Author: perawanku

  • Cerita Bokep Dengan Bibi – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Bokep Dengan Bibi – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1573 views

    Perawanku – Pamanku ini adalah adik ibuku paling kecil, saat itu dia baru berumur 35 tahun. Rumah pamanku sangat luas, di sana ada kolam renangnya dan juga ada lapangan tenisnya, maklum pamanku adalah seorang pengusaha sukses yang kaya. Selain bibiku dan pamanku, di rumah itu juga ada 3 orang pembantu, 2 cewek dan seorang bapak tua berusia setengah umur, yang bertugas sebagai tukang kebun.

    Bibiku baru berumur 31 tahun, orangnya sangat cantik dengan badannya yang termasuk kecil mungil akan tetapi padat berisi, sangat serasi berbentuknya seperti gitar spanyol, badannya tidak terlalu tinggi kurang lebih 155 cm. Dadanya yang kecil terlihat padat kencang dan agak menantang. Pinggangnya sangat langsing dengan perutnya yang rata, akan tetapi kedua bongkahan pantatnya sangat padat menantang. Wajahnya yang sangat ayu itu, manis benar untuk dipandang. Kulitnya kuning langsat, sangat mulus.

    Kedua pembantu cewek tersebut, yang satu adalah janda berumur 27 tahun bernama Trisni dan yang satu lagi lebih muda, baru berumur 18 tahun bernama Erni. Si Erni ini, biarpun masih berumur begitu muda, tapi sudah bersuami dan suaminya tinggal di kampung, bertani katanya.

    Suatu hari ketika kuliahku sedang libur dan paman dan bibiku sedang keluar kota, aku bangun agak kesiangan dan sambil masih tidur-tiduran di tempat tidur aku mendengar lagu dari radio.
    Tiba-tiba terdengar ketukan pada pintu kamarku, lalu terdengar suara, “Den Eric.., apa sudah bangun..?” terdengar suara Trisni.
    “Yaa.. ada apa..?” jawabku.
    “Ini Den. Saya bawakan kopi buat Aden..!” katanya lagi.
    “Oh.. yaa. Bawa masuk saja..!” jawabku lagi.

    Kemudian pintu dibuka, dan terlihat Trisni masuk sambil tangannya membawa nampan yang di atasnya terdapat secangkir kopi panas dan pisang goreng. Ketika dia sedang meletakkan kopi dan pisang goreng di meja di samping tempat tidurku, badannya agak merapat di pinggir tempat tidur dan dalam posisi setengah membungkuk, terlihat dengan jelas bongkahan pantatnya yang montok dengan pinggang yang cukup langsing ditutupi kain yang dipakainya. Melihat pemandangan yang menarik itu dengan cepat rasa isengku bangkit, apalagi ditunjang juga dengan keadaan rumah yang sepi, maka dengan cepat tanganku bergerak ke obyek yang menarik itu dan segera mengelusnya. Agen Nova88

    Trisni terkejut dan dengan segera menghindar sambil berkata, “Iihh.., ternyata Den Eric jail juga yaa..!”
    Melihat wajah Trisni yang masem-masem itu tanpa memperlihatkan ekspresi marah, maka dengan cepat aku bangkit dari tempat tidur dan segera menangkap kedua tangannya.
    “Aahh.. jangaann Deenn, nanti terlihat sama si Erni, kan malu atuu..!”
    Tapi tanpa memperdulikan protesnya, dengan cepat kutarik badannya ke arahku dan sambil mendekapnya dengan cepat bibirku menyergap bibirnya yang karena terkejut menjadi agak terbuka, sehingga memudahkan lidahku menerobos masuk ke dalam mulutnya.

    Dengan segera kusedot bibirnya, dan lidahku kumain-mainkan dalam mulutnya, memelintir lidahnya dan mengelus-elus bagian langit-langit mulutnya. Dengan cepat terdengar suara dengusan keluar dari mulutnya dan kedua matanya membelalak memandangku. Dadanya yang montok itu bergerak naik turun dengan cepat, membuat nafsu birahiku semakin meningkat. Tangan kiriku dengan cepat mulai bergerilya pada bagian dadanya yang menonjol serta merangsang itu, mengelus-elus kedua bukit kembar itu disertai ramasan-ramasan gemas, yang dengan segera membangkitkan nafsu Trisni juga. Hal itu terlihat dari wajahnya yang semakin memerah dan nafasnya yang semakin ngos-ngosan, Cerita Dewasa Terkini.

    Tiba-tiba terdengar suara dari arah dapur dan dengan cepat aku segera melepaskannya, Trisni juga segera membereskan rambut dan bajunya yang agak acak-acakan akibat seranganku tadi.
    Sambil menjauh dariku, dia berkata dengan pelan, “Tuhkan.., apa yang Trisni katakan tadi, hampir saja kepergok, Adeen genit siih..!”
    Sebelum dia keluar dari kamarku, kubisikan padanya, “Triis, ntar malam kalau semua sudah pada tidur kita teruskan yah..?”
    “Entar nanti ajalah..!” katanya dengan melempar seulas senyum manis sambil keluar kamarku.

    Malamnya sekitar jam 21.00, setelah semua tidur, Trisni datang ke ruang tengah, dia hanya memakai pakaian tidur yang tipis, sehingga kelihatan CD dan BH-nya.
    “Eeh, apa semua sudah tidur..?” tanyaku.
    “Sudah Den..!” jawabnya.
    Untuk lebih membuat suasana makin panas, aku telah menyiapkan film BF yang kebetulan dapat pinjam dari teman. Lalu aku mulai menyetel film itu dan ternyata pemainnya antara seorang pria Negro dan wanita Asia.

    Terlihat adegan demi adegan melintas pada layar TV, makin lama makin ‘hot’ saja, akhirnya sampai pada adegan dimana keduanya telah telanjang bulat. Si pria Negro dengan tubuhnya tinggi besar, hitam mengkilat apalagi penisnya yang telah tegang itu, benar-benar dasyat, panjang, besar, hitam mengkilat kecoklat-coklatan, sedangkan ceweknya yang kelihatan orang Jepang atau orang Cina, dengan badannya kecil mungil tapi padat, kulitnya putih bersih benar-benar sangat kontras dengan pria Negro tersebut.

    Dengan sigap si Negro terlihat mengangkat cewek tersebut dan menekan ke tembok. Terlihat dari samping penisnya yang panjang hitam itu ditempatkan pada belahan bibir kemaluan cewe yang putih kemerah-merahan. Secara perlahan-lahan mulai ditekan masuk, dari mulut cewe tersebut terdengar keluhan panjang dan kedua kakinya menggelepar-gelepar, serta kedua bolah matanya terputar-putar sehingga lebih banyak kelihatan putihnya. Sementara penis hitam si Negro terlihat makin terbenam ke dalam kemaluan cewenya, benar-benar suatu adegan yang sangat merangsang. Selang sejenak terlihat pantat si Negro mulai memompa, makin lama makin cepat, sementara cewe itu menggeliat-geliat sambil setengah menjerit-jerit.

    “Aduuh.., Den. Kasian tu cewe, Negronya kok sadis benar yaah..? Iihh.., ngilu rasanya melihat barang segede itu..!” guman Trisni setengah berbisik sambil kedua bahunya agak menggigil, sedangkan wajahnya tampak mulai memerah dan nafasnya agak tersengal-sengal.
    “Wah.., Tris kan yang gede itu enak rasanya. Coba bayangkan kalau barangnya si Negro itu mengaduk-aduk itunya Trisni. Bagaimana rasanya..?” sahutku.
    “Iih.., Aden jorok aahh..!” sahut Trisni disertai bahunya yang menggigil, tapi matanya tetap terpaku pada adegan demi adegan yang makin seru saja yang sedang berlangsung di layar TV.

    Melihat keadaan Trisni itu, dengan diam-diam aku meluncurkan celana pendek yang kukenakan sekalian dengan CD, sehingga senjataku yang memang sudah sangat tegang itu meloncat sambil mengangguk-anguk dengan bebas. Melihat penisku yang tidak kalah besarnya dengan si Negro itu terpampang di hadapannya, kedua tangannya secara refleks menutup mulutnya, dan terdengar jeritan tertahan dari mulutnya.

    Kemudian penisku itu kudekatkan ke wajahnya, karena memang posisi kami pada waktu itu adalah aku duduk di atas sofa, sedangkan Trisni duduk melonjor di lantai sambil bersandar pada sofa tempat kududuk, sehingga posisi barangku itu sejajar dengan kepalanya. Segera kupegang kepala Trisni dan kutarik mendekat ke arahku, sehingga badan Trisni agak merangkak di antara kedua kakiku. Kepalanya kutarik mendekat pada kemaluanku, dan aku berusaha memasukkan penisku ke mulutnya. Akan tetapi dia hanya mau menciuminya saja, lidahnya bermain-main di kepala dan di sekitar batang penisku. Lalu dia mulai menjilati kedua buah pelirku, waahh.., geli banget rasanya.

    Akhirnya kelihatan dia mulai meningkatkan permainannya dan dia mulai menghisap penisku pelan-pelan. Ketika sedang asyik-asyiknya aku merasakan hisapan Trisni itu, tiba-tiba si Erni pembantu yang satunya masuk ke ruang tengah, dan dia terkejut ketika melihat adegan kami. Kami berdua juga sangat kaget, sehingga aktivitas kami jadi terhenti dengan mendadak.

    “Ehh.., Erni kamu jangan lapor ke Paman atau Bibi ya..! Awas kalau lapor..!” ancamku.
    “Ii.. ii.. iyaa.. Deen..!” jawabnya terbata-bata sambil matanya setengah terbelalak melihat kemaluanku yang besar itu tidak tertutup dan masih tegak berdiri.
    “Kamu duduk di sini aja sambil nonton film itu..!” sahutkku.
    Dengan diam-diam dia segera duduk di lantai sambil matanya tertuju ke layar TV.

    Aku kemudian melanjutkan aktivitasku terhadap Trisni, dengan melucuti semua baju Trisni. Trisni terlihat agak kikuk juga terhadap Erni, akan tetapi melihat Erni yang sedang asyik menonton adegan yang berlasung di layar TV itu, akhirnya diam saja membiarkanku melanjutkan aktivitasku itu.

    Setelah bajunya kulepaskan sampai dia telanjang bulat, kutarik badannya ke arahku, lalu dia kurebahkan di sofa panjang. Kedua kakinya tetap terjulur ke lantai, hanya bagian pantatnya ke atas yang tergeletak di sofa. Sambil membuka bajuku, kedua kakinya segera kukangkangi dan aku berlutut di antara kedua pahanya. Kedua tanganku kuletakkan di atas pinggulnya dan jari-jari jempolku menekan pada bibir kemaluannya, sehingga kedua bibir kemaluannya agak terbuka dan aku mulai menjilati permukaan kemaluannya, ternyata kemaluannya sudah sangat basah.
    “Deen.., oh Deen..! Uuenaak..!” rintihnya tanpa sadar.

    Sambil terus menjilati kemaluannya Trisni, aku melirik si Erni, tapi dia pura-pura tidak melihat apa yang kami lakukan, akan tetapi dadanya terlihat naik turun dan wajahnya terlihat memerah. Tidak berselang lama kemudian badannya Trisni bergetar dengan hebat dan pantatnya terangkat ke atas dan dari mulutnya terdengar desahan panjang. Rupanya dia telah mengalami orgasme. Setelah itu badannya terkulai lemas di atas sofa, dengan kedua kakinya tetap terjulur ke lantai, matanya terpejam dan dari wajahnya terpancar suatu kepuasan, pada dahinya terlihat bitik-bintik keringat.

    Aku lalu berjongkok di antara kedua pahanya yang masih terkangkang itu dan kedua jari jempol dan telunjuk tangan kiriku kuletakkan pada bibir kemaluannya dan kutekan supaya agak membuka, sedang tangan kananku kupegang batang penisku yang telah sangat tegang itu yang berukuran 19 cm, sambil kugesek-gesek kepala penisku ke bibir vagina Trisni. Akhirnya kutempatkan kepala penisku pada bibir kemaluan Trisni, yang telah terbuka oleh kedua jari tangan kiriku dan kutekan penisku pelan-pelan. Bles..! mulai kepalanya menghilang pelan-pelan ke dalam vagina Trisni diikuti patang penisku, centi demi centi menerobos ke dalam liang vaginanya, Kumpulan Cerita Dewasa.

    Sampai akhirnya amblas semua batang penisku, sementara Trisni mengerang-erang keenakan.
    “Aduhh.. eennaak.., ennkk Deen. Eenak..!”
    Aku menggerakan pinggulku maju mundur pelan-pelan, sehingga penisku keluar masuk ke dalam vagina Trisni. Terasa masih sempit liang vagina Trisni, kepala dan batang penisku serasa dijepit dan diurut-urut di dalamnya. Amat nikmat rasanya penisku menerobos sesuatu yang kenyal, licin dan sempit. Rangsangan itu sampai terasa pada seluruh badanku sampai ke ujung rambutku.

    Aku melirik ke arah Erni, yang sekarang secara terang-terangan telah memandang langsung ke arah kami dan melihat apa yang sedang kami lakukan itu.
    “Sini..! Daripada bengong aja mendingan kamu ikut.., ayo sini..!” kataku pada Erni.
    Lalu dengan masih malu-malu Erni menghampiri kami berdua. Aku ganti posisi, Trisni kusuruh menungging, telungkup di sofa. Sekarang dia berlutut di lantai, dimana perutnya terletak di sofa. Aku berlutut di belakangnya dan kedua pahanya kutarik melebar dan kumasukkan penisku dari belakang menerobos ke dalam vaginanya. Kugarap dia dari belakang sambil kedua tanganku bergerilya di tubuh Erni. Agen Nova88 Terbesar

    Kuelus-elus dadanya yang masih terbungkus dengan baju, kuusap-usap perutnya. Ketika tanganku sampai di celana dalamnya, ternyata bagian bawah CD-nya sudah basah, aku mencium mulutnya lalu kusuruh dia meloloskan blouse dan BH-nya. Setelah itu aku menghisap putingnya berganti-ganti, dia kelihatan sudah sangat terangsang. Kusuruh dia melepaskan semua sisa pakaiannya, sementara pada saat bersamaan aku merasakan penisku yang berada di dalam vagina Trisni tersiram oleh cairan hangat dan badan Trisni terlonjak-lonjak, sedangkan pantatnya bergetar. Oohhh.., rupanya Trisni mengalami orgasme lagi pikirku. Setelah badannya bergetar dengan hebat, Trisni pun terkulai lemas sambil telungkup di sofa.

    Lalu kucabut penisku dan kumasukkan pelan-pelan ke vagina si Erni yang telah kusuruh tidur telentang di lantai. Ternyata kemaluan Erni lebih enak dan terasa lubangnya lebih sempit dibandingkan dengan kemaluan Trisni. Mungkin karena Erni masih lebih muda dan jarang ketemu dengan suaminya pikirku.

    Setelah masuk semua aku baru merasakan bahwa vagina si Erni itu dapat mengempot-empot, penisku seperti diremas-remas dan dihisap-hisap rasanya.
    “Uh enak banget memekmu Errr. Kamu apain itu memekmu heh..?” kataku dan si Erni hanya senyum-senyum saja, lalu kupompa dengan lebih semangat.
    “Den.., ayoo lebih cepat..! Deen.. lebih cepat. Iiih..!” dan kelihatan bahwa si Erni pun akan mencapai klimaks.
    “Iihh.. iihh.. iihh.. hmm.. oohh.. Denn.. enaakk Deen..!” rintihnya terputus-putus sambil badannya mengejang-ngejang.

    Aku mendiamkan gerakan penisku di dalam lubang vagina Erni sambil merasakan ramasan dan empotan vagina Erni yang lain dari pada lain itu. Kemudian kucabut penisku dari kemaluan Erni, Trisni langsung mendekat dan dikocoknya penisku dengan tangannya sambil dihisap ujungnya. Kemudian gantian Erni yang melakukannya. Kedua cewek tersebut jongkok di depanku dan bergantian menghisap-hisap dan mengocok-ngocok penisku.

    Tidak lama kemudian aku merasakan penisku mulai berdenyut-denyut dengan keras dan badanku mulai bergetar dengan hebat. Sesuatu dari dalam penisku serasa akan menerobos keluar, air maniku sudah mendesak keluar.
    “Akuu ngak tahan niihh.., mauu.. keluaar..!” mulutku mengguman, sementara tangan Erni terus mengocok dengan cepat batang penisku.
    Dan beberapa detik kemudian, “Crot.. croot.. croot.. crot..!” air maniku memancar dengan kencang yang segera ditampung oleh mulut Erni dan Trisni.
    Empat kali semprotan yang kurasakan, dan kelihatannya dibagi rata oleh Erni dan Trisni. Aku pun terkulai lemas sambil telentang di atas sofa.

    Selama sebulan lebih aku bergantian mengerjai keduanya, kadang-kadang barengan juga.
    Pada suatu hari paman memanggilku, “Ric Paman mau ke Singapore ada keperluan kurang lebih dua minggu, kamu jaga rumah yaaa..! Nemenin Bibi kamu ya..!” kata pamanku.
    “Iya deeh. Aku nggak akan dolan-dolan..!” jawabku.
    Dalam hatiku, “Kesempatan datang niihh..!”
    Bibi tersenyum manis padaku, kelihatan senyumnya itu sangat polos.
    “Hhmm.., tak tau dia bahaya sedang mengincarnya..” gumanku dalam hati.
    Niatku ingin merasakan tubuh bibi sebentar lagi pasti akan kesampaian.
    “Sekarang nih pasti akan dapat kunikmati tubuh Bibi yang bahenol..!” pikirku dalam hati.

    Setelah keberangkatan paman, malam harinya selesai makan malam dengan bibi, aku nonton Seputar Indonesia di ruang tengah.
    Bibi menghampiriku sambil berkata, “Ric, badan Bibi agak cape hari ini, Bibi mau tidur duluan yaa..!” sambil berjalan masuk ke kamarnya.
    Tadinya aku mau melampiaskan niat malam ini, tapi karena badan bibi kelihatan agak tidak fit, maka kubatalkan niatku itu. Kasihan juga ngerjain bibi dalam keadaan kurang fit dan lagian rasanya kurang seru kalau nanti belum apa-apa bibi sudah lemas. Tapi dalam hatiku aku bertekad untuk dapat menaklukkan bibi pada malam berikutnya.

    Malam itu memang tidak terjadi apa-apa, tapi aku menyusun rencana untuk dapat menaklukkan bibi. Pada malam berikutnya, setelah selesai makan malam bibi langsung masuk ke dalam kamarnya. Selang sejenak dengan diam-diam aku menyusulnya. Pelan-pelan kubuka pintu kamarnya yang kebetulan tidak dikunci. Sambil mengintip ke dalam, di dalam kamar tidak terlihat adanya bibi, tapi dari dalam kamar mandi terdengar suara air disiram. Rupanya bibi berada di dalam kamar mandi, aku pun dengan berjingkat-jingkat langsung masuk ke kamar bibi. Aku kemudian bersembunyi di bawah kolong tempat tidurnya.

    Selang sesaat, bibi keluar dari kamar mandi. Setelah mengunci pintu kamarnya, bibi mematikan lampu besar, sehingga ruang kamarnya sekarang hanya diterangi oleh lampu tidur yang terdapat di meja, di sisi tempat tidurnya. Kemudian bibi naik ke tempat tidur. Tidak lama kemudian terdengar suara napasnya yang berbunyi halus teratur menandakan bibi telah tertidur. Aku segera keluar dari bawah tempat tidurnya dengan hati-hati, takut menimbulkan suara yang akan menyebabkan bibi terbangun.

    Kulihat bibi tidur tidak berselimut, karena biarpun kamar bibi memakai AC, tapi kelihatan AC-nya diatur agar tidak terlalu dingin. Posisi tidur bibi telentang dan bibi hanya memakai baju daster merah muda yang tipis. Dasternya sudah terangkat sampai di atas perut, sehingga terlihat CD mini yang dikenakannya berwarna putih tipis, sehingga terlihat belahan kemaluan bibi yang ditutupi oleh rambut hitam halus kecoklat-coklatan. Buah dada bibi yang tidak terlalu besar tapi padat itu terlihat samar-samar di balik dasternya yang tipis, naik turun dengan teratur.

    Walaupun dalam posisi telentang, tapi buah dada bibi terlihat mencuat ke atas dengan putingnya yang coklat muda kecil. Melihat pemandangan yang menggairahkan itu aku benar-benar terangsang hebat. Dengan cepat kemaluanku langsung bereaksi menjadi keras dan berdiri dengan gagahnya, siap tempur. Perlahan-lahan kuberjongkok di samping tempat tidur dan tanganku secara hati-hati kuletakkan dengan lembut pada belahan kemaluan bibi yang mungil itu yang masih ditutupi dengan CD. Perlahan-lahan tanganku mulai mengelus-elus kemaluan bibi dan juga bagian paha atasnya yang benar-benar licin putih mulus dan sangat merangsang.

    Terlihat bibi agak bergeliat dan mulutnya agak tersenyum, mungkin bibi sedang mimpi, sedang becinta dengan paman. Aku melakukan kegiatanku dengan hati-hati takut bibi terbangun. Perlahan-lahan kulihat bagian CD bibi yang menutupi kemaluannya mulai terlihat basah, rupanya bibi sudah mulai terangsang juga. Dari mulutnya terdengar suara mendesis perlahan dan badannya menggeliat-geliat perlahan-lahan. Aku makin tersangsang melihat pemandangan itu.

    Cepat-cepat kubuka semua baju dan CD-ku, sehingga sekarang aku bertelanjang bulat. Penisku yang 19 cm itu telah berdiri kencang menganguk-angguk mencari mangsa. Dan aku membelai-belai buah dadanya, dia masih tetap tertidur saja. Aku tahu bahwa puting dan klitoris bibiku tempat paling suka dicumbui, aku tahu hal tersebut dari film-film bibiku. Lalu tanganku yang satu mulai gerilya di daerah vaginanya. Kemudian perlahan-lahan aku menggunting CD mini bibi dengan gunting yang terdapat di sisi tempat tidur bibi.

    Sekarang kemaluan bibi terpampang dengan jelas tanpa ada penutup lagi. Perlahan-lahan kedua kaki bibi kutarik melebar, sehingga kedua pahanya terpentang. Dengan hati-hati aku naik ke atas tempat tidur dan bercongkok di atas bibi. Kedua lututku melebar di samping pinggul bibi dan kuatur sedemikian rupa supaya tidak menyentuh pinggul bibi. Tangan kananku menekan pada kasur tempat tidur, tepat di samping tangan bibi, sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah merangkak di atas bibi.

    Tangan kiriku memegang batang penisku. Perlahan-lahan kepala penisku kuletakkan pada belahan bibir kemaluan bibi yang telah basah itu. Kepala penisku yang besar itu kugosok-gosok dengan hati-hati pada bibir kemaluan bibi. Terdengar suara erangan perlahan dari mulut bibi dan badannya agak mengeliat, tapi matanya tetap tertutup. Akhirnya kutekan perlahan-lahan kepala kemaluanku membelah bibir kemaluan bibi.

    Sekarang kepala kemaluanku terjepit di antara bibir kemaluan bibi. Dari mulut bibi tetap terdengar suara mendesis perlahan, akan tetapi badannya kelihatan mulai gelisah. Aku tidak mau mengambil resiko, sebelum bibi sadar, aku sudah harus menaklukan kemaluan bibi dengan menempatkan posisi penisku di dalam lubang vagina bibi. Sebab itu segera kupastikan letak penisku agar tegak lurus pada kemaluan bibi. Dengan bantuan tangan kiriku yang terus membimbing penisku, kutekan perlahan-lahan tapi pasti pinggulku ke bawah, sehingga kepala penisku mulai menerobos ke dalam lubang kemaluan bibi.

    Kelihatan sejenak kedua paha bibi bergerak melebar, seakan-akan menampung desakan penisku ke dalam lubang kemaluanku. Badannya tiba-tiba bergetar menggeliat dan kedua matanya mendadak terbuka, terbelalak bingung, memandangku yang sedang bertumpu di atasnya. Mulutnya terbuka seakan-akan siap untuk berteriak. Dengan cepat tangan kiriku yang sedang memegang penisku kulepaskan dan buru-buru kudekap mulut bibi agar jangan berteriak. Karena gerakanku yang tiba-tiba itu, posisi berat badanku tidak dapat kujaga lagi, akibatnya seluruh berat pantatku langsung menekan ke bawah, sehingga tidak dapat dicegah lagi penisku menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan bibi dengan cepat.

    Badan bibi tersentak ke atas dan kedua pahanya mencoba untuk dirapatkan, sedangkan kedua tangannya otomatis mendorong ke atas, menolak dadaku. Dari mulutnya keluar suara jeritan, tapi tertahan oleh bekapan tangan kiriku.
    “Aauuhhmm.. aauuhhmm.. hhmm..!” desahnya tidak jelas.
    Kemudian badannya mengeliat-geliat dengan hebat, kelihatan bibi sangat kaget dan mungkin juga kesakitan akibat penisku yang besar menerobos masuk ke dalam kemaluannya dengan tiba-tiba.

    Meskipun bibi merontak-rontak, akan tetapi bagian pinggulnya tidak dapat bergeser karena tertekan oleh pinggulku dengan rapat. Karena gerakan-gerakan bibi dengan kedua kaki bibi yang meronta-ronta itu, penisku yang telah terbenam di dalam vagina bibi terasa dipelintir-pelintir dan seakan-akan dipijit-pijit oleh otot-otot dalam vagina bibi. Hal ini menimbulkan kenikmatan yang sukar dilukiskan.

    Karena sudah kepalang tanggung, maka tangan kananku yang tadinya bertumpu pada tempat tidur kulepaskan. Sekarang seluruh badanku menekan dengan rapat ke atas badan bibi, kepalaku kuletakkan di samping kepala bibi sambil berbisik kekuping bibi.
    “Bii.., bii.., ini aku Eric. Tenang bii.., sshheett.., shhett..!” bisikku.
    Bibi masih mencoba melepaskan diri, tapi tidak kuasa karena badannya yang mungil itu teperangkap di bawah tubuhku. Sambil tetap mendekap mulut bibi, aku menjilat-jilat kuping bibi dan pinggulku secara perlahan-lahan mulai kugerakkan naik turun dengan teratur.

    Perlahan-lahan badan bibi yang tadinya tegang mulai melemah.
    Kubisikan lagi ke kuping bibi, “Bii.., tanganku akan kulepaskan dari mulut bibi, asal bibi janji jangan berteriak yaa..?”
    Perlahan-lahan tanganku kulepaskan dari mulut bibi.
    Kemudian Bibi berkata, “Riic.., apa yang kau perbuat ini..? Kamu telah memperkosa Bibi..!”
    Aku diam saja, tidak menjawab apa-apa, hanya gerakan pinggulku makin kupercepat dan tanganku mulai memijit-mijit buah dada bibi, terutama pada bagian putingnya yang sudah sangat mengeras.

    Rupanya meskipun wajah bibi masih menunjukkan perasaan marah, akan tetapi reaksi badannya tidak dapat menyembunyikan perasaannya yang sudah mulai terangsang itu. Melihat keadaan bibi ini, tempo permainanku kutingkatkan lagi.
    Akhirnya dari mulut bibi terdengar suara, “Oohh.., oohh.., sshhh.., sshh.., eemm.., eemm.., Riicc.., Riicc..!”
    Dengan masih melanjutkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan kedua tanganku bertumpu pada tempat tidur, sehingga aku sekarang dalam posisi setengah bangun, seperti orang yang sedang melakukan push-up.

    Dalam posisi ini, penisku menghujam kemaluan bibi dengan bebas, melakukan serangan-serangan langsung ke dalam lubang kemaluan bibi. Kepalaku tepat berada di atas kepala bibi yang tergolek di atas kasur. Kedua mataku menatap ke bawah ke dalam mata bibi yang sedang meram melek dengan sayu. Dari mulutnya tetap terdengar suara mendesis-desis. Selang sejenak setelah merasa pasti bahwa bibi telah dapat kutaklukan, aku berhenti dengan kegiatanku. Setelah mencabut penisku dari dalam kemaluan bibi, aku berbaring setengah tidur di samping bibi. Sebelah tanganku mengelus-elus buah dada bibi terutama pada bagian putingnya.

    “Eehh.., Ric.., kenapa kau lakukan ini kepada bibimu..!” katanya.
    Sebelum menjawab aku menarik badan bibi menghadapku dan memeluk badan mungilnya dengan hati-hati, tapi lengket ketat ke badan. Bibirku mencari bibinya, dan dengan gemas kulumat habis. Wooww..! Sekarang bibi menyambut ciumanku dan lidahnya ikut aktif menyambut lidahku yang menari-nari di mulutnya.

    Selang sejenak kuhentikan ciumanku itu.
    Sambil memandang langsung ke dalam kedua matanya dengan mesra, aku berkata, “Bii.. sebenarnya aku sangat sayang sekali sama Bibi, Bibi sangat cantik lagi ayu..!”
    Sambil berkata itu kucium lagi bibirnya selintas dan melanjutkan perkataanku, “Setiaap kali melihat Bibi bermesrahan dengan Paman, aku kok merasa sangat cemburu, seakan-akan Bibi adalah milikku, jadi Bibi jangan marah yaa kepadaku, ini kulakukan karena tidak bisa menahan diri ingin memiliki Bibi seutuhnya.”
    Selesai berkata itu aku menciumnya dengan mesra dan dengan tidak tergesa-gesa.

    Ciumanku kali ini sangat panjang, seakan-akan ingin menghirup napasnya dan belahan jiwanya masuk ke dalam diriku. Ini kulakukan dengan perasaan cinta kasih yang setulus-tulusnya. Rupanya bibi dapat juga merasakan perasaan sayangku padanya, sehingga pelukan dan ciumanku itu dibalasnya dengan tidak kalah mesra juga.

    Beberapa lama kemudian aku menghentikan ciumanku dan aku pun berbaring telentang di samping bibi, sehingga bibi dapat melihat keseluruhan badanku yang telanjang itu.
    “Iih.., gede banget barang kamu Ricc..! Itu sebabnya tadi Bibi merasa sangat penuh dalam badan Bibi.” katanya, mungkin punyaku lebih besar dari punya paman.
    Lalu aku mulai memeluknya kembali dan mulai menciumnya. Ciumanku mulai dari mulutnya turun ke leher dan terus kedua buah dadanya yang tidak terlalu besar tapi padat itu. Pada bagian ini mulutku melumat-lumat dan menghisap-hisap kedua buah dadanya, terutama pada kedua ujung putingnya berganti-ganti, kiri dan kanan.

    Sementara aksiku sedang berlangsung, badan bibi menggeliat-geliat kenikmatan. Dari mulutnya terdengar suara mendesis-desis tidak hentinya. Aksiku kuteruskan ke bawah, turun ke perutnya yang ramping, datar dan mulus. Maklum, bibi belum pernah melahirkan. Bermain-main sebentar disini kemudian turun makin ke bawah, menuju sasaran utama yang terletak pada lembah di antara kedua paha yang putih mulus itu.

    Pada bagian kemaluan bibi, mulutku dengan cepat menempel ketat pada kedua bibir kemaluannya dan lidahku bermain-main ke dalam lubang vaginanya. Mencari-cari dan akhirnya menyapu serta menjilat gundukan daging kecil pada bagian atas lubang kemaluannya. Segera terasa badan bibi bergetar dengan hebat dan kedua tangannya mencengkeram kepadaku, menekan ke bawah disertai kedua pahanya yang menegang dengan kuat.
    Keluhan panjang keluar dari mulutnya, “Oohh.., Riic.., oohh.. eunaakk.. Riic..!”

    Sambil masih terus dengan kegiatanku itu, perlahan-lahan kutempatkan posisi badan sehingga bagian pinggulku berada sejajar dengan kepala bibi dan dengan setengah berjongkok. Posisi batang kemaluanku persis berada di depan kepala bibi. Rupanya bibi maklum akan keinginanku itu, karena terasa batang kemaluanku dipegang oleh tangan bibi dan ditarik ke bawah. Kini terasa kepala penis menerobos masuk di antara daging empuk yang hangat. Ketika ujung lidah bibi mulai bermain-main di seputar kepala penisku, suatu perasaan nikmat tiba-tiba menjalar dari bawah terus naik ke seluru badanku, sehingga dengan tidak terasa keluar erangan kenikmatan dari mulutku.

    Dengan posisi 69 ini kami terus bercumbu, saling hisap-mengisap, jilat-menjilat seakan-akan berlomba-lomba ingin memberikan kepuasan pada satu sama lain. Beberapa saat kemudian aku menghentikan kegiatanku dan berbaring telentang di samping bibi. Kemudian sambil telentang aku menarik bibi ke atasku, sehingga sekarang bibi tidur tertelungkup di atasku. Badan bibi dengan pelan kudorong agak ke bawah dan kedua paha bibi kupentangkan. Kedua lututku dan pantatku agak kunaikkan ke atas, sehingga dengan terasa penisku yang panjang dan masih sangat tegang itu langsung terjepit di antara kedua bibir kemaluan bibi.

    Dengan suatu tekanan oleh tanganku pada pantat bibi dan sentakan ke atas pantatku, maka penisku langsung menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan bibi. Amblas semua batangku.
    “Aahh..!” terdengar keluhan panjang kenikmatan keluar dari mulut bibi.
    Aku segera menggoyang pinggulku dengan cepat karena kelihatan bahwa bibi sudah mau klimaks. Bibi tambah semangat juga ikut mengimbangi dengan menggoyang pantatnya dan menggeliat-geliat di atasku. Kulihat wajahnya yang cantik, matanya setengah terpejam dan rambutnya yang panjang tergerai, sedang kedua buah dadanya yang kecil padat itu bergoyang-goyang di atasku.

    Ketika kulihat pada cermin besar di lemari, kelihatan pinggul bibi yang sedang berayun-ayun di atasku. Batang penisku yang besar sebentar terlihat sebentar hilang ketika bibi bergerak naik turun di atasku. Hal ini membuatku jadi makin terangsang. Tiba-tiba sesuatu mendesak dari dalam penisku mencari jalan keluar, hal ini menimbulkan suatu perasaan nikmat pada seluruh badanku. Kemudian air maniku tanpa dapat ditahan menyemprot dengan keras ke dalam lubang vagina bibi, yang pada saat bersamaan pula terasa berdenyut-denyut dengan kencangnya disertai badannya yang berada di atasku bergetar dengan hebat dan terlonjak-lonjak. Kedua tangannya mendekap badanku dengan keras.

    Pada saat bersamaan kami berdua mengalami orgasme dengan dasyat. Akhirnya bibi tertelungkup di atas badanku dengan lemas sambil dari mulut bibi terlihat senyuman puas.
    “Riic.., terima kasih Ric. Kau telah memberikan Bibi kepuasan sejati..!”

    Setelah beristirahat, kemudian kami bersama-sama ke kamar mandi dan saling membersihkan diri satu sama lain. Sementara mandi, kami berpelukan dan berciuman disertai kedua tangan kami yang saling mengelus-elus dan memijit-mijit satu sama lain, sehingga dengan cepat nafsu kami terbangkit lagi. Dengan setengah membopong badan bibi yang mungil itu dan kedua tangan bibi menggelantung pada leherku, kedua kaki bibi kuangkat ke atas melingkar pada pinggangku dan dengan menempatkan satu tangan pada pantat bibi dan menekan, penisku yang sudah tegang lagi menerobos ke dalam lubang kemaluan bibi.

    “Aaughh.. oohh.. oohh..!” terdengar rintihan bibi sementara aku menggerakan-gerakan pantatku maju-mundur sambil menekan ke atas.
    Dalam posisi ini, dimana berat badan bibi sepenuhnya tertumpu pada kemaluannya yang sedang terganjel oleh penisku, maka dengan cepat bibi mencapai klimaks.
    “Aaduhh.. Riic.. Biiibii.. maa.. maa.. uu.. keluuar.. Riic..!” dengan keluhan panjang disertai badannya yang mengejang, bibi mencapai orgasme, dan selang sejenak terkulai lemas dalam gendonganku.

    Dengan penisku masih berada di dalam lubang kemaluan bibi, aku terus membopongnya. Aku membawa bibi ke tempat tidur. Dalam keadaan tubuh yang masih basah kugenjot bibi yang telah lemas dengan sangat bernafsu, sampai aku orgasme sambil menekan kuat-kuat pantatku. Kupeluk badan bibi erat-erat sambil merasakan airmaniku menyemprot-nyemprot, tumpah dengan deras ke dalam lubang kemaluan bibi, mengisi segenap relung-relung di dalamnya.

    Semalaman itu kami masih melakukan persetubuhan beberapa kali, dan baru berhenti kecapaian menjelang fajar. Sejak saat itu, selanjutnya seminggu minimum 4 kali kami secara sembunyi-sembunyi bersetubuh, diselang seling mengerjai si Trisni dan Erni apabila ada waktu luang. Hal ini berlangsung terus tanpa paman mengetahuinya sampai saya lulus serjana dan harus pindah ke Jakarta, karena diterima kerja di suatu perusahaan asing.

  • Cerita Bokep Paradise In Lombok (Part 2) Siapa Lisa?? – Cerita Sex Bersambung Terbaru 2018

    Cerita Bokep Paradise In Lombok (Part 2) Siapa Lisa?? – Cerita Sex Bersambung Terbaru 2018


    1572 views

    Perawanku – Aku mengenal Lisa dari rekan kerjaku di kantor, Dennis. Umur kurang lebih 23 atau 24. Tinggi sekitar 165cm dengan berat sekitar 54 kg. Putih, dengan gingsul di gigi, rambut lurus sedikit berwarna blonde di bagian samping rambutnya. Bodinya langsing tetapi dihiasi dengan gundukan payudara yang sedikit lebih besar. Sebenarnya terkesan tidak proporsional entah karena ia begitu suka menggunakan pakaian yang ketat atau BHnya menggunakan busa yang padat. Sering banget aku kepergok sama Lisa kalau sedang memperhatikan payudaranya. Terkadang mata ini seringkali seperti menelanjanginya.

    Perkenalanku dengan Lisa sebenarnya tidak terlalu berkesan. Biasa-biasa aja. Lisa memiliki sebuah butik di daerah kemang dan ia menjalankan usahanya memperkerjakan 1 orang karyawan.

    “Pagi Lis, tumben nelpon. Ada apa nih?” Tanyaku dengan sedikit santai sambil membuang rokokku.
    “Hallo Jay, apa kabar? Sorry mendadak nelpon” ujar Lisa.
    “Oh.. Gak apa-apa Lis, kenapa nih… Ada yang bisa gw banting, eh bantu?”
    “Gw mau minta tolong nih Jay, sebenernya ga enak nih mau ngomong sama lu coz kita jarang ngobrol. Gw minta tolong Dennis dia ga bisa.” jawab Lisa yang masih menyisakan pertanyaan buat ku.
    “Minta tolong apa? Kalo gw bisa bantu pasti gw bantu.”
    “Bisa ga nanti pas pulang kantor mampir ke butik? Gw ada produk Βάяü buat cowo yang sepertinya sesuai sama lu” kata Lisa.
    “Lhaaa terus ga enaknya dimananya? Cuma buat cobain baju aja kan?” Tanyaku.
    “Mau yah? Pliisss…? Nanti gw traktir makan deh” pinta Lisa dengan sedikit mengiba.
    “Okeee Lis, nanti gw ke butik lu setelah dari kantor. Nanti gw kabarin lagi kalo mau jalan dari kantor yah Lis…” Aku setujui permintaan Lisa.
    “Okay deh gw tunggu kabar dari lu yah?” Kemudian ia menutup telponnya.

    Setengah jam kemudian akhirnya aku telah sampai di cerita dewasa kantor. Dengan segera aku memeriksa pekerjaan ku yang sebenarnya tidak ada pekerjaan lagi yang mesti aku kerjakan. Hanya formalitas aja aku harus hadir di kantor. Tiba-tiba aku di kagetkan dengan tepukan di bahu.

    “Heh ngelamun aja lu, bayangin siapa sih lu… Yang mau cuti malah galau. Payah lu…” Kata Dennis sambil senyum-senyum.
    “Ehh lu, ga galau laaahh… Gw mau liburan ke lombok. Dah nemu akhirnya hotel yang gw mau” kataku.
    “Gimana? Jadi lu ke tempatnya si Lisa? Tadi gw sengaja nolak permintaan si Lisa. Soalnya ada janji sama Bu Rina. Mau makan malam.” Kata Dennis dengan penuh senyum yang menurutku senyuman mesum.
    “Gila lu ndrooo… Bu Rina lu embat juga. Trus jangan-jangan lu yah yang suruh Lisa nelponin gw?” Tanya ku dengan penasaran.
    “Biasa aja kale… Ga perlu heboh gitu. daripada lu manyun cuma bisa liat toket si Lisa dari jauh tuh gw umpanin lu supaya bisa liat dari deket makanya gw rekomendasiin lu.”
    “Geblek, kirain ga ada yang merhatiin” sambil garuk-garuk kepalaku yang tidak gatal.”
    “Si Lisa yang kasih tau gw kalo lu sering perhatiin toketnya. Makanya bro dateng aja ke tempat si Lisa. Siapa tau lu dikasih lebih.” Kata Dennis.
    “Gw sih tadi udah setuju mau dateng, sekarang gw jadi ga sabar pengen liat toket Lisa dari deket” tawa lebar ku memecah kesunyian kantor. Secara reflek aku menutup mulutku karena semua orang kantor memperhatikanku.
    “Ya udah bro.. Selamat senang-senang yah” kata Dennis sambil meninggalkan meja kerjaku.

    Aku menghitung hari masih 3 hari lagi aku akan pergi ke Lombok. Masih ada kesempatan buatku untuk mencari seseorang yang bisa di ajak liburan. Sejenak terpikirkan untuk mengajak Lisa. Langsung saja aku hilangkan dalam pikiranku untuk mengajak Lisa. Boro-boro bisa ajak Lisa, ngobrol aja ga pernah. Waktu demi waktu terus berlalu. Waktu telah menunjukkan pukul 16.30. Aahh saatnya untuk membereskan mejaku sampai bersih.

    17.00 saatnya jam pulang kantor. Aku pun sms ke Lisa dan mengatakan kalau aku on the way ke butiknya. Dan Lisa pun menjawabnya denga singkat “okee”
    Lagi-lagi macet yang aku temui. Akhirnya setelah 1 jam dari bilangan kuningan ke kemang aku bisa melalui kendaraan-kendaraan tersebut. Dengan segera ku pacu kendaraanku dengan cepat. Sengaja ku pacu dengan cepat karena aku tidak mau menemui kemacetan di daerah kemang.

    Sesampai di Butik Lisa sempat kaget dengan tulisan di kaca “CLOSED” aku pun mencoba membuka pintuk butiknya. Masuk ke butik Lisa disambut oleh Lisa sendiri. Ia menggunakan setelan casual baju kaos putih longgar bergambar dengan belahan dada yang rendah dan rok jeans mini dipadukan dengan sepatu hak tinggi. Sehingga ia sedikit lebih tinggi daripada aku. Kaos putih tersebut sedikit longgar sehingga meskipun tidak terlalu ketat payudara Lisa begitu sesak di dalam bajunya. Kaki jenjangnya begitu menggoda, putih, mulus, dan hampir tidak ada cacat sama sekali.

    Butiknya tidak terlalu besar berukuran 6X10 dengan satu lantai, terkesan mewah. Memang untuk daerah kemang begitu banyak expatriat dan orang-orang berduit apabila memiliki usaha di wilayah tersebut memang harus memiliki konsep interior yang mewah dan lux. Butik Lisa menjual berbagai macam jenis baju, mulai dari casual, baju pesta, dan beberapa di pojok terdapat baju renang.

    “Capek ga jay? Minum dulu yuk. Sebentar yah gw pesenin minuman dulu” tanya Lisa kepadaku.
    “Ga usah repot Lis, air putih juga cukup.”
    “Yasudah gw ambilin air mineral aja deh yang ada di kulkas. Tunggu sebentar yah? Liat-liat aja dulu koleksi baju gw” kata Lisa.

    Lisa pun pergi ke ruangan belakang yang sepertinya ia jadikan gudang. Kemudian aku pun berputar-putar di butiknya sambil sesekali melihat koleksinya. Ada beberapa baju yang menurutku memang bagus desainnya. Memang sepertinya Lisa sangat berbakat di bidangnya. Kemudian aku duduk di kursi sofa yang menghadap kamar pas. Tidak lama kemudian muncul Lisa membawa 2 botol air mineral dan sedikit snack. Dan ia pun bergabung duduk di sofa bersama ku.

    “Wah butik lu bagus juga yah Lis, interiornya keren banget. Koleksi-koleksi baju lu juga banyak dan bagus-bagus” aku membuka pembicaraan dengan Lisa untuk mencairkan suasana. “Biasa aja lagi jay, kalo koleksi gw bagus-bagus pasti rame. Ini lu liat sendiri sepi”
    “Yaa belum kali. Semua kan pasti ada waktunya. By the way udah berapa lama lu buka butik ini?” Tanyaku
    “Udah berjalan 6 bulan masih buntung lum untung. Ini lagi bikin desain yang ga biasa-biasa supaya butik gw tetep eksis. Soalnya gw liat disini kalo model biasa-biasa aja ga laku” jawab Lisa.
    “Gw yakin lu pasti bisa kok, omong-omong gw disuruh kemari mau cobain baju apa nih?”
    “Hehehehehe… Iya sampe lupa. Sebentar gw ambil dulu bajunya” kata Lisa sambil membuka laci dibawah sofa yang ternyata model sofa tersebut memiliki laci di bagian bawahnya. Lisa mengambil baju tersebut sambil menunduk dan aku pun sempat menelan ludahku sendiri melihat begitu jelasnya pemandangan payudara Lisa yang memang besar dibalut dengan BH berwarna merah tua.

    Sepertinya BH tersebut tidak menggunakan Tali hanya menggunakan pengait di bawah ketiak. Dan penisku ku pun akhirnya mulai bergeliat di balik celana kantorku tersebut. Entah memang disengaja oleh Lisa atau melihat pemandangan tersebut waktu menjadi melambat sepertinya lama sekali kejadian itu berlangsung. Sepertinya sadar aku perhatikan pemandangan tersebut Lisa menutup kaosnya dengan tangannya dan aku pun tersadar sehingga aku pura-pura membuang muka ku ke arah lain. “Sial” dalam hati aku mengumpat. Bukan karena pemandangan tersebut hilang begitu saja melainkan begitu bodohnya aku sampai bisa ketahuan oleh Lisa kalau aku sedang melihat gundukan payudaranya.

    “Nih coba bajunya. Tuh gantinya di kamar pas” kata Lisa sambil memberikan baju tersebut kepadaku. Lalu Aku berjalan ke arah kamar pas yang hanya berjarak sekitar 3 meter dari sofa tempat aku dan Lisa duduk. Di dalam kamar pas aku coba baju tersebut. Kemeja dengan model yang sebenarnya terlalu kecil di bagian perutku. Tetapi aku paksakan kemeja tersebut dengan menahan perutku agar bisa muat. Maklum perut ini terlalu banyak buat minum-minuman jadinya ya gitu deh buncit. Tapi masih bisa aku tahan karena memang sudah jadi kebiasaanku.

    Kemudian aku keluar dari kamar pas..
    “Gimana Lis? Pantes ga?” Tanyaku kepada Lisa.
    Dengan senyuman Lisa menjawab “pantes keliatan junkies banget lu pake. Tapi kok kayaknya lu ga nyaman yah pake itu”
    “Iya Lis, kegedean perut. Kan lu tau ndiri kalo gw sama pak Bobby and dennis suka minum-minum bareng lu” jawabku.
    “Hahahaha…. Iya sih. Tapi gw rasa lu pantes kok pake itu” kata Lisa.
    Berbagai macam baju telah aku coba, ada yang pantes, ada yang tidak pantes, ada yang keliatan seperti gigolo, macam-macam deh pokoknya. Sampai akhirnya tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 9 malam. Dan akupun mulai lapar dan begitu pula Lisa. Kemudian Lisa mengajak ku untuk dinner di sebuah cafe yang cukup ramai dikunjungi tempatnya tidak jauh dari Butik Lisa cukup berjalan kaki saja.

     

    Kita telah memesan beberapa menu makanan yang disodorkan oleh waitress di resto tersebut. Dari sinilah aku mulai banyak tahu tentang Lisa. Lisa sangat berambisi untuk mewujudkan cita-citanya. Menjadi desainer yang di akui di Jakarta. Dan aku pun mulai banyak bertanya tentang cita-cita Lisa tersebut. Dan Lisa pun lebih terbuka kepadaku. Ia banyak berkeluh kesah terhadap cita-citanya yang sangat sulit ia capai. Dan akupun menyemangatinya untuk bisa lebih semangat lagi mengahadapi semua tantangan-tantangan di masa depan.

    Makanan dan minuman pun mulai satu persatu tersaji di depan kami. dan kamipun menyantapnya dengan lahap. Tidak ada pembicaraan apapun selama kita menyantap makanan masing-masing.
    Setelah semua makanan telah kita habiskan kami pun melanjutkan obrolan kami. Suatu moment kesempatan datang tanpa aku duga
    “Jay, gw lagi buntu ide desain baju nih. Jalan yuk kemana kek. Kalo lu mau.” Tanya Lisa kepadaku.
    “Emang kenapa Lis?” Tanyaku lagi.

    Kemudian Lisa menjawab “gw butuh ide-ide segar nih buat konsep wardrobe yang udah mulai usang menurut gw. Konsep wardrobe gw sekarang kayaknya begitu-begitu aja ga ada yang membuat gw puas”
    “Ya sudah lu mau kemana? Kapan?” Kembali aku bertanya kepada Lisa.
    “Kemana kek, kapan waktu lu bisanya aja. Pengennya sih tempatnya yang bener-bener suasananya baru, fresh, dan tenang. Gw pengen short escape dari Jakarta nih” ujar Lisa.
    “Ya sudah lu mau berapa lama? 3 hari lagi gw cuti.”Tanyaku.
    “Pengennya sih seminggu tapi ya mana mungkin gw tinggalin butik lama-lama. Paling 3 harian lah menurut gw dah cukup.” Jawab Lisa.

    Kemudian aku berkata “ya sudah siap-siap aja 3 hari lagi gw ajak lu jalan. Tapi dengan satu syarat?”
    “Apa tuh? Jangan yang aneh-aneh yah?” Tanya Lisa.
    “Engga aneh-aneh kok. Gw cuma minta lu ga nanya kita mau kemana. Pokoknya lu ikutin aja yang pasti gw jamin lu pulang dengan keadaan fresh, dan yang pasti tempatnya bikin lu tenang banget.” Jawabku.
    “Okee deh, terserah lu mau kemana. Nanti biaya gw yang nanggung.”

    Aku menjawab “siap Lis, besok gw kabar-kabarin. Yuk gw anter pulang”. Kemudian kami berdua berjalan ke arah butik Lisa untuk menuju mobilku. Aku antar Lisa tanpa terjadi insiden apa-apa. Meskipun di mobil tidak bisa berkonsentrasi melihat paha mulus Lisa yang bening tersebut. cerita panas

    2 hari kemudian aku menelpon Lisa. “Lis, besok kita pergi pesawat jam 8.15 kita ketemuan di bandara Soetta yah?” Kataku kepada Lisa.
    “Hah?? Kita mau kemana kok pake pesawat segala. Upsss iyaa gw ga boleh nanya-nanya mau kemana yah. Hehehehe….” Tanya Lisa dengan penasaran.
    “Itu tauu… Positif yah? Soalnya tiket dah kebeli sama gw” jawabku.
    “Iya.. Iya… Tetep jadi kok. Jangan kuatir bos” timpal Lisa. “Okee jadi jangan lupa yah. Besok kita di terminal 2 pesawat garuda gate F. On time yah”. Aku pun memastikannya. “Siap bossss on time pokoknya”.

    Aku pun berteriak dengan gembira. Akhirnya aku pun jadi liburan ke Lombok. Dengan segera aku ke pulang ke rumah dan langsung packing baju-baju dan beberapa buku kesukaanku yang belum aku baca. Tidak sabar aku menanti besok, aku pastikan booking hotel “JK” bagian reservasi dan aku juga memastikan jemputan oleh pihak hotel. Semuanya telah siap dan sesuai rencana.

    Esok harinya aku telah berada di bandara soetta pukul 7 pagi. 15 menit kemudian Lisa menelpon ku bahwa ia telah sampai di bandara. Kemudian kamipun bertemu. Penampilan Lisa kali ini sangat berbeda dari sebelum-sebelumnya. Ia mengenakan tanktop putih di tutup dengan baju berenda warna krem, celana pendek ketat berbahan kain. Dan memakai sendal teplek. Dan menggunakan topi softball berlambang Yankee warna hitam. Dan kacamata besar menghiasi wajah Lisa yang manis itu.

  • Cerita Sex Nafsu Ibu Tetangga

    Cerita Sex Nafsu Ibu Tetangga


    1571 views

    Perawanku – Cerita Sex Nafsu Ibu Tetangga, Sore ini, ibu muda yang alim ini kedatangan tamu seorang laki-laki yang dikenalnya sebagai rekan sekantor suaminya, sehingga terpaksa dia harus mengenakan jilbab lebarnya serta kaus kaki menutupi kakinya untuk menemuinya, karena kebetulan suaminya sedang rapat di kantor dan baru akan kembali selepas maghrib.

    Dengan jilbab putih yang lebar serta jubah panjang bemotif bunga kecil berwarna biru serta kaus kaki berwarna krem, Mufidah menemui tamu suaminya itu bernama Hendri. Seorang laki-laki yang kerap bertamu ke rumahnya. Wajahnya tidak tampan namun tubuhnya terlihat tegap dan atletis.Usianya lebih muda dari suaminya ataupun dirinya hingga suaminya ataupun dia sendiri memanggilnya dengan sebutan dik Hendri. Sebetulnya Mufidah kurang menyukai laki-laki bernama Hendri itu, karena matanya yang jalang kalau melihatnya seakan hendak menelannya bulat-bulat sehingga dia lebih suka menghindar jika Hendri datang bertamu.

    Namun kali ini, Mufidah harus menemuinya karena Hendri ini adalah rekan suaminya, terpaksa Mufidah bersikap ramah kepadanya. Memang tidak mungkin untuk menyuruh Hendri kembali, ketika suaminya tidak ada di rumah seperti ini karena jauhnya rumah tamu suaminya ini. Akhirnya Mufidah mempersilahkan Hendri menunggu di ruang tamu sedangkan dia pergi ke dapur membuatkan minum untuk tamunya tersebut. Sore ini, suasana rumah Mufidah memang sangat sepi. Selain suaminya yang tidak ada di rumah, kedua anaknya pun sedang ngaji dan baru pulang menjelang maghrib nanti. Di dapur, Mufidah tengah menyiapkan minuman dan makanan kecil buat tamu suaminya yang tengah menunggu di ruang tamu.Tangan ibu muda ini tengah mengaduk gelas untuk minuman tamu suaminya ketika tanpa disadarinya, laki-laki tamu suaminya yang semula menunggu di ruang tamu tersebut menyelinap ke dapur menyusul Mufidah.

    Mufidah terpekik kaget, ketika dirasakannya tiba-tiba seorang lelaki memeluknya dari belakang. Wanita berjilbab lebar ini sangat kaget ketika menyadari yang memeluknya adalah Hendri tamu suaminya yang tengah dibikinkan minuman olehnya. Mufidah berupaya meronta namun tiba-tiba sebilah belati telah menempel di pipi wanita yang halus ini.Kemudian lelaki itu langsung mendekatkan mulutnya ke telinga Mufidah.

    “Maaf, Mbak Mufidah. Mbak Mufidah begitu cantik dan menggairahkan, aku harap Mbak jangan melawan atau berteriak atau belati ini akan merusak wajah ayu yang cantik ini”. desis Hendri dalam membuat Mufidah tak berkutik. Kilatan belati yang dibawa Hendri membuat wajah wanita berjilbab ini pucat pasi. Seumur hidupnya, baru kali ini Mufidah melihat pisau belati yang terlihat sangat tajam sehingga membuat wanita ini lemas ketakutan. Tubuh ibu muda berjilbab yang alim ini mengejang ketika dia merasakan kedua tangan Hendri itu menyusup ke balik jilbab lebarnya meremas-remas lembut kedua payudaranya yang tertutup jubah dan….. Lantas salah satu tangan Hendri lalu turun ke arah selangkangannya, meremas-remas kemaluannya dari luar jubah yang dipakainya.

    “Jangaan.. dik Hendrii..”desah Mufidah dengan gemetaran. Namun laki- laki ini tak perduli, kedua tangannya kian bernafsu meremas-remas buah dada serta selangkangan wanita alim berusia 31 tahun ini. Mufidah menggeliat-geliat menerima remasan laki-laki yang bukan suaminya ini dalam posisi membelakangi laki-laki itu.

    “Jangaan.. dik Hendrii….sebentar lagi anak-anakku pulang..” desah Mufidah masih dengan wajah ketakutan dan gelisah. Hendri terpengaruh dengan kata-kata Mufidah, diliriknya jam dinding yang terdapat pada dapur tersebut. dan memang selama sering bertamu di rumah ini Hendri mengetahui tak lama lagi kedua anak wanita yang tengah diperkosanya itu pulang dari ngaji. Laki-laki ini mengumpat pelan sebelum kemudian, Hendri berlutut di belakang Mufidah.

    Mufidah menggigil dengan tubuh mengejang ketika kemudian wanita kader ini merasakan tangan lelaki tamu suaminya itu merogoh lewat bagian bawah jubahnya, lalu menarik turun sekaligus rok dalam dan celana dalamnya. Lantas tanpa diduganya, Hendri menyingkap bagian bawah jubah birunya ke atas sampai ke pinggang. Ibu muda berjilbab lebar ini terpekik dengan wajah yang merah padam ketika menyadari bagian bawah tubuhnya kini telanjang.

    Sementara Hendri justru merasa takjub melihat istri rekan sekantornya ini dalam keadaan telanjang bagian bawah tubuhnya begitu menggairahkan. Sungguh, laki-laki ini tidak pernah menyangka kalau sore ini akan melihat tubuh istri Mas Syamsul yang selalu dilihatnya dalam keadaan berpakaian rapat kini ditelanjanginya. Pertama kali Hendri melihat Mufidah, laki-laki ini memang sudah tergetar dengan kecantikan wajah wanita berkulit putih keturunan ningrat ini walaupun sebenarnya Hendri juga sudah beristri, tapi apabila dibandingkan dengan Mufidah wajah istrinya nggak ada apa-apanya. Namun wanita yang selalu berpakaian rapat tertutup dengan jilbab yang lebar membuatnya segan juga karena Mufidah adalah istri temannya.

    Tetapi seringkalinya mereka bertemu membuat Hendri semakin terpikat dengan kecantikan istri mas Syamsul ini, bahkan walaupun Mufidah memakai pakaian jubah panjang dan jilbab yang lebar, Hendri dapat membayangkan kesintalan tubuh wanita ini melalui tonjolan kemontokan buah dadanya dan pantatnya yang bulat indah bahenol. Muka Mufidah merah padam ketika diliriknya, mata Hendri masih melotot melihat tubuh Mufidah yang setengah telanjang. Celana dalam dan rok dalam yang dipakai wanita berjilbab ini kini teronggok di bawah kakinya setelah ditarik turun oleh Hendri, sehingga wanita alim ini tidak lagi memakai celana dalam. Bentuk pinggul dan pantat wanita alim yang sintal ini sangat jelas terlihat oleh Hendri.

    Belahan pantat Mufidah yang telanjang terlihat sangat bulat, padat serta putih mulus tak bercacat membuat birahi laki-laki yang telah menggelegak sedari tadi kian menggelegak. Diantara belahan pantat Mufida terlihat kemaluan wanita istri rekannya yang sangat menggiurkan. “Mbak Mufidah..Kakimu direnggangkan dong. Aku ingin melihat memekmu…” kata Hendri masih sambil jongkok seraya menahan birahinya karena melihat bagian kehormatan istri rekannya yang cantik ini. Wanita itu menyerah total, ia merenggangkan kakinya. Dari bawah, lelaki itu menyaksikan pemandangan indah menakjubkan. Di pangkal paha wanita berjilbab ini tumbuh rambut kemaluannya, meski tak lebat namun terlihat rapi. Hendri kagum melihat kemaluan Mufidah yang begitu montok dan indah, beda sekali dengan kemaluan istrinya.

    “Jangaan..diik..hentikaaan…anak-anaku sebentar lagi pulang ” pinta Mufidah dengan suara bergetar menahan malu. Namun Hendri seolah tak mendengarnya justru tangan lelaki itu menguakkan bongkahan pantat istri Mufidah dan lidahnya mulai menyentuh anusnya. Mufidah menggeliat, tubuh ibu muda berjilbab ini mengejang ketika ia merasakan lidah lelaki itu menyusuri belahan pantatnya lantas menyusuri celah di pangkal pahanya Oh dik jajajangan…. Dengan bernafsu Hendri menguakkan bibir kemaluan Mufidah yang berwarna merah jambu dan lembab. Tubuh wanita ini mengejang lebih hebat lagi saat lidah lelaki itu menyeruak ke liang vaginanya. Tubuhnya bergetar ketika lidah itu menyapu klitorisnya. Semakin lama wanita berjilbab berusia 31 tahun ini tak kuasa menahan erangannya Oh yeah…Aaaagggh !, ketika bibir lelaki itu mengatup dan menyedot-nyedot klitorisnya. dan menit-menit selanjutnya Mufidah semakin mengerang berkelojotan oleh kenikmatan birahi ketika Hendra seakan mengunyah-ngunyah kemaluannya. Seumur hidupnya, Mufidah belum pernah diperlakukan seperti ini walaupun oleh mas Syamsul suaminya.

    “Hmmm…, memekmu enak…. Mbak Mufidah….” kata Hendrii sambil berdiri setelah puas menyantap kemaluan istri rekannya ini,dan tangan kirinya terus mengucek-ngucek kelamin Mufidah sambil berbisik ketelinga ibu muda itu….

    ”Mbak saya entotin ya, saya mau mbak merasakan hangatnya penisku” “Aihhhh…eungghhhh….jangan..ampun” Mufidah mengerang dengan mata mendelik, ketika sesuatu yang besar,panjang dan panas mulai menusuk kemaluannya melalui belakang. Tubuh wanita berjilbab berdarah ningrat itu mengejang antara rasa marah bercampur nikmat Mufidah meronta lemah disertai desahannya. Dengan buas Hendri menghujamkan batang penisnya

    “Mmmfff..oh oh. enak juga ngentot sama Mbak….. tanpa melepas bajunya ibu muda itu…. Hendri menyetubuhi isteri sahabatnya dari arah belakang, Hendri sambil menggerakkan pinggangnya maju mundur dengan napas terengah-engah menghentakan penis besarnya.

    Mufidah dapat merasakan penis Hendri yang kini tengah menusuk-nusuk liang kemaluannya, jauh lebih besar dan panjang dibanding penis suaminya. Tangan kiri lelaki itu membekap pangkal paha Mufidah, lalu jari tengahnya mulai menekan klitoris ibu muda berjilbab itu lantas dipilinnya dengan lembut, membuat wanita kader salah satu partai yang alim ini menggigit bibirnya disertai desahan nikmatnya. Mufidah tak kuasa menahan sensasi yang menekan dari dasar kesadarannya.Wanita berjilbab lebar ini mulai mendesah nikmat, apalagi tangan kanan lelaki itu kini menyusup ke balik jubahnya, lalu memilin-milin puting susunya yang peka…

    “Ayo Mbak Mufidah….ahhhh…jangan bohongi dirimu sendiri…nikmati…ahh….nikmati saja….” Hendri terus memaju mundurkan penisnya yang terjepit vagina ibu muda yang alim ini. Mufidah menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba melawan terpaan kenikmatan di tengah tekanan rasa malu. Tapi ia tak mampu. Mufidah mendesah nikmat dan tanpa sadar ia meracau

    “Oh besar sekali punyamu dik hendri…sakiiiit Oooh ampuuun… yeah ampuuun dik”. Hendri dengan gencar mengocok penisnya didalam vagina yang mulai basah sambil berbisik pada ibu muda itu.

    “Mana yang enak kontolku dengan punya mas Syamsul mbak”, Mufidah mulai meracau kembali seraya mengerang…”ooooh enak punyamu dik, besar dan panjang aduh dik ngilu oh mmmf Aaaagghh….” dan akhirnya wanita cantik ini menjerit kecil saat ia meraih puncak kenikmatan, sesuatu yang baru pertama kali ditemuinya walaupun 6 tahun dia telah menjalani pernikahan dengan mas Syamsul belum pernah Mufidah mendapatkan orgasme sedahsyat ini. Tubuh Mufidah langsung lunglai, tapi lelaki di belakangnya selangkah lagi akan sampai ke puncak. Hendri masih terus mengaduk vaginanya dengan kecepatan penuh. Lalu, dengan geraman panjang Hendri menusukkan penisnya sejauh mungkin ke dalam kemaluan ibu muda berjilbab ini.Kedua tangannya mencengkeram payudara Mufidah yang padat dan montok dengan kuat diremasnya.

    Mufidah yang masih dibuai gelombang kenikmatan, kembali merasakan sensasi aneh saat bagian dalam vaginanya disembur cairan hangat mani dari penis Hendri yang terasa banyak membanjiri liangnya. Mufidah kembali merintih mirip suara anak kucing, saat dengan perlahan Hendri menarik keluar penisnya yang lunglai. Begitu gelombang kenikmatan berlalu, kesadaran kembali memenuhi ruang pikiran wanita ini. Mufidah tersadar dan terisak dengan tangan bertumpu pada meja dapur.

    “Sudah, Mbak Mufidah nggak usah nangis! toh mbak Mufidah ikut menikmati juga, jangan ceritakan pada siapa-siapa kalau tidak mau nama baik suamimu tercemar dengan perselingkuhan kita !!” kata kata Hendri dengan nada tekanan keras sambil membenahi celananya.

    Mufidah diam saja, harga dirinya sebagai seorang istri dan wanita hancur. Wanita itu baru merapikan pakaiannya yang awut-awutan ketika, dilihatnya Hendri telah pergi dari dapur dan beberapa saat kemudian tanpa berpamitan, terdengar suara mobil Hendri berlalu meninggalkan halaman rumahnya. Mufida terisak menyesali nasib yang menimpanya,namun dia juga merasa malu betapa dia ikut menikmati juga ketika tamu suaminya itu menyetubuhinya sambil berdiri dari arah belakang tubuhnya dengan posisi menungging, Mufidah belum pernah melakukan hubungan intim bersama suaminya dengan posisi demikian itu, namun segera air mata yang menghiasi wajahnya buru-buru dihapusnya saat didengar suara kedua anaknya pulang. Dan sejak peristiwa perkosaan itu, ketika ia melakukan hubungan kelamin dengan suaminya Mufidah sudah tak bisa merasakan nikmat lagi saat ia melayani suaminya. Mufidah merasakan penis suaminya tidak ada apa apanya bila dibandingkan dengan punya hendri yang besar panjang, dan bayangan saat ia diperkosa oleh hendri membuat dirinya menuntut sesuatu yang dapat memberikan gelombang kenikmatan. Ia ingin suaminya bisa seperkasa hendri yang bisa melambungkan sukmanya saat mencapai puncak kenikmatan. Rasa menyesal saat diperkosa dan gejolak syahwat berkecamuk dalam batinnya membuat ibu muda itu merindukan kejantanan milik lelaki seperti Hendri, namun semuanya ia pendam sendiri seolah olah tidak ada kejadian apa apa bila berada didepan suaminya.Dua minggu setelah peristiwa itu Mufidah menerima telepon dari Hendri saat suaminya keluar kota.

    “ Halo mbak ! mas Syamsul pergi ke Semarang ya ?” Saya mau bertamu kerumah bolehkan. “ Brengsek kamu dik Hendri !” jawab Mufidah. Lho koq mbak marah…. mbak menikmati juga kejantananku saat itu. Lalu Mufidah memutuskan hubungan telepon, dengan tubuh gemetar dan perasaan tak menentu ia masuk kedalam kamar, ia khawatir Hendri pasti akan datang bertamu siang ini disaat anak anaknya berada disekolah dan suaminya tak ada dirumah. Hatinya berkecamuk antara menerima kunjungan hendri atau tidak, namun gejolak nafsunya menuntut sesuatu yang tak pernah didapatkan dari suaminya.

    Tiba tiba ketukkan pintu terdengar olehnya dan dengan gugup ia keluar dari kamar, langkahnya sedikit gemetar saat menuju pintu rumah.Ketika ia membuka pintu tampak seringai Hendri dengan sorot mata penuh nafsu saat menatap dirinya. Tanpa basa basi lagi Hendri langsung mengunci pintu rumahnya, dan Hendri telah mempunyai rencana agar isteri sahabatnya yang cantik ini akan selalu ketagihan dengan batang kejantanannya, dan Hendri akan menunjukan bagaimana memberikan kepuasan dalam permainan seks pada isteri sahabatnya. Saat Hendri mendekati tubuh wanita cantik ini kian gemetar dan dengan buasnya Hendri menciumi leher jenjang isteri sahabatnya, tubuh ibu muda itu mengejang ketika dengan sedikit kasar Hendri meremas remas pantatnya dan kekasaran itu membuat gejolak nafsu Mufidah menggelegak hingga lupa akan segala galanya. Matanya terbelalak saat dengan cepatnya Hendri sudah dalam keadaan telanjang dihadapannya, penisnya yang besar panjang mulai membesar. Dan dengan kasar Hendri melucuti pakaian Mufidah hingga keduanya sama sama telanjang yang tinggal hanya jilbabnya yang belum terlepas, karena Hendri akan lebih bergairah jika isteri sahabatnya saat digarap masih memakai jilbab. Kemudian Hendri mendudukan ibu muda itu di sofa, lalu disorongkan penisnya kewajah Mufidah dan digesekan kehidung perempuan itu.

    “ Ayo mbak cium dan jilati ini penis yang pernah memberikan kenikmatan ayo ayo !.” Saat itu Mufidah serasa akan muntah karena ia belum pernah mencium penis Hendri sedang penis suaminya belum pernah Mufidah menjilatinya, dan ini penis orang lain. Namun kali ini ia dengan terpaksa melakukan itu.

    “ Pegang ya mbak, dan gesek gesek dipipi, nah begitu cium mbak terus terus cium. Aroma batang penis itu mulai merangsang Mufidah dan tanpa sadar ia mulai menjilati penis Hendri dengan nafsu yang menggelegak dan ia merasakan sensasi baru memacu gairahnya, ia mulai merasakan penis itu kian membesar dalam mulutnya hingga mulutnya tak sanggup lagi untuk mengulum batang penis lelaki itu. Mufidah sudah bukan Mufidah yang dulu lagi sejak ia mengenal batang penis lelaki yang besar panjang

    ,…mmmfff mmmf……“ Oh oh yeah enak juga ngentot mulut mbak, ternyata mbak suka isep kontol besar ya “, dan kata kata kotor Hendri ditelinganya serasa indah terdengar dan nafsu Mufidah kian membuncah keubun ubun.

    Dik Hendri puaskanlah mbak….. bawalah mbak masuk kekamar oh dik cepatan…..setubuhi mbak seperti tempo hari…Aaaagggh..Ouuuh”Lalu Hendri membopong tubuh molek isteri sahabatnya naik keranjang, dan dengan buas Hendri menindihnya, dan ibu muda itu berkelojotan saat mulut Hendri mengulum putting susu yang masih segar dan jari jari Hendri merogoh liang vaginanya.

    Mufidah kian mengejang…. “Ooooh mmmf ampun Dik Hendri jangan….jangaaan mempermainkan mbak oh yeah mmf. Ayo dik Hendri berilah mbak nikmat kejantananmu….aaaaaampun.

    “ He heee sabar dong mbak, aku juga suka dengan memek mbak yang sempit ini, aku suka ngentotin memekmu, mana yang enak punyaku dengan punya mas Syamsul mbak….. “Enak punyamu dik.

    Mana yang besar dan panjang punyaku sama punya mas Syamsul….. Oh dik tolong dik cepat…. Bbbbbesar pppppunya muuu. Lalu dengan gemasnya Hendri menggigit kecil payudara indah milik Mufidah seraya batang penis besar itu menerobos masuk keliangnya yang sempit, walau ia sudah melahirkan anak dua namun serasa sempit buat ukuran penis besar Hendri. Mata ibu muda itu terbeliak keatas saat penis besar itu kandas didasar rahimnya dan kenikmatan seperti itu belum pernah ia dapatkan dari suaminya dan sekarang ia dapat merasakan dari penis orang lain selain suaminya, tubuhnya menggeletar hebat ketika dengan irama lambat dan terkadang cepat ayunan batang penis Hendri keluar masuk vaginanya.

    Kenikmatan demi kenikmatan serasa sampai ke ubun ubunnya….oh oh yeh enak eeeeeenak kontol besarmu dik Hendriiiiiiii oh ampun. Ia meracau tanpa sadar saking kenikmatan itu mendera dirinya. Mufidah bagaikan kuda betina liar saat dipacu oleh lelaki sahabat suaminya, ia melenguh seperti sapi disembelih karena nikmatnya, ia menangis dan menyesal karena selama ini ia telah tertipu oleh suaminya bahwa kenikmatan itu bisa ia dapatkan asalkan mas Syamsul tahu bagaimana caranya memberikan kepuasan kepadanya, dan ternyata suaminya adalah suami yang tidak mempunyai pengetahuan tentang urusan seks, itu yang membuat ia menangis, serta menyesal, terhina dan marah pada diri sendiri. Maka bagaikan banteng betina yang terluka ia pacu nafsu berahinya yang terpendam selama ini.

    “ Ayo dik nikmatilah tubuhku, setubuhilah aku sesukamu. Baik mbak yang cantik… kekasih binalku sekarang waktunya nikmatilah rasa kontol besar ini…mmmmf yeah, oh memek mbak legit rasanya. Dan Tubuh Mufidah melengkung saat ia mencapai puncak nirwana Ooooh enak tolooooong ampuuuuuun, biji mata Mufidah mendelik ia berkelonjotan saat semburan lahar panas Hendri dengan derasnya menyemprot dasar rahimnya, dan batang penis besar itu berkedut kedut didinding vaginanya.

    Selama 6 tahun perkawinannya dengan mas Syamsul baru ini ia merasakan begitu nikmatnya semburan air man lelaki hingga tubuhnya bergetar bagai kena aliran listri ribuan watt dan sukmanya serasa terbang melambung keawang awang.Hingga kini hubungan mereka telah berjalan 1 tahun tanpa diketahui oleh suaminya, karena mereka pintar memanfaatkan waktu serta merahasiakannya, kadang bila ada kesempatan mereka melakukan di hotel dan yang lebih berani lagi saat suaminya ada dirumah. Hendri pura pura berkunjung untuk bermain catur dengan suaminya, saat itu juga isterinya menyediakan minuman kopi buat suaminya dengan dibubuhi obat tidur yang sengaja dibawa Hendri, sehingga sewaktu suaminya bermain catur dengan hendri Syamsul tidak tahan lama karena mengantuk berat lalu masuk kedalam kamar.

    Mufidah berpura pura ikut tidur juga disamping suaminya agar suaminya tidak curiga dan ia katakan bahwa Hendri ingin menginap dirumahnya dan tidur di sofa ruang tamu. Pada saat suaminya telah tertidur pulas bagaikan orang mati, Mufidah disetubuhi oleh Hendri disamping suaminya, Mufidah berpacu dalam birahi hingga ia meringkik nikmat dengan tubuh berkelojotan disamping tubuh suami yang tertidur pulas, bahkan perbuatan yang demikian itu membuat sensasi aneh tersendiri bagi mereka berdua. Persetubuhan itu mereka lakukan hingga menjelang subuh.Ada sesuatu yang lebih membuat Mufidah amat terangsang nafsunya bila saat Hendri sekali kali datang berkunjung kerumahnya, dengan berpura minta diajarkan computer sama Hendri sementara suaminya duduk diruang keluarga sambil menikmati secangkir kopi, hanya dengan jarak beberapa meter, disitu ibu muda itu sedang belajar computer bersama Hendri, Mufidah merasa sangat terangsang hebat saat dengan sengaja Hendri menggesek gesekan batang penisnya yang menegang dari balik celana training ke lengan Mufidah yang sedang mengetik didepan monitor. Gesekan itu membuat sensasi aneh dalam dirinya ketika merasakan batang penis Hendri serasa mengeras dan tegang dipangkal lengannya, dan terkadang pula ia rasakan batang penis besar itu berdenyut denyut dipinggangnya saat dengan sengaja Hendri pindah membelakangi tubuhnya.

    Suaminya tidak merasa curiga sedikitpun karena Syamsul tahu bahwa isterinya sedang diberi pelajaran tentang mengakses computer, ia tidak menyadari bahwa isterinya sedang dirangsang oleh Hendri habis habisan. Tubuh Mufidah mulai menggeletar penuh nafsu dengan aksi yang dilakukan Hendri padanya. Karena sudah tak tahan lagi Mufida pergi keruang dapur membuat minuman dan Hendri pergi menuju toilet namun sesungguhnya Hendri ikut pula menyusul isteri sahabatnya kearah dapur, dari balik lemari makan yang besar itu mereka melakukan persetubuhan dengan berdiri dengan amat tergesa gesa saat sang suami wanita itu sedang menikmati secangkir kopi sambil membaca Koran. Syamsul tidak menyadari bahwa isterinya sedang disetubuhi habis habisan oleh Hendri dengan posisi berdiri.

    “Ooooh Hendri mmmmfff…..ampun dik Hen…, dengan buas Hendri mengayunkan pantat maju mundur menusukkan penis besarnya kedalam vagina ibu muda itu, sukma wanita cantik itu serasa terbang kelangit tinggi saat ia disetubuhi dengan cara demikian itu oleh Hendri sahabat suaminya, Mufidah belum pernah merasakan disetubuhi dengan cara berdiri dan tergesa gesa, dan ini yang membuat suatu kenikmatan tersendiri buat Mufidah saat ia digarap oleh Hendri sementara sang suami berada tak jauh darinya. Oooooh Hendri mbak keluaaar oh ampun dik, cepat dik hendri nanti ketahuan suamiku, namun Hendri tidak menghiraukannya, dengan perkasanya Hendri memacu kuda betinanya yang cantik ini sampai berkelojotan dengan biji mata mendelik keatas menikmati kocokan batang penis besar itu dalam vaginanya yang sempit,

    “Oooooh yeah memek mbak sempit legit, enaak rasanya”, aku akan lebih bergairah lagi bila aku dapat ngentot mbak bila disaksikan mas Syamsul. Hendri semakin terbuai sensasi saat ia dengan buasnya menyetubuhi isteri sahabatnya padahal Syamsul tak begitu jauh jaraknya dari tempat mereka bersetubuh. Dan dengan menggeram nikmat Hendri menyemprotkan air maninya kedalam vagina ibu muda itu, Mufidah mengejang dan mengerang bagaikan kucing betina yang mengeong lirih saat semburan lahar panas Hendri menerpa dasar rahimnya, tubuhnya bergetar dengan hebat dengan nafas serasa akan putus ketika batang kejantanan Hendri yang besar panjang berkedut kedut diliang memeknya

    …..oooohhh mmmmffff…enaaaaaaaaaaak, ampuuuuuun dik, kontolmu enak dan besar. Dan persetubuhan itu berakhir dengan sama sama mencapai puncak nirwana yang diraih dengan cara tergesa gesa penuh rasa sensasi. Dan akhirnya mereka berdua kembali keruang keluarga tanpa menimbulkan kecurigaan mas Syamsul. Sebelum keluar dari dapur Hendri sempat berbisik ketelinga ibu muda itu,

    “ Lain waktu aku akan ngentotin mbak lagi ya, seraya tangan Hendri meremas remas susu mengkal wanita cantik berdarah ningrat itu.Ketika Syamsul ditugaskan oleh atasannya untuk mengelola perkebunan disumatera, Mufidah terpaksa ikut dengan suaminya dan anak anak mereka dititipkan pada neneknya di Jogyakarta karena kedua anaknya harus tetap bersekolah. Dan ditempat pindah mereka yang baru itu adalah sebuah pulau kecil dimana penduduknya masih terbelakang pola pikirnya. Ditempat tugas barunya Syamsul mendapatkan sebuah rumah perkebunan yang lengkap dengan segala fasiltasnya. Mufidah merasa sangat senang menempati rumah itu, dengan suasana alam pedesaan, disini Mufidah bisa menghindar dari Hendri. Setelah tiga bulan berada dipulau terpencil itu, kehidupan rumah tangga Mufidah masih berjalan seperti biasanya hingga suatu hari Mas Syamsul menawarkan pada Mufidah seorang tukang kebun untuk merawat pekarangan rumah dinas yang ditempatinya dan sekalian sebagai penjaga rumah. Pak Renggo adalah seorang lelaki yang berusia 65 tahun namun tubuhnya masih nampak kekar dan berkulit hitam dengan rambutnya yang telah memutih.

    Pak Renggo adalah seorang lelaki pekerja keras ia hanya memiliki sebidang tanah yang selalu digarapnya sendiri dan ditanami sayur mayur untuk kebutuhan hidupnya sehari hari. Isteri pak Renggo telah tujuh tahun meninggal dunia kini ia hidup sendiri tanpa mempunyai anak. Ketika ia ditawari Syamsul untuk bekerja dirumah dinas perkebunan, pak Renggo dengan sangat senang hati menerimanya, apalagi pak Renggo diberi sebuah kamar dibelakang rumah dinas itu. Wajah lelaki tua itu nampak sangar mengerikan dalam pandangan Mufidah ketika pertama kali diperkenalkan oleh suaminya, namun lama kelamaan Mufidah sudah terbiasa berhadapan dengan pak Renggo yang berwajah jelek dan menyeramkan itu, apalagi pak Renggo orangnya sangat rajin membersihkan pekarangan rumah dan terkadang sering membantu Mufidah menanam bunga hingga rasa ketakutan Mufidah pada pak Renggo hilang dengan sendirinya karena sering bertemu setiap waktu. Mufidah tak menyadari ketika seringnya mata pak Renggo melirik buah dadanya saat ia berjongkok menggemburkan tanah tanaman bunga, buah dada Mufidah sangat menggiurkan bergelayut indah hingga membuat pak Renggo bergairah dan ingin meremas buah dada Mufidah yang mengkal itu. Namun pak Renggo tidak berani berbuat macam macam pada isteri pak Syamsul yang telah berbaik hati memberinya pekerjaan meskipun sebagai tukang kebun. Mufidah yang telah lama tidak merasakan hangatnya batang penis lelaki jantan seperti punya Hendri kini Mufidah sangat merindukan kehangatan itu. Suaminya mas Syamsul tak mampu bercinta dan cepat berejakulasi hingga membuat Mufidah frustrasi dan kecewa selalu. Disuatu senja Mufidah melihat pak Renggo seketika Mufidah langsung terkesima saat melihat pak Renggo kencing dibalik pohon nangka sedang memegang penisnya yang tergantung panjang dan besar seperti pisang tanduk.

    Mufidah mengintip dari balik kaca hitam jendela rumahnya, dengan tubuh menggeletar Mufidah memandang batang kejantanan pak Renggo yang berwajah sangar itu namun alat kelaminnya sungguh membuat Mufidah jadi menggelegak nafsu birahinya. Mufidah tidak ingat lagi setatus sosialnya yang berdarah ningrat dan sebagai seorang isteri sah mas Syamsul, saat itu yang terbayang dalam pikirannya betapa nikmatnya penis besar panjang itu bila mengaduk aduk dalam vaginanya. Pengalaman Mufidah saat disetubuhi oleh lelaki yang punya penis besar telah membangkitkan libidonya yang tertidur. Setelah selesai kencing, pak Renggo mengeringkan sisa air seninya dengan cara menggoyang goyangkan penisnya. Meskipun penis itu dalam keadaan lemas namun begitu panjang dan besar sekali. Mufidah lalu membayangkan bagaimana bila penis itu dalam keadaan ereksi.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Seks Aku Diajari Ngentot Oleh Tante Yosi – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Seks Aku Diajari Ngentot Oleh Tante Yosi – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1569 views

    Perawanku – Seperti biasa kali ini admin Perawanku akan membagikan cerita tentang Cerita Seks Aku Diajari Ngentot Oleh Tante Yosi. Yuk mari saja langsung kita simak cerita dewasa ini.

    “Tante, saya belum pernah gituan loh, tolong ajarin saya yah?” kataku.
    Karena saya sudah bernafsu sekali, akhirnya saya mendorong Tante jatuh ke ranjangnya. Dan kemudian saya membuka celana dalamnya yang berwarna hitam. Terlihat jelas klitorisnya sudah memerah dan liang kemaluannya sudah basah sekali di antara bulu–bulu halusnya. Lalu saya mulai menjilat–jilat kemaluan si Tante dengan pelan–pelan. “Ogh.. Don, pintar sekali yah kamu merangsang Tante..” dengan suara yang mendesah. “Wah.. natural tuh Tante, padahal saya belum pernah sampai sejauh ini loh..” jawabku. Tak terasa, tahu–tahu rambutku dijambaknya dan tiba–tiba tubuh tante mengejang dan aku merasakan ada cairan yang membanjiri kemaluannya, wah.. ternyata dia orgasme! Memang berbau aneh sih, cuma berhubung sudah dilanda nafsu, bau seperti apapun tentunya sudah tidak menjadi masalah.

    Setelah itu kami merubah posisi menjadi 69, posisi ini baru pertama kalinya saya rasakan, dan nikmatnya benar–benar luar biasa. Mulut Tante menjilati kemaluan saya yang sudah mulai basah dan begitupun mulut saya yang menjilat-jilat liang kemaluannya. Setelah kami puas melakukan oral seks, akhirnya Tante Yossie sekarang meminta saya untuk memasukan batang kemaluan saya ke dalam lubang kemaluannya.
    “Don.. ayoo dong, sekarang masukin yah, Tante sudah tidak tahan nih,” minta si Tante.
    “Wah.. saya takut kalo Tante hamil gimana..” tanyaku.
    “Nggak usah takut deh, Tante minum obat kok, pokoknya kamu tenang–tenang aja deh,” sambil berusaha meyakinkanku.

    Benar–benar nafsu setan sudah mempengaruhi saya, dan akhirnya saya nekad memasukan kemaluan saya ke dalam lubang kemaluannya. Oghh, nikmatnya. Walaupun sakitnya juga lumayan. Setelah akhirnya masuk, saya melakukan gerakan maju-mundur dengan pelan, karena masih terasa sakit. “Ahh.. dorong terus dong Don..” minta si Tante dengan suara yang sudah mendesah sekali. Mendengar desahannya saya menjadi semakin nafsu, dan saya mulai mendorong dengan kencang dan cepat walaupun rasa sakit juga terasa. Akhirnya saya mulai terbiasa dan mulai mendorong dengan cepat. Sementara itu tangan saya asyik meremas–remas payudaranya, sampai tiba–tiba tubuh Tante Yossie mengejang kembali. Astaga, ternyata dia orgasme yang kedua kalinya. Dan kemudian kami berganti posisi, saya di bawah dan dia di atas saya. Posisi ini adalah idaman saya kalau sedang bersenggama. Dan ternyata posisi pilihan saya ini memang tidak salah, benar–benar saya merasakan kenikmatan yang luar biasa dengan posisi ini. Sambil merasakan gerakan naik-turunnya pinggul si Tante, dan tangan saya tetap sibuk meremas payudaranya lagi.

    “Oh.. oh.. nikmat sekali Donniie..!” teriak si Tante.
    “Tante.. saya kayaknya sudah mau keluar nih..” kata saya.
    “Sabar yah Don.. tunggu sebentar lagi dong, Tante juga udah mau keluar lagi nih..” jawab si Tante.

    Akhirnya saya tidak kuat menahan lagi, dan keluarlah cairan mani saya di dalam liang kemaluan si Tante, begitu juga dengan si Tante. “Arghh..!” teriak si Tante Yossie. Tante Yossie kemudian mencakar pundak saya sementara saya memeluk badannya dengan erat sekali. Sungguh luar biasa rasanya, otot–otot kemaluannya benar–benar meremas batang kemaluanku. Setelah itu kami berdua letih dan langsung tidur saja di atas ranjangnya. Tanpa disadari setelah 3 jam tertidur, saya akhirnya bangun. Saya memakai baju saya kembali dan menuju ke dapur. Ketika di dapur saya melihat Tante Yossie dalam keadaan telanjang, mungkin dia sudah biasa seperti itu. Entah kenapa, tiba–tiba sekarang giliran saya yang nafsu melihat pinggulnya dari belakang. Tanpa bekata–kata, saya langsung memeluk Tante Yossie dari belakang, dan mulai lagi meremas–remas payudaranya dan pantatnya yang bahenol serta menciumi lehernya. Tante pun membalasnya dengan penuh nafsu juga. Tante langsung menciumi bibir saya, dan memeluk saya dengan erat.

    “Ih.. kamu ternyata nafsuan juga yah anaknya?” kataya sambil tertawa kecil.
    “Agh Tante bisa aja deh,” jawabku sambil menciumi bibirnya kembali.
    Saking nafsunya, saya mengajak untuk sekali lagi bersenggama dengan si Tante, dan si Tante setuju-setuju saja. Tanpa ada perintah dari Tante Yossie kali ini saya langsung membuka celana dan baju saya kembali, sehingga kami dalam keadaan telanjang kembali di dapurnya. Karena keadaan tempat kurang nyaman, maka kami hanya melakukannya dengan gaya doggie style.”Um.. dorong lebih keras lagi dong Don..” desahnya. Semakin nafsu saja aku mendengar desahannya yang menurut saya sangat seksi. Maka semakin keras juga sodokanku kepada si Tante, sementara itu tanganku menjamah semua bagian tubuhnya yang dapat saya jangkau.
    “Don.. mandi yuk?” mintanya.
    “Boleh deh Tante, berdua yah tapinya, terus Tante mandiin saya yah?” jawab saya.

    Akhirnya kami berdua yang telanjang menuju ke kamar mandi. Di kamar mandi saya mendudukkan Tante Yossie di atas wastafel, dan kemudian saya kembali menciumi kemaluannya yang mulai basah kembali. Dan Tante mulai terangsang kembali.
    “Hm.. nikmat sekali jilatanmu Don.. agghh..” desahnya.
    “Don.. kamu sering–sering ke sini dong..” katanya dengan nafas memburu.
    “Tante, kalo tahu ada service begini mah saya tiap hari kalau bisa juga mau,” jawabku sambil tersenyum.

    Setelah puas menjilatinya, saya memasukkan batang kemaluan saya kembali ke lubang kemaluan Tante Yossie. Kali ini, dorongan saya sudah semakin kuat, karena rasa sakit saya sudah mulai berkurang ataukah saya sudah mulai terbiasa yah? Bosan dengan gaya tersebut, saya duduk di atas kloset dan Tante Yossie saya dudukkan di atas saya, dan batang kemaluan saya kembali dibimbingnya masuk ke dalam lubang kemaluannya. Kali ini saya sudah mulai tidak terlalu merasakan sakit sama sekali, namun rasa nikmat lebih banyak terasa. Goyangan si Tante yang naik-turun yang makin lama makin cepat membuat akhirnya saya “KO” kembali, saya mengeluarkan air mani ke dalam lubang kemaluannya. Tante Yossie kemudian menjilati kemaluan saya yang sudah berlumuran dengan air mani, dihisapnya semua sampai bersih. Setelah itu kami mandi bersama.

    Setelah selesai mandi, Tante Yossie memasakkan makan malam untuk kami berdua, dan setelah itu saya pamitan untuk balik ke rumah. Setelah kajadian itu saya baru tahu bahwa kesepian seorang Tante dapat membawa nikmat juga kadang–kadang. Sampai sekarang kami masih sering bertemu dan melakukan bersetubuhan. Kami biasanya melakukan di apartmetnya di kala anaknya George sedang sekolah atau les. Dan sering juga Tante mem-booking hotel berbintang dan kami bertemu di kamar.

  • Cerita Sex Makin Nikmat Nafsu Yang Berbicara – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sex Makin Nikmat Nafsu Yang Berbicara – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1569 views

    Perawanku – kalau kita melihat dia mungkin juga bisa ngaceng dech kontol kita karena selain cantik juga sexi bentuk tubuh dan wajahnya juga pkoknya menyenangkan. Kehidupan keluarga di desa yg kurang mampu membuat Nakim berniat pergi merantau ke kota, disertai izin org tuanya Nakim pun menerima tawaranku utk pergi ke kota dan bekerja di toko kaset tanteku di jakarta.

    Sambil menunggu kberangkatan pegawai di toko tanteku yg ingin pulang kampung dan menikah, Nakim sementara tinggal dirumahku.

    Nakim memiliki tubuh yg tegap,dgn tinggi 155cm dan usia yg baru 14 tahun.

    Walaupun agak pendiam,Nakim tergolong anak yg penurut dan rajin.

    Sikap Nakim yg santun, mau belajar dan bertanya membuat istriku senang dgn kehadiran Nakim dirumah. Apalagi terkadang sifat lugu si Nakim kerap membuat istriku tertawa.

    Akupun simpatik dgn sikap dan sifat Nakim, sehingga aku tak sungkan utk ikut menyiapkan keperluan Nakim sebelum nanti berangkat kerumah tanteku.

    Baju kaos,kemeja, celana panjang, sampai celana pendek, entah baru dibeli maupun bekas dimasukkan ke kardus agar bisa Nakim bawa saat berangkat nanti.

    Tak ada hal yg negatif yg muncul dari kehadiran Nakim dirumahku. Andaikata ada, mungkin itu adalah tatapan Nakim yg agak tajam saat menangkap belahan dada istriku yg kadang tak sengaja terlihat saat membungkuk.

    Sering kutangkap moment itu yg kemudian membuatku akhirnya bertanya pada istriku.

    Ternyata istriku pun tahu dan juga menceritakan kejadian di siang hari waktu Nakim naik keatas bangku utk mengganti lampu dapur, dimana kala itu istriku yg memegangi bangkunya. Bisa kubayangkan apa yg dilihat Nakim, apalg kaos ketat dgn bagian dada rendah adalah kostumnya saat itu.

    Tambah lagi dgn Senyum dan cubitan istriku saat bercerita, jadi tanda bhw hal2 tadi terkadang juga disengaja oleh istriku.

    Jgn marah ya,pa..abis lucu liat mukanya,goda istriku.Aku cuma bisa mesem saja.

    Hal itu membuatku juga jd iseng mau mengetes si Nakim.

    Suatu malam,istriku sudah tidur duluan dikamarnya, seperti biasa Nakim dan aku msh menonton Tv.

    bosen ya,kim..acaranya gini2 aja,ujarku santai.

    iya yah,mas..aku jg ga ngerti filmnya nyeritain apa,sahut Nakim.

    kita nyetel DVD aja ya,kim,kataku sambil bangkit dr dudukku.

    emang pilem apa,mas ?,tanya Nakim dgn nada bersemangat.

    pilem org gede..,jwbku sambil nyengir.

    Nakim manggut2 saja, tp kulihat ada tanda paham dari wajahnya.

    Ku setel salah satu koleksi Miyabi ku dan ambil posisi duduk bersampingan dgn Nakim.

    Kusulut sebatang rokok berbarengan dgn adegan film yg sudah dimulai.

    Maria Ozawa yg cantik mulai berlenggak lenggok di layar kaca, menunjukkan keseksiannya didepan dua orang laki2 sbg lawannya di film ini.

    Ada rasa lucu didalam pikiranku,sejak 20menit film berjalan, Nakim diam saja, matanya tak lepas dari Tv didepannya, apalg saat adegan blow job yg ditampilkan sang Miyabi, nafas Nakim kulihat agak berat, kedua kakinya menjepit rapat.

    pernah nonton pilem ginian ga,kim ?,ujarku menyela.

    udah pernah,mas..dulu dirmh temen, tp artisnya orang barat,jwb Nakim tetap dgn nada yg sopan.

    ooh,baguslah..ga pa2 kok,udah gede,jwbku cepat.

    Nakim kembali lagi menatap layar Tv, kini terlihat sang artis sdg menikmati jilatan pada vaginanya sambil terus memberi blow job. Untuk melayani dua org laki2, artis satu ini termasuk sudah sangat berpengalaman.

    suka ngocok,kim ?,tanyaku langsung saja.

    Nakim agak kaget mendengar pertanyaanku,tp ia tetap brusaha tersenyum.

    eh iya, mas..pernah,jwb Nakim agak malu.

    kamu ampe ngempet gt,ujarku pelan.

    Nakim spontan membuka kakinya. Kulihat ia berusaha menutupi rasa malunya dgn merapikan posisi duduknya menjadi bersila.

    ga apa2,kim..mas juga dulu gitu,ujarku santai.

    Nakim pun tersenyum lagi dan mengangguk pelan.

    Selanjutnya kuciptakan obrolan akrab agar dia tak grogi, skalian mengorek kebiasaan serta berapa besar ketertarikan Nakim trhadap yg namanya seks.

    Sengaja kuselipkan sosok istriku dalam obrolan utk melihat respon si Nakim. Dan saat kubahas mengenai buah dada istriku yg montok,kulihat Nakim manggut2 sambil nyengir.

    pasti kamu pernah ga sengaja liat, kim,pancingku pada Nakim.

    iya,mas..emang montok,jwb Nakim pelan.

    Aku dan Nakim pun tertawa kecil.

    penasaran ya,kim,godaku sambil nyengir.

    Nakim tak menjawab, tp cengirannya sudah jadi tanda bhw ia setuju dgn ucapanku.

    Kulanjut obrolanku supaya Nakim bisa tambah berani mengungkapkan gairah seksnya.

    Dari situ akhirnya aku tahu kalau dia sering onani, dan sering ngintip sepupu perempuannya waktu di kampung. Walau demikian,dia belum pernah ML dgn gadis manapun alias masih perjaka.

    Lain cerita kalau meraba payudara, biarpun agak malu2, ia mengakui pernah meremas payudara seorang gadis yg jadi temannya mengaji waktu di kampung ada hajatan yg menggelar layar tancap.

    Dan yg terpenting dan terdengar agak menggelitik adalah saat ia menceritakan istriku yg pernah memakai tanktop tanpa bra sehingga puting susunya terlihat menantang.

    Aku tersenyum mendengar cerita itu dan yakin sekali kalau kejadian itu pasti disengaja istriku.

    ga apa2,kim..ga usah malu, yg penting kamu kan ga kurang ajar, yg namanya keliatan, ya nikmati aja,ujarku dgn nada dewasa agar Nakim tdk kuatir dgn apa yg telah ia ceritakan kepadaku.

    kamu berarti hobi ngintip ya?,kataku melanjutkan obrolan.

    yah,itu juga kalo ada selanya,mas,jwb Nakim yg nampak lbh santai dari sebelumnya.
    Aku tersenyum dan otakku terinspirasi jawaban si Nakim.

    hbs nonton ginian juga pasti langsung ngajakin mbaknya maen,ujarku sambil menyulut lg rokokku.
    Nakim nyengir lebar,ya iyalah,mas

    Aku bangkit kearah Tv, kumatikan film yg sedang berlangsung, Nakim menatapku tak mengerti, apalg saat kumatikan semua lampu2 yg biasa padam diwaktu malam.

    Setelah itu kududuk lg disebelah Nakim yg masih bengong.

    mas mau masuk kamar yah..nanti pintu kamar ga aku tutup semua,ucapku setengah berbisik.
    Nakim agak terkejut, jelas sekali ia tak menyangka dgn apa yg ku ucapkan.

    tapi,mas..,jwb Nakim ragu2.

    ga apa2, udah gede, biar tahu caranya,sahutku dgn nada dewasa.

    Nakim mengangguk pelan. Aku pun mengedipkan mataku agar Nakim bisa kembali rileks. Kumatikan rokok yg baru kunyalakan tadi di asbak dan bangkit berjalan masuk ke kamar tidur.

    Kubangunkan istriku dgn kecupan lembut disertai dgn belaian dirambutnya.

    Mama,aku pengen nih,bisikku sambil mencumbu lehernya.

    Sambil menggeliatkan tubuhnya, istriku menoleh kearah pintu yg setengah terbuka. Aku tahu itu dan segera mengedipkan mata,memberi kode kepada istriku. Satu cubitan kecil jadi pertanda bhw ia mengerti maksudku. Perlahan diraih bahuku dan mulai menenggelamkan diri kedalam permainan.
    Sambil mengulum bibir istriku kubuka kancing baju tidurnya satu persatu dan dgn perlahan kepalaku mulai turun ke dadanya.

    Kujelajahi daging kenyal yg montok milik istriku dgn menjilati kulit halusnya, pelan tapi pasti hingga akhirnya terpusat ke puting susunya yg tegang terangsang.

    Belum kulihat ada tanda2 org mengintip dari arah pintu kamar, sementara itu nampaknya istriku sudah mulai membalas rangsanganku dgn gigitan2 kecil didadaku dan beringsut makin kebawah.

    Kuambil posisi duduk bersandar pada tumpukan bantal saat istriku mulai menjilati perutku dan perlahan menurunkan celana pendek yg kukenakan.

    Rasa gemas dan gairah membuatku tak sabar, kuloloskan saja sekalian celana yg kupakai hingga kini tampaklah penisku yg tegang menantang.

    Merespon tindakanku, istriku pun mulai melancarkan serangannya pada batang penisku.

    Diawali dgn satu jilatan kecil yg menyapu lendir bening dikepala penis, disusul dgn jilatan lembut pada bagian batang hingga kebawah, istriku memulas penisku dgn mulutnya sedemikian telaten hingga kemudian dgn lembut ia memasukkan penisku kedalam mulutnya.

    Dgn perlahan kepala istriku pun mulai turun naik, jilatan2 kecil diujung kepala penis didalam mulutnya,tambah lagi hisapan lembut dari mulutnya membuatku terlena.

    Mungkin itulah yg membuatku baru tersadar bhw dipintu kamar sudah ada sepasang mata yg mengintip permainanku dgn istri.

    Kurasa istriku lebih dulu menyadari itu sehingga ia memberiku cubitan khasnya sambil terus melakukan blow job.

    Lenguhan dari mulut istriku yg melumat penisku, diiringi rasa nikmat yg kurasakan mengembalikan fokusku pada permainan.

    Kuangkat kepala istriku agar bisa kulumat bibirnya, tanganku kembali bermain di dadanya yg kini terbuka dan nampak begitu menggairahkan tertimpa cahaya lampu tidur yg remang2.

    Desahan istriku pun terdengar hebat, apalg saat mulutku kembali merangsang puting susunya yg kenyal. Nampak tangan istriku perlahan menurunkan celana tidurnya.

    Tanganku cepat kebawah menyambut gairah istriku, belahan vaginanya yg basah kini jadi sasaran jari2 ku.

    Dengan puting dihisap dan permainan jariku di vaginanya,istriku terus mendesah sambil meremas rambutku.

    pa, udah dong, kapan nih,tiba2 istriku merajuk.

    Tak segera menjawab, kusempatkan mataku utk melirik kearah pintu, satu bayangan kepala kulihat disana. Aku yakin Nakim sudah betah dgn apa yg diintipnya.

    Dorongan kecil membuat tubuhku kembali tersandar di tumpukan bantal dibelakangku.

    Istriku melumat bibirku dgn nafsu. Tubuhnya menyusun posisi, dan tekanan telapak tangannya didadaku seakanakan melarangku bergerak. Perlahan dalam cumbuan istriku, kurasakan satu liang lembab dan hangat kini perlahan menelan batang penisku, memulas dgn denyutnya, terus kebawah hingga masuk seluruhnya.

    Aku menarik nafas sambil bersiap untuk menerima penetrasi.

    Dgn tatapan lembut dan menantang, istriku pun mulai menari. Naik turun pinggulnya benar2 membuatku serasa jadi raja.

    Tak segan tanganku meraih buah dadanya yg tersentaksentak akibat gerakan tubuhnya.
    Sesekali istriku terhenti dan menarik kepalaku ke dadanya sambil menekan penisku dalam2 ke vaginanya, saat itulah didalam vaginanya, penisku seperti dilumuri lendir hangat. Beberapa saat istriku seperti melayang dalam nikmatnya utk kemudian mengayun lagi.

    Melihat peluh istriku yg menetes didorong juga oleh hasrat ingin membalas, kupeluk istriku, kuatur kedua kakinya dan perlahan kuarahkan ia agar berbaring. Dan akupun mulai bekerja.
    Dengan irama yg teratur, diselingi sentakan dan tekanan pada vagina istriku, kubuat istriku makin terlena.

    papa, ayo bareng2?,ucap istriku merajuk.

    iya,sayang..bentar yah,jwbku sambil mencium kening istriku.

    Tetap kuteruskan ayunan pinggulku, ku lesakkan terus menerus penisku ke vaginanya.

    Sampai pada satu titik, kurebahkan dadaku hingga menempel di dada istriku, kuatur kakiku lurus sejajar dgn istriku.

    Istriku mengerti dan memeluk pinggangku dgn kedua tangannya.

    Dgn gerakan yg seirama, kami berdua berjuang mencari satu titik yg sama.Titik yg jadi final dari tiap percintaan. Dan saat kami menemukan, kami berdua pun terbang bersamasama, beberapa saat kami seperti lupa dan terus menikmati sampai akhirnya mereda.

    Kecupan kecil dikening istriku sudah jadi kbiasaan yg kulakukan tiap selesai bercinta.

    Perlahan ku turun dari tubuh istriku yg masih terkulai lelah. Sambil memberi selimut, kukedipkan mata kepada istriku sambil beranjak keluar.

    aku ke kamar mandi duluan ya,ma,suaraku agak lantang mengiringi langkahku menuju pintu kamar.
    Diluar kamar,ternyata Nakim sudah berdiri didepan pintu kamar mandi menungguku.

    gimana,kim?,tanyaku berbisik.

    Nakim tak mau bersuara krn takut terdengar, dia hanya mengangkat jempolnya sambil menunjukkan wajah salut.

    Aku mengerti dan pasang senyum,ya udah, tidur gih, besok aja bahasnya,ucapku masih berbisik. Nakim mengangguk, pelan2 dia masuk ke kamarnya sendiri.Tak lupa ia agak membungkuk sbg tanda dia pamit masuk kamar.

    Tak berlamalama lagi kuteruskan niatku ke kamar mandi, disusul oleh istriku yg juga mau bersih2. Baru kemudian kembali ke kamar dan tidur.

    Selang seharian aku tetap berangkat kerja seperti biasa sehingga blm sempat menanyakan kesan dan komentar Nakim atas kejadian semalam. Namun saat jam makan siang lewat telpon istriku menjelaskan kalau sikap Nakim tampak biasa saja, malah jadi lebih malu2 dibanding sebelumnya.

    pokoknya kamu tenang aja,pa..ini aku habis ngetes lagi nih,ujar istriku ditelpon.

    ngetes apaan ?,tanyaku heran.

    pokoknya nanti pulang aku kasih tau kamu,jwb istriku singkat sebelum pembicaraan lewat telepon ini berakhir.

    Sekitar pukul setengah enam aku sampai rumah,setelah mandi dan makan, istriku meminta diantar ke apotik utk membeli antibiotik, sementara itu kulihat Nakim bersikap seperti biasa.

    Setelah belanja obat,istriku mengajak aku mampir utk minum es campur kesukaannya.

    Sambil menikmati es campur, istriku pun bercerita bhw tadi siang dia sengaja memakai kaos ketat tanpa bra dan nonton Tv bersama Nakim.

    Dan istriku pura2 tertidur diatas kasur tipis didepan Tv,dimana ia sengaja mengatur posisi terlentang agar bagian dadanya yg tanpa bra bisa terlihat oleh Nakim.

    Dan dlm posisi pura2 tidur itulah istriku membiarkan Nakim yg ternyata berani membelai dada istriku. Menurut istriku, Nakim cukup lama membelai dada dan memainkan puting istriku yg menonjol di kaos ketatnya.

    Istriku bercerita dgn nada lucu, sehingga aku jadi ikutan tertawa.

    nah,kamu nakal yah,godaku pada istri.

    habis anaknya ngegregetin,sahut istriku mencibir.

    huuu, demen yah,kataku sambil mencubit dagu istriku.

    kaya ga cemburu aja kamunya,jwb istriku cepat.

    tergantung..,ucapku sambil menatap wajah istriku.

    tergantung apaan?,tanya istriku.

    tergantung kamu ngapain,sahutku nyengir.

    alaaa,nanti kamu ngambek,goda istriku.

    emang kamu mau ngapain?,tanyaku.

    Istriku tertawa kecil. Dan matanya menatap ke wajahku lamat2.

    papa maunya aku ngapain?,tanya istriku sambil senyum menggodaku.

    wah,ga tau ya,ma..,jwbku bingung.

    emang kalo aku ngapa2in,kamu ga marah?,tanya istriku masih dgn nada menggoda.

    marah dong, apalagi aku ga tau,jwbku cepat.

    kalo kamunya tau, boleh dong?,tanya istriku makin berani.

    Aku tak menjawab dan mengajak istriku bergegas pulang. Istriku tertawa menggodaku, aku pun ikut tertawa.

    Sampai dirumah, Nakim spt biasa membukakan pintu,menyambut kami dgn santunnya. Setelah kejadian tadi malam apalg tadi siang, Nakim nampak pandai dalam bersikap.

    Setelah menutup pintu pagar, Nakim langsung sigap menyapu teras rumah.Kususul istriku yg sudah masuk ke kamarnya.

    Senyumanku dibalas cibiran oleh istriku. Kulihat ia bersiap utk mandi. Baju tidur model terusan berbahan lembut sudah ia siapkan ditepi ranjang.

    ma, kamu nanti pura2 mabuk bisa ga?,tanyaku sambil senyum.

    pura2 mabuk gimana?,ucap istriku bingung.

    pura2 mabuk obat perangsang gitu..jd kamu kaya fly, tp tetap ada respon,jelasku tetap mengulum senyum.

    Istriku tampak berpikir sebentar utk mencerna kalimatku.

    maksud kamu buat,istriku berujar agak sangsi.

    ya iyalah, pokoknya kalo nanti kamu disuguhin teh manis, selang berapa menit, kamu awali dgn pusing aja,jwbku cepat.

    Istriku nyengir, cubitannya pun mulai beraksi.

    tapi kan susah juga lho,pa,ujar istriku.

    ga usah ribet, targetnya juga ga ngerti kok soal mabuk2 gitu,jwbku.

    pokoknya kamu atur setelah minum teh manis,ok,kataku sambil mencolek dagu istriku.

    Istriku mencibir dan mulai bergegas utk mandi. Akupun menghampiri meja rias di kamar utk mencari botol obat tetes mata yg terakhir kulihat sudah hampir habis.

    Dengan cepat kubawa botol kecil itu ke dapur, segera kucuci bersih dan kuganti isinya dgn air putih biasa.

    Selesai itu, dgn langkah cepat, kuhampiri Nakim yg sekarang sedang mengepel lantai teras depan.
    Kim, bentar deh,panggilku dgn nada santai.Nakim pun menghampiri.

    habis ini kamu bikinin teh manis buat mbak, bisa kan?,tanyaku agak berbisik.

    bisalah,mas,jwb Nakim cepat.

    Nah, kamu masukin ini kedalam teh manisnya,tambahku sambil memberikan botol kecil bekas obat tetes mata kepada Nakim.

    apaan nih,Mas?,tanya Nakim heran.

    obat perangsang,udah..lakuin aja,ok,jwbku singkat.

    Nakim masih ragu tapi senyum tipis terlihat saat mendengar jawabanku.

    oke deh,mas,kata Nakim sambil manggut2.

    tuang aja semua, biar makin mantep,ujarku menambahkan.

    Nakim mengangguk tanda mengerti dan memasukkan botol kecil tadi ke saku celananya.

    Akupun masuk kedalam rumah dan duduk didepan Tv,tak berapa lama terdengar suara langkah istriku keluar dari kamar mandi yg kemudian menuju ke kamar tidur.

    Dari teras depan, Nakim langsung ke dapur, tak lama kemudian terdengarlah suara sendok mengaduk pertanda Nakim telah membuat teh manis utk disuguhkan ke istriku.Diletakkan teh manis tadi diatas meja makan sambil mengangkat jempolnya kepadaku. Aku mengangguk sambil tersenyum.

    Tak lama kemudian, muncullah istriku dgn baju tidur terusan bertali kecil dan berwarna pink yg tadi ia sudah siapkan.

    wah,Nakim tau aja..belum diminta,udah dibikinin,ucap istriku segar mengomentari segelas teh manis hangat diatas meja.

    iya,mbak..,jwb Nakim agak tersendat. Matanya melirik sebentar kepadaku.Kubalas lirikannya dgn satu kedipan mata.

    Kulihat istriku pelan meminum teh manis buatan Nakim yg masih agak panas. Belum habis semua, dibawanya gelas teh itu dan duduk disampingku.

    Kusetel Tv utk memberi kesan santai.

    kita nonton Tv,kim..,ajakku dgn nada rileks.

    Nakim senyum dan ikut duduk agak jauh dariku,matanya tertuju kearah Tv sambil sesekali melirik istriku yg juga menatap Tv sambil meminum teh manis sedikit demi sedikit.

    Bra merah yg terbungkus baju warna pink menampakkan kesan seksi pada penampilan istriku malam ini.Kurasa itu juga yg jadi perhatian Nakim saat melirik istriku, apalg mengingat tadi siang ia sudah meraba dada istriku yg pura2 tertidur, pasti sensasinya masih terbayang di benak Nakim.

    Istriku melirik kearahku saat segelas teh manis di tangannya telah habis ia minum.Sebentar ia bangkit ke dapur utk menaruh gelas kosong ditempat cucian piring, dan kembali duduk disampingku sambil terus menatap acara Tv didepannya.

    Kulirik Nakim yg kurasa juga melihat hal itu, dan kini yg kulakukan adalah menunggu istriku beraksi.
    Kurang lebih 15menit kemudian, istriku pun memulai.

    kepalaku kok puyeng ya,pa,ujar istriku

    kok bisa?,sahutku pendek sambil melirik Nakim.Nakim pun menatapku.

    Perlahan istriku menyandarkan kepalanya dibahuku.

    pijitin kepalanya,pa,ucap istriku dgn nada merajuk.

    Kuatur posisi agar bisa menunaikan permintaan istriku. Kupijat keningnya pelan dan sementara sengaja kuatur sedemikian rupa menggesergeser tali kecil baju tidur istriku agar lolos dari pundaknya.

    Sesekali kulirik Nakim yg dari wajahnya sudah mulai tegang.Apalg waktu tali kecil dipundak istriku lolos turun dari tempatnya. Dgn begitu belahan dada istriku yg dibalut bra merah jadi lebih terlihat daripada sebelumnya.

    Pijatanku mulai turun ke tengkuk istriku, mata istriku nampak terpejam dan bergerak seperti gontai, kudekatkan wajahku ke telinga kirinya, agar ia bisa merasakan hembusan lembut dari nafasku.

    Terdengar desahan manja dari mulut istriku yg kemudian semakin merapatkan tubuhnya kepadaku. Utk seorang Nakim yg masih lugu, kurasa sikap istriku sudah cukup meyakinkan.

    Kulirik Nakim yg tak henti2nya menatap istriku yg kini seperti lemah tak berdaya, senyum kecil terulas kearahku saat ia lihat istriku tak sadar waktu telapak tangan kananku mulai membelai dada montoknya. Tak segan sesekali kuremas dgn lembut dada istriku utk meyakinkan Nakim bhw obat perangsang yg ia taruh dalam teh manis tadi sudah bekerja.

    Kuberi isyarat agar Nakim mendekat, ia pun menurut, kini tubuh istriku berada tepat didepannya. Remasanku di dada montok istriku pun lbh jelas terlihat. Sedangkan istriku bersikap spt orang ketiduran, sesekali saja desahannya terdengar pelan mengiringi rangsangan yg kuberikan kepadanya.

    Melihat mata istriku yg terpejam, Nakim tak malu2 lagi menatap tubuh istriku.

    Kusingkap lagi bagian depan baju istriku, Nakim nampak makin bernafsu.

    Kuarahkan belaianku lebih kedalam, istriku menggeliat pelan, bibirnya membuka mengeluarkan desahan lembut yg semakin membangkitkan gairah.

    Kuberi kode buat Nakim memberi tawaran kepada Nakim agar ikut menyentuh dada montok istriku.
    Nakim mengulas senyum tipis. Dgn pelan, tangannya pun mulai terulur kearah belahan dada istriku, kuturunkan jemariku membiarkan Nakim bermain di dada istriku. Sbg gantinya, ku beri kecupan2 kecil di leher istriku.

    Istriku menggeliat lagi. Segera kutangkap bibir merahnya dgn bibirku, bersamaan dgn itu Nakim pun meremas dada istriku dgn telapak tangannya.

    Remasan Nakim membuat buah dada istriku tergerak naik jadi hampir keluar dari balutan bra merahnya. Melihat itu Nakim makin semangat, nafasnya memburu, Nakim pun semakin berani. Tangan kirinya mulai membelai paha istriku sementara tangan kanannya sudah mulai bermain di puting istriku yg kini mencuat keluar dari bra merahnya yg turun akibat remasan tadi.

    Desah istriku makin jelas terdengar, Nakim tambah bernafsu, apalg saat melihat istriku menciumi leherku dgn mata terpejam. Kukedipkan mataku skali lagi pada Nakim. Senyum tipisnya kembali terulas, namun kini bercampur aduk dgn gejolak gairahnya yg menyala.

    Kulumat lagi bibir istriku sambil perlahan mengatur posisi agar Nakim lebih leluasa menikmati dada istriku. Benar saja, tanpa ragu lagi, Nakim pun menggerakkan kepalanya kedepan dan dgn gemas menangkap puting susu istriku yg menegang dgn mulutnya.

    Istriku sempat tersentak menerima rangsangan itu. Rasa nikmat menjalari tubuhnya kian dalam, tangannya pun meraih kepala Nakim yg sedang terbenam didadanya. Nakim sempat melirik kepadaku, kurespon dgn mengangkat jempolku sesaat. Tampaknya Nakim yakin dgn iming2 obat perangsang pemberianku yg telah ia tuang di teh manis yg diminum istriku. Ia pun kembali membenamkan wajahnya ke dada istriku dan membasuh kenyalnya dada montok istriku dgn lidahnya.

    Tangan istriku meremas rambut Nakim, sementara itu bibirnya menciumi leherku. Tangan Nakim yg tadi membelaibelai paha istriku pun kini sudah mulai naik keatas, menuju daerah lembab di selangkangan.

    enak ga,ma?,tanyaku mesra.

    uuh,papa jahat,jwb istriku ditengah gairahnya. Matanya setengah terpejam dan kulihat ia sebentar melirik Nakim yg makin terlena didadanya.

    Sekali lagi istriku tersentak, jari2 Nakim ternyata telah sampai di tujuannya,perlahan masuk ke balik celana dalam istriku dan mulai bermain disana.

    Menyesuaikan permainan Nakim, kuarahkan istriku agar berbaring, dgn begitu tangan Nakim bisa bebas bermain di vagina istriku.

    Dengan posisi terlentang begitu, berganti aku yg memberi rangsangan di dada istriku, sementara Nakim kubiarkan menjelajahi vagina istriku dgn jemarinya.

    Tak henti2nya istriku mendesah sampai satu pekikan kecil pun terdengar saat celana dalamnya disingkap dan jari Nakim menyeruak masuk ke liang vaginanya. Tanpa rasa malu lagi Nakim pun tak segan sesekali menggunakan mulutnya utk memberi rangsangan di daerah itu.

    buka ya,ma,ujarku lembut pada istriku yg cuma dijwb dgn anggukan pelan.

    Kuberi isyarat pada Nakim, Nakim pun mengerti dan perlahan membuka celana dalam istriku.

    Melihat liang kenikmatan didepan matanya, Nakim seperti gelap mata, tak ayal lagi kepalanya maju utk mencicipi vagina istriku dgn mulutnya.

    Hal ini tentu diluar dugaan, lidah Nakim yg liar menjilati vagina istriku dgn rakusnya. Istriku lagi2 tersentak menerima rangsangan yg dilancarkan Nakim di vaginanya.

    Rasa nafsu mulai menguasaiku, kukeluarkan penisku dari celana yg cepat diraih oleh istriku diiringi desahnya yg kian rapat.

    Perlahan mulai kuatur lagi posisi dudukku, mendekatkan penisku ke wajah istriku. Merasakan gelagat itu,istriku sempat membuka matanya dan menatap ku tajam, tp ku tak terlalu menghiraukan, dgn lembut kubelai rambut istriku dan menempelkan ujung penisku dibibirnya.

    Lumatan Nakim yg liar membuyarkan tatapan istriku, gejolak nafsu kembali melanda, dgn menoleh ke kiri,diraihlah penisku masuk ke mulutnya.

    Kepala dan pinggul istriku terjebak dalam sensasi nikmatnya memberi dan menerima. Mungkin ia pun sudah lupa rencana awal yg mana dia harus bersikap spt orang mabuk, yg kulihat kini nafsunya yg bicara.

    Setelah puas menjilati selangkangan istriku, Nakim mengangkat kepalanya, cepat kuulur tanganku dan mengirim jariku utk bermain di vagina istriku. Hal itu sengaja kulakukan agar tak ada yg hilang dari sensasi yg dirasakan istriku, sementara kuberi isyarat agar Nakim berganti posisi.

    Nakim pun pindah kini ke sebelah kanan tubuh istriku, kuberi isyarat lagi pada anak itu utk membuka celananya. Pertama Nakim tampak ragu, namun tatapan mataku membuatnya memilih utk menurut saja.

    Nakim membuka celananya, tampak penis Nakim yg tak terlalu besar namun sudah sangat tegang.
    bentar ya,ma,ucapku mesra sambil memundurkan pantatku agar penisku keluar dari mulut istriku. Istriku mengeluarkan desahan merajuk, ku arahkan kepalanya dgn lembut kearah kanan, Nakim menatapku seakan tak percaya.

    Dgn mata setengah terpejam istriku memecah kebisuan dgn meraih penis Nakim masuk ke mulutnya. Kulihat Nakim mengejang. Nafasnya makin memburu. Kini lebih mirip orang megap2. Bersahut2an dgn lenguhan dari mulut istriku yg sedang melumat penisnya.

    Melihat itu kurasa sudah waktunya aku bekerja, cepat ku ambil posisi setengah duduk diantara kedua paha istriku dan menggapai dada istriku dgn telapak tanganku, perlahan tapi pasti, ujung penisku mencari sarangnya.

    Pada satu titik yg hangat, penisku pun menyeruak masuk, rasa hangat meliputi penisku yg makin dalam menyusup. Kuteruskan dgn perlahan, dan kuberi tekanan saat benar2 masuk seluruhnya.

    Lenguhan nikmat keluar dari mulut istriku yg tersumpal oleh penis Nakim. Dgn penuh perasaan akupun memulai tugasku. Kuayun pinggulku dgn ritme pelan sambil sesekali memberi sentakan.

    Sensasi memberi dan menerima kembali istriku rasakan. Ia terus berusaha memberi kocokan pada penis Nakim dgn mulutnya, sementara itu penisku terus bermain mundur maju di vaginanya.

    Tak lama kemudian tiba2 Nakim menengadah. Terdengar lenguhan istriku seperti terkejut. Tangan Nakim menahan kepala istriku dgn kuatnya, desis dari mulut Nakim terdengar parau. Hingga beberapa detik terlihat Nakim seperti melayang.

    Kuperlambat ayunan ku, kulihat ada cairan putih kental yg tercecer dari sela bibir istriku. Dan kini dgn telaten istriku pun mulai memberi sentuhan akhir pada penis Nakim yg barusan muntah dimulutnya.

    Dgn wajah malu, seperti tersadar dari mimpi, Nakim melirik ke arahku dan memberi isyarat pamit ke kamar mandi. Kujawab dgn anggukan cepat, bergegas ia mengambil celananya dari lantai dan melangkah cepat kearah kamar mandi.

    Aku kembali pada tugasku, cubitan kecil istriku seperti mengembalikan gairah yg tersendat barusan. Kuayunkan lagi penisku kini dgn ritme yg lebih cepat. Sampai pada akhirnya bersamaan dgn istriku mencapai klimaksnya.

    Istriku tampak kelelahan, begitu pun aku. Tapi harus kuabaikan lelahku, setelah meraih celanaku yg tercecer dilantai, bergegas aku menuju kamar mandi.

    Kudapati Nakim ada disana baru selesai bersih2.

    kim,kamu langsung tidur aja,biar mas ya urus..mumpung mbaknya belum sadar bener,ucapku sambil berbisik. Nakim mengangguk cepat. Rasa malu, takut dan lelah memancar dari wajahnya, bergegas ia menuju kamar tidurnya dgn langkah tak bersuara.

    Mendengar suara pintu kamar Nakim yg ditutup, istriku pun bangkit menuju kamar mandi. Dan kami pun mandi, membersihkan diri dari keringat dan lendir akibat permainan tadi. Karena lelah, kamipun segera masuk kamar dan tertidur.

    Sudah tiga hari sejak malam penuh gairah yg kualami bersama istri dan Nakim.

    Tak ada yg berubah dari sikap Nakim, malah kulihat ada malu yg amat sangat diwajahnya saat ku bertanya soal kejadian terakhir. Istriku pun kusuruh bersikap biasa saja. Karena Nakim benar2 percaya kalau waktu itu istriku dalam keadaan mabuk berat dan kemudian menyangka permainan itu adalah hanya antara aku dan istriku.

    Beberapa hari kemudian Nakim pun berangkat kerumah tanteku. Tak ada yg berubah saat suatu hari aku mampir ke toko kaset tanteku. Nakim tetap santun, malah seperti malu membahas kejadian terakhir dirumahku.

    Kurang lebih 6 tahun Nakim bekerja di toko kaset tanteku, hingga akhirnya Nakim pulang kampung karena bapaknya meninggal, dan tidak kembali lagi karena harus menjaga ibu dan adiknya.

    Selang beberapa bulannya, Nakim pernah menelponku dari kampungnya, mengabarkan bhw ia ingin melangsungkan pernikahan, ia berharap sekali aku hadir. Namun karena jadwal kerjaku, aku tak bisa memenuhi undangannya.

    Dan terakhir kali kudengar, Nakim sudah beranak dua.

    Kusampaikan kabar baik itu ke istriku. Satu cubitan kecil yg khas mendarat di perutku.

    ih, kok nyubit sih,ujarku sambil menangkap pegelangan tangan istriku.

    semua gara2 kamu tau..,jwb istriku masih terus berusaha mencubit.

    iya, jadi si Nakim males kerja,malah kepengen kawin,jwb istriku lagi.

    Aku pun tertawa sambil mendekap tubuh istriku. Istriku pun ikut tertawa dan kembali mencubit perutku.

  • Petualangan Aceng Fikri

    Petualangan Aceng Fikri


    1566 views

    Perawan – Sebagaimana karya saya sebelumnya serial Orgy Club, yang satu ini pun bukan 100% hasil karya saya. Kenapa bukan 100% karya saya? karena hasil remake dan penyempurnaan dari cerita seks tante nakal yang pernah ada, ingat remake bukan copas loh! Film hollywood seperti the Omen, Friday the 13th, dll kan juga pernah diremake. Saya suka melakukan remake karena menghemat waktu dan kayanya kalau melihat cerita bagus tapi kurang digarap dengan baik itu rasanya kurang sreg.

    Cerita seks tante nakal ini saya rilis hanya di beberapa situs dewasa, jika ada di tempat lain berarti itu karya copas.

    Cerita Seks Tante Nakal – Petualangan Aceng Fikri

     

    Pandanganku tak bisa lepas dari beliau, namanya Bu Aida, salah satu guru yang menjadi idola para cowok di sekolah kami. Dengan kemeja putih kebiruan dan rok hitam selutut serta kacamata persegi panjang kecil yang memberi kesan wanita terpelajar dan disiplin khas kharisma seorang guru, melangkah melewati aku dan teman-temanku yang sedang duduk di kursi lorong sekolah kami, dan kontak mata tak dapat terhindarkan sehingga kami merasa harus melemparkan senyum kepadanya, dan tentu saja dibalas senyuman cantik darinya.

    “Eh cuy liat tuh bu Aida, bodinya buju buset dah gitar spanyol” kata Rian temanku yang paling tengil sambil meliukkan tangannya membentuk gitar bayangan di udara setelah bu Aida masuk ke ruangan guru.

    Ucapan Rian dan ekspresinya sontak membuat kami tertawa, kenyataan memang guru Bahasa Inggris kami itu memiliki body super sexy, pinggang yang langsing dan perut yang rata, payudara yang besar menonjol bulat dari dalam kemejanya, serta kulit putih mulusnya yang begitu terawat, pastinya akan membuat mata lelaki tak henti memandangnya.

    “Kalo gua mah suka liat wajahnya cuy, matanya yang agak sipit itu terus hidung yang mancung, dan yang paling gak tahan bibirnya yang tipis pink itu loh hmmmm nyuuuuuu” ucap Fajar sambil mencucukan bibirnya yang agak monyong itu seperti akan berciuman membuat kami kembali tertawa.

    “MILF tuh coy!” timpal Budi yang terkenal sebagai si raja bokep.

    “MILF? Apaan tuh?” tanyaku penasaran.

    “Mother I Like to Fuck…wanita dewasa yang sudah beranak tapi masih hot, masa lu sering pinjem DVD dari gua tapi gak tau Den?” jawabnya, “doi kan udah punya anak satu tapi masih singset gitu loh”

    Aku cengengesan dan mangut-mangut mendengar penuturan Budi. Bukan hanya aku dan teman-temanku yang mengidolakan guru kami tersebut, tetapi hampir seluruh sekolah mendambakannya. Jam pelajarannya adalah yang paling dinanti-nanti terutama para cowok. Karena kecantikan dan keseksian bu Aida, aku dan siswa cowok lainnya sempat kesulitan mengikuti pelajarannya, sebab sibuk memperhatikan bokong bu Aida ketika dia sedang menulis, bahkan berfantasi bisa ML dengannya seperti cerita-cerita mesum antara guru cantik dan muridnya di bokep Jepang.

    Oh iya aku lupa memperkenalkan diri, nama lengkapku Aceng Fikri atau biasanya dipanggil Aceng, umur 16 tahun, siswa sebuah SMA negeri di ibukota dan aku masih kelas satu. Sebenarnya tidak ada masalah dengan namaku sampai beberapa tahun lalu mantan bupati Garut yang namanya kebetulan sama denganku melakukan skandal kawin siri dengan ABG plus pernyataannya di media yang lebih mirip germo daripada pejabat yang baik. Gara-gara kemesuman si bupati aku kadang menjadi bahan olok-olok beberapa temanku.

    “Ceng…Ceng udah sesuai speknya belum nih?”

    “Ceng….udah siriin aja!”

    “Murah kok Ceng gak sampe dua ratus lima puluh juta”

    Kira-kira gitu deh olok-olok yang sering ditujukan padaku dari teman-teman ngumpulku, memang sih maksudnya bukan untuk bully atau merendahkan, iseng aja jadi aku pun tidak mengambil hati. Dari segi tampang maupun dompet aku bukan termasuk yang keren kok, keluargaku biasa-biasa saja, tampangku mirip Andika Pratama (kalau dilihat dari stasiun ruang angkasa pake teleskop mainan, kalau dari dekat sih harus puas seperti Andika Kangen Band, hehehe….) Sebagai junior yang termasuk cupu sering kali dikerjai oleh seniorku di kepramukaan, seperti hari ini, aku harus membersihkan ruang pramuka yang kotor berantakan usai pramuka. Dan sialnya lagi aku harus membersihkannya seorang diri. Membersihkan ruangan pramuka yang besar seorang diri ternyata cukup memakan waktu, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Akupun bergegas membersihkan ruangan ini sebab tadi kulihat lewat jendela, awan gelap nan tebal mulai menyelimuti langit sore, pertanda akan hujan besar. Dan benar saja ketika aku hendak bersiap untuk pulang, hujan turun dengan derasnya, tanpa gerimis langsung saja turun dengan lebatnya, karena hujan terlanjur turun terpaksa aku harus menunggu hujan reda atau setidaknya mengecil agar bisa pulang. Namun seperti kata pepatah, di balik kemalangan siapa tahu ada keberuntungan, itulah yang terjadi pada diriku, hari itu lah yang mengubah Aceng yang culun dan cuma tahu seks dari film dan internet menjadi seorang petualang seks. Ketika sedang melamun memandang lapangan sekolah yang diguyur hujan lebat, kulihat bu Aida sedang setengah berlari sambil melindungi kepalanya dengan map plastik menyeberang ke gedung seberang, dan mungkin karena menggunakan hak sepatu yang cukup tinggi, ia terhuyung dan tergelincir jatuh ke genangan air. Aku yang melihatnya langsung berlari menghampirinya.

    “Bu gak apa-apa Bu?” tanyaku sambil membantunya berdiri.

    “Sepertinya kaki ibu terkilir, duh” jawab bu Aida sambil melepas kedua sepatunya dan sambil memegang tanganku, berjalan perlahan ke ruang UKS. Entah kenapa hari ini suasana sekolah sepi sekali dan kurasa penjaga sekolah kami sedang sibuk bermain kartu dengan abang bajaj di jalan seberang sekolah. Untunglah ruang UKS tidak terkunci, kemudian ku dudukkan bu Aida di kursi dan aku bergegas mencari betadine dan apa saja yang mungkin berguna. Dan tak lama kemudian aku kembali menghampiri bu Aida dengan betadine dan koyo panas yang berhasil kutemukan.

    “Gak usah rusuh gitu, Ibu gak apa-apa kok, cuma terkilir doang, gak parah juga” kata bu Aida sambil tersenyum kepadaku.

    “Oh syukurlah kalo begitu” kataku bersyukur dan kemudian duduk di kursi di seberang bu Aida. Akibat menolong bu Aida tadi sekarang seragamku jadi basah kuyup dan sempat membuatku kedinginan, tetapi kemudian rasa kedinginan itu hilang berganti dengan degup jantungku yang berdegup kencang, bagaimana tidak akibat terjatuh tadi bu Aida juga menjadi basah kuyup dan yang membuatku terkejut yaitu sepertinya bu Aida tidak menggunakan bra sebab kini payudaranya tercetak lumayan jelas dan tampak tonjolan putingnya yang cukup jelas. Melihat hal ini membuat aku ingin pingsan rasanya, dan herannya bu Aida sepertinya cuek saja dengan penampilannya.

    “Nama kamu siapa?” tanya Bu Aida kepadaku

    “Aceng Bu, dari kelas 1A”jawabku sambil setengah gugup.

    “Oh berarti kamu murid saya dong, duh saya masih belum hafal” kata bu Aida tersenyum sambil memeras air dari rambut hitam sepundaknya yang basah, lalu menjepitkan poni sampingnya ke atas, sehingga tampaklah wajah cantiknya dan juga payudaranya yang samar tercetak, membuatku merasa panas dan tentunya penisku di dalam celana juga menggeliat ingin bangun. karena melihat aku gelisah bu Aida kemudian tertawa kecil, dan hal itu cukup membuatku terkejut.

    “kamu kok jadi grogian gitu, mencurigakan sekali” komentar bu Aida sambil menahan tawa

    “Ah, ngga…ngga ada apa-apa kok bu”jawabku gugup

    “Hayoooo ngeliatan ini kan” kata bu Aida

    Refleks aku mendongak utk melihat dan langsung saja aku terkejut ketika bu Aida menunjukan jari ke arah bukit kembar di dadanya. Kali ini aku menganga tak tau harus bagaimana, sambil menahan malu aku menunduk terdiam, dan wajahku kini memerah bak kepiting rebus. Memang sejak liburan beberapa pekan yang lalu penampilan Bu Aida mulai berubah menjadi lebih terbuka dan menggoda seperti misalnya rok yang lebih pendek dari sebelumnya dan kadang ketat, ataupun pakaian yang memperlihatkan lekukan tubuhnya, kemeja yang tipis dengan bra berwarna gelap. Memang tidak terkesan seksi murahan, lebih pantas mungkin disebut provokatif atau seksi yang elegan. Tentunya pemandangan ini membawa kesegaran sekaligus kadang merusak konsentrasi.

    Melihat aku menjadi salah tingkah ibu Aida sepertinya merasa bersalah dan kemudian duduk di sebelahku.

    “hihihi… udah gapapa wajar kok anak lelaki seusiamu berpikir dan tertarik melihat itu” kata bu Aida sambil tersenyum lebar sambil mengelus kepalaku, tetapi aku diam saja tak menyahut karena masih malu karena ketahuan akan perbuatanku.

    Kali ini bu Aida sepertinya benar-benar merasa bersalah, kemudian kurasakan tanganku di pegangnya dan di tarik perlahan, dan beberapa detik kemudian kurasakan telapak tanganku menyentuh sesuatu yang luarbiasa lembutnya dan juga ada seperti jelly kenyal di tengah telapak tanganku, sontak aku menoleh kesamping dan tak percaya akan yang kulihat, tanganku berada di dalam baju bu Aida dan lebih tepatnya yaitu di payudara bu Aida, bongkahan kenyal yang selama ini menjadi fantasiku dan teman-temanku.

    “ih kenapa melongo begitu, anggap aja hadiah buat kamu udah bantuin ibu tadi sama permintaan maaf ibu udah bikin kamu salah tingkah, kalo mau remes ya diremas saja” kata bu Aida.

    mendengar ucapan bu Aida, kemudian dengan perlahan kuremas payudara kiri bu Aida, susah kujelaskan dengan kata-kata karena ini pertama kalinya aku memegang payudara wanita, dan sekalinya payudara idaman dan pujaan di sekolahku, sensasi lembut dan kenyal seperti meremas balon berisi air, belum lagi putingnya yang berwarna coklat muda sangat menggemaskan, membuatku tak dapat untuk menahan diri mencubitnya. Rasa gemasku yang menjadi-jadi ini, membuatku lepas kendali kini tanganku yang satunya sudah berada di payudara kanan bu Aida dan ikut merasakan kenikmatan sensasi lembut kenyal.

    “Iii…ibu gak pake BH?” tanyanya tergagap tidak percaya mendapat kesempatan emas ini.

    “Kaitannya putus tadi, jadi supaya nyaman ibu lepas aja biar enak mumpung mau pulang juga, taunya malah ketemu kamu” jawabnya.

    Melihat kecanggunganku bu Aida hanya tertawa kecil, menganggap hal yang kulakukan sesuatu yang lucu. Masih diliputi rasa penasaran dengan payudara bu Aida, kulingkarkan jari jempol dan telunjukku di pangkal payudaya bu Aida lalu kutarik payudara bu Aida ke depan sehingga kini menjadi lonjong dan putingnya menonjol mengeras, dengan perlahan kumasukkan puting itu ke dalam mulutku, kunikmati sensasi lembut payudara bu Aida di bibirku lalu kuhisap putingnya seperti bayi menyusu. Inilah puting payudara kedua yang kunikmati setelah puting ibuku ketika aku masih orok dulu.

    “Mmmmhhh…hisap terus Ceng….enak itu” desah bu Aida yang kini sudah sangat terangsang.

    Aku pun melaksanakan apa yang dimintanya, mulutku mengenyot, menjilati dan menghisap-hisap payudaranya yang bulat dan indah itu hingga beberapa menit kemudian ketika kulepaskan payudara itu sudah basah oleh ludahku dan merah-merah akibat cupangan.

    “Aceng, karena diluar masih ujan lebat, jadi ibu rasa kamu perlu pelajaran tambahan” kata bu Aida santai sambil berdiri, melihatnya berdiri aku pun ikut berdiri, pandangan ku masih belum bisa terlepas dari payudara besar yang menggantung bebas di dada bu Aida, aku masih kagum dengan kelembutannya dan kekenyalannya. Kemudian tiba-tiba bu Aida berlutut di depanku dan kini wajahnya setinggi pinggangku. Kemudian dengan lembut dibukanya ikat pinggangku dan kancing celana coklat seragam pramuka-ku, lalu diturunkannya bersama dengan celana dalamku, aku yang tidak diberitahu sebelumnya dan tanpa persiapan cukup terkejut ketika penisku yang tegang mengacung di depan wajah bu Aida. Bu Aida tertawa kecil ketika melihat penisku yang berdiri tegak dan sudah basah oleh cairan pre-cum, kemudian dengan perlahan dielusnya batang penisku dengan jari-jari lentiknya secara perlahan, aku hanya dapat menahan nafas ketika tangan mulus bu Aida dengan perlahan mengocok penisku

    “Hhhmmm…gede juga yah Ceng, keras lagi!” katanya.

    Hal yang takkan pernah kulupakan adalah ketika bu Aida mencium kepala penisku dan dengan perlahan memasukkannya ke dalam mulutnya. Setiap senti batang penisku dapat merasakan lembut bibirnya, bibir tipis yang selalu dibayangkan oleh temanku untuk dicium kini dengan lembut sekali menggosok batang penisku.Kupandangi wajah bu Aida yang cantik menghadap selangkanganku, bibirnya yang indah maju mundur menggesek kulit batang penisku, sungguh tak kuduga hal seperti ini bisa terjadi. Kemudian kututup mataku mencoba merasakan penisku dalam mulut bu Aida, ukh …terasa begitu hangat dan basah, dan juga dapat kurasakan lidah bu Aida yang menggeliat ikut menggosok kulit penisku, semua sensasi menakjubkan ini membuatku merasakan ngilu luar biasa dan perasaan aneh di selangkanganku, dan kemudian tak dapat kutahan lagi, aku orgasme di dalam mulut guruku, banyak sekali kusemprotkan maniku sampai menetes keluar dari mulut bu Aida. Setelah semprotan spermaku berhenti, dengan perlahan bu Aida mengeluarkan penisku dari mulutnya, kulihat batang penisku penuh dengan maniku yang putih kental. Masih dengan mulut penuh spemaku, bu Aida kemudian menciumi bibirku layaknya seorang kekasih, dan aku pun membalas ciumannya dengan penuh gairah. Sambil menciumiku tangan bu Aida sibuk mencari kancing roknya dan tak lama kemudian rok hitamnya meluncur jatuh ke bawah sehingga kini bu Aida hanya menggunakan celana dalam tipisnya saja.

    Aku yang sudah terbakar nafsu masih saja berusaha menciumi bibir bu Aida, namun ia mendorongku dengan perlahan, dan kemudian berbaring mengangkang di ranjang UKS, memperlihatkan samar-samar bulu-bulu hitam lebatnya di balik celana dalam putihnya yang tipis. Tanpa disuruh akupun berlutut tepat di selangkangan bu Aida, kuperhatikan celana dalam putih tipis itu, yang tidak menutupi seluruh permukaan vagina bu Aida, sisi-sisi samping bukit kecil itu tampak begitu menggairahkan. Dengan perlahan kutarik celana dalam bu Aida, sedikit demi sedikit belahan merah indah yang ditutupi bulu-bulu hitam itu mulai tampak, membuatku menjadi bersemangat, namun aku memilih untuk menikmati menelanjangi guru idolaku itu secara perlahan, kunikmati ketika jari-jariku melewati paha bu Aida yang putih nan lembut hingga ujung kakinya yang indah dengan kuku-kuku yang terawat. Kini bukit kecil vagina bu Aida terpampang tanpa sehelai benang yang menutupi, membuatku tak tahan untuk mendekatkan wajahku ke belahan merah itu. Semakin dekat wajahku, semakin keras detak jantungku, kudekatkan wajahku hingga hidungku dapat mencium aroma vagina bu Aida, harum dan unik susah dijelaskan,aroma yang menggairahkan dan diimpi-impikan oleh banyak pria di sekolah ini, dan kini akulah orang pertama di sekolah yang dapat merasakannya. Tanpa menunggu lagi kujulurkan lidahku, dan kusapukan ke belahan vagina merah muda bu Aida, kurasakan sensasi daging lembut dan agak besah itu, gurih dan merangsang, kudorong lidahku hingga ujung belahan, menyentuh bulatan daging kecil yang membuat bu Aida melenguh nikmat. Kembali kuulangi menyapukan lidahku, namun kini dimulai dari posisi yang lebih bawah, yaitu mulai dari anus bu Aida yang coklat kemerahan terus secara perlahan ke atas sampai ke klitoris bu Aida, tentunya hal ini membuat bu Aida tak dapat menahan erangan kenikmatan yang didapatnya,

    “ukkhhhm, terus Ceng jilat terus” ucap bu Aida sambil mendongakkan kepalanya setiap kali lidahku menyentuh daging bulat kecil miliknya.

    Cerita Seks Tante Nakal | Sungguh aku ketagihan menjilati vagina bu Aida, di samping bau dan rasanya yang menggoda, pahanya yang lembut juga seperti mengelus wajahku setiap kali dia menjepit kepalaku dengan pahanya saat aku menjilati klitorisnya. Daging kecil bulat atau klitoris bu Aida membuat aku penasaran, dengan gemas kuhisap daging kecil itu, dan ternyata membuat bu Aida menggelinjang geli, dan menjepit erat kepalaku dengan pahanya, walaupun begitu tetap saja kuhisap dan kumainkan dengan lidahku gemas, sehingga tak berapa lama kemudian jepitan paha bu Aida menguat dan dia melenguh keras,

    “Oh tuhan ahhhkkkkhh”, tercium olehku aroma yang kuat, aroma yang begitu menggoda, lalu kuperhatikan celah kecil di belahan vagina bu Aida berkedut-kedut dan mengeluarkan cairan bening beraroma kuat, lalu tanpa rasa jijik kuhisap cairan itu dari celah kecil itu, rasanya gurih seperti santan, penasaran kuselipkan jari telunjukku ke celah sempit itu dan mengorek-ngorek isinya sehingga cairan itu semakin banyak keluar.

    “Ceng masukin kontol kamu, cepetan, ibu udah gak tahan” kata bu Aida memandangku dengan wajah memelasnya yang sungguh menawan, yang membuat hati setiap pria akan luluh.

    Jujur ini pertama kalinya aku melakukan hubungan seks, selama ini aku hanya menontonnya lewat film bokep koleksi temanku si Budi dan juga internet, namun instingku kuat untuk memasukkan penisku ke celah sempit tadi. Inilah saatnya mempraktekkan yang selama ini kuketahui, aku pun membuka lebar kaki bu Aida sehingga belahan vaginanya yang merah merekah, kemudian kepala penisku kudorong ke vaginanya, cukup sulit untuk memasukkannya ke celah sempit itu, untunglah bu Aida kemudian membantuku dangan memegang batang penisku dan mengarahkan kepala penisku ke celah sempit itu. Tanpa disuruh akupun mendorong penisku masuk, awalnya begitu sempit, kepala penisku sampai terasa agak sakit, namun lendir vagina bu Aida yang licin dan hangat membantu senjataku itu masuk sehingga perlahan penisku dapat masuk dan blesss seluruh batang penisku berada di liang vagina bu Aida. Kupejamkan mataku, kurasakan pijatan dinding liang vagina bu Aida yang memijat batang penisku, juga sensasi hangatnya, ukhhh nikmat sekali. Kemudian secara perlahan kutarik penisku, membuat liang sempit itu dan penisku begesekan, begitu nikmat, sungguh berbeda antara kocokan vagina dengan kocokan oleh bibir bu Aida, kali ini kocokan di penisku terasa diseluruh bagian, membuat sensasi ngilu nikmat. Kenikmatan inilah yang kembali membakar semangatku sehingga kupercepat tarikan maju mundur penisku di liang vagina bu Aida. Kenikmatan yang kurasakan tak begitu berbeda dengan kenikmatan yang dirasakan bu Aida, terlihat dari bu Aida yang tak berhenti melenguh dan mendesah dengan keras, untunglah diluar hujan deras sehingga menyamarkan suara pergumulan birahi kami.

    Aku memompa liang vagina bu Aida dengan begitu bernafsu, semakin lama semakin kupercepat, hingga dapat kurasakan buah zakarku menampari selangkangan guruku ini dengan keras, menimbulkan bunyi plak plak plak yang nyaring. Tak lama kemudian kenikmatan dan sensasi ngilu itu memuncak dan aku pun tak dapat menahan lagi orgasmeku.

    “Bu Aida, saya mau keluarrrr, ukkhhhhhhh” kataku sambil mempercepat kocokanku

    “Keluarin aja yang banyak Ceng” kata bu Aida dengan suara manja.

    Setelah mendengar ucapan bu Aida, tak lagi kutahan sensasi orgasme itu, sehingga puncaknya kusemprotkan begitu banyak sperma di dalam vagina bu Aida, dan setiap penisku berkedut menyemprot mani, kunikmati sensasinya, luarbiasa aku saat ini sedang orgasme di dalam liang vagina seorang wanita, liang vagina bu Aida yang cantik dan seksi. Belum sempat aku menarik nafas, tiba-tiba bu Aida bangun dan kemudian duduk di pangkuanku, dengan penisku masih di dalam vaginanya. Bu Aida yang kupangku kemudian menciumi bibirku dan menjilati wajahku, membuat aku kembali terangsang, dapat kurasakan penisku kembali mengeras di dalam vagina bu Aida, dan kembali kulanjutkan pompaanku sambil menciumi bibir bu Aida yang lembut. Karena bu Aida kusodok sambil kupangku, maka membuat tubuh bu Aida berguncang-guncang, payudaranya yang besar dan lembut menggesek dadaku, begitu pula perutnya yang langsing juga turut menggesek perutku, tak hanya itu pahanya yang mulus juga menepuk-nepuk pahaku membuat suara tepukan. Ukh…kembali aku merasakan sensasi sensual dan menggairahkan, kini seluruh tubuh bu Aida dapat kurasakan dengan tubuhku, membuatku tak ingin melepas sensasi tubuhnya dari tubuhku.

    Cerita Seks Tante Girang | Menyodok vagina bu Aida dari posisi memangku ternyata memakan cukup tenaga, sehingga aku mulai ngos-ngosan dan memperlambat sodokanku, tentunya bu Aida menyadarinya. Lalu dia mendorongku perlahan hingga aku terlentang di lantai, sehingga kini dia dalam posisi menduduki penisku. Kemudian bu Aida memajukan sedikit tubuhnya sehingga pinggul dan pantatnya sedikit menungging, lalu dengan perlahan bu Aida menggoyangkan pinggul dan pantatnya dengan gerakan memutar, sehingga penisku di dalam vagina bu Aida seperti diputar-putar. Sambil tersenyum menatapku, bu Aida kemudian menambah gerakan naik turun dalam goyangannya.

    “Gimana rasa Ceng, goyangan maut andalanku, ini favorit suami ibu loh” tanya bu Aida sambil tersenyum lebar.

    “Mantap buuuuu, gila deh,..Eh, bu , haus nih pengen nyusu” kataku sambil mengelus payudara bu Aida yang bergoyang-goyang tergantung bebas.

    “Boleh, nih!” jawab bu Aida singkat sambil menundukkan tubuhnya sehingga aku dapat menghisap putingnya yang imut itu.

    Setelah mengenyoti payudara guruku itu, aku pun kembali bersemangat dan mulai kembali memompa vagina bu Aida. Bu Aida yang juga sudah mulai lelah bergoyang kemudian duduk tegak dan menikmati pompaanku, sementara aku sibuk meremas pantatnya dan memperhatikan batang penisku yang keluar masuk di liang vagina bu Aida. Tak lama kemudian aku mulai merasakan tanda-tanda akan orgasme, maka aku pun mempercepat pompaanku.

    “Bu, kayanya mau keluar lagi” kataku sambil kembali meremas payudara bu Aida.

    “Oh oh Hmmm kita samaan keluarnya ya Ceng, ibu juga nih”jawab bu Aida sambil menggoyangkan kembali pinggul dan pantatnya seirama dengan genjotanku.

    “Siap-siap ya bu!”

    “Iya Ceng..masukin segera kontol gede mu..” Jawabnya, entah kenapa setiap dia mengucapkan kata kontol itu darahku bergidik.

    Gerakan kami berdua semakin cepat, dapat kurasakan selangkanganku mulai diliputi rasa ngilu yang mulai memuncak, sehingga kupercepat genjotanku, begitu pula bu Aida mulai mendesah tak karuan tanda ia pun akan orgasme. Kedua tanganku telah mencengkram kuat kedua belah pantatnya. Penisku seperti bisa mencari jalan sendiri ladang perburuanya.

    “Sshh…ibu suka banget dengan kepalanya Ceng..gede, panas..kalo kedut-kedut di dalem bikin geli..” ujarnya lirih.

    Mataku seperti tidak tahan untuk terpejam, sungguh nikmatnya terasa hingga ke otak. Kupicu tubuhnya menggarap vaginanya makin cepat membuat tubuh mungilnya terhempas ke sana kemari. Aku terus menerus menyerangnya tiada henti. Aku makin menjadi melabraknya, pada sisa-sisa terakhir tenaga, aku menekan sedalam-dalamnya kejantananku di dalam liang vaginanya.

    “teruss Ceng..duhhh..aduuuh…iyah enak..” suaranya melengking tinggi, beliau mengangkat pantat dan memutar pinggulnya dengan gemetar, penisku makin kuat menekan mengikuti kemanapun pantatnya bergerak hingga pangkal penisku terasa nyeri.

    “Ooooohhh…shhhh..aduuuuh…” pekiknya sambil mencengkram kasur, “ke mulut ibu Ceng, ibu pengen minum peju kamu…aaahhh…hhhmmmhh!”

    Tubuhnya mengejang, terasa benar vaginanya berkontraksi kemudian cairan hangat itu menerpa penisku, Bu Aida kembali diterpa gelombang orgasme. Dalam hitungan detik aku pun akan meledak, sebelum itu terjadi, aku buru menarik keluar penisku, kemudian menduduki dadanya, tepat pada saat spermaku akan keluar Bu Aida menarik penisku mendekati mulutnya, semprotan pertamaku membasahi pipinya, selanjutnya dengan lincah Bu Aida mengulum kepala penisku, aku terkesiap dan terlambat bereaksi. Beliau menyedoti kepala penisku sehingga tanpa dapat tertahankan lagi sisa spermaku menyemprot sejadi-jadinya di dalam mulutnya. Sungguh nikmat yang tidak pernah terbayangkan, sedotan mulutnya makin membuatku terbang ke awan.

    “ooohhh….shhhh…sedap banget …Buu….” aku mengerang parau dengan sekujur tubuh bergetar.

    Aku mengejang diam beberapa waktu, sebelum akhirnya menjatuhkan tubuhku di sampingnya. Aku sangat kelelahan begitu pula bu Aida yang jatuh menyender di dadaku sambil nafasnya memburu. Lalu kami berdua saling menatap dan menukar senyum lalu tertawa. Kemudian bu Aida berdiri dan memungut pakaiannya yang tak jauh dari posisi kami, aku yang memandanginya masih kagum akan kecantikan dan keseksian dirinya. Setelah kami berdua berpakaian, lalu kami memutuskan untuk pulang namun sebelum berpisah bu Aida berpesan agar aku menyimpan rahasia ini rapat-rapat karena sangat berisiko bila ada yang tahu, ia juga berkata bahwa dirinya tidak keberatan mengulangi perbuatan ini di waktu lain bila situasi dan kondisinya memungkinkan.

    #################################

    Sejak permainan seks di ruang UKS itu, kami makin dekat. Di balik keanggunannya, ternyata Bu Aida menyimpan nafsu yang tinggi dan hasrat yang liar. Beberapa kali, setiap ada kesempatan, kami mereguk kenikmatan bersama, biasanya di toilet, ruang UKS, lab. bahasa, kelas atau kantor guru setelah jam bubaran. Dari ceritanya, ia mulai berani mengekspresikan sisi liar dirinya sejak liburan tak lama sebelumnya bersama suami dan rekan-rekan kerja suaminya. Liburan di cottage di daerah pantai itu berubah jadi pesta liar dimana para peserta bebas bersetubuh dengan siapa saja dan juga ada permainan nakal hingga orgy party. Di acara itu pasangan masing-masing, termasuk suaminya, sudah setuju dan harus ikhlas bisa istri/ suami mereka ML dengan orang lain. Aku sampai geleng-geleng kepala setengah tak percaya ada juga acara liar seperti itu di negeri kita, kukira hanya di negara-negara bebas seperti Eropa dan Amerika saja, wawasanku tentang seks pun makin luas.

    Koleksi Cerita Seks Tante Nakal | Sejak itu pula, aku yang tadinya pemalu dengan wanita mulai lebih rileks dan berani, juga dalam hal seks aku memperoleh banyak pengalaman mencoba berbagai posisi dengannya. Suatu hari ketika di sekolah sedang berlangsung pekan olah raga, dimana kebanyakan murid sibuk bertanding atau menonton pertandingan, aku dan Bu Aida malah berolah syahwat di gudang sekolah yang letaknya agak di belakang sekolah dan jauh dari keramaian. Tempat ini memang berdebu dan sedikit berbau apek tapi tidak apalah yang penting asyik untuk ML. Kami main di sudut ruangan yang terdapat sebuah rak tinggi berisi buku-buku dan arsip-arsip lama, bila ada orang masuk tiba-tiba kami yang berada di balik rak besar tidak akan langsung terlihat. Aku duduk selonjoran di setumpuk dus bekas dengan Bu Aida memicu tubuhnya naik turun di atas penisku, rok spannya telah tersingkap hingga perut, dan celana dalam putihnya telah tergeletak di lantai. Ia menggerakkan tubuhnya dengan irama sedang, desahan lirih sesekali terdengar dari mulutnya, wajah cantiknya yang berkacamata bersemu kemerahan menahan birahi sungguh terlihat sangat menggairahkan. Bu Aida melingkarkan tangannya ke leherku memelukku, sementara aku merabai pahanya yang indah serta meremas halus pantatnya yang semok itu. Kini tanganku mulai membuka kancing kemeja batiknya. Payudaranya yang masih terbungkus bra putih berenda seolah meloncat keluar. Tanganku segera ke belakang punggungnya dan melepaskan kaitan branya.

    “Hihihi…sekarang udah pinter ngelepasin beha ya?” kata Bu Aida sambil terus bergoyang.

    “Kan ajaran ibu, hehe…”

    Kini di hadapanku terpampang tubuh indah guruku ini, payudaranya memiliki bentuk yang sangat indah walau sudah menyusui. Tanpa membuang waktu aku pun langsung melahap puting susu dan payudara yang seperti menantangku itu. Bu Aida terpekik ketika lidahku menyapu permukaan payudaranya. Dengan sigap ia memeluk kepalaku dan menjambak rambutku, kepalanya tertunduk bersandar pada kepalaku. Terus aku mengisap puting susu itu dengan rakusnya. Gerak naik-turunnya pada penisku terasa semakin cepat dan liang kenikmatannya terasa makin basah saja. Setelah puas dengan payudara kiri, aku pun menjamah payudara kanannya.

    “Ooohh…Acenggg!!” Bu Aida semakin terpekik dan kadang mendesis menahan nikmat.

    Tubuhnya bergetar menahan sensasi yang timbul akan permainan lidaku pada payudaranya. Setelah puas aku pun menarik mulutku dari payudaranya. Kulihat kedua payudara itu basah oleh sapuan lidahku. Putingnya terlihat makin memerah dan menegang. Nafas Bu Aida semakin terengah-engah, aku pun langsung mencium bibirnya dengan mesra. Bu Aida juga membalasnya dengan pagutan yang tak kalah hebat.

    “Guru gua emang asoy, ciumannya maut…”kataku dalam hati, dari beliau pulalah aku mempelajari teknik berciuman.

    Sambil terus melakukan French Kiss dengan guruku tangankupun menjelajah tanpa batas lagi. Kuremasi dengan gemas payudaranya yang sudah terbuka itu. Sambil aku mencumbu leher dan telinganya.

    Sekitar lima menitan lebih Bu Aida naik-turun di pangkuanku sampai tiba-tiba kami dikejutkan suara pintu dibuka.

    “Gawat, mampus dah gua!” seruku dalam hati membayangkan bagaimana akibatnya bila kami kepergok sedang main gila bersama guru pula.

    Bu Aida juga kaget tapi ia dengan cepat mengendalikan diri, tangannya segera membekap mulutku dan menempelkan telunjuk di depan mulutnya. Pandangan kami otomatis terarah ke pintu. Aku tertegun melihat yang masuk adalah seorang wanita muda berusia dua puluhan yang kukenal sebagai seorang staff administrasi di kantor sekolah bernama Bu Tiara, disusul di belakangnya seorang pria setengah baya yang tidak lain adalah Pak Darno, si penjaga sekolah. Mereka datang sambil tertawa-tawa kecil, Bu Tiara langsung duduk di tepi meja panjang. Sepertinya mereka tidak menyadari keberadaan kami di sini.

    “Bapak gila yah, masa ngajak lagi pas jam rame gini?” kata Bu Tiara dengan tersenyum nakal.

    “Yang rame mah di luar sana Bu, di sini aman” sahut Pak Darno sambil mengunci pintu dengan kunci yang dipegangnya, “kita main cepet ajalah, lagian kan ruangan ini saya punya kuncinya, ga akan ada yang masuk”

    “Oh my God, sekarang jalan keluar satu-satunya sudah dikunci, bagaimana nih?” aku makin panik.

    Aku menyampaikannya dengan bahasa isyarat, kutunjuk pintu dan kuputar jariku seperti memutar kunci. Bu Aida sepertinya mengerti, tapi ia hanya mengangguk saja dan menyuruhku tetap diam. Adegan selanjutnya benar-benar membuatku tertegun menelan ludah.

    “Iiihh…Bapak….eeemmmhh….mmmm!” Bu Tiara mendesah manja ketika si penjaga sekolah itu mendekap tubuhnya di tepi meja lalu bibirnya nyosor dan memagut bibir staff administrasi cantik itu.

    Aku tidak berkedip menyaksikan adegan di sana, hampir tak percaya dengan pandanganku sendiri. Bu Tiara, seperti juga Bu Aida adalah seorang wanita yang tampil anggun sehari-harinya, ia memiliki kecantikan khas wanita Indonesia dengan rambut hitam legam sepanjang dada yang biasanya disanggul kalau jam-jam kerja. Pakaiannya pun terbilang agak tertutup dibanding Bu Aida yang belakangan ini tampil lebih terbuka. Tak kusangka ia kok mau ya melakukannya dengan Pak Darno yang tampangnya agak mirip Tukul Arwana itu. sekarang tengah dengan begitu bernafsunya menciumi bibir Bu Tiara sambil tangannya meremas-remas payudaranya, sementara tangannya yang satu mulai menyingkap rok spannya dan membelai pahanya yang mulus itu. Kualihkan pandanganku pada Bu Aida, beliau juga terperangah menyaksikan adegan itu, kami saling pandang sejenak lalu tanpa bersuara terus menyaksikan adegan antara staff admin dan penjaga sekolah tersebut. Pak Darno kini mempreteli kancing kemeja biru muda yang dipakai Bu Tiara. Gunung kembarnya yang terbungkus bra coklat langsung menyembul, Pak Darno dengan buru-buru menyingkap ke atas kedua cup-nya sehingga payudara Bu Tiara yang putingnya berwarna merah dadu itu pun terekspos, lebih kecil dari milik Bu Aida, tapi bentuknya bagus, tegak dan membusung.

    “Ssshhh… achhh…” rintih Bu Tiara nikmat ketika mulut pria itu melumat payudara kirinya.

    Sekarang tangan kanan Pak Darno sudah menarik lepas celana dalam Bu Tiara dari dalam roknya, kain berbentuk segitiga itu dibiarkan menyangkut di kaki kiri Bu Tiara. Tangan pria itu terus masuk ke dalam rok Bu Tiara dan mulai merogoh-rogoh di dalam situ.

    “Pak…ooohhh… hhhggg.. ..” desah Bu Tiara menahan nikmat

    Tangan kanan Bu Tiara mulai berani meraba-raba selangkangan Pak Darno dari luar celananya.

    Tak terasa penisku yang masih menancap di vagina Bu Aida yang tadi sempat menyusut sekarang mulai keras lagi, dan beliau menyadari hal ini.

    “Bu, gimana ini?” bisikku.

    Beliau memandangku sejenak dengan wajah terlihat berpikir, lalu segurat senyum nakal tersirat di wajah cantiknya.

    “Kenapa gak kita terusin aja Ceng? Ntar kan bisa main rame-rame bareng mereka juga” katanya.

    Wow…aku tidak menyangka kalau guruku ini membunyai sisi lain yang seliar ini.

    “Hah…yang bener aja Bu…ooohhh” belum selesai aku protes ia sudah menggenjot pelan penisku sampai aku tidak tahan untuk tidak mendesah.

    “Ssshh….Bu…aahhh…hhhhsss” aku berusaha memelankan suaraku namun karena nikmatnya aku tidak bisa untuk diam saja.

    “Ayo Ceng…entot Ibu sepuasmu…mmmhhh” ia memagut bibirku dengan liar, “ayo dong isep tetek ibu, kok kamu jadi malu-malu gitu”katanya dengan suara pelan seraya menyodorkan payudaranya ke wajahku.

    Seperti yang telah diduga, desah kenikmatan kami memancing Pak Darno dan Bu Tiara memergoki kami.

    “Bu…bu…itu…” kataku sambil menunjuk ke belakang Bu Aida begitu melihat kedua orang itu terhenyak mendapati kami dalam posisi berpangkuan.

    “Hai…yuk kita main rame-rame aja!” kata Bu Aida cuek dan menengok ke belakang.

    “Hah…Bu Aida!” seru Bu Tiara yang kaget, staff admin itu masih belum mengancingkan kemejanya, celana dalamnya juga masih menggantung di kakinya.

    “Wow, Bu Aida suka entotan juga ternyata, sama murid lagi, weleh…weleh….” kata Pak Darno memandang kami dengan pandangan mesum.

    Terus terang aku waktu itu merasa malu dan kaget, dulu waktu kepergok nonton bokep sambil onani oleh kakakku saja sudah malunya luar biasa, apalagi sekarang kepergok sedang bercinta dengan guru sendiri. Tak pernah terlintas sedikitpun dalam pikiranku mengenai perilaku seks guruku ini bahwa dia mengajak kita semua melakukan orgy di gudang sekolah. Aku yang tadinya agak sungkan, lama-kelamaan akhirnya larut dalam birahi yang diciptakan oleh kebinalan Bu Aida dan remasan vaginanya pada penisku.

    “Kita gak maksud ngeganggu loh, aahh…kan kita duluan di sini” kata Bu Aida lagi, “terusin aja Pak kita kan lagi sama-sama cari enak aahh…aahhh….aahhh!” ia mengerang-ngerang nikmat di pangkuanku.

    Tidak tahan melihat panasnya persetubuhan kami,Pak Darno pun memeluk Bu Tiara dari belakang, tangan kasarnya meraih payudaranya yang sudah terbuka

    “Eeemmmhh….Pak…jangan Pak…mmmm!” desah Bu Tiara yang nampak malu-malu tapi mau, tubuhnya memberontak setengah hati yang malah menambah nafsu Pak Darno.

    “Ayolah Tia, gak usah muna gitu ah! Ntar saya laporin loh ke pacarlu hehehe….aahhh…ahhh!!” sahut Bu Aida, “Pak Darno yakin udah aman kan disini yah? Tadi kan udah Bapak kunci pintunya?”

    “Beres Bu…aman kok, lagi pada rame di lapangan, jarang yang mau kesini! Asal suaranya jangan terlalu keras aja” jawab Pak Darno

    Pergumulan birahi di gudang ini pun berlanjut menjadi dua laki-laki vs dua wanita setelah sempat terganggu sejenak.

    “Nungging Bu, hehehe…” Pak Darno meminta Bu Tiara menunggingkan pantatnya dengan tangan berpegangan pada rak.

    Penjaga sekolah itu menaikkan rok span Bu Tiara hingga perut kemudian ia berlutut di hadapan pantat Bu Tiara yang menungging. ‘Sssslllrrrp’ pria itu membenamkan wajahnya di antara selangkangan wanita itu dan mulai menghisapi vaginanya.

    “Ooohhh….aaahhhh!” Bu Tiara mendesah dengan wajah memerah akibat rasa nikmat yang menjalari vaginanya.

    Melihat adegan mereka, birahiku juga semakin naik saja, bibirku dengan Bu Aida tiada henti berpagutan saling beradu lidah dan di bawah sana kejantananku masih sibuk mengaduk-aduk vagina Bu Aida dengan ritme teratur. Rintihan guruku ini panjang pendek menimpali setiap genjotan. Aku merasakan gerakannya mulai liar. Ia menghajar selangkangaku dengan cepat, zakarku jadi agak ngilu ditindih olehnya, membuatku mulai kewalahan.Ketika berciuman dengan panas itu, aku menarik ikat rambutnya sehingga rambut hitam sebahukunya itu pun tergerai membuat penampilannya makin menggairahkan, saat itu pula aku melucuti kemeja dan branya sehingga di tubuhnya tinggal roknya yang tersingkap, beliaupun melucuti seragam sekolahku. Dinding vaginanya meremasi batang penisku seperti diurut, terdorong ke depan dan belakang. Aku membantunya dengan menaik turunkan pantatku, bunyi kemaluan kami yang tengah bergesek terdengar jelas. “Plok..plok..plok…” Sekitar lima menit kemudian, ia pun merintih panjang dan tubuhnya mengejang, pelukannya terhadapku semakin erat. Aku langsung mencengkram kuat kedua bongkahan pantat semok itu, selangkanganya terbuka lebar, kini aku bebas menyerangnya dengan hebat dan penuh tenaga.

    “ Aduuuuuh…Ceng…ibu udah gak kuaatt..aduuhh…shhhh…uhhhh….” desahnya penuh kenikmatan.

    Cairan orgasme yang hangat pun meleleh membasahi pangkal kemaluanku hingga akhirnya Bu Aida berhenti mengejang dan terkulai lemas dalam dekapanku, nafasnya seperti terputus.

    “Huuhhhh……nikmat loh Ceng…hhhhh…” bisiknya ditelingaku.

    Saat itu, Pak Darno sedang asyik menggenjoti vagina Bu Tiara dalam posisi berdiri.

    “Akhh…enak …agak cepat donk Pak” pinta Bu Tiara yang tengah dikuasai birahi

    Pak Darno langsung mengabulkan permintaan itu dengan mempercepat irama sodokan penisnya ke dalam vagina wanita itu. Kelamin mereka beradu menimbulkan bunyi berdecak-decak yang semakin memanaskan suasana. Penjaga sekolah itu dibuat merem melek karena menikmati penisnya dihisap dan diremasi vagina Bu Tiara, sementara Bu Tiara dengan perlahan mengikuti gerakan pompaan batang kemaluan tersebut dengan diselingi goyangan putar sehingga membuat Pak Darno makin mengerang tak karuan merasakan kenikmatan tiada tara pada batang kemaluannya. Tangannya yang mencengkeram pantat Bu Tiara sesekali menampar bongkahan yang montok itu sementara tangan satunya dengan liarnya bergerilya di kedua buah dada Bu Tiara yang indah itu. Payudara staff admin itu pun memerah karena sedari tadi sudah diremas, dikulum bahkan diobok-obok dengan putaran dan cengkeraman kuat dari tangan Pak Darno.

    “Akhhh…Pak jangan keras-keras dong ngeremesnya! Sakit nih dada saya” erang Bu Tiara memprotes ketika pria itu mempercepat sodokan penisnya sembari meremas buah dadanya dengan brutal.

    “Eheheh…maaf Bu. Soalnya tetek ibu benar-benar bikin gemes sih. Kaya orangnya aja nih hehe…” seloroh pria itu sembari kembali memasukkan penisnya yang sempat keluar karena desakan paha Bu Tiara.

    Bu Aida menyandarkan kepalanya di bahuku sambil menyaksikan adegan mereka. Dadanya naik turun berusaha memulihkan nafasnya, aku menatapnya sambil tersenyum.

    “Gimana Bu? Masih pengen lagi..hehe..” godaku sambil meraba-raba payudaranya.

    “Kenapa ngga? Tapi Ibu istrirahat bentar ya, pegel nih” katanya memeluku dari samping.

    “Iya bu…tenang aja…gimana kalau sambil ngisepin kontol saya, boleh ga Bu?” pintaku, “horny nih ngeliat Bu Tiara”

    Beliau menatapku dengan senyum binal, “Udah berani yah kamu minta gitu?” katanya seraya mencubit putingku

    “Hehehe…siapa dulu dong yang ngajarin” godaku.

    “Ya udah, duduk gih di situ!” suruhnya melirik ke sebuah bangku kelas yang sudah tidak ada sandarannya, “Ibu buka baju dulu, biar gak kusut”

    Aku menarik bangku tersebut lalu menepuk-nepuk tempat duduknya yang berdebu sebelum duduk di atasnya, sementara Bu Aida membuka pakaiannya hingga bugil total, yang tersisa di tubuhnya tinggal kalung, cincin kawin, kacamata, serta sepatu haknya saja. Ia lalu berlutut di antara selangkanganku. Kemudian Bu Aida menggenggam penisku dan mulai mengocoknya perlahan-lahan. Penisku pun berdiri setegak-tegaknya di hadapan muka guruku ini. Dari dulu aku tidak pernah bermimpi hal seperti ini bisa terjadi, guruku berlutut di antara selangkanganku memberikan pelayanan oral seks, wajah cantiknya itu menjadi semakin seksi saja ketika menjilati penisku dan menghisapnya sembari mengocoknya di dalam mulutnya. Setelah kira -kira lima menit kemudian, aku tidak dapat menahan rasa geli dari lidah Bu Aida yang menggelitik lubang kencingku. Belum pernah saya merasa seperti begitu, semua kenikmatan duniawi ini seperti berpusat tepat di tengah-tengah penisku itu. Di depan sana Pak Darno semakin ganas menggenjoti Bu Tiara.

    “Uuuhhh…enak Bu…asyik yah kita pesta seks di sini!” kata Pak Darno sambil terus meremas-remas payudara Bu Tiara sambil sesekali menoleh ke arahku yang sedang dioral Bu Aida dan tersenyum, “hehe…enak yah dik, entar kita tukeran yah!”

    Bu Tiara semakin mendesah dan jemarinya mencengkeram rak.

    “Akhh…gak pernah bosen sama memeknya Ibu, seret bangethh!!” desah Pak Darno menyodokkan penisnya dalam-dalam.

    Tiba-tiba Bu Aida berkata, “Ini pasti kamu sudah hampir keluar, ibu hisap saja yah”

    Aku hanya mengangguk saja, pasrah mau diapakan saja. Dan kembali lidahnya menjilat kepala kemaluanku dengan halus, sembari menyedot ke dalam mulutnya. Bibirnya merah merekah tampak sangat seksi menutupi seluruh kemaluanku. Mulut dan lidahnya terasa sangat hangat dan basah. Lidahnya dipermainkan dengan sangat mahir. Matanya tetap memandang mataku seperti untuk meyakinkanku. Kepalanya tampak turun naik di sepanjang kemaluanku, Sesekali Bu Aida juga menghisap kedua bijiku bergantian dengan gigitan-gigitan kecil. Aku berpegangan erat pada pinggiran kursi dan mendesah nikmat. Menerima rangsangan terus-menerus seperti ini aku merasa gelombang orgasmeku mulai datang. Detak jantungku kini semakin cepat dan nafasku mulai terengah-engah. Aku benar-benar sudah di ambang orgasme akibat berulang kali kepala penisku disapu lidah serta dihisap oleh guruku yang cantik ini.

    “Aaaaaaaaaaah… Ibu…!! Saya keluaar…!!” aku akhirnya mengerang panjang karena merasakan nikmat yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.

    Permainan lidah dan tangan Bu Aida akhirnya tubuhku mengejang dengan sangat hebat

    Tangan kiriku meremas-remas payudaranya sedangkan tangan kananku menekan kepala Bu Aida agar lebih terbenam lagi di selangkanganku. Aku merasakan penisku yang sudah memuncratkan laharnya masih dihisap kuat olehnya dan dengan rakusnya ia melahap setiap tetes cairan yang terus menyemprot dari sana.

    “Aaaaaaaaaaaaah…!! U-udaaaah Bu…! Saya udaah nggaak kuaaat lagiiii…!!” aku memohon agar Bu Aida menghentikan hisapannya pada penisku.

    Tanpa memperdulikan permintaanku, guruku ini terus melumat penisku dengan rakusnya. Lidahnya menjilati kepala penisku beserta lubang kencing, memberi sensasi yang sungguh luar biasa. Aku benar-benar telah diombang-ambingkan oleh gelombang orgasme yang nikmat dan mataku menjadi merem-melek dibuatnya. Setelah menyantap spermaku hingga benar-benar habis barulah ia menghentikan hisapannya, tidak sedikitpun spermaku menetes keluar dari mulutnya.

    “Duuuhh… asli enak banget Bu…hosshh…hoossshhh!” kataku dengan nafas terengah-engah.

    “Kenapa? Kamu gak suka?” tanyanya

    “Suka Bu, tapi bener-bener ga nahan banget tadi” kataku sambil tersenyum puas.

    “Wah kayanya sepongan Bu Aida mantap nih, saya nanti coba ya Bu!” sahut Pak Darno yang terus menyetubuhi Bu Tiara.

    “Kalau Bapak masih kuat silakan aja hehehe…” jawab Bu Aida.

    Nafsu birahi guruku ini memang besar, ia tidak memberi kesempatan bagiku untuk beristirahat, ia mencium lagi bibirku yang juga kubalas dengan tidak kalah bernafsu. Selagi kami berciuman aku dapat mencium aroma tajam dari spermaku pada mulutnya.

    “Ceng…masukin dong… Ibu udah kepengen…” katanya mesra di telingaku setelah penisku menegang lagi.

    “Beres Bu! Tapi biar lebih enak kita pindah ke deket mereka aja yuk!” ajakku dengan penuh semangat.

    “Dasar biar bisa pegang-pegang Bu Tiara ya?”

    “Hehehe…tau aja si ibu?”

    Kami pun pindah ke sebelah mereka lalu Bu Aida mengambil posisi nungging sambil pegangan ke rak persis dengan Bu Tiara.

    “Ayo sini, asyik kan ngentot rame-rame gini !” panggil Pak Darno dengan antusias

    “Wah Bu Aida, montok bener….wuih!” Pak Darno menepuk pantat Bu Aida dan meremasnya dengan gemas.

    “Ihh….apa sih Pak pegang-pegang? Cunihin banget!” omel Bu Aida.

    “Hehehe…tapi ibu suka kan?” goda pria itu.

    “Udah ah, bapak sama Tiara aja dulu! Fokus dong! Ya ga Tia?”

    Bu Tiara hanya mendesah-desah saja tengah dilanda kenikmatan tanpa terlalu menghiraukan yang lain. Aku melebarkan kedua paha guruku itu lalu mengarahkan penisku di antara vaginaku. Bibir vagina Bu Aida jadi ikut terbuka siap untuk menyambut penisku yang akan memasukinya. Namun aku tidak langsung mencoblos vaginanya, melainkan sengaja menggesek-gesekkan terlebih dahulu kepala penisku pada bibir luar vaginanya yang sudah banjir agar semakin memancing birahinya.

    “Masukiiiin sekarang Ceng…kamu ngapain sih??!!” karena sudah tidak sabar ingin segera dicoblos ia memohon seperti wanita haus seks, sungguh beda sekali dengan kesehariannya yang anggun itu

    Aku pun membimbing penisku yang sudah tegang dan keras sekali memasuki gerbang vaginanya.

    “Uuughhh… !” lenguh Bu Aida dengan tubuh menggeliat setelah merasakan penisku yang kini melesak masuk memenuhi rongga vaginanya, “aaaakkhh…” erangnya lebih keras sambil mempererat pegangannya pada rak saat penisku sudah masuk seluruhnya ke dalam vaginanya.

    Dengan perlahan aku mulai menggenjot vagina guruku yang sudah mulai basah lagi. Kami berdua sama-sama saling melampiaskan hasrat dan nafsu yang begitu menggebu-gebu. Kami melakukannya dengan posisi yang sama dengan pasangan Pak Darno dan Bu Tiara di sebelah sehingga tampak seperti sedang lomba doggie style. Pelan-pelan aku menarik penisku lalu ditekan ke dalam lagi seakan ingin menikmati dulu gesekan-gesekan pada himpitan vaginanya yang bergerinjal-gerinjal. Bu Aida juga ikut menggoyangkan pinggul dan memainkan otot vaginanya mengimbangi hentakan penisku.

    “Aaaauuuuuuhhh…!!” ia menjerit lebih keras akibat hentakan keras dari penisku

    Selama menyetubuh Bu Aida, tanganku pun iseng mampir grepe-grepe pantat Bu Tiara yang tengah digenjot Pak Darno.

    “Hhsshh…hsss…namamu siapa?” tanya Pak Darno tanpa berhenti menggenjot.

    “Aceng Pak” jawabku

    “Kecil-kecil udah bisa ngajak gurunya ngentot ya, hebat kamu hehehe”

    “Hoki aja Pak, ceritanya panjang….”

    “Ceng jangan ngomong macem-macem kamu, fokus dong kalau ML, atau ibu pergi!” tiba-tiba Bu Aida menghardikku

    “Eh…iya Bu, maaf iya saya terusin nih!” aku terus menggenjoti tubuh guruku itu..

    Kujulurkan tangan kananku ke depan meraih payudara kanan Bu Aida yang bergelayutan itu dan tangan kiriku meraih payudara kanan Bu Tiara. Sementara di bawah sana penisku semakin gencar mengaduk-aduk vagina guru cantikku diimbangi oleh goyangannya juga. Sambil menggenjot tanganku asyik meremas-remas payudara kedua wanita ini.

    “Aaaaaagh… Aaaaaah… Oooooh…” Bu Tiara menceracau makin keras, kelihatannya ia akan mengalami orgasme kembali.

    Pak Darno menarik wajah Bu Tiara dan memagut mulutnya sehingga erangan orgasmenya dapat teredam. Satu tangan si penjaga sekolah itu memegangi payudara kanan Bu Tiara dan meremasinya. Ia masih terus menusuk-nusukkan penisnya pada vagina Bu Tiara untuk menyusulnya ke puncak. Sepertinya Bu Aida pun sudah akan klimaks, aku dapat merasakan bibir vaginanya mengapit penisku makin kencang dan dinding-dinding bergerinjal di dalamnya menggeseki penisku di dalam sana. Goyangan pinggulnya juga semakin liar dan desahannya pun semakin tidak karuan.

    “Aaaahhh… ibu keluar lagi Ceng…!! Oooohhhh…” Bu Aida melenguh panjang ketika ia kembali mencapai orgasmenya.

    “Aceng juga nih Bu….oohh… eenak bangeeet !!” kepalaku menengadah sambil mempercepat keluar-masuknya penisku ke vaginanya yang sudah banjir, “Bu Aida….oooohhh… Bu…keluar Bu!!” akhirnya spermaku pun kembali menyemprot tanpa dapat ditahan lagi.

    Kubiarkan batang penisku tetap menancap di dalam jepitan vaginanya hingga kurasakan lubang kemaluan Bu Aida berdenyut-denyut pelan seolah memeras sisa-sisa sperma yang masih tersimpan di dalam penisku, kubiarkan biar tuntas sekalian. Nafasku kembang kempis tinggal satu-satu, saling berlomba dengan nafas Bu Aida yang juga memburu.

    “Sekarang giliran Bapak yang sama Bu Aida yah…” sahut Pak Darno setelah melihat kami berhenti bergoyang dan saling berpelukan.

    Aku menatap wajah Bu Aida dan ia mengangguk menyetujui permintaan si penjaga sekolah itu, kami pun bertukar tempat. Pak Darno langsung mendekap tubuh Bu Aida dan keduanya langsung berciuman panas dalam posisi berdiri. Terbesit rasa cemburu dalam dadaku melihat Bu Aida berpagutan dengan pria lain, entah mengapa aku harus cemburu ya? Padahal kan dia istri orang, mungkin karena dia wanita pertama yang ML denganku sehingga mempunyai kesan terserndiri. Beberapa saat aku terbengong memandangi mereka sampai aku lupa kan masih ada Bu Tiara yang kini sedang terduduk lemas di tempatnya berdiri tadi. Kudekati staff admin yang cantik itu.

    ”Eh, mau apa kamu?” tanya staff admin itu merasa canggung, ” eh…kamu jangan kurang ajar ya!” hardiknya ketika aku meraih payudaranya yang terbuka.

    ”Lho kenapa Bu? Tadi kan boleh saya remes-remes… kok jadi dilarang sekarang? Ibu suka ngentotan yah sama Pak Darno? Kok sama saya gak mau?”

    ”AHH…itu… ehh… anu…” Bu Tiara gelagapan tidak tahu harus menjawab apa, ia ingin berkelit tapi matanya tak berkedip ia menatap penisku yang sudah mulai bangun lagi.

    ”Anu…anu apa hayo?? Anu saya ini kali yah maksudnya Bu?” aku terus menggodanya, “saya kepengen lagi nih Bu, tuh kontol saya udah tegang lagi!” kataku sambil mengelus-elus penisnya naik turun membuat Bu Tiara tak sanggup mengalihkan pandangannya.

    ”Iihhh….jorok amat sih kamu!!…” ketus Bu Tiara tapi tidah beranjak dari posisinya.

    Tanpa menunggu lebih lama, aku yang sudah kembali bergairah segera melumat habis bibir Bu Tiara.

    ”Mmph… mmppf… aah…” Bu Tiara mendesah sambil mendorong-dorong dadaku, tapi tidak kelihatan ingin menolak, dorongannya pun tidak terasa kuat.

    Sebentar saja mulutnya membuka membiarkan lidahku masuk, kami pun beradu lidah dengan penuh nafsu. Jemariku mengusap-usap vaginanya yang sudah sangat basah itu. Bu Tiara semakin tak kuasa untuk menahan kenikmatannya ketika jariku menggesek lembut labia mayoranya lalu mulai masuk mengocoki liang kenikmatannya. Sesaat kemudian kukeluarkan jariku dari liang kenikmatannya, lalu kusodorkan jemariku yang dibasahi oleh sperma bercampur lendir kenikmatan itu ke bibir Bu Tiara.

    “Ih…apa sih? Jorok ah” kata Bu Tiara memalingkan muka.

    “Ah si ibu, pura-pura aja, masa gak pernah sih nyicipin peju?” aku menempelkan jariku ke bibirnya.

    Dan perlahan Bu Tiara membuka mulutnya dan mengulum telunjukku yang penuh dilumuri oleh lendir kenikmatannya sendiri itu dengan penuh nafsu. Aku pun menggerak-gerakkan jariku yang sedang dikulumnya menirukan adegan yang sering kutonton di film bokep.

    Saat itu aku melihat Pak Darno sedang menggenjoti vagina Bu Aida dalam posisi berdiri, tubuh guruku itu terhimpit antara tembok dan tubuh pria itu, kedua kakinya ditopang oleh Pak Darno.

    “Akhh…Pak goyang yah…agak cepat donk.” pinta Bu Aida dengan nada manja sementara

    Mendengar permintaan itu, Pak Darno langsung mempercepat irama sodokan penisnya ke dalam vagina guruku yang cantik ini.

    “memek ibu peret banget yah. Kontol saya serasa dipijit di dalamnya. Ohhh…asyik Bu…ooohh..” Pak Darno dibuat merem melek dengan pijatan vagina Bu Aida sementara wanita itu dengan perlahan mengikuti gerakan pompaan batang kemaluan tersebut. Tangannya yang melingkari leher Pak Darno jadi semakin tegang saja

    “Bu, bajunya dibuka aja ya, supaya gak lecek” kataku, “terus ibu juga lebih cantik kalau telanjang hehe…” kataku seraya meraih pinggiran kemejanya.

    “Dasar kamu, kelas berapa sih? Udah berani kurang ajar ke orang gede?” tanyanya tersenyum

    “Saya kelas satu Bu” jawabku.

    “Duh kecil-kecil udah nakal yah kamu!”

    Aku tertawa nyengir dan mulai melepaskan pakaiannya yang tersisa, kemeja, bra, dan roknya hingga bugil total. Kubaringkan tubuh telanjangnya pada tumpukan dus tempat aku bergumul dengan Bu Aida sebelum mereka datang.

    “Bu, ibu cantik sekali, kulit ibu juga mulus dan wangi…” pujiku mengagumi tubuh sintal Bu Tiara dan menggerayangi buah dadanya.

    Aku melihat wajahnya merona merah, agaknya ia enggan mengakui kalau ia merasa tersanjung oleh pujianku. Aku membungkuk mendekatkan wajahku ke dadanya, tanpa buang waktu lagi aku langsung melumat bongkahan kenyal itu. Tanganku ikut meremasi bongkahan payudaranya dan mulutku menggigit-gigit kecil putingnya. Dari dada, pagutanku mulai merambat ke atas, ke pundak, leher, hingga akhirnya bibir kami kembali bertemu. Aku menindihnya sambil berciuman beradu lidah. Saat berciuman aku menempelkan kepala penisku ke bibir vaginanya yang sudah becek. Kudorong pelan-pelan hingga akhirnya….bless..melesaklah penisku itu perlahan-lahan ke dalam vagina Bu Tiara membuatnya sedikit terkejut, tubuhnya tersentak dan kedua matanya melotot . Entah karena kenikmatan yang dirasakannya atau karena rasa kagetnya, tetapi yang pasti ia sangat menikmatinya. Dengan demikian Bu Tiara menjadi wanita kedua yang kusetubuhi. Cairan pelumas vaginanya keluar sangat banyak sehingga penisku semakin lancar keluar masuk di dalamnya. Dengan penuh birahi aku terus menggenjot vaginanya. Aku merasakan betapa liang kewanitaannya seperti menghisap dan melahap penisku sedalam-dalamnya.

    “Ooohh… memeeeek ibu… seret bangeeet…!! Enaknyaaaa…!!” aku memuji vaginanya yang legit.

    ‘Clep… Clep… Clep’ demikian suara alat kelamin kita beradu. Cukup lama aku menaik-turunkan tubuhku dalam posisi misionary ini hingga akhirnya tubuhku dirasakan semakin mengejang. Gelombang kenikmatan itu menyebar ke seluruh tubuh menyebabkan tubuhku berkelejotan dan mulutku mengeluarkan erangan panjang. Saat itu aku melihat tidak jauh dari kami, Pak Darno sedang duduk di sebuah bangku memangku Bu Aida yang duduk membelakanginya. Guruku itu melingkarkan tangannya ke leher si penjaga sekolah dan aktif menaik turunkan tubuhnya, aku juga melihat jelas penis besar pria itu yang timbul tenggelam tertelan vagina Bu Aida.

    Tangan kanan Pak Darno meremasi payudara Bu Aida sambil jarinya memilin-milin putingnya, sementara tangan kirinya memegangi paha kiri guruku itu sambil mengelusinya. Pandanganku dan Bu Aida saling bertemu, ia tersenyum padaku, lalu Pak Darno dari belakang memutar wajahnya dan memagut bibirnya. Jujur saja ada sedikit perasaan tidak rela melihat Bu Aida seperti itu. Sebagai respon kembali aku melumat bibir Bu Tiara dengan penuh gairah. Lidah kami saling beradu dengan sangat panas. Sambil terus berciuman, tanganku tidak henti-hentinya menjelajahi seluruh tubuh staff admin yang cantik ini. Hanya dalam waktu seperempat jam aku mengggenjoti vaginanya, aku pun mengalami orgasme kembali.

    “Aaaaaaaah… Bu, saya mauuuu keluaaaaar… Oohhhh… Bu Tiaraaa!!” aku melenguh panjang meresapi kenikmatan yang melanda tubuhku.

    “Ibu juga jugaaa udaaah mau keluaaar Ceng…ayo terus…aahh….ahhh!!” desah Bu Tiara dengan nafas memburu.

    ‘Croooot… Croooot… Croooot…’ tidak lama kemudian akhirnya spermaku muncrat mengisi penuh rahimnya.

    Desahan orgasme kami memenuhi ruangan, tubuh kami mengejang saling berpelukan. Genjotanku melambat, selanjutnya kami hanya bisa terhempas kelelahan di atas tumpukan dus bekas itu dengan tubuh bugil kami yang penuh oleh keringat. Kami berdua berpelukan mesra menikmati sisa-sisa kenikmatan.Kubiarkan penisku tetap terbenam sedalam-dalamnya di liang kewanitaan Bu Tiara. Nafas kami saling memburu hingga akhirnya mulai normal lagi setelah beberapa menit beristirahat.

    “Hsshhh….hhsss…terus terang…ibu puas loh! Gak nyangka kamu mainnya hebat juga…” puji Bu Tiara sambil mengecup mesra bibirku.

    “Hehe…kalo gitu mau dong Bu kalau saya ajak lagi lain kali” kataku nakal.

    “Iiihh…dikasih hati minta jantung itu sih” katanya mencubit dadaku.

    “Plok..plok..plok..” ruangan ini belum hening karena di atas bangku sana Bu Aida masih menggoyang tubuhnya di pangkuan Pak Darno.

    Mulut Bu Aida tiada henti melenguh berat, demikian juga Pak Darno yang keenakan penisnya diremas-remas dinding vagina Bu Aida. Penjaga sekolah itu melebarkan kedua belah paha Bu Aida, kemudian menekan-nekan tubuh guruku itu sehingga penisnya makin melesak ke vaginanya. Sambil memaguti pundaknya, Pak Darno makin ganas menggenjotinya. Mata Bu Aida membeliak-beliak dan tangannya mencengkram kuat lengan pria itu.

    “Terus Pak..terusss…uhhh…tekenn teruss…” desah Bu Aida tersengal.

    Seiring dengan semakin cepatnya sodokan pada vaginanya, Bu Aida pun semakin lepas kontrol. Wajah cantiknya bercampur dengan raut muka mesum yang membuatnya terlihat sangat seksi. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya ke kiri dan kanan seperti orang yang sedang triping. Tubuh kecil Bu Aida tiba-tiba terangkat ke atas dan Pak Darno berdiri sembari mengangkat seluruh tubuh guruku yang masih dalam posisi mengangkang dari belakang dan merebahkan tubuhnya di tumpukan kardus tepat di sampingku dan Bu Tiara.

    Cerita Seks Tante Nakal 2017 | Sementara itu dengan posisi berubah menjadi doggy style tanpa mencopot penetrasinya, Pak Darno kembali meneruskan proses penetrasinya yang sudah setengah jalan itu. Aku dapat melihat jelas vagina guruku itu yang bibir kemaluannya separuh melesak masuk bersamaan dengan masuknya penis si penjaga sekolah ke dalam liang kemaluannya. Saat aku melihat adegan erotis di sampingku itu, tiba-tiba penisku terasa hangat dan basah. Ternyata Bu Tiara sudah memperoleh kembali tenaganya yang sempat hilang lima menit yang lalu akibat orgasmenya. Dengan dibantu kedua tangannya yang mulus itu dia melakuka oral seks kepada batang penisku dan dengan rakus dia mengulumnya sembari memaju mundurkannya perlahan sementara kedua tangannya mempermainkan buah pelirku. Permainan lidahnya di ujung kemaluanku membuatku semakin turn on saja. Staff admin ini ternyata mahir melakukan oral seks.

    “Udah mulai keras lagi nih Ceng, ibu sepongin yah…” kata Bu Tiara sembari bercampur dengan bunyi kecipak air liurnya yang bercampur dengan cairan kejantananku yang dilumatnya dengan bibirnya.

    Wajah cantiknya menjadi semakin seksi saja kulihat saat dia menjilati batang kemaluanku dan menghisapnya sembari mengocoknya di dalam mulutnya

    “Arghh…” seru suara wanita di sampingku, ternyata Bu Tiara menjerit tertahan ketika penis Pak Darno menyodok kencang.

    Aku membayangkan apa yang dirasakan oleh guruku ini mengingat batang kejantanan penjaga sekolah ini termasuk besar, setidaknya selisih 3-4 cm dari milikku. Mata Bu Aida membelalak dan dia menggigit bibir bawahnya ketika pria itu mulai menggenjotnya pelan-pelan. Penis pria itu secara rutin dan pelan-pelan bergerak maju mundur pelan-pelan melolosi bibir vagina Bu Aida yang sudah memerah karena gesekan tak henti-henti barusan.

    Sementara itu aku, yang merasa cukup dengan oral seks Bu Tiara, memposisikannya dengan posisi doggy style bersebelahan dengan Bu Aida. Sebentar saja aku sudah kembali menjarah liang vagina staff admin ini. Sambil meremas-remas payudaranya yang menggelantung bebas kebawah, aku mempercepat intensitas sodokanku ke liang vaginanya. Saat tubuhnya tersentak-sentak, Bu Tiara sempat mencium paksa bibir Bu Aida yang sedari tadi wajahnya tertunduk. Adegan ciuman kedua wanita itu sepertinya menggugah gairah birahi Pak Darno, akibatnya ia menyodok vagina Bu Aida dengan lebih brutal dari sebelumnya

    “Yeaaahh…pesta ngentot… akhh… benar-benar nikmat.” seru Pak Darno sambil meremas-remas payudara Bu Aida hingga memerah keduanya.

    Seolah berlomba denganku yang sedang menyetubuhi Bu Tiara, Pak Darno mempercepat gerakan sodokannya sembari kadang menoleh ke arahku dan tersenyum, entah apa maksudnya. Sesekali dia keluarkan penisnya dari liang kemaluan guruku sehingga aku dapat melihat bibir vagina Bu Aida yang sudah membentuk lubang menganga dan cairan kewanitaannya meluber keluar sehingga membasahi tumpukan dus. Lalu Pak Darno kembali menusukkan batang penisnya untuk masuk lagi ke dalam vagina Bu Aida sembari melenguh kencang. Sementara itu aku juga merasakan kalau Bu Tiara mengalami orgasme lagi padahal baru aku genjot dia selama 10 menit. Ternyata Bu Tiara ini termasuk type wanita yang mampu memperoleh orgasme beruntun secara berulang-ulang atau multi orgasme. Bahkan setelah orgasmenya kali ini, ia tidak membutuhkan istirahat dan berbalik telentang dan kembali tangannya menancapkan penisku di bibir vaginanya yang sudah menganga tersebut.

    “Wow…binal juga lu Tia…aahhh…aahh” goda Bu Aida kepada Bu Tiara dan diapun hanya tersenyum nakal lalu memelukku dari bawah sehingga sekarang kami melakukan gaya mercenary.

    “Emangnya Bu Aida ngga binal? hihihi” balas staff admin ini lalu mencium bibirku dalam-dalam yang kubalas dengan tusukan keras batang kejantananku ke dalam liang kewanitaan miliknya.

    “Eee..kamu juga nakal ya, siapa suruh tusuk-tusuk…hahaha…” candanya ketika tahu kalau liang kemaluannya kembali aku kerjai dengan keras. “yang enak yah! Jangan mau kalah sama mereka” lanjut Bu Tiara dengan ujung mata menunjuk ke arah Pak Darno yang semakin brutal mengerjai Bu Aida yang sekarang dalam posisi telentang dan ditindih tubuh penjaga sekolah itu.

    Bu Aida yang bertubuh mungil itu tersentak-sentak oleh sodokan-sodokan ganas Pak Darno namun tak berdaya untuk memposisikan dirinya agar rasa sakitnya berkurang karena tubuh mungilnya itu sedang ditindih oleh tubuh si penjaga sekolah. Pak Darno memompa vagina guruku itu dengan bantuan kedua bahunya, ia mengangkat kedua tungkai kaki Bu Aida.

    Sepuluh menit dengan posisi mercenary ditambah dengan melihat pemandangan erotis di sampingku membuatku tidak dapat menahan diri lagi dan akhirnya keluar juga spermaku membasahi liang vagina staff admin yang cantik ini. Bu Tiara memelukku erat-erat sepertinya enggan melepasku pergi. Dengan kakinya yang indah mengapit pinggangku, ia menikmati orgasmenya dengan tubuh menggelinjang hebat lalu sepuluh detik kemudian dia terkulai lemas. Sementara itu Bu Aida sepertinya belum dapat beristirahat karena walaupun dia sudah dua kali orgasme tetapi Pak Darno belum mencapai klimaksnya.

    Bahkan sesekali dia mencium Bu Tiara yang terkulai dalam pelukanku sementara batang kemaluannya tetap memompa vagina Bu Aida. Selang beberapa saat, dengan kedua tangannya yang besar, Pak Darno mengangkat tubuh Bu Aida sehingga berposisi setengah duduk walaupun tubuh atasnya masih condong ke bawah lalu dengan berjongkok bertumpu dengan salah satu lututnya. Pria itu mengangkat tubuh mungil Bu Aida dan menyetubuhi guruku dalam posisi itu. Mau tak mau kedua tangan Bu Aida mengapit leher pria itu agar kepalanya tidak mendongak berlebihan ke arah bawah.

    Peluh sudah membasahi tubuh Bu Aida sementara Pak Darno belum ada tanda-tanda akan mengakhiri persetubuhannya dengan guruku itu. Sembari menyaksikan tontonan live show panas tersebut, Bu Tiara kembali bangkit tetapi tidak beranjak ke arahku melainkan mengarah ke Pak Darno dan Bu Aida. Dia lalu telentang dengan kepala tepat di bawah pompaan penis Pak Darno ke vagina Bu Aida, lalu dengan staff admin itu menjilati batang kemaluan Pak Darno yang saat itu masih menyodok-nyodok liang kewanitaan Bu Aia dengan brutal. Sesekali Bu Tiara mengulum buah pelir Pak Darno yang membuat pria tersebut makin kesetanan. Sementara kedua tangan Bu Tiara ikut-ikutan beraksi mempermainkan payudara Bu Aida yang terguncang-guncang ketika dipompa oleh Pak Darno.

    “Bu Aida tahan lama juga yah, padahal Pak Darno mainnya ganas loh hehehe.” ucap Bu tiara sambil terus mengerjai payudara dan klitoris Bu Aida sementara bibirnya tetap menstimuli buah zakar Pak Darno.

    “Anjrit…keluar nih….aAkhhh…” seru Pak Darno menyemburkan seluruh cairan spermanya di dalam liang kemaluan Bu Aida.

    Sementara Bu Aida juga mencapai orgasmenya gara-gara stimuli yang dilakukan oleh Bu Tiara. Tubuhnya menggeliat hebat dan beberapa saat kemudian lemas memeluk tubuh Pak Darno yang masih memangkunya dengan penis masih menancap di liang kemaluannya.

    “Wow….si bapak masih banyak persediaan nih” canda Bu Tiara ketika melihat cairan sperma yang dikeluarkan oleh si penjaga sekolah sangat banyak sehingga saat batang kemaluannya dicabut dari liang kewanitaan Bu Aida dari dalam liang vagina guruku itu mengalir keluar cairan putih kental yang sangat banyak bercampur dengan cairan orgasme Bu Aida. Bibir vagina Bu Aida terlihat sembab merah akibat benturan dan gesekan keras batang penis Pak Darno.

    “Ooohh…Tiara…kamu…aaahhh!!” Bu Aida mendesah lemas mendorong kepala Bu Tiara yang menjilati vaginanya yang basah kuyup itu, namun ia hanya bisa pasrah membiarkan staff admin itu membersihkan vaginanya.

    Bu Tiara nampak melahap sperma Pak Darno yang telah bercampur dengan cairan kewanitaan Bu Aida.

    “Weleh…weleh Bu Tiara suka juga ya jilat-jilat ke sesama cewek” sahut Pak Darno yang terkesima bengong memandangi adegan sesama wanita itu.

    “Saya gak mau loh Pak, jangan coba-coba suruh saya bersihin yang Bapak!” kataku bercanda.

    “Yeee…amit-amit emangnya bapak cowok apaan? Tak kemplang kalau ada cowok berani megang nih otong” katanya

    Selanjutnya ciuman Bu Tiara merambat naik hingga akhirnya mereka berpagutan bibir, keduanya berciuman dan beradu lidah selama beberapa saat.

    “Bu saya pengen di bersihin dong nih!” Pak Darno mendekati mereka dan meraih kepala Bu Tiara, tanpa disuruh lagi, staff admin itu pun melakukan cleaning service terhadap penis Pak Darno. Aku sendiri tidak mau tidak mau kalah, kuhampiri mereka dan kudekatkan penisku pada wajah Bu Aida.

    “Yang saya yah Bu!” pintaku.

    Cerita Seks Tante Nakal | Bu Aida tersenyum kecil lalu meraih penisku, darahku langsung berdesir merasakan lidahnya menjilati batang penisku dengan lihainya. Setelah itu kami ngobrol ringan dan bercanda menikmati saat-saat terakhir sebelum akhirnya mulai berbenah diri.

    “Walah udah ampir jam tiga, gak kerasa udah pada bubar dong, mana belum absen lagi?” aku berteriak kaget ketika melihat ke jam tanganku.

    “Tenang aja! Absennya kan dikasih ke admin, ntar kamu ke kantor aja buat absen …” jawab Bu Tiara dengan santai sambil merapikan rambutnya.

    Setelah kembali berpakaian lengkap akhirnya kami pun segera keluar dari tempat ini. Benar saja, semua pertandingan telah usai, hanya tinggal sedikit murid saja di sekolah sedang menanti jemputan. Di luar gerbang sekolah kulihat Bu Aida dijemput sebuah Inova silver, seorang pria kebapakan duduk di kemudi yang pastinya suaminya. Setelah sampai di rumah, aku langsung mandi karena badanku bau keringat dan aroma seks ditambah lagi aroma apek gudang. Rasanya segar sekali setelah mandi air dingin, juga puas sekali setelah berpesta seks di sekolah dengan dua wanita cantik. Nantikan petualangan seruku yang lain.

  • Cerita Bokep Aku Ditipu Hingga Hilang Keperawananku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Bokep Aku Ditipu Hingga Hilang Keperawananku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1566 views

    Perawanku – Sekian lama aku berteman tak disangka dan diduga diapun mengutarakan maksud dan tujuannya mengajak berteman aku dahalulu karena dia ingin mengenal aku lebih jauh, Bila aku tak jawab,mungkin aku dikira sombong, setelah aku berpikir panjang dengan berbagai pertimbangan keputusan akhirnya aku pilihAku menerima jadi pacarnya singkat dan penuh malu aku kirim Sms untuk kata IYA AKU MAU JADI CEWEKMU, dia gembira bukan kepalang tentu saja orang lain aja belum tentu bisa meraih hatiku, dengan uletnya dan gigihnya akupun luluh karena aku yakin dia tulus sayang sama aku sikapsikap yang ditunjukin kepadaku telah jadi buktnya.

    Namaku Rima. Kata orang aku cantik, kulitku kuning, hidungku bangir, sepintas aku mirip Indo. Tinggiku 160cm, ukuran Bhku 34, cukup besar untuk seorang gadis seusiaku. Aku punya pacar, Dino namanya. Dia kakak kelasku, kami sering ketemu di sekolah.

    Dino seorang siswa yang biasa biasa saja, dia tidak menonjol di sekolahku. Prestasi belajarnyapun biasa saja. Aku tertarik karena dia baik padaku. Entah kebaikan yang tulus atau memang ada maunya. Dia juga mencoba mendekatiku. Di sekolah, aku tergolong populer. Banyak siswa cowok mencari perhatian padaku.

    Tapi entah mengapa aku memilih Dino. Singkatnya, aku pacaran dengan Dino. Banyak teman teman cewekku menyayangkannya, padahal masih ada si Anto yang bapaknya pejabat, Si Danu yang juara kelas, Si Andi yang jago basket, dan lainnya. Entah mengapa aku tidak menaruh perhatian pada merekamereka itu.Aku dan Dino telah berjalan kurang lebih 6 bulan. Pacaran kami sembunyi sembunyi, ya karena kami masih SMP jadi kami masih takut untuk pacaran secara terang terangan. Orang tuaku sebenarnya melarangku untuk berpacaran, masih kecil katanya. Tetapi apabila cinta telah melekat, apapun jadi nikmat.

    Hari Sabtu sepulang sekolah aku janjian sama Dino. Aku mau nemanin dia ke rumah temannya. Aku bilang ke orang tua bahwa hari Sabtu aku pulang telat karena ada les tambahan. Aku berbohong. Di tasku. telah kusiapkan kaos dan celana panjang dari rumah. Sepulang sekolah, aku ke wc dan mengganti seragamku dengan baju yang kubawa dari rumah. Dinopun begitu.

    Dari sekolah kami yang berada di perbatasan Jakarta Timur dan Selatan, kami naik bis kearah Cipinang, Jakarta Timur, rumah teman Dino. Sesampai disana, aku diperkenalkan dengan teman Dino, Agus namanya. Rumahnya sepi, karena orang tua Agus sedang ke luar kota. Agus juga bersama pacarnya, Anggi.

    Pembantunya pun pulang kampung, sesekali kakak Agus yang telah menikah, datang ke rumah sekalian menengok Agus dan membawakannya makanan. Kakaknya hari ini sudah datang tadi pagi dan akan datang lagi besok, demikian kataAgus. Jadi hanya kami berempat di rumah itu. Kami ngobrol bersama ngalor ngidul.

    Tak lama kemudian, Agus dan Dino pergi ke dapur dan menyiapkan minuman untuk kami. Aku ngobrol dengan Anggi. Dari Anggi, aku tahu bahwa Agus telah berhubungan selama kurang lebih 1 tahun. Keduanya satu sekolah, juga di SMP hanya berlainan dengan sekolahku.

    10 menit kemudian, Agus dan Dino kembali dengan membawa 4 gelas sirup dan dua toples makanan kecil. Setelah memberikan minuman dan makanan itu, Agus berdiri dan memutar VCD.Film baru katanya. Aku enggak ngerti, aku pikir film bioskop biasa. Agus menyilakan kami minum. Aku minum sirup yang diberikannya. 10 menit berlalu, kepalaku pusing sekali, bersamaan dengan itu ada rasa aneh menyelimuti tubuhku.

    Rasa..hangat merinding di tv tampak adegan seorang wanita bule yang sedang dientot oleh 2 lakilaki, satu negro dan satu lagi bule juga. Aku berniat untuk pulang, tetapi entah mengapa dorongan hatiku untuk tetap menyaksikan film itu. Mungkin karena aku baru pertama kali ini nonton blue film. Badanku makin enggak karuan rasanya kepalaku serasa berat dan ah rangsangan di badanku semakin menggila.

    Aku lihat Agus dan Anggi sudah saling melepaskan baju mereka telanjang bulat di hadapan aku dan Dino.Mereka saling berpelukan, berpagutan tampak Agus menciumi tetek Anggi yang mungil Agus lalu mengisepisep pentilnya tampaknya keduanya sudah sering melakukannya . Mereka tampak tidak canggung lagi Anggi mengisepisep peler Agus persis seperti kejadian di film blue itu . Anggi juga sepertinya telah terbiasa Kontol Agus bak permen, diisep, dikulum oleh Anggi Dino merapatkan tubuhnya kepadaku.

    Rim .kamu sayang aku enggak?tanyanya padaku. Eh..emang kenapa, Din ?kataku kaget karena aku masih asyik menyaksikan Agus dan Anggi Aku pengen kayak gitu .kata Agus sambil menunjuk pada Agus dan Anggi yang semakin hot. Tampak Agus mulai menindih Anggi, dan memasukkan batang kontolnya ke nonok Anggi. Dengan diikuti teriakan kecil Anggi, batang kontol itu masuk seluruhnya ke nonok Anggi. Gairahku melonjaklonjak entah kenapa?Seluruh badanku merinding .Rima?kata Dino lagi. Eh enggak ah enggak mau malu .kataku. Malu sama siapa?kata Dino.

    Cerita Bokep– Tangannya mulai merayapi dadaku. Kutepis pelan tangannya. Malu sama Agus dan Anggi tuh kataku. Ah mereka aja cuek ayo dong Rima aku sudah enggak tahan nih kata Dino. Ah..jangan ah kataku. Gairahku makin tidak keruan mendengar erangan dan rintihan Agus dan Anggi. Tak terasa tangan Dino mulai membuka kancing bajuku. Entah kenapa aku membiarkannya sehingga bajuku terbuka. Aku hanya mengenakan BH dan celanapanjang jeans.

    Adegan di TV makin hot tampak sekarang seorang wanita asia di entot tiga orang bule dua orang memasukkan kontolnya ke memek dan pantatnya sedangkan yang satunya kontolnya lagi diisep oleh si wanita. Keempatnya terlihat sedang merasakan kenikmatan Tangan Dino mulai merayapi dan meremasremas buah dadaku yang masih kencang dan belum pernah disentuh oleh siapapun. Aku menggelinjang, geli nikmat ah..baru pertama kali aku merasakan ini. Buka Bhnya, ya sayang pinta Dino. Aku mengangguk, aku jadi inginmerasakan lebih nikmat lagi Dengan cekatan Dino membuka Bhku.. aku sekarang benarbenar telanjang dada.

    Dino mengisepi pentilku memencetmemencet buah dadaku yang masih kenyal dan bagus Tetekmu enak bener, sayang belum pernah ada yang pegang yaakata Dino sambil terus meremas tetekku dan mengisepi pentilku Belum Din ahhh enak Din terus terus..jangan berhenti .kataku. Kenikmatan itu baru kali ini aku rasakan. Kulirik Agus dan Anggi, mereka sekarang bermain doggy style.

    Cerita Sex – Anggi berposisi nungging dan Agus menusuknya dari belakang terdengar erangan dan eluhan mereka Gairahku makin menggila Buka celanamu ya sayang aku udah pengen nih pinta Dino. Jangan Din takut .kataku. Takut apa sayang?kata Dino. Takut hamil kataku. Enggak Din, aku nanti keluarnya di luar memekmu sayang kalo hamilpun aku akan tanggung jawab, percayalah katanya.

    Cerita Dewasa Pecah Wanita Perawan Aku diam saja Dino mulai membuka ristleting celanaku, aku diamkan saja .tak lama kemudian, dia memerosotkan celanaku tampak memekku yang menggumpal dengan jembut yang lumayan tebal. Dino pun memerosotkan celana dalamku Aku benarbenar polos bugil. Dinopun membuka seluruh bajunya, kami berdua telanjang bulat.

    Tangan Dino tetap meremasremas tetekku Kulirik Agus dan Anggi, eh mereka bersodomi Anggi sudah biasa bersodomi rupanya kulihat kontol Agus maju mundur di pantat Anggi sedangkan tangan kiri Anggi mengucekucek memeknya sendiri yang sudah basah Erangan mereka terdengar makin sering .Dino terus mengerjaiku, tangannya mulai merayapi jembutku. Salah satu jarinya dimasukkan ke nonokkuAh..sakit, pelanpelan, Din..teriakku ketika jari itu memasuki nonokku.

    Dino agak sedikit mengeluarkan jari itu dan bermain di bibir kemaluanku tak lama kemudian nonokku basah . Din, isep dong punyaku pinta Dino sambil menyodorkan kontolnya ke mukaku. Ah..enggak ah kataku menolak. Jijik ya? Punyaku bersih kok ayo dong Anggi saja berani tuh pinta Dino memelas.

    Dengan ragu aku pegang kontol Dino. Baru sekali ini aku memegang punya lakilaki. Ternyata liat dan keras. Kontol Dino sudah berdiri tegang rupanya. Ayo dong Rima sayang pinta Dino lagi. Dengan ragu kumasukkan kontol itu ke mulutku, aku diamkan kontol itu sambil kurasarasa. Ih, kenyal Hisap dong sayang seperti kamu makan permen Dino mengajariku. Pelanpelankuisapisap, kujilati bolong kontol itu dengan lidahku lama kelamaan aku merasa senang mengisapnya kuisep keraskeras..kusedotsedot, kujilati .kumaju mundurkan kontol itu di dalam mulutku terdengar berulang kali erangan Dino. Ah ah. uuuhhh enak sayang teruskan .. erang Dino. Tangan Dino terus mengucekucek nonokku.

    Sudah tidak sakit lagi sekarang, mungkin sudah basah Aku jadi senang mengisap kontol Dino terus kulomoh kuisap..kujilati kusedotsedot ih..enak juga, pikirku Tibatiba Dino menarik kontolnya dan mengarahkannya ke nonokku Aku pasrah, dimasukkannya kontolnya ternyata meleset, Dino melumuri tangannya dengan ludahnya kemudian tangannya itu diusapkan ke kontolnya dan mencoba lagi memasukkan kontolnya ke liang nonokku, ketika kepalanya masuk ke nonokku, aku berteriakAduuh sakit Din pelanpelan dong Gairah semakin meninggi .aku ingin merasakan kenikmatan lebih.

    Dino melesakkan kontolnya ke nonokku pelan kurasakan sesak nonokku ketika kepala kontol itu masuk ke dalamnya Dino lagi menghentakkan kontolnya sehingga amblas semuanya ke dalam nonokku .Ahhh perih Din kataku. Dino diam sebentar memberikan waktu kepadaku untuk menenangkan diri. Tenang Din, sebentar lagi kamu akan terbiasa kok katanya. Pelanpelan Dino mengocokkontolnya di nonokku.

    Masih terasa perih sedikit kocokkan Dino semakin kencang Aneh, perih itu sudah tidak terasa lagi, yang ada hanya rasa nikmat nikmat sekali Terus Din Terus ahhhh ah .enak .kataku. Sempat kulirik Agus dan Anggi masih terus bersodomi. Gimana rasanya disodomi ya, pikirku Agus semakin menggencarkan kocokkanyya Aku semakin menggelinjang .ah ternyata ngentot itu nikmat .surga dunia coba dari dulu.. kataku dalam hati .Din ah.ah .aku aku .entah apa yang aku ingin ucapkan. Ada sesuatu yang ingin kukeluarkan dari nonokku entah apa Keluarkan saja sayang kamu mau keluar .kata Dino. Ahh iya Din aku mau keluar ..tak lama kemudian terasa cairan hangat dari nonokku .

    Dino terus mengocok kontolnya kuat juga pacarku ini, pikirku. Satu nol, sayangkata Dino tersenyum. Dino mencopot kontolnya, aku sedikit kecewa Kenapa dicopot Din..tanyaku. Kita coba doggy style, sayang jawabnya sambil membimbingku berposisi seperti anjing. Dino menusukan kontolnya lagi sekarang badanku terguncangguncang keras terdengar erangankeras dari Anggi dan Agus, mereka ternyata telah mencapai puncaknya kulihat peluh bercucuran dari kedua tubuh mereka, dan akhirnya mereka terkapar kenikmatan tampak wajah puas dari mereka berdua Aku sudah hampir tiga kali keluar Dino tampak belum apaapa dia terus mengocok kontolnya di memekku.

    Sudah hampir ¾ jam aku dientot Dino, tapi tampaknya Dino belum menunjukkan akan selesai. Kuat juga aku lemes sekali lalu Dino mencopot lagi kontolnya dan mengambil baby oil yang tersedia dekat kakinya. Aku ingat baby oil itudipakai untuk melumuri pantat Anggi ketika mau disodomi .eh apakah aku mau disodomi Dino? Mau ngapain Din tanyaku penasaran .Seperti Anggi dan Agus lakukan, Rima aku ingin menyodomimu sayang jawabnya. Sebenarnya aku takut, tapi terdorong rasa gairahku yang melonjaklonjak dan keingin tahuanku rasanya disodomi, maka aku mendiamkannya ketika Dino mulai mengolesi lubang pantatku dengan baby oil.

    Tak lama kemudian, kontol Dino yang masih keras itu diarahkan ke pantatku meleset dicoba lagi kepala kontol Dino tampak mulai merayapi lubang pantatku Aduuuh sakit Din kataku ketika kontol itu mulai masuk pantatku. Tenang sayang nanti juga enggak sakit jawab Dino sambil melesakkan bagian kontolnya kepalanya sudah seluruhnya masuk ke pantatku Aduuuhh sakiiiitt kataku lagi.

    Tenang Rim, nanti enak deh..aku jadi ketagihan sekarang kata Anggi sambil mengelus rambutku dan menenangkanku. Kamu sudah sering disodomi, Nggi?tanyaku. Wah bukan sering lagi hampir tiap hari kadang aku yang minta abis enak sih udah tenang saja ayo Dino coba lagi nanti pacarmu pasti ketagihan ayo..kata Anggi sambil menyuruh Dino mencoba lagi.

    Dino mendesakkan lagi kontolnya sehingga seluruhnya amblas ke pantatku. Terasa perih di pantatku .Tuuh kan sudah masuk tuh enak kan nanti pantatmu juga terbiasa kok kayak pantatku ini enak kan jadi enggak ada hari libur, kalo lagi menspun tetap bisa dientot hi hihi kata Anggi. Aku diam saja. Ternyata sakit kalo disodomi .Dino mulai mengocok kontolnya di pantatku. Pelanpelan, Din masih sakit pintaku pada Dino.

    Iya sayang enak nih sempitkatanya. Anggi ke belakang pantatku dan mengucekucek nonokku dengan tangannya aku semakin menggelinjang nikmat Anggi ah .enak kataku. Ayo Din, kocok terus, biar aku mengucek nonoknya, biar rasa sakit itu bercampur rasa nikmatkata Anggi pada Dino. Benarsekarang rasa sakit itu tidak muncul lagi hanya nikmat .Hai sayang ini ada lobang nganggur mau pake? Boleh kan Dino? Lubang yang satu ini dipake pacarku Agus kata Anggi.

    Tanya Rima saja deh, aku lagi asyik nihjawab Agus sambil terus mengocok kontolnya di pantatku. Gimana Rima? Bolehkan? Enak lo di dobelin aku sering kok pinta Anggi. Ah..jangan deh kataku.Sudahlah Rima, kasih saja aku rela kokkata Dino. Tibatiba Agus merayap di bawahku dan menciumi tetekku. Kontolnya dipegang oleh Anggi dan diarahkan ke nonokku.

    Dengan sekali hentakan, kontol itu masuk ke nonokku. Jaang kataku hendak berteriak jangan tetapi terlambat, kontol itu sudah masuk ke nonokku. Jadilah aku dientot dan disodomi. ½ jam Agus dan Dino mengocok kontolku.

    Aku lemes sekali baru sekali dientot sudah diduain tanganku sudah tidak kuat menopang badanku. Kakiku lemes sekali. Kenikmatan itu sendiri tidak adaduanya .aku sebenarnya jadi senang dientot berdua begini tapi mungkin kali ini kurang siap.

    Aku keluar 2 kali sebelum Agus mencopot kontolnya dan memasukkan kontol nya ke mulut Anggi. Anggi menghirup peju yang keluar dari kontol Agus dengan nikmat. Kemudian Dino melakukan hal yang sama, tadinya aku ragu untuk menghirupnya, tapi lagilagi rasa penarasan pada diriku membuatku ingin rasanya menikmati pejunya Dino. Dino memuntahkan pejunya dimulutku akupun menelannya. Ah..rasanya asin dan agak amis setelah kontolnya bersih,

    Dino mencopot kontolnya dan menciumku yang sudah KO di kasur. Terima kasih sayang aku puas dan sayang sama kamu katanya lembut. Aku diam saja sambil merasakan kenikmatan yang baru pertama kali aku rasakan. Badanku lemes sekali Kulihat di seprai ada bercak merah..

    darah keperawananku dan mungkin bercampur dengan sedikit darah dari pantatku yang mungkin juga sobek karena dirasuki kontol Dino. Aku mencoba duduk, ah masih terasa sakit di kedua lubangku itu, lalu aku menangis di pelukan Dino .Din, aku sudah enggak perawan lagi sekarang jangan tinggalkan aku yaa .

    kataku pada Dino. Kulihat Anggi dan Agus sudah tidur berpelukan dalam keadaan telanjang bulat. Iya sayang aku makin cinta sama kamu aku janji enggak akan meninggalkanmu tapi kamu harus janji yaa katanya. Bener Din? Kamu enggak ninggalin aku? Tapi janji apa ?kataku balik bertanya. Janji, kita akan mengulangi ini lagi aku benerbener ketagihan sekarang sama nonokmu dan juga pantatmu, sayang

    kata Dino sambil mengelus rambutku. Aku diam saja, aku juga ingin lagi..aku juga ketagihan kataku dalam hati. Janji ya sayang katanya lagi mendesakku. Aku hanya mengangguk. Sudah jangan nangis sekarang kamu mau langsung pulang atau mau istirahat dulu?tawar Dino.

    Aku pilih istirahat dulu lalu akupun tertidur berpelukan dengan Dino. Hari ini baru pertama kali aku berkenalan dengan sex. Ternyata enak dan nikmat.

  • Menyetubuhi Gadis Pingsan Yang Masih Perawan

    Menyetubuhi Gadis Pingsan Yang Masih Perawan


    1566 views

    Cerita Sex ini berjudulMenyetubuhi Gadis Pingsan Yang Masih PerawanCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Namaku Bastian, aku adalah seorang ABG yang berusia 17 tahun. Aku mempunyai tinggi badan sekitar 170 cm, berat badan 58 kg, cukup ideallah postur tubuhku.

    Disini aku akan berbagi cerita sex yang hot dari pengalaman saya dengan seorang wanita. Bisa dibilang pengalaman Sexs-ku ini sangat jarang dialami oleh orang lain, dan saya yakin para pembaca-pun mengatakan seperti itu setelah membaca cerita sexs-ku ini.

    Tian nama panggilanku, selain berpostur tubuh ideal, aku juga memiliki wajah yang sedikit ganteng,hhe. Saya kira cukup pembukaan ceritanya, sekarang menuju pada cerita sex mesum pribadi Mas Bastian yang paling Ganteng. Pada suatu hari pihak sekolahku mengadakan Study Tour di sebuah pantai di daerah Jabar ( jawa barat). Kami semua sampai di lokasi sekitar pukul 03.00 dini hari.

    Karena kami sampai di lokasi wisata pada Pukul 03.00 dini hari, teman satu sekolahku dan semua guru-pun lelah dan langsung tidur di penginapan yang sebelumnya sudah dibooking. Namul hal itu tidak terasa olehku, karena ketika perjalanan ke objek wisata aku sempat tidur. Maka dari itu sesampianya disana akupun bisa tertidur 1 jam kemudian tepatnya pada pukul 05.00 dini hari.

    Tidak terasa waktupun berlalu, sampai pada akhirnya aku terbangun sekitar Pukul 08.45 pagi. Namun ketika aku terbangun aku merasa bingung, karena pada saat itu teman-teman sekamarku sudah tidak ada di kamar. Wah nampaknya aku ketinggalan deh ini, ucapku. Saat itu aku-pun segera keluar kamar dan melihat bus sudah tidak ada, hal itu menandakan bahwa mereka sudah pergi ketempat wisata.

    Karena merasa kurang yakin aku-pun sempat menanyakan kepada staff hotel, setelah bertanya ternyata benar rombongan sekolahku telah berangkat ke lokasi wisata. Sekitar jam 07.00 pagi mereka sudah berangkat. Saat itu merasa sangat kesal akan hal itu. Aku kesal sekali tidak bisa ikut dan yang paling membuat aku jengkel adalah, mengapa teman sekamarku tidak membangunkan aku. Benar-benar keterlaluan mereka.

    Untuk menghilangkan rasa kesalku, akupun langsung keluar dan bejalan-jalan di pantai. Kebetulan sekali hotel tempat kami menginap berdekatan dengan sebuah pantai. Sesampainya di pantai, aku merasa aneh saat itu, karena pantai ini suasana-nya sangat sepi, bahkan tak ada seorangpun kecuali aku. Lalu aku berfikir, mungkin pantai ini sepi karena pantai ini bukanlah tempat wisata.

    Saat itu terlihat banyak sampah dan tanaman bakau yang cukup lebat di tepi pantai ini. Mungkin saja hal itu yang menyebabkan orang tidak suka berkunjung di pantai ini. Dengan bertelanjang kaki saat itu mulai menelusuri pantai, tak jarang sepanjang pantai aku banyak menemukan berbagai jenis sampah. Tanpa aku duga ditengah perjalanku dikagetkan dengan adanya sesosok orang yang terkapar di tepi pantai.

    Karena aku penasaran, maka aku-pun segera menghampirinya, dan segera menepikanya di bawah pohon tepi pantai yang cukup rindang. Setelah kuperhatikan secara seksama, ternyata dia adalah seorang gadis yang usianya sebaya denganku. Saat itu aku coba memeriksa denyut nadinya, ternyata setelah aku periksa denyut nadinya masih berdenyut dan tubuhnya-pun masih hangat.

    Karena dia masih hidup aku-pun mengamati lagi gadis itu. Sungguh sebuah rejeki aku bisa menemukan gadis yang berparas cantik, berkulit putih, bertubuh sintal dan berambut panjang. Pada saat itu Gadis itu memakai hanya mengenakan pakaian renang yang cukup indah dan mahal nampaknya. Dalam hening aku merasa bingung karena memikirkan darimana datangnya gadis ini.

    Saat itu aku mencoba memeriksa memeriksa sekujur tubuhnya, dengan maksud siapa tahu ada identitas yang terselip di baju renangnya. Namun ketika aku aku memeriksa tubuhnya, spontan terlintas ide ngeres di otakku. Saat itu sesekali aku menyentuh buah dada-nya yang lumayan kenyal dan besar bagi gadis seumurannya. Saat itu aku juga memperhatikan area kewanitaan-nya yang nampak menyembul indah.

    Karena aku laki-laki normal, saat itu tidak terasa kejantananku sudah ereksi hebat, dan seketika timbullah niat buruk untuk menyetubuhi gadis itu. Karena saat itu hanya ada aku dan gadis pingsan yang aku temukan tadi, tanpa buang waktu niat cabulku-pun kulancarkan. Mulailah aku melucuti celana renangnya yang menutupi tubuh dan kewanitaan-nya yang menyembul indah.

    Stelah terlepas, maka terlihatlah kewanitaan dengan bulu kewanitaan yang sangat terawat dihadapanku. Tanpa berfikir panjang akupun mulai menyentuh bibir kewanitaan-nya, berhubung aku si otong (penis) sudah tidak tahan lagi, maka aku-pun bergegas melepas celana pendek, celana dalamku. Sembari memandangi indahnya tubuh gadis itu, kejantanankukupun aku gesek-gesekkan pada kewanitaan gadis itu.

    “ Beuhhh, nikmat sekali ternyata rasanya… ”

    Sembari masih menggesek-gesekan kejantananku pada kewanitaann gadis itu, tak lupa tanganku meraih buah dada-nya yang kenyal lalu aku remas-remas dengan penuh gairah. Sesekali aku juga memainkan puting susu-nya yang berwarna kemerah-merahan itu. sembari tangan kiriku memegang buah dada-nya, tangan kanan-kupun sekarang bergerak menuju liang senggamanya. Saat itu aku mencoba menusuk-nusukkan jemariku kedalam liang senggama yang masih sempit itu.

    Secara perlahan aku menusukan jariku kedalam liang senggama gadis itu, setelah beberapa saat pada akhirnya jemariku berhasil masuk ke dalam liang senggama-nya.

    Tidak kusangka ternyata dia masih Virgin, dan keluarlah sebercak darah yang mengalir dari liang senggamanya. Saat itu aku sempat terkejut karena tiba-tiba gadis itu bergerak, mungkin saja dia merasakan sakit ketika jariku menembus selaput daranya.

    Seketika aku-pun langsung menghentikan perbuatanku, karena aku takut dia sadarkan diri dan akan berteriak jika melihat aku sedang melakukan hal cabul ketika dia tersadar. Setelah beberapa saat aku hentikan, ternyata dia masih tidak sadarkan diri. Saat itu aku masih sempat menunggu sekitar 10 menit untuk memastikan jika dia benar-benar masih tidak sadarkan diri.

    Lalu setelah benar-benar yakin dia masih pingsan, aku-pun kembali melanjutkan bermain di arena kewanitaan-nya dengan jemariku. Setelah itu aku-pun mencoba bermain dengan gaya lain, ketika itu aku mendekatkan wajahku ke depan bibir kewanitaan-nya gadis itu. Kulihat bibir kewanitaan-nya berlumur sedikit bercak darah akibat sodokan jariku yang menembus selaput daranya tadi.

    Karena aku sudah terlanjur nafsu dan khilaf akupn tidak perduli dengan bercak darah itu, dan aku-pun langsung melahap kewanitaan gadis itu sembari kedua tanganku membuka lebar dinding bibir kewanitaan-nya. Setelah beberapa saat aku menciumi kewanitaan-nya, aku mulai lidahku menjulurkan lidahku untuk memainkan clitoris-nya. Masih dengan keadaan pingsan, aku mendengar nafas gadis itu memburu.

    Seketika itu hembusan nafasnya menjadi lebih cepat dan tidak beraturan. Ketika nafasnya makin tidak beraturan, tiba-tiba dari lubang itu keluar cairan putih bening yang hangat membasahi lidahku. Sungguh hebat sekali gadis itu, dalam keadaan yang tidak sadarkan diri dia bisa orgasme, hha… mantap.

    Berhubung gadis itu sudah orgasmen dan masih tidak sadarkan diri, aku-pun langsung mempersiapkan kejantananku yang sudah mencapai ukuran maksimal itu, untuk memcoba memasuki liang senggama-nya. Aku langsung mencoba memasukkan kejantananku ke dalam kewanitaan itu dengan menggesek-gesekan kejantananku terlebih dahulu, tapi ketika aku akan memasukan kejantananku ke dalam liang senggama-nya ternyata liang senggama-nya masih sangat sempit.

    Saat itu terasa sangat sulit sekali memasukan kejantananku kedalam Vagina Gadis itu, sampai-samapi kejantananku yang sudah ereksi maksimal tidak kuat untuk menembus kewanitaan gadis itu. Huffttt, sunguh susah menembus memek perawan. Namun aku tidak menyerah begitu saja, secara perlahan aku terus mencoba menusukan kejantananku. Setelah susah payah akhirnya,

    “ Zlebbbbbbbbbb ”,

    Terbenamlah seluruh kejantananku didalam vagina itu. Setelah berhasil masuk kedalam lubang kewanitaan itu, kurasakan seakan kejantananku seperti dipijat-pijat oleh dinding Vagina gadis itu,

    “ Ouhhhhhhhhh…. Nikmatnya surga dunia ini… ”, ucapku puas.

    Setelah terbenam seluruhnya kurasakan hangatnya lubang kewanitaan membuat kejantananku semakin keras saja. Lalu aku langsung mengangkat pinggul gadis itu sejajar dengan kejantananku. Dengan perlahan aku gerakan kejantananku keluar masuk dari liang senggamanya,

    “ Eughhhhh… Nikmat sekali… Sssss… Aghhhhh… ”, desahku merasa nikmat.

    Setelah sekitar 15 aku menggenjot kewanitaan gadis itu dengan tempo pelan, kini aku mempercepat genjotanku dengan liar dan penuh nafsu,

    “ Ouhhh… Sssss… Aghhh… Plak… Plak… Plak… ”, desahku bercampur suara hentakan kulit kami yang menempel ketika aku menggoyangkan pinggulku.

    Tidak lama kemudian kurasakan ada sesuatu yang mendesak pada pembulu darah pada kejantananku, dan,

    “ Aghhhhh… Crotttt… Crotttt… Crotttt… ”,

    Pada akhirnya tersemburlah semua spermaku di dalam liang senggama gadis itu, aku merasa nikmat dan melayang-layang. Sungguh luar biasa orgasme yang kurasakan saat itu. seketika itu aku-un langsung terkulai lemas di atas pasir pantai. Sejenak aku membaringkan tubuhku di samping gadis itu. Aku barbaring sambil memandang ke atas dan sesekali aku memandang wajah gadis itu yang terlelap dengan wajahnya yang lugu. Dan sesekali aku memegang buah dada-nya yang sangat menggoda.

    Tidak terasa haripun sudah sore, saat itu aku terus memainkan tubuhnya karena aku tak mau melewatkan kesempatan ini. Beberapa saat aku berpikir untuk menemani dia hingga sadar. Tapi kadang aku merasa takut akan apa yang telah aku lakukan tadi. Tapi setelah berpikir beberapa kali, akhirnya aku memutuskan untuk menemani gadis itu hingga siuman.

    Ditemani api unggun dan debur ombak, sambil bersandar di pohon aku memeluk gadis itu dari belakang. Dan walaupun begitu pikiran kotorku tak pernah hilang. Sambil aku memeluknya, mencoba untuk menghangatkannya, tanganku tak henti-hentinya memegangi buah dada-nya yang waktu itu dia masih telanjang karena aku tidak ingat untuk memakaikan pakaian renangnya

    Pada waktu itu aku melihat jam tanganku menunjukan tepat pukul 19.00 malam. Beberapa saat kemudian akhirnya gadis itupun siuman, dia terkejut ketika dia melihat aku disampingnya dan sadar bahwa dirinya telah telanjang bulat,

    “ Hah… Kamu siapa, kenapa kamu disini dan mengapa aku telanjang ??? kamu melakukan apa padaku ?? ”, ucapnya kaget bercampur kemarahan.

    “ Sudah-sudah tenang dulu, tolong diam sebentar dandengarkan aku !!! tenanglah, aku akan menjelaskan semuanya kepadamu ”, ucapku dengan santainya.

    Kemudian akupun menjelaskan semuanya, dari mulai aku menemukan dia sampai dia siuman. Mendengar ceritaku dia sempat meneteskan air mata. Dengan air mata bercucuran, dia menceritakan semuanya kepada aku. Dari ceritanya aku mengetahui ternyata dia adalah putri dari seorang jutawan dari kota B dan tak lupa kamipun berkenalan. Gadis itu ternyata bernama Dila.

    Saat itu dia mengatakan kepadaku mengapa dia tidak sadarkan diri, ternyata dia terseret ombak ketika dia sedang berenang di pantai hingga tidak sadarkan diri. Kemudian kamipun mulai akrab dan Dila-pun berkata,

    “ Tian, kamu bisa tolongin aku nggak… ”, ucap-nya.

    “ Apa saja pasti akan akau lakukan Dil ”, jawabku.

    “ Terima kasih sebelumnya ya Tian, aku kedinginan sekali nih tian, dan aku tidak bawa pakaian, hanya baju renang ini saja yang aku bawa ”, ucapnya memelas kepadaku.

    “ Yasudah sini aku peluk kamu biar kamu hangat ”, ucapku menawarkan kehangatan.

    Kemudian dia mulai mendekat dan dan aku mulai memeluk nya di dalam pelukanku,

    “ Dil, kalau kamu cuma begini saja, kamu pasti masih akan kedinginan ”, ucapku penuh dengan pikiran cabul lagi.

    “ Lalu aku harus bagaimana Tian biar aku nggak kedinginan ? ”, tanyanya padaku polos.

    “ Agar kamu tidak kedinginan kamu harus menggerakan tubuh kamu ”, ucapku.

    Lalu Dila-pun mulai menggerakan tubuhnya, sesekali dia melompat lompat agar dia merasa hangat. Namun hal itu percuma saja, karena selain dia telah lama terendam air laut, dan juga suasana dipantai dingin sekali karena angin diapun berkata padaku,

    “ Tian… Kenapa aku masih dingin ya ”, ucapnya padaku.

    Lalu aku memberanika diri untuk menawarkan hal lain kepadanya,

    “ Masih dingin ya Dil, Eummmm… gimana yah… Eeeeee… gmana kalau kita itu aja… Eummmm… ML maksudky ”, ucapku agak ragu.

    “ Hah, Apa ?!!! ”, ucapnya kaget.

    “ Gimana Dil kamu mau nggak, aku yakin kalau kita ML pasti tubuh kamu nanti terasa hangat? ”, ucapku penuh trik dan pikiran cabul .

    “ Eummm… giman ya Tian… aku takut kalau begituan… tapi… ”, ucapnya bingung.

    “ Sudah nggak udah takut, kita coba lakukan saja… ”, kataku sambil memeluk dan menciumnya dengan lembut.

    Beberapa saat kamu berciuman dengan tubuh tanpa busana. Sesekali tanpa disengaja kejantananku yang sedang berdiri menyentuh-nyentuh perutnya. Setelah beberapa menit kami berciuman, aku langsung menarik mulutku dari mulutnya. Aku langsung menyuruhnya untuk mengulum kejantananku yang dari tadi Ereksi,

    “ Sekarang kamu coba sepongin kontol aku yah !!! ”, pintaku.

    Tanpa banyak bicara dia langsung menuruti semua apa yang saya katakan. Dia langsung mengulum kejantananku. Pertama dia masih ragu, tetapi setelah beberapa saat dia mengulum kejantananku akhirnya dia menikmatinya dan nafas-nyapun mulai tidak beraturan,

    “ Ya gitu… terus Dil… Ssss… bagus sekali… Oughhh… ”, desahku.

    Setelah beberapa menit dia mengulum kejantananku, serasa aku akan menyemburkan lahar panasku, namun aku tidak rela jika harus orgasme dengan sebuah kuluman. Lalu aku-pun mengeluarkan kejantanku dari dalam mulutnya dan,

    “ Dil, sekarang aku jilatin memek kamu yah !!! ”, ucapku.

    Tanpa banyak bicara Dila-pun kemudian dia langsung merebah di pasir dan membuka selangkangannya lebar-lebar. Kemudian aku memulai dengan menciumi pahanya lalu berpindah ke dadanya lalu ke perutnya lalu aku manciumi bibir kewanitaan-nya. Setelah seluruh permukaan bibir kewanitaan-nya aku jilati, aku mencoba membuka kewanitaan-nya lebar lebar dan langsung menghisap clitoris-nya yang sudah mengeras,

    “ Oughhhh… geli sekali tian… Ssss… Aghhhh…. ”, ucapnya geli-geli nikmat.

    Saat itu aku memainkan clitoris-nya yang tersasa hangat dimulutku. Diapun mengeluarkan desahan-desahan kecil yang membuatku semakin ingin melumat seluruh kewanitaan-nya. Setelah beberapa saat aku melumat kewanitaan-nya itu, aku langsung menghentikan permainanku itu,

    “ Ihhhh… kenapa berhenti sih Tian, Lagi enak-enaknya tau… huhhh… ”, ucapnya sedikit kecewa.

    “ Udah jangan cemberut gitu dong, aku bakal kasih kamu yang lebih nikmat… ”, ucapku.

    Tanpa banyak bicara lagi, aku langsung meraih kejantananku yang sudah berdiri lagi. Aku langsung mengarahkan kejantananku kearah kewanitaan-nya yang sudah terlihat basah sekali. Dan ketika aku memasukannya ternyata kali ini lebih mudah dari sebelumnya. Diiringi desahan yang sedikit keras, aku tanamkan kejantananku dalam-dalam,

    “ Aowww… aduh, Sakit Tian… ”, ucapnya kesakitan.

    Lalu dengan perlahan aku mulai manggenjot pinggulku. Secara perlahan desahan sakit yang keluar dari mulut Dila-pun berubah menjadi desahan nikmat,

    “ Sssss… Oughhh… enak Tian… ayo terus… Aghhhh… ”, desahnya mulai menikmati hubungan sex kami.

    Ditengah aku sedang menggenjot kewanitaan-nya, aku langsung menyuruhnya untuk bangkit,

    “ Dila… kita coba dogy style Yuk !!! ”, pintaku.

    “ Apa tuh Tian… ? ”, ucapnya polos.

    “ Sekarang kamu nungging seperti anjing kencing yah ”, ucapku mengarahkannya.

    “ Oh itu ya Tian, baiklah… ”, ucapnya menggiyakan permintaanku.

    Kemudian dia menungging dan aku langsung menyambut kewanitaan-nya dari
    belakang. Lalu akupun langsung menggenjot kembali pinggulku ini,

    “ Aghhhhh… Aghhhhh… enak, Oughhh… Eummmm… ”, desah Dila.

    Setelah hampir mencapai puncak, aku langsung mempercepat genjotanku yang membuat timbulnya suara benturan pinggulku dengan pantatnya,

    “ Sssss… Aghhh… Plakkk… Plakkk… Plakkk… Oughhhh yeah… ”,

    Diiringi desahan panjang dari mulut Dila,aku merasakan cairan hangat membasahi kejantananku yang masih berada dalam liang senggama Dila. Hal itu menandakan Dila telah Orgasme. Saat itu aku-pun makin mampercepat genjotanku dan tidak lama kemudian,

    “ Crottttttttt… Crottttttttt… Crottttttttt… ”,

    Pada akhirnya aku pun kembali memuntahkan lahar panasku didalam didalam liang senggama-nya Dila. Sungguh orgasme yang luar biasa kali ini. Karena orgasmemu kali ini aku lakukan dengan keadaan Dila yang sudah sadarkan diri. Kemudian kamipun langsung terkulai lemas di atas pasir pantai. Lalu kamipun barbaring sambil saling berpelukan.

    Saat itu kamipun tertidur lelap di tepi pantai disaksikan oleh cahaya bulan dan deburan ombak. Pagi-pagi sekali kami terbangun dan dia segera memakai pakaian renangnya kembali sedangkan aku langsung mengantarnya pulang ke villanya yang letaknya ternyata tidak jauh dari hotel tempat aku menginap.

    Sesampainya Di Vila Dila, sebelum kami berpisah kami sempat bertukaran no. Handphone. Setelah sampai di hotel, aku melihat rombongan sekolahku telah kembali ke hotel dan bersiap untuk pulang. Setelah kami semua selesai berkemas, kemudian kamipun pulang. Sesampainya di rumah aku langsung menelefon Dila. Saat itu ternyata dia juga sedang ada di kotaku.

    Saat itu kamipun segera menentukan tempat untuk ketemuan. Dan yang pasti setelah kami ketemuan, kami melakukannya hubunngan sex lagi. Setelah kejadian itu kami-pun akhirnya berpacaran hingga sekarang. Untuk menjaga agar hubungan kami tidak rusak karena hamilnya Dila, aku memintanya agar Dila meminum pil KB sebelum dan sesudah berhubunga Sex.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Hot Melepas kerinduan Sang Kekasih – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Hot Melepas kerinduan Sang Kekasih – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1564 views

    Perawanku – Siang itu di sebuah rumah yang cukup asri, seorang gadis yang berambut panjang terurai dengan raut wajah yang manis terlihat sedang menanti kedatangan seseorang. Tiba-tiba datang seorang pemuda yang mengenakan kaos biru di padu dengan jeans warna serupa. Dia berjalan menuju kerumah gadis yang sedang asyik duduk di depan rumahnya, si gadis sesekali mengawasi depan rumahnya kalau-kalau yang di tunggu sudah datang atau belum.

    Dengan senyum yang manis kemudian gadis itu menyapa sang pemuda yang kelihatan rapi, harum dan segar siang itu.

    “Hallo Mas Adietya sayang..” sapanya dengan panggilan khas yang mesra ke padaku.
    “Hallo juga.. Sayang,” balasku pendek.
    “Sudah lama yah nunggunya,” lanjutku lagi.

    Antara aku dan si gadis memang terlihat mesra di setiap kesempatan apa aja. Baik itu melalui panggilan ataupun sikap terhadap masing-masing. Seperti halnya siang itu, yang kebetulan keadaan di rumah sang gadis nampaknya sedang sepi, dia bilang ortunya lagi ke rumah saudaranya yang pulangnya nanti sore.

    Dengan masih menyimpan rasa rindu yang tertahan, aku memeluk gadis pujaanku dengan mesra, sambil membisikan kata.

    “Adiet kangen banget nih sayang,” bisikku di telinga nya sambil mencumbu daun telinganya.
    “aku juga kangen Mas sayang..” jawabnya pelan.

    Kemudian kita terlibat perbincangan sesaat, yang selanjutnya aku merengkuh bahu si gadis dan mengajaknya masuk ke dalam ruangan tamu. Di sofa kita duduk sangat dekat sekali, sampai-sampai kita bisa merasakan hembusan nafas masing-masing, saat kita bertatapan wajah.

    “Kamu cantik sekali siang ini sayang..” kataku lembut.

    Sembari tanganku meremas kedua tangannya dan kemudian aku lanjutkan untuk menarik tubuhnya lebih rapat. Si gadis tak menjawab hanya tersipu raut wajahnya, yang di ekspresikan dengan memelukku erat. Tanganku kemudian memegang kedua pipinya dan tak lama bibirku sudah mengulum bibirnya yang terbuka sedikit dan bentuknya yang ranum, sembari dia memejamkan kedua bola matanya.

    Lidahku bermain di rongga mulutnya untuk memberikan perasaan yang membuat nya mendesah sesaat setelahnya. Di balik punggungnya jemari tanganku dengan lembut masuk ke dalam kaos warna putihnya dan mencoba membuka kaitan bra dari belakang punggungnya. Dengan dua kali gerakan, terbukalah kaitan bra hitamnya yang berukuran 36b itu.

    Jemari tanganku langsung mengelus tepian payudaranya yang begitu kenyal dan menggairahkan itu. Dan tak lama setelah itu jariku sudah memilin putingnya yang mulai keras, yang nampaknya dia mulai menikmati dan sudah terangsang diiringi dengan desahannya yang sensual.

    “Ohh.. Mas sayang..” desahnya lembut.

    Sambil memilin, bibirku tak lepas dari bibirnya dan menyeruak lebih ke dalam yang sesekali mulutku menghisap lidahnya keluar masuk. Selanjutnya dengan gerakan pelan aku membuka kaos putihnya dan langsung mulutku menelusuri payudaranya dan berakhir di putingnya yang menonjol kecil. Aku menjulurkan lidahku tepat di ujung payudaranya, yang membuat dia menggelinjang dan mendesah kembali.

    “Ohh.. Mas sayang.. Enak sekali.”

    Sesaat aku menghentikan cumbuanku kepadanya dan memegang kedua pipinya kembali sambil membisikkan kata.

    “Sayang.. Payudara kamu sungguh indah bentukya,” bisikku lirih di telinganya.

    Sang gadis hanya mengulum senyumnya yang manis sembari kembali memelukku mesra. Dengan mesra aku mengajak si gadis berjalan ke arah kamarnya yang lumayan besar dan bersih. Layaknya kamar seorang gadis yang tertata rapi dan aroma segar wangi bunga-bunga yang ada ditaman depan kamarnya terhirup olehku saat memasukinya.

    Tak berselang lama kemudian, aku mengangkat tubuh sexy sang gadis dan meletakkannya di atas meja belajar yang ada di kamarnya. Sang gadis masih mengenakan celana jeansnya, kecuali bagian atasnya yang sudah terbuka saat kita berasyik masyuk di ruang tamu. Perlahan aku memeluk tubuh sang gadis kembali, yang aku lanjutkan dengan menjelajahi leher jenjangnya dengan lembut.

    Bibirku mencumbui setiap senti permukaan kulitnya dan berpindah sesaat ketika lidahku mencapai belakang telinganya dan membuat tubuh sang gadis kembali bergetar pelan. Desahan dan getaran tubuhnya menandakan kalau sang gadis sudah sangat terangsang oleh setiap cumbuanku. Tanganku tak tinggal diam sementara bibirku mencumbui setiap titik sensitif yang ada di tubuh sang gadis. Jemariku mulai mengarah kebawah menuju celana jeans nya dan tanpa kesulitan aku menurunkan resliting celananya yang nampak olehku pinggiran celana dalam warna hitamnya yang sexy.

    Kemudian aku melemparkan celana jeansnya ke lantai dan seketika tanganku dengan lembut merengkuh bongkahan pantatnya yang padat berisi. Aku mengelus kedua bongkahannya pelan dan sesekali jariku menyelip di antara tepian celana dalamnya yag membuat bibirnya kembali bergetar mendesah lirih.

    “Oh.. Mas sayang..” desahnya parau.

    Bibirku yang sejak tadi bermain di atas, kemudian berpindah setelah aku merasakan cukup untuk merangsangnya di bagian itu. Lidahku menjulur lembut ketika mencapai permukaan kulit perutnya yang berakhir di pusarnya dan bermain sejenak yang mengakibatkan tubuhnya menggelinjang kedepan.

    “Ssshh..” desisnya lirih.

    Perlahan kemudian aku mulai menurunkan celana dalamnya dan aku membiarkan menggantung di lututnya yang sexy. Kembali aku melanjutkan cumbuan yang mengarah ke tepian pangkal pahanya dengan lembut dan sesekali aku mendengar sang gadis mendesah lagi. Aku mencium aroma khas setelah lidahku mencapai bukitnya yang berbulu hitam dan lebat sekali, namun cukup terawat terlihat olehku sekilas dari bentuk bulu vaginanya yang menyerupai garis segitiga.

    Dan tak lama lidahku sudah menjilati bibir luar vaginanya dengan memutar ujung lidahku lembut. Kemudian aku lanjutkan dengan menjulurkan lebih ke dalam lagi untuk mencapai bibir dalamnya yang sudah sangat basah oleh lendir kenikmatan yang di keluarkan dari lubang vaginanya. Tubuh sang gadis mengelinjang perlahan bersamaan dengan tersentuhnya benjolan kecil di atas vagina miliknya oleh ujung lidahku.

    “Ohh.. Mas sayang” jeritnya tertahan.
    “Aku nggak kuat Mas..” tambahnya lirih.

    Yang aku lanjutkan dengan menghentikan tindakanku sesaat. Aku menurunkan tubuh sang gadis dari atas meja, kemudian aku berdiri tepat di hadapanya yang sudah berjongkok sambil menatap penisku yang sudah berdiri tegang sekali.

    Dengan gerakan lincah bibir sang gadis langsung mengulum kepala penisku dengan lembut dan memutar lidahnya di dalam mulutnya yang mungil dan memilin kepala penisku yang mengkilat. Tubuhku bergetar hebat ketika menerima semua gerakan erotis mulai dari jemari tangannya yang lembut mengelus batang penisku serta bibir dan lidahnya yang lincah menelusuri buah zakarku.

    “Ohh.. Sayang” desahku pelan.

    Rambutnya yang hitam panjang ku remas sebagai expresi dari kenikmatan yang mengalir di sekujur tubuhku. Setelah beberapa saat sang gadis menjelajahi organ sensitifku, aku merengkuh bahunya serta memintanya berdiri dan kembali aku mendudukkan pantatnya yang padat berisi di tepian meja sementara salah satu kaki jenjangnya menjuntai ke lantai.

    Dengan gerakan lembut aku mengangkat paha kirinya dan bertumpu pada lenganku, di saat selanjutnya tangan kiriku memegang batang penisku yang sudah sangat tegang sekali menahan rangsangan yang menggelora dan mengarahkannya tepat di bibir vaginanya yang sudah basah oleh lendir birahi. Pada saat bersamaan ujung telunjukku juga mengelus belahan antara anus dan bibir bawah vaginyanya.

    “Oh.. Mas sayang.. Please.. Aku enggak kuat” jeritnya lirih.

    Aku masih belum merespon atas jeritan lirihnya, sebaliknya aku menundukkan kepala untuk kembali menjilati kedua payudaranya bergantian dan berakhir di puting payudara yang sebelah kiri. Gerakanku membuatnya menggelinjang dan semakin keras desahannya terdengar.

    “Ohh.. Mas sayang.. Sekarang yah” pintanya lirih, dengan mata yang sayup penuh nafsu.

    Perlahan aku mengarahkan batang penisku tepat di belahan vaginanya dan mendorongnya lembut.

    “Slepp..” irama yang di timbulkan ketika penisku sudah menyeruak bibir vaginanya.

    Kembali bibir sang gadis mengeluarkan desahan sexynya.

    “Hekk.. Mmm..” gumamnya lirih.

    Setengah dari batang penisku sudah masuk ke dalam vaginanya, yang aku padukan dengan gerakan bibirku mengulum bibirnya yang ranum serta memilin dan memutar ujung lidahnya lembut. Untuk menambah kenikmatan buat dirinya, aku mulai memajukan sedikit demi sedikit sisa batang penisku ke rongga vaginanya yang paling dalam dan aku mengarahkan ujung penisku menyentuh G-spotnya. Mulut sang gadis menggumam lirih karena mulutku juga masih mengulum bibirnya.

    “Mmm.. Mmm” gumamnya.

    Sambil menahan nikmat, tangan sang gadis menyentuh buah zakarku dan memijitnya lembut yang membuat tubuhku ikut mengelinjang menahan kenikmatan yang sama. Pinggulku membuat gerakan maju mundur untuk kesekian kalinya dan sepertinya sang gadis akan mendapatkan orgasme pertamanya ditandai dengan gerakan tangannya yang merengkuh bahuku erat dan menggigit bibir bawahnya lirih.

    “Ohh.. Mas sayangg..” jeritnya bergetar.

    Bersamaan dengan aliran hangat yang kurasakan di dalam, rongga vaginanya menjepit erat batang penisku. Tangannya merengkuh bongkahan pantatku serta menariknya lebih erat lagi. Tak lama berselang sang gadis kemudian tersenyum manis dan mengecup bibirku kembali sambil mengucapkan kata.

    “Thanks yah.. Mas sayang”ucapnya mesra.

    Aku membalasnya dengan memberikan senyum dan mengatakan.

    “Aku bahagia.. kalau sayang bisa menikmati semua ini” ucapku kemudian.

    Hanya beberapa saat setelah sang gadis mendapatkan orgasmenya, aku membalikkan tubuhnya membelakangiku sembari kedua tanganya berpegang pada pingiran meja. Dengan pelan kutarik pinggangnya sambil memintanya menunduk, maka nampaklah di depanku bongkahan pantatnya yang sexy dengan belahan vaginanya yang menggairahkan.

    Perlahan aku memajukan tubuhku sambil memegang batang penisku dan mengarahkannya tepat di bibir vaginanya, sementara kaki kananku mengeser kaki kanannya untuk membuka pahanya sedikit melebar. Dengan gerakan mantap penisku menyeruak sedikit demi sedikit membelah vaginanya lembut.

    “Slepp..” masuklah setengah batang penisku ke dalam rongga vaginanya.
    “Sss..” sang gadis mendesah menerima desakan penisku.

    Tanganku perlahan meremas payudaranya dari belakang mulai dari yang sebelah kiri dan dilanjutkan dengan yang sebelah kanan secara bergantian. Sementara pinggulku memulai gerakan maju mundur untuk kembali menyeruak rongga vaginanya lebih dalam.

    Posisi ini menimbulkan sensasi tersendiri dimana seluruh batang penisku dapat menyentuh G-spotnya, sementara tanganku dengan bebas menjelajahi seluruh organ sensitifnya mulai dari kedua payudara berikut putingnya dan belahan anus dan bagian tubuh lainnya.

    “Ohh.. Mas sayang” desahnya.

    Ketika ujung jemariku menyentuh lubang anusnya sambil aku berkonsentrasi memaju mundurkan penisku. Setelah cukup beberapa saat aku menggerakan pinggulku memompa belahan vaginanya. Dengan gerakan lembut aku menarik wajahnya mendekat, masih dalam posisi membelakangiku aku mengulum bibirnya dan meremas kedua payudaranya lembut.

    “Sayang aku mau keluar nih,” bisiku lirih.
    “Ohh.. Mas sayang aku juga mau” sahutnya pelan.

    Aku mempercepat gerakanku memompa vaginanya dari belakang tanpa melepas ciumanku di bibirnya dan remasan ku di kedua payudaranya. Pada saat terakhir aku mencengkeram kedua pinggulnya erat dan memajukan penisku lebih dalam.

    “Creett.. Ohh.. Sayang,” jeritku kemudian.

    Menyemburlah spermaku yang cukup banyak ke dalam rongga vaginanya dan beberapa tetes meleleh keluar mengalir di kedua pahanya. Untuk beberapa saat aku mendiamkan kejadian ini sampai akhirnya penisku mengecil dengan sendirinya di dalam vaginanya yang telah memberikan kenikmatan yang tak bisa aku ungkapkan.

    Demikianlah rasa rinduku terhadap kekasihku setelah beberapa lamanya tidak saling bertemu.

  • Cerita Ngentot Keponakan Pengantin Baru – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Ngentot Keponakan Pengantin Baru – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1563 views

    Perawanku – Keponakanku yang baru menikah tinggal bersamaku karena mereka belum memiliki rumah sendiri. Tidak menjadi masalah bagiku karena aku tinggal sendiri setelah lama bercerai dan aku tidak memiliki anak dari perkawinan yang gagal itu. Sebagai pengantin baru, tentunya keponakanku dan istrinya, Ines, lebih sering menghabiskan waktunya di kamar.

    Pernah satu malam, aku mendengar erangan Ines dari kamar mereka. Aku mendekat ke pintu, terdengar Ines mengerang2, “Terus mas, enak mas, terus ……, yah udah keluar ya mas, Ines belum apa2″. Sepertinya Ines tidak terpuaskan dalam ‘pertempuran” itu karena suaminya keok duluan. Beberapa kali aku mendengar lenguhan dan diakhiri dengan keluhan senada. Kasihan juga Ines.

    Suatu sore, sepulang dari kantor, aku lupa membawa kunci rumah. Aku mengetok pintu cukup lama sampai Ines yang membukakan pintu. Aku sudah lama terpesona dengan kecantikan dan bentuk tubuhnya. Tinggi tubuhnya sekitar 167 cm. Rambutnya tergerai sebahu. Wajahnya cantik dengan bentuk mata, alis, hidung, dan bibir yang indah. Ines hanya mengenakan baju kimono yang terbuat dari bahan handuk sepanjang hanya 15cm di atas lutut.

    Paha dan betis yang tidak ditutupi daster itu tampak amat mulus. Kulitnya kelihatan licin, dihiasi oleh rambut-rambut halus yang pendek. Pinggulnya yang besar melebar. Pinggangnya kelihatan ramping. Sementara kimono yang menutupi dada atasnya belum sempat diikat secara sempurna, menyebabkan belahan toket yang montok itu menyembul di belahan baju, pentilnya membayang di kimononya. Rupanya Ines belum sempat mengenakan bra. Lehernya jenjang dengan beberapa helai rambut terjuntai. Sementara bau harum sabun mandi terpancar dari tubuhnya.

    Agaknya Ines sedang mandi, atau baru saja selesai mandi. Tanpa sengaja, sebagai laki-laki normal, kon tolku berdiri melihat tubuhnya. Dari samping kulihat toketnya begitu menonjol dari balik kimononya. Melihat Ines sewaktu membelakangiku, aku terbayang betapa nikmatnya bila tubuh tersebut digeluti dari arah belakang. Aku berjalan mengikutinya menuju ruang makan. Kuperhatikan gerak tubuhnya dari belakang. Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah kakinya. Ingin rasanya kudekap tubuh itu dari belakang erat-erat. Ingin kutempelkan kon tolku di gundukan pantatnya. Dan ingin rasanya kuremas-remas toket montoknya habis-habisan.

    “Sori Nes, om lupa bawa kunci. Kamu terganggu mandinya ya”, kataku. “Udah selesai kok om”, jawabnya. Aku duduk di meja makan. Ines mengambilkan teh buatku dan kemudian masuk ke kamarnya. Tak lama kemudian Ines keluar hanya mengenakan daster tipis berbahan licin, mempertontonkan tonjolan toket yang membusung. Ines tidak mengenakan bra, sehingga kedua pentilnya tampak jelas sekali tercetak di dasternya. Ines beranjak dari duduknya dan mengambil toples berisi kue dari lemari makan. Pada posisi membelakangiku, aku menatap tubuhnya dari belakang yang sangat merangsang.

    Kita ngobrol ngalor ngidul soal macem2. kesempatan bagiku untuk menatapnya dari dekat tanpa rasa risih. Ines tidak menyadari bahwa belahan daster di dadanya mempertontonkan toket yang montok kala agak merunduk. kon tolku pun menegang. Akhirnya pembicaraan menyerempet soal sex. “Nes, kamu gak puas ya sama suami kamu”, kataku to the point. Ines tertunduk malu, mukanya semu kemerahan. “Kok om tau sih”, jawabnya lirih. “Om kan pernah denger kamu melenguh awalnya, cuma akhirnya mengeluh.

    Suami kamu cepet ngecretnya ya”, kataku lagi. “Iya om, si mas cepet banget keluarnya. Ines baru mulai ngerasa enak, dia udah keluar. Kesel deh jadinya, kaya Ines cuma jadi pemuas napsunya aja”, Ines mulai curhat. Aku hanya mendengarkan curhatannya saja. “Om, mandi dulu deh, udah waktunya makan. Ines nyiapin makan dulu ya”, katanya mengakhiri pembicaraan seru. “Kirain Ines nawarin mau mandiin”, godaku. “Ih si om, genit”, jawabnya tersipu. “Kalo Ines mau, om gak keberatan lo”, jawabku lagi. Ines tidak menjawab hanya berlalu ke dapur, menyiapkan makan. Sementara itu aku masuk kamarku dan mandi. kon tolku tegang gak karuan karena pembicaraan seru tadi.

    Selesai mandi, aku hanya memakai celana pendek dan kaos, sengaja aku tidak memakai CD. Pengen rasanya malem ini aku ngen totin Ines. Apalagi suaminya sedang tugas keluar kota untuk beberapa hari. kon tolku masih ngaceng berat sehingga kelihatan jelas tercetak di celana pendekku. Ines diam saja melihat ngacengnya kon tolku dari luar celana pendekku. Ketika makan malem, kita ngobrol soal yang lain, Ines berusaha tidak mengarahkan pembicaraan kearah yang tadi. Kalo Ines tertawa, ingin rasanya kulumat habis-habisan bibirnya. Ingin rasanya kusedot-sedot toket nya dan ingin rasanya kuremas-remas pantat kenyal Ines itu sampai dia menggial-gial keenakan.

    Selesai makan, Ines membereskan piring dan gelas. Sekembalinya dari dapur, Ines terpeleset sehingga terjatuh. Rupanya ada air yang tumpah ketika Ines membawa peralatan makan ke dapur. Betis kanan Ines membentur rak kayu. “Aduh”, Ines mengerang kesakitan. Aku segera menolongnya. Punggung dan pinggulnya kuraih. Kubopong Ines kekamarnya. Kuletakkan Ines di ranjang. Tercium bau harum sabun mandi memancar dari tubuhnya. Belahan daster terbuka lebih lebar sehingga aku dapat dengan leluasa melihat kemontokan toketnya.

    Nafsuku pun naik. kon tolku semakin tegang. ketika aku menarik tangan dari pinggulnya, tanganku tanpa sengaja mengusap pahanya yang tersingkap. Ines berusaha meraih betisnya yang terbentur rak tadi. Kulihat bekas benturan tadi membuat sedikit memar di betis nya. Aku pun berusaha membantunya. Kuraih betis tersebut seraya kuraba dan kuurut bagian betis yang memar tersebut. “Pelan om, sakit”, erangnya lagi. Lama-lama suaranya hilang. Sambil terus memijit betis Ines, kupandang wajahnya. Matanya sekarang terpejam. Nafasnya jadi teratur. Ines sudah tertidur. Mungkin karena lelah seharian membereskan rumah. Aku semakin melemahkan pijitanku, dan akhirnya kuhentikan sama sekali.

    Kupandangi Ines yang tengah tertidur. Alangkah cantiknya wajahnya. Lehernya jenjang. Toketnya yang montok bergerak naik-turun dengan teratur mengiringi nafas tidurnya. pentilnya menyembul dari balik dasternya. Pinggangnya ramping, dan pinggulnya yang besar melebar. Daster tersebut tidak mampu menyembunyikan garis segitiga CD yang kecil. Terbayang dengan apa yang ada di balik CDya, kon tolku menjadi semakin tegang. Apalagi paha yang putih terbuka karena daster yang tersingkap. Kuelus betisnya. Kusingkapkan bagian bawah dasternya sampai sebatas perut.

    Kini paha mulus itu terhampar di hadapanku. Di atas paha, beberapa helai bulu jembut keluar dari CD yang minim. Sungguh kontras warnanya. Jembutnya berwarna hitam, sedang tubuhnya berwarna putih. Kueluskan tanganku menuju pangkal pahanya sambil kuamati wajah Ines. Kueluskan perlahan ibu jariku di belahan bibir no noknya. kuciumi paha mulus tersebut berganti-ganti, kiri dan kanan, sambil tanganku mengusap dan meremasnya perlahan-lahan. Kedua paha tersebut secara otomatis bergerak membuka agak lebar. Kemudian aku melepas celana pendekku. Kembali kuciumi dan kujilati paha dan betis nya.

    Kutempelkan kepala kon tolku yang sudah ngaceng berat di pahanya. Rasa hangat mengalir dari paha Ines ke kepala kon tolku. kugesek-gesekkan kepala kon tol di sepanjang pahanya. kon tolku terus kugesek-gesekkan di paha sambil agak kutekan. Semakin terasa nikmat. Nafsuku semakin tinggi. Aku semakin nekad. Kulepaskan daster Ines, Ines terbangun karena ulahku. “Om, Ines mau diapain”, katanya lirih. Aku terkejut dan segera menghentikan aksiku. Aku memandangi tubuh mulus Ines tanpa daster menghalanginya. Tubuh moleknya sungguh membangkitkan birahi. toket yang besar membusung, pinggang yang ramping, dan pinggul yang besar melebar. pentilnya berdiri tegak.

    “Nes, om mau ngasi kenikmatan sama kamu, mau enggak”, kataku perlahan sambil mencium toket nya yang montok. Ines diam saja, matanya terpejam. Hidungku mengendus-endus kedua toket yang berbau harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahku.pentil toket kanannya kulahap ke dalam mulutku. Badannya sedikit tersentak ketika pentil itu kugencet perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasku. “Om…”, rintihnya, rupanya tindakanku membangkitkan napsunya juga. Karena sangat ingin merasakan kenikmatan dien tot, Ines diam saja membiarkan aku menjelajahi tubuhnya. kusedot-sedot pentil toketnya secara berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak kuperkuat sedotanku. Kuperbesar daerah lahapan bibirku. Kini pentil dan toket sekitarnya yang berwarna kecoklatan itu semua masuk ke dalam mulutku.

    Kembali kusedot daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Mimik wajah Ines tampak sedikit berubah, seolah menahan suatu kenikmatan. Kedua toket harum itu kuciumi dan kusedot-sedot secara berirama. kon tolku bertambah tegang. Sambil terus menggumuli toket dengan bibir, lidah, dan wajahnya, aku terus menggesek-gesekkan kon tol di kulit pahanya yang halus dan licin. Kubenamkan wajahku di antara kedua belah gumpalan dada Ines. perlahan-lahan bergerak ke arah bawah. Kugesek-gesekkan wajahku di lekukan tubuh yang merupakan batas antara gumpalan toket dan kulit perutnya. Kiri dan kanan kuciumi dan kujilati secara bergantian.

    Kecupan-kecupan bibirku, jilatan-jilatan lidahku, dan endusan-endusan hidungku pun beralih ke perut dan pinggang Ines. Sementara gesekan-gesekan kepala kon tolku kupindahkan ke betisnya. Bibir dan lidahku menyusuri perut sekeliling pusarnya yang putih mulus. wajahku bergerak lebih ke bawah. Dengan nafsu yang menggelora kupeluk pinggulnya secara perlahan-lahan. Kecupanku pun berpindah ke CD tipis yang membungkus pinggulnya tersebut. Kususuri pertemuan antara kulit perut dan CD, ke arah pangkal paha. Kujilat helaian-helaian rambut jembutnya yang keluar dari CDnya. Lalu kuendus dan kujilat CD pink itu di bagian belahan bibir no noknya. Ines makin terengah menahan napsunya, sesekali terdengar lenguhannya menahan kenikmatan yang dirasakannya.

    Aku bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut kukangkangi tubuhnya. kon tolku yang tegang kutempelkan di kulit toket Ines. Kepala kon tol kugesek-gesekkan di toket yang montok itu. Sambil kukocok batangnya dengan tangan kananku, kepala kon tol terus kugesekkan di toketnya, kiri dan kanan. Setelah sekitar dua menit aku melakukan hal itu. Kuraih kedua belah gumpalan toket Ines yang montok itu. Aku berdiri di atas lutut dengan mengangkangi pinggang ramping Ines dengan posisi badan sedikit membungkuk. Batang kon tolku kujepit dengan kedua gumpalan toketnya. Kini rasa hangat toket Ines terasa mengalir ke seluruh batang kon tolku.

    Perlahan-lahan kugerakkan maju-mundur kon tolku di cekikan kedua toket Ines. Kekenyalan daging toket tersebut serasa memijit-mijit batang kon tolku, memberi rasa nikmat yang luar biasa. Di kala maju, kepala kon tolku terlihat mencapai pangkal lehernya yang jenjang. Di kala mundur, kepala kon tolku tersembunyi di jepitan toketnya. Lama-lama gerak maju-mundur kon tolku bertambah cepat, dan kedua toket nya kutekan semakin keras dengan telapak tanganku agar jepitan di batang kon tolku semakin kuat. Aku pun merem melek menikmati enaknya jepitan toketnya. Ines pun mendesah-desah tertahan, “Ah… hhh… hhh… ah…”

    kon tolku pun mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan tersebut membasahi belahan toket Ines. Oleh gerakan maju-mundur kon tolku di dadanya yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan remasan-remasan tanganku di kedua toketnya, cairan itu menjadi teroles rata di sepanjang belahan dadanya yang menjepit batang kon tolku. Cairan tersebut menjadi pelumas yang memperlancar maju-mundurnya kon tolku di dalam jepitan toketnya. Dengan adanya sedikit cairan dari kon tolku tersebut aku merasakan keenakan dan kehangatan yang luar biasa pada gesekan-gesekan batang dan kepala kon tolku dengan toketnya. “Hih… hhh… … Luar biasa enaknya…,” aku tak kuasa menahan rasa enak yang tak terperi. Nafas Ines menjadi tidak teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirnya , yang kadang diseling desahan lewat hidungnya, “Ngh… ngh… hhh… heh… eh… ngh…” Desahan-desahan Ines semakin membuat nafsuku makin memuncak.

    Gesekan-gesekan maju-mundurnya kon tolku di jepitan toketnya semakin cepat. kon tolku semakin tegang dan keras. Kurasakan pembuluh darah yang melalui batang kon tolku berdenyut-denyut, menambah rasa hangat dan nikmat yang luar biasa. “Enak sekali, Nes”, erangku tak tertahankan.. Aku menggerakkan maju-mundur kon tolku di jepitan toket Ines dengan semakin cepatnya. Rasa enak yang luar biasa mengalir dari kon tol ke syaraf-syaraf otakku. Kulihat wajah Ines. Alis matanya bergerak naik turun seiring dengan desah-desah perlahan bibirnya akibat tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di toketnya. Ada sekitar lima menit aku menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan toketnya itu.

    Toket sebelah kanannya kulepas dari telapak tanganku. Tangan kananku lalu membimbing kon tol dan menggesek-gesekkan kepala kon tol dengan gerakan memutar di kulit toketnya yang halus mulus. Sambil jari-jari tangan kiriku terus meremas toket kiri Ines, kon tolku kugerakkan memutar-mutar menuju ke bawah. Ke arah perut. Dan di sekitar pusarnya, kepala kon tolku kugesekkan memutar di kulit perutnya yang putih mulus, sambil sesekali kusodokkan perlahan di lobang pusarnya.

    kucopot CD minimnya. Pinggul yang melebar itu tidak berpenutup lagi. Kulit perut yang semula tertutup CD tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus. Di bawah perutnya, jembut yang hitam lebat menutupi daerah sekitar lobang no noknya. Kedua paha mulus Ines kurenggangkan lebih lebar. Kini hutan lebat di bawah perut tadi terkuak, mempertontonkan no noknya. Aku pun mengambil posisi agar kon tolku dapat mencapai no nok Ines dengan mudahnya. Dengan tangan kanan memegang batang kon tol, kepalanya kugesek-gesekkan ke jembut Ines.

    Rasa geli menggelitik kepala kon tolku. kepala kon tolku bergerak menyusuri jembut menuju ke no noknya. Kugesek-gesekkan kepala kon tol ke sekeliling bibir no noknya. Terasa geli dan nikmat. kepala kon tol kugesekkan agak ke arah lobang. Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut lobang no nok itu menjadi basah. Kugetarkan perlahan-lahan kon tolku sambil terus memasuki lobang no nok. Kini seluruh kepala kon tolku yang berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut no nok Ines. Jepitan mulut no nok itu terasa hangat dan enak sekali. Kembali dari mulut Ines keluar desisan kecil tanda nikmat tak terperi. kon tolku semakin tegang.

    Sementara dinding mulut no nok Ines terasa semakin basah. Perlahan-lahan kon tolku kutusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh batang yang tersisa di luar. Secara perlahan kumasukkan kon tolku ke dalam no nok. Terbenam sudah seluruh batang kon tolku di dalam no nok Ines. Sekujur batang kon tol sekarang dijepit oleh no nok Ines dengan sangat enaknya. secara perlahan-lahan kugerakkan keluar-masuk kon tolku ke dalam no noknya. Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam no nok hanya kepala kon tol saja. Sewaktu masuk seluruh kon tol terbenam di dalam no nok sampai batas pangkalnya. Rasa hangat dan enak yang luar biasa kini seolah memijiti seluruh bagian kon tolku. Aku terus memasuk-keluarkan kon tolku ke lobang no noknya.

    Alis matanya terangkat naik setiap kali kon tolku menusuk masuk no noknya secara perlahan. Bibir segarnya yang sensual sedikit terbuka, sedang giginya terkatup rapat. Dari mulut sexy itu keluar desis kenikmatan, “Sssh…sssh… hhh… hhh… ssh… sssh…” Aku terus mengocok perlahan-lahan no noknya. Enam menit sudah hal itu berlangsung. Kembali kukocok secara perlahan no noknya. Kurasakan enaknya jepitan otot-otot no nok pada kon tolku. Kubiarkan kocokan perlahan tersebut sampai selama dua menit. Kembali kutarik kon tolku dari no nok Ines. Namun kini tidak seluruhnya, kepala kon tol masih kubiarkan tertanam dalam mulut no noknya. Sementara batang kon tol kukocok dengan jari-jari tangan kananku dengan cepatnya

    Rasa enak itu agaknya dirasakan pula oleh Ines. Ines mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan getar kepala kon tolku pada dinding mulut no noknya, “Sssh… sssh… zzz…ah… ah… hhh…”

    Tiga menit kemudian kumasukkan lagi seluruh kon tolku ke dalam no nok Ines. Dan kukocok perlahan. Kunikmati kocokan perlahan pada no noknya kali ini lebih lama. Sampai kira-kira empat menit. Lama-lama aku tidak puas. Kupercepat gerakan keluar-masuk kon tolku pada no noknya. Kurasakan rasa enak sekali menjalar di sekujur kon tolku. Aku sampai tak kuasa menahan ekspresi

    keenakanku. Sambil tertahan-tahan, aku mendesis-desis, “Nes… no nokmu luar biasa… nikmatnya…”

    Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit. rasa gatal-gatal enak mulai menjalar di sekujur kon tolku. Berarti beberapa saat lagi aku akan ngecret. Kucopot kon tolku dari no nok Ines. Segera aku berdiri dengan lutut mengangkangi tubuhnya agar kon tolku mudah mencapai toketnya. Kembali kuraih kedua belah toket montok itu untuk menjepit kon tolku yang berdiri dengan amat gagahnya. Agar kon tolku dapat terjepit dengan enaknya, aku agak merundukkan badanku. kon tol kukocokkan maju-mundur di dalam jepitan toketnya. Cairan no nok Ines yang membasahi kon tolku kini merupakan pelumas pada gesekan-gesekan kon tolku dan kulit toketnya. “Oh… hangatnya… Sssh… nikmatnya…Tubuhmu luarrr biasa…”, aku merintih-rintih keenakan. Ines juga mendesis-desis keenakan, “Sssh.. sssh… sssh…” Giginya tertutup rapat. Alis matanya bergerak ke atas ke bawah. Aku mempercepat maju-mundurnya kon tolku. Aku memperkuat tekananku pada toketnya agar kon tolku terjepit lebih kuat. Rasa enak menjalar lewat kon tolku. Rasa hangat menyusup di seluruh kon tolku.

    Karena basah oleh cairan no nok, kepala kon tolku tampak amat mengkilat di saat melongok dari jepitan toket Ines. Leher kon tol yang berwarna coklat tua dan helm kon tol yang berwarna pink itu menari-nari di jepitan toketnya. Lama-lama rasa gatal yang menyusup ke segenap penjuru kon tolku semakin menjadi-jadi. Semakin kupercepat kocokan kon tolku pada toket Ines. Rasa gatal semakin hebat. Rasa hangat semakin luar biasa. Dan rasa enak semakin menuju puncaknya. Tiga menit sudah kocokan hebat kon tolku di toket montok itu berlangsung. Dan ketika rasa gatal dan enak di kon tolku hampir mencapai puncaknya, aku menahan sekuat tenaga benteng pertahananku sambil mengocokkan kon tol di kempitan toket indah Ines dengan sangat cepatnya. Rasa gatal, hangat, dan enak yang luar

    biasa akhirnya mencapai puncaknya. Aku tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahananku. “Ines…!” pekikku dengan tidak tertahankan. Mataku membeliak-beliak. Jebollah pertahananku. Rasa hangat dan nikmat yang luar biasa menyusup ke seluruh sel-sel kon tolku saat menyemburkan peju. Crot! Crot! Crot! Crot!

    Pejuku menyemprot dengan derasnya. Sampai empat kali. Kuat sekali semprotannya, sampai menghantam rahang Ines. Peju tersebut berwarna putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang peju mengalir turun ke arah leher Ines. Peju yang tersisa di dalam kon tolku pun menyusul keluar dalam tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini semprotannya lemah. Semprotan awal hanya sampai pangkal lehernya, sedang yang terakhir hanya jatuh di atas belahan toketnya. Aku menikmati akhir-akhir kenikmatan. “Luar biasa… nes, nikmat sekali tubuhmu…,” aku bergumam. “Kok gak dikeluarin di dalem aja om”, kata Ines lirih. “Gak apa kalo om ngecret didalem Nes”, jawabku.

    “Gak apa om, Ines pengen ngerasain kesemprot peju anget. Tapi Ines ngerasa nikmat sekali om, belum pernah Ines ngerasain kenikmatan seperti ini”, katanya lagi. “Ini baru ronde pertama Nes, mau lagi kan ronde kedua”, kataku. “Mau om, tapi ngecretnya didalem ya”, jawabnya. “Kok tadi kamu diem aja Nes”, kataku lagi. “Bingung om, tapi nikmat”, jawabnya sambil tersenyum. “Engh…” Ines menggeliatkan badannya. Aku segera mengelap kon tol dengan tissue yang ada di atas meja, dan memakai celana pendek. beberapa lembar tissue kuambil untuk mengelap pejuku yang berleleran di rahang, leher, dan toket Ines. Ada yang tidak dapat dilap, yakni cairan pejuku yang sudah terlajur jatuh di rambut kepalanya. “Mo kemana om”, tanyanya. “Mo ambil minum dulu”, jawabku. “Kok celananya dipake, katanya mau ronde kedua”, katanya. Rupanya Ines sudah pengen aku menggelutinya sekali lagi.

    Aku kembali membawa gelas berisi air putih, kuberikan kepada Ines yang langsung menenggaknya sampe habis. Aku keluar lagi untuk mengisi gelas dengan air dan kembali lagi ke kekamar. Masih tidak puas aku memandangi toket indah yang terhampar di depan mataku tersebut. mataku memandang ke arah pinggangnya yang ramping dan pinggulnya yang melebar indah. Terus tatapanku jatuh ke no noknya yang dikelilingi oleh bulu jembut hitam jang lebat. Betapa enaknya ngen totin Ines. Aku ingin mengulangi permainan tadi, menggeluti dan mendekap kuat tubuhnya. Mengocok no noknya dengan kon tolku dengan irama yang menghentak-hentak kuat. Dan aku dapat menyemprotkan pejuku di dalam no noknya sambil merengkuh kuat-kuat tubuhnya saat aku nyampe. Nafsuku terbakar.

    “Ines…,” desahku penuh nafsu. Bibirku pun menggeluti bibirnya. Bibir sensual yang menantang itu kulumat-lumat dengan ganasnya. Sementara Ines pun tidak mau kalah. Bibirnya pun menyerang bibirku dengan dahsyatnya, seakan tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibirku. Kedua tangankupun menyusup diantara lengan tangannya. Tubuhnya sekarang berada dalam dekapanku. Aku mempererat dekapanku, sementara Ines pun mempererat pelukannya pada diriku. Kehangatan tubuhnya terasa merembes ke badanku, toketnya yang membusung terasa semakin menekan dadaku. Jari-jari tangan Ines mulai meremas-remas kulit punggungku.

    Ines mencopot celanaku.Ines pun merangkul punggungku lagi. Aku kembali mendekap erat tubuh Ines sambil melumat kembali bibirnya. Aku terus mendekap tubuhnya sambil saling melumat bibir. Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami yang saling menempel. Kini kurasakan toketnya yang montok menekan ke dadaku. Dan ketika saling sedikit bergeseran, pentilnya seolah-olah menggelitiki dadaku. kon tolku terasa hangat dan mengeras. Tangan kiriku pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping dan pinggul besar Ines, menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutku. kon tolku tergencet perut bawahku dan perut bawah Ines dengan enaknya.

    Sementara bibirku bergerak ke arah lehernya.kuciumi, kuhisap-hisap dengan hidungku, dan kujilati dengan lidahku. “Ah… geli… geli…,” desah Ines sambil menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai dagunya terbuka dengan luasnya. Ines pun membusungkan dadanya dan melenturkan pinggangnya ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajahku dalam keadaan menggeluti lehernya, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu dengan rapatnya. Tangan kananku lalu bergerak ke dadanya yang montok, dan meremas-remas toket tersebut dengan perasaan gemas.

    Setelah puas menggeluti lehernya, wajahku turun ke arah belahan dadanya. Aku berdiri dengan agak merunduk. Tangan kiriku pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak memegangi toket. Kugeluti belahan toket Ines, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah toketnya sambil menekan-nekankannya ke arah wajahku. Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan toket itu. bibirku bergerak ke atas bukit toket sebelah kiri. Kuciumi bukit toket nya, dan kumasukkan pentil toket di atasnya ke dalam mulutku. Kini aku menyedot-sedot pentil toket kiri Ines.

    Kumainkan pentil di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit toket di sekitar pentil yang berwarna coklat. “Ah… ah… om… geli…,” Ines mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas kuat toket sebelah kanan. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada pentilnya. “Om… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu… ngilu…” Aku semakin gemas.

    toket Ines itu kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket kadang kusedot sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya pentilnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil pentil yang mencuat gagah di puncaknya. “Ah…om… terus… hzzz… ngilu… ngilu…” Ines mendesis-desis keenakan. Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya.

    Sampai akhirnya Ines tidak kuat melayani serangan-serangan awalku. Jari-jari tangan kanan Ines yang mulus dan lembut menangkap kon tolku yang sudah berdiri dengan gagahnya. “Om.. Batang kon tolnya besar ya”, ucapnya. Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketnya, jari-jari lentik tangan kanannya meremas-remas perlahan kon tolku secara berirama. Remasannya itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang kon tolku.

    kurengkuh tubuhnyadengan gemasnya. Kukecup kembali daerah antara telinga dan lehernya. Kadang daun telinga sebelah bawahnya kukulum dalam mulutku dan kumainkan dengan lidahku. Kadang ciumanku berpindah ke punggung lehernya yang jenjang. Kujilati pangkal helaian rambutnya yang terjatuh di kulit lehernya. Sementara tanganku mendekap dadanya dengan eratnya. Telapak dan jari-jari tanganku meremas-remas kedua belah toketnya. Remasanku kadang sangat kuat, kadang melemah. Sambil telunjuk dan ibu jari tangan kananku menggencet dan memelintir perlahan pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku meremas kuat bukit toket kanannya dan bibirku menyedot kulit mulus pangkal lehernya yang bebau harum, kon tolku kugesek-gesekkan dan kutekan-tekankan ke perutnya. Ines pun menggelinjang ke kiri-kanan.

    “Ah… om… ngilu… terus om… terus… ah… geli… geli…terus… hhh… enak… enaknya… enak…,” Ines merintih-rintih sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama sejalan dengan permainan tanganku di toketnya. Akibatnya pinggulnya menggial ke kanan-kiri. Goyang gialan pinggul itu membuat kon tolku yang sedang menggesek-gesek dan menekan-nekan perutnya merasa semakin keenakan. “Ines… enak sekali Ines… sssh… luar biasa… enak sekali…,” aku pun mendesis-desis keenakan.

    “Om keenakan ya? Batang kon tol om terasa besar dan keras sekali menekan perut Ines. Wow… kon tol om terasa hangat di kulit perut Ines. tangan om nakal sekali … ngilu,…,” rintih Ines. “Jangan mainkan hanya pentilnya saja… geli… remas seluruhnya saja…” Ines semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratku. Dia sudah makin liar saja desahannya, rupanya dia sangat menikmati gelutannya, lupa bahwa aku ini om dari suaminya. “om.. remasannya kuat sekali… Tangan om nakal sekali… Sssh… sssh… ngilu… ngilu…Ak… kon tol om … besar sekali… kuat sekali…”

    Ines menarik wajahku mendekat ke wajahnya. bibirnya melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau kalah. Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap tubuhnya dengan kuatnya. Kulit punggungnya yang teraih oleh telapak tanganku kuremas-remas dengan gemasnya. Kemudian aku menindihi tubuh Ines. kon tolku terjepit di antara pangkal pahanya dan perutku bagian bawah sendiri. Rasa hangat mengalir ke batang kon tolku yang tegang dan keras. Akhirnya aku tidak sabar lagi. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku membimbing kon tolku untuk mencari liang no noknya.

    Kuputar-putarkan dulu kepala kon tolku di kelebatan jembut disekitar bibir no nok Ines. Ines meraih batang kon tolku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu terbuka agak lebar. “Om kon tolnya besar dan keras sekali” katanya sambil mengarahkan kepala kon tolku ke lobang no noknya. kepala kon tolku menyentuh bibir no noknya yang sudah basah. dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, kon tol kutekankan masuk ke liang no nok. Kini seluruh kepala kon tolku pun terbenam di dalam no noknya. Aku menghentikan gerak masuk kon tolku.

    “Om… teruskan masuk… Sssh… enak… jangan berhenti sampai situ saja…,” Ines protes atas tindakanku. Namun aku tidak perduli. Kubiarkan kon tolku hanya masuk ke lobang no noknya hanya sebatas kepalanya saja, namun kon tolku kugetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dan ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak. Ines menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan. “Sssh… sssh… enak… enak… geli… geli, om. Geli… Terus masuk, om..” Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara tenaga kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan… satu… dua… tiga! kon tolku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam no nok Ines dengan sangat cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya.

    Sementara kulit batang kon tolku bagaikan diplirid oleh bibir no noknya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt! “Auwww!” pekik Ines. Aku diam sesaat, membiarkan kon tolku tertanam seluruhnya di dalam no nok Ines tanpa bergerak sedikit pun. “Sakit om… ” kata Ines sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya. Aku pun mulai menggerakkan kon tolku keluar-masuk no nok Ines. Aku tidak tahu, apakah kon tolku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang no nok Ines yang berukuran kecil. Yang saya tahu, seluruh bagian kon tolku yang masuk no noknya serasa dipijit-pijit dinding lobang no noknya dengan agak kuatnya.

    “Bagaimana Nes, sakit?” tanyaku. “Sssh… enak sekali… enak sekali… kon tol om besar dan panjang sekali… sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang no nok Ines..,” jawabnya. Aku terus memompa no nok Ines dengan kon tolku perlahan-lahan. toketnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat gerakan memompa tadi. Kedua pentilnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku. kon tolku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot no noknya sejalan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kon tolku menyentuh suatu daging hangat di dalam no nok Ines. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala kon tol sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.

    aku mengambil kedua kakinya dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kon tolku tidak tercabut dari lobang no noknya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Ines kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus mengocok no noknya perlahan dengan kon tolku, betis kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku.

    Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan gerakan kon tolku maju-mundur perlahan di no nok Ines. Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah toketnya. Masih dengan kocokan kon tol perlahan di no noknya, tanganku meremas-remas toket montok Ines. Kedua gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua pentilnya kugencet dan kupelintir-pelintir secara perlahan. pentil itu semakin mengeras, dan bukit toket itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Ines pun merintih-rintih keenakan.

    Matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah. “Ah… om, geli… geli… … Ngilu om, ngilu… Sssh… sssh… terus om, terus…. kon tol om membuat no nok Ines merasa enak sekali… Nanti jangan dingecretinkan di luar no nok, ya om. Ngecret di dalam saja… ” Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kon tolku di no nok Ines. “Ah-ah-ah… bener, om. Bener… yang cepat… Terus om, terus… ” Aku bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Ines. Tenagaku menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk kon tolku di no nok Ines. Terus dan terus. Seluruh bagian kon tolku serasa diremas-remas dengan cepatnya oleh no nok Ines. Mata Ines menjadi merem-melek. Begitu juga diriku, mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.

    “Sssh… sssh… Ines… enak sekali… enak sekali no nokmu… enak sekali no nokmu…” “Ya om, Ines juga merasa enak sekali… terusss… terus om, terusss…” Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kon tolku pada no noknya. “Omi… sssh… sssh… Terus… terus… Ines hampir nyampe…

    sedikit lagi… sama-sama ya om…,” Ines jadi mengoceh tanpa kendali. Aku mengayuh terus. Aku belum merasa mau ngecret. Namun aku harus membuatnya nyampe duluan. Sementara kon tolku merasakan no nok Ines bagaikan berdenyut dengan hebatnya. “Om… Ah-ah-ah-ah-ah… Mau keluar om… mau keluar..ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…” Tiba-tiba kurasakan kon tolku dijepit oleh dinding no nok Ines dengan sangat kuatnya. Di dalam no nok, kon tolku merasa disemprot oleh cairan yang keluar dari no nok Ines dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Ines meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Ines pun berteriak tanpa kendali: “…keluarrr…!” Mata Ines membeliak-beliak. Sekejap tubuh Ines kurasakan mengejang.

    Aku pun menghentikan genjotanku. kon tolku yang tegang luar biasa kubiarkan tertanam dalam no nok Ines. kon tolku merasa hangat luar biasa karena terkena semprotan cairan no nok Ines. Kulihat mata Ines memejam beberapa saat dalam menikmati puncaknya. Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi wajahku. Sementara jepitan dinding no noknya pada kon tolku berangsur-angsur melemah, walaupun kon tolku masih tegang dan keras. Kedua kaki Ines lalu kuletakkan kembali di atas ranjang dengan posisi agak membuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang Ines dengan mempertahankan agar kon tolku yang tertanam di dalam no noknya tidak tercabut.

    “Om… luar biasa… rasanya seperti ke langit ke tujuh,” kata Ines dengan mimik wajah penuh kepuasan. kon tolku masih tegang di dalam no noknya. kon tolku masih besar dan keras. Aku kembali mendekap tubuh Ines. kon tolku mulai bergerak keluar-masuk lagi di no nok Ines, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding no nok Ines secara berangsur-angsur terasa mulai meremas-remas kon tolku. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kon tolku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan yang disemprotkan oleh no nok Ines beberapa saat yang lalu.

    “Ahhh… om… langsung mulai lagi… Sekarang giliran om.. semprotkan peju om di no nok Ines.. Sssh…,” Ines mulai mendesis-desis lagi. Bibirku mulai memagut bibir Ines dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga berat badanku, tangan kananku meremas-remas toket Ines serta memijit-mijit pentilnya, sesuai dengan irama gerak maju-mundur kon tolku di no noknya. “Sssh… sssh… sssh… enak om, enak… Terus… teruss… terusss…,” desis Ines. Sambil kembali melumat bibir Ines dengan kuatnya, aku mempercepat genjotan kon tolku di no noknya. Pengaruh adanya cairan di dalam no nok Ines, keluar-masuknya kon tol pun diiringi oleh suara, “srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret…” Ines tidak henti-hentinya merintih kenikmatan, “Om… ah… ”

    kon tolku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari toketnya. Kedua tanganku kini dari ketiak Ines menyusup ke bawah dan memeluk punggungnya. Tangan Ines pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya kon tolku ke dalam no nok Ines sekarang berlangsung dengan cepat dan bertenaga. Setiap kali masuk, kon tol kuhunjamkan keras-keras agar menusuk no nok Ines sedalam-dalamnya. kon tolku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding no nok Ines. Sampai di langkah terdalam, mata Ines membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, “Ak!” Sementara daging pangkal pahaku bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar no nok, kon tol kujaga agar kepalanya tetap tertanam di lobang no nok.

    Remasan dinding no nok pada batang kon tolku pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir no nok yang mengulum batang kon tolku pun sedikit ikut tertarik keluar. Pada gerak keluar ini Ines mendesah, “Hhh…” Aku terus menggenjot no nok Ines dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Tangan Ines meremas punggungku kuat-kuat di saat kon tolku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang no noknya. Beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kon tolku dan no nok Ines menimbulkan bunyi srottt-srrrt… srottt-srrrt… srottt-srrrt… Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil Ines:

    “Ak! Hhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…” kon tolku terasa empot-empotan luar biasa. “Nes… Enak sekali Nes… no nokmu enak sekali… no nokmu hangat sekali… jepitan no nokmu enak sekali…”

    “Om… terus om…,” rintih Ines, “enak om… enaaak… Ak! Hhh…” Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru kon tolku. Gatal yang enak sekali. Aku pun mengocokkan kon tolku ke no noknya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kon tolku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di kon tol pun semakin menghebat. “Ines… aku… aku…” Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah terbata-bata itu. “Om, Ines… mau nyamper lagi… Ak-ak-ak… aku nyam…”

    Tiba-tiba kon tolku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku tidak mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah mencapai puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding no nok Ines mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu, aku tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam alat kelaminku. Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kon tolku terasa disemprot cairan no nok Ines, bersamaan dengan pekikan Ines, “…nyampee…!” Tubuh Ines mengejang dengan mata membeliak-beliak. “Ines…!” aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Ines sekuat-kuatnya. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jenjang. Pejuku pun tak terbendung lagi. Crottt! Crottt! Crottt! Pejuku bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding no nok Ines yang terdalam. kon tolku yang terbenam semua di dalam no nok Ines terasa berdenyut-denyut.

    Beberapa saat lamanya aku dan Ines terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali. Aku menghabiskan sisa-sisa peju dalam kon tolku. Cret! Cret! Cret! kon tolku menyemprotkan lagi peju yang masih tersisa ke dalam no nok Ines. Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan baik tubuh Ines maupun tubuhku tidak mengejang lagi.

    Aku menciumi leher mulus Ines dengan lembutnya, sementara tangan Ines mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku. Aku merasa puas sekali berhasil ngen totin Ines.

    Cerita Sex Sedarah,Cerita Bokep Sedarah,Cerita Ngentot Sedarah,Cerita Panas Sedarah,Cerita Hot sedrah,Cerita Kakak Ipar,Cerita Selingkuh Kakak Ipar,Cerita Dewasa Kakak Ipar

  • Pengalaman Ngentot Ketika Disuruh Ibu Mengasih Berkas Ke Tante Tyas

    Pengalaman Ngentot Ketika Disuruh Ibu Mengasih Berkas Ke Tante Tyas


    1563 views

    Perawanku –  Di depan rumahku ada seorang ibu muda yang sebenarnya tidak cantik tapi sangat menarik. Dia sudah bersuami dan mempunyai 3 anak.

    Umurnya kira-kira antara 38-40 tahunan tapi wajah dan bodinya kelihatan lebih muda 10 tahun. Sebut saja namanya tante Tyas. Tante Tyas ini bekerja di instansi pemerintah di mana ibuku juga bekerja di sana, jadi mereka teman sekantor.

    Kisah ini berawal seringnya aku disuruh oleh mamaku untuk menyerahkan berkas-berkas pekerjaan kepada tante Tyas. Sehingga aku pun menjadi akrab dengannya.

    Pada malam itu seperti biasanya mama menyuruhku ke tempat rumah tante Tyas untuk menyerahkan berkas-berkas pekerjaan tersebut, sekalian aku berpamitan keluar untuk bermain.
    Kuketuk pintu rumahnya beberapa kali sampai capek ku menunggu di depan rumahnya.

    Kok kelihatan sepi, apa pada bepergian, tapi mobilnya tante Tyas ada di garasi, gumamku dalam hati. Tak lama kemudian pintu dibuka oleh wanita muda kira-kira umurnya 20 tahunan yang ternyata adalah pembantunya tante Tyas.
    “Tante Tyas-nya ada mbak Arum”, tanyaku padanya.
    “Oh ada dik Miki, masuk dulu tante Tyas masih mandi”, kata mbak Arum sambil menyalakan lampu ruang tamu.
    Aku duduk termenung sendirian dan untuk yang kesekian kalinya aku meminum sirup dingin yang sedari tadi disuguhkan oleh mbak Arum. 5 menit kemudian dari ruang tengah tampak tante Tyas keluar dari kamar mandinya dengan tubuh cuma ditutup oleh handuk.
    “Wow padat juga tubuhnya ya,” kataku dalam hati.
    “Eh dik Miki, udah lama ya nunggunya”.
    Aku masih tetap terpaku melihat tubuhnya yang indah dan padat berisi yang tidak tertutup seluruhnya oleh handuk tersebut.
    “Dik, lihat apa’an sih kok cuman bengong?”
    “Eh anu……. ‘te lihat….. susu eh lihat paha ding…. eh nggak lihat apa-apa kok ‘te”, jawabku kebingungan.
    “Dik Miki ini ada-ada saja. Disuruh ibu ya, di kamar tante saja ya nyerahin berkasnya, tante tunggu lho!”
    Aku tambah kebingungan, kok tumben ngomong kayak gituan. Dengan polosnya aku ikuti kata-katanya tadi.

    Sampai ku di depan pintu kamarnya ku ketuk pintu itu, dan dari dalam terdengar jawaban untuk menyuruhku masuk. Ku buka pintu kamarnya dengan hati-hati. Setelah ku masuk di kamarnya, betapa kagetnya aku melihat tubuh mulus telanjang tante Tyas telah terlentang menantang di atas ranjang.
    “Ini kan yang selama ini kamu bayangkan dan inginkan dariku, ya kan Mik?”
    Aku tidak menjawabnya karena aku masih belum sadar dari kebingunganku atas apa yang kulihat di depan mataku sekarang ini.
    “Sini Mik, naik ke ranjang puasin tante ya, nggak perlu malu, ini kan yang kamu penginin”
    Aku menuruti kata-kata tante Tyas dengan naik ke ranjangnya. Tiba-tiba tanganku dipegangnya lalu diarahkan ke payudaranya yang kira-kira berukuran 34c. Diletakkannya tanganku dan kuremas-remas payudaranya yang sebelah kiri dan kepalaku menciumi dan mejilati payudaranya yang sebelah kanan dengan birahi yang sudah meninggi.
    “Oouugghh… oouugghh…. sedot terus Mik …. oouugghh.. digigit dong!!!”, tante Tyas rupanya sudah terlelap dalam birahinya juga. Matanya merem melek menikmati payudaranya yang sedang kunikmati. Tiba-tiba tante Tyas melepaskan bajuku dan menyuruhku untuk terlentang.

    Ternyata tante melepaskan juga celanaku dan memlorotkannya dengan nafsu yang bergelora. Seperti apa yang kuharapkan terjadi juga, penisku dilumat-lumatnya, disedotnya sampai gemetar tubuhku dibuatnya. Aku bergelinjangan menahan kenikmatan yang pertama kali aku rasakan.
    “Mik, cium dong memek tante!”
    Kucium memeknya yang berbulu tipis dan berbau wangi, rupanya tante Tyas merawat milik-nya dengan baik. Tante tyas bergelinjangan, mendesah-desah karena kujilati memeknya. Kumain-mainkan ‘kacang’-nya dengan lidahku dan kadang-kadang kutusuk lobang memek-nya. Tubuhnya semakin kehilangan kendali, semakin kurasakan lembabnya memeknya karena tubuhnya dirangsang dengan hebat.
    “Mik tante sudah tidak kuat nih, masukin dong penismu!”
    Bleeesss…… bleeesss….. bleeesss…… kusodok-sodok dengan keras dan tante Tyas mengimbanginya dengan goyangan pinggul dan pantatnya.
    “Tante, Miki udah mau keluar… uuuhhhh… oooohhh…. uuuuhhh….”
    “Tahan Miki… yeaah… ooouuuh… ”
    Goyangan tante Tyas semakin liar yang membuat diriku semakin tidak tahan lagi, yang akhirnya… crrooott…. crrooottt….
    Dan di dalam memeknya terasa hangat oleh cairan yang membanjir bersamaan dengan bergetarnya tubuh tante Tyas.
    “Oouugghh….. ooouuuhhh… yeaahh.. yeaahh… uuhh… aku puas Mik, makasih ya !”
    Kuambil bajuku dan kupakaikan meskipun tubuhku penuh keringat yang bercucuran. “Besok temenin tante lagi, ya Mik!”, desah tante Tyas dengan tubuh lemas dan masih bertelanjang.

    Sesampaiku di rumah langsung disambut oleh mamaku, aku pun menjadi ketakutan kalau-kalau mamaku tahu apa yang baru saja terjadi. “Darimana saja kamu, main-main saja jadi lupa belajar, sudah sana ke kamar belajar”. Aku pun lega ternyata mamaku tidak tahu, aku pun berlari menuju kamarku sambil tersenyum karena aku telah menikmati apa yang belum aku rasakan sebelumnya.

    Setelah kejadian itu, aku dan tante Tyas berbulan-bulan lamanya melakukan affair yang sangat hot. Kami lakukan itu kadang-kadang di rumah tante Tyas, kadang di hotel, kadang pernah juga di rumahku kalau lagi kosong. Pokoknya di mana ada tempat untuk bercinta pasti tidak akan kami lewatkan.

    Hingga suatu malam di rumah tante Tyas seperti biasanya aku datang ke rumahnya. Aku langsung disambut mbak Arum, yang aku yakin dia sudah tahu tentang affairku dengan nyonya-nya.
    “Masuk aja mas Miki,ibu sudah menuggu dari tadi”, sambutnya dengan ramah. Aku langsung masuk ke kamar tante Tyas dan kubuka langsung celana dan bajuku. Tante Tyas pun melakukan hal yang sama.
    “Kok lama sih Mik, tante kan udah kedinginan nih!”, kata tante Tyas dengan manja dan menghampiriku untuk memeluk tubuhku dan menciumi bibirku, memasukkan lidahnya di mulutku sehingga lidahku pun saling ber-“silat lidah”. Sambil kucium ku buka tali BH-nya yang masih melekat di tubuhnya dan lalu kuciumi puting payudaranya yang sudah mengeras. Tante Tyas kubikin merem-melek.
    Kudorong tubuhnya ke ranjang lalu kubuka celana dalamnya, langsung kuciumi memeknya yang sudah lembab. Kujilat-jilat naik turun dan kugigit “kacang”nya, begitu seterusnya sambil tanganku meremas-remas payudaranya.
    “Ouugghh… oouugh… oouugghh… terus Mik… tante suka seperti ini….. oouuugghh….. yeeaahhh….”.
    Dan kubalik arah tubuhku sehingga membentuk angka 69. Tante Tyas melumat-lumat penisku keluar masuk mulutnya dan memainkan lidahnya di “helm” penisku. Juga sesekali dia memainkan lidahnya di “telur” ku dari pangkal sampai ujung. Aku pun semakin terangsang menciumi memek-nya yang semakin membanjir.
    “Oohh… uuhh… oouuhh… Mik Tante sudah tidak kuat lagi nih… ouughh… tante mau keluar, Mik”.
    “Aku juga ‘te aahhh… uuhh… aku keluarin di dalem mulut ya ‘te.. aahhh… uuuhhh.. aauuhhgg….”
    Tubuhku kami semakin menghebat dan kurasakan air maniku keluar deras ke mulutnya. Begitu juga mulutku terasa kemasukan lendir yang warnanya seperti air susu.

    Kami pun rebahan saling berpelukan, dan 5 menit kemudian kami melakukan aktifitas senggama yang dari tadi belum kami lakukan. Langsung kumengkangkangkan kakinya sehingga memeknya terlihat jelas dan sangat tepat juga mudah untuk di-“tusuk” oleh penisku yang berukuran 15 cm dalam keadaan menegang.
    Bleess… bleesss… keluar masuk penisku di memeknya yang disertai desahan yang menderu deru tante Tyas. “Ouggh… oouuugghh… eemmmmhhh…. uuhhh… yeahh.. uuuhh… yang keras dong Mik…. aahh.. uuhhh.. yeeahh..”. Semakin kurasakan basah di batang penisku, membuatku lebih bernafsu.
    Kami pun berganti posisi, aku yang dibawah dan tante Tyas di atas menduduki tubuhku. Goyangan pantat dan pinggulnya kulihat jelas mengocok-ngocok penisku. Merem-melek tante Tyas sambil mendongakkan kepalanya merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Kudorong-dorong pantatku ke atas untuk menyeimbangkan gerakannya yang semakin menggila.
    “Oh… oouuhh… Mik… Ouugh… enakkk… ouugh… yeaah… terruuusss….. yeeaahh….”.
    “Tante aku mau keluar nih, udah nggak kuat… oogghh… uuuhhhh… mmmhhhh….”
    “Tunggu dulu… Miikk…….. mmhhh… yeeaahh… tahan dulu Mikkhh….!”, lirih tante Tyas menahan kenikmatan yang hampir memuncak.

    Goyangan kami pun semakin menggila, ke kanan-kiri, naik-turun dan tiba-tiba tubuh tante Tyas bergetar dan bergelinjang hebat, kurasakan cairan yang hangat dari dalam memek tante Tyas.
    “Oouugghh….. uuuhh… uuugghh….. yeaaaahh…. mmmhhhh….. ouugghh yeaahhh…. uuuhhh… mmmmmhhh… aaahhhh…. yeeaahhh… tante sudah keluar Mik, sekarang giliran kamu, cayang!”
    Kulepas penisku dan langsung diraih oleh tangannya tante Tyas untuk dimasukkan ke mulutnya, dikocok-kocok oleh tangannya yang lembut lalu dimasukkan lagi ke mulutnya, dimain-mainkan oleh lidahnya. Tidak lama kemudian maniku pun keluar. Crooott…. crooottt….. crooottt…. kusiramkan ke wajah tante Tyas dan dia menjilatinya dengan nikmat seperti menjilati es krim yang sudah mencair. Kita berdua pun tergelepar dengan keringat yang masih bercucuran setelah sedikit bekerja keras untuk mendapatkan satu kenikmatan. Tubuh kami yang masih bertelanjang saling berpelukan dan saling menciumi bibir dengan mesra.

    Cerita Dewasa Tante,Cerita Hot Tante,Cerita Ngentot Tante

  • Cerita Sex Awal Aku Tidak Ingin Tapi Merelakan Diperkosa – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sex Awal Aku Tidak Ingin Tapi Merelakan Diperkosa – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1563 views

    Perawanku – Aqu adalah wanita berumur 25 tahun, sekarang aqu tinggal sendirian di rumahku yg terletak di salah satu komplek yg disebut sebagian orang sebagai komplek orang berduit di wilayah Jakarta. Aqu adalah janda tanpa anak, suamiku telah meninggal enam bulan yg lalu karena kecelakaan.Saat itu usia perkawinan kami baru menginjak tahun kedua. Rumah yg kutempati ini adalah hadiah perkawinan untukku, suamiku membeli rumah ini atas namaqu. “Sebagai bukti ketulusan saygku padamu” katanya.

    Rumah-rumah di komplekku terbilang saling berjauhan karena masing-masing rumah memiliki pekarangan yg luas. Hidup di Jakarta menyebabkan aqu juga tak begitu mengenal tetanggaqu. Kami masing-masing memiliki kehidupan sendiri-sendiri. Sering aqu merasa kesepian tinggal sendiri di rumah ini, tapi aqu tak mau menggunakan jasa pramuwisma, aqu ingin mengerjakan pekerjaan rumahku sendiri. Alasanku pada mama sih biar aqu ada kesibukan di rumah, rasanya lebih enjoy kalau semua dikerjakan sendiri. Malam itu aqu pulang agak larut karena baru pulang dari acara ulang tahun kawanku. Setelah mengunci pintu depan aqu mencari-cari kontak lampu karena suasana rumahku masih gelap. Aqu berangkat dari tadi siang untuk bantu-bantu di acara ulang tahun tersebut. Begitu lampu menyala, aqu langsung menuju kamarku untuk mengganti baju yg kotor. Aqu melepaskan seluruh pakaianku lalu menyimpan baju kotorku di keranjang yg memang kusediakan di kamar untuk pakaian kotor. Sungguh aqu sekarang telanjang bulat. Aqu merasa sendiri di rumahku sehingga aqu merasa bebas walaupun ke ruang tengah atau ke dapur dalam keadaan telanjang.

    Aqu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Selesai mandi rasanya tubuhku terasa segar. Kemudian duduk santai menonton TV di ruang tengah sembari minum susu hangat. Aqu hanya melilitkan handuk pada tubuhku, sembari mengeringkan rambutku dgn kipas angin aqu buka channel TV sana-sini. Acaranya tak ada yg menarik hatiku. Iseng-iseng aqu menonton film BF koleksi suamiku. Aqu pernah protes padanya karena dia menonton film begituan. Dia hanya tersenyum dan mengatakan bahwa dia mencari style bercinta untukku. Di film itu pria bule sedang mencumbu seorang wanita asia yg kelihatannya begitu menikmati cumbuan dari pri bule. Aqu sedikit terangsang melihat adegan itu, seandainya suamiku masih ada.

    Aqu melepaskan handuk yg melilit tubuhku, lalu mengelus-elus buah dadaqu sendiri dgn lembut. Buah dadaqu memang tak begitu besar, tapi suamiku selalu memujiku dgn sebutan montok. Untuk urusan mengurus tubuh, aqu memang agak telaten. Karena bagiku kecantikan wanita dan kemulusan tubuh itu adalah harga mati. Aqu tak menyadari sama sekali kalau ada sepasang mata yg memperhatikan kegiatanku Kuelus-elus buah dadaqu dgn lembut hingga terus terang menimbulkan rangsangan tersendiri bagiku. Libidoku tiba-tiba datang dan hasratku jadi memuncak, rasanya aqu ingin berlama-lama, mataqupun tak terasa mulai sayu merem melek merasakan rangsangan.

    Kali ini bukan lagi belaian yg kulaqukan, tapi aqu sudah mulai melaqukan remasan ke buah dadaqu. Kupilin-pilin puting susuku dgn menggunakan ibu jari dan jari telunjukku. Nikmat sekali rasanya. Tanganku perlahan-lahan turun mengelus-elus selangkanganku. Saat jari-jariku mengenai bibir-bibir kemaluanqu, aqu pun merasakan darah yg mengalir di tubuhku seakan mengalir lebih cepat daripada biasanya.

    Aqu terangsang sekali, lubang kemaluanqu sudah dibanjiri oleh lendir yg keluar membasahi bibir kemaluanqu. Lalu jari-jariku kuarahkan ke klitorisku. Kutempelkan dan kugesek-gesek klitorisku dgn jariku sendiri hingga aqu pun tak kuasa membendung gejolak dan hasratku yg semakin menggebu. Tubuhku melengkung merasakan kenikmatan, kukangkangkan pahaqu semakin lebar. Jari tengah dan telunjuk tangan kiriku kupakai untuk menyibak bibir kemaluanqu sembari menggesek-geseknya. Sementara jari tengah dan telunjuk tangan kananku aktif menggosok-gosok klitorisku.

    Kualihkan jari tangan kananku ke arah lipatan kemaluanqu. Ujung jariku mengarah ke pintu masuk lubang kenikmatanku, kusorongkan sedikit masuk ke dalam. Lubang kemaluanqu sudah benar-benar basah oleh lendir yg licin hingga dgn mudahnya menyeruak masuk ke dalam lubang kemaluanqu. Kini jari tangan kiriku sudah tak perlu lagi menyingkap bibir kemaluanku lagi hingga kualihkan tugasnya untuk menggesek-gesek klitorisku. Kukocokkan jari tangan kananku keluar masuk lubang kemaluanqu. Jari-jariku menyentuh dan menggesek-gesek dinding kemaluanqu bagian dalam, ujung-ujung jariku menyentuh G-spot, punggung dan kepalaqu jadi tersandar kuat pada sofa di ruang tengah, seakan-akan tubuhku melayg-layg dgn kenikmatan tiada tara.

    Aqu sudah benar-banar mencapai puncaknya untuk menuju klimaks saat ada sesuatu yg rasanya akan meledak keluar dari dalam rahimku, ini pertanda aqu akan segera mencapai orgasme. Gesekan jari tangan kiri di klitorisku makin kupercepat lagi, demikian pula kocokan jari tangan kanan dalam kemaluanqu pun makin kupercepat pula. Untuk menyongsong orgasmeku yg segera tiba, kurasakan kedutan bibir kemaluanqu yg tiba-tiba mengencang menjepit jari-jariku yg masih berada di dalam lubang senggamaqu.
    Bersamaan dgn itu aqu merasakan sesekali ada semburan dari dalam yg keluar membasahi dinding kemaluanqu. Aqu serasa sedang kencing namun yg mengalir keluar lebih kental berlendir, itulah cairan maniku yg mengalir deras.

    “AHH……..” aqu terpekik, lalu tubuhku bergetar hebat. Setelah beberapa detik baru terasa tubuhku seperti lemas sekali. Mataqu terpejam sembari menikmati rasa indah yg menjalar di sekujur tubuhku, tiba-tiba tersa ada benda dingin menempel di leherku. Mataqu sedikit terbuka, lalu…..
    ” Diam atau lehermu akan terluka.” Suara seorang laki-laki terdengar mengejutkanku. Jantungku rasanya hampir berhenti menyadari ada pria yg menempelkan pisau ke leherku, dan aqu dalam keadaan telanjang……..

    Aqu terdiam tak berdaya ketika dia berusaha mengikat tanganku. Aqu taqut kalau dia merasa terancam, maka dia akan membunuhku. Matanya jelalatan melihat tubuhku yg tak tertutup sehelai kain. Terbersit penyesalan dalam hatiku, kenapa aqu sangat gegabah. Bagaimana dia masuk ke dalam rumah ini, dan apa yg akan mereka laqukan. Segala macam perasaan dalam diriku saat itu.
    “He.. he.. he… cantik, ijinkan aqu untuk membantumu menyelesaikan hasrat terpendam dalam dirimu.” Lelaki itu duduk disampingku.
    “Nah cantik…. Sekarang Abang akan memuaskanmu.” Laki-laki yg memanggil dirinya Abang kemudian dgn kalemnya dia raih tangan dan pinggangku untuk memelukku. Antara taqut dan marah, aqu masih berontak dan berusaha melawan. Kutendangkan kakiku ke tubuhnya sekenanya, namun.. Ya ampuunn.. Dia sangat tangguh dan kuat bagiku.

    Lelaki itu berpostur tinggi pula dan mengimbangi tinggiku, dan usianya yg aqu rasa tak jauh beda dgn usia suamiku disertai dgn otot-otot lengannya yg nampak gempal saat menahan tubuhku yg terus berontak.
    Dia lalu menyeretku menuju ke kamar tidurku. Aqu setengah dibantingkannya ke ranjang. Dan aqu benar-benar terbanting. Dia ikat tanganku ke backdrop ranjang itu. Aqu meraung, menangis dan berteriak sejadi-jadinya, tapi hanya terdengar gumaman dari mulutku karena mereka membekap mulutku. hingga akhirnya, sehingga aqu menyadari tak ada gunanya lagi berontak maupun berteriak. Sesudah itu dia tarik tungkai kakiku mengarah ke dirinya. Dia nampak berusaha menenangkan aqu, dgn cara menekan mentalku, seakan meniupi telingaqu. Dia berbisik dalam desahnya,

    “Ayolah cantik, jangan lagi memberontak. Percuma khan, jarak antar rumah di komplek ini cukup berjauhan. Lagian kalaupun ada yg tahu mereka tak akan berani menggangu”.

    Aqu berpikir cepat menyadari kata-katanya itu dan menjadi sangat khawatir. Laki-laki ini seakan-akan sengaja memperhitungkan keadaan. Kemudian dgn tersenyum dia benamkan wajahnya ke ketiakku. Dia menciumi, mengecup dan menjilati lembah-lembah ketiakku. Dari sebelah kanan kemudian pindah ke kiri. Menimbulkan rasa geli sekaligus membangkitkan gairah. Tangan-tangannya menjamah dan menelusup kemudian mengelusi pinggulku, punggungku, dadaqu. Tangannya juga meremas-remas susuku. Dgn jari-jarinya dia memilin puting-puting susuku. Disini dia melaqukannya mulai dgn lembut dan demikian penuh perasaan. Bajingan! Dia pikir bisa menundukkan aqu dgn caranya yg demikian itu. Aqu terus berontak dalam geliat.. Namun aqu bagaikan mangsa yg siap diterkam.

    Aqu sesenggukan melampiaskan tangisku dalam sepi. Tak ada suara dari mulutku yg tersumpal. Yg ada hanya air mataqu yg meleleh deras. Aqu memandang ke-langit-langit kamar. Aqu merasa sakit atas ketak adilan yg sedang kulakoni. Kini lelaki itu menatapku. Aqu menghindari tatapan matanya. Dia menciumi pipiku dan menjilat air mataqu,

    “Kamu cantik banget….. ” dia berusaha menenangkanku.

    Dia juga menciumi tepian bibirku yg tersumpal. Tangannya meraba pahaqu dan mulai meraba-raba kulitku yg sangat halus karena tak pernah kulewatkan merawatnya. Lelaki ini tahu kehalusan kulitku.
    Dia merabanya dgn pelan dan mengelusinya semakin lembut. Betapa aqu dilanda perasaan malu yg amat sangat. Hanya suamiku yg melihat auratku selama ini, tiba-tiba ada seorang lelaki asing yg demikian saja merabaiku dan menyingkap segala kerahasiaanku.
    Aqu merasakan betisku, pahaqu kemudian gumpalan bokongku dirambati tangan-tangannya.
    Pemberontakanku sia-sia. Wajahnya semakin turun mendekat hingga kurasakan nafasnya yg meniupkan angin ke selangkanganku. Lelaki itu mulai menenggelamkan wajahnya ke selangkanganku.

    ” Ah…..” Bukan main. Belum pernah ada seorangpun berbuat macam ini padaqu. Juga tak begini suamiku selama ini. Aqu tak kuasa menolak semua ini. Segala berontakku kandas. Kemudian aqu merasakan lidahnya menyapu pori-pori selangkanganku.

    Lidah itu sangat pelan menyapu dan sangat lembut. Darahku berdesir. Duniaqu seakan-akan berputar dan aqu tergiring pada tepian samudra yg sangat mungkin akan menelan dan menenggelamkan aqu. Aqu mungkin sedang terseret dalam sebuah arus yg sangat tak mampu kulawan. Aqu merasakan lidah-lidah lelaki ini seakan menjadi seribu lidah. Seribu lidah lelaki ini menjalari semua bagian-bagian rahasiaqu. Seribu lidah lelaki inilah yg menyeretku ke tepian samudra kemudian menyeret aqu untuk tertelan dan tenggelam. Aqu tak bisa pungkiri.

    Aqu sedang jatuh dalam lembah nikmat yg sangat dalam.. Aqu sedang terseret dan tenggelam dalam samudra nafsu birahiku. Aqu sedang tertelan oleh gelombang nikmat syahwatku yg telah enam bulan tak terlampiaskan semenjak sua miku meninggal.
    Dan saat kombinasi lidah yg menjilati selangkanganku dan sesekali dan jari-jari tangannya yg mengelusi paha di wilayah puncak-puncaknya rahasiaqu, aqu semakin tak mampu menyembunyikan rasa nikmatku. Isak tangisku terdiam, berganti dgn desahan dari balik kain yg menyumpal mulutku. Dan saat kombinasi olahan bibir dan lidah dipadukan dgn bukan lagi sentuhan namun remasan pada kemaluanku, desahanku berganti dgn rintihan yg penuh derita nikmat birahi.
    Laki-laki itu tiba-tiba mrenggut sumpal mulutku.Dia begitu yakin bahwa aqu telah tertelan dalam syahwatku.

    “Ayolah, sayg.. mendesahlah.. merintihlah.. Puaskan aqu…..”

    Aqu mendesah dan merintih sangat histeris. Kulepaskan dgn liar derita nikmat yg melandaqu. Aqu kembali menangis dan mengucurkan air mata. Aqu kembali berteriak histeris. Namun kini aqu menangis, mengucurkan air mata dan berteriak histeris beserta gelinjang syahwatku. Aqu meronta menjemput nikmat. Aqu menggoyg-goygkan pinggul dan bokongku dalam irama nafsu birahi yg menerjangku.
    Aqu tak mampu mengendalikan diriku lagi. Aqu bergoncang-goncang mengangkat bokongku untuk mendorong dan menjemputi bibirnya karena kegatalan yg amat sangat pada kemaluanku dilanda nafsu birahi. Dan kurasakan betapa kecupan dan gigitan lidah lelaki ini membuatku seakan-akan menggigil dan gemetar lupa diri.

    “Masukin… bang.. auh… aqu gak tahan…..” aqu mendesah tak karuan. Akhirnya karena tak mampu aqu menahannya lagi aqu merintih.
    Rintihan itu membuat lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajahku hingga bisa kuraih bibirnya. Aqu raqus menyedotinya. Aqu berpagut dgn pemerkosaqu. Aqu melumat mulutnya. Aqu benar-benar dikejar badai birahiku. Aqu benar-benar dilanda gelombang syahwatku.
    Aqu betul-betul tak sabar menunggu dia melepas pakaiannya. Aqu masih berkelojotan diranjang. Dan kini aqu benar-benar menunggu lelaki itu memasukkan kemaluannya ke kemaluanku pula. Aqu benar-benar berharap karena sudah tak tahan merasakan badai birahiku yg demikian melanda seluruh organ-organ peka birahi di tubuhku. Tiba-tiba aqu merasakan sesuatu yg sama sekali diluar dugaanku. Aqu sama sekali tak menduga, karena memang aqu tak pernah punya dugaan sebelumnya. Kemaluan lelaki ini demikian gedenya.

    Rasanya ingin tanganku meraihnya, namun belum lepas dari ikatan dasi di backdrop ranjang ini. Yg akhirnya kulaqukan adalah sedikit mengangkat kepalaqu dan berusaha melihat kemaluan itu. Ampuunn.. Sungguh mengerikan. Rasanya ada pisang ambon gede dan panjang yg sedang dipaksakan untuk menembusi kemaluanku. Aqu menjerit tertahan. Tak lagi aqu sempat memandangnya.

    Lelaki ini sudah langsung menerkam kembali bibirku. Dia kini berusaha menjulurkan lidahnya di rongga mulutku sembari menekankan kemaluannya untuk menguak bibir kemaluanqu. Kini aqu dihadapkan kenyataan betapa besar kemaluan di gerbang kemaluanku saat ini. Aqu sendiri sudah demikian dilanda birahi dan tanpa malu lagi mencoba merangsekkan lubang kemaluanku.Cairan-cairan kewanitaanku membantu kemaluan itu memasuki kemaluanku.

    “Blesek……..Blesek………. Ohh…… Kenapa sangat nikmat begini…….. Oh aqu sangat merindukan kenikmatan ini…..” Aqu semakin meracau.

    Sensasi cengkeraman kemaluanku pada bulatan keras batang besar kemaluan lelaki ini sungguh menyuguhkan fantasy terbesar dalam seluruh hidupku selama ini. Aqu rasanya terlempar melayg kelangit tujuh. Aqu meliuk-liukkan tubuhku, menggeliat-liat, meracau dan mendesah dan merintih dan mengerang dan.. Aqu bergoncang dan bergoyg tak karuan…. Orgasmeku dgn cepat menghampiri dan menyambarku. Aqu kelenger dalam kenikmatan tak terhingga.. Aqu masih kelenger saat dia mengangkat salah satu tungkai kakiku untuk kemudian dgn semakin dalam dan cepat menggenjoti hingga akhirnya muntah dan memuntahkan cairan panas dalam rongga kemaluanku.

    “Auh………. AHH…… ” aqu menjerit merasakan gelombang-gelombang listrik kenikmatan menjalar di sekujur tubuhku.

    Kami langsung roboh. Hening sesaat. Aneh, aqu tak merasa menyesal, tak merasa khawatir, tak merasa taqut. Ada rasa kelapangan dan kelegaan yg sangat longgar. Aqu merasakan seakan menerima sesuatu yg sangat aqu rindukan selama ini. Apakah aqu memang hipersex atau memang karena lelaki ini memang tangguh dan pandai bercinta. Ah aqu tak mau berfikir lagi.. Aqupun tertidur kelelahan.

    Besok pagi aqu terbangun dgn tubuh sedikit pegal-pegal. Tak ada tanda-tanda dia masih ada di rumah. Dan kuperiksa tak ada barang yg hilang. Apakah dia memang datang untuk memperkosaqu?…. kadang-kadang aqu masih inigin melaqukan hal yg sama. Aqu merindukan kemaluannya yg telah membuatku mencapai kenikmatan tertinggi dalam bercinta.

  • Cerita Bokep Wanita Kampung Yang Jago Goyang di Ranjang

    Cerita Bokep Wanita Kampung Yang Jago Goyang di Ranjang


    1561 views

    Perawanku – Waktu itu aku sedang menuju keluar kota yang mana malah mobilku bannya bocor, ada paku, hari apa ini kelihatannya sial banget, dan aku cari kunci pas, ternyata ketinggalan dirumah dan aku tidak bisa berbuat apa apa, aku berusaha untuk mencari bengkel di sekitar sini, sekian lama aku berjalan jauh aku menuju kerumah yang ada angkotnya, dan semoga dirumah ada kunci untuk membantuku mennggantikan ban serepku.

    “Assalamu alaikum…..!” sapaku dengan wajah sedikit memelas didepan pintu rumah yang sedikit reot, maklum di kampung yang jauh dari kota.

    “Wa alaikum salam…” terdengar jawaban seorang wanita namun belum nampak batang hidung yang punya suara. Mendengar suara itu kuberanikan diri sedikit melongo kedalam rumah itu……..Opss…..ternyata ada seorang wanita kira-kira berusia 25 tahunan sedang menyusui anaknya……

    Oh.. my God lumayan juga parasnya untuk wanita ukuran di kampung ini, dan tentunya yang membuatku terkesima buah dadanya yang indah tampak terbuka sedang diisep sama anaknya yang masih berusia balita.

    “ Maaf mbak …… apa saya bisa pinjam kunci roda mobilnya ?” tanyaku sambil tak putus mataku memandang sebuah keindahan , seraya mengkhayal jika aku yang menikmati buah dada yang indah itu………….. “ Oh….sebentar pak saya Tanya dulu suami saya…! “ Jawab wanita tadi sambil terburu-buru menutup dada indahnya yang mungkin Ia sadar jika betapa aku menikmatinya.

    Singkat cerita kunci roda tersebut berhasil saya pinjam dan bergegas kugunakan untuk mengganti ban yang bocor dengan ban cadangan. Tentunya dengan alasan mengucapkan terima kasih , kami sempat berbincang dan berkenalan. Nexiabet

    “ Maaf pak …. Rencananya mau kemana…? Tanya wanita itu . “ Oh saya mau ke kota X dalam rangka tugas kantor “ Jawabku sekenanya.

    “ Sebenarnya saya juga mau ke kota itu untuk menemui saudara yang katanya berdomisili disana ,

    tapi alamatnya belum begitu jelas dan kebetulan suami saya tidak bisa mengantar karena kendaraan Angkotnya masih rusak “ Kata wanita itu diamini oleh suaminya yang baru bangun tidur dan ikut menemani kami berbincang-bincang.

    Pucuk dicinta ulam tiba begitulah kata pepatah, dengan tanpa melewatkan kesempatan untuk dapat berlama-lama dengan wanita itu, apalagi dia akan berangkat sendiri tanpa suami dan anaknya, dengan alasan suaminya masih harus menyelesaikan perbaikan angkot yang masih rusak itu. Apalagi aku memang hanya sendiri di kendaraaanku.

    Sepanjang perjalanan kami ngobrol panjang lebar tentang segalanya dan akhirnya dapat kuketahui nama wanita itu adalah Fenny. Sampai kami tiba di kota tujuan.

    “Mbak Fenny rencana mau nginap dimana ? kan hari sudah mulai gelap tentunya sulit mencari alamat saudaranya waktu begini “ tanyaku.

    “ Entahlah mas soalnya saya tidak punya cukup uang jika harus menginap di penginapan” Jawab Fenny dengan sedikit kebingungan.

    “Bagaimana jika kita menginap dulu di penginapan tempat saya menginap, esok hari baru kita sama-sama mencari alamat saudara mbak itu !” Tawarku kepada Fenny.

    “Tapi mas apa tidak merepotkan ?” tanyanya dengan nada ragu tapi mau.

    Kujawab “ Ya …enggak lah ….kan mbak Fenny sudah menolong saya jadi tidak ada salahnyakan jika saya membalas pertolongan itu ….” Jawabku sembari dalam hati bersorak YESS……….. .

    “ Ya deh mas …. Saya ikut mas aja !” Jawabnya pasrah.

    Setiba di penginapan ternyata kamar yang tersedia tersisa 1 yang kosong yang lainnya sudah di booking calon tamu lainnya dan tidak bisa di ganggu gugat lagi soalnya sudah di bayar Full.

    “ Aduh mbak kamarnya Cuma ada satu yang kosong, gimana nih……”

    Tanpa menunggu jawaban langsung kujawab sendiri dengan sedikit memaksa “ Udahlah mbak…. Mbak tidur dikamar saya saja biar saya yang tidur di sofa “.

    “ Tapi mas ……” jawabnya ragu, namun akhirnya seperti kebo di cucuk hidungnya ikut dibelakangku menuju kamar sambil mengangkat tas Fenny dan tasku sendiri.

    Setelah masuk dalam kamar dan menyelesaikan segala urusan dengan room service yang mengantar ke ruangan yang ku pesan. Kami terdiam sejenak, dan Fenny terduduk di sofa sambil memandangku bingung.

    “ Silahkan mandi dulu mbak…… itu handuk bersih dan ini sabun cair dan shampoo saya yang bisa mbak pake , saya rapikan dulu perlengkapan saya, nanti selesai mandi kita cari makan malam di luar saja , karena penginapan ini tidak menyiapkan makan malam yang sesuai dengan selera saya “.

    Sambil menyodorkan perlengkapan mandiku ke Fenny untuk digunakan dan Fenny nurut aja apa yang ku sampaikan.

    Setelah semuanya beres kami keluar penginapan mencari rumah makan yang biasa aku datangi jika berkunjung ke kota ini. Sambil makan kami banyak bercerita , khususnya Fenny dapat kuperoleh cerita jika ia baru 3 tahun menikah dengan suaminya yang masih kerabat dekat dan pilihan orang tuanya, namun dalam perjalanan pasrikahannya suaminya kurang memberi perhatian selayaknya suami kepada istrinya selain hanya untuk melampiaskan nafsu sexnya, untuk urusan lainnya suaminya kurang mau tahu termasuk urusan mengunjungi saudaranya di kota ini.

    Tibalah waktu kami kembali ke penginapan untuk istirahat, sesuai janjiku jika aku yang tidur di sofa sedangkan Fenny di tempat Tidur. Maklum deh Fenny masih menganut kebiasaan di kampung jika tidur harus menggunakan sarung dengan tidak memakai sehelai benangpun di badannya selain balutan sarung yang sudah agak kumal.

    Nampak jelas bentuk tubuh khususnya payudara yang kutaksir berukuran 36 B , menyembul di balik sarung yang dikenakannya yang terlihat dikeremangan lampu tidur yang menyala dengan redup. Hal ini membuatku semakin gelisah menahan gejolak adikku yang dari tadi ingin berontak terus tanpa aturan yang jelas.

    Rupanya Fenny melihat kegelisahanku dengan menyangka aku tersiksa jika harus tidur di sofa, padahal bukan itu penyebabnya, sehingga akhirnya dia pun bersuara. “ Mas …. Nggak bisa tidur ya… sudah mas disini saja… toh tempat tidur ini masih cukup luas “.

    Tentunya ini kesempatan emas 24 karat yang tidak boleh aku sia-siakan, dengan sedikit jual mahal aku menjawab “ ….Ya deh…. Memang agak kurang nyaman nih tidur di sofa, tapi mbak tidak keberatankan…”. “ Nggak koq mas silahkan aja “ jawabnya.

    Bergegaslah dengan langkah seorang kesatria Majapahit menuju ke empat tidur samping Fenny. Ternyata Fenny sempat melihat ada yang menyembul dengan keras di balik celana pendek yang memang tidak mengenakan celana dalam kebiasaanku jika tidur.

    “ Ihh…. Mas ….itu apa yang berdiri dibalik celana mas….” Lugu Fenny bertanya. “ Ahh… mbak koq liat aja, ini kan gara-gara mbak juga “. Jawabku sekenanya sambil dalam hati berkata TUNGGU TANGGAL MAINNYA.

    Sejenak kita berdua terdiam dengan pikiran masing-masing. Selanjutnya aku mencoba menyentuh tangan Fenny, dan tidak ada penolakan dari Fenny yang membuatku semakin berani menarik tangannya dan memeluk dirinya dengan sikap yang sangat mesra. “ Mas jangan panggil aku mbak ya… sebut aja Namaku “

    Tiba-tiba Fenny bersuara,” Oh ya…. “ jawabku. “ Maaf mas Fenny koq merasa nyaman dekat mas, tidak seperti suami Fenny yang tidak pernah memberikan kemesraan seperti yang mas berikan ini “ kata Fenny lagi, “ Akupun begitu er…. , awal melihatmu ingin rasanya aku memelukmu !” jawabku sedikit merayu.sambil memeluk dari belakang dan mencium bekang telinga selanjutnya leher bagian belakangnya, yang tanpa penolakan bahkan terlihat Fenny begitu menikmati.


    Kuberanikan untuk mengelus kening selanjutnya turun ke dada dan terus meremasinya dengan halus terutama sekitar puting yang nampak kian mengeras. Tidak ada jawaban atau kata yang keluar dari mulut Fenny selain desahan nafas yang semakin memburu tidak teratur, menandakan Fenny sudah mulai horny selanjutnya tanganku turun meraba perut dan terus menemukan rimbunan bulu-bulu tebal diantara dua lembah yang terasa mulai lembab selanjutnya mencair oleh lelehan air kenikmatan wanita yang sedang mendaki kearah puncak kenikmatan.

    Tidak dinyana Fenny membalikkan badannya melepaskan sarung kumal yang melapisi tubuh mulusnya yang baru kali inilah terlihat dengan jelas, dibalik keluguan wanita desa ternyata menyimpan suatu kekuatan yang mampur memecahkan naluri lelaki yang menggeliat dengan panasnya.

    “ Mas…… !!!!!!”. sambil meremas adikku yang sudah ditelanjangi oleh tangan halus Fenny seperti meremas jagung yang akan dirontokkan pipilnya.” Aku tidak pernah merasakan kenikmatan seperti ini dari suamiku………akhhh….akkhhhh !!!!!!”. Fenny semakin tidak dapat menguasai dirinya, apalagi saat kulumat habis puting teteknya yang kian mengeras. Berangsur turun ke puser perut dan kelubang kenikmatan.

    “ Okhh..okkhhhh……..mas …….nikmat……..akhhkk…….” Tak kuasa Fenny menahan erangannya.
    Kita berdua sudah semakin larut dalam hasrat birahi yang bergelora dengan tubuh yang tak satu helai benangpun yang masih melekat , diterangi cahaya lampu tidur yang temaram.

    “ Fenny aku sudah nggak tahan lagi …..pengen ngentot memek kamu !” Keluar kata dari mulutku yang semakin kurang ajar, karena adikku sudah berada dalam kuluman mulut Fenny yang dengan ganasnya melalap habis sampai ke pangkal batang bahkan biji pelirku pun tak luput dari sedotannya.

    Fenny rupanya mengerti dengan kata-kataku , maka dengan selangkangan terbuka dengan posisi WOT menelungkup memasukkan batang kontolku ke lubang memeknya secara perlahan tapi pasti , naik turun tidak beraturan ,

    ” Oh…. Mas nikkkkkmattttt……….!!!!!” Fenny mulai mengoceh kesetanan , “ Mas kontolmu enak sekali………..” tambah Fenny. Akupun semakin keras memompa dan membanting tubuhnya ke kasur untuk merubah posisi dengan Doggy style, menggenjotnya dengan tetap meremas tetek Fenny, “ Mas aku cape…………” keluh Fenny,

    Kubalikkan tubuhnya dengan posisi MOT sebagai posisi pamungkas karena kontolku sudah mulai terasa berdenyut keras, “ Ohkkhhh…..mas aku nggak tahan …….akh..!!!!” Fenny mengoceh dengan lemahnya, sementara remasan memeknya semakin memelintir batang kontolku , “ Oh….Fenny tahan sebentar lagi aku juga mau keluar….”

    Pintaku kepada Fenny seembari meninggikan RPM genjotan kontolku di memek Fenny. Dan tiba-tiba “AKHH……………!!!!” Teriak Fenny bersamaan dengan itu akupun tak dapat lagi menahan semburan sperma kontolku kedalam memek Fenny sambil tetap mengisap putting tetek Fenny yang kian mengeras.

    Kita berdua tidak dapat menggambarkan apa yang terjadi tadi yang jelas aku dan Fenny sudah tidak bertenaga lagi untuk bergerak dan tetap membiarkan tubuhku tengkurap di atas tubuh Fenny dengan kontol yang masih tertancap di memek Fenny.

    Semenit kemudian aku berangsur tertidur di samping tubuh bugil Fenny si wanita desa dengan ceceran air memek Fenny dan sperma kontolku yang membasahi tubuh dan sperei tempat tidur yang bercampur keringat kami berdua.

    Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 03.30 aku terbangun , dan mendapatkan Fenny masih tertidur dengan ceceran sperma dan air memek yang mulai mongering di badan kita berdua dan sprei tempat tidur , kubangunkan Fenny dan kuajak untuk bersih-bersih di kamar mandi.

    “ Mas …… maafin Fenny ya, koq Fenny malah mengajak mas bercinta..” Kata Fenny menyesal namun masih menyimpan hasrat terpendam.

    “ Nggak apa koq er… aku juga senang dengan apa yang telah kita perbuat, habis kamu seksi sih bikin aku nafsu aja” kata ku nakal menggoda, sembari menyandarkan badannya ke dadaku.

    “ Akh….mas ini bikin malu aja..” sambil mencubit perutku. “ Jujur deh mas, Fenny baru kali ini merasakan bercinta yang betul-betul membuat Fenny serasa terbang kea wan” sambung Fenny. Sambil mengelus kontolku yang mengecil tapi mulai nampak tanda-tanda akan bangun lagi.

    “Mas… boleh nggak Fenny minta lagi..” Pinta Fenny. WHY NOT pikirku, tapi gengsi dong kalo aku langsung mengiyakan. “ Gimana ya….. tapi aku sudah cape nih “ jawabku untuk memancing pelayanan yang lebih ekstra tentunya, “ Trus gimana dong mas ? “ Fenny benar-benar sudah memelas ,

    “ Fenny mesti tau dong apa yang ku mau ! “ Jawabku sekali lagi. Tanpa ba bi bu Fenny langsung mengulum kontolku dengan ganasnya dan tanganku tidak melewatkan untuk mengobok-obok tetek Fenny yang mulai mengeras juga, rupanya tak puas kontolku diisep, ia menggigit halus putting susuku yang membuat diriku terawang-awang ke langit tujuh.

    “ Fenny kita pindah ke sofa aja yuk !” sembari bangkit dari tempat tidur dan menuju sofa, gentian Fenny yang ku mandiin kucing dari ujung kaki sampai kuduknya.

    “ Ahkk…. Mas terus mas …..” erang Fenny. Fenny benar-benar sudah tidak bisa menguasai dirinya sampai teriak-teriak sehingga harus dengan cepat kubekap mulutnya agar tidak mengganggu tamu lainnya di penginapan itu.

    “ masssss.. cepat entot aku mas sudah tidak tahan nih…..” suara lirih Fenny memintaku agar menusuk kontol ke memeknya. Blassss………… “ Akhhh………..” lirih Fenny sekali lagi.

    Entah apa karena suasana malam itu yang semakin sepi atau memang setan sudah begitu dominant menguasai otak kami berdua, langsung aja dengan posisi Fenny yang nungging di sofa ku benamkan batang kontol ini yang juga sudah ingin mengakhiri permainan dashyat ini, kugenjot berulang-ulang kedalam lubang memek Fenny dan terakhir tersemburlah cairan maniku yang sudah encer akibat terlalu banyak yang dikeluarkan untuk memuaskan hasrat kami berdua “

    Ohhhh… Fenny…….” Bersamaan dengan orgasmenya Fenny, yang membuat lututku semakin tak kuasa menahan lemasnya dan mengantarkan kami untuk terduduk lemas sejenak di sofa.

    Akhirnya kami bersih-bersih dikamar mandi dan tertidur sampai pagi harinya. “ Mas kapan kita bisa ketemu lagi ?” Tanya Fenny. “ Aku akan menghubungimu lagi jika ada waktu Er..” jawabku.

    Singkat cerita keesokan harinya aku mengantarkan Fenny menemui alamat saudaranya dan sebelumnya mampir di took hp untuk membelikan Fenny HP yang dapat aku gunakan bila ingin menemui Fenny. Kisah ini berlanjut ditempat yang lain dan kesempatan yang lain , tentunya tanpa sepengetahuan suami Fenny.

  • Perkenalkan Namaku Wawan – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018

    Perkenalkan Namaku Wawan – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018


    1560 views

    Perawanku – Perkenalkan namaku Wawan. Aku sedang kuliah di tingkat terakhir sebuah PTS di Jakarta. Sambil kuliah, aku berwiraswasta. Terimakasih untuk temanku yang dulu memperkenalkan aku pada bisnis ini, sehingga keadaan ekonomiku sudah sangat berubah. Aku merasa sangat bersyukur, di saat banyak sarjana yang masih menganggur, aku yang masih kuliah sudah mendapatkan penghasilan besar setiap bulannya.
    Kejadian ini berlangsung beberapa minggu yang lalu. Saat itu, hari Jumat sore, aku sedang mengerjakan salah satu proyekku. Seperti biasa untuk refreshing, sambil menyeruput secangkir kopi, aku membaca email email yang masuk. Segera kubalas email permintaan proposal dari pelanggan, dan aku pun kadang tertawa geli membaca email-email joke dari teman-temanku. Tetapi ada satu email yang menarik perhatianku, yaitu dari temanku yang tinggal di Bogor, Andi. Dia sedang suntuk dan mengajakku untuk refreshing ke Puncak saat aku tidak sibuk. Kebetulan besok aku tidak ada acara, hanya perlu mengambil pembayaran ke salah satu klienku. Terlebih lagi Monika, pacarku, juga sedang keluar kota bersama keluarganya.
    Aku segera mengambil HP-ku dan menelpon Andi, temanku itu.
    “Di.., OK deh gue jemput lu ya besok.. Mumpung cewek gue sedang nggak ada”
    “Gitu donk.. Bebas ni ye.. Emangnya satpam lu kemana?”
    “Ke Surabaya.. Ada saudaranya kawinan”
    “Besok jangan kesiangan ya datangnya.. Jam 11-an deh”
    “OK”
    Setelah itu kunyalakan sebatang rokok, dan kuteruskan pekerjaanku.
    Cerita Dewasa – Pagi itu, aku berangkat ke Bogor. Dalam perjalanan, aku mampir ke tempat salah satu klienku di daerah Tebet, untuk mengambil pembayaran proyek yang telah kuselesaikan. Setelah mengambil cek pembayaran, segera aku menuju tol Jagorawi. Sialnya ban mobilku sempat kempes, untungnya hal itu terjadi sebelum aku masuk jalan tol. Akibatnya, sekalipun aku telah memacu mobilku, baru sekitar jam 12.30 aku sampai di rumah Andi.
    “Sialan lu.. Gue udah tunggu-tunggu dari tadi, baru dateng”. Andi berkata sedikit kesal ketika membuka pintu rumahnya.
    “Sorry.. Gue perlu ke klien dulu.. Udah gitu tadi bannya kempes, mesti ganti ban dulu di tengah jalan”
    “Anterin gue tambal ban dulu yuk.. Baru kita cabut” sambungku lagi.
    “Bentar.. Gue ganti dulu ya”. Andi pun kemudian ngeloyor pergi ke kamarnya.
    Sambil menunggu, aku membaca koran di ruang tamu. Tak lama Siska, adik Andi, datang membawa minuman.
    “Kok udah lama nggak mampir Mas?”
    “Iya Sis, habis sibuk.. Mesti cari duit nih” jawabku.
    “Mentang-mentang udah jadi pengusaha.. Sombong ya” godanya sambil tertawa kecil. Siska ini memang cukup akrab denganku. Anaknya memang ramah dan menyenangkan. Kami pun bersenda gurau sambil menunggu kakaknya yang sedang bersiap.
    Setelah Andi muncul, kami segera berangkat menuju tukang tambal ban terdekat. Setelah beres, aku membawa mobilku menuju sebuah bank swasta untuk mencairkan cek dari klienku. Antrian lumayan panjang hari itu, akibatnya cukup lama juga kami menghabiskan waktu di sana.
    Saat keluar dari bank tersebut, jam telah menunjukkan pukul 14.00 siang, sehingga aku mengajak Andi mampir ke sebuah restoran fast food untuk makan siang. Di restoran itu, kami bertemu dengan dua gadis ABG cantik yang masih berseragam SMA. Yang seorang berambut pendek, dengan wajah yang manis. Tubuhnya tinggi langsing, dengan kulit agak hitam, tetapi bersih. Sedangkan yang satu berwajah cantik, berkulit putih dan berambut panjang. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, tetapi yang paling menarik perhatian adalah tubuhnya yang padat. Payudaranya tampak besar menerawang di balik seragam sekolahnya. Kami tersenyum pada mereka dan mereka pun membalas dengan genit.
    “Wan.. Kita ajak mereka yuk..” kata Andi.
    “Boleh aja kalau mereka mau” jawabku.
    “Tapi lu yang traktir ya bos.., kan baru ngambil duit nih”
    “Beres deh”
    Andi pun kemudian menghampiri mereka dan mengajak berkenalan. Memang Andi ini pemberani sekali dalam hal begini. Dia memang terkenal playboy, punya banyak cewek. Hal itu didukung dengan perawakannya yang lumayan ganteng.

    “Lisa..” kata gadis berambut pendek itu saat mengenalkan dirinya.
    “Ini temannya siapa namanya” tanyaku sambil menatap gadis seksi temannya.
    “Novi” kata gadis itu sambil mengulurkan tangannya. Langsung kusambut jabatan tangannya yang halus itu.
    Cerita Dewasa – Aku dan Andi lalu pindah ke meja mereka. Kami berempat berbincang-bincang sambil menikmati hidangan masing-masing. Ketika diajak, mereka setuju untuk jalan-jalan bersama ke Puncak. Setelah selesai makan, waktu berjalan menuju mobil, kulihat payudara Novi tampak sedikit bergoyang-goyang saat dia berjalan. Ingin rasanya kulumat habis payudara gadis belia itu.
    Setelah berjalan-jalan di Puncak menikmati pemandangan, kami pun cek in di sebuah motel di sana.
    “Lu kan yang traktir Wan.. Lu pilih yang mana?” bisik Andi saat kami sedang mengurus cek-in. Memang sebelumnya aku yang janji akan traktir, karena aku baru saja menerima pembayaran dari salah satu proyekku.
    “Novi” jawabku pendek.
    “Hehe.. Lu nafsu liat bodynya ya?” bisik Andi lagi sambil tertawa kecil. Setelah itu, kamipun segera cek-in. Kugandeng tangan Novi, sedangkan Andi tampak merangkul bahu Lisa menuju kamar.
    Setelah kukunci pintu kamar, tak sabar langsung kudekap tubuh Novi. Langsung kucium bibirnya dengan penuh gairah. Tanganku dengan gemas meremas gundukan payudaranya. Setelah puas menciumi bibirnya, kuciumi lehernya, dan kemudian segera kubuka kancing baju seragamnya.
    “Iih Mas.. Udah nggak sabar pengin nyusu ya?” godanya.
    Tak kuhiraukan perkataannya, langsung kuangkat cup BH-nya yang tampak kekecilan untuk menampung payudaranya yang besar itu. Langsung kuhisap dengan gemas daging kenyal milik Novi, gadis SMA cantik ini.

    “Ahh.. Ahh” erangnya ketika puting payudaranya yang telah mengeras kujilati dan kuhisap. Tangan Novi mengangkat payudaranya, sambil tangannya yang lain menekan kepalaku ke dadanya.
    “Enak Mas.. Ahh” erangnya lebih lanjut saat mulutku dengan ganas menikmati payudara yang sangat menggoda nafsu birahiku.
    “Jilati putingnya Mas..” pintanya. Erangannya semakin menjadi dan tangannya menjambak rambutku ketika kuturuti permintaannya dengan senang hati.
    Puas menikmati payudara gadis belia ini, kembali kuciumi wajahnya yang cantik. Lalu kutekan bahunya, dan diapun mengerti apa yang aku mau. Dengan berjongkok di depanku, dibukanya restleting celanaku. Tak sabar, kubantu dia membuka seluruh pakaianku.
    “Ih.. Mas, gede banget..” desahnya lirih ketika penisku mengacung tegak di depan wajahnya yang cantik. Dielusnya perlahan batang kemaluanku itu.
    “Memang kamu belum pernah liat yang besar begini?”
    “Belum Mas.. Punya cowok Novi nggak sebesar ini.” jawabnya. Tampak matanya menatap gemas ke arah kemaluanku.
    “Arghh.. Enak Nov..” erangku ketika Novi mulai mengulum kepala penisku.
    Cerita Dewasa – Dijilatinya lubang kencingku, dan kemudian dikulumnya penisku dengan bernafsu. Sementara itu tangannya yang halus mengocok batang penisku. Sesekali diremasnya perlahan buah zakarku. Rasa nikmat yang tiada tara menghinggapi tubuhku, ketika gadis cantik ini memompa penisku dengan mulutnya. Kulihat kepalanya maju mundur menghisapi batang kejantananku. Kuusap-usap rambutnya dengan gemas. Karena capai berdiri, akupun pindah duduk di kursi. Novi kemudian berjongkok di depanku.
    “Novi isap lagi ya Mas.. Novi belum puas..” katanya lirih.
    Kembali mulut gadis belia ini menghisapi penisku. Sambil mengelus-elus rambutnya, kuperhatikan kemaluanku menyesaki mulutnya yang mungil. Ruangan segera dipenuhi oleh eranganku, juga gumaman nikmat Novi saat menghisapi kejantananku. Saat kepalanya maju mundur, payudaranya pun bergoyang-goyang menggoda. Kuremas dengan gemas bongkahan daging kenyal itu.
    “Nov.., jepit pakai susumu Nov..” pintaku.
    Novi langsung meletakkan penisku di belahan payudaranya, dan kemudian kupompa penisku. Sementara itu tangan Novi menjepitkan payudaranya yang besar, sehingga gesekan daging payudaranya memberikan rasa nikmat luar biasa pada penisku.
    “Yes.. Yes..” akupun tak kuasa menahan rasa nikmatku. Setelah beberapa lama, kusodorkan kembali penisku ke mulutnya, yang disambutnya dengan penuh nafsu.

    Setelah puas menikmati mulut dan payudara gadis SMA ini, kuminta dia untuk bangkit berdiri. Kuciumi lagi bibirnya dan kuremas-remas rambutnya dengan gemas. Tanganku melepas restleting rok seragam abu-abunya, kemudian kuusap-usap vaginanya yang mulai mengeluarkan cairan membasahi celana dalamnya. Ng*ntot cewek toket gede terbaru, kusibak sedikit celana dalam itu dan kuusap-usap bibir vagina dan klitorisnya. Tubuh Novi menggelinjang di dalam dekapanku. Erangannya semakin menjadi.
    Aku sudah ingin menyetubuhi gadis muda ini. Kubalikkan badannya dan kuminta dia menungging bertumpu di meja rias. Kubuka celana dalamnya sehingga dia hanya tinggal mengenakan baju seragamnya yang kancingnya telah terbuka.
    “Ahh..” jeritnya panjang ketika penisku mulai menerobos vaginanya yang sempit.
    “Gila.. Memekmu enak banget Nov..” kataku ketika merasakan jepitan dinding vagina Novi.
    Cerita Dewasa – Langsung kupompa penisku di dalam vagina gadis cantik itu. Sementara itu, tanganku memegang pinggulnya, terkadang meremas pantatnya yang membulat. Novi pun menjerit-jerit nikmat saat tubuh belianya kusetubuhi dengan gaya doggy-style. Kulihat di kaca meja rias, wajah Novi tampak begitu merangsang. Wajah cantik gadis belia yang sedang menikmati persetubuhan. Payudaranya pun tampak bergoyang-goyang menggemaskan di balik baju seragamnya yang terbuka.
  • Cerita Sex Demi Kekayaan Instan

    Cerita Sex Demi Kekayaan Instan


    1559 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Demi Kekayaan InstanCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Waktu itu aku masih di kelas SMA, disaat usiaku itu aku sudah bersama dengan ibu tiriku, dulunya ayahku memiliki bisnis yang diurus oleh ayah dan istrinya, tapi setelah sepeningggalan ayahku bisnisnya mulai turun, umur ku yang masih belum bisa apa apa aku belum bisa membantu ibu tiriku, dan tiba lah muncul ide dari ibu tiriku untuk pergi ke daerah jawa tengah.

    Dimana konon katanya disana ada sebuah kuburan yang memiliki kekuatan, dan apabila diyakini akan mengabulkan segala keinginan kita dengan syarat bersedia melaksanakan semedi serta segala persyaratan lainnya.

    Tibalah aku dan ibu tiriku di daerah tersebut, terbayang rasa ngeri seperti yang biasa kulihat di tayangan-tayangan televisi dan film-film horror. Namun ibu tiriku memberi tahuku agar bersikap tenang, dan selalu ingat tujuan kami kesana, memang untuk merubah nasib.

    Sesampainya disana kami disambut oleh seorang laki-laki yang bertubuh agak tinggi besar, yang dikenal sebagai penunggu gunung tersebut. “Tentu orang sakti nih”pikirku dalam hati.

    Aku dan ibu tiriku diarahkan menuju sebuah rumah kecil menyerupai gubuk ditengah hutan, saat itu hari sudah senja, sehingga suasana mulai sepi dan hanya ada pelita kecil untuk penerangan di rumah itu.

    Kami pun istirahat di gubuk itu sambil menunggu Mang Udin si penunggu kuburan yang memandu kami tadi.

    Tak seberapa lama Mang Udin pun datang, lalu dia menjelaskan syarat yang harus kami penuhi, memang dari pengalaman yang sudah-sudah banyak yang sukses sepulang semedi di sini asalkan bersedia memenuhi segala persyaratan yang dikehendaki oleh kekuatan gaib disitu dengan sepenuh hati.

    Tampak ibu tiriku berbincang-bincang dengan Mang Udin dalam bahasa daerah, intinya kami harus berada di gubuk itu selama lima hari sambil melaksanakan semedi di kuburan yang ada di puncak gunung itu.

    Menjelang jam dua belas aku dan ibu tiriku bersiap-siap menuju ke kuburan keramat itu dengan membawa sesajen dan sebuah tikar, aku sedikit heran saat itu ibuku mengenakan kain batik putih garis-garis hitam dan baju kebaya, seperti mau ke undangan saja pikirku dalam hati.

    Kamipun berangkat menyusuri kegelapan dengan diterangi sebuah lentera kecil. Sesampainya di kuburan, Mang Udin langsung memimpin ritual khusus di atas kuburan keramat itu. Setelah berlangsung sekitar empat puluh lima menit, Mang Udin menggelar tikar yang dibawanya, lalu mendekat ke arah kami sambil mengatakan bahwa syarat terakhir sudah bisa dilaksanakan, yaitu aku harus menyetubuhi ibu tiriku diatas tikar itu. Ya ampun kenapa harus seperti itu sih, mana mungkin bisa begitu, pikirku dalam hati. Aku saling menatap dengan ibu tiriku.

    “Ya sudahlah….kalau memang itu syaratnya..!” kata ibu tiriku dengan nada pasrah. Mendadak tatapanku jadi kabur sesaat, dan agak limbung rasanya.

    Kulihat ibu tiriku seperti bukan sosok yang biasanya, aku tidak mengerti kenapa pikiranku jadi berubah seperti itu, saat itu ibu tiriku seperti sosok perempuan yang menggairahkan birahiku. Dalam keadaan seperti setengah sadar ibu tiriku, membisikkan sesuatu padaku.

    “Kamu nggak usah takut, ikuti saja yang ibu lakukan” ungkapnya dengan nada pelan sambil membaringkan tubuhku di atas tikar itu.

    Lalu dia lucuti semua celana dan bajuku, aku diam seperti terkesima, saat ibu tiriku mulai mengusap-usap kontolku, aku mulai merasakan rangsangannya, perlahan-lahan kontolku mulai dikocoknya, akhirnya kontolku ngaceng juga di tangan ibu tiriku. diapun hanya tersenyum melihat kontolku yang dalam sekejap sudah tegang dan keras.

    Sungguh tidak pernah kubayangkan sebelumnya, aku diperlakukan seperti itu oleh ibu tiriku.
    “Punyamu lumayan gede juga ya….”sambil terus menggenggam batang kontolku sambil sesekali mengocoknya.

    Gila ternyata nikmat sekali rasanya, tangan ibu tiriku, ingin sekali rasanya meremas-remas seluruh lekuk tubuhnya, tapi mana mungkin pikirku.

    Dia pun mulai memasukan seluruh batang kontolku ke dalam mulutnya, sampai mentok. “Aaakh…buuu…saya geli….!!” jawabku spontan.

    “Iya…ibu tahu…baru kali ini kamu merasakannya..!” ungkap ibu tiriku, yang terus menjilati batang kontolku berulang-ulang, sambil diselingi dengan kocokan, sampai-sampai aku kelojotan menahan rasa geli bercampur nikmat.

    Tanpa kusadari ternyata kejadian itu tak luput dari pemantauan Mang Udin, kira-kira dari jarak du meter Mang Udin memperhatikan gerakan ibu tiriku yang tengah mengulum batang kontolku, lalu di memberi kode kepada ibu tiriku agar segera memulai persetubuhannya denganku.

    Ibu tiriku perlahan melepas kancing baju kebayanya dan melepas bra yang membungkus payudaranya. Woow bulat, mulus dan masih kencang, mungkin karena ibu tiriku cukup lama menjanda, sehingga payudaranya tidak pernah tersentuh tangan laki-laki makanya terlihat masih utuh dan montok sekali.

    Aku semakin bergairah, dan sangat terangsang ketika ibu tiriku mulai melonggarkan lilitan kain batik putih yang dipakainya, dan melilitkannya kembali secara asal-asalan di pinggangnya, anggap saja memberi keleluasaan agar dapat menyingkapkannya dengan mudah. Ternyata benar dugaanku, ibu tiriku langsung terlentang dengan posisi kedua pahanya yang sudah mengangkang.

    “Ayo naik kesini…!”ungkapnya, sambil mengarahkan tangannya agar aku segera menuju ke tengah-tengah selangkangannya itu.

    “Gimana bu…saya nggak ngerti..?”ungkapku bingung.

    “Ya uda sini…ibu yang masukin anumu ke punya ibu..!” ungkapnya dengan manja.

    “Blepp…plepp..cluppp..” dalam sekejap saja batang kontolku terbenam seluruhnya ke dalam memek ibu tiriku yang masih sempit dan empuk itu.

    “Aaaakhh…..aaahh….ssshh…ooouh… ibuuu…!”aku mendesis merasakan nikmat dan hangatnya lobang memek ibu tiriku.

    “Nggak apa-apa kan…..?”ungkap ibu tiriku sambil mengusap-usap punggungku.

    “Ya uda jangan ragu-ragu….terus teken yang dalam..!”kata ibu tiriku mengajari aku.

    Akupun mulai menggenjot kontolku keluar masuk lobang memek ibu tiriku, lama-lama aku jadi terbiasa dan bisa menikmatinya. Luar biasa sekali nikmatnya pikirku. Saat itu tak terpikir lagi kalau yang sedang kusetubuhi itu adalah ibu tiriku, yang pernah juga ditiduri oleh ayahku.

    Sebelumnya tidak pernah terlintas dipikiranku untuk bersetubuh dengan ibu tiriku, walaupun beberapa tahun silam sering kulihat ayahku saat lagi mencumbu ibu tiriku ini. Setelah kami tinggal di rumah berdua pun tidak pernah terlintas pikiran kotorku terhadap ibu tiriku, sekalipun dalam kesehariannya di rumah, ibu tiriku selalu berpakaian seksi, seperti mengenakan daster yang sangat pendek, bahkan tidak jarang ibu tiriku tidur bersamaku dengan dasternya yang tersingkap kemana-mana sehingga dari paha sampai pantatnya terlihat jelas tanpa sehelai benangpun menutupinya, namun hal tersebut tidak pernah mengganggu pikiranku, apalagi sampai membuatku ingin menyetubuhinya.

    Tapi kali ini aku benar-benar terangsang sekali, bahkan aku tengah menyetubuhinya dengan penuh nafsu. Mang Karim pun ikut terbelalak matanya sambil berkali-kali terlihat menelan ludahnya, saat ibu tiriku berganti posisi menungging sambil menyingkapkan kain batik yang menutupi bagian pantatnya, sehingga terlihat jelas dua bulatan pantatnya yang menonjol, padat, putih, mulus. Akupun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, segera kuelus-elus batang kontolku lalu kembali kuarahkan ke lobang memek ibu tiriku dari belakang.

    “Aaah…ssshhh…ooohh…ibuuu…nikma t sekaliii..buu..!” ungkapku sambil terus meremas-remas bulatan pantat ibu tiriku yang tengah menungging kearahku. Ibu tiriku memaju mundurkan pantatnya sehingga terlihat kontolku seperti sedang diasah dalam memek ibu tiriku.

    Aku heran juga melihat Mang Karim yang kelihatan gelisah sambil mengelus-elus kontolnya sendiri, rupanya di terangsang melihat adeganku tadi. Dia pun mendekatkan posisinya ke sebelahku, nampaknya dia penasaran ingin melihat dari dekat adeganku dan mulusnya pantat ibu tiriku yang lagi ku remas-remas dan kugenjot dengan kontolku itu. Tiba-tiba saja Mang Karim pun menurunkan celana kolornya, lalu dia keluarkan kontolnya yang sudah tegang mengacung ke atas, sorot matanya terus tertuju ke pantat ibu tiriku yang lagi ku genjot itu.

    ”Saya nggak tahan juga Mas….!”katanya kepadaku, sambil mengocok kontolnya yang sudah ngaceng.

    Kulihat ibu tiriku yang lagi nungging menoleh kebelakang sambil tersenyum geli melihat tingkah Mang Karim yang ikut-ikutan terangsang oleh tubuh montoknya.

    Kukembalikan segera konsentrasiku pada tubuh ibu tiriku yang sedang kutunggangi dengan penuh nafsu itu. Genjotanku semakin kupercepat, aku tidak tahan seakan batang kontolku lagi diremas-remas oleh dinding memek ibu tiriku, seperti dipijit-pijit, rasa geli bercampur nikmat, apalagi saat ibu tiriku memainkan lobang memeknya menjepit batang kontolku saat kubenamkan seluruhnya ke dalam.

    “Aaaah….oouuw…iii..buuu…saa..y a…nggak tahaan…buuu…!”aku mengerang dengan penuh nikmat.

    “Iyaaa….ayo terusin..sayang…sampai keluar ya…!” ungkap ibu tiriku terbata-bata karena hentakanku pada pantatnya.

    Aku mulai merasakan dorongan yang kuat yang hendak meletus, air maniku seakan sudah di ujung kontolku, yang akan segera memuntahkannya ke dalam lobang memek ibu tiriku.

    Tiba-tiba tubuhku terasa gemetar, darahku berdesir dengan cepat diseluruh tubuhku, seakan menahan puncak birahi yang luar biasa nikmatnya, seiring dorongan air maniku yang akan ku*kan keluar dari batang kontolku.

    “Aaaahh….ooouuhh…ibuuu…crott…c rottt..crottt…

    oouuuww..!!” akhirnya air maniku muncrat, menyemprot keseluruh dinding lobang memek ibu tiriku, sungguh betapa nikmatnya menyetubuhi ibu tiriku. Tidak pernah terbayang olehku sebelumnya, kalau tubuh ibu tiriku yang sehari-hari didepan mataku, ternyata bisa memberikan kenikmatan yang luar biasa terhadapku.

    Aku terkulai lemas diatas tikar, sementara ibu tiriku yang masih dalam posisi nungging, terlihat membersihkan sisa air maniku yang berceceran di atas memeknya dengan menggunakan kain batiknya, dia pun tersenyum puas atas kebolehanku tadi, sambil mengusap-usapkan kain batik tadi ke batang kontolku yang mulai kembali ke ukuran semula.

    Tinggallah Mang Udin saat itu yang terus mengocok kontolnya sendiri. Melihat hal itu ibu tiriku segera bangun dan duduk di atas tikar, lalu diraihnya batang ****** Mang Udin yang sedang tegang-tegangnya itu. Aku jadi tambah bingung, kok ibu tiriku mau megangin ****** Mang Udin, mungkin sekalian kotor barangkali, atau sebagai bonus saja buat dia yang sudah memandu kami, pikirku dalam hati.

    “Aduh bu….enak tenan…bu..!” Mang Udin berguman sendiri. Karena sudah tidak tahan sejak tadi melihat kemolekan dan kemulusan tubuh ibu tiriku, Mang Udin bagaikan ketiban durian runtuh, seumur-umur baginya tidak pernah melihat tubuh semulus itu.

    Dia pun mengerang sekuatnya berusaha menahan air maninya agar tidak segera keluar, dia ingin lebih lama kontolnya dikocok oleh ibu tiriku, maklumlah bagi dia kesempatan seperti ini belum tentu dia dapatkan sepuluh tahun sekali.

    Namun apa daya air mani Mang Udin tak bisa dibendung lagi, ibu tiriku memang sangat paham sekali bagaimana cara memuncratkannya dengan cepat, melalui sedikit sentuhan-sentuhan rahasia di bagian tertentu pada batang ****** Mang Udin, akhirnya air mani Mang Udin tumpah ruah di kain batik putih yang dipakai ibu tiriku, bahkan saking bernafsunya air mani Mang Udin sebagian menyemprot di payudara ibu tiriku, air mani Mang Udin terlihat kental sekali, mungkin karena sudah sepeluh tahun dia menduda.

    Tidak lama kami pun bergegas kembali ke gubuk untuk istirahat, sementara Mang Karim malam itu dengan setia menunggui kami sampai tertidur di emper gubuk. Sementara aku berada satu kamar bersama ibu tiriku dalam gubuk itu, tentu atas permintaan dari ibu tiriku sendiri agar aku menemaninya. Malam ibu tiriku bertanya padaku bagaimana perasaanku, sambil menghiburku agar tidak kaget atas kejadian di kuburan keramat itu.

    “Saya takut bu….sa..ya…bi…ngung…” sambil terbata-bata.

    “Iya ibu tahu…ibu ngerti…tapi kamu hebat…” ibu tiriku memotong pembicaraanku.

    “Maksud ibu hebat gimana…?” ungkapku dengan penuh rasa heran.

    “Itu lho…. ibu baru lihat…ternyata punyamu besar sekali..” ungkap ibu tiriku sambil berbisik kepadaku. Aku diam saja mendengar pernyataan itu.

    “Ibu jadi tertarik aja melihatnya tadi….sampe sekarang terbayang terus…!”kenangnya.

    “Iya bu, saya juga baru tadi aja melihat tubuh ibu dengan jelas…!” ungkapku dengan malu-malu.

    “Kamu suka nggak…seperti tadi dengan ibu…?” ungkap ibu tiriku sambil berbaring menghadap ke arahku.

    “Hhmm…iya..iya..bu..saya suka.., enak bu..saya baru merasakan begitu.!”

    “Kalau kamu mau, ibu tidak keberatan kamu setubuhi ibu seperti tadi kapan aja kamu mau, asal jangan ada orang lain yang tahu..ya…!” tegasnya, sambil kembali meraih kontolku yang sudah mengecil, lalu di usap-usapnya dengan lembut.

    “Kamu suka nggak ibu ginikan…?” ungkapnya dengan nada yang genit, sambil sesekali batang kontolku dikocoknya.

    “I..ya..bu…ssshhh.. ge..li..buu..!” ungkapku terbata-bata.

    Ibu tiriku pun semakin jadi memainkan kontolku, dikulumnya dalam-dalam, lalu dijilat-jilat ujungnya dengan gemas.

    “Aaahh…oouww…ibuuu…” aku mulai merintih menahan geli bercampur nikmat. Dalam sekejap kontolku sudah mengacung tegang keatas, melihat hal itu ibu tiriku semakin bergairah melumat habis batang kontolku mulai dari bijinya sampai ke ujung, terus berulang-ulang.

    “Kamu juga boleh pegang-pegang memek ibu…!” ungkapnya sambil menarik tanganku dan menempelkannya di atas lobang memeknya persis.

    Rupanya ibu tiriku sudah sejak tadi terangsang sewaktu melihat kontolku mulai ngaceng, terlihat dari memeknya sudah terasa basah. Tanganku yang satu lagi meraba payudara ibu tiriku yang begitu menggemaskan. Kain batik putih yang dipakainya pun sudah terlihat acak-acakan karena rabaan dan remasanku yang mulai berani ke seluruh bagian tubuhnya yang sangat menggairahkan itu.

    “Ayo masukin…..ibu udah nggak tahan nih…!” ungkapnya dengan nakal.

    Tanpa pikir panjang lagi langsung kubenamkan seluruh batang kontolku ke lobang memek ibu tiriku itu.

    “Aaaah….oohhh…oooh…!!” aku mulai merancu tidak karuan saking luar biasa nikmatnya. Aku langsung menggenjot batang kontolku keluar masuk di dalam lobang memek ibu tiriku itu.

    Ibu tiriku terlihat begitu seksi sekali dalam keadaan setengah bugil seperti itu. Kain batiknya melorot ketarik oleh genjotanku. Tak lama kubalikan tubuh ibu tiriku agar posisinya membelakangiku. Woow pantatnya yang montok dan gempal terlihat menungging persis di depan kontolku yang sudah sangat tegang, langsung saja kusodokkan ke lubang syurga ibu tiriku.

    “Aaw…aaw….ouww…nikmat sekaliii…!!” ibu tiriku merintih sambil menahan hentakan batang kontolku yang makin dalam. Tiba-tiba pantat ibu tiriku mulai terlihat gemetar seakan sudah mendekati orgasme.

    “Aaaaw….ibu mau keluaaar….creekk crerkk creek” air mani ibu tiriku muncrat sewaktu kontolku menusuk-nusuk memeknya yang empuk dan padat itu.

    Aku terus menggenjotnya, gerakanku semakin cepat, batang kontolku pun terlihat semakin gencar menghunjam lobang memek ibu tiriku. Ibu tiriku memang pandai, dia putar-putar pantatnya bergoyang berlawanan dengan genjotanku, sampai akhirnya aku merasa seperti di pilin-pilin nggak karuan.

    ….crottt..crottt…c rottt.. uuhh..!!” air maniku tiba-tiba saja muncrat tak tertahankan dalam lobang memek ibu tiriku. Gila aku benar-benar nggak kuat lagi menahannya, memang luar biasa permainan ibu tiriku, tidak kuduga sampai seperti ini kenikmatan yang tersimpan dalam tubuh montoknya, ungkapku dalam hati.

    Puas sekali rasanya, akupun kembali terkulai lemas disebelah tubuh ibu tiriku, begitu gencarnya permainan tadi, tanpa kusadari kain batik panjang ibu tiriku telah melilit ketat dari kaki sampai kepinggangku, mengikatku jadi satu dengan tubuh ibu tiriku, kami pun terbalut rapat sehingga sulit bergerak, karena dinginnya udara malam di tengah hutan saat itu, akhirnya aku dan ibu tiriku membiarkan tubuh kami dalam keadaan berpelukan seperti itu sampai pagi harinya.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Bagaikan Kucing Di Beri Daging Ikan

    Bagaikan Kucing Di Beri Daging Ikan


    1558 views

    Perawanku –  Namaku Diki, 28 tahun. Aku adalah seorang staf perusahaan perbankan pemerintah di Bandung. Di kantorku, ada seorang sekretaris kepala divisi Treasury bernama Ivone, berusia 34 tahun telah menikah namun belum juga dikarunia anak. Katanya sih.. Ivone dan suaminya sama-sama tidak masalah, tapi ternyata selama 8 tahun pernikahannya masih juga kosong.

    Cerita Sex,Cerita Hot,Cerita Sex Bergambar,Cerita Mesum,

    Karena pekerjaanku banyak berhubungan dengan divisi dia, maka otomatis aku sering bekerjasama dengan staf-staf di divisinya, termasuk dengan Ivone. Keakraban ini semakin lama semakin erat sampai antara dia dan aku sering menceritakan hal-hal yang bersifat pribadi. Tetapi sejauh ini hanya sebatas itu saja, tidak pernah terpikir untuk melakukan affair, disamping posisi dia sebagai istri orang, secara fisik pun aku tidak terlalu tertarik.

    Suatu hari, aku menuju ruangan divisi treasury. Kutengok meja kerja sekretris Kadiv, ternyata Ivone keliatan lesu.
    “Sedih amat tampangnya hari ini?” pikirku.
    “Hai, kenapa Non..? Kok lesu..?” tanyaku.
    “Eh, nggak. Nggak pa-pa kok,” jawabnya sambil pura-pura menyibukkan diri.
    “Oke, tapi jangan lesu gitu dong, masa sekretaris tampangnya nggak seger ah..!” kataku sedikit menggoda.
    Dia tidak berkomentar, “Ok, aku mo ke Pak Handi dulu ya..” (Pak Handi adalah Kepala Bagian Treasury) kataku.

    Setelah selesai menghadap Pak Handi, mendadak vibra HP-ku bergetar, dan kulihat ada 1 SMS masuk dan kubaca.
    Dik, aku mo minta tolong but secret ya.. dari No HP-nya Ivone.
    Segera aku menghampiri meja kerjanya dan kulihat dia masih membuka-buka kertas sambil pandangan matanya kemana.

    “Kenapa..? Ada apa sih..?” tanyaku.
    “Eh, udah selesai..? Aku mo ngomong tapi aku malu. Dan mending lewat SMS aja ya..!” pintanya.
    “Lho.. kenapa musti lewat SMS..? mending sekarang aja..” jawabku.
    “Nggak.., soalnya. Emhh.. gimana ya, eh mending nggak jadi aja deh..!” kata dia.
    “Lho, gimana sih, kenapa sih Vonee..?” tanyaku penasaran.
    “Udah nanti via SMS aja, dah aku mo kerja dulu,” kata dia singkat.
    “Ya udah, aku tunggu..” aku menjawab sambil kembali ke ruangan kerjaku.

    Sepuluh menit kemudian, ketika aku sedang membuat laporan, mendadak vibra HP-ku bergetar dan kulihat 1 SMS masuk dari Ivone.
    Dik, mau tolong aku nggak..?
    Segera kubalas melalui SMS, Tlng apa sie? Pnj duit? (tolong apa sih? Pinjam duit?)
    Jg becnd, serius! Tp aku ML ngmngnya.. (Jangan bercanda, serius! Tapi aku malu ngomongnya..)
    ok, serius & jg ml, da apa? (Ok, serius dan jangan malu, ada apa?)
    aku pgn pny anak.. (Aku pingin punya anak..)

    Sesaat aku bengong membaca balasan SMS-nya.
    “Ivone ingin punya anak..? Lho wajarkan..! Maksudnya apa ya?” pikirku dalam hati.
    aku gk ngerti, langsung kbalas lagi SMS-nya.
    aku pgn pny anak, tlng bnt aku..
    dgn cara apa?? Aku gak ngerti??
    Lama kutunggu balasan SMS-nya.

    Baru 10 menit kemudian vibrator HP-ku bergetar.
    ..ML W/U..
    Apaa..! Tidak pernah terpikir olehku mendapat jawaban SMS seperti ini. Ivone, sekretaris Kadiv, tinggi 166 cm. Putih, bentuk tubuh proporsional, rambut sebahu, wajah manis, ingin agar aku memberikan benih sperma agar dia dapat memiliki anak. Bingung aku menjawab SMS-nya.

    1 jam.. 2 jam.. sampai istirahat aku belum membalas SMS-nya. Aku berpikir, gimana ya? Easy come easy go aja deh. Yang penting kesempatan. Toh dia yang minta, jangan pakai rasa, pakai nafsu saja. Ha.. haa.. haa.. tidak pernah terpikirkan olehku.

    Mendadak vibrator HP-ku bergetar dan kulihat SMS dari Ivone.
    sorry, anggap aku gak prnh krm SMS spt td..
    Woow.., rupanya dia ragu-ragu. Langsung kutelpon dia.
    “Halo, Vone.. aku mau membantu kamu. Sore ini pulang kantor..” langsung aku berbicara tanpa basa-basi.
    “Mh.. sorry aku nggak berpikir panjang tadi pagi.” terus dia diam.
    “Pokoknya sore ini kita pulang bareng. Aku jemput kamu di Holland bakery merdeka jam 17.00 oke.” kataku.
    “Hm.. iya sampe jam 17.00 nanti.” katanya.

    Langsung aku berpikir, gila.. beneran ini peristiwa yang tidak kubayangkan. Harus rapih.. dan aman.. jangan sampai diketahui orang kantor..

    Pukul 16.45, aku segera pulang dan menuju ke arah Jl. Merdeka. Kulihat Ivone telah menunggu di muka Holland bakery dan langsung dia menaiki corolla SE-ku.
    “Udah lama..?” tanyaku.
    “Nggak, paling baru lima menit,” jawab dia tegang.
    “Hm.. kita ke atas aja ya..?” memberi alternatif.
    “Terserah Diki deh..” Ivone masih menjawab dengan tegang.
    Akhirnya aku yang banyak bicara agar dia tidak tetap tegang, walaupun sebenarnya aku juga tegang.

    Kurang lebih 30 menit kemudian aku memasukkan mobil ke hotel ‘GS’ di jalan Setiabudhi, dan langsung memasukkan mobil di dalam ruang parkir kamar hotel, jadi posisinya benar-benar aman. Sesampainya di kamar Hotel ‘GS’ di jalan Setiabudi, Ivone langsung duduk di kasur, sedangkan aku langsung menyalakan TV dan masih berpikir.
    “Apa ini mimpi, aku di kamar hotel bareng Ivone dan berencana melakukan sesuatu. Haah.., bodo amat, sing penting awalnya dia yang minta..” ujarku dalam hati.

    Ivone kemudian bangkit menuju balkon kamar, “Kamu sering ke sini Dik..?” tanyanya.
    “Hm.. nggak, nggak pernah tuh.. (padahal aku seringnya ke hotel ‘PK’ yang masih satu jalur, hanya lebih di atas), kenapa emang..?” aku balik bertanya.
    “Enggak, kali aja, kamu mungkin sering bawa pacar-pacar kamu check-in..?” katanya.
    “Ha.. ha.. kan selama ini kamu tau siapa aku dan sekarang emang aku juga lagi jomblo kok,” ujarku.
    “Iya ya, aku kok jadi bego gini.., padahalkan kamu sendiri udah sering cerita tentang pacar-pacar kamu,” dia jadi geli sendiri.

    “Dik, kalo kamu kagok mending nggak usah deh, kita cancel aja?” kata dia ragu.
    “Mh.. emang sie aku kaget, kenapa sie.. atas dasar apa..?” tanyaku.
    “Mo tau, pertama aku merasa jenuh banget ama kehidupan pernikahanku.. belum juga dikarunai anak, segala macam udah aku coba.. tau sendiri kan, lama-lama aku merasa bosan dengan pernikahanku Dik, dan mendadak terpikir keinginan seperti ini,” kata Ivone.

    “Hm.. it’s okey for me.. kamu tau kan aku. Easy come easy go. Aku pikir selama nggak pake rasa, kenapa musti ditolak.. wong kucing disodorin daging, mana tahan. He.. he..” kataku.
    “Dasar.. Dikii.., itu yang jadi alasan kenapa aku minta tolong ama kamu.., soalnya kamu nggak terlalu ambil pusing ama suatu kondisi,” kata Ivone sambil tersenyum.
    “So, gimana..? Kita bukan sepasang kekasih.. kita cuma dua manusia dewasa yang sama-sama mengerti apa itu making love, tapi tetep aja aku pengen kamu juga menikmatinya, dan aku perlakukan seperti seorang wanita,” kataku sedikit ngegombal.

    Aku tidak memberikan kesempatan untuk Ivone berkata apa-apa lagi. Aku langsung memeluk dan melumat bibirnya. Ivone gelapan dan tidak kuasa menolak ketika aku mulai membuka Blazer dan kaos ketat ungu serta membuka celana panjangku. Aku disuruhnya duduk di atas meja. Dengan elusan tangannya, aku membuka bra-nya yang berukuran 36B dan celana dalamnya. Ivone mulai terangsang dan menjadi beringas, bagaikan macan kelaparan. Terlebih ketika aku mulai menciumi lubang kewanitaannya yang menebarkan harum yang khas.

    “Ah.. uh.. ah.. uh.. ah.. Dikii.. Ivone maluu.. jangan diciumin.. Ah.. ah.. uh shh.. shh.. uh..” Ivone mengeliat sambil mengacak-acak rambutku dan lalu sedikit mendorong kepalaku.
    “Dikii Ivone belum pernah dicium bagian yang paling vital seperti itu. Kamu nggak jijik..?”
    Wah, rupanya dia benar-benar seorang wanita yang belum pernah merasakan eksplorasi semua wilayah.
    “Emang Mas-mu nggak pernah..?” tanyaku.
    “Enggaak,” jawabnya sambil menunduk dan menggigit bagian bawah bibirnya.
    “Von, sayang aku beri kamu sebuah pengalaman yang nggak bakal kamu lupakan ya,” ujarku sambil kembali menciumi vaginanya.

    Kemudian lidahku merojok-rojok vaginanya dan menjilat klitorisnya yang sebesar kacang kedelai.Ivone kemudian membuka kemeja dan celana kerjaku. Dia sedikit teriak Kaget! Melihat ‘barang’-ku sudah keluar melewati celana dalamku. Kelihatan ujungnya memerah.
    “Aah.. Dikii Aku takut, apa muat..? Punyamu gede gitu..?”
    Aku tidak menghiraukan pertanyaannya.

    Satu jari kumasukkan ke dalam lubang kewanitaannya. Kukeluar-masukkan jari itu dan diputar-putar. Digoyang ke kanan dan kiri. Satu jari kumasukkan lagi.
    “Ah.. uh.. ah.. sh.. uhh.. shh.. terus Diik.. aduh.. nggak kuat Dikki. Aku mau keluar nih..!”
    Akhirnya Ivone basah. Aku tersenyum puas.

    “Sekarang gantian ya, jilatin punyaku dong Von..!” aku meminta kepadanya.
    “Tapi punyamu panjang, muat nggak ya..?” jawabnya.
    “Coba saja dulu, Sayang.. Nanti juga terbiasa.”
    “Auh.. aw.. jangan didorong dong Dik, malah masuk ke tenggorokkanku, pelan-pelan saja ya. Punyamu kan panjang.”

    Sekitar lima belas menit kemudian eranganku semakin menjadi-jadi.
    “Ah.. uh.. oh.. ah.. sh.. uh.. oh.. ah.. uh..”
    Terasa Ivone menghisap semakin kuat, aku pun semakin keras erangannya. Tangangku bekerja lagi mengelus vaginanya yang mulai mengering menjadi basah kembali. Mulut Ivone masih penuh kemaluanku dengan gerakan keluar masuk seperti seorang penyanyi.

    “Ivone, aku nggak tahan.., masukkin saja ke punyamu ya..?” pintaku.
    Ivone hanya menganggukkan kepala saja, kedua kakinya kuangkat ke pundak kiri dan kananku, sehingga posisinya mengangkang. Aku melihat dengan jelas kemaluan Ivone, wanita yang telah bersuami yang tidak pernah kubayangkan akan berada di hadapanku dalam situasi seperti sekarang ini.

    Aku mulai menyenggol-nyenggolkan ujung kemaluanku pada bibir vaginanya.
    “Aaah Dikii..” Ivone pun kegelian.
    Lalu kubuka kemaluannya dengan tangan kiriku, dan tangan kananku menuntun kemaluanku yang besar dan panjang menuju lubang kewanitaannya. Kudorong perlahan, “Sreett..,” mulai kurasakan ujung kemaluanku masuk perlahan. Aku melihat Ivone meringis menahan sakit, aku berhenti dan bertanya.
    “Sakit ya..?”
    Ivone tidak menjawab, hanya memejamkan matanya sambil menggigit bibirnya.

    Aku menggoyang perlahan dan, “Bleess..” kugenjot kuat pantatku ke depan hingga Ivone menjerit, “Aaauu.. Diikkii.. aahh..!”
    Kutahan pantatku untuk tidak bergerak. Rupanya kemaluannya agak sakit, dan dia juga ikut diam sesaat. Kurasakan kemaluannya berdenyut, Ivone berusaha mengejang, sehingga kemaluanku merasa terpijit-pijit.

    Selang beberapa saat, kemaluannya rupanya sudah dapat menerima semua kemaluanku dan mulai berair, sehingga ini memudahkanku untuk bergerak. Aku merasa bahwa Ivone mulai basah dan terasa ada kenikmatan mengalir di sela pahaku. Perlahan aku menggerakkan pantatku ke belakang dan ke depan. Ivone mulai kegelian dan nikmat. Ia mengikutiku dengan ikut menggerakkan pantatnya berputar.

    “Aduhh.., Ivonee..,” erangku menahan laju gerakan pantatku.
    Rupanya dia juga kegelian kalau aku menggerakkan pantatku. Ditahannya pantatku kuat-kuat agar tidak maju-mundur lagi, justru dengan menahan pantatku kuat-kuat itulah aku menjadi geli karena Ivone bergerak memutar-mutar pantatnya, dia semakin kuat memegangnya.

    Kucoba mempercepat gerakan pantatku berputar semakin tinggi dan cepat, kulihat hasilnya dia mulai kewalahan, dia terpengaruh iramaku yang semakin lancar. Ivone menurunkan kakinya dan menggamit pinggangku, Ivone memegang batang kemaluanku yang keluar masuk liang kewanitaannya, ternyata masih ada sisa sedikit yang tidak dapat masuk ke liang vaginanya. Ivone pun mengerang keasyikan.
    “Kecepek.., kecepek..,” bunyi kemaluannya saat kemaluanku mengucek habis di dalamnya.
    Tampaknya Ivone kegelian hebat, “Vonee.. aku mau keluar, Tahan ya..!” pintaku.

    “Sreet.., sreett.., sreett..,” kurasakan ada semburan hangat bersamaan dengan keluarnya pelicin di kemaluanku, dia memelukku erat demikian pula aku.
    Kakinya dijepitkan pada pinggangku kuat-kuat seolah tidak dapat lepas. Dia tersenyum puas.
    “Ivone sayang.., jepitan kemaluan kamu benar-benar. Sungguh luar biasa, enak gila, kepunyaanmu memijit punyaku sampai nggak karuan rasanya, aku puas Vonee.”
    “Aahh.. kamu bohong, cowok seperti kamu itu emang paling bisa muji cewe.”
    Dia hanya tersenyum dan kembali mengulum bibirku kuat-kuat.

    “Sumpah, Vone..! Apakah kamu masih akan memberikannya lagi untukku..?” tanyaku.
    “Pasti..! Tapi ada syaratnya..,” jawabnya.
    “Apa dong syaratnya..?” tanyaku penasaran.
    “Gampang saja.., aku ingin punya anak, aku ingin kamu membantu aku agar aku hamil..!”
    “Oke deh.. itu masalah gampang. Lagipula. Ini kemauan kita berdua tidak ada paksaan dan itung-itung aku amal. He.. he..”
    “Dasar..!” Ivone mencubit pinggangku.

    Kemudian kami sama-sama mengatur napas dan menghimpun kembali tenaga yang cukup terkuras. Ivone berbaring di sampingku sambil memainkan bulu dadaku. Tidak lama kemudian, dia kembali mencoba merangsangku dengan menciumi dadaku.
    “Aahh.. Ivone. Kamu jadi bandel ya..? Harus tanggungjawab udah bikin aku kerangsang.” kataku.

    Penisku kembali mengeras dan tidak sabar lagi ingin dimasukkan dalam liang vagina penuh lendir yang terasa manis dan nikmat di mulutku ini. Maka aku memanjat tubuhnya dan melebarkan kangkangan kedua paha Ivone sambil memposisikan penisku di depan vaginanya. Kedua tangan Ivone memegang bahuku, dengan lembut kubelai pipi dan rambutnya dan kuciumi bibirnya dengan lembut. Kutekan penisku masuk perlahan-lahan ke dalam liang vaginanya. Mata Ivone terbelalak merasakan tekanan penisku pada vaginanya. Ia kembali menggigit bibirnya sementara aku terus memasukkan penisku semakin dalam ke dalam vaginanya, membuat Ivone semakin keras menggigit bibirnya.

    “Ouggh Dikii.. aah.. hhkk..” erangan kenikmatan terdengar dari bibirnya.
    “Slepp..” kutekan batang penisku sedalam-dalamnya hingga pangkal penisku menempel di bibir vaginanya.
    Nikmat sekali kurasakan vagina teman kerjaku yang terasa sangat sempit ini.
    “Ohh, Voon..!” desahku sambil mulai menarik penisku keluar hingga setengah jalan, lalu menekannya kembali hingga masuk penuh sampai ke pangkal penisku.
    “Ohh.. ohh.. Ivoon.. aah.. ouggh.. ohh..”

    Aku pun mulai memaju-mundurkan pantatku, sementara Ivone mengimbangi dengan memutar pantatnya dengan tetap menggigit bibirnya. Entah apa yang ia rasakan, mungkin sama seperti yang kurasakan saat itu adalah kenikmatan hebat melakukan perbuatan penuh birahi.

    “Ohh.. ohh Sayang.. mmhh.., aku cinta kamu, Voon..” kubisikkan lembut kata-kata cinta gombal di telinganya sementara tanganku meraba-raba putingnya yang mengeras dan mengacung itu dengan lembut dan penuh perasaan tanpa menghentikan gerakan pantatku yang maju-mundur di vaginanya dengan penis besar dan kerasku yang lembut dan perlahan-lahan.
    “Ohh Sayang.. ohh Ivoon.. Sayang.. Mmhh.. Sayang.. oh.., aku cinta kamu Sayang..”
    Bisikan-bisikan cintaku kuselingi dengan sesekali menjilati telinga, leher dan bibirnya. Kadang turun ke buah dada dan putingnya. Kuhisap bibirnya dengan bernafsu. Hampir 10 menit kulakukan ini.

    Tubuh Ivone mengikuti rangsanganku dan pantatnya terus bergerak mengikuti irama sodokan penisku yang mulai agak kupercepat.
    “Hnghh.. mmhh.. hh.. ohh..” desahan dan erangan dari celah bibirnya kembali terdengar.
    Kedua tangannya yang tadi memegang bahuku mulai berpindah meraba-raba puting dadaku dan punggungku.

    Saat mulutku kembali melahap bibirnya, tangannya langsung berpindah mengacak-acak rambutku sambil menekan kepalaku hingga ciuman kami benar-benar terasa ketat dan penuh birahi, dibarengi dengan gerakan lidahnya yang semakin liar merespon dan melilit lidahku yang dengan ganas menjilati isi mulutnya.

    Erangan dan desahan kami semakin liar seiring dengan genjotan penisku pada vaginanya yang semakin mengganas dan cepat, dimana pantat kami maju-mundur dengan cepat dan bernafsu, membuat selangkangan kami saling menghantam dengan keras dan hebat. Lidah dan bibirku menari liar menjilat dan menghisap putingnya, sementara ia menjambak rambutku, menekan kepalaku agar menancap lebih dalam di dadanya.

    15 menit yang liar dan penuh birahi berlalu hingga mendadak Ivone mengejang dan kakinya menjepit keras melingkari pantatku.
    “Aahh..! Aahh..! Diikii..!” ia memekik dan menjambak rambutku keras dengan bola mata berputar hingga hanya terlihat putih matanya saja, lalu “Ahk..!” kembali memekik tertahan menyertai sentakan terakhir pantatnya membuat penisku tertancap sedalam-dalamnya pada vaginanya yang meledakkan lendir orgasme panas hingga meleleh keluar dari vaginanya.

    Ivone ambruk lemas tidak dapat bergerak lagi dengan napas memburu, sementara penisku masih keras berdenyut-denyut di dalam vaginanya.
    “Aaah, Dikii capee..” Ivone berkata lirih.
    Aku masih berdiam di atas badannya dengan penisku masih menancap dalam vaginanya.
    “Aku masih belum juga nih, nanggung Sayang..” kataku.

    Lalu kutuntun agar ia berbalik memunggungiku sambil berlutut, dan kudorong punggungnya hingga menungging. Kutarik kedua pahanya hingga semakin mengangkang, dari belakang kulihat rekahan pantatnya yang memang padat dan besar. Lalu kumasukkan penisku ke dalam vaginanya yang memang sudah siap dimasuki itu.
    “Clep..” kumasukkan penisku ke dalam vaginanya yang sudah basah dan kuremas dengan gemas pantatnya.

    Pelan-pelan kumaju-mundurkan pantatku agar ia terbiasa dengan posisi ini, dan semakin lama semakin cepat. Penisku terasa diremas-remas oleh vagina Ivone yang sempit dan berlendir oleh rangsangan dia. Tidak dapat kuucapkan dengan kata-kata kenikmatan yang kurasakan pada seluruh tubuhku.

    Kumaju-mundurkan pantatku dengan cepat sehingga terdengar ‘keceplok’ perutku menghantam pantatnya seiring dengan semakin liarnya aku menyetubuhi Ivone dari belakang. Lama-lama ia pun mengimbangi gerakanku dengan semakin bernafsu menggoyang-goyangkan dan memaju-mundurkan pantatnya.

    Rupanya ia menyukai posisi yang kulakukan padanya ini, sebab ia tampak bernafsu menggoyang tubuhnya sementara kedua tangannya mencengkeram kasur dan desahan dan erangannya mulai berubah menjadi jeritan kecil, dan tidak terkendali, semakin lama semakin keras.
    “Ahk.. ahkk.. aahh.. ahhkk.. Dikii.. Diikkii..”

    Aku pun semakin terangsang mendengar jeritan-jeritannya ini. Maka aku pun semakin larut dalam gairah dan kenikmatan ini.
    “Voon.. nikhmaat.., Sayang.. ohh.. ohh.. ohh..”
    “Aahkk.. ahkk.. aahh.. Diikii.. Diikii.. terus..!”
    Ia menggelinjang hebat menyertai jeritan terakhirnya itu dan aku pun semakin keras menggenjotkan penisku di vaginanya sambil meremas-remas buah dadanya yang sudah sangat mengeras.

    Ivone mendorong pantatnya habis-habisan sehingga penisku menancap dalam vaginanya dengan muncratan lendir orgasme hingga meleleh keluar dari vaginanya. Kutekan penisku dalam-dalam sambil kuremas buah dadanya. Kembali ia ambruk lemas hingga penisku tercabut lepas dari vaginanya. Kutindih ia dari belakang dan kuciumi punggungnya yang basah oleh keringat terus ke leher dan telinganya. Ivone diam saja membiarkanku menjilatinya sementara napasnya terdengar memburu.

    Begitu napasnya terdengar mulai tenang, kutarik lagi pinggulnya sehingga Ivone kembali berlutut menungging seperti tadi, namun ia menoleh dan memohon.
    “Hhh.. Dikii, Ivone nggak kuat, Diik..!”
    “Aku belum keluar juga, nanggung nih..!” kataku sambil mencengkram pantatnya yang merangsang.
    Ia terdiam sementara aku pun menungging di belakangnya, lalu kujilati pantatnya dan lubang anusnya.

    Vaginanya tidak lagi kusentuh, kini lidahku habis-habisan menyerang lubang anusnya dan membuat pantat dan lubang anusnya basah kuyup. Ivone diam saja tidak bereaksi. Lalu aku bangkit dan mengarahkan penisku yang masih dipenuhi lendir orgasme teman sekerjaku ini pada lubang pantatnya, lalu perlahan-lahan kutekan pada lubang pantatnya. Ivone tersentak kaget dan menarik pantatnya sampai ia berbalik dalam posisi duduk di kasur. Rupanya ia baru menyadari apa yang ingin kulakukan.
    “Dikii, jangan Dikk.. sakiitt.. jangan di situ..!”

    Aku memeluknya dan membelai rambutnya, “Nggak Von. Diki pelan-pelan.. ya.. biar kamu merasakan sesuatu yang baru.”
    Kutarik pantatnya dengan lembut hingga kembali pada posisi menungging, penisku semakin mengeras dan membesar. Tidak berlama-lama lagi, kupegang kedua pantatnya dan kumasukkan penisku ke dalam lubang anusnya. Kepala penisku tertahan erat di ujung lubang anusnya.

    “Adduhh.. duuhh.. Diik, sakit. Duh..” erangnya.
    Segera kuludahi kedua tanganku dan kuusapkan pada batang penisku. Tidak lupa kujilati pula ujung lubang anusnya agar sedikit lebih licin, lalu kupaksakan penisku memasuki lubang anusnya yang terasa sangat sempit dan mencengkeram itu. Perlahan-lahan kukeluar-masukkan kepala penisku, terus hingga terasa lebih lancar. Tidak kuperdulikan pekik kesakitan dan meminta agar berhenti yang dilontarkan Ivone.

    Kuremas pundaknya dan kujadikan penopang untuk menarik pantatnya ke arahku, sementara pantatku maju menyodokkan penisku lebih dalam ke lubang anusnya. Kurasakan keringat dingin merembes di tubuh Ivone yang memang sudah basah berkeringat ini.
    “Dikii, sakit.. duuh.. udah ya, Dikk.. brenti ya.. pelan-pelan Diiki.. ungh..”
    Namun usahaku tidak sia-sia. Semakin lama penisku berhasil masuk semakin dalam ke dalam lubang anusnya, dan gerakan sodokanku dapat semakin cepat. Kurasakan kenikmatan menggila yang baru kali ini kurasakan saat menyetubuhi pantat teman kerjaku yang tinggi putih dan bohay (bodi aduhay) ini.

    Aku merasa seperti di surga dengan cengkeraman erat yang mengocok kejantananku dengan gila ini. Kini kemaluanku benar-benar sudah amblas ke dalam lubang anus Ivone dan kusodokkan keluar masuk dengan cepat, sementara keringat menetes dari wajah Ivone ke kasur tipis itu. Tidak lama aku mampu bertahan pada kocokan lubang anus yang mencengkeram ketat ini, kenikmatan puncak mulai meledak-ledak dalam tubuhku.
    “Ohh.. ohh.. Voon.. akuu nggak kuat.., Sayang..!”

    Aku menjerit keras dan, “Crat.. Crat..” berulang kali lendir mani kental dan panas meledak dalam pantat Ivone.
    Ia menggigit bibir bawahnya dengan keras sementara kedua tangannya mencengkeram kasur menahan rasa yang campur aduk. Kutancapkan penisku sedalam-dalamnya di lubang anusnya yang sempit itu, terus hingga muncratan mani terakhirku dan penisku melemas seketika di dalam pantatnya.

    Aku ambruk menindih tubuh Ivone dan penisku pun tercabut lepas dari pantatnya. Kuciumi punggung dan lehernya yang basah. Kubalikkan dia, kupeluk erat dan kuciumi bibirnya dengan bernafsu. Ivone merespon ciumanku.
    “Kamu puas Sayang..?” tanyanya sambil menatap wajahku.
    Kupeluk dan kubelai-belai rambut dan tubuhnya sambil mengatur napasku yang tersengal-sengal. Kukecup bibir dan pipinya sesekali hingga akhirnya napasku pun kembali teratur.

    “Hhh.. Makasih, Sayang.. Hhh.. Aku nikmatin banget..”
    Ivone tersenyum dan mengecup bibirku sekali lagi.
    “Mandi yuk..?” ajaknya.
    “Ayuk mandiin ya..?” kataku.
    Kami pun langsung berlomba menuju kamar mandi.

    Setelah selesai mandi, kami pun keluar dari kamar mandi itu secara bersamaan. Sambil berpelukan, aku langsung mengambil rokok dan kunyalakan sambil menghembuskan asap dengan penuh kenikmatan, membayangkan apa yang baru saja kami lakukan. Setelah beres berpakaian, kami langsung check out. Tidak terasa jam telah menunjukkan pukul 23.10 aku mengantarkan Ivone hingga memperoleh taxi, dan sebelumnya dia menghadiahi sebuah kecupan.

    “Ini cuma awal Dik.. aku ketagihan,” katanya sambil melepas pelukan.
    “Ya, Sayang.., met istirahat ya,” kataku.
    Aku langsung pulang ke rumah dengan kepuasan yang benar-benar tidak kuduga sebelumnya. Gila.. kucing diberi daging.. mana tahan..!

  • Cerita Sex Waktu KKN Ke Desa

    Cerita Sex Waktu KKN Ke Desa


    1558 views

    Perawanku – Cerita Sex Waktu KKN Ke Desa, Saya Panji, mahasiswa universitas di Solo. Pada saat melakukan kegiatan KKN ,saya dapat pembagian kelompok yang kebetulan bebarengan dengan cewek yang sangat seksi dan cantik, bernama Nita. Kita hanya kenal sebatas kenalan saja karena kita satu angkatan dan beda prodi.

    Dia tergolong wanita dengan postur tubuh yang ideal, tubuhnya semampai bak gitar spanyol dengan paras yang oval dan bicara dengan dada nya sangat menonjol terlihat sekali kalo sedang memakai kaos ketat. Semenjak kami melakukan survey lokasi desa yang akan kami diami, kami berdua semakin akrab saja karena kemana mana selalu bebarengan, jadi dengan kegiatan KKN kita menjadi semakin deket.

    Saat itu ketika pertama kalinya kami survey, Nita bebarengan dengan temen wanitanya, setelah itu pada saat survey berikutnya Nita bersamaku. Karena pada saat itu teman-temanyang lain pada masih sibuk dengan urusannya masing-masing dan yang bisa hanya kami berdua saja. Pada awalnya kami hanya hubungan biasa saja dan santai, tpi kadang-kadang terbesit di pikiranku teman-teman berpikiran yang enggak-enggak. Karena dengan paras yang secantik Nita yang kadang-kadang dapat menggoda kaum adam.

    Dan kemudian aku menyarankan Nita untuk mengajak temen satunya lagi dengan alasan biar seru dan rame. Kemudian kita melakukan survey berikutnya dengan temen KKN ku cewek di boncengin sama pacarnya dan aku pun bocengan dengan Nita. Sewaktu kita perjalanan, aku sedikit gerah dan tak kosentrasi karena dada Nita yang selalu menekan punggungku. Karena dengan model motorku yang jok nya sedikit agak merosot ke depan, membuatnya selalu merosot dan payudaranya yang empuk selalu menempel di punggungku. Saya perhatikan dari spion motorku, nampaknya dia mulai salah tingkah dan membenarkan posisi duduknya.

    Semakin lama gak semakin menempel saja payudaranya sampai aku megantarkan pulang ke kosnya, udah kemana-mana pikranku. Pada waktu kita sudah mendiami rumah warga yang berada di pedesaaan yang lingkungannya lumayan dingin, selama KKN kemanapun anggotaku ada acara kami pun selalu bersaamaan. Udah di bilang, kagak bisa di pisahin deh.

    Kebetulan si Nita sudah punya cowok, akan tetapi aku sudah di pertemukan cowoknya, dan mempercayakan ke aku. Dan aku sih oke oke saja. Selang 1 bulan berlanjut, selama kegiatan KKN ya gitu-gitu aja.pada saat aku memperhatikan Nita yang memakai baju santai kadang bajunya yang nerawang sehingga nampak kutang nya yang bermotif bunga, kadang kala aku ngingetin ke Nita kalo kutang nya bagus berbunga-bunga.

    Hubungan kami semakin deket saat kita berfoto, dia lebih sering merangkul ku, dan culunnya aku malah pasang muka datar ketika tanganku nganggur untuk merangkulnya ada kesempatan juga, tpi tak aku kugunakan. Sangaat mubazir sekali payudaranya menganggur tak jadi ku pegang saat berfoto. Ketika progam KKN sudah berjalan padat, kita sibuk dengan progam kerja masing-masing. Aku sengaja mencari progam yang sama dengan Nita agar kita bisa bersamaan terus deh. Saat progam KKn yang kami lakukan telah selesai, Nita dan aku pun langsung pulang tanpa teman-teman menaruh curiga kepada kami.

    Sesampainya di rumah , terlihat sepi tak ada orang sama sekali dan pikirku si pemilik rumah pergi ke pasar seperti biasanya menjajankan uang bulanan untuk keperluan dapur. Akhirnya kami pun menuju kamar masing-masing untuk menganti pakaian dan tiduran sejenak karena terasa letih pada saat kegiatan. Belom sampai nya sepuluh menit aku rehatan, Nita memanggil-manggilku. Dengan buru-buru aku segera menuju kamarnya, sebenarnya apa sih yang terjadi kok sampai histeris teriak-teriak. Oiya, kamar kita saling berhadapan.

    Jadi satu deret khusus cewek, yang satunya khusus cowok. Aku kemudian menghampirinya ,dan menanyakan “ada apa??apa yang terjadi??”. Ternyata Nita ingin ngobrol denganku, mungkin karena kesepeian kali ya? Kami pun membicarakan pada waktu sekolah dulu, namau pada akhirnya ketika aku menanyakan tentang pacarnya Nita langsung jhanya diam saja. Ntah apa yang ku ucapkan kok jadi begini ya??

    Aku menjadi bingung saat Nita mulai merengek di hadapannku. Kemudian aku bertanya kembali ,emang apa yang sebenarnya terjadi denganmu?? Nita pun menjawab,”aku lagi sebel sama pacarku”. Memang saat aku melihat Nita , dia sering kali murung entah karana apa?oowh , ternyata sedang galau dengan pacarnya. Tanpa sadar, tanganku mulai mengelus rambutnya dan mulai untuk menenangkannya secara perlahan.

    Ku sapu air matanya dengan jariku di pipinya, sambil ku elus-elus wajahnya yang begitu halus. Nita pun agak sedikit kaget dengan perlakuanku terhadapnya kemudian dia pun menggenggam tanganku. Kami pun saling bertatapan mata sampai kita saling bersentuhan bibir, entah siapa yang memulai berjalan begitu aja.

    Ku rasakan dengan nafas yang belum beraturan akibat rengekan Nita, sambil aku mulai mengelus-ngelusnya kembali. Aku membisikkan ke Nita, “tenang saja..masih ada aku “ucapku. Ketika aku tatap matanya kembali Nita langsung menciumku dengan halus dan lembut. Ku lanjutkan lagi dengan pergerakan untuk mengimbanginya, ku mainkan pula gerakan lidahku yang menjulur.

    Nita terlihat geli keenakan karena pada saat ku mainkan lidahku ke dalam mulutnya sambil menahan “heemmmm…..”. setelah itu tanganku mulai bergerak di bagian pantatnya sambill menjelajah lekukan tubuh Nita yang begitu aduhay.

    Kami pun melepas ciuman dan saling bertatapan, dia tersenyum dengan manja-manja sayu sehingga setiap para pria pasti ingin menciumnya. Kemudian secara langsung aku memegang payudaranya, dan dia hanya diam saja dan mengangguk dengan senyuman.

    Aku lancarkan kembali seranganku utnuk meremas-remas payudaranya yang kenyal itu dan kami sambil berciuman kembali. Nita kembali mendesah kenikmatan “uuh,,,,,,,ahhhhh…”ketika aku menciumnya sampai ke telinga. Ketika aku mau melepaskan kutangnya, terdengar gerumunan suara dari luar rumah. Kami pun segera membenahi diri, ternyata teman-teman KKN yang sudah selesai mekkan kegiatannya.

    Semenjak itu lah ubungan kami menjadi tambah akrab dan deket. Nita sering memanggiku “Say”, awalnya sih aku agak kaget karena Nita mamangilku seperti itu. Karena pada saat memanggilku kayak gitu d I hadapan teman-teman pada saat dia sedang memberikan aku minuman. Tapi teman-teman jhnaya menganggapnya hanya suatu candaan. Kalo aku ma terserah Nita mau manggil aku apa, lagian aku sebagian sudah menikmati tubuhnya.

    Aduhai… Setelah minggu ke empat berlalu, Nita mendadak ijin pulanhg ke ketua KKN karena ada keperluan keluarga dan aku di ajak untuk menemaninya untuk mengantarkan. Selama perjalanan nita sembari memeluk saat berboncengan dijalan desa yang sepi dan jarang kendaraan yang lewat, sesekali dia mencium leherku. Dan aku hanya diam saja untuk menikmatinya saja, sambil mringis aja.

    Kemudian hari pada saat aku jalan-jalan sore dengan teman-teman di daerah pedesaan tersebut, nita tiba-tiba menelpon ku “ lagi dimana say??sedang apa?ucapnya.” Lagi kumpul sama temen-temen, gimana Nit?”jawabku.”Jemput aku donk, di tempat kemarin . aku tunggu ya?” bisa donk kalo kamu yang meminta, oke tunggu sebentar 5menit tan aku nyampe”. Ung Kemudian di putusnya telepon. Langsung saja aku berpamitan dengan temen-temen dan langsung aku mengambil motor untuk menjemputnya.

    Sesampainya menjemput Nita, dia melihatku sambil tersenyum manis”cepet banget ya sayaang”ucapnya. “Iya donk , demi kamu aku secepat kilat.hehehe…”jawabku. Kemudian dis langsung memboncengku dan kami mulai menancap gass..selama perjalanan kita sambil ngobrol-ngobrol dan bercadaan sambil dia nyubit pinggangku.

    Aduuh , kayaknya dia mulai nantangin dan aku sambil mulai memegang tangannya sambil mengendarai motor pake tangan satu. Ku elus-elus tangannya dan dia mulai diam sepertinya Nita mulai menikmati kasih sayangku.heheehe… Sesampainya tiba di posko KKN, dia langsung bergegas ke kamarnya dan bergegas langsung mandi dan aku ngumpul kembali dengan teman-teman untuk menonton acara tv.

    Di lingkungan pedesaan ini terlihat cuaca yang agak mendung, padahal kita ada progess untuk berkunjung ke sekolahan tempat kami mengadakan KKN untuk sosialisasi terakhir kalinya. Ketika sedang mau berangkat untuk sosialisasi, aku dapat jatah mandi terakhir dan terlambat untuk menghadiri kegiatan tersebut. Secara tidak sengaja, Nita pun juga terlambat untuk menghadiri kegiatan itu.

    Kami berdua tertinggal karena acara yang sudah di mulai, sesaat kami bergegas untuk berangkat tibi-tiba hujan turun dengan lebatnya. Kemudian aku mengabari ketua yang memimpin acara itu, untuk tidak bisa hadir karena disisni sudah hujan angin. Dan ketua mengijinkan pula untuk tidak berangkat ke sekolah, karena pada saat itu di sana juga mengalami hujan deras.

    Aku dan Nita pun mengobrol-ngobrol saja, dan kadang juga bercada. Nita sering mencubitku saat kita bercandaan dan aku mulai agak sedikit memancingnya. “oiya , disini Bapak Ibu kos gak di rumah lho?? Soalnya aku tau dari temen-temen yang hendak bergegas berangkat sosialisai, sebelum berangkat hendak mengunci pagarnya karena Bapak Ibu pergi ke luar kota untuk kondangan.

    Kemudian sambil ngobrol duduk kami pun saling berdekatan danentah kenapa aku mulai membelai rambut nya yang panjang sambil memainkannya. Terasa wangi sekali aroma rambutnya saat aku menciumi rambutnya dan mungkin apa karena keramas tadi.

    Kemudian aku pegang kembali rambutnya yang terurai dan aku memegang bahunya. Nita pun berkata

    ” aku gak nyangka kita bisa begini”,

    aku pun sangat binggung dengan lontaran kata yagn di ucapkan Nita. Apa maksut dari perkataannya,

    ”maksudmu?”tanyaku.

    Kemudian Nita mulai merebahkan tubuhnya ke pelukanku dan kepalanya mulai menyandarkan ke bahuku.

    Nita berkata” kamu baik sekali,bisa ngertiin aku , perhatian ke aku, kamu ini beda dengan pria-pria yang aku temui. Kemudian aku melihat mata nya yang berkaca-kaca, seiring aku belai rambutnya aku pun mulai menenangkannya.

    Dia menatapku dalam-dalam dan tanpa kusadari kemudian kita sudah saling bersentuhan bibir entah apa yang terjadi.nita pun meumat bibirku dengan kencangnya. Aku pun membalas dengan memainkan lidahku, nita juga gk mau kalah

    ” Hmmmmm…mhhhh….”

    Tanganku langsung dengan spontan meraba payudaranya yang masih tertutup oleh jaket. Kemudian tiba-tiba Nita melepas ciumannya dan bebisik “ kita ke kamar saja y sayang…” langsung dengan cepat aku arahkan ke kamar yang aku tempati. Setelah sesampainya sudah di kamar , aku mengunci kamar dan mulai ku lepas jaketnya. Nita memakai kemeja yang menurutku sangat cantik dan anggun sekali dengan postur tubuhnya yang membentuk dan aduhaaay.

    Ucap Nita

    ” kamu kok diem saja” dalam otakku

    “ wah,,,iya juga ya??cewek ini memang bener2 butuh??”

    Langsung saja aku mulai melumat bibirnya yang sexy dan ku mainkan lidahku. Dia juga ikut membalasnya dan sesekali dia menyedot lidahku ke dalam. Tanganku yang gencar menyerang payudaranya, dengan ukuran yang lumayan dengan genggaman tanganku.

    Berbalutkan warna putih menerawang, semakin tambah pula gairahku untuk menjamahnya.kemudian aku langsung saja melepasnya perlahan-lahan dan nampak buah dada yang putih dan kenyal memerah dengan putting yang menonjol semakin menegang konolku ini.

    Aku remas dan ku elus-elus kumainkan putingnya dan terdengar desahaan,,

    ”ahhh…..mhhhhh….uhhh….” ucap Nita,

    Enak…enak…terus say..

    Tanpa perintah pun aku dengan sendiri memainkannya dan mulai menjilati ke dua buah dadanya sampai mejalar ke lubang telinga dan lehernya agar Nita menjadi semakin terangsang dan semakin menggairahkan. Ucap Nita

    ” di emut-emut say…”

    aku mulai mengemut lagi putingnya yang lincip itu yang berwarna sawo matang sambl tanganku bergerak memainkan puting yang satunya.

    Mhhhhh . . .. .Enaakkk. . . .geli sayaaaangg…,ucapnya.

    Terdengar desahan seperti itu, tanganku yang satu mulai merosot ke bawah untuk meraba-raba memeknya yang masih tertupi oleh celana nya. Sepertinya aku sudah merasakan memeknya yang sudah mulai basah karena rangsangan yang aku perbuat.

    Tak ambil awktu yang lama, aku kemudian mencopot celananya dan nampak CD yang sudah basah yang berwarna putih terawang sehingga membuat ku semakin tambah bergairah lagi. Ku mulai melepas baju dan melorotkan celana sehingga sudah terlihat kontolku yang sudah menegak dank eras yang mencuat keatas.

    Nita pun langsung memegangi kontolku yang mencuat ke atas, langsung saja dia mulai mengemutnya dan menjilati serta di sedot-sedotnya pula. Perasaanku saat itu enaaak sekali, ku ucap

    ”Teruss sayanngg. . . . . .”

    Ku lihat wajahnya yang sangat cantik dan bersih sambil dia mengemut kontolku yang sangat menggairahkan sekali. Aku gak diem saja, aku copot saja CD nya dan nampak gundukan memek yang sangat bersih dengan bulu tipis yang sedikit dengan lumeran cairan yang sedikit menetes dari dalam memeknya.

    Dengan ada nya itu,birahiku semakin liar dan langsung aku mulai menjilati memeknya yang agak sedikit basah. Ku lakukan dengan gaya berbalik , mirip gaya 69 yang ada pada adegan porno.

    Sungguh nikmat sekali rasanya saat aku menjilati memeknya dan ku goyang-goyangkan klitorisnya dengan ujung lidahku kadang pula aku sedot dan ku emut-emut. Sambil dia masih aktif dengan mengemut kontolku dan desahan menggeli saat aku menjilatinya memeknya.

    “oouuwwhh…..yeess..mhhh….”enak sekali rasanya…. . .

    Setelah tiba saatnya, ku mulai memasukkan kepala kontolku ke dalam lubang vagina nya secara perlahan dulu,setelah sudah masuk baru batang kontolku ku tancapkan dalam-dalam ke lubang vagina. Kemudian beberapa saat setelah sudah masuk semua baru mulai ku genjot perlahan keluar masuk agar memeknya sudah mulai terbiasa. Ku lanjut dengan genjotan berikutnya, maju mundur dia pun sudah merintih keenakan nggak karuan rasanya.

    ” Terus . . . .sayaang . . .yang daleeem. . “

    Lalu kepercepat gerakkanku dan Nita semakin menjerit pelan dengan mimik muka yang kaget karena pergerakannku dan menggeliat

    “Ahhhh…..Uhh. . . . .Ah. . . . Enak sayang…milikmu dasyat. . “

    Sambil memeluk tubuhku dengan kaki yang melingkar ke pinggang. Seteaa aku rasa dengan gaya ini agak sedikit capek, kulanjutkan dengan gaya dengan tubuh wanita tiduran ke samping yang mengempit memeknya. Aku masukkan batang kontolku ke dalam dan tersa sangat sempit dengan himpitan selakangan, memeknya semakin keset, semakin nikmat lama aku menggenjotnya.

    ” Ahhh….Sayaaang. . . .Uhmm. . . .”

    Dengan nafas yang sedikit terengah-engah dan desahan nya semakin terdengar kembali.

    “Sayaang. . .aku mau keluaaar. . . . uhh…….ahh…”

    Dan aku mersakan lelehan yang kental dan hangat yang membasahi kontolku. Dan semakin licin pula kontolku karena cairan yang keluar dari memeknya Nita. Ternyata Nita sudah keluar lumayan banyak. Setelah rehat sejenak, kisaran satu menit untuk dia menikmati masa orgasme nya, dan sekarang giliran aku yang diam.

    Nita kemudian yang mulai beraksi , dia beranjak dari ranjang dan menindihku dari atas. Aku hanya tidur terlentang saja, pada posisi ini Nita semakin liar dengan hasrat yang sudah meluap-luap. Dengan gerakan naik turun dengan memek yang mencengkranm kontolku dari atas, dia putar-putarkan pinggulnya.

    Kontolku tersa di plintir dari dalam memeknya ketika dia sedang menggoyangkan bokongnya, mirip film bokep saja dalampikiranku. Oh,,,,nikmat sekali rasanya dengan gaya ini,memek nya yang masih terasa seret dan kencang menggoyangkan lidahku dengan ucap,

    ”Terus Sayaang,,,di goyaaang…”

    sambil aku mendesah tak karuan karena tindihan itu pula. Tenganku kemudian mulai meraba payudaranya yang menggatung bergerak tak karuan ntah kemana arah tujuan nya. Dan mulai ku cengkaram payudara yang kenyal itu, sambil ku remas-remas dan memainkan putingnya yang mungil itu. Kontolku semakin berdenyut-denyut, sepertinya mau keluar karena dengan goyangan Nita yang di atas membuat ku semakin cepat terasa dengan plintiran memeknya.

    “Nit, aku mau keluar sepertinya. . ..”ucapku dan Nita sepertinya juga mau keluar

    “ Sama-sama ya sayaaang,. . ., kontol kamu enak banget sampai aku mau keluar lagi. . .”ucap Nita.

    “Ouwwh…..yesss….aah. . . . .”

    Dan kemudian aku mulai memuncratkannya, karena aku sudah tak tahan lagi dengan gesekkannya, begitu pula dengan si Nita yang mulai menyemburkan kembali cairannya.

    “AHHHH……”

    Akhirnya kami berdua secara bersamaan keluar bersamaan dan Nita langsung lemas, merebahkan tubuhnya di pelukanku. .

    Hari berganti dan terus berganti hingga tiba saatnya KKN kami selesai, semenjak kejadian itu sebelum tiba hari pelepasan dari kampus dan perangkat desa, Nita masih sering mengajak sekedar curi-curi cium, memainkan dan mencubitku.

    NIta pun memeluk satu-satu temanku, dan pada saat memeluk ku erat sekali pelukan nya. Aku sudah tidak menghiraukan temanku yang lain, nampak air matanya menetes dari wajah cantik nya dan aku pun mengusap nya. Saat tim kami akan menuju ke kecamatan untuk upacara pelepasan aku mengendarai motor ku secara pelan agar bisa ngobrol lebih lama dengan NIta.

    “Sudah saatnya kita kembali ke kehidupan masing-masing, kamu yang aku kenal di kampus akan selalu aku kenal seperti kamu di sini, kita tetep usahakan komunikasi walaupun nggak sesering di sini, terimakasih untuk kebersamaan nya, semuanya yang kamu beri untuk aku”.

    Nita pun terdiam agak lama, memeluk ku erat, lalu dia juga membalas

    “terimakasih juga udh ngertiin aku, nglindungin aku, kamu lebih dari yang aku duga, aku harap ini bukan perpisahan, di kampus mungkin aku nggak bakal bisa panggil kamu pacar, tapi di dalam hatiku kamu tetep pacar aku”.

    Sambil dia mengecup leher ku saat perjalanan ke kecamatan. Akhir cerita sampai saat ini kita masih sering ketemu di kampus karena kita sama-sama sedang menyelesaikan skripsi, meskipun kita hanya melempar senyum, ada maksud tersendiri dibalik senyuman.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Dewasa Perpisahan Dengan Meta – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Dewasa Perpisahan Dengan Meta – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1556 views

    Perawanku – Terima kasih untuk rekan-rekan yang telah mengirimkan emailnya. Rien bukannya tak mau membalas tapi sudah lama harus mengikuti Mas Pujo yang alih tugas ke luar Jawa karena promosi. Khusus bagi para cowok aku ucapkan terima kasih dan aku sangat tersanjung dengan semua keinginan kalian. Sedang bagi para cewek yang ingin tahu rahasia Rien, saya buka saja buat kalian.

    Pertama aku jaga kebugaranku dengan senam rutin seminggu 3 kali, kedua aku rajin minum jamu wanita yang bagi orang jawa pasti sudah tidak heran dengan kunyit asam dan sirih untuk menjaga bau badan, ramuan galian putri (sudah ada diproduksi masal oleh pabrik jamu) untuk kewanitaan atau kadang juga rendaman rumput fatimah, serta ketiga untuk perawatan luar dengan berendam rebusan rempah dara. Itulah sebabnya kedua suamiku selalu mengatakan bahwa memekku terasa punel. Jika tidak percaya, khususnya bagi wanita yang sudah punya anak silakan ikuti petunjuk Rien, dijamin manjur.

    Berikut adalah ceritaku kali ini..

    Pada bulan April Mas Pujo mendapat panggilan ke Jakarta. Ternyata Mas Pujo mendapat promosi untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi di Bumi Nyiur Melambai. Promosi itu adalah sesuatu yang menggembirakan bagi kami tapi juga sekaligus menyedihkan. Karena itu berarti kami harus berpisah dengan orang yang paling kami sayangi, Meta.

    Setelah hampir dua minggu dan telah membuat perencanaan yang masak, kami sepakat untuk berterus terang pada Meta. Acara kami buat di villa kami di kawasan Kopeng. Sengaja kami hanya berempat dengan Meta dan kami memilih tepat pada hari libur kerja yaitu Sabtu dan Minggu. Kepada suaminya Meta ijin akan mengikuti pelatihan Manajemen Mikro. Meta sebenarnya cukup merasa penasaran meskipun sebenarnya acara seperti ini telah sering kami adakan, tapi memang biasanya Meta tidak sampai menginap.

    Kami berangkat terpisah karena Meta diantar oleh suaminya sampai ke tempat bus Patas, tapi sesampai di Salatiga kami telah menunggunya, lalu Meta turun dan terus bergabung bersama kami menuju Kopeng.

    “Uhh..! Kesel aku Mbak, masak aku disuruh naik bus sendiri” sungut Meta begitu turun dari bus.
    “Lho kan belum jadi direktur, ya sabar dulu dong sayang..” jawabku sambil membantu mengangkat koper bawaannya.
    “Mbak, aku di belakang ama Mas Pujo ya, biar Mas Duta yang setir” pintanya padaku. Aku tahu betul akan kelakuannya itu, Meta ingin bermanja-manja dengan Mas Pujo.
    “Iya deh.., asal Mbak tetep dibagi..” godaku.
    “Iih.. Mbak kan udah tiap hari nyanding” balasnya. Mas Pujo cuma nyengir, sedang Duta sudah siap di belakang setir.
    “Met.., apa tadi nggak dapat saweran di bus” goda Duta sambil menjalankan mobilnya.
    “Iih.. Emangnya aku cewek apaan” jawab Meta menirukan gaya Nani Wijaya di serial Bajaj Bajuri sambil menggelendot manja pada Mas Pujo.

    Memang Meta sangat menyayangi Mas Pujo, bahkan dialah yang paling pencemburu dibandingkan aku yang isterinya. Aku, Mas Pujo dan Duta juga amat sayang padanya. Bagi kami kebahagiaan yang kami rasakan selama ini memang untuk berempat. Kulihat Meta sudah mulai mengantuk di pelukan Mas Pujo.

    “Mas pijit ya sayang..!” bisik Mas Pujo di telinga Meta.

    Meta merapatkan pelukannya. Mas Pujo mulai memijit punggung Meta. Pijitan Mas Pujo memang benar-benar pijitan yang menenangkan karena aku pun sangat menyukainya. Bila sehabis ML biasanya Mas Pujo memijit punggungku sambil memelukku. Itulah Mas Pujo yang romantis, kata Meta.

    Perjalanan Salatiga-Kopeng hanya sekitar 45 menit. Aku sendiri sebenarnya lelah setelah tadi malam kuhabiskan dua rondeku dengan kedua suamiku. Cumbuan Duta yang begitu lama membuatku benar-benar habis tenaga, belum Mas Pujo yang selalu mengambil babak akhir permainan kami. Mas Pujo memang sangat senang membenamkan kontolnya ke dalam memekku saat aku telah mencapai orgasme. Biasanya ia akan membenamkan kontolnya dan memelukku dengan penuh perasaan sambil menikmati remasan-remasan memekku, bahkan tadi malam sempat kram rasanya otot-otot memekku karena permainan mereka berdua.

    Seperti biasanya aku meminta Duta untuk telentang dan membuka kedua pahanya dengan kepala bertelekan 2 bantal, lalu aku menaikinya dengan posisi membelakangi dan bertumpu pada kedua tanganku ke belakang. Posisi ini sangat aku sukai karena Mas Pujo dapat dengan mudah melumat clitorisku sementara Duta memompa memekku dari bawah sambil meremas putingku. Rasanya semua syaraf nikmatku tak ada yang terlewat menerima rangsangan dari keduanya.

    Begitu aku orgasme yang ketiga dan Duta memuntahkan spermanya di memekku, langsung Mas Pujo mengambil alih dengan membenamkan kontolnya ke memekku. Mas Pujo menikmati kontraksi otot-otot vaginaku dan berlama-lama berada di sana, sebelum kemudian memompa memekku dengan penuh perasaan.

    “Kok ngelamun Rien, kita dah nyampe nih..!” ujar Duta mengagetkanku sambil memasukkan kendaraan ke pelataran villa. Aku tergagap. Kulihat Pak Kidjan penjaga villa kami memberi salam.
    “Meta, bangun sayang, kita udah nyampe nih..!” bisik Mas Pujo.

    Yang dibisiki menggeliat sambil mengucek-ucek mata. Kembali dipeluknya Mas Pujo dan mereka berciuman lembut penuh perasaan. Entah mengapa sejak mula pertama Mas Pujo bercinta dengan Meta tak ada rasa cemburuku, aku malah bahagia melihat keduanya, tapi anehnya aku cemburu kalau Mas Pujo dengan yang lain.

    Pada pukul 17.00 tepat kami sudah selesai memasukkan semua bawaan ke dalam villa dengan dibantu Pak Kidjan. Setelah itu kami suruh Pak Kidjan untuk mengunci pagar dan pulang karena kami katakan bahwa kami ingin beristirahat dengan tidak lupa memintanya agar besok jam 10 dia datang lagi.

    Villa ini dibeli oleh Duta karena sebelumnya memang direncanakan untuk coba-coba usaha agribisnis. Bangunan yang ada hanya sederhana saja karena memang bekas bangunan Belanda yang terletak di tengah-tengah tanah seluas 1 hektar yang di depannya ada rumah penjaga yang jaraknya 75 meteran. Ada 4 kamar, yang dua besar dan ada connecting door, salah satunya ada 2 tempat tidur dan yang satunya single, dengan ruang tamu cukup luas, ruang dapur dan garasi. Kami sengaja memakai dua kamar yang besar itu.

    “Mandi dulu gih..” pinta Mas Pujo pada saya dan Meta.
    “Maas, Meta dimandiin Mas aja.. Ya” rengek Meta manja sambil memegang lengan Mas Pujo.
    “Idih, kan udah becal, Meta kan bisa mandi cendili” goda Mas Pujo dicedal-cedalkan.
    “Nggak mau.., Meta mau mandi ama Mas aja” jawab Meta merajuk sambil cemberut dan langsung minta gendong.

    Aku dan Duta hanya senyum-senyum melihat tingkah mereka. Lalu Mas Pujo menggendong Meta berputar-putar. Bibir keduanya tampak berpagutan mesra. Sambil tetap berciuman mereka menuju kamar mandi, yang oleh Duta sudah diganti dengan jacuzzi besar yang cukup untuk berendam 4 orang dan ada air panasnya. Lalu Duta meraihku dan memelukku, kami berciuman.

    “Nyusul yok.. Kita bisa saling gosok” ajak Duta dengan langsung menggendongku.

    Di jacuzzi, Mas Pujo sedang memeluk Meta dari belakang sambil menciumi rambutnya, tapi aku yakin bahwa pasti tangan Mas Pujo yang satu tidak akan jauh-jauh dari puting susu Meta, sedang yang lain entah apa yang digosok, tapi karena di dalam air dan tertutup busa sabun jadi tidak kelihatan. Sementara itu yang dipeluk memejamkan matanya penuh kenikmatan sambil sesekali mendesis.

    Aku turun dari gendongan Duta. Kulepas semua pakaianku hingga telanjang bulat, setelah itu ganti kulucuti pakaian Duta sampai tak bersisa. Kontol Duta yang besar masih belum bangun penuh, jadi masih setengah kencang. Dengan berbimbingan tangan kami masuk ke air dan Duta bersandar dekat Mas Pujo. Dengan meluruskan kedua kakinya, aku maju ke pangkuan Duta, kutempelkan bibir memekku ke atas kontol Duta dan kutempelkan dadaku ke dadanya. Hangatnya air dan sentuhan kulit kami terasa nikmat, benar-benar nikmat.

    Dengan perlahan tapi pasti benda bulat dalam lipatan bibir memekku membesar mengeras dan berusaha berdiri tegak, tapi karena tertahan oleh belahan memekku, benda tersebut tak bisa tegak. Di sebelahku, Meta juga sedang menduduki barang yang sama seperti aku. Aku tahu pasti, bahkan aku yakin bahwa Mas Pujo masih belum memasukkan barangnya ke memek Meta. Kami berempat tak ada yang bersuara, hanya sesekali terdengar desahan lirih dari mulut Meta tetapi kami sama-sama tahu bahwa kami masing-masing sedang menikmati sesuatu yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.

    “Engh.. Egh..” tiba-tiba desahan Meta semakin keras diiringi geliat tubuhnya yang seperti cacing kepanasan.
    “Aduh Mas, Meta nggak kuat.. Oh Mbak, ooh.. Mas Duta, ayo dong, Meta duluan” pintanya.

    Kalau sudah begini biasanya Meta meminta Duta untuk segera membenamkan kontolnya ke memeknya. Aku beringsut meninggalkan Duta sementara Mas Pujo masih memangku Meta dari belakang dalam posisi kedua kaki lurus ke depan dan bersandar pada dinding jacuzzi. Duta mendekat dari depan sambil mengarahkan kontolnya ke arah selangkangan Meta dan Meta memberi jalan dengan mengangkangkan kedua pahanya. Perlahan dengan bimbingan tangan Meta, kepala kontol Duta memasuki memek Meta, jelas terlihat dari ekspresinya yang mendesis keenakan.

    Perlahan Duta mulai memompa maju mundur terlihat dari riak air yang mulai menggelombang, sementara Mas Pujo memeluk Meta dari belakang sambil menciumi tengkuk dan belakang telinganya. Saat-saat seperti itu Meta nikmati dengan memejamkan mata sambil giginya beradu menahan nikmat yang luar biasa. Meskipun kontol Mas Pujo tidak melakukan penetrasi namun aku yakin, pasti ada yang mengganjal di anus Meta hingga itu membuat sensasi tersendiri untuknya. Tiba-tiba Meta melepaskan pelukan Mas Pujo dan ganti memeluk Duta. Sedang Mas Pujo masih tetap tidak dapat bergerak karena harus memangku dua orang yang sedang bersetubuh. Mas Pujo hanya mengusap-usap punggung dan pinggang Meta dari belakang.

    “Aduhh Mas, Meta ngga tahaan, enghh..” desah Meta sambil memeluk Duta erat-erat dan dada Duta yang bidang terkena sasaran gigitannya.

    Melihat itu semua aku menjadi sangat terangsang tapi kami bertiga sudah bersepakat bahwa kesempatan kali ini adalah milik Meta sepenuhnya, jadi aku mengalah dulu. Sementara itu kutukar air jacuzzi dengan air hangat tanpa membubuhkan sabun. Begitu air telah mulai berkurang, kulihat posisi Meta yang mengangkang sementara Duta memompanya dari depan dan kontol Mas Pujo tertindih di antara bokong Meta.

    Sejenak Meta masih menikmati saat-saat indah orgasmenya. Kemudian Meta melepaskan diri dari Duta dan berdiri membalik menghadap Mas Pujo hingga praktis memeknya berada di depan mulut Mas Pujo. Diraihnya pinggul Meta dan Mas Pujo mulai menciumi dan menjilati memek Meta.

    “Aahh sshh Mas kita ke kamar aja.. Meta nggak tahan nih” rengek Meta. Mas Pujo berdiri menggendong Meta dan meninggalkan kami berdua sementara Duta mulai berbalik menciumi payudaraku.
    “Rien ikut yuk..” ajak Duta.

    Aku ikut saja sambil berpelukan seperti Adam dan Hawa, kami menyusul Mas Pujo dan Meta ke kamar besar yang ada single bed-nya. Kulihat Meta telah telentang dan Mas Pujo menindihnya, sekali-sekali pinggulnya diangkat dan dihunjamkannya dengan penuh perasaan sampai melengkung. Kutarik Duta dan segera aku telentangkan diriku. Aku ingin kontol Duta yang masih tegak berdiri segera menusukku mengisi relung vaginaku. Aku ingin mempraktekkan sex yoga yang baru aku pelajari dengan Mas Pujo beberapa waktu lalu.

    Sementara Mas Pujo dan Meta menikmati saat-saat indah itu, di sebelahku Duta membuka kedua pahaku lebar-lebar dan mengarahkan kontolnya ke memekku yang telah merekah. Perlahan-lahan, mili demi mili aku rasakan benda itu mulai memasuki memekku sebelum akhirnya benda keras itu telah dengan sempurna berada di peraduannya. Kemudian Duta menindihku dan memelukku dengan sepenuh perasaan. Aku sepenuhnya berkonsentrasi pada apa yang sedang kurasakan dan Duta mengikutinya hanya dengan diam, tanpa gerakan memompa hingga tanpa diperintah pun saraf-saraf nikmat di sepanjang lorong memekku bekerja, mula-mula hanya gerakan-gerakan halus.

    Pada saat yang sama desiran-desiran nikmat juga mulai menjalari kedua payudaraku yang tertindih dada Duta. Semakin lama gerakan-gerakan halus di sepanjang lorong memekku berubah menjadi remasan-remasan dan mulai terasa getaran-getaran pada batang kontol Duta, bahkan kepala kontolnya terasa mulai melebar pertanda akan memuntahkan spermanya. Napas Duta semakin memburu, aku sendiri sudah tak ingat apa-apa. Konsentrasiku hanya satu yaitu pada rasa nikmat yang menggelitiki mulai ujung puting payudaraku sampai ke lorong-lorong memekku. Dan.. Creet.. Creett.. Crett.. Ketika akhirnya sperma itu membasahi relung-relung memekku, jiwaku seakan melayang menari-nari di atas awan sambil berpelukan dengan Dutaku sayang. Sejuta kenikmatan kurasakan di sekujur tubuhku. Sementara itu..

    “Oohh.. Ahh aduh Mas.. Meta mau nyampe lagi Mas..” suara desahan Meta kembali menyadarkan aku dan kudapati Duta yang masih ngos-ngosan dengan bermandi peluh mendekapku.
    “Terima kasih Rien.. Kamu luar biasa” bisiknya di telingaku. Aku menoleh ke samping. Mas Pujo juga sedang menjelang saat-saat akhir mendekati puncak. Tampak pinggulnya menghunjam selangkangan Meta dalam-dalam dan..
    “Aahh.., adduhh Mmass..” Meta dan Mas Pujo hampir bersamaan mengejat-ngejat keenakan.

    Akhirnya kami mengakhiri permainan sore itu setelah jam menunjukkan hampir pukul 19.00. Rasa lapar akhirnya datang juga mengingat kami belum makan malam. Bergegas kulepas pelukan Duta, lalu dengan telanjang bulat aku pergi ke dapur. Kubuka bungkusan-bungkusan bekal yang telah aku siapkan. Meta menyusul juga dalam keadaan telanjang dan akhirnya kami berempat menghadapi meja makan masih dalam keadaan telanjang tanpa ada yang sempat membersihkan diri bahkan dari celeh memekku dan memek Meta masih tampak meleleh sperma suami-suami kami.
    Pagi itu aku bangun lebih awal karena memang aku dapat beristirahat penuh saat malamnya. Kulihat Mas Pujo masih memeluk Meta berhadapan, sedang dari belakang Duta tampak memepetkan tubuhnya terutama pada bagian bokong Meta, pasti batangnya masih menancap.

    Kebiasaan Duta selalu membenamkan kontolnya sambil tidur dan hebatnya tidak lepas, tetap saja kencang di dalam memek. Sedang Mas Pujo pasti tangannya tak mau jauh-jauh dari puting, aku tahu persis kelakuan kedua laki-laki itu karena aku juga sering diperlakukannya demikian, bedanya aku tidak dapat tidur dengan kontol masih mengganjal memekku, sedangkan Meta bisa, mungkin karena kecapaian.

    Dalam hal seks sebenarnya aku sudah puas sekali dipenuhi oleh Mas Pujo dan Duta tapi kehadiran Meta kadang membuatku ingin bereksperimen terhadap respons sex yang ditimbulkan oleh sesama jenis. Meskipun aku sudah sering main berempat, tapi biasanya aku atau Meta hanya bersifat pasif kurang dominan, sedangkan peran utama tetap pada kedua pria itu.

    Pernah pada suatu hari Mas Pujo sedang tidak ada di rumah karena ada tugas ke luar kota selama seminggu dan Duta sedang ada di rumah setelah dari Jakarta selama hampir 5 hari. Kira-kira pada pukul 19.00, Meta datang ke rumahku. Nampaknya Meta tahu bahwa aku sedang berduaan saja dengan Duta. Kami duduk di ruang tamu. Seperti biasa Meta agak kurang tertarik untuk ML kalau dengan Duta. Aku pamit ke dapur untuk membuat minuman. Aku sedang menyeduh teh, ketika Duta tiba-tiba sudah berada di belakangku. Sebelum aku sadar apa yang terjadi, Duta sudah mendekapku dari belakang.

    “Duta, jangan.. Jangan di sini sayang, aku kan lagi pegang air panas.. Gak boleh.. Ya sayang..” kataku manja sambil berusaha melepaskan diri.
    “Rien..”, bisiknya sambil menciumi leher dan telingaku.
    “Rien.. Aku kangen banget sama Rien. Kasihanilah aku Rien.. Aku kangen banget”, bisiknya sambil terus mendekapku erat-erat.
    “Iya.. Iya tapi kan baru tiga hari masak udah gak sabar..” kataku sambil meronta-ronta manja dalam pelukannya.
    “Aduhh. Mbaak jangan gitu.. Mas Duta sudah ngga kuat tuh.. Nggak kuaat kan Mas”, bisik Meta tiba-tiba juga sudah berada di belakang Duta tanpa sehelai benang pun dengan sinar mata penuh nafsu.

    Tangan Meta tiba-tiba meremas buah dadaku, menciumi leher dan belakang telingaku. Tangan kirinya merangkulku dan tangan kanannya tahu-tahu sudah meraba vaginaku sementara pelukan Duta mengendur memberi kesempatan. Aduh, gilaa, sentuhan Meta malah melambungkan nafsuku. Kalau tadi aku pura-pura meronta, sekarang aku malah pasrah, menikmati remasan tangan Meta di puting payudara dan di vaginaku.

    Aku dibaliknya menjadi berhadapan, aku didekapnya, dan diciumi wajahku. Dan akhirnya bibirku dikulumnya habis-habisan. Lidahnya masuk ke mulutku, dan aku tidak sadar lagi saat lidahku juga masuk ke mulutnya. Meta menurutku saat itu agak kasar tetapi benar-benar romantis hingga aku benar-benar terhanyut. Sensasinya luar biasa, baru kali itu aku merasakan nikmatnya sentuhan sejenis.

    Tanpa terasa Duta dan aku pun telah telanjang bulat, entah siapa yang melucutiku, mungkin Duta. Kalau situasinya memungkinkan, belaian sejenis ternyata malah menjadi lebih nikmat untuk dinikmati. Aku membalas pelukannya, membalas ciumannya. Kami semakin liar. Tangan Duta menyingkap belahan bokongku dan merogoh ke dalam vaginaku yang sudah basah dari belakang sedang tangan Meta mengerjai vaginaku dari depan.

    Didekapnya clitorisku dan dipijat-pijatnya, diremasnya, dimainkannya jarinya di belahan vaginaku dan menyentuh clitorisku. Kami tetap berdiri. Aku didorong Meta mepet menyandar ke tubuh Duta, penisnya sudah tegang sekali, mencuat ke atas. Tangan kananku dibimbingnya untuk memegangnya. Penis Duta memang lebih besar daripada punya Mas Pujo. Secara refleks penisnya kupijat dan kuremas-remas dengan gemas.

    Duta semakin menekan penisnya ke celah bokongku untuk menerobos vaginaku. Aku paskan di lubangku, dan akhirnya masuk, masuk semuanya ke dalam vaginaku. Duta dengan sangat bernafsu mengocok penisnya keluar masuk sementara kuangkat satu pahaku dan Meta telah merosot ke depan selangkanganku untuk mengulum clitorisku yang juga sudah mencuat. Benar-benar kasar gerakan Meta, tetapi gila, aku sungguh menikmatinya. Sementara penis Duta terasa mengganjal dari belakang dan nikmat sekali. Aku pegang bokongnya dan kutekan-tekankan agar mepet ke pangkal pahaku, agar mencoblos lebih dalam lagi.

    “Duta.. Meta.. Aku ngga kuat.. Aduhh.. Kalian.. Curang..” bisikku dengan nafas memburu.
    “Ooh.. Meet..”

    Cepat kudorong pinggulku ke belakang, sehingga penis Duta bertambah dalam di vaginaku hingga aku mengejat-ngejat menikmati orgasme.

    “Orghh..” Duta melenguh seperti kerbau disembelih pertanda akan memuntahkan spermanya.

    Lalu tangan Meta segera mencabut dan menggenggam penis Duta yang memuncratkan spermanya di dalam mulut Meta hingga sebagian tumpah di lantai dapur. Kami berpelukan lagi sambil mengatur napas kami. Ya ampun, aku telah disetubuhi Duta dan dioral Meta dengan posisi Duta berdiri, sambil mepet ke tembok. Gila, aku menikmatinya, aku berakhir orgasme dengan sangat cepat, walaupun hanya dilakukan tidak lebih dari 20 menit saja. Mungkin ini karena sensasi yang kuperoleh dari permainan dengan sesama jenis juga.

    Pagi itu setelah selesai membersihkan diri di kamar mandi, timbul niatku untuk ganti mengerjai Meta sekaligus memberikan kenangan perpisahan untuknya. Sambil memisahkan pelukan Mas Pujo dengan Meta, aku yang sudah mandi dan masih telanjang bulat menyelinap di antara tubuh mereka.

    “Biar aku yang gantiin peluk Meta Mas..”, kataku pada Mas Pujo.

    Mas Pujo bangun dan langsung ke kamar mandi. Kudekap Meta, kupegang puting susunya yang sebelah kiri sementara tangan kananku meraba vaginanya. Benar saja di memek Meta masih terganjal kontol Duta. Meta terbangun.

    “Aku sayang sama Mbak Rien..”, kata Meta sambil mencium bibirku.
    “Kamu luar biasa deh Met.. vegymu masih bisa pegang.. the big gun”, bisikku sambil tersenyum. Meta juga tersenyum nakal, sambil ganti membelai payudaraku.
    “Punyaku kencang dan keset ya Mas? Mas Pujo suka bilang gitu. Meskipun udah buat lewat anakku”, tanya Meta ke Duta manja. Yang ditanya hanya membuka matanya separuh.
    “Mbak, punya Mbak Rien juga masih oke banget kan, nyatanya Mas Duta selalu ketagihan”, kata Meta lagi. Kami berdua tersenyum dan mempererat pelukan kami.

    Kuciumi Meta dari kening, mata, hidung hingga mulut. Disambutnya ciumanku dengan permainan lidahnya. Lama kami berciuman dan tanganku pun tak henti meremas teteknya yang kenyal. Lalu kubuka bibir vaginanya. Kemudian kususupkan tanganku ke dalam belahan memeknya di antara kontol Duta untuk kemudian jari tengahku kutarik ke atas hingga tepat menekan clitorisnya. Memek Meta telah banjir akibat kelenjar-kelenjar memeknya mengeluarkan cairan karena rangsangan tanganku dan dari kontol Duta yang mulai ditarik keluar masuk.

    “Sshh.. Oohh.. Mbak.. Please.. Sshh.. Don’t stop.. Aahh..” desah Meta.

    Lalu jari telunjukku memainkan clitorisnya yang mulai menegang sementara Duta memompanya dari belakang dan mulutku telah beralih turun ke putingnya. Kuberanikan untuk menyodok-nyodok memeknya dengan dua jari. Agak kasar.

    “Sshh.. Aahh.. Oohh Mbak.. Meta ngga tahann.. Sshh..”

    Meta mulai mengacak-acak rambutku. Aku merosot ke arah selangkangan Meta, kuangkat paha Meta yang kiri dan aku bantalkan kepalaku pada paha satunya. Dengan posisi paha bawah menekuk begini aku dapat leluasa menjilati clitoris Meta dari depan sedangkan Duta tetap leluasa memompa dari belakang.

    “Ohh.. Mbak.. Mas Duta.. Aku mau keluar..” Meta berteriak tidak tahan diperlakukan demikian. Kedua pahanya mulai bergerak akan dijepitkan pada kepalaku sambil terus menggoyangkan pantatnya, tiba tiba Meta menjerit histeris..
    “Oohh.. Mbak bagaimana.. Ini.. Orgghh..” Meta terus mengejat-ngejat dengan ritmis pertanda dia sudah keluar.

    Duta terus menggenjot pantatnya semakin cepat dan keras hingga mentok ke dasar memek Meta. Dan.. crett.. crreett.. ccrreett.. Dan keluarlah sperma Duta dari sela-sela memek Meta saat sperma Duta keluar. Aku langsung menyedotnya habis sampai bersih.

    Rupanya Mas Pujo sudah selesai mandi dan begitu Duta mencabut kontolnya dari memek Meta langsung saja Mas Pujo menggantikan posisi Duta dengan tidur miring dan memasukkan kontolnya ke memek Meta dari belakang.

    Mas Pujo mulai mengayunkan kontolnya, walau tampak agak kelelahan tapi Meta berusaha mengimbangi. Setelah agak lama Mas Pujo meminta Meta untuk berposisi menungging dengan tanpa melepaskan kontolnya. Otomatis Meta mengangkangiku dalam posisi 69. Aku terus saja mengambil posisi merengkuh bokong Meta dan mengganjal kepalaku dengan dua bantal agar mulutku dapat pas di clitoris Meta. Mas Pujo langsung mendorong pantatnya.

    Aku terkesiap ketika kurasakan lidah Meta sudah memainkan clitorisku, sambil meremas tetekku yang dari tadi terbiarkan. Aku pun mengangkat pantatku dan menarik pinggul Meta hingga kami berpelukan dengan bantalan tetekku dan tetek Meta. Rasanya jiwaku melayang apalagi saat sesekali aku dapat meraih kontol Mas Pujo untuk kukulum dan memasukkannya lagi ke memek Meta.

    “Aduuhh..,.. Met..” erang Mas Pujo sambil terus laju memompa memek Meta, dan dua buah pelirnya memukul-mukul ubun-ubunku.

    Tiba-tiba ditahannya pantat Meta kuat-kuat agar tidak bergoyang. Dengan menahan pantat Meta kuat-kuat itulah Mas Pujo dapat memompa lebih kuat dan dalam, sedangkan aku dengan susah payah harus melumat clitoris Meta. Rupanya Mas Pujo kuat juga meskipun telah berkali-kali kemaluannya menggocek memek Meta tadi malam tapi masih tetap saja tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kelelahan bahkan semakin meradang.

    Kulepas mulutku dari clitoris Meta dan terus kutekan dengan jari tengahku sambil kugosok naik turun seperti bermasturbasi, dan tiba-tiba Meta mengapit kepalaku.

    “Aduuhh.., Mbakk.., Aahh Mas.. Pujo,” kudengar erangan Meta mulai tidak karuan saat aku terus melakukan gosokan pada clitorisnya.
    “Mbak Rien..,.. Aku mau keluar.. Ahhgg..” desahnya lagi.

    Mendengar desahan Metam aku dan Mas Pujo seperti dikomando, semakin gencar melakukan gosokan sambil tanganku naik turun untuk mempercepat rangsangannya dan Mas Pujo mempercepat tempo genjotannya. Dan tak lama kemudian.., seerrtt.., seerrtt kurasakan dua semburan lelehan putih dari bibir memek Meta serta kedua pahanya semakin mengapit kepalaku kuat-kuat. Lelehan warna putih pekat di tanganku kumasukan mulutku, terasa agak manis asin.

    Setelah kedutan-kedutan memek Meta berhenti, kulihat kontol Mas Pujo yang masih tegar kuraih, kuhisap dan kukulum serta kujilat pada kemaluan yang membonggol itu dan hasilnya luar biasa.., aku merasa ukurannya bertambah besar dan mulai bekedut-kedut. Kuhisap lagi berulang kali sampai aku puas. Aku mulai merasakan adanya cairan manis keluar dari ujung kemaluan itu. Aku terus berusaha, mulutku mulai payah. Kugoyang-goyangkan telur kemaluan Mas Pujo.

    “Ahh Rienn..” desah Mas Pujo.

    Creet.. crett.. Saking kuatnya semprotan dari kemaluan Mas Pujo, kurasakan ada air maninya yang langsung masuk tertelan. Kuhisap terus sampai terasa tidak ada lagi air mani yang keluar dari kemaluan Mas Pujo. Kubersihkan kemaluan Mas Pujo dengan menjilatinya sampai bersih. Aku puas merasakannya. Aku bahagiaa. Sebentar kemudian kurasakan kemaluannya mulai mengecil dan melemas. Pada saat telah kecil dan lemas tersebut, aku merasa mulutku mampu melahap kemaluannya secara menyeluruh.

    Kuangkat tubuh Meta tidur ke samping. Kami tidak berpakaian. Meta mulai merapatkan matanya sambil tangannya merangkulku dan tubuhnya yang berkeringat merapat ke tubuhku. Meskipun udara Kopeng dingin, tetapi tubuh kami masih kepanasan berkeringat akibat permainan tadi.

    Siangnya pada jam 10.00, kami rapat dengan dihadiri Pak Kidjan penunggu Vila dan memutuskan bahwa pengelolaan usaha yang ada di Jawa termasuk kebun dan villa akan menjadi tanggung jawab Meta. Meta hanya menangis ketika kami sampaikan bahwa kami harus pindah, tapi dengan fasilitas dan keuangan yang ia kelola, Meta akan dapat menyusul kami sewaktu-waktu.

    “Kami tak akan pernah melupakanmu Met..,” itulah kata-kata kami kepada Meta sebelum kami akhirnya terbang ke Bumi Nyiur Melambai.

  • Cerita Dewasa Aku Jadi Korban Pelampiasan Nafsu Di Dalam Keluarga – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Dewasa Aku Jadi Korban Pelampiasan Nafsu Di Dalam Keluarga – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1555 views

    Perawanku – Seperti biasa kali ini admin Perawanku.com akan menceritakan tentang Cerita Sex Aku Jadi Korban Pempiasan Nafsu Di Dalam Keluarga. Yuk mari langsung saja ke topik cerita utamanya.

    Aku dibilang anak dari keluarga broken home sepertinya tidak bisa, walaupun ayah dan ibuku bercerai saat aku baru saja diterima di perguruan tinggi. Adanya ketidak cocokan serta pertengkaran-pertengkaran yang sering kali terjadi terpaksa meluluh-lantakkan pernikahan mereka yang saat itu telah berusia 18 tahun dengan aku sebagai putri tunggal mereka.

    Keluargaku saat itu hidup berkecukupan. Ayahku yang berkedudukan sebagai seorang pejabat teras sebuah departemen memang memberikan nafkah yang cukup bagiku dan ibuku, walaupun ia bekerja secara jujur dan jauh dari korupsi, tidak seperti pejabat-pejabat lain pada umumnya.

    Dari segi materi, memang aku tidak memiliki masalah, begitu pula dari segi fisikku. Kuakui, wajahku terbilang cantik, mata indah, hidung bangir, serta dada yang membusung walau tidak terlalu besar ukurannya. Semua itu ditambah dengan tubuhku yang tinggi semampai, sedikit lebih tinggi dari rata-rata gadis seusiaku, memang membuatku lebih menonjol dibandingkan yang lain. Bahkan aku menjadi mahasiswi baru primadona di kampus.

    Akan tetapi karena pengawasan orang tuaku yang ketat, di samping pendidikan agamaku yang cukup kuat, aku menjadi seperti anak mama. Tidak seperti remaja-remaja pada umumnya, aku tidak pernah pergi keluyuran ke luar rumah tanpa ditemani ayah atau ibu.

    Namun setelah perceraian itu terjadi, dan aku ikut ibuku yang menikah lagi dua bulan kemudian dengan duda berputra satu, seorang pengusaha restoran yang cukup sukses, aku mulai berani pergi keluar rumah tanpa didampingi salah satu dari orang tuaku. Itupun masih jarang sekali. Bahkan ke diskotik pun aku hanya pernah satu kali. Itu juga setelah dibujuk rayu oleh seorang laki-laki teman kuliahku. Setelah itu aku kapok. Mungkin karena baru pertama kali ini aku pergi ke diskotik, baru saja duduk sepuluh menit, aku sudah merasakan pusing, tidak tahan dengan suara musik disko yang bising berdentam-dentam, ditambah dengan bau asap rokok yang memenuhi ruangan diskotik tersebut.

    “Don, kepala gue pusing. Kita pulang aja yuk.”
    “Alaa, Mer. Kita kan baru sampai di sini. Masa belum apa-apa udah mau pulang. Rugi kan. Lagian kan masih sore.”
    “Tapi gue udah tidak tahan lagi.”
    “Gini deh, Mer. Gue kasih elu obat penghilang pusing.”
    Temanku itu memberikanku tablet yang berwarna putih. Aku pun langsung menelan obat sakit kepala yang diberikannya.
    “Gimana sekarang rasanya? Enak kan?”

    Aku mengangguk. Memang rasanya kepalaku sudah mulai tidak sakit lagi. Tapi sekonyong-konyong mataku berkunang-kunang. Semacam aliran aneh menjalari sekujur tubuhku. Antara sadar dan tidak sadar, kulihat temanku itu tersenyum. Kurasakan ia memapahku keluar diskotik. “Ini cewek lagi mabuk”, katanya kepada petugas keamanan diskotik yang menanyainya. Lalu ia menjalankan mobilnya ke sebuah motel yang tidak begitu jauh dari tempat itu.

    Setiba di motel, temanku memapahku yang terhuyung-huyung masuk ke dalam sebuah kamar. Ia membaringkan tubuhku yang tampak menggeliat-geliat di atas ranjang. Kemudian ia menindih tubuhku yang tergeletak tak berdaya di kasur. Temanku dengan gemas mencium bibirku yang merekah mengundang. Kedua belah buah dadaku yang ranum dan kenyal merapat pada dadanya. Darah kelaki-lakiannya dengan cepat semakin tergugah untuk menggagahiku. “Ouuhh.. Don!” desahku.

    Temanku meraih tubuhku yang ramping. Ia segera mendekapku dan mengulum bibirku yang ranum. Lalu diciuminya bagian telinga dan leherku. Aku mulai menggerinjal-gerinjal. Sementara itu tangannya mulai membuka satu persatu kancing blus yang kupakai. Kemudian dengan sekali sentakan kasar, ia menarik lepas tali BH-ku, sehingga tubuh bagian atasku terbuka lebar, siap untuk dijelajahi. Tangannya mulai meraba-raba buah dadaku yang berukuran cukup besar itu. Terasa suatu kenikmatan tersendiri pada syarafku ketika buah dadaku dipermainkan olehnya. “Don.. Ouuhh.. Ouuhh..” rintihku saat tangan temanku sedang asyik menjamah buah dadaku.

    Tak lama kemudian tangannya setelah puas berpetualang di buah dadaku sebelah kiri, kini berpindah ke buah dadaku yang satu lagi, sedangkan lidahnya masih menggumuli lidahku dalam ciuman-ciumannya yang penuh desakan nafsu yang semakin menjadi-jadi. Lalu ia menanggalkan celana panjangku. Tampaklah pahaku yang putih dan mulus itu. Matanya terbelalak melihatnya. Temanku itu mulai menyelusupkan tangannya ke balik celana dalamku yang berwarna kuning muda. Dia mulai meremas-remas kedua belah gumpalan pantatku yang memang montok itu.

    “Ouh.. Ouuh.. Jangan, Don! Jangan! Ouuhh..” jeritku ketika jari-jemari temanku mulai menyentuh bibir kewanitaanku. Namun jeritanku itu tak diindahkannya, sebaliknya ia menjadi semakin bergairah. Ibu jarinya mengurut-urut klitorisku dari atas ke bawah berulang-ulang. Aku semakin menggerinjal-gerinjal dan berulang kali menjerit.

    Kepala temanku turun ke arah dadaku. Ia menciumi belahan buah dadaku yang laksana lembah di antara dua buah gunung yang menjulang tinggi. Aku yang seperti tersihir, semakin menggerinjal-gerinjal dan merintih tatkala ia menciumi ujung buah dadaku yang kemerahan. Tiba-tiba aku seperti terkejut ketika lidahnya mulai menjilati ujung puting susuku yang tidak terlalu tinggi tapi mulai mengeras dan tampak menggiurkan. Seperti mendapat kekuatanku kembali, segera kutampar wajahnya. Temanku itu yang kaget terlempar ke lantai. Aku segera mengenakan pakaianku kembali dan berlari ke luar kamar. Ia hanya terpana memandangiku. Sejak saat itu aku bersumpah tidak akan pernah mau ke tempat-tempat seperti itu lagi.

    Sudah dua tahun berlalu aku dan ibuku hidup bersama dengan ayah dan adik tiriku, Rio, yang umurnya tiga tahun lebih muda dariku. Kehidupan kami berjalan normal seperti layaknya keluarga bahagia. Aku pun yang saat itu sudah di semester enam kuliahku, diterima bekerja sebagai teller di sebuah bank swasta nasional papan atas. Meskipun aku belum selesai kuliah, namun berkat penampilanku yang menarik dan keramah-tamahanku, aku bisa diterima di situ, sehingga aku pun berhak mengenakan pakaian seragam baju atas berwarna putih agak krem, dengan blazer merah yang sewarna dengan rokku yang ujungnya sedikit di atas lutut.

    Sampai suatu saat, tiba-tiba ibuku terkena serangan jantung. Setelah diopname selama dua hari, ibuku wafat meninggalkan aku. Rasanya seperti langit runtuh menimpaku saat itu. Sejak itu, aku hanya tinggal bertiga dengan ayah tiriku dan Rio.

    Sepeninggal ibuku, sikap Rio dan ayahnya mulai berubah. Mereka berdua beberapa kali mulai bersikap kurang ajar terhadapku, terutama Rio. Bahkan suatu hari saat aku ketiduran di sofa karena kecapaian bekerja di kantor, tanpa kusadari ia memasukkan tangannya ke dalam rok yang kupakai dan meraba paha dan selangkanganku. Ketika aku terjaga dan memarahinya, Rio malah mengancamku. Kemudian ia bahkan melepaskan celana dalamku. Tetapi untung saja, setelah itu ia tidak berbuat lebih jauh. Ia hanya memandangi kewanitaanku yang belum banyak ditumbuhi bulu sambil menelan air liurnya. Lalu ia pergi begitu saja meninggalkanku yang langsung saja merapikan pakaianku kembali. Selain itu, Rio sering kutangkap basah mengintip tubuhku yang bugil sedang mandi melalui lubang angin kamar mandi. Aku masih berlapang dada menerima segala perlakuan itu.

    Pada saat itu aku baru saja pulang kerja dari kantor. Ah, rasanya hari ini lelah sekali. Tadi di kantor seharian aku sibuk melayani nasabah-nasabah bank tempatku bekerja yang menarik uang secara besar-besaran. Entah karena apa, hari ini bank tempatku bekerja terkena rush. Ingin rasanya aku langsung mandi. Tetapi kulihat pintu kamar mandi tertutup dan sedang ada orang yang mandi di dalamnya. Kubatalkan niatku untuk mandi. Kupikir sambil menunggu kamar mandi kosong, lebih baik aku berbaring dulu melepaskan penat di kamar. Akhirnya setelah melepas sepatu dan menanggalkan blazer yang kukenakan, aku pun langsung membaringkan tubuhku tengkurap di atas kasur di kamar tidurnya. Ah, terasa nikmatnya tidur di kasur yang demikian empuknya. Tak terasa, karena rasa kantuk yang tak tertahankan lagi, aku pun tertidur tanpa sempat berubah posisi.

    Aku tak menyadari ada seseorang membuka pintu kamarku dengan perlahan-lahan, hampir tak menimbulkan suara. Orang itu lalu dengan mengendap-endap menghampiriku yang masih terlelap. Kemudian ia naik ke atas tempat tidur. Tiba-tiba ia menindih tubuhku yang masih tengkurap, sementara tangannya meremas-remas belahan pantatku. Aku seketika itu juga bangun dan meronta-ronta sekuat tenaga. Namun orang itu lebih kuat, ia melepaskan rok yang kukenakan. Kemudian dengan secepat kilat, ia menyelipkan tangannya ke dalam celana dalamku. Dengan ganasnya, ia meremas-remas gumpalan pantatku yang montok. Aku semakin memberontak sewaktu tangan orang itu mulai mempermainkan bibir kewanitaanku dengan ahlinya. Sekali-sekali aku mendelik-delik saat jari telunjuknya dengan sengaja berulang kali menyentil-nyentil klitorisku.

    “Aahh! Jangaann! Aaahh..!” aku berteriak-teriak keras ketika orang itu menyodokkan jari telunjuk dan jari tengahnya sekaligus ke dalam kewanitaanku yang masih sempit itu, setelah celana dalamku ditanggalkannya. Akan tetapi ia mengacuhkanku. Tanpa mempedulikan aku yang terus meronta-ronta sambil menjerit-jerit kesakitan, jari-jarinya terus-menerus merambahi lubang kenikmatanku itu, semakin lama semakin tinggi intensitasnya.

    Aku bersyukur dalam hati waktu orang itu menghentikan perbuatan gilanya. Akan tetapi tampaknya itu tidak bertahan lama. Dengan hentakan kasar, orang itu membalikkan tubuhku sehingga tertelentang menghadapnya. Aku terperanjat sekali mengetahui siapa orang itu sebenarnya.
    “Rio.. Kamu..” Rio hanya menyeringai buas.
    “Eh, Mer. Sekarang elu boleh berteriak-teriak sepuasnya, tidak ada lagi orang yang bakalan menolong elu. Apalagi si nenek tua itu sudah mampus!”
    Astaga Rio menyebut ibuku, ibu tirinya sendiri, sebagai nenek tua. Keparat.

    “Rio! Jangan, Rio! Jangan lakukan ini! Gue kan kakak elu sendiri! Jangan!”
    “Kakak? Denger, Mer. Gue tidak pernah nganggap elu kakak gue. Siapa suruh elu jadi kakak gue. Yang gue tau cuma papa gue kawin sama nenek tua, mama elu!”
    “Rio!”
    “Elu kan cewek, Mer. Papa udah ngebiayain elu hidup dan kuliah. Kan tidak ada salahnya gue sebagai anaknya ngewakilin dia untuk meminta imbalan dari elu. Bales budi dong!”
    “Iya, Rio. Tapi bukan begini caranya!”
    “Heh, yang gue butuhin cuman tubuh molek elu, tidak mau yang lain. Gue tidak mau tau, elu mau kasih apa tidak!”
    “Errgh..”

    Aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Mulut Rio secepat kilat memagut mulutku. Dengan memaksa ia melumat bibirku yang merekah itu, membuatku hampir tidak bisa bernafas. Aku mencoba meronta-ronta melepaskan diri. Tapi cekalan tangan Rio jauh lebih kuat, membuatku tak berdaya. “Akh!” Rio kesakitan sewaktu kugigit lidahnya dengan cukup keras. Tapi, “Plak!” Ia menampar pipiku dengan keras, membuat mataku berkunang-kunang. Kugeleng-gelengkan kepalaku yang terasa seperti berputar-putar.

    Tanpa mau membuang-buang waktu lagi, Rio mengeluarkan beberapa utas tali sepatu dari dalam saku celananya. Kemudian ia membentangkan kedua tanganku, dan mengikatnya masing-masing di ujung kiri dan kanan tempat tidur. Demikian juga kedua kakiku, tak luput diikatnya, sehingga tubuhku menjadi terpentang tak berdaya diikat di keempat arah. Oleh karena kencangnya ikatannya itu, tubuhku tertarik cukup kencang, membuat dadaku tambah tegak membusung. Melihat pemandangan yang indah ini membuat mata Rio tambah menyalang-nyalang bernafsu.

    Tangan Rio mencengkeram kerah blus yang kukenakan. Satu persatu dibukanya kancing penutup blusku. Setelah kancing-kancing blusku terbuka semua, ditariknya blusku itu ke atas. Kemudian dengan sekali sentakan, ditariknya lepas tali pengikat BH-ku, sehingga buah dadaku yang membusung itu terhampar bebas di depannya.

    “Wow! Elu punya toket bagus gini kok tidak bilang-bilang, Mer! Auum!” Rio langsung melahap buah dadaku yang ranum itu. Gelitikan-gelitikan lidahnya pada ujung puting susuku membuatku menggerinjal-gerinjal kegelian. Tapi aku tidak mampu berbuat apa-apa. Semakin keras aku meronta-ronta tampaknya ikatan tanganku semakin kencang. Sakit sekali rasanya tanganku ini. Jadi aku hanya membiarkan buah dada dan puting susuku dilumat Rio sebebas yang ia suka. Aku hanya bisa menengadahkan kepalaku menghadap langit-langit, memikirkan nasibku yang sial ini.

    “Aaarrghh.. Rio! Jangaann..!” Lamunanku buyar ketika terasa sakit di selangkanganku. Ternyata Rio mulai menghujamkan kemaluannya ke dalam kewanitaanku. Tambah lama bertambah cepat, membuat tubuhku tersentak-sentak ke atas. Melihat aku yang sudah tergeletak pasrah, memberikan rangsangan yang lebih hebat lagi pada Rio. Dengan sekuat tenaga ia menambah dorongan kemaluannya masuk-keluar dalam kewanitaanku. Membuatku meronta-ronta tak karuan.

    “Urrgh..” Akhirnya Rio sudah tidak dapat menahan lagi gejolak nafsu di dalam tubuhnya. Kemaluannya menyemprotkan cairan-cairan putih kental di dalam kewanitaanku. Sebagian berceceran di atas sprei sewaktu ia mengeluarkan kemaluannya, bercampur dengan darah yang mengalir dari dalam kewanitaanku, menandakan selaput daraku sudah robek olehnya. Karena kelelahan, tubuh Rio langsung tergolek di samping tubuhku yang bermandikan keringat dengan nafas terengah-engah.

    “Braak!” Aku dan Rio terkejut mendengar pintu kamar terbuka ditendang cukup keras. Lega hatiku melihat siapa yang melakukannya.
    “Papa!”
    “Rio! Apa-apa sih kamu ini?! Cepat kamu bebaskan Merry!”
    Ah, akhirnya neraka jahanam ini berakhir juga, pikirku. Rio mematuhi perintah ayahnya. Segera dibukanya seluruh ikatan di tangan dan kakiku. Aku bangkit dan segera berlari menghambur ke arah ayah tiriku.

    “Sudahlah, Mer. Maafin Rio ya. Itu kan sudah terjadi”, kata ayah tiriku menenangkan aku yang terus menangis dalam dekapannya.
    “Tapi, Pa. Gimana nasib Meriska? Gimana, Pa? Aaahh.. Papaa!” tangisanku berubah menjadi jeritan seketika itu juga tatkala ayah tiriku mengangkat tubuhku sedikit ke atas kemudian ia menghujamkan kemaluannya yang sudah dikeluarkannya dari dalam celananya ke dalam kewanitaanku.

    “Aaahh.. Papaa.. Jangaan!” Aku meronta-ronta keras. Namun dekapan ayah tiriku yang begitu kencang membuat rontaanku itu tidak berarti apa-apa bagi dirinya. Ayah tiriku semakin ganas menyodok-nyodokkan kemaluannya ke dalam kewanitaanku. Ah! Ayah dan anak sama saja, pikirku, begitu teganya mereka menyetubuhi anak dan kakak tiri mereka sendiri.

    Aku menjerit panjang kesakitan sewaktu Rio yang sudah bangkit dari tempat tidur memasukkan kemaluannya ke dalam lubang anusku. Aku merasakan rasa sakit yang hampir tak tertahankan lagi. Ayah dan kakak tiriku itu sama-sama menghunjam tubuhku yang tak berdaya dari kedua arah, depan dan belakang. Akibat kelelahan bercampur dengan kesakitan yang tak terhingga akhirnya aku tidak merasakan apa-apa lagi, tak sadarkan diri. Aku sudah tidak ingat lagi apakah Rio dan ayahnya masih mengagahiku atau tidak setelah itu.

    Beberapa bulan telah berlalu. Aku merasa mual dan berkali-kali muntah di kamar mandi. Akhirnya aku memeriksakan diriku ke dokter. Ternyata aku dinyatakan positif hamil. Hasil diagnosa dokter ini bagaikan gada raksasa yang menghantam wajahku. Aku mengandung? Kebingungan-kebingungan terus-menerus menyelimuti benakku. Aku tidak tahu secara pasti, siapa ayah dari anak yang sekarang ada di kandunganku ini. Ayah tiriku atau Rio. Hanya mereka berdua yang pernah menyetubuhiku. Aku bingung, apa status anak dalam kandunganku ini. Yang pasti ia adalah anakku. Lalu apakah ia juga sekaligus adikku alias anak ayah tiriku? Ataukah ia juga sekaligus keponakanku sebab ia adalah anak adik tiriku sendiri?

  • Cerita Ngentot ABG Betapa Nikmatnya Memprawani ABG tetangga – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Ngentot ABG Betapa Nikmatnya Memprawani ABG tetangga – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1553 views

    Perawanku – ini terjadi gara-gara istriku yang pulang kampung. Sementara birahi sex ku yang memuncak dan tak bisa terbendung lagi. Yah akhirnya terjadilah cerita sex tetangga ini. Maklumlah di usia setengah baya ini emang gelora seks ku ga pernah ada hentinya minta jatah ngentot sama istriku.

    Daripada ga ada yang dientot ya mending ngentot sama gadis tetanggaku yang masih perawan dan memeknya masih sempit trus legit. Oke ga usah panjang lebar langsung aja aku ceritakan pengalaman seks ku pada kalian semua ya . Selamat menyimak.Minggu sore hampir pukul empat. Setelah menonton CD porno sejak pagi penisku tak mau diajak kompromi. Si adik kecil ini kepingin segera disarungkan ke vagina. Masalahnya, rumah sedang kosong melompong. Istriku pulang kampung sejak kemarin sampai dua hari mendatang, karena ada kerabat punya hajat menikahkan anaknya.Anak tunggalku ikut ibunya. Aku mencoba menenangkan diri dengan mandi, lalu berbaring di ranjang.

    Tetapi penisku tetap tak berkurang ereksinya. Malah sekarang terasa berdenyut-denyut bagian pucuknya. “Wah gawat gawat nih. Nggak ada sasaran lagi. Salahku sendiri nonton CD porno seharian”, gumamku. Aku bangkit dari tiduran menuju ruang tengah. Mengambil segelas air es lalu menghidupkan tape deck. Lumayan, tegangan agak mereda.Tetapi ketika ada video klip musik barat agak seronok, penisku kembali berdenyut-denyut.Nah, belingsatan sendiri jadinya. Sempat terpikir untuk jajan saja. Tapi cepat kuurungkan. Takut kena penyakit kelamin. Salah-salah bisa ketularan HIV yang belum ada obatnya sampai sekarang. Kuingat-ingat kapan terakhir kali barangku terpakai untuk menyetubuhi istriku. Ya, tiga hari lalu. Pantas kini adik kecilku uring-uringan tak karuan. Soalnya dua hari sekali harus nancap.“Sekarang minta jatah..”. Sambil terus berusaha menenangkan diri, aku duduk-duduk di teras depan membaca surat kabar pagi yang
    belum tersentuh.Tiba-tiba pintu pagar berbunyi dibuka orang. Refleks aku mengalihkan pandangan ke arah suara. Renny anak tetangga mendekat.
    “Selamat sore Om. Tante ada?”
    “Sore.. Ooo Tantemu pulang kampung sampai lusa. Ada apa?”
    “Wah gimana ya..”

    “Silakan duduk dulu. Baru ngomong ada keperluan apa”, kataku ramah.ABG berusia sekitar lima belas tahun itu menurut. Dia duduk di kursi kosong sebelahku. “Nah, ada perlu apa dengan Tantemu? Mungkin Om bisa bantu”, tuturku sambil menelusuri badan gadis yang mulai mekar itu.“Anu Om, Tante janji mau minjemi majalah terbaru..”
    “Majalah apa sich?”, tanyaku. Mataku tak lepas dari dadanya yang
    tampak mulai menonjol. Wah, sudah sebesar bola tenis nih.
    “Apa saja. Pokoknya yang terbaru”.
    “Oke silakan masuk dan pilih sendiri”.Kuletakkan surat kabar dan masuk ruang dalam. Dia agak ragu-ragu mengikuti. Di ruang tengah aku berhenti. “Cari sendiri di rak bawah televisi itu”, kataku, kemudian membanting pantat di sofa. Renny segera jongkok di depan televisi membongkar-bongkar tumpukan majalah di situ. Pikiranku mulai usil. Kulihati dengan leluasa tubuhnya dari belakang. Bentuknya sangat bagus untuk ABG seusianya. Pinggulnya padat berisi. Bra-nya membayang di baju kaosnya.Kulitnya putih bersih. Ah betapa asyiknya kalau saja bisa menikmati tubuh yang mulai berkembang itu.“Nggak ada Om. Ini lama semua”, katanya menyentak lamunan nakal.

    “Nggg.. mungkin ada di kamar Tantemu. Cari saja di sana” Selama ini aku tak begitu memperhatikan anak itu meski sering main ke rumahku. Tetapi sekarang, ketika penisku uring-uringan tiba-tiba baru kusadari anak tetanggaku itu ibarat buah mangga telah mulai mengkal. Mataku mengikuti Renny yang tanpa sungkan-sungkan masuk kekamar tidurku. Setan berbisik di telingaku, “inilah kesempatan bagi penismu agar berhenti berdenyut-denyut. Tapi dia masih kecil dananak tetanggaku sendiri? Persetan dengan itu semua, yang penting birahimu terlampiaskan”.Akhirnya aku bangkit menyusul Renny. Di dalam kamar kulihat anak itu berjongkok membongkar majalah di sudut. Pintu kututup dan kukunci pelan-pelan.“Sudah ketemu Ren?” tanyaku.“Belum Om”, jawabnya tanpa menoleh. “Mau lihat CD bagus nggak?” “CD apa Om?” “Filmnya bagus kok. Ayo duduk di sini.”Gadis itu tanpa curiga segera berdiri dan duduk pinggir ranjang. Aku memasukkan CD ke VCD dan menghidupkan televisi kamar.“Film apa sih Om?” “Lihat saja. Pokoknya bagus”, kataku sambil duduk di sampingnya. Dia tetap tenang-tenang tak menaruh curiga. “Ihh..”, jeritnya begitu melihat intro berisi potongan-potongan adegan orang bersetubuh.

    “Bagus kan?” “Ini kan film porno Om?!” “Iya. Kamu suka kan?” Dia terus ber-ih.. ih ketika adegan syur berlangsung, tetapi tak berusaha memalingkan pandangannya.Memasuki adegan kedua aku tak tahan lagi. Aku memeluk gadis itu dari belakang.“Kamu ingin begituan nggak?”, bisikku di telinganya.“Jangan Om”, katanya tapi tak berusaha mengurai tanganku yang melingkari lehernya. Kucium sekilas tengkuknya. Dia menggelinjang. “Mau nggak gituan sama Om? Kamu belum pernah kan? Enak lo..”“Tapi.. tapi.. ah jangan Om.” Dia menggeliat berusaha lepas dari belitanku. Namun aku tak peduli. Tanganku segera meremas dadanya.
    Dia melenguh dan hendak memberontak.“Tenang.. tenang.. Nggak sakit kok. Om sudah pengalaman..”Tangan kananku menyibak roknya dan menelusupi pangkal pahanya. Saat jari-jariku mulai bermain di sekitar vaginanya, dia mengerang.Tampak birahinya sudah terangsang. Pelan-pelan badannya kurebahkan di ranjang tetapi kakinya tetap menjuntai. Mulutku tak sabar lagi segera mencercah pangkal pahanya yang masih dibalut celana warna
    hitam.

    “Ohh.. ahh.. jangan Om”, erangnya sambil berusaha merapatkan kedua kakinya. Tetapi aku tak peduli. Malah celana dalamnya kemudian kupelorotkan dan kulepas. Aku terpana melihat pemandangan itu. Pangkal kenikmatan itu begitu mungil, berwarna merah di tengah, dan dihiasi bulu-bulu lembut di atasnya. Klitorisnya juga mungil.Tak menunggu lebih lama lagi, bibirku segera menyerbu vaginanya. Kuhisap-hisap dan lidahku mengaduk-aduk liangnya yang sempit. Wah masih perawan dia. Renny terus menggelinjang sambil melenguh dan mengerang keenakan. Bahkan kemudian kakinya menjepit kepalaku, seolah-olah meminta dikerjai lebih dalam dan lebih keras lagi.Oke Non.Maka lidahku pun makin dalam menggerayangi dinding vaginanya yang mulai basah. Lima menit lebih barang kenikmatan milik ABG itu kuhajar dengan mulutku. Kuhitung paling tidak dia dua kali orgasme. Lalu aku merangkak naik. Kaosnya kulepas pelan-pelan. Menyusul kemudian BH hitamnya berukuran 32.

    Setelah kuremas-remas buah dadanya yang masih keras itu beberapa saat, ganti mulutku bekerja. Menjilat, memilin, dan mencium putingnya yang kecil.“Ahh..” keluh gadis itu. Tangannya meremas-remas rambutku menahan kenikmatan tiada tara yang mungkin baru sekarang dia rasakan. “Enak kan beginian?” tanyaku sambil menatap wajahnya. “Iii.. iya Om. Tapi..” “Kamu pengin lebih enak lagi?”Tanpa menunggu jawabannya aku segera mengatur posisi badannya. Kedua kakinya kuangkat ke ranjang. Kini dia tampak telentang pasrah. Penisku pun sudah tak sabar lagi mendarat di sasaran. Namun aku harus hati-hati. Dia masih perawan sehingga harus sabar agar tidak kesakitan. Mulutku kembali bermain-main di vaginanya. Setelah kebasahannya kuanggap cukup, penisku yang telah tegak kutempelkan ke bibir vaginanya. Beberapa saat kugesek-gesekkan sampai Renny makin terangsang.Kemudian kucoba masuk perlahan-lahan ke celah yang masih sempit itu. Sedikit demi sedikit kumaju-mundurkan sehingga makin melesak ke dalam. Butuh waktu lima menit lebih agar kepala penisku masuk seluruhnya. Nah istirahat sebentar karena dia tampak menahan nyeri.“Kalau sakit bilang ya”, kataku sambil mencium bibirnya sekilas.

    Dia mengerang. Kurang sedikit lagi aku akan menjebol perawannya. Genjotan kutingkatkan meski tetap kuusahakan pelan dan lembut. Nah ada kemajuan. Leher penisku mulai masuk.“Auw.. sakit Om..” Renny menjerit tertahan. Aku berhenti sejenak menunggu liang vaginanya terbiasa menerima penisku yang berukuran sedang. Satu menit kemudian aku maju lagi. Begitu seterusnya. Selangkah demi selangkah aku maju. Sampai akhirnya..“Ouuu..”, dia menjerit lagi. Aku merasa penisku menembus sesuatu. Wah aku telah memerawani dia. Kulihat ada sepercik darah membasahi sprei.Aku meremas-remas payudaranya dan menciumi bibirnya untuk menenangkan. Setelah agak tenang aku mulai menggenjot anak itu.“Ahh.. ohh.. asshh…”, dia mengerang dan melenguh ketika aku mulai turun naik di atas tubuhnya. Genjotan kutingkatkan dan erangannya pun makin keras. Mendengar itu aku makin bernafsu menyetubuhi gadis itu. Berkali-kali dia orgasme. Tandanya adalah ketika kakinya dijepitkan ke pinggangku dan mulutnya menggigit lengan atau pundakku.“Nggak sakit lagi kan? Sekarang terasa enak kan?”
    “Ouuu enak sekali Om…”

    Sebenarnya aku ingin mempraktekkan berbagai posisi senggama. Tapi
    kupikir untuk kali pertama tak perlu macam-macam dulu. Terpenting
    dia mulai bisa menikmati. Lain kali kan itu masih bisa dilakukan.Sekitar satu jam aku menggoyang tubuhnya habis-habisan sebelum spermaku muncrat membasahi perut dan payudaranya. Betapa nikmatnya menyetubuhi perawan. Sungguh-sungguh beruntung aku ini. “Gimana? Betul enak seperti kata Om kan?” tanyaku sambil memeluk tubuhnya yang lunglai setelah sama-sama mencapai klimaks. “Tapi takut Om..”“Nggak usah takut. Takut apa sih?”
    “Hamil”

    Aku ketawa. “Kan sperma Om nyemprot di luar vaginamu. Nggak mungkin
    hamil dong”

    Kuelus-elus rambutnya dan kuciumi wajahnya. Aku tersenyum puas bisa
    meredakan adik kecilku.“Kalau pengin enak lagi bilang Om ya? Nanti kita belajar berbagai gaya lewat CD”. “Kalau ketahuan Tante gimana?” “Ya jangan sampai ketahuan dong” Beberapa saat kemudian birahiku bangkit lagi. Kali ini Renny kugenjot dalam posisi menungging. Dia sudah tak menjerit kesakitan lagi. Penisku leluasa keluar masuk diiringi erangan, lenguhan, dan jeritannya.

  • Cerita Sex Bersambung Ngentot Perawat Dari Jepang Broo..!! Part 1 – Cerita Sex Bersambung Terbaru 2018

    Cerita Sex Bersambung Ngentot Perawat Dari Jepang Broo..!! Part 1 – Cerita Sex Bersambung Terbaru 2018


    1552 views

    Perawanku – Saat ini, saya mau menceritakan tentang perawat. Kebetulan saya baru kecelakaan dan terpaksa dirawat, untungnya selalu ditemani cewe, saya jadi tidak terlalu bosan. Saya jadi ingat sama seorang perawat di Dai Nippon.

    Kisah ini terjadi di Osaka (masih serangkaian dengan kisah Yakuza), saya masih bekerja/kenshu di salah satu perusahaan konstruksi terbesar di sana. Nah, suatu ketika saya jatuh sakit, bulan Oktober. Saya kira-kira baru 2 bulan tinggal di Osaka. Saya ingat sekali kalau bulan 10 itu adalah bulan peralihan ke musim dingin dan banyak sekali topan badai. Nah, suatu pagi saya sengaja berdiri menantang badai dari balkon kamar lantai 7 saya hanya mengenakan celana dalam saja. Ternyata angin Typhoon itu panas, tidak dingin. Tidak tahunya, besok pagi saya muntah darah. Langsung saja saya ke klinik (byoin) terdekat, sebab saya dilindungi insurance. Ternyata saya flu perut. Setelah itu saya didiagnosis dan diberi obat (2 hari sembuh lho! Itulah hebatnya dokter Nippon). Tetapi pengobatan seperti itu saja mengeluarkan 30.000 yen atau 2,5 juta rupiah! Pesan saya: Jangan bepergian tanpa asuransi.

    Bukan Jay kalau tidak sempat ngelaba, kebetulan susternya cantik, setelah kulihat namanya, wah tulisan kanji, saya tidak mengerti. Terpaksa, saya hanya sekedar melirik dan melempar senyum kuda. Tetapi dasar beruntung, tiga hari kemudian kami bertemu di warung ramen (mie kuah) ketika saatnya lunchbreak. Kalau di Osaka, cobalah Kinryu Ramen, warung mie paling ngetop dan enak sekali, walaupun tentu masih lebih enak mecky perawan hahaha. Tapi mana ada mecky dijual di warung? hehe.

    Kembali ke suster. Singkat saja, namanya Maki Hojo, panggilannya Makichan. Dia sempat menanyakan kesehatan saya. Setelah basa-basi, kami janjian bertemu di Sony Tower Yodoyabashi pada hari Jum’at. Rencananya dia mau mengajak saya ke Funky Kurapu buat joged (disko). Dari kerlingannya ketika beranjak keluar warung, ketahuan suster ini hot juga. Jum’at malam saya kebetulan pulang dari proyek di Kyoto. Dari stasiun Namba, saya langsung ke Ebisucho dan berjalan cepat menuju Sony Plaza Tower. Dari kejauhan tampak bangunan putih menjulang, saya sudah semakin dekat.

    Swatchku menunjukkan jam 8.15 PM. Padahal saya janjian jam 8. Wah, semoga belum pergi. Itu dia, dari kejauhan nampak seorang gadis berambut merah api mengenakan jas ketat putih dan span putih pendek. Maki! Dia menyambutku dengan senyum manis walaupun sebelumnya sempat melirik jam di tangannya. Setelan bajunya sungguh menarik. Rupanya dia memadukan rok bawahan seragamnya dengan blazer ketat putih juga, sampai belahan dadanya nampak menonjol karena terlalu ketat. Sedangkan sepatunya sudah diganti sepatu hak tinggi (15cm) khas cewek Nippon yang gaul, bahan beludru hitam membuat tingginya melonjak jadi hampir setinggi saya. Wah, kasihan juga cewek imut manis ini menunggu kedinginan di tengah udara dingin musim postfall Osaka. Di tangannya terselip sebatang rokok putih, wah sexy sekali. Inilah gadis Nippon modern yang di kala siang bekerja giat sebagai perawat berpenampilan bidadari. Namun di kala malam berubah menjadi wanita sexy yang sungguh berkelas.

    Kacamata biasanya telah berganti soft lens biru muda. Di leher jenjangnya terbelit syal bulu warna hitam, namun tidak menutupi belahan payudaranya yang terdesak ketatnya blazer yang dipakainya, hmm kecoklatan, rupanya dia sering liburan ke pantai. Hmm, yummy.. totally fuckable!

    “Ashkunate sumimasen!” ujarku meminta maaf atas keterlambatanku.
    “Iie, daijobu des yo!” jawabnya memaafkanku.
    Akhirnya kami langsung saja jalan sepanjang Arcade Shinsaibashi sambil bercengkerama, saya dengan bahasa Jepang pas-pasan saya dan Maki dengan inggris terbata-bata. Yang jelas banyak ketawanya. Orang Jepang bila belum kenal terkesan sombong, namun bila sudah kenal ramahnya luar biasa. Ternyata dia suka berlibur ke Kuta. Karena itu dia begitu tertarik mengenal saya yang Indonesiajin. Tetapi dia belum tahu kalau saya pejuang aktivitas penis international yang bermottokan, “Semoga kontol nusantara tetap Jaya!”

    Kalau tahu dia pasti akan segera lari.. memesan kamar..hehehe. Mitos bahwa cewe Jepang hot-hot itu sepenuhnya benar. Bayangkan kalau semua cowok Indonesia sibuk berkarir dan stress selalu, giliran mau ML kasar, padahal batangnya lembek. Bisa dijamin cewek Indonesia juga hot-hot. Lha, wong sekarang saja sudah hot.. kan pake AC. Obrolan kami semakin hangat dan Maki (yang akhirnya kupanggil Kiko) mulai merangkul tanganku. Saat itu saya mengenakan setelan jas wool hitam plus kemeja abu-abu tua. Jadilah kami pasangan hitam putih.

    Udara dingin Osaka membuat Kiko semakin merapatkan diri. Dadanya kini menempel pada lenganku yang kekar. Sampailah kami pada sebuah tangga ke bawah tanah yang dari luar terlihat seperti basement apartemen biasa, eh.. ternyata setelah masuk terdengar musik soul funk menghentak diiringi lampu laser warna warni berputar menari. Setelah membayar 5000 yen tiket (all you can drink) kira-kira 400 ribu rupiah, kami memasuki hall seluas lapangan voli yang penuh orang joged berjajar rapi (khas Nippon). Di tengah ruangan terdapat semacam catwalk berliku dimana gadis-gadis berpakaian super seksi berjoged liar. Mereka jika siang hari berprofesi sebagai sekretaris, office clerk sampai account executive, semua menari sexy sambil tertawa riang. Terus terang ini saat pertama kali saya masuk underground ‘Kurapu’. Ternyata benar-benar mungil tetapi ramai. Jadi maklum kenapa turis Jepang kalau di Bali suka salting. Maklum, tidak biasa di tempat yang benar-benar ‘bigtime’.

    Langsung saja Kiko menyeretku untuk joged, wah dirty dancing juga. Si Jendral jelas siaga perang. Paha kami saling mengapit sambil bergoyang funk (itu lho musik negro 70-an). Serasa John Travolta di Pulp Fiction. Sekali-kali Kiko dengan sengaja menggesekkan dada dan perutnya padaku. Buahdada semangkok bakso itu ternyata padat sekali, mungkin karena tekanan blazer ketatnya. Kancing atas blazer Kiko sudah dilepas, sehingga renda BH hitamnya mengintip, tentu beserta belahan susu ranumnya. Sejenak saya berpikir ada yang kurang, oh ya, saya belum minum. Kebiasaan (buruk) saya doyan alkohol. Apalagi di bar ini minuman berkelas semua ada. Kalau ada pembaca yang protes tukang gele dan mabok kok kuat ML, lucky kali. Mungkin ada mas-mas yang kalo mabok to’olnya lupa berdiri, yang pasti itu berbeda dengan saya.

    Sementara itu, Kiko tampak terpejam menikmati goyangan musik. Saya terus menanyakan barnya, bagi saya uang 400 ribu rupiah termasuk banyak untuk happy semalaman. Saya bukan termasuk pemakai drugs PT, extacy atau SS, yang bisa mengehabiskan jutaan rupiah dalam semalam plus booking ceweknya. Itu cukong loser! Kalau saya cukup booze and pot plus cewek yang nyantol sendiri. Murah tetapi seru. Sesampainya di bar, langsung saja saya minta yang paling istimewa.
    “Ichiban suyoi kudasai!”, pinta saya.

    Setelah bergelas-gelas sierra, gorbatchev dan chivas regal tidak menampilkan reaksi. Akhirnya bartender (ternyata arsitek juga) memberiku arak rahasianya.
    “Kore wa nana ju go pasento!”, kata bartender.
    75 persen alkohol, tetapi reaksinya dia tidak mau tanggung jawab. Saya mengangguk saja. Cepat kutenggak. Aw, serasa terbakar tenggorokan! Kalau tiak salah, namanya Roncalli. Warnanya hijau muda.

    Sambil minum, saya dihampiri beberapa gadis yang menawarkan dagangan untuk menemani, dari tampangnya sepintas dari Asia Tenggara. Saya tersenyum saja sambil mengatakan kalau saya orang RI. Mereka tertawa dan terus ngeloyor pergi.
    Salah satunya sempat bilang, “Salam buat orang rumah, mas!”
    Belum sempet saya menanggapinya, cewek putih, sexy, berambut panjang itu sudah menyapa laki-laki berjas lain. Mungkin karena pakaian kantorku, mereka mengira saya esmud yang kesepian. Jangan salah, banyak juga cewek Indonesia di sana. Setelah itu saya ngeloyor turun ke bawah. Ternyata minuman iblis itu mulai bereaksi. Sambil jalan, saya berjoged sambil meremasi pantat gadis-gadis yang kulewati.
    Kalau ada yang protes, cukup bilang, “Yurushite, chotto yopparai desu”. (Maaf agak mabok nih).
    Paling mereka diam, lagian kebanyakan tidak protes kok. Nah, ngapain lagi mereka ke ‘kurapu’ kalau tidak ingin digoda dengan cowok. Bagi para feminist, saya akui malam itu saya amat tidak gentleman. Maklum pemabuk horny.

    Lama juga, akhirnya saya sampai ke Kiko. Dia tengah dikelilingi 3 CBL (cowok bertampang loser) yang berjoged. Semuanya berdasi, wah tampaknya salaryman kesasar. Memang banyak juga lelaki pulang kantor mampir. Sama seperti di sini (Indonesia). Kiko tampak memegang gelas. Rupanya para CBL tadi berusaha membuat dia mabuk. Tetapi tampaknya Kiko cukup cuek. Langsung saja kuajak Kiko pergi cari tempat duduk sambil kuseret tangannya. Para CBL tadi tampak kecewa tetapi tidak berani menentangku. Bayangkan saja, ada cowok berbadan besar (bagi mereka saya termasuk berbadan besar), berambut panjang diikat, pakaian hitam-hitam dan bermata merah serta bau alkohol. Serem kan? Kiko tampaknya senang, saya sudah menyelamatkan dia. Tanpa saya cerita, Kiko tampaknya bisa melihat kalau saya baru minum gila-gilaan, kerah saya saja belepotan alkohol. Dasar orang udik, saya sampai kapok.

    Kiko lalu mengajakku keluar hall. Kami lalu menuju ke barisan locker, karena saya mulai kepanasan memakai jas terus. Setelah memasukkan koin 100 yen, langsung saya kunci. Saya lalu mengajak Kiko ke otomat untuk beli kopi instan. Ternyata Kiko ada akal lain, diseretnya tanganku menuju ke WC lalu berdua kami masuk ke dalam salah satu bilik. Kalau anda baca cerita Jay Yakuza, pasti anda berpikir, kenapa Jay selalu memakai tempat umum tertutup untuk beraktivitas (ML), jawabnya karena memang di Jepang, yang namanya Rabu Hoteru (motel esek-esek) harganya mahal juga dan bagi para petualang muda, lebih seru di tempat umum. Memang tujuan kamike WC bukan sekedar pipis. Tahu kan?

    Kiko memelorotkan celana dalamnya lalu duduk kencing di kloset. Setelah itu, gantian saya mengeluarkan si Jendral. Setelah saya kencing cukup banyak dan berbau alkohol, saya cuci pakai air semprotan. Ternyata karena agak mabuk, airnya mengenai celana hitamku. Untung karena hitam jadi tidak terlalu kelihatan. Tetapi dasar perawat, Kiko lalu mengambil toilet paper, lalu jongkok membersihkan celana basah saya. Sementara itu si Jendral masih melongok keluar boxer shorts dan risluiting saya, sekalian dikeringkan oleh tangan Kiko yang cekatan. Terkena jemari mulus yang dingin itu, jelas saja, si Jendral langsung siaga kuning. Melihat itu, Kiko lalu tersenyum dan melirik ke arahku, lalu Jendral saya yang mekar langsung saja dikulumnya. Terkena perubahan suhu begitu, si Jendral langsung code red. Mulut Kiko yang imut khas wanita Nippon jadi tidak mampu menampung keseluruhannya, hanya palkon (kepala kemaluan) dan batang sedikit.

    Bagi rekan cowok yang ingin merasa jantan, jangan sama bule, sama cewe Nippon saja. Coba lihat film bokep Jepang, burung cowoknya kecil-kecil, itu saja sudah diandalkan. Untung orang melayu masih berdarah Melanesia, jadi campuran Asia dengan Polinesia. Saya pernah baca survey mengenai panjang kelamin pria sedunia, ternyata rata-rata cowok Asia memiliki panjang 12,5 cm (5 inch), lalu kalau saya 15 cm (6 inch) dan Negro 17,5 cm (7 inch). Nah, kalau diantara mas-mas sekalian yang punya panjang lebih dari 13 cm, bersyukurlah, anda sudah di atas rata-rata cowok Asia. Jadi sebesar itu akan jaya dalam aktivitas ML.

  • Cerita Ngentot Tante Betty Menggodaku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Ngentot Tante Betty Menggodaku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1551 views


    Perawanku – Suasana rumah Tante Betty petang itu masih lengang. Hanya tampak satu sepeda motor milik Randy dan sebuah mobil Kijang terbaru yang baru saja memasuki garasi. Randy dan kakaknya, Susan, berlibur di rumah Tante Betty untuk mengisi liburan kenaikan kelas. Tante Betty sebagai wanita karier sering merasa kesepian karena ia belum bersuami. Ia sangat senang apabila ponakan-ponakannya berkunjung ke rumahnya, apalagi sampai menginap lama seperti yang dilakukan anak dari kakak pertama dan keduanya itu.

    Susan baru saja pulang dari rumah Nina saat waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam. Melihat suasana rumah sedang kosong ia segera masuk kamar. Matanya tampak sembab menandakan ia baru saja menangis. Meskipun jauh-jauh hari Susan sudah merasakan perubahan sikap Ari, namun tetap saja kaget dengan keputusan kekasihnya itu untuk tidak meneruskan hubungan mereka lagi. Apalagi di telepon tadi, Ari yang mengatakan bahwa mereka tidak cocok seperti dibuat-buat saja. Tapi Susan juga bukan gadis yang lemah. Baginya, tidak ada alasan baginya untuk menjadi gadis yang cengeng diusianya yang telah menginjak delapan belas.
    Pintu kamar Susan tiba-tiba saja terbuka. Kepala Randy muncul dari balik pintu sambil tersenyum.

    Baru datang, Kak, tanya Randy sambil ngeloyor masuk meski kakaknya sedang berganti pakaian. Randy berjalan acuh tak acuh.
    Iya.., jawab Susan singkat. Pikirannya masih sumpek dengan kejadian tadi siang. Segera saja direbahkan badannya di kasur setelah mengganti baju perginya dengan daster tipis.
    Kok, lesu gitu.., Kenapa, Randy yang baru kelas dua SMP itu menghampiri Susan. Ia juga kemudian merebahkan badannya disamping kakaknya tersebut. Susan hanya diam saja seolah tidak mendengar pertanyaan adiknya. Matanya menerawang melihat langit-langit kamar. Randy pun akhirnya memperhatikan sepupunya tersebut. Susan memang benar-benar cantik. Kadang-kadang ia merasa lebih senang kalau Susan bukan saudaranya. Mungkin karena seringkali ia tanpa sadar mengagumi tubuh Susan. Entah mengapa akhir-akhir ini minatnya terhadap wanita begitu meningkat. Ia bahkan suka sekali melihat-lihat pose wanita di majalah kosmopolitan milik kakaknya itu. Biasanya ia jadi terangsang dan onani di kamar mandi.

    Sret.., Sepersekian detik posisi tangan Susan bergerak memangku kepalanya sendiri dan tanpa ia sadari belahan baju di dadanya menjadi terbuka. Melihat hal demikian Randy jadi sedikit canggung. Ia kebingungan sekaligus menyukai pemandangan itu. Randy agak berdebar-debar ketika ia semakin jelas melihat lekuk buah dada kakaknya yang tampak ranum dan indah. Apalagi tampak tonjolan puting di balik daster tipis itu. Batang kon**lnya terasa sedikit mengeras.
    Karena dorongan hasratnya, Randy memberanikan diri perlahan-lahan mendekati tubuh Susan. Ia merangkul pinggang kakaknya tersebut. Merasakan sentuhan di tubuhnya, membuat rasa sedih Susan semakin mendalam. Air matanya mulai keluar dan ia segera membalikkan badan membelakangi adiknya. Ia tidak mau menangis di hadapan Randy. Posisi demikian membuat Randy bisa merangkul Susan dengan leluasa dari belakang.
    Kamu cantik deh.., malam ini.., ucap Randy tanpa sadar. Susan pun hanya diam saja. Yang ia butuhkan saat ini hanyalah ada orang yang menyayanginya.
    Randy kemudian melingkarkan tangannya ke pinggang Susan. Gadis yang merasa sedang bersedih itu sedikit bergerak lebih mendekatkan badannya ke dalam pelukan Randy. Ia ingin ada orang yang menghiburnya disaat-saat seperti ini. Respon Susan ini membuat Randy berani menggerakan tangannya dengan lembut untuk menyentuh bagian bawah buah dada sepupunya. Susan hanya memejamkan mata saja. Posisi tubuh yang berhimpitan itu membuat pikiran Randy semakin tidak menentu. Apalagi batang kon**lnya yang berhimpitan dengan pantat Susan. Perlahan ia mulai meremas dengan halus buah dada sepupunya tersebut.


    Susan pun dalam keadaan sedang sedih menjadi merasa sangat tenang karena adiknya seperti mengerti kesedihannya. Ia tahan terhadap seorang sepupu. Ia juga membiarkan telapak tangan Randy membelai-belai buah dadanya yang memang tidak memakai beha. Belaian Randy pada bagian tubuhnya yang sensitif tersebut membuat jantung Susan sedikit berdebar-debar. Tapi ia segera menganggap wajar sentuhan kasih sayang sepupunya tersebut.

    Randy pun mulai berani menciumi bagian tengkuk leher Susan sambil memasukkan tangannya ke dalam daster Susan. Perasaan Susan menjadi sedikit tidak karuan. Ia mulai menyadari bahwa sentuhan sepupunya bukan lagi sentuhan kasih sayang, tapi di satu sisi ia amat menikmati sentuhan itu. Terutama remasan telapak tangan Randy terhadap puting susunya. Perasaan sedih yang sedang ia alami seperti berganti dengan keinginan untuk terus dibelai. Ia ingin menghentikan Randy, namun sentuhan itu membangkitkan perasaan lain dalam kesedihannya. Sentuhan-sentuhan halus itu membuat bulu tengkuknya berdiri. Buah dadanya pun menjadi agak mengeras oleh karena sentuhan dan remasan lembut tangan Randy.
    Ran, mmh.., udah ah.., aku kegelian, akhirnya Susan berusaha menyudahi aktivitas itu.
    Ah, aku kan sayang sama kamu, sahut Randy sambil sedikit ngos-ngosan. Ia masih saja merabai tubuh sepupunya.

    Engh, badanku jadi lemas semua nih, tanpa sadar Susan berucap sambil setengah merengek. Kemaluannya bagian bawah pun mulai terasa hangat dan lembab.
    Randy tidak menghiraukan perkataan sepupunya tersebut, ia masih terus meremas-remas payudara Susan. Malah ia mulai memasukkan satu tangannya ke dalam celana dalam sepupunya. Bulu-bulu halus di memek Susan pun terasa di telapak tangan Randy. Iapun menyentuh bibir memek sepupunya itu. Susan menggelinjang. Nafasnya mulai tidak terkontrol. Kesadarannya pun mulai hilang. Sekilas ia hanya menyadari bahwa ia sedang dicumbui oleh sepupunya sendiri. Memeknya sudah mulai berdenyut-denyut.
    Randy secara lembut namun penuh nafsu mulai merebahkan tubuh Susan. kon**lnya seperti ingin membutuhkan sesuatu. Ditindihnya tubuh sepupunya dengan birahi yang mulai tidak terkontrol. Segera saja ia buka kancing daster sepupunya. Tampak dengan jelas kedua belah buah dada sepupunya yang indah itu dengan putingnya yang telah berdiri tegak. Ia langsung mengulumi puting buah dada sepupunya tersebut.
    Ran.., ngmhhnghh.., udah dong.., sshh, ucap Susan ketika sekilas kesadarannya datang. Namun Randy sudak asyik dengan aktivitas birahinya. Lidahnya mempermainkan puting susu sepupunya dengan penuh perasaan. Mata Susan terpejam dan tangannya membelai kepala Randy, merasakan kenikmatan jilatan-jilatannya.

    Randy akhirnya mulai tak sabar, ditariknya turun celana dalam sepupunya tersebut. Susan sudah benat-benar dikuasai nafsu. Ia tidak sadar ketika celana dalamnya terlepas. Randy pun segera memelorotkan celana pendeknya sendiri sampai batang kon**lnya terlihat tegak. Dikangkangkannya kedua kaki Susan dengan perlahan. kon**lnya segera ia arahkan ke dalam pangkal paha Susan. Sleep!, Setengah detik kemudian kon**l Randy mulai memasuki liang memek Susan. Terasa hangat dan empuk. Sesaat Susan seperti tersadar apa yang sedang terjadi, namun kesadarannya langsung hilang ketika Randy mulai menggerakan pinggangnya naik turun.
    Napas Randy semakin ngos-ngosan tatkala tubuhnya mulai bergerak menindih tubuh sepupunya yang mulus itu. Buah dada Susan bergoyang-goyang karena gerakan sodokan Randy terhadap tubuhnya. Semuanya seperti tidak dapat dihentikan begitu saja. Kesadaran Susan pun telah musnah berganti kebutuhan untuk dicumbui. Ia akhirnya juga merespon gerakkan yang dilakukan sepupunya tersebut. Memek Susan berdenyut-denyut ketika kon**l sepupunya terus bergerak dalam liang memeknya. Pinggangnya bergerak berputar-putar dan sambil merintih penuh rasa nikmat.

    Ran.., nghh enghhnak.., enghh terusshhsshh, rintih Susan dalam kenikmatan.
    Desahan Susan membuat nafsu Randy semakin menjadi-jadi. Ia sama sekali tidak menyadari bahwa gadis yang sedang ia entot adalah kakak sepupunya sendiri. Konsentrasi Randy hanyalah pada gerakan tubuhnya yang maju mundur. Batang kon**lnya seperti dipijit-pijit di dalam lubang memek Susan. Ia semakin mempercepat gerakannya karena terasa sesuatu yang mendesak batang kon**lnya.
    Engghh.., yang.., engghh lebihhss kerassh..sshh, Susan mendesah merasa saat itu dirinya telah membubung tinggi. Randy semakin mempercepat gerakannya. Bunyi kecepak-kecepuk menjadi semakin berirama. Randy merasa kon**lnya seperti akan meledak. Gerakannya kini telah menjadi hentakan-hentakan. Susan masih terus memeluk erat tubuh sepupunya sambil matanya terus terpejam.
    Esshh.., Ahh.., ahh..ampirr.., ashh, Susan mendesah-desah. Ia merasa tubuhnya sudah hampir mencapai puncak. Gerakan tubuh keduanya menjadi sangat cepat.

    Tiba-tiba Randy menghentakkan badannya dengan keras dan lama ke dalam tubuh sepupunya. Kedua tubuh itu tampak bergetar. Tangan Susan pun memeluk tubuh Randy tak kalah eratnya. Keduanya telah sampai dipuncak kenikmatan.
    Adegan kedua sepupu itu tanpa disadari sebenarnya dilihat oleh Tante Betty dari balik pintu. Tante Betty benar-benar bingung dengan apa yang dilihatnya. Ia sebenarnya ingin segera memasuki kamar itu namun ia segera menyadari bahwa hal itu dapat memperburuk keadaan. Beberapa saat kemudian Tante Betty melihat keduanya tampak tertidur. Kedua ponakannya itu terkulai lemas dalam keadaan telanjang. Dengan perlahan ia memasuki kamar itu dan mendekati ranjang tempat dua ponakannya tertidur lelap.

    Ia mulai menatap wajah kedua ponakannya dengan rasa galau. Mungkin karena aku terlalu sibuk sehingga hal ini sampai terjadi ucapnya dalam hati. Dengan perlahan ia mulai menaiki kasur dan mendekatkan badannya pada tubuh Susan. Dipeluknya gadis ponakannya itu dengan penuh rasa kasih sayang. Melihat tubuh gadisnya yang sintal dengan buah dada yang ranum membuatnya tersadar bahwa Susan memang mungkin sudah saatnya dewasa. Benar-benar kesalahanku, keluhnya.
    Randy yang merasa ada orang datang mulai terbangun. Kelopak matanya terbuka perlahan dan tampak tantenya memakai daster biru membelakanginya. Lekuk tubuh tantenya tampak indah dalam keremangan kamar. Dalam keadaan setengah sadar, ia masih merasakan kenikmatan yang baru saja dilaluinya bersama Susan. Tak terasa beberapa saat kemaluannya menegang kembali.

    Kebutuhan yang mulai mendesak itu membuat Randy mulai salah tingkah. Tiba-tiba saja ia ingin menyentuh tubuh tantenya yang berada di hadapannya. Apalagi lekuk tubuh tantenya terlihat sangat indah. Namun ia sangat takut apabila tantenya marah. Maka iapun berpura-pura tidur dan memejamkan mata. Dalam keadaan yang mulai birahi kembali Randy memutar otaknya agar dorongannya tersebut terpuaskan. Maka dengan pura-pura dalam keadaan tidur Randy menggerakan badannya untuk dapat memeluk tubuh tantenya.

    Tante Betty yang merasa tubuh Randy bergerak segara membalikkan badan dan memeluk tubuh Randy. Buah dadanya yang hanya dibalut daster biru terasa menyentuh bagian muka Randy. Tante Betty pun mulai membelai kepala Randy dengan penuh kelembutan. Diperhatikan ponakan laki-lakinya dari atas kepala dan turun ke bawah. Pasti banyak yang naksir, ucap tante Betty dalam hati melihat kepolosan wajah ponakannya itu.
    Tiba-tiba wajah Tante Betty memerah. Tak sengaja matanya menyapu kon**l Randy yang agak menegang. Ia berusaha menenangkan diri bahwa yang dihadapannya adalah keponakannya sendiri. Namun jantungnya semakin berdebar-debar. Apalagi diusia yang telah memasuki usia tiga puluh tahun ini ia belum pernah disentuh laki-laki. Kebutuhan seksualnya selama ini ia alihkan dengan menyibukkan diri pada pekerjaan. Sebagai wanita matang, selama ini ia belum pernah melihat tubuh laki-laki dewasa dalam keadaan telanjang. Tubuh Randy pun juga mulai mekar di usia enam belas tahun itu. Tiba-tiba kepala tante Betty terasa agak berkunang-kunang.
    Tanpa sadar tangan Tante Betty mulai bergerak mendekati batang kon**l Randy. Dengan perlahan-lahan agar Randy tidak terbangun, Tante Betty mulai menyentuh batang kon**l Randy. Terasa hangat dan agak keras. Dibelai-belai batang kon**l itu dengan penuh kelembutan. Ia membayangkan andai saja batang kon**l itu mendesak-desak di lubang memeknya. Matanya mulai terpejam. Tanpa sadar tangannya yang sebelah meremas buah dadanya sendiri. Terasa ada cairan hangat mengalir di dalam kemaluannya. Mau tidak mau Tante Betty mengakui bahwa ia mulai terangsang setelah menyentuh batang kon**l Ponakannya.


    Tiba-tiba saja tangan Randy bergerak. Rasa kaget itu membuat Tante Betty menghentikan sentuhannya. Ia memejamkan mata sambil berbaring dalam keadaan memeluk ponakannya. Harapannya adalah Randy menganggapnya tidur.
    Merasakan apa yang baru saja dilakukan tantenya terhadap kon**lnya, Randy menjadi berani. Dibukanya ritsluiting atas daster tantenya. Tampak di depan matanya buah dada yang lebih besar dari kepunyaan Susan. Tampak pula tonjolan mungil puting Tante Betty yang berwarna merah kecoklat-coklatan. Randy sudah tidak sabar. Ia langsung mengulum puting susu tantenya yang sudah mulai menegang itu. Buah dada tantenya pun mulai terasa mengeras.

    Tante Betty kebingungan dengan apa yang dilakukan ponakannya itu. Sekilas hampir saja ia beranjak bangun. Seharusnya ia menegur yang dilakukan ponakannya itu. Tapi jangan-jangan ia tahu apa yang tadi kulakukan, pikir Tante Betty. Ia menjadi takut sendiri kalau hal itu benar-benar terjadi. Pasti bisa memalukan dirinya jika ponakannya melapor pada mamanya.
    Akhirnya dengan pasrah, Tante Betty tetap berpura-pura tidur. Apalagi sentuhan lidah Randy pada putingnya membawa kenikmatan yang luas biasa. Bahkan ia mulai menikmati sepenuhnya ketika kuluman Randy disertai gigitan kecil. Tante Betty pun mengigit bibir karena cumbuan ponakannya.

    Ssshh.., tanpa sadar Tante Betty mendesah penuh kenikmatan saat Randy mengulum puting buah dadanya. Ia pun memegangi kepala ponakannya dengan penuh kelembutan seperti tidak boleh membiarkan aktivitas itu berhenti. Kesadarannya mulai kabur dan seluruh sendi tubuhnya menjadi sangat lemas.
    Randy tahu bahwa tantenya berpura-pura tidur. Ia juga tahu kalau tantenya benar-benar menikmati semua yang dia lakukan pada tubuh tantenya itu. Hal ini semakin membangkitkan keberaniannya. Ia segera membuka daster Tante Betty sambil terus mengulum puting serta meremas-remas tubuh Tante Betty. Dijilatinya seluruh tubuh tantenya.

    Enghh.., ahhng.., ahh.., nggssh, Tante Betty mendesah tanpa mampu menahan apa yang dilakukan ponakannya tersebut. Tubuhnya seperti tidak mau berhenti dijilati. Saat ini dia hanya ingin terus disentuh dengan penuh kemesraan.
    Napas Randy mulai ngos-ngosan. Kebutuhannya untuk memuaskan dorongan kebutuhannya membuat ia segera membuka celana dalam Tante Betty. Pemandangan bulu-bulu halus di sekitar kemaluan tantenya membuat Randy semakin bernafsu. Diarahkan batang kon**lnya ke dalam selangkangan tante Betty.
    Sleep!, Batang kon**lnya pun telah masuk ke dalam lubang memek tantenya. Tante Betty merasakan tubuhnya dimasuki sesuatu yang terasa luar biasa enaknya. Matanya terpejam sangat dalam. Tubuhnya mulai merespon gerakan naik turun Randy. Nafasnya tidak teratur dipenuhi dengan dorongan nafsu yang mulai tinggi.
    Aahh.., esshh.., ahh, Tante Betty mulai mengerang kenikmatan. Ia pun memegangi pantat Randy untuk membantu gerakan naik turun. Mendengar suara desahan-desahan Susan pun terbangun. Ia sedikit terhenyak melihat tubuh tantenya dalam keadaan telanjang ditindih oleh Randy. Dilihatnya Randy dengan penuh nafsu menyetubuhi Tante Betty. Susan pun agak bingung bahwa Tantenya itu justru merepon dengan desahan-desahan. Tangan Randy memegangi paha Tante Betty dan pinggangnya terus bergerak di sela-sela selangkangan tantenya itu. Melihat adegan sepupu serta desahan tantenya dalam ruangan yang remang-remang ini membuat Susan mulai terangsang.
    Tanpa sadar Susan mendekati wajah tantenya itu. Diciumnya bibir Tante Betty. Tante Betty pun dalam keadaan yang sudah di awang-awang segera merespon ciuman itu dengan lumatan yang penuh birahi. Randy sudah asyik dengan aktivitas maju-mundur untuk meningkatkan kenikmatannya.
    Eng.., ssh.., nikmat.., Ran, desah Tante Betty sambil disela-sela ciumannya dengan Susan. kon**l Randy terasa semakin tersedot-sedot. Suara kecepak kecepok menjadi semakin keras dan berirama sering dengan gerakan kon**l Randy memasuki liang memek Tante Betty.
    Susan semakin larut dengan permainan tante dan sepupunya itu. memeknya pun telah menjadi basah karena terangsang melihat adegan sepupu dan tantenya itu. Kepala Susan kemudian bergerak turun. Bibirnya mengulum puting dan tangannya meremas-remas buah dada tantenya.

    Enghss.., enghh.., terusshhin.., engshh, Tante Betty semakin merasa terbang di awang-awang. Gerakan Randy membuat memeknya terasa sangat nikmat. Jilatan lidah Susan pada putingnya semakin membuat nafsunya menjadi-jadi. Nafasnya menjadi semakin tidak teratur. Cumbuan kedua ponakannya memenuhi kebutuhan seksualnya yang sudah tertahan belasan tahun. Tubuhnya pun ikut maju-mundur seiring dengan gerakan Randy. Ia pun semakin mempererat pelukannya pada Randy. Gerakan maju-mundur Randy diimbangi dengan gerakan bergoyang-goyang oleh Tante Betty. Aktivitas ini membuat ia merasa ada sesuatu yang mendesak. Tante Betty semakin mempercepat goyangannya. Ia memeluk Randy sangat erat sambil terus mengoyangkan pinggulnya dengan cepat. Tiba-tiba tubuh Tante Betty menegang dan memeknya berdenyut-denyut seperti meledakkan sesuatu. Ia merasa tubuhnya hancur berkeping-keping dalam kenikmatan.
    Ran.., ganti aku aja.., Tante udah lemas tuh, ucap Susan tanpa malu-malu. Ia segera mengangkangkan kakinya. Nafsunya sudah memuncak dan harus dipenuhi. Seluruh bagian tubuhnya seperti menuntut untuk dicumbui.
    Randy pun menarik kon**l dari kemaluan tantenya yang telah terkulai itu. Diarahkannya batang kon**lnya itu ke arah lubang memek Susan yang telah mengangkang itu. Sleep!, kon**lnya langsung terasa tersedot-sedot. Ditindihnya tubuh sepupunya itu.

    Mereka sudah dikuasai oleh birahi yang tak tertahankan. Kebutuhan itu saling memuaskan membuat tidak ada lagi kecanggungan diantara mereka. Randy menciumi buah dada Susan sambil pinggang melakukan gerakan naik turun. Susan melingkarkan tangannya pada punggung Randy.
    Enghh terusshh.., Ran.., masukin terus.., enggsshh, desah Susan sambil matanya masih terus terpejam. Dengan perlahan Randy menarik tubuh Susan agar duduk di atas pinggang Randy. Posisi ini semakin membuat kon**l Randy lebih bisa masuk lebih dalam lagi. Tangan Randy memegangi pantat sepupunya itu. Susan juga merasa memeknya terisi lebih penuh oleh batang kon**l Randy.
    Randy semakin merasa kon**lnya disedot-sedot oleh kemaluan sepupunya. Susan yang berada di atas tubuh Randy mulai menggerakkan badannya. Keduanya telah larut dalam gerakan berirama. Randy semakin memperdalam gerakannya pada selangkangan sepupunya. Susan pun mencontoh gerakan tantenya dengan menggoyang-goyang pinggangnya.
    Enghh.., terus.., Ran.., Enghh enaahkk, mata Susan terpejam dan bibirnya mendesah. Randy terus menggerakan pinggangnya semakin cepat. Goyangan Susan pun menjadi samakin cepat pula. Kedua tubuh itu telah menyatu dalam kebutuhan yang tak tertahankan. memeknya terasa semakin berdenyut-denyut oleh sodokan-sodokan kon**l sepupunya itu.

    Lebihh kerashh.., enghh lagi, Susan merasakan tubuhnya akan meledak. Gerakan keduanya menjadi semakin cepat dan keras. Tiba-tiba saja tubuh keduanya menegang secara bersamaan tanda mereka mencapai puncak kenimatan bersamaan. Beberapa saat kemudian ketiganya sudah tertidur pulas dalam keadaan telanjang.
    Peristiwa semalam tampaknya dianggap seperti tidak pernah ada oleh Tante Betty. Saat makan pagi, tante Betty tampak berusaha bersikap santai.
    Ran, kamu mau kemana hari ini, tanya Tante Betty sambil mengoleskan mentega pada roti tawarnya. Ia sudah mengenakan busana kerja. Blus krem dan rok span abu-abu.
    Mungkin ke toko buku, ada novel Shedney Shieldon yang baru, ucap Randy sambil berpura-pura membaca koran. Ia masih sungkan dengan Tante Betty mengingat apa yang dilakukannya semalam. Ia takut kalau sampai Tante Betty lapor ke mamanya. Bisa-bisa aku dibunuh oleh Papa, pikirnya.
    Kalau gitu ini buat beli novelnya, ucap Tante Betty sambil menyodorkan dua lembar uang lima puluh ribuan. Randy pun mendongakan kepalanya sambil terheran-heran. Dilihatnya Tante Betty mengangguk. Tanda ia harus menerima uang itu.
    Makasih ya, Tante, ucap Randy sambil menyorongkan badannya memeluk Tante Betty, Merekapun berangkulan erat.
    Tiba-tiba Tante Betty berbisik, Yang tadi malem jangan kasih tau siapa-siapa ya, Ran.

    Iya, Tante. Kemaluan Randy terasa mengeras.
    Terus kalau Randy takut tidur sendirian, tidur di kamar Tante aja ya, ucap Tante Betty dengan nada datar. Ia tidak mau Randy menangkap keinginannya. Namun bagi Randy kata-kata itu seperti undangan yang sangat jelas maksudnya.
    Randy pun sedikit melonggarkan pelukannya dan melihat wajah Tante Betty tampak agak memerah. Hasrat untuk melakukan aktivitas seperti semalam menggelegak dalam dirinya. Tanpa sadar diciumnya bibir Tante Betty. Pertama lembut namun kemudian semakin ganas. Kebutuhannya mulai tak tertahankan. Tante Betty sempat gelagapan dengan apa yang dilakukan oleh Randy. Ia tidak mengira Randy sudah berani terang-terangan. Namun sekian detik kemudian ia mulai membalas ciuman itu. Mereka saling melumat lidah dan menghisap. Ia bahkan membiarkan tangan Randy membuka kancing blusnya. Tangan Randy segera menyisihkan BH dan meremasi buah dadanya. Semakin lama buah dada itu terasa mengeras.

    Sudah, Ran. Tante mau ke kantor, ucap Tante Betty sambil berpura-pura tidak mau. Namun tampaknya Randy tidak peduli. Ia mulai menciumi leher tante Betty dengan lembut. Tangannya yang satu bahkan mulai mengangkat span abu-abu itu hingga celana dalam tante Betty terlihat. Tangan Randy pun mulai menggerayangi sesuatu yang ada di balik celana dalam itu.

    Ash.., neghh, udah, Ran, desah Tante Betty. Ia tidak ingin terlambat. Tender proyek dua M itu bisa hilang, pikir tante Betty. Namun apa yang dilakukan ponakannya ini benar-benar terasa nikmat. Akhirnya ia membalikkan badan dan segera menurunkan celana dalamnya.
    Udah, Ran dari belakang aja, ucap Tante Betty sunguh-sungguh. Rani, teman kantornya, pernah mengatakan kalau pria bersetubuh lewat belakang akan cepat ejakulasi. Paling tidak ia masih sempat merasakan persetubuhan dan tidak terlambat ke kantor.


    Kesempatan itu tidak disia-siakan Randy. Dipelorotkannya celana pendeknya. Batang kon**lnya tampak sudah sangat tegang. Perlahan diarahkannya kon**lnya ke memek Tante Betty. Slepp!, kon**l Randy mulai memasuki lubang memek Tante Betty. Lututnya seperti hampir copot ketika kon**l itu masuk ke dalam lubang memek Tante Betty. Tante Betty juga segera merasa lemas. Ia pun segera menahan badannya pada sandaran sofa. Posisinya seperti orang yang akan naik kuda.
    Eenghh.., nikmat, terusshh, desah Tante Betty sambil memejamkan mata. Randy memegangi pinggang tantenya dan terus menyodok-nyodokan kon**lnya ke memek Tante Betty. kon**lnya terasa seperti dipijat-pijat dan disedot-sedot. Ia kemudian ikut membungkukkan badan agar tangannya dapat meremas buah dada Tante Betty yang ranum menggantung.

    Gerakan mereka makin lama makin cepat. Tante Betty sudah tertelungkup di sandaran sofa dan Randy menyetubuhinya dari belakangnya. Kenikmatan itu semakin membuat ia lupa urusan kantornya.
    Terusshh, Ran.., enakk, desah Tante Betty.
    Beberapa saat kemudian Randy mempercepat gerakannya. Ia memeluk erat tubuh Tante Betty namun pinggangya masih melakukan gerakan maju-mundur. Tiba-tiba tubuhnya mengejang sambil kon**lnya disorongkan secara mendalam ke lubang memek Tante Betty. Ia telah sampai di pucak kenikmatan. Cret.., cret.., cret, sperma Randy membasahi lubang memek Tante Betty. Ia kemudian menarik kon**lnya dan segera menjatuhkan badannya ke sofa.

    Tante Betty segera menaikkan celana dalamnya dan merapikan blus serta rok mininya. Dilihatnya ponakannya memandang dengan mesra. Tampaknya kecanggungan diantara mereka sudah luntur dan berganti hubungan dua lawan jenis yang saling membutuhkan. Tante Betty pun mau tidak mau mulai mengakui bahwa ia tidak lagi melihat Randy sebagai ponakannya namun tak lain sebagai pria yang mampu memberikan kepuasan seksualnya.
    Udah, ya Tante ke kantor dulu, ucap Tante Betty sambil mendekati Randy. Mereka berciuman dengan mesra seperti seorang kekasih. Setelah melihat jam di dinding, Tante Betty segera beranjak ke garasi. Ia sudah terlambat sepuluh menit. Tak lama kemudian deru suara mobil pun berbunyi dan semakin lama semakin menghilang. Randy pun segera memakai celananya dan tertidur di sofa.

  • Kisah Sex Aku Jadi Pelampiasan Birahi Pamanku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Kisah Sex Aku Jadi Pelampiasan Birahi Pamanku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1551 views

    Perawanku – Aku sudah mulai dapat melupakan kejadian yang kulihat antara Mbak Ningsih dengan Pakdheku karena kesibukanku mempersiapkan EBTA. Begitu EBTA selesai aku mendapatkan liburan sambil menunggu pengumuman. Saat itu waktuku lebih banyak kuluangkan di rumah membersihkan rumah dan menyetrika serta membantu Mbak Ningsih memasak. Autobet88
    Suatu hari, aku harus berada sendirian di rumah dengan Pakdhe.

    Mbak Ningsih mengikuti acara darma wisata ke Selecta yang diadakan
    sekolahnya sebagai acara perpisahan. Mbak Ningsih sudah berangkat saat pagi-pagi buta. Aku yang sedang libur harus menggantikan Mbak Ningsih menyiapkan sarapan buat Pakdhe. Setelah membuat minuman teh untukku dan satu cangkir khusus untuk Pakdhe aku segera menyapu halaman.
    Aku menyempatkan diri meminum tehku sebelum pergi ke kamar mandi. Teh yang kuminum rasanya agak lain, tapi aku tidak begitu curiga. Saat mandi itulah aku merasa ada yang agak aneh dengan tubuhku. Tubuhku terasa panas dan jantungku berdebar-debar. Rasa aneh menyergapku. Vaginaku terasa berdenyut-denyut dan ada rasa aneh menyerbu diriku. Tubuhku terasa gerah sekali.

    Kusiram seluruh tubuhku dengan air dingin agar rasa gerahku hilang. Apa yang kulakukan ternyata cukup menolong. Tubuhku merasa segar sekali. Lalu kigosok seluruh tubuhku dengan sabun. Rasa aneh itu kembali menyerang diriku, apalagi saat aku menyabuni daerah selangkanganku yang baru mulai ditumbuhi rambut satu-satu. Aku merasa ada dorongan birahi yang begitu kencang. Aku tidak tahu mengapa ini terjadi. Tiba-tiba anganku melayang pada apa yang kulihat beberapa hari yang lalu saat Mbak Ningsih dan Pakdhe Marto bergumul di kamarku.

    Cepat-cepat kubuang pikiran itu jauh-jauh dan segera menyelesaikan acara mandi pagiku. Hanya dengan tubuh terbalut handuk, aku lari masuk kamarku. Aku selalu berganti pakaian di kamarku sambil mematut-matut diriku di depan cermin sambil mengamati seluruh tubuhku yang mulai berubah. Bulu-bulu kemaluan sudah mulai tumbuh di gundukan bukit kemaluanku. Dadaku yang dulu rata kini mulai tumbuh dengan puting yang sebesar kacang kedelai dengan warna merah muda. Pinggulku mulai tumbuh membesar. Kata orang aku seksi dan menarik. Apalagi tinggi badanku sudah mencapai 160 cm.

    Aku sendiri selalu betah berlama-lama di depan cermin dengan melenggak-lenggokkan tubuhku memandang dari segala sisi dan mengagumi tubuhku. Aku sangat bangga dengan tubuhku. Baru saja aku mengunci pintu kamarku aku dikejutkan dengan pelukan tangan yang kokoh menyergapku. Aku tidak sempat menjerit karena tiba-tiba sosok yang memelukku langsung membekap mulutku dengan tangannya yang kokoh. Belum hilang terkejutku, handuk yang melilit tubuhku ditarik seseorang dan jatuh teronggok ke lantai. Aku benar-benar bugil tanpa sehelai kainpun menutupi tubuhku.

    Kembali rasa aneh yang menyerangku semakin menggelora. Ada dorongan hasrat yang menggebu-gebu dalam diriku. Aku tak mampu meronta dan menjerit! Tangan yang kokoh dan berbulu tetap membekap mulutku sementara tangan satu lagi memeluk tubuh telanjangku. Mataku semakin nanar menerima perlakuan seperti itu. Apalagi kurasakan sentuhan kulit tubuh telanjang menempel hangat di punggungku. Pantatku yang telanjang terasa menekan suatu benda panjang melingkar dan keras di balik kain tipis. Aku semakin tak mampu menahan gejolak liar yang mulai bangkit dalam diriku saat sapuan-sapuan lidah panas mulai menyerbu tengkukku. Aku menggelinjang kegelian dan melenguh. Lidah itu semakin liar bergerak menyusuri leherku..

    pundakku.. Lalu turun ke bawah ke sepanjang tulang punggungku. Aku semakin menggelinjang. Lidah itu terus merayap ke bawah dan pinggangku mulai dijilati. Kakiku serasa lemah tak bertenaga. Aku hanya pasrah saat tubuhku didorong ke tempat tidurku dan dijatuhkan hingga aku tengkurap di tempat tidurku. Tubuhku lalu ditindih oleh sesosok tubuh yang sangat berat. Kakiku mulai memberontak liar karena geli. Apalagi lidah itu dengan rakus mulai menjilati pinggulku. Pantatku terangkat saat mulut berkumis itu mulai menggigiti buah pantatku dengan gemas. Pantatku terangkat-angkat liar saat lidah panas itu mulai menyusup ke dalam celah-celah bongkahan pantatku dan mulai menjilati lubang anusku.

    Aku benar-benar seperti terbang mengawang. Aku belum tahu siapa yang memelukku dari belakang dan menggerayangi seluruh tubuhku. Aku hanya bisa merasakan dengusan napas panas yang menghembus di bongkahan pantatku saat lidah itu mulai menjilati lubang anusku. Aku tercekik kaget saat tubuhku dibalik hingga telentang telanjang bulat di kasurku. Ternyata orang yang sedari tadi menggumuliku adalah Pakdhe Mitro, orang yang selama ini kuanggap sebagai pengganti orang tuaku. Aku tak tak mampu berteriak karena mulutku langsung dibekap dengan bibirnya. Lidahku didorong dorong dan digelitik.

    Aku terangsang hebat. Apalagi sejak minum teh tadi tubuhku terasa agak aneh. Seolah-olah ada dorongan menghentak-hentak yang menuntut pemenuhan. Tubuhku menggelinjang saat tangan kekar dan agak kasar mulai meraba dan meremas kedua payudaraku yang baru mulai tumbuh. Lalu kedua kakiku dipentangkan oleh Pakdhe Mitro lebar-lebar, lalu Pakdhe menindih tubuhku yang sudah telanjang bulat di antara kedua pahaku yang terkangkang. Aku merasa ada benda keras seperti tongkat yang menekan ketat ke bukit kemaluanku di balik kain sarung yang dikenakan Pakdhe. Mulut dan lidah Pakdhe tak henti-hentinya menjilat dan melumat setiap jengkal bagian tubuhku. Dari mulutku, bibir Pakdhe bergeser menjilati seluruh batang leherku, kemudian turun ke dua belah payudaraku. Tubuhku semakin menggerinjal saat lidah dan mulut Pakdhe dengan rakusnya melumat kedua puting payudaraku yang baru sebesar kacang kedelai. Disedotnya payudaraku hingga hampir seluruhnya masuk ke dalam mulut Pakdhe Mitro. Aku sangat terangsang dan sudah tidak mampu berpikir jernih. Ada sesuatu yang mulai menggelora dan mendesak-desak di perut bagian bawahku. Lidah Pakdhe terus merayap semakin ke bawah. Perutku menjadi sasaran jilatan lidahnya. Tubuhku semakin menggelinjang hebat. Akal sehatku sudah benar-benar hilang. Kobaran napsu sudah menjeratku. Pantatku terangkat tanpa dapat kucegah saat lidah Pakdhe terus merayap dan menjliati gundukan bukit kemaluan di selangkanganku yang mulai ditumbuhi rambut-rambut halus. Aku merasa kegelian yang amat sangat menggelitik selangkanganku. Tubuhku serasa mengawang di antara tempat kosong saat lidah Pakdhe mulai menyelusup ke dalam bukit kemaluanku dan menggelitik kelentitku. Lubang kemaluanku semakin berdenyut-denyut tergesek gesek lidahnya yang panas. Aku hanya mampu menggigit bibirku sendiri menahan rasa geli yang menggelitik selangkanganku.

    Tubuhku semakin melayang dan seperti terkena aliran listrik yang maha dahsyat. Aku tak mampu lagi menahan gelora napsu yang semakin mendesak di dalam perutku. Pantatku terangkat seperti menyongsong wajah Pakdhe yang menekan bukit kemaluanku. Lalu tubuhku seperti terhempas ke tempat kosong. Aku merasakan ada sesuatu yang meledak di dalam perut bagian bawahku. Tubuhku menggelepar dan tanpa sadar kujepit kepala Pakdhe dengan kedua kakiku untuk menekannya lebih ketat menempel selangkanganku. Belum sempat aku mengatur napas tiba-tiba mulutku sudah disodori batang kemaluan Pakdhe Mitro yang tanpa kutahu sejak kapan sudah melepas sarungnya dan sudah telanjang bulat mengangkangi wajahku. Batang kemaluannya yang besar, hitam panjang dan tampak mengkilat mengacung di depan wajahku seperti hendak menggebukku kalau aku menolak menciuminya. Dengan rasa jijik aku terpaksa menjulurkan lidahku dan mulai menjilati ujung topi bajanya yang mengkilat. Aku hampir muntah saat lidahku menyentuh cairan lendir yang sedikit keluar dari lubang kemaluan Pakdhe. Namun jepitan kedua paha Pakdhe di sisi wajahku tidak memberiku kesempatan lain. Aku hanya mampu pasrah dengan tetap menjilati batang kemaluan Pakdhe. Lalu dengan paksa Pakdhe membuka mulutku dan menjejalkan batang kemaluannya ke dalam mulutku. Aku menjadi gelagapan karena susah bernapas. Batang kemaluannya yang besar memenuhi mulutku yang masih kecil. Kudengar Pakdhe menggumam tanpa jelas apa yang diucapkannya. Pantatnya digerak-gerakannya hingga batang kemaluannya yang masuk ke dalam mulutku mulai bergerak keluar masuk di dalam mulutku.

    Aku hampir tersedak saat ujung kemaluan Pakdhe menyentuh-nyentuh kerongkonganku. Aku hanya mampu melotot karena hampir tersedak. Tanpa sadar kedua tanganku mencengkeram pantat Pakdhe Mitro. Setelah puas “mengerjai” mulutku dengan batang kemaluannya, Pakdhe menggeser tubuhnya dan menindihku lagi dengan posisi sejajar. Kedua pahaku dikuaknya dan dengan tangannya, dicucukannya batang kemaluannya ke arah bukit kemaluanku. Aku merasa geli saat ujung kemaluan Pakdhe mulai menggesek-gesek pintu lubang kemaluanku yang sudah basah. Dari rasa geli dan nikmat, tiba-tiba aku merasa perih di selangkanganku saat Pakdhe mulai menurunkan pantatnya sehingga batang kemaluannya mulai menerobos ke dalam lubang kemaluanku yang masih perawan. Aku merintih kesakitan dan air mataku mulai mengalir. Aku tersadar akan bahaya! Namun terlambat. Pakdhe yang sudah sangat bernafsu sudah tidak mungkin mau berhenti. Ia hanya sejenak menghentikan gerakannya. Ia merayuku dan mengatakan kalau sakitku hanya sebentar dan berganti rasa nikmat yang tidak terkira. Pakdhe menarik pantatnya ke atas hingga batang kemaluannya yang terjepit di dalam lubang kemaluanku tertarik keluar. Gesekan batang kemaluannya yang besar di dalam dinding lubang kemaluanku menimbulkan rasa nikmat seperti apa yang dikatakannya. Aku mulai dapat menikmati rasa nikmat itu. Ini mungkin karena pengaruh teh yang kuminum sehingga aku benar-benar belum sadar akan bahaya yang kuhadapi. Yang kuinginkan hanya satu yaitu menuntaskan gejolak yang meledak-ledak dalam diriku. Aku kembali merintih kesakitan saat Pakdhe mulai menekan pantatnya lagi yang membuat batang kemaluannya menerobos lebih dalam ke dalam lubang kemaluanku. Lagi-lagi Pakdhe membisikiku kalau rasa sakit itu akan hilang dengan sendirinya. Ia menarik lagi pantatnya. Benar.. Rasa sakit itu berganti nikmat saat batang kemaluannya ditarik keluar hingga hanya ujung kepalanya saja yang masih terjepit dalam lubang kemaluanku. Lubang kemaluanku yang sudah sangat licin sangat membantu pergerakan batang kemaluan Pakdhe dalam jepitan lubang kemaluanku. Detik-detik berlalu dan sedikit-demi sedikit batang kemaluan Pakdhe meneronos semakin dalam ke dalam lubang kemaluanku. Pakdhe terus menarik dan mendorong pantatnya dengan pelan dan teratur. Hingga suatu saat aku menggigit bibirku keras-keras saat selangkanganku terasa perih sekali. Selangkanganku terasa robek saat Pakdhe menekan pantatnya hingga batang kemaluannya hampir masuk separuh ke dalam lubang kemaluanku. Aku sempat menjerit menahan sakit yang amat sangat di selangkanganku. Pakdhe segera menghentikan gerakannya dan memberiku kesempatan untuk bernapas. Aku merasa lega saat Pakdhe menghentikan gerakannya. Kini aku dapat merasakan lubang kemaluanku seperti terganjal benda keras dan hangat.

    Benda itu berdenyut-denyut dalam jepitan lubang kemaluanku. Kembali rasa sakit yang tadi menyentakku berangsur mulai hilang tergantikan rasa nikmat saat batang kemaluan Pakdhe yang semakin lancar mulai bergerak lagi keluar masuk dalam jepitan lubang kemaluanku. Rasa nikmat terus meningkat sehingga tanpa sadar aku menggoyangkan pantatku untuk segera meraih kenikmatan yang lebih banyak lagi. Aku seperti gila. Rasa sakit itu sudah benar-benar hilang tergantikan rasa nikmat yang benar-benar memabukkan. Pakdhe semakin bersemangat mengayunkan pantatnya menghunjamkan batang kemaluannya. Empat kali mendorong lalu didiamkan dan diputar kemudian ditarik lagi. Tanpa sadar pantatku terangkat saat Pakdhe menarik pantatnya. Berkali-kali Pakdhe mengulang gerakannya hingga perutku terasa kejang. Tubuhku mulai melayang. Tanganku semakin kuat mencengkeram punggung Pakdhe untuk mencoba menahan kenikmatan yang mulai menerjangku. Pakdhe semakin kuat mengayunkan pantatnya diiringi geramannya yang kudengar bergemuruh di telingaku.

    Mataku semakin membeliak menahan desakan yang kian dahsyat di perut bagian bawahku. Aku hampir menjerit saat ada sesuatu yang kurasa pecah di dalam sana. Namun bibir Pakdhe yang tiba-tiba melumat bibirku menghentikan teriakanku. Pakdhe melumat dengan rakus kedua belah bibirku. Aku merasa tubuhku seolah-olah terhempas di awan. Tubuhku mengejat-ngejat saat aku mencapai puncak pendakian yang melelahkan. Pakdhe yang bibirnya masih melumat bibirku pun mulai berkelojotan di atas perutku. Lalu ia menggeram dengan dahsyat.. Dan akhirnya kurasakan ada semburan cairan hangat yang memancar dari batang kemaluan Pakdhe yang terjepit dalam lubang kemaluanku. Batang kemaluannya berkedut-kedut dalam jepitan lubang kemaluanku. Tubuh Pakdhe masih bergerak dengan liar selama beberapa saat lalu ambruk menindihku. Napas ku hanya tinggal satu-satu. Napas Pakdhe pun kudengar menggemuruh di telingaku. Air mataku mengalir saat kusadari segalanya telah terlambat bagiku. Kegadisanku telah terenggut oleh Pakdhe. Orang yang selama ini kuanggap sebagai pengganti ayahku. Lalu dengan lembut Pakdhe mengusap air mataku dan berjanji akan menyayangiku sepanjang sisa hidupnya. Aku menjadi agak terhibur dengan perkataannya.

    Sejak kegadisanku hilang, aku menjadi pendiam. Keceriaan yang selama ini menjadi ciri khasku seolah-olah hilang sirna. Aku menjadi sangat berubah. Selangkanganku masih terasa sakit hingga beberapa hari setelah kejadian itu. Mbak Ningsih yang selama ini sangat memperhatikanku sangat heran melihat perubahan yang terjadi pada diriku. Akhirnya aku mengaku terus terang kepada Mbak Ningsih tentang kejadian yang menimpaku. Ia hanya menghela napas merasa prihatin akan musibah yang kualami. Kira-kira satu bulan sejak aku dinodai Pakdheku, Mbak Ningsih minta pamit kepadaku dan juga Pakdheku. Mbak Ningsih setelah lulus SMK diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta di daerah Malang dan pindah ke Malang. Sehingga sejak saat itu aku yang baru masuk SMU harus tinggal berdua saja dengan Pakdhe.

    Suatu hari, kira-kira seminggu sejak kepergian Mbak Ningsih, saat itu aku sedang mencuci pakaianku dan pakaian Pakdhe. Hari itu sekolahku libur karena tanggal merah jadi aku bersih-bersih rumah. Pakdhe seperti biasanya merapikan tanaman di halaman depan yang sudah mulai tumbuh tidak teratur. Setelah kuselesaikan cucianku dan kujemur, aku berniat mandi. Baru saja mau menutup pintu kamar mandi, tiba-tiba tangan Pakdhe mengganjal pintu kamar mandi dan menyerobot masuk.

    Aku tidak sempat berteriak karena tiba-tiba Pakdhe sudah memelukku. Tubuhnya yang hanya tertutup celana kolor dan sudah basah penuh keringat memelukku erat-erat. Aku tidak berani berteriak karena diancam kalau tidak mau melayani nafsunya aku akan diusir dari rumah itu dan tidak dibiayai sekolahku. Aku merasa takut sekali dengan ancamannya hingga dengan air mata yang kutahan aku pasrah akan apa yang dilakukan Pakdhe padaku.

    Tangan Pakdhe dengan cekatan melucuti dasterku, bra-ku lalu celana dalamku hingga aku benar-benar bugil. Tanpa membuang waktu Pakdhe segera melepas kolornya dan telanjang bulat. Batang kemaluannya yang berwarna hitam kecoklatan masih mengkerut dan menggantung lunglai. Kemudian Pakdhe duduk di tepi bak mandi keramik dengan kaki yang terbuka. Ditariknya tubuh telanjangku ke dalam pelukannya dan dilumatnya bibirku dengan rakusnya.

    Mulutku masih tertutup saat lidah Pakdhe mulai mencoba menerobos masuk ke dalam mulutku. Karena tidak tahan dengan sapuan-sapuan lidahnya yang mendesak-desak bibirku, akhirnya bibirku pun terbuka. Pakdhe segera menyusupkan lidahnya ke dalam mulutku dan mendorong-dorong lidahku. Mula-mula aku diam saja, namun lama-kelamaan aku jadi terangsang juga. Apalagi batang kemaluan Pakdhe yang tadinya mengkerut perlahan-lahan mulai mengembang dan mengganjal perutku. Aku mulai bereaksi. Lidahku tanpa sadar membalas dorongan lidah Pakdhe. Tubuhku mulai menggerinjal dalam pelukan Pakdhe saat tangan Pakdhe mulai menggerayangi buah pantatku. Tangan Pakdhe dengan gemas meremas dan memijat buah pantatku lalu ditariknya tubuhku hingga semakin ketat lengket dalam pelukannya. Setelah puas memainkan lidahnya dalam mulutku, tangan Pakdhe menekan kepalaku hingga aku disuruhnya berlutut di depan selangkangannya. Batang kemaluannya yang sudah keras nampak mengacung tegak di depan wajahku. Ditariknya wajahku ke selangkangannya dan disuruhnya mulutku menciumi batang kemaluannya itu. Dengan agak risi aku terpaksa membuka mulutku dan mulai menciumi batang kemaluannya yang sudah mengeluarkan sedikit cairan. Kepalaku didorong maju mundur oleh tangan Pakdhe yang mencengkeram rambutku hingga batang kemaluannya mulai bergeser keluar masuk dalam mulutku. Kerongkonganku tersodok-sodok ujung kepala kemaluan Pakdhe yang keluar masuk dalam mulutku. Kudengar napas Pakdhe mulai menggebu. Batang kemaluannya semakin mengeras dalam kuluman mulutku. Mungkin karena tak tahan, Pakdhe segera menarik tubuhku agar berdiri lalu mendudukanku di sisi bak mandi. Mulutnya segera mencecar payudaraku kanan dan kiri silih berganti.

    Aku menggelinjang hebat manakala mulut Pakdhe dengan rakusnya mempermainkan kedua puting payudaraku. Tangan Pakdhe pun tak tinggal diam. Tangannya mulai merayap ke selangkanganku yang terbuka lebar dan mulai meremas gundukan bukit kemaluanku. Aku sampai megap-megap mendapat rangsangan seperti itu. Aku semakin tersiksa oleh gejolak nafsu. Mulut Pakdhe lalu merayap menyusuri perutku dan mulai menjilati gundukan bukit kemaluanku. Dikuakkanya kedua bibir kemaluanku dengan jari-jarinya lalu disusupkannya lidahnya ke dalam lubang kemaluanku. Tubuhku yang duduk di sisi bak mandi hampir saja terjatuh karena menggelinjang saat lidah Pakdhe mulai menggesek-gesek dinding lubang kemaluanku. Tanpa sadar tanganku mencengkeram rambut Pakdhe dan menekankan kepalanya agar lebih ketat menekan bukit kemaluanku. Aku semakin blingsatan menahan rangsangan yang diberikan Pakdhe di selangkanganku.

    Tanpa sadar mulutku mendesis-desis dan dudukku bergeser tak karuan. Perutku mulai mengejang menahan desakan gejolak yang meledak-ledak. Tubuhku terasa mulai mengawang dan pandangan mataku nanar. Akhirnya dengan diiringi rintihan panjang aku mencapai orgasmeku. Belum sempat aku mengatur napas tiba-tiba Pakdhe sudah berdiri di hadapanku. Batang kemaluannya yang keras dicocokkan ke bibir kemaluanku dan digesek-gesekkannya ujung kepala kemaluannya ke bibir kemaluanku yang sudah basah dan licin. Aku menggelinjang lagi saat benda hangat itu mulai menerobos masuk ke dalam bibir kemaluanku. Bibir Pakdhe Mitro dengan rakusnya mulai melumat bibirku sambil mendorong pantatnya hingga batang kemaluannya semakin melesak ke dalam jepitan bibir kemaluanku. Aku masih duduk di bibir bak mandi sementara Pakdhe Mitro menggenjot lubang kemaluanku sambil berdiri. Mungkin karena kesulitan bergerak, dicabutnya batang kemaluannya dari jepitan bibir kemaluanku. Tubuhku lalu diturunkan dari bibir bak mandi dan dibaliknya hingga aku berdiri dengan tangan bertumpu bak mandi. Lalu Pakdhe menempatkan diri di belakangku dan mulai mencoba memasukan batang kemaluannya ke dalam bibir kemaluanku dari celah bongkahan pantatku.

    Punggungku didorong Pakdhe agar sedikit membungkuk hingga setengah menungging. Dipentangkanya kedua kakiku lebar-lebar lalu dicucukannya batang kemaluannya ke gundukan bukit kemaluanku. Setelah arahnya tepat, Pakdhe mulai mendorong pantatnya hingga kembali batang kemaluannya menerobos masuk dalam jepitan bibir kemaluanku. Kembali aku mulai merasa ada suatu benda hangat menyeruak ke dalam lubang kemaluanku. Dinding-dinding lubang kemaluanka serasa dikilik-kilik. Batang kemaluan Pakdhe yang terjepit ketat dalam lubang kemaluanku berdenyut-denyut.

    Pakdhe yang napasnya mulai memburu semakin kuat mengayunkan pantatnya maju mundur hingga gesekan batang kemaluannya pada dinding lubang kemaluanku semakin cepat. Pinggulku yang dipegang Pakdhe terasa agak sakit karena jari-jari Pakdhe mulai mencengkeram. Pinggulku ditarik dan didorong oleh tangan kuat Pakdhe seiring dengan ayunan pantatnya. Tubuhku mulai terhentak dan aku mulai limbung. Kembali aku merasa melayang karena desakan gejolak yang meledak-ledak. Pakdhe semakin kuat mengayunkan pantatnya dan napasnya semakin menderu.

    Pantatku yang ditarik dan didorong Pakdhe maju mundur semakin cepat bergerak. Cengkeraman jari-jari Pakdhe semakin terasa di pinggulku. Gerakan ayunan pantat Pakdhe semakin tak terkendali. Tak lama kemudian aku kembali mencapai orgasmeku. Pakdhe pun kukira mencapai puncak kenikmatannya karena aku merasa ada semburan cairan hangat yang menyemprot dari batang kemaluan Pakdhe ke dalam lubang kemaluanku dengan diiringi geraman yang keluar dari mulut Pakdhe. Pakdhe tetap membiarkan batang kemaluannya terjepit dalam lubang kemaluanku selama beberapa saat. Napasnya yang mulai teratur terasa hangat menerpa kulit pipiku. Tulang kemaluannya menekan kuat di bukit buah pantatku.

    Aku merasa sedikit geli karena rambut kemaluan Pakdhe menempel ketat dan menggesek buah pantatku. Batang kemaluan Pakdhe yang masih keras terasa berdenyut-denyut dalam jepitan lubang kemaluanku. Setelah menyemprotkan sisa-sisa air maninya batang itu mulai mengendur dan terlepas dengan sendirinya. Tubuhku sudah terasa lemas tak bertenaga. Aku hanya memejamkan mata karena lemas dan malu karena untuk kedua kalinya aku berhasil digagahi Pakdheku sendiri. Aku membiarkan saja saat Pakdhe memandikanku seperti bayi. Tangannya yang kokoh menyabuni seluruh lekuk tubuhku. Tubuhku kembali menggerinjal saat tangannya yang kokoh mulai menyabuni payudaraku yang baru mulai tumbuh. Putingku yang mencuat dipermainkannya dengan gemas. Tubuhku semakin menggelinjang saat tangannya mulai menyentuh perutku lalu meluncur turun dan mulai menyabuni gundukan bukit kemaluanku yang baru mulai ditumbuhi rambut satu-satu. Jari-jarinya menyisir celah sempit di tengah gundukan bukit kemaluanku dan berlama-lama menyabuni daerah itu. Aku tak berani memandang Pakdhe saat ia mengangsurkan sabun ke tanganku dan menyuruhku menyabuninya. Dengan agak kaku tanganku mulai menyabuni punggung Pakdhe yang kekar. Tanganku bergerak hingga seluruh punggung Pakdhe kugosok merata dengan sabun. Lalu Pakdhe membalikkan tubuhnya menghadapku. Tangannya mengelus-elus kedua payudaraku sementara aku disuruhnya menyabuni tubuh bagian depannya. Tanganku bergerak dari dada terus turun ke arah perut.

    Napas Pakdhe mulai memburu saat tanganku yang dilumuri busa sabun mulai menggosok bagian bawah perutnya. Batang kemaluannya yang tadi kendur sudah mulai mengembang. Tanganku yang agak ragu dipegang Pakdhe dan diarahkan untuk menyabuni daerah kemaluan Pakdhe. Rambut kemaluannya sangat lebat tumbuh di pangkal batang kemaluannya yang mulai berdiri setengah tegak dan mengeras. Lucu sekali kelihatannya seperti pistol namun “gombyok”. Ya!! Kelihatannya seperti pistol gombyok!! Seperti pistol tapi lebat ditumbuhi rambut atau gombyok!!

    Pakdhe yang sudah mulai terangsang segera menyuruhku menyelesaikan acara saling memandikan. Hanya dengan berbalut handuk, tubuhku yang masih agak basah ditariknya dari kamar mandi dan diseret masuk ke kamar Pakdhe. Pakdhe pun hanya mengenakan kolornya yang tadi dipakainya hingga batang kemaluannya yang sudah setengah keras tampak membusung di balik kolor seragamnya. Baru saja pintu ditutup, tubuhku sudah langsung disergapnya. Diloloskannya handuk yang melilit tubuhku hingga aku telanjang bulat. Pakdhe segera melepas kolornya dan bugil dihadapanku. Mulut Pakdhe segera menyergap bibirku dan melumatnya dengan rakus. Kedua payudaraku segera menjadi bulan-bulanan remasan tangannya hingga tubuhku menggelinjang dalam dekapannya. Tanganku segera dibimbing Pakdhe dan dipegangkannya ke batang kemaluannya yang sudah semakin mengembang. Bibir Pakdhe yang rakus meulai bergeser turun dari bibirku ke dagu, lidahnya menjilat-jilat daguku terus turun ke leherku hingga aku semakin menggelinjang karena kumisnya yang pendek dan kasar menggaruk-garuk batang leherku. Aku semakin mendesis karena kini bibir Pakdhe sudah mulai melumat kedua puting payudaraku kanan dan kiri secara bergantian. Tanganku secara tak sadar bergerak mengurut dan meremas “pistol gombyok” Pakdhe.

    Napas Pakdhe pun semakin menderu dan semakin keras menghembus di kedua payudaraku. Jilatannya semakin liar di seluruh bukit payudaraku tanpa terlewatkan sejengkalpun. Batang kemaluan Pakdhe yang semakin keras mulai berdenyut-denyut dalam genggaman tanganku. Sementara tangan Pakdhe mulai bergerak liar menyusuri penggungku dan turun ke bawah lalu berhenti di kedua pantatku dan meremas-remas kedua buah pantatku dengan gemasnya. Aku sangat terangsang. Ya.. Mungkin daerah kelemahanku adalah pada buah pantatku dan pada kedua puting payudaraku. Tubuhku sudah mulai mengawang dan sudah pasrah bersandar dalam pelukan Pakdhe. Mengetahui kalau tubuhku sudah tersandar sepenuhnya dalam pelukannya, Pakdhe segera mendorong tubuhku ke kasurnya hingga aku berbaring telentang. Ditindihnya tubuh telanjangku oleh tubuh kekar Pakdhe. Dibentangkannya kedua kakiku lebar-lebar dan aku kembali digumuli Pakdheku.

    Lidah Pakdhe kembali menyerbu bibirku lalu bergeser ke leherku. “Pistol gombyok” Pakdhe yang sudah sangat keras mengganjal di perut bagian bawahku. Rambut kemaluannya yang gombyok sangat terasa menggesek-gesek perutku menimbulkan rasa geli. Lidah Pakdhe menjilat-jilat seluruh batang leherku hingga aku mendesis-desis kegelian. Tubuhku semakin menggelinjang menahan geli saat lidahnya mulai bergeser turun dan menyapu-nyapu sekeliling bukit payudaraku di sekitar putingku. Tubuhku semakin menggerinjal saat lidah Pakdhe yang panas mulai menyapu-nyapu puting payudaraku. Tubuhku serasa semakin melayang. Lidah Pakdhe terus bergeser ke bawah. Pusarku dijilatnya dengan rakus lalu lidahnya mulai bergerak turun ke perut bagian bawahku. Otot-otot perutku terasa seperti ditarik-tarik saat bibir Pakdhe menyedot-nyedot daerah sekitar perut bagian bawahku di atas pangkal pahaku. Geli sekali rasanya, apalagi kumisnya yang pendek dan kasar menyeruduk-nyeruduk kulit perutku yang halus. Pakdhe lalu membalik tubuhnya.

    Wajahnya menghadap selangkanganku sementara “pistol gombyok”nya dihadapkan ke wajahku. Diturunkannya pantatnya hingga batang kemaluannya menempel bibirku. Dibimbingnya “pistol gombyok”nya ke mulutku. Aku tahu aku harus membuka mulutku menyambut “pistol gombyok” Pakdhe yang dijejalkan ke dalam mulutku. Dengan terpaksa aku mulai mengulum “pistol gombyok” Pakdhe dan menjilati seluruh ujung topi bajanya yang mengkilat. Tubuhku terhentak saat mulut Pakdhe mulai melumat bibir kemaluanku. Kedua tangannya menarik kedua bibir lubang kemaluanku dan membukanya lebar-lebar lalu lidahnya yang panas didorong keluar masuk kedalam lubang kemaluanku. Aku semakin mendesis-desis menahan nikmat. Napas Pakdhe yang semakin menggebu sangat terasa meniup-niup lubang kemaluanku yang terbuka lebar. Tanpa sadar pantatku terangkat ke atas seolah menyambut dorongan lidah Pakdhe yang menggesek-gesek kelentitku. Gerakan lidahnya yang liar seolah membuatku semakin gila. Tanpa dapat kucegah lagi, mulutku merintih dan mendesis menahan gejolak kenikmatan yang meledak-ledak. Batang kemaluan Pakdhe yang menyumpal mulutku tak mampu menahan desisan yang keluar dari mulutku. Mataku kembali nanar. Perutku terasa kejang.. Dorongan gejolak liar yang mendesak di perut bagian bawahku sudah hampir tak dapat kutahan lagi. Lalu dengan diiringi rintihan panjang tubuhku menggelepar dan berkelojotan seperti ayam disembelih. Tubuhku lalu melayang dan terhempas di tempat kosong. Akhirnya tubuhku terdiam beberapa saat. Aku telah mencapai orgasme yang ke sekian di pagi itu. Tubuhku terasa lemas tak bertenaga. Aku hanya pasrah saat Pakdhe yang telah mencabut batang kemaluannya dari kuluman mulutku bangkit dan duduk di sisi pembaringan mengangkat tubuhku dan mendudukanku di pangkuannya. Tubuhku dihadapkannya ke dirinya dan kakiku dipentangkannya hingga aku terduduk mengangkang dipangkuannya dengan saling berhadapan. Kemudian tangan Pakdhe mengarahkan batang kemaluannya ke celah bukit kemaluan di selangkanganku. Bless!! Aku terhenyak saat pantatku diturunkan dan ada suatu benda keras dan hangat mengganjal di lubang kemaluanku. Nikmat sekali rasanya. Seluruh dinding lubang kemaluanku terasa berdenyut-denyut. Kelentitiku yang sudah membengkak tergesek nikmat pada pangkal batang kemaluan Pakdhe. Lain sekali rasanya bersetubuh dengan posisi begini. Aku merasa sangat terangsang! Kelentitku serasa tergesek penuh pada batang kemaluan Pakdhe.

    Dengan dibantu kedua tangan Pakdhe yang menyangga kedua buah pantatku tubuhku bergerak naik turun di pangkuan Pakdhe. Payudaraku yang baru tumbuh bergetar bergoyang-goyang seiring dengan naik turunnya tubuhku di pangkuan Pakdhe. Batang kemaluan Pakdhe yang menancap ketat dalam jepitan lubang kemaluanku terasa menggesek nikmat seluruh dinding lubang kemaluanku yang terus berdenyut-denyut meremas apa saja yang menyumpalnya. Tubuhku terasa menggigil bergetar saat mulut Pakdhe tak tinggal diam. Mulut Pakdhe dengan rakusnya melumat kedua puting payudaraku bergantian. Mulutnya menyedot buah dadaku sepenuhnya. Gerakanku menjadi kian liar. Desakan gejolak birahi semakin mendesak. Aku mempercepat gerakanku naik turun dengan diselingi sedikit memutar saat seluruh batang kemaluan Pakdhe masuk hingga ke pangkalnya ke dalam jepitan lubang kemaluanku. Karena tak tahan lagi tanpa sadar kudorong tubuh Pakdhe hingga terbaring telentang di kasur dengan kedua kaki menjuntai ke lantai. Tubuhku yang tadi di pangku Pakdhe menjadi duduk seperti seorang joki yang sedang naik kuda balap berpacu dalam birahi dengan menduduki Pakdhe yang berbaring telentang.

    Gerakanku kian bebas. Dengan tangan bertumpu pada dada Pakdhe yang bidang aku terus menggerakan pantatku memutar dan maju mundur. Kelentitiku kian ketat tergesek batang kemaluan Pakdhe. Tanga Pakdhe yang memegang kedua pantatku semakin ketat mencengkeram dan membantu mempercepat gerakanku. Aku merasa tubuhku kembali mulai mengawang. Gerakanku kian tak terkendali. Mataku mulai membeliak dan mulutku menceracau tak karuan. Puncak pendakian kian dekat.. Kian dekat.. Dan akhirnya dengan merintih panjang tubuhku berkejat-kejat seperti sedang terkena aliran listrik. Lubang kemaluanku berdenyut-denyut saat ada sesuatu yang pecah di dalam sana.. Tubuhku berkejat-kejat beberapa saat lalu ambruk di atas perut Pakdhe. Aku benar-benar tak bertenaga. Ya akibat pistol gombyok Pakdhe aku mencapai orgasme yang kesekian kalinya. Luar biasa Pakdhe ku ini. Walaupun sudah tua namun mampu membuat aku yang masih ABG begini bertekuk lutut. Pakdhe yang rupanya belum mencapai orgasme segera membalikkan tubuhku dengan tanpa melepaskan batang kemaluannya yang masih menancap dalam jepitan lubang kemaluanku. Sekarang tubuhku yang telentang gantian digenjot Pakdhe.

    Aku yang sudah tak bertenaga hanya pasrah. Pakdhe dengan semangat juang terus menggenjot selangkanganku dengan tusukan-tusukan batang kemaluannya. Pistol gombyoknya tanpa ampun menghajar lubang kemaluanku. Perlahan-lahan napsuku mulai bangkit lagi menerima tusukan-tusukan pistol gombyok Pakdhe. Dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada aku berusaha menyambut setiap tusukan pistol gombyok dengan menggoyangkan pantatku ke kanan dan kiri. Napas Pakdhe semakin memburu dan terdengar menggemuruh menghembus ke payudaraku yang dilumat bibir rakus Pakdhe. Genjotan Pakdhe semakin kuat dan bertubi-tubi. Desakan gejolak yang mendesak dalam tubuhku semakin menguat. Aku sudah hampir tak kuat lagi menahan desakan itu. Tubuhku kembali mengejang. Pantatku terangkat dan dengan merintih panjang aku mencapai puncak pendakian yang sangat melelahkan. Tubuhku terhempas di tempat kosong dan pandangan mataku makin nanar. Aku merasa betapa di saat-saat itu tubuh Pakdhe yang menindih perutku mulai bergetar.

    Mulutnya menggeram dahsyat dan pantatnya menekan kuat-kuat menghunjamkan pistol gombyoknya ke dalam jepitan lubang kemaluanku. Tubuh Pakdhe berkejat-kejat lalu aku merasa ada semprotan cairan hangat menyiram di dalam lubang kemaluanku. Ada rasa berdesir menyergapku saat semprotan itu menyembur ke liang rahimku. Tubuh Pakdhe tersentak-sentak lalu ambruk di atas perutku. Sungguh melelahkan pergumulan di pagi itu. Akhirnya aku tertidur karena terlalu lelah. Pagi itu Pakdhe benar-benar melampiaskan seluruh hasratnya pada tubuhku. Dari pagi hingga malam aku tidak dibiarkannya mengenakan pakaian utuh. Aku disetubuhi berkali-kali hari itu hingga selangkanganku terasa ngilu karena digenjot Pakdhe. Sejak kepergian Mbak Ningsih aku menjadi pelampiasan napsu Pakdhe.

    Minimal satu kali dalam satu minggu Pakdhe pasti minta jatah dariku. Selama tiga tahun aku menjadi budak napsu pistol gombyok Pakdhe hingga aku lulus SMU. Tiga tahun aku harus menjalani kehidupan sebagai sasaran tembak “pistol gombyok” Pakdhe. Ternyata hal seperti itu dialami juga oleh Mbak Ningsih. Dia bercerita kalau dulu pertama kali diperawani Pakdhe dirinya tidak sadar. Untuk selanjutnya ia juga diancam tidak akan dibiayai sekolah dan diusir kalau tidak mau memenuhi keinginan Pakdhe. Lalu setelah aku lulus, atas kebaikan Mbak Ningsih aku kuliah di salah satu PTS di kota Solo. Untuk menambah biaya karena tidak ingin terlalu memberatkan Mbak Ningsih aku terjun ke dunia pelacuran. Ya.. Akhirnya aku menjadi pelacur untuk membiayai kuliahku. Aku berjanji akan berhenti dari dunia ini setelah aku mempunyai cukup bekal.

  • Celah Dinding Antar Kontrakan Tetangga

    Celah Dinding Antar Kontrakan Tetangga


    1551 views

    Cerita Sex Tetangga ini Berjudul ” Celah Dinding Antar Kontrakan Tetangga ” Kisah Seks Mengintip ini Bikin Sange.

    Perawanku – Larsih, 26 tahun dan suaminya Tono, 32 tahun, tinggal di rumah petak kontrakan di samping kanan kamar pasangan suami isteri Mas Diran, 38 tahun dan Murni, 28 tahun. Dan disamping kirinya tinggal Mak Sani, janda tua 64 tahun, yang tinggal sendirian karena anak-anaknya sudah pada menikah dan berada di tempat lain.

    Cerita Sex Ngentot Tetangga Waktu Mengintip


    Pasangan Larsih dan Tono serta para tetangganya itu tinggal di deretan petak-petak rumah kontrakan di bilangan kota Bekasi. Ada sekitar 3 atau 4 rumah petak lain yang sejenis juga tersebar di sekitar rumah yang ditempati Larsih dan Tono itu.

    Rumah-rumah itu rata-rata berbentuk bangunan panjang sederhana dengan deretan petak ruang-ruang kamar ukuran 3 X 6 m2.
    Dalam ruang yang sempit itu para penghuninya melakukan berbagai kegiatan rumah tangganya. Fungsi dapur, kamar tidur dan ruang keluarga atau ruang tamu saling silih berganti sesuai kebutuhan.

    Antara petak satu dengan lainnya hanya dibatasi oleh dinding tipis yang terbuat dari tripleks. Dinding itu telah banyak mengelupas di sana-sini. Pada beberapa bagiannya bahkan juga ada lubang-lubang sehingga bukannya tidak mungkin tetangga yang satu mengintip tetangga lainnya.

    Secara berkala Larsih dan Tono menempelkan kertas koran di sana sini pada dindingnya untuk menutupi bolong-bolong itu sebelum mereka mengecatnya. Dengan dinding macam itu, untuk saling tegur sapa antar tetangga mereka tak perlu secara khusus berhadapan atau keluar rumah. Mereka sudah terbiasa lempar omongan diantara dinding-dinding itu. Sambil melakukan kegiatan sehari-hari mereka bisa saling bicara dari tempat masing-masing. Mereka ini memang orang-orang yang mudah dengan cepat menyesuaikan diri dan terbiasa menghadapi hidup yang serba kekurangan di tengah kota besar macam Bekasi itu.

    Akan halnya keluarga Larsih, Tono suaminya bekerja sebagai buruh di sebuah perusahaan angkutan. Hampir setiap hari dia berangkat kerja dari pukul 6 pagi hingga pulangnya pada pukul 7 malam. Maklum dia menggunakan kendaraan umum yang apabila kesiangan di pagi hari akan kena macet di jalanan sehingga berakibat terlambat sampai di kantor. Sebaliknya pada saat pulang tidak mudah mendapatkan tempat di bus kota yang berjubel itu. Dan tentu saja hampir setiap hari pula Larsih harus sibuk sendirian di rumah. Sesekali dia ngobrol sama Mak Sani atau tetangga lain untuk sekedar membuang rasa bosan.

    Adapun tetangga samping kirinya, Mas Diran dan istrinya Murni, adalah juga orang-orang yang sibuk. Mas Diran bekerja sebagai Satpam di kompleks pergudangan Bekasi. Dia bekerja bergilir, seminggu tugas malam, dari pukul 6 malam hingga pulangnya pukul 6 pagi, kemudian seminggu berikutnya tugas siang dari pukul 6 pagi hingga pulangnya pukul 6 malam. Istrinya, Murni bekerja sebagai perawat di rumah sakit bersalin di bilangan kecamatan tidak jauh dari rumahnya.

    Jadi pada waktu-waktu tertentu di siang hari rumah Mas Diran dan Murni kosong selama satu minggu karena Mas Diran kebetulan kena giliran jaga di siang hari. Dan pada minggu lainnya sesekali Larsih melihat Mas Diran yang sedang santai di rumahnya karena kebagian gilir jaga di malam harinya.

    Begitulah kehidupan per-tetangga-an mereka selama berbulan-bulan hingga.. Terjadilah peristiwa dan cerita ini..

    Peristiwa dan cerita yang penuh nafsu syahwat birahi, yang akan merubah suasana dan situasi kehidupan mereka yang tinggal di deretan rumah kontrakan sederhana itu. O, ya.. Aku lupa. Perlu aku jelaskan bahwa untuk keperluan mandi, mencuci dan kakus pada mereka tersedia tempat dan fasilitasnya untuk digunakan bersama. Secara bergantian tentunya. Dan di situlah terjadi saling ketemu, saling tegur dan saling pandang antar tetangga satu sama lainnya.

    Dan dari sini pulalah awal dari segala peristiwa dan cerita ini..

    Larsih adalah perempuan yang suka sibuk. Dia tidak mau diam. Selalu ada yang dia kerjakan. Disamping setiap hari dia membersihkan dan merapikan rumahnya yang kecil itu Larsih juga senang memasak dan mencuci pakaiannya atau pakaian suaminya. Hampir banyak waktunya dia habiskan di dapur dan tempat mandi dan cuci.

    Dan tentu saja tetangganya, dalam hal ini Mas Diran justru sering melihat dan berjumpa Larsih di tempat ini. Pada saat dia kena gilir jaga malam se-siang hari Mas Diran yang sendirian karena istrinya lagi kerja banyak keluar masuk di tempat mandi dan cuci ini. Karena seringnya bertemu berdua saja, mau tidak mau seringlah terjadi saling tegur sapa antara Larsih dan Mas Diran. Tidak bisa dipungkiri bahwa Larsih yang baru 26 tahun itu memiliki daya tarik seksual yang lumayan. Ibarat kembang Larsih ini sedang mekar-mekarnya dan ranum.

    Semerbak bau dan tampilan tubuhnya bagaikan madu yang mampu membuat mabok para kumbang dan kupu-kupu. Tubuhnya yang nampak ‘getas’ dengan tingkahnya yang gesit membuat dia demikian mudah memancing syahwat para lelaki normal yang melihatnya. Dan tentu saja syahwatnya Mas Diran yang juga lelaki normal itu. Diam-diam selama ini Mas Diran memang selalu memperhatikan sosok Larsih. Dia cukup ‘kesengsem’ dengan istri tetangganya itu.

    Dan dari waktu ke waktu Mas Diran sering dan semakin merasa sepi saat tidak bisa menyaksikan Larsih berada di tempat mandi dan cuci. Dia jadi gelisah. Mondar-mandir atau mengintip ke belakang di tempat mandi cuci itu. Tak dipungkiri bahwa Mas Diran suka membayangkan betapa nikmatnya kalau bisa berasyik masyuk dengan Larsih.

    Dia melihat banyak kelebihan Larsih dari istrinya Murni. Dia melihat dan mambayangkan betapa Larsih akan sangat ‘panas’ saat berada di ranjang. Dia bisa merasakan bagaimana perempuan dengan betis kecil dan dada yang bidang macam Larsih itu akan menjadi kuda betina liar yang terus meringkik kehausan saat bergelut di ranjang. Mas Diran juga membayangkan bagaimana susu Larsih yang belum melahirkan anak itu akan menjadi kenyal saat mendapatkan sentuhan atau sedotan dari lidah atau bibir lelaki. Susu yang pada saat kena sentuhan birahi akan membuat putingnya naik terangkat dan mencuat ke depan. Warnanya yang merona merah akan sangat menantang seseorang untuk mendekatkan bibirnya dan menghisapinya.

    Cerita Sex Tetangga – Mas Diran tidak bisa mengelakkan penisnya yang selalu ngaceng saat membayangkan pesona Larsih yang istri tetangganya itu. Akan halnya Larsih sendiri, dia menyadari dan tahu bahwa dirinya termasuk seorang perempuan yang memilik pesona seksual. Banyak lelaki dan khususnya Mas Diran yang tetangganya itu sering kepergok saat memperhatikan tubuh indahnya.

    Beberapa kali, atau sering kali dia mencuri pandang dan melihat bagaimana Mas Diran melotot matanya melihat tampilan dirinya. Sebagai perempuan muda, Larsih tidak menutupi kebanggaannya saat ada lelaki, siapapun dia, yang menunjukkan ketertarikan atau kekaguman pada dirinya atau pada tubuhnya. Bukankah itu merupakan semacam pengakuan dari para lelaki bahwa dirinya cantik, menarik dan pantas dikagumi? Dan Larsih termasuk perempuan yang selalu haus pengakuan macam itu.

    Walaupun Tono suaminya tak pernah berhenti memuji kecantikannya dia masih juga senang saat ada lelaki lain yang memperhatikan dengan penuh nafsu pada bagian-bagian sensual tubuhnya. Dia tahu Mas Diran suka memperhatikan tulang pipinya yang tinggi dan membuatnya nampak manis itu. Dia tahu Mas Diran sangat suka mempehatikan bibirnya saat dia sedang berbicara apa saja. Dia tahu Mas Diran suka memperhatikan lehernya yang jenjang dan bahunya yang lebar, seakan menunggu kesempatan kapan untuk bisa mendaratkan lidah dan bibirnya di atasnya.

    Dia tahu Mas Diran suka memperhatikan celah di antara buah dadanya. Dia tahu Mas Diran suka memperhatikan ketiaknya saat menjemur pakaiannya. Dia tahu Mas Diran suka memperhatikan pantatnya yang seksi saat dia nungging menyapu lantai tempat mencuci. Dia juga tahu bagaimana mata Mas Diran berusaha menembusi celah roknya saat dia jongkok di tempat cucian. Dia juga tahu dan merasakan betapa Mas Diran pengin melihat bagian-bagian tubuhnya yang sangat rahasia.

    Dan Larsih sangat menikmati bagaimana Mas Diran memuaskan matanya untuk menikmati pesona tubuhnya. Dia sangat senang saat melihat mata Mas Diran yang melotot seakan hendak menelanjangi dan melahap tubuhnya. Dan Larsih akan kesepian dan gelisah pada saat tak ada Mas Diran. Pada saat Mas Diran kena giliran jaga siang hari, hati Larsih menjadi kosong dan merasa sendirian.

    Larsih menjadi malas berbuat apapun. Malas masak, malas nyuci, malas mandi dan malas lain-lainnya. Dia merasa kehilangan pengagumnya. Dan dia juga seakan kehilangan semangat hidupnya.

    Begitulah hingga pada suatu pagi..
    Lokasi di rumah kontrakan pagi ini nampak sunyi. Murni sudah berangkat kerja. Tono sudah berangkat kerja pula. Kebetulan Mak Sani juga sedang pergi nginap di tempat anaknya di Serang. Nampak Larsih dengan cuciannya yang menggunung, karena baru saat ini pengin nyuci sesudah 4 hari bermalas-malasan. Dia nampak sibuk dengan memilah-milah dan menggilas pakaian-pakaiannya. Pagi ini dia menunjukkan semangatnya kembali. Dia tahu mulai hari ini Mas Diran untuk selama satu minggu ke depan akan selalu berada di rumah pada siang hari. Dia kena tugas jaga di malam hari selama seminggu.

    Sesudah satu minggu menunggu dalam sepi, hari ini Larsih sudah bertekad akan banyak nyuci atau masak yang membuatnya bisa mondar-mandir di tempat mandi dan cuci ini. Dia sudah rindu akan mata hausnya Mas Diran yang seakan menelanjangi dan hendak menelan tubuhnya itu. Dia sudah rindu akan pandangan penuh birahi Mas Diran yang bisa membakar semangat kerjanya pula. Dia merasakan betapa dari setiap pandangan mata Mas Diran pada bagian-bagian tubuhnya membuat dirinya sangat bangga dan tersanjung.

    Pagi ini Larsih lebih dari sekedar nyuci. Pagi ini Larsih sengaja berdandan khusus untuk Mas Diran. Dia memakai baju atas yang memperlihatkan belahan dadanya lebih membelah, disamping lebih menunjukkan keindahan bahu dan ketiaknya. Baju atasnya itu hanyalah sepotong kain yang membungkus sebagian kecil dadanya dengan tali kecil yang nyangkut ke bahunya. Dengan baju macam itu Mas Diran akan lebih bisa menikmati keindahan tubuhnya, ketiaknya dan belahan dadanya.

    Larsih juga mengenakan rok yang sangat pendek. Dia ingin menunjukkan betisnya yang ranum bak padi bunting serta membuat lebih banyak menampakkan bagian dengkul hingga naik ke sedikit pahanya. Pada saat jongkok, bukan tidak mungkin Mas Diran juga berkesempatan melihat secercah celana dalamnya. Jantung Larsih berdesir saat mengkhayalkan bagaimana nanti Mas Diran terpukau pada saat menyaksikan bagian-bagian tubuhnya yang sensual dan sangat rahasia ini.

    Jam menunjukkan pukul 9 pagi. Larsih sudah tak sabar menanti kehadiran Mas Diran. Mas Diran memang biasa bangun siang sesudah tugasnya yang hingga pagi hari itu. Biasanya dia baru keluar untuk mandi sekitar pukul 10 pagi.

    Tetapi untuk pagi ini, mungkinkah dia keluar lebih awal..?

    Hati Larsih melonjak girang sekaligus deg-degan saat mendengar gerendel pintu rumah Mas Diran dibuka. Dengan hanya bercelana kolor dan kalung handuk Mas Diran keluar dari rumahnya.

    “Pagi, Dik Larsih. Sudah rajin nih, ya. Bagaimana kabarnya. Dik Larsih dan Mas Tono sehat?”, sapa ramah Mas Diran.

    Dengan muka berona kemerahan karena menahan desirnya jantung dan hati, Larsih menjawab, “Pagi Mas Diran. Baik. Baru bangun ya?!”, sambil menebar senyuman dan matanya menatap tubuh Mas Diran.

    “Iya, nih. Semalam benar-benar begadang karena ada satu teman yang absen. Saya mesti menggantikannya. Ss.. Saya kk.. Kehilangan giliran tidurnya, dd.. D.. Dik”, kali ini jawabannya agak tersendat. Mas Diran menyaksikan betapa Larsih nampak sangat membangkitkan birahinya dengan pakaiannya yang banyak terbuka itu.

    Sepertinya Larsih langsung tahu. Dia gembira hatinya karena tujuannya tercapai. Kemudian sambil pura-pura membetulkan ikatan rambutnya, Larsih mengangkat tangannya hingga ketiaknya yang mulus dan indah itu nampak terbuka lebar. Bak seorang penari yang sekaligus koreografer, dia juga menggerakkan bagian-bagian tubuh lainnya dengan harapan Mas Diran bisa menikmati keindahan leher lehernya, belahan dadanya dan juga bibir sensualnya.

    Dia menyahut omongan Mas Diran dengan sedikit melempar umpan,

    “Yaa.., khan ada Mbak Murni, Mas. Tentunya khan ada dong.. Sambutan di pagi hari.. “, sambil sedikit melepas senyuman dan lirikan matanya yang menggoda. Seperti gayung bersambut, Mas Diran merespon dengan penuh pemahaman dan dorongan untuk’jemput bola’. Dengan gaya ‘lelaki yang penuh derita’ dia menjawab,

    “Ah.., nggak koq, dik. Setiap pagi saya datang, setiap pagi itu pula Murni siap berangkat. Jadinya yaa.. Selalu selisiban, begitu”.

    Mas Diran juga sempat mikir, kenapa kali ini Larsih ini kok demikian beda. Pakaiannya beda. Duh.., tuh lihat.., belahan dadanya.., dan ituu.., ketiaknyaa.. Huuhh.. Indah banget, sih.. Pasti wanginyaa.. Dia memang tahu, Dik Larsih ini seneng kalau diperhatikan. Apalagi kalau saat memperhatikan menampakkan pandangan kekagumannya. Tetapi kali ini..

    Dan omongannya lebih berani. Bukankah omongannya tadi banyak mengandung godaan dan pancingan-pancingan? Adakah Larsih dilanda rasa sepi? Adakah Mas Tono, yang suami Dik Larsih kurang memberikan makanan batin? Mungkinkah Larsih ini kesepian dan sengaja menunggu sentuhan-sentuhan birahinya.., ah.., jangan terlalu jauh.. Kasihan Dik Tono, begitu pikir Mas Diran.

    Tetapi tak perlu dipungkiri, penis Mas Diran ngaceng juga. Rasa sepi hati Larsih telah sedikit terobati. Dia sudah menyaksikan kembalinya sang pengagum dirinya. Persiapan yang sungguh-sungguh untuk disuguhkan kepada pengagumnya juga sudah dia lakukan. Dia sudah memakai baju yang paling menarik.

    Dengan berpura-pura membetulkan ikatan rambutnya dia sudah menyuguhkan pesona ketiaknya, leher jenjangnya dan belahan dadanya pada Mas Diran dengan cara yang sangat atraktip dan mendebarkan hati. Dia juga sudah sudah membuka omongan dengan omongan yang tak biasanya. Omongan yang nyata-nyata bisa menjadi umpan pancingan. Omongan yang mengandung goda. Sebenarnya dia juga nggak tahu, kenapa omongan itu keluar begitu saja dari mulutnya?!

    Bukankah omongan macam tadi bisa menimbulkan pertanyaan aneh dan menggoyahkan hati serta pikiran Mas Diran?! Ah.., Mas Diran nampak beranjak untuk mandi. Sepintas Larsih mengikuti dengan ekor matanya hingga Mas Diran masuk dan menutup kamar mandinya. Dia melihat betapa tubuh Mas Diran itu demikian kekar sehat. Dia melihat sepintas betapa dadanya penuh otot. Mas Diran bisa merawat tubuhnya. Tidak seperti dada Mas Tono yang kerempeng itu.

    Larsih juga memperhatikan betapa dengan tubuh jangkungnya Mas Diran, ada kali sekitar 175 cm, sungguh membuatnya tampil sebagai lelaki yang jantan dan tegap. Dd.. Dan, seandainya kepalaku jatuh bersandar pada dada ituu.. Ahh.., jangan terlalu jauh.

    Ada Mbak Murni.., jangann.., begitu lamunan Larsih yang langsung membuat wajahnya memerah. Begitulah, nampaknya hari ini telah tumbuh sebuah komunikasi yang beda antara Larsih dan Mas Diran. Komunikasi yang terasa bernuansa romantis walau yang tak ter-ucapkan dalam kata-kata vulgar. Komunikasi dua insan manusia yang selalu haus akan penyaluran naluriah syahwatnya.

    Komunikasi yang membuat hati keduanya berdesir-desir. Komunikasi yang kemudian membuat dan menggelisahkan batin mereka berdua. Sejauh ini komunikasi itu memang masih bersifat ‘cara mata memandang serta ucapan pameo’ yang bisa mengandung banyak makna. Komunikasi itu memang masih diluar jangkauan akan makna ‘hubungan’. Makna ‘hubungan’ yang bisa lebih konkrit mengarah dalam bentuk komunikasi fisik.

    Tetapi komunikasi yang terjadi antara Larsih dan Mas Diran hari ini sudah memungkinkan berkembang ke arah ‘bahaya’, mengingat pada Larsih ada Tono dan pada Mas Diran ada Murni, pasangan-pasangan hidup mereka.

    Bukan tidak mungkin mereka terseret ke komunikasi yang menyentuh hati. Dan lebih jauh lagi menjadi komunikasi yang menebar panggilan birahi, seperti serbak bunga pada kumbang. Atau nyanyian angsa jantan untuk menarik angsa betina. Atau aroma kemaluan serigala betina yang menebar hingga tercium serigala jantan. Dan akan lebih berbahaya lagi apabila komunikasi itu bergeser dan berubah menjadi ‘hubungan’ yang bersifat fisik.

    Yang telah terjadi saat ini adalah, kalau tadinya antara mereka hanya saling curi pandang, kini baik Mas Diran maupun Larsih sudah berani langsung saling pandang. Saling melirikkan matanya, saling mengangkat alis sebagai pertanda pada hal-hal yang belum mungkin terucapkan. Saling menggoda dan menyindir pada hal-hal yang mengarah ke erotisme.

    Tetapi bagaimanapun baik Larsih maupun Mas Diran masih memperhitungkan adanya tetangga yang tinggal di rumah petak yang lain di sekitarnya. Mereka sangat menjaga jangan sampai terlanjur mengundang perhatian tetangga mereka itu. Kalau hal itu terjadi akan berbahaya bagi kehidupan rumah tangga mereka dan akan sulit bagi mereka untuk bisa melangsungkan komunikasi selanjutnya.

    Tetapi yang namanya panggilan syahwat dan birahi tak pernah putus akal. Dewa-dewa cinta yang sangat kreatip selalu mengirimkan berbagai akal bulusnya. Gagasan dan akal bulus para dewa cinta itu dengan gampang merasuki keduanya. Lihatlah..

    “Dik Larsih, kemarin Mas Tono bawa koran Kompas, khan? Aku pinjam dong. Aku pengin baca berita Pemilu 2004, nih,” terdengar suara Mas Diran dari balik dinding rumahnya yang penuh bolong itu.
    “Ada, Mas. Aku antar ke depan rumah ya,” jawab Larsih.
    “Nggak usah. Lewat sini saja dik. Dari arah bangku Dik Larsih ini khan ada bolongan. Cukup untuk nyeploskan koran. Gulung saja dulu, dik,” usul Mas Diran yang sangat unik, menggunakan bolongan dinding mereka untuk mengirimkan koran Kompasnya.

    Dan sejak itu banyak dan beragamlah pemanfaatan lubang dinding dekat bangku Larsih itu. Dari kiriman sambel kecap untuk makan siang, pisang goreng, pinjam ballpen, pinjam buku dan sebagainya. Lubang yang letaknya kira-kira sepinggang di atas lantai itu terjadi karena triplek dinding yang telah keropos.

    Semula sudah ditutup koran-koran yang ditempel dengan lem sagu. Tetapi ya, mudah lepas. Dilem lagi, lepas-lepas lagi. Dan akhirnya setengah dibiarkan. Lubang itu tidak tepat berbentuk bulatan. Dari atas turun memanjang hingga sekitar 12 cm dengan lebarnya yang 3 cm. Tetapi kalau diperlukan, lubang itu bisa direnggangkan sedikit sehingga bisa untuk nyeploskan botol kecap yang besar itu atau lainnya.

    Pada saat lain lubang itu kembali menyempit sehingga tidak menarik perhatian siapapun termasuk Tono suami Larsih maupun Murni istri Mas Diran. Dengan lubang macam itulah akal bulus para dewa cinta bisa memanggil-manggil birahi dan syahwat manusia kapan saja. Dengan adanya lubang pada dinding itu komunikasi erotis antara Mas Diran dan Larsih berkembang dengan sangat pesat.

    Dari waktu ke waktu panah dewa cinta dengan pasti menembus dan membutakan mata dan hati mereka.
    Kata-kata yang saling ejek dan goda dengan seling tawa saling dilontarkan antara Larsih dan Mas Diran melewati dinding rumah mereka. Dan ucapan-ucapan mereka dengan cepat berkembang semakin bebas, semakin panas serta semakin vulgar. Kini nampak keduanya sedang ber-asyik masyuk dengan saling berbisik antar dinding.

    Larsih secara khusus menarik bangku plastik untuk kemudian duduk mendekat ke dinding dan lubang itu. Demikan pula Mas Diran. Dia menarik kursi makannya untuk mendekati dinding dengan lubangnya itu pula.

    “Gede donk, punya Mas Tono?,” bisik Mas Diran melontarkan godaan ‘hot’-nya.
    “Ah, jangan mengejek lho. Dosa tuh. Memangnya seperti punya Mas Diran, bisa buat pentungan kalau lagi jaga malam?,” balas Larsih disertai tawanya yang menderai tertahan.
    “Ya, tapinya banyak loh yang pengin kena pentunganku,” ganti Mas Diran yang ketawa.
    “Ya, sudah. Sana cari yang suka pentungan Mas Diran!,” ketus Larsih bernadakan cemburu.
    “Eh, eh, eh.. Jangan marah.., ayolah say..,” buru-buru Mas Diran membujuk Larsih.

    Justru cemburu Larsih kian membara. Dia menganggap Mas Diran juga mengobral goda pada perempuan lain. Dia merasa seakan Mas Diran punya perempuan simpanan. Mukanya cemberut. Dia tidak menjawab bisikkan Mas Diran.

    Sesudah beberapa kali berusaha memancing omongan Larsih, bisikkan Mas Diran tetap tak mendapatkan respon, Sekali lagi dewa cinta perlu ikut campur.

    “Ya, sudaahh.., aku mau tidur sajaa..,”
    “Eeii.. Tunggu. Kembalikan dulu koranku. N’tar dicari yang punya,”
    Kemudian Larsih menuju lubang di dinding, “Mana?,” permintaan ketusnya.
    “Nih, ambil sendiri?,” jawab Mas Diran dari balik dinding sambil menunjukkan koran di tangannya..
    “Ceploskan saja!,”
    “Nggak, ah, nanti robek. N’tar aku dimarahin Mas Tono, lagi!,”

    Cemburunya yang masih membakar akhirnya kalah. Larsih takut nanti suaminya mencari korannya. Dan apa katanya kalau ternyata koran itu ada di tempat Mas Diran. Akhirnya dia mengasongkan tangan kanannya masuk ke lubang itu untuk mengambil korannya.

    Melihat tangan yang indah dan lembut itu Mas Diran tak mampu menahan pesonanya. Saat itulah Mas Diran kontan meraih tangan Larsih. Larsih kaget dan serta merta berusaha menarik tangannya. Tetapi mana kuat melepaskan diri dari pegangan kokoh Mas Diran. Sambil meronta-rontakan tangannya dia berteriak-teriak dalam bisikkan,

    “Lepaskan. Lepaskan. Aduh.. Lepaskaann..!,”

    Tetapi Mas Diran justru lebih menggoda. Dengan memegang pada tangan kanannya, tangan kirinya mengelusi jari-jari Larsih. Elusan yang cepat berkembang menjadi urutan-urutan. Dan rontaan tangan Larsih itu pelan-pelan mereda. Cemburu Larsih padam. Dia menikmati elusan tangan Mas Diran. Sesaat hening. Yang terdengar nafas-nafas dua insan yang terpisah oleh dinding tripleks.

    Tiba-tiba Larsih disergap perasaan merinding. Dia seakan jatuh dari ketinggian tetapi tak pernah menyentuh tanah. Dia merasakan ke-lengang-an yang nikmat pada saat jatuh itu. Ketinggian itu seakan tanpa batas. Elusan tangan Mas Diran pada tangannya telah menyentuh sanubari dan membangkitkan nikmat. Larsih seperti terlempar dan jatuh melayang ke awang-awang.

    Akan halnya Mas Diran. Sebenarnya dia tidak sengaja dan merencanakan hadirnya tangan Larsih itu. Tetapi ketika dia menyaksikan tangan lembut nyeplos dari lubang dindingnya, refleksnyalah yang meraih tangan itu. Yaa, macam inilah hasil kerjanya dewa cinta..

    Dan saat tangan lembut itu meronta, dia tak ingin melepaskannya lagi. Dia sungguh mengagumi kelembutan tangan itu. Itu bukan macam tangan Murni yang kasar. Dia langsung terdorong untuk mengelusi kelembutan tangan Larsih itu. Duh, punggung tangan inii.., betapa indahnya.. Duh, jari-jari inii.., betapa lentiikk..

    Dan tiba-tiba hadir sebuah dorongan yang sangat kuat. Mas Diran mendekatkan tangan Larsih itu ke mukanya. Dia menciumi tangan itu. Dan kemudian lebih jauh lagi dengan menjilat dan mencaplok. Mas Diran mulai mengulum jari-jari Larsih yang lentik itu. Siirr.. Jantung Larsih terasa berdesir. Sebuah badai birahi mendera langsung ke sanubarinya. Larsih seperti tersengat listrik ribuan watt saat ujung-ujung jarinya merasakan adanya sentuhan lunak kehangatan.

    Dia memastikan Mas Diran sedang mencium dan memasukkan jari-jari tangannya kemulutnya. Sengatan listrik itu merambati seluruh bagian tubuhnya. Larsih merasakan seakan hendak pingsan. Dia cepat berpegang pada dinding dan tanpa sadar dia merintih,

    “Dduuhh.. Mas Diraann.., j.. Jj.. Jangaann.. ,” tangannya kembali meronta kecil.

    Kata ‘jangan’ yang keluar dari desah Larsih itu tanpa disertai upaya sungguh-sungguh untuk menarik lepas dari kuluman bibir Mas Diran. Lumatan Mas Diran pada jari-jari Larsih disertai dengan sedotan-sedotan. Dia isep-isep jari-jari itu dengan sepenuh perasaannya. Dia merasakan betapa lembut tangan Larsih di ujung bibirnya.

    Dia juga menjilati telapak tangan Larsih yang terasa membasah karena keringat dinginnya. Larsih menggelinjang hebat. Dan tanpa sepenuhnya disadari tangan kiri Larsih mulai bergerak meraih kemudian merabai buah dadanya sendiri. Badai birahi itu telah membuat Larsih tenggelam dalam samudra nikmat.

    Dia bergetar dan menggigil merasakan kuluman mulut Mas Diran pada jari-jarinya. Dia merasa nafsu birahinya seketika terdongkrak dan terpacu keluar. Buah dadanya terasa sangat menggatal sehingga tangan kirinya serta merta meremasinya. Jari-jarinya memijit-mijit pentil-pentilnya. Dia juga meracau..

    “Mmaass.., Mass.., Maass.. Jangaann.. Ampun Maass.. ,” ucapan yang penuh paradoks dari bibir mungil Larsih.

    Kata ‘.. Jangaann.. ‘ itu semakin jauh dari makna sejatinya. Kata itu justru untuk mengukuhkan kuluman Mas Diran pada tangan dan jari jemarinya. Larsih semakin memperkeras pijitan pada pentil-pentilnya.

    Mas Diran semakin terbakar mambara. Nafsunya yang tidak banyak tersalurkan pada istrinya kini pengin ditumpahkan pada Larsih. Tetapi apa mau dikata. Mereka berada di ruangan terpisah. Yang mereka bisa lakukan hanyalah berbisik atau seperti sekarang ini, merabai dan menciumi tangan Larsih.

    Dan nampaknya Larsih telah menyerah dalam kendali Mas Diran. Dia tengah tenggelam dalam birahi syahwatnya. Mas Diran jadi kini pengin tahu, adakah Larsih juga merindukannya?

    Adakah Larsih juga ingin menyalurkan dorongan birahinya?

    Adakah Larsih akan memberikan respon balik sesudah tangan dan jari-jarinya kini dalam kulumannya?

    Pelan-pelan dia kendorkan pegangannya pada tangan Larsih. Dia pengin tahu, apakah Larsih akan langsung menarik tangannya ke balik dindingnya.

    Ternyata tidak.

    Justru kupingnya menangkap desah lirih dari mulut Larsih yang mengesankan betapa haus perempuan yang istri tetangganya itu untuk dipuaskan syahwatnya. Justru jari-jari Larsih kini meruyak-ruyak dalam mulutnya. Sesaat Mas Diran tetap mengkulum dan menggerakkan lidahnya pada jari-jari indah itu sebelum akhirnya menarik lepas tangan itu dari mulutnya dan meraih tangan itu untuk mengembalikan ke balik dindingnya.

    Larsih mengikuti apa yang menjadi kehendak Mas Diran. Tangan Mas Diran terus menggamit tangannya untuk dikembalikan nyeplos melalui lubang dinding itu. Tetapi ternyata tangan Mas Diran terus ikut nyeplos. Lubang itu melebar ditembusi oleh tangannya yang kekar. Tangan penuh otot yang coklat kehitaman, yang nampak banyak didera oleh kehidupan yang kasar dan keras itu kini berada di depannya.

    Larsih berdesir terpana melihat tangan Mas Diran itu. Mau apa dia?

    Tangan itu bergerak menggapai-gapai. Larsih memastikan Mas Diran ingin meraih dirinya. Dia memang tak akan bergerak dari tempat duduk bangku plastiknya. Dan tangan itu berhasil menyentuh pahanya yang hanya memakai rok pendek. Nampak dengan jari-jarinya yang kasar tangan itu merabai dan mengelusi pahanya.

    Cerita Sex Tetangga – Apa yang kini terlihat dan dirasakan Larsih sungguh suatu hal yang penuh sensasi. Selama ini tak pernah satu orang lelakipun yang pernah menyentuh tubuhnya apalagi pahanya macam yang Mas Diran lakukan dengan tangannya ini. Tetapi kini sebuah tangan lelaki yang berotot dan kasar itu datang nyeplos dari lubang dinding untuk mengelusi pahanya. Kembali jantungnya langsung berdesir. Dan kembali badai birahi menderanya. Kembali nuraninya serasa disengat listrik ribuan watt.

    Darah Larsih yang tersirap membuat wajahnya serasa terbakar memerah. Matanya tak lagi mem-fokus ke arah manapun. Pelupuk matanya setengah tertutup. Larsih terbawa arus birahi yang sangat nikmat. Elusan-elusan yang sering juga diseling sedikit cakaran dari tangan Mas Diran mengaduk-aduk nuraninya dan membuahkan erang dan rintih nikmat yang penuh iba.

    “Oohh.. Mmaass Diraann..,” sambil tangannya seakan mau menahan gerak dan laju tangan Mas Diran.
    “Maass.. Mass..”.

    Sementara itu tangan Mas Diran itu mulai menggeser sentuhannya menuju ke arah pangkal pahanya. Larsih membiarkan tangan itu bergerak kemana maunya. Dia seperti sedang melayang. Kenikmatan birahi ini membuatnya ngambang di atas bumi. Hingga terjadilah.

    Tangan Mas Diran kini merabai bagian tubuh Larsih yang paling peka. Tangan Mas Diran mengelus-elus pangkal paha dan selangkangan Larsih itu. Tangan dan jari-jari Mas Diran meremas celana dalamnya untuk menggelitiki vagina Larsih. Larsih menggelinjang dengan hebat. Nafasnya tersengal. Tangan-tangannya mencari apapun untuk bisa dia pegang. Mulutnya merasa sangat haus.

    Tangannya akhirnya memegang meremasi tangan Mas Diran. Larsih merintih dengan diikuti tubuhnya menggoyang-goyang maju mundur hendak menjemput rabaan tangan Mas Diran itu. Begitulah perempuan. Dia menikmati antara ‘ya’ dan ‘jangan’, untuk membiarkan semuanya berjalan tanpa kendalinya.

    Jari-jari ituu.., aacchh, uucchh..

    Jari-jari itu meretas tepian celana dalam. Jari-jari itu menyentuhi bibir vaginanya. Jari-jari itu berusaha merogoh vaginanya. Tangan Larsih mencekalnya lebih erat. Bukan untuk menghambatnya.
    Tangan Larsih mencekal untuk mengkokohkan posisi tangan Mas Diran. Larsih ingin jari-jari Mas Diran mengorek-orek lebih jauh kemaluannya. Larsih sangat merasakan kegatalan pada vaginanya.

    vagina Larsih telah basah oleh cairan birahinya. Larsih minta jari Mas Diran mengoboki lebih dalam lagi. Tetapi tangan itu tak akan berhenti di sana. Tangan Mas Diran masih mau menjerlajah. Tangan itu melepaskan vagina Larsih yang telah membasah. Tangan itu meninggalkan siksa kepada Larsih. Tangan dan jari-jarinya itu terus memanjati tubuh Larsih. Ke perutnya sesaat, kemudian meluncur ke buah dadanya yang memang telah setengah terbuka sejak awal tadi.

    Kini kenikmatan yang beda kembali melanda Larsih. Tangan Mas Diran dengan liar meremasi buah dadanya. Jari-jarinya memelintir puting-puting susunya. Bagaimana mungkin menghentikan desah dan rintih dari mulutnya,

    “Ammpuunn, Maass.. Maass.. Maass.. ‘, hanya itulah kata-kata yang berkali dan berulang disuarakan.

    Tetapi Mas Diran belum juga menghentikan gerak panjat tangannya. Dia menjamah dan mengelusi leher Larsih sesaat kemudian meluncur ke atas lagi hingga jari-jarinya menyentuh sepasang bibir Larsih. Jar-jari itu bermain di celah bibir dan menyentuh gigi Larsih. Jari-jari itu seakan merangsek ke mulut Larsih.

    Dan tanpa komando serta tanpa sadar sepenuhnya, Larsih membuka mulutnya dan langsung mencaplok kemudian mengulum jari-jari Mas Diran. Ini memang salah satu terminal birahi yang ingin dia rambah. Kini dia tahu dan percaya bahwa Larsih memang merindukannya dengan penuh dendam.

    Mas Diran merangsang terjadinya respon Larsih untuk melumati jari-jarinya. Kini dia juga semakin tahu. Istri tetanganya ini memang perempuan yang sangat lapar dan haus. Mas Diran ingin menjawab lapar dan hausnya Larsih itu. Dia biarkan Larsih. Dia memberikan kesempatan Larsih untuk memuaskan dulu lumatannya atas jari-jarinya.

    Larsih yang kini telah histeris. Jari-jari dan tangan Mas Diran telah dibuat kuyup oleh bibir, lidah dan ludahnya. Larsih dengan setengah membungku, juga melatakan lidahnya itu hingga ke lipatan lengan Mas Diran. Maunya sih lebih jauh lagi.

    Tetapi dinding rumah kontrakan itulah yang mengatur semuanya. Larsih juga membawa tangan dan jari-jari itu kembali merabai leher dan buah dadanya. Larsih masih ingin buah dadanya berada dalam cengkeraman tangan kasar itu. Tetapi dari balik dinding, Mas Diran punya mau ada beda.

    Pelan-pelan dia tuntun dan gamit kembali tangan Larsih untuk dibawa nyeplos kembali ke ruangannya. Disana telah ada yang menunggu jamahan tangan Larsih. Mas Diran telah menyiapkan kejutan bagi Larsih. Terus terang seluruh tubuh Mas Diran saat ini juga telah dikobarkan oleh nafsu syahwatnya. penisnya sudah ngaceng dan menyesakkan celananya. Bagaimana nih, jalan keluarnya?!

    “Dik Larsih, Mas nggak tahaann, niihh..,” rintih Mas Diran. Terdengar suaranya agak serak.
    “Dik Larsih, Mas nggak tahaann.., niihh..,”
    “Dik Larsiihh.., tolong Mas diikk..”.

    Rintihan Mas Diran itu semakin memacu nafsu birahi Larsih. Dia juga tidak tahu harus bagaimana. Pada Larsih dan Mas Diran ada batasan-batasan yang tak mungkin diterjangnya. Masing-masing tak mungkin saling mengundang atau saling bertandang. Apa kata tetangga nanti.

    Tetapi Larsih sendiri juga semakin tertekan oleh kehendak syahwatnya. Larsih juga memerlukan penyaluran gejolak nafsu birahinya. Larsih juga telah ditelan badai syahwat yang menggelora. Dia diombang-ambingkan oleh prahara libidonya.

    Pada vaginanya sudah dia rasakan ada cairan yang tak terbendung. Cairan birahinya telah membuat celana dalamnya basah kuyup. Sementara jari-jari tangan kirinya tak henti-hentinya memijat dan memilin-milin puting susunya sendiri.

    Ternyata diam-diam Mas Diran telah mengeluarkan melepaskan celana kolornya. Dan kemaluannya yang gede panjang itu telah lepas keluar melalui tepian celana dalamnya yang nampak setengah kumal itu. Dan tak bisa dia tahan, tangan kanannya kini nampak meijat-mijat dan mengelusi kemaluannya itu. Tersirat ‘precum’-nya yang bening meleleh dari lubang kencingnya.

    “Dik Larsih, Mas nggak tahaann, niihh..,” kembali rintihan Mas Diran mengiang di telinga Larsih. Kali ini Larsih nampak iba. Bagaimana dia menolong Mas Diran.
    “Diikk, aku nggak tahaann..,” sekali lagi rintih serak Mas Diran,

    Syahwat birahi Larsih-lah yang kini menjawabnya dalam bisik,

    “Gimana dong, mass.. Larsih mesti ngapaiin..? Gimanaa..?,”
    “Dd.. Dik Larsih mm.. Mau b. Bantu Mass.., yaa..??,”
    “Gimanaa..??,” suara Larsih yang bernada desah dan rintih pula.

    Itu bukan suara orang bertanya. Maksud ucapan itu adalah untuk mendorong tindakan Mas Diran. Terserah Mas Diran, mau kemana nikmat bersama ini akan dibawa.

    Tiba-tiba Mas Diran menuntun tangan Larsih. Dari balik dinding ini Larsih tidak melihat apa yang telah terjadi pada Mas Diran. Dia tidak tahu kalau Mas Diran sudah melepasi celana kolornya. Dan Larsih juga tidak melihat kalau kemaluan Mas Diran sudah lepas keluar dari celana dalamnya.

    Tangannya pasrah mengkuti tuntunan Mas Diran. Darahnya berdesir dan jantungnya memukul-mukul dadanya. Kemana tangannya akan dibawa? Larsih menunggu dalam harapan yang cemas.. Tiba-tiba dirasakannya Mas Diran kembali menciumi telapak tangannya. Ah, hanya itu.., demikian sesaat pikir Larsih sedikit menyiratkan kecewa.

    Tetapi tunggu.., ternyata ciuman Mas Diran ini tak lama. Tangan itu kembali dituntunnya. Mas Diran juga merubah posisi pegangannya. Dia buka telapak dan jari-jari Larsih untuk kemudian dengan cepat digenggamkannya kembali. Pada saat itulah Larsih baru menyadari dan merasakannya.

    Sebuah bulatan batang yang panjang dan hangat kini berada dalam genggamannya. Oohh, ini khan.. Kk.. K.. Kemaluan.. Mas Diran?! Larsih terpekik kecil.

    Dia sangat kaget. Dia tidak menduga Mas Diran akan membawa tangannya untuk menggenggam kemaluannya. Tetapi ada yang lebih mengejutkan. Dan ini sama sekali tidak pernah dibayangkan Larsih sebelumnya. Kemaluan Mas Diran ini demikian kerasnya, hangatnya serta gede dan panjangnya. Larsih setengah tidak percaya akan apa yang sedang terjadi hingga Mas Diran membantu tangannya meremas-remasi batang penisnya itu.

    “Ayyoo Dik Larsihh.. Bantuin Maass..,” rintihan penuh iba Mas Diran sambil tangannya menekan-nekan genggaman tangan Larsih untuk meremas lebih keras kemaluannya.

    Prahara birahi benar-benar telah membakar syahwat Larsih. Telah memporak porandakan statusnya selaku istri Tono. Menghancur leburkan naluri setia seorang perempuan pada suaminya. Juga telah membutakan segala akal sehatnya selaku Larsih yang masih istri Tono.

    Dalam keadaan begini dia sama sekali tak ingat lagi akan suaminya. Tak ingat lagi akan batasan kewajiban dan larangan. Tak ingat lagi apa yang boleh dan tak boleh sebagai seorang istri. Larsih kini lebur dan larut dalam genggaman nafsu syahwatnya sendiri yang menggelegak tak terkendalikan lagi. Tubuhnya oleng kehilangan daya. Dengan tetap menggenggam kencang penis Mas Diran Larsih jatuh terduduk di lantai bertumpu pada kedua lututnya.

    “Dik Larsih, tolong Diikk.., di peres-peres gitu, lohh.. Ayoo..,” bisik Mas Diran yang tidak tahu keadaan Larsih sambil mencontohkan pada tangannya untuk meremasi penisnya.

    Larsih yang masih dalam keadaan ‘shock’ itu belum mampu mencerna apa maunya Mas Diran. Walaupun dia tidak melepaskan genggamannya tetapi dia belum bisa mendengarkan bisikan dari balik dinding itu.

    “Ayyoo, Dik Larsihh.., bantu mass.., ayo dipijit-pijit gituu.. Mas gatel banget, niihh..”. Dan akhirnya memang Larsih tahu. Dan apa mau dikata, rasanya bagi Larsih tak ada yang harus dipilih.

    Dia juga dilanda rasa gerah dan gatal pada bagian-bagian pekanya. Disamping situasi erotiknya yang semakin memanas, udara panas ruangannya juga ikut membuat keringatnya berkucuran dari seluruh tubuhnya.

    Pakaiannya juga sudah setengah awut-awutan. BH-nya sudah terlepas hingga buah dadanya itu nampak telanjang. Rasa gatal pada pentilnya membuat Larsih menjadi sangat histeris. Dia tarik-tarik ujung pentil itu untuk dia sedoti. Tetapi betapa susahnya. Mulutnya tak bisa menjangkaunya.

    Dan saat kupingnya mendengar suara penuh iba dari Mas Diran membuat Larsih menjadi semakin merana. Permintaan dalam rintihan dan desah berbisik itu benar-benar membuat Larsih larut dalam gelombang syahwat yang menenggelamkannya.

    Yang melanda Larsih kini adalah sebuah ‘sensasi syahwat birahi’. Bisa dikatakan sensasi karena Larsih belum pernah mengalami hal seperti yang sekarang sedang berlangsung ini.

    Memang dia pernah meremas-remas. Tetapi meremasi kemaluan Tono suaminya berbeda banget dengan apa yang kini dalam genggamannya. Ditangannya kini ada batang gede, panjang dan hangat. Dia seakan sedang memegang lontong gede isi oncom yang baru keluar dari dandangnya.

    Dan saat ngaceng seperti ini penis Mas Diran ini bukan main kerasnya. Batang itu mendenyut-denyutkan uratnya yang beraliran darah. Denyutnya terasa teratur seperti saat dia memegang urat nadinya. Sensasi syahwat birahi ini telah membuat Larsih merinding dan gemetar hebat.

    Dia tak lagi kuasa untuk menolak nikmat macam ini. Dia mulai menggerakkan jari-jarinya. Dan mulailah tangan cantik dan lembutnya Larsih itu melumat-remasi kemaluan Mas Diran. Kini Larsih mulai merasakan betapa mantapnya menjamah dan menggenggam penis gede macam ini.

    Dan akhirnya bukan hanya meremas dan memijit. Larsih juga mengelus dan mengurut-urut kemaluan Mas Diran dari ujung hingga ke pangkalnya. Larsih juga merabai betapa lebat jembut Mas Diran itu. Dia rasakan adanya rimba yang tebal pada pangkal kemaluan Mas Diran. Tangannya menarik dan jambaki gelimang rambut kemaluan itu.

    Dia juga mengelusi dan memijit halus bijih pelir Mas Diran. Jari-jarinya merabai bijih itu dan saat datang geregetannya dia sedikit memjit sehingga Mas Diran berteriak kecil merasakan ngilunya.

    Dia rabai kepala yang mirip topi baja tentara Nazi itu. Larsih bisa merasakan betapa licin dan mengkilatnya kepala penis Mas Diran yang sangat mengeras itu. Jari-jarinya seakan mengelusi pucuk terong ungu yang licin besar.

    Kemudian jari-jari itu merabai seputar lingkar leher penis itu untuk kemudian bergerak lagi merabai kepala serta lubang kencing kemaluan Mas Diran itu. Jangan dikata nikmat yang dirasakan Mas Diran dari permainan jari-jar lentik dan rabaan tangan lembut Larsih ini.

    “Duuhh.. Dikk, teerruuss.. Enak bangeett.. Dik Larsihh..”.

    Hati Larsih dirambati semacam perasaan tersanjung dan puas saat mengetahui Mas Diran menerima kenikmatan remasan tangannya. Mas Diran mulai maju mundur menggoyang-goyangkan pantatnya. Dia berharap Larsih mengocoki batangnya pula. Goyangan maju mundur pantat Mas Diran menandakan dia tak mampu menahan derita kenikmatan itu.

    Mendengar rintihan yang keluar dari mulut Mas Diran, Larsih membayangkan.. Seandainya penis Mas Diran yang segede ini menembusi vaginanya, rintihan macam bagaimana yang akan keluar dari mulutnya itu. Dan.. Betapa nikmat pula yang akan diraih dan didapatkan Larsih.

    Kembali vaginanya menggatal dan terus melelehkan cairan birahinya hingga celana dalamnya semakin kuyup. Permainan tangan Larsih itu memang bukan untuk menghilangkan kegatalan birahi kemaluan seorang lelaki. Lumatan, pijatan dan urutan tangan Larsih itu justru mendongkrak syahwat Mas Diran untuk lebih dipuaskan lagi.

    Kenikmatan remasan tangan Larsih membuatnya serasa terbang ke awang-awang. Nikmat itu kini mulai mencari terminal transitnya. Nikmat itu harus ada saat terminalnya sebelum nyambung ke nikmat berikutnya. Mas Diran merasakan air maninya mendesak-desak untuk keluar dari saluran penisnya.

    “Ach.. Ww.. Uuch.. Aacchh,” terdengar ah uh Mas Diran merasakan desakan nikmatnya.

    Air mani ini tentu akan sangat pekat karena telah lebih sebulan tak pernah tersalurkan. Murni istrinya tak pernah punya waktu untuk berasyik masyuk melepas kerinduan dengan Mas Diran. Dan kini ada Larsih perempuan ‘hot’ istri tetangganya yang dengan tangan lembutnya sedang mempermainkan saraf-saraf peka di sekujur batang tubuh penisnya yang gede panjang itu.

    Dan lebih-lebih lagi mulut Larsih yang memperdengarkan desahan-desahan erotis itu yang semakin memacu syahwat birahinya,

    “Enak ya maass.. Tangan Larsih?? Terus ya Maass?? Mas Diraann.. Larsih juga senaanng sekali bisa memuaskan Maass..”.
    “Enak, maass..?,” tanya dalam desah Larsih berulang-ulang.

    Tak pelak lagi pantat Mas Diran semakin tak terkendali maju mundurnya. Rasanya air maninya tak akan mampu ditahan lagi. Mas Diran kembali menghiba,

    “Diikk Larsiihh.. Kencengin dong remasannyaa.. Cepetin.. Kocok-kocookk.. Yang cepeett..,”
    “Ayyoo, Ddikk, Mas Diran mau keluarr, nniihh..”.

    Dengar ucapan terakhir Mas Diran, Larsih tanggap. Dan lebih dari itu memang Larsih telah sangat menunggunya. Dia ingin penis Mas Diran menyemprotkan pejuh-nya. Dia ingin tangannya kena semprotan air mani Mas Diran yang pasti sangat hangat itu. Larsih juga ingin menyaksikan betapa air mani Mas Diran akan tumpah sangat banyak dan kental.

    Larsih ingin merabai air mani kental itu. Mungkin juga akan dia jadikan lulur untuk dadanya, bahkan untuk lulur wajahnya.. Mungkin juga Larsih akan menciuminya atau menjilati air mani itu.
    Larsih nggak tahu kenapa dan bagaimana keinginan seperti itu tiba-tiba hadir dari dalam dirinya.
    Keinginan seperti itu bahkan tak pernah muncul saat berhubungan badan dengan suaminya selama ini.

    Larsih terlampau merasa jijik saat air mani Tono kesenggol tangannya sekalipun. Dan biasanya dia cepet-cepet cebok sesudah bersebadan dengan Tono. Dia ingin selekasnya terbebas dari cairan yang menjijikkannya dalam liang vaginanya.

    Tetapi dengan Mas Diran ini, justru dia mendapatkan dorongan nafsu birahi yang beda. Rasanya Larsih Ingin melahap apapun yang keluar dari tubuh Mas Diran. Dipercepetnya kocokkan tangannya. penis Mas Diran terasa semakin menegang dan semakin keras dalam genggaman tangannya. Larsih merasakan pegal menggenggam penis segede itu.

    “Yaa.., yaa.., teruss Dik Larsihh.. Enakk bangeett diikk.., Larsiihh, oohh Larsiihh, Larsiihh,” Mas Diran menyongsong puncak nikmatnya sambil meracau memanggil manggil nama Larsih. Pantatnya semakin kuat dan cepat maju mundurnya.

    Ah.. Akhirnya datanglah..,

    Dengan meremasi tangan Larsih dan juga menahan agar tangan itu terus mijat-mijatnya Mas Diran menunggu air maninya tumpah,

    “Ampuunn.. Dik Larsihh.. Ampuunn.. Dik Larsiihh, .. Enak banget Dik Larsihh..”.

    Diawali dengan meregang-regang sesaat penis Mas Diran menyemprotkan sperma dengan kerasnya.
    Genggaman tangan Larsih merasakan sebuah kedutan yang sangat keras. Urat besar penis Mas Diran mengedut dan memompa keluar muncrat cairan putih kental. Air mani Mas Diran deras terpompa keluar. Mungkin ada sekitar 8 atau sembilan kedutan besar yang memompa dan memuncratkan cairan putih kental itu.

    Tangan Larsih merasakan cairan hangat berlumuran pada sekujur lengannya. Telapak tangannya merasakan ada pelumas hangat kental yang memperlicin genggamannya. Air mani Mas Diran telah berlelehan pada tangan dan lengan Larsih.

    Untuk sementara Mas Diran merasakan kelegaan yang sangat mendalam. Kehausan syahwatnya telah mendapatkan saluran keluar dengan muncratnya spermanya. Kini dia membiarkan saat tangan Larsih mengendorkan dan melepaskan remasan pada kemaluannya. Mungkin Larsih ingin menyaksikan sperma yang berlumuran di tangannya.

    Dia menarik lengannya. Dia memang ingin melihat bagaimana air mani Mas Diran kini belepotan di tangannya. Dia juga ingin sekali hidungnya mendekat untuk mengendusi baunya. Dan saat tangannya keluar nyeplos dari lubang dinding itu Larsih langsung menyaksikan betapa air mani Mas Diran telah belepotan pada telapak, jari-jari dan lengan tangannya.

    Mata Larsih melihat tangannya menjadi lebih indah dan sangat menggairahkan dengan sperma yang berserakan itu. Saat mendekatkan tangannya yang berlepot itu ke wajahnya, hidungnya menangkap bau yang khas. Bau air mani. Air mani yang keluar dari penis Mas Diran. Pelan dan dengan lembut, Larsih mengusap-usapkan tangannya ke wajahnya. Dia gunakan cairan kental yang keluar dari penis Mas Diran sebagai masker untuk mempercantik wajahnya.

    Kemudian dia juga lulurkan sebagian lainnya ke leher dan kemudian dadanya. Dia pencet-pencet dan lumur buah dada dan puting susunya dengan air mani itu. Dia tak perlu malu pada Mas Diran. Karena dengan sedikit menjauh dan menepi ke dinding, Mas Diran tak akan bisa melihat apa yang dia lakukan.

    Sebatas untuk melumuri bagian tubuhnya, Larsih telah memuaskan dirinya dengan air mani Mas Diran itu. Memang Larsih belum tega hatinya untuk menjilat sperma itu. Perasaan jijiknya masih menguasainya.

    Hingga sore hari tak ada bisikkan antar dinding yang terdengar. Mas Diran tergolek lemas di ranjangnya. Dia langsung tertidur. Dan Larsih sibuk menunggu air mani yang dilulurkan di seantero tubuhnya mengering sendiri. Dia menikmati sensasi erotik dari cara itu.

    Rasanya Larsih ingin membiarkan sperma kering itu tetap nempel pada tubuhnya sampai kapanpun.
    Saat suaminya pulang, bekas-bekas lulur sperma Mas Diran di wajah dan lehernya telah ngelotok dan lepas. Tono tidak lagi melihat sesuatu yang aneh di wajah dan lehernya itu.

    Sementara pada dadanya Larsih telah menutupinya dengan kaos oblong yang memang dipakai sehari-harinya. Dengan membiarkan kering dan ngelotok sendiri sperma Mas Diran yang dilulurkan ke tubuhnya Larsih mendapatkan semacam kepuasan erotis. Sesekali bau khas air mani itu masih menyirat pada hidungnya.

    Malam itu, sebagaimana malam-malam yang lain Tono makan bersama istrinya. Secangkir kopi dan sepiring pisang goreng telah melengkapi kegiatan makan malam mereka. Sesekali tanpa sepengetahuan suaminya, Larsih melirik ke lubang nikmat di dinding itu. Hatinya berdesir saat mengingat betapa lewat lubang itu tangannya telah menggenggam dan meremasi penis Mas Diran yang gede, keras dan hangat milik Mas Diran.

    Larsih masih terkesan saat penis Mas Diran berkedut dengan kerasnya yang kemudian disusul dengan muncratnya air mani yang berlepotan di tangannya. Sementara itu di rumah sebelah, Murni sedang sibuk merangkai bunga kering yang menjadi hobi utamanya. Setiap ada kesempatan dia mampir di toko depan tempat bekerjanya untuk membeli bahan-bahan bunga kering.

    Secara sambilan dia juga menjual hasil karyanya kepada siapa yang berminat. Banyak teman-teman atau tetangganya yang membeli hasil karya Murni. Mas Diran, suaminya mendukung hobi istrinya yang juga terbukti bisa menghasilkan tambahan uang untuk dapurnya ini. Walaupun terkadang dia harus sedia berkorban.

    Sering Murni lupa membuatkan kopi saat suaminya hendak berangkat kerja. Bahkan dalam pemenuhan konsumsi libido seksnya selaku suami istri, Murni juga kurang memberikan perhatian kepada Mas Diran. Tadi sore mereka nggak sempat ketemu lama karena begitu Murni pulang, Mas Diran sudah siap hendak tugas jaga malam.

    Murni juga nggak terlampau perhatian pada dinding rumahnya yang bolong-bolong itu. Sesekali nampak suaminya menambal dengan kertas koran untuk kemudian disapu dengan cat dinding. Sebelum berangkat menuju tugas malamnya, Mas Diran memastikan bahwa lubang tempat masuk tangan Larsih saat meremasi penisnya tadi tidak menarik perhatian istrinya. Ah.. Indahnya lubang itu.

    Masih terkenang betapa lewat lubang itu tangan lembut Larsih telah memberikan nikmat melalui remasan-remasannya. Dia ingin sepulang kerja besok bisa mengulangi kenikmatan itu. Dia akan memberikan kejutan bagi Larsih. Sore itu Mas Diran berangkat ketempat kerjanya dengan membawa penisnya yang ngaceng sepanjang jalan.

    Sepanjang malam itu Larsih tak bisa nyenyak tidurnya. Dia masih menyimpan obsesi birahinya. Keasyikan ber-asyik masyuk dengan Mas Diran tadi siang belum memberikan akhir nikmat yang tuntas. Memang dia merasa cukup puas saat mendengar bagaimana Mas Diran mendesah dan merintih karena remasan serta lumatan-lumatan tangannya.

    Dia juga sangat puas bisa melulur wajahnya, lehernya dan dadanya dengan air mani Mas Diran. Tetapi vaginanya sendiri yang sempat basah dan sangat gatal tadi belum menerima sentuhan apapun untuk menyalurkan syahwatnya.

    Larsih nampak gelisah dalam tidurnya. Obsesi birahinya sempat terbawa dalam mimpi. Dia melihat Mas Diran sedang menyetubuhi istrinya Murni. Dia menyaksikan betapa Murni menjerit nikmat saat kemaluan Mas Diran yang gede panjang itu menusuki vaginanya.

    Kemudian dilihatnya pula bagaimana Murni nungging dan Mas Diran memasukkan senjatanya dari arah belakang. Dia melihat bagaimana Murni mengaduh dan merintih merasakan hebatnya kenikmatan syahwat yang diraihnya. Belum lagi usai mimpinya Larsih terbangun. Udara rumah kontrakannya yang sempit itu serasa sangat panas. Dia perlu turun dari ranjang untuk minum untuk mengobati tenggorokannya yang kehausan.

    Dilihatnya suaminya begitu lelap tidurnya. Mungkin karena bekerja seharian, Tono langsung tertidur begitu selesai makan malam tadi. Begitulah yang sering ditemui Larsih dalam kehidupan suami istrinya.

    Hingga pagi hari, praktis Larsih tak bisa benar-benar memejamkan matanya. Ingatan akan peristiwa yang terjadi bersama Mas Diran kemarin siang benar-benar membuatnya menyimpan dendam syahwat yang memerlukan saluran keluar.

    Betapa kemaluan Mas Diran itu demikian menggoda sanubarinya. penis yang demikian gede dan tegar itu pasti akan membuat setiap perempuan yang kehausan birahi siap bertekuk lutut kepada Mas Diran. Dan mimpinya tentang Murni istri Mas Diran yang nampak demikian nikmat menerima tusukkan penis suaminya!?

    Mungkinkah dia meniru Murni seperti dalam mimpinya? Mungkinkah dia nungging di depan lubang itu dan Mas Diran mau menusukkan kemaluannya dari sebelah dinding yang lain? Cukup lebarkan lubang itu untuk kemaluan Mas Diran? Bisakah hal itu terjadi padanya?

    “Ahh.. Bagaimana aku mesti menyampaikan keinginanku ini pada Mas Diran?,” demikian pikir Larsih. Ah, bagaimana nanti sajalah.

    Dari ranjangnya Larsih sempat mengamati lubang di dinding itu. Lubang yang telah memberikan nikmat siang hari tadi dan akan memberikan nikmat-nikmat yang lain pada siang hari nanti.

    Sesudah menemani suaminya sarapan pagi dan kemudian melepaskannya untuk berangkat kerja Larsih kembali menyibukkan dirinya membereskan rumahnya. Saat menyapu di depan, dia sempat menyaksikan Murni istri Mas Diran berangkat kerja pula. Pada kesempatan itu Mas Diran yang melepas istrinya mengedipkan matanya. Itulah bahasa teguran di pagi hari yang langsung membuat hati Larsih berdesir.

    Sesudah diperhitungkan cukup jauh Tono maupun Murni meninggalkan rumah masing-masing, mereka berdua, Larsih dan Mas Diran bergegas mendekat ke lubang kenikmatan kemarin itu.

    “Dik Larsihh..,” panggil Mas Diran dalam bisikkan dari sebelah dinding.
    “Mas kangen banget niihh..,” sambungnya.
    “Mas nggak bisa tidur semalaman. Mas pengin menyentuh Dik Larsih seperti kemarin itu”.
    “Sama Mas, aku juga nggak bisa tidur.. Aku mimpi Mas Diran bermesraan dengan Mbak Murni, loh”.
    “Asyik banget. Sampai Mbak Murni jerit-jerit karena kenikmatan,” cerita Larsih tentang mimpinya.
    “Ah, masa sih. Tapi Dik Larsih nggak marah toh?,” goda Mas Diran.
    “Ya, nggak toh. Khan sama istrinya sendiri,” begitu goda balik Larsih.

    Tiba-tiba dilihatnya Mas Diran memberikan kejutan. Tangan kirinya berhasil menguak lebih lebar lubang dinding itu dengan cara melipat triplek itu ke samping hingga tangan kanannya kini lebih leluasa untuk bergerak. Lubang itu menganga kira-kira selebar ubin 20 X 20 cm.

    Larsih jadi ingat kembali mimpinya. Tetapi..? Mungkinkah membuat lubang yang lebih leluasa lagi? Agar dia bisa nungging di depan lubang itu??

    Tetapi dengan adanya lubang itu untuk sementara telah cukup membuat situasi dan hubungan menjadi lebih berkembang. Tanpa saling berkesepakatan Larsih dan Mas Diran langsung melongok ke lubang. Mereka bisa saling pandang. Dalam pandangan penuh kehausan kedua insan saling mengamati wajah lawannya.

    Dalam saling pandang itu Larsih dan Mas Diran semakin saling mendekatkan wajahnya. Mata-ketemu mata dalam pancaran pandang yang sangat dalam. Mereka juga saling mengamati pipi, dagu, hidung dan bibir lawannya dengan penuh kehausan.

    Mereka masing-masing ingin mendapat tetapi sekaligus juga memberi. Yang terjadi kemudian wajah-wajah itu saling mendekat. Mendekat. Mendekat. Hingga nafas masing-masing saling menghembus wajah lawannya. Hingga Larsih maupun Mas Diran bisa saling merasakan dan menangkap kehangatan wajah lainnya. Mereka saling menyentuh dan berciuman.

    Ah.. Betapa kalau dua pasang bibir yang penuh dendam birahi berjumpa. Saling sedot dan lumat lidah untuk menghapus dahaga. Setiap bibirnya serasa ingin meneguk sebanyak-banyak ludah pasangannya.

    Desah-desah yang dalam saling bersambut. Kecipak bibir yang terkadang lepas dari gigitan atau sedotannya sering nyaring terdengar. Kedua wajah haus itu saling memilin berputar sedikit untuk meraih posisi nikmat.

    Cerita Sex Tetangga – Mas Diranlah yang memulai melepas pagutan. Dia sedikit undur dari lubang nikmat itu. Dia susulkan tangan kanannya menerobos dinding. Mas Diran mengulang kenikmatan kemarin. Kembali meremasi buah dada Larsih.

    Larsih sedikit merana karena lepasnya bibir Mas Diran tetapi dia tidak protes. Dia kini menyambut tangan Mas Diran pada susunya. Dia juga ingin kembali merasakan apa yang telah dia dapatkan kemarin. Dia ingin rasakan kembali remasan tangan tangan Mas Diran pada bagian-bagian peka pada tubuhnya. Dia bahkan menuntun tangan Mas Diran untuk menyentuhi puting susunya.

    Uhh, jari-jari kasar inii.. Langsung memberikan nikmat dengan menyentuhku, demikian desah Larsih sambil matanya merem melek merasakan remasan jari-jari kasar Mas Diran pada kulit buah dadanya yang lembut dan mulus itu. Kemudian saat jari-jari itu memilin putingnya,

    “Aduuhh.., maass.. Aku nggak tahan mass.. E.. Ee.. Nak bangett, maass.., amppuun..”.

    Mas Diran sangat menyenangi jeritan siksaan nikmat dari mulut Larsih itu. Pilinan pada putingnya semakin di putar-putar dan pelintir kecil. Terdengar nafas Larsih yang sangat memburu. Mas Diran tahu betapa nikmat yang kini melanda syahwat Larsih. Tangan Mas Diran juga merabai ketiaknya,

    “Dik Larsih, Mas pengin menciumi ketiak Dik Larsih inii.., Mas pengin menjilati susu Dik Larsih..”.
    “Mas pengin menggigit-gigit pentil inii diikk.., Mas pengin melumat-lumat ketiakmu, Diikk..,” demikian erang dan rintih Mas Diran yang berkesinambungan.

    Larsih sangat tersanjung dan nikmat mendengar suara Mas Diran itu. Gelora nafsunya terbakar hebat. Rasa haus yang sangat tiba-tiba menyerang tenggorokkan Larsih,

    “Aku haus, Maass.., akuu hauss.., Mas Diran..,”

    Dia renggut tangan Mas Diran dari remasan susunya. Dia kembali mengulum jari-jari kasarnya itu dengan penuh nafsu. Larsih juga mulai menggigit penuh gereget pada batang-batang jari itu. Entah dalam bayangan erotis macam apa, batang-batang jari kasar milik Mas Diran itu ternyata memberikan saluran akan obsesi syahwatnya. Lidah dan ludah Larsih melumat dan membuat kuyup jari-jari itu.

    Mas Diran merasakan betapa semakin histeris perempuan yang istri tetangganya ini. Sementara itu dia juga merasakan penisnya semakin menuntut untuk dipuaskan. Nalurinya melihat dan mengatakan bahwa Larsih bisa memberikan jalan menuju kepuasan itu.

    Seperti mengalir begitu saja, tiba-tiba Mas Diran ingin bangun berdiri. Dia seakan tahu apa yang diinginkan Larsih. Dia tarik cepat tangannya dari mulut Larsih dan keluar dari lubang itu. Seperti rasa haus anak bayi yang belum tersembuhkan, tetapi botol minumannya telah direnggut dari mulutnya, begitulah perumpamaan bagi Larsih yang kembali kecewa saat tangan dan jari-jari Mas Diran di tarik dari kulumannya,

    “Aacch, Maass.., Mass, toloong, Mas Diraann.., aku hauuss bangeett Maass..,” Larsih merana seperti hendak menangis sambil mengasongkan wajah dan bibirnya ke arah lubang nikmat itu. Tidak lama, tiba-tiba tangis dan iba Larsih mendapatkan sentuhan. Jari-jari kasar Mas Diran kembali menyentuh hendak meruyak bibirnya. Bibir haus Larsih langsung mencaploknya. Tetapi kenapa jari-jari ini jadi cepat membengkak?

    Dan, aahh.. Kok ada bau lelaki yang sangat kuat.., sepintas bau yang mengingatkan saat bersebadan dengan Tono suaminya..

    Dengan sedikit heran Larsih mundur sesaat dari celah nikmat itu. Dia kaget saat mengetahui apa yang barusan dicaploknya. Sebuah batang dengan ujung berbentuk bongkahan licin mengkilat dan berwarna merah kecoklatan. Dan.. Larsih langsung tahu bahwa itu adalah kemaluan Mas Diran. Edaann..

    Larsih tidak menduga kalau Mas Diran akan mengasongkan penisnya untuk dia kulum ke mulutnya. Tetapi itulah rupanya yang Mas Diran inginkan.

    “Iseplah Dik Larsih.., aku pengin banget Dik Larsih mengisep inii.., ayyoo, dikk, Mas pengin merasakan mulut Dik Larsih..,”

    Aah.. Bagaimana aku bisa menolak permintaan Mas Diran. Aku sendiri sangat kehausan untuk menyalurkan keinginan seksku, demikian suara batin Larsih. Dia mencoba mengamati batang dan kepala penis Mas Diran. Duh, bukan main.. Kemaluan lelaki itu sangat mempesonanya. Mata Larsih yang indah itu belum pernah menyaksikan kemaluan lelaki selain kecuali milik suaminya. Matanya belum pernah melihat penis segede dan setegar itu.

    Kenapa kepalanya sebegitu mengkilat seakan menahan tekanan yang sangat kuat dari dalamnya..? Bukankah karena Mas Diran sangat mendendam birahi padanya??

    Dan itu, lubang kencingnya yang besar menganga, nampak ada cairan bening yang meleleh keluar. Itukah yang namanya pelumas? Cairan yang hanya keluar saat birahinya terangsang??

    Larsih masih terbengong saat Mas Diran kembali mengasong-asongkan kemaluannya dan minta agar Larsih mengulum dan mengisepnya,

    “Ayyoo, Dik Larsih.., Mas pengin Dik Larsih menciumi dan menjilati inii.., ayoo, diikk..”.

    Bisik rintih dari balik dinding yang berulang-ulang diperdengarkan oleh Mas Diran. Merasa terdorong oleh rasa iba, tanpa sadar sepenuhnya tangan Larsih langsung meraih batang gede dan hangat itu untuk digenggamnya. Ah, bagi tangannya batang ini tak begitu asing. Bukankah kemarin siang Larsih telah mengurut-urut dan mengocokinya hingga cairan kentalnya tumpah.

    Tetapi kini, oohh, .. Lihatlah, dengan matanya betapa Larsih bisa melihat urat-urat kasar melingkar-lingkar di sekujur batang itu. Dan lihatlah betapa kencang dan mengkilat kepalanya karena mendendam birahi.

    Lihatlah betapa sangat mempesona dan menantang lubang kencing ini. Tak pelak lagi, Larsih menjadi histeris menyaksikan apa yang kini dalam genggamannya. Dengan histeris pula, sambil setengah menutup matanya mukanya kedepan dan mengusapkan ujung kemaluan Mas Diran itu ke wajahnya.

    Ujung kemaluan yang melelehkan lendir pelumas itu diusapkannya ke pipinya. Sepintas hidungnya juga mengendus untuk menangkap aroma kemaluan Mas Diran itu. Ooohh, .. Sedap sekali.

    Ahh, Mas Dirann.. Biarlah aku memuaskan kehendak syahwatmu. Biarlah aku ciumi dan kulum kemaluanmu yang mempesonakan ini. Biarlah aku jilat dan bikin kuyup dengan ludahku batang yang tegar dan panas ini. Sinilah, biar kuisep-isep dengan sepenuh nikmat birahiku..

    Dan.. Genjotlah maju mundur penismu ke dalam mulutku. Goyangkan pantatmu, Mas Diran. Begitulah racau batin Larsih yang mengalir berkesinambungan. Larsih semakin lupa diri. Sambil jari dan tangannya memilin-milin dan memijit batang kemaluan itu, mulutnya yang kini terisi penuh oleh ujung penis yang gede dan berkilatan itu nampak bergerak memompa. Larsih melakukannya dengan merem melek.

    Kemudian ganti, lidahnya bergerak menjilat dari pangkal batangnya hingg ujung lubang kencing kemudian dengan bibirnya yang mengecup-ecup. Dia merasa seperti terbang ke awang nikmat yang tak bertara. Larsih menemukan dambaan dan obsesinya. Larsih larut dalam prahara nafsu seksualnya.

    Jangan tanyakan bagaimana Mas Diran dilanda gamang syahwat dari celah dinding rumah kontrakannya yang disebabkan isepan mulut mungil Larsih itu. Jangan tanyakan bagaimana Mas Diran langsung terlempar ke pucuk-pucuk kepuasan libidonya. Jangan tanyakan betapa Mas Diran merasa mendapatkan jawaban atas keresahan dan impian erotisnya pada Larsih selama ini.

    Dan walaupun ada dinding pembatas, tetapi kini Larsih impiannya itu ada di depannya. Larsih, istri tetangganya yang meresahkan syahwatnya selama ini sedang meciumi, menjilati dan mengulum penisnya. Dan itu tak seberapa lama..

    Kenikmatan tak bertara itu langsung mendongkrak nafsu birahi Larsih dan Mas Diran. Larsih yang menjadi sangat histeris menjilat, mencium, mencaplok, mengulum dengan penuh gereget kemaluan Mas Diran. Dan sebaliknya Mas Diran yang mendapatkan limpahan histeris birahi Larsih hingga syahwatnya menjadi terpacu. Kandungan spermanya terangsang untuk cepat menyemprotkan air maninya keluar.

    Saraf-saraf peka di seputar selangkangan Mas Diran berinteraksi dan tak mampu bertahan. Urat-urat yang menyalurkan sperma dari kandangnya mulai berdenyut memompa keluar. Mas Diran merasakan air maninya mau muncrat. Pada Larsih dia teriak dalam bisiikan,

    “Dik Larsih.., a.. Ak.. Kku.. Mm.. Mauu.. Keluaarr.., niihh. Booleehh..”.
    “Ayyoo, Mass.., inilah yang kutunggu..,” demikian suara batin Larsih.
    “Bantuin Dik. Tolong sambil dikocok-kocok.., tolong Dik Larsihh..”.

    Kemudian serta merta Larsih meningkatkan rangsangannya pada kemaluan Mas Diran. Tangannya mengocok dan menguruti batangnya sambil ditusuk-tusukkannya ujung ludahnya pada lubang kencing kemaluan itu. Kemudian disapunya kepala yang mengkilat itu dengan lidahnya hingga menyentuh seputaran lehernya.

    Tak mungkin lagi dipertahankan. Mas Diran merasakan seluruh saraf-saraf di seputar kemaluannya mulai meregang untuk menjemput muncratnya air mani. Tangannya kini memerlukan ada yang dipegang. Tetapi tak ada pada dindingnya yang bisa diraih oleh tangan Mas Diran. Akhirnya dialihkannya pegangan pada sandaran kursi di dekatnya. Tangannya memerlukan sandaran itu untuk menahan getaran kenikmatan yang semakin datang menderanya. Tak mungkin lagi..

    “Aacchh.., Dik Larssihh.. Dik Larsihh.. Keluaarr..,” teriakan penuh nikmat dari mulut Mas Diran.

    Larsih merasakan seperti kemarin. Bedanya, kalau kemarin tangan kanannyalah yang merasakan kedutan besar penis ini, kini rongga mulutnyalah yang menanggung kedutan itu. Beda yang lain adalah, kalau kemarin sperma Mas Diran tumpah terserak ke segala arah, termasuk melumuri tangannya, maka kini sebagian besar kedutan-kedutan itu untuk memompa air mani yang akan muncrat dalam rongga mulut Larsih. Dan selebihnya yang dibiarkan lepas jatuh ke lengan dan tangannya, Larsih ingin kembali melulur wajah dan tubuhnya dengan air mani itu. Untuk awet muda, katanya.

    Mas Diran langsung rubuh terpuruk. Spermanya yang nyemprot keluar demikian banyaknya. Tenaga Mas Diran tersedot habis. Kini dia terbaring telanjang di ranjangnya sambil menariki satu-satu nafas panjangnya.

    Dia tidak pernah menyangka bahwa Larsih istri tetangganya itu akan minum atau makan spermanya. Selama ini dengan Murni sekalipun, Mas Diran tak pernah mau menyuruh menjilati kemaluannya. Apalagi menampung sperma di mulut macam Larsih ini.

    Tetapi Larsih ini memang terlampau ‘panas’. Dia bukan sebagaimana perempuan biasa lainnya. Larsih ini termasuk perempuan luar biasa. Benar juga kata orang, perempuan yang tampilannya macam Larsih ini akan sangat kuat dan liar saat bermain di ranjang. Perempuan yang tidak mudah dipuaskan.

    Larsih masih menyibukkan dengan lulurnya. Air mani Mas Diran telah meratai leher dan dadanya. Dia heran kenapa bisa melayani lelaki macam Mas Diran. Apapun yang Mas Diran mau dengan rela dia memberikannya. Yang masih tetap heran, kenapa akhirnya dia tanpa merasa jijik bisa minum sperma Mas Diran. Ternyata rasa sperma itu tak beda dengan telor putih ayam kampung yang sering dia dan suaminya minum sehabis mereka melakukan kewajiban suami istrinya.

    Ahh.. Aku jadi pengin minum lebih banyak, begitu pikir Larsih.

    Pada malam harinya kembali sebagaimana biasanya, Larsih menemani suaminya Tono saat makan malam.
    Secangkir kopi, kesukaan suaminya dan sepiring kacang rebus menyertai mereka bercengkerama di depan tevisi-nya. Larsih menyandarkan kepalanya pada bahu Tono. Nampak seakan tak ada hal yang serius dalam kehidupan mereka, khususnya sepanjang hari itu.

    Tono tidak melihat hal-hal yang aneh di rumah tangganya. Larsih mencoba mengamati lubang yang kini bisa terkuak lebih lebar itu. Tak ada hal yang mengkhawatirkan. Sesaat hatinya berdesir ketika ingat apa yang telah berlangsung melalui lubang itu di siang hari tadi.

    Pada pagi hari esoknya, hal-hal rutin kembali berjalan. Larsih mengantarkan hingga ke pintu depan saat melepas suaminya berangkat kerja. Demikian pula Mas Diran, melepas Murni sambil menutup pagar halamannya.

    Ketika mereka perhitungkan Tono maupun Murni sudah cukup jauh dari rumah, kembali mereka bergegas menuju ke lubang dinding. Dialog yang menembus dinding antara Larsih dan Mas Diranpun dimulai.

    “Dik Larsiihh.., Mas kangen banget nihh..,”
    “Mana pipi indahmu?? Mana bibir indahmu??,” rayuan Mas Diran mengalir.

    Dengan hanya bercelana pendek ‘hot pant’, Larsih mendekat ke dinding.Mereka kembali saling pandang melalui lubang itu kemudian berpagutan. Bermenit-menit mereka saling gigit, sedot dan jilat. Mereka saling minum ludah lawannya. Segala gaya dan cara sebatas kemungkinan yang bisa dilakukan melalui lubang itu, mereka lakukan.

    “Mass.., lubangnya bisa lebih gede lagi, nggak, siihh..,”
    “Aku pengin lebih lebar lagi. Jadinya kita bisa puaass.. Banget,” rajuk Larsih pada Mas Diran.

    Mas Diran tahu, itu adalah isyarat hausnya syahwat Larsih. Mas Diran tahu, dengan lubang yang lebih lebar hubungan antar kelamin bisa dilakukan lebih maksimal. Dia juga menginginkan hal yang sama. Mas Diran mencoba mengamati dinding itu.

    “Sana Dik Larsih bikin kopi dulu buat Mas, nanti aku cari akal supaya lubang ini lebih leluasa tanpa kelihatan oleh orang,” Mas Diran sudah terbiasa menyuruh Larsih. Entah yang bikin kopi, atau nggoreng nasi, atau bikin sambel kecap dan sebagainya.

    Kemudian dia mencari peralatan di kotak raknya. Dia patahkan lembaran dinding itu lebih ke kanan, tanpa membuatnya lepas dari ikatannya. Dia tempelkan sedikit kertas dengan lemnya sehingga bisa berfungsi seperti engsel pintu. Dia tunjukkan pada Larsih patahan itu dan kemudian membuka lubangnya. Wwoo.., ini mah macam pintu saja, demikian surprise yang dirasakan oleh Larsih.

    Sebuah lubang dinding selebar kurang lebih berukuran lebar 40 cm dan tinggi 30 cm dengan mudah dibuka maupun ditutup tanpa kelihatan menyolok oleh siapapun. Tetapi mereka sepakat, setiap sore akan menutup dengan tempelan koran untuk menghilangkan jejak sama sekali. Memang jadi sedikit repot, tetapi biarlah, yang penting aman.

    Mereka langsung mencoba perdana lubang itu. Kini kepala Larsih atau kepala Mas Diran bisa nyeplos ke kamar sebelahnya. Mereka tertawa senang. Kini Mas Diran bisa melihat betapa Larsih sangat seksi dengan ‘hot pant’nya.

    “Sini, Dik.. Aku mau sun ini, ya..,” dia raih pinggul Larsih untuk didekatkan ke depannya. Kemudian wajahnya berusaha melekat ke selangkangan istri tetangganya itu.

    Larsih tertawa tertahan karena kegelian. Dia menggelinjang. Tetapi Mas Diran tidak berhenti disitu. Kini tangannya bisa meraih dan melepasi kancing-kancing ‘hot pant’ Larsih. Dan ditariknya turun ‘hot pant’ itu hingga tinggal celana dalamnya saja yang tinggal. Mas Diran langsung kembali melekatkan wajahnya ke celana dalam itu. Dia mencoba mengendusi vagina Larsih.

    Hidungnya menangkap semburat bau kencing pada vagina itu yang membuat birahinya langsung bangkit. Larsih sangat tersanjung. Bibir dan dagu Mas Diran yang menyentuhi pangkal pahanya membuat nafsu birahinya terdongkrak. Dia meremas kepala Mas Diran sambil mendesah berat,

    “Duuhh.. Mmaass.. Maass..”.

    Mas Diran belum puas juga. Ditariknya hingga celana dalam itu hingga lepas dari tempatnya.
    Kini nampak vagina Larsih yang diselimuti bulu-bulu lembut itu. Kembali diraihnya pinggul Larsih. Dan dibenamkannya wajahnya ke selangkangannya. Kini lidahnya menjulur untuk menjilat-jilat.

    Larsih merasakan jilatan Mas Diran pada kemaluannya. Dia tidak pernah membayangkan Mas Diran mau dan rela menjilati vaginanya yang tentu bau pesing itu. Sekali lagi dia sangat tersanjung. Suaminya, Tono tak pernah mau melakukan itu.

    Rasa nikmat saat lidah menyentuhi bibir vaginanya membuat nafsu birahi Larsih langsung membara di pagi hari itu. Dia ingin Mas Diran mau menjilat untuk lebih merangsangnnya lagi. Dia tarik kursi plastik di sampingnya. Dia angkat satu kakinya ke atas kursi itu. Selangkangan Larsih langsung terbuka dan memudahkan Mas Diran lebih merasuk ke dalamnya.

    Kenikmatan yang melanda membuat tangan Larsih langsung kembali meremasi kepala dan rambut Mas Diran. Dia mendesah sambil menggoyang pantatnya, mendorong-dorong menjemput jilatan dan sedotan bibir Mas Diran.

    Mas Diran merasakan betapa legit vagina Larsih. Mungkin Tono jarang menikmati vagina istrinya ini. Urat-urat bibir vagina itu masih sangat kencang. Dan saat terlanda birahi vagina ini menunjukkan betapa kerasnya remasan dinding vaginanya. Walaupun cairan birahinya terus mengalir, ternyata lidah Mas Diran tak mampu menembusinya. Penis Mas Diran ngaceng. Dia membayangkan betapa nikmatnya kalau kemaluannya bias menembusi vagina istri tetangganya ini.

    Mas Diran mulai melakukan ancang-ancang. Dia ingin Larsih benar-benar menggelinjang hingga pada akhirnya dia minta agar Mas Diran memasukkan kemaluannya ke liang vaginanya. Tangan Mas Diran mulai menyertai bibirnya mengolah saraf-saraf peka pada vagina itu.

    Dengan lidahnya lebih memusatkan jilatan pada kelentit atau klitoris Larsih, jari-jari tangannya yang kukuh mulai melakukan penetrasi pada lubang vagina Larsih. Jari-jari yang gede dan kasar itu sangat menggelitik saraf-saraf dinding vagina yang memang telah lama menantinya. Larsih merasakan betapa dinding-dinding lubang vaginanya mencengkeram erat-erat jari-jari Mas Diran. Duuhh.. Rasaya aku nggak tahan banget, niihh.., begitu desah pelan Larsih. Saat jari-jari itu mengocok-ocok kemaluannya Larsih berteriak histeris,

    “Mas Diran, Mas Diran, Mas Diran.. Ampuunn.. Larsih nggak bias tahaann.. Aammppuunn..”.

    Merasa upayanya nampak berhasil Mas Diran semakin mempercepat kocokkan sekaligus membuat variasi dengan juga mengaduk putar jari-jarinya hingga seluruh dinding kemaluan Larsih tersedak jari-jari kasarnya itu.

    Tak ada ampun lagi. Larsih cepat melakukan perubahan posisi. Dia tarik lepaskan jari Mas Diran dan kemudian dengan kedua tangannya dia menggeret meja makan untuk dipepetkan ke lubang dinding itu,

    “Mas Diran, aku pengin banget merasakan yang lebih gede.. Aku pengin penis Mas Diran menusuki vaginaku. Ayyoo, maass..,” Larsih tak mampu memilih kata-kata lagi. Keinginannya dia lontarkan secara vulgar kepada Mas Diran sambil dia naik dan kemudian telentang ke meja makan itu.

    Dia mengangkat kedua kakinya sambil menghadapkan vagina dan pantatnya tepat pada arah lubang dinding itu. Dia melipat kakinya hingga pahanya menyentuh dada. Dari balik lubang dinding, kini Mas Diran menyaksikan citra 3 dimensi melalui lubang ukuran 40 cm X 30 cm. Citra 3 dimensi itu adalah vagina Larsih yang muncul dengan mulus dan sangat menantang sanubari dan birahinya. Vagina itu nampak basah. Tetapi walau basah rupanya tak mampu untuk menutupi hausnya tusukkan penisnya. Vagina Larsih yang tampak macam ini sangat membakar syahwat Mas Diran. Dan inilah puncak dari usahanya.

    Larsih yang istri tetangganya itu kini telah benar-benar menyerahkan kekayaannya yang paling rahasia. Larsih kini benar-benar menyerahkan kehormatannya padanya. Larsih telah menyerahkan vaginanya untuk memuaskan penisnya. Dengan penuh pengendalian tempo dan perasaannya, Mas Diran mendekatkan bibirnya.

    Dia ingin Larsih benar-benar tersiksa oleh prahara syahwatnya. Dia ingin istri tetangganya itu benar-benar memohon agar penisnya menembusi gua garbanya. Menembusi liang vaginanya dan menggaruk-garuk dinding-dindingnya.

    Mas Diran melumati kemaluan Larsih. Dia mencium dan menjilat kemaluan yang menantangnya itu, seperti saat dia sedang mencium dan melumati bibirnya. Bibir vaginanya dia rasakan seperti bibirnya. Klitorisnya menjadi lidahnya. Dan cairan birahi yang mengalir deras itu dia anggap ludahnya. Dia lahap semua dengan penuh kerakusannya.

    Larsih histeris. Mas Diranlah yang membuat Larsih histeris. Larsih tak berdaya. Tangannya tak bisa menjadi sarana untuk melampiaskan kegatalan nikmat yang kini bak puting beliung melemparkan dan menenggelamkan dirinya ke dalam lautan nikmat yang tak bertara. Tangannya menggapai angin mencari sesuatu yang bisa diremas-remas atau di cabik-cabik. Yang akhirnya dia bisa raih adalah buah dadanya sendiri.

    Larsih dengan sepenuh emosi syahwatnya nampak seakan-akan hendak merobek atau mencabik-cabik susunya. Seakan-akan dia ingi mencopoti puting-putingnya. Kegatalan yang luar biasa itu membuat dia kelabakan dan memohon dalam tangisannya,

    “Ampunn, Mass.., ampuunn.., ayoolahh Mass.. Cepat masukiinn.., ampunn..”.

    Tangisan itu belum juga menyentuh hati Mas Diran. Tetapi keindahan sensual yang memancarkan nafsu syahwat luar biasa dari vagina Larsih ini sangat sayang untuk dilewatkan. Bibir dan lidahnya masih menikmati pancaran sensual itu.

    Bahkan lidahnya kini berusaha menembusi lubang sempit vagina Larsih. Lubang yang menebar aroma vagina dari seorang perempuan yang istri tetangganya itu. Tangisan Larsih justru menambah semangat birahinya untuk melanjutkan jilatan dan sedotannya.

    Tangan Mas Diran kembali melakukan rangsangan. Kalau tadi jari-jarinya menusuki lubang vagina, kini jari-jari itu mulai merambah lubang anus Larsih. Dia memang belum menusukkan ke anus itu. Tetapi elusan-elusan kulit kasarnya mengakibatkan Larsih tak lagi mampu mengendalikan desahannya. Dia tak lagi membisik. Desahan yang keluar dari mulutnya bukan tak mungkin terdengar dari ruang Mak Sani. Untungnya sampai saat ini Mak Sani belum pulang dari rumah anaknya.

    Penis Mas Diran benar-benar telah menegang dalam ukurannya yang maksimal. Pada saat birahinya ada di puncak tertinggi macam sekarang ini, penis itu tegak kaku mengarah naik sekitar 60% mencuat ke atas. Batangnya bergeligir penuh dengan otot yang memompa darahnya. Otot itu melingkar-lingkat sejak dari batas leher hingga ke pangkal kemaluannya.

    Kepala penisnya berkilat-kilat seakan hendak meledak menahan desakan birahi dari dalamnya. Lubang kencingnya yang sangat menantang untuk jilatan lidah para perempuan terus menerus mengalirkan cairan birahi yang siap untuk melumasi vagina Larsih yang telah siap ditembusinya.

    Dibawah batangnya bijih pelirnya nampak menggelantung, dengan bungkus kulitnya yang membulat dengan penuh kerur-kerut bak bundaran bijih salak muda yang baru dipetik. Siapapun yang melihatnya pasti tergoda untuk memainkan kuluman bibir atau jilatan lidah pada bijih pelir Mas Diran itu.

    “Amppuunn, Mass.., Larsih bisa jantungan Maass.., masukin Maass.. Aku rindu penismu Mas Diran.., mana penismu.. Mana penismuu..??,” Larsih sudah semakin tak mampu lagi menahan kata-kata vulgarnya. Dia benar-benar telah berada di ambang kritis yang harus diatasi oleh Mas Diran.

    Dan Mas Diran kini memahami. Dia juga puas mendengar ucapan Larsih terakhir itu. Mas Diran menikmati betapa Larsihlah yang minta agar kemaluannya merasuki gua garba penuh kenikmatan yang dimiliki istri tetangganya itu.

    Larsihlah yang memohon agar penisnya menusuk vaginanya.

    Kini Mas Diran bergerak pasti. Bibir dan lidahnya meninggalkan sedot dan jilatannya. Dia bangun dan mengatur posisinya. Dia sedikit bergeser ke depan sambil mengarahkan penisnya yang ngaceng kaku itu ke lubang kemaluan Larsih. Dia tuntun ujung penisnya yang berkilatan itu untuk menyentuh vagina Larsih yang sudah demikian haus menunggunya.

    Bibir vagina itu nampak menegang dan juga memancarkan sedikit kilatan yang disebabkan dorongan darahnya yang menekan ke arah permukaannya. Saat kepala itu menyentuhnya, Larsih terlonjak. Dia tahu situasi di balik dinding itu telah berubah. Dia tahu Mas Diran telah siap menusuki lubang vaginanya. Dia tahu bahwa sebentar lagi kenikmatan yang tak terkirakan akan melandanya.

    Dia tahu dan telah siap apabila Mas Diran akan menonjok-nonjokkan kemaluannya pada bibir vaginanya untuk bisa mulus menembusinya. Dan itulah yang terjadi. Kepala penis Mas Diran terasa mulai menekan. Bibir vagina atau gerbang vaginanya yang sudah demikian menanti seakan kini menjual mahal. Bibir itu tidak demikian saja mengijinkan penis Mas Diran masuk. Bibir itu seakan merapatkan barisan untuk menahan serbuan penis.

    Bibir itu merapat dan membuat lubang vagina menyempit. Itulah kenikmatan luar biasa yang mengawali penetrasi seorang Mas Diran ke vagina Lastri istri tetangganya yang binal ini. Berkali-kali tonjokkan penis itu dilakukan. Berkali-kali serbuan penis dilancarkan hingga akhirnya mulai terkuak. Lubang vagina Larsih mulai memberi kesempatan dan melepas sedikit demi sedikit cengkeramannya. Gerbang vagina memberikan ruang hingga kepala penis Mas Diran melesak masuk hingga batas lehernya.

    Bagi Mas Diran hal ini sudah sangat cukup. Upaya berikutnya tak terlampau sulit. Dikocok-kocokkannya kepala penisnya pada ruang sempit itu hingga cairan birahi Larsih tak lagi terbendung. Kocokkan-kocokkan itu menghasilkan dinding pertahanan vagina jadi sangat licin. Dan kondisi licin macam itulah yang membuat vagina Larsih benar-benar tak mampu menahan desakan penis Mas Diran.

    Dari balik dinding Larsih seperti kemasukan setan. Tangan-tangannya yang terus membetoti susunya dan menarik-nark serta memilin puting-putingnya kini disertai kepalanya yang terus bergoyang kekanan dan kekiri. Goyangan kepalanya itu demikian histeris hingga rambut-rambutnya awut-awutan terlempar sana-sini.

    Tonjokkan penis Mas Diran telah membuat Larsih sama sekali kehilangan kontrol diri. Dia tak mampu lagi membendung banjirnya cairan pelumas pada bibir vaginanya. Dia kini merasakan betapa senti demi senti batang kemaluan Mas Diran menembus gerbang vaginanya.

    Dia kini merasakan betapa dinding-dinding vaginanya mulai mencengkeram dan menghambat setiap senti batang penis Mas Diran untuk bergerak maju menembus lubangnya. Larsih merasakan betapa cengkeraman dinding vaginanya itu membuahkan nikmat syahwat yang tak terhingga. Saraf-saraf peka yang menebar di seluruh permukaan dinding itu melakukan interaktif dan menjemput nikmat dengan remasan-remasannya.

    Mas Diran yang merasakan cengkeraman vagina Larsih terkadang justru melambatkan atau menghentikan sama sekali dorongan penisnya untuk menembus lebih ke dalam. Dia ingin menikmati betapa cengkeraman itu menjadi empotan yang meremas.

    Saat saraf-saraf itu berusaha menahan, terjadilah pegangan erat pada batangnya. Tetapi itu hanya sesaat. Berikutnya pegangan itu pasti kendor dan melemah sebelum kembali memegang erat. Siklus itulah yang membuat rasa empot-empot pada batang penis Mas Diran.

    Tetapi semua itu hanyalah sebuah ‘awal’ atau ‘pembukaan’. Penis Mas Diran akan terus bergerak maju. Dan vagina Larsih akan terus menghisap masuk bak rahang ular piton yang menelan mangsanya dan tak mungkin melepaskannya. Pantat Larsih menggoyang untuk menjemput dan melahap ‘mangsa’-nya itu.

    Pantat Larsih juga menggoyang untuk mengurangi derita nikmat yang melandanya. Pantat itu menggoyang seirama dengan gerak laju penis Mas Diran yang terus bergerak menembus vaginanya. Dan apabila ‘pembukaan’ itu telah lewat, maka yang dirasakan Larsih kini adalah sebuah benda panas dan sangat kenyal memenuhi rongga vaginanya. Tak ada celah kosong sejak gerbang hingga mentok ke dinding rahimnya. Batang itu dengan sesak menembusi lorong penuh nikmat milik Larsih.

    Sesak itu terjadi karena ada dua arah penyebabnya, yanitu batang kemaluan Mas Diran yang sangat gede dan dinding vagina Larsih yang mencengkeram, menyempit dan menjepit. Tetapi anehnya tak ada satupun yang merasa dirugikan. Mas Diran dan Larsih justru menemukan nikmat dari apa yang kini sedang berlangsung itu.

    Kini kembali Mas Diran membuat kemaluannya diam tanpa gerak dalam kepadatan ruang vagina Larsih. Ujung penisnya merasakan dinding batas. Itulah dinding rahim Larsih. Kemudian vagina Larsih itu dengan cepat mengempot-empot meremasi batang penisnya. Larsih kembali lagi mengoyang-goyang pantatnya. Dia dilanda rasa gatal yang sangat. Dia ingin penis Mas Diran mulai menarik dan mendorong. Dia ingin merasakan pompaannya kemaluan gede dan panjang milik Mas Diran itu. Dia ingin merasakan gosokan atau gesekan batang penis dengan dinding-dinding lubang vaginanya.
    Dan terjadilah. Mas Diran mulai pelan menarik. Hanya setengahnya. Kemudian kembali mendorong hingga mentok ke dinding rahim.

    Kemudian diulanginya route itu berkali-kali. Setiap kali Mas Diran menambah kecepatan. Dan pada setiap tusukkan maupun tarikan desah dan rintih Larsih menyertai dengan penuh iba derita nikmat.
    Dan saat penis Mas Diran mulai memompa dengan ritmis dan tempo yang semakin sering, kedua orang itu saling memperdengarkan desahan dan nafas-nafasnya yang memburu.

    Dan saat pompaan semakin sering dan cepat yang mengakibatkan meja makan Larsih berderit-derit, serta dinding penuh syahwat pembatas kamar mereka berderak-derak, mulut Larsih dan Mas Diran memperdengarkan suara konser desah dan rintih penuh irama. Jangan tanya lagi tentang racauan. Semua kata-kata vulgar tumpah berserakan mengalir dari kedua mulut yang asyik masyuk itu.

    Pada ghalibnya semua yang ada ‘pembukaan’ memang harus diikuti dengan ‘akhiran’. Dan siapa atau apapun saat menyongsong titik ‘akhiran’ itu selalu berusaha menumpahkan semua beban-beban agar pada ‘pemberhentian’ nanti bisa berlangsung lunak, menyeluruh dan tuntas.

    Saat Mas Diran merasakan betapa air maninya tak mungkin bisa terbendung, dan kini tengah merambati saraf-saraf disekitar kemaluannya untuk muncrat, dia menengadahkan wajahnya ke langit-langit. Dia memusatkan seluruh dirinya untuk menyambut muncratnya spermanya. Dia merasakan betapa nikmat dan legitnya vagina Larsih yang kini sedang dalam pompaannya.

    LarsiHPun menghadapi kenyataan yang sama. Kerinduan berbulan-bulan yang ditanggungnya, kemudian pula limpahan birahi tak tertahankan selama hari-hari terakhir ini menggiring dirinya untuk menapaki orgasme yang memang jarang dia dapatkan. Dia merasakan sebuah sensasi erotik yang luar biasa saat penis Mas Diran merasuki ruang sempit lubang vaginanya.

    Dia merasakan betapa dinding-dindingnya yang penuh saraf peka begitu mencengkeram untuk merasai betapa penis itu memberikan nikmat tak bertara pada dirinya. Dia kini merasakan tonjokkan yang semakin cepat dari kemaluan Mas Diran. Dia merasakan bahwa Mas Diran sedang mendekati muncratnya air maninya ke haribaan kemaluannya.

    Dia merasakan betapa desahan Mas Diran tak lagi mampu menahan puncratan itu. Bak kuda betina yang sangat binal dan liar Larsih berusaha menggantikan atau mempercepat pompaan Mas Diran. Meja makannya terdengar berderit-derit menahan gerakan Larsih yang menerima dorongan Mas Diran maupun karena goyang yang dia buat.

    Larsih ingin air mani Mas Diran nyemprot di dalam vaginanya. Larsih merindukan sperma yang panas melaburi dinding vaginanya. Larsih menginginkan Mas Diran melampiaskan dendam birahinya dalam sekapan lubang vaginanya dan menyirami dinding rahimnya. Mas Diran merasakan saat puncak itu tak jauh lagi. Dia merasakan betapa air maninya mengaliri dan merambati otot-ototnya menuju pintu akhir untuk tumpah. Ahch, aacch.., akhirnya..

    Tangan-tangan Mas Diran menggapai dinding-dinding datar itu. Dia cakar-cakar tambelan koran-koran yang berkelupasan. Dia remasi serpihannya. Air mani Mas Diran muncrat tak terbendung.
    Penisnya berkedutan memompa keluar cairan kentalnya. Dia berteriak tertahan. penisnya lebih dia benamkan dengan menekannya kuat-kuat ke dinding rahim Larsih.

    Sementara Larsih menerima apa yang berlangsung dengan tampilan lebih histeris. Orgasmenya sendiri ternyata hadir membarengi semprotan air mani Mas Diran. Kedutan penis Mas Diran dalam kemaluannya disambut dengan semprotan hangat cairan birahinya. Betotan tangannya pada buah dadanya mengencang seakan hendak mencopot susunya dari tempatnya.

    Bibirnya menggigit bibirnya sendiri hingga terluka dan mengalirkan darah kecil. Pantatnya berputar-putar seakan ingin menelan seluruh kemaluan gede Mas Diran itu. Cairan birahi Larsih terus bertumpahan. Dia mengalami apa yang sering orang sebut sebagai ‘orgasme beruntun’. Setiap tusukkan kemaluan Mas Diran disertai pula dengan muncratnya cairan birahi Larsih. Setiap kedutan pompa sperma Mas Diran dia timpali dengan erang dan rintih nikmat orgasmenya. Mungkin Mas Diran menyemprotkan 6 atau 7 kali air maninya. Dan sebanyak itu pula Larsih mengalami orgsame beruntunnya.

    Dan..
    Mereka langsung jatuh tersungkur begitu segalanya usai. Tubuh Larsih merosot lunglai kelantainya. Mas Diran telentang di lantainya pula. Keduanya hanya memperdengarkan nafas-nafas berat dan panjangnya sambil keringatnya yang mengucur deras untuk menyalurkan kelelahan yang tak terhingga. Nampak lubang di dinding itu menggapai-gapai kena angin dari jendela. Serpihan kertasnya yang hampir lepas melambai.

    Lubang, jendela dan serpihan kertas rumah kontrakan itu menjadi saksi betapa Mas Diran dan Larsih telah bersama-sama merengkuh nikmat syahwat yang paling nikmat sepanjang pengalaman mereka.

    Larsih masih merasakan apa yang baru saja usai. Penis Mas Diran yang demikian sesak masih meninggalkan pedih. Tetapi bukannya sesal. Dia masih ingin bangkit untuk kembali merasakan kenikmatan luar biasa itu. Kenikmatan syahwat yang belum pernah dia alami sebelumnya itu.

    Mas Diran tergolek. Dia belum bisa sama sekali melepaskan ingatan nikmat yang barusan dia alami. Masih terasakan pada batang kemaluannya, betapa vagina Larsih memijit-mijit dan mencengkeram demikian hebatnya hingga spermanya penuh tumpah pada lubang nikmat itu. Mas Diran ingin bangkit lagi untuk merasai kembali kenikmatan tak bertara itu.

    Beberapa saat kemudian..
    Larsih mengajak Mas Diran makan. Dia telah menyimpan makanan untuk makan siang berdua. Larsih telah memasak untuk suaminya yang bisa disimpan beberapa hari. Melalui lubang itu Mas Diran bersama Larsih saling bersuapan. Terkadang Larsih mengigit sepotong makanan untuk disuapkan ke gigitan Mas Diran.

    Mereka juga melaksanakan makan siang bersama dari lubang syahwat yang sama. Hari itu mereka mengulangi kenikmatan-kenikmatan yang pernah diraihnya. Mereka melakukan berbagai macam jalan nikmat yang pernah meraka lakukan melalui lubang dinding itu. Mas Diran sempat memuncratkan air maninya hingga 4 kali sampai dekat ke jam 5 sore hari itu. Sementara Larsih sudah tahu bagaimana mendapatkan ‘orgasme beruntun’.

    Entah berapa kali pula orgasme beruntun datang menerpa dan berhasil diraihnya. Sesudahnya, sesuai kesepakatan sebelumnya mereka menambal lubang dinding dengan kertas koran yang ada.
    Larsih mengembalikan letak meja makan sebagaimana sebelumnya. Meja makan dimana sebentar lagi dia akan makan malam bersama Tono suaminya.

    Demikianlah kisah ini. Selama Mas Diran kebagian gilir jaga malam, selama beberapa hari ini hingga genap satu minggu, menghabiskan waktu siangnya untuk berasyik masyuk bersama Larsih istri tetangganya.

    Hal itu kemudian berulang pula pada setiap 2 minggu berikutnya. Lubang kenikmatan itu mereka rawat dengan baik hingga tak seorangpun, baik itu Tono suami Larsih maupun Murni istri Mas Diran mencurigainya. Keadaan itu terhenti saat ada peristiwa baru. Peristiwa yang menunjukkan betapa bumi dan kehidupan di atasnya terus berputar.

    Karena prestasi kerjanya Tono ditunjuk menjadi kepala cabang kantor angkutannya di Sampang, Madura. Dalam tempo 1 minggu keluarga Tono dan Larsih sudah menempati rumah baru di Sampang. Sebuah rumah batu, lengkap dengan perabotan, kamar mandi sendiri dan kendaraan kijang bekerja. Pada saat liburan pasangan Tono dan Larsih sering berekreasi meninjau kota-kota atau tempat-tempat bersejarah yang banyak tersebar di pulau Madura.

    Dengan cepat Larsih menyesuaikan keadaan. Dia kini menjadi lebih matang. Dia mulai tahu bahwa kenikmatan bisa diraih dalam berbagai cara. Bahkan dia sering menuntun Tono menapaki kepuasan ranjang pengantin mereka.

    Setahun setelah tinggal di Madura, pasangan Tono dan Larsih dikaruniai anak perempuan yang secantik ibunya. Tono ingin anaknya nanti bisa meneruskan sekolah bapaknya hingga mencapai sarjana.

    Akan halnya Mas Diran. Dia kini diangkat menjadi pegawai administrasi dan koordinator keamanan gudang tempat dia bekerja. Mas Diran tidak perlu lagi kerja malam. Dari kantornya Mas Diran diberi kesempatan untuk mendapatkan rumah yang layak dengan kredit lunak dari bank.

    Sejak itu Mas Diran dan Murni selalu bisa menonton TV bersama, makan malam bersama dan berlibur bersama dalam suasana keluarga yang lengkap, utuh dan penuh kegembiraan.

    Akhirnya Murni hamil. Seorang bayi lelaki yang kuat dan tampan telah lahir untuk pasangan Mas Diran dan Murni. Mas Diran tidak ingin mewarisi tugas bapanya yang hanya Satpam itu. Dia ingin anaknya nanti bisa jadi Caleg dari partai favoritnya.

  • Memek Mertuaku Yang Ingin Dipuasin Sampai Crot

    Memek Mertuaku Yang Ingin Dipuasin Sampai Crot


    1550 views

    Cerita Sex ini berjudulMemek Mertuaku Yang Ingin Dipuasin Sampai CrotCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Umurku sekarang ini 26 tahun . Ini adalah pengalamanku yang benar-benar nyata dengan Ibu mertuaku . Umurnya belum terlalu tua baru sekitar 45th. Dulunya baru umur 18 tahun dia sudah kimpoi. Ibu mertuaku bentuk tubuhnya biasa-biasa saja malah boleh dikatakan langsing dan singset seperti perawan . Tak heran sebab hingga kini ia masih mengkonsumsi jamu untuk supaya selalu awet muda dan langsing.

    Singkat cerita ketika istriku baru melahirkan anak pertama dan aku harus puasa selama sebulan lebih. Bisa dibayangkan sendiri bagaimana pusingnya aku . Hingga suatu saat aku mengantar Ibu mertuaku pulang dari menengok cucu pertamanya itu . Aku biasa mengantarnya dengan motorku .

    Namun kali itu turun hujan ditengah perjalanan . Karena sudah basah kuyup dan hari sudah menjelang tengah malam aku paksakan untuk menerobos hujan yang deras itu.

    Setiba dirumah aku ingin segera membersihkan badan lalu menghangatkan badan . Di rumah itu hanya ada aku dan Ibu mertuaku karena kakak iparku tinggal ditempat lain . Sedangkan adik iparku yang biasa menemani Ibu mertuaku dirumah itu untuk sementara tinggal dirumahku untuk menjaga istriku.

    “Kamu mandi aja deh sana , Her” Kata Ibu mertuaku menyuruhku mandi

    “Ah . . nggak usah . . Ibu duluan deh” Kataku menolak dan menyuruhnya agar lebih dulu

    “Udah . . Ibu disini aja” Kata Ibu mertuaku yang memilih tempat cuci baju dan cuci piring diluar kamar mandi . Karena disitu juga ada air keran.

    “Yah . . udah deh” Kataku sambil mendahuluinya masuk ke kamar mandi.

    Suasana waktu itu agak remang-remang karena lampu penerangannya hanya lampu bohlam 5 watt . Aku iseng ingin tahu bentuk tubuh Ibu mertuaku yang sebenarnya ketika ia telanjang bulat . Maka aku singkapkan sedikit pintu kamar mandi dan menontonnya melepas satu per satu bajunya yang sudah basah kuyup karena kehujanan . Dia tidak tahu aku menontonnya karena dia membelakangiku.

    Aku perhatikania mencopot kaus T-shirt-nya ke atas melewati bahu dan lehernya . Lalu BH-nya dengan mencongkel sedikit pengaitnya lalu ia menarik tali BH-nya dan BH itupun terlepas . Adegan yang paling syur ialah ketika ia membuka celana panjang jeansnya . Sret . . celana jeans ketat itu ditariknya ke bawah sekaligus dengan celana dalamnya . Jreng . .! Aku lihat kedua buah pantatnya yang kencang dan montok itu menantangku.

    Aku yang sudah tak merasakan sex selama satu bulan lebih dan lagi dihadapkan dengan pemandangan seperti itu . Aku nekat untuk mendekatinya dan aku peluk dia dari belakang.

    “Eh . . Her . . ini apa-apaan . . Her” hardik Ibu mertuaku .

    “Bu . . tolongin saya dong , Bu” rayuku

    “Ih . . apaan sih . .?!” Katanya lagi

    “Bu , udah dua bulan ini saya nggak dapet dari Dewi . . tolong dong , Bu” bujukku lagi

    “Tapi aku inikan ibumu” Kata Ibu mertuaku

    “Bu . . tolong , Bu . . please banget” rayuku sambil tanganku mulai beraksi.

    Tanganku meremas-remas buah dadanya yang ukurannya sekitar 34b sambil jariku memelintir putting susunya . bibir dan lidahku menjilati tengkuk lehernya . Tanganku yang satu lagi memainkan klentit-nya dengan memelintir daging kecil itu dengan jariku . Batang Kontolku aku tekan dilubang pantatnya tapi tidak aku masukkan . Ibu mertuaku mulai bereaksi . Tangannya yang tadi berusaha meronta dan menahanku kini sudah mengendor . Dia membiarkanku memulai dan memainkan ini semua . Nafasnya memburu dan mulai mendesah-desah .

    “Dikamar aja yuk , Bu” bisikku

    Aku papah Ibu mertuaku menuju kamarnya . Aku baringkan dia tempat tidur . Aku buka kedua kakinya lebar-lebar dan sepertinya Ibu mertuaku sudah siap dengan batang Kontolku . Tapi aku belum mau memulai semua itu.

    “Tenang aja dulu , Bu . Rileks aja , Ok?” Kataku.

    Aku mengarahkan mukaku ke liang memeknya dan aku mulai dengan sedikit jilatan dengan ujung lidahku pada klentitnya.

    “Ough . . sshhtt . . ough . . hmpf . . hh . . ooghh” Ibu mertuaku mendesah dan mengerang menahan kenikmatan jilatan lidahku.

    Dia sepertinya belum pernah merasakan oral sex dan baru kali ini saja ia merasakannya . Terlihat reaksi seperti kaget dengan kenikmatan yang satu ini.

    “Enak kan , Bu . .?” Kataku

    “Hmh . . kamu . . sshtt . . kamu… koq . . gak jijik . . sih , Her?” Tanyanya ditengah-tengah desah dan deru nafasnya.

    “Enggak , Bu . . enak koq . . gimana enak gak?”

    “Hmh . . iyahh . . aduh . . sshhtt . . eenak . . banget . . Her . . sshhtt” jawab Ibu mertuaku sambil terus merintih dan mendesah.

    “Itu baru awalnya , Bu” Kataku .

    Kali ini aku kulum-kulum klentitnya dengan bibirku dan memainkan klentit itu dengan lidahku . Aku lihat sekujur tubuh Ibu mertuaku seperti tersetrum dan mengejang . Ia lebih mengangkat lagi pinggulnya ketika aku hisap dalam-dalam klentitnya.

    Tak sampai disitu aku terobos liang memeknya dengan ujung lidahku dan aku masukkan lidahku dalam-dalam ke liang memeknya itu lalu aku mainkan liukkan lidahku didalam liang memeknya . Seiring dengan liukanku pinggul Ibu mertuaku ikut juga bergoyang .

    “Ough . . sshhtt . . ough . . sshhtt . . oughh . . hmh . . ough . . shhtt . . ough . . hmh . . oufghh . . sshhtt” suara itu terus keluar dari mulut Ibu mertuaku menikmati kenikmatan oral sex yang aku berikan.

    Aku sudahi oral sex ku lalu aku bangun dan berlutut dihadapan liang memeknya . Baru aku arahkan batang Kontolku ke liang memeknya tiba-tiba tangan halus Ibu mertuaku memegang batang Kontolku dan meremas-remasnya.

    “Auw . . diapain , Bu . .?” Tanyaku
    “Enggak . . ini supaya bisa lebih tahan lama” Kata Ibuku sambil mengurut batang Kontolku.

    Rasanya geli-geli nikmat bercamput sakit sedikit . Sepertinya hanya diremas-remas saja tetapi tidak ternyata ujung-ujung jarinya mengurut urat-urat yang ada dibatang Kontol untuk memperlancar aliran darah sehingga bisa lebih tegang dan kencang dan tahan lama.

    “Guedhe . . juga . . punya kamu , Her” Kata Ibu mertuaku sambil terus mengurut batang Kontolku.
    “Iya dong , Bu” Kataku.

    Kali ini kedua tangan Ibu mertuaku beraksi mengurut batang Kontolku . Tangan yang satunya lagi mengurut-urut buah pelirku dan yang satu lagi seperti mengocok namun tidak terlalu ditekan dengan jari jempol dan telunjuknya . Tak lama kemudian.

    “Egh . . yah .sudah . . pelan-pelan . . yah sayang” Kata Ibu mertuaku sambil menyudahi pijatan-pijatan kecilnya itu dan mewanti-wantiku supaya tidak terlalu terburu-buru menerobos liang memeknya.

    Aku angkat kedua kaki Ibu mertuaku dan aku letakkan dikedua bahuku sambil mencoba menerobos liang memeknya dengan batang Kontolku yang sedari tadi sudah keras dan kencang.

    “Ouh . . hgh . . ogh . . pelan-pelan , Her” Kata Ibu mertuaku ditengah-tengah deru nafasnya.

    “Iya , Bu . . sayang . . egh . . aku pelan-pelan koq” Kataku sambil perlahan-lahan mendorong Kontolku masuk ke liang memeknya.

    “Ih . . punya kamu guedhe banget , sayang . . ini sih . . gak normal”Katanya

    “Kan tadi udah diurut , Bu” Kataku .

    Aku teruskan aksiku penetrasiku menerobos liang memeknya yang kering . Aku tidak merasa istimewa dengan batang Kontolku yang panjangnya hanya 15cm dengan diameter sekitar 3 cm . Dengan sedikit usaha . . tiba-tiba . . SLEB-SLEB-BLESSS! Batang Kontolku sudah masuk semua dengan perkasanya kedalam liang memek Ibu mertuaku.

    “Ough . . egh . . iya . . sshh . . pelan-pelan aja yah , sayang” Kata Ibu mertuaku yang mewantiku supaya aku tidak terlalu terburu-buru.

    Aku mulai meliukkan pinggulku sambil naik turun dan pinggul Ibu mertuaku berputar-putar seperti penyanyi dang-dut.

    “Ough . . gilaa , Bu . . asyik . . banget . .!” Kataku sambil merasakan nikmatnya batang Kontolku diputar oleh pinggulnya.
    Ough . . sshtt . . egh . . sshh . . hmh . . ffhh . . sshhtt . . ough . . sshhtt . . oughh” Ibu mertuaku tidak menjawab hanya memejamkan mata sambil mulutnya terus mendesah dan merintih menikmati kenikmatan sexual.

    Baru sekitar 30 menit aku sudah bosan dengan posisi ini dan ingin berganti posisi . Ketika itu kami masih dalam posisi konvensional . Aku mau menawarkan variasi lain pada Ibu mertuaku….

    “Eh . . Ibu yang di atas deh” Kataku.

    “Kenapa , sayang . . kamu capek . . yah . .?” Tanyanya.

    “Gak” jawabku singkat .

    “Mo keluar yah . . hi . . hi . . hi . .?” Godanya sambil mencubit pantatku .

    “Gak . . ih . . aku gak bakalan keluar duluan deh” Kataku sesumbar.

    “Awas . . yah . . kalo keluar duluan” Goda Ibu mertuaku sambil meremas-remas buah pantatku.

    “Enggak . . deh . . Ibu yang bakalan kalah sama aku”Kataku sombong sambil balas mencubit buah dadanya

    “Auw . . hi . . hi . . hi” Ibu mertuaku memekik kecil sambil tertawa kecil yang membuatku semakin horny.

    Dengan berguling ke samping kini Ibu mertuaku sudah berada di atas tubuhku . Sambil menyesuaikan posisi sebentar ia lalu duduk di atas pinggulku . Aku bisa melihat keindahan tubuhnya perutnya yang rata dan ramping . Tak ada seonggok lemakpun yang menumpuk diperutnya.

    Buah dadanya juga masih kencang dengan putting susu yang mengacung ke atas menantangku . Aku juga duduk dan meraih putting susu itu lalu ku jilat dan ku kulum . Ibu mertuaku mendorongku dan menyuruhku tetap berbaring seolah-olah kali ini cukup ia yang pegan kendali . Ibu mertuaku kembali meliuk-liukkan pinggulnya memutar-mutar seperti Inul Daratista.

    “Egh . . sshhtt . . ough . . sshhtt . . ough . . egh . . hmf” desah Ibu mertuaku.

    “Gila , Bu . . enak banget . .!”

    “Ough . . sshhtt . . ough . . sshtt . . ough” Ibu mertuaku mendesah dan merintih sambil terus meliuk-liukkan pinggulnya memainkan batang Kontolku yang berada didalam liang memeknya.

    Tanganku meremas buah dadanya yang tak terlalu besar tapi pas dengan telapak tangan . Tanganku yang satunya lagi meremas buah pantatnya . Batang Kontolku yang kencang dan keras terasa lebih keras dan kencang lagi . Ini berkat pijatan dari Ibu mertuaku tadi itu . Bisa dibayangkan jika tidak aku sudah lama orgasme dari tadi.

    “Ough . . sshtt . . emh . . enagh . . egh . . sshhtt . . ough . . iyaahh . . eeghh . . enak . . ough” liukan pinggul Ibu mertuaku yang tadinya teratur kini berubah semakin liar naik turun maju mundur tak karuan.

    “Ough . . iiyyaahh . . egghh . . eghmmhhff . . sshhtt . . ough . . aku udah mo nyampe” Kata Ibu mertuaku .

    “Bu . . aku juga pengen , Bu . . egh” Kataku sambil ikut menggoyang naik turun pinggulku.

    “Egh . . iyah . . bagusshh . . sayangg . . ough . . sshhtt . . ough . . sshtt . . ough” Ibu mertuaku merespons gerakanku untuk membantunya orgasme.

    Aku mempercepat goyanganku karena seperti ada yang mendesak dibatang Kontolku untuk keluar juga.

    “Hmfh . . terusshh . . iyah . . ough . . oughh . . AAAUGHH . . OUGH . . OUGH . . OUGH” Ibu mertuaku telah sampai pada orgasmenya.

    Pada batang Kontolku terasa seperti ada cairan hangat mengucur deras membasahi batang Kontolku . Ibu mertuaku menggelepar dan diakhiri dengan menggelinjang liar dan nafasnya yang tersengal . Ibu mertuaku telah berhenti melakukan liukan pinggulnya . Hanya denyutan-denyutan kencang didalam liang memeknya.

    Aku merasakan denyutan-denyutan itu seperti menyedot-nyedot batang Kontolku Dan . . CROT . . CROTT . . CROTTT . .! muncrat semua air maniku diliang memek Ibu mertuaku.

    “Bu , kerasa nggak air mani saya muncratnya . .?” Tanyaku

    “Eh . . iya , Heri sayang . . Ibu udah lama pengen beginian” Kata Ibu mertuaku

    “Iya . . sekarang kqn udah , Bu” Kataku sambil mengecup keningnya

    “Oh . . kamu . . hebat banget deh , Her” Kata Ibu mertuaku sambil membelai-belai rambutku.

    “Itu semua kan karena Ibu” Kataku memujinya

    “Ih . . bisa aja . . kamu” sahut Ibu mertuaku sambil mencubit pinggulku.

    Ibu mertuaku masih di atas tubuhku ketika HP-ku berbunyi ternyata dari istriku yang menyuruhku supaya menginap saja dirumah Ibu mertuaku . Setelah telepon di tutup aku memekik kegirangan . Setelah itu kami melakukan pemanasan lagi dan melakukannya sepanjang malam hingga menjelang subuh kami sama-sama kelelahan dan tidur.

    Entah sudah berapa kali kami bersenggama dalam berbagai posisi . Pagi harinya kami masih melakukannya lagi dikamar mandi untuk yang terakhir lalu setelah itu aku sarapan dan pulang.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Tergoda Body Semok Mbak Nurul

    Tergoda Body Semok Mbak Nurul


    1550 views

    Cerita Sex Terbaru ini berjudul ” Tergoda Body Semok Mbak Nurul ” Cerita Panas ini Akan Menghibur Kalian Pecinta Cerita Dewasa.

    Perawanku – Sejak kepindahan kostku ke daerah Depok,aku bertetangga dengan
    Keluarga Pak Rusdi.Pegawai Pemda DKI ini tinggal bersama istrinya dan
    menantunya yang biasa dipanggil Mbak Nurul oleh para tetangga
    lainnya.

    Cerita Dewasa Ngentot Mabak Nurul Karena Tak Tahan Bodynya

    Mbak Nurul yang telah mempunyai anak dua itu tinggal bersama mertuanya, karena suaminya mencari nafkah ke Kuwait hampir setahun yang lalu. Usia Mbak Nurul aku taksir sekitar 30 tahunan,atau tepatnya 31 tahun ketika aku tak sengaja mendengar salah seorang ibu tetangga menanyakan usia menantu Pak Rusdi ini.

    Satu hal yang menarik dari menantu Pak Rusdi ini,adalah pakaian yang dikenakannya sehari hari.Ibu muda ini selalu berpakaian menutup rapat sekujur tubuhnya kecuali wajahnya dan telapak tangannya. Ibu Muda beranak dua ini selalu kulihat memakai jilbab yang lebar dan pakaian yang panjang longgar hingga mata kaki,bahkan sepasang kakinya selalu kulihat memakai kaos kaki kadangkala berwarna krem atau putih.Sebenarnya aku tidak terlalu memperdulikan menantu Pak Rusdi yang kelihatan alim itu,namun kalau aku berangkat kuliah,aku sering ketemu Mbak Nurul pulang dari belanja di pasar.Setiap kali bertemu,Mbak Nurul selalu menyapaku ramah dan melempar senyum manisnya yang membuat aku menyadari Mbak Nurul mempunyai paras wajah yang cantik.Wajah wanita tetanggaku yang selalu terbalut jilbab lebar ini mirip sekali dengan aktris Marissa Haque.

    Satu setengah bulan sudah aku kost di Depok,dan kadang kala aku berpikiran tentang Mbak Nurul yang cantik itu.Apakah Mbak Nurul tidak merasa kesepian ditinggal begitu lama oleh suaminya,namun melihat Mbak Nurul yang alim itu aku nggak berani berpikir kotor kepada wanita ini.”Keindahan yang tersembunyi”gumamku kalau mengingat Mbak Nurul yang berwajah mirip aktris Marissa Haque,namun tubuhnya selalu tersembunyi dalam pakaian dan jilbab panjangnya yang rapat.

    Tubuh Mbak Nurul pun kulihat cukup tingi untuk ukuran wanita,aku pernah melihat ibu muda ini sama tinggi dengan Pak Rusdi ketika dia berjalan bersama Pak Rusdi,dan aku tahu tinggi mertua Mbak Nurul ini 165 cm,berarti tinggi Mbak Nurul juga 165 cm.

    Cerita Dewasa – Senja itu aku baru pulang dari praktikum kimia.Hari sudah mulai gelap,termasuk daerah di sekitar kostku.Waktu aku lewat di samping rumah Pak Rusdi,aku melewati salah satu jendela di rumah Pak Rusdi yang memang sedang diperbaiki.Mungkin karena sedang diperbaiki,jendela itu tidak tertutup sempurna.Aku melihat ada beberapa lubang kecil pada jendela yang tengah diperbaiki itu dari sinar lampu dalam rumah yang keluar lewat lubang-lubang kecil itu.Melihat lubang-lubang kecil itu timbul rasa isengku untuk mengintip ke dalam.

    Dengan hati-hati aku segera menempelkan mataku pada lubang-lubang kecil tersebut,beberapa saat kemudian aku menemukan lubang yang cukup besar untuk mengintip.Ternyata jendela tersebut adalah jendela sebuah kamar,entah kamar siapa.Beberapa saat aku mengintip melalui lubang tersebut,namun keadaan kamar yang terang benderang itu terlihat sepi.Ketika aku hendak mengakhiri aktivitas mengintipku,tiba- tiba aku melihat pintu kamar itu terbuka dan aku lihat seorang masuk ke dalam kamar.Aku belum begitu jelas siapa orang itu,namun setelah orang itu sampai ke tempat yang lebih terang aku baru melihat ternyata orang tersebut adalah seorang wanita muda.Agaknya wanita itu baru selesai mandi ketika aku melihat rambut panjang ikalnya yang basah serta handuk yang melilit tubuhnya.Sesaat aku heran, karena aku tak mengenal dan tak pernah melihat perempuan berkulit putih ini sebelumnya Namun sekejap kemudian darahku terkesiap ketika aku mengamati wajah perempuan ini lebih seksama.

    “Mbak Nurul!!”desisku tertahan.Wajah cantik Mbak Nurul yang mirip Marissa Haque teramat mudah dikenali.Tubuhku sesaat menggigil menyadari perempuan yang tengah kuintip ini adalah Mbak Nurul yang alim berjilbab itu.Aku tak pernah melihat tubuhnya kecuali hanya wajahnya yang terbalut jilbab lebar serta telapak tangannya yang putih terlihat halus.Namun saat ini perempuan berjilbab itu aku lihat hanya berlilitkan handuk pada tubuhnya.Mendadak timbul keinginanku untuk mengintip Mbak Nurul yang agaknya hendak berganti pakaian setelah dia mandi.Dengan berdebar-debar aku berusaha lebih jelas melihat melalui lubang kecil tersebut,namun aku harus kecewa karena dari lubang pengintip itu,aku hanya mampu melihat tubuh Mbak Nurul sampai dari kepala sampai ke pinggangnya karena pandangan dari sebagian lubang pengintip itu memang tertutup sebuah lemari buku. Walaupun hanya sebagian tubuh Mbak Nurul yang terlihat,tubuhku sudah menggigil menahan birahi.Mataku membuka lebar-lebar ketika aku lihat Mbak Nurul melepas handuk putih yang melilit tubuhnya.Aku yakin tubuh menantu Pak Rusdi saat ini telanjang bulat.Sayangnya aku hanya mampu melihat dari kepalanya hingga ke pinggangnya.

    Aku menelan ludah berkali-kali melihat keindahan tubuh Mbak Nurul yang terlihat lewat lubang pengintip.Mataku lekat menatap leher jenjang ibu muda ini yang terlihat mulus menggiurkan,lantas mataku menyusuri ke bawah hingga kulihat sepasang buah dada Mbak Nurul yang telanjang. Nafasku mulai terengah dan kemaluanku pun mulai tegang ketika mataku lekat di dada Mbak Nurul .Sepasang payudara ibu muda yang cukup montok ini masih terlihat kencang,walaupun tidak sekencang payudara seorang perawan.Kulitnya yang putih mulus dengan puting susu yang kecoklatan membuat buah dada Mbak Nurul terlihat menggiurkan dan membangkitkan birahiku Namun aku hanya mampu menikmati keindahan payudara Mbak Nurul saja,karena ketika mataku menyusuri ke bawah payudaranya,lemari buku sialan itu menghalangi pandanganku,padahal aku tahu Mbak Nurul tengah telanjang bulat saat ini.Nafasku terengah-engah melihat Mbak Nurul yang kemudian mengenakan BH untuk menutupi sepasang buah dadanya yang sedang menjadi santapan mataku. Aku mengakhiri keasyikanku ketika Mbak Nurul telah mengenakan pakaian,sebuah jubah panjang berbunga-bunga. Akhirnya aku kembali ke tempat kostku yang terletak di samping rumah Pak Rusdi dengan birahi yang memuncak.

    Rasa seganku kepada Mbak Nurul yang berjilbab itu berganti rasa birahi yang membakar.Ketika aku di kamar, aku mengocok kemaluanku sembari membayangkan kedua buah dada Mbak Nurul kulihat telanjang tadi.Aku membayangkan yang sedang mengocok-ngocok kemaluanku adalah tangan Mbak Nurul dengan dada montoknya yang telanjang…mmm..aku cuma bisa mendesah-desah dan menggigit bibirku menahan nikmat.,sampai akhirnya aku mencapai puncak kenikmatanku ketika tubuhku bergetar hebat disertai muncratnya air mani kental dari ujung penisku dan eranganku menyebut nama wanita tetanggaku itu ,membayangkan keindahan yang kuintip tadi. “Ohhhh..mmm..ahhhh…sshhh h.. Mbaak Nuruuullll…ahhhhh..enaaaaakk kk..ahhhhhhh!!!” desahku di di ujung kenikmatanku sebelum aku tergeletak lemas. . Sejak saat itu rasa seganku kepada wanita berjilbab ini lenyap justru aku selalu membayangkan tubuh Mbak Nurul dalam onaniku.Aku mengkhayalkan keindahan tubuh di balik pakaian jubah panjang dan jilbab lebar yang selalu dikenakan ibu beranak dua ini.Setiap kali aku ketemu Mbak Nurul dalam jilbab lebar dan jubah panjangnya,mataku lekat menatap sekujur tubuhnya sementara benakku membayangkan tubuh di balik pakaian yang menutup rapat tubuhnya itu.

    Beberapa kali aku menelan ludah melihat cetakan garis BH dan sekan-akan kulihat belahan buah dada yang montok itu di dada yang tertutup jilbab lebar itu.Akupun sekarang senang mengamati Mbak Nurul ketika dia menyapu halaman rumahnya saat sore hari .Melalaui sela- sela jendela kamar kostku,aku melihat Mbak Nurul tengah membungkuk menyapu.Pinggulnya yang terbungkus jubah pakaiannya nampak menggiurkan .Aku berulangkali menelan ludah ketikat melihat celana dalam yang dipakai Mbak Nurul tercetak jelas pada jubahnya saat dia membungkuk untuk menyapu.Belahan pantatnya pun samar terlihat membuatku jakunku naik turun menahan getaran birahi .Rasa-rasanya aku ingin menyingkap jubah yang dipakai Mbak Nurul ke atas,sehingga aku dapat melihat pantatnya yang montok itu. Namun aku hanya mampu membayangkan saja yang kemudian diakhiri dengan onani.

    Hampir seminggu sejak aku pertama kali aku mengintip Mbak Nurul yang membuatku akhirnya menyimpan birahi kepada wanita berjilbab tetanggaku itu. Rasa penasaranku bercampur birahi untuk melihat tubuh Mbak Nurul di balik pakaiannya yang rapat kian menggebu.Aku selalu mencari celah untuk mengintipnya seperti seminggu lalu,namun ternyata tak ada sebuah lubang apapun di rumahnya untukku dapat mengintipnya dalam keadaan tak berjilbab dan berjubah itu.Ternyata aku hanya punya kesempatan mengintip sekali itu,karena jendela itu selesai selesai diperbaiki sehari setelah aku mengintip melalui lubang-lubang pada jendela yang rusak itu dan aku tak melihat ada celah untuk mengintip Mbak Nurul lagi.

    Sampai siang itu.Faiz,anak pertama Mbak Nurul yang sering bermain ke tempat kostku,tertidur di kamar kostku setelah dia lelah bermain.Aku biarkan bocah laki-laki yang baru berusia 4 tahun ini lelap dalam tidurnya,sementara aku mengutak-atik komputer yang kebetulan rusak di kamarku.Setelah mengutak atik komputerku beberapa saat,aku harus membeli beberapa kabel baru.Ketika aku melangkah ke arah pintu berniat membeli kabel-kabel itu,aku mendengar ketukan dan suara salam seorang wanita di pintu.Akupun membuka pintu seraya menjawab salam,dan aku tertegun ketika ternyata Mbak Nurul yang ada di depan pintu kostku dengan wajah pucat dan terlihat lelah.Siang ini dia mengenakan jilbab putih lebar dengan jubah biru bermotif bunga serta kaus kaki krem yang membungkus kedua kakinya. “Maaf dik..lihat Faiz anak saya ,nggak?..saya sudah kemana-mana mencarinya namun nggak ada.”tanya Mbak Nurul terdengar cemas Aku tersenyum mendengar kecemasannya “Ada kok mbak,lagi tidur di kamar saya” Mbak Nurul menarik nafas dalam-dalam “Syukurlah…biar saya ambil sekarang ” “Terserah ,Mbak Nurul,”kataku seraya melangkah masuk dikuti wanita berjilbab ini,mataku sempat melirik ke dada Mbak Nurul yang montok,membuat kembali terbayang kemulusan buah dada montok yang telanjang di dada ibu muda ini saat kuintip seminggu lalu.Aku menelan ludah melihat dada Mbak Nurul yang tertutup jilbab putih lebar itu,terlihat begitu montok menggiurkan. “Tuh..masih tidur”kataku sambil menunjuk Faiz yang tengah lelap di
    atas tempat tidurku.. Sesaat wajah cantik Mbak Nurul tampak bimbang melihat anak pertamanya itu lelap dalam tidurnya. “Mungkin saya nitip anak saya dulu.. kasian kayaknya dia lelap sekali tidurnya,nanti sore aku ambil..”desisnya lirih

    Aku tersenyum mengangguk,tapi sedetik kemudian aku ingat aku harus membeli kabel buat komputerku.
    “Nggak papa mbak,tapi sebentar aku mau pergi beli kabel, boleh aku minta mbak disini dulu sebentar ?” tanyaku”sampai aku kembali”
    Mbak Nurul tersenyum lantas mengangguk, namun wajah cantiknya tampak kuyu letih.
    “Mm..Mbak Nurul kayaknya letih yah..Biar aku buatkan minum buat Mbak Nurul sebentar,Mbak khan tamu di rumah ini,apalagi baru pertamakali berkunjung,” kataku spontan.
    Wajah yang terbalut jilbab putih lebar itu tersenyum “Terserah adik..mbak memang haus”
    Tak berapa lama kemudian,aku mengambil sebuah gelas yang aku tuangi dengan syrup ABC jeruk serta air dingin dari kulkas.

    Ketika aku tengah mengaduk minuman untuk Mbak Nurul,mataku menangkap beberapa bahan kimiawi praktikum di mejaku.Aku tahu beberapa bahan kimia itu mempunyai efek sebagai obat tidur. Sesaat aku merasa bimbang ketika timbul keinginanku untuk mencampur minuman untuk Mbak Nurul dengan bahan kimiawi tersebut.Aku berhenti mengaduk,mataku melirik Mbak Nurul yang tengah duduk di karpet ruang tamu sambil membaca sebuah majalah komputer milikku.Wajah cantik yang terbalut jilbab itu begitu mempesona,apalagi ketika kulihat ternyata ujung pakaian jubahnya agak tertarik ke atas tanpa di sadarinya ,membuat salah satu betisnya terlihat nyaris separuhnya.

    Walaupun betis Mbak Nurul saat ini terbalut kaus kaki krem,namun betis yang terlihat nyaris separuh itu terlihat begitu indah..dan keindahan apalagikah ketika ujung jubah itu kian tertarik ke atas..tanpa sadar aku menelan ludah membayangkannya,apalagi ketika teringat keindahan buah dada Mbak Nurul yang pernah kulihat telanjang,membuat otakku kian dipenuhi birahi terhadap wanita berjilbab yang kini duduk di karpet ruang tamu kost Akhirnya tanpa ragu aku mencampurkan bahan kimia itu ke dalam minuman dingin untuk Mbak Nurul,cukup untuk membuat wanita ini terlelap.

    “Silakan diminum Mbak..aku pergi beli kabel sebentar..”kataku dengan dada berdebar-debar. Mbak Nurul tersenyum sambil mengucapkan terima kasih,namun dia terlihat agak gugup ketika tahu mataku tengah memperhatikan betisnya yang tersingkap nyaris separuh itu.
    “Terima kasih dik..ngrepotin aja”kata Mbak Nurul sembari membenahi ujung jubahnya yg tertarik ke atas dengan sedikit tergesa,sehingga betis itu kembali tertutup.Aku tersenyum penuh arti ketika tangan Mbak Nurul membenahi ujung jubahnya dengan sedikit gugup dan wajah yang bersemu merah.

    Cerita Dewasa – Beberapa saat kemudian Honda GL ku meluncur meninggalkan tempat kostku.Tak sampai 15 menit kemudian aku pun kembali.Jantungku berdegup kencang ketika aku memarkirkan sepeda motorku di teras,lantas aku membuka pintu dengan tergesa-gesa.Aku nyaris terlonjak dengan jantung berdegup kian kencang ketika mataku menatap ke ruang tamu kostku yang hanya berlapis karpet biru itu.Mataku terbelalak melihat Mbak Nurul ternyata telah tergeletak pulas di atas karpet ruang tamu.
    “He he he he..ternyata bahan kimia itu bekerja baik”kataku sambil mendekati tubuh Mbak Nurul yang tergeletak pulas,sementara gelas minuman yang kuberikan untuknya terlihat kosong,tanpa setitik air di dalamnya.

    Aku tersenyum penuh nafsu,memandang wanita berjilbab tetanggaku yang terlihat pulas terlentang di atas karpet ruang tamu kostku.Dengan jantung berdegup kian kencang aku menghampiri Mbak Nurul,lantas berlutut di sampingnya.Mataku lekat menatap wajah Mbak Nurul yang mirip artis Marissa Haque ini.Wajah cantik berbalut jilbab putih lebar itu kian terlihat cantik saat pulas tertidur membuatku kian bernafsu.Kemudian mataku menatap dadanya yang naik turun dengan teratur seiring nafasnya.Sepasang buah dada montok yang tertutup jilbab putih lebar itu membuatku menelan ludah,sehingga sesaat kemudian tanganku terulur menjamahnya. Aku merasa bermimpi ketika tanganku dengan sedikit gemetar meraba-raba bukit montok di dada Mbak Nurul yg masih tertutup jilbab lebar itu.

    “Ohh..montoknya”desisku dengan nafas mulai tersengal,lantas sedetik kemudian tanganku mulai meremas buah dada Mbak Nurul yang masih tertutup jilbab putih yang lebar itu.Aku nyaris tak percaya kalau siang ini aku dapat meremas dada montok wanita berjilbab tetanggaku yang terlihat alim itu “Ohh..Mbak Nurul…….!!”desahku ketika kemudian tanganku meremas remas sepasang payudara kenyal di dada ibu muda beranak dua ini.Semakin lama tanganku kian liar meremas buah dada Mbak Nurul membuat jilbab putih yang dikenakannya kusut tak karuan. Tanganku kemudian menyingkapkan jilbab putih yang menutupi dada montok itu ke atas. Aku tersenyum ketika aku melihat tiga kancing pada bagian atas jubah yang dipakai ibu muda ini. Tanganku terasa gemetar ketika jemariku meraih tiga buah kancing yang rapat itu,lantas mulai membukanya satu persatu. Perlahan-lahan kulit mulus di dada Mbak Nurul yang putih mulai terlihat merangsang birahiku. Jakunku naik turun dengan dada yang berdegup kian kencang.

    Birahiku kian liar bergolak,ketika tanganku semakin lebar menyingkap bagian atas jubah Mbak Nurul yang terbuka itu. Belahan payudara Mbak Nurul yang montok itu membuatku kemaluanku kian mengeras dan mataku seakan tak berkedip melihat keindahan di dada wanita berjilbab ini. Mataku pun mulai melihat,BH warna krem yang membungkus sepasang payudara Mbak Nurul,saat aku menyingkapkan semakin lebar bagian dada jubah yang dipakai wanita berjilbab ini.

    Kemudian jubah yang dipakai Mbak Nurul aku tarik ke bawah sehingga bagian atasnya tertarik kebawah melewati pundaknya,maka tersembulah sepasang buah dada Mbak Nurul yang montok dan mulus menggiurkan.Buah dada Mbak Nurul itu masih ketat terbungkus Bh wrana krem yang dikenakan wanita berjilbab ini.

    “Ooohh.. Mbak Nurul…montoknya”desisku sambil menahan birahi yangkian menggelegak.Mataku liar melihat gundukan buah dada Mbak Nurul yang masih tertutup BH warna krem.Kemudian dengan nafsu yang kian menggelegak,tanganku menarik cup BH itu ke atas yang membuat buah dada ibu muda ini tak tertutup lagi.
    “Glek..ohh..Mbak Nurul….”desahku menahan birahi melihat payudara Mbak Nurul yang kini telanjang didepannya. Payudara telanjang di dada wanita berjilbab ini begitu indah bentuknya. Walaupun Mbak Nurul telah beranak dua ,namun sepasang buah dadanya masih terlihat kencang. Kulit Mbak Nurul yang putih mulus dan puting susu kecoklatan yang terlihat mulai tegak membuat buah dada wanita berjilbab ini kian menggiurkan nafsuku.

    Dengan gemetar tanganku mencoba menjamah buah dada ibu muda berjilbabvini.Aku seakan tak percaya mampu menjamah payudara seorang wanita alim seperti Mbak Nurul ,yang sehari-hari kulihat selalu menutup rapat sekujur tubuhnya dengan jilbab yang lebar dan jubah panjang yang longgar.Namun ketika tanganku merasakan kehangatan dan kekenyalan payudara Mbak Nurul yang montok,tubuhku mengigil menahan birahi kian menggelegak. Kemudian dengan penuh nafsu tanganku mulai meremas-remas payudara montok yang telanjang itu. Sepasang payudara yang selama ini tersembunyi di balik jubah dan jilbab lebar yang selalu dikenakan Mbak Nurul kali ini ada dalam remasanku yang kian liar, “Mmm..Mbaak Nuruulll…mmmm…”desisku sembari mempermainkan puting susu kecoklatan di dada Mbak Nurul dengan jari-jariku. Aku merasakan puting susu ibu muda yang aku pelintir ini kian terasa tegak dan mengerasi. Nafasku memburu jalang,tubuhku menggigil menahan birahi menggelegak ketika tanganku bermain di dada telanjang wanita berjilbab ini. Beberapa lama aku meremas-remas buah dada Mbak Nurul yang telanjang itu dengan tanganku ,sebelum aku mulai menjilati payudara wanita berjilbab itu dengan lidahku dan menciuminya penuh nafsu.

    Aku merasakan sepasang buah dada Mbak Nurul yang telanjang itu kian kencang mengeras ketika aku menciuminya dan menjilatinya,bahkan ketika aku mengulum puting susu yang kecoklatan itu aku sempat terkejut oleh rintihan dari mulut Mbak Nurul.Aku menatap wajah Mbak Nurul yang masih terbalut jilbab putihnya itu,namun aku lihat wajahnya masih lelap dalam tidurnya hanya bibirnya memang mulai mendesah dan mengerang.

    “ohhh..Mbak Nurul mulai terangsang…”desisku melihat keadaan wanita berjilbab ini.
    Desahan yang keluar dari bibir Mbak Nurul membuatku nafsu birahiku kian liar. Mulutku kian liar menciumi dan menjilati payudara telanjang didada wanita berjilbab ini. Puting susu yang kecoklatan itu aku kulum dan aku hisap dengan bibir dan mulutku,membuat desahan Mbak Nurul kian sering terdengar.Birahiku semakin terasa menggelegak jalang mendengar rintihan dan desahan wanita berjilbab ini. Sempat terbayang beberapa hari lalu,Mbak Nurul terlihat begitu anggun dengan jubah dan jilbab lebarnya. Waktu itu aku hanya menelan ludah melihat tonjolan montok di dada yang tertutup jilbab lebar itu. Namun saat ini,payudara wanita berjilbab itu dapat aku nikmati sepuas birahiku.

    Cukup lama aku memuaskan nafsuku pada kedua payudara montok Mbak Nurul yang telanjang tanpa penutup itu.Aku melihat Mbak Aan semakin jalang mendesah dan merintih dalam tidurnya tiap kali aku menghisap dan menjilati dan menciumi kedua buah dadanya yang montok mengiurkan itu. Gila..baru pertama kali ini aku melihat seorang wanita berjilbab merintih begitu jalang dan liar,oleh birahi yang mencengkeramnya.
    Setelah aku puas dengan payudara Mbak Nurul,mataku beralih menatap bagian bawah tubuh ibu muda berjilbab ini.Aku melihat walapun beberapa kali,Mbak Nurul menggeliat dan mengejang menahan rangsangan birahi dariku,namun ujung jubah yang dikenakan Mbak Nurul tidak sampai tersingkap,Bagian bawah Mbak Nurul masih rapi tertutup oleh jubah panjang yang dipakainya sehingga hanya terlihat kakinya yang terbungkus kaus kaki warna krem. Sesaat terbayang dalam benakku,rasa
    penasaranku selama ini yang membuatku ingin menyingkap jubah yang dipakai Mbak Nurul.Perlahan kemudian aku mendekati kaki Mbak Nurul yang masih tertutup jubah yang dipakainya. Dengan sedikit gemetar,tanagnku terulur menyingkap jubah biru kembang yang dipakai Mbak Nurul dengan.Jantungku berdegup kencang ketika jubah itu mulai aku singkap ke atas,mataku mulai melihat sepasang betis Mbak Nurul yang indah bentuknya.Sepasang betis yang indah ini masih terbungkus kaus kaki warna krem yang agak tipis. Tanganku semakin gemetar ketika ujung jubah biru itu aku singkap semakin ke atas menyusuri kaki Mbak Nurul.Mataku kian membesar melihat ujung jubah yang tengah aku tarik ke atas itu mulai melewati lutut waniat berjilbab ini. Aku baru tahu,ternyata kaos kaki katun yang dipakai Mbak Nurul cukup panjang, hampir seluruh betisnya tertutup oleh kaus kaki krem yang dipakainya. Nafasku kian mendengus kasar menahan nafsu birahiku saat ujung jubah itu aku singkap ke atas melewati kedua lututnya,dan mataku nyaris tak berkedip melihat keindahan yang terpampang dibalik jubah yang aku singkap semakin ke atas.Akhirnya ujung jubah biru yang semula rapat menutup tubuh ibu muda ini tersingkap hingga ke pinggangnya.Sepasang kaki wanita berjilbab itu kini tidak lagi tertutup jubah panjang itu.

    “Ohh..Mbak Nurul..”desisku dengan mata nyaris tak berkedip melihat pemandangan di depanku.Sepasang paha putih Mbak Nurul yang telanjang itu tampak mulus menggiurkan.Paha putih mulus itu masih terlihat kencang dan bulat padat. Tetapi yang membuat tubuhku menggigil hebat menahan birahi,ketika mataku menatap pangkal paha Mbak Nurul yang telanjang.mataku melotot melihat kemontokan bukit kemaluan wanita berjilbab yang masih tertutup celana dalam itu.Celana dalam biru yang dipakai Mbak Nurul termasuk tipis untuk menyembunyikan gundukan kemaluan ibu muda ini sehingga mataku secara samar, mampu melihat bayangan bulu-bulu kemaluan dan belahan bibir kemaluan ibu muda berjilbab ini. Tubuhku gemetar melihat keindahan yang luar biasa ini dan batang kemaluanku terasa kian keras.

    “Ohh..mbak Aaan..Ohhh”desisku gemetar dengan mulut ternganga melihat keindahan di depan mataku. Terbayang kembali beberapa hari lalu,aku selalu melihat Mbak Nurul adalah seorang wanita berjilbab lebar dan berjubah panjang membuatnya terlihat begitu alim. Beberapa menit yang lalu sebelum pulas terpengaruh oleh minuman dariku,Mbak Nurul masih gugup dan terlihat malu ketika ujung jubahnya tersingkap yang hanya memperlihatkan separuh betisnya.Namun saat ini hampir tak kupercaya kalau aku telah melihat keindahan yang selama ini tersembunyi di balik jilbab lebar dan jubah panjang Mbak Nurul itu. Aku menelan ludah berkali-kali dengan birahi kian menggelegak melihat pemandangan di depanku. Seorang perempuan berparas cantik dengan jilbabnya yang lebar serta jubah biru bermotif bunga
    tergolek dengan sepasang buah dada yang menyembul telanjang dan bagian bawah jubahnya tersingkap hingga ke perut memperlihatkan kemulusan sepasang pahanya dan celana dalam yang dikenakannya. Tubuhku menggigil penuh birahi yang menggelegak melihat keindahan yang langka ini.

    Mbak Nurul masih terlihat pulas dalam pengaruh obat tidur yang kucampurkan dalam minuman untuknya. Kedua mata di wajah cantiknya yang terbalut jilbab lebar putih masih tertutup dengan rapat,walaupun wanita berjilbab ini sempat merintih dan mengerang saat kurangsang sepasang payudara di dadanya. Berulang kali aku menelan ludah sementara penisku sudah mengeras oleh desakan birahi melihat keadaan Mbak Nurul saat ini. Ibu muda tetanggaku yang selama ini tak pernah kulihat kecuali wajah cantiknya dan telapak tangannya, saat ini kulihat setengah telanjang tergeletak di depanku. Jilbab putih lebar yang beberapa menit lalu masih rapi menyembunyikan kemontokan dadanya,saat ini tersingkap ke atas dengan jubah yang terbuka pada bagian dadanya dan BH yang tersingkap,sehingga sepasang buah dada wanita berjilbab beranak dua yang selama ini tersembunyi,terpampang menggiurkan tanpa penutup,.

    Dengan birahi yang menggelegak,aku bergeser mendekati kaki Mbak Nurul yang terbuka itu.Aku melihat sepasang betis yang indah itu masih terbungkus kaus kaki warna krem yang cukup panjang hampir menutupi betisnya. Dengan sedikit gemetar,aku mengulurkan tanganku melepas sepasang kaus kaki warna krem itu dari kaki Mbak Nurul.Aku kembali menelan ludah melihat kemulusan betis Mbak Nurul yang kini telanjang di depanku. Aku sempat tersenyum teringat beberapa menit lalu,ketika Mbak Nurul gugup terlihat separuh betisnya olehku karena jubah yang dipakainya tersingkap.Namun setelah wanita berjilbab ini pulas dalam pengaruh obat tidurku,aku bukan hanya mampu melihat betisnya namun juga menjamahnya bahkan lebih. Telapak kaki Mbak Nurul terlihat putih kemerahan,ketika tanganku meraihnya terasa halus di tanganku.

    Beberapa saat aku mengelusnya sebelum kemudian bibirku mulai menciumi telapak kaki yang bersih dan halus itu. Nafasku memburu kian cepat ketika dengan bernafsu aku menciumi dan menjilati telapak kaki wanita ini. Telapak kaki wanita berjilbab yang telanjang itupun terlihat berkilat oleh bekas jilatanku yang liar.Kemudian dengan penuh birahi,bibirku menyusuri kaki Mbak Nurul semakin ke atas.Aku menciumi dan menjilati sepasang betis wanita berjilbab ini yang tak pernah kulihat sebelumnya karena selalu tertutup oleh pakaian panjangnya. Betis putih mulus yang indah dan ditumbuhi rambut-rambut halus itu terasa hangat di bibirku dan lidahku yang menjilatinya. Libidoku kian menggelegak saat bibir dan lidahku menciumi serta menjilati betis indah Mbak Nurul yang tak pernah kulihat sebelumnya ini. Nafasku terengah-engah oleh desakan birahiku yang kian liar.

    Saat bibir dan lidahku menciumi dan menjilati kemulusan betis Mbak Nurul,tanganku menyusuri kaki wanita berjilbab ini kian ke atas. Tanganku mengelus-elus paha mulus Mbak Nurul yang telanjang dan bulat padat ini.Begitu halus, lembut dan hangat kulit Mbak Nurul aku rasakan. Ketika menyentuh paha yang ditumbuhi bulu-bulu halus, aku merasakan kehangatan yang makin terasa mengalir ke telapak tangannya.Kemaluanku menjadi kian menegang keras dan membuat celanaku terasa sesak dan ketat. Jantungku makin berdegup kencang ketika aku meneruskan belaian tanganku makin jauh ke arah pangkal kaki wanita berjilbab yang mulus. Kulit tanganku merasakan hawa yang makin hangat dan lembab ketika tanganku makin jauh menggerayangi pangkal kaki Mbak Nurul yang bak belalang itu. Gerakan tanganku terhenti ketika tanganku mulai menyentuh gundukan daging yang begitu lunak dan hangat,namun terasa masih terbungkus kain celana dalam. Beberapa saat aku meraba-raba gundukan daging lunak hangat itu mengelus-elusnya,yang ternyata kembali membuat Mbak Nurul merintih dan mengerang oleh rabaanku pada gundukan di selangkangannya. Bahkan semakin lama aku semakin gemas,sehingga kemaluan montok wanita berjilbab yang masih terbungkus celana dalam itu bukan hanya aku elus-elus,namun tanganku lantas meremas-remasnya penuh nafsu.

    Aku sempat melirik wajah Mbak Nurul yang masih terbalut jilbabnya,ketika wanita cantik ini merintih bahkan tubuhnya menggeliat.Aku hanya menyeringai ketika aku melihat wanita berjilbab ini tidak menunjukkan tanda-tanda sadar dari pengaruh obat tidurku.Akupun kembali menciumi dan menjilati kaki telanjang ibu muda
    berjilbab yang tak pernah kulihat mulusnya saat sebelumnya.Tanganku masih meremas-remas kemaluan montok di selangkangan Mbak Nurul ketika aku menciumi dan menjilati sepasang paha mulusnya.Sepasang paha putih ibu muda berjilbab yang mulus itu terasa hangat di bibir dan lidahku membuatku semakin terangsang oleh birahi. Paha yang bulat indah dan ditumbuhi bulu-bulu halus itupun terlihat mengkilat oleh jilatan lidahku dan ciuman bibirku. Aku melihat Mbak Nurul masih merintih-rintih dan tubuhnya menggeliat-geliat,bahkan kian lama rintihan wanita berjilbab itu kian terdengar jalang membuatku kian bernafsu. Akhirnya ciuman dan jilatanku terhenti ketika bibirku telah merasakan lembab dan hangatnya pangkal paha Mbak Nurul. Aku menghentikan remasanku pada gundukan kemaluan Mbak Nurul yang masih tertutup celana dalam biru. Celana dalam yang dipakai ibu muda ini terlihat kusut karena remasan jari-jariku yang liar dan bernafsu.

    Dengan birahi yang menggelagak tanganku kini menarik celana dalam krem yang menutupi bagian tubuh Mbak Nurul yang paling pribadi ini. Mataku seakan tak berkedip,ketika celana dalam yang dipakai Mbak Nurul aku tarik ke bawah.Bermula dari tersembulnya rambut kemaluan yang cukup lebat dan hitam itu,aku terus menarik turun celana dalam itu. Dan aku seakan terpakau ketika aku menraik celana dalam itu kian ke bawah,belahan kemaluan ibu muda yang kemerahan itu pun tersembul begitu menggiurkan. Akhirnya sesaat kemudian bagian tubuh wanita berjilbab yang paling tersembunyi inipun terpampang tanpa penutup di depanku. Tubuhku mengigil oleh birahi melihat kemaluan telanjang Mbak Nurul di depanku ini.Terbayang kembali di benakku ,akan sebuah hasrat yang menjadi angan-nganku selama ini untuk menyingkap jubah Mbak Nurul dan melihat keindahan di baliknya.Aku tak mengira bahwa keinginanku akan terwujud siang ini tanpa kesulitan sedikitpun.

    Mataku lekat menatap kemaluan Mbak Nurul yang ditumbuhi rambut cukup lebat namun terlihat rapi. Dengan libido semakin menggelagak,aku membuka kedua paha wanita berjilbab ini lantas aku membenamkan kepalaku diantara kedua paha putih mulus itu. Bibirku segera menciumi kemaluan wanita berjilbab yang ditumbuhi rambut cukup lebat itu. Nafasku terengah-engah diantara kedua paha mulus Mbak Nurul. Bibirku dengan bernafsu menciumi permukaan kemaluan ibu muda ini dengan liar. Mbak Nurul makin jalang merintih dan mengerang,tubuhnya menggeliat menahan rangsangan birahi di bagian tubuhnya yang paling rahasia itu. Lidahkupun bergantian menjilati permukaan kemaluan wanita berjilbab ini sehingga rambut kemaluan Mbak Nurul terlihat basah.

    Cerita Dewasa – Sambil membelai-belai rambut dan menjilati yang mengitari kemaluan Mbak Nurul , Aku menghirup-hirup aroma harum khas kemaluan yang menyengat dari kemaluan wanita berjilbab ini,lantas aku pun meneruskan dengan jilatan ke seluruh sudut selangkangan Mbak Nurul . Sehingga kini kemaluan wanita berjilbab di depanku basah oleh air liurku. Tangankupun membuka bibir kemaluan Mbak Nurul lantas aku julurkan lidahku ke arah klitoris dan menggelitik bagian itu dengan
    ujung lidahku. Mbak Nurul yang masih belum tersadar dari pengaruh obat tidurku makin jalang merintih dan tubuhnya makin kerap menggelinjang,ketika bagian kewanitaan yang paling sensitif ini aku jilati. Aku merasakan ada pijitan-pijitan lembut dari lubang vagina Mbak Nurul yang membuat lidahku seperti dijepit-jepit. Makin lama lubang itu makin basah oleh cairan bening yang agak lengket yang terasa asin di lidahku. Mbak Nurul kini makin keras mengerang dan terengah-engah dalam tidurnya. Rupanya ia merasakan kenikmatan dalam mimpi, ketika kemaluannya aku ciumi dan aku jilati. Pinggulnya mulai menggelinjang dan kakinya ikut menggeliat.

    Melihat tingkah Mbak Nurul yang begitu merangsang menggairahkan,aku tak mampu menahan gelegak birahiku. Aku segera menurunkan celana training beserta celana dalamku,sehingga mencuatlah batang penisku yang besar dan panjang serta tegak mengeras kemerahan. Perlahan-lahan kedua kaki Mbak Nurul kutarik melebar,sehingga kedua pahanya terpentang. Kedua lututku melebar di samping pinggul wanita berjilbab ini lantas tangan kananku menekan pada karpet, tepat disamping tangan Mbak Nurul , sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah merangkak di atas wanita ini. Tangan kiriku memegang batang penisku. Perlahan-lahan kepala penisku kuletakkan pada belahan bibir kemaluan Mbak Nurul yang telah basah itu. Kepala penisku yang besar itu kugosok-gosok dengan hati-hati pada bibir kemaluan wanita berjilbab tetanggaku ini. Terdengar suara erangan perlahan dari mulut Mbak Nurul dan badannya agak mengeliat, tapi matanya masih tetap tertutup. Akhirnya kutekan perlahan-lahan kepala kemaluanku membelah bibir kemaluan ibu muda berjilbab yang cantik ini.

    Sekarang kepala kemaluanku terjepit di antara bibir kemaluan Mbak Nurul . Dari mulut wanita berjilbab ini tetap terdengar suara mendesis perlahan, akan tetapi badannya kelihatan mulai gelisah,agaknya Mbak Nurul mulai sadar. Aku tidak mau mengambil resiko, sebelum Mbak Nurul sadar, aku sudah harus memasukkan penisku ke dalam kemaluan ibu muda tetanggaku ini. Dengan bantuan tangan kiriku yang terus membimbing penisku, kutekan perlahan-lahan tapi pasti pinggulku ke bawah, sehingga kepala penisku mulai menerobos ke dalam lubang kemaluan wanita berjilbab ini. Kelihatan sejenak kedua paha Mbak Nurul bergerak melebar, seakan-akan tak mampu menampung desakan penisku ke dalam lubang kemaluannya.
    Badannya tiba-tiba mulai bergetar menggeliat dan lantas kedua matanya mendadak terbuka, terbelalak bingung, memandangku yang sedang bertumpu di atasnya. Mulutnya terbuka seakan-akan dia siap untuk berteriak. Dengan cepat aku memagut bibir Mbak Nurul untuk mendekap mulutnya agar jangan berteriak. Karena gerakanku yang tiba-tiba itu, posisi berat badanku tidak dapat kujaga lagi,akibatnya seluruh berat pinggulku langsung menekan ke bawah, sehingga tidak dapat  icegah lagi penisku menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan Mbak Nurul dengan cepat.

    Badan Mbak Nurul tersentak ke atas dan kedua pahanya mencoba untuk dirapatkan,sedangkan kedua tangannya terlihat refleks mendorong ke atas, menolak dadaku. Dari mulutnya keluar suara jeritan, tapi tertahan oleh bekapan bibirku yang melumat mulutnya.
    “Aauuhhmm.. aauuhhmm.. hhmm..!” desahnya tidak jelas. Kemudian badannya mengeliat-geliat dengan hebat dan meronta-ronta, kelihatan
    Mbak Nurul sangat kaget luar biasa melihatku tengah menindihnya. Meskipun Mbak Nurul meronta-ronta hebat, akan tetapi bagian pinggulnya tidak dapat bergeser karena tertekan oleh pinggulku dengan rapat. Karena gerakan-gerakan wanita berjilbab ini dengan kedua kakinya yang meronta-ronta itu, penisku yang telah terbenam di dalam vagina Mbak Nurul terasa dipelintir-pelintir dan seakan-akan dipijit-pijit oleh otot-otot dalam vagina ibu muda ini. Hal ini menimbulkan kenikmatan yang sukar dilukiskan.

    Cukup lama wanita berjilbab ini meronta-ronta hebat sebelum akhirnya rontaan Mbak Nurul ini mulai melemah. Nafasnya memburu dengan mata yang menyorot tajam ke arahku penuh kemarahan dan kebencian. Wajah yang masih terbalut jilbab putih lebarnya itu kini merah padam,namun kemudian mata yang menyorot tajam itu terpejam,bahkan air matapun mengalir deras dari kedua matanya membasahi jilbab putih yang masih membalut wajahnya.Aku tidak memperdulikan semua itu bahkan aku justru mulai menggerakan penisku yang terjepit dalam kemaluan Mbak Nurul .Aku terus menggerak-gerakkan penisnya naik-turun perlahan di dalam liang kemaluan ibu muda yang hangat itu. Liang itu berdenyut-denyut, seperti mau melumat kemaluanku. Rasanya nikmat luar biasa. Sembari terus menggerakan penisku naik turun,tanganku kembali menggerayangi payudara putih mulus yang sudah mengeras bertambah liat itu. Tanganku meremas perlahan, sambil sesekali dipijit-pijitnya bagian puting susu yang sudah mencuat ke atas. Beberapa menit kemudian aku melihat kian lama air mata dari mata Mbak Nurul yang terpejam mulai menyusut bahkan kembali aku merasakan, wanita berjilbab ini mulai kembali terengah seperti sebelum tersadar dari pengaruh obat tidurku.

    Dengan dada berdebaran melihat perubahan pada Mbak Nurul ,aku melepaskan lumatan bibirku pada mulutnya dan aku nyaris terpekik,ketika aku melepaskan bibirku dari mulut Mbak Nurul. Ternyata mulut Mbak Nurul tengah merintih dan mengerang,membuatku kian liar menggerakan penisku naik turun pada kemaluan ibu muda ini. Seakan aku baru menyadari kalau wanita cukup lama ditinggal suaminya mencari nafkah ke luar negeri,sehingga walapun mungkin hatinya menolak perlakuanku,namun tubuhnya tidak bisa menyembunyikan kenikmatan yang didapatnya. Bahkan semakin lama aku merasakan pinggul Mbak Nurul ikut bergoyang mengikuti gerakan penisku yang naik turun dalam jepitan kemaluannya. Semakin lama rintihan Mbak Nurul kian jalang dan tubuhnyapun menggelinjang merasakan nikmat yang lama tak didapatinya walaupun matanya masih terpejam. Dan akupun merasakan semakin nikmat luar biasa yang memelintir penisku dalam vagina ibu muda berjilbab ini.

    Cukup lama tubuhku naik turun menyetubuhi ibu muda berjilbab tetanggaku ini. Nafasku terengah disertai desahan kenikmatan di atas tubuh Mbak Nurul yang juga merintih dan menggelinjang dengan jalang. Semakin lama aku semakin merasakan nikmat pada penisku sehingga beberapa menit kemudian aku merasakan hendak sampai ke puncak kenikmatanku.Dengan sepenuh tenaga aku menekan pinggulku kuat-kuat sehingga ujung penisku menyentuh dasar kemaluan Mbak Nurul lalu dengan geram yang cukup keras aku menuntaskan kenikmatan luar biasa yang kurasakan saat penisku memuntahkan cairan hangat cukup banyak dalam liang kemaluan Mbak Nurul.

    Aku menggeram penuh kenikmatan “Ahhhhh..Mbak Nuruuullll..Ahhhhhh..Enaaakk.”
    desahku sambil memeluk Mbak Nurul erat-erat. Beberapa saat aku menikmati orgasmeku sebelum akhirnya aku lunglai di atas tubuh wanita berjilbab ini. Nafasku
    terengah-engah letih namun aku merasakan kenikmatan yang luar biasa yang sulit terlukiskan.

    Baru sekejap aku lunglai,aku tersentak ketika aku merasakan tubuh Mbak Nurul bergetar hebat,lantas tanpa aku duga tangannya memelukku kuat-kuat dan kedua pahanya melingkar memeluk pinggangku dengan ketat. Wanita berjilbab ini memiawik kenikmatan ketika kurasakan penisku yang masih terjepit dalam kemaluannya terasa tersedot-sedot sebelum akhirnya terguyur cairan hangat yang membasahi batang penisku. . “Ahhh..sssahhhh…enaaaaak…a hhhhhhh”pekik Mbak Nurul yang masih berbalut jilbab putih sambil memelukku tubuhku kuat-kuat. Rupanya wanita berjilbab ini telah sampai pada puncak kenikmatannya. Beberapa saat aku merasakan ibu muda berjilbab ini dalam orgasme hingga akhirnya kedua tangannya yang semula memelukku terkulai lemas dan kedua kakinya yang semula menjepit pinggangku kembali tergolek lemas. Aku pun segera mencabut kemaluanku dan terlentang di sebelah Mbak Nurul yang terpejam kenikmatan.

    Beberapa saat suasana sunyi,hanya terdengar nafasku dan nafas Mbak Nurul yang berangsur normal.Namun beberapa saat kemudian aku dikagetkan oleh Mbak Nurul yang tiba-tiba menjerit histeris.Aku tergagap bangun dan kulihat wanita berjilbab ini duduk dengan menatapku penuh kebencian dan kemarahan, bibirnya terlihat gemetar dengan wajah yang merah padam. Tubuhnya pun terlihat menggigil hebat dengan nafas yang memburu.

    “Kenapa Mbak?..bukankah Mbak Nurul juga ikut menikmati??”ujarku sambil tersenyum penuh arti kepada wanita tetanggaku ini

    “Tidaaaaaaaaaaaak..!!!!!!!!”pe kik Mbak Nurul membuatku kaget.

    Tapi belum sempat aku berkata kembali, tiba-tiba Mbak Nurul telah bangkit lantas membenahi jilbab dan pakaiannya dengan tergesa-gesa. Aku hanya mampu memandangnya ketika wanita berjilbab ini kemudian berlari keluar dari rumahku. Wajah cantiknya terlihat merah padam,dan aku lihat air mata mengalir menyusuri pipinya.

    Beberapa saat aku termangu-mangu memandang kibaran jilbab putih yang lebar yang dipakai Mbak Nurul, saat ibu muda ini berlari keluar dari rumahku menuju rumahnya.Setelah wanita berjilbab itu hilang dari pandanganku aku menyeringai puas..

    “Ternyata aku tak hanya mampu melihat keindahan tubuh yang selalu tertutup jilbab dan pakaian panjang itu,bahkan aku juga mampu menikmatinya..hehehehe..”bisik ku sambil terkekeh.

    Aku masih tenggelam dalam lamunanku ketika akhirnya aku dikagetkan suara Faiz yang rupanya bangun dari tidurnya di kamarku.

    “Oom Faiz mau pulang ” katanya .

    Aku tersenyum memandang anak sulung Mbak Nurul ini. .

    “Ya hati-hati yah..salam buat ibumu..ibumu memang cantik,mulus,sintal,dan hebat luar biasa,cah bagus …..hehehehehehe!!”kataku sambil terkekeh membuat bocah cilik ini terheran-heran.

  • Cerita Sex Tante Monica Horny Berat

    Cerita Sex Tante Monica Horny Berat


    1550 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Tante Monica Horny BeratCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Kata guruku waktu jaman sekolah aku termasuk orang yang cemerlang dan pandai, sekarang aku sudah menjadi mahasiswa dan hidup mandiri gimana caranya aku bisa mendapatkan jajan tambahan , banyak teman yang menyarankanku untuk membuka les privat bagi siswa siswi yang masih duduk di sekolah lanjutan, banyak tawaran diantaranya teman kampusku untuk menyuruhku memberikan les privat adiknya yang masih SMP.

    Keluarga Indah adalah keluarga yang sangat harmonis, ayahnya bekerja sebagai kepala kantor perwakilan (Kakanwil) salah satu departemen, berumur kurang lebih 46 tahun, sementara itu ibunya, biasa saya panggil Tante Monica, adalah ibu rumah tangga yang sangat memperhatikan keluarganya.

    Konon kabarnya Tante Monica adalah mantan ratu kecantikan di kota kelahirannya, dan hal ini amat saya percayai karena kecantikan dan bentuk tubuhnya yang masih sangat menarik diusianya yang ke 36 ini. Adik Indah murid saya bernama Noni, amat manja pada orangtuanya, karena Tante Monica selalu membiasakan memenuhi segala permintaannya.

    Dalam satu minggu, saya harus memberikan perlajaran tambahan 3 kali buat Nona, walaupun sudah saya tawarkan bahwa waktu pertemuan tersebut dapat dikurangi, karena sebenarnya Nona cukup cerdas, hanya sedikit malas belajar. Tetapi Tante Monica malah menyarankan untuk memberikan pelajaran lebih dari yang sudah disepakati dari awalnya.

    Setiap saya selesai mengajar, Tante Monica selalu menunggu saya untuk membicarakan perkembangan anaknya, tekadang ekor matanya saya tangkap menyelidik bentuk badan saya yang agak bidang menurutnya. Melewati satu bulan saya mengajar Noni, hubungan saya dengan Tante Monica semakin akrab.

    Suatu ketika, kira-kira bulan ketiga saya mengajar Noni, saya datang seperti biasanya jam 16:00 sore. Saya mendapati rumah Bapak Gatot sepi tidak seperti biasanya, hanya tukang kebun yang ada. Karena sudah menjadi kewajiban, saya berinisiatif menunggu Noni, minimal selama waktu saya mengajar.

    Kurang lebih 45 menit menunggu, Tante Monica datang dengan wajah cerah sambil mengatakan bahwa Noni sedang menghadiri pesta ulang tahun salah seorang temannya, sehingga hari itu saya tidak perlu mengajar. Tetapi Tante Monica tetap minta saya menunggu, karena ada sesuatu yang harus dibicarakan dengan saya.

    Ketika Tante Monica memanggil untuk masuk ke dalam rumahnya, alangkah kagetnya saya, ternyata Tante Monica telah memakai baju yang sangat seksi. Yah, memang badannya cukup seksi, karena walaupun sudah mulai berumur, Tante Monica masih sempat menjaga tubuhnya dengan melakukan senam “BL” seminggu 3 kali. Tubuhnya yang ideal menurut saya mempunyai tinggi sekitar 168 cm, dan berat sekitar 48 kg, ditambah ukuran payudaranya kira-kira 36B.

    Mula-mula saya tidak menaruh curiga sama sekali, pembicaraan hanya berkisar masalah perkembangan pendidikan Noni. Tetapi lama kelamaan sejalan dengan cairnya situasi, Tante Monica mulai bercerita tentang kesepiannya di atas ranjang. Terus terang saya mulai bingung mengimbangi pembicaraan ini, saya hanya terdiam, sambil berhayal entah kamana.

    “Rud, kamu lugu sekali yah..?” tanya Tante Monica.

    “Agh… Tante bisa aja deh, emang biar nggak lugu harus gimana..?” jawab saya.

    “Yah… lebih dewasa Dong..!” tegasnya.

    Lalu, tiba-tiba tangan Tante Monica sudah memegang tangan saya duluan, dan tentu saja saya kaget setengah mati.

    “Rud… mau kan tolongin Tante..?” tanya si Tante dengan manja.

    “Loh… tolongin apalagi nih Tante..?” jawab saya.

    “Tolong puaskan Tante, Tante kesepian nih..!” jawab si Tante.

    Astaga, betapa kagetnya saya mendengar kalimat itu keluar dari mulut Tante Monica yang memiliki rambut sebahu. Saya benar-benar tidak membayangkan kalau ibu bunga kampus saya, bahkan ibu murid saya sendiri yang meminta seperti itu. Memang tidak pernah ada keinginan untuk “bercinta” dengan Tante Monica ini, karena selama ini saya menganggap dia sebagai seorang ibu yang baik dan bertanggung jawab.

    “Wah… saya harus memuaskan Tante dengan apa dong..?” tanya saya sambil bercanda.

    “Yah… kamu pikir sendirilah, kan kamu sudah dewasa kan..?” jawabnya.

    Lalu akhirnya saya terbawa nafsu setan juga, dan mulai memberanikan diri untuk memeluknya dan kami mulai berciuman di ruang keluarganya. Dimulai dengan mencium bibirnya yang tipis, dan tanganku mulai meremas-remas payudaranya yang masih montok itu.

    Tante Monica juga tidak mau kalah, dia langsung meremas-remas alat kelaminku dengan keras. Mungkin karena selama ini tidak ada pria yang dapat memuaskan nafsu seksnya yang ternyata sangat besar ini.

    Akhirnya setelah hampir selama setengah jam kami berdua bercumbu, Tante Monica menarik saya ke kamar tidurnya. Sesampainya di kamar tidurnya, dia langsung melucuti semua baju saya, pertama-tama dia melepas kemeja saya sambil menciumi dada saya. Bukan main nafsunya si Tante, pikirku.

    Dan akhirnya, sampailah pada bagian celana. Betapa nafsunya dia ingin melepaskan celana Levi’s saya.

    Dan akhirnya dia dapat melihat betapa tegangnya batang kemaluan saya.

    “Wah… Rud, gede juga nih punya kamu…” kata si Tante sambil bercanda.

    “Masa sih Tante..? Perasaan biasa-biasa saja deh..!” jawab saya.

    Dalam keadaan saya berdiri dan Tante Monica yang sudah jongkok di depan saya, dia langsung menurunkan celana dalam saya dan dengan cepatnya dia memasukkan batang kemaluan saya ke dalam mulutnya.

    Aghhh, nikmat sekali rasanya. Karena baru pertama kali ini saya merasakan oral seks. Setelah dia puas melakukan oral dengan kemaluan saya, kemudian saya mulai memberanikan diri untuk bereaksi.

    Sekarang gantian saya yang ingin memuaskan si Tante. Saya membuka bajunya dan kemudian saya melepaskan celana panjangnya. Setelah melihat keadaan si Tante dalam keadaan tanpa baju itu, tiba-tiba libido seks saya menjadi semakin besar.

    Saya langsung menciumi payudaranya sambil meremas-remas, sementara itu Tante Monica terlihat senangnya bukan main. Lalu saya membuka BH hitamnya, dan mulailah saya menggigit-gigit putingnya yang sudah mengeras.

    “Oghh… saya merindukan suasana seperti ini Rud..!” desahnya.

    “Tante, saya belum pernah gituan loh, tolong ajarin saya yah..?” kata saya.

    Karena saya sudah bernafsu sekali, akhirnya saya mendorong Tante jatuh ke ranjangnya. Dan kemudian saya membuka celana dalamnya yang berwarna hitam. Terlihat jelas klitoris-nya sudah memerah dan liang kemaluannya sudah basah sekali di antara bulu-bulu halusnya. Lalu saya mulai menjilat-jilat kemaluan si Tante dengan pelan-pelan.

    “Ogh… Rud, pintar sekali yah kamu merangsang Tante…” dengan suara yang mendesah.

    Tidak terasa, tahu-tahu rambutku dijambaknya dan tiba-tiba tubuh Tante mengejang dan saya merasakan ada cairan yang membanjiri kemaluannya, wah… ternyata dia orgasme! Memang berbau aneh sih, karena berhubung sudah dilanda nafsu, bau seperti apa pun tentunya sudah tidak menjadi masalah.

    Setelah itu kami merubah posisi menjadi 69, posisi ini baru pertama kalinya saya rasakan, dan nikmatnya benar-benar luar biasa. Mulut Tante menjilati kemaluan saya yang sudah mulai basah dan begitupun mulut saya yang menjilat-jilat liang kemaluannya.

    Setelah kami puas melakukan oral seks, akhirnya Tante Monica sekarang meminta saya untuk memasukkan batang kemaluan saya ke dalam lubang kemaluannya.

    “Rud… ayoo Dong, sekarang masukin yah, Tante sudah tidak tahan nih..!” pinta si Tante.

    “Wah… saya takut kalo Tante hamil gimana..?” tanya saya.

    “Nggak usah takut deh, Tante minum obat kok, pokoknya kamu tenang-tenang aja deh..!” sambil berusaha meyakinkan saya.

    Benar-benar nafsu setan sudah mempengaruhi saya, dan akhirnya saya nekad memasukkan kemaluan saya ke dalam lubang kemaluannya. Oghh, nikmatnya.. Setelah akhirnya masuk, saya melakukan gerakan maju-mundur dengan pelan.

    “Ahhh… dorong terus Dong Rud..!” pinta si Tante dengan suara yang sudah mendesah sekali.
    Mendengar desahannya, saya menjadi semakin nafsu, dan saya mulai mendorong dengan kencang dan cepat. Sementara itu tangan saya asyik meremas-remas payudaranya, sampai tiba-tiba tubuh Tante Monica mengejang kembali. Astaga, ternyata dia orgasme yang kedua kalinya.

    Dan kemudian kami berganti posisi, saya di bawah dan dia di atas saya. Posisi ini adalah idaman saya kalau sedang bersenggama. Dan ternyata posisi pilihan saya ini memang tidak salah, benar-benar saya merasakan kenikmatan yang luar biasa dengan posisi ini. Sambil merasakan gerakan naik-turunnya pinggul si Tante, tangan saya tetap sibuk meremas payudaranya lagi.

    “Oh… oh… nikmat sekali Rudy..!” teriak si Tante.

    “Tante… saya kayaknya sudah mau keluar nih..!” kata saya.

    “Sabar yah Rud… tunggu sebentar lagi, Tante juga udah mau keluar lagi nih..!” jawab si Tante.

    Akhirnya saya tidak kuat menahan lagi, dan keluarlah cairan mani saya di dalam liang kemaluan si Tante, begitu juga dengan si Tante.

    “Arghhh..!” teriak Tante Monica.

    Tante Monica kemudian mencakar pundak saya, sementara saya memeluk badannya dengan erat sekali. Sungguh luar biasa rasanya, otot-otot kemaluannya benar-benar meremas batang kemaluan saya.

    Setelah itu kami berdua letih, tanpa disadari kami telah sejam bersenggama, saya akhirnya bangun. Saya memakai baju saya kembali dan menuju ke ruang keluarga. Ketika melihat Tante Monica dalam keadaan telanjang menuju ke dapur, mungkin dia sudah biasa seperti itu, entah kenapa, tiba-tiba sekarang giliran saya yang nafsu melihat pinggulnya dari belakang.

    Tanpa bekata-kata, saya langsung memeluk Tante Monica dari belakang, dan mulai lagi meremas-remas payudaranya dan pantatnya yang montok serta menciumi lehernya. Tante pun membalasnya dengan penuh nafsu juga. Tante langsung menciumi bibir saya, dan memeluk saya dengan erat.

    “Ih… kamu ternyata nafsuan juga yah anaknya..?” kataya sambil tertawa kecil.

    “Agh… Tante bisa aja deh..!” jawab saya sambil menciumi bibirnya kembali.

    Karena sudah terlalu nafsu, saya mengajaknya untuk sekali lagi bersenggama, dan si Tante setuju-setuju saja. Tanpa ada perintah dari Tante Monica, kali ini saya langsung membuka celana dan baju saya kembali, sehingga kami dalam keadaan telanjang kembali di ruang keluarga. Karena keadaan tempat kurang nyaman, maka kami hanya melakukannya dengan gaya dogie style.

    “Um… dorong lebih keras lagi dong Rud..!” desahnya.

    Semakin nafsu saja saya mendengar desahannya yang menurut saya sangat seksi. Maka semakin keras juga sodokan saya kepada si Tante, sementara itu tangan saya menjamah semua bagian tubuhnya yang dapat saya jangkau.

    “Rud… mandi yuk..!” pintanya.

    “Boleh deh Tante, berdua yah tapinya, terus Tante mandiin saya yah..?” jawab saya.

    Akhirnya kami berdua yang telanjang menuju ke kamar mandi. Di kamar mandi saya duduk di atas closed, dan kemudian saya menarik Tante Monica untuk menciumi kemaluannya yang mulai basah kembali. Dan Tante mulai terangsang kembali.

    “Hm… nikmat sekali jilatanmu Rud… agghhh..!” desahnya.

    “Rud… kamu sering-sering ke sini Rud..!” katanya dengan nafas memburu.

    Setelah puas menjilatinya, saya angkat Tante Monica agar duduk di atas saya, dan batang kemaluan saya kembali dibimbingnya masuk ke dalam lubang kemaluannya. Kali ini rasa nikmatnya lebih banyak terasa.

    Goyangan si Tante yang naik-turun yang makin lama makin cepat membuat saya akhirnya “KO” kembali. Saya mengeluarkan air mani ke dalam lubang kemaluannya. Tante Monica kemudian menjilati kemaluan saya yang sudah berlumuran dengan air mani, dihisapnya semua sampai bersih. Setelah itu kami mandi bersama.

    Setelah selesai mandi, saya pamit pulang karena baru tersadar bahwa perbuatan saya amat berbahaya bila diketahui oleh Bapak Gatot, Indah teman sekampus saya, apalagi Noni murid saya itu. Sampai sekarang kami masih sering bertemu dan melakukan persetubuhan, tetapi tidak pernah lagi di rumah, Tante memesan kamar hotel berbintang dan kami bertemu di sana.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Mbak Maya Memaksaku Bersetubuh

    Mbak Maya Memaksaku Bersetubuh


    1550 views

    Perawanku – Saya seorang pria berumur 40 tahun. Istri saya satu tahun lebih muda dari saya. Secara keseluruhan kami keluarga bahagia dengan dua anak yang manis-manis. Yang sulung, perempuan kelas II SMP (Nisa) dan bungsu laki-laki kelas 3 SD. Saya bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi.

    Sedangkan istri saya seorang wanita karier yang sukses di bidang farmasi. Kini dia menjabat sebagai Distric Manager. Kami saling mencintai. Dia merupakan seorang istri yang setia. Saya sendiri pada dasarnya suami yang setia pula. Paling tidak saya setia terhadap perasaan cinta saya kepada istri saya.

    Tapi tidak untuk soal seks. Saya seorang peselingkuh. Ini semua karena saya memiliki libido yang amat tinggi sementara istri saya tidak cukup punya minat di bidang seks. Saya menginginkan hubungan paling tidak dua kali dalam seminggu. Tetapi istri saya menganggap sekali dalam seminggu sudah berlebihan. Dia pernah bilang kepada saya, “Lebih enak hubungan sekali dalam sebulan.” Tiap kali hubungan kami mencapai orgasme bersama-sama. Jadi sebenarnya tidak ada masalah dengan saya.

    Rendahnya minat istri saya itu dikarenakan dia terlalu terkuras tenaga dan pikirannya untuk urusan kantor. Dia berangkat ke kantor pukul 07.30 dan pulang lepas Maghrib. Sampai di rumah sudah lesu dan sekitar pukul 20.00 dia sudah terlelap, meninggalkan saya kekeringan. Kalau sudah begitu biasanya saya melakukan onani. Tentu tanpa sepengetahuan dia, karena malu kalau ketahuan.

    Selama perkawinan kami sudah tak terhitung berapa kali saya berselingkuh. Kalau istri saya tahu, saya tak bisa membayangkan akan seperti apa neraka yang diciptakannya. Bukan apa-apa. Perempuan-perempuan yang saya tiduri adalah mereka yang sangat dekat dengan dia. Saya menyimpan rapat rahasia itu. Sampai kini. Itu karena saya melakukan persetubuhan hanya sekali terhadap seorang perempuan yang sama. Saya tak mau mengulanginya. Saya khawatir, pengulangan bakal melibatkan perasaan. Padahal yang saya inginkan cuma persetubuhan fisik. Bukan hati dan perasaan. Saya berusaha mengindarinya sebisa mungkin, dan memberi kesan kepada si perempuan bahwa semua yang terjadi adalah kekeliruan. Memang ada beberapa perempuan sebagai perkecualian yang nanti akan saya ceritakan.

    Perempuan pertama yang saya tiduri semenjak menikah tidak lain adalah kakak istri saya. Oh ya, istri saya merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Semuanya perempuan. Istri saya sebut saja bernama Yeni. Kedua kakak Yeni sudah menikah dan punya anak. Mereka keluarga bahagia semuanya, dan telah memiliki tempat tinggal masing-masing. Hanya saya dan istri yang ikut mertua dua tahun pertama perkawinan kami. Setiap minggu keluarga besar istri saya  berkumpul. Mereka keluarga yang hangat dan saling menyayangi.

    Mbak Maya, kakak istri saya ini adalah seorang perempuan yang dominan. Dia terlihat sangat menguasai suaminya. Saya sering melihat Mbak Maya menghardik suaminya yang berpenampilan culun. Suami Mbak Maya sering berkeluh-kesah dengan saya tentang sikap istrinya. Tetapi kepada orang lain Mbak Maya sangat ramah, termasuk kepada saya. Dia bahkan sangat baik. Mbak Maya sering datang bersama kedua anaknya berkunjung ke rumah   orang tuanya -yang artinya rumah saya juga- tanpa suaminya. Kadang-kadang sebagai basa-basi saya bertanya, “Kenapa Mas Wid tidak diajak?” “Ahh malas saya ngajak dia,” jawabnya. Saya tak pernah bertanya lebih jauh.

    Seringkali saat Mbak Maya datang dan menginap, pas istri saya sedang tugas luar kota. Istri saya dua minggu sekali keluar kota saat itu. Dia adalah seorang detailer yang gigih dan ambisius. Jika sudah demikian biasanya ibu mertua saya yang menyiapkan kopi buat saya, atau makan pagi dan makan malam. Tapi jika pas ada Mbak Maya, ya si Mbak inilah yang menggantikan tugas ibu mertua. Tak jarang Mbak Maya menemani saya makan.

    Karena seringnya bertemu, maka saya pun mulai dirasuki pikiran kotor. Saya sering membayangkan bisa tidur dengan Mbak Maya. Tapi mustahil. Mbak Maya tidak menunjukkan tipe perempuan yang gampang diajak tidur. Karenanya saya hanya bisa membayangkannya. Apalagi kalau pas hasrat menggejolak sementara istri saya up country. Aduhh, tersiksa sekali rasanya. Dan sore itu, sehabis mandi keramas saya mengeringkan rambut dengan kipas angin di dalam kamar. Saya hanya bercelana dalam ketika Mbak Maya mendadak membuka pintu.

    “Kopinya Dik Andy.” Saya terkejut, dan Mbak Maya buru-buru menutup pintu ketika melihat sebelah tangan saya berada di dalam celana dalam, sementara satu tangan lain mengibas-ibas rambut di depan kipas angin. Saya malu awalnya. Tetapi kemudian berpikir, apa yang terjadi seandainya Mbak Maya melihat saya bugil ketika penis saya sedang tegang?

    Pikiran itu terus mengusik saya. Peristiwa membuka pintu kamar dengan mendadak bukan hal yang tidak mungkin. Adik-adik dan kakak-kakak istri saya memang terbiasa begitu. Mereka sepertinya tidak menganggap masalah. Seolah kamar kami adalah kamar mereka juga. Adik istri saya yang bungsu (masih kelas II SMU, sebut saja Rosi) bahkan pernah menyerobot masuk begitu saja ketika saya sedang bergumul dengan istri saya. Untung saat itu kami tidak sedang bugil. Tapi dia sendiri yang malu, dan berhari-hari meledek kami.

    Sejak peristiwa Mbak Maya membuka pintu itu, saya jadi sering memasang diri, tiduran di dalam kamar dengan hanya bercelana dalam sambil coli (onani). Saya hanya ingin menjaga supaya penis saya tegang, dan berharap saat itu Mbak Maya masuk. Saya rebahan sambil membaca majalah. Sialnya, yang saya incar tidak pernah datang. Sekali waktu malah si Rosi yang masuk buat meminjam lipstik istri saya. Ini memang sudah biasa. Buru-buru saya tutupkan CD saya. Tapi rupanya mata Rosi keburu melihat.

    “Woww, indahnya.” Dia tampak cengengesan sambil memolesi bibirnya dengan gincu. “Mau kemana?” tanya saya. “Nggak. Pengin makai lipstik aja.” Saya meneruskan membaca. “Coli ya Mas?” katanya. Gadis ini memang manja, dan sangat terbuka dengan saya. Ketika saya masih berpacaran dengan istri saya, kemanjaannya bahkan luar biasa. Tak jarang kalau saya datang dia menggelendot di punggung saya. Tentu saya tak punya pikiran apa-apa. Dia kan masih kecil waktu itu. Tapi sekarang. Ahh. Tiba-tiba saya memperhatikannya. Dia sudah dewasa. Sudah seksi. Teteknya 34. Pinggang ramping, kulit bersih. Dia yang paling cantik di antara saudara istri saya.

    Pikiran saya mulai kotor. Menurut saya, akan lebih mudah sebenarnya menjebak Rosi daripada Mbak Maya. Rosi lebih terbuka, lebih manja. Kalau cuma mencium pipi dan mengecup bibir sedikit, bukan hal yang sulit. Dulu saya sering mengecup pipinya. Tapi sejak dia kelihatan sudah dewasa, saya tak lagi melakukannya. Akhirnya sasaran jebakan saya beralih ke Rosi. Saya mencoba melupakan Mbak Maya.

    Sore selepas mandi saya rebahan di tempat tidur, dan kembali memasang jebakan untuk Rosi. Saya berbulat hati untuk memancing dia. Ini hari terakhir istri saya up country. Artinya besok di kamar ini sudah ada istri saya. Saya elus perlahan-lahan penis saya hingga berdiri tegak. Saya tidak membaca majalah.

    Saya seolah sedang onani. Saya pejamkan mata saya. Beberapa menit kemudian saya dengar pintu kamar berderit lembut. Ada yang membuka. Saya diam saja seolah sedang keasyikan onani. Tidak ada tanggapan. Saya melihat pintu dengan sudut mata yang terpicing. Sialan. Tak ada orang sama sekali. Mungkin si Rosi langsung kabur. Saya hampir saja menghentikan onani saya ketika dari mata yang hampir tertutup saya lihat bayangan.

    Segera saya mengelus-elus penis saya dengan agak cepat dan badan bergerak-gerak kecil. Saya mencoba mengerling di antara picingan mata. Astaga! Kepala Mbak Maya di ambang pintu. Tapi kemudian bayangan itu lenyap. Lalu muncul lagi, hilang lagi, Kini tahulah saya, Mbak Maya sembunyi-sembunyi melihat saya. Beberapa saat kemudian pintu ditutup, dan tak dibuka kembali sampai saya menghentikan onani saya. Tanpa mani keluar.

    Malamnya, di meja makan kami makan bersama-sama. Saya, kedua mertua, Mbak Maya, Rosi dan kakak Rosi, Mayang. Berkali-kali saya merasakan Mbak Maya memperhatikan saya. Saya berdebar-debar membayangkan apa yang ada di pikiran Mbak Maya. Saya sengaja memperlambat makan saya. Dan ternyata Mbak Maya pun demikian.

    Sehingga sampai semua beranjak dari meja makan, tinggal kami berdua. Selesai makan kami tidak segera berlalu. Piring-piring kotor dan makanan telah dibereskan Mak Jah, pembantu kami.

    “Dik Andy kesepian ya? Suka begitu kalau kesepian?” Mbak Maya mebuka suara. Saya kaget. Dia duduk persis di kanan saya. Dia memandangi saya. Matanya seakan jatuh kasihan kepada saya. Sialan. “Maksud Mbak May apaan sih?” saya pura-pura tidak tahu. “Tadi Mbak May lihat Dik Andy ngapain di kamar. Sampai Dik Andy nggak liat.

    Kalau sedang gitu, kunci pintunya. Kalau Rosi atau Ibu lihat gimana?” “Apaan sih?” saya tetap pura-pura tidak mengerti. “Tadi onani kan?” “Ohh.” Saya berpura-pura malu. Perasaan saya senang bercampur gugup, menunggu reaksi Mbak Maya. Saya menghela nafas panjang. Sengaja. “Yahh, Yeni sudah tiga hari keluar kota. Pikiran saya sedang kotor. Jadi..” “Besok lagi kalau Yeni mau keluar kota, kamu minta jatah dulu.”

    “Ahh Mbak May ini. Susah Mbak nunggu moodnya si Yeni. Kadang pas saya lagi pengin dia sudah kecapekan.” “Tapi itu kan kewajiban dia melayani kamu?” “Saya tidak ingin dia melakukan dengan terpaksa.” Kami sama-sama diam. Saya terus menunggu. Menunggu. Jantung saya berdegup keras.

    “Kamu sering swalayan gitu?” “Yaa sering Mbak. Kalau pengin, terus Yeni nggak mau, ya saya swalayan. Ahh udah aahh. Kok ngomongin gitu?” Saya pura-pura ingin mengalihkan pembicaraan. Tapi Mbak Maya tidak peduli. “Gini lho Dik. Masalahnya, itu tidak sehat untuk perkawinan kalian. Kamu harus berbicara dengan Yeni. Masa sudah punya istri masih swalayan.” Mbak Maya memegang punggung tangan saya. “Maaf Mbak. Nafsu saya besar. Sebaliknya dengan Yeni. Jadi kayaknya saya yang mesti mengikuti kondisi dia.” Kali ini saya bicara jujur. “Saya cukup puas bisa melayani diri sendiri kok.” “Kasihan kamu.”

    Mbak Maya menyentuh ujung rambut saya, dan disibakkannya ke belakang. Saya memberanikan diri menangkap tangan itu, dan menciumnya selintas. Mbak Maya seperti kaget, dan buru-buru menariknya. “Kapan kalian terakhir kumpul?” “Dua atau tiga minggu lalu,” jawab saya. Bohong besar. Mbak Maya mendesis kaget. “Ya ampuun.” “Mbak. Tapi Mbak jangan bilang apa-apa ke Yeni. Nanti salah pengertian. Dikira saya mengadu soal begituan.” Mbak Maya kembali menggenggam tangan saya. Erat, dan meremasnya. Isi celana saya mulai  bergerak-gerak. Kali ini saya yang menarik tangan saya dari genggaman Mbak Maya. Tapi Mbak Maya menahannya. Saya menarik lagi. Bukan apa-apa. Kali ini saya takut nanti dilihat orang lain. “Saya horny kalau Mbak pegang terus.” Mbak Maya tertawa kecil dan melepaskan tangan saya. Dia beranjak sambil mengucek-ucek rambut saya. “Kaciaann ipar Mbak satu ini.” Mbak Maya berlalu, menuju ruang keluarga. “Liat TV aja yuk,” ajaknya. Saya memaki dalam hati. Kurang ajar betul. Dibilang saya horny malah cengengesan, bukannya bilang, “Saya juga nih, Dik.” Setengah jengkel saya mengikutinya. Di ruang keluarga semua kumpul kecuali Rosi.  Hanya sebentar. Saya masuk ke kamar.

    Sekitar pukul 23.00 pintu kamar saya berderit. Saya menoleh. Mbak Maya. Dia menempelkan telunjuknya di bibirnya. “Belum bobo?” tanyanya lirih. Jantung saya berdenyut keras. “Belum.” Jawab saya. “Kita ngobrol di luar yuk?” “Di sini saja Mbak.” Saya seperti mendapat inspirasi. “Ihh. Di teras aja. Udah ngantuk belum?” Mbak Maya segera menghilang. Dengan hanya bersarung telanjang dada dan CD saya mengikuti Mbak Maya ke teras. Saya memang terbiasa tidur bertelanjang dada dan bersarung. Rumah telah senyap. TV telah dimatikan. Keluarga ini memang terbiasa tidur sebelum jam 22.00. Hanya aku yang betah melek.

    Mbak Maya mengenakan daster tanpa lengan. Ujung atas hanya berupa seutas tali tipis. Daster kuning yang agak ketat. Saya kini memperhatikan betul lekuk tubuh perempuan yang berjalan di depan saya itu. Pantat menonjol. Singset. Kulitnya paling putih di antara semua sadaranya. Umurnya berselisih tiga tahun dengan Yeni. Mbak Maya duduk di bangku teras yang gelap. Bangku ini dulu sering saya gunakan bercumbu dengan Yeni. Wajah Mbak Maya hanya terlihat samar-samar oleh cahaya lampu TL 10 watt milik tetangga sebelah. Itupun terhalang oleh daun-daun angsana yang rimbun.

    Dia memberi tempat kepada saya. Kami duduk hampir berhimpitan. Saya memang sengaja. Ketika dia mencoba menggeser sedikit menjauh, perlahan-lahan saya mendekakan diri. “Dik Andy” Mbak Maya membuka percakapan. “Nasib kamu itu sebenernya tak jauh beda dengan Mbak.” Saya mengernyitkan dahi. Menunggu Mbak Maya menjelaskan. Tapi perempuan itu diam saja. tangannya memilin-milin ujung rambut. “Maksud Mbak apa sih?” “Tidak bahagia dalam urusan tempat tidur. Ih. Gimana sih.” Mbak Maya mencubit paha saya. Saya mengaduh. Memang sakit, Tapi saya senang. Perlahan-lahan penis saya bergerak. “Kok bisa?” “Nggak tahu tuh. Mas Wib itu loyo abis.” “Impoten?” Saya agak kaget. “Ya enggak sih. Tapi susah diajakin. Banyak nolaknya. Malas saya. Perempuan kok dibegituin,” “Hihihi.. Tadi kok kasih nasihat ke saya?” Saya tersenyum kecil. Mbak Maya mencoba mendaratkan lagi cubitannya. Tapi saya lebih sigap. Saya tangkap tangan itu, dan saya amankan dalam genggaman. Saya mulai berani. Saya remas tangan Mbak Maya. Penis saya terasa menegang. Badan mulai panas dingin. Mungkinkan malam ini saya dan Mbak Maya..

    “Terus cara pelampiasan Mbak gimana? Swalayan juga?” Tanya saya. Saya taruh sebelah tangan di atas pahanya. Mbak Maya mencoba menghindar, tapi tak jadi. “Enggak dong. Malu. Risih. Ya ditahan aja.” “Kapan terakhir Mbak Maya tidur sama Mas Wib?” Saya mencium punggung tangan Mbak Maya. Lalu tangan itu saya taruh perlahan-lahan di antara pahaku, sedikit menyentuh penis. “Dua minggu lalu.” “Heh?” Saya menatap matanya. Bener enggak sih. Kok jawabannya sama dengan saya? Ngeledek apa gimana nih. “Bener.” Matanya mengerling ke bawah, melihat sesuatu di dekat tangannya yang kugenggam. “Mbak..” Saya menyusun kekuatan untuk berbicara. Tenggorokan terasa kering. Nafsu saya mulai naik. Perempuan ini bener-bener seperti merpati. Jangan-jangan hanya jinak ketika didekati. Saat dipegang dia kabur.

    “Hm,” Mbak Maya menatap mata saya. “Mbak pengin?” Dia tak menjawab. Wajahnya tertunduk. Saya raih pundaknya. Saya elus rambutnya. Saya sentuh pipinya. Dia diam saja. Sejurus kemudian mulut kami berpagutan. Lama. Ciuman yang bergairah. Saya remas bagian dadanya. Lalu tali sebelah dasternya saya tarik dan terlepas. Mbak Maya merintih ketika jari saya menyentuh belahan dadanya. Secara spontan tangan kirinya yang sejak tadi di pangkuan saya menggapai apa saja. Dan yang tertangkap adalah penis. Dia meremasnya. Saya menggesek-gesekkan jari saya di dadanya. Kami kembali berciuman. “Di kamar aja yuk Mbak?” ajak saya. Lalu kami beranjak. Setengah berjingkat-jingkat menuju kamar Mbak Maya.  Kamar ini terletak bersebarangan dengan kamar saya. Di sebelah kamar Mbak Maya adalah kamar mertua saya.

    Malam itu tumpahlah segalanya. Kami bermain dengan hebatnya. Berkali-kali. Ini adalah perselingkuhan saya yang pertama sejak saya kawin. Belakangan saya tahu, itu juga perselingkuhan pertama Mbak Maya. Sebelum itu tak terbetik pikiran untuk selingkuh, apalagi tidur dengan laki-laki lain selain Mas Wib.

    Bermacam gaya kami lakukan. Termasuk oral, dan sebuah sedotan kuat menjelang saya orgasme. Semprotan mani menerjang tenggorokan Mbak Maya. Itulah pertama kali mani saya diminum perempuan. Yeni pun tidak pernah. Tidak mau. Jijik katanya. Menjelang pagi, saat tulang kami seperti dilolosi, saya kembali ke kamar. Tidur.

    Saya tidak berani mengulanginya lagi. Perasaan menyesal tumpah-ruah ketika saya bertemu istri saya. Mungkin itu juga yang dirasakan Mbak Maya. Selepas itu dia mencoba menghindari pembicaraan yang menjurus ke tempat tidur. Kami bersikap biasa-biasa, seolah tidak pernah terjadi apa pun.

    Ketika tidur di samping istri saya, saya berjanji dalam hati Tidak akan selingkuh lagi. Ternyata janji tinggal janji. Nafsu besar lebih mengusik saya. Terutama saat istri saya ke luar kota dan keinginan bersetubuh mendesak-desak dalam diri saya. Rasanya ingin mengulanginya dengan Mbak Maya. Tapi tampaknya mustahil. Mbak Maya benar-benar tidak memberi kesempatan kepada saya. Dia tidak lagi mau masuk kamar saya. Jika ada perlu di menyuruh Rosi, atau berteriak di luar kamar, memanggil saya. Bahkan mulai jarang menginap.

    Akhirnya saya kembali ke sasaran awal saya. Rosi. Mungkinkah saya menyetubuhi adik istri saya? Uhh. Mustahil. Kalau hamil? Beda dengan Mbak Maya. Kepada dia saya tidak ragu untuk mengeluarkan benih saya ke dalam rahimnya. Kalaupun hamil, tak masalah kan. Paling-paling kalau anaknya lahir dan mirip dengan saya yaa banyak cara untuk menepis tuduhan. Lagian masak sih pada curiga? Kehidupan terus berjalan. Usia kandungan istri saya menginjak bulan ke-4. Tahu sendirilah bagaimana kondisi perempuan kalau sedang hamil muda. Bawaannya malas melulu. Tapi untuk urusan pekerjaan dia sangat bersemangat. Dia memang pekerja yang ambisius. Berdedikasi, disiplin, dan penuh tanggung jawab. Karena itu jadwal keluar kota tetap dijalani. Kualitas hubungan seks kami makin buruk. Dia seakan benar-benar tak ingin disentuh kecuali pada saat benar-benar sedang relaks. Saya juga tak ingin memaksa. Karenanya saya makin sering beronani diam-diam di kamar mandi. Kadang-kadang saya kasihan terhadap diri sendiri. Kata-kata Mbak Maya sering terngiang-ngiang, terutama sesaat setelah sperma memancar dari penis saya. “Kacian adik iparku ini..” Tapi saya tak punya pilihan lain. Saya tak suka “jajan”. Maaf, saya agak jijik dengan perempuan lacur.

    Tiap kali beronani, yang saya bayangkan adalah wajah Mbak Maya atau si bungsu Rosi, bergantian. Rosi telah tumbuh menjadi gadis yang benar-benar matang. Montok, lincah. Cantik penuh gairah, dan terkesan genit. Meskipun masih bersikap manja terhadap saya, tetapi sudah tidak pernah lagi bergayutan di tubuh saya seperti semasa saya ngapelin kakaknya. Saya sering mencuri pandang ke arah payudaranya. Ukurannya sangat saya idealkan. Sekitar 34. Punya istri saya sendiri hanya 32.

    Seringkali, di balik baju seragam SMU-nya saya lihat gerakan indah payudara itu. Keinginan untuk melihat payudara itu begitu kuatnya. Tapi bagaimana? Mengintip? Di mana? Kamar mandi kami sangat rapat. Letak kamar saya dengannya berjauhan. Dia menempati kamar di sebelah gudang. Yang paling ujung kamar Mak Jah, pembantu kami. Setelah kamar Mayang, kakak Rosi, baru kamar saya. Kamar kami seluruhnya terbuat dari tembok. Sehingga tak mugkin buat ngintip. Tapi tunggu! Saya teringat gudang. Ya, kalau tidak salah antara gudang dengan kamar Rosi terdapat sebuah jendela. Dulunya gudang ini memang berupa tanah kosong semacam taman. Karena mertua butuh gudang tambahan, maka dibangunlah gudang. Jendela kamar Rosi yang menghadap ke gudang tidak dihilangkan. Saya pernah mengamati, dari jendela itu bisa mengintip isi kamar Rosi.

    Sejak itulah niat saya kesampaian. Saya sangat sering diam-diam ke gudang begitu Rosi selesai mandi. Memang ada celah kecil tapi tak cukup untuk mengintip. Karenanya diam-diam lubang itu saya perbesar dengan obeng. Saya benar-benar takjub melihat sepasang payudara montok dan indah milik Rosi. Meski sangat jarang, saya juga pernah melihat kemaluan Rosi yang ditumbuhi bulu-bulu lembut.

    Tiap kali mengintip, selalu saya melakukan onani sehingga di dekat lubang intipan itu terlihat bercak-bercak sperma saya. Tentu hanya saya yang tahu kenapa dan apa bercak itu. Keinginan untuk menikmati tubuh Rosi makin menggelayuti benak saya. Tetapi selalu tak saya temukan jalan. Sampai akhirnya malam itu. Mertua saya meminta saya mendampingi Rosi untuk menghadiri Ultah temannya di sebuah diskotik. Ibu khawatir terjadi apa-apa. Dengan perasaan luar biasa gembira saya antar Rosi. Istri saya menyuruh saya membawa mobil. Tapi saya menolak. “Kamu kan harus detailing. Pakai saja. Masa orang hamil mau naik motor?” Padahal yang sebenarnya, saya ingin merapat-rapatkan tubuh dengan Rosi.

    Kami berangkat sekitar pukul 19.00. Dia membonceng. Kedua tangannya memeluk pinggang saya. Saya rasakan benda kenyal di punggung saya. Jantung saya berdesir-desir. Sesekali dengan nakal saya injak pedal rem dengan mendadak. Akibatnya terjadi sentakan di punggung. Saya pura-pura tertawa ketika Rosi dengan manja memukuli punggung saya. “Mas Andy genit,” katanya. Pada suatu ketika, mungkin karena kesal, Rosi bahkan tanpa saya duga sengaja menempelkan dadanya ke puggung saya. Menekannya. “Kalau mau gini, bilang aja terus terang,” katanya. “Iya iya mau,” sahut saya. Tidak ada tanggapan. Rosi bahkan menggeser duduknya, merenggang. Sialan.

    Malam itu Rosi mengenakan rok span ketat dan atasan tank top, dibalut jaket kulit. Benar-benar seksi ipar saya ini. Di diskotik telah menunggu teman-teman Rosi. Ada sekitar 15-an orang. Saya membiarkan Rosi berabung dengan teman-temannya. Saya memilih duduk di sudut. Malu dong kalau nimbrung. Sudah tua, ihh. Saya hanya mengawasi dari kejauhan, menikmati tubuh-tubuh indah para ABG. Tapi pandangan saya selalu berakhir ke tubuh Rosi. She is the most beautiful girl. Di antara saudara istri saya Rosi memang yang paling cantik. Tercantik kedua ya Mbak Maya, baru Yeni, istri saya. Mayang yang terjelek. Tubuhnya kurus kering sehingga tidak menimbulkan nafsu.

    Sesekali Rosi menengok ke arah tempat duduk saya sambil melambai. Saya tersenyum mengangguk. Mereka turun ke arena. Sekitar tiga lagu Rosi menghampiri saya. “Mas Andy udah pesan minum?” tanyanya. Dagu saya menunjuk gelas berisi lemon tea di depan saya. Saya tak berani minum minuman beralkohol, meski hanya bir. Saya pun bukan pecandu. “Kamu kok ke sini, udah sana gabung temen-temen kamu,” kata saya. Janjinya Rosi dkk pulang pukul 22.00. Tadi ibu mertua juga bilang supaya pulangnya jangan larut. “Nggak enak liat Mas Andy mencangkung sendirian,” kata Rosi duduk di sebelah saya. “Sudah nggak pa-pa.” “Bener?” Saya mengangguk, dan Rosi kembali ke grupnya. Habis satu lagu, dia mendatangi saya. Menarik tangan saya. Saya memberontak. “Ayo. Nggak apa-apa, sekalian saya kenalin ama temen-temen. Mereka juga yang minta kok.” Saya menyerah. Saya ikut saja bergoyang-goyang. Asal goyang. Dunia diskotik sudah sangat lama tidak saya kunjungi. Dulupun saya jarang sekali. Hampir tidak pernah. Saya ke diskotik sekedar supaya tahu saja kayak apa suasananya. Sesekali tangan Rosi memegang tangan saya dan mengayun-ayunkannya. Musik bener-benr hingar-bingar. Lampu berkelap-kelip, dan kaki-kaki menghentak di lantai disko. Sesekali Rosi menuju meja untuk minum.

    Menjelang pukul 22.00 sebagian teman Rosi pulang. Saya segera mengajak Rosi pulang juga. “Bentar dong Mas Andy, please,” kata Rosi. Astaga. Tercium aroma alkohol dari mulutnya. “Heh. Kamu minum apa? Gila kamu. Sudah ayo pulang.” Segera saya gelandang dia. “Yee Mas Andy gitu deh.” Dia merajuk tapi saya tak peduli. Ruangan ini mulai menjemukan saya. “Udah dulu ya bro, sis. Satpam ngajakin pulang neh.” “Satpam-mu itu.” Saya menjitak lembut kepala Rosi. Rosi memang minum alkohol. Tak tahu apa yang diminumnya tadi. Dia pun terlihat sempoyongan. Saya jadi cemas. Takut nanti kena marah mertua. Disuruh jagain kok tidak bisa. Tapi ada senangnya juga sih. Rosi jadi lebih sering memeluk lengan saya supaya tidak sempoyongn.

    Kami menuju tempat parkir untuk mengambil motor. Saya bantu Rosi mengenakan jaket yang kami tinggal di motor. Saya bantu dia mengancing resluitingnya. Berdesir darah saya ketika sedikit tersentuk bukit di dadanya. “Hayoo, nakal lagi,” katanya. “Hus. Nggak sengaja juga.” “Sengaja nggak pa-pa kok Mas.” Omongan Rosi makin ngaco. Dia tarik ke bawah resluitingnya. Dan sebelum saya berkomentar dia sudah berkata, “Masih gerah. Ntar kalau dingin Rosi kancingin deh.” Segera mesin kunyalakan, dan motor melaju meninggalkan diskotik SO.

    Sungguh menyenangkan. Rosi yang setengah mabuk ini seakan merebahkan badannya di punggung saya. Kedua tangannya memeluk erat perut saya. Jangan tanya bagaimana birahi saya. Penis saya menegang sejak tadi. Dagu Rosu disadarkan ke pundak saya. Lembut nafasnya sesekali menyapu telinga saya. Saya perlambat laju motor. Benar-benar saya ingin menikmati. Lalu saya seperti merasa Rosi mencium pipi saya. Saya ingin memastikan dengan menoleh. Ternyata memang dia baru saja mencium pipi saya. Bahkan selanjutnya dia mengecup pipi saya. Saya kira dia benar-benar mabuk.

    “Mas Andy, Rosi pengin pacaran dulu,” katanya mengejutkan saya. “Pacaran sama Mas Andy? Gila kamu ya.” Penis saya makin kencang. “Mau enggak?” “Kamu mabuk ya?” Dia tak menjawab. Hanya pelukannya tambah erat. “Mas..” “Hmm” “Mas masih suka coli?” “Hus. Napa sih?” “Pengen tahu aja. Mbak Yeni nggak mau melayani ya?” “Tahu apa kamu ini.” Saya sedikit berteriak. Saya kaget sendiri. Entah kenapa saya tidak suka dia omong begitu, Mungkin reflek saja karena saya dipermalukan. “Sorry. Gitu aja marah.” Rosi kembali mencium pipi saya. Bahkan dia tempelkan terus bibirnya di pipi saya, sedikit di bawah telinga. “Saya horny Ros.” “Kapan? Sekarang? Ahh masak. Belum juga diapa-apain”

    Saya raih tangannya dan saya taruh di penis saya yang menyodok celana saya. Terperanjat dia. Tapi diam saja. Tangannya merasakan sesuatu bergerak-gerak di balik celana saya. “Pacaran ama Rosi mau nggak?” kata Rosi. Aroma alkohol benar-benar menyengat. “Di mana? Lagian udah malam. Nanti Ibu marah kalau kita pulang kemalaman.” “Kalau ama Mas Andy dijamin Ibu gak marah.” “Sok tahu.” “Bener. Ayuk deh. Ke taman aja. Tuh deket SMA I ajak. Asyik lagi. Bentar aja.” Tanpa menunggu perintah, motor saya arahkan ke Taman KB di seberang SMU I. Taman ini memang arena asyik bagi mereka yang seang berpacaran. Meski di sekitarnya lalu lintas ramai, tapi karena gelap, yaa tetap enak buat berpacaran. Kami mencari bangku kosong di taman. Sudah agak sepi jadi agak mudah mencarinya. Biasanya cukup ramai sehingga banyak yang berpacaran di rumputan. Begitu duduk. Langsung saja Rosi merebahkan kepalanya di dada saya. Saya tak mengira anak ini akan begini agresif. Atau karena pengaruh alkohol makin kuat? Entahlah. Kami melepas jaket dan menaruhnya di dekat bangku.

    “Kamu kan belum punya pacar, kok sudah segini berani Ros?” tanya saya. “Enak aja belum punya pacar.” Dia protes. “Habis siapa pacar kamu?” Saya genggam tangannya. Dia mengelus-elus dada saya. “Yaa ini.” Dia membuka kancing kemeja saya. Saya makin yakin dia diracuni alkohol. Tapi apa peduli saya. Inilah saatnya. Saya kecup keningnya. Matanya. Hidung, pipi, lalu bibirnya. Dia tersentak, dan memberikan pipinya. Saya kembali mencari bibirnya. Saya kecup lagi perlahan. Dia diam. Saya kulum. Dia diam saja. Benarkah anak ini belum pernah berciuman bibir dengan cowok? “Kamu belum pernah melakukan ya?” kata saya. Dia tak menjawab. Saya cium lagi bibirnya. Saya julurkan lidah saya. Tangannya meremas pinggang saya. Saya hisap lidahnya, saya kulum. Tangan saya kini menjalar mencari  payudara. Dia menggelinjang tetapi membiarkan tangan saya menyusiup di antara celah BH-nya. Ketika saya menemukan bukit kenyal dan meremasnya, dia mengerang panjang. Kedua kakinya terjatuh dari bangku dan menendang-nendang rumputan. Saya buka kancing BH-nya yang terletak di bagian depan. Saya usap-usap lembut, ke kiri, lalu ke kanan. Saya remas, saya kili-kili. Dia mengaduh. Tangannya terus meremasi pinggang dan paha saya.

    “Mas Andy..” “Hmm” “Please.. Please.” Saya mengangsurkan muka saya menciumi bukit-bukit itu. Dia makin tak terkendali. Lalu, srrt srrt..srrt. Sesuatu keluar dari penis saya. Busyet. Masa saya ejakulasi? Tapi benar, mani saya telah keluar. Anehnya saya masih bernafsu. Tidak seperti ketika bersetubuh dengan Yeni. Begitu mani keluar, tubuh saya lemas, dan nafsu hilang. Saya juga masih merasakan penis saya sanggup menerima rangsangan. Saya masih menciumi payudara itu, menghisap puting, dan tangan saya mengelus paha, menyelinap di antara celap CD. Membelai bulu-bulu lembut. Menyibak, dan merasakan daging basah. Mulut Rosi terus mengaduh-aduh. Saya rasakan kemaluan saya digeggamnya. Diremas dengan kasar, sehingga terasa sakit. Saya perlu menggeser tempat duduk karena sakitnya. Agaknya dia tahu, dan melonggarkan cengkeramannya.

    Lalu dia membuka resluiting celana saya, merogoh isinya. Meremas kuat-kuat. Tapi dia berhenti sebentar. “Kok basah Mas?” tanyanya. Saya diam saja. “Ehh,ini yang disebut mani ya?” Sejenak situasi kacau. Ini anak malah ngajak diskusi sih. Dia cium penis saya tapi tidak sampai menempel. Kayaknya dia mencoba membaui. “Kok gini baunya ya? Emang kayak gini ya? “Heeh,” jawab saya lalu kembali memainkan kelaminnya. “Asin juga ya?” Dia mengocok penis saya dengan tangannya. “Pelan-pelan Ros. Enakan kamu ciumin deh,” kata saya.

    Tanpa perintah lanjutan Rosi mencium dan mengulum penis saya. Uhh, kasarnya minta ampun, Tidak ada enaknya. Jauhh dengan yang dilakukan Mbak Maya. Berkali-kai saya meminta dia untuk lebih pelan. Bahkan sesekali dia menggigit penis saya sampai saya tersentak. Akhirnya saya kembali ejakulasi. Bukan oleh mulutnya tapi karena kocokan tangannya. Setelah itu sunyi. Saya lemas. Saya benahi pakaian saya. Dia juga membenahi pakaiannya. Tampaknya dia telah terbebas dari pengaruh alkohol. Wajahnya yang belepotan mani dibersihkan dengan tissu. “Makasih pelajarannya ya Mas.” Dia mengecup pipi saya. “Tapi kamu janji jaga rahasia kan?” Saya ingin memastikan. “Iyaah. Emang mau cerita ama siapa? Bunuh diri?” “Siapa tahu. Pokoknya just for us! Nobody else may knows.” Dia mengangguk. Kami bersiap-siap pulang. Sepanjang perjalanan dia memeluk erat tubuh saya. Menggelendot manja. Dan pikiran waras saya mulai bekerja. Saya mulai dihinggapi kecemasan.

    “Ros..” “Yaa” “Kamu nggak jatuh cinta ama Mas Andy kan? Everyting just for sex kan?” “Tahu deh.” “Please Ros. Kita nggak boleh keterusan. Anggap saja tadi kita sedang mabuk.” Saya menghentikan motor. “Iya deh.” “Bener ya? Ingat, Mas Andy ini suami Mbak Yeni.” Dia mengangguk mengerti. “Makasih Ros.” Saya kembali menjalankan motor. “Apa yang terjadi malam ini, tidak usahlah terulang lagi,” kata saya. Saya benar-benar takut sekarang. Saya sadari, Rosi masih kanak-kanak. Masih labil. Dia amat manja. Bisa saja dia lepas kendali dan tak mengerti apa arti hubungan seks sesaat. Lalu saya dengar dia sesenggukan. Menangis. Untunglah dia menepati janji. Segalanya berjalan seperti yang saya harapkan. Saya tak berani lagi mengulangi, meskipun kesempatan selalu terbuka dan dibuka oleh Rosi. Saya benar-benar takut akibatnya. Saya tidak mau menhancurkan keluarga besar istri saya. Tak mau menghancurkan rumah tangga saya.

    Saya hanya menikmati Rosi di dalam bayangan. Ketika sedang onani atau ketika sedang bersetubuh dengan Yeni. Sesekali saja saya membayangkan Mbak Maya.

  • Cerita Sex Ga Sengaja Melihat Tetangga Sebelah Rumah Sedang Main Di Kamar

    Cerita Sex Ga Sengaja Melihat Tetangga Sebelah Rumah Sedang Main Di Kamar


    1549 views

    Perawanku – Cerita Sex Ga Sengaja Melihat Tetangga Sebelah Rumah Sedang Main Di Kamar, Sore itu, aku terbangun. Kulihat jam di mejaku menunjukkan pukul 4.00 sore. Iseng aku memanjat dinding tembok pembatas kamarku, mau “melihat” tetangga sebelahku. Melalui ventilasi kulihat Mas Arif dan Mbak Nida sedang tidur-tiduran sambil mengobrol di atas tempat tidur. Aku mengawasi terus, kulihat Mas Arif hanya memakai singlet, begitu juga Mbak Nida yang hanya memakai baju dalam.

    “Dasar pengantin baru, pasti mau main, ayo kapan mainnya ?” pikirku mulai tak sabaran.

    Kulihat Mas Arif dan Mbak Nida berbicara sambil berpelukan, aku kurang bisa menangkap apa yang mereka bicarakan. Sesekali Mbak Nida tertawa cekikikan. Beberapa kali pula aku amati Mas Arif meremas payudara Mbak Nida.

    Lama aku menunggu, hingga akhirnya yang aku harapkan terjadi juga. Tiba-tiba Mas Arif membuka celana pendeknya dan memegang tangan Mbak Nida, menyuruh Mbak Nida memegang penis Mas Arif. Mbak Nida kelihatannya menurut dan memasukkan tangannya ke dalam celana Mas Arif, tetapi baru sebentar sudah ditariknya kembali, tampaknya Mbak Nida menolak.

    “Yaaa….. itu aja nggak mau, apalagi kalau disuruh karaoke” desahku dalam hati kecewa.

    Namun kekecewaanku terobati karena sejurus kemudian Mas Arif tiba-tiba bangkit dari tempat tidur dan melepas celananya. Kini ia hanya bercelana dalam dan bersinglet. Kemudian serta merta ia memeluk Mbak Nida. Aku tersenyum kegirangan, keinginanku untuk melihat keduanya mengentot tampaknya akan terpenuhi.

    Tak lama, Mas Arif melepas pelukannya dan Mbak Nidapun mulai melepas celananya. Kini sama seperti suaminya, Mbak Nida hanya bersinglet dan bercelana dalam. Kulihat pahanya, putih dan mulus sekali.

    Kemudian mendadak Mas Arif mengeluarkan penisnya dari celana dalamnya.

    “Kecil sekali, dibandingkan punyaku,” kataku dalam hati melihat penis Mas Arif.

    Mas Arifpun langsung meng-himpit Mbak Nida, tampaknya Mas Arif akan mempenetrasi Mbak Nida. Kulihat Mbak Nida memelorotkan celana dalamnya hanya sampai sebatas paha. Sejurus kemudian aku melihat pelan Mas Arif memasukkan penisnya ke dalam lubang vagina Mbak Nida yang tertutup bulu jembut. Setelah penis Mas Arif masuk keseluruhannya ke dalam pepek Mbak Nida, Mas Arif langsung memeluk Mbak Nida sambil menciumnya bertubu-tubi. Itu dilakukan cukup lama.

    Aku sedikit keheranan kenapa Mas Arif tidak melakukan genjotan, tidak mendorong-dorong pinggulnya ? Mas Arif hanya diam memeluk Mbak Nida.

    “Waaah…..ini pasti karena Mas Arif nggak tahan bermain lama, nggak seperti aku” kataku dalam hati, tertawa, merasa unggul dari Mas Arif.

    Disinilah aku mulai melihat adanya kesempatanku untuk turut melakukan “tumpangsari” pada Mbak Nida.

    Ditambah lagi, kejadian itu hanya berlangsung sangat singkat, sekitar 5 menit. Meskipun kulihat Mbak Nida tetap bisa mencapai orgasmenya, tetapi cepat pula Mas Arif menyusulnya. Aku me-nangkap kekecewaan di muka Mbak Nida, meski Mbak Nida berusaha tersenyum setelah “permainan” itu, tapi aku yakin ia tidak puas dengan permainan Mas Arif.

    Peristiwa “observasi awal” hari kemarin itu membuatku mengambil kesimpulan, ada kemungkinan aku menyetubuhi Mbak Nida dan merasakan nikmat tubuhnya, kalau perlu aku juga akan menanam saham di tubuh Mbak Nida !

    Itulah tekadku, aku mulai me-nyusun taktik. Mas Arif itu belum bekerja, ada kesempatan bagiku untuk membuatnya berpisah cukup lama dari Mbak Nida. Apalagi aku punya kenalan yang bekerja di perusahaan, namanya Toni.

    Siang ini aku menjumpai Toni di kantornya,
    “Hai Bud, apa kabar ?” tanya Toni sambil menjabat tanganku.
    “Baik“ jawabku sambil ter-senyum.
    “Silahkan duduk”

    Setelah aku duduk di kursi kantornya yang empuk itu, aku mulai mengajukan permintaan,

    “Ton, aku butuh bantuanmu”
    “Oh, itu semua bisa diatur, bantuan apa ?”
    “Aku butuh pekerjaan”
    “Bisa, bisa, kamu mau kerja di mana ? gaji berapa ?”
    “Oh..nggak ! Maksudku bukan untuk diriku, tapi ini untuk orang lain”
    “Hm memangnya untuk siapa ?”
    “Untuk temanku, Mas Arif, kamu wawancarai, tempatkan di mana saja kamu suka, nggak perlu tinggi-tinggi betul jabatannya”
    “Aneh…tapi jika itu maumu, yaa tidak apa-apa”

    “Yang penting kamu wawancarai dia cukup lama, beberapa kali”
    “Oke, baik kalau gitu”
    “Tapi…nanti jadwal wawanca-ranya aku yang tentuin”
    “Terserah kamu”

    Maka mulailah aku menyusun jadwal wawancaranya, mulai lusa, hari rabu sampai jum’at dari jam 07.00 sampai 10.00 pagi.

    Toni menyetujuinya, kemudian aku permisi pulang.
    Dalam perjalanan pulang, hatiku sangat senang, sudah terbayang nikmatnya tubuh Mbak Nida itu.

    Sesampainya di kos-kosanku, aku langsung bertemu dengan Mas Arif di tempat cuci, tampak Mas Arif sedang menyuci bajunya.
    “Mas…….saya ingin bicara se-bentar” kataku mulai membuka percakapan.

    Mas Arifpun menoleh dan menghentikan pekerjaannya.
    “Ada apa Bud ?”

    “Begini…….saya dengar Mas Arif mencari pekerjaan, kebetulan tadi saya ke tempat teman saya, dia perlu pegawai baru, dianya sih malas menaruh iklan di koran, soalnya dia hanya butuh satu orang” jawabku panjang lebar menjelaskan. Sedikit berdebar-debar aku menunggu tanggapan, takut tawaranku ditolak.

    Lama Mas Arif kulihat terdiam, merenung, lalu
    “Hmmm….saya pikir dulu, sebelumnya terima kasih ya ?!”
    “Ya Mas” kataku dengan senyuman.

    Dalam hatiku, aku berpikir “Habislah sudah kesempatanku !”

    Tapi setelah di dalam kamar, sekitar 2 jam kemudian aku yang tertidur, terbangun oleh ketukan di pintu. Aku lalu bangun, mengucek-ngucek mataku, melihat dari jendela. Tampak Mas Arif berdiri menunggu. Akupun cepat-cepat membuka pintu

    “Wah..sedang tidur ya, kalau gitu nanti saja” Mas Arif tiba-tiba permisi.
    “Eee….nggak..nggak koq Mas, saya sudah bangun nih” kataku berusaha mencegah Mas Arif pergi.

    “Gangguin tidur kamu nggak ?”
    “Ndak…ndak kok, masuk aja” kataku mempersilahkan.
    Setelah kami berdua duduk di karpet kamarku,
    “Begini, ini soal lamaran kerja yang kamu bilang itu, tempatnya di mana sih ?” Mas Arif bertanya.

    “Ooo…itu di Kaliurang km 7 nomor 14, nama perusahaannya ***, nggak jauh kok”
    “Syaratnya gimana ?”
    “Saya kurang tau juga tuh, Mas Arif pergi saja ke sana. temui teman saya, Toni, katakan Mas butuh pekerjaan, tahunya dari Budi”

    “Wah…kok rasanya kurang enak ya, seperti nepotisme saja” Mas Arif sepertinya keberatan.
    “Enggak….nggak… koq, perusahaannya besar, Mas ke sana juga belum tentu diterima, Mas tetap melalui tes dulu” kataku meya-kinkan Mas Arif.
    “Hmmm…baiklah, tak coba dulu, jam berapa ya ke sana ?”
    “Sekitar jam kerja saja baiknya, jam 07.00 pagi saja” kataku me-nyarankan.

    Mas Arif hanya mengangguk tersenyum, lalu permisi seraya tak lupa berterima kasih kepadaku. Aku hanya tersenyum, berarti selangkah lagi keinginanku tercapai.

    Hari ini selasa, sesuai pre-diksiku, Mas Arif pagi-pagi sudah berangkat, dan sekitar jam 11.00 siang baru pulang.

    Aku menuju ke kamarnya, lalu mengetuk pintu,
    “Assalamu’alaikum” aku mem-beri salam.
    “Wa’alaikumussalam” terdengar jawaban Mas Arif dari dalam kamarnya.

    Lama baru pintu dibuka, dan Mas Arif mempersilahkanku un-tuk masuk. Kulihat di dalam ka-marnya, istrinya tengah duduk di pinggir tempat tidur dengan me-makai jilbab putih, tersenyum padaku. Mbak Nida tampak cantik sekali.

    “Bagaimana Mas, tadi ?” ta-nyaku
    “Oh…nanti saya disuruh ke sana lagi, besok untuk test wawancara”
    “Alhamdulillah, tak do’ain supa-ya berhasil”
    “Terima kasih”

    Setelah berbasa – basi cukup lama, akupun permisi.
    “Eehh…nanti dulu, kamu khan belum minum” Mas Arif berusaha mencegahku.
    “Ayo Nida buatkan air minumnya dong” perintah Mas Arif me-nyuruh istrinya, Mbak Nida.

    Aku menolak dengan halus,
    “Ah nggak usah Mas, saya sebentar aja koq, ada urusan”
    “Oh baiklah kalau begitu, sekali lagi terima kasih ya”

    Aku tersenyum mengangguk, kulihat Mbak Nida tidak jadi membuat minuman. Akupun pergi ke ka-marku, riang karena sebentar lagi “adikku” akan bersarang dan me-nemukan pasangannya.

    Hari ini rabu, Mas Arif sudah berangkat dan meninggalkan Mbak Nida sendirian di kamarnya. Ren-cana mulai kulaksanakan. Aku membongkar beberapa koleksi Vcd pornoku, memilih salah satunya yang aku anggap paling bagus, Vcd porno dari Indonesia sendiri, lalu membungkusnya dengan kertas merah jambu.

    Kemudian sambil membawa bungkusan Vcd itu, aku menuju ke kamar tetanggaku, mengetuk pintu,

    “Assalamu’alaikum” aku mem-beri salam.
    Lama baru terdengar jawaban,
    “Wa’alaikumussalam” jawaban Mbak Nida dari dalam kamar itu.

    Pintunyapun terbuka, kulihat Mbak Nida melongokkan kepalanya yang berjilbab itu dari celah pintu,

    “Ada apa ya ?” tanyanya.
    “Ini ada hadiah dari saya, saya mau memberikan kemarin tetapi lupa” kataku sambil menunjukkan bungkusan Vcd itu.
    “Oh, baiklah” kata Mbak Nida sambil bermaksud mengambil bungkusan di tanganku itu.
    “Eee…tunggu dulu Mbak, ini isinya Vcd, saya mau lihat apa bisa muter nggak di komputernya Mas Arif” kataku mengarang alasan.

    Sedikit keberatan kelihatannya, akhirnya Mbak Nida mempersi-lahkanku untuk masuk, aku yakin dia juga kurang ngerti tentang komputer.

    Di dalam kamar, aku menghi-dupkan komputer dan mengope-rasikan program Vcd playernya, lalu kumasukkan Vcd-ku itu dan kujalankan. Sesuai dugaanku Vcd itu berjalan bagus.

    “Mbak pingin nonton ?” tanyaku sambil melihat Mbak Nida yang sedari tadi duduk di belakang memperhatikanku.
    “Film apa sih ?” tanya Mbak Nida kepadaku.
    “Pokoknya bagus” jawabku sambil kemudian memberikan pe-tunjuk bagi Mbak Nida , bagaimana cara menghentikan player dan mematikan komputernya.

    Mbak Nida hanya mengangguk, lalu kupermisi untuk pergi mumpung filmnya belum masuk ke bagian “intinya”.

    Pintu kamar tetanggaku itupun kembali ditutup, aku bergegas ke kamarku, mau mengintip apa yang dilakukan Mbak Nida.

    Setelah di kamarku. melalui ven-tilasi kulihat Mbak Nida menonton di depan komputer. Dia tampaknya kaget begitu melihat adegan porno langsung hadir di layar monitor komputer itu. Dengan cemas aku menantikan reaksinya.

    Menit demi menit berlalu hingga sudah 15 menit kulihat Mbak Nida masih tetap menonton. Aku senang berarti Mbak Nida menyukainya.

    Lalu terjadi sesuatu yang lebih dari aku harapkan, tangan Mbak Nida pelan masuk ke dalam roknya, dan bergerak-gerak di dalam rok itu.

    Cerita Sex Ga Sengaja Melihat Tetangga Sebelah Rumah Sedang Main Di Kamar

    Cerita Sex Ga Sengaja Melihat Tetangga Sebelah Rumah Sedang Main Di Kamar

    “Hhh…..hhhh….oohhh…..oohhh”suara Mbak Nida mendesah–desah , tampaknya merasakan kenikmatan.

    Aku kaget,
    “Wah….hebat….dia masturbasi” kataku dalam hati.

    Ingin aku masuk ke kamar Mbak Nida, memeluknya dan langsung menyetubuhinya, tetapi aku sadar, ini perlu proses.

    Akhirnya aku memutuskan untuk tetap mengintip, dan berinisiatif mengukur kemampuanku. Akupun mulai melakukan onani dengan memain-mainkan penisku.

    Film di komputer itu terus berjalan…… hingga telah hampir 1,5 jam lamanya, pertanda film itu akan habis dan Mbak Nida kulihat sudah empat kali orgasme, luar biasa. Dan ketika filmnya berakhir, Mbak Nida ternyata masih me-neruskan masturbasinya hingga menggenapi orgasmenya menjadi lima kali.

    “Akkkhhhhhhh………” Mbak Nida terpekik pelan menandai orgasmenya.
    Sesaat setelah orgasme Mbak Nida yang kelima akupun ejakulasi.
    “Oooorghhhh………” suara berat-ku mengiringi luapan sperma di tanganku.

    Aku senang sekali, berarti aku lebih tangguh dari Mas Arif dan bisa memuaskan Mbak Nida nan-tinya karena bisa orgasme dan ejakulasi bersamaan.

    Kemudian Mbak Nida sesuai petunjukku, kulihat mengeluarkan Vcdnya dan mematikan komputer.

    Setelah siang hari, Mas Arif baru pulang. Sedikit berdebar-debar aku menunggu perkem-bangan di kamar tetanggaku itu, takut kalau – kalau Mbak Nida ngomong macam – macam soal Vcd itu, bisa berabe aku !

    Tetapi lama…..kelihatannya tak terjadi apa-apa. Kembali aku me-ngintip lewat ventilasi, apa yang terjadi di sebelah.

    Begitu aku mulai mengintip, aku kaget ! Karena kulihat Mbak Nida dalam keadaan hampir bugil, hanya memakai celana dalam dihimpit oleh Mas Arif, mereka bersetubuh ! Namun seperti yang dulu-dulu, permainan itu hanya berlangsung sebentar dan tampaknya Mbak Nida kelihatan tidak menikmati dan tidak bisa mencapai orgasme. Bahkan aku melihat Mbak Nida seringkali kesakitan ketika penetrasi atau ketika payudaranya diremas.

    “Ah…Mas Arif nggak pandai merangsang sih”, pikirku.

    Bagaimanapun aku senang, langkah keduaku berhasil, mem-buat Mbak Nida tidak bisa lagi men-capai orgasme dengan Mas Arif. Prediksiku, Mbak Nida akan sangat tergantung pada Vcd itu untuk kepuasan orgasmenya, sedangkan cara menghidupkan Vcd itu hanya aku yang tahu, disinilah kesem-patanku.

    Kamis, pukul 08.00. Aku bangun dari tidur, mempersiapkan segala sesuatunya, karena hari ini bisa jadi saat yang sangat bersejarah bagiku. Kemarin aku telah meng-intip Mbak Nida dan Mas Arif seharian, mereka kemarin ber-setubuh hanya dua kali, itupun berlangsung sangat cepat, dan yang penting bagiku, Mbak Nida tidak bisa orgasme.

    Malam kemarin aku juga sudah bersiap-siap dengan minum se-gelas jamu kuat, yang bisa menambah kualitas spermaku.

    Pagi itu, setelah aku mandi, aku berpakaian sebaik mungkin, parfum beraroma melati kuusapkan ke seluruh tubuhku, rambutku juga sudah disisir rapi. Lalu dengan langkah pasti aku melangkah ke tetangga sebelahku, Mbak Nida yang sedang sendirian.

    Kembali aku mengetuk pintu kamarnya pelan,

    “Assalamu’alaikum” aku mem-beri salam.
    “Wa’alaikumussalam” suara lem-but Mbak Nida menyahut dari dalam kamar.

    Mbak Nidapun membuka pintu, kali ini ia berdiri di depan pintunya, tidak seperti kemarin yang hanya melongokkan kepala dari celah pintu yang sedikit terbuka. Dia memakai jilbab pink dengan motif renda, manis sekali.

    “Oh ya, saya lupa membe-ritahukan cara menghidupkan Vcd kemarin” kataku sambil tersenyum.

    Tiba-tiba raut muka Mbak Nida menjadi sangat serius,

    “Kamu kurang ajar ya, masa’ ngasiin Vcd porno gituan ke Mbak” kata Mbak Nida sedikit keras.
    Aku kaget, “ternyata ia marah”, pikirku. Lalu cepat aku mengarang alasan,

    “Oh ma’af Mbak, Vcdnya yang hadiah itu, isinya film soal riwayat Nabi-Nabi buatan TV3 Malaysia, ma’af kalau tertukar, yah saya ambil saja lagi”

    Mbak Nida masuk ke dalam kamarnya, ia tampak kecewa, aku senang berarti ia takut kehilangan Vcd itu. Lalu akupun masuk ke kamarnya melalui pintu yang sedari tadi terbuka.

    Mbak Nida kaget, melihatku mengikuti langkahnya,
    “Eeeh…kamu kok ikut masuk juga ?!”
    Sambil menutup pintu, tenang aku menjawab,

    “Alaa….Mbak jangan munafiklah, tokh Mbak juga menyukai Vcd porno itu, saya lihat Mbak sampai masturbasi segala”
    “Kurang ajar kamu ! Keluar ! Kalau tidak saya akan berteriak” bentak Mbak Nida.
    “Mbak jangan marah dulu, coba Mbak pikirkan lagi, sejak menonton Vcd itu, Mbak tidak bisa lagi orgasme dengan Mas Arif khan” kataku sambil merebut Vcd itu dan mematahkannya.

    Mbak Nida terkejut,
    “Kamu…..”

    Tak sempat ia menyelesaikan kata-kata, aku memotongnya,

    “Saya bersedia memberikan kepuasan kepada Mbak Nida, saya jamin Mbak Nida bisa orgasme bila main dengan saya”
    “Kurang ajar ! Keluar kamu !”

    “Eeee….tidak segampang itu, ayolah Mbak Nida jangan marah, pi-kirkan dulu, saya satu-satunya ke-sempatan, bila Mbak Nida tidak me-makai saya, seumur-umur Mbak Nida nggak akan pernah mencapai orgasme lagi” aku mulai meng-hasutnya.

    Mbak Nida terdiam sebentar, aku senang dan berpikir ia mulai termakan rayuanku, tapi…

    “Tidak ! Kata Mbak tidaaak ! Sekarang keluar kamu !”
    Aku gemetar, tapi tetap ber-usaha,

    “Mbak sebaiknya pikirkan lagi, di sini cuma saya yang mengajukan diri memuaskan Mbak, saya satu-satunya kesempatan Mbak, kalau Mbak tidak mengambil kesempatan ini, Mbak akan rugi !” kataku sedikit tegas.

    Lama kulihat Mbak Nida terdiam, bahkan dia kini terduduk lemas di samping ranjangnya. Aku pura-pura mengalah…

    “Yah, sudahlah, jika Mbak tidak mau, saya pergi saja, saya itu cuma kasihan ngelihat Mbak !” kataku sambil beranjak pergi.

    Tetapi kulihat Mbak Nida hanya diam terduduk di ranjangnya, aku membatalkan niatku, pintu yang telah terbuka kini kututup lagi dan kukunci dari dalam. Perlahan aku mendekati Mbak Nida, kulihat ia menangis,

    “Mbak….jangan menangis, tidak ada maksud saya sedikitpun menyakiti Mbak” kataku sambil mulai menyeka air matanya dengan tanganku.

    Lalu pelan-pelan kupegang pun-dak Mbak Nida dan kudorong pelan dia agar berbaring di ranjang. Ter-nyata Mbak Nida hanya menurut saja, aku kesenangan, rayuanku berhasil meruntuhkan pendiriannya.

    Kemudian aku mulai membuka resleting celana panjangnya, ia tampaknya menolak, tetapi aku dengan santai menepis tangannya dan memasukkan tanganku ke dalam celananya. Tanganku masuk kedalam kolornya, lalu langsung jariku menuju ke tengah “lubang” birahinya. Aku sudah terburu nafsu, mencucuk-cucukkan jemariku ke dalam lubang itu berkali-kali.

    “Akhhh…..akhhh…….ahhhhhh” desahan Mbak Nida mengiringi setiap tusukan jemariku.

    Aku ingin membuatnya terang-sang dan mencapai orgasme. Lalu dengan cepat kutarik celana pan-jang dan kolornya, sehingga terlihatlah pahanya yang putih dan mulus, aku langsung mencium paha mulus itu bertubi-tubi, menjilat paha putih Mbak Nida dengan merata. Akupun mengincar kelentit Mbak Nida yang tersembul ke luar dari bagian atas pepeknya.

    Langsung aku kulum kelentit itu di dalam mulutku,

    “Elmm…..mmmm…….emmmm” dan lidahku menari-nari di atasnya, terkadang kugigit pelan-pelan berkali-kali,
    “Akhh….ooohhhh……aaahhhhh” suara Mbak Nida mendesah kuat tanda terangsang.

    Jemari tanganku semakin kuper-cepat menusuk pepek Mbak Nida dan lidahku makin menggila menari-nari di atas kelentitnya yang berwarna merah jambu itu.

    Perlahan kubimbing Mbak Nida mencapai puncaknya, hingga akhirnya……
    “Aaaaaaakkkhhhhhh…………” pekikan pelan Mbak Nida mengiringi orgasmenya.

    Kulihat jemari tanganku basah, bukan karena liurku tetapi karena cairan vagina Mbak Nida yang orgasme. Aku mencium vagina itu, tercium bau khas cairan vagina wanita yang orgasme.

    Aku tersenyum, hatiku senang karena bisa membawa Mbak Nida mencapai orgasmenya. Tetapi aku tidak berhenti sampai di situ saja. Setelah memelankan tusukan jariku, kini tusukan itu kembali kupercepat,

    “Ahhh….ahhhh….yaah…..yaahh” suara Mbak Nida mulai meracau.

    Sementara tangan kiriku beroperasi di vagina Mbak Nida, tangan kananku mulai meremas blus Mbak Nida, dengan cepat tangan kananku merobek blus itu dan menarik kutangnya hingga menyembullah payudara Mbak Nida yang indah membukit.

    Kemudian aku menghisap kedua puting itu sambil tangan kananku meremas payudara Mbak Nida bergantian,

    “Slurrpp….slrrrrpp…..slluuurpp” aku menghisap puting Mbak Nida, sementara desahan Mbak Nida terdengar halus di telingaku,
    “Akhh….teruuss…..teruuusss” Sementara tangan kiriku tetap beraksi di vagina Mbak Nida, dan vagina itu semakin becek,
    “Crrtt…..crrtt……slrrpp”

    Kini mulutku mulai merangkak maju menuju bibir Mbak Nida yang mendesah-desah, begitu wajah kami bertatapan, kulumat bibir mungil itu dalam-dalam, Mbak Nida sedikit kaget,

    “Ohhh….oomlmmm…elmmmm” Mbak Nida tidak bisa lagi bersuara, karena bibirnya telah kulumat, lidahnya kini bertemu dengan lidahku yang menari-nari.

    Aku memang berusaha mem-bimbing Mbak Nida agar orgasme untuk kedua kalinya. Agar di saat orgasmenya itu aku bisa me-masukkan penisku, mempenetrasi vaginanya. Karena aku sadar penetrasi itu akan sangat sakit karena ukuran penisku lebih besar dari punya Mas Arif yang biasa masuk.

    Sambil mencium dan merang-sang pepek Mbak Nida, tangan kananku mulai melepas celana panjangku dan kolorku, lalu melem-parkannya ke lantai. Tangan kananku mengelus-elus kontolku yang terasa mulai mengeras.

    Lama akhirnya Mbak Nida mencapai orgasmenya yang kedua kali,

    “Ooorrggghhhhh………..”

    Mbak Nida mengerang, tetapi belum selesai erangannya, aku langsung menusukkan penisku pelan-pelan ke dalam vaginanya.

    “Aaaaaahhhhh…………” suara Mbak Nida terpekik, matanya sayup-sayup menatap syahdu ke arahku, aku tersenyum.

    Akupun mengambil posisi duduk dan mengangkangkan kedua paha Mbak Nida dengan kedua tanganku, lalu kulakukan penetrasi kontolku pelan-pelan lama kelamaan men-jadi semakin cepat. Bunyi becekpun mulai terdengar,

    “Sllrrttt…cccrrttt….ccrrplpp” suara becek itu terus berulang-ulang seiring dengan irama tusukanku.

    “Akhhh….yaaahh…terus…” suara desahan Mbak Nida keenakan. Akupun semakin mempercepat tusukan, kini kedua kakinya ku-sandarkan di pundakku, pinggul Mbak Nida sedikit kuangkat dan aku terus mendorong pinggulku ber-ulang-ulang. Sementara dengan sekali sentakan kulepaskan jilbabnya, tampaklah rambut hitam sebahu milik Mbak Nida yang indah, sambil menggenjot aku membelai rambut hitam itu.

    “Ahhh…..ahhh….aaahhh”
    “Ohhh……ohhhh……..hhhh”

    Suara desahanku dan Mbak Nida terus terdengar bergantian seperti irama musik alam yang indah.

    Setelah lama, aku mengubah posisi Mbak Nida, badannya kutarik sehingga kini dia ada di pangkuanku dan kami duduk berhadap-hadapan, sementara penisku dan vaginanya masih menyatu.

    Tanganku memegang pinggul Mbak Nida, membantunya badannya untuk naik turun. Kepalaku kini dihadapkan pada dua buah pepaya montok nan segar yang ber-senggayut dan tergoyang-goyang akibat gerakan kami berdua. Langsung kubenamkan kepalaku ke dalam kedua payudara itu, menjilatnya dan menciumnya ber-gantian.

    Tak kusangka genjotanku membuahkan hasil, tak lama…..

    “Oooohhhhhhh……………..” lenguhan panjang Mbak Nida menandai orgasmenya, kepalanya terdongak menatap langit-langit kamarnya saat pelepasan itu terjadi.

    Aku senang sekali, kemudian kupelankan genjotanku dan akhirya kuhentikan sesaat. Lama kami saling bertatap-tatapan, aku lalu mencium mesra bibir Mbak Nida dan Mbak Nida juga menyambut ciumanku, jadilah kami saling berciuman dengan mesra, oh indahnya.

    Tak lama, aku menghentikan ciumanku, aku kaget, Mbak Nida ternyata menangis !

    “Kenapa Mbak Nida ? saya menyakiti Mbak ya ?!” tanyaku lembut penuh sesal.
    Masih terisak, Mbak Nida menjawab,
    “Ah…..nggak, kamu justru telah membuat Mbak bahagia”

    Kami berdua tersenyum, kemudian pelan aku baringkan Mbak Nida. Perlahan aku mengencangkan penetrasiku kembali.

    Sambil meremas kedua payudaranya, aku membolak-balikkan badan Mbak Nida ke kiri dan ke kanan. Kami berdua mendesah bergantian,

    “Ahhh…..ahhh….aaahhh”
    “Ohhh……ohhhh……..hhhh”

    Terus….lama, hingga akhirnya aku mulai merasakan urat-uratku menegang dan cairan penisku seperti berada di ujung, siap untuk meledak.

    Aku ingin melakukannya ber-sama dengan Mbak Nida. Untuk itu aku memeluk Mbak Nida, menciumi bibirnya dan membelai rambutnya pelan. Usahaku berhasil karena perlahan Mbak Nida kembali terang-sang, bahkan terlalu cepat.

    Dalam pelukanku kubisikkan ke telinga Mbak Nida,
    “Tahan……tahan………Mbak, kita lakukan bersama-sama ya”

    “Ohhh…ohhh….ohhhh…..aku su-dah tak tahan lagi” desah Mbak Nida, kulihat matanya terpejam kuat menahan orgasmenya.

    “Pelan…..pelan saja Mbak, kita lakukan serentak” kataku membisik sambil kupelankan tusukan penisku.

    Akhirnya yang kuinginkan ter-jadi, urat-urat syarafku menegang, penisku makin mengeras. Lalu sekuat tenaga aku mendorong pinggulku berulang-ulang dengan cepat.

    “Akhhh….ooohhh….ohhh” suara Mbak Nida mendesah. Kepalanya tersentak-sentak karena dorongan penisku.

    “Lepaskan…..lepaskan……Mbak, sekarang !” suaraku mengiringi de-sahan Mbak Nida, Mbak Nida menuruti “saranku”, diapun akhirnya mele-paskan orgasmenya,

    “Aaaakkhhhhh…………”

    “Ooorggghhhhh………” suara be-rat menandakan ejakulasiku, meng-iringi orgasme Mbak Nida. Erat ku-peluk ia ketika pelepasan ejakulasi itu kulakukan.

    Setelah “permainan” itu, dalam keadaan bugil aku tiduran ter-lentang di samping Mbak Nida yang juga telanjang. Mbak Nida me-melukku dan mencium pipiku berkali-kali seraya membisikkan sesuatu ke telingaku,

    “Terima kasih Bud”

    Mbak Nida kulihat senang dan memeluk tubuhku erat, tertidur di atas dadaku. Dalam hatiku aku merasakan senang, gembira, tapi juga sedih. Aku sedih dan menyesal melakukan ini dengan Mbak Nida, aku takut ia tidak akan pernah lagi mencapai orgasme selain dengan diriku, ini berarti aku yang harus selalu memuaskan Mbak Nida.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Dewasa Cewek ABG – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Dewasa Cewek ABG – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1549 views

    Perawanku – Binaragawan memang agak gampang gampang susah, saat habis kontes di sebuah gedung aku langsung pergi dan mau pulang ke kontrakanku aku menyewa taxi dan masuk ke dalam dengan rasa lelah, saat di dalam mobil handphone selalu bunyi terus terusan karena nomer juga tak aku kenal gak selalu aku angkat. cerita sex ABG,c erita ABG terbaru,cerita ABG ngentot 2017,kumpulan cerita ABG ngentot. Agen Judi Bola

    “kringg kringg kringg” bang itu HP gak di angkat napa bang , tanya sopir taxi
    “paling paling juga wartawan yang mau memberitakan kemenanganku dan mau di ulas di majalah kelas teri” malas saja urusan dengan mereka mendingan aku puspakan saja , (sambil memperlihatkan medali yang aku bawa pulang malam itu) dengan nada sombong.

    Saat taxi melaju cepat sekali lagi Hpku berbunyi dengan nomer yang sama, terpaksalah aku mengangkat telponnya,
    “haii
    “Hai Brigit, sombong bener sih, nggak mau terima telponku. Kenapa..?”
    “Sori Mbak. Ini siapa, dan ada apa..? Aku merasa nggak kenal anda.”
    “Benar. Kita belum pernah saling kenal kok. Tapi aku selalu memantau kemajuanmu dalam bertanding binaraga. Pokoknya aku selalu mengikutimu kemana kamu berlaga memamerkan tubuhmu yang berotot kekar tapi indah dan seksi sekali itu.

    Aku senang sekali. Banyak teman-temanku yang mengidolakan dirimu lho Mas. Kupikir masa depanmu pasti cerah sekali di dunia binaraga. Gimana nih, kami mau kenalan lebih dekat lagi, juga foto-foto bersama atlet idola kami. Bagaimana Mas..?”
    Aku sejenak berpikir. Siapa sih mereka? Apa maksudnya? Kalau aku tolak, aku merasa merendahkan atau menyepelekan apa yang namanya fans atau penggemar. Fans atau penggemar, apalagi wartawan itu adalah jalur yang tidak boleh kulawan. Mereka harus kurangkul dan akrabi. Begitu nasehat teman-teman seniorku di dunia olahraga yang banyak penggemarnya.

    “Baiklah. Dimana ini kalian semua..?” tanyaku setelah menghelakan nafasku.
    Sebuah daerah pemukiman elite disebutkan suara cewek itu. Permata Hijau. Aku segera minta sama sopir taxi segera meluncur ke alamat yang dituju. Kuperhatikan jam tanganku sudah menunjukkan pukul 23.45 tepat. Waktuku untuk istirahat. Tapi demi fans, aku rela membagi waktuku dengan mereka.
    Rumah mewah itu memang terlihat sepi, gelap, dengan halamanya yang terlihat teduh. Berlantai tiga dengan gaya arsitektur spanyol yang unik. Bergegas aku segera turun dan kuperhatikan sejenak taxi telah menghilang di tikungan jalan.

    Kembali aku perhatikan alamat rumah yang kutuju itu. Aku segera menyedheap masuk ke dalam halamannya setelah membuka sedikit pintu gerbangnya yang dari besi dicat hitam. Hujan mendadak turun dengan rintik-rintik. Berburu aku lari kecil menuju teras yang tinggi, karena aku mesti menaiki anak tangganya.
    Aku dengan tidak sabaran menekan-nekan bel pintunya yang yang tampak sekali aneh bagiku, sebab tombol bel itu berupa puting susu dari patung dada wanita. Tidak berapa lama, pintu model tarung kuku itu terbuka. Aku seketika berdecak kagum dan ‘ngiler’ berat melihat figur penggemarku ternyata anak baru tumbuh yang bertubuh seksi.

    “Mas Brigit, ya? Ayo Mas, dua temanku sudah tak sabar nungguin Mas. Biar kubawakan pialanya.. yuk..!” ujar gadis berusia sekitar 17 tahun itu ramah sekali menyambar piala dan tas olahragaku.
    Aku menyibakkan sebentar rambut gondrongku yang basah sedikit ini, sambil sejenak kuperhatikan gadis itu menutup dan mengunci kembali pintunya.
    “Ng.., maaf, belum kenalan..,” gumamku perlahan membuat gadis berambut pendek cepak ala tentara cowok itu menghentikan langkahnya lalu memutar tubuhnya ke arahku sambil mengumbar senyun manisnya.
    “Oh ya, aku Nabila..,” sahutnya menjabat tanganku erat-erat.
    Hm, halus dan empuk sekali jemari ini, seperti tangan bayi.
    Nabila yang berkulit kuning langsat itu melirik ke sebelah, di mana dari balik korden muncul dua temannya. Semua seusia dirinya.

    “Ayo pada kenalan..!” sambung Nabila.
    Malam ini Nabila memakai kaos singlet hitam ketat dan celana pendek kembang-kembang ketat pula, sehingga aku dapat dengan jelas melihat sepasang pahanya yang mulus halus. Bahkan aku dapat melihat, bahwa Nabila tidak memakai BH. Jelas sekali itu terlihat pada dua bulatan kecil yang menonjol di kedua ujung dadanya yang kira-kira berukuran 32.
    “Dhea..,” ujar gadis kecil lencir berambut panjang sepinggangnya itu menjabat tanganku dengan lembut sekali.
    Gadis ini berkulit kuning bersih dengan dadanya yang kecil tipis. Dia memakai kaos singlet putih ketat dan celana jeans yang dipotong pendek berumbai-rumbai. Lagi-lagi Dhea, gadis cantik beralis tebal itu sama seperti Nabila. Tidak memakai BH. Begitupun Puspa, gadis ketiga yang bertubuh kekar seperti laki-laki itu dan berambut pendek sebatas bahunya yang kokoh.

    Kulitnya kuning langsat dengan kaos ketat kuning dan celana pendek hitam ketat pula. Hanya saja, dada Puspa tampak paling besar dan kencang sekali. Lebih besar daripada Nabila. Cetakan kedua putingnya tampak menonjol ketat.
    Aku dapat melihat pandangan mata mereka sangat tajam ke arah tubuhku. Aku pikir iru maklum, sebab idola mereka kini sudah hadir di depan mata mereka.
    “Dimana mau foto-foto bersamanya..?” tanyaku yang digelandang masuk ke ruang tengah.

    “Sabar dulu dong Mas, kita kan perlu ngobrol-ngobrol. Kenalan lebih dalam, duduk bareng.. gitu. Santai saja dulu lah.. ya..?” sahut Puspa menggaet lengan kananku dan mengusap-usap dadaku setelah ritsluting jaket trainingku diturunkan sebatas perutku.
    “Ouh, kekar sekali. Berotot, dan penuh daging yang hebat. Hm..,” sambungnya sedikit bergumam sembari menggerayangi putingku dan seluruh dadaku.

    Aku jadi geli dan hendak menampik perlakuannya. Tapi kubatalkan dan membiarkan tangan-tangan ketiga gadis ABG itu menggerayangi dadaku setelah mereka berhasil melepas jaketku.Kuakui, aku sendiri juga menikmati perlakakuan istimewa mereka ini.
    Kini aku dibawa ke sebuah kamar yang luas dengan dinding yang penuh foto-foto hasil klipingan mereka tentang aku. Aku kagum. Sejenak mereka membiarkanku terkagum dan menikmati karya mereka di tembok itu.
    “Bagaimana..?” tanya Dhea mendekati dan merangkul lengan kiriku.
    Lagi-lagi jemari tangan kirinya menggerayangi puting dan dadaku. Kudengar nafas Dhea sudah megap-megap. Lalu Puspa menyusul dan memelukku dari belakang, menggerayangi dadaku dan menciumi punggungku. Kini aku benar-benar geli dibuatnya.

    “Sudahlah, lebih baik jangan seperti ini caranya. Katanya mau foto-foto..?” kataku mencoba melepaskan diri dari serbuan bibir dan jemari mereka.
    “Iya, betul sekali. Lihat kemari Mas Brigit..!” sahut Nabila yang berdiri di belakangku.
    Aku segera membalikkan tubuhku dan seketika aku terkejut. Mataku melotot tidak percaya dengan penuh ketidaktahuan dan ngerti semua ini.
    “Ada apa ini, apa-apa ini ini..? Kalian mau merampokku..?” tanyaku protes melihat Nabila sudah menodongkan pistol otomatis yang dilengkapi dengan peredam suara itu ke arah kepalaku.
    “Ya. Merampok dirimu. Jiwa dan ragamu. Semuanya. Ini pistol beneran. Dan kami tidak main-main..!” sahut Nabila dengan wajah yang kini jadi beringas dan ganas.
    Begitu pun Dhea dan Puspa. Sebuah letupan menyalak lembut dan menghancurkan vas bunga di pojok sana. Aku terhenyak kaget. Mereka berdua memegangi lengananku dengan kuat sekali. Aku hampir tidak percaya dengan tenaga mereka.

    “Tidak ada foto. Tapi, di ruangan ini, kami memasang beberapa kamera video yang kami setel secara otomatis. Setiap ruangan ada kamera dan kamera. Semua berjalan otomatis sesuai programnya. Copot celananya, Lin..!” ujar Nabila membentak.
    Aku hendak berontak, tapi dengan kuat Puspa memelintir lenganku.
    “Ahkk..!”
    “Jangan macem-macem. Menurut adalah kunci selamatmu. Ngerti..!” bentak Puspa tersenyum sinis.
    Celana trainingku kini lepas, berikut sepatuku dan kaos kakinya. Dhea sangat cepat melakukannya. Kini aku hanya memakai cawat hitam kesukaanku yang sangat ketat sekali dan mengkilap. Bahkan cawat ini tidak lebih seperti secarik kain lentur yang membungkus zakar dan pelirku saja.
    Sebab karetnya sangat tipis dan seperti tali.

    “Kamu memang seksi dan kekar..,” ucap Nabila mendekati dan menggerayangi zakarku.
    “Iya Bil Sekarang aja ya, aku udah nggak sabar nih..!” sahut Puspa mengelus-elus pantatku.
    “Sama dong. Tapi siapa duluan..?” sahut Dhea mengambil sebotol minyak tubuh untuk atlet binaraga.
    Kulihat mereknya yang puspabil Dhea yang paling mahal. Tampaknya mereka tahu barang yang berkualitas.
    “Puspa dan puspa, oke..?” kata Dhea menuangi minyak itu ke tangannya.
    Begitu pun Puspa dan Nabila. Segera saja jemari-jemari tangan mereka mengolesi seluruh tubuhku dengan minyak. Bergantian mereka meremas-remas batang zakarku dan buah pelirku yang masih memakai cawat ini dengan penuh nafsu. Aku kini sadar, mereka fans yang maniak seks berat.

    Walau masih ABG. Dengan buas, Nabila merengut cawatku dengan pisau lipatnya, yang segera disambut tawa ngakak temannya. Zakarku memang sudah setengah berdiri karena dorongan dan rangsangan dari stimulasi perbuatan mereka. Bagaimanapun juga, walau dalam situasi yang tertekan, aku tetap normal. Aku tetap terangsang atas perlakuan mereka.
    “Ouh, sangat besar dan panjang. Gede sekali Lin..,” ucap Puspa kagum dan senang sembari menimang-nimnag zakarku.
    Sedangkan Nabila meremas-remas buah pelirku dengan gemas sekali, sehingga aku langsung melengking sakit.

    “Duh, rambut kemaluannya dicukur indah. Apik ya..!” sahut Puspa mengusap potongan bentuk rambut kemaluanku yang memang kurawat dengan mencukur rapi.
    “Auuhk.., jangan. Jangan.., sakit..!” ucapku yang malah bikin mereka tertawa senang.
    Dhea sendiri menciumi daging zakarku dan menjilat-jilat buas pelirku. Aku tetap berdiri dengan kedua kakiku agk terbuka.
    Mereka dengan buasnya menjilati dan menciumi zakar dan buah pelirku serta pantatku.
    “Ouh.. jangan.. aauhk.. ouhhk.. aahkk..!” teriak-teriak mulutku terangsang hebat.
    Hal itu membuat Nabila jadi ganas dalam mengocok-ngocok batang zakarku. Sedangkan Dhea gantian meremas-remas buah pelirku. Sementara Puspa menghisap putingku dan memelintirnya, sehingga putingku jadi keras dan kencang.
    Kedua tanganku kini berpegangan pada tubuh mereka, karena dorongan birahiku yang mendadak itu. Aku kian menjerit-jerit kecil dan nikmat. Teriakan mereka yang diselingi tawa senang kian menambah garang perlakuan mereka atas tubuh telanjangku.
    Bergantian mereka mengocok-ngocok zakarku hingga kian mengeras dan memanjang hebat. Bahkan mereka dengan buasnya bergantian menyedot-nyedot zakarku dengan memasukan ke dalam mulut mereka, sampai-sampai mereka terbatuk-batuk karena zakarku menusuk kerongkongan mereka.

    “Nikmat sekali zakarnya, hmm.., coba diukur Puspa. Berapa panjang dan besarnya, aku kok yakin, ini sangat panjang..!” ujar Nabila sambil terus mengulum-ngulum dan menjilati zakarku.
    Puspa segera mengukur panjang dan besarnya zakarku.
    “Gila, panjangnya 23 sentimeter, dan garis lingkarnya.. hmm.., 18 senti. Apa-apaan ini. Kita pasti terpuaskan. Dia pasti hebat dan kuat..!” ujar Puspa kagum sambil mengikat pangkal batang zakarku dengan tali sepatu secara kuat.
    Begitupun pangkal buah pelirku diikat tali sepatu sendiri. Sementara Dhea gantian kini yang mengocok-ngocok zakarku sambil mengulum-ngulumnya. Karuan saja, zakarku jadi tambah keras dan merah panas membengkak hebat. Otot-ototnya mengencang ganas.
    Aku kian menjerit-jerit tidak kuat dan tidak kuasa lagi menahan spermaku yang hendak muncrat ini.Mendengar itu, Dhea mencopot lagi tali sepatuku di batang zakarku dan pelirku. Cepat-cepat mereka membuka mulutnya lebar-lebar di depan moncong zakarku sambil terus mengocok-ngocok paling ganas dan kuat.
    “Creet.. croot.. creet.. srreet.. srroott.. creet..!” menyembur spermaku yang mereka bagi rata ke mulutnya masing-masing.
    Bergantian mereka menjilati sisa-sisa spermaku sambil mengurut-ngurut batang zakarku agar sisa yang masih di dalam batang zakarku keluar semua.

    “Hmm.. nikmat sekali. Enak..!” ucap Puspa senang.
    “Iya, spermanya ternyata banyak sekali.. kental..!” sahut Dhea.
    “Ayo, ikat dia di ruang penyiksaan. Cepat..!” perintah Nabila berdiri, diikuti Dhea dan Puspa.
    Sedangkan aku masih lemas. Rasa-rasanya mau hancur badanku. Aku nurut saja perintah mereka.
    Memasuki ruang penyiksaan.
    Apa pula itu? Mereka dengan cepat memasang gelang besi di kedua tangan dan kakiku. Rantai besi ditarik ke atas. Kini tubuhku merentang keras membentuk huruf X. Posisi badanku dibikin sejajar dengan lantai yang kira-kira setinggi satu meteran itu. Lampu menyorot kuat ke arahku. Keringatku menetes-netes deras.
    “Siapa kalian ini sebenarnya..?” tanyaku memberanikan diri.
    “Puspa..! Tak ada pertanyaan. Dan tak boleh bertanya. Pokoknya menurut. Kamu kini budak kami.

    Ngerti..!” bentak Nabila mencambuk dadaku dan punggungku dengan cambuk yang berupa lima utas kulit yang ujungnya terdapat bola berduri. Sakitnya luar biasa.
    Mendadak Puspa membuka lantai di bawahku. Aku kaget, rupanya di bawah sana ada liang seukuran kira-kira lebar 50 senti dan panjang dua meteran. Dan di lubang sedalam kira-kira satu meteran itu terdapat tumpukan batu bara yang membara panas sekali! Pantas saja, tadi kakiku sempat merasakan panasnya lantai ubin ini.
    Walau kini tubuhku setinggi kurang dari dua meter dari bara, tapi aku masih kuat merasakan betapa panasnya batu bara itu uapnya membakar kulit tubuhku bagian belakang.
    “Cambuk terus..! Sirami dengan minyak dan jus tomat..!” perinta Nabila mencambuki kakiku.
    Sedangkan Dhea mencambuki dadaku. Puspa mencambuki punggungku. Panas dan pedih, semua bercampur jadi satu.
    Bersamaan mereka juga mencambuki zakar dan pelirku yang masih setengah tegang ereksinya. Batu bara yang tertimpa minyak dan jus tomat itu mengeluarkan asap panas yang segera membakar kulitku. Entah, di menit keberapa aku bertahan. Yang jelas tidak lama kemupuspa aku pingsan.

    Saat terbangun, ternyata aku sudah terbaring di atas ranjang luas dan empuk bersprei putih kain satin. Tapi kondisiku tidak jauh beda dengan disiksa tadi. Kedua tanganku dirantai di kedua ujung ranjang bawah, sedangkan badanku melipat ke atas karena kedua kakiku ditarik dan rantainya diikatkan di kedua ujung ranjang atas kepalaku, sehingga dalam posisi seperti udang ini, aku dapat melihat anusku sendiri.
    Sebuah bantal mengganjal punggungku. Lampu menyorotku. Tiba-tiba Dhea sudah mengakangi wajahku. Dan dia telanjang bulat. Kulihat memeknya yang mengarah ke wajahku itu bersih dari rambut kemaluan. Rupanya telah dipangkas bersih
    “Jilati, nikmati lezatnya kelentitku dan memekku ini. Cepat..!” teriak Dhea menampar wajahku dua kali sambil kemupuspa membuka bibir memeknya dan menjejalkannya ke mulutku. Terpaksa, aku mulai menjilati memek dan seluruh bagian di dalamnya sambil menghisap-hisapnya.

    Dhea mulai menggerinjal-gerinjal geli dan nikmat sambil meremas-remas sendiri duah dadanya dan puting-puting susunya yang kecil itu. Kulihat selintas datang Puspa dan Nabila yang juga telanjang bulat. Sejenak mereka berdua saling berpelukan dan berciuman. Mereka ternyata lesbian..! Dhea segera beranjak berdiri.
    “Lakukan dulu Lin, kami sedang mood nih..!” ujar Nabila mencimui memek Puspa yang berbaring di sebelahku sambil menggerinjal-gerinjal geli.
    Kedua tangan Puspa meremas-remas sendiri buah dadanya. Dhea segera saja mengambil boneka zakar yang besar dan lentur. Segera saja Dhea menuangi anusku dengan madu, serta merta gadis itu menjilati duburku. Aku jadi geli. Kini jemari Dhea mulai mengocok-ngocok zakarku, setelah sebelumnya mengikat pangkal buah pelirku secara kuat.
    “Ouh.. aduh.., aahhk..,” teriakku mengerang sakit dan nikmat.
    Dhea dengan cepat segera menusukkan boneka zakar plastik itu ke dalam lobang anusku. Karuan saja aku menjerit sakit. Tapi Dhea tidak perduli. Zakar plastik itu sudah masuk dalam dan dengan gila, Dhea menikam-nikamkan ke anusku. Aku menjerit-jerit sejadinya. Sementara tangan satunya Dhea tetap mengocok-ngocok zakarku sampai ereksi kembali dengan kerasnya.

    Tiba-tiba Nabila mengakangi wajahku dan mengencingi wajahku.
    “Diminum. Minum pipisku.. cepat..!” perintah Nabila menanpar-nampar pantatku.
    Terpaksa, kutelan pipis Nabila yang pesing itu. Rasanya aku mau muntah. Lebih baik menjilati memeknya, ketimbang meminum pipisnya. Nabila tertawa ngakak sambil mengambil alih mengocok zakarku dengan buas.
    “gantian..!”ujar Puspa menggantikan posisi Nabila.
    Pipis lagi. Aku kini kenyang dengan pipis mereka. Tubuhku basah oleh pipis mereka. Dhea masih menusuk-nusuk duburku dengan zakar plastiknya. Pelan-pelan rantai dilepas, tapi Dhea malah membenamkan zakar plastik itu dalam-dalam di anusku. Kakiku dibuat mengangkang. Dengan buas, satu persatu memperkosaku.
    “Auhk.. aahk.. ouhkk.. yeaah.. ouh..!” teriak-teriak mulut mereka menggenjot di atas tubuhnya setelah memasukkan zakarku ke dalam memeknya.
    “Ouh.. ouhk, tidak.. ahhk.. ahhk..!” menjeritku kesakitan karena sperma yang mestinya muncrat tertahan oleh tali ikatan itu.
    Cambuk kembali melecuti dadaku. Pokoknya tidak ada yang puspa nganggur. Saat Nabila menggagahiku, Dhea mencambuk. Puspa menetesi puting susuku dengan cairan lilin merah besar. Atau menyirami lilin panas itu ke anusku. Saking tidak kuatnya aku, kini aku jatuh pingsan lagi.

    Entah berapa lama aku pingsan. Saat terbangun, banyak spermaku yang tercecer di perutku. Tidak ada rantai. Tidak ada lilin. Bahkan mereka juga tidak ada di sekitarku. Kemana mereka? Perlahan aku beranjak berdiri, tertatih-tatih mencari pakaianku. Tubuhku penuh barut bekas cambuk dan lilin mengering. Luar biasa sakit dan pedihnya tersisa kurasakan.

  • Pengalaman Hot Bersetubuh Dengan Kedua Tanteku yang Cantik – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Pengalaman Hot Bersetubuh Dengan Kedua Tanteku yang Cantik – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1548 views

    Perawanku – Nama saya Miko, saya seorang Pria yang sudah cukup umur untuk mengenal Sexs, Umur saya 19 tahun. Saya akan menceritakan tentang cerita sex nyata saya di situs dewasa ini. Kisah ini berawal ketika saya sedang berada di Home stay atau semcam rumah singgah kedua milik Om saya. Kebetulan sekali saat itu naluri saya tiba-tiba menuntun untuk masuk ke kamar tante Wiwik. Agen Bola

    Tanpa saya duga ketika saya telah masuk didalam kamar tante Wiwik, saya melihat sebuah album foto di kamar itu, tepatnya berada diatas meja samping ranjang tante Wiwik. Oh iya tante Wiwik ini adalah Istri pertama om saya. Om saya ini memliki 3 istri, Tante Wiwik, Nita, dan Sifa. Karena saya penasaran, saya-pun mendekat dan mulai membuka album foto itu.

    Setelah membuka, Wow… ternyata album itu berisi foto bugil tante-tante saya. Dengan seksama saya mengamati foto-foto tersebut, foto-foto telanjang itu saya amati dengan penuh penghayatan dan hasrat. Walaupun istri-istri om saya rata-rata sudah ber-usia di kepala 4, namun Tante Sifa dan Tante NIta mempunyai bentuk tubuh yang tidak kalah dengan para ABG.

    Sebagai laki-laki normal saya-pun menjadi terangsang, naluri lelaki saya-pun ingin rasanya bisa menikmati indahnya tubuh mereka secara langsung. Sampai pada akhirnya saya mempunyai ada pikiran Mesum dan saya mencari cara agar bisa memperdaya mereka dengan mengancam akan menyebarkan foto-foto bugil mereka. Seketika itu saya-pun mulai menyusun rencana, siapa yang akan saya perdaya.

    Setelah beberapa saat berfikir saya-pun memilih untuk, memperdaya Tante Tante Sifa dan Tante Nita. Tante nita ini berusia 41 tahun dan Tante Sifa 42 tahun. Singkat cerita saya-pun, mulai menelefon Tante Sifa dan Tante Nita. Saat itu saya berkata pada mereka, agar mereka berdua menemuiku di Home stay milik Om saya, Saat itu dengan alasan ada hal penting yang akan saya katakan kepada mereka.

    Pada esok hari-nya, saya yang kemarin kembali kerumah, sekarang bersiap-siap untuk pergi ke Home Stay itu. Oh iya saat itu saya membuat janji kepada tante Nita dan Sifa untuk datang di Home Stay itu pukul 09.00 pagi. Pada waktu itu aku segaja datang duluan untuk mengatur kondisi dan meminta penjaga Home Stay itu untuk pulang kampung dengan alasan memberi cuti tahunan kepada penjaga itu.

    Kira-kira setelah setengah jam penjaga Home Stay itu pergi, Tante Sifa dan Tante Nita-pun akhirnya sampai ke Home Stay. 5 menit setelah mereka datang, lalu saya-pun meminta mereka untuk duduk dan berkumpul masuk di ruang ruang tamu Home Stay itu,

    “ Ayo tnate-tanteku yang cantik, silahkan berkumpul ”, sambut manis saya kepada mereka.

    “ Ih… kamu bisa aja deh Miko, masak udah umur segini masih dibilang cantik ”, ucap Tante Nita.

    “ Emang masih cantik kog Tante, hhe… udah duduk dulu Tante ”, jawab saya.

    “ Iya deh Miko, kita duduk. Ngomong-ngomong ada apa sih Miko kamu panggil kita kesini ??? ” tanya Tante Sifa penasaran.

    Tante Sifa yang saat itu mengenakan kemeja lengan panjang dengan celana jeans ketatnya terlhat cantik dan sexy sekali. Ditengah aku memandang Tante Sifa, tante Nita-pun bertanya juga,

    “ Iya Mik, emangnya ada apa sih, kayaknya ada hal penting banget deh ??? ”, Tante Nita bertanya.

    Saat itu saya tidak langsung menjawab Tante Nita. Yang tadinya saya terpukau melihat Tante Sifa, gini aku-pun semakin kagum dengan cara berbusana Tante Sifa yang saat itu mengenakan kemeja tanpa lengan dengan rok diatas lutut. Busana itu membuat Tante Nita yang putih, semok dan ber-payudara besar terlihat sangat menggairahkan sekali. Setelah puas memandangi mereka sayapun menjawab,

    “ Saya mau tanya sama Tante berdua, ini milik siapa ya ??? ”, ucap saya sembari mengeluarkan sebuah bungkusan yang di dalamnya berisi setumpuk foto.

    Saat itu Tante Sifa-pun kemudian melihat bungkusan itu dan mengeluarkan iso bungkusan itu. Setelah melihat lalu Tante Sifa-pun berkata,

    “ Apa-apaan Mik, maksud kamu apa menunjukan foto-foto ini kepada kita? Darimana kamu dapatkan foto-foto ini ??? ” tanya Tante Sifa panik mendapatkan foto-foto telanjang dirinya.

    “ Miko… apa-apaan ini, dari mana barang ini?” tanya Tante Nita dengan tegang.

    “ Hemm… begini Tante Sifa, waktu itu saya kebetulan lagi bersih-bersih, pas kebetulan dikamar Tante Wiwik saya lihat kok ada foto-foto telanjang tubuh Tante-tante yang aduhai itu “, jawab saya sembari tersenyum.

    “ Baik… kalau gitu serahkan klisenya?” Ucapku saya Tante Nita.

    “ Baik tapi ada syaratnya lho “, jawab saya.

    “ Emang apa syaratnya Mik ??? kamu jangan malu-maluin tante kamu sendiri dong, udah kita selesaikan secara baik-baik yah ”, ucap Tante Sifa dengan ketus.

    “ Iya Mik, tolong lah Mik, pokok-nhya apa yang kamu minta, bakal tante turutin deh. dengan syarat asal kamu kembalikan Foto-foto kit ”, tambah Tante Nita memohon.

    “ Tenang aja Tante, Miko nggak minta apa-apa kog, cuma Miko hanya ingin melihat tante-tanteku ini telanjang didepan mataku ini ”, ucap saya.

    “ Jangan kurang ajar kamu! ”, ucapku saya Tante Sifa dan Tante Nita dengan marah dan menundingnya.

    “ Wah… wah… jangan galak gitu dong Tante, saya kan nggak sengaja, justru Tante-tante sendiri yang ceroboh kan “, jawab saya sembari menggeser dudukku lebih dekat lagi.

    “ Bagaimana Tante ? ”, ucapku memastikanya lagi.

    “ Hei… jangan kurang ajar, keterlaluan !!! ”, bentak Tante Nita sembari menepis tanganku.

    “ Bangsat… berani sekali, kamu kira siapa kami hah… dasar orang kampung !!!” Tante Sifa menghardik dengan marah dan melemparkan setumpuk foto itu ke wajahku.

    “ Hehehe… ayolah Tante, coba bayangkan, gimana kalo foto-foto ini nantinya terpajang di kantor Om ??? bisa- bisa Tante semua jadi terkenal deh !!!” ucap saya lagi.

    Kulihat disamping kananku Tante Sifa terdiam sejenak, kurasa dia memikirkan apa yang saya ucapkan tadi. Lalu Tante Sifa berkata,

    “ Kenapa harus kami yang harus kamu jadikan sasaran, sedangkan tante Wiwik nggak kamu apa-apakan ???” tanya Tante Sifa lemas.

    “ Tenang aja Tante, nanti juga Tante Wiwik akan dapat giliran. Bagaimana Tante ? Apa sudah berubah pikiran ??? ”, ucap saya memastikan lagi.

    “ Baiklah, tapi kamu hanya melihat saja kan?” tanya Tante Nita.

    “ Okey, dan kalau boleh sekalian memegangnya?” jawab saya.

    “ Kamu jangan macam-macam Miko ”, ucap Tante Sifa.

    “ Biarian ajalah Mbak, daripada kita ketahuan “, jawab Tante Nita.

    Sesaat itu juga Tante Nita dan Tante Sifa sembari berdiri mereka mulai melepas pakaiannya sembari memasang expresi wajah sedikit marah. Setelah beberapa menit, kini kedua Tante saya itu telanjang bulat dihadapanku. Tante Sifa walau sudah berusia 42 tahun tapi tubuhnya masih montok, dengan kulit kuning langsat dan kedua payudaranya yang besar menggantung bergoyang-goyang.

    Turun kebawah tampak pinggulnya yang lebar serta bulu hitam di selangkangan amat lebat.Tidak kalah dengan tubuh Tante Nita yang berusia 41 tahun dengan tubuh langsing berwarna kuning langsat, serta payudaranya yang tidak begitu besar tapi nampak kenyal dengan puting yang sedkit naik keatas. Pinggulnya juga kecil serta bulu kemaluannya di selangkangan baru dipotong pendek.

    “ Sudah Miko?” tanya Tante Sifa sembari mulai memakai bajunya kembali.

    “ Eh, belum Tante, kan tadi boleh pegang sekalian, lagian saya belum lihat Memek Tante berdua dengan jelas “, jawab saya.

    “ Kurang ajar kamu “, ucap Tante Nita setengah berteriak.

    “ Ya sudah kalo nggak boleh kukirim foto Tante berdua nih?” ucap saya.

    “ Baiklah, Apalagi yang mesti kami lakukan? ”, balas Tante Sifa.

    “ Coba Tante berdua duduk di sofa ini “, ucap saya.

    “ Dan buka lebar-lebar paha Tante berdua “, ucap saya ketika mereka mulai duduk.

    “ Begini Miko, Cepat ya “, balas Tante Nita sembari membuka lebar kedua pahanya.

    Hingga tampak Kewanitaan-nya yang berwarna kemerahan,

    “ Tante Sifa juga dong, rambutnya lebat sih, nggak kelihatan nih “, ucap saya sembari jongkok diantara mereka berdua.

    “ Beginikan “, jawab Tante Sifa.

    Saat itu Tante Sifa mulai membuka lebar kedua pahanya dan tangannya menyibakkan bulu kewanitaan-nya kesamping hingga tampak Kewanitaan-nya yang kecoklatan.

    “ Miko pegang sebentar ya?” ucap saya sembari tangan kananku coba meraba selangkangan Tante Sifa sementara tangan kiriku meraba selangkangan Tante Nita


    .
    Kumainkan jari-jari kedua tanganku di liang senggama Tante Sifa dan Tante Nita.

    “ Sudah belum, Miko… Ess… “, ucapku saya Tante Sifa sedikit mendesah.

    “ EEummmm… uuhh… jangan Miko, tolong hentikan… Eummmm!” desah Tante Nita juga ketika tanganku sampai ke belahan kemaluannya.

    “ Sebentar lagi kok Tante, memang kenapa ? ”, tanysaya pura-pura sembari terus memainkan kedua tanganku di liang senggama Tante Sifa dan Tante Nita yang mulai membasah.

    “ Eh, ini apa Tante?” tanysaya pura-pura sembari mengelus-selus Clitoris mereka.

    “ Ohh… Itu Clitoris namanya Miko, jangan kamu pegang ya… ”, desah Tante Sifa menahan geli.

    “ Iya”, jawab singkat saya.

    “ Jangan kamu gituin terus Clitoris Tante dong “, ucap Tante Nita.

    “ Memang kenapa Tante, tadi kata-nya boleh “, ucap saya sembari terus memainkan Clitoris mereka.

    “ Ssss… Aghhhh… OUghhhh… geli Mik… Oughhh… Ssss… “, Desah Tante Sifa dan Tante Nita.

    “ Ini liang senggama-nya ya Tante?” tanya saya sembari memainkan tanganku didepan liang senggama mereka yang semakin basah.

    “ Boleh dimasukin jari nggak Tante? ”, tanya saya.

    Kembali jariku membuka belahan liang senggama mereka dan memasukkan jariku, Zlebbb… bunyi jariku keluar masuk di liang senggama Tante Nita dan Tante Sifa yang makin mendesah-desah tidak karuan,

    “ Jangan Miko, jangan kamu masukin jari kamu… OUghhhh… “, Desah Tante Nita.

    “ Jangan lho Miko… Ssss… Aghhhh… ”, desah Tante Sifa sembari tangannya meremasi sofa.

    “ Kenapa? Sebentar saja kok, masukin ya “, ucap saya sembari memasukkan jari tengahku ke liang senggama mereka masing-masing.

    “ Aghhhh… Miko… “, desah Tante Sifa dan Tante Nita bersama-sama merasakan jari Miko menelusur masuk ke liang senggama mereka.

    “ Ssss… Aghhhh… Eummmm… !!” Tante Sifa dan Tante Nita mulai meracau tidak karuan saat jari-jariku memasuki liang senggama dan memainkan Clitoris mereka.

    “ Bagaimana Tante Sifa “, tanysaya mulai memainkan jariku keluar masuk di liang senggama mereka.

    “ Saya cium ya Tante yahh ? ”, tanysaya kepada Tante Sifa sembari mulai memainkan lidahku pada Kewanitaan-nya.

    “ Sebentar ya Tante Nita “, ucap saya.

    “ Jangan… Ssss… Aghhhh… Miko… ena… Desah Tante Sifa sembari tangannya meremasi rambutku menahan geli.

    “ Gimana Tante rasanya, enak nggak… ??? “, tanya saya kepada Tante Sifa.

    “ Ssss… Aghhhh… Miko… Geli Mik… Oughhhh… ”, Desahnya merasakan daerah sensitifnya terus kumainkan sembari tangannya meremasi kedua payudaranya sendiri.

    “ Agh… Ughhhh… Ssss… Teruss… Mik… Aghhhh… ”, desah Tante Sifa seperti tidak kuat lagi menahan nafsunya.

    Sementara Tante Nita memainkan Kewanitaan-nya sendiri dengan jari tanganku yang dia gerakkan keluar masuk. Dan Tante Sifa mendesah ketika mendekati klimaks-nya dan,

    “ Ouhhhh… Sssss… Tante udah nggak kuat lagi Miko… Ughhhh… “, Desah Tante Sifa merasakan lidahku keluar masuk diliang senggama-nya.

    “ Oughhhh… Mik, Tante Sifa keluar Miko… Aghhhh… “, desah lemas Tante Sifa dengan kedua kakinya menjepit kepalsaya di selangkangannya.

    Tahu Tante Sifa sudah keluar saya bangkit lalu pindah ke liang senggama Tante Nita dan kubuka kedua pahanya lebar-lebar. Sama seperti Tante Sifa Tante Nita juga meracau tidak karuan ketika lidahku menggila pada liang senggama-nya.

    “ Aghhhh… Ssss… Mik… nikmat sekali… Oughhh… “, Desah Tante Nita klimaks-nya menekan kepalsaya ke selangkangannya.

    Tante Nita di sofa dan kubuka lebar-lebar pahanya. Kubenamkan lidahku liang senggama Tante Nita, ku sedot-sedot Clitoris liang senggama Tante Nita yang ssudah basah itu,

    “ Teruss… Mikoo… Tante… mau keluar… Oughhhh… ”, Desah Tante Nita merasakan klimaks pertamanya. Miko lalu duduk diantara Tante Sifa dan Tante Nita.

    “ Gantian dong Tante, punysaya sudah tegang nih “, menunjukkan sarung yang saya pakai tampak menonjol dibagian kemaluanku pada Tante Sifa dan Tante Nita.

    Kuminta mereka untuk menjilati kemaluanku,

    “ Kamu nakal Miko, ngerjain kami “, ucapku saya Tante Sifa sembari tangannya membuka sarungku hingga tampak kejantanan saya yang mengacung tegang keatas.

    “ Iya… awas kamu Miko… Tante hisap punya kamu nanti… “, balas Tante Nita sembari memasukkan kejantanan saya pada mulutnya.

    “ Ssss… Aghhhh… Tante… terus… “, Desah Miko sembari menekan kepala Tante Nita yang naik turun di kejantanannya.

    Tante Sifa terus menjilati kejantanan saya gantian dengan Tante Nita yang lidahnya dengan liar menjilati kejantanan saya, dan sesekali memasukkannya kedalam mulutnya serta menghisap kuat-kuat kejantanan saya didalam mulutnya.

    “ Sruppp… Sruppp… Sruppp… ”, demikian suara ketika dia mengkulum Penis saya.

    “ Ughhhh… udah… Mik, Tante udah nggak kuat lagi… Ssss… Aghhhh… “, Desah Tante Nita sembari mengangkat kepalsaya dari Kewanitaan-nya.

    “ Tunggu dulu ya Tante Sifa, biar saya dengan Tante Nita dulu “, ucap saya sembari menarik kepala Tante Sifa yang sedang memasukkan kejantanan saya kemulutnya.

    “ Tante Nita sudah nggak tahan nih “, ucap saya sembari membuka lebar-lebar kedua paha Tante Nita dan berlutut diantaranya.

    “ Ayo Miko, cepetan masukin… Sssss… “, desah Tante Nita sembari tangannya mengarahkan kejantanan saya pada Kewanitaan-nya.

    “ Ughhhh… Ssss… Aghhhh… ”, Desah Tante Nita panjang merasakan kejantanan saya meluncur mulus sampai mencapai rahimnya.

    Tante Nita mengerang setiap kali saya menyodokkan kejantanannya. Gesekan demi gesekan, sodokan demi sodokan sungguh membuatku terbuai dan semakin menikmati permainan Sex ini, saya tidak peduli lagi orang ini sesungguhnya adalah Tante saya sendiri. Lalu saya meminta Tante Nita untuk menjilati liang senggama Tante Sifa yang saat itu sedang jongkok diatas bibir Tante Nit,

    “ Ughhhh… Aghhhh… Geli sekali Nit… Sssss… Aghhhh… ”, desah Tante Sifa setiap kali lidah Tante Nita memasuki Kewanitaan-nya.

    Sementara saya sembari menyetubuhi Tante Nita tanganku meremas-remas kedua payudara Tante Sifa. Tiba-tiba Tante Nita mengangkat pinggulnya sembari mengerang panjang keluar dari mulutnya. “ Ahhss… Miko Tante keluar… ” “ Sudah keluar ya Tante Nita, sekarang gilran Tante Sifa ya “, ucap saya sembari menarik Tante Sifa untuk naik kepangkuanku.

    Tante Sifa hanya pasrah saja menerima perlsayaannya. Kuarahkan kejantanan saya ke liang senggama Tante Sifa, Lalu Aghhhh… desah Tante Sifa merasakan liang senggama-nya dimasuki kejantanan saya sembari pinggulnya mulai naik turun. Kunikmati goyangan Tante Sifa sembari ‘menyusu’ kedua payudaranya yang tepat di depan wajahku, payudaranya kukulum dan kugigit kecil.

    “ Teruss… Tante, Memek (Vagina) Tante enak… ”, Desahku sembari terus dalam mulutku menghisap-hisap puting payudara-nya.

    “ Kontol kamu juga perkasa sekali Ssss… Aghhhh… ” Desah Tante Sifa sembari melakukan gerakan pinggulnya yang memutar sehingga kejantanan saya terasa seperti dipijat-pijat.

    “ Sebentar Tante, coba Tante balik badan “, ucapku sembari meminta Tante Sifa untuk menungging.

    Kusetubuhi Tante Sifa dari belakang, sembari tanganku tangannya bergerilya merambahi lekuk-lekuk tubuhnya. Harus kusayai sungguh hebat wanita seumur Tante Sifa mempunyai liang senggama lebih enak dari Tante Nita yang berusia lebih muda. Sudah lebih dari setengah jam saya menggarap Tante Sifa, yang makin sering mendesah tidak karuan merasakan kejantanan saya menusuk-nusuk Kewanitaan-nya.

    Tak lupa saat itu tanganku meremasi payudaranya yang bergoyang-goyang akibat hentakan kejantanan saya di Kewanitaan-nya,

    “ Ssss… Aghhhh… Miko, Tante mau keluar… ” Desah Tante Sifa.

    “ Sabarr… Tante, sama-sama

    ” ucap saya sembari terus memainkan pinggulku maju-mundur. “ Aghhhh ss… Tante Sifa keluar… “, melenguh panjang.

    “ Saya belum, Tante “, ucap saya kecewa.

    “ Pake susu Tante aja ya “, jawab Tante Sifa jongkok didepanku sembari menjepitkan kejantanan saya yang ssudah licin mengkilap itu di antara kedua payudaranya yag besar, lalu dikocoknya.

    “ Sssss… Terus Tante … Oughhh… enak… Ssss… Aghhhh… “, Desahku.

    Melihat hal itu Tante Nita bangun sembari membuka mulutnya dan memasukkan kejantanan saya ke mulutnya sembari dihisap-hisap. Tak lama setelah mereka memainkan kejantanan saya, pada akhirnya,

    “ Crotttt… Crotttt… Crotttt… Crotttt… ”,

    Lega sekali rasanya, pada akhirnya kejantana saya-pun, mennyemburkan air mani-nya dengan derasnya. Sampai-sampai air mani saya pada saat itu, membasahi wajah dan payudara Tante Sifa dan Tante Nita. Lalu saya berkata,

    “ Para tante-tante tersayangku, terima kasih banyak yah atas service sex-nya…hhe… ”, ucap saya sembari meremas payudara mereka masing-masing dan beranjak pergi ke toilet untuk membersihkan diri.

    Singkat cerita sejak saat itu, saya-pun sering melakukan hubungan sexs dengan Tante Nita dan Tante Sifa. Saya sering meminta mereka untuk melayani saya ketika saya sedang mempunyai birahi yang tinggi. Karena memang berhungan sexs itu nikmat sekali, sampai-sampai aku melupakan bahwa mereka adalah istri dari Om saya. Sungguh benar-benar sebuah candu yang sangat luar biasa.

  • Galeri Foto Akari Minami Entotin 2 Pria Sekaligkus

    Galeri Foto Akari Minami Entotin 2 Pria Sekaligkus


    1548 views

    Perawanku – Foto Akari Minami Entotin 2 Pria Sekaligkus Sampai Meringis, Hot Banget!, Lagi-lagi kita berjumpa gan! kali ini si cantik Model Akari Minami yang mempertemukan kita. Langsung saja menuju kebawah bos ku :