Author: perawanku

  • Cerita Sex meki tembem

    Cerita Sex meki tembem


    831 views

    Perawanku – Cerita Sex meki tembem, Mbak Rosa adalah anak tetangga nenekku di desa daerah Cilacap yang ikut dengan keluargaku di Kota Semarang sejak SMP, Waktu SD ia sekolah di desa, setelah itu ia diajak keluargaku di kota untuk melanjutkan sekolah SMP sekaligus membantu keluargaku terutama merawat aku.

    Kami sangat akrab bahkan di juga sering ngeloni aku. Mbak Rosa ikut dengan keluargaku sampai dia lulus sekolah SMA dan dia kembali ke desa. Saat itu aku masih duduk di bangku sekolah SD. Namanya juga anak kecil, jadi aku belum ada perasaan apa-apa terhadapnya.

    Tiga tahun kemudian ia menikah dan waktu aku kelas dua SMP aku harus pindah luar Jawa tepatnya ke Kota Makassar mengikuti ayah yang pindah tugas. Setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi. Kami hanya berhubungan lewat surat dan kabarnya ia sekarang telah memiliki seorang anak. pada waktu aku lulus SMA aku pulang ke rumah nenek dan berniat mencari tempat kuliah di Kota Yogya.

    Sesampai di rumah nenek aku tahu bahwa Mbak Rosa sudah punya rumah sendiri dan tinggal bersama suaminya di desa seberang. Setelah dua hari di rumah nenek aku berniat mengunjungi rumah Mbak Rosa. Setelah diberi tahu arah rumahnya (sekitar 1 km) aku pergi kira-kira jam tiga sore dan berniat menginap. Dari sinilah cerita ini berawal.

    Setelah berjalan kurang lebih 20 menit, akhirnya aku sampai di rumah yang ciri-cirinya sama dengan yang dikatakan nenek. Sejenak kuamati kelihatannya sepi, lalu aku coba mengetok pintu rumahnya.

    “Ya sebentar..” terdengar sahutan wanita dari dalam.

    Tak lama kemudian keluar seorang wanita dan aku masih kenal wajah itu walau lama tidak bertemu. Mbak Rosa terlihat manis dan kulitnya masih putih seperti dulu. Dia sepertinya tidak mengenaliku.

    “Cari siapa ya?” tanya Mbak Rosa.

    “Anda Mbak Rosa kan?” aku balik bertanya.

    “Iya benar, anda siapa ya dan ada keperluan apa?” Mbak Rosa kembali bertanya dengan raut muka yang berusaha mengingat-ingat.

    “Masih inget sama aku nggak Mbak? Aku Rian Mbak, masak lupa sama aku”, kataku.

    “Kamu Rian anaknya Pak Deni?” kata Mbak Rosa setengah nggak percaya.

    “Ya ampun Rian, aku nggak ngenalin kamu lagi. Berapa tahun coba kita nggak bertemu.” Kata Mbak Rosa sambil memeluk tubuhku dan menciumi wajahku.

    Aku kaget setengah mati, baru kali ini aku diciumi seorang wanita. Aku rasakan buah dadanya menekan dadaku. Ada perasaan lain muncul waktu itu.

    “Kamu kapan datangnya, dengan siapa” kata Mbak Rosa sambil melepas pelukannya.

    “Saya datang dua hari lalu, saya hanya sendiri.” kataku.

    “Eh iya ayo masuk, sampai lupa, ayo duduk.” Katanya sambil menggeret tanganku.

    Kami kemudian duduk di ruang tamu sambil mengobrol sana-sini, maklum lama nggak tetemu. Mbak Rosa duduk berhimpitan denganku. Tentu saja buah dadanya menempel di lenganku. Aku sedikit terangsang karena hal ini, tapi aku coba menghilangkan pikiran ini karena Mbak Rosa sudah aku anggap sebagai keluarga sendiri.

    “Eh iya sampai lupa buatin kamu minum, kamu pasti haus, sebentar ya..” kata Mbak Rosa ditengah pembicaraan.

    Tak lama kemudian ia datang, “Ayo ini diminum”, kata Mbak Rosa.

    “Kok sepi, pada kemana Mbak?” Tanyaku.

    “Oh kebetulan Mas Hendra (suaminya Mbak Rosa ) pergi kerumah orang tuanya, ada keperluan, rencananya besok pulangnya dan si Hadi (anaknya Mbak Rosa ) ikut” jawab Mbak Rosa .

    “Belum punya Adik Mbak dan Mbak Rosa kok nggak ikut?” tanyaku lagi.

    “Belum Rian padahal udah pengen lho.. tapi memang dapatnya lama mungkin ya, kayak si Hadi dulu. Mbak Rosa ngurusi rumah jadi nggak bisa ikut” katanya.

    “Eh kamu nginep disini kan? Mbak masih kangen lho sama kamu” katanya lagi.

    “Iya Mbak, tadi sudah pamit kok” kataku.

    “Kamu mandi dulu sana, ntar keburu dingin” kata Mbak Rosa.

    Lalu aku pergi mandi di belakang rumah dan setelah selesai aku lihat-lihat kolam ikan di belakang rumah dan kulihat Mbak Rosa gantian mandi. Kurang lebih lima belas menit, Mbak Rosa selesai mandi dan aku terkejut karena ia hanya mengenakan handuk yang dililitkan di tubuhnya.

    Aku pastikan ia tidak memakai BH dan mungkin CD juga karena tidak aku lihat tali BH menggantung di pundaknya.

    “Sayang Rian ikannya masih kecil, belum bisa buat lauk” kata Mbak Rosa sambil melangkah ke arahku lalu kami ngobrol sebentar tentang kolam ikannya.

    Kulihat buah dadanya sedikit menyembul dari balutan handuknya dan ditambah bau harum tubuhnya membuatku terangsang. Tak lama kemudian ia pamit mau ganti baju. Mataku tak lepas memperhatikan tubuh Mbak Rosa dari belakang. Kulitnya benar-benar putih.

    Sepasang pahanya putih mulus terlihat jelas bikin burungku berdiri. Ingin rasanya aku lepas handuknya lalu meremas, menjilat buah dadanya, dan menusuk-nusuk selangkangannya dengan burungku seperti dalam bokep yang sering aku lihat. Sejenak aku berkhayal lalu kucoba menghilangkan khayalan itu.

    Haripun berganti petang, udara dingin pegunungan mulai terasa. Setelah makan malam kami nonton teve sambil ngobrol banyak hal, sampai tak terasa sudah pukul sembilan.

    “Rian nanti kamu tidur sama aku ya, Mbak kangen lho ngeloni kamu” kata Mbak Rosa.

    “Apa Mbak?” Kataku terkejut.

    “Iya.. Kamu nanti tidur sama aku saja. Inget nggak dulu waktu kecil aku sering ngeloni kamu” katanya.

    “Iya Mbak aku inget” jawabku.

    “Nah ayo tidur, Mbak udah ngantuk nih” kata Mbak Rosa sambil beranjak melangkah ke kamar tidur dan aku mengikutinya dari belakang, pikiranku berangan-angan ngeres. Sampai dikamar tidur aku masih ragu untuk naik ke ranjang.

    “Ayo jadi tidur nggak?” tanya Mbak Rosa.

    Lalu aku naik dan tiduran disampingnya. Aku deg-degan. Kami masih ngobrol sampai jam 10 malam.

    “Tidur ya.. Mbak udah ngantuk banget” kata Mbak Rosa.

    “Iya Mbak” kataku walaupun sebenarnya aku belum ngantuk karena pikiranku semakin ngeres saja terbayang-bayang pemandangan menggairahkan sore tadi, apalagi kini Mbak Rosa terbaring di sampingku, kurasakan burungku mengeras.

    Aku melirik ke arah Mbak Rosa dan kulihat ia telah tertidur lelap. Dadaku semakin berdebar kencang tak tahu apa yang harus aku lakukan. Ingin aku onani karena sudah tidak tahan, ingin juga aku memeluk Mbak Rosa dan menikmati tubuhnya, tapi itu tidak mungkin pikirku.

    Aku berusaha menghilangkan pikiran kotor itu, tapi tetap tak bisa sampai jam 11 malam. Lalu aku putus kan untuk melihat paha Mbak Rosa sambil aku onani karena bingung dan udah tidak tahan lagi.

    Dengan dada berdebar-debar aku buka selimut yang menutupi kakinya, kemudian dengan pelan-pelan aku singkapkan roknya hingga celana dalam hitamnya kelihatan, dan terlihatlah sepasang paha putih mulus didepanku beitu dekat dan jelas.

    Semula aku hanya ingin melihatnya saja sambil berkhayal dan melakukan onani, tetapi aku penasaran ingin merasakan bagaimana meraba paha seorang perempuan tapi aku takut kalau dia terbangun.

    Kurasakan burungku melonjak-lonjak seakan ingin melihat apa yang membuatnya terbangun. Karena sudah dikuasai nafsu akhirnya aku nekad, kapan lagi kalau tidak sekarang pikirku.

    Dengan hati-hati aku mulai meraba paha Mbak Rosa dari atas lutut lalu keatas, terasa halus sekali dan kulakukan beberapa kali. Karena semakin penasaran aku coba meraba celana dalamnya, tetapi tiba-tiba Mbak Rosa terbangun.

    “Rian! Apa yang kamu lakukan!” kata Mbak Rosa dengan terkejut.

    Ia lalu menutupi pahanya dengan rok dan selimutnya lalu duduk sambil menampar pipiku. Terasa sakit sekali.

    “Kamu kok berani berbuat kurang ajar pada Mbak Rosa. Siapa yang ngajari kamu?” kata Mbak Rosa dengan marah.

    Aku hanya bisa diam dan menunduk takut. Burungku yang tadinya begitu perkasa aku rasakan langsung mengecil seakan hilang.

    “Tak kusangka kamu bisa melakukan hal itu padaku. Awas nanti kulaporkan kamu ke nenek dan bapakmu” kata Mbak Rosa.

    “Ja.. jangan Mbak” kataku ketakutan.

    “Mbak Rosa kan juga salah” kataku lagi membela diri.

    “Apa maksudmu?” tanya Mbak Rosa.

    “Mbak Rosa masih menganggap saya anak kecil, padahal saya kan udah besar Mbak, sudah lebih dari 17 tahun. Tapi Mbak Rosa masih memperlakukan aku seperti waktu aku masih kecil, pakai ngeloni aku segala. Trus tadi sore juga, habis mandi Mbak Rosa hanya memakai handuk saja didepanku. Saya kan lelaki normal Mbak” jelasku.

    Kulihat Mbak Rosa hanya diam saja, lalu aku berniat keluar dari kamar.

    “Mbak.. permisi, biar saya tidur saja di kamar sebelah” kataku sambil turun dari ranjang dan berjalan keluar.

    Mbak Rosa hanya diam saja. Sampai di kamar sebelah aku rebahkan tubuhku dan mengutuki diriku yang berbuat bodoh dan membayangkan apa yang akan terjadi besok. Kurang lebih 15 menit kemudian kudengar pintu kamarku diketuk.

    “Rian.. kamu masih bangun? Mbak boleh masuk nggak?” Terdengar suara Mbak Rosa dari luar.

    “Ya Mbak, silakan” kataku sambil berpikir mau apa dia.

    Mbak Rosa masuk kamarku lalu kami duduk di tepi ranjang. Aku lihat wajahnya sudah tidak marah lagi.

    “Rian.. Maafkan Mbak ya telah nampar kamu” katanya.

    “Seharusnya saya yang minta maaf telah kurang ajar sama Mbak Rosa ” kataku.

    “Nggak Rian, kamu nggak salah, setelah Mbak pikir, apa yang kamu katakan tadi benar. Karena lama nggak bertemu, Mbak masih saja menganggap kamu seorang anak kecil seperti dulu aku ngasuh kamu. Mbak tidak menyadari bahwa kamu sekarang sudah besar” kata Mbak Rosa.

    Aku hanya diam dalam hatiku merasa lega Mbak Rosa tidak marah lagi.

    “Rian, kamu bener mau sama Mbak?” tanya Mbak Rosa.

    “Maksud Mbak?” kataku terkejut sambil memandangi wajahnya yang terlihat bagitu manis.

    “Iya.. Mbak kan udah nggak muda lagi, masa’ sih kamu masih tertarik sama aku?” katanya lagi.

    Aku hanya diam, takut salah ngomong dan membuatnya marah lagi.

    “Maksud Mbak.., kalau kamu bener mau sama Mbak, aku rela kok melakukannya dengan kamu” katanya lagi.

    Mendengar hal itu aku tambah terkejut, seakan nggak percaya.

    “Apa Mbak” kataku terkejut.

    “Bukan apa-apa Rian, kamu jangan berpikiran enggak-enggak sama Mbak. Ini hanya untuk meyakinkan Mbak bahwa kamu telah dewasa dan lain kali tidak menganggap kamu anak kecil lagi” kata Mbak Rosa.

    Lagi-lagi aku hanya diam, seakan nggak percaya. Ingin aku mengatakan iya, tapi takut dan malu. Mau menolak tapi aku pikir kapan lagi kesempatan seperti ini yang selama ini hanya bisa aku bayangkan.

    “Gimana Rian? Tapi sekali aja ya.. dan kamu harus janji ini menjadi rahasia kita berdua” kata Mbak Rosa.

    Aku hanya mengangguk kecil tanda bahwa aku mau.

    “Kamu pasti belum pernah kan?” kata Mbak Rosa.

    “Belum Mbak, tapi pernah lihat di film” kataku.

    “Kalau begitu aku nggak perlu ngajari kamu lagi” kata Mbak Rosa.

    Mbak Rosa lalu mencopot bajunya dan terlihatlah buah dadanya yang putih mulus terbungkus BH hitam, aku diam sambil memperhatikan, birahiku mulai naik. Lalu Mbak Rosa mencopot roknya dan paha mulus yang aku gerayangi tadi terlihat.

    Tangannya diarahkan ke belakang pundak dan BH itupun terlepas, sepasang buah dada berukuran sedang terlihat sangat indah dipadu dengan puting susunya yang mencuat kedepan. Mbak Rosa lalu mencopot CD hitamnya dan kini ia telah telanjang bulat.

    Penisku terasa tegang karena baru pertama kali ini aku melihat wanita telanjang langsung dihadapanku. Ia naik ke atas ranjang dan merebahkan badannya terlentang.

    Aku begitu takjub, bayangkan ada seorang wanita telanjang dan pasrah berbaring di ranjang tepat dihadapanku. Aku tertegun dan ragu untuk melakukannya.

    “Ayo Rian.. apa yang kamu tunggu, Mbak udak siap kok, jangan takut, nanti Mbak bantu” kata Mbak Rosa.

    Segera aku melepaskan semua pakaianku karena sebenarnya aku sudah tidak tahan lagi. Kulihat Mbak Rosa memperhatikan burungku yang berdenyut-denyut, aku lalu naik ke atas ranjang. Karena sudah tidak sabar, langsung saja aku memulainya.

    Langsung saja aku kecup bibirnya, kulumat-lumat bibirnya, terasa ia kurang meladeni bibirku, aku pikir mungkin suaminya tidak pernah melakukannya, tapi tidak aku hiraukan, terus aku lumat bibirnya.

    Sementara itu kuarahkan tanganku ke dadanya. Kutemukan gundukan bukit, lalu aku elus-elus dan remas buah dadanya sambil sesekali memelintir puting susunya.

    “Ooh.. Rian.. apa yang kau lakukan.. ergh.. sshh..” Mbak Rosa mulai mendesah tanda birahinya mulai naik, sesekali kurasakan ia menelan ludahnya yang mulai mengental.

    Setelah puas dengan bibirnya, kini mulutku kuarahkan ke bawah, aku ingin merasakan bagaimana rasanya mengulum buah dada. Sejenak aku pandangi buah dada yang kini tepat berada di hadapanku, ooh sungguh indahnya, putih mulus tanpa cacat sedikitpun, seperti belum pernah terjamah lelaki.

    Langsung aku jilati mulai dari bawah lalu ke arah putingnya, sedangkan buah dada kanannya tetap kuremas-remas sehingga tambah kenyal dan mengeras.

    “Emmh oh aarghh” Mbak Rosa mendesah hebat ketika aku menggigit puting susunya.

    Kulirik wajahnya dan terlihat matanya merem melek dan giginya menggigit bibir bawahnya. Kini jariku kuarahkan ke selangkangannya. Disana kurasakan ada rumput yang tumbuh di sekeliling memeknya.

    Jari-jariku kuarahkan kedalamnya, terasa lubang itu sudah sangat basah, tanda bahwa ia sudah benar-benar terangsang. Kupermainkan jari-jariku sambil mencari klentitnya. Kugerakkan jari-jariku keluar masuk di dalam lubang yang semakin licin tersebut.

    “Aargghh.. eemhh.. Rian kam.. mu ngapainn oohh..” kata Mbak Rosa meracau tak karuan, kakinya menjejak-jejak sprei dan badannya mengeliat-geliat.

    Tak kupedulikan kata-katanya. Tubuh Mbak Rosa semakin mengelinjang dikuasai nafsu birahi. Kuarasakan tubuh Mbak Rosa menegang dan kulihat wajahnya memerah bercucuran keringat, aku pikir dia sudah mau klimaks. Kupercepat gerakan jariku didalam memeknya.

    “Ohh.. arghh.. oohh..” kata Mbak Rosa dengan nafas tersengal-sengal dan tiba-tiba..

    “Oohh aahh..” Mbak Rosa mendesah hebat dan pinggulnya terangkat, badannya bergetar hebat beberapa kali. Terasa cairan hangat memenuhi memeknya.

    “Ohh.. ohh.. emhh..” Mbak Rosa masih mendesah-desah meresapi kenikmatan yang baru diraihnya.

    “Rian apa yang kamu lakukan kok Mbak bisa kayak gini” tanya Mbak Rosa.

    “Kenapa emangnya Mbak?” Kataku.

    “Baru kali ini aku merasakan nikmat seperti ini, luar biasa” kata Mbak Rosa.

    Ia lalu bercerita bahwa selama bersama suaminya ia tidak pernah mendapatkan kepuasan, karena mereka hanya sebentar saja bercumbu dan dalam bercinta suaminya cepat selesai.

    “Mbak sekarang giliranku” kubisikkan ditelinganya, Mbak Rosa mengangguk kecil.

    Aku mulai mencumbunya lagi. Kulakukan seperti tadi, mulai dari bibirnya yang kulumat, lalu buah dadanya yang aku nikmati, tak lupa jari-jariku kupermainkan di dalam memeknya.

    “Aarghh.. emhh.. ooh..” terdengar Mbak Rosa mulai mendesah-desah lagi tanda ia telah terangsang.

    Setelah aku rasa cukup, aku ingin segera merasakan bagaimana rasanya menusukkan burungku ke dalam memeknya. Aku mensejajarkan tubuhku diatas tubuhnya dan Mbak Rosa tahu, ia lalu mengangkangkan pahanya dan kuarahkan burungku ke memeknya. Setelah sampai didepannya aku ragu untuk melakukannya.

    “Ayo Rian jangan takut, masukin aja” kata Mbak Rosa.

    Perlahan-lahan aku masukkan burungku sambil kunikmati, bless terasa nikmat saat itu. Burungku mudah saja memasuki memeknya karena sudah sangat basah dan licin. Kini mulai kugerakkan pinggulku naik turun perlahan-lahan. Ohh nikmatnya.

    “Lebih cepat Rian arghh.. emhh” kata Mbak Rosa terputus-putus dengan mata merem-melek.

    Aku percepat gerakanku dan terdengar suara berkecipak dari memeknya.

    “Iya.. begitu.. aahh.. ter.. rrus.. arghh..” Mbak Rosa berkata tak karuan.

    Keringat kami bercucuran deras sekali. Kulihat wajahnya semakin memerah.

    “Rian, Mbak mau.. enak lagi.. oohh.. ahh.. aahh.. ahh..” kata Mbak Rosa sambil mendesah panjang, tubuhnya bergetar dan kurasakan memeknya dipenuhi cairan hangat menyiram penisku.

    Remasan dinding memeknya begitu kuat, akupun percepat gerakanku dan.. croott.. akupun mencapai klimaks aahh.., kubiarkan air maniku keluar di dalam memeknya. Kurasakan nikmat yang luar biasa, berkali-kali lebih nikmat dibandingkan ketika aku onani.

    Aku peluk tubuhnya erat-erat sambil mengecup puting susunya menikmati kenikmatan sex yang sesungguhnya yang baru aku rasakan pertama kali dalam hidupku. Setelah cukup kumenikmatinya aku cabut burungku dan merebahkan badanku disampinya.

    “Mbak Rosa , terima kasih ya..” kubisikkan lirih ditelinganya sambil kukecup pipinya.

    “Mbak juga Rian.. baru kali ini Mbak merasakan kepuasan seperti ini, kamu hebat” kata Mbak Rosa lalu mengecup bibirku.

    Kami berdua lalu tidur karena kecapaian.

    Kira-kira jam 3 pagi aku terbangun dan merasa haus sekali, aku ingin mencari minum. Ketika aku baru mau turun dari ranjang, Mbak Rosa juga terbangun.

    “Kamu mau kemana Rian..” katanya.

    “Aku mau cari minum, aku haus. Mbak Rosa mau?” Kataku.

    Ia hanya mengangguk kecil. Aku ambil selimut untuk menutupi anuku lalu aku ke dapur dan kuambil sebotol air putih.

    “Ini Mbak minumnya” kataku sambil kusodorkan segelas air putih.

    Aku duduk di tepi ranjang sambil memandangi Mbak Rosa yang tubuhnya ditutupi selimut meminum air yang kuberikan.

    “Ada apa Rian, kok kamu memandangi Mbak” katanya.

    “Ah nggak Papa. Mbak cantik” kataku sedikit merayu.

    “Ah kamu Rian, bisa aja, Mbak kan udah tua Rian” kata Mbak Rosa.

    “Bener kok, Mbak malah makin cantik sekarang” kataku sambil kukecup bibirnya.

    “Rian.. boleh nggak Mbak minta sesuatu” kata Mbak Rosa.

    “Minta apa Mbak?” tanyaku penasaran.

    “Mau nggak kamu kalau..” kata Mbak Rosa terhenti.

    “Kalau apa Mbak?” kataku penuh tanda tanya.

    “Kalau.. kalau kamu emm.. melakukannya lagi” kata Mbak Rosa dengan malu-malu sambil menunduk, terlihat pipinya memerah.

    “Lho.. katanya tadi, sekali aja ya Rian.., tapi sekarang kok?” kataku menggodanya.

    “Ah kamu, kan tadi Mbak nggak ngira bakal kayak gini” katanya manja sambil mencubit lenganku.

    “Dengan senang hati aku akan melayani Mbak Rosa ” kataku.

    Sebenarnya aku baru mau mengajaknya lagi, e.. malah dia duluan. Ternyata Mbak Rosa juga ketagihan. Memang benar jika seorang wanita pernah merasa puas, dia sendiri yang akan meminta. Kami mulai bercumbu lagi, kali ini aku ingin menikmati dengan dengan sepuas hatiku.

    Ingin kunikmati setiap inci tubuhnya, karena kini aku tahu Mbak Rosa juga sangat ingin. Seperti tadi, pertama-tama bibirnya yang kunikmati. Dengan penuh kelembutan aku melumat-lumat bibir Mbak Rosa.

    Aku makin berani, kugunakan lidahku untuk membelah bibirnya, kupermainkan lidahku. Mbak Rosa pun mulai berani, lidahnya juga dipermainkan sehingga lidah kami saling beradu, membuatku semakin betah saja berlama-lama menikmati bibirnya.

    Tanganku juga seperti tadi, beroperasi di dadanya, kuremas-remas dadanya yang kenyal mulai dari lembah hingga ke puncaknya lalu aku pelintir putingnya sehingga membuatnya menggeliat dan mengelinjang. Dua bukit kembar itupun semakin mengeras. Ia menggigit bibirku ketika kupelintir putingnya.

    Aku sudah puas dengan bibirnya, kini mulutku mengulum dan melumat buah dadanya. Dengan sigap lidahku menari-nari diatas bukitnya yang putih mulus itu. Tanganku tetap meremas-remas buah dadanya yang kanan. Kulihat mata Mbak Rosa sangat redup, dan ia memagut-magut bibirnya sendiri, mulutnya mengeluarkan desahan erotis.

    “Oohh.. arghh.. en.. ennak Rian.. emhh..” kata Mbak Rosa mendesah-desah.

    Tiba-tiba tangannya memegang tanganku yang sedang meremas-remas dadanya dan menyeretnya ke selangkangannya. Aku paham apa yang diinginkannya, rupanya ia ingin aku segera mempermainkan memeknya. Jari-jarikupun segera bergerilya di memeknya. Kugerakkan jariku keluar masuk dan kuelus-elus klentitnya membuatnya semakin menggelinjang tak karuan.

    “Ya.. terruss.. aarggghh.. emmhh.. enak.. oohh..” mulut Mbak Rosa meracau.

    Setiap kali Mbak Rosa terasa mau mencapai klimaks, aku hentikan jariku menusuk memeknya, setelah dia agak tenang, aku permainkan lagi memeknya, kulakukan beberapa kali.

    “Emhh Rian.. ayo dong jangan begitu.. kau jahat oohh..” kata Mbak Rosa memohon.

    Mendengarnya membuatku merasa kasihan juga, tapi aku tidak akan membuatnya klimaks dengan jariku tetapi dengan mulutku, aku benar-benar ingin mencoba semua yang pernah aku lihat di bokep.

    Segera aku arahkan mulutku ke selangkangannya. Kusibakkan rumput-rumpuat hitam yang disekeliling memeknya dan terlihatlah memeknya yang merah dan mengkilap basah, sungguh indah karena baru kali ini melihatnya.

    Aku agak ragu untuk melakukannya, tetapi rasa penasaranku seperti apa sih rasanya menjilati memek lebih besar. Segera aku jilati lubang itu, lidahku kujulurkan keluar masuk.

    “Rian.. apa yang kamu lakukan.. arghh itu kan ji.. jik emhh..” kata Mbak Rosa.

    Ia terkejut aku menggunakan mulutku untuk menjilati memeknya, tapi aku tidak pedulikan kata-katanya. Ketika lidahku menyentuh kelentitnya, ia mendesah panjang dan tubuhnya menggeliat tak karuan dan tak lama kemudian tubuhnya bergetar beberapa kali, tangannya mencengkeram sprei dan mulutku di penuhi cairan yang keluar dari liang kewanitaannya.

    “Ohmm.. emhh.. ennak Rian.. aahh..” kata Mbak Rosa ketika ia klimaks.

    Setelah Mbak Rosa selesai menikmati kenikmatan yang diperolehnya, aku kembali mencumbunya lagi karena aku juga ingin mencapai kepuasan.

    “Gantian Mbak diatas ya sekarang” kataku.

    “Gimana Rian aku nggak ngerti” kata Mbak Rosa.

    Daripada aku menjelaskan, langsung aku praktekkan. Aku tidur telentang dan Mbak Rosa aku suruh melangkah diatas burungku, tampaknya ia mulai mengerti. Tangannya memegang burungku yang tegang hebat lalu perlahan-lahan pinggangnya diturunkan dan memeknya diarahkan ke burungku dan dalam sekejap bless burungku hilang ditelan memeknya.

    Mbak Rosa lalu mulai melakukan gerakan naik turun, ia angkat pinggangnya dan ketika sampai di kepala penisku ia turunkan lagi. Mula-mula ia pelan-pelan tapi ia kini mulai mempercepat gerakannya.

    Kulihat wajahnya penuh dengan keringat, matanya sayu sambil merem melek dan sesekali ia melihat kearahku. Mulutnya mendesis-desih. Sungguh sangat sexy wajah wanita yang sedang dikuasai nafsu birahi dan sedang berusaha untuk mencapai puncak kenikmatan.

    Wajah Mbak Rosa terlihat sangat cantik seperti itu apalagi ditambah rambut sebahunya yang terlihat acak-acakan terombang ambing gerakan kepalanya. Buah dadanya pun terguncang-guncang, lalu tanganku meremas-remasnya. Desahannya tambah keras ketika jari-jariku memelintir puting susunya.

    “Oh emhh yaah.. ohh..” itulah kata-kata yang keluar dari mulut Mbak Rosa.

    “Aku nggak kuat lagi Rian..” kata Mbak Rosa sambil berhenti menggerakkan badannya, aku tahu ia segera mencapai klimaks.

    Kurebahkan badannya dan aku segera memompa memeknya dan tak lama kemudian Mbak Rosa mencapai klimaks. Kuhentikan gerakanku untuk membiarkan Mbak Rosa menikmati kenikmatan yang diperolehnya.

    Setelah itu aku cabut penisku dan kusuruh Mbak Rosa menungging lalu kumasukkan burungku dari belakang. Mbak Rosa terlihat hanya pasrah saja terhadap apa yang aku lakukan kepadanya. Ia hanya bisa mendesah kenikmatan.

    Setelah puas dengan posisi ini, aku suruh Mbak Rosa rebahan lagi dan aku masukkan lagi burungku dan memompa memeknya lagi karena aku sudah ingin sekali mengakhirinya. Beberapa saat kemudian Mbak Rosa ingin klimaks lagi, wajahnya memerah, tubuhnya menggelinjang kesana kemari.

    “Ahh.. oh.. Mbak mau enak lagi Rian.. arrghh ahh..” kata Mbak Rosa.

    “Tunggu Mbak, ki kita bareng aku juga hampir” kataku.

    “Mbak udah nggak tahan Rosa .. ahh..” kata Mbak Rosa sambil mendesah panjang, tubuhnya bergetar hebat, pinggulnya terangkat naik.

    Cairan hangat menyiram burungku dan kurasakan dinding memeknya seakan-akan menyedot penisku begitu kuat dan akhirnya akupun tidak kuat dan croott.. akupun mencapai klimaks, oh my god nikmatnya luar biasa. Lalu kami saling berpelukan erat menikmati kenikmatan yang baru saja kami raih.

    Hal ini pun sampai sekarang masih kurahasiakan dari siapapun. Setiap saat aku bertemu dengan mbak Rosa, dirinya pasti selalu mengajakku ngentot dan bercumbu menikmati setiap rangsangan yang kuberikan padanya.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Melampiaskan Birahi Nafsunya

    Cerita Sex Melampiaskan Birahi Nafsunya


    1382 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Melampiaskan Birahi NafsunyaCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Tubuh yang idel dan seksinya itu sering menjadi pelecehan seks karena tak kuat oleh kemolekan tubuhnya, tubuh tanteku ini selalu mengundang mata untuk melihatnya dan ingin merasakan kenikmatan tubuh mulusnya, dan cerita kali ini dimana tubuh tante ini menjadi korban pemerkosaan oleh pemuda yang ingin melampiaskan birahi nafsunya.

    Kejadian ini terjadi sekitar sebulan yang lalu. Saya berumur 23 tahun baru lulus dari salah satu universitas ternama di Jakarta. Dan saya berasal dari keluarga baikbaik. Kejadian ini dimulai ketika saya menginap di rumah om saya di daerah Bogor.

    Om saya telah menikah dan memiliki 2 anak lelaki yang lucu (umur 3 dan 5 tahun), serta memiliki istri yang cukup cantik (menurut saya) umurnya sekitar 27 tahun. Awal kejadiannya adalah pada hari sabtu malam saya mendengar pertengkaran di rumah tersebut, yang tidak lain adalah om saya dengan tante saya.

    Ternyata penyakit gatel om saya kambuh lagi yaitu sering pergi ke diskotik bersama temannya. Hal tersebut sangat menyakitkan tante saya, karena di sana om saya akan mabukmabukan dan terkadang pulangnya bisa pada hari Minggu malam. Entahlah apa yang dilakukan di sana bersama temantemannya.

    Dan pada saat itu hanya aku bertiga saja di rumah: saya, Om Pram dan Tante Sis. Brak…… suara gelas pecah menghantam pintu, cukup membuat saya kaget, dan om saya dengan marahmarah berjalan keluar kamar.

    Dari dalam kamar terdengar tante saya berteriak, “Nggak usah pulang sekalian, cepet ceraikan aku.” Dalam hatiku berkata, “… Wah ribut lagi….” Om Pram langsung berjalan keluar rumah, menstarter mobil BMWnya dan pergi entah ke mana.

    Di dalam kamar, aku mendengar Tante Sis menangis. Aku mau masuk ke dalam tapi takut kena damprat olehnya (kesalahan Om Pram dilimpahkan kepadaku). Tapi aku jadi penasaran juga. Takut nanti terjadi apaapa terhadap Tante Sis. Maksudku akibat kecewa sama Om Pram dia langsung bunuh diri.

    Pelanpelan kubuka pintu kamarnya. Dan kulihat dia menangis menunduk di depan meja rias. Aku berinisiatif masuk pelanpelan sambil menghindari pecahan gelas yang tadi sempat dilemparkan oleh Tante Sis. Kuhampiri dia dan dengan pelan.

    Aku bertanya, “Kenapa Tan? Om kambuh lagi?” Dia tidak menjawab, hanya diam saja dan sesekali terdengar isak tangisnya. Cukup lama aku berdiri dibelakangnya. Pada waktu itu aku hanya memandangnya dari belakang, dan kulihat ternyata Tante Sis mengenakan baju tidur yang cukup menggiurkan. Pada saat itu aku belum berpikiran macammacam.

    Aku hanya berkesimpulan mungkin Tante Sis mengajak Om Pram, berdua saja di rumah, karena anakanak mereka sedang pergi menginap di rumah adik Tante Sis. Dan mungkin juga Tante Sis mengajak Om bercinta (karena baju yang dikenakan cukup menggiurkan, daster tipis, dengan warna pink dan panjang sekitar 15 cm di atas lutut).

    Tetapi Om Pram tidak mau, dia lebih mementingkan temantemannya dari pada Tante Sis. Tibatiba Tante Sis berkata, “..To, Om kamu kayaknya udah nggak sayang lagi sama Tante. Sekarang dia pergi bersama temantemannya ke Stardust di Jakarta, ninggalin Tante sendirian di rumah, apa Tante udah nggak cakep lagi.”

    Ketika Tante Sis berkata demikian dia berbalik menatapku. Aku setengah kaget, ketika mataku tidak sengaja menatap buah dadanya (kirakira berukuran 34). Di situ terlihat puting susunya yang tercetak dari daster yang dikenakannya.

    Aku lumayan kaget juga menyaksikan tubuh tanteku itu. Aku terdiam sebentar dan aku ingat tadi Tante Sis menanyakan sesuatu, aku langsung mendekatinya (dengan harapan dapat melihat payudaranya lebih dekat lagi). “Tante masih cantik kok, dan Om kan pergi sama temannya. Jadi nggak usah khawatir Tan!”

    “Iya tapi temennya itu brengsek semua, mereka pasti mabukmabukan lagi dan main perempuan di sana.” Aku jadi bingung menjawabnya. Secara refleks kupegang tangannya dan berkata, “Tenang aja Tan, Om nggak bakal macemmacem kok.” (tapi pikiranku sudah mulai macammacam).

    “Tapi Tante denger dia punya pacar di Jakarta, malahan Tante kemarin pergoki dia telponan ama cewek, kalo nggak salah namanya Sella.”

    “Masak Om tega sih ninggalin Tante demi cewek yang baru kenal, mungkin itu temennya kali Tan, dan lagian Tante masih tetap cantik kok.

    ”Tanpa Tante Sis sadari tangan kananku sudah diatas paha Tante Sis karena tangan kiriku masih memegang tangannya.

    Perlahanlahan pahanya kuusap secara halus, hal ini kulakukan karena aku berkesimpulan bahwa tanteku sudah lama tidak disentuh secara lembut oleh lelaki.

    Tibatiba tanganku yang memegang pahanya ditepis oleh Tante Sis, dan berdiri dari duduknya, “ To, saya tantemu saya harap kamu jangan kurang ajar sama Tante, sekarang Tante harap kamu keluar dari kamar tante sekarang juga!” Dengan nada marah Tante Sis mengusirku.

    Cukup kaget juga aku mendengar itu, dan dengan perasaan malu aku berdiri dan meminta maaf, kepada Tante Sis karena kekurangajaranku. Aku berjalan pelan untuk keluar dari kamar tanteku. Sambil berjalan aku berpikir, aku benarbenar terangsang dan tidak ingin menyianyiakan kesempatan ini.

    Sejak aku putus dengan pacarku, terus terang kebutuhan biologisku kusalurkan lewat tanganku. Setelah sampai di depan pintu aku menoleh kepada Tante Sis lagi. Dia hanya berdiri menatapku, dengan nafas tersenggalsenggal (mungkin marah bercampur sedih menjadi satu).

    Aku membalikkan badan lagi dan di pikiranku aku harus mendapatkannya malam ini juga. Dengan masa bodoh aku menutup pintu kamar dari dalam dan menguncinya, lalu langsung berbalik menatap tanteku. Tante Sis cukup kaget melihat apa yang aku perbuat.

    Otakku sudah dipenuhi oleh nafsu binatang. “Mau apa kamu To?” tanyanya dengan gugup bercampur kaget. “Tante mungkin sekarang Om sedang bersenangsenang bersama pacar barunya, lebih baik kita juga bersenangsenang di sini, saya akan memuaskan Tante”.

    Dengan nafsu kutarik tubuh tanteku ke ranjang, dia merontaronta, tetapi karena postur tubuhku lebih besar (tinggiku 182 cm dan beratku 75 kg, sedangkan Tante Sis memiliki tinggi tubuh sekitar 165 cm dan berat kurang lebih 50 kg) aku dapat mendorongnya ke ranjang, lalu menindihnya.

    “Lepasin Tante, Dito,” suara keluar dari mulutnya tapi aku sudah tidak peduli dengan rontaannya. Dasternya kusingkap ke atas. Ternyata Tante Sis tidak mengenakan celana dalam sehingga terpampang gundukan bukit kemaluannya yang menggiurkan, dan dengan kasar kutarik dasternya bagian atas hingga payudaranya terpampang di depanku.

    Dengan bernafsu aku langsung menghisap putingnya, tubuh tanteku masih merontaronta, dengan tidak sabar aku langsung merobek dasternya dan dengan nafsu kujilati seluruh tubuhnya terutama payudaranya, cukup harum tubuh tanteku.

    Akibat rontaannya aku mengalami kesulitan untuk membuka pakaianku, tapi pelan-pelan aku dapat membuka baju dan celanaku. Sambil membuka baju dan celanaku itu, dengan bergantian tanganku mengusap bukit kemaluannya yang menurutku mulai basah (mungkin Tante Sis sudah mulai terangsang walaupun masih berkurang tetapi frekuensinya agak menurun sedikit).

    Dengan tidak sabar aku langsung berusaha membenamkan kejantananku ke liang kewanitaannya. “To, jangan To, aku Tantemu tolong lepasin To, ampun, Tante minta ampun ..”.

    Aku sudah tidak peduli lagi rengekannya. Ketika lubang senggamanya kurasa sudah pas dengan dibantu cairan yang keluar dari liang kewanitaannya aku langsung menghujamkan senjataku.

    “Auuhhh, sakit To, aduh.. Tante minta ampun, .. tolong To jangan.. lepasin Tante To..” Ketika mendengar rintihannya, aku jadi kasihan, tetapi senjataku sudah di dalam,

    “Maaf Tante, saya sudah tidak tahan dan punyaku sudah masuk ke dalam, saya akan berusaha membuat Tante menikmatinya, tolong Tante sekali ini saja, biarkan saya menyelesaikannya,” bisikku ke telinganya. Tante Sis hanya diam saja.

    Dan tidak berkata apaapa. Dengan pelan dan pasti aku mulai memompa kemaluanku naik turun, dan Tante Sis sudah tidak meronta lagi. Dia hanya diam pasrah dan kulihat air matanya berlinang keluar.

    Kucium keningnya dan bibirnya, sambil membisikkan, “Tante, Tante masih cantik dan tetap mengairahkan kok, saya sayang Tante, bila Om sudah tidak sayang lagi, biar Dito yang menyayangi Tante.

    ” Tante Sis hanya diam saja, dan kurasakan pinggulnya pun ikut bergoyang seirama dengan goyanganku.

    Kirakira 10 menit aku merasakan liang kewanitaan tanteku semakin basah dan kakinya menyilang di atas pinggulku dan menekan kuatkuat (mungkin dia sudah orgasme), dan tidak lama kemudian akupun mengeluarkan spermaku di dalam liang senggamanya.

    Setelah pemerkosaan itu kami hanya diam saja. Tidak berkata apa, hanya diam. Aku sendiri harus ngapain. Tanteku kembali menitikkan air matanya. Dan aku pamit kepadanya, untuk keluar kamarnya, aku terus merenung, mengapa bisa begini. Itulah kisahku.

    Sejak kejadian itu hubunganku dengan tanteku menjadi renggang. Aku bingung dengan apa yang harus kulakukan. Sudah sebulan aku tidak lagi ke Bogor, karena ada perasaan malu. Tetapi Tante Sis tidak menceritakan kepada siapapun kejadian ini, dan kadang jika malam aku tidur, selalu terbayang kejadian waktu itu. Ingin rasanya aku melakukan kembali tetapi aku takut. Maaf aku tidak menceritakannya secara vulgar, karena hal ini terjadi begitu saja.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Melayani Dua Om Om Ganteng

    Cerita Sex Melayani Dua Om Om Ganteng


    1127 views

    Perawanku – Cerita Sex Melayani Dua Om Om Ganteng, Ada om yang kontak aku, katanya dia mo garap aku berdua temennya. “Keroyokan lagi ya om”. “Gak lah, aku mau nikmatin kamu sendiri aja Nez, bis tu baru giliran temenku”. “iya deh om”. asik juga tu digilir 2 om lagi. Jadi gak sabar aku nunggu waktu yang dah dia tentuin. aku ini sebenernya biasa2 aja, gak da yang istimewa dibadanku. Heran juga napa tu 2 om pengen banget ngegilir aku. Sedikit gambaran fisik tentang diriku, umur saat ini masi kepala 1, cuma DO kelas 10, berkulit putih, berambut lurus sepundak, dengan toket yang sekal, gak besar si malah bisa dibilang imut, tinggi 155 cm, berat 45 kg, dengan perut rata dan pinggang kecil namun sintal. Pinggul serasi dengan bentuk badan dan kedua bongkahan pantatku yang indah.

    Dah deket waktunya aku dah siap2, aku merapikan wajahku dan memilih gaun yang agak ketat melekat di tubuhku sehingga bentuk lekukan tubuhku terlihat dengan jelas. Toketku yang imut kelihatan sedikit menonjol. Sambil mematut-matutkan diri di muka cermin aku memperhatikan penampilan keseluruhan bentuk tubuhku. Kudapati bentuk keseluruhan tubuhku ramping dan seimbang. Toketku yang imut tapi kelihatan kenyal. Demikian pula bentuk pantatku kelihatan agak menonjol. Ditambah lagi kulitku yang memang putih bersih membuat bentuk keseluruhan tubuhku menarik untuk diliat. Mungkin itu yang mebuat ke 2 om itu napsu banget pengen ngentotin aku malem ini.

    Om A (sebut aja gitu deh, untuk membedakan dengan om satunya, om B) menjemputku sesuai waktu yang dijanjikan, pake cipika cipiki dulu lagi. “Wah kamu cantik banget Nez, mana sexy lagi”. “Ah om bisa aja, sexy dari Hongkong”. “Iya Nez, kamu biar imut tapi sexy banget deh, dah siap kan, yuk brangkat”. Dia menggandeng aku ke mobilnya, membukakan pintu mobilnya untuk aku. “Kita kemana om”. “Ke rumahku aja ya, gak apa kan, kosong kok rumahnya”. “Asal gak ganggu keluarga aja om”. “Keluargaku gak disini kok Nez, aku bujang disini, temenku juga”, jawabnya sambil tertawa.

    Sampe dirumahnya, om B menjemput di pintu, dia juga cipika cipiki ma aku, mesra banget ni 2 om malem ini ke aku. Kita bertiga langsung santap mlem, om A dah siapkan makan malem yang berlebih lauknya, sampe aku bingung mo makan yang mana. Mereka meladeni aku, mengambilkan aku nasi dan lauk pauknya, mengambilkan aku minum, wah pokoknya aku diistimewakan deh malem ni. Seperti biasa lelaki suka ngegombal, mereka juga ngegombal terus sepanjang acara makan malem. Biar itu gombal banget tapi aku seneng ja, serasa disanjung gitu. Itu bodonya prempuan kali ya, dah tau digombali masi juga ngerasa disanjung.

    Setelah makan malam kita duduk di taman belakang rumah om A, tajir banget deh si om, rumah besar mewah masi ada taman luas lagi diblakangnya. Mereka ngobrol santai sambil menghabiskan beberapa kaleng bir. Aku gak biasa minum alkohol, jadi om A menyiapkan minuman kaleng macem2 buat aku. “Bisnya aku gak tau kamu suka minuman apa, jadi kubeli ja macem2 minuman buat kamu nez”. “Makasi om, perhatian banget si om ke aku”. Mereka terus ja ngegombali aku, aku cuma senyum2 seneng aja. Malem makin larut dan hawa pelan2 mulai terasa dingin.

    Mereka mengajak aku masuk ke rumah. aku masuk ke kamar mandi untuk menukan gaunku dengan baju tidur nylon yang tipis tanpa BH sehingga toketku terlihat membayang di balik baju tidur itu. Aku sengaja membawa baju tidur sexy untuk ngeramein aja. Ketika aku keluar, ke 2 om agak terhenyak untuk beberapa saat. Akan tetapi mereka segera dapat menguasai dirinya kembali dan om A kedipin mata ke om B, om B segera menyingkir ke lantai atas.

    om A mengajakku segera masuk ke kamar tidur. Dikamar dia langsung melingkarkan tangan di dadaku dan menyentuh toketku dari luar daster. aku segera merebahkan diri bertelungkup di atas tempat tidur. Kemudian om A menarik tanganku dan meletakkannya di atas pangkuannya. Sementara itu bibirnya mulai menyusur leher dan belakang telingaku yang paling sensitif. Aku langsung ditariknya, pelukannya dan tangannya yang satu langsung mendekap toketku yang sebelah kanan, sedangkan tangannya yang satu mengelus-elus punggungku sambil mulutnya melumat bibirku dengan gemas. Tangan om
    A yang berada di toketku disisipkan pada belahan daster yang terbuka dan mulai memelintir dengan halus ujung pentilku yang telah mengeras. om A mendorongku perlahan-lahan sehingga telentang di ranjang. Jemarinya mulai meremas-remas toketku dan memilin-milin pentilnya. Saat itu aku masih belum total terhanyut tetapi ternyata om A jagoan juga dan dalam waktu mungkin kurang dari 10 menit aku mulai mengeluarkan suara mendesis yang tak bisa kutahan. Kulihat dia tersenyum dan menghentikan aktivitasnya.

    Kini om A berusaha membuka baju tidurku belum selesai berpikir beberapa saat kemudian aku merasakan tarikan lembut di pahaku dan merasakan hawa dingin AC di kulit pahaku yang berarti celana dalamku telah dilepas. om A menelanjangi diriku dengan seenaknya sampai aku benar-benar dalam keadaan bertelanjang bulat tanpa ada lagi sehelai benang pun yang menutupi tubuhku. Secara reflek, dalam keadaan terangsang, aku mengusap-usap kont0l om A yang telah tegang dari luar celananya. Bagian bawah celana om A terlihat menggembung besar. Kemudian om A menarik tanganku ke arah resluiting celananya yang telah terbuka dan menyusupkan tanganku memegang kont0l om A yang telah tegang itu. Jilatan-jilatan om A di bagian tubuhku yang sensitif membuatku bergelinjang dengan dahsyat menahan arus birahi.

    Cerita Sex Melayani Dua Om Om Ganteng

    Cerita Sex Melayani Dua Om Om Ganteng

    Setelah beberapa saat mengelusnya, kemudian om A berdiri di hadapanku dan membuka celananya sehingga kontolnya tiba-tiba melonjak keluar. Kini om A berada dalam keadaan bertelanjang bulat. kont0l om A yang sangat besar dan panjang itu. Batang kontolnya kurang lebih berdiameter 5 cm dikelilingi oleh urat-urat yang melingkar dan pada ujung kepalanya yang sangat besar, panjangnya mungkin kurang lebih 18 cm, pada bagian pangkalnya ditumbuhi dengan rambut keriting yang lebat. Kulitnya agak tebal, terus ada urat besar di sisi kiri dan kanan yang terlihat seperti ada cacing di dalam kulitnya. Kepala kont0lnya tampak kompak, penuh dan agak berkerut-kerut. Garis lubangnya tampak seperti luka irisan di kepala kont0lnya.

    Kemudian dia menyodorkan kont0lnya ke hadapan wajahku. aku segera menggenggam kontolnya dan terasa hangat dalam telapak tanganku. Aku memegangnya perlahan, terasa ada sedikit kedutan terutama dibagian uratnya. Lingkaran genggamanku tampak tak tersisa memenuhi lingkaran batangnya. “Gede banget om, blon perna Inez liat kont0l segede ini”. “Gitu ya Nez, kont0l temenku segede ini juga lo”. “Wah asik banget malem ini. Inez dapet 2 pisang tanduk”.

    kuraih kont0l om A itu kedalam mulutku menjilati seluruh permukaannya dengan lidahku kemudian kukulum dan hisap sehebat-hebatnya. Kuluman dan hisapanku itu membuat kont0l om A yang memang telah berukuran besar menjadi bertambah besar lagi. dari kont0l om A yang sedang mengembang keras dalam mulutku kurasakan ada semacam aroma yang khas yang menimbulkan suatu rasa sensasional dalam diriku membuatku bertambah gemas dan semakin menjadi-jadi menghisap kont0l itu lebih hebat lagi secara bertubi-tubi. Kuluman dan hisapanku yang bertubi-tubi itu rupanya membuat om A tidak tahan lagi.

    Dengan keras dia menghentakkan tubuhku dalam posisi telentang di atas tempat tidur. Aku segera membuka kedua belah pahaku lebar-lebar. Sambil berlutut mendekatkan tubuhnya di antara pahaku, kedua tangannya membuka pahaku sehingga slangkanganku terkuak tepat menghadap pinggulnya karena ranjangnya tidak terlalu tinggi. Itu juga berarti bahwa sekian saat lagi akan ada sesuatu yang akan menempel di permukaan memekku. Benar saja, aku merasakan sebuah benda tumpul menempel tepat di permukaan memekku. Tidak langsung diselipkan di ujung lubangnya, tetapi hanya digesek-gesekkan di seluruh permukaan bibirnya, membuat bibir memekku terasa monyong-monyong kesana kemari mengikuti arah gerakan kepala kont0lnya. aku merasakan rasa nikmat yang benar-benar bergerak cepat di sekujur tubuhku dimulai dari titik gesekan itu. Beberapa saat om A melakukan itu, cukup untuk membuat tanganku meraih tangannya dan pahaku terangkat menjepit pinggulnya. Aku benar-benar menanti puncak permainannya.

    om A menghentikan aktivitasnya itu dan menempelkan kepala kont0lnya tepat di antara bibir memekku dan terasa bagiku tepat di ambang lubang memekku. Aku benar-benar menanti tusukannya. “Oohh,” tak sabar aku menunggunya. Tiba-tiba aku merasakan sepasang jemari membuka ke kiri dan ke kanan bibir memekku. aku merasakan sebuah benda tumpul dari daging mendesak di tengah-tengah bentangan bibir itu. Perlahan-lahan om A mulai memasukkan kont0lnya ke memekku. Aku berusaha membantu dengan membuka bibir memekku lebar-lebar. Kelihatannya sangat sulit untuk kont0l sebesar itu masuk ke dalam lubang memekku yang kecil. Tangan om A yang satu memegang pinggulku sambil menariknya ke atas, sehingga pantatku agak terangkat dari tempat tidur, sedangkan tangannya yang satu memegang batang kontolnya yang diarahkan
    masuk ke dalam memekku. Pada saat om A mulai menekan kont0lnya, aku menjerit tertahan, “Aduh, sakit om, pelan2 om…” Om A agak menghentikan kegiatannya sebentar untuk memberiku kesempatan untuk mengambil nafas, kemudian om A melanjutkan kembali usahanya untuk memasukkan kont0lnya.

    Sementara itu batang kont0l om A mulai mendesak masuk dengan mantap. Sedikit demi sedikit aku merasakan terisinya ruangan dalam liang memekku. Aku menggelinjang ketika merasakan kepala kont0lnya mulai melalui liang memekku, diikuti oleh gesekan dari urat-urat batangnya setelahnya. Aku hanya mengangkang merasakan desakan pinggul om A sambil membuka pahaku lebih lebar lagi. Aku mulai merasakan perasaan penuh di memekku dan semakin penuh seiring dengan semakin dalamnya batang itu masuk ke dalam memekku.

    Sedikit suara lenguhan kudengarkan dari om A ketika seluruh batang itu amblas masuk. Rasanya seperti terganjal dan untuk menggerakkan kaki saja rasanya agak susah. Sedikit demi sedikit aku mulai merasa nyaman. Saat itu seluruh batang kont0l om A telah amblas masuk seluruhnya di dalam liang memekku. Tanpa sengaja aku terkejang seperti menahan kencing sehingga akibatnya seperti meremas batang kont0l om A. Aku agak terlonjak sejenak ketika merasakan kont0l om A itu menerobos ke dalam liang memekku dan menyentuh bibir rahimku. Oleh karena itu secara refleks aku mengangkat kedua belah pahaku tinggi-tinggi dan menjepit pinggang om A erat-erat untuk selanjutnya aku mulai mengoyang-goyangkan pinggulku mengikuti alunan gerakan tubuh om A. Tanganku memegangi lengannya yang mencengkeram pinggulku. Aku menariknya kembali ketika om A menarik kont0lnya dan belum sampai tiga perempat panjangnya kemudian menghunjamkannya lagi dengan kuat. Aku nyaris menjerit menahan lonjakan rasa nikmat yang disiramkannya secara tiba-tiba itu. Begitulah beberapa kali om A melakukan hujaman-hujaman ke dalam liang memekku. Setiap kali hujaman seperti menyiramkan rasa nikmat yang amat banyak ke tubuhku. Aku begitu terangsang seiring dengan semakin seringnya permukaan dinding lubang memekku menerima gesekan-gesekan dari urat-urat batang kont0l om A. om A menggenjotku dengan irama gerakan yang konstan tidak cepat dan tidak lambat. Tapi anehnya justru bagiku aku semakin bisa merasakan setiap milimeter permukaan kulit kont0lnya. Pada tahap ini, seperti sebuah tahap ancang-ancang menuju ke sebuah ledakan yang hebat, aku merasakan pahaku mulai seperti mati rasa seiring dengan semakin membengkaknya rasa nikmat di area selangkanganku. Tubuh kami sebentar menyatu kemudian sebentar lagi merenggang diiringi desah nafas kami yang semakin lama semakin cepat.

    Setelah agak beberapa lama kami bergumul tiba-tiba om A menghentikan gerakannya dan mengeluarkan kont0lnya yang masih berdiri dengan tegar dari liang memekku. Selanjutnya dia membungkukkan tubuhku ke pinggir ranjang aku kini berada dalam posisi menungging. Dalam posisi yang sedemikian om A menyodok memekku dari belakang dengan garangnya sehingga dengan cepat aku telah mencapai puncak terlebih dahulu.

    Begitu aku sedang mengalami puncak kenikmatan, om A menarik kont0lnya dari liang memekku, dia berbaring dan minta aku berada di posisi atas. Selanjutnya dengan spontan kuraih kont0lnya dan memandunya ke arah liang memekku. Kemudian kutekan tubuhku agak kuat ke tubuh om A dan mulai mengayunkan tubuhku turun-naik di atas tubuhnya. Mula-mula secara perlahan-lahan akan tetapi lama-kelamaan semakin cepat dan kuat sambil berdesah-desah kecil. Sementara itu om A dengan tenang telentang menikmati seluruh permainanku sampai tiba-tiba kurasakan suatu ketegangan yang amat dahsyat dan dia mulai mengerang-erang kecil. Dengan semakin cepat aku menggerakkan tubuhku turun-naik di atas tubuh om A dan nafasku pun semakin memburu berpacu dengan hebat menggali seluruh kenikmatan tubuh laki-laki yang berada di bawahku.

    Tidak berapa lama kemudian aku menjadi terpekik kecil mencapai puncakku dan tubuhku langsung terkulai menelungkup di atas tubuh om A. Setelah beberapa saat aku tertelungkup di atas tubuh om A, tiba-tiba dia bangkit dengan suatu gerakan yang cepat. Kemudian dengan sigap dia menelentangkan tubuhku di atas tempat tidur dan mengangkat tinggi-tinggi kedua belah pahaku ke atas sehingga liang memekku yang telah basah kuyup tersebut menjadi terlihat jelas menganga dengan lebar. Selanjutnya om A mengacungkan kont0lnya yang masih berdiri dengan tegang itu ke arah liang memekku dan menghunjamkan kembali kont0lnya tersebut ke memekku dengan garang. Aku menjadi terhentak bergelinjang kembali ketika kont0l om A mulai menerobos dengan buasnya ke dalam memekku dan membuat gerakan mundur-maju dalam liang memekku. Aku pun kini semakin hebat menggoyang-goyangkan pinggulku mengikuti alunan gerakan turun-naiknya kont0l om A yang semakin lama semakin cepat menggenjotkan di atas tubuhku. Aku merasakan betapa liang memekku berusaha menghisap dan melahap kont0l om A yang teramat besar dan panjang itu. Selama pertarungan itu beberapa kali aku terpekik agak keras karena kont0l om A tegar dan perkasa itu menghujam lubang memekku. Akhirnya kulihat om A tiba juga pada puncaknya. Dengan mimik wajah yang sangat luar biasa dia mencapai puncaknya secara bertubi-tubi menyemprotkan seluruh pejunya ke dalam memekku dalam waktu yang amat panjang. Sementara itu kont0lnya tetap dibenamkannya sedalam-dalamnya di liang memekku sehingga seluruh cairan pejunya habis.

    Selanjutnya kami terhempas kelelahan ke tempat tidur dengan tubuh yang tetap menyatu. Selama kami tergolek, kont0l om A masih tetap terbenam dalam tubuhku, dan aku pun memang berusaha menjepitnya erat-erat karena tidak ingin segera kehilangan benda tersebut dari dalam tubuhku. Setelah beberapa lama kami tergolek melepaskan lelah, om A mulai bangkit dan menciumi wajahku dengan lembut yang segera kusambut dengan mengangakan mulutku sehingga kini kami terlibat dalam suatu adegan cium yang mesra penuh dengan perasaan. Sementara itu tangannya dengan halus membelai-belai rambutku.

    Suasana romantis ini akhirnya membuat gairah kami muncul kembali. Kulihat kont0l om A mulai kembali menegang tegak sehingga secara serta merta om A segera menguakkan kedua belah pahaku membukanya lebar-lebar untuk kemudian mulai ngentotin aku kembali. Walaupun baru aja ngecret, om A masih tetap saja kelihatan bugar. kontolnya pun masih tetap berfungsi dengan baik melakukan tugasnya keluar-masuk liang memekku dengan tegar hingga membuatku menjadi agak kewalahan. Aku telah terkapar lunglai dengan tidak putus-putusnya mengerang kecil karena terus-menerus mencapai puncak berkali-kali namun kont0l om A masih tetap tegar bertahan. Suasana ini berakhir dengan tibanya kembali puncak om A yang dahsyat, pejunya kembali menyembur2 dalam memekku. Aku benar-benar kelelahan dan langsung tergolek di tempat tidur untuk kemudian terlelap.

    Gak tau aku tertidur berapa lama. aku terbangun karena ada elusan di pahaku. Kulihat om B senyum kepadaku, “Masih lemes ya Nez”. Aku jadi teringat kalo aku juga kudu muasin om B. Lumayan tidur gak tau brapa lama bikin tubuhku rada segeran. “Aku siram badan dulu ya om, biar tambah seger”. Aku masuk ke kamar mandi dan membilas badanku dibawah shower air hangat, seger rasanya badan tersiram air hangay. aku sekalian aja keramas supaya ngantukku bener2 ilang. Cukup lama aku membersihkan badanku, setelah selesai, ku lap rambut dengan anduk dan badanku dangan anduk laennya. aku membungkus rambutku dengan anduk dan badan ku lilit dengan anduk satunya. Aku keluar kamar, kuliat om B sudah menyediakan kopi dan teh anget. “Aku gak tau kamu suka minum apa Nez, makanya kubuatkan aja teh dan kopi. Blon digulain, kamu yg gulain sendiri ya sesuai dengan takaran manis yang kamu suka. Kamu dah manis banget jadi jangan pake gula banyak2”. Aku senyum aja mendengar candaannya. “Om lama ya nunggunya, om A gak puas2 si, sekarang om A nya mana”. “Dia tidur dikamar diatas, kamu minum aja, ni ada biskuit dimakan aja sambil dicelupin ke minuman anget, enak kan”. Perhatian banget om B ke aku, padahal dia pasti dah naek ke otak nunggu gilirannya ngen totin aku berikutnya. Aku makan biskuit dan minum kopi yang dah dia sediain dengan santai aja, biar aja dia makin menggebu nunggu aku siap ngeladenin napsunya, tapi om B kliatan santai aja, gak kliatan lo gi naek ke otak napsunya.

    Setelah selesai makan dan minum, aku berbaring diranjang, om B segera mengurai anduk yang melilit rambutku, di lapnya lagi rambutku yang masi setengah basah, gak bisa sampe kering si, trus disisirinya rambutku pake jarinya, mesra banget si ni om yang satu ini. Dia melepaskan anduk yang melilit badanku. Dia dengan cepat mencium bibirku, Lidahnya terus mendesak masuk ke mulutku. Lidahnya bermain dalam mulutku, menyapu ke sana kemari , mengelitik mulutku. Lidahku pun ikut bermain, birahiku meninggi lagi. Tangannya mulai meraba toketku, meremas pelan selembut mungkin . Tangan satunya merabai pahaku. Memekku mulai terasa basah dan aku semakin bernapsu jadinya. Dia kemudian melumat pentilku, lidahnya terus bermain di pentilku. Toketku yang satunya mendapat sentuhan , rabaan, dan remasan lembut tangan kirinya. Birahiku semakin meningkat . Dan sekarang tangannya membuka kakiku lebar , kepalanya mendekati slangkanganku . Hidungnya menghirup aroma memekku. Matanya nanar menyaksikan memekku, belahannya masih terasa sempit dengan bulu jembut halus yang tumbuh subur di bukit memekku . Dengan dua jarinya dia membelah bibir memekku dan menemukan itilku yang merah, serta liang memekku yang tampak basah. Lidahnya pun menjulur, menjilati memekku sehingga aku mengerang, menggeliat, ” aahh enak om…”. Lidahnya terus saja menyapu memekku . bergerak cepat di itilku yang terlihat semakin tegang. Aku pun terus mengerang nikmat kerna Lidahnya semakin liar menyapu memekku.

    Dengan cepat dia melepas semua yang masi nempel dibadannya. Kontolnya sudah tegang sekali . Dia menyodorkan kont0l jumbonya ke mulutku. Aku meraba-raba kontolnya, kucium kepalanya, kujilat, kugesekkan ke pipiku. Dia merem-melek karenanya. Kemudian batang kont0lnya kuremes dan kuarahkan ke mulutku lalu kukulum. ”aahh Nez, enak…,” erangnya sambil meremasi rambutku. Kontolnya bergerak dalam mulut ku , maju mundur . aku mencoba memasukkanya seluruh batang kont0lnya hingga menyodok di tenggorokan. Aku mengalami kesulitan dengan ukuran kont0lnya, dan hampir tersedak untuk beberapa waktu. Dia rupanya dah gak bisa nahan napsunya, kont0lnya
    dikluarkan dari mulutku.

    Dia menaiki aku yang dah telentang diranjang, dia sudah bernafsu segera mengarahkan kont0lnya ke memekku. Kepala kontolnya menempel di liang memekku. Perlahan- lahan kont0l yang besar itu menyesaki ruang di liang memekku. aku mengigit bibirku dan dia terus menekan , hingga kont0lnya mentok di dalam memekku. Perlahan dia menarik kont0lnya dari liang memekku, aku mengerang, dia juga, “gila , enak bener memek kamu Nez”. Dia terus mengerakkan kont0lnya dalam memekku. mulutnya langsung melumat pentilku lagi sambil terus menggenjot memekku, dia melakukan gigitan-gigitan ringan, kadang dijilatinya pentilku yang tampak menonjol , mengeras itu . ”aahh om, Inez gak kuat, enak banget,” erangku. Dia terus bergerak , kont0lnya keluar masuk liang memekku yang dah basah. Tubuhku terus mengeliat saking nikmatnya . Rasa orgasme semakin mendekati aku, ”aahh Inez sudah hampir om.. terus.” erangku. om B yang sudah pengalaman dalam bercinta , tahu aku segera orgasme , gerakan kont0lnya menjadi semakin liar , menghentak hentak dengan ganasnya. dan akhirnya tubuhku mengejang. ”aahh Inez keluar om..” erangku, lalu tubuhku mengejet beberapa kali . Dia memperlambat gerakan kont0lnya , dan merasakan , ada getaran di dalam memekku. Liang memekku semakin basah lalu tak lama kemudian dia merasa kont0lnya seperti terendam cairan yang hangat.

    Setelah beberapa saat , aku kembali mengerang. Saat dia kembali mengerakan kont0lnya dengan cepat dalam liang memekku, cairan orgasme itu memperlancar keluar-masuknya kontolnya sehingga otomatis sodokannya pun semakin keras. aku terus mengerang selama hampir lima menit , sebelum akhirnya dia menyemburkan pejunya dalam memekku. ” ohh .. enak banget Nez, ” dia melenguh . Lalu perlahan menarik keluar kont0l besarnya, heran aku melihat kont0lnya masi ja ngaceng dengan kerasnya. Bersamaan dengan tercabutnya kont0lnya, pejunya yang kental juga meleleh keluar dengan deras dari liang memekku.

    om B langsung mendorong tubuh aku merangkak di ranjang dan memposisikan dirinya di belakang aku. Kupikir dia akan memasuki memek aku dari belakang, gak taunya dia melebarkan lubang pantatku dan menekan kepala kont0lnya yang besar membelah otot lubang pantatku yang rapat. aku menggelinjang jadinya , dia mencengkeram dengan erat pinggulku sampai meninggalkan bekas di sana. Lalu dia mulai menekan masuk kontolnya membelah lubang pantatku. Pada akhirnya usahanya berhasil dan mendorong kepala kont0lnya masuk ke dalam lubang pantatku. Dia terus mendorong sampai akhirnya batang kont0lnya masuk ke dalam lubang pantatku seluruhnya hingga kantung biji pelernya menghantam itilku. Dengan kont0lnya yang sudah seluruhnya tertanam dalam lubang pantatku, dia memegangi pinggulku dengan erat dan mulai bergerak mengayun kont0lnya keluar masuk. Gerakan mengayunnya membuat suara aneh saat kantung biji pelernya menghantam itil dan memekku berulang-ulang. lubang pantatku melebar dengan rapat mencengkeram batang kont0lnya. Setiap kali dia menarik kont0lnya keluar, lubang pantatku juga tertarik keluar. Mendadak dia menyodok kont0lnya dengan sebuah hentakan keras sambil tangannya melebarkan bongkahan pantatku agar dia dapat masuk sedalam mungkin. Tubuhku terus menggelinjang dibawah enjotan kont0lnya. Dengan sigap dia terus memegangi pinggulku dan terus menggenjot lubang pantatku dengan ganas, sampai akhirnya dia mencapai orgasmenya sendiri. Dia memuncratkan pejunya lagi kemudian jatuh terhempas di atas pantat aku. Pejunya muncrat masi banyak juga biar tadi dah muncrat di memekku, sampe meleleh keluar dari lubang pantatku. Apalagi ketika dia mencabut kont0lnya, pejunya membentuk lelehan panjang turun dari pantatku. dia tergeletak di sebelah aku, “Nikmat banget malem ini Nez…”

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Melayani Dua Wanita Sekaligus

    Cerita Sex Melayani Dua Wanita Sekaligus


    746 views

    Perawanku – Cerita Sex Melayani Dua Wanita Sekaligus, Badan Adi terasa pegal-pegal pagi itu, setelah kemarin malam tiba di rumah bibinya di Tasikmalaya, Perjalanan dari Jakarta dengan bis selama lebih dari lima jam membuatnya lelah. Karenanya pagi itu bibinya menyuruhnya untuk dipijat guna melemaskan otot-ototnya.

    Semula Adi menolak karena dia tidak terbiasa dipijit. Tetapi setelah dia tau yang akan memijatnya adalah Dedeh, perempuan yang setiap pagi membantu bibinya sehari-hari dan menyiapkan segala keperluan sebelum kepasar untuk berjualan, akhirnya Adi berminat juga. Sebagai anak SMA, pikiran-pikiran kotor tentang dipijiti perempuan melintas dibenaknya, siapa tau dapat bonus setelah dipijat.
    Sebelumnya Adi telah melihat Dedeh pagi itu ketika mempersiapkan keperluan bibinya yang akan berjualan di pasar. Dedeh perempuan berusia dua puluhan tahun, berwajah sangat lumayan dengan kulitnya yang kuning langsat dan tubuhnya yang padat berisi, terlihat dibalik kebaya yang dipakainya.
    Dedeh bukanlah pembantu, tugas utamanya hanya menemani sambil menunggui rumah ketika bibinya yang janda berdagang dipasar. Ia masih kerabat jauh dari bibinya, sedangkan suaminya sedang bekerja di Arab. Kini sambil tengkurap dilantai beralaskan kasur tipis dengan hanya mengenakan kaus singlet dan kain sarung, Adi sedang menikmati pijatan Dedeh. Jemari tangan perempuan mulai memijati
    betisnya yang kaku. Pijatannya lembut tapi cukup bertenaga.
    “Pijatan kamu enak, belajar dimana ?” tanya Adi membuka pembicaraan
    “Ah, tidak belajar dari mana-mana, bisa sendiri” jawab Dedeh dengan logat Sunda yang kental.
    “Oh begitu” kata Adi sambil terus merasakan pijatan
    “Sudah lama ikut Bi Karta?” tanyanya lagi
    “Sudah sekitar tujuh bulan” jawab Dedeh “sejak Kang Sudin suami saya kerja ke Arab Saudi”
    ” Sudah lama juga ya” timpal Adi ” Kang Sudin suka pulang ?”
    “Belum pernah, habis dikontraknya satu tahun sih. Jadi satu tahun baru boleh pulang” jelas
    Dedeh.
    “Waduh lama juga ya. Apa ngga kesepian ?” tanya Adi memancing
    “Yah, gimana lagi. Namanya juga cari rejeki” jawab Dedeh yang jemarinya mulai memijati paha
    Adi.
    Dipijatinya paha itu mulai dari belakang lutut terus keatas menyusup kebalik kain sarung yang dipakai Adi. Dedeh agak jengah ketika tangannya menyusup hingga pinggul Adi dan menyadari pemuda itu tidak pakai celana dalam. Mukanya agak memerah tetapi tetap diteruskan pijatannya. Bahkan sambil merenggangkan kedua paha Adi, tangannya menyusuri pijatan hingga mendekati pangkal paha. Dan karena licin oleh minyak, jemarinya nyelonong hingga menyentuh biji peler Adi. “Aduh jangan disodok dong !” seru Adi pura-pura kaget.
    “Aduh maaf, licin sih” ucapnya menahan malu. “Habis aden tidak pakai celana sih” “Eh maaf, saya pikir biar semuanya kepijat” jawab Adi nakal.
    Akhirnya setelah bagian paha Dedeh pindah kebagian pinggang dan Adi membuka kaus singletnya ketika pijatan itu terus kepunggung dan pundaknya. Pijatan Dedeh memang terasa enak buat Adi atau karena yang memijatnya perempuan. Tapi yang terang selusuran jemari berminyak disekujur badannya telah membuat Adi merem-melek bersensasi, hingga tanpa sadar secara perlahan batang nya menegang.
    Hal ini yang membuatnya gelagapan ketika Dedeh menyuruhnya terlentang untuk dipijat bagian depan. “Eh bagian depannya juga ya?” tanyanya gugup. “Iya, biar sekalian” jawab Dedeh terdengan merdu di telingan Adi. Dengan perlahan diputar tubuhnya celentang, sementara tangannya sibuk membereskan kain sarungnya agar acungan batang nya tidak terlihat. Sebenarnya Dedeh tahu apa yang terjadi, tapi ia pura-pura tak melihat dan sambil tersenyum kecil meneruskan pijatannya mulai dari kaki lagi.
    Sambil berbaring Adi berusaha bersikap tenang dan menikmati pijitan Dedeh sambil menatapi wajah Dedeh yang menunduk.Wajah Dedeh cukup menarik, rambutnya yang panjang digelung kebelakang, hidungnya bangir, bibirnya yang merah alami dengan bulu-bulu hitam halus diatasmya, mengingatkan Adi pada penyanyi dangdut Iis Dahliah. Demikian juga dengan tangannya berbulu halus.
    Dan sesuatu yang menyembul dibalik baju kebayanya membuat Adi semakin naik spaning. Baju kebaya dengan belahan yang cukup rendah telah menampilkan juga belahan buahdada Dedeh yang putih. Ditambah dengan posisi Dedeh yang berlutut dan membungkuk, hingga belahan itu semakin mencuat. Apalagi kedua tangannya yang sedang memijat menekan buahdadanya dari samping sehingga gunung kembar yang padat berisi itu makin membusung.
    Adi menelan ludah melihat itu sehingga membuat batang nya semakin tegang, dan dengan malu-malu diberesi kain sarungnya agar menyamarkan tonjolan yang terjadi. Adi semakin gelisah ketika tangan Dedeh mulai merambahi pahanya. Disamping semakin jelasnya pemandangan pada buahdada itu, juga karena pijatan jemari Dedeh semakin mendekati pangkal pahanya.
    Dedeh juga telah melihat perubahan itu sejak tadi. Perlahan hasratnya sebagai perempuan yang ditinggal lama oleh suami, bangkit. Tapi ada keraguan di dirinya, antara hasrat yang mulai menggelora dan kesetiaan kepada suami. Sambil menimbang-nimbang, jemari tangannya terus memijati kedua paha Adi yang kain sarungnya telah tersingkap keatas hingga hanya menutupi pangkal pahanya.
    Adi pemuda delapan belas tahun yang masih hijau soal seks. Pengetahuan yang didapatnya cuma dari cerita teman, buku dan VCD porno. Hingga menghadapi situasi itu membuat dirinya grogi.
    Mau menerkam dia takut Dedeh berteriak dan menuduhnya mau memperkosa. Dia belum bisa melihat dan membedakan reaksi seorang perempuan.
    Akhirnya dia memilih diam dan terus menikmati pijatan Dedeh yang kini makin keatas menyusup kebalik kain sarungnya. Jemari Dedeh memijiti pinggul dikiri kanan pangkal paha Adi. Hal mana membuat Adi semakin blingsatan apalagi secara sengaja atau tidak jemari Dedeh sesekali menyentuh bulu-bulu jembutnya. ” Manuknya bangun ya?” tanya Dedeh akhirnya sambil tertawa kecil menyadari ‘burung’ diselangkangan pemuda itu semakin mengacung. Hasratnya rupanya telah mengalahkan kesetiaan. Tapi seperti juga Adi, Dedeh masih ragu-ragu terhadap reaksi pemuda itu.
    “Ehh..iya” jawab Adi gelagapan ” Habis pijitan kamu enak sekali sih.” “Ah masa, tapi itu artinya
    aden normal” kata Dedeh menimpali
    “Eceu ngga apa-apa, ngga tersinggung ?” tanya Adi
    “Ah nggak apa-apa, saya pan sudah biasa lihat punya suami” jawab Dedeh makin berani.
    “Oh iya” kata Adi juga semakin berani.
    “Ngomong-ngomong bagus mana punya saya sama punya Kang Sudin ?” tanyanya lagi.
    “Ah mana saya tahu, sayakan belum pernah lihat punya
    aden” jawab Dedeh memancing.
    ” Kalau mau lihat, ya dibuka saja” kata Adi sambil menyibakkan kain sarungnya hingga
    mencuatlah batang ****** yang telah sepenuhnya ngaceng.
    Dedeh sedikit terkejut tapi dilihat juga batang ****** yang sudah tegang itu.
    ” Bagaimana ?” tanya Adi bernafsu.
    ” Eeee….nggg…. sama saja bagusnya. Cuma punya
    aden lebih besar dan panjang” jawab Dedeh sambil tertawa kecil dan tak sadar jemarinya yang
    memang berada disekitar pangkal paha itu mulai membelai bulu-bulu jembut keriting yang
    mulai tumbuh subur.
    ” Kata orang, perempuan lebih suka burung yang gede” pancing Adi berani.
    “Ah, kata siapa ” jawab Dedeh tersipu sambil matanya tetap menatap batang ****** pemuda itu yang mengangguk-angguk, sementara itu jemarinya masih membelai bulu jembut menghitam dan nafasnya mulai memburu. Heran juga dia, masih bocah tapi burung nya sudah sebesar itu.
    Memang batang ****** Adi lebih besar dan panjang dari kepunyaan Sudin suaminya. Dan Dedeh juga telah mendengar dari Iis sudaranya, semakin besar batang ****** lelaki semakin nikmat hujamannya dirasakan oleh perempuan.
    ” Ya kata orang, saya juga belum tahu” jawab Adi
    ” Belum tahu. Memang
    aden belum pernah melakukan ?” tanya Dedeh antusias.
    ” Belum, sayakan masih perjaka ting-ting nih. Ajarin dong” kata Adi semakin berani.
    ” Ah
    aden bisa saja, diajarkan apa sih ?” tanya Dedeh pura-pura bodoh.
    ” Diajarin bagaimana melakukannya ” kata Adi yang tangannya sudah memegang tangan Dedeh dan
    mendorongnya agar menyentuh batang nya.
    Dan Dedeh menuruti dengan membelai perlahan otot tegang itu.
    ” Benar
    aden belum pernah?” tanya lagi.
    ” Berani sumpah,” kata Adi meyakinkan ” melihat perempuan telanjang saja saya belum pernah”
    Dedeh semakin tergerak, jemarinya semakin berani meremasi batang ****** Adi, yang membuat pemuda itu semakin bernafsu. Demikian juga dengan Adi, tangannya mulai berani merabai buahdada Dedeh dan meremasnya. Dedeh mengelinjang menikmati remasan itu. Telah lama ia tidak menikmati sentuhan lelaki.
    Dan Adi semakin berani, jemarinya mulai membuka satu-persatu peniti di baju kebaya Dedeh yang telah pasrah. Mata Adi berbinar ketika peniti itu telah lepas semua dan buah dada ranum yang masih terbungkus oleh BH semakin menonjol keluar.
    Segera saja ia bangkit duduk dan memegang pundak Dedeh yang juga bersimpuh pasrah.
    Dipandanginya seputar belahan putih mulus yang juga ditumbuhi bulu-bulu halus, kontras dengan kulitnya yang putih. Diusap-usapnya belahan dada itu perlahan yang membuat Dedeh semakin bergetar dan tangan Adi terus naik keleher hingga kedagu.
    Diangkatnya dagu itu hingga muka Dedeh menengadah. Matanya terlihat pasrah namun menyimpan hasrat yang mengelora. Bibirnya merekah basah, mengundang untuk dikecup. Maka diciumnya bibir merah merekah itu dengan bernafsu.
    Dedeh pun menyambut ciuman itu dengan hangat, sementara tangannya makin keras meremasi batang ****** Adi. Dan tangan Adi juga tidak tinggal diam, setelah membuka baju kebaya Dedeh, segera saja tangannya membuka kancing BH yang membungkus buahdada yang montok itu.
    Maka mencuatlah sepasang gunung montok yang sedari tadi menarik minat Adi. Dedeh secara refleks semakin meremas dan mengocok batang ****** Adi ketika pemuda itu dengan bernafsu meremasi buahdadanya yang telah terbuka. Sementara itu ciuman mereka semakin
    bernafsu.Meski belum pernah bercinta dengan perempuan tapi soal ciuman dan rabaan, Adi cukup pengalaman. Hanya sebatas itulah yang dapat dilakukan bersama pacarnya, Dewi.

    Adi mengeluarkan semua jurus menciumnya, lidahnya menjulur menjelajah kedalam mulut Dedeh. Demikian juga dengan Dedeh, berusaha mengimbangi dengan kemampuan yang dimiliki. Melihat kemampuan pemuda itu, Dedeh ragu akan pengakuannya belum pernah bercinta dengan perempuan.
    Namun nafsu yang kian menggebu menghapus semua keraguannya, yang penting hasratnya harus
    tertuntaskan.
    Setelah puas menciumi mulut Dedeh, perlahan mulutnya mulai menyusuri leher perempuan itu terus kebawah ke belahan dadanya yang ranum. Dedeh mendesah ketika ujung lidah Adi mulai menjilati seputar buahdadanya yang ranum, terus keputingnya yang semakin mengeras dan menghisapnya seperti bayi.
    ” Ahh.. den, gelii.. ” rintih Dedeh.
    Adi dengan bernafsu terus meremasi dan menghisap buahdada ranum yang itu. Dikeluarkan semua jurus bercinta yang dia ingat, untuk memuaskan hasratnya yang kian menggebu. Baru pertama kali itulah ia menciumi buahdada wanita secara utuh. Dengan Dewi pacarnya hanya sebatas meraba dan meremas, itu pun masih berpakaian.
    Buahdada Dedeh yang padat berisi memang sangat menarik hasrat lelaki. Bentuknya padat berisi, tidak terlalu besar tapi montok. Ditambahi dengan bulu-bulu halus disekitarnya menambah daya tarik alias semakin nafsuin. Demikian juga dengan Adi dengan tidak puas-puasnya mulut dan tangannya secara bergantian meremasi dan melumati sepasang gunung montok nan lembut.
    Dedeh dengan penuh gairah menikmati semua sentuhan itu. Dan Adi yang batang nya terus dirangsang remasan tangan Dedeh, secara perlahan nafsunya semakin tinggi. Kocokan dan remasan itu dirasakan semakin nikmat sehingga batang nya semakin tegang dan sensitif.
    Seketika Adi bangkit berlutut dan melepaskan kulumannya dari buahdada Dedeh. Batang nya yang telah sepenuhnya tegang itu ditempelkan diantara buah dada Dedeh yang montok dan digesek-gesekkan turun-naik . Dedeh mula-mula bingung, tapi kemudian mengimbangi dengan menekan kedua buahdadanya hingga batang ****** itu terjepit diantaranya.
    Hal ini semakin menambah kenikmatan bagi Adi yang semakin giat mengesekkan batang nya. Demikian juga dengan Dedeh yang baru pertama melakukan posisi itu, dirasakan ada sensasi lain batang ****** lelaki mengesek-gesek diantara belahan dadanya. Sementara itu Adi juga merasakan sensasi yang sama, sehingga tidak beberapa lama kemudian Adi merasa bahwa ia akan segera orgasme, maka dipercepat kocokannya dan tanpa bisa dicegah muncratlah cairan hangat dari lubang nya yang masih terjepit diantara buahdada Dedeh.
    “Ahhhhc…hhhhhggghhh… !” rintih Adi sambil melepaskan hasratnya. Sesaat Adi merasa persendiannya meregang oleh perasaan nikmat yang beberapa detik dirasakan.
    Dedeh terkejut tidak menyadari pemuda itu telah orgasme. Dedeh baru sadar ketika dadanya yang menjepit batang ****** itu dilumuri cairan hangat yang sebagian lagi memerciki leher dan dagunya.
    “Hi hi.. sudah keluar ya den ? ” kata Dedeh terkikik melihat batang ****** pemuda itumenumpahkan lahar panasnya diantara jepitan buahdadanya.
    Tapi jepitan buahdadanya pada batang ****** itu tidak dilepaskan, Dedeh juga merasakan nikmat ketika seputar dadanya terasa hangat oleh percikan cairan putih kental yang dikeluarkan ****** pemuda itu
    “Habis jepitan kamu enak sekali” jawab Adi menutupi rasa malunya.
    Sebenarnya posisi itu dilakukan reflek saja ketika dirasakan mendekati orgasme. Dia tiba-tiba teringat film porno yang pernah ditonton dan ingin mempraktekkannya, dengan hasil nikmat yang luar biasa.
    Keduanya kemudian terduduk. Dedeh sibuk membersihkan lumuran sperma didadanya dengan melap pada kainnya yang sudah terlanjur terkena. Nafasnya masih memburu. Sementara Adi masih mengatur nafasnya sambil membersihkan batang nya yang masih separuh tegang. Nampak keduanya masih bernafsu untuk meneruskan ronde selanjutnya.
    Terutama Dedeh, yang nafsunya belum terlampiaskan, yang lalu bangkit berdiri dan segera membuka kainnya sambil mengeraikan rambutnya yang panjang. Adi penatap perempuan itu yang cuma memakai celana dalam. Tubuh telanjang Dedeh memang semakin terlihat menggairahkan.
    Postur tubuhnya sedang saja dengan kulit putih khas gadis Sunda. Lekukan-lekukan ditubuhnya itulah yang membuat birahi lelaki langsung “konak”. Buahdadanya menggantung padat berisi dengan puting kemerahan dikedua puncaknya, serta pinggang yang ramping dan pinggul yang montok. Kakinya dihiasi paha yang berisi dan betis yang ramping mulus. Semuanya, meski Dedeh gadis
    desa, terkesan terawat.
    Apalagi ketika Dedeh membuka celana dalamnya, semakin jelasnya keseksian perempuan itu.
    Terpampanglah dengan jelas pangkal paha dengan bulu jembut menghitam lebat, kontras dengan kulitnya yang putih. Bulu jembut itu tidak hanya tumbuh diseputar pangkal pahanya tapi merebak tipis keatas hingga kesekitar pusarnya.
    Adi menelan ludah, perlahan batang nya mulai bangkit. Hal itu memang yang dimaksud Dedeh untuk segera menaikkan nafsu pemuda itu.
    “Tubuh kamu bagus betul, mengairahkan” kata Adi sambil menelan ludah dan segera bangkit
    berdiri hingga mereka saling berhadapan.
    Batang ****** Adi yang telah tegang mengacung bebas yang segera ditangkap tangan Dedeh dan diremas-remasnya. Demikian juga dengan Adi. Tangannya segera menggerayangi buahdada ranum yang mempesonanya. Sementara tangan yang satunya menyusuri keselangkangan Dedeh. Dirabanya bulu jembut itu yang lebat dan hitam itu. Dan sesuatu dibaliknya pastilah lebih
    menggairahkan.
    Dedeh mendesah ketika jemari pemuda itu mulai merambahi bagian-bagian sensitifnya, lalu mereka saling berciuman kembali untuk semakin menaikkan nafsu masing-masing.
    “Oh den….., terus den…ah..!” rintih Dedeh kian bernafsu ketika jemari Adi mulai menyusup keselangkangannya dan menyentuh bibir nya yang telah basah.
    Dengan ujung jarinya disusupkan kebelahan Dedeh yang telah merenggangkan kedua pahanya.
    Kembali Adi ingin mempraktekkan film porno yang pernah ditontonnya. Disuruhnya Dedeh untuk berbaring terlentang sedangkan ia berada diatasnya. Kepalanya tepat diatas selangkangan Dedeh dan selangkangannya diatas kepala Dedeh. Dedeh mula-mula bingung. Didepan mukanya batang ****** yang mengacung menggantung tegang seolah mau menghujamnya. Dengan polos batang ****** itu cuma diremas-remas. Tubuh Dedeh bergetar ketika dirasakan tangan, mulut dan lidah Adi mulai menjelajahi bibir nya
    dengan penuh nafsu.
    Memang Adi mulai merambah lembah dipangkal paha wanita itu. Disibakkannya bulu jembut yang melingkari lubang diselangkangan Dedeh. Matanya nanar melihat kemaluan perempuan untuk yang pertama. Belahan itu terlihat lembab dan ketika dengan jemarinya dikuakkan, terlihatlah yang putih kemerahan telah basah. Dengan tidak sabar dicium dan dijilatinya belahan itu. Harum.
    “Ah…den, geli….” Rintih Dedeh menikmati sentuhan lidah pada nya yang belum pernah
    dirasakan sebelumnya.
    Sudin suaminya dalam bercinta tidak memakai teknik macam-macam, mencium bibir, meraba dada, lalu langsung memasukan batang ****** kedalam nya. Dan gayanya itu-itu juga, Sudin diatas, Dedeh dibawah. Beberapa menit kemudian Sudin keluar tanpa memperdulikan apakah istrinya juga puas. Selama Dedeh menikah dia belum pernah merasakan dan tahu tentang orgasme.
    Karena itu apa yang dilakukan Adi terhadapnya merupakan pengalaman pertama yang sangat menggairahkan. Sekarang bukan Dedeh yang mengajari Adi tapi sebaliknya Adi yang pegang kendali.
    ‘Ayo dong De, manukku dihisap” kata Adi ketika dirasakannya Dedeh hanya memegang dan meremasi nya saja.
    Dedeh tertegun, ia belum pernah melakukannya, tapi keinginan tahunya lebih besar untuk mencoba. Perlahan didekatkan batang ****** dalam genggaman tangannya yang telah tegang itu kemulutnya yang terbuka. Terasa asing ketika kepala ****** yang keras dan kecoklatan itu menyentuh bibirnya.
    ” Pakai lidahnya De, jilati” perintah Adi.
    Dedeh menuruti, ujung lidahnya perlahan dijulurkan menyentuh kepala ****** dan mulai menjilati.
    “Ah.. ya terus De begitu, nikmat euy!” desah Adi diantara kesibukannya merambah hutan lebat berdanau hangat.
    Sentuhan lidah Dedeh terasa nikmat, tapi Adi ingin yang lebih hot. Maka diturunkan pinggulnya hingga batang nya itu semakin masuk kemulut Dedeh. Dedeh menyambutnya dengan membuka mulutnya lebih lebar hingga kepala ****** yang besar itu masuk semua kedalam mulutnya yang kecil. Digunakan lidahnya untuk mengelitik dan menghisap kepala ****** itu yang membuat Adi menggerinjal kenikmatan.
    Dedeh ternyata cepat belajar. Kini mulut dan lidahnya semakin aktif mengulum dan menjilati batang ****** pemuda itu, meski masih kaku tapi tetap dirasakan Adi nikmatnya luar biasa. Dedeh juga merasakan sensasi lain dalam melakukannya, mengingatkannya sewaktu mengulum es lilin, disamping juga nikmat yang dirasakan dari jilatan lidah Adi di lubang nya.
    Mulut mereka terus melakukan tugasnya masing-masing. Keduanya sama-sama belum pengalaman melakukannya, karenanya buat mereka sensasi yang dirasakan sangat luar biasa.
    Adi yang berencana hanya dua hari dirumah bibinya bertekad selama mungkin tinggal dirumah bibinya untuk dapat terus bercinta dengan perempuan yang telah membuatnya kepelet. Sepuluh kali sehari juga dia sanggup melakukan. Dia merasa tidak rugi keperjakaannya hilang oleh perempuan ini.
    Demikian juga dengan Dedeh, pengalaman yang tengah dialami kini telah membuatnya mabuk kepayang. Belum pernah selama ini dia merasakan nikmat yang sangat mengebu saat bercinta seperti sekarang. Kulumanan dan jilatannya pada batang ****** dan lubang nya yang dijilati mulut pemuda itu membuat seluruh tubuhnya bergetar dialiri setrum kenikmatan yang memabukkan. Hingga gairahnya semakin meninggi dan tanpa disadari orgasme yang belum pernah dirasakan melandanya.
    “Aduh gusti..! Achh..!” desahnya parau ketika dirasakan sesuatu didalam nya berdesir-desir dan menjalar keseluruh tubuhnya mendatangkan kenikmatan luar biasa yang belum pernah dirasakan. Tiba-tiba tubuh Dedeh menjadi sangat sensitif mengerinjal kegelian menerima jilatan mulut Adi, hingga ditolaknya tubuh pemuda itu dari atas tubuhnya.
    “Hi..hi geli ah!…” desisnya menahan tawa.
    Adi bingung menanggapi kelakuan Dedeh, dia juga sama bodohnya.
    ” Eh kenapa sih ?” tanyanya bingung melihat Dedeh yang berbaring meringkuk mendekapkan kedua tangannya kedada sambil senyum-senyum.
    ” Engga tahu ya, perasaan tadi mau pipis tapi cuma terasa keluar didalam dan tiba-tiba kerasa geli semua” jawabnya juga bingung.
    “Oh begitu, itu artinya kamu tadi orgasme” kata Adi setelah menganalisa jawaban Dedeh.
    “Orgasme ?, apa itu ?” tanya Dedeh masih bingung.
    ” Itu sama seperti saya tadi keluarin air mani” jawab Adi.
    ” Oh begitu, tapi kok ngga keluar keluar airnya ?” tanyanya lagi
    ” Itu karena Eceu perempuan, keluarnya didalaem” jawab Adi sekenanya, soalnya dia juga kurang paham masalah itu disamping nafsunya masih tinggi belum terlampiaskan.
    “Ayo atuh dilanjutkan, si otong masih ngaceng nih” ajak Adi sambil mengacungkan batang nya yang memang masih tegang. Dedeh tersenyum penuh arti langsung berbaring celentang dengan kaki ditekuk dan kedua pahanya mengangkang. Rambutnya yang panjang tergerai di atas kasur. Adi segera pengatur posisi diatas tubuh Dedeh. Rupanya Adi ingin segera melakukan hubungan sex yang sebenarnya.
    Dengan berdebar diarahkan batang nya kelubang Dedeh yang sudah basah. Tubuhnya berdesir ketika kepala nya menyentuh bibir yang telah merekah.
    “Ahhh..!” desis Dedeh merasakan nikmat sentuhan dan selusuran kepala ****** Adi yang besar di lubang nya yang sempit. Adi perlahan mendorong pinggulnya hingga kepala nya semakin meyelusup kebelahan yang telah basah itu.
    “Ah..den terus masukin” desis Dedeh memberi semangat.
    Telah beberapa bulan lubang nya tidak disinggahi ****** lelaki hingga debaran yang dirasakan seperti pada malam pertama.
    Demikian juga dengan Adi, selusuran batang nya pada lubang Dedeh yang lembut mendatangkan sensasi yang selama ini cuma dia angankan lewat mimpi. Dengan kekuatan penuh didorongnya batang nya menerobos lubang kenikmatan yang paling dalam.
    “Aduh gusti ! ” teriak Dedeh tertahan merasakan hujaman batang ****** yang besar dan keras itu kelubang nya yang sempit.
    Memang batang ****** Adi yang besar cukup seret masuk kedalam lubang Dedeh yang meskipun sudah tidak perawan tapi masih cukup sempit.
    Untung cairan didalam lubang Dedeh cukup licin hingga membantu masuknya batang ****** itu lebih dalam.
    “Ah..! enak euy!” desis Adi ketika seluruh batang nya telah tertancap di lubang
    Dedeh yang merasa nyeri sedikit pada lubang nya akibat besar dan panjangnya batang ****** itu. Tapi perasaan nyeri itu tak lama hilang ketika perlahan Adi mulai mengerakkan batang nya keluar masuk lubang nya.
    Dedeh merintih kenikmatan merasakan gesekan di dalam lubang nya, kedua pahanya semakin diregangkan. Demikian juga dengan Adi, gerakan maju mundur batang nya di dalam Dedeh betul-betul mendatangkan kenikmatan yang luar biasa.
    Adi merasa semakin bernafsu mengerakkan batang nya yang kian keras dan tegang, hingga mendatangkan rasa nikmat yang selama ini cuma dihayalkan lewat mimpi. Kini secara nyata ia melakukan persetubuhan dengan perempuan yang bukan saja cantik dan bertubuh indah, tapi juga goyangan pinggulnya memberi kenikmatan yang lebih.
    Memang Dedeh yang secara tak sadar berusaha mengimbangi gerakan Adi di atasnya, menggerak-gerakkan pinggulnya bagaikan penari jaipongan. Memutar, kadang menghentak maju. Hal mana membuat Adi semakin syurr.
    “Ah ! De, yeah begitu. Enak sekali!” Desis Adi
    “Ayo den, goyang terus biar tuntas” Dedeh juga tidak mau kalah memberi semangat.
    Dan mereka semakin hot mengerakkan tubuhnya untuk mencari kenikmatan masing-masing. Mereka tidak memperdulikan lagi keadaan sekelilingnya, dalam pikiran mereka cuma ada bagaimana mencapai kenikmatan setinggi mungkin. Tanpa mereka sadari sepasang mata memperhatikan perbuatan mereka dari balik jendela. Sepasang mata yang berbinar penuh nafsu.
    Adi mendekap tubuh Dedeh dan membalikkan posisi mereka menjadi Adi di bawah dan Dedeh diatas.
    “Ayo De, goyanganya ” pinta Adi agar perempuan itu lebih aktif.
    Dan Dedeh yang berada diatas menjadi lebih leluasa menggerakkan pinggulnya, bukan hanya naik turun tapi juga memutar.
    pinggulnya seperti orang sedang mengulek.
    Tangan Adi tidak tinggal diam, diremasinya buahdada montok yang menggantung itu sehingga mendatangka n rangsangan bagi Dedeh.
    Tubuh Dedeh menghentak-hentak bagaikan penunggang kuda liar. Belum pernah dia merasa senikmat ini dalam melakukan sanggama. Semua gerakannya dilakukan secara naluri, karena dia belum pernah melakukannya dalam gaya demikian, tapi benar-benar mendatangkan kenikmatan yang sangat.
    Demikian juga dengan Adi, pengalaman pertama yang benar-benar tak akan terlupakan.
    Mereka terus melakukannya dengan lebih giat. Dedeh yang berada diatas seolah mengendalikan permainan. Perlahan dia tahu gerakan apa yang mendatangkan nikmat yang lebih buat dirinya dan juga pemuda itu. Gerakan batang ****** yang besar dan keras didalam lubang nya telah pula menggesek-gesek kelentitnya, hingga semakin menambah gairahnya.
    Perlahan tapi pasti nafsu keduanya semakin tinggi. Adi merasakan batang nya semakin sensitif. Demikian juga dengan Dedeh yang didalam lubang nya semakin berdenyut nikmat, sehingga semakin dipercepat goyangannya.
    ” Ayo De, gayang terus sampai tuntas ! ” teriak Adi keenakan dan bersamaan dengan itu batang nya berdenyut-denyut dan tanpa bisa dicegah memuncratkan cairan kenikmatan didalam lubang Dedeh.
    “…! …..!…. …!”
    “Ayo den keluarkan semuanya !” teriak Dedeh yang goyangannya semakin menggila karena merasakan juga nikmat oleh semburan cairan hangat dari ****** Adi didalam liang nya. Sehingga tanpa disadari membuatnya mencapai klimaks yang belum pernah dirasakan.
    ” Duh Gusti !….. nikmat !” desisnya ketika dirasakan otot-otot didalam lubang nya meregang dan terasa berdesir nikmat. Lebih nikmat dari yang dirasakan sebelumnya, karena adanya gesekan batang ****** didalamnya.
    Tubuh Dedeh ambruk menindih tubuh Adi. Tulang-tulangnya terasa mau copot. Nafasnya memburu dengan butiran keringat membasahi sekujur tubuhnya. Adi mendekap tubuh telanjang itu. Nafasnya juga memburu. Mencoba mengingat apa yang barusan dialami, tapi sukar dibayangkan. Sementara kemaluan mereka masih saling bertaut.
    Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh pintu samping yang terbuka. Seketika itu mereka segera melepaskan dekapan dan membereskan diri. Adi segera meraih kain sarungnya demikian juga dengan Dedeh segera menutupi tubuhnya dengan kain kebayanya.
    Dari pintu tengah muncul perempuan muda, mirip dengan Dedeh. Wajahnya memerah dengan senyum yang bergairah. Rupanya perempuan ini yang mengintip perbuatan keduanya dan tak dapat menahan hasrat atas apa yang disaksikan, hingga menerobos masuk untuk nimbrung.
    ” Maaf ya De, Iis tidak tahan ngeliatnya ” katanya sambil mendekati keduanya.
    ” Eh Iis, ada apa ?” tanya Dedeh gugup sambil terus merapikan pakaiannya.
    ” Ah kamu, jangan malu-malu. Iis sudah lihat dari tadi ” katanya lagi
    Adi bengong melihat semuanya. Seorang perempuan, sangat mirip Dedeh, berada dihadapannya.
    ” Eh De, punya pacar tidak bilang-bilang. Siapa ini ?” tanya perempuan yang dipanggil Iis sambil melirik Adi dan tersenyum menggoda.
    ” Ini den Adi, keponakannya teteh Karta” jawab Dedeh ” Jangan bilang kang Sudin ya”
    ” Oh, pantes ganteng, ngga heran Dede kepincut ” kata Iis menggoda
    ” Maaf ya den, ini Iis saudara kembar saya saya” kata Dedeh menerangkan.
    “Ya ya…” ucap Adi baru mengerti, pantas mirip.
    ” Maaf ya den, bikin kaget. Habis permainan aden dan Dede seru sekali, saya jadi ngga tahan” kata Iis tanpa malu-malu.
    ” Eh…ngga apa-apa ” jawab Adi gugup.
    Dedeh segera menarik Iis ke kamar dan berbicara serius. Tak lama Dedeh keluar dengan wajah memerah dan mendekati Adi.
    ” Maaf ya den, Iis kepingin juga main dengan Aden” kata Dedeh sambil menunduk.
    ” Hah ” Adi sedikit kaget ” suaminya dimana ?”
    ” Iis janda ” jawab Dedeh
    ” Oh begitu ” kata Adi ragu.
    Berarti dia harus melayani dua perempuan sekaligus, kembar lagi,pikirnya.
    ” Kamu sendiri bagaimana, keberatan tidak ?” tanya Adi
    ” Itu sih terserah Aden” kata Dedeh
    ” Boleh deh, tapi kamu ikut juga ” kata Adi
    ” Maksud aden ?” tanya Dedeh tak mengerti
    ” Iya kita main bertiga” kata Adi lagi
    ” Bertiga, bagaimana caranya” tanya Dedeh lagi
    ” Gampang De, bisa diatur ” celetuk Iis yang menguping pembicaraan mereka.
    ” Ayo den ” ajak Iis tak sabar dan tanpa malu-malu segera membuka pakaiannya.
    Tidak berbeda dengan Dedeh, Iis juga berkulit putih bersih. Hanya tubuhnya sedikit lebih tinggi. Tapi wajahnya memang mirip Dedeh, bak pinang dibelah dua. Dan ketika Iis telah telanjang bulat, maka sama seksinya dengan Dedeh. Buahdadanya padat berisi dengan puting susu yang kecoklatan, pinggangnya ramping, pinggulnya montok dengan bulu jembut dipangkal pahanya hitam lebat dan keriting. Adi menelan ludah, tidak terbayangkan sebelumnya harus bercinta dengan dua perempuan kembar sekaligus.
    ” Ah !” desis Adi ketika terasa batang nya bagai dipelintir bila Dedeh memutar
    ” Ahhh…..ahh !” desis Adi parau merasakan kenikmatan yang luar biasa.
    Iis ternyata lebih agresif dari Dedeh. Didekatinya Adi dan langsung mengulum bibir pemuda itu dengan bernafsu membuat Adi sedikit gelagapan dan mencoba mengimbangi. Maka keduanya terlibat dalam cumbuaan yang bergelora disaksikan Dedeh yang masih tertegun.
    Pengalaman hari ini benar-benar luar biasa bagi Dedeh. Pertama kali ia tidur dengan lelaki lain yang bukan suaminya dan mendapatkan kenikmatan yang menggetarkan. Sekarang ia menyaksikan saudara kembarnya sedang bergelut mesra dengan Adi. Baru pertama itu dia menyaksikan perempuan dan lelaki bercinta, didepan matanya pula.
    Tanpa sadar ia menyimak semua perbuatan mereka dengan gairah yang perlahan bangkit. Iis memang lebih punya pengalaman dengan lelaki. Ia telah kawin cerai dua kali. Sedangkan tidur atau selingkuh dengan lelaki lain entah sudah berapa banyak. Karena itu Iis lebih aktif dan tahu bagaimana mencumbui lelaki dan memberikan rangsangan bagi pasangannya dan dirinya.
    Kini mulutnya mulai merambahi dada Adi yang telah terlentang pasrah, sementara tangannya telah meremasi batang ****** besar yang telah tegang itu. Jilatan lidahnya didada Adi memberikan rangsangan yang nikmat bagi pemuda itu. apalagi ketika mulutnya semakin turun kebawah , keperutnya terus kepangkal pahanya.
    Adi merem-melek keenakan ketika batang nya mulai dijilati mulut Iis dengan penuh nafsu. Kuluman dan jilatan mulut Iis memang jauh lebih pintar dari Dedeh yang masih amatiran. Apalagi ketika Iis mengajak Dedeh untuk ikut nimbrung menjilati batang ****** yang semakin tegang mengeras itu.
    Dengan patuh Dedeh, yang juga telah dilanda nafsu, mengikuti ajakan Iis. Maka batang ****** itu kini dikerubuti oleh jilatan dan kuluman mulut dua perempuan kembar. Iis seperti mengajari Dedeh bagaimana caranya memperlakukan kemaluan lelaki. Karena sehabis ia melakukan gerakan tertentu dengan mulutnya, disuruhnya Dedeh melakukan hal yang sama.
    Sehingga batang ****** Adi secara bergantian dikulum, dijilat dan dihisap oleh mulut kedua perempuan kembar itu. Adi benar-benar merasakan kenikmatan diperlakukan seperti itu, tubuhnya bergetar menahan rangsangan yang sedang melandanya.
    Sementara itu Adi juga tidak tinggal diam. Kedua tangannya juga mulai merambahi pinggul kedua perempuan itu yang menungging. Tangannya merambahi belahan kemaluan si kembar yang juga telah merekah. Dengan jemarinya dirabai bibir kemaluan diantara lembah berbulu lebat itu. Jari tengahnya disusupkan kedalam lubang yang basah setelah sebelumnya mengelitiki kelentit yang membuat kedua perempuan itu mengelinjang geli.
    “Ayo den terus, enak ah!” desis Iis keenakan.
    Ketiganya terus saling merangsangi pasangannya hingga akhirnya Iis menghentikan kulumannya dan bangkit. Rupanya ia telah sangat bernafsu untuk menuntaskan birahinya. Langsung saja diatur posisinya sambil berjongkok mengangkangi batang ****** yang tegang dan masih dipegang Dedeh.
    “Oyo De arahkan” pintanya Diturunkan pinggulnya dan Dedeh dengan patuh mengarahkan batang ****** Adi yang dipegangnya
    kelubang Iis yang merekah basah. Iis segera menekan pinggulnya ketika kepala ****** itu telah tepat didepan lubang nya, sehingga dengan lancar batang ****** itu terhujam masuk kedalam lubang kenikmatannya.
    “Duh bapa !” desisnya merasakan nikmat ketika batang ****** yang besar dan keras itu mengelorosor masuk kedalam lubang nya yang telah gatal-gatal nikmat. Adi juga merasakan kenikmatan yang sama dan semakin nikmat ketika Iis mulai mengerakkan pinggulnya turun naik dengan berirama. Adi mulai bisa merasakan bahwa goyangan Iis memang lebih pintar tapi lubang Iis terasa lebih longgar dibandingkan punya Dedeh. Mungkin karena Iis telah tidur dengan banyak lelaki sehingga lubangnya terasa lebih besar.
    Tidak demikian dengan Iis hujaman batang ****** Adi dirasakan cukup besar dan keras sehingga mendatangkan kenikmatan yang sangat.
    Tubuh Iis menghentak-hentak bagaikan penunggang kuda liar. Ditariknya Dedeh yang bengong agar menempatkan selangkangannya diatas mulut Adi untuk dijilati. Maka kembali ketiganya terlibat dalam pertandingan yang seru dan nikmat. Adi sambil celantang menikmati batang nya yang keluar masuk Iis sambil mulutnya mulai menjilati lubang Dedeh yang setengah berjongkok dengan kedua paha yang mengangkang.
    Sementara mulut Dedeh ikut pula melumati puting buah dada Iis yang montok.
    Hujaman ****** Adi di lubang nya dirasakan sangat nikmat oleh Iis, entah karena sudah cukup lama tidak melakukan senggama atau memang karena ****** itu panjang dan besar. Sehingga makin lama gerakan dan goyangan pinggul Iis makin menggila karena dirasakan puncak syahwatnya semakin dekat. Akhirnya dengan gerakan yang menghentak ditekannya pinggulnya kebawah sehingga batang ****** itu menghujam sedalam-dalamnya kedalam lubang nya.
    “Duhh…!….ahhhh! ” pekiknya panjang ketika dirasakan sesuatu berdesir didalam lubang nya dan mendatangkan kenikmatan yang luar biasa.
    Tubuhnya terasa lunglai dan ambruk mendekap tubuh Dedeh yang masih menjilati buah dadanya.
    “Aduh De enaknya..” desisnya.
    “Sudah keluar Is?” tanya Dedeh yang dijawab Iis dengan anggukkan.
    “”Ayo atuh gantian, Dede juga sudah mau lagi” kata Dedeh tidak malu-malu lagi.
    Iis sebenarnya masih mau melanjutkan gerakannya karena dirasakan batang ****** Adi yang masih terhujam di lubang nya masih terasa mengacung.
    “Silakan” kata Iis sambil bangkit dan terlepaslah pertautan kemaluan mereka.
    Memang batang ****** Adi masih keras mengacung. Rupanya kondisi Adi masih fit biarpun telah bertempur dengan dua perempuan. Kini ia ingin cari posisi lain, disuruhnya Dedeh menungging dan disodok dari belakang.
    Pinggul Dedeh yang putih mulus dan montok mendongak keatas dengan belahan jembutnya yang berbulu lebat mengintip diantara pangkal pahanya. Adi menelan ludah melihat pemandangan itu. Sambil mengelus-elus batang nya didekati pinggul perempuan itu yang sudah menunggu. Diarahkan batang nya kebelahan yang terjepit diantara paha yang juga putih mulus. Dengan dorongan lembut dimasukan batang nya kedalam lubang itu. terasa sempit karena dengan posisi itu lubang itu terjepit kedua paha.
    “Ah….!” Desis Dedeh ketika dirasakan batang ****** yang besar dan tegang menyelusup kedalam
    lubang nya.
    Dengan memegang pinggul gadis itu perlahan digerakkan pinggulnya sehingga batang nya mundur maju dibalam lubang yang masih terasa sempit itu. Dedeh menggigit bibirnya merasakan nikmat demikian juga dengan Adi, gesekan batang nya didalam lubang
    itu mendatang sensasi yang luar biasa.
    Adi mengerakkan pinggulnya semakin cepat dan berirama. Tubuh Dedeh ikut terguncang-guncang mengikuti gerakan itu.
    “Ah …Den, terussss Den” desis Dedeh semakin bernafsu.
    Sementara itu Iis juga mulai bernafsu lagi menyaksikan adegan yang tengah berlangsung, dengan perlahan ditempatkan tubuhnya dibawah tubuh Dedeh dengan kepalanya berada diantara paha Dedeh sedangkan pangkal pahanya yang mengangkang dibawah muka Dedeh untuk dijilati.
    Tangan Iis merabai selangkangan Adi dan mengusap-usap biji pelernya serta merabai bibir kemaluan Dedeh yang sedang di hujami batang ****** Adi. Sementara Dedeh telah pula menjilati selangkangan Iis terutama bibir nya yang ditutupi rimbunan bulu jembut. Kembali ketiganya bertarung mancari kenikmatan. Adi berpikir berarti sehabis Dedeh, dia harus melayani Iis yang sudah mulai birahi lagi. Gila, pikirnya. Tapi ia yakin sanggup mengatasinya. Memang semangat mudanya membuatnya semakin penuh keyakinan untuk melakukannya.
    Maka goyangannya semakin cepat saja.
    Dan Dedeh juga merasakan semakin nikmat, apalagi kelentitnya yang dirabai Iis membuatnya semakin naik birahi. Hingga akhirnya sesuatu mendesir didalam kemaluannya.
    “Ah……uhh….ahhh!” pekiknya kesetanan merasakan orgasme yang kesekian kali di pagi ini. Adi tahu Dedeh sudah klimaks tapi dirinya belum merasakan.
    “Gantian De, ku sudah gatel lagi” pinta Iis. Dedeh faham dan Adi mencabut batang
    nya.
    “Ayo Den, tuntaskan ” pinta Iis masih terbaring dengan kedua kaki mengangkang. Adi segera mengatur posisi diatasnya dan langsung menghujamkan batang nya ke lubang Iis yang telah menganga.
    “Ahh ..!” desisinya sambil mendekap tubuh Adi erat.
    Kembali keduanya berpacu penggapai nikmat masing-masing. Adi dengan hentakan-hentakan keras mengerakkan pinggulnya maju mundur menghujamankan batang nya kedalam liang Iis.
    “Ayo den, tancap terus.” Desah Iis menikmati hujaman Adi yang secara perlahan merasakan bahwa batang nya semakin keras dan sensitif.
    Demikin juga dengan Iis, lubang nya semakin licin dan nikmat. Nampaknya keduanya akan segera mencapai puncak. Mereka berpacu semakin binal dan liar. Keduanya ingin menuntaskan permainan
    dengan kenikmatan yang setinggi-tingginya.
    Hingga akhirnya Iis mendekap keras tubuh Adi sambil melenguh kenikmatan dan bersamaan dengan itu Adi juga mengerang.
    “….!…..!….!”
    “Ahhhh….ahhh! ” desis Adi
    “Duh bapa, enak sekali” desis Iis hampir bersamaan.
    Tubuh keduanya meregang tapi berdekapan erat. Keringat bercucuran dan bersatu. Tuntas sudah pertempuran segi tiga di pagi itu.
    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Melayani Nafsu Bejat Ketiga Ipar Ku Sendiri

    Cerita Sex Melayani Nafsu Bejat Ketiga Ipar Ku Sendiri


    1070 views

    Perawanku – Cerita Sex Melayani Nafsu Bejat Ketiga Ipar Ku Sendiri, Sejak Bapak meninggal tujuh tahun lalu dan Ibu meninggal enam tahun yang lalu, aku tinggal bersama kakak sulungku, Mbak Mira. Rumah orang tuaku di Madiun terpaksa dijual. Uangnya kami bagi bertiga, Mbak Mira, Mbak Mona, dan aku, Mila.

    Rumah waris itu hanya laku Rp. 6,5 juta. Waktu itu aku masih duduk dibangku kelas tiga SMA. Masing-masing kebagian Rp. 2 juta, sisa Rp.500 ribu dimasukkan ke bank untuk memperbaiki makam kedua orang tua dan biaya keselamatan.

    Ketika menerima uang waris Rp. 2 juta, aku sengaja menyimpan Rp. 1 juta sebagai deposito ke sebuah bank, sedangkan sisanya kubelikan sebuah TV. Sebab aku ingin punya TV sendiri dikamar tidurku.

    Begitu lulus, aku pergi berduaan ke Sarangan bersama Anton, pacarku yang sekelas denganku. Ditempat rekreasi yang sejuk itulah aku memadu kasih dengan Anton. Entah bagaimana mulanya, setelah aku dicium dan diremas-remas payudaraku, aku seperti terhipnotis dan terbuai dengan segala rayuannya, sehingga aku menuruti saja ketika Anton mengajakku memasuki kamar hotel di Sarangan, aku tidak menolaknya.

    Bahkan ketika di dalam kamar tidur, Anton mulai kembali dengan cumbuannya dan remasan-remasan hangatnya yang benar-benar membuatku tak berdaya dan diam saja saat Anton mulai melepas satu demi satu seluruh pakaian yang menempel ditubuhku, aku hanya bisa merasakan desah nafasku yang semakin tidak beraturan dan seluruh tubuhku benar-benar di luar kendaliku.

    Saat tangan Anton semakin bergerak leluasa ke bagian-bagian sensitif tubuhku, aku semakin pasrah dan menikmati seluruh kecupan hangat,remasan-remasan yang luar biasa nikmatnya, hingga akhirnya seluruh pertahananku jebol setelah penis Anton dengan cepatnya masuk dan merenggut keperawananku dengan sekali hentakan saja.

    Namun semuanya tak kupikirkan terlalu lama karena aku benar-benar sangat menikmatinya saat penis Anton mulai bergerak maju-mundur, turun-naik, sehingga membuat liang vaginaku mengeluarkan cairan kenikmatan yang terasa hangat saat tubuhku terhempas ke ranjang karena puncak orgasme yang kurasakan saat itu. Lemas, mataku berat, dan akhirnya aku tertidur di dalam pelukan dada Anton kekasihku itu.

    Noktah merah yang seharusnya kupersembahkan buat suamiku, akhirnya keberikan lebih awal kepada Anton, pacarku sekaligus calon suamiku kelak. Aku ingat persis Anton kembali melakukan persetubuhan denganku hingga lebih dari tiga kali pada hari itu, aku benar-benar dibuat takluk dengan keperkasaan seksualnya.

    “Tak udah memikirkan keperawanan. Jaman sudah maju, manusia tidak membutuhkan keperawanan, melainkan kesetiaan”, kata Anton setelah berhasil mengambil keperawananku. Aku juga masih ingat persis ketika Anton memberiku uang Rp.10 ribu.

    “Ini untuk beli jamu”, katanya singkat. Hampir saja aku melempar uang itu ke wajahnya. Tetapi Anton keburu mencium pipiku, keningku dan tengkukku sehingga aku tidak bisa marah atas sikapnya tadi.

    Benar dugaanku. Setelah peristiwa itu Anton tidak muncul-muncul. Hampir dua minggu aku menunggu, tak kelihatan juga batang hidungnya. Akhirnya aku memaksakan untuk datang ke rumahnya di jalan Borobudur. Betapa terkejutnya aku, ketika ibunya bilang Anton sudah berangkat ke Jakarta, untuk mengadu nasib di sana. Niat hati ingin menyampaikan masalah ini kepada ibunya bahwa aku dan Anton telah berbuat hal layaknya suami istri. Tetapi mulutku tidak bisa bersuara. Aku hanya menahan nafas dan mengehembuskannya dalam-dalam.

    Saat paling membuatku berdebar-debar adalah saat aku tidak mengalami menstruasi. Aku kalut, Beberapa macam pil yang disebut orang-orang bisa untuk menggugurkan kandungan, kuminum. Tetapi, aku tetap terlambat datang bulan. Aku makin kalut. Apalagi aku harus hengkang dari rumah, karena rumah kami sudah laku dijual. Aku harus ke Surabaya, tidak ada jalan lain.

    Bulan kedua aku lewati dengan mengurung diri di kamar di ruman Mbak Mira, kakak sulungku. Di rumah ini tinggal juga suaminya, Mas Sancaka, dan anak tunggalnya Sarma, yang masih balita. Selain itu pula ada pula Mas Sudrajat, adik Mas Sancaka, yang hingga kini masih hidup membujang.

    Sebulan dirumah Mbak Mira, aku sudah tidak bisa menyembunyikan diri lagi. Ketika Mbak Mira tidur aku mengutarakan permasalahanku ini kepada Mas Sancaka, dan berharap dia bisa memeberikan jalan keluar terbaik bagi diriku.

    “Besok kamu ikut aku. Kita harus menggugurkan anak haram itu”, kata Mas Sancaka, “Dan Mbak Mira tidak perlu tahu musibah ini”, tambahnya. “Kamu masih punya uang simpanan?”, katanya.
    “Satu juta”, jawabku singkat.
    “Besok pagi kita ambil, kekurangan uangnya biar aku yang tanggung”, kata Mas Sancaka.

    Keesokan pagi harinya aku dibawa ke dokter yang ada dikawasan lokalisasi di Surabaya. Di tempat yang tidak terlalu luas itu, kandunganku digugurkan. “Biayanya Rp. 1,6 juta, itu belum termasuk biaya kamar, biaya perawatan, dan obat-obatan. Siapkan saja uang sekitar Rp. 2 juta”, kata dokter yang merawatku kepada Mas Sancaka.

    Aku memandangi Mas Sancaka untuk meminta reaksi atas ucapannya tadi malam. “Ya, Dok. Ini kami membawa uang Rp. 1 juta, nanti saya akan ambil uang di ATM untuk melengkapi seluruh biayanya”, kata Mas Sancaka kepada dokter yang akan menggugurkan kandunganku, sembari melirikku. Lega rasanya aku dibantu kakak iparku. Dibenakku aku punya harapan untuk kuliah kembali, agar jadi ‘orang’.

    Uang Rp. 1 juta kuserahkan, dan dalam waktu sepuluh menit aku sudah tidak sadarkan diri. Ketika aku bangun, aku telah berada di ruangan yang sama sekali tidak aku kenal. Ada seorang perawat disini. “Jangan banyak bergerak dahulu ya jeng”, kata perawat itu yang kira-kira berusia 40 tahun. dia kemudian menyeka keringatku dan meneyelimuti tubuhku dengan baju putih.

    Cerita Sex Melayani Nafsu Bejat Ketiga Ipar Ku Sendiri

    Cerita Sex Melayani Nafsu Bejat Ketiga Ipar Ku Sendiri

    Tak lama kemudian Mas Sancaka datang dan membawa buah-buahan untukku. Aku tersenyum kepadanya. Diapun membalas senyumku. Diusapnya rambutku, dan diciumnya keningku.

    “Sus, meski kami menggugurkan kandungannya, tetapi kami ingin tetap menikah. Kami hanya merasa belum siap saja. Saya ingin Mila menjadi istri kedua”, kata Mas Sancaka kepada perawat itu, tanpa meminta persetujuanku kalau aku pura-pura jadi WIL-nya.

    Sehari kemudian aku pulang. Tetapi aku tidak diijinkan untuk pulang ke rumah Mbak Mira oleh Mas Sancaka, Aku justru dibawanya kesebuah hotel. “Kenapa disini, Mas?” tanyaku.

    “Kamu masih kelihatan pucat. Jangan pulang dulu, kamu tidur disini sekitar 3 sampai 4 hari dulu, nanti baru pulang. Lagian Mas Sancaka sudah bilang ke Mbak Mira, bahwa kamu balik sementara ke Bandung untuk keperluan menjenguk saudara”, katanya. Aku mengikuti saja sarannya tersebut.

    Hari-hari pertama Mas Sancaka bersikap sopan kepadaku, Dia tampak mengasihiku. Tetapi, pada hari kedua, Mas Sancaka mulai berubah, setelah berbaringan di sebelah tubuhku, Mas Sancaka secara mengejutkan memintaku untuk memegang ‘senjatanya’.

    “Aku nggak kuat, Mila. Tolong kamu pegang-pegang penisku sampai ‘keluar’, agar kepalaku tidak pusing. Mbakyumu sedang mestruasi. Jadi aku tidak melakukan hubungan badan selama dua hari ini, biasanya kami melakukannya setiap hari”, begitu kata Mas Sancaka beralasan kepadaku.

    Ingin rasanya aku menolak, tetapi bagaimana lagi? Mas Sancaka telah begitu berbaik hati kepadaku. Kupikir tidak ada salahnya aku melakukannya sekali ini untuk membalas kebaikan-kebaikan Mas Sancaku kepadaku selama ini, khususnya saat-saat seperti ini. Dengan malu-malu aku melakukan apa yang dimintanya,

    Kulihat penis Mas Sancaka masih tertidur, panjangnya lumayanlah, aku mulai mengusap-usap batang penis Mas Sancaka secara lembut. Sedikit demi sedikit aku mulai melihat reaksinya, Penis Mas Sancaka sedikit demi sedikit mulai mengembang dan membesar, tanganku merasakan penisnya yang bergerak-gerak hingga akhirnya tidak bisa bergerak lagi, karena seluruh batang penisnya telah tegang dengan sangat kerasnya.

    Mas Sancaka kulihat memejamkan matanya menikmati permainan ini, aku semakin berani untuk memain-mainkan penisnya, kuusap, kugosok-gosok dengan jariku dan terakhir aku mulai mengocok-ngocok penis Mas Sancaka secara turun naik, kulihat tubuh Mas Sancaka kadang-kadang menggeliat merasakan kenikamatan ini, sampai akhirnya tiba-tiba tubuh Mas Sancaka tiba-tiba mengejang, penisnya terasa panas sekali, kulihat kepala penisnya kini berubah warnanya menjadi sangat merah sekali dan berdenyut-denyut.

    Tiba-tiba Mas Sancaka memejamkan matanya sangat erat, bibirnya seperti menggigit menahan sesuatu yang amat luar biasa, tidak lebih dalam hitungan dua detik, tiba-tiba aku melihat cairan kental menyemprot deras keluar dari batang penisnya Mas Sancaka, cairan spermanya muncrat banyak sekali seiring dengan itu tubuhnya berkelejat-kelejat sampai pada akhirnya spermanya habis,

    Tubuhnya jatuh lunglai dan kulihat wajah Mas Sancaka tersenyum puas. Perlahan-lahan aku membersihkan tubuh Mas Sancaka yang belepotan spermanya, kubersihkan dengan perlahan-lahan sambil memijat-mijat tubuh Mas Sancaka, hingga akhirnya Mas Sancaka tertidur di ranjangku.

    Di hari kedua aku benar-benar tidak mampu menolak permintaannya, saat aku sedang mandi tiba-tiba pintu kamar mandiku diketok oleh Mas Sancaka, ketika kubukakan, tiba-tiba Mas Sancaka menerkamku dengan buasnya. “Kalau kamu tidak melayaniku, maka kasus pengguguran ini akan kuberitahukan kepada Mbak Mira”, ancamnya.

    Maka, aku tidak mampu menolak keinginannya ini, Semalaman itu aku harus melayani Mas Sancaka ronde demi ronde. Sejak saat itu aku semakin tidak punya keberanian untuk menolak keinginan Mas Sancaka untuk mencicipi kehangatan tubuhku yang masih sintal, dan rapatnya liang vaginaku, karena aku memang belum pernah melahirkan.

    Perbuatannya ini tidak hanya dilakukan di hotel saja, tetapi sudah mulai berani dilakukan di rumah Mbak Mira, Hampir Setiap tengah malam menjelang pukul 3 pagi, Mas Sancaka selalu mengendap-endap menuju kamarku dan mengetuk kamar tidurku untuk meminta jatahnya, karena aku takut suatu waktu akan ketahuan akibat Mas Sancaka mengetuk pintuku maka aku setiap tidur tidak pernah mengunci kamar tidurku.

    Yang membuatku semakin tertekan adalah tiba-tiba pada suatu hari tubuhku serasa terindih sesuatu, ketika aku membuka mataku alangkah kagetnya aku, karena yang menindih tubuhku adalah Mas Sudrajat, adik Mas Sancaka, aku ingin berteriak, tetapi Mas Sudrajat menutup mulutku sambil mengancamku. “Awas, kamu tidak perlu berteriak, Jika tidak saya akan melaporkan perselingkuhan kamu dengan Mas Sancaka kepada Mbak Mira. Aku telah mengetahui kejadian ini sejak minggu lalu, lalu apa salahnya jika kamu melakukannya kepadaku juga”, ancamnya.

    Sejak saat itu aku menilai Mas Sudrajat sama bejatnya dengan Mas Sancaka. Hingga mulai saat itu hampir setiap hari aku melayani dua pria. Antara pukul 12 malam sampai denga pukul 1.30 pagi aku melayani Mas Sudrajat, dan Antara pukul 3 pagi sampai dengan pukup 4 pagi aku harus kembali bergumul dengan Mas Sancaka. Tubuhku benar-benar sebagai pelampiasan nafsu kedua saudara-saudara iparku.

    Bahkan menurutku Mas Sudrajat adalah orang paling bejat didunia ini, ia bahkan menceritakan perselingkuhan kami kepada Mas Suwono yang tinggal di jakarta. Ketika suatu saat Mas Suwono menginap di rumah Mbak Mira berkaitan dengan tugas kantornya. Dia tidak tidak sungkan-sungkan masuk kekamar tidurku malam hari bersama dengan Mas Sudrajat untuk kembali merasakan kehangatan tubuhku.

    malah pernah suatu kali ketiganya tiba-tiba berkumpul di kamarku dan benar-benar menguras seluruh tenagaku, hingga aku pernah pingsan menahan kenikmatan yang datang bertubi-tubi tanpa hentinya dari ketiga saudara iparku yang menggilir aku secara bergantian. Hingga akhirnya puncak dari seluruh kenikmatan tersebut adalah kelelahan yang luar biasa, aku knock out alias KO!

    Lebih celaka lagi ketika suatu saat Mbak Mira pada siang hari datang ke kamarku dan menemukan celana dalam suaminya ada di kamarku. Aku sangat yakin Mbak Mira mengetahui kalu suaminya sering masuk ke kamarku. Mbak Mira hanya diam saja. Dia hanya melemparkan celana dalam suaminya itu kewajahku.

    Dan, sejak itulah Mbak Mira jarang mengajakku bicara. Ketika kuceritakan kejadian ini kepada Mas Sancaka, Diluar dugaan di berkata, “Mila, Mbak Mira sudah tidak kuat lagi melayani nafsuku, pernah kusampaikan aku punya pacar seorang janda muda, dia diam-diam saja”, kata Mas Sancaka.

    Aku tercenung. Napasku terasa berhenti di tenggorokan. Kasihan Mbak Mira. Tetapi siapa yang menaruh rasa belas kasihan kepadaku? Aku telah melayani nafsu biadab ketiga saudara iparku. Ingin rasanya aku lari minggat dari rumah Mbak Mira, Tetapi kemana aku harus menetap? aku tidak ingin menjadi seorang Wanita Tuna Susila, dan aku sudah tidak memiliki uang pula untuk menyambung hidup jika aku minggat.

    Sampai akhirnya sedikit demi sedikit keberanianku benar-benar hilang sama-sekali, dan hingga sampai ini aku masih harus tetap melayani nafsu binatang ketiga lelaki iparku.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Melayani Teman Demi Uang

    Cerita Sex Melayani Teman Demi Uang


    992 views

    Perawanku – Cerita Sex Melayani Teman Demi Uang, Sakitku bukan fisik semata, tapi hatiku juga hancur lebur saat suami memaksaku melayani teman-temannya sebagai pelunas hutang-hutang judinya. Dion adalah suami yang menikahiku karena perjodohan. Orangtua dion adalah sahabat orang tuaku.

    Pernikahan itu sendiri memang berlangsung mewah untuk seukuran desaku. Orangtua dion adalah petani tembakau. dion anak kedua dari tiga bersaudara. dion bersekolah di kota Semarang sejak kecil hingga lulus SMU. Ratih namaku, Sejak kecil hingga tamat SMU aku bermukim di Salatiga.

    Orangtuaku nyaris tak pernah mengajakku bepergian, bahkan kota Semarang dan Yogyakarta kuketahui lewat wisata sekolah. di desa, aku digunjingkan sebagai perawan tua karena hingga usia 27 tahun aku belum juga mendapat jodoh.

    “Ratih, umurmu sudah tua, kok belum dapat jodoh juga. Kamu akan bapak jodohkan sama anak teman Bapak ya,” kata Bapakku suatu kali. “Inggih Pak, kulo nderek mawon,” jawabku menyetujui usulan Bapak.

    Dua bulan kemudian undangan pernikahanku sudah beredar, namun tak sekalipun aku bertemu dion, paling hanya lewat foto yang dibawa oleh Bapakku. “Dion belum bisa cuti kerja, nanti saja cutinya diambil sekalian hari pernikahan,” alasan Bapakku saat kutanya kenapa dion tak bertandang ke rumah kami. Kan aku ingin berkenalan dengan calon suamiku.

    Pernikahan kami berjalan lancar, tetamu banyak berdatangan membawa kado bermacam-macam, hampir sebagian besar alat rumah tangga. Kami juga menanggap wayang kulit, pertunjukan kesenian Jawa Tengah yang didalangi oleh Ki Bondo ahli pewayangan di desa kami. Pokoknya pernikahan kami meriah dan berkelas untuk ukuran desa kami.

    Malam usai pernikahan, dion tak menyentuhku. “Aku lelah, ngantuk. Aku meh turu,” tegasnya langsung tertidur. Aku hanya diam dan malu karena harus berbagi ranjang dengan pria yang baru kukenal tadi pagi saat akad nikah. Dalam diam kupandangi wajah dion, berwajah persegi empat, dengan rahang tegas, rambut sedikit berombak. Dengkuran kecil mengiringi tidur lelapnya.

    Hanya tiga hari dion di rumah, kemudian diajaknya aku ke kota Semarang menuju kediamannya. dion kontrak disebuah rumah kecil tanpa halaman dan mempunyai satu kamar tidur, satu ruang tamu, dapur sekaligus ruang makan dan satu kamar mandi. Cukuplah rumah itu bagi kami berdua. Sejak menikah praktis aku di rumah saja, dion berangkat kerja pagi dan pulang pukul tujuh malam. dion mengaku bekerja di perusahaan garmen, entah bagian apa.

    Baru dua bulan pernikahan, dion di PHK karena order garmen perusahaannya tempat bekerja mengalami kesulitan. Banyak pesanan yang datang dari Amerika dibatalkan, alasannya Amerika sedang dilanda krisis keuangan. Hal tersebut berdampak pada perusahaan tempat dion bekerja. dion bersikukuh tak mau pulang ke Desa.

    “Kita harus ke Jakarta, mengadu nasib di sana. Kita akan tinggal di rumah teman-teman saya. Pokoknya kamu diam dan ikut saya,” tegas dion meyakinkanku. Yang namanya istri ya nurut suami, apalagi aku tak bekerja, jadi tak ada alasan untuk menolaknya.

    di Jakarta kami tinggal di bilangan Tanjung Priok, menumpang di sebuah rumah kontrakan milik Eko, teman dion. di rumah tersebut hanya dion yang membawa istri, yang lain lajang. Yang tadinya dion perhatian dan terlihat mencintaiku kini mulai berubah. Apalagi sejak tiap malam dion bermain kartu dengan teman-temannya. Jika kuingatkan untuk tak berlama-lama bermain kartu, dion malah marah.

    “Tih, seharian aku berjalan kaki putar-putar cari lowongan kerja, tak satupun diterima. Aku hanya menghilangkan lelah dengan bermain kartu,” urainya. Aku terdiam dan rebahan di kamar menunggu dion.

    Hingga suatu hari dion mendadak masuk kamar dan mendekapku erat sambil berbisik “sayang, tolonglah suamimu ini. Aku kalah main kartu. Aku berusaha untuk mengalahkan Eko namun makin hari kekalahanku makin besar hingga lima juta. Jika tak kubayar kita akan diusirnya dari rumah ini, tolonglah aku Tih….”

    “Bagaimana bisa mas? Uang kita hanya tinggal tiga setengah juta, dan k upayakan untuk makan seirit mungkin agar mencukupi kebutuhan makan kita, Mas dion kan belum dapat kerja. Bagaimana mungkin kita membayarnya, dengan apa mas?” mulai terisak sekaligus kebingungan menerpaku.

    Ratih sayangku, kali ini mas benar-benar meminta tolong padamu, biarkan Eko tidur denganmu malam ini hingga besok pagi. Utang tersebut akan lunas,” papar dion. Aku tak mampu berkata-kata. Aku menangis lirih, tapi hanya inilah yang dapat membantu suamiku dari masalahnya. Aku mengangguk pelan menyetujui permintaannya.

    Malam itu, Eko masuk kamar, dan berdiam diri di sebelahku. “Bukan seperti ini Tih, bukan permintaanku Tih, tapi suamimu yang mengusulkan sebagai pelunas hutangnya. Aku tak bisa membiarkanmu terlibat dalam hutang suamimu, Ratih,” parau suara Eko.

    “Aku menyetujuinya kok Mas Eko, tapi besok pagi seluruh hutang mas dion lunas ya,” bisikku tak kalah parau. Entah siapa yang memulai, kami berpagutan dan saling menindih, berguling tanpa suara. Jujur saja, malam itu aku mendapat kenikmatan luar biasa yang diberikan oleh Mas Eko.

    Dengan tangannya, dengan lidahnya, Mas Eko memuaskanku. Subuh aku terbangun dan memintanya lagi dan Mas Eko memberiku kepuasan tak berkesudahan.

    “Mas dion, aku tak mau membahasnya. Aku sudah berkorban melunasi hutangmu, jangan bertanya-tanya lagi tentang tadi malam,” hardikku kesal kepada Mas dion saat dia menanyakan perihal yang kukerjakan tadi malam bersama Mas Eko.

    Ternyata, pembayaran hutang tersebut tak berhenti hingga disitu. Kawan-kawan Mas dion yang lain membujuk suamiku agar aku melayani hasratnya dengan bayaran satu juta semalam. Mas dion setuju karena hingga berbulan ini dia belum mendapat pekerjaan. Kami terjepit masalah ekonomi namun dengan cara ini kesulitan keuangan kami dapat teratasi sementara.

    Maka hampir setiap malam aku melayani teman-teman Mas dion yang kos di rumah kontrakan Mas Eko, aku menikmati belaian setiap pria tersebut. Aku menikmati cumbuan panas itu. Aku belajar bercinta dengan selusin pria. Dan tiap malam pria-pria tersebut meniduriku minimal dua kali. Aku mendapatkan uang yang cukup hingga mampu untuk pergi mencari kontrakan rumah sendiri.

    Setelah aku pindah rumah, aku tak lagi melayani jasa seksual pria hidung belang. Aku menjadi istri setia kembali, toh Mas dion sudah bekerja sekarang walaupun hanya sekedar supir pribadi seorang pengusaha China. Tapi gaji, bonus dan tunjangan kesehatannya cukup untuk menghidupi kami.

    Aku dan Mas dion tak sekalipun pernah membahas kejadian tersebut hingga kini. Kami melupakannya begitu saja.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Melepas Gelar Perawannya

    Cerita Sex Melepas Gelar Perawannya


    931 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Melepas Gelar PerawannyaCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Panggil saja namaku Didik aku ingin berbagi kepada pembaca cerita sex semua, regangkan dulu celana kalian khusus cowok mungkin cerita ini terlalu hot langsung saja deh,

    Aku sempat puya pacar saat SMU dan dia satu sekolah denganku sebut saja Yuni dia anaknya pintar, mudah bergaul, cantik dan mempunyai body yang yahud mulusnya gak ketulungan dengan ukuran bra 36 B, aku berpacaran dengan dia selama kurang lebih 5 bulan.

    Aku suka bertukar pikiran dengan pacarku tentang berbagai macam hal termasuk hal yang berbau seksual. Karena pengetahuan sex ku luas jadi aku bisa menjelaskan bermacam2 istilah, Posisi, serta tempat2 dimana kegiatan bejad itu enak untuk dilakukan karena aku sering melihat film bokep n membaca buku2 tentang sex.

    Suatu hari pacarku aku ajak ke rumahku. Kebetulan waktu itu sekolah baru saja selesai mengadakan ujian akhir.

    Aku bertanya “Yuni kamu tidak ke rumah ku sekedar mengobrol”.

    Yuni menjawab “aku mau2 saja kalau di rumah kamu tidak ada orang”.

    Aku langsung curiga ketika Yuni berkata seperti itu. Kebetulan rumahku siang ini lagi tidak ada orang karena smua keluargaku sedang ada undangan ke perkawinan saudara di sukabumi.

    Jadi di rumahku hanya ada pembantuku saja. Lalu aku membalas “Ya sudah kita berangkat sekarang yah ke rumahku”.

    Sesampainya di rumahku aku langsung mengajak dia ke kamarku yang terletak di lantai atas. Aku menyalakan komputerku dulu untuk mendengarkan lagu dari winamp. Sedang pacarku ke kamar mandi untuk ganti baju dan buang air.

    Ketika dia keluar dari kamar mandi aku takjub melihat pakaian yang dikenakan oleh Yuni pacarku itu. Dengan tank top berwarna gelap dipadu dengan jaket tipis dan celana jeans.

    Aku bertanya kepada Yuni “kok kamu tumben pake baju yg sedikit kebuka ?”. Dia hanya tersenyum manis dan duduk di pahaku. Aku langsung terangsang ketika Yuni duduk dipangkuanku dengan pakain yang seperti itu dan wangi tubuhnya menggelitik bulu hidungku.

    Aku berbasa basi “jaket kamu dilepas aja kan cuma aku yang bisa ngeliat kamu”. Dibukalah jaket itu dan mulai terlihat tubuh sintal berwarna kecoklatan itu.

    Langsung saja aku cium leher belakangnya. Lalu aku tiup dan jilat telinganya seperti menjilat ice cream. Aku rasa dia juga terangsang dengan perbuatanku itu. Dia berbalik badan kearahku sehingga wajahku bertemu dengan wajahnya.

    Dia berkata “ih geli tau digituin”. Aku hanya tersenyum saja. Aku lalu mencium bibirnya yang merah dan tipis. Ternyata dia membalas ciumanku. Lalu aku bersilat lidah dengannya. Ternyata walau dia baru pertama kali berciuman tapi sudah mahir mengikuti irama permainan bibirku.

    Mungkin karena sering aku jelaskan panjang lebar tentang hal itu. hehe… Selama kurang lebih 7 menit itu aku melakukan french kiss dengan dia diatas bangku. Dia tampaknya kurang puas hanya dengan french kiss.

    Lalu dia bertanya menantangku sambil digesek gesekannya pantatnya tepat diatas kontolku “katanya kamu mahir dalam seks coba kamu buat aku terkesan dengan permainanmu ?” Kontol ku langsung mengeras dan menegang seketika.

    Aku ajak saja dia ke kasur. Dengan posisi tiduran saling berhadapan kami melakukan french kiss lg tp kali ini disertai dengan tangan2ku yang bergerilya mulai dari tubuh bagian atasnya. Terdengar bunyi air liur dan kecupan kedua bibir kami.

    Perlahan aku turunkan tali tanktop itu agar terlihat payudaranya. Tapi dia menghentikan permainan sebentar lalu bertanya sambil bercanda

    “eits mau liat toketku ?” Aku mengiyakan pertanyaan Yuni. Terbukalah bagian atas tubuh Yuni dengan payudara yang masih padat dan molek. Sambil melalukan french kiss aku memainkan payudara nya dengan meremas2 dan memencet puting susu payudara pacarku dengan kedua tanganku.

    Dia tampak sedikit sakit tapi enak dengan perbuatanku itu. Lalu aku menjilati payudara dan menggigit puting susunya.

    Lagi2 dia tampak enjoy tanpa berbuat apa2 selain mendesah nikmat “ahh enak nton, terusin aja yah”. Karena dia tampak mulai hot tanganku mulai menggeranyangi bagian bawah tubuhnya sembari menjialati payudaranya.

    Karena Yuni menggunakan celana jeans aku susah memasukkan jari2ku ke dalam liang vaginanya. Permainan berhenti sejenak.

    Aku bertanya “Kamu yakin ngga mau melepas gelar perawanmu padaku ? Kalo mau kita berdua bugil ?” Dia mengangguk pertanda dia mau.

    Akhirnya kami berdua melepaskan pakaian kami dan kami saling memandang mengagumi tubuh kami masing2. Yuni dengan tubuhnya yang aduhai dan aku yang tubuhnya sedikit gemuk dan putih. Kami kembali ke kasur untuk melanjutkan pertempuran.

    Kami melakukan kissing lg sembari tanganku bermain di liang vagina dan payudaranya. Aku masukkan kedua jari tangan kananku ke liang vaginanya dan cairan hangat terasa di dlm vaginanya. Aku mengocok sembari memborbardir vagina Yuni dengan kedua jariku itu.

    Dia terasa lebih hot kali ini walau hanya mendesah tidak bersuara. Tapi skarang Yuni sudah berani memegang kontolku walau tak begitu besar. Lalu aku berkata

    “ehh say kita ganti posisi aja yu jd posisi 69 ?” Yuni mengangguk lg.

    Kami akhirnya bertukar posisi dan wah terlihat jelas vagina Yuni yang msh sempit dan wangi ditutupi bulu2 jembinya yg lebat. Aku menjilati sambil memainkan jariku di vaginanya sedangkan Yuni berkaraoke dibawah.

    Aku gigit sesekali bibir vaginanya dan Yuni pun membalas dengan menggigit batangku.

    “aww sakit nton tp enak de…. ahh…nton terusin…. ahhh !!!” Tiba2 cairan hangat dari vagina Yuni keluar karena reflek aku telan cairan itu saking enaknya di karaoke. Kontolku juga menjadi santapan yg lezat bagi Yuni. Yuni mengulum dan mengocok kontolku seperti seorang ahli sex. Mantab rasanya.

    Selama 30 menit kami melakukan posisi 69 Yuni berucap “nton aku pengen nyoba dimasukkin dong.” aku bersemangat skali Yuni berkata seperti itu. Aku langsung mengangkat Yuni keatas tubuhku dan menempatkan vaginanya tepat diatas kontolku.

    Walau agak licin tapi kontolku langsung masuk di lubang vaginanya. Yuni menjerit kesakitan “ouch perih nton… kamu apain nie ?” aku menjawab “tenang kan baru pertama kali jadi agak susah masuknya.” Yuni hanya mendesah lg sedang aku menambah kecepatanku naik turun sembari meremas2 payudaranya.

    “uuh ahh ouch ihh sakit sakit… enak…. uuh…” Yuni sudah tampak lemas. Aku ubah posisiku dengan posisi tubuh Yuni menungging dan aku berada diatasnya. Lagi2 aku mengatur kecepatanku agar stabil. Yuni hanya menjerit dan nikmat.

    Lalu aku bertanya “kamu udah mau orgasme blum ?” Yuni menjawab “aku bentar lg nih kayaknya mau keluar.” Aku langsung mengantisipasi hal itu. Aku ajak dia duduk saling berhadapan masih dengan kontolku yang berada didalam vagina.

    Dengan begini kan pasti lebih enak jelasku. Karena dia sudah mau keluar aku percepat saja gerakanku. Sambil ciuman dan tanganku yg meremas payudaranya aku terus mempercepat gerakanku. “ahh nton… oh yeah… terus nton…”, kata Yuni.

    Lalu aku merasakan vagina Yuni seperti menyempit dan ada cairan hangat yg menyentuh kontolku. “aduh aku keluar juga deh nton akhirnya”, kata Yuni. Aku hanya mengiyakan dan melanjutkan permainan panas kami.

    Setelah beberapa lama kami bermain posisi itu kami ganti posisi lagi. Kali ini dengan tubuh Yuni yang terbaring dibawah karena lemas dan aku berada diatas. Kaki aku menekuk dan kaki Yuni di pundakku sehingga lubang vagina Yuni terbuka.

    Aku coblos lg vagina Yuni “ahhhhhh uuuuuuhhhhhh enaaaaaaakkk yeaaaaah…..”Aku tarik ulur kontolku pelan2 karena aku melihat muka Yuni yang sudah terkulai lemas tak berdaya. Aku kasihan sama Yuni karena ini adalah pengalaman pertamanya.

    Jadi kupikir akan kuhentikan saja permainanku ini. Kan masih ada hari esok pikirku. Karena aku belum keluar aku menyuruh Yuni mengulum dan mengocok kontolku.

    Beberapa menit kemudian cairan spermaku akhirnya keluar di dalam mulut Yuni. “mantab kau mel…”, pujiku. Kami berdua akhirnya tertidur lelap selepas melakukan perbuatan bejad itu dengan tubuh kami berdua yang masih telanjang.

    Tak terasa hari sudah menjelang maghrib, kami terbangun dengan tubuh yang telanjang dan mandi berdua. Setelah itu aku antar dia pulang ke rumahnya tepat sebelum keluargaku datang.

    Memang permainan itu merupakan pengalaman pertama bagi dia tapi tidak bagi aku. Setelah kejadian itu kami sering melakukannya di rumahnya atau di mobil dalam waktu perjalanan. Tetapi permainan Yuni skarang sudah mengalami kemajuan.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Melepas Keperawanan Ku

    Cerita Sex Melepas Keperawanan Ku


    1169 views

    Perawanku – Cerita Sex Melepas Keperawanan Ku, Pengalaman pribadiku sekaligus pengalam pertama saat berpacaran dengan pacar pertamaku, aku dan pacarku sama sama kehilangan perawan dan perjakanya, kejadiannya begini saat itu tepatnya hari rabu aku tidak ada kuliah sehingga bebas mau main kemana saja dari pagi sampai malam, pagi itu aku sudah mandi sambil mikir rencana mau kemana hari ini.

    Pacarku Eri sms denganku katanya aku disuruh maen kesana ya udah sehabis makan dan ganti baju aku langsung menstater motorku menuju ke rumah pacarku, selang satu jam dalam perjalanan aku sudah sampai di rumahnya kabetulan juga dia juga libur.

    Kutunggu agak lama setelah memencet bel rumahnya, Eri membukakan pintu depan rumahnya, “lho kok sepi, pada kemana ? tanyaku sambil masuk ke rumahnya, “oh Mama lagi ke Pasar Baru, si adik sudah berangkat pagi ke sekolah, ada PR” katanya.

    “Duduk dulu ya, aku mau pake baju dulu nih, soalnya habis mandi buru-buru ada bel bunyi dan aku yakin pasti kamu yang datang, jadinya cuman sempet pake handuk sama kaos aja”.
    “Pasti belum pake baju dalam ya ? tebakku sambil senyum.

    “Ih dasar cowok, pikirannya yang ngeres-ngeres aja, ” tapi suka kan …hi hi hi. Sambil berjalan ke kamarnya, aku lihat pinggul dan pantat pacarku ini benar-benar aduhai, betisnya putih apalagi pahanya pasti lebih ok dan yang paling memabukkan adalah buah dadanya yang ranum dan montok, kaos ketatnya membungkus payudara indah tanpa bh itu dengan sempurna, memperlhatkan lekukan dada wanita yang sempurna.

    Kebayang waktu kenalan dulu, wih tangannya putih sekali dan mulusnya ampun, banyak cowok yang suka sama dia, tapi namanya cinta nggak bisa diboongin. “Sorry ya agak lama, nih kopi kesukaanmu mas “, aku agak kaget juga “eh makasih ya” kataku sambil kaget dan agak konak lihat pakaiannya,

    Eri cuma make celana pendek tipis batik yogya dan kaos tipis ketat coklat muda tanpa lengan dengan belahan kaos rendah yang memperlihatkan belahan dadanya yang putih dan montok.
    “Aku minum ya, wah masih panas sekali’ kataku sambil megangin mulutku yang kepanasan,
    Eri ketawa ” makanya kira-kira ya kalau mau minum tiup dulu donk, mas”.
    “Wah lihat nih, lidahku sampai merah gini, mesti diobatin nih kalau nggak bisa dioperasi “kataku.

    “Aduh kacian, sini ibu guru lihat dulu” kata Eri sambil duduk disampingku dan memegang mulutku, aku diam dan memperlihatan lidahku yang kepanasan, sementara kuhirup wangi tubuhnya yang habis mandi, hmm. Kudekatkan dudukku pada tubuh Eri, sambil tangannya melihat-lihat lidahku,

    Tanganku memeluk pinggulnya dari samping sambil kulirik belahan dadanya yang putih, montok menantang dan menggairahkan itu. Sambil kupeluk tubuhnya, kurasakan kehangatan tubuh dan payudaranya yang montok membuat kontolku bangkit dan mulai membesar dengan cepat,

    Hingga menyesakkan celana yang kupakai, “idih, kok sampai merah gini” kata Eri, tiba-tiba mulutku dilumat olehnya dan tanpa menunggu lagi sambil tetap kupeluk tubuhnya akaupun gantian memgulum, melumat dan mencium bibir seksinya dengan penuh gairah,
    Satu hal yang kusuka dari pacarku, meskipun dia orangnya pendiam kalau urusan lumat melumat dia jadi sangat ahli sekali, dan lumatan bibir seksinya sungguh sangat menggairahkan. Tiba-tiba Eri mengangkat pantatnya dan duduk diatas pangkuanku,
    Bongkahan pantatnya terasa sangat hangat kenyal dan menekan kontolku yang sudah mengeras, “Ih adikku sudah berdiri, katanya sambil menggoyangkan pantatnya diatas kontolku”.

    Kujilati putting susunya dan ternyata titik inipun sangat mempengaruhi gairahnya, terlihat kedua tangannya dilepas dari pelukannya dan tangannya memegang dan menarik rambut panjangnya kebelakang sambil mulutnya mendesis seperti orang kepedasan.
    Tiba-tiba tubuhnya menggelinjang kuat sekali dan memeluktubuhku erat sekali sambil digoyang-goyangkan pantatnya diatas kontol tegakku dan akupun terasa dikeliilingi daging nikmat, dari sepasang dadanya yang montok dan ranum serta dibawah bongkahan pantatnya yang nggak kalah montok dan padat.

    Sejenak dia terdiam sambil tetap memelukku dan dia menggelendot manja diatas pangkuanku, “Mas, kita kemarku yuk, takut di ruang tamu ada yang masuk, lagian disana kan lebih leluasa, tapi aku minta digendong ya ..? pintanya manja.

    Sambil tangannya memelukku, akupun menggendong tubuhnya yang ramping dan montok itu ke kamarnya yang lumayan jauh dari ruang tamu. Setelah menaruh Eri diatas kasur, kuhampiri tape disamping tempat tidurnya dan kusetel lagu Forever In Love-nya Kenny G yang sampai saat ini menjadi lagu kenangan kami berdua.
    Dalam ketegangan kontolku dan nafsu yang sudah naik, kuhampiri Eri, Kucium lembut bibirnya dan seluruh wajahnya mulai dari keningnya, jidat, matanya yang terpejam, hidung dan akhirnya kukecup dan akhirnya kulumat bibir seksinya, tanganku tak tinggal diam mulai dari kaos dan BH-nya kubuka perlahan dan celana dalam hitam kecilnya yang menutupi lembah dan jembut halusnya,

    Sambil terpejam Tangan Eri meraih kancing dan resluting celanaku dan didapatinya kontolku yang sudah tegak berdiri, kubantu melepas baju yang kukenakan sehingga kita berdua telanjang bulat dan hanya celana dalam Eri yang masih dipakainya. Tiba-tiba tubuhku didorongnya, “berdiri dulu sayang, katanya,
    Akupun turun dari tempat tidur dan Eri pun duduk ditepi tempat tidur dan sambil membelai kontolku yang sudah sangat tegang, ” Aku belum pernah lihat titit lelaki dewasa, tetapi punyamu besar sekali mas, sampai-sampai tanganku rasanya mantap sekali memegangnya, boleh aku belai sayang,

    “Tentu, belai ciumi dan manjakan kontol besar ini sayang, kataku. Kontolku sebenarnya nggak terlalu besar ya kira-kira pernah kuukur pakai penggaris panjangnya 15 cm dan bonggolnya sebesar pepsodent ukuran jumbo, yah perfectable size-lah menurut ukuran pacarku.

    Sejak pertama kali mengenal oral sex hingga hari ini, Eri menunjukkan antusias yang sangat tinggi dengan kontolku, matanya sempat terbelalak saat pertama melihat dan memegang kontolku yang sudah ereksi.

    Apalagi saat pertama kali melakukan “karaoke”, istilahku jika ingin di-oral-sex sama pacarku, cara memperlakukan kontolku benar-benar istimewa, saat kutanya emangnya sudah pernah karaoke ya, pacarku marah besar, bagaimana mungkin jawabnya, ciuman bibir aja baru dengan kamu , dan akupun teringat first kiss buatku dan buat dia benar-benar berkesan,
    Habis sama-sama baru sekali itu sih. Sambil duduk dipingggir kasur kubuka pahaku sehingga kontolku yang sudah ereksi terlihat menantang seperti tugu monas, Eri jongkok dibawah sambil membelai perlahan kontolku, jari jemarinya menari-nari sepanjang kontolku mengikuti urat-uratnya yang menonjol sambil sesekali meremas dengan gemas,

    Kulihat payudara Eri sangat menantang dan sesekali kuremas juga susunya. Dari pangkal kontolku, dekat anus, tiba-tiba Eri menjulurkan lidahnya dan menjilat-jilat bonggol kontolku, jilatan itu kemudian berpindah keatas mengikuti batang kontolku,

    Hingga akhirnya kepala kontolku dijilat dan disedot perlahan-lahan. Kurasakan aliran darah mengalir keras disepanjang urat kontolku, dan ketegangannya mungkin sudah mencapai 100%, kepalanya membesar seperti helm tentara,

    Warnanya kemerah-merahan dan berdenyut-denyut nikmat sekali. Sampai akhirnya batang kontolku mulai dilumat dan dimasukkan ke dalam mulutnya, perlahan-lahan hingga kurasakan menyentuh ujung tenggorokannya, sementara masih tersisa sekitar 5 cm.
    “Masukkan semuanya dong, pintaku, “Gimana mau masuk lagi, kontolmu terlalu panjang buat mulutku, katanya sambil melepaskan kulumannya. Akhirnya keluar masuk kontolku dimulutnya, wah rasanya nikmat sekali, mungkin seperti ini rasanya bersenggama, pikirku,
    Kami memang selama ini belum pernah melakukan persetubuhan hingga memasukkan kontolku ke dalam vaginanya, yah hanya sekedar berbugil sambil menjilat dan mengulum alat kelamin dan orgasme tanpa melakukan senggama.

    Suasana pagi yang sejuk, karena jendela kamar yang terbuka ditambah alunan instrumen Kenny.G membuat kami sama-sama terbuai dan lupa dengan segala sesuatunya. Sambil kujamah payudaranya, Eri kutarik dan kurebahkan di atas tempat tidur, wajahnya benar-benar merangsang, matanya berbinar,
    Bibirnya memerah dan payudara sangat kencang dan memadat dengan putting susu yang mengeras. Seperti diawal aku mulai menciumi wajah dan bibirnya kemudian aku turun kebawah, kuciumi dan kujilati mulai dari jari-jemarinya yang putih mulus hingga ke betis indahnya,

    Sambil kubelai dan kusentuh paha mulusnya, tanpa terasa aku menyentuh CD hitamnya dan perlahan kuturunkan dan kulepaskan, Eri diam dan hanya mendesah-desah menahan kenikmatan itu. Sampai di pahanya kubelai dan kuciumi paha mulusnya seinchi demi seinchi kelihatan sekali dia begitu terangsang,

    Sebelum sampai ke pangkal pahanya, aku naik dan mulai menjilati dadanya. Payudara yang putih dan mulus itu kuremas sambil mulai kujilati melingkar hingga sampai ke putingnya kujilati dan kusedot penuh nafsu, Kulihat pinggul dan pantat Eri bergerak dan menggelinjang tak karuan menahan kenikmatan jilatan, sedotan dan remasanku.

    Kujilati kebawah lagi dan sampai ke perut Eri yang sangat mulus dan akhirnya hingga ke bukit indah yang ditumbuhi rumput hitam yang halus dan sangat kontras dengan kemulusan tubuhnya. Kusibakkan bulu-bulu halus yang menutupi vagina pacarku, terlihat bibir vaginanya masih tertutup rapat,namun terlihat disitu ada cairan disekelilingnya, ternyata dia sudah mulai basah.

    Kubuka sedikit dan terlihat kelentitnya berwarna merah jambu, kecil, menonjol dan kelihatan membasah, kuraba perlahan, Eri melenguh keras dan menggoyangkan dan mengangkat pantatnya, Kuraba perlahan dengan jari telunjukku dan akhirnya mulai kujilati dengan ujung lidahku, kembali terdengar erangan dan lenguhannya merasakan nikmat yang luar biasa.
    “Mas, tolong aku sayang, masukkan kontol besarmu ke vaginaku, aku sudah tak tahan lagi menahan kenikmatan ini, pintanya sambil setengah menangis.

    “jangan sayang, kita belum boleh melakukan ini, toh nanti kita juga akan menikah, kataku masih sadar, meskipun aku jiga sudah tidak kuat lagi menahan nafsuku.
    “Biarlah mas, aku rela mmberikan perawanku untukmu sayang, aku sangat mencintaimu dan aku takut kehilangan dirimu, kata Eri, sambil mulai menarik kontolku ke arah vaginanya yang membasah. Kontolku yang sudah agak menurun, mulai bangkit lagi begitu menyentuh bibir vagina Eri, sangat tegang dan begitu membesar.

    Dengan masih deg degan akhirnya sedikit demi sedikit kumasukkan batang kontolku ke dalam vaginanya, saat kucoba menyelipkan kepala kontolku ke mulut vaginanya rasanya peret dan sulit sekali, kulihat Eri sedikit meringis dan membuka mulutnya dan sedikit menjerit, “aaah” ,
    Namun akhirnya kepala kontolku sudah mulai masuk dan mulai kurasakan kehangat vaginya, perlahan kumasukkan seinchi demi seinchi, pada centimeter ke 3 menuju ke 4, Eri tiba-tiba berteriak dan menjerit,

    “Aduh mas sakit sekali, katanya, seperti ada yang menusuk dan nyerinya sampai ke perut”, katanya. “Aku cabut aja ya ?” ” Jangan, biarkan dulu kutahan rasa sakit ini, aku yang sudah merasa kenikmatan yang luar biasa dan sedikit demi sedikit mulai kumasukkan lagi batang kontolku.

    Kulihat Eri meneteskan air mata, namun tiba-tiba dia menggoyangkan pantatnya dan tentunya akhirnya kontolku hampir seluruhnya masuk, kenikmatan yang belum pernah kurasakan, kontolku serasa digigit bibir yang kenyal, hangat, agak lembab dan nikmat sekali.
    Akhirnya kamipun mulai menikmati hubungan badan ini, ” mas rasa sakitnya sudah agak berkurang, sekarang keluar masukkan kontolmu mas, rasanya nikmat sekali. Perlahan aku mulai mengayun batang kontolku keluar masuk ke vagina Eri,
    Kulihat tangannya diangkat dan memegang erat-erat kepalanya dan akhirnya menarik sprei tempat tidurnya, sementara pahanya dia kangkangin lebar-lebar dan mencari-cari pinggulku, hingga akhirnya kakinya melingkar di pantatku dan seolah meminta kontolku untuk dimasukkan dalam-dalam ke vaginanya.

    Beberapa kali ayunan, akhirnya aku agak yakin dia sudah tidak begitu merasakan sakit di vaginanya, dan kupercepat ayuhan kontolku di vaginanya. Eri berteriak-teriak dan tiba merapatkan jepitan kakinya di pantatku,
    Kepala menggeleng-geleng dan tangannya menarik kuat-kuat sprei tempat tidurnya, mungkin dia mau orgasme, pikirku. Tiba-tiba tangannya memelukku erat-erat dan kakinya makin merapatkan jepitannya di pantatku,
    Kurasakan payudara besarnya tergencet dadaku, rasanya hangat dan kenyal sekali, aku diam sejenak dan kubenamkan kontolku seluruhnya di dalam vaginanya. ” Oh, mmmas aku keluar…. Ahhhhhhhhhhhhh ….ahhhhhhhhhhhhh…. ahhhhhhhhhhh,
    Aku merasakan nikmat yang amat sangat, kontolku berdenyut-denyut, rasanya aliran darah mengalir kencang di kontolku, dan aku yakin kontolku sangat tegang sekali dan begitu membesar di dalam vagina Eri, sepertimya aku juga akan mengeluarkan air kejantananku.

    Kubuka sedikit jepitan kaki Eri dipantatku, sambil kubuka lebar-lebar paha Eri, kulihat ada cairan kental berwarna kemerah-merahan dari vagina Eri, kontolku rasanya licin sekali dialiri cairan itu, dan akhirnya dengan cepat aku kayuh kontolku keluar masuk dari vagina Eri, nikmat sekali rasanya.

    Ada mungkin delapan sampai sembilan kayuhan kontolku di vagina Eri, tiba-tiba kurasakan ada sesuatu yang akan meledak dari dalam kontolku dan akhirnya …. Crooot …croooot ….crooot …crooot. Kontolku yang sudah kucabut dari dalam vagina Eri,
    Kudaratkan di atas perut mulusnya dan semburan air kejantananku muncrat sampai ke rambut, pipi,sebagian mulutnya, payudara dan diatas perut Eri, kuurut-urut batang kontolku dan tetesan air maniku berjatuhan di atas jembut halus kekasihku.

    Aku merebahkan diri disamping tubuh mulus Eri, kupeluk dia sambil kubelai rambutnya, Eri terpejam, diam dan tiba-tiba dari ujung kedua belah matanya yang terpejam menetes air mata. Kuseka air matanya dan kupeluk dia erat-erat, dan dia memelukku juga,
    ” Mas, hari ini aku sudah persembahkan kesucianku untukmu, sesuatu yang berharga yang kumiliki telah kuberikan padamu, aku nggak mau kehilangan dirimu dan tak akan kulupakan seumur hidupku peristiwa indah hari ini … Aku sangat mencintaimu mas”.

    Eri bangun dari rebahannya, mengambil saputangan dan membersihkan bercak dari sela-sela vaginya yang telah bercampur dengan cairan kenikmatannya, saputangan biru itu berbercak merah, memenuhi hampir setengah lembar saputangan biru itu.

    “Saputangan ini akan kusimpan selamanya, sebagai tanda buat cinta kita, mas” Aku terdiam, kemudian kubelai rambut indahnya, kukecup keningnya dan kukatakan, ” Hari ini 14 November 1994, aku telah kau berikan sesuatu yang berharga darimu, keperawananmu membuktikan cinta sucimu, aku juga sangat mencintaimu, kuambil keperawananmu dengan keperjakaanku, dan tak kan kulupakan hari ini selama hidupku”.

    Dalam keadaan sama-sama bugil, kupeluk tubuh Eri, kehangatan tubuhnya mengalir ke setiap pori-pori dan diapun meraskan hal yang sama, ” tahun depan aku sudah lulus, selanjutnya aku akan melamarmu dan kita akan menikmati cinta kita selamanya, aku mencintaimu Eri”.
    ” Mas, aku bangga memilikimu, lelaki sepertimu yang memang aku idamkan selama ini”. Keringat yang mengalir di badanku diseka Eri dengan handuk dan dia membersihkan kontolku dengan handuk basah, akupun jadi terangsang lagi,

    ” Ih, si Adik kok bangun lagi, kamu benar-benar perkasa mas”, aku tersenyum, sebenarnya aku masih ingin melakukan sekali lagi tapi jam sudah menunjukkan jam 11.30, aku takut kalau tiba-tiba mamanya pulang. Kugandeng tangan Eri dan membawanya ke kamar mandi dan dibawah guyuran shower kamar mandinya kita mandi bersama,
    Saling menyabuni dan bercanda bersama, Kontolku menjadi tegang saat mandi dan Eri sempat memasturbasi kontolku yang sudah tegang dengan busa sabun, tangannya yang halus sangat lincah mengocok batang kontolku,

    Sekitar lima menitan air maniku sempat keluar lagi dan muncrat sampai ke atas seperti air mancur, Eri tertawa puas, menciumiku dan melanjutkan mandi sampai selesai. Selesai mengeringkan badan, rambutku dikeringkan Eri dengan hairdryernya, kupakai bajuku dan kitapun kembali ngobrol di ruang tamunya, ngopi, ngobrol dan bercanda sambil bermesraan menikmati hari indah itu.

    Kulihat matanya sudah mulai nanar dan sedikit berair, pandangannya mulai agak sayu, kemudian aku mulai beralih menciumi leher putihnya dan sedikit jilatan dibelakang telinga,kelihatannya salah satu titik rangsangnya ini sangat menggairahkan nafsu seks-nya,
    Lebih kebawah lagi, kuraba dari luar bongkahan payudaranya sudah sangat mengeras dan lebih membesar dari biasanya, pelan kuangkat kaosnya dan sepasang penutup BH-nya, payudara yang putih dan montok itupun menyembul dari dalam BH hitam yang dipakainya,
    Sangat kontras sekali dengan dadanya yang sangat putih dan montok itu. Kuciumi dengan rakus payudara montok itu dan kujilati dengan lidahku, sampai akhirnya ke titik pusat dadanya, putting susunya yang sudah tegak seperti penghapus pensil di ujung.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Melepas Perawan Untuk Pacarku

    Cerita Sex Melepas Perawan Untuk Pacarku


    683 views

    Perawanku – Cerita Sex Melepas Perawan Untuk Pacarku, Hai, nama saya Noni. Sekarang saya masih kuliah di salah satu Universitas di Amerika. Cerita ngentot ini bermula dari 2 tahun yang lalu ketika saya dan Sinyo baru saja mulai pacaran. Saat itu saya masih duduk di bangku kelas 3 SMU. Semula kita ragu untuk melanjutkan kisah asmara kita ini karena saya akan melanjutkan sekolahku ke Amerika.

    Tapi kita sependapat untuk menjalani dulu keadaan ini. Pada waktu kelulusan, Sinyo bermaksud melanjutkan kuliahnya ke Bandung. Selama 2 minggu di Bandung Sinyo selalu mengeluh bahwa dia rindu denganku dan memintaku untuk menyusulnya ke Bandung.
    Dengan alasan mau membuat visa ke Jakarta, akhirnya saya menyusul Sinyo ke Bandung. Di kost Sinyo, saya menyewa satu kamar untuk seminggu. Hari-hari pertama dilewatkan dengan canda tawa. Sebenarnya saya dan Sinyo suka melakukan petting. Tapi kita tidak pernah sampai melampaui batas.
    Entah mengapa, pada hari ke-6, saat itu keadaan kost sedang sepi, terjadilah hal yang lain dari biasanya. Sementara kita menghabiskan waktu berdua di kamar. Waktu itu kita sedang bercengkerama. Seperti biasa dia tidak bisa diam kalau sedang berbicara berdua denganku. Dia mulai mencium bibirku dengan mesra.
    Tangannya mulai meraba buah dadaku dengan lembut. Perlahan, kancing bajuku dibukanya satu persatu. Sambil terus melumat bibirku, dia mulai melepaskan pengait BH-ku. Kemudian tampaklah buah dadaku yang walaupun tidak terlalu besar (34) namun cukup membuat Sinyo ketagihan untuk menciuminya.
    Sinyo mulai menciumi dan meremas buah dadaku. Bila sudah begini, biasanya saya tidak akan tahan lama. Kemudian saya menindih Sinyo dan mulai menggesek-gesekan kemaluanku pada kemaluannya. Walaupun kita masih sama-sama mengenakan celana jeans, gesekan-gesekan yang saya lakukan itu terasa nikmat sekali. Saya membayangkan alangkah nikmatnya bila kemaluan Sinyo dimasukkan ke dalam liang kewanitaanku.
    Sebenarnya saya termasuk orang yang berpendirian kuat untuk menyerahkan kesucianku pada malam pertama. Tapi saya merasa yakin bahwa Sinyolah yang akan menjadi calon suamiku. Dan mungkin karena saya terlalu mencintai Sinyo, sehingga saya rela menyerahkan kesucianku pada Sinyo. Kemudian saya berkata kepada Sinyo,
    “Kamu mau tidak melakukan itu dengan saya?”.
    “Saya tidak mau, kamu nanti akan menyesal”.
    “Saya siap, dan apapun resikonya saya tidak akan menyesal”.
    “Kalau kau memang menginginkannya, bukalah celanamu untuk membuktikannya”.
    Kemudian saya membuka semua celanaku sehingga saya sekarang tampil tanpa busana di depan Sinyo. Dia tampak terkejut dengan perbuatan nekat yang saya lakukan. Tapi kemudian dia menyadari bahwa saya bersungguh-sungguh.
    Kemudian dia juga menanggalkan celananya dan tampaklah kemaluannya yang sudah berdiri tegak menantang. Dia mulai menciumi bibir dan buah dadaku. Seolah tanpa sadar, saya terus mendesah, sementara Sinyo semakin menciumiku dengan buas. Terasa ada cairan hangat yang mengalir keluar melalui liang kewanitaanku.
    Kurang lebih 10 menit kemudian Sinyo bertanya,
    “Apakah kamu sudah siap?”.
    “Ya, lakukan saja”.
    Sinyo mulai mengambil posisi agar kemaluannya dapat masuk ke dalam liang surgaku dengan tepat. Sambil terus menciumiku, tangannya mulai meraba-raba, mencari lubang senggamaku. Setelah ketemu, dibimbingnya kemaluannya menuju liang kewanitaanku.
    Dengan hati-hati ditekannya kemaluannya. Tapi kemaluannya selalu menemukan kesulitan dalam menembus kesucianku. Di samping itu, setiap kali dia berusaha memasukkannya, saya selalu meringis karena perih. Dia kelihatan mulai resah karena selama 10 menit belum bisa menembus pertahanan saya.
    “Noni, coba kamu lebarkan kedua kakimu lebih lebar lagi”.
    Saya menuruti permintaan Sinyo. Saya mengangkat kedua kakiku dan membukanya lebih lebar sehingga Sinyo dapat dengan leluasa mengarahkan kemaluannya ke liang senggamaku. Sedikit demi sedikit, kepala kemaluan dia mulai dapat masuk ke dalam liang kewanitaanku. Walaupun saya merasakan perih, saya mencoba untuk tidak mengeluh kepada Sinyo.
    Sinyo mulai memaju-mundurkan kemaluannya, hingga pada suatu saat, Sinyo mulai menekan kemaluannya dengan kuat. Saya terpekik terkejut karena kemaluan Sinyo sekarang telah berada di dalam liang kewanitaanku semuanya.
    “Sakitkah Sayang?”.
    “Ehm…, tidak apa-apa, teruskan saja”.
    “Kalau sakit bicaralah dan saya akan menghentikan semua ini”.
    Sinyo mulai memaju-mundurkan kemaluannya. Semula saya masih merasakan sakit, tapi kemudian saya mulai dapat merasakan kenikmatan ayunan pinggul Sinyo. Saat itu Sinyo hanya setengah sadar. Matanya mulai terpejam, seolah menikmati gesekan demi gesekan. Kadang Sinyo mempercepat gerakannya, kadang memperlambat. Sayapun mulai mendesah tidak karuan
    “Uh…, Sayang, aduh nikmat sekali…, terus, ough…”.
    “Noni, aku cinta kamu…, nikmat nggak Sayang?”.
    “Ehm…, nikmat sekali, teruskan, lebih cepat lagi…”.
    Sinyo mulai mempercepat permainannya, dan sayapun mendesah sambil terus menyebut namanya. Sinyo semakin mempercepat ayunannya karena dia merasa telah hampir sampai klimaks.
    “Sayang, apakah kamu keberatan kalau saya mengeluarkan sperma saya di dalam kemaluanmu?”.
    “Tidak, lakukan saja. dua hari yang lalu tamu bulananku sudah habis, jadi saya tidak mungkin hamil”.
    Kemudian Sinyo mengerang halus dan dia mengalami klimaks. Sebenarnya saat itu sayapun hampir mengalami klimaks, tapi ternyata Sinyo telah mendahuluiku, sehingga saya tidak merasakan klimaks saat itu. Sinyo kemudian lemas dan berbaring di sebelahku.
    Dari liang kenikmatanku mengalir cairan sperma Sinyo beserta beberapa tetes darah yang menjadi satu dengan spermanya. Seolah kemudian saya tersadar, saya mulai menangis sesegukan. Saya menyesal telah melakukan semua ini.
    “Sayang, maafkan, aku telah merusak dirimu!”.
    “Tidak, kamu tidak bersalah. Aku hanya merasa sedih, sekarang saya sudah tidak suci lagi”.
    “Noni, percayalah, saya tidak akan meninggalkan kamu”.
    “Saya percaya denganmu Sayang. Saya sangat mencintaimu”.
    “Saya juga cinta kamu”.
    Kejadian itu sudah berlalu hampir 2 tahun yang lalu. Kemudian saya melanjutkan sekolah saya ke Amerika. Hingga sekarang hubungan kami masih terus berlanjut, dan sekarang telah direstui oleh kedua belah pihak. Saya dan Sinyo berjanji untuk saling setia dan melanjutkan kisah asmara ini walaupun jarak yang memisahkan kita begitu jauh.
    Semoga kisah asmara kami ini dapat terus berjalan sampai menuju jenjang pernikahan nanti.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Melihat Foto Mesum

    Cerita Sex Melihat Foto Mesum


    983 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Melihat Foto MesumCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Sudah segar tubuhku habis mandi dan untuk mengisi waktu aku sempatkan untuk membaca buku, tetapi dari suara ada yang membuka pintu gerbang, aku buka korden yang ada didalam rumah dan mengintipnya ternyata ada yang datang menuju rumahku, dan ternyata Eva sepupuku yang kuliahnya di kota Surabaya masih semester satu dan masih belia. Fortunebet99

    “Hai, kamu sukanya bikin kejutan. Kenapa nggak bilang-bilang kalau mau datang?” kataku basa-basi.

    “Kalau bilang dulu mau nyediain apa..”

    Setelah basa-basi kutawarkan mandi dulu agar hilang capeknya. Selesai mandi, ia membereskan kembali tasnya. Sepintas ia melihat dinding di sekeliling kamarku, yang penuh dengan gambar telanjang. Dia tersenyum dan berkomentar.

    “Bagaimana kalau ada anak-anak yang masuk ke kamar ini”, aku jawab bahwa kamar ini khusus untuk orang yang sudah dewasa.

    “Kalau begitu ada gambar yang lebih porno lagi dong..”

    “Ada, mau lihat?”

    Sebelum menjawab, kuambilkan beberapa foto porno kegemaranku yang kusimpan di dalam lemari pakaianku.

    “Mau lihat, nggak apa-apa kok untuk pelajaran aja.”

    Dengan ragu-ragu ia terima juga foto-foto kategori Mesum, dan dilihatnya dengan cermat, entah apa yang berkecamuk di dalam hatinya aku tidak tahu, tapi terlihat ekspresinya begitu tenang sekali. Entah karena sudah terbiasa, atau karena begitu pandainya ia menyembunyikan perasaannya.

    “Gimana, komentar dong.”

    “Ada filmnya nggak?”

    “Nggak ada, tapi kalau yang asli justru ada”, kataku sambil bergurau. candusex

    “Yang asli mana, coba” aku terkejut mendengar pernyataannya, sampai-sampai aku hampir tidak bisa menjawabnya.

    “Eh, ada tapi itu anu..” aku jadi gugup, sambil kuarahkan jariku ke arah kemaluanku.

    “Tapi apa Mas..”

    “Tapi harus ada gantinya, barter gitulah.”

    “Tapi kalau yang ini aku nggak punya”, sambil ujung jarinya menunjukkan kemaluan pada gambar yang ia pegang.

    “Yang semacam juga nggak pa-pa”

    “Yang bener nih”, sambil tangannya bersiap-siap mau memegang daerah terlarangku yang masih terbungkus celana.

    “He-eh bener”, kujawab saja sekenanya, aku kira hanya gertakan saja dia mau memegang kemaluanku. Betapa kagetku ternyata tangannya benar-benar memegang kemaluanku dari luar celana.

    Aku tidak bisa bilang apa-apa, selain menikmatinya dengan perasaan senang. Secara refleks kuraih kepalanya dan kudekap sambil dalam hati berkecamuk memikirkan peristiwa ini. Kalau pacar atau orang lain aku tidak bingung, tetapi ini adalah saudara sepupuku yang sewaktu kecil sering bermain bersama.

    Tetapi karena ia terus mengusap kemaluanku dari luar celana, aku buang pikiran itu jauh-jauh keraguanku. Keputusanku adalah menikmati saja peristiwa ini.

    Kucium keningnya, pipinya dan bibirnya. Sambil kugerayangi punggungnya, lehernya, pinggangnya, pantatnya dan terakhir buah dadanya. Sebagai penjajakan saja apa reaksinya. Ternyata ia diam saja, bahkan semakin keras memegang selangkanganku.

    Terus kuciumi bibirnya sampai nafasnya memburu. Kubuka kausnya, dan aku melihat kulit tubuh yang tidak pernah terkena matahari itu demikian menimbulkan birahiku. Kubuka BH-nya dan tambah kagum aku atas keindahannya. Kuelus buah dadanya yang kenyal dan sekali-kali kupencet putingnya yang membuat nafasnya makin memburu. Begitu aku berusaha mencium buah dadanya, ia mundur sambil menarik tanganku ke arah tempat tidur.

    Dalam keadaan telentang tampaknya ia sudah siap menerima tindakanku berikutnya, buah dadanya yang menantang bergelantungan. Sebelum aku mendekatkan diri, aku melepaskan pakaianku hingga tuntas, sehingga batang kejantananku yang sudah membesar tergantung-gantung mengikuti gerak dan langkahku.

    Bersamaan dengan itu ia melepaskan juga pembungkus tubuhnya yang masih tersisa, sehingga kami benar-benar sudah telanjang bulat. Tubuhnya benar-benar mulus, tidak ada cacat, payudaranya sedang, masih kencang, puting susunya coklat tua, mendekati hitam, perutnya ramping, lipatan kecil di perutnya menunjukkan belum begitu banyak lemak di situ, pinggulnya sedang, bulu kemaluannya tipis, sehingga bibir kemaluannya yang mengatup dengan rapi terlihat begitu indahnya.

    Ia raih batang kemaluanku, dan aku mendekatkan diri sehingga mudah baginya untuk mengulum dan menjilati batang kejantananku. Sementara tanganku tanpa kusadari sudah meraih bibir kemaluannya yang sudah basah.

    Kuelus-elus bibir kemaluannya sambil kucari dan sesekali kusentuh klitorisnya. Dan kumasukkan jari tengahnya menggapai dasar kemaluannya. “Jilat kepalanya”, aku berbisik kepadanya. Dengan sigapnya ia segera tahu maksudku.

    Ia segera mulai menjilati kepala kemaluanku yang semakin membesar saja dan mengkilap oleh jilatan. Rasa geli dan nikmat bercampur jadi satu. Birahiku benar-benar sudah sampai di ujung, ingin segera mengikuti naluriku untuk segera memasukkan ke dalam liang senggamanya.

    Tetapi nanti dulu, kuciumi dulu tubuh Eva, dari mulai bibir, telinga, leher, buah dada, perut dan liang kewanitaannya. Kujilat-jilat klitorisnya yang membuat dia menggelinjang ke kanan kiri tidak karuan, pantatnya dia angkat tinggi-tinggi sehingga aku mempunyai ruang yang baik untuk melakukan kegiatanku menjilati klitorisnya yang sekilas kulihat semakin bengkak dan merah.

    Sampai suatu saat tubuhnya makin menegang sambil berteriak menyebutkan sesuatu yang tidak jelas, bersamaan dengan itu membanjirlah cairan bening dari liang kewanitaannya. “Aku sampai Mas, aku sampai Mas…” begitulah ucapan yang kutangkap dengan nafas terengah-engah.

    Kemudian kuambil posisi untuk menyetubuhinya, kemaluanku yang sudah tegang dan membesar di ujungnya kusiapkan di depan pintu gerbang kewanitaannya. Dengan bimbingan tangannya, kumasukkan kemaluanku sampai habis tertelan oleh liang kenikmatannya.

    Kembali ia mengerang, sambil memelukku dengan keras. Sejenak kudiamkan saja batang kejantananku di dalam. Kurasakan pijitan liang kewanitaannya sangat membuatku semakin nikmat. Batang kejantananku masih kudiamkan terendam di situ.

    Eva mulai menggerak-gerakkan pinggulnya, sampai kusentuh dasar kemaluannya yang terasa seperti benjolan yang semakin keras menyentuh-nyentuh kepala kemaluanku. Semakin nikmat rasanya, sehingga aku sendiri tidak tahan lagi dengan gesekan dan pijitan dari liang senggamanya sehingga otot-otot pada tubuhku menegang dan bersamaan dengan itu, tanpa kusadari keluar maniku membasahi dan menghangatkan dasar kemaluannya.

    Kurasakan Eva lagi-lagi mencapai orgasme. Kali ini lebih panjang erangannya, semakin kuat ia memelukku dan gerakan tubuhnya semakin tidak teratur. Kutancapkan dalam-dalam kemaluanku, hingga kami saling berpelukan.

    Beberapa detik kemudian kami terkulai. Aku masih belum ingin mencabut kemaluanku yang bersarang dengan damai di liang sorganya. Kubalik tubuhku sehingga ia menjadi menindihku. Eva benar-benar puas dan sangat-sangat kelelahan. Beberapa menit kemudian ia sudah tertidur dengan pulas. Kemaluanku yang sudah melemah masih berada di dalam liang kewanitaannya.

    Aku pun tertidur, dengan perasaan lega. Tengah malam kami bangun dan bermain lagi sampai puas. Tiap bangun bermain lagi. Sampai akhirnya kami benar-benar tertidur hingga jam 10 pagi. Karena di rumah tempat kost-ku cukup tesedia makanan instan.

    Sehingga hari itu kami bisa melakukan dengan sepuas-puasnya, dan kami merasa tidak perlu lagi memakai baju di dalam rumah. Memasak air, menyapu mencuci piring selalu diselingi dengan adegan percintaan. Sampai sore hari ia berpamitan kembali ke Surabaya melanjutkan kuliahnya. Sejak saat itu ia sering ke kotaku. Sampai ia mempunyai pacar dan menikah.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Melihat Foto Tante Telanjang

    Cerita Sex Melihat Foto Tante Telanjang


    1777 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Melihat Foto Tante TelanjangCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Saat aku maen ke vilaa pamanku , aku masuk keruangan tante yang ternyata di dalamnya banyak foto telanjangnya tanteku, walupun usianya sudah tidak bisa dikatakan muda namun tante tanteku ini ahli dalam menampilan tubuh yang indahnya, setelah melihatnya aku mulai terangsang rasanya ingin sekali memeluknya.

    Hingga ada ide gila untuk memperalat mereka melalui foto-foto tersebut. Mulai kususun rencana siapa yang pertama aku kerjain, lalu kupilih Tante Tante Irma (45 tahun) dan Tante Nita (37 tahun).

    Aku telepon rumah Tante Irma dan Tante Nita. Aku minta mereka untuk menemuiku di villa keluarga. Aku sendiri lalu bersiap untuk pergi ke sana. Sampai disana kuminta penjaga villa untuk pulang kampung. Tak lama kemudian Tante Irma dan Tante Nita sampai. Kuminta mereka masuk ke ruang tamu.

    “Ada apa sih Anto?” tanya Tante Irma yang mengenakan kaos lengan panjang dengan celana jeans.
    “Duduk dulu Tante,” jawabku.

    “Iya ada apa sih?” tanya Tante Nita yang mengenakan Kemeja you can see dengan rok panjang.

    “Saya mau tanya sama Tante berdua, ini milik siapa?”, kataku sambil mengeluarkan sebuah bungkusan yang di dalamnya berisi setumpuk foto. Tante Irma lalu melihat foto apa yang ditunjukkan olehnya.

    “Darimana kamu dapatkan foto-foto ini?” tanya Tante Irma panik mendapatkan foto-foto telanjang dirinya.

    “Anto.. apa-apaan ini, darimana barang ini?” tanya Tante Nita dengan tegang.

    “Hhhmm.. begini Tante Irma, waktu itu saya kebetulan lagi bersih-bersih, pas kebetulan dikamar Tante Yani saya lihat kok ada foto-foto telanjang tubuh Tante-Tante yang aduhai itu,” jawabku sambil tersenyum.

    “Baik.. kalau gitu serahkan klisenya?” Kata Tante Nita.

    “Baik tapi ada syaratnya lho,” jawabku.

    “Katakan apa syaratnya dan kita selesaikan ini baik-baik,” kata Tante Irma dengan ketus.

    “Iya Anto, tolong katakan apa yang kamu minta, asal kamu kembalikan klisenya,” tambah Tante Nita memohon.

    “Ooo.. nggak, nggak, saya nggak minta apa-apa, Cuma saya ingin melihat langsung Tante telanjang,” kataku.

    “Jangan kurang ajar kamu!” kata Tante Irma dan Tante Nita dengan marah dan menundingnya. “Wah.. wah.. jangan galak gitu dong Tante, saya kan nggak sengaja, justru Tante-Tante sendiri yang ceroboh kan,” jawabku sambil menggeser dudukku lebih dekat lagi.

    “Bagaimana Tante?”

    “Hei.. jangan kurang ajar, keterlaluan!!” bentak Tante Nita sambil menepis tanganku.

    “Bangsat.. berani sekali, kamu kira siapa kami hah.. dasar orang kampung!!” Tante Irma menghardik dengan marah dan melemparkan setumpuk foto itu ke wajahku.

    “Hehehe.. ayolah Tante, coba bayangkan, gimana kalo foto-foto itu diterima paman di kantor, wah bisa- bisa Tante semua jadi terkenal deh!!” kataku lagi.

    Kulihat kananku Tante Irma tertegun diam, kurasa dia merasakan hal yang kuucapkan tadi. Kenapa harus kami yang tanggung jawab,

    “Tante-Tantemu yang lain kok tidak?” tanya Tante Irma lemas.

    “Oh, nanti juga mereka akan dapat giliran,” jawabku.

    “Bagaimana Tante? Apa ssudah berubah pikiran?”

    “Baiklah, tapi kamu hanya melihat saja kan?” tanya Tante Nita.

    “Iya, dan kalau boleh sekalian memegangnya?” jawabku.

    “Kamu jangan macam-macam Anto, hardik Tante Irma.”

    “Biarlah Mbakyu, daripada ketahuan,” jawab Tante Nita sambil berdiri dan mulai melepas pakaiannya, diikuti Tante Irma sambil merengut marah.

    Hingga tampak kedua Tanteku itu telanjang bulat dihadapanku. Tante Irma walau ssudah berusia 45 tahun tapi tubuhnya masih montok, dengan kulit kuning langsat dan sedikit gemuk dengan kedua payudaranya yang besar menggantung bergoyang-goyang dengan puting susunya juga besar.

    Turun kebawah tampak pinggulnya yang lebar serta bulu hitam di selangkangan amat lebat. Tidak kalah dengan tubuh Tante Nita yang berusia 37 tahun dengan tubuh langsing berwarna kuning langsat, serta payudaranya yang tidak begitu besar tapi nampak kenyal dengan puting yang sedkit naik keatas.
    Pinggulnya juga kecil serta bulu kemaluannya di selangkangan baru dipotong pendek.

    “Ssudah Anto?” tanya Tante Irma sambil mulai memakai bajunya kembali.

    “Eh, belum Tante, kan tadi boleh pegang sekalian, lagian saya belum lihat vagina Tante berdua dengan jelas,” jawabku.

    “Kurang ajar kamu,” kata Tante Nita setengah berteriak. Judi Bola Online

    “Ya sudah kalo nggak boleh kukirim foto Tante berdua nih?” jawabku.

    “Baiklah,” balas Tante Irma ketus,

    “Apalagi yang mesti kami lakukan?”

    “Coba Tante berdua duduk di sofa ini,” kataku.

    “Dan buka lebar-lebar paha Tante berdua,” kataku ketika mereka mulai duduk.

    “Begini Anto, Cepat ya,” balas Tante Nita sambil membuka lebar kedua pahanya.

    Hingga tampak vaginanya yang berwarna kemerahan.

    “Tante Irma juga dong, rambutnya lebat sih, nggak kelihatan nih,” kataku sambil jongkok diantara mereka berdua.

    “Beginikan,” jawab Tante Irma yang juga mulai membuka lebar kedua pahanya dan tangannya menyibakkan rambut kemaluannya kesamping hingga tampak vaginanya yang kecoklatan.

    “Anto pegang sebentar ya?” kataku sambil tangan kananku coba meraba selangkangan Tante Irma sementara tangan kiriku meraba selangkangan Tante Nita. Kumainkan jari-jari kedua tanganku di vagina Tante Irma dan Tante Nita.

    “Sudah belum, Anto.. Ess..,” kata Tante Irma sedikit mendesah.

    “Eeemmhh.. uuhh.. jangan Anto, tolong hentikan.. eemmhh!” desah Tante Nita juga ketika tanganku sampai ke belahan kemaluannya.

    “Sebentar lagi kok Tante, memang kenapa?” tanyaku pura-pura sambil terus memainkan kedua tanganku di vagina Tante Irma dan Tante Nita yang mulai membasah.

    “Eh, ini apa Tante?” tanyaku pura-pura sambil mengelus-selus klitoris mereka.

    “Ohh.. Itu klitoris namanya Anto, jangan kamu pegang ya..,” desis Tante Irma menahan geli.
    “Iya

    jangan kamu gituin klitoris Tante dong,” dasah Tante Nita.

    “Memang kenapa Tante, tadi katanya boleh,” kataku sambil terus memainkan klitoris mereka. “Sshh.., oohh.., geliss.., To,” rintih Tante Irma dan Tante Nita.

    “Ini lubang vaginanya ya Tante?” tanyaku sambil memainkan tanganku didepan lubang vagina mereka yang semakin basah.

    “Boleh dimasukin jari nggak Tante?”

    Kembali jariku membuka belahan vagina mereka dan memasukkan jariku, slep.. slep.. bunyi jariku keluar masuk di lubang vagina Tante Nita dan Tante Irma yang makin mendesah-desah tidak karuan,
    “Jangan Anto, jangan kamu masukin jari kamu.. Oohh..,” rintih Tante Nita.

    “Jangan lho Anto.. sshh..,” desah Tante Irma sambil tangannya meremasi sofa.

    “Kenapa? Sebentar saja kok, dimasukkin ya,” kataku sambil memasukkan jari tengahku ke vagina mereka masing-masing.

    “Aaahh.., Anto..,” desah Tante Irma dan Tante Nita bersama-sama mersakan jari Anto menelusur masuk ke lubang vagina mereka.

    “Ssshh.. eemmhh..!!” Tante Irma dan Tante Nita mulai meracau tidak karuan saat jari-jariku memasuki vagina dan memainkan klitoris mereka.

    “Bagaimana Tante Irma,” tanyaku mulai memainkan jariku keluar masuk di vagina mereka.

    “Saya cium ya vagina Tante Irma ya?” tanyaku sambil mulai memainkan lidahku di vaginanya.
    “Sebentar ya Tante Nita,” kataku.

    “Jangan.., sshh.. Anto.. ena.., rintih Tante Irma sambil tangannya meremasi rambutku menahan geli.

    “Gimana Tante Irma, geli tidak..,” tanya Anto.

    “Ssshh.. Anto.. Geli ss..,” rintihnya merasakan daerah sensitifnya terus kumainkan sambil tangannya meremasi sendiri kedua payudaranya.

    “Teruss.. Anto,” desis Tante Irma tak kuat lagi menahan nafsunya.

    Sementara Tante Nita memainkan vaginanya sendiri dengan jari tanganku yang ia gerakkan keluar masuk. Dan Tante Irma kian mendesah ketika mendekati orgasmenya dan

    “Aaahh ss.., Tante sudah nggak kuat lagi,” rintih Tante Irma merasakan lidahku keluar masuk dilubang vaginanya.

    “Tante Irma keluar Anto..,” desah lemas Tante Irma dengan kedua kakinya menjepit kepalaku di selangkangannya. Tahu Tante Irma sudah keluar aku bangkit lalu pindah ke vagina Tante Nita dan kubuka kedua pahanya lebar-lebar. Sama seperti Tante Irma Tante Nita juga merintih tidak karuan ketika lidahku mengocok lubang vaginanya.

    “Aah ss.., Antoo,.., enak ss..,” rintih Tante Nita sambil menekan kepalaku ke selangkangannya.

    Tante Nita di sofa dan kubuka lebar-lebar pahanya. Kubenamkan lidahku liang vagina Tante Nita, ku sedot-sedot klitoris vagina Tante Nita yang ssudah basah itu,

    “Teruss.., Antoo.., Tante.., mau kelu.. Aah ss..,” rintih Tante Nita merasakan orgasme pertamanya. Anto lalu duduk diantara Tante Irma dan Tante Nita.

    “Gantian dong Tante, punyaku sudah tegang nih,” menunjukkan sarung yang aku pakai tampak menonjol dibagian kemaluanku pada Tante Irma dan Bullik Nita. Kuminta mereka untuk menjilati kemaluanku.

    “Kamu nakal Anto, ngerjain kami,” kata Tante Irma sambil tangannya membuka sarungku hingga tampak penisku yang mengacung tegang keatas.

    “Iya.., awas kamu Anto.. Tante hisap punya kamu nanti..,” balas Tante Nita sambil memasukkan penisku kemulutnya.

    “Ssshh.. Tante.. terus..,” rintih Anto sambil menekan kepala Tante Nita yang naik turun di penisnya. Tante Irma terus menjilati penisku gantian dengan Tante Nita yang lidahnya dengan liar menjilati penisku, dan sesekali memasukkannya kedalam mulunya serta menghisap kuat-kuat penisku didalam mulutnya. Sluurrpp.. sluurpp.. sshhrrpp.. demikian bunyinya ketika dia menghisap.

    “Sudah.. Tante, Anto nggak kuat lagi..,” rintih Tante Nita sambil mengangkat kepalaku dari vaginanya.
    “Tunggu dulu ya Tante Irma, biar saya dengan Tante Nita dulu,” kataku sambil menarik kepala Tante Irma yang sedang memasukkan penisku kemulutnya.

    “Tante Tina sudah nggak tahan nih,” kataku sambil membuka lebar-lebar kedua paha Tante Nita dan berlutut diantaranya.

    “Cepatss.. Anto,” desah Tante Nita sambil tangannya mengarahkan penisku ke vaginanya. “Asshhss..,” rintih Tante Nita panjang merasakan penisku meluncur mulus sampai menyentuh rahimnya. Tante Nita mengerang setiap kali aku menyodokkan penisnya.

    Gesekan demi gesekan, sodokan demi sodokan sungguh membuatku terbuai dan semakin menikmati “perkosaan” ini, aku tidak peduli lagi orang ini sesungguhnya adalah Tanteku sendiri. Kuminta Tante Nita untuk menjilati vagina Tante Irma yang jongkok diatas mulutnya.

    “Ushhss.. Geli dik,” desis Tante Irma setiap kali lidah Tante Nita memasuki vaginanya. Sementara aku sambil menyetubuhi Tante Nita tanganku meremas-remas kedua payudara Tante Irma. Tiba-tiba Tante Nita mengangkat pinggulnya sambil mengerang panjang keluar dari mulutnya. “Ahhss.. Anto Tante keluar.. ”

    “Sudah keluar ya Tante Nita, sekarang gilran Bu Irma ya,” kataku sambil menarik Tante Irma untuk naik kepangkuanku.

    Tante Irma hanya pasrah saja menerima perlakuannya. Kuarahkan penisku ke vagina Tante Irma Lalu Aaahh.. desah Tante Irma merasakan lubang vaginanya dimasuki penisku sambil pinggulnya mulai naik turun. Kunikmati goyangan Tante Irma sambil ‘menyusu’ kedua payudaranya yang tepat di depan wajahku, payudaranya kukulum dan kugigit kecil.

    “Teruss.. Tante, vagina Tante enak..,” rintihku sambil terus dalam mulutku menghisap-hisap puting susunya.

    “Penis kamu juga sshh..” rintih Tante Irma sambil melakukan gerakan pinggulnya yang memutar sehingga penisku terasa seperti dipijat-pijat.

    “Sebentar Tante, coba Tante balik badan,” kataku sambil meminta Tante Irma untuk menungging.
    Kusetubuhi Tante Irma dari belakang, sambil tanganku tangannya bergerilya merambahi lekuk-lekuk tubuhnya. Harus kuakui sungguh hebat wanita seumur Tante Irma mempunyai vagina lebih enak dari Tante Nita yang berusia lebih muda. Sudah lebih dari setengah jam aku menggarap Tante Irma, yang makin sering merintih tidak karuan merasakan penisku menusuk-nusuk vaginanya dan tanganku meremasi payudaranya yang bergoyang-goyang akibat hentakan penisku di vaginanya.

    “Ssshh.. Anto, Tante mau keluar..” rintih Tante Irma.

    “Sabarr.. Tante, sama-sama,” kataku sambil terus memainkan pinggulku maju-mundur.

    “Aaahh ss.., Tante Irma keluar..,” melenguh panjang.

    “Saya belum, Tante,” kataku kecewa.

    “Pake susu Tante aja ya,” jawab Tante Irma jongkok didepanku sambil menjepitkan penisku yang ssudah licin mengkilap itu di antara kedua payudaranya yag besar, lalu dikocoknya.

    “Terus, Tante enak ss..,” rintihku.

    Melihat hal itu Tante Nita bangun sambil membuka mulutnya dan memasukkan penisku ke mulutnya sambil dihisap-hisap. Tak lama setelah mereka memainkan penisku, mengeluarkan maninya menyempot dengan deras membasahi wajah dan dadaTante Irma dan Tante Nita.

    “Terima kasih ya Tante,” jawabku sambil meremas payudara mereka masing-masing.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Melihat Istriku Selingkuh Di Depanku

    Cerita Sex Melihat Istriku Selingkuh Di Depanku


    3816 views

    Perawanku – Cerita Sex Melihat Istriku Selingkuh Di Depanku, Namaku Iyan biasa dipanggil iyan, aku tinggal di tengah-tengah kota Jakarta, saat ini pekerjaanku adalah seorang IT pada beberapa perusahaan di Jakarta, bandung dan Semarang. Usiaku saat ini 29 tahun, karena pekerjaanku sebagai wiraswasta di luar kota Jakarta, aku sering sekali berpergian keluar kota.

    Bahkan terkadang aku hanya satu atau dua hari tinggal di rumahku di daerah Rawamangun Jakarta Timur. Istriku bernama Nur usianya 25 tahun lulusan salah satu universitas swasta di Jakarta. Alhamdulilah aku dikarunia seorang putera yang sedang lucu-lucunya bernama firman dengan usia 1,5 tahun. Ditengah kesibukanku yang teramat sangat itulah aku sering kali tidak bisa memenuhi hasrat biologis istriku.

    Sudah hamper 3 tahun aku menikahi istriku yang selalu diliputi rasa bahagia dan lumayan berkecukupan. Hari-hari kami selalu kami jalani dengan indah, aku bersyukur sekali ternyata Tuhan sangat baik padaku, sehingga aku mendapatkan istri yang benar-benar sangat sayang dan penuh pengertian. Setiap aku ingin minta berhubungan sex dengan istriku, dia tidak menolak dan bahkan selalu memberikanku kepuasan yang tidak digambarkan dengan kata-kata.

    Meskipun aku sendiri juga sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kepuasan sexual istriku. Tiap kali berhubungan aku selalu bertanya dan berdiskusi tentang permainan sex kami, sehingga kami bisa saling memahami kekurangan kami masing-masing. Bahkan setelah itu istriku biasanya meminta berhubungan sex lagi sampai berkali-kali dalam satu malam.

    Sampai pada suatu hari istriku mengeluh padaku, tentang profesiku yang selalu meningalkan rumah sampai berhari-hari. Padahal istriku ingin sekali merasakan kehangatan belaianku yang hingga akhirnya sampai berhubungan sex. Tetapi mau gimana lagi, aku tetap sulit menerima keinginannya, karena itu adalah sudah menjadi resiko tanggung jawab ku dalam profesiku ini. Aku sudah memberikan pengertian baik-baik kepada istriku, walaupun pada akhirnya istriku mengerti dengan keadaanku ini. Tetapi tetap saja aku tidak tega.

    Aku tahu pasti kalau istriku sangat setia padaku, karena istriku adalah istri yang taat pada agama. Setiap keluar rumah dia selalu menjaga pandangannya, tak lupa dia selalu mengenakan jilbabnya ketika keluar dari rumah. Banyak temanku bilang kalau istriku itu sangat cantik, tingginya 160 cm / 152 kg, kulit putih dan wajahnya seperti maudy kusnaedi, apalagi payudaranya mnotok banget dengan ukuran 36b. aku paling suka meremas dan menghisap payudaranya, tidak ada bosan-bosannya walaupun hampIr tiap hari aku meremasnya.

    Hari semakin hari, bulan semakin bulan terus berlalu, aku melihat istriku adalah type wanita yang mudah sekali terangsang dan nafsunya sulit dikendalikan bila diatas ranjang. Dia selalu sekuat tenaga melepaskan hasrat sexnya jika ku pulang kerumah, tidak siang ataupun malam, hari-hariku selalu tidak lepas dari kata sex. Aku maklumi karena aku hanya pulang satu hari dalam seminggu. Ditengah kegalauanku akupun mendiskusikan masalah ini kepada istriku. Terus terang akupun sangat kewalahan melayani nafsu sex istriku yang menurut saya sangat gila karena aku pikir aku juga ingin sekali menghabiskan satu hari ini dirumah untuk istirahat.

    Setelah aku berdikusi cukup lama dengan istriku barulah aku mengambil kesimpulan bahwa dia cukup menderita dengan kepergianku. Dia selalu melampiaskan hasrat sexualnya dengan melakukan mastrubasi dengan tangannya. Aku tidak habis pikir kenapa ini bisa terjadi, kasian sekali istriku. Tapi bagaimanapun juga istriku tidak selingkuh dengan pria manapun demi kesetiannya terhdap aku.

    Akhirnya aku memiliki ide yang cukup gila untuk menuruti keinginan istriku ini, ya memang ini cukup gila dan melanggar kaedah agama. Tetapi mau gimana lagi ini sudah menjadi kesimpulanku untuk mengakhiri penderitaan istriku. Aku mencoba merayu istriku agar melampiaskan sexnya kepada orang lain yang bisa memuaskan dirinya selama aku tidak berada di rumah.

    Awalnya istriku menolak karena alasan agama dan memang tidak pantas dirinya dijamahi orang lain selain aku. Tetapi setelah aku memberikan pengertian dengan beberapa perjanjian-perjanjian yang harus ditepati diantara kami berdua. Sampai pada akhirnya kami menyepakati ide itu, dengan catatan istriku bisa bermain sex dengan hanya satu orang laki-laki selain diriku yang aku pilih, selain itu aku memberikan peringatan kepadanya agar jangan sekali-kali memasukkan spermanya kedalam vaginanya.

    Setelah aku pikir-pikir aku telah memilih sosok laki-laki tampan dengan usia 20 tahun bernama Irwan, dia adalah rekan kerjaku ketika kami masih bekerja diperusahaan swasta pada beberapa tahun yang lalu, dia juga sudah punya istri dan dua orang anak, kebetulan sekali saat ini masih nganggur. Langsung saja aku mengajaknya bertemu empat mata di sebuah rumah makan. Tanpa basa basi lagi aku langsung mengajaknya bekerja mulai pukul 17:00 sampai 22:00 malam. Tugasnya hanya melayani dan memenuhi hasrat sexual istriku. Tetapi sebelumnya aku ingin sekali melihat bagaimana dia melayani istriku diatas ranjang di hadapanku.

    Seminggu kemudian, setelah aku pulang dari luar kota saya dan istri saya sudah ceck in di sebuah hotel di daerah matraman Jakarta Pusat tepat pukul 17:00 BBWI. Sedangkan Anakku sudah aku titipkan ke orang tuaku, kini aku sedang menantikan kehadiran Irwan yang janjinya akan datang tepat pukul 18:00. di dalam kamar hotel tersebut, istriku kuperintahkan untuk mengenakan pakaian yang ketat dan sexy yang sengaja aku belikan dari Bandung. Jangankan irwan, aku saja yang sudah sering melihat istriku masih nafsu ketika memandang istriku berdandan seperti ini.

    Saat ini istriku mengenakan kaos putih ketat yang didalamnya hanya dibalut bra tipis, sedangkan bawahannya mengenakan rok bahan warna hitam yang panjangnya sampai selutut tapi belahannya hampir memamerkan seluruh pahanya yang putih dan mulus. Bibirnya dipoles dengan lisptik warna transparan dengan rambut panjang terurai rapi di atas bahunya. Sesaat aku melihat wajahnya begitu tegang manantikan kedatangan Irwan, sesekali aku menyentuh dadanya berdegap kencang tak karuan menantikan saat-saat yang menegangkan ini.

    Tak lama kemudian, aku mendengar suara ketukan pintu, setelah aku buka ternyata benar Irwan sudah datang. Aku persilahkan masuk dan sembari menikmati minuman dingin dan makanan kecil yang baru saja kami beli. Sebelumnya aku bertanya kepada istriku apakah istriku suka pdanya, rupanya tanpa pikir panjang dia menjawab itu adalah terserah saya, kalau saya setuju maka dia juga menuruti perintah saya. Ya pada akhirnya aku mempersilahkan Irwan mendekati istriku di ranjang yang cukup lebar dan luas ini.

    Jantungku berdebar-debar melihat istriku yang kelihatnnya tampak tegang setelah disentuh oleh tangannya Irwan. Aku melihat Irwan sosok pria yang lembut, dia tidak langsung menyambar istriku dengan sentuhan-sentuhan yang mengarah pada bagian sensitifnya. Awalnya Irwan memeluk istriku yang duduk tersipu malu menghadap sebuah cermin yang terpampang di depannya. Irwan memeluk kepala istriku dengan lembut meskipun aku lihat istriku sangat kaku sekali.

    Aku hanya duduk di samping kanan ranjang itu, memang agak jauh karena kamar hotelnnya juga cukup besar bagi ukuran untuk 3 orang. Kelihatannya aku lihat Irwan cukup sabar memeluk istriku, sambil mencunbu istrku, dia tidak sungkan-sungkan mengucapkan kata-kata yang entah aku juga tidak mendengarnya. Berkali-kali pipinya dicium oleh Irwan, tanpa canggung-canggung Irwan juga mencoba menciumi tangan, leher, hidung dan jidatnya. Istriku hanya diam saja, pdahal kalau aku main sex dengan istriku dia selalu rajin menciumi semua daerah kapalaku sampai air liurnya membasahi permukaan wajahku.

    Kini Irwan mencoba mencium bibir istriku dengan lembut, kudengar dari kejauhan suara bercakan bibirnya yang saling beradu. Aku lihat istriku juga membalas ciumannya dengan sesekali menggerakan tangannya di bahu Irwan. Ketika beberapa saat ciuman, nampaknya Irwan sudah berani menggerayangi tubuh istriku, awalnya dari punggungnya sampai kini daerah payudaranya, tangan kirinya seperti sudah melekat di payudara kiri istriku.

    Dia mencoba meraba-raba sambil mencoba meremas-remas dengan lembut. Aku merasa sangat menggairahkan melihat adegan ini, apalagi ketika mereka berdua melakukan ciuman yang dahsyat, rasanya sudah beberapa kali mereka melakukannya. Tak lama kemudian Irwan melepaskan ciumannya dan kedua tangannya mengarah ke kedua buah payudara istriku, dua tangannya mencoba meremas-remas payudara istriku dengan berbagai macam variasi.

    Istriku hanya terlihat pasrah saja, kedua tangannya ada dibelakang pinggangnya untuk menahan serangan tubuhnya. Irwan sudah tak sabar untuk membuka kaos dikenakan istriku, dia menarik kedua tangan istriku ke atas dan membukakan kaosnya, yang selanjutnya membuka kancing bra. Ouwww.. rupanya payudara istriku sudah terpampang jelas tanpa sehelai benagpun di hadapan Irwan yang nampaknya sudah bersiap-siap melahap payudara istriku.

    Kini istriku tidur terlentang mengikuti arahan Irwan, tanpa ragu lagi Irwan melahap payudaranya. Tak henti-hentinya mulutnya menjilat-jilat putingnya sambil meremas-remas payudaranya. Istriku hanya bisa memegang kepala Irwan dengan menahan kenikmatannya. Desahan-desahan kecil mulai terkuak dari mulutnya, ya memang istriku paling suka dijilati payudaranya, itu merupakan rangsangan yang hebat sebelum melakukan ml. ketika payudaranya terus dihisap, dijilat dan diremas-remas oleh Irwan matanya mulai melihat kea rah ku, aku nggak tau apa yang ingin dia katakan, pastinya dia saat ini mersakan rangsangan yang hebat.

    Cukup lama irwan menguasai peyudara istriku, akhirnya kini irwan membuka rok istriku dengan cepat, lalu tanpa ragu lagi dia membuka celana dalam istriku. Ouww pengalaman yang sangat menraik ketika seluruh tubuh istriku terpampang jelas tanpa sehelai benangpun di hadapan Irwan. Hatiku berdebar-debar menantikan apa reaksi irwan selanjutnya. Opsss nampaknya irwan membuka lebar-lebar paha istriku, dan .benar-benar aku tidak menyangka dia mulai menjilati vagina istriku yang nampaknya sudah basah karena rangangan yang begitu hebat.

    Belum lama irwan menjilati vagina istriku, kini istriku mendesah hebat, kedua tangannya mulai mengepaal keras. Kepalanya mulai bergerak tak karuan, kulihat matanyapun sudah tak mampu melihat kejadian ini. Tetapi meskipun begit, istriku masih saja menyebut-nyebut namaku ketika mendesah hebat. Aku senang rupanya istriku bisa merasakan apa yang dia inginkan, ini adalah bukti rasa cintaku padanya. Kini aku melihat wajah irwan benar-benar tenggelam di kedua belah selangkangan istriku, karena paha istriku terus mengggelinjang tanpa arah mejepit kepala irwan yang sedang isbuk menghisap vaginanya.

    Setelah permainan ini, irwan bangun dari ranjangnya, lalu dia membuka semua pakainannya sampai dia benar-benar telanjang di hadapan istriku. Ku lihat penisnya cukup besar, meskipun tak jauh ukurannya dibandingkan dengan penisku. Rupanya Irwan sudah tidak sabar ingin memasukkan penisnya kedalam vaginanya.

    Dalam kondisi yang agak lemas, istriku menwarkan untuk menghisap penisnya, tetapi Irwan menolaknya entah alasannya apa.. Irwan kini sudah berada di depan kedua selangkangan istriku, nampak istriku hanya berposisi terlentang menghadap irwan yang sedang duduk sambil memoles-moles penisnya. Baru saja Irwan merenggangkan selangkangan istriku dan ingin memasukkan penisnya. Istriku langsung memanggilku untuk menghampirinya. Langsung saja aku menghampiri istriku itu walaupun entah apa yang dia inginkan.

    Kini aku duduk di sebelah kepala istriku dan aku bertanya kepada istriku kenapa sayang? , lalu istriku menjawab maafkan aku ya sayang, tapi aku tetap cinta dan sayang sama papah, aku ingin papah mengusap-usap kepalaku ketika aku dijamah mas irwan, mau khan? . Aku hanya mengangguk-nganggukan kepalaku dan mencium keningnya. Setelah itu aku mempesilahkan irwan memasukan penisnya kedalam vagina istriku.

    Tak lama kemudian Irwan mencoba memasukkan penisnya ke dalam vagina istriku, sulit juga isrwan memasukkan penisnya kedalam vagina istriku. Akhirnya istriku mencoba membantu dengan tangannya untuk memasukan penisnya. Kini penisnya sudah masuk kedalam vaginanya, sudah kutebak irwan mencoba menggerakkan pantatnya dengan dorongan yang cukup pelan. Memang ini adalah strategi ml yang konvensional yang sudah biasa aku lakukan sehari-hari dengan istriku. Tetapi nampaknya istriku begitu sangat menikmati permainan ini, kulihat dia memejamkan matanya sambil menggigit bibirnya menahan rasa nikmat yang ada pada tubuhnya. Kaki istriku tepat ada di punggung irwan dengan vagina yang sudah terbuka lebar di hadapannya.

    Sesekali aki melihat penisnya begitu gagah keluar-masuk ke dalam vagina istriku. papahhh sshhhhh oouwwwwww ppaaahhhhhhhhhhh , aku benar-benar terkejut mendengar rintihan istriku yang cukup keras itu, tidak biasanya istriku merintih sangat keras. Gerakan tubuhnya bergetar hebat tak beraturan, tak bosan-bosannya Irwan terus menancapkan penisnya ke liang vagina istriku, sambil meremas-remas payudara istriku. Aku hanya mengusap-usap kening istriku yang tampaknya benar-benar berada dalam kondisi orgasme. Disamping aku juga lihat Irwan menikmati permainan ini, dengan mengeluarkan desahan halus yang keluar dari mulutnya.

    Hampir 15 menit berlalu irwan belum juga lelah terus mendorong pantatnya ke dalam vagina istriku, aku lihat penisnya begitu kekar masuk kedalam liang kemaluan istriku. Padahal keduanya sudah dibasahi keringat disekujur tubuhnya, walaupun hotel ini menggunakan AC yang sangat dingin. Semakin lama istriku mencoba bangkit dari tidurnya dan memeluk irwan lalu menciumi bibirnya.

    Owwwww ini adalah making love yang sangat romantis yang pernah aku lihat seumur hidupku. Istriku kini ada di atas pangkuan irwan yang secara bergantian menggoyang-goyangkan pantatnya. Hampir setengah jam kemudian Irwan berisyarat bahwa dia ingin mengeluarkan sesuatu dari kemaluannya, cepat-cepat istriku bangun dari pangkuan irwan, ya benar saja tak lama kemudian irwan memuncratkan spermanya di atas selimut ranjang hotel ini. Lalu istriku mencoba membantu mengocok-ngocok penisnya agar spermanya bisa keluar sebanyak mungkin.

    Rupanya permainan ini sudah selesai, aku bantu istriku mengambilkan tissue untuk mengelap sperma yang masih menempel di tangannya. Irwan bergegas ke toilet untuk bersih-bersih. Terlihat senyuman hangat terpancar di wajah istriku, aku cukup bahagia istriku bisa menikmati kepuasan sexualnya meskipun bukan denganku. Aku coba membantu membersihkan cairan yang ada di lobang vaginanya dengan tissue ini.

    Lalu tak lama kemudian istriku meninggalkanku untuk ke toilet.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Melly, Pacarku Yang Masih Perawan

    Cerita Sex Melly, Pacarku Yang Masih Perawan


    931 views

    Perawanku – Cerita Sex Melly, Pacarku Yang Masih Perawan, Cerita Sex yang aku alami ini terjadi sewaktu aku sma. Sebut sajalah namaku maru. Aku ingin berbagi cerita sex ku kepada kalian semua. Namun sebelum membaca cerita dewasa serta cerita seks ini siapkan dulu yah isi celana kalian . Jangan sampe basah dulu sebelum cerita dewasa ini kelar dan selesai dibaca . Karena cerita seks yang akan aku ceritakan disini merupakan cerita sex yang sangat hot dan bikin badan panas dingin. Dulu pada waktu aku sma aku berpacaran dengan gadis satu sma ku… sebut saja nama pacarku melly… Dia anaknya supel, pinter, cantik dan mempunyai body yang apik serta mulus dengan ukuran bra 36b. Aku menjalani masa pacaran dengan melly kurang lebih selama 6 bulan. Aku suka bertukar pikiran dengan pacarku tentang berbagai macam hal termasuk hal yang berbau seksual.

    Karena pengetahuan sex ku luas jadi aku bisa menjelaskan bermacam2 istilah, Posisi, serta tempat2 dimana kegiatan bejad itu enak untuk dilakukan karena aku sering melihat film bokep n membaca buku2 tentang sex.

    Suatu hari pacarku aku ajak ke rumahku. Kebetulan waktu itu sekolah baru saja selesai mengadakan ujian akhir. Aku bertanya “melly kamu tidak ke rumah ku sekedar mengobrol”. Melly menjawab “aku mau2 saja kalau di rumah kamu tidak ada orang”. Aku langsung curiga ketika melly berkata seperti itu. Kebetulan rumahku siang ini lagi tidak ada orang karena smua keluargaku sedang ada undangan ke perkawinan saudara di sukabumi. Jadi di rumahku hanya ada pembantuku saja. Lalu aku membalas “Ya sudah kita berangkat sekarang yah ke rumahku”. Sesampainya di rumahku aku langsung mengajak dia ke kamarku yang terletak di lantai atas. Aku menyalakan komputerku dulu untuk mendengarkan lagu dari winamp. Sedang pacarku ke kamar mandi untuk ganti baju dan buang air.

    Ketika dia keluar dari kamar mandi aku takjub melihat pakaian yang dikenakan oleh melly pacarku itu. Dengan tank top berwarna gelap dipadu dengan jaket tipis dan celana jeans. Aku bertanya kepada melly “kok kamu tumben pake baju yg sedikit kebuka ?”. Dia hanya tersenyum manis dan duduk di pahaku. Aku langsung terangsang ketika melly duduk dipangkuanku dengan pakain yang seperti itu dan wangi tubuhnya menggelitik bulu hidungku. Aku berbasa basi “jaket kamu dilepas aja kan cuma aku yang bisa ngeliat kamu”. Dibukalah jaket itu dan mulai terlihat tubuh sintal berwarna kecoklatan itu.

    Cerita Sex Melly, Pacarku Yang Masih Perawan

    Cerita Sex Melly, Pacarku Yang Masih Perawan

    Langsung saja aku cium leher belakangnya. Lalu aku tiup dan jilat telinganya seperti menjilat ice cream. Aku rasa dia juga terangsang dengan perbuatanku itu. Dia berbalik badan kearahku sehingga wajahku bertemu dengan wajahnya. Dia berkata “ih geli tau digituin”. Aku hanya tersenyum saja. Aku lalu mencium bibirnya yang merah dan tipis. Ternyata dia membalas ciumanku. Lalu aku bersilat lidah dengannya. Ternyata walau dia baru pertama kali berciuman tapi sudah mahir mengikuti irama permainan bibirku. Mungkin karena sering aku jelaskan panjang lebar tentang hal itu. hehe… Selama kurang lebih 7 menit itu aku melakukan french kiss dengan dia diatas bangku. Dia tampaknya kurang puas hanya dengan french kiss. Lalu dia bertanya menantangku sambil digesek gesekannya pantatnya tepat diatas kontolku “katanya kamu mahir dalam seks coba kamu buat aku terkesan dengan permainanmu ?” Kontol ku langsung mengeras dan menegang seketika.
    Aku ajak saja dia ke kasur. Dengan posisi tiduran saling berhadapan kami melakukan french kiss lg tp kali ini disertai dengan tangan2ku yang bergerilya mulai dari tubuh bagian atasnya. Terdengar bunyi air liur dan kecupan kedua bibir kami. Perlahan aku turunkan tali tanktop itu agar terlihat payudaranya. Tapi dia menghentikan permainan sebentar lalu bertanya sambil bercanda “eits mau liat toketku ?” Aku mengiyakan pertanyaan melly. Terbukalah bagian atas tubuh melly dengan payudara yang masih padat dan molek. Sambil melalukan french kiss aku memainkan payudara nya dengan meremas2 dan memencet puting susu payudara pacarku dengan kedua tanganku. Dia tampak sedikit sakit tapi enak dengan perbuatanku itu. Lalu aku menjilati payudara dan menggigit puting susunya. Lagi2 dia tampak enjoy tanpa berbuat apa2 selain mendesah nikmat “ahh enak nton, terusin aja yah”. Karena dia tampak mulai hot tanganku mulai menggeranyangi bagian bawah tubuhnya sembari menjialati payudaranya.

    Karena melly menggunakan celana jeans aku susah memasukkan jari2ku ke dalam liang vaginanya. Permainan berhenti sejenak. Aku bertanya “Kamu yakin ngga mau melepas gelar perawanmu padaku ? Kalo mau kita berdua bugil ?” Dia mengangguk pertanda dia mau. Akhirnya kami berdua melepaskan pakaian kami dan kami saling memandang mengagumi tubuh kami masing2. Melly dengan tubuhnya yang aduhai dan aku yang tubuhnya sedikit gemuk dan putih. Kami kembali ke kasur untuk melanjutkan pertempuran. Kami melakukan kissing lg sembari tanganku bermain di liang vagina dan payudaranya. Aku masukkan kedua jari tangan kananku ke liang vaginanya dan cairan hangat terasa di dlm vaginanya. Aku mengocok sembari memborbardir vagina melly dengan kedua jariku itu. Dia terasa lebih hot kali ini walau hanya mendesah tidak bersuara. Tapi skarang melly sudah berani memegang kontolku walau tak begitu besar. Lalu aku berkata “ehh say kita ganti posisi aja yu jd posisi 69 ?” melly mengangguk lg. Kami akhirnya bertukar posisi dan wah terlihat jelas vagina melly yang msh sempit dan wangi ditutupi bulu2 jembinya yg lebat. Aku menjilati sambil memainkan jariku di vaginanya sedangkan melly berkaraoke dibawah. Aku gigit sesekali bibir vaginanya dan melly pun membalas dengan menggigit batangku. “aww sakit nton tp enak de…. ahh…nton terusin…. ahhh !!!” Tiba2 cairan hangat dari vagina melly keluar karena reflek aku telan cairan itu saking enaknya di karaoke. Kontolku juga menjadi santapan yg lezat bagi melly. Melly mengulum dan mengocok kontolku seperti seorang ahli sex. Mantab rasanya.

    Selama 30 menit kami melakukan posisi 69 melly berucap “nton aku pengen nyoba dimasukkin dong.” aku bersemangat skali melly berkata seperti itu. Aku langsung mengangkat melly keatas tubuhku dan menempatkan vaginanya tepat diatas kontolku. Walau agak licin tapi kontolku langsung masuk di lubang vaginanya. Melly menjerit kesakitan “ouch perih nton… kamu apain nie ?” aku menjawab “tenang kan baru pertama kali jadi agak susah masuknya.” melly hanya mendesah lg sedang aku menambah kecepatanku naik turun sembari meremas2 payudaranya. “uuh ahh ouch ihh sakit sakit… enak…. uuh…” Melly sudah tampak lemas. Aku ubah posisiku dengan posisi tubuh melly menungging dan aku berada diatasnya. Lagi2 aku mengatur kecepatanku agar stabil. Melly hanya menjerit dan nikmat. Lalu aku bertanya “kamu udah mau orgasme blum ?” Melly menjawab “aku bentar lg nih kayaknya mau keluar.” Aku langsung mengantisipasi hal itu. Aku ajak dia duduk saling berhadapan masih dengan kontolku yang berada didalam vagina. Dengan begini kan pasti lebih enak jelasku. Karena dia sudah mau keluar aku percepat saja gerakanku. Sambil ciuman dan tanganku yg meremas payudaranya aku terus mempercepat gerakanku. “ahh nton… oh yeah… terus nton…”, kata melly. Lalu aku merasakan vagina melly seperti menyempit dan ada cairan hangat yg menyentuh kontolku. “aduh aku keluar juga deh nton akhirnya”, kata melly. Aku hanya mengiyakan dan melanjutkan permainan panas kami.

    Setelah beberapa lama kami bermain posisi itu kami ganti posisi lagi. Kali ini dengan tubuh melly yang terbaring dibawah karena lemas dan aku berada diatas. Kaki aku menekuk dan kaki melly di pundakku sehingga lubang vagina melly terbuka. Aku coblos lg vagina melly “ahhhhhh uuuuuuhhhhhh enaaaaaaakkk yeaaaaah…..”Aku tarik ulur kontolku pelan2 karena aku melihat muka melly yang sudah terkulai lemas tak berdaya. Aku kasihan sama melly karena ini adalah pengalaman pertamanya. Jadi kupikir akan kuhentikan saja permainanku ini. Kan masih ada hari esok pikirku. Karena aku belum keluar aku menyuruh melly mengulum dan mengocok kontolku. Beberapa menit kemudian cairan spermaku akhirnya keluar di dalam mulut melly. “mantab kau mel…”, pujiku. Kami berdua akhirnya tertidur lelap selepas melakukan perbuatan bejad itu dengan tubuh kami berdua yang masih telanjang.

    Tak terasa hari sudah menjelang maghrib, kami terbangun dengan tubuh yang telanjang dan mandi berdua. Setelah itu aku antar dia pulang ke rumahnya tepat sebelum keluargaku datang. Memang permainan itu merupakan pengalaman pertama bagi dia tapi tidak bagi aku. Setelah kejadian itu kami sering melakukannya di rumahnya atau di mobil dalam waktu perjalanan. Tentu saja permainan melly skarang sudah mengalami kemajuan.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Memaksa Anak Ibu Kost Yang Pendiam Dan Masih Perawan

    Cerita Sex Memaksa Anak Ibu Kost Yang Pendiam Dan Masih Perawan


    1117 views

    Perawanku – Cerita Sex Memaksa Anak Ibu Kost Yang Pendiam Dan Masih Perawan, Gue, pria 25 tahun seorang mahasiswa salah satu universitas di jogja yang sampai saat ini belum tamat-tamat. Walau dari segi akademis gue tergolong gagal, tapi dalam hal menakhlukkan hati kaum hawa gue termasuk orang-orang berprestasi, heheee..

    Gue pengen cerita pengalaman pribadi gue, mudah2an ada manfaatnya. Kisah ini bermula ketika gue dapat tempat kos yang baru. Dari pagi sampe sore muter-muter daerah jogja, akhirnya nemu juga tempat kos yang bakal ditempetin.

    Awalnya gak begitu suka, karena tempat kosnya terpisah jauh dari temen2 gue yang lain. Tempatnya juga terlalu masuk ke lorong-lorong. Tapi ada satu hal yang membuat gue mutusin buat ngambil kosan disana, yaitu anak ibu kosnya yang cakep alang kepalang. Namanya Rina, mahasiswi semester 3.

    Pertama kali gue ngeliat dia, jantung gue langsung berdesir karena doi manis banget. “iya, kosan yang disebelah ada kok kak, tapi Cuma satu kamar.” Begitu suaranya ramah ketika pertama kali gue komunikasi sama doi. Ibu kosnya juga baik. Namun ibu kos nya yang berprofesi pedagang di Sleman belum pulang. Rina mengatakan kalau ibu dan bapaknya berdagang pergi pagi pulang malam.

    Akhirnya sore besoknya gue mutusin untuk ngambil kamar kosan yang bersebelahan langsung dengan rumah ibu Kosnya. Walau tinggal terpencil jauh dari temen2, gak masalah lah.. yang penting gue bisa dapetin nih si bidadari khayangan. Malam itu gue udah ready untuk tinggal di kosan baru gue.

    Begitu keluar, ehh.. ternyata gebetan gue Rina lagi telponan diluar sambil duduk santai di teras rumahnya. “wah.. kesempatan buat pdkt nih..” dalam hati gue. Setelah nungguin dia selesai telponan lumayan lama, akhirnya gue keluar kamar dan samperin doi. “Hai.. lagi ngapain?” sapa gue sambil melempar senyum. “Eh, lagi santai aja kak.” Balasnya membalas senyum gue.

    “Telponan sama siapa?” “Sama pacar kak” jawabnya. Plaaakk.. gue serasa kena tampar. Ternyata doi udah punya pacar. Habis deh! Namun, pembicaraan tetap berlanjut. Walau Rina sudah punya pacar, gue tetap pengen akrab sama dia. Siapa tau ntar dia putus, siapa tau ntar dia bosen sama pacarnya.. Siapa tau.. siapa tau.. gue menghibur diri.

    Gue perhatikan wajah manis Rina. Bener-bener wajah bidadari! Kulitnya halus tanpa jerawat. Ternyata ada tai lalat mungil di pipinya. “Kak kok ngeliatin Rina gitu sih?” tanya Rina risih. Gue tersadar. “Ehh.. gak. Ternyata Rina punya tai lalat di pipi yah?” tanya gue.

    “Orang yang punya tai lalat di pipi itu beruntung lho..” ucap gue keumudian. “Emang kenapa kak?” tanya nya penasaran. “Iyalah beruntung! untung aja tai lalat, kalo tai kebo gimana coba?” seloroh gue. Rina langsung ketawa. Manis banget ngeliat dia ketawa.

    Akhirnya malam itu gue berhasil ngobrol panjang lebar dan ketawa ketiwi bareng Rina. Bahkan setelah cerita tai lalat itu, rina bahkan nunjukin kalau dia punya tanda lahir di lengannya. “Mana mungkin itu tanda lahir! Itu tatto tuh!” gue langsung aja nuduh.

    “Sumpah kak ini tanda lahir!” balasnya. “Gak percaya! Pasti kamu orangnya tattoan yah! Harus diperiksa nih!” tuduh gue. Dia malah tertawa cekikikan. Gue senang.. Paginya, gue sempetin dulu olahraga pagi. Angkat barbel dan push up ringan sudah jadi rutinitas pagi buat gue.

    Punya badan atletis dan berotot memang kharakteristik gue. Alah.. Tiba-tiba gue denger suara cebar-cebur dari kamar mandi. Gue selidiki asal suara tersebut, ternyata persis bersebelahan dengan dinding disebelah kamar gue. Ternyata disebelahnya kamar mandi! Gue coba dengerin suara gemercik air tersebut.

    Ternyata suara berikutnya adalah lantunan nyanyian seorang gadis. Tidak salah lagi, itu suara Rina! Gue begitu menikmati suara nyanyiannya. Merdu banget! Akhirnya timbul pikiran kotor gue. Dinding tembok yang sebenarnya tidak terlalu tinggi itu bisa gue panjat! Akhirnya dengan secepat kilat, otak gue berfikir keras.

    Bagaimana caranya untuk memanjat dinding yang tingginya dua setengah meter ini. Setelah yakin orang tua Rina sudah berangkat pergi berdagang dan Rina pasti sendirian di rumah, gue nekat untuk ngintipin Rina mandi. Dengan bantuan kursi, akhirnya gue bisa mencapai ujung tembok paling atas.

    Pelan-pelan gue angkat kepala untuk melihat pemandangan disebelah sana. Ternyata benar! Rina sedang mandi sambil bernyanyi. Rina dengan wajah manis itu ternyata punya tubuh yang sangat seksi. Dari ujung rambut hingga ujung kakinya dapat gue liat secara jelas.

    Payudaranya yang montok bergelantungan. Kulitnya putihnya yang dibalut busa-busa sabun. Hingga rambut-rambut halus yang tumbuh didaerah kemaluannya dapat terlihat jelas. Hal itu tanpa sadar sudah membuat batang kemaluan gue langsung mengeras.

    Rina masih asyik menggosok-gosok bagian tubuhnya dengan sabun. Yang membuat gue gak tahan yaitu terkadang tangannya meremas payudaranya sendiri. Kilauan sabun dari payudaranya yang putih licin oleh sabun membuat gue serasa mau pingsan. Sejurus kemudian, rina membilas sabunnya dengan menimba air. Kulitnya makin terlihat putih bercahaya.

    Berikutnya bagian selangkangannya yang dicuci dengan air. Diluar dugaan gue, ternyata Rina mengelus-elus bagian kemaluannya. Awalnya gue berfikir Rina melakukan pembersihan di daerah vaginanya. Ternyata, ia begitu keasyikan mengelus-elus daerah yang berbulu tersebut.

    Gue liat matanya sudah merem-merem keenakan. “Ohh tidaakk.. Rina sedang masturbasi!” Baru kali ini gue melihat secara langsung dengan mata kepala sendiri ada seorang cewek yang masturbasi. Secara jelas gue menonton Rina yang tengah keasyikan memainkan jarinya di bibir kemaluannya. Secara tak sadar gue jadi lupa diri kalau sebenarnya posisi gue sangat rawan.

    Bisa bahaya kalau sampai ketahuan oleh Rina. Malu banget lah, baru satu hari ngekos ditempat orang sudah berlaku kurang ajar. Ternyata bata yang menjadi pijakan gue tak sanggup lagi menahan pijakan gue. Akhirnya salah satu batu bata tersebut terjatuh. Rina jadi kaget dan menghentikan adegan masturbasinya. “Mati gue kalo rina sampai tau!” batin gue terus cemas.

    Gue langsung menghentikan tontonan langka nan sangat istimewa tersebut. Gue segera turun dari dinding yang gue panjat buru- buru. Ternyata Rina menyadari dirinya diintip. Rina segera memakai handuknya dan buru-buru keluar kamar mandi. Gue segera menuju pintu kamar mandi untuk menghalangi dan menenangkan Rina, kalau-kalau ia berteriak.

    Bisa mampus gue kalau dia ngadu ke ortunya. Ternyata gue yang buru-buru melintasi pintu kamar mandi langsung bertabrakan dengan Rina yang baru saja keluar kamar mandi. Handuk rina langsung tersibak, ia terjatuh. “Maaf.. maaf..” Cuma itu yang bisa terlontar dari mulut gue sambil membantu Rina untuk berdiri.

    Gue langsung mengambil handuknya. Rina tampak kelabakan ketika handuknya hampir saja copot. Rina tidak memakai apa-apa selain handuk yang membuat payudaranya menyembul kelihatan. “Kak, ngintipin Rina barusan yah?” tanya Rina dengan menundukkan kepalanya. Ia menunduk mungkin karena ia malu. Karena baru saja ia melakukan masturbasi.

    Gue jadi ngerasa bersalah. “Maafin kakak ya.. Kakak menyesal banget” gue ucapin itu dengan nada memelas. Rina cuma mengangguk tapi masih menunduk. Tangannya masih memegang handuknya erat-erat. Tak lama setelah itu dia berjalan pelan kedalam rumahnya sambil terisak. Matanya berkaca-kaca. Gue jadi tambah merasa bersalah.

    “Blum ada lho yang ngeliat Rina gitu, kok kakak tega sih?” suaranya lirih. Akhirnya gue anterin Rina ke kamarnya. Gue bimbing dia menuju kamarnya. Dibenak gue semuanya campur aduk. Perasaan bersalah udah membuat dia trauma. Mungkin saja bagi cewek hal seperti itu bisa membuatnya trauma. Sesampainya dikamar Rina, gue malah memeluknya.

    Terlintas dipikiran gue, kalau cewek sedih atau nangis untuk menenangkannya dengan di peluk. “Rina maafin kakak ya..” gue bisikin itu ke telinganya. Sekali lagi Rina mengangguk. Dari pelukan, gue beralih mendekap Rina. Gue cium pipinya kemudian bibirnya. Serentak tangan gue juga ikut memainkan perannya meremas dada Rina dari luar handuknya.

    “Kakak! Ngapain sih ini!” ucap Rina kaget. Dalam fikiran gue, kepalang basah mandi aja! Tanggung ketahuan ngintipin Rina mandi, kenapa gak gue tidurin aja sekalian? Mumpung kesempatan ada! Gue dorong Rina ke tempat tidurnya. Pintu kamarnya segera gue kunci. Handuknya dengan mudah gue lepas. Bibir Rina gue lumat dan kulum sejadi-jadinya.

    Cerita Sex Memaksa Anak Ibu Kost Yang Pendiam Dan Masih Perawan

    Cerita Sex Memaksa Anak Ibu Kost Yang Pendiam Dan Masih Perawan

    Tangan gue menjamah payudaranya yang montok. Rina berontak dan kakinya menghentak-hentak gak karuan. “Kakaaaakk..” Rina berteriak. Gue mulai cemas. Nanti kalau ada warga yang dengar gimana? Gue bisa dihajar massa. Akhirnya gue menghentikan aksi brutal gue. Gue mutusin untuk membujuk Rina pelan-pelan.

    Sambil mengelus-elus bahunya dan membelai rambutnya gue ngomong pelan-pelan “Rina, tenang aja yaa.. kakak gak bermaksud nyakiti Rina. Kakak gak mungkin menyakiti Rina karena kakak sayang banget sama Rina..” bisik gue pelan-pelan ke Rina. Gue cium leher Rina, tangan gue mulai lagi main-main mengelus payudaranya, meremas, kemudian turun ke daerah kemaluannya. “Kakak, Rina mohon jangan kak” Rina memelas ketakutan.

    “Rina tenang aja yaa.. Kakak gak akan nyakitin Rina. Kakak Sayang sama Rina.” Bujuk gue pelan-pelan sambil terus memainkan daerah kemaluannya. Tangannya terus mendorong-dorong gue. Rina ketakutan setengah mati. Gue terus memberikan rangsangan dengan terus menciumi leher Rina. Kemudian turun dan menjilati puting susunya yang memerah.

    Sementara tangan kanan gue mengelus-elus daerah vaginanya. Jari tengah gue mulai masuk ke lipatan bibir vaginanya. Gue terus mainkan itu pelan-pelan. “Kakak.. Rina mohon, Rina masih perawan kak.. Rina takut..” Rina masih memelas. Tangannya terus memegangi tangan kanan gue yang bergerilya didaerah bibir vaginanya.

    Gue cuma jawab permohonan Rina dengan ciuman dan kuluman dibibirnya. Gue terus lumat bibir Rina dan bibir vaginanya dilumat jari tengah gue. Perlahan gue masukin jari tengah gue dengan pelan-pelan. Terasa daerah vagina Rina sudah basah. Mengetahui daerah vagina nya sudah basah dan licin, gue jadi yakin kalau sebenarnya Rina juga menikmati permaikan gue.

    Rina juga sudah tidak menunjukkan perlawanan yang kuat. “Rina, kak masukin jari kakak pelan-pelan ya.. gak sakit kok.. Rina tenang aja yaa..” Belum lagi Rina memberikan persetujuannya, jari tengah gue sudah menikam masuk ke vaginanya.

    Akhirnya jawaban Rina Cuma erangan dan rintihan. Gue terus mainkan dengan memasukkan jari tengah gue kedalam vaginanya sedikit demi sedikit. Akhirnya bisa masuk semua jari gue! “Kakak.. Rina takut kak..” Rina terus menceracau.

    Tapi kakinya malah membuka lebar dan sesekali nafasnya mendesir berat. Gue yakin Rina sebenarnya mungkin saja sering bermasturbasi. Cewek-cewek seperti Rina mungkin saja cewek hyperseks yang sering memuaskan dirinya dengan masturbasi. Seperti yang gue liat barusan di kamar mandi. Gue makin sibuk.

    Tangan kiri gue membelai rambutnya, mulut gue sesekali mengisap dan menjilati putingnya, dan tangan kanan gue memasukkan jari kedalam liang vagina Rina yang makin banjir dengan cairan dan licin. Akhirnya gue gak tahan lagi. Dengan sekejap segera gue lucuti semua pakaian gue hingga kami berdua sudah benar-benar telanjang bulat. Segera gue tindih tubuh Rina yang terkapar.

    “Rina, kita coba masukin yuk.. Tahan sedikit ya.. mungkin agak sakit.” Rina dengan lugunya mengangguk. Tampaknya ia sudah diliputi gejolak syahwat yang sangat. Gue makin bersemangat. Perlahan gue gosok-gosokin penis gue yang udah tegang dari tadi ke bibir kemaluan Rina. Rina yang makin terangsang gak bisa berbuat apa-apa selain pasrah. Jiwa raganya sudah diliputi kenikmatan seks.

    Setelah penis gue licin dengan cairan Rina, perlahan gue tusukin penis gue ke dalam liang kemaluan Rina. Walaupun pekerjaan gue halus dan pelan, tetap saja Rina merintih kesakitan. Sekarang penis gue bercampur dengan cairan licin dari Rina dan darah keperawanannya. Rina menangis. Namun bibirnya terus mengeluarkan suara “ahhh.. ahhhh.. kakak..” Gue gak mau ambil pusing.

    Gue sibuk dengan mendobrak vagina Rina yang sangat sempit agar batang kemaluan gue bisa masuk lebih dalam lagi. Dibantu dengan cairan pelicin Rina yang sudah banjir, penis gue bisa masuk semuanya. Gue terus menggenjot dengan memaju mundurkan batang kemaluan gue. Sesekali gue cium dan jilatin leher Rina hingga ke payudaranya.

    Kemudian putingnya gue hisap sekuat-kuatnya. Akhirnya gue liat tanda-tanda Rina akan orgasme. Segera gue pacu kecepatan goyangan gue. Gue pun pengen keluar dan klimaks. Akhirnya Rina lebih dahulu mencapai klimaks dan berteriak “Kakakk…” Berurutan setelah itu gue juga keluar menyemprotkan cairan sperma gue didalam memeknya.

    “ahhh.. Ahhhh.. Rina..” Gue **kan beberapa kali semburan dengan menekan penis gue sedalam-dalamnya kedalam liang vaginanya. Rina pun menjepitkan pahanya. Akhirnya untuk beberapa saat kita terbuai merasakan nikmatnya orgasme.

    Beberapa saat setelah itu terasa kedutan dan denyutan dari vaginanya. Penis gue belum gue cabut. Batang kemaluan gue itu gue biarin sampai lemas didalam vaginanya Rina. Gue terus perhatikan wajah cantik Rina yang termenung sayu. Sesaat gue jadi kasihan telah melakukan ini semua kepada Rina. Kembali gue elus-elus dan benerin rambutnya yang berantakan.

    Gue tatap matanya dalam-dalam sambil berkata pelan “Rina, mau gak jadi pacar kakak?” Rina hanya diam. Gue tau dia udah punya pacar. Tapi gue sama sekali gak tau apa yang mau gue katakan selain itu kepada Rina. Gue pasang kembali celana dan keluar dari kamar Rina.

    Rina masih termenung sayu diranjangnya dan belum memakai pakaiannya. Gue udah siap dengan segala konsekwensi dari perbuatan gue barusan. Setelah itu gue langsung berkemas di dalam kamar kos gue. “Mungkin setelah ini Rina akan mengadukan semua itu ke orang tuanya dan gue bakal di usir” pikir gue.

    Siang harinya, gue sudah selesai beres-beres barang-barang. Gue pengen cabut duluan sebelum gue di usir sama orang tuanya Rina. Atau mungkin saja hal yang lebih buruk bakal terjadi ke gue. Ternyata pintu kamar kos gue diketuk. Setelah gue buka ternyata Rina. Gue persilahkan Rina masuk. Rina pun masuk kedalam kamar gue.

    Dia liat gue sudah packing barang-barang siap-siap mau kabur. “Kakak mau kemana?” tanya Rina. Gue cuma diam. “Kakak gak boleh pergi! Rina takut.. gimana kalau Rina sampai hamil? Kakak harus tanggungjawab untuk semua ini!” kata Rina lirih. “Baiklah kakak gak akan pergi.

    Kakak akan tanggungjawab kalau terjadi apa-apa. Tapi kakak mohon jangan kasih tau orang tua Rina ya..” pinta gue. Rina hanya mengangguk. Matanya masih sembab karena menangis. Gue jadi kasihan, akhirnya Rina gue peluk lagi. Seminggu setelah itu, gue dan Rina Cuma diam-diam dan tak ada tegur sapa.

    Tapi akhirnya gue beranikan diri lagi untuk menyapanya dan mengajaknya bercanda lagi. Akhirnya, gue bisa ngajakin Rina untuk berhubungan badan lagi. Kadang dikamar gue, kadang dikamar dia. Bahkan dia sempat tidur di kamar gue, padahal orang tuanya ada dirumah.

    Ternyata Rina selalu diliputi gairah. Permainan seks kami semakin hari semakin fariatif. Dalam waktu tak kurang dari seminggu, Rina sudah berani menelan habis sperma yang gue semburin didalam mulutnya. Seks lagi dan lagi.. kami berdua sama-sama diliputi gairah yang membara. Walaupun status hubungan gue belum jelas hingga saat ini, gue tetap menjalani ini sama Rina.

    Rina tetap pacaran dengan pacarnya, tapi kalo soal ranjang Rina lari ke gue. Hampir setiap malam Rina mampir ke kamar gue buat gituan. Kadang setelah gituan dia balik ke kamarnya, kadang tidur di kamar gue. Sejak saat itulah, Rina ternyata diam-diam juga main sama pacarnya. Gue pernah nanya ke Rina, apa dia pernah melakukan hubungan badan dengan cowoknya?

    Awalnya Rina bilang belum. Tapi setelah gue selidiki sms dari cowoknya, ternyata mereka juga udah ngelakuin hal begituan. Setelah perawannya hilang, dia malah jadi hyperseks dan pengen ngelakuin hal itu terus. Suatu sore, pembicaraan gue sama Rina sampai ke sesuatu yang bahkan gak gue duga.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Membalasnya dengan Lembut

    Cerita Sex Membalasnya dengan Lembut


    998 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Membalasnya dengan LembutCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Setelah bulan kemarin aku digarap oleh 2 tante , rasa haus akan seks muncul lagi dan aku berharap tante tante tersebut datang kerumahku lagi , tapi karena tidak ada kabar yang pasti aku akan menceritakan kisahku dengan temanku sndiri yang bernama Via, saat itu kami mengadakan acara camping di gunung , setelahnya kita mendirikan tenda kami begegas untuk mandi kami berdua sama-sama memakai celana jeans dan kaos oblong putih sambil berkalungkan handuk.

    Aku ingat lagi ketika Via terjatuh masuk ke air. Pakaiannya basah sehingga bagian dalam tubuhnya kelihatan. Dia memakai BH hitam. Aku terangsang dengan keadaannya. Aku lalu menolongnya dan pura-pura terjatuh tepat di hadapannya.

    Dia lalu mencipratkan air ke tubuhku. Kuajak dia mandi sekalian dan diapun mau. dia lalu naik ke atas batu dan melepas kaos dan celananya. Kemudian dia duduk bersimpuh dan mengambil sabun yang ada di saku celananya. Posisiku waktu itu berada di belakangnya. Aku semakin terangsang melihatnya hanya memakai pakaian dalam sedang menyabuni tubuhnya.

    Aku cepat-cepat melepas pakaianku dan kusisakan CD-ku, kuhampiri dia dan dari belakang aku melepas BH-nya. Dia tidak menolak ketika tanganku mengambil sabun dari tangannya. Aku lalu menyabuni kedua payudaranya yang sama besar dengan punyaku dari belakang sambil meremasnya. Dia membalikkan tubuhnya. Aku jadi leluasa menyabuni tubuhnya.

    Rupanya dia merasa aku tidak adil. Ketika aku meremas payudara kirinya dia mengambil busa sabun yang ada di payudara kanannya kemudian diusapnya kedua payudaraku. Aku memotong sabun itu dan kuberikan potongannya ke Via. Sekarang kami saling menyabuni kedua payudara. Kuberanikan diri mencium bibirnya. Dia membalasnya dengan lembut.

    Perlahan-lahan sambil kucium, dia kurebahkan di atas batu dan kuratakan sabunnya ke seluruh tubuhnya bagian atas sampai busanya hilang. Demikian juga dengan apa yang dilakukan pada tubuhku. Sekarang tubuh kami berdua sudah kering dari busa dan kutindih dia sehingga kedua payudara kami saling menempel.

    Kami terguling dan posisi Via sekarang di atasku. Dia lalu berdiri dan cepat-cepat aku dari belakang memeluknya. Aku mendesah ketika kedua payudaraku menempel di punggungnya. Tanganku meremas kedua payudaranya dan turun ke bawah masuk ke dalam CD-nya. Tetapi dia kurang suka dengan sikapku ini sehingga dia menarik tanganku kembali dan melepaskan diri dari pelukanku.

    Dia kemudian turun ke air dan kuikuti dia. Kuajak dia melanjutkan permainan yang tertunda di dalam air. Dia tidak mau dan mendorongku. Aku tidak memaksanya. Ketika dia mandi aku juga mandi. Sendiri-sendiri. Malamnya, dia tidur berdua setenda denganku. Kebetulan malam itu dinginnya sampai ke tulang. Meskipun kami sudah memakai pakaian hangat plus berselimutan. Ketika itu kami tidur saling berhadapan.

    Aku terbangun dan pikiran gilaku muncul lagi. Kusingkirkan selimut. Kemudian perlahan-lahan kuturunkan retsliting jaketnya. Aku kaget dia ternyata hanya memakai BH di dalamnya. Dia rupanya terbangun juga dan tidak menolak ketika kulepas jaketnya.

    Bahkan dia melepas jaketku sehingga kedua payudaraku yang tadi kututupi jaket sekarang sudah telanjang. Dia melentangkanku dan dihisapnya kedua payudaraku bergantian. Aku merasakan kehangatan. Mulutnya kemudian naik dan mencium bibirku sambil dia melepas BH-nya. Aku lalu meremas kedua payudaranya begitu juga dengannya. Kemudian di tidur di atasku dan berpelukan.

    Kami bergulingan ke atas ke bawah sampai kami tidak merasakan kedinginan lagi bahkan berkeringat. Vaginaku mulai basah sehingga ketika dia di bawahku aku lalu duduk dan melepas retsliting celananya.

    Dia mendorong tubuhku sehingga aku terjatuh dan langsung dipeluknya sambil dia berkata bahwa dia tidak mau bertindak lebih jauh lagi. Aku memakluminya dan kami akhirnya tidur berpelukan sampai pagi dan tidak merasakan dingin lagi. Keesokan harinya rombongan kami pulang kembali ke kota.

    Beberapa hari kemudian, aku yang tidak dapat menahan nafsu untuk bercumbu lagi datang ke tempat kostnya. Kulihat di balik kaos putih tipisnya dia tidak mengenakan BH. Kutanya kenapa dia tidak memakai BH. Dia menjawab bahwa BH-nya basah semua.

    Kesempatan ini tidak kusia-siakan. Aku duduk mendekatinya dan kuremas kedua payudaranya. Dia mendesah yang kusambut dengan ciuman di bibirnya. Dia mendorongku dan memintaku untuk tidak kurang ajar. Aku takut dia akan menjerit dan terdengar dari luar kamar kostnya. Tapi dia kelihatanya juga kasihan padaku. Sambil dia melepas kaosnya dia mengijinkanku mencumbunya untuk yang terakhir kalinya.

    Dia lalu tidur dan aku mulai melepas seluruh pakaianku. Ketika aku ingin melepas CD, dia melarangnya. Aku turuti larangannya. Kemudian kucium bibirnya sambil kuremas kedua payudaranya. Dia juga meremas kedua payudaraku dan salah satu tangannya kemudian turun ke bawah ke pantatku dan diremasnya pantatku.

    Aku disuruhnya berdiri dan dia dari belakang memelukku dan tangan kirinya meremas kedua payudaraku bergantian sedangkan tangan kanannya masuk ke CD-ku. Jarinya masuk ke vaginaku yang sudah basah serta mengocok vaginaku perlahan-lahan.

    Dia kemudian berlutut di hadapanku dan melepas CD-ku. Dijilatinya vaginaku yang sudah basah. Salah satu tanganku menekan kepalanya dan tanganku yang satunya lagi meremas kedua payudaraku sendiri bergantian.

    Aku mendesah berkali-kali ketika jarinya mengocok vaginaku sambil dijilatinya cairan yang keluar dari vaginaku. Mulutnya kemudian naik ke atas dan menghisap kedua payudaraku sedangkan kedua tangannya melepas CD-nya sendiri.

    Setelah itu mulutnya naik ke atas lagi dan mencium bibirku yang juga kubalas dengan jilatan lidah. Sedangkan kedua vagina kami yang basah saling menempel.

    Tangannya menekan pantatku sehingga kami berpelukan sambil berciuman, berjilat-jilatan, kedua payudara dan vagina saling menempel ditambah dengan jarinya yang keluar masuk ke pantatku yang kubalas dengan jariku yang juga keluar masuk ke pantatnya. Aku tidak mengira Via akan sejauh ini. Aku menikmatinya sampai beberapa menit sampai kami terkulai lemas.

    Demikian pengalamanku bercumbu dengan Via meskipun kemudian dia tidak mau lagi bercumbu denganku. Dia katanya mau hidup normal dan hanya menganggapku sebagai teman.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Membeli Perawan Gadis ABG SMA

    Cerita Sex Membeli Perawan Gadis ABG SMA


    833 views

    Perawanku – Cerita Sex Membeli Perawan Gadis ABG SMA, Ini dia Cerita Dewasa yang bercerita tentang Gadis SMA bernama Amalia yang kocokan bikin aku merem melek, waktu itu adalah hari ulang tahun sekolah tempat gue belajar 2,5 tahun belakangan ini. hari jadi sekolah merupakan hari yang sangat bahagia bagi kami siswa siswi yang sekolah disana kerana kami semua ga dapet belajar tentunya dan udah dari 3 hari sebelumnya melakukan berbagai persiapan untuk acara hari itu!

    pada hari jadinya sekolah kami mengadakan berbagai acara yang sangat heboh dan ga kalah seru pastinya sob! mulai dari pentas musik aneka band, aneka lomba2 seperti lomba antar kelas sampai lomba modern dance. Namun lomba modern dance ini tidak diadakan antarkelas, tetapi antarangkatan yang membuat acara ini seru adalah suporter dari masing2 kelas dan angkatan yang saling adu mulut sampai adu jotos untuk team yang mereka jagokan!biasalah anak muda seperti kami egonya lagi tinggi-tingginya

    Ok kembali ke acara ulang tahun sekolah gue ini dimulai dari pukul 9 pagi. Namun gue datang pukul 11 siang!hehe.. maklum lah anak bandel yang suka nyari sensasi dan sengaja gue datangnya telat hanya untuk nonton band2 ibu kota dan menyaksikan lomba modern dance saja. Dan akhirnya saat yang dinanti datang juga.

    Modern dance angkatan kelas 3 yaitu angkatan gue sendiri yang beranggotakan 5 orang. Namun yang gue kenal dekat hanya melia yang memiliki nama lengkap Putri Amelia Candra. ohhh ya gw kok sudah mengenalin orang lain padahal gue aja belom kenalan!he..nama gw ryo sob nama panjangnya ga usah deh ya jelek soalnya

    Acara pun dimulai dari penampilan kelas 1 lalu iikuti kelas 2 dan yang menjadi penutup adalah kelas 3. Mereka mulai masuk ke tengah lapangan. Pakaian yang mereka kenakan cukup seksi. Walaupun di bagian perutnya tidak terbuka. Pakaian yang mereka kenakan cukup ketat pastinya, menonjolkan payudara payudara mereka yang baru ‘tumbuh’.

    Cukup membuat mata murid murid lelaki melotot. Dengan diiringi lagu-lagu techno mereka semua yang muda belia seumuran gue meliak-liukan badannya dengan seksi. Seiring lompatan atau gerakan seksi mereka payudara mereka bergoyang-goyang indah dan bergetar-getar!indahnya serasa dunia saat itu

    Mata saya hanya tertuju pada melia. Selain karena wajahnya yang cantik, ia juga memiliki payudara yang cukup seksi tentunya. Rambutnya yang tergerai panjang menambah seksi tubuh indahnya. Walaupun ada pula teman 1 tim dancernya yang saya pikir cukup bohai juga.

    Mulai dari payudara yang lebih besar dari melia, ia juga memiliki paha yang gempal. Namun perhatian gue tetap tertuju pada melia. Wajar aja gue merhatiin terus, menurut gue dia cewek paling seksi secara fisik maupun non.Setelah mereka bermodern dance ria & membangkitkan gairah pada laki-laki, dengan keringat bercucuran di kening, leher & bagian-bagian lainnya, mereka segera berganti baju.

    melia segera menuju kelas untuk kembali mengenakn seragamnya. Seiring langkahnya berjalan, payudaranya yang baru tumbuh bergoyang-goyang. Kemudian setelah ia mengambil pakaian ganti dari tasnya, ia pun menuju ke wc untuk berganti baju.

    Lalu gue ikutin dia dr belakang. Terlihat, tali branya nyeplak karena keringat yg basah ke tubuhnya. wowww sedapnyo. Setelah masuk itu, ia masuk ke kamar mandi. Tanpa ia sadari bra dan celana dalemnya yg berwarna hitam jatuh di depan pintu kamar mandi.

    Gue pun langsung saja mengambil bra an cdnya yang jatuh tersebut dan langsung gue pegang. Gue pun masuk ke kamar mandi cowo dengan tujuan mau kencing tanpa maksud untuk menyembunyikan ke dua barang tersebut. Di dalam pikiran gue, gue akan berikan setelah gue kencing.

    Setelah gue kencing, gue liat amelia mondar-mandir di sekitar kamar mandi. Langsung aja gue tegor,
    “Nyari apa melia?”
    “Eh lo ryo, ini nih gue nyari bh sm cd gue, lo lyat gak?”
    “Ohhh, ini mksd lo?” Langsung gue tunjukin bra dan cdnya.
    “Iya, ni dia yg gue cari. Ni lo nemu dimana?”
    “Ni tdi jatoh. Lo ga tau…”
    “Oh yawdh, thanks ya ryo.
    “Iya sm2 melia.”
    “Ywdh deh, gue mo ganti baju dulu yah. Gerah banget nih.”
    “Ngapain melia?”
    “Ganti baaajuuu… knp?? Mo ikuuut??” Tanya amelia nakal.
    “Hhhee. Emg boleh melia??”
    “Hmmm…” dia ngeliat ke sekitar. Setelah itu dia langsung nyruh masuk gue untuk 1 kamar mandi dengannya.
    “Ywdh yuk masuk.”
    “melia, gue mo kencing dulu yah. Lo jangan ngintip.” Langsung gue buka clana gue sambil ngebelakangin amelia. Trus kencing. dan Tiba-tiba melia berkata
    “Oh my god. Gede banget ryo barang (Kontol gue) lo” Gue pun kaget.

    “melia, dibilang jangan ngintip. Ko ngintip sih?”
    “Hhehe. Sori ryo, abis gak sengaja… hehee boong ding, gue penasaran aja pengen liat…”
    “Ah, dsar lo melia. Ywdh, ganti baju tadi katanya mo ganti baju?”
    “Ywdah”Gue pun memakai clana gue lagi.
    Amelia pun sibuk membuka baju dancenya. Trus celananya. Trus branya. Lalu cdnya.
    Gue pun merhatiin semuanya.
    “Eh ryo, jgn ngeliatin ke sini dong.” Sambil ia menutupi toketnya yg sekel dengan tangan kirinya. Trus memiawnya juga ditutupin sama cdnya yang baru dibuka.
    “Hehehe. gue penasaran juga melia…”
    “Penasaran??”
    “Iya”
    “Lo juga tadi penasaran sama barang gue kan?”
    “Iya sih” sambil ia senyum-senyum.
    “melia, gue mo remes2 toket lo dong. Boleh ga?”
    “Ha? Tai lo ryo. Emang lo siapa gue!!”
    “Bentar aja melia”
    “Tapi gue juga pegang2 barang lo ya ryo? Biar adil.”
    “Oh yawdah”dan gw pun ngebuka resleting gue. Nyingkap CD gue. Trus ngeluarin Kontol gue.
    Gue dengan semangat ngeremes2 toket amelia yg sekel. Tapi dia agak takut2 buat megang Kontol gue.
    “Knp melia? Pegang dong… gue aja udah megang toket lo nih. Sekel banget sih melia toket lo?”
    “Ihh, gue baru pertama nih megang barang cowo. Hahaha.”
    “Sstt. Jgn kenceng2 ktawanya…”

    dan gue mencoba membawa tangannya buat megang Kontol gue secara pelan2 dan sedikit paksaan akhirnya, Kontol gue pun tersentuh oleh tangan amelia.

    “Oowwhhh… kocok2 dong melia…” Pinta gue.

    Dia pun agak malu2 pas mau ngocok Kontol gue.
    Akhirnya pelan2 dia kocok Kontol gue. gue pun sambil ngeremes2 toket dia.

    “Owwhhh… enak melia… agak kenceng dong megangnya…”
    “Iya… ohh gede bgt sih ryo?? Lo dah ngaceng ya nih??”
    “Iya udah lah. Secara gue ngeremes2 toket lo udah nafsu gini. Pasti dah ngaceng.”
    “melia… gue isep yah toket lo??”
    “Ihh, gila lo ah.”
    “Bentar…”
    “Ywdah… nih…” ia pun menyodorkan toketnya ke mulut gue. Tapi ia ngelepasin kocokannya dari Kontol gue.
    “melia, sambil kocokin Kontol gue juga dong. Jangan berenti…”
    “Uwhh… iya iya… cerewet lo ahh…” Dia pun ngocok Kontol gue agak cepet.
    “Aahhhh… ohhhh… enak meliaa…” suara gue mendesah. Trus gue kenyot2 toketny.
    “Ahhh… yg cepet lagi melia… oohh… uuhhh… ssshhh…” sambil gue kulum lehernya, trus ke bibirnya.
    “melia, sepongin dong sebentar…”
    “Ha?”
    “Sepongiiin… masukin Kontol gue ke mulut lo… trus kocokin pake mulut lo…”
    “Aaahhh!! Gak ahh!! Pake tangan aja yah ryo? Nnti kpn2 deh.” Amelia nolak.
    “Bentar meliaa… pengen nihh…” gue memohon.
    “Ah lo ryo. Ywdah, tp bentar aja ya”
    “iya, sampe keluar…”
    “Ahh, tp peju lo jgn dikeluarin dimulut gue!!”
    “Iya, gak… nnti kalo gue dah mau muncrat gue cabut Kontol gue dari mulut lo…”
    “Yaudah, maen cepet yaa. Takut dicurigain nih gue ntr sama anak2 yang laen.”
    “iya” jwab gue.

    Amelia pun jongkok di depan gue. Mulutnya pas banget udah berhadepan sama Kontol gue.
    Gue pun menyodorkan Kontol gue ke mulutnya. Amelia pun tanpa ragu lagi membuka mulutnya lebar2. gue terus dorong semua Kontol gue masuk ke mulutnya amelia. Setelah itu dia rapetin mulutnya dan mulai menggerakan mulutnya maju mundur sambil skali2 mainin lidah dan bibirnya buat mijet2 Kontol gue.

    Kontol gue kerasa agak2 anget. Trus juga ada rasa2 lembek2 enak yg berasal dari lidahnya.
    Itu semua gue imbangin dengan ikut gerak2in Kontol gue maju mundur.

    “Ooohh… meliaaa… enaaaaaakkk… mmmhhhhhh… ooohhh… sshhhh…” sambil gue belai2 rambutny yg ga terlalu panjang.
    “Mmmhhhhh… mmmmhh… mhhhh…” amelia pun mendesah smbil terus nyepongin Kontol gue.
    “Ooohhhhhhhhh… teeruusss meliaaaa… ooohhh… eeennnaaakkk… terus melia…”
    “Mmhh… mmhhhh…”
    “Cepetin lagii meliaaa…” pint ague.
    “Mmmhhh… mhhhh… mmmhhhhhhmmhhhh…” amelia pun sedkit agak kewalahan nyepongin Kontol gue.
    “Aaahhhh… ooouhhhcchhh… enak meliaaa… oowwwhhhwwwwwhhh… sshhhhhh”

    Amelia pun semakin mempercepat kocokan mulutnya di mulut gue. Gue pun mengimbangin dengan memajumundurkan Kontol gue di mulutnya.
    Saking terasa cepatnya. Akhirnya gue udah ngerasain kalo peju gue mau keluar.

    “Aaohhh… meliaa… gue mau keluar nihhhh…”

    Dengan cepat dia ngelepasin mulutnya dari Kontol gue. Trus dia berdiri dari yg sebelumnya pas nyepongin gue dalam posisi jongkok. Gue pun meraih tangan kanannya. Trus gue tuntun buat megang Kontol gue yang udah ngaceng banget krn mau keluar.

    “Kocokin yang cepet melia…”

    Amelia pun mengocok Kontol gue cepet. Pas dia lagi ngocokin Kontol gue, gue kissing bibirnya yang imut2, sambil kadang2 gue remes2 toketnya yang sekel gak terlalu gede.

    Akhirnya setelah kira2 3 menit dikocokin pake tangannya.
    “Aaarrghhhh… cchhaaaaaa… gue mauuu keluarrrrr nihh…”
    “Uwwhh, ywdah keluarin aja ryo…” dia pun ngarahin Kontol gue ke wc biar peju gue nnti langsung ke buang ke lubang wc tanpa berceceran di lantai.
    “Aaarghhh… oooooooooouhhhhhhhh… sssssssshhhhhhhhhhh… aaaaah… gue keluar meliaaa…” akhirnya peju gue pun keluar. Peju gue muncrat 7x. dari mulai banyak sampe keluar setetes setetes.

    “Oouhwwww… gila ryo, banyak banget peju lo… duuhh kena tangan gue lagi nih…” amelia pun ngelepasin tangannya dari Kontol gue. Trus dia ngebersihin tangannya yang kena peju gue sedikit pake aer di gayung.
    “Uuffhh… iya nih melia, udah lama sih gue gak colai… tapi akhirnya sekarang gue malah dicoliin sama lo… capek nih melia… melia bersihin dong peju gue nih dikit lagi pake mulut lo…” pinta gue kea ca.
    “Apa?” amelia kaget.

    “Jilatin dikit nih ujung Kontol gue, kan masih ad sisa2 pejunya…”
    “Ih males. Gak ah. Jijik gue.”
    “Yah, tanggung nih melia… dikit lagi”
    “Gak. Nnti aja yah kapan2 ryo…” amelia memberi harapan.
    “Huh. Dsar lo melia. Tanggung juga nih. Ywdah deh.”
    “Nih gue bersihin peju lo yang di sini aja nih.” Kata Amelia sambil nyiramin aer ke dalem wc yang sebelumnya banyak peju gue.

    Setelah nyiramin peju gue yang berceceran di wc, amelia pun kembali berganti baju. Begitu juga gue. Gue pun memakai celana dalem gue lagi kemudian resleting celana panjang gue.
    Gue perhatiin amelia. Ia kleiatan seksi banget. Satu persatu ia kenakan pakaiannya. Mulai dari celana dalemnya yang berwana hitam. Branya yang juga berwarna hitam. Namun ia agak kesulitan saat akan mengaitkan branya. Lalu ia pun meminta tolong gue.

    “ryo tolong pakein dong.” Ia pun membelakangi gue meminta mengaitkan pengait branya.
    “Tapi ada syaratnya yaa…” ucap gue ngeledek.
    “Syarat apaan?”
    “Tebak dong”
    “Hmmm apa ya. Ga tau ah! Udah cepetan pakein!!” ia pun agak sedikit ngotot.
    “Itu tuh.” Gue pun menunjuk ke arah memiawnya.
    “Ohh ini… lo mau ngewe sama gue?” amelia pun bertanya dengan nada agak sedikit kaget.
    “Iaa, gue pengen ngewe sm lo melia… blh ga?”
    “Anjjrriitt lo ryo, apa masih kurang yg skrg?”
    “Kurang laaaah… gue mau nyicipin tubuh lo pake Kontol gue…”
    “Aaaaaaaahhh!”
    “Sssstt, jgn kenceng2 melia… Ayoo dong meliaaaa… kpn2 yaaahh?? Ga sekarang kok…” ucap gue memohon lagi.
    “Gue masih virgin laaahh ryoo.”
    “Ahh yakinnn lo??”
    “IYA!”
    “Kalo dari toket lo yg gue pegang tadi sih kayanya lo udah ga virgin deh…”
    “Hah? Tau dari mana lo???”
    “Ya tau laaahh, kalo toket cewe yang udah ga virgin tuh udah agak kendor sedikit, ga terlalu sekel banget…”
    “Hahhha gila ya lo, kayanya udah ahli banget nih soal beginian”. Sambil dia sibuk merapikan bajunya.
    “Iya dong, makanya kapan2 mau nyoba ngewe sama gue ga?”
    “Hmmm gimana yaaaaa, yaa liat nanti aja deehhh”. Sambil berkaca di cermin kecil sambil merapikan rambut dan poninya.
    “Yawdahhh nnti kpn2 kita coba yaa??” Ucap gue memastikan.
    “Iya ahh, ywdah, gue mau balik ke anak2 dulu nih. Ntr gue dicurigain lagi ganti baju doang kok lama banget.” Dia pun membuka pintu dan keluar dari kamar mandi.
    “Sipp, ati2 lo. Thankss meliaa atas handjob dan blowjob lo… Hehhhe”“Haahh, bakalan enak nih kalo seandainya nanti gue ML sama dia” Pikir gue.

    dan setelah berapa menit gue keluar dari toilet tersebut perasaan menyesal pun datang menghampiri! biasalah penyesalan selalu datangnya belakangan dan ga pernah duluan! menyesal kenapa ryo? he…menyesal kenapa ya ga gue paksa melia untuk langsung aja ngajakin ngentot!hahahaha…

    sambil ngebayangin seandainya pas didalam toilet cewek tersebut gw ngentot sama melia, tapi gw punya obsesi untuk ngedapetin perawan si melia bagaimapun caranya gw harus yang pertama meniduri dia kalau masih perawan!

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Memberikan Kenikmatan

    Cerita Sex Memberikan Kenikmatan


    1374 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Memberikan KenikmatanCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Wajah imutnya dia masih kelas 3 SMP dengan rambut panjang tonjolan dadanya juga sudah montok kira kira berukuran 34 B aku berkenalan dengan Vina saat aku baru putus denga pacarku, aku berkenalan dengan Vina melalui medsos dengan betukar no. handphone dan kita berjanjian untuk bertemu.

    Akhirnya kami berencana ke pantai dengan dalih pertemuan, namun dibalik itu untuk melampiaskan nafsu yang telah tertahan sejak putus dengan pacarku serta aku ingin memberikan kenikmatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

    Begitu sampai di sana, aku menghubungi hpnya dan beberapa saat kemudian Vina muncul dengan menggunakan baju kaos ketat berwarna putih yang memperlihatkan padatnya buah dadanya dan celana mini yang memperlihatkan kehalusan pahanya.

    Segera kami berangkat menggunakan kereta yang dengan sengaja ku laju dengan cepat. Hingga akhirnya vina kusuruh untuk memeluk ku dengan erat. terasa tonjolan dadanya serasa menyesakkan dada ku dan adik kecilku pun memberontak dari balik celanaku. Setelah dia memelukku dengan erat, barulah kulambatkan laju keretaku.

    pada saat itu pantai sepi dan kami menyewa sebuah pondok yang agak jauh, setelah urusan administrasi selesai langsung ku suruh vina untuk duduk disampingku. segera ku keluarkan hp yang telah kusiapkan dengan BF di dalamnya. kuputar dan kusuruh vina untuk melihatnya dimana ada adegan pasangan jepang beraksi.

    Aku sendiri memeluk vina sambil mengelus2 rambutnya karena sudah tak tahan ingin segera ku lahap bibir sexy dan bukit montoknya. setelah beberapa saat ku liat mimik wajahnya berubah dan mulai mencium pipinya, namun vina tetap masih terpaku pada hp. hingga akhirnya ku remas bukit kembarnya dan menciumi bibirnya dengan nafsu.

    Hingga lidah kami pun saling berpangutan. dan tanganku mulai masuk kedalam menyusup bra yang dikenakan hingga merasakan daging empuk dan menyentuh pentilnya yang sudah mengeras. sambil berciuman tanganku yang satunya berusaha membuka kaitan branya.

    Setelah berhasil terbuka segera ku lepaskan ciuman ku pada bibirnya dan mulai mengangkat kaos hingga menjilati gunung kebar dengan puncak yang menantang. ku remas kedua daging empuk itu hingga mencuatkan pentilnya yang tegang. ku sedot dan menjilati pentilnya bergantian.

    Si vina hanya bisa mendesah ringan. dan memeluk kepalaku dengan erat. segera ku sisipkan tangan ku yang satunya untuk mencari gua kenikmatan yang belum pernah dijamah lelaki bahkan dirinya sendiri ( masturbasi).

    Usaha itu ternyata gagal karena celana yang digunakan cukup ketat. kegiatanku berhenti dan ku suruh vina untuk membuka celananya. ia menurutinya bagai terhipnotis tanpa banyak bertanya. ku sisipkan tangan ku untuk mencari lubangnya.

    Namun, aku terkejut karena tidak menemukan hutan bulu saat menyentuh vaginanya. segera ku buka CD nya dan ku lihat bahwa tidak ada sehelai bulu pun yang tumbuh pada selangkangannya. aku paling menyukai vagina tanpa bulu dan tanpa menunggu lama langsung ku buka dan ku jilati daging gurih yang sudah basah itu.

    vina hanya bisa menahan nafasnya ketika kumainkan lidahku di vaginanya. Kujilati seluruh bagian daging nya dan vina hanya bisa mengelus kepalaku. Semakin lama semakin keras dan cepat desahan yang keluar dari mulutnya serta ia mulai mengusap putingnya dari luar kaos nya.

    Hingga akhirnya kurasakan cairan madu yang telah lama tidak kurasakan keluar dari gua kenikmatannya dan vina mulai terduduk lemas. Segera vina merapikan pakaiannya. dan memeluk ku dengan manja sambil ku elus rambutnya.

    “ko, nikmat sekali rasanya.” ungkapnya kepadaku, vina selalu memanggil ku dengan sebutan koko. ” Baru pertama x aku merasakan yang seperti ini.” Tambahnya.

    “Itukan enak di kamu, sekarang gantian dunk!!” Pinta ku. Segera ku keluarkan senjataku yang telah tegak dan basah akibat kegiatan tadi. Vina kemudian melihat dengan heran, sebab itu pertama x nya dia melihat senjata cowok.

    Segera ku tarik tangan nya ku pegangkan pada batangku. dan ku kocok naik turun. Hingga akhirnya ku lepas dan menyuruhnya untuk meneruskan kocokannya sambil ku remas tokednya. Setelah beberapa saat ku suruh vina untuk mencium batang ku.

    Dia pun menurutinya dan ku suruh untuk menjilatinya. Awalnya dia menolak tapi kurayu hingga akhirnya menjilati dan mengulum kepala batangku. setelah beberapa saat kurasakan aku akan keluar. ku suruh vina untuk mengocok batangku dengan cepat dan tangan yang satunya ku arahkan untuk menampung air mani yang akan ku keluarkan ,hingga akhirnya. Crot…Crot… spermaku mengenai tangan nya.

    ” Nah itu lah sperma yang apabila masuk kedalam tubuh mu akan menghasilkan bayi” kata ku.. sedangkan vina masih melihat dan mencium bau sperma pertamanya atas jerih payahnya. dan segera dibersihkan dengan tisu yang telah kupersiapkan.

    “batang koko besar juga ya, en rasanya asin2 gitu waktu di mulut.” kata vina. aku beristirahat sebentar dan vina melanjutkan menonton BF yang belum sempat habis ditonton disebelahku. Setelah itu dia memegang batangku kembali, dan membangkitkan adikku yang sedang tidur.

    Kami pun mulai berciuman kembali dan tanganku mulai menjamahi gunung kembarnya dari belakang.. kuremas dua2 hingga vina mendesah keenakan. ku sisipkan kembali tangan ku ke selangkangannya, namun x ini dia berusaha mengelus batangku dari luar.

    Segera ku keluarkan dan dia mulai mengocok sedangkan tangan kiriku menjamahi buah dadanya dan tangan kananku menyusup dibalik CDnya. lidah kami saling beradu dengan nafsu yang tinggi. lalu ku balikkan vina dan ku suruh dia mendudukkan vaginanya di batangku.

    Lalu vina mulai bergerak naik turun menggesekkan guanya dan batangku dengan Cd yang masih menempel. Sebab karena aku tidak ingin rusak masa depannya. Gesekan dipusat kenikmatan itu memberikan sensasi yang luar biasa bagi kami berdua. vina kemudian menyuruhku untuk menyedot susunya dan dia memeluk ku dengan erat. Dia mempercepat gerakaannya dan aku berusaha mengimbanginya.

    ” ko, kayaknya wa mau pipis negh.” kata vina. “tahan sebentar lagi sayang, wa juga udah mau kluar negh” kataku berusaha mengimbanginya.. Namun vina sudah tidak mampu menahannya. ” ko, wa dah keluar” katanya dengan lemas dan gerakannya pun di perlambat.

    Aku yang belum mencapai puncak terus menggesekkan batang ku pada vaginanya. lalu ku suruh vina untuk menyedot batangku sedangkan aku berusaha membersihkan vaginanya dengan gaya 69..baru beberapa detik batang ku berada di dalam mulutnya, sudah menembakkan sperma dan tertelan oleh vina.

    “ko, wa makan sperma koko negh.” ucapnya sambil ketakutan dan hampir menangis “ntar wa pasti bakalan hamil”.. Aku hanya tersenyum mendengar perkataannya. Segera ku peluk vina dan kuusap rambut panjangnya.Memang siswi SMP ini masih polos akan hal beginian.

    “Tenang aja vina cayang , soalnya sperma akan menjadi anak kalo dimasukin melalui pussy kamu, kalo ditelan ngak bakalan jadi anak. Kalo ntar jadi anak biar koko yang tanggung jawab degh rela punya istri yang jago sperti kamu.” kataku sambil menatap matanya yang berkaca-kaca karena ketakutan dan ku kecup keningnya.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Membuatkan Anak Teman Lamaku

    Cerita Sex Membuatkan Anak Teman Lamaku


    733 views

    Perawanku – Cerita Sex Membuatkan Anak Teman Lamaku, Pada suatu pagi aku menerima sepucuk surat. Ternyata surat itu dari sahabatku Nasem yang tinggal di Manado. Isinya dia mengundangku datang ke sana untuk berkangen-kangenan. Maklum telah puluhan tahun kami terpisah jauh. Nasem di Minahasa, Sulawesi Utara dan aku tetap di Malang, Jawa Timur.

    Dalam suratnya, Nasem menceritakan pula tentang keadaan Hamid (samaran, sahabat kami pula) di Tewah. Katanya, ia juga kangen padaku.

    Yah, sesungguhnya aku pun juga kangen pada mereka. Kami adalah tiga sahabat karib, yang dulu tak terpisahkan. Lahir di kampung yang sama, tahun yang sama pula. Tak heran orang kampung menjuluki “Three Brothers”. Cuma bedanya, Nasem dan Hamid sukses di kariernya. Kini Nasem menjadi Kepala Cabang Dealer Mobil/Motor di Minahasa dan Hamid menjadi pedagang antar pulau dan tinggal di Tewah. Sedang aku tidak. Tak banyak yang bisa dilakukan anak petani macam aku ini.

    Sayangnya, setelah 10 tahun menikahi gadis Minahasa, Nasem belum juga dikaruniai anak. Beda denganku yang harus pontang-panting menghidupi isteri dan keempat anakku. Kalau saja Nasem tidak membantu, mungkin aku sudah tidak sanggup. Itulah yang membuatku terharu. Meski sudah makmur dan terpisah oleh lautan, mereka masih memperhatikanku.

    Kembali ke surat Nasem. Ada satu hal penting yang disampaikannya, yaitu minta bantuanku. Tanpa menjelaskan apa yang dimaksudkannya. Aku pun bingung, apa yang bisa kuperbuat untuk membantu orang sekaya Nasem?

    Dengan uang yang dikirimkannya, aku pun berangkat memenuhi undangannya. Istriku harus tinggal, untuk menjaga rumah dan anak-anak yang harus sekolah. Kepadanya aku pamit untuk waktu barang satu dua minggu.

    Lalu, setelah 5 hari 5 malam berlayar, aku pun sampai di tujuan. Di situ aku sudah dijemput oleh Nasem dan istrinya. Begitu kapal bersandar, mataku menangkap sepasang tuan dan nyonya melambai-lambaikan tangan. “Nduutt.., Genduutt..!!” Teriak mereka. Nasem masih tetap memanggil dengan julukanku dan bukan namaku. Dulu semasa kecil, aku memang paling gendut dibanding Nasem Dan Hamid.

    Begitu turun dari kapal, kami saling berpelukan tanpa canggung. Kurasakan mereka memang rindu sekali padaku. Acara kangen-kangenan berlanjut sampai di rumah. Rumah Nasem besar, sedang dipugar dan mirip rumah pejabat. Apakah karena hal ini ia memanggilku ke sini? Entahlah. Praktis seharian kami tak menyinggung soal kedatanganku, karena keasyikan saling berkisah selama kami berpisah.

    Maka pada malam kedua itulah, sehabis makan malam, Nasem dengan istrinya Sari memanggilku ke ruang tamu. Mulailah mereka membicarakan soal “bantuan” itu.
    “Kira-kira apa yang bisa kubantu, apakah mengerjakan rumahmu ini?” tanyaku.
    Kulirik, Nasem menggelengkan kepala.
    “Begini Ndut, kamu kan tahu kami sudah 10 tahun menikah, tapi belum juga diberi momongan. Masalahnya, menurut dokter, aku ini memang mandul. Jadi kami sepakat untuk minta tolong kamu. Itu sebabnya kami mengundangmu datang kemari,” tutur Nasem, panjang-lebar. Tapi aku masih bingung dengan ucapannya itu, hingga kuminta ia menjelaskan lagi.
    “Jelasnya, kami ingin sekali punya anak walau seorang. Tapi kutahu pasti dari dokter bahwa aku tidak bisa membuahi istriku karena aku mandul. Maka kuminta bantuanmu untuk menggantikan diriku agar kami bisa punya anak,” tuturnya lagi dengan jelas.
    “Hah.. apa? Aku harus menggantikan dirimu agar bisa memberikan anak kepadamu,” tanyaku, penasaran.

    “Yah.. begitulah maksudku,” jawabnya, membuat aku kian tak mengerti.
    “Lalu dengan cara bagaimana aku menggantikanmu? Kamu kan tahu bahwa aku ini bukan ‘Deddy Coubuzier’ atau dukun. Apakah aku bisa melaksanakan permintaanmu itu Sem?” ucapku.
    “Ah kamu ini memang nggak tahu atau pura-pura nggak tahu. Begini, kamu ini memang bukan seorang dukun dan permintaanku ini tidak ada kaitannya dengan perdukunan. Yang kuminta adalah, kesediaanmu menggantikan diriku sebagai suami dari istriku, untuk membuahi rahim istriku agar kami bisa punya anak. Sudah? Jelas tidak?” ucap Nasem merinci, dan nampak agak kesal juga melihat kebodohanku.
    “Oh begitu maksudmu. Tapi benarkah ucapanmu itu? Dan apakah Sari menyetujuinya?” tanyaku meyakinkan, seraya memberi pertimbangan agar Nasem mengadopsi anak saja.
    Menurut mereka, semula memang berniat untuk mengadopsi anak.
    “Tapi sebaik-baiknya mengadopsi anak, masih lebih baik punya anak dari rahim istriku sendiri. Dan ini kalau bisa.. ya kan sayang?” ucap Nasem.
    “Ya Mas Ndut, kami sudah berunding sebelumnya. Dan demi keinginan kami, aku rela menyerahkan tubuhku untuk dibuahi Mas Ndut..” ucap Sari pelan.

    Kini aku paham maksud mereka. Tapi aku tak segera menjawab, mendadak terpampang buah simalakama di mataku. Bila kuterima, ah.. itu berarti aku harus melanggar pagar ayu. Apalagi ini istri sahabat sendiri. Dan bila kutolak, Nasem pasti kecewa. Itu yang pertama. Yang kedua, aku terlanjur datang jauh-jauh dari Jawa. Dan ketiga mengingat budi dan jasanya yang kuterima selama ini, kapan lagi aku bisa membalasnya.

    Tapi Nasem terus mendesakku.
    “Yah.. bagaimana ini ya. Sem, kuterima atau tidak permintaanmu ini?” kataku.
    “Sudahlah Ndut, kuharap kamu bersedia membantuku. Nggak usah risau, kami pun tak ada perasaan apa-apa atas bantuanmu,” ucap Nasem meyakinkan.
    Aku pun tanpa sadar berucap, “Yah baiklah. Tapi bagaimana nanti kalau gagal?” tanyaku.
    “Seandainya gagal, itu bukan kesalahanmu. Nanti kami akan senantiasa berdoa semoga keinginan kami ini dikabulkan,” ucap Nasem dengan arif.

    Selanjutnya dengan kesepakatan dan restu bersama, aku diminta untuk memulai malam itu juga. Begitu mendengar kesediaanku mereka permisi hendak mempersiapkan kamar tengah. Nasem sendiri nampaknya pindah ke kamar depan. Bantal dan perlengkapan tidur lainnya dibawanya ke depan.

    Tepat pukul 22:00 WITA, aku dipersilakan Sari masuk ke kamar tengah yang sudah bersih, indah dan harum. Terasa berat kakiku melangkah, hingga Nasem dan Sari membimbingku masuk. Habis itu, Nasem pun keluar, meninggalkan aku dan Sari berdua di kamar.

    “Sari, apakah kamu yakin aku bakal bisa memberi anak nantinya..?” tanyaku.
    “Mas Ndut, secara pribadi aku yakin kamu bakal bisa memberi anak untukku nantinya.” ucapnya manja.
    “Aku tidak tega tubuhku yang kotor ini nantinya akan ‘mengobok-obok’ tubuhmu yang mulus itu.”
    “Mas Ndut, aku kan sudah bilang ini demi keinginan kami berdua. Jadi tubuhku yang mulus ini kuserahkan padamu Mas. Ayo dekatlah kemari Mas Ndut. Tak usah malu-malu, aku siap bertempur Mas..” ucapnya lagi sambil menarik tanganku ke pembaringan.

    Sayup-sayup kudengar pintu jendela depan ditutup dan dikunci.
    “Lho siapa yang menutup pintu dan jendela di luar sana itu Sar?” tanyaku, sembari duduk di bibir ranjang.
    “Oh itu pasti Mas Nasem sendiri kok Mas Ndut,” jawabnya, seraya menjelaskan bahwa 2 pembantunya terpaksa dipulangkan agar rencana ini berjalan mulus.
    “Oh begitu!” ucapku.
    “Mas Ndut aku sudah nggak tahan nich?” ucapnya sambil membuka seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya yang mulus itu. Tubuhnya yang mulus dengan susunya yang begitu montok dan vaginanya yang menantang. Panas dingin aku memandangnya. Lutut ini gemetar dan tubuhku meriang bak kena setrum listrik 1000 watt. Aku yang biasa melihat istriku bugil, kini jadi lain.

    Di rumah aku biasa tidur dengan beralaskan tikar. Kini aku berhadapan dengan ranjang mewah beraroma wangi, plus tubuh mulus tergolek di atasnya. Tapi badanku terus menggigil seperti terjangkit malaria berat. Eh, Sari tiba-tiba bangun menghampiriku dan melepaskan seluruh pakaianku yang sejak tadi belum kubuka. Aku cuma terbengong-bengong saja. Lalu..
    “Sekarang.. coba Mas Ndut berbaring..” ucapnya sambil mendorong tubuh telanjangku. Aku menurut saja. Penisku segera menegang ketika merasakan tangan lembut Sari mulai beraksi.

    “Wah.. wahh.. besar sekali penismu, Mas Ndut.” tangan Sari segera mengusap-usap penis yang telah mengeras tersebut. Segera saja penisku yang sudah berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Sari. Ia segera menjilati penisku itu dengan penuh semangat. Kepala penisku dihisapnya keras-keras, hingga membuatku merintih keenakan.

    “Ahh.. ahh.. ohh..” aku tanpa sadar merintih merasakan nikmat sesaat. Menyadari keringatku yang mengucur dengan deras sehingga menimbulkan bau badanku yang kurang sedap, buru-buru aku mendorong kepala Sari yang masih mengulum penisku itu untuk pamit mau mandi dulu. Lalu, kuguyur badanku dengan segala macam sabun dan parfum yang ada di situ kugosokkan agar badanku harum.

    Tiga kran yang ada di situ kubuka semua dan kurasakan mana yang berbau sedap, kupakai untuk menyegarkan badan. Bukankah sebentar lagi aku mesti melayani sang putri bak bidadari?! Mungkin sudah terlalu lama aku di kamar mandi, terdengar Sari mengetuknya. Begitu pintu kubuka, ah. Sari berdiri dengan tubuh montoknya. Ohh.. Seandainya yang pamer aurat di depanku itu istriku aku tak akan menanti lama-lama pasti langsung kudekap dia. Tapi dia adalah istri sahabatku.”Malaria”-ku yang sempat sembuh waktu mandi tadi, kini kumat lagi. Cepat-cepat aku masuk lagi dan menguncinya. Di dalam kamar mandi aku bimbang bagaimana sebaiknya, kulaksanakan atau kubatalkan saja?

    Akhirnya malam itu terpaksa gagal. Hingga pukul lima pagi aku masih belum berani melakukannya. Melihat Sari bak bidadari turun dari kahyangan, memang membuatku tergiur. Tapi ketika berhadapan dengannya nyaliku jadi ciut.

    Esoknya rupanya Sari melapor pada suaminya. Dan aku ditegur Nasem.
    “Ndut, kenapa tidak kamu laksanakan? Bukankah sudah kami katakan.” ucapnya.
    Aku cuma diam saja. Agar tidak kecewa lagi, malam ini tekadku akan kulipatgandakan untuk melakukannya.

    Pukul 22.00 WITA, Nasem meninggalkan kami berdua di ruang tamu. Sejurus kemudian, “Ayo Mas Ndut kita tidur yuk,” ucap Sari manja sembari meraih tanganku dan ditariknya ke kamar. Setelah mengunci pintu kamar, dia menyuruhku duduk di tepi ranjang dan jari-jarinya yang lentik mulai memijat pundakku. Aneh, setelah dipijat aku menjadi lebih rileks. Dia sorongkan wajahnya dekat sekali dengan wajahku dan tiba-tiba bibir kami sudah merapat dan saling menghisap. Lama juga kami berciuman dan juga saling memilin lidah sementara tangan kami saling membelai dan mengusap.

    Kami masih duduk berhadapan. Lalu Sarilah yang mulai membuka semua pakaianku. Dia kecup leherku turun ke bawah ke dada dan ke puting dadaku. Sampai disini, dia menjulurkan lidahnya dan putingku dijilat-jilat. penisku langsung menegang, sangat keras dan semakin keras karena diremas-remas olehnya.

    Singkat kata, kami pun sudah bertelanjang bulat dan aku pun segera menindih badannya yang kenyal dan padat. Karena ada sisa kegugupan, maka aku langsung coba memasukkan penisku ke dalam vaginanya.

    “Tunggu, pelan-pelan saja Mas Ndut,” bisiknya sambil mengelus kepala kemaluanku di depan lubangnya. Pelan-pelan sekali. Lalu tugasnya kuambil alih dan kulanjutkan menyentuh dan menggosokkan kepala penisku itu. Pelan dan pelan sekali. Terasa olehku lubangnya semakin basah dan licin. Tiba-tiba.. “Slepp..” masuklah penisku ke dalam sangkarnya.

    Aku mulai menggenjot perlahan-lahan. Naik turun, naik turun. Sementara itu bibir kami berdua tetap bertaut. Saling kecup, saling hisap. Tangan Sari mengusap-usap punggungku terkadang turun ke bawah ke pantat dan jarinya mempermainkan lubang pantatku, geli campur enak. Tanganku sibuk mengelus kepalanya dan rambutnya. Semua kami lakukan dengan pelan dan lembut.

    Setiap aku hampir sampai ke puncak, Sari selalu memelukku erat-erat sehingga aku tidak bisa bergerak. Tepatnya, kami berdua diam tak bergerak sambil saling peluk dan penisku tertanam dalam di kemaluannya. Setelah agak reda kembali aku memompa naik turun.

    Selang beberapa saat, Sari ganti di atas. Rupanya dia amat menyenangi posisi ini. Ganti sekarang dia yang memeluk dan menciumiku sementara pantatnya bergoyang dan berputar dengan penisku tertancap di dalam kemaluannya. Semakin lama semakin semangat. Sampai akhirnya ia pun mengejang dan mulutnya berdesis-desis dan kepalanya bergoyang-goyang liar ke kiri dan ke kanan, kupeluk dia dan kutekan pantatnya sehingga sampailah ia pada puncak kepuasannya. Lemaslah tubuh Sari dan dia menciumi seluruh wajahku sambil mengucapkan, “Terima kasih ya Mas? Mas telah melakukan tugas dengan baik.. aku sungguh tidak menyangka Mas bisa membuatku melayang sampai ke langit yang ke-tujuh.. (ucapnya sambil mengecup bibirku, terus tangannya memegang penisku yang menurut dia jauh lebih besar dan panjang dari punya Nasem)”.

    Selesai tugasku maka aku pun membalikkan badannya dan ganti aku di atas. Kuangkat kedua kakinya dan kubelitkan di kedua pahaku lalu kumasukkan penisku dan kukocok perlahan-perlahan untuk makin lama makin cepat dan akhirnya menyemburlah air maniku ke dalam lubang vagina Sari. Sari memeluk tubuhku erat-erat dan kami pun berciuman lama. Sempat sekitar sepuluh menit kami diam tak bergerak dalam posisi aku di atas badannya dan tubuh kami tetap jadi satu bersambung dari bawah.

    Tak terasa ‘pekerjaan’ yang kulaksanakan ini sudah menginjak malam ke dua belas.
    “Mas Ndut, sebenarnya menurut perhitungan saya, haid saya sudah lewat 7 hari yang lalu,” kata Sari pada suatu malam setelah kami kelelahan. Tapi Nasem masih belum yakin istrinya hamil. Aku dimintanya ‘bersabar’ barang sepuluh hari atau dua minggu lagi. Bersamaan dengan itu, ia mengirimkan uang belanja untuk istriku dan anak-anakku.

    Hingga pada suatu hari, terhitung hampir sebulan aku di sana. Nasem membawa istrinya ke dokter ahli kandungan. Tak berapa lama mereka pun pulang dengan wajah yang cerah. Berhasil!

    “Oh Ndut, istriku hamil!” katanya gembira.
    Kiranya ‘pekerjaanku’ tak sia-sia. Kusarankan pada mereka untuk menjaga kandungan Sari, hingga kelak si jabang bayi lahir. Aku sendiri, sudah kangen pada keluargaku di kampung. Maklum, hampir sebulan aku meninggalkan mereka. Tapi aku berjanji kepada Nasem, bersedia diundang lagi seandainya hasilnya gagal. Nasem pun tak keberatan melepaskanku pulang. Kebetulan dua hari lagi ada kapal berangkat ke Surabaya. Sorenya mereka belanja oleh-oleh untuk keluargaku di rumah. Aduh bukan main senangnya hati mereka. Setelah itu aku pun berangkat naik kapal pulang ke kampung.

    Singkat cerita, sesampainya di rumah kukatakan pada istriku bahwa aku diminta menyelesaikan bangunan rumahnya. Dan istriku percaya saja. Tapi dalam hati, aku merasa berdosa kepadanya.

    Delapan bulan kemudian aku menerima surat dari Nasem bahwa ‘anaknya’ telah lahir, wanita, cantik lagi, dan diberinya nama Ratih. “Ah syukurlah,” gumamku.

    Begitulah yang terjadi. Rahasia ini masih kusimpan demi ketenangan keluargaku. Tapi satu hal yang tak dapat kupungkiri, bahwa darah dagingku pun terpisah di sana. Disatu sisi aku bangga dapat membahagiakan sahabatku dan membalas budinya. Tapi disisi lain soal akibat dosanya, kuserahkan kepada Yang Di Atas. Aku hanya dapat berucap, mohon ampun pada-Nya.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Memek Becek Fanny Bikin Ketagihan – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sex Memek Becek Fanny Bikin Ketagihan – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    9049 views

    Perawanku – Fanny Damayanti, adalah seorang gadis dengan wajah cantik, alis matanya melengkung, dan mata indah serta jernih, dilindungi oleh bulu mata lentik, hidung mancung serasi melengkapi kecantikannya, ditambah dengan bibir mungil merah alami yang serasi pula dengan wajahnya.

    Rambutnya yang hitam dan dipotong pendek menjadikannya lebih menarik, kulitnya putih mulus dan terawat, badannya mulai tumbuh begitu indah dan seksi. Dia tumbuh di kalangan keluarga yang cukup berada dan menyayanginya. Usianya baru 15 tahun, kadang sifatnya masih kekanakan. Badannya tidak terlalu tinggi berkisar 155 cm, badannya ideal dengan tinggi badannya, tidak terlalu gemuk atau terlalu kurus.

    Seminggu yang lalu Fanny mulai rutin mengikuti les privat Fisika di rumahku, Renne Lobo, aku seorang duda. Aku mempunyai sebuah rumah mungil dengan dua buah kamar, diantaranya ada sebuah kamar mandi yang bersih dan harum. Kamar depan diperuntukkan ruang kerja dan perpustakaan, buku-buku tersusun rapi di dalam rak dengan warna-warna kayu, sama seperti meja kerja yang di atasnya terletak seperangkat komputer.

    Sebuah lukisan yang indah tergantung di dinding, lukisan itu semakin tampak indah di latar belakangi oleh warna dinding yang serasi. Ruang tidurnya dihiasi ornamen yang serasi pula, dengan tempat tidur besar dan pencahayaan lampu yang membuat suasana semakin romantis. Ruang tamu ditata sangat artistik sehingga terasa nyaman.

    Rumahku memang terkesan romantis dengan terdengar pelan alunan lagu-lagu cinta, Fanny sedang mengerjakan tugas yang baru kuperintahkan. Dia terlalu asyik mengerjakan tugas itu, tanpa sengaja penghapusnya jatuh tersenggol. Fanny berusaha menggapai ke bawah bermaksud untuk mengambilnya, tapi ternyata dia memegang tanganku yang telah lebih dulu mengambilnya. Fanny kaget melihat ke arahku yang sedang tersenyum padanya. Fanny berusaha tersenyum, saat tangan kirinya kupegang dan telapak tangannya kubalikkan dengan lembut, kemudian kutaruh penghapus itu ke dalam telapak tangannya.

    Aku sebagai orang yang telah cukup berpengalaman dapat merasakan getaran-getaran perasaan yang tersalur melalui jari-jari gadis itu, sambil tersenyum aku berkata, “Fan, kamu tampak lebih cantik kalau tersenyum seperti itu”. Kata-kataku membuat gadis itu merasa tersanjung, dengan tidak sadar Fanny mencubit pahaku sambil tersenyum senang.

    “Udah punya pacar Fan?”, godaku sambil menatap Fanny.
    “Belum, Kak!”, jawabnya malu-malu, wajahnya yang cantik itu bersemu merah. “Kenapa, kan temen seusiamu sudah mulai punya pacar”, lanjutku.
    “Habis mereka maunya cuma hura-hura kayak anak kecil, caper”, komentarnya sambil melanjutkan menulis jawaban tugasnya.
    “Ohh!”, aku bergumam dan beranjak dari tempat duduknya, mengambil minuman kaleng dari dalam kulkas. “Minum Coca Cola apa Fanta, Fan?”, lanjutku.

    “Apa ya! Coca Cola aja deh Kak”, sahutnya sambil terus bekerja.
    Aku mambawa dua kaleng minuman dan mataku terus melihat dan menelusuri tubuh Fanny yang membelakangi, ternyata menarik juga gadis ini, badannya yang semampai dan bagus cukup membuatku bergairah, pikirku sambil tersenyum sendiri.

    “Sudah Kak”, suara Fanny mengagetkan lamunanku, kuhampiri dan kusodorkan sekaleng Coca-Cola kesukaan gadis itu. Kemudian aku memeriksa hasil pekerjaan itu, ternyata benar semua.
    “Ahh, ternyata selain cantik kamu juga pintar Fan “, pujiku dan membuat Fanny tampak tersipu dan hatinya berbunga-bunga.

    Aku yang sengaja duduk di sebelah kanannya, melanjutkan menerangkan pemecahan soal-soal lain, Bau wangi parfum yang kupakai sangat lembut dan terasa nikmat tercium hidung, mungkin itu yang membuatnya tanpa sadar bergeser semakin dekat padaku.

    Pujian tadi membuatnya tidak dapat berkonsentrasi dan berusaha mencoba mengerti apa yang sedang dijelaskan, tapi gagal. Aku yang melihatnya tersenyum dalam hati dan sengaja duduk menyamping, agak menghadap pada gadis itu sehingga instingku mengatakan hatinya agak tergetar.

    “Kamu bisa ngerti yang baru kakak jelaskan Fan”, kataku sambil melihat wajah Fanny lewat sudut mata. Fanny tersentak dari lamunannya dan menggeleng, “Belum, ulang dong Kak!”, sahutnya. Kemudian aku mengambil kertas baru dan diletakkan di depannya, tangan kananku mulai menuliskan rumus-rumus sambil menerangkan, tangan lainnya diletakkan di sandaran kursi tempatnya duduk dan sesekali aku sengaja mengusap punggungnya dengan lembut.

    Fanny semakin tidak bisa berkonsentrasi, saat merasakan usapan lembut jari tanganku itu, jantungnya semakin berdegup dengan keras, usapan itu kuusahakan senyaman dan selembut mungkin dan membuatnya semakin terlena oleh perasaan yang tak terlukiskan. Dia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi lagi. Tanpa terasa matanya terpejam menikmati belaian tangan dan bau parfum yang lembut.

    Dia berusaha melirikku, tapi aku cuek saja, sebagai perempuan yang selalu ingin diperhatikan, Fanny mulai mencoba menarik perhatianku. Dia memberanikan diri meletakkan tangan di atas pahaku. Jantungnya semakin berdegup, ada getaran yang menjalar lembut lewat tanganku.

    Selesai menerangkan aku menatapnya dengan lembut, dia tak kuasa menahan tatapan mata yang tajam itu, perasaannya menjadi tak karuan, tubuhnya serasa menggigil saat melihat senyumku, tanpa sadar tangan kirinya meremas lembut pahaku, akhirnya Fanny menutup mata karena tidak kuat menahan gejolak didadanya. Aku tahu apa yang dirasakan gadis itu dengan instingku.

    “Kamu sakit?”, tanyaku berbasa basi. Fanny menggelengkan kepala, tapi tanganku tetap meraba dahinya dengan lembut, Fanny diam saja karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Aku genggam lembut jari tangan kirinya.

    Udara hangat menerpa telinganya dari hidungku, “Kamu benar-benar gadis yang cantik, dan telah tumbuh dewasa Fan”, gumamku lirih. pujian itu membuat dirinya makin bangga, tubuhnya bergetar, dan nafasnya sesak menahan gejolak di dadanya. Dan Fanny ternyata tak kuasa untuk menahan keinginannya meletakkan kepalanya di dadaku, “Ahh..”, Fanny mendesah kecil tanpa disadari.

    Aku sadar gadis ini mulai menyukaiku, dan berhasil membangkitkan perasaan romantisnya. Tanganku bergerak mengusap lembut telinga gadis itu, kemudian turun ke leher, dan kembali lagi naik ke telinga beberapa kali. Fanny merasa angan-angannya melambung, entah kenapa dia pasrah saja saat aku mengangkat dagunya, mungkin terselip hatinya perasaan ingin terus menikmati belaian-belaian lembut itu.

    “Kamu memang sangat cantik dan aku yakin jalan pikiranmu sangat dewasa, Aku kagum!”, kataku merayu. Udara hangat terasa menerpa wajahya yang cantik, disusul bibir hangatku menyentuh keningnya, lalu turun pelan ke telinga, hangat dan lembut, perasaan nikmat seperti ini pasti belum pernah dialaminya. Anehnya dia menjadi ketagihan, dan merasa tidak rela untuk cepat-cepat mengakhiri semua kejadian itu.

    “Ja.., jangan Kak”, pintanya untuk menolak. Tapi dia tidak berusaha untuk mengelak saat bibir hangatku dengan lembut penuh perasaan menyusuri pipinya yang lembut, putih dan halus, saat merasakan hangatnya bibirku mengulum bibirnya yang mungil merah merekah itu bergeter, aku yakin baru pertama kali ini dia merasakan nikmatnya dikulum dan dicium bibir laki-laki.

    Jantung di dadanya berdegup makin keras, perasaan nikmat yang menyelimuti hatinya semakin membuatnya melambung. “Uuhh..!”, hatinya tergelitik untuk mulai membalas ciuman dan kuluman-kuluman hangatku.

    “Aaahh..”, dia mendesah merasakan remasanku lembut di payudara kiri yang menonjol di dadanya, seakan tak kuasa melarang. Dia diam saja, remasan lembut menambah kenikmatan tersendiri baginya. “Dadamu sangat indah Fan”, sebuah pujian yang membuatnya semakin mabuk, bahkan tangannya kini memegang tanganku, tidak untuk melarangnya, tapi ikut menekan dan mengikuti irama remasan di tanganku. Dia benar-benar semakin menikmatinya. Serdadukupun mulai menegang.

    “Aaahh”, Fanny mendesah kembali dan pahanya bergerak-gerak dan tubuhnya bergetar menandakan vaginanya mulai basah oleh lendir yang keluar akibat rangsangan yang dialaminya, hal itu membuat vaginanya terasa geli, merupakan kenikmatan tersendiri. Dia semakin terlena diantara degup-degup jantung dan keinginannya untuk mencapai puncak kenikmatan. Diimbanginya kuluman bibir dan remasan lembut di atas buah dadanya.

    Saat tanganku mulai membuka kancing baju seragamnya, tangannya mencoba menahannya. “Jangan nanti dilihat orang”, pintanya, tapi tidak kupedulikan. Kulanjutkan membuka satu persatu, dadanya yang putih mulus mulai terlihat, buah dadanya tertutup bra warna coklat.

    Seakan dia sudah tidak peduli lagi dengan keadaannya, hanya kenikmatan yang ingin dicapainya, dia pasrah saat kugendong dan merebahkannya di atas tempat tidur yang bersprei putih. Di tempat tidur ini aku merasa lebih nyaman, semakin bisa menikmati cumbuan, dibiarkannya dada yang putih mulus itu makin terbuka.

    “Auuuhh”, bibirku mulai bergeser pelan mengusap dan mencium hangat di lehernya yang putih mulus. “Aaaahh”, dia makin mendesah dan merasakan kegelian lain yang lebih nikmat.

    Aku semakin senang dengan bau wangi di tubuhnya. “Tubuhmu wangi sekali”, kembali rayuan itu membuatnya makin besar kepala. Tanganku itu dibiarkan menelusuri dadanya yang terbuka. Fanny sendiri tidak kuasa menolak, seakan ada perasaan bangga tubuhnya dilihat dan kunikmati. Tanganku kini menelusuri perutnya dengan lembut, membuatnya menggelinjang kegelian. Bibir hangatku beralih menelusuri dadanya.

    “Uhh.!”, tanganku menarik bajunya ke atas hingga keluar dari rok abu-abunya, kemudian jari-jarinya melepas kancing yang tersisa dan menari lembut di atas perutnya. “Auuuhh” membuatnya menggelinjang nikmat, perasaannya melambung mengikuti irama jari-jariku, sementara serdaduku terasa makin tegang.

    Dia mulai menarik kepalaku ke atas dan mulai mengimbagi ciuman dan kuluman, seperti caraku mengulum dan mencium bibirnya. “Ooohh”, terdengar desah Fanny yang semakin terlena dengan ciuman hangat dan tarian jari-jariku diatas perutnya, kini dada dan perutnya terlihat putih, mulus dan halus hanya tertutup bra coklat muda yang lembut.

    Aku semakin tegang hingga harus mengatur gejolak birahi dengan mengatur pernafasanku, aku terus mempermainkan tubuh dan perasaan gadis itu, kuperlakukan Fanny dengan halus, lembut, dan tidak terburu-buru, hal ini membuat Fanny makin penasaran dan makin bernafsu, mungkin itu yang membuat gadis itu pasrah saat tanganku menyusup ke belakang, dan membuka kancing branya.

    Tanganku mulai menyusup di bagian dada yang menonjol di bawah bra gadis itu, terasa kenyal dan padat di tanganku.
    “Aaahh.. Uuuhh. ooohh”, Fanny menggelinjang gelinjang geli dan nikmat, jemari itu menari dan mengusap lembut di atas buah dadanya yang mulai berkembang lembut dan putih, seraya terus berpagutan. Dia merasa semakin nikmat, geli dan melambungkan angan-angannya.

    Ujung jariku mulai mempermainkan puting susunya yang masih kecil dan kemerahan itu dengan sangat hati-hati. “Kak.. Aaahh.. uuhh.. ahh”. Fanny mulai menunjukkan tanda-tanda terangsang hingga berusaha ikut membuka kancing bajuku, agak susah, tapi dia berhasil. Tangannya menyusup kebalik baju dan mengelus dadaku, sementara birahinya makin memuncak. “Ngghh.. “, vaginanya yang basah semakin membuatnya nikmat, pikirku. Fanny menurut ketika badannya diangkat sedikit, dibiarkannya baju dan branya kutanggalkan, lalu dilempar ke samping tempat tidur.

    Sekarang tubuh bagian atasnya tidak tertutup apapun, dia tampak tertegun dan risih sejenak, saat mataku menelusuri lekuk tubuhnya. Di sisi lain dia merasa kagum dengan dua gunung indah yang masih perawan yang menyembul di atas dadanya, belum pernah terjamah oleh siapapun selain dirinya sendiri. Sedangkan aku tertegun sejenak melihat pemandangan di depan mataku, birahiku bergejolak kembali, aku berusaha mengatur pernafasan, karena tidak ingin melepaskan nafsu binatangku hingga menyakiti perasaan gadis cantik yang tergolek pasrah di depanku ini.

    Aku mulai mengulum buah dada gadis itu perlahan, terasa membusung lembut, putih dan kenyal. Diperlakukan seperti itu Fanny menggelinjang, “Ahh.. uuuhh.. aaahh”. Pengalaman pertamanya ini membuat angan-angannya terbang tinggi. Buah dadanya yang putih, lembut, dan kenyal itu terasa nikmat kuhisap lembut, tarian lidah diputing susunya yang kecil kemerahan itu mulai berdiri dan mengeras.

    “Aaahh..!”, dia merintih geli dan makin mendekap kepalaku, vaginanya mungkin kini terasa membanjir. Birahinya semakin memuncak. “Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. Uhh”, rintihnya makin panjang. Aku terus mempermainkan buah dada gadis lugu itu dengan bibir dan lidahku, sambil membuka kancing bajuku sendiri satu persatu, kemudian baju itu kutanggalkan, terlihat dadaku yang bidang dan atletis.

    Kembali ujung bibirnya kukulum, terasa geli dan nikmat. Saat Fanny akan membalas memagutnya, telapak tangannya kupegang dan kubimbing naik ke atas kepalanya. Aku mulai mencium dan menghisap lembut, dan menggigit kecil tangan kanannya, mulai dari pangkal lengan, siku sampai ujung jarinya diisap-isap. Membuatnya bertambah geli dan nikmat. “Geli.. ahh.. ohh!”

    Perasaannya melambung kembali, ketika buah dadanya dikulum, dijilati dan dihisap lembut. “Uuuhh.!”, dia makin mendekapkan kepalaku, itu akan membuat vaginanya geli, membuat birahinya semakin memuncak.
    “Kak.. ahh, terus kak.. ahh.. ssst.. uhh”, dia merintih rintih dan menggelinjang, sesekali kakinya menekuk ke atas, hingga roknya tersingkap.

    Sambil terus mempermainkan buah dada gadis itu. aku melirik ke paha mulus, indah terlihat di antara rok yang tersingkap. Darahku berdesir, kupindahkan tanganku dan terus menari naik turun antara lutut dan pangkal paha putih mulus, masih tertutup celana yang membasah, Aku merasakan birahi Fanny semakin memuncak. Aku terus mempermainkan buah dada gadis itu.
    “Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh”, terdengar gadis itu merintih panjang. Aku dengan pelan dan pasti mulai membuka kancing, lalu menurunkan retsleting rok abu-abu itu, seakan Fanny tidak peduli dengan tindakanku itu. Rangsangan yang membuat birahinya memuncak membuatnya bertekuk lutut, menyerah.

    “Jangan Kak.. aahh”, tapi aku tidak peduli, bahkan kemudian Fanny malah membantu menurunkan roknya sendiri dengan mengangkat pantatnya. Aku tertegun sejenak melihat tubuh putih mulus dan indah itu. Kemudian badan gadis itu kubalikkan sehingga posisinya tengkurap, bibirku merayap ke leher belakang dan punggung.

    “Uuuhh”, ketika membalikkan badan, Fanny melihat sesuatu yang menonjol di balik celana dalamku. Dia kaget, malu, tapi ingin tahu. “Aaahh”. Fanny mulai merapatkan kakinya, ada perasaan risih sesaat, kemudian hilang kalah oleh nafsu birahi yang telah menyelimuti perasaannya. “Ahh..”, dia diam saja saat aku kembali mencium bibirnya, membimbing tangannya ke bawah di antara pangkal paha, dia kini memegang dan merasakan serdadu yang keras bulat dan panjang di balik celanaku, sejenak Fanny sejenak mengelus-elus benda yang membuat hatinya penasaran, tapi kemudian dia kaget dan menarik tangannya.

    “Aaahh”, Fanny tak kuberikan kesempatan untuk berfikir lain, ketika mulutku kembali memainkan puting susu mungil yang berdiri tegak dengan indahnya di atas tonjolan dada. Vaginanya terasa makin membanjir, hal ini membuat birahinya makin memuncak. “Ahh.. ahh.. teruuus.. ahh.. uhh”, sambil terus memainkan buah dadanya, tanganku menari naik turun antara lutut dan pangkal pahanya yang putih mulus yang masih tertutup celana. Tanpa disadarinya, karena nikmat, tanganku mulai menyusup di bawah celana dalamnya dan mengusap-usap lembut bawah pusar yang mulai ditumbuhi rambut, pangkal paha, dan pantatnya yang kenyal terbentuk dengan indahnya bergantian.

    “Teruuuss.. aaahh.. uuuhh”, karena geli dan nikmat Fanny mulai membuka kakinya, jari-jari Rene yang nakal mulai menyusup dan mengelus vaginanya dari bagian luar celana, birahinya memuncak sampai kepala.

    “Ahh.. terus.. ahh.. ohh”, gadis itu kaget sejenak, kemudian kembali merintih rintih. Melihat Fanny menggelinjang kenikmatan, tanganku mencoba mulai menyusup di balik celana melalui pangkal paha dan mengelus-elus dengan lembut vaginanya yang basah lembut dan hangat. Fanny makin menggelinjang dan birahinya makin membara. “Ahh.. teruusss ooh”, Fanny merintih rintih kenikmatan.

    Aku tahu gadis itu hampir mencapai puncak birahi, dengan mudah tanganku mulai beraksi menurunkan celana dalam gadis itu perlahan. Benar saja, Fanny membiarkannya, sudah tidak peduli lagi bahkan mengangkat pantat dan kakinya, sehingga celana itu terlepas tanpa halangan.

    Tubuh gadis itu kini tergolek bugil di depan mataku, tampak semakin indah dan merangsang. Pangkal pahanya yang sangat bagus itu dihiasi bulu-bulu lembut yang mulai tumbuh halus. Vaginanya tampak kemerahan dan basah dengan puting vagina mungil di tengahnya. Aku terus memainkan puting susu yang sekarang berdiri tegak sambil terus mengelus bibir vagina makin membanjir. “Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh”.

    Vagina yang basah terasa geli dan gatal, nikmat sampai ujung kepala. “Kak.. aahh”, Fanny tak tahan lagi dan tangannya menyusup di bawah celana dalamku dan memegang serdadu yang keras bulat dan panjang itu. Fanny tidak merasa malu lagi, bahkan mulai mengimbangi gerakanku.

    Aku tersenyum penuh kemenangan melihat tindakan gadis itu, secara tidak langsung gadis itu meminta untuk bertindak lebih jauh lagi. Aku melepas celana dalamku, melihat serdaduku yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, mata gadis itu terbelalak kagum.

    Sekarang kami tidak memakai penutup sama sekali. Fanny kagum sampai mulutnya menganga melihat serdadu yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, baru pertama kali dia melihat benda itu. Vaginanya pasti sudah sangat geli dan gatal, dia tidak peduli lagi kalau masih perawan, kemudian telentang dan pelan-pelan membuka leber-lebar pahanya.

    Sejenak aku tertegun melihat vagina yang bersih kemerahan dan dihisi bulu-bulu yang baru tumbuh, lubang vaginanya tampak masih tertutup selaput perawan dengan lubang kecil di tengahnya.

    Fanny hanya tertegun saat aku berada di atasnya dengan serdadu yang tegak berdiri. Sambil bertumpu pada lutut dan siku, bibirku melumat, mencium, dan kadang menggigit kecil menjelajahi seluruh tubuhnya. Kuluman di puting susu yang disertai dengan gesekan-gesekan ujung burung ke bibir vaginanya kulakukan dengan hati-hati, makin membasah dan nikmat tersendiri. “Kak.. ahh, terus ssts.. ahh.. uhh”, birahinya memuncak bisa-bisa sampai kepalanya terasa kesemutan, dipegangnya serdaduku. “Ahh” terasa hangat dan kencang.

    “Kak.. ahh!”, dia tak dapat lagi menahan gejolak biraninya, membimbing serdaduku ke lubang vaginanya, dia mulai menginginkan serdaduku menyerang ke lubang dan merojok vaginanya yang terasa sangat geli dan gatal. “Uuuhh.. aaahh”, tapi aku malah memainkan topi baja serdaduku sampai menyenggol-nyenggol selaput daranya. “Ooohh Kak masukkan ahh”, gadis itu sampai merintih rintih dan meminta-minta dengan penuh kenikmatan.

    Dengan hati-hati dan pelan-pelan aku terus mempermainkan gadis itu dengan serdaduku yang keras, hangat tapi lembut itu menyusuri bibir vagina. “Ooohh Kak masukkan aaahh”, di sela rintihan nikmat gadis itu, setelah kulihat puting susunya mengeras dan gerakannya mulai agak lemas, serdadu mulai menyerang masuk dan menembus selaput daranya, Sreetts “Aduuhh.. aahh”, tangannya mencengkeram bahuku. Dengan begitu, Fanny hanya merasa lubang vaginanya seperti digigit nyamuk, tidak begitu sakit, saat selaput dara itu robek, ditembus serdaduku yang besar dan keras. Burungku yang terpercik darah perawan bercampur lendir vaginanya terus masuk perlahan sampai setengahnya, ditarik lagi pelan-pelan dan hati-hati. “Ahh”, dia merintih kenikmatan.

    Aku tidak mau terburu-buru, aku tidak ingin lubang vagina yang masih agak seret itu menjadi sakit karena belum terbiasa dan belum elastis. Burung itu masuk lagi setengahnya dan.. Sreeets “Ohh..”, kali ini tidak ada rasa sakit, Fanny hanya merasakan geli saat dirasakan burung itu keluar masuk merojok vaginanya. Fanny menggelinjang dan mengimbangi gerakan dan mendekap pinggangnya.

    “Kak.. ahh, terus Kak.. ohh.. uhh”, serdaduku terus menghunjam semakin dalam. Ditarik lagi, “Aaahh”, masuk lagi. “Ahh, terus… ahh.. uhh”, lubang vagina itu makin lama makin mengembang, hingga burung itu bisa masuk sampai mencapai pangkalnya beberapa kali. Fanny merasakan nikmat birahinya memuncak di kepala, perasaannya melayang di awan-awan, badannya mulai bergeter getar dan mengejang, dan tak tertahankan lagi. “Aaahh, ooohh, aaahh” vaginanya berdenyut-denyut melepas nikmat. Dia telah mencapai puncak orgasme, kemudian terlihat lega yang menyelimuti dirinya.

    Melihat Fanny sudah mencapai orgasme, aku kini melepas seluruh rasa birahi yang tertahan sejak tadi dan makin cepat merojok keluar masuk lubang vagina Fanny, “Kak.. ahh.. ssst.. ahh.. uhh”, Fanny merintih dan merasakan nikmat birahinya memuncak kembali. Badannya kembali bergetar dan mengejang, begitu juga denganku.
    “Ahh.. oohh.. ohh.. aaaahh!”, kami merintih rintih panjang menuju puncak kenikmatan. Dan mereka mencapai orgasme hampir bersamaan, terasa serdadu menyemburkan air mani hangat ke dalam vagina gadis itu yang masih berdenyut nikmat.

    Aku mengeluarkan serdadu yang terpercik darah perawan itu pelan-pelan, berbaring di sebelah Fanny dan memeluknya supaya Fanny merasa aman, dia tampak merasa sangat puas dengan pelajaran tahap awal yang kuberikan. “Bagaimana kalau Fanny hamil Kak”, katanya sambil sudut matanya mengeluarkan air mata.

    Sesaat kemudian aku dengan sabar menjelaskan bahwa Fanny tidak mungkin hamil, karena tidak dalam masa siklus subur, berkat pengalamanku menganalisa kekentalan lendir yang keluar dari vagina dan siklus menstruasinya.

    Fanny semakin merasa lega, aman, merasa disayang. Kejadian tadi bisa berlangsung karena merupakan keinginan dan kerelaannya juga. Diapun bisa tersenyum puas dan menitikkan air mata bahagia, kemudian tertidur pulas dipelukanku yang telah menjadikannya seorang perempuan.

    Bangun tidur, Fanny membersihkan badan di kamar mandi. Selesai mandi dia kembali ke kamar, dilepasnya handuk yang melilit tubuhnya, begitu indah dan menggairahkan sampai-sampai aku tak berkedip memandangnya. Diambilnya pakaian yang berserakan dan dikenakannya kembali satu persatu. Kemudian dia pamit pulang dan mencium pipiku yang masih berbaring di tempat tidur.

  • Cerita Sex Memek Rapat Jablay Gadis

    Cerita Sex Memek Rapat Jablay Gadis


    667 views

    Perawanku – Cerita Sex Memek Rapat Jablay Gadis, Kehidupan di dunia memang berjalan seperti nasehat Sang Budha di atas. Setidaknya itulah romantika kehidupan yang dialami kedua tokoh dalam cerita kita kali ini. Tokoh yang pertama adalah Faried, seorang sopir taksi berusia 31 tahun yang melewatkan hari demi hari kehidupannya dengan beragam nuansa: terkadang sangat melodramatis, romantis, sentimentil, bahkan lucu.

    Selama bekerja sebagai sopir taksi di ibukota selama beberapa tahun Faried telah banyak menemui kejadian yang menegaskan fenomena itu. Suatu ketika, ia mengembalikan dompet seorang ibu yang ketinggalan di taksinya.Sesungguhnya, ia tidak mengharapkan keuntungan apa-apa dari situ, sebab baginya kejujuran dan kepolosan sudah menjadi bagian integral dari jiwa, tubuh dan segenap aktifitas kesehariannya.

    Kalau pun kemudian, si ibu dengan ekspresi wajah lega dan ucapan terima kasih tak terhingga, lalu memberikan uang sebagai penghargaan atas ‘jasa’ nya, dan kemudian dengan halus si sopir itu menolaknya, itu semata-mata karena apa yang telah ia lakukan sudah menjadi tugasnya. Komitmen Faried untuk menjunjung tinggi ‘harkat ke-supir taksi-an’ saya, tak lebih. Pada kesempatan lain, ia menolong seorang korban kecelakaan lalu lintas di depan kampus sebuah perguruan tinggi.

    Ia segera membawanya ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat, dengan tidak memperhitungkan lagi berapa tarif taksi yang dapat diperolehnya bila ia tetap mengabaikan kejadian itu. Semua terasa seperti tindakan ‘bawah sadar’ yang telah terbentuk sedemikian rupa selama bertahun-tahun, sejak ayahnya yang telah almarhum menanamkan nilai-nilai kearifan tradisional dalam diri Faried.

    Hari itu Faried kembali menjalani rutinitasnya seperti biasa. Untuk yang satu ini memang bukan rutinitas yang lazim, karena setiap petang tiba, ia menjemput Ayu (25 tahun), tokoh sentral berikutnya, yang adalah seorang wanita panggilan ‘kelas atas’ yang tinggal di sebuah rumah mewah di sebuah kompleks pemukiman real estate, untuk kemudian membawanya ke suatu tempat, di mana saja, yang telah disepakati sebelumnya oleh pelanggan setianya itu. Ayu sudah menyewa taksi Faried selama enam bulan.

    Jadi pada jam-jam tertentu–biasanya petang hari–Faried menjemputnya di rumah tersebut, membawanya ke tempat yang senantiasa berbeda-beda tergantung mana yang ditunjuk wanita itu, lantas mengantarnya kembali pulang setelah ‘bisnis’-nya usai pada jam-jam tertentu pula. Ayu membayar cukup mahal untuk tugas tersebut dan Faried menerima itu sebagai bagian tak terpisahkan dari harkat ‘ke-supir taksi-an’ nya. Ia tidak menganggap itu sebagai kerja yang hina lantaran menerima bayaran dari hasil desah dan keringat maksiat Ayu. Ini bagian dari tugas, demikian ia mencari alasan pembenarannya. Faried selalu menganggap persetan dengan semua anggapan sinis tentang dirinya. Baginya, ia tetap memiliki hak untuk menentukan sikap dan melakukan apa yang terbaik bagi

    dirinya sendiri. Prinsip sederhana memang tapi logis. Sudah empat bulan lamanya Faried melakukan ‘tugas rutin’ itu. Ia sudah berusaha menghilangkan beban psikologis apa pun termasuk perasaan cinta. Terus terang sebagai seorang pria, Faried memang tidak dapat mengingkari kata hati bahwa Ayu memang cantik dan diam-diam ia telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Dengan rambut sebahu, wajah oval proporsional, hidung bangir, kulit putih dan postur tubuh ramping semampai, Ayu tampil mempesona mata setiap pria yang melihatnya, termasuk dirinya. Sebagai lelaki bujangan dan normal, Faried tidak dapat menepis getar-getar aneh saat wangi parfum Ayu yang khas menyerbu hidung ketika ia masuk ke taksinya. Tapi ia berusaha menekan perasaan itu sekuat-kuatnya.

    Terlebih, ketika muncul rasa cemburu, saat Ayu terlihat digandeng oom-oom kaya yang lebih pantas menjadi ayahnya. Faried seyogyanya harus menempatkan diri pada posisi yang benar: ia adalah pelanggan dan saya hanya supir taksi. Maka ia mematuhi ‘rambu-rambu’ itu secara konsisten. Terlebih secara fisik dan finansial ia kalah jauh dibanding Ayu, mana mungkin wanita gedongan dan sudah terbiasa menikmati kemewahan seperti Ayu mau dengan sopir taksi miskin dengan tampang ndeso seperti dirinya, bukankah itu bagaikan pungguk merindukan bulan? Faried cukup tahu diri mengenai hal ini. Percakapan mereka pun, baik ketika pergi maupun pulang, biasa-biasa saja.

    Tak ada yang istimewa, bahkan nyaris bersifat rutin. Faried berusaha menjaga jarak dengan Ayu agar tidak terlibat lebih jauh ke masalah yang sifatnya terlalu pribadi. Namun belakangan ini sudah ada sedikit ‘peningkatan kualitas pembicaraan’. Tidak hanya sekedar, ‘Mau ke mana?’ atau ‘Jam berapa mau dijemput?’, dan sebagainya. Ayu mulai menanyakan latar belakang pribadi sang sopir langganannya itu hingga menanyakan ada berapa jumlah penumpang di taksinya untuk hari ini. Tentu Faried pun ada rasa gembira pada perkembangan menarik ini. Mulanya sang sopir agak rikuh tapi perlahan ia mulai dapat menyesuaikan diri dan menjadi pembicara atau pun pendengar yang baik.

    Seiring berjalannya waktu, hubungan emosional mereka pun berlangsung hangat. Ayu mulai tak canggung-canggung mengungkap riwayat hidupnya pada si sopir. Ia ternyata produk keluarga broken home. Ayah dan ibunya bercerai ,ibunya kabur bersama pria lain sehingga ia ikut ayahnya yang pemabuk dan tukang main pukul. Ia tidak tahan dan prihatin dengan kondisi seperti itu sehingga memutuskan untuk minggat dari rumahnya dan mengadu nasib ke ibukota. Kuliahnya pun tidak selesai. Awalnya ia tinggal di rumah seorang famili jauhnya dan mulai mencari pekerjaan agar dapat mandiri.

    “Saya harus terus hidup dan berjuang”, kata Ayu menetapkan hati.

    Bermodalkan kecantikan dan keindahan tubuhnya, ia menjadi SPG lalu tak lama mulai memasuki dunia model. Foto-foto dirinya pernah menghiasi majalah fashion, lifestyle hingga majalah pria dewasa. Selain itu ia juga mendapat peran kecil dalam beberapa sinetron lokal. Namun, tanpa disadarinya, perlahan namun pasti ia terjerumus ke lembah nista. Kehidupan malam dan hingar bingar pesta, sepertinya memberikan keleluasaan baru dan ia bagai memperoleh jati diri di sana. Sejak itu Ayu pun dikenal sebagai model plus-plus, ia menjadi primadona di kalangan atas. Hampir semua klien-nya siap melakukan apa pun untuk berkencan dengannya. Belakangan, ia kemudian menjadi ‘simpanan’ seorang direktur sebuah bank swasta ternama di negeri ini, dengan tip dan bayaran yang sangat besar plus rumah mewah komplit segala isinya. Sang Direktur hanya datang pada waktu-waktu tertentu saja untuk menemui Ayu. Meskipun begitu, profesinya tak juga ditinggalkan, selain menjadi model ia menjadi wanita panggilan kelas atas.

    “Saya menyukai pekerjaan ini,” katanya suatu ketika, suaranya terdengar serak dan terkesan dipaksakan.
    Faried melirik melalui kaca spion, wanita cantik itu duduk santai di belakang, menyelonjorkan kaki dan menyalakan rokok. Faried tersenyum dan kembali mengalihkan pandangan ke depan. Ayu tak menjelaskan lebih jauh pernyataan yang telah dikeluarkan. Hanya kepalanya terangguk-angguk pelan menikmati lagu melankolis ‘When A Man Loves A Woman’-nya Michael Bolton yang mengalun dari radio di tape mobil Faried.

    “Omong-omong…Abang sudah punya pacar atau udah berkeluarga?” tanyanya tiba-tiba.

    Kontan Faried gelagapan dan agak kehilangan konsentrasi mengemudi.

    “Saya sih udah cerai Mbak” ia menjawab tersipu, “ya waktu masih di kampung dulu sampai sekarang yah ginilah, masih sendiri”

    Sebuah jawaban yang jujur terlontar dari mulut si sopir itu. Ayu terkekeh. Ia menghirup rokoknya dalam-dalam. Rimbun asapnya mengepul-ngepul, memenuhi kabin taksi. Faried menelan ludah.

    “Kalau Mbak Ayu sendiri bagaimana?” ia balik bertanya.

    “Abang tahu sendiri, kan? Banyak. Banyak sekali,” sahut Ayu, suaranya terdengar hambar, kedengarannya ia seperti melontarkan sebuah lelucon atau apologi? entahlah

    “Banyak memang. Tapi hampa,” Faried menanggapi dengan getir.

    Untuk beberapa saat Ayu terdiam. Ia mematikan rokoknya, lalu merenung…lama. Hanya deru mesin mobil dan getar alat air conditioner taksi terdengar. Lalu lintas di larut malam itu memang telah sepi. Sebagian lampu jalan telah dipadamkan. Faried tiba-tiba menyadari kecerobohan dan kelancanganya, maklum sebagai orang kampung ia terbiasa bicara ceplas-ceplos apa adanya.

    “Eh…maaf ya Mba,apa saya….”

    “Nggak apa-apa Bang. Itu emang benar, mereka hampa, cuma punya tubuh dan nafsu, bukan jiwa dan cinta,” Ayu bertutur dengan lirih.

    Faried menghela nafas panjang, ia merasa dadanya sesak, simpati pada nasib wanita secantik Ayu harus bernasib demikian.

    “Hidup menawarkan banyak pilihan, Mbak.”

    “Tapi saya tak punya pilihan!” sangkal Ayu dengan nada suaranya meninggi.

    “Kearifan menyikapi dengan landasan moral, itu kunci untuk memilih. Kita memang tak akan pernah tahu apakah pilihan hidup kita sudah tepat. Tapi setidaknya, kita mesti punya pegangan yang kokoh untuk menentukan ke mana kita mesti melangkah,” Faried berkata lembut berusaha menghiburnya.

    Terdengar nafas berat Ayu di belakang. Suasana terkesan kering dan kaku.Keduanya tak bercakap-cakap lagi hingga taksi Faried tiba di gerbang depan rumah yang dituju.

    Ayu hanya mengucapkan ‘Selamat malam. Sampai jumpa besok sore’.

    Faried pun pulang ke rumah kontrakannya dengan rasa bersalah yang bertumpuk, sepertinya ia telah menyinggung wanita itu dengan omongannya. Ketika selesai tugas malam itu, ia menemukan sebuah lipstick di lantai belakang taksinya.

    Keesokan harinya

    Hari itu adalah hari terakhir kontrak sewa Faried dengan Ayu. Ia menjalani rutinitas ekstranya seperti biasa, ia menjemput Ayu pada waktu dan tempat yang sama.

    “Maaf, apa ini punya Mbak? Kemarin saya nemuin di belakang” kata Faried sambil menunjukkan lipstick yang dipungutnya kemarin

    “Ohh…iya benar, makasih ya Bang, sepertinya jatuh waktu saya ngambil rokok kemarin” Ayu tersenyum berterima kasih seraya mengambil lipstick itu.

    Kekakuan komunikasi akibat ‘insiden’ semalam berangsur-angsur lenyap. Faried pun berusaha untuk lebih hati-hati berkata-kata agar menjaga perasaan Ayu.

    “Apa Mbak tidak bosan dengan rutinitas seperti ini?” ia membuka percakapan,

    “Apa Abang punya ide yang baik?” wanita cantik itu balas bertanya.

    “Yah… misalnya rutinitas yang baru. Kawin dengan lelaki yang mampu memberi nafkah cukup lahir batin–tidak sekedar limpahan materi yang semu belaka, hidup bahagia, punya anak dan menikmati kehidupan,” Faried mengucapkan kalimat tersebut sesantai mungkin tanpa beban, ia ingin mendengar pendapat Ayu mengenai hal ini.

    Sejenak Ayu terdiam. Faried kembali melirik ke belakang lewat kaca spion mobil. Wanita itu terlihat sangat cantik dengan make up tipisnya, parasnya yang memukau seperti bercahaya, dibanding para pelacur warung remang-remang atau pinggir jalan tentu ibarat bumi dan langit. Ia melepas pandang ke luar melalui kaca jendela taksi yang buram, sepertinya memikirkan sesuatu.

    “Itu angan-angan yang terlalu ideal, Bang,” jawabnya pada akhirnya.

    “Jangan melihat ini sebagai sesuatu yang naif, Mbak. Saya rasa pendapat saya cukup realistis. Gak mengada-ada. Setiap orang, baik lelaki maupun wanita, pasti pernah berpikir mengenai hal itu: Kebahagiaan hidup berkeluarga. Semuanya akan kembali pada prinsip dan keinginan orang yang bersangkutan, sepanjang ia sadar dan yakin hal itu bakal memberikan ketenteraman bagi jiwanya, hatinya dan segenap aktifitas kesehariannya,” Faried mencoba berargumen.

    “Kita punya takaran penilaian yang berbeda Bang. Tak akan bisa bertemu. Jangan terlalu banyak bermimpi. Kita hidup berada dalam kemungkinan-kemungkinan. Apa yang bakal terjadi kemudian, kita gak bisa menebak. Dan itu sering tidak persis sama seperti yang kita bayangkan,” ujar Ayu lirih dengan bibir bergetar.

    Faried menarik nafas, putus asa.

    “Apakah Mbak menganggap bahwa lakon hidup yang Mbak lakukan selama ini sama persis seperti yang Mbak bayangkan sebelumnya?”

    “Memang gak sama Bang. Bahkan sangat jauh berbeda. Saya gak pernah mengimpikan menjalani kehidupan seperti ini. Tapi, bukankah ini bagian dari kemungkinan-kemungkinan hidup? Gak berarti saya mengatakan bahwa saya menolak kehidupan berkeluarga. Saya bukan orang yang munafik lah, terus terang dalam hati saya tetap mendambakan seorang suami yang dapat menyayangi dan memanjakan saya serta anak sebagai tambatan hati. Namun, kalau saya telah menemukan ketenangan pada profesi yang saya lakoni saat ini, bagi saya bukanlah suatu pilihan yang keliru. Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk memaknai hidupnya.”

    “Apa Mbak merasa bahagia dengan memaknai hidup dengan jalan ini?”

    “Saya gak bisa menjawabnya Bang. Abang gak akan pernah tahu ukuran dan nilai kebahagiaan bagi saya seperti apa. Begitu pula sebaliknya. Kita punya ‘nilai rasa’ yang berbeda dalam menakar kebahagiaan,” Ayu bertutur pelan dengan tidak mengalihkan pandangan ke arah luar taksi.

    Faried terdiam, ia tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia sadar, wanita itu cukup konsisten memegang prinsipnya. Mendadak, kesedihan merambah dalam hati sopir taksi itu. Hari ini adalah hari terakhirnya bersama Ayu. Besok, Ayu akan berangkat berlibur ke Singapura dan Australia mendampingi sang direktur selama sebulan. Ia tidak tahu apakah Ayu akan menyewa ‘jasa’ nya lagi kelak atau mungkinkah mereka bisa bertemu lagi kelak. Baginya itu tidak penting. Kebersamaan dengan wanita penghibur kelas atas itu selama ini, tanpa sadar membangkitkan rasa cinta dan keinginan melindungi dalam hatinya. Wanita itu bukan hanya sekedar langganan, namun telah menjadi teman baginya. Melalui kaca spion mobil, ia melirik Ayu. Ia begitu cantik, sangat cantik, mengapa bunga yang begitu indah harus terhanyut dalam kubangan kotor? Faried membatin sekaligus nelangsa. Tak lama kemudian, mereka telah sampai ke tujuan. Faried segera mematikan mesin mobil dan pikirannya galau sepanjang menanti panggilan dari Ayu untuk mengantarnya pulang, tak terasa lima puntung rokok telah habis sampai kotak rokoknya kosong. Hujan deras mengguyur ibukota di tengah perjalanan pulang mengantarkan wanita itu. Setibanya di rumah Ayu, Faried turun dan mengeluarkan payung sebelum membuka pintu belakang dan memayungi wanita itu hingga ke gerbang.

    “Bang, masuk dulu aja, minum dulu sambil tunggu hujan reda!” tawar Ayu setelah membuka gembok.

    “Tapi Mbak…”

    “Sudahlah Bang, masuk saja, hujannya terlalu deras, mana ada yang numpang saat-saat gini?” Ayu malah menarik lengan Faried memasuki pekarangan rumahnya.

    Faried tidak bisa menolak lagi ajakan wanita itu, malah hati kecilnya merasa girang. Mereka berlari kecil ke pintu. Ayu membuka pintu dan mempersilakan sopir taksi itu masuk. Faried langsung merasakan kehangatan begitu memasuki rumah itu. Ayu memang pandai menata interior ruangan sehingga kelihatan menarik dan nyaman. Dekorasi ruangan tamunya bertema oriental, beberapa buah patung menghiasi berbagai sudut. Faried terbengong-bengong memandangi sekitar ruangan itu, entah perlu gaji berapa puluh tahun baru bisa membeli rumah seperti ini.

    “Duduk Bang!” Ayu mempersilakannya duduk di sofa “mau minum apa nih? Teh? Kopi? Juice?” tawarnya sambil ke mini bar dekat situ.

    “Kopi panas aja Mbak, makasih ya!” jawab Faried sambil menjatuhkan diri di sofa.

    Ada beberapa majalah dan surat kabar di bawah meja ruang tamu. Faried pun membuka-buka sebuah majalah sambil menunggu Ayu membuatkan minum. Di sebuah sudut ruangan nampak sebuah koper besar dan sebuah yang kecil, Ayu memang telah selesai mengepak barang-barang yang akan dibawa sehingga besok tinggal diangkut ke mobil.

    “Silakan Bang, diminum dulu kopinya” tiba-tiba Ayu sudah berada di depannya dan meletakkan segelas kopi yang masih mengepul atas meja di depanku.

    Badannya agak membungkuk, sehingga sopir taksi itu bisa melihat sekelebatan tonjolan dua bukit dadanya yang kencang dan dibalut bra hitam lewat gaun terusannya yang longgar. Sejenak dadanya berdesir dan ia merasa celananya tiba-tiba menjadi sempit.

    “Makasih ya Mbak!”

    Ayu kemudian duduk di sebelahnya cukup dekat untuk ukuran seorang sopir taksi dan penumpangnya. Keduanya mulai mengobrol dan bercerita tentang apa saja, juga saling bertukar lelucon dan mereka tertawa lepas.

    “Ini hari terakhir kita bertemu Bang! Besok saya pergi…makasih ya bantuannya selama ini” kata Ayu berkata sambil menghela nafas.

    Hingga suatu saat, Faried memberanikan diri dengan dada berdebar keras memegang jemari tangan wanita itu, ia ingin memberinya penghiburan sebelum pergi jauh dalam waktu relatif lama. Ayu agak tertegun, tapi tidak menolak.

    “Mbak…jaga diri di sana ya” kata Faried singkat.

    Ayu tersenyum, “Ya…makasih, Abang juga, semoga dapat jodoh yang baik” balasnya.

    Tiba-tiba Ayu melepaskan tangan sopir taksi itu lalu berdiri kemudian menuju kamarnya.

    “Tunggu bentar ya Bang!” katanya sambil tersenyum penuh arti, ia lalu mengambil remote TV di meja ruang tamu dan menyalakan TV di depan mereka, “nonton aja dulu ya sambil nunggu!” lalu ia masuk ke kamarnya.

    Di ruang tamu, Faried mendengar sayup-sayup suara air yang mengucur deras dari dalam kamar itu. Rupanya di dalam ada kamar mandi dalam. Tak lama kemudian, Ayu keluar dari kamarnya, kini ia sudah memakai kimono sutra berwarna biru. Sungguh cantik dan menggairahkan ia dalam balutan pakaian tersebut, belahan pahanya memperlihatkan pahanya yang indah.

    “Ayo sini Bang!” ajak Ayu sambil menggandeng tangan Faried.

    “Tapi Mbak…mau apa?” Faried gugup dengan ajakan wanita tersebut.

    Ia menurut saja walau merasa canggung karena baru pernah seorang wanita mengajaknya masuk ke kamarnya seperti ini.

    “Eeennggg….kamarnya bagus ya Mbak!” pujinya sambil menutup kegugupan, “kita mau apa Mbak?”

    Ayu hanya menjawab terima kasih, dia terus menuntun Faried hingga memasuki kamar mandinya. Di dalam kamar mandi, ia melihat air kran masih mengucur deras hampir memenuhi separuh dari bathtub. Wangi harum dari bubble bath segera memenuhi paru-paru pria itu.

    “Bang…makasih ya atas bantuannya selama ini” kata Ayu lalu tiba-tiba merangkul sambil mendorong Faried ke belakang sehingga tubuh pria itu terhimpit ke tembok, tangannya lalu meraba sekujur tubuh sopir itu, “abang orang baik, tulus, jarang saya temui orang seperti abang jaman sekarang ini, apalagi di dunia saya”

    “Eeee…apaan nih Mbak?” Faried mencoba menghindar antara mau dan tidak.

    “Anggap ini hadiah perpisahan dari saya Bang…sekaligus terima kasih untuk mengembalikan lipstik saya itu” habis berkata Ayu lalu mencium Faried dengan bernafsu sekali sambil tangannya meremas-remas selangkangan pria itu.

    Iman Faried pun dengan cepat runtuh. Ia pun membalasa mencium dan memagut bibir indah Ayu sambil tangannya meremas lembut pantatnya. Ayu mulai melepaskan satu persatu kancing seragam sopir Faried. Belaian tangan lembut wanita itu pada dadanya sungguh membangkitkan gairah si sopir taksi, kelelakiannya terasa makin keras sehingga celana panjangnya terasa semakin sesak. Tangannya agak gemetar dan mulai berani meraba dan meremas lembut bukit dada Ayu. Wanita itu melenguh dan semakin ganas dengan permainan “french kiss” nya. Sebentar saja seragam sopir itu sudah lepas dan jatuh ke lantai. Ayu melanjutkan dengan membuka celana panjang pria itu. Faried pun mulai melepaskan tali pinggang yang membalut kimono Ayu. Payudaranya yang sudah membusung dengan putingnya yang tegak telah membayang di balik kimononya, terlihat jelas ia sudah tidak memakai bra lagi.

    Ayu meraba dan meremas lembut batang kemaluan Faried yang masih dibalut celana dalamnya. Dia memainkan jemarinya dan mulai merogoh masuk celana dalam itu, menjemput batang kelelakian si sopir taksi. Dengan sekali tarik, terbukalah kimono Ayu, wanita itu lalu meloloskan tangannya sehingga kimono itu segera jatuh ke lantai. Betapa indah tubuh di baliknya yang sudah tidak memakai apa-apa lagi, kulitnya putih mulus dan begitu terawat. Kemaluannya ditumbuhi bulu-bulu yang halus dan dicukur rapi, tidak terlalu lebat, tapi juga tidak terlalu tipis. Celah kewanitaannya membayang di balik bulu-bulu tersebut. Telanjang sudah wanita cantik itu di depan Faried yang selama ini mengisi fantasinya. Bukit dadanya yang ranum dengan putingnya yang berwarna kemerahan telah menegang seolah menantang untuk mengulumnya. Perlahan, Faried mulai menyusuri bukit dadanya yang sebelah kiri dengan lidahnya. Ia memainkan lidahnya hingga ke putingnya. Ayu pun mendesis saat lidah pria itu menyentil dan mengitari putingnya, sementara tangan kiri pria itu meremas lembut dan memainkan bukit dada dan putingnya yang kanan. Ayu mendesah nikmat. Tangannya merenggut celana dalam Faried dan menurunkannya dengan cepat hingga terlepas ke lantai. Dengan ganas ia memainkan dan mengocok batang kelelakian yang telah ereksi maksimal itu.

    “Yuk…kita sambil berendam aja!” Ayu “menuntun” penis Faried menuju bathtub.

    Faried hanya bisa pasrah tidak bisa berkata-kata menikmati pelayanan Ayu. Ia merebahkan diri ke dalam bathtub dan Ayu dengan perlahan mengocok dan mengurut penisnya di antara busa-busa sabun dan air hangat. Wanita duduk di antara dua kakinya sambil masih terus mengurut dan mengocok penisku. Faried memejamkan mata menikmati setiap sensasi yang menjalari sekujur tubuhnya. Rasa geli yang nikmat ia rasakan setiap gerakan lembut tangan Ayu beraksi naik turun.

    “Eeemmmhhh…enak Mbak…!” erang Faried.

    Entah berapa lama ia menikmati permainan tangan Ayu. Lalu ia menarik bahu wanita itu dan membalikkan badannya ke arah badannya. Dipeluknya Ayu dari belakang. Kini gilirannya untuk memberikan kenikmatan buat wanita itu. Tangannya memainkan payudaranya dengan jalan meremas, meraba dan memilin-milin lembut dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya juga tidak tinggal diam, memainkan paha, lipat paha dan daerah gerbang kewanitaan Ayu. Ayu mengerang, mendesis dan melenguh. Hidung dan lidah Faried menciumi dan menjilati daerah di belakang daun telinga Ayu dan sekitar tengkuknya. Jari-jari kasarnya memilin dan memencet-mencet lembut klitoris dan labia mayora wanita itu.

    “Oohhhhhh….Bang, enak Bang…terushhh…saya milikmu malam ini!” desah Ayu

    Faried sedang menciumi leher Ayu, tangannya meremas lembut payudara montok itu. Ayu yang sudah sangat berpengalaman dalam hal ini, tak mau kalah. Ia mengocok pelan penis Faried. Sopir bertampang ndeso itu pun semakin buas karena terangsang, ia memutar wajah wanita itu ke belakang lantas bibir mereka bertemu, saling pagut, saling gigit, lidah keduanya berbelitan dan air ludah mereka bercampur

    Akhirnya setelah seperempat jam, mereka pun menyudahi pemanasan yang penuh gairah itu karena kulit mereka mulai keriput disebabkan oleh terlalu lamanya kami berendam dalam air bubble bath. Ayu menciumi wajah ndeso itu dengan penuh kelembutan dan akhirnya keduanya melakukan “french kiss” lagi dengan posisi saling mendekap. Setelah puas melakukan “french kiss”, Ayu berdiri dan memutar kran shower untuk membilas tubuh mereka. Di bawah derai siraman air shower, keduanya kembali berpelukan dan melakukan “french kiss” lagi. Saling meraba, saling mengelus dan menyusuri tubuh pasangan masing-masing.

    Rupanya Ayu sudah birahi tinggi. Ia menaikkan satu kakinya ke pinggir bathtub dan menuntun penis Faried ke arah gerbang kewanitaannya.

    “Saya udah kepengen banget Bang, ayo setubuhi saya…buat saya menggelepar keenakan!” pintanya.Faried membantunya sambil tangan kirinya memilin-milin puting payudara kanannya. Ia menggeser-geserkan ujung kepala kemaluannya pada klitorisnya. Perlahan, ia mendorong masuk penisnya ke dalam liang kemaluan Ayu. Pelan.. lembut.. perlahan.. sambil terus mengulum bibir merahnya. Ayu mendekap si sopir taksi sambil mendesis di sela-sela ciuman mereka.

    Akhirnya amblaslah kira-kira tiga per empat dari panjang kemaluan Faried, dan mulai maju-mundur menggenjot vagina wanita itu. Ayu memejamkan matanya sambil terus mendesis dan melenguh. Ia memeluk pria itu semakin kencang. Faried mengayunkan pantatnya semakin cepat dengan tusukan-tusukan dalam yang ia kombinasikan dengan tusukan-tusukan dangkal. Ayu membantu dengan putaran pinggulnya, membuat batang kemaluan Faried seperti disedot dan diputar oleh liang kemaluannya. Guyuran air shower menambah erotis suasana dan nikmatnya sensasi yang mereka alami.

    Faried merasakan lubang kemaluan Ayu semakin licin dan semakin mudah baginya untuk melakukan tusukan-tusukan kenikmatan yang mereka rasakan bersama. Setelah agak lama melakukan posisi ini, Ayu menarik pantatnya sehingga batang kemaluan pria itu terlepas dari lubang kemaluannya. Kemudian ia membalikkan badannya dan agak membungkuk, menahan tubuhnya dengan berpegangan pada dinding kamar mandi. Rupanya dia ingin merasakan posisi “rear entry” atau yang lebih populer dengan istilah “doggy style”. Kemaluannya yang berwarna merah jambu sudah membuka, menantang, dan terlihat licin basah. Perlahan Faried memasukkan batang kemaluannya yang tegang kaku dan keras ke dalam lubang kemaluan Ayu.

    “Aaaahh….yahhh!” desis Ayu dengan tubuh mengejang.

    Faried mulai mengayunkan pantatnya maju-mundur, menusuk-nusuk lubang kemaluan Ayu. Ayu merapatkan kedua kakinya sehingga batang kemaluan pria itu semakin terjepit di dalam liang kemaluannya. Faried merasakan kenikmatan yang luar biasa dan sensasi yang sukar dilukiskan dengan kata-kata setiap kali ia menghujamkan kemaluannya. Tangannya meremas-remas pantat Ayu bergantian dengan remasan-remasan pada payudaranya. Sesekali, ia menggigit-gigit kecil di daerah sekitar tengkuk dan pundak wanita itu.

    Setelah cukup lama bergumul dalam posisi doggie, tiba-tiba Ayu meminta berhenti lalu membalik badannya dari posisi “rear entry” ke posisi berhadapan.

    “Nikmati aku sepuas-puasnya malam ini Bang, mungkin ini pertama dan terakhir kalinya buat kita!” katanya dengan nafas tersenggal-senggal.

    Habis berkata Ayu langsung mencium Faried dengan ganasnya sambil mencengkeram erat punggung pria itu, merapatkan tubuhnya dan meraih penisnya yang masih menegang. Faried mengangkat kaki kiri wanita itu dan mengarahkan penisnya ke liang kemaluannya. Dengan sekali dorong penis itu pun kembali memasuki liang kewanitaan Ayu yang sudah sangat berlendir itu. Setelah penisnya masuk, Faried pun menyentak-nyentaik batang kemaluannya lagi, semakin keras, semakin cepat dan bertenaga. Keduanya semakin lepas kontrol, erangan mereka sahut-menyahut berpadu dengan suara shower akibat dilanda nikmat yang luar biasa.

    “Aaaarrgghh….entot memekku, Bang…, yah…gituuuuuhh…yang keras, yang keras….oohhhh, kontol Abang enak bangettthhh!” ceracau Ayu tidak karuan

    Faried pun jadi merasa sangat perkasa dan semakin bergairah karena merasa berhasil membuat wanita itu keenakan. Maka ia semakin kuat menyodoki batang kemaluannya di dalam vagina Ayu. Seiring dengan semakin kuatnya rintihan dan erangannya. Ayu merasakan klimaksnya sudah sangat dekat.

    “Saya keluaarr Bang..! Aaagghh..!” serunya sambil memeluk Faried erat-erat.

    Ayu merasakan liang kemaluannya berdenyut-denyut seperti menghisap-hisap kemaluan Faried. Pria itu juga merasakan tubuh Ayu yang menjadi lemas setelah mengalami wanita orgasme. Namun ia masih saja memompa kemaluannya sambil menyangga tubuhnya. Mulutnya menghisap-hisap puting payudaranya, kiri-kanan sambil lidahnya berputar-putar pada ujungnya. Sesekali jari-jariku meraba dan memutar-mutar klitorisnya. Ayu seperti orang yang sedang tak sadarkan diri. Dia hanya ber-ah-uh saja sambil sesekali menciumi bibir tebal Faried. Setelah beberapa saat, mendadak dia mengejang lagi, melenguh dan mengerang,

    “Aaagghh..! Ooohh Bang…saya keluaarr lagii..!”

    Ayu engalami orgasmenya yang kedua kalinya atau istilahnya multiple orgasm. Ayu menciumi pria itu dengan ganasnya sebagai ekspresi kenikmatan orgasme yang diraihnya.

    “Mbak..tahan yah.. saya juga mau keluar sedikit lagi..” kata Faried sambil memacu pantatnya lebih cepat lagi menghujam liang kemaluan Ayu.

    Ayu hanya bisa pasrah. Akhirnya, Faried pun merasakan sebuah gelombang besar yang mencari jalan keluar. Ia mencoba untuk menahannya selama mungkin, tapi gelombang itu semakin besar dan semakin kuat, maka ia mengatur pernapasan, berkonsentrasi penuh. Tangannya yang kokoh mendekap erat tubuh Ayu.

    “Aaahhh…saya keluar Mbaaakkk!” erangnya melepas orgasme

    Faried merasakan kenikmatan yang luar biasa menjalari sekujur tubuhnya. Ada rasa hangat menyelubungi tubuhku. Kemaluannya berdenyut-denyut di dalam liang kemaluan Ayu. Perasaan yang baru pernah dirasakannya seumur hidup, bahkan dengan mantan istrinya di kampung yang lugu dan gagap seks. Ayu menjerit kecil merasakan semburan hangat memenuhi vaginanya memberinya sensasi nikmat yang luar biasa.

    “Fantastis…beneran nih Abang cuma pernah main sama mantan istri Abang dulu?” Ayu setengah tak percaya.

    “Iya sumpah Mbak, emang kenapa?” tanya pria itu keheranan.

    “Jajan juga gak pernah?” tanya Ayu lagi sambil meraih penis Faried yang masih tegang yang baru saja lepas dari himpitan vaginanya

    Faried menggeleng, menatap wajah Ayu yang semakin cantik pasca orgasme dan dalam keadaan basah di bawah siraman shower.

    “Saya percaya, orang seperti Abang gak ada bakat untuk bohong” Ayu tertawa renyah.

    Faried hanya nyengir kuda lalu mencium lembut kening wanita itu. Ketika mencuci batang kelelakiannya di bawah shower. Ayu memeluk Faried dari belakang dan membantu mencuci batang itu. Setelah selesai mandi bareng, mereka saling mengeringkan diri dengan handuk. Ketika Faried hendak mengenakan pakaiannya kembali, Ayu melarangnya dan menawarkan untuk bermalam di situ.

    “Abang capek? Malam ini nginep aja di sini…hujannya juga belum berhenti!” tawar Ayu

    “Eerrr…Mbak!” Faried menepuk pundak Ayu yang membelakanginya

    “Iya…eeemmm!”

    Saat Ayu menoleh, Faried mencuri sebuah ciuman dan dibopongnya Ayu ke arah tempat tidurnya yang berukuran queen size dengan warna serba pink. Diletakkannya tubuh telanjang Ayu perlahan di tempat tidurnya. Ia ciumi sekujur tubuhnya. Setelah puas, ia berbaring di sebelahnya, tangannya mendekap tubuh wanita itu dan mulutnya menciumi di sekitar daun telinganya sambil tangannya mengelus-elus punggungnya. Tak lama kemudian Ayu tertidur dengan senyum di bibirnya. Faried mengecup lembut bibirnya, lalu ikut tidur di sampingnya, beredekapan, telanjang di bawah selimut.

    Keesokan pagi

    Faried terbangun saat ia merasakan ada jari-jari halus meraba-raba dadanya dan ciuman di keningnya. Ayu telah lebih dahulu bangun dan dia membangunkan pria itu. Ayu mengecup bibir tebal itu perlahan dan mereka pun terlibat dalam sebuah “french kiss”. Tangan Faried mengelusi punggung putih mulus Ayu sementara Ayu mengelus-elus rambutnya.

    “Mbak…bukannya hari ini harus ke bandara? Nanti telat” kata Faried.

    “Masih ada waktu…” jawab Ayu “pesawatnya berangkat sore jam lima, kenapa gak kita habiskan bersama saja?”

    “Apa gak akan ada orang lain lagi ke sini? Kalau kita ketauan kan gak enak” Faried agak was-was kalau ketahuan ia sedang meniduri wanita simpanan orang kaya, bisa-bisa digebuki seperti di film-film.

    “Nggak…dia terlalu sibuk jam-jam segini, nanti baru nyusul di bandara” Ayu tersenyum lalu mengecup kembali bibir Faried. “pokoknya Bang…sekarang ini waktu cuma buat kita berdua, santai dan nikmati aja!”

    Ayu mulai menciumi sekujur tubuh sopir taksi itu, menjilati dadanya dan menggelitiki putingnya dengan lidahnya. Tangannya menjalari sekujur tubuhnya dan meraba-raba batang kelelakian Faried, memainkannya, mengelus dan mengurutnya sehingga penis itu pun bangun dari tidurnya. Ayu tersenyum. Perlahan, disusurinya perut, pusar dan pinggangku dengan lidahnya.

    “Eeemmhh…Mbak!” desah Faried yang merasakan geli-geli nikmat yang membuatnya merinding. Ia mengusap-usap kepala Ayu dengan penuh kelembutan. Disisirnya rambut wanita itu dengan jari-jarinya dan sesekali diraba-raba tengkuk dan balik telinganya.

    Perlahan jilatan lidah Ayu semakin turun ke arah selangkangan Faried. Dengan jemari tangan kirinya yang halus, ia menggenggam penis Faried, mendongakkannya, dan dia mulai menjilati daerah pangkalnya. Disusurinya penis itu dengan lidahnya hingga ke ujungnya yang bersunat. Ia memutar-mutar ujung lidahnya ke arah lubang dan sekitarnya pada ujung batang penis pria itu. Ia memang profesional dalam membuat Faried merasa seperti melayang.

    Dari ujung penis itu, Ayu kembali menyusurinya hingga ke bawah, menjilat-jilat buah pelirnya, sesekali mengecup dan agak menghisapnya. Rasa aneh antara sakit, geli, dan enak membuat Faried menggeliat-geliat.

    “Enakkhh…Mbak…geli…uuhh” desah Faried sambil meremasi rambut Ayu.

    Ayu memandang pria itu dengan pandangan mata yang menggemaskan

    “Sungguh bidadari sejati.. betapa cantiknya kamu Ayu!” kata Faried dalam hatinya

    Tiba-tiba Ayu berhenti melakukan oral seksnya. Dia mendekati wajah Faried. Menciumnya dengan mesra dan lembut bibir tebal pria itu. Kemudian ia membalikkan badannya dan membelakangiku, seperti posisi “69”. Ia memegangi penis Faried dan mulai menghisap, mengulum dan menjilatinya.

    Kembali rasa geli dan nikmat mendera pria itu. Ia mencium wangi harum yang khas dari gerbang kewanitaan Ayu yang terpampang menantang di depan wajahnya. Gerbangnya sudah mulai terbuka, berwarna merah muda dengan dihiasi bulu-bulu halus dan dicukur rapi. Penisnya berdenyut-denyut di antara hisapan dan geseran lidah wanita itu. Ia memegangi dan mengelus pantat Ayu dengan kedua tangannya. Ia arahkan gerbang kewanitaannya ke arah mulutnya. Dijilatinya bibir vagina itu dan daerah sekitarnya. Ayu mengerang di antara hisapan-hisapannya pada batang kemaluan Faried. Vagina itu mulai licin dan basah, serta terus menebarkan aroma yang khas harum karena rajin dirawat.

    Faried mendapati sebuah tonjolan kecil di antara belahan gerbang kewanitaannya, dijilatinya benda itu. Ayu pun mengerang dan mendesis, sejenak melepaskan batang kelelakian itu dari mulutnya. Faried menjilat dengan lembut dan sesekali lidahnya menggeser-geser tonjolan kecil yang ada di belahan gerbang kewanitaan Ayu. Ayu mendongakkan kepalanya dan mendesis-desis kenikmatan sambil menggoyang-goyangkan pantatnya.

    “Oooh Bang… kok jilatannya enak bangethhh!” kata Ayu di antara erangannya.

    Ayu mengurut dan mengocok penis itu makin cepat sambil mulutnya menghisap ujungnya. Kedua tangan Faried tidak tinggal diam saat lidahnya beraktivitas. Terkadang jari-jari tangannya menggaruk mesra punggung Ayu dengan lembut, atau meraba, mengusap dan memainkan payudaranya yang menggantung menantang di atas perutnya.

    Setelah beberapa lama saling menjilat, menghisap dan menikmati permainan ini, Ayu beranjak dari posisinya.

    “Bang…sekarang yah!” katanya sambil memegang penis yang tegang tegak kaku menghadap langit-langit.

    Ayu mengangkangi Faried sambil memunggunginya. Ia mengarahkan batang kelelakian itu ke gerbang kewanitaannya. Faried menggeser-geserkan ujung penisnya pada tonjolan kecil di antara belahan gerbang kewanitaannya untuk membantu penisnya masuk. Ayu memejamkan matanya sambil mendesah saat penis pria itu memasuki liang kemaluannya yang sudah licin basah. Pelan.. lembut.. Ayu perlahan menurunkan pantatnya, membuat penis itu masuk semakin dalam. Terus turun hingga akhirnya mentok dan menyisakan kira-kira seperempat dari panjang penis pria itu.

    Ayu agak terpekik saat ujung penis itu menyentuh dinding rahimnya. Kemudian Ayu mulai menggoyangkan pantatnya naik-turun-naik-turun. Pada mulanya perlahan hingga beberapa gerakan, akhirnya Ayu semakin cepat. Mereka menikmati sensasi yang luar biasa saat kedua alat kelamin keduanya menyatu dan saling bergesekan. Ayu berulang kali mendesah, melenguh, mendesis, meracaukan kata-kata yang tak jelas. Faried juga menikmatinya dengan pikiran yang melayang meresapi rasa geli dan nikmat yang menjalari sekujur tubuhnya.

    Beberapa menit kemudian, Faried mengangkat badannya sekitar 45 derajat dan bersandar pada kepala tempat tidur Ayu. Ayu sambil membelakangi bertumpu pada perut pria itu dan terus mengayuh tubuhnya naik-turun pada selangkangan pria itu divariasikan dengan memutar-mutar pinggulnya.

    “Aaaghh.. Mmmbbakkk..” teriak Faried sambil memegangi pinggangnya yang ramping dan putih mulus karena penisnya serasa dipelintir ketika Ayu meliuk-liukkan tubuhnya.

    Ia meraih tubuh Ayu dari belakang. Ia remas-remas lembut kedua payudaranya yang terasa keras tapi kenyal. Putingnya ia pilin-pilin dengan mesra. Ayu menghentikan sejenak ayunan pantatnya. Dia mendesah, mendesis. Faried merasakan batang kemaluannya dan liang kemaluan Ayu sama-sama berdenyut-denyut. Diciuminya tengkuk wanita itu, sesekali digigit-gigit ringan tengkuk, bahu kanannya, dan belakang telinganya.

    “Putar sini Mbak!” pinta Faried pada Ayu untuk membalikkan posisinya.

    Wanita itu berbalik tanpa melepaskan batang kemaluan Faried dari liang kemaluannya. Batang kemaluan itu pun serasa ada yang memuntirnya. Sekarang keduanya berhadapan. Mereka saling memeluk, saling meraba. Faried mereasakan penisnya masih berdenyut-denyut di dalam liang kemaluan Ayu yang juga terasa berdenyut-denyut seperti menghisap batang kemaluan itu. Mereka berpagutan, saling menggigit, menghisap dan mengulum. Tangan dan jemari Faried dengan lincahnya bergerak di sekujur badan Ayu, membuat wanita itu kegelian dan merinding. Sekitar setengah jam dalam posisi demikian, akhirnya Faried merasakan ada sensasi luar biasa yang membuat tubuhnya serasa mau meledak. Ia mengerang dan mengatur napasnya. Rasanya ada gelombang besar dari pinggangnya yang hendak mencari jalan keluar melalui batang kemaluannya.

    “Mbak Ayu sayang…saya hampir keluar sedikit lagi..” kata Faried terengah-engah.

    “Barengan ya Bang!” jawab Ayu lalu memagut bibir tebal pria itu

    Faried pun balas menciumnya. Mereka sama-sama diam dalam posisi berciuman sambil terus memacu tubuh. Faried merasakan seperti ada aliran listrik mulai merayapi sekujur tubuhnya. Sekujur tubuhnya terasa hangat, begitu juga dengan tubuh Ayu. Sambil terus bermain lidah, mereka menikmati sensasi yang luar biasa itu.

    “Aaaaahhhhh….!!” erang Faried melepas ciuman

    “Iyaahhhh….teruusss…..teruussshhh!!”Ayu juga merasakan hal yang sama

    Faried merasa seperti melayang ke langit. Senyap, pandangan matanya berkunang-kunang walaupun memejamkan matanya. Rasa nikmat yang aneh disertai oleh rambatan sensasi menjalari setiap bagian tubuh mereka. Mereka mengejang hingga akhirnya merasakan suatu yang sangat melegakan. Nikmat…cahaya terang yang membuat berkunang-kunang itu berubah menjadi kegelapan. Ia rubuh menindih tubuh Ayu, mereka terdiam dengan nafas naik turun. Ayu menatap wajah ndeso si sopir taksi, dia tersenyum penuh arti dan kemudian mencium keningnya. Faried balas memagut kecil dagu Ayu. Tak lama, Ayu mendorong tubuh pria itu hingga berbaring saling bersebelahan.

    “Istirahat dulu yuk, abis ini kita makan!” kata Ayu lalu mengajak Faried kembali ke balik selimut. Mereka berpelukan sambil masih dalam kondisi sama-sama telanjang bulat.

    Sore harinya

    Satu hal yang mengganjal di hati Faried sejak peristiwa semalam dan tadi pagi, ia ingin mengungkapkan perasaannya pada Ayu namun belum ada keberanian untuk itu. Faried memang pria yang tulus, namun pengetahuannya tentang wanita terbilang minim. Kepada mantan istrinya dulu saja ia tidak pernah mengatakan ‘saya cinta kamu’ karena memang mereka dijodohkan. Pasangan yang ketika itu masih sangat hijautidak pernah merasakan saat-saat romantis hingga akhirnya perceraian mereka. Sepanjang perjalanan ke bandara ia tidak ada kesempatan untuk itu karena Ayu sibuk bicara melalui ponselnya, yang pertama dengan seorang teman, yang kedua dengan si direktur.

    yang membakar api cemburu dalam hati Faried. Ketika taksi yang dikemudikannya akhirnya tiba di bandara, Faried turun duluan dan menurunkan barang bawaan Ayu dari bagasi, saat itu Ayu masih berbicara di ponselnya. Ini adalah saat terakhir, juga mumpung antrian kendaraan di gerbang keberangkatan tidak terlalu padat, maka Faried pun membulatkan tekadnya, ia masuk ke jok kemudi. Ayu baru saja hendak membuka handle pintu belakang ketika sopir taksi itu akhirnya berseru.

    “Ayu, tunggu!” pertama kali ia memanggil wanita itu dengan namanya.

    Ia mengurungkan niatnya dan memandang nya. Matanya bertanya. Dada pria itu berdegup kencang.

    “Saya mencintai kamu, Ayu,” Faried mengungkapkan perasaan itu dengan tenggorokan tercekat.

    Ayu menatap tak percaya. Faried segera meraih tangannya, meraba jemarinya yang halus, mengalirkan keyakinan. Mata mereka saling bertatapan tanpa berkata-kata, hening selama beberapa saat

    “Hentikan semua ini, Ayu. Kamu seharusnya hidup lebih layak, terhormat dan bernilai. Apa yang kamu lakukan selama ini hanya akan membuat hidupmu didera kesalahan dan dosa. Hiduplah dengan saya. Kita kawin. Saya berjanji akan membahagiakan kamu.”

    Ayu menggigit bibir. Ia tampaknya memikirkan sesuatu. Faried berharap-harap cemas dalam hatinya, ia menggigit bibir bawahnya dan jantungnya berdebar kencang sekali, inilah pertama kalinya dalam hidup ia terus terang mengungkapkan cinta pada seorang wanita. Ia sudah menabah-nabahkan hati untuk siap menerima kemungkinan terburuk. Matanya memandang Ayu dengan tajam dan penuh harap.

    Ayu akhirnya tersenyum, ia mempererat genggaman tangan si sopir taksi. Tatapan matanya seperti menyiratkan sesuatu. Sesuatu yang sangat misterius sebelum akhirnya berkata,

    “Baiklah Bang….” ia berhenti sesaat, “saya memang harus menentukan pilihan, pada akhirnya. tapi kita hidup dalam dunia yang berbeda. Bang, Abang tak akan bisa memahami saya, seperti saya pun tak bisa memahami Abang. Terima kasih atas ketulusan tawaran Abang. Saya menghargainya. Biarkan saya memilih dan melewati jalan yang menurut saya terbaik. Abang orang baik, terus terang, saya suka Abang, seandainya takdir mempertemukan kita lebih awal atau di tempat yang lain dari sekarang, kita mungkin bisa bersatu. Saya doakan Abang kelak mendapat jodoh yang baik…jauh lebih baik dan suci, tidak seperti wanita di depanmu ini. Maafkan saya…selamat tinggal!” Ayu mengucapkannya dengan bibir bergetar, pelupuk matanya basah, namun ia menyekanya cepat-cepat, lalu membuka handle pintu tergesa-gesa dan pergi. Faried tak bisa mencegahnya lagi.

    Ia hanya sempat memandangi punggungnya serta gaunnya yang berkibar ditiup angin berjalan memasuki bandara ke gerbang keberangkatan, untuk terakhir kali tanpa menoleh ke belakang, dengan pandangan kosong. Terasa ada yang hilang dalam dirinya, bak istana pasir yang diterpa ombak dan lenyap seketika, sesuatu yang tak dapat ia ungkapkan bagaimana adanya. Dua puluh menit Faried termenung di taksinya di luar bandara, matanya kosong menatap langit biru. Sebagian dirinya serasa hilang bersama wanita itu. Tiga batang rokok telah dihabiskannya sejak Ayu meninggalkannya tadi.

    “Faried…ayo kamu bisa! Dunia belumlah kiamat, kehidupan terus berjalan! Bangkit!! Bangkit!! Jangan harap Bapak akan menemui kamu di akhirat nanti kalau kamu sampai bunuh diri gara-gara patah hati! Bangkit…bangkit…bangg…bangg” Faried sekonyong-konyong mendapat seruan itu dalam lamunannya, almarhum ayahnya seperti sedang menyemangatinya

    “Bang….bang…narik ga nih?” tiba-tiba saja sebuah suara dari sebelah menyadarkannya, rupanya ia setengah tertidur di tengah lamunannya.

    “Ooohh….iya…iya Pak, narik lah…ayo silakan masuk!” ia membukakan pintu belakang untuk pria berumur empat puluhan itu, “kemana nih Pak?”

    “Sudirman, cuma lagi ada demo deket situ…bisa ga Bang? Saya buru-buru nih, daritadi udah dua sopir nolak!” jawab pria yang menenteng tas laptop itu.

    “Beres Pak…saya coba lewat jalan tikus, moga-moga keburu!” sahut Faried lalu segera tancap gas dari situ,

    “Ayo Faried, kamu bisa, semangat!!” ia kembali menyemangati dirinya, ia harus tegar seperti apa yang selalu ayahnya ajarkan sejak kecil.

    Delapan tahun kemudian
    Foodcourt sebuah mall

    “Oke..oke…, kamu urus saja, yang ginian gak usah pakai lapor, belajar lah memutuskan sendiri!” Faried berbicara lewat ponsel dengan seseorang, “pokoknya pastikan jangan sampai terlambat, ketepatan waktu yang bikin perusahaan kita dipercaya orang, ngerti?!”

    “Baik Pak…saya usahakan sebaik mungkin, Bapak tenang aja, nanti saya kabari lagi” jawab suara di seberang sana.

    “Gitu dong….oke ditunggu kabar baiknya, sampai nanti ya!” ia menuntup pembicaraan lalu melanjutkan makannya yang tinggal sedikit lagi.

    Faried yang sekarang sudah berbeda dari Faried yang dulu, rambutnya kini telah dicukur cepak dan rapi, sebagian kecil nampak telah beruban, di atas bibirnya yang tebal itu telah tumbuh kumis tipis. Soal level kegantengan yang di bawah rata-rata sih memang tidak terlalu mengalami kemajuan, tapi kini ia terlihat lebih dewasa. Pakaian yang melekat di tubuhnya bukan lagi seragam sopir taksi seperti dulu, melainkan sebuah kaos berkerah merek ternama dan ponsel yang dipakainya bukan lagi barang seken atau murahan lagi, melainkan keluaran terbaru yang masih mulus. Hasil kerja keras, pengalaman dan tabungannya selama ini telah mengubah nasibnya, kini ia telah memiliki sebuah perusahaan travel yang sangat berkembang, bahkan telah membuka cabang di kota lain. Ia baru saja menyeruput minumannya ketika sesuatu tiba-tiba membentur sepatunya. Ia melongok ke bawah meja dan menemukan sebuah mobil-mobilan. Seorang bocah laki-laki mengejar dari belakang dan hendak mengambil mobil itu.

    “Michael…Mom said don’t play it here…now you see!” sahut seorang wanita

    Faried memungut mainan itu dan memberikannya kembali pada si bocah berparas blasteran bule itu.

    “Thank you sir!” kata si anak.

    “Maaf ya Pak…come say sorry to uncle!” kata wanita itu, “Hah….kamu!”

    Faried juga tertegun begitu melihat ibu dari anak itu, mereka saling tatap selama beberapa saat seperti tidak percaya pengelihatan masing-masing.

    “Faried? Bang Faried?” wanita itu membuka suara duluan.

    “Iya…Ayu kan?” yang dijawab wanita itu dengan anggukan kepala.

    Tidak banyak yang berubah pada wanita itu, ia tetap cantik dan tubuhnya masih langsing walau telah memiliki anak. Rambutnya kini agak bergelombang dan disepuh kecoklatan. Pakaian yang dikenakannya serta wajahnya dengan make up tipis membuat penampilannya jadi keibuan.

    “Eeemmm…sudah lama ga jumpa ya…gimana kabarnya sekarang?” sapa Faried yang merasa senang kembali bertemu dengan wanita itu, ia sangat penasaran dengan kabarnya selama tujuh tahun ini yang tidak pernah kedengaran lagi, “ayo duduk dulu!”

    Ayu duduk di depan Faried dan keduanya saling berpandangan dengan gembira.

    “Kelihatannya banyak yang sudah berubah” kata Ayu melihat penampilan pria yang dulu menjadi sopir langganannya itu yang juga pernah menghabiskan semalam penuh gairah bersamanya.

    “Ya…banyak, sangat banyak, kehidupan ini memang dramatis” jawab Faried “kamu di mana saja selama ini? Pulang kampung?”

    “Bukan…jauh…jauh sekali, benar kata Abang kehidupan itu dramatis, selain itu juga penuh misteri”

    Ayu kini telah menikah dengan seorang bule Inggris. Setahun setelah perpisahan mereka di bandara, ia berhenti menjadi wanita simpanan si direktur yang mulai berpindah ke lain hati. Di tengah kesepiannya, ia berkenalan dengan ekspatriat asal Inggris, hubungan mereka makin serius. Pria itu ternyata tulus mencintai Ayu tanpa memandang masa lalunya yang kelam, ia sendiri seorang duda tanpa anak. Hubungan mereka pun berlanjut ke pernikahan dan pria itu memboyong Ayu ke negaranya. Demikian pula Faried yang kini telah sukses, ia sudah menikah empat tahun yang lalu dan memiliki seorang putri berusia tiga tahun. Mereka berbagi cerita sambil tertawa-tawa, sesekali Ayu memperingatkan anaknya yang asyik dengan mainannya agar tidak jauh-jauh darinya.

    “Akhirnya, hari ini saya benar-benar lega” kata Faried,

    “rasa penasaran selama ini selesai sudah dan kamu menemukan kebahagiaan kamu, seperti yang dulu kita obrolin di taksi, ingat?”

    “Ya…doa saya agar Abang mendapat jodoh yang baik pun sudah terjawab. Tuhan memang kadang terlalu baik pada umatnya Bang, saya tidak pernah bermimpi wanita seperti saya akhirnya bisa menjadi ibu dan istri seperti sekarang ini, bagi wanita seperti saya, ini lebih dari yang saya harapkan” mata Ayu nampak berkaca-kaca, nampaknya ia antara sedih dan gembira membandingkan dirinya dulu dan sekarang.

    “Satu misteri kehidupan yang saya akhirnya singkap hari ini, kadang memang ada dua orang saling mencintai tapi tidak ditakdirkan untuk bersatu, seperti ada jurang yang dalam yang memisahkan mereka, namun pada akhirnya mereka akan menemukan kebahagiaannya di jalannya masing-masing dan bersama pasangannya yang lain yang berada di satu tebing dengan mereka” Faried berfilsafat.

    “…..dan kebahagiaan mereka pun bertambah ketika melihat cinta lamanya di seberang jurang itu akhirnya berbahagia walau bersama orang lain” Ayu menyambung lalu mereka hening, saling tatap selama kira-kira sepuluh detik sementara Michael asyik membuka tutup pintu mobil-mobilannya.

    “Ahahha…abang ambil kuliah filsafat ya setelah saya pergi?” Ayu tiba-tiba tertawa renyah sambil menangkap mobil-mobilan yang diluncurkan anaknya padanya di meja.

    “Hehe…sopir taksi kaya saya umur waktu itu udah kepala tiga mana sempat kuliah lagi, filsafat itu kadang keluar dari pengalaman hidup kita kok Lin, kan para filsuf sama nabi juga mendapatkannya dari pengalaman hidup dan lingkungan mereka dulu, cuma mereka lebih pandai merenungkan dan mengutarakan pada orang banyak”

    “Tuh…kan berfilsafat lagi…hihihi….!” mereka saling tertawa lepas, lega setelah beban di hati masing-masing akhirnya terangkat.

    Tiba-tiba BB Ayu berbunyi dan ia permisi untuk mengangkatnya.

    “Ok baby…we’ll meet you soon!” kata Ayu lalu menuntup pembicaraan

    “Papanya…udah nunggu di depan ngejemput!” kata Ayu, “Oke Bang…kita sudah harus berpisah lagi, tapi kali ini perpisahan yang melegakan, ya kan?” wanita itu lalu bangkit dan berpamitan pada Faried, “Michael, say goodbye to uncle!” katanya pada buah hatinya.

    “Eeeii…Ma…udah selesai salonnya?” Faried tiba-tiba melambai ke arah belakang Ayu pada seorang wanita lain yang menghampiri mereka, “ini istri saya, Anita!” ia memperkenalkan wanita itu pada Ayu, “Ini Ayu…langganan taksi dulu waktu narik hehehe….”

    “Ya udahlah, rapiin rambut aja ngapain pake lama?” jawab wanita itu lalu beralih menyapa Ayu dan anaknya, “Hai….”

    Anita dengan senyum ramah menjabat tangan Ayu dan juga membelai anak itu, gemas akan wajah indo-nya yang imut-imut. Secara fisik memang Anita kalah dibanding Ayu, kulitnya tidak terlalu putih dan agak gemuk, apalagi kini sedang hamil empat bulan. Namun, wanita inilah yang banyak membantu Faried mencapai sukses, ia adalah pedagang kecil di pasar yang adalah tetangga di dekat kontrakan Faried. Seorang wanita yang rajin dan ulet, sudah terbiasa kerja keras membantu perekonomian keluarga dengan berjualan kue di rumahnya dan secara online, belakangan ia mulai membuat kuenya sendiri.

    Anita dan keluarganya juga cocok dengan Faried yang jujur dan pekerja keras, hubungan mereka semakin dalam terutama setelah Faried berpisah dari Ayu dulu hingga akhirnya mereka menikah dan mempunyai anak. Dari seluruh keuntungan usaha jualan kue keringnya lah Anita membantu Faried mendirikan usahanya sendiri hingga akhirnya sukses setelah melalui jalan yang cukup terjal dan berliku. Mereka pun akhirnya berpisah setelah ngobrol basa-basi sebentar.

    “Ayo Pa, kalau telat, nanti kasian Lina nunggu sendirian di sekolah, udah mau jamnya nih!” kata Anita mengajak suaminya untuk segera meninggalkan mall itu.

    “Oke Ma, yukk!!” Faried menggandeng tangan istrinya dan mempercepat langkah.

    “Omong-omong Papa punya langganan cantik juga ya…pantes Papa betah lama-lama jadi sopir taksi dulu hehehe” canda Anita sambil tetap berjalan.

    Faried hanya tertawa nyengir, hatinya tenang kini, ia dan Ayu telah menemukan kebahagiaannya masing-masing. Segala sesuatu memang ada waktunya masing-masing, manusia hanya perlu berusaha sebaik-baiknya, kelak karma dan darma akan datang pada saatnya kelak.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • CERITA SEX MEMELIHARA ISTRI

    CERITA SEX MEMELIHARA ISTRI


    1537 views

    Cerita Sex ini berjudulCERITA SEX MEMELIHARA ISTRICerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Kisah ini beraal dari persahabatan kami lakilaki pemburu barang antik. Kami bertempat bertemu karena punya hobby yang sama. Awalnya aku berkenalan dengan Iwan karena dia mengontakku di blog dan menawarkan tukar koleksi fotofoto lolita. Pada waktu itu aku getol berburu foto preteen di internet.

    Setelah agak ragu dan juga dibayangi rasa takut, akhirnya kami berkenalan. Dari situ aku saling bertukar situs dan saling berbagi hasil download. Tidak lam kemudian muncul lagi seorang pembaca blog ku yang menginginkan tukar koleksi. Sebut saja dengan nama yang dia perkenalkan sebagai Sigit.

    Kebetulan dia tinggal di daerah kawasan kota baru di wilayah BSD yang dekat dengan tempat tinggal Iwan. Iwan kuminta menemui Sigit.

    Setelah mereka bertemu akhirnya kami janjian bertemu bertiga di Jakarta. Iwan dan Sigit adalah keturunan Chinese sedang aku asli pribumi. Mereka berdua bekerja di perusahaan multinational dan punya kedudukan bagus. Sedang aku berwiraswasta .

    Dari sekedar kumpulkumpul ngobrol sehabis jam kerja, akhirnya berkembang berburu ABG. Iwan adalah penggiat pemburu ABG. Dia memiliki jaringan ABG khususnya ABG yang mau buka segel, alias jebolin perawan.

    Sekitar 3 kali aku diajak Iwan untuk buka segel. Dia selalu memberi kesempatan aku pertama kali menjebol, setelah jebol selanjutnya dia yang malancarkan dan melebarkan jalan. Iwan memberi kesempatan itu, karena dia mengaku sudah kenyang membuka segel. Seminggu dia bisa dapat tawaran dua kali, tetapi paling sedikit setiap minggu selalu ada tawaran.

    Aku tidak menyangka bahwa ternyata banyak sekali ABG yang bersedia buka segel. Mereka juga tidak mematok harga yang fantastis, tetapi menurutku malah murah. Bagaimana tidak ketika di korankoran atau berita online menyebutkan bahwa biaya mendapatkan perawan antara Rp 5 juta sampai 10 juta, ini kami dapatkan hanya sekitar 2 juta. Itu pun biasanya aku patungan dengan Iwan.

    Setelah 3 kali mendapat kesempatan aku mulai bosan serta anggaran juga makin menipis, karena sudah mulai mantab (makan tabungan). Iwan juga sudah sering menolak tawaran buka segel. Kami hanya mau menerima tawaran jika ABG yang akan buka segel itu maksimal berumur 15 tahun, sehingga kami mendapatkan rasa Lolita dan Virgin sekaligus.

    Anakanak yang kami dapatkan meski benarbenar masih perawan, tetapi wajahnyatidak cantik, atau cenderung biasa aja dan mereka adalah anakanak kampung, sehingga kulitnya juga tidak mulus putih. Istilah Iwan mereka anakanak bulug.

    Memang kalau dibandingkan pemandangan ABG yang berkeliaran di Plasenta (Plasa Senayan Tauk), kualitasnya jauh lah.

    Setelah berburu buka segel, permainan kami bertiga bekembang berburu ABG barang bagus. Siapa saja diantara kami yang menemukan lalu kami share. Sehingga sering kami bertiga menggarap seorang cewek atau kadangkadang 3 lawan 2.

    Hampir setiap bulan kami bermain, Aku beberapa kali absen, karena ada kesibukan lain. Iwan adalah yang paling piawai memburu mangsa, dia mengolah dari chating, atau dari berbagai milis di internet. Semakin lama bahan baku juga semakin bagus dan kami tetap menerapkan persyaratan bahwa komoditi harus maksimal 17 tahun.

    Penawaran membanjir, karena anakanak yang kami pakai kemudian menawarkan temannya, jadi kami kewalahan menerima mereka. Hampir setiap hari ada saja tawaran yang dikirim lengkap dengan fotonya. Di era kirim le gratis ini sangat menguntungkan bagi pemburu seperti kami ini.

    Suatu hari Iwan mengirim foto, 2 anak. Masingmasing foto setengah badan dan full. Dari penampakan di foto, kedua anak itu kualitasnya termasuk prima, putih bersih cantik, rambut lebat dan umurny masih sangat muda. Yang pertama 17 tahun dan yang kedua 15 tahun.

    Kedua mereka masih bersegel. Aku dan Iwan samasama kurang percaya dengan penampakan di foto, sehingga kami minta bertemu dulu sebelum melakukan eksekusi. Hari yang penting itu, Sigit tidak bisa meninggalkan meeting dengan bosnya, sehingga aku dan Iwan yang meeting dengan target.

    Aku sempat tidak percaya dengan pandangan mataku sendiri, karena kedua anak itu memang benarbenar prima mutunya. Kibus (Kaki Busuk=perantara) yang membawanya pernah kami garap ramerame, sehingga dia tahu betul apa yang kami inginkan.

    Selain kibus ada seorang yang usianya bisa disebut ibuibu. Dia memperkenalkan diri sebagai ibu dari kedua anak itu. Aku dan Iwan berpandangpandangan. Tentu saja aku maupun Iwan bingung,karena pertemuan ini akan membicarakan soal eksekusi buka segel. Tapi kalau ada ibunya bagaimana kami mau berbicara soal itu. Untuk mencairkan suasana kami pesan makanan dan minuman. Link Alternatif Depobos

    Pak emang bapak mau sama anak saya, Kalau mau bapak ambil saja pak, saya gak punya biaya untuk sekolahin dan sehariharinya biayanya juga berat, kata si Ibu yang memperkenalkan diri sebagai Mpok Titin.

    Kedua anak yang dibicarakan itu tertunduk malu. Yang besar namanya Vina dan yang kecil Devi. Kalau ditilik dari sosoknya mereka bedua tidak mungkin ras Indonesia asli, karena rambutnya rada kemerahmerahan, kulitnya putih dan hidungnya mancung.

    Ternyata Mpok Titin dulu pernah jadi pembantu orang Turki yang bertugas di Indonesia. Mungkin karena Mpok Titin punya tampang yang lumayan, maka si Turki menggarap pembantunya sampai menghasilkan 2 anak.

    Setelah masa kerjanya habis di Indonesia Titin ditinggal dengan diberi semacam pesangon. Namun sebanyakbanyaknya pesangon kalau tidak digunakan secara produktif akhirnya ludes juga. Mpok Titin mengaku sekarang hidupnya susah.

    Sebetulnya dia beberapa kali ingin kawin, teapi calon suaminya selalu lebih mengincar anaknya dari pada si Titin sendiri.

    Itulah pak saya gak beTitin punya suami, takut nanti anak saya yang dikerjain, kata Mpok Titin. Dari guratan wajahnya sebenarnya Titin memiliki dasar wajah yang lumayan bagus juga.

    Paling tidak hidungnya tidak pesek dan dagunya bentuknya bagus. Menurut pengakuannya dia hasil campuran perkawinan Jawa Madura, tetapi dilahirkan di Jakarta sampai sekarang tinggal tetap di Jakarta.

    Aku taksir umurnya sekitar 35 tahun, tetapi kata dia umurnya masih 32 tahun. Jadi pada waktu di garap si Turki dia masih sangat muda.

    Mpok maaf ya saya mau tanya, kenapa mau jual perawan anaknya duadua sekaligus dan malah minta saya mengadopsinya, tanya saya langsung saja blakblakan.

    Kelihatannya kalau aku pakai bahasa yang rada diplomatis dia gak nangkap.

    Saya pusing Pak, utang makin menumpuk, gak tau mau bayar pake apaan, saya sudah ngomong ke anakanak, kayaknya mereka gak masalah, mereka pengen sekolah, tapi saya gak punya biaya, mau kawin lagi, suami ngincernya anakanak saya aja, jadi ya saya takut punya laki, kata Titin blakblakan sambil ngunyah bakso.
    Emang mpok butuhnya berapa sih tiap bulan untuk hidup sama biaya sekolah anakanak. tanyaku iseng aja.
    Gak tau ya pak, berapa ya saya gak pernah ngitung, sejuta apa dua juta kali ya katanya.
    Lha ini anaknya mau dijual berapa perawannya, tanyaku langsung.
    Ya saya sih pengennya satu anak lima juta pak, katanya terus terang.

    Aku dan Iwan kembali saling liatliatan.

    Gini mpok sebentar ya saya mau rundingan dulu sama temen, kataku.

    Aku dan Iwan pindah ke meja lain dan merundingkan permintaan Mpok Titin.

    Mahal banget, kita yang biasanya dapat segelan seharga dua juta.

    Aku katakan kepada Iwan, sayang kalau makai kedua anak itu cuma sekali.

    Rasanya tawaran untuk mengadopsi mereka itu layak diterima. Biaya untuk kehidupan kedua anak itu, termasuk emaknya kuperhitungkan sekitar 5 atau 6 juta. Aku sih ngitungnya pakai dasar biaya kami cuci busi. Setiap bulan aku dan

    Iwan, juga Sigit ratarata menghabiskan biaya satu 3 sampai 4 juta. Jadi kalau kami bertiga menanggung kehidupan mereka bertiga juga rasanya gak berat.

    Emang emaknya mau dipake juga, kata Iwan.
    Kalau didandani bahannya bagus kok, kataku.

    Iwan mengontak Sigit dengan sebelumnya mengirim foto kedua anak itu.

    Tanpa banyak menyoal Sigit siap iuran dua juta sebulan, asal setiap saat dia bisa makai mereka. Aku dan Iwan juga akhirnya sepakat menganggarkan satu setengah sampai dua juta sebulan.

    Iwan dan aku akan mencoba menawar biaya buka segel per orang 2 500 ribu per orang dan bonusnya kehidupan mereka selanjutnya akan kami tanggung, tetapi harus komit bahwa mereka bertiga siap melayani kami yang juga bertiga.

    Kami kembali ke meja mereka. Aku membuka pembicaraan dengan langsung mengatakan bahwa Aku dan Iwan akan menanggung kehidupan mereka bertiga. Kami akan mengontrakkan tempat tinggal senilai Rp 15 20 juta dan memberi biaya hidup setiap bulan sekitar lima juta.

    Sekarang mereka yang saling liatliatan dan terlihat sekali air muka yang gembira.

    Ini bener oom, tanya Titin. Dia jadi lupa kalau tadi panggil Pak sekarang panggil Oom, mungkin sebentar lagi dia panggil boss.
    Tapi ada syaratnya, kataku.
    Syaratnya apa, tanya si Vina yang sulung.
    Syaratnya kalian bertiga mau jadi istri kami yang juga bertiga, kataku.
    Yang satu siapa lagi Oom tanya Devi yang bungsu.
    Ada satu temen lagi, sekarang gak bisa kesini, karena masih kerja, kataku.
    Gimana ya mak, tanya Vina yang dari air mukanya kelihatan dia mau.
    Tapi oom aku minta dibeliin HP yang keren yang bisa internetan, kata si kecil.
    Ah itu mah gampang lah, kataku.
    Jadi saya juga mau dikawinin Oom, tanya si Titin.
    Ya iya lah, jadi Mpok, Vina dan Devi jadi istri kami bertiga sekaligus, kataku.
    Kok aneh sih, saya gak ngerti maksudnya, jadi saya istrinya sapa, tanya si Titin.
    Mpok Titin nanti bakal nglayani kami bertiga, Vina juga gitu, Devi juga sama, kataku menjelaskan lebih rinci.
    O gitu, jadi saya ama anakanak nglayani si oom semua, kata Titin.
    Tadi mau kasi biaya berapa tiap bulan, tanya Titin.
    5 juta, gak termasuk kontrakan kataku.
    Banyak juga ya, saya sih maumau aja, gak tau nih anakanak, Lu gimana Vin lu Vi, tanya Titin ke anakanaknya.
    Saya sih mau aja asal bisa sekolah dan punya HP bagus, termasuk pulsanya ya Oom kata Devi.

    Sementara itu Vina menyerahkan keputusan kepada emaknya,

    Kalau Mak setuju, saya mah ikut aja, katanya.
    Emang kita mau dikontrakin di mana Oom, tanya Titin.
    Ya mpok sendiri yang cari terserah maunya dimana, asal kontraknya gak lebih dari 20 juta setahun dan cari yang lokasinya dimana tetangganya gak pada resek, kan nanti kami jadi enak kalau nginep segala, kataku.
    Banyak sih oom kalau segitu, tapi ya gak di pinggir jalan, kata si Titin.
    Terus ini jadi gak mau ambil perawan si Vina ama si Devi, kata Titin.
    Jadilah, tapi gak sekarang, dan kalau bisa jangan segitu dong, kan kita udah setuju biayai keluarga mpok, kata Iwan.
    Jadi maunya berapa dong, kata Titin.
    Satu anak dua setengah deh, kata Iwan.
    Gimana ya, menurut lu pada gimana, tanya Titin ke anakanaknya.
    Terserah emak kata Devi.
    Gini aja deh Oom, nanti mecahin perawannya gak usah di hotel, tapi di

    kontrakan aja, sayangsayang uangnya, mending uang hotel untuk saya aja, kata si Titin.

    Akhirnya kami deal dan sepakat mereka akan mencari tempat kontrakan dan kami nanti akan datang untuk melihat dan menilai apakah tempatnya cukup layak untuk kehidupan bebas kami nanti. Sebelum berpisah aku memberi tips mereka masihmasing lima ratus ribu termasuk si Kibus yang dari tadi bengong aja.

    Seminggu kemudian Titin menghubungi aku, katanya ada 3 tempat yang bisa dikontrak. Sore hari itu aku bersama Iwan dan Sigit meninjau lokasi. Setelah menjalani tempattempat yang akan dikontrak akhirnya disepakati satu rumah dengan 2 kamar yang baru selesai dibangun.

    Lokasinya kurang bagus, karena berada di gang buntu, tetapi dari jalan raya hanya ada rumah itu saja, sehingga tidak punya tetangga. Jalannya kurang memadai untuk parkir mobil, tetapi aku pikir aku tidak akan memarkir mobil di jalan itu, meski bisa, karena rawan juga kalau diparkir terlalu lama, Ojek banyak, taksi juga ada, ngapain bawa mobil.

    Lokasi tempat tinggal mereka meski di daerah yang rada padat, tetapi mudah aku jangkau dari kantorku, juga kantor si Iwan. Kalau Kantor Sigit agak jauh, karena kantornya di kawasan industri di Tambun.

    Persoalan berikutnya adalah mereka tidak memiliki apaapa kecuali pakaian dan tas. Lemari, tempat tidur, alat masak dan sebagainya semuanya nihil. Persoalan berikutnya adalah di rumah itu tidak ada AC, rasanya aku gak bakalan kuat bertempur di ruangan yang tanpa AC di tengah pengapnya udara di Jakarta ini.

    Aku perhitungkan biaya untuk mengisi rumah ini butuh sekitar 10 juta. Kalau di tanggung satu orang terlalu berat, kalau dibagi tiga lumayan ringan. Aku punya ide, karena kami bertiga samasama menginginkan buka segel si kecil Devi. Jadi sebaiknya di lelang saja. Siapa beTitin keluar duit 5 juta boleh merawani Devi, 4 juta si Vina , yang sejuta ya dapat emaknya. Biaya itu di luar biaya buka segel yang sudah disepakati dua juta setengah.

    Sigit langsung merebut opsi 5 juta dan Iwan mengalah mau yang 4 juta, aku harus terima sejuta dapat emaknya. Tapi aku punya rencana lain untuk menggarap emaknya.

    Akhirnya rumah lengkap dengan perabotan, dan kasur kami pilih spring bed ukuran gede untuk masingmasing kamar. Biaya pemasangan AC plus tambah daya kami tanggung bertiga. Rumah kontrakan mereka siap untuk menjadi tempat eksekusi, dan kami sepakat hari eksekusi adalah seminggu kemudian.

    Sebelum hari H aku mengontak si Titin, Aku ajak dia untuk aku vermak agar penampilannya jadi lebih segar dan menarik. Rambutnya dibenahi seluruh tubuhnya di benahi, sampai alis matanya ditato dan mukanya di totok agar kencang, termasuk mengecilkan pinggangnya dan mengempiskan perutnya.

    Pekerjaan itu menghabiskan waktu sekitar 4 hari Titin tampilannya sudah tidak cocok lagi dipanggil Titin, Dia lebih cocok dipanggil Grace atau Anneke, karena rambutnya sudah rada merah, mukanya bersih, teteknya agak mendongak, mukanya kenceng dan berpinggang sehingga pantatnya kelihatan makin semok. Aku menyenangi wanita yang pahanya gempal, karena biasanya cewek yang pahanya gempal, pantatnya juga montok.

    Setelah bodynya selesai dipugar, tinggal melengkapi dengan pakaian yang cocok. Aku membawanya ke toko busana dan habis hampir 5 juta untuk beberapa pakaian yang memberi tampilan anggung dan sexy. Dengan body dan pakaiannya sekarang, tidak ada yang bisa mengira bahwa dia dulu adalah buruh cuci dan lama bekerja sebagai pembantu.

    Pada hari H kami bertiga sepakat untuk menginap di rumah kontrakan si Titin sehingga kerja gak keburuburu. Jam 3 sore, pembantaian dimulai, Sigit masuk kamar dengan Devi, Iwan masuk kamar yang berbeda dengan Vina sedang aku dan Titin duduk di ruang tamu.

    Sofa di ruang tamu sengaja aku pilih yang bisa diubah menjadi tempat tidur. Untungnya hari itu cuaca hujan berkepanjangan jadi meski ruang tamu tidak pakai ac tetapi cukup sejuk. Aku memulai mencumbu Titin yang rupanya sudah dia harapkan.

    Sumpah, sebenarnya gua pengennya sama si oom, eh kok terkabul ya, kat si Titin.

    Mendengar reaksi itu kau langsung menentukan posisi dengan mengatakan, aku pengin di service abisabisan, jadi aku akan diam saja dan mengikuti permainan si mpok, kataku.

    Siapa takut, katanya. Dia mulai dengan menelanjangi dirinya.

    Bodynya meski tidak terlalu putih, tetapi bentuknya lumayan oke, teteknya masih tegak menantang, perutnya tidak buncit dan pantatnya semok banget. Kami tanpa khawatir telanjang berdua di ruang tamu yang sudah tertutup rapat sehingga tidak akan terlihat dari luar.

    Namun jika ada yang keluar kamar pasti akan melihat keadaan kami. Aku tidak peduli, karena aku biasa main bertiga dengan kawanku, dan Mpok Titin juga tidak takut terlihat anaknya, karena kata dia mereka juga samasama ngentot.

    Aku berbaring telentang dan sekujur tubuhku diciumi dan pentilku dijilatin lalu penisku di sedot dan kantong menyannya dijilati sampai dilomotlomot. Rangsangan yang dimainkan si Titin ini memang luar biasa, mungkin berkat didikan si Turky dulu yang pasti dia jagoan ngentot.

    Olahan mulutnya dan hisapan di kontolku membuat pertahananku jebol sebelum menikam memeknya. Kami berbaring berdampingan dalam keadaan tetap bugil. Tidak lama kemudian Sigit keluar dengan tetap telanjang sementara si Devi menutup tubuhnya dengan handuk berlari ke kamar mandi.

    Sigit duduk di sofa dekat kami berbaring. Rupanya dia tertarik melihat kemontokan si Titin dia duduk dekat Titin dan tangannya mulai beroperasi meremasremas dada montok si Titin. Titin tidak tinggal diam, dia juga meremas kontol Sigit yang masih loyo.

    Kelihatannya Sigit terangsang di kerjai siTitin, kontolnya pelanpelan bangun. Sedang mereka asyik si Iwan keluar juga dalam keadaan bugil sementara si Vina berkemben handuk masuk ke kamar mandi yang di sana masih ada Devi.

    Melihat percumbuan Titin dan Sigit, Iwan tertarik, mendekat dan langsung menyodorkan kontolnya. Tanpa ragu Titin mengulum kontol si Iwan. Iwan nyengirnyengir nikmat, Kontolnya pun pelanpelan bangun lagi. Mereka bertiga mengatur posisi, Sigit telentang dibawah dan memasukkan senjatanya ke memek Titin dan Iwan melepas kontolnya dari kuluman Titin dan melumuri batangnya yang sudah tegak keras dengan jelly pelicin.

    Aku menyingkir dan menonton mereka. Iwan berusaha melesakkan penisnya ke anus perlahan lahan sampai akhirnya berhasil masuk semua. Titin yang mendapat serangan dua batang keras mengerangerang nikmat. Mungkin akibat erangan itu Sigit dan Iwan makin semangat memompa.

    Kegaduhan di ruang tamu memancing keingintahuan Vina dan Devi.

    Ih emak diperkosa, kata Devi.

    Mereka masih mengenakan kemben handuk. Aku jejer 3 kursi makan untuk kami duduki menonton adegan life show. Mereka aku ajak duduk menonton emaknya dikerjai temanku, Tapi keduanya kuminta ikut telanjang pula.

    Aku duduk ditengah, Devi di kiri dan Vina di kanan. Body mereka masih kencang tetek Vina sudah cukup besar berkembang sedang Devi masih dalam tahap pertumbuhan. Jembut Vina sudah lumayan rimbun, sementara Devi masih merangas alias rada gundul.

    Sambil menonton aku meremasi tetek mereka kiri dan kanan, kedua tetek mereka terasa masih sangat kenyal dan putingnya masih kecil. Kedua tangan mereka aku arahkan meremas kontolku. Mulanya Vina yang meremas lalu gantian Devi. Mereka belum bisa luwes meremas penisku, sehingga kadangkadang terasa agak sakit.

    Diperlakukan begitu, perlahanlahan penisku bangun juga. Sementara itu tontonan kami masih on dan makin seru. Tapi lamalama membosankan sehingga kedua anak itu aku giring masuk ke salah satu kamar.

    Di kamar itu aku mencumbui mereka berdua dengan menciumi teteknya dan mengobel memeknya bergantian. Akhirnya aku mengoral si Vina dan rasany dia juga agak terangsang, karena memeknya terasa berlendir.

    Vina menggelinjanggelinjang menerima serangan lidahku. Sekitar 10 menit aku garap dia menjerit keenakan karena mencapai orgasme. Aku lalu beralih ke Devi yang sudah standby. Dia mulanya mengeluh geli tetapi aku paksa terus lamalama dia mulai bisa tahan gelinya malah berubah jadi lenguhan nikmat.

    Leherku jadi pegal juga karena si Devi lebih lama mencapai orgasme dibanding kakaknya. Dia juga menjerit ketika kenikmatan itu melanda dirinya. Penisku yang sudah keras sempurna lalu aku arahkan memasuki lubang kecil yang baru diperawani si Sigit.

    Aku memerlukan bantuan pelicin Jelly untuk memudahkan memasukkan batang penisku. Secara perlahanlahan penisku ambles ke dalam memek Devi. Rasanya masih cukup sempit dan mencekam. Aku genjot perlahanlahan, Devi nyengirnyegir merasakan memeknya masih agak perih.

    Sekitar 10 menitan aku memompa di atas Devi tetapi, tidak terlihat tandatanda dia mencapai orgasme akhirnya ku pindah ke memek Vina yang sudah siap. Juga dengan bantuan Jelly akhirnya aku bisa menikam memeknya yang juga masih sempit.

    Aku memuaskan diri menggenjot memek sempit Vina sampai aku ejakulasi dan kutumpahkan di luar. Takut ah nanti bunting pula, panjang urusannya.

    Sejenak aku terkapar diantara kedua tubuh bugil abg yang cantikcantik. Biasanya pikiran waras akan muncul setelah kita mengalami ejakulasi. Dalam pikiranku, rasanya tidak menyesal mengeluarkan biaya begitu banyak untuk mendapatkan apa yang baru saja aku rasakan.

    Setelah tubuh agak pulih kekuatannya aku bangkit ingin meninjau kejadian di ruang tamu. Kedua pemegang saham juga sedang terkapar, bahkan keduanya tertidur. Kelihatannya pertempuran mereka melawan si Titin sangat menguras tenaga dan kenikmatan.

    Melihat aku keluar dari kamar, Titin bangkit menghampiriku dan menggandengku untuk samasama membersihkan diri. Dia sempat memanggil kedua anaknya di kamar untuk bersamasama ke kamar mandi membersihkan bekas pertempuran dan sisa keringat yang mengering.

    Kami berempat saling menyabuni dan menggosok badan dengan spons dan sabun sampai terasa bersih betul. Setelah mengeringkan badan dengan berbalut handuk masingmasing kami berempat masuk ke kamar utama, yang agak lebih lega. Disitu kami mengobrol sambil menggoda kedua remaja yang baru membuka segelnya. Keduanya mengeluhkan memeknya masih terasa perih.

    Aku katakan kepada Titin bahwa diantara kita yang berada di rumah ini sudah tidak ada lagi yang ditutupi, sehingga tidak perlu malu, meskipun telanjang di depan 3 lakilaki . Aku minta mereka berbugil saja selama di rumah jika ada aku dan kedua temanku. Dengan begitu suasananya terasa menyenangkan dan lebih akrab. Aku ingatkan bahwa diantara kita semua jangan sampai ada yang cemburu dan iri, karena semua mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

    Titin kuakui sangat mahir bermain sex. Meski pun agak janggal tetapi aku meminta dia mengajari anaknya agar punya ketrampilan se tingkat Titin. Aku sudah membayangkan dilayani dua perempuan muda dengan kemampuan service yang prima. Bagi ku kenikmatan sex bukan hanya sekedar ejakulasi, tetapi proses keintiman dan reaksi pasangan memberi kepuasan sendiri.

    Sejak aku mempunyai piaraan, tidak pernah lagi jajan kemanamana. Bahkan ketika sedang berada di luar kota aku menahan hasrat sebisa mungkin dan kemudian melampiaskan kepada piaraan ku.

    Ketrampilan Vina dan Devi sudah cukup baik, sehingga permainan mereka sudah sejajar dengan ibunya. Aku merasa menjadi Raja Minyak ketika sedang merasakan service dari Rina dan 2 anaknya. Iwan dan Sigit pun jadi sering melampiaskan berbagai fantasi sexnya.

    kisah ini agak kurang memberi gambaran mengenai permainan sex dengan narasinya, tetapi lebih mengutamakan proses dan kesempatan yang muncul yang kemudian diolah menjadi kenikmatan.

    Kisah ini adalah fakta dan ada di sekitar kita, Jika anda merasa hal ini mustahil, mungkin anda belum mengenal benar lingkungannya. Apa yang anda lihat belum tentu adalah keadaan sebenarnya. Gunung jika dilihat dari jauh warnanya biru, tetapi sessungguhnya adalah tidak ada warna biru di seluruh gunung.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Memperkosa Adikku Yang Nakal

    Cerita Sex Memperkosa Adikku Yang Nakal


    775 views

    Perawanku – Cerita Sex Memperkosa Adikku Yang Nakal, Fina di sekolahny termasuk gadis, cewek yang sangat populer karena kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Aq sebagai seorang kakaknya selalu membayangkan jika adikku yang manis dan cantik itu aku setubuhi sendiri. Pasti kontolku bakalan nut-nutan.

    Singkat kata, adikku fina memang seorang gadis yang sangat cantik dan merupakan kebanggaan orang tuaku. Selain itu dia juga sangat pandai membawa diri di hadapan orang lain sehingga semua orang menyukainya. Namun di balik semua itu, sang “putri” ini sebetulnya tidaklah perfect. Kepribadiannya yang manis ternyata hanya topeng belaka. Di dunia ini, hanya aku, kakak laki-lakinya, yang tahu akan kepribadiannya yang sesungguhnya. Kedua orang tuaku yang sering keluar kota untuk berbisnis selalu menitipkan rumah dan adikku kepadaku. Tapi mereka tidak tahu kalau aku kesulitan untuk mengendalikan adikku yang bandelnya bukan main. Di hadapanku, dia selalu bersikap membangkang dan seenaknya. Bila aku berkata A, maka dia akan melakukan hal yang sebaliknya. Pokoknya aku sungguh kewalahan untuk menanganinya.

    Suatu hari, semuanya berubah drastic. Hari itu adalah hari Sabtu yang tak akan terlupakan dalam hidupku. Pada akhir minggu itu, seperti biasanya kedua orang tuaku sedang berada di luar kota untuk urusan bisnis. Mereka akan kembali minggu depannya. Kebetulan, aku dan adikku juga sedang liburan panjang. Sebetulnya kami ingin ikut dengan orang tua kami keluar kota, tapi orang tuaku melarang kami ikut dengan alasan tak ingin kami mengganggu urusan bisnis mereka. Biarpun adikku kelihatan menurut, tapi aku tahu kalau dia sangat kesal di hatinya. Setelah mereka pergi, aku mencoba untuk menghiburnya dengan mengajaknya nonton DVD baru yang kubeli yaitu Harry Potter and the Order of Pheonix. Tapi kebaikanku dibalas dengan air tuba. Bukan saja dia tidak menerima kebaikanku, bahkan dia membanting pintu kamarnya di depan hidungku.

    Inilah penghinaan terakhir yang bisa kuterima. Akupun menonton DVD sendirian di ruang tamu. Tapi pikiranku tidaklah focus ke film, melainkan bagaimana caranya membalas perbuatan adikku. Di rumah memang cuma ada kami berdua. Orang tua kami berpendapat bahwa kami tidak memerlukan pembantu dengan alasan untuk melatih tanggung jawab di keluarga kami. Selintas pikiran ngawur pun melintas di benakku. Aku bermaksud untuk menyelinap ke kamar adikku nanti malam dan memfoto tubuh telanjangnya waktu tidur dan menggunakannya untuk memaksa adikku agar menjadi adik yang penurut.
    Malam itu, jam menunjukan pukul sebelas malam. Aku pun mengedap di depan pintu kamar adikku. Daun telingaku menempel di pintu untuk memastikan apa adikku sudah tertidur. Ternyata tidak ada suara TV ataupun radio di kamarnya. Memang biasanya adikku ini kalau hatinya sedang mengkal, akan segera pergi tidur lebih awal. Akupun menggunakan keahlianku sebagai mahasiswa jurusan teknik untuk membuka kunci pintu kamar adikku. Kebetulan aku memang mempunyai kit untuk itu yang kubeli waktu sedang tour ke luar negeri. Di tanganku aku mempunyai sebuah kamera digital.
    Di kamar adikku, lampu masih terang karena dia memang tidak berani tidur dalam kegelapan. Akupun berjalan perlahan menuju tempat tidurnya. Ternyata malam itu dia tidur pulas terlentang dengan mengenakan daster putih. Tanganku bergerak perlahan dan gemetar menyingkap dasternya ke atas. Dia diam saja tidak bergerak dan napasnya masih halus dan teratur. Ternyata dia memakai celana dalam warna putih dan bergambar bunga mawar. Pahanya begitu mulus dan aku pun bisa melihat ada bulu-bulu halus menyembul keluar di sekitar daerah vaginanya yang tertutup celana dalamnya.
    Kemudian aku menggunakan gunting dan menggunting dasternya sehingga akhirnya bagian payudaranya terlihat. Di luar dugaanku, ternyata dia tidak mengenakan kutang. Payudaranya tidak begitu besar, mungkin ukuran A, tapi lekukannya sungguh indah dan menantang. Jakunku bergerak naik turun dan akupun menelan ludah melihat pemandangan paling indah dalam hidupku. Kemudian dengan gemetar dan hati-hati, aku pun membuka celana dalamnya. Adikku masih tertidur pulas.
    Pemandangan indah segera terpampang di hadapanku. Sebuah hutan kecil yang tidak begitu lebat terhampar di depan mataku. Sangking terpesonanya, aku hanya bisa berdiri untuk sekian lamanya memandang dengan kamera di tanganku. Aku lupa akan maksud kedatanganku kemari. Sebuah pikiran setanpun melintas, kenapa aku harus puas hanya dengan memotret tubuh adikku. Apakah aku harus mensia-siakan kesempatan satu kali ini dalam hidupku? Apalagi aku masih perjaka ting-ting. Tapi kesadaran lain juga muncul di benakku, dia adalah adik kandungku., For God Sake. Kedua kekuatan kebajikan dan kejahatan berkecamuk di pikiranku.
    Akhirnya, karena pikiranku tidak bisa memutuskan, maka aku membiarkan “adik laki-lakiku” di selangkangku memutuskan. Ternyata beliau sudah tegang siap perang. Manusia boleh berencana, tapi iblislah yang menentukan. Kemudian aku meletakan kamera di meja. Aku pun menggunakan kain daster yang sudah koyak untuk mengikat tangan adikku ke tempat tidur. Sengaja aku membiarkan kakinya bebas agar tidak menghalangi permainan setan yang akan segera kulakukan. Adikku masih juga tidak sadar kalau bahaya besar sudah mengancamnya. Aku pun segera membuka bajuku dan celanaku hingga telanjang bulat.
    Kemudian aku menundukan mukaku ke daerah selangkangan adikku. Ternyata daerah itu sangat harum, kelihatan kalau adikku ini sangat menjaga kebersihan tubuhnya. Kemudian aku pun mulai menjilati daerah lipatan dan klitoris adikku. Adikku masih tertidur pulas, tapi setelah beberapa lama, napasnya sudah mulai memburu. Semakin lama, vagina adikku semakin basah dan merekah. Aku sudah tak tahan lagi dan mengarahkan moncong meriamku ke lubang kenikmatan terlarang itu. Kedua tanganku memegang pergelangan kaki adikku dan membukanya lebar-lebar.

    Ujung kepala penisku sudah menempel di bibir vagina adikku. Sejenak, aku ragu-ragu untuk melakukannya. Tapi aku segera menggelengkan kepalaku dan membuang jauh keraguanku. Dengan sebuah sentakan aku mendorong pantatku maju ke depan dan penisku menembus masuk vagina yang masih sangat rapat namun basah itu. Sebuah teriakan nyaring bergema di kamar,” Aaaggh, aduh….uuuhh, KAK ADI, APA YANG KAULAKUKAN??” Adikku terbangun dan menjerit melihatku berada di atas tubuhnya dan menindihnya. Muka adikku pucat pasi ketakutan dan menahan rasa sakit yang luar biasa. Matanya mulai berkaca-kaca. Sedangkan pinggulnya bergerak-gerak menahan rasa sakit. Tangannya berguncang mencoba melepaskan diri. Begitu juga kakinya mencoba melepaskan diri dari pegangannku. Namun semua upaya itu tidak berhasil. Aku tidak berani berlama-lama menatap matanya, khawatir kalau aku akan berubah pikiran. Aku mengalihkan pandangan mataku ke arah selangkangan. Ternyata vagina adikku mengeluarkan darah, darah keperawanan.

    Aku tidak menghiraukan semua itu karena sebuah kenikmatan yang belum pernah kurasakan dalam hidupku menyerangku. Penisku yang bercokol di dalam vagina adikku merasakan rasa panas dan kontraksi otot vagina adikku. Rasanya seperti disedot oleh sebuah vakum cleaner. Aku pun segera menggerakan pinggulku dan memompa tubuh adikku. Adikku menangis dan menjerit:” Aduhh..aahh..uuhh..am..pun..ka k…lep..as..kan..pana ss…sakitt!!” “Kak..Adii..mengo..uuhh..yak.. aduh…tubuhku!!! ” Aku tidak tahan dengan rengekan adikku, karena itu aku segera menggunakan celana dalam adikku untuk menyumpal mulutnya sehingga yang terdengar hanya suara Ughh..Ahhh.

    Setelah sekitar lima belas menit, adikku tidak meronta lagi hanya menangis dan mengeluh kesakitan. Darah masih berkucuran di sekitar vaginanya tapi tidak sederas tadi lagi. Aku sendiri memeramkan mata merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku semakin cepat menggerakan pinggulku karena aku merasa akan segera mencapai klimaksnya. Sesekali tanganku menampar pantat adikku agar dia menggoyangkan pinggulnya sambil berkata:’ Who is your Daddy?” Sebuah dilema muncul di pikiranku. Haruskah aku menembak di dalam rahim adikku atau di luar? Aku tahu kalau aku ingin melakukannya di dalam, tapi bagaimana bila adikku hamil? Ahh… biarlah itu urusan nanti, apalagi aku tahu di mana ibuku menyimpan pil KBnya. Tiga menit kemudian..crott..crottt..akupu n menembakan cairan hangat di dalam rahim adikku. Keringat membasahi kedua tubuh kami dan darah keperawanan adikku membasahi selangkangan kami dan sprei tempat tidur.

    Aku membiarkan penisku di dalam vagina adikku selama beberapa menit. Kemudian setelah puas, aku mencabut keluar penisku dan tidur terlentang di samping adikku. Aku kemudian membebaskan tangan adikku dan membuka sumpalan mulutnya. Kedua tanganku bersiap untuk menerima amukan kemarahannya. Namun di luar dugaanku, dia tidak menyerangku. Adikku hanya diam membisu seribu bahasa dan masih menangis. Posisinya masih tidur dan hanya punggungnya yang mengadapku. Aku melihat tangannya menutup dadanya dan tangan lainnya menutup vaginanya. Dia masih menangis tersedu-sedu.

    Setelah semua kepuasanku tersalurkan, baru sekarang aku bingung apa yang harus kulakukan selanjutnya. Semua kejadian ini di luar rencanaku. Aku sekarang sangat ketakutan membayangkan bagaimana kalau orang tuaku tahu. Hidupku bisa berakhir di penjara. Kemudian pandangan mataku berhenti di kamera. Sebuah ide jenius muncul di pikiranku. Aku mengambil kameranya dan segera memfoto tubuh telanjang adikku. Adikku melihat perbuatanku dan bertanya: ”Kak Adi, Apa yang kau lakukan? Hentikan, masih belum cukupkah perbuatan setanmu malam ini? Hentikan…” Tangannya bergerak berusaha merebut kameraku. Namun aku sudah memperkirakan ini dan lebih sigap. Karena tenagaku lebih besar, aku berhasi menjauhkan kameranya dari jangkauannya. Aku mencabut keluar memori card dari kameranya dan berkata: “Kalau kamu tidak mau foto ini tersebar di website sekolahmu, kejadian malam ini harus dirahasiakan dari semua orang. Kamu juga harus menuruti perintah kakakmu ini mulai sekarang.”
    Wajah adikku pucat pasi, dan air mata masih berlinang di pipinya. Kemudian dengan lemah dia mengganggukkan kepalanya. Sebuah perasaan ibaratnya telah memenangi piala dunia, bersemayam di dadaku. Aku tahu, kalau mulai malam itu aku telah menaklukan adikku yang bandel ini. Kemudian aku memerintahkan dia untuk membereskan ruangan kamarnya dan menyingkirkan sprei bernoda darah dan potongan dasternya yang koyak. Selain itu aku segera menyuruhnya meminum pil KB yang kudapat dari lemari obat ibuku. Terakhir aku menyuruhnya mandi membersihkan badan, tentu saja bersamaku. Aku menyuruhnya untuk menggunakan jari-jari lentiknya untuk membersihkan penisku dengan lembut.

    Malam itu, aku telah memenangkan pertempuran. Selama seminggu kepergian orang tuaku, aku selalu meniduri adikku di setiap kesempatan yang ada. Pada hari keempat, adikku sudah terbiasa dan tidak lagi menolakku biarpun dia masih kelihatan sedih dan tertekan setiap kali kita bercinta. Aku juga memerintahkannya untuk membersihkan rumah dan memasakan makanan kesukaanku. Aku juga memberi tugas baru untuk mulut mungil adikku dengan bibirnya yang merah merekah. Setiap malam selama seminggu ketika aku menonton TV, aku menyuruh adikku untuk memberi oral seks. Dan aku selalu menyemprotkan spermaku ke dalam mulutnya dan menyuruhnya untuk menelannya.

    Ketika orang tuaku kembali minggu depannya, aku memerintahkan adikku untuk bersikap sewajarnya menyambut mereka. Ketika ibuku memeluk adikku, aku melihat wajah adikku yang seperti ingin melaporkan peristiwa yang terjadi selama seminggu ini. Aku pun bertindak cepat dan berkata pada ibuku: “Ibu, gimana perjalanan ibu? Tunjukan dong FOTOnya kepada kami berdua.” Ibuku tersenyum mendengar ini dan tidak mencurigai apa pun. Tapi adikku menjadi sedikit pucat dan tahu makna dari perkataanku. Dia pun tidak jadi berkata apa-apa.

    Sejak itu, setiap kali ada kesempatan, aku selalu meniduri adikku. Tentu saja kami mempraktekan safe sex dengan kondom dan pil. Setelah dia lulus SMA, kami masih melakukannya, bahkan sekarang dia sudah menikmati permainan kami. Terkadang, dia sendiri yang datang memintanya. Ketika dia lulus SMA, aku yang sekarang sudah bekerja di sebuah bank bonafid dipindahkan ke Jakarta. Aku meminta orang tuaku untuk mengijinkan adikku kuliah di Jakarta. Tentu saja aku beralasan bahwa aku akan menjaganya agar adikku tidak terseret dalam pergaulan bebas. Orang tuaku setuju dan adikku juga pasrah. Sekarang kami berdua tinggal di Jakarta dan menikmati kebebasan kami. Hal yang berbeda hanyalah aku bisa melihat bahwa adikku telah berubah menjadi gadis yang lebih binal.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Memperkosa Adikku Yang Nakal

    Cerita Sex Memperkosa Adikku Yang Nakal


    731 views

    Perawanku – Cerita Sex Memperkosa Adikku Yang Nakal, Nama saya adalah Tohir, seorang anak smu doyan banget nge-seks dan jilatin memek seorang cewek, Aq punya adik cewek yang namanya Fina angelina. Aku dan adikku adalah anak orang kaya. Jika aku kelas 3 Smu, fina adikku saat ini duduk di kelas 3 smp mau lulus.

    Fina di sekolahny termasuk gadis, cewek yang sangat populer karena kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Aq sebagai seorang kakaknya selalu membayangkan jika adikku yang manis dan cantik itu aku setubuhi sendiri. Pasti kontolku bakalan nut-nutan.

    Singkat kata, adikku fina memang seorang gadis yang sangat cantik dan merupakan kebanggaan orang tuaku. Selain itu dia juga sangat pandai membawa diri di hadapan orang lain sehingga semua orang menyukainya. Namun di balik semua itu, sang “putri” ini sebetulnya tidaklah perfect. Kepribadiannya yang manis ternyata hanya topeng belaka. Di dunia ini, hanya aku, kakak laki-lakinya, yang tahu akan kepribadiannya yang sesungguhnya. Kedua orang tuaku yang sering keluar kota untuk berbisnis selalu menitipkan rumah dan adikku kepadaku. Tapi mereka tidak tahu kalau aku kesulitan untuk mengendalikan adikku yang bandelnya bukan main. Di hadapanku, dia selalu bersikap membangkang dan seenaknya. Bila aku berkata A, maka dia akan melakukan hal yang sebaliknya. Pokoknya aku sungguh kewalahan untuk menanganinya.

    Suatu hari, semuanya berubah drastic. Hari itu adalah hari Sabtu yang tak akan terlupakan dalam hidupku. Pada akhir minggu itu, seperti biasanya kedua orang tuaku sedang berada di luar kota untuk urusan bisnis. Mereka akan kembali minggu depannya. Kebetulan, aku dan adikku juga sedang liburan panjang. Sebetulnya kami ingin ikut dengan orang tua kami keluar kota, tapi orang tuaku melarang kami ikut dengan alasan tak ingin kami mengganggu urusan bisnis mereka. Biarpun adikku kelihatan menurut, tapi aku tahu kalau dia sangat kesal di hatinya. Setelah mereka pergi, aku mencoba untuk menghiburnya dengan mengajaknya nonton DVD baru yang kubeli yaitu Harry Potter and the Order of Pheonix. Tapi kebaikanku dibalas dengan air tuba. Bukan saja dia tidak menerima kebaikanku, bahkan dia membanting pintu kamarnya di depan hidungku.

    Inilah penghinaan terakhir yang bisa kuterima. Akupun menonton DVD sendirian di ruang tamu. Tapi pikiranku tidaklah focus ke film, melainkan bagaimana caranya membalas perbuatan adikku. Di rumah memang cuma ada kami berdua. Orang tua kami berpendapat bahwa kami tidak memerlukan pembantu dengan alasan untuk melatih tanggung jawab di keluarga kami. Selintas pikiran ngawur pun melintas di benakku. Aku bermaksud untuk menyelinap ke kamar adikku nanti malam dan memfoto tubuh telanjangnya waktu tidur dan menggunakannya untuk memaksa adikku agar menjadi adik yang penurut.
    Malam itu, jam menunjukan pukul sebelas malam. Aku pun mengedap di depan pintu kamar adikku. Daun telingaku menempel di pintu untuk memastikan apa adikku sudah tertidur. Ternyata tidak ada suara TV ataupun radio di kamarnya. Memang biasanya adikku ini kalau hatinya sedang mengkal, akan segera pergi tidur lebih awal. Akupun menggunakan keahlianku sebagai mahasiswa jurusan teknik untuk membuka kunci pintu kamar adikku. Kebetulan aku memang mempunyai kit untuk itu yang kubeli waktu sedang tour ke luar negeri. Di tanganku aku mempunyai sebuah kamera digital.

    Di kamar adikku, lampu masih terang karena dia memang tidak berani tidur dalam kegelapan. Akupun berjalan perlahan menuju tempat tidurnya. Ternyata malam itu dia tidur pulas terlentang dengan mengenakan daster putih. Tanganku bergerak perlahan dan gemetar menyingkap dasternya ke atas. Dia diam saja tidak bergerak dan napasnya masih halus dan teratur. Ternyata dia memakai celana dalam warna putih dan bergambar bunga mawar. Pahanya begitu mulus dan aku pun bisa melihat ada bulu-bulu halus menyembul keluar di sekitar daerah vaginanya yang tertutup celana dalamnya.

    Kemudian aku menggunakan gunting dan menggunting dasternya sehingga akhirnya bagian payudaranya terlihat. Di luar dugaanku, ternyata dia tidak mengenakan kutang. Payudaranya tidak begitu besar, mungkin ukuran A, tapi lekukannya sungguh indah dan menantang. Jakunku bergerak naik turun dan akupun menelan ludah melihat pemandangan paling indah dalam hidupku. Kemudian dengan gemetar dan hati-hati, aku pun membuka celana dalamnya. Adikku masih tertidur pulas.
    Pemandangan indah segera terpampang di hadapanku. Sebuah hutan kecil yang tidak begitu lebat terhampar di depan mataku. Sangking terpesonanya, aku hanya bisa berdiri untuk sekian lamanya memandang dengan kamera di tanganku. Aku lupa akan maksud kedatanganku kemari. Sebuah pikiran setanpun melintas, kenapa aku harus puas hanya dengan memotret tubuh adikku. Apakah aku harus mensia-siakan kesempatan satu kali ini dalam hidupku? Apalagi aku masih perjaka ting-ting. Tapi kesadaran lain juga muncul di benakku, dia adalah adik kandungku., For God Sake. Kedua kekuatan kebajikan dan kejahatan berkecamuk di pikiranku.

    Akhirnya, karena pikiranku tidak bisa memutuskan, maka aku membiarkan “adik laki-lakiku” di selangkangku memutuskan. Ternyata beliau sudah tegang siap perang. Manusia boleh berencana, tapi iblislah yang menentukan. Kemudian aku meletakan kamera di meja. Aku pun menggunakan kain daster yang sudah koyak untuk mengikat tangan adikku ke tempat tidur. Sengaja aku membiarkan kakinya bebas agar tidak menghalangi permainan setan yang akan segera kulakukan. Adikku masih juga tidak sadar kalau bahaya besar sudah mengancamnya. Aku pun segera membuka bajuku dan celanaku hingga telanjang bulat.

    Kemudian aku menundukan mukaku ke daerah selangkangan adikku. Ternyata daerah itu sangat harum, kelihatan kalau adikku ini sangat menjaga kebersihan tubuhnya. Kemudian aku pun mulai menjilati daerah lipatan dan klitoris adikku. Adikku masih tertidur pulas, tapi setelah beberapa lama, napasnya sudah mulai memburu. Semakin lama, vagina adikku semakin basah dan merekah. Aku sudah tak tahan lagi dan mengarahkan moncong meriamku ke lubang kenikmatan terlarang itu. Kedua tanganku memegang pergelangan kaki adikku dan membukanya lebar-lebar.

    Ujung kepala penisku sudah menempel di bibir vagina adikku. Sejenak, aku ragu-ragu untuk melakukannya. Tapi aku segera menggelengkan kepalaku dan membuang jauh keraguanku. Dengan sebuah sentakan aku mendorong pantatku maju ke depan dan penisku menembus masuk vagina yang masih sangat rapat namun basah itu. Sebuah teriakan nyaring bergema di kamar,” Aaaggh, aduh….uuuhh, KAK ADI, APA YANG KAULAKUKAN??” Adikku terbangun dan menjerit melihatku berada di atas tubuhnya dan menindihnya. Muka adikku pucat pasi ketakutan dan menahan rasa sakit yang luar biasa. Matanya mulai berkaca-kaca. Sedangkan pinggulnya bergerak-gerak menahan rasa sakit. Tangannya berguncang mencoba melepaskan diri. Begitu juga kakinya mencoba melepaskan diri dari pegangannku. Namun semua upaya itu tidak berhasil. Aku tidak berani berlama-lama menatap matanya, khawatir kalau aku akan berubah pikiran. Aku mengalihkan pandangan mataku ke arah selangkangan. Ternyata vagina adikku mengeluarkan darah, darah keperawanan.

    Aku tidak menghiraukan semua itu karena sebuah kenikmatan yang belum pernah kurasakan dalam hidupku menyerangku. Penisku yang bercokol di dalam vagina adikku merasakan rasa panas dan kontraksi otot vagina adikku. Rasanya seperti disedot oleh sebuah vakum cleaner. Aku pun segera menggerakan pinggulku dan memompa tubuh adikku. Adikku menangis dan menjerit:” Aduhh..aahh..uuhh..am..pun..ka k…lep..as..kan..pana ss…sakitt!!” “Kak..Adii..mengo..uuhh..yak.. aduh…tubuhku!!! ” Aku tidak tahan dengan rengekan adikku, karena itu aku segera menggunakan celana dalam adikku untuk menyumpal mulutnya sehingga yang terdengar hanya suara Ughh..Ahhh.

    Setelah sekitar lima belas menit, adikku tidak meronta lagi hanya menangis dan mengeluh kesakitan. Darah masih berkucuran di sekitar vaginanya tapi tidak sederas tadi lagi. Aku sendiri memeramkan mata merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku semakin cepat menggerakan pinggulku karena aku merasa akan segera mencapai klimaksnya. Sesekali tanganku menampar pantat adikku agar dia menggoyangkan pinggulnya sambil berkata:’ Who is your Daddy?” Sebuah dilema muncul di pikiranku. Haruskah aku menembak di dalam rahim adikku atau di luar? Aku tahu kalau aku ingin melakukannya di dalam, tapi bagaimana bila adikku hamil? Ahh… biarlah itu urusan nanti, apalagi aku tahu di mana ibuku menyimpan pil KBnya. Tiga menit kemudian..crott..crottt..akupu n menembakan cairan hangat di dalam rahim adikku. Keringat membasahi kedua tubuh kami dan darah keperawanan adikku membasahi selangkangan kami dan sprei tempat tidur.

    Aku membiarkan penisku di dalam vagina adikku selama beberapa menit. Kemudian setelah puas, aku mencabut keluar penisku dan tidur terlentang di samping adikku. Aku kemudian membebaskan tangan adikku dan membuka sumpalan mulutnya. Kedua tanganku bersiap untuk menerima amukan kemarahannya. Namun di luar dugaanku, dia tidak menyerangku. Adikku hanya diam membisu seribu bahasa dan masih menangis. Posisinya masih tidur dan hanya punggungnya yang mengadapku. Aku melihat tangannya menutup dadanya dan tangan lainnya menutup vaginanya. Dia masih menangis tersedu-sedu.

    Setelah semua kepuasanku tersalurkan, baru sekarang aku bingung apa yang harus kulakukan selanjutnya. Semua kejadian ini di luar rencanaku. Aku sekarang sangat ketakutan membayangkan bagaimana kalau orang tuaku tahu. Hidupku bisa berakhir di penjara. Kemudian pandangan mataku berhenti di kamera. Sebuah ide jenius muncul di pikiranku. Aku mengambil kameranya dan segera memfoto tubuh telanjang adikku. Adikku melihat perbuatanku dan bertanya: ”Kak Adi, Apa yang kau lakukan? Hentikan, masih belum cukupkah perbuatan setanmu malam ini? Hentikan…” Tangannya bergerak berusaha merebut kameraku. Namun aku sudah memperkirakan ini dan lebih sigap. Karena tenagaku lebih besar, aku berhasi menjauhkan kameranya dari jangkauannya. Aku mencabut keluar memori card dari kameranya dan berkata: “Kalau kamu tidak mau foto ini tersebar di website sekolahmu, kejadian malam ini harus dirahasiakan dari semua orang. Kamu juga harus menuruti perintah kakakmu ini mulai sekarang.”

    Wajah adikku pucat pasi, dan air mata masih berlinang di pipinya. Kemudian dengan lemah dia mengganggukkan kepalanya. Sebuah perasaan ibaratnya telah memenangi piala dunia, bersemayam di dadaku. Aku tahu, kalau mulai malam itu aku telah menaklukan adikku yang bandel ini. Kemudian aku memerintahkan dia untuk membereskan ruangan kamarnya dan menyingkirkan sprei bernoda darah dan potongan dasternya yang koyak. Selain itu aku segera menyuruhnya meminum pil KB yang kudapat dari lemari obat ibuku. Terakhir aku menyuruhnya mandi membersihkan badan, tentu saja bersamaku. Aku menyuruhnya untuk menggunakan jari-jari lentiknya untuk membersihkan penisku dengan lembut.

    Malam itu, aku telah memenangkan pertempuran. Selama seminggu kepergian orang tuaku, aku selalu meniduri adikku di setiap kesempatan yang ada. Pada hari keempat, adikku sudah terbiasa dan tidak lagi menolakku biarpun dia masih kelihatan sedih dan tertekan setiap kali kita bercinta. Aku juga memerintahkannya untuk membersihkan rumah dan memasakan makanan kesukaanku. Aku juga memberi tugas baru untuk mulut mungil adikku dengan bibirnya yang merah merekah. Setiap malam selama seminggu ketika aku menonton TV, aku menyuruh adikku untuk memberi oral seks. Dan aku selalu menyemprotkan spermaku ke dalam mulutnya dan menyuruhnya untuk menelannya.

    Ketika orang tuaku kembali minggu depannya, aku memerintahkan adikku untuk bersikap sewajarnya menyambut mereka. Ketika ibuku memeluk adikku, aku melihat wajah adikku yang seperti ingin melaporkan peristiwa yang terjadi selama seminggu ini. Aku pun bertindak cepat dan berkata pada ibuku: “Ibu, gimana perjalanan ibu? Tunjukan dong FOTOnya kepada kami berdua.” Ibuku tersenyum mendengar ini dan tidak mencurigai apa pun. Tapi adikku menjadi sedikit pucat dan tahu makna dari perkataanku. Dia pun tidak jadi berkata apa-apa.

    Sejak itu, setiap kali ada kesempatan, aku selalu meniduri adikku. Tentu saja kami mempraktekan safe sex dengan kondom dan pil. Setelah dia lulus SMA, kami masih melakukannya, bahkan sekarang dia sudah menikmati permainan kami. Terkadang, dia sendiri yang datang memintanya. Ketika dia lulus SMA, aku yang sekarang sudah bekerja di sebuah bank bonafid dipindahkan ke Jakarta. Aku meminta orang tuaku untuk mengijinkan adikku kuliah di Jakarta. Tentu saja aku beralasan bahwa aku akan menjaganya agar adikku tidak terseret dalam pergaulan bebas. Orang tuaku setuju dan adikku juga pasrah. Sekarang kami berdua tinggal di Jakarta dan menikmati kebebasan kami. Hal yang berbeda hanyalah aku bisa melihat bahwa adikku telah berubah menjadi gadis yang lebih binal.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Memuaskan Hasrat Ibu Guruku Yang Cantik

    Cerita Sex Memuaskan Hasrat Ibu Guruku Yang Cantik


    805 views

    Perawanku – Cerita Sex Memuaskan Hasrat Ibu Guruku Yang Cantik, Waktu aku kelas satu SMA ada guru matematika yang cantik dan sangat enak jika memberikan pelajaran. Namanya Asmiati umurnya 26 Tahun, kulitnya putih halus dan bodynya padat berisi terlebih lagi dia menikah pada usia dua puluh tujuh tapi sekarang janda karna suaminya meninggal waktu usia perkawinan mereka baru tiga bulan karna kecelakaan lalu lintas.
    Hukuman Yang Diberikan Oleh Guru Cantik Karena Aku Sering Mengintip BH nya

    Yang aku senang dari Bu Asmi adalah jika mengajar ia sering tak sadar kalau bagian atas bajunya agak terbuka sehingga tali BH pada bagian pundaknya sering terlihat oleh aku yang jika pelajarannya selalu mengambil duduk di depan dekat meja guru. BH yang dia gunakan selalu warna putih dan itu selalu menjadi tontonan gratisku setiap pelajarannya.

    Pagi itu sekitar jam delapan lewat kami sudah dipulangkan karna akan ada rapat guru. Aku agak kesal karna pelajaran kedua matematika artinya aku gak bisa ngeliat pemandangan indah hari ini, dan untuk menghilangkan suntuk aku pun pergi main ketempat kawanku. Aku masih tak tahu aku akan dapat rejeki nomplok.

    Sekitar jam sembilan lewat aku pergi pulang, dan pada saat lewat sekolah aku melihat Bu Asmi sedang menunggu angkot, aku pun mengajaknya
    ” mari saya antar Bu ” ajakku tanpa berharap dia mau
    ” tapi rumah ibu agak jauh ko ” ia mencoba menolak
    ” gak pa-pa kok bu, gak enak sama guru PPKN ” candaku
    setelah berpikir sebentar akhirnya ia mau ” iya deh tapi ibu pegangan ya soalnya ibu pernah jatuh dari motor “

    ” silahkan Bu ” setelah itu aku menjalankan motorku dengan kecepatan sedang.
    Tangan Bu Asmi yang berpegangan pada pahaku menyebabkan reaksi pada penisku, apalagi jika mengerem pada lampu merah aku merasa ada sesuatu yang empuk menekan dari belakang.

    Sampai dirumahnya yang agak berjauhan dengan rumah-rumah yang lain aku disuruh masuk dulu. Dan ketika sudah duduk di sofa empuk Bu Asmi bicara
    “ibu ganti baju dulu ya ko “

    setelah itu ia masuk kamar dan menutup pintu mungkin karna kurang rapat sehingga pintu itu terbuka lagi sedikit. Entah setan mana yang masuk kekepala ku sehingga aku memberanikan diri untuk mengintip ke dalam. Di dalam sana aku bisa melihat bagaimana Bu Asmi sedang membuka satu persatu kancing bajunya dan setelah kancing terakhir ia tidak langsung menanggalkan bajunya,

    tapi itu sudah cukup membuat napasku membuat nafasku memburu karna aku bisa melihat kalau sepasang dadanya yang besar seperti hendak melompat keluar. Karna terlalu asyik pintu itupun terbuka lebar. Aku kaget dan hanya bisa mematung karna ketakutan. Bahkan penisku langsung mengkerut.

    Melihat aku, Bu Asmi tidak terlihat kaget dan tetap membiarkan bajunya terbuka. Setelah itu ia mendekati aku

    ” kamu sering ngeliat BH ibu kan ” tanyanya didekat telingaku
    ” i..iya Bu ” jawabku ketakutan.
    ” kalau gitu ibu kasih kamu hukuman ” lalu ia menarikku dan didudukkan ditepi tempat tidur.
    ” sekarang kamu baring tutup mata dan jangan gerak kalo teriak boleh aja ” katanya dengan suara nafas yang agak memburu.

    Aku pun menurut karna merasa bersalah. Lalu ia membuka retsleting celana sekolahku menurunkan CD dan mengelus-elus penisku dengan lembut, setelah penisku tegak lagi dia berjongkok dan menjilatinya.

    “auh.. uh.. uuh ..” rintihku menahan kenikmatan semantara Bu Asmi sibuk dengan aktivitasnya
    “ah .. mmhh.. Bu stop bu” rintihku karna aku merasa seperti mau meledak

    Dia tak menjawab, malah semakin hebat menyedot penisku. Tubuhku semakin mengejang dan tanpa bisa kubendung lagi, muncratlah cairan putih itu dan aku langsung terduduk sambil berpegangan pada tepi ranjang.

    Rasanya seperti sedang melayang, ia telan habis spermaku sementara aku masih terduduk kaku, malu takut dan senang bercampur jadi satu. Bu Asmi lalu berdiri dan tersenyum

    “gimana..lebih enak dari pada cuman liat khan..?” sambil kedua tangannya menjambak rambutku
    “iya Bu enak sekali” jawabku mulai berani sambil ikut berdiri.

    Setelah wajah kami berhadapan ia menciumku dengan lembut, lalu membimbingku duduk ditempat tidur. Kami berpelukan dan Asmi kembali menciumku, lalu melumat bibirku sementara tangannya menanggalkan seluruh pakaian ku, dengan tangkas aku mengimbangi gerakan tangan itu sehingga akhirnya kami sama sama tanpa pakaian. Bedanya aku telanjang bulat sementara Asmi masih memakai BH putih karna memang sengaja tak ku lepas.

    Cerita Sex Memuaskan Hasrat Ibu Guruku Yang Cantik

    Cerita Sex Memuaskan Hasrat Ibu Guruku Yang Cantik

    Asmi melepaskan ciuman dibibirku lalu mengarahkan kepala ku kebawah yaitu payudaranya, aku segera melepas BH nya dan mulai meremas-remas dadanya, sekali-sekali aku puntir putingnya sehingga ia melenguh panjang. Puas meraba aku lalu menyapu seluruh dadanya dengan lidahku dan menyedot ujung putingnya sambil digigit-gigit sedikit. Hasilnya hebat sekali Asmi bergoyang sambil meracau dengan kata-kata yang tak jelas. Setelah itu Asmi berdiri sehingga aku berhadapan dengan vaginanya, wangi yang baru pernah kucium itu membuatku bertambah panas sehingga kujilati semua permukaan vaginanya yang sudah banjir itu.

    Setelah itu Asmi merebahkan diri di ranjang tangannya mendekap kepalaku pahanya dibuka. Sehingga memudahkan aku menjilat dan memasukkan lidahku kedalam vaginanya dan menggigit-gigit bagian daging yang merah jambu. Sehingga tubuh Asmi semakin mengejang hebat

    “sshh.. aahh.. terus ko” pintanya diikuti desah nafasnya.
    Sekitar lima menit ku sapu vaginaya aku melepaskan dekapan pada kepalaku dan kembali mengulum bibirnya. Ia lalu meraih penisku
    “masukkan ya ko udah gak tahan” katanya dengan terengah dan membimbing penisku menerobos goa miliknya yang tAk pernah lagi merasakan penis semenjak suaminya meninggal.

    Aku merasakan kenikmatan yang kebih hebat dibandingkan saat dimasukkan kemulutnya.
    “slep..slep..slep” kuputar-putar didalam sambil mengikuti goyangan pantat Asmi. sambil kupompa bibir kami terus berperang dan tanganku meraba dan meremas payudaranya dan sekali kali memuntir putingnya.
    “uh..ah..mm..ssh..terus ko..mmh” desahnya sambil meremas pantatku.
    Penisku terasa semakin menegang dan vaginanya semakin hebat berdenyut memijit penisku, tak terasa sudah sepuluh menit kami “bergoyang”.

    “ooh ..mmh.. ah udah gak kuat.. biarin aja di situ ko mmh ..” rintih Asmi terpejam.
    Akupun semakin memperdalam tusukanku dan mempercepat tempo karna juga merasakan sesuatu yang akan keluar.

    “sshh..aarrgghh” jeritnya sambil mencengkram punggungku,
    “aahh..aahh” desahku pada saat yang bersamaan sambil mulutku menyedot kedua puting susunya kuat-kuat secara bergantian.

    Air maniku muncrat bertepatan dengan air hangat yang terasa memandikan penisku didalam vaginanya.Kami menikmati puncak orgasme sampai betul-betul habis, baru aku mencabut penisku setelah sangat lelah dan bebaring di sebelahnya sambil meremas dadanya pelan-pelan.

    Kemudian dia menindihku dari atas dan bertanya “gimana hukuman dari aku ko ..?”
    “enak Bu hukuman terenak didunia makasih ya”
    “ibu yang terima kasih udah lama ibu bendung hasrat, hari ini dan seterusnya ibu akan tumpahkan ke kamu semuanya” sambil mencium ku.

    Setelah istirahat beberapa waktu kami kembali melanjutkan aktivitas itu tentu saja dengan tehnik dan gaya yang berbeda-beda. Tak terhitung berapa kali aku melakukannya sewaktu SMA yang jelas jika aku pulang kesana pasti kami melakukan lagi dan lagi.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Memuaskan Majikan Dengan Goyanganku

    Cerita Sex Memuaskan Majikan Dengan Goyanganku


    1082 views

    Perawanku – Cerita Sex Memuaskan Majikan Dengan Goyanganku, Hingga kini, kisah ini masih sering terlintas dalam benak dan pikiranku, Entah suatu keberuntungankah atau kepedihan bagi si pelaku. Yang jelas dia sudah mendapatkan pengalaman berharga dari apa yang dialaminya. Sebut saja namaya si Jo. Berasal dari kampung yang sebenarnya tidak jauh-jauh sekali dari kota Y. Di kota Y inilah dia numpang hidup pada seorang keluarga kaya. Suami istri berkecukupan dengan seorang lagi pembantu wanita Inah, dengan usia kurang lebih diatas Jo 2-3 tahun. Jo sendiri berumur 15 tahun jalan

    Suatu hari nyonya majikannya yang masih muda, Ibu Rhieny atau biasa mereka memanggil Bu Rhien, mendekati mereka berdua yang tengah sibuk di dapur yang terletak di halaman belakang, di depan kamar si Jo.
    “Inah.., besok lusa Bapak hendak ke Kalimantan lagi. Tolong siapkan pakaian secukupnya jangan lupa sampai ke kaos kakinya segala..” perintahnya.
    “Kira-kira berapa hari Bu..?” tanya Inah hormat.
    “Cukup lama.. mungkin hampir satu bulan.”
    “Baiklah Bu..” tukas Inah mahfum.

    Bu Rhien segera berlalu melewati Jo yang tengah membersihkan tanaman di pekarangan belakang tersebut. Dia mengangguk ketika Jo membungkuk hormat padanya.

    Ibu Rhien majikannya itu masih muda, paling tua mungkin sekitar 30 tahunan, begitu Inah pernah cerita kepadanya. Mereka menikah belum lama dan termasuk lambat karena keduanya sibuk di study dan pekerjaan. Namun setelah menikah, Bu Rhien nampaknya lebih banyak di rumah. Walaupun sifatnya hanya sementara, sekedar untuk jeda istirahat saja.

    Dengan perawakan langsing, dada tidak begitu besar, hidung mancung, bibir tipis dan berkaca mata serta kaki yang lenjang, Bu Rhien terkesan angkuh dengan wibawa intelektualitas yang tinggi. Namun kelihatan kalau dia seorang yang baik hati dan dapat mengerti kesulitan hidup orang lain meski dalam proporsi yang sewajarnya. Dengan kedua pembantunya pun tidak begitu sering berbicara. Hanya sesekali bila perlu. Namun Jo tahu pasti Inah lebih dekat dengan majikan perempuannya, karena mereka sering bercakap-cakap di dapur atau di ruang tengah bila waktunya senggang.

    Beberapa hari kepergian Bapak ke Kalimantan, Jo tanpa sengaja menguping pembicaraan kedua wanita tersebut.
    “Itulah Nah.. kadang-kadang belajar perlu juga..” suara Bu Rhien terdengar agak geli.
    “Di kampung memang terus terang saya pernah Bu..” Inah nampak agak bebas menjawab.
    “O ya..?”
    “Iya.. kami.. sst.. pss..” dan seterusnya Jo tidak dapat lagi menangkap isi pembicaraan tersebut. Hanya kemudian terdengar tawa berderai mereka berdua.

    Jo mulai lupa percakapan yang menimbulkan tanda tanya tersebut karena kesibukannya setiap hari. Membersihkan halaman, merawat tanaman, memperbaiki kondisi rumah, pagar dan sebagainya yang dianggap perlu ditangani. Hari demi hari berlalu begitu saja. Hingga suatu sore, Jo agak terkejut ketika dia tengah beristirahat sebentar di kamarnya.
    Tiba-tiba pintu terbuka, “Kriieet.. Blegh..!” pintu itu segera menutup lagi.
    Dihadapannya kini Bu Rhien, majikannya berdiri menatapnya dengan pandangan yang tidak dapat ia mengerti.

    “Jo..” suaranya agak serak.
    “Jangan kaget.. nggak ada apa-apa. Ibu hanya ada perlu sebentar..”
    “Maaf Bu..!” Jo cepat-cepat mengenakan kaosnya.
    Barusan dia hanya bercelana pendek. Bu Rhien diam dan memberi kesempatan Jo mengenakan kaosnya hingga selesai. Nampaknya Bu Rhien sudah dapat menguasai diri lagi. Dengan mimik biasa dia segera menyampaikan maksud kedatangannya.

    “Hmm..,” dia melirik ke pintu.
    “Ibu minta kamu nggak usah cerita ke siapa-siapa. Ibu hanya perlu meminjam sesuatu darimu..”
    Kemudian dia segera melemparkan sebuah majalah.
    “Lihat dan cepatlah ikuti perintah Ibu..!” suara Bu Rhien agak menekan.
    Agak gelagapan Jo membuka majalah tersebut dan terperangah mendapati berbagai gambar yang menyebabkan nafasnya langsung memburu. Meski orang kampung, dia mengerti apa arti semua ini. Apalagi jujur dia memang tengah menginjak usia yang sering kali membuatnya terbangun di tengah malam karena bayangan dan hawa yang menyesakkan dada bila baru nonton TV atau membaca artikel yang sedikit nyerempet ke arah “itu”.

    Sejurus diamatinya Bu Rhien yang tengah bergerak menuju pintu. Beliau mengenakan kaos hijau ketat, sementara bawahannya berupa rok yang agak longgar warna hitam agak berkilat entah apa bahannya. Segera tangan putih mulus itu menggerendel pintu.
    Kemudian.., “Berbaringlah Jo.. dan lepaskan celanamu..!”
    Agak ragu Jo mulai membuka.
    “Dalemannya juga..” agak jengah Bu Rhien mengucapkan itu.
    Dengan sangat malu Jo melepaskan CD-nya. Sejenak kemudian terpampanglah alat pribadinya ke atas.

    Lain dari pikiran Jo, ternyata Bu Rhien tidak segera ikut membuka pakaiannya. Dengan wajah menunduk tanpa mau melihat ke wajahnya, dia segera bergerak naik ke atas tubuhnya. Jo merasakan desiran hebat ketika betis mereka bersentuhan.
    Naik lagi.. kini Jo bisa merasakan halusnya paha majikannya itu bersentuhan dengan paha atasnya. Naik lagi.. dan.. Jo merasakan seluruh tulang belulangnya kena setrum ribuan watt ketika ujung alat pribadinya menyentuh bagian lunak empuk dan basah di pangkal paha Bu Rhien.

    Cerita Sex Memuaskan Majikan Dengan Goyanganku

    Cerita Sex Memuaskan Majikan Dengan Goyanganku

    Tanpa memperlihatkan sedikitpun bagian tubuhnya, Bu Rhien nampaknya hendak melakukan persetubuhan dengannya. Jo menghela nafas dan menelan ludah ketika tangan lembut itu memegang alatnya dan, “Bleesshh..!”
    Dengan badan bergetar antara lemas dan kaku, Jo sedikit mengerang menahan geli dan kenikmatan ketika barangnya dilumat oleh daging hangat nan empuk itu.

    Dengan masih menunduk Bu Rhien mulai menggoyangkan pantatnya. Tangannya menepis tangan Jo yang secara naluriah hendak merengkuhnya.
    “Hhh.. ehh.. sshh.. ” kelihatan Bu Rhien menahan nafasnya.
    “Aakh.. Bu.. saya.. saya nggak tahan..” Jo mulai mengeluh.
    “Tahann sebentar.. sebentar saja..!” Bu Rhien nampak agak marah mengucapkan itu, keringatnya mulai bermunculan di kening dan hidungnya.

    Sekuat tenaga Jo menahan aliran yang hendak meledak di ujung peralatannya. Di atasnya Bu Rhien terus berpacu.. bergerak semakin liar hingga dipan tempat mereka berada ikut berderit-derit. Makin lama semakin cepat dan akhirnya nampak Bu Rhien mengejang, kepalanya ditengadahkan ke atas memperlihatkan lehernya yang putih berkeringat.
    “Aaahhkhh..!”
    Sejurus kemudian dia berhenti bergoyang. Lemas terkulai namun tetap pada posisi duduk di atas tubuh Jo yang masih bergetar menahan rasa. Nafasnya masih memburu.

    Beberapa saat kemudian, “Pleph..!” tiba-tiba Bu Rhien mencabut pantatnya dari tubuh Jo.
    Dia segera berdiri, merapihkan rambutnya dan roknya yang tersingkap sebentar.
    Kemudian, “Jangan cerita kepada siapapun..!” tandasnya, “Dan bila kamu belum selesai, kamu bisa puaskan ke Inah.. Ibu sudah bicara dengannya dan dia bersedia..” tukasnya cepat dan segera berjalan ke pintu lalu keluar.

    Jo terhenyak di atas kasurnya. Sejenak dia berusaha menahan degup jantungnya. Diambilnya nafasdalam-dalam. Sambil sekuat tenaga meredam denyutan di ujung penisnya yang terasa mau menyembur cepat itu. Setelah bisa tenang, dia segera bangkit, mengenakan pakaiannya kemudian berbaring. nafasnya masih menyisakan birahi yang tinggi namun kesadarannya cepat menjalar di kepalanya. Dia sadar, tak mungkin dia menuntut apapun pada majikan yang memberinya hidup itu. Namun sungguh luar biasa pengalamannya tersebut. Tak sedikitpun terpikir, Bu rhien yang begitu berwibawa itu melakukan perbuatan seperti ini.

    Dada Jo agak berdesir teringat ucapan Bu Rhien tentang Inah. Terbayang raut wajah Inah yang dalam benaknya lugu, tetapi kenapa mau disuruh melayaninya..? Jo menggelengkan kepala.. Tidak..! biarlah perbuatan bejat ini antara aku dan Bu Rhien. Tak ingin dia melibatkan orang lain lagi. Perlahan tapi pasti Jo mampu mengendapkan segala pikiran dan gejolak perasaannya. Beberapa menit kemudian dia terlelap, hanyut dalam kenyamanan yang tanggung dan mengganjal dalam tidurnya.

    Perlakuan Bu Rhien berlanjut tiap kali suaminya tidak ada di rumah. Selalu dan selalu dia meninggalkan Jo dalam keadaan menahan gejolak yang menggelegak tanpa penyelesaian yang layak. Beberapa kali Jo hendak meneruskan hasratnya ke Inah, tetapi selalu diurungkan karena dia ragu-ragu, apakah semuanya benar-benar sudah diatur oleh majikannya atau hanyalah alasan Bu Rhien untuk tidak memberikan balasan pelayanan kepadanya.

    Hingga akhirnya pada suatu malam yang dingin, di luar gerimis dan terdengar suara-suara katak bersahutan di sungai kecil belakang rumah dengan rythme-nya yang khas dan dihafal betul oleh Jo. Dia agak terganggu ketika mendengar daun pintu kamarnya terbuka.
    “Kriieet..!” ternyata Bu Rhien.
    Nampak segera melangkah masuk kamar. Malam ini beliau mengenakan daster merah jambu bergambar bunga atau daun-daun apa Jo tidak jelas mengamatinya. Karena segera dirasakannya nafasnya memburu, kerongkongannya tercekat dan ludahnya terasa asin. Wajahnya terasa tebal tak merasakan apa-apa.

    Agak terburu-buru Bu Rhien segera menutup pintu. Tanpa bicara sedikitpun dia menganggukkan kepalanya. Jo segera paham. Dia segera menarik tali saklar di kamarnya dan sejenak ruangannya menjadi remang-remang oleh lampu 5 watt warna kehijauan. Sementara menunggu Jo melepas celananya, Bu rhien nampak menyapukan pandangannya ke seantero kamar.
    “Hmm.. anak ini cukup rajin membersihkan kamarnya..” pikirnya.
    Tapi segera terhenti ketika dilihatnya “alat pemuasnya” itu sudah siap.
    Dan.., kejadian itu terulang kembali untuk kesekian kalinya. Setelah selesai Bu Rhien segera berdiri dan merapihkan pakaiannya. Dia hendak beranjak ketika tiba-tiba teringat sesuatu.

    “Oh Ibu lupa..” terhenti sejenak ucapannya.
    Jo berpikir keras.. kurang apa lagi..? Jujur dia mulai tidak tahan mengatasi nafsunya tiap kali ditinggal begitu saja, ingin sekali dia meraih pinggang sexy itu tiap kali hendak keluar dari pintu.
    Lanjutnya, “Hmm.. Inah pulang kampung pagi tadi..” dengan wajah agak masam Bu Rhien segera mengurungkan langkahnya.
    “Rasanya tidak adil kalau hanya Ibu yang dapat. Sementara kamu tertinggal begitu saja karena tidak ada Inah..”
    Jo hampir keceplosan bahwa selama ini dia tidak pernah melanjutkan dengan Inah. Tapi mulutnya segera dikuncinya kuat-kuat. Dia merasa Bu Rhien akan memberinya sesuatu. Ternyata benar.. Perempuan itu segera menyuruhnya berdiri.

    “Terpaksa Ibu melayani kamu malam ini. Tapi ingat.., jangan sentuh apapun. Kamu hanya boleh melakukannya sesuai dengan yang Ibu lakukan kepadamu..”
    Kemudian Bu Rhien segera duduk di tepi ranjang. Dirainya bantal untuk ganjal kepalanya. Sejuruskemudian dia membuka pahanya. Matanya segera menatap Jo dan memberinya isyarat.
    “..” Jo tergagap. Tak mengira akan diberi kesempatan seperti itu.
    Dalam cahaya kamar yang minim itu dadanya berdesir hebat melihat sepasang paha mulus telentang. Di sebelah atas sana nampak dua bukit membuncah di balik BH warna krem yang muncul sedikit di leher daster. Dengan pelan dia mendekat. Kemudian dengan agak ragu selangkangannya diarahkan ke tengah diantara dua belah paha mulus itu. Nampak Bu Rhien memalingkan wajah ke samping jauh.. sejauh-jauhnya.

    “Degh.. degh..” Jo agak kesulitan memasukkan alatnya.
    Karena selama ini dia memang pasif. Sehingga tidak ada pengalaman memasukkan sama sekali. Tapi dia merasakan nikmat yang luar biasa ketika kepala penisnya menyentuh daging lunak dan bergesekan dengan rambut kemaluan Bu Rhien yang tebal itu. Hhh..! Nikmat sekali. Bu Rhien menggigit bibir. Ingin rasanya menendang bocah kurang ajar ini. Tapi dia segera menyadari ini semua dia yang memulai. Badannya menggelinjang menahan geli ketika dengan agak paksa namun tetap pelan Jo berhasil memasukkan penisnya (yang memang keras dan lumayan itu) ke peralatan rahasianya.

    Beberapa saat kemudian Jo secara naluriah mulai menggoyangkan pantatnya maju mundur.
    “Clep.. clep.. clep..!” bunyi penisnya beradu dengan vagina Bu Rhien yang basah belum dicuci setelah persetubuhan pertama tadi.
    “Plak.. plak.. plakk..,” kadang Jo terlalu kuat menekan sehingga pahanya beradu dengan paha putih mulus itu.
    “Ohh.. enak sekali..” pikir Jo.
    Dia merasakan kenikmatan yang lebih lagi dengan posisi dia yang aktif ini.
    “Ehh.. shh.. okh..,” Jo benar-benar tak kuasa lagi menutupi rasa nikmatnya.

    Hampir beberapa menit lamanya keadaan berlangsung seperti itu. Sementara Jo selintas melirik betapa wajah Bu rhien mulai memerah. Matanya terpejam dan dia melengos ke kiri, kadang ke kanan.
    “Hkkhh..” Bu Rhien berusaha menahan nafas.
    Mulanya dia berfikir pelayanannya hanya akan sebentar karena dia tahu anak ini pasti sudah diujung “konak”-nya.
    Tapi ternyata, “Huoohh..,” Bu Rhien merasakan otot-otot kewanitaannya tegang lagi menerima gesekan-gesekan kasar dari Jo.
    Dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak terbangkitkan nafsunya.

    Jo terus bergoyang, berputar, menyeruduk, menekan dan mendorong sekuat tenaga. Dia benar-benar sudah lupa siapa wanita yang dihadapannya ini. yang terfikir adalah keinginan untuk cepat mengeluarkan sesuatu yang terasa deras mengalir dipembuluh darahnya dan ingin segeradikeluarkannya ..!!”Ehh..” Bu Rhien tak mampu lagi membendung nafsunya.
    Daster yang tadinya dipegangi agar tubuhnya tidak banyak tersingkap itu terlepas dari tangannya, sehingga kini tersingkap jauh sampai ke atas pinggang. Melihat pemandangan ini Jo semakin terangsang. Dia menunduk mengamati alatnya yang serba hitam, kontras dengan tubuh putih mulus di depannya yang mulai menggeliat-geliat, sehingga menyebabkan batang kemaluannya semakin teremas-remas.

    “Ohh.. aduh.. Bu..,” Jo mengerang pelan penuh kenikmatan.
    Yang jelas Bu Rhien tak akan mendengarnya karena beliau sendiri tengah berjuang melawan rangsangan yang semakin dekat ke puncaknya.
    “Okh.. hekkhh..” Bu Rhien menegang, sekuat tenaga dia menahan diri, tapi sodokan itubenar-benar kuat dan tahan.
    Diam-diam dia kagum dengan stamina anak ini.

    Akhirnya karena sudah tidak mampu lagi menahan, Bu Rhien segera mengapitkan kedua pahanya, tanganya meraih sprei, meremasnya, dan.., “Aaakkhh..!” dia mengerang nikmat. Orgasmenya yang kedua dari si Jo malam ini. Sementara si Jo pun sudah tak tahan lagi. Saat paha mulus itu menjepit pinggangnya dan kemudian pantat wanita itu diangkat, penisnya benar-benar seperti dipelintir hingga, “Cruuth..! crut.. crut..!” memancar suatu cairan kental dari sana. Jo merasakan nikmat yang luar biasa. Seperti kencing namun terasa enak campur gatal-gatal gimana.”Ohk.. ehh.. hh,” Jo terkulai. Tubuhnya bergetar dan dia segera mundur dan mencabut penisnya kemudian terhenyak duduk di kursi sebelah meja di kamarnya. Wajahnya menengadah sementara secara alamiah tangannya terus meremas-remas penisnya, menghabiskan sisa cairan yang ada disana. Ooohh.. enak sekali..

    Di ranjang Bu Rhien telentang lemas. Benar-benar nikmat persetubuhan yang kedua ini. Beberapa saat dia terkulai seakan tak sadar dengan keadaannya. Bongkahan pantatnya yang mengkal dan mulus itu ter-expose dengan bebas. Rasanya batang kenyal nan keras itu masih menyumpal celah vaginanya. Memberinya sengatan dan sodokan-sodokan yang nikmat. Jo menatap tubuh indah itu dengan penuh rasa tak percaya. Barusan dia menyetubuhinya, sampai dia juga mendapatkan kepuasan. Benarkah..?

    Sementara itu setelah sadar, Bu Rhien segera bangkit. Dia membenahi pakaiannya. Terlintas sesuatu yang agak aneh dengan anak ini. Tadi dia merasa betapa panas pancaran sperma yang disemburkannya. Seperti air mani laki-laki yang baru pernah bersetubuh.

    “Berapa jam biasanya kamu melakukan ini dengan Inah, Jo..?” tanya Bu Rhien menyelidik.
    Jo terdiam. Apakah beliau tidak akan marah kalau dia berterus terang..?
    “Kenapa diam..?”
    Jo menghela nafas, “Maaf Bu.. belum pernah.”
    “Hah..!? Jadi selama ini kamu..?”
    “Iya Bu. Saya hanya diam saja setelah Ibu pergi.”
    “Oo..,” Bu Rhien melongo.
    Sungguh tidak diduga sama sekali kalau itu yang selama ini terjadi. Alangkah tersiksanya selama ini kalau begitu. Aku ternyata egois juga. Tapi..?, masa aku harus melayaninya. Apapun dia kan hanya pembantu. Dia hanya butuh batang muda-nya saja untuk memenuhi hasrat sex-nya yang menggebu-gebu terus itu. Selama ini bahkan suami dan pacar-pacarnya dulu tak pernah mengetahuinya. Ini rahasia yang tersimpan rapat.

    “Hmm.. baiklah. Ibu minta kamu jangan ceritakan ke siapapun. Sebenarnya Ibu sudah bicara sama Inah mengenai masalah ini. Tapi rupanya kalian tidak nyambung. Ya sudah.. yang penting sekali lagi, pegang rahasia ini erat-erat.. mengerti..?” kembali suaranya berwibawa dan bikin segan.
    “Mengerti Bu..,” Jo menjawab penuh rasa rikuh.
    Akhirnya Bu Rhien keluar kamar dan Jo segera melemparkan badannya ke kasur. Penat, lelah, namunnikmat dan terasa legaa.. sekali.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex memuaskan nyonya majikan

    Cerita Sex memuaskan nyonya majikan


    1366 views

    Perawanku – Cerita Sex memuaskan nyonya majikan, Aku benar-benar lemas mendengar keputusan pihak manajemen perusahaan hari ini, Bulan lalu perusahaan sudah menyampaikan rencananya untuk mengurangi sejumlah karyawan, termasuk pengemudi. Hari ini aku tahu aku termasuk yang kena PHK.

    Istriku tak banyak bicara ketika kutunjukkan surat pemutusan hubungan kerja itu. Ia hanya memandangi bayi kami yang baru berusia 3 bulan. Terbayang di benak kami bagaimana cara menghidupi bayi ini tanpa pekerjaan. Pesangon yang tak seberapa jumlahnya pasti tak akan bertahan lama.

    Selama seminggu penuh aku menyibukkan diri dengan iklan lowongan pekerjaan di koran dan mendatangi berbagai macam perusahaan untuk mencari kerja. Hasilnya nihil. Untungnya sorenya istriku membawa kabar gembira.

    Pak Sulaiman, lelaki tua yang tinggal tak jauh dari rumah kami kena stroke. Ia harus istirahat total dan berhenti menyupir untuk majikan nya. Kata istriku, majikan pak Sulaiman butuh supir baru segera. Istriku mengangsurkan secarik kertas bertuliskan nama dan alamat majikan Pak Sulaiman.

    Esok paginya aku langsung meluncur ke rumah Pak Tan, mantan majikan Pak Sulaiman. Rumah Pak Tan luar biasa besar dan mewah. Pembantu Pak Tan membukakan pintu gerbang dan mempersilakan aku menunggu di beranda. Sejenak kemudian Pak Tan menemuiku. Ia seorang lelaki Cina tua, bos sebuah perusahaan peralatan masak di Surabaya.

    “Kamu tetangga Pak Sulaiman?” Tanya Pak Tan.
    “Benar, Pak. Nama saya Andi”
    “Kamu kelihatan muda sekali. Berapa umurmu?” Tanya Pak Tan.
    “24tahun, Pak”
    “Sudah lama jadi supir?”
    “3 tahun, Pak”

    “Oke, Andi. Langsung saja. Kamu akan menjadi supir pribadi istri saya. Istri saya adalah Area Manager perusahaan. Ia harus banyak berkeliling ke cabang-cabang perusahaan di kota-kota lain di Jawa Timur dan di Indonesia,” jelas Pak Tan. “Gaji tiga bulan pertama Rp 1,2 juta. Setuju?”

    “Setuju, Pak”
    “Kamu mulai kerja hari ini!” kata Pak Tan.

    Seminggu sudah aku menjadi supir Nyonya Tan. Dari karyawan kantor, aku tahu nama Nyonya Tan adalah Yena, sebuah nama yang elok. Di kantor, para karyawan demikian segan dan hormat padanya, dan tak pernah ada yang bicara buruk tentang perempuan luar biasa ini.

    Di mobil, ketika tak sedang menelepon, Bu Yena tak banyak bicara. Seperti pagi ini dalam perjalanan ke Malang, menuju ke kantor cabang. Ia hanya bicara beberapa patah kata bilamana aku terlalu cepat atau terlalu pelan mengemudi.

    Kami sampai di Malang sebelum tengah hari. Bu Yena majikan ku langsung memimpin rapat para karyawan. Aku sendiri langsung menuju warung makan di depan kantor. Setelah 3 jam menunggu, perutku mulas. Pasti itu karena sambal pecel lele yang kumakan di warung tadi. Aku mencari WC. Kata karyawan kantor, WC supir ada di bagian belakang. Aku segera menyelinap ke belakang mencari WC yang dimaksud, melewati lorong-lorong sempit tumpukan stok barang perusahaan.

    Setelah selesai dengan urusanku di kamar kecil, aku bermaksud kembali ke depan melewati lorong-lorong sempit itu. Dinding salah satu lorong itu ternyata adalah kaca salah satu ruang kantor. Tirai dinding kaca itu terbuka sedikit, dan tak sengaja dari celah kecil itu aku melihat sebuah adegan seru, yang sudah pasti bukan kegiatan kantoran pada umumnya.

    Seorang lelaki muda sedang asyik memeluk, mencium dan dengan lidahnya menelusuri dada perempuan yang aku kenal betul, yakni Bu Yena. di atas sebuah sofa di ruang kantor kepala pemasaran cabang Malang.

    Bagian atas blus Bu Yena majikan ku terbuka lebar, menampakkan dadanya yang penuh di balik BH yang terurai sebelah. Bu Yena tampak begitu menikmati itu. Kepalanya terdongak dengan mata terpejam bibirnya terbuka. Kalau tak ada dinding kaca ini, aku pasti bisa mendengar desah-desah nikmatnya. Aku terpaku menikmati adegan kecil di celah sempit itu.

    Tak sengaja lututku menyentuh tumpukan stok barang pecah belah. Setumpuk piring jatuh berhamburan, menimbulkan suara yang pasti terdengar dari dalam ruangan. Kulihat aksi Bu Yena dan lelaki itu terhenti seketika. Aku lari menjauh, tak perlu repot-repot menata ulang piring-piring yang berserakan.

    Satu jam kemudian Bu Yena keluar dari kantor dan minta balik ke Surabaya. Aku tak berani banyak bicara dalam mobil. Bu Yena juga tidak, tapi ia kelihatan santai sekali. Aku bertanya-tanya dalam hati apakah ia tahu aku mengintipnya tadi. Dua puluh menit kemudian, masih dalam perjalaan balik ke Surabaya, ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya.

    “Andi, berapa umurmu?” Tanya Bu Yena tiba-tiba.
    “24 tahun, bu”
    “Sudah menikah?”
    “Sudah, Bu. Saya punya bayi usia 3 bulan”

    Tiba-tiba Bu Yena melemparkan satu amplop tebal ke kursi di sebelahku. Sejumlah lembaran seratus ribuan tampak dari ujung amplop yang terbuka.

    “Itu untuk kamu dan anakmu. 5 juta rupiah!” kata Bu Yena.
    “Untuk saya?” tanyaku heran.
    “Ya, untuk kamu,” tegas Bu Yena.
    “Wah, untuk apa ini, ya, bu?” tanyaku tak mengerti. Aku melihatnya dari kaca spion. Bisa kulihat Bu Yena majikan ku tersenyum dari kaca itu.

    “Ini uang tutup mulut. Aku tahu kamu mengintip aku sedang bermesraan dengan Alex tadi. Tidak boleh ada yang tahu ini. Kalau Pak Tan tahu, itu berarti dari kamu. Dan kau pasti akan kehilangan pekerjaan. Kunci mulutmu dengan uang 5 juta itu, dan kau tetap bisa bekerja. Faham?” ujar Bu Yena tegas.

    Aku terdiam sejenak. Kuberanikan bicara, “Ibu tidak perlu memberi saya uang itu. Saya akan tutup mulut. Ibu bisa pegang kata-kata saya” “Tidak! Ambil saja! Dan jangan bicara lagi!” itulah kalimat terakhir bu Yena. Selebihnya, ia tidak bicara lagi. Besoknya aku menyetorkan uang ke tabunganku tanpabilang-bilang istriku. Dan selanjutnya, aku menutup mulut rapat-rapat. Hari-hari berjalan seperti biasa, tak banyak yang berubah.

    Yang sedikit berubah adalah suasana di dalam mobil. Belakangan ini Bu Yena kerap kali bergeser tempat duduk. Kalau biasanya ia duduk tepat di belakangku, kali ini ia lebih sering bergeser ke kiri. Ia acap kali mencuri pandang ke arahku dari duduknya di mobil. Entah kenapa ia begitu. Yang jelas aku tak pernah berani menatapnya dari balik spion.

    Pagi ini aku mengantar Bu Yena ke bandara Juanda. Ia akan bertugas memeriksa cabang Bali selama seminggu. Jadi, selama seminggu ini aku akan stand-by di kantor Pak Tan sebagai sopir cadangan. Tapi selepas siang sebuah sms masuk ke HP-ku. Itu dari Bu Yena. Bunyinya, : Sopir cabang Bali sakit. Kamu ke Bali siang ini. Sudah saya kirim uang buat beli tiket pesawat. Kamu langsung ke kantor Cabang Denpasar”.

    Segera aku mendapatkan uang tiket dan alamat kantor Cabang Denpasar dari kantor Surabaya. Senang juga rasanya naik pesawat untuk pertama kalinya. 4 jam kemudian aku sudah berada di Kantor Cabang Denpasar. “Saya lebih nyaman kalau kamu yang nyupir,” kata Bu Yena begitu duduk di kursi belakang di mobil Cabang Denpasar. “Kamu banyak tahu jalan-jalan di Denpasar, kan?” tanya Bu Yena.

    “Ya, Bu. Saya menempuh SMA saya di sini,” kataku.
    “Baiklah, langsung ke Hotel Santika Kuta Beach,” perintah Bu Yena.

    Setelah check-in di hotel, aku sempat membawakan barang ke kamar Bu Yena, sebuah kamar cottage tepat di pinggir pantai Kuta. “Ini uang buat cari hotel kecil di sekitar sini. Mobil kamu bawa. HP-kamu mesti stand-by. Kalau saya perlu keluar, saya akan telepon,” kata bu Yena.

    “Baik, bu!”

    Aku mendapatkan hotel kecil tak jauh dari Santika Kuta Beach. Jam tujuh malam kurang sedikit, sehabis mandi, dan mengenakan t-shirt, teleponku bergetar. Bu Yena kirim SMS. “Charger saya ketinggalan di mobil. Bisa kau antar ke hotel?” demikian bunyi SMS itu. Aku segera beranjak. Ketika sampai di hotel, SMS Bu Yena datang lagi, “Kamu sudah sampai hotel? Bisa langsung antar charger ke kamar saya?”

    Dengan charger di tangan, aku bergerak ke bagian belakang hotel dan mencari cottage bu Yena. Di malam hari suasana cottage itu syahdu benar, dengan tanaman rindang, lampu redup di seputaran cottage dan deburan ombak laut tak jauh dari cottage. Aku mengetuk pintu cottage.

    “Masuk saja, tidak dikunci!” terdengar suara Bu Yena. Aku tak berani langsung masuk. Ragu aku berdiri di depan pintu.
    “Masuk, Andi!” suara Bu Yena agak meninggi, setengah memerintah.

    Aku mendorong pintu. Bu Yena berdiri di dekat jendela yang menghadap ke pantai dengan segelas soft-drink dengan rambut terurai dan senyum manis. Berdebar aku melihatnya. Tank-top merah ketat yang dikenakan membiarkan lekuk-lekuk dadanya terlihat jelas. Belahan dada yang indah itupun tidak tersembunyikan. Aku menatap kakinya yang jenjang. Shorts putih yang teramat pendek itu menyajikan sepasang paha mulus yang kencang.

    “Ini chargernya, Bu Yena. Saya taruh sini, ya!” kataku gugup. Bu Yena berjalan menghampiriku. Ya ampun! Cara berjalan itu, demikian menggetarkan dada. Seksi nian orang satu ini. “Kamu kelihatan gugup,” ujar Bu Yena tenang, menatapku dengan pandangan penuh. Tak pernah ia memandangku sedemikian rupa sebelumnya.

    “Lihat sekeliling. Sebuah kamar yang nyaman dengan lampu redup, dan suara debur ombak. Sempurna sekali, bukan?” kata Bu Yena dalam kerlingnya. Aroma farfum mahal itu menyergap hidungku. Aku tak tahu Bu Yena bicara apa, tapi aku menjawabnya.

    “Ya, benar. Sempurna,” kataku. Aku mundur beberapa langkah. Bu Yena makin dekat ke arahku.
    “Apa yang kau pikirkan sekarang?” tanya Bu Yena. Wajahnya tak jauh dari wajahku,
    “Saya….eh…saya, harus segera balik. Saya tidak ingin mengganggu kesempurnaan suasana ini,” kataku.

    “Begitu?” kata Bu Yena pelan, meletakkan gelas di meja di sebelahnya. “Kalau begitu, balikkan badan dan tutup pintu itu,” katanya kemudian. Aku menuruti perintahnya. Aku membalikkan badan, dan menutup pintu.

    “Tidak, begitu, Andi. Tutup dari dalam, bukan dari luar!” ujar Bu Yena.
    Aku terkejut. “Dari dalam? Maksud Ibu?””

    “Ya, dari dalam. Dan kau tetap di sini. Kita cuma berdua di kamar yang romantis ini. Tidak bisakah kau lihat ranjang itu? Tidak kah kau tahu kenapa aku memanggilmu ke sini? Tidak bisakah kau lihat betapa aku menginginkanmu?”

    Aku diam terpaku. Tapi ada benda yang mulai terasa mekar di selangkanganku. Bu Yena mendekatiku dan mengalungkan kedua tangannya ke leherku. “Pangil aku Yena saja. Bawa aku ke ranjang itu. Aku ingin kamu cumbui aku. Bercintalah denganku. Aku pingin sekali!” Belum sempat aku mengucapkan sepatah kata.

    Bibir Yena telah mendarat di bibirku. Dilumatnya aku dengan rakus dan beringas. Entah kenapa aku tak lagi ragu. Kubalas lumatan bibir itu dengan tak kalah beringas. Sungguh manis dan segar bibir itu. Yena segera melepas kaosku dan melepas tank-topnya sendiri, membiarkan dada indahnya telanjang.

    Aku segera menyergap dada indah itu. Kukulum dan kuhisap habis-habisan puting susu Yena. Aku yakin itu yang ia suka dan ia mau sekarang. Dan aku benar. Ia mengerang dan mendesah dan membiarku aku mengeksplorasi dada dan lehernya dengan bibir dan lidahku.

    Kukulum lembut puting merah jambu itu dan kurema-remas dengan ritme yang embut pula. Tubuh Yena bergetar hebat. Dengan ciuman bertubi-tubi dan dorongan dadanya pula, ia menggerakkan aku ke arah ranjang dan menindihku dengan gencar, masih dengan ciumannya yang makin beringas.

    “Susuku. Aku mau kau hisap putingku lagi. Telusuri sekujur dadaku. Buat aku nikmat. Buat aku melayang, Andi!”
    “Kau akan dapatkan yang kau mau, Yena” kataku tersengal.

    Kuberi Yena jilatan-jilatan rakus di puting dan seputaran susunya. Ia membalasanya dengan gerakan yang sangat terlatih dan terampil. Dibalasnya aku dengan menghisap dan menggigit kecil putingku. Dan debur ombak pantai Kuta seperti mendadak membimbing Yena untuk memintaku melepaskan celana pendek yang dikenakan itu, dan ia tak sabar membantu aku melepaskan celana jeansku.

    “Lepas celanaku, Andi. Lepas dan beri aku kejantananmu,” Yena mendesah ketika mulai kuraih celana itu untuk kulorotkan. Tempik indah dan manis perempuan Cina itu menyembul dengan kerumunan rambut halus yang menyemut di sekitarnya.

    “Kamu mau aku menggerayangi ini dengan lidahku?” tanyaku.
    “Itu yang aku mau. Do it!” kata Yena.

    Ia membantu dirinya sendiri terlentang dan meraih kepalaku. Kubenamkan wajahku di tempik Yena dan kumainkan lidahku, merangsek sedalam mungkin ke seantero vagina yang basah dan lapar itu. Yeni merintih, mengerang, mendesah dan mengaduh nikmat. “Ohhhh! ooouhhhh! Ouuuhhhh, Andiiiii! That’s good. Terussss. Terusss. Ouuuh!” Yena terus mengerang di antara debur ombak pantai.

    Sejenak kemudian, ia mengangkat kepala dan meraih penisku. “Sekarang kau harus merasakan balasanku,” seloroh Yena. Ia menelan bulat-bulan penisku dan mengulumnya penuh nikmat. Iapun menarik penisku maju mundur mulai dari kecepatan rendah, sedang dan kecepatan tinggi dengan jepitan mulutnya. Aku terengah-engah dibuatnya. Sungguh ahli perempuan ini memberikan kenikmatan pada penisku. Benar-benar mabuk aku dibuatnya.

    Tak sabar lagi aku. Libidoku sudah naik ke ubun-ubun. Aku menindihnya, menyerang susunya sekali lagi dan membuat Yena menggelinjang liar di tempat tidur itu. Yena lebih tak sabar lagi. Ia membetot penisku dan membantuku mencari tempik basahnya.

    “Senangkan aku, bahagiakan aku, Andi. Aku mau kamu sejak pertama aku melihat kamu!
    “Kamu terlalu banyak meminta, Yena,” kataku.

    Kubenamkan penisku ke dalam vaginanya yang basah menantang. Kupompa dengan penuh kelembutan dengan gerakan yang kusesuaikan dengan debar nafas Yena. Kubiarkan penisku mencari titik-titik nikmat di vagina Cina seksi ini. Kuberi ia bonus gigitan-gigitan kecil di puting dan sekujur susunya. Ini membuat Yena senang bukan main. Tak bisa kujelaskan rintihan, desahan dan erangan Yena.

    Aku dan Yena bercinta semalam suntuk. Yena hanya memberiku istirahat sejenak sebelum ia mulai menyerang aku lagi. Ia punya banyak teknik permainan yang membuatku terperangah. Dan ia selalu meminta, meminta dan meminta. Ini membuat aku harus mengimbanginya terus, berapa kalipun ia memintanya.

    Kami berada di Bali seminggu penuh. Yena pintar bikin alasan untuk tidak perlu datang ke kantor cabang. Ia hanya mau aku mencumbunya terus dan terus tiada habis. Pada malam terakhir sebelum balik ke Surabaya, aku dan Yena bercinta di dalam sleeping-bag selepas tengah malam di pantai yang sunyi.

    Begitu balik ke Surabaya, Yena terus minta aku memuaskannya : di kamar rumahnya ketika Pak Tan dan seisi rumah sedang keluar, dan di mana saja. Kami pergi ke hotel di Malang, Jogja, Madiun, Jakarta bahkan Singapura. Sering pula Yena minta aku mencumbunya di dalam mobil dan dimana saja ia menjadi horny.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Memuaskan tante kesepian

    Cerita Sex Memuaskan tante kesepian


    820 views

    Perawanku – Cerita Sex Memuaskan tante kesepian, Tante Cantik ini berusia 35 tahun bernama Yeni, memiliki paras wajah yang sangat cantik dipadu dengan body yang aduhai seksinya, ditambah payudaranya mulus berukuran 36A. Siapa yang tak tergoda dengan tante Yuli ini, seorang wanita pengusaha yang sangat kaya raya rambut lurus seta tante ini sangat kaya raya yang sudah dikaruniai 2 orang anak

    Awal Cerita Tante – setelah aku menyelesaikan program mini marketnya, aku mengantarkannya ke rumahnya yang hanya berjarak sepuluh menit dari rumahku. Tante Yeni tidak ada dirumah. Aku menunggunya sampai dia datang sambil ngobrol ditemani pembantunya.

    Setelah hampir satu jam aku di sana, Tante Yeni pulang. Kulihat dia agak heran melihatku bermain-main dengan Cynthia dan mengobrol santai dengan Mbak Ning.

    “Kau bawa programnya ya? Ada petunjuk pemakaiannya kan?”

    “Ada dong. Tapi untuk mempercepat, sebaiknya aku menerangkan langsung pada karyawanmu, Cie.” Aku sengaja memanggil Tante Yeni dengan panggilan “Cie” karena dia masih terlihat sebagai wanita Chinese. Lagipula, panggilan “Cie” akan membuatnya merasa lebih muda.

    Sejak hari itu, aku semakin akrab dengan keluarga Tante Yeni. Apalagi kemudian Tante Yeni memintaku untuk memberikan kursus privat komputer pada Edy dan Johan, dua anaknya yang masing-masing kelas duduk di kelas 1 SMP dan kelas 6 SD. Sedangkan untuk Cynthia, aku memberikan privat piano klasik. Karena rumahnya dekat, aku mau saja. Lagi pula Tante Yeni setuju membayarku tinggi.

    Aku dan Tante Yeni sering ber-SMS ria, terutama kalau ada tebakan dan SMS lucu. Dimulai dari ketidaksengajaan, suatu kali aku bermaksud mengirim SMS ke Ria yang isinya, “Hai say.. Lg ngapain? I miz u. Pengen deh sayang-sayangan ama u lagi.. Aku pengen kita bercinta lagi..”

    Karena waktu itu aku juga baru saja ber-SMS dengan Tante Yeni, refleks tanganku mengirimkan SMS itu ke Tante Yeni! Aku sama sekali belum sadar telah salah kirim sampai kemudian report di HP-ku datang: Delivered to Ms. Yeni! Astaga! Aku langsung memikirkan alasan jika Tante Yeni menanyakan SMS itu. Benar! Tak lama kemudian Tante Yeni membalas SMS salah sasaran itu.

    “Wah.. Ini SMS ke siapa ya kok romantis begini..” Wah, untung aku dan Tante Yeni sudah akrab. Jadi walaupun nakalku ketahuan, tidak masalah.

    “Maaf, Cie. Aku salah kirim. Pas lagi horny nih. :p Maaf ya Cie..” balasku. Aku sengaja berterus terang tentang ‘horny’ku karena ingin tahu reaksi Tante Yeni.

    “Wah.. Kamu ternyata sudah berani begituan ya! SMS itu buat pacarmu ya?”

    “Bukan Cie. Itu TTH-ku. Teman Tapi Hot.. Hahaha.. Tidak ada ikatan kok, Cie..”

    Beberapa menit kemudian, Tante Yeni tidak membalas SMS-ku. Mungkin sedang sibuk. Oh, tidak, ternyata Tante Yeni meneleponku.

    “Lagi dimana Boy?” Tanya Tante Yeni. Suaranya lebih akrab daripada biasanya.

    “Di kamar sendirian, Cie. Maaf ya tadi SMS-ku salah kirim. Jadi ketahuan deh aku lagi pengen..” jawabku. Kudengar Tante Yeni tertawa lepas. Baru kali ini aku mendengarnya tertawa sebebas ini.

    “Aku tadi kaget sekali. Kupikir si Boy ini anaknya alim, dan tidak mengerti begitu-begituan. Ternyata.. Hot sekali!”

    “Hm.. Tapi memang aku alim lho, Cie..” kataku bercanda.

    “Wee.. Alim tapi ngajak bercinta.. Siapa tuh cewek?”

    “Ya teman lama, Cie. Partner sex-ku yang pertama.” Aku bicara blak-blakan. Bagiku sudah kepalang tanggung. Aku rasa Tante Yeni bisa mengerti aku.

    “Wah.. Kok dia mau ya tanpa ikatan denganmu?” tanyanya heran. Aku yang dulu juga sering heran. Tetapi memang pada kenyataannya, sex tanpa ikatan sudah bukan hal baru di jaman ini.

    “Kami bersahabat baik, Cie. Sex hanya sebagian kecil dari hubungan kami.” Jawabku apa adanya.

    Aku tidak mengada-ada. Dalam beberapa bulan kami berteman, aku baru satu kali bercinta dengan Ria. Jauh lebih banyak kami saling bercerita, menasehati dan mendukung.

    “Wah.. Baru tahu aku ada yang seperti itu di dunia ini. Kalau kalian memang cocok, kenapa tidak pacaran saja?”

    “Kami belum ingin terikat. Terkadang pacaran malah membuat batasan-batasan tertentu. Ada aturan, ada tuntutan, ada konsekuensi yang harus ditanggung. Dan kami belum menginginkan itu.”

    “Lalu, apa partnermu cuma si Ria dan partner Ria cuma kamu?” selidik Tante Yeni.

    “Kalau tentang Ria aku tidak tahu. Tapi tidak masalah bagiku dia bercinta dengan pria lain. Aku pun begitu. Tapi tentu saja kami sama-sama bertanggung jawab untuk berhati-hati. Kami sangat selektif dalam bercinta. Takut penyakit, Cie.”

    “Oh.. Safe Sex ya? “

    “Yup! Oh ya dari tadi aku seperti obyek wawancara. Tante sendiri bagaimana dengan Om? Kapan terakhir berhubungan sex?” tanyaku melangkah lebih jauh. Kudengar Tante Yeni menarik nafas panjang. Wah.. Ada apa-apa nih, pikirku.

    “Udah kira-kira 2 bulan yang lalu, Boy.” Jawabnya.

    Lama sekali. Pasti ada yang tidak wajar. Aku jadi ingin tahu lebih banyak lagi.

    “Ko Fery Impotent ya Cie?”

    “Oh tidak.. Entah kenapa, dia sepertinya tidak bergairah lagi padaku. Padahal dia dulu sangat menyukai sex. Minimal satu minggu satu kali kami berhubungan.”

    “Lho, Cie Yeni berhak minta dong. Itu kan nafkah batin. Setiap orang membutuhkannya. Sudah pernah berterus terang, Cie?” tanyaku.

    “Aku sih pernah memberinya tanda bahwa aku sedang ingin bercinta. Tetapi dia kelihatannya sedang tidak mood. Aku tidak mau memaksa siapa pun untuk bercinta denganku.”

    “Oh.. Kalau Boy sih tidak perlu dipaksa, juga mau dengan Cie Yeni..” godaku asal saja. Toh kami sudah akrab dan ini memang waktu yang tepat untuk mengarah ke sana.

    “Boy, kamu itu cakep. Masa mau dengan orang seumuran aku? Suamiku saja tidak lagi tertarik denganku..”

    “Cie Yeni serius? Aku tidak menyangka lho Cie Yeni bisa bicara seperti ini. Cie Yeni masih muda. 35 tahun. Seksi dan modis. Kok bisa-bisanya rendah diri ya? Padahal Cie Yeni terlihat sangat mandiri di mataku..” aku tak bisa menyembunyikan keterkejutanku. Bagaimana bisa, sebuah SMS salah sasaran, dalam waktu singkat bisa berubah menjadi obrolan sex yang sangat terang-terangan seperti ini.

    “Kamu lagi nganggur kan? Datang ke rumahku sekarang ya? Suamiku tidak ada di rumah kok. Dia masih di kantor.”

    Telepon ditutup. Darahku berdesir. Benarkah ini? Seperti mimpi. Sangat cepat. Bahkan aku tidak pernah bermimpi sebelumnya untuk mendapatkan Tante Yeni. Selama ini aku sangat menghormatinya sebagai clientku. Sebagai orang tua dari murid privatku.

    Bergegas aku mengambil kunci mobil dan pergi ke rumah Tante Yeni. Di sepanjang jalan aku masih tak habis pikir. Apakah benar nanti aku akan bercinta dengan Tante Yeni? Rasanya mustahil. Ada Cynthia dan Mbak Ning di rumahnya. Belum lagi kalau ternyata Edy dan Johan juga sudah pulang dijemput sopirnya.

    Sampai di rumah Tante Yeni, ternyata rumahnya sedang sepi. Cynthia sedang tidur dan hanya Mbak Ning yang sedang santai menonton televisi.

    “Di tunggu Ibu di ruang computer, Kak.” Kata Mbak Ning. Dia memanggilku ‘kakak’ karena usiaku masih lebih tua darinya.

    “Oh iya.. Terima kasih, Ning. Ada urusan sedikit dengan programnya nih.” Kataku memberikan alasan kalau-kalau Mbak Ning bertanya-tanya ada apa aku datang.

    Aku masuk ke ruang computer yang di dalamnya juga ada piano dan lemari berisi buku-buku koleksi Tante Yeni.

    “Tutup saja pintunya, Boy.” Kata Tante Yeni.

    Tiba-tiba jantungku berdebar sangat keras. Entah mengapa, berbeda dengan menghadapi Lucy, Ria dan Ita, aku merasa aneh berdiri di depan seorang wanita mungil yang usianya di atasku. Setelah aku menutup pintu, belum sempat aku duduk, Tante Yeni sudah melangkah menghampiriku.

    Dia memelukku. Tingginya cuma sebahuku. Harum tubuhnya segera membuatku berdesir. Pelukannya sangat lembut. Kepalanya disandarkan ke dadaku.

    Aku tak tahu harus berbuat apa. Ini adalah pengalaman pertamaku dengan wanita yang usianya di atasku. Aku takut salah. Apa aku harus berdiam diri saja? Memeluknya? Menciumnya? Atau langsung saja mengajaknya bercinta? Pikiranku saling memberi ide.

    Banyak ide bermunculan di otakku. Beberapa saat lamanya aku bingung. Pusing tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya aku memilih tenang. Aku ingin tahu apa yang Tante Yeni inginkan. Aku akan mengikutinya. Kali ini aku main safe saja. No risk taking this time.

    “Cie Yeni adalah masalah?” bisikku. Kurasakan pelukan Tante Yeni semakin erat. Dia tidak menjawab. Aku juga diam. Benar-benar situasi baru. Pengalaman baru. Kurasakan penisku tidak bergerak. Rupanya pelukan Tante Yeni tidak membangkitkan gairahku.

    “Aku cuma ingin memelukmu. Sudah lama aku tidak merasa senyaman ini di pelukan seorang laki-laki. Kamu tidak keberatan kan aku memelukmu?” akhirnya Tante Yeni berbicara.

    “Tentu saja aku tidak keberatan, Cie. Peluk saja sepuas Cie Yeni. Apapun yang Cie Yeni inginkan dariku, kalau aku mampu, aku akan melakukannya.” Kurasakan tangannya mencubitku.

    “Sok romantis kamu, Boy. Aku bukan gadis remaja yang bisa melayang mendengar kata-kata rayuanmu.. Wuih, apapun yang kau inginkan dariku.. Aku akan melakukannya.. Hahaha.. Gak usah pakai begituan. Aku sudah sangat senang kalau kamu mau kupeluk begini..”

    Benar juga kata Cie Yeni. Hari itu aku belajar menghadapi wanita dewasa. Belajar apa yang mereka butuhkan. Bagi Tante Yeni, kata-kata manis tidak diperlukan. Tapi tentu saja, aku tidak seratus persen percaya. Bagiku, tidak ada wanita di dunia ini yang bisa menolak pujian dengan tulus.

    Perasaan wanita sangat peka. Wanita punya sense untuk mencerna setiap kata-kata pria. Apakah rayuan, apakah pujian yang tulus, atau hanya bunga bahasa untuk tujuan tertentu. Dan aku memilih untuk memujinya dengan setulus hatiku.

    “Cie Yeni, aku beruntung bisa dipeluk wanita sepertimu. Siapa sangka SMS salah kirim bisa berhadiah pelukan?” candaku. Memang benar aku merasa beruntung. Ini bukan bunga bahasa, bukan rayuan. Dan aku yakin perasaan Cie Yeni akan menangkap ketulusanku.

    “Yah.. Aku simpati denganmu yang bisa bergaul akrab dengan anak-anakku. Kamu juga tidak merendahkan si Ning. Kulihat memang pantas kau mendapatkan pelukanku, Boy..” bisik tante Yeni lagi. Kali ini wajahnya mendongak menatapku. Ada senyum tipis menghias bibirnya. Ugh.. Aku jadi ingin menciumnya.

    Di satu sisi aku tahu bahwa aku salah. Tante Yeni sudah berkeluarga dan keluarganya harmonis. Tapi di sisi lainnya, sebagai cowok normal aku menikmati pelukan itu. Bahkan aku ingin lebih dari sekedar pelukan. Aku ingin menciumnya, melepaskan pakaiannya, dan memberinya sejuta kenikmatan. Apalagi Tante Yeni sudah 2 bulan lebih tidak mendapatkan nafkah batin.

    Pasti dia sangat haus sekarang. Aku mulai memperhitungkan situasi. Kami dalam ruang tertutup yang walaupun tidak terkunci, cukup aman untuk beberapa saat. Mbak Ning tidak mungkin masuk tanpa permisi. Satu-satunya kemungkinan gangguan adalah Cynthia.

    Perlahan aku memberanikan diri menyentuh wajah Tante Yeni. Dengan dua buah jariku, aku membelai wajahnya lembut. Mataku menatapnya penuh arti. Kulihat Tante Yeni gelisah, tetapi ia menikmati sentuhanku di wajahnya.

    Aku menggerakkan wajahku menunduk mencari bibirnya. Sekejap kami berciuman. Bibirnya sangat penuh. Sangat hangat. Baru beberapa detik, ciuman kami terlepas. Tante Yeni menyandarkan kepalanya ke dadaku.

    “Aku salah, Boy. Aku mulai menyayangimu..” bisiknya nyaris tak kudengar.

    Aku yang sudah merasakan ciumannya mendadak ingin lebih lagi. Dasar cowok!, rutukku dalam hati. Apalagi aku sedang horny. Aku mencoba mengangkat wajahnya lagi. Ada sedikit penolakan, tapi wajahnya menatapku kembali. Aku tak berani menciumnya. Dan Tante Yeni menciumku, menghisap bibirku, memasukkan lidahnya, menggigit kecil bibirku. Dan akhirnya kami bercumbu dengan hasrat membara.

    Kami sama-sama kehausan.. Agh.. Aku tak peduli lagi. Wanita yang kuhormati ini sedang kupeluk dan kucumbu. Dia membutuhkanku dan aku juga membutuhkannya. Yang lain dipikirkan nanti saja. Nikmati saja dulu, pikirku cepat.

    Aku segera menggendongnya dan membantunya duduk di atas meja. Dengan begini aku akan lebih leluasa mencumbunya. Bibir kami saling melumat. Bergerak lincah saling berlomba memberi kenikmatan tiada tara.

    Tanganku mulai bergerak ke arah payudaranya. Aku meraba payudaranya dari luar. Memberi remasan ringan dan gerakan memutar yang membuat Tante Yeni menggelinjang. Perlahan aku menyusupkan tanganku ke balik pakaiannya. Kurasakan tanganku tertahan. Tante Yeni menolak. Rupanya dia hanya ingin bercumbu denganku.

    Dasar cowok, aku mana tahan? Sudah kepalang tanggung. Aku nekat tetap memasukkan tanganku dan dengan cepat aku berhasil melepas kait bra-nya. Payudaranya terasa utuh di tanganku, masih sangat kencang, masih sangat peka dengan rangsangan. Buktinya Tante Yeni bergetar hebat saat aku meremas payudaranya.

    “Gila kamu, Boy. Aku tidak memerlukan ini semua.. Cukup peluk aku!” tegur Tante Yeni.

    Aku tahu pikirannya memang menolak, tapi tubuhnya tidak. Aku tetap merangsang payudaranya. Gerakan menolak tante Yeni melemah. Dan akhirnya hanya desahan nafasnya yang memburu yang menandakan birahinya telah bangkit.

    Dengan mulutku aku membuka kancing-kancing kemejanya. Cukup sulit, karena ini baru pertama kali kulakukan. Tapi berhasil juga. Tante Yeni tertawa melihat ulahku.

    Kini aku bebas mencumbu payudaranya. Kujilat dan kuhisap puting susunya. Tante Yeni melenguh panjang. Kedua tangannya mencengkeram kepalaku. Wajahnya mencium rambutku. Sesekali dia menggigit telingaku, sementara kepalaku, lidahku, bergerak bebas merangsang payudaranya. Ugh, begitu enak dan nikmat. Payudaranya tidak terlalu besar namun seksi sekali. Warnanya coklat kekuningan dengan puting yang cukup besar.

    Aku bermain cukup lama di putingnya. Menggigit ringan, menyapukan lidahku, menghisapnya lembut sampai agak keras. Kadangkala hidungku juga kumainkan di putingnya. Nafas Tante Yeni semakin memburu. Tentu saja untuk masalah nafas, aku lebih kuat darinya karena aku rajin berolahraga menjaga stamina.

    Tak lama tanganku menyusup ke balik roknya untuk mencari vaginanya dan membelainya dari luar. Kurasakan celana dalamnya telah basah. Tante Yeni merapatkan kakinya. Itu adalah penolakan yang kedua. Kepalanya menggeleng ketika kutatap matanya. Aku terus menatap matanya dan kembali mencumbunya.

    Aku tidak akan memaksanya. Tetapi aku punya cara lain. Aku akan membuatnya semakin terangsang dan semakin menginginkan persetubuhan. Perlahan cumbuanku turun ke lehernya.

    “Ergh,” kudengar lenguhannya. Wah, lehernya sensitif nih, pikirku. Dengan intensif aku mencumbunya di leher. Bergerak ke tengkuk hingga membuatnya semakin erat memelukku dan mencumbu telinganya.

    “Boy..” rintihnya. Telinganya juga sensitif.

    Aku bersorak. Semakin banyak titik tubuhnya yang sensitif, semakin bagus. Lalu tanganku meraba punggungnya. Membuat gerakan berputar-putar dan seolah menuliskan sesuatu di punggungnya. Tante Yeni semakin bergairah.

    “Ka.. mu.. Na.. kal. Kamu pin.. Pintar sekali membuatku.. Bergairah..” jawabnya terputus-putus. Nafasnya semakin memburu.

    “Cie Yeni cantik sekali. Aku sangat menginginkanmu, Cie.. Aku ingin membuatmu merasakan kenikmatan tertinggi bersamaku..” bisikku sambil terus mencium telinganya.

    “Aku juga menginginkanmu Boy.. Tapi aku takut..” jawab tante Yeni.

    Ya, aku harus membuatnya merasa aman. Dengan gerakan cepat aku melepaskan pelukanku, mengganjal pintu dengan kursi dan kembali mencumbunya. Saat itu di pikiranku cuma satu. Mengunci pintu justru tidak baik.

    Mengganjal pintu jauh lebih baik. Kulihat Tante Yeni merespons ciumanku dengan lebih kuat. Tanganku kembali mencoba merangsang vaginanya. Kali ini kakinya agak terbuka. Aku berhasil memasukkan jariku dan menyentuh vaginanya.

    “Aahh..” Tante Yeni semakin terangsang. Kakinya terbuka semakin lebar. Kini aku sangat leluasa merangsang vaginanya. Jariku masuk menemukan klitoris dan membuatnya makin hebat dilanda badai birahi.

    Entahlah, aku sangat tenang dalam melakukannya. Semakin intensif aku merangsang titik-titik lemah tubuhnya, aku semakin tenang. Aku seperti maestro yang sangat ahli melakukan tugasnya. Wah, rupanya aku berbakat dalam menyenangkan wanita, pikirku sampai tersenyum sendiri.

    Tante Yeni semakin dilanda birahi. Tangannya kini tidak malu-malu melepas kancing celanaku dan mencari penisku. Setelah menemukannya di balik celana dalamku, dia meremas dan mengocoknya. Aku semakin terbakar.

    Kami sama-sama terbakar hebat. Perlahan aku melepas turun celana dalamnya. Tidak perlu dilepas. Aku menatap matanya meminta persetujuannya. Mata Tante Yeni nanar. Dia sangat kehausan dan sudah pasrah menerima apa pun perbuatanku.

    Perlahan penisku menembus liang vaginanya tanpa kondom. Aku merasakan kenikmatan yang dahsyat. Benar-benar jauh lebih nikmat dibandingkan dengan memakai kondom. Aku berani tanpa kondom karena aku yakin dengan kesehatan Tante Yeni.

    Aku mulai melakukan tugasku. Mendorong masuk, menarik keluar, memutar, memompa kembali dan kami bercinta dengan dahsyat. Suara penisku yang mengocok vaginanya terdengar khas. Aku mengerahkan segenap kekuatanku untuk menaklukkannya.

    Tetapi benar-benar tanpa kondom membuatku penisku lebih sensitif hingga belum begitu lama, aku sudah merasakan di ambang orgasme.

    Segera kuhentikan aksiku. Kucabut penisku dan aku menenangkan diri. Kami berciuman. Aku tak mau birahi Tante Yeni surut. Setelah agak tenang aku kembali memasukkan penisku. Kali ini aku tidak menggebu dalam memompa penisku.

    Aku memilih menikmatinya perlahan-lahan. Setiap sodokan aku lakukan dengan segenap hati hingga menghasilkan desahan dan rintihan nikmat Tante Yeni yang sudah dua bulan tidak merasakan nikmatnya bercinta.

    Gelombang badai birahi kembali melanda. Keringat kami bercucuran, lumayan untuk membakar lemak. Kami memang sedang berolahraga, olahraga paling nikmat sedunia. Making love. Bercinta sangat baik untuk tubuh. Tidak hanya tubuh, tetapi pikiran juga jadi fresh. Secara teoretis, ada semacam zat penenang yang dihasilkan tubuh saat kita bersenggama, dan zat itu membuat kita sangat nyaman.

    Aku heran juga dengan diriku yang ternyata cukup kuat bercinta tanpa kondom. Penisku terasa agak panas. Aku belajar menahan nafas dan sesekali saat kurasakan aku hendak mencapai puncak, aku menghentikan kocokanku. Cukup sulit memang menahan orgasme.

    Aku berusaha seperti menahan kencing. Dan usahaku berhasil. Setidaknya aku bisa bercinta cukup lama mengimbangi Tante Yeni yang perlahan tapi pasti semakin menuju puncak. Muka tante Yeni semakin kemerahan. Wajahnya yang mungil tampak sangat cantik ketika sedang dilanda birahi.

    “Cie Yeni cantik sekali.. Hebat juga ketika bercinta..” bisikku. Lidahku kembali mencumbui payudaranya yang semakin penuh dengan keringat.

    “Arg.., kamu juga.. Enak sekali, Boy..” ceracaunya.

    Tante Yeni bolak-balik memejamkan mata, membuka mata dan menggigit bibirnya. Nafasnya sangat tidak teratur. Ngos-ngosan dan rambutnya semakin acak-acakan terkena keringat. Wah, pemandangan yang seksi sekali saat seorang wanita bercinta.

    Sebenarnya aku ingin mengubah posisi lagi. Aku ingin lebih lama bercinta. Tetapi aku agak khawatir juga. Sudah cukup lama kami di dalam ruangan ini. Aku khawatir Mbak Ning nanti tiba-tiba mengintip atau mencuri dengar. Aku khawatir karena Mbak Ning cukup punya kecerdasan untuk berpikir yang tidak-tidak.

    Dari bahasa tubuh Tante Yeni, aku yakin orgasmenya sudah semakin dekat. Gerakan tubuhnya semakin cepat. Cengkeraman tangannya di punggungku kurasa telah melukai punggungku. Terkadang giginya bergemeretak menahan nikmat. Dia tampak sekali berusaha untuk tidak menjerit.

    “Agh.. Arrhhk.. Aku sudah ham.. pir..” rintihnya.

    Tanganku meraih bra Tante Yeni dan meletakkannya di mulutnya supaya dia bisa menggigit bra itu. Daripada menjerit, lebih baik menggigit bra sekuatnya. Penisku semakin gencar menghunjam vaginanya.

    Sodokanku semakin kuat dan temponya kupercepat. Aku belajar untuk sama-sama mencapai orgasme dengan Tante Yeni walaupun menurutku sangat sulit untuk bisa orgasme bersamaan. Setidaknya, aku berencana membiarkannya orgasme terlebih dulu, baru aku menyusul.

    “Arghh.. Ya.. Terus.. Yah.. Dikit lagi..” erang Tante Yeni agak tidak jelas karena sambil menggigit bra.

    Aku menjaga semangat dan menjaga penisku agar tetap kuat bertempur. Kurasakan penisku juga semakin panas. Aku juga sudah mendekati puncak. Aliran sperma dari bawah sudah merambat naik siap menyembur. Gerakan Tante Yeni semakin menyentak-nyentak. Untung meja di ruangan itu adalah meja kayu yang kosong. Kalau seandainya ada buku atau ballpoint pasti sudah berantakan terlempar.

    Beberapa saat kemudian aku merasakan tubuh Tante Yeni bergetar hebat. Menghentak-hentak dan tangannya mencengkeram sangat-sangat-sangat-kuat. Dia memelukku sangat erat. Dari mulutnya keluar semacam raungan yang tertahan.. Seandainya ini di kamar hotel, pasti dia sudah menjerit sepuasnya.

    “Aargghh.. Sstt..”

    Aku merasakan ada cairan hangat meleleh keluar. Tidak seberapa banyak tetapi membuat penisku semakin panas. Tante Yeni orgasme sementara aku juga sudah semakin dekat. Inilah saatnya. Aku mempercepat kocokanku. Cepat.. Dan aku mencabut penisku.

    Crot..!! Srr.. R.. Srr.. Srr.. Spermaku berhamburan muncrat di perut dan dada Tante Yeni. Ah.., nikmat sekali mencapai puncak. Perjuanganku tidak sia-sia. Aku yang selama ini rutin berlatih menahan kencing, melatih otot-otot perut dan penisku, sukses mengantarkan Tante Yeni menggapai orgasmenya. Dibandingkan ketika making love dengan Ria dan Ita, kali ini lebih mendebarkan dan menantang. I did it.

    Tante Yeni segera mencari tissue dan membersihkan ceceran spermaku. Kurang dari semenit kemudian dia sudah memakai bra dan kemejanya kembali. Celana dalam dan roknya tinggal merapikan saja. Aku pun tinggal merapikan celanaku.

    Beberapa saat kami berpandangan. Ada rona puas di wajah Tante Yeni. Dia tersenyum manis. Sekarang dia bukan lagi sekedar clientku. Bukan lagi sekedar orang tua muridku. Sekarang dia adalah partner sex-ku. Ada rasa aneh menjalar di tubuhku. Aku tiba-tiba merasa begitu menghormati wanita di hadapanku ini. Sinar matanya yang tegas, pembawaannya yang mandiri, dikombinasi dengan senyum dan kelembutannya, sungguh mempesona. Aku sangat bangga bisa memberinya kenikmatan.

    “Maaf Cie.. Sudah melangkah jauh sekali..” kataku.

    “Ya! Kamu tidak sopan sekali, tadi!” katanya bergurau tetapi dalam nada agak tegas.

    Kami pun tertawa bersama. Aku memeluknya. Mencium dahinya. Merapikan rambutnya yang agak basah terkena keringat. AC di ruangan itu sangat membantu tubuh kami cepat kering.

    “Habis Cie Yeni, sudah tahu aku lagi horny malah diundang kemari..” kataku membela diri.

    “Terus terang aku juga lagi pengen, Boy. Begitu tahu kamu ternyata sudah pengalaman, aku jadi tergoda denganmu. Tapi memang tadi aku sangat takut melangkah. Untung kamunya nekat.. Aku jadi terpuaskan, deh. Makacih ya..”

    Ya ampun.. Bisa-bisanya Tante Yeni bicara manja seperti ini. Aku sampai merasa bagaimana.. gitu. Aneh. Wanita memang makhluk paling aneh sedunia. Di balik penampilannya yang keras dan tegar, toh dia tetap wanita juga. Sisi lembutnya tetap ada.

    “Ya.. Aku juga senang sekali bisa memuaskan Cie Yeni. Aku juga belajar banyak lho. Sepertinya tadi Cie Yeni kurang suka dengan permainan tanganku di vagina ya?”

    “Bukan begitu. Aku tidak tahu apakah tanganmu bersih atau tidak. Tapi lama kelamaan karena enak, ya sudah.. diteruskan saja..”

    “Oh jangan kuatir.. Aku selalu sedia handy desinfectant kok. Biar tanganku bebas kuman.” Kataku menenangkannya. Aku tadi memang pakai handy desinfectant, tapi kan tetap saja aku pegang setir mobil. Haha.. Yang ini tidak aku ceritakan. (Kalau Cie Yeni baca cerita ini, maafin ya..)

    “Yah baguslah. Aku juga suka karena kamu selalu terlihat bersih dan harum..” tante Yeni mencium bibirku lagi. Kami kembali berpagutan. Lidahku kembali menerobos mulutnya. Menekan lidahnya, saling bergelut. Kami terus berciuman sambil berpelukan.

    Banyak pria melupakan kenyataan bahwa ada hubungan yang harus dibina setelah kita berhubungan sex. Setelah terjadi orgasme, wanita tetap membutuhkan sentuhan, pelukan dan ciuman. Wanita sangat berharga.

    Jangan sampai kita para pria, begitu mendapatkan orgasme, langsung selesai begitu saja. Harus Ada after orgasm service. Ini adalah salah satu kunci yang aku pegang untuk membuat wanita merasa nyaman bersamaku. Kami berpelukan dan dengan jelas aku mendengar suara Tante Yeni..

    “Aku menyayangimu, Boy. Terima kasih buat semuanya. Aku merasa dihargai dan dibutuhkan olehmu..” kata-kata ini tidak akan pernah aku lupakan. Kalau Cie Yeni membaca cerita ini, Cie Yeni pasti ingat bahwa kata-katanya sama persis dengan yang kutulis. (Kecuali namaku, yaa.. Hehe).

    Sebetulnya aku harus menanyakan arti sex bagi Tante Yeni. Tapi aku menundanya. Aku pikir aku bisa menanyakannya lain kali. Entah mengapa aku tidak bertanya.

    Lalu kami keluar dari ruangan itu. Aku tidak melihat Mbak Ning. Sengaja aku ke kamar mandi dan kemudian aku mengintip ke kamar Mbak Ning dari kaca nako kamarnya. Astaga, dia sedang berganti baju.

    “Hayo.. Ngintip! Dasar cowok!” hardik Mbak Ning. Aku terkejut tapi tertawa.

    “Maaf-maaf, kupikir dimana tadi kok tidak ada.. Aku pulang dulu ya..”

    “Ya.. Ya.. Buka sendiri pagarnya yaa”

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Memuaskan Tante Vera Di Atas Ranjang

    Cerita Sex Memuaskan Tante Vera Di Atas Ranjang


    1117 views

    Perawanku – Cerita Sex Memuaskan Tante Vera Di Atas Ranjang, Perkenalkan namaku Aris, umurku saat ini 23 tahun, aku kuliah disuatu universitas terkenal dikotaku. Aku sendiri memilki penampilan yang kurang lebih bisa menarik perhatian kaum wanita karena perawakanku yang atletis dan wajah ganteng yang menghiasi tubuhku.

    Dalam hubungan Sex tak perlu ditanyakan lagi, aku sudah mendapat banyak pengalaman dari banyak wanita, karena aku memulai berhubungan Sex sejak SMA sampai sekarang. Namun kali ini aku tak menyangka kisahku ini akan terjadi, karena persetubuhan ini aku lakukan dengan tanteku sendiri yang dimana adalah istri om ku yang adik dari ayahku. Namun mau bagaimana lagi, jika kucing dikasih ikan asin ya mana mau nolak,hehe..

    Suatu pagi saat aku masih tidur, telpon HP ku berbunyi dan aku yang masih dengan mata tertutup mengangkat HP ku, ternyata adalah Om Yudi yang menelponku. “Ris, kamu beberapa hari ini sibuk gak??” tanya om Yudi. “Kayaknya Enggak om, emang kenapa om??” tanyaku balik. “Om mau minta tolong niiih, bisa gak???” tanya om Yudi.

    “Eeeemmm….Minta tolong apa om?? Kalau aku bisa pasti aku bantu om” jawabku. “Om minta kamu menginap dirumah om karena om mau keluar kota selama beberapa hari, kamu temenin Tante Vera dan Tia dan Lia ya Ris, bisa gak??” taya om Yudi. “Eeeemmm….Bisa deeh om, aku kerumah om kapan, nanti apa sekarang om??” tanyaku.

    “Sekarang aja Ris, karena om sebentar lagi mau berangkat dan om juga sudah ngomong sama tantemu kok, kalau kamu yang akan menemaninya” jawab om Yudi. “Okkee…Deeeh om, aku mandi dulu, nanti aku terus kerumah om” jawabku. “Makasih ya Ris, kamu memang keponakanku yang paling baik, nanti jika om sudah berangkat kamu tinggal masuk aja ya Ris” ucap om Yudi. “Iyha om” jawabku singkat.

    Setelah menutup telpon dengan mata yang masih berat, aku pun bergegas menuju kamar mandi untuk mandi. Didalam kamar mandi aku sempat membayangkan yang tidak-tidak, aku membayangkan tubuh bahenol tante Vera, kubayangkan pantatnya yang semok aku remas-remas,

    kujilati memek tante Vera sampai tante Vera ngecrot, penisku dikulum tante Vera, membuat penisku menegang dan Aaarrgghhh akhirnya aku membasahi tubuhku dengan air, hingga bayanganku tentang tante Vera hilang dengan seketika. Tak lama aku selesai mandi, dan aku pun bergegas ganti baju dan langsung menuju rumah om Yudi. Sekitar setengah jam perjalanan, akhirnya aku sampai dirumah om Yudi.

    Dan ternyata om yudi sudah berangkat lalu aku disambut oleh tante Vera. Pemandangan indah seketika pun aku dapatkan, baju ketat dan super seksi menghiasi tubuh tante Vera sehingga bentuk lekuk-lekuk tubuh tante Vera menjadi terlihat, dan bahkan garis-garis CD tante Vera kelihatan karena roknya yang sangat ketat. Sejenak aku menelan ludah sebelum akhirnya tante Vera membuyarkan pemandanganku itu.

    “Ris tante minta tolong kamu antar Tia dan Lia kesekolah yaaa” pinta tante Vera. “Okkee deeh tante” jawabku singkat. Lalu aku mengajak kedua anak tante Vera yang masih kecil kemobil, dan aku pun mengantarkannya kesekolah. Diperjalanan aku mengantar Tia dan Lia, kembali aku teringat kemolekan tubuh tante yang tadi aku lihat.

    Aku tak kuasa menahan nafsuku hingga dalam perjalanan batang Penisku menengang sehingga kelihatan dari luar celanaku karena penisku yang lumayan besar. Untungnya aku mengantarkan anaknya tante Vera, jika yang kuantarkan adalah tante Vera bisa-bisa aku langsung menubruknya “pikiran kotor itu yang terus mengganguku selama dalam perjalanan”.

    Selesai sudah tugasku mengantar untuk hari ini. Kupacu mobil ke rumah tante Vera. Setelah parkir mobil aku langsung menuju meja makan, lalu mengambil porsi tukang dan melahapnya. Tante Vera masih mandi, terdengar suara guyuran air agak keras. Lalu hening agak lama, setelah lebih kurang lima menit tidak terdengar gemericik air aku mulai curiga dan aku hentikan makanku. Setelah menaruh piring di dapur.

    Aku menuju ke pintu kamar mandi, sasaranku adalah lubang kunci yang memang sudah tidak ada kuncinya. Aku matikan lampu ruang tempatku berdiri, lalu aku mulai mendekatkan mataku ke lubang kunci. Di depanku terpampang pemandangan alam yang indah sekali, tubuh mulus dan putih tante Vera tanpa ada sehelai benang yang menutupi terlihat agak mengkilat akibat efek cahaya yang mengenai air di kulitnya.

    Ternyata tante Vera sedang masturbasi, tangan kanannya dengan lembut digosok-gosokkan ke vaginanya. Sedangkan tangan kiri mengelus-elus payudaranya bergantian kiri dan kanan. Terdengar suara desahan lirih, “hmhmhmhmmmm, ohh, arhh”. Kulihat tanteku melentingkan tubuhnya ke belakang, sambil tangan kanannya semakin kencang ditancapkan ke vagina. Rupanya tante Vera ini sudah mencapai orgasmenya.

    Lalu dia berbalik dan mengguyurkan air ke tubuhnya. Aku langsung pergi ke ruang keluarga dan menyalakan televisi. Aku tepis pikiran-pikiran porno di otakku, tapi tidak bisa. Tubuh molek tante Vera, membuatku tergila-gila. Aku jadi membayangkan tante Vera berhubungan badan denganku. “Lho Ris, kamu lagi apa tuh kok tanganmu dimasukkan celana gitu. Hayo kamu lagi ngebayangin siapa? Nanti aku bilang ke ibu kamu lho.” Tiba-tiba suara tante Vera mengagetkan aku.

    “Kamu ini pagi-pagi sudah begitu. Mbok ya nanti malam saja, kan enak ada lawannya.” Celetuk tante Vera sambil masuk kamar. Aku agak kaget juga dia ngomong seperti itu. Tapi aku menganggap itu cuma sekedar guyonan. Setelah tante Vera berangkat kerja, aku sendirian di rumahnya yang sepi ini. Karena masih ngantuk aku ganti celanaku dengan sarung lalu masuk kamar tante dan langsung tidur.

    “hmhmhmhmmmm.. geli ah” Aku terbangun dan terkejut, karena tante Vera sudah berbaring disebelahku sambil tangannya memegang Penis dari luar sarung. “Waduh, maafin tante ya. Tante bikin kamu terbangun.” Kata tante sambil dengan pelan melepaskan pegangannya yang telah membuat Penis menegang 90%. “Tante minta ijin ke atasan untuk tidak masuk hari ini dan besok”, dengan alasan sakit.

    Setelah ambil obat dari apotik, tante pulang. Begitu alasan tante ketika aku tanya kenapa dia tidak masuk kerja. “Waktu tante masuk kamar, tante lihat kamu lagi tidur di kasur tante, dan sarung kamu tersingkap sehingga CD kamu terlihat. Tante jadi terangsang dan pingin pegang punya kamu. Hmm, gedhe juga ya Penis mu” Tante terus saja nyerocos untuk menjelaskan kelakuannya. “Sudahlah tante, gak pa pa kok.

    Lagian Aris tahu kok kalau tante tadi pagi masturbasi di kamar mandi” celetukku sekenanya. “Lho, jadi kamu..” Tante kaget dengan mimik setengah marah. “Iya, tadi Aris ngintip tante mandi. Maaf ya. Tante gak marah kan?” agak takut juga aku kalau dia marah. Tante diam saja dan suasana jadi hening selama lebih kurang sepuluh menit.

    Sepertinya ada gejolak di hati tante. Lalu tante bangkit dan membuka lemari pakaian, dengan tiba-tiba dia melepas blaser dan mengurai rambutnya. Diikuti dengan lepasnya baju tipis putih, sehingga sekarang terpampang tubuh tante yang toples sedang membelakangiku. Aku tetap terpaku di tempat tidur, sambil memegang tonjolan Penis di sarungku. Bra warna hitam juga terlepas, lalu tante berbalik menghadap aku.

    Cerita Sex Memuaskan Tante Vera Di Atas Ranjang

    Cerita Sex Memuaskan Tante Vera Di Atas Ranjang

    Aku jadi salah tingkah. “Aku tahu kamu sudah lama pingin menyentuh ini..” dengan lembut tante berkata sambil memegang kedua bukit kembarnya. “Emm.., nggak kok tante. Maafin Aris ya.” aku semakin salah tingkah. “Lho kok jadi munafik gitu, sejak kapan?” tanya tanteku dengan mimik keheranan. “Maksud Aris, nggak salahkan kalau Aris pingin pegang ini..!” Sambil aku tarik bahu tante ke tempat tidur, sehingga tante terjatuh di atas tubuhku.

    Langsung aku kecup payudaranya bergantian kiri dan kanan. “Eh, nakal juga kamu ya.. ihh geli Ris.” tante Vera merengek perlahan. “hmhmhmhmmmm..shh” tante semakin keras mendesah ketika tanganku mulai meraba kakinya dari lutut menuju ke selangkangannya. Rok yang menjadi penghalang, dengan cepatnya aku buka dan sekarang tinggal CD yang menutupi gundukan lembab.

    Sekarang posisi kami berbalik, aku berada di atas tubuh tante Vera. Tangan kiriku semakin berani meraba gundukan yang aku rasakan semakin lembab. Ciuman tetap kami lakukan dibarengi dengan rabaan di setiap cm bagian tubuh. Sampai akhirnya tangan tante masuk ke sela-sela celana dan berhenti di tonjolan yang keras. “hmhmhmhmmmm, boleh juga nih

    Sepertinya lebih besar dari punyanya om kamu deh.” tante mengagumi Penis yang belum pernah dilihatnya. “Ya sudah dibuka saja tante.” pintaku. Lalu tante melepas celanaku, dan ketika tinggal CD yang menempel, tante terbelalak dan tersenyum. “Wah, rupanya tante punya Penis lain yang lebih gedhe.”

    Gila tante Vera ini, padahal Penisku belum besar maksimal karena terhalang CD. Aksi meremas dan menjilat terus kami lakukan sampai akhirnya tanpa aku sadari, ada hembusan nafas diselangkanganku. Dan aktifitas tante terhenti. Rupanya dia sudah berhasil melepas CD ku, dan sekarang sedang terperangah melihat Penis yang berdiri dengan bebas dan menunjukkan ukuran sebenarnya.

    “Tante.. ngapain berhenti?” aku beranikan diri bertanya ke tante, dan rupanya ini mengagetkannya. “Eh.. anu.. ini lho, punya kamu kok bisa segitu ya..?” agak tergagap juga tante merespon pertanyaanku. “Gak panjang banget, tapi gemuknya itu lho.. bikin tante merinding” sambil tersenyum dia ngoceh lagi.

    Tante masih terkesima dengan Penisku yang mempunyai panjang 17cm dengan diameter 6cm. “Emangnya punya om gak segini? ya sudah tante boleh ngelakuin apa aja sama Penisku.” Aku ingin agar tante memulai ini secepatnya. “hmhmhmhmmmm, iya deh.” Lalu tante mulai menjilat ujung Penis Ada sensasi enak dan nikmat ketika lidah tante mulai beraksi naik turun dari ujung sampai pangkal Penis

    “Ahh.. enak tante, terusin hh.” aku mulai meracau. Lalu aku tarik kepala tante Vera sampai sejajar dengan kepalaku, kami berciuman lagi dengan ganasnya. Lebih ganas dari ciuman yang pertama tadi. Tanganku beraksi lagi, kali ini berusaha untuk melepas CD tante Vera. Akhirnya sambil menggigit-gigit kecil puting susunya, aku berhasil melepas penutup satu-satunya itu.

    Tiba-tiba, tante merubah posisi dengan duduk di atas dadaku. Sehingga terpampang jelas vaginanya yang tertutup rapat dengan rambut yang dipotong rapi berbentuk segitiga. “Ayo Ris, gantian kamu boleh melakukan apa saja terhadap ini.” Sambil tangan tante mengusap vaginanya. “OK tante” aku langsung mengiyakan dan mulai mengecup vagina tante yang bersih.

    “Shh.. ohh” tante mulai melenguh pelan ketika aku sentuh klitorisnya dengan ujung lidahku. “Hh.. mm.. enak Ris, terus Ris.. yaa.. shh” tante mulai berbicara tidak teratur. Semakin dalam lidahku menelusuri liang vagina tante. Semakain kacau pula omongan tante Vera. “Ahh..Ris..shh..Risr aku mau keluar.” tante mengerang dengan keras. “Ahh..” erangan tante keras sekali, sambil tubuhnya dilentingkan ke kebelakang. Rupanya tante sudah mencapai puncak. Aku terus menghisap dengan kuat vaginanya, dan tante masih berkutat dengan perasaan enaknya. “hmhmhmhmmmm..kamu pintar Ris.

    Gak rugi tante punya keponakan seperti kamu. Kamu bisa jadi pemuas tante nih, kalau om kamu lagi luar kota. Mau kan?” dengan manja tante memeRis tubuhku. “Ehh, gimana ya tante..” aku ngomgong sambil melirik ke Penis ku sendiri. “Oh iya, tante sampai lupa. Maaf ya” tante sadar kalau Penisku masih berdiri tegak dan belum puas. Dipegangnya Penis ku sambil bibirnya mengecup dada dan perutku. Lalu dengan lembut tante mulai mengocok Penis.

    Setelah lebih kurang 15 menit tante berhenti mengocok. Ris, kok kamu belum keluar juga. Wah selain besar ternyata kuat juga ya.” tante heran karena belum ada tanda-tanda mau keluar sesuatu dari Penisku. Tante bergeser dan terlentang dengan kaki dijuntaikan ke lantai. Aku tanggap dengan bahasa tubuh tante Vera, lalu turun dari tempat tidur. Aku jilati kedua sisi dalam pahanya yang putih mulus.

    Bergantian kiri-kanan, sampai akhirnya dipangkal paha. Dengan tiba-tiba aku benamkan kepalaku di vaginanya dan mulai menyedot. Tante menggelinjang tidak teratur, kepalanya bergerak ke kiri dan kanan menahan rasa nikmat yang aku berikan. Setelah vagina tante basah, tante melebarkan kedua pahanya. Aku berdiri sambil memegang kedua pahanya. Aku gesek-gesekkan ujung Penis ke vaginanya dari atas ke bawah dengan pelan. Perlakuanku ini membuat tante semakin bergerak dan meracau tidak karuan.

    “Tante siap ya, aku mau masukin Penis” aku memberi peringatan ke tante. “Cepetan Ris, ayo.. tante sudah gak tahan nih.” tante langsung memohon agar aku secepatnya memasukkan Penis. Dengan pelan aku dorong Penis ke arah dalam vagina tante Vera, ujung kepalaku mulai dijepit bibir vaginanya. Lalu perlahan aku dorong lagi hingga separuh Penis sekarang sudah tertancap di vaginanya. Aku hentikan aktifitasku ini untuk menikmati moment yang sangat enak.

    Pembaca cobalah lakukan ini dan rasakan sensasinya. Pasti Anda dan pasangan akan merasakan sebuah kenikmatan yang baru. Ris, kok rasanya nikmat banget.. kamu pintar ahh.. shh” tante berbicara sambil merasa keenakan. “Ahh.. shh mm, tante ini cara Aris agar tante juga merasa enak” Aku membalas omongan tante. Lalu dengan hentakan lembut aku mendorong semua sisa Penis ke dalam vagina tante.

    “Ahh..” kami berdua melenguh. Kubiarkan sebentar tanpa ada gerakan, tetapi tante rupanya sudah tidak tahan. Perlahan dan semakin kencang dia menggoyangkan pinggul dan pantatnya dengan gerakan memutar. Aku juga mengimbanginya dengan sodokan ke depan. Vagina tante Vera ini masih kencang, pada saat aku menarik Penis bibir vaginanya ikut tertarik. “Plok.. plok.. plokk” suara benturan pahaku dengan paha tante Vera semakin menambah rangsangan.

    13 menit lebih kami melakukan gaya tersebut, lalu tiba-tiba tante mengerang keras “Ahh.. Ris tante nyampai lagi” Pinggulnya dirapatkan ke pahaku, kali ini tubuhnya bergerak ke depan dan merangkul tubuhku. Aku kecup kedua payudaranya. dengan Penis masih menancap dan dijepit Vagina yang berkedut dengan keras. Dengan posisi memangku tante Vera, kami melanjutkan aksi.

    Lima belas menit kemudian aku mulai merasakan ada desakan panas di Penis. “Tante, aku mau keluar nih, di mana?” aku bertanya ke tante. “Di dalam aja Ris, tante juga mau lagi nih” sahut tante sambil tubuhnya digerakkan naik turun. Urutan vaginanya yang rapat dan ciuman-ciumannya akhirnya pertahananku mulai bobol. “Arghh.. tante aku nyampai”. “Aku juga Ris.. ahh” tante juga meracau. Aku terus semprotkan cairan hangat ke vagina tante.

    Setelah delapan semprotan tante dan aku bergulingan di kasur. Sambil berpelukan kami berciuman dengan mesra. Ris, kamu hebat.” puji tante Vera. “Tante juga, vagina tante rapet sekali” aku balas memujinya. Ris, kamu mau kan nemani tante selama om pergi” pinta tante.

    “Mau tante, tapi apa tante gak takut hamil lagi kalau aku selalu keluarkan di dalam?” aku balik bertanya. “Gak apa-apa Ris, tante masih ikut KB. Jangan kuatir ya sayang” Tante membalas sambil tangannya mengelus dadaku. Akhirnya kami berpagutan sekali lagi dan berpelukan erat sekali. Rasanya seperti tidak mau melepas perasaan nikmat yang barusan kami raih.

    Lalu kami mandi bersama, dan sempat melakukannya sekali lagi di kamar mandi. Itulah pengalamanku dengan tante Vera. Ternyata enak juga bermain dengan wanita yang berumur empat puluhan-an. Semenjak itu aku sering dapat telepon ajakan untuk berkencan dengan tante-tante.

    Rupanya tante Vera menceritakan hal kehebatanku kepada teman-temannya , karena teman tante Vera pada penasaran dengan diriku seringkali aku di kejar kejar dengan cara yang berbeda beda.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Menagih Janji

    Cerita Sex Menagih Janji


    1109 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Menagih JanjiCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Di komplekku banyak gadis remaja yang cantik dan seksi termasuk pacarku merupakan salah satu incaran banyak lelaki di lingkunganku, mungkin karena beruntung juga aku mendapatkan pacar ku ini, selain pacarku aku juga menyukai salah satu wanita dilingkunganku ini, tetapi aku tidak meu mengambil resiko karena takut jadi bahan omongan.

    Singkat cerita, aku tergoda oleh salah satu anak tetangga orangtuaku, sebut saja Dewi (nama sengaja kusamarkan). Padahal aku sudah menjalin asmara dengan gadis yang juga tetanggaku. Kami bahkan sudah bertunangan.

    Dewi adalah seorang mahasiswi Tarqi. Ia mempunyai body yang sangat menggoda, walaupun agak sedikit gemuk, tetapi ia mempunyai bibir yang sexy dan mempunyai payudara berukuran 36B. Sebagai gambaran, body-nya mirip dengan artis Feby Febiola, dan bibirnya seperti Cornelia Agatha. Tingkah lakunya selalu menggodaku.

    Sebagai laki-laki normal, kadang aku berpikiran agak kotor. Hingga suatu kesempatan, ia meminta bantuanku untuk dicarikan HP dengan harga miring. Tentu saja kesempatan itu tidak kusia-siakan (dalam hatiku aku akan membelikannya HP tersebut dengan cuma-cuma).

    Aku menyanggupinya, tetapi aku memberikan syarat agar ia mau kuajak pergi makan dan nonton berdua tanpa sepengetahuan pacarku dan teman-temanku. Dasar Dewi memang centil, persaratanku ia setujui karena ia pikir sangat mudah sekali untuk menjalaninya.

    Akhirnya aku membelikannya HP yang ia inginkan, dan aku pun menagih janjinya. Kemudian pada hari minggu siang, aku dan Dewi pergi berdua untuk makan siang dan nonton. Ketika kami sedang nonton, kesempatan tersebut tidak kusia-siakan untuk sekadar mencium dan meraba-raba tubuhnya.

    Tidak kusangka ia malah bilang kepadaku sebenarnya ia juga menyukaiku. Ketika aku dengan hot-hotnya menciumi dan menggerayangi tubuhnya, ia berbisik kepadaku bahwa ia sudah horny, dan mengajakku keluar dari bioskop untuk pergi ke pantai. Ketika di tengah perjalanan, aku memberanikan diri untuk mengajaknya ‘chek in’ di hotel yang terdekat, ternyata ia menyetujuinya.

    Aku tiba di hotel yang dituju sekitar puku 3 sore. Setelah aku membayar kamar hotel tersebut, aku dan Dewi dengan langkah yang terburu-buru menuju ke kamar hotel. Sesampainya di kamar hotel dan mengunci pintu, aku langsung melancarkan ciumanku, dan Dewi membalasnya dengan sangat antusias.

    Kemudian masih dalam keadaan berdiri kubuka pakain serta celana panjangnya hingga ia hanya memakai BH dan CD yang berwarna hitam. Kemudian ia juga memintaku untuk membuka baju dan celana panjangku.

    Kini kami dalam keadaan hanya memakai pakaian dalam saja. Kemudian ia kubimbing ke atas ranjang yang berukuran double size. Aku mulai melumat bibirnya yang sexy dan menciumi serta menjilat seluruh tubuhnya. Kemudian ketika aku mencium CD-nya, di bagian kemaluannya yang sudah basah, ia menggelinjang dan sesekali merintih-rintih keenakan.

    Setelah aku puas menciumi seluruh tubuhnya, kemudian kubuka BH dan CD-nya. Aku pun membuka CD-ku, kini kami berdua sudah benar-benar bugil.

    Aku sampai menahan nafas ketika kulihat payudaranya yang besar dan montok. Dengan sangat bernafsu kulumat puting susunya yang berwarna coklat kemerah-merahan. Karena sebenarnya Dewi masih berusia 20 tahun, sehingga terlihat body-nya yang serba kencang. Aku juga meraba dan mengusap bulu-bulu di kemaluannya yang sangat lebat. Aku semakin bernafsu mencium dan menjilat seluruh tubuhnya yang mulus.

    Kemudian aku memasukkan dua jari tanganku ke dalam vaginanya yang sudah basah, sedangkan lidahku sibuk menjilati puting susunya yang berwarna coklat kemerah-merahan. Dewi semakin merintih-rintih dan menggelinjang serta nafasnya mulai berat.

    Kemudian kubuka kedua pahanya lebar-lebar agar aku dapat dengan leluasa memainkan lidahku ke dalam vaginanya. Aku menjilati dan memainkan klitorisnya dengan penuh gairah. Setelah kupuas, giliran Dewi memainkan rudalku yang sudah tegang dengan lidahnya. Ia jilati kemaluanku yang berukuran lumayan panjang dan besar (kira-kira 20 cm dengan diameter 3,5 inchi).

    Ia menjilat dan mengulum rudalku dengan penuh kenikmatan. Aku tidak menyangka kalau kemaluanku akan dibersihkan oleh gadis impianku. Setelah ia puas, kemudian Dewi mengambil posisi telentang dengan kedua paha dibuka lebar-lebar, ia memintaku untuk segera memasukkan rudalku ke dalam vaginanya.

    Aku mengambil ancang-ancang untuk memasukkan batang kemaluanku ke dalam vaginanya yang sudah basah. Kupikir pasti aku tidak akan kesulitan untuk memasukannya, ternyata beberapa kali aku mencoba selalu saja meleset, dengan tidak sabar Dewi menarik rudalku dan mengarahkan ke arah lubang kewanitaannya.

    Ternyata Dewi masih perawan, tetapi dengan kegigihanku akhirnya aku berhasil memasukkan ujung rudalku ke dalam vaginanya. Ketika kutekan dengan sedikit paksaan, Dewi menjerit kesakitan, kemudian aku menghentikan sejenak seranganku sampai kulihat ia sudah siap kembali, dan perlahan-lahan kumasukkan batang rudalku. Dewi kembali merintih menahan sakit.

    Aku bertanya, “Dewi, kamu mau diterusin atau nggak..?”

    Ia menjawab, “Terusin dong sayang, tapi pelan-pelan ya..!”

    Akhirnya dengan perjuangan yang cukup melelahkan, aku berhasil memasukkan setengah batang kemaluanku, dan aku mendiamkan sejenak aktifitasku. Aku merasakan dari vagina Dewi keluar darah segar pertanda keperawanannya sudah hilang.

    Dinding vaginya yang lembut dan hangat memijat-mijat batang kemaluanku. Aku tidak terlalu memaksa untuk membenamkan seluruh rudalku ke dalam vaginanya. Mungkin ukuran rudalku yang lumayan panjang, sehingga membuat sakit vagina Dewi yang baru pertama kali melakukan seks.

    Kemudian aku mulai menaik-turunkan pantatku secara perlahan dan beraturan. Dan secara perlahan-lahan aku membenamkan rudalku sedalam-dalamnya, hingga akhirnya seluruh batang kemaluanku amblas ke dalam vagina Dewi. Dewi sudah mulai terbiasa dengan rudalku, malah ia mulai memutar pinggulnya, sehingga semakin menambah kenikmatan pergumulan kami saja.

    Aku semakin bersemangat untuk memainkan rudalku dengan cepat. Permainanku diimbangi Dewi dengan menjepit pantatku dengan kedua kakinya. Aku merasakan rudalku semakin mentok saja mengenai ujung rahimnya.

    Kami berganti posisi dengan cara sambil duduk. Dewi semakin terlena, karena posisi tersebut membuat rudalku semakin bergesekan dengan klitorisnya, sehingga hal itu membuat Dewi semakin terbakar birahinya.

    Kami sempat beristirahat sejenak, karena posisi tersebut banyak menguras tenaga kami. Sambil istirahat aku meremas-remas dan menjilati serta menghisap puting susuya secara bergantian. Setelah tenaga kami terkumpul, kami melanjutkan kembali dengan lebih menggebu-gebu.

    Setelah kira-kira 25 menit kami bergumul hebat, aku mulai merasakan spermaku akan keluar, begitupun dengan Dewi, ia mulai mendekati orgasmenya. Aku merasakan dinding vaginanya yang berdenyut kencang dan semakin banjir.

    Aku berkata setengah berbisik, “Dewi, aku sudah mau keluar nih, kita keluarinnya sama-sama ya..?”

    Dewi menjawab dengan terputus-putus, “Ia.. sa.. yaa.. ngg.. sshh.. cepetan dong keluarinnya aku.. sebentar lagi selesai nih..!”

    Dengan nafas yang tidak beraturan, aku menjawab, “Tahan sebentar ya sayang.., aku juga sudah mau keluar..”

    Tidak lama kemudian aku memuntahkan spermaku ke dalam rahimnya, dan aku pun merasakan cairan hangat dari dalam vagina yang mengenai rudalku.

    “Ooohh.. shh..” hampir bersamaan kami melenguh mengakhiri perjalan yang melelahkan dan penuh kenikmatan.

    “Sayang.., vaginaku hangat banget sama spermamu..” Dewi memberikan komentar puas dengan keperkasaanku.

    Kemudian kami beristirahat sejenak sambil memberikan pujian kepuasan masing-masing. Tetapi tanganku dan Dewi masih meraba-raba dan mengusap kemaluan kami satu sama lain, sehingga birahi kami kembali timbul.

    Kali ini Dewi yang mendahului dengan menjilat dan melumat hampir seluruh rudalku ke dalam mulutnya. Bukan hanya itu saja, ia juga dengan sangat agresif menciumi seluruh tubuhku.

    Aku mendorong tubuhnya ke samping hingga ia telentang. Kini giliranku untuk menciumi seluruh tubuhnya. Payudara Dewi yang sudah mengeras dan puting susu menjulang tinggi, membuatku semakin bernafsu untuk meremas,

    Menjilati serta menghisap-hisap puting susunya hingga puting susu Dewi semakin terlihat basah dan mengkilap. Jari-jari tanganku dengan nakal memainkan klitoris dan menyodok-nyodok ke dalam vaginanya yang sudah banjir.

    Dewi semakin kelojotan dan mulai memohon-mohon kepadaku untuk segera memasukkan rudalku ke dalam lubang kewanitaannya. Aku merubah posisi dengan tidur telentang, sementara Dewi berjongkok sambil mengangkang untuk mengambil posisi memasukkan zakarku ke vaginanya.

    Dengan tidak sabar Dewi meraih batang kemaluanku dan dituntun ke arah vaginanya. Ketika rudalku mulai memasuki vagina Dewi yang pinggirannya ditumbuhi bulu-bulu lebat, aku merasakan dinding vaginanya yang sudah banjir menghangatkan dan memijat-mijat batang zakarku.

    Dewi mulai menggerakkan pinggulnya yang montok ke atas ke bawah, dan memutarnya ke kiri dan ke kanan. Sedangkan tanganku mulai meremas-remas sepasang payudara yang besar dan kencang. Dewi dengan sangat bernafsu menekan pantatnya kuat-kuat, sehingga rudalku seluruhnya amblas ditelan vaginanya.

    Kali ini Dewi yang memegang peranan, aku menurutinya saja, karena kulihat dengan posisinya yang di atas ia sangat bergairah sekali. Aku mengangkat badanku untuk melumat puting susunya. Perbuatanku semakin membuat Dewi mabuk kepayang.

    Ia memeluk kepalaku ke arah payudaranya. Pantatnya semakin cepat ditarik dan diputar-putar. Hingga akhirnya ia mencapai orgasme yang kedua kalinya.

    Aku yang belum mencapai klimaks membuat keputusan berganti posisi dengan dogie style. Dewi mengambil posisi menungging, kemudian kuarahkan rudalku ke vaginanya lewat belakang. Aku sangat bernafsu sekali melihat pantatnya yang lebar dan sexy.

    Tangan kananku memegang dan menepuk-nepuk pantatnya, sedangkan tangan kiriku meremas-remas payudaranya. Gerakan tersebut kulakukan secara bergantian. Ternyata posisi tersebut membuat Dewi bangkit kembali gairahnya, karena klitorisnya terkena gesekan rudalku.

    Kali ini Dewi mulai memberikan perlawanan. Ia menggoyang-goyangkan pantatnya maju mundur berlawanan dengan arah goyangan pantatku. Ketika Aku mendorong pantatku ia menyodorkan pantatnya ke belakang, dan ketika Aku menarik pantatku ke belakang ia menarik pantatnya kedepan.

    Irama nafas kami semakin cepat, kami melakukan goyangan dengan cepat, sehingga setiap kali kucabut dan menyodok vaginya dengan rudalku timbul bunyi akibat vagina Dewi yang banjir oleh lendir birahi. Aku mulai merasakan spermaku akan segera keluar.

    Ternyata Dewi juga sudah merasakan ia akan mengalami orgasme yang ketiga kalinya. Tidak lama kemudian rudalku memuntahkan sperma secara berturut-turut di dalam vaginanya.

    Aku pun merasakan gerakan Dewi yang bergoyang-goyang pelan dan tegang, sedangkan punggungnya telihat melengkung seperti udang karena ia juga telah orgasme.

    Aku mencabut batang kemaluanku dari vaginanya setelah Aku tidak merasakan muncratan spermaku. Aku telentang lelah, sedangkan Dewi menjilati sisa-sisa spermaku yang masih keluar dari zakarku. Ia menghentikan aktifitasnya setelah spermaku tidak keluar lagi.

    Kami berpelukan erat sambil menghayati kenikmatan yang barusan kami lakukan. Kami melakukan bukan hanya sekali saja, tetapi entah sampai berapa kali. Permainan kami semakin lama bertambah hot saja, karena ternyata Dewi mulai terbiasa dan ketagihan dengan keperkasaan rudalku.

    Kami memutuskan pulang setelah merasa sudah sama-sama lemas dan puas. Andai saja kami melakukannya pada malam minggu, mungkin kami akan terus melakukannya sampai pagi.

    Setelah kejadian pada malam itu, hingga kini kami jadi sering melakukannya sampai pagi. Aku melakukan hubungan seks dengan Dewi dengan system kalender, hal itu kami lakukan untuk menghindari kehamilan.

    Aku semakin ketagihan, karena tunanganku adalah tipe gadis pendiam dan alim, dan aku tidak pernah mendapatkan pelayanan darinya. Kemanapun aku pergi, termasuk chek-in, aku selalu membawa laptop.

    Komputer tersebut kupergunakan untuk memantau perkembangan usahaku, selain itu juga digunakan untuk mengetik ceritaku dan memutar film blue sebagai pembakar hasrat birahi kami.

    Tentu saja perbuatanku yang sedang menceritakan seks kami tidak diketahui oleh Dewi, karena ia masih tertidur untuk istirahat sejenak.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Menangis di Perkosa di Lapangan Bola

    Cerita Sex Menangis di Perkosa di Lapangan Bola


    1175 views

    Perawanku – Cerita Sex Menangis di Perkosa di Lapangan Bola, Malam hari yang sudah sangat sepi di pasar tanpa ada penerangan terdengar tangisan wanita yang menyendu nyendu tepat di lapangan sepak bola yang biasanya di pakai oleh warga setempat, terlihat dua sosok tubuh manusia sedang bertindihan, sesosok lelaki yang berusia sekitar 40 tahunan menindih sesosok remaja wanita yang kira-kira berumur 14 tahun.

    ” Huhuu….huuuu…. Aduh..aduuuhhh, sakit mas….! ” Desah Reza yang terdengar serak di sela tangisnya yang tak berhenti..

    ” Huu…huuu..ampunnn, mas. Saya mohon kebaikan hati mas…! ” Teriak Reza dengan suara yang serak karena dari tadi ia berteriak-teriak sambil menangis.

    Topan terus saja mengenjot tubuh mulus & putih Reza tanpa menghiraukan kata-kata yang memohon iba tersebut.

    Sambil terus memompa diciumnya dengan dalam rambut panjang lurus berwarna hitam berkilau seakan menghirup aroma surgawi ” Shhhh…shhh ! Jangan kamu berisik, tenang saja setelah ini selesai, ku antar kamu balik ke lampung setelah itu kita menikah “.

    ” Breett…Brett ! ” robeklah daster yang dikenakan reza.

    ” Haaaa….jangann…jangannn…ampunnn, masss! ” Serak Suara Reza mengeras kembali..

    Topan acuh ditariknya BH hitam Reza yang berukuran 34 C, dada Reza yang besar menyembul tergoyang-goyang & langsung dihisap oleh Topan..

    ” Aaaahhhhhh… ! ” Topan sampai pada puncak pendakiannya, tubuhnya diam sejenak sebelum luluh & menindih tubuh reza & mengeluarkan cairannya tanpa mencabut penisnya yang masih berada didalam vagina Reza.

    ” Auuuwwww…. Gila kamu, mas ! Gilaaaa…Huuuu…Huuuuuuu !! ” Reza meronta hebat, membuat tubuh Topan terhuyung ke samping. Secepat itu pula Reza bangun, & terduduk kedua telapak tangannya menutup wajah cantik yang samar-samar tampak di bawah terang cahaya rembulan.

    ” Lebih baik kamu bunuh saja aku, mas ! Bunuh saya sekarang, karena saya tak kuat menanggung malu ini !! & saya tak mau kamu peristri !! ” jerit Reza serak.

    ” Baiklah, saya hendak bertanggungjawab kamu menolak ! saya akan bertanggungjawab laporkan saja saya ke polisi, saya tak akan menghindar! Tetapi coba kamu pikir lagi akibatnya, kamu akan menanggung malu seumur hidupmu karena peristiwa ini apabila diketahui umum. Belum lagi kalau hari ini ternyata benihku tertanam dalam rahimmu ! Anak itu tak akan memiliki seorang ayah !” Topan menghela napas pelan.

    ” Kamu tunggu disini, saya akan mencarikanmu baju ! Pikirkanlah yang terbaik, maaf kalau saya memaksamu menerimaku dengan cara seperti ini ” Topan beranjak sambil memakai bajunya.

    ” Huuuu…huuuu…Bapakkkkk..tolonngg..tolongg ! ” Tangisan Reza si bocah remaja yang baru saja mengenal dunia itu semakin kencang selama beberapa saat..entah berapa lama sampai terdengar…

    ” Kukuruyukkkkk ” Kokok ayam bersahutan.. Dengan tubuh gemetar & masih menangis menahan sakit, Reza mengenakan kembali celana dalam & BHnya. Dilihatnya ada pakaian tak jauh darinya, ia bergerak mengambil lalu memakai pakaian tersebut tampak Topan berdiri agak jauh dari Reza. Asap rokok mengepul dari wajah murungnya yang memperhatikan Reza.

    ia menghampiri Reza mencoba untuk mengandengnya, tetetapi ditepis Reza dengan kasar…Lalu Topan terdiam tak berani lagi ia mencoba menghibur Reza dari kesedihan akibat kesalahannya tersebut. Reza berjalan sambil melamun…entah memikirkan apa..

    Keesokan harinya Topan mencari Reza di seluruh penjuru pasar,

    ” Bude, lihat Reza tak ? “.

    ” Reza yang mana, Mas Topan ? ” tanya wanita penjual sayur tersebut dengan segan. Maklum Topan adalah seorang penyalur Sayuran untuk pasar sana.

    ” Reza asal Lampung yang membantu bibinya jualan di lapak belakang. Yang anaknya cantik & baru tumbuh dewasa itu “.

    ” Oh, kata diah bibinya ia pulang kampung hari ini. Ibunya meninggal tadi subuh ! “.

    ” Innalilahi Wa Innalilahi Roji’un ! Atur nuhun, Bude !

    ” Topan berjalan dengan gontai, sembari menghembuskan asap rokoknya wajahnya tampak galau.

    Sembilan bulan kemudian, ” Uwaaaa…Uwaaa ! ” terdengar teriakan tangis seorang bayi yang baru lahir…

    ” Wanita..wanita ! ” teriak sang Dukun beranak dari dalam kamar.

    ” Alhamdullilah, ternyata cucuku seorang wanita ! ” sahut lelaki tua yang masih tegap dengan uban menghiasi rambutnya.

    ” Bagaimana Rezanya, Bu ? ” teriak Pak Piki dari luar kamar. ” ………… ” tak terdengar ada jawaban.

    ” Anak saya bagaimana, Bu ? Rezannn ? ”

    ” Iya, bapak.. ” Reza menyahut.

    ” Syukur, Alhamdullilah ! ” Terdengar tawa Pak Piki dari luar kamar. Tak berapa lama, Pak Piki masuk kekamar sambil menggendong cucunya yang baru lahir tersebut.

    ‘ Reza, ayah yang beri nama anak ini ya ? Ini adalah cucu pertama ayah, kalau kamu memberi izin tentu ayah akan senang sekali ! ”

    ” Silakan, Bapak saja yang beri nama ” Reza berkata lemah.

    Kemudian Pak Piki tampak membisikkan sesuatu ke bayi itu, & ia berkata ” Kita panggil ia dengan nama Nur Wulan Rezaa. Bagaimana, cah ayu ? ”

    ” Iya, bapak. Saya juga suka dengan nama itu . ”

    Delapan bulan kemudian

    ” Nur, awas kamu nanti jatuh ! ” teriak Reza sambil membawa ember berisi cucian melihat anaknya yang merangkak dekat dengan tangga.

    Lalu dengan kesal diletakkannya ember cucian tersebut kemudian Ia menggendong anaknya. ” Uwaaaa…uwaaa ! ”

    Nur menangis tak mau digendong, Reza bertambah kesal karena segera ingin ke sungai untuk mencuci & tak mau diganggu lebih lama oleh anaknya.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Menantu Jadi Budak Seks

    Cerita Sex Menantu Jadi Budak Seks


    1307 views

    Perawanku – Cerita Sex Menantu Jadi Budak Seks, Ini adalah kisahku tentang bagaimana aku mendapatkan kenikmatan dari menantuku istri dari anak ku sendiri. mari kita simak ceritanya, woyooo.

    Dina mematut diri di depan cermin. Ini adalah hari yang paling di nantikannya, hari pernikahannya. Ada banyak alasan kenapa akhirnya dia bersedia menikah dengan Doni. Dan seks adalah salah satunya, meskipun Doni hanya mempunyai sebuah penis yang kecil saja. Namun seks dengan lelaki lain Website Judi Online 303 menjadi jauh lebih menyenangkan meskipun sejak Doni telah menyematkan sebuah cincin berlian di jarinya. Dia merasa bersalah dan membutuhkannya dalam waktu yang bersamaan, setiap kali dia merasakan cincin tersebut di jarinya saat lelaki lain sedang meyetubuhi vaginanya yang dijanjikannya hanya untuk Doni.

    Dia ingat saat malam dimana Doni melamarnya. Dia tersenyum, mengangguk dan berkata “ya”, menciumnya dan menikmati bagaimana nyamannya rasa memakai cincin berlian yang sangat mahal tersebut. Dan setelah makan malam bersama Doni itu, dia langsung menghubungi Alan, begitu mobil Doni hilang dari pandangan, mengundangnya datang ke rumah kontrakannya. Dina menunggu Alan dengan tanpa mengenakan selembar pakaianpun untuk menutupi tubuhnya yang berbaring menunggu di atas tempat tidurnya, cincin berlian yang baru saja diberikan oleh Doni adalah satu-satunya benda yang melekat di tubuh telanjangnya. Ada desiran aneh terasa saat matanya menangkap kilauan cincin berlian itu waktu tangannya menggenggam penis gemuk Alan. Tubuhnya tergetar oleh gairah liar saat tangannya mencakup kedua payudaranya dengan sperma Alan yang Panduan Judi 303 melumuri cincin itu. Dan oergasme yang diraihnya malam itu, yang tentu saja bersama lelaki lain selain tunangannya, sangat hebat – tangan yang tak dilingkari cincin menggosok kelentitnya dengan cepat sedangkan dia menjilati sperma Alan yang berada di cincin berliannya. Dia menjadi ketagihan dengan hal ini dan berencana akan melakukannya lagi nanti pada waktu upacara perkawinannya nanti.

    Saat ini, dia memandangi pantulan dirinya di dalam cermin mengenakan gaun pengantinnya. Dia terlihat menawan, dan dia sadar akan hal itu. Dina tersenyum. Dia membayangkan nanti pada upacara pernikahannya, teman-teman Doni akan banyak yang hadir dan akan banyak lelaki lain yang akan dipilihnya salah satunya untuk memenuhu fantasi liarnya. Vaginanya berdenyut, dan dia membayangkan apa yang akan dilakukannya untuk membuat hari ini lebih komplit dan sempurna, saat lonceng berbunyi nanti.

    Saat dia membuka pintu, Papah Doni, Darma, sedang berdiri di sana, bersiap untuk menjemputnya dan mengantarnya ke gereja. Dina menarik nafas dalam-dalam. Dia tahu lelaki di hadapannya ini sangat merangsangnya – beberapa bulan belakangan ini dia telah berusaha untuk menggodanya, dan dia pernah mendengar lelaki ini melakukan masturbasi di kamar mandi saat dia datang berkunjung ke rumah Doni, menyebut namanya. Dina belum pasti apakah mudah nantinya untuk menggoda Darma agar akhirnya mau bersetubuh dengannya, tapi sekarang dia akan mencari tahu tentang hal tersebut. Dia tersenyum lebar saat menangkap mata Darma yang manatap tubuhnya yang dibalut gaun pengantin ketat untuk beberapa saat.

    “Papah” tegurnya, dan memberinya sebuah ciuman kecil di pipinya. Parfumnya yang menggoda menyelimuti penciuman Darma. “Papah datang terlalu cepat, aku belum siap. Tapi Papah dapat membantuku.” Digenggamnya tangan Darma dan menariknya masuk ke dalam rumah kontrakannya, tempat yang Bandar Judi Online 303 akan segera ditinggalkannya nanti setelah menikah dengan Doni.

    Darma mengikutinya dengan dada yang berbar kencang. Ini adalah saat yang diimpikannya. Dia heran bagaimana anaknya yang pemalu dan bisa dikatakan kurang pergaulan itu dapat menikahi seorang wanita cantik dan menggoda seperti ini, tapi dia senang karena nantinya dia akan mempunyai lebih banyak waktu lagi untuk berdekatan dengan wanita ini. “Apa yang bisa ku bantu?”

    Dina berhenti di ruang tengahnya yang nyaman lalu duduk di sebuah meja.

    “Aku belum memasang kaitan stockingku… dan sekarang, dengan pakaian ini… aku kesulitan untuk memasangnya.”

    Suaranya terdengar manis, tapi matanya berkilat liar menggoda. Diangkatnya tepian gaun pengantinnya, kakinya yang dibungkus dengan stocking putih dan sepatu bertumit tinggi langsung terpampang.

    “Bisakah Papah membantuku memasangnya?”

    Darma ragu-ragu untuk beberapa waktu. Jantungnya berdetak semakin cepat. Apakah ini sebuah “undangan” untuk sesuatu yang lain lagi, ataukah hanya sebuah permintaan tolong yang biasa saja? Dia mengangguk.

    “Oh, tentu…” dia berlutut di hadapan calon istri anaknya dan bergerak meraih kaitan stockingnya. Jemarinya sedikit gemetar saat Dina dengan pelan mengangkat kakinya . Darma berusaha untuk memasangkan kaitan stocking itu.

    Dina menggigit bibir bawahnya menggoda, dan lebih menaikkan gaunnya, menampakkan paha panjangnya yang dibalut stocking putih. Dia dapat merasakan sebuah perasaan yang tak asing mulai bergejolak dalam dadanya., sebuah tekanan nikmat yang membuat nafasnya semakin sesak, membuat nafasnya semakin memburu, dan membuatnya semakin melebarkan kakinya. Dia dapat merasakan cairannya mulai membasahi. Kaitan itu akhirnya terpasang di sekitar lututnya. Darma menghentikan gerakannya, tak yakin apakah dia sudah memasangkan dengan benar.

    “Papah, seharusnya lebih ke atas lagi…” tangan calon Papah mertuanya yang berada sedikit dibawah vaginanya membuatnya menjadi berdenyut dengan liar.

    Keragu-raguan itu hanya bertahan untuk beberapa saat saja. Tangan Darma menarik kaitan itu semakin ke atas Agen Judi Pulsa saat calon istri anaknya meneruskan mengangkat gaun pengantinnya semakin naik. Dia menelan ludah membasahi tenggorokannya yang terasa kering saat akhirnya kaitan itu terpasang pada tempatnya di bagian paling atas stockingnya. Dia yakin dapat mencium aroma dari vagina Dina sekarang, yang membuat jantungnya seakan hendak melompat keluar dari dadanya. Tangannya berhenti, kaitan stocking itu melingari bagian atas paha Dina… dan dia merasakan bagian gaun pengantin itu terjatuh saat Dina melepaskan sebelah pegangannya untuk meraih bagian belakang kepalanya dan mengarahkan wajah Papah calon suaminya mendekat ke vaginanya, dan Darma menemukan tak ada celana dalam yang terpasang di sana.

    Dina melenguh dan memejamkan matanya saat harapannya terkabul. Darma tak memprotes atau menolaknya, lidahnya menjilat tepat pada bibir vaginanya, dan Dina semakin basah dengan cairan gairahnya. Dengan sebelah tangan yang masih menahan gaun pengantinnya ke atas, dan yang satunya lagi menekan wajah calon mertuanya ke vaginanya yang terbakar, dia mulai menggoyangkannya perlahan. Ini serasa di surga, dan menyadari apa yang diperbuatnya tepat di hari pernikahannya membuat tubuhnya semakin menggelinjang. Dia mengerang saat lidah Darma memasuki lubangnya, dan lidah itu mulai bergerak, menghisap bibir vaginanya, menjilati kelentitnya, wajah Darma belepotan dengan cairan kewanitaan calon istri anaknya di ruang tengah rumah kontrakannya.

    Semakin Dina menggelinjang, semakin keras pula Darma menghisapnya.

    “Oh ya Papah… jilat vaginaku… buat aku orgasme sebelum aku mengucapkan janjiku pada putramu… kumohon…” perasaan salah akan apa yang mereka perbuat membuat Dina dengan cepat meraih orgasmenya, dan hampir saja dia rubuh menimpa Darma. Ini bukan seperti orgasme yang biasa diraihnya, ini seperti rangkaian ombak yang menggulung tubuhnya, merenggut setiap sel kenikmatan dari dalam tubuhnya.

    Cairan Dina terasa nikmat pada lidah Darma, dia menjilat dan menghisap vaginanya seperti seorang lelaki yang kehausan. Penisnya terasa sakit dalam celananya, cairan pre cum nya membasahi bagian depan tuxedonya.

    Dina kembali menggelinjang, lalu dengan pelan bergerak mundur, membiarkan gaun pengantinnya menutupi Papah Doni. Lalu dia membuka resleting di bagian belakang gaunnya dan membiarkannya jatuh menuruni tubuhnya. Dia melangkah keluar dari tumpukan gaun pengantinnya yang tergeletak di atas lantai, hanya mengenakan sepatu bertumit tingginya, bra, dan tentu saja stocking beserta kaitannya yang baru saja dipasangkan Darma pada pahanya. Dina tersenyum padanya, vaginanya berkilat dengan cairannya.

    “Aku akan ke kamar mandi untuk membetulkan make-up, kalau Papah memerlukan sesuatu…” dia berkata dengan mengedipkan matanya. Darma menatapnya melenggang dan menghilang di balik pintu, begitu feminim dan menggoda. Hanya beberapa detik kemudian dia menyusulnya.

    Saat dia memasuki kamar mandi dan berdiri di depan sebuah cermin di atas washtafel, dan sudah mengenakan sebuah celana dalam berwana putih. Darma tahu kalau ini adalah salah satu godaannya yang manis, dan dia telah siap untuk bermain bersamanya.

    Dina melihatnya masuk, dan dengan sebuah gerakan yang cantik membuka lebar pahanya. Darma melangkah ke belakangnya, Panduan Judi Pulsa mata mereka saling terkunci dalam masing-masing bayangannya dalam cermin. Tangan Darma bergerak ke bagian depan tubuhnya, menggenggam payudaranya yang masih ditutupi bra. Dina tersenyum. “Tapi Papah, bukankah ini tak layak dilakukan oleh seorang Papah calon pengantin pria?”

    Darma memandangi bagaimana bibir Dina yang membuka saat bicara, mendengarkan hembusan hangat nafasnya, seiring dengan tangannya yang meremasi payudaranya dalam balutan bra. “Tak se layak apa yang akan kulakukan padamu.”

    Dina menggigit bibirnya dan mendorong pantatnya menekan penisnya yang mengeras.

    “Aku nggak sabar,” bisiknya.

    Sejenak kemudian Dina merasakan tangan calon Papah mertuanya berada di belakangnya saat dia melepaskan sabuk dan membiarkan celananya jatuh turun. Dengan mudah tangan Darma menarik celana dalamnya ke samping. Dina menarik nafas dalam-dalam saat dia merasakan daging kepala penisnya menekan bibir vaginanya yang masih basah.. Dia mengerang dan memegangi tepian washtafel saat dengan perlahan Darma mulai mendorongkan batang penis itu memasukinya. Dina merasakan bibir vaginanya menjadi terdorong ke dalam, merasakan dinding bagian dalamnya melebar untuk menerimanya.

    “Apa ini terasa lebih baik dari penis putaku?” Darma tersenyum puas. Dia tahu se berapa ukuran penis putranya, dan dia yakin kalau putranya mewarisinya dari garis ibunya. Vagina calon istri putranya terasa sangat menakjubkan pada batang penisnya, dengan cepat dia sadar kalau dia layak untuk menyetubuhi calon menantunya lebih sering dibandingkan putranya. Dan dia mendapatkan firasat kalau dia bisa melakukannya kapanpun mereka memiliki kesempatan.

    “Oh brengsek!!! Ya Papah… ayo… beri aku yang terbaik untuk merayakan pernikahanku dengan putra kecilmu.” dia lebih membungkuk ke bawah, dan merasakan tangan Darma pada pinggulnya. Dia mencengkeramnya dengan erat dan mulai memompanya keluar masuk. Mereka sadar akan terlambat menghadiri upacara pernikahan, tapi Darma memastikan vagina sang mempelai wanita benar-benar berdenyut menghisap sehabis persetubuhan keras yang lama. Dina mengerang dan menjerit dan bergoyang pada batang penis itu, mengimbangi gerakannya. Mereka saling memandangi bayangan mereka berdua di dalam cermin saat menyalurkan nafsu terlarang mereka.

    Dina merasa teramat sangat nakal, disetubuhi dengan layak dan keras oleh Papah calon suaminya tepat sebelum upacara pernikahannya. Darma merasakan vaginanya mengencang pada batang penisnya, dan kali ini, dia merasa seluruh tubuh Dina mengejang sepanjang orgasmenya. Wanita ini adalah pemandangan terindah yang pernah disaksikannya, punggungnya melengkung ke belakang ke arahnya seperti sebuah busur panah yang direntangkan, matanya melotot indah, mulutnya ternganga dalam lenguhan bisu. Darma bahkan dapat merasakan pancaran dari orgasmenya menjalari batang penisnya saat dia tetap menyetubuhinya.

    Dia telah membuatnya mendapatkan orgasme seperti ini selama tiga kali, hingga dia nyaris rubuh di atas washtafel, menerima hentakannya, vaginanya hampir terasa kelelahan untuk orgasme lagi. Tapi Darma tahu bagaimana membawanya ke sana.

    “Kamu mengharapkan spermaku, iya kan, Dina? Kamu ingin agar aku mengisimu dan membuat vaginamu terlumuri spermaku yang sudah mengering saat berjalan di altar pernikahanmu, benar kan wanita jalangku?”

    “Oh ya… yaaa!” sang pengantin wanita mulai kesulitan bernafas, dan Darma dapat merasakannya menyempit. Darma melesakkan batang penisnya sedalam yang dia mampu, dengan setiap dorongan yang keras, dan segera saja dia merasakan sensasi terbakar itu A?a,?aEs dan dia tahu dia tak mampu menahannya lebih lama lagi. Tepat saat penisnya melesak jauh ke dalam vagina calon istri putranya, menyemburkan cairan sperma yang banyak ke dalam kandungannya, dia merasakan tubuh Dina menegang dan orgasme untuk sekali lagi.

    Dicabutnya batang penisnya keluar, menyaksikan lelehan sperma yang mengalir turun di pahanya menuju ke kaitan stocking pernikahannya. Darma tersenyum. “Aku akan menunggu di mobil, Dina…”

    Perlahan Dina bangkit, masih menggelenyar karena sensasi itu, wajahnya memerah, lututnya lemah, vaginanya berdenyut dan bocor. “Mmm, baiklah Papah.”

    Dia memutuskan untuk melakukan “tradisinya” dan dan mengorek sperma Papah Doni dari pahanya dengan jari tangan kirinya yang dilingkari oleh cincin berlian pemberian Doni.

    Saat Darma melihat mempelai wanita putranya masuk ke dalam mobil, sudah rapi dan bersih, terlihat segar serta berbinar wajahnya dan siap untuk upacara pernikahan, sedangkan bayangannya yang terpantul dari kaca mobil adalah saat Dina memandang tepat di matanya dan menjilat spermanya dari cincin berlian pemberian putranya itu…

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Mencicipi Perawan BerJilbab

    Cerita Sex Mencicipi Perawan BerJilbab


    1664 views

    Perawanku – Cerita Kisah nyataku ini akan aku sampaikan pada khalayak pembaca cerita dewasa pada awalnya aku enggan unutk menceritakan kisahku ini karena aku takut kalau ada yang tersinggung atau terlibat, maka dari itu aku memakai nama samara bukan asli, karena dalam ceritaku ini melibatkan banyak orang.

    ini aku menjadi korban seks kisah ini aku alami 2 tahun kemarin saat aku masih menjadi seorang mahasiswa D3 di perguruan tinggi daerah bandung, Aku saat itu, kurang memiliki banyak teman wanita, karena memang aku tidak terlalu pede jika berada di dekat wanita.

    Teman-temanku kebanyakan laki-laki, kami selalu melakukan semua kegiatan bersama-sama. Dari belajar bersama sampai makan-makan.Lama kelamaan akupun memiliki beberapa kenalan teman wanita yang juga teman sekelasku. Diantaranya yang bernama Nisa. Nisa dan juga teman-teman wanita ku sebagian besar memakai jilbab, dan mereka rata-rata anak pengurus masjid kampus.

    Awalnya, Nisa dan aku tidak terlalu dekat, biasa saja. Justru aku lebih dekat dengan teman-temannya. Hal ini dikarenakan, perawakan Nisa yang biasa-biasa saja. Karena selalu memakai baju gamis jilbab, maka bentuk tubuhnya pun tidak terlalu kelihatan.

    Namun semakin hari, aku semakin tahu bagaimana karakter Nisa, mulailah kita berdua menjadi akrab, namun tetap, aku tidak naksir dia.Sampai suatu hari aku main ke rumah kontrakannya, di rumah itu Nisa hanya tinggal berdua dengan kakaknya, Fifi, Teh Fifi pun memakai jilbab.

    Nampaknya keluarga Nisa sangat soleh sekali. Nisa, walaupun memakai jilbab dan cenderung sering berbicara mengenai agama, tidak terlalu fanatis, Ia masih suka mendengarkan musik2 pop yang lagi tren saat itu. Itulah yang membuat aku bisa merasa nyaman dekat dia, karena sebenarnya aku termasuk orang yang kurang dalam ilmu agama.  Agen Obat Kuat Pasutri

    Semakin hari semakin sering menghabiskan waktu berdua, anehnya yang muncul dibenakku bukanlah rasa cinta atau suka, seperti yang biasa terjadi di cerita cinta- cerita cinta pada umumnya, namun rasa ingin mencium bibirnya dan menghirup aroma pipinya yang aku lihat dari dekat, jarang sekali Ia menggunakan make-up. Kulit wajahnya tidak terlalu halus, kuning langsat dan sedikit berminyak. Namun aku sering mencium sedikit aroma keringatnya saat ia mendekatkan wajahnya atau tubuhnya atau saat melewatiku.

    Nampaknya Nisa tidak menyadari bahwa aku semakin memiliki motif menyentuh bagian-bagian tubuhnya yang tertutup dengan jilbabnya.Setiap habis pulang dari rumahnya, aku selalu merenung di kamar dan melamun bagaimana rasanya mencium bibirnya dan menghirup aroma kulit pipinya.

    Bagaimana bentuk tubuhnya; Bagaimana rambutnya jika jilbabnya dilepas. Semuanya itu menjadi angan-angan yang ujung-ujungnya membuat aku berhasrat, sampai aku melakukan onani sendiri di kamar.

    Kuambil minyak bayi yang ada di atas meja belajar, lalu aku membuka celanaku, duduk dikursi sambil mengocok-ngocok penisku. Perlahan sambil membayangkan Nisa ada diselangkanganku sambil mengulum penisku.

    Cerita Sex Mencicipi Perawan BerJilbab

    Cerita Sex Mencicipi Perawan BerJilbab

    Tentunya aku dibantu oleh media, yaitu vcd porno. Terus terang, habis aku ‘keluar’ karena membayangkan Nisa, ada rasa deg-degan merasa berdosa, namun entah kenapa aku selalu terus lakukan. Aku sadar, kalo aku tidak punya foto Nisa.

    Demi mendapat foto Nisa, aku teringat ada foto kelas yang baru saja jadi, lalu aku sibuk mencari-cari di mana aku letakkan foto itu. Ketemu! Ada Nisa disitu, lalu aku pergi ke warnet untuk men-scan foto tersebut. Setelah disimpan di disket (waktu itu belum ada Flash disk), aku pulang dan kubuka di kamar.

    Dengan menggunakan software Adobe Photoshop, aku rekayasa foto Nisa, yang wajahnya aku taruh di foto telanjang perempuan asia lainnya. Jadilah foto telanjang Nisa, dengan jilbab yg masih dikenakan di kepala, namun dada ke bawah telanjang.Begitu melihat hasil foto tersebut sontak aku jadi ingin onani lagi, kuambil minyak bayi-ku dan aku onani di kamar. (bahkan saat aku menulis cerita inipun, penisku mulai berdeyut tegang). Sejak saat itu, aku mulai ingin terus ketemu Nisa, dengan berbagai cara.

    Bahkan saat aku main lagi ke rumahnya, aku diam-diam mencuri kaosnya yg digantung di kamarnya, saat Nisa lagi cuci piring, ku sembunyikan di tas, dan kujadikan media onani di kamar kosku. Aku membayangkan meraba-raba tetek Nisa. “Akkhh.. ndaaa…” Setelah itu aku cipratkan spermaku saat klimaks onani ke kaos Nisa tersebut.

    Hal itu kuulangi sampai kaos Nisa menguning akibat spermaku yang mengering.Suatu hari, saat aku main ke rumah Nisa, syukurlah hujan lebat, saat itu aku pura-pura mau berteduh di rumah Nisa sampai hujan berhenti.

    Saat itu di rumahnya hanya kami berdua, kakanya, Teh Fifi sedang kuliah. Lalu aku pura-pura ngantuk dan ketiduran di karpet ruang tamunya. Aku lakukan ini karena aku tahu tadinya Nisa mau mandi, karena ia sudah mengalungi handuk (Nisa tetap mengenakan jilbab meskipun di rumah).

    Benar, Nisa yang masih mengira aku tidur, masuk ke kamar mandi. Pintu kamar mandi Nisa sebenarnya agak sulit untuk diintip, namun aku mencoba mengintip dari lubang kuncinya (tipe kuncinya masih tipe lama), aku geser besi kunci yang tergantung dari dalam dengan lidi, sedikit saja, aku lalu bisa melihat ke dalam kamar mandi. Ya Tuhan, aku liat puting susu Nisa, kulit tubuhnya lebih putih dari wajahnya, mungkin karena selalu tertutup jilbab.

    Aku deg-degan sekali saat mengintipnya mandi. Karena tidak tahan, aku segera pergi ke kamarnya, aku cari-cari benda yang bisa aku ‘semprotkan’ spermaku yang hendak keluar dari penisku ini. Lalu aku melihat mug/gelas milik Nisa, ku buka dalamnya ternyata teh manis yang baru saja dibuat Nisa untuk Nisa minum.

    Lalu aku onani dan menumpahkan spermaku ke dalam teh manis Nisa itu, entah apa pikiranku saat itu, namun aku ingin sekali Nisa menelan spermaku. “oooh…. Ndaaa”. Setelah masuk ke gelas, aku baru sadar, warna sperma dan teh sangat berbeda, teh Nisa jadinya seperti berbusa sedikit, aku aduk-aduk saja. Lalu aku tutup lagi mug/gelas itu dengan tutup gelas.

    Deg-degan sekali aku jika Nisa sadar saat meminum teh manisnya.Aku dengar Nisa selesai mandi, ia ternyata sudah berpakaian di dalam kamar mandi (termasuk sudah memakai jilbabnya). “Hey, Ki, udah bangun… bentar ya” Ia menyapaku dan masuk ke kamar.

    Hari itu, aku pulang sehabis hujan reda. Aku deg-degan, duh bagaimana jika Nisa sadar rasa teh-nya ada yg aneh. Tapi bodo amatlah.Besok-besoknya ternyata Nisa bersikap seperti biasa, nampaknya ia tidak menyadari.

    Apakah ia tidak meminum tehnya itu? Atau jangan2 kakanya yang minum, toh siapapun yg minum, biar kakaknya aku juga oke2 aja. Ini yg menjadi cikal bakal aku juga jadi punya niatan untuk membayangkan kakaknya menjadi salah satu dari fantasi onaniku.Sampai suatu hari aku dengar Nisa kecelakaan, Ia ditabrak motor hingga pingsan, mendengar kabar ini, aku dan Saiful (temanku juga) pergi ke rumah Nisa hari itu juga.

    Di rumah Nisa, Cuma ada Rawni (temanku sekaligus sahabat Nisa dr kecil) yang menjaga Nisa yang terbaring pingsan di kamar. Pipinya lecet dan banyak obat mereh di tangannya. Tubuhnya lemas, dan keringatan. Melihat ini, Ya Tuhan, aku sama sekali tidak empati, justru melihat Nisa lemas dan keringatan, aku jadi ingin mencium bau keringatnya dan menjilat wajahnya dan bibirnya.

    Apalagi ia tetap dalam mengenakan jilbabnya. Ingin kuraba dadanya yg basah oleh keringat, ah, penisku mengeras! Tiba-tiba, cobaan dari Tuhan semakin menjadi kenyataan, Rawni meminta tolong Saiful untuk pergi ke wartel untuk memberitahukan ke orang tua Nisa di Bekasi soal ini sekaligus pergi menebus resep dokter, aku pun dengan wajah munafik berpura-pura menjaga Nisa selama pergi. Tampaknya Rawni dan Saiful yakin denganku, karena selama ini di mata mereka aku selalu menjadi teman yang baik, dewasa dan terpercaya.

    Setelah kepergian Rawni dan Saiful, aku mulai mengunci pintu, dan mulai mendekati wajahku ke wajah Nisa, uummmph ternyata bau keringatnya tidak begitu wangi, tapi bikin aku jadi nafsu. Aku coba panggil-panggil nama Nisa,dan menggoyang sedikit mencoba mengetes apakah Nisa benar-benar masih pingsan.

    Setelah aku yakin, maka ku dekati bibirku ke wajah Nisa, lalu aku cium bibirnya, aku buka sedikit bibirnya pakai jariku, untuk kumasukkan lidahku, aku jilat-jilat seluruh wajah Nisa. Termasuk lubang telinga dan hidungnya.

    Aku raba teteknya, ternyata tidak begitu besar, dan empuk sekali. Penisku tegang sekali, sakit sekali rasanya dan mulai berminyak. Aku deg-degan luar biasa, maka aku buka celanaku, aku ingin onani di wajah Nisa, dan ingin menumpahkan spermaku di mulut Nisa.

    Namun ternya jadi lebih jauh dari itu, aku menyingkap gamis Nisa yang seperti rok, membuka celananya, aku liat celana dalamnya, vaginanya berbulu lebat sekali, dan baunya,… umph… pengap sekali rasanya, namun aku tidak perduli, celana dalamnya tidak aku buka, aku hanya menyingkap celana dalam Nisa sedikit agar aku bisa melihat vaginanya yang sangat tertutup dengan bulu kemaluan.

    Entah apa yang merasuki ku, aku dengan deg-degan luarbiasa, memasukkan penis ke vagina Nisa, susah sekali ternyata. “Eghhh.. ayo, nda” sambil aku bergumam.

    Aku ingin cepat-cepat selesai, takut ketahuan Rawni dan Syaiful soalnya. Akhirnya aku berhasil, kukangkangkan kaki Nisa, aku masukkan penisku, “aduh..ssh” sempit sekali yah ternyata, susah untuk di tarik ulur (keluar masukkan), walau tidak banyak bergerak, tidak sampai 30 detik spermaku langsung keluar, hangat dan banyak, aku banjiri vagina Nisa yang belum juga siuman dengan sperma hangatku.

    Deg2an sekali hatiku, apalagi aku kaget ternyata, penisku berdarah, namun setelah aku cermati, darah itu mengalir dari vagina Nisa, aku langsung ambil lap basah di dapur (masih dalam keadaan tidak bercelana) dan mengelap vagina Nisa dan selangkangannya. Aku pakaikan lagi celana Nisa seperti semula. Jujur, kakiku lemas sekali, hatiku deg-degan, dan nafasku tersengal-sengal.

    Rasanya bercampur antara takut dan senang. Herannya, setelah aku mengeluarkan spermaku di dalam vagina Nisa, Nisa jadi tidak menarik lagi buatku. Aku jadi merasa Ia sangat tidak menarik, dan bau keringatnya yang tadi sangat merangsangku, sekarang jadi sangat tidak mengenakkan.Rawni dan Saiful datang, mereka tidak curiga sama sekali.

    Dua bulan kejadian itu berlalu, Nisa hamil, awalnya Ia menutupi, karena aku tahu Ia bingung kenapa ia bisa hamil dan bahkan ia tidak percaya, karena ia merasa tidak pernah berhubungan seks. Apalagi ia berjilbab. Saat itupun tidak ada seorangpun yg curiga denganku, termasuk Nisa.

    Aku hanya tinggal memasang wajah innocent. Rawni temannyalah yang akhirnya menceritakan hal tsb kepada teman-teman dekatku, semua teman-teman di kampus kaget, Nisa tidak lagi masuk kampus sejak hari itu, Ia stress. Saat ini aku tidak tahu lagi bagaimana nasib Nisa.

    Apakah Ia melahirkan anak yang dikandungnya itu atau tidak. Ya, anak itu, anakku. Satu sisi aku masih merasa bersalah sampai detik ini, namun disisi lain aku tidak lagi memikirkannya. Nisa, seorang muslimah berjilbab yang layak untuk digagahi.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,