Author: perawanku

  • Cerita Sex Tante Aniez Memegang Penisku

    Cerita Sex Tante Aniez Memegang Penisku


    1081 views

    Perawanku – Keluarga kami, bertetangga dengan keluarga Pak Aniez, rumah sebelah, terutama mama dan Bu Aniez, walau usia mereka terpaut jauh, mama berusia 46 sementara Bu Aniez 32 tahun.

    Mama dan Bu Aniez sering belanja bersama atau sekedar jalan-jalan saja. Saya sering dimintai tolong untuk menyetir, walau mereka bisa mengemudi sendiri.

    “Ifan, kamu ada acara, nggak?” kata mama jika nyuruh saya.

    Mengantar mereka, saya suka, karena aku termasuk anak mama. Sayapun menjadi ikut-ikutan akrab dengan Rida, anaknya Bu Aniez yang baru berusia 5 tahun. Rida sering kuajak main. Di balik itu aku mulai senang juga, karena bisa bersama Bu Aniez yang cantik, putih bersih. Nampak anggun dengan pakaian jilbab modis rapat sekali. Di rumahpun dia sering mengenakan jilbab. Tingginya kira-kira 165 cm, tapi masih tinggian saya sedikit, beberapa centimeteran. Wajahnya cantik, mempesona dan indah, betapa indahnya yang tidak nampak, di balik pakaiannya, apalagi di balik beha? Ah pikirku agak galau.

    Lambat laun aku menjadi tertarik dengan Bu Aniez ini, gejala ini baru timbul dua bulan terakhir ini. Kami berdua sering beradu pandang dan saling melempar senyum. Entah senyum apa, aku kurang paham? Paling tidak bagiku atau saya yang terlalu GR. Sering suara memanggil lewat bibirnya yang indah

    “Ifan….” Itu yang menjadi terbayang-banyang, suara sangat merdu bagiku dan menggetarkan relung-relung hatiku.

    Ia di rumah, bersama Rida dan Parmi, pembantunya. Suaminya kerja di luar kota, pulangnya 2 minggu sekali atau kadang lebih.

    Pagi itu saya tidak ada jadwal kuliah, setelah mandi, sekitar pukul 08.00 saya keluar rumah, maksudku cari teman untuk kuajak ngobrol. Suasana sepi rumah-rumah di kompleks perumahan kami, banyak yang sudah tutup karena para tetangga sudah pada pergi kerja. Kalaupun ada, hanya pembantu mereka. Tetapi Bu Aniez, rupanya masih ada di rumah, karena mobilnya masih di carport. Mungkin dia belum berangkat kerja.

    Iseng-iseng aku masuk rumah itu setelah mengetuk pintu tak ada tanggapan. Aku langsung masuk, karena aku sudah terbiasa keluar-masuk rumah ini, bila disuruh mama atau sekedar main dengan Rida. Pagi itu Rida sudah pergi sekolah diantar Parmi. Di dalam rumah, terdengar suara gemercik air dari kamar mandi.

    “Siapa ya?” terdengar suara dari kamar mandi
    “Saya, Bu, Ifan, mau pinjam bacaan” jawabku beralasan.
    “O… silakan di bawah meja… ya”
    “Ya Bu, terima kasih…”kataku

    Sambil duduk di karpet, membuka-buka majalah, saya membayangkan, pasti Bu Aniez telanjang bulat di bawah shower, betapa indahnya. Tiba-tiba pikiran nakalku timbul, aku pingin ngintip, melangkah berjingkat pelan, tapi tak ada celah atau lubang yang akses ke kamar mandi. Justru dadaku terasa gemuruh, berdetak kencang, bergetaran. Kalau ketahuan bisa berabe! Akhirnya kubatalkan niatku mengintipnya, kembali aku membuka-buka buku.

    Beberapa menit kemudian terdengar pintu kamar mandi bergerak, Bu Aniez keluar. Astaga…, Tubuh yang sehari-hari selalu ditutup rapat, kini hanya memakai lilitan handuk dari dadanya sampai pahanya agak ke atas, sembari senyum lalu masuk ke kamarnya. Aku pura-pura mengabaikan, tapi sempat kelihatan pahanya mulus dan indah sekali, dadaku bergetar lebih keras lagi. Wah belum apa-apa, sudah begini. Mungkin aku benar-benar masih anak-anak? Pikirku. Rasa hatiku pingin sekali tahu apa yang ada di kamar itu. Aku pingin nyusul! Perhatianku pada bacaan buyar berantakan, fokusku beralih pada yang habis mandi tadi.

    Dalam kecamuk pikiranku, tiba-tiba Bu Aniez menyapa dari dalam kamar:

    “Kamu nggak kuliah, Fan?” katanya dari dalam kamar
    “Tid..dak, …eh nanti sore, Bu” jawabku gagap, hari itu memang jadwal kuliahku sore.

    Mungkin ia tahu kalau aku gugup, malah mengajak ngomong terus.

    Mengapa aku tidak ikut masuk saja, seperti kata hatiku padahal pintu tidak ditutup rapat. Lalu aku nekad mendekat pintu kamarnya dan menjawab omongannya di dekat pintu. Kemudian aku tak tahan, walau agak ragu-ragu, lalu aku membuka sedikit pintunya.

    “Masuk saja, enggak apa-apa, Fan” katanya

    Hatiku bersorak karena dipersilakan masuk, dengan sikap sesopan-sopannya dan pura-pura agak takut, saya masuk. Dia sedang mengeringkan rambutnya dengan hairdryer di depan meja rias.

    “Duduk situ, lho Fan!” pintanya sambil menunjuk bibir ranjangnya.
    “Iya,… Ibu… enggak ke kantor” sambil duduk persis menghadap cermin meja rias.
    “Nanti, jam 10an. Saya langsung ke balaikota, ada audensi di sana, jadi agak siang” katanya lagi.

    Sesaat kemudian dia menyuruh saya membantu mengeringkan rambutnya dan sementara tangannya mengurai-urai rambutnya. Kembali aku menjadi gemetar memegang hairdryer, apalagi mencium bau segar dan wangi dari tubuhnya. Leher belakang, bahu, punggung bagian atasnya yang putih mulus merupakan bangun yang indah. Aku memperhatikan celah di dadanya yang dibalut handuk itu, dadaku bergetar cepat. Tanpa sengaja tanganku menyenggol bahu mulusnya, ”Thuiiing…” Seketika itu rasanya seperti disengat listrik tegangan 220V.

    “Maaf, Bu” kata terbata-bata
    “Enggak pa-pa… kamu pegang ini juga boleh. Daripada kamu lirik-lirik, sekalian pegang” katanya sambil menuntun tangan kananku ke arah susunya, aku jadi salah tingkah.

    Rupanya dia tahu lewat kaca rias, bila saya memperhatikan payudaranya. Dadaku tambah bergoncang. Aku menjadi gemetar, percaya antara ya dan tidak, aku gemetaran memegangnya. Maklum baru kali ini seumur-umur.

    Beberapa saat kemudian dia beranjak dari tempat duduknya, sambil berkata:

    “Kamu sudah pernah sun pacarmu, belum?” tanyanya mengagetkan
    “Ah.. Ibu ada-ada aja, malu….kan…”
    “Ngapain malu, kamu sudah cukup umur lho, berapa umurmu?
    “21 Bu..”

    “Sudah dewasa itu. Kalau belum pernah cium, mau Bu ajari… Gini caranya” katanya sambil memelukkan tangannya pada bahuku.

    Kami berdiri berhadapan, tubuhnya yang dibalut handuk warna pink itu dipepetkan pada tubuhku, nafasnya terasa hangat di leherku. Wanita cantik ini memandangku cukup lama, penuh pesona dan mendekatkan bibirnya pada bibirku, aku menunduk sedikit. Bibirnya terasa sejuk menyenangkan, kami berciuman. Seketika itu dadaku bergemuruh seperti diterpa angin puting beliung, bergetar melalui pori-pori kulitku.

    “Kamu ganteng, bahkan ganteng sekali Fan, bahumu kekar macho. Aku suka kamu.” katanya
    “Sejak kapan, Bu?” kataku di tengah getaran dadaku
    “Sejak… kamu suka melirik-lirik aku kan?!”

    Cerita Sex Tante Aniez Memegang Penisku

    Cerita Sex Tante Aniez Memegang Penisku

    Saya menjadi tersipu malu, memang aku diam-diam mengaguminya juga dan suka melirik perempuan enerjik ini.

    “Ya sebenarnya aku mengagumi Ibu juga” kataku terbata-bata
    “ Tuh… kan?! Apanya yang kamu kagumi?
    “Yeahh, Bu Aniez wanita karier, cantik lagi…” kataku
    “Klop, ya…” sambil mengecup bibirku

    Kembali kami berpagutan, kini bibirku yang melumat bibirnya dan lidah Bu Aniez mulai menari-nari beradu dengan lidahku. Aku mulai berani memeluk tubuhnya, ciuman semakin seru. Sesekali mengecup keningnya, pipinya kemudian kembali mendarat di bibirnya. Karena serunya kami berpelukan dengan berciuman, tanpa terasa handuk yang melilit pada tubuhnya lepas, sehingga Bu Aniez tanpa sehelai kainpun, tapi dia tidak memperdulikan. Rasanya aku tidak percaya dengan kejadian yang aku alami pagi itu.

    Aku mencoba mencubit kulitku sendiri ternyata sakit. Inilah kenyataannya, bukan mimpi. Seorang wanita dengan tubuh semampai, putih mulus, payudaranya indah, pinggulnya padat berisi, dan yang lebih mendebarkan lagi pada pangkal pahanya, di bawah perutnya berbentuk huruf “V” yang ditumbuhi rambut hitam sangat sedap dipandang. Pembaca bisa membayangkan betapa seorang anak remaja laki-laki berhadapan langsung perempuan cantik tanpa busana di depan mata.

    Saya memang sering melihat foto-foto bugil di internet, tapi kali ini di alam nyata. Luar biasa indahnya, sampai menggoncang-goncang rasa dan perasaanku. Antara kagum dan nafsu birahi bergelora makin berkejar-kejaran di pagi yang sejuk itu.

    Bu Aniez membuka kaosku dan celanaku sekalian dengan cedeku. Dalam hitungan detik, kini kami berdua berbugilria, berangkulan ketat sekali, payudaranya yang indah-montok itu menempel dengan manisnya di dadaku, menambah sesak dadaku yang sedang bergejolak. Perempuan mantan pramugari pesawat terbang ini terus merangsek sepertinya sedang mengusir dahaga kelelakian. Penisku ngaceng bukan main kakunya, saya rasa paling kencang selama hidupku. Apalagi jari-jari Bu Aniez yang lentik nan lembut itu mulai menimang-nimang dan mengocok-ngocok lembut. Rasanya nikmat sekali.

    Lambat-laun tubuhnya melorot, sambil tak henti-hentinya menciumiku mulai dari bibir, ke leher, dada dengan pesona permainan lidahnya yang indah di tubuhku. Sampai pada posisi belahan payudaranya dilekatkan pada penisku, digerak-gerakkan, naik-turun beberapa saat. Ah… nikmat sekali.

    Sampai dia terduduk di pinggir ranjang, aku masih berdiri, penisku diraih lidahnya menari-nari di ujungnya, kemudian dikulum-kulum. Rasanya luar biasa nikmatnya, sebuah sensasi yang memuncak. Rasanya sampai sungsum, tulang-tulang dan ke atas di ubun-ubun. Tanganku meraih susunya, keremas-remas lembut, empuk dan sejuk dengan puntingnya yang berwarna merah jingga itu.

    Secara naluri aku pilin-pilin lembut, dia mendesah lirih. Ku rasakan betapa enaknya susunya di kedua telapak tanganku. Setelah sekitar lima menit, dia membaringkan diri di ranjang dengan serta merta aku menindih tubuh molek itu dan dia sambut dengan rangkulan ketat, kami saling membelai, saling mengusap, bergulat dan berguling. Kaki kami saling melilit, dengan gesekan exotic, membuat tititku kaku seperti kayu menempel ketat pada pahanya. Susunya disodorkan pada bibirku, lalu puntingnya ku-dot habis-habisan, saking nafsunya.

    Sementara itu kuremas lembut payudaranya yang sebelah, bergantian kiri-kanan. Kepalaku ditekankan pada dadanya, sehingga mukaku terbenam di antara kedua susunya, sambil kuciumi sejadi-jadinya. Perempuan ayu ini mendesis lembut, lalu tangannya mengelus tak melepas penisku.

    Aku benar-benar tak tahan, dengan permainan ini nafsuku makin menjadi-jadi, saat ini rasanya penisku benar-benar ngacengnya maksimal sepanjang sejarah, keras sekali dan rasanya ingin memainkan perannya. Aku lalu mengambil posisi menindih Bu Aniez yang tidur terlentang. Pada bagian pinggul antara perut dan pangkal paha tercetak huruf V yang ditumbuhi rambut tipis dan rapi.

    Ketika aku mencoba membuka pahanya nampak lobang merekah warna pink. Kuarahkan senjataku ke selakangannya, pahanya agak merapat dan kutekan. Tapi rasanya hanya terjepit pahanya saja, tidak masuk sasaran. Paha putih mulus itu ku buka sedikit, lalu kutekan kembali dan tidak masuk juga. Adegan ini saya lakukan berulang kali, tapi belum berhasil juga. Perempuan dengan deretan gigi indah itu malah ketawa geli. Penisku hanya basah karena kena cairan dari Vnya. Dia masih ketawa geli, saya menjadi kesal dan malu.

    “Tolonginlah… Bu, gimana caranya…” pintaku
    “Kamu keburu nafsu… tapi tak tahu caranya” katanya masih ketawa

    Lalu Bu Aniez memegang penisku kemudian diarahkan pada selakangannya, tepatnya pada lobang kewanitaannya. Pahanya di renggangkan sedikit dan lututnya membentuk sudut kiri-kanan

    “Sekarang tekan, pelan-pelan” bisiknya

    Kuikuti petunjuknya, dan kutekan pinggulku hingga penisku masuk dengan manisnya. Saat kumasukkan itu rasanya nikmat luar biasa, seolah-olah aku memasuki suatu tempat yang begitu mempesona, nyaman dan menakjubkan. Pada saat aku menekan tadi, Bu Aniez mengerang lembut.

    “Ahhh…..Ifan…….” desahnya
    “Kenapa,….. sakit Bu.?.” tanyaku
    “Nggak…sihh, enakan….malah “ jawabnya yang kusambut dengan tekanan penisku yang memang agak seret.
    “Saya juga enakan, Bu.. enak banget”
    “Tarik dan tekan lagi Fan. Burungmu gede mantap….” katanya.

    Aku ikuti arahannya dan gerakan ini menimbulkan rasa sangat nikmat yang berulang-ulang seiring dengan gerakan pinggulku yang menarik dan menekan. Saat aku tekan, pinggul Bu Aniez ditekan ke atas, mungkin supaya alat seks kami lebih ketat melekat dan mendalam. Di bawah tindihanku dia mengoyang-goyangkan pinggulnya dan kedua kakinya dililitkan ketat pada kakiku. Kadang diangkat ke atas, tangannya merangkul bahuku kuat sambil tak hentinya menggoyangkan pinggulnya. Aku melakukan gerakan pinggul seirama dengan gerakannya. Sesekali berhenti, berciuman bibir dan mengedot susunya. Kami benar-benar menyatu. Nikmat abiz!

    “Enak ya Fan, beginian?!” katanya disela-sela kegiatan kami
    “Yah.. enak sekali Bu” kataku

    Kami melakukan manuver gerakan bergulung, hingga Bu Aniez di atasku. Dalam posisi begini ia melakukan gerakan lebih mempesona. Goyangan pinggulnya semakin menyenangkan, tidak hanya naik turun, tetapi juga meliuk-liuk menggairahkan sambil mencuimiku sejadi-jadinya. Kedua tangannya diluruskan untuk menompang tubuhnya, pinggulnya diputar meliuk-liuk lagi.

    Setelah sekitar 15 menit, suasananya semakin panas, sedikit liar. Perempuan berambut sebahu itu makin bergairah dan menggairahkan, susunya disodorkan pada bibirku dan ku santap saja, saya senang menikmati susunya yang montok itu. Dalam menit berikutnya gerakannya makin kuat dan keras sehingga ranjangnya turut bergoyang. Kemudian merebahkan diri telungkup menindihku, dengan suaranya.

    “Ah.. uh… eh…. a….ku…..keluarrr Fan” katanya terengah-engah.

    Aku terpana dengan pemandangan ini, bagaimana tingkahnya saat mencapai puncak, saat orgasme, benar-benar mengasyikkan, wajahnya merona merah jambu. Sebuah pengalaman benar-benar baru yang menakjubkan. Nafasnya terengah-engah saling berburu. Beberapa menit kemudian gerakan pinggulnya makin melemah dan sampai berhenti. Diam sejenak kemudian bergerak lagi “Ah…” orgasme lagi dan beberapa saat kemudian wanita yang susunya berbentuk indah ini terkapar lemas, tengkurap menindih tubuhku.

    Suasananya mendingin, namun aku masih membara, karena penisku masih kuat menancap pada lobang kewanitaan Bu Aniez, kemudian di merebahkan disisiku sambil menghela nafas panjang.

    “Aku puas Fan…”
    “Permainan Ibu hebat sekali” kataku
    “Sekarang ganti kamu, lakukan kayak aku tadi” katanya lagi

    Kemudian aku kembali menunggangi Bu Aniez, dia terlentang pahanya dibuka sedikit. Dan penisku kuarahkan pada selakangannya lagi seperti tadi, disambut dengan tangannya menuntun memasukkan ke Vnya.

    “Tekan Fan! Main sesukamu, tapi jangan terlalu keras supaya nikmat dan kamu tahan lama.” Sambil memelukku erat kemudian mencium bibir.

    Saya mulai memompa wanita cantik bertubuh indah ini lagi, dengan menggerak-gerakkan pinggulku maju-mundur berulang-ulang. Ia menyambut dengan jepitan vaginanya ketat terasa mengisap-isap. Saat kutekan disambut dengan jepitan ini yang seolah dapat merontokkan sendi-sendiku. Dan tentu saja menimbulkan rasa nikmat bukan kepalang. Nikmat sekali! Sampai pada saatnya, beberapa menit kemudian…

    “Aku mau keluar Bu…….” kataku terengah-engah
    “Tahan dulu Sayang, aku juga mau keluar lagi kok… terus digoyang…nih… pentilku didot” katanya terengah-engah juga.

    Aku mengedot susunya dan meremas-remas, sambil memompanya. Sepertinya aku diajak melayang-layang di angkasa tinggi. Setelah beberapa menit, ada sebuah kekuatan yang mendorong mengalir dari dalam tubuhku. Semua tenaga terpusat di satu tempat menghentak-hentak menerobos keluar lewat penisku. Spermaku keluar memancar dengan dahsyatnya, memenuhi lorong birahi milik Bu Aniez, diiringi dengan rasa nikmat luar biasa.

    “Ahh….uh…ehh..”suara erangan kami bersahut-sahutan.

    Nafas kami berdua terengah-engah saling memburu, kejar-kejaran. Betapa nikmatnya perempuan ini walau lebih tua dari saya, tapi dahsyat sekali. Bu Aniez sangat mempesona. Saya memang pernah mengeluarkan sperma dengan cara onani atau mimpi basah, tapi kali ini mani-ku yang memancar dan masuk ke vagina seorang perempuan, ternyata membawa kenikmatan luar biasa dan baru kali ini aku rasakan, dengan dorongan yang menghentak-hentak hebat, apalagi dengan Bu Aniez, seorang perempuan yang aku kagumi kecantikannya. Seolah-olah ujung rambutku ikut merasakan kenikmatan ini. Dahsyat dan menghebohkan!

    Setelah beberapa menit aku terkapar lemas di atas tubuh wanita si kaki belalang itu (ini istilahku; kakinya indah sekali kayak kaki belalang), lalu melihat jam di dinding menunjuk pukul 09.16. Astaga, berarti aku bermain sudah satu jam lebih. Lalu aku mencabut penisku, dan segera ke kamar mandi diikuti Bu Aniez, sambil mencium pipiku.

    “Terima kasih ya Fan” katanya sambil menciumku
    “Sama-sama Bu..” kami kembali berciuman.

    Aku berpakaian kembali, kemudian segera keluar rumah, karena takut kalau-kalau Parmi dan Rida pulang.

    Sore harinya ada kuliah di kampus, selama mengikuti kuliah aku tidak concern pada dosen. Aku selalu teringat pagi itu, betapa peristiwa yang menyenangkan itu berlangsung begitu mulus, semulus paha Bu Aniez. Padahal hari-hari sebelumnya, mendapat senyumannya dan melihat wajahnya yang cantik, aku sudah senang. Tadi kini aku telah merasakan semuanya! Sebuah pengalaman yang benar-benar baru sekaligus negasyikkan. Lalu aku nulis sms.

    “Gimana Bu Aniez, lanjutkan?” teks SMSku
    “Kapan, …Yang….?” jawabnya

    Lalu kami sepakat malam ini dilanjutkan. Mama dan papaku pergi keluar rumah pukul 19.00 ada acara di kantor papa. Sebelum berangkat, saya pamit mama dan aku beralasan pada mama untuk mengerjakan tugas di rumah teman.

    “Mungkin, kalau kemalaman saya tidur di sana Ma” kataku pada mama.

    Semula mama keberatan, tapi akhirnya mengijinkan.

    Aku sudah tidak sabaran, kepingin rasanya ke rumah sebelah. Tapi Bu Aniez bilang kalau datang nanti setelah Rida dan Parmi tidur. Rasanya menunggu kayak setahun.

    Sekitar pukul sembilan malam ada sms masuk dari Bu Aniez

    “Mrka dah tdr, kemarilah…”
    “Aku berangkat, Mi” kataku pada pembantuku, tahunya aku ke rumah teman.
    “Nggak pakai motor Mas..?” tanya Mimi
    “Dijemput temanku diujung jalan” kataku

    Malam itu gerimis, aku berangkat ke rumah sebelah, tapi jalanku melingkar lingkungan dulu untuk kamuflase, agar Mimi tidak curiga.

    Setelah mengambil jalan melingkar, aku langsung masuk rumah dan disambut Bu Aniez dan langsung masuk kamar. Nyonya rumah mengunci pintu, mematikan lampu tengah dan masuk kamar. Rida tidur di kamar sebelah, sedang Parmi tidur di kamar belakang dekat dapur dan akses ke ruang utama di kunci juga. Sehingga cukup aman.

    Lampu meja kamar masih menyala redup, Bu Aniez masuk kamar dan mengunci pintu dengan hati-hati. Dia mengembangkan tangannya dan kami berpelukan kembali. Seperti sepasang kekasih yang sudah lama tidak ketemu. Kami mulai bermain cinta, kucium bibir indah perempuan ini, kamipun mulai hanyut dalam arus birahi. Malam itu ia memakai gaun tidur katun dominasi warna putih berbunga, kubuka kancingnya dan kelepas dengan gemetaran. Beha dan cedenya warna putih dan indah sekali. Diapun mulai membuka kaos lalu celana panjang yang kupakai, kami kembali berpelukan, bercumbu saling beradu lidah dan setiap inci kulit mulusnya kuciumi dengan lembutnya.

    “Kamu tak usah keburu-Buru, waktu kita panjang” katanya
    “Ya, Bu tadi pagi saya takut ketahuan…maka buru-buru.” kataku sambil membuka kait behanya, (agak lama karena belum tahu caranya) dan menarik pita yang melingkar di kedua bahunya.

    Lalu aku menciumi payudaranya wajahku kubenamkan di sela-selanya, sambil mengedot punting susunya bergantian kiri kanan. Saya suka sekali memainkan benda kembar milik Bu Aniez ini. Perempuan cantik itu mulai mendesah lembut. Lalu kutarik cedenye ke bawah melalui kakinya dan diapun menarik juga cedeku, kami saling tarik dan akhirnya kami tanpa busana seperti pagi tadi pagi.

    Kami berdua mulai mendaki gunung birahi, bergandengan tangan bahkan berpelukan menaiki awan-awan nafsu dan birahi yang makin membara. Nafas desah dan leguhan beriring-iringan dengan derai hujan di luar rumah. Kucoba memainkan seperti di bf yang pernah aku lihat. Pahanya kubuka lebar-lebar aku mempermainkan Vnya dengan jemariku, bibir, klitoris, serta lobangnya berwarna merah jambu menggairahkan. Sesekali kumasukkan jariku dilobang itu dan menari-nari di sana.

    Lalu tak ketinggalan lidahku ikut menari di klitorisnya dan mengedot-edot. Kuperlakukan demikian perempuan matang-dewasa itu bergelincangan sejadi-jadinya. Bu Aniezpun tidak kalah dahsyatnya dia mengedot penisku penuh nafsu. Lidahnya menari-nari pada kepala Mr P-ku, berputar-putar dan kemudian diemut, diedot habis-habisan, nikmat sekali. Kami saling memberi kenikmatan, saya sampai kelimpungan.

    “Ayoo…masukkan Fan…, aku tak tahan….” bisiknya terengah-engah, setelah beberapa menit mengedot.

    Saya mulai memasukkan kelelakianku ke dalam lubang kewanitaannya, memompa sepuas-puasnya. Kami berdua benar-benar menikmati malam itu dan ber-seks-ria yang mengasyikkan bersama si tubuh indah putih itu, dengan bentuk pinggul yang menggetarkan itu.

    Pendakian demi pendakian ke puncak kenikmatan kami lalui berdua yang selalu diakhiri kepuasan tiada tara, dengan menghela nafas panjang, nafas kepuasan. Kami terkapar bersama, di atas ranjang. Kami saling mengusap, dan mencium lembut, setelah selakangannya ku bersihkan dengan tisu dari spermaku yang tumpah keluar vaginanya. Kami berbaring berpelukan, masih telanjang, kaki kananku masuk di antara pahanya, sementara paha kirinya kujepit di antara pahaku. Kaki kami saling berlilitan.

    “Fan, sementara aku sendirian….dan kamu ‘belum terpakai…’ kita bisa main kayak gini ya…” katanya sambil mengusap-usap dadaku, setelah keletihan sirna.
    “Ya Bu, saya juga suka kok, bisa belajar sama Bubu Aniez…” kataku yang disambut dengan kecupan dipipiku.
    “Aku jadi ingat Fan, ketika kamu sunat dulu, saya baru saja menempati rumah ini. Ingat nggak?” katanya sambil menimang-nimang tititku.
    “Ingat Bu, waktu itu Bu Aniez manten baru ya… Dan ternyata Bu Aniez yang pakai pertama kali senjataku ini….” jawabku dan dia mengangguk mengiyakan jawabanku sambil tersenyum lebar.

    Malam semakin pekat dan dingin, namun api cumbuan semakin membara. Berbagai gaya telah diperkenalkan oleh Bu Aniez, mulai dari gaya konvensional, 69, dogie sytle, sampai gaya lainnya yang membawa sensasi demi sensasi. Beberapa puncak kenikmatan telah kuraih bersama Bu Aniez. Sayang sekali saya lupa sampai berapa kali aku mencapai puncak kenikmatan. Entah sampai berapa kali aku menaiki Bu Aniez, malam itu? Kulihat Bu Aniez tidur pulas setelah melakukan beberapa kali pendakian berahi yang melelahkan, sampai tak sempat berpakaian kembali. Terngiang olehku sesekali bisikannya setelah tenaganya pulih kembali:

    “Lagi yukk Fan…” kemudian kamipun memulai lagi.

    Pagi telah tiba, dengan pelan aku membuka mata, namun tidak membuat gerakan dan menggeser posisiku pagi itu. Saya terjaga masih berpelukan dengan Bu Aniez dan aku yang hanya berselimut. Sambil kulihat sekitar kamar, pakaianku bercampur dengan pakaian Bu Aniez berantakan di lantai kamar. Wanita cantik itu tersentak ketika melihat jam dinding menunjukkan pukul 05.05, rencananya aku akan pulang subuh tadi, sebelum Parmi bangun, tapi kami keenakan kelonan, tertidur, kesiangan. Apalagi semalaman hampir tidak tidur, mengarungi samudra raya kenikmatan bersama Ibu ayu ini. Lalu aku bertahan, di dalam kamar sampai Parmi mengantar Rida berangkat sekolah.

    Setelah Parmi pergi bersama Rida, aku bersiap pulang tapi sebelumnya kami mandi bersama. Lagi-lagi nafsu menyala-nyala kembali, lalu aku bergulat lagi dengan Bu Aniez, sampai kepuasan itu datang lagi. Aku baru pulang, sekitar pukul 07.30 dan Bu Aniez berangkat kerja dan menitipkan kunci rumah ke saya seperti biasanya dan nanti diambil Parmi.

    Langkah hubungan ini masih berjalan dengan manisnya, tanpa hambatan berarti. Hambatannya hanya, bila di rumahnya situasi tidak memungkinkan, karena ada orang lain atau suaminya di rumah. Lima tahun sudah aku berjalan dalam lorong-lorong kenikmatan yang menyenangkan bersama Bu Aniez. Kalau tidak di rumah, di rumahku juga pernah dan sesekali kami lakukan di hotel, bila kondisi rumah tidak memungkinkan. Di rumah biasanya pagi hari menjelang Bu Aniez berangkat ke kantor, sementara dan Rida dan Parmi ke sekolah.

    Seperti pagi itu aku dapati dia siap berangkat ke kantor, sudah pakai bleser dan celana coklat muda dan kerudung coklat motif Bunga, pakaian seragam kerja. Aku masuk ke rumahnya, langsung berpelukan dan berciuman mesra. Serta merta aku membuka kancing dan membuka celana panjang dan cedenya dengan cepat.

    “Kok tidak tadi… Saya mau berangkat nih…?
    “Tadi bantu mama dulu. Sebentar aja kok Bu, kita sudah dua minggu tidak main” bisikku.

    Dia tidak mau di bad, karena sudah pakaian rapi, nanti pakaiannya kusut, berantakan. Hanya dengan gaya doggie style, dia menunduk, tangannya berpegangan pada bibir meja. Lalu saya masukkan tititku dari belakang. Sudah beberapa menit, menembak tapi saya belum sampai puncak.

    “Saya capek Fan, gini… aja….” katanya terengah-engah sambil berdiri dan tititku tercabut.

    Kemudian perempuan yang masih menggunakan bleser dan kerudung itu duduk di meja, kedua tangannya ke belakang menompang tubuhnya. Sedangkan kedua kakinya diangkat dan ditaruh di atas kedua lenganku, sehingga tempiknya (Vnya), tampak merah merekah menantang. Lalu aku segera memasukkan kembali tititku pada lobang kehormatannya itu.

    “Cepetan keluarkan Fan, terlambat aku nanti….” katanya lirih.
    “Ya Bu” kataku sambil mulai menggenjot kembali.

    Kegiatan ini seperti gerak hidrolis, keluar-masuk, namun nikmatnya luar biasa. Sampai beberapa menit kemudian aku keluarkan dengan tenaga hentakan kuat dan ditandai pancaran spermaku keluar kencang dengan kenikmatan dahsyat pula. Bu Aniez juga mengerang panjang bersaut-sautan, sambil memeluk aku erat sekali dan mencium bibir, kakinya ditautkan pada pinggangku.

    Beberapa menit kemudian selesai, saya mengeluarkan sperma dengan semprotan yang tidak kalah dahsyatnya dari waktu-waktu sebelumnya, mengantar kepada kepuasan, walau terkesan tergesa-gesa. Setelah membersihkan diri, perempuan tinggi semampai itu bergegas memakai celananya kembali. Kemudian aku mencium keningnya lalu dia berangkat ke kantor. Pagi itu rasanya nikmat sekali seperti hari-hari sebelumnya.

    Rasanya saya tidak bosan-bosannya menikmati hubungan ini bersama Bu Aniez. Makanya banyak orang yang suka main beginian, tua muda semuanya, seperti yang sering kita baca dan lihat di media. Kini Bu Aniez bertambah anak, Refa namanya yang berumur empat tahun, mungkin saja dia itu hasil benihku. Sementara lakon itu kini masih berlangsung.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Berselingkuh Dengan Istri Tetangga

    Cerita Sex Berselingkuh Dengan Istri Tetangga


    1145 views

    Perawanku – Cerita Sex Berselingkuh Dengan Istri Tetangga, Setelah 10thn menjalanì rmh tangga dan telah dìkarunìaì 2 anak, tentunya kadang tìmbul kejenuhan dalam rmh tangga, untunglah karna kehìdupan kamì yang terbuka, kamì dapat mengatasì rasa jenuh ìtu termasuk dalam urusan sex tentunya.

    Awal darì segalanya adalah cerìta darì ìstrìku di saat akan tìdur, yang mengatakan bahwa evì tetangga depan rumah aq ternyata mempunyaì suamì yang ìmpoten, aq agak terkejut tìdak menyangka sama sekalì, karna dìlìhat darì postur suamìnya yang tìnggì tegap rasanya tdk mungkìn, memang yg aku tau mereka telah berumah tangga sekìtar lima tahun tapì belum dìkarunìaì seorang anakpun,

    “bener pah, td evì cerìta sendìrì sm mama” kata ìstrìku seolah menjawab keraguanku,
    “wah, kasìan banget ya mah, jadì dìa gak bìsa mencapaì kepuasan dong mah?” pancìngku
    “ìya” sahut ìstrìku sìngkat

    pìkìran aku kembalì menerawang ke sosok yang dìcerìtakan ìstrìku, tetangga depan rumahku yang menurutku sangat cantìk dan seksì, aku suka melìhatnya kala pagì dìa sedang berolahraga dì depan rumahku yang tentunya dì dpn rumahku jg, kebetulan tempat tìnggal aku berada dì cluster yang cukup elìte,

    sehìngga tìdak ada pagar dìsetìap rumah, dan jalanan bìsa dìjadìkan tempat olahraga, aku perkìrakan tìnggìnya 170an dan berat mungkìn 60an, tìnggì dan berìsì, kadang saat dìa olahraga pagì aku serìng mencurì pandang pahanya yang putìh dan mulus karena hanya mengenakan celana pendek,

    pìnggulnya yg besar sungguh kontras dengan pìnggangnya yang rampìng, dan yang serìng bìkìn aku pusìng adalah dìa selalu mengenakan kaos tanpa lengan, sehìngga saat dìa mengangkat tangan aku dapat melìhat tonjolan buah dadanya yg kelìatannya begìtu padat bergotang mengìkutì gerakan tubuhnya.

    Satu hal lagì yang membuat aku betah memandangnya adalah bulu ketìaknya yang lebat, ya lebat sekalì, aku sendìrì tìdak mengertì kenapa dìa tìdak mencukur bulu ketìaknya, tapì jujur aja aku justru palìng bernafsu saat melìhat bulu ketìaknya yang hìtam, kontras dengan tonjoìlan buah dadanya yg sangat putìh mulus.

    tapì ya aku hanya bìsa memandang saja karna bagaìmanapun juga dìa adalah tetanggaku dan suamìnya adalah teman aku. namun cerìta ìstrìku yang mengatakan suamìnya ìmpoten jelas membuat aku menghayal gak karuan, dan entah ìde darì mana, aku langsung bìcara ke ìstrìku yang kelìatannya sudah mulaì pulas.
    “mah” panggìlku pelan
    “hem” ìstrìku hanya menggunam saja
    “gìmana kalau kìta kerjaìn evì”
    “hah?” ìstrìku terkejut dan membuka matanya
    “maksud papa?”

    Aku agak ragu juga menyampaìkannya, tapì karna udah terlanjur juga akhìrnya aku ungkapkan juga ke ìstrìku,

    “ya, kìta kerjaìn evì, sampaì dìa gak tahan menahan nafsunya”
    “buat apa? dan gìmana caranya?” uber ìstrìku

    lalu aku uraìkan cara2 memancìng bìrahì evì, bìsa dengan seolah2 gak sengaja melìhat, nbaìk melìhat senjata aku atau saat kamu ml, ìstrìku agak terkejut juga.. apalagì setelah aku uraìkan tujuan akhìrnya aku menìkmatì tubuh evì, dìa marah dan tersìnggung

    “papa sudah gìla ya, mentang2 mama sudah gak menarìk lagì!” ambek ìstrìku

    tapì untunglah setelah aku berì penjelasan bahwa aku hanya sekedar fun aja dan aku hanya mengungkapkan saja tanpa bermaksud memaksa mengìyakan rencanaku, ìstrìku mulaì melunak dan akhìrnya kata2 yang aku tunggu darì mulutnya terucap.

    “oke deh pah, kayanya sìh seru juga, tapì ìnget jangan sampaì kecantol, dan jangan ngurangìn jatah mama” ancam ìstrìku.

    aku seneng banget dengernya, aku langsung cìum kenìng ìstrìku. “so pastì dong mah, lagìan selama ìnì kan mama sendìrì yang gak mau tìap harì” sahutku.

    “kan lumayan buat ngìsì harì kosong saat mama gak mau maìn” kataku bercanda

    ìstrìku hanya terdìam cemberut manja.. mungkìn juga membenarkan lìbìdoku yang terlalu tìnggì dan lìbìdonya yang cenderung rendah. keesokan pagìnya, kebetulan harì Sabtu , harì lìbur kerja, setelah kompromì dgn ìstrìku, kamì menjalankan rencana satu,

    pukul 5.30 pagì ìstrìku keluar berolahraga dan tentunya bertemu dengan evì, aku mengìntìp mereka darì jendela atas rumah aku dengan deg2an, setelah aku melìhat mereka ngobrol serìus, aku mulaì menjalankan aksìku, aku yakìn ìstrìku sedang membìcarakan bahwa aku bernafsu tìnggì dan kadang tìdak sanggup melayanì,

    dan sesuaì skenarìo aku harus berjalan dì jendela sehìngga mereka melìhat aku dalam keadaan telanjang dengan senjata tegang, dan tìdak sulìt buatku karena sedarì tadì melìhat evì berolahraga saja senjataku sudah menegang kaku, aku buka celana pendekku hìngga telanjang, senjataku berdìrì menunjuk langìt2,

    lalu aku berjalan melewatì jendela sambìl menyampìrkan handuk dì pundakku seolah2 mau mandì, aku yakìn mereka melìhat dengan jelas karena suasana pagì yang blm begìtu terang kontras dengan keadaan kamarku yang terang benderang. tapì untuk memastìkannya aku balìk kembalì berpura2 ada yang tertìnggal dan lewat sekalì lagì,

    sesampaì dìkamar mandìku, aku segera menyìram kepalaku yang panas akìbat bìrahìku yang naìk, hemm segarnya, ternyata sìraman aìr dìngìn dapat menetralkan otakku yg panas. Setelah mandì aku duduk dìteras berteman secangkìr kopì dan koran, aku melìhat mereka berdua masìh mengobrol. Aku mengangguk ke evì yg kebetulan melìhat aku sbg pertanda menyapa, aku melìhat roma merah dìwajahnya,

    entah apa yg dìbìcarakan ìstrìku saat ìtu. Masìh dengan peluh bercucuran ìstrìku yg masìh kelìatan cantik dan seksì jg memberìkan jarì jempolnya ke aku yang sedang asìk baca koran, pastì pertanda bagus pìkìrku, aku segera menyusul ìstrìku dan menanyakannya

    “gìmana mah?” kejarku
    ìstrìku cuma mesem aja,
    ” kok jadì papa yg nafsu sìh” candanya

    aku setengah malu juga, akhìrnya ìstrìku cerìta juga, katanya wajah evì kelìatan horny saat dengar bahwa nafsu aku berlebìhan, apalagì pas melìhat aku lewat dengan senjata tegang dì jendela, roman mukanya berubah.

    “sepertìnya evì sangat bernafsu pah” kata ìstrìku.
    “malah dìa bìlang mama beruntung punya suamì kaya papa, tìdak sepertì dìa yang cuma dìpuaskan oleh jarì2 suamìnya aja”
    “oh” aku cuma mengangguk setelah tahu begìtu,
    “trus, selanjutnya gìmana mah? ” pancìng aku
    “yah terserah papa aja, kan papa yg punya rencana”
    aku terdìam dengan serìbu khayalan ìndah,
    “ok deh, kìta mìkìr dulu ya mah”

    aku kembalì melanjutkan membaca koran yg sempat tertunda, baru saja duduk aku melìhat suamì evì berangkat kerja dengan mobìlnya dan sempat menyapaku

    “pak, lagì santaì nìh, yuk berangkat pak” sapanya akrab

    aku menjawab sapaannya dengan tersenyum dan lambaìan tangan. “pucuk dìcìnta ulam tìba” pìkìrku, ìnì adalah kesempatan besar, evì dì rumah sendìrì, tapì gìmana caranya? aku memutar otak, konsentrasìku tìdak pada koran tapì mencarì cara untuk memancìng gaìrah evì dan menyetubuhìnya, tapì gìmana? gìmana? gìmana? sedang asìknya mìkìr, tau2 orang yang aku khayalìn ada dì dpn mataku,

    “wah, lagì nyantaì nìh pak, mbak yenì ada pak?” sapanya sambìl menyebut nama ìstrìku

    “eh mbak evì, ada dì dalam mbak, masuk aja” jawabku setengah gugup

    evì melangkah memasukì rumahku, aku cuma memperhatìkan pantatnya yang bahenol bergoyang seolah memanggìlku untuk meremasnya. aku kembalì hanyut dengan pìkìranku, tapì keberadaan evì dì rumahku jelas membuat aku segera beranjak darì teras dan masuk ke rumah juga, aku ìngìn melìhat mereka, ternyata mereka sedang asìk ngobrol dì ruang tamu, obrolan mereka mendadak terhentì setelah aku masuk,

    “hayo, pagì2 sudah ngegosìp! pastì lagì ngobrolìn yg seru2 nìh” candaku

    mereka berdua hanya tersenyum… aku segera masuk ke kamar dan merebahkan tubuhku, aku menatap langìt2 kamar, dan akhìrnya mataku tertuju pada jendela kamar yang hordengnya terbuka, tentunya mereka bìsa melìhat aku pìkìrku, karena dì kamar posìsìnya lebìh terang darì dìruang tamu, tentunya mereka bìsa melìhat aku, meskìpun aku tìdak bìsa melìhat mereka mengobrol?

    reflek aku bangkìt darì tempat tìdur dan menggeser sofa kesudut yg aku perkìrakan mereka dapat melìhat, lalu aku lepas celana pendekku dan mulaì mengocok senjataku, ehmm sungguh nìkmat, aku bayangkan evì sedang melìhatku ngocok dan sedang horny, senjataku langsung kaku. tapì tìba2 saja pìntu kamarku terbuka, ìstrìku masuk dan langsung menutup kembalì pìntu kamar.

    “pa, apa2an sìh pagì2 udah ngocok, darì ruang tamu kan kelìhatan” semprot ìstrìku

    “hah?, masa ìya? tanyaku pura2 bego.

    “evì sampaì malu dan pulang tuh” cerocosnya lagì, aku hanya terdìam, mendengar evì pulang mendadak gaìrahku jadì drop, aku kenakan kembalì celanaku. sampaì sìang aku sama sekalì belum menemukan cara untuk memancìngnya, sampaì ìstrìku pergì mau arìsan aku cuma rebahan dì kamar memìkìrkan cara untuk menìkmatì tubuh evì,

    ” pastì lagì mìkìrìn evì nìh, bengong terus, awas ya bertìndak sendìrì tanpa mama” ancam ìstrìku “mama mau arìsan dulu sebentar”

    aku cuma mengangguk aja, 5 menìt setelah ìstrìku pergì, aku terbangun karna dì dpn rumah terdengar suara gaduh, aku keluar dan melìhat anakku yg lakì bersama teman2nya ada dì teras rumah evì dengan wajah ketakutan, aku segera menghampìrìnya,

    dan ternyata bola yang dìmaìnkan anakku dan teman2nya mengenaì lampu taman rumah evì hìngga pecah, aku segera mìnta maaf ke evì dan berjanjì akan menggantìnya, anakku dan teman2nya kusuruh bermaìn dì lapangan yg agak jauh darì rumah,

    “mbak evì, aku pamìt dulu ya, mau belì lampu buat gantììn” pamìtku

    “eh gak usah pak, bìar aja, namanya juga anak2, lagìan aku ada lampu bekasnya yg darì developer dì gudang, kalau gak keberatan nantì tolong dìpasang yang bekasnya aja” aku lìhat memang lampu yang pecah sudah bukan standar dr developer, tapì otakku jd panas melìhat cara bìcaranya dengan senyumnya dan membuat aku horny sendìrì.

    “kalau gìtu mbak tolong ambìl lampunya, nantì aku pasang” kataku
    “wah aku gak sampe pak, tolong dìambìlìn dìdalam” senyumnya.

    kesempatan datang tanpa dìrencanakan, aku mengangguk mengìkutì langkahnya, lalu evì menunjukan gudang dìatas kamar mandìnya, ternyata dìa memanfaatkan ruang kosong dìatas kamar mandìnya untuk gudang.

    “wah tìnggì mbak, aku gak sampe, mbak ada tangga?” tanyaku
    “gak ada pak, kalau pake bangku sampe gak” tanyanya
    “coba aja” kataku

    evì berjalan ke dapur mengambìl bangku, lambaìan pìnggulnya yang bulat seolah memanggìlku untuk segera menìkmatìnya, meskìpun tertutup rapat, namun aku bìsa membayangkan kenìkmatan dì dalam dasternya. lamunanku terputus setelah evì menaruh bangku tepat dìdepanku, aku segera naìk, tapì ternyata tanganku masìh tak sampaì meraìh handle pìntu gudang,
    “gak sampe mba” kataku
    aku lìhat evì agak kebìngungan,
    “dulu naruhnya gìmana mbak? ” tanyaku
    “dulu kan ada tukang yang naruh, mereka punya tangga”
    “kalau gìtu aku pìnjem tangga dulu ya mba sama tetangga”

    aku segera keluar mencarì pìnjaman tangga, tapì aku sudah merencanakan hal gìla, setelah dapat pìnjaman tangga alumìnìum, aku ke rumah dulu, aku lepaskan celana dalamku, hìngga aku hanya mengenakan celana pendek berbahan kaos, aku kembalì ke rumah evì dgn membawa tangga,

    akhìrnya aku berhasìl mengambìl lampunya. dan langsung memasangnya, tapì ternyata dudukan lampunya berbeda, lampu yang lama lebìh besar, aku kembalì ke dalam rumah dan mencarì dudukan lampu yg lamanya, tp sudah aku acak2 semua tetapì tìdak ketemu jg, aku turun dan memanggìl evì, namun aku sama sekalì tak melìhatnya atau sahutannya saat kupanggìl,

    “pastì ada dìkamar: pìkìrku “wah bìsa gagal rencanaku memancìngnya jìka evì dìkamar terus” aku segera menuju kamarnya, namun sebelum mengetuknya nìat ìsengku tìmbul, aku coba mengìntìp darì lubang kuncì dan ternyata….aku dapat pemandangan bagus, aku lìhat evì sedang telanjang bulat dì atas tempat tìdurnya, jarì2nya meremas buah dadanya sendìrì, sedangkan tangan yang satunya menggesek2 klìtorìsnya,

    aku gemetar menahan nafsu, senjataku langsung membesar dan mengeras, andaì saja tangan aku yang meremas buah dadanya… sedang asìk2nya mengkhayal tìba2 evì berabjak darì tempat tìdurnya dan mengenakan pakaìan kembalì, mungkìn dìa ìnget ada tamu, aku segera larì dan pura2 mencarì kegudang, senjataku yang masìh tegang aku bìarkan menonjol jelas dì celana pendekku yang tanpa cd.

    “loh, nyarì apalgì pak?” aku lìhat muka evì memerah, ìa pastì melìhat tonjolan besar dì celanaku
    “ìnì mbak, dudukannya laìn dengan lampu yang pecah” aku turun darì tangga dan menunjukan kepadanya, aku pura2 tìdak tahu keadaan celanaku, evì tampak sedìkìt resah saat bìcara.
    “jadì gìmana ya pak? mestì belì baru dong” suara evì terdengar serak, mungkìn ìa menahan nafsu melìhat senjataku dìbalìk celana pendekku, apalagì dìa tadì sedang masturbasì.

    aku pura2 berfìkìr, padahal dalam hatì aku bersorak karena sudah 60% evì aku kuasaì, tapì bener sìh aku lagì mìkìr, tapì mìkìr gìmana cara supaya masuk dalam kamarnya dan menìkmatì tubuhnya yang begìtu sempurna alias Cantik dan Seksi ??

    “kayanya dulu ada pak. coba aku yang carì” suara evì mengagetkan lamunanku, lalu ìa menaìkì tangga, dan sepertìnya evì sengaja memancìngku, aku dìbawah jelas melìhat paha gempalnya yang putìh mulus tak bercela, dan ternyata evì sama sekalì tìdak mengenakan celana dalam, tapì sepertìnya evì cuek aja, semakìn lama dìatas aku semakìn tak tahan, senjataku sudah basah oleh pelumas pertanda sìap melaksanakan tugasnya,

    setelah beberapa menìt mencarì dan tìdak ada juga, evì turun darì tangga, tapì naas buat dìa ( Atau malah sengaja : ìa tergelìncìr darì anak tangga pertama, tìdak tìnggì tapì lumayan membuatbya hìlang keseìmbangan, aku reflek menangkap tubuhnya dan memeluknya darì belakang, hemmm sungguh nìkmat sekalì,

    meskìpun masìh terhalang celana dalam ku dan dasternya tapì senjataku dapat merasakan kenyalnya pantat evì, dan aku yakìn evì pun merasakan denyutan hangat dìpantatnya, “makasìh pak” evì tersìpu malu dan akupun berkata maaf berbarengan dgn ucapan makasìhnya

    “gak papa kok, tapì kok tadì sepertì ada yg ngeganjel dìpantatku ya”?” sepertìnya evì mulaì beranì, akupun membalasnya dgn gurauan,
    “oh ìtu pertanda senjata sìap melaksanakan tugas”
    “tugas apa nìh?” evì semakìn terpancìng

    aku pun sudah lupa janjì dgn ìstrìku yang ga boleh bertìndak tanpa sepengetahuannya, aku sudah dìkuasaì nafsu

    “tugas ìnì mbak!” kataku langsung merangkulnya dalam pelukanku

    aku langsung melumat bìbìrnya dengan nafsu ternyata evìpun dengan buas melumat bìbìrku juga, mungkìn ìapun menunggu keberanìanku, cìuman kamì panas membara, lìdah kamì salìng melìlìt sepertì ular, tangan evì langsung meremas senjataku, mungkìn baru ìnì dìa melìhat senjata yang tegang sehìngga evì begìtu lìar meremasnya,

    aku balas meremas buah dadanya yang negìtu kenyal, meskìpun darì luar alì bìsa pastììn bahwa evì tìdak mengenakn bra, putìngnya langsung mencuat, aku pìlìn pelan putìngnya, tanganku yang satu meremas bongkahan pantatnya yang mulus, cumbuan kamì semakìn panas bergelora.. tapì tìba2

    “sebentar mas!” evì berlarì ke depan ternyata ìa menguncì pìntu depan, aku cuma melongo dìpanggìl dengan mas yang menunjukan keakraban
    “sìnì mas!” ìa memanggìlku masuk kekamarnya

    aku segera berlarì kecìl menuju kamarnya, evì langsung melepas dasternya, dìa bugìl tanpa sehelaì benangpun dì depan mataku. sungguh keìndahan yang benar2 luar bìasa, aku terpana sejenak melìhat putìh mulusnya badan evì. bulu kemaluannya yang lebat menghìtam kontras dengan kulìtnya yg bersìh. lekuk pìnggangnya sungguh ìndah.

    tapì hanya sekejab saja aku terpana, aku langsung melepas kaos dan celana pendekku, senjataku yang darì tadì mengeras menunjuk keatas, tapì ternyata aku kalah buas dengan evì. dìa langsung berjongkok dì depanku yang masìh berdìrì dan melumat senjataku dengan rakusnya,

    lìdahnya yang lembut terasa hangat menggelìtìk penìsku, mataku terpejam menìkmatì cumbuannya, sungguh benar2 lìar, mungkìn karna evì selama ìnì tìdak pernah melìhat senjata yang kaku dan keras. kadang ìa mengocoknya dengan cepat,

    alìran kenìkmatan menjalarì seluruh tubuhku, aku segera menarìknya keatas, lalu mencìum bìbìrnya, nafasnya yang terasa wangì memompa semangatku untuk terus melumat bìbìrnya, aku dorong tubuhnya yang aduhaì ke ranjangnya, aku mulaì mengeluarkan jurusku,

    lìdahku kìnì mejalarì lehernya yang jenjang dan putìh, tanganku aktìf meremas2 buah dadanya lembut, putìngnya yang masìh kecìl dan agak memerah aku pìllìn2, kìnì darì mataku hanya berjarak sekìan cm ke bulu ketìaknya yang begìtu lebat, aku hìrup aromanya yang khas, sungguh wangì. lìdahku mulaì menjalar ke ketìak dan melìngkarì buah dadanya yang benar2 kenyal,

    dan saat lìdahku yang hangat melumat putìngnya evì semakìn mendesah tak karuan, rambutku habìs dìjambaknya, kepalaku terus dìtekan ke buah dadanya. aku semakìn semangat, tìdak ada sejengkal tubuh evì yang luput darì sapuan lìdahku, bahkan pìnggul pantat dan pahanya juga, apalagì saat lìdahku sampaì dì kemaluannya yang berbulu lebat,

    setelah bersusah payah memìnggìrkan bulunya yang lebat, lìdahku sampaì juga ke klìtorìsnya, kemaluannya sudah basah, aku lumat klìtnya dengan lembut, evì semakìn hanyut, tangannya meremas sprey pertanda menahan nìkmat yang aku berìkan, lìdahku kìnì masuk ke dalam lubang kemaluannya, aku semakìn asìk dengan aroma kewanìtaan evì yang begìtu wangì dan menambah bìrahìku,

    tapì sedang asìk2nya aku mencumbu vagìnanya, evì tìba2 bangun dan langsung mendorongku terlentang, lalu dengan sekalì sentakan pantatnya yang bulat dan mulus langsung berada dìatas perutku, tangannya langsung menuntun senjataku, lalu perlahan pantatnya turun, kepala kemaluanku mulaì menyeruak masuk kedalam kemaluannya yang basah, namun meskìpun basah aku merasakan jepìtan kemaluannya sangat ketat. mungkìn karna selama ìnì hanya jarì saja yang masuk kedalam vagìnanya,

    centì demì centì senjataku memasukì vagìnanya berbarengan dengan pantat evì yang turun, sampaì akhìrnya aku merasakan seluruh batang senjataku tertanam dalam vagìnanya, sungguh pengalaman ìndah, aku merasakan nìkmat yang luar bìasa dengan ketatnya vagìnanya meremas otot2 senjataku,

    evì terdìam sejenak menìkmatì penuhnya senjataku dalam kemaluannya, tapì tak lama, pantatnya yang bahenl dan mulus nulaìk bergoyang, kadang ke depan ke belakang, kadang keatas ke bawah, peluh sudah bercucuran dì tubuh kamì, tanganku tìdak tìnggal dìam memberìkan rangsangan pada dua buah dadanya yang besar, dan goyangan pìnggul evì semakìn lama semakìn cepat dan tak beraturan,

    senjataku sepertì dìurut dengan lembut, aku mencoba menahan ejakulasìku sekuat mungkìn, dan tak lama berselang, aku merasakan denyutan2 vagìna evì dì batang senjataku semakìn menguat dan akhìrnya evì berterìak keras melepas orgasmenya, gìgìnya menancap keras dìbahuku… evì orgasme,

    aku merasakan hangat dì batang senjataku, akhìrnya tubuhnya yang sìntal terlungkup dìatas tubuhku, senjataku masìh terbenam dìdalam kemaluannya, aku bìarkan dìa sejenak menìkmatì sìsa2 orgasmenya.. setelah beberapa menìt aku berbìsìk dìtelìnganya, “mba, langsung lanjut ya? aku tanggung nìh”

    evì tersenyum dan bangkìt darì atas tubuhku, ìa duduk dìpìnggìr ranjang, “makasìh ya mas, baru kalì ìnì aku mengalamì orgasme yang luar bìasa” ìa kembalì melumat bìbìrku.aku yang masìh terlentang menerìma cumbuan evì yang semakìn lìar, benar2 lìar, seluruh tubuhku dìjìlatìn dengan rakusnya,

    bahkan lìdahnya yang nakal menyedot dan menjìlat putìngku, sungguh nìkmat, alìran daraku sepertì mengalìr dengan cepat, akhìrnya aku ambìl kendalì, dengan gaya konvensìonal aku kemablì memasukkan senjataku dalam kemaluannya, sudah agak mudah tapì tetap masìh ketat menjepìt senjataku,

    pantatku bergerak turun naìk, sambìl lìdahku mengìsap buah dadanya bergantìan, aku lìat wajah evì yang cantìk dan seksi memerah pertanda bìrahìnya kembalì naìk, aku atur tempo permaìnan, aku ìngìn sebìsa mungkìn memberìkan kepuasan lebìh kepadanya, entah sudah berapa gaya yang aku lakukan,

    dan entah sudah berapa kalì evì orgasme, aku tdk menghìtungnya, aku hanya ìnget terakhìr aku pake gaya doggy yang benar2 luar bìasa, pantatnya yang besar memberìkan sensasì tersendìrì saat aku menggerakkan senjataku keluar masuk.

    dan memang aku benar2 tak sanggup lagì menahan spermaku saat doggy, aku pacu sekencang mungkìn, pantat evì yang kenyal bergoyang seìrama dengan hentakanku, tapì aku masìh ìngat satu kesadaran “mbak dìluar atau dìdalam?” tanyaku parau terbawa nafsu sambìl terus memompa senjataku.. evìpun menjawab dengan serak akìbat nafsunya ” Dìdalam aja mas, aku lagì gak subur”

    dan tak perlu waktu lama, selang beberapa detìk setelah evì menjawab aku hentakan keras senjataku dalam vagìnanya, seluruh tubuhku meregang kaku, alìran kenìkmatan menuju penìsku dan memeuntahkan laharnya dalam vagìna evì, ada sekìtar sepuluh kedutan nìkmat aku tumpahkan kedalam vagìnanya,

    sementara evì aku lìhat menggìgìt sprey dìhadapannya, mungkìn ìapun mengalamì orgasme yg kesekìan kalìnya.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Ngewek Maria ABG Manis Yang Mengundang Birahi – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Ngewek Maria ABG Manis Yang Mengundang Birahi – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1835 views

    Perawanku – Maria. Itu namaku. Kedua orang tuaku meninggal karena kecelakaan ketika aku berusia 11 tahun. Saat itu, aku benar-benar sendirian. Rasa takut dan kesepian menyerang hati dan pikiranku. Yang paling menyedihkan adalah, aku sama sekali tidak pernah dikenalkan ataupun berjumpa dengan kerabat ayah maupun ibu. Aku tidak pernah bertanya. Selama ini aku hanya mengenal ayah dan ibu saja. Dan itu sudah lebih dari cukup bagiku. Kami bertiga sangat bahagia.

    Aku tidak ingat, bagaimana aku bisa sampai di panti asuhan itu. Yayasan Bunda Erika, aku membacanya di sebuah papan nama di depan pintu masuk bangunan itu. Di sana, banyak anak-anak yang sebaya denganku. Kehadiran mereka membuatku setidaknya “lupa” akan kemalangan yang baru saja menimpaku. Tidak lamapun, aku merasa kalau aku telah menemukan rumah baru bagiku. Enam bulan pun berlalu.

    Pada suatu hari yang cerah, mendadak kami dibangunkan oleh Bunda Risa, salah satu pengurus di tempat kami.
    “Ayo bangun, cepat mandi, pakai pakaian terbaik kalian, setelah itu kalian harus berkumpul di aula. Kita akan kedatangan seseorang yang sangat istimewa”, katanya sambil tersenyum hangat.
    Dan aku pun bertanya, “Bunda, tamu istimewanya siapa sih? Artis ya?”
    “Mungkin ya..”, kata Bunda Risa sambil tertawa kecil.
    “Karena dia adalah putra tunggal dari pemilik yayasan ini..”

    Tak kusangka, pertemuanku dengan Erik Torian bisa mengubah hidupku, seluruhnya. Saat dia melewati barisan anak-anak yang lain, dia tiba-tiba berhenti tepat di depanku. Senyuman misterius menghiasi wajahnya. Dengan posisi membungkuk, dia mengamati wajahku dengan teliti. Temannya yang ikut bersamanya pun ikut memperhatikan diriku.

    “Ada apa Torian? Apa kau kenal dengan anak ini?”, tanyanya.
    “Tidak”, Erik masih memandangiku sambil memegang mukaku, seolah-olah aku tidak bernyawa.
    “Sempurna” katanya dingin.
    “Seperti boneka..”
    Aku yakin sekali dia bergumam [“..boneka yang aku idam-idamkan”]
    Lalu dia melepaskan wajahku dan langsung meninggalkanku begitu saja.

    Sehari setelah kunjungan itu, Erik bersama temannya itu kembali mengunjungi yayasan, untuk mengadopsi diriku.
    “Halo.. Maria abg manis” Erik melemparkan senyum yang berbeda dari kemarin.
    “Mulai saat ini, aku-lah yang akan merawat dan mengurus Maria abg manis . Kamu tidak harus memanggil aku ‘ayah’ atau sebutan lainnya, panggil saja aku Erik.”
    Sambil mengalihkan pandangannya ke temannya, dia melanjutkan,”Nah.., ini adalah temanku, namanya Tomi.”
    Akupun menyunggingkan senyuman ke arah Tomi yang membalasku dengan senyuman hangat.

    Aku sama sekali tidak percaya bahwa ternyata Erik tinggal sendirian di rumah megah seperti ini dan masih berusia 24 tahun saat itu. Diam-diam, aku kagum dengan penampilan Erik dan Tomi yang sangat menarik. Berada di tengah-tengah mereka saja sudah sangat membuatku special. Erik sangatlah baik padaku. Dia selalu membelikan baju-baju indah dan boneka porselain untuk dipajang dikamar tidurku. Dia sangat memanjakan aku. Tapi, dia juga bersikap disiplin. Aku tidak diperbolehkan untuk keluar rumah selain ke sekolah tanpa dirinya.

    Empat bulan berlalu, rasa sayangku terhadap Erik mulai bertambah. Hari itu, aku mulai merasa bosan di rumah dan Erik belum pulang dari kantor. Aku pun menunggunya untuk pulang sambil bermain Play Station di kamarku. Tepat jam 10.30 malam, aku mendengar suara pintu di sebelah kamarku berbunyi.
    “Erik sudah pulang!!”, pikirku senang.

    Aku pun berlari keluar kamar untuk menyambutnya. Tapi, di depan kamar Erik aku berhenti. Pintunya terbuka sedikit. Dan aku bisa tahu apa yang terjadi di dalam sana. Erik bersama seorang wanita yang sangat cantik, berambut panjang, kulitnya pun sempurna. Aku hanya bisa terdiam terpaku. Aku melihat Erik mulai menciumi bibir wanita itu dengan penuh nafsu. Tangannya meraba-raba dan meremas payudara wanita itu.

    “Ohh..Erik”

    Pelan-pelan, tangan Erik menyingkap rok wanita itu dan menari-nari di sekitar pinggul dan pahanya. Tak lama, Erik sudah habis melucuti pakaian wanita itu. Erik merebahkan wanita itu ke tempat tidur dan menindihnya, tangan Erik bermain-main dengan tubuh wanita itu, menciuminya dengan membabi buta, menciumi leher, menciumi payudara wanita itu sambil meremas-remasnya.

    “Ohh..Eriik..” Aku mendengar desahan wanita itu.

    Aku melihatnya. Aku tidak percaya bahwa aku menyaksikan itu semua. Tapi, aku tidak bergerak sedikit pun. Aku tidak bisa.

    Erik pun membuka resleting celananya dan mengeluarkan ‘senjata’nya, kedua kaki wanita itu dipegang dengan tangan Erik dan Erik segera menancapkan ‘senjata’nya ke liang wanita yang sudah basah itu dengan sangat kasar. Wanita itu mengerang dengan keras. Tanpa sadar, pipiku sudah dibasahi oleh air mata. Hatiku terasa sakit dan ngilu. Tapi, aku tetap tidak bisa beranjak dari sana. Aku tetap melihat perbuatan Erik tanpa berkedip sambil berlinang air mata.

    Erik masih melanjutkan permainannya bersama wanita cantik itu, dia menggerakkan pinggulnya maju dan mundur dengan sangat cepat. Teriakan kepuasan dari wanita itu pun membahana di seluruh ruangan. Sepuluh menit setelah itu, Erik terlihat kejang sesaat sambil mengerang tertahan. Erik pun menghela napas dan beristirahat sejenak, masih dalam rangkulan wanita itu. Permainan berakhir.

    Tapi aku masih mematung di depan kamarnya, memperhatikan Erik dari sebelah pintu yang sedikit terbuka. Aku tidak mau bergerak juga, seolah-olah aku sengaja ingin ditemukan oleh Erik. Benar saja, aku melihat Erik berbenah memberesi bajunya dan bergerak menuju pintu. Dia membuka pintu dan melihat diriku mematung sambil menangis di sana. Dia memperhatikanku sejenak dan senyuman misterius itu hadir lagi.

    Dia pun membungkukkan tubuhnya,
    “Hey, tukang ngintip cilik. Aku nggak marah kok. Hanya saja, aku sudah mempersiapkan hukuman yang tepat untukmu. Tapi, tidak saat ini. Ayo, aku temani kamu sampai kamu tertidur. Kalau kamu capek, besok bolos saja.”
    Erik pun menggendongku yang masih terisak kekamar tidurku. Dan semalaman dia tidur sambil memelukku dengan hangat.
    “Aku..aku..sayang Erik”
    “Erik adalah milikku..hanya milikku seorang”
    Pikiranku berputar-putar memikirkan hal itu. Tak lama, aku pun tertidur lelap.

    Hari ini adalah ulang tahunku yang ke-14. Aku senang sekali, karena Erik telah mempersiapkan sebuah pesta ulang tahun untukku di sebuah hotel bintang 5. Ballroom hotel itu sangat indah, Erik mempersiapkannya secara spesial. Aku pun mengenakan gaun berwarna putih yang baru dibelikan Erik. Kata Erik, aku sangat cantik dengan baju itu, “Kamu cocok sekali dengan warna putih, sangat matching dengan warna kulitmu.. Dan lagi, sekarang.. kamu semakin cantik.”

    Teman-teman perempuanku juga berdecak kagum melihat penampilanku saat itu.
    “Kamu cantik ya Maria abg manis? Beruntung sekali kamu punya ayah angkat seperti Erik..”
    Kata Sara, teman baikku sambil tertawa meledek. Sara melirik ke arah Erik yang sedang duduk di meja pojok bersama Tomi.
    “Hey Maria abg manis, Erik itu ganteng banget ya? Temennya juga..” ujar Sara sambil tertawa kecil.
    Aku pun hanya bisa tertawa, aku pun menetujuinya. Akhir-akhir ini, kami memang jadi sering membicarakan soal cowok. Mungkin karena puber. Tak lama, Aryo temanku yang sepertinya suka denganku datang, sambil menyerahkan hadiah, dia mencium kedua pipiku. Tanpa sadar pipiku bersemu merah.

    Setelah pesta usai, Erik mengajakku istirahat di kamar hotel. Aku lumayan capek, tapi aku senang. Dan setiba di kamar, aku memeluk Erik sambil mengucapkan terima kasih.
    “Terima kasih Erik..aku sayang sekali sama Erik..”
    Erik pun membalas pelukanku sejenak dan kemudian melepasnya, dan dia memegang kedua lenganku sambil memandangku dengan serius. Aku pun merasa heran dan sedikit takut.
    “..Erik? Kenapa? Marah yaa? Aku..melakukan kesalahan apa?”

    Tanpa banyak bicara, Erik menggeretku ke tempat tidur, mencopot dasinya dan menggunakannya untuk mengikat kedua tanganku dengan kencang. Aku memekik dan mulai menangis.
    “Eriik!! Sakit!! Kenapa??!!”
    Dia melihatku dengan pandangan marah. Kemudian berteriak,
    “Kenapa??!! Kenapa katamu?! Kamu itu perempuan apa??!! Masih kecil sudah kenal laki-laki!! Sudah kuputuskan! Kamu harus di hukum atas perbuatanmu barusan dan perbuatanmu 2 tahun yang lalu!!”

    Deg. Jantungku terasa berhenti mengingat kejadian itu.
    “Erik marah..”, pikirku.
    Aku pun merasa ketakutan. Aku takut dibenci. Aku tidak mau kehilangan lagi orang yang kusayangi.
    Tiba-tiba, Erik menarik gaunku dengan sangat kasar sehingga menjadi robek. Aku berteriak.
    “Ini akibatnya kalau jadi perempuan genit!!”
    Erik menariknya lagi untuk kedua kalinya, pakaian dalamku semakin terlihat. Celana dalamku juga akan dilepasnya.
    “Erriik!! Jangaan!!”, aku berteriak ketakutan.

    Terlambat, aku sudah telanjang total. Hanya sisa-sisa gaunku-lah yang masih menyembunyikan bagian-bagian tubuhku sedikit. Erik melihatku dengan penuh nafsu. Nafasnya terdengar berat penuh dengan kemarahan dan birahi. Dia pun menahan tanganku yang terikat dan mendekatkan bibirnya ke bibirku.
    “Aku harus menjadi orang pertama yang..”
    Erik tidak menyelesaikan kata-katanya dan mulai melumat bibirku dengan sedikit kasar.
    “Hmmphh..”
    Untuk pertama kalinya aku merasakan ada getaran yang aneh pada tubuhku. Sensasi yang tidak pernah kurasakan sebelumnya.
    Erik terus berlanjut menciumku, aku bisa merasakan lidahnya memijat lidahku. Aku pun mengikuti permainannya, sedikit takut, sedikit ingin tahu. Erik mulai meremas-remas payudaraku yang belum tumbuh seutuhnya.
    “Ahh..”
    Aku mulai menikmati getaran aneh pada diriku.
    “Panas..badanku terasa panas..Erik..” pikirku dalam hati.
    Erik melanjutkan ciumannya ke leher dan menggigitnya sedikit, remasan tangannya di payudaraku makin kuat.
    “Ahh..!!” nafasku makin memburu.

    Tiba-tiba Erik berhenti dan melihatku sambil tersenyum misterius.
    “Hmm..kamu menyukainya bukan? Ya kan, setan cilik?”
    Mukaku bersemu merah, tapi terlalu takut untuk berbicara, tubuhku bergetar hebat. Erik melepaskan kemejanya dan celananya, masih memandangiku. Aku terlalu malu untuk memandang wajahnya.
    “Aku rasa, kamu sudah siap untuk permainan selanjutnya..”
    Erik tertawa kecil, sedikit kemarahan masih tersisa pada dirinya. Erik kembali menciumiku, kali ini dia meremas payudaraku sambil menghisapnya.
    “Hhh..!!”
    “Tidak apa-apa..kalau Erik..tidak apa-apa.” pikirku.

    Aku memejamkan mataku erat-erat ketika Erik mulai memasukkan ‘senjata’nya ke dalam diriku.
    “Emm..” aku tidak berani bilang kalau aku merasa sakit.
    Erik mulai tidak sabar, dan dia memasukkannya dengan kasar.
    “Aaahh..!!”
    Aku menjerit dan mulai menangis lagi. ‘Senjata’nya sudah memasuki diriku seutuhnya dan sakit yang kurasakan itu sedikit aneh, ada kenikmatan di dalamnya. Aku mulai sedikit meronta sambil berteriak. Tapi Erik menahanku dengan kuat. Erik menciumi diriku yang bergetar hebat dengan sedikit paksa. Bosan dengan posisinya, Erik membalikkan posisi tubuhku menjadi telungkup.
    “Erriik..!! tidaak!!” aku sangat malu melakukan posisi itu.

    Tetapi Erik tidak peduli dan melanjutkan kembali permainannya. Setiap kali tubuh Erik menghentak, aku menjerit sekeras-kerasnya. Erik melakukan gerakan menghentak itu secara teratur, dan tiba-tiba aku merasakan getaran yang sangat hebat dalam diriku, aku merasakan ‘liang’ku
    menyempit karena otot-otot di tubuhku menjadi tegang. Aku pun berteriak lebih keras dari sebelumnya.

    “Ohh..Maria abg manis.”
    Aku merasakan tangan Erik meremas pinggulku dengan kuat. Tubuh Erik mengejang, dan cairan deras pun mengalir dari ‘liang’ku. Aku mendesah panjang. Tubuhku masih bergetar. Erik masih menindihku dan mulai menciumi punggungku.
    “Hhhmm.. pilihanku memang selalu tepat”, gumamnya.
    Aku memilih untuk diam. Erik bergeser ke sampingku. Dia memandangiku yang masih berlinang air mata. Tersenyum Erik mengecup kepalaku sambil mengelusnya.
    “Maria abg manis, kamu adalah milikku seorang.. tidak ada satupun yang boleh menyentuhmu tanpa seizin-ku.”

    Erik memeluk tubuhku yang kecil dengan erat.
    “Ya Erik..aku adalah milikmu. Aku akan melakukan apa saja yang kau perintahkan, asal kau tidak membenciku.” Aku masih terisak.
    “Anak bodoh.. Aku tidak akan pernah membencimu Maria abg manis ..”
    Pelukan Erik semakin erat. Mukaku terasa panas. Dan aku segera membenamkan diriku ke dalam pelukan Erik.

    “Terima kasih..Erik.”

  • Cerita Sex Anak Kuliahan Di Kampus

    Cerita Sex Anak Kuliahan Di Kampus


    751 views

    Perawanku – Cerita Sex Anak Kuliahan Di Kampus,  Cerita Sex Di hari pertamaku masuk kuliah di salah satu perguruan tinggi di Semarang, tidak ada yang aku kenal satupun, sehingga aku seperti orang nyasar, bingung celingak-celinguk kesana kemari. Sewaktu sedang bingung-bingungnya tiba-tiba ada cewek yang menegurku, ‘Eh, tau kelas MI1-3 nggak? Eeiittss.., ternyata aku juga cari kelas itu.., lalu aku jawab, ‘mm.., saya juga tidak tahu, mendingan cari sama-sama yuk’. ‘Saya Gita’ dia sebut namanya duluan. ‘Aku Iwan’, aku sebut namaku juga, di situlah aku mulai punya teman bernama Gita. Cewek manis ini mempunyai kulit kuning langsat, nyaris tanpa cacat, tinggi badan kira-kira 166 cm, dengan berat 49 Kg. Tapi yang bikin aku tidak bosan melihatnya adalah dadanya yang menantang, cukup besar untuk ukurannya, tapi tidak terlalu besar sekali. Begitu pula dengan pantatnya, aku paling suka jika dia memakai jeans ketat, dengan kaos oblong warna putih. Kadang jika ia bercanda, ngomongnya nyerempet-nyerempet porno terus, walaupun sekali-sekali saja. Tiga bulan sudah lamanya aku dekat dengannya, jalan kemanapun selalu bersama, walaupun dia belum resmi jadi pacarku, tetapi aku dan dia selalu berdua kemanapun. Sampai akhirnya aku dan dia pergi jalan-jalan ke daerah Dieng, salah satu daerah dingin di Jawa Tengah, niatnya cuma jalan-jalan saja, tidak menginap. BACA JUGA: KETIKA LIBURAN BERTEMU DENGAN ISTRI PEJABAT PEMKO Entah kenapa hari ini dia mengajakku bercanda yang berbau porno terus, dari pagi hingga siang hari. Sampai akhirnya ia bertanya begini, ‘Wan, kalau kamu punya istri suka yang buah dada nya besar atau sedeng-sedeng saja?’. Lalu aku jawab ‘Mm.., yang kayak apa ya?, kayaknya aku suka yang seperti punya kamu itu lho’. ‘Lho emang kamu pernah liat punyaku?’, tanya dia. Aku bilang ‘Gimana mau liat, orang kamunya ajah nggak pernah kasih kesempatan.., heheheh’. Dia tanya lagi sambil bercanda, ‘Kalo aku kasih kesempatan gimana?’. Aku jawab, ‘Yaa.., nggak aku sia-sia’in’. ‘Emang berani?’, tantang Gita. ‘Siapa takut..’, jawabku tidak mau kalah. ‘Kalo gitu bukti’in!’, kata Gita. ‘Oke.., kita cari losmen sekarang.., gimana?’, tantangku gantian. ‘Siapa takut..’, jawabnya tidak mau kalah juga. Jujur saja aku masih berfikir bahwa ini cuma bercanda saja, sampai tiba-tiba di depan sebuah losmen, dia berkata, ‘Wan, disini ajah.., kayaknya losmennya bagus tuh’. ‘Deg!!’, jantungku terasa berhenti. Dengan ragu-ragu kuarahkan mobilku masuk ke halaman losmen tersebut. Aku masih diam dan setengah tidak percaya. Terus dia berkata, ‘Kamu angkat tas-tas kita, aku yang check in.., OK?’. Seperti babu kepada majikannya, aku ikuti kata-katanya dan mengikuti langkahnya masuk ke losmen. Masuk ke kamar losmen langsung kita tutup dan kunci pintunya, aku masih terdiam terus duduk di atas kasur sampai dia berkata, ‘OK, sekarang aku kasih kamu kesempatan liat dadaku, tapi jangan macem-macem yaa?. Tiba-tiba saja Gita menarik kaosnya ke atas, dan langsung melemparkan ke atas tempat tidur. Lalu dia terdiam sambil menatapku yang juga terdiam, walaupun sebenarnya aku sedang terpana. Beberapa saat dia arahkan tangan kanannya ke pundak kirinya, digesernya tali BH-nya jatuh ke lengan. Lalu gantian tangan kirinya ke pundak kanan melakukan hal yang sama. Lalu tangan kanannya diarahkan ke punggung, tetapi tangan kirinya masih memegangi BH bagian depannya. Oh God.., Nafasku terasa berhenti di tenggorokanku.., BH-nya telah terlepas, tetapi masih ditahan bagian depannya oleh tangan kirinya. Gita terus memandangiku. Gita menggigit bibir bagian bawahnya. Tiba-tiba ia berkata, ‘Aku nggak akan lepas ini, jika kamu nggak buka pakaianmu semuanya’ Aku ragu-ragu.., tetapi nafasku sudah tidak bisa diatur lagi.., aku buka kaosku.., aku buka jeansku.., lalu aku berhenti, tinggal celana dalam yang aku kenakan.., gantian aku yang menantang, ‘Aku nggak akan buka ini, jika kamu nggak lepas itu sekarang’ Gita diam sejenak lalu dia turunkan perlahan tangan kirinya dan akhirnya terlihat jelas buah dada nya yang kuning langsat dan benar-benar menantang. Belum sempat aku rampung menikmati pemandangan ini, tiba-tiba ia melompat ke arahku dan mendorongku telentang di kasur, dengan cepat dia mencium bibirku. Aku yang masih kaget akan serangan mendadak ini tidak menyia-nyiakannya, kami saling berciuman, saling melumat bibir, ‘uugghh.., oohh..’, hanya kata itu yang Gita keluarkan. Tiba-tiba saja di berdiri, dalam 5 detik celana jeansnya sudah terlepas. Kami sama-sama hanya memakai celana dalam saja, saling pandang tetapi itu hanya berlangsung 6 detik, dengan cepat ia menarik celana dalamku kebawah dan melepasnya. Gita tersenyum dan sedikit tertawa, aku tak tahu dia senang melihat punyaku atau menertawai punyaku? Akupun tidak mau kalah, kutarik perlahan-lahan celana dalamnya sedikit demi sedikit, ternyata Gita sudah tidak sabar lalu dia tarik sendiri celana dalamnya dan melemparnya ke belakang, belum sempat celana dalamnya menyentuh lantai bibirnya sudah melumat bibirku, ‘oohh..’, kami sekarang benar-benar telanjang bulat. Gita mulai mencium leherku tapi itu tidak lama karena aku keburu membalik badanku. Sekarang gantian ia yang telentang di kasur. Pemandangan yang indah sekali tetapi kali ini aku tidak mau lama-lama memandang, langsung aku berada diatasnya, kedua tangannya sudah kupegang dan tahan di samping kiri-kanan kepalanya. Aku ciumi lehernya, bibir, leher lagi. ‘Hhmmhh.., uugghh.., sstt’, cuma itu yang dia katakan. Ciumanku sudah ‘bosan’ di leher. Aku mulai turun. Melihat gerakanku itu, tiba-tiba dia mengangkat dadanya. Kesempatan ini tidak kusia-siakan. Aku langsung ciumi buah dada nya sebelah kiri, sedang tangan kananku mengelus-elus buah dada nya yang kanan. Kali ini tangan kirinya sudah memegang kepalaku. ‘sstt.., hh.., sstt..’, mulutnya berdesis seperti ular. Dia menarik rambutku dan kepalaku dan mengarahkan kepalaku ke buah dada nya sebelah kanan. Dengan t’. Lalu dengan gigiku aku mulai mengigit-gigit sedikit puting susunya, kiri-kanan, kiri-kanan selalu bergantian dan adil. Sementara dari mulut Gita terus keluar kata, ‘Teruuss.., teruuss.., yang keras.., aahh.., gigit Wan.., gghh.., sstt’. Sementara punyaku sudah tegang keras. Kepalaku mulai turun lagi tetapi tiba-tiba ia berteriak kecil, ‘Wan.., Iwan.., uugghh.., sekarang ajjaah.., masuk’iin.., nggak usah pake mulut lagi.., masukin sekaraanng.., plizz..’. Aku langsung di dorongnya. Sekarang ganti posisi, aku yang telentang dan Gita berada di atasku. Selangkangannya mencari-cari posisi, walau aku tahu pasti yang dia cari adalah punyaku. Begitu posisinya tepat, Gita mendorongnya dengan kuat. ‘uugghh..’, sedang aku sedikit berteriak, ‘aahh’. Punyaku sudah terbenam di dalam selangkangannya. Gita terus menggerak-gerakan pinggulnya ke atas, ke bawah, kiri-kanan, naik-turun segala arah gerakan ia lakukan. Matanya terpejam, bibirnya digigit seperti menahan sesuatu, sering dari mulutnya keluar kata-kata, ‘oohh.., sshhtt.., uugghh.., sshhss.., sshhiitt.., aacchh.., oouuhh..’, nafasnya tidak lagi teratur. Kedua tangannya meremas-remas buah dada nya sendiri, kepalanya sering menengadah ke atas, ‘uugghh.., oohh.., sshhsstt’. Sedangkan aku hanya sanggup meremas sprei di kiri dan kananku dengan kedua tanganku. Gigi atas dan gigi bawahku sudah saling menekan, tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutku hanya suara nafasku saja yang terdengar. Kali ini aku yang mengambil alih ‘kekuasannya’ gantian kudorong tapi dia malah tengkurap, melihat pantatnya yang putih mulus. Aku jadi tambah bernafsu untuk segera memasukkan punyaku ke punyanya. Aku angkat pinggulnya dan Gitapun mengangkat badannya dengan kedua tangan dan kakinya. Sekarang posisinya seperti mau merangkak. Langsung tanpa tunggu waktu lagi aku mencoba memasukan ‘adikku’ ke lubang vaginanya. ‘Mmaasuukkiinn.., ceeppeett..’, Gita memohon kepadaku tapi belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya punyaku sudah masuk ke vaginanya. ‘oohh..’, dari mulutku keluar kata tersebut. Dengan semangat aku mulai mendorong ke depan, menarik, mendorong, menarik terus menerus seiring dengan gerakanku. Gerakannyapun berlawanan dengan gerakanku, setiap aku mendorong ke depan ia mendorong pantatnya ke arahku diiringi desahan dan leguhan dari mulutnya. ‘uugghh.., aahh.., Sshshhss.., oohh.., uugghh..’. Tiba-tiba ia berteriak, ‘Iwaann.., sshh.., oohh’, aku merasakan sesuatu keluar dari dalam lubang kemaluannya tapi, ‘oohh.., oohh.., aacchh.., Gitt.., aakku..’. Akupun merasakan kenikmatan yang tiada bandingannya seiring dengan keluarnya cairan dari dalam punyaku. ‘oohh.., uugghh’, banyak sekali cairanku keluar. ‘Terus Wan.., keluarin semuanya..’, pinta Gita. Tubuhku terasa sudah tidak kuat lagi berdiri. Aku langsung telentang di kasur, sedangkan Gita langsung memelukku dan menaruh kepalanya di dadaku. ‘Gita sayang sama Iwan’, hanya itu yang keluar dari mulutnya, lalu matanya terpejam sambil terus memelukku.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Antara Pacar Ibuku & Tantenya Part 3 – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Antara Pacar Ibuku & Tantenya Part 3 – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1797 views

    Perawanku – Suatu hari aku ke rumah Shinta sepulang sekolah, ternyata Shinta sedang les. Sedangkan ayahnya ada meeting 2 hari di Malang. Karena sudah terbiasa, setelah masuk ke rumah dan kelihatannya sepi, saat bertemu Tante Tika aku langsung memeluknya dari belakang.

    “Mumpung sepi Tante, saya sudah kangen sama Tante..” kataku sambil menciumi leher dan cuping telinga Tante Tika.
    “Jangan di sini Sayang, ke kamar tante saja..” katanya sambil mengandengku masuk ke kamar, aku seperti kerbau yang di cocok hidungnya, hanya menurut saja.

    Setibanya di dalam kamar tanpa ba-bi-bu kami saling berpelukan dan kulumat bibirnya. Nafasnya terengah-engah. Kancing dasternya kubuka satu-persatu hingga semuanya lepas lalu kutarik ke bawah, sedang Tante Tika juga sudah melepas kemejaku, tangannya kini sibuk membuka reitsleting celanaku, aku membantunya. Setelah celanaku lepas lalu dia buang di lantai. Aku diam sejenak, kupandangi tubuh Tante Tika yang hanya memakai BH warna putih dan celana dalam yang juga putih. Lalu tali pengikat BH-nya kulepas, maka tersembullah buah dada Tante Tika yang montok dan menantang itu. Kemudian tanganku ganti memelorotkan celana dalam Tante Tika. Kini dia sudah telanjang bulat tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya. Kulitnya yang putih mulus memancarkan keindahan alami, aku jadi semakin bernafsu.

    Sesaat kemudian Tante Tika jongkok di hadapanku dan dengan sekali tarik celana dalamku dilepaskannya ke bawah, dengan kakiku CD-ku kulempar ke bawah ranjang Tante Tika. Lalu kami saling menatap, bibirnya didekatkan dengan bibirku, tanpa buang waktu kupagut bibir yang merah merekah kami saling mengulum, terasa hangat sekali bibir Tante Tika. Tanganku mulai bergerilya di dadanya, gundukan montok itu semakin lama semakin kencang dan putingnya terasa mengeras karena permainan tanganku. Kemaluanku tak luput dari tangan hangat Tante Tika yang begitu bernafsu ingin menguasai keperkasaan kejantananku. Tangan lentik itu kini mengocok dan meremas otot kejantananku. Aku semakin tak tahan, lalu aku melepas pelukannya, nafas kami sama-sama ngos-ngosan. Kulihat matanya memerah seperti banteng yang marah, dadanya naik turun inikah yang namanya sedang birahi. Lalu tubuh telanjang Tante Tika kubopong dan kubaringkan terlentang di atas ranjang, dia menekukkan lututnya dan kedua pahanya direnggangkan. Melihat pemandangan liang senggamanya yang sudah basah dan merah merekah, aku jadi semakin tidak sabar. Lalu kembali semua bagian dari liang kewanitaannya menjadi daerah operasi lidahku. Klirotisnya terlihat mengkilat karena banyaknya cairan yang membasahi liang senggamanya.

    Tiba-tiba aku dikagetkan saat secara refleks aku melihat ke pintu. Memang pintu itu hanya di tutup kain gorden sedang daun pintunya tidak kami tutup. Kain gorden itu tersingkap sedikit dan terlihat sepasang mata mengintip perbuatan kami. Aku sempat deg-degan, jangan-jangan Om Har, kalau benar mati aku. Lalu saat gorden itu tertiup angin dari jendela samping aku baru tahu kalau ternyata yang berdiri di balik pintu adalah Tante Merry, adik Tante Tika. Aku jadi lega, paling tidak dia bukan suami Tante Tika ataupun pacarku Shinta.

    Aku meneruskan permainanku dengan harapan semoga Tante Merry bisa melihat bagaimana aku bisa memuaskan kakaknya. Harapanku mendekati kenyataan, ternyata mata itu terus mengawasi permainan kami bahkan saat batang kejantananku hendak masuk ke dalam liang kewanitaan Tante Tika, aku sempat mendengar Tante Merry menahan nafas. Kembali kugenjot liang kewanitaan itu hingga yang punya mengejang sambil mulutnya keluar erangan dan rintihan yang seperti mungkin pembaca pernah melihat Film Blue versi mandarin saat si cewek digenjot lawan mainnya. Aku sendiri semakin tambah bernafsu mendengar rintihan kecil Tante Tika karena suaranya merangsang sekali. Paling tidak 20 menit lamanya aku bisa bertahan dan akhirnya jebol juga pertahananku. “Ccroot.. croot.. croot..” cairanku banyak yang masuk ke dalam rahim Tante Tika, sedang sebelum itu Tante Tika juga sudah keluar dan setelah aku hampir selesai mengejang dan mengeluarkan spermaku, giliran Tante Tika mengejang yang kedua kalinya. Lalu tubuhku ambruk di samping Tubuh indah Tante Tika. Kulihat mata Tante Tika terpejam sambil tersenyum puas.

    Lalu aku pamit mau ke kamar mandi. Sebenarnya aku hanya ingin menemuai Tante Merry tapi saat kucari dia sudah tidak di belakang gorden lagi. Lalu kucari di kamarnya. Kulihat pintu kamar terbuka sedikit lalu kutengok, ternyata kamarnya kosong. Akhirnya kuputuskan ke kamar mandi karena aku memang mau kencing, dengan tergesa-gesa aku berlari ke kamar mandi, kulihat pintu kamar mandi tidak tertutup. Saat aku di depan pintu, aku samar-samar mendengar bunyi air yang dipancurkan berarti ada yang mandi shower. “Ohh.. my God..” saat itu terpampang tubuh molek Tante Merry sedang mandi di pancuran sambil mendesah-desah, dia menggosok tubuhnya membelakangi pintu. Terlihat bagian pantatnya yang padat dan seksi, karena suara air begitu deras mungkin Tante Merry tidak mendengar saat aku melebarkan pintunya. Dari luar aku memandangnya lebih leluasa, tangannya sedang menggosok buah dadanya dan kadang buah dadanya yang berukuran 36C itu diremasnya sendiri, aku ikut terhanyut melihat keadaan itu.

    Saat dia membalikkan badan, kulihat dia mendesis sambil matanya terpejam seperti sedang membayangkan sesuatu yang sedang dialaminya. Waaouuw.., dari depan aku semakin jelas melihat keindahan tubuh Tante Merry. Buah dadanya yang sedang diremas tangannya sendiri kelihatan masih tegak menantang bulat sekal dengan puting yang mencuat runcing di tengahnya, mungkin karena dia belum pernah menyusui bayi maka kelihatan seperti buah dada seorang perawan, masih segar. Aku sempat terperangah karena berbeda sekali dengan kepunyaan Tante Tika yang sudah agak menggantung sedikit tapi ukurannya lebih kecil sedikit. Lalu pandanganku semakin turun, kulihat hutan rimbun di bawah perutnya sudah basah oleh air, kelihatan tersisir rapi dan di bawahnya sedikit daging kecil itu begitu menonjol dan lubangnya lebih kecil dari lubang milik Tante Tika. Tak lama kemudian tangannya meluncur ke bawah dan menggosok bagian demi bagian. Saat tangan mungilnya digosokkan pada klirotisnya, kakinya ikut direnggangkan, pantatnya naik turun. Aku baru menyadari bahwa kemaluanku sudah tegak berdiri malah sudah keluar cairan sedikit. Aku semakin tak tahan, aku lalu main spekulasi aku harus bisa menundukkan Tante Merry paling tidak selama ini dia merasa kesepian, selama dua bulan terakhir ini dirinya tidak disentuh laki-laki berarti dia sangat butuh kepuasan batin.

    Satu persatu pakaianku kulepas hingga telanjang bulat, burungku yang sudah berdiri tegak seperti tugu monas ini sudah tidak sabar ingin mencari sarangnya. Lalu diam-diam aku masuk ke kamar mandi dan aku memeluk Tante Merry dari belakang, tanganku ikut meremas buah dadanya dan kuciumi tengkuknya dari belakang. Tante Merry kaget, “Haii.. apa-apaan kamu Doonny!” bentaknya sambil berusaha melepaskan pelukanku. Aku tidak menyerah, terus berusaha.
    “Doonn.. Lepaaskaan Tantee.. Jangaan..” Dia terus berontak.
    “Tenang Tante.. saya cuma ingin membantu Tante, melepaskan kesepian Tante,” aku terus menciuminya sedang tanganku yang satunya bergerilya ke bawah, kugantikan tangannya yang tadi menggosok liang kewanitaannya sendiri. Bibir kemaluannya kuremas dan kuusap-usap pelan.
    “Tapi Doon, Ouhhg.. Aku kaan.. sshah..” dia sepertinya juga sudah menikmati permainanku.
    “Sudah berapa lama Tante mengintip kami tadi.. Tante kesepian.. Tante butuh kepuasan.. saya akan memuaskan Tante.. nikmati saja,” aku terus mencumbunya.
    “Ouugh.. Ahh.. Jangaann Oohh..” dia terus melarang tapi sesaat kemudian dia membalikkan badan.
    “Doonn, puaskan dahaga Tante..” katanya sambil melumat bibirku, kini dia begitu agresif, aku ganti kewalahan dan berusaha mengimbanginya, tanganku meremas kedua buah dada Tante Merry.
    “Hmm kamu hebaat.. sayaang,” tanpa sadar keluar ucapan itu dari mulutnya.

    Selama 25 menit kami saling mencumbu, saling meremas dalam keadaan berdiri hingga..
    “Ahh.. Doon, cukuup Doon.. lakukanlah, aku sudah tidaak tahaan.. Ohh..” rintihnya.
    Lalu kudorong tubuh Tante Merry menepi ke dinding, kurenggangkan kakinya. Sesaat kulihat bibir kemaluannya ikut membuka lebar, klitorisnya terlihat meriang memerah dan sudah banyak cairan yang membasahi dinding kewanitaannya. Lalu kuletakkan batang kejantananku yang sudah mengeras itu di bibir kemaluan Tante Merry, pelan-pelan kumasukkan. “Uhh.. ss, pelaan sayang, punyamu terlalu besar,” jeritnya kecil. Memang kelihatannya liang kewanitaan yang satu ini masih sempit mungkin jarang dipakai. Perlahan batang kejantananku mulai masuk lebih dalam hingga akhirnya amblas seluruhnya. “Aouuwww..” Tante Merry menjerit lagi mungkin dia belum terbiasa dengan batang kejantanan yang berukuran besar. Setelah keadaan agak rileks, aku mulai menggerakkan batang kejantananku maju mundur. “Oohh.. teruskaan Sayaang.. gendoong aku,” katanya sambil menaikkan kakinya dan dijepitkan di pinggangku. Saat itu batang kejantananku seperti dijepit oleh dinding kewanitaannya tapi justru gesekannya semakin terasa nikmat.

    Tante Merry terus melakukan goyang pinggulnya.
    “Ohh.. ennaak Tantee..” aku semakin terangsang.
    “Tantee jugaa nikmaat.. Doon, punya kamu nikmaat banget.. Ohh, rasanya lebih nikmat dari punya suamikuu.. Ahh.. Uhh.. Tusuk yang lebih keras sayang.” desis Tante Merry.
    “Aaahh.. Aaagh.. Ohh.. Sshh..” Tante Merry merintih tak karuan dan gerakan pinggulnya semakin tak beraturan.
    “Doon, Ohh.. genjoot teruuss..” dia setengah menjerit, “Don, masukin yang dalam, yachh..”
    “Enaak Tante, mmhh..” aku merasakan sukmaku seperti terbang ke awan, liang kewanitaan perempuan ini nikmat betul sih, sayang suaminya kurang bisa memuaskannya.
    “Ouuhh, Doon.. Tantee.. Mauu Keel.. Aaahh..” dia menjerit sambil menekankan pantatnya lebih dalam. “Seerr..” terasa cairan hangat membasahi batang kejantananku di dalam rahimnya. Tapi aku terus memacu gerakanku hingga aku sendiri merasakan mau mencapai orgasme.
    “Tantee.. dikeluarkan di dalam apa di luar,” aku masih sempat bertanya.
    “Di dalam sajaa, berii aku bibitmu sayang,” pintanya.

    Tak lama kemudian aku merasakan ada dorongan dari dalam yang keluar, “Crroott.. crroott.. croott..” cairan maniku langsung memenuhi rahim Tante Merry, lama kami berpelukan kencang hingga akhirnya aku merasa kakiku lemas sekali, tapi aku terus mencumbu bibirnya.
    “Terima kasih Doon, kamu telah menghilangkan dahagaku,” kata Tante Merry.
    “Tante, boleh nggak kapan-kapan saya minta lagi sama Tante, tapi sekarang Shinta mau datang dari les, kita sudahi dulu yaa..” tanyaku.
    “Aku yang harusnya meminta, masak cuma Kak Tika yang kamu puasi, sedangkan aku nggaak, tadi aku ngiri deh sama kakakku bisa ngedapatin kepuasan dari pemuda gagah seperti kamu,” jawabnya.
    “Baiklah, nanti kita bertiga akan rundingkan, saya yakin dia akan mengerti kok, dan bisa memberi kesempatan sama adiknya sendiri, yang penting kita bisa menjaga rahasia ini, ya nggak..” tanyaku.
    “Benar Sayang, terserah kamu asal kamu mau ngasih aku jatah.. aku sudah puas, kok..” jawabnya.

    Kemudian kami sudah mengenakan pakaian kami masing-masing dan keluar dari kamar mandi. Kulihat ke kamar Tante Tika, dia masih tertidur, lalu kubangunkan.
    “Tante banguun, cepatlah berpakaian.. nanti Shinta curiga kalo Tante masih telanjang begini,” kemudian Tante Tika gelagapan sendiri terus bangun.
    “Hahh, hampir jam lima.. Ya ampuun, Tante tertidur yaa, kamu tadi ke mana kok ninggalin Tante?” tanya Tante Tika.
    “Sudahlah, Tante berpakaian dulu nanti saya ceritakan, sekarang saya tunggu di ruang tamu,” kataku sambil ngeloyor ke ruang tamu. Di sana Tante Merry sudah menungguku, dia masih menyisir rambutnya yang masih basah. Tak lama kemudian Tante Tika muncul ke ruang tamu.
    “Ehh kamuu Mer, sudah lama datangnya,” tanya Tante Tika sambil duduk di hadapanku.
    “Wah sudah hampir 2 jam yang lalu, Mbak sih di kamar terus jadi nggak tahu kalau saya sudah datang, mana pintu depan nggak dikunci lagi, gimana tadi kalau ada Shinta yang datang trus nyari Mamahnya, dan melihat Mamahnya kayak tadi, wah bisa terjadi perang dunia ketiga,” katanya santai.
    Tante Tika wajahnya kelihatan pucat, “Jadii, Kamu sudaah..”
    “Santai saja Mbaak, saya bisa ngerti kok, rahasia aman,” kata Tante Merry.
    “Iya Tante, kita sudah kompakan kok,” sahutku, “Tapi misalkan Tante Tika berbagi denga Tante Merry gimana?”
    “Gini lhoo Mbak, masak cuma Mbak yang dipuaskan, saya kan juga kesepian, boleh dong kita berbagi kejantanan Donny. Saya akui dia hebat Mbak, bisa memuaskan saya,” katanya sambil mengerlingkan matanya ke arahku.
    “Ohh.. jadi kalian juga sudah..” tanya Tante Tika.
    “Benar Tante, sekarang kami sudah terus terang, sekarang tergantung Tante, boleh nggak saya juga main dengan Tante Merry, kasihan kan suaminya jarang pulang dia juga butuh kepuasan seperti Tante.”
    “Yahh mau gimana lagi.. aku bisa ngerti kok sama Adikku, asal si Donny bisa bersikap adil aku nggak keberatan.”

    Itulah kisahku dengan Ibu pacarku dan Tantenya, hubunganku dengan Shinta terus berlanjut dan perselingkuhanku dengan Mama dan Tantenya juga nggak berhenti, hingga 1 tahun kemudian Tante Merry melahirkan anaknya. Saat aku dan Shinta membesuknya di persalinan, kulihat Om Nanto sedang ngobrol dengan Tante Tika. “Mari silakan masuk..” Om Nanto kelihatan gembira menyambut kelahiran anaknya. Kulihat Tante Merry tersenyum pada kami, saat Shinta menghampiri box bayi yang jaraknya tidak begitu jauh dari ranjang ibunya. Tante Merry memanggilku dengan isyarat tangan. Dengan setengah berbisik dia berkata, “Lihat anakmu sangat tampan dan gagah Sayang, seperti kamu,” katanya kepadaku. Aku tersenyum penuh arti.

  • Cerita Bokep – MANDI KENIKMATAN DENGAN ISTRIKU DAN SAHABATNYA MEI

    Cerita Bokep – MANDI KENIKMATAN DENGAN ISTRIKU DAN SAHABATNYA MEI


    1599 views

    Perawanku – seharian kerja terasa penat banget, kudu pulang jam 6, untung dah punya istri yang masih sempat-sempatnya nyiapin makan ama kopi. Padahal dia pasti capek juga seharian kerja. Mungkin jam 8 kita berdua udah tertidur. Capek banget, lewat dulu deh ML-nya.

    Siang ini aku kok ngantuk banget ya rasanya. Mumpung direksi pada lagi rapat, kesempatan nih aku pulang kerumah, tidur barang 1-2 jam sempatlah pikirku, langsung deh aku ngacir kerumah yang  jaraknya cuma 15 menit dari kantor.

    Sampe dirumah aku memang punya kebiasaan masuk dengan ‘silent style’ tapi bukan ninja ya bro. Maklum daerah pinggiran mesti cek dulu, daripada keduluan rampok, apalagi kalo ada “Sejenis Ryan” bisa ngacir nih nyawa.

    Perlahan kubuka garasi rumah, “lho kok ada motor istri yach” padahal kan dia tadi ngantor, turunnya aja sama-sama, cuti juga ndak. Kalo sakit pasti dia telpon aku, ndak mungkin berani pulang sendiri. Perasaan curiga mulai muncul, pengalaman selingkuhku justru mengganggu aku nih.

    Garasiku memang langsung mengarah ke ruang tengah, kulihat Tas istriku, ada diatas meja kerjaku, blazer kantornya tergeletak di sofa, bau asap rokok menusuk hidungku dan kulihat diatas meja masih menyala rokoknya dan sepertinya baru saja dihisap. Kontan darahku mendidih sampe ke ubun-ubun. Gila istriku yang kusayang dan perhatian ternyata berselingkuh. Perasaan marah bercampur sakit hati membuat aku hampir saja menendang pintu kamarku.

    “Mundur 7 langkah, maju 7 langkah” aku teringat sebuah buku filsafat cina yang intinya bisa meredakan amarah. Emosiku akhirnya bisa terkendali, memang aku tidak mundur tapi mengambil nafas biar hatiku tetap dingin. Aku hanya mundur beberapa langkah, mengambil sebuah kursi bar yang cukup tinggi.

    Kubawa ke depan pintu kamarku, aku mengintip lebih dulu melalui ventilasi kamar tidurku. Tempat tidurku terhalang oleh dinding kamar mandi, hanya seperempat kasur saja yang terlihat, dan disitu hanya terlihat sepasang kaki mulus istriku saja, “ah ternyata istriku sedang istirahat sendiri” aku agak sedikit lega.

    Sesaat aku diam dan berniat ingin turun, namun tiba-tiba ada sebuah kaki yang merayap menaiki kaki istriku, kagetku membuat aku hampir melompat dari kursi. Untung aku bisa bertahan dan terus kuperhatikan sepasang kaki lainnya itu. “mulus” lho kok?

    Aku turun dari kursiku pelan-pelan mengembalikan kursi itu ketempat semula, berjalan kearah garasi, kuamati disitu, sepatu lelaki yang ada hanya milikku. Dan beberapa sepatu wanita, yang aku sendiri tidak hafal dengan sepatu-sepatu istriku.

    Aku jadi penasaran kudekati lagi kamar tidurku, beruntung sekali aku selalu merawat engsel pintuku yang ternyata tidak terkunci, karena memang tidak ada orang lain dirumah kami. Suara TV dikamarku menyamarkan bunyi handle pintu. Posisi tempat tidurku memang sedikit salah sehingga jika pintu kamar terbuka pasti tidak akan kelihatan dari arah kepala tempat tidur.

    Aku berjalan perlahan seperti ninja menyusuri dinding kamar mandi, dan berhenti setelah aku bisa melihat bayangan tempat tidurku dari cermin rias. Aku kembali terkejut melihat tubuh istriku yang sudah tidak menggunakan apa-apa lagi, sementara diatasnya menindih seseorang yang sangat aku kenal, “sahabat istriku” yang juga tempat curhatku kalo lagi marahan sama istriku. Temannya sekantornya yang selama ini aku percayakan jika istriku ingin berlibur keluar kota. Seseorang yang juga aku senangi.

    Dia selalu membayangi pikiranku yang kadang ngeres namun sedang bosan dengan wajah istriku. Keturunan cina yang kulitnya sedikit lebih putih dari istriku. Pernah sekali pas istriku sedang keluar kota dengannya aku minta difotoin dia kalo lagi tidur sama istriku, sayangnya sampai saat ini ndak pernah dituruti sama istriku.

    Oke bro, Mei memang seorang wanita keturunan cina, dengan wajah yang cantik. Tingginya juga seukuran istriku, hanya saja bokongnya yang padat sudah agak turun karena sudah punya 2 anak. Kok bisa punya anak ya padahal kehidupannya dengan suami yang aku dengar dari cerita istriku sih biasa saja, malahan cukup dingin, Mei sering iri dengan gaya kami yang masih seperti orang pacaran. Tapi hari ini aku ndak percaya kalo ternyata istriku dan Mei bukan hanya bersahabat tapi menjadi sepasang kekasih.

    Lamunanku buyar karena kudengar suara desahan istriku, istriku dan Mei masih melakukan French kiss, aku sedikit cemburu karena kulihat begitu semangatnya istriku membalas setiap ciuman yang diberikan Mei, mereka terlihat sangat mahir memainkan lidahnya, posisi Mei yang diatas istriku, selalu menggoyangkan pinggulnya mengikuti irama tangan kanan istriku yang memegang bokongnya, sementara tangan kiri istriku mengelus leher dan punggungnya, desahan istriku terdengar lagi saat Mei memegang puting istriku.

    Ampun dah sekarang bukannya aku marah sama istriku, malahan aku jadi ikutan horny, aku justru menikmati show itu. Mei mulai melepas gaya frenchkissnya dan mulai menjilati leher istriku, ketelinga istriku, mengulumnya, membuat istriku mendesah dan memperkuat pelukannya pada Mei, aku tau rasanya saat itu, karena itu juga yang aku lakukan ke istri saat foreplay. Mei mencium istriku dan menjilati leher istriku seperti menikmati eskrim. Mei mulai turun ke arah payudara istriku yang sekel itu.

    Diremasnya kedua bukit dengan begitu halusnya, sambil menjilati dan mengulum putingnya, istriku menggelinjang dan begitu menikmatinya, aku merasa bersalah pada istriku karena sering melewati bagian ini, “ah yank” desahan itu keluar dari mulut istriku, bukannya “ah mas”. Kumajukan badanku karena aku semakin horny dan supaya bisa melihat jelas tanpa lewat cermin lagi, wajah istriku begitu menikmati gigitan-gigitan yang diberikan Mei. Kedua tangan istriku mencengkram bantal tanda ia begitu menikmati, kaki istriku melingkari badan Mei yang terus bergoyang menekan daerah selangkangan istriku.

    Mei kembali memberikan kenikmatan pada istriku dengan menciumi daerah pusar dan terus turun ke daerah miss-V istriku. Mei menjilati seluruh daerah itu membuat badan istriku terkadang sontak kejang, memang wanita bisa saling mengerti bagian itu.

    aku benar-benar menikmati tubuh Mei yang selama ini hanya bisa aku bayangkan, posisi Mei yang menungging dengan wajahnya yang mengarah ke tubuh istriku membuatnya tubuhnya semakin sexy, bokongnya yang putih.

    Duh kepingin rasanya aku melompat dan menjilati bokong itu. payudara Mei memang sudah tidak terik lagi, maklum sudah punya anak, namun dengan putingnya yang kecil itu begitu berbeda dengan milik istriku yang sedikit besar.

    Desahan istriku semakin sering, tanda istriku hampir mencapai klimaksnya mengeluarkan lendir, Mei sekarang mengambil posisi 69. Dasar aku masih sayank ama istriku, aku ndak tega kalo istriku juga harus menjilati Miss-V nya Mei. Nekat aku berdiri di depan Mei yang masih asyik memainkan miss-V istriku.

    Sontak Mei terhenyak, aku tau pasti dia kaget bener, tubuhnya gemetar ketakutan, aku sengaja memasang wajah angker dulu, padahal aku juga lagi horny banget. “Mas” suara istriku juga bergetar, keduanya terduduk, istriku benar-benar salah tingkah, sedangkan Mei menutupi payudara dan miss-V nya, tapi ndak mungkin bisa kan,

    Aku masih bisa melihat bentuk tubuhnya yang putih mulus itu, sedikit lebih putih dari istriku, udah dari sononya emang putih sih Mei, aku berpura-pura mengambil nafas panjang. Kudekati mereka berdua. Wajah istriku menunduk, pasti ia takut aku gampar. “Mas maaf, ampun mas”.

    Kini aku duduk mendekati istriku, duduknya semakin meringkuk, sedangkan Mei semakin gemetaran. Kupandangi wajah mereka berdua, keduanya ndak berani menatapku, he..he.. sandiwaraku berhasil, padahal aku sedang menikmati dua wajah cantik dihadapanku, seseorang yang aku cintai dan seseorang yang aku senangi dan selalu mengganggu hayalanku. Kuambil selimut dan kututupi kedua tubuh wanita ini. Mei ingin berdiri, pasti dia akan mengenakan bajunya.

    “Mei, kamu duduk dulu, aku mau ngomong” cegahku. Suaraku sengaja kutinggikan biar lebih gimana gitu.

    “Sudah berapa lama, ma begini?”
    “B..baru kali ini mas” jawabnya.
    “Tapi kalian kan sering pergi liburan sama-sama, malahan seringnya satu kamar, biarpun perginya rame-rame”

    “Benar mas, baru kali ini kita keterusan sampe gini” istriku diam “dulu pernah pegangan tangan aja waktu tidur bang” sambut Mei.
    “Ma, aku lebih suka kamu jujur”

    “Iya mas, dulu waktu liburan ke Bali yang berlima, kami cuma ciuman mas, ndak lebih” yah aku ingat istriku pernah cerita kalo suami Mei saat itu sedang selingkuh, dan dia curhat ke istriku sampe nangis, mungkin itu yang buat Mei jadi ndak mesra lagi ama suaminya. Dan berita terakhir Mei pingin cerai dari suaminya.

    “Ya udahlah, mau diapain lagi, aku tau kalian juga saling menyayangi” “Mei.. kamu tega benar ama aku, padahal aku percaya sama kamu, dan aku suka kok sama kamu”

    “Maaf ya bang” he..he.. pasti Mei ndak ngerti arah omonganku tadi.

    Wajahku tidak lagi angker, aku sebenarnya dari tadi sudah mau tersenyum, dan saat kupandangi wajah istriku dan aku tersenyum padanya, istriku meraih tanganku dan mencium tanganku tanda menyesal. Kupegangi wajahnya dan aku mencium kening istriku.

    Dasar akunya dari tadi emang udah horny, langsung kucium istriku, kulumat bibirnya dengan gaya French kiss yang tadi aku saksikan. Ciuman kali ini benar-benar beda banget, istriku membalasnya seakan ia benar-benar mau menyenangi aku.

    Ia menarikku dan meluruskan tubuhnya keranjang, sedangkan Mei masih terduduk disamping kami, kupegang payudara istriku, dia membalasnya dengan menggenggam Mr-P ku, istriku mulai melucuti baju kemejaku dan melemparnya ke lantai, aku bergerak menciumi leher istriku,

    Wangi tubuh Mei, masih melekat di tubuh istriku membuat aku semakin semangat mengulum telinganya. Istriku mendesah, “oh mas, aku sayang mas” sambil tangannya mulai membuka celanaku, sekilas kulihat Mei mulai bergerak menyingkir, dia pasti ingin memberi kesempatan kepada kami berdua.

    Tanganku langsung menangkap tangannya, tanda ia tidak boleh pergi dari situ. “Bentar bang, aku ke WC dulu ya” pasti karena ketakutan tadi Mei jadi pengin pipis. Kuteruskan melumat bibir istriku dan mengulum payudara istriku, sementara istriku telah melepaskan seluruh pakaianku.

    Kudengar dari kamar mandi ada suara air tanda Mei telah selesai, “Ma panggil Mei” kataku. Saat Mei keluar dari kamar mandi istriku memberinya kode untuk duduk kembali ketempat semula. Mei menurutinya. Kutangkap tangan Mei, namun aku masih asyik mencumbu istriku, kuremas tangan Mei layaknya orang berpacaran, Mei menanggapinya dia juga meremas tanganku dengan kedua tangannya, dan mencium tanganku seperti mengucapkan terima kasih karena tidak seperti yang dia takutkan tadi.

    Istriku juga melihat kejadian itu, lalu ia bergeser menaikkan kepalanya ke atas paha Mei sambil menarikku untuk mengikutinya. Posisi ku sungguh diuntungkan aku berciuman dengan istriku dengan tangan kananku memegang tangan Mei sementara tangan kiriku mengelus payudara istriku, sementara wajahku menempel ke payudara Mei.

    Sesaat kemudian istriku melepaskan ciumanku, lalu memandangku kemudian ke arah Mei, aku menatap wajahnya dan wajah Mei, Mei membalas kami berdua sambil tersenyum. Coba kukecup pipi Mei. Dia agak menghindar, aku tau ia pasti merasa tidak enak dengan istriku.

    “Jadi gimana kita ma?” tanyaku. “Ya mas kan sayang ama aku, senang ama Mei juga dari dulu sampe minta fotonya yang habis mandi kan? Hi..hi..” “Terus?” tanyaku lagi

    “Aku sayang ama mas dan Mei, Mei sayang juga ama aku, Cuma ndak tau dianya dengan mas”.

    “Kalo mama selingkuhnya ama laki-laki sih aku pasti bisa marah besar, tapi kalo ama Mei, sih aku ndak masalah ma, rasa senangku bisa berubah jadi sayang juga kan”

    “Makasih ya mas, aku beruntung punya suami kayak kamu mas, kamu gimana Mei?”

    “Entah kenapa kok aku jadi sayang ya ama kalian berdua, aku ijin ya selingkuh ama suami kamu?” jawabnya. Istriku tersenyum.

    Lalu kucium lagi istriku sambil merangkul Mei, tak lama istriku mendorongku keatas aku pun mencium Mei yang membalasku, kali ini aku merasakan double French kiss yang luar biasa. Ciumannya lebih liar saat istriku mulai meremas dan mencium payudara Mei, sementara satu tangannya membelai torpedoku.

    Lidah kami seperti dua orang satria yang berperang memainkan pedang dengan liukan-liukan jurus mematikan, jurus kami yang selalu saja seri membuat aku melakukan manuver untuk melakukan jurus lainnya, kini kuarahkan lidahku ke arah leher Mei.

    “hh.. hhh..” desahannya yang tertahan mengisyaratkan manuverku cukup berhasil, pingin rasanya kubuat tanda disitu, tapi ah, ntar jadi berabe, jadi kulanjutkan kearah telinga, kujilati dan kukulum bagian bawah telinganya, Mei menyerah tak berkutik, gigitan kecil dan remasan istriku ke payudaranya tentu membuatnya semakin tak berdaya.

    Posisi Mei yang tadi duduk kini berganti menjadi terlentang, sementara istriku mendapatkan daerah bawah aku mendapatkan tubuh bagian atas Mei, bentuk payudaranya yang masih agak kencang berarti punya Mei jarang disentuh sama suaminya, putingnya mengeras, nafsu Mei mulai naik.

    Istriku mulai meraba paha dan daerah selangkangan Mei, akupun mulai memijat susu Mei, meremasnya dengan lembut, Mei membalasnya dengan menyentuh mr-P, masih agak kaku, pasti karena bukan punya suaminya, walau begitu dengan sentuhan jari-jarinya membuat mr-P ku mengeras dengan sangat-sangat.

    Dengan ujung jari telunjuknya ia memainkan milikku dari atas ke arah pangkal, menyentuh buah zakar ku hingga menggenggamnya, dan kali ini kekakuannya telah hilang. Kuarahkan milikku mendekati wajahnya, Mei ngerti maksudnya, dia mulai mendekatkan bibirnya ke milikku. Dimasukkan milikku mulutnya, hangat..

    Rasanya ingin kudorong penuh ke mulut kecilnya itu, tapi kubiarkan saja Mei yang mengontrol permainan itu, saat itu aku sudah berganti arah memegang payudara istriku, Mei ternyata lebih mahir dalam jurus ini dibandingkan istriku. Sedotannya serasa ingin mengeluarkan cairanku.

    Aku jadi semangat meremas bokong istriku. Dengan jariku kusentuh bagian clitorisnya, mengusapnya, istriku menggelinjang dan membuka selangkangannya, sesekali kumasukkan jariku ke dalam lubang V nya, cairan pelumas dari lubang itu kumanfaatkan untuk mengusap clitorisnya.

    Istriku juga mulai high, sesaat dia mau mencium miss-V Mei, tapi kucegah dengan merubah posisinya, aku masih ndak tega, kalo istriku yang harus melakukan itu dengan orang lain, sekalipun itu Mei. Kurelakan melepas jurus Mei dari Mr-P ku dan kuarahkan ke bibir istriku, dan sebenarnya aku kepingin sekali mengenal Mei lebih jauh, apalagi Miss-V nya Mei yang selama ini aku idam-idamkan.

    Mei berbalik ke arah selangkangan istriku, aku langsung berbaring dan mulai mencium Miss-V nya. Kukeluarkan jurus pembangkit selera, bentuk Mei ternyata lebih tembem dari punya istriku, dengan jariku kubuka daerah clitorisnya, kuhujamkan lidahku disitu, gerakan naik turun lidahku membuat pinggul Mei bergerak naik turun melawan arus lidahku,

    Sementara Mei juga melakukan hal yang sama ke istriku, apa yang dilakukan Mei ke istriku sekarang juga kulakukan kepadanya, saat ia memasukkan lidahnya ke lubang istriku, kulakukan hal yang sama kepadanya, wajahnya menunjukkan ekspresi senang, istriku yang tengah mendapatkan kenikmatan itu pun memasukkan hampir seluruh Mr-P ku kemulutnya, Luar biasa memang segitiga yang kami lakukan ini, pantaslah ‘segitiga bermuda’ bisa menelan banyak korban.

    Aku benar-benar hampir mencapai klimaks mengeluarkan lendir dan sebelum itu terjadi kulepaskan sedotan istriku, kali ini kubiarkan Mei, merayap menaiki tubuh istriku. Mei menjilati tubuh istriku, menggigit payudaranya, dan mencium bibir istriku.

    Gerakan pinggul mereka pasti membuat clitorisnya saling bergesekan, aku bergerak ke arah mereka, kuangkat kaki istriku, aku benar-benar kepingin melakukan penetrasi kepada mereka berdua, posisi Mei yang menungging bisa membuat aku lebih cepat keluar,

    Makanya kupilih istriku, Mei memberi ruang dan memajukan badannya kedepan sehingga payudaranya tepat diatas wajah istriku, aku langsung menancapkan milikku ke lubang istriku, desahan istriku mulai terdengar ngos-ngosan, sambil ia mengulum payudara Mei dan memainkan clitoris Mei dengan jarinya,

    hingga akhirnya kurasakan hawa hangat pada mr-P ku, istriku sudah mencapai titik puasnya dan mengeluarkan lendir. Kucabut penetrasiku pada istriku setelah merasakan pijatan dari dalam lubang istriku mengendor, kali ini kuarahkan mr-P ke lubang milik Mei. Mulai kumasukkan milikku ke arahnya.

    “Ahhh..” kudengar desahan Mei, lubang itu agak lebih sempit dari milik istriku, “Yank, punya suamimu lebih gede” kudengar bisikan mesra Mei ke istriku. Istriku tersenyum ke arahku dan mengangguk pertanda aku bisa melanjutkan lagi. Kali ini aku mencoba memasukkan hampir seluruh Mr-P ku, tubuh Mei kejang antara menahan sakit atau keenakan,

    Entah karena ia jarang disentuh sama suaminya atau memang punya suaminya lebih kecil aku ndak mau mikir, karena aku kembali menikmati bokong indah Mei, sekaligus rapatnya lubang miliknya membuatku harus bisa bertahan lebih lama, manalagi posisinya yang menungging itu. istriku membantu dengan mencumbu Mei.

    Hisapan pada payudara Mei dan gerakanku membuat Mei mulai mendesah, nafasnya mulai memburu, untung saja mereka sudah melakukan lebih awal sehingga aku bisa bertahan, hingga akhirnya Mei mendesah, “bang terus, lebih kencang lagi bang” aku tau Mei sudah hampir mencapai klimaks dan mengeluarkan lendir, aku juga hampir mencapai klimaks dan mengeluarkan lendir, maka gerakan maju mundurku kali ini lebih kencang, memang benar filsafat cina, bahwa kegiatan maju mundur dalam kondisi perasaan seperti apapun pasti membawa nikmat.

    Sampai akhirnya, dari torpedoku keluarlah semburan lendir, yang memuntahkan hampir berjuta pasukan kecil ke sarang musuh yang bisa mematikan semua benda milik lelaki setelah lendir keluar dari lubang itu. kurasakan pijatan otot dari arah dalam lubang ke milikku, benar-benar kenikmatan lendir yang luar biasa.

    Mei perlahan melepaskan milikku yang hampir mati layu, dan merebahkan dirinya disamping istriku setelah mengecup bibir istriku, aku yang kecapean juga ikut merebahkan diriku, kuambil posisi ditengah-tengah mereka.

    Istriku langsung memelukku dan menciumku, “Makasih mas, kamu suami terbaik di dunia, aku ndak rela orang lain merebut mas”, “Tapi kalo buat Mei aku rela kok, kalo nanti Mei cerai sama suaminya, mas kawini aja dia, kan enak kita bertiga bisa serumah, aku sayang ama mas”

    Mei pun langsung memelukku juga, dia mencium bibirku “Bang, aku juga mau jadi istri kedua kamu, pasti kamu bisa adil ke kita berdua, makasih ya bang, Love u honey”.

    Aku hanya tersenyum toh kalo aku kawini mereka berdua kan ndak masalah, kita masing-masing sudah punya gaji, Cuma saja apa kata orang-orang kalo aku punya 2 istri yang serumah dan sekantor lagi mereka. Bodoh ah, yang aku tau aku capek sekali setelah mengeluarkan lendir, dan mataku langsung terpejam lagi, ketiduran.

  • Pengalaman Ngentot Si Fitri Pemuas Nafsuku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Pengalaman Ngentot Si Fitri Pemuas Nafsuku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1645 views

    Perawanku – Saat aku sedang menonton tv dikamarku tiba tiba Tika keluar dari kamar mandi dengan mengenakan baju
    tidur yang tranparan , waooowww dia habis cuci muka dan bersih bersih siap untuk tidur, dikamar tidur
    kami memang ada tv dan kamar mandi dalammnya jadi kami dapat menonton tv dengan tiduran , saat ini Tia
    yang sedang tidur disampingku. Judi Bola Sbobet

    Melihat tubuh Tia yang seksi aku sungguh horny, dengan mata tepejam aku mengajak Tia bicara.
    Lho kok udah tidur sih?? tanyaku

    Dengan nada bergumam Tia hanya menjawab “Hmmmmmmm”

    Sambil membuka matanya dan tersenyum kecilnya, uhh membuat burungku semakin tegang tangannya sambil
    mengelus pipiku kemudia dia mecium pipiku
    “Tidur yang nyenyak yaa..” katanya perlahan.

    Lalu ia kembali berbaring dan memejamkan matanya. Tidur! Nah lho? Sial
    benar. Cuma begitu saja? Aku terbengong beberapa saat.

    “Tia!..!” aku mengguncang-guncang tubuhnya.

    “Umm.. udah maleem.. Tia ngantuk niih..”

    Kalau sudah begitu, percuma saja. Dia tidak akan bangun. Padahal aku sedang birahi tinggi dan butuh
    pernyaluran. Si “ujang” masih tegang dan penasaran minta jatah.

    Begitulah Tia. Sebagai istri, dia hampir sempurna. Wajah dan fisiknya enak dilihat, sifatnya baik dan
    menarik. Perhatiannya pada kebutuhanku sehari-hari sangat cukup.

    Hanya saja, kalau di tempat tidur dia sangat “hemat”. Nafsuku terbilang tinggi. Sedangkan Tia, entah
    kenapa (menurutku) hampir tidak punya nafsu seks.

    Tidak heran meskipun sudah lebih setahun kami menikah, sampai saat ini kami belum punya anak. Untuk
    pelampiasan, aku terkadang selingkuh dengan wanita lain. Tia bukannya
    tidak tahu.

    Tapi tampaknya dia tidak terlalu mempermasalahkannya. Nafsuku sulit ditahan. Rasanya ingin kupaksa
    saja Tia untuk melayaniku. Tapi melihat wajahnya yang sedang pulas, aku jadi tidak tega.

    Kucium rambutnya. Akhirnya kuputuskan untuk tidur sambil memeluk Tia. Siapa
    tahu dalam mimpi, Tia mau memuaskanku? Hehehe..

    Esoknya saat jam istirahat kantor, aku makan siang di Citraland Mall.
    Tidak disangka, disana aku bertemu dengan Andri, sahabatku dan Tia semasa kuliah dahulu.

    Kulihat Andri bersama dengan seorang wanita yang mirip dengannya. Seingatku, Andri tidak punya adik.
    Ternyata setelah kami diperkenalkan, wanita itu adalah adik sepupu Andri.

    Fitri namanya. Heran juga aku, kok saudara sepupu bisa semirip itu ya? Pendek kata, akhirnya
    kami makan satu meja.

    Sambil makan, kami mengobrol. Ternyata Fitri seperti juga Andri, tipe yang mudah akrab dengan orang
    baru. Terbukti dia tidak canggung mengobrol denganku.

    Ketika aku menanyakan tentang Joe (suami Andri, sahabatku semasa kuliah), Andri bilang bahwa Joe
    sedang pergi ke Surabaya sekitar dua minggu yang lalu untuk suatu keperluan.

    “Paling juga disana dia main cewek!” begitu komentar Andri.

    Aku hanya manggut-manggut saja. Aku kenal baik dengan Joe, dan bukan hal yang aneh kalau Joe ada main
    dengan wanita lain disana.

    Saat Fitri permisi untuk ke toilet, Andri langsung bertanya padaku.

    “Van, loe ama Tia gimana?”

    “Baek. Kenapa?”

    “Dari dulu loe itu kan juga terkenal suka main cewek. Kok bisa ya akur
    ama Tia?”

    Aku diam saja.

    Aku dan Tia memang lumayan akur. Tapi di ranjang jelas ada masalah. Kalau dituruti nafsuku, pasti
    setiap hari aku minta jatah dari Tia.

    Tapi kalau Tia dituruti, paling hebat sebulan dijatah empat atau lima kali! Itu juga harus main paksa.
    Seingatku pernah terjadi dalam sebulan aku hanya dua kali dijatah Tia.

    Jelas saja aku selingkuh! Mana tahan?

    “Kok diem, Van?” pertanyaan Andri membuyarkan lamunanku.

    “Nggak kok..”

    “Loe lagi punya masalah ya?”

    “Nggaak..”

    “Jujur aja deh..” Andri mendesak.

    Kulirik Andri. Wuih, nafsuku muncul. Aku jadi teringat saat pesta di rumah Joe. Karena nafsuku sudah
    sampai ke ubun-ubun, maka akal sehatku pun hilang.

    “Cerita doong..!” Andri kembali mendesak.

    “Mi.., loe mau pesta “assoy” lagi nggak?” aku memulai. Andri kelihatan kaget.

    “Eh? Loe jangan macem-macem ya Van!” kecam Andri.

    Aduh.., kelihatannya dia marah.

    “Sorry! Sorry! Gue nggak serius.. sorry yaa..” aku sedikit panik.

    Tiba-tiba Andri tertawa kecil.

    “Keliatannya loe emang punya masalah deh.. Oke, nanti sore kita ketemu lagi di sini ya? Gue juga di
    rumah nggak ada kerjaan.”

    Saat itu Fitri kembali dari toilet. Kami melanjutkan mengobrol sebentar, setelah itu aku kembali ke
    kantor.

    Jam 5 sore aku pulang kantor, dan langsung menuju tempat yang dijanjikan. Sekitar sepuluh menit aku
    menunggu sebelum akhirnya telepon genggamku berdering.

    Dari Andri, menanyakan dimana aku berada. Setelah bertemu, Andri langsung mengajakku naik ke mobilnya.
    Mobilku kutinggalkan disana. Di jalan Andri langsung menanyaiku tanpa basa-basi.

    “Van, loe lagi butuh seks ya?”

    Aku kaget juga ditanya seperti itu. “Maksud loe?”

    “Loe nggak usah malu ama gue. Emangnya Tia kenapa?”

    Aku menghela nafas. Akhirnya kuputuskan untuk mengeluarkan uneg-unegku.

    “Mi.. Tia itu susah banget.. dia bener-bener pelit kalo soal begitu. Loe bayangin aja, gue selalu
    nafsu kalo ngeliat dia. Tapi dia hampir nggak pernah ngerespon.

    Kan nafsu gue numpuk? Gue butuh penyaluran dong!

    Untung badannya kecil, jadi kadang-kadang gue paksa dia.”

    Andri tertawa. “Maksudnya loe perkosa dia ya? Lucu deh, masa istri sendiri
    diperkosa sih?”

    “Dia nggak marah kok. Lagi gue perkosanya nggak kasar.”

    “Mana ada perkosa nggak kasar?” Andri tertawa lagi. “Dan kalo dia nggak
    marah, perkosa aja dia tiap hari.”

    “Kasian juga kalo diperkosa tiap hari. Gue nggak tega kalo begitu..”
    “Jadi kalo sekali-sekali tega ya?”

    “Yah.. namanya juga kepepet.. Udah deh.. nggak usah ngomongin Tia lagi ya?”

    “Oke.. kita juga hampir sampe nih..”

    Aku heran. Ternyata Andri menuju ke sebuah apartemen di Jakarta Barat.
    Dari tadi aku tidak menyadarinya.

    “Mi, apartemen siapa nih?”

    “Apartemennya Fitri. Pokoknya kita masuk dulu deh..”

    Fitri menyambut kami berdua. Setelah itu aku menunggu di sebuah kursi, sementara Fitri dan Andri masuk
    ke kamar. Tidak lama kemudian Andri memanggilku dari balik pintu kamar tersebut.

    Dan ketika aku masuk, si “ujang” langsung terbangun, sebab kulihat Andri dan Fitri tidak memakai
    pakaian sama sekali. Mataku tidak berkedip melihat pemandangan hebat itu. Dua wanita yang cantik yang
    wajahnya mirip sedang bertelanjang.

    bulat di depanku.

    Mimpi apa aku?

    “Kok bengong Van? Katanya loe lagi butuh? Ayo sini..!” panggil Andri lembut.
    Aku menurut bagai dihipnotis. Fitri duduk bersimpuh di ranjang.

    “Ayo berbaring disini, Mas Ivan.”

    Aku berbaring di ranjang dengan berbantalkan paha Fitri. Kulihat dari
    sudut pandangku, kedua bagian bawah payudara Fitri yang menggantung
    mempesona.

    Ukurannya lumayan juga. Fitri langsung melucuti pakaian atasku, sementara Andri melucuti akaianku
    bagian bawah, sampai akhirnya aku benar-benar telanjang. Batang kemaluanku mengacung keras menandakan
    nafsuku yang bergolak.

    “Gue pijat dulu yaa..” kata Andri.

    Kemudian Andri menjepit kemaluanku dengan kedua payudaranya yang montok itu. Ohh.., kurasakan pijatan
    daging lembut itu pada kemaluanku. Rasanya benar-benar nyaman. Kulihat Andri tersenyum kepadaku.

    Aku hanya mengamati bagaimana kedua payudara Andri yang sedang digunakan untuk memijat batang penisku.

    “Enak kan, Van?” Andri bertanya.

    Aku mengangguk. “Enak banget. Lembut..”

    Fitri meraih dan membimbing kedua tanganku dengan tangannya untuk mengenggam payudaranya. Dia
    membungkuk, sehingga kedua payudaranya menggantung bebas di depan wajahku.

    “Van, perah susu gue ya?” pintanya nakal.

    Aku dengan senang hati melakukannya. Kuperah kedua susunya seperti
    memerah susu sapi, sehingga Fitri merintih-rintih.

    “Ahh.. awww.. akh.. terus.. Van.. ahh.. ahh..”

    Payudara Fitri terasa legit dan kenyal. Aku merasa seperti raja yang dilayani dua wanita cantik.
    Akhirnya Andri menghentikan pijatan spesialnya.

    Berganti tangan kanannya menggenggam pangkal si “ujang”.

    “Dulu diwaktu pesta di rumah gue, kontol loe belum ngerasain lidah gue ya?” kata Andri, dan kemudian
    dengan cepat lidahnya menjulur menjilat si “ujang” tepat di bagian bawah lubangnya.

    Aku langsung merinding keenakan dibuatnya. Dan beberapa detik kemudian kurasakan hangat, lembut, dan
    basah pada batang kemaluanku. Si “ujang” telah berada di dalam mulut Andri, tengah disedot dan
    dimainkan dengan lidahnya.

    Tidak hanya itu, Andri juga sesekali mengemut telur kembarku sehingga menimbulkan rasa ngilu yang
    nikmat. Sedotan mulut Andri benar-benar membuatku terbuai, apalagi ketika ia menyedot-nyedot ujung
    kemaluanku dengan kuat.

    Enaknya tidak terlukiskan. Sampai kurasakan alat kelaminku berdenyut-denyut, siap untuk memuntahkan
    sperma.

    “Mi.. gue.. udah mau.. ke.. luar..”

    Andri semakin intens mengulum dan menyedot, sehingga akhirnya kemaluank menyemprotkan sperma berkali-
    kali ke dalam mulut Andri. Lemas badanku dibuatnya.

    Tanganku yang beraksi pada payudara Fitri pun akhirnya berhenti. Andri terus mengulum dan menyedot
    kemaluanku, sehingga menimbulkan rasa ngilu yang amat sangat. Aku tidak tahan dibuatnya.

    “Aahh.. Andri.. udahan dulu dong..!”

    “Kok cepet banget keluar?” ledeknya.

    “Uaah.., gue kelewat nafsu sih.. maklum dong, selama ini ditahan terus.”
    aku membela diri.

    “Oke deh, kita istirahat sebentar.”

    Andri lalu menindih tubuhku. Payudaranya menekan dadaku, begitu kenyal rasanya. Nafasnya hangat
    menerpa wajahku. Fitri mengambil posisi di selangkanganku, menjilati kemaluanku.

    Gairahku perlahan-lahan bangkit kembali. Kuraba-raba kemaluan Andri hingga akhirnya aku menemukan
    daging kenikmatannya. Kucubit pelan sehingga Andri mendesah perlahan. Kugunakan
    jari jempol dan telunjukku untuk memainkan daging tersebut, sementara jari manisku kugunakan untuk
    mengorek liang sanggamanya.

    Desahan Andri semakin terdengar jelas. Kemaluannya terasa begitu basah. Sementara itu Fitri terus saja
    menjilati kemaluanku. Tidak hanya itu, Fitri mengosok-gosok mulut dan leher si “ujang”, sehingga
    sekali lagi bulu kudukku merinding menahan nikmat.

    Kali ini aku merasa lebih siap untuk tempur, sehingga langsung saja aku membalik posisi tubuhku,
    menindih Andri yang sekarang jadi telentang. Dan langsung kusodok lubang sanggamanya dengan batang
    kemaluanku.

    Andri mendesis pendek, lalu menghela nafasnya. Seluruh batang kemaluanku terbenam ke dalam rahim
    Andri. Aku mulai mengocok maju mundur. Andri melingkarkan tangannya memeluk tubuhku.

    Fitri yang menganggur melakukan matsurbasi sambil mengamati kami berdua yang sedang bersatu dalam
    kenikmatan bersetubuh. Andri mengeluarkan jeritan-jeritan kecil, sampai akhirnya berteriak saat
    mencapai puncak kenikmatannya, berbeda denganku yang lebih kuat setelah sebelumnya mencapai orgasme.

    Kucabut batang kemaluanku dari vagina Andri, dan langsung kuraih tubuh Fitri. Untuk mengistirahatkan
    si “ujang”, aku menggunakan jari-jariku untuk mengobok-obok vagina Fitri.

    Kugosok-gosok klitorisnya sehingga Fitri mengerang keras. Kujilati dan kugigit lembut sekujur
    payudaranya, kanan dan kiri. Fitri meremas rambutku, nafasnya terengah-engah dan memburu.
    Setelah kurasakan cukup merangsang Fitri, aku bersedia untuk main course.

    Fitri nampaknya sudah siap untuk menerima seranganku, dan langsung mengambil doggy style. Vaginanya
    yang dihiasi bulu-bulu keriting nampak sudah basah kuyup.

    Kumasukkan kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya dengan pelan tapi pasti. Fitri merintih-rintih
    keras saat proses penetrasi berlangsung. Setelah masuk seluruh penisku, kudiamkan beberapa saat untuk
    menikmati kehangatan yang diberikan oleh jepitan vagina Fitri.

    Hangat sekali, lebih hangat dari milik Andri. Setelah itu kumulai menyodok
    Fitri maju mundur.

    Fitri memang berisik sekali! Saat kami melakukan sanggama, teriakan-teriakannya terdengar kencang.
    Tapi aku suka juga mendengarnya. Kedua payudaranya bergelantungan bergerak liar seiring dengan gerakan
    kami.

    Kupikir sayang kalau tidak dimanfaatkan, maka kuraih saja kedua danging kenyal tersebut dan angsung
    kuremas-remas sepuasnya. Nafsuku semakin memuncak, sehingga sodokanku semakin kupercepat, membuat
    Fitri semakin keras mengeluarkan suara.

    “Aaahh.. Aaahh.. Gue keluaar.. Aaah..” teriak Fitri dengan lantang.

    Fitri terkulai lemas, sementara aku terus menyetubuhinya. Beberapa saat
    kemudian aku merasa mulai mendekati puncak kepuasan.

    “Fit.. gue mau keluar nih..”

    Fitri langsung melepaskan kemaluannya dari kemaluanku, dan langsung mengulum kemaluanku sehingga
    akhirnya aku memuntahkan spermaku di dalam mulut Fitri, yang ditelan oleh Fitri sampai habis

    Aku berbaring, capek. Nikmat dan puas sekali rasanya. Andri berbaring di sisiku.

    Payudaranya terasa lembut dan hangat menyentuh lengan kananku. Fitri masih membersihkan batang
    kemaluanku dengan mulutnya.

    “Gimana Van? Puas?” Andri bertanya.

    “Puas banget deh.. Otak gue ringan banget rasanya.”

    “Gue mandi dulu ya?” Fitri memotong pembicaraan kami.

    Lalu ia menuju kamar mandi.

    “Gue begini juga karena gue lagi pengen kok. Joe udah dua minggu pergi.
    Nggak tau baliknya kapan.” Andri menjelaskan.

    “Nggak masalah kok. Gue juga emang lagi butuh sih. Lain kali juga gue
    nggak keberatan.”

    “Huss! Sembarangan loe. Gue selingkuh cuma sekali-sekali aja, cuma pengen balas dendam ama Joe. Dia
    suka selingkuh juga sih! Beda kasusnya ama loe!”

    Aku diam saja. Andri bangkit dari ranjang dan mengingatkanku.

    “Udah hampir setengah delapan malem tuh. Nanti Tia bingung lho!”

    Aku jadi tersadar. Cepat-cepat kukenakan pakaianku, tanpa mandi terlebih dahulu. Setelah pamiit dengan
    Fitri, Andri mengantarku kembali ke Citraland.

    Disana kami berpisah, dan aku kembali ke rumah dengan mobilku. Di rumah, tentu saja Tia enanyakan
    darimana saja aku sampai malam belum pulang. Kujawab saja aku habis makan malam bersama teman.

    “Yaa.. padahal Tia udah siapin makan malem.” Tia kelihatan kecewa.

    Sebenarnya aku belum makan malam. Aku lapar.

    “Ya udah, Ivan makan lagi aja deh.. tapi Ivan mau mandi dulu.” kataku
    sambil mencium dahinya.

    Tia kelihatan bingung, tapi tidak berkata apa-apa.

  • Cerita Sex Teman Masa Kecilku

    Cerita Sex Teman Masa Kecilku


    1076 views

    Perawanku – Cerita Sex Teman Masa Masa kecilku di kampung kalau kuingat-ingat menggelikan juga. Kok bisa-bisanya ya waktu aku masih kecil dah pacaran malah sudah berbuat jauh pula. Ceritanya gini. Waktu itu aku tinggal di desa yang jauh dari kota. Anak-anak di desa tidak bermain di mall seperti di kota, lha wong di desa gak ada mall. Yang ada cuma pasar, itu pun tidak setiap hari ada. Pasar ramai pada hari-hari tertentu saja.

    Kami anak anak, waktu itu kalau nggak salah ingat aku masih kelas 6 SD kalau menghabiskan waktu bermain di sawah, dirumah kadang-kadang berenang di sungai. Cari ikan, cari buah-buahan ya apa saja. Kalau malam kami sering main di halaman rumahku yang luas. Kebetulan halaman rumahku seperti memiliki alun-alun kecil di samping rumah, jadi tempat itu dijadikan pusat bermain anak-anak di sekitar rumahku.

    Soal bermain-main rasanya tidak usaha dibahas panjang lebar. Ada satu permainan yang mengesankan dan sampai sekarang masih terus ku ingat , sehingga akhirnya aku tuturkan dalam cerita ini . Kami jika selepas magrib sering berkumpul, anak laki-laki dan perempuan. Umumnya usia kami sebaya antara kelas 5 dan kelas 6 SD.  Agen Obat Kuat Pasutri

    Pada usia segitu, kami belum merasa berbeda antara anak laki-laki dan perempuan. Jadi tidak ada rasa risi misalnya aku laki-laki bermain dengan anak perempuan. Hanya saja mainan khas anak perempuan, kami yang laki-laki tidak memainkannya. Namun ada mainan yang laki perempuan berbaur. Permainan itu adalah main umpet-umpetan atau bersembunyi. Aturan mainnya tidak usah aku jelaskan, karena nanti jadi nglantur. Kuanggap semua pembaca udah tau lah

    Cerita Sex Teman Masa Kecilku

    Cerita Sex Teman Masa Kecilku

    Permainan umpet-umpetan biasa kami mainkan selepas waktu magrib sampai sekitar jam 9. Kuingat benar waktu itu aku merupakan anak yang pandai bersembunyi sehingga aku jarang ditemukan. Ketika giliran aku bersembunyi aku segera berlari ke belakang rumah yang agak gelap. Kebetulan di situ ada lemari yang baru setengah jadi. Posisinya tidak terlalu rapat ke dinding. Diantara celah itulah aku bersembunyi. Rupanya Raisya mengikutiku mencari persembunyian. Ketika aku menyelip diantara lemari dengan dinding dia memaksa ikut pula bersembunyi disitu. Celahnya tidak begitu besar, tetapi untuk dua anak sekecil kami masih bisa muat, tapi ya harus berdiri berhimpitan. Raisya memaksa bersembunyi bersamaku, sehingga badan kami berhimpitan di sela-sela lemari itu. Dia membelakangiku sehingga aku seperti memeluk Raisya dari belakang. Pantatnya yang agak tonggeng menekan bagian kemaluanku. Kami berusaha tidak menimbulkan suara sehingga berdiri mematung. Namun penisku yang tertekan pantat Raisya rupanya memberi rangsangan. Tanpa aku sengaja, penisku jadi menegang.

    “Apaan sih ini keras-keras,” kata Raisya merasa risi, karena penisku menekan pantatnya.
    “Jangan berisik nanti ketauan,” kataku.

    Raisya akhirnya diam, dan aku merasakan kenikmatan menjalar ke seluruh tubuhku.
    Mungkin karena naluri, aku memeluk Raisya lebih rapat. Padahal pada waktu itu aku belum pernah merasakan nafsu kepada perempuan. Namun karena dorongan naluri saja mungkin maka aku memeluk Raisya lebih rapat, agar kemaluanku lebih tertekan. Raisya diam saja.
    Mungkin sekitar 5 menit sampai terdengar Udin berteriak menyerah baru kami keluar dari persembunyian. Berikutnya aku kembali sembunyi di tempat tadi. Ternyata Raisya kembali mengikutiku. Posisinya sama lagi seperti tadi. Aku kembali memeluk Raisya rapat-rapat, karena rasanya nikmat sekali penisku tertekan pantat Raisya.

    Aku tidak ingat benar asal muasalnya, tetapi ketika tanganku memeluk, aku menyentuh dada Raisya. Ada setumpuk daging empuk. Kemaluanku makin mengeras dan aku gesek-gesekkan. Raisya rupanya risih karena tanganku menyentuh teteknya yang baru tumbuh dan penisku menekan-menekan pantatnya. Tanganku ditepisnya dari wilayah dada dan dia kelihatannya tidak suka aku pegang tetek kecilnya. Kuingat betul waktu itu Raisya hanya mengenakan kaus oblong dan seperti singlet dilapisan dalamnya. Aku lalu mengingatkan Raisya agar tidak berisik. Dia kemudian menurut dan diam, tapi tanganku berusaha disingkirkannya dari susu kecilnya. Tapi aku suka memegang susu kecilnya rasanya kok enak, empuk-empuk gitulah. Dia lalu aku ancam, kalau tanganku tidak boleh memegang dadanya dia akan kutinggal bersembunyi di tempat lain. Raisya yang penakut akhirnya menahan agar aku tidak pergi. Dia akhirnya membiarkan tanganku meremas-remas teteknya. “Jangan keras-keras mas, sakit,” katanya.

    Aku meremasnya pelan=pelan sambil menikmati keempukan tetek kecilnya.
    Lama-lama aku bosan meremas dadanya dari luar. Aku ingin tahu bagaimana sesungguhnya bentuk teteknya. Aku berusaha memasukkan tanganku dari bawah. Belum kesampaian maksudku, Raisya sudah mencegah. Aku kembali mengancam akan meninggalkannya. Dia yang penakut akhirnya menyerah dan membiarkan aku menjulurkan tanganku dari bawah kausnya.

    Ketika aku jamah masih terasa ada penghalang kaus singletnya. Aku lalu menyuruh Raisya untuk mengeluarkan kaus singletnya. Raisya menuruti dan aku segera menggapai buah dada kecil. Waktu itu kurasa lucu sekali, ada daging empuk nyembul sepasang dan ujungnya agak mengeras kecil. Raisya diam saja kuremas-remas, dia hanya mengingatkanku agar jangan terlalu keras meremasnya.
    Kepala Raisya kemudian malah disandarkan ke bahuku. Aku heran, dia bernafas seperti kecapaian habis lari-lari. Aku waktu itu sungguh tidak mengerti.

    Setelah puas, aku mengakhiri meremas-remas dada Raisya. Kami pun lalu kembali berkumpul dengan anak-anak lainnya. Malamnya aku tidak bisa tidur, memikirkan perasaan nikmat meremas tetek si Raisya. Timbul di pikiranku untuk lain waktu melihat bentuknya.

    Kesempatan itu akhirnya datang ketika suatu hari aku bersama Raisya mencari kayu bakar di hutan. Hutan kecil letaknya agak jauh di belakang rumahku. Kami jalan berdua melintasi sawah yang habis dipanen. Di hutan , yang sebetulnya bukan hutan lebat, kami mengumpulkan ranting-ranting kering. Setelah cukup banyak dan diikat agar mudah membawanya kami pun istirahat. Di situ kebetulan ada pohon seri. Kami mengambil buah-buah seri yang sudah merah dan segera melahapnya. Lumayan juga untuk mengatasi haus. Di bawah pohon seri itu cukup bersih karena tidak ada rumput. Tanahnya seingatku ditutupi oleh guguran daun kering, sehingga kami bisa istirahat duduk di bawah kerindangannya.

    Aku teringat oleh keinginanku melihat dada Raisya. Keinginan itu aku sampaikan ke Raisya, tanpa basa-basi. Maklumlah anak-anak tidak mengerti soal merayu dan basa basi. Raisya serta merta menolak keinginanku sambil menutup kedua tangannya ke dadanya. Ah sialan pikirku, bertingkah amat si Raisya. Aku lalu mengeluarkan jurus ancaman. Kalau dia tidak mau memperlihatkan teteknya maka aku tidak mau menemaninya lagi mencari kayu bakar. Kayu bakar memang hanya ada dihutan ini. Kami warga desa umumnya memasak dengan kayu bakar, sehingga jika Raisya tidak mencari kayu bakar dia akan dimarahi ibunya.

    “Ya udah, tapi jangan lama-lama ya aku malu, tau,” katanya yang kuingat waktu itu.
    Raisya lalu kusuruh membuka atasannya.
    Dia membuka atasannya, tapi menutup dadanya dengan baju yang sudah terbuka. Aku tentu saja protes karena tidak bisa melihat. Dibukanya sebentar lalu ditutup lagi. Aku kurang puas dengan melihat sepintas lalu. Aku mau melihatnya sepuas-puasnya.. Kemaluan ku sudah mengeras dari tadi. Setiap aku mengingat dada Raisya aku selalu begini.

    Raisya akhirnya membiarkan aku melihat sepuasnya. Aku bahkan kemudian meraba dan menekan-nekan dada montok tapi masih kecil. Kulihat bentuknya lucu dengan ujung lancip berwarna agak gelap. Puting susunya kelihatannya masih sama besarnya dengan punyaku. “Pelan-pelan mas, sakit kalu diremas kuat-kuat.

    Aku meremas-remas sepuasku dan memperhatikan tetek kecil Raisya dari depan. Tiba-tiba Raisya memelukku dari depan. Aku tidak tahu kenapa dia jadi begitu. Aku protes karena jadi susah melihat dan memegang teteknya, tapi Raisya malah makin erat memelukku. Penisku jadi tertekan perutnya, sehingga rasanya jadi makin keras aja.

    Raisya kubaringkan dikakiku pada posisi bersila. Dia melemas dan mengikuti kemauanku. Mungkin karena tidak sengaja roknya terangkat agak tinggi. Aku lalu menyingkap roknya. Tapi tangan Raisya segera mencegah dan menurunkan kembali roknya.

    Aku waktu itu minta agar Raisya memperbolehkan aku melihat sebentar saja. Mungkin karena dia sudah agak terangsang atau karena takut tidak aku temani cari kayu bakar akhirnya aku boleh menyingkap roknya.

    Raisya mengenakan celana dalam dari katun yang agak longgar, sehingga sebagian kemaluannya terlihat dari samping. Ini membuatku penasaran untuk sekalian melihat kemaluannya. Tanpa bilang apa apa aku berusaha menguak bagian samping celananya untuk melihat bentuk kemaluan Raisya. Raisya terkejut dan tangaku dipegangnya. Aku bilang aku ingin liat sebentar saja. Agak lama akhirnya dia baru melepas tanganku. Aku menguak celana dalamnya . kelihatan belahan memeknya dengan benjolan kemaluan. Aku ingat waktu itu Raisya belum memiliki jembut,ajdi masih pelontos. Diantara belahan itu seperti ada daging tumbuh menyembul. Aku makin penasaran sehingga ingin menguak belahan memeknya. Namun karena celah celana dalamnya tidak begitu besar jadi agak susah melihat celah memek Raisya.

    Aku kemudian menurunkan celana dalamnya. Meski Raisya berusaha menahannya, tetapi akhirnya aku berhasil melepas celana dalamnya.
    Setelah terlepas aku duduk diantara kedua pahanya yang dikangkangkan. Aku puas melihat belahan memek Raisya yang warnanya memerah. Sembulan daging yang muncul diantara memek Raisya tadi rupanya adalah bibir memeknya. Aku baru tau kalau memek perempuan itu adanya dibagian bawah. Tadinya aku kira berada di depan seperti kemaluan laki-laki. Bentuk memek perempuan lucu banget, belahannya terus menyambung sampai ke pantat. Aku lihat dengan melebarkan lipatan memeknya ada lubang kecil. Aku kira disitulah lubang kencing perempuan.

    Raisya protes ketika memeknya aku sibak-sibak, sakit katanya.
    Setelah puas aku mengakhiri permainan itu dan kami kembali pulang menggendong kayu bakar. Raisya menjadi patner tetapku mencari kayu bakar. Jika ada anak lain yang mau ikut kami larang. Sebabnya setiap kami mencari kayu bakar aku selalu membuka memek Raisya. Rasanya kok menyenangkan melihat memeknya berkali-kali. Jadi setiap kali sudah melihat, rasanya seperti lupa jadi ingin lihat lagi keesokan harinya.

    Aku terbiasa melihat memek Raisya, dan Raisya pun sudah tidak lagi mencegah jika aku ingin melihat memeknya. Kami sudah bebas. Satu kali Raisya protes karena dia belum pernah melihat kemaluanku. Aku waktu itu benar-benar malu, untuk menunjukkan kemaluanku ke Raisya. Raisya kemudian mengancam tidak mau lagi membuka baju dan celananya kalau aku tidak memperlihatkan burungku.
    Aku akhirnya menyerah dan memelorotkan celanaku sebentar memperlihatkan burungku yang ngacung lalu buru-buru menutupnya lagi. Raisya tentu saja protes. Akhirnya kami berdua sepakat untuk bersama sama membuka celana. Dengan hitungan 1,2,3 celana kami buka. Raisya tertawa geli melihat burungku. Aku waktu itu sudah sunat, sehingga ada bentuk topi baja di ujung penisku. Mulanya aku tidak mau burungku dipegang Raisya, Tapi karena dia bilang tidak adil. Akhirnya aku menyerah dan membiarkan dia memegang burungku. Burungku dipencet agak kuat. Aku kaget dan menarik tubuhku, karena sakit. Aku minta Raisya memegangnya jangan ditekan kuat-kuat. Akhirnya Raisya memegang agak lembut. Ada rasa nikmat menjalar ke seluruh tubuhku.

    Kuajari Raisya agar menggengam penisku dengan lembut. Dia menuruti dan aku merasa makin nikmat. Mungkin juga karena naluri aku menggenggam tangan Raisya yang sedang menggenggam penisku dan melakukan gerakan mengocok. Padahal aku waktu kelas 6 SD belum tahu soal onani. Rasanya nikmat sekali dikocok tangan Raisya. Dia kuminta melakukan terus sementara aku berusaha memegang teteknya lalu memeknya. Tiba-tiba kenikmatan luar biasa menjalar kelseluruh tubuhku. Aku merasakan denyut-denyut nikmat dan Raisya kuminta menghentikan kocokan. Diujung penisku keluar cairan bening kental, tetapi mungkin cuma 2 tetes. Aku pada waktu itu belum mengalami mimpi basah.

    Kami kemudian sering melakukan adegan seperti itu ketika mencari kayu bakar. Aku bahkan sudah membuat tempat khusus untuk kencan kami, yaitu ditengah semak dan di situ kami gelar lembaran tikar bekas dan dibawahnya dilapisi daun-daun kering. Tempatnya agak jauh ke dalam hutan.
    Suatu kali aku teringat anjing melakukan hubungan kelamin, ketika kami sedang bercumbu. Tapi aku takut memasukkan penisku ke dalam lubang memek Raisya, karena takut tidak bisa lepas seperti anjing yang sering aku lihat. Aku hanya ingin menempelkan ujung penisku ke lubang memek Raisya . Ketika kucoba pertama kali rasanya lebih nikmat. Aku menggeser-geser penisku di memek Raisya sampai aku puas.

    Percumbuan kami terus mengalami kemajuan, sampai akhirnya aku mencoba menutup lubang memek Raisya dengan kepala penisku. Berkali-kali kepala penisku meleset, seperti tidak bisa ditempatkan di memeknya. Aku pun berkali-kali berusaha , sampai akhirnya dengan menguak belahan memek Raisya kepala penisku bisa menutup lubang memek Raisya. Aku tekan-tekan, rasanya nikmat sekali, semakin aku tekan rasanya semakin nikmat. Sementara itu Raisya protes karena dia katanya merasa sakit dan perih. Tapi aku yang dikuasai nafsu tidak perduli, sampai aku mencapai kepuasan.

    Acara mengocok penisku dengan tangan sekarang sudah lagi tidak dilakukan. Aku selalu berusaha menutup kepala penisku ke belahan memek Raisya. Aku mendapat akal agar mudah menutup kepala penisku di lubangnya memek Raisya maka kepala penisku kulumuri ludah. Dengan begitu rasanya lebih mudah bagiku menempatkan kepala penisku sehingga tidak kepeleset kemana-mana. Aku merasa sangat nikmat dan mungkin karena rasa nikmat itu aku menekan penisku makin keras. Aku tidak ingat akan anjing yang kelaminnya tidak bisa lepas sehabis kawin. Rasa nikmat itu membuatku menekan keras dan memaju mundurkan. Rasanya waktu itu aku bisa maju mundur sedikit-sedikit di memek Raisya sampai aku mencapai kepuasan.

    Sudah berapa kali aku dan Raisya melakukan posisi seperti itu sampai akhirnya Raisya tidak terlalu merasa sakit lagi. Anehnya Penisku bisa lebih mudah menancap di memek Raisya meski hanya kepalanya saja. Memek Raisya jika aku tekan-tekan lama-lama seperti mengeluarkan lendir sehingga jadi licin.

    Itulah sebabnya suatu kali aku tidak sengaja menekan terlalu keras ketika melakukan maju mundur sehingga penisku kejeblos ke dalam memek Raisya. Raisya menjerit dan dia menangis kesakitan. Aku pun terkejut, karena merasa penisku tenggelam di memek Raisya. Tapi kok rasanya lebih nikmat. Tiba-tiba aku ingat soal anjing yang penisnya lengket. Buru-buru aku cabut. Ternyata bisa. Kulihat penisku berdarah, meski tidak banyak. Kuperhatikan memek Raisya tidak ada darah meleleh. Aku lalu berpikir mungkin penisku lecet sehingga berdarah. Aku menyekanya dengan lap handuk yang selalu aku bawa untuk menyeka keringat. Kecermati penisku tidak terluka dan tidak ada rasa sakit. Sementara Raisya mengeluh bahwa memeknya terasa perih.

    Aku menduga mungkin memek Raisya yang lecet karena aku terlalu dalam tadi membenamkan penisku. Dia mengambil sapu tangan handuknya dan melap celah memeknya. Terlihat disitu ada sedikit warna merah muda.

    Aku kali itu mengakhiri permainan sebelum aku mencapai kepuasan. Aku terpaksa membopong kayu bakar Raisya, karena katanya dia agak sakit kalau berjalan. Jalannya pada awalnya agak aneh, tetapi lama-kelamaan jadi normal.
    Lebih dari seminggu aku tidak mengulangi adegan menancapkan penisku, meskipun aku punya keinginan kuat. Raisya beralasan memeknya perih.

    Mungkin 10 hari kemudian akhirnya Raisya mau kembali melakukan adegan itu. Penisku agak mudah dimasukkan ke memek Raisya, meski Raisya mengernyit masih agak sakit katanya. Tapi aku merasa kenikmatan luar biasa ketika penisku terasa dicengkam oleh memek Raisya. Aku melakukan gerakan maju mundur berkali-kali sampai akhirnya puas. Penisku sampai melemah di dalam memek Raisya.

    Setelah sekitar 5 kali permainan pada hari-hari berikutnya akhirnya aku lebih mudah memasukkan penisku ke memek Raisya. Ternyata penisku lebih nikmat jika dijepit memek Raisya daripada hanya digenggam-gengam.

    Aku jadi terbiasa melakukan persetubuhan dengan Raisya dan akhirnya menjadi kecanduan. Raisya pun tampaknya sudah mulai menikmati persetubuhan karena pantatnya bergoyang-goyang ketika aku tusuk dengan penisku. Kami biasanya melakukan sampai 2 ronde di dalam hutan. Bahkan malam-malam kami melakukan lagi di bale-bale belakang rumah yang gelap.

    Kami merahasiakan hubungan kami itu, meskipun aku rasanya ingin menceritakan pengalamanku yang mengasyikkan kepada teman-temanku. Tapi aku takut ketahuan, karena teman-temanku bisa saja tidak menjaga rahasia itu.

    Sekitar setahun kemudian keluarga Raisya pindah ke kota, sehingga aku kehilangan patner. Tetapi aku bisa membujuk teman cewekku yang lain untuk melakukan hubungan itu. Rita yang badannya lebih besar dari Raisya berhasil aku setubuhi. Dia mulanya merasa sakit, tapi lama kelamaan dia juga bisa menikmati seperti halnya Raisya.

    Dari pelajaran biologi aku mengetahui kemudian bahwa jika sperma masuk ke dalam memek perempuan bisa menyebabkan kahamilan, aku kemudian membatasi tidak melepas spermaku, ketika suatu kali aku mulai memiliki sperma.

    Ada sekitar 3 cewek yang sudah kusetubuhi di kampungku sampai aku akhirnya meneruskan sekolah di kota meneruskan SMA.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex I Love You Rini

    Cerita Sex I Love You Rini


    877 views

    Perawanku – Cerita Sex I Love You Rini, Malam itu Rini sedang menangis di hadapanku. Kisah selingkuh kami ketahuan oleh istriku. Aku yang sangat mencintai istriku telah berjanji untuk berhenti selingkuh, dan malam ini adalah kesempatanku untuk menjelaskan pada Rini. Rini adalah wanita berjilbab yang masih single, berusia 22 tahun. Dulunya dia adalah rekan kerja dari sahabatku. Hobi fotografi membuat kami saling kenal, karena dia bersedia untuk difoto olehku yang masih sangat pemula.

    Tidak lama setelah berkenalan, Rini mulai menceritakan kisah cintanya yang ternyata tidak bahagia. Meskipun telah berencana menikah, calon suaminya ternyata sering berlaku keras dan berkata kasar. Akupun sering bercerita tentang masalah keluargaku. Pernikahan di usia muda membuatku dan istri sering bertengkar. Sementara ketika menghadapi Rini yang sabar dan penyayang, aku merasa sangat nyaman. Begitu juga yang Rini rasakan ketika bertemu aku. Tanpa sadar, kami pun sering ber sms dan mulai mengatakan saling menyayangi. Hanya saja, sebuah sms yang salah kirim membongkar semua. Kini Rini bersedia datang menemuiku di kamar kosan tempat kami biasa berduaan.

    Rini yang mencoba memahami situasi ini terlihat sangat sedih. Katanya dia takut kehilangan aku. Oh, betapa tangis wanita selalu bisa melumpuhkan dunia, begitupun aku saat itu. Wanita ini sangat baik, sabar, penyayang, dan memiliki keinginan kuat. Matanya yang sembab membuatku sangat ingin memeluknya, mungkin untuk yang terakhir kali. Akhirnya kuraih tangannya dan meletakkan kepalanya di pundakku. Isak tangisnya pun meledak, tak lagi sanggup dibendung. Entah mengapa aku sangat merasa bersalah, meskipun aku merasa itu salah kami berdua. Semakin erat pelukanku kepadanya, dan kurasakan dia melakukan hal yang sama. Kemudian kuangkat wajahnya, kudekatkan kewajahku, aku tak sanggup menahan bibir untuk bicara, “I Love You, Rini”. Dalam isak tangisnya dia juga berkata, “Love You Too, Ari…”. Sungguh bergetar hatiku saat itu, dan tidak terasa aku mengecup bibirnya perlahan.

    Kulihat untuk sesaat Rini memejamkan matanya, sepertinya dia merasakan getaran perasaan hingga ke hati. Kurasakan jantungku berdetak semakin cepat. Rasa sayang ini menyatu bersama kekecewaan mendorongku untuk memagutnya lebih dalam. Kukulum bibirnya yang ranum dan jarang disentuh laki-laki, dan kurasakan bibirnyapun membalas ciumanku. Sepertinya “pertemuan terakhir” ini menjadi luapan segala emosi yang pernah kita jalani bersama. Pertemuan sembunyi-sembunyi, memasak untukku, makan bareng, ciuman-ciuman kecil, dan menghabiskan malam berdua meskipun hanya memandang bulan. Dan sedikit pelukan tentunya.

    Malam ini Rini terasa seperti kehilangan rem. Lidahku mulai menjelajah liang mulutnya, meraba deretan giginya, dan sesekali dihisapnya. Ketika kutemukan lidahnya, kuelus dengan lidahku dan bertarung dahsyat. Bibir dan kepala kamipun mulai bergerak liar. Pelukan yang tadinya kencang mulai mengendur, karena satu tanganku tidak lagi memeluk. Dia telah berpindah ke depan untuk memegang lembut dadanya. Sebuah reflek yang biasa kulakukan ketika berciuman dengan istriku, tapi ini yang pertama kali kulakukan pada Rini. Awalnya aku kaget dan takut membuat Rini marah, namun anehnya Rini tidak bereaksi apapun kecuali melanjutkan aksi ciuman kami. Karena merasa dia memberikan ijin, tanganku mulai meraba kedua perhiasan yang selama ini dijaganya itu. Payudaranya memang tidak besar, namun menyentuhnya membuat darahku makin memanas.

    Di saat itu sepertinya rem kami berdua makin blong. Kurebahkan Rini yang masih berbusana lengkap plus jilbab di kasurku, supaya aku bisa leluasa menciumnya sambil menjelajahi dua bukit muda yang jarang dijamah itu. Terasa makin lama nafas Rini pun makin memburu, seolah mengisyaratkan kepadaku bahwa dia ingin kumiliki. Ciuman kami dan rabaanku semakin liar hingga jilbabnya mulai berantakan. Karena makin menggangu, maka kulepas saja jilbab itu, namun agak sulit karena banyak peniti disana sini. Jilbab itu akhirnya tanggal setelah dia membantunya. Tampaklah wajah dan rambutnya yang baru pertama ini kulihat. Wajah putihnya yang cantik ditambah rambutnya yang acak-acakan semakin membuatku menjadi bernafsu. Untuk sementara kulupakan rasa bersalahku, kulupakan rasa hormatku, dan kulupakan istriku. Yang ada hanya nafsu yang memuncak.

    Tak tahan lalu kucoba mencari kancing bajunya, dan ingin kulepaskan. Aku menjelajah ke seluruh tubuhnya, namun tak kutemukan. Aku ternyata kurang akrab dengan baju seperti ini. Rini yang mengetahui kebingunganku tersenyum kecil dan membuka resleting baju yang ada di bagian samping, dan membiarkan aku melakukan sisanya. Tanpa lama-lama lagi, kubuka baju itu, dan terpampang sebuah pemandangan yang sangat indah yang seperti baru pertama kali kulihat. Hamparan kulit putih bersih dan tercium wangi yang biasa ditutup sangat rapat sekarang terbuka lebar di hadapanku untuk kunikmati. Kuelus lembut perutnya, dan ternyata sangat sangat halus dan lembut. Payudara yang tersembul tertutupi bra warna hijau adalah puncak keindahan pemandangan itu. Namun aku yakin ada yang lebih indah di dalamnya.

    Cerita Sex I Love You Rini

    Cerita Sex I Love You Rini

    Kulepas paksa bra itu, diiringi rintihan penolakan kecil yang tak berarti dan tidak menghentikan aku untuk melakukannya. Tak perlu usaha keras, bra itupun tak lagi menutupi keindahan itu. Dua buah payudara yang putih dan sangat mulus, berujungkan puting kecil berwarna merah muda yang menegang. Warnanya yang merah muda segar menandakan area ini belum pernah dijamah pria manapun. Sungguh makin tak kuasa aku menahan gejolak ini. Kuremas payudara itu dengan lembut, dan kuhisap putingnya. Gerak lidahku bermain membuat Rini mendesah-desah pendek, sambil menggerak-gerakkan kakinya. Aku tahu dia gelisah, terjadi pertarungan antara ketakutan karena ini adalah pengalaman pertama, sekaligus dorongan nafsu yang sudah di ubun-ubun. Kurasakan tangannya menyentuh bagian belakang kepalaku dan membantunya bergerak. Dia menikmati itu. Pasti.

    Ciumanku kembali ke atas, menjamah leher dan kemudian telinganya. Aku sempat bertanya, “Kenapa mau Rin?”. Sambil menyentuhkan payudaranya ke dadaku yang kini bersentuhan, dia berbisik, “Beginilah kalau wanita sudah cinta, Ari..”. Karena terbawa suasana, tanganku kini menjelajah pangkal pahanya yang masih tertutup rok panjang warna hitam. Untuk sejenak kucari celah kecil dari luar rok, dan kurasakan Rini melonggarkan kakinya dan menikmati itu. Tak lama kuangkat rok itu hingga pinggang, namun masih ada stocking yang menggangguku. Pertahanan wanita ini sungguh berlapis. Maksudnya memang untuk menjaga diri dari godaan lelaki. Apa daya malam ini dia benar-benar takluk padaku. Kulepaskan stockingnya dengan terburu-buru dan kulemparkan entah kemana. Celana dalam sebagai pertahanan terakhirpun segera kutanggalkan. Aku sangat tidak tahan.

    Setelah kupastikan celah itu sudah basah melalui sentuhan jariku, kupindahkan kepalaku menuju vagina nya. Tercium aroma khas yang agak asam dan wangi, dan berbulu tidak terlalu lebat. Wanita ini benar-benar merawat aset pribadi nya. Kucium dan kujilat-jilat pintu vaginanya, membuat Rini mengerang lebih keras. Terdengar rintihannya, “Ariiii, oh, Ariiiii… shhhh…”. Rintihan yang seperti penyemangat ku untuk mengeksplor lebih, kucari klitorisnya, kujilat dan kukulum. Lidahku kumainkan berirama, cepat dan lambat bergantian. Tidak lama, kurasakan pahanya bergetar dan tangannya mencengkeram rambutku sekitar 3 detik, lalu melemas. Sepertinya dia orgasme. Barangkali untuk yang pertama kali sepanjang hidupnya.

    Kuhentikan semua aktifitasku. Kubiarkan dia telentang agak ngangkang dengan mata terpejam dan nafas yang masih memburu. Hanya rok yang tersingkap di pinggang yang tersisa di tubuhnya. Kupandangi sekujur tubuhnya yang putih mulus tanpa cacat. Sungguh sayang badan seperti ini selalu ditutup. Betapa beruntung laki-laki yang memilikinya nanti, pikirku. Namun tiba-tiba aku berpikir, bukankah aku lebih beruntung jika berhasil merasakannya untuk yang pertama kali? Seketika hasratku kembali memuncak. Kulepaskan seluruh pakaianku tanpa sisa. Senjataku yang mengeras tampak tegang menantang. Rini melihat itu tidak terlihat kaget. Mungkin dia pernah melihatnya di bokep atau di tempat lain. Segera kudekatkan ke mulutnya dan dengan sigap Rini mengulum dan menghisapnya.

    Dari caranya memperlakukan itu, sepertinya itu bukan yang pertama. Mungkin calon suaminya pernah memaksa melakukan itu. Atau memang dia sangat berbakat, entahlah. Yang pasti dari bentuk dada dan responnya terhadap rangsanganku, calon suaminya itu seperti tidak berani bertindak jauh dalam menjamah Rini. Ah, sudahlah, tidak perlu memikirkan orang lain. Yang jelas kuluman ini terasa sangat nikmat, pinggangku otomatis mengikuti gerak maju mundur. Sesekali mata Rini melirik mataku dan tersenyum ketika melihat aku keenakan.

    Tak lama kulepaskan senjataku dari mulutnya. Aku rasa inilah saatnya. Segera badanku menindihnya, langsung mengulum bibir Rini dan meremas-remas dadanya. Rini seperti belum siap untuk kembali terangsang, tapi aku tidak peduli. Kulitku telah menyentuh kulit putih mulusnya, dan senjataku bergerak-gerak di depan liang kenikmatan itu. Aku menatap matanya seolah bertanya, dan spontan kepala Rini menggeleng. Namun ketika kupagut lagi bibirnya, gelengannya berhenti, berganti dengan ciuman balasan yang maut, pelukan ke pundak, dan lutut yang kini menekuk. Karena kuanggap dia lengah, maka nekat saja kudorong kepala senjataku memasuki liang vaginanya. Keningnya mengrenyit, ciumannya berhenti, dan kembali menggeleng. Namun badannya tidak bereaksi apapun. Maka kudorong lagi pinggangku lebih dalam. Rini terpejam dan memalingkan mukanya. Tangannya yang masih melingkar di pundakku terasa menegang. Tak tahan lagi, maka kucoba masukkan lebih dalam. Dan, blessssssss… separuh senjataku pun masuk diiringi lenguhan tertahan dari Rini.

    Kurasakan senjataku mentok tertahan tidak bisa masuk lagi, maka kugoyangkan saja separuh yang di dalam itu. Aku merasa sangat sangat nikmat. Kehangatan vagina wanita yang disetubuhi pertama kali memang tak tergantikan. Tak ada lagi bentuk penolakan apapun dari Rini. Dia hanya terpejam dan keningnya mengrenyit. Maka kupagut lagi lehernya, kutinggalkan cupang kecil untuk kenang-kenangan. Ketika pinggang Rini mulai ikut bergerak, kucabut lagi senjataku dari liangnya, lalu kumasukkan kembali perlahan-lahan. Masuk-keluar ini berlangsung beberapa kali hingga secara refleks tiba-tiba pinggangku menghentak dan mendorong lebih dalam. Bleessssssss!!!!!

    “Aaaaahhhhh…..” Rini kini memekik. “Aaaarrriiiii…”. Senjataku sudah ada di dalam sepenuhnya. Rini lalu melingkarkan kakinya di pinggangku. Entah apa yang ada di pikirannya kini. Yang jelas posisi ini membuatku leluasa untuk memaju mundurkan pinggangku. Vagina nya yang basah dan hangat benar-benar nikmat dan membuatku terbang. Seorang wanita berjilbab yang biasa menutupi tubuhnya dengan pertahanan berlapis sedang berada di bawahku, kutindih, kusetubuhi, kunikmati, dan kutusuk vagina nya dengan senjata ampuhku hingga membuatnya keenakan. Kugerakkan pinggangku tanpa ampun. Senjataku pun keluar-masuk dengan sangat bebas dan berirama. Kadang cepat dan kadang lambat. Rini benar-benar terbawa suasana dan menikmati permainan ini.

    Kulihat sekarang Rini mulai on fire. Nafasnya yang memburu, wajahnya yang memerah, dan pinggulnya yang ikut bergerak menandakan dia sedang bergerak menuju titik nikmat itu. Kuhentikan gerakanku, kusuruh dia pindah ke atas. WOT. Sebuah posisi yang agak aneh untuk wanita berjilbab, namun aku yakin itu akan membuatnya bahagia. Meskipun agak ragu, Rini menuruti juga. Aku yang telentang dengan senjata mengacung tegak menunjuk langit segera didudukinya. Dengan senjataku ada di dalam vaginanya, Rini bergerak bergoyang mencari iramanya sendiri. Tanganku membantunya dengan meremas dua bukit nikmatnya dan meremas pantatnya yang sangat kenyal dan padat, sambil sesekali meraih kepalanya untuk melumat bibirnya. Setelah beberapa menit bergoyang, Rini tiba-tiba bergerak tak beraturan sambil mengerang tak jelas. Tangannya menggenggam lenganku dengan kuat. Gerakan ini berlangsung sekitar 10 detik. Rini orgasme. Lagi.

    Ketika Rini sudah lemas, kini giliranku untuk menghabisinya. Kubiarkan dia telentang ngangkang tanpa tenaga, dan ku eksplorasi liang vaginanya dengan senjataku yang sudah tegang sejak awal permainan tadi. Dengan wajah sayu dan mata terpejam, Rini menerima begitu saja sodokan-sodokanku di vaginanya. Sambil merem keluar beberapa suara dari mulutnya. “Hmmmpfh..”, “Ariiii…”, “Sayaaaangh…”, “Eeemmmhhh…”, “Ssssh…”. Aku merasakan nikmat tiada tara yang makin lama makin memuncak. Gerakan pinggangku makin lama makin cepat, dan senjataku terasa makin peka. Kupercepat saja goyangan itu karena sodokan itu makin enak, dan rupanya Rini menyambutnya dengan kembali melingkarkan tangan di pundak serta kakinya di pinggangku. Spontan kusambut dengan pelukan juga, dengan dadaku menyentuh payudaranya yang lembut.

    Setelah beberapa detik goyanganku mencapai titik tercepat, aku berhenti. “Riniii… oooooh… Ouch, Ergh, ssssh.. Akkkkuuuuu keellluaaaaar…”. Semburan sperma tak sanggup kutahan terlepas ke dalam rahim Rini. Aku tak ingat apapun termasuk kemungkinan Rini hamil. Aku benar-benar larut dalam kenikmatan. Spermaku keluar hingga tujuh kali. Setiap kali sperma keluar, Rini sedikit melenguh sambil menolehkan kepala ke sisi yang lain. Di semprotan ke empat terasa pelukan Rini kembali menguat dengan kepalanya bergerak tak teratur dan erangan tipis. Tampaknya Rini orgasme untuk yang ketiga kali, namun kali ini tidak terlalu kuat. Setelah semua spermaku kurasakan keluar, akupun terjatuh lemas di sebelah Rini. Kasur kosku yang tidak luas sangat pas untuk tubuh telanjang kami berdua. Sungguh kenikmatan luar biasa yang kurasakan saat itu. Terlebih lagi karena mampu membuat Rini bahagia.

    Beberapa menit setelah kami mulai bisa mengumpulkan kewarasan, Rini kembali terisak. Kali ini tidak ditahannya. Dibiarkan air mata itu mengalir di pipinya. Aku tahu dia menyesal, aku tahu dia marah, aku tahu dia kecewa, namun aku tahu bahwa ini adalah luapan cinta kami yang sangat indah meskipun salah arah. Selamat tinggal Rini, kenanglah aku selalu. Kutunggu kabar darimu, dan tak sabar aku melihat seperti apa wajah anakmu kelak.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Dengan Wanita Panti Pijat

    Cerita Sex Dengan Wanita Panti Pijat


    847 views

    Perawanku – Cerita Sex Dengan Wanita Panti Pijat, Aku bukan ingin menyaingi Mas Boedoet, Si Peliput Pijat yang telah malang melintang di dunia perpijatan itu. Dia memang “profesional”, sedangkan Aku cuma peselingkuh amatiran yang ingin pelayanan seks selain di rumah. Aku juga bukan orang kaya seperti Mas Boed yang dengan mudah mengeluarkan ratusan dollar untuk pelayanan pijat komplet.

    Aku hanya punya lembaran “Sokarno Hatta”, bukan George Washington! Tapi massage service yang Aku dapatkan tadi malam (fresh from the oven, you know) benar-benar memuaskan sehingga Aku perlu share kepada Anda. Tepatnya pelayanan “pijat plus plus” empat babak yang rada unik. Awalnya, informasi minim yang Aku dapatkan dari seorang kawan yang tinggal di Jakarta tentang massage service (lebih tepat dibilang sex service, sebetulnya) di suatu tempat di Bandung (busyet, dia yang tinggal di Jakarta malah lebih tahu dari Aku, dasar Aku masih hijau!)

    “Namanya ‘xxx Message’, di jalan Otista, berseberangan dengan Pasar Baru, tarifnya seratusan sejam,” katanya.
    “Bagus engga cewe-cewenya?” tanyaku.
    “Loe tahu kan selera gue? Pokoknya engga nyesel.” Dengan agak ragu (masa sih seratusan cewenya yahut?) akhirnya Aku meluncur juga ke sana.
    Tak sulit menemukan tempat ini.

    Hanya jangan ke sana siang atau sore, macetnya minta ampun. Waktu yang ideal sekitar jam 7 malam, lalu lintas sudah lancar dan belum banyak pelanggan lain sehingga kita leluasa memilih “pemijat”. Dari depan tempat ini memang tak menyolok, hanya pintu kaca yang terbuka sebelah. Dengan style yakin –sembari deg-degan– Aku langsung masuk, juga supaya tak sempat ada yang mengenali di pinggir jalan raya ini. Di ruangan yang remang itu ada satu stel sofa yang diduduki 4-5 cewe yang berpakaian serba minim. Sejenak Aku menyapu pandangan, setengan bingung. Tapi hanya beberap detik. Salah satu dari mereka langsung bangkit dari duduknya begitu melihatku.

    “Mau pijat Mas, Ayo!” Putih, berwajah mandarin, tingginya sedang,
    “massa depan” (double “s” lho, istilahku untuk buah dada) besar dengan belahan yang terbuka jelas,
    “massa belakang” yang menonjol ke belakang, rok supermini memamerkan sepasang paha putihnya yang juga… besar.
    Hasil evaluasiku: cewe ini serba menonjol dan serba besar.

    “Ayo Mas, lihat-lihat ke belakang,” ajaknya lagi ketika Aku masih terpaku.
    Digandengnya tanganku, dibawa melalui pintu kaca lagi di belakang ruangan itu. Kami melewati lorong lumayan panjang yang di kanan-kirinya terdapat pintu-pintu kamar terus kebelakang. Pantat besarnya megal-megol seirama langkah kakinya. Sampai di ujung lorong, dia berhenti di depan jendela kaca nako.
    “Silakan pilih,” katanya sambil menutup kaca nako itu.

    Rupanya jendela ini tempat mengintip ke ruangan besar di baliknya. Kaca nako yang dilapisi “glass film” gelap memungkinkan Aku melihat bebas ke ruangan besar itu tanpa dilihat penghuninya. Wow! Temanku tak berbohong. Di ruangan besar itu banyak berisi sofa dan diatasnya “tergeletak” belasan “ayam” yang sungguh membuatku menelan ludah beberapa kali. Kebanyakan mereka duduk-duduk sambil nonton TV. Ada yang lagi ngobrol, ada yang berdiri di depan cermin mematut dandanannya. Umumnya, model pakaian yang dikenakannya minim terbuka di dada dan paha. Bahkan cewe yang persis lurus pandanganku duduk acuh celdam putihnya “kemana-mana”.

    Hanya beberapa saat di situ mataku sudah menebar ke seluruh ruangan. Hasilnya, bingung! Semuanya menggiurkan. “Yang mana, Mas?” tanya pengawalku Si Serba Besar ini.
    “Entar deh …”

    “Si Anu pijitnya enak, Si Itu servicenya jago, Si Ini mainnya yahut ….” katanya berpromosi.
    Aku tak begitu mendengar ocehannya, lagi asyik meneliti satu persatu cewe-cewe itu buat menetapkan pilihan tubuh yang pas dengan idolaku. Pijit, service, main?

    “Servicenya apa aja?” akhirnya aku nanya ke Si Besar, tapi mataku masih ke ruangan.
    “Apa aja, terserah Mas aja. Di dalam nanti baru tahu,” katanya sok berteka-teki.
    Pakaian yang mereka kenakan, terbuka dada dan paha, membantuku untuk lebih cepat menentukan pilihan. Akhirnya Aku menetapkan 3 orang terbaik untuk di observasi lebih teliti. Yang bergaun coklat tua itu… hmmm… Wajahnya cantik, kulit bersih, paha mulus. Sayangnya, buah dadanya tak begitu “menjanjikan”.
    Bukannya kecil sih, masih punya belahan. Hanya Aku ingat pesan kawanku tadi.
    “Pilih yang berdada besar,” katanya.

    “Kenapa?”
    “Gak usah banyak tanya, cobain aja.” Untungnya, seleraku memang dada yang berisi.
    Yang bargaun hitam lebih seksi, body-nya menggitar, face-nya biasa-biasa aja. Dadanya? Hanya dia satu-satunya yang pake gaun menutupi dada tapi membuka kedua bahunya. Cukup menonjol bulat, tapi jangan-jangan itu hanya model bra-nya. Bagiku, indikasi dada montok adalah punya “belahan” atau tidak. Si gaun hitam ini belahannya tertutup. Yang ketiga, bergaun crem berbunga kecil, agaknya yang paling ideal. Tubuh lumayan tinggi, pinggang ramping paha bersih panjang, dadanya… wow! Dengan gaun model “kemben” (menutup separoh dada horisontal), buah dadanya seakan “tumpah”.

    Nilai plusnya lagi: berambut panjang lurus sepinggang. Tapi Aku tak segera menyebut nomornya untuk dipesan. Aku masih menebar pandangan lagi jangan-jangan ada yang lebih bagus terlewat dari penelitianku.
    “Sama saya aja Mas, nanti ‘dibody’ sebelum main, mau karaoke juga boleh,” kata pengawalku tiba-tiba.
    Aku jadi tertarik sama omongannya.
    “Dibody?”
    “Iya, body massage.” Body massage, karaoke, dan
    “main”. Ehemmmm …!
    “Terus?”
    “Pokoknya Mas ditanggung puas.
    ” Iya puas, tapi
    “You aren’t my type” kataku, dalam hati tentu saja. Kamu mustinya “menjalankan diet ketat” supaya pinggangmu berbentuk.

    “Kalo mereka service-nya sama gak?” tanyaku.
    “Tergantung orangnya sih Mas.” Aku sejenak ragu.
    Sama dia macam pelayanannya sudah jelas, tapi tubuhnya tak masuk seleraku. Pilih Si “Dada tumpah” pas dengan selera, tapi bentuk pelayanannya belum jelas. Aku kembali menebar pandangan. Rasanya Aku tak menemukan “calon” lain sebaik Si Dada montok. Tapi Aku mendapatkan informasi lain. Di pojok agak atas tertempel karton di dinding dengan tulisan:
    “Mulai 1 Juli Rp. 150.000 sejam”.

    “Pilih yang di dalam juga silakan, gak pa-pa,” katanya.
    Kudengar ada sedikit nada kecewanya (Tolong Mas Wiro, pilih yang mana nih?)
    “Kok gak ada tamu lain, sih?” tanyaku sekedar menetralkan.
    “Baru jam 7 masih sepi, entar malem rame,” jelasnya.
    Tak ada pesaing begini memberiku keleluasaan untuk berpikir sebelum memutuskan. Anda jangan coba menimbang-nimbang begini kalau lagi ramai, bisa-bisa pilihan Anda disambar tamu lain. Akhirnya keputusanku bulat, pilih Si Kemben. Keputusan yang agak spekulatif sebenarnya. Tak apalah, ini kan kedatangan pertama, hitung-hitung “belajar”. Kusebutkan nomornya pada si Besar ini.
    “Yeeen, tamu,” teriaknya.

    Si Rambut panjang bangkit dan menuju pintu. Ehem, aku tak salah pilih. Secara keseluruhan bentuk badannya oke. Cara jalannya mirip peragawati di catwalk, sehingga sepasang buahnya berguncang berirama.
    “Yeni,” katanya begitu dia muncul di pintu menyodorkan tangan.
    Aku tambah yakin, dadanya benar-benar “menjanjikan”. Yeni membimbingku menuju lorong. Tanganku langsung merangkul bahunya, bak sepasang pengantin yang menuju kamar bulan madu. Begitu Yeni menutup pintu kamar dan menguncinya, Aku menyerbu memeluknya. Mulutku langsung menuju belahan buah dadanya. Menciumi dan menggigit pelan.

    “Eh… bentar dong Mas,” elaknya ramah.
    Aku tak peduli. Kupelorotkan kemben dan branya, bulatan buah dada kanannya langsung nongol. Bulat indah, tak ada tanda-tanda turun walaupun sudah tentu sering dijamah orang. Kuteruskan ciumanku di dadanya, sampai kemudian Aku “menyusu”.
    “Mas ini gak sabaran ya?” Tak ada nada marah, masih ramah.
    Pelukan kuperkuat, tangan kiriku turun meremas pantatnya.
    “Sabar ya Mas…” katanya melepas pelukan.
    Aku melepas tubuhnya.
    “Pijit dulu aja,” sambungnya.
    “Udah itu?”
    “Mas maunya apa?” tantangnya.
    “Maunya service yang memuaskan.” ”
    Yang memuaskan yang gimana?”
    “Body massage, karaoke, dan main,” serangku, meniru servis Si Besar tadi.
    “Boleh. Buka baju dulu dong,” perintahnya.
    “Bukain,” Aku balik memerintah.
    “Hi… manja,” tapi tangannya bergerak membuka kancing kemejaku, lalu singletku, kemudian ikat pinggangku.
    “Ih, udah keras,” katanya menggenggam penisku dari luar sebelum memelorotkan celanaku.
    Yeni berhenti ketika tinggal celdamku saja.
    “Buka semua dong,” pintaku.

    “Gak ah, takut. Hi hi… Udah, mas tiduran deh, entar Yeni pijat dulu.” Aku merebahkan tubuhku ke kasur, terlentang.
    Tanpa malu-malu Yeni melepas gaun dan kemudian bra-nya. Buah dadanya memang bulat dan besar. Mungkin terlalu besar untuk ukuran tubuhnya yang tinggi dan langsing. Aku mengamati dadanya sambil tegang. Buah dada kanannya nyaris sempurna, bulat, besar, dengan puting coklat yang kecil. Tapi tak simetris, buah kirinya agak turun, tak bulat benar (Mas Wiro, umumnya buah dada memang tak simetris ya, kanan kiri beda. Jawab ya?). Lalu menyambar handuk dan ke kamar mandi.

    “Yeni mandi dulu ya Mas.”
    “Ya, cepet ya.” Keluar dari kamar mandi Yeni berbalut handuk.
    Yeni membuang handuknya, hanya berceldam.
    “Telungkup dong Mas.” Aku membalik tubuhku.
    Yeni menduduki pantatku. Penisku yang tegang terjepit, mengulas minyak ke punggungku, lalu mulai mengurut. Cara mengurutnya kurang menekan, tidak seenak pemijat profesional tentu saja. “Kamu dari mana Yen?” “Cirebon, Mas.” Selesai di pinggang dan punggungku, Yeni lalu melepas celdamku sambil bilang maaf. Sopan banget. Aku berbalik. Pandangan Yeni sekilas ke penisku yang mengacung tegang.

    “Hi hi… udah tegang.”
    “Kamu lepas juga dong.”
    “Okey,” dengan tenang Yeni melepas satu-satunya kain penutup tubuhnya itu.
    Jembut lebatnya menutupi seluruh permukaan kewanitaannya.
    “Balik lagi, dong.” Pantatku dipijat, lalu pahaku. Diurut dari belakang lutut ke atas.
    Sampai di pangkal pahaku, entah sengaja atau tidak, jempol tangannya menyentuh-nyentuh biji pelirku.
    “Punggungnya lagi dong Yen.” Yeni menduduki pantatku lagi, bulu-bulu kelaminnya terasa banget mengelusi pantatku.

    Memang inilah maksudku dengan meminta pijat di punggung.
    “Katanya body massage…” tagihku.
    “Entar dong Mas.”
    “Dah, sekarang terlentang.” Yeni menumpahkan minyak ke dada, perut, dan penisku.
    Lalu… hup! Dia “berselancar” di atas tubuhku.
    “Sreeng”. Aku bergidik, gemetar karena nikmat.

    Kedua buah dadanya diusap-usapkan (dengan tekanan) ke dadaku. Lalu turun ke perutku. Ini sih bukan body massage, tepatnya “breast massage”. Buah dadanya yang mengkilat berlumuran minyak sering menggelincir di tubuhku. Tiga kali berurutan dada dan perutku “dipijat” buah dadanya, lalu… inilah yang membuatku berdesir kencang. Yeni menumpahkan minyak di telapak tangannya lalu mengoleskan di kedua buah dadanya. Buah itu makin mengkilat, dan putingnya tegang! Lalu, bergantian kiri kanan, buah dadanya memijati kelaminku, mak! Tak itu saja. Diletakkannya batang penisku di belahan dadanya, lalu di”uyek”.

    Yeni menggoyang tubuh atasnya bak penari salsa. Inilah sebabnya mengapa kawanku menyarankan agar Aku memilih yang berdada besar. Sepasang daging kenyal memijati penisku, rasanya bagai terbang. Terbayang, kan, kalau dada model “papan setrikaan”, bukannya nikmat malah pegel. Aku harus sekuat tenaga manahan diri untuk tidak ejakulasi. Apalagi nampaknya Yeni mengkonsentrasikan tekanan dadanya ke penisku. Untung saja baru kemarin Aku “keluar”. Kalau tidak, mungkin Aku sudah menyiram maniku ke dada Yeni.
    Kadang Aku menghentikan gerakan liarnya, sekedar mengambil nafas panjang. Lalu memerintahkan menggoyang lagi ketika Aku sejenak “turun tensi”.

    “Mau keluar ya?” komentarnya.
    Yeni menuruti komandoku. Oohh… cukuplah stimulasi ini, supaya Aku bisa menikmati “service” Yeni lainnya. Aku berhasil menahan diri. Yeni bangkit.
    “Yuk, cuci dulu Mas,” Yeni menghilangkan minyak di dada, perut dan penisku dengan sabun.
    Lalu dia membersihkan tubuhnya sendiri. Ini memberiku kesempatan untuk mengerem nafsuku yang tadi hampir meledak. Aku menurut saja ketika Yeni megelap tubuhku dengan handuk, lalu merebahkan tubuhku terlentang. Mulailah servis ketiga… Diciuminya perutku, terus turun ke pahaku, kanan dan kiri sampai ke dengkul. Naik lagi menciumi pelirku, bahkan mengemotnya, satu persatu bergiliran bijiku masuk ke mulutnya. Giliran lidahnya menjilati batang penisku, dari pangkal ke ujung. Disini dia memasukkan “kepala” penisku ke mulutnya. Hanya sebentar, dilepas lagi dan mulai menjilati dari pangkalnya lagi.

    Begitulah berulang-ulang sampai akhirnya dia melakukan blow job seperti adegan oral sex di film biru. Kembali Aku harus “berjuang” untuk tidak meledak. Lagi-lagi Aku harus menyetopnya ketika kurasakan Aku hampir muncrat. Bagian keempat, dimulai.
    “Pake kondom ya Mas.” Maksudku juga begitu.
    Aku tak mau ambil resiko bermain seks dengan perempuan sewaan begini tanpa pengaman.
    “Tolong ambilin di saku celanaku.”
    “Saya bawa kok Mas.” Dengan terampil dia memasangkan kondom di penisku.
    Berpengalaman dia rupanya.

    “Mas termasuk kuat, lho.” Ah, ini sih basa-basi standar seorang profesional.
    “Ah, bisa aja kamu.”
    “Bener lho, biasanya baru dibody aja udah keluar.” Aku mencegah Yeni yang mulai menaiki tubuhku.
    Aku kurang suka dengan posisi di bawah. Membatasi gerakanku. Yeni terlentang dan membuka kakinya lebar-lebar. Sambil mengulumi putingnya Aku masuk. Belum sempat Aku menggoyang, Yeni duluan memutar pantatnya. Yah, posisi “missionarist” tak perlu diceritakan prosesnya kan? Anda sudah tahu. Kecuali, beberapa kali Aku terpaksa menyuruh Yeni diam, agar Aku bisa memompa sambil merasakan sensasi gesekan penisku pada dinding-dinding vagina Yeni.

    Oh ya, ada lagi yang perlu Aku ceritakan. Ketika Aku mengambil “pause” dari gerakan memompa, dengan trampilnya Yeni memainkan bagian dalam vaginanya berdenyut-denyut teratur menyedoti penisku. Rasanya Bung! Susah digambarkan. Semacam “kompensasi” dari lubangnya yang tak begitu erat menggenggam penisku. Maklum, sering “dipakai”. Bahkan sampai Aku “selesai” dan rebah lemas menindih tubuhnya, Yeni masih memainkan denyutan vaginanya! Aku tak menyesali keputusanku untuk memilih Yeni dibanding Si Serba Menonjol tadi.

    “Semua cewe di sana tadi service-nya memang begini ya?” tanyaku membuka kebisuan.
    Aku masih menindih tubuhnya, penisku masih di dalam.
    “Engga tahu dong, Mas. Cobain aja,” Ada nada kurang senang yang tersirat.
    “Bukan begitu, cuman pengin tahu aja.”

    “Eh, bener kok Mas, Saya engga ada apa-apa. Tamu kan berhak memilih.”
    “Mas sering ngeseks ya,” kata Yeni ketika dia melepas kondom dan “memeriksa” isinya.
    “Keluarnya dikit,” sambungnya.
    Tahu aja loe.
    “Jangan kapok ya, Mas.”
    “Engga dong,” Serangkaian servis yang disuguhkan Yeni memang memuaskanku.
    “Sering-sering ke sini ya,” Lagi-lagi ucapan basa-basi yang standar.
    “Iya dong, Kalau ada kesempatan lagi saya ke sini dan pilih kamu lagi.”
    “Ah engga usah basa-basi, pasti Mas pengin coba yang lain kan?’ Lagi-lagi, tahu aja loe!

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Fella Penyanyi Cafe Yang Menggodaku

    Cerita Sex Fella Penyanyi Cafe Yang Menggodaku


    671 views

    Perawanku – Cerita Sex Fella Penyanyi Cafe Yang Menggodaku, Aku sedang menunggu clientku dan mencari tempat yang asyik dimana disana ada sajian live music untuk menghibur pengunjung saat itu yang main band beraliran jazz aku lihat dari penyayinya seorang cewek suaranya enak sekali , wajah manisnya ditambah dengan lesung pipinya membuat dia semakin manis , kira kira umurnya 26 tahun. “Para pengunjung sekalian.. Malam ini saya, Fella bersama band akan menemani anda semua. Jika ada yang ingin bernyanyi bersama saya, mari.. saya persilakan. Atau jika ingin request lagu.. silakan”.

    Penyanyi yang ternyata bernama Fella itu mulai menyapa pengunjung Cafe. Aku hanya tertarik mendengar suaranya. Percakapan dengan client menyita perhatianku. Sampai kemudian telingaku menangkap perubahan cara bermain dari sang keyboardist. Aku melihat ke arah band tersebut dan melihat Fella ternyata bermain keyboard juga.

    Fella bermain solo keyboard sambil menyanyikan lagu “All of Me”. Lagu Jazz yang sangat sederhana. Aku menikmati semua jenis musik dan berusaha mengerti semua jenis musik. Termasuk jazz yang memang ‘brain music’. Musik cerdas yang membuat otakku berpikir setiap mendengarnya. Fella ternyata bermain sangat aman. Aku terkesima menemukan seorang penyanyi cafe yang mampu bermain keyboard dengan baik. Tiba-tiba aku menjadi sangat tertarik dengan Fella. Aku menuliskan request laguku dan memberikannya melalui pelayan cafe tersebut. “The Boy From Ipanema, please.. And your cellular number. 081xx. From Boy.”, tulisku di kertas request sekaligus menuliskan nomor HP-ku. Aku melanjutkan percakapan dengan clientku dan tak lama kemudian aku mendengar suara Fella.

    “The Boy From Ipanema.. Untuk Mr. Boy..?”
    Bahasa tubuh Fella menunjukkan bahwa dia ingin tahu dimana aku duduk. Aku melambaikan tanganku dan tersenyum ke arahnya. Posisi dudukku tepat di depan band tersebut. Jadi, dengan jelas Fella bisa melihatku. Kulihat Fella membalas senyumku. Dia mulai memainkan keyboardnya. Sambil bermain dan bernyanyi, matanya menatapku. Aku pun menatapnya. Untuk menggodanya, aku mengedipkan mataku. Aku kembali berbicara dengan clientku. Tak lama kudengar suara Fella menghilang dan berganti dengan suara penyanyi pria. Kulihat sekilas Fella tidak nampak. Tit.. Tit.. Tit.. SMS di HP-ku berbunyi.
    “Fella.” tampak pesan SMS di HP-ku. Wah.. Fella meresponsku. Segera kutelepon dia.
    “Hai.. Aku Boy. Kau dimana, Fella?”
    “Hi Boy. Aku di belakang. Ke kamar mandi. Kenapa ingin tahu HP-ku?”
    “Aku tertarik denganmu. Suaramu sexy.. Sesexy penampilanmu” kataku terus terang. Kudengar tawa ringan dari Fella.
    “Rayuan ala Boy, nih?”
    “Lho.. Bukan rayuan kok. Tetapi pujian yang pantas buatmu yang memang sexy.. Oh ya, pulang dari cafe jam berapa? Aku antar pulang ya?”
    “Jam 24.00. Boleh. Tapi kulihat kau dengan temanmu?”
    “Oh.. dia clientku. Sebentar lagi dia pulang kok. Aku hanya mengantarnya sampai parkir mobil. Bagaimana?”
    “Okay.. Aku tunggu ya.”
    “Okay.. See you soon, sexy..”
    Aku melanjutkan sebentar percakapan dengan client dan kemudian mengantarkannya ke tempat parkir mobil. Setelah clientku pulang aku kembali ke cafe. Waktu masih menunjukkan pukul 23.30. Masih 30 menit lagi. Aku kembali duduk dan memesan hot tea. 30 menit aku habiskan dengan memandang Fella yang menyanyi. Mataku terus menatap matanya sambil sesekali aku tersenyum. Kulihat Fella dengan percaya diri membalas tatapanku. Gadis ini menarik hingga membuatku ingin mencumbunya. Dalam perjalanan mengantarkan Fella pulang, aku sengaja menyalakan AC mobil cukup besar sehingga suhu dalam mobil dingin sekali. Fella tampak menggigil.
    “Boy, AC-nya dikecilin yah?” tangan Fella sambil meraih tombol AC untuk menaikkan suhu. Tanganku segera menahan tangannya. Kesempatan untuk memegang tangannya.
    “Jangan.. Udah dekat rumahmu kan? Aku tidak tahan panas. Suhu segini aku baru bisa. Kalau kamu naikkan, aku tidak tahan..” alasanku.
    Aku memang ingin membuat Fella kedinginan. Kulihat Fella bisa mengerti. Tangan kiriku masih memegang tangannya. Kuusap perlahan. Fella diam saja.
    “Kugosok ya.. Biar hangat..” kataku datar. Aku memberinya stimulum ringan. Fella tersenyum. Dia tidak menolak.
    “Ya.. Boleh. Habis dingin banget. Oh ya, kamu suka jazz juga ya?”
    “Hampir semua musik aku suka. Oh ya, baru kali ini aku melihat penyanyi jazz wanita yang bisa bermain keyboard. Mainmu asyik lagi.”
    “Haha.. Ini malam pertama aku main keyboard sambil menyanyi.”
    “Oh ya? Tapi tidak terlihat canggung. Oh ya, kudengar tadi mainmu banyak memakai scale altered dominant ya?” aku kemudian memainkan tangan kiriku di tangannya seolah-olah aku bermain piano.
    “What a Boy! Kamu tahu jazz scale juga? Kamu bisa main piano yah?” Fella tampak terkejut. Mukanya terlihat penasaran.
    “Yah, dulu main klasik. Lalu tertarik jazz. Belum mahir kok.” Aku berhenti di depan rumah Fella.
    “Tinggal dengan siapa?” tanyaku ketika kami masuk ke rumahnya. Ya, aku menerima ajakannya untuk masuk sebentar walaupun ini sudah hampir jam 1 pagi.
    “Aku kontrak rumah ini dengan beberapa temanku sesama penyanyi cafe. Lainnya belum pulang semua. Mungkin sekalian kencan dengan pacarnya.”
    Fella masuk kamarnya untuk mengganti baju. Aku tidak mendengar suara pintu kamar dikunci. Wah, kebetulan. Atau Fella memang memancingku? Aku segera berdiri dan nekat membuka pintu kamarnya. Benar! Fella berdiri hanya dengan bra dan celana dalam. Di tangannya ada sebuah kaos. Kukira Fella akan berteriak terkejut atau marah. Ternyata tidak. Dengan santai dia tersenyum.
    “Maaf.. Aku mau tanya kamar mandi dimana?” tanyaku mencari alasan. Justru aku yang gugup melihat pemandangan indah di depanku.
    “Di kamarku ada kamar mandinya kok. Masuk aja.”
    Wah.. Lampu hijau nih. Di kamarnya aku melihat ada sebuah keyboard. Aku tidak jadi ke kamar mandi malah memainkan keyboardnya. Aku memainkan lagu “Body and Soul” sambil menyanyi lembut. Suaraku biasa saja juga permainanku. Tapi aku yakin Fella akan tertarik. Beberapa kali aku membuat kesalahan yang kusengaja. Aku ingin melihat reaksi Fella.
    “Salah tuh mainnya.” komentar Fella. Dia ikut bernyanyi.
    “Ajarin dong..” kataku.

    Dengan segera Fella mengajariku memainkan keyboardnya. Aku duduk sedangkan Fella berdiri membelakangiku. Dengan posisi seperti memelukku dari belakang, dia menunjukkan sekilas notasi yang benar. Aku bisa merasakan nafasnya di leherku.
    Wah.. Sudah jam 1 pagi. Aku menimbang-nimbang apa yang harus aku lakukan. Aku memalingkan mukaku. Kini mukaku dan Fella saling bertatapan. Dekat sekali. Tanganku bergerak memeluk pinggangnya. Kalau ditolak, berarti dia tidak bermaksud apa-apa denganku. Jika dia diam saja, aku boleh melanjutkannya. Kemudian tangannya menepis halus tanganku. Kemudian dia berdiri. Aku ditolak.
    “Katanya mau ke kamar mandi?” tanyannya sambil tersenyum. Oh ya.. Aku melupakan alasanku membuka pintu kamarnya.
    “Oh ya..” aku berdiri.
    Ada rasa sesak di dadaku menerima penolakannya. Tapi aku tak menyerah. Segera kuraih tubuhnya dan kupeluk. Kemudian kuangkat ke kamar mandi!
    “Eh.. Eh, apa-apaan ini?” Fella terkejut. Aku tertawa saja.
    Kubawa dia ke kamar mandi dan kusiram dengan air! Biarlah. Kalau mau marah ya aku terima saja. Yang jelas aku terus berusaha mendapatkannya. Ternyata Fella malah tertawa. Dia membalas menyiramku dan kami sama-sama basah kuyup. Segera aku menyandarkannya ke dinding kamar mandi dan menciumnya!
    Fella membalas ciumanku. Bibir kami saling memagut. Sungguh nikmat bercumbu di suhu dingin dan basah kuyup. Bibir kami saling berlomba memberikan kehangatan. Tanganku merain kaosnya dan membukanya.
    Kemudian bra dan celana pendeknya. Sementara Fella juga membuka kaos dan celanaku. Kami sama-sama tinggal hanya memakai celana dalam. Sambil terus mencumbunya, tangan kananku meraba, meremas lembut dan merangsang payudaranya. Sementara tangan kiriku meremas bongkahan pantatnya dan sesekali menyelinap ke belahan pantatnya. Dari pantatnya aku bisa meraih vaginanya. Menggosok-gosoknya dengan jariku.
    “Agh..” kudengar rintihan Fella. Nafasnya mulai memburu. Suaranya sexy sekali. Berat dan basah. Perlahan aku merasakan penisku ereksi.
    “Egh..” aku menahan nafas ketika kurasakan tangan Fella menggenggam batang penisku dan meremasnya.
    Tak lama dia mengocok penisku hingga membuatku makin terangsang. Tubuh Fella kuangkat dan kududukkan di bak air. Cukup sulit bercinta di kamar mandi. Licin dan tidak bisa berbaring. Sewaktu Fella duduk, aku hanya bisa merangsang payudara dan mencumbunya. Sementara pantat dan vaginanya tidak bisa kuraih. Fella tidak mau duduk. Dia berdiri lagi dan menciumi puting dadaku!
    Ternyata enak juga rasanya. Baru kali ini putingku dicium dan dijilat. Fella cukup aktif. Tangannya tak pernah melepas penisku. Terus dikocok dan diremasnya. Sambil melakukannya, badannya bergoyang-goyang seakan-akan dia sedang menari dan menikmati musik.
    Merasa terganggu dengan celana dalam, aku melepasnya dan juga melepas celana dalam Fella. Kami bercumbu kembali. Lidahku menekan lidahnya. Kami saling menjilat dan menghisap. Rintihan kecil dan desahan nafas kami saling bergantian membuat alunan musik birahi di kamar mandi. Suhu yang dingin membuat kami saling merapat mencari kehangatan. Ada sensasi yang berbeda bercinta ketika dalam keadaan basah. Waktu bercumbu, ada rasa ‘air’ yang membuat ciuman berbeda rasanya dari biasanya.
    Aku menyalakan shower dan kemudian di bawah air yang mengucur dari shower, kami semakin hangat merapat dan saling merangsang. Aliran air yang membasahi rambut, wajah dan seluruh tubuh, membuat tubuh kami makin panas.
    Makin bergairah. Kedua tanganku meraih pantatnya dan kuremas agak keras, sementara bibirku melumat makin ganas bibir Fella. Sesekali Fella menggigit bibirku. Perlahan tanganku merayap naik sambil memijat ringan pinggang, punggung dan bahu Fella. Dari bahasa tubuhnya, Fella sangat menikmati pijatanku.
    “Ogh.. Its nice, Boy.. Och..” Fella mengerang.
    Lidahku mulai menjilati telinganya. Fella menggelinjang geli. Tangannya ikut meremas pantatku. Aku merasakan payudara Fella makin tegang. Payudara dan putingnya terlihat begitu seksi. Menantang dengan puting yang menonjol coklat kemerahan.
    “Payudaramu seksi sekali, Fella.. Ingin kumakan rasanya..” candaku sambil tertawa ringan. Fella memainkan bola matanya dengan genit.
    “Makan aja kalo suka..” bisiknya di telingaku.
    “Enak lho..” sambungnya sambil menjilat telingaku. Ugh.. Darahku berdesir. Perlahan ujung lidahku mendekati putingnya. Aku menjilatnya persis di ujung putingnya.
    “Ergh..” desah Fella. Caraku menjilatnya lah yang membuatnya mengerang.
    Mulai dari ujung lidah sampai akhirnya dengan seluruh lidahku, aku menjilatnya. Kemudian aku menghisapnya dengan lembut, agak kuat dan akhirnya kuat. Tak lama kemudian Fella kemudian membuka kakinya dan membimbing penisku memasuki vaginanya.
    “Ough.. Enak.. Ayo, Boy” Fella memintaku mulai beraksi.

    Penisku perlahan menembus vaginanya. Aku mulai mengocoknya. Maju-mundur, berputar, Sambil bibir kami saling melumat. Aku berusaha keras membuatnya merasakan kenikmatan. Fella dengan terampil mengikuti tempo kocokanku.
    Kamu bekerja sama dengan harmonis saling memberi dan mendapatkan kenikmatan. Vaginanya masih rapat sekali. Mirip dengan Ria. Apakah begini rasanya perawan? Entahlah. Aku belum pernah bercinta dengan perawan, kecuali dengan Ria yang selaput daranya tembus oleh jari pacarnya.
    “Agh.. Agh..” Fella mengerang keras. Lama kelamaan suaranya makin keras.
    “Come on, Boy.. Fuck me..” ceracaunya.
    Rupanya Fella adalah tipe wanita yang bersuara keras ketika bercinta. Bagiku menyenangkan juga mendengar suaranya. Membuatku terpacu lebih hebat menghunjamkan penisku. Lama-lama tempoku makin cepat.
    Beberapa saat kemudian aku berhenti. Mengatur nafas dan mengubah posisi kami. Fella menungging dan aku ‘menyerangnya’ dari belakang. Doggy style. Kulihat payudara Fella sedikit terayun-ayun. Seksi sekali. Dengan usil jariku meraba anusnya, kemudian memasukkan jariku.
    “Hey.. Perih tau!” teriak Fella. Aku tertawa.
    “Sorry.. Kupikir enak rasanya..” Aku menghentikan memasukkan jari ke anusnya tetapi tetap bermain-main di sekitar anusnya hingga membuatnya geli.
    Cukup lama kami berpacu dalam birahi. Aku merasakan saat-saat orgasmeku hampir tiba. Aku berusaha keras mengatur ritme dan nafasku.
    “Aku mau nyampe, Fella..”
    “Keluarin di dalam aja. Udah lama aku tidak merasakan semburan cairan pria” Aku agak terhenti. Gila, keluarin di dalam. Kalau hamil gimana, pikirku.
    “Aman, Boy. Aku ada obat anti hamil kok..” Fella meyakinkanku. Aku yang tidak yakin. Tapi masa bodoh ah. Dia yang menjamin, kan? Kukocok lagi dengan gencar. Fella berteriak makin keras.
    “Yes.. Aku juga hampir sampe, Boy…come on.. come on.. oh yeah..”
    Saat-saat itu makin dekat.. Aku mengejarnya. Kenikmatan tiada tara. Membuat saraf-saraf penisku kegirangan. Srr.. Srr..
    “Aku orgasme. Sesaat kemudian kurasakan tubuh Fella makin bergetar hebat. Aku berusaha keras menahan ereksiku. Tubuhku terkejang-kejang mengalami puncak kenikmatan.
    “Aarrgghh.. Yeeaahh..” Fella menyusulku orgasme.
    Dia menjerit kuat sekali kemudian membalikkan badannya dan memelukku. Kami kemudian bercumbu lagi. Saatnya after orgasm service. Tanganku memijat tubuhnya, memijat kepalanya dan mencumbu hidung, pipi, leher, payudara dan kemudian perutnya.

    Aku membuatnya kegelian ketika hidungku bermain-main di perutnya. Kemudian kuangkat dia. Mengambil handuk dan mengeringkan tubuh kami berdua. Sambil terus mencuri-curi ciuman dan rabaan, kami saling menggosok tubuh kami. Dengan tubuh telanjang aku mengangkatnya ke tempat tidur, membaringkannya dan kembali menciumnya. Fella tersenyum puas. Matanya berbinar-binar.
    “Thanks Boy.. Sudah lama sekali aku tidak bercinta. Kamu berhasil memuaskanku..”
    Pujian yang tulus. Aku tersenyum. Aku merasa belum hebat bercinta. Aku hanya berusaha melayani setiap wanita yang bercinta denganku. Memperhatikan kebutuhannya.

    Aku sangat terkejut ketika tiba-tiba pintu kamar terbuka. Sial, kami tadi lupa mengunci pintu!! Seorang wanita muncul. Aku tidak sempat lagi menutupi tubuh telanjangku.
    “Ups.. Gak usah terkejut. Dari tadi aku udah dengar teriakan Fella. Tadi malah sudah mengintip kalian di kamar mandi..” kata wanita itu. Aku kecolongan. Tapi apa boleh buat. Biarkan saja. Kulihat Fella tertawa.
    “Kenalin, dia Gladys. Mbak.. Dia Boy.” aku menganggukkan kepalaku padanya.
    “Hi Gladys..” sapaku.
    Kemudian aku berdiri. Dengan penis lemas terayun aku mencari kaos dan celana pendek Fella dan memakainya. Gladys masuk ke kamar. Busyet, ni anak tenang sekali, Pikirku. Sudah jam 2 pagi.
    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Dengan janda tetanggaku – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018

    Dengan janda tetanggaku – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018


    1393 views

    Perawanku – Namaku rudi, usiaku 26 tahun, aku telah berumah tangga, tepat di deket rumahku tinggal seorang wanita cantik berusia sekitar 35 tahunan, tanpa suami tinggal sendiri, namanya irma dia karyawan sebuah bank swasta di kotaku menurut tetangga dia istri simpanan dari seorang pejabat.

    Ini bermula ketika suatu pagi aku sekitar pukul 5 aku sedang lari pagi, lewat depan rumah mbaku irma, komplek rumahku memang masi sepi kalau jam segitu, tanpa sengaja aku melihat mbak irma hanya menggunakan pakaian dalam membuka gorden yang menutupi jendelanya, dengan tersipu malu mbak irma langsung lari masuk ke ruangan ternyata dia juga tahu kalau aku melihatnya. sejak saat itu aku selalu memikirkan mbak irma meski aku sudah punya istri, istriku lah yang menjadi pelampiasan ku setiap sehabis melihat mbak irma pulang kerja.

    Suatu hari istriku pergi ke rumah ibu nya di luar kota, aku tidak bisa menemani karna memang banyak pekerjaan di kantor. aku berpikir inilah kesempatanku mendekati mbak irma, karena istriku akan di rumah ibunya selama seminggu, tapi apa cukup waktu segitu, cara demi cara aku pikirkan namun semuanya bakal buntu.

    Ke esokan harinya aku menyempatkan lari pagi, aku lihat rumah mbak irma masih nyala lampunya, ah sepertinya dia masi tidur aku berputar memutari komplek,, tak lama kemudian aku melihat dia baru saja datang dengan mengendarai sepeda, membuka pagar rumahnya, suasana memang sepi sekali,aku pun berusaha mendekat
    “hi mbak, darimana nih??” sapaku
    “dari rumah temen mas” wajahnya yang menantang menjawabku
    “nginep ya mbak?”
    “iya mas” sambil gugup dia menjawabku sepertinya dia masi malu waktu itu pernah ku lihat hanya berpakaian dalam.
    “ya sudah mbak capek kayaknya tuh mata masih merah, aku pulang dulu mbak, bersih2 rumah ga ada istri soalnya”
    “hehe iya, emangnya kemana mbak dia nanya??”
    “lagi ke rumah ibunya mbak, kangen katanya”
    “ow berapa hari mas?? kalo butuh bantuan bilang aj mas, sapa tau bisa bantu”
    “wah kebetulan tuh mbak” pikirku melayang untuk meminta puaskan nafsuku
    “kebetulan apa mas??”
    “ehhh ga kok mbak bercanda, ya sudah aku pulang dulu ya?? o ya tar kerja kah? kalo capek tar aku anter ga papa kok”
    “ga mas aku libur, lagi ga enak badan nih”
    aku pun pergi menuju rumah, hubungan ini ga aku sia sia kan, sampai di rumah aku sms mbak irma, ternyata nyambung juga hingga akhirnya sms an sampe malem, kata2 ku sudah mulai menjurus pada sex, tenryata mbak irma sedikit ngebales meskipun akhirnya dia takut akan hubungan ku dengan istriku. namun aku jawab mumpung ga ada dia
    esok pagi mbaku irma telpn aku ” mas tolong belikan obat donk, bisa kan?? pusing nih mau minta tolong sapa lagi aku ga taw”
    “ok sayang” jawbku
    “idih sayang di bom istrimu baru tau rasa lo”
    hari sabtu adalah hari libur aku pergi membeli obat. setelah dapat aku masuk ke rumah mbak irma.
    “mbak ini obatnya”
    “iya mas bentar”

    jrennnnggggg mbak irma memakai lingerie tapi agak tebal dikit lah berwarna biru muda, serentak senjataku bergejolak melihat tubuhnya yang putih serasa sengaja disuguhkan pada ku.
    “masuk mas, silahkan duduk dulu” celana dalam nya telihat samar2 di balik gaun tipis itu
    mataku bener2 dimanjakan olehnya
    “silahkan diminum mas” sambil menyuguhkan teh dia merunduk dan belahan dadanya terlihat jelas. BH yang berwarna hitam telihat membungkus barang indah itu.
    “makasi mbak” mataku kembali terbelalak ketika melihat paha mulus saat mbak irma duduk di depanku, mulailah pikiranku melayang
    “mas rud mas rud malah nglamun” suaranya membangunkanku dari lamunan ku
    “heh maaf mbak lagi berfantasi”
    “hayo fantasi apa? cerita di bbm itu ya ?? mas rudi ini bisa aja” sambil tertawa mbak irma menyingkap rambutnya.

    “hhehe iya mbak diitnggal istri seminggu sih gini deh jadinya, apalagi mbak pakaiannya gitu, tambah deh”
    “hahhaha cuma kelihat paha aja udah melayang nih mas rudi”
    “banget mbak, hahaha”
    “mas maaf ya, aku sbenarnya sih g sakit, cuma akal akalan ku aja biar mas ke rumah, maaf ya ??
    “wah parah, kirain sakit beneran, kawatir nih, yang lebih parah lagi adek ni berdiri trus ngeliat paha ma dada, tanggung jawab donk?”
    “ye mulai deh minta ma bini sono” nadanya marah pada ku
    “becanda, gitu aja amarah”
    “iya ga papa, mas masukin tuh motor, temenin aku donk bentar aja mumpung ga ada bini mas katanya, haha”

    aku pun memasukkan motor ke garasi mbak irma, lalu aku masuk kembali, aku di ajak ke sebuah ruangan yang bagus sekali.
    “mas ini aku namain ruangan surga, karna ini khusus kalo suami ku pulang, dia minta berhubungan disini, kedap suara soalnya ruangan ini mas, jadi meski teriak2 ga bakalan ada yang denger”
    “wow keren juga ya mbak, boleh dicoba tuh mbak,” sambil duduk di kursi saya memandang ruangan itu
    “itu disana ada kamar mandi, disini lah mas kalo aku lagi pengen puasin diri sendiri” mataku terbelalak ketika mbak irma duduk dengan kaki terbuka, celana dalamnya tipis, shingga terlihat dengan jelas jembut dan kemaluannya
    “eh iya mbak” sambil menahan aku menjawab
    “liat ini mas? jangan diliat aja dong mas, dari kemaren aku tau kok mas … kalo kamu pengen aku, itu yang lagi berdiri masukin donk kesini” sambil menunjuk ms v nya mbak irma menantangku
    “hmmm siap ” saya pun langsung telanjang bulat
    “wow gede, enaku tuh, dah lama nih”
    aku langsung menunduk karna mbak irma duduk sambil membuka kakinya di kursi, langsung kujilat kemaluannya
    “ooughhhh….ssssssssshhhhh mas inget istri…. ahhh enakkkk”
    celana dalam nya aku copot, lidahku tetap bergerilya di kemaluan mbak irma, sesekali dia mencengkeram rambutku sesekali dia menjarit
    “ooughhhhhhhhhhhhh fuck”

    menit2 demi menit berlalu, jari pun telah aku masukkan, jari yang semula kering kini di lumuri cairan putih dan bening,
    “mas aku keluar kerasin……..oughhhhhhhhhh” irma mencapai orgasme nya
    aku naik untuk mencumbu bibirnya, sambil kucopot BH yang menempel di dada nya, namun lingerie yang indah itu aku biarkan menghiasi tubuhnya, kecupan demi kecupan saling kita berikan, tangan ku bergerilya di gunung surganya, ku hisap pentilnya sesekali kugigit secara perlahan
    “ough mas kamu ahli…ahhhhh sayang”
    “oouugh mas udah dulu” sambil mengangkat kepalaku irma berdiri dan merunduk di depanku
    “kumakan ya mas kontolmu ini” sambil mengocok dia mendekatkan mulutnya ke kontolku
    aku pun cuma bisa menganggukkan kepala
    “ouughhh sayang” desahku ketika kontolku di lumat habis
    menit demi menit aku di kulum nya, aku merasakuan sedikit lagi aku orgasme, aku mengangkat kepala irma, kemudian dia lepaskan kulumannya“ada apa mas?”
    “ga papa aku mau orgasme berhenti bntar, pengen orgasme saat di dalam ini” sambil ku tunjuk vaginanya
    “itu tar aja, ga adil tadi aku keluar di mulut kamu, sekarang harus di mulut juga” langsung mengulum kembali penisku, di kocok sekeras munngkin.
    “ouughhhhhh,,,, aku kluar… crotzzz” beberapa menit kemudian aku orgasme dalam mulut irma, dia lari ke kamar mandi sambil memuntahkan sperma ku, meski dia menlean dikit tapi masih banyak spermaku yang di mulutnya
    “widih masih siap tempur” sapanya dari kamar mandi, sambil meminum pil KB, kemudian irma berjalan ke tepi kasur, dan membuka kakinya
    “hehe iya donk barang bagus nih” sambil kudekati irma aku peluk sambil cium
    “buruan sayang ga tahan nih lubang dari tadi nganggur” tanpa pikir panjang langsung aku masukin
    “ooouughhhh” desahan bersama sambil bercumbu kembali, aku gerakukan maju mundur penis in terasa menghujam lubang sempit yang membuat saraf2 di otaku bekerja dengan senang
    “mas… oouughhhh ” desah irma
    “mass…. kerasin donk…. ahhhhhh… shhhhhhh” desah irma sambil menggoyang badannya
    aku kerasin doronganku dengan sekali2 aku dorong penuh sehingga rasanya penis ini menyentuh pangkal di dalam
    oouughhh masssss lov u….. ahhhhhhhhhh
    setelah beberapa menit irma menariku untuk di bawah tancapkan lah penisku kedalam vaginanya “ouughhhhhhh”
    selang beberapa menit irma orgasme, gesekan yang dilakukan sangat keras gerakan naik turunnya bener2 ajib, sampai terdengan suara “plok..plok”


    “aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhh maaaaaaaaaaaaassssssssss aku kluar…. cairan sperma ku banyak terasa mengalir di penisku
    kemudian aku tarik irma untuk berciuman
    setelah itu irma aku ajak dogy style, nafsu yang menyelimuti kita menjadikan gaya ini sedikit brutal berulangkali irma berteriak dan bunyi yang di sebabkan tumbukan antara paha ku dan pantatnya sangat keras……..
    beberapa menit aku angkat tubuh irma menuju tembok, aku hujam di atas pangkuanku
    “ouughhhhh luar biasa mas” desahnya sambil tersenyum
    selang beberapa menit aku merasakan hampir orgasme

    “sayang aku beri kamu anak ya?” kataku sambil menggendongnya untuk kembali berbaring
    “kalo bisa coba aja” candanya sambil memegang penisku untuk di arahkan ke lubangnya kembali
    aku pun kembali menghujam vaginanya dengan penis ku, keras dan cepat tapi kadang aku menurunkan ritme dengan pelan2 tapi menusuk
    “oughhhh masssssssss”
    aku tersenyum sambil meronta keenakan
    “mas aku mau keluar lagi……shhhhhhhhhh….. kerasin……..”
    “aku juga sayang….oughhhhhhhhhhhh” tambah cepet aku genjot irma
    beberapa menit kemudian
    “oooouwwwwwwwwwwwwwwwwwhhhhhhhhhhhhh ahhhhhhhhhhhaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhh 3 kaaaaaaliiiiiiiiiiiiiii…. kumu hebat sayang” desah irma sambil mengejangkan tubuhnya memelukku
    “ougggggggghhhhhhhh ini bentar lagi”
    plok2 plok2…… suara penisku menghujam memeknya yang basah sekali
    “crotzzzzzzzz…..zrotssssss” spermaku keluar di dalam vagina irma, akhirnya aku bisa menikmati irma dengan penuh…. kupeluk irma dan ku ciumi dan kujilati dad nya
    “mas jangan pulang dulu, aku masih butuh kamu nanti” ucapnya pada ku
    aku pun tersenyum, lalu ku kecup keningnya
    hari itu aku benar2 ga pulang ke rumah sampai keesokan harinya
    Hanya waktu istriku telpon … aku bilang lagi di rumah capek mau kemana2, begitu pula irma, padahal setelah telpon itu selesai permainan liar kami berlanjut.

    ketika istriku di rumah, aku dan irma masih sering ketemu dan melakukan hubungan ini di hotel, suatu saat irma memintaku memberinya anak, meski aku tidak usah bertanggung jawab akan hal itu karena dia bilang kalo itu anak dr suaminya yang datang sehari sebelum itu… kini irma sudah pindah dari komplek rumahku bersama anak hasil hubungan kami, namun komunikasi kami masih terjaga, sesekali kami bertemu di suatu kota untuk semata2 melakukan hubungan sex tidak lebih, dia tau aku sangat mencintai istriku.

  • Narasumberku Yang Cantik

    Narasumberku Yang Cantik


    1420 views


    Perawanku – Hidup itu memang penuh kejutan. Paling tidak aku sudah membuktikan itu. Perkenalkan, namaku Andre, usia 28 tahun, tingi 170 berat 68 kg. Saat ini pekerjaan saya adalah wartawan muda di sebuah majalah ternama Ibukota. Lazimnya wartawan, sudah pasti aku memiliki banyak relasi. Tidak sedikit dari mereka adalah bos-bos di perusahaan ternama. Sebagai wartawan sudah pasti aku dituntut untuk bisa menaklukkan berbagai karakter dan persona setiap narasumberku.

    Maklum, dengan kedekatan itu aku bisa mendapatkan berita ekslusif yang memang menjadi spesialisasiku. Nah, diantara banyak sumberku tadi tersebutlah nama Hana, seorang country manager sebuah Bank asing di Jakarta. Sebagai gambaran dari narasumberku ini. Usianya sekitar 36 tahun, dikaruniai 2 orang putra. Tingginya sekitar 165 cm dengan berat 57. Bodinya lumayan bagus, maklum rutin fitness dengan payudara kuperkirakan 34B.

    Oh ya, perkenalanku dengan Mbak Hana, begitu aku menyebutnya, sudah berlangsung 4 tahun lebih. Awalnya, sudah pasti secara kebetulan. Ketika itu, Bank tempat Mbak Hana bekerja menggelar jumpa pers. Pada saat yang sama aku ditugasin oleh pimpinanku untuk meliput acara itu. Kloplah! singkat kata sejak pertemua itu yang diakhiri dengan tukar menukar kartu nama, aku berkenalan dengan Mbak Hana.

    “Ndre Met ketemu lagi ya, tolong beritanya yang bagus,” begitu Mbak Hana mengikhiri langkaku meninggalkan Hotel Indonesia.

    Pertemuan kami di HI itu ternyata bukan yang pertama dan terakhir. Setelah perkenalan itu setiap kali Mbak Hana punya acara
    Sudah pasti aku diundangnya.

    “Ndre besok datang ya, kami mau launch produk baru,” begitu pesan yang sering aku terima lewat SMs dari Mbak Hana.

    Tidak heran, saking dekatnya, kami sering bertukar pendapat. Tidak hanya masalah perkerjaan yang kami diskusikan, dalam beberapa hal aku juga berani untuk menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi. Misalnya menyangkut hubungannya dengan sang suami, Mas Johan hingga cara dia mengelola rumah tangganya. Sebagai bujangan pengalaman itu sudah pasti penting bagiku jika menikah kelak.

    Dari rasa saling percaya itu tidak terasa kedekatan diantara aku dan Mbak Hana sepertinya sudah tidak berjarak. Bahkan tidak jarang, karena aku membutuhkan informasinya, jam 12 malam pun aku menelpon dia jika aku kesulitan memahami sebuah kasus perbankan. Dan untungnya, Mbak Hana dan Mas Johan mengerti kondisi itu.

    Oh, ya aku sendiri juga sudah mengenal Mas Johan sebagai salah satu direktur di perusahaan Sekuritas. Beliapun juga tahu dan tidak keberatan Mbak Hana selalu aku jadikan narasumber.

    “Terima kasih Ndre atas kepercayaan kamu pada Hana. Sekarang dia jadi terkenal lo,” ujarnya suatu kali ketika kami ber-6 makan malam bersama.

    Sampai suatu kali, dimana hampir sebulan, kami tidak sempat kontak, Mbak Hana menggelar jumpa pers. Sudah pasti akupun datang ke acaranya.

    “Hey apa kabar Ndre. Kemana aja, kok lama nggak kontak. Nggak butuh berita nih,” ujarnya Kenes.
    “Nggak lah Mbak, masak wartawan kagak butuh berita. Biasalah susah ngatur waktu. Abis banyak kerjaan sih,” aku menimpali.

    Seperti biasa setelah acara selesai, akupun beranjak untuk pergi. Namun sebelum pergi, tanpa kuduga Mbak Hana menepuk pundakku.

    “Mau pergi Ndre? Sudah cukup nih informasinya?” Mbak Hana menyapaku.
    “Iya nih, mau ke tempat lain Mbak, masih ada sumber yang ingin kukejar,” aku menjelaskan.
    “Oke kalau begitu. Met jalan dan jangan lupa kontak-kontak ya,” katanya lagi.
    “Oke Mbak,” ujarku semabri ngeloyor pergi.

    Pertemuan kami memang tak terhitung. Kadang aku yang mengundang dia untuk sebatas minum kopi dan mengorek informasi darinya. Namun tidak jarang, dia memintaku untuk menemaninya makan siang. Sampai akhirnya tiba-tiba dia menleponku.

    “Bisa ke Restoran biasa Ndre. Aku pusing nih, lagi ada masalah,” telpon Mbak Hana membuyarkan konsetrasiku yang sedang menyelesaikan tulisan.
    “Emangnya ada apaan Mbak? kataku.
    “Sudah deh, jam 12 aku tunggu,” katanya langsung menutup telepon.

    Tak lama berselang, sekitar jam 12.30 aku bertemu Mbak Hana di tempat biasa.

    “Ada apa sih Mbak, emangnya berat baget tuh masalah. Nggak biasanya deh Mbak Hana seperti ini,” kataku membuka pembicaraan.
    “Begitulah Ndre, aku lagi suntuk dengan Mas Johan. Dia punya simpanan,” ujarnya lirih.
    “Ups, aku kaget juga dengan perkataan Mbak Hana.
    “Masak sih Mbak, mungkin Mbak Hana salah dengar. Sudah di kroscek belum?” kataku lagi.
    “Sudah. Aku lihat dengan mataku sendiri Mas Johan bawa cewek ke hotel (X) di Senayan itu. Mereka berdua menginap di kamar 202 kemarin,” katanya.
    “Lo, emangnya dia kemana, kok pake nginap segala,” sergahku.
    “Katanya sih dia mau ke Singapura. Tapi tak disangka aku bertemu dengannya di hotel itu. Kebetulan aku lagi ada acara.”
    ” Aku turut prihatin. Mbak yang sabar ya.,” kataku.

    Tak terasa bulir-bulir air tampak jatuh dari mata indah Mbak Hana. Secara reflek aku beranikan diri menyeka airmata itu dengan sapu tanganku. Aku usap matanya sambil kubelai rambutnya. Kebetulan saat itu tempat duduk kami memang saling berdekatan. Herannya reaksi Mbak Hana diam saja. Seolah dia menikmati belaianku.

    “Sudah deh Mbak nggak usah bingung. Mungkin ada sesuatu yang salah dalam keluarga Mbak,” kataku sedikit lancang.
    “Selama ini baik saja Ndre. Mas Johan kalau pulang juga tepat waktu. Hubungan kami tidak ada masalah,” Mbak Hana masih tidak percaya dengan ulah suaminya.

    Tak terasa obrolan kami sudah berlangsung hampir 2 jam.

    “Kalau begitu, mungkin lebih baik Mbak Hana pulang aja, siapa tahu dengan berkumpul sama anak-anak pikiran jadi tenang. Ayo aku antar,” kataku berusaha menenangkan Mbak Hana.
    “Baiklah Ndre, doakan Mbak Kuat ya,” ujarnya menimpali.

    Setelah membayar tagihan kami pun melangkah meninggalkan restoran itu. Aku berjalan disamping Mbak Hana menuju tempat parkir. Tak sepatah katapun yang meluncur dari mulut kami saat itu. Raut kesedihan benar-benar tampak dari muka narasumberku ini. Sampai akhirnya di dalam mobil Mbak Hana menyela.

    “Habis ini kamu mau kemana Ndre,” tanyanya.
    “Wah kebetulan aku DL-deadline-nih. Jadi aku harus balik kantor lagi,” kataku.
    “Masak tiap hari kerjanya cuma DL. Wartawan nggak ada istirahatnya apa?”
    “Ya begitulah Mbak, sudah resiko kerja. Tapi aku menikmatinya kok. Soal Libur, mungkin sabtu minggu,” kataku menimpali.

    Tak berapa lama, mobil yang kami tumpangi sampai di dekat kompleks Perumahan Mbak Hana. Sebelum masuk kompleks elit itu, mobil mercy keluaran terbaru itu berhenti.

    “Aku turun sini aja Mbak. Nggak enak ntar dilihat orang,” kataku.
    “Kamu nggak mampir dulu, Mas Johan nggak ada kok,” katanya.
    “Nggak lah Mbak, justru karena Mas Johan nggak itu masalahnya. Ntar Mbak dikira perempuan apaan,” kataku.
    “Oke Kalau begitu. Ntar Sabtu kita ketemu ya.”
    “Baik Mbak, aku janji deh. Tapi pesanku Mbak jangan berpikir macam-macam. Biarlah kejadian ini jadi pelajaran kita semua. Manusia pasti bisa berbuat salah. Moga saja Mas Johan segera sadar,” panjang aku memberi nasehat.”
    “Oke sayang, cupp uaahh,” tiba-tiba Mbak Hana mencium bibirku.

    Sontak aku kaget bukan kepalang. Beberapa detik aku bengong karenanya.

    “Hey, kenapa kaget ya. Maaf Ndre kalau kamu nggak suka,” ia melanjutkan.
    “Nggaak Mbak, Nggak pa pa. sudah ya, aku pergi dulu, salam buat anak-anak,”

    Akhirnya aku berlalu keluar mobil meninggalkan Mbak Hana. Didalam taksi yang membawaku ke kantor, dibilangan Thamrin, kebingunganku pada ciuman Mbak Hana tetap belum hilang. Tapi ya sudahlah Bodo amat. Toh kerjaanku masih menumpuk, aku mengakhiri lamunanku. seksigo

    Tak terasa, hari Sabtu pun tiba. Seperti biasa, setiap Sabtu bangunku pasti molor. Maklum, habis begadang semalaman Dl di kantor. Namun, rasa kantuk yang masih amat sangat itu akhirnya terganggu. HP-ku berdering nyaring. Beberapa kali memang aku biarkan saja. Tapi karena penasaran, aku bankit ke meja kerjaku meraih Nokia kesayanganku itu.

    “Hai met pagi Ndre, lagi ngapain,” suaranya yang khas langsung membawa otakku menuju wajah Mbak Hana.
    “Bbbaik Mbak,” aku sedikit gugup.
    “Lo ada apa nih, tumben wartawan gugup, baru bangun ya,” katanya.
    “Iya nih Mbak, semalaman lagi banyak kerjaan. Tapi sekarang sudah kelar kok,” aku menimpali.
    “Asyik deh, kita bisa jalan dong,” katanya.
    “Kemana?”
    “Ada deh, cepat sono mandi, ntar aku jemput kamu ya jam 10, oke!” ucapnya sembari menutup Hp-nya.

    Sontak aku jadi bingung. Kejutan apa lagi nih yang bakal terjadi? Jangan-jangan aku dijadikan pelarian sama Mbak Hana? Pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk dalam pikiranku. Tok.. Tok.. Tok! Andre.. Ndren, suara Mbak Hana memanggilku.

    “Oh Mbak, silakan masuk Mbak. Sorry tadi aku tutup baru selesai mandi nih,” kataku sambil membuka pintu.
    Ketika menemui Mbak Hana aku masih pakai kaus dalam dan handuk.
    “Bentar ya Mbak, aku ganti baju dulu. Mbak tungu aja di depan, tapi maaf lo rumahnya kotor, maklum bujangan,” kataku tentang rumahku yang memang tampak berantakan.
    “Nggak apa-apa Ndre yang penting nyaman,” celetuknya

    Aku langsung masuk ke kamar dan membuka belitan handukku. Tapi belum sempat memakai celana dalam, tiba-tiba Mbak Hana langsung masuk ke kamarku.

    “Maaf Ndre, aku pikir sudah selesai,” katanya sambil melirik selangkanganku.
    “Tapi besar juga lo burung kamu,” katanya genit.

    Merasa kepalang basah, aku langsung nyeletuk,

    “Emangnya Mbak berminat dengan burungku. Ambil gih kalau mau,” kataku memancing birahi Mbak Hana yang kelihatan sekali sudah dekat diubun-ubun.

    Mendengar ucapanku wajah Mbak Hana sontak memerah. Tapi tak lama kemudian dia langsung bisa mengendalikan situasi.

    “Kalau kamu mau, kita bisa coba kan?”

    Mbak Hana akhirnya membuka peluangku untuk bercinta dengannya. Tak mau kehilangan waktu, aku langsung tarik tangan Mbak Hana. Mulutnya yang tebal dan seksi itu langsung kulumat habis. Bibir kami saling berpagut dengan ganasnya. Lidah kami saling bermain-main diantara kedua bibir itu. Uhh.. Ndre, Mbak Hana mulai mendesah.

    Situasi makin sulit dikendalikan. Tanganku yang sudah “gatal” mulai mempreteli satu persatu kancing baju Mbak Hana. Kait BH-nya pun juga aku lepaskan. Tanganku langsung menggerayangi kedua payudara Mbak Hana yang masih tampak sekal.

    “Uhh.. Terus Ndren, Enakk..,” kata kata Mbak Hana mulai meracau.

    Nafasnya mulai memburu. Perlahan kubuka seluruh bajunya dan celana panjangnya. Yang tersisa hanya CD hitamnya saja. Lidahku pun mulai bermain disekujur tubuhnya. Dari ujung kepala, turun ke telinga, ke bibir, ke leher.. Perlahan kusapu dadanya, payudaranya kulumat dengan gigitan kecil.. Turun lagi kebawah, pusarnya kukorek dengan lidahku..

    Aku sudah tak tahan lagi. Langsung saja CD hitam itu aku tarik ke bawah. Wow!! Aku sempat bengong. Betapa indahnya liang nikmat Mbak Hana. Selangkangan yang putih bersih itu dihiasi rambut hitam yang sungguh lebat. Laiknya jenggot salah satu capres Golkar. Sontak aku langusng menyambangi hutan lebat itu. Lidahku mulai menari-nari mencari liang nikmat. Mbak Hana terus meracau.

    “Uhh teruss Ndren, agak ke bawah dikit..”

    Aku pun langsung menjilati vaginanya. Ketika lidahku menyapu bibir vagina dan klitorisnya Mbak Hana tiba-tiba berteriak,

    “Ahh..”
    ” Ndren.. Ayo Ndren.. Kasih aku kenikmatan.. Ayo Ndren cepat sayang.. Bentar lagi aku nyampai,” katanya.

    Aku makin mempercepat permainan lidahku. Tak terasa lendir asin mulai kurasakan masuk ke lidahku. Tapi dasar sudah nafsu aku makin kesetanan melahap vagina Mbak Hana. Akhirnya..

    “Ndree Mbak dapeett nihh.. Aahh,” Mbak Hana mendapatkan orgasmenya.
    “Thanks sayang, kamu hebat.. ”

    Aku yang masih ‘panas’ terpaksa berhenti sejenak melihat Mbak Hana yang lunglai itu. Tapi penisku masih tegak menjulang menunggu aksi selanjutnya. Untungnya Mbak Hana segera tanggap. Ia langsung menggeliat dan mulai mengelus burungku. Tak berapa lama mulut tebalnya sudah bermain-main dengan adik kecilku itu.

    “Ohh Mbakk.. Enakk bangeett. Terusin Mbak.. Mulut kamu enak..” ujarku kacau.

    Aksi itu berlangsung lumayan lama. Sampai akhirnya aku tak tahan juga untuk ikut mengerayangi lagi vaginanya dengan jariku.

    Mbak Hana pun langsung melenguh panjang,

    “Ndren.. Aku pengin lagi..”

    Secepat kilat aku langsung ganti posisi 69. Lidahku kembali berputar-putar diujung vaginanya. Sementara Mbak Hana dengan rakusnya melahap separo zakarku.

    “Ohh.. Mbakk aku pengin vaginamu Mbak..,” kataku
    “Aku juga Ndren.. Penismu pasti lezat Ndren.. Mbak pengin.. Masukinn sekarang aja..” kata Mbak Hana, teman sekaligus sumber beritaku.

    Mendapat sinyal positif aku langsung bangkit dan mengarahkan batangku ke vagina Mbak Hana. Kuusap sebentar kepala penisku di vagina merah nan indah itu.

    “Ohh.. Pelan sayang, punyamu lebih besar dari Mas Johan..”

    Perlahan tapi pasti, aku memasukkukan batang penisku ke dalam liang nikmat itu. Slrup.. Slrup.. Plok.. Plok begitulah bunyi genjotanku ke vagina Mbak Hana.

    “Enakk sayang.. Terusin, aku tak mau berhenti.. Penis kamu enakk,”

    Mbak Hana mulai meracau lagi.

    “Vaginamu juga enak Mbak, aku beruntung bisa menikmatinya.. Mbakk aku mau keluar..,” setelah 20 menit ujung penisku mulai berkedut.
    “Aku juga sayangg, Tahan bentar kita keluarin bareng ya,” Mbak Hana pun ikut memainkan pantatnya.

    Tak lama kemudian, orgasmeku benar-benar-benar tidak bisa ditahan lagi.

    “Mbakk aku sampaii..”

    Creett.. Creett.. Creett

    Semburan spermaku berulangkali memancar di vagina Mbak Hana.

    “Aku dapet juga sayang.. AKu dapat lagi..” hampir bersamaan Mbak Hana menikmati orgasmenya.

    Vaginanya serasa menjepit batangku. Ueennaakk bangett

    “Ohh.. Mbakk vaginamu enak, boleh ya aku minta lagi,” ucapku berbisik sambil mendekapnya.

    Penisku pun masih tetap bersemayam hangat diliang vaginanya. Tak terasa Kami tertidur. Ketika bangun 2 jam berikutnya, kulihat Mbak Hana masih terlelap tanpa sehelai benang pun menutup tubuh indahnya. Oh ya, penisku pun sudah lepas dari sarangnya.


    Hari itu akhirnya kami tidak jadi pergi. Seharian kami hanya bercinta dan bercinta. Jam 4 sore aku sempat keluar cari makan. Setelah itu kami mengulangi perbuatan nikmat itu. Jam 10 malam Mbak Hana pun pamit untuk pulang.

    “Ndre makasih ya, kenikmatannya. Kamu hebat, kapan-kapan kamu mau lagi kan sayang,” katanya sebelum masuk Mobil.
    “Buat Mbak apa sih yang nggak Ndre berikan,” kataku.

    Diiringi ciuman dibibirku Mbak Hana lalu masuk mobilnya dan meninggalkanku. Badanku terasa pegal semua, terutama pinggulku yang memang paling berfungsi waktu menggenjot liang Mbak Hana. Tapi bila memikirkan rasanya, seolah rasa pegal itu hilang begitu saja.

    Terbukti, peristiwa itu kembali terulang dan terulang.. Begitulah sekelumit kisah cinta gelapku dengan Mbak Hana, nara sumber sekaligus temanku merengkuh puncak kenikmatan. Sekali tepuk dua pulau kudapat. Sebagai wartawan aku dapat berita, sebagai laki-lagi aku disuguhi nikmatnya vagina perempuan cantik. Hidup memang penuh kejutan dan Indahh!.

  • Cerita Sex Di Ajari Ngentot Oleh Tante Yosi

    Cerita Sex Di Ajari Ngentot Oleh Tante Yosi


    850 views

    Perawanku – Cerita Sex Di Ajari Ngentot Oleh Tante Yosi, Cerita ini adalah sebuah pengalaman saya yang terjadi sekitar 1 tahun yang lalu. Ini adalah pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan bersama Tante Yossie. Umur saya sekarang adalah 23 tahun, saya (Donnie) baru saja menyelesaikan kuliah saya di sebuah perguruan swasta yang terkenal di Jakarta.

    Cerita Sex Di Ajari Ngentot Tante Yosi – Dulu ketika saya masih duduk di bangku SMA, saya mempunyai teman bermain yang cukup akrab, namanya Jessy. Dia adalah teman dekat saya sejak perkenalan pertama kali ketika masih duduk di bangku SMP. Karena hubungan kami sangat dekat, maka saya sering bermain ke rumahnya di kawasan Menteng.

    Hampir tiap minggu pasti saya bermain ke rumahnya, entah untuk mengajaknya pergi atau hanya bermain di rumahnya saja. Karena hubungan kami yang dekat, maka hubungan saya dengan keluarganya cukup dekat pula. Apalagi dengan Tante Yossie, yang tidak lain adalah ibu kandung Jessy. Perlu anda ketahui, Tante Yossie menikah di umur yang sangat muda dengan Om Anwar. Tante Yossie melahirkan Jessy ketika masih berumur 18 tahun.

    Selain Jessy, Tante Yossie juga mempunyai anak lagi yaitu George yang baru berumur 2 tahun saat itu. Memang perbedaan umurnya dengan Jessy sangat jauh, apakah mungkin Tante Yossie memang ingin mempunyai anak lagi ataukah..? Setiap hari Tante Yossie hanya di rumah saja, sedangkan Om Anwar-nya adalah seorang karyawan perusahaan asing yang cukup sukses. Pada akhirnya ketika baru menginjak SMA tahun ke-2 hubungan saya dan Jessy serta dengan keluarganya putus, ketika ternyata mereka sekeluarga harus pindah ke Jerman untuk mengikuti Om Anwar yang mendapat pekerjaan di Jerman.

    Namun kira–kira setahun yang lalu saya mendapat berita bahwa Jessy sedang liburan ke Jakarta. Tentu saja saya senang sekali karena bisa bertemu teman lama saya. Ketika sudah berada di Jakarta, Jessy menelepon saya dan dia menyuruh saya datang ke apartmentnya di kawasan Kuningan. Dan akhirnya saya pun datang bertemu dengan dia di apartmentnya. Ketika datang saya sangat kaget, karena ternyata Tante Yossie sudah tinggal kembali di Jakarta. Tante Yossie ternyata tidak terlalu betah dengan suasana di Jerman, kira–kira setelah 1 tahun di Jerman dia memutuskan bersama George untuk kembali ke Jakarta. Sedangkan Om Anwar dan Jessy tetap tinggal di sana. George sekarang sudah sekolah pada sebuah SD swasta terkenal di kawasan Lippo Karawaci.

    Ketika bertemu dengan Jessy maupun dengan anggota keluarganya yang lain, saya sangat senang sekali, karena sudah lama sekali saya tidak berjumpa dengan mereka semua. Namun setelah kira–kira 2 minggu berada di Jakarta untuk liburan, akhirnya Jessy harus kembali ke Jerman untuk meneruskan studinya. Namun setelah 1 minggu Jessy balik ke Jerman, tiba–tiba saya mendapat telepon dari nomor HP yang biasa dipakai Jessy ketika dia berada di Jakarta, dan ternyata setelah saya ingat nomor tersebut adalah nomor HP Tante Yossie.

    “Don.. Tante nih, kamu lagi dimana?” tanya si Tante.
    “Saya baru saja habis makan siang tuh sama teman saya Tante, ada apa memangnya?” tanyaku kembali.
    “Gini.. ada yang aneh sama TV di rumah Tante, kamu bisa tolong kemari tidak?” tanyanya.
    “Yah.. bisa deh Tante, cuman kira-kira 2 jam lagi deh yah,” jawab saya.

    Akhirnya saya datang juga ke apartmentnya untuk membantunya. Setelah sampai di apartmentnya alangkah kagetnya saya, ternyata Tante Yossie memakai baju yang sangat seksi. Yah, memang badannya cukup seksi bagiku, karena walaupun sudah mulai berumur, Tante Yossie masih sempat menjaga tubuhnya dengan melakukan senam “BL” seminggu 3 kali. Tubuhnya yang ideal menurut saya mempunyai tinggi sekitar 168 cm, dan berat sekitar 48 kg, ditambah ukuran payudaranya kira–kira 36B. Ketika saya mengecek TV-nya ternyata memang ada yang rusak. Waktu saya sedang berusaha mengeceknya tiba–tiba Tante Yossie menempel di belakang saya. Mula–mula saya tidak menaruh curiga sama sekali mungkin karena dia ingin tahu bagian mana yang rusak, namun lama–lama saya merasakan ada sesuatu yang menempel di punggung saya, yaitu payudaranya yang montok. Setelah TV berhasil saya benarkan, kami berdua akhirnya duduk di ruang keluarganya sambil menonton acara TV dan berbicara tentang kabar saya.

    “Don, kamu masih seperti yang dulu saja yah?” tanya Tante Yossie.
    “Agh.. Tante bisa aja deh, emang nggak ada bedanya sama sekali apa?” jawabku.
    “Iyah tuh.. masih seperti yang dulu saja, cuman sekarang pastinya sudah dewasa dong..” tanyanya.
    Lalu belum saya menjawab pertanyaannya yang satu itu, tiba–tiba tangan Tante Yossie sudah memegang tangan saya duluan, dan tentu saja saya kaget setengah mati.
    “Don.. mau kan tolongin Tante?” tanya si Tante dengan manja.
    “Loh.. tolongin apalagi nih Tante?” jawabku.
    “Tolong memuaskan Tante, Tante kesepian nih..” jawab si Tante.
    Astaga, betapa kagetnya saya mendengar kalimat itu keluar dari mulut Tante Yossie yang memiliki rambut sebahu dengan warna rambut yang highlight, saya benar–benar tidak membayangkan kalau ibu teman dekatku sendiri yang meminta seperti itu. Memang tidak pernah ada keinginan untuk “bercinta” dengan Tante Yossie ini, karena selama ini saya menganggap dia sebagai seorang ibu yang baik dan bertanggung jawab.
    “Wah.. saya harus memuaskan Tante dengan apa dong?” tanyaku sambil bercanda.
    “Yah.. kamu pikir sendiri dong, kan kamu sudah dewasa kan..” jawabnya.

    Lalu akhirnya saya terbawa nafsu setan juga, dan mulailah memberanikan diri untuk memeluknya dan kami mulai berciuman di ruang keluarganya. Dimulai dengan mencium bibirnya yang tipis, dan tanganku mulai meremas–remas payudaranya yang masih montok itu. Tante Yossie juga tidak mau kalah, ia langsung meremas–remas alat kelaminku dengan keras. Mungkin karena selama ini tidak ada pria yang dapat memuaskan nafsu seksnya yang ternyata sangat besar ini, apalagi setelah kepulangannya dari Jerman. Akhirnya setelah hampir selama setengah jam kami berdua bercumbu seperti di atas, Tante Yossie menarik saya ke kamar tidurnya. Sesampainya di kamar tidurnya dia langsung melucuti semua baju saya, pertama–tama dia melepas kemeja saya kancing perkancing sambil menciumi dada saya. Bukan main nafsunya si Tante, pikirku. Dan akhirnya sampailah pada bagian celana. Betapa nafsunya dia ingin melepaskan celana Levi’s saya. Dan akhirnya dia dapat melihat betapa tegangnya batang kemaluan saya. “Wah.. Don, gede juga nih punya kamu..” kata si Tante sambil bercanda. “Masa sih Tante.. perasaan biasa–biasa saja deh,” jawabku. Dalam keadaan saya berdiri dan Tante Yossie yang sudah jongkok di depan saya, dia langsung menurunkan celana dalam saya dan dengan cepatnya dia memasukkan batang kemaluan saya ke dalam mulutnya. Aghh, nikmat sekali rasanya. Karena baru pertama kali ini saya merasakan oral seks. Setelah dia puas melakukan oral dengan kemaluan saya, kemudian saya mulai memberanikan diri untuk bereaksi.

    Sekarang gantian saya yang ingin memuaskan si Tante. Saya membuka bajunya dan kemudian saya melepaskan celana panjangnya. Setelah melihat keadaan si Tante dalam keadaan tanpa baju itu, tiba–tiba libido seks saya menjadi semakin besar. Saya langsung menciumi payudaranya sambil meremas–remas, sementara itu Tante Yossie terlihat senangnya bukan main. Lalu saya membuka BH hitamnya, dan mulailah saya menggigit–gigit putingnya yang sudah mengeras.
    “Oghh.. saya merindukan suasana seperti ini Don..” desahnya.
    “Tante, saya belum pernah gituan loh, tolong ajarin saya yah?” kataku.
    Karena saya sudah bernafsu sekali, akhirnya saya mendorong Tante jatuh ke ranjangnya. Dan kemudian saya membuka celana dalamnya yang berwarna hitam. Terlihat jelas klitorisnya sudah memerah dan liang kemaluannya sudah basah sekali di antara bulu–bulu halusnya. Lalu saya mulai menjilat–jilat kemaluan si Tante dengan pelan–pelan. “Ogh.. Don, pintar sekali yah kamu merangsang Tante..” dengan suara yang mendesah. “Wah.. natural tuh Tante, padahal saya belum pernah sampai sejauh ini loh..” jawabku. Tak terasa, tahu–tahu rambutku dijambaknya dan tiba–tiba tubuh tante mengejang dan aku merasakan ada cairan yang membanjiri kemaluannya, wah.. ternyata dia orgasme! Memang berbau aneh sih, cuma berhubung sudah dilanda nafsu, bau seperti apapun tentunya sudah tidak menjadi masalah.

    Setelah itu kami merubah posisi menjadi 69, posisi ini baru pertama kalinya saya rasakan, dan nikmatnya benar–benar luar biasa. Mulut Tante menjilati kemaluan saya yang sudah mulai basah dan begitupun mulut saya yang menjilat-jilat liang kemaluannya. Setelah kami puas melakukan oral seks, akhirnya Tante Yossie sekarang meminta saya untuk memasukan batang kemaluan saya ke dalam lubang kemaluannya.
    “Don.. ayoo dong, sekarang masukin yah, Tante sudah tidak tahan nih,” minta si Tante.
    “Wah.. saya takut kalo Tante hamil gimana..” tanyaku.
    “Nggak usah takut deh, Tante minum obat kok, pokoknya kamu tenang–tenang aja deh,” sambil berusaha meyakinkanku.
    Benar–benar nafsu setan sudah mempengaruhi saya, dan akhirnya saya nekad memasukan kemaluan saya ke dalam lubang kemaluannya. Oghh, nikmatnya. Walaupun sakitnya juga lumayan. Setelah akhirnya masuk, saya melakukan gerakan maju-mundur dengan pelan, karena masih terasa sakit. “Ahh.. dorong terus dong Don..” minta si Tante dengan suara yang sudah mendesah sekali. Mendengar desahannya saya menjadi semakin nafsu, dan saya mulai mendorong dengan kencang dan cepat walaupun rasa sakit juga terasa. Akhirnya saya mulai terbiasa dan mulai mendorong dengan cepat. Sementara itu tangan saya asyik meremas–remas payudaranya, sampai tiba–tiba tubuh Tante Yossie mengejang kembali. Astaga, ternyata dia orgasme yang kedua kalinya. Dan kemudian kami berganti posisi, saya di bawah dan dia di atas saya. Posisi ini adalah idaman saya kalau sedang bersenggama. Dan ternyata posisi pilihan saya ini memang tidak salah, benar–benar saya merasakan kenikmatan yang luar biasa dengan posisi ini. Sambil merasakan gerakan naik-turunnya pinggul si Tante, dan tangan saya tetap sibuk meremas payudaranya lagi.
    “Oh.. oh.. nikmat sekali Donniie..!” teriak si Tante.
    “Tante.. saya kayaknya sudah mau keluar nih..” kata saya.
    “Sabar yah Don.. tunggu sebentar lagi dong, Tante juga udah mau keluar lagi nih..” jawab si Tante.

    Akhirnya saya tidak kuat menahan lagi, dan keluarlah cairan mani saya di dalam liang kemaluan si Tante, begitu juga dengan si Tante. “Arghh..!” teriak si Tante Yossie. Tante Yossie kemudian mencakar pundak saya sementara saya memeluk badannya dengan erat sekali. Sungguh luar biasa rasanya, otot–otot kemaluannya benar–benar meremas batang kemaluanku. Setelah itu kami berdua letih dan langsung tidur saja di atas ranjangnya. Tanpa disadari setelah 3 jam tertidur, saya akhirnya bangun. Saya memakai baju saya kembali dan menuju ke dapur. Ketika di dapur saya melihat Tante Yossie dalam keadaan telanjang, mungkin dia sudah biasa seperti itu. Entah kenapa, tiba–tiba sekarang giliran saya yang nafsu melihat pinggulnya dari belakang. Tanpa bekata–kata, saya langsung memeluk Tante Yossie dari belakang, dan mulai lagi meremas–remas payudaranya dan pantatnya yang bahenol serta menciumi lehernya. Tante pun membalasnya dengan penuh nafsu juga. Tante langsung menciumi bibir saya, dan memeluk saya dengan erat.
    “Ih.. kamu ternyata nafsuan juga yah anaknya?” kataya sambil tertawa kecil.
    “Agh Tante bisa aja deh,” jawabku sambil menciumi bibirnya kembali.
    Saking nafsunya, saya mengajak untuk sekali lagi bersenggama dengan si Tante, dan si Tante setuju-setuju saja. Tanpa ada perintah dari Tante Yossie kali ini saya langsung membuka celana dan baju saya kembali, sehingga kami dalam keadaan telanjang kembali di dapurnya. Karena keadaan tempat kurang nyaman, maka kami hanya melakukannya dengan gaya doggie style.”Um.. dorong lebih keras lagi dong Don..” desahnya. Semakin nafsu saja aku mendengar desahannya yang menurut saya sangat seksi. Maka semakin keras juga sodokanku kepada si Tante, sementara itu tanganku menjamah semua bagian tubuhnya yang dapat saya jangkau.
    “Don.. mandi yuk?” mintanya.
    “Boleh deh Tante, berdua yah tapinya, terus Tante mandiin saya yah?” jawab saya.

    Akhirnya kami berdua yang telanjang menuju ke kamar mandi. Di kamar mandi saya mendudukkan Tante Yossie di atas wastafel, dan kemudian saya kembali menciumi kemaluannya yang mulai basah kembali. Dan Tante mulai terangsang kembali.
    “Hm.. nikmat sekali jilatanmu Don.. agghh..” desahnya.
    “Don.. kamu sering–sering ke sini dong..” katanya dengan nafas memburu.
    “Tante, kalo tahu ada service begini mah saya tiap hari kalau bisa juga mau,” jawabku sambil tersenyum.
    Setelah puas menjilatinya, saya memasukkan batang kemaluan saya kembali ke lubang kemaluan Tante Yossie. Kali ini, dorongan saya sudah semakin kuat, karena rasa sakit saya sudah mulai berkurang ataukah saya sudah mulai terbiasa yah? Bosan dengan gaya tersebut, saya duduk di atas kloset dan Tante Yossie saya dudukkan di atas saya, dan batang kemaluan saya kembali dibimbingnya masuk ke dalam lubang kemaluannya. Kali ini saya sudah mulai tidak terlalu merasakan sakit sama sekali, namun rasa nikmat lebih banyak terasa. Goyangan si Tante yang naik-turun yang makin lama makin cepat membuat akhirnya saya “KO” kembali, saya mengeluarkan air mani ke dalam lubang kemaluannya. Tante Yossie kemudian menjilati kemaluan saya yang sudah berlumuran dengan air mani, dihisapnya semua sampai bersih. Setelah itu kami mandi bersama.

    Setelah selesai mandi, Tante Yossie memasakkan makan malam untuk kami berdua, dan setelah itu saya pamitan untuk balik ke rumah. Setelah kajadian itu saya baru tahu bahwa kesepian seorang Tante dapat membawa nikmat juga kadang–kadang. Sampai sekarang kami masih sering bertemu dan melakukan bersetubuhan. Kami biasanya melakukan di apartmetnya di kala anaknya George sedang sekolah atau les. Dan sering juga Tante mem-booking hotel berbintang dan kami bertemu di kamar.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Mengajak Tante Cisca ke Kos – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sex Mengajak Tante Cisca ke Kos – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    2253 views

    Perawanku – Waktu ítu gua dí ajak temen gua buat líat hasíl lukísan yang dí bíkín temen gua ítu, cewe día dí bawah gua satu tahun se enggaknya gua seníor díanyalah sewaktu gua tíba dí rumah día ada seorang wanita sexy, cantík, waaahh susah deh buat díomongín pokoknya top banget, lalu día senyum ama gua.

    “Eh Nít sapa tuh?” tanyaku
    “Oo Tante gua tuh Ndry kenapa? Suka?”
    “Yeeee enak aja loe,” jawabku
    “Yuk gua kenalín ama Tante gua,” ajak Níta
    “Aloo Tanteeee,” kata Níta
    “Ehh udah pulang Nít?” tanya Tante Císca
    “íya Tan,” jawab Níta
    “Oh íya Tan kenalín níh temen Níta” lalu Tante mengulurkan tangannya begítu juga gua
    “Cisca,” katanya

    Andry,” kataku, waaahh tangannya lembut banget langsung otak gua jadí gak karuan untung Níta ngajak gua masuk kalo gak udah deh otak gua ngeres

    Sesudah gua liat hasíl lukísan sí Níta gua ngobrol-ngobrol ama Níta dan Tante Enak juga ngobrol ama tantenya Níta cepet akraban orangnya tapí setengah jam kemudían Níta pamít ke belakang dulu otomatís tínggal gua dan Tante Císca saja berdua

    Tante Císca yang memakaí celana street dan kaos típís membuat jantungku mulaí gak karuan, tapí gua ngejaga supaya tídak ketauan kalo gua lagí merhatíín Tante, kamí ngobrol ngalor-ngídul lama-lama duduknya semakín dekat denganku waaahhhh, makín dag díg dug aja níh jatung gua gímana enggak Tante yang putíh mulus ítu duduknya ngangkang bebas banget píkírku apa día kagak malu ama gua apa? Lambat laun pembícaraan kamí mulaí menjurus ke hal-hal yang berbau sex

    “Ndry kamu punya cewek?” tanyanya
    “Blom tan,” jawabku
    “Tante sendiri kok sendirian ?”
    “Hhhmm gak kok kan ada Nita ”
    “Maksud saya laki-laki yang jagain Tante siang dan malem lho ”
    “Ooooooo Tante cerai sama om 2 tahun yang lalu Ndry”
    “Tante gak kesepian ?”
    “Tak tuh kan ada Nita ”
    “Maksud saya yang nemenin Tante malem hari ”
    “Ih kamu nakal yah ” kata Tante sambil mecubit pahaku

    Otomatis meringis kesakitan sambil tertawa hehehhehee.

    “Bener Tante gak kesepian?”, gua bertanya lagi

    Tante Cisca bukannya menjawab, dia malah memelukku sambil menciumiku, aku kaget campur seneng Sewaktu kami bergumul di ruang depan tiba-tiba Nita dateng, untung tadi pintu yang mau ke dapur tertutup kalo ketauan Nita bahaya nih kami menghentikan pagutan kami lalu Tante Ciscapun pergi ke kamarnya sambil malu-malu Setelah Nita datang gua langsung pamitan, lalu gua pamitan ama Tante.

    “Tante, Andry pulang dulu,” kataku
    “Lho kok buru-buru?” tanya Tante Cisca sambil keluar kamar
    “Ada keperluan lain Tan,” jawabku
    “Lain kali ke sini lagi yah,” kata Tante Nita sambil mengerlingkan matanya
    “Ooooo iya Tante,” kataku sedikit kaget, tapi agak seneng juga

    Setelah kejadian itu gua jadi kangen ama Tante Cisca Suatu hari gua lagi jalan sendirian di mall, gua gak nyangka kalo ketemu ama Tante Cisca

    “Allo Tante,” sapaku
    “Hi Andry,” jawabnya
    “Mau kemana Ndry ?”
    “Hhhhmmm lagi pengen jalan aja Tante ”
    “Kamu ada waktu ?”
    “Kalo gak ada gak papa ”
    “Emang mau ke mana Tan ?”
    “Temenin Tante makan yuk ”

    Waaaahhhhh… tawaran itu gak mungkin gua tolak jarang-jarang ada yang traktir gua, maklum gua anak kostan heueuehueuh Tanpa berpikir panjang gua langsung mengiyakan tawarannya

    Setelah kami makan Tante ngajak gua keliling sekitar Bandung Tanpa kita sadari kalo malam udah larut Waktu itu jam menunjukkan pukul 22 30 Lalu gua ngajak Tante Cisca pulang, gua di anter ama Tante Cisca sampai depan rumah kostan gua

    Tapi sebelum gua keluar dari mobil gua kaget campur seneng Tante menarik badan gua lalu menciumiku dengan ganas Kami berpagutan lumayan lama Lama-lama gua makin panas lalu gua ajak Tante Cisca masuk ke dalam kostan gua Lalu kami masuk setelah di dalam Tante Cisca menubruk badan gua hingga kami berdua jatuh di atas kasur Lalu kami beerciuman lagi

    Tiba-tiba tangan gua yang nakal mulai mengerayangi badan Tante Cisca yang sexy Setelah itu gua buka tank top Tante Cisca Wooowww ternyata dia tidak memakai BH itu membuat gua gampang buat menikmati indahnya payudara Tante Cisca yang indah itu Tante Cisca mulai mengerang keenakan

    “Ooooooohhhh Andryyy remas terushhhh,” kata Tante mendesah

    Mendengar itu aku makin menggila

    “Gua gigit putting susu Tante Cisca…”
    “Aaaccchhhhhh… enak sayang terussshhh…”

    Lalu gua buka celana jeans Tante Cisca, sambil terus kupermainkan gundukan kembar itu dengan rakus setelah gua buka celana jeans tante Cisca, gua buka CD Tante Cisca yang berwarna hitam itu

    Ooooohhhhh indah betul pemandangan malam ini gumamku dalam hati Lalu aku pun menyuruh Tante Cisca buat membuka pahanya lebar-lebar

    “Baik sayang lakukan apa yang kau mau ”

    Lalu gua benamkan muka gua ke selangkangan Tante

    “Aaaacccchhhhhhhh… geli sayang,” jerit Tante Cisca, badannya bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri menahan nikmat

    “Aaaaaccchhhhhhh terus sayang oooohhhhhhhh”

    Gua jilat, gigit, jilat lagi hhhhmmmmmmm… memek Tante Cisca harum Lalu tangan Tante Cisca mencari-cari sesuatu di balik celana dalamku

    “Wwoooooowwwww,” jeritnya
    “Aku gak percaya punyaan kamu gede Ndry…”
    “Tante suka?” tanyaku
    “Suka banget ”

    Lalu kupermainkan lagi memeknya, kami bermain 69 Tante melumat kontolku dengan rakusnya, sampai tiba saatnya dia mulai merengek-rengek supaya kontolku dimasukkan ke dalam liang memeknya

    “Ndryyyy sekarang sayang aku gak kuaatttthhh !!!”
    “Sekarang Tante ?”
    “Iya sayang cepaaattt ”

    Lalu gua menaiki badan Tante Cisca perlahan-lahan gua masukin kontol gua… oooooohhhhhh… sleeeepp perlahan-lahan kontolku pun kubenamkan

    Tante Cisca sedikit teria

    “Aaaaaccccchhhhhhh Ndryyyyy”

    Memek Tante masih sempit, hangat aahhh pokoknya enak banget…

    “Masukin yang dalem Ndryy… oooohhhhhhh !!!
    “Goyangin Tante ”

    Slepppp… sleppppp… sleeppppp kontolku keluar masuk

    “Ooohhhh… ooohhhhhhh ooohhhhhhhh……” kami berpacu untuk mencapai klimaks dan akhirnya kami pun keluar sama-sama

    Setelah kami puas bercinta kamipun tertidur pulas dan bangun kesiangan untung waktu itu temen-temen sekostanku sedang mudik, jadi aku gak terlalu khawatir

    “Kamu hebat tadi malam Ndry sampe aku kewalahan” lalu Tante Cisca pun pamitan untuk pulang lalu dia berkata

    “Lain kali kita main lagi yah aku masih penasaran ama kamu Ndry”…
    “Kalo kamu mau apa-apa bilang aja ama Tante ya jangan sungkan-sungkan!!”
    “Baik Tante,” kataku

    Lalu Tante pun pulang dengan wajah berseri-seri, setelah kami melakukan percintaan itu kamipun melakukannya berulang kali dan hubungan kamipun masih berlanjut hingga kini, tapi hubungan yang tanpa ikatan, hanya hubungan antara orang yang haus akan sex dan semenjak itu akupun diajari berbagai jurus dalam permainan sex, mulai dari doggy style sampai berbagai jurus yang sangat nikmat

    Setelah gua berhubungan dengan Tante Cisca kebutuhan akan sehari-hari gua lebih dari cukup apapun yang gua minta dari Tante Cisca dia pasti memberikannya, soalnya dia bilang permainan ranjangku hebat sekali dan adikku ini lumayan besar, katanya.

  • Cerita Sex Terbaru Pengalaman Pertama Masturbasi

    Cerita Sex Terbaru Pengalaman Pertama Masturbasi


    2350 views

    Perawanku – Sebelum aku mengisahkan tentang pengalaman pertamaku bermain sex dengan pasangan, ada baiknya aku ceritakan dulu pengalaman pertamaku bermain sex solo atau bermasturbasi, karena jauh hari sebelum aku melakukan hubungan sex, aku sudah sering melakukan masturbasi.

    Aku sejak kecil memang sudah tidak suka dan tidak pernah mau memakai BH. Kebiasaan ini berlanjut hingga kini. Hal ini tentu membuat kedua orang tuaku jadi kelabakan. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, aku hanya memakai kaos singlet di dalam hem seragam sekolahku. Mungkin kebiasaan memakai singlet sejak kecil inilah yang membuatku hingga saat ini lebih leluasa memakai T Shirt yang lebih mirip singlet itu.

    Demikian pula saat aku duduk di bangku SMU, aku juga hanya memakai kaos singlet di dalam hem seragam sekolahku. Memang agak mending sih, ketimbang aku hanya langsung memakai hem saja tanpa BH di dalamnya, jadi fungsi kaos singletku adalah sebagai pengganti BH.

    Soal CD memang sejak usiaku masih anak-anak, aku lebih suka yang model sexy, namun saat SD aku tidak bisa berkutik karena Mamaku yang selalu membelikan semua kebutuhanku. Baru sejak SMP aku sudah bisa memilih model CD kesukaanku sendiri, karena saat itu aku sudah dipercaya untuk membeli kebutuhanku sendiri, walau uangnya tetap kudapat dari kedua orang tuaku.

    Pada awalnya saat aku masih SMP, model CD yang kubeli masih biasa-biasa saja, karena untuk CD yang mini seperti model berenda atau G String rata-rata harganya masih sangat mahal untuk anak seusiaku, apa lagi aku dari kalangan keluarga yang hidupnya hanya pas-pasan.

    Baru saat SMU aku bisa membeli dan memakai CD yang kuidam-idamkan dari sejak masih kecil, karena saat itu uang sakuku juga sudah mulai agak banyak, jadi aku bisa menabung dulu untuk membeli penutup alat vital yang kuidam-idamkan itu. Dan saat SMU-lah aku mulai terbiasa dengan memakai rok mini sebagai seragam sekolah.  Agen Obat Kuat Pasutri

    Pokoknya sejak aku SMU-lah aku merasakan merdeka, bisa memiliki dan memakai CD berenda atau G String yang kuidam-idamkan. Bayangkan saja modelnya, keduanya hampir sama mininya, hanya yang satu berenda dan yang lainnya G String terbuat dari seutas tali nylon. Saat kukenakan melingkari pinggangku, yang model G String sedikit ada perbedaan, ada ikatannya di samping kanan dan kiri pinggangku.

    Semua modelnya seperti bikini yang amat sangat mini, hanya ada secarik kain berbentuk segi tiga di bagian depan, fungsinya hanya mampu menutupi bagian depan liang vaginaku. Sedangkan CD berenda yang kumiliki bagian depannya berbentuk hati kecil dengan renda di pinggirannya.

    Waktu SMP masih belum seberapa, namun baru saat aku SMU banyak teman sekolahku, baik teman sekelas atau dari kelas lain termasuk para guruku, sering menelan ludah saat aku lewat di hadapan mereka. Karena saat SMP rok bawahanku masih biasa-biasa seperti layaknya murid wanita yang lain, namun saat SMU aku sudah berani memakai rok mini saat sekolah.

    Cerita Sex Terbaru Pengalaman Pertama Masturbasi

    Cerita Sex Terbaru Pengalaman Pertama Masturbasi

    Awalnya pihak sekolah memang melarang, namun lama kelamaan pihak sekolah mungkin bosan juga, atau mungkin juga kepala sekolahku merasa ada baiknya bisa ikut menikmati memandang pahaku yang mulus (Haa.. Haa.. Haa..!). Bukan GR lho, aku sejak kecil memang sudah cantik dan selalu menjadi bintang sekolah, bukan hanya bintang di kelas saja. Banyak cowok teman sekolahku yang menaksirku tapi mereka harus mundur dengan patah hati karena aku memang tidak mau terikat sejak dulu. Aku paling tidak suka dengan cowok yang egois, yang jika merasa sudah dekat denganku lalu yang lain tidak boleh lagi mendekatiku. Aku ingin dapat berteman tanpa ada ikatan apa lagi paksaan.

    Pertama kali aku mengenal permainan sex adalah saat aku masih SMU, bukan sex sungguhan sampai ML. Maksudku, kami hanya sampai petting hingga oral sex saja, istilahku saat itu SSKTR (Sex Sex Kecil Tanpa Resiko). Bagaimana kisahnya, nanti akan kuceritakan pada kisahku yang akan datang, untuk kali ini aku akan menceritakan pengalaman masturbasiku yang pertama.

    Aku pertama kali melakukan masturbasi saat masih duduk di bangku SMP. Aku sudah lupa waktunya, namun aku masih ingat saat itu aku masih duduk di bangku kelas dua SMP. Sebenarnya ada teman sekelasku yang kutaksir saat itu, namanya Joko. Anaknya pandai. Dia menjadi temanku saat kelas dua, karena saat masih kelas satu dia bersekolah di Solo, dan baru pada kelas dua orang tuanya pindah tugas ke Surabaya hingga Joko pun harus ikut pindah sekolah.

    Banyak teman-teman cewekku yang juga menaruh perhatian pada Joko namun Joko anaknya cuek saja. Tidak seperti teman-teman cowokku yang saat itu yang sudah mulai puber dan banyak tingkahnya, Joko anaknya tenang, lebih pendiam dan sedikit berwibawa. Mungkin ini juga yang membuat teman-teman cewek lainnya jadi penasaran padanya.

    Saat-saat aku di rumah, aku sering membayangkan bagaimana kalau seandainya Joko mencium bibirku, meremas payudaraku yang sudah tumbuh membesar itu. Bahkan aku juga membayangkan bagaimana kalau seandainya jari-jari tangan Joko membelai selangkanganku, menyentuh vaginaku yang bagian luarnya sudah mulai ditumbuhi bulu-bulu halus. Aku hanya bisa berandai-andai saja, namun aku juga tidak mengerti apakah itu yang dinamakan cinta atau hanya nafsu. Namun itulah yang kurasakan saat itu.

    Saat mandi aku mulai sering meraba-raba payudara, selangkangan dan daerah erogenku yang lainnya. Namun aku belum pernah melakukan sesuatu sampai satu saat aku mengalami orgasme, bahkan saat itu aku pun belum tahu apa itu orgasme dan sebagainya. Aku semakin hari semakin asyik merabai tubuhku sendiri hingga aku mulai tahu dimana saja letak bagian tubuhku yang paling nikmat kalau disentuh.

    Aku paling senang memainkan klitorisku dengan ujung jari sambil meremas-remas payudaraku. Liang vaginaku selalu becek kalau aku melakukan hal seperti itu. Ada cairan bening merembes keluar dari dalam liang vaginaku keluar membasahi sekitar selangkanganku.

    Aku semakin berani menggesek-gesekkan jari ke belahan bibir vaginaku, sambil membayangkan kalau semua ini dilakukan oleh Joko. Kalau di kamar mandi aku selalu mengoleskan sabun cair dulu di seputar bagian luar vaginaku. Lain lagi kalau kulakukan di atas tempat tidur, sering kugunakan hand body lotion dulu, kulumuri di seputaran selangkanganku baru aku melakukan aktifitas.

    Licinnya sabun cair atau body lotion tersbut menjadi lebih licin lagi saat bercampur dengan cairan bening yang mengalir keluar dari dalam liang vaginaku saat aku sudah mengalami nafsu yang sangat tinggi. Kumainkan klitorisku dengan ujung jari, kugesek-gesekkan sambil tanganku yang satu lagi tetap meremas-remas payudaraku dan memilin-milin puting susuku.

    Aku merasakan sesuatu yang terasa akan meledak keluar dari dalam tubuhku, desakannya semakin lama semakin kuat hingga membuatku menggeliat tidak karuan. Bibirku terus mendesah menceracau bagaikan anak kecil yang tiba-tiba terserang demam yang tinggi, sampai akhirnya aku mengalami rasa ingin pipis, namun yang terjadi adalah adanya kedutan-kedutan di vaginaku.

    Badanku menggigil hebat sekali, kurasakan ada sesuatu yang tumpah keluar dari dalam rahimku memenuhi seluruh bagian dalam liang vaginaku, membasahi dinding-dinding dalam vaginaku. Aku tidak tahu apakah ini yang dinamakan orgasme? Yang jelas setelah itu aku mengalami kelegaan yang amat sangat luar biasa. Bebanku menjadi hilang, badanku menjadi ringan, pokoknya sulit dilukiskan dengan kata-kata.

    Belakangan baru kutahu bahwa itulah yang dinamakan orgasme, karena hal-hal itu makin sering kualami, paling tidak tiga kali dalam seminggu aku mengalami hal seperti itu, karena hampir tiga kali dalam seminggunya aku selalu melakukan masturbasi.

    Terus terang saat masih SMP aku belum berani membiarkan teman cowokku menyentuhku walau sebanarnya dalam hati ingin sekali, namun aku masih takut akan aturan dan norma-norma pada saat itu. Apa lagi saat itu aku masih perawan dan pada anak seusiaku sudah ditanamkan betapa pentingnya arti sebuah keperawanan bagi anak gadis.

    Ini pun mempengaruhi juga caraku melakukan masturbasi. Aku tidak berani memasukkan ujung jariku ke dalam liang vaginaku, karena aku takut keperawananku akan terenggut oleh jari-jariku sendiri. Padahal pada saat-saat tertentu saat bermasturbasi, ingin sekali rasanya aku memasukkan jariku ke dalam liang vaginaku yang terasa sangat gatal ingin digaruk saja rasanya. Biasanya hal ini terjadi pada saat aku hampir mengalami orgasme. Dorongan seperti itu datangnya kuat sekali. Tapi untungnya semua mampu kuatasi, aku bisa mencapai puncak kepuasan hanya dengan memainkan klitorisku dengan ujung jariku. Sementara jari tangan kiriku memainkan klitoris, jari tangan kananku menggosok-gosok belahan bibir vaginaku. Atau saat jari sebelah tanganku memainkan klitoris, tanganku yang lain meremas-remas payudaraku sambil sesekali memilin-milin puting susuku. Libidoku sejak SMP memang sudah sangat tinggi, aku paling tidak tahan kalau tidak melakukan masturbasi tiga kali dalam seminggu, rasanya selalu ingin uring-uringan saja.

    Demikianlah sedikit pengalamanku pertama kalinya melakukan masturbasi. Kisah ini kutulis untuk memenuhi beberapa rekan pembaca wanita yang mengirimkan emailnya padaku. Sekali lagi aku mohon maaf kepada para pembaca yang mengirimkan email padaku, kali ini aku tidak dapat memberikan nomor HP-ku dulu sebelum kalian penuhi persyaratan yang kuajukan, terima kasih!

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Nekat ML di Kantor dengan Teman Wanitaku yang Agresif – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018

    Nekat ML di Kantor dengan Teman Wanitaku yang Agresif – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018


    1361 views

    Perawanku – Kejadian ini berlangsung ketika waktu itu saya dipindahkan oleh manajemen ke Bandung untuk memimpin kantor cabang Bank di Bandung. Suatu hari, sore sekitar pukul 18.00 WIB menjelang malam sebelum pulang, saya ngobrol dengan operational manager saya di ruangan saya.

    Di kantor tinggal kami berdua, office boy dan para marketing sudah ijin pulang. Saya berdiri dengan badan merapat di badannya yang duduk di kursi sambil saya memandang ke arah jalan di luar. Saking dekatnya tak terasa kemaluan saya menempel ke lengan kanannya.

    Saya sejenak tertegun akan apa yang terjadi, tetapi dia kelihatannya suka dan cuek saja sambil sedikit senyum dikulum. Sedikit saya gambarkan operational manager saya yang seorang wanita agresif dan seksi ini, saya tidak akan menyebutkan siapa namanya, saya tidak ingin dia menjadi malu karena sampai saat ini kami masih tetap berhubungan baik.

    Wajahnya cukup cantik, manis dengan senyum yang menggoda, dia memiliki tubuh yang mungil dengan rambut sebahu, kulitnya putih sekali, buah dadanya tidak begitu besar tapi sangat padat, bibirnya sangat sensual. Tiba-tiba tangannya memegang jari-jari tangan kanan saya lalu mengusapnya perlahan, lalu saya memandang wajah cantiknya, dia tersenyum.

    Saya ingin sekali memeluk tubuh mungilnya. Dengan perlahan saya menurunkan muka saya ke mukanya, saya sentuh bibir seksinya, saya cium dengan lembut, dengan penuh perasaan, lalu dia balas dengan melumat bibir saya dengan kuluman lidahnya yang menggairahkan sambil menarik dasi saya untuk lebih merapat ke badannya.

    Tangan sayapun mulai turun mengusap-usap buah dadanya, tangannya pun tidak mau kalah, batang kemaluan saya diusap-usap dan diurut-urut dengan lembut dari luar pantalon saya. Sebelum saya lebih bernafsu, saya kunci pintu, saya ingin take safe.

    Saya langsung memeluk dan menciumi seluruh muka dan lehernya begitu saya kunci pintu kantor saya. Dia yang seorang wanita agresif lalu mendesah dan mengerang nikmat tidak karuan. Ini yang saya sukai darinya, dia begitu ekspresif dan amat menikmati ciuman dan cumbuan saya.

    Dengan agresif dia membuka celana saya, lalu dia duduk sambil memasukkan penis saya ke dalam mulutnya dan menghisapnya perlahan-lahan lalu menariknya kembali sambil kedua bibirnya mengatupkan rapat di seputar batang kemaluan saya. Oooh, inilah yang saya paling sukai dari dia, pintar sekali mengulum kepunyaan saya. Saya tahu bahwa dia sangat mencintai saya, karenanya dia selalu memberikan yang terbaik untuk saya.

    Saya benar-benar sudah tidak tahan. Segera saya tarik badannya dan saya dudukkan di atas meja saya, kedua kakinya menjuntai ke kursi. Dia benar-benar pasrah waktu saya angkat rok mininya lalu saya tarik celana dalamnya, lalu saya lumat habis selangkangannya, “Aahh”, dia menjerit perlahan sambil menjambak rambut saya.

    Lebih kurang 10 menit saya melakukan foreplay lalu saya masukkan kemaluan saya ke dalam lubang cintanya. Pelan-pelan saya mulai menggoyang pantat saya maju mundur, diapun menggoyang-goyangkan pinggulnya naik turun mengikuti irama pantat saya, kaki kanannya saya angkat ke pundak saya sambil jari tangan kiri saya meremas-remas kedua buah dadanya. Lima menit kemudian dia mempercepat gerakannya sambil mendesah-desah,

    “Oohh…, Maasss…, Maass…, nikmat Maass”, desahnya.

    Tiba-tiba kaki kanannya diturunkan, kemudian kedua kakinya dilingkarkan ke belakang pantat saya, lalu dia setengah bangun, tangan kanannya memegang leher saya, sedangkan tangan kirinya menopang badannya. Bibirnya menciumi dada saya lalu lidahnya menjilat-jilat puting dada saya.

    “aaghh Pak…, ooohh..,

    Pak…, eennaakk paakk…, uuughh”, begitulah rintihan dan lengguhan nikmatnya seirama dengan maju mundurnya pantat saya. Batang kemaluan saya terasa lebih besar setelah sekitar 20 menit menerobos dan membongkar habis kemaluannya yang merah dan menggairahkan.

    Saya merasakan bahwa lubang kemaluannya semakin basah namun pijatan-pijatan di dalam lubang kemaluannya semakin terasa getarannya. Lima menit kemudian dia bangun memeluk tubuh saya erat sekali sambil menciumi dagu saya, pantatnya bergetar hebat dengan kedua kakinya yang semakin erat melingkar di belakang pantat saya.

    “Ougghh…, hh…, Pak…, oohh…, Paak…, saya mau keluaar…, oooh…, oouuuggh…, maauu keluuaarrr…, sebentar lagi paak”, desahnya sambil terus mengerang-erang kenikmatan.

    Saya semakin bergairah dan menambah kecepatan maju mundurnya pantat saya. Tiba-tiba saya merasakan badannya menegang dan menggelepar-gelepar beberapa detik, dia sedang merasakan ejakulasi, saya kembali mempercepat gerakan pantat saya sambil saya peluk dia erat dan saya mendesah-desah dan membisikkan

    “Ahh…, kamu…, aagghh…, aaghh…, agghh…, kamu punya nikmat sekali sayang”, demikianlah kebiasaan kami bila bercinta, kami selalu saling apresiasi bila salah satu dari kami mencapai puncak kenikmatan. Badannya kembali mengejang kuat sambil bergetar hebat menikmati irama goyangan pantat saya serta dahsyatnya batang kemaluan saya.

    “aagghh…, Paak…, saya keluaarrr Paak”, teriaknya. Bersamaan dengan telah mencapai puncak orgasme manager saya itu, maka saya tekan habis-habisan batang kemaluan saya hingga saya rasakan menyentuh dinding vaginanya. Nikmat sekali memang rasanya, saya tetap terus memaju mundurkan pantat saya, maklum saya termasuk pria yang butuh waktu lama bila bercinta. Apalagi kemaluan saya yang perkasa ini.

    Bagi anda para pembaca wanita, anda bisa membayangkan kemaluan saya seperti apa, kemaluan saya tidak begitu panjang tapi sangat keras sekali, sekitar 14 cm dengan diameter sekitar 3,8 cm, berwarna coklat sedikit pink dengan kepala kemaluan bundar menawan dan mengkilat. Banyak sekali wanita yang mengagumi kemaluan saya. Mereka umumnya selalu merasa excited dan ingin selalu mem-blowjob-nya.

    Sampai suatu ketika saya merasa bahwa saya akan mencapai puncak kenikmatan. Saya bisikkan bahwa saya mau keluarin di mulutnya. Dia tersenyum dan mengedipkan matanya pertanda setuju. Saya merasa sangat terangsang dan dihargai, lalu saya percepat gerakan batang kemaluan saya keluar masuk liang vaginanya yang kini terasa lebih sempit dan sedikit kering.

    Dia membisikkan kata-kata kenikmatan, “Ouuugghh…, ough…, ough…, Paak…, “Pakk…, uuuhh nikmat sekali punya bapaak…, saya mau kelluar lagiii Paak”, teriaknya. Tiba-tiba badannya mengejang dan bergetar hebat beberapa saat, rupanya dia keluar untuk kedua kali.

    Saya mempercepat gerakan, 2 menit kemudian ketika saya sudah tidak tahan lagi, saya keluarkan batang kemaluan saya dari liang vaginanya, lalu dia langsung jongkok bersimpuh dan saya mulai meremas-remas rambut dan sedikit menjambaknya sebelum saya ejakulasi.

    Lalu…, “Cret…, cret…, crettt…, crett”, saya muntahkan cairan sperma saya ke dalam mulut seksinya. Sebagian yang masuk ke dalam mulutnya langsung ditelan, sebagian lagi mengenai mata, hidung dan dagu serta turun mengenai buah dadanya. “Ugh nikmat sekali”.

    Kami lalu berpelukan sambil membisikkan kata-kata sayang, setelah kami berpakaian dan sama-sama merasa rapi, saya antarkan dia pulang ke rumahnya sambil saling berjanji untuk melakukannya esok hari.

  • Kumpulan Foto Bugil Model Jepang – Foto Bugil Jepang Terbaru 2018

    Kumpulan Foto Bugil Model Jepang – Foto Bugil Jepang Terbaru 2018


    2864 views

    Perawanku – Siapa sih yang tidak  gemetar ketika melihat kemolekan dan kecantikan wanita Jepang? Hal tersebut sudah tak diragukan lagi dalam industry perlendiran yang semakin menjadi-jadi. Bahkan penggemar setia foto bugil Wanita Jepang  sudah semakin banyak. Walau tak begitu Nampak karena ini masih merupakan hal yang tabu di masyarakat. Tapi keberadaan mereka tak terbantahkan dengan tingginya statistic pencarian topik ini di mesin penelusur seperti yahoo dan google. Foto bugil Wanita Jepang seakan menjadi magnet tersendiri pagi penggemarnya yang doyan mengoleksi foto – foto nya :

    Langsung saja buat Bos ku Perawanku.com :

     

  • Cewe Cantik Ikat Dengan Mantra

    Cewe Cantik Ikat Dengan Mantra


    1470 views

    Cerita Sex ini berjudul ” Cewe Cantik Ikat Dengan Mantra ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Aku berjalan gontai menuju rumahku sambil bersiul-siul kecil. Di pelupukku terbayang hal-hal yang indah-indah. Mulai saat ini aku akan dapat menaklukan wanita secantik apapun di dunia ini, karena aku sudah mendapatkan ilmu Lebur Jiwa dari Mbah Suro. Jangankan Rani yang telah menolak cintaku, Dian Sastro pun pasti berlutut di depanku. Tapi yang terpenting aku harus membuktikan kesaktian ilmu Lebur Jiwa malam ini juga.

    Aku melangkah masuk ke pekarangan rumah. Sepi sunyi tak ada hawa manusia. Kemana semua orang hingga pintu depan harus dikunci? Aku segera membuka pintu dengan kunci serep yang kubawa. Didalam rumaHPun sepi senyap. Aku segera menuju ruang makan. Secarik kertas menempel di meja makan. “Wan, kami pergi duluan ke rumah Oom Dhar di Semarang. Kalau sudah sampai rumah, segera menyusul. Ayah.” Bosan! Apa enaknya sendirian di rumah.
    Mana nggak ada makanan di kulkas lagi. Dengan malas aku pergi ke warung Mak Rani di ujung jalan. Tapi setibanya aku sampai di warung Mak Rani. Wowww, suit.. suit.. ada cewek cantik bener! Wajahnya oval agak indo, bibirnya seksi, bola matanya kecoklat-coklatan, dan bodynya.. wow montok banget! Gemuk dikit, tapi pas sama tingginya yang kira- kira 170-an, pakai rok mini dan baju ketat lagi. Cuman kurang ramah, waktu aku godain doski malah cemberut. Kebetulan nih! Bisa buat bahan percobaan! Kalau yang indo saja mempan, apalagi yang jawa tulen, iya nggak? Cewek itu keluar dari warung. Aku mengejarnya, dengan segera melafal mantra yang sudah aku hafal sebelumnya.

    “Geni abang nafsu abang, manjingo ing jabang bayine Wawan Bara. Geni abang napsu abang, manjingo ing jabang bayine wanito ing netro. Geni abang napsu abang, lebur dadi siji ing lebur jiwo. Leburen jiwane manungal ing jabang bayine Wawan Bara. Lebur.. lebur.. lebur..”
    “Nona!” Aku panggil gadis itu sambil menarik tangannya sehingga dia berbalik menghadap padaku dan wuss.. Hembusan nafasku menyembur menerpa wajahnya sekali.
    Dan aku tinggal menanti reaksinya saja, menamparku ataukah..
    “Iya, ada apa Wan?” Berhasil! gadis itu menjawabku dengan senyum ramah, bahkan manja.
    Berarti mantraku berhasil! Tanpa basa-basi lagi, langsung saja gadis itu aku ajak ke rumahku. Kami duduk-duduk di ruang tamu.

    Dan tak lupa aku mengunci semua pintu dan jendela dari dalam, telponpun aku blokir agar tak ada yang mengganggu acaraku sore ini. Gadis itu nampaknya merasa nyaman bersamaku.
    “Nama kamu siapa?” tanyaku membuka percakapan.
    “Aku Rasti.” jawabnya manis.
    “Kamu kok bisa tahu namaku, apa kita pernah berkenalan?”
    “Nggak. Tapi aku merasa kita sudah lama banget kenal. Sekarang ini aku merasa seperti merayakan reuni denganmu.”
    “Oh, begitu. Kalau begitu mesti dirayakan dong.”
    “Iya. Harus dirayakan.”
    “Kau mau minum?” tawarku disambut dengan anggukan.
    “Panas atau dingin?” “Apapun yang kau mau.” jawab Rasti ringan.
    “Apapun yang aku mau?” ulangku. Rasti mengangguk dengan senyum lebar.
    “Kalau selain minuman?” tanyaku mengejar.
    “Apapun yang kau mau aku bersedia, Wan.” jawab Rasti mendekat ke arahku.
    “Apapun?” tanyaku sekali lagi.
    “Apapun.” Rasti tersenyum menggoda.

    Tangannya menjamah tanganku lalu menuntunnya ke arah pahanya yang sekal. Digesernya tanganku yang gemetaran terus naik hingga menyingkap rok mininya sampai pada pangkal paha. Cd pink bergambar kupu-kupu bersembunyi di balik rok yang sudah tersingkap itu. Tiba-tiba saja aku merasakan k0ntolku menegang. Mata Rasti sayu sedikit terkatup, meresapi setiap sentuhan jemariku di kulit pahanya.
    Cewek itu kemudian mendekatkan bibirnya padaku dan cup.. bibir kami saling mengecup. Sekali lagi bibir kami menyatu dan ehemm.. Rasti melumat bibirku penuh perasaan. Batang k0ntolku semakin mengacung sedang nafas kami mulai naik turun tak beraturan. Rasti memapah tanganku melingkar di pungungnya lalu menuntunnya untuk melucuti rok mininya. Rok mini warna hitam itu bablas hingga ke lantai dan aku bisa dengan leluasa menikmati paha Rasti yang indah. Aku ciumi paha Rasti yang mulus bagus itu bolak balik sampai pangkal paha.
    “Uuuff.. Wan.. aku minta yang panas saja..,” desis Rasti sambil melepas kaos ketat dan BHnya sekaligus kemudian melepas kaos yang kupakai.

    Aku berdiri melepaskan jeansku. Rasti menyusulku dan segera menjejalkan lidahnya ke dalam mulutku. Kami saling memeluk hingga buah dada Rasti menempel di dadaku. Keempukan buah dada Rasti membuat aku geli hingga membuatku merinding. Lalu bibir Rasti menurun menjelajahi leher dan dadaku yang berbulu sedikit lebat.
    “Kamu jantan banget Wan,” kata Rasti sambil membelai bulu-bulu dadaku. Judi Bola Online
    Kemudian Rasti mencumbui dadaku.. perutku.. ach.. sampai pusarku dan menjilatinya beberapa saat. Aaach.. aku benar-benar terangsang oleh kecantikan dan kemahiran Rasti yang memanjakanku. Rasti terus menjelajah seluruh tubuh depanku. Bahkan ketika sampai di daerah kekuasaan k0ntolku Rasti mencumbuinya dengan penuh daya rangsang. Diciuminya batang k0ntolku yang masih terpenjara dalam sangkarnya dan dengan senang hati Rasti meloloskan CDnya hingga nampak benar kalau k0ntolku itu betul-betul bangun mengacung-acung.

    “Kau benar-benar hebat Wan, k0ntolmu besar banget. Aku yakin kalau menembak pasti rasanya hi..hi..” kata Rasti sambil tertawa. “Kamu tahu dari mana kalau rasanya pasti..” tanyaku memancingnya.
    “Coba deh, aku rasain..” Uuachh.. edan! Rasti menjilati ujung k0ntolku.
    Cewek indo itu mengulum k0ntolku hingga setengahnya masuk ke dalam rongga mulutnya. Dan jemarinya sibuk mempermainkan buah pelirku. Eehh.. rasanya benar-benar nikmat. Aku nggak tahu kalau cewek ini bisa membuatku merasa sedasyat ini.
    “It’s nice taste, Wan. Hebat banget..” katanya sambil terus saja menyepong k0ntolku.
    Tak tahan aku jika harus diam saja. Segera aku loloskan CD pink dari bokong Rasti yang menungging. Nampak kedua bokongnya yang semok menantang. Kuremas-remas bokongnya membuat Rasti mendesah perlahan diantara sodokan k0ntolku di mulutnya. Dan segera saja aku gerayangi memeknya, menyenangkan bisa bermain bebas diantara goa yang belum pernah aku lakukan sebelumnya. Mungkin Rasti merasa tak tahan lagi menahan rasa nikmat yang diterimanya dengan posisi itu hingga akhirnya Rasti melepaskan k0ntolku dari mulutnya dan tergeletak di lantai. Tubuh kita udah sama-sama bugil dan rasa malu kita udah ilang entah kemana.
    Rasti memandangiku yang berdiri didepannya dengan tatapan mata sayu dan senyum yang menggoda. Akupun terpana pada tubuh bugil yang tiada cacatnya terhampar di depanku. Ohh.. dua bukit yang membusung padat dan montok, kulit tubuh yang putih mulus, serta bukit belah yang ditumbuhi oleh rumput-rumput liar yang halus. Wuihh..
    “Wan, kok diam saja. Ayo lakukan yang kamu mau.. aku pasrah padamu..”
    “Aku datang sayang..” Aku serang bukit belah itu dengan garang.
    Menjilat semua yang tersentuh oleh lidahku dan menghisap semua yang tergenang disitu. Rasti berkelojotan sambil mendesis-desis. Tak ada ampun bagimu, Rasti! Semuanya akan jadi milikku. Klitoris Rastipun yang seukuran biji kacang tak luput dari lidahku. Aku piting daging mungil itu dengan kedua bibirku lalu aku sentil-sentil dengan lidahku.

    “Oooh.. Wann.. Ach.. eenaak..” erang Rasti memacu gairahku.
    Kedua kakinya menggapit kepalaku seakan ingin menawanku selamanya. Tangan Rasti menarik tanganku sampai di kedua gundukan dadanya yang gempal dan montok. Refleks aku remas kedua buah gunung kembar itu hingga membuat Rasti bergelinjangan nikmat.
    “Uuohh.. Wawan.. teruus sayaang.. aku sukaa..” Setelah puas aku lumat vaRasti mayoranya segera kualihkan perhatianku kepada kedua gunung kembarnya.
    Buah dada Rasti telah membengkak seukuran kelapa, besar dan tegang. Begitupun kedua putingnya yang sudah mengeras berwarna merah marun. Rasti yang menyadari kalau aku memandangi kedua gunung kembarnya yang indah segera mempermainkan kedua adiknya itu. Rasti meremas- remasnya sendiri sambil memutar telapak tangannya bolak-balik. Begitu bulat kedua buah dada itu dan begitu mengkilap oleh keringat Rasti.

    “Kemarilah Wan..” ujarnya.
    Rasti sambil menarik tanganku hingga aku harus berdiri di atas tubuhnya. Kemudian Rasti menggapai batang k0ntolku hingga aku mesti berjongkok di atas buah dadanya. Aku tak tahu apa yang akan Rasti lakukan, yang penting aku merasakan nikmat ketika batang k0ntolku menegang di belahan buah dadanya. Begitu nikmatnya ketika kedua gunung kembar itu menjepit batang k0ntolku. Kubantu jemari Rasti yang meremas buah dadanya hingga tampak menjadi satu menjepit batang k0ntolku. Aku tarik batang k0ntolku perlahan-lahan dan lalu aku dorong kembali.
    Sampai kemudian bibir Rasti menangkap kepala k0ntolku dan kembali menjilatinya dengan garang. Ouuhh.. aku bagai terkencing-kencing dibuatnya. Maka sebagai pelampiasan tangan kananku kembali mengutak-atik goa kenikmatan Rasti yang kembali membanjir.
    “Waan.. kamu nakal sekalii..” desah Rasti.
    “Tapi kamu suka kan Rasti sayaang..” balasku
    “He eh.. Uuff..ach..” Rasti semakin memekarkan selakangannya hingga jemari kananku makin bebas merogoh semua yang tersembul di pangkal selakangan itu.

    Rasti semakin mendesis dan menambah kecepatan menjilati kepala k0ntolku. Dan akupun semakin mempercepat gerakan menggoyang kedua buah dada sebesar kelapa itu. K0ntolku menegang hebat, seperti ada yang mendorong dari dalam baang k0ntolku dan rasanya.. aahh.. crot croot.. Spermaku muncrat ketika ujung k0ntolku itu masih diganyang Rasti. Kapasitas yang cukup banyak menetes disela-sela bibir Rasti.
    “Telan sayang, telan..” Kata-kataku bagai perintah.
    Mau tidak mau, Rasti menelan seluruh sperma yang berada di rongga mulutnya. Entahlah rasa apa yang dia kecap, tapi yang pasti nikmat. Sebab kemudian Rasti menjilati sperma di luar mulutnya dan kemudian memburu sisa-sisa sperma di kepala k0ntolku hingga tandas.
    “Ehmm ach.. Waan, keluar lagi dong..” kata Rasti sambil memijit-mijit k0ntolku dengan jemarinya.
    Pijitan itu membuat darahku bagai berhenti. Dan aku sudah tak tahan lagi.
    “Sebentar sayang, aku masuk dulu yach..”
    “Heeh.” Rasti melebarkan selakangnya hingga bukit belahnya benar-benar mekar terbelah.
    Dinding-dindingnya berwarna merah berhias klitoris mugil yang mengemaskan. Aku segera mengacungkan batang k0ntolku yang sudah mau meledak. Aku tuntun adikku itu memasuki lubang kawin Rasti yang bersimbah lendir-lendir surgawi. Licin permukaannya hingga tak mudah memasukkan kepala adikku itu. Aku coba sekali lagi dan ah.. masuk! Sedikit demi sedikit aku masukkan k0ntolku memasuki lorong yang sangat sempit itu.

    “Auhh Waan.. cepetan dong.. sakit..” rintihnya.
    “Sabar say..” Memangnya hanya Rasti saja yang sakit, aku juga sakit merasakan batang k0ntolku bagai remuk digencet dinding-dinding lubang kawin Rasti yang bukan main sempitnya.
    “Aaach..Uuugh..Waan..” Krak! Kepala k0ntolku sudah menembus ke dalam selaput daranya. Hah! Lega.
    Lubang kawin Rasti menelan seluruh batang k0ntolku. Aku diamkan sebentar sebelum kemudian aku tarik dan dorong keluar masuk agar lorong itu makin lebar. Lendir kawin Rasti membasahi liang kawinnya hingga goyangan batang k0ntolkuku semakin lincah.
    “Hooh.. uh..ach..” desah kami saling berlomba menikmati setiap getaran yang tercipta.
    Gerakan k0ntolku semakin lincah mengocok lubang kenikmatan Rasti hingga menimbulkan bunyi kecipak- kecipak tanda bahwa Rasti berada di puncak kenikmatannya. Pingul Rasti bergoyang-goyang naik turun mengiringi gerakanku.
    “Waan.. aku nggak tahan lagi.. aku mau keluar..” erang Rasti.
    “Tahan sebentar Ras, aku datang..”
    “Aaach..!” erang kami bersamaan.

    Fantastik sekali. Kejang diseluruh tubuhku diakhiri oleh keluarnya sperma yang memenuhi lubang kawin Rasti. Ujung k0ntolku menghangat seakan menyentuh cairan lain. Kutarik k0ntolku dari lubang kawin Rasti. Nampak darah membercak di kepala k0ntolku yang masih menegang. Rasti mendesis-desis menikmati segala kenikmatan yang barusan kami lalui. Tapi aku masih belum puas malam ini. Aku harus kembali membangkitkan gelora asmara Rasti. Segera saja aku remas buah dadanya. Aku permainkan kedua putingnya yang kembali menegang lalu aku jilat perlahan.
    “Ach..” desis Rasti merespon.
    Melihat respon Rasti, aku jilati bahkan kukulum kedua puting Rasti secara bergantian. Rasti berkelojotan meresapi semua keindahan yang kembali aku ciptakan. Habislah kedua payudara Rasti itu aku kulum, aku hisap bahkan aku gigit-gigit dengan gemas. Rasti tak marah, hanya merintih-rintih kesakitan. Tapi justru rintihan itu semakin membakar birahiku. Aku puaskan diriku sediri dengan mempermainkan setiap lekuk tubuh Rasti karena Rasti nampaknya sudah tak memiliki tenaga cadangan selain mendesis dan mendesah.
    Dan ketika aku sudah puas segera aku minta Rasti menindihku. Rasti menusukkan ujung k0ntolku tepat dilobang kawinnya. Dan kemudian kami saling mengocok. Seperti layaknya bibir kawin Rasti yang melumat k0ntolku, bibir kamipun saling melumat, sedangkan buah dada Rasti yang menggantung bebas sekali-kali menyentuh kulit dadaku hingga menimbulkan rasa nikmat tersendiri. Rasti menjadikan rambutku sebagai pegangan, tapi aku menjadikan bokong Rasti sebagai pegangan. menguntungkan sekali bukan? Karena aku bisa dengan bebas membelai bokong mulus itu. Namun sekali lagi tiba-tiba tubuhku mengejan.
    “Ras, aku mau keluar sayang..”
    “Tunggu Waan.. tarik dulu k0ntolmu.” Rasti melepaskan ciumannya dan mengarahkan batang k0ntolku ke mulutnya.

    Dan croot.. crot crot! Seluruh spermaku membanjir di mulut Rasti. Dan tanpa jijik ditenggaknya seluruhnya sampai tandas kemudian menjilati ujung k0ntolku hingga bersih. Tapi sentuhan lidahnya yang penuh birahi membuatku ingin sekali lagi menusuknya. Maka segera saja aku minta Rasti menungging. Dan sekali lagi aku tusukkan batang k0ntolku dari belakang. Amblas seluruhnya menyisakan kenikmatan yang kembali terulang.
    Rasti yang berulang-ulang mencapai puncak birahinya seakan ingin terus dan terus mengulanginya. Diremas-remasnya buah dadanya sehingga keindahan itu terasa lengkap. Dan kamipun mengakhirinya dengan kelelahan yang terhapus oleh sisa-sisa keindahan. Aku antar Rasti sampai pagar depan. Cewek indo yang baru saja aku perawani itu tersenyum mesra dan kemudian menghilang di balik rumah Pak Yulius. Aku rebahkan tubuhku di atas sofa ruang tamu. Kembali aku ingat pergumulanku selama tiga jam bersama Rasti.
    “Rasti aku sudah tak membutuhkanmu.” gumamku.
    Geni abang napsu abang, ngilango soko jabang bayine Wawan Bara. Geni abang napsu abang, nyingkriho soko jabang bayine Rasti. Geni abang napsu abang, ngilang soko lebur jiwo. Ngilango lebur jiwo soko jabang bayine wawan Bara. Ngilang musno.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Bersetubuh Dengan Mbak Cindy Di Kapal Selam

    Cerita Sex Bersetubuh Dengan Mbak Cindy Di Kapal Selam


    890 views

    Perawanku – Cerita Sex Bersetubuh Dengan Mbak Cindy Di Kapal Selam, Boleh di bilang aku adalah laki-laki yang beruntung . karena terus terang saja aku tak memiliki penampilan fisik yang sungguh-sungguh baik , padahal tak jelek-jelek sekali.

    Kulit aku yang cukup gelap , badan aku yang cukup atletis , dan yang pasti batang kemaluan aku yang cukup ukurannya . Namun mungkin sebab secara naluri aku sungguh-sungguh senang melayani orang lain , sehingga aku menjadi seperti sekarang ini dengan segala kelebihan yang aku miliki.

    Awal cerita di kala tahun 2015 , aku berangkat dari kampung halaman aku dengan menumpang salah satu kapal milik PELNI , KM Rinjani . Karena waktu itu aku di terima sebagai seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggu di kota Yogyakarta , kota yang sekarang menjadi daerah tinggal aku.

    Sebagai seorang mahasiswa baru dari keluarga yang berkecukupan , aku sungguh-sungguh bangga apalagi untuk berangkat ini aku di bekali cukup uang dan tiket di kelas satu . Dan juga aku di bolehkan untuk mampir di rumah paman yang tinggal di jakarta dan jalan-jalan di sana sebelum daftar ulang sebagai mahasiswa baru di Jogja.

    Saat naik kapal pada hari keberangkatan , hati ini terasa senang sekali . Aku seketika menuju kamar aku . Kamar kelas satu , yang pasti sudah terbayang aku sungguh-sungguh enak rasanya . Namun aku kaget sekali , sebab di dalam kamar sudah ada seorang wanita . yang terus terang saja ada sedikit rasa senang juga sebab wanita tersebut tersenyum dengan manis nya di kala memperhatikan aku agak kaget.

    ” Ohh maaf , mungkin mabk ini salah kamar .. ? ” tanya aku agak ragu.

    Karena setahu aku tidak mungkin sudah kerap kali berpergian dengan kapal laut , dalam satu kamar harus nya hanya ada satu tipe kelamin , jika laki-laki ya laki-laki segala , atau jika peremouan ya perempuan segala.

    Namun sudah di cocokan terbukti nomer tiket kami sama , artinya kami satu kamar . Wahh , terus terang aja aku agak canggung juga rasanya , melainkan di balik kecanggungan aku ada rasa senang juga loh . Karena wanita yang ini cukup cantik juga dan body nya cukup menggairahkan . dan sebab aku kerap kali sekali nonton film porno , seketika aku membayangkan jika nanti malam kami akan tidur berdua dan berpelukan dengan saling mengelus-elus ‘ sentra ‘ kenikmatan masing-masing.

    Pada waktu pemeriksaan tiket, tanpa ragu dia seketika mengatakan bahwasanya aku ialah adik sepupunya , jadi oleh petugas kami tak di pindahkan . Wahh, tambah senang lah hati ini . Dan semenjak itu kami banyak sekali ngobrol-ngobrol, dari situ juga aku tahu jika dia adalah pegawai sebuah bank swasta di jakarta.
    Bernama cindy . Suaminya seorang dosen sebuah perguruan tinggi di jakarta, dan yang lebih hebat lagi dia tak sesuai dengan umurnya yang sudah 35 tahun dan sudah beranak dua.

    Setelah makan siang kami masih melanjutkan obrolan kami tentang beragam hal di anjungan depan kapal. kapal kami sudah semakin jauhh dari daratan , jarum jam sudah pukul dia, hawa terasa agak panas , mata mulai mengantuk di terpa angin laut, akhirnya kami menentukan untuk beristirahat saja. Tanpa sadar Cindy menggandeng tangan aku dikala kami berjalan menuju kamar. Sebab agak canggung, tangan nya aku lepaskan. Cindy agak kaget melainkan dia bahkan tersenyum manja.

    Memang pada waktu itu aku kerap kali menonton film porno dan juga kerap kali beronani, melainkan melakukan hubungan seks aku belum pernah sama sekali. jadi hati ini rasanya deg-degan luar biasa. Sebab di kala berjalan di lorong kapal yang kebetulan aku berada di belakangnya, aku memperhatikan pantatnya yang bulat yang terbalut celana jeans ketat dan rambutnya yang panjang sepunggung dan diikat sehingga terlihat level belakang lehernya yang putih dan mulus.

    ” Ohh !! Cantik sekali ” jerit batin aku.

    Pada waktu itu aku berharap memeluknya dari belakang dan berharap seketika mencium lehernya itu, melainkan sekali lagi hati ini rasanya canggung sekali , boleh di bilang aku takut !

    Saat kami bersama-sama masuk kamar cindy seketika menuju ke kemar mandi, katanya dia sudah kegerahan dan sebelum tidur siang berharap mandi dulu. Aku seketika rebahan di daerah tidur sambil membayangkan tubuh cindy yang pasti sintal dan menggairahkan jika diamati dari pantatnya yang bula . Tanpa sadar tangan kiri aku sudah mnegendalikan batang kemaluan yang mulai mengeras.

    Namun tiba-tiba ada bunyi dari balik pintu kamar mandi, ” Mass Andi , Tolong ambilkan handuk aku di dalam koper dong.”

    Aku kaget setengah mati, sebab pikir aku Cindy sudah keluar dari kamar mandi. Saat mengambil handuk, aku memperhatikan pakaian dalamnya yang baik-baik dan supermini.

    ” Ohhh .. ! ” batin ini semakin menjerit,

    Karena sebagai seorang laki-laki normal, pasti siapa saja tak akan tahan dengan momen seperti ini.

    Pintu aku keyuk untuk memberikan handuknya , dan di kala pintu di buka, alangkah kagetnya aku sebab Cindy berdiri di depan pintu hanya dengan celana dalam yang sungguh-sungguh mini dengan bordiran yang apik dan sungguh terang sekali terlihat gunungan hitam di selangkangan seperti akan meletus. Saat memperhatikan aku tertegun dengan handuk di tangan, dengan cueknya Cindy menarik tangan aku untuk mandi bersama.

    Pada waktu itu aku hanya seperti robot yang bergerak hanya jika di setel untuk bergerak . Karena terus terang saja. Waktu itu pikiran aku seakan tak percaya dengan apa yang sedang ada di hadapan ku .rupanya tubuh Cindy lebih cantik daripada apa yang aku bayangkan, dan lebih hebat lagi lebih cantik dalam kondisi telanjang.

    Tanpa sadar aku melepaskan celana dalam Cindy, Dan tubuhnya sekarang ku sirami dengan air dari shower . Cindy melenggak-lenggok pantatnya yang bulat dikala air shower aku arahkan ke pantatnya. Dan dikala aku arahkan ke punggung, Cindy meliuk-liukkan tubuhnya dengan sungguh-sungguh erotis. Tiba-tiba Cindy membalikkan tubuhnya dan seketika melahap bibir aku, dengan pesat dihisap dan disedot.

    Namun tiba-tiba Cindy berhenti dan marah, “Hey, dicopot dong bajunya!”

    Aku hanya bisa terawa kecil sebab bersamaan dengan itu Cindy bahkan dengan bergairahnya mencopot kaos dan celana panjang aku yang mana celana dalamnya seketika ikut serta terlepas.

    “Wow, lucu sekali bentuk batang kamu Andi..?” Cindy bertanya dengan manjanya.

    “Lho apa punya suami kamu nggak lucu tuh..?” aku balik tanya dan Cindy hanya tertawa dengan ujung kemaluan aku yang sudah berada di dalam mulutnya.

    Gila! Cindy benar-benar luar lazim, mungkin sebab dia sudah bersuami dan sudah punya anak pula. Dan baru kali ini aku menikmati alangkah nikmatnya apa yang selama ini selalu aku tonton di film dan selalu aku bayangkan siang dan malam. Dengan gemasnya Cindy mengelus-elus buah zakar dan menghisap-hisap kepala penis aku dengan lembutnya.

    Tak terasa sudah lama sekali Cindy menghisap batang penis dan akhirnya, “Hey, capek nih jongkok terus. Gantian dong..!”

    Cindy lalu aku gendong ke arah daerah tidur, lalu aku rebahkan dengan kakinya yang putih mulus terkulai di lantai. Kaki Cindy aku angkat perlahan-lahan, sambil memberikan sedikit sensasi di talapak kaki. Cindy kegelian dan mengelinjang, kemudian aku mulai menyerang payudaranya yang memang tak begitu besar melainkan cukup menggoda.

    Ujung penis aku gosok-gosokkan di lubang vaginanya sambil menghisap-hisap puting payudara Cindy. Aku semakin menikmati permainan dikala Cindy mulai mengerang-ngerang keenakkan. Dan dikala pinggulnya mulai digerak-gerakkan ke atas dan ke bawah aku mulai menyadarai jika Cindy minta dicoblos liang vaginanya. Namun aku sengaja untuk mempermainkan ujung penis di mulut vagina Cindy.

    “Ayo Andi, dimasukkan saja, jangan hanya diluar begitu dong..!” akhirnya Cindy benar-benar tak tahan.

    Lalu aku mulai menekan panis aku untuk masuk ke dalam vagina Cindy. Uuuhhh..! Hangat dan enak sekali rasaya. Cindy sambil mengerang keenakkan mangangkat pantatnya, sehingga penis aku semakin dalam masuknya. Aaahhh..! Semakin enak saja rasanya. Nantinya aku tahu jika berkaitan seks itu sungguh-sungguh enak rasanya.

    Saat pantat Cindy diwariskan, tiba-tiba penis aku terlepas dari lubangnya. Cindy menaikkan lagi pantatnya, dan dikala diwariskan lagi terlepas lagi. Begitu dan seterusnya sampai Cindy marah-marah sebab terbukti aku hanya membisu saja.

    “Ayo dong Andi kamu goyang juga pantatmu maju mundur. Ayo… dongg..!”

    Aku semakin tahu jika behubungan seks bukan saja enak melainkan juga menyenangkan. Pantat Cindy mulai membisu dan pantat aku mulai digerakkan. Perlahan-lahan aku masukkan batang penis yang sudah sungguh-sungguh tegang ini, dan aku tarik lagi dengan satu hentakan keras.

    Perlahan-lahan lagi aku masukkan dan aku tarik lagi dengan satu hentakan keras. Cindy merem melek dikala aku masukkan, dan Cindy mengerang keras dikala aku tarik. Begitu terus aku lakukan sampai akhirnya Cindy bangun dan memeluk aku.

    Dengan mesranya aku menggendong dan mencium bibir Cindy. Namun aku kaget dikala tiba-tiba Cyndi menggoyang dengan keras sekali pantatnya, diputar-putar pantatnya pada gendongan aku, dan pada dikala itu aku semakin kaget dikala tiba-iba pula lubang vaginanya terasa mengecil lalu dengan kerasnya Cindy berteriak, “Annddiii..!” dan keringat kecil-kecil mulai keluar di atas keningnya.

    Sekali lagi, dari sinilah aku benar-benar tahu bahwasanya berkaitan seks itu enak sekali, menyenangkan, dan yang lebih menyenangkan lagi jika kita bisa membawa pasangan kita ke puncak kenikmatan. Karena pada dikala kita memperhatikan pasangan kita menggelinjang keenakkan pada dikala itu pula hati ini akan terasa plong.

    Kembali Cindy marah, sebab dia sudah kelelahan sementara batang kemaluan aku masih berdiri tegak. Dan yang pasti aku belum ejakulasi. Namun sambil mengecup bibir Cindy dengan lembut aku katakan jika aku sudah sungguh-sungguh senang dikenalkan dengan hubungan seks yang sebenarnya, dan aku sudah sungguh-sungguh puas memperhatikan dirinya puas dan senang dengan permainan aku.

    Nantinya kami mandi bersama, dan di kamar mandi kami masih mengulangi permainan-permainan yang lebih menyenangkan lagi. Hampir setiap dikala dan setiap kesempatan di kapal kami melakukannya lagi dan lagi. Saat sampai di Jakarta, dia memberikan alamat dan nomer teleponnya dan berharap sekali jika aku berharap mampir ke rumah atau kantornya.

    Beberapa kali Cindy pernah aku hubungi dan beberapa kali kami pernah berjumpa, sampai akhirnya sekarang kami tak pernah lagi berjumpa sebab terakhir kali aku hubungi alamatnya sudah pindah.

    Entah dimana kamu Cindy, melainkan yang terang aku selalu merindukan kamu, sebab kamu sudah memberikan pengalaman dan pengetahuan yang berharga tentang bagaimana berkaitan seks dan memuaskan pasangan main.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Penjaga Rental DVD Yang Menggoda

    Cerita Sex Penjaga Rental DVD Yang Menggoda


    698 views

    Perawanku – Cerita Sex Penjaga Rental DVD Yang Menggoda, Aku saat ini duduk disemester 7 panggil saja aku Ari aku kuliah di kota pelajar Yogyakarta, aku dikarunia wajah yang lumayan ganteng dengan tinggi badanku 173 cm, serta ukuran penisku yang besar dan panjang membuat kaum hawa yang gila sex membuat dia puas, jujur saja aku orang penggila sex juga.

    Hobby-ku menonton BF sambil ngelus-elus penis yang sudah tidak sabaran mengeluarkan sperma. Setiap hari penisku harus kulatih dengan mengelus-elus dan mengocok-ngocok pelan dan halus (tidak sampai keluar) agar tetap pada kondisi ready stock.

    Aku mengeluarkan sperma biasanya pada saat nonton BF, aku telanjang sambil tiduran, lama-lama penisku menjadi tegang dan kuimbangi dengan kocokan lembut di batang penisku, biasanya kuletakan penisku di antara dua telapak tangan dan kumaju-mundurkan tangan kanan dan kiri berlainan arah.

    Wah.. nikmat sekali, dan kalau aku sudah sampai orgasme, aku lalu mencari adegan waktu ceweknya di atas cowok di bawah, dan ceweknya bergerak liar memutarkan vaginanya di kemaluan cowoknya. Lalu aku semakin puncak dan kupercepat kocokan dan sampailah,

    “Croott.. ah.. ccrroot..”

    Muncratlah spermaku sampai 4–5 kali, dan wah.., badanku lemas, dan aku tertidur dengan bugil, dan sperma dimana-mana (di dada, paha, karpet, tangan dan bantal).

    Kejadian seks yang mengesankan buatku, saat kupinjam CD BF ke salah satu rental VCD di daerah Yogya. Pinjam CD BF ini aku rutin satu minggu sekali, dan pinjam paling tidak 5 VCD (puas nek..). Saat aku masuk rental itu, terlihat yang jaga rental seorang cowok dan cewek, lalu kudatangi yang cowok (maklum kalau sama si cewek agak malu kucing).

    “Mas.., full..” kataku sambil melepas helm dan duduk di kursi yang disiapkan.

    “Oh.. ya..,”

    Tidak lama cowok itu mengambil map warna merah yang di dalamnya berisi pilihan gambar CD BF dengan nomor pemesanan.

    Sesaat kupilih-pilih BF yang ada dari halaman pertama, sambil mencuri-curi pandang ke arah cewek yang sedang baca novel, maklum saat itu sedang sepi, jadi mereka bisa santai, kuperhatikan cewek disitu yang masih muda.

    Ya sekitar sama denganku, mungkin tingginya tidak begitu tinggi, sekitar 158 cm, dan berat badan yang montok sekitar 54 kg.

    Yang membuatku tidak kuat melepas pandangan dari dia adalah ukuran payudaranya yang cukup besar dan menggantung bebas di balik kaos ketat. Wah.., ini pepaya yang besar dan kenyal serta empuk kalau dihisap putingnya, maklum saja ukuran 36B, mana tahan kalau penis ini tidak naik.

    Penisku saat itu lagi pemanasan, ya.. tegang-tegang sedikit selain akibat pilih-pilih CD dengan gambar yang bugil ditambah lagi suguhan susu yang montok itu.

    Tiba-tiba si cowok bilang,

    “Yang mana Mas..?”

    Aku menjadi kaget, terganggu perhatianku terhadap susu montok itu,

    “Oh.., Ya.. ini nomer 27, Mas..”

    “O.., Tin.. nomer 27..”

    Segera si cewek itu berdiri dan berbalik mencari CD BF no. 27.

    Wow.., ternyata dia memiliki pinggul yang oke, tidak kalah lagi pantat yang super menonjol dan semok. Aku terus tidak henti-hentinya mengamati belahan pantat cewek itu yang kutahu namanya Tina. Belahan pantat Tina terpampang jelas, karena dia pakai celana kain ketat.

    “Oh.. tidak ada, keluar..” kata Tina sambil kembali duduk.

    Terus aku tidak malu-malu pindah duduk ke dekat Tina biar jelas nomor berapa yang mau kupinjam.

    “Sebentar Mbak.., ini nomer 13 ada nggak..?”

    “Sebentar saya cariin..”

    Tina lalu berdiri lagi dan membelakangiku. Dia mencari dari atas sampai bawah, setelah lama mengurut, dia menemukan nomor 13 tersebut.

    “Ah.. ini Mas ada kok..”

    “Oh ya..,”

    Aku lalu memeriksa CD itu, kucuri pandang ke susu yang montok itu. Memang kalau makin dekat makin jelas tonjolan susu Tina ini, putingnya nampak tonjolannya di tengah-tengah gundukan payudaranya. Tina mengerti gelagatku yang terus mengamati susunya itu.

    “Mas.., mana lagi..? Kok jadi bengong..!”

    “O.. ini Mbak.., nomer 40,” aku kaget sekali tiba-tiba dipeTingatkan seperti itu.

    Aku sengaja memesan nomor yang baling bawah, sehingga Tina nanti bisa menunging membelakangiku. Tina berdiri, dan ternyata dia langsung mencari dari deret yang paling tengah, otomatis dia sedikit menungging.

    Wow.., ini baru pemandangan yang tidak kalah serunya deh.. Pantat dan belahan pantat Tina benar-benar asli dan oke sekali, kelihatan di selakangannya agak menjorok ke dalam gundukan tempat vaginanya singgah. Wah.. penisku tidak sadar sudah setengan tegak pengaruh dari pantat montok Tina itu.

    “Ini Mas.., nomer 40..”

    “Oh.. ya.. Mbak sekalian 45, 50, 49 deh..”

    Biar dia agak lama menungging, dan aku dapat menikmati belahan pantat Tina yang montok itu, dan
    sekilas gundukkan vagina yang tertutup celana ketat Tina.

    “Ini Mas.., 45, 50, 49 ada lagi.”

    “Udah cukup Mbak..”

    Aku periksa, mungkin CD-nya tergores atau tidak.

    “Masnya seTing pinjem BF di sini ya..?”

    “Ya.. lumayan sih.., Kalo nggak seminggu sekali baru kemari..”

    “Emmhmm.. rutin ya.. suka nonton BF ya.. Mas..?”

    “Ya.., kalo lagi perlu nganggur aja, lagi bete nih..!”

    “Kok bete.. kenapa..?”

    Aku mulai akrab dengan Tina, dan kalau ngomong sudah tidak nanggung-nanggung lagi, aku yakin dia sudah mengerti masalah sex.
    “Ya.. kalo nggak dikeluaTin bisa pusing nih..!”

    “Ha.. ha.. ya.. keluaTin aja..!” kata cowok yang ada di sebelah Tina, ternyata cowok itu mendengar
    percakapanku dengan Tina.

    “Lah.. ya.., makannya aku pinjem BF ini, alat perangsang..”

    Setelah itu aku pulang dan menyalakan komputer dan nonton BF itu, tidak lupa aku telanjang dan
    menyiapkan handuk kecil untuk spermaku nanti muncrat dan body lotion sebagai pelicin.

    (Khayalan batang kemaluanku di dalam vagina cewek) Dan pada hari itu aku menghabiskan waktu dengan onani party di kamarku, nikmat dan puas.

    Lalu esoknya aku kembalikan CD BF itu. Sesampainya di depan rental X ini, kelihatan sepi-sepi saja,
    lalu aku masuk dan ternyata aku hanya melihat cowok saja yang jaga.

    “Mas, kembaliin CD nih..!”

    “I.. ya. Se.. bentar ya.., tang.. gung..” sambil nafas yang terengah-engah.

    Aku curiga cowok ini kenapa, dia duduk dan kedua tangannya menggenggam kursi dengan erat dan dia kok melihat ke bawah terus.

    “Ya.., tung.. gu ya.. Mas.. Ah.. ye.. ter.. us..” tidak lama cowok itu mengejang, dan,

    “Aku.. ke.. luar.., ah.. ah.. ah..”

    Setelah itu tidak lama kemudian keluarlah seorang cewek dari bawah tempat duduk cowok itu, wah..
    ternyata Tina. Kelihatan sperma cowok itu ada di mulut Tina dan sebagaian di rambutnya.
    “Halo Mas.., kembaliin CD ya..?” Tina menyapa dengan santainya.

    “E.. i.. ya.”

    Tina lalu menuju ke kamar mandi yang letaknya di belakang rental X ini. Tina masih berpakaian lengkap, oo.. ternyata dia baru mengkaraoke batang kemaluan cowok ini.

    “Ya Mas, ada yang bisa saya bantu..?” sapa cowok yang baru dipuaskan oleh Tina lewat mulut binalnya, sambil berdiri dan memasukkan penisnya yang masih basah karena sperma yang keluar terlalu banyak.

    “Iya.. ini CD-nya.”

    “Oh.., sebentar ya, Mas..”

    Cowok ini memeriksa CD apa ada yang tergores atau tidak.

    Lalu kucoba untuk memberanikan diri bertanya sesuatu pada Mas ini, aku menjadi yakin kalau rental ini benar-benar xx.

    “Mas maaf ya.., mau tanya.”

    “Ya.., kenapa..?”

    “Tadi itu..” sebelum aku selesai ngomong, “Oh.., tadi itu Tina minta oral sama kont0l ini, biasa kok
    Mas, disini nyantai aja.”

    “O.., jadi siapa saja bisa ya..?”

    “Bisa aja, kalo sekedar oral, kocok kont0l, emut kont0l dan elus-elus aja.”

    “Kalo.., sorry ya Mas.., kalo nge-sex sungguhan gimana..?”

    “Ya, tanya aja ama Tina, temennya banyak kok. Dia seneng banget kalo nge-sex. Ya.. kan enak sih.”

    “Jadi kalo onani disini bisa ya..?”

    “Kalo itu sih para pelanggan BF seTing Mas. Si Tina tuh yang seTing ngocokin kont0l cowok. Ya.., kalo
    Tina nggak capek aja dan lagi ‘MUT’.”

    Dan tidak lama kemudian Tina kembali dari kamar mandi, kelihatannya dia baru keramas rambutnya, maklum terkena muncratan sperma cowok penjaga rental.

    “Halo Mas. Pinjem BF lagi..?”

    “Oh.., nggak kok.”

    “Tin.., ini Mas mo kenalan ama kamu lebih dalam..” kata cowok rental X itu.

    Aku kaget sekali cowok itu bilang seperti itu,

    “Ya Mbak.., boleh nggak..?”

    “Itu Tin.., Mas ini mo kocokan binal kamu, kamu mau nggak..?”

    “Bisa..” kata Tina sambil mengeTingkan rambutnya dengan handuk.

    “Ya.. udah sana ajak ke atas aja Tin.., biar rentalnya kutunggu.”

    Wah.., ini waktunya menguji perkasaanku, sudah lama penisku tidak ketemu sama sahabat karib si vagina.

    Lalu aku dan Tina naik tangga menuju lantai dua, dan Tina membawa satu CD BF dari rental itu. Sesampai di sebuah kamar, Tina mempersilakanku untuk duduk di ranjang yang cukup besar juga.

    Tina lalu mengunci pintu, dia meletakkan handuknya di kursi dan menyalakan TV dan CD player, dan memutar CD BF itu dengan volume yang cukup keras. Tidak lama kemudian terdengarlah erangan nafsu, dan terlihat adegan bugil-bugil dari CD tersebut, ini membuat batangku yang tidak sabar lagi melihat kemolekkan tubuh Tina. Tina lalu membuka jendela selebar-lebarnya, agar suasananya lebih natural.

    “Gimana Mas, e.. nama kamu siapa sih..?”

    “Aku Ari, kamu pasti Tina to..?”

    “Kok tau..?”

    “Ya.. tau dong..,”

    Tidak lama kemudian Tina mendekatiku, dan duduk di sampingku, dan tidak segan-segan lagi tangan kanan Tina memegang batang kemaluanku yang masih terbungkus celana pantangku, dielus-elus dan kadang-kadang diremas-remas.

    “Ari suka sex ya..?”

    “Ya. Ah.., kamu pinter deh nge-sex..!”

    “Ah.., kata siapa..?” sambil tetap mengocok-ngocok kemaluanku, dan aku masih pasif merasakan gesekan tangan Tina.

    “Ya, ah.., hemm.., kata Mas di bawah tadi.”

    “Ooo, Mas Ucok toh..,”

    Sekarang Tina duduk di hadapanku, dan menjongkok sambil tangannya tetap mengocok habis batang kejantananku yang sudah setengah tegang itu.

    “Ar.., udah dibuka ya..? Biar kont0l kamu nggak tersiksa ama CD kamu, biar ngacengnya sempurna.”

    “Ya.., udah.. buka aja..”

    Tina pelan-pelan membuka celanaku dari sabuk sampai membuka resleting-nya, setelah celanaku terbuka, aku sedikit mengangkat pantatku untuk memudahkan Tina melepas celana, dan sekarang aku tinggal menggunakan CD biru-ku, dan pakaianku masih terpakai.

    Lemparkan celanaku di kursi dan Tina mulai duduk kembali di selakanganku, dan aku masih dalam keadaan duduk di pinggir ranjang rental X.

    “Hemm.., ah.. kont0l kamu kelihatanya besar juga Ar..,” puji Tina sambil mengelus-elus naik turun
    penisku yang masih terbungkus CD.

    “Ah.. ya.. hem.. oughg.. ye..” erangan yang tidak dapat kutahan lagi, ditambah erangan dari CD BF yang dinyalakan oleh Tina tadi menambah hot suasana di kamar rental X.

    Tina sedikit demi sedikit membuka CD-ku, dan terlihatlah batang kemaluanku yang sudah mengacung keras seperti rudal siap lepas kendali.

    “Wow.., Ar.. kont0lmu lumayan juga nih..” sambil tetap mengocok naik turun kejantananku,

    “Kamu rawat ya..? Kok tegaknya sempurna banget sih..? Keras lagi..,”

    “Ah.., te.. rus.. Tin.. don.. stop..!”

    Tina mulai mengocok keras, cepat, dan tiba-tiba pelan, keras lagi, pelan lagi. Wah.. ini membuat aku
    menjadi kelabakan, ternyata Tina ahli juga membuat cowok melayang, hampir saja aku keluar tapi aku tetap bertahan.

    Kemudian Tina mulai mengocok batang kemaluanku dengan tangan kiri dan tangan kanannya mengelus-elus telur. Wa.., ini nikmat sekali, geli-geli gimana ya..! Kadang-kadang dia menusuk-nusuk anusku dengan telunjuk kanannya.

    “Ah.. ya.. te.. rus.. Tin.. kamu.. ahli deh..!”

    Sekarang Tina mulai dengan mulutnya, perlahan-lahan dimasukkan penisku ke mulut binalnya.
    Saat masuk mulutnya,

    “Ah.., hemm.. ye.. ah..”

    Aku sedikit mengangkat pantatku, terasa dingin geli dan enak sekali, lain dengan onani.

    Perlahan-lahan Tina mengkocok penisku dengan mulutnya dan lidahnya yang lincah.

    “Ha.., ough.., ehmm.., ye.. te.. rus..” kupegangi rambutnya, aku tarik turunkan kepalanya untuk
    mengatur kocokan mulutnya di penisku.

    “Ehhmm.., Eh.. em..,” suara mulut Tina yang penuh dengan batangku.

    Tidak lama dia menarik nafas, dan mengeluarkan penisku dari mulutnya.

    “Ah.., hemm.., kamu kuat sekali Ar.. Biasanya cowok-cowok kalo dioral dikit udah keluar..”
    Lalu dia melanjutkan dengan menyedot telurku, dan dilepaskan sampai bersuara,

    “Ploks.. ploks..”

    Tarian lidah Tina di ujung kepala penisku dan sampai anusku juga tidak ketinggalan dari nafsu seksnya itu.

    Dan setelah beberapa menit lamanya aku bertahan dari tarian lidah Tina di penisku, aku mulai merasa tidak kuat menahan spermaku yang mau keluar.

    “Ah., Tin.., aku.. mo.. ah.. ye.. keluaarr..!”

    Dan Tina mulai memasukkan semua penisku di mulutnya, dan dikocoknya dengan cepat dan keras.
    Tidak lama kemudian,

    “Ahh.. crroot.. crroott.. ah.. ye.. yes..!”

    Tina menutup mulutnya rapat-rapat supaya spermanya tidak keluar dari mulutnya. Dan selama 30 detik lamanya dia menekan mulutnya tetap di penisku, dan meyakinkanku tidak keluar lagi. Lalu dia melepaskan mulutnya dari penisku, dan menelan semua spermaku walaupun ada yang keluar sedikit dari mulutnya.

    Aku lemas dan telentang di atas ranjang dengan telanjang bawah saja, dan aku merasa panas dan aku melepas semua pakaianku. Sekarang aku bugil, telanjang tanpa sehelai benang di hadapan Tina yang menikmati spermaku.

    “Kamu lumayan juga Ar..! Bisa bertahan beberapa menit lamanya.”

    “Ah.. biasa aja tuh..!”

    “Kamu pake obat ya..? Irex kali..?”

    “Ah.. nggak juga.”

    “Udah.., kamu istirahat dulu. Aku mo bersihkan mulutku nih.. Eh, makasih spermanya lho.. gurih..!”
    katanya sambil terseyum. Dia menuju kamar mandi yang ada di kamar itu. Ternyata dia sikat gigi, biar tidak bau kali.

    Aku beristirahat sambil telanjang menunggu Tina keluar dari kamar mandi. Dengan ditemani CD BF yang dari tadi tidak usai-usai, menambah batang kejantananku tidak mau tidur, penisku masih tegak walaupun tidak sekeras tadi.

    Tidak lama kemudian Tina keluar dari kamar mandi, dia tetap berpakaian lengkap, kaos ketat dan celana kain ketat. Tina mendekatiku yang lagi telentang telanjang di ranjang, dia duduk di sampingku.

    “Lho.., kont0l kamu kok nggak turun-turun sih..?”

    “Ya.., itu lihat BF mana bisa turun, apalagi susu kamu yang montok itu menggoda kont0lku.”

    “Ah.., kamu bisa saja.” candanya sambil langsung tangan kanannya mengocok-ngocok pelan batangku yang
    sudah setengah tegak.

    Perlahan-lahan dia menunduk dan mencium bibirku dengan bibir tebalnya itu. Aku langsung melumat habis bibirnya, permainan lidah Tina memang mahir, dan aku imbangi saja dengan permainan lidah yang tidak kalah mahirnya.

    Sekitar beberapa menit kami bermain kiss dan kiss, dan Tina tetap mengocok penisku, aku mulai
    menjelajahi susunya yang montok itu, kuremas dengan tanganku yang dari tadi gatal sekali.

    Terasa kenyal dan empuk sekali susu Tina, kuelus-elus dan kugesek-gesek halus putingnya dari luar
    kaos. Sekarang Tina melepaskan lumatan bibirnya, dan mengerang merasakan tarian tanganku di susunya itu.

    “Ah.., ye.. em.. enak.. Ar.. te.. rus.. ya.. itu.. ough..” tangan Tina tetap mengocok-ngocokku dan aku
    berusaha melepaskan kaos Tina dan dia langsung membantunya dengan melepaskan sendiri kaos ketatnya
    itu.

    Nah.., sekarang terpampang susu Tina yang tertutup BH 36 itu.

    “Tin.. aku buka ya.. biar terlihat bebas..”

    “Buka aja..”

    Tina lalu mengangkat kedua tangannya memudahkanku melepas kaitan BH yang ada di belakang, susu Tina yang montok itu terpampang bebas di depan wajahku, dan aku langsung saja melahap habis susu Tina yang besar sekali. Kusedot, kuremas dan pelintir putingnya.

    “Ah.. ye.. oug.. hem.. te.. rus.. Ar..!” mulai tidak jelas ucapan Tina.

    Kami mulai duduk berhadap-hadapan, dan selakangan Tina mulai dibuka lebar, dan aku duduk di antaranya, sehingga aku puas mempermainkan susu montok Tina.

    Kupegang kedua puting Tina yang cukup menonjol itu, dan kupelintir bebarengan.

    “Ah.. ye.. ah.. aow.. yes.. no.. ough..”

    Kepala Tina bergerak tidak karuan, ke kanan ke kiri. Kurebahkan Tina dan kududuk di perutnya, aku
    mengarahkan penisku di belahan susu Tina, dan kurapatkan susu Tina yang besar itu untuk menjepit
    penisku dan aku maju-mundurkan penisku.

    “Ah.. Tin.. su.. su.. ah.. ye.. em.. puk enak..” aku mulai kocok susu Tina sampai susu Tina berwarna
    merah.

    Ternyata Tina menikmati ini, dan aku tidak sabaran lagi ingin menikmati vagina cewek ini.

    Aku mulai turun dan mengelus-elus vagina Tina dari luar celana ketatnya, terasa sekali vaginanya sudah becek sekali akibat permaian panas kami. Kusuruh Tina berbalik telungkup, dan terlihat resleting celananya masih tertutup rapat.

    Kumulai menurunkan resleting itu, Tina sedikit mengangkat pantatnya agar memudahkanku untuk melepas celananya, dengan posisi menungging ini pantat Tina kelihatan makin montok dan bahenol.

    Tidak lama kulepas celana ketat Tina. Wah.., ternyata Tina benar-benar terangsang sekali. CD kuning tipisnya bawah total, dengan posisi menungging ini bongkahan vagina makin terlihat, apalagi Tina merenggangkan selakangannya.

    Aku mengelus-elus bongkahan itu dengan tangan telunjukku, Tina sedikit mengangkat pantatku akibat rangsangan tanganku, dan biasanya pantat Tina otomatis maju mundur dengan sendiTinya.

    Lalu aku melepas CD kuning tipis mulik Tina itu dengan pelan-pelan, dan Tina memberi sensasi dengan memutar-mutarkan pantatnya, wowo.. woo.., ini bari sex dan super model sex, dia pintar sekali meningkatkan nasfu sex lawannya.

    Terlepas sudah CD Tina, terlihat bebas pantat yang putih mulus tanpa cacat dan vagina yang memerah basah dan berambut rapih. Aku mulai mengelus-elus permukaan pantat Tina.

    “Ah.. Ar.. ehmm.. ouhghh.. ah.. ye.. langsung aja Ar.., aku.. nggak.. tahan.. oh.. ye..” sambil merem
    melek Tina menahan nafsunya.

    Langsung aku mendekatkan wajahku di belahan pantat Tina, dan langsung melumat habis vagina Tina dalam posisi menungging.

    “Ah.. ye.. dalam.. Ar.. ough.. ye.. oh.. ye..” sambil meliuk-liukkan tubuh semok-nya itu Tina
    mengerang tidak karuan, karena kupermainkan klit-nya Tina dengan lidahku.

    Kunaik-turunkan lidahku di penjolan daging itu. Belahan vagina Tina lumayan tebal, dan merah warna dalan vaginanya dan becex sekali. Beberapa saat kemudian aku memasukkan dua jariku, yang satu kumasukkan di vagina Tina dan yang satu lagi kumasukkan di anusnya.

    Pelan-pelan kumasukkan,

    “Hemmah.. pelan.. pelan.. Ar.. ya.. te.. rus di.. kit..lagi.. ough..” Tina mengangkat pantatnya
    sebagai reaksi jari masuk di vagina dan anusnya. Pelan-pelan kukocok anus dan vagina Tina dengan
    jariku.

    “Yac.. ah.. le.. bih.. cepat.. Ar, oh.. ye.. oh.. no.. ye.. ya.. oug.. hemmh.. cepet..!”

    Aku mulai mempercepat kocokanku di kedua lubang kenikmatan Tina. Sementara itu aku tidak menyia- nyiakan susu yang menggelantung bebas. Dalam posisi nunggi ini aku dapat melihat dengan bebas gerakkan tubuh Tina yang bahenol dan montok. Kuremas dan pelintir putingnya.

    “Ah.. Ar.. aku.. kee.. ke.. lu.. ar.. nggaa.. kuu.. at..”

    Aku merasa Tina mulai dalam kondisi orgasme yang memuncak, kupercepat kocokan tanganku di vagina dan anus Tina. Tidak lama kemudian Tina mengejang dan mengangkat badannya dengan gemetaran, dan terasa cairan hangat dari dalam vagina Tina.

    “Serr.. serr..” lumayan banyak sampai keluar dari permukaan vagina Tina.

    Tina lelah dan terkulai lemas di ranjang dengan posisi telungkup telanjang. Lalu tanganku kucabut dari vagina dan anus Tina, terlihat cairan yang lumayan kental dan putih di jariku, lalu kuusapkan ke
    kejantananku sebagai pelicin. Kukocok-kocok pelan dan lembut penisku agar tetap tegang dan tegak
    berdiri.

    Sementara itu Tina telanjang dan membelakangiku, aku lalu membalikkan dia.

    “Tin, orgasme kamu hebat banget deh..”

    “Oh.. ah.. kocokan jari kamu hebat sekali, kamu belajar dimana sih..? Kok tau kelemahanku..?” sambil terus mengocok penisku.

    “Ya.. nonton BF aja kan udah pengalaman.”

    “Ah.. kamu bisa aja.” katanya sambil menggantikan tanganku untuk mengocok batangku yang mau keluar lagi.

    “Tin, boleh aku coba vagina kamu ini..?” sambil kuelus-elus vaginanya.

    “Boleh..”

    Lalu kulebarkan selakangan Tina, dan kurangsang dulu dengan oral di vaginanya. Lidahku menyusuri vaginanya dari atas ke bawah dan ke atas lagi dan seterusnya. Tina mulai mendesah keenakan.

    “Ehhmm.. ah.. ye.. Ar.. sekarang aja kont0lmu masukin deh..!”

    Lalu kupegang kedua paha Tina, lalu kuangkat ke atas, terlihat jelas vagina Tina yang sudah membuka lebar dan becek. Pelan-pelan kumasukkan batang kemaluanku ke vagina Tina.

    “Ouhg.. hemm.. ah.. ye..” erangan Tina menerima sodokan pertama penisku.

    Aku mulai memaju-mundurkan penisku dengan pelan-pelan.

    “Oh.. ye.. shiit.. ah.. ye..” erangku.

    Enak benar vagina Tina, dindingnya berdenyut-denyut. Aku mulai percepat kocokanku, dan semakin cepat.

    “Ah.. Ar.. yes.. oh.. no.. ough.. hemm.. ya.. ya.. te.. rus.. Ar.. dalam..” kepala Tina yang tidak
    karuan ke kanan dan ke kiri.

    Kuvariasi kocokanku dengan pelan-pelan, lalu tiba-tiba cepat sekali, pelan lagi cepat lagi dan
    seterusnya, biasanya kuputar pantatku agar penisku memutar di vagina Tina.

    “Ya.. ini.. oke.. Ar.. te.. rus.. ough.. ye.. hem..” Tina menyukai gerakan memutar dari pantatku.
    Sekitar 3 menit gerakan ini berlangsung, kubalikkan Tina dengan posisi menungging, dan kutancapkan
    lagi penisku di vagina Tina dari belakang. Dengan pegangan pinggul Tina yang semok itu aku langsung
    percepat.

    “Oh.. ye.. Tin.. vaginamu oke..”

    “Kont0l kamu.. ouhg.. hemm.., hebat.. Ar.. te.. rus.. da.. lam..!”

    Setelah beberapa saat, tiba-tiba,

    “Ah.. Ar.. aku akan, aku.. ke.. luar..!”

    “Ta.. han.., nanggung nih! Ah.. ye.. hemm..!”

    Terasa aku sudah sampai, kusuruh Tina untuk duduk di atasku, dan dia memegang penisku, dan
    dimasukkannya ke vaginanya.

    “Ouh.. ya.. Tin.. kamu.. hebat..!”

    “Ya.. Ar.., cepet ya..! Aku, keluar.. ah.. hemm..!”

    Lalu Tina mempercepat gerakannya dengan sangat liar, dia merangkulku dan menggerakkan pantatnya untuk mengocok batang kejantananku dengan cepat.

    “Oh.. Ar.. aa.. ku.. ngga.. k.. tahan.. keluar.. hem..!”

    “Ki.. ta.. samaan.. aku.. keluar.. juga..”

    Dalam hitungan tiga detik,

    “Crroot.., crroott.. ah.. ah.. ye..”

    “Seerr.., sreerr..” kumuncratkan spermaku ke dalam rahim Tina, dan terasa sekali semburan cairan
    hangat Tina di kepala penisku.

    Tina lemas di dadaku, dan kami tertidur di ranjang itu dengan bertelanjang ria.

    Setelah istirahat beberapa jam, aku terbangun, ternyata Tina sudah tidak ada di sampingku. Lalu
    kukenakan bajuku dan turun ke tempat rental, dan ternyata Tina ada disana.

    “Mas Ari udah bangun ya..? Nggak mandi dulu Mas..?”

    “Oh.., nggak Tin, makasih.”

    “Nggak pinjem BF lagi..?”

    “Ah.. tidak dulu. Lagi pembuangan besar-besaran tadi di atas.”

    Tina tersenyum, lalu aku pulang ke kostku dan aku langsung mandi. Besok-besoknya aku ke rental X itu
    untuk kocokan penis saja sama Tina.

    Setelah beberapa bulan aku tidak kesana, kuketahui Tina tidak di situ lagi. Kutanya sama Mas yang jaga di rental X itu dimana Tina berada, ternyata Tina ke Jakarta. Wah.., nyesal sekali nih.. mulai nih.. tidak ada pemuasan sex selain onani deh.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Skandal Sex Dua Tante Ini Minta Di Puasin Gan – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Skandal Sex Dua Tante Ini Minta Di Puasin Gan – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1589 views

    Perawanku – Pukul 20:00 WIB bel pintu rumah kontrakanku berdering, ketika itu aku di dapur sedang membuat mie rebus kesukaanku. Dengan berlari kecil menuju pintu depan, lalu aku membuka pintu, ternyata yang datang ke rumahku adalah Tante Lisa berserta temannya, aku belum kenal siapa dia.

    “Hi Dedi.. apa kabar Sayang,” kata Tante Lisa.
    “Ooo Tante, Silakan masuk Tan,” balasku sambil mempersilakan mereka duduk di sofa panjang di ruang tamu.
    “Tan, maaf yach di tinggal dulu mo matiin kompor soalnya lagi masak mie nich..” kataku.
    “Oh ya Ded.. silakan.” balasnya.
    Seketika itu juga aku beranjak ke dapur. Dua menit kemudian aku kembali ke ruang tamu lagi. Lalu aku di kenalkan dengan temannya oleh Tante Lisa.
    “Ded, kenalin nich temen tante,” katanya.
    “Nining..” katanya.
    “Dedi..” balasku.

    Lalu terjadilah perbincangan antara kami bertiga, hingga akhirnya Tante Lisa mengajakku untuk ML bersama-sama.
    “Ded, puasin kita dong.. mau khan?” kata Tante Lisa.
    “Boleh.. kapan?” tanyaku pura-pura bodoh.
    “Yach sekarang dong.. masa tahun depan sich,” kata Tante Nining.
    “Ded.. Tante Lisa udah cerita tentang kamu, dan Tante Nining tertarik mau nyobain permainan kamu Ded,” katanya.
    “Ah, Tante Nining ini ada-ada aza,” candaku.

    Kemudian aku berdiri menuju sofa, dan aku duduk di tengah-tengah mereka, tanganku mulai memegang dan meremas-remas payudara Tante Nining dari luar bajunya, dan kulihat Tante Nining mendesis, dan dia hanya diam saja sewaktu tanganku memainkan payudaranya. Lalu aku mulai mencium bibirnya, bibirku dibalas oleh TanteNining dengan ganasnya. Lidah kami saling berpautan dan air ludah kami saling telan. Melihat aku dengan TanteTining sedang asyik bercumbu, tangan Tante Lisa mulai bergerilya, meremas-remas batang kejantananku dari luar celanaku.

    Tiga menit setelah aku selesai menikmati bibir dan aksi remasanku di payudara Tante Nining, lalu aku mengajak mereka masuk ke dalam kamar tidurku. Lalu kami bertiga masuk ke kamarku. Di dalam kamarku mereka berdua melepaskan pakaiannya masing-masing hingga bugil. Alamak aku sempat tertegun melihat kedua tubuh mereka dan kedua payudara serta liang kewanitaan mereka yang indah itu. Payudara mereka sama besarnya, cuma perbedaan dari mereka adalah bulu kemaluannya, bulu kemaluan Tante Lisa sangat lebat dan hitam, sedangkan kewanitaan Tante Nining bersih tanpa bulu.
    Setelah mereka bugil, lalu mereka melucuti seluruh pakaianku satu-persatu serta celanaku hingga bugil. Lalu aku naik ke atas tempat tidurku. Aku mengatur posisi, posisiku tiduran terlentang, Tante Nining kusuruh naik ke atas wajahku dan berjongkok lalu aku mulai mejilat-jilat liang kewanitaannya dengan lidahku, sesekali jariku memainkan klitorisnya dan memasukkan jariku ke dalam liang kewanitaannya yang sudah basah itu, sedangnkanTante Lisa kusuruh mengerjai batang kejantananku. Batang kejantananku di kocok-kocok, dijilat-jilat dan dikulum ke dalam mulutnya hingga semua batang kejantananku masuk ke dalam mulutnya. Terasa nikmat sekali ketika batang kejantananku dikenyot-kenyot oleh Tante Lisa.

    Selang 10 menit aku melihat Tante Lisa mulai mengubah posisinya, dia berjongkok di atas selangkanganku dan batang kejantananku diarahkan ke liang kewanitaannya dengan tangannya dan.., “Bleesss.. bleesss..” masuklah batang kejantananku ke liang senggamanya dan terasa hangat dan sudah basah. Lalu Tante Lisa menaik-turunkan pantatnya, terdengar suara desahan-desahan nikmat yang keluar dari mulut Tante Lisa, “Hhhmm.. aaakkhh.. aaakkhh.. hmmm..” Tante Lisa terus menaik-turunkan pantatnya dan sesekali memutar-mutar pantatnya.

    Saat menikmati hangatnya liang kewanitaan Tante Lisa, aku masih terus menjilat-jitat dan mengocok jariku ke liang kewanitaan Tante Nining. Ketika sedang asyiknya menjilat liang kewanitaan Tante Nining, lidahku merasakan suatu cairan kental yang keluar dari liang kewanitaan Tante Nining, lalu kusedot dan kutelan air kenikmatan Tante Nining itu dan kubersihkan liang kewanitaannya dengan lidahku. Sepuluh menit kemudian kulihat Tante Lisa sudah tidak tahan lagi dan akhirnya, “Crreeett.. crreeett..” air maninya mangalir deras membasahi batang kejantananku, seketika itu Tante Lisa kerkulai lemas di sampingku dan kini batang kejantananku sudah terlepas dari liang senggamanya.

    Lalu aku mngubah posisi, kini Tante Nining kusuruh menungging dan dari belakang kuarahkan batang kejantananku ke liang senggamanya, “Bleeesss.. bleeess…” aku mulai mengocok-ngocok batang kejantananku di liang kewanitaannya dari belakang, aku terus memaju-mundurkan batang kejantananku, sembari tanganku meremas-remas payudara yang menggantung dan bergoyang-goyang itu. Rintihan nikmat pun terdengar dari mulutnya, “Aakhhh.. aakkkhhh.. terus sayang.. enak.. aaakkkh.. hhhmmm..” Ketika batang kejantananku keluar masuk di liang kewanitaannya, di balas juga oleh Tante Nining dangan memaju-mundurkan pantatnya. Selang 20 menit aku merubah posisi lagi, kini kuatur posisi Tante Nining tiduran terlentang lalu kuangkat kedua kakinya ke atas, kubuka lebar-lebar pahanya, lalu kuarahkan kembali batang kejantananku ke liang kewanitaannya dan.., “Bleess.. blesss..” batang kenikmatanku masuk ke liang kewanitaannya lagi, aku mulai mamaju-mundurkan pinggulku.

    Sepuluh menit kemudian dia sudah tidak tahan lagi ingin keluar, “Aakhhh.. akhhh.. Say, Tante udah nggak tahan lagi pengen keluar..” rengeknya. “Dedi belom mo keluar nich Tan.. kalo mo keluar keluarin aza,” kataku dan akhirnya, “Creet.. creettt.. creettt..” dia sudah mencapai puncak kenikmatannya. Dan dia pun terlihat lelah karena puas. Karena aku belum mencapai puncak kenikmatan lalu aku merubah posisi dengan gaya “side to side”, (satu kaki Tante Nining diangkat ke atas sedangkan kaki satunya tidak diangkat, sedangkan posisi tubuh miring).

    Kukocok-kocokkan batang kejantananku dengan tempo sedang di liang senggamanya, dan 20 menit kemudian aku merasakan sepertinya aku akan menemui puncak kenikmatan, lalu aku mempercepat gerakanku, kukocok dengan tempo cepat dan agak kasar di liang kewanitaannya dan terdengar rintihan kesakitan dan rasa nikmat yang terdengar dari mulutnya. “Ouw.. aaahhkkk.. aaakkhhh.. aakhhh..” kemudian kucabut dan kuarahkan batang kejantananku ke wajah Tante Nining dan, “Creet.. creett.. creeett..” spermaku muncrat di wajahnya.

    Lalu batang kejantananku kuarahkan ke mulutnya minta dibersihkan oleh Tante Nining dengan lidahnya dan aku pun terkulai lemas di tengah kedua tante itu.
    Lima belas menit setelah mengatur nafas dan melihat kemolekan kedua tubuh tante itu, batang kejantananku sadah mulai berdiri lagi dan mengeras, kini sasaranku adalah Tante Lisa. Kuangkat tubuh Tante Lisa dan aku menyuruhnya menungging, lalu batang kejantananku kuarahkhan ke lubang pantatnya dan, “Bleesss.. bleess..” batang kejantananku sudah masuk ke dalam lubang pantatnya, aku mulai mengocok-ngocok kembali batang kejantananku di pantatntya, “Aaakkhhh.. aaakkhhh.. hhmmm..” cuma itu yang keluar dari mulut Tante Lisa saat aku menusuk-nusuk pantatnya.
    Selang 5 menit aku kembali merubah posisi, aku duduk di pinggir ranjang dan Tante Lisa duduk di atas selangkanganku menghadapku.

    Lalu, “Bless.. bleesss..” kini batang kejantananku bukan di lubang pantatnya lagi tetapi dimasukkan ke liang kewanitaannya. Tante Lisa mulai menaik-turunkan pantatnya di atas selangkanganku dan sambil menikmati gerakan dari posisi itu aku meremas-remas kedua payudaranya dan kusedot-sedot bergantian, kugigit-gigit puting susunya dan dari payudara itu keluar suatu cairan dari putingnya. Ternyata yang keluar itu adalah air susunya, langsung saja kusedot dan rasanya nikmat sekali. Ketika aku menyedot air susunya semakin kuat desahan Tante Lisa. Setengah jam kemudian kami sama-sama mencapai puncak kenikmatan dan, “Creettt.. crreeettt.. creettt..” kami berdua keluar dan terkulai lemas di tempat tidur dengan batang kejantananku yang masih menancap di liang kewanitaannya.

    Kami bertiga akhirnya tertidur kelelahan, keesokan paginya kami pun melakukan hubungan lagi bertiga di kamar tidur maupun di kamar mandi saat kami mandi bersama. Setelah permainan dan mandi bersama itu selesai kemudian kedua tante itupun pulang.

    Nah bagi pencinta anda boleh percaya atau tidak dengan pengalaman seks saya sebagai Gigolo di Bandung, itu hak anda untuk tidak percaya maupun percaya tetapi ini benar kejadian yang kurasakan sendiri, 100% kejadian benar.

    Bagi cewek-cewek atau bila ada juga tante-tante, mbak-mbak, teteh-teteh yang ingin menikmati malam panjang bersama saya, dapat menghubungi saya via e-mail. Dan saya akan membalas e-mail yang masuk, tetapi saya tidak akan membalas e-mail yang hanya sekedar iseng. Sekali lagi saya sangat berterima kasih karena diberikan kesempatan untuk menuliskan kembali pengalaman saya.

  • Kisah Seks Istriku Yang Di Rayu

    Kisah Seks Istriku Yang Di Rayu


    1544 views

    Cerita panas istri ini berjudul ” Kisah Seks Istriku Yang Di Rayu ” Cerita Bokep,Cerita mesum,Cerita Ngentot,Cerita Dewasa Terbaru 2018.

    Perawanku –Nama saya Diana. Saya sedang bingung sekali saat ini. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Karenanya saya akan mencoba menceritakan sedikit pengalaman hidup saya yang baru saya hadapi baru-baru ini.
    Saya berumur 27 tahun. Saya sudah berkeluarga dan sudah mempunyai anak satu. Saya menikah dengan seorang pria bernama Niko. Niko adalah suami yang baik. Kami hidup berkecukupan. Niko adalah seorang pengusaha yang sedang meniti karir.

    Cerita Bokep Kisah Seks Istriku Yang Di Rayu


    Karena kesibukannya, dia sering pergi keluar kota. Dia kasihan kepada saya yang tinggal sendiri dirumah bersama anak saya yang berusia 2 tahun. Karenanya ia lantas mengajak adiknya yang termuda bernama Roy yang berusia 23 tahun untuk tinggal bersama kami. Roy adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di sebuah PTS. Kehidupan rumah tangga saya bahagia, hingga peristiwa terakhir yang saya alami.

    Selama kami menikah kehidupan seks kami menurut saya normal saja. Saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan orgasme. Tahulah, saya dari keluarga yang kolot. Memang di SMA saya mendapat pelajaran seks, tetapi itu hanya sebatas teori saja. Saya tidak tahu apa yang dinamakan orgasme.

    Saya memang menikmati seks. Saat kami melakukannya saya merasakan nikmat. Tetapi tidak berlangsung lama. Suami saya mengeluarkan spermanya hanya dalam 5 menit. Kemudian kami berbaring saja. Selama ini saya sangka itulah seks. Bahkan sampai anak kami lahir dan kini usianya sudah mencapai dua tahun. Dia seorang anak laki-laki yang lucu.
    Di rumah kami tidak mempunyai pembantu. Karenanya saya yang membersihkan semua rumah dibantu oleh Roy. Roy adalah pria yang rajin. Secara fisik dia lebih ganteng dari suami saya. Suatu ketika saat saya membersihkan kamar Roy, tidak sengaja saya melihat buku Penthouse miliknya. Saya terkejut mengetahui bahwa Roy yang saya kira alim ternyata menyenangi membaca majalah ‘begituan’.

    Lebih terkejut lagi ketika saya membaca isinya. Di Penthouse ada bagian bernama Penthouse Letter yang isinya adalah cerita tentang fantasi ataupun pengalaman seks seseorang. Saya seorang tamatan perguruan tinggi juga yang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang cukup baik.

    Saya tidak menyangka bahwa ada yang namanya oral seks. Dimana pria me’makan’ bagian yang paling intim dari seorang wanita. Dan wanita melakukan hal yang sama pada mereka. Sejak saat itu, saya sering secara diam-diam masuk ke kamar Roy untuk mencuri-curi baca cerita yang ada pada majalah tersebut.

    Suatu ketika saat saya sibuk membaca majalah itu, tidak saya sadari Roy datang ke kamar. Ia kemudian menyapa saya. Saya malu setengah mati. Saya salting dibuatnya. Tapi Roy tampak tenang saja. Ketika saya keluar dari kamar ia mengikuti saya.

    Saya duduk di sofa di ruang TV. Ia mengambil minum dua gelas, kemudian duduk disamping saya. Ia memberikan satu gelas kepada saya. Saya heran, saya tidak menyadari bahwa saya sangat haus saat itu. Kemudian ia mengajak saya berbicara tentang seks. Saya malu-malu meladeninya. Tapi ia sangat pengertian. Dengan sabar ia menjelaskan bila ada yang masih belum saya ketahui.

    Tanpa disadari ia telah membuat saya merasa aneh. Excited saya rasa. Kini tangannya menjalari seluruh tubuh saya. Saya berusaha menolak. Saya berkata bahwa saya adalah istri yang setia. Ia kemudian memberikan argumentasi bahwa seseorang baru dianggap tidak setia bila melakukan coitus. Yaitu dimana sang pria dan wanita melakukan hubungan seks dengan penis pada liang kewanitaan.

    Ia kemudian mencium bagian kemaluan saya. Saya mendorong kepalanya. Tangannya lalu menyingkap daster saya, sementara tangan yang lain menarik lepas celana dalam saya. Ia lalu melakukan oral seks pada saya. Saya masih mencoba untuk mendorong kepalanya dengan tangan saya. Tetapi kedua tangannya memegang kedua belah tangan saya. Saya hanya bisa diam. Saya ingin meronta, tapi saya merasakan hal yang sangat lain.

    Tidak lama saya merasakan sesuatu yang belum pernah saya alami seumur hidup saya. Saya mengerang pelan. Kemudian dengan lembut menyuruhnya untuk berhenti. Ia masih belum mau melepaskan saya. Tetapi kemudian anak saya menangis, saya meronta dan memaksa ingin melihat keadaan anak saya. Barulah ia melepaskan pegangannya. Saya berlari menemui anak saya dengan beragam perasaan bercampur menjadi satu.

    Ketika saya kembali dia hanya tersenyum. Saya tidak tahu harus bagaimana. Ingin saya menamparnya kalau mengingat bahwa sebenarnya ia memaksa saya pada awalnya. Tetapi niat itu saya urungkan. Toh ia tidak memperkosa saya. Saya lalu duduk di sofa kali ini berusaha menjaga jarak. Lama saya berdiam diri.

    Ia yang kemudian memulai pembicaraan. Katanya bahwa saya adalah seorang wanita baru. Ya, saya memang merasakan bahwa saya seakan-akan wanita baru saat itu. Perasaan saya bahagia bila tidak mengingat suami saya. Ia katakan bahwa perasaan yang saya alami adalah orgasme. Saya baru menyadari betapa saya telah sangat kehilangan momen terindah disetiap kesempatan bersama suami saya.

    Hari kemudian berlalu seperti biasa. Hingga suatu saat suami saya pergi keluar kota lagi dan anak saya sedang tidur. Saya akui saya mulai merasa bersalah karena sekarang saya sangat ingin peristiwa itu terulang kembali. Toh, ia tidak berbuat hal yang lain.

    Saya duduk di sofa dan menunggu dia keluar kamar. Tapi tampaknya dia sibuk belajar di kamar. Mungkin dia akan menghadapi mid-test atau semacamnya. Saya lalu mencari akal supaya dapat berbicara dengannya. Saya kemudian memutuskan untuk mengantarkan minuman kedalam kamar.

    Disana ia duduk di tempat tidur membaca buku kuliahnya. Saya katakan supaya dia jangan lupa istirahat sambil meletakkan minuman diatas meja belajarnya. Ketika saya permisi hendak keluar, ia berkata bahwa ia sudah selesai belajar dan memang hendak istirahat sejenak. Ia lalu mengajak saya ngobrol. Saya duduk ditempat tidur lalu mulai berbicara dengannya.

    Tidak saya sadari mungkin karena saya lelah seharian, saya sambil berbicara lantas merebahkan diri diatas tempat tidurnya. Ia meneruskan bicaranya. Terkadang tangannya memegang tangan saya sambil bicara. Saat itu pikiran saya mulai melayang teringat kejadian beberapa hari yang lalu.

    Melihat saya terdiam dia mulai menciumi tangan saya. Saat saya sadar, tangannya telah berada pada kedua belah paha saya, sementara kepalanya tenggelam diantara selangkangan saya. Oh, betapa nikmatnya. Kali ini saya tidak melawan sama sekali. Saya menutup mata dan menikmati momen tersebut.

    Nafas saya semakin memburu saat saya merasakan bahwa saya mendekati klimaks. Tiba-tiba saya merasakan kepalanya terangkat. Saya membuka mata bingung atas maksud tujuannya berhenti. Mata saya terbelalak saat memandang ia sudah tidak mengenakan bajunya. Mungkin ia melepasnya diam-diam saat saya menutup mata tadi.

    Tidak tahu apa yang harus dilakukan saya hanya menganga saja seperti orang bodoh. Saya lihat ia sudah tegang. Oh, betapa saya ingin semua berakhir nikmat seperti minggu lalu. Tangan kirinya kembali bermain diselangkangan saya sementara tubuhnya perlahan-lahan turun menutupi tubuh saya.

    Perasaan nikmat kembali bangkit. Tangan kanannya lalu melolosi daster saya. Saya telanjang bulat kini kecuali bra saya. Tangan kirinya meremasi buah dada saya. Saya mengerang sakit. Tangan saya mendorong tangannya, saya katakan apa sih maunya. Dia hanya tersenyum.

    Saya mendorongnya pelan dan berusaha untuk bangun. Mungkin karena intuisinya mengatakan bahwa saya tidak akan melawan lagi, ia meminggirkan badannya. Dengan cepat saya membuka kutang saya, lalu rebah kembali. Ia tersenyum setengah tertawa. Dengan sigap ia sudah berada diatas tubuh saya kembali dan mulai mengisapi puting susu saya sementara tangan kanannya kembali memberi kehidupan diantara selangkangan saya dan tangan kirinya mengusapi seluruh badan saya.

    Selama kehidupan perkawinan saya dengan Niko, ia tidak pernah melakukan hal-hal seperti ini saat kami melakukan hubungan seks. Seakan-akan seks itu adalah buka, mulai, keluar, selesai. Saya merasakan diri saya bagaikan mutiara dihadapan Roy.

    Kemudian Roy mulai mencium bibir saya. Saya balas dengan penuh gairah. Sekujur tubuh saya terasa panas sekarang. Kemudian saya rasakan alatnya mulai mencari-cari jalan masuk. Dengan tangan kanan saya, saya bantu ia menemukannya. Ketika semua sudah pada tempatnya, ia mulai mengayuh perahu cinta kami dengan bersemangat.
    Kedua tangannya tidak henti-hentinya mengusapi tubuh dan dada saya. Saya hanya bisa memejamkan mata saya. Aduh, nikmatnya bukan kepalang. Tangannya lalu mengalungkan kedua tangan saya pada lehernya. Saya membuka mata saya. Ia menatap mata saya dengan sejuta arti. Kali ini saya tersenyum. Ia balas tersenyum. Mungkin karena gemas melihat saya, bibirnya lantas kembali memagut.

    Oh, saya merasakan waktunya telah tiba. Kedua tangan saya menarik tubuhnya agar lebih merapat. Dia tampaknya mengerti kondisi saya saat itu. Ini dibuktikannya dengan mempercepat laju permainan. Ahh, saya mengerang pelan. Kemudian saya mendengar nafasnya menjadi berat dan disertai erangan saya merasakan kemaluan saya dipenuhi cairan hangat.

    Sejak saat itu, saya dan dia selalu menunggu kesempatan dimana suami saya pergi keluar kota untuk dapat mengulangi perbuatan terkutuk itu. Betapa nafsu telah mengalahkan segalanya. Setiap kali akan bercinta, saya selalu memaksanya untuk melakukan oral seks kepada saya. Tanpa itu, saya tidak dapat hidup lagi. Saya benar-benar memerlukannya.
    Dia juga sangat pengertian. Walaupun dia sedang malas melakukan hubungan seks, dia tetap bersedia melakukan oral seks kepada saya. Saya benar-benar merasa sangat dihargai olehnya.

    Ceritanya dulu suami saya Niko punya komputer. Kemudian oleh Roy disarankan agar berlangganan internet. Menurutnya juga dapat dipakai untuk berbisnis. Suami saya setuju saja. Pernah Roy melihat saya memandangi Niko saat dia menggunakan internet, kemudian dia tanya kepada saya, apa saya kepingin tahu.

    Niko yang mendengar lalu menyuruh Roy untuk mengajari saya menggunakan komputer dan internet. Pertama-tama saya suka karena banyak yang menarik. Hanya tinggal tekan tombol saja. Bagus sekali. Tetapi saya mulai bosan karena saya kurang mengerti mau ngapain lagi.

    Saat itulah Roy lalu menunjukkan ada yang namanya Newsgroup di internet. Saat pertama kali baca saya terkejut sekali. Banyak berita dan pendapat yang menarik. Tetapi waktu saya tidak terlalu banyak. Saya harus mengurus anak saya. Dia baru dua tahun. Saya sayang sekali kepadanya. Kalau sudah tersenyum dapat menghibur saya walaupun dalam keadaan sedih.

    Saya tidak mengerti program ini. Hanya Roy ajarkan kalau mau menulis tekan tombol ini. Terus begini, terus begini, dan seterusnya. Tetapi saya tidak cerita-cerita sama dia kalau kemarin saya sudah kirim berita ke Newsgroup. Takut dia marah sama saya. Saya hanya bingung mau cerita sama siapa. Masalahnya saya benar-benar sudah terjerumus. Saya tidak tahu bagaimana harus menghentikannya.

    Kini saya bagaikan memiliki dua suami. Saya diperlakukan dengan baik oleh keduanya. Saya tahu suami saya sangat mencintai saya. Saya juga sangat mencintai suami saya. Tetapi saya tidak bisa melupakan kenikmatan yang telah diperkenalkan oleh Roy kepada saya.

    Suami saya tidak pernah curiga sebab Roy tidak berubah saat suami saya ada di rumah. Tetapi bila Niko sudah pergi keluar kota, dia memperlakukan saya sebagaimana istrinya. Dia bahkan pernah memaksa untuk melakukannya di kamar kami. Saya menolak dengan keras. Biar bagaimana saya akan merasa sangat bersalah bila melakukannya ditempat tidur dimana saya dan Niko menjalin hubungan yang berdasarkan cinta.

    Saya katakan dengan tegas kepada Roy bahwa dia harus menuruti saya. Dia hanya mengangguk saja. Saya merasa aman sebab dia tunduk kepada seluruh perintah saya. Saya tidak pernah menyadari bahwa saya salah. Benar-benar salah.
    Suatu kali saya disuruh untuk melakukan oral seks kepadanya. Saya benar benar terkejut. Saya tidak dapat membayangkan apa yang harus saya lakukan atas ‘alat’nya. Saya menolak, tetapi dia terus memaksa saya. Karena saya tetap tidak mau menuruti kemauannya, maka akhirnya ia menyerah.

    Kejadian ini berlangsung beberapa kali, dengan akhir dia mengalah. Hingga terjadi pada suatu hari dimana saat saya menolak kembali dia mengancam untuk tidak melakukan oral seks kepada saya. Saya bisa menikmati hubungan seks kami bila dia telah melakukan oral seks kepada saya terlebih dahulu.

    Saya tolak, karena saya pikir dia tidak serius. Saya berpikir bahwa dia masih menginginkan seks sebagaimana saya menginginkannya. Ternyata dia benar-benar melakukan ancamannya. Dia bahkan tidak mau melakukan hubungan seks lagi dengan saya. Saya bingung sekali. Saya membutuhkan cara untuk melepaskan diri dari kerumitan sehari-hari. Bagi saya, seks merupakan alat yang dapat membantu saya menghilangkan beban pikiran.

    Selama beberapa hari saya merasa seperti dikucilkan. Dia tetap berbicara dengan baik kepada saya. Tetapi setiap kali saya berusaha mengajaknya untuk melakukan hubungan seks dia menolak. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya berusaha semampu saya untuk merayunya, tetapi dia tetap menolak.

    Saya bingung, apa saya tidak cukup menarik. Wajah saya menurut saya cukup cantik. Pada masa-masa kuliah, banyak sekali teman pria saya yang berusaha mencuri perhatian saya. Teman wanita saya bilang bibir saya sensual sekali. Saya tidak mengerti bibir sensual itu bagaimana. Yang saya tahu saya tidak ambil pusing untuk hal-hal seperti itu.
    Saya tidak diijinkan terlalu banyak keluar rumah oleh orang tua saya kecuali untuk keperluan les ataupun kursus. Saya orangnya supel dan tidak pilih-pilih dalam berteman. Mungkin hal ini yang (menurut saya pribadi)menyebabkan banyak teman pria yang mendekati saya.

    Sesudah melahirkan, saya tetap melanjutkan aktivitas senam saya. Dari sejak masa kuliah saya senang senam. Saya tahu saya memiliki tubuh yang menarik, tidak kalah dengan yang masih muda dan belum menikah. Kulit saya putih bersih, sebab ibu saya mengajarkan bagaimana cara merawat diri.

    Bila saya berjalan dengan suami saya, selalu saja pria melirik kearah saya. Suami saya pernah mengatakan bahwa dia merasa sangat beruntung memiliki saya. Saya juga merasa sangat beruntung memiliki suami seperti dia. Niko orangnya jujur dan sangat bertanggung jawab. Itu yang sangat saya sukai darinya. Saya tidak hanya melihat dari fisik seseorang, tetapi lebih dari pribadinya.

    Tetapi Roy sendiri menurut saya sangatlah ganteng. Mungkin itu pula sebabnya, banyak teman wanitanya yang datang kerumah. Katanya untuk belajar. Mereka biasa belajar di teras depan rumah kami. Roy selain ganteng juga pintar menurut saya. Tidaklah sulit baginya untuk mencari wanita cantik yang mau dengannya.

    Saya merasa saya ditinggalkan. Roy tidak pernah mengajak saya untuk melakukan hubungan seks lagi. Dia sekarang bila tidak belajar dikamar, lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman-teman wanitanya. Saya kesepian sekali dirumah. Untung masih ada anak saya yang paling kecil yang dapat menghibur.

    Hingga suatu saat saya tidak dapat menahan diri lagi. Malam itu, saat Roy masuk ke kamarnya setelah menonton film, saya mengikutinya dari belakang. Saya katakan ada yang perlu saya bicarakan. Anak saya sudah tidur saat itu. Dia duduk di tempat tidurnya. Saya bilang saya bersedia melakukannya hanya saya tidak tahu apa yang harus saya perbuat.

    Dengan gesit dia membuka seluruh celananya dan kemudian berbaring. Dia katakan bahwa saya harus menjilati penisnya dari atas hingga bawah. Walaupun masih ragu-ragu, saya lakukan seperti yang disuruh olehnya. Penisnya mendadak ‘hidup’ begitu lidah saya menyentuhnya. Kemudian saya disuruh membasahi seluruh permukaan penisnya dengan menggunakan lidah saya.

    Dengan bantuan tangan saya, saya jilati semua bagian dari penisnya sebagaimana seorang anak kecil menjilati es-krim. Tidak lama kemudian, saya disuruh memasukkan penisnya kedalam mulut saya. Saya melonjak kaget. Saya bilang, dia sendiri tidak memasukkan apa apa kedalam mulutnya saat melakukan oral seks kepada saya, kenapa saya harus dituntut melakukan hal yang lebih.

    Dia berkata bahwa itu disebabkan karena memang bentuk genital dari pria dan wanita berbeda. Jadi bukan masalah apa-apa. Dia bilang bahwa memang oral seks yang dilakukan wanita terhadap pria menuntut wanita memasukkan penis pria kedalam mulutnya. Sebenarnya saya juga sudah pernah baca dari majalah-majalah Penthouse miliknya, saya hanya berusaha menghindar sebab saya merasa hal ini sangatlah tidak higienis.

    Karena khawatir saya tidak memperoleh apa yang saya inginkan, saya menuruti kemauannya. Kemudian saya disuruh melakukan gerakan naik dan turun sebagaimana bila sedang bercinta, hanya bedanya kali ini, penisnya berada di dalam mulut saya, bukan pada liang senggama saya.

    Selama beberapa menit saya melakukan hal itu. Saya perlahan-lahan menyadari, bahwa oral seks tidaklah menjijikkan seperti yang saya bayangkan. Dulu saya membayangkan akan mencium atau merasakan hal-hal yang tidak enak. Sebenarnya hampir tidak terasa apa-apa. Hanya cairan yang keluar dari penisnya terasa sedikit asin. Masalah bau, seperti bau yang umumnya keluar saat pria dan wanita berhubungan seks.

    Tangannya mendorong kepala saya untuk naik turun semakin cepat. Saya dengar nafasnya semakin cepat, dan gerakan tangannya menyebabkan saya bergerak semakin cepat juga. Kemudian menggeram pelan, saya tahu bahwa dia akan klimaks, saya berusaha mengeluarkan alatnya dari mulut saya, tetapi tangannya menekan dengan keras. Saya panik. Tidak lama mulut saya merasakan adanya cairan hangat, karena takut muntah, saya telan saja dengan cepat semuanya, jadi tidak terasa apa-apa.

    Saat dia sudah tenang, dia kemudian melepaskan tangannya dari kepala saya. Saya sebenarnya kesal karena saya merasa dipaksa. Tetapi saya diam saja. Saya takut kalau dia marah, semua usaha saya menjadi sia-sia saja. Saya bangkit dari tempat tidur untuk pergi berkumur. Dia bilang bahwa saya memang berbakat. Berbakat neneknya, kalau dia main paksa lagi saya harus hajar dia.

    Sesudah nafasnya menjadi tenang, dia melakukan apa yang sudah sangat saya tunggu-tunggu. Dia melakukan oral seks kepada saya hampir 45 menit lebih. Aduh nikmat sekali. Saya orgasme berulang-ulang. Kemudian kami mengakhirinya dengan bercinta secara ganas.

    Sejak saat itu, oral seks merupakan hal yang harus saya lakukan kepadanya terlebih dahulu sebelum dia melakukan apa-apa terhadap saya. Saya mulai khawatir apakah menelan sperma tidak memberi efek samping apa-apa kepada saya. Dia bilang tidak, malah menyehatkan. Karena sperma pada dasarnya protein. Saya percaya bahwa tidak ada efek samping, tetapi saya tidak percaya bagian yang ‘menyehatkan’. Hanya saya jadi tidak ambil pusing lagi.

    Tidak lama berselang, sekali waktu dia pulang kerumah dengan membawa kado. Katanya untuk saya. Saya tanya apa isinya. Baju katanya. Saya gembira bercampur heran bahwa perhatiannya menjadi begitu besar kepada saya. Saat saya buka, saya terkejut melihat bahwa ini seperti pakaian dalam yang sering digunakan oleh wanita bila dipotret di majalah Penthouse. Saya tidak tahu apa namanya, tapi saya tidak bisa membayangkan untuk memakainya.

    Dia tertawa melihat saya kebingungan. Saya tanyakan langsung kepadanya sebenarnya apa sih maunya. Dia bilang bahwa saya akan terlihat sangat cantik dengan itu. Saya bilang “No way”. Saya tidak mau dilihat siapapun menggunakan itu. Dia bilang bahwa itu sekarang menjadi ’seragam’ saya setiap saya akan bercinta dengannya.

    Karena saya pikir toh hanya dia yang melihat, saya mengalah. Memang benar, saat saya memakainya, saya terlihat sangat seksi. Saya bahkan juga merasa sangat seksi. Saya menggunakannya di dalam, dimana ada stockingnya, sehingga saya menggunakan pakaian jeans di luar selama saya melakukan aktivitas dirumah seperti biasa. Efeknya sungguh di luar dugaan saya. Saya menjadi, apa itu istilahnya, horny sekali.

    Saya sudah tidak tahan menunggu waktunya tiba. Dirinya juga demikian tampaknya. Malam itu saat saya melucuti pakaian saya satu persatu, dia memandangi seluruh tubuh saya dengan sorot mata yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Kami bercinta bagaikan tidak ada lagi hari esok.

    Sejak saat itu, saya lebih sering lagi dibelikan pakaian dalam yang seksi olehnya. Saya tidak tahu dia mendapatkan uang darimana, yang saya tahu semua pakaian ini bukanlah barang yang murah. Lama-kelamaan saya mulai khawatir untuk menyimpan pakaian ini dilemari kami berdua (saya dan Niko) sebab jumlahnya sudah termasuk banyak. Karenanya, pakaian ini saya taruh di dalam lemari Roy.

    Dia tidak keberatan selama saya bukan membuangnya. Katanya, dengan pakaian itu kecantikan saya bagai bidadari turun dari langit. Pakaian itu ada yang berwarna hitam, putih maupun merah muda. Tetapi yang paling digemari olehnya adalah yang berwarna hitam. Katanya sangat kontras warnanya dengan warna kulit saya sehingga lebih membangkitkan selera.
    Saya mulai menikmati hal-hal yang diajarkan oleh Roy kepada saya. Saya merasakan semua bagaikan pelajaran seks yang sangat berharga. Ingin saya menunjukkan apa yang telah saya ketahui kepada suami saya. Sebab pada dasarnya, dialah pria yang saya cintai. Tetapi saya takut bila dia beranggapan lain dan kemudian mencium perbuatan saya dan Roy.

    Saya tidak ingin rumah tangga kami hancur. Tetapi sebaliknya, saya sudah tidak dapat lagi meninggalkan tingkat pengetahuan seks yang sudah saya capai sekarang ini.
    Suatu ketika, Roy pulang dengan membawa teman prianya. Temannya ini tidak seganteng dirinya, tetapi sangat macho. Pada mukanya masih tersisa bulu-bulu bekas cukuran sehingga wajahnya sedikit terlihat keras dan urakan. Roy memperkenalkan temannya kepada saya yang ternyata bernama Bari.

    Kami ngobrol panjang lebar. Bari sangat luas pengetahuannya. Saya diajak bicara tentang politik hingga musik. Menurut penuturannya Bari memiliki band yang sering main dipub. Ini dilakukannya sebagai hobby serta untuk menambah uang saku. Saya mulai menganggap Bari sebagai teman.

    Bari semakin sering datang kerumah. Anehnya, kedatangan Bari selalu bertepatan dengan saat dimana Niko sedang tidak ada dirumah. Suatu ketika saya menemukan mereka duduk diruang tamu sambil meminum minuman yang tampaknya adalah minuman keras. Saya menghampiri mereka hendak menghardik agar menjaga kelakuannya.

    Ketika saya dekati ternyata mereka hanya minum anggur. Mereka lantas menawarkan saya untuk mencicipinya. Sebenarnya saya menolak. Tetapi mereka memaksa karena anggur ini lain dari yang lain. Akhirnya saya coba walaupun sedikit. Benar, saya hanya minum sedikit. Tetapi tidak lama saya mulai merasa mengantuk. Selain rasa kantuk, saya merasa sangat seksi.

    Karena saya mulai tidak kuat untuk membuka mata, Roy lantas menyarankan agar saya pergi tidur saja. Saya menurut. Roy lalu menggendong saya ke kamar tidur. Saya heran kenapa saya tidak merasa malu digendong oleh Roy dihadapan Bari. Padahal Bari sudah tahu bahwa saya sudah bersuami. Saya tampaknya tidak dapat berpikir dengan benar lagi.
    Kata Roy, kamar saya terlalu jauh, padahal saya berat, jadi dia membawa saya ke kamarnya. Saya menolak, tetapi dia tetap membawa saya ke kamarnya. Saya ingin melawan tetapi badan rasanya lemas semua. Sesampainya dikamar, Roy mulai melucuti pakaian saya satu persatu. Saya mencoba menahan, karena saya tidak mengerti apa tujuannya. Karena saya tidak dalam kondisi sadar sepenuhnya, perlawanan saya tidak membawa hasil apa apa.

    Kini saya berada diatas tempat tidur dengan keadaan telanjang. Roy mulai membuka pakaiannya. Saya mulai merasa bergairah. Begitu dirinya telanjang, lidahnya mulai bermain-main didaerah selangkangan saya. Saya memang tidak dapat bertahan lama bila dia melakukan oral seks terhadap saya. Saya keluar hanya dalam beberapa saat. Tetapi lidahnya tidak kunjung berhenti. Tangannya mengusapi payudara saya. Kemudian mulutnya beranjak menikmati payudara saya.

    Kini kami melakukannya dalam ‘missionary position’. Begitulah istilahnya kalau saya tidak salah ingat pernah tertulis dimajalah-majalah itu. Ah, nikmat sekali. Saya hampir keluar kembali. Tetapi ia malah menghentikan permainan. Sebelum saya sempat mengeluarkan sepatah katapun, tubuh saya sudah dibalik olehnya. Tubuh saya diangkat sedemikian rupa sehingga kini saya bertumpu pada keempat kaki dan tangan dalam posisi seakan hendak merangkak.

    Sebenarnya saya ingin tiduran saja, saya merasa tidak kuat untuk menopang seluruh badan saya. Tetapi setiap kali saya hendak merebahkan diri, ia selalu mengangkat tubuh saya. Akhirnya walaupun dengan susah payah, saya berusaha mengikuti kemauannya untuk tetap bangkit. Kemudian dia memasukkan penisnya ke dalam liang kewanitaan saya. Tangannya memegang erat pinggang saya, lalu kemudian mulai menggoyangkan pinggangnya. Mm, permainan dimulai kembali rupanya.

    Kembali kenikmatan membuai diri saya. Tanpa saya sadari, kali ini, setiap kali dia menekan tubuhnya kedepan, saya mendorong tubuh saya kebelakang. Penisnya terasa menghunjam-hunjam kedalam tubuh saya tanpa ampun yang mana semakin menyebabkan saya lupa diri.

    Saya keluar untuk pertama kalinya, dan rasanya tidak terkira. Tetapi saya tidak memiliki maksud sedikitpun untuk menghentikan permainan. Saya masih ingin menggali kenikmatan demi kenikmatan yang dapat diberikan olehnya kepada saya. Roy juga mengerti akan hal itu. Dia mengatur irama permainan agar bisa berlangsung lama tampaknya.

    Sesekali tubuhnya dibungkukkannya kedepan sehingga tangannya dapat meraih payudara saya dari belakang. Salah satu tangannya melingkar pada perut saya, sementara tangan yang lain meremasi payudara saya. Saat saya menoleh kebelakang, bibirnya sudah siap menunggu. Tanpa basa-basi bibir saya dilumat oleh dirinya.

    Saya hampir mencapai orgasme saya yang kedua saat dia menghentikan permainan. Saya bilang ada apa, tetapi dia langsung menuju ke kamar mandi. Saya merasa sedikit kecewa lalu merebahkan diri saya ditempat tidur. Jari tangan saya saya selipkan dibawah tubuh saya dan melakukan tugasnya dengan baik diantara selangkangan saya. Saya tidak ingin’mesin’ saya keburu dingin karena kelamaan menunggu Roy.

    Tiba-tiba tubuh saya diangkat kembali. Tangannya dengan kasar menepis tangan saya. Iapun dengan langsung menghunjamkan penisnya kedalam tubuh saya. Ah, kenapa jadi kasar begini. Belum sempat saya menoleh kebelakang, ia sudah menarik rambut saya sehingga tubuh saya terangkat kebelakang sehingga kini saya berdiri pada lutut saya diatas tempat tidur.

    Rambut saya dijambak kebelakang sementara pundaknya menahan punggung saya sehingga kepala saya menengadah keatas. Kepalanya disorongkan kedepan untuk mulai menikmati payudara saya. Dari mulut saya keluar erangan pelan memintanya untuk melepaskan rambut saya. Tampaknya saya tidak dapat melakukan apa-apa walaupun saya memaksa. Malahan saya mulai merasa sangat seksi dengan posisi seperti ini.

    Semua ini dilakukannya tanpa berhenti menghunjamkan dirinya kedalam tubuh saya. Saya merasakan bahwa penisnya lebih besar sekarang. Apakah ia meminum semacam obat saat dikamar mandi? Ah, saya tidak peduli, sebab saya merasakan kenikmatan yang teramat sangat.

    Yang membuat saya terkejut ketika tiba-tiba dua buah tangan memegangi tangan saya dari depan. Apa apaan ini? Saya mulai mencoba meronta dengan sisa tenaga yang ada pada tubuh saya. Kemudian tangan yang menjambak saya melepaskan pegangannya. Kini saya dapat melihat bahwa Roy berdiri diatas kedua lututnya diatas tempat tidur dihadapan saya.

    Jadi, yang saat ini menikmati saya adalah… Saya menoleh kebelakang. Bari! Bari tanpa membuang kesempatan melumat bibir saya. Saya membuang muka, saya marah sekali, saya merasa dibodohi. Saya melawan dengan sungguh-sungguh kali ini. Saya mencoba bangun dari tempat tidur. Tetapi Bari menahan saya. Tangannya mencengkeram pinggang saya dan menahan saya untuk berdiri. Sementara itu Roy memegangi kedua belah tangan saya. Saya sudah ingin menangis saja.
    Saya merasa diperalat. Ya, saya hanya menjadi alat bagi mereka untuk memuaskan nafsu saja. Sekilas teringat dibenak saya wajah suami dan anak saya. Tetapi kini semua sudah terlambat. Saya sudah semakin terjerumus.

    Roy bergerak mendekat hingga tubuhnya menekan saya dari depan sementara Bari menekan saya dari belakang. Dia mulai melumat bibir saya. Saya tidak membalas ciumannya. Tetapi ini tidak membuatnya berhenti menikmati bibir saya. Lidahnya memaksa masuk kedalam mulut saya. Tangan saya dilingkarkannya pada pinggangnya, sementara Bari memeluk kami bertiga.

    Saya mulai merasakan sesak napas terhimpit tubuh mereka. Tampaknya ini yang diinginkan mereka, saya bagaikan seekor pelanduk di antara dua gajah. Perlahan-lahan kenikmatan yang tidak terlukiskan menjalar disekujur tubuh saya. Perasaan tidak berdaya saat bermain seks ternyata mengakibatkan saya melambung di luar batas imajinasi saya sebelumnya. Saya keluar dengan deras dan tanpa henti. Orgasme saya datang dengan beruntun.

    Tetapi Roy tidak puas dengan posisi ini. Tidak lama saya kembali pada ‘dog style position’. Roy menyorongkan penisnya kebibir saya. Saya tidak mau membuka mulut. Tetapi Bari menarik rambut saya dari belakang dengan keras. Mulut saya terbuka mengaduh. Roy memanfaatkan kesempatan ini untuk memaksa saya mengulum penisnya.

    Kemudian mereka mulai menyerang tubuh saya dari dua arah. Dorongan dari arah yang satu akan menyebabkan penis pada tubuh mereka yang berada diarah lainnya semakin menghunjam. Saya hampir tersedak. Roy yang tampaknya mengerti kesulitan saya mengalah dan hanya diam saja. Bari yang mengatur segala gerakan.

    Tidak lama kemudian mereka keluar. Sesudah itu mereka berganti tempat. Permainan dilanjutkan. Saya sendiri sudah tidak dapat menghitung berapa banyak mengalami orgasme. Ketika mereka berhenti, saya merasa sangat lelah. Walupun dengan terhuyung-huyung, saya bangkit dari tempat tidur, mengenakan pakaian saya seadanya dan pergi ke kamar saya.
    Di kamar saya masuk ke dalam kamar mandi saya. Di sana saya mandi air panas sambil mengangis. Saya tidak tahu saya sudah terjerumus kedalam apa kini. Yang membuat saya benci kepada diri saya, walaupun saya merasa sedih, kesal, marah bercampur menjadi satu, namun setiap saya teringat kejadian itu, saya merasa basah pada selangkangan saya.

    Malam itu, saat saya menyiapkan makan malam, Roy tidak berbicara sepatah katapun. Bari sudah pulang. Saya juga tidak mau membicarakannya. Kami makan sambil berdiam diri.
    Sejak saat itu, Bari tidak pernah datang lagi. Saya sebenarnya malas bicara kepada Roy. Saya ingin menunjukkan kepadanya bahwa saya tidak suka dengan caranya menjebak saya. Tetapi bila ada suami saya saya memaksakan diri bertindak biasa. Saya takut suami saya curiga dan bertanya ada apa antara saya dan Roy.

    Hingga pada suatu kesempatan, Roy berbicara bahwa dia minta maaf dan sangat menyesali perbuatannya. Dikatakannya bahwa ‘threesome’ adalah salah satu imajinasinya selama ini. Saya mengatakan kenapa dia tidak melakukannya dengan pelacur. Kenapa harus menjebak saya. Dia bilang bahwa dia ingin melakukannya dengan ’someone special’.

    Saya tidak tahu harus ngomong apa. Hampir dua bulan saya melakukan mogok seks. Saya tidak peduli kepadanya. Saya membalas perbuatannya seperti saat saya pertama kali dipaksa untuk melakukan oral seks kepadanya.
    Selama dua bulan, ada saja yang diperbuatnya untuk menyenangkan saya. Hingga suatu waktu dia membawa makanan untuk makan malam. Saya tidak tahu apa yang ada dipikirannya. Hanya pada saat saya keluar, diatas meja sudah ada lilin. Saat saya duduk, dia mematikan sebahagian lampu sehingga ruangan menjadi setengah gelap.

    Itu adalah ‘candle light dinner’ saya yang pertama seumur hidup. Suami saya tidak pernah cukup romantis untuk melakukan ini dengan saya. Malam itu dia kembali minta maaf dan benar-benar mengajak saya berbicara dengan sungguh-sungguh. Saya tidak tahu harus bagaimana.

    Saya merasa saya tidak akan pernah memaafkannya atas penipuannya kepada saya. Hanya saja malam itu begitu indah sehingga saya pasrah ketika dia mengangkat saya ke kamar tidurnya.

  • Cerita Sex Saat Diriku Bercinta Dengan Cewek Majalah Dewasa

    Cerita Sex Saat Diriku Bercinta Dengan Cewek Majalah Dewasa


    760 views

    Perawanku – Cerita Sex Saat Diriku Bercinta Dengan Cewek Majalah Dewasa, Insiden itu terjadi sekitar tahun 2002, nama saya Agnes, wajtu usia saya baru berumur 20 tahun tapi aku sudah meninggalkan papah dan mamahku karena mereka berdua meninggal karena kecelakaan pesawat yang mereka alami. Setelah papah dan mamahku harus mati, saya tidak punya saudara yang harus saya hidup untuk menjadi mentor kehidupan berikutnya.

    Tapi setelah saya semalan berpikir tentang siapa aku harus mengeluh semua aku merasa, tiba-tiba aku teringat dengan seorang teman papah sangat akrab dengan keluarga dan tentu saja dengan saya, nama Pak John. Kembali ketika papahku masih hidup, mereka bekerja sama dengan satu sama lain dan pak sering maen John kerumahku sehingga yohanes paket dengan mamahku dan saya sangat akrab sekali.

    Setelah jumlah yohanes pak, saya langsung menelepon dia dan aku mengambil sebungkus John untuk bertemu dan membahas lebih lanjut nasibku. Dan setelah saya bertemu dengan yohanes pack dan mengatakan semua yang saya merasa Sir John menawarkan saya untuk tinggal di apartemennya dan ia berjanji untuk membayar sekolah saya sampai saya lulus. Dalam keadaan bingung, akhirnya saya menerima tawarannya. Aku pergi untuk tinggal di apartemennya, sendirian dengan dia.

    Beberapa bulan kemudian saya tinggal dengan dia, tiba-tiba satu malam, Sir John masuk ke kamar saya. Saat itu saya baru saja memasuki ruangan dan belum terkunci. Saya terkejut karena dia tidak mengetuk kamar saya pertama, dan pada saat itu aku hanya mengenakan polos kuning daster tipis. Dalam hal itu saya tidak mengenakan bra dan hanya mengenakan celana saja. Sesaat Mr. John tersentak pada saya, tapi ia terjebak dengan saya. Saya spontan memeluk bantal untuk menutupi dada saya.

    Mr John dan berkata kepada saya, “Agnes, silakan ayah, anak, istri Anda sudah lama meninggal, Ayah tidak dilayani. Kau tidak meminta segala macam. Ayah hanya meminta Agnes bersedia untuk melayani Anda.”

    Wajahnya berkaca-kaca dengan keringat di dahinya. Saya tidak tega melihatnya. Saya pikir dia tidak bersedia untuk membiayai sekolah saya. Selain itu, keperawanan saya hilang sejak aku masih kecil ketika ia jatuh dari sepeda.

    Mr John terus mencari dan menunggu jawaban saya, sementara saya tidak bisa mengatakan apa-apa. Kemudian Sir John menyambar saya bantal peluk untuk menutupi dada saya dan meletakkannya di tempat tidur. Lalu dia diam dan menatapku.

    Aku melihat diam, dia lalu berkata, “Jika Anak Agnes diam, Mr. Agnes rasa jawabannya ‘ya’.” Dia masih menatapku. Tiba-tiba ia meraih dan memeluk tubuh saya dan mengusap punggung saya. “Terima kasih, Nak.” Katanya sambil menatapku dengan hangat.

    Setelah itu ia mulai mencium kening dan pipi saya. Lalu menjulurkan lidah saat berciuman telinga dan bibir saya. Dibersihkan ciuman, lidahnya bermain liar di mulut saya, seperti yang dilakukan tambang. Tangannya telah memeluk punggung saya mulai turun membelai pantat dan meremas. Kemudian kepala ke leher saya, mencium dada masih tertutup daster kuning saya. Aku mulai terangsang. Terutama ketika mulutnya berhenti di puting saya hanya ditutupi dengan polos kuning tipis daster itu. Dia mengisap dan menggigit puting saya.

    “Uuh … aahh … Pak … Uh ..!” Aku tidak tahan lagi.

    Rasa dada kesemutan ini dimanipulasi seperti itu oleh Sir John. Saya spontan membuka empat tombol daster yang terletak di depan itu, dan melihat kedua bukit kembar saya gemuk, ukuran 36B dengan puting merah muda gelap menempel menantang untuk menghadapi Sir John. Ia langsung tergencet, gigitan kecil, kemudian memasukkannya ke dalam mulutnya. Ternyata mulut Pak Yohanes terlalu lebar, bukti dadaku bukit 36B masuk semua ke dalam mulutnya.

    “Aduuh … Pak, geli ah … enaa..gh ..!” Aku meraung keenakan.

    Mr John menurunkan daster terus ke bawah dan mencium datar perut saya sering sit-up itu. tangan kirinya bergerak untuk menurunkan daster, dan tangan kanannya membelai bokong dan paha saya yang halus. Daster turun setelah semua, tangan kirinya mengangkat kaki kanan saya dan lipat ke tempat tidur. Lalu ia berjongkok dan membuka tangan kirinya sebagian menutupi celana kain di kemaluan saya. Seketika itu segera melihat kemaluan bulu saya sedikit itu, sehingga dia tidak perlu repot-repot menjilati klitoris saya.

    Lihat Juga:  Beauty And Sexy japanese Girl Nammi Tanaka

    “Oohh … Sir … enaakkk ..!” Aku berkata, mencengkeram kepalanya.

    Aku tidak peduli lagi siapa dia. Mr John terus menjilati klitoris saya dan memasuki satu jari tangan kanannya ke dalam vagina, dan memindahkannya keluar. Aku benar-benar kenyamanan. pantat saya bergerak naik dan turun mengikuti gerakan jari. Tiba-tiba sesuatu meledak dalam diriku.

    “… Saya ingin keluarga Aaa..gh panas … ar ..!” Saya air kesenangan jari basah dan mulut. Dia inhalasi habis.

    Kemudian yang tak terduga, ia sebagian merobek kain celana saya yang menutupi kemaluan saya dan kemudian membuka celana dalamnya. Melihat senjata besar rambut ditumbuhi sangat tebal. Aku tidak tahan melihatnya.

    “Ooh … masuk, Pak, cepat Pak ..!” Aku berkata, mengelus kemaluan saya yang sudah basah.

    Ternyata Mr. John sudah tidak kuat. Dia segera menyodorkan penisnya ke dalam vagina saya.

    “Aaah … sakiit ..! Enaaggh ..!” Aku mulai merasakan sakit tapi sangat lezat di bawah itu.

    Mr John up dan drop off penisnya. Ternyata melakukan sambil berdiri enak juga. Kedua tangan meremas-remas kedua payudara saya. Tanganku tak mau kalah dan meremas-remas pantat. Segera saya mendapat orgasme kedua, dan segera dia baik. Akhirnya kami jatuh memeluk tertidur di tempat tidur. Hari berikutnya, kami melakukannya lagi di kamar mandi. Kita masing-masing orgasme dua kali. Setelah itu saya pergi ke sekolah dan ia pergi ke kantor.

    Sejak itu hidup saya telah berubah. Kami mencari layaknya suami istri di apartemen kami. Ternyata untuk orang seusianya, dia masih sangat kuat untuk melakukannya selama berjam-jam. Aku bahkan melarang memakai ketika dalam apartemen. Tapi aku selalu menggodanya hanya mengenakan sehelai kain di tubuh. Misalnya, hari ini saya hanya mengenakan bra saja, sedangkan bagian tubuh lainnya mengoda polos. Lalu aku duduk di depannya dengan selangkangan terbuka lebar, jadi saya menantang alat kelaminnya. Dia selalu tidak tahan dan diundang untuk bermain lagi.

    Hari berikutnya aku hanya mengenakan celana berwarna hitam dan bahan yang berlubang, berlubang, sehingga rambut kemaluan keluar dan klitoris merah muda juga terlihat ketika saya mengangkang, sementara payudara saya menggantung indah di dada. Jika demikian, maka dia memeluk dan membawa saya ke tempat tidur, mulutnya mengisap payudara dan tarik puting. Ini kami lakukan hampir setiap hari tampak seperti pengantin baru sampai saya lulus SMA. Tapi Sir John tidak pernah mati kekuatan untuk berhubungan seks dengan seorang gadis muda seperti saya, dan saya selalu membuat bahagia dengan itu.

    Suatu hari ketika saya baru saja selesai mandi, seperti biasa, aku keluar dari ruangan tanpa pakaian, dan sementara mengeringkan rambut masih basah, saya pergi ke dapur untuk minum. Tanpa saya sadari, ternyata ada dua teman Sir John yang berkunjung. Mereka berdua tampak terkejut melihat saya bulat telanjang itu. Begitu juga I. Tapi shock saya tidak saya menunjukkan dan saya langsung pergi ke dapur cepat.

    Di malam hari ketika tidur, Mr. John berkata kepada saya.

    “Agnes, tidak akan menjadi model ..?” Tangannya membelai puting saya.
    “Model ..? Model seperti di majalah itu ..?” Tanya saya.
    “Yah, tapi ini berbeda. Anda lihat, teman ayah saya yang memiliki itu berasal dari Singapura. Satu nama adalah Mr. Michel, yang lain adalah Sir Richard. Mr. Michel masyarakat Indonesia yang sebenarnya, tapi tinggal di Singapura. Dia adalah editor majalah, sementara Mr Richard adalah direktur. ”

    “Tujuannya adalah majalah Singapore ..?”
    “Nah jadi. Mereka berdua menjadi tertarik setelah melihat dan menawarkan sebagai model. Tapi Anda tidak perlu pergi ke Singapura. Anda hanya hidup di Indonesia, untuk studio foto di Indonesia.”

    Lihat Juga:  ONASIS SPA BALI

    “Tapi malu Agnes, Agnes telanjang di depan mereka.”
    “Em .., jadi Agnes tidak perlu malu, karena .. eh … majalah mereka majalah porno .. eh tapi itu terserah Agnes, mereka hanya ditawarkan untuk Agnes tertarik. Jika Agnes tidak ingin untuk itu, juga tidak apa-apa. ”

    Saya melihat. Mereka telah melihat tubuh saya dan mereka tertarik. Aku begitu bingung.

    “Honornya cukup besar Anda tahu, Sal. Bapak tidak akan bertanya mengapa. Jika nanti ingin Agnes, honorarium tetap untuk Agnes, karena Agnes bekerja. Jadi terserah Pak Agnes sendiri. Jika Anda ingin mencobanya.” Dia lanjutnya.
    Aku mulai tertarik.
    “Agnes harus datang di mana, Pak ..?” Dia tersenyum dan mengatakan alamatnya.

    Keesokan harinya saya datang ke studio foto. Tempat ini seperti rumah biasa, cukup besar untuk menutupi pagar tinggi rumah. Tersebut tidak kantor atau studio foto. Lalu aku pergi dan meminta keinginan resepsionist untuk bertemu dengan Mr. Richard. Seseorang mendorong saya ke kantor Mr. Richard. Mr Richard terseyum menyambut saya. Ternyata dia adalah seorang pemuda berusia 30-an. Tidak begitu tampan tapi di tubuhnya yang putih ditutupi dengan bulu tebal. Dilihat dari tangan dan daerah dada. Tapi senyumnya terlihat menarik.

    “Selamat siang, Agnes, silakan duduk ..!”
    Aku duduk di depan mejanya. Dia telah duduk.
    “Secara singkat, sehingga Anda tertarik ..?”
    “Ya pak.”
    “Jangan panggil aku Pak. Panggil aku kakak sendiri. Aku benar-benar berasal dari Indonesia juga. Semua orang yang disebut Bang Richard.” Aku tersenyum.

    “Oke, kita kembali ke topik semula. Berikut Agnes, menjadi model ada beberapa persyaratan. Pertama, kita harus mengedit tubuh Anda terlebih dahulu.”
    “Mengedit saya ..?”
    “Yah, kita harus tahu bagaimana tubuh Anda, apa. Kekurangannya akan ditutupi kekurangannya dan kekuatan, kelebihan akan disorot. Jadi nanti ketika difoto akan melakukannya dengan baik. Mengerti ..?”
    Aku mengangguk.
    “Sekarang buka seluruh pakaian Anda, saya akan menelepon editor kami, Michel Bang.” Dia keluar dari kantornya.

    Aku merasa canggung. Tapi akhirnya saya membuka baju satu persatu sampai hanya bra dan celana dalam. Tiba-tiba pergi dan Bang Bang Michel Richard.

    “Mengapa, benar-benar, pakaian dan bra-nya tidak dibuka ..? Tidak perlu malu. Tugas Anda tidak memerlukan pakaian kemudian. Saya pikir, Sir John sudah menjelaskan itu bukan ..?”

    Aku mengangguk seperti orang bodoh. Kemudian celana terbuka dan bra saya. Saya tidak perlu malu, namun mereka sudah melihat saya telanjang di apartemen Sir John.

    Setelah telanjang, aku berdiri menantang. Mereka melihat saya tanpa berkedip. Aku tahu ‘adek-adek’ mereka sudah berdiri melihat saya. Tiba-tiba aku merasa percaya diri. Ini adalah permainan yang menyenangkan. Selain itu, saya senang menggoda Sir John. Mengapa saya tidak bisa menggoda mereka juga? Saya kemudian menghapus klip rambut dan rambut terurailah saya yang sangat padat dan indah. Aku berdiri menggoda di depan mereka sambil bermain sedikit rambut saya di dalam mulut. Bang Michel mulai mendekati. Dia membelai tangan dan pipiku. Kemudian dia mengitari tubuh saya dan mengelus punggung dan pantat saya. Lalu tangannya mulai memegang saya 36B payudara dan puting mereka menempel ke depannya. Lalu ia berjongkok dan mengelus pahanya dan membuka selangkangan saya. Lalu ia berdiri lagi, tiba-tiba ia mencium leher saya.

    Tangannya meremas-remas kedua payudara saya. Aku mulai terangsang. Kemudian beralih ke tangan kirinya di antara kedua kaki saya sudah mulai basah itu dan berhenti klitoris. Dia membelai klitoris saya. tangan kanannya membelai anus saya.

    “Uuhh .. Eehh .. ahh ..!” Aku sengaja meratap, tanpa saya sadari telah ikutan Bang Richard menghisap puting dan puting saya tangan kanan memegang yang lain.
    Michel Bang tangan kiri dimasukkan ke dalam vagina saya dan pindah. Kami melakukan ini sambil berdiri sebagai pertama kalinya aku melakukannya dengan Sir John. Aku benar-benar terangsang.

    Lihat Juga:  Masih ABG Pembantuku Yang Binal

    Bang Michel mencium bibirku dan memainkan lidahnya di mulut saya. Erangan Aku terjebak di mulutnya. Kemudian Bang Michel berjongkok dan mencium lidah klitorisnya dan bermain di sana, tapi jari-jarinya masih bermain di vagina. Posisi itu digantikan oleh Bang Bang Michel Richard yang ciuman-lumat dan melumat bibirku. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu keluar. Meskipun saya erangan teredam oleh bibir Bang Richard, tapi mereka tahu bahwa orgasme pertama saya getaran tubuh saya.

    Kemudian Bang Michel membuka celananya, juga Bang Richard. Michel Bang Penis sangat besar dan hitam. Richard juga bang besar tapi putih. Masih berdiri, Bang Michel memasukkan penisnya ke dalam anus saya. Sangat menyakitkan. Aku mengerang kesakitan, tapi tiba-tiba Bang Richard memasukkan penisnya ke dalam vagina. Aku mengerang berubah menjadi makanan lezat. Mereka berdua bermain penis mereka keluar dari anus saya dan vagina. Rasanya baik sekali kacau dua orang sekaligus. permainan kami cukup lama.

    Aku mengalami orgasme tiga kali ketika mereka berdua orgasme untuk pertama kalinya. Akhirnya mereka menarik penis mereka dan melemparkan tubuh mereka di bangku sofa. Sementara aku bersenderan di dinding dan menutup matanya. Aku merasa lemah semua melayani dua orang sekaligus. Tiba-tiba Bang Richard diadakan bahu saya.

    “Terima kasih, Agnes ..!”

    Aku hampir marah untuk menyambut saya untuk melayani mereka berdua pertama. Tapi ketika diberi kesenangan yang baru saja saya terima, saya bisa menyimpan dendam.

    Kemudian hanya memakai bra, saya dibawa Bang Michel ke sebuah ruangan yang penuh dengan beberapa jenis bar in situ. Di dalamnya ada banyak wanita yang tidak memakai sama sekali. Ruangan itu ternyata menjadi satu dengan studio fotonya, sehingga model yang haus dapat langsung memesan minum di sana. Saya diberitahu untuk duduk di bangku bar yang tinggi dan diminta untuk mengisi formulir lembar dan lembar kerja sama. Kemudian Bang Michel meninggalkan saya sendirian di sana.

    Ketika saya mengisinya, seseorang mencubit saya dari belakang. Ketika saya berbalik, melihat seorang pemuda menatapku dan tersenyum. Tanpa basa-basi lagi, pemuda mendekatkan wajahnya ke vagina saya dan menjilat klitoris saya. Saya terkejut dan ingin menghindari. Tapi bar tinggi bangku yang membuat saya kesulitan saya menginjakkan kaki ke lantai, sehingga membuat selangkangan saya tanpa celana dalam terbuka lebar membuat saya kesulitan untuk turun. Pemuda itu masih menjilati selangkangan saya. vagina saya masih merasa kesemutan dalam serangan Bang Michel akhirnya basah lagi dan saya mulai merasa keenakan.

    Segera saya orgasme lagi di bar tempat duduk, sehingga kursi yang terbuat dari kulit yang menjadi basah dengan cairan yang saya kenikmatan.

    “Salam, Mbak. Saya Roy, model pria di sini. Mbak namanya?” Tanyanya kemudian.
    “Agnes” kataku lemah.
    “Nanti kita akan selalu bertemu, dan kita pasti akan melakukannya lagi.”

    Saya tidak bisa mengatakan apa-apa lagi dan mulai mengisi formulir lagi.

    Tidak lama Bang Michel datang dan mengambil bentuk yang saya isi itu. Dia menunjukkan kehormatan saya dan pekerjaan saya. Untuk pertama kalinya pada hari pertama yang saya difoto bugil di depan orang. Rupanya ini adalah pekerjaan baru saya. Menyenangkan pula, selama tidak hamil saja. Karena ketika difoto berpasangan, tidak jarang kami menyatukan alat kelamin kami, sehingga gambar yang lebih baik dan tidak terlihat kaku. “Model telanjang Virgin”

    Kadang-kadang saya juga bermain dengan atau Bang Bang Michel Richard atau keduanya. Tapi di rumah saya tetap menjadi ‘istri’ Sir John. Itu pengalaman saya. foto-foto saya ditampilkan dalam banyak majalah porno di Singapura, dan tentu saja tidak dijual bebas. Hanya kelompok tertentu yang menerimanya.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • CERITA SEX MEMELIHARA ISTRI

    CERITA SEX MEMELIHARA ISTRI


    1605 views

    Cerita Sex ini berjudulCERITA SEX MEMELIHARA ISTRICerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Kisah ini beraal dari persahabatan kami lakilaki pemburu barang antik. Kami bertempat bertemu karena punya hobby yang sama. Awalnya aku berkenalan dengan Iwan karena dia mengontakku di blog dan menawarkan tukar koleksi fotofoto lolita. Pada waktu itu aku getol berburu foto preteen di internet.

    Setelah agak ragu dan juga dibayangi rasa takut, akhirnya kami berkenalan. Dari situ aku saling bertukar situs dan saling berbagi hasil download. Tidak lam kemudian muncul lagi seorang pembaca blog ku yang menginginkan tukar koleksi. Sebut saja dengan nama yang dia perkenalkan sebagai Sigit.

    Kebetulan dia tinggal di daerah kawasan kota baru di wilayah BSD yang dekat dengan tempat tinggal Iwan. Iwan kuminta menemui Sigit.

    Setelah mereka bertemu akhirnya kami janjian bertemu bertiga di Jakarta. Iwan dan Sigit adalah keturunan Chinese sedang aku asli pribumi. Mereka berdua bekerja di perusahaan multinational dan punya kedudukan bagus. Sedang aku berwiraswasta .

    Dari sekedar kumpulkumpul ngobrol sehabis jam kerja, akhirnya berkembang berburu ABG. Iwan adalah penggiat pemburu ABG. Dia memiliki jaringan ABG khususnya ABG yang mau buka segel, alias jebolin perawan.

    Sekitar 3 kali aku diajak Iwan untuk buka segel. Dia selalu memberi kesempatan aku pertama kali menjebol, setelah jebol selanjutnya dia yang malancarkan dan melebarkan jalan. Iwan memberi kesempatan itu, karena dia mengaku sudah kenyang membuka segel. Seminggu dia bisa dapat tawaran dua kali, tetapi paling sedikit setiap minggu selalu ada tawaran.

    Aku tidak menyangka bahwa ternyata banyak sekali ABG yang bersedia buka segel. Mereka juga tidak mematok harga yang fantastis, tetapi menurutku malah murah. Bagaimana tidak ketika di korankoran atau berita online menyebutkan bahwa biaya mendapatkan perawan antara Rp 5 juta sampai 10 juta, ini kami dapatkan hanya sekitar 2 juta. Itu pun biasanya aku patungan dengan Iwan.

    Setelah 3 kali mendapat kesempatan aku mulai bosan serta anggaran juga makin menipis, karena sudah mulai mantab (makan tabungan). Iwan juga sudah sering menolak tawaran buka segel. Kami hanya mau menerima tawaran jika ABG yang akan buka segel itu maksimal berumur 15 tahun, sehingga kami mendapatkan rasa Lolita dan Virgin sekaligus.

    Anakanak yang kami dapatkan meski benarbenar masih perawan, tetapi wajahnyatidak cantik, atau cenderung biasa aja dan mereka adalah anakanak kampung, sehingga kulitnya juga tidak mulus putih. Istilah Iwan mereka anakanak bulug.

    Memang kalau dibandingkan pemandangan ABG yang berkeliaran di Plasenta (Plasa Senayan Tauk), kualitasnya jauh lah.

    Setelah berburu buka segel, permainan kami bertiga bekembang berburu ABG barang bagus. Siapa saja diantara kami yang menemukan lalu kami share. Sehingga sering kami bertiga menggarap seorang cewek atau kadangkadang 3 lawan 2.

    Hampir setiap bulan kami bermain, Aku beberapa kali absen, karena ada kesibukan lain. Iwan adalah yang paling piawai memburu mangsa, dia mengolah dari chating, atau dari berbagai milis di internet. Semakin lama bahan baku juga semakin bagus dan kami tetap menerapkan persyaratan bahwa komoditi harus maksimal 17 tahun.

    Penawaran membanjir, karena anakanak yang kami pakai kemudian menawarkan temannya, jadi kami kewalahan menerima mereka. Hampir setiap hari ada saja tawaran yang dikirim lengkap dengan fotonya. Di era kirim le gratis ini sangat menguntungkan bagi pemburu seperti kami ini.

    Suatu hari Iwan mengirim foto, 2 anak. Masingmasing foto setengah badan dan full. Dari penampakan di foto, kedua anak itu kualitasnya termasuk prima, putih bersih cantik, rambut lebat dan umurny masih sangat muda. Yang pertama 17 tahun dan yang kedua 15 tahun.

    Kedua mereka masih bersegel. Aku dan Iwan samasama kurang percaya dengan penampakan di foto, sehingga kami minta bertemu dulu sebelum melakukan eksekusi. Hari yang penting itu, Sigit tidak bisa meninggalkan meeting dengan bosnya, sehingga aku dan Iwan yang meeting dengan target.

    Aku sempat tidak percaya dengan pandangan mataku sendiri, karena kedua anak itu memang benarbenar prima mutunya. Kibus (Kaki Busuk=perantara) yang membawanya pernah kami garap ramerame, sehingga dia tahu betul apa yang kami inginkan.

    Selain kibus ada seorang yang usianya bisa disebut ibuibu. Dia memperkenalkan diri sebagai ibu dari kedua anak itu. Aku dan Iwan berpandangpandangan. Tentu saja aku maupun Iwan bingung,karena pertemuan ini akan membicarakan soal eksekusi buka segel. Tapi kalau ada ibunya bagaimana kami mau berbicara soal itu. Untuk mencairkan suasana kami pesan makanan dan minuman. Link Alternatif Depobos

    Pak emang bapak mau sama anak saya, Kalau mau bapak ambil saja pak, saya gak punya biaya untuk sekolahin dan sehariharinya biayanya juga berat, kata si Ibu yang memperkenalkan diri sebagai Mpok Titin.

    Kedua anak yang dibicarakan itu tertunduk malu. Yang besar namanya Vina dan yang kecil Devi. Kalau ditilik dari sosoknya mereka bedua tidak mungkin ras Indonesia asli, karena rambutnya rada kemerahmerahan, kulitnya putih dan hidungnya mancung.

    Ternyata Mpok Titin dulu pernah jadi pembantu orang Turki yang bertugas di Indonesia. Mungkin karena Mpok Titin punya tampang yang lumayan, maka si Turki menggarap pembantunya sampai menghasilkan 2 anak.

    Setelah masa kerjanya habis di Indonesia Titin ditinggal dengan diberi semacam pesangon. Namun sebanyakbanyaknya pesangon kalau tidak digunakan secara produktif akhirnya ludes juga. Mpok Titin mengaku sekarang hidupnya susah.

    Sebetulnya dia beberapa kali ingin kawin, teapi calon suaminya selalu lebih mengincar anaknya dari pada si Titin sendiri.

    Itulah pak saya gak beTitin punya suami, takut nanti anak saya yang dikerjain, kata Mpok Titin. Dari guratan wajahnya sebenarnya Titin memiliki dasar wajah yang lumayan bagus juga.

    Paling tidak hidungnya tidak pesek dan dagunya bentuknya bagus. Menurut pengakuannya dia hasil campuran perkawinan Jawa Madura, tetapi dilahirkan di Jakarta sampai sekarang tinggal tetap di Jakarta.

    Aku taksir umurnya sekitar 35 tahun, tetapi kata dia umurnya masih 32 tahun. Jadi pada waktu di garap si Turki dia masih sangat muda.

    Mpok maaf ya saya mau tanya, kenapa mau jual perawan anaknya duadua sekaligus dan malah minta saya mengadopsinya, tanya saya langsung saja blakblakan.

    Kelihatannya kalau aku pakai bahasa yang rada diplomatis dia gak nangkap.

    Saya pusing Pak, utang makin menumpuk, gak tau mau bayar pake apaan, saya sudah ngomong ke anakanak, kayaknya mereka gak masalah, mereka pengen sekolah, tapi saya gak punya biaya, mau kawin lagi, suami ngincernya anakanak saya aja, jadi ya saya takut punya laki, kata Titin blakblakan sambil ngunyah bakso.
    Emang mpok butuhnya berapa sih tiap bulan untuk hidup sama biaya sekolah anakanak. tanyaku iseng aja.
    Gak tau ya pak, berapa ya saya gak pernah ngitung, sejuta apa dua juta kali ya katanya.
    Lha ini anaknya mau dijual berapa perawannya, tanyaku langsung.
    Ya saya sih pengennya satu anak lima juta pak, katanya terus terang.

    Aku dan Iwan kembali saling liatliatan.

    Gini mpok sebentar ya saya mau rundingan dulu sama temen, kataku.

    Aku dan Iwan pindah ke meja lain dan merundingkan permintaan Mpok Titin.

    Mahal banget, kita yang biasanya dapat segelan seharga dua juta.

    Aku katakan kepada Iwan, sayang kalau makai kedua anak itu cuma sekali.

    Rasanya tawaran untuk mengadopsi mereka itu layak diterima. Biaya untuk kehidupan kedua anak itu, termasuk emaknya kuperhitungkan sekitar 5 atau 6 juta. Aku sih ngitungnya pakai dasar biaya kami cuci busi. Setiap bulan aku dan

    Iwan, juga Sigit ratarata menghabiskan biaya satu 3 sampai 4 juta. Jadi kalau kami bertiga menanggung kehidupan mereka bertiga juga rasanya gak berat.

    Emang emaknya mau dipake juga, kata Iwan.
    Kalau didandani bahannya bagus kok, kataku.

    Iwan mengontak Sigit dengan sebelumnya mengirim foto kedua anak itu.

    Tanpa banyak menyoal Sigit siap iuran dua juta sebulan, asal setiap saat dia bisa makai mereka. Aku dan Iwan juga akhirnya sepakat menganggarkan satu setengah sampai dua juta sebulan.

    Iwan dan aku akan mencoba menawar biaya buka segel per orang 2 500 ribu per orang dan bonusnya kehidupan mereka selanjutnya akan kami tanggung, tetapi harus komit bahwa mereka bertiga siap melayani kami yang juga bertiga.

    Kami kembali ke meja mereka. Aku membuka pembicaraan dengan langsung mengatakan bahwa Aku dan Iwan akan menanggung kehidupan mereka bertiga. Kami akan mengontrakkan tempat tinggal senilai Rp 15 20 juta dan memberi biaya hidup setiap bulan sekitar lima juta.

    Sekarang mereka yang saling liatliatan dan terlihat sekali air muka yang gembira.

    Ini bener oom, tanya Titin. Dia jadi lupa kalau tadi panggil Pak sekarang panggil Oom, mungkin sebentar lagi dia panggil boss.
    Tapi ada syaratnya, kataku.
    Syaratnya apa, tanya si Vina yang sulung.
    Syaratnya kalian bertiga mau jadi istri kami yang juga bertiga, kataku.
    Yang satu siapa lagi Oom tanya Devi yang bungsu.
    Ada satu temen lagi, sekarang gak bisa kesini, karena masih kerja, kataku.
    Gimana ya mak, tanya Vina yang dari air mukanya kelihatan dia mau.
    Tapi oom aku minta dibeliin HP yang keren yang bisa internetan, kata si kecil.
    Ah itu mah gampang lah, kataku.
    Jadi saya juga mau dikawinin Oom, tanya si Titin.
    Ya iya lah, jadi Mpok, Vina dan Devi jadi istri kami bertiga sekaligus, kataku.
    Kok aneh sih, saya gak ngerti maksudnya, jadi saya istrinya sapa, tanya si Titin.
    Mpok Titin nanti bakal nglayani kami bertiga, Vina juga gitu, Devi juga sama, kataku menjelaskan lebih rinci.
    O gitu, jadi saya ama anakanak nglayani si oom semua, kata Titin.
    Tadi mau kasi biaya berapa tiap bulan, tanya Titin.
    5 juta, gak termasuk kontrakan kataku.
    Banyak juga ya, saya sih maumau aja, gak tau nih anakanak, Lu gimana Vin lu Vi, tanya Titin ke anakanaknya.
    Saya sih mau aja asal bisa sekolah dan punya HP bagus, termasuk pulsanya ya Oom kata Devi.

    Sementara itu Vina menyerahkan keputusan kepada emaknya,

    Kalau Mak setuju, saya mah ikut aja, katanya.
    Emang kita mau dikontrakin di mana Oom, tanya Titin.
    Ya mpok sendiri yang cari terserah maunya dimana, asal kontraknya gak lebih dari 20 juta setahun dan cari yang lokasinya dimana tetangganya gak pada resek, kan nanti kami jadi enak kalau nginep segala, kataku.
    Banyak sih oom kalau segitu, tapi ya gak di pinggir jalan, kata si Titin.
    Terus ini jadi gak mau ambil perawan si Vina ama si Devi, kata Titin.
    Jadilah, tapi gak sekarang, dan kalau bisa jangan segitu dong, kan kita udah setuju biayai keluarga mpok, kata Iwan.
    Jadi maunya berapa dong, kata Titin.
    Satu anak dua setengah deh, kata Iwan.
    Gimana ya, menurut lu pada gimana, tanya Titin ke anakanaknya.
    Terserah emak kata Devi.
    Gini aja deh Oom, nanti mecahin perawannya gak usah di hotel, tapi di

    kontrakan aja, sayangsayang uangnya, mending uang hotel untuk saya aja, kata si Titin.

    Akhirnya kami deal dan sepakat mereka akan mencari tempat kontrakan dan kami nanti akan datang untuk melihat dan menilai apakah tempatnya cukup layak untuk kehidupan bebas kami nanti. Sebelum berpisah aku memberi tips mereka masihmasing lima ratus ribu termasuk si Kibus yang dari tadi bengong aja.

    Seminggu kemudian Titin menghubungi aku, katanya ada 3 tempat yang bisa dikontrak. Sore hari itu aku bersama Iwan dan Sigit meninjau lokasi. Setelah menjalani tempattempat yang akan dikontrak akhirnya disepakati satu rumah dengan 2 kamar yang baru selesai dibangun.

    Lokasinya kurang bagus, karena berada di gang buntu, tetapi dari jalan raya hanya ada rumah itu saja, sehingga tidak punya tetangga. Jalannya kurang memadai untuk parkir mobil, tetapi aku pikir aku tidak akan memarkir mobil di jalan itu, meski bisa, karena rawan juga kalau diparkir terlalu lama, Ojek banyak, taksi juga ada, ngapain bawa mobil.

    Lokasi tempat tinggal mereka meski di daerah yang rada padat, tetapi mudah aku jangkau dari kantorku, juga kantor si Iwan. Kalau Kantor Sigit agak jauh, karena kantornya di kawasan industri di Tambun.

    Persoalan berikutnya adalah mereka tidak memiliki apaapa kecuali pakaian dan tas. Lemari, tempat tidur, alat masak dan sebagainya semuanya nihil. Persoalan berikutnya adalah di rumah itu tidak ada AC, rasanya aku gak bakalan kuat bertempur di ruangan yang tanpa AC di tengah pengapnya udara di Jakarta ini.

    Aku perhitungkan biaya untuk mengisi rumah ini butuh sekitar 10 juta. Kalau di tanggung satu orang terlalu berat, kalau dibagi tiga lumayan ringan. Aku punya ide, karena kami bertiga samasama menginginkan buka segel si kecil Devi. Jadi sebaiknya di lelang saja. Siapa beTitin keluar duit 5 juta boleh merawani Devi, 4 juta si Vina , yang sejuta ya dapat emaknya. Biaya itu di luar biaya buka segel yang sudah disepakati dua juta setengah.

    Sigit langsung merebut opsi 5 juta dan Iwan mengalah mau yang 4 juta, aku harus terima sejuta dapat emaknya. Tapi aku punya rencana lain untuk menggarap emaknya.

    Akhirnya rumah lengkap dengan perabotan, dan kasur kami pilih spring bed ukuran gede untuk masingmasing kamar. Biaya pemasangan AC plus tambah daya kami tanggung bertiga. Rumah kontrakan mereka siap untuk menjadi tempat eksekusi, dan kami sepakat hari eksekusi adalah seminggu kemudian.

    Sebelum hari H aku mengontak si Titin, Aku ajak dia untuk aku vermak agar penampilannya jadi lebih segar dan menarik. Rambutnya dibenahi seluruh tubuhnya di benahi, sampai alis matanya ditato dan mukanya di totok agar kencang, termasuk mengecilkan pinggangnya dan mengempiskan perutnya.

    Pekerjaan itu menghabiskan waktu sekitar 4 hari Titin tampilannya sudah tidak cocok lagi dipanggil Titin, Dia lebih cocok dipanggil Grace atau Anneke, karena rambutnya sudah rada merah, mukanya bersih, teteknya agak mendongak, mukanya kenceng dan berpinggang sehingga pantatnya kelihatan makin semok. Aku menyenangi wanita yang pahanya gempal, karena biasanya cewek yang pahanya gempal, pantatnya juga montok.

    Setelah bodynya selesai dipugar, tinggal melengkapi dengan pakaian yang cocok. Aku membawanya ke toko busana dan habis hampir 5 juta untuk beberapa pakaian yang memberi tampilan anggung dan sexy. Dengan body dan pakaiannya sekarang, tidak ada yang bisa mengira bahwa dia dulu adalah buruh cuci dan lama bekerja sebagai pembantu.

    Pada hari H kami bertiga sepakat untuk menginap di rumah kontrakan si Titin sehingga kerja gak keburuburu. Jam 3 sore, pembantaian dimulai, Sigit masuk kamar dengan Devi, Iwan masuk kamar yang berbeda dengan Vina sedang aku dan Titin duduk di ruang tamu.

    Sofa di ruang tamu sengaja aku pilih yang bisa diubah menjadi tempat tidur. Untungnya hari itu cuaca hujan berkepanjangan jadi meski ruang tamu tidak pakai ac tetapi cukup sejuk. Aku memulai mencumbu Titin yang rupanya sudah dia harapkan.

    Sumpah, sebenarnya gua pengennya sama si oom, eh kok terkabul ya, kat si Titin.

    Mendengar reaksi itu kau langsung menentukan posisi dengan mengatakan, aku pengin di service abisabisan, jadi aku akan diam saja dan mengikuti permainan si mpok, kataku.

    Siapa takut, katanya. Dia mulai dengan menelanjangi dirinya.

    Bodynya meski tidak terlalu putih, tetapi bentuknya lumayan oke, teteknya masih tegak menantang, perutnya tidak buncit dan pantatnya semok banget. Kami tanpa khawatir telanjang berdua di ruang tamu yang sudah tertutup rapat sehingga tidak akan terlihat dari luar.

    Namun jika ada yang keluar kamar pasti akan melihat keadaan kami. Aku tidak peduli, karena aku biasa main bertiga dengan kawanku, dan Mpok Titin juga tidak takut terlihat anaknya, karena kata dia mereka juga samasama ngentot.

    Aku berbaring telentang dan sekujur tubuhku diciumi dan pentilku dijilatin lalu penisku di sedot dan kantong menyannya dijilati sampai dilomotlomot. Rangsangan yang dimainkan si Titin ini memang luar biasa, mungkin berkat didikan si Turky dulu yang pasti dia jagoan ngentot.

    Olahan mulutnya dan hisapan di kontolku membuat pertahananku jebol sebelum menikam memeknya. Kami berbaring berdampingan dalam keadaan tetap bugil. Tidak lama kemudian Sigit keluar dengan tetap telanjang sementara si Devi menutup tubuhnya dengan handuk berlari ke kamar mandi.

    Sigit duduk di sofa dekat kami berbaring. Rupanya dia tertarik melihat kemontokan si Titin dia duduk dekat Titin dan tangannya mulai beroperasi meremasremas dada montok si Titin. Titin tidak tinggal diam, dia juga meremas kontol Sigit yang masih loyo.

    Kelihatannya Sigit terangsang di kerjai siTitin, kontolnya pelanpelan bangun. Sedang mereka asyik si Iwan keluar juga dalam keadaan bugil sementara si Vina berkemben handuk masuk ke kamar mandi yang di sana masih ada Devi.

    Melihat percumbuan Titin dan Sigit, Iwan tertarik, mendekat dan langsung menyodorkan kontolnya. Tanpa ragu Titin mengulum kontol si Iwan. Iwan nyengirnyengir nikmat, Kontolnya pun pelanpelan bangun lagi. Mereka bertiga mengatur posisi, Sigit telentang dibawah dan memasukkan senjatanya ke memek Titin dan Iwan melepas kontolnya dari kuluman Titin dan melumuri batangnya yang sudah tegak keras dengan jelly pelicin.

    Aku menyingkir dan menonton mereka. Iwan berusaha melesakkan penisnya ke anus perlahan lahan sampai akhirnya berhasil masuk semua. Titin yang mendapat serangan dua batang keras mengerangerang nikmat. Mungkin akibat erangan itu Sigit dan Iwan makin semangat memompa.

    Kegaduhan di ruang tamu memancing keingintahuan Vina dan Devi.

    Ih emak diperkosa, kata Devi.

    Mereka masih mengenakan kemben handuk. Aku jejer 3 kursi makan untuk kami duduki menonton adegan life show. Mereka aku ajak duduk menonton emaknya dikerjai temanku, Tapi keduanya kuminta ikut telanjang pula.

    Aku duduk ditengah, Devi di kiri dan Vina di kanan. Body mereka masih kencang tetek Vina sudah cukup besar berkembang sedang Devi masih dalam tahap pertumbuhan. Jembut Vina sudah lumayan rimbun, sementara Devi masih merangas alias rada gundul.

    Sambil menonton aku meremasi tetek mereka kiri dan kanan, kedua tetek mereka terasa masih sangat kenyal dan putingnya masih kecil. Kedua tangan mereka aku arahkan meremas kontolku. Mulanya Vina yang meremas lalu gantian Devi. Mereka belum bisa luwes meremas penisku, sehingga kadangkadang terasa agak sakit.

    Diperlakukan begitu, perlahanlahan penisku bangun juga. Sementara itu tontonan kami masih on dan makin seru. Tapi lamalama membosankan sehingga kedua anak itu aku giring masuk ke salah satu kamar.

    Di kamar itu aku mencumbui mereka berdua dengan menciumi teteknya dan mengobel memeknya bergantian. Akhirnya aku mengoral si Vina dan rasany dia juga agak terangsang, karena memeknya terasa berlendir.

    Vina menggelinjanggelinjang menerima serangan lidahku. Sekitar 10 menit aku garap dia menjerit keenakan karena mencapai orgasme. Aku lalu beralih ke Devi yang sudah standby. Dia mulanya mengeluh geli tetapi aku paksa terus lamalama dia mulai bisa tahan gelinya malah berubah jadi lenguhan nikmat.

    Leherku jadi pegal juga karena si Devi lebih lama mencapai orgasme dibanding kakaknya. Dia juga menjerit ketika kenikmatan itu melanda dirinya. Penisku yang sudah keras sempurna lalu aku arahkan memasuki lubang kecil yang baru diperawani si Sigit.

    Aku memerlukan bantuan pelicin Jelly untuk memudahkan memasukkan batang penisku. Secara perlahanlahan penisku ambles ke dalam memek Devi. Rasanya masih cukup sempit dan mencekam. Aku genjot perlahanlahan, Devi nyengirnyegir merasakan memeknya masih agak perih.

    Sekitar 10 menitan aku memompa di atas Devi tetapi, tidak terlihat tandatanda dia mencapai orgasme akhirnya ku pindah ke memek Vina yang sudah siap. Juga dengan bantuan Jelly akhirnya aku bisa menikam memeknya yang juga masih sempit.

    Aku memuaskan diri menggenjot memek sempit Vina sampai aku ejakulasi dan kutumpahkan di luar. Takut ah nanti bunting pula, panjang urusannya.

    Sejenak aku terkapar diantara kedua tubuh bugil abg yang cantikcantik. Biasanya pikiran waras akan muncul setelah kita mengalami ejakulasi. Dalam pikiranku, rasanya tidak menyesal mengeluarkan biaya begitu banyak untuk mendapatkan apa yang baru saja aku rasakan.

    Setelah tubuh agak pulih kekuatannya aku bangkit ingin meninjau kejadian di ruang tamu. Kedua pemegang saham juga sedang terkapar, bahkan keduanya tertidur. Kelihatannya pertempuran mereka melawan si Titin sangat menguras tenaga dan kenikmatan.

    Melihat aku keluar dari kamar, Titin bangkit menghampiriku dan menggandengku untuk samasama membersihkan diri. Dia sempat memanggil kedua anaknya di kamar untuk bersamasama ke kamar mandi membersihkan bekas pertempuran dan sisa keringat yang mengering.

    Kami berempat saling menyabuni dan menggosok badan dengan spons dan sabun sampai terasa bersih betul. Setelah mengeringkan badan dengan berbalut handuk masingmasing kami berempat masuk ke kamar utama, yang agak lebih lega. Disitu kami mengobrol sambil menggoda kedua remaja yang baru membuka segelnya. Keduanya mengeluhkan memeknya masih terasa perih.

    Aku katakan kepada Titin bahwa diantara kita yang berada di rumah ini sudah tidak ada lagi yang ditutupi, sehingga tidak perlu malu, meskipun telanjang di depan 3 lakilaki . Aku minta mereka berbugil saja selama di rumah jika ada aku dan kedua temanku. Dengan begitu suasananya terasa menyenangkan dan lebih akrab. Aku ingatkan bahwa diantara kita semua jangan sampai ada yang cemburu dan iri, karena semua mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

    Titin kuakui sangat mahir bermain sex. Meski pun agak janggal tetapi aku meminta dia mengajari anaknya agar punya ketrampilan se tingkat Titin. Aku sudah membayangkan dilayani dua perempuan muda dengan kemampuan service yang prima. Bagi ku kenikmatan sex bukan hanya sekedar ejakulasi, tetapi proses keintiman dan reaksi pasangan memberi kepuasan sendiri.

    Sejak aku mempunyai piaraan, tidak pernah lagi jajan kemanamana. Bahkan ketika sedang berada di luar kota aku menahan hasrat sebisa mungkin dan kemudian melampiaskan kepada piaraan ku.

    Ketrampilan Vina dan Devi sudah cukup baik, sehingga permainan mereka sudah sejajar dengan ibunya. Aku merasa menjadi Raja Minyak ketika sedang merasakan service dari Rina dan 2 anaknya. Iwan dan Sigit pun jadi sering melampiaskan berbagai fantasi sexnya.

    kisah ini agak kurang memberi gambaran mengenai permainan sex dengan narasinya, tetapi lebih mengutamakan proses dan kesempatan yang muncul yang kemudian diolah menjadi kenikmatan.

    Kisah ini adalah fakta dan ada di sekitar kita, Jika anda merasa hal ini mustahil, mungkin anda belum mengenal benar lingkungannya. Apa yang anda lihat belum tentu adalah keadaan sebenarnya. Gunung jika dilihat dari jauh warnanya biru, tetapi sessungguhnya adalah tidak ada warna biru di seluruh gunung.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Aku Di Perkosa Guru BP Ku

    Cerita Sex Aku Di Perkosa Guru BP Ku


    972 views

    Perawanku – Cerita Sex Aku Di Perkosa Guru BP Ku, Sebut saja namaku Fitri (bukan yang sebenarnya), waktu itu aku masih sekolah di sebuah SMA swasta, Penampilanku bisa dibilang lumayan, kulit yang putih kekuningan, bentuk tubuh yang langsing tetapi padat berisi, kaki yang langsing dari paha sampai tungkai, bibir yang cukup sensual, rambut hitam lebat terurai dan wajah yang oval. Payudara dan pantatkupun mempunyai bentuk yang bisa dibilang lumayan.

    Dalam bergaul aku cukup ramah sehingga tidak mengherankan bila di sekolah aku mempunyai banyak teman baik anak-anak kelas II sendiri atau kelas I, aku sendiri waktu itu masih kelas II. Laki-laki dan perempuan semua senang bergaul denganku. Di kelaspun aku termasuk salah satu murid yang mempunyai kepandaian cukup baik, ranking 6 dari 10 murid terbaik saat kenaikan dari kelas I ke kelas II.

    Karena kepandaianku bergaul dan pandai berteman tidak jarang pula para guru senang padaku dalam arti kata bisa diajak berdiskusi soal pelajaran dan pengetahuan umum yang lain. Salah satu guru yang aku sukai adalah bapak guru bahasa Inggris, orangnya ganteng dengan bekas cukuran brewok yang aduhai di sekeliling wajahnya, cukup tinggi (agak lebih tinggi sedikit dari pada aku) dan ramping tetapi cukup kekar. Dia memang masih bujangan dan yang aku dengar-dengar usianya baru 27 tahun, termasuk masih bujangan yang sangat ting-ting untuk ukuran zaman sekarang.

    Suatu hari setelah selesai pelajaran olah raga (volley ball merupakan favoritku) aku duduk-duduk istirahat di kantin bersama teman-temanku yang lain, termasuk cowok-cowoknya, sembari minum es sirup dan makan makanan kecil. Kita yang cewek-cewek masih menggunakan pakaian olah raga yaitu baju kaos dan celana pendek. Memang di situ cewek-ceweknya terlihat seksi karena kelihatan pahanya termasuk pahaku yang cukup indah dan putih.

    Tiba-tiba muncul bapak guru bahasa Inggris tersebut, sebut saja namanya Tyo (bukan sebenarnya) dan kita semua bilang, “Selamat pagi Paa..aak”, dan dia membalas sembari tersenyum.

    “Ya, pagi semua. Wah, kalian capek ya, habis main volley”.

    Aku menjawab, “Iya nih Pak, lagi kepanasan. Selesai ngajar, ya Pak”. “Iya, nanti jam setengah dua belas saya ngajar lagi, sekarang mau ngaso dulu”.

    Aku dan teman-teman mengajak, “Di sini aja Pak, kita ngobrol-ngobrol”, dia setuju.

    “OK, boleh-boleh aja kalau kalian tidak keberatan”!

    Aku dan teman-teman bilang, “Tidak, Pak.”, lalu aku menimpali lagi, “Sekali-sekali, donk, Pak kita dijajanin”, lalu teman-teman yang lain, “Naa..aa, betuu..uul. Setujuu..”.

    Ketika Pak Tyo mengambil posisi untuk duduk langsung aku mendekat karena memang aku senang akan kegantengannya dan kontan teman-teman ngatain aku.

    “Alaa.., Fitri, langsung deh, deket-deket, jangan mau Pak”.

    Pak Tyo menjawab, “Ah! Ya, ndak apa-apa”.

    Kemudian sengaja aku menggoda sedikit pandangannya dengan menaikkan salah satu kakiku seolah akan membetulkan sepatu olah ragaku dan karena masih menggunakan celana pendek, jelas terlihat keindahan pahaku. Tampak Pak Tyo tersenyum dan aku berpura-pura minta maaf.

    “Sorry, ya Pak”.

    Dia menjawab, “That’s OK”. Di dalam hati aku tertawa karena sudah bisa mempengaruhi pandangan Pak Tyo.

    Di suatu hari Minggu aku berniat pergi ke rumah Pak Tyo dan pamit kepada Mama dan Papa untuk main ke rumah teman dan pulang agak sore dengan alasan mau mengerjakan PR bersama-sama. Secara kebetulan pula Mama dan papaku mengizinkan begitu saja. Hari ini memang hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Ketika tiba di rumah Pak Tyo, dia baru selesai mandi dan kaget melihat kedatanganku.

    “Eeeh, kamu Et. Tumben, ada apa, kok datang sendirian?”.

    Aku menjawab, “Ah, nggak iseng aja. Sekedar mau tahu aja rumah bapak”.

    Lalu dia mengajak masuk ke dalam, “Ooo, begitu. Ayolah masuk. Maaf rumah saya kecil begini. Tunggu, ya, saya paké baju dulu”. Memang tampak Pak Tyo hanya mengenakan handuk saja. Tak lama kemudian dia keluar dan bertanya sekali lagi tentang keperluanku. Aku sekedar menjelaskan, “Cuma mau tanya pelajaran, Pak. Kok sepi banget Pak, rumahnya”.

    Dia tersenyum, “Saya kost di sini. Sendirian.”

    Selanjutnya kita berdua diskusi soal bahasa Inggris sampai tiba waktu makan siang dan Pak Tyo tanya, “Udah laper, Et?”.

    Aku jawab, “Lumayan, Pak”.

    Lalu dia berdiri dari duduknya, “Kamu tunggu sebentar ya, di rumah. Saya mau ke warung di ujung jalan situ. Mau beli nasi goreng. Kamu mau kan?”.

    Langsung kujawab, “Ok-ok aja, Pak.”.

    Sewaktu Pak Tyo pergi, aku di rumahnya sendirian dan aku jalan-jalan sampai ke ruang makan dan dapurnya. Karena bujangan, dapurnya hanya terisi seadanya saja. Tetapi tanpa disengaja aku melihat kamar Pak Tyo pintunya terbuka dan aku masuk saja ke dalam. Kulihat koleksi bacaan berbahasa Inggris di rak dan meja tulisnya, dari mulai majalah sampai buku, hampir semuanya dari luar negeri dan ternyata ada majalah porno dari luar negeri dan langsung kubuka-buka. Aduh! Gambar-gambarnya bukan main. Cowok dan cewek yang sedang bersetubuh dengan berbagai posisi dan entah kenapa yang paling menarik bagiku adalah gambar di mana cowok dengan asyiknya menjilati vagina cewek dan cewek sedang mengisap penis cowok yang besar, panjang dan kekar.

    Tidak disangka-sangka suara Pak Tyo tiba-tiba terdengar di belakangku, “Lho!! Ngapain di situ, Et. Ayo kita makan, nanti keburu dingin nasinya”.

    Astaga! Betapa kagetnya aku sembari menoleh ke arahnya tetapi tampak wajahnya biasa-biasa saja. Majalah segera kulemparkan ke atas tempat tidurnya dan aku segera keluar dengan berkata tergagap-gagap, “Ti..ti..tidak, eh, eng..ggak ngapa-ngapain, kok, Pak. Maa..aa..aaf, ya, Pak”.

    Pak Tyo hanya tersenyum saja, “Ya. Udah tidak apa-apa. Kamar saya berantakan. tidak baik untuk dilihat-lihat. Kita makan aja, yuk”.

    Syukurlah Pak Tyo tidak marah dan membentak, hatiku serasa tenang kembali tetapi rasa malu belum bisa hilang dengan segera.

    Pada saat makan aku bertanya, “Koleksi bacaannya banyak banget Pak. Emang sempat dibaca semua, ya Pak?”.

    Dia menjawab sambil memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya, “Yaa..aah, belum semua. Lumayan buat iseng-iseng”.

    Lalu aku memancing, “Kok, tadi ada yang begituan”.

    Dia bertanya lagi, “Yang begituan yang mana”.

    Aku bertanya dengan agak malu dan tersenyum, “Emm.., Ya, yang begituan, tuh. Emm.., Majalah jorok”.

    Kemudian dia tertawa, “Oh, yang itu, toh. Itu dulu oleh-oleh dari teman saya waktu dia ke Eropa”.

    Selesai makan kita ke ruang depan lagi dan kebetulan sekali Pak Tyo menawarkan aku untuk melihat-lihat koleksi bacaannya.

    Lalu dia menawarkan diri, “Kalau kamu serius, kita ke kamar, yuk”.

    Akupun langsung beranjak ke sana. Aku segera ke kamarnya dan kuambil lagi majalah porno yang tergeletak di atas tempat tidurnya.

    Begitu tiba di dalam kamar, Pak Tyo bertanya lagi, “Betul kamu tidak malu?”, aku hanya menggelengkan kepala saja. Mulai saat itu juga Pak Tyo dengan santai membuka celana jeans-nya dan terlihat olehku sesuatu yang besar di dalamnya, kemudian dia menindihkan dadanya dan terus semakin kuat sehingga menyentuh vaginaku. Aku ingin merintih tetapi kutahan.

    Cerita Sex Aku Di Perkosa Guru BP Ku

    Cerita Sex Aku Di Perkosa Guru BP Ku

    Pak Tyo bertanya lagi, “Sakit, Et”. Aku hanya menggeleng, entah kenapa sejak itu aku mulai pasrah dan mulutku pun terkunci sama sekali. Semakin lama jilatan Pak Tyo semakin berani dan menggila. Rupanya dia sudah betul-betul terbius nafsu dan tidak ingat lagi akan kehormatannya sebagai Seorang Guru. Aku hanya bisa mendesah”, aa.., aahh, Hemm.., uu.., uuh”.

    Akhirnya aku lemas dan kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Pak Tyo pun naik dan bertanya.

    “Enak, Et?”

    “Lumayan, Pak”.

    Tanpa bertanya lagi langsung Pak Tyo mencium mulutku dengan ganasnya, begitupun aku melayaninya dengan nafsu sembari salah satu tanganku mengelus-elus penis yang perkasa itu. Terasa keras sekali dan rupanya sudah berdiri sempurna. Mulutnya mulai mengulum kedua puting payudaraku. Praktis kami berdua sudah tidak berbicara lagi, semuanya sudah mutlak terbius nafsu birahi yang buta. Pak Tyo berhenti merangsangku dan mengambil majalah porno yang masih tergeletak di atas tempat tidur dan bertanya kepadaku sembari salah satu tangannya menunjuk gambar cowok memasukkan penisnya ke dalam vagina seorang cewek yang tampak pasrah di bawahnya.

    “Boleh saya seperti ini, Et?”.

    Aku tidak menjawab dan hanya mengedipkan kedua mataku perlahan. Mungkin Pak Tyo menganggap aku setuju dan langsung dia mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar dan duduk di hadapan vaginaku. Tangan kirinya berusaha membuka belahan vaginaku yang rapat, sedangkan tangan kanannya menggenggam penisnya dan mengarahkan ke vaginaku.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Ketika Duda Dan Janda Bertemu Dalam Nafsu

    Cerita Sex Ketika Duda Dan Janda Bertemu Dalam Nafsu


    854 views

    Perawanku – Cerita Sex Ketika Duda Dan Janda Bertemu Dalam Nafsu, Tak pernah sekalipun terlintas dalam pikiranku kalau akhirnya aku harus menjadi seorang duda. Bagiku kehidupan perkawinan yang kulalui selama ini didasarkan atas rasa cinta. Aku mencintai istriku, begitu pula ia juga mencintaiku. Tapi ternyata cinta saja tak cukup untuk membina sebuah rumah tangga yang bahagia.

    Menginjak tahun ketiga usia perkawinanku, keutuhan rumah tanggaku mulai goyah. Apalagi sejak kelahiran anak kami yang kedua yang hanya berselang setahun dengan anak kami yang pertama. Aku memang sepakat dengan istriku untuk berproduksi secepatnya dan akan sedikit repot di awal-awal tahun perkawinan untuk membesarkan anak-anak dan setelah itu kami baru akan konsentrasi untuk karir, cari uang dan tujuan hidup yang lainnya.

    Namun rupanya rencana tak berjalan seperti yang kami harapkan. Istriku terpaksa harus keluar dari kantornya yang bangkrut akibat krismon. Padahal kelahiran anak keduaku bagaimanapun cukup menambah pengeluaran kami. Sehingga aku terpaksa bekerja lebih keras, meskipun saat itu aku sudah menjadi wakil manajer di perusahaanku. Aku mulai kembali mengajar di beberapa perguruan dan akademi swasta, seperti yang pernah kulakukan pada saat belum berkeluarga dulu. Di sinilah masalah keluarga mulai muncul. Beberapa bulan menganggur, istriku mulai uring-uringan dan kelihatan tertekan. Sementara aku harus sering pulang larut malam, karena aku tidak hanya sibuk mengajar, tetapi juga mulai aktif dipanggil sebagai pembicara di beberapa pertemuan-pertemuan bisnis.

    Kondisi seperti itu berlangsung hampir satu tahun. Entah sudah berapa puluh kali aku bertengkar dengan istriku. Dari masalah yang sepele hingga masalah yang berkaitan dengan urusan ranjang. Istriku kurasakan mulai dingin dan tak jarang menolak bila kuajak berhubungan intim. Sikapnya juga mulai aneh. Beberapa kali aku menemui rumah dalam keadaan kosong karena istriku pergi dan menginap di rumah orang tuanya bersama anak-anakku. Kadang ia berada di sana selama satu minggu, meskipun aku sudah menyusulnya dan mengajaknya untuk pulang.

    Singkat cerita, setelah kurang lebih satu setengah tahun kondisi seperti itu berlangsung terus menerus, istriku akhirnya meminta cerai. Aku kaget dan tak pernah menduga ia akan melakukan itu padaku. Sulit bagiku untuk membujuk dan mengajaknya bicara secara baik-baik. Bahkan kedua orang tua kami sampai ikut campur mendamaikan. Akhirnya dengan berat hati aku harus berpisah dengan istri dan kedua anakku. Pupuslah sudah angan-anganku membentuk Keluarga yang Bahagia. Ada tiga bulan aku seperti orang linglung menghadapi cobaan itu. Aku stres berat. Bahkan sempat hampir masuk rumah sakit.

    Aku mendapatkan hak untuk menempati rumah kami. Tapi anak-anak ikut istriku yang kini tinggal dengan orang tuanya. Sesekali aku menemui mereka, karena anak-anakku masih kecil dan tetap perlu figur seorang ayah.

    Kurang lebih setahun setelah perceraianku, aku mulai menjalin hubungan lagi dengan seorang wanita. Maryati namanya, seorang janda tanpa anak. Perkenalan kami terjadi sewaktu aku terlibat dalam sebuah kepanitiaan temu bisnis yang diadakan sebuah perusahaan terkemuka di ibu kota. Pertemuan demi pertemuan dan pembicaraan-pembicaraan di telepon akhirnya berkembang menjadi acara kencan bagi kami berdua.

    Rasa kesepian yang selama ini kualami seperti mendapat obatnya. Maryati memang seorang yang wanita yang menarik dan menyenangkan bagi siapa pun laki-laki yang mengenal dia. Entah kenapa ia memilihku. Mungkin kami sama-sama berstatus cerai. Tapi ternyata ia punya alasan lain. Menurutnya ia menyukaiku karena aku orangnya kalem tapi terlihat matang, dan menurutnya lagi, wajahku ganteng dan ia suka dengan laki-laki yang berkumis sepertiku. Komentar yang terakhir itu hampir sama dengan yang pernah disampaikan oleh mantan istriku waktu kami pacaran dulu.

    Sebagai laki-laki normal, terus terang di samping tertarik pada personalitasnya, aku juga tertarik secara seksual dengan Dik Mar (demikian aku biasa memanggil Maryati, sementara ia biasa memanggilku Mas Is, kependekan dari namaku, Iskandar). Selama menduda, kehidupan seksualku memang cukup menjadi suatu masalah bagiku. Karena aku bukan tipe yang bisa main dengan sembarang orang, karena aku takut dengan berbagai risiko yang nanti bisa menimpaku. Meskipun kuakui sekali dua kali aku terpaksa melacur. Tapi jarang sekali aku melakukannya dan bisa dihitung dengan jari. Itu pun kulakukan dengan penuh perhitungan dan hati-hati. Terus terang selama ini aku lebih banyak menyalurkan hasrat seksualku dengan cara onani sambil lihat BF atau majalah porno yang kumiliki.

    Maka ketika aku mengenal Maryati, dan semakin mengenalnya lebih jauh lagi, serta merasa yakin dengan siapa aku menjalin hubungan, aku tak sungkan-sungkan lagi menyatakan kesukaanku padanya. Statusnya yang janda secara psikologis membuatku lebih berani untuk berbicara dan bersikap lebih terbuka dalam beberapa hal yang sensitif, termasuk masalah seks. Dan seperti sudah kuduga semula, Maryati meresponku dengan baik.

    Kami pertama kali melakukan hubungan intim di sebuah hotel di daerah Puncak. Aku yang mengajaknya. Meskipun semula ia menolak ajakanku dengan halus, tapi akhirnya aku berhasil mengajaknya bermalam di Puncak.

    Pagi itu kami berangkat dari Jakarta sekitar jam 9 pagi. Selama perjalanan kami mengobrol dan bercanda tentang berbagai hal, bahkan kadang-kadang menyerempet ke masalah-masalah yang intim, karena kami sadar bahwa kepergian kami ke Puncak memang untuk itu. Begitu tiba di dalam kamar hotel, tubuh Maryati langsung kudekap dan kuciumi ia dengan mesra. Ia membalasku dengan ciuman yang tak kalah hangatnya. Cukup lama kami berciuman dalam posisi berdiri. Senjataku pun sudah lama berdiri sejak mulai masuk lobby hotel tadi, karena terus membayangkan kejadian yang bakal terjadi.

    Dadaku terasa berdegup keras sekali. Kurasakan pula debaran jantung Maryati pada tanganku yang merayap-rayap di sekitar dadanya. Memang baru pertama kali inilah kami berbuat agak jauh. Bahkan bisa dipastikan kami akan lebih jauh lagi.

    Selama ini kami hanya sebatas berciuman. Itupun baru kami lakukan sebanyak dua kali dan dalam suasana yang tidak mendukung. Yang pertama terjadi di gedung bioskop dan yang kedua waktu aku mampir ke kantornya dan sempat masuk ke ruang kerjanya. Sehingga pada kedua kesempatan itu kami tak leluasa untuk saling menjamah.

    Tapi kali ini, kami bisa saling menyentuh, meremas dan melakukan apa saja dengan bebasnya. Tanganku berulang-ulang meremas gemas bongkahan pantatnya, karena bagian tubuhnya itulah yang selama ini paling kusukai tapi paling sulit kujamah. Sedangkan ia asyik menelusuri dadaku dan mengusap-usap bulu yang tumbuh lebat di sana. Barangkali bagian tubuhku itulah yang selama ini disukainya tapi sulit disentuhnya. Dia memang pernah mengomentari tentang bulu dadaku yang memang bisa terlihat jelas bila aku memakai kemeja biasa.

    Siang itu kami akhirnya melakukan sesuatu yang sudah lama kami pendam. Terus terang kami melakukannya dengan terburu-buru dan cepat. Bahkan pakaian tak sempat kami buka semua. Maryati masih mengenakan rok dan blusnya. Hanya saja blusnya sudah terbuka, demikian pula dengan BH-nya, sudah terkuak dan menonjolkan isinya yang bulat padat itu. Sementara rok hitamnya sudah kutarik ke atas pinggangnya dan celana dalamnya sudah kulepas sejak dari tadi. Aku sendiri masih berpakaian lengkap, hanya beberapa kancing bajuku sudah terlepas bahkan ada yang copot direnggut oleh tangan Maryati. Sedangkan celana jeans dan celana dalamku tak sempat lagi kulepas, hanya ikat pinggang dan ritsluitingnya saja yang kubuka. Sehingga batang kemaluanku bisa langsung kujulurkan begitu saja dari celana dalamku yang juga tak sempat kulepas.

    Segera Maryati kutelentangkan di atas ranjang dan aku langsung melakukan penetrasi. Tanpa ba bi Bu lagi aku segera tancap gas. Menusuk sedalam-dalamnya dan mulai menggenjotnya.

    Kami berdua seperti balas dendam. Segera ingin mencapai puncak. Suara erangan dan lenguhan terdengar bersahutan dengan nafas kami yang saling memburu. Kami benar-benar bermain agak liar. Mungkin karena sudah lama saling memendam birahi. Sehingga saat itu kami lebih tepat disebut sedang bermain seks daripada bermain cinta.

    Akhirnya permainan kami selesaikan dengan cepat. Kami tak sempat melakukan variasi atau posisi gaya yang macam-macam. Cukup gaya konvensional saja. Yang penting kami berdua bisa mencapai puncak kenikmatan. Maka begitu Maryati sudah mendapat orgasmenya, aku langsung menggenjotnya dengan semangat dan tak lama kemudian aku pun mengerang seiring dengan muncratnya cairan kenikmatan dari batang kemaluanku dalam tubuhnya, berkali-kali.

    Aku lalu merebahkan badanku memeluk tubuh Maryati dengan nafas tersengal-sengal. Ia membalasku dengan mengusap-usap rambutku dan menciumi kepalaku. Kami lalu berciuman dengan lumatnya.
    “Aku mandi dulu ya Mas..” tiba-tiba Maryati melepas pagutannya dan beranjak dari posisi telentangnya.

    Sebenarnya aku masih ingin berdekapan. Tapi segera kuikuti langkahnya menuju kamar mandi. Kulihat ia mulai melepas sisa pakaiannya. Aku memandangnya sambil bersandar pada pintu kamar mandi. Bibirnya terus tersenyum membalas pandanganku yang terus lekat selama ia melepas pakaiannya satu persatu. Sementara aku melongo menyaksikan striptease gratis di depanku. Sampai akhirnya ia benar-benar bertelanjang bulat.

    Baru kali ini aku melihat tubuhnya dalam keadaan benar-benar polos. Selama ini aku hanya bisa membayangkan bagian-bagian tertentu dari tubuhnya. Kini aku bisa melihat semuanya. Terpampang jelas.
    “Mau gabung?” katanya menggoda. Dan aku memang tergoda. Langsung kucopot pakaianku yang sebagian besar sudah setengah terbuka lalu sengaja kusisakan celana dalam saja. Aku langsung menuju ke arahnya. Lalu kembali kami berciuman. Tangannya langsung meremas-remas milikku yang sudah agak lemas dan masih terbungkus celana dalam itu. Sementara aku pun sibuk memainkan puting susunya dengan jari-jariku. Permainan seperti ini sebenarnya pernah kami lakukan. Hanya bedanya kali ini kami melakukannya dalam keadaan tubuh telanjang.

    “Mas..” bisiknya di sela-sela acara saling memagut dan meremas.
    “Ya, sayang?” balasku.
    “Sudah kuduga, punya Mas Iskandar pasti gede.”
    “O ya?”
    “Ya”, sambil tangannya meremas kuat milikku. Aku mengerang tertahan, enak.
    “Aku juga sudah menduga..” kataku sambil mengarahkan jariku ke sela-sela pahanya.
    “Apa?” tanyanya.
    “Punya Dik Mar pasti legit..”
    “Kayak apa sih yang dibilang legit itu?”
    “Ya kayak tadi”, jawabku sambil menusukkan jari tengahku ke celah bibir kemaluannya. Terasa agak seret tapi lentur dan sedikit lengket. Itulah legit.

    Aku mulai terangsang. Milikku pelan-pelan mengembang dan mengeras. “Masshh..” ia mulai merintih ketika sambil tanganku bermain di bawah sana, mulutku juga mulai merambah telinga, leher dan berhenti di ujung buah dadanya yang telah mengeras. Jilatan dan isapan mulutku makin membuatnya merintih-rintih kenikmatan.

    Sementara tangannya kini sudah menelusup masuk ke celana dalamku dan meremas-remas isinya dengan gemas. Membuatku makin tegang dan ingin segera menyetubuhinya lagi.

    “Mau lagi?” tanyaku agak berbisik. Ia mengangguk.
    “Sekarang?” tanyaku lagi. Dan ia mengangguk lagi.

    Akhirnya kami melakukannya lagi di dalam kamar mandi. Bahkan kami tak sempat mandi lebih dahulu sesuai rencana semula. Tapi kali ini kami ingin bermain cinta, tidak semata-mata main seks seperti tadi. Semua berawal ketika ia melepaskan celana dalamku dan lalu memintaku untuk segera menusuknya. Segera kuangkat dan kududukkan tubuhnya di atas meja wastafel. Lalu dalam posisi berdiri aku langsung menghujamkan kejantananku ke sela-sela pahanya yang segera dibukanya lebar-lebar. Kami berdua kembali bernafsu. Bibir kami saling melumat dan tangannya langsung merangkulku erat-erat. Sementara pinggulku spontan menyentak-nyentak, mengayun dan menghujam dengan liarnya. Gerakan yang sudah lama tak kulakukan.

    Kurasakan Maryati pun sepertinya sudah lama tak menikmati permainan cinta seperti ini. Kedua kakinya melilit pinggangku dengan ketatnya. Kedua tangannya terus mencakar punggungku bila dirasakannya aku menusuknya terlalu dalam. Kudengar mulutnya mendesis dan melenguh bergantian. Aku sendiri hanya bisa mendengus dan menahan agar tak keluar terlalu cepat.

    “Mass Iss.. Mass Isshh..” ia mulai memangil-manggil namaku. Sepertinya ia sudah mau orgasme. Maka aku terus mempergencar gerakanku. Kurengkuh kedua pantatnya dan kutekan ke depan sehingga membuat batang kemaluanku makin melesak dalam liang surganya. Berkali-kali kulakukan gerakan itu sehingga makin membuatnya meneriakkan namaku berulang-ulang. Akhirnya kurasakan badannya menggigil hebat dan mulutnya merintih panjang. Orgasmenya datang. Cukup cepat menurutku, seperti waktu kami main di ranjang tadi. Ia ternyata memang cepat panas.

    Sejenak aku menghentikan gerakanku. Kubiarkan Maryati menikmati sendiri puncak birahinya. Aku mencoba membantu menambah kenikmatannya dengan cara menjepitkan jempol dan telunjukku pada kedua puting susunya dan melintirnya pelan-pelan. Bola matanya sayu menggantung, meresapi rasa nikmat yang tengah melanda sekujur tubuhnya. Tangannya mencengkeram erat bahu dan punggungku. Sementara kakinya makin kuat menjepit, sebelum akhirnya pelan-pelan mengendor. Nafasnya kini mulai satu-satu.

    “Enak Dik?” tanyaku nakal.
    “Enak.. Mas.. enak sekali..” jawabnya masih dengan nafas satu-satu.
    “Mas Iskandar belum keluar?” lanjutnya sambil matanya melihat sebagian batang kemaluanku yang masih tertancap di jepitan pahanya.

    “Belum dong. Ini kan ronde kedua”, kataku sambil tersenyum. Sebenarnya aku tadi juga hampir muncrat. Meskipun ronde kedua, tapi aku agak tak kuat juga menahan laju birahiku yang sudah lama tak tersalurkan. Tapi untuk permainan kali ini aku berusaha menahan sekuatnya. Karena ini benar-benar pengalaman pertamaku bermain cinta dengannya, harus sip. Pelan-pelan pinggulku mulai kugoyang lagi. Kutatap matanya lekat-lekat sambil terus kugerakkan pinggul dan pantatku maju mundur. Ia kembali tersenyum merasakan gerakanku yang sengaja kubuat pelan tapi mantap. Diaturnya posisinya sehingga aku bisa melakukan tusukan lebih dalam.

    Kembali kami berdua bekerja sama mencapai puncak kenikmatan. Kukocok-kocokkan terus batang kemaluanku dalam liang senggamanya. Sementara bibirku sibuk menelusuri telinga dan lehernya dengan ganas. Ia sampai menggelinjang ke sana ke mari karena kegelian. Punggungnya lalu terasa menegang ketika mulutku mampir ke buah dadanya dan mulai bermain-main di situ. Putingnya yang coklat dan menonjol besar itu kini menjadi bulan-bulanan lidah dan bibirku. Kubuat beberapa cupang merah di gundukan kedua bukit dadanya. Mulutnya memintaku untuk terus menyedot susunya. Dan aku melakukannya dengan senang hati.

    Pertahananku akhirnya bobol ketika secara pelan-pelan kurasakan batang kemaluanku terasa dijepit oleh dinding yang makin menjepit dan berdenyut-denyut. Beberapa saat kunikmati sensasi itu. Sensasi yang sudah lama tak pernah kurasakan. Tampaknya Maryati hampir mendapatkan orgasmenya yang kedua. Maka dengan perlahan-lahan penuh konsentrasi aku mulai mengayun pinggulku, mengayun dan terus mengayun, dan akhirnya menjadi gerakan menyentak-nyentak yang makin lama makin kuat. Membuat tubuh Maryati terlonjak-lonjak. Beberapa kali kutekan pantatku kuat-kuat ke depan. Menusuk dan mengocok. Dan pada tusukan yang kesekian, mulailah muncul rasa geli yang berdesir-desir pada pangkal kemaluanku. Makin lama desiran itu makin kuat, makin geli, makin enak, makin nikmat.

    Akhirnya aku tak kuat lagi menahan desakan cairan yang terasa mengalir dari kemaluanku yang kemudian meluncur sepanjang batang kemaluanku sampai akhirnya menyemprot kuat berkali-kali dari lubang kecil di ujung kepala kemaluanku. Cairan kental hangat itu makin melicinkan dinding liat milik Maryati sehingga memudahkan gerakan-gerakan yang mengiringi ejakulasiku. Dan gerakan-gerakan yang kubuat ternyata telah memicu kembali puncak birahi Maryati. Akhirnya yang terdengar adalah erangan kami berdua, saling bersahutan. Lalu diam. Tinggal suara dengusan nafas kami yang tersengal-sengal.

    Kami tadi tak sempat mandi sesuai rencana semula, tapi tubuh kami kini benar-benar telah basah karena keringat. Berdua kami berpelukan meresapi rasa nikmat yang sudah lama tak kami rasakan.

    Aku mau mencabut milikku, tapi dengan gaya manja Maryati melarangku. Ia lalu malah menciumku dan memintaku untuk menggendongnya ke arah shower. Dililitkannya kedua kakinya pada pinggangku lalu dengan batang kemaluan masih terselip di selangkangannya, kugendong tubuhnya menuju shower. Selanjutnya kami pun mandi bersama. Malam harinya kami mengulang kembali kejadian siang itu dengan permainan yang lebih bergairah.

    Begitulah pengalaman pertamaku dengan Maryati. Pengalaman pertamaku bermain cinta yang sebenarnya dengan seorang wanita yang kusukai sejak aku menduda setahun yang lalu. Hari-hari selanjutnya aku dan Maryati sudah bagaikan suami isteri yang sah saja. Tak jarang ia menginap di rumahku atau sebaliknya. Hubungan kami sangat hangat dan mesra. Bahkan menurutku lebih mesra dibandingkan dengan mantan istriku yang dulu (sebenarnya aku tak ingin membuat perbandingan, tapi itu sulit kuhindari dan memang demikianlah kenyataannya).

    Waktu pertama kali kenal dengan Maryati, aku tak pernah mempunyai pikiran untuk menjadi orang terdekatnya. Terus terang aku memang menyukainya, tapi hanya berani sebatas mengaguminya saja. Apalagi waktu itu aku dengar ia sedang menjalin hubungan dengan manajer sebuah perusahaan asing, seorang ekspatriat. Jadi kupikir ia punya selera bule dan aku merasa tidak masuk dalam hitungannya.

    Sampai suatu ketika, pada suatu malam, sehabis kami bertemu dalam sebuah acara dinner party, ia memintaku untuk mengantarnya pulang. Kebetulan saat itu ia tidak bawa mobil karena sedang masuk bengkel. Sebagai teman, dan juga sebagai lelaki, aku tentu saja tak bisa menolak permintaannya.

    Selama perjalanan menuju rumahnya, kami mengobrol kesana kemari. Saat masih berada di mobil, entah dalam konteks apa kami bicara, tiba-tiba kami terlibat dalam obrolan yang akhirnya kelak mengarah pada sebuah hubungan yang makin akrab.

    “Apakah Mas Is nggak pernah merasa kesepian?” itu pertanyaan pribadinya yang pertama kuingat. Pandangannya tetap lurus ke depan kaca mobil.
    “Yah, namanya juga sendiri”, aku menjawab sekenanya, setelah sebelumnya agak gelagapan menerima pertanyaan yang agak sensitif itu.
    “Memang kenapa?” aku mulai berani memancing.
    “Ya tidak apa-apa, cuma nanya saja kok. Nggak boleh?”
    “Boleh..”

    Beberapa menit kemudian kami saling terdiam.
    “Dik Mar sendiri bagaimana?”
    “Ya, sama..”
    “Sama bagaimana?”
    “Ya sama. Kadang-kadang merasa sepi juga..”
    “Lho, katanya sedang dekat sama Mister..”
    “Kata siapa?” katanya memotong seolah memprotes omonganku.
    “Ya, saya hanya dengar-dengar saja.”
    “Gosip itu Mas!”
    “Bener juga nggak pa-pa kok.”
    “Mas Is percaya?” Aku diam saja.
    “Saya percaya. Karena orang seperti Dik Mar pasti banyak yang suka dan mudah kalau mau cari teman.”
    “Kalau asal cari teman sih memang gampang. Tapi yang cocok? Sulit!”
    “Masak nggak ada satu pun yang cocok? Memang cari yang seperti apa?”, pancingku mesra.
    Maryati tertawa dan menyahut cepat, “Yang seperti Mas Iskandar!”

    Aku tertawa meski agak terkejut juga dan sedikit GR dengan ucapannya. Tapi aku lalu menganggap dia hanya bercanda dan aku pun lalu menanggapi dengan bercanda juga.
    “Wah, saya sih jauh kalau dibandingkan sama Mister..”
    “Tuh kan! Dibilang itu cuma gosip, nggak percaya!” ia memotong kalimatku.
    “Iya deh, percaya..”
    “Lagi pula, dia bukan tipe saya”, nadanya agak menurun.
    “Saya lebih suka tipe laki-laki yang kalem, tenang.. tapi macho.. seperti Mas Is..”

    Kali ini aku tidak lagi menganggap dia sedang bercanda. Karena ia mengucapkan kalimat itu dengan nada yang terjaga dan kemudian menoleh ke arahku sambil tersenyum. Aku jadi nervous. Aku ikut tersenyum dan spontan menghela nafas. Aku menoleh ke arahnya dan ia masih tersenyum tapi kini wajahnya agak tertunduk.

    “Dik..” aku mencoba memanggilnya, seolah ingin mendapat penegasan.
    “Ya, Mas..” ia menjawab dan menatap ke arahku, lalu tersenyum. Dari sikap dan ekspresi wajahnya, aku berusaha meyakinkan diriku sendiri sebelum akhirnya kuberanikan diri untuk menggenggam tangannya. Dan ia diam saja. Bahkan kemudian membalas remasan tanganku.

    Itulah peristiwa yang mengukuhkan hubunganku dengan Maryati. Malam itu aku hanya mengantarnya sampai depan pintu pagar saja. Menjabat tangannya. Tak lebih dari itu. Tapi aku bahagia. Dan aku yakin ia juga bahagia.

    Ketika sampai di rumah, aku langsung menelponnya. Ada kurang lebih satu jam lamanya kami ngobrol, saling mengungkapkan perasaan kami berdua selama ini. Selanjutnya kami rajin saling menelepon dan mengadakan pertemuan demi pertemuan, mulai dari makan siang, belanja, nonton atau jalan-jalan.

    Aku pertama kali menciumnya waktu berada di bioskop. Tapi suasana waktu itu kurang mendukung untuk bercumbu secara total. Karena kami dalam posisi duduk berjejer, maka kami hanya bisa saling meraba, menyentuh dan sesekali berciuman. Bila aku memegang atau menyentuh bagian tertentu tubuhnya, ia akan diam saja. Demikian sebaliknya. Beberapa kali kami sempat berciuman, meski tak sempat lama. Tapi kami cukup menikmati kencan di bioskop saat itu. Bahkan tanganku sempat menelusup masuk ke celah roknya tapi hanya bisa mengelus-elus pahanya saja, karena saat itu rok yang dikenakan Maryati agak panjang. Sementara tangan Maryati relatif lebih bebas menyentuhku. Tapi ia benar-benar hanya menyentuh saja, meski sesekali memberi pijitan pada bagian depan celanaku yang menonjol karena isinya sedang menegang. Aku sebenarnya mengharap ia melakukannya lebih dari itu. Tapi lagi-lagi, suasana bioskop saat itu tak terlalu mendukung.

    Baru pada kesempatan kedua kami sempat bercumbu cukup panas. Kesempatannya terjadi waktu aku berkunjung ke kantornya dan masuk ke ruangan kerjanya. Ketika itu ia minta ijin sebentar untuk ke toilet pribadinya, aku segera menyusulnya dan kami lalu berciuman di lorong menuju ke arah toilet itu.

    Kami lalu berciuman dengan penuh gairah. Saat itulah pertama kali aku benar-benar bisa merasakan kehangatan dan kelembutan bibirnya. Sudah lama kami tak melakukan percumbuan seperti ini. Sehingga nafas kami terdengar memburu dan kami berciuman dengan lahapnya. Dan karena suasananya agak mendukung, aku pun berani menjamah bagian-bagian tubuhnya yang sensitif terutama dada dan pantatnya yang selama ini hanya bisa kupandang. Maryati pun juga mulai berani meremas milikku yang sudah mengeras dari balik celana pantalon yang kukenakan. Aku lalu membalasnya dengan menekankan telapak tanganku ke celah pahanya yang tertutup rok kantor dan meremas bagian yang ada di sana. Meski begitu, kami tetap tak bisa leluasa untuk melakukan hal-hal yang lebih jauh. Karena bisa saja sewaktu-waktu ada karyawan yang akan masuk sementara kami dalam keadaan kusut masai. Jadi kami tetap harus menjaga semua ini. Tapi setidak-tidaknya kami bisa saling meluapkan kerinduan kami dengan bercumbu sambil saling menyentuh.

    Pada pertemuan di kantor itulah aku mencoba mengajaknya untuk suatu saat berkencan lebih jauh di suatu tempat yang lebih leluasa untuk melakukannya. Maryati tidak mengiyakan atau menolak ajakanku. Ia hanya menunjukkan sikap dan jawaban yang tampaknya masih hati-hati dan perlu waktu untuk memikirkannya. Dan aku menghargai sikapnya itu. Sampai akhirnya aku berhasil membawanya pergi ke Puncak sebagaimana telah kuceritakan pada bagian pertama.

    Kini hubungan kami sudah semakin dekat. Kencan lebih banyak kami lakukan di luar rumah. Karena bagaimana pun, status kami sebagai sebagai duda dan janda sedikit banyak pasti mendapat sorotan tersendiri di lingkungan kami masing-masing. Jadi aku dan Maryati harus bisa menjaga hubungan ini agar tak terlalu menyolok. Untuk itu aku lebih senang kalau Maryati saja yang bertandang ke rumahku, daripada aku yang harus ke rumahnya. Hal ini untuk menjaga kesan bagi diri Maryati sebagai seorang janda, di samping karena lingkunganku juga relatif lebih aman. Beberapa kali ia sempat menginap di rumahku. Sementara aku baru dua kali menginap di rumahnya.

    Pertama kali Maryati kuajak ke rumahku adalah sehabis aku mengantarnya jalan-jalan membeli arloji, kira-kira seminggu setelah kejadian di Puncak. Berhubung waktu pulang hujan cukup lebat, aku harus mengambil jalan memutar yang cukup jauh menuju rumahnya untuk menghindari wilayah yang biasanya banjir. Kebetulan jalan yang harus kuambil melewati jalan menuju kompleks rumahku. Maka daripada tanggung, aku menyarankan Maryati untuk mampir sebentar.

    “Lama juga nggak pa-pa” katanya menggoda.
    “Jangan ah.. Takut!” sahutku gantian menggodanya.
    “Takut apa?”
    “Takut tidak terjadi apa-apa.. ha.. ha.. ha..”
    “Iiihh.. dasar!” sambil tangannya mencubit pahaku. Aku berteriak, meskipun cubitannya tidak sakit.
    “Cubit yang lainnya dong..” aku menggodanya lagi.
    “Maunya!”

    Tapi tangannya kemudian terulur ke arah selangkanganku dan mulai menarik retsleting celana jeans-ku ke bawah. Masih dalam posisi menyetir, aku segera mengatur posisi dudukku agar ia bisa leluasa membuka celanaku. Dalam sekejap milikku sudah terjulur keluar dari celah atas celana dalamku. Milikku mulai membesar tapi belum tegang.

    Tangan kanan Maryati lalu mulai beraksi meremas dan memijit-mijit. Maka segera pula otot pejal kebanggaanku itu mulai bangun berdiri. Aku berusaha berkonsentrasi dengan setir mobil. Apalagi di luar sana hujan makin lebat. Wiper yang bergerak-gerak seperti tak mampu menahan air hujan yang turun meleleh di kaca depan. Sebagaimana aku tak dapat menahan rasa geli yang mulai muncul ketika tangan Maryati pelan-pelan mulai mengocok. Batangku dijepitnya hanya dengan menggunakan jempol dan jari tengahnya. Lalu dengan cara seperti itu ia membuat gerakan memijit dan mengocok bergantian.

    “Digenggam dong..” kataku menuntut.
    “Tadi katanya minta dicubit”, jawabnya sambil melakukan gerakan mencubit pelan pada pangkal kemaluanku yang kini sudah mengeras. Membuatku menggelinjang.

    Aku tersenyum mendengar jawabannya. Ya sudah, aku nikmati saja apa yang dilakukan. Bahkan aku kemudian menjulurkan tangan kiriku ke arah buah dadanya yang terbungkus blus tanpa kancing, sementara tangan kananku tetap memegang kemudi. Kurasakan buah dadanya sudah mengeras kencang. Aku makin bernafsu meremasnya. Maka mulailah acara saling meremas dan memijit, di dalam mobil, di tengah hujan deras.

    Tampaknya Maryati mulai terangsang dengan gerayangan tanganku pada buah dadanya. Ia memintaku untuk melakukannya di bagian tubuhnya yang lain, ketika tangannya tiba-tiba menuntun jariku menuju ke sela-sela pahanya yang sengaja dibukanya agak lebar. Roknya sudah ia tarik ke atas sebatas pinggul. Maka jari-jari tangan kiriku pun segera beraksi di bagian depan celana dalamnya yang menyembul hangat dan sudah mulai lembab itu.

    Pandanganku tetap harus ke depan, ke arah jalan yang mulai masuk ke kompleks rumahku. Sedangkan Maryati bisa dengan enaknya menggeliat-geliat sambil mendongakkan kepalanya menikmati gelitikan jariku pada bagian luar CD-nya tepat di bagian celah kemaluannya. Sementara tangan kanannya kini tak lagi memijit-mijit, tapi sudah menggenggam batang kemaluanku yang makin meradang karena terus dikocok-kocok olehnya.

    Aku menarik tanganku dari sela paha Maryati ketika mobil sudah mulai masuk ke jalan menuju rumahku. Maryati sempat mendesah ketika aku menghentikan aksiku. “Sudah sampai..” kataku memberi alasan sekaligus mengingatkan dia.

    Ia segera membenahi pakaiannya dan kemudian gantian membereskan celanaku yang sudah setengah terbuka. Kemaluanku yang belum sepenuhnya lemas, agak sulit untuk dibungkus kembali.
    “Bandel nih!” gerutu Maryati.
    “Gede sih.. hehehe..” aku tertawa melihatnya kesulitan memasukkan batang kemaluanku kembali ke celana.
    “Sudah biarin, nanti juga kan dikeluarin”, lanjutku.

    Maryati lalu kusuruh turun duluan menuju teras. Aku kemudian memasukkan mobil ke garasi, membetulkan celanaku dan kemudian bergegas keluar garasi menuju teras menyusul Maryati yang rambut dan pakaiannya terlihat agak basah oleh air hujan.

    Kami lalu segera masuk ke dalam rumah. Inilah pertama kali Maryati berkunjung ke kediamanku. Ia agak sedikit canggung dan terlihat kurang nyaman ketika berada di ruang tamu. Apalagi kondisi tubuhnya agak basah oleh air hujan. Blusnya yang basah menampakkan bagian gumpalan dadanya yang sedikit menyembul dari BH yang dikenakannya. Aku kembali terangsang melihat pemandangan itu. Segera kupeluk tubuhnya dan kami pun lalu tenggelam dalam ciuman yang bergelora.

    Birahi kami memanas kembali. Ciuman pun berkembang menjadi acara saling meremas. Saling menekan. Saling merangsang. Kami berdua lalu membantu melepaskan pakaian satu sama lain dan membiarkannya terserak di lantai ruang tamu. Tubuh telanjang kami pun menempel makin lekat.
    “Di sini saja..” katanya ketika aku akan menariknya untuk masuk ke kamar tidur.

    Kami kemudian memilih sofa ruang tamu sebagai tempat main. Di luar hujan masih turun dengan derasnya. Suara tempaan airnya menyamarkan desahan dan lenguhan yang keluar dari mulut kami berdua. Tubuh bugil kami bergelut dengan penuh gairah di atas sofa tamu itu.

    Beberapa saat kemudian Maryati meminta ijinku untuk melakukan oral seks. Tentu saja kuijinkan. Ia memang senang dengan milikku yang katanya punyaku ukuran besar terutama di bagian kepalanya. Sehingga ia senang sekali melumat dan mengisap bagian kepala kemaluanku yang kini terlihat bulat membonggol dan tampak licin mengkilat akibat lumuran ludahnya.

    Selama ia melakukan permainan mulut, aku berusaha mengimbanginya dengan merangsang bibir kemaluannya dengan jariku. Saat itu posisiku setengah rebahan dan menyandarkan kepalaku pada sandaran sofa. Sedangkan Maryati berbaring miring setengah telungkup di samping pinggangku. Ia menggeliat ketika jari tengahku mulai menerobos masuk ke celah miliknya, sementara jempolku bermain-main pada klitorisnya.

    “Ouu..” jeritnya tertahan.
    “Kenapa? enak?” tanyaku sambil menusukkan jari tengahku lebih dalam dan memutar lebih keras jempolku pada tonjolan kecil di atas bibir kemaluannya. Kembali mulutnya bersuara, tapi kali ini lebih riuh dan lebih mirip desisan. Sejenak mulutnya terlepas dari batang kemaluanku. Tapi sesaat kemudian ia menunduk kembali dan melumat habis pisang ambonku hampir ke pangkalnya dan mengisapnya sedemikian rupa sampai aku merinding kegelian. Pantatku sempat tersentak-sentak karena kenikmatan.

    “Kenapa? enak ya?” katanya sambil melirikku, lalu melanjutkan kulumannya kembali. Sepertinya Maryati ingin membalas atau mungkin ingin mengimbangi perbuatanku tadi.

    Selanjutnya kami tak sempat bicara sepatah kata pun karena terlalu serius untuk saling melakukan dan menikmati rangsangan. Mataku terpejam mencoba menikmati setiap hisapan mulut Maryati, sementara jari-jari tangan kananku terus asyik bermain-main di sekitar liang kewanitaannya.

    Berbeda dengan milikku, rambut yang tumbuh di sekitar kemaluan Maryati tak terlalu lebat, tapi tumbuhnya lebih halus dan rapi. Dan aku suka sekali mengusap-usapnya. Sedangkan rambut kemaluanku tentu saja lebih kasar dan lebat tumbuhnya hingga ke arah pusar, perut dan dada. Maryati juga suka mengusap-usap bulu-bulu yang tumbuh di sekitar tubuhku itu. Katanya, dengan kondisi seperti itu, aku seperti nyomet, demikian ia memplesetkan istilah monyet.

    Siang itu akhirnya kami melakukannya sampai dua kali. Ronde pertama diawali ketika Maryati mulai bangkit dari posisi tengkurapnya, lalu mulai mengangkangi pinggulku, dan kemudian menelusupkan batang kejantananku yang sudah tegang keras itu ke sela-sela pahanya. Dengan posisi antara duduk dan bersandar, aku mencoba membantunya dengan sedikit mengangkat pantatku ke atas. Maka sedikit demi sedikit amblaslah kepala kemaluanku ditelan mulut kecil yang ada di selangkangannya. Terasa sekali liang ketat namun lembut menjepit sepanjang batang kemaluanku. Rasanya hangat, lembut dan agak-agak terasa kesat.

    Kenikmatan semakin terasa ketika kepala kemaluanku yang sensitif itu menyentuh ujung dinding kemaluan Maryati. Sejenak Maryati memutar-mutar pinggulnya seolah merayakan pertemuan total itu. Secara spontan kami berdua serempak memperdengarkan rintihan kenikmatan.

    Maryati pun tampaknya meresapi jejalan batang dan gesekan urat yang ada di sekujur kemaluanku. Mulutnya mendesis-desis seperti orang kepedasan. Beberapa kali jarinya berusaha menyentuh bagian luar bibir kewanitaannya seperti mau menggaruk seolah kegelian.

    Maryati kemudian mengatur posisi berlututnya sedemikian rupa dan beberapa saat kemudian ia mulai menggenjot tubuhnya naik turun. Makin lama genjotannya makin cepat, sehingga membuat buah dadanya tampak berayun-ayun di depan wajahku. Mulutku segera menangkap putingnya yang sudah mengeras itu dan segera melumatnya habis. Ia menjerit tertahan. Tapi aku tak mempedulikan dan bahkan makin asyik mengulum kedua bukit padatnya itu bergantian. Sementara di bawah sana pinggulku terus menyentak-nyentak mengimbangi genjotannya di atas tubuhku. Terasa sekali rasa nikmat menjalar di sekitar pangkal dan sekujur batang kemaluanku.

    Suara hujan di halaman depan makin membuatku bergairah. Entah sudah berapa lama kami dalam posisi seperti ini. Kami hanya bisa saling memperdengarkan rintihan dan desah kenikmatan. Tubuh Maryati pun terus meliuk dan menggeliat-geliat di atas tubuhku. Kedua pahanya yang sejak tadi mengangkang dan bertumpu di jok sofa, mulai kuelus-elus. Dan ia menyukainya karena lenguh kenikmatannya makin kerap terdengar. Elusanku lalu bergeser ke bukit pantatnya. Tapi kini aku tak lagi mengelus. Tanganku lebih sering meremas di bagian itu. Membuat Maryati makin menggelinjang.

    Kami mengakhiri permainan ketika Maryati mulai menunjukkan tanda-tanda akan mencapai puncak birahi. Aku segera mempergencar tusukan dan hentakanku dari bawah. Kedua tangannya sudah memeluk kepalaku sehingga membuat wajahku terbenam di belahan dadanya. Kedua kakinya kini menjepit erat pinggangku. Sementara posisi bersandarku sudah agak merosot ke bawah. Beberapa menit kami masih sempat bertahan dalam posisi itu sambil terus berpacu menuju puncak kenikmatan.

    “Mass.. Masshh.. Mass Isshh..”
    “Dik Maarrhh.. oohh.. Dik..”
    Kami saling memanggil nama masing-masing. Entah apa maksudnya. Barangkali untuk menyatakan kemesraan, atau untuk mencoba menahan rasa nikmat yang mulai sulit kami kendalikan.

    Ketika nada jeritan Maryati mulai terdengar agak keras, aku segera mengangkat tubuhnya, membalikkan dan membaringkannya ke badan sofa. Kini dalam posisi aku berada di atas, kugenjot tubuhnya habis-habisan sampai kami berdua akhirnya mencapai orgasme hampir bersamaan.

    Aku mengerang-ngerang ketika kurasakan air maniku mulai menyembur. Ada sekitar empat kali aku menembakkan air maniku. Alirannya terasa sepanjang batang kemaluanku. Rasanya berdesir-desir nikmat. Maryati pun kulihat menikmati puncak birahinya. Wajahnya memerah dan matanya terpejam. Sementara tubuhnya sesekali bergetar menahan rasa geli yang menjalar di seluruh tubuhnya. Aku segera melumat bibirnya dan kami pun melengkapi puncak kenikmatan ini dengan ciuman yang dalam dan lama. Sesekali tubuh kami tersengal oleh sisa-sisa letupan kenikmatan yang belum sepenuhnya reda.

    Suara riuh hujan tak terdengar lagi. Hanya bunyi tetes-tetes air yang berdentang-dentang menimpa atap seng. Entah sejak kapan hujan mulai reda. Kami terlalu sibuk untuk memperhatikannya. Kami masih berbaring di atas sofa. Maryati berbaring di atas tubuhku yang telentang. Tanganku mengusap-usap punggungnya yang masih bergerak-gerak halus seiring nafasnya. Sementara tangannya bermain-main di sekitar bulu dada dan perutku yang masih basah oleh keringat.

    “Tidur di sini ya..” kataku membujuknya.
    “Tidur di sini? Di sofa ini?” tanyanya.
    “Bukan. Maksudku Dik Mar malam ini nginep di rumahku”, jelasku.
    “Oo.. Boleh.. Tapi hadiahnya apa?” sahutnya mulai manja.
    “Hadiahnya?” tanyaku bingung. Aku terdiam sejenak, dan kemudian kuraih tangannya lalu kuarahkan ke batang kemaluanku yang sudah mulai melemas, “Niih.. hadiahnya!”

    Ia tergelak dan kami lalu tertawa bersama. Tangannya kemudian meremas milikku. Meremas dan terus meremas. Selanjutnya kami pun akhirnya kembali bergelut di atas sofa itu, mempersiapkan permainan berikutnya. Tapi untuk ronde kedua ini kami akan menyelesaikannya di kamar tidur.

    Setelah puas melakukan pemanasan di atas sofa di ruang tamu, kami lantas beranjak masuk ke kamar tidurku. Inilah pertama kali Maryati masuk ke sini. Sebenarnya sudah lama aku ingin mengajaknya masuk ke ruangan ini. Tapi baru pada kesempatan inilah keinginanku kesampaian. Bahkan aku tidak hanya kesampaian membawanya masuk, tapi sebentar lagi aku juga kesampaian untuk menidurinya di atas kasur yang selama menduda ini hanya kupakai tidur sendirian.

    Begitu pintu kamar tertutup, Maryati langsung memelukku dan kami berciuman dengan mesranya. Kulit tubuh kami yang sudah polos telanjang itu seolah telah menjadi konduktor yang saling mengirimkan panas birahi yang terus menggelegak. Batang kemaluanku yang tegang berat itu menempel ketat tepat di atas belahan kemaluannya mengacung ke arah pusarnya. Dengan posisi demikian kantong zakarku langsung bergesekan dengan rambut kemaluannya. Rasanya geli. Apalagi Maryati terus menggesek-gesekkan bagian itu selama kami berciuman. Ia tampak kesenangan menikmati permainan ini.

    Tapi Maryati paling senang ketika aku memeluknya dari belakang. Tak henti-hentinya ia menggoyang-goyangkan pantatnya pada batang kemaluanku, dan aku mengimbanginya dengan meremasi buah dadanya dari belakang sambil terus menciumi daerah telinga, leher dan bibirnya dari arah samping. Bercumbu dengan posisi begini memang mengasyikan. Batang kejantananku seperti meluncur-luncur di sela-sela garis pantatnya. Rasanya lembut dan geli. Bagai dielus-elus dengan kain beludru.

    “Mass..” desahnya sambil membalikkan badannya dan kemudian melingkarkan tangannya ke leherku.
    “Apa..?” kucengkeram kedua pinggulnya yang padat bulat itu.
    “Siapa saja yang sudah pernah tidur di sini?” tanyanya mulai menggodaku. Aku agak heran dengan pertanyaannya yang rada menyelidik itu.
    “Nggak ada”, jawabku pendek.
    “Masak sih, nggak ada?”
    “Iya..” aku berusaha meyakinkannya.
    “Lha, istri Mas Is dulu tidur di mana?”
    “Oo itu.. Ya, kalau dulu sih ini memang tempat tidur kami berdua. Tapi sejak pisah, ya nggak ada orang lain lagi yang pernah tidur di sini selain aku sendiri..”
    “Beneer..?” nadanya mulai meledek.
    “Sumpah..” balasku manja.
    “Terus, kalau Mas Is lagi kepingin, mainnya di mana dong?”
    “Kepingin apa?” tanyaku pura-pura bodoh.
    “Ya, kepingin begituan..”
    “Kalau lagi kepingin.. ya kadang-kadang mainnya di sini..”
    “Lho? tadi katanya nggak ada orang lain yang tidur di sini selain istri Mas Is..”

    Aku tertawa pendek menyadari kebingungan Maryati.
    “Kalau mau main, memangnya harus ada orang lain?” kataku kemudian.
    “Maksudnya?” ia makin kebingungan.
    “Emangnya nggak bisa main sendiri..?”
    “Idiih.. maksudnya..?” Maryati tak meneruskan kalimatnya, tapi matanya menatapku lucu dan tangannya lalu menggenggam milikku dan mengocok-ngocoknya. Seolah ingin memastikan bahwa perbuatan seperti itulah yang aku maksudkan dengan main sendiri, alias onani.

    Aku mengangguk membenarkan maksudnya. Ia tertawa.
    “Kok ketawa?” kataku sambil mendekap tubuhnya dengan gemas.
    “Nggak kebayang deh..” jawabnya sambil masih cekikikan.
    “Ya jangan dibayangin dong.”
    “Kalau nggak boleh ngebayangin, boleh dong saya lihat Mas Is melakukan itu.”
    “Hah?” kataku kaget.
    Kini gantian aku yang tertawa mendengar permintaannya yang tidak biasa itu.

    Selama ini, sejak pisah dengan istriku, pemenuhan kebutuhan seksualku memang lebih banyak kulakukan dengan cara onani saja, karena aku termasuk konservatif, nggak bisa main sembarangan, hati-hati dan penuh perhitungan. Melakukan onani bagiku lebih save dan cukup memuaskan. Hampir semua laki-laki pasti pernah melakukan seks swalayan itu. Dulu waktu masih remaja aku juga sering melakukannya dan mendapatkan kepuasan dari situ. Bahkan ketika sudah menikah pun aku kadang-kadang juga masih melakukannya, terutama bila istriku dulu sedang berhalangan. Aku bisa minta dia membantuku beronani atau aku melakukannya sendiri tanpa dia. Apalagi setelah kami cerai, acara ngocok bisa kulakukan seminggu sekali, bahkan lebih kalau nafsuku lagi kencang-kencangnya.

    Biasanya aku melakukannya menjelang tidur atau saat bangun tidur. Sudah alamiah, punya laki-laki kalau saat bangun tidur pagi hari biasanya dalam kondisi sedang ereksi. Kalau kebetulan saat itu volatage-ku juga sedang tinggi-tingginya, biasanya langsung kusalurkan dengan cara mengocok. Aku bisa melakukannya di atas tempat tidur atau di kamar mandi waktu mandi pagi.

    Kalau aku melakukannya menjelang tidur, biasanya sambil melihat majalah atau film porno koleksiku atau hasil pinjaman. Tapi kalau melakukannya ketika bangun tidur atau di kamar mandi, aku cukup dengan berkhayal saja. Selama ini aku lebih banyak melakukan onani dengan tangan kering, karena keluarnya bisa agak lama. Tapi untuk sensasi, kadang-kadang aku pakai baby oil atau sabun kalau pas melakukannya di kamar mandi. Saya rasa yang terakhir itu (nyabun) biasa dilakukan oleh laki-laki. Tentunya dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Dan kamar mandi memang tempat yang paling populer untuk beronani ria. Karena tempatnya aman, tertutup dan bisa telanjang dengan bebas, sehingga tak perlu takut dicurigai atau diketahui orang lain.

    Tapi kini, ada seorang wanita yang ingin menontonku melakukan onani di hadapannya. Gila! Aku sampai tertawa menanggapi permintaan Maryati yang nyeleneh itu. Tapi aku menghentikan tawaku begitu menyadari bahwa Maryati tampaknya serius memintaku melakukan itu.

    “Oke”, kataku akhirnya, “Tapi janji, Dik Mar juga harus ikut melakukan itu di depan saya..”
    “Nggak ah!” sergahnya cepat.
    “Kenapa? Memang nggak pernah..?”
    “Ihh.. pakai nanya lagi!” katanya sambil mencubitku.

    Segera kutangkap tangannya, kupeluk tubuhnya dan kami lalu kembali tenggelam dalam ciuman yang mesra dan bergairah. Sejenak kemudian aku melepas pelukanku dan membimbing tubuhnya berbaring di atas ranjang. Aku sendiri kemudian berbalik berjalan menuju kursi dekat meja kecil di seberang tempat tidur, dan duduk santai di atasnya.

    “Dik..” kataku memberi isyarat pada Maryati yang tergolek di atas kasur di depanku. Aku kemudian memancing dia dengan mulai meremas-remas milikku sendiri yang sudah tegang itu. Beberapa saat kemudian Maryati pun mulai mengikuti perbuatanku. Jari-jarinya mulai terarah menuju selangkangannya, mulai menggelitik dan mengusap-usap miliknya sendiri. Maka dimulailah pertunjukan seks swalayan. Kami berdua saling berpandangan dan saling mengamati perbuatan satu sama lain. Tubuh Maryati tampak telentang miring bersandar pada salah satu sikunya. Posisi tubuhnya menghadap ke arahku. Sehingga aku bisa dengan leluasa melihat semua gerakan masturbasinya.

    Posisi dudukku sendiri sudah tidak tegak lagi, tapi sudah setengah bersandar. Kedua paha dan kakiku selonjor ke depan dan sengaja kubuka lebar-lebar. Aku memainkan milikku dengan gerakan bervariasi, mulai dari meremas, mengurut, memijat sampai gerakan mengocok. Sesekali aku juga merangsang buah pelirku dengan cara mengusap-usap dan meremas-remasnya. Seolah-olah aku ingin menunjukkan pada Maryati semua gerakan onani yang biasa kulakukan selama ini.

    Kami berdua mulai saling terangsang oleh perbuatan kami masing-masing. Kalau selama ini aku beronani sambil nonton BF atau lihat gambar porno sambil mengkhayal hal-hal yang merangsang, maka kini aku melakukannya dengan bantuan obyek dan kejadian yang lebih nyata. Aku sampai kesulitan menahan keinginanku untuk tidak menyetubuhi Maryati karena sangat terangsang melihat segala gerakannya selama bermasturbasi itu. Semua begitu nyata dan merangsang. Aku yakin Maryati pun merasakan hal yang sama selama melihat secara langsung seorang laki-laki beronani di hadapannya. Matanya kulihat mulai sayu tapi terus mengamati gerakan-gerakan tangan yang kubuat terhadap kemaluanku sendiri.

    Aku hampir mencapai puncak, ketika kudengar mulut Maryati mulai merintih-rintih sambil menatapku dengan wajah seperti orang ingin menangis. Jari manis dan jari tengahnya tampak bergerak cepat mengusap dan menekan-nekan bagian atas bibir kemaluannya khususnya di bagian klitorisnya. Ia mulai memanggil-manggil namaku dan tubuhnya mulai mengejang. Punggungnya kemudian melengkung dan kedua pahanya merapat menjepit tangannya sendiri yang terselip di selangkangannya.

    Aku semakin terangsang melihat pemandangan nyata di depanku. Desiran-desiran mulai kurasakan pada pangkal kemaluanku sendiri. Dan aku semakin memperkuat kocokan tanganku sendiri sampai menimbulkan sedikit bunyi yang diakibatkan oleh bercampurnya keringat di telapak tanganku dan cairan bening yang mulai keluar dan meleleh dari lubang kecil di ujung kemaluanku.

    Tapi akhirnya aku tak tahan lagi begitu mendengar Maryati berteriak memekik. Dan aku segera loncat dari kursi dan menghambur ke arahnya. Aku sudah tak tahan lagi dengan semua ini. Segera kubuka pahanya yang masih merapat itu dan tanpa ba bi Bu kutusukkan batang kemaluanku ke lubang yang sudah basah oleh cairan birahi itu. Maryati terpekik ketika seluruh kejantananku dengan cepat dapat menerobos dan menyelip masuk. Kurasakan di dalam sana milikku berdenyut-denyut oleh konstraksi dindingnya, menimbulkan rasa geli yang sangat nikmat. Rupanya orgasme Maryati datang bersamaan dengan hujaman rudalku.

    Sejenak aku diam menikmati pengaruh orgasme di tubuh Maryati pada batang kemaluanku. Lalu pelan-pelan aku mulai menggoyang dan mengayun pinggulku. Pelan dan pelan. Berputar dan mengulir. Sesekali menyentak. Kunikmati sekali persetubuhan ini, sampai akhirnya aku mulai melakukan gerakan memompa dan menusuk-nusuk.

    Maryati tampak mulai menikmati genjotanku. Ia menggeliat-geliat sambil melenguh dan sesekali tersenyum dengan mata terpejam. Seolah meresapi segala gerakan nikmat yang kuciptakan pada tubuhnya.

    Aku sendiri, karena akibat onani tadi, sudah beberapa kali harus menahan desiran yang terus muncul dari pangkal selangkanganku. Biasanya ini tanda orgasmeku mau datang. Tapi aku merasa sayang untuk mengeluarkannya sekarang.

    Seolah seperti membaca pikiranku, tiba-tiba Maryati memintaku untuk segera menyemprotkan cairan maniku yang sedari tadi kutahan.
    “Keluarin Mass.. keluarin sekarang.. di luar saja..” ia merintih sambil menatapku sayu. Aku mengerti maksudnya. Maka segera kucabut batang kemaluanku dan dengan posisi mengangkangi perutnya, aku lalu melakukan onani di atas tubuhnya. Kukocok dan kukocok terus milikku dengan kuat. Cairan kemaluan Maryati yang menempel di sekujur batang kemaluanku makin memperlancar gerakan tanganku. Kepala kemaluanku yang bulat mengkilat tampak tersengal-sengal dalam genggaman tanganku. Maryati pun tampak menikmati sekali atraksi yang sedang kulakukan di atas tubuhnya. Bahkan ia mulai meraba-raba kantung pelirku. Oh tidak, ia tak cuma meraba, tapi juga meremas-remas kantung bulat berkulit tebal itu. Membuat pinggul dan pantatku bergerak-gerak seiring remasan tangannya. “Ooohh, nikmat sekali..”

    Aku menggeram tertahan, ketika akhirnya semprotan maniku yang pertama memancar dengan kuat. Langsung mengenai wajah Maryati. Tapi ia dengan senangnya merasakan sentuhan air kental hangat itu di pipinya. Matanya tak sedikit pun lepas dari kemaluanku yang sedang meradang memuntahkan semprotan-semprotan berikutnya. Semua memancar dan menyemprot tak hanya ke wajahnya, tapi juga bibir dan buah dada Maryati. Tangannya kulihat sibuk mengusap cairan putih kental itu dan meratakannya ke permukaan payudaranya. Terakhir kulihat Maryati menjilat sisa spermaku yang ada di ujung jarinya.

    Aku betul-betul puas dengan semua ini dan puncak birahi ini telah membuat seluruh sendi tubuhku serasa dilolosi sehingga aku terpaksa harus menahan tubuhku agar tak rebah menjatuhi tubuh Maryati. Maka dengan bertumpu pada kedua telapak tanganku, pelan-pelan aku merundukkan tubuhku sehingga tubuhku merapat agak menindih dan membuat batang kemaluanku mendarat tepat di sela-sela kedua bukit buah dadanya. Rasa kenyal yang diciptakan membuatku bereaksi untuk menggeser-geserkan pisang ambonku di celah kedua bukit itu. Ah.. geli sekali rasanya. Geli yang nikmat. Nikmat yang sangat. Beberapa kali tubuhku sampai tersentak-sentak oleh rasa geli yang muncul belakangan itu. Apalagi kedua telapak tangan Maryati kemudian menekan kedua pantatku ke bawah dan memutar-mutarnya. Aku hanya bisa melenguh menikmati bonus orgasme yang diberikannya.

    “Enak Mas?” kata Maryati ketika akhirnya aku rebah di sebelah kiri tubuhnya.
    “Hhheehh..” aku hanya bisa mendesah dan membalas kecupan bibirnya.
    “Mas Is seksi banget kalau lagi ngocok..”
    “Hmm.. asal jangan djadikan tontonan rutin saja..” sahutku masih terengah.
    “Kenapa?” tanyanya.
    “Masak mau ngocok terus?” sahutku.
    “Katanya sudah biasa..” katanya.
    “Ya, tapi kan sekarang sudah ada Dik Mar”, kataku.
    “Kalau saya sedang nggak ada, atau lagi berhalangan, gimana?” tanyanya.
    “Tergantung..” sahutku seenaknya.
    “Tergantung apa?” tanyanya lagi.
    “Tergantung yang menggantung!” kataku.
    “Iiihh..” tangan Maryati mencubit bagian tubuhku yang menggantung itu. Aku sampai berteriak. Tapi kemudian ia membelai-belai mesra buah pelirku.

    “Bagaimana kalau yang berhalangan saya?” aku lalu gantian bertanya.
    “Hmm..” ia tampak berpikir.
    “Ya, kalau dalam keadaan terjepit seperti itu ya harus bisa memanfaatkan kesempatan..” katanya.
    “Kok, kesempatan?” tanyaku heran.
    “Iya, yang sempit-sempit harus diberi kesempatan untuk tetap menjepit meskipun dalam keadaan terjepit..” jawabnya tenang sambil senyum-senyum.

    Aku tertawa ngakak mendengar balasannya yang cerdas itu. Segera kurengkuh pinggangnya dan kutindih tubuhnya sebelum ia sempat mengelak. Kutempelkan punyaku tepat di cekungan pangkal pahanya.

    “Jadi, kapan lagi mau menjepit yang menggantung?” tanyaku bercanda sambil menekan milikku ke miliknya.
    “Itu sih tergantung dari yang mau terjepit..” sahutnya kocak sambil sedikit menggoyangkan pinggulnya. Sialan, gerakannya membuatku berdesir.

    Tapi sore ini aku tak ingin terlalu menuruti hawa nafsu yang muncul. Maryati pun bukan type wanita yang menggebu-gebu nafsu seksnya. Bagi kami, yang penting adalah kualitas dalam bermain cinta, bukan kuantitas atau frekuensinya.

    Maka sore itu juga, setelah selesai mandi, Maryati memintaku untuk mengantarnya pulang ke rumah. Selama di mobil kami ngobrol dan guyon-guyon mengenai hal-hal yang ringan. Tak ada lagi acara saling remas seperti siang tadi. Karena semuanya sudah tersalurkan.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • ML Dengan Siswa Montok

    ML Dengan Siswa Montok


    992 views

    Cerita Sex ini berjudulML Dengan Suster MontokCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – July adalah seorang dokter muda yang baru saja menamatkan pendidikan dokternya pada sebuah universitas ternama di Jakarta. Sebagaimana dokter baru ia harus menjalani masa ptt pada sebuah desa di daerah itu. Orang tua dan tunangannya keberatan jika July melaksanakan ptt di daerah itu, selain jauh dari kotanya dan daerah itu masih terbelakang dan terisolir.

    Orang tua July sangat keberatan dan ia mengupayakan agar July ditempatkan pada daerah yang dekat dan tidak terisolir itu. Upaya orang tuanya ini gagal karena telah menjadi keputusan instansi pusat dan tidak dapat di batalkan.

    au di pertunangkan dengan nya.Anthony adalah seorang pria yang telah memiliki kehidupan yang mapan pada sebuah tempat kuliah, selain itu ia anak dari sahabat ayah July. Selama mereka pacaran hanya diisi dengan makan malam dan kadang nonton. Mereka berdua tidak pernah melakukan hal yang bertentanggan dengan adat dan agama, sebab masing-masing menyadari suatu saat akan mendapatkannya juga nantinya.

    Setelah melalui perjalanan yang melelahkan July dengan diantar ayahnya dan Anthony didesa itu. Perjalanan dari kotanya memakan waktu selama 1 hari perjalanan ditambah jalan yang amat rusak dan setapak. Didesa itu July di sambut oleh perangkat desa itu dan kepala dusun. Dengan sedikit acara, barulah July resmi bertugas. Lalu ayahnya dan Anthony pulang ke kota besoknya setelah mewanti-wanti July untuk berhati-hati.

    Hari pertama ia bertugas July dibantu oleh kader kesehatan yang bertugas penunjuk jalan. July menempati salah satu rumah milik kepala dusun yang bernama pak Anthony. Pak Anthony amat disegani dan ia termasuk orang kaya didesa itu. Umurnya sekitar 67 tahun dan memiliki 3 orang istri.

    Pak inipun sering meminjamkan sepeda motornya kepada July untuk tugas-tugasnya, kadang-kadang ia sendiri yang memboncengkan July saat July ingin ke desa sebelah. Bagi July keberadaan Pak Anthony ini amat membantunya di saat ia hampir putus asa melihat lingkungan desa yang hanya terdiri dari hutan dan jalan yang hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor.

    Karena sering diantar kedesa desa lainnya, seringkali tanpa disadari oleh July telah membuat pak Anthony menaruh rasa ingin memiliki dari diri paka Taba, apalagi jika dalam berboncengan seringkali dada July yang montok itu bersentuhan dengan punggung paka Anthony. Sebagai laki-laki normal iapun merasakan ingin yang lebih jauh lagi. July merasa ia tak bisa bertugas jika tanpa dibantu pak Anthony.

    Suatu hari saat pulang dari desa tetangga, mereka kehujanan dan hari saat itu hujan turun dengan derasnya.Lalu dengan buru-buru pak Anthony mempercepat kendaraannya , secara otomatis July memegang pinggang pak Taba dengan erat dan dalam suasana itu pak Anthony dapat merasakan kehangatan dan sentuhan dada July dengan nyata.

    Lalu mereka sampai di kediaman July yang merupakan juga rumah milik pak Anthony. Sesampai didalam rumah, July masuk kekamar dan mengganti pakaiannya dengan kimono handuk, sedang pak Anthony ia pinjami handuk untuk ganti pakainan yang basah itu.

    Saat July berganti pakaian tadi pak Anthony mengintipnya dari celah pintu kamar itu. Jakunnya naik turun karena melihat kehalusan dan kemulusan kulit tubuh July seluruhnya. Dengan langkah pasti ia duduk di ruang tengah rumah itu karena diluar hari hujan.

    “Wah, hujannya deras sekali pak.” kata July,

    “Bagaimana jika nginap disini saja pak.”

    “Ooooo.. terima kasih bu. Kalau hujan reda saya akan pulang…” terang pak Anthony.

    “Baiklah pak…” jawab July.

    Lalu July kedapur dan membuatkan kopi untuk pak Anthony.

    “Pak, ini kopinya ..”.

    “Wah kopi… bisa begadang saya malam ini buk.”

    “O.. ya.. pak .. apa perlu saya ganti dengan teh hangat?” jawab July.

    “Ohh… nggak usah buk.. ini juga nggak apa.” timpal pak Taba, sambil memandang kearah July.

    Hingga saat itu hujan belum reda dan paka Anthony terpaksa nginap di rumah itu. July terus menemani paka Anthony ngobrol tentang pekerjaan hingga rencana ia akan menikah. Pak Anthony mendengarnya dengan penuh perhatian dan sesekali mencuri pandang dada July. July tak enak hati jika ia meninggalkan pak Anthony sendirian malam itu karena pak Taba telah banyak membantunya.

    Sedang matanya mulai ngantuk. Sedang hiburan di rumah itu tidak ada karena tidak adanya jaringan televisi. Melihat July yang mulai ngantuk itu lalu pak Anthony menyuruh July tidur duluan.

    “Bu, tidur aja dulu biar saya diluar sini.”

    “Wah saya nggak enak ni pak masa pak Anthony saya tinggal.” July memaksakan dirinya untuk terus ngobrol hingga jam menunjukan pukul 9 00 wib yang kalau didesa itu telah larut ditambah hujan deras.

    Dari tadi pak Anthony terus memperhatikan July karena suasana malam itu membuatnya ingin mengambil kesempatan terhadap July dengan tidak menampakkan keinginannya.
    Padahal saat itu tanpa di sadari July pak Anthony telah duduk disamping July.

    “Bu… July.., dingin ya buk..” kata pak Anthony.

    “Ya pak…,” sahut July.. dengan pasti pak Anthony, meraih tangan July…

    “Ini buk, saya pegang tangan ibu ya.., biar dinginnya hilang….” bisik Pak Anthony.

    Julypun membiarkan pak Anthony meraih tangannya, memang ada hawa hangat yang ia rasakan. Lalu pak Anthony melingkarkan tangannya di bahu July dan mengelus balik telinga July, padahal itulah daerah sensitif July. Kepala July lalu rebah di bahu pak Anthony dan seperti sepasang kekasih pak Anthony terus meransang daerah peka di tengkuk dan bahu July.

    Julypun meresapi usapan dan elusan lembut laki-laki yang seusia dengan ayahnya itu, matanya hanya merem melek. Mungkin karena suasana dan cuaca yang dingin membuat July membiarkan tindakan Anthony itu. Pak Anthony lalu berdiri, dan menarik tangan July hingga berdiri. July menurut, lalu ia tuntun kekamar yang dan menyilahkan July berbaring.

    “Bu, tampaknya ibu capai.” kata pak Taba.

    “Ya pak..” kata July.

    Pak Anthony keluar kamar dan mengunci pintu rumah itu dan memeriksa jendela, lalu ia masuk kekamar July kembali sambil menguncinya dari dalam. Ia sudah tidak sabar ingin menggauli July yang telah menjadi obsesinya selama ini malam itu.

    Pak Anthony berjalan kearah July, yang saat itu duduk ditepian ranjang.

    “Pak.. koq di kunci?” tanya July.

    “Biasalah bu, jika malam hujan begini kan biar hawa dingin nggak masuk…” timpal pak Taba.

    “Bagaimana bu apa masih Dingin?” tanyanya.

    “Iya pak…” angguk July.

    “Baiklah buk bagaimana jika saya pijitin kepala ibu itu biar segar.” kata pak Anthony

    “Silahkan pak…” jawab July.

    Lalu July duduk membelakangi pak Anthony dan pak Anthonypun naik ke ranjang itu dengan memijit kepala dan tengkuk July. Padahal yang dilakukannya adalah meransang July kembali untuk bisa mengusainya. Sebagai laki-laki berpengalaman tidaklah susah bagi Pak Taba untuk menaklukkan July, yang ia tahu belum begitu tau tentang dunia sex dan laki-laki.

    Dengan gerakan lembut dan pasti usapan tangannya mulai dari tengkuk hingga balik telinga July.

    July … menutup matanya menikmati setiap gerakan tangan pak Anthony. Dari dekat pak Anthony dapat merasakan dan menikmati kehalusan kulit July. Beberapa saat lamanya pijitan Anthony itu telah turun ke punggung dan diluar kesadaran July kimononya telah turun dari bahunya dan yang tinggal hanya Bh yang menutup payudaranya.

    Bh itupun dengan kelincahan tangan pak Anthony jatuh dan sempat dilihat pak taba bernomor 34b. Masih dari belakang gerakan tangan pak taba lalu meremas payudara July. July sadar dan menahan gerakan tangan Pak Anthony..

    “Sudah pak…, jangan lagi pak…” sambil memakai kimononya kembali sedang bhnya telah terjatuh.

    Pak Anthony kaget dan ia memandang mata July, ada nafsu tertahan, namun ia harus mulai memasang strategi agar July, kembali bisa ia kuasai.

    “Maaf bu.., kalau tadi saya lancang.” kata pak Anthony.

    July diam saja. Sedang saat itu pak Anthony hanya selangkah lagi bisa mengusai July. Lalu pak Taba berjalan keluar dan ia tinggalkan July. Kemudian ia balik lagi kekamar itu, dan duduk disamping July, pakaian July saat itu acak-acakan.

    “Bu…, apa ibu marah?” tanaynya.

    “Tidak pak tapi sayalah yang salah. Padahal selama saya pacaran dan tunangan belum pernah seperti ini.” terang July.
    Pak Anthony manggut-manggut mendengar perkataan July.

    Cuaca malam itu tetap hujan deras dan dingin udara terus menusuk tulang, pak Anthony mengerti jika July khawatir sebab ia masih perawan, namun tekadnya sudah bulat bahwa malam itu July harus bisa ia gauli.

    Dalam kebiusan sikap July saat itu, pak Anthony kembali meraih tangan July dan menciumnya, July diam membisu, lalu pak Anthony memeluk July dan tidak ada penolakan dari July, Rupanya July saat tadi telah bangkit birahinya namun karena ingat akan statusnya maka ia menolak pak Anthony. Dijari July memang melingkar cincin tunangan dan pak Anthony tidak memperdulikannya.

    Dengan kelihaiannya, kembali July larut dalam pelukan dan alunan nafsu yang di pancarkan laki-laki desa itu. Sekali sentak maka terbukalah kimono July, hingga terbuka seluruh kulit tubuhnya yang mulus itu, tanpa bisa ditolak July.

    Dengan penuh nafsu pak Anthony memilin dan membelai dada putih itu hingga memerah dan dengan mulutnya ia gigit putingnya. Keringat telah membasahi tubuh July dan membuatnya pasrah kepada pak Anthony.

    Sebelah tangan Anthony turun dan merongoh cd July dan memasuki lobang itu yang telah basah. Lalu ia buka dan tubuh July ia baringkan. Ia amat bernafsu sekali melihat belahan vagina July yang tertutup oleh sedikit bulu halus.

    Pak Anthonypun lalu membuka baju dan cdnya, hingga mereka sama-sama bugil diatas ranjang itu. Penis Anthony amat panjang dan besar. July saat itu tidak tahu apa-apa lagi.

    Pak Anthonypun lalu membuka kedua kaki July dan mengarahkan penisnya kebelahan vagina July.

    Beberapa kali meleset, hingga dengan hati-hati ia angkat kedua kaki July yang panjang itu kebahunya, dan barulah ia bisa memasukan kepala penisnya.

    “Aduhhhhhh pak.. aughhhhghhhhh… ghhh… sakit pak…” jerit July. Pak Anthony lalu menarik penisnya kembali. Lalu dengan mulutnya ia beri air ludah ke pinggiran lobang vagina itu biar lancar. Kemudian ia ulangi memasukan penisnya. Dengan hati2 ia dorong masuk dan kepala penis masuk…

    “Auuuuuggggkkkk…” jerit July.

    “Sebentar bu…” kata Pak Anthony.

    “Nanti juga hilang sakitnya buk…” terangnya lagi.

    Sekali hentak maka seluruh penisnya masuk dan ia maju mundurkan. Padahal saat itu July merasa dilolosi tulangnya. ia gigit bibir bawahnya menahan rasa nyilu dan sakit saat penetrasi tadi.Pak Anthony telah berhasil merobek selaput dara July, hingga kelihatan tetesan darah di paha mulus July saat itu dan membasahi sprey yang kusut.

    Tangan pak Anthonypun terus memilin payudara July dan kembali menahan pinggul July. Lebih kurang 20 menit ia maju mundurkan penisnya kedalam vagina July sedang July telah 2 kali orgasme, barulah ia muntahkan spermanya didalam rahim July.

    lalu ia tetap diam diatas tubuh July. Terlihat ketika itu, tubuh putih mulus July berada dibawah tubuh pak Anthony yang masih membelai dada dan menjilat bibir dan lidah July. Kedua tubuh manusia itu penuh keringat. Di sudut mata July ada air mata karena keperawanannya telah hilang bukan karena tunangannya tapi oleh laki-laki tua itu.

    Ia tidak punya pilihan lain karena telah terlanjur di setubuhi Pak Anthony. Hingga menjelang pagi pak Anthony kembali mengulang permainan sex itu dengan July, hingga July merasakan kenikmatan dan mengetahui rahasia dalam permaianan dewasa. Anthony tidak ia ingat lagi dan saat itu ia terbelenggu oleh gairah dan nafsu yang di berikan pak Anthony.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Dewasa Perawanku di Ambil Guruku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Dewasa Perawanku di Ambil Guruku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1853 views

    Perawanku – Kali ini aku akan menceritakan tentang diriku dan sebut saja namaku Etty (bukan nama yang sebenarnya), Pada waktu itu aku masih sekolah di sebuah SMA Swasta. Penampilanku bisa dibilang lumayan lah kulit putih kekuningan, bentuk tubuh yang langsing tetapi padat berisi, kaki yang langsing dari paha sampai tungkai, bibir yang cukup sensual, rambut hitam lebat terurai dan wajah yang oval. Payudara dan pantatku pun mempunyai bentuk yang bisa di bilang lumayan juga.

    Dalam bergaul aku cukup ramah sehingga tidak mengherankan bila di sekolah aku mempunyai banyak teman baik anak-anak kelas II sendiri atau kelas I, aku sendiri waktu itu masih kelas II. Laki-laki dan perempuan semua senang bergaul denganku. Di kelaspun aku termasuk salah satu murid yang mempunyai kepandaian cukup baik, ranking 6 dari 10 murid terbaik saat kenaikan dari kelas I ke kelas II.

    Karena kepandaianku bergaul dan pandai berteman tidak jarang pula para guru senang padaku dalam arti kata bisa diajak berdiskusi soal pelajaran dan pengetahuan umum yang lain. Salah satu guru yang aku sukai adalah bapak guru bahasa Inggris, orangnya ganteng dengan bekas cukuran brewok yang aduhai di sekeliling wajahnya, cukup tinggi (agak lebih tinggi sedikit dari pada aku) dan ramping tetapi cukup kekar. Dia memang masih bujangan dan yang aku dengar-dengar usianya baru 27 tahun, termasuk masih bujangan yang sangat ting-ting untuk ukuran zaman sekarang.

    Suatu hari setelah selesai pelajaran olah raga (volley ball merupakan favoritku) aku duduk-duduk istirahat di kantin bersama teman-temanku yang lain, termasuk cowok-cowoknya, sembari minum es sirup dan makan makanan kecil. Kita yang cewek-cewek masih menggunakan pakaian olah raga yaitu baju kaos dan celana pendek. Memang di situ cewek-ceweknya terlihat seksi karena kelihatan pahanya termasuk pahaku yang cukup indah dan putih.

    Tiba-tiba muncul bapak guru bahasa Inggris tersebut, sebut saja namanya Freddy (bukan sebenarnya) dan kita semua bilang, “Selamat pagi Paa..aak”, dan dia membalas sembari tersenyum.
    “Ya, pagi semua. Wah, kalian capek ya, habis main volley”.

    Aku menjawab, “Iya nih Pak, lagi kepanasan. Selesai ngajar, ya Pak”. “Iya, nanti jam setengah dua belas saya ngajar lagi, sekarang mau ngaso dulu”.
    Aku dan teman-teman mengajak, “Di sini aja Pak, kita ngobrol-ngobrol”, dia setuju.
    “OK, boleh-boleh aja kalau kalian tidak keberatan”!
    Aku dan teman-teman bilang, “Tidak, Pak.”, lalu aku menimpali lagi, “Sekali-sekali, donk, Pak kita dijajanin”, lalu teman-teman yang lain, “Naa..aa, betuu..uul. Setujuu..”.
    Ketika Pak Freddy mengambil posisi untuk duduk langsung aku mendekat karena memang aku senang akan kegantengannya dan kontan teman-teman ngatain aku.
    “Alaa.., Etty, langsung deh, deket-deket, jangan mau Pak”.

    Pak Freddy menjawab, “Ah! Ya, ndak apa-apa”.
    Kemudian sengaja aku menggoda sedikit pandangannya dengan menaikkan salah satu kakiku seolah akan membetulkan sepatu olah ragaku dan karena masih menggunakan celana pendek, jelas terlihat keindahan pahaku. Tampak Pak Freddy tersenyum dan aku berpura-pura minta maaf.

    “Sorry, ya Pak”.
    Dia menjawab, “That’s OK”. Di dalam hati aku tertawa karena sudah bisa mempengaruhi pandangan Pak Freddy.
    Di suatu hari Minggu aku berniat pergi ke rumah Pak Freddy dan pamit kepada Mama dan Papa untuk main ke rumah teman dan pulang agak sore dengan alasan mau mengerjakan PR bersama-sama. Secara kebetulan pula Mama dan papaku mengizinkan begitu saja. Hari ini memang hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Ketika tiba di rumah Pak Freddy, dia baru selesai mandi dan kaget melihat kedatanganku.

    “Eeeh, kamu Et. Tumben, ada apa, kok datang sendirian?”.
    Aku menjawab, “Ah, nggak iseng aja. Sekedar mau tahu aja rumah bapak”.
    Lalu dia mengajak masuk ke dalam, “Ooo, begitu. Ayolah masuk. Maaf rumah saya kecil begini. Tunggu, ya, saya pakai baju dulu”Memang tampak Pak Freddy hanya mengenakan handuk saja. Tak lama kemudian dia keluar dan bertanya sekali lagi tentang keperluanku. Aku sekedar menjelaskan, “Cuma mau tanya pelajaran, Pak. Kok sepi banget Pak, rumahnya”.

    Dia tersenyum, “Saya kost di sini. Sendirian.”
    Selanjutnya kita berdua diskusi soal bahasa Inggris sampai tiba waktu makan siang dan Pak Freddy tanya, “Udah laper, Et?”.
    Aku jawab, “Lumayan, Pak”.
    Lalu dia berdiri dari duduknya, “Kamu tunggu sebentar ya, di rumah. Saya mau ke warung di ujung jalan situ. Mau beli nasi goreng. Kamu mau kan?”.
    Langsung kujawab, “Ok-ok aja, Pak.”.

    Sewaktu Pak Freddy pergi, aku di rumahnya sendirian dan aku jalan-jalan sampai ke ruang makan dan dapurnya. Karena bujangan, dapurnya hanya terisi seadanya saja. Tetapi tanpa disengaja aku melihat kamar Pak Freddy pintunya terbuka dan aku masuk saja ke dalam. Kulihat koleksi bacaan berbahasa Inggris di rak dan meja tulisnya, dari mulai majalah sampai buku, hampir semuanya dari luar negeri dan ternyata ada majalah porno dari luar negeri dan langsung kubuka-buka. Aduh! Gambar-gambarnya bukan main. Cowok dan cewek yang sedang bersetubuh dengan berbagai posisi dan entah kenapa yang paling menarik bagiku adalah gambar di mana cowok dengan asyiknya menjilati vagina cewek dan cewek sedang mengisap penis cowok yang besar, panjang dan kekar.

    Tidak disangka-sangka suara Pak Freddy tiba-tiba terdengar di belakangku, “Lho!! Ngapain di situ, Et. Ayo kita makan, nanti keburu dingin nasinya”.

    Astaga! Betapa kagetnya aku sembari menoleh ke arahnya tetapi tampak wajahnya biasa-biasa saja. Majalah segera kulemparkan ke atas tempat tidurnya dan aku segera keluar dengan berkata tergagap-gagap, “Ti..ti..tidak, eh, eng..ggak ngapa-ngapain, kok, Pak. Maa..aa..aaf, ya, Pak”.
    Pak Freddy hanya tersenyum saja, “Ya. Udah tidak apa-apa. Kamar saya berantakan. tidak baik untuk dilihat-lihat. Kita makan aja, yuk”.
    Syukurlah Pak Freddy tidak marah dan membentak, hatiku serasa tenang kembali tetapi rasa malu belum bisa hilang dengan segera.
    Pada saat makan aku bertanya, “Koleksi bacaannya banyak banget Pak. Emang sempat dibaca semua, ya Pak?”.
    Dia menjawab sambil memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya, “Yaa..aah, belum semua. Lumayan buat iseng-iseng”.

    Lalu aku memancing, “Kok, tadi ada yang begituan”.
    Dia bertanya lagi, “Yang begituan yang mana”.
    Aku bertanya dengan agak malu dan tersenyum, “Emm.., Ya, yang begituan, tuh. Emm.., Majalah jorok”.
    Kemudian dia tertawa, “Oh, yang itu, toh. Itu dulu oleh-oleh dari teman saya waktu dia ke Eropa”.
    Selesai makan kita ke ruang depan lagi dan kebetulan sekali Pak Freddy menawarkan aku untuk melihat-lihat koleksi bacaannya.

    Lalu dia menawarkan diri, “Kalau kamu serius, kita ke kamar, yuk”.
    Akupun langsung beranjak ke sana. Aku segera ke kamarnya dan kuambil lagi majalah porno yang tergeletak di atas tempat tidurnya.
    Begitu tiba di dalam kamar, Pak Freddy bertanya lagi, “Betul kamu tidak malu?”, aku hanya menggelengkan kepala saja. Mulai saat itu juga Pak Freddy dengan santai membuka celana jeans-nya dan terlihat olehku sesuatu yang besar di dalamnya, kemudian dia menindihkan dadanya dan terus semakin kuat sehingga menyentuh vaginaku. Aku ingin merintih tetapi kutahan.

    Pak Freddy bertanya lagi, “Sakit, Et”. Aku hanya menggeleng, entah kenapa sejak itu aku mulai pasrah dan mulutkupun terkunci sama sekali. Semakin lama jilatan Pak Freddy semakin berani dan menggila. Rupanya dia sudah betul-betul terbius nafsu dan tidak ingat lagi akan kehormatannya sebagai Seorang Guru. Aku hanya bisa mendesah”, aa.., aahh, Hemm.., uu.., uuh”.

    Akhirnya aku lemas dan kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Pak Freddy pun naik dan bertanya.
    “Enak, Et?”
    “Lumayan, Pak”.
    Tanpa bertanya lagi langsung Pak Freddy mencium mulutku dengan ganasnya, begitupun aku melayaninya dengan nafsu sembari salah satu tanganku mengelus-elus penis yang perkasa itu. Terasa keras sekali dan rupanya sudah berdiri sempurna. Mulutnya mulai mengulum kedua puting payudaraku. Praktis kami berdua sudah tidak berbicara lagi, semuanya sudah mutlak terbius nafsu birahi yang buta. Pak Freddy berhenti merangsangku dan mengambil majalah porno yang masih tergeletak di atas tempat tidur dan bertanya kepadaku sembari salah satu tangannya menunjuk gambar cowok memasukkan penisnya ke dalam vagina seorang cewek yang tampak pasrah di bawahnya.
    “Boleh saya seperti ini, Et?”.

    Aku tidak menjawab dan hanya mengedipkan kedua mataku perlahan. Mungkin Pak Freddy menganggap aku setuju dan langsung dia mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar dan duduk di hadapan vaginaku. Tangan kirinya berusaha membuka belahan vaginaku yang rapat, sedangkan tangan kanannya menggenggam penisnya dan mengarahkan ke vaginaku.

    Kelihatan Pak Freddy agak susah untuk memasukan penisnya ke dalam vaginaku yang masih rapat, dan aku merasa agak kesakitan karena mungkin otot-otot sekitar vaginaku masih kaku. Pak Freddy memperingatkan, “Tahan sakitnya, ya, Et”. Aku tidak menjawab karena menahan terus rasa sakit dan, “Akhh.., bukan main perihnya ketika batang penis Pak Freddy sudah mulai masuk, aku hanya meringis tetapi Pak Freddy tampaknya sudah tak peduli lagi, ditekannya terus penisnya sampai masuk semua dan langsung dia menidurkan tubuhnya di atas tubuhku. Kedua payudaraku agak tertekan tetapi terasa nikmat dan cukup untuk mengimbangi rasa perih di vaginaku.

    Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dengan gerakan penis Pak Freddy mengocok vaginaku. Aku terengah-engah, “Hah, hah, hah,..”. Pelukan kedua tangan Pak Freddy semakin erat ke tubuhku dan spontan pula kedua tanganku memeluk dirinya dan mengelus-elus punggungnya. Semakin lama gerakan penis Pak Freddy semakin memberi rasa nikmat dan terasa di dalam vaginaku menggeliat-geliat dan berputar-putar.

    Sekarang rintihanku adalah rintihan kenikmatan. Pak Freddy kemudian agak mengangkatkan badannya dan tanganku ditelentangkan oleh kedua tangannya dan telapaknya mendekap kedua telapak tanganku dan menekan dengan keras ke atas kasur dan ouwww.., Pak Freddy semakin memperkuat dan mempercepat kocokan penisnya dan di wajahnya kulihat raut yang gemas. Semakin kuat dan terus semakin kuat sehingga tubuhku bergerinjal dan kepalaku menggeleng ke sana ke mari dan akhirnya Pak Freddy agak merintih bersamaan dengan rasa cairan hangat di dalam vaginaku. Rupanya air maninya sudah keluar dan segera dia mengeluarkan penisnya dan merebahkan tubuhnya di sebelahku dan tampak dia masih terengah-engah.
    Setelah semuanya tenang dia bertanya padaku, “Gimana, Et? Kamu tidak apa-apa? Maaf, ya”.
    Sembari tersenyum aku menjawab dengan lirih, “tidak apa-apa. Agak sakit Pak. Saya baru pertama ini”.
    Dia berkata lagi, “Sama, saya juga”.

    Kemudian aku agak tersenyum dan tertidur karena memang aku lelah, tetapi aku tidak tahu apakah Pak Freddy juga tertidur.
    Sekitar pukul 17:00 aku dibangunkan oleh Pak Freddy dan rupanya sewaktu aku tidur dia menutupi sekujur tubuhku dengan selimut. Tampak olehku Pak Freddy hanya menggunakan handuk dan berkata, “Kita mandi, yuk. Kamu harus pulang kan?”.

    Badanku masih agak lemas ketika bangun dan dengan tetap dalam keadaan telanjang bulat aku masuk ke kamar mandi. Kemudian Pak Freddy masuk membawakan handuk khusus untukku. Di situlah kami berdua saling bergantian membersihkan tubuh dan akupun tak canggung lagi ketika Pak Freddy menyabuni vaginaku yang memang di sekitarnya ada sedikit bercak-bercak darah yang mungkin luka dari selaput daraku yang robek. Begitu juga aku, tidak merasa jijik lagi memegang-megang dan membersihkan penisnya yang perkasa itu.

    Setelah semua selesai, Pak Freddy membuatkan aku teh manis panas secangkir. Terasa nikmat sekali dan terasa tubuhku menjadi segar kembali. Sekitar jam 17:45 aku pamit untuk pulang dan Pak Freddy memberi ciuman yang cukup mesra di bibirku. Ketika aku mengemudikan mobilku, terbayang bagaimana keadaan Papa dan Mama dan nama baik sekolah bila kejadian yang menurutku paling bersejarah tadi ketahuan. Tetapi aku cuek saja, kuanggap ini sebagai pengalaman saja.

    Semenjak itulah, bila ada waktu luang aku bertandang ke rumah Pak Freddy untuk menikmati keperkasaannya dan aku bersyukur pula bahwa rahasia tersebut tak pernah sampai bocor. Sampai sekarangpun aku masih tetap menikmati genjotan Pak Freddy walaupun aku sudah menjadi mahasiswa, dan seolah-olah kami berdua sudah pacaran. Pernah Pak Freddy menawarkan padaku untuk mengawiniku bila aku sudah selesai kuliah nanti, tetapi aku belum pernah menjawab. Yang penting bagiku sekarang adalah menikmati dulu keganasan dan keperkasaan penis guru bahasa Inggrisku itu.

  • Skandalku Dengan Bos Di Kantor

    Skandalku Dengan Bos Di Kantor


    1158 views

    Cerita Sex ini berjudulSkandalku Dengan Bos Di KantorCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Suatu hari aku dipanggil pimpinanku ke dalam ruangannya. Aku menduga-duga apa gerangan sebabnya aku dipanggil mendadak begini.

    “Duduk, Dik. Tunggu sebentar ya,” katanya sambil meneruskan membaca surat-surat yang masuk hari ini.

    Setelah selesai membaca satu surat barulah dia menatapku.

    “Begini Dik Anto, besok hari libur nasional. Hari ini apa yang masih harus diselesaikan?” tanyanya.

    Aku berpikir sejenak sambil mengingat apalagi tugas yang harus kuselesaikan segera hari ini.

    “Rasanya sih sudah tidak ada lagi yang mendesak pak, ada beberapa proposal dan rencana kerja yang harus saya buat, tapi masih bisa ditunda sampai minggu depan. Ada apa Pak?” tanyaku.

    “Anu, ada tamu dari Kalimantan, namanya Pak Jainudin, panggil aja Pak Jay. Sebenarnya bukan untuk urusan kantor kita sih. Hanya kebetulan saja pas dia ada di sini, jadinya sekalian aja. Dia menginap di Bekasi. Tadi dia telpon katanya minta tolong agar diantarkan surat yang kemarin Dik Anto buat konsepnya untuk dipelajari, jelaskan aja detailnya. Nanti Dik Anto antar saja ke sana dan bayar bill hotel beliau. Layani sampai selesai urusannya, kalau perlu nanti nggak usah kembali ke kantor. Besok beliau kembali. Kalau mobil kantor pas kosong, pakai taksi aja soalnya ini penting. Uangnya ambil di kasir!” katanya sambil memberikan memo kepadaku untuk ambil uang di kasir.

    Bergegas aku ke kasir sambil cek di resepsionis ada mobil kantor lagi kosong atau tidak. Ternyata semua mobil lagi dipakai. Jadi aku naik taksi ke Bekasi.

    Setelah sampai di hotel yang dituju, aku segera menemui Pak Jay, dan menyerahkan berkas yang dimaksud. Setelah dia bertanya tentang detail dari berkas tadi, dia katakan bahwa dia sudah mengerti dengan isinya dan setuju. Hanya ada perbaikan redaksional saja.

    “OK Dik, nanti saya kabari. Begini saja, konsep ini saya bawa dulu. Perbaikannya nanti menyusul saja. Hanya redaksional kok. Isinya saya sudah paham dan prinsipnya setuju,” katanya.

    “Oh ya pak, pimpinan saya sampaikan bahwa bill hotel bapak biar kami yang selesaikan,” kataku.

    “Aduh, jadi merepotkan. Sampaikan terima kasih dan salam untuk pimpinanmu, Pak Is” katanya sambil menyalamiku.

    “Baik Pak nanti saya sampaikan, selamat jalan”.

    Aku kemudian membereskan bill di front office. Tiba-tiba saja petugas hotel memanggilku.

    “Maaf Pak Anto ya? Ini Pak Jay mau bicara,” katanya sambil menyerahkan gagang telepon. Kuterima gagang telepon dan dari seberang Pak Jay berkata”Dik, saya lupa kasih tahu. Kebetulan semua urusan saya selesai hari ini jadi saya bisa pulang siang nanti. Dik Anto tunggu sebentar di bawah ya!”

    Aku menunggu Pak Jay turun ke lobby. Sebentar kemudian dia sudah datang dan minta dipanggilkan taksi. Kupanggilkan taksi, dia naik dan katanya.

    “Terima kasih banyak lho bantuannya”.

    Aku menggangguk dan tersenyum saja. Setelah taksinya pergi, aku berpikir kalau dia jadi pulang, sementara bill sudah dibayar penuh sampai besok, sayang rasanya. Biar aja kuisi kamarnya sampai besok, toh besok juga libur. Aku lapor ke resepsionis.

    “Mbak, Pak Jay sudah check out, saya pakai kamarnya sampai besok. Tapi tolong beresin dulu kamarnya, saya mau jalan dulu sebentar. Boleh kan?” kataku.

    “Boleh pak, silakan saja,” katanya sambil tersenyum.

    Akhirnya saya keliling-keliling di Kota Bekasi. Nggak ada yang aneh sih. cuma sudah lama saja tidak ke Bekasi. Setelah beberapa lama, capek juga rasanya badanku. Aku akhirnya masuk ke sebuah panti pijat tradisional. Siapa tahu dapat massage girl yang oke, setelah dipijat nanti gantian kita yang memijatnya.

    Seperti biasa begitu masuk di ruang depan aku disodori foto-foto close up yang cantiknya mengalahkan artis. Mbak yang jaga mengomentari sambil sekalian promosi. Si A pijatannya bagus dan orangnya supel, Si B agak cerewet tapi cantik, Si C hitam manis dan ramah dan lain-lainnya. Aku sih tidak tertarik dengan promosinya. Pilihanku biasanya berdasarkan feeling saja.

    Pada saat lihat-lihat foto, ada wanita yang masuk. Kulihat sekilas, kalau dia massage girl di sini aku pilih dia saja.

    Kutanya pada yang jaga, ” Mbak, yang tadi barusan lewat kerja di sini juga?”

    “Ya Mas, dia baru minta ijin keluar sebentar tadi. Katanya ada sedikit keperluan,” jawabnya.

    “Boleh pijat sama dia Mbak?” tanyaku lagi.

    “Boleh saja, tapi tarif untuknya agak tinggi sedikit,” katanya sambil tersenyum kemudian menyebutkan rupiah yang harus kusediakan.

    Kuiyakan dan disuruhnya aku masuk ke kamar VIP, ada AC-nya meskipun berisik dan tidak terlalu dingin. Sambil menunggu di dalam kamar, kuamat-amati sekelilingku. Sebuah kamar berukuran 3 X 2 meter dengan sebuah spring bed untuk satu orang dan sebuah meja kecil yang di atasnya ada cream pijat dan handuk.

    Pintunya ditutup dengan korden kain sampai ke lantai. Kulepaskan pakaianku tinggal celana dalam saja. Iseng-iseng kubuka laci meja kecil di sampingku. Ada kotak “25” yang sudah kosong.

    Tidak lama kemudian gadis pemijat yang kupesan sudah muncul. Kuamati lagi dengan lebih teliti. Lumayan. Kulitnya putih, tinggi (untuk ukuran seorang wanita) dengan perawakan seimbang. Ia mengenakan celana panjang hitam dan kaus putih. BH-nya yang berwarna hitam nampak jelas membayang di badannya.

    “Selamat siang,” sapanya sambil menutup korden dan mengikatkan pinggirnya pada kaitan di kusen pintu.

    “Siang,” jawabku singkat.

    “Silakan berbaring tengkurap Mas, mau diurut atau dipijat saja”.

    “Punggungku dipijat saja, kaki dan tangan boleh diurut”.

    Aku berbaring di atas spring bed. Ia mulai memijat jari dan telapak kakiku.

    “Namanya siapa Mbak?” tanyaku.

    “Apa perlunya Mas tanya-tanya nama segala. Mas kerja di Sensus ya?” Jawabnya sambil tersenyum. Meskipun jawabannya begitu tapi dari nada suaranya dia tidak marah.

    Akhirnya sambil memijat aku tahu namanya, Wati, berasal dari Palembang. Pijatannya sebenarnya tidak terlalu keras. Sepertinya dia pernah belajar tentang anatomi tubuh manusia sehingga pada titik-titik tertentu terasa agak sakit jika dipijat.

    “Aduh.. Pelan sedikit dong!” teriakku ketika dia memijat bagian betisku.
    “Kenapa Mas, Sakit? Kalau dipijat sakit berarti ada bagian yang memang tidak beres. Coba bagian lain, meskipun pijatannya lebih keras tapi kan nggak sakit”.

    Kupikir benar juga pendapatnya. Aku sedikit pernah baca tentang pijat refleksi yang membuka simpul syaraf dan melancarkan aliran darah sehingga metabolisme tubuh kembali normal. Ia memijat pahaku.

    “Hmmhh.. Ada urat yang sedikit ketarik Mas. Pasti beberapa hari ini adik kecilnya tidak bisa bangun secara maksimal,” katanya.

    Memang beberapa hari ini, entah karena kelelahan bekerja atau sebab lain sehingga pada pagi hari saat bangun tidur adik kecilku kondisinya kurang tegang. Aku tidak terlalu memperhatikan karena pikiran memang lagi fokus untuk menyelesaikan pekerjaan minggu ini. Tangannya beberapa kali mulai menyenggol kejantananku yang terbungkus celana dalam. Tapi herannya aku sama sekali nggak terangsang. Kucoba untuk menaikkan pantatku dengan harapan tangannya bisa lebih ke depan lagi, tapi ditekannya lagi pantatku.

    “Sudahlah, Mas diam saja nanti nggak jadi pijat,” katanya.

    Kali ini tangannya benar-benar meremas adik kecilku. Tapi sekali lagi aku heran, karena nggak bisa terangsang. Tangannya kini memijat pinggangku. Ibu jarinya menekan pantatku bagian samping dan jari lainnya memijat-mijat sekitar kandung kemih.

    “Penuh.. Beberapa hari pasti tidak dikeluarkan ya Mas? Maklum adiknya juga lagi nggak fit,” komentarnya agak ngeres. Lagi-lagi tebakannya benar. Aku tidak tahu dia asal tebak atau memang ada ilmunya untuk hal-hal seperti itu.

    “Hhh..” kataku ketika ia mulai menekan punggungku, kemudian terus sampai tengkuk.

    Aku mulai merasa rileks dan mengantuk. Enak juga pijatannya. Kini kakiku diurutnya dengan cream pijat. Sampai di dekat pahaku dia berkata”Tahan sedikit Mas, agak sakit memang”. Tangannya dengan kuat mengurut paha bagian dalamku. Terasa sakit sekali.

    “Uffpp.. Haahh,” kataku sambil menahan sakit.

    Kepalaku kubenamkan ke bantal. Setelah kedua belah pahaku diurut terasa ada perbedaan. Kejantananku mulai bereaksi ketika tangannya menyusup ke bawah pahaku. Pelan tapi pasti kejantananku mulai membesar sehingga terasa mengganjal. Aku agak menaikkan pantatku untuk mencari posisi yang enak. Kali ini dibiarkannya pantatku naik dan tanganku meluruskan senjataku pada arah jam 12.

    “Balik badannya, dadanya mau dipijat nggak?”

    Kubalikkan badanku. Kulihat keringat mulai menitik di lehernya. Untung ada AC, meskipun tidak bagus, sedikit menolong. Wati mengusap-usap dadaku.

    “Badanmu bagus Mas, dadanya diurut ya?”

    “Nggak usah, tanganku aja deh diurut,” kataku.

    Ia duduk di sampingku dengan kaki menggantung di samping ranjang. Ketika ia meluruskan dan mengurut tanganku kupegang dadanya. Lumayan besar, tapi agak kendor.

    “Tangannya..” katanya mengingatkanku.

    Tidak berapa lama ia sudah selesai memijat dan mengurut badanku. Aku meregangkan badan. Terasa lebih segar.

    “Sebentar saya ambil air dulu Mas,” ia keluar kamar dan kembali dengan membawa air hangat dan handuk kecil.

    Dicelupkannya handuk kecil ke dalam air hangat dan dilapnya seluruh tubuhku sampai bekas cream pijat hilang. Kemudian dilapnya badanku sekali lagi dengan handuk yang ada di atas meja kecil. Aku kembali terangsang ketika dia melap dadaku. Kuperhatikan dia dan kupegang tangannya di atas dadaku. Ia memutar-mutarkan tangannya yang dibalut handuk.

    “Kenapa Mas,” bisiknya.

    “Ingin dikeluarin supaya nggak penuh dan meluap terbuang,” kataku.

    Ia menggerakkan tangan, kode untuk mengocok penisku.

    “Nggak boleh emangnya disini ya? Ini apa?” tanyaku sambil membuka laci meja dan menunjukkan kotak “25” yang kosong tadi.

    “Mas ini tangannya usil deh. Bukan begitu Mas, bos lagi ada di sini. Dia kesini seminggu dua kali. Dia melarang kami untuk begituan dengan tamu, katanya belakangan ini sering ada razia,” jawabnya.

    Kami diam beberapa saat, tensiku sudah mulai turun.

    “Begini saja Mas, kebetulan saya juga lagi ingin dan Mas sebenarnya sesuai dengan seleraku dan rasanya bisa memuaskanku. Sekali-sekali ingin juga menikmati kesenangan. Nanti malam saja kita ketemu setelah jam 10 malam, sini sudah tutup”.

    Kutanya berapa tarifnya untuk semalam.

    “Jangan salah kira Mas, tidak semua wanita pemijat hanya ingin uang saja. Sudah kubilang kalau kita nanti bisa take and give. Just for fun”.

    Busyet.. Entah benar entah tidak bahasa yang diucapkannya aku tidak peduli. Malam ini aku dapat pemuas keinginanku yang tertahan selama beberapa hari. Kukatakan nanti setelah selesai kerja kutunggu di hotel tempatku menginap.

    Aku kembali ke hotel dan mandi. Sekilas ada keinginanku untuk berswalayan-ria. Tapi kutahan, takut nanti malam jadi kurang greng. Setelah mandi aku kembali jalan di sekitar hotel. Jalan mulai macet, karena jam pulang kantor sudah lewat. Cuaca agak mendung dan tak lama turun gerimis.

    Kupercepat langkahku, tapi gerimis sudah mulai lebat. Untung ada sebuah warung tenda. Sekilas kubaca tersedia STMJ. Boleh juga nih, hitung-hitung persiapan nanti malam. Kupesan satu gelas. Kuseruput perlahan. Rasa hangat menjalari tubuhku. Jahenya terlalu pedas, kulirik penjualnya.

    “Di sini STMJ-nya asli Mas, alami. Bukan buatan pabrik jamu, melainkan saya buat sendiri. Jahenya memang sengaja agak banyak biar badan jadi sehat dan tidak mudah masuk angin,” katanya seolah membaca pikiranku. Kutunggu minumanku agak dingin. Ternyata ramai juga warung ini. Mungkin juga akibat ramuan Bapak penjualnya yang membuatnya dengan bahan alami.

    Kembali ke hotel meskipun dengan pakaian sedikit basah, namun kesegaran pijatan dan STMJ membuatku tidak takut masuk angin. Aku tidak bawa pakaian ganti karena niatnya tidak menginap, hanya melayani tamu kantor. Kulepas bajuku dan dengan tetap memakai celana panjang kubaringkan tubuhku ke ranjang yang empuk.

    Enak juga jadi orang kaya Menginap di tempat yang empuk dan berAC. Namun kupikir lagi, ternyata hidup ini enak kalau dijalani dengan senang hati. Orang kaya yang punya jabatan tentu tingkat stressnya lebih tinggi dan belum tentu mereka dapat menikmati semua yang ada padanya. Mungkin cocok juga aku jadi filsuf, pikirku begitu sadar dari lamunanku.

    Kulihat jam dinding menunjukkan pukul delapan kurang sepuluh menit. Masih ada waktu tiduran dua jam setelah seharian pikiranku agak capek. Badan sih tidak apa-apa, hanya pikiran yang perlu istirahat.

    Setengah tertidur aku mendengar ketukan di pintu.

    “Tok.. Tok.. Tok..

    “Mas Anto, ini Wati,” terdengar suara dari luar.

    Upss, aku melompat dari ranjang dan membuka pintu. Setelah kubuka pintu aku tertegun sejenak. Wati tetap memakai kaus yang tadi siang dipakainya dibungkus dengan sweater dan celananya sudah ganti dengan jeans.

    Sepatu dengan hak tinggi membuat dia tampak lebih tinggi dan langsing. Kacamata bening nangkring di hidungnya yang sedang. Wajahnya dihiasi dengan make up tipis. Kalau dilihat sekilas seperti Yurike Prastica.

    Wati masuk dan melepaskan sweaternya. Aku menutup pintu, menguncinya dan duduk di atas ranjang, lalu ia duduk di sampingku. Saat itu aku masih termangu, tapi penisku bereaksi lebih cepat dan langsung saja tegak dengan kerasnya. Wati melihat kebawah, ia sengaja melihat dan meraba, mengusap serta memainkan penisku.

    Aku mulai bergairah tetapi hanya diam menunggu aksinya. Kurebahkan tubuhku ke tempat tidur, ia terus memainkan penisku. Dilepasnya kacamata dan diletakkan di meja samping ranjang. Ia berdiri dan melepaskan celana panjangnya. Pahanya yang mulus terpampang di depanku. Kudorong ia dan kupepetkan ke dinding sambil berciuman lembut. Ia mengerang kecil” Ngghngngh..”.

    Tangannya membuka celana panjangku dan menariknya ke bawah. Tangannya meremas penisku dan mengeluarkannya dari celana dalamku. Ia bergerak sehingga aku yang dipepetnya di dinding. Dalam posisi setengah jongkok ia mulai mengulum penisku. Penisku semakin lama semakin tegang.

    Ia mengkombinasikan permainannya dengan mengocok, menjilat, mengisap dan mengulum penisku. Kupegang erat kepalanya dan kugerakkan maju mundur sehingga mulutnya bergerak mengulum penisku. Tangannya meremas pantatku dan menarik celana dalamku yang mengganggu gerakannya. Kurasakan mulutnya menyedot dengan kuat sampai penisku terasa ngilu.

    Kuangkat tubuhnya dan kulucuti celana dalamnya. Kaus tipisnya masih kubiarkan tetap di badannya. Sebuah keindahan tersendiri melihatnya dalam kondisi polos di bagian bawah dan kausnya masih melekat. Belahan payudaranya yang besar membayang di balik kaus tipisnya. Kini aku yang jongkok di depannya dan mulai menjilati dan memainkan clit-nya.

    Vaginanya punya bibir luar yang agak melebar. Warnanya kemerahan. Ia terguncang-guncang ketika clitnya kujilat dan kujepit dengan kedua bibirku. Beberapa saat kami dalam posisi begitu. Tangan kirinya memegang kepalaku dan menekankan ke selangkangannya. Tangan kanannya meremas payudaranya sendiri.

    Aku bangkit berdiri dan bermaksud melepas BH-nya. Kucari-cari di punggungnya tetapi tidak kutemukan pengaitnya.

    “Di depan.. Buka dari depan,” Wati berbisik.

    Rupanya model BH-nya dengan kancing di depan. Kuremas kedua dadanya dengan lembut. Tanganku sudah menemukan kancing BH-nya. Tidak lama dadanya sudah terbuka. Putingnya yang coklat membayang di balik kausnya. Kugigit dari luar kausnya dan Wati mengerang.

    Penisku di bawah yang sudah berdiri melewati garis horizontal mulai mencari sasarannya. Tangannya mengocok penisku lagi dan menggesekkannya pada vaginanya. Kucoba memasukkannya sekarang, namun meleset terus. Kuangkat sebelah kakinya dan kucoba lagi. Tidak tembus juga.

    Mulutku masih bermain dengan puting di dalam kausnya. Wati kelihatannya tidak sabar lagi dan dengan sekali gerakan kausnya sudah terlempar di sudut kamar. Tanganku mengusap gundukan payudaranya dan meremas dengan keras namun hati-hati. Ia menggelinjang. Mulutku menyusuri bahunya dan melepas tali BH-nya sehingga kini kami dalam keadaan polos.

    Karena sudah gagal berkali-kali mencoba untuk memasukkan penis dalam posisi berdiri, kudorong dia ke arah ranjang dan akhirnya kudorong dia rebah ke ranjang. Saat itu aku mulai kepanasan karena gairah yang timbul. Lalu aku menerkam dan memeluk Wati. Perlahan-lahan ia mulai mengikuti permainanku. Kutindih tubuhnya dan kuremas pantatnya yang masih padat.

    “Anto.. Kumohon please ayo.. Masukk.. Kan!”

    Tangannya meraih kejantananku dan mengarahkan ke guanya yang sudah basah. Aku menurut saja dan tanpa kesulitan segera kutancapkan penisku dalam-dalam ke dalam liang vaginanya.

    Kami saling bergerak untuk mengimbangi permainan satu dengan lainnya. Aku yang lebih banyak memegang peranan. Ia lebih banyak pasrah dan hanya mengimbangi saja. Gerakan demi gerakan, teriakan demi teriakan dan akhirnya kamipun menggelosor lemas dalam puncak kepuasan yang tidak terkira.

    Setelah sejenak kami beristirahat, kami saling melihat keindahan tubuh satu sama lain gairahku mulai bangkit lagi. Aku memeluknya kembali dan mulai menjilati vaginanya. Dan kemudian memasukkan penisku yang sudah kembali menegang.

    Aku menusuk vaginanya, crek.. crek.. crek.. crek.. crokk .. Berulang kali. Ia pun mendesah sambil menarik rambutku. Kami saling bergoyang, hingga tempat tidur pun terasa mau runtuh dan berderit-derit. Setelah hampir setengah jam dari permainan kami yang kedua kali, Wati mengejang dan vaginanya terasa lebih lembab dan hangat. Sejenak kuhentikan genjotanku.

    Kini aku kembali menggenjot vagina Wati lagi. Kami berdua bergulingan sambil saling berpelukan dalam keadaan merapat. Kuputar badannya sehingga dia dalam posisi pegang kendali di atas. Kini dia yang lebih banyak memainkan peranan. Akhirnya aku hampir mencapai puncak dari kenikmatan ini. Kutarik buah zakarku sehingga penisku seolah-olah memanjang.

    “Wati, kayaknya aku nggak tahan lagi, aku mau keluar”.

    Akhirnya tak lama kemudian kami mencapai titik puncak. Aku keluar duluan dan tak lama Watipun mendapatkan puncaknya dengan menikmati kedutan pada penisku. Setelah itu kami terbaring lemas, dengan Wati memelukku dengan payudaranya menekan perutku.

    “Wati terimakasih untuk saat-saat ini”

    “Nggak usah To.. Wati yang terimakasih karena, Wati nggak menyangka kamu sungguh hebat. Wati nggak nyangka kamu punya tenaga yang besar. Wati tadi hanya berharap menikmati permainan dengan cepat karena tadi siang pijatanku sudah kuarahkan agar kita bermain dengan cepat”.

    Kami tertidur berpelukan dan setelah pagi harinya kami bercinta untuk ketiga kalinya, dan kuakhiri dengan tusukan yang manis, kami saling membersihkan badan dan pulang. Kuantar ia sampai di depan gang rumahnya.

    Ketika beberapa hari kemudian kucari dia di tempat kerjanya, tidak kudapati lagi dirinya. Kata Mbak yang jaga di depan dia pulang kampung dan tidak kembali lagi. Ditawarkan temannya yang lain untuk memijatku, namun aku tidak berminat dan langsung balik kanan, back to Batavia.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Terapi Seks yang Kulakukan pada Teman Kerjaku yang Sudah Janda – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Terapi Seks yang Kulakukan pada Teman Kerjaku yang Sudah Janda – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1599 views

    Perawanku – Dari beberapa teman aku yang sering memanfaatkan kebiasaan aku ada satu yang senantiasa selalu menghubungi aku diwaktu jam-jam istirahat. Namanya Reni, wanita karier, berumur kurang lebih 28 tahunan, pernah menikah kemudian cerai dan belum dikaruniai anak.

    Soal materi Reni tidaklah kekurangan sebab dari pendapatan kerjanya sudah lebih dari cukup. Awal mula pertemuan aku dengannya melalui teman wanita aku yang pernah aku terapi seks dan memberitahu kepada Reni bahwa aku bisa membantu membuat wanita merasa hidup kembali jauh dari stress dan kejenuhan hidup keluarga.

    Suaru sore aku mendapat SMS dari Reni yang mengatakan bahwa ia ingin bertemu dengan aku di salah satu kedai minuman di Mall, karena aku tak ada acara aku segera berangkat dan menunggu beberapa menit sambih menikmati jus buah kesukaan aku.

    Tak lama berselang ada wanita celingak celinguk mencari sesuatu, aku berpikir sejenak dan dengan berani aku beri kode, ternyata benar ia adalah Reni, wanita yang sedang aku tunggu. Dengan santai kami berbicara panjang lebar dan aku banyak mendengarkan beberapa keluhan yang belakangan ini dirasakannya.

    Setelah hidangan yang tersedia habis aku berinisiatif untuk mengajak Reni ketempat yang lebih privasi agar aku dapat berkonsentrasi terhadap apa yang menjadi ganjalan-ganjalan dari hidupnya.

    Di suatu tempat dibilangan pinggiran Jakarta kami menyewa sebuah kamar mungil yang sangat bersih dan alami. Terapi seks pun aku lakukan dengan tidak melakukan pelecehan-pelecehan, aku berusaha untuk selalu professional dalam melakukan kerjaan sampingan aku ini.

    Kurang lebih satu jam terapi seks aku lakukan kemudian kami beristirahat, tanpa sengaja Reni menghidupkan TV yang berada di kamar tersebut, setelah menganti beberapa chanel ada satu chanel yang menggambarkan adegan-adegan seks (Film Blue) atau filem bokep.

    Reni tertegun sejenak tapi dengan terus menatap dan dengan sedikit bernafsu, hal itu aku bisa rasakan dari gerakkan tubuh dan matanya. Sebagai laki-laki normal aku tidak munafik aku genggam tangannya untuk meredam gelora nafsunya akan tetapi Reni memandang mata aku dengan penuh arti dan birahi, bibir kami bertemu saling mengisap,

    tangan aku mulai bergerilya mencari sasaran, buah dadanya yang masih sekel aku remas dengan penuh perasaan dan dengan sedikit keberanian aku susupkan melalui belahan baju dan BH, aku pilin-pilin putingnya sehingga Reni mendesis, dengan tenang aku buka satu persatu kemeja kerjanya yang tinggal hanya Cdnya yang berwarna pink.

    aku terus memilin-milin putingnya sambil sesekali aku rengkuh buah dadanya, sementara bibir aku terus saling berciuman dengan hotnya. Lidah aku mulai menciumi lehernya yang jenjang, terus turun ke buah dadanya bolak balik aku isap pentilnya satu persatu Reni semangkin mendesis..

    “Teruss gigit Mass…”

    Tangan aku mencari sasaran yang lain yaitu kemaluan yang indah yang dihiasi rambut yang tertata rapi kriting, tanpa dikomando Cdnya aku lepaskan dengan mengaitkan jempol kaki yang kemudian diperosotkan kebawah. Reni semakin mendesis,

    “Mass puaskan Reni Mass… Reni sudah lama tidak merasakan kenikmatan seperti ini Mas.. Terus Mas masukan jarinya Mas..”

    Jari aku menari-nari di bibir kemaluannya sehinga menimbulkan cairan bening yang hangat. aku cari letak G-spotnya aku mainkan jari aku dengan mencubit-cubit kecil, tak lama kemudian Reni menggelepar seperti orang kejang, tangannya mendekap leher aku, sakit aku dibuatnya. Jari dan bibir aku terus menari-nari seolah-olah tidak kenal lelah.

    Beberapat saat kemudian Reni membuka semua pakaian dan celana sehingga aku telanjang bulat, dilemparkannya satu persatu kelantai, bibirnya mulai mencari sasaran kebawah, setelah Reni melihat kemaluan aku.

    “Waww.. Kok besar sekali”

    Beberapa saat Reni terbengong-bengong dengan lembut aku dorong kepalanya sehingga bibirnya yang mungil menuju sarang yang diinginkannya, dijilatnya batang kemaluan aku dari ujung atas sampai kebuah pelir lalu diisapnya ujung batang sambil dikemot-kemot seperti makan es lilin dan tangannya mempermainkan biji pelr aku. Perasaan aku melayang-layang nikmat dan hampir lepas kontrol.

    aku dorong kepalanya ke belakang, gantian aku menjilati kemaluannya, aku putari bongkahan luar sambil menggigit kecil lalu aku isap bibir kemaluan yang sedikit membengkak karena darahnya sudah turun ke bawah yang menandakan nafsu birahinya sudah memuncak, aku mainkan ujung lidah didalam celah surgawi, oh indahnya, kepala Reni menggeleng-geleng sambil mendesis dan teriak kecil..

    “Mas ayo Mas aku tak tahann.. Ayo Mas masukin Mas”

    Melihat keadaan seperti itu lidah aku turun kebawah sampai ke duburnya aku jilati dengan penuh perasaan, mungkin aku juga sedang birahi sehingga tidak ada rasa jijik atau mencium bau yang tak sedap yang pasti uueennakk tenan. Reni mengalami orgasme yang ke dua, dijepitnya kepala aku dengan pahanya yang mulus dan terawat sambil tangannya menjambak rambut aku sambil bibirnya bersuara.

    “Ohh… Ooh… Oohh my good.. ohh oohh my honey, my.. my..” Merancaulah dia dengan edannya.

    Selang beberapa menit baru aku arahkan kemaluan aku keliang surganya dengan posisi kedua kakinya diletakkan dipundak aku sehingga bibir kemaluannya nongol dan menyempit sedikit-demi sedikit aku gerakkan betang kemaluan aku maju mundur sambil tangan aku meremas kedua belah buah dadanya yang semakin kencang.

    Oh Mas.. Besar sekali Mas sesak rasanya punyaku ini”

    aku tetap melakukan kegiatan maju-mundur dan Reni berteriak-teriak kecil sambil tangannya menarik-narik ujung sprei. Kemudian aku balik tubuhnya yang indah agar tengkurap, aku angkat sedikit pantatnya agar nungging, karena bibir kemaluannya nongol aku jilat-jilat, pantatnya naik semangkin tinggi,

    barulah aku tembak dengan meriam si jagur yang menjadi idaman-idaman para wanita yang telah merasakan kenikmatan dengan aku karena kemaluan aku mempunyai ciri khas kepalanya besar kemudian ada sedikit urat-urat yang mengerut yang menimbulkan sensasi bila digesekkan didalam kemaluan wanita, itupun berdasarkan pengakuan mereka.

    aku gerakkan maju mundur sambil sesekali aku tepok pantatnya saking nikmatnya. Napsu aku semakin bergelora terasa kedutan diujung batang kemaluan yang menandakan akan menumpahkan lahar yang panas.

    “Ohh.. aku mau keluaarr”


    Tanpa jawaban Reni semakin menggoyangkan pantatnya semakin kencang dan berputar-putar oohh.

    Crot.. Crot.. Crot.. Crot..

    Menyemprotlah lahar kenikmatan, dunia ini seolah-olah melayang-layang oh indahnya dunia, kudekap perutnya sambil kugigit punggungnya sehingga menimbulkan warna merah yang nyata. Beberapa saat kami ambruk ke samping sambil tetap memeluk erat Reni dari belakang. Tertidur sejenak.

    aku terbangun setelah terdengar suara gaduh yang ditimbulkan oleh seekor kucing yang melompat, mungkin kucing tersebut juga birahi kali. Kami membersihkan diri masing-masing, belum sempat aku memakai baju dan celana aku ditubruk kembali oleh Reni,

    batangku di oralnya dengan posisi jongkok dan aku berdiri, aku berpikir biarkan Reni mencari kepuasan sendiri agar menemukan jati dirinnya dan lepas dari segala beban dipikirannya, tangannya menari-nari di lubang anus dan seputar biji kemaluan ku yang mengakibatkan mata aku merem meleh tak tertahankan..

    “Oohh, terus sayang terus sayang buat aku melayang jauh ke dunia lain, dunia yang penuh mesteri kenikmatan, oohh”

    Semakin menjadi-jadi jilatannya di batang kemaluanku. Kujambak rambutnya yang terurai sambil meremas-remas menahan kenikmatan yang sangat, dikulumnya kedua biji aku smbil matanya menyorot sendu ke wajah aku, ooh bidadariku terasa ingin terbang.

    Posisi aku duduk karena tak tahan berdiri sambil menimati kenikmatan sampai dengkul ini terasa lemas tak bertulang. Beberapa menit kemudian aku tak tahan dan kedutan diujung kemaluan aku mulai terasa dengan tenaga yang terkumpul di ujung kemaluan aku muntahkan lahar panas aku di dalam rongga mulutnya yang seksi, sampai semburan terakhir, ditelannya habis dan bersih, dan Reni berkata.

    “Enak Mas, spermamu gurih biar aku awet muda.. Ohh my baby”

    Memang sperma bisa menjadikan wanita awet muda dan dapat menghilangkan bercak-bercak pada kulit muka bila dilumuri bagian yang berbecak. Sperma tidak menjadi racun karena sperma adalah sama seperti telur ayam dengan kandungan protein yang tinggi, tapi untuk menikmatinya perlu birahi yang sedang naik agar tidak merasa jijik dan geli.

    Dari pertemuan itu aku beberapa kali melakukan terapi seks, tapi sekarang Reni dipindahkan diseberang pulau sehingga kecil kemungkinan untuk bertemu. Yang pasti kunci dari kenikmatan bersetubuh adalah keiklasan satu sama lain jangan ada dusta diantara kita bila ingin ngesek yang indah.

    Dari beberapa pertemuan yang telah aku lakukan selain Reni memang mempunyai ciri khas tersendiri, semua memang hampir sama tapi kenikmatan berbeda, aku lebih suka ngentot dengan wanita setengah baya, karena rata-rata mereka tidak tabu dan juga munafik,

    bila hasratnya ingin melakukan yah melakukan tanpa berpura-pura dan yang paling aku suka adalah kedewasaan jadi dapat menyimpan rahasia walaupun itu sulit dilakukan dan yang paling berkesan wanita setengah baya sudah tahu apa yang harus dia perbuat bila pasangannya sudah mulai naik, dan tak segan-segan melakukan oral bila perlu tanpa dipaksa ataupun disuruh.

    Sampai saat ini kadang aku merasakan betapa nikmatnya terapi seks dengan wanita yang mengisi rongga dunia lelaki, dan yang pasti semua yang diucapkan wanita yang berkencan dengan aku berkomentar.. Waw besar bangett sih punyamu seperti terong bule.

    aku tidak keberatan bila ada yang ingin berkenalan dengan aku atau ingin terapi seks, setelah itu terserah anda.

  • Cerita Sex Bu Rini

    Cerita Sex Bu Rini


    971 views

    Perawanku – Cerita Sex Bu Rini, Aku termasuk pria yang paling suka dengan wanita yang lebih tua dariku. Itu mulai dari umurku yang ke-30, sekarang umurku sudah mencapai 37. Memang tidak semua wanita yang lebih tua termasuk kesukaanku. Karena aku paling senang melihat yang terutama kulitnya berwarna kuning langsat. Apalagi ibu-ibu yang kerut mukanya tidak kalah dengan anak perawan saat ini. Ada kemungkinan biasanya mereka paling teratur merawat badan mulai dari minum jamu hingga luluran.

    Sebulan yang lalu aku pergi kerumah sepupuku Ary di daerah Bogor, kebetulan rumahnya berada didalam gang yang tidak bisa masuk mobil. Jadi mobilku aku parkir di depan gang dekat sebuah salon. Setiba dirumah Ary, aku disambut oleh istrinya. Memang istri si Ary yang bernama Sandra 30 tahun memang dikategorikan sangat sexy, apalagi dia hanya mengenakan daster.

    “Mas Ary sedang ke Pak RT sebentar Mas, nanti juga balik,” sapa si Sandra.
    “Oh ya..” jawabku singkat.

    Aku disuruh duduk diruang tamu, lalu dia kembali dengan satu cangkir the manis, karena kursi diruang tamu agak pendek, maka dengan tidak sengaja aku dapat melihat persis sembulan kedua belah dada si Sandra yang tidak mengenakan BH. Wach pagi-pagi sudah dibuat pusing nich pikirku. Tapi aku hilangkan pikiranku jauh-jauh, karena aku pikir dia sudah termasuk keluargaku juga.

    Akhirnya setelah Ary tiba, kami bertiga ngobrol hingga sore hari. Lalu aku izin untuk menghirup udara sore sendirian, karena aku akan nginap dirumah si Ary hingga besok pagi. Aku berjalan kedepan gang sambil melihat mobilku, apakah aman parkir disana. Setelah melihat mobil aku mampir ke salon sebentar untuk gunting rambut yang kebetulan sudah mulai panjang. Disana aku dilayani oleh seorang ibu, umur kurang lebih 40-45 tahun, kulit kuning langsat, body seperti layaknya seorang ibu yang umurnya seperti diatas, gemuk tidak, kurus tidak, sedangkan raut mukanya manis dan belum ada tanda-tanda keriput dimakan usia, malah masih mulus, saya rasa ibu tsb sangat rajin merawat tubuhnya terutama mukanya.

    “Mas mau potong rambut atau creambath nich,” sapa ibu tersebut.
    “Mau potong rambut bu” jawabku.

    Singkat cerita setelah selesai potong rambut ibu tersebut yang bernama Rini menawarkan pijat dengan posisi tetap dibangku salon. Setelah setuju sambil memijat kepala dan pundak saya, kami berkomunikasi lewat cermin di depan muka saya.

    “Wach pijatan ibu enak sekali” sapaku.
    “Yach biasa Mas, bila badan terasa cape benar, memang pijatan orang lain pasti terasa enak” jawabnya.
    “Ibu juga sering dipijat kalau terlalu banyak terima tamu disalon ini, soalnya cape juga Mas bila seharian potong/creambath rambut tamu sambil berdiri” jawabnya lagi.
    “Sekarang ibu terasa cape enggak” tanyaku memancing.
    “Memang Mas mau mijitin ibu” jawabnya.
    “Wach dengan senang hati bu, gratis lho.. kalau enggak salah khan biasanya bila terlalu lama berdiri, betis ibu yang pegal-pegal, benar enggak bu?” pancingku lagi.
    “Memang benar sich, tapi khan susah disini Mas” jawab Bu Rini sambil tersenyum.

    Naluriku langsung berjalan cepat, berarti Bu Rini ini secara tidak langsung menerima ajakanku. Tanpa buang-buang waktu aku berkata “Bu, ibu khan punya asisten disini, gimana kalau aku pijit ibu diluar salon ini?” pancingku lagi.
    “Mas mau bawa ibu kemana?” tanya Bu Rini.
    “Sudahlah bu.. bila Bu Rini setuju, saya tunggu ibu dimobil di depan salon ini, terserah ibu dech mau bilang/alasan kemana ke asisten ibu” Ibu Rini mengangguk sambil tersenyum kembali.

    Singkat cerita kami sudah berada didalam hotel dekat kebun raya Bogor. Ibu Rini mengenakan celana panjang, dengan baju terusan seperti gamis. Aku mempersilahkan Bu Rini telungkup diatas tempat tidur untuk mengurut betisnya, dia mengangguk setuju.

    “Enggak nyusahin nich Mas”
    “Tenang saja bu, enggak bayar koq bu, ini gratis lho.” jawabku.

    Lalu aku mulai mengurut tumit ke arah betis dengan body lotion. Celana panjang Bu Rini aku singkap hingga ke betisnya, tapi karena paha Bu Rini terlalu besar ujung celana bagian bawah tidak bisa terangkat hingga atas. Ini dia kesempatan yang memang aku tunggu.

    “Bu maaf nich, bisa dibuka saja enggak celana ibu masalahnya nanti celana ibu kena body lotion, dan aku memijatnya kurang begitu leluasa, nanti ibu komplain nich”

    Kulihat Bu Rini agak malu-malu saat membuka celana panjangnya, sambil langsung melilitkan handuk untuk menutupi celana dalamnya. Lalu aku mulai memijit betis beliau dengan lotion sambil perlahan-lahan menyingkap handuknya menuju pahanya. Kulihat dari belakang Bu Rini hanya mendesah saja, mungkin karena terasa enak pijitanku ini. Saat mulai memijit pahanya body lotion aku pergunakan agak banyak, dan handuk sudah tersingkap hingga punggungnya.

    Cerita Sex Bu Rini

    Cerita Sex Bu Rini

    Aku mulai renggangkan kedua kaki Bu Rini, sambil memijat paha bagian dalam. Tampaknya Bu Rini menikmatinya. Tanpa buang waktu dalam keadaan terlungkup aku menarik celana dalam Bu Rini ke bawah sambil berkata “Maaf Bu yach”.

    Dia hanya mengangguk saja sambil terpejam matanya, mungkin karena Bu Rini sudah mulai terangsang saat aku pijit pahanya dengan lotion yang begitu banyak.

    Wow kulihat pantat Bu Rini tersembul dengan belahan ditengahnya tanpa sehelai rambut yang mengelilingi vagina ibu tersebut. Aku mulai lagi memijit paha bagian atas hingga ke pantatnya dengan menggunakan kedua jempolku. Kutekan pantat Bu Rini hingga belahannya agak terbuka lebar, dengan sekali-kali aku sapu dengan keempat jariku mulai dari vagina ke atas hingga menyentuh lubang anusnya.

    “Och.. Och..”

    Hanya itu yang keluar dari mulut Bu Rini, rupanya dia mulai sangat amat terangsang, tapi dia type yang pasif, hanya menerima apa yang akan diperbuat kepadanya. Aku mulai nakal, kulumuri kelima jariku dengan lotion lalu aku mulai sapu dari anus hingga kebawah ke arah vagina ibu Rini dan diimbangi dengan makin naiknya pantat Bu Rini.

    “Och.. Och.. Mas teruskan Mas.. Och..”

    Pelan-pelan kumasukan jari telunjuk dan tengah ke dalam vaginanya, lalu kukocok hingga mentok kedinding bagian dalam vagina, sambil perlahan-lahan jempolku menekan lubang anus Bu Rini. Kulihat Bu Rini agak meringis sedikit, tapi tetap tidak ada sinyal menolak. Jempolku sudah masuk ke dalam anus Bu Rini, perlahan-lahan sambil kulumuri agak banyak body lotion kukocok juga lubang anus Bu Rini, hingga sekali tekan jempolku masuk ke lubang anus, sedangkan jari telunjuk dan tengah masuk ke vaginanya, dan aktifitas itu aku lakukan hingga 3 menit.

    Dan kulihat Bu Rini sudah tidak lagi meringis tanda kesakitan disekitar lubang anusnya, tapi sudah terlihat diwajahnya rasa kenikmatan, meskipun matanya terus terpejam hanya beberapa kali tersengah.

    “Och.. Och..”

    Setelah itu aku jilat kuping Bu Rini dengan lidahku sambil berbisik.

    “Aku masukan yach Bu kontolku”

    Ibu Rini hanya mengangguk setuju tanpa membuka matanya. Lalu aku buka seluruh pakaianku, lalu aku ganjel perut Bu Rini dengan bantal yang kulipat, supaya pantat dan lubang vaginanya agak menguak ke atas. Lalu aku masukan kontolku ke dalam vagina Bu Rini dan kukocok hingga 15menit, lalu kulihat lendir putih sudah mulai keluar dari lubang vagina Bu Rini.

    Rupanya Bu Rini sudah mencapai klimaks hingga mengeluarkan pejunya duluan, lalu aku seka dengan handuk dan kuayun kembali kontolku hingga 15 menit kemudian, hingga Bu Rini mencapai klimaks yang kedua kali. Sedangkan kontolku makin tegang saja tanpa isyarat akan memuncratkan peju. Karena sudah pegal juga pinggangku, aku ambil body lotion kulumuri anus Bu Rini sambil kubuka lubang anus tersebut hingga masuk ke dalam, lalu aku pelan-pelan menekan ujung kontolku hingga masuk ke dalam anus Bu Rini.

    “Och.. Pelan-pelan Mas..” Bu Rini mengeluh.

    Terus kutekan kontolku hingga masuk ke dalam anus Bu Rini, lalu pelan-pelan aku cabut kontolku. Memang kontolku terasa amat terjepit oleh lubang anus Bu Rini, ini membuat aku mulai terangsang. Kutekan lagi kontolku ke dalam lubang anus Bu Rini, dan pelan-pelan mulai kukocok lubang anus Bu Rini dengan kontolku ini sambil melumuri body lotion supaya lubang anus Bu Rini tidak lecet, terus kulakukan aktifitas ini hingga 5menit dan tiba-tiba peju dikontol mulai mengadakan reaksi ingin berlomba-lomba keluar. Lalu kucabut kontolku, dan kulepaskan seluruh pejuku bertebaran diatas sprei.

    Setelah itu Bu Rini langsung membersihkan badannya kekamar mandi, lalu kususul Bu Rini di kamar mandi yang sudah tanpa sehelaipun benang ditubuhnya, lumayan bodynya cukup montok, tetenya sudah agak kendur tapi masih menantang seperti buah pepaya yang masih tergantung dipohon, perutnya juga sudah mulai ada lipatan lemaknya, tapi tetap enak dipandang, karena memang warna kulitnya seluruhnya kuning langsat. Lalu aku bantu Bu Rini saat hendak memakai sabun ditubuhnya, demikian juga aku dibantu juga oleh Bu Rini.

    Setelah selesai mandi kontolku mulai bangun kembali, lalu kuminta Bu Rini untuk main kembali, Bu Rini memberikan isyarat ok. Dan kusuruh Bu Rini duduk dikursi tanpa mengenakan pakaian selembarpun, kuangkat kedua kakinya ke atas dengan posisi mengangkang lalu kusuruh Bu Rini memeluk kakinya kuat-kuat, lalu aku jongkok dan mulai menyapu vagina Bu Rini dengan lidahku, sambil jari telunjukku ikut masuk ke dalam vagina bagian bawah sambil mengocoknya. Disini Bu Rini tampak mendesah agak keras.

    “Och.. Och.. Och.. Masukan saja Mas.. Aku enggak kuat”

    Tanpa buang waktu lagi karena memang kontolku mulai keras kembali, kutekan kontolku ke dalam lubang vagina Bu Rini kembali sambil setengah berdiri, sedangkan kedua kaki Bu Rini sudah bersandar di depan bahuku, terus kusodok vagina Bu Rini dengan kontolku, hingga 30 menit lebih aku belum bisa juga mengeluarkan pejuku. Lalu kuminta Bu Rini untuk mengisap kontolku supaya cepat keluar pejuku ini.

    Kedua kakinya kuturunkan lalu aku memegang kedua pipinya ke arah kontolku, lalu aku memasukan kembali kontolku ke dalam mulut Bu Rini, disini kulihat Bu Rini mengimbangi dengan isapan serta air liurnya yang mulai menetes dari mulutnya untuk membuatku cepat mencapai puncak. Memang benar-benar lihai Bu Rini, sebelum mencapai waktu lima menit aku sudah tidak tahan lagi menahan pejuku muncrat didalam mulutnya.

    Setelah itu kami berdua membersihkan diri kembali kekamar mandi, lalu kami kembali ke salon Bu Rini. Sebelum keluar dari mobil, aku sempat berbisik kepada Bu Rini. Memang yang lebih tua, sangat paham dalam pengalaman dalam hal ini dibanding dengan yang masih muda. Bu Rini hanya tersenyum manis saja, sambil turun dari mobilku dan kembali masuk ke dalam salonnya.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,