya yg ramping dan pinggulnya yg bulat.Kehidupan rumah tangga mereka sangat harmonis. Dgn 2 anak yg sedang lucu-lucunya, ditambah dgn posisi Arif yg cukup tinggi di perusahaannya, membuat mereka menjadi keluarga yg cukup di hormati di lingkungan kompleks mereka tinggal. Wulan pada dasarnya adalah istri yg sangat setia kepada suaminya. Tdk pernah ada niat berkhianat terhadap Arif dlm hati Wulan karena dia sangat mencintai suaminya. Tp ada satu peristiwa yg menjadi awal berubahnya cara berpikir Wulan tentang cinta..

    Suatu siang, Wulan sedang mengasuh anaknya di depan rumah. Dikarenakan kedua anaknya waktu itu berlari jauh dari rumah, maka Wulan langsung mengejar mereka. Tp tanpa disengaja, kakinya menginjak sesuatu sampai akhirnya Wulan terjatuh. Lututnya memar, agak mengeluarkan darah. Wulan langsung berjongkok dan meringis menahan sakit. Pada waktu itu, Heru, anak tetangga depan rumah Wulan kebetulan lewat mau pulang ke rumahnya. Ketika melihat Wulan sedang jongkok sambil meringis memegang lututnya, Heru langsung lari ke arah Wulan.

    “Kenapa tante?” tanya Heru.
    “Aduh, lutut saya luka karena jatuh, Her…” ujar Wulan sambil meringis.
    “Bantu saya berdiri, Her…” kata Wulan.
    “Iya tante,” kata Heru sambil memegang tangan Wulan dan dibimbingnya bediri.
    “Her, tolong bawa anak-anak saya kemari.. Anterin ke rumah saya, ya…” kata Wulan.
    “Iya tante,” kata Heru sambil segera menghampiri anak-anak Wulan.

    Sementara Wulan segera pulang ke rumahnya sambil tertatih-tatih. Waktu Heru mengantarkan anak-anak Wulan ke rumahnya, Wulan sedang duduk di kursi depan sambil memegangi lututnya.

    “Ada obat merah tdk, tante?” tanya Heru.
    “Ada di dlm, Her,” kata Wulan.
    “Kita ke dlm saja…” kata Wulan lagi sambil bangkit dan tertatih-tatih masuk ke dlm rumah.

    Heru dan anak-anaknya mengikuti dari belakang.

    “Ma, Donny ngantuk,” kata anaknya kepada Wulan.
    “Tunggu sebentar ya, Her. Saya mau antar mereka dulu ke kamar. Sudah waktunya anak-anak tidur siang,” kata Wulan sambil bangkit dan tertatih-tatih mengantar anak-anaknya ke kamar tidur.

    Setelah mengantar mereka tidur, Wulan kembali ke tengah rumah.

    “Mana obat merahnya, tante?” tanya Heru.
    “Di atas sana, Her…” kata Wulan sambil menunjuk kotak obat.

    Heru segera bangkit dan menuju kotak obat utk mengambil obat merah dan kapas. Tak lama Heru segera kembali dan mulai mengobati lutut Wulan.

    “Maaf ya, tante.. Saya lancang,” kata Heru.
    “Tdk apa-apa kok, Her. Tante senang ada yg menolong,” kata Wulan sambil tersenyum.

    Heru mulai memegang lutut Wulan dan mulai memberikan obat merah pada lukanya.

    “Aduh, perih…” kata Wulan sambil agak menggerakkan lututnya.

    Secara bersamaan rok Wulan agak tersingkap sehingga sebagian paha mulusnya nampak di depan mata Heru. Heru terkesiap melihatnya. Tp Heru pura-pura tak melihatnya. Tp tetap saja paha mulus Wulan menggoda mata Heru utk melirik walau kadang-kadang. Hati Heru agak berdebar.. Biasanya dia hanya bisa melihat dari kejauhan saja lekuk-lekuk tubuh Wulan. Atau kadang-kadang hanya kebetulan saja melihat Wulan memakai celana pendek.

    Heru biasanya hanya bisa membayangkan saja tubuh Wulan sambil onani. Tp kini, di depan mata sendiri, paha mulus Wulan sangat jelas terlihat. Wulan sepertinya sadar kalau mata Heru sesekali melirik ke arah pahanya. Segera Wulan merapikan duduknya dan jg menutup pahanya. Herupun sepertinya terkesima dgn sikap Wulan tersebut. Heru menjadi malu sendiri..

    “Sudah saya berikan obat merah, tante…” kata Heru.
    “Iya, terima kasih,” kata Wulan sambil tersenyum.
    “Sekarang sudah mulai tdk terasa sakit lagi,” ujar Wulan lagi sambil tetap tersenyum.

    Heru, 16 tahun, adalah anak tetangga depan rumah Wulan. Masih duduk di bangku SMP kelas 3. Seperti kebanyakan anak laki-laki tanggung lainnya, Heru adalah sosok anak laki-laki yg sudah mulai mengalami masa puber.

    “Kenapa kamu nunduk terus, Her?” tanya Wulan.
    “Tdk apa-apa, tante…” ujar Heru sambil sekilas menatap mata Wulan lalu menunduk lagi sambil tersenyum malu.
    “Ayo, ada apa?” tanya Wulan lagi sambil tersenyum.
    “Anu, tante.. Maaf, mungkin tadi sempat marah karena tadi saya sempat melihat secara tdk sengaja…” kata Heru sambil tetap menunduk.
    “Lihat apa?” tanya Wulan pura-pura tdk mengerti.
    “Lihat.. Mm.. Lihat ini tante,” kata Heru sambil tangannya mengusap-ngusap pahanya sendiri.

    Wulan tersenyum mendengarnya.

    “Tdk apa-apa kok, Her,” kata Wulan.
    “Kan hanya melihat.. Bukan memegang,” kata Wulan lagi sambil tetap tersenyum.
    “Lagian, saya tdk keberatan kok kamu melihat paha tante tadi,” kata Wulan lagi sambil tetap tersenyum.
    “Kamu kan tadi sedang menolong saya memberikan obat,” kata Wulan.
    “Benar tante tdk marah?” tanya Heru sambil menatap Wulan.

    Wulan menggelengkan kepalanya sambil tetap tersenyum. Herupun jadi ikut tersenyum.

    “Tante sangat cantik kalau tersenyum,” kata Heru mulai berani.
    “Ihh, kamu tuh masih kecil sudah pintar merayu…” kata Wulan.
    “Saya berkata jujur loh, tante,” kata Heru lagi.
    “Kamu sudah makan, Her?” tanya Wulan.
    “Belum tante. Saya pulang dari rumah teman tadi belum makan,” kata Heru.
    “Makan disini saja, ya.. Temani saya makan siang,” ajak Wulan.
    “Baik tante, terima kasih,” kata Heru.

    Mereka menikmati makan siang di meja makan bulat kecil. Ketika sedang menikmati makan, tanpa sengaja kaki Heru menyentuk kaki Wulan. Heru kaget, lalu segera menarik kakinya.

    “Maaf tante, saya tdk sengaja,” kata Heru.
    “Tdk apa-apa kok, Her…” kata Wulan sambil matanya nenatap Heru dgn pandangan yg berbeda.

    Ketika kaki Heru menyentuh kakinya, seperti terasa ada sesuatu yg berdesir dari kaki yg tersentuh sampai ke hati. Wulan merasakan sesuatu yg lain akan kejadian tak sengaja itu.. Tiba-tiba Wulan merasakan ada sesuatu keinginan tertentu muncul yg membuat perasaannya tdk menentu. Sentuhan kaki Heru terasa begitu hangat dan membangkitkan suatu perasaan aneh..

    “Kamu sudah punya pacar, Her?” tanya Wulan sambil menatap Heru.
    “Belum tante,” kata Heru sambil tersenyum.
    “Lagian saya tdk tahu caranya mendapatkan perempuan,” ujar Heru lagi sambil tetap tersenyum. Wulanpun ikut tersenyum.
    “Pernah tdk kamu punya keinginan tertentu terhadap perempuan?” tanya Wulan lagi.
    “Keinginan apa tante?” tanya Heru. Wulan tersenyum.
    “Kita habiskan dulu makannya. Nanti kita bicara…” kata Wulan.

    Selesai makan, mereka duduk-duduk di ruang tengah.

    “Kamu ada sesuatu yg harus diselesaikan di rumah tdk saat ini?” tanya Wulan.
    “Tdk ada, tante,” kata Heru.
    “Tadi tante mau tanya apa?” kata Heru penasaran.
    “Begini, apakah kamu suka kepada wanita tertentu? Maksud saya suka kepada tubuh wanita?” tanya Wulan.
    “Kita bicara jujur saja, ya.. Saya tdk akan bicara pada siapa-siapa kok,” kata Wulan lagi.
    “Kamu jg mau kan jaga rahasia pembicaraan kita?” kata Wulan lagi.
    “Iya, tante,” kata Heru.
    “Kalau begitu jawablah pertanyaan tante tadi…” kata Wulan sambil tersenyum.
    “Ya, saya suka melihat perempuan yg tubuhnya bagus. Saya jg suka tante karena tante cantik dan tubuhnya bagus,” kata Heru tanpa ragu.

    “Maksudnya tubuh bagus apa,” tanya Wulan lagi. Heru agak ragu utk menjawab.
    “Ayolah…” kata Wulan sambil memegang tangan Heru. Tangan Heru bergetar.. Wulan tersenyum.
    “Mm.. Saya pernah.. Pernah lihat majalah Playboy, jg.. Jg.. Jg saya pernah lihat VCD porno.. Mm.. Mm.. Saya lihat banyak perempuan tubuhnya bagus…” kata Heru dgn nafas tersendat.
    “Oh, ya? Di VCD itu kamu lihat apa saja,” kata Wulan pura-pura tdk tahu, sambil terus menggenggam tangan Heru yg terus gemetar.
    “Mm.. Lihat orang sedang begituan…” kata Heru.
    “Begituan apa?” tanya Wulan lagi.
    “Ya, lihat orang sedang bersetubuh…” kata Heru.

    Wulan kembali tersenyum, tp dgn nafas yg agak memburu menahan sesuatu di dadanya.

    Cerita Sex Bersetubuh Dengan Wulan

    Cerita Sex Bersetubuh Dengan Wulan

    “Kamu suka tdk film begitu?” tanya Wulan.
    “Iya suka, tante?” kata Heru sambil menunduk.
    “Mau coba seperti di film, tdk?” kata Wulan.

    Heru diam sambil tetap menunduk. Tangannya makin gemetar. Wulan mendekatkan tubuhnya ke tubuh Heru. Wajahnya di dekatkan ke wajah Heru.

    “Mau tdk?” tanya Wulan setengah berbisik.

    Heru tetap diam dan gemetar. Wajahnya agak tertunduk. Wulan membelai pipi anak tanggung tersebut. Lalu diciumnya pipi Heru. Heru tetap diam dan makin gemetar. Wulan terus menciumi wajah Heru, lalu akhirnya dilumatnya bibir Heru.. Lama-lama Herupun mulai terangsang nafsunya. Dgn pasti dibalasnya ciuman Wulan.

    “Masukkan tangan kamu ke sini…” kata Wulan dgn nafas memburu sambil memegang tangan Heru dan mengarahkannya ke dlm baju Wulan.
    “Masukkan tangan kamu ke dlm BH saya, Her.. Pegang payudara saya,” kata Wulan sambil tangannya meremas penis Heru dari luar celana.

    Sementara tangan Heru sudah masuk ke dlm BH Wulan dan mulai meremas-remas payudara Wulan.

    “Mmhh.. Terus sayang…” kata Wulan.
    “Tangan saya pegal, tante…” kata Heru polos.
    “Uhh.. Kita pindah ke kamar, yuk…” ajak Wulan sambil menarik tangan Heru. Sesampainya di dlm kamar..
    “Buka pakaian kamu, Her…” ujar Wulanpun melepas seluruh pakaiannya sendiri.
    “Iya, tante…” kata Heru.

    Wulan setelah melepas seluruh pakaiannya, segera naik dan telentang di tempat tidur. Heru terkesima melihat tubuh telanjang Wulan. Seumur-umur Heru, baru kali ini dia melihat tubuh telanjang wanita di depan mata. Apalagi wanita tersebut adalah wanita yg sering di bayangkannya bila onani. Penis Heru langsung tegang dan tegak..

    “Naik sini, Her…” kata Wulan.
    “Iya, tante…” kata Heru.
    “Sini naik ke atas tubuh saya…” kata Wulan sambil mengangkangkan pahanya.

    Heru segera menaiki tubuh telanjang Wulan. Wulan langsung melumat bibir Heru dan Herupun langsung membalasnyanya dgn hebat. Sementara satu tangan Heru meremas payudara Wulan yg tdk terlalu besar. Sementara penis Heru sesekali mengenai belahan meqi Wulan.

    “Ohh.. Mmhh.. Terus remas.. Terus…” desah Wulan sambil memegang tangan Heru yg sedang meremas payudaranya, dan tangan mereka bersamaan meremas payudaranya.
    “Ohh.. Sshh…” kata Wulan. Herupun dgn bernafsu terus meremas dan menciumi serta menjilati payudara Wulan.
    “Her, jilati meqi ya, sayang…” pinta Wulan.
    “Tp saya tdk tahu caranya, tante,” kata Heru polos.

    “Sekarang dekatkan saja wajah kamu ke meqi, lalu kamu jilati belahannya…” kata Wulan setengah memaksa dgn menekan kepala Heru ke arah meqinya.

    Heru langsung menuruti permintaan Wulan. Dijilatinya belahan meqi Wulan sampai tubuh Wulan mengejang menahan nikmat.

    “Ohh.. Mm.. Ohh.. Terus jilat, sayang…” desah Wulan sambil meremas kepala Heru.
    “Her, kamu jilati bagian atas sini…” kata Wulan sambil jarinya mengelus kelentitnya.

    Lalu lidah Heru menjilati habis kelentit Wulan.. Wulan kembali menggelepar merasakan nikmat yg teramat sangat.

    “Teruss.. Sshh.. Ohh…” desah Wulan sambil badannya semakin mengejang.

    Pahanya rapat menjepit kepala Heru. Sementara tangannya semakin menekan kepala Heru ke meqinya. Tak lama..

    “Ohh…” desah Wulan panjang. Wulan orgasme.
    “Sudah, Her.. Naik sini,” kata Wulan.

    Heru lalu menaiki tubuh Wulan. Wulan lalu mengelap mulut Heru yg basah oleh cairan meqinya. Wulan tersenyum, lalu mengecup bibir Heru.

    “Mau tdk penis kamu saya hisap,” kata Wulan.
    “Mau tante,” kata Heru bersemangat.
    “Bangkitlah.. Sinikan penis kamu,” kata Wulan sambil tangannya meraih penis Heru yg tegang dan tegak.

    Heru lalu mengangkangi wajah Wulan. Wulan segera mengulum penis Heru. Tdk hanya itu, penis Heru lalu dijilat, dihisap, lalu dikocoknya silih berganti. Heru tubuhnya mengejang menahan rasa nikmat yg teramat sangat. Tangannya berpegangan pada pinggiran ranjang.

    “Ohh.. Tantee.. Enaakk…” jerit kecil Heru sambil memompa penisnya di mulut Wulan.
    “Masukkin ke meqi, sayang…” kata Wulan setelah dia beberapa lama menghisap penis Heru.

    Heru lalu mengangkangi Wulan. Sementara tangan Wulan memegang dan membimbing penis Heru ke lubang meqinya.

    “Ayo tekan sedikit, sayang…” kata Wulan.

    Heru berusaha menekan penisnya ke lubang meqi Wulan sampai akhirnya.. Bless.. Bless.. Bless.. Penis Heru berhasil masuk dan mulai memompa meqi Wulan. Heru merasakan suatu kenikmatan yg tiada tara pada batang penisnya.

    “Bagaimana rasanya, Her?” tanya Wulan sambil tersenyum dan menggoyang pantatnya.
    “Ohh.. Sangat enakk, tanttee…” kata Heru tersendat sambil memompa penisnya keluar masuk meqi Wulan.

    Wulan tersenyum.. Setelah beberapa lama memompa penisnya, tiba-tiba tubuh Heru mengejang. Gerakannya makin cepat. Wulan karena sudah mengerti langsung meremas pantat Heru dan menekankannya ke meqinya. Tak lama.. Crott.. Croott.. Croott.. Croott..

    “Ohh.. Hohh…” desah Heru. Tubuhnya lemas dan lunglai di atas tubuh Wulan.
    “Udah keluar? Bagaimana rasanya?” tanya tante Wulan sambil memeluk Heru.
    “Sangat enak, tante…” kata Heru.

    *****

    Itulah pengalaman nyata dari Wulan yg saya paparkan sesuai dgn aslinya ditambah sedikit reka-reka sensual dari saya. Menurut Wulan, kejadian ini baru berjalan mulai 2 bulan yg lalu. Sampai saat ini mereka masih sering melakukan persetubuhan di rumah Wulan setiap ada kesempatan. Menurutnya lagi, dlm satu hari/sepanjang siang, mereka biasanya bisa melakukan 2 kali persetubuhan, mungkin karena Heru masih muda. Perlu dijelaskan bahwa menurut Wulan, cintanya pada Arif tdk pernah berubah. Kejadian itu bermula tanpa ada niat dan keinginan. Terjadi begitu saja.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Papaku Sayang

    Cerita Sex Papaku Sayang


    1223 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Papaku SayangCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Perkenalkan namaku Niya, ini adalah kejadian nyata yang kualami kira-kira pertengahan tahun 2015 yang lalu. Papaku adalah seorang pensiunan, sementara ibuku seorang wanita karier. Kejadian ini kualami saat aku sedang istirahat sepulang sekolah. Dan berlanjut terus hingga sekarang. hingga aku mempunyai seorang putri buah cintaku dengan papaku. Sementara mamaku tahunya aku dihamili oleh mantan pacarku.

    Peristiwa yang kualami sejak 7 tahun yang lalu dan sampai kini masih terus terulang, entah sampai kapan aku bisa menghentikan semua ini.

    Cerita ini bermula ketika aku masih duduk dibangku kelas 2 SMA, saat itu pulang sekolah aku dapati rumah dalam keadaan sepi, aku nggak tahu mama yang biasanya dirumah siang itu tidak kujumpai dan papaku memang jam segitu biasanya masih sibuk dikantor, beliau adalah seorang guru di sebuah sekolah swasta d kota MLG.

    Siang itu udara sangat panas, aku bergegas masuk kerumahku, aku memang setiap hari membawa kunci pintu rumah sendiri sehingga aku nggak perlu bingung seandainya aku pulang kerumah dan dirumah tidak ada orang.

    Aku masuk ke rumah dan langsung menuju ruang makan, aku melihat hidangan makan siang sudah disediakan oleh mama, tanpa pikir panjang, aku langsung makan dengan lahapnya, maklum aku sangat kelaparan siang itu ditambah lagi perjalan pulang kerumah dari sekolahku lumayan jauh. Selesai makan aku menuju ke kamar mandi, sekedar mencuci muka, tangan dan kakiku kemudian aku menuju ke kamarku untuk mengganti baju seragamku.

    Entah kenapa siang itu tidak seperti biasanya badanku terasa lelah sekali, aku rebahkan tubuhku ditempat tidur dan mencoba untuk tidur namun aku tidak juga bisa memejamkan mataku, aku malah teringat pada pacarku.

    Aku ingat beberapa hari yang lalu aku dipaksa melakukan hubungan intim oleh pacarku yang satu sekolah denganku, semula aku menolak tapi karena aku diancam akan diputuskan dan karena aku sangat mencintai pacarku akhirnya kamipun melakukan hubungan yang dilarang oleh agama itu.

    Dan siang ini tiba-tiba aku kangen sekali dengan pacarku, ingin sekali rasanya aku melakukan hubungan intim itu lagi. Aku mulai berkhayal dan gairahkupun mulai muncul. Kumasukkan tanganku kedalam celana dalamku dan mulai kumainkan jari-jariku di itilku, oh… rasanya nikmat sekali, tanganku yang satupun mulai meremas payu daraku.

    Siang itu aku melakukan masturbasi dikamarku karena aku tidak mampu membendung hasratku yang menggebu-gebu karena ingin bercinta. Aksiku tidak cukup sampai disitu, udara yang panas menuntunku untuk melepas seluruh pakaianku. Kubuka bajuku, celanaku, celana dalam, juga BHku. Rasanya lebih nyaman masturbasi dengan telanjang bulat.

    Aku terus menggelitik itilku dan sesekali memasukkan jariku kedalam memekku dan terus kurema-remas payudaraku sampai akhirnya aku klimaks. Tanpa terasa akhirnya aku tertidur setelah aku berhasil memuaskan diriku sendiri.

    Udara dingin kurasakan menyentuh kulitku,aku berusaha membuka mataku ,rupanya aku tertidur cukup lama, dan udara sore yang dingin telah membangunkan aku. Kubuka mataku perlahan pelan-pelan dan aku terkejut karena didepanku, disamping tempat tidurku kulihat seorang laki-laki berdiri dalam keadaan telanjang bulat sepertiku dan sedang menggenggam kontolnya dan mengocoknya.

    Hampir aku tidak percaya bahwa orang yang sedang melakukan onani itu adalah papaku sendiri sambil mengamati tubuhku yang telentang dalam keadaan telanjang. Aku dan papa sama-sama terkejut, segera kuraih bantal untuk menutupi tubuhku ini.

    Papa mendekatiku dan duduk disisi tempat tidurku sambil tangannya yang satu masih tetap memegangi kontolnya dan tangan kirinya mencoba mengelus rambutku.

    “Kenapa kamu tidur telanjang sayang?” Tanya papaku sambil membelai rambutku. Aku diam saja. Kubiarkan tangan papaku membelai rambutku. Seperti tersihir, sore itu aku diam saja dan tidak berusaha memberontak ketika papa berusaha membaringkan aku lagi, papa mengambil bantal yang kupakai untuk menutupi sebagian tubuhku, akupun tidak berusaha mempertahankan bantal itu.

    Kini aku benar-benar telanjang dan ditelanjangi oleh mata papaku. Papa berusaha berbaring dengan posisi menghadap kepadaku, dibelainya wajahku dan papa mengecup keningku. Melihat aku hanya diam papakupun makin berani beraksi, aku agak terkejut ketika tiba-tiba papa melumat bibirku, kali ini aku sedikit berontak namun tidak lama setelah itu akupun luluh dan mulai menikmati ciuman bibir bersama papaku. Tangan papa mulai bergerilya, disentuhnya dadaku dan diremas-remas.

    ”Oh…” nikmat sekali rasanya. Jari papa juga memelintir puting susuku yang masih kecil, aku tak kuasa untuk menolak perlakuan papaku itu. Mungkin karena aku tidak bereaksi dan bahkan terkesan menikmati makanya papa berani menindih tubuhku,

    Kurasakan sesuatu yang nikmat ketika kulit kami saling bersentuhan, papa terus melumat bibirku, memagut leherku dan kecupan bibirnya semakin kebawah hingga akhirnya sampai di buah dadaku yang sudah mengencang karena Menahan birahi, kedua tangan papa meremas-remas payudaraku dan sedangkan lidah dan mulutnya berusah menjilati dan mengulum pentilku yang ranum.

    Aku hanya bisa mendesah dan menggelinjang, rasanya nikmat sekali. Puas mempermaikan susuku papa mendekatkan mulutnya ke selangkanganku, dilebarkannya kakiku dan “Oh…zzzz.. ah…” papa menjilati memekku, lidah papa menjilat dari bagian memekku yang paling bawah sampai yang paling atas dan sesekali berhenti di itilku, digelitikknya itilku dengan gerakan lidahnya yang lincah.

    Aku benar-benar tak mampu berontak, aku benar-benar menikmati permainan papaku. Sesaat setelah itu papa mendekatkan kontolnya ke wajahku, tangan papa membimbing tanganku agar aku mau memegangnya dan mengulumnya.

    Aku lakukan saja, kontol papaku cukup besar dan panjang, lebih besar 2 kali lipat disbanding kontol pacarku yang masih SMA. Masih dalam posisi telentang kukocok dan kukulum kontol papa yang hampir tidak muat dimulutku, sesekali lidahku menyusuri kontol papa dan kudengar papa mendesah keenakan.

    Puas dengan aksiku papa mendekatkan kontolnya ke memekku, Kakiku yang dalam posisi mengangkang memudahkan papa untuk mendekatkan kontolnya di memekku, awalnya papa hanya menggesek-gesekkan kontolnya di itilku yang sudah basah.

    “Masukin pa.. “ pintaku lirih.

    “Iya sayang, sebentar ya..”

    “Ayo pa..Niya udah nggak tahan nih pa..oh…”

    Papa mulai mengarahkan kontolnya ke lubang memekku, ditekannya pelan-pelan, ditarik lagi, diulang-ulang karena memang memekku masih sempit. Papa agak kesulitan untuk memasukkan kontolnya dan aku juga merasa perih di memekku tapi aku tahan karena kalah oleh birahiku yang menggebu.

    Berulang-ulang dan akhirnya,”bles..” kontol papa berhasil masuk ke memekku seluruhnya, rasanya sungguh luar biasa dan tidak bisa kugambarkan. Sesaat papa membiarkan kontolnya ditelan oleh memekku kemudian dengan hati-hati papa mulai melakukan gerakan maju mundur.

    “Enak nggak sayang?” Tanya papaku.

    “Enak sekali pa..oh….terus pa…”

    Entah berapa kali kontol papa mengocok memekku sampai akhirnya akupun berhasil mencapai klimaks.

    “Papa… oh.. lebih cepat pa.. “pintaku.

    Uuuugh..hah… ayo pa.. oh.. oh… Aku berhasil klimaks, urat-urat ditubuhku yang sempat menegang akhirnya mulai mengendur. Melihat aku lunglai tak berdaya papa menghentikan gerakan maju mundurnya dan menarik kontolnya keluar.

    “Oh sayang,..tolong dikocok sayang…” pinta papaku. Segera kuraih kontol papa yang masih kaku, kugenggam dan kukocok-kocok sampai akhirnya papa mendesah tertahan bersamaan dengan itu cairan putih dan kental menyembur dan mengenai dadaku. Banyak sekali cairan itu dan rupannya papa sangat puas dengan apa yang kulakukan.

    Setelah itu papa merebahkan diri disampingku, tubuhku dipeluknya erat sampai akhirnya kami tertidur bersamaan karena kelelahan. Malam kami baru bangun dan aku baru sadar bahwa seharian aku tidak melihat mama.

    “Mama kemana sih pa?” tanyaku ke papa.

    “Mama baru kerumah nenek di kampung”.

    Malam itu kuhabiskan waktu bersama papa sampai pagi, berkali-kali aku dan papa ngentot dengan berbagai gaya, dalam hati aku kagum dengan papaku yang sangat perkasa sampai akhirnya di pagi harinya aku bolos sekolah karena kecapekkan bercinta dengan papaku sendiri.

    Setelah peristiwa itu aku dan papa sering ngentot, bahkan sampai sekarang namun saat ini aku kuliah diluar kota jadinya kami tidak bisa sesering dulu melakukannya.

    Entah sampai kapan semua ini bisa berakhir, kadang aku tersiksa oleh perasaan bersalah dan dosa tapi aku sulit sekali untuk menghentikannya apalagi kalau ada papa didekatku.

    Habisnya enak banget sich xi xi xi. Apalagi kini aku telah mempunyai seorang putri buah cintaku dengan papaku, yang cantik, dan sehat. Mungkin kelak aku akan berhenti bila ada laki-laki yang mampu menerima keadaanku ini apa adanya, serta mencintaiku juga putriku dengan setulus hati

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Panas Abg Ngecrot Di Mulut Cewek Idola Waktu SMA

    Cerita Sex Panas Abg Ngecrot Di Mulut Cewek Idola Waktu SMA


    898 views

    Perawanku – Sekarang saya kuliah di perguruan tinggi swasta di Bandung. Pengalaman ini saya alami 1 tahun yang lalu tepatnya Oktober 2014. Saya termasuk anak yang pandai bergaul. Tapi sayang kebanyakan teman saya di kuliahan rata-rata pria. Hal ini dikarenakan pacar saya 1 kelas dengan aku. Jadi sulit untuk melihat kesana dan kesini. Saya pacaran pacar saya (sebut saja namanya Ina) saat itu hampir 5 tahun, tapi sekarang kita udah putus.

    Kami pacaran dari SMU, dan hubungan suami-istri sudah sering kami lakukan.

    Hingga suatu saat pada bulan september saya bertemu dengan teman lama di sma dan satu kuliahan dengan saya. Sebut saja namanya Novi. Saat smu novi termasuk anak yang paling cantik di sekolah. Suatu kebanggaan bagi kaum pria jika berhasil berteman apalagi menjadi pacarnya. Tapi hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menjadi temannya. Dalam berteman ia selalu memilih-milih, apalagi dalam menjadi pacar. Saat itu pun aku tidak berhasil menjadi temannya.

    Wajar jika dia tidak mau berteman dengan ku karena aku hanya cowok biasa yang mempunyai tampang biasa juga.    Agen Obat Kuat Pasutri

    Novi adalah cewek idola disekolah kami. Hampir semua anak dari kelas 1-3 mengenal dia. Dia termasuk anak orang kaya dan pintar. Kalau dibilang ukuran tubuhnya hampir mendekati sempurna ditambah dengan adanya tahi lalat di bawah bibir. Bibirnya tipis dan ukuran dadanya pun ditaksir kira-kira 34B. ditambah dengan badannya yang ideal dan kulitnya yang kuning bersih.

    Kejadian ini terjadi pada awal september, saat saya bersama dengan Ina hendak makan siang di belakang kampus. Tidak sengaja kami berdua berpapasan dengan Novi. Kami pun senyum duluan dan sesudah itu dibalas dengan senyuman dan ucapan oleh Novi. “Masih awet yah dari sma”? katanya. Kami hanya membalas ucapan dia dengan senyuman saja. Melihat body nya yang aduhai membuat saya ingin memiliki dia, tapi mana mungkin pikir ku.

    Keesokan harinya saya terlambat kuliah dan tidak diijinkan masuk oleh dosen, karena saya terlambar lebih dari 15 menit. Dengan kesal saya memaki-maki dosen dalam hati, karena jarak dari rumah ke kuliahan cukup jauh. Tidak sengaja ketika turun dari tangga saya melihat Novi sedang duduk di teras sendirian. Saat itu saya memberanikan diri untuk menyapa dia, mumpung gak ada Ina. Saya langsung duduk disebelah Novi dan berkata, “ga ada kuliah vi”? tanyaku. Novi langsung menjawab “ga ada dosen tuh”? “kamu sendirian, mana Ina”? tanya dia. “ga ada, aku sendirian”. Saat itu ga sengaja aku ngelihat ke bagian dadanya sebentar. Ya ampun, antara kancing atas dan bawahnya sedikit kebuka dan kelihatan bentuk dadanya yang kuning bersih. Saat itu aku langsung melihat mukanya lagi sambil jantung ini berdetak lebih keras, dan kamipun melanjutkan pembicaraan kira-kira 1/2 jam lamanya.

    Cerita Sex Panas Abg Ngecrot Di Mulut Cewek Idola Waktu SMA

    Cerita Sex Panas Abg Ngecrot Di Mulut Cewek Idola Waktu SMA

    Setelah itu saya masuk kuliah jam 09.30. Di dalam kelas saya tidak bisa kosentrasi belajar, pikiran selalu tertuju pada muka dan dada Novi yang kenyal. Dalam hati ku berfikir, gimana caranya tuk dapatin Novi dan bodinya. Selama 1 jam aku berfikir terus, dan aku mulai dapat ide tuk deketin dia. Setelah itu kususun rencana serapi mungkin agar gak kelihatan kalo semua itu sudah aku atur.

    Pulang kuliah gak sengaja aku ketemu dengan Novi. Dia sedang melihat papan pengumuman. Aku diam sebentar karena ku akui aku juga grogi setengah mati. Setelah agak tenang sedikit aku mulai mendekati dia. “Hei, lagi ngapain?” tanyaku. “hei, ketemu lagi, lagi liat pengumuman nih.” Jawab dia. “eh vi, tau gak jalan pasir pogor dimana?” tanyaku. Sebenarnya aku sudah tahu dimana jalan pogor itu. Sengaja aku pilih jalan itu karena jalan pasir pogor melewati rumahnya dulu.

    “Kalo ga salah di deket Ciwastra deh? Emang mo ngapain kesana?” jawab dia. Wah kena juga nih, pikir ku. “mo ketemu temen aku di sana, Cuma ga tau jalannya kemana. Kalo ga salah rumah kamu di daerah Ciwastra kan?” pancing aku. “iya, emang kenapa?” “Anterin donk kesana, ntar aku anter balik dech ke rumah kamu”. “gimana yah, soalnya temenku ada yang mo nganterin balik, tapi ya udah dech aku ngomong bentar ama temen aku, kamu tunggu aja di kopma yah?” jawab dia. Wuihh, rencana ku berhasil nih.

    Tidak sampai 10 menit Novi menghampiri ku yang sedang duduk bersama temenku. “ayo, mau balik sekarang?” dengan gesit aku berdiri dan pergi bersamanya. Temanku hanya bengong, karena tidak menyangka aku akan jalan bareng ama Novi. Kami pergi menuju tempat parkir mobil, karena aku saat itu memakai mobil Feroza.

    Di tengah perjalanan kami hanya berbicara mengenai masa sma dan mengenai ina. Tapi setiap pembicaraan mengarah pada Ina, aku selalu bilang kalo aku sudah putus dari Ina. Dan aku bilang ama Novi supaya jangan ungkit-ungkit masalah Ina lagi. Mobil sengaja kuperlambat supaya aku dapat bicara lebih lama dengan dia. Dan saat itu, kancing baju atasnya terbuka dan dia duduk sambil miring ke pintu mobil. Sehingga kelihatanlah BH nya yang berwarna hitam. Aduh ma, ucapku. Ngga terasa kontolku sudah mengeras. Ku coba diam sejenak, karena kalau salah sedikit sikapku maka gagal juga tuk dapetin bodinya.

    Setelah ditunjukin jalan pasir pogor, aku pun mengantarnya balik. Sesampai nya didepan pintu rumah yang lumayan mewah, ia berkata sambil tersenyum. “makasih yah, dah mo nganterin. Mo masuk dulu ga ke rumah?” wah kesempatan nih pikirku. Tapi rencana sih harus tetap kujalanin. “ga deh vi, makasih. Lain kali aja yah, aku mesti ke pasir pogor lagi nih. Oh ya, besok balik jam berapa? Bareng yuk?” pancing aku. “Besok aku balik jam 9.30, ya udah kalo mau nganterin tungguin di papan pengumuman besok yah?” wah, rencana pertama aku sukses nih. Tinggal jalanin rencana ke 2.

    Besoknya aku sudah stand by di papan pengumuman. Dan tak lama kemudian novi datang menghampiriku. “mo nganterin lagi nih, kalo mau sekarang aja”, tanyanya. “ayo dech sekarang aja”. Jawabku. Dalam hati ini juga deg-degan banget. Bukan karena mau jalan ama Novi, tapi takut ketahuan ama Ina. Wah bisa berabe nih urusan kalo ketahuan. Akhirnya kamipun pulang samaan. Di tengah perjalanan pulang kami ngobrol sampai terbahak-bahak. Memang aku pintar untuk membuat orang lain ketawa, dan kuakui itulah kelebihan ku dalam menaklukan hati wanita. Ditengah tawa kami akupun mulai bertanya kesukaan dia? Saat itu terpikir oleh ku untuk mengajak dia berenang, karena dengan berenanglah aku dapat melihat bodinya secara langsung. Memang Novi selama di smu tidak pernah 1 kali pun ikut pelajaran berenang, entah kenapa? “mau kemana lagi ntar habis nganterin aku?” “Aku mau berenang nih vi, kamu bisa berenang gak?” pancing aku. “gak bisa nih” jawab dia.

    “Ya udah, kamu mau berenang samaan ga ama aku, ntar aku ajarin dech” jawab aku. “tapi aku gak punya baju renang, soalnya aku gak suka renang sih”! Katanya. “yah kamu cari dulu donk, ntar kalo ga ada kan beda urusannya lagi, jadi besok jam 2 sore yah?” tanyaku. “iya deh jam 2 sore jemput aku di rumah yah” jawabnya. Sesudah itu aku anterin dia balik kerumahnya. Sesudah itu aku hanya tertawa kecil dan menggumam, “udah kena perangkap aku nih, tinggal rencana ke 3 nih besok. Wah, udah kebayang bentuk dadanya, pahanya dan sentuhan tangannya saat aku ajarin dia berenang besok, terlebih tangannya di tumbuhin bulu-bulu halus”.

    Besoknya kamipun pergi berenang samaan ke pemandian Cipaku. Saat ganti baju aku sudah membayangkan bentuk dadanya, pahanya yang putih dan lain-lainlah pikiran ku saat itu. Saat ketemu hati ku langsung berdetak lebih kencang, karena Novi yang ada di depanku sekarang sedang memakai baju renang. Dan dadanya mulai kelihatan sedikit menyembul ditambah dengan pahanya yang indah banget. Suerr, kontolku saat itu langsung tegang terlebih dia menggandeng tanganku menuju tempat penyimpanan tas di samping kolam renang.

    Sesudah itu aku pun langsung masuk ke kolam renang dan disusul oleh dia. Dan saat itu mulai aku mengajari dia sebatas aku bisa. Saat memegang tangannya terasa jantung berdetak lebih cepat. Tangannya halus banget. Ditambah senyuman bibirnya yang tipis dan merah. Hampir 1/2 jam aku mengajari dia berenang. Tapi kontol ini masih tegang terus. Pada saat aku sedang mengajari dia berenang tak senggaja dia menyenggol batang kemaluanku karena saat itu aku sedang mengajari dia gaya katak. Aku malu banget, karena takut dipikir novi, belom apa-apa sudah tegang duluan. Tapi aku coba buang pikiran itu jauh-jauh.

    Saat itu aku sudah tidak bisa mengendalikan diri lagi. Dengan sengaja saat dia hampir tenggelam sengaja aku peluk dan dekatkan kontolku di depan atau di belakang dia. Dan dengan sengaja juga aku mencoba agar tanganku sekali-kali mengenai dadanya dia. Rencana ku berhasil, kami semakin akrab saja. Tapi aku ngga tahu, apa mungkin ia suka ama aku, atau hanya sebatas teman. Kami berenang hampir 2 jam.

    Sesudah itu aku terlebih dahulu mengajaknya pulang karena hari hampir malem jam 6 malam. Kami makan di hoka-hoka bento yang ada di jalan setia budi. Dan dalam perjalanan pulang pun kami masih tertawa bersama. Dalam hatiku berkata, sebentar lagi kamu masuk dalam pelukan ku vi! Sesampainya di rumah novi, ia mengajak aku masuk supaya minum the dahulu. Kesempatan ini tidak ku sia-siakan lagi. Inilah rencana akhirku. Aku masuk dan duduk disebelah dia sambil posisi 1/2 tidur. 15 menit kami mengobrol. Otak ku berputar terus saat kami ngobrol bersama. Dalam pikiran ku, gimana aku dapat menyentuh dia, sedangkan dari novi tidak ada sinyal sama sekali pada ku.

    Sampai pukul 7.20 aku masih terdiam. Sampai suatu saat Novi bertanya padaku. “maaf yah kalo ini nyakitin kamu, cuma aku mau nanya. Kenapa kamu kok bisa sampai putus dari Ina, kan dia orang nya baik banget”. Wah dengan pertanyaan itu aku mulai dapat ide lagi. “ga tau deh vi, aku juga bingung. Aku ngerasa kita ngga cocok lagi dech”. Kataku. Dengan perasaan sedih aku coba genggam tangan dia sambil berkata,”tapi kamu jangan bilang siapa-siapa kalo aku sama Ina udah putus yah, please..” Ya ampun aku deg-degan banget saat itu, tapi aku coba bersikap tenang. Dia cuma diam saat aku pegang tangannya. “Tenang aja kok, aku bisa jaga rahasia”.

    Nafsu ku sudah nggak terkendali lagi, terlebih ruang tamu saat itu terutup rapat. Dan saat itu penghuni rumah yang lain sedang asik nonton TV. Tanganku saat itu sedang mengenggam tangannya. Dan perlahan lahan aku mengusap bulu halus yang ada di tangannya dan mengusapnya perlahan-lahan sambikl berkata, “kamu cantik banget vi, aku seneng banget bisa samaan ama kamu”. Perlahan kulihat gerakan tangan, muka dan kakinya dia. Ternyata dia sudah gelisah. Merasa ada jawaban aku meneruskan elusanku, sambil kucoba dekatkan bibirku ke bibirnya dia. Senggaja aku mengecup secara perlahan dan lembut dan diiringi desahan nafas perlahan. Memang aku pintar dalam merangsang cewek, karena aku sudah pengalaman dari Ina.

    Sesudah kukecup bibirnya secara perlahan dia memejamkamkan mata dan terasa getaran kakinya yang mulai gelisah.

    Perlahan kukecup bibir lagi. rupanya kali ini ciuman ku berbalas juga. ia balik mencium ku dengan lembut. perlahan ku lepas ciuman ku di bibirnya dan bergerak menuju lehernya. walaupun aku sudah terangsang banget tapi aku masih bisa berfikir apa yang mesti aku lakukan lagi tuk dapetin body nya. ciumanku bergerilya disekitar leher dan dekat telinga. terdengar nafasnya yang sudah memburu. Perlahan-lahan tanganku memegang pipinya secara lembut, lehernya dan mencoba memegang toketnya yang aduhai. aku usap toket novi dari luar baju. ia masih diam dengan mata tertutup. dengan perlahan tanganku masuk ke dalam bajunya lewat bawah dan tanganku mulai mengenai BH nya. ku coba angkat sedikit BHnya secara perlahan-lahan. dan terasa saat itu toket Novi sudah dalam genggamanku. kuusap dan kepelintir putingnya secara perlahan. saat itu juga kucoba tangan yang satu lagi tuk membuka kancing bajunya. setelah kubuka bajunya terlihatlah Bh yang berwarna hitam, dengan gunung kembar yang indah banget dibaliknya. saat itu nafsu ku sudah tidak terkontrol lagi. kontolku sudah ngaceng banget.

    Tapi aku belum puas sebelum melihat memeknya. kucoba tuk buka rok nya secara perlahan, dan terlihat pula gundukan daging di balik celana dalam hitamnya. aku terdiam sebentar karena tidak menyangka novi cewek yang cantik banget, dan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mendekatinya kini sudah bugil di depan mataku.

    “Aghh.. kamu kok gini sih an” desahnya. aku cuma tersenyum puas. dan kucoba tuk menarik tangannya ke arah kontolku. dan memang sudah sengaja sleting celanaku sudag aku buka. dan merosotlah celanaku. rupanya novi sudah bernafsu banget. diangkatnya bajuku dan di lepaskannya celan dalamku.

    Kini matanya sudah terbuka dan melihat kontolku yang lumayan gede. “ihh.. gede banget yang kamu an”? aku coba bangkit berdiri agar dia mau mengulum kontolku. “kamu mau cium kontolku kan”? tanpa menunggu komando lagi kepala novi ku arahkan ke kontolku yang sudah keras banget. diciumnya perlahan-lahan kontolku dan dijilatinnya kontolku. “muahh.. mchh..” terdengar bunyi dari mulutnya yang tipis. “terus vi.. achh.. terus.. enak banget loh .., kamu pinter banget vi.. achh..”

    Pikiranku sudah tidak dapat kukontrol lagi. 15 menit sudah berlalu. dan perlahan ku angkat tubuhnya ke atas sofa ruang tamu dan kutidurkan. kucium lehernya terus turun ke menuju susunya yang kenyal dan indah. “gilaa banget nih cewe bodynya, susunya, pantatnya yang kenyal, terlebih bulu-bulu yang lumayan banyak dan halus”. gumamku dalam hati”. kucium toketnya yang lumayan besar dan kenyal. “muachh.. muachh.. ” “aduh an.. terusin.. achh..” dia mengerang terus. sambil ku jilatin toketnya, tangan kananku perlahan-lahan menuju memeknya. Astaga.. basahh banget nih.. terus ku elus dengan lembut dan ku belai klitorisnya yang sudah mencuat.

    “Achh.. euhh..” ia mengerang keenakan. perlahan ciumanku turun kebawah vaginanya. ku jilatin memeknya yang basah. mhh.. mhhachh.. dia menarik kepalaku dan mengejang. “acchh an, kayanya aku mau kencing nih..” “kencingin aja vi, itu bukan kencing kok yang mo keluar, itu namanya mau orgasme..” “achh an, ennaak banget nih.., ahh.. terusin sayang kata nya”. aku tersenyum kecil saat ia memanggilku dengan kata sayang. “hahaha.. kamu udah masuk dalam genggamanku sekarang vi..” kataku dalam hati. “achh.. terusin an.. terusin yah sayang.. katanya”. kujilatin memeknya terus dan teruss.. “ohh indahnya memekmu vi. beruntung banget aku bisa dapetin memek dari cewek secantik kamu” kataku dalam hati. kali ini ia merapatkan kakinya dan kembali mengejang. ahh.. an kayanya aku mau keluar lagi nihh.. achh..”

    “Keluarin aja semuanya sayang.. terus keluarin aja..” kataku. setelah kurasa cukup, mulai ku arahkan kontolku yang sudah keras dan panas ke memeknya novi. “tahan bentar yach kalo sakit.. ntar juga nggak sakit lagi kok..” kataku pada novi. kumasukan kontolku perlahan-lahan ke memeknya. achh .. erangku karena kontolku masih agak susah masuknya. maklumlah memek perawan pertama kali pasti susah simasukinnya. “achh.. ohh.. masukin langsung aja dech an..” pintanya. “kamu ngga akan nyesel vi..? “ga akan kok, aku rela ama kamu diambilnya”. “Achh.. terus.. ” dengan sedikit kekuatan kutekan kontolku makin kedalam. dan kini sudah masuk semua kontolku kedalamnya. “ohh.. hangat banget memeknya..” “aduh sakit an.. akhh..”

    Terasa darah segar keluar dari vaginanya dan membasahi bajunya yang memang sudah sengaja kusimpan dibawah pantatnya. “ya ampunn.. banyak banget darahnya nih..” gumamku dalam hati. tak perduli dengan darah yang mengucur aku enjot dia perlahan-lahan, dan kelama-lamaan maikin kencang. “achh.. ohh.. ahh.. terusin an.. makin lama makin enak nih..achh.. genjotanku makin ku percepat lagi. achh ..ohh enak banget.. terusin yahh..” hampir 15 menit aku menggumuli dia. perlahan-lahan ku genjot dia secara pelan dan pelan. sehingga dia bisa menikmatinya. “pelan-pelan aja yah vi, biar aku bisa cium toket kamu”.

    Sambil menggesek-gesek kontolku kedalam vaginanya. kucium perlahan-lahan puting toketnya. kuatru perlahan-lahan gesekan ku. dan tak lama kemudian terdengar ia mengerang dan mengejang. “achh.. kaya ada yang mau keluar nih.. achh.. aduh mau keluar nihh..” “kembali kuatur gesekanku secara perlahan agar ia bisa keluar”. dan benar saja sebentar kemudian dia mengalami orgasme untuk ke 2 kalinya. “achh.. achh.. ohh.. mau keluar nih.. ann..achh..”

    Novi sudah mengalami orgasme sedang aku sebentar lagi mau keluar. setelah kurasa cukup maka kupercepat gerakan kontolku ke memeknya dia. “achh.. mau keluar lagi nih an.. achh..” “bentar lagi aku juga mau keluar nih vi.. ahh” erangku. “keluarin didalem aja yah ann.. achh..”

    Walaupun dia sudah bersedia menerima sperma ku di vaginanya, tapi aku tidak sebodoh itu, aku masih ga mau terikat oleh dia. dengan menambah kecepatan aku terus mengenjot dia semakin cepat. “achh.. aku mau keluar nihh.. kamu mau minum sperma ku kan.. achh.” “kenapa gak dikeluarin di dalam aja sih, ya udah ga pa pa kok di mulut ku juga.” “achh.. terusinn.. ann aku juga

    mau keluar lagi nih..achh..” “aku juga mau keluar nih vi..” dan saat itu kamipun keluar bersamaan. “achh.. kuangkat langsung kontolku yang sudah hampir menyemburkan sperma.. achh ..kukocokan kontolku ke arah mulut dan dadanya dia. “croot..crott.. spermaku membasahi mulut dan susunya”. “achh..srepp.. enak banget sperma kamu an.. cape banget nih.. liat tuh badanku sampe keringatan semua.”film bokep klik aku hanya tersenyum dan berkata. “tapi enak kan..” kubersihkan cairan spermaku dengan tissue nya. dan ia pun pergi kekamar mandi tuk membersihkan badannya. achh.. lega banget hatiku setelah dapetin cewek yang pernah menjadi idola di smu dulu. Setelah novi membersihkan badannya sayapun minta ijin pulang dulu karena jam sudah pukul 8.50. ntar bapanya bisa curiga lagi.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Yang Penuh Pesona

    Cerita Sex Yang Penuh Pesona


    723 views

    Perawanku – Cerita Sex Yang Penuh Pesona, Aku sering menjumpai lelaki atau perempuan yang memiliki daya tarik dan pesona seksual yang sangat luar biasa. Dalam kenyataannya mereka tidak selalu cantik atau tampan. Juga tak pandang tua atau muda, pendek atau jangkung, kurus atau gemuk. Juga tidak karena status sosial, seperti kaya atau miskin, terpelajar atau pengangguran, karyawan tinggi atau sekedar satpam. Secara tampak nampaknya biasa-biasa saja. Aku juga nggak ngerti kenapa dan dimana penyebab pesonanya itu. Apabila kebetulan ketemu type macam itu rasanya apapun polah tingkahnya sangat sedap dipandang mata.

    Bisa diumpamakan kalau lelaki macam Ryan Hidayat yang pemain sinetron dan bintang iklan atau kalau perempuan macam Ike Nurjanah penyanyi dangdut yang kebetulan sangat ‘macan’, manis dan cantik itu. Sangat erotik rasanya ‘ditaklukkan’ oleh lelaki ataupun perempuan macam itu untuk kemudian melayani dan menjadi budaknya. Akan kuciumi sepatu dan kaos kakinya. Akan kucuci celana dalamnya dengan ludahku hingga larutan sisa kencing atau keringatnya larut dan bisa kutelan kembali. Aku akan rela menceboki lubang-lubang pembuangannya sebagai tugas setiap pagiku. Aku akan memandikannya dengan jilatan-jilatan lidahku hingga tak tersisa noda barang sedikitpun pada semua celah-celah tubuhnya.

    Pada orang macam ini apapun yang keluar dari dia rasanya nikmat untuk kita lahap. Aku akan serta merta telan apabila dia membuang ludah ke mulutku. Aku akan menjilati lubang tainya hingga tak ada yang Tersisa. Aku akan minum kencingnya. Aku akan sodorkan mukaku kemudian membuka mulutku untuk menampung kencingnya yang kuning pekat. Aku bisa mencuci mukaku pula dengan cairannya itu.

    Di kompleks rumahku adalah seorang Randi, pemuda 21 tahun, pengangguran jebolan SMU3, tingginya 182 cm dan berat badannya 68 kg. Jangkung dan langsing. Rambutnya yang lurus selalu terurai bergaya Bon Jovi. Pakaiannya itu-itu juga, kaos oblong lusuh, terkadang dibungkus jeans kumel. Celana Khaki. Kerjanya luntang lantung, jalan sana jalan sini. Berdasarkan apa yang sering dialaminya Randi sadar banget bahwa banyak cewek bahkan juga cowok yang naksir berat padanya.

    Sejak masih di SMU dia sudah sering diajak tidur sama teman-teman ceweknya. Bahkan Bu gurunya, Bu Endang, sangat tergila-gila padanya. Walaupun belum habis 3 bulan menikah Bu Endang pernah nekad mengajak Randi tidur di rumahnya saat suaminya tugas ke luar kota. Bu gurunya itu bilang bahwa ada mata pelajaran yang harus diulangi dan mesti dikerjakan di rumahnya. Dan semalaman itu Bu Endang berhasil melampiaskan kerinduan syahwatnya pada Randi. Saat waktunya pulang tak ada bagian tubuh Randi yang tanpa cupang-cupang bekas sedotan bibir Bu Endang. Pada kesempatan di bawah nanti biarlah Randi juga menceritakan apa yang dialaminya bersama Bu gurunya itu.

    Randi tingal di kompleks Perumahan Sederhana Pondok Permai Jakarta Barat. Di tempat itu, dia sangat didambakan oleh para gadis dan janda muda dan walaupun tidak selalu nampak terang-terangan para Ibu-ibu muda maupun setengah tua juga mengimpikan untuk memandikan dengan lidah dan bibir-bibir mereka yang mungil-mungil itu. Dari cara mereka memandang Randi pada saat berpapasan atau Kebetulan lewat di depan rumahnya nampak mereka dipenuhi khayalan seandainya bisa bertelanjang Berasyik masyuk bersama Randi pada suatu ketika nanti.

    Diantara ibu-ibu itu adalah Tante Wenny. Dia perempuan asal Sukabumi yang sangat jelita. Kulitnya kuning langsat. Perawakannya langsing. Mungkin sekitar 165 cm-an. Usianya yang sekitar 42 tahun Namun nampaknya ada 10 tahun lebih muda. Suaminya, Oom Darto adalah karyawan di sebuah pabrik sepatu di Cilincing yang setiap hari pulang kerja hingga jam 9 malam. Tentu saja Tante Wenny banyak waktu sepinya. Dia sering membayangkan seandainya bisa ‘kelonan’ dengan Randi.

    Tak jarang pada puncak sepinya dia melakukan masturbasi. Dengan dibantu ketimun Jepang yang hijau gede dan panjang Itu. Dia mengulum-ulum ketimun itu kemudian memasukkannya ke liang vaginanya. Tante Wenny membayangkan seakan kontol Randi sedang dia kulum kemudian ngentot kemaluannya. Dan betapa Puasnya saat menjelang orgasme dia memanggil-manggil dalam bisik dan rintihannya.

    “Acchh.. Randii.. Randii.. Keluarkan pejuhmu ke mulut tantee.. Yaa.. Keluarkan pejuuhhmmuu..”

    Dan akhirnya terjadilah peristiwa itu. Suatu pagi, sekitar jam 9 pagi, dengan sebatang rokok di tangannya Randi jalan melewati rumah Tante Wenny. Saat itu Tante Wenny sedang menyiram dan memindah-mindah Pot tanaman anggrek kesukaannya. Ada pot besar yang dia nggak kuat mengangkatnya. Melihat Perempuan jelita macam Tante Wenny, tanpa diminta dan spontan Randi membantu mengangkat pot itu.

    “Koq ngangkat-angkat sendiri. Irwan mana Tante?” Rando menanyakan Irwan yang sahabatnya dan anak Tante Wenny yang cantik ini.
    “Ah, Irwan mah tahunya beres. Tahu tuh, katanya tadi ke Depok negok kampusnya dan terus main kali”

    Randi dan Irwan adalah teman bermain saat di kompleks. Betapa terima kasih dan gembira hati Tante Wenny. Apalagi saat menyadari bahwa yang membantu itu adalah Randi lelaki muda teman anaknya yang mempesona hatinya dan selalu hadir dalam khayal-khayal masturbasinya. Bagaimana kelanjutan cerita yang merangsang libido ini? Apa yang selanjutnya dilakukan Tante Wendy? Bagaimana Randi merespon ulah tante jelita ini? Acchh.. Aku rasa lebih fair kalau Randi sendiri yang cerita kepada para pembaca. OK? Dengarkan.. [Jilatan-jilatan Tante Wenny pada celah-celah tubuhku.]

    “Hooh.. Cah Bagus (aku jadi tersanjung dengan panggilannya itu).. Terima kasih yaa..”

    Aku membantu menggeser pot itu dan aku merasa Tante Wenny memandangku sedemikan rupa gemas dan hausnya. Pada wajahnya nampak dia hendak mengeluarkan sesuatu pikiran. Aku merasa bahwa tante jelita ini hanya pengin menahan agar aku lebih lama tinggal. Aku paham. Aku memang termasuk sering menghadapi tante-tante genit macam ini. Mereka bilang bahwa lelaki macam aku pantas menerima perlakuan macam bayi.

    Melayani lelaki macam aku merupakan impian kenikmatan syahwat yang tak terkira. Mereka bilang apapun mauku dengan rela mereka akan penuhi. Dia nampak berpikir dan…

    “Oocchh.. Bisa minta tolong sekalian donk.. Sayang (dia terus melemparkan godaan padaku). Tante Mau geser lemari di tempat tidur tante. Mau bantuin nggak??”
    “Boleh saja…”

    Aku tahu banget bahwa tante jelita ini termasuk tante yang ‘gatal’ dan sering mencuri-curi pandang setiap kali aku lewat atau berpapasan dengannya. Kali ini apa maunya??

    “Ayolah masuk…” Tante Wenny mengajak aku masuk ke rumahnya, “Duduk dulu, yaa..”

    Tante Wenny bergegas masuk ke kamarnya. Aku agak heran kenapa untuk menggeser lemari yang paling cuma semenit mesti duduk dulu. Tetapi pikiranku langsung sirna saat melihat Tante Wenny sudah ganti ‘short pant’ yang sangat seksi saat kembali keluar dari kamarnya.

    “Aku buatin minuman dulu, yaa…”

    Ucchh mata tante genit itu melirik belalak sambil melepas senyuman dari pipinya yang ranum menunjukkan kejelitaannya. Aroma parfumnya sangat menggoda libidoku. Untuk membesarkan hatinya aku melototkan mataku memandang lekuk liku tubuhnya dengan penuh kekaguman Birahi. Aku semakin yakin bahwa ini semua hanya ulah Tante Wenny untuk menahan agar aku tidak cepat menghilang dari pandangan matanya. Ah, biarlah. Siapa tahu dapat rejeki nomplok.

    Dengan 2 buah gelas besar penuh Coca Cola di tangan Tante Wenny keluar dan memberikan segelas buat Aku.

    “Ambil Cah Bagus…” sapanya bergaya akrab, “Ayo minum… nggak perlu buru-buru khan?”

    Duduk di seberang depanku mata Tante Wenny sebentar-sebentar mengamati penuh khayalan birahi padaku. Aku yakin kalau kuminta menjilati lubang pantatku pasti serta merta dia akan lakukan dengan sepenuh obsesinya. Aku tahu pula dia isteri yang kesepian karena sepanjang hari ditinggal kerja suaminya.

    “Kamu koq bagus banget ssehh Ran..? Dulu mama kamu makan apa bisa melahirkan cah bagus Macam ini..?” lempar goda yang begitu berani dan agresif dari tante genit padaku. Aku nggak tahu mesti jawab apa. Aku diam saja. Aku mesti berlagak acuh dan ‘cool’.

    “Jadi nggak menggeser lemari, Tante?”
    “Oohh, pastii.. Sekarang?” dia berdiri.

    Yang aneh tangannya disodorkan untuk kuraih dan yang terjadi kemudian adalah dia menarikku ke kamar tidurnya.

    “Mari kutunjukkan lemarinya,” sambil terus menggelandang aku.
    “Yang ini Cah Bagus.. Digeser ke kanan sedikit. Tante mau cerminnya mengarah ke tempat tidur hingga kalau Oom sama Tante tidur bisa sambil berkaca. Gituu..!” katanya sambil melempar senyum manisnya dengan penuh arti.

    Aku baru meraih tepian lemari untuk mulai mendorong saat tiba-tiba bibir Tante Wenny memagut lenganku kemudian melata dan menyedot punggung tanganku. Duuhh.. Aku sepertinya disambar stroom listrik ribuan watt. Seluruh tubuhku langsung menggelinjang. Aku merasakan betapa haus dan sepinya Perempuan STW (setengah tua) ini. Tak kupungkiri sedotan bibir Tante Wenny langsung menyambar gairah syahwatku. Kontolku sudah ngaceng saat tangan Tante Wenny tak bisa kuhindari merabai celah-celah selangkanganku.

    “Cc.. Cah Baguuss.. Ayolah.. Jangan acuh.. Cium aku.. Atau.. L.. Ludahi akuu.. Aku sangat Rindu sayaanngg…” sambil tangannya berusaha menggapai dan merangkul leherku berikut bibirnya Yang menantang bibirku. Aku masih bergaya acuh dan ‘cool’.

    “Ayoo.. Ludahi aku Randii.. Ludahi tante..”. Matanya itu.. Ahh.. Mata yang sungguh sangat Kehausan.
    “Tolong Randii.. Tolong tante inii.. Ayoo.. Mana ludahmuu..”

    Dia merangsek berusaha memagut bibirku namun aku mengelak dan pagutan itu mendarat pada kulit leherku. Tante Wenny menjadi beringas, Dia memelukku keras sambil mengamukkan pagutannya pada leher, dagu, bawah kuping dan bahuku. Aku memang semakin terbakar. Namun gaya acuh dan ‘cool’-ku tetap aku pertahankan.

    Sungguh indah menikmati bagaimana perempuan dengan penuh haus mengerjain dan menikmati tubuhku. Akhirnya aku terdorong dan jatuh ke kasur. Tante Wenny tak lagi bisa kubendung.

    “Nanti saja menggeser lemarinya ya sayaanngg…”
    “Kasihan Cah Bagus. Kamu mesti istirahat duluu yaa.. Mumpung Irwan nggak di rumah. Kamu Temenin Tante dulu yaa…” sambil tangan-tangannya terus menggerilya tubuhku.
    “Acchh Tantee.. Jangan.. Nanti dilihat tetangga. Saat Randi masuk tadi khan ada pembantu Bu Kirno sebelah rumah sedang nyapu,”
    “Ahh.. Jangan khawatir. Dia hanya babu blo’on. Nggak akan berani ngomong apa-apa,” nada bicara yang didera nafsu birahi membuat Tante Wenny merendahkan pelayan sebelah rumahnya.

    Tante Wenny yang jelita ini bergerak jongkok dan seperti pelayan pada tuannya mulai melepasi sepatuku. Sebelumnya dia ciumi terlebih dahulu ujung-ujung sepatuku sambil.

    “Sabar ya Cah Bagus.. Uuhh.. Kenapa kamu bagus banget sseehh..?”

    Dia juga cium-cium kaos kakiku. Bahkan sesaat dia sumpalkan sendiri pada mulutnya sambil melepas wajah senyumnya padaku. Sebelum mulai melepasi celanaku mama Irwan yang jelita ini mencium, melumat dan menggigiti telapak Kakiku.

    “Sayaang.. Kakimu indah banget. Bikin tante ngiler banget ssiihh..”

    Dia ciumi, jilati dan kulum jari-jari Kakiku. Lidahnya menjilati celah-celah di antara jari-jari itu. Nampak bibir indah tante Wenny demikian Lahap mengecupinya. Seluruh tubuhku seperti terkena sengatan listrik. Ucchh.. Nikmatnya sampai ke ubun-ubun. Hampir kutarik kakiku karena tak tahan rasa geli yang merambati saraf-sarafku. Sementara libidoku langsung terdongkrak. Kontolku ngaceng mendesaki celanaku. Akhirnya tangannya berhasil melepas kancing celanaku dan menariknya merosot kebawah, membuangnya ke lantai hingga aku tinggal bercelana dalam saja.

    “Dduhh.. Duuhh.. Randikuu.. Tante sudah lama merindukan macam ini,” tante Wenny langsung membenamkan mukanya ke selangkanganku. Dia menggigiti celana dalamku yang menonjolkan Kemaluanku. Aku merasakan giginya mengigit kenyalnya kontolku yang memang telah ngaceng berat. Tetapi tidak lama.. Akhirnya Tante Wenny merosot melata ke lantai menyergap kakiku yang terjuntai dari tempat tidur untuk Langsung menciuminya telapak kakiku. Dia kulum dan jilati jari-jari kakiku. Lidahnya menusuki celah-celah Jariku. Dduhh.. Bukan main nikmatnya. Lidahnya yang hangat lembut itu berusaha membersihkan aroma kakiku yang pasti berbau kaos kaki atau sepatu yang menusuk.

    Demikian kegilaan dia mencium dan menggigit bagian ini sebelum akhirnya melata menuju betis-betisku. Gigi-giginya yang tajam terkadang menggigit sakit hingga aku mesti menahan dengan mengaduh desah dan menahan kepalanya. Namun semua itu justru membuat Tante Wenny semakin meliar. Didorongnya pahaku hingga aku terbalik tengkurap. Dalam posisi ini Tante Wenny kembali menyerang aku dari bawah. Lidah dan bibirnya mengecupi lipatan paha dan betisku. Uucch.. Rasanya tak tahan.. Aku tak pernah aku menikmati sentuhan seksual macam ini.

    Tante Wenny yang usianya telah lebih 40 tahun ternyata nafsunya seperti magma gunung berapi. Yang aku kaget adalah saat ciuman itu terus merambah ke paha belakangku dan dengan cepatnya naik hingga wajahnya langsung nyungsep ke belahan pantatku. Yaa ampuunn.. Dengan histeris tante Wenny mengusel-uselkan wajahnya ke celah bokongku. Tante Wenny tanpa ragu menciumi pantatku. Bagi aku menjadi sensasi yang luar biasa saat lidahnya menggelitik dan menusuk-nusuk lubang pantatku ini. Sesekali dengan geregetan dia menggigit kecil Bibir-bibir analku. Lidahnya berusaha menggerilya lubang duburku sambil nafasnya terdengar demikian memburu. Rasanya dia dalam keadaan birahi yang penuh kegilaan. Yang tak mungkin aku bisa menghentikannya. Dia sudah tenggelam dalam kejaran syahwatnya sendiri.

    “Hecchh.. Huuchmm.. Rr, rra.. Andd.. Ii,” gumamnya dalam tenggelam sambil dengan histeris lidahnya terus mencari-cari. Tanpa kusadari aku tertuntun untuk nungging tinggi. Naluriku adalah membuka celah bokongku agar muka Tante Yenny bisa lebih tenggelam dan lidahnya menemukan lubang analku.
    “Acchh.. Rr.. Randd.. Ddii..”

    Berpegang pada bokongku sapuan dan sedotan lidah dan bibirnya di Lubang duburku semakin nikmat kurasakan. Entah kenikmatan macam apa yang didapatkan Tante Wenny dari analku ini. Mungkin aroma analku membuatnya mabuk kepayang padaku. Kubayangkan bagaimana seandainya Irwan yang sahabatku melihat bagaimana mamanya menjilati lubang taiku. Haa.. Haa.. Aku tertahan hingga menjelang makan siang.

    Tante Wenny berhasil merangsang libidoku hingga aku tak mampu menahan air maniku tumpah ke mulutnya. Kulihat betapa rakus dia menjilati spermaku hingga bersih tanpa bekas. Yang tercecer di rambut kemaluanku, pahaku, batang dan pangkal kemaluanku bersih macam kena cuci saja. Uuchh.. Sangat nikmat merasai jilatan dan sedotan bibir ayu milik Tante Wenny Ini.

    Yang lebih tak kumengerti adalah saat aku permisi ke kamar mandi untuk kencing. Saat pancuran kencingku mancur Tante Wenny menyusul masuk ke kamar mandi. Kupikir dia hanya hendak mengambil Sesuatu. Ternyata dia merangkul pinggulku dan bergerak jongkok menyongsong pancuran kencingku. Sambil matanya melirik ke aku, dia menengadahkan dan membuka mulutnya menampung cairan kuning pekat kencingku. Tanpa bisa kucegah dia memegangi kedua kakiku dan minum menenggak cairan pekatku itu.

    “Jangan Tantee… jangaann..!,” tetapi aku tak mampu mencegahnya.

    Juga aku tak mampu menghentikan kencingku yang memang sudah sangat mendesaki kandungannya. Sungguh mempesona melihat tante Wenny yang jelita setengah gelagapan dengan mulutnya yang sga-nga menerima pancuran kencing kuning pekat yang keluar dari penisku. Terdengar suara jatuhnya pancuran air kencing dalam rongga mulutnya itu. Sebagiannya dia minum seakan menjadi penawar Hausnya dan sesekali dia raupi wajahnya seperti orang mencuci muka dengan kencingku ini.

    “Tante memang telah mengimpikan kencingmu sayaanngg.. Nikmat banget rasanya.. Tante puas Banget niihh…” katanya sambil mengusap raup wajahnya dengan air kencing yang dia tampung pada Kedua tangannya.

    Demikianlah cerita sekilas pengalaman Randi yang memang memiliki pesona seksual luar biasa itu. Tante Wenny yang jelitapun bertekuk lutut dengan sudi untuk menjilati pantat dan minum air kencingnya.

    *****

    Ini terjadi sekitar 2 tahun yang lalu saat aku masih duduk di kelas 2 SMU top di Kebayoran. Waktu itu usiaku masih 16 tahun. Walaupun banyak cewek teman kelas maupun kakak kelasku yang sering merayu, mengajak kencan atau terang-terangan bilang naksir padaku, bahkan ingin tidur dengan aku namun aku masih tetap perjaka ‘ting-ting’ dan sangat ‘idjo’ dalam hal seksual.

    Cewek-cewek itu bilang bahwa aku adalah pemuda paling seksi di sekolahku. Bahkan mereka juga bilang mungkin se-Kebayoran hanya kepadakulah mereka ingin tidur denganku. Lebih gila lagi ada yang bilang sangat senang hati untuk menerimanya seandainya aku mau membuang air ludahku ke mulutnya. Edann.. Ternyata bukan hanya teman sekolahku yang pengin ngajak tidur aku. Dan ini baru aku sadari setelah aku berada di rumahnya dimana aku tak bisa lagi menghindar.

    Cerita Sex Yang Penuh Pesona

    Cerita Sex Yang Penuh Pesona

    Dia adalah Bu Endang guru matematika SMU Kebayoran. Bu Endang adalah guru yang paling cantik di SMU-ku. Anak-anak bilang dia mirip dengan Desy Ratnasari itu artis sinetron asal Sukabumi. Yang aku heran bahwa Bu Endang ini baru saja menikah sekitar 3 minggu yang lalu. Bahkan orang tuaku hadir saat pernikahannya itu. Suaminya adalah seorang PNS Departemen Dalam Negeri. Sesekali suaminya itu bertugas meninjau ke daerah-daerah di tanah air. Dengan alasan banyak pekerjaanku yang salah saat bel pulang kelas berbunyi, sekitar jam 12.30 siang Bu Endang menahanku agar tidak pulang dulu.

    “Kamu mesti memperbaiki PR-mu. Aku nggak mau dibuat repot. Kamu bawa semua buku-buku ini ke rumah ibu. Nanti kamu ibu ajari bagaimana mengerjakan PR dengan benar,” katanya dengan nada kesal atau marah padaku.

    Siang itu aku tidak boleh pulang dan mesti belajar matematika pada Bu Endang di rumahnya. Dengan Honda bebek-nya Bu Endang meluncur pulang lebih dahulu. Aku mesti menyusul naik kendaraan umum sambil membawa buku-bukunya yang cukup berat ini. Ah, mungkin inilah hukamanku karena pekerjaanku yang tidak bener itu. Anehnya sesampainya di rumahnya, Bu Endang menyambut aku dengan sangat ramah. Wajah marah atau kesal di kelas tadi sama sekali tak nampak lagi.

    “Sini Randi. Kamu taruh tuh buku-buku ibu di meja. Jangan malu-malu. Kamu makan siang dulu, ya, sama ibu. Bapak lagi dinas ke Kalimantan, jadi ibu sendirian koq. Mau minum apa?”

    Dia rangkul pinggulku menuju meja makan. Ah, ini mah lebih dari ramah. Rangkulannya itu demikian mesra membuat aku langsung merinding bergetar. Rasanya aku belum pernah dirangkul perempuan macam begini. Tangannya yang lembut itu mengelusi pinggulku. Bahkan ada sekali sedikit mencubit aku. Nampaknya semua itu merupakan tanda atau sinyal yang dilepaskan Bu Endang padaku. Karena aku nggak tahu mesti bagaimana, jadi yaa… ngikut saja kemauannya. Yang kupikirkan hanyalah mudah-mudahan matematikaku cepet benar dan aku bisa lekas pulang.

    Selesai makan dia kembali merangkul mesra dan membimbing aku ke sofa ruang tamunya. Dan ternyata hari itu sama sekali tak ada matematika di rumah Bu Endang. Sejak awal duduk di sofanya, Bu Endang langsung mengelusi pahaku. Dia bilang.

    “Randii… kamu menjadi idaman banyak cewek di sekolah. Kamu pasti tahu, khan? Sudahlah, matematikamu nanti biar ibu yang bantu benerinnya. Ibu pengin istirahat sambil ngobrol dulu sama kamu. OK?” Bu Endang menutup kata-katanya sambil tangannya mengambil tanganku dan meremasi jari-jariku.

    Edan… nggak tahu kenapa tanpa sadar aku membalas remasannya. Akibatnya Bu Endang langsung menjadi liar. Pasti dia berpikir bahwa aku merespon apa yang dia mau. Duduk di sofa saling berhimpitan Bu Endang semakin merapatkan tubuhnya pada tubuhku. Remasan tangannya menjalar menjadi cemolan di pahaku. Greenng.. Saraf birahiku bangkit dan tak ayal lagi kemaluanku ngaceng mendesaki celana SMU-ku.

    Uucchh.. Aku malu banget kalau sampai Bu Endang melihatnya. Tetapi dia memang telah melihatnya.

    “Nggak usah malu Randi.. Ini tandanya kamu normal dan sehat. Baru kesenggol sedikit saja langsung tegang berdiri.. Hii.. Hii.. Hii…” canda Bu Endang dengan senyumannya yang amat menawan yang membuat suasana menjadi lebih mencair.

    Namun mukaku tetap berasa kemerahan karena malu. Aku cepat menyadari pula rupanya Bu Endang memang telah merencanakan perjumpaan macam ini denganku. Aku merasa blo’on banget, walaupun pada dasarnya aku senang dengan apa yang sedang terjadi ini. Aku menengokkan wajahku. Acchh.. Wajah-wajah kami ternyata telah begitu berdekatan.

    Mata Bu Endang rasanya menusuki kedalaman mataku untuk mendapatkan kepastian. Dan aku tetap blo’on saat tiba-tiba bibirnya telah menyentuh dan langsung menyedot kecil bibirku. Itulah pembukaan yang dilakukan Bu Endang padaku. Mengerti kalau akhirnya aku diam dan ‘cool’ Bu Endang kembali meliar. Dia peluk dan pagut aku. Bibir lembutnya melumat bibirku. Aku sedikit gelagapan dan hampir terjatuh dari sofa tempat dudukku. Situasi itu membuat aku merangkul Bu Endang secara reflek. Dan itulah yang ditungu-tunggunya.

    Dia mendesah, “Hhaacchh.. Hheecchh.. Rranddii…” dengan sepenuhnya kini memeluk tubuhku.

    Kurasakan remasan tangan-tangan halusnya pada punggung mengiringi lumatan bibirnya pada bibirku. Aku merem melek kaget namun uucchh.. Nikmatnyaa.. Aroma parfum Bu Endang menyergap hidungku dan aku mulai berasa melayang dalam nikmatnya berasyikmasyuk dengan perempuan ayu macam Bu Endang yang dalam pelukanku pula kini.

    “Bapak nanti bagaimana Bu..??”
    “Sshh.. Jj.. Jangan bicara itu sayangg.. Aku sangat rindu kamu.. Aku sangat inginkan kamu.. Ayoo Randi.. Peluk ibu yang lebih erat lagii…” rupanya dia tak mau aku bicara tentang suaminya.

    Ah.. Urusannyalah. Dan Bu Endang menggunakan kesempatan bersama aku ini dengan sepenuh kerinduan akan belaian syahwatnya. Dia hempaskan aku ke sofa dan tindih tubuhku.

    Dia meracau, “Randii.. Kamu tampan banget siihh.. Aku sayang kamu Randii.. Boleh ya? Bolehh.. Khan?? Randii.. Hhcchh…” terdengar nafasnya yang memburu dan suaranya serak menahan gelora nafsunya.

    Dan tangan-tangannya yang lentik itu terasa tak sabar mulai melepasi kancing kemeja SMU-ku. Aku jadi bengong juga akan nafsunya yang demikian menggebu padaku.

    “Randii.. Ibu sayang kkhaamuu.. Randii, oohhcch Ran.. Ddii…” racau Bu Endang tak henti-hentinya.

    Saat kancing kemejaku telah lepas mukanya langsung merangsek dadaku. Kurasakan bibirnya mulai dengan halus melumat buah dadaku. Lidahnya menyapu dan kemudian disusul dengan bibirnya yang mengecupi dan mengigit penuh haus pada pentil-pentilku. Aku taka tahan menahan gelinjangku, aku juga mengeluarangan desahan dan erangan. Tangan Bu Endang meremasi punggung dan turun ke pinggulku.

    Duuhh.. Sungguh dahsyat birahi ini.. Kutengok perempuan cantik se usia bibiku ini seperti ular sanca yang sedang menancapkan taringnya pada dadaku. Kepalanya bergeleng untuk mengetatkan gigitannya. Lumatan bibirnya membuat aku melayang dalam lambung nikmat tak terkira. Bu Endang rasanya telah melupakan semuanya termasuk pada suaminya yang baru menikahinya 3 minggu yang lalu. Kemudian mulut ular sanca itu melata dan merambah perutku dan terus turun lagi.

    Saat bibirnya menyentuh ikat pinggangku taringnya kembali menggigit agar tidak melepaskannya. Tangan-tangan Bu Endang dengan sigap melepasi ikat pingang dan kancing celanaku. Dengan tak sabar dia tarik dan dorong celanaku ke bawah hingga betisku. Wajahnya langsung menenggelamkan ke celana dalam dan selangkanganku. Dia menciumi dengan ganasnya. Oocchh.. Perempuan ayuu.. Begitu buas dia merangsekkan mukanya. Dia hirup aroma-aroma yang menebar dari selangkangan dan celana dalamku.

    “Raanddii.. Uucchh.. Raa.. Nddii.. Ibuu saayngg.. Kkaamuu…” racaunya yang terus membising.

    Aku memang tak mampu menahan gelinjangku. Syaraf-syaraf peka yang tertebar pada pori selangkangan dan pahaku membuat aku merasakan kegatalan shyawat yang sangat dahsyat. Kucabik-cabik rambut Bu Endang dan kuremas-remas dengan sangat kerasnya. Jilatan dan lumatan bibir Bu Endang membuat aku menggeliat-geliat tanpa menahan diri. Seluruh syaraf-syaraf birahiku terbangkit merambatkan kegelian tak tehingga.

    “Ampuunn.. Buu.. Ooiicchh.. Jj.. Jangaann…” entah ngomong apa lagi aku.

    Rasanya asal bersuara. Aku memerlukan saluran emosiku yang menggelegak karena ulah Bu Guru cantikku ini. Rambut Bu guruku yang cantik itu langsung awut-awutan, namun Bu Endang tidak mengeluh. Dia terus menggilakan wajahnya men-‘dusel-dusel’ ke selangkanganku. Kemaluanku menjadi tegak keras seperti tongkat mahoni. Bu Endang tanpa ragu menciumi dan menjilatinya. Basah precum di ujung penis dia jilati dengan rakus. Nampak wajahnya menyeringai dalam matanya yang setengah terbeliak larut dalam puncak nikmatnya yang tak bertara. Aku tak mampu menahannya.

    “Adduhh.. Bb.. Bu.. Saya nggak ttahann.. Ggelii.. Bbuu..”

    Kuseret tubuh Bu Endang ke atas hingga tubuhnya menindih tubuhku. Kurangkul dengan ketat bahunya dan kucium bibirnya. Aku melumat penuh kegilaan sambil menyedoti ludah-ludahnya. Kami bergelut bak dua ular yang sedang memperebutkan mangsa. Pada saat bersamaan tangan Bu Endang meraih kemaluanku untuk diarahkan ke kemaluannya. Aku tahu, dia mau aku memasukan batang kemaluanku ke rongga kemaluannya.

    Terus terang tiba-tiba rasa takut menyergap aku. Aku takut Bu Endang hamil. Aku takut Bu Endang akan memaksa aku menjadi suaminya karena kehamilannya itu. Aku takut dia akan memperkarakan ke pengadilan dan mempermalukan aku, mempermaukan orang tuaku. Aku takut menjadi berita di koran Pos Kota atau Lampu Merah atau berpuluh tabloid lainnya yang banyak beredar di Jakarta saat ini. Aku takut tak lagi menyandang predikat pemuda atau perjaka. Lucu juga ketakutanku macam itu pada waktu itu.. Tetapi Bu Endang tak habis cara. Tetap melayani pagutanku, dengan tubuhnya yang setengah menduduki selangkanganku dengan penisku yang tegang kaku dengan cepat terjadilah..

    Blezz..

    Seluruh batang kemaluanku telah amblas ditelan kemaluan Bu Endang. Tak ada kesempatan untukku. Bu Endang langsung bergerak naik turun memompakan pantatnya yang mendorong memek atau vaginanya menelani batang keras penisku ini. Ascchh.. Akhirnya.. Hanya Bu Endanglah yang berhasil menggapai keperjakaanku. Dan nikmat yang kuterima.. Sungguh tak bisa kulukiskan.. Batang penisku terjepit oleh dinding hangat yang legit. Memek Bu Endang menyedot-nyedot urat-urat sensitif yang tersebar di seluruh permukaan batang penisku.

    Kenikmatan itu demikian bergerak penuh pergantian setiap Bu Endang menarik atau mendorong pantatnya yang membantu kemaluannya melahapi kenisku. Ammppunn.. Buu.. Enaakk bangett.. Ssiihh.. Kini aku menyaksikan bagaimana seorang perempuan yang demikian kehausan diserang orgasmenya. Mula-mula mata di wajah cantiknya itu mendelik dan membeliak dengan kelopak yang menelan bulatan hitam matanya dan menyisakan warna putih pinggirnya.

    Keadaan itu disertai dengan desah keras yang sangat mengenaskan sebagaimana kijang yang sekarat dalam terkaman pemangsanya. Dengan tangannya yang nyaris mencekik leherku Bu Endang menancapkan cakarnya pada bahu samping leherku itu. Dengan keringat yang deras mengucur dia tekan lebih membenam kemaluannya untuk menelan kemaluanku lebih dalam. Pada detik-detik itu kurasakan kedutan-kedutan keras menggilas-gilas batang penisku. Yang kemudian terdengar adalah auman atau teriakan tanpa tertahan dari mulut ayu Bu Endang.

    “Rr.. Aanndii.. Tt.. Toloonngg.. Ranndii.. Ampunii ibbuu.. Yaa.. Rranddii.. Ii,” kemudian ‘bruukk’ tubuhnya jatuh terhempas ke dadaku. Tubuh penuh keringat itu langsung berkejat-kejat beberapa saat sebelum akhirnya diam dan beku kecuali menyisakan tarikan nafas yang cepat dan tersengal. Aku langsung merasa iba dan tanganku nampak mengusap-usap punggungnya.

    “Haacchh.. Maafin ibu yaa.. Randdii…” tubuhnya merosot ke kasur dengan lunglai.

    Tangannya kembali jatuh ke dadaku. Situasi hening beberapa saat. Aku menyesuaikan kehendak Bu Endang. Aku tak bergerak dan membiarkan dia melepas lelahnya. Hari itu aku pulang jam 5 sore. Bu Endang memuasi aku dengan mulutnya yang mengulum-kulum penisku. Dia minum spermaku.

    “Randi, inilah tanda ibu sayang sama kamu. Pada bapak (suaminya) aku nggak pernah lakukan begini. Aku rasanya geli. Jijik begitu. Tetapi pada kamu Randi, justru aku selalu mengimpikannya. Aku selalu membayangkan bagaimana rasanya menelan air manimu. Auucchh.. Terima kasih banget yy.. Sayaanngg..”

    Sebelum aku pulang Bu Endang memberi aku uang namun kutolak. Apa jadinya nanti.. Bu Endang berharap aku datang lagi selama suaminya belum pulang. Namun aku tak pernah datang lagi. Aku tetap saja takut kalau Bu Endang hamil karena ulahku. Sekali aku kepergok dengannya saat ada pesta olah raga antar sekolah.

    Pada waktu itu usai pertandingan di sekolah (aku pemain volley SMU-ku) aku tertinggal pulang sehingga aku berjalan cukup jauh sebelum ketemu halte angkutan kota. Tiba-tiba sebuah mobil menepi tepat di sampingku. Bu Endang membuka kaca pintunya dan menyilahkan masuk. Aku nggak enak untuk menolaknya. Rupanya dia berkesempatan membawa mobil suaminya.

    “Apa kabar Randi?” sambil meremas selangkanganku yang membuat kontolku langsung ngaceng berdiri.
    Tidak langsung menjalankan mobilnya Bu Endang justru menepi, “Ibu kangen ini Randi, boleh yaa…”

    Sebelum aku menjawabnya tangan-tangannya yang cantik gemulai itu sudah menarik resluiting celanaku dan bahkan langsung merogoh dan kemudian membetot keluar kontolku. Tangannya beberapa saat mengurut-urut hingga aku memperdengarkan desahanku. Dengan mesin tetap menyala agar ruangan mobil tetap dingin ber-AC Bu Endang langsung merunduk dan menyosor.

    Kontolku di emut-emut dan kulum-kulum hingga spermaku muncrat. Menjelang muncrat kuraih kepalanya yang nampaknya rapi ditata salon rambutnya. Kuremasi tatanan rambut itu hingga awut-awutan. Menjelang muncrat aku berteriak tertahan. Kutekan kepala Bu Endang agar menelam lebih dalam. 6 atau 7 kedutan besar kemaluanku memuncratkan cairan hangat air maniku ke haribaan mulut Bu Endang. Nampaknya di tersedak-sedak. Namun dia ucapkan terima kasih tak habis-habisnya padaku sebelum aku diturunkan di halte angkutan kota tidak jauh dari sekolahku.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Menggodanya Amoy Saat Di Pantai

    Cerita Sex Menggodanya Amoy Saat Di Pantai


    717 views

    Perawanku – Cerita Sex Menggodanya Amoy Saat Di Pantai, Sebuah kisah ngentot yang menggairahkan. Suntuk! Satu kata yang membawaku melarikan motor kesayanganku membelah dinginnya malam bulan Agustus, menuju ke pusat keramaian kota Yogyakarta, Maliboro. Terus terang fikiranku kacau, wanita yang aku sayangi sore tadi pergi tanpa pamit bersama temannya ke luar kota. Padahal sudah lima hari ini tak diberinya jatah sex, dengan alasan sedang ujian tengah semester. Mau meledak rasanya kepala ini, harus kusalurkan nafsu ini bila tak ingin uring-uringan terus. Terbayang di benak semua rencana tuk malam ini memberi kepuasan dirinya dan pelampiasan nafsuku, sebutir obat kuat telah kusiapkan disaku calana. SIAL! makiku dalam hati

    Warung itu terlihat sepi. Sebetulnya bukan warung, lebih mirip gerobak dorong makanan yang terparkir di pinggir jalan seberang toko Ramai Malioboro. Kuparkir motor di depan gerobak makanan itu, kupesan segelas jahe tape untuk mengusir dinginnya malam. Kulirik jam baru setengan sembilan malam, tinggal setengah
    jam lagi bubaran toko-toko sepanjang Malioboro, dimana pelayan-pelayan toko berhamburan keluar toko untuk pulang. Kuraih rokok di saku jaket yang tinggal tiga batang, kunyalakan dan kuhisap kuat sambil kuhembuskan keras ke udara. Dinginnya malam tak cukup untuk mendinginkan hati ini, terlebih dalam calanaku yang menginginkan jatah. Fikiranku melayang mencari cara memenuhi hasrat ini.

    Waktu pun berjalan, fikiranku terus berkecamuk, terdengar suara wanita memesan segelas teh hangat di sampingku. Kugeser letak dudukku, kulirik dia, hmm lumayan juga nih cewek. “Permisi mas numpang duduk” sapanya. “Oh monggo, silahkan-silahkan” jawabku memberi tempat kepadanya. “Kok belum pulang mbak?” tanyaku membuka percakapan. “Iya mas, tunggu jemputan, tapi kok belum kelihatan ya” jawabnya sambil menengok kiri dan kanan. “Biasanya dah jemput dari tadi lho mas” tambahnya. Tiba-tiba Hp di tas wanita itu berbunyi, kulihat dia menjawab telepon itu, kuperhatikan wajahnya.

    Alamak! wajah itu tertekuk marah, menambah manis wajah ayunya. “Kurang ajar” katanya sambil menutup pembicaraan teleponnya. “Kenapa mbak, kok marah-marah?” tanyaku padanya. “Dasar cowok gak tahu di untung, minggat sana sama gendaknya” maki dirinya kepada cowok di telepon tadi. Tiba-tiba dia menelungkupkan wajah ayunya ke atas meja sambil menangis. Wah kacau nih, pikirku. “Sudahlah mbak, nggak usah dipikirin, laki-laki emang begitu” rayuku sambil tak kusadari bahwa aku juga laki-laki yang mungkin lebih berengsek dari cowoknya tadi.

    “Gimana kalau saya saja yang mengantar embak?” kutawari diriku untuk mengantar. Wanita itu menengadah, terlihat air mata yang masih mengalir dari kedua boal matanya. Oh My God, ayu tenan gumam hatiku, wajahnya itu lho lucu, imut, kasihan diterpa cahaya lampu tempel di meja gerobak dagangan makanan. “Mas nggak papa? Nanti ada yang marah? tanyanya sambil menatap lekat padaku. “Kita senasib kok mbak, Anton” kataku memperkenalkan diri sambil meraih tangannya menuju motor. Setelah kubayar minuman kita, kuulurkan helm kepadanya. Motor kustarter, dia duduk dibelakangku. “Aku Ika mas. Senasib bagaimana sih mas?” tanyanya padaku. “Aku juga ditinggal cewekku sore tadi, dia pergi sama teman-temannya tanpa pamit padaku” jawabku. “Tinggalmu di daerah mana mbak?” tanyaku.

    “Apa” tanyanya sambil mendekatkan kepalanya ke samping kepalaku, seerrr… payudara yang bulat kencang, sekarang nempel merapat di punggungku, terjadilah pemberontakan di dalam celana dalamku. Sial… aku lupa mencukur bulu bawahku, sekarang terasa perih menggigit terdesak pisang ambonku yang perlahan serta pasti mengeras.

    “Kenapa mas?” tanyanya sekali lagi padaku. Wajah gadis itu di sebelah kanan agak kebelakang arah wajahku, kutengok ke samping kanan, persis yang kuduga sebelumnya, begitu menengok, kucium lembut dan menyentuh pipi serta sedikit mulutnya, “iiiihhh, nakal ya masnya ini” katanya sambil mencubit pinggangku. Haa haa haa… “Kostmu daerah mana adik manis?” tanyaku menahan perih di pinggang akibat cubitannya. “Enggak tau, aku lagi males pulang” cemberutnya sambil terus mencubit pinggangku. Kuhentikan motorku di tepi jalan. “Kok berhenti mas?” tanyanya.

    “Habis kamu nyubit terus dan gak di lepas-lepas sih… nanti gimana jalan motornya?” candaku. “Habis masnya juga genit sih, pake ngesun segala” ujarnya. “Nah gitu dong, jangan sedih terus, ntar ilang lho manisnya” kataku cengengesen. “Tu kan… mulai lagi” ketusnya sambil bersiap untuk mencubit pinggangku lagi. Kutangkap tangan lembut itu, kugenggam mesra sambil bertanya “Trus kita mau ke mana cah ayu?” Ditundukkannya wajahnya “Terserah mas aja lah. pokoknya aku males pulang ke kostan”. “Ya oke deh, kita nikmatin malam ini berdua aja ya” jawabku. “He eh” sambutnya sambil melendot manja, ah dasar wanita dirayu sedikit, keluar deh manjanya. Kulaju motorku ke arah selatan Yogya. Namanya rejeki gak lari ke mana, sorak hatiku.

    Sampailah kita di daerah pantai Parang Tritis, angin laut selatan menyambut kita disertai dinginnya musim kemarau bulan Agustus. Kulepas jaketku dan kukenakan kepadanya yang hanya berkaus ketat berlengan pendek. Kuparkir motor di atas pasir pesisir pantai, kurengkuh bahunya untuk duduk di pasir, dia diam saja, pandangan jauh menatap kelamnya lautan. “Kenapa, kok ngelamun” tanyaku. “Tauk nih, kita kan baru beberapa jam lalu kenalan, kok udah akrab ya” jawabnya. “Emang kenapa? nggak boleh? Aku suka dari pandangan pertama tuh” kataku ngawur. “Iiiiih, ngawur lagi deh” sergahnya sambil mulai mencubitku lagi.

    Sebelum tangan itu sampai, aku bangkit berlari menghindar, terjadilah kejar-kejaran diantara kami, sampai suatu saat kakiku tersandung lobang dan jatuh. Karena jarak kami tidak terlalu jauh, dia pun ikut terjatuh, sebelum sempat kusadari, reflek tanganku meraih tubuhnya, berpelukanlah kami berdua. Dia terdiam, akupun menahan nafas, perlahan kusorongkan wajahku mendekati wajahnya, kucium lembut bibirnya, ia pun membalas sambil memejamkan matanya, kami berdua terhanyut, melayang tinggi dengan latar belakang deburan ombak pantai selatan.

    Malampun semakin larut, kami memutuskan untuk menginap di salah satu losmen yang berada i sekitar pantai. “Kok kamu mau menginap dengan cowok yang baru kamu kenal sih” bisikku ketelinganya. “Habis mas baik sih, mau nemenin Ika yang lagi sebel” katanya manja. Kuraih wajahnya, kepagut bibir mungil Ika, kami berdua berciuman mesra. Tangan kananku memeluk pinggang, tangan kiriku bergerilya masuk ke dalam kaus Ika. Cumbuan kualihkan ke leher jenjang Ika, dia mendesis dipeluknya tubuhku. “Sss…mass… enaaakk” erang Ika. Tangan kiriku berusaha masuk melalui bra yang agak ketat, sedang tangan kananku berusaha membuka kaitan bra di punggung Ika. “Mas Ann… ton… Ika lee.. messs nih… sambil tiduran yuk…?” pintanya. Kurebahkan diri Ika ke atas ranjang, kumainkan kedua belah payudara Ika, Ika terpejam kembali dengan mengerang perlahan… sss… sss… yang keras mas remasnya… sss…

    Kubungkukkan bandan, mendekat ke arah payudara Ika, ku kulum puting sebelah kiri sementara tangan kananku meremas sebelah kanan. Tangan ika menjambak rambutku… Sss… enaaakk… masssss… hisap yang kuat sayang… Jilatanku kuteruskan menelusuri sampai ke pusar, kumainkan lidahku di lubang pusar Ika. Malam kian larut, deburan ombak terdengar sampai ke dalam kamar losmen, seakan musik mengiringi deru nafas memburu kami berdua. Kupandangi tubuh Ika, kuusap mesra wajahnya, Ika memandangku pasrah, kubelai perutnya dengan tangan kanan, terus turun hingga ke celana panjang Ika. Kubuka kancing celana Ika, kuturunkan resluiting dan kubelai dengan punggung tanganku.

    “Mas Anton… jangan siksa Ika dong… cepet copot baju dan celana mas juga” pinta Ika seperti memelas. “Sebentar sayang, mas mau buang air kecil dulu ya” kataku sambil berlalu ke kamar mandi. Aku mencopot baju dan celanaku serta celana dalamku sambil mengelus penisku “sabar ya sayang, nanti kukenalkan pasanganmu” kataku bergumam senang. Ika terpekik tertahan melihat kondisiku yang bugil, sambil menutup mulutnya. “Mas Anton… kok gede banget penisnya? kira-kira muat gak ya unya saya?” tanyanya. “Kamu masih perawan Ka?” tanyaku mendekatinya. “Udah enggak sih… cuman dah lama gak kemasukan, apalagi segede punya emas?” jawabnya senyum dikulum. “Ya udah nikmatin dulu deh punya emas ini ya” kataku sembari menyodorkan penisku ke wajahnya. Ikapun bangkit dan menyentuh penisku sembari dijilatinya, kemudian memasukkan batang penisku ke dalam mulutnya, terlihat sesak tatkala dia memasukkan batangku.

    Aku tersenyum melihatnya terbelalak-belalak. “Cape nih mas mulut Ika, pegel!” protesnya. “Ya udah, sekarang giliran emas mau cium vegi Ika ya” kataku meredakan protes Ika. Kemudia Ika kembali tiduran sembari mengangkangkan kedua pahanya, kudekatkan kepalaku di selangkangan Ika yang memang luar biasa bersihnya kemaluan ika dengan rambut sedikit dirapikannya, kumulai mengulum kemaluan Ika. Kedua tangan Ika menjambak rambut di kepalaku. “Achhh… terus masss… yesss… gigit masss…” erang Ika seperti cacing kepanasan.

    Gila aja cowok goblok itu, barang sebagus ini disia-siakan bathinku berkata sembari terus menjilat dan sesekali kumasukkan lidahku kedalam liang vegi Ika. “Maasss… aaakkkuu… nyammpeee…!” jerit Ika sembari menekan kepalaku ke dalam vaginanya. Tubuh Ika bergetar hebat, dari lubang kemaluan Ika keluar lendir orgasme yang lansung tak kusia-siakan untuk menyedotnya ternyata gurih sekali cairan orgasme Ika. Setelah beberapa saat Ika tergolek lemas seperti tak bertenaga, kudekati Ika dan berbaring di sisinya, kukecup keningnya dan kubelai rambut Ika, “Gimana rasanya sayang?” tanyaku. Ika tak menjawab, hanya tatapan sendu serta senyuman Ika yang mewakili sejuta kata-kata yang mewakili dirinya mencapai puncak kenikmatan.

    Kemudian aku bangkit, melumuri penisku dengan air ludah, agak kuangkat Ika untuk agak menepi dari ranjang. Perlahan aku arahkan penisku ke tengah selangkangan Ika. “Pelan-pelan ya mas…” pinta Ika memohon. Pertama ku sibak bibir vagina Ika, kemudian kutempelkan kepala helm penisku di tengah vaginanya, perlahan-lahan kudorong masuk ke dalam. Dengan orgasmenya Ika tadi, seolah telah siap untuk menerima kedatangan penisku, tetapi tetap saja agak sempit.

    Kulihat Ika agak meringis, “Kenapa Ka?, sakit ya?” tanyaku. “Sedikit mas, tapi gak pa pa kok, Ika tahan”. Aku gak mau buru-buru, sedikit demi sedikit kukeluar masukkan batang penisku ke dalam vagina Ika. Setelah masuk setengah, kudiamkan sejenak untuk memberi waktu vagina Ika menyesuaikan dengan batang penisku, kulihat Ika menatapku, “Kenapa berhenti mas? aku dah mulai merasa enak kok rasanya” kata Ika sedikit protes atas perbuatanku. Memang aku penjahat kelamin, kata teman-temanku, sebetulnya aku sendiri gak setuju karena menurut diriku sendiri aku adalah penyayang kelamin, gak mau asal aja make love dan wanita merasa sakit, karena prinsipku hubungan sex itu adalah kepuasan antara dua insan berlainan jenis.

    Setelah kulihat Ika sudah terbiasa dengan penisku, mulailah kumaju mundurkan senjataku tersebut, sambil melirik Ika. Ternyata Ikapun sudah menikmati keluar masuknya penisku di vaginanya. Sekitar lima menit kemudian Ika kontraksi, rupanya dia sudah mau mencapai orgasme lagi. Massssss…akkkuuu… nyammmppeee… erangnya sambil memeluk erat tubuh serta menjepit keras pinggulku. Aku imbangi orgasme Ika dengan menancapkan batang penisku dalam-dalam.

    “Gimana sayang?” tanyaku. “Waduh mas luar biasa deh” jawabnya sambil terengah-engah. Kemudian Ika aku suruh telentang di atas rajang, kemudian aku naik di atas tubuh Ika, kujilati sekitar payudara Ika yang memang sudah basah oleh keringatnya. Kemudian kusuruh kedua tangan Ika untuk menjepit kedua payudaranya, setelah itu batang penisku aku tusukkan di tengah jepitan payudaranya.

    Ika tersenyum paham dengan perbuatanku dan bertanya “Kenapa gak dikeluarin di dalam vagina Ika aja mass?” tanyanya. “Enggaklah, nanti kamu hamil lagi” jawabku. Ikapun tersenyum manis. Kukocok kemaluanku di jepitan payudara Ika, tak berapa lama terasa ada sesuatu yang akan meledak dari ujung kemaluanku, Ika menengadah ke arah payudaranya, “Kaaa… masss mau sammmpe juga nihhh…” erangku. Kulihat Ika membuka mulutnya, seolah mau menampung muncratan orgasme ku. Melihat hal itu buru-buru ku copot penisku dari jepitan payudara Ika dan kumasukkan ke mulut Ika, disambutnya penisku dan di kulumnya. Meledaklah semua spermaku di mulut Ika sampai tetes mani terakhir.

    “Enak kok mas, gurih… Ika seneng sama sperma emas?” kata Ika sambil tersenyum. Akupun seperti habis berlari berpuluh-puluh meter, nafasku tersengal tetapi senyumku masih bisa kupaksakan untuk Ika. Kupeluk tubuh bugil Ika, kuciumi wajah, pipi, dan kamipun beciuman mesra, kamipun tertidur pulas hingga pagi tanpa sehelai benang nempel di kedua tubuh bugil kami.

    Pagi pun merangkak ke siang, aku terjaga dan kulihat di sebelahku Ika sudah tidak ada. Dengan perasaan malas aku bangun dan menuju ke kamar mandi. Sesampai di sana kulihat Ika membelakangi pintu dan sedang menyikat gigi, perlahan kudekati dan kupeluk dari belakang, tak lupa tanganku mampir di kedua buah dada Ika.
    “Eh dah bangun ya mas?” sapa Ika. Kurasakan penisku menegang lagi, dengan posisi demikian kurenggangkan kedua kaki Ika dan perlahan kumasukkan penisku dari belakang. Ika mengerang lirih dan berpegangan pada tepi bak mandi, sampai akhirnya Ika mencapai orgasmenya.
    Setelah itu ia jongkok di depanku dan mulai mengulum penisku sampai mencapai orgasme yang ditelan Ika sampai habis.

    Setelah mandi dan sarapan, kami berdua bersantai di teras depan losmen. Kemudian Ika bertanya dengan perasaan sedih, “Mass, kira-kira besok-besok gimana ya hubungan kita..” tanyanya sedih. “Mau kamu gimana Ka? balasku bertanya lagi. “Mau Ika kita gak buru-buru putus mas, setelah peristiwa semalam sampai hari ini, kayaknya Ika suka deh sama mas Anton?” katanya sambil mulai meneteskan air mata. Aku bangkit dan memeluk dirinya, ku elus punggung dan rambutnya. “Mas juga sama kok perasaannya dengan kamu sayang” kataku menghibur. “Kita lihat besok aja ya, dan aku janji selalu menghubungi kamu ya Ka.” kataku kemudian. Ika hanya mengangguk lemah.

    Sejak itu sesuai dengan janjiku, aku selalu mengunjunginya dan kami masih berhubungan intim terus, bila tidak di kostanku ya di kostnya Ika. Sampai suatu saat dia bilang kalau dilamar oleh cowoknya yang dulu, dimana cowoknya telah mengakui kesalahannya dan berjanji tidak akan menyakiti Ika lagi. Aku pun agak goncang, tetapi gimana lagi, aku sendiri masih kuliah, masih nodong orang tua, sementara cowok si Ika telah bekerja, akhirnya kuihklaskan kepergian Ika. Sebelum berpisah Ika kuajak ke Tawangmangu selama dua hari, berdua memuaskan hasrat sebelum berpisah. Memang Ika sendiri tidak bisa menolak cowok tersebut yang masih terhitung famili jauhnya, setelah kunasihati akhirnya Ika mau mengerti dan menerima lamaran cowoknya.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Tanteku Yang Sudah Lama Tidak Merasakan Sex

    Cerita Sex Tanteku Yang Sudah Lama Tidak Merasakan Sex


    673 views

    Perawanku – Cerita Sex Tanteku Yang Sudah Lama Tidak Merasakan Sex, Nama saya jhony atau biasa dipanggil jon tinggi badan 170 cm usiaku saat itu 18 thn dengan kulit putih bersih, maklum saya keturunan cina. Latar belakang keluarga saya adalah dari keluarga menengah, dimana saya sebagai anak bungsu dan saya mempunyai seorang tante yaitu istri dari paman saya.

    Namanya tante rina atau biasa saya panggil dengan tante mey(mey in fang) umurnya sekitar 37 tahun tetapi memiliki body yang sangat bagus sintal padat berisi putih mulus dengan bibir yang sexy yang paling aku suka pantatnya yang bulat dan padat dengan payudara 36a yang meski agak turun dikit tetapi bodynya masih aduhai maklum dia aktif di sebuah sanggar aerobic sebagai instruktur

    pada saat suatu siang kebetulan rumah sedang kosong karena ortu saya memilki usaha di sebuah tempat perniagaan di kota Surabaya tante mey sering sekali maen kerumah saya karena kebetulan rumahnya sebelah dari rumah saya biasa dia minta bumbu masak atau hanya sekedar ngobrol2 dengan mama dan pada saat itu dia datang kerumah dengan memakai t-shir u can see dan celana pendek motif kembang2 yang kebetulan lagi kosong karena kita tidak memiliki pembantu saat itu.

    tante mey datang dengan membawa sebuah dvd yang ternyata itu adalah sebuah dvd game milik anaknya yang masih berusia 9 thn dan mungkin karena permainannya terlalau sulit dan menggunakan bahasa jepang maka dia berniat untuk bertanya kepada saya bagaimana memainkan game tsb dan saya mulai memasukkan dvd tsb kedalam ps saya dan yang terpampang hanyalah tulisan2 jepang yang tidak saya mengerti

    lalu saya usut-punya usut ternyata dia beli dari tc sebuah tempat grosir dvd game illegal di sby(sejak uu ttg HAKI semua pedangan jualan secara illegal) dan sesaat aku hanya mencoba2 dengan memencet tombol2 yang ada di stick dan mengacak menu2 yang ada dan akhirnya muncul sebuah permainan seperti suit batu,kertas,gunting dan aku coba2 dan selanjutnya yang membuat terkejut kita berdua muncullah sesosok wanita jepang yang sedang bugil sambil bermain dengan payudaranya dan sekitar 2 mnt dan saya lanjutkan dengan menu2 berikutnya.

    Dan tante mey mulai memperhatikan celana saya yang menonjol lalu dia bertanya kamu konak ya???

    Ahh ngakk kok biasa aja….
    Lalu secara reflek tante mey menyentuh nya lhoo…..iya gini kok
    Lalu saya mencoba untuk menipis tangannya tetapi malah menekannya mungkin karena gugup

    Lalu untuk menutupi rasa malu saya balik bertanya tante juga kan???
    Dia menjawab kalau aku bukan karena clips tadi tapi karena sentuh ****** kamu
    Lho emangnya tante ngak pernah dapet dari om
    Udah lama nggak, karena tante selalu tidur jadi satu ama anak2
    Trus waktu itu tv saya matikan lalu kita ngobrol2 disofa ruang tamu

    Entah dari mana akhirnya sampai aku Tanya “tante mey kalau cewek terangsang itu tandanya gimana??(sebenarnya aku udah mengetahuinya)sambil memegang payudaranya yang sintal itu dia menjawab†disini lo†sambil agak diangkat sedikit

    Secara reflek aku langsung memegang dan meremas payudaranya dan dia kaget dan marah bercampur malu segera aku melepas tanganku

    “maaf deh tante “
    “ohh ngak apa-apa kok namanya juga laki-laki normal emang kamu belum pernah gituan ama cewek?
    ‘belum tante paling-paling cium pipi aja karena mantan aku semua alim-2â€TM
    ‘sambil berdiri dia bertanya ‘kamu mau jonâ€

    Aku tidak bisa menjawab dan langsung tangan tante mengandeng aku untuk menuju kamr aku sendiri†kunci semua pintu dulu yaâ€

    Lalu aku bergegas mengunci semua pintu dan mulailah adegan yang tak terpikirkan olehku terjadi tante mey Sambil terus tertawa kecil tanteku ikut naik ke ranjangku dan memelukku dari belakang dan menciumku sambil berbisik, “Nggak apa apa jon.”. Jantungku deg-deg, apalagi ketika dengan lembut tanteku membelai rambutku terus tubuhku sambil berbisi, “Ehh, jangan malu, kamu senang ya sini tante ajariin kamu untuk jadi dewasa”.

    Mulanya aku ragu, takut kalau tanteku hanya memancing reaksiku saja, tetapi ketika rabaannya turun ke arah selangkanganku aku jadi berubah senang. Kuberanikan diri untuk menolehnya dan kudapati wajah tanteku yang tersenyum manis sekali dan matanya yang agak sayu membuat hatiku berbunga bunga. Kontolku yang tadinya sudah mengecil itu mendadak meregang lagi dan mendesak celanaku.

    Tanteku kemudian menciumi wajahku dengan kasih sayang, tangannya mulai meraba lagi bagian sensitifku dari bagian luar celanaku, aku yakin tanteku bisa merasakan penisku yang meregang dan keras itu, elusan tanteku terasa kurang nikmat, aku berpikir seandainya tanteku memegang langsung burungku, tentu lebih nikmat. Belum habis aku berpikir, tiba-tiba saja Tante mey memelorotkan celana pendekku sampai terlepas, sehingga burungku yang sudah tegang itu bebas mengacung diudara terbuka. Dengan kelima jarinya tanteku menggenggam burungku dan meremasnya pelan. Aku merasa gatal dan geli serta nikmat yang tak kumengerti tapi membuat aku merasa seperti melayang dan menggeliat serta merintih pelan.

    Dengan memandang tajam mataku, remasan jari lentik Tante Murni di burungku menjadi semakin cepat bahkan juga dikocoknya naik turun kadang-kadang juga dielusnya buah pelirku. Aku semakin meringis merasakan kenikmatan ini, secara naluriah aku berusaha merangkul tanteku agar rasa geli itu makin terasa nikmat. Aku juga berusaha menempelkan wajahku ke wajah Tante mey yang kulihat juga merah padam dan bibirnya gemetar, nafas Tante mey semakin memburu dan dia makin merapatkan tubuhnya ke tubuh kekarku, tanganku diraihnya lalu dituntun ke dadanya yang montok dan kenyal itu.

    Tanganku terasa menempel di puting susu Tante Murni yang terasa keras seperti kelereng itu, aku meremasnya dengan agak sulit, karena telapak tanganku yang kecil itu tak bisa meremas keseluruhan permukaan dada Tante padat besar dan keras itu Kuperhatikan tanteku saat itu mengenakan t-shit ucan see yang tipis tanpa mengenakan apa apa lagi dibaliknya.

    Merasa kurang puas hanya meremas dari luar, akupun menyelusupkan tanganku ke lubang tangan t-shirt Tante mey sehingga tanganku secara langsung bersentuhan dengan dada yang telah lama aku kangeni itu, hangat dan licin sekali. Kalau tadinya tanteku yang asyik meremas-remas kontolku, sekarang justru aku yang beringas meremas-remas payudara tanteku bahkan tanganku yang lain juga ikut ikutan meremas payudara Tante Murni yang satunya. Tante mey hanya memejamkan matanya rapat rapat sambil menggigit bibirnya.

    ingin memanfaatkan seluruh tubuhku untuk menikmati kekenyalan dada Tante mey ini. Dikocoknya pelan-pelan tapi pasti sampai-sampai aku melayang karena baru pertama kali merasakan yang seperti ini.

    “Achh.. cchh..” aku hanya mendesah pelan dan tanpa kusadari tanganku memegang vagina Tante mey yang masih di balut dengan celana pendek dan CD tapi Tante mey hanya diam saja sambil tertawa kecil terus masih melakukan kocokannya. Sekitar 10 menit kemudian Aku tak mempedulikan apapun sikap Tante Murni, bagiku kesempatan emas ini harus benar-benar dinikmati dan peduli dengan tanteku.

    Tanganku bukan hanya meremas, tetapi juga memelintir puting susu tanteku yang putih dan keras itu, lucu sekali melihat kedua tanganku menelinap dan bergerak-gerak di dalam t-shirt ucan see tanteku. Kurasakan tangan tanteku sudah tak mengocok kontolku, tetapi hanya kadang kadang saja dia meremasnya dengan keras membuat aku kesakitan.

    Dari luar dadanya yang bert-shirt mulutku ikut ikutan menciumi dada tanteku itu, rasanya bila memungkinkan aku ingin memanfaatkan seluruh tubuhku untuk menikmati kekenyalan dada Tante mey ini. Tak kusadari nafas tanteku makin lama makin memburu, rupanya dia juga sangat menikmati kekasaran tanganku ini. Tiba-tiba saja Tante mey mengangkat tshirtdan bh krem bereda sehingga dadanya tersibak, baru saat itu aku bisa melihat kemontokan payudara tanteku ini, tanganku hanya dapat menutupi sebagian ujung atas payudaranya, sedangkan bagian yang lain masih belum tersentuh oleh remasanku.

    Dada yang montok itu dipenuhi oleh barut-barut merah bekas remasanku. Setelah dadanya terbuka dengan gemetar Tante mey berbisik, ” jon, isep pentilnya pelan-pelan ya”. Tak perlu diperintah dua kali, aku segera melumat puting susu tanteku dan mengenyotnya sekuatku, Tante Mey mendesis desis dan menekan kepalaku kuat kuat kedadanya, aku memeluk pinggangnya dan kutindih badan Tante mey dengan tubuhku yang telanjang bawah itu.

    Terasa kontolku yang kaku itu menghunjam di tubuh putih mulus ala amoy tanteku yang hanya dilapisi celana dalam itu. Tanteku makin kencang memeluk tubuhku, bahkan ia menyuruh aku untuk menjilati juga putingnya. Kulakukan semua itu dengan penuh semangat, entah apa pengaruh kepatuhanku ini pada Tante Mey, yang jelas aku sangat menikmatinya, kontolku yang menggeser-geser diperut Tante Murni terasa sangat mengasikkan.

    Mungkin karena sudah tak tahan dengan semua itu, tiba-tiba saja Tante mey i juga melepaskan celana dalamnya.cerita dewasa tante mey dengan ponakanya Selama ini aku hanya bernafsu pada buah dadanya saja, aku tak pernah berpikiran lebih dari itu. Ketika dengan berbisik ia menyuruhku memindahkan ciumanku, aku agak bingung juga. ” Mas, ayo sekarang ciumi selangkangan tante ya, nanti punya kamu juga tante ciumi”. Aku menghentikan kesibukanku di dada Tante Murni dan memandang ke selangkangannya.

    Aku takjub sekali melihat selangkangan Tante meyi itu karena ada rambut keriting yang tumbuh di ujung selangkangannya yang cembung itu, ini adalah pemandangan yang sama sekali baru bagiku, selama ini aku hanya pernah melihat selangkangan dalam film bf Namun selangkangan wanita secara nyata yang berbulu, ya baru kepunyaan Tante Mey ini!perlahan kedekati dan mulai membelah bibir memeknya dan bulu2 yang agak lebat dan mulai lidahku menari-nari disana dalam posisi 69 tiba-tiba aku merasakan sesuatu

    “Tante sudah dulu yah aku mau keluar nih” kataku.
    “Sudah, keluarnya di mulut Tante saja yah enggak apa-apa kok” kata Tante mey

    Aku bingung campur heran melihat penisku dikulum dalam mulut Tante mey karena Tante mey tahu aku sudah mau keluar dan aku hanya bisa diam karena merasakan enaknya. “Hhgg..achh.. Tante aku mau keluar nih bener ” kataku sambil melumat vagina Tante mey yang kurasakan berdenyut-denyut.

    Tante meyypun langsung menghisap dengan agresifnya dan badanku pun mengejang keras.

    “Croott.. ser.. err.. srett..” muncratlah air maniku dalam mulut Tante mey, Tante meypun langsung menyedot dengan keras sambil menelan maniku namun karena saking gelinya aku tak tahan lagi secara paksa aku tarik kontolku ternyata udah bersih dan mengkilat dan sehabis minum dan mengambil tisu tante mey menghampiri aku yang masih lemas jon pegang nih enggak apa-apa kok sudah Tante lap” katanya. Akupun mulai memegang vagina Tante mey dengan tangan yang agak gemetar, Tante mey hanya ketawa kecil.

    “jon, kenapa? Biasa saja donk kok gemetar kaya gitu sih” kata Tante mey.
    Dia mulai memegang penisku lagi, “jon Tante mau itu nih”.
    “Mau apa Tante?”
    “Itu tuh”, aku bingung atas permintaan Tante mey.
    “Hmm itu tuh, punya kamu di masukin ke dalam itunya Tante kamu mau kan?”
    “Tapi jhony enggak bisa Tante caranya”
    “Sudah, kamu diam saja biar Tante yang ajarin kamu yah” kata Tante mey padaku.

    Tante mey pun masih asyik mengulum penisku yang masih layu kemudian Tante Erni menghentikannya dan berbalik menghadapku langsung mencium bibirku dengan nafas yang penuh nafsu dan menderu.

    “Kamu tahu enggak mandi kucing jon” kata Tante mey.

    Aku hanya menggelengkan kepala dan Tante mey pun langsung menjilati leherku menciuminya sampai-sampai aku menggelinjang hebat, ciumannya berlanjut sampai ke putingku, dikulumnya di jilatnya, lalu ke perutku, terus turun ke selangkanganku dan penisku pun mulai bereaksi mengeras. Dijilatinya paha sebelah dalamku dan aku hanya menggelinjang hebat karena di bagian ini aku tak kuasa menahan rasa geli campur kenikmatan yang begitu dahsyat.

    Tante Erni pun langsung menjilati penisku tanpa mengulumnya seperti tadi dia menghisap-hisap bijiku Kulihat payudara Tante mey mengeras, Tante mey menjilati sampai ke betisku dan kembali ke bibirku dikulumnya sambil tangannya mengocok penisku, tanganku pun meremas payudara Tante mey Entah mengapa aku jadi ingin menjilati vagina Tante mey , langsung Tante mey kubaringkan dan aku bangun, langsung kujilati vagina Tante mey seperti menjilati es krim.

    “Achh.. uhh.. hhghh.. acch jon enak banget terus jon, yang itu isep jilatin jon” kata Tante mey sambil menunjuk sesuatu yang menonjol di atas bibir vaginanya.
    Aku langsung menjilatinya dan menghisapnya, banyak sekali lendir yang keluar dari vagina Tante mey tanpa sengaja tertelan olehku.
    “jon masukin donk Tante enggak tahan nih”
    “Tante gimana caranya?”

    Tante mey pun menyuruhku tidur dan dia jongkok di atas penisku dan langsung menancapkannya ke dalam vaginanya. Tante mey naik turun seperti orang naik kuda kadang melakukan gerakan maju mundur dan sempat beberapa kali ujung penisku menyentuh dinding rahim tante mey Setengah jam kami bergumul dan Tante mey pun mengejang hebat.
    “jon Tante mau keluar nih eghh.. huhh achh” erang Tante mey

    Akupun di suruhnya untuk menaik turunkan pantatku dan tak lama kurasakan ada sesuatu yang hangat mengalir dari dalam vagina Tante meyi. Hmm sungguh pengalaman pertamaku dan juga kurasakan vagina Tante mey mungurut-urut penisku dan juga menyedotnya. Kurasakan Tante mey sudah orgasme dan permainan kami terhenti sejenak. Tante mey tidak mencabut penisku dan membiarkanya di dalam vaginanya.

    “jon nanti kalau mau keluar kaya tadi langsung aja keluariin dalem tadikan dimulut udah tante udah steril kok(kb permanent dengan menutup rahim) ya” pinta Tante mey padaku.
    Akupun langsung mengiyakan tanpa mengetahui maksudnya dan Tante mey langsung mengocok penisku dengan vaginanya dengan posisi yang seperti tadi.
    “Achh .. Tante enak banget achh.., gfggfgfg..” kataku dan tak lama aku pun merasakan hal yang seperti tadi lagi.

    “Tante…. johny kayanya mau keluar niih” dan akhirnya muncratlah pejuhku di liang kewanitaan tante mey sesaat setelah kucabut penisku meleleh sisa pejuhku dari vagina tante mey dan dengan bergegas dia masuk toilet membasuh memeknya dan memakai baju sambil menciumku dan pulang dan dvd tersebut udah aku buang karena takut ketahuan ortu aku.

    sampai saat ini hub kami masih berlanjut dan makin hot demikianlah cerita nyata yang telah saya alami.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Kangen Nyepong Kejantanan

    Kangen Nyepong Kejantanan


    971 views

    Cerita Sex ini berjudulKangen Nyepong KejantananCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2020.

    Perawanku – Pengalaman beberapa waktu yang lalu dimana aku mempunyai sifat yang hypersexual atau bahasa lainnya adalah kecanduan akan hal sex apalagi aku suka dengan kebiasaanku nyepong kemaluan pria, rasanya giman gitu, dan lama aku tidak merasakan kemaluan pria, umurku disaat itu 17 tahun waktu itu aku mendapat 2 kemaluan pria , dan rasanay aku ingin menghisap kemaluan pria lagi.

    Masalahnya saya sering dipingit orang tua, apalagi ditambah dengan lingkungan sekolah saya yang merupakan sekolahan khusus cewek. Jadi saya sering sakaw (menagih) kemaluan pria. Suatu malam, saya sudah benarbenar tidak tahan lagi. Buku dan VCD porno pun tidak bisa memuaskan saya. Bahkan waktu saya melakukan masturbasi pun saya tetap merasa kurang puas.

    Saya yang sehabis masturbasi, membuka jendela kamar saya yang berada di lantai 2 rumah saya. Waktu itu jam 23:30. Saya melihat jalanan di depan rumah sudah sepi sekali. Tibatiba ide gila saya mulai lagi. Saya dengan nekat, diamdiam keluar rumah sambil bertelanjang tanpa sepengetahuan siapa pun yang ada di rumah karena semua sudah pada tidur.

    Saya sampai nekat melompat pagar dengan harapan ada cowok atau pria yang melihat dan memperkosa saya. Apapun asal saya bisa menghisap kemaluannya.

    Di komplek saya memang sepi sekali pada jamjam segitu. Saya sedikit menyesal juga, kenapa saya tidak keluar agak lebih sore. Agak dingin juga malam itu atau mungkin juga karena saya tidak memakai selembar pakaian pun. Di ujung jalan, saya melihat masih ada mas Agus, tukang nasi goreng langganan saya yang masih berjualan. Langsung saya sapa dia.

    Mas Agus, nasi gorengnya dong pinta saya.

    Lho, mbak Lili..? Ngapain malammalam begini masih di luar? Ngga pake apaapa lagi sahutnya sambil terheranheran melihat saya yang tanpa sehelai benang pun di tubuh.

    Abis panas sih, Mas. Kok tumben masih jualan..?

    Mas Agus tidak menjawab. Tetapi saya tahu matanya tidak bisa lepas dari payudaraku yang putih polos ini.

    Ngeliatin apa mas..? kutanya.

    Ah ngga katanya gugup.

    Lalu mas Agus menyiapkan penggorengannya untuk memasak nasi goreng pesananku. Saya lihat ke arah celananya, saya tahu batang kemaluannya sudah berubah jadi bertambah besar dan tegang. Karena saya sudah tidak tahan lagi untuk segera menghisap kemaluannya, saya nekat juga.

    Saya jongkok sambil membuka ritsletingnya dan mengeluarkan batang kejantanannya dari dalam CDnya. Tidak pakai basabasi, saya masukkan alat vitalnya mas Agus ke dalam mulut saya. Saya jilatjilat sebentar lalu saya hisap dengan bibir.

    Saya yakin mas Agus merasakan senang yang tiada tara, seperti mendapatkan rejeki nomplok. Tidak hanya itu, saya juga menjilati dua telor mas Agus. Memang agak bau sih, tetapi saya benarbenar menikmati kejantanan mas Agus yang sekarang dia mulai bersuara, Mmmh mmmh uhhh

    Kirakira 15 menit saya menikmati kemaluannya mas Agus, tibatiba mas Agus menyuruh saya untuk berdiri. Dia memelorotkan celana dan CDnya sendiri sampai bawah dan menyuruh saya berbalik. Sekarang saya membelakangi mas Agus.

    Mas Agus jongkok dan menjilati kemaluan saya. Saya langsung merasakan kenikmatan yang hebat sekali. Hanya sebentar dia melakukan itu. Selanjutnya dia berdiri lagi dan memasukkan batang kejantanannya ke liang senggama saya. Kami berdua melakukan senggama sambil berdiri. Saya melakukannya sambil pegangan di gerobak nasi gorengnya. Saya sudah benarbenar merasa keenakan.

    Uuuh akkhh akkh akhhh saya menjeritjerit kegilaan, untung tidak ada yang mendengar.

    Mas, kalo udah mau keluar, bilang ya pinta saya.

    Udah mau keluar nih jawabnya.

    Langsung saja saya melepaskan batang kejantanannya dari liang vagina saya dan jongkok di hadapan kemaluannya yang mengacung tegak. Tetapi setelah saya tunggu beberapa detik, ternyata air maninya tidak keluarkeluar.

    Terpaksa saya kocok dan hisap lagi batang kejantanannya, saya jilati, dan saya gigitgigit kecil. Setelah itu tibalah saatnya saya menerima upah yang dari tadi saya sudah tunggutunggu, yaitu air maninya yang memang lezat.

    Crot.. crot.. crot semuanya saya minum seperti orang yang kehausan.

    Langsung saja saya telan dan saya bersihkan kejantanannya dari air mani yang tersisa.

    Bertepatan dengan itu, 2 lakilaki lewat di depan kami. Ternyata mereka adalah bapakbapak yang tinggal di komplek ini yang sedang meronda.

    Lho, mas Agus lagi ngapain..? kata seorang bapak di situ.

    Ah ngga pak mmm ini mbak Lily jawab mas Agus malumalu.

    Ini Om, saya habis gituan sama mas Agus saya jawab begitu nekat dengan harapan 2 bapak ini juga mau memperkosa saya seperti yang telah saya lakukan dengan si penjuali nasi goreng.

    Mereka keheranan setengah mati mendengar pengakuan saya itu.

    Adik ini tinggal dimana? tanya salah satu dari mereka.

    Di sana, di blok F. jawab saya.

    Ayo pulang sudah malam..!

    Dan saya pun diseret pulang. Saya takut setengah mati karena jika sampai saya dibawa pulang, pasti ketahuan sama orang tua dan saya bakal digantung hiduphidup.

    Di tengah jalan, saya beranikan diri berkata pada mereka, Om, mau nyusu ngga..?

    Jangan mainmain kamu

    Ayolah Om. saya tau kok, Om mau juga kan ngewe sama saya..?

    Mendengar itu, si Om langsung terangsang berat. Saya langsung mengambil kesempatan merabaraba batang kejantanannya yang tegang.

    Ayo dong Om saya pengen banget lho saya bilang lagi untuk menegasakan maksud saya.

    Bapak yang satunya lagi langsung setuju dan berkata, Ya udah, kita bawa ke pos ronda aja pak Karim dan pak Karim pun setuju.

    Setibanya di sana, ternyata masih ada 3 orang lagi yang menunggu di sana, termasuk bang Parli, hansip di komplek saya. Saya kegirangan sekali, bayangkan saya akan mendapatkan 6 batang kejantanan dalam semalam.

    Gila beruntung sekali saya malam itu. Setelah kami berenam ngobrolngobrol sebentar tentang kejadian antara saya dan mas Agus, saya langsung memberanikan diri menawarkan kesempatan emas ini ke mereka, Saya sebenernya pengen banget ngerasain barangnya bapakbapak ini

    Mereka langsung terlihat bernafsu dan terangsang mendengar perkataan saya, dan saya jelas mengetahuinya. Saya suruh mereka berlima melepas celana dan CD mereka sendiri dan duduk di bangku pos hansip itu.

    Mereka berbaris seperti menunggu dokter saja. Batang kemaluan mereka besarbesar juga. Saya langsung memulai dengan batang kejantanan yang paling kanan, yaitu senjata keperkasaannya bang Parli.

    Saya hisap, saya gigitgigit kecil, saya kocok di dalam mulut saya, dan saya jilati keseluruhan batangnya dan termasuk juga telurnya. Begitu juga pada batang keperkasaan yang kedua, ketiga, keempat, dan yang terakhir miliknya pak Karim.

    Setelah selesai, saya masih belum puas kalau belum meminum air mani mereka. Lalu saya duduki batang kejantananmya bang Parli sampai masuk ke liang senggama saya. Saya kocokkocok di dalam vagina saya.

    Sementara itu, pak Karim dan satu bapak lainnya menjilati dan menghisap puting susu saya, sedangkan yang dua bapak lainnya menunggu giliran. 10 menit setelah itu, saya sudah setengah tidak sadar, siapa yang menggenjot lubang senggama saya, siapa saja yang menghisap buah dada saya, batang kejantanan siapa saja yang sedang saya sepong, seberapa keras jeritan saya dan berapa kali saya sudah keluar karena orgasme.

    Ada pula saatnya ketika satu senjata kejantanan masuk ke lubang vagina saya, sedangkan satu senjata lagi masuk ke lubang anus saya sambil saya menghisap 3 batang kemaluan secara bergantian. Pokoknya saya sudah tidak sadar lagi. Karena merasakan kenikmatan yang benarbenar tiada tara.

    Untungnya mereka tidak mengeluarkan air maninya di dalam lubang kewanitaan saya, kalau tidak bisa hamil nanti saya berabe dong..! Lagipula saya berniat meminum semua air mani mereka. Akhirnya saat yang saya tunggutunggu, yaitu saatnya saya berjongkok di depan mereka dan mereka mengelilingi wajah saya sambil mengocokngocokkan barang mereka masingmasing.


    Sesekali saya masih juga menghisap dan menyedot kelima batang kejantanan itu dengan lembut.

    Akhirnya, Crot crot crot crot. crot saya malam itu seperti mandi air mani. Saya merasa puas sekali.

    Waktu pulang, saya diantarkan bang Parli, si hansip. Ketika sudah sampai di depan rumah saya, sekali lagi bang parli membuka ritsletingnya dan menyodokkan batang kejantanannya ke dalam lubang senggama saya.

    Saya melakukannya sambil nungging berpegangan ke pagar depan rumah saya. Selama 10 menit saya dan bang parli melakukan senggama di depan pagar rumah saya. Air maninya sekarang terpaksa dikeluarkan di punggung saya.

    Saya tidak menyesal karena air maninya kali ini tidak terlalu banyak. Saya melompat pagar lagi, dan masuk ke kamar diamdiam. Sampai di kamar sudah jam 3 lebih. Badan saya seluruhnya malam itu bau sperma. Saya langsung tidur tanpa mandi dahulu karena besoknya saya harus ke sekolah. Saya yakin mereka semua akan tutup mulut sebab takut dengan istri mereka masingmasing.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Matanya Mulai Menggoda

    Matanya Mulai Menggoda


    1568 views

    Cerita Sex ini berjudul ” Matanya Mulai Menggoda ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Aku sudah beristri dan memounyai 1 orang anak umurku sekarang 30 tahun , kami bertiga hidup sederhana saling mencintai, tapi aku mempunyai rahasia yang aku ingin jabarkan lewat tulisan ini yaitu kisahku dengan istriku, kejadian ini terjadi beberapa tahun yang lalu, saat aku masih berpacara n dengan istriku.Aku diperkenalkan kepada seluruh keluarga kandung dan keluarga besarnya. Dan dari sekian banyak keluarganya, ada satu yang menggelitik perasaan kelaki-lakianku; yaitu kakak perempuannya yang bernama Ima (sebut saja begitu).

    Ima dan aku seusia, dia lebih tua beberapa bulan saja, dia sudah menikah dengan suami yang super sibuk dan sudah dikaruniai 1 orang anak yang sudah duduk di sekolah dasar. Dengan tinggi badan 160 cm, berat badan kurang lebih 46 kg, berkulit putih bersih, memiliki rambut indah tebal dan hitam sebahu, matanya bening, dan memiliki suara agak cempreng tapi menurutku seksi, sangat menggodaku.

    Pada awalnya kami biasa-biasa saja, seperti misalnya pada saat aku menemani pacarku kerumahnya atau dia menemani pacarku kerumahku, kami hanya ngobrol seperlunya saja, tidak ada yang istimewa sampai setelah aku menikah 2 tahun kemudian dia menghadiahi kami (aku dan pacarku) dengan sebuah kamar di hotel berbintang dengan dia bersama anak tunggalnya ikut menginap di kamar sebelah kamarku.

    Setelah menikah, frekuensi pertemuan aku dengan Ima jadi lebih sering, dan kami berdua lebih berani untuk ngobrol sambil diselingi canda-canda konyol. Pada suatu hari, aku dan istri beserta mertuaku berdatangan kerumahnya untuk weekend dirumahnya yang memang enak untuk ditinggali.

    Dengan bangunan megah berlantai dua, pekarangannya yang cukup luas dan ditumbuhi oleh tanaman-tanaman hias, serta beberapa pohon rindang membuat mata segar bila memandang kehijauan di pagi hari. Letak rumahnya juga agak jauh dari tetangga membuat suasana bisa lebih private.

    Sesampainya disana, setelah istirahat sebentar rupanya istriku dan mertuaku mengajak untuk berbelanja keperluan bulanan. Tetapi aku agak mengantuk, sehingga aku meminta ijin untuk tidak ikut dan untungnya Ima memiliki supir yang dapat dikaryakan untuk sementara.

    Jadilah aku tidur di kamar tidur tamu di lantai bawah. Kira-kira setengah jam aku mencoba untuk tidur, anehnya mataku tidak juga terpejam, sehingga aku putus asa dan kuputuskan untuk melihat acara TV dahulu. Aku bangkit dan keluar kamar, tetapi aku agak kaget ternyata Ima tidak ikut berbelanja.

    Ima menggunakan kaus gombrong berwarna putih, lengan model you can see dan dengan panjang kausnya sampai 15cm diatas lutut kakinya yang putih mulus.

    “Lho..kok nggak ikut ?” tanyaku sambil semilir kuhirup wangi parfum yang dipakainya, harum dan menggairahkan,

    “Tauk nih..lagi males aja aku..” sahutnya tersenyum dan melirikku sambil membuat sirup orange dingin dimeja makan,

    “Anto kemana..?” tanyaku lagi tentang suaminya,

    “Lagi keluar negeri, biasa..urusan kantornya..” sahutnya lagi. Lalu aku menuju kedepan sofa tempat menonton TV kemudian aku asik menonton film di TV. Sementara Ima berlalu menuju tingkat atas (mungkin ke kamarnya).

    Sedang asik-asiknya aku nonton, tiba-tiba kudengar Ima memanggilku dari lantai atas;

    “Di..Adi..”, “Yaa..” sahutku,

    “Kesini sebentar deh Di..”, dengan tidak terburu-buru aku naik dan mendapatinya sedang duduk disofa besar untuk 3 orang sambil meminum sirup orangenya dan menghidupkan TV. Dilantai atas juga terdapat ruang keluarga mini yang lumayan tersusun apik dengan lantainya dilapisi karpet tebal dan empuk, dan hanya ada 1 buah sofa besar yang sedang diduduki oleh Ima.

    “Ada apa neng..?” kataku bercanda setelah aku sampai diatas dan langsung duduk di sofa bersamanya, aku diujung kiri dekat tangga dan Ima diujung kanan.

    “Rese luh..sini temenin aku ngobrol ama curhat” katanya, “Curhat apaan?”, “Apa! ajalah, yang penting aku ada temen ngobrol” katanya lagi. Maka, selama sejam lebih aku ngobrol tentang apa saja dan mendengarkan curhat tentang suaminya.

    Baru aku tahu, bahwa Ima sebenarnya “bete” berat dengan suaminya, karena sejak menikah sering ditinggal pergi lama oleh suaminya, sering lebih dari sebulan ditinggal.

    “Kebayangkan aku kayak gimana ? Kamu mau nggak temenin aku sekarang ini ?” tanyanya sambil menggeser duduknya mendekatiku setelah gelasnya diletakan dimeja sampingnya. Aku bisa menebak apa yang ada dipikiran dan yang diinginkannya saat ini.

    “Kan aku sekarang lagi nemenin..” jawabku lagi sambil membenahi posisi dudukku agar lebih nyaman dan agak serong menghadap Ima. Ima makin mendekat ke posisi dudukku. Setelah tidak ada jarak duduk denganku lagi, Ima mulai membelai rambutku dengan tangan kirinya sambil bertanya “Mau..?”, aku diam saja sambil tersenyum dan memandang matanya yang mulai sayu menahan sesuatu yang bergolak.

    “Bagaimana dengan orang-orang rumah lainnya (pembantu-pembantunya) dan gimana kalau mendadak istriku dan nyokap pulang ?” tanyaku, “Mereka tidak akan datang kalau aku nggak panggil dan maknyak bisa berjam-jam kalau belanja.” jawabnya semakin dekat ke wajahku. Bandar Bola

    Sedetik kemudian tangan kirinya telah dilingkarkan dileherku dan tangan kanannya telah membelai pipi kiriku dengan wajah yang begitu dekat di wajahku diiringi nafas harumnya yang sudah mendengus pelan tetapi tidak beraturan menerpa wajahku.

    Tanpa pikir panjang lagi, tangan kananku kuselipkan diantara lehernya yang jenjang dan rambutnya yang hitam sebahu, kutarik kepalanya dan kucium bibir merah mudanya yang mungil. Tangan kiriku yang tadinya diam saja mulai bergerak secara halus membelai-belai dipinggang kanannya.

    “Mmhh..mmhh..” nafas Ima mulai memburu dan mendengus-dengus, kami mulai saling melumat bibir dan mulai melakukan French kiss, bibir kami saling menghisap dan menyedot lidah kami yang agak basah, very hot French kiss ini berlangsung dengan dengusan nafas kami yang terus memburu, aku mulai menciumi dagunya, pipinya, kujilati telinganya sebentar, menuju belakang telinganya, kemudian bibir dan lidahku turun menuju lehernya, kuciumi dan kujilati lehernya,

    “hhnngg.. Ahhdhii.. oohh.. honeey.. enngghh” desahnya sambil memejamkan matanya menikmati permainan bibir dan lidahku di leher jenjangnya yang putih dan kedua tangannya merengkuh kepalaku, sementara kepala Ima bergerak kekiri dan kekanan menikmati kecupan-kecupan serta jilatan di lehernya.

    Tangan kiriku yang awalnya hanya membelai pinggangnya, kemudian turun membelai dan mengusap-usap beberapa saat dipaha kanannya yang putih, mulus dan halus untuk kemudian mulai menyelusup kedalam kaus gombrongnya menuju buah dadanya.

    Aku agak terkejut merasakan buah dadanya yang agak besar, bulat dan masih kencang, padahal setahuku Ima memberikan ASI ke anak tunggalnya selama setahun lebih. Tanganku bergerak nakal membelai dan meremas-remas lembut dengan sedikit meremas pinggiran bawah buah dada kanannya.

    “Buah dadamu masih kencang dan kenyal neng.” kataku sambil kulepas permainan dilehernya dan memandang wajahnya yang manis dan agak bersemu merah tanpa kusudahi remasan tanganku di buah dada kanannya.

    “Kamu suka yaa..” sahutnya sambil tersenyum dan aku mengangguk. “Terusin dong..” pintanya manja sambil kembali kami berciuman dengan bergairah. “Mmhh.. mmhh.. ssrrp.. ssrrp..” ciuman maut kami beradu kembali. Tangan kiriku tetap menjalankan tugasnya, dengan lembut membelai, meremas, dan memuntir putingnya yang mengeras kenyal.

    Tangan kanan Ima yang tadinya berada dikepalaku, sudah turun membelai tonjolan selangkanganku yang masih terbungkus celana katun. Ima menggosok-gosokkan tangan kanannya secara berirama sehingga membuat aku makin terangsang dan penisku makin mengeras dibuatnya.

    Nafas kami terus memburu diselingi desahan-desahan kecil Ima yang menikmati foreplay ini. Masih dengan posisi miring, tangan kiriku menghentikan pekerjaan meremas buah dadanya untuk turun gunung menuju keselangkangannya.

    Ima mulai menggeser kaki kanannya untuk meloloskan tangan nakalku menuju sasarannya. Aku mulai meraba-raba CD yang menutup vaginanya yang kurasakan sudah lembab dan basah. Perlahan kugesek-gesekkan jari jemariku sementara Ima pasrah merintih-rintih dan mendesah-desah menikmati permainan jemariku dan pagutan-pagutan kecil bibirku serta jilatan-jilatan lidahku dilehernya yang jenjang dan halus diiringi desehan dan rintihannya berulang-ulang.

    Pinggulnya diangkat-angkat seperti memohon jemariku untuk masuk kedalam CD-nya meningkatkan finger play ku. Tanpa menunggu, jariku bergerak membuka ikatan kanan CD-nya dan mulai membelai rambut kemaluannya yang lembut dan agak jarang.

    Jari tengahku sengaja kuangkat dahulu untuk sedikit menunda sentuhan di labia mayoranya, sementara ! jari telunjuk dan jari manisku yang bekerja menggesek-gesekkan dan agak kujepit-jepit pinggiran bibir vaginanya dengan lembut dan penuh perasaan.

    Sementara Ima memejamkan matanya dan dari bibir mungilnya mengeluarkan rintihan-rintihan juga desahan-desahan berkali-kali. Kemudian jari tengahku mulai turun dan kugesek-gesekkan untuk membelah bibir kemaluannya yang kurasa sudah basah.

    Berkali-kali kugesek-gesek dengan sisi dalam jari tengahku, kemudian mulai kutekuk dan kugaruk-garuk jari tengahku agak dalam di bibir vaginanya yang kenyal, lembut dan bersih. Sementara Ima makin merintih-rintih dan mendesah-desah sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan gerakan naik turun kekiri dan kekanan “Ouuhh.. hemmhh.. sshh.. aahh.. Dhii.. eehhnakh.. honey.. oohh… ..sshh..” rintih dan desahannya berkali-kali.

    Finger play ini kusertai dengan ciuman-ciuman di leher dan bibirnya serta sambil kami saling menyedot lidah. Setelah puas dengan posisi miring, kemudian aku agak mendorong tubuhnya untuk duduk dengan posisi selonjor santai

    Sementara aku berdiri dikarpet dengan dengkulku menghadapnya, Ima agak terdiam dengan nafasnya memburu, perlahan kubuka kaus gombrongnya, saat itulah aku dapat melihat tubuhnya separuh telanjang, lebih putih dan indah dibandingkan istriku yang berkulit agak kecoklatan, dua bukit kembarnya terlihat bulat membusung padat, sangat indah dengan ukuran 36B, putih, dengan puting merah muda dan sudah mengeras menahan nafsu birahi yang bergejolak.

    Sambil tangan kiriku bertopang pada tepian sofa, mulutku mulai menciumi buah dada kanannya dan tangan kananku mulai membelai, menekan, dan meremas-remas buah dada kirinya dengan lembut.

    “Aahh.. hhnghh.. honeey.. enaak.. bangeet.. terruss.. aahh.. mmnghh.. hihihi.. auhh..adhi..” Ima bergumam tak karuan menikmati permainanku, kedua tangannya meremas dan menarik-narik rambutku. Ima mendesah-desah dan merintih-rintih hebat ketika putingnya kuhisap-hisap dan agak kugigit-gigit kecil sambil tangan kananku meremas buah dada kirinya dan memelintir-pilintir putingnya.

    Ima sangat menikmati permainanku didadanya bergantian yang kanan dan kiri, hingga dia tak sadar berucap “Adhii.. oohh.. bhuat ahkhuu puas kayak adhikku di hotel dulu.. hhnghh.. mmhh..”, ups..aku agak kaget, tanpa berhenti bermain aku berpikir rupanya Ima menguping “malam pertamaku” dulu bersama istriku, memang pada malam itu dan pada ML-ML sebelumnya aku selalu membuat istriku berteriak-teriak menikmati permainan sex-ku.

    Rupanya..Oke deeh kakak, sekaranglah saat yang sebenarnya juga sudah aku tunggu-tunggu dari dulu. “Adhii.. sekarang dong.. aahh.. akhu sudah nggak tahann.. oohh..” ujarnya, tapi aku masih ingin berlama-lama menikmati kemulusan dan kehalusan kulit tubuh Ima.

    Setelah aku bermain dikedua buah dadanya, menjilat, menghisap, menggigit, meremas dan memelintir, aku jilati seluruh badannya, jalur tengah buah dadanya, perutnya yang ramping, putih dan halus, kugelitik pusarnya yang bersih dengan ujung lidahku, kujilati pinggangnya,

    “Aduuh.. geli dong sayang.. uuhh..”, kemudian aku menuju ke kedua pahanya yang putih mulus, kujilati dan kuciumi sepuasnya

    “Aahh.. ayo dong sayang.. kamu kok nakal sihh.. aahh..”, sampailah aku di selangkangannya, Ima memakai CD transparan berwarna merah muda yang terbuat dari sutra lembut, dan kulihat sudah sangat basah oleh pelumas vaginanya.

    “Sayang.. kamu mau ngapain?” tanyanya sambil melongokkan kepalanya kebawah kearahku. Aku tersenyum dan mengedipkan mata kiriku kearahnya nakal. Dengan mudah CD-nya kubuka ikatan sebelah kirinya setelah ikatan kanan telah terbuka, sekarang tubuh Ima sudah polos tanpa sehelai benangpun menghalangi, kemudian aku buka kedua kakinya dan kulihat pemandangan surga dunia yang sangat indah.

    Bibir vaginanya sangat bersih dan berwarna agak merah muda dengan belahan berwarna merah dan sangat bagus (mungkin jarang digunakan oleh suaminya) meskipun sudah melahirkan satu orang anak, dan diatasnya dihiasi bulu-bulu halus dan rapi yang tidak begitu lebat.

    “Oohh.. Ima.. bersih dan merah banget..” ujarku memuji, “hihihi.. suka ya..?” tanyanya, tanpa kujawab lidahku langsung bermain dengan vaginanya, kujilati seluruh bibir vaginanya berkali-kali up and down, tubuh Ima mengejang-ngejang

    “Aahh..aahh..dhhii..oohh..eenak adhii..aahh..Anto nggak pernah mau begini..mmhh..” lidahku mulai menjilati bibir vaginanya turun naik dan menjilati labia mayoranya dengan ujung! lidahku. Ima menggeliat-geliat, mendesah-desah, dan melenguh-lenguh, aku menjilati vaginanya sambil kedua tanganku meremas-remas kedua buah dadanya

    “Hhnghh.. nngghh.. aahh.. dhii.. honey..” gumamnya sangat menikmati permainan lidah dan bibirku yang menghisap-hisap dan menjilat-jilat klitorisnya berulang-ulang, menghisap-hisap seluruh sudut vaginanya serta lidahku mendesak-desak kedalam liang vaginanya berkali-kali tanpa ampun

    “Oohhnghh.. dhii.. more.. honey.. more.. ahh..”, tangan kananku kemudian turun untuk bergabung dengan bibir dan lidahku di vaginanya, sedikit-sedikit dengan gerakan maju mundur jari tengahku kumasuk-masukkan kedalam lubang vaginanya yang sudah becek, makin lama makin dalam kumasukkan jari tengahku sambil tetap bergerak maju mundur.

    Setelah masuk seluruhnya, jari tengahku mulai beraksi menggaruk-garuk seluruh bagian dinding dalam liang surga Ima sambil sesekali kugerakkan ujungnya berputar-putar dan kusentuh-sentuh daerah G-spotnya, Ima meradang dan menggelinjang hebat ketika kusentuh G-spot miliknya.

    Lidahku tidak berhenti menjilati sambil kuhisap-hisap klitorisnya. Ima berusaha mengimbangi finger playku dengan menggoyang-goyangkan pantatnya naik turun, kekiri dan kekanan dan bibirnya tidak berhenti merintih dan mendesah

    “Sshh..enghh..uuhh..Adhii..ouuhh..aahh..sshh..enghh..” tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya selain suara rintihan, erangan, lenguhan dan desahan kenikmatan. Sekitar 20 menit kemudian liang vaginanya berkedut-kedut dan menghisap

    “Oohhnghh.. ahh.. dhii.. akhu.. sham.. oohh.. henghh.. sham.. phaii.. aahh.. honey.. hengnghh ..aa..aa..” Ima berteriak-teriak mencapai klimaksnya sambil menyemburkan cairan kental dari dalam vaginanya yang berdenyut-denyut berkali-kali

    “serrtt.. serrtt.. serrtt..” kucabut jariku dan aku langsung menghisap cairan yang keluar dari lubang vaginanya sampai habis tak bersisa, tubuhnya mengejang dan menggelinjang hebat disertai rintihan kepuasan, kedua kakinya dirapatkan menjepit kepalaku, dan kedua tangannya menekan kepalaku lebih dalam kearah vaginanya. Kemudian tubuhnya mulai lemas setelah menikmati klimaksnya yang dahsyat

    “Aahh.. adhii.. eenghh.. huuhh..” vaginanya seperti menghisap-hisap bibirku yang masih menempel dalam dan erat di vaginanya. “Oh.. adi.. kamu gila.. enak banget.. oohh.. lidah dan hisapanmu waow.. tob banget dah.. oohh..” katanya sambil tersenyum puas sekali melihat kearah wajahku yang masih berada diatas vaginanya sambil kujilati klitorisnya disamping itu tanganku tidak berhenti bekerja di buah dada kanannya, “Anto nggak pernah mau oral-in aku..oohh..” dengan selingan suara dan desahannya yang menurutku sangat seksi.

    Sambil beranjak duduk, Ima mengangkat kepalaku, dan melumat bibirku “Sekarang gantian aku, kamu sekarang berdiri biar aku yang bekerja, oke ?!?” ujarnya,

    “Oke honey, jangan kaget ya..” sahutku tersenyum dan mengedipkan mata kiriku lagi sambil berdiri, sekilas wajahnya agak keheranan tapi Ima langsung bekerja membuka gesperku, kancing dan retsleting celanaku. Ima agak terkejut melihat tonjolah ditengah CD-ku,

    “Wow..berapa ukurannya Di ?” tanyanya, “Kira-kira aja sendiri..” jawabku sekenanya, tanpa ba bi bu Ima langsung meloloskan CD-ku dan dia agak terbelalak dengan kemegahan Patung Liberty-ku dengan helm yang membuntal,

    “Aww.. gila.. muat nggak nih..?”, sebelum aku menjawab lidahnya yang mungil dan agak tajam telah memulai serangannya dengan menjilati seluruh bagian penisku, dari ujung sampai pangkal hingga kedua kantung bijiku dihisap-hisapnya rakus “Sshh.. aahh.. Ima.. sshh..” aku dibuatnya merem melek menikmati jilatannya. “Abis dicukur ya ?” tanyanya sambil terus menjilat, aku hanya tersenyum sambil membelai kepalanya.

    Kemudian Ima mulai membuka bibir mungilnya dan mencoba mengulum penisku, “Mm..” gumamnya, penisku mulai masuk seperempat kemulutnya kemudian Ima berhenti dan lidahnya mulai beraksi dibagian bawah penisku sambil menghisap-hisap penisku “Serrp.. serrp.. serrp..”, tangan kirinya memegang pantat kananku dan tangan kanannya memilin-milin batang penisku, nikmat sekali rasanya “Aahh.. sshh…” aku menikmati permainannya, lalu mulut mungilnya mulai menelan batang penisku yang tersisa secara perlahan-lahan, kurasa kenikmatan yang amat sangat dan kehangatan rongga mulutnya yang tidak ada taranya saat penisku terbenam seluruhnya didalam mulutnya.

    Agak nyeri sedikit diujung helmku, tapi itu dikalahkan nikmatnya kuluman bibir iparku ini. Ima mulai memaju mundurkan gerakan kepalanya sambil terus mengulum penisku, “Sshh.. aahh.. enak.. Ima..a hh.. terus .. sayang.. uuhh..” gumamku, lidahnya tidak berhenti bermain pula sehingga aku merasakan goyangan-goyangan kenikmatan dipenisku dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun, nikmat sekali

    Aku mengikuti irama gerakan maju mundur kepalanya dengan memaju mundurkan pinggulku, kedua tanganku ku benamkan dirambut kepalanya yang kuacak-acak, Ahh nikmat sekali rasanya “Clop.. clop.. clop..”.

    Setelah itu dengan agak membungkukkan posisi tubuhku, tangan kananku mulai mengelus-elus punggungnya sedangkan tangan kiriku mulai meremas-remas buah dada kanannya, kuremas, kuperas, kupijit dan kupuntir puting susunya, desahannya mulai terdengar mengiringi desahan dan rintihanku sambil tetap mengulum, mengocok dan menghisap penisku,

    Ima.. mmhh..” rintihku. Mendengar rintihanku, Ima makin mempercepat tempo permainannya, gerakan maju mundur dan jilatan-jilatan lidahnya yang basah makin menggila sambil dihisap dan disedot penisku, dipuntir-puntirnya penisku dengan bibir mungilnya dengan gerakan kepala yang berputar-putar membuat seluruh persendian tubuhku berdesir-desir dan aku merintih tak karuan.

    “Aahh.. Ima.. oohh.. mmnghh.. gila benerr.. oohh..” Kuluman dan hisapannya tidak berhenti hingga 20 menit, “Gila luh.. 20 menit aku oral kamu nggak klimaks.. sampai pegel mulut aku.” katanya sambil berdiri dan melingkarkan kedua tangannya dileherku untuk kemudian kami berciuman sangat panas, Ima sambil berdiri berjinjit karena tinggiku 172 cm, sedangkan dia 160 cm. 5 menit kami menikmati ciuman membara.

    Kedua tanganku meremas-remas kedua bongkahan pinggulnya yang bulat dan padat, namun kenyal dan halus kulitnya, lalu aku membopongnya menuju kekamarnya sambil terus berciuman. Sambil merebahkan tubuh mungilnya, kami berdua terus berciuman panas dan tubuh kami rebah dikasur empuknya sambil terus berpelukan.

    Nafas kami saling memburu deras menikmati tubuh yang sudah bersimbah keringat, berguling kekanan dan kekiri “Mmhh.. mmhh.. serrp.. serrp..”, tangan kananku kembali meluncur ke buah dada kirinya, meremas dan memuntir-puntir putingnya, Ima memejamkan mata dan mengernyitkan dahinya menikmati permainan ini sambil bibirnya dan bibirku saling mengulum deras, berpagutan, menghisap lidah, dan dengan nafas saling memburu.

    Kuciumi kembali lehernya, kiri kanan, Ima mendesah-desah sambil kakinya dilingkarkan dipinggangku dan menggoyang-goyangkan pinggulnya. Penisku terjepit diantara perutnya dan perutku, dan karena Ima menggoyang-goyangkan pinggulnya, kurasakan gesekan-gesekan nikmat pada penisku,

    “Aahh..ahh..adi..cumbui aku honey..ahh..puasi aku sayang..ehmm..” Ima mengerang-erang. Aku kembali meluncur ke kedua buah dadanya yang indah dan mulai menjilati, menghisap, menggigit-gigit kecil, meremas, dan memilin puting susunya yang sudah mengeras

    “Ahh.. terus honey.. oohh.. sshh..”, setelah puas bermain dengan kedua buah dada indahnya, aku menuruni tubuhnya untuk melumat vaginanya, kujilati semua sudutnya, up and down, kuhisap-hisap klitorisnya dan kujilat-jilat, kuhisap-hisap lubang vagina dan klitorisnya sepuas-puasnya

    “Oohh.. oohh.. sshh.. aahh.. honey.. kham.. muu.. nakhal.. oohh.. nakhaal.. banget sihh.. henghh.. oohh.. emmhh..” desahan demi desahan diiringi tubuhnya yang menggelinjang dan berkelojotan, vaginanya terasa makin basah dan lembab, “Aaahh..dhhii..oohh..” vaginanya mulai mengempot-empot sebagai tanda hampir mencapai klimaks, sementara penisku sudah mengeras menunggu giliran untuk menyerang.

    Aku melepas jilatan dan hisapanku di vaginanya untuk kemudian bergerak keatas kearah wajahnya yang manis, kulihat Ima mengigit bibir bawahnya dengan dahinya yang mengerenyit serta nafasnya yang memburu ketika ujung penisku bermain di bibir vaginanya up and down

    “Mmhh.. adi.. ayo dong.. aku udah nggak tahan nihh.. oohh.. jangan nakal gitu dong.. aahh..” Ima menikmati sentuhan binal ujung penisku dibibir vaginanya “Okhe.. honey.. siap-siap yaa..” kataku juga menahan birahi yang sudah memuncak.

    Perlahan kuturunkan penisku menghunjam ke vaginanya “Enghh.. aahh.. adi.. oohh.. do it honey.. oohh..” desahnya, Vaginanya agak sempit dan kurasakan agak kempot kedalam menahan hunjaman penisku.

    “Slepp..” baru kepala penisku yang masuk, Ima berteriak “Enghh.. aahh.. enak sayang.. sshh.. oohh..” sambil mencengkeram bahuku seperti ingin membenamkan kuku-kuku jarinya kekulitku “Ayo adi.. aahh.. terusss honey.. aahh.. aahh..” vaginanya kembali mengempot-empot dan menghisap-hisap penisku tanda awal menuju klimaks

    “Ahh.. Ima.. enak banget..itu mu.. ahh..” aku menikmati hisapan vaginanya yang menghisap-hisap kepala penisku. Tidak berapa lama kemudian Ima kembali berteriak “Aadii.. aahh.. khuu.. aahh.. aahh.. oohh..” Ima kembali berteriak dan merintih mencapai klimaksnya dimana baru kepala penisku saja yang masuk.

    Aku geregetan, sudah dua kali Ima mencapai klimaks sedangkan aku belum sama sekali, begitu Ima sedang menikmati klimaksnya, aku langsung menghunjamkan seluruh batang penisku kedalam liang vaginanya “Sloop..sloop..sloopp..” dengan gerakan turun naik yang berirama

    “Aahh.. aahh.. hemnghh.. oohh.. aahh.. dhii.. aahh.. aahh.. ehh.. nhak ..sha..yang.. enghh..oohh..” Ima mendesah-desah dan berteriak-teriak merasakan nikmatnya rojokan penisku di liang vaginanya yang sempit dan agak peret.

    Aku terus menaik turunkan penisku dan menghunjam-hunjamkan keliang vaginanya, sementara Ima makin melenguh, mendesah dan merintih-rintih merasakan gesekan-gesekan batang penisku dan garukan-garukan kepala penisku didalam liang vaginanya yang basah dan kurasakan sangat nikmat, seperti menghisap dan memilin-milin penisku.

    Suara rintihan dan desahan Ima semakin keras kudengar memenuhi ruang kamarnya sementara deru nafas kami semakin! memburu, dan akhirnya

    “Aahh.. dhii..ahh.. khuu.. sam..phai.. lhaa..ghii.. aahh..aahh.. aahh..” jeritnya terputus-putus mencapai kenikmatan ketiganya, aku masih belum puas, kutarik kedua tangannya dan aku menjatuhkan diri kebelakang sehingga posisinya sekarang Ima berada diatasku.

    Setelah kami beradu pandang dan berciuman mesra sesaat, Ima mulai memaju mundurkan dan memutar pinggulnya, memelintir penisku didalam liang vaginanya, gerakan-gerakannya berirama dan semakin cepat diiringi suara rintihan dan desahan kami berdua,

    “Aahh.. Ima.. oohh.. enak banget..aahh..” aku menikmati gerakan binalnya, sementara kedua tanganku kembali meremas kedua buah dadanya dan jemariku memilin puting-putingnya “Aahh.. hemhh.. oohh.. nghh.. ” teriakannya kembali menggema keseluruh ruangan kamar,

    “Tahan.. dhulu.. aahh.. tahan..” sahutku terbata menikmati gesekan vaginanya di penisku, “Enghh.. akhu.. nggak khuat.. oohh.. honey.. aahh..” balasnya sambil mengelinjang-gelinjang hebat dengan vaginanya yang sudah mengempot-empot “Seerrt.. seerrt.. seerrt..” Ima mengeluarkan banyak cairan dari dalam vaginanya dan aku merasakan hangatnya cairan tersebut diseluruh batang penisku, tubuhnya mengigil disertai vaginanya berdenyut-denyut hebat dan kemudian Ima ambruk dipelukanku kelelahan

    “Oohh.. adhi.. hhhh.. mmhh.. hahh..enak banget sayang.. oohh.. mmhh..” bibirnya kembali melumat bibirku sambil menikmati klimaksnya yang keempat, sementara penisku masih bersarang berdenyut-denyut perkasa didalam vaginanya yang sangat basah oleh cairan kenikmatan dari vagina miliknya yang masih berdenyut-denyut dan menghisap-hisap penisku.

    Kami terdiam sesaat, kemudian “Aku haus banget sayang, aku minum dulu yaa..boleh ?” pintanya memecah kesunyian masih berpelukan erat sambil kubelai-belai punggungnya dengan tangan kiriku dan agak kuremas-remas pantatnya dengan tangan kananku,

    Boleh, tapi jangan lama-lama ya, aku belum apa-apa nih..” ujarku jahil sambil tersenyum. Sambil mencubit pinggangku Ima melepas pelukannya, melepas penisku yang bersarang di liang vaginanya “Plop..” sambil memejamkan matanya menikmati sensasi pergeseran penisku dan didinding-dinding vaginanya yang memisah untuk kemudian berdiri dan berjalan keluar kamar mengambil sirup orange dimeja samping sofa.

    Kemudian Ima berjalan kembali memasuki kamar sambil minum dan menawarkannya padaku. Aku meneguknya sedikit sambil mengawasi Ima berjalan menuju kamar mandi dalam kamarnya yang besar. Indah sekali pemandangan tubuhnya dari belakang, putih mulus dan tanpa cacat.

    Ima masuk kekamar mandi, sejenak kuikuti dia, kulihat Ima sedang membasuh tubuh indahnya yang berkeringat dengan handuk “Kenapa ? Udah nggak sabar ya ?” tanyanya sambil melirikku dan tersenyum menggoda.

    Tanpa basa-basi kuhampiri Ima, kupeluk dari belakang dan kuciumi tengkuknya, pundaknya dan lehernya. Sementara kedua tanganku bergerilya membelai kulit tubuhnya yang halus. “Aahh..beneran nggak sabar..hihihi..” ucapnya “Emang..abis upacaranya banyak amat.”.

    Sambil tetap membelakanginya, tangan kananku mulai menuju kebuah dada kanan dan kirinya, dengan posisi tangan kananku yang melingkar di dadanya dua bukit bulat nan indah miliknya kugapai, sementara tangan kiriku mulai menuju ke vaginanya.

    “Hemhh..sshh..aahh..enghh..” desahannya mulai terdengar lagi setelah jari tengah tangan kiriku bermain di klitorisnya, sesekali kumasukkan dan kukeluarkan jari tengahku kedalam liang vaginanya yang mulai basah! dan lembab serta tak ketinggalan tangan kananku meremas-remas buah dada kanan dan kirinya.

    Kedua kakinya agak diregangkan sehingga memudahkan jemari tangan kiriku bergerak bebas meng-eksplorasi vaginanya dan bibir serta lidahku tidak berhenti mencium juga menjilat seluruh tengkuk, leher dan pundaknya kiri dan kanan, sementara tangan kanannya menggapai dan membelai-belai rambutku serta tangan kirinya membelai-belai tangan kiriku.

    “Ahh.. adhhii.. sshh.. mmhh..enak sayang..enghh..enaakhh..”, kurasakan vagina mulai berdenyut-denyut, lalu agak kudorong punggungnya kedepan, kedua tangannya menjejak washtaffel didepannya, kemudian pinggulnya agak kutarik kebelakang serta pinggangnya agak kutekan sedikit kebawah.

    Setelah itu kudorong penisku membelah kedua vaginanya dari belakang “Srreepp..” aku tidak mau tanggung-tanggung kali ini, kujebloskan seluruh batang penisku kedalam liang vaginanya “Oouhh.. aahh.. adhhii.. oohh..” teriaknya berkali-kali seiring dengan hunjaman-hunjaman penisku, tangan kiriku mencengkeram pinggang kirinya sedangkan tangan kananku meremas-remas buah dada kanannya yang sudah sangat keras dan kenyal

    “Aahh.. adhii.. aahh.. harder.. aahh.. harder honey..aahh..” pintanya sehingga gerakan maju mundurku makin beringas “Pook.. pook.. pook..” bunyi benturan tubuhku dibokongnya. Beberapa lama! kemudian liang vaginanya mulai mengempot-empot dan menghisap-hisap kembali dan aku tak kuasa menahan rintihan-rintihan bersamaan dengan rintihannya “Ima.. aahh.. enak shay.. hemnghh..”

    “Aahh.. akhuu.. aahh.. sham.. phai.. aahh..”, “Tahan.. dulu.. sha.. yang..hhuuh..” ujarku sambil terus menghunjam-hunjamkam penisku beringas karena aku juga mulai merasakan hal yang sama,

    “Aahh.. akhuu.. nggak.. kuat.. aahh.. AAHH..” “Seerrt..seerrt..seerrt..” kembali Ima mencapai klimaks dan menyemburkan cairan kental tubuhnya, berkali-kali, aku nggak peduli dan tetap ku genjot maju mundur penisku ke dalam vaginanya yang sudah sangat becek.

    Kurasakan penisku seperti disedot-sedot dan dipuntir-puntir di dalam vaginanya yang sudah bereaksi terhadap orgasmenya. Akhirnya mengalirlah lava panas dari dalam tubuhku melewati batang penisku kemudian ke ujungnya lantas memuncratkan sperma hangatku ke dalam vaginanya yang hangat “Aahh…” kami mendesah lega setelah sedari tadi! berpacu mencapai kenikmatan yang amat sangat.

    Tubuh Ima mengigil menikmati sensasi yang baru saja dilaluinya untuk kemudian kembali mengendur meskipun vaginanya masih mengempot dan menghisap-hisap, aku diam dan kubiarkan Ima menikmati sensasi kenikmatan klimaksnya.

    “Ahh.. punyamu enak ya Ima.. bisa ngempot-ngempot gini..”ujarku memuji, “Enak mana sama punya adikku ?” tanyanya sambil menghadapkan kearah wajahku dibelakangnya dan tersenyum

    “Punyamu..hisapannya lebih hebat..mmhh..” kucium mesra bibirnya dan Ima memejamkan matanya. Kemudian kucabut penisku “Ploop..” “Aahh..” Ima agak menjerit, dan cepat kugandeng tangannya keluar dari kamar mandi dan kembali ketempat tidur.

    Setelah Ima merebahkan dirinya terlentang di tempat tidur, aku berada diatasnya sambil kuciumi dan kulumat bibir mungilnya “Mmhh..mmhh..” tangan kanannya meremas-remas penisku yang masih saja gagah setelah 2 jam bertempur “Kamu hebat Di, udah 2 jam masih keras aja.. dan kamu bener-bener bikin aku puas.” puji Ima, “Sekali lagi yaa, yang ini gong nya, aku bikin kamu puas dan nggak akan ngelupain aku selamanya, oke ?!” balasku, sambil berkata aku mulai menggeser tubuhku dan mengangkanginya, kemudian tanganku menuntun penisku memasuki liang vaginanya menuju pertempuran terakhir pada hari itu.

    “Sleepp..” “Auuwhh..” Ima agak menjerit. Perlahan tapi mantap kudorong penisku, sambil terus kutatap wajah manis iparku ini, Ima merem melek, mengernyitkan dahinya, dan menggigit bibir bawahnya dengan nafas memburu menahan kenikmatan yang amat sangat didinding-dinding vaginanya yang becek “Hehhnghh.. engghh.. aahh..” gerangnya.

    Aku mulai memaju mundurkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan makin lama makin cepat, makin cepat, dan makin cepat, sementara Ima yang berada dibawahku mulai melingkarkan kedua kaki indahnya kepinggangku dan kedua tangannya memegang kedua tanganku yang sedang menyangga tubuhku, Ima mengerang-erang, mendesah-desah dan melenguh-lenguh “Aahh…. O

    ohh.. sshh.. teruss.. honey.. oohh..”, sementara akupun terbawa suasana dengusan nafas kami berdua yang memburu dengan menyertainya mendesah, mengerang, dan melenguh bersamanya “Enghh.. Imaa.. oohh.. ennakh.. sayang..?” tanyaku

    “He-eh.. enghh.. aahh.. enghh.. enakhh.. banghethh.. dhii… aahh..” lenguhannya kadang meninggi disertai jeritan-jeritan kecil dari bibir mungilnya “Oohh.. adhii.. oohh.. enghh..” tubuhnya mulai bergelinjangan dan berkelojotan, matanya mulai dipejamkan, jepitan kaki-kakinya mulai mengetat dipinggangku, kami terus memacu irama persetubuhan kami, aku yang bergerak turun naik memompa dan merojok-rojok batang penisku kedalam liang vaginanya diimbangi gerakan memutar-mutar pinggul Ima yang menimbulkan sensasi memilin-milin di batang penisku, nikmat sekali.

    Kulepas pelukanku untuk kemudian aku merubah posisiku yang tadinya menidurinya ke posisi duduk, kuangkat kedua kaki Ima yang indah dengan kedua tanganku dan kubuka lebar-lebar untuk kembali kupompa batang penisku kedalam liang vaginanya yang makin basah dan makin menghisap-hisap

    “Enghh.. Adhii.. oohh.. shaa.. yang.. aahh..” kedua tangan Ima meremas erat bantal dibawah kepalanya yang menengadah keatas disertai rintihan, teriakan, desahan dan lenguhan dari bibir mungilnya yang tidak berhenti. Kepalanya terangguk-angguk dan badannya terguncang-guncang mengimbangi gerakan tubuhku yang makin beringas.

    Kemudian aku mengubah posisi kedua kaki Ima untuk bersandar dipundakku, sementara agak kudorong tubuhku kedepan, kedua tanganku serta merta bergerak kekedua buah dadanya untuk meremas-remas yang bulat membusung dan memuntir-puntir puting susunya kenyal dan mengeras tanpa kuhentikan penetrasi penisku kedalam liang vaginanya yang hangat dan basah. Ima tidak berhenti merintih dan mendesah sambil dahinya mengernyit menahan klimaksnya agar kami lebih lama menikmati permainan yang makin lama semakin nikmat dan membawa kami melayang jauh.

    “Oohh.. Ahh.. Dhii.. enghh.. ehn.. nnakhh..” desahan dan rintihan Ima menikmati gesekan-gesekan batang penis dan rojokan-rojokan kepala penisku berirama merangsangku untuk makin memacu pompaanku, nafas kami saling memburu.

    Setelah mulai kurasakan ada desakan dari dalam tubuhku untuk menuju penisku, aku merubah posisi lagi untuk kedua tanganku bersangga pada siku-siku tanganku dan membelai-belai rambutnya yang sudah basah oleh kucuran keringat dari kulit kepalanya.

    Sambil aku merapatkan tubuhku diatas tubuh Ima, kedua kaki Ima mulai menjepit pinggangku lagi untuk memudahkan kami melakukan very deep penetration, rintihan dan desahan nafasnya yang memburu masih terdengar meskipun kami sambil berciuman Mmnghh.. mmhh.. oohh.. ahh.. Dhii.. mmhh.. enghh.. aahh..”

    “Oohh.. Imaa.. enghh.. khalau.. mau sampai.. oohh.. bhilang.. ya.. sha.. yang..enghh..aahh..” ujarku meracau “Iyaa.. honey..oohh..aahh..” tubuh kami berdua makin berkeringat, dan rambut kami juga tambah acak-acakan, sesekali kami saling melumat bibir dengan permainan lidah yang panas disertai gerakan maju mundur pinggulku yang diimbangi gerakan memutar, kekanan dan kekiri pinggul Ima.

    “Oohh.. dhii.. oohh.. uu.. dhahh.. belomm.. engghh.. akhu.. udahh.. nggak khuat..niihh,,” erangan-erangan kenikmatan Ima disertai tubuhnya yang makin menggelinjang hebat dan liang vaginanya yang mulai mengempot-empot dan menghisap-hisap hampir mencapai klimaksnya

    “Dhikit.. laghi.. sayang.. oohh..” sambutku karena penisku juga sudah mulai berdenyut-denyut “Aahh.. aa.. dhii.. noww..oohh.. enghh..aahh” jeritnya “Yeeaa.. aahh..” jeritanku mengiringi jeritan Ima, akhirnya kami mencapai klimaks bersamaan,

    “Srreett.. crreett.. srreett.. crreett..” kami secara bersamaan dan bergantian memuntahkan cairan kenikmatan berkali-kali sambil mengerang-erang dan mendesah desah, kami berpelukan sangat erat, aku menekan pinggulku dan menancapkan penisku sedalam-dalamnya ke dalam liang vag! ina Ima, sementara Ima membelit pinggangku dengan kedua kaki indahnya dan memelukku erat sekali seakan tak ingin dilepaskan lagi sambil kuciumi lehernya dan bibir kami juga saling berciuman.

    Nikmat yang kami reguk sangatlah dahsyat dan sangat sulit dilukiskan dengan kata-kata. Sementara kami masih saling berpelukan erat, vagina Ima masih mengempot-empot dan menghisap-hisap habis cairan spermaku seakan menelannya sampai habis, dan penisku masih berdenyut-denyut didalamnya,dan kemudian secara perlahan tubuh kami mengendur saling meregang, dan akupun jatuh tergulir disamping kanannya.

    Sesaat rebah berdiam diri bersebelahan, Ima kemudian merebahkan kepalanya dipundak kiriku sambil terengah-engah kelelahan dan mencoba mengatur nafasnya setelah menikmati permainan surga dunia kami. Kulit tubuhnya yang putih dan halus berkeringat bersentuhan dengan kulitku yang berkeringat, Ima memelukku mesra, dan tangan kiriku membelai rambut dan pundaknya.

    “Adi.. kamu hebat banget, aku sampai puas banget sore ini, klimaks yang aku rasakan beberapa kali belum pernah aku alamin sebelumnya, hemmhh..” Ima berkata sambil menghela nafas panjang “Ma kasih ya sayang.. thank you banget..” ujarnya lagi sambil kami berciuman mesra sekali seakan tak ingin diakhiri.

    Tak terasa kami sudah mereguk kenikmatan berdua lebih dari 4 jam lamanya dan hari sudah menjelang sore. Setelah puas berciuman dan bermesraan, kami berdua menuju kamar mandi untuk membasuh keringat yang membasahi tubuh kami, kami saling membasuh dan membelai tak lupa diselingi ciuman-ciuman kecil yang mesra.

    Setelah selesai kami berpakaian dan menuju lantai bawah ke ruang tengah untuk menonton TV dan menunggu istri dan mertuaku serta anaknya pulang dari kegiatan masing-masing. Sambil menunggu kami masih saling berciuman menikmati waktu yang tersisa, Ima berucap padaku

    “Adi..kalo aku telpon, kamu mau dateng untuk temenin aku ya sayang..” “Pasti !” jawabku, lalu kami kembali berciuman. Sejak kejadian itu, tiap kali Anto (suaminya) tidak di Jakarta, paling tidak seminggu 2 kali aku pasti datang kerumah Ima iparku itu untuk mereguk kenikmatan berdua hingga larut malam dengan alasan pada istriku lembur atau ada rapat dikantor, dan sebulan sekali aku pasti menghabiskan weekendku merengkuh kenikmatan langit ketujuh berdua Ima.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Kisah Seks Ngentot Pertama Kali Dengan Kekasihku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Kisah Seks Ngentot Pertama Kali Dengan Kekasihku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1345 views

    Perawanku – Aku seorang cowok, ini adalah cerita dewasa ketika aku ngentot pertma kali dengan kekasihku, terasa aneh dan enaaaak banget. Inilah cerita panas tersebut, Namaku Agung dan pacarku bernama Ririn. Kami satu sekolah di Jakarta dan kami resmi menjadi pacar di kelas 3 setelah sekitar setahun sering pulang bareng karena rumah kami searah.

    Ririn sendiri adalah seorang gadis yang bertubuh mungil, tingginya mungkin tidak lebih dari 155 cm dan bertubuh kurus, namun memiliki ukuran payudara yang besar, mungkin seukuran dengan payudara Febby Febiola. Sampai-sampai teman-temanku sering berkata kalau nafsu seksnya pun pasti besar. Tapi bukan itu yang jadi penyebab aku mencintainya, sikap manja dan tawanya yang lepas membuatku senang bersama dan bercanda dengannya. Hubungan pacaran kami layaknya gaya pacaran remaja era 90-an, tidak lebih dari nonton bioskop atau makan di restoran cepat saji.

    Tapi memang setelah pulang sekolah aku sering mampir ke rumahnya untuk ngobrol atau mengerjakan tugas bareng. Biasanya ada ibunya dan adik laki-lakinya yang masih smp. inilah cerita dewasa panas yang aku alami.Sehari menjelang acara liburan perpisahan sekolah kami, seperti biasa aku mengantarnya pulang dan mampir ke rumahnya. Ternyata hari itu ibunya sedang ke Kota Malang bersama adiknya untuk menjenguk kakaknya yang kuliah dan sedang sakit di sana. Sedangkan bapaknya memang biasa pulang malam. Jadilah kami hanya berdua di rumah tersebut.“Mau nonton CD ga? Aku punya CD baru ni,” katanya seperti biasa dengan ceria. “Boleh,” sahutku. “Bentar ya, aku mo ganti baju dulu, bau,” katanya sambil beranjak ke kamarnya. Aku pun memasukkan keping CD ke dalam CD playernya sambil menunggunya ganti baju.Tidak lama dia pun kembali ke ruang tengah dengan celana pendek sekitar 20 cm di atas lutut dan kaos ketat. Kami pun menonton film dengan duduk bersebelahan di sofanya. Film yang kami tonton adalah film Armageddon.Kugenggang tangannya dan menariknya menempelkan bahunya dengan bahuku, dia pun merapat dan lenganku pun kini berada di atas payudaranya yang kenyal.

    Dia sudah terbiasa dengan hal ini, toh biasanya pun seperti itu tiap kali nonton di bioskop atau di perjalanan.Semakin lama posisi duduknya makin bergeser dan kini dia tiduran dengan kepalanya berada di atas pahaku. “Cantiknya gadisku ini,” pikirku dalam hati. Tanganku pun kuletakkan di atas perutnya. Ketika adegan ada adegan panas di film, kurasakan nafasnya berubah. Terus terang aku pun merasa terangsang, pelan-pelan kugeser telapak tanganku ke atas payudaranya, tapi dia menolaknya.Karena terbawa suasana, kucium keningnya dan dia tersenyum kepadaku. Kulanjutkan dengan mengecup pipi dan bibirnya, lagi-lagi dia tersenyum. Itu adalah ciuman pertama kami. Ciuman yang awalnya hanya menempel kurang dari sedetik, kini sudah menjadi ciuman penuh nafsu. Lidah kami saling bermain dan tanganku pun sudah meremas-remas payudaranyaTiba-tiba dia bangun dan duduk di sebelahku, “udah ya, nanti keterusan lagi”. “Sorry ya, abis kamu gemesin sih. Tau ngga, itu tadi ciuman pertamaku lho,” ujarku polos. “sammma,” jawabnya lagi sambil menampilkan senyumnya yang bikin makin cinta itu.

    Kami pun meneruskan menonton film dan hanya menonton.Setelah film selesai, dia bangkit dari duduknya, “Mau ke mana?” tanyaku. “Mau beresin baju dulu buat besok,” jawabnya. Memang besok kami akan pergi ke luar kota bersama seluruh teman satu sekolah.“Mau dibantuin?” tanyaku. “Ayo,” jawabnya sambil berjalan menuju kamarnya. Aku pun mengikutinya ke kamarnya dan inilah pertama kalinya aku masuk ke kamarnya. Kamarnya betul-betul menunjukkan kalau dia masih manja, dengan cat pink dan tumpukan boneka di atas ranjangnya.Dia mulai mengeluarkan baju-bajunya. “Yang ini jangan dibawa, terlalu seksi,” kataku ketika dia mengeluarkan bajunya yang memang tipis dan berbelahan dada besar. “Jangan protes doang, nih beresin sekalian,” jawabnya seolah protes dengan memasang wajah ngambek, tapi lagi-lagi tetap terlihat manja.Aku pun mengambil alih lemarinya dan kupilih-pilih baju yang kupikir cocok untuk dibawanya. Tiba-tiba muncul ide isengku untuk memilihkan juga pakaian dalamnya. Kuambil satu yang berwarna krim, “ih jangan pegang-pegang yang itu” jerit manjanya sambil berusaha merebut dari tanganku. Aku pun berlari menghindar, “Wah ini toh bungkusnya, gede juga,” candakuDia pun menarik tanganku dan memelukku untuk merebut bra dari tanganku yang lain.

    Segera saja kucium lagi bibirnya dan dia pun membalas ciumanku. “emmmh…emhhh,” suaranya mendesah sambil tangannya memegang tanganku.Kudorong tubuhnya ke ranjang sambil terus berciuman. Kini posisiku ada di atasnya dan menempel di tubuhnya. Terasa betul payudara kenyalnya di dadaku. Kugeser tubuhku ke sampingnya agar dapat meremas payudaranya.“emmmh…emhhhhh…emhhhh,” desahnya makin jelas dan kini tangannya sudah menyentuh penisku dari luar celanaku. “Sudah nafsu banget,” pikirku.Perlahan-lahan kumasukkan tanganku ke dalam kaosnya dan meremas payudaranya langsung. Kuangkat ke atas kaosnya sehingga kini terpampang payudaranya yang besar terbungkus bra krim. Segera kuciumi kedua payudaranya dan tidak lama dia pun melepas sendiri bra tersebut. Benar-benar payudara yang besar dan indah, warnanya kecoklatan dengan puting yang lebih gelap.Kumainkan kedua putingnya, kujilati bergantian. “emmmh….emhhhh…kamu juga buka dong,” pintanya sambil menahan desah. Segera kubuka baju seragam dan celana sekolahku hingga tinggal celana dalam, kulanjutkan dengan membuka celana pendeknya. “celana dalamnya jangan,” tolaknya ketika aku akan menarik lepas celana dalam coklatnya.

    Kulanjutkan jilatan-jilatanku di puting payudaranya, tangan kiriku memainkan puting yang satu lagi, sedangkan tangan kananku menggesek-gesek vaginanya dari luar celana dalam. “Enak?” tanyaku. Dia hanya mengangguk sambil meremas-remas penisku dari luar celana dalam. Tiba-tiba dia menarik keluar penisku. “dibuka aja ya?” tanyaku sambil kubuka celana dalamku.Tangannya makin kuat meremas-remas penisku, sementara tangan kananku mulai memasuki vaginanya dari samping celana dalamnya. Kugesekkan jari telunjukku ke bibir vaginanya yang sudah basah. Pelan-pelan kumasukkan jariku ke dalam vaginanya, kulihat kepalanya mendongak ke atas sambil terus mendesah.“Boleh dimasukin ga?” tanyaku sambil menatap wajahnya yang sekarang menjadi begitu seksi. “Pelan-pelan ya,” jawabnya dengan nafas terengah-engah. Mendapat persetujuan, aku pun berdiri di bawah ranjangnya dan di antara kedua kakinya. Kutarik lepas celana dalamnya sehingga kini untuk pertama kalinya aku melihat langsung vagina seorang gadis.Vaginanya berwarna coklat dan kedua bibir vaginanya begitu rapat seolah tidak ada lubang di sana. Bulu-bulu kemaluannya yang tipis sudah terkena lendir-lendir yang keluar dari vaginanya ketika kumasukkan jari telunjukku tadi.

    Kucium vagina tersebut, “iiiihh, apaan sih. Jangan dicium, jijik ah, “ tolaknya sambil kedua telapak tangannya menutup vaginanya.“Abis imut sih,” kataku sambil tersenyum kepadanya. Kulepaskan kedua tangan yang menutupinya dan langsung kugesek-gesekkan penisku ke vaginanya. Sesekali kujilat-jilat kedua putingnya. “ehmmm…ehhhhm….” lenguhnya makin tidak jelas. “Ji, masukin ji, masukin….emmmhhhh,” pintanya.Segera kudorong penisku memasuki lubang vaginanya, begitu sempit namun karena sudah dipenuhi cairan-cairan, akibat rangsangan tadi, perlahan-lahan penisku kun menembus vaginanya. “Oooooooh…ohhhhhhh,” kali ini aku pun ikut mendesah keenakan.Setelah penisku masuk seluruhnya, kurasakan denyutan-denyutan vaginanya menjepit kepala penisku, begitu nikmat. Kutatap wajahnya, mata kami pun berpandangan seolah membuat kesepakatan untuk mulai memompa.Kutarik pelan-pelan penisku lalu kumasukkan kembali pelan-pelan. “Ji, enak banget ji. Aduh enak banget….emmmmhh,” teriaknya makin meracau. Semakin lama kocokan penisku semakin kencang. Kedua tanganku pun terus memainkan kedua puting payudaranya, sambil sesekali meremasnya dan menjilatnya.

    Dia pun menarik tubuhku memeluknya. Kini tubuh kami serasa menempel, payudaranya menempel di dadaku yang telah berkeringat. Bibir kami berpagutan dan lidah kami saling membelit. Nikmat sekali. Hanya penisku yang masih bisa bergerak keluar masuk vaginanya.“Ji…..ohhhhh…ohhhh….jiii ,” tiba-tiba tubuhnya menegang kemudia lemas sebentar. “Kamu keluar ya?” tanyaku sambil menghentikan kocokan penisku namun masih terbenam di vaginanya.”Iya, enak banget, enak banget. Kamu belum ya?” jawabnya sambil kepalanya menggeleng-geleng pelan seolah baru merasakan sangat enak.Tidak kujawab pertanyaannya tapi kembali kukocok penisku. “Jangan cepet-cepet, masih geli,” pesannya. Karena memang sebetulnya aku pun hampir ejakulasi, tidak lama kemudian aku pun mengeluarkan maniku. “Ohhhhhh…ohhhhh…ke….keee ,” racauku sambil menyemprotkan maniku ke dalam vaginanya | baca juga Cerita Ngentot Adik Teman.Kucabut penisku dan tidur di sebelahnya. “Enak banget, makasih ya ke,” ucapku. Dia Cuma tersenyum dan memelukku dengan kepalanya bersandar di dadaku. Setelah itu kami pun mandi bersama.Besoknya di acara liburan perpisahan sekolah, kami menjadi semakin rapat seperti sepasang pengantin baru. Kami pun beberapa kali mengulangi aktivitas seks di rumahnya. Hingga akhirnya kami berpisah jarak karena harus kuliah di kota yang berbeda dan berujung dengan putus karena sulit mempertahankan pacaran jarak jauh.

    Cerita Sex Pacar | Cerita Mesum Abg Pacar | Cerita Ngentot Pacar ABG HOT

  • Galeri Foto Bugil Gadis Semok di Pantai Bikin Sange

    Galeri Foto Bugil Gadis Semok di Pantai Bikin Sange


    2113 views

    Perawanku – Siapa sih yang tak gemetar ketika melihat kemolekan dan kecantikan wanita jepang ? Hal tersebut sudah tak diragukan lagi dalam industry perlendiran yang semakin menjadi-jadi.

    Dengan wanita yang cantik” dan sexy dan pastinya semok-semok, Bicara tentang semok ini sudah kami siapkan Buat para bos ku yang lagi sange bisa melihat Galeri Foto bugil cewek semok ini yang lagi dipantai pastinya bikin semua bos ku sange terus crot :

  • Cerita Sex Pengen Ngerasain Gituan

    Cerita Sex Pengen Ngerasain Gituan


    912 views

    Perawanku – Cerita Sex Pengen Ngerasain Gituan, Kisahku ini terjadi kira kira 1 tahun yang lalu diman saat itu aku sedang ikut membantu dalam persiapan menjelang hari nikahnya, selain itu juga kau bisa mengenal banyak teman dari sahabatku dan ada salah satu wanita yang menyorot perhatianku dia sangat anggun memakai pakain formal dan seksi , telihat belaha pahanya yang memakai gaun.

    Bila dia berjalan pasti kulit mulus pahanya sekilas mengintip, membangkitkan gairah siapapun yg melihatnya, terutama aku sendiri. Wajahnya biasa saja tapi karena kulitnya putih mulus membuat gairahku bangkit, aku berkhayal seandainya aku bisa menyentuh kulit mulusnya itu aku pasti akan melakukan apapun yg diminta.

    Aku berusaha mencari tahu siapa gerangan wanita itu. Rupanya dia adalah adik mamanya, umurnya kutaksir sekitar 30 thn-an dan dia telah mempunyai putra 2 orang. Suaminya tidak bisa hadir karena sedang mengurus bisnisnya di luar kota.

    Aku sering meliriknya terutama saat dia berjalan, putih pahanya menyilaukan mataku dan membangkitkan gairahku. Rupanya diam2 dia mengetahui kalau aku sering mencuri2 pandang terhadapnya. Suatu saat aku terpergok dirinya saat aku sedang melirik ke belahan dadanya yg sedikit telihat dari luar gaunnya, sontan aku sangat malu dan takut seandainya dia marah lalu mengadukan perbuatanku itu pada keluarga sahabatku itu, duuh malunya aku seandainya dia lakukan itu.

    Tetapi rupanya dia tidak marah, malah justru tersenyum saat dia mengetahui aku sedang mencuri pandang ke arah bagian tubuhnya. Bukan main senangnya hatiku saat mengetahui dia tidak marah karena kenakalan mataku, mudah2an ini pertanda baik bagiku, batinku berkata.

    ku mencari cara agar aku bisa berdekatan lalu berkenalan dengannya, tapi karena keadaan yg serba sibuk saat itu membuatku tidak mempunyai kesempatan untuk mendekatinya.

    Akhirnya kesempatan itu tiba saat aku diminta tolong oleh mamanya sahabatku untuk mengambilkan pesanan kue di toko langganan mamanya, dan yg membuat hatiku bersorak adalah kala mamanya menyuruh adiknya untuk mengantarku ke toko kue itu. Dengan menggunakan mobilnya kami berangkat hanya berdua, wah kesempatan emas nih, sorak batinku dalam hati.

    Dalam mobil aku ingin memulai pembicaraan dan berkenalan dengannya tapi entah mengapa bibirku terasa kelu, aku jadi serba salah karena selama di mobil pahanya yg putih bersih tersingkap sebagian karena bentuk belahan gaun dan posisi duduknya yg seakan2 sengaja membiarkan pahanya terbuka.

    Sesekali aku melirik ke arah pahanya dan tanpa terasa adikku perlahan mulai bangkit, ini membuatku jadi salah tingkah. Dia rupanya diam2 juga memperhatikan tingkah lakuku dan semakin menggoda diriku dengan gerakan kakinya yg membuat belahan gaunnya semakin lebar terbuka, membuat pahanya semakin kian terlihat olehku.

    “Hayo, tadi liatin apa waktu di rumah?” ucapnya memecahkan keheningan. Aku yg mendapat pertanyaan itu sontan memerah, aku tersipu tapi pura2 tidak mengerti apa maksud pertanyaanya itu.
    “Kamu nggak usah bohong deh ama mbak, mbak tau kok tadi kamu ngelirik ke arah mbak terus, emang ada yg aneh ya..?” pancingnya kepadaku.

    “Emm, nggak kok mbak, eh gimana ya mbak, aduh aku jadi nggak enak kalau mau terus terang ama mbak, takut mbak marah nanti” jawabku kikuk karena aku takut dia marah bila dia tau aku bernafsu oleh tubuhnya yg indah itu.

    Dengan tertawa kecil dia mendesakku untuk mengatakannya, akhirnya dengan sedikit malu2 aku berterus terang bahwa aku suka melihat pahanya yg putih mulus itu. Selesai berkata begitu aku menjadi tambah gugup karena aku takut dia akan marah mendengar penjelasanku tadi. Tetapi dia hanya tertawa lalu tanpa kuduga sama sekali dia lalu berkata

    “Emang kamu belum pernah megang paha cewek, kalau kamu mau megang pahaku pegang aja tapinggak boleh ngelantur megangnya ya..” katanya sambil tersenyum padaku.

    “Bener nih mbak, mbak nggak marah..” jawabku memastikan ucapannya.

    Dia tidak menjawab tapi tangannya langsung bergerak meraih tanganku lalu meletakkannyadi pahanya. Aku yg mendapat perlakuan seperti itu sontan menjadi lebih berani, kubelai pahanya dan kurasakan kulit mulusnya yg hangat menyentuh telapak tanganku.

    Kubelai2 pahanya dan sesekali kuremas gemas, lalu perlahan tanganku menelusup ke balik gaunnya merayap naik ke arah selangkangannya. Saat ujung jariku menyentuh kain penutup bagian paling sensitifnya, kudengar lenguhan tertahannya.

    Aku semakin bersemangat, perlahan kutelusupkan jariku ke pinggiran kain berendanya lalu mulai mulai memasuki celana dalamnya. Aku dapat merasakan bulu2 halus di sekitar vaginanya, tonjolan yg ada di dalam celana dalamnya kurasakan semakin keras mengacung.

    Aku menjadi semakin lupa diri, tapi saat jariku mulai menyentuh bibir vaginanya yg telah membasah, dia menahan tanganku lalu memberi isyarat keluar. Rupanya kami telah tiba di tujuan. Setelah merapikan gaunnya yg sedikit berantakan karena kenakalan tanganku tadi, kami beranjak keluar dari mobil lalu menuju ke toko kue langganan mama temanku dan mengambil kue pesanannya.

    Dalam perjalanan pulang kembali ke rumah temanku aku ingin mengulang kembali usahaku tadi yg sempat terhenti, tetapi dengan halus dia menolakku dan mengatakan nanti saja lain hari dia akan mengajakku ke rumahnya guna menuntaskan hasrat kami yg sempat tertunda hari ini.

    Aku sangat senang mendengar ucapannya, lalu kucium pipinya dengan penuh gairah. Dia hanya tertawa kecil mendapat perlakuanku itu. Selama perjalanan kami hanya berbicara seadanya tapi tanganku sesekali mengelus paha mulusnya dan tangannya sempat beberapa kali meremas kejantananku seakan tak sabar ingin menikmatinya.

    Namanya Santi, dia mengaku sering merasa kesepian karena suaminya jarang berada di rumah, suaminya adalah seorang pebisnis sukses yg mempunyai beberapa anak perusahaan sehingga dia lebih sering berada di luar rumah mengurus bisnisnya ketimbang istrinya yg seksi ini. Lalu kita saling bertukar nomer telepon dan dia berjanji akan menghubungiku nanti bila saatnya tepat.

    Setelah kejadian itu aku selalu teringat akan dirinya dan berharap dia akan mengajakku main ke rumahnya lalu bercinta dengannya, aku tidak berani menghubunginya karena aku takut bila ada suaminya di rumahnya aku takut rencanaku bisa berantakan bila ketauan dengannya.

    Akhirnya Sinta menghubungiku, saat itu aku baru mandi pagi dan sedang bersiap akan keluar mencari pekerjaan karena saat itu aku masih pengangguran. Dia mengundangku untuk ke rumahnya, dia bilang anak2nya sedang sekolah dan pembantunya sedang pulang ke kampungnya kemarin menengok anaknya yg sakit. Saat ini dia sedang sendirian di rumah dan mengajakku memanfaatkan waktu yg ada bersama. Bukan main senangnya hatiku, dengan bergegas aku berpamitan pada orang tuaku, kukatakan aku akan pergi melamar kerja seperti biasanya.

    Singkat cerita sampailah aku di alamat rumah yg diberikannya, dia tinggal di sebuah komplek perumahan elit. Kulirik sesaat jam tanganku, jam 9 kurang, berarti ada waktu beberapa jam sebelum putra2nya pulang dari sekolah, pikirku.

    Kupencet bel rumahnya, lalu tak lama kemudian dari rumah itu terdengar sebuah suara yg kukenal tapi sosoknya tidak keluar rumah, yg menyuruhku untuk langsung masuk dan mengunci kembali pagar depan rumahnya.

    Setelah mengunci pagar aku langsung bergegas masuk ke rumahnya. Saat aku telah berdiri di hadapannya barulah kusadari ternyata dia hanya memakai gaun tidur yang sangat merangsang. Warnanya hitam dan ukurannya sangat pendek hingga sebagian pahanya dapat terlihat jelas olehku, dan yg paling membuatku bernafsu adalah ternyata dia tidak mengenakan apa2 lagi di balik gaunnya itu.

    Itulah sebabnya dia tadi tidak membukakan pagar rumahnya dan hanya berteriak menyuruhku masuk, rupanya dia telah merencanakan semua ini, batinku berkata.

    Lalu tanpa dikomando kami bergerak saling rangkul dan bibirnya adalah sasaran pertamaku. Kami berciuman dengan sangat panas, lidah kami saling berbelit di dalam rongga mulut kami. Tangannya erat merangkul pinggangku, tangan kananku mengelus punggungnya dan tangan kiriku meremas bokongnya gemas.

    Sekitar lima menit-an kami bercumbu dengan posisi itu sampai dia melepaskan pagutannya pada bibirku lalu menyeretku menuju kamarnya yg terletak di tengah. Setelah menutup dan mengunci pintu kamar dengan nafas memburu dia lalu mulai mempreteli bajuku satu persatu sampai tak tersisa, akupun tak mau kalah kulepaskan gaun tidurnya sampai kami sama2 polos tanpa sehelai benangpun menempel di tubuh kami.

    “Wow gede banget kontolmu Lingga, mbak pengen banget ngerasain kontolmu ini..” katanya sambil meraih kontolku dan dengan cepat dikulumnya. Aku hanya mendesah lirih saat bibir dan lidahnya bermain di kejantananku, kadang aku meringis nikmat saat lidahnya dengan lincah menggelitik ujung kontolku, membuat kejantananku semakin keras menegang.

    Kepalanya bergerak liar maju mundur kadang berputar di kejantananku, menimbulkan sensasi nikmat yg sukar kuungkapkan dengan kata2. Sekitar 15 menit dia mengulum kontolku, lalu dia berdiri dan mengulum bibirku, kemudian dia beranjak ke ranjang, duduk di tepian ranjang sambil membuka kakinya lebar2. Aku mengerti keinginannya lalu aku berjongkok di depannya, kupandangi sejenak vaginanya sambil jariku meraba klitorisnya yg kulihat telah berdiri mengacung.

    “Ayo sayang, jangan diliatin aja dong..cepet jilatin punya mbak, aku udah nggak tahan nih..” rintihnya memohon padaku untuk memulai aksiku sambil tangannya meraih kepalaku lalu didekatkan ke arah vaginanya. Dengan gerakan cepat dan tiba2 aku langsung menerkam klitorisnya dengan kedua bibirku lalu menguncinya erat. Lenguhannya keras terdengar saat aku lakukan itu.

    “Aah sayang..kamu nakal ya, kamu ja..eugh” ucapannya terputus saat lidahku dengan gerakan cepat menyapu klitorisnya, kadang kutekan kepalaku ke arah vaginanya dan kutempelkan lidahku pada vaginanya rapat, lalu dengan gerakan cepat kugerakkan kepalaku berputar dengan posisi lidahku masih erat menempel di klitorisnya.

    Lenguhan dan erangannya semakin keras tersengar memenuhi seluruh ruang, nafasku dan nafasnya sudah sama2 memburu. Vaginanya semakin basah, cairan dari dalam vaginanya bercampur dengan air ludahku membuat vaginanya berkilat tertimpa cahaya lampu.

    “Udah sayang..masukkan kontolmu, aku udah nggak tahan, aku mau..ughh..” rintihnya sambil tangannya menarik tubuhku naik, berharap aku segera memasuki tubuhnya. Tapi aku sengaja bertahan, aku ingin dia merasakan orgasme pertamanya dari permainan lidah dan bibirku.

    Kugencarkan seranganku pada vaginanya sampai kurasakan tiba2 tubuhnya menegang kaku, kedua pahanya erat menjepit kepalaku dan tangannya kuat meremas sprei. Diiringi jerit nikmat tubuhnya lalu menyentak liar tak terkendali, pinggulnya terangkat sejenak lalu tubuhnya lunglai, kedua kakinya lemah terbujur ke lantai. Matanya rapat terpejam dan bibirnya setengah terbuka menggumamkan erangan lirih. Aah rupanya dia telah mendapat orgasme pertamanya, pikirku senang.

    Aku bergerak berdiri lalu kuangkat seluruh tubuhnya yg telah lunglai ke atas pembaringan, kemudian aku berbaring disisinya. Kupandangi wajahnya yg penuh keringat, kuseka keringat yg menetes di wajahnya lalu kukecup dahinya lembut. Mendapat perlakuanku itu matanya terbuka lalu bibirnya tersenyum, sambil mencubitku gemas dia memelukku erat.

    “Kamu nakal ya, kamu bikin mbak keluar bukan pake kontolmu gede itu tapi malah pake bibirmu yg memble itu..” cibirnya seraya mencubit gemas pipiku.

    “Tapi rasanya sama enak kan mbak” sahutku sambil meremas lembut dadanya.

    Dia mencubit pipiku lagi lalu berkata, “Ternyata kamu pinter juga ya, hayoo ketauan kamu sering begituan ama cewek yaa..” selidiknya sambil memasang muka masam.

    “Aah nggak kok mbak, aku cuma sering nonton film BF, jadi aku tau gimana cara muasin cewek” balasku menangkis tudingannya.

    “Udah nggak apa2 kok, mbak malah senang kamu udah pinter, kan mbak nggak perlu ngajarin kamu lagi kan, naah sekarang mbak mau ngerasain kontolmu itu sayang..” sahutnya sambil tangannya meremas kontolku yg masih tegang dengan gemas.

    Mendengar ucapannya itu aku langsung mencium dadanya, kuciumi kedua payudaranya dengan lembut tapi puting susunya sengaja aku tidak lumat, hanya aku sentuh dan gesek dengan bibirku sambil sesekali kugesekkan ujung hidungku pada puting susunya yg mulai mengeras.

    Dia hanya merintih geli saat kulakukan itu, lalu dengan gerakan cepat dan tiba2 aku menerkam puting susunya yg sebelah kiri dengan bibirku. Kugigit lembut putingnya dengan bibirku lalu kubuat gerakan memelintir puting susunya, tubuhnya tersentak sedikit saat kulakukan itu.

    Tangannya meremas rambutku lembut, mulutnya menggumamkan kata2 tidak jelas pertanda birahinya mulai beranjak naik lagi. Tanganku bergerak meremas dadanya yg sebelah kanan, lalu kupelintir puting susunya dengan dua jariku, perlahan kurasakan kedua puting susunya makin mengeras.

    Tangannya makin kuat meremas kontolku dan kurasakan sedikit sakit saat jarinya meremas kontolku dengan agak kuat, kugeser pantatku sedikit agar remasannya pada kontolku bisa sedikit berkurang.

    Puas bermain di dadanya, kugeser tanganku perlahan menuruni tubuhnya, kuraba perutnya yg masih rata tanpa lemak walau sudah pernah melahirkan lalu semakin turun ke bawah ke arah vaginanya. Kakinya semakin dilebarkan saat jemariku sampai di daerah paling sensitif di tubuhnya.

    Jari telunjukku kuletakkan tepat di atas klitorisnya dan jari tengahku menyentuh permukaan bibir vaginanya yg telah mulai membasah lagi. Kugerakkan kedua jariku berirama dan kuhisap kuat2 puting susunya, perlakuanku itu membuatnya makin tidak mampu menahan diri. Tiba2 dia mendorong tubuhku lalu dengan cepat dia menaiki tubuhku.

    “Kamu nakal..awas ya sekarang giliran kamu kubikin lemes..” ucapnya sambil memegang kontolku lalu diarahkannya ke arah vaginanya yg telah merekah basah. Setelah dirasa pas lalu dia menekan pinggulnya perlahan, erangan nikmat keluar dari mulut kami bersamaan saat kulit kelamin kami mulai bersentuhan, nikmat sekali. Karena vaginanya telah sangat basah maka dengan mudah seluruh kontolku dapat masuk ke dalam vaginanya, lalu pinggulnya mulai bergerak naik turun dengan cepat. Kuimbangi gerakan naik turunnya dengan arah berlawanan, jadi penetrasi yg terjadi semakin dalam dirasakannya.

    Kontolku terasa dijepit oleh vaginanya, aku tidak menyangka walaupun dia pernah melahirkan sampai 2 kali ternyata vaginanya masih sangat nikmat, mampu menjepit dan memberikan gesekan nikmat pada kontolku.

    Suara berkecipak akibat kelamin kami yg beradu ditambah suara rintihan dan erangan nikmat dari mulut kami membuat suasana kamar menjadi semakin erotis. Kuremas kedua payudaranya yg bergelantungan di atas tubuhku, kupilin puting susunya kadang kutarik lembut hingga membuatnya makin tak mampu menahan diri.

    Beberapa menit kami melakukan ini, aku berusaha bertahan untuk tidak keluar terlebih dulu, karena aku ingin memberinya kepuasan ganda hari itu. Akhirnya puncak kenikmatan itu mulai dirasakannya, rintihan nikmatnya makin kuat terdengar.

    “Uugh sayang, aku mau keluar lagi..eempf..” rintihnya, tangannya kuat mencengkeram dadaku dan kurasakan kukunya mencakar kulit dadaku. Dibarengi teriakan nikmatnya lalu tubuhnya menegang kaku sesaat, kedua matanya rapat terpejam dan mulutnya terbuka menggumamkan jerit kenikmatan.

    Mendengar rintihan nikmatnya membuatku tak mampu lagi menahan diri, aku juga mulai merasakan adanya aliran yg semakin kuat membuncah di kontolku seakan ingin meledak.

    “Aah mbak..Santii..aku juga..aahh..” ucapku tersendat saat air maniku tak mampu lagi kubendung menyemprot kuat di dalam vaginanya. Mendapat semprotan air maniku yg kuat di dalam vaginanya membuat dirinya orgasme untuk ketigakalinya.

    Saat orgasmenya yg ketiga dia melumat bibirku dengan buas, teriakan nikmatnya tertahan di dalam mulutku bercampur dengan erangan nikmatku. Kami saling berpelukan erat menikmati sisa orgasme yg kami rasakan, kontolku masih tertancap kuat di dalam vaginanya.

    Bibirku dan bibirnya saling melumat, dengan mata terpejam kami menikmati sensasi nikmat ini. Setelah rasa nikmat itu mulai mereda, tubuhnya bergulir lunglai ke sisiku. Kami memandangi langit2.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sek Janda Kembang Yang Suka Ngulum Kontol

    Cerita Sek Janda Kembang Yang Suka Ngulum Kontol


    1807 views

    Perawanku – Peristiwa itu bermula ketika aku berkeinginan untuk mencari tempat koskosan di Surabaya Pada saat itu, pencarian tempat kostkostan ternyata membuahkan hasil. Setelah aku menetap di tempat kost kostan yang baru, aku berkenalan dengan seorang wanita, sebut saja namanya Via.

    Umur Via saat itu baru menginjak 30 tahun dengan status janda Tionghoa beranak satu. Perkenalanku semakin berlanjut. Pada saat itu, aku baru saja habis mandi sore. Aku melihat Via sedang dudukduduk di kamarnya sambil nonton TV. Kebetulan, kamarku dan kamarnya bersebelahan.

    Sehingga memudahkanku untuk mengetahui apa yang diperbuatnya di kamarnya. Dengan hanya mengenakan handuk, aku mencoba menggoda Via.

    Dengan terkejut ia lalu meladeni olokolokanku. Aku semakin berani mengolokoloknya. Akhirnya ia mengejarku. Aku purapura berusaha mengelak dan mencoba masuk ke kamarku.

    Eh.. ternyata dia tidak menghentikan niatnya untuk memukulku dan ikut masuk ke kamarku.

    Awas kamu.. entar kuperkosa baru tahu.. gertaknya.
    Coba kalau berani.. tantangku penuh harap.  Agen Obat Kuat Pasutri

    Aku menatap matanya, kulihat, ada kerinduan yang selama ini terpendam, oleh jamahan seorang lelaki.

    Kemudian,tanpa dikomando ia menutup kamarku. Aku yang sebenarnya juga menahan gairah tidak membuangbuang kesempatan itu. Aku meraih tangannya, Via tidak menolak.

    Kemudian kami samasama berpagutan bibir. Ternyata, wanita cantik ini sangat agresif.Belum lagi aku mampu berbuat lebih banyak, ternyata ia menyambar handuk yang kukenakan.

    Ia terkejut ketika melihat kejantananku sudah setengah berdiri. Tanpa basabasi, ia menyambar kejantananku serta meremasremasnya.

    Oh.. enaaakkkk.. terssussh.. desahanku ternyata mengundang gairahnya untuk berbuat lebih jauh.

    Tibatiba ia berjongkok, serta melumat kepala kontolku.

    Cerita Sek Janda Kembang Yang Suka Ngulum Kontol

    Cerita Sek Janda Kembang Yang Suka Ngulum Kontol

    Uf.. Sshhhh.. Auuhhhh.. Nikmmaat..Ia sangat mahir seperti tidak memberikan kesempatan kepada untuk berbuat tanya.

    Dengan semangat, ia terus mengulum dan mengocok kontolku. Aku terus dibuai dengan sejuta kenikmatan. Sambil terus mengocok, mulutnya terus melumat dan memajumundurkan kepalanya.

    Oh.. aduhh.. teriakku kenikmatan.

    Akhirnya hampir 10 menit aku merasakan ada sesuatu yang mendesak hendak keluar dari kontolku.

    Oh.. tahann.. sshhhhh. Uh.. aku mau kkeluaar.. Oh..

    Dengan seketika muncratlah air maniku ke dalam mulutnya. Sambil terus mencok dan mengulum kepala kontolku, Via berusaha membersihkan segala mani yang masih tersisa. Aku merasakan nikmat yang luar biasa.

    Via tersenyum. Lalu aku mencium bibirnya. Kami berciuman kembali. Lidahnya terus dimasukkan ke dalam mulutku. Aku sambut dengan mengulum dan menghisap lidahnya. Perlahanlahan kejantananku bangkit kembali.

    Kemudian, tanpa kuminta, Via melepaskan seluruh pakaiannya termasuk bra dan CDnya. Mataku tak berkedip. Buah dadanya yang montok berwarna putih mulus dengan puting yang kemerahan terasa menantang untuk kulumat. Kuremasremas lembut payudaranya yang semakin bengkak.

    Ouuuhh.. Teruss Rik.. Terusssss.. desahnya.

    Kuhisaphisap pentilnya yang mengeras, semnetara tangan kiriku menelusuri pangkal pahanya. Akhirnya aku berhasil meraih belahan yang berada di celahcelah pahanya. Tanganku mengesek geseknya.

    Desahan kenikmatan semakin melenguh dari mulutnya. Kemudian ciumanku beralih ke perut dan terus ke bawah pusar. Aku membaringkan tubuhnya ke kasur. Tanpa dikomando, kusibakkan pahanya. Aku melihat vaginanya berwarna merah muda dengan rumputhitam yang tidak begitu tebal. Dengan penuh nafsu, aku menciumi memeknya dan kujilati seluruh bibir kemaluannya.

    Oh.. teruss.. Rik.. Aduhh.. Nikmat..

    Aku terus mempermainkan klitorisnya yang lumayan besar. Seperti orang yang sedang mengecup bibir, bibirku merapat dibelahan vaginanya dan kumainkan lidahku yang terus berputarputar di kelentitnya seperti ular cobra.

    Rik.. oh.. teruss sayangg.. Oh.. Hhh.

    Desis kenikmatan yang keluar dari mulutnya, semakin membuatku bersemangat. Kusibakkan bibir kemaluannya tanpa menghentikkan lidah dan sedotanku beraksi.

    Srucuupsrucuup.. oh.. Nikmat.. Teruss.. Teruss..

    teriakannya semakin merintih. Tibatiba ia menekankan kepalaku ke memeknya, kuhisap kuat lubang memeknya. Ia mengangkat pinggul, cairan lendir yang keluar dari memeknya semakin banyak.

    Aduhh.. Akku.. keluuaarr.. Oh.. Oh.. Croot.. Croot.

    Ternyata Via mengalami orgasme yang dahsyat. Sebagaimana yang ia lakukan kepadaku, aku juga tidak menghentikan hisapan serta jilatan lidahku dari memeknya.

    Cerita Mesum Janda Cina

    Aku menelan semua cairan yang kelyuar dari memeknya. Terasa sedikit asin tapi nikmat. Via masih menikmati orgasmenya, dengan spontan, aku memasukkan kontolku ke dalam memeknya yang basah. Bless..

    Oh.. enakk..

    Tanpa mengalami hambatan, kontolku terus menerjang ke dalam lembutnya vagina Via.

    Oh.. Viaa.. sayang.. enakk.

    Batang kontolku sepeti dipilinpilin. Via yang mulai bergairah kembali terus menggoyangkan pinggulnya.

    Oh.. Rik.. Terus.. Sayang.. Mmhhss..

    Kontolku kuhujamkan lagi lebih dalam. Sekitar 15 menit aku menindih Via.. Lalu ia meminta agar aku berada di bawah.

    Kamu di bawah ya, sayang.. bisiknya penuh nikmat.

    Aku hanya pasrah. Tanpa melepaskan hujaman kontolku dari memeknya, kami merobah posisi. Dengan semangat menggelora, kontolku terus digoyangnya.

    Cerita Ngentot Janda Cina

    Via dengan hentakan pinggulnya yang maju mundur semakin menenggelamkan kontolku ke liang memeknya.

    Oh.. Remas dadaku.. Sayaangg. Terus.. Oh.. Au.. Sayang enakk..

    erangan kenikmatan terus memancar dari mulutnya.

    Oh.. Via.. terus goyang sayang.. teriakku memancing nafsunya.

    Benar saja. Kirakira 15 menit kemudian goyang pinggulnya semakin dipercepat. Sembari pinggulnya bergoyang, tangannya menekan kuat ke arah dadaku. Aku mengimbanginya dengan menaikkan pinggulku agar kontolku menghujam lebih dalam.

    Erikkkk.. Ah.. aku.. Keluuaarr, sayang.. Oh..

    Ternyata Via telah mencapai orgasme yang kedua. Aku semakin mencoba mengayuh kembali lebih cepat. Karena sepertinya otot kemaluanku sudah dijalari rasa nikmat ingin menyemburkan sperma.

    Kemudian aku membalikkan tubuh Via, sehingga posisinya di bawah. Aku menganjal pinggulnya dengan bantal. Aku memutarmutarkan pinggulku seperti irama goyang dangdut.

    Oh.. Via.. Nikmatnya.. Aku keluuarr.. Creett.. Creett.. Tttcreett.

    Aku tidak kuat lagi mempertahankan sepermaku.. Dan langsung saja memenuhi liang vagina Via.

    Oh.. Rik.. kau begitu perkasa.

    Telah lama aku menantikan hal ini. Ujarnya sembari tangannya terus mengelus punggungku yang masih merasakan kenikmatan karena, Via memainkan otot kemaluannya untuk meremasremas kontolku.

    Kemudian, tanpa kukomando, Via berusaha mencabut kontolku yang tampak mengkilat karena cairan spermaku dan cairan memeknya.

    Cerita sex, Cerita Dewasa, cerita mesum

    Dengan posisi 69, kemudian ia meneduhi aku dan langsung mulutnya bergerak ke kepala kontolku yang sudah mulai layu. Aku memandangi lobang memeknya. Via terus mengulum dan memainkan lidahnya di leher dan kepala kontolku. Tangan kanannya terus mengocokngocok batang kontolku. Sesekali ia menghisap dengan keras lobang kontolku. Aku merasa nikmat dan geli.

    Ohh.. Via.. Geli.. desahku lirih.

    Namun Via tidak peduli. Ia terus mengecup, mengulum dan mengocok ngocok kontolku. Aku tidak tinggal diam, cairan rangsangan yang keluar dari vagina Via membuatku bergairah kembali. Aku kemudian mengecup dan menjilati lobang memeknya. Kelentitnya yang berada di sebelah atas tidak pernah aku lepaskan dari jilatan lidahku.

    Aku menempelkan bibirku dikelentit itu.

    Oh.. Rik.. nikmat.. ya.. Oh.. desisnya.

    Via menghentikan sejenak aksinya karena tidak kuat menahan kenikmatan yang kuberikan.

    Oh.. Terus.. Sss. desahnya sembari kepalanya berdiri tegak.

    Kini mememeknya memenuhi mulutku. Ia menggerakgerakkan pinggulnya.

    Ohh.. Yaahh. Teruss.. Oh.. Ooohh aku menyedot kuat lobang vaginanya.

    Rik.. Akukk ohh.. Keluuaarrrrr.. Ssshhhhssss.. Ia menghentikan gerakannya, tapi aku terus menyedotnyedot lobang memeknya dan hampir senmua cairan yang keuar masuk kemulutku.

    Kemudian dengan sisasisa tenaganya, kontolku kembali menjadi sasaran mulutnya. Aku sangat suka sekali dan menikmatinya. Kuakui, Via merupakan wanita yang sangat pintar membahagiakan pasangannya.

    Cerita sex, Cerita Dewasa, cerita mesum

    Via terus menghisap dan menyedoti kontolku sembari mengocokngocoknya. Aku merasakan nikmat yang tiada tara.

    Oh.. Via.. Teruss.. Teruss.. rintihku menahan sejuta kenikmatan.

    Via terus mempercepat gerakan kepalanya.

    Au.. Via.. Aku.. Keluuarr.. Oh.. Croott.. Croott.. Croot.. Maniku tumpah ke dalam mulutnya.

    Sementara Via seakan tidak merelakan setetespun air maniku meleleh keluar.

    Terimakasih sayang.. ucapku.. Aku merasa puas.. Ia mengecup bibirku.

    Rik.. mungkinkah selamanya kita bisa seperti ini. Aku sangat puas dengan pelayananmu. Aku tidak ingin perbuatan ini kau lakukan dengan wanita lain. Aku sangat puas. Biarlah aku saja yang menerima kepuasan ini.

    Aku hanya terdiam. Sejak saat itu, aku sering meniduri di kamarnya, selalu dalam keadaan telanjang bulat, terkadang dia juga tidur di dalam kamar kostku, tentu saja dengan mengendapendap. Terkadang, kami tidur saling tumpang tindih, membentuk posisi 69, aku tertidur dengan menghirup aroma segar kemaluannya, sedangkan Via mengulum penisku.

    Di kala pagi, penisku selalu ereksi, diemutemutnya penisku yang ereksi itu, sementara aku dengan cueknya tetap tidur sambil menikmati oralnya, terkadang aku jilat kemaluannya karena gemas.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

     

  • Bagaikan Kucing Di Beri Daging Ikan

    Bagaikan Kucing Di Beri Daging Ikan


    1471 views

    Perawanku –  Namaku Diki, 28 tahun. Aku adalah seorang staf perusahaan perbankan pemerintah di Bandung. Di kantorku, ada seorang sekretaris kepala divisi Treasury bernama Ivone, berusia 34 tahun telah menikah namun belum juga dikarunia anak. Katanya sih.. Ivone dan suaminya sama-sama tidak masalah, tapi ternyata selama 8 tahun pernikahannya masih juga kosong.

    Cerita Sex,Cerita Hot,Cerita Sex Bergambar,Cerita Mesum,

    Karena pekerjaanku banyak berhubungan dengan divisi dia, maka otomatis aku sering bekerjasama dengan staf-staf di divisinya, termasuk dengan Ivone. Keakraban ini semakin lama semakin erat sampai antara dia dan aku sering menceritakan hal-hal yang bersifat pribadi. Tetapi sejauh ini hanya sebatas itu saja, tidak pernah terpikir untuk melakukan affair, disamping posisi dia sebagai istri orang, secara fisik pun aku tidak terlalu tertarik.

    Suatu hari, aku menuju ruangan divisi treasury. Kutengok meja kerja sekretris Kadiv, ternyata Ivone keliatan lesu.
    “Sedih amat tampangnya hari ini?” pikirku.
    “Hai, kenapa Non..? Kok lesu..?” tanyaku.
    “Eh, nggak. Nggak pa-pa kok,” jawabnya sambil pura-pura menyibukkan diri.
    “Oke, tapi jangan lesu gitu dong, masa sekretaris tampangnya nggak seger ah..!” kataku sedikit menggoda.
    Dia tidak berkomentar, “Ok, aku mo ke Pak Handi dulu ya..” (Pak Handi adalah Kepala Bagian Treasury) kataku.

    Setelah selesai menghadap Pak Handi, mendadak vibra HP-ku bergetar, dan kulihat ada 1 SMS masuk dan kubaca.
    Dik, aku mo minta tolong but secret ya.. dari No HP-nya Ivone.
    Segera aku menghampiri meja kerjanya dan kulihat dia masih membuka-buka kertas sambil pandangan matanya kemana.

    “Kenapa..? Ada apa sih..?” tanyaku.
    “Eh, udah selesai..? Aku mo ngomong tapi aku malu. Dan mending lewat SMS aja ya..!” pintanya.
    “Lho.. kenapa musti lewat SMS..? mending sekarang aja..” jawabku.
    “Nggak.., soalnya. Emhh.. gimana ya, eh mending nggak jadi aja deh..!” kata dia.
    “Lho, gimana sih, kenapa sih Vonee..?” tanyaku penasaran.
    “Udah nanti via SMS aja, dah aku mo kerja dulu,” kata dia singkat.
    “Ya udah, aku tunggu..” aku menjawab sambil kembali ke ruangan kerjaku.

    Sepuluh menit kemudian, ketika aku sedang membuat laporan, mendadak vibra HP-ku bergetar dan kulihat 1 SMS masuk dari Ivone.
    Dik, mau tolong aku nggak..?
    Segera kubalas melalui SMS, Tlng apa sie? Pnj duit? (tolong apa sih? Pinjam duit?)
    Jg becnd, serius! Tp aku ML ngmngnya.. (Jangan bercanda, serius! Tapi aku malu ngomongnya..)
    ok, serius & jg ml, da apa? (Ok, serius dan jangan malu, ada apa?)
    aku pgn pny anak.. (Aku pingin punya anak..)

    Sesaat aku bengong membaca balasan SMS-nya.
    “Ivone ingin punya anak..? Lho wajarkan..! Maksudnya apa ya?” pikirku dalam hati.
    aku gk ngerti, langsung kbalas lagi SMS-nya.
    aku pgn pny anak, tlng bnt aku..
    dgn cara apa?? Aku gak ngerti??
    Lama kutunggu balasan SMS-nya.

    Baru 10 menit kemudian vibrator HP-ku bergetar.
    ..ML W/U..
    Apaa..! Tidak pernah terpikir olehku mendapat jawaban SMS seperti ini. Ivone, sekretaris Kadiv, tinggi 166 cm. Putih, bentuk tubuh proporsional, rambut sebahu, wajah manis, ingin agar aku memberikan benih sperma agar dia dapat memiliki anak. Bingung aku menjawab SMS-nya.

    1 jam.. 2 jam.. sampai istirahat aku belum membalas SMS-nya. Aku berpikir, gimana ya? Easy come easy go aja deh. Yang penting kesempatan. Toh dia yang minta, jangan pakai rasa, pakai nafsu saja. Ha.. haa.. haa.. tidak pernah terpikirkan olehku.

    Mendadak vibrator HP-ku bergetar dan kulihat SMS dari Ivone.
    sorry, anggap aku gak prnh krm SMS spt td..
    Woow.., rupanya dia ragu-ragu. Langsung kutelpon dia.
    “Halo, Vone.. aku mau membantu kamu. Sore ini pulang kantor..” langsung aku berbicara tanpa basa-basi.
    “Mh.. sorry aku nggak berpikir panjang tadi pagi.” terus dia diam.
    “Pokoknya sore ini kita pulang bareng. Aku jemput kamu di Holland bakery merdeka jam 17.00 oke.” kataku.
    “Hm.. iya sampe jam 17.00 nanti.” katanya.

    Langsung aku berpikir, gila.. beneran ini peristiwa yang tidak kubayangkan. Harus rapih.. dan aman.. jangan sampai diketahui orang kantor..

    Pukul 16.45, aku segera pulang dan menuju ke arah Jl. Merdeka. Kulihat Ivone telah menunggu di muka Holland bakery dan langsung dia menaiki corolla SE-ku.
    “Udah lama..?” tanyaku.
    “Nggak, paling baru lima menit,” jawab dia tegang.
    “Hm.. kita ke atas aja ya..?” memberi alternatif.
    “Terserah Diki deh..” Ivone masih menjawab dengan tegang.
    Akhirnya aku yang banyak bicara agar dia tidak tetap tegang, walaupun sebenarnya aku juga tegang.

    Kurang lebih 30 menit kemudian aku memasukkan mobil ke hotel ‘GS’ di jalan Setiabudhi, dan langsung memasukkan mobil di dalam ruang parkir kamar hotel, jadi posisinya benar-benar aman. Sesampainya di kamar Hotel ‘GS’ di jalan Setiabudi, Ivone langsung duduk di kasur, sedangkan aku langsung menyalakan TV dan masih berpikir.
    “Apa ini mimpi, aku di kamar hotel bareng Ivone dan berencana melakukan sesuatu. Haah.., bodo amat, sing penting awalnya dia yang minta..” ujarku dalam hati.

    Ivone kemudian bangkit menuju balkon kamar, “Kamu sering ke sini Dik..?” tanyanya.
    “Hm.. nggak, nggak pernah tuh.. (padahal aku seringnya ke hotel ‘PK’ yang masih satu jalur, hanya lebih di atas), kenapa emang..?” aku balik bertanya.
    “Enggak, kali aja, kamu mungkin sering bawa pacar-pacar kamu check-in..?” katanya.
    “Ha.. ha.. kan selama ini kamu tau siapa aku dan sekarang emang aku juga lagi jomblo kok,” ujarku.
    “Iya ya, aku kok jadi bego gini.., padahalkan kamu sendiri udah sering cerita tentang pacar-pacar kamu,” dia jadi geli sendiri.

    “Dik, kalo kamu kagok mending nggak usah deh, kita cancel aja?” kata dia ragu.
    “Mh.. emang sie aku kaget, kenapa sie.. atas dasar apa..?” tanyaku.
    “Mo tau, pertama aku merasa jenuh banget ama kehidupan pernikahanku.. belum juga dikarunai anak, segala macam udah aku coba.. tau sendiri kan, lama-lama aku merasa bosan dengan pernikahanku Dik, dan mendadak terpikir keinginan seperti ini,” kata Ivone.

    “Hm.. it’s okey for me.. kamu tau kan aku. Easy come easy go. Aku pikir selama nggak pake rasa, kenapa musti ditolak.. wong kucing disodorin daging, mana tahan. He.. he..” kataku.
    “Dasar.. Dikii.., itu yang jadi alasan kenapa aku minta tolong ama kamu.., soalnya kamu nggak terlalu ambil pusing ama suatu kondisi,” kata Ivone sambil tersenyum.
    “So, gimana..? Kita bukan sepasang kekasih.. kita cuma dua manusia dewasa yang sama-sama mengerti apa itu making love, tapi tetep aja aku pengen kamu juga menikmatinya, dan aku perlakukan seperti seorang wanita,” kataku sedikit ngegombal.

    Aku tidak memberikan kesempatan untuk Ivone berkata apa-apa lagi. Aku langsung memeluk dan melumat bibirnya. Ivone gelapan dan tidak kuasa menolak ketika aku mulai membuka Blazer dan kaos ketat ungu serta membuka celana panjangku. Aku disuruhnya duduk di atas meja. Dengan elusan tangannya, aku membuka bra-nya yang berukuran 36B dan celana dalamnya. Ivone mulai terangsang dan menjadi beringas, bagaikan macan kelaparan. Terlebih ketika aku mulai menciumi lubang kewanitaannya yang menebarkan harum yang khas.

    “Ah.. uh.. ah.. uh.. ah.. Dikii.. Ivone maluu.. jangan diciumin.. Ah.. ah.. uh shh.. shh.. uh..” Ivone mengeliat sambil mengacak-acak rambutku dan lalu sedikit mendorong kepalaku.
    “Dikii Ivone belum pernah dicium bagian yang paling vital seperti itu. Kamu nggak jijik..?”
    Wah, rupanya dia benar-benar seorang wanita yang belum pernah merasakan eksplorasi semua wilayah.
    “Emang Mas-mu nggak pernah..?” tanyaku.
    “Enggaak,” jawabnya sambil menunduk dan menggigit bagian bawah bibirnya.
    “Von, sayang aku beri kamu sebuah pengalaman yang nggak bakal kamu lupakan ya,” ujarku sambil kembali menciumi vaginanya.

    Kemudian lidahku merojok-rojok vaginanya dan menjilat klitorisnya yang sebesar kacang kedelai.Ivone kemudian membuka kemeja dan celana kerjaku. Dia sedikit teriak Kaget! Melihat ‘barang’-ku sudah keluar melewati celana dalamku. Kelihatan ujungnya memerah.
    “Aah.. Dikii Aku takut, apa muat..? Punyamu gede gitu..?”
    Aku tidak menghiraukan pertanyaannya.

    Satu jari kumasukkan ke dalam lubang kewanitaannya. Kukeluar-masukkan jari itu dan diputar-putar. Digoyang ke kanan dan kiri. Satu jari kumasukkan lagi.
    “Ah.. uh.. ah.. sh.. uhh.. shh.. terus Diik.. aduh.. nggak kuat Dikki. Aku mau keluar nih..!”
    Akhirnya Ivone basah. Aku tersenyum puas.

    “Sekarang gantian ya, jilatin punyaku dong Von..!” aku meminta kepadanya.
    “Tapi punyamu panjang, muat nggak ya..?” jawabnya.
    “Coba saja dulu, Sayang.. Nanti juga terbiasa.”
    “Auh.. aw.. jangan didorong dong Dik, malah masuk ke tenggorokkanku, pelan-pelan saja ya. Punyamu kan panjang.”

    Sekitar lima belas menit kemudian eranganku semakin menjadi-jadi.
    “Ah.. uh.. oh.. ah.. sh.. uh.. oh.. ah.. uh..”
    Terasa Ivone menghisap semakin kuat, aku pun semakin keras erangannya. Tangangku bekerja lagi mengelus vaginanya yang mulai mengering menjadi basah kembali. Mulut Ivone masih penuh kemaluanku dengan gerakan keluar masuk seperti seorang penyanyi.

    “Ivone, aku nggak tahan.., masukkin saja ke punyamu ya..?” pintaku.
    Ivone hanya menganggukkan kepala saja, kedua kakinya kuangkat ke pundak kiri dan kananku, sehingga posisinya mengangkang. Aku melihat dengan jelas kemaluan Ivone, wanita yang telah bersuami yang tidak pernah kubayangkan akan berada di hadapanku dalam situasi seperti sekarang ini.

    Aku mulai menyenggol-nyenggolkan ujung kemaluanku pada bibir vaginanya.
    “Aaah Dikii..” Ivone pun kegelian.
    Lalu kubuka kemaluannya dengan tangan kiriku, dan tangan kananku menuntun kemaluanku yang besar dan panjang menuju lubang kewanitaannya. Kudorong perlahan, “Sreett..,” mulai kurasakan ujung kemaluanku masuk perlahan. Aku melihat Ivone meringis menahan sakit, aku berhenti dan bertanya.
    “Sakit ya..?”
    Ivone tidak menjawab, hanya memejamkan matanya sambil menggigit bibirnya.

    Aku menggoyang perlahan dan, “Bleess..” kugenjot kuat pantatku ke depan hingga Ivone menjerit, “Aaauu.. Diikkii.. aahh..!”
    Kutahan pantatku untuk tidak bergerak. Rupanya kemaluannya agak sakit, dan dia juga ikut diam sesaat. Kurasakan kemaluannya berdenyut, Ivone berusaha mengejang, sehingga kemaluanku merasa terpijit-pijit.

    Selang beberapa saat, kemaluannya rupanya sudah dapat menerima semua kemaluanku dan mulai berair, sehingga ini memudahkanku untuk bergerak. Aku merasa bahwa Ivone mulai basah dan terasa ada kenikmatan mengalir di sela pahaku. Perlahan aku menggerakkan pantatku ke belakang dan ke depan. Ivone mulai kegelian dan nikmat. Ia mengikutiku dengan ikut menggerakkan pantatnya berputar.

    “Aduhh.., Ivonee..,” erangku menahan laju gerakan pantatku.
    Rupanya dia juga kegelian kalau aku menggerakkan pantatku. Ditahannya pantatku kuat-kuat agar tidak maju-mundur lagi, justru dengan menahan pantatku kuat-kuat itulah aku menjadi geli karena Ivone bergerak memutar-mutar pantatnya, dia semakin kuat memegangnya.

    Kucoba mempercepat gerakan pantatku berputar semakin tinggi dan cepat, kulihat hasilnya dia mulai kewalahan, dia terpengaruh iramaku yang semakin lancar. Ivone menurunkan kakinya dan menggamit pinggangku, Ivone memegang batang kemaluanku yang keluar masuk liang kewanitaannya, ternyata masih ada sisa sedikit yang tidak dapat masuk ke liang vaginanya. Ivone pun mengerang keasyikan.
    “Kecepek.., kecepek..,” bunyi kemaluannya saat kemaluanku mengucek habis di dalamnya.
    Tampaknya Ivone kegelian hebat, “Vonee.. aku mau keluar, Tahan ya..!” pintaku.

    “Sreet.., sreett.., sreett..,” kurasakan ada semburan hangat bersamaan dengan keluarnya pelicin di kemaluanku, dia memelukku erat demikian pula aku.
    Kakinya dijepitkan pada pinggangku kuat-kuat seolah tidak dapat lepas. Dia tersenyum puas.
    “Ivone sayang.., jepitan kemaluan kamu benar-benar. Sungguh luar biasa, enak gila, kepunyaanmu memijit punyaku sampai nggak karuan rasanya, aku puas Vonee.”
    “Aahh.. kamu bohong, cowok seperti kamu itu emang paling bisa muji cewe.”
    Dia hanya tersenyum dan kembali mengulum bibirku kuat-kuat.

    “Sumpah, Vone..! Apakah kamu masih akan memberikannya lagi untukku..?” tanyaku.
    “Pasti..! Tapi ada syaratnya..,” jawabnya.
    “Apa dong syaratnya..?” tanyaku penasaran.
    “Gampang saja.., aku ingin punya anak, aku ingin kamu membantu aku agar aku hamil..!”
    “Oke deh.. itu masalah gampang. Lagipula. Ini kemauan kita berdua tidak ada paksaan dan itung-itung aku amal. He.. he..”
    “Dasar..!” Ivone mencubit pinggangku.

    Kemudian kami sama-sama mengatur napas dan menghimpun kembali tenaga yang cukup terkuras. Ivone berbaring di sampingku sambil memainkan bulu dadaku. Tidak lama kemudian, dia kembali mencoba merangsangku dengan menciumi dadaku.
    “Aahh.. Ivone. Kamu jadi bandel ya..? Harus tanggungjawab udah bikin aku kerangsang.” kataku.

    Penisku kembali mengeras dan tidak sabar lagi ingin dimasukkan dalam liang vagina penuh lendir yang terasa manis dan nikmat di mulutku ini. Maka aku memanjat tubuhnya dan melebarkan kangkangan kedua paha Ivone sambil memposisikan penisku di depan vaginanya. Kedua tangan Ivone memegang bahuku, dengan lembut kubelai pipi dan rambutnya dan kuciumi bibirnya dengan lembut. Kutekan penisku masuk perlahan-lahan ke dalam liang vaginanya. Mata Ivone terbelalak merasakan tekanan penisku pada vaginanya. Ia kembali menggigit bibirnya sementara aku terus memasukkan penisku semakin dalam ke dalam vaginanya, membuat Ivone semakin keras menggigit bibirnya.

    “Ouggh Dikii.. aah.. hhkk..” erangan kenikmatan terdengar dari bibirnya.
    “Slepp..” kutekan batang penisku sedalam-dalamnya hingga pangkal penisku menempel di bibir vaginanya.
    Nikmat sekali kurasakan vagina teman kerjaku yang terasa sangat sempit ini.
    “Ohh, Voon..!” desahku sambil mulai menarik penisku keluar hingga setengah jalan, lalu menekannya kembali hingga masuk penuh sampai ke pangkal penisku.
    “Ohh.. ohh.. Ivoon.. aah.. ouggh.. ohh..”

    Aku pun mulai memaju-mundurkan pantatku, sementara Ivone mengimbangi dengan memutar pantatnya dengan tetap menggigit bibirnya. Entah apa yang ia rasakan, mungkin sama seperti yang kurasakan saat itu adalah kenikmatan hebat melakukan perbuatan penuh birahi.

    “Ohh.. ohh Sayang.. mmhh.., aku cinta kamu, Voon..” kubisikkan lembut kata-kata cinta gombal di telinganya sementara tanganku meraba-raba putingnya yang mengeras dan mengacung itu dengan lembut dan penuh perasaan tanpa menghentikan gerakan pantatku yang maju-mundur di vaginanya dengan penis besar dan kerasku yang lembut dan perlahan-lahan.
    “Ohh Sayang.. ohh Ivoon.. Sayang.. Mmhh.. Sayang.. oh.., aku cinta kamu Sayang..”
    Bisikan-bisikan cintaku kuselingi dengan sesekali menjilati telinga, leher dan bibirnya. Kadang turun ke buah dada dan putingnya. Kuhisap bibirnya dengan bernafsu. Hampir 10 menit kulakukan ini.

    Tubuh Ivone mengikuti rangsanganku dan pantatnya terus bergerak mengikuti irama sodokan penisku yang mulai agak kupercepat.
    “Hnghh.. mmhh.. hh.. ohh..” desahan dan erangan dari celah bibirnya kembali terdengar.
    Kedua tangannya yang tadi memegang bahuku mulai berpindah meraba-raba puting dadaku dan punggungku.

    Saat mulutku kembali melahap bibirnya, tangannya langsung berpindah mengacak-acak rambutku sambil menekan kepalaku hingga ciuman kami benar-benar terasa ketat dan penuh birahi, dibarengi dengan gerakan lidahnya yang semakin liar merespon dan melilit lidahku yang dengan ganas menjilati isi mulutnya.

    Erangan dan desahan kami semakin liar seiring dengan genjotan penisku pada vaginanya yang semakin mengganas dan cepat, dimana pantat kami maju-mundur dengan cepat dan bernafsu, membuat selangkangan kami saling menghantam dengan keras dan hebat. Lidah dan bibirku menari liar menjilat dan menghisap putingnya, sementara ia menjambak rambutku, menekan kepalaku agar menancap lebih dalam di dadanya.

    15 menit yang liar dan penuh birahi berlalu hingga mendadak Ivone mengejang dan kakinya menjepit keras melingkari pantatku.
    “Aahh..! Aahh..! Diikii..!” ia memekik dan menjambak rambutku keras dengan bola mata berputar hingga hanya terlihat putih matanya saja, lalu “Ahk..!” kembali memekik tertahan menyertai sentakan terakhir pantatnya membuat penisku tertancap sedalam-dalamnya pada vaginanya yang meledakkan lendir orgasme panas hingga meleleh keluar dari vaginanya.

    Ivone ambruk lemas tidak dapat bergerak lagi dengan napas memburu, sementara penisku masih keras berdenyut-denyut di dalam vaginanya.
    “Aaah, Dikii capee..” Ivone berkata lirih.
    Aku masih berdiam di atas badannya dengan penisku masih menancap dalam vaginanya.
    “Aku masih belum juga nih, nanggung Sayang..” kataku.

    Lalu kutuntun agar ia berbalik memunggungiku sambil berlutut, dan kudorong punggungnya hingga menungging. Kutarik kedua pahanya hingga semakin mengangkang, dari belakang kulihat rekahan pantatnya yang memang padat dan besar. Lalu kumasukkan penisku ke dalam vaginanya yang memang sudah siap dimasuki itu.
    “Clep..” kumasukkan penisku ke dalam vaginanya yang sudah basah dan kuremas dengan gemas pantatnya.

    Pelan-pelan kumaju-mundurkan pantatku agar ia terbiasa dengan posisi ini, dan semakin lama semakin cepat. Penisku terasa diremas-remas oleh vagina Ivone yang sempit dan berlendir oleh rangsangan dia. Tidak dapat kuucapkan dengan kata-kata kenikmatan yang kurasakan pada seluruh tubuhku.

    Kumaju-mundurkan pantatku dengan cepat sehingga terdengar ‘keceplok’ perutku menghantam pantatnya seiring dengan semakin liarnya aku menyetubuhi Ivone dari belakang. Lama-lama ia pun mengimbangi gerakanku dengan semakin bernafsu menggoyang-goyangkan dan memaju-mundurkan pantatnya.

    Rupanya ia menyukai posisi yang kulakukan padanya ini, sebab ia tampak bernafsu menggoyang tubuhnya sementara kedua tangannya mencengkeram kasur dan desahan dan erangannya mulai berubah menjadi jeritan kecil, dan tidak terkendali, semakin lama semakin keras.
    “Ahk.. ahkk.. aahh.. ahhkk.. Dikii.. Diikkii..”

    Aku pun semakin terangsang mendengar jeritan-jeritannya ini. Maka aku pun semakin larut dalam gairah dan kenikmatan ini.
    “Voon.. nikhmaat.., Sayang.. ohh.. ohh.. ohh..”
    “Aahkk.. ahkk.. aahh.. Diikii.. Diikii.. terus..!”
    Ia menggelinjang hebat menyertai jeritan terakhirnya itu dan aku pun semakin keras menggenjotkan penisku di vaginanya sambil meremas-remas buah dadanya yang sudah sangat mengeras.

    Ivone mendorong pantatnya habis-habisan sehingga penisku menancap dalam vaginanya dengan muncratan lendir orgasme hingga meleleh keluar dari vaginanya. Kutekan penisku dalam-dalam sambil kuremas buah dadanya. Kembali ia ambruk lemas hingga penisku tercabut lepas dari vaginanya. Kutindih ia dari belakang dan kuciumi punggungnya yang basah oleh keringat terus ke leher dan telinganya. Ivone diam saja membiarkanku menjilatinya sementara napasnya terdengar memburu.

    Begitu napasnya terdengar mulai tenang, kutarik lagi pinggulnya sehingga Ivone kembali berlutut menungging seperti tadi, namun ia menoleh dan memohon.
    “Hhh.. Dikii, Ivone nggak kuat, Diik..!”
    “Aku belum keluar juga, nanggung nih..!” kataku sambil mencengkram pantatnya yang merangsang.
    Ia terdiam sementara aku pun menungging di belakangnya, lalu kujilati pantatnya dan lubang anusnya.

    Vaginanya tidak lagi kusentuh, kini lidahku habis-habisan menyerang lubang anusnya dan membuat pantat dan lubang anusnya basah kuyup. Ivone diam saja tidak bereaksi. Lalu aku bangkit dan mengarahkan penisku yang masih dipenuhi lendir orgasme teman sekerjaku ini pada lubang pantatnya, lalu perlahan-lahan kutekan pada lubang pantatnya. Ivone tersentak kaget dan menarik pantatnya sampai ia berbalik dalam posisi duduk di kasur. Rupanya ia baru menyadari apa yang ingin kulakukan.
    “Dikii, jangan Dikk.. sakiitt.. jangan di situ..!”

    Aku memeluknya dan membelai rambutnya, “Nggak Von. Diki pelan-pelan.. ya.. biar kamu merasakan sesuatu yang baru.”
    Kutarik pantatnya dengan lembut hingga kembali pada posisi menungging, penisku semakin mengeras dan membesar. Tidak berlama-lama lagi, kupegang kedua pantatnya dan kumasukkan penisku ke dalam lubang anusnya. Kepala penisku tertahan erat di ujung lubang anusnya.

    “Adduhh.. duuhh.. Diik, sakit. Duh..” erangnya.
    Segera kuludahi kedua tanganku dan kuusapkan pada batang penisku. Tidak lupa kujilati pula ujung lubang anusnya agar sedikit lebih licin, lalu kupaksakan penisku memasuki lubang anusnya yang terasa sangat sempit dan mencengkeram itu. Perlahan-lahan kukeluar-masukkan kepala penisku, terus hingga terasa lebih lancar. Tidak kuperdulikan pekik kesakitan dan meminta agar berhenti yang dilontarkan Ivone.

    Kuremas pundaknya dan kujadikan penopang untuk menarik pantatnya ke arahku, sementara pantatku maju menyodokkan penisku lebih dalam ke lubang anusnya. Kurasakan keringat dingin merembes di tubuh Ivone yang memang sudah basah berkeringat ini.
    “Dikii, sakit.. duuh.. udah ya, Dikk.. brenti ya.. pelan-pelan Diiki.. ungh..”
    Namun usahaku tidak sia-sia. Semakin lama penisku berhasil masuk semakin dalam ke dalam lubang anusnya, dan gerakan sodokanku dapat semakin cepat. Kurasakan kenikmatan menggila yang baru kali ini kurasakan saat menyetubuhi pantat teman kerjaku yang tinggi putih dan bohay (bodi aduhay) ini.

    Aku merasa seperti di surga dengan cengkeraman erat yang mengocok kejantananku dengan gila ini. Kini kemaluanku benar-benar sudah amblas ke dalam lubang anus Ivone dan kusodokkan keluar masuk dengan cepat, sementara keringat menetes dari wajah Ivone ke kasur tipis itu. Tidak lama aku mampu bertahan pada kocokan lubang anus yang mencengkeram ketat ini, kenikmatan puncak mulai meledak-ledak dalam tubuhku.
    “Ohh.. ohh.. Voon.. akuu nggak kuat.., Sayang..!”

    Aku menjerit keras dan, “Crat.. Crat..” berulang kali lendir mani kental dan panas meledak dalam pantat Ivone.
    Ia menggigit bibir bawahnya dengan keras sementara kedua tangannya mencengkeram kasur menahan rasa yang campur aduk. Kutancapkan penisku sedalam-dalamnya di lubang anusnya yang sempit itu, terus hingga muncratan mani terakhirku dan penisku melemas seketika di dalam pantatnya.

    Aku ambruk menindih tubuh Ivone dan penisku pun tercabut lepas dari pantatnya. Kuciumi punggung dan lehernya yang basah. Kubalikkan dia, kupeluk erat dan kuciumi bibirnya dengan bernafsu. Ivone merespon ciumanku.
    “Kamu puas Sayang..?” tanyanya sambil menatap wajahku.
    Kupeluk dan kubelai-belai rambut dan tubuhnya sambil mengatur napasku yang tersengal-sengal. Kukecup bibir dan pipinya sesekali hingga akhirnya napasku pun kembali teratur.

    “Hhh.. Makasih, Sayang.. Hhh.. Aku nikmatin banget..”
    Ivone tersenyum dan mengecup bibirku sekali lagi.
    “Mandi yuk..?” ajaknya.
    “Ayuk mandiin ya..?” kataku.
    Kami pun langsung berlomba menuju kamar mandi.

    Setelah selesai mandi, kami pun keluar dari kamar mandi itu secara bersamaan. Sambil berpelukan, aku langsung mengambil rokok dan kunyalakan sambil menghembuskan asap dengan penuh kenikmatan, membayangkan apa yang baru saja kami lakukan. Setelah beres berpakaian, kami langsung check out. Tidak terasa jam telah menunjukkan pukul 23.10 aku mengantarkan Ivone hingga memperoleh taxi, dan sebelumnya dia menghadiahi sebuah kecupan.

    “Ini cuma awal Dik.. aku ketagihan,” katanya sambil melepas pelukan.
    “Ya, Sayang.., met istirahat ya,” kataku.
    Aku langsung pulang ke rumah dengan kepuasan yang benar-benar tidak kuduga sebelumnya. Gila.. kucing diberi daging.. mana tahan..!

  • CERITA DEWASA PERAWANKU UNTUK ADIKKU

    CERITA DEWASA PERAWANKU UNTUK ADIKKU


    860 views

    Cerita Sex ini berjudulCERITA DEWASA PERAWANKU UNTUK ADIKKUCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Namaku Mona, umurku 24 tahun, aku sudah menikah dan mempunyai satu anak lelaki.. Berikut cerita panas ini aku ingin berbagi pengalamantentang hubunganku dengan adik kandungku sendiri. Kejadian ini terjadi dua tahun yang lalu ketika aku berusia 22 tahun dan adikku berusia 18 tahun. Kami adalah 3 bersaudara, kakakku Diana telah menikah dan ikut suaminya,

    sedangkan aku dan adikku tinggal bersama orang tua kami. Aku sendiri berperawakan sedang, tinggiku 160cm berat badan 52kg, orang bilang aku montok, terutama pada bagian pinggul/pantat. Payudaraku termasuk rata2 34 saja. Kulitku yang putih selalu menjadi perhatian orang2 bila sedang berjalan keluar rumah.

    Aku mempunyai seorang pacar berusia 2 tahun diatasku, dia adalah kakak kelas kuliahku. Aku dan pacarku berpacaran sudah 2 tahun lebih, dan selama itu paling jauh kami hanya melakukan petting, sailng raba, saling cium dan saling hisap..  Pacarku sangat ingin menerobos vaginaku jika saat petting, tapi aku sendiri tidak ingin hal itu terjadi sebelum kami menikah, jadi aku mengeluarkan air maninya dengan cara swalayan, yaitu mengocok kontolnya.

    Aku juga kerap dipaksa menghisap kontol pacarku yang mana sebenernya aku agak jijik melakukannya. Keseringan petting dengan pacarku membuatku menjadi haus akan belaian lelaki dan selalu iingin disentuh, sehari saja tidak dibelai rasanya tersiksa sekali entah kenapa aku jadi ketagihan Sampai akhirnya kau sendiri melakukannya dengan tanganku sendiri dikamarku sendiri.

    Sering aku merabaraba payudaraku sendiri dan mengusapusap memeku sendiri sampai aku orgasme. Inilah kesalahan ku, aku tidak menyadari kalau selama ini adikku John sering mengintip aku ini aku ketahui setelah dia mengakuinya saat berhasil membobol keperawananku, kakaknya sendiri. Awal mulanya, ketika itu aku, mamaku dan adikku John pergi ke supermarket 500m dekat rumah.

    Karena belanjaan kami banyak maka kami memutuskan untuk naik becak. Saat itu aku memakai celana panjang ketat setengah lutut, dan karena kami hanya naik satu becak, aku memutuskan untuk di pangku adikku, sedangkan mamaku memangku belanjaan. Joker388

    Diperjalanan yang hanya 500m itu, ketika aku duduk di pangkuan adikku, aku merasakan sesuatu bergerakgerak dipantatku, aku sadar bahwa itu kontol adikku, keras sekali dan berada di belahan pantatku. Aku membiarkannya, karena memang tidak ada yang bisa kulakukan. Bahkan ketika di jalan yang jelek, semakin terasa ganjalan dipantatku.

    Karena aku juga sangat rindu belaian pacarku yang sudah 3 hari tidak ke rumah, diam diam aku menikmatinya. Sejak kejadian itu, aku sering melihat dia memperhatikan tubuhku, agak risi aku diperhatikan adikku sendiri, tapi aku berusaha bersikap biasa.

    Suatu hari, aku dan pacarku melakukan petting di kamarku Aku sangat terangsang sekali dia meraba dan membelaibelai tubuhku. Sampai akhirnya pacarku memaksakku membuka celana dalamku dan memaksaku untuk mengijinkannya memasukkan kontolnya ke memekku. Tentu saja aku keberatan, walaupun aku sangat terangsang tapi aku berusaha untuk mempertahankan keperawananku.

    Dalam ketelajanganku aku memohon padanya untuk tidak melakukannya. Dan anehnya aku malah berteriak minta tolong. Hal ini di dengar oleh adikku John, dia langsung menerobos kamarku dan mengusirnya, saat itu juga pacarku ketakutan, karena memang badan adikku jauh lebih besar. Aku lansung menutupi tubuhku yang telanjang dan aku yakin adikku melihat ketelajanganku.

    Dan pacarku sendiri langsung memakai pakaiannya dan pamit pulang. Sejak itu, pacarku jadi jarang ke rumah. Dari selentingan temanteman ku, pacarku katanya mempunyai teman cewe lain yang sering jalan dengannya. Tentu saja aku sedih mendengarnya, tapi aku juga merasa beruntung tidak ternodai olehnya.

    Suatu malam aku berbincangbincang dengan adikku, aku berterima kasih padanya karena dia telah menggagalkan pacarku menodaiku. Aku kaget ketika adikku ngomong bahwa, aku ngga bisa menyalahkan pacarku karena memang bodyku sexy sekali dan setiap lakilaki pasti ingin merasakan tubuhku.

    Ketika kutanya, jika setiap lelaki, apakah adikku juga ingin merasakan tubuhku juga dia menjawab: Kalau kakak bukan kakakku, ya aku juga pengen, aku kan juga lelaki aku sangat kaget mendengar jawabannya tapi aku berusaha itu adalah pernyataan biasa, aku langsung aja tembak, emang adik pernah nyobain cewe? dia bilang ya, belum kak. itulah percakapan awal bencana itu.

    Malam harinya aku membayangkan bercinta dengan pacarku, kau merindukan belaiannya lalu aku mulai merabaraba tubuhku sendiri tapi aku tetap tidak bisa mencapai apa yang aku inginkan sekilas aku membayangkan adikku lalu aku memutuskan untuk mengintip ke kamarnya.

    Malam itu aku mengendapendap dan perlahanlahan nak keatas kursi dan dari lubang angin aku mengintip adikku sendiri, aku sangat kaget sekali ketika melihat adikku dalam keadaan tak memakai celana dan sedang memegan alat vitalnya sendiri, dia melakukan onani, aku terkesima melihat ukuran kontolnya, hampir 2 kali pacarku, gila kupikir, kok bisa yah sebesar itu punya adikku Dan yang lebih kaget, di puncak orgasmenya dia meneriakkan namaku Saat itu perasaanku bercampur baur antar nafsu dan marah aku langsung balik kekamarku dan membayangkan apa yang baru saja aku saksikan.

    Pagi harinya, libidoku sangat tinggi sekali, ingin dipuaskan adikku tidak mungkin, maka aku memutuskan untuk mendatangi pacarku. Pagi itu aku langsung kerumah pacarku dan kulihat dia sangat senang aku dating ditariknya aku ke kamarnya dan kami langsung bercumbu saling cium saling hisap dan perlahanlahan baju kami lepas satu demi satu sampai akhirnya kami telanjang bulat.

    Gilanya begitu aku melihat kontolnya, aku terbayang kontol adikku yang jauh lebih besar darinya sepert biasa dia menyuruhku menghisap kontolnya, dengan terpaksa aku melakukannya, dia merintihrintih keenakkan dan mungkin karena hampir orgasme dia menarik kepalaku. J

    angan diterusin, aku bisa keluar katanya lalu dia mula menindihi ku dan dari nafasnya yang memburu kontolnya mencaricari lubang memekku begitu unjung kontolnya nempel dan baru setengah kepalanya masuk, aku kaget karena dia sudah langsung orgasme, air maninya belepotan diatas memekku Ohhhhh katanya.

    Dia memelukku dan minta maaf karena gagal melakukan penetrasi ke memekku. Tentu saja aku sangat kecewa, karena libidoku masih sangat tinggi. Puaskan aku dong aku kan belum rengekku tanpa malumalu. Tapi jawabannya sangat menyakitkanku Maaf, aku harus buruburu ada janji dengan sisca katanya tanpa ada rasa ngga enak sedikitpun.

    Aku menyembunyikan kedongkolanku dan buruburu berpakaian dan kami berpisah ketika keluar dari rumahnya. Diperjalanan pulang aku sangat kesal dan timbul kenginanku untuk menyeleweng, apalagi selama diperjalanan banyak sekali lelaki yang mengodaku dar tukang becak, kuli bangunan sampai setiap orang di bis.

    Begitu sampai rumah aku memergoki adikku yang akan pergi ke sport club, dia mengajakku untuk ikut dan aku langsung menyanguppinya karena memang aku juga ingin melepaskan libidoku dengan cara berolah raga. Di tempat sport club, kam berolah raga dari senam sampai berenang dan puncaknya kami mandi sauna.

    Karena sport club tersebut sangat sepi, maka aku minta adikku satu kamar denganku saat sauna. Saat didalam adikku bilang kak, baju renangnya ganti tuh, kan kalau tertutup gitu keringatnya ngga keluar, percuma sauna Abis pake apa timpalku, aku ngga punya baju lagi Pake celana dalem sam BH aja kak, supaya poriporinya kebuka katanya Pikirku, bener juga apa katanya, aku langsung keluar dan menganti baju renangku dengan BH dan celana dalam, sialnya aku memakai celana dalam Gstring putih sehabis dari rumah pacarku tadi Tapi ah, cuek aja.. toh adikku pernah liat aku telanjang juga.

    Begitu aku masuk, adikku terkesima dengan penampilanku yang sangat berani kulihat dia berkalikali menelan ludah, aku purapura acuh dan langsung duduk dan menikmati panasnya sauna.

    Keringat mencucur dari tubuhku, dan hal itu membuat segalanya tercetak didalam BH dan celana dalamku adikku terus memandang tubuhku dan ketka kulihat kontolnya, aku sangat kaget, dan mengingatkanku ke hal semalam ketika adikku onani dan yang membuat libidoku malah memuncak adalah kepala kontolnya muncul diatas celana renangnya.

    Aku berusaha untuk tidak melihat, tapi mataku selau melirik ke bagian itu, dan nafasku semakin memburu dan kulihat adikku melihat kegelisahanku.

    Aku juga membayangkan kejadian tadi pagi bersama pacarku, aku kecewa dan ingin pelampiasan. Dalam kediaman itu aku tidak mampu untuk bertahan lagi dan aku memulainya dengan berkata: Ngga kesempitan tuh celana, sampe nongol gitu Ia nih, si otong ngga bisa diajak kompromi kalo liat cewe bahenol katanya Kasian amat tuh, kejepit.

    Buka aja dari pada kecekik kataku lebih berani Iya yah katanya sambil berdiri dan membuka celananya Aku sangat berdebardebar dan berkalikali menggigit bibirku melihat batang kemaluan adikku yang begitu besar. Tibatiba adikku mematikan mesin saunanya dan kembali ke tempatnya.

    Kenapa dimatiin kataku Udah cukup panas kak katanya Memang saat juga aku merasa sudah cukup panas, dan dia kembali duduk, kami saling memandang tubuh masingmasing. Tibatiba cairan di memekku meleleh dan gatal menyelimuti dinding memekku, apalagi melihat kontol adikku.

    Akal warasku datang dan aku langsung berdiri dan hendak keluar, tapi adikku malah mencegahku nanti kak. Kan udah saunanya timpalku, aku sangat kaget dia berada tepat di depanku dengan kontol mengacung ke arahku, antara takut dan ingin.

    Kakak udah pernah gituan belum kak kata adikku Belum kataku, emang kamu udah..? lanjutku Belum juga kak, tapi pengen nyoba katanya Nyoba gimana???? Nantikan juga ada saatnya kataku berbalik kearah pintu dan sialnya kunci lokerku jatuh, ketika aku memungutnya, otomatis aku menunggingi adikku dan buah pantatku yang besar menempel di kontolnya.

    Gilanya aku malah tetap diposisi itu dan menengok ke arah adikku. Dan tak kusangka adikku memegang pinggulku dan menempelkan kontolnya dibelahan pantatku yang hanya tertutup Gstring. Oh kak. bahenol sekali, aku pengen nyobain kak katanya dengan nafas memburu. Aw dik ngapain kamu timpalku tanpa berusaha merubah posisiku, karena memang aku juga menginginkannya.

    Pengen ngentot kakak katanya kasar sambil menekan batangnya kepantatku. Aku menarik pantatku dan berdiri membelakanginya, Aku kan kakakm John, inget dong Adikku tetap memegang pinggulku tolong kak.. asal nempel aja.. nga usah dimasukkin, aku ngga tahan banget Tolong kak, katanya memelas. Cerita Panas 2014 | Aku di suruh nagpain juga mau kak, asal bisa nempelin aja ke memek kakak.

    Pikiranku buntu, aku juga punya libido yang tak tertuntaskan tadi pagi.. dan membayangkan pacarku menunggangi sisca, libidoku tambah naik.. Persetan dengan pacar brengsek batinku. Jangan disini pintaku. Sebentar aja kak, asal nempel aja 1 menit katanya meremas pinggulku. Kakak belum siap kataku. Kakak nungging aja, nanti aku panasin katanya.

    Bagai terhipnotis aku menuruti apa katanya, sambil memegang grendel pintu, aku menungginginya dan dengam pelanpelan dia membuka Gstringku dan melemparkannya. Dan dia jongkok di belakangku dan gilanya dia menjulurkan lidahnya menjilat memeku dari belakang Oh ngapain kamu dik kataku tanpa melarangnya.

    Dia terus menjulurkan lidah dan menjilati memekku dari belakang.. ohhhh gila pikirku enak banget, pacarku saja ngga mau ngejilatin memekku, adikku sendiri dengan rakus menjilati memekku Gila kamu dik, enak banget, belajar dimana rintihku Tanpa menjawab dia terus menjilati memekku dan meremas remas bokongku sampai akhirnya lamalama memekku basah sekali dan bagian dalam memekku gatal sekali Tibatiba dia berdiri dan memegang pinggulku..

    Udah panas kak katanya mengarahkan kontolnya kepantatku dan memukulmukul kepala kontolnya kepantatku. udah. kataku sambil terus menungging dan menoleh ke arah adikku Jangan bilang siapasiapa yah dik kataku.

    Adikku berusaha mencari lubang memekku dengan kepala kontolnya yang besar dia kesulitan Mana lubangnya kak.. katanya. Tanpa sadar aku menjulurkan tangan kananku dan menggengam kontolnya dan menuntun ke mulut goaku Ini dik kataku begitu tepat di depannya, gesekgesek aja yah dik. Masukin dikit aja kak katanya menekan kontolnya.

    aw dik, gede banget sih kataku, pelanpelan.. Begitu kepala kontolnya membuka jalan masuk ke memekku, adikku pelanpelan menekannya.. dan mengeluarkannya lagi sedikit sedikit tapi tidak sampai lepas terus ia lakukan sampai membuat aku gemas. Oh.. dik. enak. dik. udah yah kataku purapura.. Belum kak. baru kepalanya udah enak yah.

    Memang bisa lebih enak??? kataku menantang. Dan. langsung menarik pinggulku sehingga batang kontolnya yang besar amblas ditelan memekku Aku merasakan perih luar biasa dan aw. sakit dik teriakku. Adikku menahan batangnya didalam memekku . Ohkaknikmat banget.. dan secara perlahan dia menariknya keluar dan memasukannya lagi, sungguh sensasi luar biasa.

    Aku merasakan nikmat yang teramat sangat, begitu juga adikku Oh, kak nikmat banget memekmu.. katanya. Ssssshhhh ia dik enak banget kataku. Lima belas menit dia mengenjotku, sampai akhirnya aku merasakan orgasme yang sangat panjang dan nikmat disusul erangan adkku sambil menggengam pinggulku agar penetrasinya maksimum.

    Oh.. kak.. aku keluar.. nikmat banget katanya Sejenak dia memelukku dari belakang, dan mulai mencabut kontolnya di memekku Ma kasih kak katanya tanpa dosa dan memakaikan celanaku lagi. Aku bingung bercampur menyesal dan ingin menangis. Agen Joker388

    Akulangsung keluar dan membersihkan diri sambil menyesali diri.. kenapa adikku???? Dalam perjalanan pulang adikku berulangulang minta maaf atas perbuatannya di ruangan sauna Aku hanya bisa berdiam merenungi diriku yang sudah tidak perawan lagi Kejadian itu adalah awal petualangan aku dan adikku, Karena dua hari setelah itu kembali kami besetubuh, bahkan lebih gila lagi.. kami bisa melakukannya sehari 3 sampai 5 kali sehari semalam.

    Satahun sudah aku di tunggangi adikku sendiri sampai ada seorang kaya, kenalan bapakku melamarku, dan kami menikah. Untungnya suamiku tidak mempermasalahkan keperawananku. Akhirnya aku di karunia seorang anak dari suamiku, bukan dari adikku.. karena aku selalu menjaga jangan sampai hamil bila bersetubuh dengan adikku.

    Sampai sekarang aku tidak bisa menghentikan perbuatanku dengan adikku, yang pertama adikku selalu meminta jatah, dilain pihak aku juga sangat ketagihan permainan seks.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Bersambung Mantapnya Jepitan Buah Dada Ibu Pemilik Apartemen Di Jepang Yumiko Kawamura Part 1 – Cerita Sex Bersambung Terbaru 2018

    Cerita Sex Bersambung Mantapnya Jepitan Buah Dada Ibu Pemilik Apartemen Di Jepang Yumiko Kawamura Part 1 – Cerita Sex Bersambung Terbaru 2018


    1742 views

    Perawanku – Aku tiba di Jepang pertama kali pada awal Februari. Saat itu kota kecil tempat aku belajar tengah tertutup oleh timbunan salju. Sewaktu mencari apartemen yang kemudian kutinggali, aku hanya tahu bahwa ibu pemilik apartemennya masih muda dan sangat cantik. Waktu itu dia mengantarku menengok keadaan apartemen. Dia mengenakan celana jean dan jaket bulu yang longgar dengan mengenakan penutup kepala yang menyatu dengan jaket yang dia kenakan.

    Sesudah menandatangani kontrak sewa, aku tidak pernah berjumpa lagi dengannya hingga akhir Maret. Walaupun dia tinggal di rumah besar yang hanya berada di samping kanan apartemen yang kusewa, namun kesibukanku di kampus membuatku selalu pulang malam. Juga kebiasaan orang yang hidup di negara empat musim, pada musim dingan rumah besar itu selalu menutup pintu dan jendelanya rapat-rapat. Pada akhir pekan, waktu kuhabiskan di dalam apartemen dengan menonton kaset video.

    Pembayaran uang sewa apartemen kulakukan dengan transfer uang lewat bank ke rekening dia. Dari situlah aku jadi hafal namanya: Yumiko Kawamura.

    Yumiko ternyata sangat mengundang hasrat lelaki. Aku baru menyadarinya pada akhir bulan April. Waktu itu hari Jumat, tanggal 30 April. Aku lupa pergi ke bank untuk membayar sewa apartemen. Sementara kalau menunggu hari Senin, hari sudah menunjukkan tanggal 3 Mei. Padahal sesuai perjanjian, uang sewa bulan berikutnya harus sudah dibayarkan selambat-lambatnya pada hari terakhir bulan sebelumnya. Maka pada malam itu aku membawa uang sewa apartemen ke rumahnya barangkali dia mau menerima uangnya secara langsung.

    Dia sendiri yang membukakan pintu rumahnya saat itu. Aku mengemukakan alasanku, mengapa sampai aku menyalahi kontrak perjanjian, yakni tidak membayar lewat bank. Ternyata dia berkata, hal tersebut tidak menjadi masalah. Lewat bank atau langsung diantarkan, baginya tidak ada pengaruhnya. Hanya orang Jepang biasanya tidak mau repot-repot atau belum tentu punya waktu sehingga mereka membayar uang sewa melalui transfer otomatis antarrekening bank.

    Waktu Yumiko menemuiku tersebut, aku terpesona dengan kecantikan dan kemolekan bentuk tubuhnya. Tinggi tubuhnya sekitar 167 cm. Rambutnya tergerai sebahu. Wajahnya putih mulus dengan bentuk mata, alis, hidung, dan bibir yang indah. Dari celada jean ketat dan sweater yang dia kenakan, aku dapat melihat jelas postur tubuhnya. Pinggangnya berlingkar sekitar 58 cm. Pinggulnya melebar indah, ukuran lingkarnya tidak kurang dari 98 cm. Payudaranya amat montok dan membusung indah, lingkarnya sekitar 96 cm. Kalau dibawa ke ukuran BH Indonesia pasti dia memakai BH dengan ukuran 38. Suatu ukuran payudara yang enak diciumi, disedot-sedot, dan diremas-remas. Dari samping kulihat payudaranya begitu menonjol dari balik sweater yang dikenakannya.

    Melihat dia sewaktu membelakangiku, aku terbayang betapa nikmatnya bila tubuh kenyal indah tersebut digeluti dari arah belakang. Perlu diketahui, aku masih single. Walaupun aku gemar menonton video porno dan melakukan masturbasi, namun aku belum pernah melakukan hubungan sex dengan pacar-pacarku.

    Sejak mengetahui bahwa sewa apartemen dapat dibayarkan secara langsung, aku memutuskan untuk tidak membayar lewat transfer bank lagi. Alasannya, aku dapat menghemat ongkos transfer. Di samping itu aku dapat menatap wajah cantik dan tubuh aduhai Yumiko.

    Bulan Mei, udara di kotaku sudah tidak terlalu dingin lagi. Sudah berubah menjadi sejuk. Yumiko Kawamura pada hari Sabtu atau Minggu sering terlihat bekerja di halaman. Kadang dia memotong rumput, memangkas pepohonan kecil, atau merapihkan pot-pot tanamannya. Aku paling suka menatap tubuhnya bila dia membelakangi jendela apartemenku. Sungguh merupakan sosok yang enak digeluti. Apalagi bila dia sedang menunggingkan pinggulnya yang padat, hal itu membuatku teringat pada adegan perempuan Jepang yang sedang digenjot dalam posisi menungging pada video-video kaset permainan sex yang sering kupinjam dari persewaan.

    Lama-lama aku tahu sedikit tentang keluarga dia. Umur Yumiko adalah 30 tahun. Anaknya dua, perempuan semua. Yang pertama berumur tujuh tahun, yang kedua lima tahun. Suaminya bekerja di kota lain, pulangnya pada akhir pekan. Sabtu dini hari dia tiba di rumah, dan berangkat lagi hari Minggu tengah malam.

    Di hari penutup bulan Mei, hari Senin, aku berniat membayar sewa apartemen di petang hari. Karena itu aku pulang dari kampus lebih awal dari biasanya. Saat itu tiba di apartemen baru jam 17:00. Sesudah menyimpan tas punggung, aku pergi ke rumah Yumiko Kawamura. Kuketuk pintu, namun tidak ada jawaban dari dalam. Kupencet bel yang terpasang di kusen pintu. Kutunggu sekitar satu menit, namun tidak ada suara apapun dari dalam rumah. Agaknya sedang tidak ada orang di rumah. Mungkin Yumiko dan anak-anaknya sedang ke supermarket. Akhirnya aku kembali ke apartemen dan mandi. Sehabis mandi aku menonton TV, sampai akhirnya aku tertidur di depan TV.

    Aku terbangun jam setengah delapan malam. Kutengok rumah Yumiko dari jendela apartemen. Lampu-lampu rumahnya sudah menyala. Berarti mereka sudah datang. Akupun membawa amplop berisi uang sewa apartemen. Kupencet tombol bel pintunya, seraya mengucap, “Gomen kudasai.”

    Sejenak hening, namun kemudian terdengar sahutan, “Hai. Chotto matte kudasai.”

    Terdengar suara langkah di dalam rumah menuju pintu. Kemudian pintu terbuka. Aku terpana. Di hadapanku berdiri Yumiko dengan hanya mengenakan baju kimono yang terbuat dari bahan handuk sepanjang hanya 15 cm di atas lutut. Paha dan betis yang tidak ditutupi kimono itu tampak amat mulus. Padat dan putih. Kulitnya kelihatan licin, dihiasi oleh rambut-rambut halus yang pendek. Pinggulnya yang besar melebar dengan aduhainya. Pinggangnya kelihatan ramping. Sementara kimono yang menutupi dada atasnya belum sempat dia ikat secara sempurna, menyebabkan belahan dada yang montok itu menyembul di belahan baju. Payudara yang membusung itu dibalut oleh kulit yang putih mulus. Lehernya jenjang. Beberapa helai rambut terjuntai di leher putih tersebut. Sementara bau harum sabun mandi terpancar dari tubuhnya. Agaknya dia sedang mandi, atau baru saja selesai mandi. Tanpa sengaja, sebagai laki-laki normal, kontholku berdiri melihat kesegaran tubuhnya.

    “A… Bobby-san. Watashi no imoto to omotteta…,” sapanya membuyarkan keterpanaanku. Agaknya aku tadi dikiranya adik perempuannya. Pantas… dia berpakaian seadanya.

    Untuk selanjutnya, percakapanku dengannya kutulis di sini langsung dalam bahasa Indonesia saja agar semua pembaca mengetahuinya, walaupun percakapan yang sebenarnya terjadi dalam bahasa Jepang.

    “Kawamura-san, maaf… saya mau membayar sewa apartemen,” kataku.

    “Hai, dozo… Silakan duduk di dalam, dan tunggu sebentar,” sahutnya.

    Aku berjalan mengikutinya menuju ruang tamu. Kuperhatikan gerak tubuhnya dari belakang. Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah kakinya. Edan! Ingin rasanya kudekap tubuh itu dari belakang erat-erat. Ingin kutempelkan kontholku di liatnya gundukan pantatnya. Dan ingin rasanya kuremas-remas payudara montoknya habis-habisan.

    Aku duduk di bantal duduk yang disediakan mengelilingi meja tamu. Sementara dia naik tangga menuju lantai dua. Langkah-langkah betis indah di anak-anak tangga itu tidak pernah lepas dari tatapan liar mataku. Empat menit kemudian dia turun dari lantai dua. Baju yang dikenakan sudah ganti. Sekarang dia mengenakan baju kimono tidur putih yang berbahan licin. Diterpa sorot lampu, kain tersebut mempertontonkan tonjolan buah dada sehingga tampak membusung dengan gagahnya. Dia tidak mengenakan bra di balik kimono tidurnya, sehingga kedua puting payudaranya tampak jelas sekali tercetak di bahan kimononya.

    “Ingin minum apa? Kopi, teh, atau bir?” tanya Yumiko.

    “Teh saja,” jawabku. Selama ini aku memang belum pernah minum bir. Bukan aku antialkohol atau menganggap bahwa bir itu haram, namun hanya alasan takut ketagihan minuman alkohol saja.

    Yumiko kemudian membawa baki berisi poci teh hijau dan sebuah cangkir untukku. Untuk dia sendiri, diambilnya satu cangkir besar dan tiga botol bir dari kulkas. Kemudian aku pun menikmati teh khas Jepang tersebut, sementara dia menikmati bir.

    “Kok sepi? Anak-anak apa sudah tidur?” tanyaku.

    “Mereka sedang main ke rumah adik perempuan saya. Tadi perginya bersama-sama saya. Lalu saya pulang duluan karena harus ke supermarket dulu untuk membeli sayur dan buah. Mungkin sebentar lagi mereka akan tiba, diantar oleh adik perempuan.”

    “Oh… pantas, tadi saya ke sini tidak ada orang. Sepi.”

    “Bobby-san berasal dari mana? Tai? Malaysia? Filipina?”

    “Saya dari Indonesia.”

    “Indonesia…,” Yumiko tampak berpikir, “… dengan Pulau Bali?”

    “A… itu. Bali adalah salah satu pulau dari Indonesia.”

    “O ya? Sungguh pulau yang indah. Saya belum pernah ke sana, namun ingin dapat mengunjungi Bali. Saya mempunyai brosurnya.”

    Yumiko beranjak dari duduknya dan mengambil suatu buku tipis tentang pulau Bali dari rak buku. Pada posisi membelakangiku, aku menatap liar ke tubuhnya. Mataku berusaha menelanjangi tubuhnya dari kain kimono mengkilat yang dia kenakan. Pinggangnya ramping. Pinggulnya besar dan indah. Kemudian betis dan pahanya yang putih mulis tampak licin mengkilap di bawah sorot lampu TL. Betapa harum dan sedapnya bila betis dan paha tersebut diciumi dan dijilati.

    Yumiko kemudian membuka brosur tentang pulau Bali tersebut di atas meja tamu. Dia bertanya-tanya tentang gambar yang ada dalam brosur tersebut sambil kadang-kadang meneguk bir. Kini dari mulutnya yang indah tercium wanginya bau bir setiap kali dia mengeluarkan suara. Kupikir sungguh kuat dia meminum bir. Tiga gelas besar sudah hampir habis diteguknya. Perhatian dia ke foto-foto di brosur dan bir saja. Ngomongnya kadang agak kacau, mungkin karena pengaruh alkohol. Namun bagiku adalah kesempatan menatapnya dari dekat tanpa rasa risih. Dia tidak menyadari bahwa belahan kain kimono di dadanya mempertontonkan keindahan gumpalan payudara yang montok dan putih di kala dia agak merunduk. Edan, ranumnya! Kontholku pun menegang dan terasa hangat. Sebersit kenikmatan terasa di saraf-saraf kontolku.

    Kring… kring… Tiba-tiba telpon berdering.

    Yumiko bangkit dan berjalan menuju pesawat telpon. Pengaruh kebanyakan minum bir mulai terlihat pada dirinya. Jalannya agak sempoyongan.

    “Sialan…,” makiku dalam hati karena dering telpon tersebut memutus keasyikanku melihat kemontokan payudaranya.

    Yumiko terlibat pembicaraan sebentar di pesawat telpon. Kemudian kembali lagi ke bantal duduknya semula dengan jalan yang sempoyongan.

    “Anak-anak tidak mau pulang,” Yumiko menjelaskan isi pembicaraan telponnya. “Malam ini mereka bermalam di rumah adik perempuan saya. Besok mereka diantarnya langsung ke sekolah mereka.”

    Yumiko menuangkan bir ke gelasnya lagi. Sudah gelas yang keempat. Edan juga perempuan Jepang ini. Jalannya sudah sempoyongan namun masih terus menambah bir.

    “Bobby-san sudah menikah?” tanyanya.

    “Belum,” jawabku.

    “Sudah ada pacar?”

    “Sudah. Saat ini masih kuliah di Indonesia.”

    “Syukurlah. Nikmati masa pacaran. Masa pacaran adalah masa yang indah. Bagaimana permainan cinta sang pacar?”

    Kunilai kata-kata Yumiko semakin mengacau. Semakin berada di alam antara sadar dan tidak sadar.

    “Permainan cinta?”

    “Iya… permainan sex.”

    “Saya belum pernah melakukan hubungan sex, termasuk dengan pacar saya. Kebanyakan perempuan di negara saya masih menjaga kegadisan sampai dengan menikah.”

    Yumiko tertawa lirih mendengar kata-kataku. Suara tawanya amat menantang kejantananku. “Di Jepang gadis-gadis sudah melakukan hubungan sex dengan pacar mereka pada usia 17 atau 18 tahun. Kalau belum melakukan hal tersebut, mereka belum merasa menjadi orang dewasa. Mereka akan diejek kawan-kawannya masih sebagai anak ingusan.”

    “O… begitu. Baru tahu saya…”

    “Kalau begitu Bobby-san masih perjaka?”

    “Saya tidak tahu masih disebut perjaka atau tidak. Saya belum pernah melakukan hubungan sex. Namun sejak usia 15 tahun saya suka melakukan masturbasi untuk mengatasi kebutuhan sex saya.”

    Yumiko tertawa lagi. Tawa yang membangkitkan hasrat. Sialan. Aku diejek sebagai anak ingusan oleh pemilik bibir ranum sensual itu. Ingin rasanya kubuktikan kedewasaan dan kejantananku. Ingin rasanya kulumat habis-habisan bibir merekah itu. Ingin rasanya kusedot-sedot payudara aduhai itu dengan penuh kegemasan. Dan ingin rasanya kuremas-remas pantat kenyal Yumiko itu sampai dia menggial-gial keenakan. Agar dia kapok.

    “Kenapa tidak cari pacar yang dapat diajak berhubungan sex sekarang-sekarang ini? Bobby-san ganteng, badan tinggi-tegap dan berpenampilan jantan. Kalau di sini cari pacar, pasti banyak perempuan Jepang yang mau. Sayang kalau energi pada usia muda tidak dinikmati.” Omongan Yumiko semakin ngelantur. Pasti karena kebanyakan minum bir. “Sebab kalau Bobby-san berumur tua sedikit, energi akan berkurang. Atau bahkan loyo seperti suami saya. Baru main empat atau lima menit sudah jebol pertahanannya. Dan langsung mendengkur, tidak memperdulikan saya yang baru setengah jalan… Dasar laki-laki payah.”

    Nah, benar terkaanku. Dia mulai tidak sadar. Bicaranya tambah mengacau. Kebiasaan orang Jepang, kalau mulaihilang kesadarannya karena kebanyakan minum bir, apa yang dia pendam dalam hati akan dia keluarkan satu per satu.

    Ibu Pemilik Apartemen Di Jepang Yumiko Kawamura Bangkitkan Hasrat Seksku Part 1

    Yumiko menenggak bir lagi. Habislah gelas yang keempat. Dan dia mengisinya kembali sampai penuh. Padahal matanya sudah merah dan kelihatan mengantuk. Namun dalam kondisi demikian kulihat keayuan aslinya. Mata mungil yang setengah tertutup kelopak mata itu tampak sangat bagus. Terus terang aku menyukai perempuan bermata sipit, contohnya perempuan Jepang, Cina, atau Korea. Bibir Yumiko yang sensual dan berwarna merah muda tanpa polesan lipstik itu mengeluarkan keluhan-keluhan tentang keloyoan suaminya dalam masalah sex. Namun biarlah dia mengoceh, bagiku yang terpenting adalah menatap bibir merekah itu tanpa rasa risih karena yakin si empunya dalam keadaan tidak tersadar. Wuih… enak sekali kalau bibir ranum tersebut dilumat-lumat.

    “A… Bobby-san. Gomen… sampai lupa ke masalah utama. Sebentar, saya ambilkan kuitansi untuk pembayaran apartemen… ”

    Yumiko Kawamura menenggak bir lagi.

    “Kawamura-san. Daijobu desu ka?” aku mengkhawatirkan kesadarannya karena dia sudah kebanyakan minum bir.

    “Daijobu desu. Saya sudah terbiasa minum bir banyak-banyak. Semakin banyak minum bir dunia terasa semakin indah.”

    Yumiko beranjak dari duduknya. Dia mencoba berdiri, namun sempoyongan terjatuh. Aku bersiap-siap menolongnya, namun dia berkata, “Mo ii desho. Daijobu…”

    Yumiko berusaha berjalan menuju rak buku. Namun baru menapak dua langkah… Gedebrug! Dia terjatuh seperti yang kukhawatirkan. Untung tangannya masih sempat sedikit menjaga badannya sehingga dia tidak terbanting di lantai kayu. Walaupun lantai kayu tersebut ditutup karpet, namun akan cukup sakit juga bila badan sampai jatuh terbanting di atasnya. Namun tak ayal, betis kanan Yumiko masih membentur rak kayu.

    “Ak… ittai…,” dia berteriak kesakitan.

    Aku segera menolongnya. Punggung dan pinggulnya kuraih. Kubopong dia ke atas karpet bulu yang tebal. Kuletakkan kepalanya di atas bantal duduk. Dalam waktu seperti itu, tercium bau harum sabun mandi memancar dari tubuhnya. Kimono atasnya terbuka lebih lebar sehingga mataku yang berada hanyasekitar 10 cm dari payudaranya melihat dengan leluasa kemontokan gumpalan daging kenyal di dadanya. Alangkah merangsangnya. Nafsuku pun naik. Kontholku semakin tegang. Dan ketika aku menarik tangan dari pinggulnya, tanganku tanpa sengaja mengusap pahanya yang tersingkap. Paha itu hangat, licin, dan mulus.

    “Ittai…,” sambil masih pada posisi tiduran tangannya berusaha meraih betisnya yang terbentur rak tadi. Namun pengaruh banyaknya bir yang sudah dia minum membuatnya tak mampu meliukkan badannya dalam menggapai betis. Kulihat bekas benturan tadi membuat sedikit memar di betis yang putih indah itu.

    Aku pun berusaha membantunya. Kuraih betis tersebut seraya meminta permisi, “Sumimasen…” Kuraba dan kuurut bagian betis yang memar tersebut.

    “Ak… ittai…,” Yumiko meringis kesakitan. Namun kemudian dia bilang, “So-so-so-so-so… Betul bagian situ yang sakit. Ah… enak… Ah… ah… terus… terus…”

    Lama-lama suaranya hilang. Sambil terus memijit betis Yumiko, kupandang wajahnya. Matanya sekarang terpejam. Nafasnya jadi teratur, dengan bau harum bir terpancar dari udara pernafasannya. Dia sudah tertidur. Kantuk akibat kebanyakan minum alkohol sudah tidak mampu dia tahan lagi. Aku semakin melemahkan pijitanku, dan akhirnya kuhentikan sama sekali.

    Aku pun bingung. Apa yang harus aku lakukan? Kuambil uang sewa apartemen dari saku kemeja dan kuletakkan di atas meja tamu di samping cangkir tehku. Terus bagaimana dengan kuitansi pembayarannya?

    Kupandangi Yumiko yang tengah tertidur. Alangkah cantiknya wajah dia. Lehernya jenjang. Daging montok di dadanya bergerak naik-turun dengan teratur mengiringi nafas tidurnya, seolah menantang kejantananku. Dan dada tersebut tidak dilindungi bra sehingga putingnya menyembul dengan gagahnya dari balik kain kimononya. Pinggangnya ramping, dan pinggulnya yang besar melebar dengan indahnya. Kain kimono yang mengkilap tersebut tidak mampu menyembunyikan garis segitiga celana dalamnya yang kecil. Sungguh kontras, celana dalam minim membungkus pinggul yang maksimum. Celana dalam yang di antara dua pahanya terlihat membelah. Pasti di situ letak lobang memeknya.

    Terbayang dengan apa yang ada di balik celana dalamnya, kontholku menjadi semakin tegang. Apalagi paha yang putih mulusnya dipertontonkan dengan jelas oleh kimono bagian bawah yang tersingkap. Dan paha tersebut tersambung dengan betis yang indah.

    Edan! Melihat lekuk-liku tubuh aduhai yang tertidur itu nafsuku naik. Terbangunkah dia bila kutiduri? Beranikah aku? Teman-teman Jepangku yang tertidur karena kebanyakan minum bir biasanya akan pulas sampai sekitar satu atau dua jam. Apakah Yumiko juga begitu? Akankah dia terbangun bila tubuhnya kugeluti tanpa memasukkan konthol ke liang memeknya?

    Hasratku semakin memuncak. Kuelus betis indah Yumiko. Kemudian sedikit kuremas itu untuk memastikan bahwa dia cukup pulas. Ternyata dia tidak terbangun. Keberanianku bertambah. Kusingkapkan bagian bawah kimononya sampai sebatas perut. Kini paha mulus itu terhampar di hadapanku. Paha yang menantang kejantananku. Di atas paha, beberapa helai bulu jembut keluar dari celana dalamnya yang minim. Sungguh kontras warnanya. Jembutnya berwarna hitam, sedang tubuhnya berwarna putih.

    Kueluskan tanganku menuju pangkal pahanya sambil kuamati wajah Yumiko. Dia tidak terbangun. Kueluskan perlahan ibu jariku di bagian celana yang mempertontonkan belahan bibir memeknya. Tiba-tiba jari-jari tangannya bergerak seperti tersentak. Aku kaget. Segera kuhentikan aksiku karena khawatir bila Yumiko terbangun. Namun dia tetap tertidur dengan nafas yang teratur.

    Keberanianku muncul kembali. Kini kuciumi paha mulus tersebut berganti-ganti, kiri dan kanan, sambil tanganku mengusap dan meremasnya perlahan-lahan. Kedua paha tersebut secara otomatis bergerak membuka agak lebar. Namun si empunya tetap tertidur. Bau harum yang terpancar dari pahanya membimbing hasrat kejantananku untuk meneruskan pendakian.

    Dia sedang tertidur pulas! Dia sedang tidak tersadar! Dia sedang di bawah pengaruh alkohol! Kenapa aku harus takut?

    Aku berjalan ke pintu dan menguncinya dari dalam, untuk berjaga-jaga kalau ada orang dari luar mau masuk. Kemudian aku melepas celana dalamku. Celana dalam kulipat dan kumasukkan ke dalam kantong celana pendek yang kupakai. Celana pendek yang kukenakan adalah longgar dan terbuat dari bahan yang tipis dan lemas, sehingga tanpa lindungan celana dalam kontolku dapat bergerak bebas di salah satu lobang kakinya yang memang lebar.

    Kemudian kuhampiri Yumiko yang tertidur pulas. Kembali kuciumi dan kujilati paha dan betis mulus yang berbau harum tersebut. Setelah beberapa saat kukeluarkan konthol dari lobang kanan celana pendekku. Kontholku sudah begitu tegang. Kutempelkan kepala kontholku di paha mulus tersebut. Rasa hangat mengalir dari paha Yumiko ke kepala kontholku. Kemudian kugesek-gesekkan kepala konthol di sepanjang pahanya. Rasa geli, hangat, dan nikmat menyelimuti sel-sel kontholku. Kontholku terus kugesek-gesekkan di paha sambil agak kutekan. Semakin terasa nikmat. Konthol semakin tegang. Nafsu seks-ku semakin tinggi.

    Aku semakin nekad. Kulepaskan ikatan baju kimono tidur Yumiko, dan kusingkapkan baju itu ke kiri dan kanan. Tergoleklah tubuh mulus Yumiko tanpa helaian kimono menghalanginya. Tubuh moleknya sungguh membangkitkan birahi. Payudara yang besar membusung, pinggang yang ramping, dan pinggul yang besar melebar dengan bagusnya. Payudaranya menggunung putih, putingnya berdiri tegak berwarna pink kecoklat-coklatan, dan dikelilingi oleh warna coklat kulit payudara di sekitarnya sampai dengan diameter sekitar dua setengah centimeter.

    Perlahan-lahan kucium payudara montok Yumiko. Hidungku mengendus-endus kedua payudara yang berbau harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahku. Kemudian puting payudara kanannya kulahap ke dalam mulutku. Badannya sedikit tersentak ketika puting itu kugencet perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasku. Aku pun terperanjat. Namun dia tetap tertidur. Kini kusedot-sedot puting payudaranya secara berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak kuperkuat sedotanku. Kuperbesar daerah lahapan bibirku. Kini puting dan payudara sekitarnya yang berwarna kecoklatan itu semua masuk ke dalam mulutku. Kembali kusedot daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Yang penting perlahan-lahan tanpa irama yang menyentak, agar dia tidak terbangun. Namun walaupun tetap tertidur, mimik wajah Yumiko tampak sedikit berubah, seolah menahan suatu kenikmatan.

    Kedua payudara harum itu kuciumi dan kusedot-sedot secara berirama. Kontholku bertambah tegang. Sambil terus menggumuli payudara dengan bibir, lidah, dan wajahku, aku terus menggesek-gesekkan konthol di kulit pahanya yang halus dan licin. Rasa nikmat dan hanya merembes dari kontholku ke sel-sel otak di kepalaku. Dan mulut kecil di kepala kontholku ikut-ikutan mencari rasa geli dan nikmat lewat kecupan-kecupan kecilnya nya di permukaan mulus kulit paha Yumiko.

    Kubenamkan wajahku di antara kedua belah gumpalan dada Yumiko. Kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah bawah. Kugesek-gesekkan wajahku di lekukan tubuh yang merupakan batas antara gumpalan payudara dan kulit perutnya. Kiri dan kanan kuciumi dan kujilati secara bergantian. Keharuman yang terpancar dari badannya kuhirup dengan rakusnya, dengan habis-habisan, seolah tidak rela bila ada bagian kulit tubuh yang terlewatkan barang satu milimeter pun.

    Kecupan-kecupan bibirku, jilatan-jilatan lidahku, dan endusan-endusan hidungku pun beralih ke perut dan pinggang Yumiko. Sementara gesekan-gesekan kepala kontholku kupindahkan ke betisnya. Bibir dan lidahku menyusuri perut sekeliling pusarnya yang putih mulus. Kemudian wajahku bergerak lebih ke bawah. Dengan nafsu yang menggelora kupeluk pinggulnya secara perlahan-lahan. Kecupanku pun berpindah ke celana dalam tipis yang membungkus pinggulnya tersebut. Kususuri pertemuan antara kulit perut dan celana dalam. Kemudian ke arah pangkal paha. Kujilat helaian-helaian rambut jembutnya yang keluar dari celana dalamnya. Lalu kuendus dan kujilat celana dalam pink itu di bagian yang tidak mampu menyembunyikan lekuk belahan bibir memeknya. Kuhirup kuat-kuat bau khas yang terpancar dari balik celana dalam yang membuat nafsuku semakin meronta-ronta.

    Setelah cukup puas, aku mengakhiri kecupan dan jilatanku di celana dalam sekitar memeknya tersebut.

    Aku bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut kukangkangi tubuh mulus yang begitu menggairahkan tersebut. Kontholku yang tegang kemudian kutempelkan di kulit payudara Yumiko. Kepala konthol kugesek-gesekkan di kehalusan kulit payudara yang menggembung montok itu. Kembali rasa geli, hangat, dan nikmat mengalir di syaraf-syaraf kontholku. Sambil kukocok batangnya dengan tangan kananku, kepala konthol terus kugesekkan di gumpalan daging payudaranya, kiri dan kanan. Rasa nikmat semakin menjalar. Aku ingin berlama-lama merasakannya.

    Setelah sekitar dua menit aku melakukan hal itu, nafsuku yang semakin tinggi mengalahkan rasa takut. Kulepas celana pendekku. Tampak kontholku yang besar dan panjang berdiri dengan gagahnya. Kuraih kedua belah gumpalan payudara mulus Yumiko yang montok itu. Aku berdiri di atas lutut dengan mengangkangi pinggang ramping Yumiko dengan posisi badan sedikit membungkuk. Batang kontholku kemudian kujepit dengan kedua gumpalan payudaranya. Kini rasa hangat payudara Yumiko terasa mengalir ke seluruh batang kontholku.

    Perlahan-lahan kugerakkan maju-mundur kontholku di cekikan kedua payudara Yumiko. Kekenyalan daging payudara tersebut serasa memijit-mijit batang kontholku, memberi rasa nikmat yang luar biasa. Di kala maju, kepala kontholku terlihat mencapai pangkal lehernya yang jenjang. Di kala mundur, kepala kontholku tersembunyi di jepitan payudaranya. Lama-lama gerak maju-mundur kontholku bertambah cepat, dan kedua payudara montoknya kutekan semakin keras dengan telapak tanganku agar jepitan daging kenyal di batang kontholku semakin kuat. Aku pun merem melek menikmati enaknya jepitan payudara indah.

    Bibir Yumiko pun mendesah-desah tertahan, “Ah… hhh… hhh… ah…” Mungkin walaupun tetap dalam keadaan tertidur pulas, dia merasa geli dan ngilu-ngilu enak di kedua gumpalan payudaranya yang kutekan-tekan dengan telapak tanganku dan kukocok dengan kontholku.

    Bibir mungil di kepala kontholku pun mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan tersebut membasahi belahan payudara Yumiko. Oleh gerakan maju-mundur kontholku di dadanya yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan remasan-remasan tanganku di kedua payudaranya, cairan itu menjadi teroles rata di sepanjang belahan dadanya yang menjepit batang kontholku. Cairan tersebut menjadi pelumas yang memperlancar maju-mundurnya kontholku di dalam jepitan payudaranya. Dengan adanya sedikit cairan dari kontholku tersebut aku merasakan keenakan dan kehangatan yang luar biasa pada gesekan-gesekan batang dan kepala kontholku dengan kulit payudara indahnya.

    “Hih… hhh… edan… edan… Luar biasa enaknya…,” aku tak kuasa menahan rasa enak yang tak terperi.

    Sementara nafas Yumiko dalam tidurnya menjadi tidak teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirnya yang sensual, yang kadang diseling desahan lewat hidungnya, “Ngh… ngh… hhh… heh… eh… ngh…”

    Desahan-desahan Yumiko baik yang lewat hidung maupun lewat bibir semakin menuntun nafsuku untuk menaiki suatu perjalanan pendakian yang indah. Gesekan-gesekan maju-mundurnya kontholku di jepitan gumpalan payudaranya semakin cepat. Kontholku semakin tegang dan keras. Kurasakan pembuluh darah yang melalui batang kontholku berdenyut-denyut, menambah rasa hangat dan nikmat yang luar biasa.

    “Sugoi… edan… oh… hhh…,” erangan-erangan keenakan keluar tanpa kendali dari mulutku. “Sugoi… sugoi… Enak sekali, Yumiko… Heh… rasa cewek Jepang luar biasa… Hhh… enaknya payudara Jepang… hhh… enaknya gesekan kulit mulus Jepang… ah… Enaknya… mulusnya… hangatnya… enak sekali payudara Jepang…”

    Aku menggerakkan maju-mundur kontholku di jepitan payudara Yumiko dengan semakin cepatnya. Rasa enak yang luar biasa mengalir dari konthol ke syaraf-syaraf otakku. Kulihat wajah Yumiko Kawamura. Walupun tertidur, namun alis matanya yang bagus bergerak naik turun seiring dengan desah-desah perlahan bibir sensualnya akibat tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di buah dadanya. Ada sekitar lima menit aku menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan payudaranya itu.

    Payudara sebelah kanannya kulepas dari telapak tanganku. Tangan kananku lalu membimbing konthol dan menggesek-gesekkan kepala konthol dengan gerakan memutar di kulit payudaranya yang halus mulus. Sambil jari-jari tangan kiriku terus meremas payudara kiri Yumiko, kontholku kugerakkan memutar-mutar menuju ke bawah. Ke arah perut. Dan di sekitar pusarnya, kepala kontholku kugesekkan memutar di kulit perutnya yang putih mulus, sambil sesekali kusodokkan perlahan di lobang pusarnya. Rasa hangat, nikmat, dan bercampur geli menggelitiki kepala kontholku.

    Keberanianku semakin tinggi. Sekarang kedua tanganku mencopot celana dalam minimnya. Pinggul yang melebar indah itu tidak berpenutup lagi. Kulit perut yang semula tertutup celana dalam tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus. Di bawah perutnya, jembut yang hitam lebat menutupi daerah sekitar lobang kemaluannya. Kedua paha mulus Yumiko kemudian kurenggangkan lebih lebar. Kini hutan lebat di bawah perut tadi terkuak, mempertontonkan alat kemaluannya. Bibir memek Yumiko nampak berwarna coklat tua bersemu pink.

    Aku pun mengambil posisi agar kontholku dapat mencapai alat kemaluan Yumiko dengan mudahnya. Dengan tangan kanan memegang batang konthol, kepalanya kugesek-gesekkan ke jembut Yumiko. Rasa geli menggelitik kepala kontholku. Kemudian kepala kontholku bergerak menyusuri jembut menuju ke memeknya. Kugesek-gesekkan kepala konthol ke sekeliling bibir memeknya. Terasa geli dan nikmat. Kemudian kepala konthol kugesekkan agak ke arah lobang. Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut lobang kemaluan itu menjadi basah. Kugetarkan perlahan-lahan kontholku sambil terus memasuki lobang memek. Kini seluruh kepala kontholku yang berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut memek Yumiko. Jepitan mulut memek itu terasa hangat dan enak sekali. Sementara getaran perlahan dengan amplituda kecil tanganku pada batang konthol membuat kepala kontholku merasa geli dan nikmat dalam sentuhan-sentuhannya dengan dinding lobang memek.

    Kembali dari mulut Yumiko keluar desisan kecil tanda nikmat tak terperi.

    Kontholku semakin tegang. Sementara dinding mulut memek Yumiko terasa semakin basah. Perlahan-lahan kontholku kutusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh batang yang tersisa di luar. Tusukan kuhentikan untuk memastikan bahwa Yumiko tidak terbangun. Setelah yakin dia tidak terbangun, kembali secara perlahan kumasukkan kontholku ke dalam memek. Terbenam sudah seluruh batang kontholku di dalam memek Yumiko. Sekujur batang konthol sekarang dijepit oleh daging hangat yang basah di dalam memek Yumiko dengan sangat enaknya.

    Sesaat aku diam. Kulihat ekspresi wajah Yumiko kembali mengendur. Artinya dia tidak terbangun. Kemudian secara perlahan-lahan kugerakkan keluar-masuk kontholku ke dalam memeknya. Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam memek hanya kepala konthol saja. Sewaktu masuk seluruh konthol terbenam di dalam memek sampai batas pangkalnya. Rasa hangat dan enak yang luar biasa kini seolah memijiti seluruh bagian kontholku. Aku menyukai rasa nikmat ini. Aku terus memasuk-keluarkan kontholku ke lobang memeknya. Namun semua gerakanku kujaga tidak menghentak-hentak agar Yumiko tidak terbangun. Dalam keadaan tetap tertidur alis matanya terangkat naik setiap kali kontholku menusuk masuk memeknya secara perlahan. Bibir segarnya yang sensual sedikit terbuka, sedang giginya terkatup rapat. Dari mulut sexy itu keluar desis kenikmatan, “Sssh… sssh… hhh… hhh… ssh… sssh…”

    Aku terus mempertahankan kenikmatan yang mengalir lewat batang kontholku dengan mengocok perlahan-lahan memek perempuan Jepang tersebut. Enam menit sudah hal itu berlangsung. Lama-lama aku membutuhkan kocokan yang agak menghentak-hentak agar dapat mengakhiri perjalanan pendakian tersebut. Namun bila kocokan itu kulakukan ke memek Yumiko bisa-bisa dia terbangun. Jadi kocokan yang menghentak-hentak pada konthol harus kulakukan di luar memeknya.

    batang konthol itu kulakukan. Aku kembali memasukkan seluruh kontholku ke dalam memeknya. Kembali kukocok secara perlahan memeknya. Kunikmati kehangatan daging dalam memeknya. Kurasakan enaknya jepitan otot-otot memek pada kontholku.

    Kubiarkan kocokan perlahan tersebut sampai selama dua menit. Kembali kutarik kontholku dari memek Yumiko. Namun kini tidak seluruhnya, kepala konthol masih kubiarkan tertanam dalam mulut memeknya. Sementara batang konthol kukocok denganjari-jari tangan kananku dengan cepatnya. Walaupin sudah berhati-hati, namun kepala konthol itu menggelitiki dinding memek dengan amplituda kecil tetapi berfrekuensi tinggi akibat kocokan tanganku di batangnya. Hal tersebut menyebabkan rasa enak tak terperi. Geli, hangat, dan nikmat.

    Rasa enak itu agaknya dirasakan pula oleh Yumiko. Terbukti walaupun dalam keadaan tidur, dia mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan getar kepala kontholku pada dinding mulut memeknya, “Sssh… sssh… zzz… ah… ah… hhh…”

    Tiga menit kemudian kumasukkan lagi seluruh kontholku ke dalam memek Yumiko. Dan kukocok perlahan. Kunikmati kocokan perlahan pada memeknya kali ini lebih lama. Sampai kira-kira empat menit. Lama-lama aku tidak puas. Kupercepat gerakan keluar-masuk kontholku pada memeknya, namun tetap kujaga agar jangan menyentak-sentak. Kurasakan rasa enak sekali menjalar di sekujur kontholku. Aku sampai tak kuasa menahan ekspresi keenakanku. Sambil tertahan-tahan, aku mendesis-desis, “Subarashii… subarashii… sugoi… sugoi… edan… enaknya… Edan, hangatnya memek Jepang… Edan jepitan memeknya… Yumiko… memekmu luar biasa… Edan… nikmatnya…”

    Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit. Kemudian rasa gatal-gatal enak mulai menjalar di sekujur kontholku. Berarti beberapa saat lagi aku akan mengalami orgasme. Ke mana harus kusemprotkan? Yang jelas jangan di dalam memeknya. Dapat diketahui Yumiko nantinya. Apalagi kalau Yumiko sampai hamil dan terlahir anak Indonesia.

    Kucopot kontholku dari memek Yumiko. Segera aku berdiri dengan lutut mengangkangi tubuhnya agar kontholku mudah mencapai payudaranya. Kembali kuraih kedua belah payudara montok itu untuk menjepit kontholku yang berdiri dengan amat gagahnya. Agar kontholku dapat terjepit dengan enaknya, aku agak merundukkan badanku. Kemudian kontholku kukocokkan maju-mundur di dalam jepitan buah dada aduhai itu. Cairan dinding memek Yumiko yang membasahi kontholku kini merupakan pelumas yang pas dalam memberi keenakan luar biasa pada gesekan-gesekan kontholku dan kulit buah dada yang mulus itu.

    “Edan… Yumiko. Edan… luar biasa… Enak sekali… Payudaramu kenyal sekali… Payudaramu indah sekali… Payadaramu montok sekali… Payudaramu mulus sekali… Oh… hangatnya… Sssh… nikmatnya… Tubuhmu luarrr biasa…”, aku merintih-rintih keenakan.

    Sementara di dalam tidurnya Yumiko mendesis-desis keenakan, “Sssh… sssh… sssh…” Giginya tertutup rapat. Alis matanya bergerak ke atas ke bawah.

    Aku mempercepat maju-mundurnya kontholku. Aku memperkuat tekananku pada payudaranya agar kontholku terjepit lebih kuat. Rasa enak menjalar lewat kontholku. Rasa hangat menyusup di seluruh kontholku. Karena basah oleh cairan memek, kepala kontholku tampak amat mengkilat di saat melongok dari jepitan buah dada Yumiko. Leher konthol yang berwarna coklat tua dan helm konthol yang berwarna pink itu menari-nari di jepitan payudaranya. Lama-lama rasa gatal yang menyusup ke segenap penjuru kontholku semakin menjadi-jadi.

    Semakin kupercepat kocokan kontholku pada payudara Yumiko. Rasa gatal semakin hebat. Rasa hangat semakin luar biasa. Dan rasa enak semakin menuju puncaknya. Tiga menit sudah kocokan hebat kontholku di payudara montok itu berlangsung. Dan ketika rasa gatal dan enak di kontholku hampir mencapai puncaknya, aku menahan sekuat tenaga benteng pertahananku sambil mengocokkan konthol di kempitan payudara indah Yumiko dengan sangat cepatnya. Rasa gatal, hangat, dan enak yang luar biasa akhirnya mencapai puncaknya. Aku tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahananku.

    “Yumiko…!” pekikku dengan tidak tertahankan. Mataku membeliak-beliak.

    Jebollah pertahananku. Rasa hangat dan nikmat yang luar biasa menyusup ke seluruh sel-sel kontholku saat menyemburkan cairan sperma.

    Crot! Crot! Crot! Crot!

    Spermaku menyemprot dengan derasnya. Sampai empat kali. Kuat sekali semprotannya, sampai menghantam rahang bagus Yumiko. Sperma tersebut berwarna putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang sperma yang banyak sekali itu mengalir turun ke arah leher Yumiko yang putih dan jenjang.

    Sperma yang tersisa di dalam kontholku pun menyusul keluar dalam tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini semprotannya lemah. Semprotan awal hanya sampai pangkal batang leher mulus Yumiko, sedang yang terakhir hanya jatuh di atas belahan payudaranya.

    Sejenak aku terdiam. Aku menikmati akhir-akhir kenikmatan pada penghujung pendakianku ini.

    “Sugoi… luar biasa… Yumiko, nikmat sekali tubuhmu…,” aku bergumam lirih. Baru kali ini aku mengalami kenikmatan sex yang indah luar biasa. Diri bagai terlempar ke langit ketujuh. Jauh lebih indah daripada masturbasi dengan menghadapi gambar artis sexy yang bugil.

    Setelah nafsuku menurun, kontholku pun mengecil. Kulepaskan payudara Yumiko dari raupan telapak tanganku. Kontholku sekarang tergeletak di atas belahan payudaranya. Suatu komposisi warna yang kontras pun terlihat, batang kontholku berwarna coklat dengan kepala konthol berhelm pink, sedang kulit payudara montok Yumiko adalah putih mulus. Masih tidak puas aku memandangi payudara indah yang terhampar di depan mataku tersebut. Kemudian mataku memandang ke arah pinggangnya yang ramping dan pinggulnya yang melebar indah. Terus tatapanku jatuh ke memeknya yang dikelilingi oleh bulu jembut hitam jang lebat. Kubayangkan betapa enaknya bila bermain sex dalam kesadaran penuh dengan Yumiko. Aku dapat menggeluti dan mendekap kuat tubuhnya yang benar-benar menantang kejantanan. Aku dapat mengocok memeknya dengan kontholku dengan irama yang menghentak-hentak kuat. Dan aku dapat menyemprotkan spermaku di dalam memeknya sambil merengkuh kuat-kuat tubuhnya di saat orgasmeku.

    “Engh…” Tiba-tiba Yumiko menggeliatkan badannya.

    Aku terkejut dan tersadar. Cepat-cepat aku meraih celana pendekku dan berlindung di belakang meja tamu. Sebentar menunggu reaksi, namun Yumiko tertidur kembali dengan nafas yang teratur. Aku segera mengelap konthol dengan tissue yang ada di atas meja, dan memakai celana pendek. Sementara kubiarkan celana dalamku tetap di dalam saku celana pendek agar aku kontholku segera tertutup kembali.

    Kemudian beberapa lembar tissue kuambil untuk mengelap spermaku yang berleleran di rahang, leher, dan buah dada Yumiko. Ada yang tidak dapat dilap, yakni cairan spermaku yang sudah terlajur jatuh di rambut kepalanya.

    “Ah, nggak apa-apalah. Masak dia tahu. Dia kan hilang kesadarannya. Mungkin juga dia baru terbangun besok pagi,” demikian pikirku.

    Celana dalam pink kupakaikan kembali ke pinggul Yumiko. Dan… edan! Kontholku mulai berdiri lagi melihat kemolekan tubuh Yumiko. Namun aku tidak boleh melakukannya lagi. Salah-salah dia terbangun. Cukup sudah sekali aku menikmati tubuhnya di saat dia tertidur pulas oleh pengaruh alkohol sehingga berlangsung aman. Daripada aku menanggung resiko lagi.

    Kurapihkan kembali baju kimono tidurnya. Tissue-tissue bekas pengelap konthol dan sperma di tubuh Yumiko kukumpulkan menjadi satu. Akan kusimpan sebagai kenang-kenangan bahwa aku sudah berhasil menggeluti tubuh perempuan Jepang yang molek walaupun dia dalam keadaan tertidur. Akhirnya aku memutuskan kembali ke apartemenku sendiri, meninggalkan Yumiko yang tertidur pulas di atas karpet di samping meja tamu. Sempat kulirik jam dinding di ruang tamu Yumiko, jarum jam menunjukkan pukul sembilan kurang seperempat. Kututup pintu rumah Yumiko sambil bergumam lirih, “Terimakasih atas servis kenikmatannya, Yumiko-san.”

  • Cerita Dewasa Terbawa Nafsu Saat Ngulum Kontol Teman Papaku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Dewasa Terbawa Nafsu Saat Ngulum Kontol Teman Papaku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1619 views

    Perawanku – Setelah sebelumnya ada kisah mesum, kini ada cerita Terbawa Nafsu Ketika Ngulum Kontol Teman Papa. selamat membaca dan menikmati sajian khusus bacaan terbaru cerita sex bergambar yang hot dan di jamin seru meningkatkan nafsu birahi seks ngentot.

    Ini adalah pengalamanku dientot teman papa waktu aku masih duduk di bangku SMU. Aku termasuk salah satu bunga sekolah di sekolahku dan berprestasi di bidang seni. Rumahku sering didatangin tamu-tamu papaku, baik partner bisnis, karyawan atau teman.

    Teman papa yang bernama Om Wawan sering datang ke rumah aku di sore hari, hanya sekedar ngobrol dan minum teh sama papa di kebun belakang rumahku. Konon, Om Wawan mempunyai sixth sense, bisa melihat dan melamar nasib, dan bisa melihat dan berkomunikasi dengan makhluk2 halus. Kadang-kadang dia bawa anaknya atau istrinya juga, dan aku suka ikut nimbrung dengan mereka, topik apa aja mereka juga bahas. Om Wawan yang berkacamata tebal sudah lumayan tua, sekitar umur 65 thn, dan badannya agak gemuk dengan perut yang buncit dan napas yang bau. Tipe-tipe badan orang tua yang tidak fit lagi. Keriput di muka dan tangannya sudah terlihat jelas.

    Om Wawan suka ngelirik aku, curi-curi pandang mukaku lalu badanku. Aku risih sekali apalagi yang ngelirik adalah teman papaku sendiri yang sudah tua. Aku hanya suka membalas Om Wawan dengan senyuman, dan berkata ,”Om, jangan lihatin Nini sampe gitu dong, kan malu.

    ”Om Wawan suka tersenyum mesum, “Habis Nini manis dan cakep sih, cowok yang mana gak suka liatin Nini.” Dan aku jadi tersipu malu.

    Suatu Sabtu sore hari seperti biasanya, Om Wawan datang ke rumah aku untuk ngobrol sama papa, tapi waktu itu papa dan mama sedang keluar, jadi aku yang ngobrol sama Om Wawan. Tiba-tiba Om Wawan tanya aku.

    “Nini gak perawan lagi ya?”

    Trus aku kaget dan diam aja, lalu Om Wawan bilang.

    ”Gak apa apa kok, jujur aja, Om janji gak kasih tau papa mama deh.” Aku diem aja dan merasa takut kalau Om Wawan bisa membaca pikiran aku.

    “Om sudah tau kok dari dulu, makhluk halus yang Om pelihara kasih tau ke Om, katanya kamu sudah gak perawan. Sudah banyak yang tidurin kamu. Dan ada penyakit di badan kamu.”

    Aku jadi kaget ketakutan karena dikasih tau ada penyakit di dalam badanku.

    “Penyakit apa Om? Parah gak? Bisa disembuhin gak?”, tanyaku bertubi-tubi.

    “Yah, mayan parah lah” Aku hanya diam membisu karena sudah ketakutan.

    “Tapi Nini gak usah takut, Om bisa sembuhin kok.” Aku agak lega ,

    ”Oh ya? Gimana?” “Nini harus ikut instruksi Om tanpa bantah, bisa gak?”

    “Ok, Nini akan ikut semua instruksi dari Om.”

    “Nah, sekarang ambil segelas air putih buat Om.” Perasaanku bercampur antara takut dan nervous, pergi ke dapur untuk ambil segelas air.

    “Nih airnya Om”

    “Ok, Nini minum airnya dikit.” Aku merasa aneh tapi hanya turut aja disuruh minum lalu Om Wawan minum air yang baru aku minum.

    “Ini Om lagi mencoba membersihkan penyakit di dalam tubuh kamu. Sekarang julurkan lidah kamu. Om mau liat.” Aku menjulurkan lidahku, lalu Om Wawan menyedot dengan kuat lidahku. Ada sensasi aneh di dalam tubuhku. Lalu Om Wawan memasukkan tangannya di dalam celana dalamku, aku kaget!

    “Jangan takut, Nini. Om mau tau separah apa penyakit yang dijangkitin Nini. Ada makhluk halus di dalam tubuh Nini yang suka mengganggu kesehatan Nini.”

    Aku ketakutan dikasih tau ada makhluk halus di dalam tubuhku, jadi aku diem saja Om Wawan menyentuh vaginaku. Aku merasa enak Om Wawan menyentuh vaginaku, dan aku merasa vaginaku dah basah, Om Wawan mengeluarin tangannya dan menjilat jarinya yang basah.

    “Nini dah basah ya?” Trus aku diem saja, lalu Om Wawan menaikin kausku, dan mengeluarkan pentilku dari BH, lalu dia mengemut pentilku dengan kuat, aku merasa enak dan tanpa sadar aku sudah mendesah keenakan.

    “Ke kamar Nini yuk, biar Om lebih leluasa mengobati Nini.” Aku nurut saja sama kata2 Om Wawan.

    Begitu di kamarku, Om Wawan melepaskan celananya.

    ”Nini, kulumin kontol Om!” Aku enggan mengulumin kontolnya karena keliatan bau dan kotor kontolnya.

    “Katanya mau diobatin penyakitnya? Kulum kontol Om buat ngusir makhluk halus di dalam tubuh Nini.” Aku jadi nurut karena aku mau diobatin. Aku mengulum kontol Om yang lagi lemas ketiduran, aku mengemut kontol Om sampe mengeras dan Om Wawan mendesah keenakan.

    ”lebih cepat kulumnya… ashh ahhh… ngemut2 kontol Om lebih keras dan lebih cepat.” Aku ikut instruksinya dan menahan napas dari bau kontol Om. Om mendesah keenakan terus, lalu Om Wawan menyuruh aku telanjang, karena ini adalah upacara untuk mengusir makhluk halus. Om merebahkan aku di atas ranjang lalu dia menciumin aku, dia melumat bibirku dengan ganas, menciumin seluruh mukaku, melumat pentil aku kuat lalu menjilati vaginaku.

    ”aashhhh… enak Om…. ah ahh ashh hmm… Om, aku ga tahan lagi Om, ahhhh ashhhhhhhhhh…. masukin kontol Om dong….” Tapi Om Wawan sengaja gak mo masukin kontolnya, dia masih bermain2 dengan vaginaku dengan lidah dan jarinya… sampe aku memohon mohon.

    “Om, cepet dong… masukin kontol Om ke dalam memekku, aku dah ga tahan lagi… ahh ahhhh… tolong Om… cepet masukin”

    Lalu Om Wawan memasukin kontolnya di dalam vaginaku.

    “Oh… asiknya Om… ah ahahhh ashhhh” Om Wawan mengenjot pelan pelan.

    “Om, ahh ahh…. cepet dong ngenjotnya… ahhh ashhh ahhhhahhhh… lebih kuat dong…”

    “Wah, Nini binal sekali… Om baru tau…” Lalu dia mengenjot lebih cepat dan kuat sambil melumat bibirku dan memeras tetekku kuat kuat.

    “Om lebih kuat meremas tetekku ahhhh ahhh”

    Kita ganti posisi ke doggy style dan aku on top…. Om Wawan sangat lihai dalam permainan ini… dia membuat aku lupa diri dan merasa high sekali… kita berdua meraung raung keenakan di dalam kamar… ahhh aaaahh….sssssahhhhh assshhhhh uhhhhhhhhahhh…..

    “Nini, Om sudah mau keluar…. Om crot di dalam memek Nini yah”

    “Iya, Om… boleh ahh ahhhh cepet, ahhh Nini juga udah mau keluar ahh ahhhh” Om Wawan mengenjot lebih cepet dan kuat, ahhh ahhhh tiba2 tubuhnya megenjang, tandanya dia sudah keluarin spermanya di dalam vaginaku… lalu Om Wawan mengeluarin kontolnya dan meletakan di dalam muluntuku, aku mengulum kontolnya dengan asik dan Om Wawan mengerang dengan asik dan bergetar-getar keenakan. Lalu kita berbaring sejenak sambil berciuman.

    “Besok-besok Om mau ngentotin Nini lagi untuk bersihin tubuh Nini dari makhluk halus.

  • Galeri Foto Ngentot Karyawan Baru – Foto Ngentot Jepang Terbaru 2018

    Galeri Foto Ngentot Karyawan Baru – Foto Ngentot Jepang Terbaru 2018


    1988 views

    Perawanku – Tes buat karyawan baru yang super cantik, Sebelum di terima di suatu pekerjaan pastinya ada sesuatu interview untuk mengenal seluk beluk seorang pelamar pekerjaan.

    Namun di galeri ini Bos yang kurang ajar memanfaat kan hal tersebut dengan mengerjai seorang pelamar gadis yang super sexy dengan nenenya yang Mulus :

  • Cerita Sex Kesempatan Ngentot Dengan Pengantin Baru

    Cerita Sex Kesempatan Ngentot Dengan Pengantin Baru


    1081 views

    Perawanku – Cerita Sex Kesempatan Ngentot Dengan Pengantin Baru, seorang Pria Yang bernama Romi, Berawal dari Romi yang mengintip pasangan pengantin baru yang sedang bersetubuh, yaitu Mas Alex dan Mba’ Rika. Karena saat itu Romi melihat Mba’ Rika tidak pernah puas dengan suaminya, maka Romi mengambil inisiatif untuk memuaskan Mba’ Rika. Mau tahu kelanjutan ceritanya, Langsung aja yuk baca dan simak baik baik cerita dewasa ini.

    Perkenalkan nama saya Romi, saya lelaki yang cukup dewasa karena saya telah berusia 26 tahun. Keadaan saya sekarang adalah seorang pekerja di salah satu perusahaan plastik. Disini saya akan menceritakan tentang kisah sexs saya dengan istri tetangga kamar kontrakan-kan saya. Kisah ini berawal dari sore itu, saya terbangun. Kulihat jam di dinding dikamarku menunjukkan pukul 16.00 WIB.
    Pada sore hari itu saya iseng-iseng untuk memanjat dinding tembok pembatas kamarku, dan kamar sampingku yang ditempati oleh pasangan pengantin baru, yaitu Mas Alex dan Mba’ Rika. Saat itu saya Cuma bermaksud melihat aktivitas tetangga sebelahku melalui Fentilasi. Setelah saya lihat ternyata mereka sedang tiduran sambil mengobrol di atas ranjang.
    Saat itu saya mengawasi terus kegiatan mereka, saat itu kulihat Mas Alex hanya memakai singlet, begitu juga Mba’ Rika yang hanya memakai baju dalam. Mentang-mentang mereka pengantin baru didalam kamar hanya memakai pakaian dalam saja. Saat itu saya berharap kepada meraka agar mereka segera berhubungan sexs.hhe. tidak lama setelah itu, Mas Alex dan Mba’ Rika berbicara sambil berpelukan.
    Karena posisiku saat itu lumayan jauh dan hanya melihat dari sela fetilasi, maka saya kurang bisa menangkap apa yang mereka bicarakan. Saat itu sesekali Mba’ Rika tertawa, dan Beberapakali pula saya amati Mas Alex meremas buah dada Mba’ Rika. Setelah sekian lama saya menunggu, pada akhirnya yang saya harapkan terjadi juga.
    Tiba-tiba Mas Alex membuka celana pendeknya dan memegang tangan Mba’ Rika.
    Lalu Mas Alex saat itu menyuruh Mba’ Rika memegang kejantanan Mas Alex. Mba’ Rika kelihatannya menurut dan memasukan tangannya ke dalam celana boxer Mas Alex, tetapi baru sebentar sudah ditariknya kembali, tampaknya Mba’ Rika menolak. Yahhhh, baru disuruh gitu aja nggak mau, apalagi kalau disuruh nyepongin, ucapku dalam hati kecewa.
    Namun kekecewaanku terobati karena sejurus kemudian Mas Alex tiba-tiba bangkit dari tempat tidur dan melepas celananya. Kini dia hanya berCD (celana dalam) dan bersinglet. Kemudian Mas Alex-pun memeluk Mba’ Rika. Saya tersenyum kegirangan, keinginanku untuk melihat keduanya bercinta tampaknya akan terpenuhi
    Tidak lama kemudian, Mas Alex-pun melepas pelukannya dan Mba’ Mba’ Rika-pun mulai melepas celananya. Kini sama seperti suaminya, Mba’ Rika hanya bersinglet dan berCD (celana dalam). Kulihat pahanya, putih dan mulus sekali.Kemudian mendadak Mas Alex mengeluarkan kejantanannya dari CD (celana dalam)nya. Kecil sekali, dibandingkan punysaya, ucapku dalam hati melihat kejantanan Mas Alex.
    Mas Alex-pun langsung menghimpit Mba’ Rika, tampaknya Mas Alex akan ber-penestrasi Mba’ Rika. Kulihat Mba’ Rika memelorotkan CD (celana dalam)-nya hanya sampai sebatas paha saja. Sejurus kemudian saya melihat pelan Mas Alex memasukkan kejantanannya ke dalam lubang kewanitaan Mba’ Rika yang tertutup rambut kewanitaan.
    Setelah kejantanan Mas Alex masuk keseluruhannya ke dalam liang senggama Mba’ Rika, Mas Alex langsung memeluk Mba’ Rika sambil menciumnya bertubu-tubi. Itu dilsayakan cukup lama.Saya sedikit keheranan kenapa Mas Alex tidak melsayakan genjotan, tidak mendorong-dorong pinggulnya. Mas Alex hanya diam memeluk Mba’ Rika.
    Payah nih, ini pasti karena Mas Alex nggak tahan bermain lama, nggak seperti saya ucapku dalam hati, tertawa, merasa unggul dari Mas Alex. Disinilah saya mulai melihat adanya kesempatanku untuk turut melsayakan tumpangsari pada Mba’ Rika.Ditambah lagi, kejadian itu hanya berlangsung sangat singkat, sekitar 7 menit. Meskipun Mba’ Rika bisa mencapai klimaksnya, tetapi Mas Alex terlalu cepat.
    Saya me-nangkap kekecewaan di muka Mba’ Rika, meski Mba’ Rika berusaha tersenyum setelah permainan itu, tapi saya yakin ia tidak puas dengan permainan Mas Alex. Dari hasil pengintaian sayakemarin, hal itu membuatku mengambil kesimpulan, ada kemungkinan saya bisa menyetubuhi Mba’ Rika dan merasakan nikmat tubuhnya, kalau perlu saya juga akan menanam benih di rahim Mba’ Rika, Itulah tekadku.
    Dari kejadian itu saya-pun mulai menyusun rencana. Kebetulan Mas Alex itu belum bekerja, ada kesempatan bagiku untuk membuatnya berpisah cukup lama dari Mba’ Rika. Apalagi saya punya kenalan yang bekerja di perusahaan, namanya Totok.Siang ini saya menjumpai Totok di kantornya,
    “ Hai Rom, apa kabar ? ”, tanya Totok sambil menjabat tanganku.
    “ Baik nih Tok ”, jawabku sambil ter-senyum.
    “ Oh iya, duduk dulu deh Rom, biar enak kita ngobrolnya ”, ucap Totok mempersilahkanku.
    Setelah saya duduk di kursi kantornya yang empuk itu, saya mulai mengajukan permintaan,
    “ Tok, saya butuh bantuanmu ”, ucap saya.
    “ Oh, itu semua bisa diatur, emang bantuan apa ni Rom ? ”, tanya Totok.
    “ Aku butuh pekerjaan nih Tok ”, ucapku.
    “ Ouh kerjaan, itu gampang Rom, memangnya kamu ingin diposisi apa dan minta gaji berapa ??? ”, tanya Totok.
    “ Bukan buwat aku maksudnya Tok, tapi ini untuk orang lain ”, terang saya.
    “ Hmmm… memangnya untuk siapa ? ”, tanya Totok.
    “ Untuk temanku, Mas Alex namanya Tok, kamu wawancarai, tempatkan di mana saja kamu suka, nggak perlu tinggi-tinggi betul jabatannya ”, terang saya.
    “ Aneh…tapi jika itu maumu, yaa tidak apa-apa ”, jawabnya.
    “ Yang penting kamu wawancarai dia cukup lama, dan kamu wawancarnya kalau bisa diulang sampai beberapa kali gitu Tok ”, terangku pada Totok.
    “ Oke deh Rom, kalau itu semua kemauan kamu ”, jawab Totok menuruti saya.
    “ Tapi… nanti jadwal wawancara-nya saya yang tentuin ya Tok, hhe… Gimana, bisakan Tok ??? ”, pintaku lagi pada Totok.
    “ Ah, kamu ini ada-ada aja deh Rom, yaudah deh terserah kamu aja deh Rom ”, ucap Totok mengiyakan kemauan saya.
    Maka saat itu mulailah saya menyusun jadwal interview Mas Alex, mulai lusa, hari rabu sampai jumat dari jam 07.00 sampai 10.00 pagi.Totok menyetujuinya, kemudian saya permisi pulang. Dalam perjalanan pulang, hatiku sangat senang, sudah terbayang nikmatnya tubuh Mba’ Rika itu. Sesampainya di kos-kosanku, saya langsung bertemu dengan Mas Alex di tempat cuci,tampak Mas Alex sedang menyuci bajunya.
    “ Mas… saya ingin bicara sebentar ”, ucapku mulai membuka percakapan.
    Saat itu Mas Alex-pun menoleh dan menghentikan pekerjaannya,
    “ Ada apa Rom ??? ”, tanya Mas Alex.
    “ Begini nih Mas, saya dengar Mas Alex mencari pekerjaan, kebetulan tadi saya ke tempat teman saya, dia perlu pegawai baru, dia-nya sih malas menaruh iklan di koran, soalnya dia hanya butuh satu orang ”, ucapku panjang lebar menjelaskan.
    Saat itu saya sedikit berdebar-debar karena menunggu tanggapan Mas Alex. Setelah beberapa saat Mas Alex kulihat terdiam, merenung, lalu
    “ Hmmm… saya pikir dulu, sebelumnya terima kasih ya Rom ”,ucap Mas Alex.
    “ Ya Mas sama-sama… ”, ucapku dengan senyuman.
    Saat itu dalam hatiku, saya berpikir habislah sudah kesempatanku, tapi setelah di dalam kamar, sekitar 1 jam kemudian saya yang tertidur, terbangun oleh ketukan di pintu. Saya lalu bangun, mengucek-ngucek mata saya, melihat dari jendela. Tampak Mas Alex berdiri menunggu. Saya-pun cepat-cepat membuka pintu.
    “ Wah… sedang tidur ya, kalau gitu nanti saja deh ”,ucap mas Mas Alex akan pergi lagi.
    “ Enggak kog Mas, saya sudah bangun nih ”, ucapku berusaha mencegah Mas Alex pergi.
    “ Gangguin tidur kamu nggak ? ”, tanya Mas Alex.
    “ Ndak… masuk saja Mas ”, ucapku mempersilahkan.
    Setelah kami berdua duduk di karpet kamarku, lalu…
    “ Begini, ini soal lamaran kerja yang kamu bilang itu, tempatnya di mana sih ? ”, tanya Mas Alex.
    “ Ooo…itu di Kaliurang km 10 nomor 17, nama perusahaannya PT. A, nggak jauh kok Mas ”, terangku.
    “ Syaratnya apa aja ya Rom kira-kira ? ”, tanya Mas Alex.
    “ Saya kurang tau juga tuh, Mas Alex pergi saja ke sana. temui teman saya, Totok, katakan Mas butuh pekerjaan ”, tahunya dari Romi.
    “ Wah…kok rasanya kurang enak ya, seperti nepotisme saja… ”, Mas Alex sepertinya keberatan.
    “ Enggak… nggak… kog, perusahaan-nya besar, Mas ke sana juga belum tentu diterima, Mas tetap melalui tes dulu ”, ucapku meyakinkan Mas Alex.
    “ Hmmm…baiklah, saya coba dulu deh Rom, jam berapa ya ke sana ? ”, ucap Mas Alex.
    “ Sekitar jam kerja saja baiknya, jam 07.00 pagi saja Mas ”, ucapku menyarankan.
    Mas Alex hanya mengangguk tersenyum, lalu permisi seraya tak lupa berterima kasih kepadsaya. Saya hanya tersenyum, berarti selangkah lagi keinginanku tercapai. Hari ini selasa, sesuai pre-diksiku, Mas Alex pagi-pagi sudah berangkat, dan sekitar jam 11.00 siang baru pulang.Saya menuju ke kamarnya, lalu mengetuk pintu,
    “ Assalamualaikum ”, saya memberi salam.
    Waalaikumussalam, terdengar jawaban Mas Alex dari dalam kamarnya.Lama baru pintu dibuka, dan Mas Alex mempersilahkanku untuk masuk. Kulihat di dalam kamarnya, istrinya tengah duduk di pinggir tempat tidur dengan me-makai jilbab putih, tersenyum padsaya. Mba’ Rika tampak cantik sekali.
    “ Bagaimana Mas, tadi ? ”, tanya saya.
    “ Oh…nanti saya disuruh ke sana lagi, besok untuk interview Rom ”, ucap mas Alex.
    “ Alhamdulillah, saya doakan supaya keterima ya Mas ”, ucapku berbasa-basi.
    “ Terima kasih ya Rom ”, ucapnya.
    Setelah berbasa – basi cukup lama, sayapun permisi,
    “ Eehh…nanti dulu, kamu khan belum minum ”,ucap Mas Alex berusaha mencegahku.
    “ Ayo Mah buatkan air minumnya dong ”, perintah Mas Alex me-nyuruh istrinya.
    Saya menolak dengan halus,
    “ Ah nggak usah Mas, saya sebentar aja kog, soalnya saya ada urusan ”, ucapku berpura-pura.
    “ Oh baiklah kalau begitu, sekali lagi terima kasih ya ”, ucap Mas Alex.
    Saya tersenyum mengangguk, kulihat Mba’ Rika tidak jadi membuat minuman. Sayapun pergi ke ka-marku, riang karena sebentar lagi adikku akan bersarang dan menemukanpasangannya.
    Hari ini rabu, Mas Alex sudah berangkat dan meninggalkan Mba’ Rika sendirian dikamarnya. Rencana mulai kulaksanakan. Saya membongkar beberapa koleksi kaset pornoku, memilih salah satunya yang saya anggap paling bagus, kaset porno dari Indonesia sendiri, lalu membungkusnya dengan kertas merah jambu.Kemudian sambil membawa bungkusan Kaset itu, saya menuju ke kamar tetanggsaya, mengetuk pintu,
    “ Assalamualaikum, saya mem-beri salam. Lama baru terdengar jawaban,
    “ Waalaikumsalam ”, sahut Mba’ Rika dari dalam kamar itu.
    Tidak kama pintunya-pun terbuka, kulihat Mba’ Rika melongokkan kepalanya yang berjilbab itudari celah pintu,
    “ Ada apa ya ? ”, tanya-nya.
    “ Ini ada hadiah dari saya, saya mau memberikan kemarin tetapi lupa ucapku sambil menunjukkan bungkusan Kaset itu ”, ucapku.
    “ Oh, baiklah ”, ucap Mba’ Rika sambil bermaksud mengambil bungkusan di tanganku itu.
    “ Eee…tunggu dulu Mba’, ini isinya Kaset, saya mau lihat apa bisa muter nggak di komputernya Mas Alex ”, ucapku mengarang alasan.
    Sedikit keberatan kelihatannya, akhirnya Mba’ Rika mempersilahkanku untuk masuk, saya yakin dia juga kurang ngerti tentang komputer. Di dalam kamar, saya menghidupkan komputer dan mengoperasikan program dvd playernya, lalu kumasukkan kaset-ku itu dan kujalankan. Sesuai dugaanku Kaset itu berjalan bagus.
    “ Mba’ pingin nonton ? ”, tanya saya sambil melihat Mba’ Rika yang sedari tadi duduk di belakang memperhatikanku.
    “ Film apa sih ? ”, tanya Mba’ Rika kepada saya.
    Pokoknya bagus deh Mba’ filnya ”, ucapku.
    Kemudian memberikan pe-tunjuk bagi Mba’ Rika , bagaimana cara menghentikan player dan mematikan komputernya. Mba’ Rika hanya mengangguk, lalu kupermisi untuk pergi mumpung filmnya belum masuk ke bagian intinya. Pintu kamar tetangga saya itu-pun kembali ditutup, saya bergegas ke kamarku, mau mengintip apa yang dilsayakan Mba’ Rika.
    Setelah di kamarku. melalui Fentilasi kulihat Mba’ Rika menonton di depan komputer. Dia tampaknya kaget begitu melihat adegan porno langsung hadir di layar monitor komputer itu. Dengan cemas saya menantikan reaksinya. Menit demi menit berlalu hingga sudah 15 menit kulihat Mba’ Rika masih tetap menonton. Saya senang berarti Mba’ Rika menyukainya.
    Lalu terjadi sesuatu yang lebih dari saya harapkan, tangan Mba’ Rika saat itu mulai masuk ke dalam dalam roknya, dan bergerak-gerak di dalam rok itu.
    “ Ssssss… Oughhhh… Aghhhhh… ”, desahnya mulai terdengar.
    Suara Mba’ Rika mendesah-desah , tampaknya merasakankenikmatan.Saya kaget, Wah, hebat ternyata ber-masturbasi ucapku dalam hati. Rasanya saat itu saya ingin segera masuk ke kamar Mba’ Rika, kemudian memeluk dan langsung menyetubuhinya. Saat itu masih hanya angan-angan, tapi saya sadar, ini perlu proses dan hal ini tidak semudah seperti yang saya katakan tadi.
    Akhirnya saya memutuskan untuk tetap mengintip, dan berinisiatif mengukur kemampuanku. Sayapun mulai melsayakan onani dengan memain-mainkan kejantananku. Film di komputer itu terus berjalan, kira-kira hampir 1jam lamanya, pertanda film itu akan habis dan Mba’ Rika kulihat sudah empat kali klimaks, luar biasa.
    Dan ketika filmnya berakhir, Mba’ Rika ternyata masih me-neruskan masturbasinya hingga menggenapi klimaksnya menjadi lima kali.
    “ Aghhhhhh… ”, Mba’ Rika terpekik pelan menandai klimaksnya.
    Sesaat setelah klimaks Mba’ Rika yang kelima saya-pun ejakulasi.
    “ Oughhhhh… ”, suara berat-ku mengiringi luapan air mani di tanganku.
    Saya senang sekali, berarti saya lebih tangguh dari Mas Alex dan bisa memuaskan Mba’ Rika nantinya karena bisa klimaks dan ejakulasi bersamaan.Kemudian Mba’ Rika sesuai petunjukku, kulihat mengeluarkan Kasetnya dan mematikan komputer. Setelah siang hari, Mas Alex baru pulang. Sedikit berdebar-debar saya menunggu perkembangan di kamar tetangga saya itu.
    Saya takut kalau-kalau Mba’ Rika ngomong macam- macam soal Kaset itu, bisa berabe saya. Tetapi kelihatannya tak terjadi apa-apa. Kembali saya mengintip lewat Fentilasi, apa yang terjadi di sebelah. Begitu saya mulai mengintip, saya kaget ! Karena kulihat Mba’ Rika dalam keadaan hampir bugil. Saat itu Mba’ Rika hanya memakai CD (celana dalam) dihimpit oleh Mas Alex.
    Lalu mereka-pun mulai bersetubuh. Namun seperti yang dulu-dulu, permainan itu hanya berlangsung sebentar dan tampaknya Mba’ Rika kelihatan tidak menikmati dan tidak bisa mencapai klimaks. Bahkan saya melihat Mba’ Rika seringkali kesakitan ketika penetrasi atau ketika buah dadanya diremas. Bagaimanapun saya senang, langkah kedua saya berhasil.
    Hal itu membuat Mba’ Rika tidak bisalagi mencapai klimaks dengan Mas Alex. Prediksiku, Mba’ Rika akan sangat tergantung pada Kaset itu untuk kepuasan klimaksnya, sedangkan cara menghidupkan Kaset itu hanya saya yang tahu, disinilah kesempatanku. Hari Kamis, pukul 09.00 pagi, saya bangun dari tidur, mempersiapkan segala sesuatunya.
    Kebetulan saat itu hari cuti bersama diperusahaan saya, pas sekalikan para pembaca. Hari ini bisa jadi saat yang sangat bersejarah bagiku. Kemarin saya telah mengintip Mba’ Rika dan Mas Alex seharian, mereka kemarin ber-setubuh hanya 2 kali, itupun berlangsung sangat cepat, dan yang penting bagiku, Mba’ Rika tidak bisa klimaks.
    Malam kemarin saya juga sudah bersiap-siap dengan minum segelas jamu kuat, yang bisa menambah kualitas spermsaya.
    Pada pagi hari itu, setelah saya mandi, saya berpakaian sebaik mungkin, parfum beraroma melati kuusapkan ke seluruh tubuhku, rambutku juga sudah disisir rapi. Lalu dengan langkah pasti saya melangkah ke tetangga sebelahku, Mba’ Rika yang sedang sendirian. Kembali saya mengetuk pintu kamarnya pelan,
    “ Selamat pagi Mba’ ”, ucapku msembari mengetuk pintu Mba’ Rika.
    “ Iya, siapa yah ”, suara lembut Mba’ Rika menyahut dari dalam kamar.
    Mba’ Rika-pun membuka pintu, kali ini dia berdiri di depan pintunya, tidak seperti kemarin yang hanya melongokkan kepala dari celah pintu yang se’dikit terbuka. Saat itu dia memakai jilbab biru dengan motif renda, terlihat sangat manis sekali,
    “ Oh kamu Rom, kenapa lagi Rom kamu kesini ??? ”, tanya Mba’Rika.
    “ Gini Mba’, saya kemarin lupa memberitahukan cara mengelurkan kaset yang kemarin Mba’ ”, ucapku sambil tersenyum.
    Tiba-tiba raut muka Mba’ Rika menjadi sangat serius,dan berkata
    “ Kamu bener-bener kurang ajar ya Rom, masa kamu muterin Kaset porno pada Mba’ ”, kata Mba’ Rika sedikit keras.
    Saat itu saya terkaget, ternyata dia mara. Lalu saat itu juga saya cepat mengarang alasan,
    “ Wah… maaf Mba’, kaset itu adalah hadiah dari teman saya Mba’, setahu saya isi kaset itu adalah film humor, maafin saya ya Mba’, kasetnya tertukar, yaudah saya ambil lagi ya Mba’ kasetnya, seklai lagi maafkan saya ya Mba’ ”, ucapku.
    Saat itu Mba’ Rika tidak menjawab, lalu dia masuk ke dalam kamarnya. Saat itu dia tampak kecewa, saya senang berarti dia takut kehilangan Kaset itu. Lalu saya-pun masuk ke kamarnya melalui pintu yang sedari tadi terbuka. Mba’ Rika kaget, melihatku mengikuti langkahnya,
    “ Eeeh… kamu kok ikut masuk juga ??? ”, ucap Mba’ Rika.
    Saat itu sambil menutup pintu kamar Mba’ Rika, dengan tenang saya menjawab,
    “ Ahhh… Mba’ jangan munafiklah, toh Mba’ juga menyukai kaset porno itu, saya lihat Mba’ sampai masturbasi segala ”, ucapku dengan tegas.
    “ Kurang ajar kamu ya Rom, keluar nggak kamu !!! Kalau tidak saya akan berteriak ”, gertak Mba’ Rika.
    “ Mba’ jangan marah dulu, coba Mba’ pikirkan lagi, sejak menonton Kaset itu, Mba’ tidak bisa lagi klimaks dengan Mas Alex khan ”, ucapku sembari merebut kaset itu dan mematahkannya. Seketika itu Mba’ Rika terkejut,
    “ Ka… kamu… ”.
    Belum sempat dia menyelesaikan kata-katanya, saya memotongnya,
    “ Saya bersedia memberikan kepuasan kepada Mba’ Rika, saya jamin Mba’ Rika bisa klimaks bila main dengan saya ”, rayuku.
    “ Kurang ajar, Keluar kamu !!! ”, gertaknya lagi.
    “ Oh tidak bisa, tidak segampang itu Mba’ mengusir saya, ayolah Mba’ Rika jangan marah !!! pikirkan dulu, saya satu-satunya kesempatan, bila Mba’ Rika tidak memakai saya, seumur-umur Mba’ Rika nggak akan pernah mencapai klimaks lagi ”, ucap saya terus menghasutnya.
    Saat itu Mba’ Rika terdiam sebentar, saya senang dan berpikir dia mulai termakan rayuanku, namun,
    “ sekali tidak ya tidak, kamu ngerti nggks sih ??? keluar kamu !!!! ucap Mba’ Rika membentak saya lagi.
    Sebenarnya saat itu saya mulai takut dan gemetar, tapi saat itu sudah terlanjur basah, maka saya terus berusaha untuk merayu Mba’Rika dan berkata,
    “ Sebaiknya Mba’ pikirkan lagi, di sini cuma saya yang mengajukan diri memuaskan Mba’, saya satu-satunya kesempatan Mba’, kalau Mba’ tidak mengambil kesempatan ini, Mba’ akan menyesal seumur hidup… ”, ucapku sedikit tegas.
    Lama kulihat Mba’ Rika terdiam, bahkan dia kini terduduk lemas di samping ranjangnya. Saya pura-pura mengalah,
    “ Ya udahlah, jika Mba’ tidak mau, saya pergi saja, saya itu cuma kasihan ngelihat Mba’ ”, ucapku sambil beranjak pergi.
    Tetapi kulihat Mba’ Rika hanya diam terduduk di ranjangnya, saya membatalkan niatku, pintu yang telah terbuka kini kututup lagi dan kukunci dari dalam. Perlahan saya mendekati Mba’ Rika, kulihat dia menangis,
    “ Mba’, jangan menangis gitu dong, tidak ada maksud saya sedikitpun menyakiti Mba’, ucapku sambil mulai menyeka air matanya dengan tanganku.
    Lalu pelan-pelan kupegang pundak Mba’ Rika dan kudorong pelan dia agar berbaring di ranjang. Ternyata Mba’ Rika hanya menurut saja, saya senang seklai saat itu, ternyata rayuanku berhasil meruntuhkan pendiriannya.Kemudian saya mulai membuka resleting celana panjangnya, saat itu dia tampaknya inign menolak, namun saat itu saya dengan santai menepis tangannya.
    Saya-pun melanjutkan aksi saya dengan memasukkan tanganku ke dalam celana Mba’ Rika. Tanganku masuk kedalam CD (celana dalam)nya, lalu langsung jariku menuju ke tengah lubang birahinya. Saya sudah terburu nafsu, mencucuk-cucukkan jemariku ke dalam lubangitu berkali-kali.
    “ Aghhhhh… Ssss… Aghhhhhhh ”,desahan Mba’ Rika mengiringi setiap aksi jemariku.
    Saya ingin membuatnya terang-sang dan mencapai klimaks. Lalu dengan cepat kutarikcelana pan-jang dan kolornya, sehingga terlihatlah pahanya yang putih dan mulus, saya langsung mencium paha mulus itu bertubi-tubi, menjilat paha putih Mba’ Rika dengan merata. Sayapun mengincar klitoris Mba’ Rika yang tersembul ke luar dari bagian atas liang senggama-nya.
    Tanpa buang waktu saya langsung mengkulum klitoris itu di dalam mulutku,
    “ Eummm… sruppp… eummmm… sruppp… sruppp ”, suara lidahku menari-nari di di klitoris-nya, ssembari sesekali kugigit pelan-pelan klitoris Mba’Rika.
    “ Aghhhh… Oughhhhh… Sssssss… Rom… Aghhhhhh ”, desah Mba’ Rika mulai terdengar.
    Saat itu tanganku semakin kupercepat menusuk liang senggama Mba’ Rika dan lidahku makin menggila menari-nari di atas klitorisnya itu. Perlahan kubimbing Mba’ Rika mencapai puncaknya, hingga akhirnya…
    “ Oughhhhhhhhhhhhhhh…. ”, terdengar pekikan pelan Mba’ Rika mengiringi klimaksnya.
    Pada saat itu saya melihat jemari tanganku sudah basah, hal itu bukan karena liurku melainkan karena lendir kawin Mba’ Rika yang telah basah. Saya mencium kewanitaan itu, tercium bau khas cairan kewanitaan wanita yang klimaks. Saya tersenyum, hatiku senang karena bisa membawa Mba’ Rika mencapai klimaksnya.
    Tetapi saya tidak berhenti sampai di situ saja.
    Setelah memelankan permainan jariku di liang senggama-nya, kini permainan jari saya-pun kembali kupercepat. Terdengar desahan Mba’ Rika,
    “ Aghhhh… Oughhhh… yeaah… ”, Mba’ Rika mulai meracau.
    Sementara tangan kiriku beroperasi di kewanitaan Mba’ Rika, tangan kananku mulai meremas blus Mba’ Rika, dengan cepat tangan kananku merobek blus itu dan menarik kutangnya hingga menyembullah buah dada Mba’ Rika yang indah membukit.Kemudian saya menghisap kedua puting itu sambil tangan kananku meremas buah dada Mba’ Rika bergantian,
    “ Slurrpp… slrrrrpp… .slluuurpp ”, suara hisapan saya pada puting Mba’ Rika.
    Dan sat itu-pun desahan Mba’ Rika mulai terdengar di telinga saya,
    “ Ughhhh… Aghhhh… terus… Rom… terusin… Sssss… ”, ucapnya.
    Saat itu dengan tangan kiriku tetap beraksi di kewanitaan Mba’ Rika. Kini mulutku mulai merangkak maju menuju bibir Mba’ Rika yang mendesah-desah, begitu wajah kami bertatapan, kulumat bibir mungil itu dalam-dalam, Mba’ Rika sedikit kaget,
    “ Oughhhh… eummm… slurpppp ”,
    Saat itu Mba’ Rika tidak bisa lagi bersuara, karena bibirnya telah kulumat, dan lidahnya kini-pun bertemu dengan lidahku yang mulai menari-nari didalam mulutnya. Saat itu saya memang berusaha membimbing Mba’ Rika agar klimaks untuk kedua kalinya. Agar di saat klimaksnya itu saya bisa memasukankejantananku, mempenetrasi kewanitaannya.
    Karena saya sadar penetrasi itu akan sangat sakit karena ukuran kejantananku lebih besar dari punya Mas Alex yang biasa masuk.Sambil mencium dan merang-sang liang senggama Mba’ Rika, tangan kananku mulai melepas celana panjangku dan boxer, lalu melemparkannya ke lantai. Tangan kananku mengelus – elus Torpedoku yang terasa mulai mengeras.
    Setelah sekian lama, pada akhirnya Mba’ Rika mencapai klimaksnya untuk yang kedua kali,
    “ Oughhhhh… Ssssssssssssssss…. Enak Rom… Aghhhhhhh ”, desah Mba’ Rika.
    Mba’ Rika mengerang, tetapi belum selesai erangannya, saya langsung menusukkan kejantananku pelan-pelan ke dalam kewanitaannya.
    “ Ughhhh… Ssss… Aghhhhh…”, suara Mba’ Rika terpekik.
    Saat itu diiringi dengan atanya sayup-sayup menatap syahdu ke arahku, saya tersenyum.Sayapun mengambil posisi duduk dan mengangkangkan kedua paha Mba’ Rika dengan kedua tanganku, lalu kulsayakan penetrasi Torpedoku pelan-pelan lama kelamaan menjadi semakin cepat.
    “ Clepppp… Slerppp… Pyekkk… Pyekkk… Pyekkk… ”, suara kewanitaan yang mulai basah karena kejantananku mulai terdengar.
    Lalu Mba’ Rikapun berkata,
    “ Oughhhhh… yeaaah… terus Rom, Oughhh… Sssss… Aghhhh… ”, racau Mba’ Rika mulai tidak terkendali.
    Saat itu sayapun semakin mempercepat genjotan, kini kedua kakinya saya sandarkan di pundakku, dengan posisi pinggul Mba’ Rika sedikit kuangkat lalu saya-pun terus mendorong pinggulku berulang-ulang. Sementara dengan sekali sentakan kulepaskan jilbabnya, tampaklah rambut hitam sebahu milik Mba’ Rika yang indah, sambil menggenjot saya membelai rambut hitam itu.
    “ Oughhhh… Oughhhhh… Ssss… aghhhh… ”, desah kami saling beriringan.
    Suara desahanku dan Mba’ Rika terus terdengar bergantian seperti irama musik alam yang indah.Setelah lama, saya mengubah posisi Mba’ Rika, badannya kutarik sehingga kini diaada di pangkuanku dan kami duduk berhadap-hadapan, sementara kejantananku dan kewanitaannya masih menyatu. Tanganku memegang pinggul Mba’ Rika, membantunya badannya untuk naik turun.
    Kepala saya kini dihadapkan pada dua buah dada montok yang segar dan berayun-ayun akibat gerakan kami berdua. Saat itu saya-pun langsung membenamkan kepala saya ke dalam kedua buah dada itu, menjilatnya dan menciumnya be-gantian.Tak kusangka genjotanku membuahkan hasil, tak lama… .
    “ Ughhhh… Ssss… Oughhhhh… ”, desah Mba’’ Rika.
    Desahan panjang Mba’ Rika itu pertanda bahwa Mba’ Rika telah klimaks, saat itu kepalanya mendongak menatap langit-langit kamarnya saat. Saya senang sekali, kemudian kupelankan genjotanku dan akhirya kuhentikan sesaat. Lama kami saling bertatap-tatapan, saya lalu mencium mesra bibir Mba’ Rika dan Mba’ Rika juga menyambut ciumanku.
    Saat itu kami-pun saling berciuman dengan mesra, sungguh nikmatnya. Tidak lama saya-pun menghentikan ciumanku, saya kaget, Mba’ Rika ternyata menangis, lalu aku bertanya,
    “ Kenapa Mba’ Rika ? saya menyakiti Mba’ ya ??? ”, tanya saya lembut penuh sesal.
    Dengan masih terisak karena menangis, Mba’ Rika menjawab,
    “ Nggak kog Rom, kamu justru telah membuat Mba’ bahagia, sebelumnya Mba’ belum pernah merasakan kebahagian seperti bersama suami Mba’”, ucapnya.
    Kami berdua tersenyum, ke-mudian pelan saya baringkan Mba’ Rika. Perlahan saya mengencangkan penetrasiku kembali.Sambil meremas kedua payu-daranya, saya membolak-balikkan badan Mba’ Rika ke kiri dan ke kanan. Kami berdua mendesah bergantian,
    “ Aghhhh… Aghhhh… Aghhhh… ”, desahku.
    “ Oughhhh… Oughhhhh… Ssss… aghhhh… ”, desah Mba’ Rika .
    Sampai pada akhirnya saya mulai merasakan urat-uratku menegang dan cairan kejantananku seperti berada di ujung, siap untuk meledak.Saya ingin melsayakannya ber-sama dengan Mba’ Rika. Untuk itu saya memeluk Mba’ Rika, menciumi bibirnya dan membelai rambutnya pelan. Usahsaya berhasil karena perlahan Mba’ Rika kembali terang-sang, bahkan terlalu cepat.Dalam pelukanku kubisikkan ke telinga Mba’ Rika,
    “ Ughhhh…Tahan… tahan… Mba’, kita keluarkan bersama-sama ya Mba’, Ssss… Aghhhhh… ”, ucap saya menahan Mba’ Rika.
    “ Oughhhh…Ssss… saya udah tidak tahan lagi Rom… Oughhhh…”, ucap Mba’ Rika, sembari mendesah.
    Saat itu saya melihat matanya terpejam kuat menahan klimaksnya.
    “ Pelan – pelan saja Mba’, kita lsayakan serentak ”, ucapku berbisik sembari kupelankan ayunan torpedoku.
    Pada Akhirnya yang kuinginkan terjadi, urat-urat syarafku menegang, kejantananku makin mengeras. Lalu sekuat tenaga saya mendorong pinggulku berulang-ulang dengan cepat.
    “ Ouhhhh… Ssss… Aghhh… ”, Desah Mba’ Rika.
    Kepalanya tersentak-sentak karena dorongan kejantananku,
    “ Lepaskan… lepaskan… Mba’, sekarang !!! suarsaya mengiringi desahan Mba’ Rika.
    Sketika itu Mba’ Rika-pun menuruti saranku, diapun akhirnya melepaskan klimaksnya,
    “ Ouhhhhhhhhhh… Ssss… Aghhhhh… … ”, desah Mba’ Rika.
    suara berat menandakan ejakulasiku, mengiringi klimaks Mba’ Rika. Saat itu saya-pun memeluk erat ketika dia mendapatkan ejakulasi-nya. Setelah permainan sexs itu, masih dalam keadaan bugil saya terkapar di samping Mba’ Rika yang juga telanjang. Mba’ Rika memelukku dan mencium pipiku berkali-kali sembari membisikkan sesuatu ke telingsaya.
    “ Makasih ya Rom, saya puas sekali dengan permainan sexsmu… ”, bisik Mba’ Rika puas kepada saya.
    Saat itu Mba’ Rika saya lihat senang, kemudian dia memeluk tubuhku dengan erat, sembari menyandarkan kepalanya di atas dadsaya. Dalam hatiku saya merasakan senang, gembira, tapi juga sedih. Saya sedih dan menyesal melsayakan ini dengan Mba’ Rika, saya takut dia tidak akan pernah lagi mencapai klimaks selain dengan diriku, ini berarti saya menyengsarakan Mba’ Rika.
    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Hot Foto Ngentot Memek Merah Model Rika Sakurai

    Hot Foto Ngentot Memek Merah Model Rika Sakurai


    1839 views

    PerawankuMungkin kamu bosan dengan Foto Bugil dengan wajah yang biasa-biasa saja. Tenang sob! Karena kali ini Perawanku.com akan bagikan foto bugil dan juga foto ngentot.

    Tak hanya cantik, wanita ini juga diberkati dengan tubuh yang mulus dan memiliki Memek yang merah legit sob.

    Gak percaya??? Langsung dicek di mari sob.

  • Cerita Sex Perselingkuhanku Dengan Jonas

    Cerita Sex Perselingkuhanku Dengan Jonas


    608 views

    Perawanku – Cerita Sex Perselingkuhanku Dengan Jonas, Di saat meluapkan kekesalan ini aku sedang sendiri karena dia yang orang yang aku tunggu tidak juga datang. Akhirnya dengan perasaan yang berkecamuk antara benci, rindu dan juga kesel akupun meluapkannya pada cerita sex kali ini. Semua berawal ketika aku sering melakukan adegan cerita sex dengannya tanpa kami duga sebelumnya bahkan kini tidak ada kata menyesal dalam hatiku.

    Aku seorang perempuan dewasa berumur 43 tahun harus kembali jatuh cinta pada laki-laki yang masih muda sebut saja dia Jonas. Paling tidak umurnya terpaut 9 tahun denganku dan aku tahu dia belum cukup dewasa untuk menaggapi suatu persoalan, tapi kali ini aku tidak bicara tentang logika aku bicara tentang hatiku yakni perasaanku padanya selama ini.

    Hubunganku dengan Jonas sudah berlangsung agak lama bahkana seperti yang aku katakan kalau kami sudah sering melakukan adegan layaknya pemain dalam cerita sex. Padahal aku bukan wanita kesepian tapi aku sudah memiliki seorang suami, yang sudah aku hianati cinta dan kepercayaannya pada seorang anak muda bernama Jonas. Tapi kini dia kurang memerhatikan aku lagi.

    Sebenarnya aku sadar dari dulu kalau hubunganku dengan Jonas tidak akan bertahan lama, karena selain orangnya posesif dia juga tidak bisa menghargai aku yang selalu menunggu di saat aku membutuhkannya. Bahkan aku rela meninggalkan anakku dan juga suamiku dengan berbagai macam alasan untuk dapat menemuinya dan hanya akekecewaan yang aku dapatkan.

    Memang benar aku tidak boleh mengharap lebih darinya tapi apa aku salah jika hanya ingin bertemu dengannya disaat aku butuh dia. Apalagi saat ini aku sudah ingin sekali menemuinya tapi ketika aku hubungi dengan alasan yang tidak jelas dia tidak mau menemuiku, hanya karena sepupunya datang yang bukan dari lain kota  dan aku yakin itu hanya alasan.

    Aku kembali menangis meskipun ini bukan yang pertama kali dia lakukan padaku, tapi kenapa aku dengan bodohnya masih dapat meneteskan airmata untuknya. Orang yang tidak mau memikirkan aku barang sedikitpun. Mungkin air mata ini yang hanya akan menjadi cara untuk aku meluapkan marah dan kesedihanku karena tidak lucu juga jika aku harus menceritakan pada orang lain.

    Masih aku ingat kemaren baru saja kami melakukan adegan seperti dalam cerita sex, saat itu di tempat biasa akau menunggu dia dan tidak berapa lama kemudian dia datang. Dengan memburunya nafsuku langsung aku peluk tubuh ringkihnya dan aku lumat bibir manisnya yang menjadi bayang-bayanga di mataku tatkala aku melakukan hubungan intim dengan suamiku pula.

    Dengan bernaafsunya aku melumat habis bibirnya ” Sini sayang nanti kelihatan… ” Katanya penuh mesra dan akupun semakin merapatkan tubuhku untuk lebih leluasa melakukan adegan layaknya dalam cerita sex, dengan lembut aku kulum bibirnya meskipun terkadang dia mencoba menggodaku dengan cara memperlihatkan lidahnya tapi dia tarik tubuhnya menjauh dariku.

    Tapi hal itu yang aku suka darinya meskipun aku lihat sikapnya masih kekanakan, akhirnya akupun dapat menyentuh batang kemaluannya dan aku remas juga walau masih dalam celananya. DIapun mendesah saat itu juga asemakin keras aku memegangnya dengan gemas aku tekan kemudian aku elus kontolnya yang semakin lama semakin membesar dan kurasakan hal itu juga di tanganku.

    Sampai akhirnya dia kembali mendesah dan kulihat dia menutup matanya menikmatri remasan tanganku pada kontolnya ” OOouuuggghhh…. aaaaaaagggggghhh…. Mbaaaaaakkk…K.. aaaaaggggg….. aaaaaaggggghhh…. aaaaaaaagggghhhhh… aaaaaagggggghhh… ” Semakin menjadi aku memainkan kontolnya saat itu Jonas terlihat begitu menikmatinya.

    Sampai akhirnya dia berusaha membuak celanaku juga, tapi aku tidak mau aku hanya melonggaarkan celana yang diaa pakai begitu juga dengan celanaku. Setelah agak lamaa juga melakukan foreplay akhirnya kamipun berusaha memasukkan kontolnya dalam kemaluanku, awalnya agak sulit karena celana yang kami pakai tidak semuanya terlepas tapi kamipun berusaha lagi.

    Tidak butuh waktu lama akhirnya kontolnyapun masuk dalam memekku. Akupun menggoyang pantatku yang berada di atas tubuhnya ” Ooouuuugggghh…. uuuuuffffffsss… aaaaaaggggghhh….. aaagggggghhh….. aaaaagggggghh… ” desahku kala itu karena aku memang begitu mencintai anak muda ini, walaupun kontolnya lebih kecil dari pada kontol suamiku.

    Tapi entah kenapa akau begitu sangat mencintainya bahkan dia bisa membuatku melupakan hubunganku dengan mantan kekasihku. Dengan gerakan semakin cepat akupun meraskan kalau permainanku kurang memuaskan akhirnya aku buka celanaku, aku tidak lagi memikirkan kalau-kalau ada orang yang melihat kami yang ada saat itu hanya ingin merasakan kepuasan yang tidak terkira rasanya.

    Ketika celana sudah aku lepas saat itu juga aku lebih leluasa melakukan adegan seperti dalam cerita sex. Aku bergerak lebih cepat bahkan aku merasa beberapa kali juga akau merasakan horny pada memekku ” Oooouuugghh….. OOOuuugghhhh…. ON……. ooouuggggghghh… aaaaaagggggghhh…. ” Aku merasakan beberapa kai kenikmatan pada kemaluanku yang sudah terasa begitu basah.

    Akupun memintanya untuk menumpahkan spermanya waktu itu, karena akupun sudah mencapai puncak klimaks beberapa kali tapi dia tidak mau ” Ayo sayang.. punyamu keluarkan… ” Dia mengelengkan kepalanya sambil berkata ” Nggak ah.. ntar kamua bilang aku nggak bikin kamu puas…. ” Kembali aku bergerak cepat di atas tubuhnya dan diapun masih mempertahankan ejakulasinya.

    Sampai akhirnya tubuh kami sudah berganti posisi Jonas berada di atas dan aku berada di bawah saat itulah aku lihat dia bergerak cepat, memasukan kontolnya dan dia keluarkan lagi begitu sampai berkali-kali hingga akhirnya dia mengejang dan dapat aku rasakan kalau dalam memekku telah dia sembur oleh sesuatu yang terasa hangat dan juga kental.

    Dia semakin erat memeluk tubuhku sambil mengerang ” Aaaagggggghhhhhhhh…. aaaaggggghhh…. aaaaagggggghhhhg…mbaaaaak….K…. aaagggghh…. aaaggghhh…. ” Desahnya kala itu dan aku hanya bisa memeluknya dari bawah tubuhku, kurasakan juga kalau dia sudah lemas. Kami masih berpelukan sebelum akhirnya kembali merapikan baju kami masing-masing dan kembali aku cium dia.

    Meskipun berulang kali kami melakukan adegan seperti dalam cerita sex, tapi entah kenapa aku sellau kangen padanya bahkan aku tidak mampu lama-lama tidak menatap wajhnya. Tapi kini aku sadar kalau hal itu hanya terjadi pada hatiku saja, karena kini aku tahu dia tidak mencintai aku sebagai mana aku menyerahkan seluruh jiwa ragaku padanya dan aku tulus mencintainya meskipun itu kurang masuk akal.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Bokep Bapak Kost Sangat Buas Ketika di Ranjang – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Bokep Bapak Kost Sangat Buas Ketika di Ranjang – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    2337 views

    Perawanku – Pagi itu kulihat Oom Pram bapak kost ku sedang merapikan tanaman di kebun, dipangkasnya daun-daun yang mencuat tidak beraturan dengan gunting. Kutatap wajahnya dari balik kaca gelap jendela kamarku. Belum terlalu tua, umurnya kutaksir belum mencapai usia 50 tahun, tubuhnya masih kekar wajahnya segar dan cukup tampan.

    Rambut dan kumisnya beberapa sudah terselip uban. Hari itu memang aku masih tergeletak di kamar kostku. Sejak kemarin aku tidak kuliah karena terserang flu. Jendela kamarku yang berkaca gelap dan menghadap ke taman samping rumah membuatku merasa asri melihat hijau taman, apalagi di sana ada seorang laki-lai setengah baya yang sering kukagumi.

    Memang usiaku saat itu baru menginjak dua puluh satu tahun dan aku masih duduk di semester enam di fakultasku dan sudah punya pacar yang selalu rajin mengunjungiku di malam minggu. Toh tidak ada halangan apapun kalau aku menyukai laki-laki yang jauh di atas umurku.

    Tiba-tiba ia memandang ke arahku, jantungku berdegup keras. Tidak, dia tidak melihaku dari luar sana. Oom Pram mengenakan kaos singlet dan celana pendek, dari pangkal lengannya terlihat seburat ototnya yang masih kecang. Hari memang masih pagi sekitar jam 9:00, teman sekamar kostku telah berangkat sejak jam 6:00 tadi pagi demikian pula penghuni rumah lainnya, temasuk Tante Pram istrinya yang karyawati perusahaan perbankan.

    Memang Oom Pram bapak kost ku sejak 5 bulan terakhir terkena PHK dengan pesangon yang konon cukup besar, karena penciutan perusahaannya. Sehingga kegiatannya lebih banyak di rumah. Bahkan tak jarang dia yang menyiapkan sarapan pagi untuk kami semua anak kost-nya.

    Yaitu roti dan selai disertai susu panas. Kedua anaknya sudah kuliah di luar kota. Kami anak kost yang terdiri dari 6 orang mahasiswi sangat akrab dengan induk semang. Mereka memperlakukan kami seperti anaknya. Walaupun biaya indekost-nya tidak terbilang murah, tetapi kami menyukainya karena kami seperti di rumah sendiri.

    Oom Pram telah selesai mengurus tamannya, ia segera hilang dari pemandanganku, ah seandainya dia ke kamarku dan mau memijitku, aku pasti akan senang, aku lebih membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari obat-obatan. Biasanya ibuku yang yang mengurusku dari dibuatkan bubur sampai memijit-mijit badanku. Ah.. andaikan Oom Pram yang melakukannya…

    Cerita Bokep – Kupejamkan mataku, kunikmati lamunanku sampai kudengar suara siulan dan suara air dari kamar mandi. Pasti Oom Pram sedang mandi, kubayangkan tubuhnya tanpa baju di kamar mandi, lamunanku berkembang menjadi makin hangat, hatiku hangat, kupejamkan mataku ketika aku diciumnya dalam lamunan, oh indahnya.

    Lamunanku terhenti ketika tiba-tiba ada suara ketukan di pintu kamarku, segera kutarik selimut yang sudah terserak di sampingku. “Masuk..!” kataku. Tak berapa lama kulihat Oom Pram bapak kost ku sudah berada di ambang pintu masih mengenakan baju mandi.

    Senyumnya mengambang “Bagaimana Lina? Ada kemajuan..?” dia duduk di pinggir ranjangku, tangannya diulurkan ke arah keningku. Aku hanya mengangguk lemah. Walaupun jantungku berdetak keras, aku mencoba membalas senyumnya. Kemudian tangannya beralih memegang tangan kiriku dan mulai memjit-mijit.

    “Lina mau dibikinkan susu panas?” tanyanya.
    “Terima kasih Oom, Lina sudah sarapan tadi,” balasku.

    “Enak dipijit seperti ini?” aku mengangguk. Dia masih memijit dari tangan yang kiri kemudian beralih ke tangan kanan, kemudian ke pundakku. Ketika pijitannya berpindah ke kakiku aku masih diam saja, karena aku menyukai pijitannya yang lembut, disamping menimbulkan rasa nyaman juga menaikkan birahiku.

    Disingkirkannya selimut yang membungkus kakiku, sehingga betis dan pahaku yang kuning langsat terbuka, bahkan ternyata dasterku yang tipis agak terangkat ke atas mendekati pangkal paha, aku tidak mencoba membetulkannya, aku pura-pura tidak tahu.

    “Lin kakimu mulus sekali ya.”
    “Ah.. Oom bisa aja, kan kulit Tante lebih mulus lagi,” balasku sekenanya.

    Tangannya masih memijit kakiku dari bawah ke atas berulang-ulang. Lama-lama kurasakan tangannya tidak lagi memijit tetapi mengelus dan mengusap pahaku, aku diam saja, aku menikmatinya, birahiku makin lama makin bangkit.

    “Lin, Oom jadi terangsang, gimana nih?” suaranya terdengar kalem tanpa emosi.
    “Jangan Oom, nanti Tante marah..”

    Mulutku menolak tapi wajah dan tubuhku bekata lain, dan aku yakin Oom Pram bapak kost ku sebagai laki-laki sudah matang dapat membaca bahasa tubuhku. Aku menggelinjang ketika jari tangannya mulai menggosok pangkal paha dekat vaginaku yang terbungkus CD. Dan… astaga! ternyata dibalik baju mandinya Oom Pram tidak mengenakan celana dalam sehingga penisnya yang membesar dan tegak, keluar belahan baju mandinya tanpa disadarinya.

    Nafasku sesak melihat benda yang berdiri keras penuh dengan tonjolan otot di sekelilingnya dan kepala yang licin mengkilat. Ingin rasanya aku memegang dan mengelusnya. Tetapi kutahan hasratku itu, rasa maluku masih mengalahkan nafsuku.

    Oom Pram bapak kost ku membungkuk menciumku, kurasakan bibirnya yang hangat menyentuh bibirku dengan lembut. Kehangatan menjalar ke lubuk hatiku dan ketika kurasakan lidahnya mencari-cari lidahku dan maka kusambut dengan lidahku pula, aku melayani hisapan-hisapannya dengan penuh gairah. Separuh tubuhnya sudah menindih tubuhku, kemaluannya menempel di pahaku sedangkan tangan kirinya telah berpindah ke buah dadaku.

    Dia meremas dadaku dengan lembut sambil menghisap bibirku. Tanpa canggung lagi kurengkuh tubuhnya, kuusap punggungnya dan terus ke bawah ke arah pahanya yang penuh ditumbuhi rambut. Dadaku berdesir enak sekali, tangannya sudah menyelusup ke balik dasterku yang tanpa BH, remasan jarinya sangat ahli, kadang putingku dipelintir sehingga menimbulkan sensasi yang luar biasa.

    Nafasku makin memburu ketika dia melepas ciumannya. Kutatap wajahnya, aku kecewa, tapi dia tersenyum dibelainya wajahku.
    “Lin kau cantik sekali..” dia memujaku.
    “Aku ingin menyetubuhimu, tapi apakah kamu masih perawan..?” aku mengangguk lemah.

    Memang aku masih perawan, walaupun aku pernah “petting” dengan kakak iparku sampai kami orgasme tapi sampai saat ini aku belum pernah melakukan persetubuhan. Dengan pacarku kami sebatas ciuman biasa, dia terlalu alim untuk melakukan itu.

    Sedangkan kebutuhan seksku selama ini terpenuhi dengan mansturbasi, dengan khayalan yang indah. Biasanya dua orang obyek khayalanku yaitu kakak iparku dan yang kedua adalah Oom Pram induk semangku, yang sekarang setengah menindih tubuhku.

    Sebenarnya andaikata dia tidak menanyakan soal keperawanan, pasti aku tak dapat menolak jika ia menyetubuhiku, karena dorongan birahiku kurasakan melebihi birahinya. Kulihat dengan jelas pengendalian dirinya, dia tidak menggebu dia memainkan tangannya, bibirnya dan lidahnya dengan tenang, lembut dan sabar. Justru akulah yang kurasakan meledak-ledak.

    “Bagaimana Lin? kita teruskan?” tangannya masih mengusap rambutku, aku tak mampu menjawab.
    Aku ingin, ingin sekali, tapi aku tak ingin perawanku hilang. Kupejamkan mataku menghindari tatapannya.
    “Oom… pakai tangan saja,” bisikku kecewa.

    Tanpa menunggu lagi tangannya sudah melucuti seluruh dasterku, aku tinggal mengenakan celana dalam, dia juga telah telanjang utuh. Seluruh tubuhnya mengkilat karena keringat, batang kemaluannya panjang dan besar berdiri tegak. Diangkatnya pantatku dilepaskannya celana dalamku yang telah basah sejak tadi.

    Kubiarkan tangannya membuka selangkanganku lebar-lebar. Kulihat vaginaku telah merekah kemerahan bibirnya mengkilat lembab, klitorisku terasa sudah membesar dan memerah, di dalam lubang kemaluanku telah terbanjiri oleh lendir yang siap melumasi, setiap barang yang akan masuk.

    Oom Pram membungkuk dan mulai menjilat dinding kiri dan kanan kemaluanku, terasa nikmat sekali aku menggeliat, lidahnya menggeser makin ke atas ke arah klitosris, kupegang kepalanya dan aku mulai merintih kenikmatan. Berapa lama dia menggeserkan lidahnya di atas klitosriku yang makin membengkak. Karena kenikmatan tanpa terasa aku telah menggoyang pantatku, kadang kuangkat kadang ke kiri dan ke kanan. Cerita Dewasa

    Tiba-tiba Oom Pram bapak kost ku melakukan sedotan kecil di klitoris, kadang disedot kadang dipermainkan dengan ujung lidah. Kenikmatan yang kudapat luar biasa, seluruh kelamin sampai pinggul, gerakanku makin tak terkendali, “Oom… aduh.. Oom… Lin mau keluar….” Kuangkat tinggi tinggi pantatku, aku sudah siap untuk berorgasme, tapi pada saat yang tepat dia melepaskan ciumannya dari vagina. Dia menarikku bangun dan menyorongkan kemaluannya yang kokoh itu kemulutku.

    ” Gantian ya Lin.. aku ingin kau isap kemaluanku.” Kutangkap kemaluannya, terasa penuh dan keras dalam genggamanku. Oom Pram sudah terlentang dan posisiku membungkuk siap untuk mengulum kelaminnya. Aku sering membayangkan dan aku juga beberapa kali menonton dalam film biru. Tetapi baru kali inilah aku melakukannya.

    Birahiku sudah sampai puncak. Kutelusuri pangkal kemaluannya dengan lidahku dari pangkal sampai ke ujung penisnya yang mengkilat berkali-kali. “Ahhh… Enak sekali Lin…” dia berdesis. Kemudian kukulum dan kusedot-sedot dan kujilat dengan lidah sedangkan pangkal kemaluannya kuelus dengan jariku.

    Suara desahan Oom Pram bapak kost ku membuatku tidak tahan menahan birahi. Kusudahi permainan di kelaminnya, tiba-tiba aku sudah setengah jongkok di atas tubuhnya, kemaluannya persis di depan lubang vaginaku. “Oom, Lin masukin dikit ya Oom, Lin pengen sekali.” Dia hanya tersenyum. “Hati-hati ya… jangan terlalu dalam…” Aku sudah tidak lagi mendengar kata-katanya.

    Kupegang kemaluannya, kutempelkan pada bibir kemaluanku, kusapu-sapukan sebentar di klitoris dan bibir bawah, dan… oh, ketika kepala kemaluanya kumasukan dalam lubang, aku hampir terbang. Beberapa detik aku tidak berani bergerak tanganku masih memegangi kemaluannya, ujung kemaluannya masih menancap dalam lubang vaginaku. Kurasakan kedutan-kedutan kecil dalam bibir bawahku, aku tidak yakin apakah kedutan berasal dariku atau darinya.

    Kuangkat sedikit pantatku, dan gesekan itu ujung kemaluannya yang sangat besar terasa menggeser bibir dalam dan pangkal klitoris. Kudorong pinggulku ke bawah makin dalam kenikmatan makin dalam, separuh batang kemaluannya sudah melesak dalam kemaluanku. Kukocokkan kemaluannya naik-turun, tidak ada rasa sakit seperti yang sering aku dengar dari temanku ketika keperawanannya hilang, padahal sudah separuh.

    Kujepit kemaluannya dengan otot dalam, kusedot ke dalam. Kulepas kembali berulang-ulang. “Oh.. Lin kau hebat, jepitanmu nimat sekali.” Kudengar Oom Pram mendesis-desis, payudaraku diremas-remas dan membuat aku merintih-rintih ketika dalam jepitanku itu. Dia mengocokkan kemaluannya dari bawah.

    Aku merintih, mendesis, mendengus, dan akhirnya kehilangan kontrolku. Kudorong pinggulku ke bawah, terus ke bawah sehingga penis Oom Pram sudah utuh masuk ke vaginaku, tidak ada rasa sakit, yang ada adalah kenikmatan yang meledak-ledak.Dari posisi duduk, kurubuhkan badanku di atas badannya, susuku menempel, perutku merekat pada perutnya. Kudekap Oom Pram erat-erat.

    Tangan kiri Oom Pram bapak kost ku mendekap punggungku, sedang tangan kanannya mengusap-usap bokongku dan analku. Aku makin kenikmatan. Sambil merintih-rintih kukocok dan kugoyang pinggulku, sedang kurasakan benda padat kenyal dan besar menyodok-nyodok dari bawah.

    Tiba-tiba aku tidak tahan lagi, kedutan tadinya kecil makin keras dan akhirnya meledak. “Ahhh…” Kutekan vaginaku ke penisnya, kedutannya keras sekali, nimat sekali. Dan hampir bersamaan dari dalam vagina terasa cairan hangat, menyemprot dinding rahimku.

    “Ooohhh…” Oom Pram juga ejakulasi pada saat yang bersamaan. Beberapa menit aku masih berada di atasnya, dan kemaluannya masih menyesaki vaginaku. Kurasai vaginaku masih berkedut dan makin lemah. Tapi kelaminku masih menyebarkan kenikmatan.

  • Cerita Sex Jeritan Ngentot Sama Tante Ayu Yang Montok dan Bohay

    Cerita Sex Jeritan Ngentot Sama Tante Ayu Yang Montok dan Bohay


    1740 views

    Perawanku – Cerita Sex Jeritan Ngentot Aq memperoleh kisah yang asyk dan tak dapat terlupakan padahal kisah itu terjadi kurang lebih 1 th. waktu lalu tapi rasanya baru kemarin aq rasakan, narasi ini bercerita tentang istri dari pamanku di mana pamanku barusan menyelenggarakan pernikahannya meskipun dapat dikata telat, karena umurnya suah rada tua.

    Pamanku termasuk orang berhasil karena dalam bisnisnya lancer semuanya, mungkin karenanya pamanku repot ke bisnisnya hingga lupa pendamping hidupnya, telah dianjurkan pada keluarganya dan dipilihakn wanita tapi senantiasa saja ada pertimbangan yang spesial dari paman sendiri, minta ini minta itu dan disuatu saat paman membawa wanita yang begitu cantik.
    Namanya Ayu seperti namanya dia juga cantik, tak cantik juga dia juga supel pada kami, dia berumur 24 th. dan saat itu ia bekerja sebagai sekretaris di perusahaan rekan pamanku itu.
    Lalu kami terlibat percakapan, ternyata Ayu memang enak untuk di ajak bercakap. Dan aq melihat kelihatannya pamanku tertarik sekali dengannya, karena aq tahu matanya tidak sempat terlepas melihat wajah Ayu.
    Tapi tidak demikian perihal dengan Ayu. Ia seringkali memandangku, terlebih saat aq bicara, tatapannya dalam sekali, seakan-akan bisa menembus pikiranku. Aq mulai berpikir jangan-jangan Ayu lebih menyukaiku.
    Tapi aq tidak bisa mengharapkan banyak, soalnya bukanlah aq yang akan dijodohkan. Tapi aq tetaplah saja memandangnya saat ia sedang bicara, kupandangi dari ujung rambut ke kaki, rambutnya panjang seperti gadis di iklan shampo, kulitnya putih bersih, kakinya juga putih mulus, tapi kelihatannya dadanya agak rata, tapi aq tidaklah terlalu pikirkannya.  Agen Obat Kuat Pasutri
    Cerita Sex Jeritan Ngentot Tidak merasa hari telah mulai malam. Lalu sebkamum mereka pulang, pamanku mentraktir mereka makan di sebuah restoran chinese food di dekat tempat tinggalnya di daerah Sunter. Saat hingga di restorant itu, aq segera pergi ke wc dahulu karena aq telah kebelet. Sebkamum aq tutup pintu, mendadak ada tangan yang menahan pintu itu. Ternyata yaitu Ayu.
    “Eh, ada apa Yu? ”
    “Enggak, aq ingin kasih kartu nama aq, besok janganlah lupa telpon aq, ada yang ingin aq omongin, oke? ”
    “Kenapa tidak saat ini saja? ”
    “Jangan, ada paman anda, pokoknya besok janganlah lupa. ”
    Setelah acara makan malam itu, aq juga pulang ke rumah dengan seribu satu pertanyaan di otakku, apa yang ingin dibicarakan sama Ayu sich. Tapi aq tidak ingin pikir panjang sekali lagi, lagipula kelak aq beberapa dapat sulit tidur, soalnya kan besok mesti masuk kerja.
    Cerita Sex Jeritan Ngentot Sama Tante Ayu Yang Montok dan Bohay

    Cerita Sex Jeritan Ngentot Sama Tante Ayu Yang Montok dan Bohay

    Besoknya saat istirahat makan siang, aq meneleponnya dan ajukan pertanyaan segera kepadanya.
    “Eh, apa sich yang ingin anda omongin, aq penasaran banget? ”
    “Eeee, penasaran ya, Ton? ”
    “Iya lah, mari dong buruan! ”
    “Eh, slow saja sekali lagi, napsu amet sich anda. ”
    “Baru tahu yah, napsu aq memang tinggi. ”
    “Napsu yang mana nih? ” Ayu kelihatannya memancingku.
    “Napsu makan dong, aq kan bkamum pernah makan siang! ”
    Cerita Sex Jeritan Ngentot Aq pernah emosi juga rasanya, kelihatannya ia tidak paham aq ini orang yang begitu menghormati saat, terlebih jam makan siang, soalnya aq sembari makan bisa sekalian main internet ditempat kerjaq, karena saat itu tentu bosku pergi makan kkamuar, jadi aq bebas surfing di internet, gratis sekali lagi.
    “Yah telah, aq hanya ingin katakan dapat tidak anda ke apartment aq sore hari ini setelah pulang kerja, soalnya aq ingin bercakap banyak sama anda. ”
    Aq tidak mengerti, nih orang mengapa tidak katakan kemarin saja.
    Lantas kataq, “Kenapa tidak kemarin saja bilangnya? ”
    “Karena aq ingin kasih kejutan untuk kamu. ” tuturnya manja.
    “Ala, gitu saja pakai kejutan semua, yah telah entar aq ke tempat anda, kurang lebih jam 6, alamat anda dimana? ”
    Lantas Ayu katakan, “Nih catet yah, apartment XXX (edited), lantai XX (edited), pintu no. XXX (edited), janganlah lupa yah! ””Oke deh, tunggulah saja kelak, bye! ”
    “Bye-bye Ton. ”
    Cerita Sex Jeritan Ngentot Setelah telepon terputus, lantas aq mulai memikirkan apa yang juga akan dibicarakan, lantas pikiran nakalku mulai bekerja. Apa dapat aq menyentuhnya kelak, namun segera aq berpikir tentang pamanku, bagaimana bila kelak ketahuan, tentu tidak enak dengan pamanku. Lantas aq juga mulai terbenam dalam aktivitas pekerjaanku.
    Tidak lama juga saat telah tunjukkan jam 17. 00, telah saatnya nih, fikirku. Lantas aq juga mulai mengendarai motorku ke tempatnya. Lumayan dekat dari tempat kerjaq di Roxymas. Sesampainya disana, aq juga segera menaiki lift ke lantai yang diberitahukan. Demikian hingga di lantai itu, aq juga segera memandangnya tengah buka pintu ruangya.
    Segera saja kutepuk pundaknya, “Hai, baru sampai yah, Yu.. ”
    Ayu tersentak kaget, “Wah aq sangka siapa, pakai tepuk semua. ”
    “Kamu khan kasih kejutan buat aq, jadi aq juga harus kasih kejutan juga untuk kamu. ”
    Lantas ia mencubit lenganku, “Nakal anda yah, awas kelak! ”
    Kujawab saja, “Siapa taqt, memang aq fikirin! ”
    “Ayo masuk Ton, enjoy saja, anggap saja tempat tinggal sendiri. ” tuturnya sesudah pintunya terbuka.
    Saat aq masuk, aq segera terpana dengan apa yang berada di dalamnya, kulihat temboknya berlainan dengan tembok tempat tinggal beberapa orang biasanya, temboknya dilukis dengan gambar-gambar panorama diluar negeri. Dia kelihatannya orang yang berjiwa seniman, fikirku. Tapi hebat juga bila hanya kerja jadi sekretaris dapat menyewa apartment. Jangan-jangan ini cewek simpanan, fikirku.
    Sembari aq berkeliling-keliling, Ayu berkata, “Mau minum apa Ton? ”
    “Apa saja lah, asal bukanlah toksin. ” kataq bercanda.
    “Oh, bila gitu kelak saya campurin obat tidur deh. ” kata Ayu sembari tertawa.
    Sesaat ia tengah buat minuman, mataq dengan tidak berniat tertuju pada rack VCD-nya, saat kulihat satu persatu, nyatanya semakin banyak film yang berbau porno. Aq tidak sadar saat ia telah kembali, tahu-tahu ia nyeletuk, “Ton, jika anda ingin nonton, setel saja segera..! ”
    Aq tersentak saat ia ngomong sesuai sama itu, lantas kubilang, “Apa aq tidak salah denger nih..? ”
    Lantas tuturnya, “Kalo anda terasa salah denger, yah aq setelin saja saat ini deh..! ”
    Lantas ia juga ambil sembarang film lalu disetelnya. Wah, hilang ingatan juga nih cewek, fikirku, apa ia tidak paham bila aq ini lelaki, baru kenal satu hari saja, telah seberani ini.
    “Duduk sini Ton, janganlah bengong saja, khan telah aq katakan anggap saja tempat tinggal sendiri..! ” kata Ayu sembari menepuk sofa menyuruhku duduk.
    Lalu aq juga duduk serta nonton di sebelahnya, agak lama kami terdiam melihat film panas itu, hingga pada akhirnya aq juga buka mulut, “Eh Yu, barusan di telpon anda katakan ingin ngomong suatu hal, apa sich yang ingin anda ngomongin..? ”
    Ayu tidak segera ngomong, tapi ia lalu menggenggam jemariku, aq tidak menganggap juga akan perbuatannya itu, tapi aq juga tidak berupaya untuk melepaskannya.
    Agak lama lalu baru ia ngomong, perlahan sekali, “Kamu tau Ton, mulai sejak tempo hari berjumpa, sepertinya aq terasa ingin memandang anda selalu, bercakap selalu. Ton, aq sukai sama anda. ”
    “Tapi khan tempo hari anda diperkenalkan ke Paman aq, apa anda tidak terasa jika anda itu dijodohin ke Paman aq, apa anda tidak saksikan reaksi Paman aq ke anda..? ”
    “Iya, tapi aq tidak ingin dijodohin sama Paman anda, soalnya umurnya saja lain jauh, aq sebagian fikir, mengapa hari itu bukannya anda saja yang dijodohin ke aq..? ” kata Ayu sembari mendesah.
    Aq juga menjawab, “Aq sesungguhnya juga sukai sama anda, tapi aq tidak enak sama Paman aq, entar disangkanya aq kurang ajar sama yang lebih tua. ”
    Ayu diam saja, demikian pula aq, disamping itu film makin bertambah panas, tapi Ayu tidak melepas genggamannya.
    Lantas dengan tidak sadar otak pornoku mulai bekerja, soalnya kupikir saat ini kan tak ada orang yang lain ini. Lantas mulai kuusap-usap tangannya, lantas ia melihat padaq, kutatap matanya dalam-dalam, sembari berkata dengan perlahan, “Ayu, aq cinta anda. ”
    Ia tidak menjawab, tapi pejamkan matanya. Kupikir ini waktunya, lantas bebrapa perlahan kukecup bibirnya sembari lidahku menerobos berjumpa lidahnya. Ayu juga lantas membalasnya sembari memkamukku erat-erat.
    Tanganku tidak tinggal diam berupaya untuk meraba-raba buah dadanya, nyatanya agak besar juga, meskipun tidak sebesar punyanya bintang film porno. Ayu menggeliat seperti cacing kepanasan, mendesah-desah nikmati rangsangan yang di terima pada buah dadanya.
    Lalu aq berupaya buka satu persatu kancing pakaiannya, lantas kuremas-remas payudara yang masih tetap terbungkus BRA itu.
    “Aaaaahhh, buka saja BH-nya Ton, cepat.., oohh..! ”
    Cerita Sex Jeritan Ngentot Kucari-cari pengaitnya di belakang, lantas kubuka. Wah, nyatanya lumayan juga, masih tetap padat serta kencang, meskipun tidak demikian besar. Segera kusedot-sedot putingnya seperti anak bayi kehausan.
    “Esshh.. ouww.. aduhh.. Ton.. sangat nikmat lidahmu.., teruss..! ”
    Sesudah jemu dengan payudaranya, lantas kubuka skamuruh bajunya hingga bugil keseluruhan. Ia juga tidak ingin kalah, lantas melepas semuanya yang kukenakan. Untuk sebentar kami sama-sama berpandangan kagum pada keindahan semasing. Lantas ia menarik tanganku menuju ke kamarnya, tapi aq melepas pegangannya lantas menggendongnya dengan ke-2 tanganku.
    “Aouww Ton, anda romantis sekali..! ” tuturnya sembari ke-2 tangannya menggelayut manja memutari leherku.
    Lalu kuletakkan Ayu bebrapa perlahan diatas ranjangnya, lantas aq menindih badannya dari atas, untuk sebentar mulut kami sama-sama pagut memagut dengan mesranya sembari berpkamukan erat. Lantas mulutku mulai turun ke buah dadanya, kujilat-jilat dengan lembut, Ayu mendesah-desah nikmat. Tidak lama aq bermain di dadanya, mulutku bebrapa perlahan mulai menjilati turun ke perutnya, Ayu menggeliat kegelian.
    “Aduh Ton, anda ngerjain aq yah, awas anda kelak..! ”
    “Tapi anda sukai khan? Geli-geli nikmat..! ”
    “Udah ah, jilati saja memek aq Ton..! ”
    “Oke boss.., siap kerjakan perintah..! ”
    Segera saja kubuka paha lebar-lebar, tanpa ada menanti sekali lagi segera saja kujilat-jilat klitorisnya yang sebesar kacang kedele. Ayu menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan liar seolah-olah tidak ingin kalah dengan permainan lidahku ini.
    “Oohh esshhh aaouuw uuhh teeruss.., lebih dalemm, oohhh.. sangat nikmat..! ”
    Agak lama juga aq bermain di klitorisnya beberapa hingga tampak banjir di sekitaran vaginanya.
    “Ton, masukkin saja titit anda ke lobang aq, aq telah tidak tahan sekali lagi..! ”
    Dengan selekasnya kuposisikan diriku untuk menembus kemaluannya, tapi saat kutekan ujung penisku, nyatanya tidak ingin masuk. Aq baru tahu nyatanya dia masih tetap perawan.
    “Ayu, apa anda tidak menyesal perawan anda aq tembus..? ”
    “Ton, aq ikhlas bila anda yang ngambil perawan aq, untuk aq didunia ini hanya ada kita berdua saja. ”
    Cerita Sex Jeritan Ngentot Tanpa ada bebrapa sangsi sekali lagi segera kutusuk penisku dengan kuat, rasa-rasanya seperti ada suatu hal yang robek, mungkin saja itu perawannya, fikirku.
    “Aduh sakit Ton, tahan dahulu..! ” tuturnya menahan sakit.
    Aq juga diam sesaat, lantas kucium mulutnya untuk meredakan rasa sakitnya. Sebagian menit lalu ia terangsang sekali lagi, lantas tanpa ada menghabiskan waktu sekali lagi kutekan pantatku hingga batang kemaluanku masuk semua kedalam lubangnya.
    “Pelan-pelan Ton, masih tetap sakit nih..! ” tuturnya meringis.
    Kugoyangkan pinggulku bebrapa perlahan, lama kelamaan kulihat dia mulai terangsang sekali lagi. Lantas pergerakanku mulai kupercepat sembari menyedot-nyedot puting susunya. Kulihat Ayu begitu nikmati sekali permainan ini.
    Selang beberapa saat ia mengejang, “Ton, aa.. aqu.. ingin kkamuarr.., teruss.. selalu.., aahh..! ”
    Aq juga mulai rasakan hal yang sama, “Yu, aq juga ingin kkamuar, didalam atau diluar..? ”
    “Kkamuarin di dalam saja Sayang… ohhh.. aahh..! ” tuturnya sembari ke-2 pahanya mulai dijepitkan pada pinggangku serta selalu menggoyangkan pantatnya.
    Mendadak dia menjerit histeris, “Oohh… sshh… sshh… sshh…”
    Nyatanya dia telah kkamuar, aq selalu menggenjot pantatku makin cepat serta keras sampai menyentuh ke basic liang senggamanya.
    “Sshh.. aahh.. ” serta, “Aagghh.. crett.. crett.. creet..! ”
    Kutekan pantatku sampai batang kejantananku melekat ke basic liang kenikmatannya, serta kkamuarlah spermaq kedalam liang surganya.
    Waktu paling akhir air maniku kkamuar, aq juga terasa lemas. Meskipun dalam kondisi lemas, tidak kucabut batang kemaluanku dari liangnya, tetapi menambah sekali lagi ke-2 pahanya sampai dengan terang aq bisa lihat bagaimana rudalku masuk kedalam sarangnya yang dikelilingi oleh bulu kemaluannya yang menggoda. Kubelai bulu-bulu itu sembari kadang-kadang menyentuh klitorisnya.
    “Sshh.. aahh..! ” cuma desisan saja sebagai jawaban atas perlaqanku itu.
    Kemudian kami berdua keduanya sama lemas. Kami sama-sama berpkamukan sepanjang kurang lebih satu jam sembari meraba-raba.
    Lantas ia berkata kepadaq, “Ton, semoga kita dapat menyatu begini Ton, aq begitu sayang pada anda. ”
    Aq diam sesaat, lantas kubilang begini, “Aq juga sayang anda, tapi anda harus janji tidak bisa meladeni paman aq jika dia bebrapa cari anda. ”
    “Oke bossss, siap kerjakan perintah..! ” tuturnya sembari memkamukku lebih erat.
    Mulai sejak waktu itu, kami jadi begitu lengket, setiap malam minggu senantiasa kami bertingkah seperti suami istri. Bukan sekedar di apartmentnya, terkadang aq datang ke tempat kerjanya serta melaqkannya dengan di WC, sudah pasti sesudah kebanyakan orang telah pulang.
    Terkadang ia juga ke tempat kerjaq untuk minta jatahnya. Tuturnya pamanku telah tidak sempat mencarinya sekali lagi, soalnya setiap kali Ayu ditelpon, yang menjawabnya yaitu mesin penjawabnya, lantas tidak sempat dibalas Ayu, mungkin saja pada akhirnya pamanku jadi jemu sendiri.
    Aq Dengan Calon Istri Pamanku seringkali berjalan-jalan ke Mal-Mal, untungnya tidak sempat berjumpa dengan pamanku itu. Hingga sekarang ini aq masih tetap jalan dengan, tapi saat kutanya hingga kapan ingin begini, ia tidak menjawabnya. Aq menginginkan sekali menikahinya, tapi kelihatannya ia bukanlah type cewek yang menginginkan miliki kkamuarga. Tapi lama-lama kupikir, tidak apalah, yang perlu aq bisa nikmatnya juga.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,