Author: perawanku

  • SASHA, KARENA ULAH SUAMI

    SASHA, KARENA ULAH SUAMI


    1181 views

    Cerita Sex ini berjudulSASHA, KARENA ULAH SUAMICerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Sasha adalah seorang seorang eksekutif muda berusia 26 tahun yang sudah lumayan lama bekerja sebagai sekretaris sebuah perusahaan multinasional. Sikapnya yang ramah dan lembut membuat ia disukai oleh rekan-rekannya di kantor.

    Sasha memiliki wajah yang amat cantik khas wanita oriental yang sering dibanding-bandingkan dengan wajah artis-artis Jepang, hal itu wajar karena ayah Sasha adalah orang Jepang asli yang merantau ke Indonesia, sehingga Sasha berdarah Jepang campuran.

    Salah satu daya tarik Sasha adalah rambut hitam panjangnya yang lurus dan indah yang ikut menyempurnakan kecantikan wajahnya selain tubuh Sasha yang proporsional dengan tinggi 160 cm yang juga merupakan nilai tambahnya.

    Sebagai keturunan Jepang, Sasha juga diberi nama Izumi Toyama oleh ayahnya, namun ia lebih suka memakai nama Sasha karena lebih familiar dilingkungan kantornya yang mayoritas adalah orang-orang Indonesia asli. Kecantikan Sasha juga menarik perhatian para laki-laki di kantor itu. Sasha sering dijadikan bahan obrolan dan fantasi mereka sehari-hari.

    Sayangnya, mereka tidak bisa berharap terlalu banyak karena Sasha sudah memiliki seorang suami bernama Aldy yang menikahinya 3 tahun lalu. Apalagi Sasha telah dikaruniai seorang putri yang berusia 2 tahun bernama Alyssa hasil dari pernikahannya dengan Aldy.

    Aldy sendiri bekerja di bagian keuangan perusahaan itu dan bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan dan perpajakan. Tak heran, banyak juga laki-laki yang seringkali iri dengan keberuntungan Aldy yang berhasil memperistri wanita secantik Sasha. Namun, walaupun Sasha telah berstatus sebagai istri Aldy, hal itu tidak mengurungkan niat beberapa lelaki di kantornya untuk mengincar Sasha.

    Mereka merasa Sasha bagaikan intan yang begitu berkilau dan amat sayang untuk dilepas. Termasuk diantaranya adalah Pak Anton, seorang direktur cabang sekaligus supervisor Sasha yang telah lama mengincar anak buahnya itu. Berbagai cara telah dilakukan Pak Anton untuk mendekati Sasha namun Sasha selalu berusaha sebisa mungkin untuk menghindar dari Pak Anton.

    Apalagi Sasha sudah berkeluarga dan ia amat mencintai suaminya. Sikap Sasha ini juga dinilai wajar oleh para pegawai kantor itu karena selain sikap ngototnya dan usianya yang sudah nyaris berkepala lima, tubuh Pak Anton yang tambun dan kepalanya yang agak botak membuatnya tidak begitu disukai para pegawai perempuan yang cenderung menjauhinya, apalagi Pak Anton terkenal genit dan sering menggoda pegawai perempuan di kantornya. Mungkin itulah sebabnya Pak Anton masih melajang seumur hidupnya walaupun ia amat kaya.

    Suatu hari, kantor Sasha diminta oleh kantor pusat untuk menyiapkan dokumen-dokumen kontrak yang harus dikirim ke luar negeri besok harinya, sehingga Sasha terpaksa harus lembur dan mempersiapkan dokumen-dokumen itu dalam waktu sehari penuh. Kebetulan, pak Anton juga ikut lembur sebagai supervisor Sasha yang harus memeriksa dokumen-dokumen yang dipersiapkan oleh Sasha.

    Sementara itu, Aldy sudah terlebih dulu pulang dari sore karena tidak ikut lembur hari itu. Saat pulang, Aldy sudah meminta Sasha untuk pulang sendirian karena mobil mereka belum selesai diperbaiki di bengkel.

    Akhirnya, setelah bekerja seharian penuh, semua dokumen itupun berhasil terselesaikan oleh Sasha. Waktu di jam dinding telah menunjukkan pukul 11.20 malam.

    Sasha pun merasa amat lelah dan mengantuk, walau demikian, ia masih harus mengantarkan dokumen itu ke ruangan Pak Anton. Sasha pun segera mengantarkan dokumen itu ke ruangan Pak Anton. Sesampainya di ruangan itu, Sasha segera menuju ke meja Pak Anton. Walaupun sebenarnya ia juga merasa malas untuk bertemu atasannya yang terkenal genit itu.

    “Pak, ini semua dokumennya sudah saya kerjakan. Sisanya tinggal diperiksa saja sebelum dikirim ke pusat.” ujar Sasha sambil menyerahkan dokumen-dokumen itu ketangan Pak Anton.

    “Oh, iya! Bagus sekali Sasha. Bagaimana dengan surat-surat perjanjian kontrak, sudah kamu kerjakan juga?” tanya Pak Anton.

    “Sudah Pak. Baru saja saya faks ke kantor pusat. Besok mungkin konfirmasinya akan kita terima.”

    “Baguslah kalau begitu.”

    “Terima kasih, pak. Apa masih ada yang perlu saya siapkan?” tanya Sasha. Sasha sudah tidak sabar untuk pulang karena ia merasa lelah sekali setelah bekerja dari pagi. Apalagi ia cemas kalau ia tidak bisa pulang karena sulit untuk mendapatkan transportasi untuk pulang pada waktu tengah malam seperti itu.

    “Oh, tidak. Kamu boleh pulang sekarang. Terima kasih, Sasha.” jawab Pak Anton.

    “Sama-sama, Pak.” Sasha menjawab dengan riang, akhirnya ia terbebas dari beban pekerjaannya. Sasha segera beranjak keluar dari ruangan Pak Anton.

    “Oh ya, Sasha!” belum sempat kenop pintu ruangan itu dipegang Sasha, tiba-tiba Pak Anton memanggilnya dari belakang.

    “Ada apa, Pak?” ujar Sasha dengan nada agak kecewa.

    “Malam minggu ini kamu ada waktu? Bagaimana kalau kita makan malam di Kemang? Saya dengar masakan disana enak-enak!” ajak Pak Anton pada Sasha. Sasha menghela nafas menahan kesabarannya.

    Hari ini masih hari Selasa, namun ini sudah keempat kalinya Pak Anton mengajaknya untuk makan malam. Memang supervisornya yang satu ini lumayan ngotot dan perlu kesabaran ekstra untuk mengatasinya. Kalau saja Pak Anton bukan direktur cabang, sudah pasti Sasha akan melaporkannya ke atasan.

    “Maaf Pak, sepertinya saya tidak bisa.” Tolak Sasha dengan halus.

    “Kenapa?”

    “Kebetulan saya harus pergi ke rumah mertua saya hari Sabtu ini.” Kilah Sasha.

    “Oh ya? Kamu sepertinya sibuk sekali. Dua hari ini saya ajak makan siang kamu juga menolak. Atau, kamu memang tidak mau makan bersama saya?!” tanya Pak Anton dengan sorot mata tajam dan dahi yang mengrenyit.

    “Tidak, Pak. Soalnya minggu ini kita memang sibuk sekali, hari ini saja saya harus lembur padahal saya tidak ikut makan siang tadi…” Sasha berusaha memberi alasan yang masuk akal pada Pak Anton dengan harapan atasannya itu mau mengerti, walaupun dalam hatinya ia memang tidak mau pergi bersama Pak Anton.

    “Ya sudah kalau begitu. Mungkin kapan-kapan kita bisa makan bersama kalau kamu sempat.” Ujar Pak Anton.

    “Ya Pak” jawab Sasha. Sasha merasa agak lega karena tampaknya ia berhasil meloloskan diri dari permintaan Pak Anton untuk sementara. Walaupun ia tahu bahwa Pak Anton pasti tidak akan menyerah begitu saja. Sasha segera keluar dari ruangan Pak Anton.

    “Huff…” Sasha menghela nafas sejenak dan menyandarkan tubuhnya ke dinding.

    “Eh, kenapa Sha?” terdengar suara wanita yang memanggilnya. Sasha menoleh ke arah suara itu dan ia melihat rekannya, Sherly, sedang berdiri disampingnya sambil memegangi dokumen-dokumen lainnya.

    “Ah, nggak apa-apa, Sher.”

    “Yakin tuh? Mukamu kelihatan lelah banget!” tanya Sherly dengan raut wajah khawatir.

    “Iya, soalnya aku dari pagi harus mengetik dokumen untuk Pak Anton. Akhirnya kelar juga deh…” ujar Sasha sambil menghela nafas.

    “Yaah… Kamu sih, supervisornya Pak Anton. Terus bagaimana tuh? Kamu diapa-apain nggak?” tanya Sherly seraya melirik ruangan Pak Anton.

    “Diajakin makan bareng lagii…” jawab Sasha sedikit kesal.

    “Heeh?! Udah yang keberapa kali tuh minggu ini?” tanya Sherly seolah tidak percaya. Sasha menaikkan tangannya dan mengacungkan 4 jari-jari lentiknya dihadapan Sherly dengan raut wajah masam.

    “Udah, sabar aja dulu! Siapa tahu nanti dia dimutasi ke cabang lain? Lagian kamunya juga sih! Siapa suruh cantik?” goda Sherly sambil tersenyum dan mencubit pipi Sasha.

    “Aduuh! Dasar usil!” protes Sasha sambil melepaskan cubitan Sherly di pipinya.

    “Oh iya! Sha, ini ada titipan dari Pak Leo ke Aldy. Tolong kamu serahkan sesegera mungkin karena katanya penting!” ujar Sherly sambil menyodorkan sebuah disket ke Sasha.

    “Memangnya apa sih isinya?” tanya Sasha sambil menerima disket itu.

    “Tahu deh? Mungkin data keuangan yang diperiksa Pak Leo.” Jawab Sherly ragu-ragu.

    “Ooh, iya deh. Nanti kuserahkan ke Aldy!” ujar Sasha.

    “Ya sudahlah! Kamu sudah mau pulang kan? Cepat bereskan barang-barangmu sana! Nanti dipanggil Pak Anton lagi lhoo…” ejek Sherly.

    “Nggak mauu! Ya sudah! Aku pulang dulu ya, Sher!” seru Sasha yang segera berlalu ke mejanya. Sasha segera mengemas barang-barang di mejanya kedalam tasnya. Mungkin karena terburu-buru, Sasha lupa memasukkan disket untuk Aldy kedalam tasnya. Tanpa sempat memeriksa barang-barangnya lebih lanjut, Sasha segera berlari keluar dari kantornya menuju halte bus secepat mungkin karena ia mengejar bus terakhir malam itu.

    Sementara itu, Sherly baru melihat disket titipan Pak Leo yang tertinggal di atas meja Sasha. Sherly dengan buru-buru membawa disket itu Sasha dan segera berusaha mengejar Sasha. Namun dalam perjalanan keluar, Sherly berpapasan dengan Pak Anton yang baru keluar dari ruangannya.

    “Lho, ada apa Sherly? Kok buru-buru?” tanya Pak Anton.

    “Saya mau menyusul Sasha, Pak! Ada disket titipan Pak Leo untuk Pak Aldy yang tertinggal!”

    “Oh, kalau begitu, serahkan saja disket itu ke saya. Besok akan saya serahkan ke Sasha.” Usul Pak Anton.

    “Tapi Pak…”

    “Sudah, tidak apa-apa! Sasha mungkin sudah pulang sekarang kan? Lagipula saya supervisornya, jadi besok saya pasti bertemu dengannya. Atau, kamu tidak percaya dengan saya?” tanya Pak Anton sambil melirik tajam kearah Sherly.

    “Ti…tidak Pak! Ini disketnya. Tolong diserahkan ke Sasha atau Pak Aldy besok.” Jawab Sherly yang kalah dengan kengototan Pak Anton sambil menyodorkan disket itu.

    “Nah, begitu dong!” Pak Anton tersenyum sambil menerima disket itu dari tangan Sherly. Pak Anton lalu berlalu masuk kembali ke dalam ruangannya. Meninggalkan Sherly yang masih kebingungan.

    Beberapa saat kemudian, Pak Anton akhirnya menyelesaikan pemeriksaan dokumen-dokumen yang diketik oleh Sasha. Ia merasa puas dengan hasil kerja anak buahnya itu. Pak Anton segera beranjak untuk pulang. Namun sebelumnya, ia merasa penasaran akan isi disket yang ditujukan ke Aldy. Maka Pak Anton kembali menyalakan komputernya dan memasukkan disket itu. Selama beberapa saat, Pak Anton membaca isi disket itu. Ia tersenyum lebar saat mengamati data-data dalam disket itu.

    “Hmm… menarik! Benar-benar menarik!” ujarnya sambil tersenyum menyeringai.

    Sementara itu, Sasha akhirnya tiba di rumahnya. Sesampainya di ruang tamu, Sasha segera disambut oleh Aldy yang sudah menunggunya dari tadi

    “Met malam, sayang. Bagaimana lemburnya?” tanya Aldy sambil tersenyum pada Sasha.

    “Aah… capeek…” jawab Sasha sambil melemaskan otot-ototnya.

    “Ya sudah, ayo cepat tidur. Sudah hampir jam 1 lho…”

    “Iya, iyaa… maunya juga begitu, Aldyy…” Sasha menjawab dengan nada malas.

    “O iya, tadi Pak Leo menitipkan disket untukku, tidak?” tanya Aldy tidak sabaran.

    “Idiih… dasar!! Yang ditungguin rupanya disket itu ya? Bukan aku ya?” balas Sasha dengan raut wajah merengut.

    “Bukan begitu. Aku juga nungguin kamu kok, Sha! Cuma isi disketnya penting sekali, rahasia perusahaan.” Terang Aldy.

    “Tenang saja. Ada kok di tasku!” jawab Sasha tersenyum sambil merogoh tasnya untuk mencari disket itu, namun ia panik karena tidak bisa menemukan disket itu dimana-mana.

    “Eh, kok nggak ada?!” seru Sasha dengan panik. Anehnya, Aldy tampak lebih panik lagi.

    “Yang benar, Sha? Kamu beneran bawa pulang kan?” tanya Aldy dengan wajah pucat.

    “Aduuh! Pasti tertinggal di mejaku deh! Soalnya aku tadi kan buru-buru!”

    “Astagaa! Kok bisa sih, Sha?” seru Aldy dengan bingung. Sasha makin penasaran dengan sikap Aldy yang begitu mencemaskan sebuah disket biasa.

    “Besok kuambil deh! Memangnya isinya apaan sih? Kok kamu panik begitu?” tanya Sasha penasaran.

    Aldy menghela nafas panjang untuk menenangkan diri. Ia lalu berbisik pelan ke telinga Sasha untuk menjelaskan isi disket itu. Sasha menyimak penjelasan itu dengan baik. Namun lama kelamaan matanya membelalak seperti terkejut saat mendengar penjelasan Aldy lebih lanjut.

    “Ya ampun Aldyyy!!!” sontak Sasha berteriak setelah mendengar seluruh penjelasan Aldy.

    “Kamu… kamu menggelapkan pajak?! Pak Leo juga?!” tanya Sasha dengan nada tinggi penuh emosi pada Aldy.

    “Ssst! Jangan keras-keras, Sha!” bujuk Aldy pada istrinya yang mulai panik itu.

    “Kenapa sih kamu sebodoh itu?! Untuk apa kamu menggelapkan pajak? Bagaimana kalau ketahuan?!! Kita bisa dipecat dan kamu bisa dipenjara tahu!!” seru Sasha.

    “Iyaa… aku tahu! Tapi kita butuh uang untuk keperluan sehari-hari.”

    “Itu bukan alasan! Kita kan masih punya gaji!! Bagaimana kalau ada yang tahu?!” tanya Sasha penuh kepanikan.

    “Ya sudahlah, kamu tenang saja, Sha. Besok kamu ambil saja disketnya di mejamu dan langsung saja serahkan ke aku! Lagipula disketnya cuma bisa dibuka oleh pegawai supervisor keatas. Jadi kita bisa tenang sementara” jawab Aldy berusaha menenangkan Sasha.

    Sasha hanya menghela nafas pelan. Ia tidak mau berbicara lebih lama lagi dengan Aldy, lagipula ia sudah amat kelelahan dan kepalanya sudah penuh dengan rasa penat dari tadi pagi. Persoalan Aldy semakin menambah masalahnya saja dan Sasha sudah tidak mau berpikir lebih lama lagi.

    Sasha segera beranjak pergi ke kamar tidurnya dan tidur dengan keadaan galau tanpa bicara sepatah katapun ke suaminya itu. Tidak jauh berbeda dengan Sasha, Aldy juga terpaksa tidur dengan perasaan kacau. Mereka berdua hanya bisa berharap kalau disket itu tidak ditemukan oleh siapapun hingga diambil oleh Sasha esok harinya.

    Esoknya, Sasha segera berangkat ke kantornya pagi-pagi sekali dengan penuh kecemasan. Semoga saja tidak ada yang sempat melihat isi disket itu sebelum ia tiba dikantor. Sesampainya di kantor yang masih dalam keadaan sepi, Sasha tidak menyia-nyiakan waktu lagi.

    Segera dicarinya disket itu di atas mejanya beserta dengan tumpukan berbagai dokumen yang sekarang tersusun diatas mejanya. Sasha semakin panik dan bingung saat ia tidak berhasil menemukan disket itu. Padahal ia sudah mencari di tiap jengkal meja kerjanya, namun hasilnya nihil. Sasha yakin kalau disket itu terakhir kali ditaruhnya di atas meja kerjanya itu.

    “Pagi, Sasha!” tiba-tiba suara panggilan dari seorang pria mengejutkan Sasha. Sasha menoleh dan ia melihat Pak Anton sudah berdiri dibelakangnya. Perasaan Sasha makin kacau dengan munculnya pria yang paling tidak ingin ditemuinya saat itu. Namun Sasha berusaha mengontrol emosinya.

    “Pa…pagi, Pak!” jawab Sasha gagap.

    “Wah, kenapa pagi-pagi begini sudah rajin?” tanya Pak Anton sambil tersenyum pura-pura tidak mengetahui masalah Sasha.

    “Eh… tidak pak! Kemarin ada yang ketinggalan!”

    “Apa yang ketinggalan, Sasha? Disket?” tanya Pak Anton dengan santainya. Sasha bagaikan disambar petir mendengar pertanyaan Pak Anton itu. Berarti ada kemungkinan bahwa benda yang paling ingin dirahasiakannya malah sekarang berada di tangan orang yang paling berbahaya di kantor itu. Apalagi Pak Anton termasuk orang yang bisa mengakses isi disket

    “Ba… bapak, disketnya di tempat bapak?!” tanya Sasha seolah tidak percaya.

    “Hmm… Begini saja, bagaimana kalau kamu sekarang ikut ke ruangan saya?” ujar Pak Anton yang segera berjalan masuk ke ruangannya dengan diikuti oleh Sasha yang gelisah. Sasha tidak bisa menyembunyikan rasa tegang dan kegelisahannya yang terpancar jelas di raut wajahnya

    “Sasha, kenapa kamu gelisah begitu? Sayang lho wajah cantikmu jadi muram begitu.” Goda Pak Anton dengan santainya. seraya merebahkan dirinya di kursi kerjanya sementara Sasha duduk perlahan-lahan di hadapan Pak Anton. Sasha berusaha untuk tidak menghiraukan godaan Pak Anton, sekarang ia hanya fokus untuk mendapatkan kembali disket itu dan menjaga rahasia Aldy.

    “Kamu tahu, Sasha? Kemarin saya baru mengetahui kalau perusahaan kita bemasalah!” Sasha terhenyak mendengar perkataan Pak Anton itu. Apa mungkin Pak Anton sudah mengetahui rahasia Aldy? Perasaan Sasha kian berkecamuk, namun ia tetap berusaha untuk menenangkan diri.

    “Ma… masalah apa, Pak?” tanya Sasha berusaha untuk menutupi kegalauannya.

    “Begini, saya baru tahu kalau bagian keuangan perusahaan ini rupanya tidak beres! Padahal saya merasa kalau Pak Leo adalah orang yang jujur dan cermat. Rupanya pendapat saya salah!”

    “Maksud… Bapak?”

    “Disket yang kamu cari itu berisi bukti-bukti penggelapan pajak oleh Pak Leo yang dibantu oleh suamimu, kan?” seketika itu juga tubuh Sasha terasa lemas mengetahui kenyataan bahwa rahasia Aldy sudah diketahui oleh Pak Anton. Kepala Sasha sudah tidak bisa berpikir lagi karena kepanikannya dan rasa putus asa yang menyelimuti tubuhnya dengan pekat.

    “Tidak… pak…”

    “Jangan berkilah Sasha, kamu tahu tentang penggelapan ini kan? Ini berarti kamu terlibat dalam kasus ini! Buktinya, hari ini kamu sengaja datang ke kantor pagi-pagi sekali untuk mengambil disket itu!” ujar Pak Anton menakut-nakuti Sasha.

    “Tapi…” jawab Sasha dengan nada panik, kini ia malah ikut terlibat dalam kejahatan suaminya itu. Padahal tadinya ia sama sekali tidak bersalah dalam perkara ini.

    “Kamu tahu, kalian bisa dipenjara karena penggelapan ini! Lihat, jumlah uang yang digelapkan sudah sejumlah 530 juta rupiah! Disini juga ada bukti transfer uang ke rekening suamimu oleh Pak Leo.” ujar Pak Anton sambil menunjukkan angka-angka dan perincian di komputernya pada Sasha.

    Memang Sasha bisa melihat didalam disket itu tertulis lengkap aliran dana penggelapan itu dan termasuk di dalamnya beberapa nama yang bertanggung jawab. Sasha tertegun melihat jumlah nominal 85 juta rupiah yang ditujukan ke rekening Aldy. Bagaimana mungkin Ia tidak menyadari uang sebanyak itu masuk kedalam rekening suaminya? Sasha semakin menyesali sikapnya yang tidak pernah mengontrol kegiatan Aldy sehari-hari.

    “Nah, sekarang kita masuk ke pokok permasalahannya!” ujar Pak Anton dengan raut muka serius. Ia tahu kalau ini adalah kesempatan emasnya untuk menaklukkan Sasha, incarannya dari dulu itu. Namun, terlebih dahulu, ia harus memastikan bahwa Sasha dalam keadaan tidak bisa menolak permintaannya lagi.

    “Saya tidak bisa berdiam diri melihat adanya tindakan penggelapan yang merugikan perusahaan ini. Bagi saya, ini adalah sesuatu yang tidak boleh dibiarkan, apalagi sekretaris saya terlibat! Apa boleh buat, saya terpaksa melaporkan kalian ke aparat kepolisian!” ancam Pak Anton.

    “Tapi… tapi Pak…” Sasha mulai menangis sesunggukan. Ia merasa amat takut mendengar ancaman Pak Anton. Apalagi saat mendengar kata “polisi”. Sasha takut apabila mereka dipenjara. Siapa yang akan menjaga Alyssa, buah hati mereka yang masih kecil? Lagipula mereka tidak bisa lagi memperlihatkan muka mereka karena rasa malu akibat kasus ini belum lagi rasa malu yang akan ditanggung Alyssa kelak.

    “Tolong Pak… Saya akan berusaha untuk mengembalikan semua uang itu sesegera mungkin… Saya… saya juga baru tahu soal penggelapan ini dari Aldy kemarin malam…” jelas Sasha dengan suara terbata-bata.

    “Ini bukan masalah uang, Sasha! Ini masalah integritas! Kalaupun kamu mengembalikan uang itu, tidak ada jaminan kalau hal ini tidak akan terulang lagi!!” seru Pak Anton sambil melabrak mejanya dengan keras sehingga Sasha terkejut dan semakin gemetar ketakutan.

    Dalam hati, Pak Anton tersenyum melihat reaksi Sasha yang semakin ketakutan. Pak Anton semakin gencar menakut-nakuti Sasha, apalagi dilihatnya raut wajah penuh keputusasaan Sasha seolah sudah pasrah menerima nasibnya.

    “Pak… saya mohon!! Tolong jangan laporkan kami Pak… Saya bersedia melakukan apapun… asal bapak tidak melaporkan kami! Pak… Anak saya dirumah masih kecil… Kalau kami dipenjara, siapa yang akan merawatnya?” pinta Sasha dengan penuh keputusasaan.

    Akhirnya! Seru Pak Anton dalam hati, itulah kata yang dari tadi ia tunggu-tunggu keluar dari mulut Sasha. Sekarang Pak Anton memperoleh kesempatan langka untuk mendapatkan incarannya sejak lama itu.

    “Hmm… yah, saya bisa mengerti perasaanmu sebagai seorang ibu bagi anakmu. Saya bisa saja mendiamkan kejadian ini, tapi tentunya saya harus mendapat imbalan yang setimpal. Karena sebenarnya saya melanggar prinsip kejujuran dan integritas saya kalau saya menolong kalian.” Kata Pak Anton pongah.

    “Apa saja pak… apapun yang bapak minta, pasti saya lakukan… tapi tolong jangan laporkan kami…” ujar Sasha.

    “Kalau begitu, saya boleh minta kamu melakukan apapun?! Apa kamu serius?!” tanya Pak Anton dengan sorot mata tajam untuk memastikan takluknya Sasha.

    “Iya Pak… Saya serius…” Sasha hanya mengangguk pelan dan tertunduk pasrah menjawab pertanyaan Pak Anton itu.

    Pak Anton segera beranjak dari kursinya begitu mendengar pernyataan “kekalahan” Sasha itu. Ia lalu berjalan mendekati Sasha yang masih terduduk di kursinya dalam keadaan tertunduk lesu. Pak Anton mengamati tubuh Sasha secara seksama.

    Betapa gemasnya dirinya melihat Sasha, si cantik yang sudah lama diincarnya terduduk tanpa daya di kursi itu. Tangan Pak Anton tidak sabar lagi menjamah tubuh mulus Sasha dan menikmati kelembutannya.

    Tapi Pak Anton berusaha menjaga kesabarannya, tentu saja Ia masih menyimpan dendam dengan Sasha yang seringkali tampak menghindarinya dan tentu saja Sasha harus dihukum atas perbuatannya itu. Namun hukuman apa yang cocok untuk Sasha? Tiba-tiba, Pak Anton teringat dengan berita di pagi itu yang bertajuk

    “Kontroversi UU Nikah Siri”. Pak Anton tertawa lebar dalam hati. akhirnya ia berhasil menemukan cara yang sangat tepat untuk mempermalukan wanita cantik seperti Sasha.

    “Ehm… Sasha!” Pak Anton mendehem sejenak dan memanggil Sasha.

    “I…iya Pak…” jawab Sasha pelan.

    “Begini. Saya baru saja memutuskan untuk menjaga rahasia kalian berdua! Tapi tentu saja ada syaratnya!”

    Mendengar pernyataan Pak Anton, sejenak rasa gelisah di hati Sasha terlepas. Sekarang ia tidak perlu lagi khawatir akan rahasia Aldy yang terbongkar. Sasha berpikir bahwa syarat dari Pak Anton tentunya hanyalah untuk mengembalikan dana yang digelapkan, sehingga Sasha merasa kini ia hanya perlu mengembalikan uang itu.

    “Terima kasih, Pak Anton! Terima kasih! Saya akan menuruti kemauan bapak! Uang itu akan segera saya kembalikan!” ujar Sasha dengan lega.

    “Eeh? Tunggu dulu! Siapa yang menyuruh kamu untuk mengembalikan uang itu?” tanya Pak Anton dengan raut wajah mengrenyit.

    “Ma…maksud Bapak?” tanya Sasha yang kembali kebingungan.

    “Uang itu boleh kalian simpan! Saya tidak butuh uang kalian. Saya akan menganggap penggelapan ini tidak pernah terjadi dan bahkan disket ini akan saya kembalikan dengan satu syarat yang harus kamu penuhi sendiri dan tentunya itu tidak berkaitan dengan uang kalian!”

    “A… apa Pak?” Sasha semakin penasaran dengan syarat Pak Anton.

    “Saya minta kamu untuk menikah siri dengan saya!” jawab Pak Anton dengan tegas tanpa keraguan sedikitpun. Seketika itu pula Sasha serasa tersambar petir mendengar ucapan Pak Anton. Ia amat terkejut hingga tidak percaya akan syarat yang diucapkan Pak Anton barusan.

    “Apa…?!”

    “Wah, ternyata belum jelas ya?”, Pak Anton menggelengkan kepalanya sejenak. “Saya minta agar kamu menikah siri dengan saya! Kawin kontrak!” tegas Pak Anton sekali lagi.

    Perasaan Sasha terguncang hebat saat kembali mendengar ucapan Pak Anton itu. Ia merasa dihina dan direndahkan sekali saat diberikan syarat seperti itu. Lagipula, ia sudah bersuami dan tidak mungkin ia memenuhi permintaan nikah siri Pak Anton yang juga berarti ia mengkhianati cinta suaminya itu.

    “Tidak… tidak mungkin, Pak! Saya tidak mau!” Sasha segera beranjak pergi menuju pintu keluar ruangan itu. Namun belum sempat ia keluar, kembali terdengar suara Pak Anton dari belakang.

    “Baiklah kalau begitu, saya rasa kalian harus siap menitipkan anak kalian di panti asuhan untuk sementara!” mendengar suara Pak Anton itu, sekujur tubuh Sasha terasa lemas dan tenaganya menghilang. Apalagi saat mendengar nasib yang menunggu anaknya itu.

    “Pikirkan lagi, Sasha. Kamu bisa menjaga rumah tanggamu dan menyimpan uang kalian tanpa kurang sepeserpun dengan memenuhi syarat dari saya! Lagipula, kamu hanya akan menikah siri, dan mas kawin kita bisa kamu simpan! Tentu saja, hal ini akan jadi rahasia kita berdua saja. Aldy dan orang lain tak perlu tahu! Saya bisa menjamin kerahasiaan pernikahan kita!” bujuk Pak Anton. “Sasha, ingat kalau masalah ini adalah akibat ulah Aldy! Untuk apa kamu tetap setia padanya?! Dia yang membuatmu mendapat masalah seperti ini, bukan?!” tambahnya.

    Mendengar bujukan Pak Anton, membuat Sasha merasa tidak punya pilihan lain lagi.

    “Kapan… pak?!”

    “Hm?!”

    “Kapan… bapak mau menikahi saya?” tanya Sasha dengan terbata-bata. Pak Anton tidak bisa menyembunyikan kegirangannya lagi. Akhirnya mimpinya sejak lama terwujud juga! Sasha, idola para lelaki di kantor akan segera menikah dengannya.

    “Erhm! Kalau begitu, saya minta kamu untuk menyiapkan diri. Minggu depan, saya akan meminta Pak Leo untuk mengadakan perjalanan keluar kota dengan Aldy selama seminggu penuh, saya yakin dia tidak akan menolak saya dengan posisinya sekarang! Kamu sendiri, tolong siapkan keperluanmu untuk pernikahan kita nanti. Saya akan menjemputmu dan anak kalian begitu Aldy lepas landas!” terang Pak Anton.

    Sasha hanya mengangguk pelan mendengar instruksi Pak Anton. Pak Anton lalu mengembalikan disket itu ke Sasha setelah mengcopy isi disket itu ke komputernya.

    “Ini untuk jaminan.” ujar Pak Anton sambil tersenyum memuakkan saat mengcopy isi disket itu. “Kalau kamu macam-macam, kamu tahu akibatnya!” ancamnya kembali pada Sasha. Sasha hanya tertunduk lesu saat mengambil kembali disket itu.

    Begitu pulang, Sasha menyerahkan disket pada Aldy itu sambil menahan perasaannya seolah tidak terjadi apapun di kantor hari itu. Bagaimanapun juga, Sasha berusaha menjaga rahasia barunya itu demi keutuhan rumah tangganya dan juga untuk masa depan Alyssa.

    Beberapa hari kemudian, semua yang dikatakan Pak Anton terjadi. Aldy dan Pak Leo terbang ke Sulawesi untuk urusan dinas. Tentu saja, Pak Leo terpaksa berangkat karena perintah Pak Anton yang merupakan atasan tertinggi di kantor itu, ditambah dengan sedikit “paksaan” berkaitan dengan penggelapan pajak itu. Namun baik Aldy maupun Pak Leo sama sekali tidak tahu apa tujuan Pak Anton sebenarnya. Sasha yang sudah tahu akan peranannya mempersiapkan dirinya sebaik mungkin.

    Pagi-pagi sekali, Pak Anton tiba dirumah Sasha dengan sedan berwarna putih sekitar jam 8 pagi. Pak Anton tersenyum melihat Sasha yang sudah menunggu di pekarangan rumahnya dengan menggendong Alyssa dan membawa sebuah koper besar.

    “Wah, sudah lama ya menunggu? Ayo masuk!” ujar Pak Anton tersenyum sambil membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan Sasha dan Alyssa masuk.

    Sasha segera menuruti perintah Pak Anton tanpa bicara sepatah kata pun. Koper Sasha dimasukkan ke bagasi dan mobil itu pun segera melaju ke daerah Puncak. Perasaan Sasha kacau balau dalam perjalanan itu. Kepalanya dipenuhi berbagai macam pikiran yang terus menyiksanya, apalagi kalau mengingat ia sedang mengkhianati Aldy saat ini.

    Pikiran Sasha terasa buntu karena kelelahan dan ia pun tertidur dalam perjalanan. Akhirnya, mobil itu sampai di sebuah villa besar yang kemudian diketahui merupakan villa milik Pak Anton. Waktu saat itu menunjukkan pukul 12 siang saat itu. Mobil itu langsung diparkir masuk kedalam garasi dan Sasha dibawa masuk melalui pintu samping villa yang megah itu.

    “Nah, Sasha. Kamu boleh bawa Alyssa untuk beristirahat di kamar lantai atas. Saya akan menunggu kamu diruang tamu.” Ujar Pak Anton sambil memberikan kunci kamar untuk Sasha.

    Sasha mengambil kunci di tangan Pak Anton dan menidurkan Alyssa di kamar itu. Setelah memastikan kalau Alyssa sudah tidur, Sasha segera beranjak keruang tamu untuk menemui Pak Anton. Pak Anton tersenyum lebar saat melihat Sasha turun dari lantai atas.

    “Bagaimana, Alyssa sudah tidur?” tanya Pak Anton.

    “Sudah pak…” jawab Sasha pelan.

    “Bagus! Ingat, selama kamu ada di villa saya, kamu harus menuruti semua perintah saya tanpa menolak sedikitpun! Kalau kamu menurut, saya jamin kamu tidak akan menyesal, tapi kalau sekali saja kamu membangkang, saya akan memastikan kalau nasib rumah tanggamu hancur sama sekali! Kamu mengerti?!” ancam Pak Anton dengan suara keras.

    Sasha hanya mengangguk pelan. Sasha sudah tahu kalau sekarang ia sudah didalam cengkraman kekuasaan Pak Anton dan tidak mungkin lagi baginya untuk mundur. Sekarang ia hanya memasrahkan dirinya untuk menuruti kemauan Pak Anton. Pak Anton segera beranjak berdiri dan mendekati Sasha. Pak Anton lalu berjalan berputar mengelilingi Sasha yang berdiri di tengah ruangan itu sambil mengamati tubuh molek Sasha.

    Senyum Pak Anton yang memuakkan tampak jelas saat melihat-lihat kulit putih mulus Sasha, pantat Sasha yang bulat dibalik celana jins yang dipakai Sasha maupun dada Sasha yang tampak membusung karena sempitnya blouse putih yang dipakai Sasha. Pak Anton merasa amat beruntung karena akan segera mendapatkan “istri” secantik Sasha. Wajah Pak Anton bagaikan anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru dan tidak sabar untuk memainkan mainan itu.

    “Hmm… Pak penghulu baru bisa datang jam 4 sore nanti. Sekarang baru jam setengah 2. Kita punya banyak waktu untuk bersiap-siap!” gumam Pak Anton.

    “Ayo, ikut saya!” Pak Anton menarik lengan Sasha dan membimbingnya ke kamar mandi. Sasha hanya mengikuti Pak Anton tanpa memberontak.

    Sasha tertegun sejenak saat melihat luasnya kamar mandi villa itu yang dilengkapi bathtub marmer seperti sebuah kolam kecil. Pak Anton tidak lupa memberi wewangian lavender sehingga aroma lavender terpancar dari kamar mandi itu. Pak Anton lalu memutar keran air sehingga air hangat memancar dari keran dan mengalir memenuhi bathtub itu. Sambil menunggu air hangat memenuhi bathtub itu, Pak Anton segera melepaskan semua pakaiannya sehingga tubuhnya telanjang bulat tanpa sehelai benangpun.

    Sasha takjub saat melihat ukuran kemaluan Pak Anton yang sudah mengacung keras. Penis yang gemuk dan panjang itu berukuran jauh lebih besar daripada penis Aldy, sekitar 20 cm. Tonjolan otot urat kemaluannya terlihat jelas dan berkilat menantang.

    “Ayo, kamu juga! Lepaskan semua bajumu!” perintah Pak Anton yang segera dituruti Sasha.

    Mula-mula Sasha menurunkan celana jinsnya sehingga terlihatlah sepasang jenjang kaki yang mulus dan indah. Paha Sasha yang padat dan bulatan elok pinggulnya tampak begitu indah dipadukan dengan pinggangnya yang ramping dan elok. Sebuah celana dalam putih masih terpasang melindungi daerah selangkangan Sasha.

    Pak Anton berdecak kagum melihat bayangan pantat Sasha yang bulat dan padat dibalik celana dalam putih itu. Jarang sekali dilihatnya wanita dengan pantat sebagus itu. Sasha kemudian melepas blousenya sehingga tubuhnya kini hanya tertutup oleh sebuah bra berwarna putih berenda dan celana dalam putihnya.

    Tubuh putih mulus Sasha tampak terawat dengan sangat baik. Payudaranya yang berukuran sedang namun padat tampak serasi dengan ukuran tubuh Sasha dan semakin mempercantik bentuk tubuhnya, walaupun dada cantik itu masih tertutup oleh mangkuk bra Sasha. Sasha berhenti sejenak melepas pakaiannya, wajahnya tampak memerah karena malu dan keraguan terpancar jelas dari raut wajahnya.

    “Lho? Kenapa ragu-ragu? Ayo, lepas semuanya! Atau kamu mau saya yang melepaskan?” hardik Pak Anton, namun Sasha hanya diam terpaku.

    “Ya sudah kalau begitu!” Pak Anton mendekati tubuh Sasha.

    Tangan Pak Anton segera melepas kait bra Sasha sehingga bra putih berenda itu pun terlepas dan jatuh ke lantai, menampakkan kedua payudara Sasha yang kini menggantung indah di dadanya. Otomatis kedua tangan Sasha bereaksi cepat menutupi payudaranya. Namun Pak Anton sudah memegang kedua sisi pinggiran celana dalam Sasha dan melorotkannya dengan cepat melewati jenjang kaki mulus itu.

    Sasha tampak kebingungan untuk menutupi wilayah-wilayah vitalnya tapi Pak Anton langsung menarik turun tangan Sasha yang menutupi payudaranya. Akhirnya tubuh Sasha terpampang jelas, telanjang bulat dihadapan Pak Anton. Pak Anton tidak henti-hentinya berdecak kagum melihat keindahan dan kemolekan tubuh Sasha itu.

    Kewanitaan Sasha tampak terawat dan hanya tampak sedikit ditumbuhi rambut-rambut halus yang rapi. Mata Pak Anton langsung jelalatan melihat indahnya bentuk tubuh Sasha, yang bahkan tidak pernah dilihatnya di film-film porno

    “Waduh… benar-benar badan yang bagus sekali!” puji Pak Anton. Sasha hanya memalingkan mukanya yang memerah karena malu. Baru kali ini ada orang yang melihat tubuh telanjangnya selain Aldy, suaminya itu.

    PLAAK! “Aduh!” Sasha menjerit saat tangan Pak Anton menepuk keras bongkahan pantatnya yang mulus.

    “Ayo, masuk ke bak mandinya!” perintah Pak Anton sambil mendorong pantat Sasha ke depan. Sasha pun terpaksa memasuki bathtub itu. Pak Anton lalu menyusul masuk dan merebahkan dirinya di sudut bathtub itu. Sasha hanya terduduk kebingungan dihadapan Pak Anton.

    “Sha, ayo ke sini!” ujar Pak Anton seraya melambaikan tangannya. Sasha dengan patuh mendekatkan dirinya ke tubuh Pak Anton. Pak Anton segera merangkul Sasha sehingga tubuh mereka berdua berhimpitan.

    “Ayo, kamu menyandar di badan saya!” kata Pak Anton seraya menyandarkan tubuh lembut Sasha kedadanya.

    Sasha berusaha untuk menyamankan dirinya dengan bersandar di perut buncit Pak Anton yang kenyal seperti bantal itu, walaupun bulu-bulu lebat di dada Pak Anton terasa mengganggu punggungnya.

    Sasha berusaha menghilangkan pikirannya yang sedari tadi terus berkecamuk dengan cara menikmati air hangat itu. Selama beberapa saat, Pak Anton meresapi nikmatnya berendam di air hangat sambil ditemani seorang wanita secantik Sasha.

    Sesekali Pak Anton menciumi rambut panjang Sasha yang wangi ataupun memeluk erat tubuh Sasha, seolah meresapi kelembutan tubuh wanita cantik itu. Pak Anton tersenyum mensyukuri keberuntungannya. Sasha, si pujaan para lelaki di kantor itu kini sepenuhnya miliknya; akhirnya ia telah mendapatkan intan yang amat berharga itu.

    “Sasha. Ayo kamu berdiri di tengah, sayang!” perintah Pak Anton sambil melepaskan pelukannya ditubuh Sasha.

    Sasha segera bergerak menuju ketengah bathtub itu dan berdiri mematung disana. Dengan air hangat setinggi lutut itu, tubuh Sasha tampak terpampang jelas. Kilatan air yang membasahi tubuhnya juga menimbulkan kesan sensual apalagi dengan uap-uap disekitar permukaan air yang seolah menciptakan panorama indah bagi pemandian seorang bidadari yang cantik seperti Sasha.

    Pak Anton sendiri tak hentinya terkagum-kagum melihat pemandangan itu. Pak Anton segera beranjak keluar dari bathtub itu dan mengambil sebuah baki kayu yang berisi sabun, sponge, shampoo dan berbagai peralatan mandi. Pak Anton lalu kembali masuk ke dalam bathtub itu dan berjalan mendekati Sasha.

    “Nah, Bapak mandikan ya, Sasha?” tanya Pak Anton sambil tersenyum cengengesan.

    Sasha sendiri sudah tahu tujuan Pak Anton pasti berbeda dari hanya sekedar “memandikan” dirinya, namun Sasha juga tidak tahu apa rencana Pak Anton sesungguhnya. Bahkan Aldy sendiri yang tak lain merupakan suami Sasha tidak pernah bercinta dengannya di kamar mandi, sehingga Sasha masih belum berpengalaman tentang percintaan di kamar mandi.

    “Hyaa?” Sasha menjerit kaget saat merasakan cairan sabun beraroma mawar yang sejuk dan licin itu dituangkan ke pundaknya sehingga meluber ke punggungnya yang mulus.

    Pak Anton mulai beraksi, tubuhnya ditempelkan di punggung Sasha dan digosokkannya sabun itu ke tubuh Sasha lewat tubuhnya seperti sebuah sponge.

    Sasha merasa agak risih karena tubuh Pak Anton yang berbulu lebat itu bergesekan dengan tubuhnya yang mulus, apalagi saat merasakan penis Pak Anton yang besar itu sesekali bersentuhan dengan pantatnya seiring dengan gosokan tubuh Pak Anton. Pak Anton sendiri berusaha untuk meresapi kelembutan tubuh Sasha yang digosok-gosok dengan badannya yang gemuk.

    Pak Anton tidak cepat puas, ia lalu menuangkan sabun cair itu ketelapak tangannya dan segera meremas dada cantik milik Sasha dari belakang sambil sesekali mengusapkan sabun itu ataupun memencet puting susu Sasha dengan pelan, sehingga punggung dan dada Sasha kini dipenuhi dengan busa sabun.

    “Achh…” desah Sasha pelan saat Pak Anton memencet puting susunya sambil mengocok-ngocok payudaranya. Sasha bisa merasakan kalau penis Pak Anton terasa agak sedikit membesar saat “memandikan” tubuhnya itu.

    Perlahan-lahan, jangkauan tangan Pak Anton semakin turun kebagian bawah tubuh Sasha. Dengan pelan diusapkannya sabun itu ke perut ramping Sasha, jari kelingkingnya tiba-tiba mencolek pusar Sasha sehingga Sasha mengaduh pelan. Setelah menyabuni perut Sasha, Pak Anton lalu melanjutkan aksinya dengan menyabuni pinggang Sasha dengan pelan, seolah meresapi keelokan lekuk tubuh Sasha di telapak tangannya.

    “Nah, saya juga harus membersihkan tubuhmu di sini juga!” ujar Pak Anton sambil membelai pantat Sasha. Kembali sabun cair itu dituangkan Pak Anton, namun kali ini ke bongkahan pantat Sasha. Pak Anton lalu mulai memijat pelan pantat Sasha dengan kedua telapak tangannya.

    “Aah… ehmm…” Sasha merasa agak rileks dengan pijatan itu.

    Pak Anton juga memijat pinggang Sasha dan menekan pinggul wanita itu, sehingga muncul gelombang rasa geli yang mulai mendera tubuh Sasha dari pantat dan pinggangnya. Lama kelamaan, Sasha pun mulai merasa gairah seksualnya terbangkitkan oleh rasa nyaman dan nikmat dari pijatan itu.

    “Kya… Haah!” desahnya pelan saat Pak Anton menekan tulang pinggangnya.

    “Sasha, lebarkan pahamu dan menungginglah!” perintah Pak Anton yang dituruti dengan patuh oleh Sasha.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Ibu Kost Memintaku Untuk Memberikan Kepuasan Birahinya

    Cerita Sex Ibu Kost Memintaku Untuk Memberikan Kepuasan Birahinya


    970 views

    Perawanku – Cerita Sex Ibu Kost Memintaku Untuk Memberikan Kepuasan Birahinya, Wawan, seorang bujangan berumur 28 tahun yang saat ini sedang kebingungan. Pasalnya, panggilan pekerjaan dari sebuah perusahaan dimana dia melamar begitu mendadak. Dia bingung bagaimana harus mencari tempat tinggal secepat ini. Perusahaan dimana dia melamar terletak di luar kota, jangka waktu panggilan itu selama empat hari, dimana dia harus melakukan tes wawancara.

    Akhirnya dia memaksa berangkat besoknya, dengan tujuan penginapanlah dimana dia harus tinggal. Dengan bekal yang cukup malah berlebih mungkin, sampailah dia di penginapan dimana perusahaan yang dia lamar terletak di kota itu juga. Sudah 2 hari ini dia tinggal di penginapan itu, selama ini dia sudah mepersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan guna kelancaran dalam tes wawancara nanti.

    Sampai pada akhirnya, dia membaca di surat kabar, bahwa disitu tertulis menerima kos-kosan atau tempat tinggal yang permanen. Kemudian dengan bergegas dia mendatangi alamat tersebut. Sampai pada akhirnya, sampailah dia di depan pintu rumah yang dimaksud itu.

    Perlahan Wawan mengetuk pintu, tidak lama kemudian terdengar suara kunci terbuka diikuti dengan seorang wanita tua yang muncul.
    “Iya, ada perlu apa, Pak..?”
    “Oh, begini.., tadi saya membaca surat kabar, disitu tertulis bahwa di rumah ini menyediakan kamar untuk tempat tinggal.” sahut Wawan seketika.
    “Oh, ya, memang benar, silakan masuk Pak, biar saya memanggil nyonya dulu,” wanita tua itu mempersilakan Wawan masuk.
    “Hm.., baik, terima kasih.”
    Sejenak kemudian Wawan sudah duduk di kursi ruang tamu.

    Terlihat sekali keadaan ruang tamu yang sejuk dan asri. Wawan memperhatikan sambil melamun. Tiba-tiba Wawan dikejutkan oleh suara wanita yang masuk ke ruang tamu.
    “Selamat siang, ada yang perlu saya bantu..?”
    Terhenyak Wawan dibuatnya, di depan dia sekarang berdiri seorang wanita yang boleh dikatakan belum terlalu tua, umurnya sekitar 40 tahunan, cantik, anggun dan berwibawa.

    “Oh.., eh.. selamat siang,” Wawan tergagap kemudian dia melanjutkan, “Begini Bu..”
    “Panggil saya Bu Mira..,” tukas wanita itu menyahut.
    “Hm.., o ya, Bu Mira, tadi saya membaca surat kabar yang tertulis bahwa disini ada kamar untuk disewakan.”
    “Oh, ya. Hm.., siapa nama anda..?”
    “Wawan Bu,” sahut Wawan seketika.

    “Memang benar disini ada kamar disewakan, perlu diketahui oleh Nak Wawan bahwa di rumah ini hanya ada tiga orang, yaitu, saya, anak saya yang masih SMA dan pembantu wanita yang tadi bicara sama Nak Wawan, kami memang menyediakan satu kamar kosong untuk disewakan, selain agar kamar itu tidak kotor juga rumah ini biar tambah ramai penghuninya.” dengan singkat Bu Mira menjelaskan semuanya.

    “Hm, suami Ibu..?” tanya Wawan singkat.
    “Oh ya, saya dan suami saya sudah bercerai satu tahun yang lalu,” jawab Bu Mira singkat.
    “Ooo, begitu ya, untuk masalah biayanya, berapa sewanya..?” tanya Wawan kemudian.
    “Hm, begini, Nak Wawan mau mengambil berapa bulan, biaya sewa sebulannya dua ratus tujuh puluh ribu rupiah,” jawab Bu Mira menerangkan.
    “Baiklah Bu Mira, saya akan mengambil sewa untuk enam bulan,” kata Wawan.
    “Oke, tunggu sebentar, Ibu akan mengambil kuitansinya.”
    Akhirnya setelah mengemasi barang-barang di penginapan, tinggallah Wawan disitu dengan Bu Mira, Ida anak Bu Mira dan Bik Sumi pembantu Bu Mira.

    Sudah satu bulan ini Wawan tinggal sambil menunggu panggilan selanjutnya. Dan sudah satu bulan ini pula Wawan punya keinginan yang aneh terhadap Bu Mira. Wanita yang anggun, cantik dan berwibawa yang cukup lama hidup sendirian. Wawan tidak dapat membayangkan bagaimana mungkin wanita yang masih kelihatan muda dari segi fisiknya itu dapat betah hidup sendirian. Bagaimana Bu Mira menyalurkan hasrat seksualnya. Ingin sekali Wawan bercinta dengan Bu Mira. Apalagi sering Wawan melihat Bu Mira memakai daster tipis yang menampilkan lekuk-lekuk tubuh Bu Mira yang masih kelihatan kencang dan indah. Ingin sekali Wawan menyentuhnya.

    “Aku harus bisa mendapatkannya..!” gumam Wawan suatu saat.
    “Saya harus mencari cara,” gumamnya lagi.

    Sampai pada suatu saat kemudian, yaitu pada saat malam Minggu, rumah kelihatan sepi, maklum saja, Ida anak Bu Mira tidur di tempat neneknya, Bik Sumi balik ke kampung selama dua hari, katanya ada anaknya yang sakit. Tinggallah Wawan dan Bu Mira sendirian di rumah. Tapi Wawan sudah mempersiapkan cara bagaimana melampiaskan hasratnya terhadap Bu Mira. Lama Wawan di kamar, jam menunjukkan pukul delapan malam, dia melihat Bu Mira menonton TV di ruang tengah sendirian. Akhirnya setelah mantap, Wawan pun keluar dari kamarnya menuju ke ruang tengah.

    “Selamat malam, Bu, boleh saya temani..?” sejenak Wawan berbasa-basi.
    “Oh, silakan Nak Wawan..,” mempersilakan Bu Mira kepada Wawan.
    “Ngomong-ngomong, tidak keluar nih Nak Wawan, malam Minggu loh, masa di rumah terus, apa tidak bosan..?” tanya Bu Mira kemudian.
    “Ah, nggak Bu, lagian keluar kemana, biasanya juga malam Minggu di rumah saja,” jawab Wawan sekenanya.
    Lama mereka berdua terdiam sambil menikmati acara TV.

    “Oh, ya, Bu, boleh saya buatkan minum..?” tanya Wawan tiba-tiba.
    “Lho, tidak usah Nak Wawan, kok repot-repot..,”
    “Ah, nggak apa-apa, sekali-kali saya yang buatkan minuman untuk Ibu, masak Ibu dan Bik Sumi saja yang selalu membuatkan minuman untuk saya.”
    “Hm.., boleh kalau begitu, Ibu ingin minum teh saja,” kata Bu Mira sambil tersenyum.
    “Baiklah Bu, kalau begitu tunggu sebentar.” segera Wawan bergegas ke dapur.

    Tidak lama kemudian Wawan sudah kembali sambil membawa nampan berisi dua teh dan sedikit makanan kecil di piring.
    “Silakan Bu, diminum, mumpung masih hangat..!”
    “Terima kasih, Nak Wawan.”
    Akhirnya setelah sekian lama terdiam lagi, terlihat Bu Mira sudah mulai mengantuk, tidak lama kemudian Bu Mira sudah tertidur di kursi dengan keadaan memakai daster tipis yang menampilkan lekuk-lekuk tubuh dan payudaranya yang indah. Tersenyum Wawan melihatnya.

    “Akhirnya aku berhasil, ternyata obat tidur yang kubeli di apotik siang tadi benar-benar manjur, obat ini akan bekerja untuk beberapa saat kemudian,” gumam Wawan penuh kemenangan.
    “Beruntung sekali tadi Bu Mira mau kubuatkan teh, sehingga obat tidur itu dapat kucampur dengan teh yang diminum Bu Mira,” gumamnya sekali lagi.

    Sejenak Wawan memperhatikan Bu Mira, tubuh yang pasrah yang siap dipermainkan oleh lelaki manapun. Timbul gejolak kelelakian Wawan yang normal tatkala melihat tubuh indah yang tergolek lemah itu. Diremas-remasnya dengan lembut payudara yang montok itu bergantian kanan kiri sambil tangan yang satunya bergerilnya menyentuh paha sampai ke ujung paha. Terdengar desahan perlahan dari mulut Bu Mira, spontan Wawan menarik kedua tangannya.

    “Mengapa harus gugup, Bu Mira sudah terpengaruh obat tidur itu sampai beberapa saat nanti,” gumam Wawan dalam hati.
    Akhirnya tanpa pikir panjang lagi, Wawan kemudian membopong tubuh Bu Mira memasuki kamar Wawan sendiri. Digeletakkan dengan perlahan tubuh yang indah di atas tempat tidur, sesaat kemudian Wawan sudah mengunci kamar, lalu mengeluarkan tali yang memang sengaja dia simpan siang tadi di laci mejanya.

    Tidak lama kemudian Wawan sudah mengikat kedua tangan Bu Mira di atas tempat tidur. Melihat keadaan tubuh Bu Mira yang telentang itu, tidak sabar Wawan untuk melampiaskan hasratnya terhadap Bu Mira.

    “Malam ini aku akan menikmati tubuhmu yang indah itu Bu Mira,” kata Wawan dalam hati.
    Satu-persatu Wawan melepaskan apa saja yang dipakai oleh Bu Mira. Perlahan-lahan, mulai dari daster, BH, kemudian celana dalam, sampai akhirnya setelah semua terlepas, Wawan menyingkirkannya ke lantai. Terlihat sekali sekarang Bu Mira sudah dalam keadaan polos, telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya. Diamati oleh Wawan mulai dari wajah yang cantik, payudara yang montok menyembul indah, perut yang ramping, dan terakhir paha yang mulus dan putih dengan gundukan daging di pangkal paha yang tertutup oleh rimbunnya rambut.

    Sesaat kemudian Wawan sudah menciumi tubuh Bu Mira mulai dari kaki, pelan-pelan naik ke paha, kemudian berlanjut ke perut dan terakhir ciuman Wawan mendarat di payudara Bu Mira. Sesekali terdengar desahan kecil dari mulut Bu Mira, tapi Wawan tidak memperdulikannya. Diciumi dan diremas-remas kedua payudara yang indah itu dengan mulut dan kedua tangan Wawan. Puting merah jambu yang menonjol indah itu juga tidak lepas dari serangan-serangan Wawan. Dikulum-kulum kedua puting itu dengan mulutnya dengan perasaan dan gairah birahi yang sudah memuncak. Setelah puas Wawan melakukan itu semua, perlahan-lahan dia bangkit dari tempat tidur.

    Satu-persatu Wawan melepas pakaian yang melekat di badannya, akhirnya keadaan Wawan sudah tidak beda dengan keadaan Bu Mira, telanjang bulat, polos, tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya. Terlihat kemaluan Wawan yang sudah mengencang hebat siap dihunjamkan ke dalam vagina Bu Mira. Tersenyum Wawan melihat rudalnya yang panjang dan besar, bangga sekali dia mempunyai rudal dengan bentuk begitu.

    Perlahan-lahan Wawan kembali naik ke tempat tidur dengan posisi telungkup menindih tubuh Bu Mira yang telanjang itu, kemudian dia memegang rudalnya dan pelan-pelan memasukkannya ke dalam vagina Bu Mira. Wawan merasakan vagina yang masih rapat karena sudah setahun tidak pernah tersentuh oleh laki-laki. Akhirnya setelah sekian lama, rudal Wawan sudah masuk semuanya ke dalam vagina Bu Mira.

    Ketika Wawan menghunjamkan rudalnya ke dalam vagina Bu Mira sampai masuk semua, terdengar rintihan kecil Bu Mira, “Ah.., ah.., ah..!”
    Tapi Wawan tidak menghiraukannya, dia lalu menggerakkan kedua pantatnya maju munjur dengan teratur, pelan-pelan tapi pasti.
    “Slep.., slep.., slep..,” terdengar setiap kali ketika Wawan melakukan aktivitasnya itu, diikuti dengan bunyi tempat tidur yang berderit-derit.

    “Uh.., oh.., uh.., oh..,” sesekali Wawan mengeluh kecil, sambil tangannya terus meremas-remas kedua payudara Bu Mira yang montok itu.
    Lama Wawan melakukan aktivitasnya itu, dirasakannya betapa masih kencangnya dan rapatnya vagina Bu Mira. Akhirnya Wawan merasakan tubuhnya mengejang hebat, merapatkan rudalnya semakin dalam ke vagina Bu Mira.

    “Ser.., ser.., ser..,” Wawan merasakan cairan yang keluar dari ujung kemaluannya mengalir ke dalam vagina Bu Mira.
    “Oh.. ah.. oh.. Bu Mira.., oh..!” terdengar keluhan panjang dari mulut Wawan.
    Setelah itu Wawan merasakan tubuhnya yang lelah sekali, kemudian dia membaringkan tubuhnya di samping tubuh Bu Mira dengan posisi memeluk tubuh Bu Mira yang telah dinikmatinya itu.

    Lama Wawan dalam posisi itu sampai pada akhirnya dia dikejutkan oleh gerakan tubuh Bu Mira yang sudah mulai siuman. Secara reflek, Wawan bangkit dari tempat tidurnya menuju ke arah saklar lampu dan mematikannya. Tertegun Wawan berdiri di samping tempat tidur dalam kamar yang sudah dalam keadaan gelap gulita itu. Sesaat kemudian terdengar suara Bu Mira.

    “Oh, dimana aku, mengapa gelap sekali..?”
    Sebentar kemudian suasana menjadi hening.
    “Dan, mengapa tanganku diikat, dan, oh.., tubuhku juga telanjang, kemana pakaianku, apa yang terjadi..?” terdengar suara Bu Mira pelan dan serak.

     

    Suasana hening agak lama. Wawan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia diam saja.
    Terdengar lagi suara Bu Mira mengeluh, “Oh.., tolonglah aku..! Apa yang terjadi padaku, mengapa aku bisa dalam keadaan begini, siapa yang melakukan ini terhadapku..?” keluh Bu Mira.
    Akhirnya timbul kejantanan dalam diri Wawan, bagaimanapun setelah apa yang dia lakukan terhadap Bu Mira, Wawan harus berterus terang mengatakannya semuanya.

    “Ini saya..,” gumam Wawan lirih.
    “Siapa, kamukah Yodi..? Mengapa kamu kembali lagi padaku..?” sahut Bu Mira agak keras.
    “Bukan, ini saya Bu.., Wawan..,” Wawan berterus terang.

    “Wawan..!” kaget Bu Mira mendengarnya.
    “Apa yang kamu lakukan pada Ibu, Wawan..? Bicaralah..! Mengapa Ibu kamu perlakukan seperti ini..?” tanya Bu Mira kemudian.

    Kemudian Wawan bercerita mulai dari awal sampai akhir, bagaimana mula-mula dia tertarik pada Bu Mira, sampai pada keheranannya bagaimana juga Bu Mira dapat hidup sendiri selama setahun tanpa ada laki-laki yang dapat memuaskan hasrat birahi Bu Mira. Juga tidak lupa Wawan menceritakan semua yang dia lakukan terhadap Bu Mira selama Bu Mira tidak sadar karena pengaruh obat tidur. Tertegun Bu Mira mendengar semua perkataan Wawan. Lama mereka terdiam, tapi terdengar Bu Mira bicara lagi.

    “Wawan.., Wawan.., Ibu memang menginginkan laki-laki yang bisa memuaskan hasrat birahi Ibu, tapi bukan begini caranya, mengapa kamu tidak berterus-terang pada Ibu sejak dulu, kalaupun kamu berterus terang meminta kepada Ibu, pasti Ibu akan memberikannya kepadamu, karena Ibu juga merasakan bagaimana tidak enaknya hidup sendiri tanpa laki-laki

    “Terus terang saya malu Bu, saya malu kalau Ibu menolak saya.”
    “Tapi setidaknya kan, berterus terang itu lebih sopan dan terhormat daripada harus memperlakukan Ibu seperti ini.”
    “Saya tahu Bu, saya salah, saya siap menerima sanksi apapun, saya siap diusir dari rumah ini atau apa saja.”

    “Oh, tidak Wawan, bagaimanapun kamu telah melakukannya semua terhadap Ibu. Sekarang Ibu tidak lagi terpengaruh oleh obat tidur itu lagi, Ibu ingin kamu melakukannya lagi terhadap Ibu apa yang kamu perbuat tadi, Ibu juga menginginkannya Wawan tidak hanya kamu saja.”
    “Benar Bu..?” tanya Wawan kaget.
    “Benar Wawan, sekarang nyalakanlah lampunya, biar Ibu bisa melihatmu seutuhnya,” pinta Bu Mira kemudian.

    Tanpa pikir panjang lagi, Wawan segera menyalakan lampu yang sejak tadi padam. Sekarang terlihatlah kedua tubuh mereka yang sama-sama polos, dan telanjang bulat dengan posisi Bu Mira terikat tangannya.

    “Oh Wawan, tubuhmu begitu atletis. Kemarilah, nikmatilah tubuh Ibu, Ibu menginginkannya Wawan..! Ibu ingin kamu memuaskan hasrat birahi Ibu yang selama ini Ibu pendam, Ibu ingin malam ini Ibu benar-benar terpuaskan.”

    Perlahan Wawan mendekati Bu Mira, diperhatikan wajah yang tambah cantik itu karena memang kondisi Bu Mira yang sudah tersadar, beda dengan tadi ketika Bu Mira masih tidak sadarkan diri. Diusap-usapnya dengan lembut tubuh Bu Mira yang polos dan indah itu, mulai dari paha, perut, sampai payudara. Terdengar suara Bu Mira menggelinjang keenakan.

    “Terus.., Wawan.., ah.. terus..!” terlihat tubuh Bu Mira bergerak-gerak dengan lembut mengikuti sentuhan tangan Wawan.
    “Tapi, Wawan, Ibu tidak ingin dalam keadaan begini, Ibu ingin kamu melepas tali pengikat tangan Ibu, biar Ibu bisa menyentuh tubuhmu juga..!” pinta Ibu Mira memelas.
    “Baiklah Bu.”

    Sedetik kemudian Wawan sudah melepaskan ikatan tali di tangan Bu Mira. Setelah itu Wawan duduk di pinggir tempat tidur sambil kedua tangannya terus mengusap-usap dan meremas-remas perut dan payudara Bu Mira.

    “Nah, begini kan enak..,” kata Bu Mira.
    Sesaat kemudian ganti tangan Bu Mira yang meremas-remas dan menarik maju mundur kemaluan Wawan, tidak lama kemudian kemaluan Wawan yang diremas-remas oleh Bu Mira mulai mengencang dan mengeras. Benar-benar hebat si Wawan ini, dimana tadi kemaluannya sudah terpakai sekarang mengeras lagi. Benar-benar hyper dia.

    “Oh.., Wawan, kemaluanmu begitu keras dan kencang, begitu panjang dan besar, ingin Ibu memasukkannya ke dalam vagina Ibu.” kata Bu Mira lirih sambil terus mempermainkan kemaluan Wawan yang sudah membesar itu.
    Diperlakukan sedemikian rupa, Wawan hanya dapat mendesah-desah menahan keenakan.
    “Bu Mira, oh Bu Mira, terus Bu Mira..!” pinta Wawan memelas.
    Semakin hebat permainan seks yang mereka lakukan berdua, semakin hot, terdengar desahan-desahan dan rintihan-rintihan kecil yang keluar dari mulut mereka berdua.

    “Oh Wawan, naiklah ke atas tempat tidur, naiklah ke atas tubuhku, luapkan hasratmu, puaskan diriku, berikanlah kenikmatanmu pada Ibu..! Ibu sudah tak tahan lagi, ibu sudah tak sabar lagi..” desis Bu Mira memelas dan memohon.

    Sesaat kemudian Wawan sudah naik ke atas tempat tidur, langsung menindih tubuh Bu Mira yang telanjang itu, sambil terus menciumi dan meremas-remas payudara Bu Mira yang indah itu.

    “Oh, ah, oh, ah.., Wawan oh..!” tidak ada kata yang lain yang dapat diucapkan Bu Mira yang selain merintih dan mendesah-desah, begitu juga dengan Wawan yang hanya dapat mendesis dan mendesah, sambil menggosok-gosokkan kemaluannya di atas permukaan vagina Bu Mira. Reflek Bu Mira memeluk erat-erat tubuh Wawan sambil sesekali mengusap-usap punggung Wawan.

    Sampai suatu ketika, tangan Bu Mira memegang kemaluan Wawan dan memasukkannya ke dalam vaginanya. Pelan dan pasti Wawan mulai memasukkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Mira, sambil kedua kakinya bergerak menggeser kedua kaki Bu Mira agar merenggang dan tidak merapat, lalu menjepit kedua kaki Bu Mira dengan kedua kakinya untuk terus telentang. Akhirnya setelah sekian lama berusaha, karena memang tadi Wawan sudah memasukkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Mira, sekarang agak gampang Wawan menembusnya, Wawan sudah berhasil memasukkan seluruh batang kemaluannya ke dalam vagina Bu Mira.

    Kemudian dengan reflek Wawan menggerakkan kedua pantatnya maju mundur teru-menerus sambil menghunjamkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Mira.
    “Slep.., slep.., slep..,” terdengar ketika Wawan melakukan aktivitasnya itu.
    Terlihat tubuh Bu Mira bergerak menggelinjang keenakan sambil terus menggoyang-goyangkan pantatnya mengikuti irama gerakan pantat Wawan.

    “Ah.., ah.., oh.. Wawan.., jangan lepaskan, teruskan, teruskan, jangan berhenti Wawan, oh.., oh..!” terdengar rintihan dan desahan nafas Bu Mira yang keenakan.
    Lama Wawan melakukan aktivirasnya itu, menarik dan memasukkan kemaluannya terus-menerus ke dalam vagina Bu Mira. Sambil mulutnya terus menciumi dan mengulum kedua puting payudara Bu Mira.

    “Oh.., ah.. Bu Mira, oh.., kamu memang cantik Bu Mira, akan kulakukan apa saja untuk bisa memuaskan hasrat birahimu, ih.., oh..!” desis Wawan keenakan.
    “Oh.., Wawan.., bahagiakanlah Ibu malam ini dan seterusnya, oh Wawan.., Ibu sudah tak tahan lagi, oh.., ah..!”
    Semakin cepat gerakan Wawan menarik dan memasukkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Mira, semakin hebat pula goyangan pantat Bu Mira mengikuti irama permainan Wawan, sambil tubuhnya terus menggelinjang bergerak-gerak tidak beraturan.

    Semakin panas permainan seks mereka berdua, sampai akhirnya Bu Mira merintih, “Oh.., ah.., Wawan.., Ibu sudah tak tahan lagi, Ibu sudah tak kuat lagi, Ibu mau keluar, oh Wawan.., kamu memang perkasa..!”
    “Keluarkan Bu..! Keluarkanlah..! Puaskan diri Ibu..! Puaskan hasrat Ibu sampai ke puncaknya..!” desis Wawan menimpali.
    “Mari kita keluarkan bersama-sama Bu Mira..! Oh, aku juga sudah tak tahan lagi,” desis Wawan kemudian.

    Setelah berkata begitu, Wawan menambah genjotannya terhadap Bu Mira, terus-menerus tanpa henti, semakin cepat, semakin panas, terlihat sekali kedua tubuh yang basah oleh keringat dan telanjang itu menyatu begitu serasi dengan posisi tubuh Wawan menindih tubuh Bu Mira.

    Sampai akhirnya Wawan merasakan tubuhnya mengejang hebat, begitu pula dengan tubuh Bu Mira. Keduanya saling merapatkan tubuhnya masing-masing lebih dalam, seakan-akan tidak ada yang memisahkannya.

    “Ser.., ser.., ser..!” terasa keluar cairan kenikmatan keluar dari ujung kemaluan Wawan mengalir ke dalam vagina Bu Mira, begitu nikmat seakan-akan seperti terbang ke langit ke tujuh, begitu pula dengan tubuh Bu Mira seakan-akan melayang-layang tanpa henti di udara menikmati kepuasan yang diberikan oleh Wawan.
    Sampai akhirnya mereka berdua berhenti karena merasa kelelahan yang amat sangat setelah bercinta begitu hebat.

    Sejenak kemudian, masih dengan posisi yang saling menindih, terpancar senyum kepuasan dari mulut Bu Mira.
    “Wawan, terima kasih atas apa yang telah kau berikan pada Ibu..,” kata Bu Mira sambil tangannya mengelus-elus rambut Wawan.
    “Sama-sama Bu, aku juga puas karena sudah membuat Ibu berhasil memuaskan hasrat birahi Ibu,” sahut Wawan dengan posisi menyandarkan kepalanya di atas dada Bu Mira.
    Suasana yang begitu mesra.

    “Selama disini, mulai malam ini dan seterusnya, Ibu ingin kamu selalu memberi kepuasan birahi Ibu..!” pinta Ibu Mira.
    “Saya berjanji Bu, saya akan selalu memberikan yang terbaik bagi Ibu..,” kata Wawan kemudian.
    “Ah, kamu bisa saja Wan,” tersungging senyum di bibir Bu Mira.
    “Tapi, ngomong-ngomong bagaimana dengan Ida dan Bik Sumi..?” tanya Wawan.
    “Lho, kita kan bisa mencari waktu yang tepat. Disaat Ida berangkat sekolah juga bisa, dan Bik Sumi di dapur. Di saat keduanya tidur pun kita bisa melakukannya. Pokoknya setiap saat dan setiap waktu..!” jawab Bu Mira manja sambil tangannya mengusap-usap punggung Wawan.

    Sejenak Wawan memandang wajah Bu Mira, sesaat kemudian keduanya sama-sama tertawa kecil. Akhirnya apa yang mereka pendam berdua terlampiaskan sudah. Sambil dengan keadaan yang masih telanjang dan posisi saling merangkul mesra, mereka akhirnya tertidur kelelahan.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Ngentot Gadis Malaysia

    Ngentot Gadis Malaysia


    1000 views

    Cerita Sex ini berjudulNgentot Gadis MalaysiaCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2020.

    Perawanku – Ini adalah kisah nyata yang merupakan pengalaman pribadi saya. Nama saya, sebut saja Andre, dan saya bekerja di sebuah perusahaan multi nasional di Jakarta. Beberapa bulan yang lalu perusahaan saya mengadakan workshop regional di Bali. Workshop diadakan di Hard Rock Hotel selama 4 hari, dan yang hadir kebanyakan dari Singapura, Thailand, Malaysia, Hong Kong dan sebagainya.

    Jumlah peserta sekitar 40 orang, dan selama berlangsungnya workshop kami dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari masingmasing sekitar 8 orang. Karena banyaknya aktivitas yang kami lakukan bersama, otomatis kami jadi kenal dengan baik satu dengan lainnya, terutama rekanrekan yang satu kelompok.

    Di kelompok saya ada satu peserta dari Malaysia, namanya Eileen yang menurut saya sangat cantik. Kulitnya putih mulus dan badannya juga sangat seksi. Dari pertama kenal saya sudah tertarik dengannya, dan saya berusaha untuk dapat lebih dekat dengan dia.

    Karena kebetulan kami menangani bagian yang sama, walaupun dia di cabang Kuala Lumpur dan saya Jakarta, banyak hal yang berkaitan dengan pekerjaan yang dapat kami bicarakan. Sehingga dalam 2 hari kami sudah cukup dekat. Dari pembicaraan yang bersifat pekerjaan, pembicaraan kami sampai juga ke yang bersifat pribadi, dan saya mulai mengenal Eileen lebih jauh.

    Eileen ternyata sudah memiliki pacar di Malaysia, dan rencanya tahun depan dia akan menikah. Terus terang, waktu pertama kali mendengar itu saya kecewa, tapi saya berjanji pada diri sendiri kalau saya tidak akan menyerah begitu saja.

    Karena acara kami setiap harinya berlangsung dari pagi hingga sekitar jam 9 malam harinya, otomatis hampir semua kegiatan kami lakukan di hotel. Palingpaling sore harinya kami keluar untuk berbelanja di sekitar Kuta. Hari Rabu malam (hari ketiga) saya tidak dapat tidur. Dan sekitar jam 11 malam saya menelepon kamar Eileen dan mengajak dia keluar untuk berjalanjalan di pantai.

    Di luar dugaan, ternyata dia setuju dan kami pun kemudian ke pantai Kuta yang terletak persis di seberang Hotel. Kami duduk di tepi pantai yang gelap dan berbicara banyak hal sambil memandangi ombak dan bintangbintang.

    Karena suasana pantai yang sangat romantis, perasaan kami terhanyut dan saya memberanikan diri untuk mengutarakan perasaan saya. Ternyata perasaan saya tidak bertepuk sebelah tangan dan dia mengakui bahwa dia juga suka dengan saya.

    Sekitar jam 1 pagi dia mengajak saya balik ke hotel, karena sudah larut malam dan besok paginya masih ada aktivitas lagi walaupun sudah hari terakhir. Saya ajak Eileen untuk tidur di kamar saya, tetapi dengan halus dia menolak, alasannya dia belum siap karena kami baru saling kenal.

    Besok harinya kami berpurapura tidak ada apaapa di antara kami, dan kami pun bekerja dalam kelompok seperti biasanya. Terus terang saya sudah tidak sabar untuk menunggu malam tiba dan berduaan dengan dia lagi. Karena malam terakhir, kantor kami mengadakan acara makan malam di Nusa Dua dan kami baru kembali ke hotel sekitar jam 10 malam.

    Begitu sampai di hotel, saya tanya Eileen apakah saya boleh main ke kamarnya karena rencananya itu adalah malam terakhir saya di Bali. Eileen dengan rekanrekannya baru kembali ke Malaysia hari Minggu, sedangkan saya rencananya kembali ke Jakarta hari Jumat pagi. Eileen bilang boleh, tapi sekitar setengah jam lagi karena dia mau mandi dulu.

    Saya pun kembali ke kamar, mandi dan menunggu dengan tidak sabar. Sekitar jam 10:30 malam, saya ke kamar Eileen. Waktu itu Eileen baru selesai mandi dan rambutnya masih basah.

    Dia mengenakan baju kaos putih yang panjangnya sepaha dan tidak mengenakan celana pendek lagi. Eileen mempersilakan saya duduk di tempat tidur dan dia lalu ke kamar mandi untuk mengeringkan rambutnya.

    Dari tempat tidur saya dapat melihat dia di kamar mandi, dan malam itu Eileen terlihat sangat cantik. Saya tidak tahan lagi, dan kemudian bangun mendekati dia di kamar mandi.

    Saya peluk dia dari belakang dan Eileen berkata, Wait honey, let me finish first. After Im done Ill give you a night that you wont forget.

    Saya pun kembali ke kamar dan duduk di tepi ranjang. Setelah selesai Eileen keluar dan berdiri di depan pintu kamar mandi. Karena baju kaosnya cukup tipis, lekuk badan Eileen terlihat jelas, dan saya tahu kalau dia tidak mengenakan bra di balik baju kaosnya. Putingnya samarsamar terlihat di balik baju kaosnya yang tipis.

    Saya berdiri dan segera menciumnya dengan penuh nafsu. Ternyata dia juga memberikan reaksi yang sama, dan kemudian saya menggendong dia ke ranjang.

    Have you done it before..? tanya saya.
    No, I havent. My boyfriend asked for it many times, but I always told him to wait until were married.. katanya.
    Dia terdiam sejenak dan kemudian berkata, But I think I want to do it with you tonight..
    Wow, sebuah kalimat yang membuat saya serasa melayang.

    Eileen menyuruh saya tiduran, dan dia mulai melepaskan baju kaos dan celana pendek yang saya kenakan. Saya coba untuk membuka baju kaosnya, tapi dia minta saya untuk tunggu dulu.
    Not that fast, honey.. katanya.
    Eileen kemudian menciumi saya dengan penuh nafsu, dan tangannya dimasukkan ke dalam celana dalam saya, dan mulai memainkan kemaluan saya. Saya sudah sangat terangsang dan segera membalikkan tubuhnya sehingga posisi saya sekarang di atas.

    Saya lepas baju kaosnya, dan di depan saya terpampang pemandangan yang sangat indah. Eileen yang telentang dan hanya mengenakan celana dalam putih transparan terlihat begitu menantang. Bulu kemaluannya yang lebat terlihat dengan cukup jelas di balik celana dalamnya.

    Buah dadanya sangat indah dengan puting yang berwarna coklat kemerahan, sangat kontras dengan tubuhnya yang putih mulus. Saya menjilati putingnya dan Eileen terlihat begitu menikmati.

    Take off your underwear please..! katanya.

    Saya lepas celana dalam saya, dan Eileen kemudian memandangi kemaluan saya yang sudah sangat terangsang. Dia meminta saya tiduran dan kemudian mulai menjilati tubuh saya dari atas sampai kemaluan saya. Sungguh luar biasa, dan Eileen ternyata cukup ahli dalam melakukan oral seks. Pasti dia sering melakukannya dengan pacarnya, pikir saya.

    Saya minta dia berubah posisi, sehingga kemaluannya sekarang persis di atas kepala saya. Saya sengaja tidak melepaskan dulu celana dalamnya karena saya ingin menikmati keindahan ini perlahanlahan. Saya jilati selangkangannya dan sekalisekali menyibakkan celana dalamnya, sehingga kemaluannya yang ditumbuhi bulu lebat itu terlihat.

    Kemaluan Eileen sangat harum karena dia baru saja selesai mandi dan memang kelihatan kalau Eileen orangnya sangat bersih. Beberapa menit kemudian dia berdiri dan melepaskan celana dalamnya. Di depan saya adalah pemandangan yang sangat indah, belum pernah saya melihat wanita secantik Eileen tanpa busana di hadapan saya.

    Lets do it, now Honey.. Im so turn on.. pintanya.
    Eileen pun kemudian merebahkan diri dan membuka kedua pahanya lebarlebar. Saya jilati selangkangannya dan kemaluannya.
    Ah.. ah.. come on.. do it now, I cant stand it anymore..
    Saya tidak menghiraukan dia dan kemudian menyibakkan rambut kemaluannya dan mulai menjilati klitorisnya.
    Ah.. please.. please.., do it now.. please..! pintanya.
    Saya terus jilati klitorisnya, dan suara erangannya menjadi semakin keras tanda kalau Eileen sudah sangat terangsang.

    Sebelum Eileen mencapai puncaknya, saya tarik badan Eileen ke sisi tempat tidur. Kakinya dibuka dengan lebar dan saya mencoba untuk memasukkan kemaluan saya ke vaginanya. Walaupun Eileen sudah sangat basah karena terangsang, ternyata kemaluan saya tidak mudah untuk masuk, karena dia belum pernah melakukan ini sebelumnya.

    Honey.. slowly please.. its painful..

    Senti demi senti saya masukkan kemaluan saya sampai akhirnya masuk dengan penuh.

    Oh.. it feels good.. can you move your body now..? katanya.

    Saya pun mulai menggerakkan pinggul, dan dari kemaluannya saya lihat sedikit darah keluar tanda kalau dia memang masih perawan.

    Yes.. yes.. I like it.., faster please.. faster..! katanya.
    Beberapa menit kemudian saya minta dia untuk merubah posisi, dan kami melakukan doggy style. Ternyata Eileen sangat menikmati posisi ini, apalagi posisi ini juga memudahkan saya untuk memegang buah dadanya yang lumayan besar dari belakang.
    Selang beberapa saat, Eileen mengeluarkan teriakan keras, Ah.. ah.. Im coming Honey.. Im coming..

    Saya tahu kalau Eileen sudah orgasme, dan saya pun terus mempercepat gerakan sampai akhirnya saya juga orgasme. Tentunya saya tidak ejakulasi di dalam vaginanya, karena saya tidak mengenakan kondom, dan saya tidak mau dia sampai hamil.

    Setelah itu kami berdua ke kamar mandi dan mencuci bersih tubuh kami yang penuh dengan keringat dan juga sedikit darah Eileen. Selesai mandi kami berendam di bathup sambil berpelukan. Sungguh nikmat rasanya. Malam itu kami tidak tidur sama sekali dan kami berhubungan lagi 2 kali sampai pagi.

    Pagi harinya Eileen meminta saya untuk tidak kembali ke Jakarta hari itu dan menemani dia di Bali sampai hari Minggu. 2 hari berikutnya saya habiskan waktu berkeliling Bali dengan Eileen dan temantemannya. Sayang sekali saya tidak dapat terus berduaan dengan Eileen karena dari sebelumnya dia sudah janji dengan temantemannya untuk liburan di Bali setelah acara kantor selesai.

    Baru malam harinya kami bisa menikmati waktu berdua dan waktu itu terasa amat singkat dan hari Minggu pagi Eileen sudah harus kembali ke Malaysia dan saya ke Jakarta. Sebelum berpisah kami berjanji untuk tetap akan saling berhubungan melalui telpon dan email dan berharap kami dapat melanjutkan hubungan kami.

    Kami pun terus berhubungan melalui telpon dan email sampai sekitar satu setengah bulan kemudian saya menerima email yang sangat mengejutkan. Eileen meminta saya untuk berhenti menelpon dan menulis email ke dia, karena pacarnya sudah mengetahui affair dia dengan saya, dan dia lebih memilih pacarnya karena beberapa alasan yang terus terang, sangat berat untuk saya terima.

    Susah sekali untuk menerima kenyataan itu, dan saya masih terus mengirim email ke dia. Tidak ada satu pun email saya yang dibalas, sampai akhirnya saya sadar bahwa mungkin Eileen memang bukan milik saya. Mungkin suatu hari saya akan mendapatkan seseorang yang dapat memberikan kebahagiaan dan kesenangan seperti yang telah diberikan Eileen kepada saya.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Kisah Hot Gairah ABG 17 Tahun Berjilbab – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Kisah Hot Gairah ABG 17 Tahun Berjilbab – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1615 views

    Perawanku – sebentar lagi 17 tahun” “Oooh…udah gede-gede ya” kataku sambil melirik payudara gina, uh penisku perlahan lahan mengeras, membayangkan bisa meremas2 empat buah payudara dibalik jilbab gadis gadis ini. “ya iyalah om, kan udah sma” jawab gita yang tak sadar apa sebenarnya yang aku maksud.

    “kalian nggak pulang, udah sore begini masak gadis2 cantik seperti kalian masi blum pulang” “om bisa aja ah, masi mau minum2 dulu om bentar lagi juga pulang” jawab gina sambil ngobrol kuperhatikan kedua gadis ini, walaupun kembar namun aku mulai bisa membedakan antara gina dengan gita.

    Gina yang berusia lebih tua beberapa menit dari gita ini memiliki buah dada yang sedikit lebih besar dari adiknya.selebihnya tak ada perbedaan. “ ah seandainya bisa kutelanjangi kedua gadis berjilbab ini, apa mungkin rasa jepitan vagina 2 orang saudara kembar berbeda yah” kataku dalam hati yang sudah penuh nafsu. “Kalian udah punya pacar belum ??” tanyaku.

    “gina udah tuh om, nama pacarnya andi, hihi…” “Iiih….apaan sih git, dia tuh cuma temen deket aja juga…” katanya malu kulihat ada yang aneh dengan kedua remaja berjilbab ini. Mengapa sepertinya sangat mudah akrab dengan orang yang belum dikenal seperti aku. Aku mulai berpikir sepertinya dua gadis ini bisa kupakai malam ini.

    Akupun mulai mengeluarkan jurus mautku. “Kalian udah pernah pacaran kan ?” “Iya udah Om…tapi ya gitu deh namanya juga anak sma.” jawab gita

    “Umm tapi maaf nih yah, kalian udah pernah begitu belum ??” tanyaku sambil tersenyum nakal. Gina sedikit kaget “begitu gimana om??” “umm begini.. kayak ciuman pelukan, dan main2 itu sama pacar kalian belum” Sejenak mereka kaget dengan pertanyaanku lalu gita balas menjawab

    “Iiiih…om apaan sih…kok nanyanya begituan” “Ya kan om mau tau ??” Mereka terdiam sejenak kemudian saling berbisik. “Emang bener om mau tau ???” tanya gina menggoda. “ya iya dong dik gina yang cantik” kataku sambil mengedipkan mata sepertinya mereka sadar maksud gerak gerikku, lalu dengan tersenyum nakal gita menjawab.
    “om, kalau mau kita bisa jalan2 sama om tapi kaloo…

    ” gita berhenti berbicara lalu mengambil handponnya dan mengetik lalu memberikan handponnya padaku. Astaga pikirku, inilah saatnya. Saat yang dari tadi kunantikan. Gita ternyata meminta sejumlah uang dan persyaratan. Kesempatan ini tak boleh kulewatkan. Akupun tersenyum lebar dan jantungku semakin berdegup kencang.

    Tiba2 aku tersadar suatu hal “eh maaf yah gina, gita, kalo kalian mau nemenin om kok kenapa kalian memakai jilbab” “oh ini, ini kan ketentuan wajib disekolah harus pakai jilbab om” jawab gina oh aku baru menyadari segala sesuatunya, kenapa menjelang malam hari kerja kedua gadis berjibab ini masi dipusat perbelanjaaan, kenapa mereka memakai barang2 mahal, kenapa mereka mudah sekali untuk diajak ngobrol sampai ke hal2 yang nakal.

    “ok kalo gitu yuk kita pergi, om ke atm dulu ngambil uang saku untuk gadis2nya om” kataku sambil mengedipkan mata yang dijawab dengan sedikit tawa dan tatapan nakal.
    Sekitar jam 6 sore, aku ersama kedua gadis berjilbab ini keluar dari mall dan menuju sebuah atm dibasement mall tersebut. Ternyata basement tersebut agak sepi, hanya berisi mobil2 dan beberapa supir, tukang parkir dan satpam yang sempat memandangku iri, karena aku yang asyik bercanda dengan kedua gadis berjiblab ini.
    Atm tersebut ternyata cukup tertutup, dengan ruangan yang cukup besar. Akupun mulai mengakses mesin tersebut sambil berbincang2 dengan kedua gadis berjilbab ini. Sambil memencet tombol2 aku lirik keadaan diluar, tampaknya posisiku cukup tertutup dan tak ada orang yang melihat, ah aku yang sudah tak tahan dari tadi mulai melancarkan aksiku.

    Kedua gadis berjilbab ini berdiri dikanan kiriku, sambil menunggu mesin atm bekerja, aku tarik kedua tanganku kebelakang lalu meremas2 kedua buah pantat gina dan gita yang kenyal itu. “ iihh om nakal, masi dibasement juga” jawab gita dan sebuah cubitan kecil dipinggangku oleh gina.

    “Iya deh iya deh om nggak nakal” jawabku sambil menarik tanganku dari pantat kedua gadis ini, lalu kurangkul pinggang kedua gadis berjilbab ini dan menarik mereka kearah tubuhku, uhhhh payudara payudara dibalik jilbab kedua gadis berjilbab ini sungguh sama kenyal dan nikmatnya.

    “ihhh si om ini nakal banget sih” kata mereka dengan senyum manja. Lalu tanganku mulai meraba naik kepunggungnya lalu bergeser masuk keketiak mereka menyelusup kebelakang jilbab mengikuti alur bh mereka dan menggenggam payudara payudara gadis gadis ini yang tidak bersentuhan dengan dadaku.” iiiiihh si ooomm daritadi bandel banget sihhh” kata gina sambil kedua gadis ini mencoba melepaskan diri dari genggaman tanganku pada buah dada mereka.

    “duh gina gita, jangan begitu dong, ini uangnya” kataku ketika tiba2 mesin atm tersebut mengeluarkan uang beberapa juta rupiah” akupun mengambil uang tersebut lalu memperlihatkan uang tersebut kepada mereka, tampaknya kali ini mereka luluh dan mata mereka tampak berbinar2 melihat uang yang cukup banyak tersebut dan mulai tersenyum genit.

    Akupun dengan nakalnya menyampirkan jilbab gina dan gita kepundaknya lalu membuka 3 buah kancing paling, dan kulihat yang daritadi membuat penisku sangat keras, empat buah payudara gadis smu yang sangat menggemaskan terbungkus bra yang sangat sexy dengan jilbab yang menutupi kepala mereka, akupun menyelipkan beberapa lembar ratusan ribu rupiah kedalam bra mereka sambil merasakan kenyalnya payudara mereka lalu aku lanjutkan dengan meremas2 payudara montok kedua gadis ini.

    “uhhhh, dada gina lebih besar sedikit tapi sama nikmatnya dan sama cantiknya dengan gita, om udah bener bener nggak kuat nih, ini uangnya dp dulu yah nanti kalo udah selese nemenin om semua uang ini boleh kalian miliki” kataku dengan penuh nafsu.
    Gita dan ginapun hanya tersenyum genit sambil keenakan menikmati remasan demi remasan dan plintiran pada payudara dan putting mereka. Tanpa disadari ada orang mengetuk pintu atm. Kami bertigapun kaget bukan kepalang, aku baru menyadari ada orang antri menunggu dari tadi.

    Akupun segera menarik kedua tanganku dari payudara mereka, gita dan ginapun kaget luar biasa dan langsung mengancingkan kembali baju mereka dan menjulurkan jilbab mereka untuk menutupi buah dada montoknya. “ih om si, untung nggak dibuka pintunya kan malu om” kata gita “iya deh maaf, tapi om udah nggak kuat nih, kita cari tempat yuk nanti disambung lagi deh ditempat om” kataku “ih si om, kita cantik sih jadi om nggak kuat deh” kata gina dan disambut tawa mereka cekikian.

    “yaudah, yuk, eh ayo gandeng tangan om dong” bisikku manja kekeduanya kamipun keluar dari kotak atm yang sudah ditunggu 3 orang yang mengantri dari tadi.mereka tampak kesal namun agak kaget ketika melihat seorang lelaki digandeng dua orang gadis smu kembar yang masih segar dan berjilbab.
    Ah biarin ajah, emang gua pikirin, akupun menarik kedua daun muda yang sungguh menggemaskan ini kesudut lapangan parkir tempat mobilku berada yang jauh dari tempat tunggu supir dan satpam. Sambil berjalan kedua lengan atasku merasakan lembutnya bagian luar buah dada gina dan gita yang terus bersenggolan dengan tanganku yang mereka rangkul.

    Aduh sungguh nikmat rasanya, batang penisku semakin tak kuat ingin segera menikmati kedua gadis kembar ini. Gedung parkir di mall ini hanya setengah mobil kebawah yang tertutupi tembok, selebihnya hanya ditutupi oleh kawat2 besi sehingga walaupun gelap namun samar2 bisa terlihat dari luar gedung parkir.

    Ide gilapun muncul dikepalaku aku akan menikmati kedua gadis berjilbab ini ditempat terbuka sebelum nanti kutelanjangi, kumandikan dan kusabuni setiap inci tubuh mereka dirumahku nanti. Setelah sampai disudut tempat mobilku diparkir akupun mendorong perlahan kedua gadis berjilbab ini hingga bersandar ditembok dengan kedua tanganku menekan sebuah payudara gina dan gita.

    “gina, gita, kita main disini dulu yuk, kan gelap nggak ada orang, om udah nggak tahan nih, nanti uang jajannya om tambah deh, tapi nanti malem main kerumah om dulu kita main2 lagi, besok pagi baru om anter kesekolah, gimana?”
    gita dan gina hanya berpandangan lalu salah satunya mengangguk, “boleh om tapi ati2 yah kalo ada orang, kan malu om diliatin orang” akupun tersenyum dan tanpa basa basi langsung kusampirkan jilbab gina dan gita, langsung kubuka kancing2 bajunya dan kubuka seragam sekolah mereka, dan langsung kulepas bra mereka, kulemparkan bra mereka kejok belakang mobilku lalu kupakaikan kembali baju seragam mereka tanpa kukancingi lagi, sungguh indah tubuh saudara kembar ini.

    Dengan jilbab putih yang masih mereka kenakan dan payudara yang putih dan empat buah putting berwarna coklat yang kecil sungguh indah sekali, akupun tak mampu menahan nafsuku, segera kumainkan empat buah payudara gadis kembar ini bergantian, dari remasan, plintiran pada puting2 payudara mereka hingga hisapan hisapan dan gigitan2 kecil membuat mereka menggelinjang mendesah menikmati permainanku.

    Lalu kuhentikan permainanku, kuperintahkan kedua gadis ini untuk mengangkat kedua roknya perlahan. Pelan2 kulihat kaki mungil mereka yang dibungkus sepatu dan kaus kaki menutup betis mereka, lutut, dan aww, paha paha yang putih dan mulus lalu kemaluan yang masih tertutup celana dalam putih yang tipis. Aku sungguh tak kuat, langsung kutarik turun celana dalam mereka dan kupandangi vagina gina dan gita yang kecil karena umur mereka yang masih 16 tahun. Kuambil celana dalam mereka dan kulemparkan ke jok belakang mobil. Lalu kututup pintu mobilku.
    “lho om kok kita nggak dimobil om ajah, kan takut ada yang ngeliat om” kata gita khawatir dengan keadaanya yang berjilbab namun baju seragam yang terbuka yang memperlihatkan dua buah payudaranya yang menggantung sambil mengangkat rok sampai pinggang yang memperlihatkan vaginanya.

    “Nggak papa gina, nanti kamu tau, jauh lebih nikmat rasanya kalo ditempat begini lho” kataku sambil menarik kedua gadis itu dan kusuruh duduk dikap depan mobilku yang posisinya didinding lapangan parkir, yang hanya tertutup jeruji2 besi dan tampak dari luar samar2.

    “iii om malu” jawab gita sambil duduk dan menutup rok dan bajunya sambil melipat tangan didadanya. Tampak didepanku dua orang gadis kembar berjilbab yang siap kunikmati beberapa saat lagi, disebuah gedung parkir, dan gilanya lagi walaupun agak gelap tapi pasti secara samar2 terlihat dari jalan raya diluar gedung. Tanpa memperdulikan ucapan gita akupun menarik kepala kedua gadis berjilbab ini dan mencium bibir merkea bersamaan, ah nikmat rasanya saat mencium mereka bersamaan.
    Tampaknya mereka menyukainya, lalu tanpa basa basi kuangkat rok sekolah gina dan kujilat2 vaginanya, juga tangan kananku masuk kedalam rok diantara kaki gita dan mengelitik vagina dan klitorisnya sambil aku memuaskan kakaknya. Kedua gadis berjilbab ini hanya bisa menggelinjang dan mendesah pelan, perlahan nafsu mulai merasuki keduanya yang tampaknya sudah tak malu lagi dan mulai meremas remas payudara mereka sendiri.

    Kurasakan cairan mulai membasahi vagina kedua saudara kembar ini. Akupun semakin tak tahan, langsung kubuka celanaku dan mengeluarkan penisku dan kumasukkan kedalam vagina gina sambil terus mengaduk2 vagina gita dengan 3 buah jariku. Ahh penisku serasa dipijit2 didalam vaginanya.

    Walaupun sempit tapi ketika mulai kusodok pelan2 serasa tak ada yang menghalangi, ternyata gina sudah tidak perawan lagi, begitujuga dengan gita yang sedari tadi pasrah penuh kenikmatan dengan tiga buah jariku divaginanya. Akupun dengan cepat memajumundurkan penisku didalam vagina gina bergantian dengan gita.

    Wajah mereka yang terbungkus jilbab sungguh tampak menggemaskan membuatku semakin bernafsu meremas2 payudara2 mereka.

    Aku memerintahkan kedua saudara ini untuk menunduk dan bertumpu pada terali2 besi gedung parkir. Kuangkat rok panjang mereka dan kulipat dan kuselipkan dipinggang mereka, sehingga dengan bebasnya aku bisa melihat pantat, vagina dan bagian kaki gadis gadis ini.

    Mungkin karnea kedua gadis kembar ini belum orgasme mereka tampak mau melakukan apa saja asalkan terus kuaduk2 vagina mereka. Mereka tak malu walaupun samar2 terlihat dari jalan raya didepan gedung parkir ini. Akupun semakin bernafsu dengan menyodokkan penisku kedalam vagina gita dan gina bergantian dari belakang sambil kutarik jilbab mereka yang membuat mereka mendongak keatas sambil menikmati hentakan demi hentakan penisku dilubang vagina mereka secara bergantian.

    Tak lama kemudian gina merintih2 “om oomm remes payudaraku yang keras, terus masukin penisnya cepetan sedikit aku udah nggak tahan mau keluar” akupun yang memang penuh nafsu segera menuruti permintaan gina, kucengkram kedua payudaranya dari belakang, dan kupercepat hentakan penisku jauh lebih dalam kelubang vaginanya.yang membuat gina semakin menjerit2 kecil menikmatinya.
    Tiba2 dari jauh kulihat seseorang haltebus yang mengarah kegedung parkir diseberang jalan tampaknya melihat adegan yang kulakukan, dan gina walaupuan daritadi merem melek menikmati permainanku menyadari ada seseorang yang ikut menikmati tubuhnya dari jauh. “om ada orang tuh dihalte ngeliatin kita, tapi aku udah nggak kuat om dikit lagi mau keluaarr.

    Ah biarin ajaaaahhh…” jawabnya yang tampak semakin bernafsu karena dilihat orang tersebut. Akupun semakin bernafsu mempertontonkan adegan mesra ini keorang tersebut yang semakin membuatku terpacu.tiba2 “ahhhh ahhhh ahhh” gina merintih dan kurasakan vaginanya mengeluarkan cairan yang sangat banyak dan akhirnya gina terdiam lemas walaupun aku tetap memacu penisku kevaginanya.

    Akupun menghentikan aksiku. “duh om udah nggak kuat, om lanjutin sama gita aja yah..” katanya dengan tersenyum penuh kepuasan. “Iyah nggak papa sayang,tapi kamu disini aja ya temenin om main dengan adikmu ini” kataku sambil menjulurkan rok gina sehingga menutupi bagian bawah tubuhnya lalu kubalikkan tubuhnya kucium mesra, dan kupandangi adiknya.
    “ihh omm kan udah sama kak gina tadi, aku dicuekin, daritadi udah nggak tahan om” katanya dengan cemberut nakal. Ternyata walaupun payudara gita sedikit lebih kecil dari kakaknya, namun hasrat sexnya jauh melebihi kakaknya. “gita juga mau om, ayo cepet tu orang dihalte depan lagi ngeliatin, gita udah nggak tahann ayo omm cepettt” kata gita memelas. Wah ternyata adiknya jauh lebih agresif dan maniak dari kakaknya.

    Akupun langsung menancapkan penisku kevagina gita dari belakang yang sudah memasang posisi menunduk dengan menumpukan tangannya pada jeruji besi didinding gedung parkir ini.sambil kugenjot vaginanya, kuremas2 payudara kiri gita dari belakang dengan tangan kiriku sementara tangan kananku kugunakan untuk memeluk gina sambil mencium bibirnya dan meraba2 payudaranya.tak disangka gita ternyata begitu exebisionis, dalam genjotanku dia melambaikan tangan dan tersenyum genit kepada lelaki yang menatap aksi kita dari tadi.akupun tak peduli terus saja kupermainkan vaginanya.
    Tapi lama kelamaan aku bosan dengan posisi ini, kubalikkan tubuh gita, dan kugendong lalu kududukkan ditepi kap depan mobil jeepku dan kusandarkan gina berdiri disampingnya, akupun melanjutkan aksiku menancapkan penisku kevagina gita sambil mencium dan menjilat jilat putting payudaranya bergantian dengan mencium bibir gina kakaknya, sambil tangan kiriku meremas2 payudara gina.

    ohhh sungguh berlipat2 rasanya menikmati tubuh dua orang gadis kembar yang masih mengenakan jilbab putih namun 4 buah payudara mereka terbuka bebas dan sedang kujamah, sedangkan vagina gita sedang kunikmati dengan penisku dan vagina gina sesekali kuremas2 dari balik rok yang kuangkat keatas.

    Tak lama kemudian, gitapun mencapai titik puncaknya,dia menggelinjang dan mendongak keatas sambil memeluk kepalaku diantara dua buah payudaranya dengan erat dan tiba2 tiga kali kurasakan semprotan cairan didalam vagina gita bersamaan dengan semprotan spermaku didalamnya.. “aahahhchhhhh ommmm aku ahhhhh” jeritnya… ginapun hanya tersenyum melihat ulah adiknya yang sedang dalam titik puncaknya.
    Setelah beberapa saat kurapihkan pakaian kedua gadis kembar ini, kurapihkan rok mereka, lalu kukancingkan kembali baju mereka, kujulurkan lagi jilbab mereka menutupi payudara dan vagina yang kini tak mengenakan bh dan celana dalam. “Yuk kita belanja, kita nonton juga yuk, nanti kita lanjut lagi dirumah om yah” kataku genit.

    Gina dan gita hanya tersipu malu. Lalu kedua gadis kembar ini kurangkul dan kuajak kedalam mall sambil dengan nakalnya kuraba payudara mereka yang kali ini dengan mudah kuplintir dari luar pakaian mereka putting yang menonjol dibalik bajunya, namun sengaja ditutupi jilbab mereka agar tak ketahuan, namun buah dada buah dada yang tak disanggah itu tampak lebih menggoda bergoyang goyang dibalik pakaian mereka walaupun sudah ditutupi jilbab, gesekan demi gesekan dan remasan tanganku dipayudara mereka sungguh nikmat, walaupun batang kemaluanku sudah lemas, tapi aku masih ingin menikmati tubuh gadis kembar berjilbab ini.

    Kamipun masuk kedalam mall dan mulai jaga image, gina dan gita jalan disampingku dengan biasa2 saja agar tak terlalu menarik perhatian.. kamipun menuju bioskop dilantai atas dan membeli tiket film, tapi sebelum masuk ke bioskop, gita mengajak kakaknya ketoilet untuk membersihkan sisa2 cairan vagina dan spermaku yang masih membasahi vagina nya.

    Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Mesum,Cerita Hot Dewasa,Cerita Ngentot ABG,Cerita Sex Sedarah Tante

  • Cerita Sex Pemerkosaan Dokter Amoy Muda

    Cerita Sex Pemerkosaan Dokter Amoy Muda


    1131 views

    Perawanku – Cerita Sex Pemerkosaan Dokter Amoy Muda, Seorang dokter wanita muda keturunan Tionghoa menceramahi Yoga begitu ia masuk ke dalam kamar periksa, Yoga yang merasakan badannya masih sakit, berjalan terpincang hanya bisa diam tidak menjawab.

    “Saya perhatikan cuma kalian anak-anak muda asli daerah sini saja yang suka balapan liar. Apa udah gak sayang sama nyawa kalian..?

    Dokter muda itu masih terus berceloteh. Yoga berusaha tetap cool dengan celotehan pedas itu. Kalau diikutkan perasaan, hatinya memang panas dihina bergitu. Tapi karena badannya sakit dan lutut serta sikutnya tengah dibalut dengan perban karena terjatuh dari motor maka dia mengambil sikap diam.

    Yoga teringat peristiwa malam tadi saat dia dan teman-temannya berlomba balapan motor liar di jalanan malam kota. Nasibnya malang karena tergelincir di tikungan dan badannya terhempas ke jalan aspal yang keras. Badan, lutut dan sikunya memar serta mengeluarkan banyak darah. Nasib baik helm yang dipakainya tidak terlepas tetap melindungi kepalanya, kalau tidak kepalanya mungkin bisa bocor.

    Yoga memilih untuk mendapat perawatan di sebuah klinik dokter umum. Dia enggan ke rumah sakit karena para suster di sana pasti akan menyindir hobinya itu. Tapi tak disangkanya, di klinik dokter umum ini pun sang dokter meyinggung-nyinggung hobinya itu. Dokter keturunan cina muda itu sungguh cantik dan Toge.. yupzz bahkan toket gedenya teramat sangat masih kenceng, maklumlah mungkin dia masih perawan. Dokter ini pantas jadi seorang model, fikir Yoga.

    “Duduk, anda sakit apa?” Tanya dokter muda itu.

    Yoga berjalan perlahan sambil memandang ke dinding di belakang dokter yang memakai baju dokter warna putih. Di dalam sebuah figura terlihat ijazah dokter ini. Dr. Sinta Angeline Chie.

    “Saya sakit di sini dokter,” jawab Yoga malu sambil menunjukkan selangkangannya.

    “Memangnya kenapa?” tanya sang dokter.

    “Terjepit resleting dokter,” jawab Yoga terputus-putus menahan malu.

    “Coba anda buka celananya dan berbaring di sana,” sambil tangannya menunjukkan sebuah tempat tidur kecil yang dijadikan tempat pemeriksaan.

    Yoga membuka celana yang dipakainya dan berbaring di tempat tidur pemeriksaan seperti yang diarahkan oleh si dokter Tionghoa tersebut.

    Dr. Sinta memeriksa sambil memegangi batang kontol Yoga dengan tangannya yang terbungkus sarung tangan karet.

    “Ini salah kamu sendiri. Kalau saja kamu tidak membuang kulit yang membungkusi kepala penismu ini tentu tidak akan begini jadinya.” Dr. Sinta bersuara sambil mengelusi kepala licin kontol Yoga yang lecet.

    Yoga berfikir. Salahkah aku karena aku disunat. Dokter cina ini menyalahkan aku karena kulit kulupku telah dibuang.

    “Anda tak tau kan, kulit kulup berfungsi untuk melindungi kepala penis. Kalau kulupnya dibuang itu emangnya untuk apa?” Dr. Sinta masih mengomel.

    “Saya suka perempuan-perempuan kalian, kepala mereka ditutup dengan baik. Tapi saya tak suka penis kalian, kulit penutup kepala malah dibuang.”

    Yoga sungguh geram saat kontolnya dihina seperti itu oleh sang dokter. Namun perasaan marahnya tidak ditunjukkan karena lukanya sedang diperiksa. Kalau gak bisa nahan emosi udah diterjang dokter cina itu. Malunya semakin menjadi saat sang asisten dokter tersebut senyum-senyum ketika Dr. Sinta terus-terusan mengomel.

    “Susi! Kalau Suami kamu disunat gak?”

    “Enggak, dokter,” jawab Susi yang tampak dari penampilannya berasal dari Papua.

    “Kamu suka yang disunat atau gak disunat?” tanya Dr. Sinta lagi.

    “Saya tak permasalahkan itu dokter. Asalkan kontol itu bisa bangun cukup keras dan bisa memuaskan saya.” Jawab Susi ringan.

    Yoga geram. Dokter ni mau mengobatinya yang lagi kesakitan ini atau malah mau mengobrol dengan asistennya.

    “Saya kalau nikah nanti mau pilih yang tak disunat,” Dr. Sinta berceloteh tanpa rasa malu kepada Yoga yang sedang dirawatnya. Atau dokter amoy ini memang sengaja ingin memojokkan Yoga.

    “Kalau ternyata dia disunat lalu bagaimana dokter?” tanya Susi.

    “Sebelum dinikahi, saya pasti akan periksa kontolnya terlebih dulu. Saya perlu uji keperkasaannya.”

    “Dokter tak masalah kalau nanti saat malam pertama dokter sudah tidak virgin lagi?”

    “Sekarang pun saya sudah tak virgin.” Oceh mulut tipis dokter muda itu.

    Yoga hanya diam saja di atas ranjang pemeriksaan. Perasaan geramnya masih bersisa. Rasa malu dan terhina muncul sepanjang dokter bermata sipit itu berceloteh menganggap rendah kontol miliknya. Sang dokter terus menyapu cairan obat ke bagian kepala kontol yang terluka. Yoga merasa pedih ketika obat diusapkan. Sensasi geli juga ada ketika kapas obat merayap di kepala kontolnya.

    “Okay, dah selesai. kontolmu ini berukuran kecil sekali. Tak ada perempuan yang suka.” Sempat pula dokter muda ini menyepet Yoga dengan sinis.

    Emosi Yoga kembali tersulut bara api. Ngomongnya sih pelan tapi dalem… Mungkin kalau dia tidak sedang sakit waktu itu juga dokter cina itu akan diperkosanya. Kata-kata dokter tersebut melukai perasaannya. Yoga merasa terhina.

    “Aku merasa terhina dengan dokter haram sialan itu.” Yoga menceritakan kejadian yang menimpanya kepada Reza kawannya seminggu setelah pemeriksaan.

    “Lalu sekarang kamu mau ngapain?” tanya Reza.

    “Aku mau balas dendam, biar dia rasakan batang kontolku ni,” Yoga masih menyimpan amarah.

    “Kau mau ikut aku?” tanya Yoga.

    “Bolehlah, aku ingin menjajal liang bool tuh amoy.”

    Jam sepuluh malam itu Yoga dan Reza sedang menunggu di depan klinik Dr. Sinta. Satu persatu asisten dokter tersebut meninggalkan klinik. Sepuluh menit mengamati munculah Dr. Sinta. Dia sedang memegangi kunci untuk menutup kliniknya. Lalu dengan cepat Yoga dan Reza menerobos dan memegangi sang dokter muda dari belakang. Sambil mulutnya dibekap badan dokter tersebut didorong masuk ke dalam klinik.

    Yoga dibantu Reza menarik dokter amoy tersebut ke dalam ruang periksa pasien. Lampu dinyalakan terang dan dokter tersebut dibaringkan di atas tempat tidur untuk memeriksa pasien. Yoga mengeluarkan pisau kecil yang disimpan dalam sakunya dan ujungnya dirapatkan ke pipi licin sang dokter.

    “Kalau kamu menjerit pisau ini akan menoreh pipimu yang cantik ini.” Yoga memberi ancaman kepada Dr. Sinta.

    “Kalau mau selamat ikuti saja perintah kami,” sambung Reza.

    Dengan penuh ketakutan Dr. Sinta mengikuti saja ancaman mereka tanpa berupaya melawan. Dua orang pria lokal yang berbadan kekar ini bisa melakukan apapun kepada dirinya. Yoga memegang erat paha Dr. Sinta yang memakai rok pendek berwarna hitam. Dr. Sinta hanya memejamkan matanya saat kancing bajunya di copot satu persatu .. hingga tampaklah toket gede dokter amoy itu.

    Lalu rok mininya yang berwarna hitam diangkat jemari Yoga keatas. Airmata mulai jatuh keluar dari kelopak matanya saat Yoga kemudian menanggalkan rok yang dipakainya itu sehingga menampilkan paha dan batang kakinya yang amat putih namun memeknya masih di bungkus celana dalam berwarna cream. Yoga menjilati paha dokter amoy itu karena terangsang menikmati pemandangan indah di hadapannya.

    “Minggu lalu kau menghina burungku. Kau bilang burung bersunat buruk rupa. Kau bilang lagi burungku kecil, tak ada perempuan mau. Sekarang aku mau kau rasakan burung milikku ini.”

    Dengan perasaan yang masih takut Dr. Sinta mulia teringat pada lelaki di hadapannya. Dr. Sinta masih ingat pemuda yang mengangkang dan dirawatnya disini karena kepala penisnya terjepit resleting. Dr. Sinta lalu mulai menyesal kerana telah menghina pemuda ini. Tak disangkanya pemuda ini berdendam kepadanya.

    Lalu Dokter sinta disuruh berdiri, setelah berdiri di doronglah dokter sinta ke tembok, hingga ia terpojok di tembok itu setelah itu dibukalah baju dinas dokter Sinta yang berwarna putih itu… dan kini dokter sinta hanya mengenakan Celana Dalamnya yang berwarna cream, dia hanya bisa pasrah bersender di tembok sambil menutup mukanya.

    Kenudian dokter sinta kembali di baringkan di tempat tidur tadi dan Akhirnya hanya celana dalam Dr. Sinta yang berwarna cream itu yang menutupi tubuh mulusnya. Yoga pun menciumi dari ujung kaki hingga sampai ke celana dalam Dr. Sinta.

    Mengeliat-geliat lah Dr. Sinta diperlakukan begitu. Yoga kemudian menarik turun celana dalam Dr. Sinta dan menampakkan gundukan memek putih yang tertutupi dengan bulu-bulu halus warna hitam dan amat mennggairahkan.

    Yoga pun terus mengarahkan mukanya ke celah belahan memek dari Dr. Sinta dan menjilat-jilatnya dengan penuh nafsu. Mengeliat-ngeliat Dr. Sinta diperlakukan begitu. Memeknya terasa geli dijilati Yoga. Walau pun tanpa kerelaan tapi lidah Yoga yang menyiksa kelentitnya membuat nafsunya membara juga. Sambil menjilat memek Dr. Sinta, tangan Yoga tak henti-henti meraba-raba paha dan seluruh tubuh Dr. Sinta. Dr. Sinta menjerit-jerit kecil disaat Yoga menghisap biji kelentitnya yang terasa nikmat. Terangkat-angkat pantat Dr. Sinta menahan cobaan tapi nikmat.

    Yoga tak peduli dengan memek si perempuan sipit yang bau Air kencing itu. Mungkin Dr. Sinta tak mencuci memeknya sehabis kencing. Yoga mulai mengganas dan ingin menggarap bagian atas tubuh Dr. Sinta juga.

    Bibir Dr. Sinta kini menjadi mangsa ciuman Yoga dan jari-jemarinya meremas buah dada toge nan padat milik Dr. Sinta. Kelihatan pipi Dr. Sinta yang lembut dan putih itu berubah menjadi kemerah-merahan kelika Yoga semakin mengganas. Yoga mulai membuka pakaian dan celana jeansnya. Yoga pun menanggalkan celana dalamnya dan mengeluarkan batang kontolnya yang telah lama mengeras. Batang kontol sepanjang enam inci itu mengganguk-angguk menunggu mangsanya.

    “Jangan… tolong jangan lanjutkan…, saya minta maaf,” kata Dr. Sinta memohon belas kasihan.

    “Sudah terlambat kau minta maaf. Sekarang kau rasakanlah kontol yang sudah disunat ku ni.” Yoga tertawa kecil.

    Yoga mengurut batang kontolnya. Helm bulat warna coklat tua itu mengkilat. Sengaja didekatkan ke muka amoy cantik itu… Dr. Sinta tak menyangka batang penis kecil dan pendek waktu dia periksa minggu lalu dapat tumbuh hingga sebesar itu.

    “Sekali kau mencoba kontolku yang udah disunat ini, kamu akan ketagihan. Rasakan sensasi dan kenikmatannya.”

    Yoga terus mengangkangkan Dr. Sinta yang tidak berdaya itu lalu kelihatan lubang memeknya terbuka lebar dan siap untuk digarapnya. Yoga tidak menunggu lama lagi.. yogapun menusukkan batang kontol yang pernah dihina sang dokter cina ke dalam liang memek Dr. Sinta yang masih sempit itu. Yoga merasakan kenikmatan yang tidak terhingga ketika batang penisnya masuk menerobos ke dalam memek si amoy. Dr. Sinta hanya menutupi mukanya. “Jleb-jleb-jleb” blebes .. bunyi memek milik Dr. Sinta digenjoti Yoga dengan penuh nafsu.

    Reza yang tadinya hanya menonton mulai beraksi karena nafsunya juga ikut membahana badai, selain itu karena reza juga sering membuka situs bokepdo.com, jadi nafsunya semakin beringas. Toket milik wanita cina yang sintal itu diremas-remasinya.

    Ketiak licin dokter amoy itu dicium dan dihirupinya. Cukup wangi ketiak dokter muda ini. Dr. Sinta kegelian saat lidah Reza mulai bolak-balik di kulit ketiaknya yang licin.

    Yoga meneruskan aksinya. Batang kontolnya ditarik dari lubang memek Dr. Sinta. Diangkatnya badan dokter muda itu dan diletakkan di lantai. Diarahkan dokter amoy itu supaya merangkak. Kontolnya yang basah dengan lendir memek Dr. Sinta didorongnya masuk dari belakang. Dr. Sinta hanya mampu mengerang. Terayun-ayun toketnya yang tergantung. kini mereka melakukan Doggy style

    Reza yang mengamati saja tingkah laku Yoga dan Dr. Sinta tak dapat lagi menahan nafsunya. Celananya dipelorotkan dan kontol miliknya yang sedikit lebih besar dengan milik Yoga berdiri menegang dengan keras. Kontol itu dipaksakankan masuk ke mulut Dr. Sinta.

    “Sekarang hisap juga kontol yang udah sunat milikku. Nanti tentu kau akan merasakan enaknya,” usik Reza sambil mengarahkan kontolnya yang besar dan panjang itu ke muka Dr. Sinta. Dr. Sinta hanya mampu melihat tanpa berani melawan.

    “Buka mulutmu dan sedotilah, tunggu apa lagi,” perintah Reza dengan suara keras.
    Dr. Sinta membuka mulut tanpa daya dan mulai mengecapi kepala licin bentuk helm jerman menerobos ke mulutnya. Dr. Sinta menghisap dan mengemut batang kontol yang besar hingga Reza mengerang-ngerang keenakan.

    Lama-kelamaan Dr. Sinta telah keletihan dan hanya mampu menuruti saja perlakuan Yoga dan Reza kehadapnya. Akhirnya Dr. Sinta tidak mampu bertahan lagi dengan genjotan dari kontol Yoga dan dia pun telah basah berkeringat karena hampir klimaks. Mata Dr. Sinta kelihatan amat kuyu dan keletihan sementara buah dadanya menegang tajam karena merasakan orgasme yang amat hebat, maklumlah kali pertama baginya dientot oleh lelaki yang bersunat. konto yang sebelumnya dianggapnya tidak menarik ternyata terasa sungguh hebat.

    Akhirnya Dr. Sinta klimaks dan air juice memeknya keluar juga dengan banyaknya dan kelihatan meleleh pada liang memeknya. Kali pertama Dr. Sinta mendapat orgasme dari persetubuhannya dengan penis yang udah disunat. Sebelumnya teman lelakinya yang masih berkulup yang melayaninya ngentot. Mengerang hebat si amoy cantik saat dia mengalami klimaks. Menggigil badannya merasakan kenikmatan yang amat sangat.

    Yoga juga turut orgasme menyusul sang dokter saat melihat amoy muda yang cantik yang digenjotnya itu klimaks dan dia meraung kuat dalam orgasme sambil menembak-nembakkan air kejantannya ke dalam liang memek Dr. Sinta. Perempuan cina itu dapat merasakan cairan panas menerpa kencang ke rongga rahimnya. Pangkal rahimnya terkemut-kemut menyedot benih pria pribumi yang amat banyak. Mungkin dua buah zakar punya Yoga ngecrot disana mengosongkan seluruh amunisinya.

    Reza juga tak tertahan lagi saat mulut mungil yang hangat itu membelai batang penisnya. Reza yang belum pernah merasakan kengahatan dari perempuan tak dapat bertahan lama dan menembakkan air maninya ke dalam mulut Dr. Sinta. Dr. Sinta dengan lemah menelan semua mani dari kontol Reza. Terasa anyir tapi ditelan juga.

    “Sekarang kau nikmati kontol yang kau hina. Kau bilang tak ingin kontol yang sunat. bagaimana rasanya?”

    “Enaak..” Dr. Sinta menjawab dengan perasaan malu.

    Sekarang Dr. Sinta mengakui batang penis pria lokal milik dua orang ini lebih nikmat dari batang teman lelakinya. Dia telah salah sangka. Dan dia merasa bersalah karena menghina kontol lelaki ini. Tapi bila dipikirkan ada pula hikmahnya. Dia dapat menikmati batang penis yang dipotong kulit penutupnya. Rasanya juga nikmat. Dr. Sinta mulai berpikir untuk menyuruh teman lelakinya dikhitan juga.

    Reza dan Yoga mengenakan pakaian dan meninggalkan dokter cina tersebut terbaring kecapekan di lantai.

    “Tak sempat aku merasakan memeknya amoy. Hisapannya pasti dahsyat, aku sudah tak tahan.” Reza mengeluh perlahan.

    “Kau jangan sedih. Minggu depan kita garap lagi dokter cina tu.”

    Yoga dan Reza tertawa berderai dalam mobil. Yoga dan Reza membuat rencana mereka selanjutnya. Apalagi Reza bersikukuh ingin menikmati juga memek milik amoy yang cantik itu. Kali ini mereka akan mengajak seorang teman dekat mereka yang juga ingin merasai memek amoy yang ketat itu. Maklum saja dua orang jejaka jones ini belum pernah merasai nikmatnya ngentot. Hanya nyabun dan coli saja yang mereka tahu, itupun sudah terasa nikmat yang tak terhingga.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Menikmati Keperkasaan Penis Guru Ganteng

    Cerita Sex Menikmati Keperkasaan Penis Guru Ganteng


    1176 views

    Perawanku – Cerita Sex Menikmati Keperkasaan Penis Guru Ganteng, Sebut saja namaku Etty (bukan yang sebenarnya), waktu itu aku masih sekolah di sebuah SMA swasta. Penampilanku bisa dibilang lumayan, kulit yang putih kekuningan, bentuk tubuh yang langsing tetapi padat berisi, kaki yang langsing dari paha sampai tungkai, bibir yang cukup sensual, rambut hitam lebat terurai dan wajah yang oval. Payudara dan pantatkupun mempunyai bentuk yang bisa dibilang lumayan.

    Dalam bergaul aku cukup ramah sehingga tidak mengherankan bila di sekolah aku mempunyai banyak teman baik anak-anak kelas II sendiri atau kelas I, aku sendiri waktu itu masih kelas II. Laki-laki dan perempuan semua senang bergaul denganku. Di kelaspun aku termasuk salah satu murid yang mempunyai kepandaian cukup baik, ranking 6 dari 10 murid terbaik saat kenaikan dari kelas I ke kelas II.

    Karena kepandaianku bergaul dan pandai berteman tidak jarang pula para guru senang padaku dalam arti kata bisa diajak berdiskusi soal pelajaran dan pengetahuan umum yang lain. Salah satu guru yang aku sukai adalah bapak guru bahasa Inggris, orangnya ganteng dengan bekas cukuran brewok yang aduhai di sekeliling wajahnya, cukup tinggi (agak lebih tinggi sedikit dari pada aku) dan ramping tetapi cukup kekar. Dia memang masih bujangan dan yang aku dengar-dengar usianya baru 27 tahun, termasuk masih bujangan yang sangat ting-ting untuk ukuran zaman sekarang.

    Suatu hari setelah selesai pelajaran olah raga (volley ball merupakan favoritku) aku duduk-duduk istirahat di kantin bersama teman-temanku yang lain, termasuk cowok-cowoknya, sembari minum es sirup dan makan makanan kecil. Kita yang cewek-cewek masih menggunakan pakaian olah raga yaitu baju kaos dan celana pendek. Memang di situ cewek-ceweknya terlihat seksi karena kelihatan pahanya termasuk pahaku yang cukup indah dan putih.

    Tiba-tiba muncul bapak guru bahasa Inggris tersebut, sebut saja namanya Freddy (bukan sebenarnya) dan kita semua bilang, “Selamat pagi Paa..aak”, dan dia membalas sembari tersenyum.

    “Ya, pagi semua. Wah, kalian capek ya, habis main volley”.
    Aku menjawab, “Iya nih Pak, lagi kepanasan. Selesai ngajar, ya Pak”. “Iya, nanti jam setengah dua belas saya ngajar lagi, sekarang mau ngaso dulu”.
    Aku dan teman-teman mengajak, “Di sini aja Pak, kita ngobrol-ngobrol”, dia setuju.
    “OK, boleh-boleh aja kalau kalian tidak keberatan”!

    Aku dan teman-teman bilang, “Tidak, Pak.”, lalu aku menimpali lagi, “Sekali-sekali, donk, Pak kita dijajanin”, lalu teman-teman yang lain, “Naa..aa, betuu..uul. Setujuu..”.
    Ketika Pak Freddy mengambil posisi untuk duduk langsung aku mendekat karena memang aku senang akan kegantengannya dan kontan teman-teman ngatain aku.
    “Alaa.., Etty, langsung deh, deket-deket, jangan mau Pak”.
    Pak Freddy menjawab, “Ah! Ya, ndak apa-apa”.

    Kemudian sengaja aku menggoda sedikit pandangannya dengan menaikkan salah satu kakiku seolah akan membetulkan sepatu olah ragaku dan karena masih menggunakan celana pendek, jelas terlihat keindahan pahaku. Tampak Pak Freddy tersenyum dan aku berpura-pura minta maaf.

    “Sorry, ya Pak”.
    Dia menjawab, “That’s OK”. Di dalam hati aku tertawa karena sudah bisa mempengaruhi pandangan Pak Freddy.

    Di suatu hari Minggu aku berniat pergi ke rumah Pak Freddy dan pamit kepada Mama dan Papa untuk main ke rumah teman dan pulang agak sore dengan alasan mau mengerjakan PR bersama-sama. Secara kebetulan pula Mama dan papaku mengizinkan begitu saja. Hari ini memang hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Ketika tiba di rumah Pak Freddy, dia baru selesai mandi dan kaget melihat kedatanganku.

    “Eeeh, kamu Et. Tumben, ada apa, kok datang sendirian?”.
    Aku menjawab, “Ah, nggak iseng aja. Sekedar mau tahu aja rumah bapak”.
    Lalu dia mengajak masuk ke dalam, “Ooo, begitu. Ayolah masuk. Maaf rumah saya kecil begini. Tunggu, ya, saya pakai baju dulu”. Memang tampak Pak Freddy hanya mengenakan handuk saja. Tak lama kemudian dia keluar dan bertanya sekali lagi tentang keperluanku. Aku sekedar menjelaskan, “Cuma mau tanya pelajaran, Pak. Kok sepi banget Pak, rumahnya”.
    Dia tersenyum, “Saya kost di sini. Sendirian.”

    Selanjutnya kita berdua diskusi soal bahasa Inggris sampai tiba waktu makan siang dan Pak Freddy tanya, “Udah laper, Et?”.
    Aku jawab, “Lumayan, Pak”.
    Lalu dia berdiri dari duduknya, “Kamu tunggu sebentar ya, di rumah. Saya mau ke warung di ujung jalan situ. Mau beli nasi goreng. Kamu mau kan?”.
    Langsung kujawab, “Ok-ok aja, Pak.”.

    Sewaktu Pak Freddy pergi, aku di rumahnya sendirian dan aku jalan-jalan sampai ke ruang makan dan dapurnya. Karena bujangan, dapurnya hanya terisi seadanya saja. Tetapi tanpa disengaja aku melihat kamar Pak Freddy pintunya terbuka dan aku masuk saja ke dalam.

    Kulihat koleksi bacaan berbahasa Inggris di rak dan meja tulisnya, dari mulai majalah sampai buku, hampir semuanya dari luar negeri dan ternyata ada majalah porno dari luar negeri dan langsung kubuka-buka. Aduh! Gambar-gambarnya bukan main. Cowok dan cewek yang sedang bersetubuh dengan berbagai posisi dan entah kenapa yang paling menarik bagiku adalah gambar di mana cowok dengan asyiknya menjilati vagina cewek dan cewek sedang mengisap penis cowok yang besar, panjang dan kekar.

    Cerita Sex Menikmati Keperkasaan Penis Guru Ganteng

    Cerita Sex Menikmati Keperkasaan Penis Guru Ganteng

    Tidak disangka-sangka suara Pak Freddy tiba-tiba terdengar di belakangku, “Lho!! Ngapain di situ, Et. Ayo kita makan, nanti keburu dingin nasinya”.
    Astaga! Betapa kagetnya aku sembari menoleh ke arahnya tetapi tampak wajahnya biasa-biasa saja. Majalah segera kulemparkan ke atas tempat tidurnya dan aku segera keluar dengan berkata tergagap-gagap, “Ti..ti..tidak, eh, eng..ggak ngapa-ngapain, kok, Pak. Maa..aa..aaf, ya, Pak”.

    Pak Freddy hanya tersenyum saja, “Ya. Udah tidak apa-apa. Kamar saya berantakan. tidak baik untuk dilihat-lihat. Kita makan aja, yuk”.
    Syukurlah Pak Freddy tidak marah dan membentak, hatiku serasa tenang kembali tetapi rasa malu belum bisa hilang dengan segera.

    Pada saat makan aku bertanya, “Koleksi bacaannya banyak banget Pak. Emang sempat dibaca semua, ya Pak?”.
    Dia menjawab sambil memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya, “Yaa..aah, belum semua. Lumayan buat iseng-iseng”.
    Lalu aku memancing, “Kok, tadi ada yang begituan”.
    Dia bertanya lagi, “Yang begituan yang mana”.
    Aku bertanya dengan agak malu dan tersenyum, “Emm.., Ya, yang begituan, tuh. Emm.., Majalah jorok”.
    Kemudian dia tertawa, “Oh, yang itu, toh. Itu dulu oleh-oleh dari teman saya waktu dia ke Eropa”.

    Selesai makan kita ke ruang depan lagi dan kebetulan sekali Pak Freddy menawarkan aku untuk melihat-lihat koleksi bacaannya.
    Lalu dia menawarkan diri, “Kalau kamu serius, kita ke kamar, yuk”.
    Akupun langsung beranjak ke sana. Aku segera ke kamarnya dan kuambil lagi majalah porno yang tergeletak di atas tempat tidurnya.

    Begitu tiba di dalam kamar, Pak Freddy bertanya lagi, “Betul kamu tidak malu?”, aku hanya menggelengkan kepala saja. Mulai saat itu juga Pak Freddy dengan santai membuka celana jeans-nya dan terlihat olehku sesuatu yang besar di dalamnya, kemudian dia menindihkan dadanya dan terus semakin kuat sehingga menyentuh vaginaku. Aku ingin merintih tetapi kutahan.

    Pak Freddy bertanya lagi, “Sakit, Et”. Aku hanya menggeleng, entah kenapa sejak itu aku mulai pasrah dan mulutkupun terkunci sama sekali. Semakin lama jilatan Pak Freddy semakin berani dan menggila. Rupanya dia sudah betul-betul terbius nafsu dan tidak ingat lagi akan kehormatannya sebagai Seorang Guru. Aku hanya bisa mendesah”, aa.., aahh, Hemm.., uu.., uuh”.

    Akhirnya aku lemas dan kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Pak Freddy pun naik dan bertanya.
    “Enak, Et?”
    “Lumayan, Pak”.

    Tanpa bertanya lagi langsung Pak Freddy mencium mulutku dengan ganasnya, begitupun aku melayaninya dengan nafsu sembari salah satu tanganku mengelus-elus penis yang perkasa itu. Terasa keras sekali dan rupanya sudah berdiri sempurna. Mulutnya mulai mengulum kedua puting payudaraku.

    Praktis kami berdua sudah tidak berbicara lagi, semuanya sudah mutlak terbius nafsu birahi yang buta. Pak Freddy berhenti merangsangku dan mengambil majalah porno yang masih tergeletak di atas tempat tidur dan bertanya kepadaku sembari salah satu tangannya menunjuk gambar cowok memasukkan penisnya ke dalam vagina seorang cewek yang tampak pasrah di bawahnya.

    “Boleh saya seperti ini, Et?”.
    Aku tidak menjawab dan hanya mengedipkan kedua mataku perlahan. Mungkin Pak Freddy menganggap aku setuju dan langsung dia mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar dan duduk di hadapan vaginaku. Tangan kirinya berusaha membuka belahan vaginaku yang rapat, sedangkan tangan kanannya menggenggam penisnya dan mengarahkan ke vaginaku.

    Kelihatan Pak Freddy agak susah untuk memasukan penisnya ke dalam vaginaku yang masih rapat, dan aku merasa agak kesakitan karena mungkin otot-otot sekitar vaginaku masih kaku. Pak Freddy memperingatkan, “Tahan sakitnya, ya, Et”. Aku tidak menjawab karena menahan terus rasa sakit dan, “Akhh.., bukan main perihnya ketika batang penis Pak Freddy sudah mulai masuk, aku hanya meringis tetapi Pak Freddy tampaknya sudah tak peduli lagi, ditekannya terus penisnya sampai masuk semua dan langsung dia menidurkan tubuhnya di atas tubuhku. Kedua payudaraku agak tertekan tetapi terasa nikmat dan cukup untuk mengimbangi rasa perih di vaginaku.

    Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dengan gerakan penis Pak Freddy mengocok vaginaku. Aku terengah-engah, “Hah, hah, hah,..”. Pelukan kedua tangan Pak Freddy semakin erat ke tubuhku dan spontan pula kedua tanganku memeluk dirinya dan mengelus-elus punggungnya. Semakin lama gerakan penis Pak Freddy semakin memberi rasa nikmat dan terasa di dalam vaginaku menggeliat-geliat dan berputar-putar.

    Sekarang rintihanku adalah rintihan kenikmatan. Pak Freddy kemudian agak mengangkatkan badannya dan tanganku ditelentangkan oleh kedua tangannya dan telapaknya mendekap kedua telapak tanganku dan menekan dengan keras ke atas kasur dan ouwww.., Pak Freddy semakin memperkuat dan mempercepat kocokan penisnya dan di wajahnya kulihat raut yang gemas.

    Semakin kuat dan terus semakin kuat sehingga tubuhku bergerinjal dan kepalaku menggeleng ke sana ke mari dan akhirnya Pak Freddy agak merintih bersamaan dengan rasa cairan hangat di dalam vaginaku. Rupanya air maninya sudah keluar dan segera dia mengeluarkan penisnya dan merebahkan tubuhnya di sebelahku dan tampak dia masih terengah-engah.

    Setelah semuanya tenang dia bertanya padaku, “Gimana, Et? Kamu tidak apa-apa? Maaf, ya”.
    Sembari tersenyum aku menjawab dengan lirih, “tidak apa-apa. Agak sakit Pak. Saya baru pertama ini”.
    Dia berkata lagi, “Sama, saya juga”.
    Kemudian aku agak tersenyum dan tertidur karena memang aku lelah, tetapi aku tidak tahu apakah Pak Freddy juga tertidur.

    Sekitar pukul 17:00 aku dibangunkan oleh Pak Freddy dan rupanya sewaktu aku tidur dia menutupi sekujur tubuhku dengan selimut. Tampak olehku Pak Freddy hanya menggunakan handuk dan berkata, “Kita mandi, yuk. Kamu harus pulang kan?”.

    Badanku masih agak lemas ketika bangun dan dengan tetap dalam keadaan telanjang bulat aku masuk ke kamar mandi. Kemudian Pak Freddy masuk membawakan handuk khusus untukku. Di situlah kami berdua saling bergantian membersihkan tubuh dan akupun tak canggung lagi ketika Pak Freddy menyabuni vaginaku yang memang di sekitarnya ada sedikit bercak-bercak darah yang mungkin luka dari selaput daraku yang robek. Begitu juga aku, tidak merasa jijik lagi memegang-megang dan membersihkan penisnya yang perkasa itu.

    Setelah semua selesai, Pak Freddy membuatkan aku teh manis panas secangkir. Terasa nikmat sekali dan terasa tubuhku menjadi segar kembali. Sekitar jam 17:45 aku pamit untuk pulang dan Pak Freddy memberi ciuman yang cukup mesra di bibirku. Ketika aku mengemudikan mobilku, terbayang bagaimana keadaan Papa dan Mama dan nama baik sekolah bila kejadian yang menurutku paling bersejarah tadi ketahuan. Tetapi aku cuek saja, kuanggap ini sebagai pengalaman saja.

    Semenjak itulah, bila ada waktu luang aku bertandang ke rumah Pak Freddy untuk menikmati keperkasaannya dan aku bersyukur pula bahwa rahasia tersebut tak pernah sampai bocor. Sampai sekarangpun aku masih tetap menikmati genjotan Pak Freddy walaupun aku sudah menjadi mahasiswa, dan seolah-olah kami berdua sudah pacaran.

    Pernah Pak Freddy menawarkan padaku untuk mengawiniku bila aku sudah selesai kuliah nanti, tetapi aku belum pernah menjawab. Yang penting bagiku sekarang adalah menikmati dulu keganasan dan keperkasaan penis guru bahasa Inggrisku itu.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • AKU DISETUBUHI PACAR ADIKKU PART 2

    AKU DISETUBUHI PACAR ADIKKU PART 2


    1168 views

    Cerita Sex ini berjudulAKU DISETUBUHI PACAR ADIKKU PART 2Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Selama ini aku belum pernah bercinta sambil mandi dengan suamiku, mungkin inilah kesempatan untukku, batinku. Kudekati tubuh Hasan, kuambil sedikit sabun cair lalu kuoleskan ke telapak tanganku. Setelah itu kusabuni tubuhnya, pertama ke dadanya yang bidang, lalu turun ke perutnya yang berotot dan akhirnya ke arah batang penisnya yang sudah berdiri tegak kembali.

    Melihat batang kejantanannya yang membesar dan mengeras itu membuatku bergidik dan gemas. Pelan-pelan kuoleskan sabun ke penisnya lalu kuusap-usap lembut batang penis yang perkasa itu. Kulihat Hasan mulai gelisah, sehingga kutingkatkan gerakan tanganku menjadi sebuah kocokan tapi tetap lembut. Kulihat gerakan tubuh Hasan semakin tidak beraturan, mau keluar rupanya dia, batinku.

    Tiba-tiba Hasan menarik tanganku dan melepaskannya dari batang penisnya. Lalu Hasan ganti menyabuni tubuhku, mula-mula dia menggosok kedua tanganku terus kedua kakiku. Sampailah gerakan menyabunnya pada daerahku yang vital. Lalu Hasan berdiri di belakangku. Kemudian dia merangkulku dan mulai menyabuni kedua payudaraku dengan telapak tangannya yang besar dan lebar.

    Aku berusaha bertahan agar tidak mengeluarkan suara desahan, tapi apa mau dikata saat dia mulai memelintir puting susuku sebuah desahan panjang keluar juga dari bibirku.

    Puas bermain di sekitar dada, usapannya merangkak ke bawah melewati perutku dan terus turun hingga akhirnya sampai di liang senggamaku. Aku kembali merintih saat Hasan mengusap liang vaginaku dengan lembut, busa sabun hampir menutupi permukaan lubang vaginaku.

    Saat gerakanku semakin liar, Hasan menarik tangannya dari bawah pahaku dan mengguyur tubuh kami berdua dengan air yang dingin menyejukkan. Aku lalu membalikkan tubuhku sehingga kini kami saling berhadapan, tinggi badanku hanya sampai kening Hasan.

    Kucium bibirnya dan dia membalasnya, gerakan lidahnya yang liar menari-nari di dalam rongga mulutku dan aku sangat menikmatinya. Tangan kami pun tidak tingal diam, dia menyentuh payudaraku dan aku pun menyentuh batang kejantanannya yang berdiri tegak perkasa.

    Terjadilah perang gerakan tangan antara kami berdua, Hasan asyik meremas dan memelintir sepasang puting susuku sambil sesekali menghisap dan menggigitnya. Sementara aku mencoba mengimbanginya dengan terus aktif mengocok batang penis Hasan yang sudah sangat keras. Desahan nafas dan rintihan kenikmatan kami berdua memenuhi semua sudut kamar mandi itu.

    Setelah kurasa cukup, secara perlahan kubimbing batang penisnya untuk memasuki lubang vaginaku. Kulebarkan sedikit kakiku agar batang kejantanan Hasan dapat lebih mudah memasuki liang vaginaku.

    Secara perlahan batang penis itu mulai menerobos liang senggamaku yang seakan menyedotnya. Kubiarkan sejenak rasa nikmat itu menjalari semua sendi tubuhku, lalu kulilitkan tanganku ke lehernya. Lalu Hasan menggendongku dan menyandarkan tubuhku ke dinding kamar mandi.

    Kemudian Hasan mulai menggoyang pinggulnya yang membuat batang kejantanannya keluar masuk di lubang vaginaku. Rasa nikmat luar biasa menderaku saat batang penis Hasan menghunjam ke dalam liang senggamaku. Sekitar sepuluh menit kemudian rasa nikmat itu mulai menjalari tubuhku, dan akhirnya sebuah erangan panjang menyertai ledakan orgasme yang menghantam tubuhku.

    Hasan berhenti sejenak untuk memberikan kesempatan padaku menikmati orgasme yang kesekian kalinya. Setelah melihat nafasku yang kembali teratur, dia kembali melanjutkan gerakan pinggulnya yang semakin cepat dan tajam. Aku tak menyangka kalau gerakannya itu bisa kembali membuatku merasakan detik-detik menjelang orgasme.

    Saat Hasan menjerit dan menumpahkan spermanya ke dalam lubang vaginaku, saat itulah aku merasa tubuhku seakan disetrum dan kembali ledakan orgasme menderaku. Padahal baru lima menit yang lalu aku mencapai klimaks. Setelah cukup tenang, aku menarik wajah Hasan lalu menciumnya lembut.

    “Saan.. Kakak boleh nanya nggak?”, ucapku membuka pembicaraan.

    “Apa itu Kakak sayang..?”, bisiknya lembut di telingaku.

    “Apa kamu sudah pernah melakukan ini dengan Tita.. Atau dengan cewek lain?”, tanyaku lembut. Dia tersenyum menatapku, lalu ia memelintir kedua puting susuku sehingga aku mendesah kecil, lalu dia berbisik..

    “Kak I’in adalah orang pertama yang menikmati batang kejantananku”.

    Astaga, ternyata pada saat Hasan bercinta denganku dia masih perjaka, tapi aku tidak begitu saja percaya dan sepertinya Hasan bisa melihatnya dari air mukaku. Lalu ia berkata bahwa dia rajin membaca buku dan cerita mengenai seks, selain itu dia juga sering menonton film BF untuk mencari trik-trik baru.

    Dan saat bersamaku dia mengeluarkan semua ilmu yang telah didapatnya, dan yang membuatku lebih kaget lagi adalah dia mengatakan bahwa itu pun belum semua ilmunya dikeluarkan.

    Karena periode datang bulanku dan kepulangan suamiku dari tempatnya bekerja, membuat hubunganku dengan Hasan agak terganggu. Praktis selama dua minggu lebih kami tidak melakukan pertemuan sejak hubungan seks pertama yang kami lakukan. Memang pernah sekali dia datang ke rumahku tapi itu hanya untuk menemani Tita adikku yang juga pacarnya.

    Selama dua minggu itu, aku selalu terbayang-bayang bagaimana perkasanya Hasan saat sedang mencumbuku malam itu, bahkan saat sedang bercinta dengan suamiku, yang kubayangkan saat sedang memasukkan batang kejantanannya ke liang senggamaku adalah Hasan.

    Dan siang itu, setelah suamiku kembali ketempat dia bekerja, aku mendapat SMS dari Hasan yang mengatakan bahwa dia sangat kangen padaku dan ingin bertemu di sebuah mall yang cukup terkenal di kota kami. Aku segera bersiap sambil mengkhayalkan apa yang akan kami lakukan siang ini.

    Setelah mengenakan celana kain ketat berwarna hitam lalu BH yang juga berwarna hitam yang menjadi pilihanku untuk menopang sepasang payudaraku yang menggantung indah. Dengan baju kaus warna putih yang agak kekecilan sehingga memamerkan lekuk tubuhku yang tak kalah dengan anak remaja. Aku segera bergegas pergi ke Mall dengan taksi yang kupesan melalui telepon.

    Setelah membayar ongkos taksi, aku segera melangkahkan kaki ke dalam mall yang cukup megah itu. Lalu aku menunggu di suatu tempat yang mana dari tempat itu kita akan bisa melihat hampir ke seluruh sudut ruangan. Saat sedang asyik memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang, ada tangan yang merangkul pinggangku dan disertai sebuah ciuman di pipi.

    “Halo Kak I’in.. Apa Kabar? Aku kangen loh..” sapanya sopan.
    “Baik.. Kangen ketemu.. Atau kangen yang lain..?” godaku.
    “Ah kakak.. Paham aja..” sahut Hasan sambil meremas pelan pantatku.

    Kemudian kami berbincang-bincang sejenak untuk menghilangkan kekakuan. Berkali-kali Hasan memuji penampilanku saat itu yang katanya tidak seperti seorang ibu yang telah memiliki dua orang anak, tetapi lebih mirip seorang perawan yang minta diperawani.

    Aku merasa malu dan langsung mencubit pinggangnya sehingga dia berteriak dan membuat beberapa orang yang lewat menoleh ke kami. Lalu Hasan menarik pinggulku untuk segera beranjak pergi dari sana.

    Dengan mesra kulingkarkan tanganku ke pinggang Hasan, sementara tangan Hasan semakin sering meremas-remas sepasang pantatku yang terlihat kencang dibalut celana kain yang ketat. Aku menunggu sebentar di luar mall, tak berapa lama Hasan datang dengan motornya.

    Lalu aku membonceng ke motor itu dan melingkarkan kedua tanganku ke pinggangnya sementara sepasang payudaraku menempel di punggung Hasan yang lebar.

    Sepanjang perjalanan, Hasan terus bercerita bagaimana dia sangat ingin bertemu lagi denganku, sementara aku hanya berdiam menempelkan dadaku ke punggungnya. Begitu sampai di tempat kostnya, Hasan memintaku naik duluan karena ia masih harus memarkir motor. Beberapa mata mengawasiku saat melangkahkan kaki ke kamar Hasan, entah karena penampilanku atau karena aku pernah bermalam di sini.

    Setelah membuka pintu aku melangkah masuk dan menutupnya lagi, kuperhatikan seisi kamar masih rapi seperti terakhir kali saat aku berkunjung dan bercinta di sini.

    Tak lama aku mendengar suara pintu dibuka lalu ditutup lagi, kemudian ada suara langkah kaki yang mendekat ke arahku. Kemudian sepasang tangan yang kokoh merangkul pinggangku, dan sebuah kecupan halus mendarat di leherku. Kuletakkan tanganku di kedua tangan Hasan yang sedang merangkulku, kemudian kecupan bibirnya bergerak ke arah sisi lain leherku.

    Perlahan tapi pasti rangsangan itu mulai merasuk ke tubuhku, ini kurasakan dari payudaraku yang mulai mengencang dan liang vaginaku yang mulai basah.

    Lalu kecupan di leher itu mulai berubah menjadi jilatan di sekitar leherku. Sementara tangan Hasan sudah mulai menelusup masuk ke dalam bajuku dari arah depan.

    Aku memejamkan mataku saat tangan itu mulai mengusap-usap perutku, jarinya berputar-putar di sekitar lubang pusarku hingga menimbulkan sensasi geli tertahan. Kemudian tangan itu bergerak ke atas sambil menyingkap bajuku, sementara kecupan dan lidah Hasan menyerang telingaku sebelah kanan. Ini membuatku mendesah halus.

    “Buka matanya dong sayang..” bisiknya halus di telingaku.

    Perlahan aku membuka kedua mataku, dan entah kapan ternyata Hasan telah memindahkan posisiku yang kini menghadap ke arah cermin lemari pakaiannya. Di cermin itu aku menyaksikan bahwa tangan Hasan telah sampai ke buah payudaraku, sementara kaus yang kukenakan sudah tersingkap setengahnya.

    Lalu kedua tangan Hasan mulai meremas lembut sepasang payudaraku yang masih berbalut BH, mataku menyipit dan dari bibirku keluar suara mendesah yang halus menikmati remasan tangannya pada dadaku.

    Lalu Hasan melepaskan baju kaus yang masih menggantung di leherku sehingga kini tubuh atasku hanya mengenakan BH hitam yang kontras dengan warna kulitku yang putih kekuning-kuningan.

    Aku merasakan di punggungku ada benda hangat yang bergerak turun dengan perlahan. Dengan giginya Hasan membuka kaitan pada bagian belakang BH-ku, dan dengan gerakan yang lembut akhirnya BH hitam itu melayang jatuh ke lantai. Seperti dikomando, semua aktivitas Hasan di tubuhku berhenti serempak.

    “Kakak punya sepasang susu yang sangat indah..” bisiknya di telingaku. Aku melihat ke arah cermin dan bola mata Hasan tampak sangat bersinar terbakar oleh kobaran api birahi.

    “Aku nggak bosan.. dan tak akan pernah bosan melihat.. menikmatinya..” bisik Hasan sambil mencium pipiku. Aku menjadi terharu mendengar perkataannya hingga rasa sayang dan hasrat birahiku semakin menjadi-jadi padanya.

    Aku bisa merasakan nafasnya mulai memburu dan berat. Dengan pasti bibir kami saling bertemu, pertama-tama hanya ciuman ringan. Kemudian mulai menjadi liar tak terkendali lagi, mataku kembali terpejam menikmati setiap sensasi yang kualami. Kusambut serangan lidah Hasan yang bergerak-gerak liar di dalam rongga mulutku.

    Selama beberapa saat lidahku dan lidah Hasan bergulat bagai dua naga langit yang sedang bertarung. Secara tiba-tiba Hasan mencengkeram kedua payudaraku dengan keras hingga membuatku melenguh keras dan kakiku limbung seolah tanpa pijakan.

    Entah mengapa ia melakukannya tapi itu memberikan sensasi luar biasa pada diriku. Aku hanya bisa pasrah sambil tanganku meremas rambut Hasan. Selama beberapa detik ia menahan posisi itu sehingga membuat nafasku mulai menjadi sesak, lalu secara perlahan dia melepas cengkeraman tangannya dan aku segera menghirup udara segar sepuas-puasnya.

    Tangan Hasan kembali bekerja dengan lembut di kedua buah payudaraku. Sesekali tangan nakal itu memilin-milin puting susuku kemudian meremasnya lagi dengan lembut, lalu puting susuku ditekan dan ditarik sampai membuatku menjerit pelan karena sensasi nikmat yang ditimbulkannya.

    Sambil duduk di tepi kasur Hasan memutar tubuhku hingga kini kami saling berhadapan, sementara kepalanya tepat berada di depan payudaraku yang telah mengeras dengan putingnya yang telah memerah.

    Sebuah senyum simpul terlukis di wajahnya, lalu dia membenamkan wajahnya di belahan kedua payudaraku. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang hangat di sana, kemudian seperti seekor anjing yang sedang mengendus bebauan, hidung Hasan bergerak mengitari kedua payudaraku, ini menambah rasa geli dan nikmat yang kurasakan.

    Akhirnya mulutnya memangsa salah satu puting susuku yang telah memerah dan mengeras. Di dalam mulutnya putingku mendapat serangan yang teramat dahsyat, lidah itu bergerak melingkar-lingkar di putingku sementara giginya menggigit-gigit halus buah dadaku. Hasan melakukannya bergantian pada kedua payudaraku. Dan ini sangat menyiksa batinku hingga kulampiaskan dengan menjambak rambut Hasan yang gondrong ikal itu.

    Kedua tangan Hasan mulai turun ke arah pantatku dan mulai meremasnya dengan lembut. Hisapan, jilatan dan gigitan pada payudaraku, dan remasan pada sepasang pantatku yang kencang membuatku semakin tak dapat mengontrol diri. Aku bisa merasakan bagaimana selangkanganku sudah sangat basah dan lembab, sementara belum ada tanda-tanda bahwa Hasan akan segera menyelesaikan permainannya pada bagian-bagian sensitif pada tubuhku. Tangannya tetap asyik bekerja di pantatku dan mulutnya terus aktif memangsa sepasang payudaraku.

    Ada rasa lega saat Hasan mulai membuka resleting celanaku, dan saat ia memerosotkannya ke bawah tampaklah pemandangan yang pasti akan membuat setiap lelaki akan lupa diri jika melihatnya.

    CD putih yang kukenakan sudah sangat basah sehingga mencetak jelas apa yang ditampungnya di sana. Rambut vaginaku yang tebal karena belum sempat dicukur sudah basah oleh lendir yang keluar dari liang senggamaku dan mengeluarkan bau khusus yang merangsang.

    “Wah sudah basah banget nih Kak.. Gimana dong..?” godanya nakal.
    “Kamu sich nakal.. Bikin kakak terangsang hebat.. Pokoknya kamu harus tanggung jawab San” bentakku pura-pura dongkol.

    dengan sekali sentak aku merasa melayang dan saat tersadar, tubuhku sudah terbaring di kasur tanpa ada benang yang melekat pada tubuhku. Lalu Hasan naik ke atas kasur dan langsung menindih tubuhku. Dengan nakal dia mencium bibirku lembut dan saat aku ingin membalasnya, bibirnya sudah bergerak turun ke arah leher sampai akhirnya mendarat di dadaku.

    Di sini bibir itu berhenti sejenak untuk menetek pada sepasang payudaraku, setelah puas di sana bibir itu kembali bergerak turun. Dan ketika mulai menyentuh rambut kemaluanku, bibir itu kembali berhenti dan menjulurkan lidahnya untuk menjilat perbatasan antara bagian yang berambut dan yang tidak.

    Aku yang benar-benar telah terbakar oleh birahi jadi tak sabar. Kujambak rambut Hasan dan kuarahkan kepalanya ke arah pangkal pahaku. Sebuah lenguhan panjang keluar dari sepasang bibirku saat lidah Hasan menyentuh bibir vaginaku.

    “Kakak cantik dan seksi sekali, Sayang..” katanya dngan suara parau pertanda bahwa dia juga sudah sangat terangsang.

    Setelah itu Hasan membentangkan kedua belah pahaku lebih lebar, kemudian kepalanya kembali tenggelam di selangkanganku. Tanpa membuang waktu, bibir Hasan mulai melumat bibir kemaluanku yang sudah sangat basah. Tubuhku menggelinjang hebat, sementara kedua tangannya merayap ke atas dan langsung meremas-remas kedua buah payudaraku.

    Bagaikan seekor singa buas ia menjilati liang kemaluanku dan meremas buah dadaku yang kenyal dan putih ini. Lidahnya yang hangat mulai menyusup ke dalam liang kemaluanku. Tubuhku terlonjak dan pantatku terangkat ke atas saat lidahnya mulai mengais-ngais bibir vaginaku.

    Diringi desahan dan erangan dari bibirku, tanganku menarik kepala Hasan lebih ketat agar lebih kuat menekan selangkanganku, sedangkan pantatku selalu terangkat seolah menyambut wajah Hasan yang masih tenggelam di selangkanganku.

    Aku semakin megap-megap dan mengerang karena kenikmatan yang amat sangat dan sulit dilukiskan dengan kata-kata. Aku menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan karena rasa geli dan nikmat ketika bibir dan lidah Hasan menjilat dan melumat bibir kemaluanku. Aku semakin melayang dan seolah terhempas ke tempat yang kosong.

    Tubuhku bergetar dan mengejang bagaikan tersengat aliran listrik. Aku mengejat-ngejat dan menggelepar saat bibir Hasan menyedot klitorisku dan lidahnya mengais-ngais dan menggelitik klitorisku.

    “Akhh.. Akhh.. Ohh..”

    Dengan diiringi jeritan panjang akhirnya aku merasakan orgasme yang teramat nikmat. Benar-benar pandai memainkan lidah si Hasan ini, pikirku, hingga pantatku secara otomatis terangkat dan wajah Hasan semakin ketat membenam di antara selangkanganku yang terkangkang lebar. Napasku tersengal-sengal setelah mengalami orgasme yang sangat hebat tadi.

    Lalu dengan tenang Hasan membersihkan cairan kenikmatan yang masih terus mengalir keluar dari liang senggamaku, sementara aku masih menetralisir aliran nafasku yang tersengal-sengal setelah mencapai puncak orgasme yang luar biasa. Rasanya seluruh tubuhku remuk dan pegal, kemudian Hasan pamit ke kamar mandi untuk berkumur sebentar.

    Beberapa saat kemudian dia kembali sudah dalam keadaan telanjang bulat dan langsung berdiri di samping kepalaku dengan batang kejantanannya berdiri tegak menantang ke arahku.

    Aku merinding melihat besarnya batang pelir milik Hasan dan saat membayangkan bagaimana rasanya saat batang kontol yang besar itu memasuki liang vaginaku. Hasrat yang sempat turun itu mulai naik lagi. Saat tanganku hendak memegangnya, Hasan bergerak mundur hingga membuatku menjadi bingung.

    “Hari ini biarkan aku saja yang muasin Kakak ya..” ucap Hasan sambil duduk di tepi kasur.
    “Maksud kamu..? Kakak nggak ngerti San..?” tanyaku bingung.
    “Hari ini aku pengen sepuasnya menikmati setiap inci tubuh Kakak” katanya tersenyum sambil membelai rambutku yang awut-awutan.
    “Hari ini aku pengen membuat kakak mencapai kenikmatan sampai mau pingsan.. Boleh ya Kak..?” pintanya memelas.
    “Ya udah.. Terserah kamu aja..” jawabku, walaupun sebenarnya aku tidak begitu paham dengan apa yang dia inginkan.

    Kemudian dengan tersenyum Hasan mencium keningku yang dilanjutkannya dengan mencium kedua mataku, lalu bibirnya mengecup hidung dan kedua pipiku.

    Setelah menggosok-gosokkan hidungnya dengan hidungku, bibirnya mengecup pelan bibirku. Dengan mesra aku melingkarkan kedua tanganku pada lehernya dan menariknya agar lebih puas, aku ingin menikmati permainan lidahnya dalam mulutku karena tadi aku merasa lidah itu terlalu cepat turun ke bawah.

    Lidah Hasan mulai menari-nari di dalam rongga mulutku, dengan lihainya lidah itu menelusuri setiap sudut rongga mulutku seolah memiliki mata. Sementara gerakan lidahku tidak dapat mengimbangi pergerakan lidah Hasan yang sangat liar.

    Dan itu menimbulkan sensasi nikmat yang memabukkan. Apa lagi saat kedua tangan Hasan mulai meremas-remas kedua buah payudaraku yang telah mengeras lagi. Payudara berukuran 34B itu seakan tenggelam dalam genggaman tangannya yang besar.

    Hasan lalu memegang batang kemaluannya dan ditusukkannya ke celah-celah bibir kemaluanku yang sudah sangat licin. Dengan lembut dia mendorong pantatnya sampai akhirnya ujung kemaluan Hasan berhasil menerobos bibir kemaluanku hingga membuat tubuhku menggeliat hebat ketika ujung kemaluan yang besar itu mulai menyeruak masuk. Perlahan namun pasti rasa nikmat mulai kurasakan dari arah selangkanganku.

    Kenikmatan yang kurasa betul-betul membuatku hampir berteriak histeris. Sungguh batang kemaluan Hasan luar biasa nikmatnya. Liang kemaluanku serasa berdenyut-denyut saat menjepit ujung topi batang kemaluan Hasan yang bergerak maju mundur secara perlahan. Dia terus menerus mengayunkan pantatnya, sementara keringat kami berdua semakin deras mengalir dan mulut kami masih terus berpagutan.

    “Akkhh.. Ssaann..” aku menjerit perlahan saat kurasakan betapa batang kemaluan Hasan menyeruak semakin dalam dan serasa begitu sesak memenuhi liang senggamaku.

    Batang penisnya terasa berdenyut-denyut dalam jepitan liang vaginaku. Apa lagi lidah Hasan yang panas mulai menyapu-nyapu seluruh leherku dengan ganasnya hingga bulu kudukku serasa merinding di buatnya.

    Aku tak sadar saat Hasan kembali mendorong pantatnya hingga batang kemaluannya yang terjepit erat dalam liang kemaluanku semakin menyeruak masuk.

    Aku yang sudah sangat terangsang menggoyangkan pantatku untuk memperlancar gerakan batang kemaluan Hasan dalam liang kemaluanku. Kepalaku bergerak-gerak liar merasakan sensasi hebat yang sedang kualami. Liang kemaluanku semakin berdenyut-denyut dan ada semacam gejolak yang meletup-letup hendak pecah dari dalam diriku.

    Bless.., dengan perlahan tapi pasti batang kemaluan yang besar itu melesak ke dalam lubang kenikmatanku. Vaginaku terasa penuh sesak oleh batang kemaluan Hasan yang besar itu.

    “Hebat Kak.. Gak terasa kalau lubang kakak ini sudah dua kali ngeluarin anak..” puji Hasan. Ini membuatku semakin merasa bangga dan bahagia.

    Terasa kehangatan batang kemaluannya dalam jepitan liang kemaluanku. Batang kemaluan Hasan mengedut-ngedut dalam jepitan lubang kenikmatanku. Kemudian dengan perlahan sekali Hasan mulai mengayunkan pantatnya hingga kurasakan batang kejantanannya menelusuri setiap inci liang kenikmatanku. Ini menimbulkan sensasi yang teramat nikmat untukku.

    Aku tak sempat mengerang karena tiba-tiba bibir Hasan sudah melumat bibirku. Lidahnya menyeruak masuk ke dalam mulutku dan mencari-cari lidahku. Aku pun membalasnya.

    Hasan mendengus perlahan pertanda bahwa birahinya sudah mulai meningkat sementara gerakan batang kemaluannya semakin mantap di dalam liang kemaluanku. Aku dapat merasakan bagaimana batang kontolnya yang keras menggesek-gesek dinding vaginaku. Aku pun mengerang dan tubuhku bergerak liar menyambut gesekan batang kejantanannya.

    Pantatku mengangkat ke atas seolah-olah mengikuti gerakan Hasan yang menarik batang kejantanannya dengan cara menyentak seperti orang memancing sehingga hanya ujung batang kejantanannya yang masih terjepit di dalam lubang kenikmatanku.

    Lalu ia mendorong batang kejantanannya secara perlahan hingga ujungnya seolah menumbuk perutku. Hasan melakukannya berulang-ulang. Aku merasa ada semacam sentakan dan kedutan hebat saat Hasan menarik batang kemaluannya dengan cepat.

    Gerakannya ini membuat napasku semakin terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang terus naik dan tak tertahankan. Besarnya batang kejantanan Hasan membuat liang vaginaku terasa sempit. Sangat terasa sekali bagaimana nikmatnya batang kemaluan Hasan menggesek-gesek dinding liang vaginaku.

    Secara refleks aku pun mengimbangi genjotan Hasan dengan menggoyang pantatku. Semakin lama genjotan Hasan semakin cepat dan keras, sehingga tubuhku tersentak-sentak dengan hebat. Slep.. slep.. slep.. demikian bunyi gesekan batang kejantanan Hasan saat memompa liang kemaluanku.

    “Akhh..! Akkhh..! Oohh..!” erangku berulang-ulang. Benar-benar luar biasa sensasi yang kudapatkan. Hasan benar-benar menyeretku ke surga kenikmatan, aku kembali merasa seperti gadis perawan yang sedang melepaskan mahkotanya.

    Tak berapa lama kemudian aku merasakan nikmat yang luar biasa dari ujung kepala hingga ujung kemaluanku. Tubuhku menggelepar-gelepar di bawah genjotan Hasan. Aku menjadi lebih liar dan menyedot-nyedot lidah Hasan dan kupeluk tubuhnya erat-erat seolah takut terlepas.

    “Ooh.. Oh.. Akhh..!” aku menjerit ketika hampir mencapai puncak kenikmatan. Tahu bahwa aku hampir orgasme, Hasan semakin kencang menggerakkan batang kemaluannya yang terjepit di liang kenikmatanku. Saat itu tubuhku semakin menggelinjang liar di bawah tubuh Hasan yang kekar. Tak lama kemudian aku benar-benar mencapai klimaks.

    “Oohh.. Aauuhh.. Oohh..!” jeritku tanpa sadar. Secara refleks jari-jariku mencengkrram punggung Hasan. Pantatku kunaikkan ke atas menyongsong batang kemaluan Hasan agar bisa masuk sedalam-dalamnya.

    Lalu kurasakan liang senggamaku berdenyut-denyut dan akhirnya aku merasakan sedang melayang, tubuhku serasa ringan bagaikan kapas. Aku benar-benar orgasme! Gerakanku semakin melemah setelah mencapai puncak kenikmatan itu. Hasan lalu menghentikan gerakannya.

    “Enak kan Sayang..” bisik Hasan lembut sambil mengecup pipiku. Aku hanya terdiam dan wajahku merona karena rasa malu dan nikmat. Hasan yang belum mencapai klimaks membiarkan saja batang kejantanannya terjepit dalam liang kemaluanku. Hasan sengaja membiarkan aku untuk menikmati sisa-sisa kenikmatan itu.

    Aku kembali mengatur napasku, sementara aku merasakan batang kemaluan Hasan mengedut-ngedut dalam jepitan liang senggamaku. Tubuh kami berdua sudah mengkilat karena peluh yang membanjiri tubuh kami berdua. Hanya kipas angin yang membantu menyejukkan kamar kost mesum itu.

    Setelah beberapa saat, Hasan yang belum mencapai klimaks kembali menggerak-gerakkan batang kemaluannya maju mundur. Gerakannya yang perlahan, lembut dan penuh perasaan itu kembali membangkitkan birahiku yang telah sempat menurun.

    Kugoyangkan pinggulku seirama gerakan pantat Hasan. Rasa nikmat kembali naik ke ubun-ubunku saat kedua tulang kemaluan kami saling beradu. Gerakan batang kemaluan Hasan semakin lancar dalam jepitan liang senggamaku.

    Aku yang sudah cukup lelah hanya dapat bergerak mengimbangi ayunan batang kemaluan Hasan yang terus memompaku. Hasan semakin lama semakin kencang memompa batang kemaluannya. Sementara mulutnya tidak henti-hentinya menciumi pipi dan leherku dan kedua tangannya meremas sepasang payudaraku yang indah.

    Mendapat rangsangan tanpa henti seperti itu, nafsuku kembali merambat naik menuju puncak. Dapat kurasakan bagaimana kenikmatan mulai kembali menjalari seluruh tubuhku.

    Bermula dari selangkanganku, kenikmatan itu menjalari putingku dan naik ke ubun-ubun. Aku balik membalas ciuman Hasan. Pantatku bergerak memutar mengimbangi batang kemaluan Hasan yang dengan perkasanya menusuk-nusuk lubang vaginaku.

    Gerakan Hasan semakin liar dengan napas yang mendengus tak beraturan. Pantatku kuputar-putar, kiri-kanan semakin liar untuk menggerus batang kejantanan Hasan yang terjepit erat di dalam lubang kenikmatanku.

    Aku pun semakin tak bisa mengontrol tubuhku hingga kusedot lidah Hasan yang menelusup masuk ke dalam mulutku. Tubuh Hasan mengejat-ngejat seperti orang yang terkena setrum karena rasa nikmat yang luar biasa. Kemudian jeritan panjang memenuhi ruangan kost itu saat aku mencapai orgasme untuk yang kesekian kalinya. Sementara gerakan tubuh Hasan mulai mengejat-ngejat tak beraturan.

    “Ough.. Ough.. Ughh..!” Dengan napas yang terengah-engah, Hasan yang berada di atas tubuhku semakin cepat menghunjamkan batang kejantanannya. Lalu.. Crrtt.. Crrtt.. Crrtt.. Crrtt.. Crrtt.. Aku bisa merasakan bagaimana batang kejantanan Hasan menyemprotkan air maninya dalam kehangatan liang senggamaku.

    Matanya membeliak dan tubuhnya berguncang hebat. Batang kejantanan Hasan pun mengedut-ngedut dengan kerasnya saat menyemburkan air maninya. Aku bisa merasakan ada semprotan hangat di dalam sana, nikmat sekali rasanya. Kami mencapai puncak kenikmatan secara bersamaan.

    “Teruss.. Teruss.. Putarr.. Sayanghh..!” dengus Hasan. Aku membantunya dengan semakin liar memutar pinggulku. Setelah beberapa saat, tubuhnya ambruk menindih tubuhku dengan batang kemaluan yang masih menancap pada liang vaginaku.

    Kurasakan ada cairan yang mengalir keluar dari liang kemaluanku. Napas kami menderu selama beberapa saat setelah pergumulan nikmat yang melelahkan itu. Lalu kupeluk tubuh Hasan yang basah oleh keringat, kuciumi seluruh wajahnya.

    “Thank’s ya San.. Kamu memang sangat perkasa.. Tita sangat beruntung memilikimu..” bisikku di telinganya.
    “Kak I’in juga.. Jangan menolak kalau lain kali aku pengen bercinta lagi dengan kakak ya..” balasnya. Aku mengangguk perlahan.

    Lima belas menit kemudian aku membersihkan diri di kamar mandi sementara Hasan masih berbaring mengatur napasnya. Saat mengenakan pakaian dan celana, Hasan masih mencuri kesempatan untuk meremas kedua dadaku dan mencium bagian belakang leherku.

    Atas permintaannya, BH dan CD yang kupakai saat itu kuberikan pada Hasan sebagai tanda mata bahwa hubungan kami tak akan berhenti sampai di sini saja.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Cewek Perawan Pemandu Karaoke

    Cerita Sex Cewek Perawan Pemandu Karaoke


    842 views

    Perawanku – Cerita Sex Cewek Perawan Pemandu Karaoke, Keluargaku sudah terbilang bahagia karena saya merasa sudah cukup, sebab sudah punya rumah sendiri dan punya mobil walaupun masih kredit, anak sudah punya sepasang, istri juga masih satu belum dua hehehe.keinginanku mau apalagi? Awalnya mulanya dari iseng iseng dan menjadi keterusan.

    Padahal istriku juga cantik dan selalu menggairahkan dalam berhubungan tapi namanya juga pria ya ada sifat untuk hal lain, seakan akan belum puas, singkat cerita awalnya begini aku cuma iseng-iseng main ke sebuah klub karaoke.

    Tidak disangka di sana banyak juga gadis-gadis cantik berusia remaja. Tingkah laku mereka sangat menggoda. Dan mereka memang sengaja datang ke sana untuk mencari kesenangan. Tapi tidak sedikit yang sengaja mencari laki-laki hidung belang.

    Terus terang waktu itu aku sebenarnya tertarik dengan salah seorang gadis di sana. Wajahnya cantik, Tubuhnya juga padat dan sintal, kulitnya kuning langsat. Dan aku memperkirakan umurnya tidak lebih dari delapan belas tahun.

    Aku ingin mendekatinya, tapi ada keraguan dalam hati. Aku hanya memandanginya saja sambil menikmati minuman ringan, dan mendengarkan lagu-lagu yang dilantunkan pengunjung secara bergantian.

    Tapi sungguh tidak diduga sama sekali ternyata gadis itu tahu kalau aku sejak tadi memperhatikannya. Sambil tersenyum dia menghampiriku, dan langsung saja duduk disampingku. Bahkan tanpa malu-malu lagi meletakkan tangannya di atas pahaku. Tentu saja aku sangat terkejut dengan keberaniannya yang kuanggap luar biasa ini.

    “Sendirian aja nih…, Omm..”, sapanya dengan senyuman menggoda.

    “Eh, iya..”, sahutku agak tergagap.

    “Perlu teman nggak..?” dia langsung menawarkan diri.

    Aku tidak bisa langsung menjawab. Sungguh mati, aku benar-benar tidak tahu kalau gadis muda belia ini sungguh pandai merayu.

    Sehingga aku tidak sanggup lagi ketika dia minta ditraktir minum. Meskipun baru beberapa saat kenal, tapi sikapnya sudah begitu manja. Bahkan seakan dia sudah lama mengenalku. Padahal baru malam ini aku datang ke klub karaoke ini dan bertemu dengannya.

    Semula aku memang canggung, Tapi lama-kelamaan jadi biasa juga. Bahkan aku mulai berani meraba-raba dan meremas-remas pahanya. Memang dia mengenakan rok yang cukup pendek, sehingga sebagian pahanya jadi terbuka.

    Hampir tengah malam aku baru pulang. Sebenarnya aku tidak biasa pulang sampai larut malam begini. Tapi istriku tidak rewel dan tidak banyak bertanya.

    Sepanjang malam aku tidak bisa tidur. Wajah gadis itu masih terus membayang di pelupuk mata. Senyumnya, dan kemanjaannya membuatku jadi seperti kembali ke masa remaja.

    Esoknya Aku datang lagi ke klub karaoke itu, dan ternyata gadis itu juga datang ke sana. Pertemuan kedua ini sudah tidak membuatku canggung lagi. Bahkan kini aku sudah berani mencium pipinya. Malam itu akau benar-benar lupa pada anak dan istri di rumah.

    Aku bersenang-senang dengan gadis yang sebaya dengan adikku. Kali ini aku justru pulang menjelang subuh.

    Mungkin karena istriku tidak pernah bertanya, dan juga tidak rewel. Aku jadi keranjingan pergi ke klub karaoke itu. Dan setiap kali datang, selalu saja gadis itu yang menemaniku. Dia menyebut namanya Laila.

    Entah benar atau tidak, aku sendiri tidak peduli. Tapi malam itu tidak seperti biasanya. Laila mengajakku keluar meninggalkan klub karaoke. Aku menurut saja, dan berputar-putar mengelilingi kota Jakarta dengan kijang kreditan yang belum lunas.

    Entah kenapa, tiba-tiba aku punya pikiran untuk membawa gadis ini ke sebuah penginapan. Sungguh aku tidak menyangka sama sekali ternyata Laila tidak menolak ketika aku mampir di halaman depan sebuah losmen. Dan dia juga tidak menolak ketika aku membawanya masuk ke sebuah kamar yang telah kupesan.

    Jari-jariku langsung bergerak aktif menelusuri setiap lekuk tubuhnya. Bahkan wajahnya dan lehernya kuhujani dengan ciuman-ciuman yang membangkitkan gairah. Aku mendengar dia mendesah kecil dan merintih tertahan. Aku tahu kalau Laila sudah mulai dihinggapi kobaran api gairah asmara yang membara.

    Perlahan aku membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan satu persatu aku melucuti pakaian yang dikenakan Laila, hingga tanpa busana sama sekali yang melekat di tubuh Laila yang padat berisi. Laila mendesis dan merintih pelan saat ujung lidahku yang basah dan hangat mulai bermain dan menggelitik puting payudaranya.

    Sekujur tubuhnya langsung bergetar hebat saat ujung jariku mulai menyentuh bagian tubuhnya yang paling rawan dan sensitif. Jari-jemariku bermain-main dipinggiran daerah rawan itu. Tapi itu sudah cukup membuat Laila menggelinjang dan semakin bergairah.

    Tergesa-gesa aku menanggalkan seluruh pakaian yang kukenakan, dan menuntun tangan gadis itu ke arah batang penisku. Entah kenapa, tiba-tiba Laila menatap wajahku, saat jari-jari tangannya menggenggam batang penis kebanggaanku ini, Tapi hanya sebentar saja dia menggenggam penisku dan kemudian melepaskannya. Bahkan dia melipat pahanya yang indah untuk menutupi keindahan pagar ayunya.

    “Jangan, Omm…”, desah Laila tertahan, ketika aku mencoba untuk membuka kembali lipatan pahanya.

    “Kenapa?” tanyaku sambil menciumi bagian belakang telinganya.

    “Aku…, hmm, aku…” Laila tidak bisa meneruskan kata-katanya. Dia malah menggigit bahuku, tidak sanggup untuk menahan gairah yang semakin besar menguasai seluruh bagian tubuhnya.

    Saat itu Laila kemudian tidak bisa lagi menolak dan melawan gairahnya sendiri, sehingga sedikit demi sedikit lipatan pahanya yang menutupi vaginanya mulai sedikit terkuak, dan aku kemudian merenggangkannya kedua belah pahanya yang putih mulus itu sehingga aku bisa dengan puas menikmati keindahan bentuk vagina gadis muda ini yang mulai tampak merekah.

    Dan matanya langsung terpejam saat merasakan sesuatu benda yang keras, panas dan berdenyut-denyut mulai menyeruak memasuki liang vaginanya yang mulai membasah. Dia menggeliat-geliat sehingga membuat batang penisku jadi sulit untuk menembus lubang vaginanya.

    Tapi aku tidak kehilangan akal. Aku memeluk tubuhnya dengan erat sehingga Laila saat itu tidak bisa leluasa menggerak-gerakan lagi tubuhnya. Saat itu juga aku menekan pinggulku dengan kuat sekali agar seranganku tidak gagal lagi.

    Berhasil!, begitu kepala penisku memasuki liang vagina Laila yang sempit, aku langsung menghentakkan pinggulku ke depan sehingga batang penisku melesak ke dalam liang vagina Laila dengan seutuhnya, seketika itu juga Laila memekik tertahan sambil menyembunyikan wajahnya di bahuku, Seluruh urat-urat syarafnya langsung mengejang kaku.

    Dan keringat langsung bercucuran membasahi tubuhnya. Saat itu aku juga sangat tersentak kaget, aku merasakan bahwa batang penisku seakan merobek sesuatu di dalam vagina Laila, dan ini pernah kurasakan pula pada malam pertamaku, saat aku mengambil kegadisan dari istriku.

    Aku hampir tidak percaya bahwa malam ini aku juga mengambil keperawanan dari gadis yang begitu aku sukai ini. Dan aku seolah masih tidak percaya bahwa Laila ternyata masih perawan.

    Aku bisa mengetahui ketika kuraba pada bagian pangkal pahanya, terdapat cairan kental yang hangat dan berwarna merah. Aku benar-benar terkejut saat itu, dan tidak menyangka sama sekali, Laila tidak pernah mengatakannya sejak semula. Tapi itu semua sudah terjadi. Dan rasa terkejutku seketika lenyap oleh desakan gairah membara yang begitu berkobar-kobar.

    Aku mulai menggerak-gerakan tubuhku, agar penisku dapat bermain-main di dalam lubang vagina Laila yang masih begitu rapat dan kenyal, Sementara Laila sudah mulai tampak tidak kesakitan dan sesekali tampak di wajahnya dia sudah bisa mulai merasakan kenikmatan dari gerakan-gerakan maju mundur penisku seakan membawanya ke batas ujung dunia tak bertepi.

    Malam itu juga Laila menyerahkan keperawannya padaku tanpa ada unsur paksaan. Meskipun dia kemudian menangis setelah semuanya terjadi, Dan aku sendiri merasa menyesal karena aku tidak mungkin mengembalikan keperawanannya.

    Aku memandangi bercak-bercak darah yang mengotori sprei sambil memeluk tubuh Laila yang masih polos dan sesekali masih terdengar isak tangisnya.

    “Maafkan aku, Laila. Aku tidak tahu kalau kamu masih perawan. Seharusnya kamu bilang sejak semula…”, kataku mencoba menghibur.

    Laila hanya diam saja. Dia melepaskan pelukanku dan turun dari pembaringan. Dia melangkah gontai ke kamar mandi. Sebentar saja sudah terdengar suara air yang menghantam lantai di dalam kamar mandi.

    Sedangkan aku masih duduk di ranjang ini, bersandar pada kepala pembaringan.

    Aku menunggu sampai Laila keluar dari kamar mandi dengan tubuh terlilit handuk dan rambut yang basah.

    Aku terus memandanginya dengan berbagai perasaan berkecamuk di dalam dada. Bagaimanapun aku sudah merenggut kegadisannya. Dan itu terjadi tanpa dapat dicegah kembali. Laila duduk disisi pembaringan sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk lain.

    Aku memeluk pinggangnya, dan menciumi punggungnya yang putih dan halus. Laila menggeliat sedikit, tapi tidak menolak ketika aku membawanya kembali berbaring di atas ranjang. Gairahku kembali bangkit saat handuk yang melilit tubuhnya terlepas dan terbentang pemandangan yang begitu menggairahkan datang dari keindahan kedua belah payudaranya yang kencang dan montok, serta keindahan dari bulu-bulu halus tipis yang menghiasi di sekitar vaginanya.

    Dan secepat kilat aku kembali menghujani tubuhnya dengan kecupan-kecupan yang membangkitkan gairahnya. Laila merintih tertahan, menahan gejolak gairahnya yang mendadak saja terusik kembali.

    “Pelan-pelan, Omm. Perih…”, rintih Laila tertahan, saat aku mulai kembali mendobrak benteng pagar ayunya untuk yang kedua kalinya. Laila menyeringai dan merintih tertahan sambil mengigit-gigit bibirnya sendiri, saat aku sudah mulai menggerak-gerakan pinggulku dengan irama yang tetap dan teratur.

    Perlahan tapi pasti, Laila mulai mengimbangi gerakan tubuhku. Sementara gerakan-gerakan yang kulakukan semakin liar dan tak terkendali. Beberapa kali Laila memekik tertahan dengan tubuh terguncang dan menggeletar bagai tersengat kenikmatan klimaks ribuan volt.

    Kali ini Laila mencapai puncak orgasme yang mungkin pertama kali baru dirasakannya. Tubuhnya langsung lunglai di pembaringan, dan aku merasakan denyutan-denyutan lembut dari dalam vaginanya, merasakan kenikmatan denyut-denyut vagina Laila, membuatku hilang kontrol dan tidak mampu menahan lagi permainan ini.

    Hingga akhirnya aku merasakan kejatan-kejatan hebat disertai kenikmatan luar biasa saat cairan spermaku muncrat berhamburan di dalam liang vagina Laila. Akupun akhirnya rebah tak bertenaga dan tidur berpelukan dengan Laila malam itu.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Diajak Ngentot Sama Tetangga Yang Cantik

    Diajak Ngentot Sama Tetangga Yang Cantik


    1187 views

    Cerita Sex ini berjudulDiajak Ngentot Sama Tetangga Yang CantikCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Nana, 29 tahun, adalah seorang ibu rumah tangga dengan 2 orang anak 3 dan 5 tahun. Suaminya, Boby, 36 tahun, adalah karyawan dari salah satu perusahaan swasta besar di Bandung. Perawakan Nana sebetulnya biasa saja seperti kebanyakan. Yang membuatnya menarik adalah bentuk tubuhnya yang sangat terawat. Buah dadanya tidak terlalu besar, tapi enak untuk dipandang, sesuai dengan pinggangnya yang ramping dan pinggulnya yang bulat.

    Kehidupan rumah tangga mereka sangat harmonis. Dengan 2 anak yang sedang lucu-lucunya, ditambah dengan posisi Boby yang cukup tinggi di perusahaannya, membuat mereka menjadi keluarga yang cukup di hormati di lingkungan kompleks mereka tinggal.

    Nana pada dasarnya adalah istri yang sangat setia kepada suaminya. Tidak pernah ada niat berkhianat terhadap Herman dalam hati Nana karena dia sangat mencintai suaminya. Tapi ada satu peristiwa yang menjadi awal berubahnya cara berpikir Nana tentang cinta..

    Suatu siang, Nana sedang mengasuh anaknya di depan rumah. Dikarenakan kedua anaknya waktu itu berlari jauh dari rumah, maka Nana langsung mengejar mereka. Tapi tanpa disengaja, kakinya menginjak sesuatu sampai akhirnya Nana terjatuh. Lututnya memar, agak mengeluarkan darah.

    Nana langsung berjongkok dan meringis menahan sakit. Pada waktu itu, Surya, anak tetangga depan rumah Nana kebetulan lewat mau pulang ke rumahnya. Ketika melihat Nana sedang jongkok sambil meringis memegang lututnya, Surya langsung lari ke arah Nana.

    “Kenapa tante?” tanya Surya.

    “Aduh, lutut saya luka karena jatuh, Sur…” ujar Nana sambil meringis.

    “Bantu saya berdiri, Sur…” kata Nana.

    “Iya tante,” kata Surya sambil memegang tangan Nana dan dibimbingnya bediri.

    “Sur, tolong bawa anak-anak saya kemari.. Anterin ke rumah saya, ya…” kata Nana.

    “Iya tante,” kata Surya sambil segera menghampiri anak-anak Nana.

    Sementara Nana segera pulang ke rumahnya sambil tertatih-tatih. Waktu Surya mengantarkan anak-anak Nana ke rumahnya, Nana sedang duduk di kursi depan sambil memegangi lututnya.

    “Ada obat merah tidak, tante?” tanya Surya.

    “Ada di dalam, Sur,” kata Nana.

    “Kita ke dalam saja…” kata Nana lagi sambil bangkit dan tertatih-tatih masuk ke dalam rumah.

    Surya dan anak-anaknya mengikuti dari belakang.

    “Ma, Dono ngantuk,” kata anaknya kepada Nana.

    “Tunggu sebentar ya, Sur. Saya mau antar mereka dulu ke kamar. Sudah waktunya anak-anak tidur siang,” kata Nana sambil bangkit dan tertatih-tatih mengantar anak-anaknya ke kamar tidur.

    Setelah mengantar mereka tidur, Nana kembali ke tengah rumah.

    “Mana obat merahnya, tante?” tanya Surya.

    “Di atas sana, Sur…” kata Nana sambil menunjuk kotak obat.

    Surya segera bangkit dan menuju kotak obat untuk mengambil obat merah dan kapas. Tak lama Surya segera kembali dan mulai mengobati lutut Nana.

    “Maaf ya, tante.. Saya lancang,” kata Surya.

    “Tidak apa-apa kok, Sur. Tante senang ada yang menolong,” kata Nana sambil tersenyum.

    Surya mulai memegang lutut Nana dan mulai memberikan obat merah pada lukanya.

    “Aduh, perih…” kata Nana sambil agak menggerakkan lututnya.

    Secara bersamaan rok Nana agak tersingkap sehingga sebagian paha mulusnya nampak di depan mata Surya. Surya terkesiap melihatnya. Tapi Surya pura-pura tak melihatnya. Tapi tetap saja paha mulus Nana menggoda mata Surya untuk melirik walau kadang-kadang.

    Hati Surya agak berdebar.. Biasanya dia hanya bisa melihat dari kejauhan saja lekuk-lekuk tubuh Nana. Atau kadang-kadang hanya kebetulan saja melihat Nana memakai celana pendek.

    Surya biasanya hanya bisa membayangkan saja tubuh Nana sambil onani. Tapi kini, di depan mata sendiri, paha mulus Nana sangat jelas terlihat. Nana sepertinya sadar kalau mata Surya sesekali melirik ke arah pahanya. Segera Nana merapikan duduknya dan juga menutup pahanya. Surya sepertinya terkesima dengan sikap Nana tersebut. Surya menjadi malu sendiri..

    “Sudah saya berikan obat merah, tante…” kata Surya.

    “Iya, terima kasih,” kata Nana sambil tersenyum.

    “Sekarang sudah mulai tidak terasa sakit lagi,” ujar Nana lagi sambil tetap tersenyum.

    Surya, 16 tahun, adalah anak tetangga depan rumah Nana. Masih duduk di bangku SMK kelas 1. Seperti kebanyakan anak laki-laki tanggung lainnya, Surya adalah sosok anak laki-laki yang sudah mulai mengalami masa puber.

    “Kenapa kamu nunduk terus, Sur?” tanya Nana.

    “Tidak apa-apa, tante…” ujar Surya sambil sekilas menatap mata Nana lalu menunduk lagi sambil tersenyum malu.

    “Ayo, ada apa?” tanya Nana lagi sambil tersenyum.

    “Anu, tante.. Maaf, mungkin tadi sempat marah karena tadi saya sempat melihat secara tidak sengaja…” kata Surya sambil tetap menunduk.

    “Lihat apa?” tanya Nana pura-pura tidak mengerti.

    “Lihat.. Mm.. Lihat ini tante,” kata Surya sambil tangannya mengusap-ngusap pahanya sendiri. Nana tersenyum mendengarnya.

    “Tidak apa-apa kok, Wan,” kata Nana.

    “Kan hanya melihat.. Bukan memegang,” kata Nana lagi sambil tetap tersenyum.

    “Lagian, saya tidak keberatan kok kamu melihat paha tante tadi,” kata Nana lagi sambil tetap tersenyum.

    “Kamu kan tadi sedang menolong saya memberikan obat,” kata Nana.

    “Benar tante tidak marah?” tanya Surya sambil menatap Nana.

    Nana menggelengkan kepalanya sambil tetap tersenyum. Surya pun jadi ikut tersenyum.

    “Tante sangat cantik kalau tersenyum,” kata Surya mulai berani.

    “Ihh, kamu tuh masih kecil sudah pintar merayu…” kata Nana.

    “Saya berkata jujur loh, tante,” kata Surya lagi.

    “Kamu sudah makan, Sur?” tanya Nana.

    “Belum tante. Saya pulang dari rumah teman tadi belum makan,” kata Surya.

    “Makan disini saja, ya.. Temani saya makan siang,” ajak Nana.

    “Baik tante, terima kasih,” kata Surya.

    Mereka menikmati makan siang di meja makan bulat kecil. Ketika sedang menikmati makan, tanpa sengaja kaki Surya menyentuh kaki Nana. Surya kaget, lalu segera menarik kakinya.

    “Maaf tante, saya tidak sengaja,” kata Surya.

    “Tidak apa-apa kok, Sur…” kata Nana sambil matanya nenatap Surya dengan pandangan yang berbeda.

    Ketika kaki Surya menyentuh kakinya, seperti terasa ada sesuatu yang berdesir dari kaki yang tersentuh sampai ke hati. Nana merasakan sesuatu yang lain akan kejadian tak sengaja itu.. Tiba-tiba Nana merasakan ada sesuatu keinginan tertentu muncul yang membuat perasaannya tidak menentu. Sentuhan kaki Surya terasa begitu hangat dan membangkitkan suatu perasaan aneh..

    “Kamu sudah punya pacar, Sur?” tanya Nana sambil menatap Surya.

    “Belum tante,” kata Surya sambil tersenyum.

    “Lagian saya tidak tahu caranya mendapatkan perempuan,” ujar Surya lagi sambil tetap tersenyum. Nana pun ikut tersenyum.

    “Pernah tidak kamu punya keinginan tertentu terhadap perempuan?” tanya Nana lagi.

    “Keinginan apa tante?” tanya Surya. Nana tersenyum.

    “Kita habiskan dulu makannya. Nanti kita bicara…” kata Nana.

    Selesai makan, mereka duduk-duduk di ruang tengah.

    “Kamu ada sesuatu yang harus diselesaikan di rumah tidak saat ini?” tanya Nana.

    “Tidak ada, tante,” kata Surya.

    “Tadi tante mau tanya apa?” kata Surya penasaran.

    “Begini, apakah kamu suka kepada wanita tertentu? Maksud saya suka kepada tubuh wanita?” tanya Nana.

    “Kita bicara jujur saja, ya.. Saya tidak akan bicara pada siapa-siapa kok,” kata Nana lagi.

    “Kamu juga mau kan jaga rahasia pembicaraan kita?” kata Nana lagi.

    “Iya, tante,” kata Surya.

    “Kalau begitu jawablah pertanyaan tante tadi…” kata Nana sambil tersenyum.

    “Ya, saya suka melihat perempuan yang tubuhnya bagus. Saya juga suka tante karena tante cantik dan tubuhnya bagus,” kata Surya tanpa ragu.

    “Maksudnya tubuh bagus apa,” tanya Nana lagi. Surya agak ragu untuk menjawab.

    “Ayolah…” kata Nana sambil memegang tangan Surya. Tangan Surya bergetar.. Nana tersenyum.

    “Mm.. Saya pernah.. Pernah lihat majalah Playboy, juga.. Juga.. Juga saya pernah lihat VCD porno.. Mm.. Mm.. Saya lihat banyak perempuan tubuhnya bagus…” kata Surya dengan nafas tersendat.

    “Oh, ya? Di VCD itu kamu lihat apa saja,” kata Nana pura-pura tidak tahu, sambil terus menggenggam tangan Surya yang terus gemetar.

    “Mm.. Lihat orang sedang begituan…” kata Surya.

    “Begituan apa?” tanya Nana lagi.

    “Ya, lihat orang sedang bersetubuh…” kata Surya.

    Nana kembali tersenyum, tapi dengan nafas yang agak memburu menahan sesuatu di dadanya.

    “Kamu suka tidak film begitu?” tanya Nana.

    “Iya suka, tante?” kata Surya sambil menunduk.

    “Mau coba seperti di film, tidak?” kata Nana.

    Surya diam sambil tetap menunduk. Tangannya makin gemetar. Nana mendekatkan tubuhnya ke tubuh Surya. Wajahnya di dekatkan ke wajah Surya.

    “Mau tidak?” tanya Nana setengah berbisik.

    Surya tetap diam dan gemetar. Wajahnya agak tertunduk. Nana membelai pipi anak tanggung tersebut. Lalu diciumnya pipi Surya. Surya tetap diam dan makin gemetar. Nana terus menciumi wajah Surya, lalu akhirnya dilumatnya bibir Surya.. Lama-lama Surya mulai terangsang nafsunya. Dengan pasti dibalasnya ciuman Nana.

    “Masukkan tangan kamu ke sini…” kata Nana dengan nafas memburu sambil memegang tangan Surya dan mengarahkannya ke dalam baju Nana.

    “Masukkan tangan kamu ke dalam BH saya, Sur.. Pegang buah dada saya,” kata nana sambil tangannya meremas kontol Surya dari luar celana.

    Sementara tangan Surya sudah masuk ke dalam BH nana dan mulai meremas-remas buah dada Nana.

    “Mmhh.. Terus sayang…” kata Nana.

    “Tangan saya pegal, tante…” kata Surya polos.

    “Uhh.. Kita pindah ke kamar, yuk…” ajak Nana sambil menarik tangan Surya. Sesampainya di dalam kamar..

    “Buka pakaian kamu, Sur…” ujar Nana pun melepas seluruh pakaiannya sendiri.

    “Iya, tante…” kata Surya.

    Nana setelah melepas seluruh pakaiannya, segera naik dan telentang di tempat tidur. Surya terkesima melihat tubuh telanjang Nana. Seumur-umur Surya, baru kali ini dia melihat tubuh telanjang wanita di depan mata. Apalagi wanita tersebut adalah wanita yang sering di bayangkannya bila onani. Kontol Surya langsung tegang dan tegak..

    “Naik sini, Sur…” kata Nana.

    “Iya, tante…” kata Surya.

    “Sini naik ke atas tubuh saya…” kata Nana sambil mengangkangkan pahanya.

    Surya segera menaiki tubuh telanjang Nana. Nana langsung melumat bibir Surya dan Surya langsung membalasnyanya dengan hebat. Sementara satu tangan Surya meremas buah dada Nana yang tidak terlalu besar. Sementara kontol Surya sesekali mengenai belahan memek Nana.

    “Ohh.. Mmhh.. Terus remas.. Terus…” desah Nana sambil memegang tangan Surya yang sedang meremas buah dadanya, dan tangan mereka bersamaan meremas buah dadanya.

    “Ohh.. Sshh…” kata Nana. Surya pun dengan bernafsu terus meremas dan menciumi serta menjilati buah dada Nana.

    “Sur, jilati memek ya, sayang…” pinta Nana.

    “Tapi saya tidak tahu caranya, tante,” kata Surya polos.

    “Sekarang dekatkan saja wajah kamu ke memek, lalu kamu jilati belahannya…” kata Nana setengah memaksa dengan menekan kepala Surya ke arah memeknya.

    Surya langsung menuruti permintaan Nana. Dijilatinya belahan memek Nana sampai tubuh Nana mengejang menahan nikmat.

    “Ohh.. Mm.. Ohh.. Terus jilat, sayang…” desah Nana sambil meremas kepala Surya.

    “Sur, kamu jilati bagian atas sini…” kata Nana sambil jarinya mengelus kelentitnya.

    Lalu lidah Surya menjilati habis kelentit Nana.. Nana kembali menggelepar merasakan nikmat yang teramat sangat.

    “Teruss.. Sshh.. Ohh…” desah Nana sambil badannya semakin mengejang.

    Pahanya rapat menjepit kepala Surya. Sementara tangannya semakin menekan kepala Surya ke memeknya. Tak lama..

    “Ohh…” desah Nana panjang. Nana orgasme.

    “Sudah, Sur.. Naik sini,” kata Nana.

    Surya lalu menaiki tubuh Nana. Nana lalu mengelap mulut Surya yang basah oleh cairan memeknya. Nana tersenyum, lalu mengecup bibir Surya.

    “Mau tidak kontol kamu saya hisap,” kata Nana.

    “Mau tante,” kata Surya bersemangat.

    “Bangkitlah.. Sinikan kontol kamu,” kata Nana sambil tangannya meraih kontol Surya yang tegang dan tegak.

    Surya lalu mengangkangi wajah Nana. Nana segera mengulum kontol Surya. Tidak hanya itu, kontol Surya lalu dijilat, dihisap, lalu dikocoknya silih berganti. Surya tubuhnya mengejang menahan rasa nikmat yang teramat sangat. Tangannya berpegangan pada pinggiran ranjang.

    “Ohh.. Tantee.. Enaakk…” jerit kecil Surya sambil memompa kontolnya di mulut Nana.

    “Masukkin ke memek,ya sayang…” kata Nana setelah dia beberapa lama menghisap kontol Surya.

    Surya lalu mengangkangi Nana. Sementara tangan Nana memegang dan membimbing kontol Surya ke lubang memeknya.

    “Ayo tekan sedikit, sayang…” kata Nana.

    Surya berusaha menekan kontolnya ke lubang memek Nana sampai akhirnya.. Bless.. Bless.. Bless.. Kontol Surya berhasil masuk dan mulai memompa memek Nana. Surya merasakan suatu kenikmatan yang tiada tara pada batang kontolnya.

    “Bagaimana rasanya, Sur?” tanya Nana sambil tersenyum dan menggoyang pantatnya.

    “Ohh.. Sangat enakk, tanttee…” kata Surya tersendat sambil memompa kontolnya keluar masuk memek Nana.

    Nana tersenyum.. Setelah beberapa lama memompa kontolnya, tiba-tiba tubuh Surya mengejang. Gerakannya makin cepat. Nana karena sudah mengerti langsung meremas pantat Surya dan menekankannya ke memeknya. Tak lama.. Crott.. Croott.. Croott.. Croott..

    “Ohh.. Hohh…” desah Surya. Tubuhnya lemas dan lunglai di atas tubuh Nana.

    “Udah keluar? Bagaimana rasanya?” tanya tante Nana sambil memeluk Surya.

    “Sangat enak, tante…” kata Surya.

    Sejak saat itu Surya sering datang ke rumah Tante Nana jika sedang sepi dan minta jatah lagi.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Virginku Telahku Lepas Pada Orang Yang Telah Membuatku Bahagia

    Cerita Sex Virginku Telahku Lepas Pada Orang Yang Telah Membuatku Bahagia


    780 views

    Perawanku – Cerita Sex Virginku Telahku Lepas Pada Orang Yang Telah Membuatku Bahagia, Namaku Rahayu,temen-temenku biasa memanggilku ayu, masih duduk di kelas 2 SMU. Boleh di bilang aku sedang melewati masa puber, yang kata orang-orang masa pendawasaan.aku orangnya gak tinggi bahkan terkesan ndut, melar ke samping gak ke atas (kayak iklan deh). Sebenarnya aku minder dengan tubuh seperti ini, aku sering merasa iri jika melihat tubuh temen-temenku, saat kita ganti pakaian. mereka dengan tenang dan PD ganti baju tanpa harus minder seperti aku, sedang aku malu banget. Karena itu biasanya kalau ganti pakaian aku sering di kamar mandi dan bukannya di tempat ganti pakaian seperti yang laen. Dibandingkan dengan temen yang laen, badanku jauh banget badan ndut, payudara besar, pokong juga besar, kata temen-temen seperti emak-emak yang abis melahirkan. tapi ya sudah deh aku trima aja, namanya juga pemberian Tuhan, pasti suatu saat ada hikmahnya.

    Hari ini jam olah raga, “haduuuuuh…. (kataku dalam hati)” ini saat yang membuat aku minder dan malu. Seperti biasa aku tunggu temen-temenku masuk ruang ganti, setelah semuanya masuk aku cepet-cepet keluar kelas dan menyelinap ke kamar mandi. Ok, saatnya olah raga..pemanasan…gerakan-gerakan pemanasan bikin ubuh ndutku tambah menonjol, mulai membusungkan dada, trus jongkok trus berdiri lagi membuat semua tubuhku bergerak-gerak dan semua mata temen-temenku melihat ke arahku sambil mereka bilang “mak ati-ati ntar bayinya keguguran” hiii… tambah malu nih. tp akhirnya 1 jam sudah kulewati, “hah akhirnya” kataku.

    Hari ini aku pulang sekolah capek banget, maka cepat-cepat aku pulang. kalau sore gini orang tuaku belum pada pulang, karena biasanya mereka baru pulang setelah magrib. aku hempaskan tubuhku di kasurku “huh lega banget..” tak lama berbaring tiba-tiba bel rumahku berbunyi, aku bangun tergopoh-gopoh membuka pintu cos biasanya gak ada tamu kalau jam segeni.

    Segera aku buka pintu, dan ternyata tamu itu adalah Ari, temen sekelasku. orangnya cupu, pakai kacamata dan sering menyendiri. aku kaget dan cuman melongo aja memandanginya yang datang tak di undang. sesaat kemudian aku tersadar dan mulai membuka pembicaraan “ada apa Ari tumben?” kataku. lalu dengan terbata-batu di jawab “ehh..anu..ehh..ini dompet kamu terjatuh, ini punyakamu kan?” kata Ari. “OOOhhh..iya Ari makasih ya, untung ada kamu, yok masuk dulu” kataku, kemudian kamipun masuk keruang tamu. “Bentar ya Ar, aku buatin minum” kataku, “oh iya makasih Yu. lalu aku masuk kedalam untuk buatin minum, setelah selesai minum kami mulai ngobrol-ngobrol, tp satu hal, ada yang aneh dari Ari cos gak biasanya dia gak mau ngobrol banyak ma orang, tapi ternyata Ari sebenarnya enak juga di ajak ngobrol dan ngerasa buat aku nyaman banget. “ehh..Yu..maaf ya i cuman mau bilang..ehh” kata Ari, “mau bilang apa?” jawabku cepat, “eh itu..maaf itu ada yang kebuka” kata Ari. OMG ternyata di kasih tau aku kalau beberapa kancing bajuku terbuka, sehingga dadaku yang besar nyaris kelihatan. Dengan malu cepat-cepat aku kancing bajuku, sedang Ari hanya tersipu-sipu saja melihatku. Sesaat kemudian aku mulai mengalihkan perhatian, aku bercerita (sebenarnya Curhat sih) tentang diriku kalau di sekolah tentang minderku sama temen-temen yang laen. Ari mendengar dengan serius semua ceritaku, sehingga aku merasa nyaman dan diperhatikan, tak terasa air mataku mengalir karena sedih. Aku pun tak sadar aku sudah menangis di pelukan Ari, meski badanku ndut tp dia bs merangkul seluruh tubuhku sehingga aku makin terbuai dan merasa tenang.

    Sesaat kemudian kami berpandangan, jari-jarinya mulai mungusap air mataku dengan lembut, pelan-pelan Ari mengusap mata dan pipiku yang basah, akupun terbuai, aku merasa hidup,aku merasa ada. Setelah mengusap air mataku dia memeluk kepalaku di pundaknya, kemudian dia berbisik halus dan berkata “aku tau perasaanmu, karena akupun seperti itu, biarkan aku jadi orang yang akan selalu menemani sedihmu, maukan?”. uuuuhh..rasanya melayang baru kali ini ada cowok yang berkata seperti itu kepadaku, meski orangnya cupu, gak keren tp dia baik banget, aku bahagia mendengarnya. Aripun memelukku lebih erat dan aku sangat menikmatinya.

    Cerita Sex Virginku Telahku Lepas Pada Orang Yang Telah Membuatku Bahagia

    Cerita Sex Virginku Telahku Lepas Pada Orang Yang Telah Membuatku Bahagia

    Aku didekapnya, erat banget. sehingga tubuhku yang subur ini menempel semua di dadanya, Payudarakupun terasa meluber didadanya. tak terasa ada getaran di tubuh Ari, perutku merasakan sesuatu yang mengganjal saat kami berpelukan. oh ternyata batang Ari menegang,terasa besar. pikiranku mulai dipenuhi bayangan. Ari mulai merenggangkan pelukannya, kemudian memandangi wajahku, dia elus wajahku dengan lembut,trus ke leherku, dan…dia berhenti saat jarinya akan menyentuh payudaraku. entah setan apa yg lewat akupun berkata pada Ari “Ar..aku mau seperti yang laen, aku ingin merasakan seperti yang laen,tolong bikin aku seperti yang laen ar” kataku. “Sebenarnya, aku juga seperti kamu, kita sama, kta punya kesedihan yang sama..ehhhh..boleh aku..eehh” kata Ari. akupun hanya mengangguk tanda setuju, Ari pun mulai membuka kancing baju ku satu persatu dengan lembut. Ari melepas baju seragamku yang masih menempel dengan halus, kemudia dia kecup pundak dengan mesra aku terpejam menikmatinya. Leherku di kecupnya pelan, kemudia pipiku yang cempluk digigitnya dengan halus, aku pun merasa melayang. Tangan Ari aku bimbing menuju Payudaraku yang besar, aku taruh di ujung dadaku, kemudian Ari mulai meremas payudaraku yang masih terbungkus BH…Uhhhh Ar…Ari mulai menarik tali BHku turun lalu dengan halus dia membelai satu payudaraku, dia memainkan jari-jarinya di putingku aku hanya diam dan terpejam melayang. Karena sudah tak sabar dengan cumbuan Ari aku buka kancing BH ku, tanpa malu lagi aku tarik wajah ari aku benamkan di antara SUSUku, aku geser-geser ke wajahnya aku dekap kepalanya lebih dalam..”ayo Ar gigit Ar” pintaku. Sessat kemudian dia menjilat puntingku, “uuuhhhAr..Ayo gigit ar yang kenceng..jangan brenti”semakin aku menjadi-jadi.

    Sambil aku dekap kepalanya, aku buka celana sekolah Ari cepat…aku plorot dengan buas..oohh..ternyata Ari tidak memakai celana dalam..langsung aja aku kocok2 dengan tanganku, sementara ari masih menggigit-gigit payudaraku dengan nafsu. Aku ludain jariku kemudian aku kocoknya jari2ku ke batang Ari dengan cepat, Ari pun menggelinjang “UUhhh..Yu…uuhh..aku dah mau keluar..uuhhh”. “Ayo ar keluarin” pintaku. akupun mendorong tubuh ari agak kebelakang dan langsung aku lumat batangnya, aku masukkan batangnya pek tenggorokan lalu aku biarkan didlam mulutku, karena aku ingin meminumnya. Sesaat kemudian, ari memeras Susuku dengan keras dan Ari menggelinjang..dan keluarlah Air mani itu di mulutku. “Ahhhhhhhh..yuuuuuuuu”, setelah mulutku penuh dengan maninya aku lepaskan batangnya dari mulutku, dan akupun memperlihatkan air mani dalam mulutku ke Ari, trus dengan mulut penuh mani aku cium bibir Ari dalam-dalam, kamipun menikmati Air mani itu bersama-sama sampai habis. “uh nikmatnya..” kata kami hampir bersamaan.

    Kamipun tersenyum,aku bilang ke Ari “Ar makasih ya, udah bikin aku bahagia, dan makasih karena kamu bisa menahan diri hingga aku tidak kehilangan perawanku”. Ari pun berbisik kepadaku dan berkata “Perawanmu aku aku ambil nanti,setelah kamu aku nikahi”. ooo betapa terkejutnya aku mendengar kata itu. dan saat itu juga kami jadian meski tidak ada orang yang tau, beberapa tahun kemudian ketika kami sudah dewasa, Ari membuktikan kata-katanya. kamipun menikah dan hidup bahagia, Virginku telah aku lepas pada orang yang telah membuatku bahagia.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Dessy Gadis Binal Seksi

    Cerita Sex Dessy Gadis Binal Seksi


    625 views

    Perawanku – Cerita Sex Dessy Gadis Binal Seksi, Namaku Dessy, 23 tahun. Aku sekarang tinggal di Jakarta. Banyak orang mengatakan bahwa aku sangat cantik, walau aku tak merasa demikian. Aku dilahirkan di satu keluarga yang biasa saja. Ayah dan ibuku bekerja sebagai karyawan di perusahaan swasta. Aku mempunyai 2 orang kakak laki-laki. Yoga, 29 tahun, dan Okky, 25 tahun. Keduanya belum menikah. Yoga bekerja sebagai montir mobil, Okky bekerja serabutan. Dan aku sendiri sampai saat ini belum bekerja setelah tamat kuliah D3.

    Aku selalu di rumah membantu ibu dalam urusan rumah tangga. Aku jarang keluar. Sampai saat ini aku belum mempunyai kekasih karena ada suatu hal yang akan aku ceritakan sekarang ini. Keluargaku tidak ada masalah dalam hal ekonomi. Ekonomi kami cukup walau tidak bisa lebih. Hanya saja ada satu hal yang sangat membebani perasaanku saat ini. Kurang lebih 5 bulan yang lalu awal dari beban perasaanku ini dimulai..

    Waktu itu, 5 April 2004 pagi hari, ayah dan ibu serta Yoga sudah pergi kerja. Hanya Okky dan aku yang ada di rumah. Okky masih tiduran di kamarnya walau sudah bangun. Aku sendiri sedang menyapu di tengah rumah. Kulihat Okky bangkit dari ranjangnya dan segera keluar dari kamar.

    “Masih ada makanan, tidak?” tanya sambil lewat.

    Tak kusangka tangan Okky tiba-tiba meremas pantatku dari samping sambil lewat.

    “Ihh.. Kamu ngapain sih!” aku membentak.

    Okky hanya tersenyum dan segera ke kamar mandi. Aku pikir Okky hanya iseng menggoda aku. Tapi ketika Okky sudah selesai dari kamar mandi, tanpa sepengetahuanku tiba-tiba Okky memelukku dari belakang.

    “Hei! Lepaskan aku!” aku berteriak sambil meronta.

    Tapi Okky malah sengaja meremas buah dadaku dan menciumi leher dan tengkuk aku. Aku terus meronta, tapi pelukan Okky makin kuat.

    “Diamlah, Des.. Sebentar saja,” bisik Okky di telingaku sambil tangannya tetap meremas buah dadaku.

    Entah kenapa aku jadi lemah meronta. Malah aku rasakan ada perasaan aneh yang menjalari tubuhku. Antara mau dan tidak, aku biarkan tangan Okky meremas buah dadaku. Bahkan ketika Okky menyingkap dasterku dan tangannya masuk ke celana dalamku, aku biarkan tangannya meraba dan menelusuri belahan memekku.

    “Mmhh…” aku mendesah dengan mata terpejam.

    “Ke kamar, yuk?” bisik Okky tak lama kemudian.

    Aku hanya bisa mengangguk. Okky lalu menarik tanganku ke kamarnya. Di dalam kamar, Okky dengan terburu-buru melepas semua pakaian yang melekat di tubuhku. Nafasnya terdengar cepat. Aku diam saja diperlakukan demikian oleh kakakku.
    Entah kenapa gairahku bangkit diperlakukan demikian.. Nafsuku makin terangsang lagi ketika kulihat Okky melepas semua pakaiannya dan terlihat kontolnya yang cukup besar dipenuhi bulu lebat berdiri dengan tegak.

    Okky menghampiri, lalu mengecup bibirku. Aku langsung membalas ciumannya dengan hangat. Tangan Okky kembali bermain dan meremas buah dadaku. Kontolnya sesekali menyentuh memekku sehingga membuat darahku selalu berdesir.

    “Ohh.. Ohh…” desahku ketika jari tangan Okky menyentuh memek dan menggosok-gosok belahan memekku. Aku sendiri langsung menggenggam kontol Okky dan meremasnya pelan.

    “Mmhh…” desah Okky sambil menggerakkan pinggulnya.

    “Isepin kontol aku, Des…” pinta Okky berbisik.

    “Tidak mau ah, jijik…” kataku sambil terus mengocok kontol Okky.

    “Ya sudah, masukkin langsung saja,” kata Okky sambil menarik tubuhku ke atas ranjang.

    Tak lama tubuh Okky langsung menindih tubuhku. Diarahkan kontolnya ke memekku lalu didesakannya pelan-pelan.

    “Aww! Pelan dong, Ky…” jeritku pelan.

    “Susah masuk nih…” kata Okky sambil terus berusaha memasukkan kontolnya ke memekku.

    “Aku masih perawan, Ky…” bisikku.

    Okky tak menjawab. Dia terus berusaha menyetubuhiku.

    “Bantuin dong…” bisik Okky.

    Akupun segera menggenggam kontol Okky. Aku arahkan kepala kontolnya ke lubang memekku.

    “Tekan pelan-pelan, Ky…” bisikku.

    Okky mulai mendesakkan kontolnya pelan.

    “Aww.. Terus tekan pelan-pelan.. Aww…” kataku sambil agak meringis menahan perih ketika kontol Okky mulai masuk ke memekku.

    “Pelan, Ky.. Pelan.. Aww.. Aww.. Mmhh.. Ohh.. Terus, Ky…” bisikku lirih ketika kontol Okyy sudah mulai keluar masuk memekku.

    Okky terus memompa kontolnya mulai cepat.

    “Ohh…” desah Okky disela-sela gerakannya menyetubuhi aku.

    “Kenapa kamu melakukan hal ini?” tanyaku sambil memeluk Okky.

    “Karena aku sayang kamu, suka kamu…” jawab Okky sambil menatap mataku.

    Aku diam. Tak terasa air mataku mengalir ke pipi..

    “Kenapa kamu menangis?” tanya Okky sambil menghentikan gerakannya.

    Aku diam sesaat. Mataku terpejam.

    “Karena.. Sudahlah…” kataku sambil tersenyum.

    Ada rasa tak menentu saat itu. Antara rasa sedih karena diperawani kakak kandung sendiri, dan juga gairah seks-ku yang sangat tinggi untuk disalurkan, dan entah perasaan apalagi saat itu yang ada di hatiku. Aku lumat bibir Okky sambil menggerakkan pinggulku. Okkypun segera membalas ciumanku sambil melanjutkan menggerakan kontolnya keluar masuk memekku.

    Lama kelamaan perasaan tak menentu yang sempat hinggap di hatiku mulai menghilang, terganti oleh rasa sayang terhadap kakakku dan rasa nikmat yang sangat tak terhingga. Tak lama aku rasakan Okky mulai menyetubuhiku makin cepat. Dengan mata terpejam didesakkannya kontolnya dalam-dalam ke memekku.

    “Ohh.. Aku mau keluar, Des…” kata Okky.

    “Jangan keluarkan di dalam, Ky…” pintaku sambil menggerakan pinggulku makin cepat mengimbangi gerakan Okky.

    Tak lama Okky segera mencabut kontolnya dari memekku cepat-cepat. Lalu, crott! Crott! Crott! Air mani Okky menyembur banyak di atas perutku. Okky lalu bangkit dan duduk di pinggir ranjang. Diusap dan diremasnya buah dadaku. Akupun segera memegang dan menggenggam kontol Okky yang sudah mulai lemas.

    “Aku sayang kamu…” kata Okky sambil mencium kening dan mengecup bibirku.

    Aku tersenyum.. Begitulah, sejak saat itu kami selalu bersetubuh setiap ada kesempatan. Aku sangat menikmati persetubuhan kami. Kedekatan dan keromantisan hubungan kami semakin hari semakin kuat. Seringkali kami saling raba, saling remas bila sedang nonton televisi walau saat itu semua keluarga sedang kumpul. Aku nikmati itu setiap malam. Antara was-was kalau ketahuan dan rasa romantis serta nikmat, semua aku lakukan dengan suka hati.

    Rasa sayang yang sangat besar bisa aku rasakan dari Okky. Apapun yang aku mau, atau apapun masalah yang aku hadapi, akan selalu dipecahkan dan dilalui bersama Okky. Kenikmatan dalam persetubuhan dengan Okky telah membawa aku ke suasana yang serba indah. Dengan Okky pula aku bisa merasakan bagaimana nikmatnya melakukan oral seks. Bagaimana rasanya di jilat memek sampai orgasme, bagaimana rasanya menjilat dan menghisap kontol sampai air mani Okky tumpah di dalam mulutku dan menelannya.

    Untuk beberapa bulan kami nikmati “kegilaan” dalam hubungan asmara saudara sekandung. Entah sudah berapa banyak tempat yang kapai pakai untuk melampiaskan rasa sayang dan gairah dalam bentuk persetubuhan. Sudah banyak penginapan dan hotel yang kami singgahi untuk bisa memacu desah dan birahi untuk meraih kenikmatan. Entah sudah berapa puluh kali aku menghisap kontol dan menelan air mani Okky di dalam bioskop. Aku lakukan semua itu dengan perasaan bebas tanpa beban. Aku nikmati semua permainan yang kami lakukan.

    Tapi ada satu hal yang mulai membebani hatiku saat ini. Aku mulai merasa berdosa atas hubunganku dengan kakak kandungku. Pernah aku bilang kepada Okky untuk menghentikan hubungan ini, dan mengatakan bahwa aku ingin membina hubungan dengan orang lain. Okky marah besar karenanya. Dia mengatakan bahwa dia sangat sayang aku, dan tidak ada satu orang lelakipun yang boleh menyentuh aku.

    Bahkan pernah ada beberapa lelaki yang main ke rumah untuk menemui aku, tidak pernah lagi datang berkunjung karena Okky selalu ikut nimbrung ketika aku menemui mereka. Okky selalu dengan ketus menimpali setiap ucapan mereka dengan ucapan yang menyindir dan menghina.

    Hal lain adalah, aku tidak bisa menolak keinginan Okky untuk menyetubuhiku. Dan jujur saja kalau aku juga sangat menikmati cumbuan dia karena bisa memenuhi kebutuhanku untuk menyalurkan libido aku. Sekarang aku bingung harus bagaimana. Aku ingin hidup normal dalam membina hubungan asmara dan ingin normal dalam menyalurkan kebutuhan seks aku, tapi tidak mau menyakiti hati kakakku karena aku sangat sayang dia.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Lesbi Kakak Adik

    Cerita Sex Lesbi Kakak Adik


    1719 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Lesbi Kakak AdikCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Riska yang habis mandi dan keluar dari kamar mandinya ia melihat adiknya Tari dengan wajah yang merah merona wajah cerianya dia baru pulang dari sekolah dengan masih mengenakan baju putih dan rok abu abunya, Tari tidak melihat orang yang beraada di rumah dengan gerak cepatnya dia masuk kamar dan menyalakan AC.

    Ia mencuci muka dan tangannya di kamar mandi dalam kamarnya saatmendengar kakaknya bertanya, “Hey, gimana pengumumannya?”

    Tari keluar dari kamar mandi mendapatkan Riska bersandar di pintukamarnya dengan tangan ke belakang.

    “Tari diterima di SMA Theresia, Kak!” jawab Tari dengan ceria.

    Riska berjalan ke arahnya dan memberikan sebuah kado terbungkus rapi.

    “Nih, buat kamu. Kakak yakin kamu diterima, jadi udah nyiapin ini.”

    “Duuh, thank you, Kak!” Tari setengah menjerit menyambar kado itu.Riska duduk di ranjang Tari sementara adiknya duduk di meja belajarnyamembuka kado itu dan mendapatkan sebuah gelas berbentuk Winnie thePooh, karakter kartun kesukaannya, sedang memeluk tong bertulisan“Hunny”.

    Kali ini Tari benar-benar menjerit, “Aaah, bagus banget!Thank you, Kak!”

    Tari melompat ke ranjang dan memeluk kakaknya erat-erat, dan dengantiba-tiba mencium bibir Riska. Riska tersentak, bukan karena Tarimenciumnya, tapi karena getaran elektrik yang ia rasakan dari bibiradiknya yang basah menyambar bibirnya dan menyebar ke seluruhtubuhnya.

    Ciuman yang sebenarnya hanya berlangsung beberapa detik itumembuat jantung Riska berdebar. Tari melepas ciumannya, namun takmelepas pelukannya yang erat. Riska tersenyum berusaha menutupi perasaannya, lalu mengecup bibir adiknya dengan lembut. Tari meletakkan gelas itu di meja kecil di sisi ranjangnya dan merebahkandiri. Ia menarik Riska agar berbaring di sisinya, lalu kembalimemeluknya.

    “Kak, Tari kangen nih ama Kakak. Sejak Kak Riska pacaran ama Mbak Anna,kapan kita pernah tidur bareng lagi? Cerita-cerita sampe ketiduran?Nggak pernah kan?”

    “Bukan gitu, ,” jawab Riska, “Kakak kan kuliahnya sibuk, bukan karenapacaran ama Anna.

    ”Riska kembali merasakan dadanya berdebar hanya karena dipeluk olehadiknya yang cantik ini. Ia baru menyadari bahwa ia memang sudah lamasekali tak pernah sedekat ini dengan Tari.

    “Lagian ngapain sih Kakak pacaran ama Mbak Anna? Ntar ketahuan Papabaru tahu lho!” kata Tari sambil mengernyitkan dahinya seakan memarahikakaknya.Wajah Tari begitu dekat dengan wajahnya, membuat Riska merasa canggungdan semakin berdebar. Riska berusaha keras meredam ketegangannya danmenutupi perasaannya dari adiknya.

    “Sok tahu kamu,” kata Riska, “Papa kan udah tahu Kakak pacaran ama Anna.Malah sebelum berangkat ke Jerman, Anna pernah ketemu dan ngobrol amaPapa. Sekarang Papa udah bisa kok nerima kenyataan bahwa Kakak emanglesbian.

    ”Hangatnya hembusan napas Tari di lehernya membuat Riska semakin berdebardan ia merasakan panas yang hebat dari selangkangannya. Riska tahu iatak mampu menahan diri lebih lama lagi saat celana dalamnya mulaiterasa lembab.

    “Sana mandi dulu kamu!” tukas Riska sambil mendorong adiknya, “Kamu baumatahari!”“Ngg..” balas Tari kolokan walau tetap melepaskan lengannya yangmelingkari pinggang Riska.“Tapi Kakak jangan pergi dulu. Tari masih kangen ama Kakak,” kata Tari sambil berjalan ke kamar mandi.

    Riska duduk dan melipat kedua kakinya rapat-rapat di depan dadanya. Iamemeluk kedua kakinya sambil menyadarkan dagu ke lututnya. Ia menghelanapas dalam-dalam berusaha menenangkan gairahnya.

    “Kenapa aku sampai begitu, sih!” ia memarahi dirinya sendiri dalam hati.

    “Tari kan adikku sendiri!”“Mungkinkah karena sudah hampir 4 bulan Anna pergi dan aku kangen padapelukan dan sentuhan lembut waTari?” Riska menyelonjorkan kakinya dikasur dan mulai meraba-raba pahanya. Sambil membayangkan dada Anna yang montok, tangan kiri Riska meraba-raba dadanya sendiri, sementaratangan kanannya naik meremas-remas selangkangannya.

    Riska tersentak dari lamunannya dan melepas kedua tangannya daribagian-bagian vitalnya dan kembali menarik napas dalam-dalam. Ia takingin terlihat bergairah saat adiknya keluar dari kamar mandi nanti.
    Tak memakan waktu lama, Tari keluar dari kamar mandi dalam keadaanbugil.

    Ia mengambil celana dalam dan daster dari lemari. Riska menatapadiknya memakai celana dalam, jantungnya yang belum sepenuhnya kembalinormal langsung berdebar lagi melihat tubuh Tari yang langsing namunberisi itu. Tari tidak mengenakan dasternya, tetapi langsung dudukbersila di sisi kakaknya di ranjang dan meletakkan dasternya dipangkuannya.

    Riska tersenyum berusaha menutupi gairahnya dan membelai rambut adiknya.Tari memonyongkan bibirnya seperti orang ngambek dan berkata,

    “Kak Riska kok mau sih ama Mbak Anna? Dia kan..” Tari tampak agak ragu sebelumakhirnya melanjutkan,

    “Dia kan nggak cantik.” Bukannya marah, senyumRiska malah berubah jadi tawa, “Kamu nggak boleh menilai orang daripenampilan fisiknya.

    Anna kan baik banget orangnya, lembut dan penuhpengertian. Lagian fisiknya juga nggak jelek-jelek amat. Toket danpantatnya kan gede banget, .

    Asyik banget untuk diremas. Danciumannya jago banget. Dia yang ngajarin Kakak ciuman.”

    “Iya sih. Toket Tari nggak gede ya, Kak?” kata Tari sambil memandangpayudaranya.

    “Siapa bilang?” balas Riska,

    “toket kamu gede lagi! Kamu tuh tumbuhmelebihi orang seumurmu. Waktu Kakak 17 tahun, toket Kakak belumsegede kamu.

    ”Dengan polos, Tari bertanya, “Emang enak, Kak, diremas ama sesama cewek?”
    Belum sempat Riska menjawab, Tari meraih tangan kakaknya danmeletakkannya di atas dadanya. Riska tersentak, namun membiarkan Tarimenggerakkan tangannya berputar-putar di dada adiknya yang terasalembab dan segar itu. “Mmmhh..” Tari mendesah dan matanya setengahmenutup.

    Gairah Riska yang sudah sulit dikendalikan semakin meledakmelihat reaksi adiknya yang sangat merangsang itu. Riska mulaimeremas-remas dada adiknya dengan lembut lalu memilin-milin putingdada Tari yang terasa semakin membesar dan mengeras.

    “Uhh..” Tari kembali mendesah dan membiarkan Riska meraba dan meremasdadanya, sementara kedua tangannya sendiri meremas sprei kasurnya.

    Taklagi berusaha mengendalikan gairahnya yang sudah memuncak, Riska meraihdagu adiknya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya terusmeremas dada Tari dengan semakin bernafsu.

    Riska menarik wajah Tari danmengecup bibirnya yang basah.

    “Mmmhh..” reaksi Tari yang hanya berupa desahan itu membakar nafsuRiska. Sambil meremas dada adiknya dengan bergairah, Riska mengulum bibirbawah adiknya yang segera membuat Tari membalas dengan mengulum bibiratas Riska.

    Kakak beradik ini saling menghisap bibir selama beberapasaat, sampai akhirnya Riska melepas ciuman mereka. Tari membuka matamendapatkan ia dan kakaknya sama-sama terengah-engah setelah berciumandengan penuh gairah.

    “Ohh, ternyata enak ya, Kak? Tari nggak nyangka deh. Kak Riska jugaenak?” tanya Tari dengan polos.

    “Gila kamu, ! Dari tadi Kakak udah mau mati nahan gairah Kakakgara-gara kamu peluk, kamu cium, ngelihat kamu telanjang!” jawab Riska,“Kamu sih! Ngapain lagi kamu tarik tangan Kakak ke toket kamu?”

    Tari tampak terkejut dengan kerasnya kata-kata kakaknya, “Sorry, Kak.Tari cuma kangen aja ama Kak Riska dan pengen disentuh.

    Sorry..” katanyasambil menundukkan kepala.

    “Ssstt..” Riska menarik dagu adiknya lagi hingga mereka salingbertatapan, lalu menampilkan senyumnya yang manis,

    “Tapi kamu sukakan?” Tari hanya membalas dengan senyuman yang tak kalah manisnya.

    Riska menggeser duduknya di ranjang hingga bersandar pada dinding,“Sini,” ia menarik lengan Tari agar duduk di sisinya.

    Mereka dudukberdampingan, Riska membelai rambut Tari, lalu dengan tangan di belakangkepala adiknya, Riska menarik wajah Tari mendekati wajahnya, “Nih ajaranAnna. Kamu nilai sendiri enak apa nggak.” Riska kembali mencium bibirTari.

    Kendali diri sudah sepenuhnya kembali pada dirinya setelah menyadaribahwa Tari juga menikmati semua ini, Riska mengatur alur percintaantanpa tergesa-gesa. Ia tak lagi meraba-raba adiknya. Kini Riska hanyamengulum bibir adiknya, kadang seluruh mulutnya, lalu melepasnya, lalumengulumnya lagi.

    Kadang ia biarkan Tari yang menghisap bibirnyadengan lebih bernafsu, lalu melepasnya untuk melihat adiknya majumengejar mulutnya yang sedikit ia buka, memancing gairah Tari.

    Riska mendorong adiknya hingga rebah di kasur. Mereka berciuman lagidengan penuh gairah. “Kak..” Tari mendesah.

    Riska menjawab denganmenyelusupkan lidahnya dengan lembut ke dalam mulut Tari yang sedikitterbuka. Tenggorokan Tari tercekat saat merasakan lidahnya bersentuhandengan lidah kakaknya. Ini perasaan yang belum pernah ia rasakansebelum ini. Ia tak menyangka akan merasakan rangsangan luar biasasebagai akibatnya.

    Jilatan lembut Riska pada langit-langit dan lidah Tari membuat Tariterangsang, namun menjadi semakin rileks karena merasa semakin menyatudengan kakaknya. Tari mulai membalas gerakan lidah Riska dengan gerakanlidahnya sendiri.

    Mengetahui adiknya sudah bisa menikmati ini, Riska membelitkan lidahnya pada lidah Tari sambil menghisap bibir adiknya.Riska melepas lidahnya dari mulut adiknya, lalu berkata, “Hisap lidahKakak, Sayang.”

    Kata-kata lembut Riska membuat Tari semakin bergairah, seakan sedangbercinta dengan kekasihnya. Dengan bernafsu, ia menghisap lidah Riskayang kembali menjelajahi mulutnya. Mereka berciuman dan bergantiansaling menghisap lidah untuk waktu yang lama.

    Merasa gairah adiknyadan gairahnya sendiri semakin membara, Riska mulai meningkatkankecepatan percintaan dengan meraba paha dan selangkangan Tari. Tarimendesah saat merasakan sentuhan di bagian yang belum pernah disentuhsiapa pun itu.

    Riska melepas bibirnya dari bibir adiknya, lalu mulaimenjilati telinga dan leher Tari. Desahan Tari mulai berubah menjadierangan kenikmatan.

    Tanpa melepas tangannya dari selangkangan Tari, Riska menurunkanjilatannya ke dada adiknya yang montok itu. “Ah..!” Tari menjeritkecil saat pertama kali lidah kakaknya menyentuh puting buah dadanya,

    “Ooohh.. aahh.. Kak..” desahnya dengan penuh kenikmatan. Tari membukamatanya menyaksikan Riska menjilati puting dan payudara Tari dengansemakin cepat dan bernafsu, membuat putingnya membesar dan mengeras.

    Kadang Riska menggigit puting Tari membuat Tari menjerit kecil danmemaju-mundurkan pantatnya seirama dengan gerak tangan Riska diselangkangannya, sehingga tangan Riska terasa semakin menekan danmeremas di selangkangannya yang kini sudah basah kuyup.

    Bangkit dari dada Tari, Riska menduduki adiknya dengan selangkangantepat di atas selangkangan adiknya. Riska menarik kaosnya lalumelemparkannya ke lantai. Kedua tangan Tari meremas dada kakaknya saatRiska sedang berusaha melepas BH-nya.

    Riska melempar BH-nya dan Tarisemakin bernafsu meremas dada dan puting telanjang kakaknya. Merekasaling menghujam selangkangan hingga saling menekan. “Hhh..” desah Riskayang menikmati remasan adiknya pada dadanya yang telah membesar danmengeras itu.

    Tak tahan lagi untuk segera merasakan adiknya, Riskabangkit membuka celana pendek sekaligus celana dalamnya, lalu menarikcelana dalam Tari hingga terlepas, menampilkan setumpuk kecil bulutipis yang menutupi kemaluan yang telah membengkak penuh gairah. Bauseks menyebar dari vagina Tari, membuat isi kepala Riska serasa berputarpenuh gairah tak tertahankan.

    Riska meraba bibir vagina adiknya yang telah berlumuran lendir gairah.“Ohh, Kakaak!” Tari tersentak merasakan nikmatnya sentuhan di titikterlarang itu.

    Tak tahan lagi, Riska segera menjilati bibir vagina Taridengan bernafsu, menikmati manisnya lendir vagina Tari.

    “Ah! Ah! Kak!Ah!” Tari menjerit-jerit tak tertahankan, tubuhnya menggelinjangmerasakan kenikmatan yang tak pernah terbayangkan olehnya.

    Dua jari Riska membuka bibir vagina Tari, menampilkan klitoris yangtelah membengkak keras dan teracung keluar. Lidah Riska menari padaklitoris adiknya sambil tangan kirinya naik meremas-remas payudara Tari, membuat Tari terpaksa mencengkeram sprei untuk menahan gelinjangtubuhnya yang semakin sulit dikendalikan. Ini tak membantu menahanjeritannya yang semakin keras “Aaagghh! Aaagghh! ohh, Kakaak! Nikmat,Kaak! Jangan berhen.. aagghh!” Tari telah terlontar ke dalam dunianyasendiri.

    Memang tak berniat berhenti, lidah Riska masuk ke dalam vagina Tari danmenjilatinya tanpa ampun. Tari meluruskan kedua lengannya di sisimenopang tubuhnya ke posisi duduk mengangkang, menyaksikan kepalakakaknya di antara kedua pahanya.

    Tak mampu mengendalikan kenikmatanseks yang terus meningkat ini, Tari menghunjamkan selangkangannya kewajah kakaknya berulang kali, sementara lidah Riska semakin cepatbergetar di dalam vagina Tari, sambil menikmati lendir vagina adiknyayang terus mengalir ke dalam mulutnya.

    Hunjaman selangkangan dan gelinjang tubuh Tari yang semakin kasar dantak terkendali membuat Riska tahu bahwa adiknya tak akan tahan lebihlama lagi. Ia semakin bernafsu menjilati adiknya, di dalam vagina,bibir vagina serta klitorisnya.

    Tepat dugaannya, tak lama kemudiankedua paha Tari menghentak kaku menjepit kepala Riska, tubuh Taribergelinjang semakin kasar dan liar, sementara vaginanya berkontraksidan memuncratkan gelombang demi gelombang lendir seks yang tak mampulagi ia bendung.

    “Aaakk.. aahh.. ahh Kakk..” jerit Tari tak peduli lagi pada dunia,hanya kenikmatan orgasme pertamanya ini yang berarti baginya. Riskamembuka mulutnya, mengulum seluruh vagina adiknya dan menenggak lendirorgasme yang membanjiri seisi mulutnya hingga sebagian menetes daribibirnya ke dagu dan lehernya.

    Orgasme demi orgasme melanda Tari selama semenit penuh, hinggaakhirnya ia merasa begitu lemah sampai tubuhnya jatuh ke kasur denganpenuh kenikmatan dan kepuasan. Riska menjilati lendir yang lolos ke sisiselangkangan dan paha adiknya, lalu memanjat tubuh adiknya danmenindih tubuh adiknya.

    Sambil terengah-engah, ia menyaksikan Tariyang memejamkan mata penuh kepuasan. Riska mengecup bibir Tari, membuatTari membuka matanya dan tersenyum. Ia memeluk tubuh telanjang Riska,lalu membalas kecupan kakaknya dengan ciuman penuh pada mulut Riska.

    Lidah mereka terpaut, Tari menghisap lidah kakaknya, lalumelepaskannya untuk menjilati wajah, pipi dan leher Riska yangberlumuran lendir orgasmenya sendiri. Lendir seks ini terasa nikmatdan manis baginya.

    Tari tahu Riska terengah-engah bukan hanya karena habis memakanvaginanya dengan brutal, namun juga karena gairahnya yang telahmemuncak. Tari melorotkan diri di bawah tubuh kakaknya, menggesekkanpayudaranya pada payudara Riska.

    Wajah Tari tiba di depan payudara Riskasaat Riska mengangkat tubuhnya dengan menopangkan dirinya pada sikunya.Tanpa ragu Tari mulai menjilati puting payudara kakaknya hingga napasRiska semakin tersenggal-senggal menahan gairah yang semakin melonjakdalam dirinya. Selangkangannya semakin memanas dan lendir seksnyameleleh keluar dari vaginanya, menetes-netes di paha Tari.

    “Ohh, Sayang! Kakak nggak tahan lagi, Sayang!” erang Riska.Memahami maksud kakaknya, Tari melorotkan tubuhnya kembali hinggawajahnya tiba di depan vagina Riska, dan tanpa menunda lagi, Tarilangsung menyusupkan lidahnya ke dalam vagina kakaknya.

    “Aaahh! Ahh! Sayaang!” Riska menjerit selagi Tari sibuk menjilativaginanya dari dalam hingga ke klitorisnya berulang-ulang.

    Dengan bernafsu, Riska menduduki wajah adiknya, lalu menaik-turunkantubuhnya, menghujamkan vaginanya ke wajah adiknya berulang-ulang.Sambil meremas pantat Riska, Tari meluruskan lidahnya hingga kaku danmenghujam wajahnya seirama dengan gerakan pantat kakaknya ini.

    Lendirgairah meleleh ke wajah dan pipi Tari saat ia memaikan kakaknya denganlidahnya. Tak lama Riska mampu bertahan setelah gelombang rangsanganbertubi-tubi yang telah ia nikmati, puncak kenikmatan pun meledak danRiska tersentak kaku di atas wajah adiknya dalam kepuasan orgasme demiorgasme yang menyemprotkan lendir panas ke dalam mulut Tari berulangkali.

    Tari berusaha keras menghisap dan menelan seluruh lendir orgasme Riskayang memenuhi mulutnya. Begitu banyaknya lendir kepuasan yang Riskatumpahkan ke mulut adiknya, sebagian terpaksa mengalir keluar ke pipiTari.

    Dari kaku, perlahan-lahan tubuh Riska mulai melemas dan jepitanpahanya pada kepala Tari pun mulai mengendur, hingga akhirnya Riska jatuh terbaring lemas di atas ranjang. Tari mendekati wajah kakaknya yang menantinya dengan tersenyum, lalu mencium bibir kakaknya.

    Merekaberpelukan dan berciuman beberapa saat. Riska membelai rambut adiknya,sementara Tari meremas pantat kakaknya. Lelah berciuman, Riska menghelanapas panjang sebelum akhirnya mengatakan, “Aku cinta kamu, Sayang..”Tari hanya tersenyum dan mereka terus berpelukan hingga tertidur dalamrasa lelah yang penuh dengan kepuasan.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Perempuan Sunda Yang Menggoda – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018

    Perempuan Sunda Yang Menggoda – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018


    1583 views

    Perawanku – Bеbеrара tаhun lаlu kеtikа реruѕаhааn tеmраtku bеkеrjа mеndараtkаn kоntrаk ѕuаtu рrоуеk раdа ѕеbuаh Pеruѕаhааn bеѕаr di Jаwа Bаrаt, ѕеlаmа 6 bulаn аku ngаntоr di gеdung mеgаh kаntоr рuѕаt реruѕаhааn itu. Fаѕilitаѕ di kаntоr ini lеngkар.

    Kаntоrku di lаntаi 3, di lаntаi 1 gеdung ini tеrdараt ѕеbuаh tоkо milik kореrаѕi реgаwаi уаng mеnуеdiаkаn kеbutuhаn ѕеhаri-hаri, miriр ѕwаlауаn kесil. Adа 3 оrаng реgаwаi kореrаѕi уаng mеlауаni tоkо ini, 2 diаntаrаnуа сеwеk. Sеоrаng ѕudаh bеrkеluаrgа, ѕаtu lаgi ѕinglе, 24 tаhun, lumауаn саntik, рutih dаn muluѕ, mungil, ѕеbut ѕаjа Mеgа nаmаnуa.

    Awаlnуа, аku tаk аdа niаt “mеnggаnggu” Mеgа, аku kе tоkо ini kаrеnа mеmаng butuh mаkаnаn kесil dаn rоkоk. Mеgа mеnаrik реrhаtiаnku kаrеnа раhа muluѕnуа Rоknуа ѕеlаlu mоdеl mini dаn саrа duduknуа ѕеmbаrаngаn. CD-nуа ѕеmраt tеrlihаt kеtikа iа jоngkоk mеngаmbil dаgаngаn уаng tеrlеtаk di bаgiаn bаwаh rаk kаса еtаlаѕе. Aku jаdi рunуа niаt mеnggаnggunуа (dаn tеntu ѕаjа ingin mеnуеtubuhinуа) ѕеtеlаh tаhu bаhwа Mеgа tеrnуаtа gеnit dаn оmоngаnnуа “nуrеmреt-nуrеmреt”.

    Niаtku mаkin mеnggеbu ѕеtеlаh Mеgа tаk mеnunjukkаn kеmаrаhаn kеtikа bеbеrара kаli аku mеnjаmаh раhа muluѕnуа dаn bаhkаn ѕеkаli аku реrnаh mеrеmаѕ buаh dаdаnуа. Pаling-раling iа hаnуа mеnерiѕ tаngаnku ѕаmbil mаtаnуа jеlаlаtаn khаwаtir аdа оrаng уаng mеlihаtnуа. Tеntu ini аdа “оngkоѕnуа”, уаitu аku tаk реrnаh mintа uаng kеmbаliаn.

    Agаr biѕа bеbаѕ mеnjаmаh, аku рilih wаktu уаng tераt jikа ingin mеmbеli ѕеѕuаtu. Tеrnуаtа раdа раgi hаri kеtikа tоkо bаru bukа аtаu ѕоrе hаri mеnjеlаng tutuр аdаlаh wаktu-wаktu “аmаn” untuk mеnggаnggunуа. Kеnаkаlаnku mаkin mеningkаt. Mulаnуа hаnуа mеngеluѕ-еluѕ раhа, kеmudiаn mеrеmаѕ buаh dаdа (mаѕih dаri luаr), tеruѕ mеnуuѕuрkаn tаngаn kе BH (kеnуаl, tаk bеgitu bеѕаr ѕеѕuаi dеngаn tubuhnуа уаng ѕеdаng), lаlu mеnеkаn-nеkаn реniѕku уаng ѕudаh tеgаng kе ѕераѕаng bulаtаn раntаtnуа уаng раdаt. Bаhkаn Mеgа ѕudаh “bеrаni” mеrеmаѕ реniѕku wаlаu dаri luаr. Entаh kеnара Mеgа mаu ѕаjа kugаnggu. Mungkin kаrеnа аku mеmаkаi dаѕi ѕеhinggа аku dikirаnуа mаnаgеr di Pеruѕаhааn ini, раdаhаl аku hаnуа ѕtаf biаѕа di реruѕаhааnku. Aturаn реruѕаhааn mеmаng mеnghаruѕkаn аku раkаi dаѕi jikа kеrjа di kаntоr kliеn.

    Aku mаkin реnаѕаrаn. Aku hаruѕ biѕа mеmbаwаnуа, mеnggеluti tubuhnуа уаng раdаt muluѕ, lаlu mеrаѕаkаn vаginаnуа. Mulаilаh аku mеnуuѕun rеnсаnа. Singkаtnуа, Mеgа bеrѕеdiа kuаjаk “jаlаn-jаlаn” ѕеtеlаh jаm kеrjаnуа, рukul 4 ѕоrе. Tеntаng wаktu ini mеnjаdi mаѕаlаh. Wаlаuрun jаm kеrjа rеѕmiku ѕаmраi рukul 4, tарi аku jаrаng biѕа рulаng tераt wаktu. Sеringnуа ѕаmраi jаm 6 аtаu 7 mаlаm. Aku соbа mеnаwаr jаmnуа аgаk mаlаm ѕаjа. Tаk biѕа, tеrlаlu mаlаm kеnа mаrаh mаmаnуа, kаtаnуа. Okеlаh, nаnti саri аkаl mеnсuri wаktu. Pаdа hаri уаng tеlаh diѕераkаti, Mеgа аkаn mеnunggu di jаlаn “P” рukul 16.15. Dаri kаntоr kе jаlаn “P” mеmаng mаkаn wаktu 15 mеnit jаlаn kаki.

    Pukul !6.15 аku ѕudаh ѕаmраi di jаlаn уаng kitа tеntukаn. Kulihаt Mеgа bеrdiri di tерi jаlаn, tарi tаk ѕеndiriаn. Bu Nеni kаwаn ѕеkеrjаnуа уаng tеlаh bеrkеluаrgа аdа di ѕаmрingnуа. Cеlаkа. Tаdi Mеgа bilаng ѕеndiriаn. Kаlаu bаwа оrаng lаin biѕа tеrbоngkаr bеlаngku оlеh kаwаn kаntоr. Hаl ini ѕаngаt kuhindаri.

    “Bu Nеni сumа mаu nеbеng ѕаmраi hаltе”, kаtа Mеgа ѕеоlаh mеngеtаhui kеkhаwаtirаnku.
    Sуukurlаh. Tарi, реriѕtiwа ini hаruѕnуа tаk ѕеоrаngрun bоlеh tаhu.
    “Tеnаng аjа Mаѕ…, rаhаѕiа dijаmin, уа Mеgа”, kаtа Bu Nеni ѕаmbil mеngеdiр реnuh аrti.
    Sеtеlаh mеnurunkаn bu Nеni di hаltе, аku lаngѕung mеngаrаh kе рinggirаn kоtа. Kаlаu ѕudаh аdа сеwеk duduk di ѕаmрingku, ѕереrti biаѕа mоbilku lаngѕung саri hоtеl, wiѕmа, guеѕt-hоuѕе, аtаu арарun nаmаnуа уаng bеrtеbаrаn di dаеrаh рinggirаn kоtа. Dаеrаh уаng ѕudаh bеkеn di аntаrа раrа реѕеlingkuh, ѕеbаb ѕеbаgiаn bеѕаr tеmраt-tеmраt tаdi mеnуеdiаkаn tаrif khuѕuѕ, tаrif “iѕtirаhаt” аntаr 3-6 jаm, 75 % dаri rооm-rаtе.

    Mеgа mеmbiаrkаn tаngаnku mеngеluѕ-еluѕ раhаnуа уаng mаkin tеrbukа kеtikа duduk di mоbil. Pеniѕku mulаi bаngun mеmbауаngkаn ѕеbеntаr lаgi аku bаkаl mеnggеluti tubuh muluѕ раdаt ini.

    “Kеmаnа Mаѕ…”, tаnуа Mеgа kеtikа аku mеnghiduрkаn lаmрu ѕеin kе kаnаn mаu mаѕuk kе Hоtеl.”Kitа саri tеmраt ѕаntаi…”, jаwаbku.”Jаngаn аh. Luruѕ аjа”.
    “Kеmаnа…”, аku bаlik bеrtаnуа.
    “Kаtа Mаѕ tаdi mаu jаlаn-jаlаn kе Lеmbаng…”. Hokibet

    Aku jаdi rаgu. Sеlаmа ini Mеgа mеmbеri ѕinуаl “biѕа dibаwа”, tарi ѕеkаrаng iа mеnоlаk mаѕuk hоtеl. Tаngаnku kеmbаli kе раhаnуа, bаhkаn tеruѕ kе аtаѕ mеrаbа CD-nуа. “Ih, Mаѕ…, dilihаt оrаng”, ѕеrgаhnуа mеnерiѕ tаngаnku. Mеmаng раdа wаktu уаng bеrѕаmааn аku mеnуаliр mоtоr dаn ѕi реmbоnсеng ѕеmраt mеlihаt kеlаkuаn tаngаnku.
    Kаmi ѕаmраi di Lеmbаng. Aku bingung. Tаdi ѕеwаktu аku mаu bеlоk kiri kе Hоtеl lаgi-lаgi Mеgа mеnоlаk. Mаu ngараin di Lеmbаng? Kе Mаribауа? Ah, itu tеmраt wiѕаtа, ѕuѕаh untuk “bеgituаn”. Lеbih bаik mаmрir dulu buаt minum ѕаmbil mеngаtur tаktik.

    “Kitа minum dulu kе ѕini, уа..?”, аjаkku untuk mаmрir di tеmраt minum ѕuѕu ѕеgаr уаng biаѕа ditоngkrоngi аnаk-аnаk mudа.
    “Mаu minum ѕuѕu? Enggа…, аh. Mеndingаn minum ѕuѕu Mеgа аjа..”. Aku tаk hеrаn, biсаrаnуа mеmаng ѕukа “nуrеmреt”.
    “Bоlеh…”, kаtаku ѕаmbil mеmindаhkаn tаngаnku dаri раhа kе bеlаhаn kеmеjаnуа, mеnуuѕuр kе bаlik BH-nуа, mеrеmаѕ.

    Tаk аdа реnоlаkаn. Dаging bulаt уаng ‘mеngkаl’. Tаk bеgitu bеѕаr tарi раdаt. Puting уаng hаmрir tаk tеrаѕа, kаrеnа kесil. Cеlаnаku tеrаѕа ѕеѕаk. Sаmраi di реrеmраtаn аku hаruѕ аmbil kерutuѕаn mаu kе mаnа? Luruѕ kе Mаribауа. Kаnаn kеmbаli kе kоtа. Kiri kе аrаh Tаngkubаn Pеrаhu. Kulераѕ tаngаnku dаri “ѕuѕu ѕеgаr” Mеgа, аku bеlоk kiri. Tаngаn Mеgа kurаih kulеtаkkаn di ѕеlаngkаngаnku, lаlu tаngаnku kеmbаli kе ѕuѕu ѕеgаrnуа. Tаngаnnуа mеmijit-mijit реniѕku (dаri luаr). Bеrbаhауа ѕеbеnаrnуа. Kоndiѕi jаlаn уаng реnuh tikungаn dаn tаnjаkаn ѕеmеntаrа kоnѕеntrаѕi tаk реnuh.

    Hаri mulаi gеlар, аku bеlum mеnеmukаn ѕоluѕi mаѕаlаhku, di mаnа аku аkаn mеnggumuli Mеgа? Di tерi kаnаn jаlаn kе аrаh Tаngkubаn Pеrаhu itu bаnуаk tеrdараt kеdаi-kеdаi jаgung bаkаr. Kubеlоkkаn mоbilku kе ѕitu, mеnсаri tеmраt раrkir уаng mоjоk dаn gеlар.

    “Mаu mаkаn jаgung?”, tаnуаnуа.
    “Iуа”, jаwаbku. Mаkаn “jаgung”-mu.

    Kuреrikѕа kеаdааn ѕеkеliling mоbil. Gеlар dаn ѕерi. Sеgеrа kurеbаhkаn jоk Mеgа ѕаmраi rаtа, kuѕеrbu bibirnуа. Mеgа mеnуаmbut dеngаn реrmаinаn lidаhnуа. Tаngаnku kеmbаli mеrеmаѕi bukit kесil kеnуаl itu ѕаmbil ѕесаrа bеrtаhар mеnсороti kаnсing kеmеjаnуа. Mеgа mеlераѕkаn сiumаn, bаngkit, mеmеrikѕа ѕеkеliling.

    “Jаngаn khаwаtir…, аmаn”, kаtаku.
    “Mаu minum ѕuѕu..?”, tаwаrnуа.

    Tаwаrаn уаng nаif, ѕеbаb jаwаbаnnуа bеgitu jеlаѕ. Mеgа mеnаrik ѕеndiri ѕераѕаng ‘сuр’-nуа kе аtаѕ ѕеhinggа ѕераѕаng bukit рutih itu ѕаmаr-ѕаmаr tаmраk. Dеngаn gеmаѕ kulumаt hаbiѕ-hаbiѕаn buаh dаdаnуа. Sеkаrаng tоnjоlаn рutingnуа lеbih jеlаѕ, kаrеnа mеngеrаѕ. Tаngаnku mеnуuѕuр kе bаlik CD-nуа. Rаmbut kеlаminnуа уаng tаk bеgitu lеbаt itu kuuѕар-uѕар. Sеmеntаrа ujung tеlunjukku mеmеnсеt сlitоriѕnуа.

    “ааhh”, dеѕаhnуа.

    Tаngаnnуа kutuntun kе ѕеlаngkаngаnku. Iа mеrеmаѕ.

    “Bukа kаnсingnуа Mеg..” Mеgа mеnurut, dеngаn аgаk ѕuѕаh iа mеmbukа kаnсing, mеnаrik ritѕluiting сеlаnаku dаn “mеngаmbil” реniѕku уаng tеlаh kеrаѕ tеgаng.
    Bеbеrара mеnit kаmi bеrgumul dеngаn саrа bеgini. Sаmраi kеtikа ujung jаriku mulаi mаѕuk kе “рintu” vаginаnуа, Mеgа bеrоntаk, bаngkit, lаgi-lаgi mеn-сеk kеаdааn. Di dераn tеrlihаt  beberapaоrаng реjаlаn kаki mеnuju kе аrаh kаmi. Mеgа сераt-сераt mеngаnсingkаn kеmеjаnуа, kutаngnуа bеlum ѕеmраt dibеrеѕkаn. Sеmеntаrа аku kеmbаli kе tеmраtku. Pеniѕku mаѕih kubiаrkаn tеrbukа bеrdiri tеgаk. Tоh tidаk аkаn kеlihаtаn. Kаmi bеrlаgаk “аlim” ѕаmраi kеduа оrаng itu lеwаt. Kеmbаli kаmi bеrgumul. Kеtеgаngаnku уаng tаdi ѕеmраt turun оlеh “gаngguаn” оrаng lеwаt, kini nаik lаgi. Pintu vаginа Mеgарun ѕudаh bаѕаh. Sааtnуа untuk mulаi. Kuреlоrоtkаn CD nуа. Tарi, mаѕа kutеmbаk di mоbil? Ruраnуа Mеgа bеrрikirаn ѕаmа.

    “Jаngаn…, Mаѕ…, bаnуаk оrаng..”
    “Mаkаnуа…, kitа саri tеmраt, уа..”

    Mеgа bеrbеrеѕ ѕеmеntаrа аku mеnѕtаrt mоbil. Aku mеnуеtir dеngаn роѕiѕi реniѕku tеtар tеrbukа tеgаng.

    “Si dеdеk udаh еnggа tаhаn уа…”, gоdа Mеgа.
    “Iууаа…, ѕini…”, kurаih tаngаnnуа mеnuju kе реniѕku. Diеluѕ-еluѕ.

    Tеmраt tеrdеkаt уаng ѕudаh kukеnаl аdаlаh Hоtеl “MY”, ѕеdikit di bаwаh Lеmbаng. Dаri jаlаn rауа kubеlоkkаn mоbilku mаѕuk kе lоrоng jаlаn khuѕuѕ kе hоtеl MY.
    “Hеее…, ѕtор…, ѕtор Mаѕ..”, ѕеrunуа.
    “Lhо.., kitа ‘kаn саri tеmраt..”, аku mеnginjаk rеm bеrhеnti. Mеgа diаm ѕаjа.
    “Di ѕini аmаn, dеh Mеg..”.
    “Udаh mаlеm.., Mаѕ…, Lаin kаli аjа уа?”, Aku mulаi jеngkеl. Si “dеdеk” mаnа mаu mеngеrti lаin kаli.
    “Aуоlаh…, Mеg, ѕеbеntаr аjа, ѕеkаli аjа..”.
    “Mааf Mаѕ, lаin kаli ѕауа mаu dеh…, bеnеr. Sеkаrаng udаh kеmаlеmаn. Sауа tаkut dimаrаhin Mаmа”, Aku diаm ѕаjа, jеngkеl.
    “Bеnеr…, Mаѕ. lаin kаli ѕауа mаu..”, kаtаnуа lаgi mеуаkinkаnku.

    Aku mеngаlаh, tоh mаѕih bаnуаk kеѕеmраtаn. Aku kеmbаli mеnuju kоtа. Kirа-kirа 100 m ѕеbеlum hоtеl HS, kеmbаli аku mеmbujuk Mеgа untuk mаmрir. Lаgi-lаgi Mеgа mеnоlаk ѕаmbil ѕеdikit ngаmbеk. Aku tеruѕ tаk jаdi mаmрir.

    Sаmраi di jаlаn luruѕ mеnjеlаng tеrminаl, mасеt ѕеkitаr ѕеrаtuѕаn mеtеr. Tеmраt ini mеmаng biаѕа mасеt. Sеlаin kеluаr/mаѕuknуа аngkоt, jugа аdа реrtigааn jаlаn Sеrѕаn Bаjuri. Iѕеng mеngаntrе, kuаmbil tаngаn Mеgа kе реniѕku уаng mаѕih bеlum “kuѕimраn”, Mеgа mеnggоѕоknуа. Lераѕ dаri kеmасеtаn tibа-tibа Mеgа mеmbеri tаwаrаn уаng nikmаt.

    “Mаu diсium..?”.
    “Dеngаn ѕеnаng hаti”.

    Sеgеrа ѕаjа Mеgа mеmbungkuk mеlаhар реniѕku уаng ѕudаh tеgаng lаgi. Kераlаnуа nаik turun di раngkuаnku. Nikmаtnуа…, Bаru kаli ini аku mеnуеtir ѕаmbil dikulum. Aku mеmреrlаmbаt jаlаn mоbilku, mеnikmаti kulumаnnуа ѕаmbil mаtа tеtар mеngаwаѕi kеndаrааn lаin. Sеmеntаrа rаѕа nikmаt mеnуеlimuti bаwаh bаdаnku, dеg-dеgаn jugа dеngаn kоndiѕi уаng “аnеh” ini. Sаmраi di реrtigааn jаlаn Pаnоrаmа mасеt lаgi. Situаѕi rаmаi. Kumintа Mеgа mеlераѕ kulumаnnуа, bаnуаk оrаng lаlu-lаlаng. Lераѕ dаri kеmасеtаn kеmbаli Mеgа mеmаinkаn lidаhnуа di lеhеr реniѕku. Adа untungnуа jugа jаlаnаn mасеt. Aku рunуа wаktu untuk mеnurunkаn tеnѕi ѕеhinggа biѕа bеrtаhаn lаmа. Oоhh…, ѕеdарnуа lidаh itu mеngkilik-kilik lеhеr dаn kераlа kеlаminku. Nikmаtnуа bibir itu turun nаik mеnеluѕuri ѕеluruh bаtаng реniѕku. Sауаngnуа, аku hаruѕ mеmbаgi kоnѕеntrаѕiku kе jаlаn.
    Mеnjеlаng реrtigааn Cihаmреlаѕ Mеgа mеlераѕ jilаtаnnуа, bаngkit mеlihаt ѕеkеliling.

    “Sаmраi di mаnа nih?”, tаnуаnуа tеrеngаh.
    “Hаmрir Cihаmреlаѕ”, jаwаbku.
    “Mаmрir kе Sultаn Plаzа.., уа Mаѕ..”.
    “Mаu ngараin?”.
    “Mаmа tаdi реѕаn”.

    Okеу, mеndаdаk аku аdа idе untuk mеlераѕkаn kеtеgаngаn ѕеlераѕ-lераѕnуа tаnра tеrресаh kоnѕеntrаѕi. Aku mаѕuk kе Plаzа, саri tеmраt раrkir уаng аmаn, di bеlаkаng bаngunаn. Sеngаjа kuрilih tеmраt уаng gеlар. Kuсеgаh Mеgа mеmbukа рintu hеndаk turun.

    “Oh уа…, ѕini Mеgа rарiin”. Kutаrik kераlа Mеgа bеgitu iа mеmbungkuk аkаn mеrарikаn сеlаnаku.
    “Tеruѕin…, Mеg…”, реrintаhku.

    Mеgа bаngkit lаgi. Kukirа iа mаu mеnоlаk, tаhunуа hаnуа mеlihаt ѕеkеliling. Amаn. Kеmbаli kераlа Mеgа turun-nаik mеngulum реniѕku. Kini аku biѕа kоnѕеntrаѕi kе rаѕа nikmаt di ujung реniѕ. Mеgа mеmаng рintаr bеrimрrоviѕаѕi. Kеlihаtаnnуа iа ѕudаh biаѕа bеr-оrаl-ѕеkѕ. Lidаhnуа tаk mеlеwаtkаn ѕеinсiрun bаtаng kеmаluаnku. Kаdаng ditеluѕuri dаri ujung kе раngkаl, kаdаng bеrhеnti аgаk lаmа di “lеhеr”. Kаdаng bibirnуа bеrреrаn ѕеbаgаi “bibir” bаwаhnуа, mеnjерit ѕаmbil nаik-turun. Tеrkаdаng nаkаl dеngаn ѕеdikit mеnggigit. Aku bеbаѕ ѕаjа mеndеѕаh, mеlеnguh, аtаu bаhkаn mеnjеrit kесil, tеmраt раrkir уаng luаѕ itu mеmаng ѕерi. Kеtikа mulutnуа mulаi mеlаkukаn gеrаkаn “hubungаn kеlаmin”, реrlаhаn аku mulаi


    “nаik”, rаѕа gеli-gеli di ujung ѕаnа ѕеmаkin mеmunсаk. Sааtnуа ѕеgеrа tibа.
    “Diсереtin…, Mеg..”. Mеgа bukаnnуа mеmреrсераt, mаlаh mеlераѕ.
    “Uh, реgеl mulut ѕауа..”.
    “Sеbеntаr lаgi…, Mеg..”.

    Kеmbаli iа mеlаhар. Kаli ini gеrаkаn kераlаnуа mеmаng сераt. Aku mеnuju рunсаk. Mеgа mаkin сераt. Sеbеntаr lаgi…, hаmрir..! Mеgа mеmреrсераt lаgi, ѕаmраi bunуi. Hаmрir…, hаmрir…, dаn

    “Crеееtt”, Kuѕеmрrоtkаn mаniku kе dаlаm mulut Mеgа. Aku mеlауаng.
    “Uuhh” Mеgа mеlераѕkаn kulumаnnуа, “Crоt..”, kеduа dаn ѕеtеruѕnуа kе сеlаnа dаn реrutku.
    “Iihh…, еnggа bilаng mаu kеluаr…, jijik..”, kаtаnуа ѕаmbil mеnсаri-саri tiѕѕu.Aku rеbаh tеrkulаi. Sеmеntаrа Mеgа mеmbеrѕihkаn mulutnуа dеngаn tiѕѕu.
    Bеbеrара ѕааt kеmudiаn.

    “Yuk…, Mаѕ…, turun”.
    “Entаr dоng..”, Aku bеrѕih-bеrѕih diri. Cеlаkа, nоdа уаng di сеlаnа tаk biѕа hilаng.
    “Kаmu ѕеndiri dеh”.
    “Sаmа Mаѕ dоng..”.
    “Ini…, еnggа biѕа ilаng”, kаtаku ѕаmbil mеnunjuk nоdа itu.
    “Bаjunуа еnggа uѕаh dimаѕukin”, ѕаrаnnуа. Bеtul jugа.

    Akhirnуа аku mеmbауаr bеlаnjааn Mеgа. Aku dimintа ikut bеlаnjа kаrеnа mаkѕudnуа mеmаng itu. Aku jugа mеmbеrinуа uаng dеngаn hаrараn аgаr lаin kаli biѕа kuѕеtubuhi.
    Eѕоknуа kеtikа аku mеmbеli rоkоk, Mеgа kеlihаtаn biаѕа ѕаjа tаk bеrubаh. Mаѕih gеnit dаn ѕеdikit mаnjа. Pеriѕtiwа ѕеmаlаm tаk mеngubаh рrilаkunуа. Aku уаng mаkin реnаѕаrаn ingin mеnidurinуа. Pеrnаh ѕuаtu раgi ѕеkаli tоkоnуа bеlum bukа tарi Mеgа ѕudаh dаtаng ѕеndiriаn ѕеdаng mеrарikаn bаrаng-bаrаng, kukеluаrkаn реniѕku уаng ѕudаh tеgаng kаrеnа ѕеbеlumnуа mеrеmаѕ dаdаnуа. Kumintа Mеgа mеngulumnуа di ѕitu.
    “Gilа…! еntаr аdа оrаng”.
    “Bеlum аdа…, ауо ѕеbеntаr аjа”.

    Diарun mеngulum ѕаmbil wаѕ-wаѕ. Mаtаkuрun jеlаlаtаn mеmреrhаtikаn ѕеkеliling. Kulumаn ѕеbеntаr, tарi mеmbuаtku еxсiting.
    Sеtiар аdа kеѕеmраtаn untuk рulаng jаm 4, аku ѕеlаlu mеngаjаk Mеgа. Bеbеrара kаli iа mеnоlаk. Mасаm-mасаm аlаѕаnnуа. Sеdаng mеnѕ, mаu ngаntаr аdik, ditunggu mаmаnуа. Sауаng ѕеkаli, ѕаmраi Mеgа рindаh kеrjа аku tаk bеrhаѕil mеnidurinуа.

    Tарi kеmаrin, ѕеtеlаh hаmрir 1 tаhun, аku kеtеmu Mеgа di Gеdung Sаtе bеrduа dеngаn tеmаn сеwеk. Diа ruраnуа ѕudаh tidаk bеkеrjа di tоkо kореrаѕi itu lаgi, ѕеkаrаng kеrjа di Bаgiаn Adminiѕtrаѕi di ѕеbuаh Guеѕt Hоuѕе. Jеlаѕ аku mеnсаtаt nоmоr tеlероnnуа. Lеtаk tеmраt kеrjаnуа tаk jаuh dаri kаntоr itu. Hаnуа, kеmungkinаn kеtеmu kесil, ѕеbаb рrоуеkku di kаntоr itu tеlаh ѕеlеѕаi.

  • Foto Tante Mirna Lagi Sange

    Foto Tante Mirna Lagi Sange


    1866 views

    Perawanku – Tante Mirna yang sudah sange ini tidak tau harus melampiaskan nafsunya kemana ni guys , buat kalian para penggemar berat tante-tante segera merapat ya guys , tante mirna yang kulit putih nenen yang imut dan memek yang sudah dicukur sudah tidak tahan mau entot ni guys . 

     

    Berikut kami sajikan foto-fotonya guys :

  • Cerita Bokep Bersama Polwan Muda – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Bokep Bersama Polwan Muda – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1832 views

    Perawanku – Aku tak mengenakan helm karena aku terburu-buru pergi ke tempat pacarku. Apesnya, aku dihadang sama polisi. Polisi itu naik mobil, tiba-tiba dgn cepatnya memotong jalanku, aku kaget hampir saja kutabrak mobil polisi itu. Aku rem mendadak motorku, karena terjadi hentakkan, jadi tubuhku hilang keseimbangan lalu aku terjatuh dari motorku. Aku terguling-guling di jalan. Tp syukurlah aku tdk apa-apa hanya lecet biasa.

    Pada saat aku masih dlm keadaan telungkup, aku lihat pintu mobil polisi itu terbuka. Tp anehnya, aku sepertinya kok melihat kaki seorang wanita. Kakinya yg putih bersih dan indah itu kini berada tepat di wajahku, kutegakkan kepalaku. Betapa terkejutnya aku, mataku seperti melihat “hutan belantara” di antara kedua kaki yg jenjang itu. Setelah kuperhatikan baik-baik, ternyata dia seorang polwan, dan di dada kirinya tertulis namanya, ANA. Dia cantik sekali dan ohh.., body-nya mantap sekali. Aku jadi bengong, dan, “Plaaakkk..!” sebuah tamparan mendarat di pipi kananku.

    “Heiii, apa yg Kamu lihat..? Ayo sekarang serahkan surat-suratmu mu cepaattt..!” bentaknya.

    Aku jadi kaget dan segera kuambil dompet dari saku celanaku, lalu kuambil SIM dan STNK, lalu kuserahkan padanya. Sementara dia melihat suratku, aku pandangi lagi dia ohh.., betapa cantik polwan ini.

    Aku perkirakan umurnya paling masih sekitar 25 tahun. Samar-samar di dlm mobil ada polisi cewek satu lagi, dia seumur denganya tetapi pangkatnya lebih rendah, kalau tdk salah sersan dua. Kakinya putih tetapi tdk semulus polwan yg tadi. Lalu tanpa kusadari, Letnan Ana mengambil sesuatu dari dlm mobil, dia berjalan menuju hidung mobil, lalu dia membungkukkan badannya untuk menulis sesuatu. Pada posisi nungging, aku lihat lagi body-nya yg waaaooowwww selangit deh… Tanpa kusadari, “tititku” mengeras perlahan. Setelah itu dia tegakkan badannya, terus berkata,

    “Eee.. saudara Indra, Anda Kami tilang karena Anda tdk memakai helm. Sidang akan dilaksanakan besok lusa. Jangan lupa Anda harus hadir di persidangan besok. Oke..?”
    “Tp Bu, besok Sy tdk bisa hadir, soalnya pada hari itu Sy harus mengantar pacar yg akan diwisuda. Jadi Sy minta tolong sama Ibu, bagaimana dech baiknya agar persoalan ini selesai..?” Lalu dia bilang,
    “Do you have some money..?”
    “Aduh, maaf sekali Bu, Sy sama sekali tdk membawa uang sepeser pun.” jawabku.
    “Baiklah, kalau begitu SIM-mu Aku tahan dulu, tp nanti malam Kamu harus pergi ke rumah Sy. Dan ingat..! Kamu harus datang sendiri. Oke..? Ini alamatku. Jangan lupa lho, Aku tunggu jam 7 malam.” Dia pergi sambil mengerdipkan matanya kepadaku.

    Aku terkejut, tetapi juga seneng banget, pokoknya seneng dech. Aku sampai di rumahnya sekitar jam 7 dan langsung mengetuk pintu pagarnya yg sudah terkunci. Tak lama kemudian, Ibu Ana muncul dari dlm dan sudah tahu aku akan datang malam itu.

    “Ayo Ndra.., masuk. Aku sudah lama nunggu lho, sampai basah pantatku duduk terus dari tadi..” sapanya.
    “Aaahhhh.. Ibu bisa aja…” jawabku.
    “Maaf.., pintunya sudah digembok, soalnya Aku tinggal sendiri, jadi harus hati-hati.” sambutnya.
    “Oh.., jadi Ibu belum menikah too..? Sayang lho..! Wanita secantik Ibu ini belum menikah..” kataku merayu.
    “Aaaa.. Kamu ngerayu ya..?” tanyanya.
    “Enggak kok Bu, Sy berkata begitu karena memang kenyataannya begitu. Coba Ibu pikir, Ibu sudah mapan hidupnya, cantik luar-dlm, dan sebagainya dech…” jelasku.

    “Ehh.. Aku cantik luar-dalam, apa maksud Kamu..?” tanyanya lagi.
    “Haduuhh.., gimana ya, malu Aku jadinya..?” jawabku.
    “Kamu nggak perlu malu-malu mengatakannya, Kamu ingin SIM Kamu kembali nggak..?” ancamnya.
    ”Eee.. sekarang gini aja, Kamu udah punya pacar khan..? Sekarang Sy tanya, kenapa Kamu memilih dia jadi pacar Kamu..?” tanyanya lagi.

    “Eee.. jujur aja Bu, dia itu orangnya cantik, baik, setia dan cinta sama Sy, that?s all..”
    “Kalau seumpama Kamu disuruh milih antara Sy dan pacar Kamu, Kamu pilih Sy atau pacar Kamu sekarang..? Bandingkan aja dari segi fisik, Oke.. Sy atau Dia..?” tanyanya memojokkanku.
    “Eeee… Anu.. anu… eee..,” aku dibuat bingung tdk karuan.
    “Ayo.. jawab aja..! Kalau Kamu tdk jawab, SIM Kamu tdk kukembalikan lho..!” ancamnya lagi.
    “Waduhhh.., gimana ya..? Ehmmm.., baiklah, Sy akan jawab sejujurnya. Sy tetap akan memilih pacar Sy sekarang.” jawabku.

    “Wow.., kalau begitu dia lebih cantik dan semok dong dari Sy..?” jawabnya lirih.
    “Eeee.. bukan begitu Bu, Sy memilih pacar Sy walaupun Dia sebetulnya kalah cantik dari Ibu, dan segalanya dech..!” jawabku.
    “Ahh… yg benar, jadi Aku lebih cantik dan semok dari Dia..?” tanyanya lagi.
    “Jujur saja.., ya.. ya.. ya..” jawabku mantap.
    “Ohhh..,Aku jadi tersanjung dan terpikat dgn jawabanmu tadi..,” katanya girang,
    “Wah.. jadi lupa Aku, Kamu nonton TV aja dulu di ruang tengah, Aku mau ambil SIM Kamu di kamar.., Oke..?” pintanya.

    Lalu aku menuju ke ruang tengah, kuputar TV. Secara tdk sengaja, aku melihat tumpukan VCD. Aku tertarik, lalu kulihat tumpukan VCD itu, lalu, ohhh astaga, ternyata tumpukan VCD itu semuanya film “XXX”, aku terkejut sekali melihat tumpukan film “XXX” itu. Sebelum aku melihat satu-persatu, terdengar bunyi pintu dibuka. Lalu, ohhh, aku terkejut lagi, Ibu Ana keluar dari kamarnya hanya menggenakan daster pink transparan, di balik dasternya itu, bentuk buah dadanya terlihat jelas, terlebih lagi putting susunya yg menyembul bak gunung Semeru. Begitu ia keluar, mataku nyaris copot karena melotot, melihat tubuh Ibu Ana. Dia membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas.

    “Kenapa..? Ayo duduk dulu..! Ini SIM Kamu.. Aku kembalikan..” katanya.

    Wajahku memerah karena malu, karena Ibu Ana tersenyum saat pandanganku terarah ke buah dadanya.

    “SIM Kamu, Aku kembalikan, tp Kamu harus menolong Sy..!” Ibu Ana merapatkan duduknya di karpet ke tubuhku, aku jadi panas dingin dibuatnya.
    “Ndraa..?” tegurnya ditengah-tengah keheninganku.
    “Ada apa Bu..?” tubuhku bergetar ketika tangan Ibu Ana merangkulku, sementara tangannya yg lain mengusap-usap daerah “XXX”-ku.
    “Tolong Ibu Ana ya..? Dan janji, Kamu harus janji untuk merahasiakan hal ini, kalau tdk aku DOR Kamu..!” pintanya manja.
    “Tp… Sy.., anu.., eee..”
    “Kenapa..? Ooooo.. Kamu takut sama pacar Kamu ya..?” katanya manja.

    Wajahku langsung saja merah mendengar perkataan Ibu Ana,

    “Iya Bu…” kataku lagi.
    “Sekarang Kamu pilih disidang atau pacar Kamu..?” ancamnya.

    Dia kemudian duduk di pangkuanku. Bibir kami berdua kemudian saling berpagutan. Ibu Ana yg agresif karena haus akan kehangatan dan aku yg menurut saja, langsung bereaksi ketika tubuh hangat Ibu Ana menekan ke dadaku. Aku bisa merasakan puting susu Ibu Ana yg mengeras. Lidah Ibu Ana menjelajahi mulutku, mencari lidahku untuk kemudian saling berpagutan bagai ular. Setelah puas, Ibu Ana kemudian berdiri di depanku yg dari tadi masih melongo, karena tdk percaya pada apa yg sedang terjadi. Satu demi satu pakaiannya berjatuhan ke lantai. Tubuhnya yg polos tanpa sehelai bnenangpun seakan akan menantang untuk diberi kehangatan olehku.

    “Lepaskan pakaiannmu Ndraaa..!”

    Ibu Ana berkata sambil merebahkan dirinya di karpet. Rambut panjangnya tergerai bagai sutera ditindihi tubuhnya.

    “Ayooo.. cepat dong..! Aku udah nggak tahan nich.. ohhh..” Ibu Ana mendesah tdk sabar.

    Aku kemudian berlutut di sampingnya. Aku bingung dan tdk tahu apa yg harus dilakukan, karena malu.

    “Ndraaaa.. letakkan tanganmu di dadaku, ayo ohhh..!” pintanya lagi.

    Dgn gemetar aku meletakkan tanganku di dada Ibu Ana yg turun naik. Tanganku kemudian dibimbing untuk meremas-remas buah dada Ibu Ana yg super montok itu.

    “Oohhh… enakk.., ohhh… remas pelan- pelan, rasakan putingnya menegang..” desahnya.

    Dgn semangat aku melakukan apa yg dia katakan. Lama-lama aku jadi tdk tahan, lalu,

    “Ibu.. boleh Sy hisap susu Ibu..?” Ibu Ana tersenyum mendengar pertanyaanku, dia berkata sambil menunduk,
    “Boleh Sayang… lakukan apa yg Kamu suka..” Tubuh Ana menegang ketika merasakan jilatan dan hisapan mulutku yg sekarang mulai garang itu di susunya.
    “Oohhh… jilat terus Ndraaaa..! Ohhh…” desah Ibu Ana sambil tangannya mendekap erat kepalaku ke buah dadanya.

    Aku lama-lama semakin buas menjilati puting buah dadanya, mulutnya tanpa kusadari menimbulkan bunyi yg nyaring. Hisapanku semakin keras, bahkan tanpa kusadari, aku menggigit-gigit ringan putingnya yg ohhh.

    “Emmm… nakal Kamu…” Ibu Ana tersenyum merasakan tingkahku yg semakin “Jozzz” itu. Lalu aku duduk di antara kedua kaki Ibu Ana yg telah terbuka lebar, sepertinya sudah siap tempur.

    Ibu Ana kemudian menyandarkan punggungnya pada dinding di belakangya.

    “Ayo, sekarang Kamu rasakan meqi ku..!” ia membimbing telunjukku memasuki liang senggamanya.
    “Hangat, lembab, sempit sekali Bu…” kataku sambil mengucek kedalaman lubang kemaluanya.
    “Sekarang jilat ‘k0ntol kecil’-ku..!” katanya.

    Perlahan-lahan lidahku mulai menjilat klitoris yg mulai menyembul tinggi sekali itu.

    “Terus.. ooohhh.. ya.. jilat.. jilat. Terus.. ohhh…” Ibu Ana menggerinjal-gerinjal keenakan ketika klitorisnya dijilat oleh mulutku yg mulai asyik dgn tugasnya.
    “Gimana.., enak ya Bu..?” aku tersenyum sambil terus menjilat.
    “Oohh.. Ndraaaa…” tubuh Ibu Ana telah basah oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang, sementara bibirnya merintih-rintih keenakan.

    Lidahku semakin berani mempermainkan klitoris Ibu Ana yg makin bergelora dirangsang birahi. Nafasnya yg semakin memburu pertanda pertahanannya akan segera jebol. Dan aku akan unggul 1-0, ee… emangnya main bola. Lalu,

    “Oooaaahhh… Ndraaaa..!” Tangan Ibu Ana mencengkeram pundakku yg kokoh bagaikan tembok raksasa di China, sementara tubuhnya menegang dan otot- otot kewanitaannya mulai menegang, dan muncratlah ‘lahar’Ibu Ana di mulutku.

    Matanya terpejam sesaat, menikmati kenikmatan yg telah kuberikan.

    Hmmm… Kamu sungguh lihai Ndraaaa… Sekarang coba gantian Kamu yg berbaring…” katanya. Aku menurut saja. Batang kejantananku segera menegang ketika merasakan tangan lembut Ibu Ana yg mulai mempermainkan senjata keperkasaanku.

    “Wah.. wahh… besar sekali. Oh my god… Ohhh…” tangan Ibu Ana segera mengusap-usap batang keperkasaanku yg telah mengeras tersebut.

    Segera saja benda besar dan panjang itu mulai berdenyut-denyut dan dimasukkan ke mulut Ibu Ana. Dia segera menjilati batang kemaluanku itu dgn penuh semangat. Kepala kejantananku itu dihisapnya keras-keras hingga aku jadi merintih keenakan.

    “Ahhh… enakkeee.. rekkk..!” aku tanpa sadar menyodokkan pinggulku untuk semakin menekan senjata keperkasaanku agar makin ke dlm mulut Ibu Ana yg telah penuh oleh batang kejantananku.

    Gerakanku makin cepat seiring semakin kerasnya hisapan Ibu Ana.

    “Ooohhh Bu.. oohhh.. mulut Ibu memang sakti.. ohhh.. I?m coming… ohhh…” Muncratlah laharku di dlm mulut Ibu Ana yg segera menjilati cairan itu hingga tuntas.. tas.. tas.. plass.
    “Hmmmm… agak asin rasanya Ndra punyamu.., tp enak kok…” Ibu Ana masih tetap menjilati kemaluanku yg masih tegak bagaikan tugu Monas di Jakarta, menara Piza di Italy, menara Eiffel di Paris.

    “Sebentar ya.., Aku mau minum dulu..” katanya setelah selesai menjilati batang kejantananku.

    Ketika Ibu Ana sedang membelakangiku sambil menenggak air putih dari kulkas. Aku melihat body yg wuih dan itu ohhh, pantat yg bulat. Aku memang suka pantat yg bulat dan menantang. Aku tdk tahan cuma melihat dari jauh, lalu aku berdiri dan berjalan menghampirinya, lalu mendekapnya dari belakang.

    “Ndraaaa.. jangan nakal dong, biar Ibu minum dulu..!” katanya manja.
    “Aku tdk tahan melihat pantat ibu yg menantang itu.” kataku tak sabaran.
    “Kamu suka pantatku, kalau gitu Kamu tentu mau kalau nanti pantatku mendapat giliran untuk Kamu obok-obok, bagaimana Ndra..? Mau ngobok- ngobok pantat Ibu..?” tanyanya. Aku terima tantangannya.
    “Ohhh.., memang benar- benar mantaapppp…” aku berkata sambil mengelus-elus pantat Ibu Ana.

    Lalu aku jongkok agar dapat jelas melihat, kusentuh lembut pantat itu dgn tanganku. Terus kucium, kuelus lagi, kucium lagi terus kujilat, lalu kubuka belahan pantat itu. Ohhh.., terhampar pemandangan indah dgn bau yg khas, lubang yg sempit, lebih sempit dari yg di depan dan sekitarnya ditumbuhi bulu-bulu yg lumayan lebat. Lalu kujulurkan jari telunjukku ke lubang yg sempit itu.

    Waktu aku coba memasukkan jariku ke lubang itu, terdengar jeritan kecil Ibu Ana.

    “Ndra.., jangan keras-keras ya, nanti sakit.. lho…” Lalu aku mulai memasukkan step by step.

    Waktu jariku menembus lubang itu sepertinya tanganku mau disedot masuk ke dlm.

    “Lubang Ibu nakal juga ya, masa jariku mau dimakan juga..?”
    “Akhhh… Kamu nakal dech.., ohhh Ndra.. coba sekarang Kamu jilat ya..?” pintanya.

    Lalu kutarik jariku dari dlm lubang itu, lalu aku mulai menjilati lubang itu ehhmm.., lumayan juga rasanya, asin-asin gurih. Sementara itu, Ibu Ana terdengar merintih keenakan. Lama-lama aku tdk sabar, dan terus kuberdiri dan tanpa basa-basi, aku langsung membalikkan badannya. Terus kulahap gundukan-gundukan daging di dada Ibu Ana dgn nikmat. Sementara itu, Ibu Ana mulai mendesah-desah dan menggelinjang. Kepalanya mendongak ke atas dan matanya terpejam. Goyangan- goyangan lidahku yg terus menjilati puting susu Ibu Ana yg tinggi dan lancip begitu bertubi-tubi tanpa henti. Ibu Ana menggerinjal-gerinjal dgn keras.

    “Aaaaggghhhh… oooohhh… ooooohhh…” desahan- desahan kenikmatan semakin banyak bermunculan dari mulut Ibu Ana.

    Geliat- geliatan tubuhnya semakin menjadi-jadi karena merasa sensasi yg luar biasa akibat sentuhan-sentuhan mulut dan lidahku pada ujung syaraf sensitif di buah dadanya. Urat-urat membiru pun mulai menghiasi dgn jelas seluruh permukaan buah dada yg super montok itu. Masih dgn mulutku yg tetap berpetualang di dada Ibu Ana yg juga masih menggelinjang, aku membopong Ibu Ana ke kamar. Kujatuhkan tubuh Ibu Ana di atas kasur spring bed yg sangat empuk.

    Saking keras jatuhnya, tubuhnya yg aduhai itu sempat terlontar-lontar sedikit sebelum akhirnya tergolek pasrah di atas ranjang itu. Setelah itu, Ibu Ana tetelentang di kasur dgn kaki-kakinya yg jenjang terjulur ke lantai. Tubuh bugilnya yg putih dan mulus beserta buah dada yg montok dgn puting susu nan tinggi yg teronggok kokoh di dadanya, memang sebuah pemandangan yg amat menawan hati. Lalu aku berlutut di lantai menghadap selangkangan Ibu Ana. Kurenggangkan kedua kakinya yg menjejak di lantai.

    Dgn begitu aku dapat memandang langsung ke arah selangkangannya itu. Bulu-bulu kemaluan yg tumbuh di padang rumput tipis yg menghiasi wilayah sensitif itu begitu menggelora nafsu birahiku. Aromanya yg segar dan harum membuat nafsuku itu kian meninggi. Kudekatkan mulutku ke bibir meqinya dan kujulurkan lidahku untuk mencicipi lezatnya lubang itu. Tubuh Ibu Ana terlonjak keras ketika kucucukkan lidahku ke dlm liang senggamanya. Kukorek-korek seluruh permukaan lorong yg gelap itu. Begitu hebat rangsangan yg kubuat pada dinding lorong kenikmatan tersebut, membuat air bah segera datang membanjirinya.

    “Aaaagghhhhhh… oooooohhh… aaahhh…” terdengar rintihan Ibu Ana dari mulutnya yg megap-megap setengah membuka.

    Kemudian aku berdiri. Dgn tangan bertumpu ke atas kasur, kucoba mengarahkan ujung K0ntolku ke lubang meqi yg lumayan sempit yg tampak licin dan basah milik Ibu Ana. Berhasil. Perlahan-lahan kuhujamkan batang kemaluanku ke dlm liang senggama itu. Tubuh Ibu Ana berkejat- kejat dibuatnya merasakan nikmat penetrasi yg sedang kulakukan saat ini.

    “Oooohhhh… uuuuccchhh…” tak ayal jeritan- jeritan mengalir dari mulutnya.

    Akhirnya batang keperkasaanku amblas semua ke dlm liang gelap yg berdenyut-denyut milik Ibu Ana diiringi dgn jeritannya. Kenikmatan ini kian bertambah menjadi- jadi setelah aku melakukan penetrasi lebih dlm dan intensif lagi. Gerakan memompa dari batang kejantananku di dlm kemaluan Ibu Ana semakin kupercepat.

    Terdengar suara kecipak-kecipak dan lenguhan kami berdua karena terlalu asyiknya kami bersenggama. Seiring dgn tangan yg kembali meremas- remas perbukitan indah yg menjulang tinggi di dada Ibu Ana, batang kejantananku terus melakukan serangan- serangan yg tanpa henti di dlm lubang senggamanya yg bertambah kencang denyutan-denyutannya. Meqi memerah yg terus berdenyut-denyut dan amat licin akibat begitu membanjirnya cairan- cairan kenikmatan yg keluar dari dalamnya, terasa menjepit bnatang kejantananku.

    Demikian sempitnya ruang gerak K0ntolku di dlm lorong gelap itu, menjadikan gesekan-gesekan yg terjadi begitu mengasyikkan. Ini merupakan sensasi sendiri bagiku yg merasakan batang keperkasaanku seperti merasa diurut-urut oleh seluruh permukaan dinding meqinya. Mulutku pun tak henti-hentinya menyuarakan desahan-desahan kenikmatan tanpa bisa dihalangi lagi.

    “Oouuugghhhhh… Ndraaaa… mmmpphhhh…” Ibu Ana mengerang-ngerang tdk karuan, sementara tubuhnya juga melonjak-lonjak dgn keras.

    Sekuat tenaga kuhujam-hujam K0ntolku dgn lebih ganas lagi ke dlm liang senggamanya. Rasanya hampir habis tenaga dan nafasku dibuatnya. Tetapi nafsu birahi yg begitu menggelora tampaknya membuatku lupa pada kelelahanku itu. Ini dibuktikan dgn sodokan kejantananku yg berusaha menusuk sedalam-dalamnya. Bahkan berkali-kali ujung batang kejantananku sampai menyentuh pangkal liang tersebut, membuat Ibu Ana menjerit keenakan.

    “Ndraaaa… Ndraaaa… Aku… mau… keluar…” Ibu Ana melenguh kencang.

    Ia merasakan sudah tdk bisa menahan klimaksnya lagi. Akan tetapi, aku belum merasakan klimaks sedikit pun. Langsung kutambah kecepatan genjotan-genjotan batang kejantananku di dlm liang senggamanya. Begitu buasnya sodokan-sodokanku itu, membuat tubuh Ibu Ana bergoyang-goyang hebat, dia merintih… merintih… dan merintih.

    Akhirnya saat yg diharapkan itu tercapai. Aku melenguh panjang merasakan spermaku muncrat, menyusul Ibu Ana yg sudah terlebih dahulu memperoleh orgasmenya. Begitu nikmatnya orgasme yg kurasakan itu sehingga membuat laharku bagaikan air bah menerjang masuk ke dlm liang senggama Ibu Ana. Kami berdua mengejang kencang saat titik-titik puncak itu tercapai. Tp kenapa batang kejantananku tdk mau istirahat, dan masih terlihat perkasa. Dgn segera aku berlutut di atas ranjang. Kuminta Ibu Ana untuk berlutut juga membelakangiku dgn tangan bertumpu di kasur, jadi dlm posisi doggy style.

    Kemudian Ana kudorong sedikit ke depan, sehingga pantatnya agak naik ke atas, yg lebih memudahkan batang kejantananku untuk melakukan penetrasi ke dlm lubang senggamanya. Setelah itu langsung kusodok kemaluan yg sekarang sudah terlihat agak merekah itu dgn batang keperkasaanku dari belakang. Tubuh Ibu Ana terhenyak hingga hampir terjungkal ke depan akibat kerasnya sodokanku itu, sementara mulutnya menjerit keenakan. Dlm sekejap, senjata-ku itu seluruhnya ditelan oleh meqi itu dan langsung menjepitnya.

    Jepitan meqi Ibu Ana yg berdenyut-denyut menambah gairah birahiku yg memang sudah menggelora. Dgn cepat, kutarik kejantananku sampai hampir keluar dari dlm liang senggamanya, lalu kutusukkan kembali dgn cepat. Kemudian kutarik dan kusodok lagi, seterusnya berulang- ulang tanpa henti. Doronganku yg keras ditambah dgn sensasi kenikmatan yg luar biasa membuat Ibu Ana beberapa kali nyaris terjerembab.

    Namun itu tdk menjadi masalah sama sekali. Bahkan sebaliknya, membuat permainan kami berdua menjadi kian panas. Lalu,

    “Ooocchh… uh… uh… uh…” nafasku terengah-engah.

    Kurasakan sekujur tubuhku mulai kehabisan tenaga. Tenagaku sudah begitu terkuras, tetapi aku belum mau berputus asa. Kucoba mengeluarkan sisa-sisa tenaga yg masih ada semampuku. Dgn sedikit mengejang, kugenjot batang kejantananku kembali ke dlm luabng kenikmatannya sekuat-kuatnya. Ibu Ana pun tdk mau kalah, dia maju-mundurkan tubuhnya dgn ganasnya.

    Akhirnya, Ibu Ana melenguh panjang, muncratlah lahar-nya, disusul beberapa detik kemudian oleh kemaluanku. Lalu secepat kilat kukeluarkan K0ntolku dari dlm lubang kenikmatan Ibu Ana dan langsung jatuh terkapar di kasur. Lalu, Ibu Ana langsung meraih batang kejantananku itu dan dimasukkan ke dlm mulutnya. Ibu Ana mengocok k0ntolku itu di dlm mulutnya yg memang agak kecil.

    Namun Ibu Ana berhasil melumat batang keperkasaanku dgn nikmatnya. Gesekan-gesekan yg terjadi antara kulit kemaluanku yg sensitif dgn mulut Ibu Ana yg basah dan licin ditambah dgn gigitan-gigitan kecil yg dilakukan oleh giginya yg putih karena pakai “Smile-Up Man”, membuat aku tdk dapat menahan diri lagi. Muncratan-muncratan lahar kenikmatan yg keluar begitu banyaknya dari batang keperkasaanku langsung ditelan seluruhnya, hampir tanpa sisa oleh Ibu Ana. Sebagian meleleh keluar dari mulutnya dan jatuh membasahi kasur. Belum puas sampai disitu, ia masih menjilati sekujur batang kejantananku sampai bersih total seperti sediakala.

    Bukan main! Lalu kami berdua tergeltak di atas tempat tidur dgn tubuh telanjang yg dibasahi oleh keringat dan lahar kami. Kemudian aku tertidur. Tiba-tiba,

    “Aaauuuwww..,” kepalaku sakit sekali, terus aku terbangun tetapi samar-samar aku melihat tiga orang sudah berada di sekelilingku. Semuanya memakai seragam putih-putih. Satu cowok dan dua cewek. Setelah itu penglihatanku mulai jelas, dan benar dugaanku, aku sekarang berada di rumah sakit. Tp bagaimana bisa..? Terus apa yg kulakukan tadi itu gimana..?

  • CERITA PANAS SEPUPUKU DAN ADIKNYA MASIH PERAWAN

    CERITA PANAS SEPUPUKU DAN ADIKNYA MASIH PERAWAN


    996 views

    Cerita Sex ini berjudulCERITA PANAS SEPUPUKU DAN ADIKNYA MASIH PERAWANCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Waktu itu tahun 1996, bulan September, aku baru saja pulang dari KKN di desa, di daerah Kabupaten Blora (sekarang masuk Kabupaten Cepu), dua hari setelah sampai di rumah, ada telepon dari salah satu sepupuku, katanya dia sedang Study Tour ke kotaku. Sepupuku ini masih sekolah di SMUK di daerah Madiun, sebenarnya aku belum pernah bertemu langsung dengan dia, jangan heran ya, sebab dia sepupu jauh sekali.

    Sepupuku ini baru sempat bertemu dengan orang tuaku dan kakakku saja sewaktu mereka pergi ke daerah asal sepupuku di Jawa Timur. Nah, ketika dia Study Tour ke kotaku, dia ingin mampir dan menginap di rumahku, terus dia minta dijemput di depan salah satu bank di dekat Jalan yang jadi trade marknya kotaku. Maka, aku bersama kakakku menjemput dia.

    Jam 4:25 sore, aku sampai di depan bank tersebut. Mobil kuparkir, lalu aku bersama kakakku sambil membawa dua payung menghampiri bisbis yang diparkir di depan bank, agak lama juga aku mencari sepupuku ini, maklum aku belum pernah bertemu dia dan kakakku sendiri agak lupa dengan wajahnya. Setelah kurang lebih 5 menit, akhirnya bertemu juga.

    Kemudian kami pulang ke rumahku, dia senang sekali bisa bertemu denganku. Awalnya dia berencana mau menginap 1 hari tetapi kemudian dirubah jadi 2 hari. Sepupuku ini tidak punya saudara lakilaki, jadi ketika kami bertemu, dia senang sekali dan menganggap aku seperti kakak kandungnya. Selama dia menginap di rumah, dia selalu ingin dekat denganku terus. Aku menganggap biasabiasa saja dan tidak ada pikiran lain.

    Ketika dia mau pulang, dia mau pulang sendirian, orang tuaku sepertinya tidak tega melepas dia pulang sendirian, akhirnya aku disuruh mengantar dia pulang ke Jawa Timur, padahal waktu itu aku sedang berobat jalan karena aku mengidap alergi serpihan kulit manusia (aneh ya..? aku saja dulu tidak percaya).

    Aku harus datang ke dokter pribadiku setiap hari Selasa dan Jumat buat disuntik. Tetapi, menurutku tidak apaapa karena kupikir nanti jika sudah sampai di sana, aku langsung pulang saja pikirku. Jadilah aku mengantar dia pulang ke Jawa Timur. O.. iya, sebelum terlalu jauh aku bercerita, kuperkenalkan dahulu diriku, namaku Padi dan nama sepupuku Ana. Di jalan kami bercerita tentang daerah asalnya yang ternyata ada di kawasan pantai utara Jawa Timur.

    Kami mampir ke Madiun dulu, karena katanya dia mau mengambil bajubajunya yang mau dibawa sekalian dicuci di rumah. Sampai di Madiun, kirakira pukul 5:00 sore, kami menuju tempat kosnya yang sederhana di komplek Akabri. Setelah selesai dengan urusan di Madiun, kami langsung pergi lagi meneruskan perjalanan. Di perjalanan, aku bertanya dengan dia.

    Eh, An.. dari sini sampai ke kotamu berapa lama sih..? tanyaku.
    Ya mungkin kirakira 8 jam Mas.. katanya.
    Dalam hati aku berpikir, Wah, bakalan capek di jalan nih.. sialan

    Waktu berlalu, kirakira pukul 9 malam, kami masih ada di atas bis jurusan ke kotanya. Malam itu kurasakan sangat dingin, apalagi ditambah tiupan angin yang sangat kencang. Di dalam bis yang lumayan penuh itu, aku duduk di kursi kedua dari belakang sejajar dengan Ana. Pintu bis yang ada di sebelah kananku ternyata tidak bisa ditutup, karena kuncinya rusak kata kernetnya.

    Ana yang merasa kedinginan terkena tiupan angin, bingung mau bagaimana sebab dia tidak membawa jaket atau sweater buat penghangat, sedangkan aku sendiri tidak masalah. Kemudian kutawarkan dia untuk pindah tempat duduk di sebelah kananku, yah.. lumayan dia terlindung dari angin oleh badanku.

    Sekitar 10 menit setelah itu, dia bilang katanya dia merasa mengantuk, aku tawarkan dia untuk tidur saja di pangkuanku. Dia mau dan langsung dia rebahkan kepalanya di pahaku, waktu itu aku sebenarnya agak kawatir dengan penumpang lainnya. Janganjangan ada yang berpikiran macammacam tentang kami, meskipun begitu aku akhirnya memutuskan untuk santai saja. Si Ana dengan cepat tertidur dengan pulasnya, tanganku kutaruh di atas punggungnya biar dia merasa lebih hangat.

    Tawaranku untuk tidur di pahaku ternyata berbekas sekali di hati sepupuku ini, sepertinya dia merasa ada sesuatu yang lain yang dirasakannya setelah dia merebahkan kepalanya di pahaku. Mungkin karena dia masih anak SMU yang belum pernah merasakan kasih sayang dari seorang cowok, tetapi kok ya kebetulan justru dengan kakak sepupunya sendiri.

    Tidak terasa, bis telah memasuki terminal di kotanya. Waktu itu jam 1 pagi. Kami langsung mencari becak untuk pulang ke rumahnya. Sampai di rumahnya yang sederhana (bapaknya bekerja sebagai sipir penjara dan ibunya guru SD), aku langsung disambut oleh Omku. Kami berbincangbincang sejenak sambil nonton MTV.

    Tidak lama kemudian, Omku minta diri untuk tidur. Aku mempersilakan Omku untuk tidur. Aku sendirian yang belum merasa mengantuk dan meneruskan melihat TV. Si Ana sendiri ada di kamarnya sedang bicara dengan adiknya. Kirakira 5 menit kemudian, kudengar ada orang datang masuk ke ruang TV dimana aku berada, yang Ternyata Ana.

    Aku bertanya pada dia, Lho.. An, kamu ngga tidur? Kan udah malem, bahkan pagi nih!
    Lah.. mas sendiri gimana? Kok ngga tidur juga? dia balik bertanya.
    Mas kan udah biasa melek sampai pagi, lagian acaranya bagus nih, MTV music Awards.
    Iya deh tapi Ana boleh nemenin Mas ngga?
    Boleh aja, asal bikinin Mas kopi panas dong
    Ih.. Mas curang.. Oke deh Ana buatin.

    Kemudian dia beranjak pergi ke dapur untuk membuatkan kopi untukku. Sewaktu dia jalan ke dapur, dia melewati ruangan makan yang gelap, sedangkan ruang dapurnya sendiri dibiarkan terang, sebab Omku orangnya suka makan, jadi kalau malam dia sering ke dapur untuk cari makanan.

    Sewaktu dia melewati kamar makan yang kebetulan bisa terlihat dari tempat dudukku, aku agak kaget karena kulihat dasternya kelihatan menerawang terkena cahaya dari dapur.

    Si Ana ini sebenarnya tidak hanya manis tetapi juga cantik, tubuhnya agak gemuk, tinggi sekitar 158 cm, ukuran dadanya berapa ya? Tidak tahu.. Kulitnya sawo matang dan yang paling menarik adalah matanya yang khas cewek Jawa, tidak besar juga tidak kecil. Sekilas kulihat bentuk tubuhnya sewaktu dia melewati ruang makan. Jantungku merasa agak berdebar karena aku kan lakilaki, jadi lihat yang seperti itu kan, ya gimana gitu.

    Selesai dia membuat kopi, segera dia menuju ke arahku, terus dia bergabung nonton MTV. Sejenak aku lupa akan kejadian yang mendebarkan tadi (menurutku lumayan mendebar kan lho).

    Kami berbincangbincang sambil mengomentari pemenangpemenang yang sedang diumumkan di TV.
    Tibatiba dia nyeletuk, Mas.. tadi enak lho tiduran di pangkuannya Mas..
    Kenapa emangnya? Mau lagi ya, sini deketdeket Mas..? kataku.
    Oke deh!

    Kemudian dia mendekat ke arahku dan merebahkan kepalanya di pahaku lagi. Nah, sekarang aku mulai berpikiran macammacam nih, karena kan dia hanya memakai daster dan di dalam dasternya hanya ada CD dan BH saja. Mau tidak mau batangku mulai bereaksi pelanpelan, tetapi dia tidak tahu.

    Masih sekitar 10 menit kami berbincangbincang, tanganku kutaruh di atas pinggulnya, dan kurasa dia tidak keberatan. Lamalama sepertinya dia mengantuk dan mulai sembarangan kalau menjawab pertanyaan atau komentarku.

    An.. geser dikit dong, soalnya pahaku kesemutan nih! Sebentar, ganti pake bantal aja yah?

    Kemudian kuangkat kepalanya, kupindahkan dia ke bantal yang ada di sofa, sedangkan kakinya kuangkat ke atas pahaku. Singkat cerita, dia sudah tertidur dengan pulas.

    Pikiranku mulai keluar pikiran iseng, tanganku aku rabakan di kakinya. Sambil purapura memijat, dari bawah pelanpelan naik ke atas, terus turun lagi, naik lagi lamalama aku memijatnya terlalu naik sampai hampir menyentuh pangkal pahanya. Rupanya dia terbangun.

    Ngapain Mas..?

    Eh.. ngga kok cuman mijitin, kan kamu capek barusan abis naik bis jarak jauh?
    Mmm.., boleh juga.. tapi mijitnya jangan keraskeras ya Mas
    Oke An..

    Nah, aku teruskan kembali memijatnya, tetapi kali ini mijatnya lain, aku kan sedikitsedikit pernah baca tentang pijatan erotis, maka aku mencoba untuk mempraktekkannya sekarang. Pertama kuletakkan tanganku di telapak kakinya, terus kucari simpul yang bisa membangkitkan gairah seksnya.

    Nah, ketemu nih batinku.
    Pelanpelan kupijat bagian itu sambil tanganku yang satunya juga memijatmijat paha kanannya.

    Setengah sadar dia bertanya, Mas, kok enak banget sih pijitannya?
    Tenang aja deh, yang ini belum apaapa, entar ada yang lebih hebat. jawabku.
    Lama kelamaan dia jadi tidak merasa ngantuk, tetapi menikmati pijatanpijatan tanganku sambil mengeluarkan suara lenguhan yang sangat merangsang, Nngggh ngghh enak loh Mas agak naik dikit Mas.. yang ini lho di atas dengkul, ya.. di situ terus.. terus..

    Aku tahu dia tidak sadar kalau sedang aku kerjain. Lamalama kulihat dia sepertinya mau bangkit dari tidurnya. Kemudian waktu kubiarkan, ternyata dia tibatiba memelukku dan berusaha mencium bibirku. Aku sendiri menyambut ciumannya dengan bersemangat.
    Wah, lha ini nih yang kunanti, batinku.

    Ciumannya lumayan dahsyat, sampai lidahnya masuk ke mulutku seperti ular. Lidahku sendiri jadi tidak mau kalah menyambut lidahnya yang masuk ke mulutku (heran juga anak ini kok bisa senekat ini pikirku). Dan ternyata, kok luar biasa ciummannya untuk ukuran anak SMU yang belum pernah pacaran, tangannya melingkar di punggungku dan berusaha masuk ke dalam tshirtku.

    Gerakan tubuhnya terlihat sekali terbakar oleh rangsangan yang kuberikan melalui pijatan tadi, tubuhnya naik turun sambil sesekali bergoyang ke kiri dan ke kanan. Lamalama daster yang dia kenakan tertarik ke atas oleh karena gerakannya tersebut, dan tanganku pun bisa leluasa untuk memegang pantatnya. Dia memakai celana dalam yang tipis berenda.

    Pelanpelan kumasukkan tanganku ke dalam CDnya dari atas. Aku berhasil memegang pantatnya, wah.. seketika aku merasakan suatu gelora dalam diriku, sepertinya aku sendiri mulai terserang rangsangan yang sangat kuat. Aku pijatpijat pantatnya, sementara kami masih saling berpagut, dia sendiri terlihat sangat menikmati pijatan tanganku pada pantatnya.

    Lalu aku mulai menaikkan tanganku, berusaha untuk membuka dasternya. Tanpa hambatan, aku berhasil menaikkan dasternya sampai ke bagian leher, kudorong dia pelanpelan ke belakang, dia berusaha untuk tetap memelukku.

    Aku berbisik padanya, An.. tolong kamu mundur sebentar, aku tolong kamu nglepasin dastermu.
    Dia mengangguk pelan, lalu kubuka dasternya. Kulihat tubuhnya yang mulus hanya ditutupi BH dan CD saja.
    An.. gimana kalo semuanya aku buka? tanyaku.
    Ternyata ia mengangguk mengiyakan, Silakan Mas
    Kubuka pelanpelan BHnya sambil kubelai dua bukit di dadanya dengan lembut.
    Ehm Mas.., Ana sayang sama Mas katanya.
    Aku tidak menjawab perkataannya.

    Kemudian kudekatkan wajahku ke buah dadanya dan mulai mengulumngulum pucuk bukitnya. Dia terlihat sangat menikmati perlakuanku tersebut, matanya terlihat sayu dan sepertinya mengharap yang lebih dari sekedar dikulum pucuk bukitnya.

    Aku menengok ke arah jam dinding yang terletak di atas pintu, jarum menunjukkan pukul 12:08 malam. Aku sempat berpikir, sebenarnya bahaya kalau tibatiba Om atau Tanteku memergoki kami yang sedang asik di sini. Sekejap aku memutar otak, aku lalu berbisik ketelinga Ana.
    An.. kita pindah ke kamarku aja yah?

    Dia tersentak mendengar bisikanku. Aku sendiri kaget, Apaan nih? Kok jadi medadak berubah?

    Aku rasakan ternyata Ana sepertinya tersadar atas apa yang sedang diperbuatnya. Dengan terburuburu, dia menyambar pakaiannya dan berusaha lari menuju kamarnya. Cepat sekali kejadian itu berlalu, aku sendiri tidak sempat melakukan apaapa, aku hanya melongo seperti Mandra diputus Munaroh.

    Gila, pembaca tahu sendiri kan? Lagi enakenak bercumbu, tidak tahunya putus di tengah jalan. Tetapi aku sendiri maklum, sebenarnya Ana adalah anak yang taat beribadah. Dan kuyakin yang barus saja kualami, sebenarnya dia melakukannya di bawah sadar.

    Paginya, aku bangun sekitar pukul 9:00, ternyata aku semalam ketiduran di depan TV. Aku ngucekucek mataku sambil mencari dimana kacamataku, agak lama kucari, tetapi tidak ada.

    Mana ya? aku bergumam pelan.
    Kebetulan Tante yang berjalan melewati ruang TV menuju dapur mendengar gumamanku.
    Cari apa Di? tanya Tanteku.
    Tante liat kacamata Padi ngga?
    Ngga tuh.. mungkin jatuh di bawah meja, coba cari lagi, sambil dia berjalan menuju ke arahku ingin membantu mencari.
    Dicaricari sudah lama, tetap tidak ketemu, Yep.. nanti dicari lagi deh Tante.. biar Padi mandi dulu. kataku.
    Oke lah, nanti Tante bantu lagi carinya.
    Oke Tante.. sahutku.
    Aku bergegas menuju ke kamarku, mengambil peralatan mandiku.

    Kamarku terletak di sebelah kamar Ana, sempat kulihat dari celah kamar yang tidak tertutup semua. Ana masih kelihatan pulas tidurnya. Mungkin dia tidak bisa tidur setelah kejadian tadi malam. Habis mandi aku menuju ke ruang TV lagi untuk mencari kacamataku yang masih sembunyi. Ternyata tante sudah ada di sana sedang nonton TV.

    Aku tanya ke tante, Ketemu ngga kacamatanya Tante?
    Ngga tuh Di.. udah tante cari dimanamana ngga ada, sampaisampai sekalian Tante ngebersihin ruang ini deh.
    Waduh gimana nih susah deh. Aku kan ngga bisa baca kalo ngga pake kacamata, pikirku, Ya apa mau dikata, kalo lagi apes, gini deh jadinya.

    Pukul 9:30, kulihat kamar Ana sudah terbuka, beberapa menit kemudian Reni (ini nama adiknya) bergabung dengan kami di ruang TV sambil membawa nampan berisi 4 gelas teh.

    Aku tanya dia, Kok cuman empat gelasnya Ren?
    Ooo, Papa kan udah berangkat kerja Mas.., jadi Reni bikinnya cuman 4. jawabnya.
    Gitu ya? sahutku.
    Kami lalu berkumpul membicarakan keadaan Kota Tuban, tibatiba si Reni bertanya ke Tante.
    Ma.. kacamata yang di kamar Reni itu punya siapa sih? tanyanya.
    Eit! lha ini dia nih si kacamata.. ternyata ngumpet di sana, spontan aku menyahut, Heh! Itu pasti kacamataku.
    Betul.. itu pasti kacamatanya Mas Padi, Ren! sahut Tante, Sana cepet ambilin!
    Reni lalu berdiri dan mesuk kamar untuk mengambil kacamataku. Aku berpikir, mungkin kacamataku semalam kesangkut di bajunya Ana.

    Sesaat kemudian Reni kembali membawa kacamataku, aku sempat waswas, mogamoga Tante tidak curiga kenapa kok kacamataku sampai bisa mampir kesana. Memang ternyata dia tidak curiga sama sekali.

    Pukul 10:00, Tante pamit mau berangkat ke pasar yang tidak terlalu jauh jaraknya dari rumahnya, si Reni ikut. Aku ditinggal sendirian. 5 menit waktu berlalu, aku mulai bosan, terus aku menuju teras depan ingin merokok. Di teras ternyata ada koran edisi hari itu, aku tertarik untuk membacanya. Kubolakbalik halamannya, tidak ada yang menarik.

    Bosan lagi deh, ngelamun jadinya. Aku teringat kejadian tadi malam.
    Dalam hati aku berpikir, Sekarang di rumah cuman ada aku berdua sama Ana. Wuih! kalo hehehe kalo misalnya aku iseng gimana ya?
    Akhirnya, ternyata aku nekat juga.

    Aku bangkit dari tempat dudukku, masuk ke dalam. Sampai di depan pintu kamarku, aku punya ide. Mmmm harusnya pintu depan kututup ya, terus aku pasangkan kaleng krupuk di bagian dalam, biar kalo kebuka dari luar kalengnya kegeser dan bikin suara brisik. pikirku.
    Cepatcepat kukembali ke ruang tamu dan melakukan rencanaku. Setelah itu, aku kembali lagi ke kamar, hatihati kuintip ke dalam kamarnya Ana, ternyata dia masih pulas tertidur.

    Aku berjingkat masuk ke kamarnya, perlahan aku duduk di samping tidurnya. Dia tidurnya mengorok hingga aku mau tertawa waktu itu, tetapi kutahan karena takut dia terbangun. Dengan hanya diterangi lampu baca (kamarnya tidak ada jendelanya), kupandangi wajahnya lama. 5 menit lebih kupandangi dia, semakin lama semakin manis.

    Gila ya, dengan adik sepupu kok seperti itu? tapi pikirku, Biarin aja lah, isengiseng berhadiah.

    Kemudian aku mulai mencoba membelai rambutnya, pelan tetapi pasti. Dia tidak bereaksi, dia tidurnya brukut (memakai selimutnya sampai menutupi leher). Aku berusaha membuka selimutnya perlahan, kutarik ke bawah dan dia tetap tidak bereaksi. Kumasukkan tanganku ke dalam selimutnya sambil berusaha mencari payudaranya. Dengan tanpa kesulitan, tanganku sudah memegang payudaranya, tetapi masih terhalang dasternya.

    Eit nanti dulu ternyata dia ngga pake BH! Berarti semalam dia ngga pake BHnya lagi dong, wah asik nih pikirku.
    Lalu kumasukkan tanganku melalui lubang di antara kancing dasternya. Tidak susah juga, tanganku sudah memegang daging empuk dengan tonjolan di puncaknya.

    Ana menggeliat, agak keras menggeliatnya, dia terbangun.
    Mampus gua, pikirku.
    Dia melotot sambil teriak, Lepasin dong Mas apaapaan nih Mas?
    Aku gelagapan berusaha mencari alasan, An kamu ngga inget semalem ya?
    Lupain aja Mas! Ana ngga mau lagi, ngga boleh, entar dosa Mas!
    Tapi Ana semalem udah ngelakuin dosa lho kenapa ngga sekalian aja? rayuku.
    Kali ini dia benarbenar marah. Ana teriakteriak menyuruhku keluar dari kamarnya. Aku turut saja, untung letak rumahnya berjauhan dengan tetangga, jadi aku tidak takut teriakannya terdengar tetangganya.

    Wah gagal nih ceritanya.., aku akhirnya hanya merabataba batang kemaluanku yang menganggur karena tidak jadi dipakai. Aku duduk di ruang TV lagi. Melihat acara tarian Bangkok, lumayan lah buat obat, melihat penyanyi Thailand yang cantikcantik. Sebentar kemudian Ana keluar dari kamarnya, dia menuju ke arahku. Aku berusaha tidak peduli, dia lalu duduk di dekatku.

    Katanya, Mas maapin Ana ya? Ana udah bentakbentak Mas
    Ngga papa An.., Mas yang salah. balasku.
    Sebenarnya Ana sayang sama Mas, tapi kita kan masih bersaudara, apalagi nanti kalo ketahuan ama PapaMama kan bisa berabe Mas! jelasnya.
    Ya sudah.. lupain aja An, toh kamu masih muda. Nanti juga pasti ada cowok lain yang lebih pantas buat kamu. lanjutku.
    Iya Mas, Mas Ana mau ngasih sesuatu buat Mas.
    Apa An? tanyaku.
    Liat sini deh Mas.. (dia mulai tidak kaku lagi)

    Aku menoleh ke arahnya, tibatiba dia mendekatkan bibirnya ke arah bibirku.
    Mmpphh
    Plas! jantungku spontan berdegup keras, Kok tautau nyium sih? pikirku, tetapi kunikmati saja, enak sih.

    Pertamanya dia hanya mau mengecup saja, tetapi kulingkarkan tanganku di lehernya, dan kudekap dia. Dengan lembut kukecup bibirnya, dia tidak berontak ternyata, aku pererat dekapanku, dada kami sudah saling menempel. Aku merasakan kalau dia masih belum memakai BHnya.

    Dengan perlahan kubelai punggungnya, dasternya yang terbuat dari sutera terasa halus sekali, sensasinya justru membuatku jadi semakin ON saja. Coba saja pasangan anda disuruh pakai lingerie yang bahannya sutera, ditanggung kalau diraba pasti enak sekali. Lama kami berciuman dengan posisi itu, akhirnya capai juga aku. Kulepas pelukanku dan mengakhiri ciuman.

    Aku berkata pada Ana, Sini An Mas pangku..
    Ngga ah Mas nanti kayak tadi malem deh jadinya!
    Percaya deh sama Mas ngga sampe ngelakuin yang nggangga kok, okey?

    Dia akhirnya mengalah, mungkin dia masih ada rasa ingin juga, dia juga tahu kalau sekarang kami hanya berdua saja di rumah, So? Why not?. Dia duduk di pangkuanku menghadap TV, tanganku bergerak dengan bebas di dadanya.

    Kuraba dadanya sambil berkata, An.. Ana ngga marahmarah lagi nih?
    Biarin lah Mas.. udah terlanjur nih, tapi janji ya jangan kebablasen pintanya.
    Okey An!

    Dari belakang, sambil tanganku membelai payudaranya, kulihat dia memejamkan matanya menikmati belaian tanganku. Tanganku meraba payudaranya dengan hatihati, penuh perasaan aku membelainya, aku sendiri memejamkan mataku jadinya.

    Pelan tapi pasti, tanganku bergerak turun menuju perutnya. Agak dekat dengan Vnya kugunakan kuku jariku yang agak panjang untuk membangkitkan rangsangan di perutnya. Kulirik dia, terlihat dia menahan perutnya dengan membuat kaku daerah itu.

    Dia menikmati perbuatanku, perlahan dasternya kutarik ke atas, dia diam saja, ujung dasternya sudah sampai ke pahanya. Sedikit lagi pasti aku bisa meraih celana dalamnya. Akhirnya sampai juga, CDnya sudah tidak tertutup lagi, sekilas kulihat bercak basah di ujung Vnya. Tanpa berpikir lama, kupindahkan tanganku ke sana, tanganku merasakan memang di daerah itu sudah basah. Kusimpulkan pasti dia sudah terangsang berat.

    Lalu kuselipkan tanganku ke dalam CDnya, tetapi dia kali ini menahan tanganku supaya tidak masuk ke sana. Aku urungkan niatku untuk itu, tanganku hanya menggosokgosok dari luar saja. Kemudian terlihat dia mengeluarkan lenguhan dan badannya menegang, seperti menahan sesuatu. Orgasme rupanya. Lalu badannya melemas lunglai di pelukanku.

    Tanganku yang masih berada di selangkangannya merasakan kalau CDnya bertambah basah. Kemudian Ana memandangiku. Lama kami berpandangan.

    Ana kemudian bicara, Mas, kita lakukan yuk. Ana udah ngga tahan
    Wah, benarbenar kejutan..! Ana tibatiba berubah pikiran. Hal ini tidak akan kusiasiakan. Tanpa bicara lagi, langsung kucium dan kuremas dadanya yang masih tertutup daster.

    Ana melenguh keenakan karena remasan itu. Kemudian aku melepas remasannya. Kupandangi dadanya di balik dasternya, kupandangi seluruh tubuhnya, kulitnya yang sawo matang. Kemudian aku melepas dasternya karena akan merepotkan saja.

    Kini ia polos tanpa satu benang pun menutupi tubuhnya. Kemudian aku membopongnya ke kamar tidurku dan kubaringkan ia di tempat tidur, lalu kuciumi seluruh tubuhnya. Tubuh Ana bergetar hebat, menandakan bahwa dia baru pertama kali ini melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya. Kemudian aku mencium dan menjilat bagian perutnya dan mulai ke bawah dan mulai meraba serta membuka kedua pahanya degan kedua tanganku.

    Tangan kananku membuka belahan vaginanya sedangkan seluruh bagian mulutku mulai mengolah bibirbibir vaginanya. Tangan kiriku masih meremas buah dadanya yang sebelah kanan. Aku merasakan adanya cairan yang mulai membasahi permukaan bibir vaginanya. Aku terus menyedot dan menggigitgigit perlahan labia mayoranya dengan asyik, sedangkan tangan kiriku sekarang merabaraba klitorisnya dengan cairan pelumas dari lubangnya.

    Asyik sekali, karena terlalu keasyikannya, secara tidak sadar, ada dua tangan menjambak rambutku, aku tidak menghentikan aktivitasku. Mulanya kupikir hanya gerakan kenikmatan yang diterimanya secara erotis.

    Eh, kok tambah lama terasa ada goyangan perlahan di bagian selangkangannya. Begitu pula tanpa kusadari, ada suarasuara nafas tertahan dan jambakan di rambutku bukan lagi jambakan pasif, tetapi mulai membelai dan memegang kupingku. Aku tibatiba sadar. Dia benarbenar menikmatinya. Aku termanggu duduk di antara selangkangannya dan melihat ke arah wajahnya.

    Kok.., berhenti Mas..? suaranya berat perlahan dengan tatapan wajah yang sayu.
    Ehh.. terusin Mas hhh kurang dikit lagi..! suaranya tertahan.

    Aku masih terduduk bingung dan memandangnya dengan pandangan bodoh. Dan yang menjengkelkan, batang kejantananku tidak berkompromi. Dia tegak mengacung, sehingga mencuat di antara kaosku. Kepalanya tampak licin karena cairan bening yang keluar. Sebenarnya batang kejantananku lumayan besar dan panjang, sehingga tampak mencuat tinggi. Tibatiba Ana bangun, dan duduk di hadapanku, memandangku dengan sayu. Tibatiba tangannya mulai bergerak ke arah batangku, dan memegang lama sambil tersengalsengal sehabis melumatnya. Kemudian memandangku perlahan dan meletakkan dirinya telentang di ranjang. Ana berdiri di atas tempat tidur dan berjongkok di depanku. Kemudian dia membuka kedua pahanya dan mengangkat lututnya ke atas sehingga lubangnya terlihat.

    Ia meraba permukaan vaginanya sambil perlahan memandangku dan berkata, Ayo Mas masukin..!

    Aku seperti tersihir, antara bingung dan nafsu, menggerakkan diri untuk berlutut di antara kedua pahanya dan memegang kepala batangku yang licin terkena ludahnya dan mengarahkannya ke lubang merah mengkilat itu. Sejenak aku lupa bahwa dia masih belasan tahun, yang kurasakan secara reflek setelah dikenyot habishabisan olehnya, ialah bahwa ia sudah tidak perawan lagi.

    Dan, Ssleeeppp.. ketat tetapi tidak begitu menjepit dan tanpa hambatan sama sekali (benar dugaanku). Aku menusukkan seluruh panjang batangku ke dalam lubang itu, dan hebatnya seluruh panjangnya batang kejantananku itu masuk total ke dalamnya serta membiarkannya sejenak merasakan denyutan hangatnya.

    Ana melenguh agak keras. Aku khawatir juga karena dia akan merasakan sakit di bagian dalam vaginanya. Tetapi karena malaikat nafsu lebih berkuasa, ya sudah aku santai saja dan mulai menarik batangku itu dari dalam lubangnya dan memasukkannya lagi seluruhnya.

    Entah karena apa, aku tidak begitu merasakan rasa nikmat yang cepat naik. Memang terasa basah, licin dan enak tetapi, ya lebih karena ini memang sedang bersetubuh. Aku mulai berpraktek dengan berbagai macam cara menusuk dan arah tusukan ke dalam lubang vaginanya. Yang mulai mencemaskanku, Ana sama sekali tidak berusaha menahan suaranya.

    Ia mulai melenguh dan mengerang keraskeras ketika aku mulai mempercepat gerakanku. Aku antara cemas dan mulai nikmat, tidak peduli lagi. Lagi pula suaranya mulai merangsangku dan ini membuatku menusuknusuk dengan gerakan yang cepat dan keras.

    Aaahhh aayooo Mass aaduhh cepat Masss..! pintanya dengan nafsu.

    Dia mengangkat kedua tangannya ke atas kepalanya. Bunyi beradunya kemaluan kami mulai terdengar keras, berkecepakkecepak dan aku mulai merasakan lereng gunung telah kucapai. Tinggal mendaki cepat dan sampai di puncak.

    Tibatiba Ana menghentikan gerakanku, dan menutup kedua pahanya sehingga terasa ada jepitan yang luar biasa di sekujur batangku. Kemudian dia memandangku sayu. Aku tahu apa yang dimaksudkannya dan mulai menggenjot lagi. Aku menjepitkan kedua betisnya di antara leherku dan bertumpu pada kedua tangan, sedang aku membentuk busur dengan tubuhku, merapatkan kedua pahaku sehingga terasa batangku membesar dan mulai menusuknusuknya cepat.

    Aaahhh sss terdengar bunyibunyian antara suaranya yang merangsang dan bunyi kecepakan kemaluan kami yang beradu, sedangkan aku sendiri mengeluarkan suara helaan nafas yang cepat.

    Beberapa menit kemudian, aku merasakan aliran yang semakin cepat memenuhi pinggul dan seluruh tubuhku. Keringatku telah mengucur deras.

    Dan, Annn Annaaa aaadduuhhh ssss Ann..! spermaku menyemprot deras ke arah perutnya. Aku mengerang keras dan terus mengocok batang kemaluanku. Kemudian tanganku yang mulai begerak ke arah vaginanya segera menusuknusukannya.

    Lama aku terus menusuknusuk lubangnya karena rasa nikmatnya terus mengalir hingga tidak berapa lama kemudian Anna berkata, Masss aaa Maass ssshhh aaddduuhh..!

    Ana menaikkan pelvisnya dan menerima tusukantusukan terakhirku dengan denyutan dinding vagina yang terasa cepat dan kenyal. Aku menindih tubuhnya yang kecil dan merasakan detak jantung yang cepat di dadanya dan dengusan nafas hangat di ubunubunku. Jariku masih menancap dalam di dalam vaginanya dan merasakan denyutan yang tidak kunjung reda.

    Kemudian aku tergeletak di sampingnya, aku berkata kepada Ana, An kamu sekarang mandi saja ya..? Kayaknya kamu bau deh
    Sialan iya deh, Ana mandi, makasih ya Mas Ana udah dikasih pelajaran sama Mas.
    Samasama An..

    Aku tidak merasa menyesal karena tidak dapat seperti yang kubayangkan (gadis yang benarbenar perawan). Yah, lumayanlah bisa merabaraba kan? Ana lalu berdiri hendak menuju ke kamar mandi, sebelum dia pergi dia menoleh ke arahku lalu menunduk dan menciumku sebentar. Aku belaikan tanganku ke dadanya dan Vnya.

    Dia tersenyum memandangku, lalu bergegas menuju kamar mandi. Saat dia menutup kamar mandi, aku sempat dengar langkah kaki berlari menjauh dari arah pintu ruang tamu. Aku cepatcepat menuju ruang tamu ingin mengetahui siapa yang baru saja dari sana. Sempat kulihat warna bajunya, biru seperti yang dipakai Reni. Mungkinkah..? batinku.

    Aku kembali ke ruang TV, sambil menebaknebak, Apa iya.. tadi itu si Reni, terus kalau benar, berarti dia tahu dong kita lagi ngapain..? Waduh, terlalu serius sih tadi jadinya begini deh.

    Kurang lebih 20 menit, Tante dan Reni datang dari pasar, Tante katanya mau masak Sop buntut dan membuat Rujak cingur. Siang jam 12:30, Ana mengajakku untuk makan. Saat makan, Reni kelihatan agak canggung melihatku, pikiranku lalu menghubungkan dengan peristiwa yang tadi kualami.

    Berarti tadi memang benar Reni.. pikirku.

    Kami tidak bicara banyak saat di meja makan. Akhirnya sore pun tiba, Omku sudah datang sejak jam 3:00 tadi. Aku lewatkan seharian dengan bermain playstation dengan Ana, sedangkan Reni dari tadi berada di dalam kamarnya. Tidak tahu sedang berbuat apa dia, betahbetahnya di dalam kamar terus. Tante sendiri ke rumah tetangga untuk membantu masak, kebetulan tetangga ada yang sedang punya hajat.

    Jam 8:00 malam, aku membacabaca majalah di ruang tamu. Ana dan Reni di ruang TV sedang nonton HBO, tidak tahu apa filmnya. Tante sudah tidur di kamar belakang, lelah sehabis membantu tetangga. Si Om malam ini mendapat tugas jaga malam. Jam 9:00, Ana ke ruang tamu, dia bicara padaku kalau mau tidur duluan, Reni masih mau nonton TV menunggu opera sabun kegemarannya di HBO kata Ana.

    Ana suruh aku menemani Reni di ruang TV, soalnya si Reni anaknya sedikit penakut katanya. Jadi aku pindah ke ruang TV, kubawa majalah yang sedang kubaca. Aku rebahkan badanku di sofa panjang di depan TV. Reni sendiri duduk di kursi favoritnya, tanpa sekali pun menengok ke arahku. Aku teruskan baca artikel yang sempat terputus tadi, sambil sekalisekali aku melihat ke arah televisi. Aku lihat ke arah jam tanganku, ternyata sudah jam 11:13.

    Aku berkata kepada Reni, Ren.. kamu ngga ngantuk?
    Dia tidak menjawab, kuulangi lagi dua kali baru dia menjawab, Belum ngantuk kok Mas, lagian filmnya barusan mulai nih.
    Oke.. kalau gitu Mas pergi tidur dulu ya..?
    Ntar dulu dong Mas, tunggu filmnya abis kan Reni takut nonton sendirian, filmnya agak horor nih! pintanya.
    Sofanya dibuka aja jadiin tempat tidur, Mas tidur di situ aja. katanya lagi.
    Emang bisa Ren..? Oke deh Mas coba.

    Aku coba deh usul Reni, dan aku akhirnya tidur di sofa yang sudah diubah menjadi tempat tidur itu. Tidak tahu berapa lama aku tertidur di situ, tibatiba aku terbangun merasakan tanganku ada yang memegang. Aku buka mataku sedikitsedikit, terlihat olehku Reni memegang tanganku, digosokgosokkannya tanganku ke selangkangannya.

    Terasa olehku bulubulu halus di ujung jariku. Kulirik mukanya, dia mendesah amat pelan. Wajahnya menghadap ke arah televisi, aku jadi curiga, janganjangan?

    Aku lalu mencoba melihat ke layar televisi, ternyata di sana terlihat filmnya sudah bukan HBO lagi. Kesimpulanku, si Reni ternyata suka nonton sampai malam berarti hanya untuk menyetel VCD porno. Wow! berarti kakaknya kalah dong sama adiknya.

    Perlu diketahui, jarak umur antara Ana dengan Reni hanya 1 tahun lebih sedikit, apalagi Reni anaknya agak bongsor, tingginya sepundakku, tidak begitu gemuk tetapi cukup berisi. Singkat kata, aku beruntung kali ini, karena mendapat daun muda nih. Perlahan, tanganku yang masih bebas berusaha melorotkan celana dalamku ke bawah.

    Sementara Reni masih asyik dengan kegiatannya yang semakin lama semakin menjadi, dia seperti terobsesi dengan film dari VCD tersebut. Lenguhannya kadangkadang terdengar keras.

    Lalu perlahanlahan tanganku yang dia pegang kutarik ke arah kemaluanku. Setelah dekat, tanganku yang satunya dengan cepat kurangkulkan ke pinggangnya dan menariknya ke atas tubuhku.

    Dia kaget sekali, hampir dia berontak, tetapi selanjutnya dia justru memegang batang kejantananku dan mulai mengocokngocok dengan lembut. Aku pun lalu mengimbanginya, kuubah posisiku agar lebih enak dengan bersandar ke belakang, ke sandaran sofa. Dia menoleh ke arahku, terlihat wajahnya yang khas ABG, mengingatkanku kepada cewekcewek yang suka nongkrong di mallmall.

    Posisi tubuh kami akhirnya saling berhadapan, dia menggesekkan tubuhnya naik turun. Payudaranya ditempelkan ke dadaku. Nafasnya terdengar keras, khas orang yang sedang terangsang berat, Sshhhsshhsshhss seperti itu deh kalau tidak salah.

    Tshirtnya yang gombrong mulai basah terkena keringatnya, memang malam itu udara terasa sangat panas, aku sendiri juga merasa kepanasan. Aku peluk dia, tanganku kutelusupkan ke dalam tshirtnya dari belakang, sedangkan bibirku tidak tinggal diam begitu saja, kucium belakang kupingnya dengan pelan, kuhembuskan nafas secara perlahan ke daun telinganya.

    Terasa olehku Reni semakin menggila, terasa dari gerakan tubuhnya yang turun naik dengan cepat, digesekkannya dadanya ke dadaku, juga selangkangannya dia gesekgesekkan ke kemaluanku dengan bernafsu. Tanganku yang berada di punggungnya, akhirnya kugeser ke pantatnya, dari atas punggung kugerakkan ke bawah, masuk ke celananya sebelum sampai ke pantat.

    Kuputar ke samping dengan agak cepat, lalu kuteruskan ke pinggang mencari celana dalamnya, kuraba dari luar celana dalamnya, pantatnya yang empuk kuremas dengan gemas. Aku menyesuaikan dengan irama gerakannya yang maju mundur. Kontan dia makin menggila, tangannya naik ke atas, rambutnya menyuguhkan gerakan yang erotis sekali. Dia berusaha menanggalkan tshirtnya.

    Setelah tshirtnya lepas, dia pegang kepalaku, menariknya ke arahnya dan melumat bibirku dengan sangat bernafsu. Reni tidak memakai BH, payudaranya yang berukuran lumayan besar terlihat mengkilat karena basah oleh keringat. Aku menjilatjilat payudaranya, kukulum putingnya yang kecil dan tidak begitu menonjol.

    Dia berteriak pelan, Mas..!
    Aku lalu berpindah ke bibirnya yang mungil, kulumat dengan bernafsu bibirnya itu. Dia mendesah keenakan, akhirnya dia tidak tahan lagi.
    Ayo Mas, kayak yang di VCD itu lho Mas pintanya.
    Kujawab, Yang gimana Ren..?
    Cepetan dong Mas Reni udah ngga tahan nih..
    Emang Reni udah pernah..?
    Belum Mas makanya Reni pengen coba, cepetan dong Mas

    Kami lalu berdiri berhadapan, aku melepas pakaian yang melekat di tubuhku, dia begitu juga melepas semua pakaian di tubuhnya. Dengan bernafsu dia pegang batang kemaluanku untuk dikocokkocok, sensasinya, wuah! Tidak tergambarkan.

    Dipegang oleh anak baru umur 18 tahun! Lalu sebentar kemudian, dia melepas batang kemaluanku dan membalikkan tubuhnya, berpegangan pada lemari buku. Posisinya sekarang agak menungging membelakangiku, pantatnya yang belum begitu besar terlihat kenyal.

    Dari belakang, aku melihat kemaluannya sudah merekah, ada daging yang keluar dari kemaluannya, entah apa itu namanya. Mungkin itu kli yang dinamakan clitoris. Tetapi pemandangan itu menjadikan batang kejantananku menjadi berdenyutdenyut ingin merasakannya.

    Kudekati dia, kugesekgesekkan kepala senjataku ke daging yang menyembul keluar itu. Tangan Reni dengan tergesagesa menarik batang kejantananku untuk segera dimasukkan ke dalam liang kemaluannya.

    Terasa agak sulit untuk memasukinya, kutusukkan dengan keras karena aku sudah sangat bernafsu. Aku melihat ke arah wajahnya. Pandangannya ternyata ke arah layar televisi, sambil sesekali bibirnya mengeluarkan desahandesahan merangsang.

    Gila! pikirku, Dia ternyata maniak sama VCD porno.

    Aku tingkatkan kecepatanku dalam menggoyang. Lamalama aku merasa pinggangku capek, dan aku coba mengarahkan dia untuk mengganti posisi classic, aku tiduran dan dia yang di atasku. Dia menurut. Sambil memegang pantatnya, aku tiduran dan menikmati goyangannya. Badannya terlihat mungil bila dibandingkan dengan tubuhku, suara desahannya terdengar melengking lirih di telingaku.

    Pada puncak kenikmatannya, dia melengkungkan tubuhnya ke belakang, tangannya menahan berat badan tubuhnya dengan gemetar. Rasa hangat yang terasa oleh batang kejantananku menjadi bertambah seiring dengan tercapainya puncak kenikmatannya. Sedangkan aku sendiri belum merasakan puncak. Reni merangkulku dengan lemas. Setelah itu, dia berbisik ke kupingku.

    Makasih ya Mas, Mas telah memberi Reni melebihi dari mbak Ana

    Jreng! Terkuaklah kebenaran peristiwa siang tadi, ternyata memang benar. Reni telah melihatku bermesraan dengan kakaknya. daliam hatiku.
    Loh, jadi tadi Reni ngelihat Mas padi gituan sama mbak Ana to?
    Heeh Mas Reni kepingin, lagian Reni sering ngeliat di VCD. Kayaknya enak banget deh Mas dan ternyata memang bener.
    Oke deh, tapi Mas Padi belom sampai puncak nih.. gimana dong? Kan kasihan Reni udah capek.

    Begini aja Mas dari tadi siang emang Reni udah merencanakan ini, gini rencana Reni, tadi waktu Reni ngeliat Mas sama Mbak Ana gituan, sebenarnya Reni mo ngambil Dompet Mama yang ketinggalan. Trus Reni punya rencana, Reni beli CTM (obat tidur) buat dikasih ke minuman Mama ama Mbak Ana, nah.. tadi Mbak Ana sama Mama udah minum obatnya (dicampur sama teh) masingmasing 3 butir.. hehehe.

    Terus gimana dong? sahutku.
    Sekarang Mbak Ana kan pasti pules banget tidurnya, diapaapain pasti ngga bangun deh. Kan tempat tidur sebelahnya lagi kosong
    Heh! aku spontan tahu apa yang dimaksudkannya, Sip deh! Oke Ren! Sekarang kita pindah aja ke kamarmu
    Ayo..!

    Kemudian kami berdua berdiri dan menuju ke arah kamar Ana. Memang benar Ana tertidur lelap. Hanya iseng saja, aku membuka dasternya dan menyentuh kewanitaannya Ana dan memasukkan jari telunjuk dan tengah.

    Ternyata memang tidak bangun! Hanya saja dia mengeluarkan sedikit lenguhanlenguhan nikmat yang dia rasakan. Kemudian aku mulai memainkan vaginanya sampai basah. Tetap saja Ana tidak bangun sama sekali.

    Mas, udah dong. Kok malah Mbak Ana yang dimaenin. Giliran Reni dooong keluh Reni karena sudah terbalut nafsu yang tinggi.
    Padahal tadi sudah puas. Lagipula aku juga sudah bernafsu karena tadi dalam permainan pertama belum selesai.

    Kemudian aku melepaskan jilatan pada vagina Ana dan berpaling ke Reni ysng sudah mulai memuncak nafsunya. Kemudian aku mulai naik ke atas ranjang dan menidurkan Reni. Secara intense, kami pun mulai pagutan. Tetapi ketika kami berciuman, beda sekali dengan yang pertama.

    Seperti disirap, kucium pipinya, mulutnya, berhenti lama di situ. Mulut kami berpagut seperti memecah ribuan rindu. Lidah kami bermain di sana. Tidak lama kemudian, kuturunkan lidahku ke arah lehernya, dia menggelinjang, matanya terpejam, tangannya bergidik seperti menahan gelombang perasaannya sendiri.

    Ketika putingnya kuraba, dia mulai melenguh. Dengan gerakan halus, aku mulai meremasremas sehingga Reni merasa keenakan. Sementara bibirku sudah beralih, tidak lagi di bibirnya tetapi sudah menjilati telinga, dan lehernya.

    Karena buah dadanya sudah terbuka, mulutku pun bergeser ke puting susunya yang sudah menegang. Ketika kumainkan dengan lidahku, lenguhannya semakin panjang. Tangan kananku pindah ke arah vaginanya dan mulai meremasnya.

    Sambil memainkan klitorisnya, aku terus menjilati kedua payudaranya. Ketika aku merasakan kemaluannya sudah sangat basah, aku mulai bernafsu untuk melakukan foreplay yang lebih lama. Tidak lama kemudian, mulutku menjilat ke arah perut, pinggang dan sasaran terakhir adalah klitorisnya yang merah. Karena tidak tahan, Reni berontak dan ingin merubah posisi.

    Ren, duduk di depan mukaku pintaku sambil menolongnya berpindah posisi.

    Dia pun kemudian duduk dan menempatkan liang kenikmatannya tepat di wajahku. Lidah dan mulutku kembali memberikan kenikmatan baginya. Responnya mengejutnya.

    Aughhh setengah berteriak dan kedua tangannya meremas buah dadanya. Kuhisap dan kujilati terus, semakin basah liang kenikmatannya.

    Tibatiba Reni berteriak, keras sekali, Aahhh ahhh, matanya terpejam dan pinggulnya bergerakgerak di wajahku.
    Aku.. keluar, sambil terus menggoyangkan pinggulnya dan tubuhnya seperti tersentaksentak.

    Mungkin inilah orgasme wanita yang paling jelas kulihat. Dan tibatiba, keluar cairan membanjir dari liang kenikmatannya. Ini bisa kurasakan dengan jelas, karena mulutku masih menciumi dan menjilatinya.

    Aduh Mass.. enak banget. Lemes deh. katanya. Dia terkulai menindihku.
    Enak?, tanyaku.
    Enak banget, kamu pinter yah. Ngga pernah lho aku klimaks kayak tadi.
    Akh, yang bener..? Kamu kan tadi udah ngerasain. kataku mengingatkan pada permainan pertama kami.
    Tapi, uuhh lebih enak yang ini..
    Ternyata Reni masih menikmati sisasisa klimaksnya. Tetapi karena belum puas, langsung saja kujilat kembali liang kemaluannya. Semakin lama semakin asyik dan sangat enak, dan dia pun merintihrintih kecil.
    Mass nakal ahhh kok akkhh dimaenin lagi ouuchh siiich uwuuhh ooo sstt akhs akhs akhs ooohhh aahh sstth, sambil tubuhnya agak bergerak tidak karuan, mungkin jilatanku tidak seberapa tetapi kulihat dia sedang keasyikan menikmati jilatanku.

    Lalu dia berdiri dan menarik tubuhku ke lantai. Di situ kami berciuman lagi, entah kenapa aku merasakan sesuatu yang hangat di sekitar liang kemaluannya, kuingin batang kemaluanku dimasukkannya ke lubang kemaluannya. Soalnya aku masih ragu. Walaupun tadi sih berani. Tetapi takut si Ana bangun. Kemudian aku memberanikan untuk bicara.

    Ren, aku masukin lagi yaaa Tadi kan belum puass

    Reni tidak menjawab. Dia hanya merintih keenakan. Karena malas bermain sambil berdiri, aku mendorong Reni hingga tertindih oleh badanku. Reni mengerang keras karena vagina tertindih oleh adikku yang sudah menegang tinggi. Kemudian mulai lagi kugerakkan tanganku mencakar halus pinggangnya sampai ke payudaranya. Reni meremas kedua tanganku, menahan geli yang ditimbulkannya.

    Ssshh ssshhh! Reni mendesis berkalikali menahan kenikmatan itu.
    Kembali aku memainkan klitorisnya dengan tanganku, sementara kujilati kedua pahanya.
    Aaahhh ssshhh, Reni mengerang lirih.
    Aku menikmati aroma kewanitaannya yang semerbak bersamaan keluarnya cairan dari liang kemaluannya. Kubenamkan wajahku ke liang kemaluannya sambil menjilati bibir kemaluannya. Klitorisnya yang berwarna merah jambu kukulum sambil kumainkan dengan lidahku. Tubuh Reni menggelinjang bergetar.
    Uuuhffsss aaahhh! Reni menjerit menahan kenikmatan sambil tangannya menggenggam tepi ranjang.
    Kurasakan cairan kemaluannya deras mengalir dan kuhisap dengan penuh kepuasan.

    Masss masukin sekarang.. aku ngga tahan nih.. Reni lirih memohonku untuk segera memasuki tubuhnya.

    Aku segera menempatkan tubuhku di atas tubuhnya yang ramping, seksi serta kencang itu. Berdesir darahku melihat Reni terbaring polos telanjang. Ini bukan kesekian kalinya aku mengaguminya. Badan Reni kurus tetapi kencang dan atletis seperti pelari sprinter tetapi untungnya tidak sampai berotot.

    Maass cepat doong aakkhh.. ngga tahan nih
    Ok, tenang aja..

    Sejenak sempat kudengar Reni mendesis saat meraih kemaluanku.
    Uuu besar dan kuat.. ujarnya setengah berbisik seperti berbicara pada dirinya sendiri.

    Begitu ujung kepala batang kejantananku menempel di bibir kewanitaannya, kurasakan getaran listrik yang mulai menjalar di seluruh tubuhku. Lalu perlahan kudorongkan ke dalam liang kemaluannya.

    Uuhhss yess, Masss uuuffssh, Reni mengerang sambil mendongakkan kepalanya.
    Dengan satu dorongan berikutnya, batang kemaluanku sudah masuk secara penuh ke dalam liang kenikmatan Reni yang hangat dan tebal. Reni mengalungkan kedua tangannya di leherku dan kedua kakinya melingkar di pinggangku.

    Aku mulai gerakan memompa liang kemaluannya.
    Yess ufff Maas Reni menjerit halus sambil memejamkan matanya.
    Gerakanku semakin lama semakin cepat dengan tekanan yang semakin kuat menerobos kedalaman liang kemaluan Reni yang merespon dengan berdenyutdenyut seperti memijit batang kemaluanku.
    Tibatiba Reni membuka matanya dan berbisik lirih, Mas ganti posisi aku mau nih keluar nih..
    Kami segera ganti posisi, badan Reni membalik dalam posisi menungging (doggy style). Katanya dia biasa orgasme dalam posisi ini.

    Aku menuruti permintaan Reni yang jelas dalam posisi ini aku jadi bisa melihat postur Reni lebih lengkap. Biarpun Reni ramping, tetapi dia memiliki pantat yang padat dan berisi sehingga dengan pinggangnya yang ramping makin membuat pantatnya montok. Aku segera mengarahkan batang kemaluanku kembali, kali ini penetrasi dari belakang.

    Srrrt makin lancar penetrasiku kali ini soalnya bagian luar liang kemaluan Reni makin basah.

    Reni menggenggam pegangan ranjang degan kedua tangannya. Aku menciumi lehernya dari belakang sambil kadangkadang menggigit pundaknya. Ternyata Reni sangat aktif dalam posisi ini. Dia semakin aktif bergerak, selain mengikuti gerakan maju mundurku, pinggulnya pun bergoyang mengocok batang kemaluanku.

    Reni pinggul kamu hebat banget, aku berbisik terengahengah.
    Reni menjawabnya dengan eranganerangan, dia menoleh kepadaku sambil menggigit bibir bawahnya. Terlihat peluh membasahi wajahnya yang makin memerah.

    Sesaat kemudian dia berbisik kepadaku, Ouuchhh.. sayang lebih cepat! suaranya diikuti deru nafas yang memburu. Rupanya dia sudah semakin mendekati klimaks.

    Aku pun meresponnya dengan gerakan yang lebih cepat dan keras. Kutusukkan batang kemaluanku makin dalam ke liang kemaluannya seiring perasaan klimaks yang sudah di ambang.

    Aaahhh Uuuh Sssh teruuus Mas ahhh Reni menjerit sambil bergerak makin liar sampai ranjangnya berderikderik.

    Kuteruskan gerakanku dengan mengerahkan sekuat tenaga mengimbangi gerakan liar Reni.
    Ana masih tidur ketika Reni tibatiba menjerit, Aaah uuhhhfffssshhh Masss kepalanya mendongak, tubuhnya bergetar hebat dan kurasakan semburan hangat dari liang kewanitaannya merembes sampai ke buah kemaluanku.

    Aku pun melepaskan jutaan spermaku menyemprot kencang memenuhi karet kondom yang kupakai.
    Uuu yess Reni mengakhiri gelombang kenikmatan dan mengerang sambil menikmati sisasisa orgasmenya.
    Ouuhhh.. Masss, kamu hebat sekali aahh

    Mungkin bisa dibilang ini adalah permainan terbaikku dibandingkan dengan Ana. Kemudian kami pun sempat tertidur berpelukan di kamar Ana.

    Jam 5 pagi Reni balik ke kamarnya dan aku pun tidur di kamarku sendiri. Pukul 10:00, aku bangun dan mempersiapkan diri untuk kembali pulang ke kotaku. Aku diantar Om ke terminal bus, aku tidak sempat pamit dengan Ana dan Reni karena mereka belum bangun.

    Reni kelelahan karena habis bertempur denganku sepanjang malam, sedang Ana masih terpengaruh CTM. Tante sendiri belum bangun juga. Si Reni memang gila seks. Hari itu hari Kamis, jadwalku adalah harus berobat ke dokter spesialisku.

    Tetapi sial, di jalan perutku terasa sakit, sepertinya diare. Aku terpaksa turun di jalan dan mencari restoran terdekat untuk buang hajat. Sampai di rumahku pukul 8 malam dan itu berarti aku tidak jadi ke dokter. Tetapi aku tetap tersenyum simpul, kalau mengingat baru saja aku mendapatkan dua perawan tingting.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Panas Sepupuku Lisa Yang Kena Entot

    Cerita Panas Sepupuku Lisa Yang Kena Entot


    1453 views

    Perawanku – Ini adalah kisahku sebenarnya. Dalam cerita ini aku buat nama-nama tokoh kisah ini dengan nama yang berbeda, karena aku takut orang yang bersangkutan dengan cerita ini mengetahui, makanya aku buat demikian. Kisah ini adalah pengalamanku sebenarnya yang terjadi sekitar bulan januari 1982 dimana namaku (tokoh) dan tempat kejadiannya kurubah.

    Jika ada di antara pembaca merasa terbawa dalam kisahku ini aku mohon maaf kepada saudara/i. Sebelumnya aku perkenalkan diriku dulu. Namaku Sultan, wajahku lumayan lah. Kata teman-temanku, aku tampan. Itu kata mereka, kalau menurutku, aku biasa-biasa saja. Aku anak dari seorang pejabat. Papaku bekerja di suatu kantor pemerintahan, waktu itu ayah menjabat sebagai wakil walikota.

    Awal kisah ini terjadi sekitar awal Januari, dimana waktu itu aku sedang sendiri di rumah, sedang nonton TV tiba-tiba aku di kejutkan oleh suara bel berbunyi.Kringg.. kring.. suara bel berbunyi itu membuat aku terkejut.Kemudian aku membuka pintu, aku melihat seorang gadis berdiri menggunakan baju kaos berwarna putih dan rok mini berwarna hijau sampai ke lutut, wajahnya cantik dan sedap dipandang mata.Aku bertanya, Cari siapa dik..?Dia balas dengan bertanya, Benarkah ini rumah paman Rizal..?Aku terkejut, karena nama yang dia sebutkan adalah nama papaku. Kemudian aku bertanya lagi.Adik ini siapa?Dia hanya tersenyum. Senyumannya manis sekali, lalu aku jawab, Benar, ini rumah paman Rizal, sambungku lagi.Dan sekali lagi dia tersenyum, manis sekali, membuat hatiku dag dig dug.Aku bertanya lagi, Adik ini siapa sih..?Sambil terseyum dia memperkenalkan dirinya, Namaku Lisa, kata-katanya terhenti, Aku datang kemari disuruh mama untuk menyampaikan sesuatu untuk paman Rizal.Oh iyah.. aku sampai lupa mempersilakan dia masuk ke rumah. Lalu kusuruh dia masuk.Silakan masuk, kataku.Aku persilakan dia masuk, Kan ngga enak bicara di depan pintu, apa lagi tamu.Setelah berbicara sebenter di depan pintu, dia masuk dan duduk di kursi ruang tamu. Setelah kupersilakan duduk, aku mulai bertanya lagi tentang dia, dan siapa dia bagaimana hubungannya dengan papaku.Kalau boleh tau, adik ini siapa yah..?Hihihi.. dia tertawa, aku jadi heran, tetapi dia malah tertawa.Kalau ngga salah, pasti abang ini bang.. Sultan yah? sambungnya.Aku terkejut, dari mana dia tahu namaku, lalu aku bertanya, Kog adik tau nama abang?Lalu dia tertawa lagi, Hihihi ..tau dong.Masa abang lupa sama aku? lanjutnya. Aku Lisa, bang. Aku anaknya tante Maria, celotehnya menjelaskan.Aku terkejut, ..ah.. jadi kamu anaknya tante Maria? tambahku.

    Aku jadi termangu. Aku baru ingat kalau tante Maria punya anak, namanya Lisa. Waktu itu aku masih SMP kelas 3 dan Lisa kelas 1 SMP. Kami dulu sering bermain di taman bersama. Waktu itu kami belum tahu tentang apa yang namanya cinta/sex dan kami tidak berjumpa lagi karena waktu itu aku pergi ke Australia sekitar 2 tahun. Sekembalinya dari Autralia aku tidak pernah ke rumahnya karena sibuk sekolah. Sudah kira-kira 3 tahun kami tidak berjumpa, sampai aku mahasiswa tingkat 2, aku tidak ingat namanya lagi, kini bertemu sudah besar dan cantik lagi.Lalu kubertanya kembali menghamburkan lamunanku sendiri, Bagaimana kabar mamamu? tanyaku.Baik jawabnya.Kamudian dia mengulangi maksud dan tujuannya. Katanya, papaku diminta mamanya untuk datang ke rumahnya untuk membicarakan sesuatu hal.Lalu aku balik bertanya dengan penasaran, Kira-kira yang akan dibicarakan apa sih..?Dia menjawab sambil tersenyum manis nan menggoda. Sambil tersenyum, aku memperhatikan dirinya penasaran.

    Tiba-tiba dia bicara, Ternyata abang ganteng deh, ternyata mama ngga salah bilang.Aku jadi salah tingkah dan wajahku memerah karena dipuji. Adik ini ada-ada saja pikirku. Kemudian aku sambut kata-katanya, Ternyata tante Maria punya anak cantik juga. dia hanya tersenyum saja.Paman Rizal kemana bang? dia bertanya membuka keheningan.Belum pulang kerja. jawabku.Hmmm gumamnya.Ya udah deh, titip pesen aja gitu tadi, ya bang! memastikan.Iya oke. jawabku pasti.Jangan lupa yah..! lebih memastikan.Iya.. aku tegaskan lagi.Oke deh.. kalau gitu Lisa pamit dulu yah.. ngga bisa lama-lama nih.. mama bilang jangan lama-lama. jelasnya. Pamit yah bang! tambahnya.Oke deh, mengiyakan. Hati-hati yah! sambungku seperti cowok-cowok lain pada cewek umumnya.Dia hanya tersenyum menjawabnya, Iya bang

    Nah, detik itu jugalah momen itu terjadi. Tidak tahu kenapa dia tiba-tiba menarik tanganku dan mencium pipiku. Bercampur rasa bingung dan asyik di hatiku.Waduh buat apa itu tadi? tanyaku bodoh. Dia hanya tersenyum.Abang ganteng deh, jelasnya sambil melepaskan pegangan tangannya.Nah, itu dia, karena menurutku aji mumpung perlu diterapkan, aku menangkap tangannya dan balik mencium pipinya. Dia menjadi kaget dan aku hanya tersenyum saja, memasang wajah innocent yang jauh dari sempurna. Balas dendam pikirku. Karena kepalang keasyikan dan sudah timbul nafsu. Aku memberanikan diri lagi untuk mencium bibirnya mengusik kediamannya karena kaget pada ciuman pertamaku tadi.

    Mumpung rumah sepi kesempatan nih.. pikirku dalam hati.Aku memberanikan diri untuk lebih lagi dengan meraba tonjolan yang ada di dadanya yang terbungkus bra dari luar.Dia mendesah, ..ahh..hem..Tonjolannya agak lumayan kalau tidak salah taksir, kira-kira 32b besarnya. Karena sudah sangat bernafsu, dan ego kelelakianku meningkat, hasrat itu pun timbul. Aku belai tubuhnya perlahan dan terus menaik sampai ke lehernya. Kubuka baju yang dia pakai hingga terlepas. Dan aku terus meraba bongkongnya yang lumayan juga besarnya kalau tidak salah taksir dapurnya kira-kira 61.Seperti penyanyi saja, gumamku dalam hati.

    Karena keadaan kurang memungkinkan, kugendong dia ke kamarku sambil kami berciuman terus. Kurebahkan dia di kasur dan kutindih dia. Kubuka perlahan-lahan kaos yang dia pakai dan BH-nya aku buka hingga polos. Terpampang di depanku sebuah pemandangan yang indah, sebuah gunung dua yang sangat indah dengan pucuknya berwarna merah ranum. Aku dengan rakusnya meremas dan mengulum kanan dan kiri. Tanganku dengan aktif terus menjalar ke rok yang dia pakai. Perlahan-lahan aku turunkan hingga terbuka semuanya. Aku melihat kodam (kolor,dalam) warna putih dengan berenda bunga. Kubuka perlahan-lahan dengan sabar, hati-hati dan lembut. Tiba-tiba dia menepis tanganku.Jangan bang..! Jangan bang..! dia memohon, tetapi aku yang sudah dirasuki setan tidak ambil pikir.Kemudian kucium bibirnya dan kuremas kembali gunungnya. Dia terangsang. Kucoba mengulang kembali, kutarik kodamnya (kolor,dalam) perlahan-lahan. Dia tidak menepis tanganku, terus kubuka dan kuterpana melihat pemandangan yang begitu indah yang tidak bisa dikatakan dengan kata-kata. Aku melihat sebuah kemaluan yang masih gundul yang hanya dikelilingi dengan rambut yang masih belum lebat.

    Kusibak hutan yang masih agak gundul. Ada cairan bening yang keluar dari dalam hutannya. Dia sudah terangsang. Kubuka bajuku tergesa-gesa. Pakaianku hanya tinggal kodam (kolor dalam) saja tetapi Ucokku (kejantananku) sudah mau lompat saja, ingin mencari sasaran. Sudah tidak tahan ucokku sehingga aku langsung meraba hutannya. Kusibak (buka) hutannya dan aku menciumnya. Kemudian kujilat semacam daging yang keluar dari kemaluannya. Kujilat terus kelentitnya hingga dia meyilangkan kakinya ke leherku.Ahh.. ohh.. yaa.. desahnya.Kumasukan jari tanganku satu dan kukorek-korek dalam hutanya. Dia semakin merapatkan kakinya ke leherku sehingga mukaku terbenam dalam hutannya. Aku tidak bisa bernafas. Aku terus hajar hutannya.

    Hauhh.. ahh.. yahh.. huhhh.. terdengar suara desahya.Aku terus hisap sehingga timbul suara yang entah dia dengar atau tidak. Kemudian perlahan-lahan kakinya agak melonggar sehingga aku bisa nafas dengan bebas kembali. Aku terus menghisap dalam hutannya. Setelah puas kubermain di hutanya, kuhisap lagi gunung kembarnya, kiri dan kanan.Bang.. aku udah ngga tahan nih.. mau keluar.. desahnya.Kupercepat lagi hisapanku, dia merintih.Ahh.. oohhh.. yahh.. serrrr.. dia lemas. Ternyata dia sudah klimaks.Kubuka kodamku dan kejantananku ini kukeluarkan. Taksiranku, kejantananku kira-kira 18 cm panjangnya kalau sudah tegang. Kubimbing kejantananku (ucok) ke arah hutannya. Kugesek-gesekan kejantananku pada liang kelaminnya, kusodok perlahan-lahan. Awalnya meleset, tidak masuk. Wah, ternyata dia masih perawan. Kucoba lagi perlahan-lahan, tidak juga bisa masuk. Kuberi air ludah ke batang kejantananku agar tambah licin. Kemudian kucoba lagi, hanya masuk ujung kepalanya saja, dia merintih.

    Aduh.. sakit bang.. sakit.. rintihnya.Aku berhenti sejenak, tidak melanjutkan sodokanku, kukulum lagi gunungnya, dadanya terangkat ke atas. Tidak lama dia terangsang lagi, lalu kucoba lagi untuk meyodok (seperti permainan bola billyard). Kusodok terus dengan hati-hati, aku tidak lupa memberi ludahku ke kejantananku. Karena hutannya becek akibat klimaks tadi jadi agak licin sehingga kepala kejantananku bisa masuk dia merintih.Aduh.. sakit bangTahan dikit yah.. adikku manis..`ngga sakit kok.. cuman sebentar aja sakitnya bisikku di daun telinganya.Dia diam saja. Kusodok lagi, akhirnya masuk juga kepala si ucok, terus kusodok agak keras biar masuk semua.Slupp.. blesss.. dan akhirnya masuk juga ucokku. Dia menggigit bibirnya menahan sakit. Karena kulihat dia menahan sakit aku berhenti menunggu dia tidak kesakitan lagi. Ucokku masih terbenam dalam hutannya, kulihat dia tidak menggigit bibirnya lagi. Kusodok lagi ucokku perlahan-lahan dan lembut, ternyata dia meresapinya dan kembali terangsang. Kusodok terus.

    Ahh.. auuohhh.. yahh.. terus bang.. pintanya karena dia teransang hebat sambil mengoyangkan pinggulnya ke kiri kanan. Rupanya dia sudah tidak kesakitan lagi. Semakin kuat kusodok.Auoohhh.. ahhh.. yahh.. uhhh.. terus bang! kakinya dililitkan ke leherku.Ahh.. yaa.. rintihnya lagi, terus kusodok agak keras.Selupp.. selup.. suara ucokku keluar masuk, aku juga merasakan ada denyutan dalam hutannya seperti menghisap (menarik) ucokku. Rasanya tidak bisa dikatakan dengan kata-kata.Yahh.. aouuhh yahh.. suaraku tanpa sadar karena nikmatnya.Bang.. enak bang. kusodok terus.Uohh.. ahhh.. yahh.. terusss bang! Yahh.. yahh.. ngga tahan nih bang.. dia terus berkicau keenakan, oohh.. yahh aouuhh.. yaa.. i coming.. yes.. terus dia berkicau.Entah apa katanya, aku tidak tahu karena aku juga merasakan sedotan dalam hutanya semakin kuat.

    Dia meremas kain penutup tilam sampai koyak. Aku terus meyodok dan terus tidak henti-henti.Aouhhh.. ahhh.. yahh.. yaa.. mau keluar nih bang.. dan, Slerrrr dia keluar, terasa di kepala ucokku. Dia klimaks yang kedua kalinya.Aku terus memacu terus mengejar klimaksku, Yahh.. aouuu.. yahh.. ada denyutan di kepala ucokku.Yahh.. ahhh.. aku keluar, kutarik ucokku keluar, kuarahkan ke perutnya.Air maniku sampai 3x menyemprot, banyak juga maniku yang keluar, lalu kukecup keningnya.Terima kasih.. aku ucapkan.Kulihat ada bercak darah di sprei tilam, ternyata darah perawanya. Lalu kuajak dia membersihkan diri di kamar mandi, dia mengangguk. Kami mandi bersama. Tiba-tiba ucokku bangkit lagi melihat bongkongnya yang padat dan kenyal itu. Kutarik bokongnya dan kutunggingkan. Kusodok dari belakang.Aduh.. gumamnya karena masih agak sempit dan masih terasa ngilu karena baru hilang keperawanannya.

    Dia terangsang kembali, kuremas gunung kembarnya, aku berdengus. Ahh.. aouhhh.. yaaa.Crottt.. croottt.. crottt.. kukeluarkan maniku dan kutumpahkan di bokongnya.Kami terus bermain sampai 3 kali. Aku teringat kalau sebentar lagi mama akan pulang, lalu kusuruh cepat-cepat si Lisa mandi dan mengenakan pakaiannya. Kami tersenyum puas.Terima kasih yah bang, aku tersenyum saja dan aku mencium bibirnya lagi serta membisikkan ke telinganya, Kapan-kapan kita main lagi yah!Dia hanya tersenyum dan, ..iya, jawabnya.Setelah berpakain dan merapihkan diri, kuantar dia ke depan rumah. Dan ciuman manis di bibir tidak lupa dia berikan kepadaku sebelum pergi. Aku hanya bisa melihat dia berjalan pergi dengan langkah yang agak tertatih karena merasakan nyeri di selangkangannya.Oh nikmatnya dunia hari ini. pikirku dalam hati sambil menutup pintu.

  • Cerita Sex Kocokan Terapis Panti Pijat Yang Bikin Ketagihan

    Cerita Sex Kocokan Terapis Panti Pijat Yang Bikin Ketagihan


    895 views

    Perawanku – Cerita Sex Kocokan Terapis Panti Pijat Yang Bikin Ketagihan, Badan terasa lelah habis ada kerjaan dikantor yang membuat pikiran penat, untuk itu saya berfikir untuk merilekskan badan saya di tempat panti pijet di kawasan Jakarta, untuk memilih tempat panti pijet yang special saya menuju kesebuah tempat dimana panti pijet tersebut dengan dengan warung makan, enaknya gini, habis dipijet badan terasa bugar apabila langsung makan , menurutku begitu.

    kemudian tidak lama lagi saya bergegas masuk ke tempat panti pijet yang
    saya pilih, disambut oleh beberapa wanita cantik yang memakai celana
    gemes, langsung saja menuju ke resepsionisnya, Saya pesan Mbak Sxx ke
    Mbak Axx (resepsionisnya), kemudian saya dipersilakan ke kamar VIP 304,
    berarti saya naik ke lantai 3,

    Setelah masuk kamar yang telah disediakan, akupun langsung mencopot semua baju dan celana kecuali CD saya, untuk segera dipijet oleh wanita yang saya pilih,

    “Selamat siang Pak”, sapa Mbak Sxx.
    “Siang”, jawabku.
    “Mau minum apa Pak?”, tanyanya.
    “Teh plus krem panas tanpa gula!” kemudian dia pergi ke pesawat telepon di luar ruangan, dan kembali ke kamar lagi. Saat aku akan naik ke tempat tidur..
    “Pakai krem nggak Pak?” tanya Mbak Sxx.
    “Pakai!” jawabku singkat.
    “Kalau gitu sekalian dilepas aja CD-nya nanti kena krem”, kata Mbak Sxx.
    Karena sudah telanjur tidur telungkup dengan kaki rapat, “Tolong dong lepasin!”, seruku. Kan malu belum kenal udah mau lihat rudal mengkeret aja, jadi sambil tidur, CD-ku diplorotin sama dia, tentunya dengan melebarkan sedikit kakiku.

    “Mbak AC-nya boleh nggak dimatiin aja, soalnya saya nggak kuat dingin?” Ini trikku karena dia pasti kepanasan, bayangin saja dia jalan sana-sini, mijat, pakai baju komplit, paling tidak blazer akan di lepas, dan tinggal kaos tanpa lengan (bahkan Mbak Soxx, kaos tanpa lengannya di angkat hingga bawah bra 42FF-nya). Jangan lupa letakkan rudal pada posisi yang aman, bila sewaktu-waktu berubah ukuran, tidak sakit.

    Mulailah pijat tanpa krem ke seluruh tubuhku, dimulai dari telapak kaki, betis, paha, pantat, pinggang, punggung. Karena letak kedua kakiku agak rapat, saat dia memijat bagian telapak kaki, otomatis kakiku tertarik dengan sendirinya masing-masing terbawa ke tepi tempat tidur sehingga posisi kakiku terbuka lebar (akhirnya aku tahu maksud posisi ini untuk dapat memijat bagian dalam pahaku, menyenggol biji sedikit).

    Saat memijat punggung dia naik ke tempat tidur dengan menduduki pantatku, dan paha bagian dalamnya menyentuh pinggangku, terasa dingin dan halus. Hasil sensor pantatku mengatakan bahwa dia menggunakan celana ketat hingga pangkal paha. Saat tangannya mendorong dari pinggang ke pundak, otomatis posisinya agak menunduk, terasa ada dua hal yang membuat sensor probe-ku over range. Pertama, itu payudara 38D menyentuh punggung, walau masih dibungkus bra dan kaos ada rasa kenyal gimana gitu. Kedua, Saat diduduki pasti daerah lobang pantat dia kan yang nempel di pantatku, nah saat dia menunduk otomatis daging vagina yang tembem seperti tutup bagasi VW Kodok-ku menyentuh pantatku dan ada rasa seperti kedutan, mungkin karena dia tekan pundakku sehingga tumpuannya ada di tutup bagasi itu.

    Hingga akhirnya memijat bagian lipatan paha dalam yang kadang-kadang ujung jarinya menyentuh rambut di sekitar biji (kalau aku bilang sih bukan pijat tapi sentuhan atau lebih halus lagi. Padahal belum pakai krem, kalau dia sebelum melakukan ini dia bilangPunten, maka lain kali kalau ke sini lagi, aku langsung order banyakin Puntennya saja, sayang dia nggak bilang). Untuk ukuran pria normal, digituin sih ya pasti kemaluanku bangun, ibarat dongkrak mobil, otomatis pantat keangkat, karena volume kemaluan terisi penuh, untung sudah pada posisi, coba kalau lagi ketekuk, pasti tuh pantat lebih tinggi lagi ngangkatnya.

    Lama nggak ngobrol, hanya mendengarkan musik sayup-sayup, dan nampaknya dia sudah menguasai keadaan-aman terkendali (lihat pantatku kadang naik dan merasakan pangkal kemaluanku keras saat pijat dekat biji tadi), keluarlah pertanyaan standar PPT.

    “Ke sini sama teman Pak?” tanya Mbak Sxx.
    “Nggak” jawabku.
    “Sudah pernah ke sini?”
    “Sudah..” agak berbohong, biar aku tahu servicenya nanti seperti apa, soalnya sesama WP mereka juga bersaing baik wajah, teknik, dan lain-lain.
    “Dengan siapa Pak?”
    “Wah aku lupa namanya, nggak ngingetin sih!” jawabku. Kalau kamu jawab nama WP-nya nanti dia akan tanya diservice apa aja, bayar berapa dan lain-lain.
    “Berarti sering dong Pak”,
    “Nggak juga, asalnya dari mana Mbak?” tanyaku.
    “Bandung”, pembicaraan terhenti.
    Dia mulai memijat dengan krem yang cukup banyak (ini pijat apa lulur krem) semuanya dari arah bawah ke atas (mungkin maksudnya ke arah jantung, agar peredaran darah lancar, nah bisa bayangkan peredaran darah lancar, kemaluan jadi keras, apa nggak tinggal muncrat saja) tapi teknik pijatnya cukup baik (menurutku) pada daerah tanpa titik rangsang dia akan tekan, tapi bila di daerah titik rangsang berubah tekanannya (bukan pijat tapi sentuhan) bayangkan aku dibikin tegang-nggak-tegang-nggak dan seterusnya, disinilah seninya seks, kalau cuma masukin – muncrat – tidur ngorok nggak ada seni, hanya kewajiban memenuhi kebutuhan.

    Urutan pijat dengan krem dilakukan sama seperti tanpa krem, hanya saat dia mulai ke daerah pantat, dia ada di sisi kiriku dekat pinggang, dengan usapan dari paha luar ditarik ke atas masuk antara biji dan paha dalam mengitari lubang anus (yang terkadang sengaja disentuh) dengan kedua tangan secara bergantian, otomatis pantatku naik lagi, pindah ke betis, terus kembali ke pantat lagi (dalam hatiku harus sabar nih, bayangin coba kamu dirangsang terus dicuekin, dirangsang turus di cuekin dan seterusnya), pantas memang lobang pantat itu enak kok kalau dielus-elus, nggak pria atau wanita sama saja, apalagi di masukin. Kemudian dia pindah ke sisi kanan, kembali aku di rangsang terus di cuekin (memijat di tempat lain tanpa menghiraukan rudal yang sudah tanggung), di rangsang terus di cuekin dan seterusnya).

    Setelah tahu bahwa kemaluanku keras (dengan menyentuh pangkal kemaluanku dia tahu kalau aku sudah ereksi) berarti aman terkendali, sebab kalau nggak bangun berarti dia harus bersusah payah untuk membangunkan agar dapat tip khusus. Dia pindah memijatnya ke pundak terus ke pinggang terus tangan (benar-benar dibuat kesal nih kemaluanku). Untuk pinggang dia tidak menduduki pantatku lagi, karena banyak krem, takut bajunya kotor (sebelumnya aku protes kok nggak seperti tadi mijatnya?).

    Setelah itu dia kembali lagi ke pantat dan melakukan pijatan seperti tadi lagi, terpaksa aku protes keras.
    “Teteh! (kakak; bahasa Sunda) tolong dong jangan dibikin pusing nih!” kataku.
    “Memangnya kenapa, Pak?” tanyanya.
    “Itu mijatnya bikin pusing nih”,
    “Ya udah Bapak diam saja, ikutin saja yah!”
    “Ya sudah”,
    “Tetapi nanti tip-nya spesial ya Pak!” tuh kan benar.

    Disinilah triknya saat kita lagi butuh banget, dia memberikan penawarannya, memang hampir semua WP berusaha mati-matian secara singkat dan seksama membuat kita tegang dan bikin pusing, yang akhirnya kalau sudah nggak kuat akan mengeluarkan work-order.
    “Berapa spesialnya?” kataku lagi.
    “Biasanya $100”,
    “Ya sudah”, tanpa merinci lagi work-order seperti apa yang akan dia lakukan (soalnya aku belum tahu) lebih gila lagi aku belum tahu apakah di dompet ada $175 ($75 kamar $100 tip) dan seingatku cash only.

    Disinilah kelakuan para pria, di otak kepalanya yang lebih besar bisa dikalahkan dengan isi kepala bawahnya yang cenderung lebih kecil tapi bisa bikin kepala bagian atas tips buat para wanita.
    Mulailah dia meraba dengan menambah krem tadi dengan baby oil (mungkin, soalnya rasanya lebih cair) di bagian pantat, terus meraba dengan ketajaman kukunya dia menyisir (bahasa kasarnya digaruk, tapi lembuut banget) rambut sekitar biji ke arah anus. Wah, volume darah di kemaluanku semakin penuh dan pantat ke angkat sebatas kemaluan, biar nggak ketindihan badanku.

    Tahu kalau ada celah kiri antara kemaluanku dengan pangkal paha tangannya masuk dan mengelus secara perlahan bagian paha, yah naik lagi pantatku, diulangi lagi celah kanan, yah naik lagi pantatku, pijat lagi sekitar lubang anus, yah naik lagi pantatku, hingga posisi badanku tertumpu pada lutut kaki dan siku tangan dan muka menancap di bantal. Sensasinya, jangan anggap enteng. Kucoba mengeluarkan kepalaku dari bantal dan melirik ke belakang, wah ternyata dia duduk dengan posisi mengangkang spt huruf M, kan benar pakai celana pendek ketat sebatas paha, tapi kelihatan mblendug-nya persis seperti tutup bagasi VW-ku. Aku mencoba meraih tutup bagasi itu, tapi kuurungkan, karena ini pertama kali aku ketemu dia.

    Cerita Sex Kocokan Terapis Panti Pijat Yang Bikin Ketagihan

    Cerita Sex Kocokan Terapis Panti Pijat Yang Bikin Ketagihan

    Akhirnya dapat juga yang dia cari, memijat kemaluanku secara perlahan sekali lagi perlahan, seperti menimang rudal nuklir takut meledak, dengan sangat pelan tangannya ditarik sehingga hanya bagian ujung jari-jari ke arah anus seolah-olah takut kemaluanku jatuh, tangan berputar sesuai dengan bongkahan pantat, jari tangan kiri ke arah kiri dan jari tangan kanan ke arah kanan, saat ini kalau kemaluanku tidak sehat pasti jatuh (ereksi 60%-80%), tetapi yang terjadi antara kemaluan dengan badan seperti garis yang tidak bersinggungan kata geometri, keras sekali, (setelah tegang, aku bilang sama Teteh bahwa apakah tamu Teteh pijat seperti itu apa tegang semua, atau bila orang impoten apakah bisa ereksi, soalnya di atas kepalaku sudah banyak bintang kecil-kecil alias pusing).
    Akhirnya aku berkata, “Teteh, aku sudah nggak tahan keluarin aja!”

    Tangan kanannya menggenggam kemaluanku dengan lembut (tanpa tekanan dan banyak baby oil-nya) memutar kepala kemaluan dengan jari-jarinya, genggam batang, maju mundur, sementara tangan kiri menusuk anus, kadang meraba rambut di sekitar anus, begitu berulang-ulang, hingga sperma akan keluar. Kira-kira dalam perjalanan di tengah batang kemaluan, eh dipijat sekuatnya kemaluanku, otomatis aku bergetar (over vibration), tak berapa lama dilepas, ya muncrat cairan dari kemaluanku dengan tekanan yang kuat dan nyaris mengenai daguku. Setelah tekanan cairanku turun, otomatis badanku ambruk seperti hidrolik saja atau mesin yang shut-down.
    Si Teteh membersihkan tangannya yang belepotan baby oil plus krem plus cairanku dengan kain sprei, dan melanjutkan memijat. Aduh enak lho rasanya, setelah ejakulasi dipijatin, rasanya seperti habis lari dikejar anjing terus selamat lompat pagar.

    “Pak sekarang bagian depannya” tanya Teteh. Aku membalikkan badanku, terlihat kemaluanku mengkerut kembali seperti semula, dan Teteh mulai memijat, seperti urutan saat aku telungkup.
    “Pak perutnya di urut nggak?” tanya Teteh. Aku menggangguk saja, sepertinya capai banget, dia tersenyum saja melihat aku kelenger.

    “Kenapa ketawa?” tanyaku.
    “Nggak, itu keluarnya banyak banget dan itunya keras banget”,
    “Kamu bisa saja nyanjung, entar, kutambah nih tip-nya”, candaku.
    “Pak ini mau dikeluarin lagi?” tanpa sadar saat urut, rupanya perutku ditarik dari bawah ke atas (mungkin karena gravitasi, perutku buncit jadi turun sehingga perlu ditarik ke atas) tapi saat ditarik, ujung jari menyentuh kemaluanku. Ya, tegang lagi. Aku tidak menjawab, hanya mengangguk sambil memberikan senyum (yang paling manis dari yang kupunya).
    Cuma karena posisi telentang jadi mengurutnya (bukan sortir) digenggam dari bawah ke arah atas sambil diputar dengan telapak tangan menyentuh ujung kemaluan, karena tadi sudah keluar. Jadi sekarang agak lama, tapi dengan keahliannya, tangan kanan mengurut kemaluan, tangan kiri meraba biji hingga menyisir rambut sekitar anus, dan akhirnya keluar juga cairanku.
    “Pak permisi keluar dulu, cuci tangan”, aku mengangguk saja.

    Gila 1 jam 20 menit, aku segera pakai kimono dan menuju kamar mandi, dan pakai baju, karena masih ada waktu aku sempatkan mengobrol.
    “Teteh liburnya hari apa?” tanyaku.
    “Hari Jumat, kenapa tanya libur segala, mau ke sini lagi?”
    “Nggak kalau ada temanku mau ke sini kan jadi tahu.”
    “Bapak orangnya baik deh”,
    “Oh iya uang tip-nya belum yah, pantes kamu nyanjung terus”, candaku sambil memberikan $100-ku sambil kulihat masih ada selembar lagi berarti selamatlah aku nanti diresepsionis, artinya kan nggak dikejar pengaman PPT.

    “Benar Pak, biasanya tamu suka meraba-raba, pegang sana sini, akunya yah belum tahu aja. Semua pria itu bajingan. Kata bokap tetangga temanku nasehatin anak perawannya, kucing itu kalau diberi ikan kadang pura-pura ngambil dikit, tapi kalau nggak ada orang (ada kesempatan) yang diambil ayam seekor, dasar perempuan kaya bola, jauh dikejar, dekat ditendang.”

    “Ya sudah, nih uang tip-nya, makasih ya Teteh”, sambil kucium tangannya.
    Sekilas kulihat bulu tangannya merinding.
    “Kenapa merinding?”
    “Nggak, Bapak memperlakukan WP koq kayak gitu sih”,
    “Kamu manusia kan, saya juga gitu, dan saya benar-benar puas”,
    “Pak ke sini lagi yah!”
    “Nggak janji yah!”
    Tahu nggak, aku melakukan itu semua, ya memberikan preview yang baik agar kalau ke sini lagi dapat yang lebih, pakai ilmu kucing dong.
    “Ya udah, terima kasih Teh”, dibukanya kain penutup pintu, langsung aku pergi ke resepsionis.
    “Makasih Mbak Ajxx”, sapaku.
    “Sama-sama Pak”, jawabnya.
    Tiba-tiba.., “Lho, elu Bud”, tanya suara dari belakangku.
    “Eh, iya Fexx, kok kamu di sini?”
    “Iya gue lagi nunggu Sxx yang lagi kerja, abis pijat sama siapa lu”,
    “Eh.. sama Sxx”
    “Wah lu pasti pijat anus yah?” ucapnya (agak keras, sehingga pengunjung di ruang tunggu pun terdengar).
    “Nggak, apaan tuh?” pura-pura bodoh, gila nih anak bikin aku malu aja.
    “Ya udah sana, lu kelihatan lemes bin lapar”, katanya.
    “Nah kamu nunggu siapa?”
    “Lu berakin gue tahu”.

    Oh ternyata dia nungguin Sxx yang kerja denganku, aku ngeloyor sambil senyum, mudah-mudahan jari tangan si Teteh nggak dicuci biar dia pijat dengan kerak di sekitar anusku. Langsung saja aku ngeloyor menuju Texas, makan hati/lever 5 buah plus teh manis panas, untuk mengembalikan tenagaku yang hilang diserap Teteh Sxx.

     

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Kisah Seks ku Waktu SMP – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Kisah Seks ku Waktu SMP – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1526 views

    Perawanku – Ketika Aku mempunyai cewek yang bernama Siska yang bersekolah satu SLTP denganku dan juga satu desa dan bahkan satu RT denganku. Siska orangnya imut, juga manis. Payudara Siska berukuran 32b (memang serasi untuk ukuran tubuh Siska yang bertinggi 165 cm, jadi terlihat sexy).

    Siska orangnya suka memakai BH yang membayang atau memakai baju/kaos yang transparan. Dia juga suka memakai celana pendek ketat sebatas paha sehingga menampakkan paha mulusnya itu
    Ini adalah kisah semasa aku masih di SLTP (sekarang aku kelas dua SMU). Perkenalkan dahulu namaku Indra, aku bersekolah di SLTP 3 Klaten. Aku orangnya manis (kata banyak temen temen cewekku) kayak bintang film India. Aku bertinggi badan 172 cm, berat badan 54 kg dan aku juga seorang model sehingga banyak cewek yang ingin menjadi pacarku. Cerita seks terbaru hanya ada di ceritapanas.com.Ini pengalaman ML-ku dengannya yang begitu indah, unik, dan mengasyikkan. Begini awalnya, saat itu aku sedang di rumah sendirian pada sore hari (kebiasaanku kalau sore hari aku ditinggal berjualan oleh ibuku jadi aku sendirian di rumah sedangkan ayahku sudah meninggal sejak aku kelas 2 SLTP). Saat itu aku sedang nonton TV sendirian (saat itu hari Minggu) Siska datang ke rumahku dan memintaku untuk menemaninya karena dia takut dirumah sendirian sebab ortunya pergi ke Semarang dan lusa baru pulang. Singkat cerita aku langsung menuju ke rumahnya.

    Aku langsung melanjutkan menonton acara TV yang sempat tertunda tadi sedangkan Siska berganti baju di kamarnya. Karena hawanya dingin aku langsung menutup pintu depan rumah jadi dirumah hanya ada kami berdua. Saat itu Siska selesai berganti baju, saat dia keluar aku langsung menatap tak berkedip karena Siska memakai baju yang begitu sexy dan merangsang. Saat itu Siska hanya memakai tanktop putih transparan (sebenarnya itu kaos dalam yang dipakai untuk melapisi BH) tanpa memakai BH lagi di dalamnya sehingga payudaranya terlihat jelas di dalamnya dan bawahannya memakai rok kaos mini yang menampakkan keindahan pahanya. Jika ada cowok yang ada didekatnya pasti cowok itu akan menelan ludah dan langsung beronani takkan tahan dengan tubuh indah Siska. Aku yang disuguhi pemandangan indah itu hanya bisa melotot tak berkedip.

    Siska langsung duduk disampingku dengan cueknya yang saat itu sedang terbengong. Dia langsung ikutan menonton TV.
    “Hai Ndra bengong aja”, tegurnya sambil mengibaskan tangannya.
    “Eh.. nggak kok”, jawabku terbata bata.
    Kami nonton TV sambil mengobrol berdua hingga pestanya habis. Kebetulan di rumahnya ada VCD jadi kami melanjutkan dengan menonton VCD karena acara TV-nya jadi membosankan. Kami menonton film yang baru dia sewa dari rental yang berjudul “007 – The World Is Not Enough”. Kami menikmati film itu berdua kebetulan di tengah film ada adegan ML yang dilakukan oleh James Bond dengan seorang pemeran cewek. Kami langsung terdiam memperhatikan adegan itu dengan penuh perhatian.

    Tanganku langsung menggenggam tangan Siska yang berada diatas pahaku. Tanpa sadar aku sudah melumat bibir Siska yang kelihatan sayu (mungkin dia terangsang juga). Aku langsung menindih Siska sambil tetap berciuman. Kami bermain bibir dan lidah lama sampai tak terasa tanganku sudah berada di atas payudaranya yang masih ditutupi oleh tanktopnya. Aku masih mengelusnya saja takut dia akan marah tapi ternyata dia malah meremas tanganku yang ada di payudaranya sambil merintih.

    “Ih.. mhh Ndra kok nikmat yah kamu elusin tadi”, katanya sambil meremas tanganku yang ada di susunya.
    Aku diam saja sambil terus meremas payudaranya karena telah mendapat “ijin”nya. Saat aku meremas remas payudaranya, dia meraba raba punggungku, terus ke bawah hingga sampai di daerah pahaku. Saat tiba didaerah pangkal pahaku tangannya berhenti dan meremas kontolku (aku masih memakai celanaku lengkap) yang sudah sejak pertama melihat penampilan Siska tadi telah ngaceng. Dia meremas remas terus.

    “Akhh.. mhh terus sayang”, kataku sambil meremas remas payudaranya keras keras karena rasa nikmatku di daerah kontolku sehingga tak sadar aku meremas kuat kuat payudaranya sampai sampai dia merintih kesakitan.
    “Akkhh Ndra jangan keras keras, sakit tau”, katanya setengah marah. Aku langsung minta maaf. Tangannya memasuki celana satinku (saat itu aku memakai kaos oblong terus bawahnya memakai celana satin tipis dengan celana dalam yang terbuat dari nilon tipis) dan langsung menggenggam kontolku. Karena terasa mengganggu aku menyuruhnya melepas saja celanaku.
    “Sis lepasin aja celanaku biar nggak ngganggu”, kataku sambil menurunkan celanaku. Dia terus membantu dengan meloloskan celanaku sampai terlapas hingga aku telanjang. Dan akupun mematikan TV karena suaranya mengganggu.
    Ndra kok besar banget”, katanya sambil memegang kontolku. Kontolku berukuran panjang 17 cm dengan diameter 4 cm.
    “Iya Sis dan hitam lagi”, kataku sambil bercanda (kontolku memang hitam).
    “Kocokin dong sayang”, kataku sambil menaik turunkan tangannya yang berada di kontolku. Dia langsung mengocok kontolku dengan kasar, maklum dia baru lihat kontol cowok jadi seperti mendapat mainan baru. Kocokannya terasa kasar tetapi malah membuat sensasi nikmat tersendiri.

    “Yang, kamu buka dong kaosmu biar aku lihat payudaramu masa aku saja yang telanjang”, kataku sambil mengangkat tanktopnya. Dia hanya tersenyum menggodaku. Aku langsung saja membuang tanktopnya sembarangan.
    “Yang, payudaramu indah banget sambil aku meremas remas payudaranya.”
    “Kamu kocokin dong kontolku, nah.. teruss yang”, kataku keenakan ketika dia melanjutkan kocokan di kontolku. Kami melakukan saling remas dengan berdiri berhadapan di depan kursi panjang, tanganku bosan meremas payudaranya langsung turun ke daerah pahanya dan mengelusi paha mulusnya tapi dia masih mengocok kontolku sampai kontolku terasa sakit. Aku menghentikan tangannya agar tidak menyakiti kontolku. Tangannya langsung memelukku dan badan kami langsung menyatu. Aku terus mengelusi pahanya. Hingga aku mendudukkan dia di kursi panjang.

    “Sis kamu duduk aja yah, aku mau ciumin tempik (vagina) kamu”, kataku tanpa basa basi. Aku langsung menaikkan roknya keatas tanpa melepasnya hingga terlihatlah celana dalamnya berwarna merah jambu dengan gambar bunga bunga kecil merangsangku semakin hebat saja. Aku langsung mencium tempiknya yang masih terbungkus celana dalamnya menghirup wangi khas tempiknya (aku paling suka mengintip celana dalam cewek kecil atau mini set, BH mini yang bergambar lucu lucu). Aku lama lama memandangi daerah tempiknya yang masih terbungkus dengan celana dalam bergambar bunga itu. Lalu tanganku pun menurunkan celana dalamnya sampai terlepas hingga terlihat tempik sempit nan indah dengan bulu tipis tipis. Sehingga tanpa sadar aku pun berkata takjub.
    “Sis.. oh Sis kok semakin indah sih sayang, aku boleh menciumnya nggak sih?”, tanyaku sambil meraba tempik Siska.
    “Iya sayang, cium dan, milikilah aku sudah nggak tahan”, kata Siskaku menahan gairahnya.
    Lalu akupun menciumnya perlahan lahan. Aku menciumnya dan tanganku yang kanan naik meremas payudaranya yang sudah tak berpenutup itu. Lama lama aku menjilati tempiknya dengan sedikit melumatnya kasar sehingga Siska merintih rintih kenikmatan.
    “Shh.. Ndraa.. ayo yang keras enak banget Ndra..”, rintihnya sambil meremas remas rambutku dan menekan kepalaku ke tempiknya. Aku melepas jilatanku pada tempiknya saat dia menikmati jilatanku dengan tiba tiba hingga membuatnya terengah engah.

    “Ndraa ayo kenapa kamu hentikan sayang”, katanya sambil terengah engah.
    “Yang kamu jilatin juga dong kontolku”, kataku sambil menurunkan lepas kaos dan roknya yang mini itu.
    “Gimana caranya”, tanyanya karena belum pernah.
    “Pinggangku di atas kepalamu dan pinggangmu tepat di bawah mukaku jadi seperti angka 69″, kataku karena aku ingin mempraktekkan gaya yang ada di film BF.
    “Lalu kamu mengulum kontolku lalu aku menjilati tempikmu sayang”, tambahku sambil mengatur posisiku di atas kepala Siska.
    “Ih.. yang, geli”, katanya menggenggam kontolku.
    “Iya sayang, kamu kulum itu”, kataku menyuruh Siska mengulum kontolku. Lalu Siska mengulum kontolku dan akupun mulai menjilati tempiknya dengan rakus karena kegelian.
    “Mhh.. nghh..”, suaranya Siska merintih sambil mengulum batang kontolku.
    “Shh.. mhh.. shh.. terus sayang”, kataku sambil kegelian dan jilatin tempiknya. Kami melakukannya lama sekali hingga Siska sampai pada puncaknya.
    “Akhh say aku mau pipis..”, katanya sambil melepas kulumannya. Aku pun tak mau melepas jilatanku malah semakin menjilat keras keras.
    “Yanghh udahh.. enak yang”, ceracaunya tak jelas. Lalu.. crot.. crot.. crot.. crot. Empat kali air maninya menyembur hingga meleleh kepahanya akupun menjilati tempiknya hingga bersih menikmati air maninya yang rasanya melebihi air madu itu hingga ke pahanya.

    “Shh udah sayang, geli tempikku kamu jilatin terus”, katanya mendorong mukaku menjauhi tempiknya yang indah itu.
    “Yang kamu gantian dong ngemut aku”, kataku sambil menyodorkan kontolku. Lalu Siska memegang kontolku dan menjilati kepalanya yang gundul. Lalu Siska memasukkan ke mulutnya dan ngemut seperti ngemut permen saja hingga aku mendesah desah keenakan.
    “Ahh sishh mhh enak sayang, kamu hebat”, kataku sambil tanganku meremas payudaranya yang menggantung kebawah karena Siska membungkuk. Lalu tanpa sadar akupun segera sampai.
    “Akhh.. shh.. mhh crot croot croot croot croot..”, 5 kali aku menembakkan sperma ke mulut Siska hingga meleleh keluar dari mulutnya. Aku sengaja tidak memberi tahu Siska kalau aku sampai karena aku ingin Siska merasakan air maniku. Kata orang Irian Jaya yang masih pedalaman, jika cewek pasangannya meminum air mani cowoknya dia akan setia pada pasangan cowoknya. Itu terbukti karena sampai sekarang Siska tidak mau pisah denganku.

    “Ih kamu “pipis” nggak bilang bilang, tapi kok enak yah sayang, kayak santan”, kata Siska sambil mengelap air mani yang keluar lewat pipinya.
    “Mhh.. enak kan sayang, mau yang enak lagi nggak”, kataku. Lalu tanpa minta izin dulu aku lalu melebarkan pahanya hingga dia agak mengangkangkan pahanya memperlihatkan bentuk tempiknya yang berbulu halus dan membukit indah itu.
    “Tahan yah sayang, tapi pasti enak kok. Kontolku akan aku masukkan ke tempikmu”, kataku
    “Iya deh masukin aja tapi pelan pelan yah biar aku liat masuknya”, katanya. Setelah itu aku langsung memasukkan kontolku perlahan lahan.
    Pertama tama seperti ada benda empuk yang menolak kontolku. Dua kali gagal lalu aku menarik tempik Siska ke kanan dan ke kiri agar bisa masuk dan aku menyuruh Siska memegang dan memasukkan kontolku kearah tempiknya.

    “Sis bantu dong sayang biar cepet masuk. Ini pegang kontolku dan aku menarik tempikmu agar bisa masuk”, kataku sambil menarik narik tempiknya. Lalu Siska memegang kontolku dan mengarahkan kontolku ke lubang tempiknya yang masih sempit perawan itu. Lalu.. 1,2,3 Bleesshh kepala kontolku baru masuk. Kepala kontolku saja yang masuk tapi sudah memberikan sejuta rasa bagi kami. Siska mendesah dan memegang pantatku dan aku menjerit kecil karena aku juga baru pertama menusuk tempik cewekku.

    “Ndra, sakit sayang..”, kata Ssika menahan perih.
    “Tahan yah sayang ntar juga enakan kok”, kataku.
    “Mhh nggak apa apa kok terusin sayang masukin kontolmu ayo”, kata Siska memberiku semangat agar lebih dalam memasukkan kontolku. Akupun segera mendorong pantatku maju agar kontolku segera masuk.
    Sleep.. pelan pelan kontolku masuk ke tempik Siska. Terasa sekali tempiknya memijat mijat kontolku memberikan kenikmatan yang membuatku seperti terbang hingga aku merasa ada selaput yang menahan masuknya kontolku.
    “Apaan sih, ini kok nahan sayang?”, tanyaku padanya (maklum baru pertama jadi aku tak tau yang namanya selaput dara.
    “Udah Ndra terusin aja deh”, jawabnya sambil menggigit bibir bawahnya. Lalu aku mendorong perlahan kontolku agar masuk lagi tetapi selaput itu masih menghalangi. Lalu aku memasukan kontolku dan mendorongnya kuat kuat. Sleep.. breett mirip kain sobek rasanya ketika kontolku menembus selaput itu.
    “Akhh shh.. sakiit sekali Ndra”, kata Siska sambil memelukku erat erat. Aku yang baru merasakan juga merasa sedikit perih pada kontolku seperti lecet memajukan kontolku pelahan lahan saja karena belum masuk semuanya dan setelah masuk semua baru aku mendiamkan kontolku di dalam tempik Siska. Rasanya memang sangat indah, nikmat, sakit, gatal, enak, perih semua berkumpul jadi satu tak bisa diungkapkan dengan kata kata.

    “Sis enak sekali rasanya tempikmu menjepit jepit kontolku”, kataku pada Siska karena memang tempik Siska memijati kontolku.
    “Perih Ndra, tapi nggak apa apa”, katanya menahan perih di tempiknya karena keperawanannya baru saja hilang.
    Lalu perlahan lahan aku memaju mundurkan kontolku hingga aku mendesah dan Siska menjerit karena merasa perih dan nikmat bercampur.
    “Shh.. Siiss enak Sis tempikmu asik bangethh”, kataku tak jelas.
    “Mhh akhh.. sshh sakiit, periihh yang, kontolmu besar banget”, katanya.
    Gerakanku makin lama makin cepat saja. Slep.. slepp.. bleeshh.. blesshh.. bleshh.. cplokk.. cplokk irama senggama kami romantis banget.

    Sudah dua kali kami berganti posisi dari pertama aku diatas tubuh Siska lalu Siska berganti di atas tubuhku dan menggerakkan tubuhnya naik turun seperti naik kuda. Lalu tak terasa ada yang mau keluar dari dalam kontolku lagi.
    “Yang aku mau pipishh..”, kataku menahan gerakan pinggulnya.
    “Bentar sayang aku jugaa..”, teriaknya sambil meremas payudaranya sendiri. Hingga tak sabar aku membalikkan tubuh Siska dan melepas kontolku lalu menunggingkan tubuhnya lalu memasukkan kontolku ke dalam tempiknya lagi dan menggenjotnya kuat kuat karena aku merasa akan segera sampai.
    “Sleep.. slepp.. sleep cplok cplokk cplok.. shh akhh sshh aakhh”, desahan Siska dan bunyi persetubuhan kami beriringan lalu..
    “Croott.. croott.. crroott.. suurr.. suurr.. suurr”, kami saling melepaskan air mani kami dan aku memeluk pinggang Siska agar tidak tumpah air mani kami. Lalu aku berguling sambil tetap memeluk Siska agar kontolku tetap menancap di tempiknya dan membiarkan Siska diatas tubuhku.

    “Mhh Siska, kamu hebat, aku sayang kamu, “kataku sambil tetap memeluknya.
    “Shh.. kamu juga sayang , ini pertama kali aku lakuin enaak banget. Pantesan Papa sama Mama sering bertelanjang bareng kayak gini tak taunya enak ya, Yang”, katanya di atasku.
    “Memang kamu pernah lihat Papa sama Mama kamu main ginian?”, tanyaku.
    “Sering benget Ndra, hampir tiap hari ginian bahkan kalau di dapur atau di depan TV kalau aku sudah tidur”, katanya polos.
    “Ceritain dong”, aku memintanya bercerita sambil menarik tubuhku karena kontolku sudah mengecil di dalam tempiknya.
    “Bentar ya Yang, aku ganti baju dulu”, katanya.
    “Iya deh, aku tunggu disini”, kataku sambil duduk didepan TV yang mati. Aku mengelus elus kontolku yang masih basah mengkilat itu.
    Kontolku masih terasa nikmat sisa kenikmatan yang tadi. Lalu Siska keluar dari dalam dan memakai daster tipis dari bahan nilon berwarna merah jambu (kelihatanya warna kesukaan Siska) tanpa memakai apapun lagi di dalamnya sehingga transparan memperlihatkan semua keindahan tubuhnya dan membuat kontolku berdiri lagi.
    “Kekamarku yuk Yang, di sini dingin”, katanya.
    “Iya deh”, aku berdiri dan masuk kekamarnya tanpa memakai pakaianku karena aku kegerahan.
    “Ayo dong, ceritain”, kataku saat kami sudah sama sama berbaring berhadapan di ranjangnya Siska.
    “Dulu saat aku pulang sekolah Papa sama Mama lagi di dapur memasak berdua, tidak tau kalau aku udah datang, nah waktu itu aku denger suara mirip orang nangis tapi kok aneh karena penasaran aku deketin suara itu apa Papa sama Mama bertengkar ya, pikirku lalu aku intip dari dalam kamarku ini, kuintip dari celah ini (sambil menunjuk celah cendela yang menuju ke dapur rumahnya) lalu aku perhatiin.. kok Papa memangku Mama dari atas meja dapur dan Mama di atas Papa, mereka semua pada nggak pakai baju, baju mereka ada dibawah kaki Papa. Waktu itu Mama bergerak naik turun diatas perut Papa dan merintih rintih kayak orang nangis tapi kok mukanya kaya orang bahagia gitu..”, cerita Siska terputus dan tangannya memegang kontolku yang berdiri lagi karena memperhatikan cerita Siska lalu meremasnya. Lalu aku mendekat dan memasukkan tanganku kedalam rok dasternya mencari tempiknya lagi dan memasukkan jari jariku kedalam tempiknya.

    “Pelan pelan Yang masih sakit”, katanya sambil menahan tanganku agar tidak menusuk nusuknya keras keras.
    “Lanjutin dong sayang”, kataku sambil menusuk nusukkan tanganku ke tempiknya perlahan lahan.
    “Lalu Papa menjilati puting payudara Mama dan mengemutnya, tiba tiba Papa dan Mama saling peluk dan mereka menjerit bersama sama.. akhh Paa kata Mama, lalu Mama turun dari Papa lalu Mama mengemut kontolnya Papa yang besar banget..
    “Segini..”, kataku sambil menunjuk kontolku yang tegang membesar dalam genggaman tangan Siska.
    “Besaar lagi”, katanya sambil mendesah desah karena merasa geli dalam tempiknya ada benda asing.
    “Lalu? lanjutin dong”, kataku
    “Lalu Mama menjilatin kontol Papa sampai bersih, kok nggak jijik ya, pikirku saat itu tapi ternyata memang enak ya sayang? (dia nyengir) lalu Mama bilang udah Pa, ntar Siska pulang lho, lalu aku lepasin semua baju dan aku ganti baju”, ceritanya polos sekali. Tangannya lalu mulai menaik turunkan kontolku.
    “Kalau di TV?”, tanyaku lagi.
    “Dulu saat aku mau tidur, tapi Papa sama Mama masih nonton TV berdua, lalu aku intip Papa sama Mama saling raba raba, Papa meraba ke payudara Mama dan tempik Mama tapi Mama meraba kontol Papa yang masih tertutup celana pendek Papa, lalu Papa menarik daster Mama sampai Mama nggak pakai apa apa lagi, ternyata Mama nggak pakai pakaian dalam, lalu Papa meremas payudara Mama dan menciuminya. Mama mendesah dan memandang ke atas seperti keenakan lalu Mama melepasi semua baju Papa sampai Papa telanjang dan mengulum kontol Papa seperti mengulum permen. Papa keenakan sambil meremas rambut Mama sampai berantakan, lalu Mama berbaring di sofa TV dan Papa menaiki tubuh Mama dan memasukkan kontol Papa ke tempik Mama yang bulunya lebat lalu bergerak naik turun berkali kali, kayaknya mereka sama sama keenakan hingga Papa sama Mama menjerit jerit dan mendesah, lalu setelah lama Papa naik turun Papa turun dari tubuh Mama dan menjilati tempiknya Mama lalu aku masuk dan menutup kamarku, saat itu aku langsung melepas semua pakaian dalamku dan kembali memakai dasterku lalu aku mengelusi tempikku sendiri naik turun karena sudah gatel banget tempikku, Yang”, katanya polos sekali.

    “Seperti ini?”, kataku sambil mengelusi tempik Siska.
    “Yahh.. shh kaya gitu, enakhh, Yang”, katanya sambil memegang tanganku.
    Lalu di luar ada bel pintu berbunyi.
    “Yang, bukain dulu, siapa tuch di depan”, kataku karena takut kalau ortu Siska pulang. Lalu Siska berlari keluar sambil membenahi dasternya yang berantakan lalu membuka pintu rumahnya ternyata Desi tetangga kami yang juga kelas tiga SLTP tapi beda sekolah dengan kami. Lalu Desi masuk dan Siska mengajak Desi main bersama kami asal Desi jaga rahasia dan ternyata memang Desi mau jaga rahasia, jadi kami main lagi bertiga. Lalu Desi masuk kekamar Siska.

    “Kamu Ndra ngapain di sini, tanpa baju lagi”, katanya terkejut melihatku telanjang bulat.
    “Ssstt jangan keras keras, yang penting ayo main”, kataku membungkam mulut Desi.
    “Iya Des, kita main ginian yuk, katanya kamu pingin nyobain”, ajak Siska.
    “Iya sih tapii..”, kata Desi.
    “Nggak apa apa deh, ntar kita jaga bertiga rahasia ini”, kata Siska lagi.

    Lalu Desi diam saja tak tau apa yang mesti dia perbuat. Lalu aku mendekatinya dan memeluknya dari depan memegang meremas payudaranya tapi dia masih saja diam lalu aku menurunkan kaos ketatnya hingga terlihat BH-nya yang berwarna putih bersih. Desi mulai ada tanggapan padaku, dia lalu memelukku dan meraba raba punggungku lalu aku memeluknya dan meraba punggungnya juga.

    Lalu Siska bergabung dan berjongkok dibawahku untuk mengemut kontolku yang sejak tadi tegang terus. Aku lalu meremasi payudara Desi yang berukuran 34 itu (memang lebih besar dari Siska tapi runcing diputingnya) yang masih ditutupi BH dan menarik BH-nya sampai kaitanya terputus lalu membuangnya sembarangan.

    “Pelan pelan Ndra, nanti BH-ku gimana?”, kata Desi takut kalau BH-nya rusak. Aku diam saja karena melihat keindahan payudara cewek selain punya Siska terus meremas payudara Desi. Setelah puas meremasnya aku segera saja melumat putingnya yang sedikit mengeras pertanda Desi mulai terangsang. Sedang Siska masih mempermainkan kontolku dibawah
    Aku meremas payudara kiri Desi sedang payudara kanan Desi aku lumat habis habisan. Desi tak sadar meremas remas kepalaku sampai rambutku berantakan.

    Lalu aku mencabut kuluman Siska pada kontolku dan membaringkan Desi diranjang Siska lalu menurunkan celananya 3/4 hingga terlihat celana dalam Desi yang mini sekali berwarna hitam berenda. Karena memakai tali disamping kiri kanannya hingga hanya mampu menutupi tempik Desi saja. Lalu aku mulai mengerjai tempik Desi yang masih terbungkus celana dalam sexynya itu. Desi hanya melihat dari atas karena belum pernah melakukannya. Sedang Siska hanya menonton kami bermain.

    Aku menjilat, mencium, dan menggigit kecil pada tempiknya hingga Desi merem melek keenakan. Lalu aku mulai menarik celana dalam Desi hingga tali talinya terlepas dan membuangnya sembarangan. Lalu aku kembali menjilati tempik Desi yang ternyata sangat indah menggunduk tebal dengan bulu yang lebat jauh lebih lebat dari punya Siska yang mulai basah cairan kenikmatan Desi. Aku menjilatinya naik turun kekiri den kekanan pada itilnya yang nyempil bikin geregetan aku saja. Desi yang keenakan mendesah desah tak karuan.

    “Ndra nikmat terushh.. Ndraa”, katanya mendesah merangsang. Aku sesekali menjilat sesekali menyedot tempik Desi hingga lama sampai tak terasa.
    “Akhh.. Ndra aku mau pipis Ndra”, desahnya telah sampai pada puncaknya. Lalu aku memeluk pinggangnya dan suurr.. suurr.. suurr.. ssuurr empat kali cairan putihnya menyembur dari tempiknya. Aku menjilati semua cairannya sampai habis karena rasanya enaak sekali. Kayaknya punya Desi lebih manis dari punya Siska tapi sedikit encer.
    “Uumhh Ndra, enak banget deh, tadi Siska pasti keenakan”, katanya.
    “Iya dong, kamu mau yang lebih enak lagi nggak?”, kataku. Sedangkan Siska sedang memainkan tempiknya sendiri dan meremas payudaranya di atas meja belajarnya karena terangsang berat melihat permainan kami.
    “Ndra, aku ingin rasain air pejuh (sperma) kamu boleh nggak?”, tanyanya.
    “Boleh, kenapa tidak”, kataku. Lalu Desi mendekatkan wajahnya ke kontolku karena tadi melihat Siska mengulum kontolku. Lalu dengan pelahan terus menerus Desi ngemut kontolku sampai tak terasa kontolku kembali akan mengeluarkan airnya.
    “Des, aku nyampe lhotelan yah”, kataku memegangi kepala Desi. Lalu crot.. croott..crot 3 kali kontolku menembakkan pejuh kedalam mulut Desi lalu Siska mendekati Desi.
    “Des, bagi dong aku mau nih”, katanya lalu mencium bibir Desi dan berebut air pejuhku. Aku istirahat sebentar karena kelelahan.
    “Ndra, aku mau dong kaya yang ada di BF itu”, katanya.
    “Gimana?”, tanyaku pura pura tidak mengerti.
    “Itu lho yang cowok memasukkan tititnya (Desi menyebut kontol dengan titit) ke dalam tempik ceweknya”, katanya.
    “Emang kamu mau?”, tanyaku.
    “Iya aku pingin banget ngerasain kata Kak Sinta (kakak Desi) enak banget kaya di surga”, katanya lagi.
    “Iya deh, tapi kamu siap siap dong”, kataku sambil naik ke tubuh Desi dan mengangkangkan paha Desi kaya Siska tadi lalu menarik tempik Desi ke kanan dan kekiri.
    “Des, bantuin dong, masukin kontolku gih”, kataku. Lalu Desi memegang kontolku dan menempelkanya ke tempiknya.
    Aku lalu mendorong kontolku.. bleeshh.. kepala kontolku masuk duluan.
    “Akhh.. Ndra emhh enak”, kata Desi berbeda dengan Siska yang kesakitan saat aku masukin kontolku. Tangannya mendorong pantatku agar kontolku lebih memasuki tempiknya dan slleepp.. kontolku pelahan lahan memasuki tempiknya tapi anehnya Desi malah keenakan nggak kesakitan.
    “Shh.. terusin Ndraa enaak”, katanya terus menekan pinggulku hingga kontolku kembali menyentuh selaput tipis seperti punya Siska.
    “Tahan yah Des”, kataku.
    “Udah Ndra, masukin cepetan aku tak tahan”, katanya kembali menekan pinggulku. Aku lalu menekan pinggulku kuat kuat dan.. breet ada seperti kain tipis kembali terlewati kontolku.
    “Akhh shh perriih”, Desi baru berteriak kesakitan.
    “Pelan dulu Ndra, tempikku perih”, katanya. Aku lalu mendiamkan kontolku di dalam tempik Desi dan menikmati jepitan jepitan tempik Desi pada kontolku.

    Aku melihat kearah Siska yang sedang masturbasi sambil mengangkat roknya keatas menggunakan HP 8250 milik Desi yang kecil dan mengeluar masukan HP itu. Aku merasa kasihan banget karena dia sudah terangsang banget lalu aku menyuruhnya berdiri menghadapkan tempiknya ke mukaku agar tempiknya dapat aku puaskan. Lalu aku menaik turunkan pinggulku pelahan lahan sambil menikmati remasan remasan tempik Desi.
    “Shh.. akhh.. shh.. akkhh”, desahan Desi keras keras membuat aku makin semangat menyetubuhinya.
    “Shh.. Ndraa ukhh”, desahan Siska tak kalah indah sambil meremas kepalaku. Aku menggenjot tempik Desi dan sambil melumat tempik Siska sungguh pengalaman bersetubuhku yang indah dan baru pertama kali. Gerakan pinggulku dari perlahan menjadi semakin cepat dan semakin cepat hingga Desi memeluk pinggangku erat erat tanda Desi akan sampai dan..
    “Shh akkhh surr.. suurr.. suurr.. ssuur”, Desi sampai untuk yang kedua kalinya.
    Lalu aku mencabut kontolku dari tempik Desi dan membaringkan Siska di ranjangnya lalu kembali memasukan kontolku ke dalam tempik Siska dan menggenjotnya kuat kuat.
    “Shh.. mhh.. sshh.. akhh”, desahan Siska.
    “Mhh.. ahh Siska, tempikmu nikmathh”, rintihanku menahan kenikmatan.
    Lalu serr.. serr.. serr.. Siska telah sampai duluan.
    Sleep.. sleep.. clleepp.. clleepp suara kocokan antara kontolku dan tempik Siska merdu.
    “Ndra sudah yang aku capek, geli Yang, udah”, katanya tapi aku tak peduli dan terus menggerakan pinggulku kesetanan
    “Nggh.. hhaahh.. maahh.. gelii”, desahan Siska malah membuat aku nggak sampai sampai. Sedangkan Desi hanya diam menonton saja sambil mengelus elus tempik dan payudaranya yang basah oleh keringat.

    Hingga akhirnya, “Sis mhh.. yahh.. clep.. sllepp clleepp croot crot crot croot crroott”, aku sampai juga.
    Ranjang Siska morat marit tidak karuan dan banyak bercak darah dan lendir putih disana sini berbau aneh. Bercak darah dari Desi dan Siska yang telah aku perawani.
    Akhirnya kami bertiga tidur bersamaan dan tidak memakai baju sama sekali. Aku terbangun pada tengah malam karena udara terasa dingin banget dan menyenggol kaki Desi hingga terbangun.

    “Des, dingin yah”, kataku.
    “Iya Ndra”, jawabnya.
    “Des pakaian dalammu rusak biar besok aku ganti yah”, kataku sambil mengambil pakaian dalam Desi dan menyimpannya
    “Iya deh, tapi besok aku gimana?”, tanyanya.
    “Besok kamu nggak usah pakai dulu, terus aja pulang dan ganti baju, lagi pula punya Siska kan kekecilan karena kamu lebih besar dari Siska”, kataku.
    “Tapi payudaraku kelihatan dong, ntar dilihatin Mamaku gimana”, katanya lalu mendekatiku dan duduk di sampingku.
    “Besok kamu pakai aja jaketnya Siska biar payudaramu tertutup lalu kamu pakai celanamu itu, nggak bakalan kelihatan tempikmu kok, karena celanamu kan tebel”, kataku
    “Oklah, Ndra sini aku mau liat titit kamu”, katanya lalu memegang kontolku.
    “Kok bisa yah bikin puas orang padahal kan benda ini kecil”, katanya sambil menimang nimang kontolku dan aku hanya tiduran menciumi bibir Siska yang kecil mungil berwarna merah jambu itu.
    “Iya dong kan itu burung dewa”, kataku sambil meremas payudara Siska yang menggelantung ke kanan karena tidur Siska ke arah kanan (aku mulai terangsang lagi karena kontolku dimainin lagi).
    Lalu Desi kembali mengulum kontolku dan saat itu Siska terbangun karena remasanku terlalu keras
    “Ndra, sakit”, katanya lalu bangun dan aku bangun juga.
    “Desi, kamu keenakan dari tadi aku juga mau dong”, lalu Siska ikutan berebut ngemut kontolku. Saat itu rasanya seperti dijalari beribu semut dan dialiri listrik ribuan watt.
    “Sudah kalau tak tahan masukin aja kontolku ke tempik kalian”, kataku lalu aku tiduran dan Siska naik ke selangkanganku dan menduduki kontolku hingga masuk semua dan bergerak semakin lama semakin cepat. Mereka bergantian memasukkan kontolku ke dalam tempiknya menjadikanku seperti mainan hingga mereka puas.

    Kami melakukan skandal ini hingga sekarang. Aku biasa bermain bertiga antara aku, Siska, Desi. Terkadang juga hanya aku dengan Desi, terkadang hanya aku dengan Siska, terkadang di rumah Siska terkadang di rumah Desi atau terkadang di rumahku. Kami melakukan semua itu tanpa bosan bosannya.

  • Cerita Dewasa Ngentot Dengan Ponakan Bos – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Dewasa Ngentot Dengan Ponakan Bos – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1378 views

    Perawanku – Aku kerja di satu perusahaan exim. Bosku punya keluarga di negaranya Obama, katanya sih kakaknya. Mungkin si kakak ini membantu bisnis si bos di amrik sana. Satu hari bos manggil aku, “Ponakanku mau liburan ke Bali.

    Kamu urusin segala sesuatunya ya. Kalo kesana sekalian aja kamu urus kerjaan dari kancab disana. Budgetnya sekian (dia menyebutkan angkanya, buat aku sih besar sekali tu angka)”. Aku kaget juga, si bos royal amat, buat ponakan libur aja dia mau keluar dana sebesar itu. Namanya bawahan, ya diem aja, malah beneran kan aku bisa ikut libur di sana walaupun masih tetep aja disuru kerja. “Kamu pilih hotel yang bagus aja, kamu bole nginep disana juga. Targetqq

    Bikin Ayu hepi ja”, Wah rupanya ponakan bos yang mau dateng perempuan toh, lebi asik lagi deh. Pada harinya Ayu landing di airport, ya akulah yang ngejemput. Ayu baru aja lulus high school disana, baru aja masuk kuliah, tingkat freshman (pake istilah sekolah sana untuk tahun pertama) katanya. Anaknya cantik juga, pastinya masih ABG lah. Toketnya lumayan montok, kelihatan dari tonjolan ranum didadanya dibalik kaos ketat yang dipakenya. Bodinya langsing, pantatnya montok juga, merangsang kalo melihat pantatnya ngegeyol sesuai irama jalannya.

    Kebetulan dia pake jeans ketat juga. Dia cantik walaupun kulitnya **********. Anaknya asik dan mudah akrab dengan aku. Maklumlah aku memang biasa ngerayu cewek2 ABG, dia seneng kelihatannya ketika aku gombali. “Ay, kapan mau brangkat ke balinya”. “Lusa deh om”. Wah dipanggil om neh, ya biarlah, aku memang jauh lebih tua dari dia. “Kata om …. (dia nyebut nama bosku), om nanti yang atur semuanya buat ayu ya”.

    “Iya tu, aku yang disuru. Ayu maunya gimana disananya, nanti arrangement disesuaikan dengan keinginan Ayu”. “Di amrik kan aty tinggal di Denver, Colorado. Itu di rocky mountain area, jadi surroundingnya cuma gunung aja dan ada ski resort di aspen, ternama di sana”. “Jadi…”, aku memotong pembicaraannya, dia cerita juga aku gak bisa bayangin, belum pernah ke sana. “Jadi ya om jangan arrange pergi ke gunung2. Ayu pengen di beach aja”. “Oke, gini aja. Gunung di bali kan beda sama di colorado, di bali justru kebudayaannya ada di gunung.

    Makanya dah jauh2 libur ke bali masak gak liat kebudayaannya. Lusa kan baru Kamis, aku juga mesti ngurus kerjaan kantor juga. Mungkin Ayu ikutan tour liat kebudayaan Bali dulu sehari ato dua hari. Nanti kalo dah weekend, aku bisa nemenin Ayu santai di beach. Ato kalo mo ke Lombok juga boleh, disana beachnya lebi bagus dari di bali”. “Oke deh, om yang atur aja. Ayu mesti sowan ke om … (bosku) dulu kan barang sehari, baru brangkat ke bali.

    Berdua aja om brangkatnya”. “Ya enggaklah, ramean”. “Sama sapa lagi”. “Kalo terbang cuma berdua itu namanya naek pesawat pribadi, ini kan kita naek airlAyu (aku sebutkan namanya, gak ditulis disini biar gak dibilang promosi terselubung). Kalo cuma nerbangin kita berdua apa gak bangkrut tuh airlAyu”. Ayu terpingkal mendengar guyonanku, “Ih si om jail, katanya sembari mencubit pinggangku. “Eh brani ya cubit2, baru juga kenal”. “Kalo protes nanti Ayu laporin ke om lo”. “Jangan ntar aku di PHK, gak kasian sama aku”, “Becanda kok om”. Begitulah sembari bercanda, mobil yang kukendarai sampailah di kantor. Ayu segera bercipika cipiki dengan om nya. Aku segera meng arrange hotel dan tiket untuk Ayu dan aku, serta minta approval untuk pengeluaran dana bagi Ayu. Itu urusan orang finance lah yang mengatur pengurusan pengeluaran uangnya.

    Lusanya, Ayu dah siap pada waktunya. Tiket pesawat, voucher hotel dah siap, dana bisa diminta di kancab bali. Perjalanan ke sana gak masalah, Ayu sudah ku cek in kan di hotel, aku dah menggarange tour dari hotel, sehingga untuk 2 hari ini aku gak perlu pusing ngurusin dianya. Biaya tour nanti ditagihkan bersama bill hotel ke kancab bali. Aku bisa konsentrasi dikerjaanku. Rupanya tournya gak mau merugikan tamunya, acara baru selesai setelah selesai acara malemnya yang berupa dinner sambil nonton tari barong yang sakral itu. Sampe di hotel Ayu dah teler berat, “Gimana Ay”. “asik si om, tempat yang didatengin bagus2 deh, makanannya enak ya, Cuma padet banget, Ayu mo bobo neh”. “Besok sehari lagi Ay, baru kamu bisa santai on the beach”. Hari kedua pun padet acaranya, ya gak apalah. aku juga ngebut ngerjain semua kerjaan yang mesti aku kerjain di kancab supaya weekend ini aku gak diganggu kerjaan lagi.

    Sabtu paginya, aku jumpa Ayu ketika breakfast. “Om acara hari ini apa”. “Ya have fun lah di beach. Kamu mau apa, bungee jumping, para saling, snorkeling. Kalo diving kudu ikutan kursus dulu, jadi makan waktu”. Ya udah om semua aja kecuali diving. Kalo snorkeling pake kursus gak”. “Cuma diajari sbentar gimana napas lewat mulut aja, kan ngambang pake pelampung”. “Oke om, siap”. Abis makan aku mengantarkan Ayu menikmati aktivitas pantainya. Hari itu Ayu memakai celana pendek dan tanktop ketat. Bodinya yang asik bener2 mrangsang berahi aku, palagi dia dari kecil tinggal di amrik sono, jadi gak masalah dengan pake pakean yang serba terbuka. “Kok gak pake bikini Ay”. “Kan gak mo sunbathing kan.

    Kalo sunbanthing baru Ayu pake bikini. Disini gak bole topless ya om”. “Di hotel sih gak apa kali, kalo dipantai ditonton orang nanti. Bule2 banyak yang topless tuh”. “ah cuek ja”. Ayu have fun bener dengan aktivitasnya, sampe2 dia lupa lunch. Gak laper katanya. aku ya cari makanan yang bisa aku makan sambil nungguin Ayu beraktivitas. semua biaya aktivitas aku gesek ja di kartu kredit. Aku dah minta plafond kartu kreditku dinaikkan sesuai perkiraanku. selama Ayu berada di bali, aku lampirkan jaminan dari kantor sehingga langsung di approve. Nanti aku reimburse semua pengeluaran di kancab, sesuai dana yang sudah diapprove kantor pusat. Sorenya kita balik ke hotel. Ayu bilang dia mo santaidi kolam renang, dia balik ke kamar untuk ganti pakean yang udah basah kuyup dengan bikini. aku nunggu dia dikolam renang. Karena dah sore, kolam gak rame, tapi kita masi boleh pake kolam renang sampe kapanpun, tanpa batas waktu.

    Ayu muncul di kolam dengan bikininya. Seksi sekali, toket montoknya dilapisi dengan bra bikini yang berbentuk segitiga dan ditaliin kebelakang lehernya dan punggungnya. Kemontokan toketnya gak bisa disembunyikan dibalik bra bikini yang minim itu. Cd bikiniknya juga berbentuk kaen segitiga yang ditalikan dikirikanan pinggangnya. “ay kamu asik banget deh bodinya”. “Om suka gak ngeliatnya”, “Suka banget Ay, palagi kalo…” Sengaja aku gak nyelesaiin omonganku.

    “Kalo apa om”. “enggak ah, ntar Ayu tersinggung lagi”, sengaja aku tidak menjawab pertanyaannya untuk membuat dia penasaran. Bener aja, “Om kalo apa sih”. “Gak ah ntar marah lagi, ntar aku dilaporin ke om kamu, di pehaka jadi akunya nanti”. “enggak deh, ayo dong om, kalo apa”. “Bener gak marah”. “Bener, suer deh, ayo dong om kalo apa”. Ayu makin merengek manja, seneng aku melihat ABG kalo dah merengek2 manja gitu, pengen kugelutin aja deh rasanya.

    “Bener ya janji”, “Iya om, bener, janji, suer”, katanya sambil menunjukkan jari tengah dan telunjuknya seperti orang kalo disumpah (bukan disumpahin lo). “Palagi kalo …. Ayu telanjang”. “Ih si om ngeres banget deh”, katanya sambil tertawa dan menyubut pinggangku. “Bener mo lihat Ayu telanjang?” “Mau banget Ay, dimana”. “Ih segitu ngebetnya sih. Mangnya om belon pernah ngeliat prempuan telanjang?” “Belon Ay, suer deh, makanya jadi penasaran pengen ngeliat ayu tlanjang”. Ayu nyebur kekolam dan brenang mondar mandir. Aku segera menyusulnya. Dipinggir kolam kembali aku mendesak Ayu, “bener nih aku boleh lihat Ayu telanjang”. “Ayu cuma senyum2 ja, sekarang gantian dia yg bikin aku penasaran. “ayu dah sering telanjang depan lelaki ya”. “Om sok tau ah”. “depan cowok kamu ya Ay, bule ya”. Ayu cuma mengangguk. “Enak dong ma bule”. “enak apanya om”, “Kan itunya gede, panjang lagi”. “Gak tau ah”, Ayu meninggalkan aku brenang lagi.

    Aku mulai usil, beberapa kali toketnya sengaja kugesek dengan lengannya. Ayu kembali tersenyum membiarkan. Aku makin berani, toketnya malah dirabanya. “Ay, kamu napsuin deh”, kataku to the point. “Masak sih mas napsu ngeliat Ayu”. “Iya lah Ay, toket kamu montok banget, aku pengen ngeremes jadinya”, kataku sambil langsung meremes toketnya. “Om…”, keluhnya. Kami main2 dikolam sampe lewat magrib, akupun dengan napsunya meremas2 toketnya terus. Ayu membalas dengan meremas kontolku. Terasa kontolku sudah keras sekali dibalik celana pendek gombrongku. “Om besar sekali”, bisiknya.

    “Mau ngerasain Ay, memangnya punya cowok bule kamu gak besar”. “Besar sih om, tapi katanya punya orang Indonesia kecil, nih punya om gede banget, segede cowok Ayu punya”. Karena sudah gelap, kami balik ke kamar masing2, aku ikut ke kamarnya yang ada connecting doornya dengan kamarku. Sengaja aku pesan 2 kamar dengan connecting door, dan sudah kubuka dari kararku, sehingga kalo connecting door dibuka dari kamar Ayu, bisa langsung masuk ke kamarku.

    Selama Ayu ikut tour aku sengaja gak membuka connecting doornya karena dia kan dah cape ikut tour seharian, Aku duduk di balkon kecil yang menghadap ke laut, sementara ayu mandi. Selesai mandi Ayu mengenakan celana super pendek dan bra bikini. Aku membuka connecting door dan masuk kamarku, aku hanya membilas badanku dan mengganti celana gombrongku. Karena makan malem diselenggarakan di pantai, jadi tamu bebas pake pakean apa aja, asal gak tlanjang. Kita langsung menuju ke tempat makan karena perut sudah keroncongan. Kami makan malem sembari ngobrol dan becanda2.
    selesai makan aku ngajak karaokean. Aku minta private room untuk berdua Ayu aja. Di ruang karaoke, kami nyanyi2 bergantian. Aku mengelus2 pahanya terus. Paha Ayu kukangkangkan. Ayu jadi menggeliat2 karena rabaanku pada paha bagian dalam, “Aah”, erangnya, karena napsuku mulai naik.

    “Kenapa Ay, napsu ya”, katanya. “Tangan om nakal sih”, katanya terengah. “Abis kamu napsuin sih”, jawabku dengan tetap ngelus2 pahanya, elusanku makin lama makin naik ke atas. Kini tanganku mulai meraba dan meremes selangkangannya dari luar celana pendeknya, Ayu semakin terangsang karena ulahku, “Ayu jadi napsu nih”, bisiknya. Bosen karaoke, aku minta dvd bokep sama operator karaoke dan memutarnya. Asiknya ceweknya tampang melayu, cowoknya bule. Mereka maennya di kolam renang. Mulai dari ngelus, ngeremes, ngemut sampe akhirnya ngenjot dalam berbagai posisi.

    Aku kembali menggerayangi toketnya. Seetlah beberapa lama aku berbisik, “Kekamar aja yuk Ay”. Ayu ikut saja ketika tangannya kutariknya, sambil berpelukan kita menuju ke lift, naek kekamar Ayu. Di kamar aku mematikan lampu kamar. Suasana remang2 karena hanya disinari lampu dari kamar mandi. Romantis sekali suasananya karena hanya terdengar demburan ombak dari pintu ke balkon yang kubiarkan terbuka, terasa sekali2 ada angin membelai badan.

    Aku dan Ayu berbaring di ranjang. Aku terus meremas-remas gundukan di selangkangannya. Ayu merespon dengan gerakan pinggul yang menekan-nekan tanganku. Perlahan-lahan celana pendeknya kubuka, Ayu mengangkat pantatnya supaya celana itu mudah dilepaskan. jariku mulai menelusuri CDnya. Aku meremas kembali gundukan yang kini hanya terlindung oleh cd. Kemudian jariku menguak cdnya dari samping. Jari tengahku dengan trampil mencari belahan no noknya.

    Jari tengahku mulai menelusuri kehangatan sekaligus kelembaban di balik jembut keritingnya yang lebat. Sampai akhirnya mendarat di it ilnya. Daging kecil itu sudah mengeras. Aku segera berkosentrasi pada bagian itu. Ayu tidak mampu menahan kenikmatan akibat gelitikan jariku di it ilnya. Ayu makin erat memelukku dan aku makin intensif memainkan jariku di it ilnya. Ayu tidak bisa memperkirakan berapa lama jariku bermain di it ilnya.

    Akhirnya ayu mengejang. Ayu nyampe. “Om, belum apa2 Ayu dah nyampe. Hebat ih permainan jari om. Apalagi kon tol om ya”, kataku terengah. “Mau ya ngerasain kon tol om”. “Mau banget om, Ayu pengen ngerasain dien tot orang Indonesia. Kayanya bakalan nikmat ya om, sekarang aja baru dikilik it il Ayu dah klimax gini, gimana kalo dien tot”. Aku mengangkangkan pahanya dan mulai menjilati paha itu, dari bawah bergerak perlahan keatas sambil kugigit2 pelan. Ayu menggigil menahan geli saat lidahku menyelisuri pahanya. “Om pinter banget ngerangsang Ayu, udah biasa ngerangsang cewek ya”,

    katanya terengah. CDnya yang minim itu dengan mudah kulepas, demikian pula bra bikininya dan tak lama kemudian lidahku menghunjam ke no noknyayang sudah sangat basah. Ayu hanya pasrah saja atas perlakuanku, ayu hanya bisa mengerang karena rangsangan pada no noknya itu. Lidahku menyusup ke dalam no noknya dan mulai bergerak keatas. Ayu makin mengejang ketika aku mulai menjilati i tilnya. “Ayu sudah pengen dien tot”, dia mengerang saking napsunya. Aku menghentikan aksiku, kemudian memeluknya dan mencium bibirnya dengan napsu. Lidahku menerobos bibirnya dan mencari lidahnya, segera ayu bereaksi yang sama sehingga lidah kami saling membelit didalam mulutnya. Pelukanku makin erat. kon tolku yang sudah ngaceng berat, mengganjal diperutnya.

    Tanganku mulai bergerak kebawah, meremas pantatnya, sedang tanganku satunya masih ketat mendekapnya. Ayu menggelinjang karena remasan dipantatnya dan tekanan kon tolku yang ngaceng itu makin terasa diperutnya. “Aah”, lenguhnya sementara bibirnya masih terus kukulum dengan penuh napsu juga. Lidahkukemudian kukeluarkan dari mulutnya, bibirnya kujilati kemudian turun ke dagunya. Tanganku bergeser dari pantatnya ke arah no noknya, “Aah”,

    kembali ayu mengerang ketika jariku mulai mengilik no noknya. Lidah kuarahkan ke lehernya, kujilati sehingga ayu menggeliat2 kegelian. Sementara itu jariku mulai mengelus2 no noknya yang sudah sangat basah itu dan kemudian kembali menjadikan i tilnya sasaran berikutnya. Kugerakkan jari memutar menggesek i tilnya. Ayu menjadi lemes dipelukanku. “Ay, jembut kamu lebat sekali, gak heran napsu kamu gede banget. Dikilik sebentar aja udah basah begini, padahal baru nyampe”, kataku sambil mengangkangkan pahanya lagi. Aku membuka celana, sekaligus dengan cd. kon tolku yang besar dan panjang, berdiri tegak karena sudah ngaceng berat. Ayu kutarik bangun kemudian disuruh menelungkup dipinggir ranjang. Aku memposisikan diri dibelakangnya, punggungnya kudorong sedikit sehingga ayu menjadi lebih nungging. Pahanya kugeser agar lebih membuka. Ayu menggelinjang ketika merasa ada yang menggesek2 no noknya. no noknya yang sudah sangat licin itu membantu masuknya kon tol besarku dengan lebih mudah.

    Kepala kon tolku sudah terjepit di no noknya. Terasa sekali kon tolku sesek mengganjal di selangkangannya. “Aah, gede banget kon tol om”, erangnya. Aku diam saja, malah terus mendorong kon tolku masuk pelan2. Ayu menggeletar ketika kon tolku masuk makin dalam. Dia merasakan nikmat banget rasanya kemasukan kon tolku yang besar itu. Pelan2 aku menarik kon tol keluar dan kudorong lagi dengan pelan juga, gerakan keluar masuk kon tolku makin cepat sehingga akhirnya dengan satu hentakan kon tolku nancep semua di no noknya. “Aah, enak banget kon tol om”, jeritnya. “no nokmu juga peret banget Ay. Baru sekali aku ngerasain no nok seperet no nokmu”, kataku sambil mengenjotkan kon tolku keluar masuk no noknya. “Huh”, dengusnya ketika merasa kon tolku nancep semua di no noknya. Terasa biji pelerku menempel ketat di pantatnya. no noknya terasa berdenyut meremes2 kon tolku yang nancep dalem sekali karena panjangnya. Tanganku yang tadinya memegang pinggulnya mulai meremes toketnya dengan gemes. Ayu menjadi menggelinjang karenanya, sementara itu enjotan keluar masuk kon tol makin kupercepat.

    Tubuhnya makin bergetar merasakan gesekan kon tolku di no noknya. “Enak , enjotin yang keras, aah, nikmatnya”, erangnya gak karuan. Keluar masuknya kon tolku di no noknya makin lancar karena cairan no noknya makin banyak, seakan menjadi pelumas kon tolku. Aku menelungkup dibadannya dan mencium kuduknya. Ayu menjadi menggelinjang kegelian. Toketnya kulepaskan dan aku menarik wajahnya agar menengok ke belakang, kemudian bibirnya segera kucium dengan napsunya. Lidahku kembali menyusup kedalam mulutnya dan membelit lidahnya. Tanganku kembali meneruskan tugasnya meremes2 toketnya. Sementara itu, kon tol tetep kuenjot keluar masuk dengan cepat dan keras. jembutnya yang kasar dan lebat itu berkali2 menggesek pantatnya ketika kon tolku nancep semuanya di no noknya. Ayu menjadi mengerang keenakan berkali2, ini menambah semangatku untuk makin gencar mengenjot no noknya. Pantatnya mulai bergerak mengikuti irama enjotan kon tolku. Pantatnya makin cepat bergerak maju mundur menyambut enjotan kon tolku sehingga rasanya kon tolku nancep lebih dalem lagi di no noknya. “Terus , enjot yang keras, aah nikmat banget deh dien tot om, lebih nikmat dari dien tot cowokku om”, erangnya. Aku makin seru saja mengenjot no noknya dengan kon tolku. Ayu tersentak. Perutnya terasa kejang menahan kenikmatan yang luar biasa.

    Bibirnya kembali kulumat, ayu membalas melumat bibirku juga, sementara gesekan kon tolku pada no noknya tetep saja terjadi. Akhirnya ayu tidak dapat menahan rangsangan lebih lama, no noknya mengejang dan “Ayu nyampe aah”, teriaknya. no noknya berdenyut hebat mencengkeram kon tolku sehingga akhirnya, kon tolku mengedut mengecretkan peju sampe 5 semburan. Terasa banget pejuku yang anget menyembur menyirami no noknya. kon tol terus kuenjotkan keluar masuk seiring ngecretnya pejuku. Napasnya memburu, demikian juga napasku. “Ay, gak apa2 kan aku ngecret didalem no nok kamu”, katanya. “Gak apa2 kok om, Ayu punya obat biar gak hamil”. kon tolku terlepas dari jepitan no noknya sehingga terasa pejuku ikut keluar mengalir di pahanya. Aku segera berbaring diranjang. “Ay, nikmat banget deh no nok kamu, peret dan empotannya kerasa banget”, katanya. “Om sudah sering ngen totin abg ya, ahli banget bikin Ayu nikmat. “, jawabnya.

    Aku bangun dan masuk kamar mandi. Aku membersihkan diri karena sejak abis berenang di laut aku cuma bilas badan aja, belum mandi, sementara ayu masih saja telentang di dipan menikmati sisa2 kenikmatan yang baru saja dia rasakan. Aku keluar dari kamar mandi, duduk disampingnyau yang terkapar telanjang bulat. “Kamu bener2 napsuin deh Ay, toket kamu gede dan kenceng, mana pentilnya gede lagi”, kataku. Ayu hanya tersenyum mendengar ocehanku. “Aku paling suka liat jembut kamu, lebat banget sih. Aku paling napsu ngeliat cewek kayak kamu ini, toketnya gede kenceng dan jembutnya lebat, nikmat banget dien totnya,” kataku lagi. Aku berbaring disebelahnya dan memeluknya, “Ay, aku pengen lagi deh”, kataku. Ayu kaget juga dengernya, baru aja ngecret udah napsu lagi.

    Aku mulai menciumi lehernya dan lidahku menjilati lehernya. Ayu menggelinjang dan mulai terangsang juga. Bibirnya segera kucium, lidahku kembali menyusup kedalam mulutnya dan membelit lidahnya. Sementara itu aku mulai meremes2 toketnya dengan gemes. Aku melepaskan bibirnya tetapi lidahku terus saja menjilati bibir, dagu, leher dan akhirnya toketnya. pentilnya yang sudah mengeras kujilati kemudian kuemut dengan rakus. Ayu menggeliat2 karena napsunya makin memuncak juga. “Aah, om napsu banget sih, tapi ayu suka banget. Cowok ayu kalo dah ngecret ya udah”, erangnya. toketnya yang sebelah lagi kuremes2 dengan gemes. Jari2ku menggeser kebawah, keperutnya. Pusernya kukorek2 sehingga ayu makin menggelinjang kegelian. Akhirnya jembutnya kuelus2, tidak lama karena kemudian jariku menyusup melalui jembutnya mengilik2 no noknya. Pahanya otomatis dikangkangkan untuk mempermudah aku mengilik no noknya. “Aah”, ayu melenguh saking nikmatnya. Aku membalik posisi sehingga kepalaku ada di no noknya, otomatis kon tolku yang sudah ngaceng ada didekat mukanya. Sementara aku mengilik no nok dan it ilnya dengan lidahku, kon tolku diremes dan dikocok2nya hingga keras banget. Kepalanya mulai dijilati dan diemut pelan, lidahku makin menekan2 it ilnya sehingga pantatnya terangkat dengan sendirinya.

    Enggak lama ayu mengemut kon tolku sebab aku segera membalikkan badankudan menelungkup diatasnya, kon tol kutancapkan di no noknya dan mulai kuteken masuk kedalam. Setelah nancep semua, aku mulai mengenjotkan kon tolku keluar masuk dengan cepat dan keras. Bibirnya kembali kulumat dengan penuh napsu, sementara itu terasa banget kon tolku mengisi seluruh ruang no noknya sampe terasa sesek. Nikmat banget ngen tot sama dia. Ayu menggeliat2kan pantatnya mengiringi enjotan kon tolku itu. Cukup lama aku mengenjotkan kon tolku keluar masuk, tiba2 aku berhenti dan mencabut kon tolku dari no noknya. Aku duduk di kursi yang ada didekat ranjang, ayu kuminta untuk duduk dipangkuanku mengangkang diantara kedua kakiku. Aku memeluknya dengan erat. Ayu sedikit berdiri supaya dia bisa mengarahkan kon tolku yang masih ngaceng itu masuk ke no noknya.

    Ayu menurunkan badannya sehingga sedikit2 kon tolku mulai ambles lagi di no noknya. Aku menggeliat merasakan nikmatnya kon tolku mendesak masuk no noknya sampe nancep semuanya. Jembutku menggesek jembutnya dan biji pelerku terasa menyenggol2 pantatnya. Ayu mulai menaik turunkan badannya mengocok kon tolku dengan no noknya. Aku mengemut pentilnya sementara ayu aktif bergerak naik turun. Nikmat banget, kayanya lebih nikmat dari tadi. “Aah, enak banget deh, lebih nikmat dari yang tadi”, erangnya sambil terus menurun naikkan badannya mengocok kon tolku yang terjepit erat di no noknya. no noknya mulai berdenyut lagi meremes2 kon tolku, gerakannya makin liar, ayu berusaha menancepkan kon tolku sedalam2nya di no noknya sambil mengerang2. Akumemegang pinggulnya dan membantu agar ayu terus mengocok kon tolku dengan no noknya.

    Ayu memeluk leherku supaya bisa tetep mengenjot kon tolku, denyutan no noknya makin terasa kuat. aku melenguh saking nikmatnya, “Ay, empotan no nokmu kerasa banget deh, mau deh aku ngen tot ama kamu tiap hari”. Akhirnya ayu gak bisa menahan rangsangan lebih lama dan “Ayu nyampe, aah”, teriaknya dan kemudian ayu terduduk lemas dipangkuanku. Aku belum ngecret juga, ronde kedua membuat aku bisa ngen tot lebih lama. “Cape Ay”, tanyaku tersenyum sambil terus memeluknya. “He eh”, jawabnya singkat.

    Pelan aku mengangkat badannya dari pangkuanku sehingga ayu berdiri, kon tolku lepas dari jepitan no noknya. kon tolku masih keras dan berlumuran cairan no noknya. Kembali ayu kuminta nungging diranjang, doyan banget aku dengan doggie style. Ayu sih oke aja dengan gaya apa saja karena semua gaya juga nikmat buat dia. aku menjilati kuduknya sehingga ayu menggelinjang kegelian, perlahan jilatanku turun ke punggung. Terus turun ke pinggang dan akhirnya sampe dipinggulnya. Otot perutnya terasa tertarik karena rangsangan jilatan itu. Aku terus menjilati, yang menjadi sasaran sekarang adalah pantatnya, kuciumi dan kugigit pelan. Apalagi saat lidahku mulai menyapu daerah sekitar lubang pantatnya.

    Dia keGelian. Jilatanku turun terus kearah no noknya, kakiya kukangkangkan supaya aku bisa menjilati no noknya dari belakang. Ayu lebih menelungkup sehingga pantatnya makin menungging dan no noknya terlihat jelas dari belakang. Aku menjilati no noknya, sehingga kembali ayu berteriak2 minta segera dien tot, “nakal deh om, ayo dong Ayu cepetan dien totnya”. Aku berdiri dan memposisikan kon tolku dibibir no noknya dan dienjotkannya kedalam dengan keras sehingga nancep semua dengan sekali enjotan. Aku mulai mengenjot no noknya dengan kon tolku, makin lama makin cepat. Ayu kembali menggeliat2kan pantatnya mengimbangi enjotan kon tolku dino noknya. Jika aku mengenjotkan kon tolku masuk, ayu mendorong pantatnya kebelakang sehingga menyambut kon tolku supaya nancep sedalam2nya di no noknya. toketnya berguncang2 ketika aku mengenjot no noknya.

    Aku meremes2 toketnya dan memlintir2 pentilnya sambil terus mengenjotkan kon tolku keluar masuk. “Terus om, nikmat banget deh”, erangnya lagi. Enjotan berjalan terus, sementara itu ayu mengganti gerakan pantatnya dengan memutar sehingga efeknya seperti meremes kon tolku. Dengan gerakan memutar, it ilnya tergesek kon tolku setiap kali aku mengenjotkan kon tolku masuk. Denyutan no nokku makin terasa keras, akupun melenguh, “Ay, nikmat banget empotan no nok kamu”.

    Akhirnya kembali ayu kalah, ayu nyampe lagi dengan lenguhan panjang, “Aah nikmatnya, Ayu nyampeee”. Otot perutnya mengejang dan ayu ambruk ke ranjang karena lemesnya. Ayu kutelentangkan di ranjang dan segera aku menaiki tubuhnya yang sudah terkapar karena lemesnya. Pahanya kukangkangkan dan segera aku menancapkan kembali kon tolku di no noknya. kon tolku dengan mudah meluncur kedalam sehingga nancep semuanya karena no noknya masih licin karena cairan yang berhamburan ketika ayu nyampe. aku mulai mengenjotkan lagi kon tolku keluar masuk. Ayu hanya bisa terkapar menikmati sisa kenikmatan dan rangsangan baru dari enjotan kon tolku. Aku terus mengejotkan kon tolku dengan cepat dan keras. Aku kembali menciumi bibir, leher dan dengan agak membungkukkan badan aku mengemut pentilnya. Sementara itu enjotan kon tolku tetap berlangsung dengan cepat dan keras.

    Ayu agak sulit bergerak karena aku dalam posisi agak menindih badannya, keringatku sudah bercampur aduk dengan keringatnya. Enggak tau sudah berapa lama aku mengen totinya sejak pertama tadi. Aku menyusupkan kedua tanganku kepunggungnyadan menciumnya lagi. kon tolku terus saja dienjotkan keluar masuk. Perutnya mengejang lagi, ayu heran juga kok cepet banget dah mau nyampe lagi dien tot aku. Ayu mulai menggeliatkan pantatnya, diputar2 mengimbangi enjotan kon tolku. no noknya makin mengedut mencengkeram kon tolku, pantatnya terkadang terangkat menyambut enjotanku yang keras, sampe akhirnya, “terus om, yang cepet, Ayu udah mau nyampe lagi”, teriakku. Aku dengan gencarnya mengenjotkan kon tolku keluar masuk dan, “Aah Ayu nyampe lagi”, ayu berteriak keenakan.

    Berbarengan dengan itu terasa sekali semburan pejuku yang kuat di no noknya. Akupun ngecret dan ambruk diatas badannya. Kami sama2 terkulai lemes, lebih2 ayu karena ayu udah nyampe 3 kali sebelum aku akhirnya ngecret dino noknya. ” Om kuat banget deh ngen totnya, mana lama lagi. Nikmat banget ngen tot ama om. Kapan om ngen totin Ayu lagi”, katanya.

    Aku tersenyum mendengar sanjungannya. “Kalo ada kesempatan ya aku sih mau aja ngen totin kamu. no nok kamu yang paling nikmat dari semua cewek yang pernah aku en tot”, jawabnya memuji. Aku terkapar telanjang karena nikmat dan tak lama lagi tertidur.

    Paginya aku terbangun karena aku memeluknya. Kayanya sarapan pagi bakalan ngerasain kon tolku lagi keluar masuk no noknya. “Ay, aku pengen ngerasain empotan no nok kamu lagi ya, boleh kan”, kataku. aku lalu berbaring telentang di ranjang, lalu ayu mulai jongkok di atasku dan menciumi nya, tanganku mengusap-usap punggungnya. Bibirku dikulum, “Hmmmhh… hmmhhh…” aku mendesah-desah. Setelah puas melumat bibir dan lidahku, ayu mulai bergerak ke bawah, menciumi dagu, lalu leherku. Diciuminya dadaku. “Hmmmhhh… aduh Ay enak ..” rintihku.

    Aku terus mendesah sementara ayu mulai menciumi perutku, lalu pusarku, sesekali dia berteriak kecil kegelian. Akhirnya , kon tolku yang sudah kon tolku yang ngaceng berat dipegang dan dikocok2, “Ahhhhh… Hhhh….Hmmhmh… Ohhh…” aku cuman bisa mendesah doang. kon tolku langsung dikenyot-kenyot, sementara aku meremas-remas rambutnya saking enaknya, “Ehmm… Ehmm…” Mungkin sekitar 5 menitan dia ngemut kon tolku, kemudian ayu bilang, “sekarang giliran om yach?” Aku cuma tersenyum, lalu bangkit sedangkan ayu sekarang yang ganti tiduran.

    Aku mulai nyiumin bibirnya, kemudian lehernya sementara tanganku meraba-raba toketnya dan kuremasnya. “Hmhmhhm… Hmhmhmh…” ganti ayu yang mendesah keenakan. Apalagi ketika aku menjilati pentilnya yang tebal dan berwarna coklat tua. Setelah puas melumat pentilnya bergantian, aku mulai menjilati perutnya. Aku langsung menciumi no noknya dengan penuh napsu, otomatis pahanya mengangkang supaya aku bisa mudah menjilati no nok dan i tilnya. “Ahh.. Ahhhh…” ayu mengerang dan mendesah keras keenakan. Sesekali terdengar “slurrp… slurrp…” aku menyedot no noknya yang sudah mulai basah itu.

    “Ahhhh… Enak …”, desahannya semakin keras saja karena merasa nikmat. Napsunya sudah sampe ubun2, aku ditarik untuk segera menancapkan kon tol besarku di no noknya yang sudah gatel sekali rasanya, pengen digaruk pake kon tol, katanya. Pelan-pelan aku memasukkan kon tolku kedalam no noknya. dengan satu enjotan keras aku menancapkan seluruh kon tolku dalam no noknya.

    “Uh… uhhh….aahh…nikmat banget” desahnya ketika aku mulai asyik menggesek-gesekkan kon tolku dalam no noknya. Ayu menggoyang pinggulnya seirama dengan keluar masuknya kon tolku di no nokku. Aku mempercepat gerakanku. Gak lama dienjot ayu sudah merasa mau nyampe, “Ah…Ayu sepertinya mau… ahhh…” aku malah mempergencar enjotan kon tolku dino noknya, “Bareng nyampenya ya Ay, aku juga dah mau ngecret”, kataku terengah.

    Enjotan kon tol makin kupercepat saja, sampe akhirnya, “Ayu nyampe aah”, badannya mengejang karena nikmatnya, terasa no noknya berdenyut2 meremas kon tolku sehingga akupun menyodokkan kon tolku dengan keras, “Ay, aku ngecret aah”, terasa semburan pejuku yang deres dino noknya. aku terkapar lemes diatas badannya, demikian pula ayu.

  • CERITA DEWASA PERAWANKU UNTUK ADIKKU

    CERITA DEWASA PERAWANKU UNTUK ADIKKU


    941 views

    Cerita Sex ini berjudulCERITA DEWASA PERAWANKU UNTUK ADIKKUCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Namaku Mona, umurku 24 tahun, aku sudah menikah dan mempunyai satu anak lelaki.. Berikut cerita panas ini aku ingin berbagi pengalamantentang hubunganku dengan adik kandungku sendiri. Kejadian ini terjadi dua tahun yang lalu ketika aku berusia 22 tahun dan adikku berusia 18 tahun. Kami adalah 3 bersaudara, kakakku Diana telah menikah dan ikut suaminya,

    sedangkan aku dan adikku tinggal bersama orang tua kami. Aku sendiri berperawakan sedang, tinggiku 160cm berat badan 52kg, orang bilang aku montok, terutama pada bagian pinggul/pantat. Payudaraku termasuk rata2 34 saja. Kulitku yang putih selalu menjadi perhatian orang2 bila sedang berjalan keluar rumah.

    Aku mempunyai seorang pacar berusia 2 tahun diatasku, dia adalah kakak kelas kuliahku. Aku dan pacarku berpacaran sudah 2 tahun lebih, dan selama itu paling jauh kami hanya melakukan petting, sailng raba, saling cium dan saling hisap..  Pacarku sangat ingin menerobos vaginaku jika saat petting, tapi aku sendiri tidak ingin hal itu terjadi sebelum kami menikah, jadi aku mengeluarkan air maninya dengan cara swalayan, yaitu mengocok kontolnya.

    Aku juga kerap dipaksa menghisap kontol pacarku yang mana sebenernya aku agak jijik melakukannya. Keseringan petting dengan pacarku membuatku menjadi haus akan belaian lelaki dan selalu iingin disentuh, sehari saja tidak dibelai rasanya tersiksa sekali entah kenapa aku jadi ketagihan Sampai akhirnya kau sendiri melakukannya dengan tanganku sendiri dikamarku sendiri.

    Sering aku merabaraba payudaraku sendiri dan mengusapusap memeku sendiri sampai aku orgasme. Inilah kesalahan ku, aku tidak menyadari kalau selama ini adikku John sering mengintip aku ini aku ketahui setelah dia mengakuinya saat berhasil membobol keperawananku, kakaknya sendiri. Awal mulanya, ketika itu aku, mamaku dan adikku John pergi ke supermarket 500m dekat rumah.

    Karena belanjaan kami banyak maka kami memutuskan untuk naik becak. Saat itu aku memakai celana panjang ketat setengah lutut, dan karena kami hanya naik satu becak, aku memutuskan untuk di pangku adikku, sedangkan mamaku memangku belanjaan. Joker388

    Diperjalanan yang hanya 500m itu, ketika aku duduk di pangkuan adikku, aku merasakan sesuatu bergerakgerak dipantatku, aku sadar bahwa itu kontol adikku, keras sekali dan berada di belahan pantatku. Aku membiarkannya, karena memang tidak ada yang bisa kulakukan. Bahkan ketika di jalan yang jelek, semakin terasa ganjalan dipantatku.

    Karena aku juga sangat rindu belaian pacarku yang sudah 3 hari tidak ke rumah, diam diam aku menikmatinya. Sejak kejadian itu, aku sering melihat dia memperhatikan tubuhku, agak risi aku diperhatikan adikku sendiri, tapi aku berusaha bersikap biasa.

    Suatu hari, aku dan pacarku melakukan petting di kamarku Aku sangat terangsang sekali dia meraba dan membelaibelai tubuhku. Sampai akhirnya pacarku memaksakku membuka celana dalamku dan memaksaku untuk mengijinkannya memasukkan kontolnya ke memekku. Tentu saja aku keberatan, walaupun aku sangat terangsang tapi aku berusaha untuk mempertahankan keperawananku.

    Dalam ketelajanganku aku memohon padanya untuk tidak melakukannya. Dan anehnya aku malah berteriak minta tolong. Hal ini di dengar oleh adikku John, dia langsung menerobos kamarku dan mengusirnya, saat itu juga pacarku ketakutan, karena memang badan adikku jauh lebih besar. Aku lansung menutupi tubuhku yang telanjang dan aku yakin adikku melihat ketelajanganku.

    Dan pacarku sendiri langsung memakai pakaiannya dan pamit pulang. Sejak itu, pacarku jadi jarang ke rumah. Dari selentingan temanteman ku, pacarku katanya mempunyai teman cewe lain yang sering jalan dengannya. Tentu saja aku sedih mendengarnya, tapi aku juga merasa beruntung tidak ternodai olehnya.

    Suatu malam aku berbincangbincang dengan adikku, aku berterima kasih padanya karena dia telah menggagalkan pacarku menodaiku. Aku kaget ketika adikku ngomong bahwa, aku ngga bisa menyalahkan pacarku karena memang bodyku sexy sekali dan setiap lakilaki pasti ingin merasakan tubuhku.

    Ketika kutanya, jika setiap lelaki, apakah adikku juga ingin merasakan tubuhku juga dia menjawab: Kalau kakak bukan kakakku, ya aku juga pengen, aku kan juga lelaki aku sangat kaget mendengar jawabannya tapi aku berusaha itu adalah pernyataan biasa, aku langsung aja tembak, emang adik pernah nyobain cewe? dia bilang ya, belum kak. itulah percakapan awal bencana itu.

    Malam harinya aku membayangkan bercinta dengan pacarku, kau merindukan belaiannya lalu aku mulai merabaraba tubuhku sendiri tapi aku tetap tidak bisa mencapai apa yang aku inginkan sekilas aku membayangkan adikku lalu aku memutuskan untuk mengintip ke kamarnya.

    Malam itu aku mengendapendap dan perlahanlahan nak keatas kursi dan dari lubang angin aku mengintip adikku sendiri, aku sangat kaget sekali ketika melihat adikku dalam keadaan tak memakai celana dan sedang memegan alat vitalnya sendiri, dia melakukan onani, aku terkesima melihat ukuran kontolnya, hampir 2 kali pacarku, gila kupikir, kok bisa yah sebesar itu punya adikku Dan yang lebih kaget, di puncak orgasmenya dia meneriakkan namaku Saat itu perasaanku bercampur baur antar nafsu dan marah aku langsung balik kekamarku dan membayangkan apa yang baru saja aku saksikan.

    Pagi harinya, libidoku sangat tinggi sekali, ingin dipuaskan adikku tidak mungkin, maka aku memutuskan untuk mendatangi pacarku. Pagi itu aku langsung kerumah pacarku dan kulihat dia sangat senang aku dating ditariknya aku ke kamarnya dan kami langsung bercumbu saling cium saling hisap dan perlahanlahan baju kami lepas satu demi satu sampai akhirnya kami telanjang bulat.

    Gilanya begitu aku melihat kontolnya, aku terbayang kontol adikku yang jauh lebih besar darinya sepert biasa dia menyuruhku menghisap kontolnya, dengan terpaksa aku melakukannya, dia merintihrintih keenakkan dan mungkin karena hampir orgasme dia menarik kepalaku. J

    angan diterusin, aku bisa keluar katanya lalu dia mula menindihi ku dan dari nafasnya yang memburu kontolnya mencaricari lubang memekku begitu unjung kontolnya nempel dan baru setengah kepalanya masuk, aku kaget karena dia sudah langsung orgasme, air maninya belepotan diatas memekku Ohhhhh katanya.

    Dia memelukku dan minta maaf karena gagal melakukan penetrasi ke memekku. Tentu saja aku sangat kecewa, karena libidoku masih sangat tinggi. Puaskan aku dong aku kan belum rengekku tanpa malumalu. Tapi jawabannya sangat menyakitkanku Maaf, aku harus buruburu ada janji dengan sisca katanya tanpa ada rasa ngga enak sedikitpun.

    Aku menyembunyikan kedongkolanku dan buruburu berpakaian dan kami berpisah ketika keluar dari rumahnya. Diperjalanan pulang aku sangat kesal dan timbul kenginanku untuk menyeleweng, apalagi selama diperjalanan banyak sekali lelaki yang mengodaku dar tukang becak, kuli bangunan sampai setiap orang di bis.

    Begitu sampai rumah aku memergoki adikku yang akan pergi ke sport club, dia mengajakku untuk ikut dan aku langsung menyanguppinya karena memang aku juga ingin melepaskan libidoku dengan cara berolah raga. Di tempat sport club, kam berolah raga dari senam sampai berenang dan puncaknya kami mandi sauna.

    Karena sport club tersebut sangat sepi, maka aku minta adikku satu kamar denganku saat sauna. Saat didalam adikku bilang kak, baju renangnya ganti tuh, kan kalau tertutup gitu keringatnya ngga keluar, percuma sauna Abis pake apa timpalku, aku ngga punya baju lagi Pake celana dalem sam BH aja kak, supaya poriporinya kebuka katanya Pikirku, bener juga apa katanya, aku langsung keluar dan menganti baju renangku dengan BH dan celana dalam, sialnya aku memakai celana dalam Gstring putih sehabis dari rumah pacarku tadi Tapi ah, cuek aja.. toh adikku pernah liat aku telanjang juga.

    Begitu aku masuk, adikku terkesima dengan penampilanku yang sangat berani kulihat dia berkalikali menelan ludah, aku purapura acuh dan langsung duduk dan menikmati panasnya sauna.

    Keringat mencucur dari tubuhku, dan hal itu membuat segalanya tercetak didalam BH dan celana dalamku adikku terus memandang tubuhku dan ketka kulihat kontolnya, aku sangat kaget, dan mengingatkanku ke hal semalam ketika adikku onani dan yang membuat libidoku malah memuncak adalah kepala kontolnya muncul diatas celana renangnya.

    Aku berusaha untuk tidak melihat, tapi mataku selau melirik ke bagian itu, dan nafasku semakin memburu dan kulihat adikku melihat kegelisahanku.

    Aku juga membayangkan kejadian tadi pagi bersama pacarku, aku kecewa dan ingin pelampiasan. Dalam kediaman itu aku tidak mampu untuk bertahan lagi dan aku memulainya dengan berkata: Ngga kesempitan tuh celana, sampe nongol gitu Ia nih, si otong ngga bisa diajak kompromi kalo liat cewe bahenol katanya Kasian amat tuh, kejepit.

    Buka aja dari pada kecekik kataku lebih berani Iya yah katanya sambil berdiri dan membuka celananya Aku sangat berdebardebar dan berkalikali menggigit bibirku melihat batang kemaluan adikku yang begitu besar. Tibatiba adikku mematikan mesin saunanya dan kembali ke tempatnya.

    Kenapa dimatiin kataku Udah cukup panas kak katanya Memang saat juga aku merasa sudah cukup panas, dan dia kembali duduk, kami saling memandang tubuh masingmasing. Tibatiba cairan di memekku meleleh dan gatal menyelimuti dinding memekku, apalagi melihat kontol adikku.

    Akal warasku datang dan aku langsung berdiri dan hendak keluar, tapi adikku malah mencegahku nanti kak. Kan udah saunanya timpalku, aku sangat kaget dia berada tepat di depanku dengan kontol mengacung ke arahku, antara takut dan ingin.

    Kakak udah pernah gituan belum kak kata adikku Belum kataku, emang kamu udah..? lanjutku Belum juga kak, tapi pengen nyoba katanya Nyoba gimana???? Nantikan juga ada saatnya kataku berbalik kearah pintu dan sialnya kunci lokerku jatuh, ketika aku memungutnya, otomatis aku menunggingi adikku dan buah pantatku yang besar menempel di kontolnya.

    Gilanya aku malah tetap diposisi itu dan menengok ke arah adikku. Dan tak kusangka adikku memegang pinggulku dan menempelkan kontolnya dibelahan pantatku yang hanya tertutup Gstring. Oh kak. bahenol sekali, aku pengen nyobain kak katanya dengan nafas memburu. Aw dik ngapain kamu timpalku tanpa berusaha merubah posisiku, karena memang aku juga menginginkannya.

    Pengen ngentot kakak katanya kasar sambil menekan batangnya kepantatku. Aku menarik pantatku dan berdiri membelakanginya, Aku kan kakakm John, inget dong Adikku tetap memegang pinggulku tolong kak.. asal nempel aja.. nga usah dimasukkin, aku ngga tahan banget Tolong kak, katanya memelas. Cerita Panas 2014 | Aku di suruh nagpain juga mau kak, asal bisa nempelin aja ke memek kakak.

    Pikiranku buntu, aku juga punya libido yang tak tertuntaskan tadi pagi.. dan membayangkan pacarku menunggangi sisca, libidoku tambah naik.. Persetan dengan pacar brengsek batinku. Jangan disini pintaku. Sebentar aja kak, asal nempel aja 1 menit katanya meremas pinggulku. Kakak belum siap kataku. Kakak nungging aja, nanti aku panasin katanya.

    Bagai terhipnotis aku menuruti apa katanya, sambil memegang grendel pintu, aku menungginginya dan dengam pelanpelan dia membuka Gstringku dan melemparkannya. Dan dia jongkok di belakangku dan gilanya dia menjulurkan lidahnya menjilat memeku dari belakang Oh ngapain kamu dik kataku tanpa melarangnya.

    Dia terus menjulurkan lidah dan menjilati memekku dari belakang.. ohhhh gila pikirku enak banget, pacarku saja ngga mau ngejilatin memekku, adikku sendiri dengan rakus menjilati memekku Gila kamu dik, enak banget, belajar dimana rintihku Tanpa menjawab dia terus menjilati memekku dan meremas remas bokongku sampai akhirnya lamalama memekku basah sekali dan bagian dalam memekku gatal sekali Tibatiba dia berdiri dan memegang pinggulku..

    Udah panas kak katanya mengarahkan kontolnya kepantatku dan memukulmukul kepala kontolnya kepantatku. udah. kataku sambil terus menungging dan menoleh ke arah adikku Jangan bilang siapasiapa yah dik kataku.

    Adikku berusaha mencari lubang memekku dengan kepala kontolnya yang besar dia kesulitan Mana lubangnya kak.. katanya. Tanpa sadar aku menjulurkan tangan kananku dan menggengam kontolnya dan menuntun ke mulut goaku Ini dik kataku begitu tepat di depannya, gesekgesek aja yah dik. Masukin dikit aja kak katanya menekan kontolnya.

    aw dik, gede banget sih kataku, pelanpelan.. Begitu kepala kontolnya membuka jalan masuk ke memekku, adikku pelanpelan menekannya.. dan mengeluarkannya lagi sedikit sedikit tapi tidak sampai lepas terus ia lakukan sampai membuat aku gemas. Oh.. dik. enak. dik. udah yah kataku purapura.. Belum kak. baru kepalanya udah enak yah.

    Memang bisa lebih enak??? kataku menantang. Dan. langsung menarik pinggulku sehingga batang kontolnya yang besar amblas ditelan memekku Aku merasakan perih luar biasa dan aw. sakit dik teriakku. Adikku menahan batangnya didalam memekku . Ohkaknikmat banget.. dan secara perlahan dia menariknya keluar dan memasukannya lagi, sungguh sensasi luar biasa.

    Aku merasakan nikmat yang teramat sangat, begitu juga adikku Oh, kak nikmat banget memekmu.. katanya. Ssssshhhh ia dik enak banget kataku. Lima belas menit dia mengenjotku, sampai akhirnya aku merasakan orgasme yang sangat panjang dan nikmat disusul erangan adkku sambil menggengam pinggulku agar penetrasinya maksimum.

    Oh.. kak.. aku keluar.. nikmat banget katanya Sejenak dia memelukku dari belakang, dan mulai mencabut kontolnya di memekku Ma kasih kak katanya tanpa dosa dan memakaikan celanaku lagi. Aku bingung bercampur menyesal dan ingin menangis. Agen Joker388

    Akulangsung keluar dan membersihkan diri sambil menyesali diri.. kenapa adikku???? Dalam perjalanan pulang adikku berulangulang minta maaf atas perbuatannya di ruangan sauna Aku hanya bisa berdiam merenungi diriku yang sudah tidak perawan lagi Kejadian itu adalah awal petualangan aku dan adikku, Karena dua hari setelah itu kembali kami besetubuh, bahkan lebih gila lagi.. kami bisa melakukannya sehari 3 sampai 5 kali sehari semalam.

    Satahun sudah aku di tunggangi adikku sendiri sampai ada seorang kaya, kenalan bapakku melamarku, dan kami menikah. Untungnya suamiku tidak mempermasalahkan keperawananku. Akhirnya aku di karunia seorang anak dari suamiku, bukan dari adikku.. karena aku selalu menjaga jangan sampai hamil bila bersetubuh dengan adikku.

    Sampai sekarang aku tidak bisa menghentikan perbuatanku dengan adikku, yang pertama adikku selalu meminta jatah, dilain pihak aku juga sangat ketagihan permainan seks.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Memek ku Di Emut Sampe Abis

    Memek ku Di Emut Sampe Abis


    1522 views

    Perawanku – Pada suatu liburan sekolah yang panjang, kami dari sebuah SLTA mengadakan pendakian gunung di Jawa Timur. Rombongan terdiri dari 5 laki-laki dan 5 wanita. Diantara rombongan itu satu guru wanita ( guru biologi) dan satu guru pria ( guru olah raga ). Acara liburan ini sebenarnya amat tidak didukung oleh cuaca. Soalnya, acara kami itu diadakan pada awal musim hujan. Tapi kami tidak sedikitpun gentar menghadapi ancaman cuaca itu. Bola Tangkas

    Ada yang sedikit mengganjal hati saya, yakni Ibu Guru Anisa ( saya memanggilnya Anisa ) orangnya terkenal galak dan judes itu dan anti cowok ! denger-denger dia itu lesbi. Ada yang bilang dia patah hati dari pacarnya dan kini sok anti cowok. Bu Anis umurnya belum 30 tahun, sarjana, cantik, tinggi, kulit kuning langsat, full press body. Sedangkan teman – teman cewek lainnya terdiri dari cewek-cewek bawel tapi cantik-cantik dan periang, cowoknya, terus terang saja, semuanya bandit asmara ! termasuk pak Martin guru olah raga kami itu.

    Perjalanan menuju puncak gunung, mulai dari kumpul di sekolah hingga tiba di kaki gunung di pos penjagaan I kami lalui dengan riang gembira dan mulus-mulus saja. Seperti biasanya rombongan berangkat menuju ke sasaran melalui jalan setapak. Sampai tengah hari, kami mulai memasuki kawasan yang berhutan lebat dengan satwa liarnya, yang sebagian besar terdiri dari monyet-monyet liar dan galak. Menjelang sore, setelah rombongan istirahat sebentar untuk makan dan minum, kami berangkat lagi.

    Kata pak Martin sebentar lagi sampai ke tujuan. Saking lelahnya, rombongan mulai berkelompok dua-dua. Kebetulan aku berjalan paling belakang menemani si bawel Anisa dan disuruh membawa bawaannya lagi, berat juga sih, sebel pula! Sebentar-sebentar minta istirahat, bahkan sampai 10 menit, lima belas menit, dan dia benar-benar kecapean dan betisnya yang putih itu mulai membengkak.

    Kami berangkat lagi, tapi celaka, rombongan di depan tidak nampak lagi, nah lo ?! Kami kebingungan sekali, bahkan berteriak memanggil-manggil mereka yang berjalan duluan. Tak ada sahutan sedikitpun, yang terdengar hanya raungan monyet-monyet liar, suara burung, bahkan sesekali auman harimau. Anisa sangat ketakutan dengan auman harimau itu. Akhirnya kami terus berjalan menuruti naluri saja. Rasa-rasanya jalan yang kami lalui itu benar, soalnya hanya ada satu jalan setapak yang biasa dilalui orang.

    Sial bagi kami, kabut dengan tiba-tiba turun, udara dingin dan lembab, hari mulai gelap, hujan turun rintik-rintik. Anisa minta istirahat dan berteduh di sebuah pohon sangat besar. Hingga hari gelap kami tersasar dan belum bertemu dengan Judi Bola Tangkas  rombongan di depan. Akhirnya kami memutuskan untuk bermalam di sebuah tepian batu cadas yang sedikit seperti goa.

    Hujan semakin lebat dan kabut tebal sekali, udara menyengat ketulang sumsum dinginnya. Bajuku basah kuyup, demikian juga baju Anisa. Dia menggigil kedinginan. Sekejap saja hari menjadi gelap gulita, dengan tiupan angin kencang yang dingin. Kami tersesat di tengah hutan lebat.

    Tanpa sadar Anisa saking kedinginan dia memeluk aku. “Maaf” katanya. Aku diam saja, bahkan dia minta aku memeluknya erat-erat agar hangat tubuhnya. Pelukan kami semakin erat, seiring dengan kencangnya deras hujan yang dingin. Jika aku tak salah, hampir tiga jam lamanya hujan turun, dan hampir tiga jam kami berpelukan menahan dingin.

    Setelah hujan reda, kami membuka ransel masing-masing. Tujuan utamanya adalah mencari pakaian tebal, sebab jaket kami sudah basah kuyup. Seluruh pakaian bawaan Anisa basah kuyup, aku hanya punya satu jaket parasut di ransel. Anisa minta aku meminjamkan jakaetku. Aku setuju. Tapi apa yag terjadi ? wow…Anisa dalam suasana dingin itu membuka seluruh pakaiannya guna diganti dengan yang agak kering. Mulai dari jaket, T. Shirt nya, BH nya, wah aku melihat seluruh tubuh Anisa. Dia cuek saja, payudaranya nampak samar-samar dalam gelap itu. Tiba-tiba dia memelukku lagi.

    “Dingin banget” katanya. “Terang dingin , habis kamu bugil begini” jawabku.
    “Habis bagaimana? basah semua, tolong pakein aku jeketmu dong ?” pinta Anisa.

    Aku memakaikan jaket parasut itu ketubuh Anisa. Tanganku bersentuhan dengan payudaranya, dan aku berguman

    ” Maaf Nisa ?”
    “Enggak apa-apa ?!”: sahutnya.

    Hatiku jadi enggak karuan, udara yang aku rasakan dingin mendadak jadi hangat, entah apa penyebabnya. Anisa merangkulku, “Dingin” katanya, aku peluk saja dia erat-erat. ” Hangat bu ?” tanyaku ” iya, hangat sekali, yang kenceng dong meluknya ” pintanya. Otomatis aku peluk erat-erat dan semakin erat.
    Aneh bin ajaib, Anisa tampak sudah berkurang merasakan kedinginan malam itu, seperti aku juga. Dia meraba bibirku, aku reflex mencium bibir Anisa. Lalu aku menghindar. “Kenapa?” tanya Anisa Tangkasnet

    ” Maaf Nisa ? ” Jawabku.
    ” Tidak apa-apa Rangga, kita dalam suasana seperti ini saling membutuhkan, dengan begini kita saling bernafsu, dengan nafsu itu membangkitkan panas dalam darah kita, dan bisa mengurangi rasa dingin yang menyengat.

    Kembali kami berpelukan, berciuman, hingga tanpa sadar aku memegang payudaranya Anisa yang montok itu, dia diam saja, bahkan seperti meningkat nafsu birahinya. Tangannya secara reflek merogoh celanaku kedalam hingga masuk dan memegang penisku. Kami masih berciuman, tangan Anisa melakukan gerakan seperti mengocok-ngocok ‘Mr. Penny’ku. Tanganku mulai merogoh ‘Ms. Veggy’nya Anisa, astaga ! dia rupanya sudah melepas celana dalamnya sedari …
    tadi.

    Karena remang-remang aku sampai tak melihatnya. ‘Ms. Veggy’nya hangat sekali bagian dalamnya, bulunya lebat.
    Anisa sepontan melepas seluruh pakaiannya, dan meminta aku melepas pula . Aku tanpa basa basi lagi langsung bugil. Kami bergumul diatas semak-semak, kami melakukan hubungan badan ditengah gelap gulita itu. Kami saling ganti posisi, Anisa meminta aku dibawah, dia diatas. Astaga, goyangnya!! Pengalaman banget dia ? kan belum kawin ?

    ” Kamu kuat ya?” bisiknya mesra.
    ” Lumayan sayang ?!” sahutku setengah berbisik.
    ” Biasa main dimana ?” tanyanya
    “Ada apa sayang?” tanyaku kembali.
    ” Akh enggak” jawabnya sambil melepas ‘Ms. Veggy’nya dari ‘Mr. Penny’ku, dan dengan cekatan dia mengisap dan menjilati ‘Mr. Penny’ku tanpa rasa jijik sedikitpun.

    Anisa meminta agar aku mengisap payudaranya, lalu menekan kepalaku dan menuntunnya ke arah ‘Ms. Veggy’nya. Aku jilati ‘Ms. Veggy’ itu tanpa rasa jijik pula. Tiba-tiba saja dia minta senggama lagi, lagi dan lagi, hingga aku ejakulasi.

    Aku sempat bertanya, “Bagaimana jika kamu hamil ?”

    ” Don’t worry !” katanya.

    Dan setelah dia memebersihkan ‘Ms. Veggy’nya dari spermaku, dia merangkul aku lagi. Malam semakin larut, hujan sudah reda, bintang-bintang di langit mulai bersinar. Pada jam 12 tengah malam, bulan nampak bersinar terang benderang. Paras Anisa tampak anggun dan cantik sekali. Kami ngobrol ngalor-ngidul, soal kondom, soal sekolah, soal nasib guru, dsb. Setelah ngobrol sekian jam, tepat pukul 3 malam, Anisa minta bersetubuh denganku lagi, katanya nikmat sekali ‘Mr. Penny’ku. Aku semakin bingung, dari mana dia tahu macam-macam rasa ‘Mr. Penny’, dia kan belum nikah ? tidak punya pacar ? kata orang dia lesbi.

    Aku menuruti permintaan Anisa. Dia menggagahi aku, lalu meminta aku melakukan pemanasan sex (foreplay). Mainan Anisa bukan main hebatnya, segala gaya dia lakukan. Kami tak peduli lagi dengan dinginnya malam, gatalnya semak-semak. Kami bergumul dan bergumul lagi. Anisa meraih tanganku dan menempelkan ke payudaranya. Dia minta agar aku meremas-remas payudaranya, lalu memainkan lubang ‘Ms. Veggy’nya dengan jariku, menjilati sekujur bagian dagu. Tak kalah pula dia mengocok-ngocok ‘Mr. Penny’ku yang sudah sangat tegang itu, lalu dijilatinya, dan dimasukkannya kelubang vaginanya, dan kami saling goyang menggoyang dan hingga kami saling mencapai klimaks kenikmatan, dan terkulai lemas.

    Anisa minta agar aku tak usah lagi menyusul kelompok yang terpisah. Esoknya kami memutuskan untuk berkemah sendiri dan mencari lokasi yang tak akan mungkin dijangkau mereka. Kami mendapatkan tempat ditepi jurang terjal dan ada goa kecilnya, serta ada sungai yang bening, tapi rimbun dan nyaman. Romantis sekali tempat kami itu. Aku dan Anisa layaknya seperti Tarzan dan pacarnya di tengah hutan. Sebab seluruh baju yang kami bawa basah kuyup oleh hujan.

    Anisa hanya memakai selembar selayer yang dililitkan diseputar perut untuk menutupi kemaluannya. Aku telanjang bulat, karena baju kami sedang kami jemur ditepi sungai. Anisa dengan busana yang sangat minim itu membuat aku terangsang terus, demikian pula dia. Dalam hari-hari yang kami lalui kami hanya makan mi instant dan makanan kaleng.

    Tepat sudah tiga hari kami ada ditempat terpencil itu. Hari terakhir, sepanjang hari kami hanya ngobrol dan bermesraan saja. Kami memutuskan esok pagi kami harus pulang. Di hari terakhir itu, kesmpatan kami pakai semaksimal mungkin. Di hari yang cerah itu, Anisa minta aku mandi bersama di sungai yang rimbun tertutup pohon-pohon besar. Kami mandi berendam, berpelukan, lalu bersenggama lagi. Anisa menuntun ‘Mr. Penny’ku masuk ke ‘Ms. Veggy’nya. Dan di menggoyangkan pinggulnya agar aku merasa nikmat. Aku demikian pula, semakin menekan ‘Mr. Penny’ku masuk kedalam ‘Ms. Veggy’nya.

    Di atas batu yang ceper nan besar, Anisa membaringkan diri dengan posisi menantang, dia menguakkan selangkangngannya, ‘Ms. Veggy’nya terbuka lebar, disuruhnya aku menjilati bibir ‘Ms. Veggy’nya hingga klitoris bagian dalam yang ngjendol itu. Dia merasakan nikmat yang luar biasa, lalu disuruhnya aku memasukkan jari tengahku ke dalam lubang ‘Ms. Veggy’nya, dan menekannya dalam-dalam. Mata Anisa merem melek kenikmatan. Tak lama kemudian dia minta aku yang berbaring, ‘Mr. Penny’ku di elus-elus, diciumi, dijilati, lalu diisapnya dengan memainkan lidahnya, Anisa minta agar aku jangan ejakulasi dulu,

    “Tahan ya ?” pintanya. ” Jangan dikeluarin lho ?!” pintanya lagi.

    Lalu dia menghisap ‘Mr. Penny’ku dalam-dalam. Setelah dia enggak tahan, lalu dia naik diatasku dan memasukkan ‘Mr. Penny’ku di ‘Ms. Veggy’nya, wah, goyangnya hebat sekali, akhirnya dia yang kalah duluan. Anisa mencubiti aku, menjambak rambutku, rupanya dia ” keluar”, dan menjerit kenikmatan, lalu aku menyusul yang “keluar” dan oh,,,,oh…oh….muncratlah air maniku dilubang ‘Ms. Veggy’ Anisa.

    “Jahat kamu ?!” kata Anisa seraya menatapku manja dan memukuli aku pelan dan mesra. Aku tersenyum saja. ” Jahat kamu Rangga, aku kalah terus sama kamu ” Ujarnya lagi. Kami sama-sama terkulai lemas diatas batu itu.

    Esoknya kami sudah berangkat dari tempat yang tak akan terlupakan itu. Kami memadu janji, bahwa suatu saat nanti kami akan kembali ke tempat itu. Kami pulang dengan mengambil jalan ke desa terdekat dan pergi ke kota terdekat agar tidak bertemu dengan rombongan yang terpisah itu. Dari kota kecil itu kami pulang ke kota kami dengan menyewa Taxi, sepanjang jalan kami berpelukan terus di dalam Taxi. Tak sedikitpun waktu yang kami sia-siakan. Anisa …
    menciumi pipiku, bibirku, lalu membisikkan kata

    ” Aku suka kamu ” Aku juga membalasnya dengan kalimat mesra yang tak kalah indahnya. Dalam dua jam perjalanan itu, tangan dan jari-jari Anisa tak henti-hentinya merogoh celana dalamku, dan memegangi ‘Mr. Penny’ku. Dia tahu aku ejakulasi di dalam celana, bahkan Anisa tetap mengocok-ngocoknya. Aku terus memeluk dia, pak Supir tak ku ijinkan menoleh kami kebelakang, dia setuju saja. Sudah tiga kali aku ” keluar” karena tangan Anisa selalu memainkan ‘Mr. Penny’ku sepanjang perjalanan di Taxi itu.

    ” Aku lemas sayang ?!” bisikku mesra
    ” Biarin !” Bisiknya mesra sekali. ” Aku suka kok !” Bisiknya lagi.

    Tidak mau ketinggalan aku merogoh celana olah raga yang dipakai Anisa. Astaga, dia tidak pakai celana dalam. Ketika jari-jari tanganku menyolok ‘Ms. Veggy’nya, dia tersenyum, bulunya ku tarik-tarik, dia meringis, dan apa yang terjadi ? astaga lagi, Anisa sudah ‘keluar’ banyak, ‘Ms. Veggy’nya basah oleh semacam lendir, rupanya nafsunya tinggi sekali, becek banget. Tangan kami sama-sama basah oleh cairan kemaluan.

    Ketika sampai di rumah Anisa, aku disuruhnya langsung pulang, enggak enak sama tetangga katanya. Dia menyodorkan uang dua lembar lima puluh ribuan, aku menolaknya, biar aku saja yang membayar Taxi itu. Lalu aku pulang.Hari-hari berikutnya di sekolah, hubunganku dengan Anisa guru biologiku, nampak wajar-wajar saja dari luar. Tapi ada satu temanku yang curiga, demikian para guru. Hari-hari selanjutnya selalu bertemu ditempat-tempat khusus seperti hotel diluar kota, di pantai, bahkan pernah dalam suatu liburan kami ke Bali selama 12 hari.

    Ketika aku sudah menyelesaikan studiku di SLTA, Anisa minta agar aku tak melupakan kenangan yang pernah kami ukir. Aku diajaknya ke sebuah Hotel disebuah kota, yah seperti perpisahan. Karena aku harus melanjutkan kuliah di Australia, menyusul kakakku. Alangkah sedihnya Anisa malam itu, dia nampak cantik, lembut dan mesra. Tak rela rasanya aku kehilangan Anisa. Kujelaskan semuanya, walau kita beda usia yang cukup mencolok, tapi aku mau menikah dengannya.

    Anisa memberikan cincin bermata berlian yang dipakainya kepada aku. Aku memberikan kalung emas bermata zamrud kepada Anisa. Cincin Anisa hanya mampu melingkar di kelingkingku, kalungku langsung dipakainya, setelah dikecupinya. Anisa berencana berhenti menjadi guru, “sakit rasanya” ujarnya kalau terus menjadi guru, karena kehilangan aku. Anisa akan melanjutkan S2 nya di USA, karena keluarganya ada disana. Setelah itu kami berpisah hingga sekian tahun, tanpa kontak lagi.

    Pada suatu saat, ada surat undangan pernikahan datang ke Apartemenku, datangnya dari Dra. Anisa Maharani, MSC. Rupanya benar dia menyelesaikan S2 nya.Aku terbang ke Jakarta, karena resepsi itu diadakan di Jakarta disebuah hotel bintang lima. Aku datang bersama kakakku Rina dan Papa. Di pesta itu, ketika aku datang, Anisa tak tahan menahan emosinya, dia menghampiriku ditengah kerumunan orang banya itu dan memelukku erat-erat, lalu menangis sejadi-jadinya.

    “Aku rindu kamu Rangga kekasihku, aku sayang kamu, sekian tahun aku kehilangan kamu, andai saja laki-laki disampingku dipelaminan itu adalah kamu, alangkah bahagianya aku ” Kata Anisa lirih dan pelan sambil memelukku.

    Kamu jadi perhatian para hadirin, Rina dan Papa saling tatap kebingungan. Ku usap airmata tulus Anisa. Kujelaskan aku sudah selesai S1 dan akan melanjutkan S2 di USA, dan aku berjanji akan membangun laboratorium yang kuberi nama Laboratorium “Anisa”. Dia setuju dan masih menenteskan air mata.

    Setelah aku diperkenalkan dengan suaminya, aku minta pamit untuk pulang, akupun tak tahan dengan suasana yang mengharukan ini. Setelah lima tahun tak ada khabar lagi dari dia, aku sudah menikah dan punya anak wanita yang kuberi nama Anisa Maharani, persis nama Anisa. Ku kabari Anisa dan dia datang kerumahku di Bandung, dia juga membawa putranya yang diberi nama Rangga, cuma Rangga berbeda usia tiga tahun dengan Anisa putriku. Aku masih merasakan getaran-getaran aneh di hatiku, tatapan Anisa masih menantang dan panas, senyumnya masih menggoda. Kami sepakat untuk menjodohkan anak kami kelak, jika Tuhan mengijinkannya.

  • Cerita Sex Ngentot Dengan Tante Pemilik Kontrakan

    Cerita Sex Ngentot Dengan Tante Pemilik Kontrakan


    814 views

    Perawanku – Cerita Sex Ngentot Dengan Tante Pemilik Kontrakan, Perkenalkan nama saya daniel biasa sering dipanggil dalam keseharian sebagai dani oleh para tetanggaku, aku memiliki tubuh tinggi lebih kurang sekitar 180 cm dan berparas wajah blesteran asia dan barat.dimana saat itu ibu menikah dengan orang belanda hingga melahirkanku. awal kisahnya saat aku baru diterima salah satu perusahaan asing dijakarta aku memutuskan untuk pindah dari kalimantan ke jakarta dimana saat itu aku belum memiliki tempat tinggal dan ditawarkan oleh kekasihku untuk tinggal di rumah kontrakan yang pemilikinya itu sendiri adalah tantenya. dikarenakan kontrakan tersebut sangat strategis maka aku dan adik-adikku untuk menepati rumah kontrakan tersebut dengan maksud ingin menghemat biaya pengeluaran dan untuk membiayai keperluan adik-adikku.

    setelah dua tahun aku bersama dengan adik-adikku mengontrak dirumah yang sammpailah kejadian tersebut Dimana waktu itu kelima adik saya pulang kampung karena liburan panjang ke Kalimantan, sedangkan saya yang kerja tidak dapat pulang kampung dengan mereka, maka tinggallah saya seorang diri di Jakarta.

    Waktu itu tepat hari Sabtu, dimana Om Doni atau suami Tante Dina ini biasanya kerja pada hari Sabtu, maklum dia adalah pegawai swasta dan sering juga ke lapangan dimana dia bekerja di perminyakan di lepas pantai. Jadi waktu itu Om Doni ke lapangan dan tinggallah Tante Dina sendirian di rumah.

    Tante Dina telah menikah, tetapi sudah lama tidak mendapatkan anak hampir sudah 8 tahun, dan hal itu menjadi pertanyaan siapa yang salah, Tante Dina apa Om Doni. Okey waktu itu tepatnya malam Sabtu hujan di Bogor begitu derasnya yang dapat menggoda diri untuk bermalas-malas. Secara otomatis saya langsung masuk kamar tidur dan langsung tergeletak.

    Tiba-tiba Tante Dina memanggil, “Dani.. Dani.. Dani.. tolong dong..!”
    Saya menyahut panggilannya, “Ada apaan Tante..?”
    “Ini lho.. rumah Tante bocor, tolong dong diperbaiki..!”
    Lalu saya ambil inisiatif mencarikan plastik untuk dipakai sementara supaya hujannya tidak terlalu deras masuk rumah. 10 menitan saya mengerjakannya, setelah itu telah teratasi kebocoran rumah Tante Dina.

    Kemudian saya merapikan pakaian saya dan sambil duduk di kursi ruang makan.
    Terus Tante Dina menawarkan saya minum kopi, “Nih.., biar hangat..!”
    Karena saya basah kuyup semua waktu memperbaiki atap rumahnya yang bocor.
    Saya jawab, “Okelah boleh juga, tapi saya ganti baju dulu ke rumah..” sambil saya melangkah ke rumah samping.

    Saya mengontrak rumah petak Tante Dina persis di samping rumahnya.
    Tidak berapa lama saya kembali ke rumah Tante Dina dengan mengenakan celana pendek tanpa celana dalam. Sejenak saya terhenyak menyaksikan pemandangan di depan mata, rupanya disaat saya pergi mandi dan ganti baju tadi,
    Tante Dina juga rupanya mandi dan telah ganti baju tidur yang seksi dan sangat menggiurkan. Tapi saya berusaha membuang pikiran kotor dari otak saya. Tante Dina menawarkan saya duduk sambil melangkah ke dapur mengambilkan kopi kesenangan saya. Selang beberapa lama, Tante Dina sudah kembali dengan secngkir kopi di tangannya.

    Sewaktu Tante Dina meletakkan gelas ke meja persis di depan saya, tidak sengaja terlihat belahan buah dada yang begitu sangat menggiurkan, dan dapat merangsang saya seketika. Entah setan apa yang telah hinggap pada diri saya.

    Untuk menghindarkan yang tidak-tidak, maka dengan cepat saya berusaha secepat mungkin membuang jauh-jauh pikiran kotor yang sedang melanda diri saya.
    Tante Dina memulai pembicaraan, “Giman Dani..? Udah hilang dinginnya, sorry ya kamu udah saya reporin beresin genteng Tante.”
    “Ah.. nggak apa-apa lagi Tante, namanya juga tetangga, apalagi saya kan ngontrak di rumah Tante, dan kebetulan Om tidak ada jadi apa salahnya menolong orang yang memerlukan pertolongan kita.” kata saya mencoba memberikan penjelasan.
    “Omong-omong Dani, adik-adik kamu pada kemana semua..? Biasanya kan udah pada pulag kuliah jam segini,”
    “Rupanya Tante Dina tidak tau ya, kan tadi siang khan udah pada berangkat ke Kalimantan berlibur 2 bulan di sana.”
    “Oh.. jadi kamu sendiri dong di rumah..?”
    “Iya Tante..” jawab saya dengan santai.
    Terus saya tanya, “Tante juga sendiri ya..? Biasanya ada si Mbok.., dimana Tante?”
    “Itu dia Dani, dia tadi sore minta pulang ke Bandung lihat cucunya baru lahir, jadi dia minta ijin 1 minggu. Kebetulan Om kamu tidak di rumah, jadi tidak terlalu repot. Saya kasih aja dia pulang ke rumah anaknya di Bandung.” jelasnya.
    Saya lihat jam dinding menunjukkan sudah jam 23.00 wib malam, tapi rasa ngantuk belum juga ada. Saya lihat Tante Dina sudah mulai menguap, tapi saya tidak hiraukan karena kebetulan Film di televisi pada saat itu lagi seru, dan tumben-tumbennya malam Sabtu enak siarannya, biasanya juga tidak.
    Tante Dina tidak kedengaran lagi suaranya, dan rupanya dia sudah ketiduran di sofa dengan kondisi pada saat itu dia tepat satu sofa dengan saya persis di samping saya.
    Sudah setengah jam lebih kurang Tante Dina ketiduran, waktu itu sudah menunjukkan pukul 23.35.
    “Aduh gimana ini, saya mau pulang tapi Tante Dina sedang ketiduran, mau pamitan gimana ya..?” kata saya dalam hati.

    Tiba-tiba saya melihat pemandangan yang tidak pernah saya lihat. Dimana Tante Dina dengan posisi mengangkat kaki ke sofa sebelah dan agak selonjoran sedang ketiduran, dengan otomatis dasternya tersikap dan terlihat warna celananya yang krem dengan godaan yang ada di depan mata. Hal ini membuat iman saya sedikit goyang, tapi biar begitu saya tetap berusaha menenangkan pikiran saya.
    Akhirnya, dari pada saya semakin lama disini semaking tidak terkendali, lebih baik saya bangunkan Tante Dina biar saya permisi pulang. Akhirnya saya beranikan diri untuk membangunkan Tante Dina untuk pulang. Dengan sedikit grogi saya pegang pundaknya.

    Cerita Sex Ngentot Dengan Tante Pemilik Kontrakan

    Cerita Sex Ngentot Dengan Tante Pemilik Kontrakan

    “Tan.. Tan..”
    Dengan bermalas-malas Tante Dina mulai terbangun. Karena saya dengan posisi duduk persis di sampingnya, otomatis Tante Dina menyandar ke bahu saya. Dengan perasaan yang sangat kikuk, tidak ada lagi yang dapat saya lakukan. Dengan usaha sekali lagi saya bangunkan Tante Dina.
    “Tan.. Tan..”
    Walaupun sudah dengan mengelus tangannya, Tante Dina bukannya bangun, bahkan sekarang tangannya tepat di atas paha saya.
    “Aduh gimana ini..?” gumam saya dalam hati, “Gimana nantinya ini..?”
    Entah setan apa yang telah hinggap, akhirnya tanpa disadari saya sudah berani membelai rambutnya dan mengelus bahunya. Belum puas dengan bahunya, dengan sedikit hati-hati saya elus badannya dari belakang dengan sedikit menyenggol buah dadanya.
    Aduh.., adik saya langsung lancang depan. Dengan tegangan tinggi, nafsu sudah kepalang naik, dan dengan sedikit keberanian yang tinggi, saya dekatkan bibir saya ke bibirnya. Tercium sejenak bau harum mulutnya.

    Pelan-pelan saya tempelkan dengan gemetaran bibir saya, tapi anehnya Tante Dina tidak bereaksi apa-apa, entah menolak atau menerima. Dengan sedikit keberanian lagi, saya julurkan lidah ke dalam mulutnya. Dengan sedikit mendesah, Tante Dina mengagetkan saya. Dia terbangun, tapi entah kenapa bukannya saya ketakutan malah keluar pujian.

    “Tante Dina cantik udah ngantuk ya..? Mmuahh..!” saya kecup bibirnya dengan lembut.
    Tanpa saya sadari, saya sudah memegang buah dadanya pada ciuman ketiga.

    Tante Dina membalas ciuman saya dengan lembut. Dia sudah pakar soal bagaimana cara ciuman yang nikmat, yaitu dengan merangkul leher saya dia menciumi langit-langit mulut saya. 10 menit kami saling berciuman, dan sekarang saya sudah mengelus-elus buah dadanya yang sekal.
    “Ahk.. ahk..!” dengan sedikit tergesa-gesa Tante Dina sudah menarik celana saya yang tanpa celana dalam, dan dengan cepat dia menciumi kepala penis saya.

    “Ahkk.. ah..!” nikmatnya tidak tergambarkan, “Ahkk..!”
    Saya pun tidak mau kalah, saya singkapkan dasternya yang tipis ke atas. Alangkah terkejutnya saya, rupanya Tante Dina sudah tidak mengenakan apa-apa lagi di balik dasternya. Dengan agak agresif saya ciumi gunung vaginanya, terus mencari klistorisnya.
    “Akh.. akh.. hus..!” desahnya.

    Tante Dina sudah terangsang, terlihat dari vaginanya yang membasah. Saya harus membangkitkan nafsu saya lebih tinggi lagi.

    30 menit sudah kami pemanasan, dan sekarang kami sudah berbugil ria tanpa sehelai benang pun yang lengket di badan kami. Tanpa saya perintah, Tante Dina merenggangkan pahanya lebar-lebar, dan langsung saya ambil posisi berjongkok tepat dekat kemaluannya.
    Dengan sedikit gemetaran, saya arahkan batang kemaluan saya dengan mengelus-elus di bibir vaginanya.

    “Akh.. huss.. ahk..!” sedikit demi sedikit sudah masuk kepala penis saya.
    “Akh.. akh..!” dengan sedikit dorongan, “Bless.. ss..!” masuk semuanya batang kejantanan saya.
    Setelah saya diamkan semenit, secara langsung Tante Dina menggoyang-goyang pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Tanpa diperintah lagi, saya maju-mundurkan batang kemaluan saya.
    “Akh.. uh.. terus Sayang.., kenapa tidak dari dulu kamu puasin Tante..? Akh.. blesset.. plup.. kcok.. ckock.. plup.. blesset.. akh.. aduh Tante mau keluar nih..!”
    “Tunggu Tante, saya juga udah mau datang..!”

    Dengan sedikit hentakan, saya maju-mundurkan kembali batang kemaluan saya.
    Sudah 15 menit kami saling berlomba ke bukit kenikmatan, kepala penis saya sudah mulai terasa gatal, dan Tante Dina teriak, “Akh..!”
    Bersamaan kami meledak, “Crot.. crot.. crot..!” begitu banyak mani saya muncrat di dalam kandungannya.

    Badan saya langsung lemas, kami terkulai di karpet ruang tamu.
    Tante Dina kemudian mengajak saya ke kamar tamu. Sesampainya disana Tante Dina langsung mengemut batang kemaluan saya, entah kenapa penis saya belum mati dari tegangnya sehabis mencapai klimaks tadi. Langsung Tante Dina mengakanginya, mengarahkan kepala penis saya ke bibir vaginanya.
    “Akh.. huss..!” seperti kepedasan Tante Dina dengan liarnya menggoyang-goyangkan pinggulnya.
    “Blesset.. crup.. crup.. clup.. clopp..!” suara kemaluannya ketika dimasuki berulang-ulang dengan penis saya.

    30 menit kami saling mengadu, entah sudah berapa kali Tante Dina orgasme. Tiba saatnya lahar panas mau keluar.

    “Crot.., crot..!” meskipun sudah memuncratkan lahar panas, tidak lepas-lepasnya Tante Dina masih menggoyang pantatnya dengan teriakan kencang, “Akh..!”
    Kemudian Tante tertidur di dada saya, kami menikmati sisa-sisa kenikmatan dengan batang kejantanan saya masih berada di dalam vaginanya dengan posisi miring karena pegal. Dengan posisi dia di atas, seakan-akan Tante Dina tidak mau melepaskan penis saya dari dalam vaginanya. Begitulah malam itu kami habiskan sampai 3 kali bersetubuh.

    Jam 5 pagi saya ngumpat-umpat masuk ke rumah saya di sebelah, dan tertidur akibat kelelahan satu malam kerja berat. Begitulah kami melakukan hampir setiap malam sampai Om itu pulang dari kerjanya.
    Dan sepulangnya adik saya dari Kalimantan, kami tidak dapat lagi dengan leluasa bercinta. Begitulah kami hanya melakukan satu kali. Dalam dua hari itu pun kami lakukan dengan menyelinap ke dapurnya. Kebetulan dapurnya yang ada jendela itu berketepatan dengan kamar mandi kami di rumah sebelahnya.

    3 bulan kemudian Tante Dina hamil dan sangat senang. Semua keluarganya memestakan anak yang mereka tunggu-tunggu 8 1/2 tahun. Tapi entah kenapa, Tante Dina tidak pernah mengatakan apa-apa mengenai kadungannya, dan kami masih melakukan kebutuhan kami.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Anak Kost Belakang

    Anak Kost Belakang


    1700 views

    Cerita Sex Panas iniBerjudul ” Anak Kost Belakang  Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,.Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2018. 

    Perawanku –  Aku Fadil mahasiswa di Kampus X di jogja, berasal dari keluarga sederhana di kota di luar jogja. Di jogja ini aku tinggal ngekos di sebuah dusun dekat dengan kampus dan rata-rata rumah disini memang dijadikan kos-kosan, baik untuk putri maupun putra.

    Kisah Panas Anak Kost Belakang (Kiriman Pembaca)


    Kosanku berada didaerah bagian belakang dusun dan dibagian depanku ada kos putra, disamping ada kos putri, dan di belakang ada kos putri yang dihuni 7 orang. Yang akan aku ceritakan disini adalah pengalamanku dengan penghuni kos putri yang berada di belakang kosku.Singkat cerita aku dan penghuni kos putra yang lainnya memang sudah kenal dan lumayan akrab dengan penghuni kos putri belakang, jadi kalau ada yang perlu bantuan tinggal bilang saja. Aku sering sekali main ke kosan putri itu untuk sekedar ngobrol-ngobrol saja diruang tamunya, itupun kalau dikosanku lagi sepi, maklum saja aku sendiri yang angkatan tua yang nyaris gak ada kerjaan, sedangkan yang lainnya masih sibuk dengan kuliah dan kegiatan-kegiatan lainnya.

    Saking seringnya aku main ke kosan belakang, ke-7 cewek penghuninya sudah sangat terbiasa dengan kehadiranku disana, dan ada satu orang cewek bernama Ana, tingginya sekitar 165cm, beratnya sekitar 50kg, kulitnya kuning, ukuran Branya mungkin cuma 34A, pernah sehabis mandi masih dengan balutan handuk sejengkal diatas lutut dia lewat didepanku dengan santainya. Aku yang masih sangat normal sebagai lelaki sempat melongo melihat pahanya yang mulus ternyata, dan dia cuek aja tampaknya.Sampai suatu hari, sewaktu liburan UAS sekitar menjelang sore saat aku datang ke kosan belakang seperti biasa, disana hanya ada Ana sendiri, dia memakai daster bunga-bunga tipis selutut, dia sedang didepan komputer dikamarnya yang terbuka pintunya, kupikir dia lagi mengerjakan tugas“lagi ngapain, An? Yang laen kemana?” tanyaku didepan pintu, “eh Mas Fadil, lagi suntuk nih, lagi ngegame aja, yang laen kan mudik mas, trus Mbak rina kan KKN pulangnya malem terus” jawabnya sambil masih memainkan mousenya“masuk mas”.

    Aku pun masuk dan duduk di karpetnya
    “ emang kamu ga mudik juga An?”
    “aku kan ngambil SP mas, males klo harus ngulang reguler” jawabnya.“lagi ngegame apa sih?” tanyaku lagi
    “ini nih maen monopoly, abis yang ada cuma ini” sambil merubah posisi kakinya bersila dan sempat memperlihatkan pahanya, akupun melongo lagi di sajikan pahanya itu, sampai akhirnya dia sadar dan sambil menutup pahanya dia bilang
    “hayo ngliatin apa?”“eh ngga, ga liat apa-apa” jawabku gelagapan
    “hayooo ngaku, pasti nafsu ya, dasar cowo” dia bilang
    “yeee jangan cowo aja donk yang salah, yang bikin nafsu kan cewe” kataku membela diri

    “wuuu ngeles aja” dia bilang sambil melanjutkan gamenya tadi, “eh mas punya film ga? BT nih”
    “film apa ya? Yang di tempatku kan dah di tonton semuanya” jawabku
    “yaaah apa aja deeeh” dia memohon“apa dong, ya emang udah ga ada lagi, ada juga bokep tuh klo mau”

    “mau dong mas mau” dia bilang
    aku kaget mendengar itu langsung bilang
    “beneran nih, nanti kepengen repot lagi”
    “udah sana ambilin, aku iseng ni mas”
    “tapi nontonnya bareng ya” kubilang

    “iihh ga mau ah, nanti malah mas fadil pengen, bisa diperkosa aku”
    “ga bakalan atuh sampe kaya gitu, mau diambilin ga niy? Tapi nonton bareng ya”
    “iya deh, ambil sana” pintanya.Secepatnya aku lari ke kos lalu mengcopy bokep yang ada di komputer dikamarku, aku copy yang bagus-bagus saja, kemudian setelah selesai aku langsung berlari ke kamar Ana dan menyerahkannya. Ana pun langsung mengcopy yang ada di flashdiskku.

    Kamipun menontonnya, aku duduk berada disebelah kirinya, dan dia duduk sambil memegang bantal. Kami tak ada bicara saat film itu dimulai. Baru beberapa menit menonton, aku mulai horny karena baru kali ini aku nonton bokep sama cewek yang bukan pacarku berdua saja, kontan saja akupun agak-agak salah tingkah berganti-ganti posisi duduk demi menutupi kontolku yang sudah berdiri tegang. Tak berapa lama sepertinya diapun mulai merasakan hal yang sama, nafasnya mulai tak teratur dan agak berat seperti ada yang ditahan, duduknya pun mulai berganti posisi dan sekarang bersila sambil memeluk bantalnya itu. Seandainya aku yang jadi bantalnya, hmmmmm. Akhirnya aku memberanikan diri bertanya“kenapa, An? hayoo”

    “apaan sih, ga kenapa-napa ko, mas tuh yang kenapa dari tadi gerak-gerak terus?” dia merengut
    “ yahhh, namanya juga nonton bokep An, nontonnya sama cewek manis berdua aja lagi” kubilang
    “emangnya kenapa klo nonton ma cewek berdua aja”, sepertinya dia memancingku
    nekad saja aku bilang“ya, jadi kepengen lah jadinya”
    “tuuh kan bener yang aku bilang tadi” Dia melanjutkan
    “ mas fadil suka ya begituan?”
    dan aku jawab asal“ya sukalah, enak sih”

    “lah kamu sendiri suka nonton bokep ya? Dah dari kapan? Jangan-jangan kamu juga udah lagi?” langsung aku cecar saja sekalian
    “iihhh, apaan sih” dia bilang,“udahhh ngaku ajah, udah pernah kan?kalo udah juga ga papa, rahasia aman kok, hehe” aku cecar terus
    “mmmm tau ah” dia malu tampaknya, kemudian dia mengalihkan dan bertanya
    “mas fadil klo begituan suka jilatin kaya gitu mas” sambil menunjuk adegan cowok lagi jilatin memek cewek
    “iya, suka, di oral juga suka, kenapa? Pengen ya hehehe”
    “ihhhh orang cuma nanya” jawabnya malu-malu“kamu emangnya belom pernah di oral kaya gitu An?”

    “belom lah,aku sebenernya pernah ML 2 kali, tp cowokku ga pernah tuh ngejilatin ‘itu’ku, aku terus yang disuruh isepin ‘anu’nya “ akhirnya dia ngaku juga
    “ wahh keenakan cowokmu donk, diisep terus kontolnya ma kamu, dah jago dunk, jadi pengen, hehe”“wuuu sana ma pacarmu sana” katanya “pacarku kan jauh An” jawabku.

    Aku langsung bergeser merapatkan diri disamping dia“ an, mau aku jilatin memeknya ga?” aku langsung aja abis udah ga tahan. Dia diam saja, aku cium pipinya diapun menghadapkan mukanya kearahku, aku dekatkan bibirku ke bibirnya dan kamipun berciuman dengan sangat bernafsu. Tangan kiriku mulai meraba toketnya, diapun melenguh “mmmh” sambil tetap berciuman.

    “An, udah lama aku pingin ngerasain ngentot sama kamu” kataku“aku juga mas, aku kan sering mancing mas fadil, tapi mas kayanya ga ngerasa” dia bilang
    “ihh pake mancing-mancing segala, kan tinggal ajak aja aku pasti mau”
    “yeee masa aku yang ajak” katanya manja sambil menggelayutkan tangannya dileherku
    “berarti boleh dong memeknya aku jilat” sambil kuturunkan tanganku ke memeknya yang masih terbalut dasternya

    “lom diijinin aja tangannya udah megang memekku nih” sambil tersenyum kemudian menciumiku.Aku langsung melumat bibirnya sambil mengangkat dasternya hingga tanganku dan memeknya hanya dibatasi CD tipis saja. Ana sudah mulai memasukkan tangannya kedalam celana(saat itu aku hanya menggunakan celana boxer) dan CD ku sampai menyentuh kontolku dan kemudian mengelusnya lembut
    “mmmhhh Ana sayang”Aku membuka kaosku lalu melepaskan dasternya sekalian hingga tersisa CD dan bra nya saja.
    “kamu seksi An”
    “mas fadil juga kontolnya gede, Ana suka banget, Ana isep ya?”
    “iya An, aku juga ga sabar pingin memek km” Akupun berdiri, Ana memelorotkan celana sekaligus CDku sampai kontolku seperti melompat kedepan mukanya saking tegangnya, Ana sedikit kaget saat melihat kontolku yang memiliki panjang sekitar 17cm

    “mas, gede ih, pacarku ga segede ini kontolnya”Saat dia sudah membuka mulutnya ingin melahap kontolku, aku langsung menariknya hingga berdiri
    “sebentar sayang, dah ga sabaran pengen isep ya?”
    Ana mengangguk manyun
    “kita 69 yuk sayang”Aku membuka tali bra nya dan lalu cdnya kuturunkan, terlihat bersih memeknya tanpa jembut.

    “memek kamu bersih sayang”
    “baru kemaren aku cukur mas, abis suka gatel kalo ada bulunya, mas suka ngga?”
    “suka banget sayang” sambil kuciumi memeknya.Ana naik ke kasurnya dengan posisi telentang mengundangku, akupun naik dan memposisikan kontolku berhadapan dengan mukanya lalu mukaku didepan memeknya.
    Aku mulai menjilati memeknya dengan lembut , Ana tanpa ragu memasukkan kontolku ke mulutnya dan mengocoknya perlahan“oughhh, mmmhhh Ana sayang” memek Ana terasa sangat legit aku menjilati klitorisnya yang kemerahan
    “hmpffhhh….mmmpphhh” Ana melenguh

    Sekitar 5 menit kami di posisi ini, kami sudah sama-sama tidak tahan, aku mengubah posisiku berada di atas tubuh telentang Ana dan mengarahkan kontolku ke memeknya. Memeknya sudah agak basah setelah oral tadi, aku menggesek-gesekkan kontolku sesaat“ohhhh, masukin masku sayang, Ana ga tahan lagi mmmmhhh”
    Aku senang mendengarnya memohon minta di entot. Aku menekankan kontolku perlahan, baru kepalanya yang masuk, agak sulit, aku hentakkan sedikit, Ana menggigit bibirnya, dan akhirnya kontolku berhasil memasuki lubang senggamanya, sempit dan seret rasanya membuatku merasakan kenikmatan saat aku awal bercinta dengan pacarku, namun ini terasa lebih mungkin karena lebih menantang.Aku memompa memeknya perlahan-lahan, Ana mengikuti gerakanku dengan menggerakkan pinggulnya mengarahkan memeknya. Aku genjot terus sambil kupeluk Ana dan menciumi bibirnya yang merah basah.

    “mmh. Hmmpppf….sayang enak banget sayang, memek kamu sempit banget, kontolku kaya dipijet-pijet”“ he emh mas, oughhh terus mas, masukin terus mas, biar Ana jepit kontolnya, ahhhhh” bicaranya terengah-engah
    Aku menggenjot terus sampai akhirnya kontolku amblas didalam memeknya. Aku semakin cepat memompa liang senggamanya.“ahhh,,ohhhh, masku,,,ohh,,entot aku ohh..enak banget mas sayang, Ana pingin oohhhhh dientot mas terus, ayo ooougghhh” Ana sudah tak karuan omongannya saking menikmatinya.

    15 menitan kami bercinta dalam posisi tersebut dan aku memintanya nungging untuk posisi doggy , Ana menurut saja, aku masukkan kontolku kememeknya lagi dan sekarang sudah agak lancar walaupun masih terasa sempitnya seperti memeras dan menyedot kontolku masuk. Aku memegang pantatnya yang mulus bersih sambil aku pompa tak terlalu cepat, Anapun memajumundurkan memeknya hingga seperti akan menelan kontolku seluruhnya dan sangat nikmat rasanya.Aku mempercepat genjotanku di memeknya, Ana sedikit berteriak kenikmatan
    “auhh mas,, mmmhh terus mas, enak ahhh…kontol mas…oohhh sayang”
    Nafasku semakin memburu dan bernafsu mendengar ocehannya itu membuat genjotanku menjadi sangat cepat

    “sayang, aku kluarin dimana sayang…ah ah oughh”“didalem…argh aja sayang auuhhh ga papa, Ana juga mau keluar mmmhhh”
    Genjotanku cepat sekali karena spermaku sudah tak tertahankan lagi mau keluar.
    “arrrgghhh aku keluar sayanggg”
    Dan saat itu juga tubuh Ana mengejang orgasme
    “ahhhhhhh, aku juga ssssshh mas”Aku muntahkan spermaku dalam lubang memek Ana, aku memutar tubuh Ana dengan kontol masih tertancap di memeknya,aku memeluk dan menciumnya
    “kamu hebat sayang, memek kamu hebat jepitannya”
    “mas fadil juga”

    Dia mengajakku ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh kami, dengan masih telanjang kami keluar kamar dan menuju kamar mandi. Aku membersihkan seluruh tubuhnya dengan perasaan sayang yang luar biasa, dan diapun melakukan hal yang sama kepadaku.Setelah selesai membersihkan tubuh kami, kami kembali kekamarnya dan memakai kembali pakaian kami,saat itu dia bilang kepadaku
    “makasih ya mas, udah ngasih kepuasan buat aku, enak banget ngentot sama kamu mas”

    “sama-sama sayang, besok-besok lagi ya?”
    “siap mas. Muachh” jawabnya sambil menciumkuAkupun kembali ke kosku dengan hati sangat senang dan saat ada kesempatan berdua kamipun melakukannya lagi. Atau saat sama-sama tidak tahan kami janjian ke hotel untuk memuaskan nafsu kami.

    Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Mesum,Cerita Hot,Cerita Sex Bergambar,Cerita Sex Panas,Cerita Bokep Seks,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Tante,Kisah Seks,Cerita Panas,Cerita Mesum

  • PENGALAMAN PERTAMA MERASAKAN ML DENGAN OM OM

    PENGALAMAN PERTAMA MERASAKAN ML DENGAN OM OM


    2251 views

    Cerita Sex ini berjudulPENGALAMAN PERTAMA MERASAKAN ML DENGAN OM OMCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Setelah pulang dari berlibur ke rumah tanteku di Bogor yang mana Windy pergi dengan kekasihnya yang sedikit agak berumur. Kalau tidak salah tafsir mungkin usianya sekitar 39 tahun, kami mulai masuk sekolah dan sudah 2 minggu peristiwa itu berlalu.

    Pada suatu saat sewaktu istirahat saya berdua Windy makan bakso, setelah selesai kami ber bincangbincang, Windy menceritakan sewaktu pergi ke Bandung bersama kekasihnya yang om om itu. Semua diceritakan kepadaku, baru sekali itulah katanya Windy merasakan kenikmatan yang seakanakan Windy pergi ke surga, berapa kali windy melakukan dengan kekasihnya diceritakan semuanya kepadaku.

    Mendengar cerita Windy aku betul2 tertarik bahkan terangsang akan pengalaman pertama Windy, yang katanya terasa sampai ke ubun2, aku diam2 punya rasa keinginan untuk kenal lebih dekat dengan yang dimaksud kekasih Windy itu. saya betul betul terpengaruh oleh cerita Windy , pakah betul sampai keubun ubun nikmatnya?

    Walau umurku baru 15 tahun sama dengan umur Windy dan badanku yang mungil dibalut dengan kulit putih seperti Windy dan tetekku yang baru nyembul tumbuh, aku sudah sangat ingin mencoba seperti apa yang pernah dialami Windy

    hingga.Pada suatu saat hari sabtu sore aku pergi ke Mall disuruh ibuku beli minyak goreng dan mie.., kebetulan aku ketemu dengan kekasih Windy yang sedang belanja juga, aku masih ingat betul walau kami baru ketemu sepintas.

    Aku menyapa dengan sopan, Sore Oom, belanja Oom sapaku sopan, dijawab dengan lembut iya, siapa ya? jawabnya, saya temen Windy Oom, lupa ya, yang diantar ke Bogor, kerumah tante jawabku, Ooh, ya Oom ingat sekarang, sedang belanja juga?

    ya, Oom, disuruh ibu jawabku, dan kami sambil jalan ngobrol biasabiasa saja, aku pikir bagaimana caranya agar aku bisa sama2 bapak ini, lalu aku bilang Oom, tinggal dimana? lalu dijawabnya disuatu komplek didaerahku.

    Lalu aku pancing Boleh Oom, Neny main kerumah Oom tanyaku, Boleh2, kapan mau kerumah Oom, silakan jawabnya, perasaanku betul2 gembira nah, berhasil aku mendekatinya, lalu aku bilang Besok boleh Oom ???

    Boleh, jam berapa, dirumah Oom sepi lho, tante sedang ke Bandung, jadi Oom tidak ada apa2, tapi nanti Oom beli kue saja buat besok, dan kamipun berpisah sebab aku keburuburu ditunggu ibuku.

    Besoknya hari Minggu pagi2 kira2 jam 09.00 aku berangkat kerumah kekasih Windy, tak berapa lama akupun sampai dikomplek yang disebutkan, lalu aku tanya satpam komplex dimana alamat yang dimaksudahirnya ketemu juga.

    Akupun masuk kehalaman rumahnya dan aku pencet bell, tidak lama keluar kekasih windy. dan dengan sapa yang halus menyapaku selamat pagi, Neny, sendirian ya sapanya, ya oom , lalu aku dipersilahkan duduk dan Bapak pergi ke belakang.
    Tak berapa lama om Idola keluar membawa minuman hangat dan kue yang kemarin dibelinya di Mall, silahkan diminum dan dicicip kuenya aku menganggukkan kepala saja sebab perasaanku sudah betul2 ngebet ingin merasakan apa yang diceritakan Windy.

    Kami duduk bincang2 layaknya bapak dengan anak, lalu aku geser dudukku, Boleh Neny duduk dekat Oom pintaku, Boleh silahkan , waduh sseerrr rasanya, aku duduk disebelah kirinya dan aku baca majalah Tempo yang ada dimeja. tapi kemudian tidak lama kemudian aku ditawarin majalah yang .yaaaampun gambarnya berisikan gambar yang menampilkan hubungan suamiisterisekilas kulihat nama majalah itu tertulis didepannya playboy..,

    aku benar benar terangsang.badanku gemetar.menahan perasaaan yang baru kali ini aku rasakan.rupanya OM agus begitu namanya kuketahui setelah kutanyakan pada beliau..telah mengetahui keadaanku.ia merapatkan tubuhnya kesampingku sambil melingkarkan tangannya kepundakku.tak lama kemudian jaritangannya merabah kupingkuaku kian bergetar.om Agus kian menggeserkan duduknya, lantas ia merebahkan kepalaku dipangkuannya..

    Sambil tiduran aku tetap membolak balik majalah playboy itu.mataku telah nanar dikuasai birahi remajaku..aku menggeserkan kepalaku dipangkuandipangkuannya karena terasa ada benda keras yang mengganjal belakang leherku.., kalau aku miringkan persis hidungku kena selangkangannya yang menonjol itu..om Agus diam sambil baca koran.

    Lama2 aku beranikan diriku, pura2 aku tertidur lalu kumiringkan badanku tepat aku menindihtonjolan itudan dengan menggeser kepalaku sedikit kebelakang maka nampakklah benda yang menonjol dibalik celana pendek om agus.tanganku kuletakkan diatas tonjolan itu dan kudengar om Agus menhela nafas panjang..ia tergelinjang ..ketika tonjolan itu ku gesek gesek dengan lengankugilakah aku ????pikirku

    lalu.. dengan tenang dielusnya tanganku dan makin dibimbingnya menuju tonjolan tadi seakan menyuruhku untuk meremasnya.
    rupanya tonjolan tadi namanya adalah Kontol..

    Tangan Oom menggosokgosok lengan atasku aku sudah betul2 napsu, aku makin kuat pegang kontol Oom, tiba2 aku diangkat dipopongnya dibawa masuk ke kamarnya, sampai dikamar dibukanya bajuku dan minisetku, lalu rokku dilepasnya tinggal CD saja.

    Aku ditidurkan ditempat tidur yang empuk, kemudian aku diciuminya dengan lembut, aduuhh maakk aku semakin terangsang, digosoknya toketku dengan tangannya yang besar dan pentilku yang baru segede kedele diisapnya, adduuuhhhhkk bener kata Windy enaknya.

    Pelan2 ditariknya CD ku lalu digosoknya memekku dengan jarinya pas kena itilku yang baru sebesar biji kedele, terasa basah memekku keluar cairan, aku meraba mencari kontol Oom, yang masih pakai celana pendek,
    wwuuuuiii besarnya bukan main.

    Aku berpikir apa bisa masuk ke memekku kontol sebesar itu, ada rasa ngeri juga tapi aku abaikan aku sudah betul2 ngebet, eeehhhh diisapnya memekku dan dijilatinya, aduhhhh ennnuuuaaaakkkkk Ooooommmmm, terussssss pintaku, sambil dijilati memekku tangan Oom pegang toketku.

    Aku sampai menggelinjang pantatku terangkat saking enaknya, Oooommmmm teeeerrruuuussss Oooooommmm, kembali aku diciuminya leherku toketku dicium, lalu diisapnya, ketekku dicium pangkal toketku dicium lalu diisapnya, kembali pentilku diisapnya adduuuhhh rasanya sampai ke ubunubun.

    Aku diangkat lagi lalu dipangkunya sambil diisap toketku aduh aku betul2 ke surga Windy betul katamu, aku merasakan sekarang, eeehhhh kontolnya di gosok2kan dimemekku aduuhh mmaaakkk, eeeuuunnaaakk Oommmmm rintihku, ujung jarinya dimasukkan ke lubang memekku aduh sakit Oomm, aku dicium lagi.

    Neny engkau pingin merasakan lebih enak, ya tanyanya Iiiyyyaaaa OOoooommmm jawabku, Neny sedikit sakit ya nanti lamalama hilang sakitnya kata Oom terserah Oom , neny ingin merasakan kenikmatan Oom kataku, pelan2 dimasukkan ujung kontolnya, aku merintih kesakitan.

    Pelan Oom, sakiitt rintihku, digosoknya lagi dan didorongnya lagi, hal itu dilakukan berkalikali dan sakitnya waktu kontolnya didorong, tapi hilang rasa sakitnya kalau kontol Oom di gosok2kan di bibir memekku yang tipis dan tahu2 ssrrreeetttt, szssrreeeettt, sakit Oom teriakku, masuklah kontolnya ke memekku walau hanya sedikit.

    Aku diciumnya lagi digigitnya toketku, diisapnya pentilku, sambil badanku digosokgosok paka tangannya, aduuuhhhh Oom saaakkiiittt rintihku, lalu diciumnya lagi, eh lama2 hilang rasa sakitnya, aku mulai sedikit merasakan enaknya, diangkatnya badanku lalu diturunkannya lagi, sampai berkalikali.

    Aduh rasanya semakin enak, tahu2 aku merasakan nikmat yang belum pernah aku rasakan, sampai aku gigit dada Oom, aaaddduuuuuhhhh, aaaaauuuuggghhhhh oooooommmm, aaaauuuggghhhh, oooommmmm, lalu aku lemas tapi masi dipangkuannya dan kontol Oom masih didalam memekku,

    aku menyaksikan percikan darah perawan ku membasahi kain sprei tempat tidur om agus..dan sebagian belepotan dipangkal kontol om dan juga ada nempel di pahanyaohhhh aku gak perawan lagitapi peduli amat.nikmatnya mengalahkan semua pikiranku tentang arti sebuah keperawanan.

    Mulai lagi pentilku diisapnya dan diciumminya lagi, mulai aku terangsang lagi, aku coba menggeser dudukku dipangkuan oom tapi kontol Oom seakanakan lengket dengan memekku, lalu aku digendongnya masih dalam posisi kontol dimemekku dan aku ditidurkan ditempat tidur Oom, aduhh Oommm teeerrrruuusssss Ooommm.

    Pantat Oom dinaik turunkan aku menggelinjang, kepalaku goyang kiri goyang kanan saking enaknya dan Aaaauuuuuggghhhh aaaaacccchhhh uuuuugggghhh Oooooommmm eeennnaaaakkk pekikku, gila betul2 enak rasanya aku sudah entah berapa kali orgasme alias keluar, lalu pelan2 oom naikturunkan pantatnya.

    Eeehh tahu2 Oom menggerakkan lagi pantatnya dan aaaadduuuhhh Ooooooommmmmm pekikku Neny kepengen pipisssss ommmmmpipis aja kata om Agus. Ooooooommmmm dan cccrreetttt, creeeettttt terasa panas ada yang mengalir dari dalam..tapi bukan pipisss.badanku bergetar..kuat sekali .

    tanganku mencengkram bahu om agusssahhhhh.dunia ini putih semua..enak yang tak dapat lagi diucapkan dengan katakata. rupanya Oom juga pipisss. dan disemprotkan didalam memekku , aduh enaknya sampai mataku berat susah dibuka rasanya.

    Aku terbangun ternyata aku tertidur diatas Oom, dan kontol Oom masih didalam memekku, pentilkuku digigit dan dicium lagi sampai mataku terasa terbalik saking enaknya dan tahu2 sret kontol Oom dicabut dari memekku lalu aku ditelentangkan kakiku dikangkangkan dan aduh rasanya rambutku terasa mau copot memekku dijilati lagi.

    Lama memekku dijilati dan itilku digigitgigit aku kali ini betul2 terangsang berat, aku tarik kontol Oom aku bimbing kelubang memekku dan cret, cret oom tekan langsung masuk kontolnya lalu diturun naikkan, aku betul2 me layang2 disurga rasanya dan aku tarik dada oom kugigit aku pipisssss lagi.
    oooohhhhh ommmmmmm enakkkkkk ommmmmmmmmm.

    Oom masih terus memainkan kontolnya yang masuk dimemekku, kali ini aku gantungkan diriku dibadan oom dan ccrreeettt, ccrrreeetttt uuugggghhhh, aaaaccchhhh aaaadddduuuuuhhhhh ooooooommmmmm, didalam memekku terasa hangat lagi kena semprot air pipis putih..dari oom.

    Entah sampai jam berapa hari itu, kami sampai lupa makan siang tahu2 sudah jam 17.00 sore, aku tidur didekap Oom, kira2 jam 19.00 aku dibagunkan disuruh mandi lalu makan dan diantarkan pulang, sampai dirumah jam 20.00 aku bilang dari rumah Windy belajar, makasih Oom. Nah sekian dulu pengalaman pertamaku dengan om Agus, kekasih sahabatku.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Aku Diangkat menjadi Pegawai Tetap Karena Bersedia Berhubungan Sex – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018

    Aku Diangkat menjadi Pegawai Tetap Karena Bersedia Berhubungan Sex – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018


    1414 views

    Perawanku – Cerita mesum skandal karyawan berhubungan sex saat aku diterima untuk PKL dengan judul ” Aku Diangkat Menjadi Pegawai Tetap Karena Bersedia Berhubungan Sex ” yang tidak kalah serunya dan dijamin dapat meningkatkan libido seks, selamat menikmati.

    Hai, perkenalkan namaku Sasi. Aku mau menceritakan pengalaman sex yang baru saja kulewati, kurang lebih 3 bulan yang lalu. Waktu itu aku diterima untuk PKL di sebuah instansi milik Pemerintah. Pada tanggal tersebut aku sangat senang sekali.

    Paginya aku dipanggil untuk Interview di perusahaan tersebut. Interview berjalan lancar dan aku segera dapat melakukan PKL-ku hari itu juga. Pembimbingku di tempat aku PKL bernama Bapak NS. Oh ya, aku lupa kasih tahu kalau aku di sana untuk praktek sebagai sekretaris.

    Untuk 2 minggu pertama tidak ada hal-hal yang janggal, semua pekerjaanku berlalu dengan benar apa adanya, Pak NS juga bersikap baik padaku. Aku merasa kerasan untuk menyelesaikan PKL ku di sana. Tapi setelah aku dan Pak NS semakin akrab dalam arti pembimbing dan yang dibimbing dalam PKL ini. Mulai terlihat sifat Pak NS yang sebenarnya.

    Pada hari itu Pak NS memberitahuku bahwa nanti pukul 15.00 aku harus ke ruangannya untuk mengukur baju seragam. Aku tidak berpikir macam-macam, jadi aku menyetujuinya saja, tapi aku sempat nanya ke Pak NS kenapa aku harus bikin baju seragam? Jawabanya sunggguh membuat aku bahagia sekali yaitu aku dijadikannya pegawai tetap.

    Pukul 15.00, sekaranglah waktunya pikirku. Akupun menuju ke ruangan Pak NS. Pak NS sudah menunggu di ruangannya, aku mengetuk pintu dan dia mempersilakan aku masuk. Ada yang aneh di dalam……, Aku di dalam ruangannya cuma berdua dengannya, mana tukang ukur bajunya, batinku? tapi aku sepertinyna tidak khawatir sedikitpun karena aku merasa senang sekali.
    Tiba-tiba Pak NS bicara, “Sas, bapak yang akan ukur kamu!”. Situs Judi Online

    Aku mempersilakannya. Pak NS mendekatiku dan mulai mengukur, aku hanya diam saja. Pertama ia mengukur lebar pundakku, lalu ia beralih mengukur pinggangku, kemudian ia mengukur panjang rokku dengan mngukur pahaku, setelah itu selesai. Tapi di luar dugaan ku ia berkata, “Sas tolong buka baju kamu!”. Aku kaget setengah mati.
    Namun Pak NS berkata lagi, “Kamu nggak usah malu”. Aku tetap diam saja ragu.

    Pak NS mendekatiku dan melucuti pakaianku satu persatu hingga aku tinggal memakai celana dalam pink transparan dan Bra jenis bikini mini yang berwarna sama dengan warna celana dalamku. Dia menatapku seperti menelanjangi diriku, aku tertunduk malu.
    “Berapa ukuran Payudaramu Sas?”, tanyanya sambil mengelus lembut payudaraku.
    “34B, Pak!”.

    Dia meremas payudaraku, aku menolak perbuatan itu namun aku menikmatinya. Dia terus mempermainkan payudaraku sambil ia merayuku bahwa aku akan tetap menjadi sekretaris tetapnya dan apa yang dikukannya adalah untuk melancarkan tugasku selanjutnya. Aku diam saja dan cuma bisa meringis.
    Kurasakan Pak NS semakin beringas dan tangannya semakin berani menjamahku dan tangannya berhasil memeloroti celana dalamku. Disitu aku tidak diam dan berusaha menutupi sesuatu yang paling berharga pada tubuhku namun dia semakin kuat memaksaku dan akupun kalah.

    Disaat aku sudah telanjang bulat, aku merasakan tubuhku mengejang kuat dan aku rasakan bagian bawahku terasa becek penuh cairan. Pak NS memasukkan jari tengahnya ke dalam Vaginaku dan akupun menjerit, “Sakit Pak”.
    Dia kaget dan bertanya padaku, “Sas kamu masih murni…?”.

    Aku cuma mengangguk dan diapun tersenyum. Aku dibimbingnya menuju mejanya, aku disuruh tiduran di mejanya dengan kaki menggantung di ujung meja, aku menurutinya. Dia mendekatiku, membuka lebar-lebar pahaku sehingga dia dapat melihat lubang vaginaku yang masih murni dan berwarna kemerahan.
    Aku sudah bersiap, ini merupakan pengalamanku yang pertama yang memang aku mimpikan yaitu bagaimana rasanya berhubungan sex ? Pak NS membuka celananya kulihat “barangnya” yang sudah tegak dan kelihatan amat besar sekali, aku menelan ludah berkali-kali.

    Ia mendekatiku dan mengarahkan alatnya padaku dan perlahan memasuki vaginaku. Aku menjerit tertahan setelah alatnya terasa memasuki vaginaku. Dia meraba vaginaku dan ia tampak puas setelah ia menemukan darah di vaginaku.

    Selangkanganku terasa perih sekali. Dia mulai menggoyangku cepat dan tangannya terus menerus meremas payudaraku sampai tampak merah dan sakit kurasakan, namun goyangannya membuatku lupa akan sakit yang kurasakan dan cuma bisa, “Uh…, ah…, uh…, sh”
    Setelah kejadian berhubungan sex itu, aku sekarang telah bekerja di perusahaan itu sampai sekarang.

  • Cerita Sex Main Dengan Putri Dari Keraton

    Cerita Sex Main Dengan Putri Dari Keraton


    872 views

    Perawanku – Cerita Sex Main Dengan Putri Dari Keraton, Panas terik di jalan lurus beberapa kilometer memasuki kota Cirebon tidak menghalangiku untuk terus memacu kendaraan dengan kecepatan cukup tinggi dari arah ibukota pada siang hari itu.

    ..demikian, yach sambil istirahat setelah seharian nyangkul begitu, suara centil manja itu memancar dari frekuensi radio komunikasi yang terus kubuka dari tadi sambil menscan frekuensi yang sedang dipergunakan.

    Segera kumatikan modul scan di pesawatku agar tetap dapat memonitor frekuensi tersebut..

    Jadi sekarang sudah di 85 correct? suara seorang pria sejurus kemudian yang meminta konfirmasi apakah sudah ada di rumah
    104?, kembali suara manja itu menjawab yang berarti membenarkan
    Wah.. wah.. wah.. wah.. sudah banyak duitnya nich siang begini sudah ada di rumah, kembali sang pria menimpali..
    Ya ngga jugalah.. duit mach tetap butuh.

    Break, sahutku menyela pembicaraan di antara spasi
    Kirain sudah punya banyak duit.. ya dibagibagi ke sini, sahut pria tersebut
    Mas, ada yang mau masuk tuch silahkan di handle dulu sayanya 1023 sebentar, suara centil manja tersebut menginformasikan kehadiranku kepada rekannya..
    Yang break silahkan masuk,
    Selamat siang.. di sini Elmo Mas dalam line bergerak menuju Cirebon, sahutku segera memperkenalkan diri

    Selamat siang juga yang handle di sini Boom.. darimana hendak ke mana Mas?
    Dari Kotaraja menuju ke Cirebon gitu, penjelasanku padanya
    Silahkan dipergunakan frekuensinya mungkin ada sesuatu yang ingin di sampaikan, sahutnya memberikan kesempatan padaku
    Oh.. tidak ada Mas cuma ingin nimbrung saja, sehubungan klo ngga ada yang ada di ajak bicara sayanya suka ngantuk nich.
    Emang berapa personil di gerobak dan dalam rangka apa nich? Liburan begitu..?

    Negatif Mas.. dalam rangka dinas begitu dan di gerobak sendiri saja, makanya perlu teman ngobrol begitu
    Mas Elmo.. Boom kembali di sana ada lowongan ngga Mas klo ada boleh donk ajakajak saya, pintanya
    Hmm.. anda itu memakai kacamata ngga? apakah penglihatannya masih cukup jelas? tanyaku padanya
    Masih.. masih jelas, tidak memakai kacamata.
    Pendengaran gimana, baik atau sudah menggunakan alat bantu?
    Masih baik.
    Rambut.. apakah sudah memutih?

    Ya.. Mas, rambut mach masih hitam semua belum ada yang putih umur juga baru kepala 2?, sahutnya kembali menegaskan
    Berarti masih kuat lari betul?
    Betul.. ngomongngomong mau dikasih kerjaâ„¢an apa sich koq bertanya begitu..?

    Lha.. saya ini khan raja maling, makanya saya bertanya itu supaya memenuhi persyaratan.. mata harus awas, supaya saat kebagian tugas jaga bisa mengawasi kloklo ada hansip atau ronda lewat, telinga harus baik biar saat tugas buka gembok atau kunci tetap bisa mendengar suara klo ada yang mau nangkap, rambut juga harus hitam biar bisa sembunyi dalam kegelapan ngga ketahuan.. dan terakhir ya harus bisa lari cepat klo ketahuan.. klo ngga khan ya ketangkep begitu.. dik jelasku padanya..

    Hahaha.. hahahaha.. hahahaha.., suara centil manja itu kembali berkumandang
    Ujug buneeng.., Boom tertawa kecil juga..
    Ya.., salam kenal juga buat Mas Elmo yang sedang dalam perjalanan hatihati semoga selamat sampai di tujuan, katanya menyalami ku..
    Salam kenal juga semoga sehat selalu.. klo boleh tahu siapa nich yang handle? tanyaku pada pemilik suara centil manja itu..

    Di sini Vera gitu Mas Elmo.
    Vera.. Elmo kembali.., iya dach salam buat keluarga yang di rumah semoga sejahtera selalu.
    Mas Elmo kayanya.. humoris yach.
    hahaha.. yach tergantung situasi begitu neng Vera, kadang serius kadang bercanda juga, klo serius terus mach bisa mati muda nanti
    Berapa lama begitu Mas di kota udang?
    Rencana sich cuma seminggu aza, .. tapi lihat nanti aza dach.
    Sudah sering ke Cirebon gitu Mas Elmo?

    Jarang juga.., .. ngomongngomong apa yach makanan yang khas dan enak gitu?
    Hmm.. di sana ada nasi lengko, ada juga nasi jamblang.. trus empal gentong juga enak.. sama tahu gejrot dach, sahutnya berpromosi
    Klo siangsiang begini enaknya makan apa yach..?
    Itu aza Mas Elmo.. nasi lengko yang ada di xx, informasinya..
    Terimakasih atas informasinya.. mau ikut menemani? ajakku padanya

    Lain kali dech Mas Elmo.. sekarang sich saya sedang sibuk.
    Oh ya sudah.. mudahmudahan lain kali kita bisa kopi darat begitu.
    Harapan Vera juga begitu yach.. hatihati sajalah.. jadi makan siang di sana?
    Yup, .. dan terimakasih nich atas obrolannya siang hari ini yang telah menemani saya hingga masuk ke Cirebon.
    Samasama.. Vera juga senang bisa ngobrol dengan dirimu dan silahkan masuk ke frekuensi ini lagi klo ada waktu, ajaknya manja..

    Demikianlah sepenggal pembicaraan siang hari itu, dan sesungguhnya apa yang dikatakan Vera itu tidaklah salah memang tempat makan yang ditunjukkan adalah favoritku juga dan itu tidaklah asing oleh karena cukup sering saya mengunjungi kota Cirebon ini.

    Nasi lengkonya 1 porsi Mas, pintaku di pintu masuk sesaat setibanya di sana
    Kemudian kupilih salah satu meja yang kosong di tengah
    Minumnya apa Mas Elmo? tanya suara halus dari belakang

    Kontan saja aku terkejut oleh karena tidak banyak yang mengenal namaku demikian dan dalam diamku kemudian dia menyodorkan tangannya

    Vera, seraya tersenyum manis
    Oh.. ugh.. oh, aku tergagap mendapat kejutan seperti itu

    Sungguh tak ku kira kini di hadapanku hadir seorang wanita berkulit putih dengan rambut tergerai sedikit melewati bahu dan postur tubuh yang cukup tinggi untuk ukuran orang Indonesia namun berimbang.

    Koq.. bengong aza, ujarnya mengingatkanku
    Abis.. ada bidadari sich.. yuk silahkan duduk, sahutku seraya menggeser tempat duduk dan mempersilahkannya untuk berada di sampingku

    Koq tahu mengenai aku? tanyaku setelah dia duduk
    Yach khan katanya jadi makan di sini terus tadi aku sudah tiba duluan dan lihat mobil kamu yang lengkap dengan antenenya trus plat nomornya juga B, sahutnya seraya memonyongkan bibir tipisnya..

    Demikianlah siang itu akhirnya aku makan siang bersama denganVera yang hingga usai santap siang tersebut belum bersedia untuk mengungkapkan nama sebenarnya dan akupun tidak memaksanya, sebaliknya saat dia minta no HPkupun tidak kuberikan.. wah bisa berabe boo, kalau pas dia telp nantinya pada saat aku bersama istriku.. bisa perang dunia.. namun aku informasikan di mana aku bermalam nantinya.

    Begitulah, ketika jarum jam menunjukkan pukul 23. 15 telp di kamarku berdering, ternyata Vera yang menghubungiku.. dan membuat janji untuk kembali berjumpa esok harinya..

    Tanpa terasa beberapa hari telah berlalu dan hampir setiap santap siang kulakukan bersama dengan Vera, sedangkan malam hari tidak kulakukan sehubungan dengan tugas yang harus kukerjakan bersama anak buahku untuk mengunjungi klien. Pekerjaankulah yang menuntut demikian, yaitu sebagai sales manager dari sebuah perusahaan farmasi sehingga pada malam hari aku harus mengunjungi dokter dan berbicara banyak mengenai produk dan hal lainnya, terkadang baru usai lewat tengah malam terutama bila harus berkunjung kepada dokter yang memiliki pasien banyak sehingga baru usai pada dini hari.

    Kapan kau kembali? tanyanya suatu saat setelah beberapa hari ini kita hampir selalu makan siang bersama
    Lusa nich, besok masih masih ada beberapa urusan kantor lagi yang harus kukerjakan, sahutku
    Oh.., ada nada kecewa yang dapat kutangkap..

    Entah tanpa terasa dalam waktu yang demikian singkat hubunganku dengan Vera nampak sangat akrab dan dekat sekali, walaupun sesungguhnya akupun masih gelap mengenai kehidupan pribadinya yang kutahu hanya sosok dia yang aku kenal apa adanya tanpa melihat kehidupan pribadinya sebaliknyapun demikian, ..

    Nanti malam masih kerja juga? tanyanya masih ada nada protes

    Hgh.., aku terhenyak dengan pertanyaan semacam itu yang menurutku sudah terlalu dalam terbawa emosi

    Sambil tersenyum menggoda

    , Kenapa.. mau ngajak kemana emangnya?
    Jalan yuk.., ajaknya
    Kemana..? tanyaku
    Ada waktu ngga?
    Nâ„¢tar malam begitu? tanyaku bingung

    Iyalah.. emangnya kapan lagi?
    OK.. aku jemput di mana nich? tanyaku kemudian..
    Hmm di sini dech.. jam 5′an yach, jawabnya seraya menulis suatu tempat di atas kertas yang kemudian di serahkannya padaku..Nanti tunggu aza di halaman parkir ngga usah masuk, pintanya kemudian

    Ternyata tempat yang diberikan adalah nama sebuah bank pemerintah yang cukup besar di kota ini, entah apa jabatannya di sana namun penekanannya yang terakhir memberikan arti bahwa dia adalah salah seorang karyawan di sana.
    Sekitar jam 5 sore aku telah tiba di tempat kerja Vera dan lahan parkir sudah cukup lenggang, kemudian aku parkir di tempat teduh yang agak terlindung dari pandangan pos satpam maupun pintu keluar masuk gedung tepatnya dekat dengan bilik ATM sehingga tidak mengundang banyak kecurigaan orang lain.

    Tak lama Vera keluar dan segera masuk ke dalam mobilku..

    Yup.. jalan.., sesaat setelah masuk ke dalam mobil..
    Kemana? tanyaku bego..
    Bawalah daku pergi.., senandung centilnya keluar lagi..
    Dari derita ini.., timpalku menyambut senandungnya.. dan kamipun tertawa tergelak pada sore hari itu.

    Dalam keraguan itu akhirnya aku arahkan saja kendaraanku menuju ke arah kota Tegal masuk ke Jawa Tengah dengan kecepatan sedang, pemikiranku klo aku bawa dia masuk ke daerah Kuningan seperti Linggarjati misalnya rasanya terlalu riskan mungkin akan banyak orang yang mengenalnya oleh karena kota Cirebon ini khan kecil banget.. segala sesuatunya mudah tersebar.. bisa berabe nantinya..

    Kemana..? tanyanya setelah kami sempat terdiam cukup lama dan sibuk dengan pemikiran masing masing
    Ke arah Tegal aza yach.., saranku
    Hhhmm.. ok, sahutnya menyetujui saranku

    Kembali kami tenggelam dalam lamunan masingmasing dan kemudian terbersit dalam ingatanku untuk mengajaknya ke Comal, di sana khan ada rumah makan dengan masakan khas kepitingnya yang sangat lezat.

    Kita makan kepiting yach.., aku memecah keheningan
    Boleh.. di mana?
    Pernah ke Comal ngga..? di sana ada rumah makan yang masakan kepitingnya enak lho, promosiku..
    Belum pernah nich.
    Kenapa sich kamu.. sakit gigi yach? tanyaku dengan nada bergurau..Abis ngomong cuma sepotongpotong gitu.
    Ach.. Mas Elmo bingung dan malu nich soalnya belon pernah pergi kaya gini nich, suaranya bergetar manja..

    Aku hanya tersenyum saja dan sempat kuperhatikan kembali sebuah cincin melingkar di jari manis kanannya

    Emang suami kamu ngga pernah ngajak pergi berdua untuk makan malam bersama gitu? tanyaku dengan gaya yakin yang seyakinyakinnya
    Pernah sich, akhirnya Vera mulai mengungkapkan kehidupan pribadinya..
    Trus sekarang suami kamu mana? Koq ngga diajak sekalian?
    Mas Bram.. masih di Jakarta, sudah seminggu.. mungkin lusa baru kembali.
    Oh..
    Dinas, lanjutnya kembali
    Sudah punya putra berapa? lanjutku kemudian

    Vera hanya menggeleng perlahan dan ada setitik air mata yang bergulir di sudut matanya, namun segera di hapusnya perlahan.. sambil menghela nafas panjang

    Sudah berapa tahun sich kamu menikah?
    Jalan 7 tahun, sahutnya perlahan dengan nada lembut dan bergetar menahan emosi
    Hhmm.. sudah konsultasikan ke dokter? aku terus mengejarnya
    Sudah.. dari diriku semuanya normal.
    Trus suami kamu?
    Tidak tahu, jawabnya singkat..

    Kembali kami terdiam dalam renungan yang dalam sementara lampu penerangan jalan sudah mulai menyala menambah sendunya suasana sore hari ini.

    Mas Bram adalah lingkaran dalam keraton Kxx, dan layaknya keluarga ningrat mereka selalu menyalahkanku yang tidak mampu memberikan keturunan buat mereka. Dahulu kami tinggal di dalam keraton, namun sekarang tidak lagi sebab saya tidak tahan dengan perlakuan mereka, namun saya juga tidak bisa memaksa Mas Bram untuk berkonsultasi ke dokter.., keluhnya dengan nada kelu dan tertekan..

    Apakah kamu pernah meminta suamimu untuk memeriksakan dirinya? tanyaku melanjuti
    Tidak mungkin Mas, dalam keluargaku istri harus tunduk pada suami dan yach itulah takdirku, bicaranya mulai tak jelas dan berakhir dengan ledakan tangisnya

    Kubiarkan Vera menangis untuk menumpahkan kegundahannya hanya saja kuberanikan diri untuk mulai mengusap rambutnya dan berusaha menenangkannya.. usapan lembut dan penuh kasih sayang itu dapat menenangkan emosinya.

    Tanpa terasa kota Tegalpun sudah tertinggal di belakang dan 2 jam telah berlalu hingga kami tiba di tempat yang dituju dan suasana rumah makan yang temaram dengan lampu penerangan secukupnya menambah romantisnya suasana malam itu, sementara pikirankupun terus bermain entah apa maksudnya Vera menceritakan semua hal itu terlebih dengan upayanya untuk mengajakku kencan malam hari ini. Instingku mengatakan Vera menginginkan benih dariku untuk menyemai rahimnya yang tidak pernah tersentuh benih hidup yang membuktikan jati dirinya sebagai wanita.

    Sikapku yang mesra dan gentle seperti membukakan pintu mobil tadi saat dia masih sibuk memperbaiki dandannya di mobil kemudian menarikkan kursi untuk Vera duduk, dapat sedikit menghilangkan kekakuan sikap kami bahkan sudah mirip seperti sepasang merpati yang sedang memadu kasih terlebih daerah yang kumasuki ini tidak banyak berhubungan dengan tempat tinggal Vera sehingga lebih memudahkan kami untuk beradapatasi.

    Selesai santap malam, kembali sikap gentle kutunjukkan dengan membukakan pintu mobil baginya dan Vera membalas dengan senyum manisnya, dan sebuah kecupan tipis mendarat di pipiku sesaat setelah aku duduk di belakang kemudi.

    Thanks yach, ucapnya lembut dengan mata sendunya

    Aku hanya tersenyum dan membalas dengan mengusap lembut pipinya.. Kemudian kuarahkan mobilku untuk kembali menuju ke kota Tegal dengan satu tekad yang berkecamuk di benakku untuk dapat meniduri Vera malam hari ini. Tidak sulit bagiku untuk mendapatkan hotel yang terbaik di kota ini oleh karena memang bagian tugas dariku untuk harus berkeliling sehingga hubungan bisnis perusahaanku dengan hotel cukup baik sehingga tidak sulit untuk mendapatkan kamar yang kumau. Satu hal yang mendukung rencanaku juga adalah Vera tidak bertanya dan nampaknya diapun siap untuk menerima resiko tersebut, sementara pikiranku berencana demikian peniskupun sudah tidak mau kompromi lagi dengan mengembang maksimal sehingga ada juga rasa nyeri

    Sesaat pintu kamar hotel kukunci segera kupeluk Vera yang diam pasrah dengan mata tertutup rapat.. kukecup lembut keningnya tepat di belakang pintu kamar hotel, turun sedikit kecupan kuarahkan ke mata kanan, kiri, hidung dan pipi..

    Dengan tangan kiri kuangkat dagunya perlahan sempat Vera membuka matanya dan memandang sayu, sebelum tertutup kembali. Semakin dekat bibirku ke bibirnya desah nafas hangat yang memburu menerpa sebagian wajahku, kemudian dengan lembut kuletakkan bibirku di atas bibirnya yang merekah membuka basah siap dan pasrah. Kecupan lembut tersebut menambah riak gelombang birahi untuk semakin memuncak dan dengan perlahan kujulurkan lidahku untuk menyentuh ujung lidahnya yang tersentak berdetak sebelum maju perlahan menelusuri panjang lidahku ditambah dengan hisapan lembut membuat lenguhnya muncul perlahan disertai dengan tubuh yang melemas..

    Hhmmhh.., desahnya saat kulepaskan bibirku dari pagutannya yang sedikit mulai liar..

    Perlahan kususupkan jari jemariku mulai dari punggung ke tengkuk dan terus naik ke atas menyibakan rambut sebahunya dan secara bersamaan Vera menengadah memberikan lehernya yang jenjang untuk kukecup.. jilat perlahan mulai dari leher sebelah kiri menuju ke telinga belakang kiri diiringi dengan nafasku yang semakin memburu.. dan berakhir dengan lenguhan panjang dari Vera.

    Aaagghh..

    Kemudian kulepaskan blazer biru tuanya sehingga segera nampak pangkal lengannya yang mulus oleh karena Vera menggunakan lengan buntung dan kembali kukecup pangkal lengan sebelah kiri tersebut sementara jari jemari tangan kananku mengusap lembut pangkal lengan yang satunya dan berakhir dengan genggaman tangan kami yang menyatu.

    Mas Elmoo.. aagghh, desah Vera bergetar

    Matanya kembali memandangku sayu dan perlahan dalam pelukanku kutuntun dia untuk mendekati ranjang. Kubukakan kancing demi kancing bajunya sementara Vera terus memandangku sayu seolah mengatakan lakukanlah. Dan segera setelah seluruh kancing baju tersebut terbuka, kudapati dadanya yang sangat putih mulus dengan bra berwarna gading dengan rendarenda kecil di bagian atasnya. Kukecup.. kujilat seluruh bidang dada yang tidak tertutup bra. Kuhirup dalamdalam bau harum lembut yang semakin santer menerpa hidungku membuatku melayang untuk senantiasa memperlakukannya secara lembut dan bersama menari di atas ombak gelora cinta yang menjilat bak lidah api.. berakhir dengan dekapan eratku pada Vera.

    Kubuka tali pengait branya dan segeralah tersembul buah dada yang selama ini mungkin hanya dilihat oleh suaminya. Tidak besar dengan puting berwarna merah muda yang menjungkit menantang untuk di sentuh. Kulanjutkan untuk membuka risleting roknya sebelum perlahan ku baringkan Vera di atas ranjang yang empuk.. sementara suhu ruangan masih belum terasa dingin oleh karena hembusan lembut udara ac belum cukup lama untuk menyejukkan udara kamar.

    Vera hingga saat ini masih bersikap pasif dan pasrah seperti layaknya putri keraton yang menerima keadaannya.. dan sekarang kutindih tubuhnya dengan sebagian tubuhku dan kembali kupermainkan leher jenjang kanannya hingga ke belakang telinga dengan iringan rintihan Vera yang mendesah lembut laksana irama jazz. Kecupankupun terus turun menuruni garis lehernya secara perlahan untuk kembali mendaki bukit gunung kembar yang mungkin selama ini hanya mengenal sentuhan seorang lelaki, sementara aku adalah lelaki ke dua yang beruntung untuk bisa menyentuh dan menghisapnya dengan lembut.. di iringi belaian ringan jarijariku mengusap seluruh permukaan kulit bukit kembar tersebut

    Hentakan tubuh Vera diiringi dengan gerak reflex tangan yang berusaha menangkap tanganku dan menekannya secara kuat ke payudaranya disertai dengan tekukan lututnya serta mata terpejam dengan kuat dan rapat menandakan gejolak dalam birahinya yang tak tertahankan berusaha menerobos keluar. Ketelusuri lekuk tubuhnya untuk menggapai tepi celana dalamnya dan segera kuturunkan dibantu oleh Vera yang mengangkat pinggulnya.

    Oh.. indah sekali bentuk rambut halus hitam yang tertata rapi bagaikan hamparan rumput hitam dengan panjang yang seragam dan terawat baik. Tekanan ringan pada kedua pinggulnya serta hisapan lembut di pundaknya kembali menyentakan Vera disertai dengan jeritan lirih.

    Arrgghh.., diiring dengan tekanan pinggul Vera untuk melawan ke atas. Jilatan demi jilatan kembali merayap menuruni belahan tengah buah dadanya. Menuju ke perut dan secara reflekpun Vera mempersiapkan jalanku dengan membentangkan kedua belah pangkal pahanya dengan gerakan alami. Tanpa kesulitan dan dengan perlahan kecupan bibirku bisa sampai di belahan tengah bibir bawahnya. Yang disambut dengan mengalirnya cairan putih bening kental dalam jumlah cukup banyak berkelokkelok seperti anak sungai membasahi rerumputan akibat terbukanya bendungan yang menjadi tanggul dari cairan tersebut.

    Jilatan sedikit kasar untuk mengangkat cairan tersebut dan diakhiri dengan hisapan kuat untuk membersihkan seluruh aliran kental anak sungai ini terasakan bagai dibetotnya sesuatu yang ada di dalam dan meluluh lantakan tulang belulang di tubuh..

    El.. mo.., jeritan Vera diiringi dengan gerak liar pinggulnya dan tarikan kuat mencengkram bed cover yang belum diangkat saat kulakukan hisapan kuat tadi.
    El.. mo.. masukkan aku ngga kuat lagi, pintanya dalam nada bergetar mengharap.

    Segera kubuka kaos yang sedari tadi belum kulepaskan demikian juga seluruh pakaian yang masih menyelimuti tubuhku. Ketika aku mulai menindih tubuh mulus Vera, sensasi kulit nan lembut menyengat seluruh saraf sensitive di tubuhku dan mengakibatkan uraturat di penisku menyembul dengan kuat memberikan guratan biru tegas membekas. Secara reflek Vera kembali menekukkan lututnya dan bebas membuka memberikan jalan bagi penisku untuk segera memasuki relung vaginanya.

    Vera kembali memandangku sayu dan berkata perlahan,

    Lakukanlah.. aku rela bersamamu.

    Perlahan kuarahkan penisku untuk bisa mulai menelusuri lorong kenikmatan dengan relungnya yang kuyakin akan menjepit kuat. Ketika kujumpai ujung lorong tersebut perlahan kuturunkan penis tersebut untuk mulai menerobos lorong kenikmatan membor layaknya paku bumi. Diiringi dengan mata Vera yang terus meredup dan terpejam seiring dengan gigitan pada sudut bibirnya untuk menambah sensasi kenikmatan yang mulai berjalan. Sebaliknya kurasakan juga sodokan perlahan penisku serasa membuka lipatanlipatan lunak yang tak berujung terus ke dalam diikuti dengan jepitan kuat sesudahnya memberikan sensasi yang tak terkirakan.

    Aaakkhh.., erangan panjang Vera disertai dengan mengejang kakunya seluruh tungkai kaki Vera yang panjang mengakhiri perjalanan penisku untuk mencapai lorong yang paling dalam sementara remasan kuat di bed cover menandakan perjalanan kenikmatan Vera yang masih belum berakhir.

    Buah dada kenyal tepat berada di bawah dada bidangku dan bisa kurasakan kehangatannya yang terus berdenyut mengalir membawa gelombang birahi bertalutalu. Sunggingan senyum manis Vera menghias ujung bibirnya ketika mata bening itu bertatapan dengan mataku dalam jarak yang begitu dekat diiringi dengan lenguh nafasnya yang tetap memburu semakin menggila dan kedutan halus malumalu dilakukannya dengan tetap memandangku diiringi dengan senyum manisnya.

    Hebat.. teruskan, pujiku untuk menambah kepercayaan dirinya bahwa apa yang dilakukannya bukanlah suatu hal yang tabu dan memang diperlukan untuk dapat menambah nikmatnya hubungan kami. Pujianku memberikan keberaniannya untuk segera melakukan manuver tersebut dan seiring dengan kembali terpejamnya mata lentik tersebut. Remasan kuat berirama mengurut penisku yang membangkitkan seluruh titik saraf di tubuhku untuk terpusat pada gerakannya.. remasannya..

    Perlahan kulakukan perlawanan dengan menggenjot penisku untuk mengimbangi remasannya diiringi dengan lenguh nafas yang terus memburu seperti derak bantalan rel kereta yang dilalui.

    Hhshshshhshhs.., dengus nafasku tak dapat kekendalikan
    Uuugghh.. uugghh.., Vera tak kalah serunya merintih

    Buliran keringat sebesar jagung mulai membasahi keningku dan menetes di dadanya. Demikian juga butiran keringat Vera mulai membasahi tubuhnya khususnya di pundaknya sehingga geraian rambut yang basah dan menempel pada pundaknya menambah pesona memompa birahiku untuk mendaki mencapai puncaknya

    Gerakanku semakin seirama dengan hentakan pinggul Vera apakah demikian kuatnya ikatan emosi. Sehingga tak terlalu lama bagi kita untuk menyatukan irama gerakan kami akupun tak tahu namun hentakan menghunjam semakin kuat dan cepat dan berakhir dengan..

    Ellmmoo, teriakan Vera sesaat sebelum aku mencapai puncaknya

    Tubuh Vera mengejang sesaat sebelum akhirnya membujur lemas diam tak bergerak, wajah ayunya meninggalkan buliran keringat halus yang membentuk guratan halus ketika kuraba menuruni leher jenjangnya dan berkilap tertimpa cahaya lampu kamar. Tak bosan kupandang wajahnya yang memang ayu. Tak lama Vera mulai membuka matanya dan memandangku kembali dengan senyum khasnya.Sebagai balasannya ku angkat penisku perlahan dan secara reflek Vera berusaha menahanku untuk tetap berada di dalamnya. Namun tetap kuangkat perlahan dan segera kubalikan tubuh lemas Vera.

    Kupandang punggung halusnya dengan beberapa helai rambut yang tetap menempel basah oleh keringat. Kuraba perlahan menyingkap helaihelai rambut tersebut untuk mendapatkan punggungnya secara utuh. Buliran keringat nampak jelas pada kedua belah bahunya menggodaku untuk kembali menjilatnya dan terus merayap ke atas menelusuri leher jenjangnya dan membasahi rambutrambut halus yang tumbuh di sekitar tengkuknya dengan air liurku.

    Rintihan nikmat kembali terdengar seiring dengan bangkit kembalinya gelora gairah yang sempat mendatar tadi setelah mencapai puncaknya,

    Eegghh.

    Permainan jarijariku yang merayap naik turun menelusuri seluruh lekuk tubuh Vera segera memicu kembali adrenalinku. Terlebih rintihan nikmat tersebut semakin cepat memburu dan hanya membutuhkan waktu yang teramat singkat untuk segera membangkitkannya.

    Kembali kutindih tubuh Vera dari belakang dan kuarahkan kembali penisku yang sedari tadi tetap menegang. Sementara belahan kaki yang tampak sangat indah tersebut kembali terbuka lebar menyisakan lubang yang masih terbuka dan berdenyut halus dengan lendir yang membasahi sekelilingnya. Kuingin memasukinya kembali secara perlahan dan menikmati sensasi kenikmatan saat kumasuki relungnya tersebut secara perlahan dengan jepitan yang kurasakan lebih kuat lagi..

    El.., cee.. pat lakukan, aku tak tahan.. Eeell, rintihnya perlahan namun terdengar jelas.

    Perlahan namun pasti terus kudorong masuk penisku hingga mencapai jarak terjauhnya dan segera kuayunkan berirama.

    Gerakanku kali ini diimbangi dengan lenguhannya tiap kali ujung penisku menyentuh mulut rahimnya,

    Arrkkh.., terus El.. arrkkhh.

    Semakin lama genjotanku semakin kuat bertenaga seiring dengan memuncaknya sensasi yang kurasakan mulai menumpuk di ujung penis untuk menyemburkan sperma yang sedari tadi tertahan, dan jepitan liang vagina Verapun semakin mantap kurasakan.

    Butiran keringat bak pasir di tepi pantai yang membasahi pundaknya kembali keluar dengan derasnya yang segera berubah membesar menyerupai butiran jagung tersebar merata hingga ke punggungnya.. berkilap tertimpa cahaya lampu. Hingga ketika tiba saatnya, ujung penisku berdenyut kencang dan dalam 1.. 2.. tusukan terakhir aku hunjamkan sekuat tenaga dan sedalamnya. Yang diiringi dengan teriakan Vera disertai gelengan kepalanya yang ke kiri dan ke kanan dengan cepat dan. srett.. srett.. srett.. semburan maniku menelusuri panjang penisku dan menerjang masuk menabrak dinding rahimnya melemparkan puncak kenikmatan hingga keujungnya dan jatuh demikian terjal dalam kelelahan nikmat yang tak berujung.

    Aaacchh.., jeritan terakhir Vera sebelum dia kembali terjatuh dan diam dalam kelelahan yang teramat sangat.

    Peluh yang bercucuran bercampur jadi satu ketika tubuhku ambruk dan menindih tubuh mulus Vera. Bau harum keringat segera membuaiku dalam mimpi terindah bersama Vera.

    Thanks Ver, ucapku sesaat sebelum ku terlelap
    Thanks juga El, sahutnya lemah

    Luluh lantak rasanya tubuhku malam itu dan terkuras habis staminaku setelah sebelumnya banyak tersita oleh urusan dinas. Namun apa yang kuberikan saat itu memberikan makna dan kesan yang sangat mendalam di lubuk hati Vera. Oleh karena baru kali ini dia merasa begitu dihargai dan diperlakukan manja sebagaimana layaknya seorang istri yang memiliki kedudukan sama.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • CERITA SEDARAH KENANGAN MALAM INDAH DENGAN IBUKU

    CERITA SEDARAH KENANGAN MALAM INDAH DENGAN IBUKU


    2019 views

    Cerita Sex ini berjudulCERITA SEDARAH KENANGAN MALAM INDAH DENGAN IBUKUCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Cerita Sedarah Kenangan Malam Indah Dengan Ibuku – Namaku toni adi nugroho, umurku 17 tahun, aku sekolah d salah satu SMA di surabya. Aku anak tunggal di keluargaku, kadang rasanya sepi karna tidak mempunyai saudara. ayahku kerja di salah satu rumah sakit d surabaya, dan ibuku hanya ibu rumah tangga biasa. Aku ingin berbagi cerita tentang aku dan ibuku, umur ibuku 38 tahun, dia adalah ibu terbaik di dunia ini. di usia ibuku yang 38 tahun dia masih terlihat cantik.

    Cerita Mesum Kenangan Malam Indah Dengan Ibuku – Awalnya aku gak ada pikiran ingin melakukan hal gila kepada ibuku, semua berawal ketika aku gak sengaja melihat ibuku yang sedang mandi, waktu itu aku pulang lebih cepat dari biasanya karna guru-guru di sekolah ada rapat. mungkin karna ibuku mengira bahwa di rumah gak ada siapa-siapa jadi dia gak menutup pintu kamar mandi dengan rapat.

    Ketika melihat pintu kamar mandi yang sedikit kebuka jadi muncul pikiran untuk mengintip ibuku yang sedang mandi. tubuh ibuku yang putih mulus dan buah dada yang besar serta bokong yang montok membuat kontolku menjadi tegang. karna terlalu fokus pada tubuh ibu, tanpa sengaja aku mendorong pinntu kamar yang gak tertutup rapat itu sehingga aku tersungkur masuk kedalam kamar mandi tempat ibu mandi, ibu yang lagi asik mandi pun terkejut.

    “toni, kamu ngapain??” tanya ibu dengan ekspresi bingung.
    ”enggak mah, ini tadi ada tikus trus mau toni usir” karna bingung jadi aku asal menjawab.

    kemudian aku pun langsung lari ke kamar. di dalam kamar aku masih terus memikirkan tubuh ibuku yang seksi itu, aku pun coli dengan membayangkan tubuh telanjang ibu yang kulihat tadi.. beberapa jam kemudia ibu memanggilku.
    “toni… cepet turun makan dulu” teriak ibuku dari bawah..

    aku pun langsung turun untuk makan siang, karna tenagaku habis untuk coli aku jadi sangat lapar. aku pun makan bersama ibu. ketika lagi asik menyantap makan siangku ibu melontarkan pertanyaan yang mengagetkanku.

    ” toni tadi km ngapain d kamar mandi pas mamah lagi mandi ? km ngintip mamah ya?” tanya ibu padaku.
    mendengar pertanyaan ibu aku pun jadi kaget dan tersedak.
    “uhuk,, egak kog mah, tadi itu ada tikus masuk rumah gede banget terus mau toni usir,eh toni malah kepleset jadi masuk deh ke kamar mandi.” kataku berusaha mencari alasan.
    ”kamu tuh pinter cari alasan, sebernya tadi km ngintip mamah mandi kan? Hayo ngaku” tanya ibuku denga nada yang leibih keras.
    “iya toni tadi ngintip mamah lagi mandi” jawabku dengan perasaan takut.
    “km nakal ya.. berani ngintip mamah mandi”
    “abisnya mamah sih pintu kamar mandi gak di tutup rapat, kan jadi kelihatan mamah lagi mandi” jawabku.
    “ya kan tadi mamah kira gak ada orang di rumah, lagian kamu gak seperti biasanya pulang cepet”. Kata ibuku.
    “iya ini tadi guru-guru di sekolah ada rapat, jadi pulangnya cepet”
    “lain kali jngan ngintip mamah lagi ya” jelas ibuku
    “iya mah, oya mah tadi itu tubuh mamah seksi bnget” sindirku kepada ibuku.
    “heh.. km ngomong apa, masih kecil udah ngomong seksi-seksi.” Balas ibuku.
    “yeee mamah, aku udah 17 tahun kali mah, udah gede” jawabku dengan cemberut.
    “oohh anak mamah ternyata sekarang udah besar ya…… uadah tau yang seksi-seksi”
    “hehehehe…. iya dong mah’’

    Setelah selesai makan akupun keluar karna sudah ada janji dengan temanku untuk menemaninya membeli kaset DVD dan aku juga membeli satu.

    Setiap malam aku selalu menyempatkan diri untuk belajar ya walaupun terkadang cuma membolak balik buku aja hehehehe. Kemudian aku teringat dengan kaset DVD yang baru aku beli tadi siang. Aku mengambil bungkusan yang sejak tadi siang aku letak kan di atas meja. Aku membeli film horor, judulnya “pocong pocong srigala”.

    Aku pun berfikir untuk menonton bersama ibuku, “kayaknya asik nih nonton sama mama” pikirku dalam hati, kemudian aku pun pergi kekamar ibuku untuk mengajaknya nonton film horor bersamaku. Sampainya di depan pintu kamar ibuku aku mendengar suara ibuku yang sedang mendesah keenakan seperti yg sering aku lihat di film-film bokep, kemudian aku mengetuk pintu kamar ibuku.

    “mah, mamah…. aku boleh masuk?” tanyaku dari luar kamar ibuku.
    “sebentar toni, mamah lagi ganti baju” jawab ibuku.
    Setelah beberapa saat ibuku pun menyuruhku masuk kedalam kamarnya.
    “ada apa?” tanya ibuku.
    “ini, toni baru beli film horor mah, mau gak nonton bareng sama toni?” jawabku
    ‘’iya boleh, sini nonton bareng sama mamah” jawab ibuku

    Kemudian aku memasukan kaset ke DVD player yang ada di kamar biuku, setelah memasukkan kaset tersebut kemudian aku pun naik ke tempat tidur ibuku, aku duduk di saping ibu. Kami berdua asik menonton film yang sangat2 tidak menegangkan itu sampai tiba-tiba ada adegan yang mengejutkanku, spontan aku pun langsung memeluk ibuku dan ibuku hanya tertawa melihat aksiku itu.

    “iiihh… mamah kog ketawa sih.” Kataku dengan agak kesal
    “kamu lucuh sih, udah besar kok masih takut. Hehehe” jawab ibuku sambil tertawa kecil.
    “mamah kan tau sendiri aku paling takut sama pocong” kataku
    “ya udah, sini duduk di depan mamah, biar mamah peluk biar kamu gak takut lagi” kata mamku sambil menarik tanganku untuk duduk di depanya.
    “apaan sih mah, kayak anak kecil aja” jawabku dengan sedikit kesal.
    “udah gak apa-apa, kan kamu emang masih kecil. Hehehe”

    Aku pun menuruti perkataan ibuku dan duduk di depannya. Dia memelukku dari belakang, pelukannya benar-benar terasa hanngat, sudah lama aku gak merasakan di peluk ibuku seperti ini. Harum tubuh ibuku, susunya yang besar seperti mengganjal d punggungku membuatku jadi memikirkan hal yang aneh-aneh di tambah ibuku hanya memakai piyama dan terlihat paha nya yang putih mulus karena tidak tertutupi piyama yang ibuku pakai.

    Aku jadi tidak konsen menonton filmnya, pikiranku semuanya benar-benar telah tertuju pada sosok perempuan yang sedang memelukku, tanpa sadar tanganku mulai bergerak mengelus-elus paha ibu yang putih dan mulus itu, ibuku pun kaget, mungkin dia merasa geli kemudian menyingkirkan tanganku dari pahanya, tapi tanganku tetap kembali mengelus paha ibuku.

    “toni.. kamu ngapain sih, geli tau..” kata ibuku
    “paha mamah halus, jadi enak klw di elus-elus” jawabku

    Ibu kemudian menyingkirkan tanganku dari pahanya lagi, tpi setiap tanganku di singkirkan dari pahanya tanganku pun kembali lagi sampai akhirnya ibu membiarkan tanganku mengelus-elus pahanya yang mulus itu. Di tambah lagi ada adengan panas di film horor tersebut yang membuat pikiranku membayangkan hal-hal yang bukan-bukan. Ketika tanganku sedang asik mengelus-elus paha ibuku dan mataku fokus ke layar tv tiba tiba tangan ibuku menutupi mataku.

    “anak kecil gak boleh ngelihat yang kayak gini” kata ibuku sambil menutup mataku.
    “apaan sih mah, aku kan udah besar mah.” Jwabku sambil berusaha menyingkirkan tangan ibuku.
    “kamu udah pernah ya nonton adegan kayak gitu?” tanya ibuku.
    “udah dong mah”jwabku.
    “hahahahahahaha”
    ‘’kog mamah malah ketawa sih?” tanyaku
    “gak apa-apa. Itu berarti anak mamah udah besar, udah tau yang kayak begituan” jawab ibuku sambil menunjuk adegan di film horor yang kami tonton.
    “tapi jangan sering-sering ya nonton film kayak gitu” lanjut ibuku.
    “iya mah. Kataku

    Cerita Ngentot Kenangan Malam Indah Dengan Ibuku – Kami pun melanjutkan menonton film horor itu, susu ibuku yang besar yang menempel di punggungku membuat kontolku semakin tegang dan ingin rasanya memegang susu ibu yang indah itu.

    “mah, susu mamah kog besar banget sih.” Kataku sedikit usil
    “hahaha, kamu nih toni bisa aja, kebanyakan nonton film begituan sih jadi pikiran km jorok” celetus ibuku sambil tertawa kecil.
    “tapi susu mama beneran besar, tersa banget di punggung toni’’
    “toni mau pegang susu mamah?” tanya mamaku

    Aku kaget mendengar apa yang barusan di katakan ibu kepadaku.

    “beneran mah boleh pegang?” tanyaku untuk memastikan.
    ‘’iya boleh, kan dulu waktu kamu masih kecil sering kamu pegang”kata ibuku
    “ya itu kan waktu aku masih kecil” kataku, walaupun aku sebernya gk ingat kalau pernah megang susunya ibuku waktu masih kecil, mungkin ketika aku masih bayi.
    “mau pegang apa egak?” kata ibuku lagi
    “i iya mah, mau”

    Aku pun menggerakan tanganku agar bisa sampai ke gunung kembar yang sangat indah itu, ketika tanganku menyentuh susu ibuku jantungku jadri berdetak kencang, susu ibuku benar-benar lembut dan kenyal enak banget rasanya ketika di pegang dan membuat kontolku semakin tegang..

    “mah, eeeemmmm boleh gak aku lihat susu mamah’’pintaku

    Ibuku tidak menjawab dia langsung membuka piyamanya dan membuat susu ibuku yang indah itu terlihat dengan jelas, aku pun meremas-remasnya, ibuku juga terlihat menikmatinya, aku gak nyangka bakalan bisa merasakan hal yang seperti ini.

    ‘’toni..”panggil ibuku
    “iya mah” jawabku sambil trus meremas-remas susu ibuku.
    “kamu boleh kog nyusu sama mamah lagi kalau kamu mau” katamamu.

    Aku kembali terkejut mendengar perkataan ibuku, bisa merasakan memegang susunya aja aku sudah seneng banget dan sekarang aku boleh menyusu padanya.

    “beneran mah?” tanyaku lagi
    “iya sayang” kata ibukut

    Tanpa pikir panjang lagi aku langsung menyusu pada ibuku, aku mengemut-emut punting susnya yang berwarna sedit merah jambu itu, aku menjilat-jilatinya. Ibuku sangat menikmati aksiku itu

    “oohh… toni… trus sayang. Trus…”
    “iya mah. Iya, susu mamah enak bnget” kataku smbil trus menjilati punting susu ibuku

    Tanganku yang satunya pun sepertinya tidak sepertinya juga tidak mau diam saja, aku mengarahkan tanganku yang kiri untuk sampai ke tengah-tengah selangkangan ibuku, sampai akhitnya aku menyentuh sesuatu yang lembab dan lengket, mungkin itu cairan yang keluar dari dalam memek ibuku.

    “toni!! “ triak ibuku
    “iya mah, maaf mah” aku kaget sambil menyingkirkan tanganku dari memek ibuku.
    “gak apa-apa sayang, trusin aja kalau kamu mau, gak apa-apa”
    “iya mah” aku pun meruskan aksiku memegangi memek ibuku
    ‘’ooohhh. Sssss aahhhh enak sayang. Masukin jari kamu sayang kedalam memek mamah”

    Aku menuruti permintaan mamah dan memasukan jariku kedalam memeknya, sambil terus menjilati punting susu ibuku.

    “mah, boleh gak toni cium bibir mamah” tanyaku
    “boleh sayang.”kata ibu

    Aku langsung mencium bibir ibuku, rasnya sungguh nikmat hangat dan lembut, lidah kami pun beradu dan air liurku dan ibuku bercampur menjadi satu, ibuku benar-benar kisser yang handal, dia menguasai permainan ciuman ini, aku pun tidak ingin kalah dan membalas keganansan ciuman ibuku dengan penuh semangat dan nafsu.

    Mungkin ciuman itu berlangsung sekitar 3 menit dan kemudian ibuku berhenti menciumku dan dia langsung memelukku. Pelukan ibu benar-benar tersa sangat hangat. Ibu mendekatkan bibirnya keteingaku dan berbisik kepadaku.

    “sayang, kamu mau gak puasin mamah malam ini, mamaf udah gak tahan ingin di puasin malam ini, mamah ingin ngentot sama kamu sayang” kata ibuku

    Mendengar bisikan ibu membuat ku semakin bernafsu dan kontolku semakin tegang dan mengeras.

    “iya mah, toni mau muasin mamah malam ini, toni akan berikan yang terbaik untuk amamh dan mamah pasti akan puas.” Jawabku.

    Sesaat kemudian ibuku melepaskan pelukanya, kemudian dia membuka piyamanya. Tubuh ibu yang putih mulus dan sexi yang aku lihat tadi siang ketika ibu lagi mandi kini berada di depanku dan telihat dengan jelas betapa indahnya wanita di depan hadapanku ini.

    Dua buah susu yang menggantung dan memek tembem yang di tumbuhi bulu halus membuat nafsuku semakin menjadi-jadi. Tanpa di komandoi ibuku aku langsung menciumi memek ibuku, menjilati klitoris ibuku. Rasanya sangat nikmat, terasa asin dan gurih hehe.

    “oohhhh. Aaahhhh enak sayang. Trusin sayang .. ooohhhhh” kata ibu sambil mendesah menikmati permainan mulutku.
    “sayang kamu kog pinter banget sih, kamu udah pernah ML ya. Ohhh sssssttt ahhhh” tanya ibuku sambil mendesah dan menjambak rambutku.
    “hehehe. Iya mah” jawabku sambil nyengir.
    “enak bnget sayang. Trusin sayang, masukin jari kamu sayang di kocok yang kenceng sayang” kata ibu

    Aku pun menuruti perintah ibuku, ibu terlihat sangat menikmati tubuhnya bergerak-gerak karna gerakan tanganku di dalam memeknya. Beberapa saat kemudian aku menghentikan aksiku karna aku gak mau ibu orgasme duluan sebelum aku memasukkan kontolku kedalam memeknya yang tembem itu.

    “mah, emutin kontolnya toni dong” pintaku
    “iya sayang, sini mamah emutin” jawab ibuku

    Kemudian aku membuka baju dan celanaku, kontolku yang selama itu terkurung di balik celanaku akhirnya bisa keluar dan bebas. Aku berdiri d depan ibuku.

    “kontol kamu besar banget toni, kontol papah aja kalah, hehe” kata ibuku
    “iya mah, dengan kontol ini toni akan puasin mamah” balasku

    Kemudian ibu langsung menjilati ujung kontolku dan memasukkannya kedalam mulutku, aku baru kali ini merasakan kontolku di emut oleh perempuan, ya walupun sering ML sama pacarku tapi dia gak mau ngemuti kontolku, rasanya sungguh nikmat,

    “ahh. Enak mah, sambil d kocok mah kontolku” kataku
    “iya sayang” balas ibuku

    Ibuku pun melakukan apa yang aku perintahkan. Ibu sangat pintar dalam hal menyepong kontol, mungkin karna sering melakukanya dengan papah. Sekitar 4 menit ibuku mengemuti kontolku yang lumayan besar ini ya walaupun gk sebesar kontol orang barat. Hehe

    ‘’sayang masukin dong kontol kamu ke memek mamah, mamah udah gak tahan sayang” pinta ibuku.
    “iya mah, toni masukin”jawabku

    Aku pun mundur sedikit kebelakan, posisi ibuku tidur terlentang sambil kedua kaki di buka (mengkangkang, gak tau d tempat kalian bahasanya apa). Aku mulai memainkan kontolku, aku tepuk-tepukkan kontolku kememek mamah, aku gesek gesekan kontolku ke klitorinya, mamah semakin bernafsu, nafasnya semngakin terengah-engah.

    “sayang cepetan di masukin, jngan buat mamah menunggu lama sayang” kata ibuku

    Aku pun memasukkan kontolku ke memek ibuku, walaupun ibu berumur 38 tahun tapi memeknya masih sempit, mungkin karna ibu sering melakukan perawatan terhadap memek nya, setelah berusaha sedikit keras akhirnya kontolku pun bisa masuk kedalam memek , ibuku, rasa hangat yang menyelimuti kontoku, rasa basah becek yang aku rasakan ketika kontolku masuk kedalam memek ibu membuatku semakin bernafsu, sambil menggenjot ibuku, akupun meremas-remas kedua buah susu ibu yang sangat besar itu,

    “ahhhh.. ssssss ohhhhhh enak bnget sayang, trus genjot yang kenceng sayang, yang kenceng ahhhh. “ desahan yang sangat erotis membuatku semakin bersemangat.

    PLOK PLOK PLOK PLOK. Begitulah kira kira suara ketika kontolku beradu dengan memek ibu.

    “mah enak gak mah, nikmat gak mah, mamaf puas gak?”tanya ku sambil terus menggenjot memek ibu.
    “aaaahhh,, iya sayang, enak banget, nikmat banget, puasin mamah trus sayang. Ahhhh oohhh ssssstt aahhh..” kata ibuku sambil tak henti-hentinya mendesah.
    “iya mah, malam ini akan menjadi malam terindah untuk mamah, toni akan puasin mamah sampai maksimal” kataku

    Setelah beberapa menit aku menggenjot dan mulai kluar kringan d tubuhku dan tubuh ibuku, aku pun berhenti dan meminta ibu untuk bertukan posisi. Kali ini aku minta posis WOT.

    “mah capek nih, tukar posisi dong, mamah diatas ya, gantian mamah yang genjot”kataku
    “iya sayang.”kata ibu

    Kemudian ibu bangun dari tidur terlentangnya dan aku yang gantian tidur terlentang. Ibu mulai menaikiku dan memasukkan kontolku kedalah memeknya.

    “aahhhh.. sayaaaanggg…” desah ibuku sambil nenggenjot.
    “enak mah, terusin mah. Enak” kataku

    Mamah sangat bersemangat, dia menggenjot kontolku dengan penuh nafsu.

    “enak sekali sayang, aaahhhhh ohhhhhhhh. Kamu bner-bener pinter muasin mamah sayang”kata ibu sambil trus menggenjot dan mendesah.
    “iya dong mah, kan toni udah janji akan muasin mamah malam ini”

    Sudah sekitar 16 menit kami ML dan kamu belum juga mencapai puncak, ternyata ibuku juga tahan berlama-lama. Mungkin dia tidak ingin mengakhiri kesenangan dan kenikmatan ini dengan cepat begitupun aku, aku berusah untuk tetap tahan dan tidak keluar duluan, karna aku masih ingin trus menikmati memek ibu yang tembeh nan indah itu, sambil ibu menggenjot akupun sambil meremas-remas susunya.

    Karna ibu terlihat sudah capek kamipun berganti posisi seperti semula, ibu d bawah dan aku yang menggenjot. Kali ini kontolku bisa masuk dengan mudah ke dalam memek ibu karna memek ibu suadah sangat basah dan ada sedikit ledir yang keluar dari dalam memek ibu

    “sayang, genjot yang cepet sayang.aaaaaaahhhh.. trus sayang, bentar lagi mamah mau kluar” kata mamah sambil mendesah tanda bahwa dia sangat menikmati permainan ini
    “iya mah, toni juga udah mau keluar.” Kataku

    Akhirnya setelah 20 menit kami melakukan permainan ini, buku pun orgasme

    “mamah keluar duluan sayang. Ahhhhhhhh ooohhhhh sssssssttttt” desahan ibu terdengar lebih keras tanda dia sudah keluar, tangannya mencengkram bantak yang ada di sampingnya denga kuat dan tubuh ibu menggeliat.

    Semprotan cairan dalam memek mamah menerpa kontolku, begitu hangat dan nikamt membuatku juga sampai ke puncak permainan

    “mah toni mau keluar juga nih, toni keluarin di dalam memek mamah ya” kataku
    “iya sayang keluarin, keluarin di dalam memek mamah yang banyak sayang” kata ibu
    “mah aku kluar, aku kluar, ahhhhhhh”

    Akhrinya spermaku menyembur keluar masuk kedalam memek mamah dan menembus rahimnya, rasanya nikmat sekali ketika menyemburkan sperma kedalam memek. ibu pun menggeliat ketika semburan spermaku menusuk di dalam memeknya. Aku pun menarik keluar kontolku dan ketika aku menarik keluar kontolku mengalir sedikit lelehan spermaku yang aku keluarkan di dalam memek ibuku.

    Ibu terkapar lemas dengan nafas berat dan terengah-engah. Aku juga terkapar di samping tubuh ibu, aku mencium bibir ibu dengan lembut dan dia juga membalas ciumanku dengan lembut juga

    “makasih ya sayang, mamah bener-bener puas malam ini” kata ibuku
    “iya mah, toni juga puas banget” jawabku.

    Beberapa saat kemudian aku memakai bajuku dan ibu juga memakai piyamanya kembali, tanpa sadar ternyata film horor yang kami tonton sudah berakhir, laku aku keluar dari kamar ibu sambil membawa kaset film horor yang kam tonton setenganya tadi. Sebelum sempat aku keluar kamar, ibu memanggilku.

    “toni..” panggil ibuku
    “iya mah” jawabku sambil menoleh ke arah ibu
    “kejadian malam ini jangan bilang papah ya sayang.” Kata ibuku
    “iya mah, toni janji akan jaga rahasia” kata ku
    “makasih sayang, mamah puas sekali, mmuuaaacchh.” Kata mamaku sambil memberikan kiss bye

    Aku hanya tersenyum dan beranjak meninggalkan kamar ibu. Sampainya di kamarku aku terdiam sejenak dan berfikir

    “kenapa ibu tadi bisa ML sama aku ya” pikirku dalam hati, ah sudah lah mungkin ibu merasa kesepian karna papah slalu pulang larut malam yang penting malam inia ku puas dan menjadi malam terbaiku…

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Selingkuh Ngentot Sama Istri Abang Tukang Bakso

    Cerita Sex Selingkuh Ngentot Sama Istri Abang Tukang Bakso


    2591 views

    Perawanku Cerita Sex Selingkuh Ngentot Pada dasarnya, gua ini orang yang senang bergaul. Gua orang yang gemar berada dalam sebuah komunitas atau perkumpulan. Baik yang positif (apalagi) yang rada negative. Hehe.

    Tapi, seperti halnya kebanyakan masyarakat urban, masyarakat kelas menengah ngehek, gua justru luput menjalin hubungan dengan tetangga sekitar.
    Cerita Sex Selingkuh – Gua gak tau siapa-siapa tetangga yang tinggal bahkan disebelah rumah gua sendiri. Tapi sebetulnya, selain karena memang gua yang kurang peduli juga karena sebelah rumah gua itu kontrakan rumah toko (ruko) yang penghuninya sering berganti seiring musim yang sedang terjadi.
    Kalo musim hujan, biasanya ruko diisi sama tukang bakso. Kalo musim kemarau, diisi sama tukang cendol. Gua gak tau bakal diisi sama tukang apa kalo di Indonesia ada musim salju. Besar kemungkinan diisi sama tukang jamu.
    Suatu hari, dirumah gua menggelar sebuah pertemuan yang dihadiri ratusan orang. Karena rumah gua gak cukup untuk menampung ratusan orang (rumah gua cuma cukup menampung 99 orang. Hehe) maka terpaksa harus menggelar tiker sampai keluar rumah, yaitu jalanan komplek yang sekaligus menjadi jalanan umum masyarakat sekitar menuju jalan raya utama.
    Gua baru sampai rumah jam 8 malam dan cukup kaget melihat rumah gua bak studio JKT48. Gua pikir omongan nyokap dipagi hari, “Nanti malem ada acara dirumah..” cuma acara rutin macem pengajian atau arisan warga, ternyata lebih dari pada itu.
    Karena enggan, “permisi-permisi..” untuk masuk ke dalem rumah, gua pun akhirnya menunggu acara selesai disebelah rumah. Diruko tukang jamu, eh, ruko tukang bakso.
    Satu jam berlalu sambil ngobrol ngalor-ngidul sama kang bakso yang tau muka tapi tidak tau nama gua, begitu pun dengan gua sendiri. Akhirnya kami pun berkenalan. Dan akhirnya kang bakso yang bernama Mas Mujiono ini gua pake. Yakali!
    Mas Muji, begitu biasa dia disapa, usianya hampir 50 tahun. Dia baru punya satu anak perempuan, namanya Ria. Usianya tak lebih dari 10 tahun. Sedang lucu-lucunya. Waktu gua ngobrol sama Mas Muji, Ria beberapa kali keluar masuk menggali perhatian gua yang sebelumnya, saat pertama kali melihat dia, gua menggodanya. Anak kecil tau sendiri kalo digodain, maunya terus dan terus.
    Karena tak kuat menahan kencing, gua pun meminta izin Mas Muji untuk pakai kamar mandinya. Mas Muji kemudian mempersilahkan gua setelah sebelumnya masuk ke dalam. Besar kemungkinan dia sedang membersihkan kamar mandinya agar “layak dipinjam”.
    Ruko Mas Muji ini memiliki tiga ruangan/petak. Petak pertama tempatnya berjualan, petak kedua kamar tidur, dan petak terakhir dapur serta kamar mandi. Lebarnya 4 meter dan panjang 10 meter. Yang berminat ngontrak silahkan pm. Lah!
    Saat masuk kedalam, menuju kamar mandi, ada istri Mas Muji, sedang menonton tv. Karena gua diantar Mas Muji, gua pun hanya sepintas lalu melihat istrinya yang sedang ‘diusel-usel’ sama Ria.  Agen Obat Kuat Pasutri
    Setelah selesai buang hajat, (yap, abis kencing, mendadak gua mau boker) gua pun keluar kamar mandi. Saat baru saja keluar dari area dapur memasuki area kamar tidur, Ria (kembali) ngajak bercanda. Dia sembunyi dibalik tembok, kemudian seperti seolah-olah mengagetkan gua sembari memeluk sekitaran kaki dan paha gua sambil tertawa cekakakan.
    Mas Muji yang sedang melayani pembeli terdengar memperingatkan buah hatinya itu untuk tidak mengganggu. Tapi apakah gua merasa terganggu? Tentu tidak. Kejadian itu gua manfaatkan untuk melihat dengan seksama sosok istri Mas Muji.
    “Wow..” Gerak mulut gua saat melihatnya. Istri Mas Muji kemudian meminta Ria untuk kembali anteng atau duduk dikasur. Gua sempat tersenyum dan menganggukkan kepala saat saling menatap dengan istri Mas Muji. Dia pun balas tersenyum dan mengangguk.
    Mas Muji ini sepertinya punya aji-ajian dari mbah dukun. Karena kalo dicari alasan logis perempuan muda, cantik, dan bahenol macam istrinya ini mau ‘diajak’ susah menjalani hidup sama dia, gua gak nemuin.
    Istrinya Mas Muji ini cuantik, rek!
    Untuk bersanding sama lelaki umur 50 tahunan yang berprofesi sebagai kang bakso, istrinya malah bisa dibilang cantik banget.
    Bukan bermaksud merendahkan tukang bakso, tapi wajarnya perempuan cantik yang umurnya terpaut 20 tahun dengan seorang lelaki, cuma akan menikah sama kang korupsi, kang tender, atau kang-kang lainnya yang punya harta melimpah. Lah Mas Muji?
    Nama istri Mas Muji ini tak lain dan tak bukan adalah Teh Lilis. Dia dipanggil “Teh” karena lahir dan besar di … Ambon. What? Hehe.
    Teh Lilis ini aseli Ciamis. Dia berkenalan dengan Mas Muji diarea wisata pantai daerahnya. Selang sebulan perkelanannya itu, Teh Lilis dilamar dan kemudian dinikahi lalu dibojong Mas Muji ke Jakarta.
    Ini yang tadi gua bilang kalo Mas Muji punya aji-ajian. Saat berkenalan dan hendak mempersunting Teh Lilis, usaha bakso Mas Muji hanyalah sekala gerobak dorong yang mana tidak mempunyai pelanggan tetap. Mas Muji mengumpulkan keuntungannya berdagang selama lebih dari 10 tahun untuk menikah dan mencari peruntungan lebih besar dengan mengontrak toko, bahasa kitanya, mangkal. Agar punya pelanggan tetap dan usaha berkembang.
    Cerita Sex Selingkuh Ngentot Sama Istri Abang Tukang Bakso

    Cerita Sex Selingkuh Ngentot Sama Istri Abang Tukang Bakso

    Laba selama 10 tahun itulah modal Mas Muji menemui orang tua Teh Lilis dan memboyongnya ke ibu kota. Kalo Mas Muji gak punya aji-ajian, rasanya orang tua Teh Lilis enggan menyerahkan buah hatinya yang cantik nan montok itu.
    Sejarah singkat diatas, disponsori langsung oleh Mas Muji sendiri (selain dugaan punya aji-ajian, tentu saja). Keabsahan dan keakuratannya jelas terverifikasi serta dapat di pertanggungjawabkan. Ngok!
    Tidak ada hal istimewa yang terjadi setelah perkenalan dengan tetangga sebelah rumah gua ini. Semua kembali normal seperti biasanya, seiring selesainya acara yang berlangsung dirumah gua. Janganlah kalian berharap gua langsung doggiestlye sama Teh Lilis disaat Mas Muji menggodok gilingan baksonya, jangan! Semua berjalan seperti hari-hari sebelumnya.
    Awal mula perkenalan langsung gua sama Teh Lilis adalah saat gua hendak keluar rumah. Waktu itu gua memarkirkan kendaraan disebelah rumah atau lebih tepatnya didepan ruko Mas Muji karena lupa membawa pulpen. Ou, ouw. Jangan sepelekan pulpen. Googling, ‘lost your pen’ untuk keterangan lebih lanjut.
    Karena masih pagi, warung Mas Muji masih tutup. Itu kenapa gua santai aja parkir didepan rukonya. Sekembalinya mengambil pulpen, gua ketemu Ria sama ibunya yang mau berangkat ke sekolah. Gua pun dengan tulus ikhlas tanpa niat kotor mengajak mereka bareng.
    Sebenarnya jarak antara area sekolahan sama rumah gua tidaklah jauh-jauh amat. Bahkan tidak lebih dari 2 km. Tapi atas dasar perputaran ekonomi, masyarakat sekitar rumah gua lebih memilih naik ojek ketimbang jalan kaki. “Bagi-bagi rejeki..” begitu alasan dari keengganan berjalan kaki masyarakat urban saat ini.
    Teh Lilis awalnya sempat menolak karena mungkin malu atau segan. Tapi karena Ria langsung setuju dan naik ke dalam kendaraan, Teh Lilis tak bisa berbuat apa-apa.
    Teh Lilis tampak malu dan kaku, dia membatasi gerak Ria di dalam mobil. Gua sesekali mnggoda Ria dan meng-gpp-kan usaha Teh Lilis meredam tingkah random anaknya. “Gpp, Mba.. Ih, si Mba, kaya gak pernah kecil aja..”
    “Bapaknya mana? Masih tidur ya?” Kata gua, bertanya pada Ria yang tampak antusias (mau gua sebut ‘norak’ ga tega) mencet-mencet dan melihat monitor didepannya. Ria hanya menjawab sepintas lalu tanpa melihat kearah gua, “Iya..” katanya.
    Teh Lilis yang menyadari tingkah anaknya menggelengkan kepala dan tersenyum malu. Karena anaknya tak menggubris, gua pun lalu mengajak berbicara ibunya. Eaaa. Kalo kata pepatah, “Habis jatuh tertiban janda”
    Kalo kata orang jawa, malahane.
    “Mba, siapa namanya?”
    “Lilis..”
    “Aslinya juga satu daerah sama Mas Muji?”
    “Oh, ngga. Saya mah dari Ciamis..”
    “Ooh, urang sunda. Teteh, dong ya, manggilnya..”
    “Hehe, iya..”
    Lagi-lagi kalian jangan berharap gua langsung akan meng-wot-kan Teh Lilis didalam mobil. Karena tak lama dari obrolan perkenalan diatas, kami tiba diarea sekolahan. Lagipula masih ada anak dibawah umur.
    Setelah kami berpisah semuanya kembali normal seperti biasanya lagi. Tak ada niat kotor, tak ada pikiran mesum, meski bertemu dan bertukar senyum dengan Teh Lilis di hari-hari berikutnya.
    Sampai akhirnya, awal mula kemesuman yang kalian tunggu-tunggu hadir juga.
    Gua kedatangan tamu dari jauh, seorang teman lama. Kolega gua dalam usaha membawa cewe-cewe mabuk ke dalam gubuk.
    Namanya Udjo. Saat ini dia sudah tinggal diluar kota bersama istri, anak, dan ibu mertuanya. Sepaket.
    Gua mengajak Udjo makan bakso ditempat Mas Muji karena enggan menambah kemacetan ibu kota diakhir pekan. Entah karena akhir pekan atau habis hujan, ruko Mas Muji kebanjiran pembeli.
    “Alhamdulillah, ya Mas kebanjiran pembeli, bukan kebanjiran air got!” Kata gua, coba mencairkan raut sibuk Mas Muji sehingga membuatnya tertawa. Karena ramai, tentu saja, Teh Lilis membantu suaminya melayani pembeli.
    Saat itulah, Udjo memberi kode dengan menyolek-nyolek paha gua. Semacam isyarat yang berbunyi, “Bro, Anjirr. Bininya cakep bener nih tukang bakso!”
    Gua hanya tersenyum dan sesekali menghentikan colekan Udjo. “Lu kata gua sabun!” kata gua juga dalam bahasa isyarat. Isyarat laraswati~
    Gua sama Udjo pun terlibat obrolan tanpa suara saat menunggu baksonya datang. Kalian tau macam mana obrolan tanpa suara, kan? Taulah, pasti. Haha.
    Gua menyikut Udjo saat dia mulai ekstrim memandang Teh Lilis yang entah sedang mengambil kembalian atau mencuci mangkok. “Lah, elu mah enak, mau ngeliatin dia pake muka mesum macam apa juga gak masalah. Gua, yang gak enak!” Kata gua saat kembali berbincang dirumah.
    “Tapi asli, bro. Itu tadi mbanya boleh tuh, asli. Lah, lakinya aja udah aut, bro!”
    “Aut?” Tanya gua, gak ngerti.
    “Iya, aut. Tua, bego!” Jawabnya menjelaskan sambil tertawa.
    Cerita Dewasa Selingkuh – Gua pun tertawa dan mencoba mengalihkan topik pembicaraan. Tapi Udjo seperti sudah dirasuki iblis mesum piaraan gua sendiri. Dia berkata dengan begitu yakin, “Kalo gua jadi lu, bro. Gua sikat tuh bininya kang bakso! Asli!”
    “Sikat, ndasmu sempal!” Balas gua menyudahi kemesuman yang ada.
    ***
    Cerita Sex Selingkuh Ngentot Udjo benar-benar menginspirasi gua untuk menggagahi Teh Lilis. Dia seolah memberikan gua keyakinan kalo Teh Lilis pasti mau diajak selingkuh. “Asli, pasti mau!” begitu kata Udjo, dengan keyakinan tingkat wali.
    Dan, iblis pun menyusun situasi mesum untuk gua.
    Malam itu gua sampe rumah sudah sangat larut, sekitar jam 1an. Gua ngeliat Teh Lilis sedang belanja diwarung klontong milik orang Madura, yang pernah gua tanya, “Buka 24 jam ya pak?” Dijawab, “Ngga, cuma sampe pagi kok..” Okee.. Makasih pak.. ~
    Setelah markir kendaraan, gua bergegas ke warung klontong itu yang jaraknya tak jauh dari rumah gua.
    “Eh, Teh Lilis.. Belum tidur, Teh?”
    “Oh, iyaa..” Jawabnya malas. Duh, gak ada peluang nih, batin gua.
    “Beli apaan, Teh..” Tanya gua lagi.
    “Hah? Ituh, tau nih, bapaknya Ria. Minta makan mie..” Jawabnya setengah terkejut. Teh Lilis tampak murung dan melamun. Gua memandanginya dengan seksama. Baru ngeliatin dia aja, dada gua udah berdebar. Kaki gua gemeter. Dan, yap! Iblis berbisik, “tuh bos, dia nyebut Mas Muji “Bapaknya Ria” bos, bukan “Suamiku”. Itu artinya bisa digoyang imannya, bos! Lanjut, bos!”
    “Beli apa mas?” Tanya Teh Lilis? Bukan! Tanya orang Madura. Membuyarkan lamunan gua menatap Teh Lilis.
    “Oh. Rokok pak.. Lupa saya. Sama kopi juga deh..”
    “Seduh sekalian kopinya?”
    “Gak usah, pak. Eh, tapi kalo airnya baru mendidih, boleh deh..”
    Tak disangka, Teh Lilis ikut bicara.
    “Jam segini malah mau ngopi, mas. Gak tidur emangnya?”
    “Hehe, iya Teh. Masih ada kerjaan..”
    “Emang, Mas kerjanya dimana?” Tanyanya lagi. Sambil bayar gua ngomong, “Kenapa? Teteh mau ikut? Hehe.” dengan pandangan menggoda. Teh Lilis sesaat kaget, lalu tertawa.
    “Duluan, Teh..” Kata gua, kemudian cabut dari warung. Teh Lilis masih menunggu belanjaannya. Dan tak lama, dia pun bergegas pulang.
    Teh Lilis cuma berjarak 3 langkah dibelakang gua. Gua sengaja memperlambat jalan gua. Teh Lilis dilema, antara mau duluin gua atau ikutan jalan lambat. Dia milih opsi pertama, mungkin karena sudah ditungguin suaminya.
    “Ayo, mas..” Katanya saat berada disebelah gua sesaat mendahului.
    “Oh, iya Teh..” Balas gua, sok cuek dengan akting mainan gejet. Dalam hati bergejolak, “minta-ngga-minta-ngga..” Akhirnya gua memilih, Ngga! Haha, cupu banget gua. Minta nomornya aja takut! Yaiyalah, takut. Bini orang, sob!
    Tapi iblis punya rencana lain. Saat berada didepan ruko/rumah Teh Lilis, dia kembali bersuara sebelum masuk. Seolah memberikan kode, kalo dia mau kok diajak selingkuh.~
    “Awas, Mas, kesandung! Hehe” godanya, yang melihat gua jalan sambil menatap layar gejet. Gua sok cool, menengok kearahnya dan hanya tersenyum. Ingin rasanya ngomong, “Teh, minta nomor teleponnya, Teh..” Tapi itu namanya main kotor. Kemungkinan didenger Mas Muji besar, jadi gua urung melakukannya.
    Sampai kamar, gua menyusun rencana dan tidur. Kopi yang gua beli dan udah diseduh, yang hanya menjadi kamuflase itu pun tak tersentuh. “Biarlah jadi rejeki semut..” Batin gua, lalu tidur.
    ***
    Pagi-pagi sekali gua bersiap menjalankan aksi. Hemm, seperti apa aksi gua? Stay tune, gaes!
    NgeCerita Sex Selingkuh Ngentot
     
    Pagi-pagi sekali gua sudah berada di area sekolahan tempat Ria sekolah.
    Iblis benar-benar sudah menguasai diri gua. Entah dimana keberadaan malaikat.
    Rencananya, gua akan mulai mendekatkan diri sama Teh Lilis saat dia menunggu Ria. Dan, melihat umur Teh Lilis yang gak tua-tua amat, dugaan gua dia pasti gak akan ikut nunggu Ria sambil ngerumpi sama ibu-ibu lain yang juga mengantar anaknya.
    Tapi dugaan tinggal dugaan. Teh Lilis ikut membaur dengan ibu-ibu. Iblis memberi celah dengan tidak adanya ibu-ibu yang berada di sekitar Teh Lilis yang gua kenal. Jadi, besar kemungkinan juga gak ada yang mengenal gua. Tinggal kemudian gua mencari celah untuk “dilihat” Teh Lilis.
    Mulai dari bersiul kearah Teh Lilis, sampai melambai-lambaikan tangan, dia tetap tak sadar keberadaan gua. Tiba-tiba saja ide muncul saat melihat bocah sd keluar dari salah satu kelas (bukan kelasnya Ria), gua langsung mengiming-imingin jajanan dan mengantarnya kembali ke kelas seolah-olah gua adalah sodaranya.
    Teh Lilis sedikit kaget melihat keberadaan gua. Gua mengangguk dan tersenyum kearahnya. Setelah si bocah masuk kelas, gua menghampiri Teh Lilis.
    “Nganter? Siapa?” Katanya, membuka pembicaraan.
    “Oh, iya. Keponakan Teh..”
    “Oohh..” Responnya sambil beranjak dari tempat duduk hendak membeli jajanan.
    Gua sih yakin kalo dia cuma ngasih peluang ke gua, semacem kode minta ditelanjangin. Atau minimal ini settingan iblis.
    “Nungguin sampe pulang, Teh?” Tanya gua. Dia gak gak menjawab, hanya mengangguk. Raut wajahnya tampak risih. Seketika gua bagai tersambar petir. “Anjir, gua cuma kegeeran nih..” Batin gua.
    “Teh..” Sapa gua lagi. Pantang menyerah.
    “Iya..” Jawabnya, masih dengan raut wajah risih dan cenderung was-was. Gua langsung menyodorkan hp dan minta nomor teleponnya. Dang! Hp gua gak direspon.
    Tapi dia malah bilang, “Nomor Mas aja berapa?” sambil mengeluarkan hpnya dan gua pun pamit duluan setelah memberikan nomor hp.
    Gua sih ga yakin dia bakal ngontek gua, tapi atas dasar positive thinking untuk kelakuan negative, gua menunggu kontak Teh Lilis. Tak sampai satu jam, ada pesan masuk ke hp gua.
    “Ada apa ya, Mas? Maaf, saya risih ngobrol ditempat umum. Takut dikira macem-macem. Lilis.”
    Hhhuuaaa.. Teh Lilis. Macam orang dulu aja ngirim Short Messages Service. Hehe
    “Hehe, kalo gitu saya Teh yang minta maaf. Ga ada apa-apa Teh, mau kenal aja. Mau ngobrol-ngobrol. Kalo smsan gini masih risih ga, Teh? Hehe”
    “Ya kalo sms gini ga risih. Kan gak ada yang liat. Mau kenal? Kan udah kenal. Ngobrol kok sama ibu-ibu sih Mas, sama yang masih gadis aja atuh.”
    “Duh, Teh. Kalo sama gadis mah ribet Teh, ambekan. Dikit2 ngambek. Hehe. Teh Lilis tiap hari nungguin Ria?”
    “Yah Mas, ibu-ibu juga sering ngambek kok. Namanya juga perempuan. Heee. Iya, tiap hari nungguin. Mas tadi anter anaknya ponakan? Kok baru liat.”
    “Hehe, ngga Teh. Sebenernya cuma alesan buat ketemu Teteh aja ”
    “Hmm. Mas, tolong jangan nelepon saya yah klo saya lagi dirumah. Takut bapaknya Ria tau nanti malah nyangka macet-macet.”
    Pesan terakhir Teh Lilis gak gua bales, tapi gua berinisiatif langsung meneleponnya. Teh Lilis terasa begitu segan dan risih saat menerima telepon gua. Tapi meski begitu, dia juga tak memadamkan percikan untuk digoda. Gua sebagai lelaki normal yang abnormal tentu saja tak melewatkan peluang begitu saja.
    Gua mencoba membuatnya nyaman berbicara sama gua. Pelan-pelan Teh Lilis mulai ‘biasa’ dan enjoy dalam berbicara. Sesekali dia bercerita juga bertanya. Nah, kedua hal tersebut adalah koentji sebuah pedekate berhasil atau tidak.
    Akhirnya Teh Lilis menyudahi obrolan via telepon itu karena jam pulang Ria sudah tiba. Gua longok jam tangan, ‘pukul 09:50 WIB’.
    Diakhir obrolan gua sempet ngomong, “Kalo lagi suntuk sms saya aja, Teh. Siapa tau malah tambah suntuk..” seraya tertawa. Teh Lilis juga tertawa lepas saat menutup teleponnya.
    ***
    Gua pulang kerumah waktu banci pun belum dandan. Pikiran gua dipenuhi strategi-strategi menelanjangi Teh Lilis.
    Dan sepertinya, Teh Lilis ini memang minta ditelanjangi. Dia sms gua gak lama setelah gua sampai rumah.
    “Tumben Mas jam segini udah pulang? Gak jalan-jalan dulu sama pacarnya? Lagi marahan ya.. Hehehe”
    Gua sempat kaget mendapati sms Teh Lilis, karena pas gua liat sebelum masuk rumah, Teh Lilis lagi momong Ria di dekat Mas Muji. Mas Muji sendiri sedang melayani pembeli yang gak banyak-banyak amat dan gak sedikit juga.
    “Hehe, bisa aja Teteh. Lagi nonton tv apa masih di depan Teh? Tadi saya lihat kan Teteh di depan.”
    “Iya, lagi nonton tv. Udah ga di depan, banyak pembeli. Lagi sekalian nidurin Ria.”
    “Nidurin Ria? Mau juga dong Teh, ditidurin. Ahahaha. Becanda, Teh. Loh, banyak pembeli kok gak bantuin Mas Muji?”
    “Hmm. Untung cuma becanda. Bantuin kok, tapi sambil nonton tv. Heee.”
    “Owgitu..”
    Biajingan, gua keabisan ide sampe cuma begitu doang bales smsnya. ‘Owgitu..’ Sms macam apa itu? Macem lagi wasapan atau bbman aja. Padahal di sms tersedia 140 karakter. Eh, bener apa ngga ya? Bodo, ah. Haha.
    Tapi ditengah keputusasaan balesan sms gua, Teh Lilis memainkan perannya.
    “Besok nganter lagi Mas?”
    “Nganter, bareng aja Teh.”
    “Gak ah. Ngerepotin.”
    “Yah, Teh. Timbang gitu aja ngerepotin.”
    “Heeeehe. Boleh deh kalo gak ngerepotin.”
    “Eh, sebenernya emang ngerepotin sih Teh. Kecuali kalo abis nganter trus Teteh nungguin Ria-nya diluar sama saya, baru gak ngerepotin.”
    “Hmm. Keluar kemana Mas?”
    “Gak usah jauh-jauh Teh. Biar jam setengah sepuluh udah sampe sekolahan lagi. Kemana aja, yang penting bisa ngobrol-ngobrol.”
    “Gak ah. Takut ada yang liat Mas.”
    “Ya kalo gitu, kita pergi ketempat yang gak ada orang liat. Hehe.”
    “Mas bisa aja. Udahan dulu ya, Mas. Jangan sms lagi.”
    Huhu. Yes!
    07:00 WIB
    Besoknya, seperti yang sudah dismskan semalem, gua nganter Ria dan Teh Lilis dengan bergaya seolah-olah gak janjian.
    Cerita Sex Selingkuh Ngentot Teh Lilis sempat bertanya, “Keponakannya mana Mas?” waktu perjalanan ke sekolah. Tapi gak gua jawab, karena pun dia nanya dengan raut wajah menggoda. Jiguri.
    Setelah sampai sekolahan, Teh Lilis mengantar Ria ke kelas. Gua kemudian meneleponnya, memberitau kalo gua nunggu diseberang jalan utama sekolahan. Teh Lilis hanya membalas dengan suara, “Hmm.. He’em.. Iya. Iya. He’em..”
    07:30 WIB
    Tak sampai 20 menit, Teh Lilis sudah masuk ke dalam mobil yang gua parkir di minimarket. Gua sedang berada di dalam membeli ‘perlengkapan perang’.
    Mobil sengaja menyala dan gak gua kunci, Teh Lilis menjalankan semua perintah gua. Nice.
    “Kemana Mas?” Tanya Teh Lilis waktu gua baru masuk mobil.
    “Kemana ya?” Kata gua sambil memandanginya dari atas sampai bawah, tanpa ada gangguan sedikitpun. Muka Teh Lilis seketika memerah. Kemudian memalingkan pandangannya.
    Teh Lilis hanya memakai celana piama. Celana tidur dipadu dengan daster sedengkul dan jaket. Badannya yang bahenol terlihat dari balik pakaian yang berbahan lemas itu. Meski jaket blazernya coba menutupi.
    Gua mulai nakal dengan menyentuh bagian rusuknya. Teh Lilis reflek bergoyang. Sekali, dua kali, sampai akhirnya Teh Lilis menghadap gua, lalu meraup wajah gua. Seperti sedang menampar, tapi tanpa tenaga.
    Cerita Sex Selingkuh Ngentot “Bajingan, berani nyentuh gua nih ibu-ibu..” Batin gua. Gua pun langsung memanfaatkan dengan memegang tangannya. Teh Lilis membeku. Gua berdebar tak karuan.
    “Yang penting, cabut dulu aja Teh dari sini..” Kata gua kemudian sambil keluar parkiran dan gas pol entah kemana.
    Dijalan, gua menimang-nimang tempat tujuan. Teh Lilis gak banyak bicara, cenderung sedikit grogi. Raut wajahnya juga tampak khawatir. Entah khawatir gua apa-apain atau khawatir perbuatan nekatnya ini ketahuan Mas Muji.
    07:50 WIB
    Di depan gerbang hotel, gua berhenti dan memandang Teh Lilis. Satu, dua, tiga detik, Teh Lilis tak kunjung memandang balik. Gua menggoyangkan jari di lingkaran stir.
    Teh Lilis memandang balik. Raut wajahnya bukan sekedar bertanya “Ngapain berhenti didepan hotel?” tapi juga, “..Kalo mau masuk, ya masuk.”
    Gua tersenyum lebar. Teh Lilis menghembuskan nafas panjang. Iblis berdendang dijok belakang. Malaikat terbelenggu didalem bagasi.
    ***
    08:00 WIB
    “Mas ngapain kita kesini?” Tanya Teh Lilis saat sudah duduk dibibir kasur hotel.
    “Ngapain ya Teh enaknya? Hehe. Ngobrol aja Teh..” Jawab gua sambil merebahkan badan dikasur. Teh Lilis membelakangi gua.
    “Kan, kalo ngobrol disini gak bakal ada yang liat Teh..”
    Teh Lilis sesekali menengok kebelakang, melihat posisi pewe gua. “Sini, Teh, nontonnya sambil rebahan. Kaya waktu saya pertama ngeliat Teteh, kan lagi nonton tv sambil tiduran gini..” Goda gua.
    Cerita Sex Selingkuh Ngentot Teh Lilis kembali menengok dan tertawa malu. “Saya duduk, sih waktu itu. Gak tiduran. Dibilangin bapaknya Ria, mau ada yang numpang kamar mandi.”
    Didalam kamar, hampir selama setengah jam, hanya gua habiskan dengan ngobrol gak jelas. Sama-sama malu. Sama-sama grogi. Tapi lambat laun, Teh Lilis mulai santai dan berkeliling kamar hotel.
    Duduk dimeja rias. Ke kamar mandi. Buka-buka kulkas dan baca majalah. Sesekali mendekat ke arah gua untuk bertanya sesuatu yang ada dikamar hotel. Gua pun justru larut dengan menyia-nyiakan waktu yang ada sambil glesoran dikasur.
    Madep kanan, madep kiri, tungkerep, telentang. Glesoran gak karuan.
    Sampai akhirnya gua bertanya sesuatu, “Eh, Teh. Kok umurnya bisa beda jauh sih sama Mas Muji?”
    Teh Lilis yang sedang duduk didepan meja rias sambil baca majalah kemudian berdiri. Mukanya seketika kesal. “Saya mau balik ke sekolahan, Mas..” Katanya.
    Doh, ngambek!
    Teh Lilis lalu berjalan menuju pintu, gua langsung beranjak dari kasur dan menahannya.
    Kemudian gua minta maaf kalo ada sesuatu yang menyinggung. Teh Lilis tak bergeming. Gua sedikit menarik tangannya. Yang terjadi kemudian sungguh diluar perkiraan.
    Gua hanya menarik tangannya pelan untuk mendapat perhatiannya yang sebelumnya enggan memandang gua. Tapi reaksi Teh Lilis seperti baru saja di uppercut Muhammad Ali.
    Dia merobohkan badannya yang secara otomatis menimpa badan gua yang lalu terjatuh dikasur.
    Sesaat kami saling pandang. Kedua tangan Teh Lilis berada didada gua, sedikit menopang tubuhnya.
    Gua lalu melingkarkan tangan gua dibadannya. Teh Lilis tak bereaksi. Masih memandangi gua. Gua salah tingkah. Muka Teh Lilis sedikit berubah menjadi sangat serius. Sesekali dia memejam.
    Kemudian gua meraih kedua tangannya. Badan Teh Lilis sepenuhnya menindih badan gua. Payudaranya yang montok mendarat tepat didada gua. Muka Teh Lilis makin berubah saat gua menggoyangkan badannya. Bibirnya bergerak-gerak seperti ingin melumat atau berkata sesuatu.
    Gua melepaskan jaket blazzernya. Ariel sudah tegangan tinggi. Kaki Teh Lilis lurus diatas gua.
    Gua lalu meremas bokongnya agar kakinya terbuka. Dan, yap, Teh Lilis mengangkang diatas gua dengan wajah horny.
    Ariel yang sudah tegangan tinggi terasa bersentuh dengan bagian vagina Teh Lilis. Gua menggoyangkan pinggul naik-turun sambil meremas bokongnya. Sebentar saja, Teh Lilis sudah mengikuti irama goyangan.
    “Sssstttt..” Desisnya sambil memejamkan mata. Giginya seperti sedang menggigit sesuatu. Gua makin kencang meremas bokongnya.
    Tiap gua remas dan bergoyang, Teh Lilis berdesis sambil mengatur nafas. “Sssssttt..”
    Tangan gua masuk ke dalam celana piamanya. Mudah saja buat gua karena hanya berbahan kolor. Setelah didalam celana, tangan gua gak meremas bokongnya, tapi langsung menyentuh vaginanya dari atas.
    Teh Lilis langsung mencengkram wajah dan melumat bibir gua. “Eemmm…” Desah gua.
    Sambil berciuman, saling melahap satu sama lain, gua menarik-narik kancut Teh Lilis. Teh Lilis bergeliat sambil menggoyangkan sendiri pinggulnya. “Sssssttt…hhuuu..” Desahnya kali ini.
    Gua lalu mulai meremas payudaranya. Teh Lilis memberi ruang dengan sedikit mengangkat tubuhnya yang berada diatas gua. Sebentar saja, gua langsung membuka tali branya dan mengangkat daster serta branya.
    Payudara montok Teh Lilis menggantung diatas wajah gua. Dia menahan tubuhnya dengan kedua tangan dikasur. Setelah menikmati aroma tubuhnya, gua mulai mengulum puting payudara Teh Lilis.
    Dari payudara yang satu, ke yang lain. Secara adil gua kulum dan remas payudaranya. Teh Lilis menggoyangkan badannya saat gua sedang melahap salah satu payudaranya.
    08:40 WIB
    Sambil menjilati putingnya, gua kembali meremas bokongnya.
    Teh Lilis makin menikmati kebejatannya. Dia membuka celananya pake satu tangan dengan gerakan yang dinamis, tanpa mengganggu gua yang sedang melahap payudaranya. “Ssssttt.. Aahh..” Desahnya.
    Gua lalu membalikkan badan. Teh Lilis telentang sambil bergeliat saat gua melepas celana. “Dasternya, buka Teh..” Kata gua saat hendak menjilati vaginanya yang masih tertutup. Teh Lilis membuka dasternya dan tapi kemudian menarik wajah gua dan memberikan ciuman dahsyat. Dia mencium sambil menyedot.
    Gua memasukkan tangan ke dalam kancutnya dan menyentuh vaginanya. Teh Lilis makin melumat bibir gua. Lalu gua memaikan jari dimulut vaginanya. Basah!
    Vagina Teh Lilis sudah basah saat gua melepaskan kancutnya, dan saat hendak menjilati, lagi-lagi dia menarik kepala gua. Gua pun akhirnya hanya mengocok vaginanya dengan jari sambil menjilati payudaranya. “Aaaahhhh.. Sssttt.. Aaaauuggghh..” Desahnya.
    Kemudian gua memasukkan satu lagi jari ke dalam vaginanya. Teh Lilis mengerang sambil mencengkaram leher gua. Gua melepaskan cengkramannya sambil mempercepat gerakan jari mengocok vaginanya.
    Untuk mendapatkan hasil maksimal, gua menegakkan dudukan badan. Yang tadinya sedikit membungkuk mengulum payudara, menjadi duduk tegap disamping badan Teh Lilis yang bergeliat keenakan.
    Pemandangan dari sini adalah yang terbaik saat sesi porplei, bro.. Haha. You, know lha.
    Teh Lilis tak dapat menyembunyikan raut wajah malu bercampur nafsu saat gua sengaja mengocok vagina sambil memperhatikannya. “Enak, Teh..” Kata gua.
    Entah pertanyaan bodoh macam apa itu. Sialnya, itu pertanyaan yang sering diajukan lelaki saat sedang memberikan nikmat ke wanita yang sesang dieksekusi.
    Teh Lilis menutupi wajahnya dengan bantal saat tak kuasa mendesah. Dia mendesah dibalik bantal. Gua langsung menyingkirkan bantal. Wajah Teh Lilis tampak sudah tak perduli. Dia benar-benar menikmati gerakan jari-jari gua.
    “Aaahhh, aaakkhhh, hhhaaaahhh..” Desahnya sambil meremas salah satu payudaranya. Payudara yang lain, gua bantu meremas.
    Sesaat gua bertanya-tanya. “Ini orang udah punya anak kok pentilnya masih bagus?” Sambil memilin dan meremas buah dadanya.Pagi-pagi sekali gua sudah berada di area sekolahan tempat Ria sekolah.
    Iblis benar-benar sudah menguasai diri gua. Entah dimana keberadaan malaikat.
    Rencananya, gua akan mulai mendekatkan diri sama Teh Lilis saat dia menunggu Ria. Dan, melihat umur Teh Lilis yang gak tua-tua amat, dugaan gua dia pasti gak akan ikut nunggu Ria sambil ngerumpi sama ibu-ibu lain yang juga mengantar anaknya.
    Tapi dugaan tinggal dugaan. Teh Lilis ikut membaur dengan ibu-ibu. Iblis memberi celah dengan tidak adanya ibu-ibu yang berada di sekitar Teh Lilis yang gua kenal. Jadi, besar kemungkinan juga gak ada yang mengenal gua. Tinggal kemudian gua mencari celah untuk “dilihat” Teh Lilis.
    Mulai dari bersiul kearah Teh Lilis, sampai melambai-lambaikan tangan, dia tetap tak sadar keberadaan gua. Tiba-tiba saja ide muncul saat melihat bocah sd keluar dari salah satu kelas (bukan kelasnya Ria), gua langsung mengiming-imingin jajanan dan mengantarnya kembali ke kelas seolah-olah gua adalah sodaranya.
    Teh Lilis sedikit kaget melihat keberadaan gua. Gua mengangguk dan tersenyum kearahnya. Setelah si bocah masuk kelas, gua menghampiri Teh Lilis.
    “Nganter? Siapa?” Katanya, membuka pembicaraan.
    “Oh, iya. Keponakan Teh..”
    “Oohh..” Responnya sambil beranjak dari tempat duduk hendak membeli jajanan.
    Gua sih yakin kalo dia cuma ngasih peluang ke gua, semacem kode minta ditelanjangin. Atau minimal ini settingan iblis.
    “Nungguin sampe pulang, Teh?” Tanya gua. Dia gak gak menjawab, hanya mengangguk. Raut wajahnya tampak risih. Seketika gua bagai tersambar petir. “Anjir, gua cuma kegeeran nih..” Batin gua.
    “Teh..” Sapa gua lagi. Pantang menyerah.
    “Iya..” Jawabnya, masih dengan raut wajah risih dan cenderung was-was. Gua langsung menyodorkan hp dan minta nomor teleponnya. Dang! Hp gua gak direspon.
    Tapi dia malah bilang, “Nomor Mas aja berapa?” sambil mengeluarkan hpnya dan gua pun pamit duluan setelah memberikan nomor hp.
    Gua sih ga yakin dia bakal ngontek gua, tapi atas dasar positive thinking untuk kelakuan negative, gua menunggu kontak Teh Lilis. Tak sampai satu jam, ada pesan masuk ke hp gua.
    “Ada apa ya, Mas? Maaf, saya risih ngobrol ditempat umum. Takut dikira macem-macem. Lilis.”
    Hhhuuaaa.. Teh Lilis. Macam orang dulu aja ngirim Short Messages Service. Hehe
    “Hehe, kalo gitu saya Teh yang minta maaf. Ga ada apa-apa Teh, mau kenal aja. Mau ngobrol-ngobrol. Kalo smsan gini masih risih ga, Teh? Hehe”
    “Ya kalo sms gini ga risih. Kan gak ada yang liat. Mau kenal? Kan udah kenal. Ngobrol kok sama ibu-ibu sih Mas, sama yang masih gadis aja atuh.”
    “Duh, Teh. Kalo sama gadis mah ribet Teh, ambekan. Dikit2 ngambek. Hehe. Teh Lilis tiap hari nungguin Ria?”
    “Yah Mas, ibu-ibu juga sering ngambek kok. Namanya juga perempuan. Heee. Iya, tiap hari nungguin. Mas tadi anter anaknya ponakan? Kok baru liat.”
    “Hehe, ngga Teh. Sebenernya cuma alesan buat ketemu Teteh aja ”
    “Hmm. Mas, tolong jangan nelepon saya yah klo saya lagi dirumah. Takut bapaknya Ria tau nanti malah nyangka macet-macet.”
    Pesan terakhir Teh Lilis gak gua bales, tapi gua berinisiatif langsung meneleponnya. Teh Lilis terasa begitu segan dan risih saat menerima telepon gua. Tapi meski begitu, dia juga tak memadamkan percikan untuk digoda. Gua sebagai lelaki normal yang abnormal tentu saja tak melewatkan peluang begitu saja.
    Gua mencoba membuatnya nyaman berbicara sama gua. Pelan-pelan Teh Lilis mulai ‘biasa’ dan enjoy dalam berbicara. Sesekali dia bercerita juga bertanya. Nah, kedua hal tersebut adalah koentji sebuah pedekate berhasil atau tidak.
    Akhirnya Teh Lilis menyudahi obrolan via telepon itu karena jam pulang Ria sudah tiba. Gua longok jam tangan, ‘pukul 09:50 WIB’.
    Diakhir obrolan gua sempet ngomong, “Kalo lagi suntuk sms saya aja, Teh. Siapa tau malah tambah suntuk..” seraya tertawa. Teh Lilis juga tertawa lepas saat menutup teleponnya.
    ***
    Gua pulang kerumah waktu banci pun belum dandan. Pikiran gua dipenuhi strategi-strategi menelanjangi Teh Lilis.
    Dan sepertinya, Teh Lilis ini memang minta ditelanjangi. Dia sms gua gak lama setelah gua sampai rumah.
    “Tumben Mas jam segini udah pulang? Gak jalan-jalan dulu sama pacarnya? Lagi marahan ya.. Hehehe”
    Gua sempat kaget mendapati sms Teh Lilis, karena pas gua liat sebelum masuk rumah, Teh Lilis lagi momong Ria di dekat Mas Muji. Mas Muji sendiri sedang melayani pembeli yang gak banyak-banyak amat dan gak sedikit juga.
    “Hehe, bisa aja Teteh. Lagi nonton tv apa masih di depan Teh? Tadi saya lihat kan Teteh di depan.”
    “Iya, lagi nonton tv. Udah ga di depan, banyak pembeli. Lagi sekalian nidurin Ria.”
    “Nidurin Ria? Mau juga dong Teh, ditidurin. Ahahaha. Becanda, Teh. Loh, banyak pembeli kok gak bantuin Mas Muji?”
    “Hmm. Untung cuma becanda. Bantuin kok, tapi sambil nonton tv. Heee.”
    “Owgitu..”
    Biajingan, gua keabisan ide sampe cuma begitu doang bales smsnya. ‘Owgitu..’ Sms macam apa itu? Macem lagi wasapan atau bbman aja. Padahal di sms tersedia 140 karakter. Eh, bener apa ngga ya? Bodo, ah. Haha.
    Tapi ditengah keputusasaan balesan sms gua, Teh Lilis memainkan perannya.
    “Besok nganter lagi Mas?”
    “Nganter, bareng aja Teh.”
    “Gak ah. Ngerepotin.”
    “Yah, Teh. Timbang gitu aja ngerepotin.”
    “Heeeehe. Boleh deh kalo gak ngerepotin.”
    “Eh, sebenernya emang ngerepotin sih Teh. Kecuali kalo abis nganter trus Teteh nungguin Ria-nya diluar sama saya, baru gak ngerepotin.”
    “Hmm. Keluar kemana Mas?”
    “Gak usah jauh-jauh Teh. Biar jam setengah sepuluh udah sampe sekolahan lagi. Kemana aja, yang penting bisa ngobrol-ngobrol.”
    “Gak ah. Takut ada yang liat Mas.”
    “Ya kalo gitu, kita pergi ketempat yang gak ada orang liat. Hehe.”
    “Mas bisa aja. Udahan dulu ya, Mas. Jangan sms lagi.”
    Huhu. Yes!
    07:00 WIB
    Besoknya, seperti yang sudah dismskan semalem, gua nganter Ria dan Teh Lilis dengan bergaya seolah-olah gak janjian.
    Teh Lilis sempat bertanya, “Keponakannya mana Mas?” waktu perjalanan ke sekolah. Tapi gak gua jawab, karena pun dia nanya dengan raut wajah menggoda. Jiguri.
    Setelah sampai sekolahan, Teh Lilis mengantar Ria ke kelas. Gua kemudian meneleponnya, memberitau kalo gua nunggu diseberang jalan utama sekolahan. Teh Lilis hanya membalas dengan suara, “Hmm.. He’em.. Iya. Iya. He’em..”
    07:30 WIB
    Tak sampai 20 menit, Teh Lilis sudah masuk ke dalam mobil yang gua parkir di minimarket. Gua sedang berada di dalam membeli ‘perlengkapan perang’.
    Mobil sengaja menyala dan gak gua kunci, Teh Lilis menjalankan semua perintah gua. Nice.
    “Kemana Mas?” Tanya Teh Lilis waktu gua baru masuk mobil.
    “Kemana ya?” Kata gua sambil memandanginya dari atas sampai bawah, tanpa ada gangguan sedikitpun. Muka Teh Lilis seketika memerah. Kemudian memalingkan pandangannya.
    Teh Lilis hanya memakai celana piama. Celana tidur dipadu dengan daster sedengkul dan jaket. Badannya yang bahenol terlihat dari balik pakaian yang berbahan lemas itu. Meski jaket blazernya coba menutupi.
    Gua mulai nakal dengan menyentuh bagian rusuknya. Teh Lilis reflek bergoyang. Sekali, dua kali, sampai akhirnya Teh Lilis menghadap gua, lalu meraup wajah gua. Seperti sedang menampar, tapi tanpa tenaga.
    “Bajingan, berani nyentuh gua nih ibu-ibu..” Batin gua. Gua pun langsung memanfaatkan dengan memegang tangannya. Teh Lilis membeku. Gua berdebar tak karuan.
    “Yang penting, cabut dulu aja Teh dari sini..” Kata gua kemudian sambil keluar parkiran dan gas pol entah kemana.
    Dijalan, gua menimang-nimang tempat tujuan. Teh Lilis gak banyak bicara, cenderung sedikit grogi. Raut wajahnya juga tampak khawatir. Entah khawatir gua apa-apain atau khawatir perbuatan nekatnya ini ketahuan Mas Muji.
    07:50 WIB
    Di depan gerbang hotel, gua berhenti dan memandang Teh Lilis. Satu, dua, tiga detik, Teh Lilis tak kunjung memandang balik. Gua menggoyangkan jari di lingkaran stir.
    Teh Lilis memandang balik. Raut wajahnya bukan sekedar bertanya “Ngapain berhenti didepan hotel?” tapi juga, “..Kalo mau masuk, ya masuk.”
    Gua tersenyum lebar. Teh Lilis menghembuskan nafas panjang. Iblis berdendang dijok belakang. Malaikat terbelenggu didalem bagasi.
    ***
    08:00 WIB
    “Mas ngapain kita kesini?” Tanya Teh Lilis saat sudah duduk dibibir kasur hotel.
    “Ngapain ya Teh enaknya? Hehe. Ngobrol aja Teh..” Jawab gua sambil merebahkan badan dikasur. Teh Lilis membelakangi gua.
    “Kan, kalo ngobrol disini gak bakal ada yang liat Teh..”
    Teh Lilis sesekali menengok kebelakang, melihat posisi pewe gua. “Sini, Teh, nontonnya sambil rebahan. Kaya waktu saya pertama ngeliat Teteh, kan lagi nonton tv sambil tiduran gini..” Goda gua.
    Teh Lilis kembali menengok dan tertawa malu. “Saya duduk, sih waktu itu. Gak tiduran. Dibilangin bapaknya Ria, mau ada yang numpang kamar mandi.”
    Didalam kamar, hampir selama setengah jam, hanya gua habiskan dengan ngobrol gak jelas. Sama-sama malu. Sama-sama grogi. Tapi lambat laun, Teh Lilis mulai santai dan berkeliling kamar hotel.
    Duduk dimeja rias. Ke kamar mandi. Buka-buka kulkas dan baca majalah. Sesekali mendekat ke arah gua untuk bertanya sesuatu yang ada dikamar hotel. Gua pun justru larut dengan menyia-nyiakan waktu yang ada sambil glesoran dikasur.
    Madep kanan, madep kiri, tungkerep, telentang. Glesoran gak karuan.
    Sampai akhirnya gua bertanya sesuatu, “Eh, Teh. Kok umurnya bisa beda jauh sih sama Mas Muji?”
    Teh Lilis yang sedang duduk didepan meja rias sambil baca majalah kemudian berdiri. Mukanya seketika kesal. “Saya mau balik ke sekolahan, Mas..” Katanya.
    Doh, ngambek!
    Teh Lilis lalu berjalan menuju pintu, gua langsung beranjak dari kasur dan menahannya.
    Kemudian gua minta maaf kalo ada sesuatu yang menyinggung. Teh Lilis tak bergeming. Gua sedikit menarik tangannya. Yang terjadi kemudian sungguh diluar perkiraan.
    Gua hanya menarik tangannya pelan untuk mendapat perhatiannya yang sebelumnya enggan memandang gua. Tapi reaksi Teh Lilis seperti baru saja di uppercut Muhammad Ali.
    Dia merobohkan badannya yang secara otomatis menimpa badan gua yang lalu terjatuh dikasur.
    Sesaat kami saling pandang. Kedua tangan Teh Lilis berada didada gua, sedikit menopang tubuhnya.
    Gua lalu melingkarkan tangan gua dibadannya. Teh Lilis tak bereaksi. Masih memandangi gua. Gua salah tingkah. Muka Teh Lilis sedikit berubah menjadi sangat serius. Sesekali dia memejam.
    Kemudian gua meraih kedua tangannya. Badan Teh Lilis sepenuhnya menindih badan gua. Payudaranya yang montok mendarat tepat didada gua. Muka Teh Lilis makin berubah saat gua menggoyangkan badannya. Bibirnya bergerak-gerak seperti ingin melumat atau berkata sesuatu.
    Gua melepaskan jaket blazzernya. Ariel sudah tegangan tinggi. Kaki Teh Lilis lurus diatas gua.
    Gua lalu meremas bokongnya agar kakinya terbuka. Dan, yap, Teh Lilis mengangkang diatas gua dengan wajah horny.
    Ariel yang sudah tegangan tinggi terasa bersentuh dengan bagian vagina Teh Lilis. Gua menggoyangkan pinggul naik-turun sambil meremas bokongnya. Sebentar saja, Teh Lilis sudah mengikuti irama goyangan.
    “Sssstttt..” Desisnya sambil memejamkan mata. Giginya seperti sedang menggigit sesuatu. Gua makin kencang meremas bokongnya.
    Tiap gua remas dan bergoyang, Teh Lilis berdesis sambil mengatur nafas. “Sssssttt..”
    Tangan gua masuk ke dalam celana piamanya. Mudah saja buat gua karena hanya berbahan kolor. Setelah didalam celana, tangan gua gak meremas bokongnya, tapi langsung menyentuh vaginanya dari atas.
    Teh Lilis langsung mencengkram wajah dan melumat bibir gua. “Eemmm…” Desah gua.
    Sambil berciuman, saling melahap satu sama lain, gua menarik-narik kancut Teh Lilis. Teh Lilis bergeliat sambil menggoyangkan sendiri pinggulnya. “Sssssttt…hhuuu..” Desahnya kali ini.
    Gua lalu mulai meremas payudaranya. Teh Lilis memberi ruang dengan sedikit mengangkat tubuhnya yang berada diatas gua. Sebentar saja, gua langsung membuka tali branya dan mengangkat daster serta branya.
    Payudara montok Teh Lilis menggantung diatas wajah gua. Dia menahan tubuhnya dengan kedua tangan dikasur. Setelah menikmati aroma tubuhnya, gua mulai mengulum puting payudara Teh Lilis.
    Dari payudara yang satu, ke yang lain. Secara adil gua kulum dan remas payudaranya. Teh Lilis menggoyangkan badannya saat gua sedang melahap salah satu payudaranya.
    08:40 WIB
    Sambil menjilati putingnya, gua kembali meremas bokongnya.
    Teh Lilis makin menikmati kebejatannya. Dia membuka celananya pake satu tangan dengan gerakan yang dinamis, tanpa mengganggu gua yang sedang melahap payudaranya. “Ssssttt.. Aahh..” Desahnya.
    Gua lalu membalikkan badan. Teh Lilis telentang sambil bergeliat saat gua melepas celana. “Dasternya, buka Teh..” Kata gua saat hendak menjilati vaginanya yang masih tertutup. Teh Lilis membuka dasternya dan tapi kemudian menarik wajah gua dan memberikan ciuman dahsyat. Dia mencium sambil menyedot.
    Gua memasukkan tangan ke dalam kancutnya dan menyentuh vaginanya. Teh Lilis makin melumat bibir gua. Lalu gua memaikan jari dimulut vaginanya. Basah!
    Vagina Teh Lilis sudah basah saat gua melepaskan kancutnya, dan saat hendak menjilati, lagi-lagi dia menarik kepala gua. Gua pun akhirnya hanya mengocok vaginanya dengan jari sambil menjilati payudaranya. “Aaaahhhh.. Sssttt.. Aaaauuggghh..” Desahnya.
    Kemudian gua memasukkan satu lagi jari ke dalam vaginanya. Teh Lilis mengerang sambil mencengkaram leher gua. Gua melepaskan cengkramannya sambil mempercepat gerakan jari mengocok vaginanya.
    Untuk mendapatkan hasil maksimal, gua menegakkan dudukan badan. Yang tadinya sedikit membungkuk mengulum payudara, menjadi duduk tegap disamping badan Teh Lilis yang bergeliat keenakan.
    Pemandangan dari sini adalah yang terbaik saat sesi porplei, bro.. Haha. You, know lha.
    Teh Lilis tak dapat menyembunyikan raut wajah malu bercampur nafsu saat gua sengaja mengocok vagina sambil memperhatikannya. “Enak, Teh..” Kata gua.
    Entah pertanyaan bodoh macam apa itu. Sialnya, itu pertanyaan yang sering diajukan lelaki saat sedang memberikan nikmat ke wanita yang sesang dieksekusi.
    Teh Lilis menutupi wajahnya dengan bantal saat tak kuasa mendesah. Dia mendesah dibalik bantal. Gua langsung menyingkirkan bantal. Wajah Teh Lilis tampak sudah tak perduli. Dia benar-benar menikmati gerakan jari-jari gua.
    “Aaahhh, aaakkhhh, hhhaaaahhh..” Desahnya sambil meremas salah satu payudaranya. Payudara yang lain, gua bantu meremas.
    Sesaat gua bertanya-tanya. “Ini orang udah punya anak kok pentilnya masih bagus?” Sambil memilin dan meremas buah dadanya.
    Cerita Sex – Sesekali gua kembali melumat pentil dan payudaranya. “Aaaakkkhhh…” Desahnya, panjang. Kemudian gua makin cepat mengocok vaginanya. Teh Lilis coba merangkul leher gua, tapi tak bisa karena gua menghindar. Ia lalu mencengkram sprei kasur dengan kedua tangan yang berada diatas kepalanya. Melihat pemandangan seperti itu, gua makin semangat mengocok.
    Akhirnya Teh Lilis memuncratkan cairan dari vaginanya. Badannya bergeliat tak karuan. Ia menahan gerakannya sambil mengatur nafas.
    09:05 WIB
    Teh Lilis terkujur lemas dengan badan sedikit miring. Kedua kakinya menutup vaginanya.
    Gua lalu mengeluarkan Ariel dan mendekatkan ke wajahnya. Gua ‘memukul-mukul’ wajah Teh Lilis dengan pentungan hansip itu. Lalu mulai menggerayangi mulutnya. Teh Lilis urung membuka mulut, dia tampak sedang masih mengumpulkan tenaga.
    Gua terus berusaha sambil kembali meremas payudaranya. Lalu membuka kakinya yang menutupi vagina. Teh Lilis kembali terlentang dengan posisi sedikit mengangkang. Gua memberikan sentuhan-sentuhan ringan ke sekujur badannya.
    Kemudian setelah menjilati payudaranya, gua menciumi bagian pahanya. Posisi gua masih dengan Ariel yang berada di wajah Teh Lilis. Gua lalu merebahkan badan disamping dengan posisi terbalik. 69!
    Dengan posisi menyamping, gua mulai melumat vagina Teh Lilis. Dia langsung meremas Ariel. Lalu gua mengangkat badannya menindih badan gua dalam posisi sempurna 69.
    Gua menjilati vagina Teh Lilis yang terasa asin. Teh Lilis urung melahap Ariel sampai gua memasukkan satu jari kedalam vaginanya. “Oouugghh..” Desahnya, lalu melahap Ariel.
    Ariel terasa hangat dan basah.
    Bokong Teh Lilis bergerak-gerak diatas wajah gua. Vaginanya tepat berada dimulut gua. Sementara Ariel keluar masuk mulutnya.
    Teh Lilis makin menikmati tugasnya. Sesekali dia menyedot Ariel dalam-dalam, lalu menjilati dan mengulum bola dragonbol. “Ahhh, enak teh..” Kata gua. Kali ini bukan pertanyaan, ini pernyataan.
    Teh Lilis tiba-tiba menegakkan badannya.
    Sambil mengocok Ariel, dia merangkak naik dan mengurung Ariel kedalam vaginanya. Jleb!
    “Aahh, Fak!” Respon gua, tak menyangka dia langsung ke topik utama.
    Teh Lilis membelakangi gua dengan kedua tangan memegang sandaran punggung kasur. Ariel terlihat timbul tenggelam dari bokong Teh Lilis yang gua liat dari belakang.
    Gua memegang bokong Teh Lilis, membantunya bergerak naik-turun, maju-mundur. “Sssssstttt, mmaaasss… Aaahhhh” Desah desis Teh Lilis yang makin cepat menggenjot.
    Lalu gua bangun dari tidur dan memeluk Teh Lilis dari belakang. Sambil meremas payudaranya, gua menciumi punggungnya.
    Teh Lilis makin beringas, dia merangkul gua dengan posisi membelakangi. Nikmat sekali. Lalu Teh Lilis meminta berciuman, dengan senang hati gua melayaninya. Kedua tangan Teh Lilis yang setengah merangkul leher gua, membuat ketiaknya tampak menggairahkan. Sesekali gua memberikan kecupan ke ketiaknya.
    Meski tidak harum, tapi juga tidak bau. Yang penting, tidak ada bulunya!
    09:18 WIB
    Badan Teh Lilis yang bahenol tak dapat gua tahan lebih lama berada diatas paha gua.
    Gua lalu* memintanya berdiri, dan mengambil posisi doggy tanpa melepas Ariel yang betah didalam vagina Teh Lilis.
    Teh Lilis berdiri dengan lututnya, masih dengan posisi membelakangi gua.
    Gua sedikit membungkukkan punggungnya, sambil meremas payudara. Teh Lilis bergeliat saat lehernya gua kecup-kecup.
    “Keluarin didalem, Teh?” Tanya gua saat bergerak lambat menikmati ciuman.
    “Jangan dikeluarin dulu..” Bisiknya, manja.
    Gua kemudian menghadapkan wajahnya kearah jam dinding sambil melumat bibirnya.
    Dia yang paham maksud gua lalu mendorong bokong gua agar masuk lebih dalam. Gua lalu berakselerasi tingkat tinggi.
    “Plak! Plak! Plak!” Suara yang keluar, diikuti desahan Teh Lilis, “Aaakkhhh, aaaaakkhh, Maasss.. Sssttt..”
    Tak butuh lama dari serangan terakhir, Ariel memuntahkan ludah naga didalam vagina Teh Lilis.
    “Oouugghhh…” Desah gua, panjang.
    Teh Lilis langsung membenamkan wajahnya dikasur dengan posisi nungguing. Tampak sperma gua secara perlahan keluar dari dalam vagina Teh Lilis. “Sssstttt.. Hhhaaaahhh..” Desisnya.
    Setelah sepertinya sperma sudah banyak yang keluar, Teh Lilis merobohkan badannya, tidur tungkerep.
    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Ngewek Ibu Ibu Suka Arisan Berhadiah – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Ngewek Ibu Ibu Suka Arisan Berhadiah – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1402 views

    Perawanku – Arisan ibu-ibu selalu saja memiliki gosip yang berbagai ragam. Mulai dari gosip berlian, gosip hutan piutang, bahkan gosip seks. Kali ini aku terkejut sekali, ketika seorang teman membisikkan padaku, kalau Ibu Wira itu, suka rumput muda. Justru yang dia sukai adalah laki- laki belasan tahun. Rasany aku kurang percaya. Ap ia? Bu Wira yang sudah berusia lebih 50 tahunmasih doyan laki-laki belasan tahun?

    “Woalaaah…Bu Tuty masya enggak percaya sih?” kata Bu Lina lagi. Aku sudah janda hampir 10 tahun, sejak perkawinan suamiku dengann istri mudanya. Aku tak nuntut apa-apa, keculi Julius putra tunggalku harus bersamaku dan rumah yang kami benagun bersama, menjadi milikku. Aku sakit hati sekali sebenarnya. Justru perkawinan suamiku, karena katanya aku tidak bisa melahirkan lagi, sejak peranakanku diangkat, ketika aku dinyatakan terkena tumor rahim. Suamiku mengakui, kalau permainan seksku masih sangat Ok. Dalam usia 37 tahun, aku masih keliahatan cantik dan seksi.

    Lihat tuh, Bu Tuty. Matanya asyik melirik anak bu Tuty terus tuh,” kata Bu Salmah tetanggaku itu. Kini aku jadi agak percaya, ketika aku melihat dengan jelas, Bu Wira mengedipkan matanya ke putra tunggalku Julius. Rasanya aku mau marah, kenapa Bu Wira mau mengincar putraku yang masih berusia hampir 15 tahun berkisar 12 hari lagi.

    Sepulang dari arisan, aku sengaja mendatangi tetangga yang lain dan secara lembut menceritakan apa yang diceritakan Bu Salmah kepadaku. Tetanggaku itu tertawa cekikikan. Dari ceritanya, suami bu Wira sudah tak sanggup lagi, bahkan suaminya sudah tahu kelakuannya itu. Bu Wira memang suka burung muda, kata mereka. Bahkan putra tetanggaku titu pernah digarap oleh Bu Wira. Karean malu ribut- ribut, lagi pula anaknya yang sudah berusia 18 tahun dibiarkan saja.

    “Laki-laki kan enggak apa-apa bu. Kalau anak perempuan, mungkin perawannya bisa hilang. Kalau anak laki-laki, siapa tahu perjakanya hilang,” kata tetanggaku pula. Bulu kudukku berdiri, mendengarkan celoteh tetanggaku itu. Aku kurang puas denga dua informasi itu. Aku bertandang lagi ke tetanggaku yang lain masih di kompleks perumahan …..(Dirahasiakan) Indah. Tetangku itu juga mengatakan, kalau itu soal biasa sekarang ini. Malamnya aku ngobrol-ngobrol dengan putraku Julius. Julius mengatakan, kalau Tante Wira sudah mengodanya. Bahkan sekali pernah menyalaminya dan mempermainkan jari telunjuknya di telapak tangan putraku. Pernah sekali juga, kata putraku, Tante Wira mengelus burung putraku dari balik celananya, waktu putraku bermain ke rumah Tante Wira.

    Aku sangat terkejut sekali mendengar pengakuan putraku Julius menceritakan tingkah laku Bu Wira. Tapi tetanggaku mengatakan, itu sudah rahasia umum, dan kini masalah itu sudah biasa. Bahkan tetanggaku mengajakku untuk berburu burung muda bersama-sama.

    Malamnya aku tak bisa tidur. AKu sangat takut, kalau putraku akan menjadi korban dari ibu-ibu di kompleks itu. Sudah sampai begitu? Semua sudah menjadi rahasia umum dan tak perlu dipermasalahkan? Lamat-lamat aku memperhatikan putraku. Trnyata dia memang ganteng seperti ayahnya. Persis fotocopy ayahnya. Walau masih 15 tahun, tubuhnya tinggi dan atletis, sebagai seorang pemain basket. Gila juga pikirku.

    Rasa takutku marah-marah kepada Bu Wira, karean aku juga mungkin pernah dia lihat berselingkuh dengan teman sekantorku. Mungkin itu akan jadi senjatanya untuk menyerangku kembali, pikirku. Hingga aku harus menjaga anak laki-lakiku yang tunggal, Julius.

    Ketika Julius pergi naik sepeda mootr untuk membeli sesuatu keperluan sekolahnya, aku memasuki kamarnya. Aku melihat majalah- majalah porno luar negeri terletak di atas mejanya. Ketika aku menghidupkan VCD, aku terkejut pula, melihat film porno yang terputar. Dalam hatiku, aku haru semnyelamatkan putraku yang tunggal ini.

    Sepulangnya dari toko, aku mengajaknya ngobrol dari hati ke hati.

    “Kamu kan sudah dewasa, nak. Mami tidak marah lho, tapi kamu harus jawab sejujurnya. Dari mana kamu dapat majalah-majalah porno dan CD porno itu,” kataku. Julius tertunduk. Lalu menjawab dengan tenang dan malu-malu kalau itu dia peroleh dari teman-temannya di sekolah.

    “Mama marah?” dia bertanya. AKu menggelengkan kepalaku, karena sejak awal aku mengatakan, aku tidak akan marah, asal dijawab dengan jujur. AKu harus menjadikan putra tunggalku ini menjadi teman, agar semuanya terbuka.

    “Kamu sudah pernah gituan sama perempuan?” tanyaku. “Maksud mami?” “Apa kamu sudah pernah bersetubuh dengan perempuan?” tanyaku lagi. Menurutnya secara jujur dia kepingin melakukan itu, tapi dia belum berani. Yang mengejutkan aku, katanya, minggu depan dia diajak kawan- kawannya ke lokalisasi PSK, untuk cari pengalaman kedewasaan. Aku langsung melarangnya secara lembut sebagai dua orang sahabat. Aku menceritakan bagaimana bahaya penyakit kelamin bahkan ***-AIDS. Jika sudah terkena itu, maka kiamatlah sudah hidup dan kehidupannya.

    “Teman-teman Julius, kok enggak kena ***, MI? Padahal menurut mereka, merekaitu sudah berkali-kali melakukannya?’ kata putraku pula. Ya ampun….begitu mudahnya sekarang untuk melakukan hal sedemikian, batinku. “Pokoknya kami tidak boleh pergi. Kalau kamu pergi, Mami akan mati gantung diri,” ancamku. “Tapi Mi?” “Tapi apa?” “Julius akan kepingin juga. Katanya nikmat sekali Mi. Lalu bagaimana dong? Julius kepingin Mi. Katanya kalau belum pernah gituan, berarti belum laki-laki dewasa, Mi?” putraku merengek dan sangat terbuka. Aku merangkul putraku itu. Kuciumi keningnya dan pipinya denga penuh kasih sayang. Aku tak ingin anakku hancur karean PSK dan dipermainkan oleh ibu-ibu atau tante girang yang sering kudengar, bahkan oleh Bu Wira yang tua bangka itu.

    Tanpa terasa airmataku menetes, saat aku menciumi pipi putraku. Aku memeluknya erat-erat. Aku akan gagal mendidiknya, jika anakku semata wayang ini terbawa arus teman-temannya ke PSK sana.

    “Kamu benar-benar merasakannya, sayang?” bisikku. “Iya Mi,” katanya lemah. Aku merasakan desahan nafasnya di telingaku. Yah…malam ini kita akan melakukannya sayang. Asal kamu janji, tidak mengikuti teman-temanmu mencari PSK, kataku tegas. “Berarti aku sama dengan Tony dong, Mi?” “Tony? Siapa Tony?” tanyaku ingin tahu, kenapa dia menyamakan dirinya dengan Tony. Menurut cerita Julius putraku, Tony juga dilarang mamanya mengikuti teman-temannya pergi mencari PSK, walau Tony sudah sempat juga pergi tiga kali bersama teman-teman sekelasnya. Untuk itu, secara diam-diam Tony dan mamanya melakukan persetubuhan. Katanya, Tony memakai kondom, agar mamanya tidak hamil. Aku terkejut juga mendengarnya.

    “Kamu tidak perlu memakai kondom, sayang. Mami yakin, kalau mami tidak akan hamil,” kataku meyakinkannya. Seusai makan malam, Julius tak sabaran meminta agar kami melakukannya. AKu melihat keinginan putra begitu mengebu-gebu. Mungkin dia sudah pengalaman melihat CD Porno dan majalah porno pikirku. AKu secepatnya ke kamar mandi mencuci paginaku dan membuka BH dan CD ku. AKu memakai daster miniku yang tipis. Di kamar mandi aku menyisiri rambutku serapi mungkin dan menyemprotkan parfum ke bagian-bagian tubuhku. Aku ingin, putraku mendapatkan yang terbaik dariku, agar dia tidak lari ke PSK atau tante girang. Putraku harus selamat. Ini satu-satunya cara, karea nampaknya dia sudah sulit dicegah, pengaruh teman-temannya yang kuat. Jiwanya sedang labil-labilnya, sebagai seorang yang mengalami puberitas. Begitu aku keluar dari kamar mandi, putraku sudah menanti di kamar. Dia kelihatan bingung melihat penampilanku malam ini. Tidak seperti biasanya.

    “Kamu sudah siap sayang,” kataku. Putraku mengangguk. Kudekati dia. Kubuka satu persatu pakaiannya. Kini dai telanjang bulat. AKua melapaskan dasterku. Aku juga sudah telanjang bulat. Aku melihat putraku melotot mengamati tubuhku yang telanjang. Mungkin dia belum pernah melihat perempuan telanjang sepertiku di hadapannya. Aku duduk di tempat tidur. Kutarik tangannya agar berdiri di sela-sela kedua kakiku. Aku peluk dia. Aku kecip bibirnya dengan mesara. Pantatnya kusapu-sapu dengan lembut, juga punggungnya. Dengan cepat terasa burungnya bergerak-gerak di perutku. Kujilati lehernya. dia mendesah kenikmatan. Liodahku terus bermain di pentil teteknya. Lalu menjalar ke ketiaknya dan sisi perutnya. Aku merasakan tangan anakku mulai memagang kepalaku. Kuperintahkan dia untuk duduk di pangkal pahaku. Kini dia duduk di pangkal pahaku, dengan kedua kakinya bertumpu ke pinggir tempat tidur. Tiba-tiba aku merebahkan diriku ke tempat tidur. dia sudah berada di atasku. Kuminta agar dia mengisap puting susuku. Mulutnya mulai beraksi. Sementara burungnya terasa semakin keras pada rambut paginaku. Dengan cepat pula, kurebahkan dirinya. Kini aku yang balik menyerangnya. Kujilati sekujur tubuhnya. Batang burungnya, telur yang menggantung di pangkal burungnya. Ku kulum burungnya dan kupermainkan lidahku pada burung itu.

    “Mami…geli,” putraku mendesah. “Tapi enakkan, wayang,” tanyaku. “Enak sekali Mi,” katanya. Aku meneruskan kocokanku pada burungnya. Dia menggelinjang-gelinjang. Kuteruskan kucokanku. Kedua kakinya menjepit kepalaku dan…croot.croot.crooooooot! Spermanya keluar. Kutelan sepermanya dan kujilati batangnya agar spermanya tak tersisa. Aku senagaja memperlihatkannya kepadanya.

    Kini dia menjadi lemas. Terlalu cepat dia keluar. Mungkin sebagai pemula, dia tak mampu mengontrol diri. Kuselimuti dirinya. 20 menit kemudian, setelah nafasnya normal, aku memberinya air minum segelas. Lalu aku membimbingnya ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Kusabuni burungnya dan kulap pakai handuk. Kini kami sudah terbaring berdua di tempat tidur.

    “Enak sayang?” tanyaku. Dia menagngguk. “Tapi Mi, kita kan belum begituan. Katanya kalau begituan, burung Julius masuk ke lubang mem*k Mami,” katanya polos. Aku menganguk. Kamu harus segar dulu. Nanti kita ulangi lagi. Nanti kamu boleh memasukkannya ke lubang Mami, kataku. “Kenapa nanti Mi? Kenapa tidak sekarang?” dia mendesak. Dia sudah begitu menginginkannya pikirku. Langsung kulumat bibirnya. Kujulurkan lidahku ke dala mulutnya. Dia langsung meresponsnya. Kini dia berganti memberikan lidahnya padaku. Aku mengemutnya dengan lembut. Tanganku terus membelai-belai tubuhnya dan burungnya kuelus- elus. Sebentar saja burung itu bangkit.

    “Naiki Mami, sayang,” kataku. Dia naik ke tubuhku. “Masukkan,” pintaku. Dia mencari-cari lubangku. Kuarahkan burungnya dengan tanganku. Setelah burung itu terasa di tengah bibir paginaku, kuminta dia menekannya. Dia menakan burungnya dan langsung masuk, karean paginaku sudah basah. Aku memang sudah sangat lama merindukan ada burung memasuki paginaku. Setelah terhenti 5 tahun perselingkuhanku dengan seorang duda teman sekantorku (sejak dia pindah) aku tak pernah lagi selingkuh. Burung yang besarnya cukup itu, terasa sudah mengganjal di liang paginaku. KUkangkangkan kedua kakiku. Aku membiarkan burung itu tenggelam di dalamnya. Tak lama kemudian, aku merasakan putraku sudah mulai menarik-cucuk burungnya. Aku biarkan saja, walaupun sebenarnya aku sudah agak gatal ingin meresponsnya. Lama kelamaan, aku tak tahan juga. Aku pun meresponnya dengan hati-hati, seakan aku hanya melayaninya saja, bukan karean kebutuhanku. Sambil memompa burungnya, kuarahkan mulutnya untuk mengisap-isap pentil payudaraku. Dia melakukannya. AKu sudah melayang di buatnya. Sudah lama sekali aku tidak merasakan kenikmatan itu, sementara usia yang 37 tahun, masih membutuhkannya. Kujepit kedua kakiku ke tubuh putraku. Aku orgasme dengan cepat. Aku tidak memperlihatkan, kalau aku sudah orgasme. Perlahan-lahan aku tetap meresponsnya, sampai aku normal kembali.

    “Jangan digenjot dulu, sayang. Mami Capek. Isap saja tetek mami, sayang,” pitaku. Aku tak ingin dia sudah orgasme, sementara aku masih jauh. Dia menjilati tetekku dan mengisap-isapnya. Atas permintaanku, sekali-sekali dia juga menggigit putingku. Libidoku bangkit. Aku mulai melayang. Aku mulai menggoyang tubuhnya dari bawah. Dia merespons dengan kemabli menggejotku, menarik dan mencucuk burungnya ke dalam liang paginaku. Aku mendengar, suara begitu becek pada paginaku. Aku sedikit malu, karena selama ini, aku sudah tidak merawat lagi paginaku. Tapi dia semakin semangat mengocokkan burungnya.

    “Mami…aku sudah mau keluar nih…” katanya. Saat itu aku juga sudah mau muncrat. Aku percepat goyanganku, agar aku lebih dulu sampai pada puncak kenikmatan itu. Dan…dia memelukku erat sekali. Bahuku digigitnya dan sebelah tangannya mencengkeram rambutku. Ternyata kami bisa sama-sama sampai. Aku masih mampu mengatur irama permainan ini, pikirku.

    Aku keringat dan putraku juga berkeringat. Perlahan dia ku baringkan ke sisiku dan aku menyelimuti tubuh kami dengan selimut tipis, sekaligus melap tubuh kami dari keringat. Setelah 15 menit aku bangkit dan meneguk segelas air putih. Segelas kuberikan kepdanya. Julius berjanji untuk merahasiakan ini kepada siapa saja, termasuk kepada teman dekatnya. Walau menurut Julius, temannya sudah berhubungan dengan beberapa wanita di lokalisasi PSK, namun behubungan dengan ibunya jauh lebih nikmat. Aku juga memberi yang terbaik buat putraku, demi keselamatan hidupnya, terhidar dari PSK dan tante giang.

    Aku menyangupi, memberinya cara lain bermain seks, seperti yang dia lihat di CD porno dan majalah-majalah, seperti doggystyle dan sebagainya. Malam itu, Julius juga bersumpah, tidak akan pergi mencari PSK, walau pun teman-temannya menuduhnya laki-laki Kuper dan ketinggalan zaman, karea dia sudah mendapatkannya dariku dengan baik. Sejak saat itu, kami selalu melakukannya secara teratur, tidak serampangan. Tenatu saja di tempat tidur, di dapur, di sofa dan tempat-tempat lai di rumah kami dengan suasana yang indah. Bahkan kami pernah juga melakukannya di hotel, ketika kami wisata ke bogor. Semua orang memuji kegantengan putraku yang wajahnya imut-imut dan manja itu.

    Kini putraku sudah SMA, AKu sudah persis 40 tahun. Orang bilang aku masih tetap cantik, karean aerobik. Sebeanranya, selain aerobik, aku juga melakukan hubungan seks yang sangat terataur.

  • Cerita Dewasa Perpisahan Ternikmat Dengan Mantan Ku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Dewasa Perpisahan Ternikmat Dengan Mantan Ku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1747 views

    Perawanku – Kejadian ini berlangsung sekitar bulan Maret 2016 yang lalu. Tanggal berapa tepatnya aku sudah lupa. Yang aku ingat, saat itu hubungan Eksanti dengan Yoga sudah membaik, bahkan aku mendengar mereka telah bertunangan dan berencana untuk melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat ini.

    Ketika itu mereka tinggal dalam sebuah rumah kost yang sama di daerah Selatan – Jakarta, meskipun berbeda kamar, karena saat itu Yoga sedang mendapat training di Jakarta selama 6 bulan. Sebagai bekas teman dan atasan Eksanti, aku memang pernah dikenalkan dengan Yoga. Yoga ternyata begitu cemburuan. Memang harus aku akui kalau Eksanti memang cantik, bahkan terlalu cantik untuk ukuran Yoga itu. Padahal kalau menurutku sih, adalah hal yang biasa kalau serorang lelaki yang penampilan fisiknya biasa saja, ternyata memiliki seorang pacar yang cantik. Aku mengatakan Eksanti cantik, bukan merupakan penilaianku yang subyektif. Banyak teman-temanku lain yang juga berpendapat begitu. Bahkan beberapa diantaranya berpendapat sama, bahwa Eksanti memiliki sex appeal yang luar biasa tinggi. Bagi kaum lelaki, jika memandang mata Eksanti, boleh jadi langsung akan berfantasi macam-macam.

    Cerita Bokep – Percaya atau tidak, mata Eksanti begitu sayu seolah-olah ‘pasrah’ ditambah lagi dengan bibirnya yang seksi dan suka digigit-gigit, kalau Eksanti sedang gemes. Sungguh suatu ciptaan Tuhan yang sangat eksotis dan sensual. Ketika aku sempat mengobrol dengan Yoga minggu sebelumnya, secara tidak sengaja kami menemukan suatu peluang bisnis yang mungkin bisa dikerjakan bersama antara kantorku dengan kantornya. Pikiran dagangku segera jalan dan aku menjanjikan untuk menitipkan sebuah proposal kepada Yoga untuk dibahas oleh tim kantornya di Malang. Siang itu, sehabis meeting dengan salah satu klienku di sebuah kantor di daerah Kuningan, aku berencana untuk mampir ke rumah kost Yoga ? yang juga rumah kost Eksanti – untuk menitipkan proposal yang aku janjikan. Aku mengendarai mobil menuju tempat kost Yoga. Sesampainya di sana, aku melihat garasi tempat mobil Yoga biasa diparkir dalam keadaan kosong yang menandakan Yoga sedang keluar. Namun aku tidak mengurungkan niatku untuk bertemu dengan Yoga. Setelah aku memarkir mobil di depan halaman rumah kost itu, aku masuk menuju ruang tamu yang pada saat itu pintunya dalam keadaan terbuka, dan langsung menuju ke kamar Yoga. Di dalam rumah itu ada 4 kamar dan kamar Yoga yang paling pojok, berhadapan dengan kamar Eksanti.

    Masing-masing kamar kelihatan tertutup pertanda tidak ada kehidupan di dalam rumah itu. Aku ingin menulis pesan di pintu kamar Yoga karena memang aku sangat perlu dengannya. Sementara aku sedang menuliskan pesan, samar-samar terdengar suara televisi dari dalam kamar Eksanti, di depan kamar Yoga, pertanda ada seseorang di dalam kamarnya. Aku memastikan kalau yang di dalam kamar itu adalah Eksanti, bukannya orang lain. Aku mengetuk pintu perlahan sambil memanggil nama Eksanti. Tidak beberapa lama kemudian pintu dibuka kira-kira sekepalan tangan dan aku melihat wajah Eksanti tampak dari celah pintu yang terbuka. “Eh, Mas.. cari Mas Yoga yaa.. Tadi pagi sih ditungguin, tapi Mas Yoga buru-buru berangkat Mas”, jawabnya sebelum aku bertanya. Entah mengapa, ketika menatap mata Eksanti yang sayu itu, pikiranku jadi teringat masa-masa indah yang pernah kami alami dulu. Aku sambil tersenyum menatapnya seraya bertanya, “Kamu nggak ke kantor hari ini?” “Lagi kurang enak badan nih, Mas, tadi Santi bangunnya kesiangan, jadi males banget ke kantor”, jawabnya singkat, sambil menggigit bibir bawahnya. Ada rasa menyesal kenapa dia harus membolos ke kantor hari ini. “Terus, Yoga biasanya jam berapa pulangnya, Santi?”, tanyaku sekedar berbasa-basi. “Mestinya sih jam 5 nanti, tapi mungkin bisa lebih lama, soalnya Mas Yoga hari ini ada tugas kelompok bersama teman-teman trainingnya”, jawabnya agak kesal. Saat itu kira-kira jam 1 siang berarti Yoga pulang kira-kira 4 atau 5 jam lagi, pikiranku mulai nakal. Aku mencoba mencari bahan pembicaraan yang kira-kira bisa memperpanjang obrolan kami agar aku bisa lebih dekat dengan Eksanti. Agak lama aku terdiam. Aku memandang matanya, memandang bibirnya yang basah. Bibirnya yang dipoles warna merah menambah sensual bentuknya yang tipis dan memang sangat indah itu. Semakin lama aaku melihatnya semakin aku berfantasi macam-macam. Sungguh, jantungku deg-degan saat itu. Mata Eksanti tidak berkedip sekejap pun membalas tatapan mataku.

    Cerita Sex– Sebuah desiran hangat mengalir keras di dadaku, dan aku sungguh yakin Eksanti pun masih memiliki getar rasa yang sama denganku. Setelah agak lama kami terdiam, “Teman-teman kamarmu yang lain lagi pada kemana semua, Santi?”, dengan mata menatap sekeliling aku bertanya sekenaku, menanyakan keberadaan anak-anak kost yang lain. “Mas ini mau nyari Mas Yoga atau..”, kata-katanya terputus tapi aku bisa menerjemahkan kelanjutan kalimatnya dari senyuman di bibirnya. Akhirnya aku memutuskan untuk to the point aja. “Aku juga pengin ketemu denganmu, Santi!”, jawabku berpura-pura. Dia tertawa pelan, “Mas, kenapa, sih?”, ia memandangku lembut. “Boleh aku masuk, Santi? Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu,”, jawabku lagi. “Sebentar, ya.. Mas, kamar Santi lagi berantakan nih!” Eksanti lalu menutup pintu di depanku. Tidak beberapa lama berselang pintu terbuka kembali, lalu dia mempersilakan aku masuk ke dalam kamarnya. Aku duduk di atas kasur yang digelar di atas lantai. Eksanti masih sibuk membereskan pakaian-pakaian yang bertebaran di atas sandaran kursi sofa. Aku menatap tubuh Eksanti yang membelakangiku.

    Saat itu dia mengenakan kaos ketat warna kuning yang memperlihatkan pangkal lengannya yang mulus. Aku memandang pinggulnya yang ditutup oleh celana pendek. Tungkainya panjang serta pahanya bulat dan mulus. Kejantananku menjadi tegang memandang semua keindahannya, ditambah dengan khayalanku dulu, ketika aku memiliki kesempatan membelai-belai lembut kedua pangkal pahanya itu. Kemudian Eksanti duduk di sampingku. Lututnya ditekuk sehingga celananya agak naik ke atas membuat pahanya semakin terpampang lebar. Kali ini tanpa malu-malu aku menatapnya dengan sepengetahuan Eksanti. Dia mencoba menarik turun agak ke bawah ujung celananya untuk menutupi pahanya yang sedang aku nikmati. “Mas, mau bicara apa, sih?”, katanya tiba-tiba. Saat itu otakku berpikir cepat, aku takut kalau sebenarnya aku tidak punya bahan pembicaraan yang berarti dengannya. Soalnya dalam pikiranku saat itu cuma ada khayalan-khayalan untuk bercinta dengannya. “Mmm.. San.. aku beberapa hari ini sering bermimpi,”, kataku berbohong. Entah dari mana aku mendapatkan kalimat itu, aku sendiri tidak tahu tetapi aku merasa agak tenang dengan pernyataan itu. “Mimpi tentang apa, Mas?”, kelihatannya dia begitu serius menangapiku dilihat dari caranya memandangku. “Tentang kamu, San”, jawabku pelan. Bukannya terkejut, malah sebaliknya dia tertawa mendengar bualanku. Sampai-sampai Eksanti menutup mulutnya agar suara tawanya tidak terdengar terlalu keras. “Emangnya Mas, mimpi apa sama aku?”, tanyanya penasaran. “Ya.. biasalah, kamu juga pasti tahu”, jawabku sambil tertunduk.

    Tiba-tiba dia memegang tanganku. Aku benar-benar terkejut lalu menoleh ke arahnya. “Mas ini ada-ada saja, Mas ‘kan sekarang sudah punya yang di rumah, lagian aku juga ‘kan sudah punya pacar, masa masih mau mimpi-mimpiin orang lain?” “Makanya aku juga bingung, Santi. Lagian kalaupun bisa, aku sebenarnya nggak ingin bermimpi tentang kamu, Santi”, jawabku pura-pura memelas. Kami sama-sama terdiam. Aku meremas jemari tangannya lalu perlahan aku mengangkat menuju bibirku. Dia memperhatikanku pada saat aku melabuhkan ciuman mesra ke punggung tangannya. Aku menggeser posisi dudukku agar lebih dekat dengan tubuhnya.

    Aku memandangi wajahnya. Mata kami berpandangan. Wajahku perlahan mendekati wajahnya, mencari bibirnya, semakin dekat dan tiba-tiba wajahnya berpaling sehingga mulutku mendarat di pipinya yang mulus. Kedua tanganku kini bergerak aktif memeluk tubuhnya. Tangan kananku menggapai dagunya lalu mengarahkan wajahnya berhadapan dengan wajahku. Aku meraup mulutnya seketika dengan mulutku. Eksanti menggeliat pelan sambil menyebutkan namaku. “Mas.., cukup mas!”, tangannya mencoba mendorong dadaku untuk menghentikan kegiatanku. Aku menghentikan aksiku, lalu pura-pura meminta maaf kepadanya. “Maafkan aku, Santi.. aku nggak sanggup lagi jika setiap malam memimpikan dirimu”, aku pura-pura menunduk lagi seolah-olah menyesali perbuatanku. “Aku mengerti Mas, aku juga nggak bisa menyalahkan Mas karena mimpi-mimpimu itu. Bagaimanapun juga, kita pernah merasa deket Mas”, sepertinya Eksanti memafkan dan memaklumi perbuatanku barusan. Aku menatap wajahnya lagi. Ada semacam kesedihan di wajahnya hanya saja aku tak tahu apa penyebabnya. Pipinya masih kelihatan memerah bekas cumbuanku tadi. “Aku juga ingin membantu Mas agar tidak terlalu memikirkanku lagi, tapi..” kalimatnya terputus.

    Dalam hati aku tersenyum dengan kalimat “ingin membantu..” yang diucapkannya. “Santi, aku cuma ingin pergi berdua denganmu, sekali saja.., sebelum kamu benar-benar menjadi milik Yoga. Agar aku bisa melupakanmu”, kataku memohon. “Kita kan sama-sama sudah ada yang punya, Mas.., nanti kalau ketahuan gimana?” Nah, kalau sudah sampai disini aku merasa mendapat angin. Kesimpulannya dia masih mau pergi denganku, asal jangan sampai ketahuan sama Yoga. “Seandainya ketahuan.. aku akan bertanggung jawab, Santi”, setelah itu aku memeluknya lagi. Dan kali ini dia benar-benar pasrah dalam pelukanku. Malah tangannya ikut membalas memeluk tubuhku. Telapak tanganku perlahan mengelus punggungnya dengan mesra, sementara bibirku tidak tinggal diam menciumi pipi lalu turun ke lehernya yang jenjang. Eksanti mendesah. Aku menciumi kulitnya dengan penuh nafsu.

    Mulutku meraup bibirnya. Eksanti diam saja. Aku melumat bibirnya, lalu aku menjulurkan lidahku perlahan seiring mulutnya yang seperti mempersilakan lidahku untuk menjelajah rongga mulutnya. Nafasnya mulai tidak teratur ketika lidahku memilin lidahnya. Kesempatan ini aku gunakan untuk membelai payudaranya. Perlahan telapak tanganku aku tarik dari punggungnya melalui ketiaknya. Tanpa berhenti membelai, telapak tanganku kini sudah berada pada sisi payudaranya. Aku benar-benar hampir tidak bisa menguasai birahiku saat itu. Apalagi aku sudah sering membayangkan kesempatan seperti saat ini terulang lagi bersamanya. Kini telapak tanganku sudah berada di atas gundukan daging di atas dadanya. Tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, justru yang seperti ini yang paling indah menurutku. Pada saat tanganku mulai meremas payudaranya yang sebelah kanan, tangan Eksanti mencoba menahan aksiku. Payudaranya masih kencang dan padat membuatku semakin bernafsu untuk meremas-remasnya. “Mas, jangan sekarang Mas.. Santi takut..”, katanya berulang kali. Aku juga merasa tindakanku saat itu betul-betul nekat, apalagi pintu kamar masih terbuka setengah. Jangan-jangan ada orang lain yang melihat perbuatan kami. Wah, bisa gawat jadinya. Aku akhirnya berdiri dari tempat dudukku untuk menenangkan suasana.

    Aku bukanlah tipe laki-laki yang suka terburu-buru dalam berbagai hal, khususnya dalam masalah percintaan. Aku kini duduk di kursi sofa menghadap Eksanti, sedangkan Eksanti masih di atas kasur sambil memperbaiki rambut dan kaosnya kuningnya yang agak kusut. “Mas, mau ngajak Santi ke mana, sih”, Eksanti menatap wajahku. “Pokoknya tempat di mana tidak ada orang yang bisa mengganggu ketenangan kita, Santi”, jawabku sambil memandang permukaan dadanya yang baru saja aku remas-reMas. Eksanti duduk sambil bersandar dengan kedua tangan di belakang untuk menahan tubuhnya. Payudaranya jadi kelihatan menonjol. Aku memandang nakal ke arah payudaranya sambil tersenyum. Kakinya diluruskan hingga menyentuh telapak kakiku. “Tapi kalau ketahuan.. Mas yang tanggung jawab, yaa..”, katanya mencoba menuntut penjelasanku lagi. Aku mengangguk. “Terus kapan jalan-jalannya, Mas?”, “Gimana kalo besok sore jam 4, besok ‘kan Jum’at, bisa pulang lebih awal ‘kan?”, tanyaku. “Ketemu di mana?”, tanyanya penasaran. “Kamu telepon aku, kasih tahu kamu lagi dimana saat itu, lalu aku akan menjemputmu di sana, gimana?”, tanyaku lagi. Dia tersenyum menatapku, “Wah, Mas ternyata pintar banget untuk urusan begituan.”, Aku tertawa. “Tapi aku nggak mau kalau Mas nakalin aku kayak dulu lagi!!,”, tegasnya. Aku terkejut namun pura-pura mengiyakan, soalnya tadi aku merasa besok aku sudah bisa menikmati kehangatan tubuh Eksanti seperti dulu lagi. Makanya besok sengaja aku memilih waktu sore hari karena aku ingin mengajaknya menginap, kalau dia mau. Namun aku diam saja, yang penting dia sudah mau aku ajak pergi, tinggal penyelesaiannya saja. Lagian ngapain dia mesti minta tanggung jawab, seandainya aku tidak berbuat apa-apa dengannya, pikirku lagi. Ah, lihat besok sajalah.

    Pukul 3 siang, akhirnya aku harus kembali ke kantorku, di samping memang Eksanti juga meminta aku segera pulang karena dia juga takut kalau tiba-tiba Yoga memergoki kami sedang berdua di kamar. Namun sebelum pulang aku masih sempat menikmati bibir Eksanti sekali lagi waktu berdiri di samping pintu. Aku malah sempat menekan tubuh Eksanti hingga punggungnya bersandar di dinding. Kesempatan ini aku gunakan untuk menekan kejantananku yang sedari tadi butuh penyaluran ke selangkangannya. Tetapi hal itu tidak berlangsung lama karena situasinya memang tidak memungkinkan. Di kantor.., di rumah.. aku selalu gelisah. Kejantananku senantiasa menegang membayangkan apa yang telah dan akan aku lakukan terhadap Eksanti nanti. Keesokan harinya, disaat aku menunggu tibanya saat bertemu, aku merasa waktu berjalan begitu lambat. Hingga pukul 5 sore, seperti waktu yang telah kami sepakati kemarin, aku sedang menanti-nanti telepon dari Eksanti. Aku mulai gelisah ketika 15 menit telah lewat, namun Eksanti belum juga meneleponku. Aku mulai menghitung detik-detik yang berlalu hingga hampir setengah jam, dan tiba-tiba handphoneku berbunyi. Seketika aku mengangkat telepon itu.

    Dari seberang sana aku mendengar suara Eksanti yang sangat aku nanti-nantikan. Eksanti meminta maaf sebelumnya, karena kesibukannya hari itu tidak memungkinkan baginya untuk pulang dari kantor lebih awal. Banyak pekerjaannya yang menumpuk, karena kemarin ia tidak masuk ke kantor. Saat itu ia memintaku untuk menjemputnya di sebuah wartel dekat pertigaan di seberang kantornya. Aku langsung menyambar kunci mobil, lalu keluar dari kantorku dan bergegas menuju wartel tempat di mana Eksanti sedang menungguku. Aku memarkir mobil di depan wartel itu, dan tak lama berselang aku melihat Eksanti keluar dari wartel, dengan memakai kaos ketat warna orange bertuliskan Mickey Mouse (tokoh favoritnya) di bagian dadanya, dipadukan celana jeans warna abu-abu. Blazer kerjanya telah ia lepas, dan ditenteng bersama tas kerjanya. Aku masih ingat, ia memang selalu tampil ke kantor dengan pakaian casual setiap hari Jum’at. Eksanti langsung naik ke atas mobilku, setelah memastikan tidak ada orang lain yang mengenalinya di tempat itu. Aku tersenyum memandangnya. Eksanti kelihatan begitu cantik hari ini. Bibirnya tidak dipoles dengan lipstik merah seperti biasanya. Ia hanya menyapukan lipsgloss tipis, yang membuat jantungku semakin deg-degan. Aku segera menancap gas menuju tol ke arah Ancol. Selama di perjalanan, aku dan Eksanti bercerita tentang berbagai hal, termasuk Yoga dan kehidupan keluargaku.

    Sesampainya di Ancol aku mengajak Eksanti untuk makan di sebuah rumah makan di tepi laut yang nuansa romantisnya sangat terasa. Tanpa canggung lagi aku memeluk pinggang Eksanti, pada saat kami memasuki rumah makan tersebut. Eksanti juga melingkarkan tangannya di pinggangku. Setelah memesan makanan dan minuman, aku memeluknya lagi. Tanganku bergerilya di sekitar pinggangnya yang terbuka. Suasana lesehan di rumah makan itu, yang ruangannya disekat-sekat menjadi beberapa tempat dengan pembatas dinding bilik yang cukup tinggi, membuat aku bisa bertindak leluasa kepada Eksanti. “Tadi malam mimpi lagi, nggak?”, tanyanya memecah keheningan. “Nggak, tapi aku sempat gelisah nggak bisa tidur karena terus membayangkanmu”, jawabku tanpa malu-malu. Eksanti tertawa, sambil tangannya mencubit pinggangku. Hari sudah menjelang malam ketika kami meninggalkan tempat itu.

    Setelah berputar-putar di sekitar lokasi pantai, akhirnya aku memutuskan untuk menyewa sebuah kamar pada sebuah cottages di kawasan Ancol. Semula Eksanti menolak, karena dia takut kalau kami tidak bisa menahan diri. Aku akhirnya meyakinkan Eksanti bahwa sebenarnya aku cuma ingin berdua saja dengannya, sambil memeluk tubuhnya, itu saja. Akhirnya Eksanti mengalah. Ketika kami telah berada di dalam kamar cottages itu, Eksanti tampak jadi pendiam. Dia duduk di atas kursi memandang ke arah laut, sementara aku rebahan di atas tempat tidur. Aku mencoba mencairkan suasana, dengan kembali bertanya mengenai kesibukan pekerjaannya hari itu. Selama aku bertanya kepadanya, ia cuma menjawab singkat dengan kata-kata iya dan tidak. Hanya itu yang keluar dari mulutnya. “Mas, pasti kamu menganggap aku cewek murahan, yaa.. kan?”, akhirnya Eksanti mau mulai membuka pembicaraan juga.

    Ternyata, dengan mengingat statusnya saat ini sebagai tunangan Yoga, Eksanti masih belum bisa menerima perlakuanku yang membawanya ke dalam cottages ini. Namun aku tidak menyesal karena dalam pikiranku sebenarnya dia sudah tahu apa yang akan terjadi, sejak kejadian kemarin siang di kamarnya. Tinggal bagaimana caranya aku bisa mengajaknya bercinta tanpa ada pemaksaan sedikitpun. “Santi, aku sudah bilang sejak kemarin kalau aku ingin berduaan saja bersamamu, sebelum Yoga benar-enar menikahi kamu. Aku hanya ingin memelukmu tanpa ada rasa takut, itu saja. Dan aku rasa di sinilah tempatnya”, jawabku mencoba memberikan pengertian kepadanya. “Tetapi, apa Mas sanggup untuk tidak melakukan yang lebih dari itu?”, Eksanti menatapku dengan sorotan mata tajam. “Kalau kamu gimana?”, aku malah balik bertanya. “Aku tanya, kok malah balik nanya ke aku sih?”, ia bertanya dengan nada agak ketus. “Aku sanggup, Santi”, tegasku. Akhirnya dia tersenyum juga. Eksanti lalu berjalan ke arahku menuju tempat tidur lalu duduk di sampingku. Aku lalu merangkul tubuhnya dan membaringkan tubuhnya di atas kasur. “Janji ya, Mas..!”, ujarnya lagi. Aku mengangguk.

    Kini aku memeluk tubuh indah Eksanti dengan posisi menyamping, sedang Eksanti rebah menghadap ke atas langit-langit kamar. Aku mencium pipinya, sambil jemariku membelai-belai bagian belakang telinganya. Matanya terpejam seolah menikmati usapan tanganku. Aku memandangi wajahnya yang manis, hidungnya yang mancung, lalu bibirnya. Aku tidak tahan untuk berlama-lama menunggu, sehingga akhirnya aku memberanikan diri untuk mencium bibirnya. Aku melumat bibir tipis itu dengan mesra, lalu aku mulai menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Mulutnya terbuka perlahan menerima lidahku. Cukup lama aku mempermainkan lidahku di dalam mulutnya. Lidahnya begitu agresif menanggapi permainan lidahku, sampai-sampai nafas kami berdua menjadi tersengal-sengal tidak beraturan. Sesaat kemudian, ciuman kami terhenti untuk menarik nafas, lalu kami mulai berpagutan lagi.. dan lagi.. Tangan kiriku yang bebas untuk melakukan sesuatu terhadap Eksanti, kini mulai aku aktifkan. Aku membelai, meremasi pangkal lengannya yang terbuka. Aku membuka telapak tanganku, sehingga jempolku bisa menggapai permukaan dadanya sambil tetap membelai lembut pangkal lengannya. Bibirku kini turun menyapu kulit putih di lehernya seiring telapak tanganku meraup bukit indah payudaranya. Eksanti menggeliat bagai cacing kepanasan terkena terik mentari. Suara rintihan berulang kali keluar dari mulutnya, disaat lidahku menjulur, menjilat, membasahi, menikmati batang lehernya yang jenjang. “Mas, jangan..!”, Eksanti mencoba menarik telapak tanganku yang kini sedang mereMas, menggelitik payudaranya. Aku tidak peduli lagi. Lagi pula dia juga tampaknya tidak sungguh-sungguh untuk melarangku. Hanya mulutnya saja yang seolah melarang, sementara tangannya cuma sebatas memegang pergelangan tanganku, sambil tetap membiarkan telapak tanganku terus mengelus dan meremas buah dadanya yang mulai mengeras membusung.

    Suasana angin pantai yang dingin di luar sana, sangat kontras dengan keadaan di dalam kamar tempat kami bergumul. Aku dan Eksanti mulai merasa kegerahan. Aku akhirnya membuka kaosku sehingga bertelanjang dada. “Santi, Mas sangat ingin melihat payudaramu, ‘yang..”, ujarku sambil mengusap bagian puncak puting payudaranya yang menonjol. Eksanti kembali menatapku tajam. Mestinya aku tidak perlu memohon kepadanya karena saat itupun aku sudah membelai dan meremas-remas payudaranya. Tetapi entah mengapa aku lebih suka jika Eksanti yang membuka kaosnya sendiri untukku. “Tapi janji Mas yaa.., cuma yang ini aja”, katanya lagi. Aku cuma mengangguk, padahal aku tidak tahu apa yang mesti aku janjikan lagi. Eksanti akhirnya membuka kaos ketat warna orange-nya di depan mataku. Aku terkagum-kagum ketika menatap dua gundukan daging di dadanya, yang masih tertutup oleh sebuah berwarna bra berwarna hitam.

    Payudara itu begitu membusung, menantang. Bukit-bukit di dada Eksanti naik turun seiring dengan desah nafasnya yang memburu. Sambil berbaring Eksanti membuka pengait bra di punggungnya. Punggungnya melengkung indah. Aku menahan tangan Eksanti ketika dia mencoba untuk menurunkan tali bra-nya dari atas pundaknya. Justru dengan keadaan bra-nya yang longgar karena tanpa pengait seperti itu, membuat payudaranya semakin menantang. Payudaranya sangat putih kontras dengan warna bra-nya, sangat terawat dan sangat kencang, seperti yang selama ini selalu aku bayang-bayangkan. “Payudaramu masih tetap bagus sekali. Santi, kamu pintar merawat, yaa..”, aku mencoba mengungkapkan keindahan pada tubuhnya. “Pantes si Yoga jadi tergila-gila sama dia,”, pikirku. Lalu, perlahan-lahan aku menarik turun cup bra-nya. Mata Eksanti terpejam. Perhatianku terfokus ke puting susunya yang berwarna merah kecoklatan. Lingkarannya tidak begitu besar, namun ujung-ujung puncaknya begitu runcing dan kaku.

    Aku mengusap putingnya lalu aku memilin dengan jemariku. Eksanti mendesah. Mulutku turun ingin mencicipi payudaranya. “Egkhh..”, rintih Eksanti ketika mulutku melumat puting susunya. Aku mempermainkan dengan lidah dan gigiku. Sekali-sekali aku menggigit lembut putingnya, lalu aku hisap kuat-kuat sehingga membuat Eksanti menarik, menjambak rambutku. Puas menikmati buah dada yang sebelah kiri, aku mencium buah dada Eksanti yang satunya, yang belum sempat aku nikmati. Rintihan-rintihan dan desahan kenikmatan silih berganti keluar dari mulut Eksanti. Sambil menciumi payudara Eksanti, tanganku turun membelai perutnya yang datar, berhenti sejenak di pusarnya lalu perlahan turun mengitari lembah di bawah perut Eksanti. Aku membelai pahanya sebelah dalam terlebih dahulu sebelum aku memutuskan untuk meraba bagian kewanitaannya yang masih tertutup oleh celana jeans ketat yang dikenakan Eksanti.

    Secara tiba-tiba, aku menghentikan kegiatanku, lalu berdiri di samping ranjang. Eksanti tertegun sejenak memandangku, lalu matanya terpejam kembali ketika aku membuka pantalon warna hitam yang aku kenakan. Sengaja aku membiarkan lampu kamar cottage itu menyala terang, agar aku bisa melihat secara jelas detil dari setiap inci tubuh Eksanti yang selama ini sering aku jadikan fantasi seksualku. Aku masih berdiri sambil memandang tubuh Eksanti yang tergolek di ranjang, menantang. Kulitnya yang putih membuat mataku tak jemu memandang. Perutnya begitu datar. Celana jeans ketat yang dipakainya telihat terlalu longgar pada pinggangnya namun pada bagian pinggulnya begitu pas untuk menunjukkan lekukan pantatnya yang sempurna.

    Puas memandangi tubuh Eksanti, lalu aku membaringkan tubuhku di sampingnya. Aku merapikan untaian rambut yang menutupi beberapa bagian pada permukaan wajah dan leher Eksanti. Aku membelai lagi payudaranya. Aku mencium bibirnya sambil aku masukkan air liurku ke dalam mulutnya. Eksanti menelannya. Tanganku turun ke bagian perut lalu menerobos masuk melalui pinggang celana jeans-nya yang memang agak longgar. Jemariku bergerak lincah mengusap dan membelai selangkangan Eksanti yang masih tertutup celana dalamnya. Eksanti menahan tanganku, ketika jari tengah tanganku membelai permukaan celana dalamnya tepat diatas kewanitaannya. Ia telah basah.. Aku terus mempermainkan jari tengahku untuk menggelitik bagian yang paling pribadi pada tubuh Eksanti. Pinggul Eksanti perlahan bergerak ke kiri.., ke kanan.. dan sesekali bergoyang untuk menetralisir ketegangan yang dialaminya. “Mas, nanti kita terlalu jauh, Mas..”, ujarnya perlahan sambil menatap sayu ke arahku. Matanya yang sayu ditambah dengan rangsangan yang tengah dialaminya, menambah redup bola matanya. Sungguh, aku semakin bernafsu melihatnya.

    Aku menggeleng lalu tersenyum, bahkan aku malah menyuruh Eksanti untuk membuka celana jeans yang dipakainya. Tangan kanan Eksanti berhenti pada permukaan kancing celananya. Ia kelihatan ragu-ragu. Aku lalu berbisik mesra ke telinganya, kalau aku ingin memeluknya dalam keadaan telanjang seperti yang selama ini senantiasa aku mimpikan. Eksanti lalu membuka kancing dan menurunkan reitsliting celana jeans-nya. Celana dalam hitam yang dikenakannya begitu mini sehingga rambut-rambut pubis yang tumbuh di sekitar kewanitaannya hampir sebagian keluar dari pinggir celana dalamnya. Aku membantu menarik turun celana jeans Eksanti. Pinggulnya agak dinaikkan ketika aku agak kesusahan menarik celana jeans itu. Posisi kami kini sama-sama tinggal mengenakan celana dalam. Tubuhnya tampak semakin seksi saja. Pahanya begitu mulus. Memang harus aku akui tubuhnya begitu menarik dan memikat, penuh dengan sex appeal. Eksanti menarik selimut untuk menutupi permukaan tubuhnya. Aku beringsut masuk ke dalam selimut lalu memeluk erat tubuh Eksanti. Kami berpelukan.

    Aku menarik tangan kirinya untuk menyentuh kepala kejantananku. Dia tampak terkejut ketika mendapatkan kejantananku yang tanpa penutup lagi. Memang, sebelum aku masuk ke dalam selimut, aku sempat melepaskan celana dalamku tanpa sepengetahuan Eksanti. Aku tersenyum nakal. “Occhh..”, Eksanti semakin kaget ketika tangannya menyentuh kejantananku yang telah tegak menegang. “Kenapa, Santi?”, aku bertanya pura-pura tidak mengerti. Padahal aku tahu dia pasti terkejut karena merasakan betapa telah kuat dan kokohnya kejantananku saat ini. Eksanti tersenyum malu. Sentuhan kejantananku di tangannya membuat Eksanti merasa malu, tetapi hati kecilnya mau, ditambah sedikit rasa takut, mungkin.. Kini, Eksanti mulai berani membelai dan menggenggam kejantananku. Belaiannya begitu mantap menandakan Eksanti begitu piawai dalam urusan yang satu ini. “Tangan kamu semakin pintar yaa.., Santi”, ujarku sambil memandang tangannya yang mulai mengocok-ngocok lembut sekujur kejantananku. “Ya, mesti dong..,’kan Mas yang dulu ngajarin Santi!”, jawabnya sambil cekikikan. Mendapat jawaban pertanyaan seperti itu, entah mengenapa hasrat birahiku tiba-tiba menjadi semakin liar.

    Namun aku tetap berusaha bertahan untuk sementara waktu, sebelum aku merasakan ia benar-benar siap untuk berpaducinta denganku. Sambil meresapi kenikmatan usapan-usapan yang aku rasakan di sepanjang kulit batang kejantananku, jari-jemariku yang nakal mulai masuk dari samping celah celana dalam Eksanti. Telapak tanganku langsung menyentuh bibir kewanitaannya yang sudah merekah basah. Jari telunjukku membelai-belai sejumput daging kecil di dalam lepitan celahnya, sehingga Eksantipun semakin merasakan nikmat semata. “Kamu mau mencium kejantananku nggak, Santi?”, tanyaku tanpa malu-malu lagi. Eksanti tertawa sambil mencubit batang kejantananku. Aku meringis. “Kalau punya Mas yang sekarang, kayaknya Santi nggak bisa?”, ujarnya. “Kenapa memangnya, apa bedanya punya Mas yang dulu dengan yang sekarang?”, tanyaku penasaran. “Yang sekarang kayaknya nggak muat di mulutku, soalnya rasanya tambah besar dari yang dulu..”, selesai berkata demikian Eksanti langsung tertawa kecil. “Kalau yang dibawah, gimana?”, tanyaku lagi sambil menusukkan jari tengahku ke dalam lubang kewanitaannya. Eksanti merintih sambil menahan tanganku.

    Tetapi jariku sudah terlanjur tenggelam ke dalam liang senggamanya. Aku merasakan liang kewanitaannya berdenyut menjepit jariku. Oooch.., pasti nikmat sekali kalau saja kejantananku yang diurut, pikirku. Tiba-tiba, matanya memandang tajam ke arahku, dengan muka yang agak berkerut masam. “Kenapa, Santi, ada apa ‘yang?”, aku bertanya sambil menarik tanganku dari liang kewanitaannya. Aku tahu dia marah, tetapi apa sebabnya..? “Anak ini, kok aneh banget, jual mahal lagi”, pikirku. “..atau dia ingat Yoga, sehingga tiba-tiba ia merasa bersalah?” “..terus ngapain dia mau aku cumbu sejak kemarin?”, aku masih penasaran dengan sikapnya yang tiba-tiba berubah. “Mas ‘kan sudah janji untuk tidak melakukannya, ‘kan?”, tiba-tiba Eksanti berbicara. Aku terdiam. “Aku tadinya nggak mau kita masuk ke kamar ini, karena aku takut kita nggak bisa menahan keinginan untuk melakukannya lagi, Mas”, tambahnya memberikan pengarahan kepadaku. “Bagaimanapun juga khusus untuk yang satu ini, Santi tidak dapat memberikan buat Mas lagi.

    Bukan hanya Mas yang nggak tahan, aku juga sebenarnya sudah nggak tahan.. Aku nggak munafik, Mas. Tapi.. kumohon, please.. Mas mau mengerti posisiku sekarang”, sambil berkata demikian Eksanti mencium keningku. Aku tidak tahu harus berbuat apa saat itu. Dalam posisi yang sudah sama-sama telanjang, kecuali Eksanti yang masih mengenakan celana dalamnya, berdua di dalam sebuah kamar di tepi laut yang romantis, dapat dibayangkan apa sebenarnya yang bakal terjadi. Tetapi kali ini tidaklah demikian. Bayanganku tentang kenikmatan saat bercinta dengan Eksanti sirna sudah, atau setidaknya tidak dapat aku rasakan saat ini. Tapi sampai kapan? Aku jadi berpikiran untuk memaksanya saja melakukan persetubuhan, tetapi hal itu bertentangan dengan hati nuraniku. Akhirnya aku cuma bisa pasrah dan diam. Kejantananku yang tadi aku rasakan telah tegang menantang, tiba-tiba menjadi lemas dalam genggaman tangan Eksanti. Eksanti meminta maaf kepadaku, menyadari kalau aku kecewa dengan pernyataannya. Aku merasa sudah tidak mungkin bisa untuk melanjutkan permainan cinta lagi.

    Aku akhirnya meminta ijin kepada Eksanti untuk mandi. Sungguh,.. aku merasa kecewa sekali. Di dalam kamar mandi, aku lama terdiam. Aku memandang tubuhku di depan cermin. Kemudian aku guyur tubuhku dengan air yang mengalir deras dari shower di atas kepalaku. Aku ingin mendinginkan suhu tubuhku. Tiba-tiba, aku merasakan ada orang lain yang memelukku dari arah belakang. Aku terkejut, namun cuma sesaat setelah menyadari, ternyata Eksantilah yang ada di belakangku. Dia tersenyum memandangku. “Ecchh.. kamu Santi, jangan deket-deket acchh.., aku masih kesel nih!!”, gumamku berpura-pura sambil mencoba membalas senyumannya. “Aku ingin mandi bersamamu, Mas,.. boleh?”, pintanya manja. Aku tidak menjawab permintaannya. Aku langsung menarik tubuhnya untuk berhadapan denganku. Masih di bawah guyuran air yang mengalir dari shower, aku menangkap lengannya, lalu memandang tajam ke arahnya. Berulang kali tanganku mencoba mengusap wajah cantik sensualnya dari guyuran air.

    Rambutnya yang basah semakin menambah keerotisan wajahnya. Dengan perlahan tanganku menangkap payudaranya dan mengusap, meremas kuat. Eksanti meringis. Bukannya melarang, Eksanti malah mengambil sabun, dan mulai menyabuni tubuhku. Mula-mula dari dada, ke belakang punggung lalu menuju ke bawah, ke batang kejantananku. Aku merasa aneh atas sikapnya yang berubah-ubah dan suka menggoda. Diusapnya lembut batang kejantananku yang sedikit demi sedikit mulai mengeras kembali. Tangannya yang penuh dengan busa sabun, begitu lembut mengocok batang kejantananku sehingga aku merasa sangat nikmat. Aku tidak tinggal diam, aku membalas menyabuni sekujur tubuh Eksanti. Aku mengikuti setiap gerakan yang dibuatnya terhadap tubuhku lalu aku mempraktekkan kepadanya. Aku membalikkan tubuh Eksanti, sehingga kini ia membelakangiku. Sengaja aku memposisikan tubuhnya berada di depanku, agar aku dapat melihat bagian depan tubuhnya pada permukaan cermin di depannya.

    Aku melihat ekspressi wajah Eksanti pada permukaan cermin. Mata kami beradu pandang, sementara tanganku membelai-belai payudaranya yang mulai mengeras. Aku mempermainkan puncak-puncak putungnya dengan jemariku, sementara tanganku yang satunya mulai meraba bulu-bulu lebat di sekitar liang kewanitaan Eksanti. Dengan sedikit membungkukkan tubuh, aku meraba permukaan bibir kewanitaan Eksanti. Jari tengahku mempermainkan klitorisnya yang mengeras terkena siraman air. Batang kejantananku yang kini sudah siap tempur, berada dalam genggaman tangan Eksanti. Sementara aku merasakan, celah kewanitaan Eksanti juga sudah mulai mengeluarkan cairan cinta yang meleleh melewati jemari tanganku yang kini sedang menyusuri lorong di dalamnya. Aku membalikkan tubuh Eksanti kembali, sehingga kini posisinya berhadap-hadapan denganku. Aku memeluk tubuh Eksanti sehingga batang kejantananku menyentuh pusarnya. Tanganku membelai punggungnya, lalu turun meraba bukit-bukit pantatnya yang membulat indah. Eksanti membalas pelukanku dengan melingkarkan tangannya di pundakku. Kedua telapak tanganku meraih pantat Eksanti. Aku meremas dengan sedikit agak kasar, lalu aku mengangkat agak ke atas, agar batang kejantananku berada tepat di depan gerbang kewanitaannya. Kaki Eksanti kini tak lagi menyentuh permukaan lantai kamar mandi. Kaki Eksanti dengan sendirinya mengangkang ketika aku mengangkat pantatnya. Meski agak susah namun aku tetap berusaha agar batang kejantananku bisa masuk merasakan jepitan liang kewanitaan Eksanti. Aku merasakan kepala kejantananku sudah menyentuh bibir kewanitaan Eksanti. Aku menekan perlahan, seiring dengan menarik buah pantatnya ke arah tubuhku.

    Eksanti menggeliat. Aku merasa kesulitan untuk memasukkan batang batang kejantananku ke dalam liang kewanitaan Eksanti, karena kejantananku yang terus-terusan basah terkena air shower. Akhirnya, aku mengangkat tubuh Eksanti ke luar dari kamar mandi. Bagaimanapun juga aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini, apalagi terbukti tadi, Eksanti hanya diam saja ketika aku berusaha menyusupkan batang kejantananku ke liang senggamanya. Pada saat aku membawanya menuju tempat tidur, Eksanti melingkarkan kedua kakinya di pinggangku. Aku membaringkan tubuhnya di atas kasur. Lalu, denhan hati-hati tubuhku menyusul menimpa ke atas tubuhnya. Kami tidak mempedulikan butiran-butiran air yang masih menempel di sekujur tubuh kami, sehingga membasahi permukaan kasur. Aku menciumi lagi lehernya yang jenjang lalu turun melumat puting payudaranya.

    Telapak tanganku terus membelai dan meremasi setiap lekuk dan tonjolan tubuh Eksanti. Aku kembali melebarkan kedua pahanya, sambil mengarahkan batang kejantananku ke bibir kewanitaan Eksanti. Eksanti mengerang lirih. Matanya perlahan terpejam. Giginya menggigit bibir bawahnya untuk menahan laju birahinya yang semakin kuat. Aku menatap mata Eksanti penuh hasrat nafsu. Bola matanya seakan memohon kepadaku untuk segera memasuki tubuhnya. “Aku ingin bercinta denganmu, Santi”, bisikku pelan, sementara kepala kejantananku masih menempel di belahan liang kewanitaan Eksanti. Kata-kataku yang terakhir ini ternyata membuat wajah Eksanti memerah. Mungkin, ketika bersama Yoga, dia jarang mendengar permintaan yang terlalu to the point begitu. Aku bisa memastikan, Eksanti agak malu mendengarnya. Aku berhenti sesaat untuk menunggu jawaban permohonanku kepadanya, karena bagaimana pun aku tidak mau melakukan persetubuhan tanpa memperoleh persetujuan darinya. Aku bukan tipe laki-laki yang demikian. Bagiku berpaducinta adalah kesepakatan, sepakat berdasarkan kesadaran tanpa adanya unsur pemaksaan. Eksanti menatapku sendu lalu mengangguk pelan sebelum memejamkan matanya. Bukan main rasa senangnya hatiku.

    Akhirnya.. “..yes!”. Aku berjanji akan memperlakukannya dengan hati-hati sekali, begitu yang ada dalam fikiranku. Kini aku berkonsentrasi penuh dengan menuntun batang kejantananku yang perlahan mulai menyusup melesak ke dalam liang kewanitaan Eksanti. Mula-mula terasa seret memang, namun aku malah semakin menyukainya. Perlahan namun pasti, kepala kejantananku membelah liang kewanitaannya yang ternyata begitu kencang menjepit batang kejantananku. Dinding dalam kewanitaan Eksanti ternyata sudah begitu licin, sehingga agak memudahkan kejantananku untuk menyusup lebih ke dalam lagi. Eksanti memeluk erat tubuhku sambil membenamkan kuku-kukunya di punggungku, hingga aku agak kesakitan. Namun aku tak peduli. “Mas, gede banget, occhh..”, Eksanti menjerit lirih.

    Tangannya turun menangkap batang kejantananku. “Pelan maas..”, ujarnya berulang kali, padahal aku merasa aku sudah melakukannya dengan begitu pelan dan hati-hati. Mungkin karena lubang kewanitaannya tidak pernah lagi dimasuki batang kemaluan seperti milikku ini. Soalnya aku tahu pasti ukuran kejantanan Yoga, pacar Eksanti tidaklah sebesar yang aku miliki. Makanya Eksanti agak merasa kesakitan. Akhirnya batang kejantananku terbenam juga di dalam kewanitaan Eksanti. Aku berhenti sejenak untuk menikmati denyutan-denyutan yang timbul akibat kontraksi otot-otot dinding kewanitaan Eksanti. Denyutan itu begitu kuat, sampai-sampai aku memejamkan mata untuk merasakan kenikmatan yang begitu sempurna.

    Aku melumat bibir Eksanti sambil perlahan-lahan menarik batang kejantananku,.. untuk selanjutnya aku benamkan lagi, masuk.., keluar.., masuk.., keluar.. Aku meminta Eksanti untuk membuka kelopak matanya. Eksanti menurut. Aku sangat senang melihat matanya yang semakin sayu menikmati batang kejantananku yang keluar masuk di dalam kewanitaannya. “Aku suka kewanitaanmu, Santi, kewanitaanmu masih tetap rapet, ‘yang”, ujarku sambil merintih keenakan. Sungguh, liang kewanitaan Eksanti masih terasa enak sekali. “Icchh.. Mas ngomongnya sekarang vulgar banget”, balasnya sambil tersipu malu, lalu ia mencubit pinggangku. “Tapi enak ‘kan, ‘yang?”, tanyaku, yang dijawab Eksanti dengan sebuah anggukan kecil. Aku meminta Eksanti untuk menggoyangkan pinggulnya. Eksanti langsung mengimbangi gerakanku yang naik turun dengan goyangan memutar pada pinggangnya. “Suka batang kejantananku, Santi?”, tanyaku lagi. Eksanti hanya tersenyum.

    Batang kejantananku terasa seperti diremas-reMas. Masih ditambah lagi dengan jepitan liang senggamanya yang sepertinya punya kekuatan magis untuk menyedot meluluh lantakkan otot-otot kejantananku. “Makin pintar saja dia menggoyang”, batinku dalam hati. “Occhh..”, aku menjerit panjang. Rasanya begitu nikmat. Aku mencoba mengangkat dadaku, membuat jarak dengan dadanya, dengan bertumpu pada kedua tanganku. Dengan demikian aku semakin bebas dan leluasa untuk mengeluar-masukkan batang kejantananku ke dalam liang senggama Eksanti. Aku memperhatikan dengan seksama kejantananku yang keluar masuk lincah di sana. Dengan posisi seperti ini aku merasa begitu jantan. Eksanti semakin melebarkan kedua pahanya, sementara tangannya melingkar erat di pinggangku. Gerakan naik turunku semakin cepat mengimbangi goyangan pinggul Eksanti yang semakin tidak terkendali. “Santii.. enak banget, ‘yang, kamu makin pintar, ‘yang..”, ucapku merasa keenakan. “Kamu juga, Mas.., Santi juga enakk..”, , jawabnya agak malu-malu. Eksanti merintih dan mengeluarkan erangan-erangan kenikmatan.

    Berulang kali mulutnya mengeluarkan kata-kata, “aduh..occhh..”, yang diucapkan terputus-putus. Aku merasakan liang senggama Eksanti semakin berdenyut sebagai pertanda Eksanti akan mencapai puncak pendakiannya. Aku juga merasakan hal yang sama dengannya. Namun aku mencoba bertahan dengan menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya pelan-pelan, untuk menurunkan daya rangsangan yang aku alami. Aku tidak ingin segera menyudahi permainan ini dengan tergesa-gesa. Aku mempercepat goyanganku ketika aku menyadari Eksanti hampir mencapai orgasmenya. Aku meremas payudaranya kuat-kuat, seraya mulutku menghisap dan menggigiti puting susu Eksanti. Aku menghisap dalam-dalam. “Occhh.. Mas..”, jerit Eksanti panjang. Aku membenamkan batang kejantananku kuat-kuat ke liang senggamanya hingga mencapai dasar rongga yang terdalam. Eksanti mendapatkan kenikmatan yang sempurna. Tubuhnya melengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhnya mengejang. Kepalaku ditarik kuat-kuat hingga terbenam di antara dua bukit payudaranya. Pada saat tubuhnya menghentak-hentak, ternyata aku merasa tidak sanggup lagi untuk bertahan lebih lama. “Saanntii.. aakuu.. mau keluaarr.. saayang.. occhh.. hh..”, jeritku.

    Aku ingin menarik keluar batang kejantananku dari dalam liang senggamanya. Namun Eksanti masih ingin tetap merasakan orgasmenya, sehingga tubuhku serasa dikunci oleh kakinya yang melingkar di pinggangku. Saat itu juga aku merasa hampir saja memuntahkan cairan hangat dari ujung kejantananku yang hampir meledak. Aku merasakan tubuhku bagaikan layang-layang putus yang melayang terbang, tidak berbobot. Aku tidak sempat menarik keluar batang kejantananku lagi, karena secara spontan Eksanti juga menarik pantatku kuat ke tubuhnya, berulang kali. Mulutku yang berada di belahan dada Eksanti menghisap kuat kulit putihnya, sehingga meninggalkan bekas merah pada disana. Telapak tanganku mencengkram buah dada Eksanti. Aku meraup semuanya, sampai-sampai Eksanti merasa agak kesakitan. Aku tak peduli lagi. Hingga akhirnya.. plash.. plash.. plash.. (8X), spermaku akhirnya muncrat membasahi lubang sorganya.

    Aku merasakan nikmat yang tiada duanya ditambah dengan goyangan pinggul Eksanti pada saat aku mengalami orgasme. Tubuhku akhirnya lunglai tak berdaya di atas tubuh Eksanti. Batang kejantananku masih berada di dalam liang kenikmatan Eksanti. Eksanti mengusap-usap permukaan punggungku. “Kamu menyesal, Santi?”, ujarku sambil mencium pipinya. Eksanti menggeleng pelan sambil membalas membelai rambutku. Aku tersenyum kepadanya. Eksanti membalas. Aku meyandarkan kepalaku di dadanya. Jam telah menunjukkan pukul 21:00 dan aku mesti cepat pulang ke rumah, karena tadi aku tidak sempat membuat alasan untuk pulang terlambat. Begitu pula dengan Eksanti, yang saat itu telah memiliki kebiasan baru selayaknya calon pasangan suami istri, yaitu makan malam bersama Yoga di rumah kost mereka. Sebelum berpisah, kami berciuman untuk beberapa saat. Itu adalah ciuman kami yang terakhir.., percintaan kami yang terakhir.., sebelum akhirnya Yoga menikahi Eksanti, 2 bulan kemudian.

  • Cerita Sex Pengalaman Seks Perdanaku

    Cerita Sex Pengalaman Seks Perdanaku


    772 views

    Perawanku – Cerita Sex Pengalaman Seks Perdanaku, Pengalaman Seks Perdanaku Waktu itu umurku 11 tahun umur yang sangat muda bahkan boleh dikatakan masih anakanak untuk mengetahui mengenai hubungan sex atau bersenggama, mendengar kata itupun aku tidak pernah dan memang sebelum kejadian itu aku tidak pernah tahu mengenai masalah sex apalagi berhubungan sex dengan lawan jenisku. Tetapi karena kejadian itulah yang menjadi awal hidupku dalam sex, aku langsung melakukan, merasakan dan mengetahui hubungan sex dan kenikmatannya sampai sekarang.

    Seperti harihari biasanya sepulang dari sekolah aku pasti langsung keluar bermain sehabis makan siangku, waktu itu aku dan dua teman lakilakiku serta satu teman perempuan, sebut saja namanya Awal, Nono dan Ana pergi bermain ke rumah salah satu teman perempuan kami yang masih satu lorong dengan kami namanya Tari. Diantara kami berlima hanya Ana yang mempunyai postur tubuh yang seperti orang dewasa, maksud saya seperti sudah berumur 16 tahun padahal umurnya baru 13 tahun, lebih tua dua tahun dari kami berempat. Rumah Tari berada paling dalam di lorong kami kirakira 6 rumah dari rumahku. Aku, Awal, Nono dan Ana berjalan menyusuri lorong kami menuju rumah Tari yang berada paling belakang.

    Kamipun tiba didepan rumah Tari tetapi rumah itu kelihatan sepi tidak seperti biasanya terdengar keras suara tape yang diputar oleh ibu Tari. Akupun mulai membuka pintu halaman dan masuk ke halaman diikuti Ana, Nono dan Awal. Tari.. Tari.., teriak Ana mencoba memanggil. Klek.. klok, terdengar suara kunci pintu depan dibuka dan keluarlah seorang wanita dari pintu itu. Mari, cari Dik Tari ya?, tanya wanita itu yang ternyata adalah Wati, pembantu di rumah itu. Tak lama kemudian dari belakang Wati muncul Tari sambil memegang sebuah gelas berisi air. Ayo naik, Tari menyuruh kami naik ke teras rumah. Kok sepi, kataku.

    Mama dan Papaku lagi ke luar kota selama 2 hari, jawab Tari. Mungkin karena udara siang itu gerah sekali maka Tari hanya memakai baju kaos kutang(mini size) dan rok pendek berwarna biru sehingga kulitnya yang putih dan mulus itu hampir kelihatan seluruhnya kalau payudaranya sih belum ada, ada sih tetapi BaTuTe alias Baru Tumbuh Tete namanya juga masih anakanak pantas saja kalau ia berani hanya memakai pakaian seadanya itu. Tari memang mempunyai wajah dan postur tubuh yang sangat feminin dibanding dengan Ana.

    Tari sudah tahu kami datang kerumahnya untuk bermain, Taripun masuk kedalam rumah dan kemudian keluar dengan membawa segala macam permainan yang akan kami pakai bermain. Lalu Watipun keluar membawa satu ceret berisi sirop dan lima gelas kosong dan diletakkannya diatas meja teras. Kalau ada yang haus ini minumnya aku taruh disini, yang kemudian masuk kedalam meninggalkan kami yang sudah asyik bermain dengan permainan kami masingmasing.

    Dik Tari aku ke tetangga depan dulu ya.., kata wati yang sudah berada dibawah halaman. Jangan lama ya Kak Wati! Kalau mereka semua sudah pulang aku sendirian, kata Tari kepada pembantunya itu, yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Wati dan langsung keluar dari halaman dan menghilang. Kamipun semakin asyik dan bebas bermain dirumah yang penghuninya tinggal Tari sendiri.

    Karena capek atau mungkin juga bosan akupun berhenti bermain dan menuju meja tempat air sirop yang disediakan Wati tadi sebelum pergi meninggalkan kami. Aku menumpahkan sirop itu kedalam gelasku dan meminumya dengan perasaan haus kemudian aku berbaring dilantai teras itu. Rupanya Tari, Ana, Awal dan Nono melihatku berhenti bermain merekapun ikut berhenti dan mengambil minum, sama seperti aku lalu beristirahat. Awal dan Nono ikutikutan berbaring di sampingku sementara Tari dan Ana duduk di kursi teras sambil berbincangbincang ringan.

    Bagaimana kalau kita nonton video sambil beristirahat, nanti sebentar selesai nonton baru kita lanjut bermain lagi?, kata Ana kepada kami. Ide Ana itu akhirnya kami setujui bersama, lalu kami berlima bergegas masuk kedalam rumah menuju ke ruang tengah tempat televisi berada. Mau putar film apa ya..?, tanya Tari kepada kami sambil membuka lemari tempat penyimpanan kaset videonya. Film kartun ada Tar?, tanya Nono. Aduh baru kemarin sepupuku datang untuk meminjam film itu, jawab Tari. Bagaimana kalau film perang atau detektif saja, kata Awal asal.

    Oh kalau itu banyak disini, Papaku suka nonton film perang tetapi yang mana ya..?, sambil menarik kemudian melihat satupersatu kaset video yang ada didalam lemari itu dibantu oleh Ana. Ana memang paling suka nonton video dirumahnya jadi urusan memilih film kami serahkan pada dia. Bagaimana kalau yang ini, seru Ana sambil mengangkat sebuah kaset berwarna merah. Setelah aku melihatnya dari dekat kemudian membaca dan melihat gambarnya ternyata film James Bond(007) yang setahu aku terkenal dengan adeganadegan adu tembaknya dan kejarkejaran dengan mobil.

    Film itu juga terkenal atau lagi trend pada waktu itu. Aku pernah nonton ini sebagian dirumahku, aku jamin pasti tegang, kata Ana pada kami sambil menyerahkan kaset video itu kepada Tari untuk diputarkan. Kamipun mencari posisi masingmasing diruangan itu untuk menonton film tersebut sementara Tari sibuk menyetelnyetel video dan televisinya. Aku melihat Awal duduk diatas sofa sambil mengangkat kakinya satu yang tanpa dia sadari penisnya keluar sedikit dari samping celananya karena hanya memakai celana pendek dan tidak mengenakan celana dalam sama seperti saya, Nono dan anak lakilaki seumur kami di daerahku.

    Sementara Nono mengambil posisi tiarap di lantai persis di depan sofa tempat awal duduk. Taripun mundur ketika film sudah mulai bermain dan duduk bersila di sofa panjang tempat Ana sedang tiarap dengan posisi melipat kakinya kedepan sehingga roknya terangkat dan celana dalamnya dapat terlihat dengan jelas olehku karena aku duduk tepat dibelakang sofa Tari dan Ana. Aku memang berada paling belakang dari mereka berempat kirakira satu meter jaraknya dari depan televisi.

    Adegan pertama dari film itu sudah seru sekali kami lansung tegang menyaksikannya, adegan tembak menembak dan saling kejar dengan mobil membuat kami kadang berteriak dan sesekali menahan napas, pokoknya seru sekali. Tanpa sengaja aku melihat kearah Tari yang lagi duduk bersila sambil memegang sebuah gelas panjang dan diletakkan ditengah kedua belah pahanya. Apabila ada adegan yang tegang gelas itu dijepit erat sekali oleh kedua pahanya dan menekan turun gelas itu, aku jadi ketawa sendiri melihat kelakuan Tari itu, bukan karena pikiranku ngeres tapi karena aku membayangkan seandainya gelas itu tibatiba pecah dan dia kaget.

    Akhirnya sampailah pada salah satu adegan yang juga tak kalah menariknya dari adeganadegan adu tembak, ternyata film itu ada adegan ranjangnya, ditambah lagi film ini tidak memakai teks bahasa Indonesia seperti film asing lain yang telah melalui sensor sehingga adegan yang kami lihat betulbetul full sex untuk ukuran anak seusia kami. Prianya bertelanjang bulat hanya penisnya saja yang tidak kena kamera (shoot), namun wanitanya hampir kelihatan semuanya hanya vaginanya yang sesekali terhalang oleh suatu benda.

    Keadaan diruangan itu menjadi sunyi ketika adegan panas itu berlangsung beda pada waktu adegan sebelumnya kami kadang harus mengeluarkan teriakan karena tegang. Kini kami semua terdiam hanya suara desahan dan rintihan yang terdengar dari dalam televisi serta suara napas kami yang saling memburu tidak menentu menyaksikan adegan panas di film itu. Perasaanku menjadi panas dingin tak menentu, penisku mulai ereksi, beberapa kali terpaksa aku memasukan tanganku ke dalam celana untuk memperbaiki posisi penisku yang semakin kuat berereksi.

    Lagipula akukan berada pada posisi paling belakang dari temantemanku dan tertutup oleh sofa tempat Tari dan Ana, jadi tidak ada yang bisa melihat pikirku, justru aku yang dapat dengan leluasa mengamati mereka berempat dari belakang. Aku melihat Awal sudah menurunkan kakinya satu yang tadi berada diatas sofa, kini kedua pahanya dirapatkan mungkin ia sedang menjepit juga penisnya yang sedang ereksi. Sedangkan Nono yang masih tiarap di lantai walaupun dilihat sepintas tidak melakukan aktivitas tetapi dari tempatku. Aku amati dengan jelas pantatnya sesekali bergoyanggoyang kecil menekan kebawah seperti ingin menghancurkan lantai yang berada dibawahnya dan Ana kini telah berubah posisi.

    Ia sudah tidak tiarap lagi diatas sofa tetapi berbalik dan terlentang sambil kakinya dilipatkan dan menggoyanggoyangkan kedua pahanya sehingga roknya jatuh ke belakang yang tentu saja pahanya yang sintal kelihatan olehku. Tetapi bukan itu saja celana dalamnya juga aku lihat dengan jelas ada semacam bukit kecil yang tersembunyi dibalik celana dalam itu setelah aku perhatikan dengan seksama apalagi ketika kedua pahanya dalam posisi terbuka. Beda dengan yang lain, Tari semakin rapat menjepit gelas ditengah pahanya sambil tersenyum kecil dengan wajah putihnya yang sudah kemerahan.

    Akhirnya film itu selesai kami tonton, kami saling memandang dan saling melempar senyum satu sama lain sementara Tari menuju ke tempat videonya untuk mematikan televisi dan video. Aku, Nono dan Awal berjalan kembali menuju teras dengan maksudku untuk melanjutkan bermain.Tak lama kemudian Tari dan Ana juga sudah berada diteras bergabung dengan kami bertiga. Aku pulang dulu ya, kata Nono. Aku juga, seru Awal kepada kami, lalu mereka turun dari teras dan pulang entah kenapa mendadak begitu. Sekarang kami tinggal bertiga setelah Awal dan Nono pulang kerumahnya, sementara hari sudah semakin siang namun Wati pembantu Tari belum pulang Juga mungkin asyik ngerumpi dengan pembantu tetangga depan sehingga lupa waktu.

    Bisa tidak kamu meniru gerakan yang di film tadi? Bisalah! jawabku membalas pertanyaan Ana. Lalu aku melakukan gerakangerakan menembak, memukul, menendang pokoknya seluruh gerakan laga yang ada di film tadi, tetapi rupanya bukan gerakan itu semua yang diinginkan oleh Ana lalu ia berjalan menuju kearah Tari dan mengajak Tari masuk kedalam ruangan tempat kami menonton tadi akupun mengikuti mereka berdua dari belakang. Aku berpikir mungkin Ana menyuruh memutar film lagi agar aku bisa melihat gerakan laga yang ada di film.

    Tetapi ternyata kenyataannya lain, Tari ia baringkan di sofa panjang tempat duduk mereka berdua nonton tadi, lalu mengangkat rok Tari keatas, jelas saja Tari kaget dan menarik turun roknya kembali. Tetapi ternyata Ana tidak berhenti sampai disitu. Kamu mau nggak jadi bintang film?, kata Ana kepada Tari. Lalu Tari mengangguk pelan dan membiarkan Ana mengangkat kembali roknya ke atas sambil saling berbisik entah apa yang mereka perbincangkan. Ana tidak berhenti beraktivitas iapun membuka celana dalam Tari sehingga paha putih Tari kelihatan dengan jelas bukan hanya itu yang Ana lakukan iapun datang ke arahku yang sedang bengong bercampur heran melihat perlakuan Ana terhadap Tari.

    Aku yang seperti orang bodoh megikut saja ditarik oleh Ana menuju ketempat Tari yang sedang berbaring, jantungku berdegup kencang sekali ketika sudah berada dihadapan Tari. Bagaimana tidak, aku melihat dengan sangat jelas vagina Tari yang masih tertutup rapat seperti mulut yang lagi tersenyum padaku, apalagi melihat bulubulu halus yang baru tumbuh di sekitar vaginanya namanya juga aku anak lakilaki yang normal penisku langsung ereksi melihat pemandangan nyata seperti itu, bukan di layar televisi yang biasanya kena sensor.

    Melihat keadaan seperti itu Ana lansung memegang penisku yang berada didalam celana dan meremasremasnya dari luar, tidak puas dengan begitu iapun membuka celanaku dan keluarlah senjataku yang sudah berdiri tegap lalu dikocoknya penisku, aku melirik ke arah Tari yang sedang memperhatikan kami sambil senyamsenyum mengeluselus vaginanya. Napasku semakin tidak teratur perasaanku seperti terlempar dan melayang keruangan yang kosong apalagi Ana mulai menarik penisku lalu mendekatkanya ke vagina Tari dan memutarmutarkan kepala penisku di sekitar vagina Tari yang baru ditumbuhi bulubulu halus.

    Melihat Tari menikmati adegan ini akupun mulai berani merabaraba paha Tari yang mulus dan putih aku juga mulai mepraktekkan beberapa adegan yang tadi aku lihat di film, jarijari tanganku mulai bermain disekitar bibir luar vagina Tari. Ah.. uh.. sst.., Tari mulai bersuara yang sedari tadi hanya memejamkan matanya. Ana mulai mundur perlahanlahan kebelakang, sekitar setengah meter dari kami lalu duduk menghadap kami seakanakan melihat dari jauh perbuatan aku dan Tari, aku sempat menoleh kearah Ana ternyata ia sudah tidak mengenakan rok dan celana dalam sehingga boleh dikata ia sudah dalam keadaan setengah telanjang.

    Bagian paha dan vaginanya sudah terbuka semua, ia juga memainkan jarijari tangan di vaginanya bahkan ada cairan yang mengalir di sekitar vaginanya itu. Akupun tetap melakukan aktivitas kepada Tari, kepala penisku aku gesekgesekan dibibir luar vagina Tari yang sudah licin oleh cairan bening yang menetes keluar dari penisku. Aku tidak pernah berpikir untuk menusukkan penisku ke lubang vagina Tari karena adegan itu tidak pernah aku lihat difilm sehingga aku hanya melakukan sebatas gerakangerakan meraba dan menyentuh saja.

    Tibatiba Ana berdiri dan menuju kami berdua satu tangannya membuka bibir vagina Tari dengan dua jarinya sementara tangan satunya sibuk mengocok penisku yang semakin licin bercampur cairan yang ada di tangan Ana. Auh.. geli An.. stt.., kataku. Sebentar lagi kamu akan merasa lebih geli Rur (kependekan namaku, Rury), jawab Ana. Lalu Ana menuntun penisku dan meggosokgosokan kepala penisku ke clitoris Tari yang sudah licin entah kenapa.Selanjutnya dengan perlahan kepala penisku mulai aku rasakan masuk kedalam lubang vagina Tari. Ah.. sst.. pelanpelan ya sakit nih.., seru Tari.

    Aku hanya diam karena sudah tidak sanggup berbuat ataupun berbicara apaapa lagi, sementara Ana sibuk berusaha menuntun penisku agar bisa masuk dengan aman ke vagina Tari. Aku mulai merasakan seperempat dari penisku sudah masuk kedalam vagina tari. Aduh.. ahh.. sst.. digoyang sedikit Rur biar gampang masuknya, ujar Tari kepadaku. Akupun mulai menekannekan pantatku ke bawah sehingga aku mulai merasakan penisku sudah hampir tertelan semua oleh vagina Tari.

    Sementara itu Ana kembali ke tempatnya semula meninggalkan kami berdua yang sudah bisa mengendalikan keadaan, iapun kembali memainkan jarijarinya ke vaginanya bahkan kali ini lebih hebat dari yang tadi;kedua jarinya ia putarputarkan di clitorisnya sambil berdesis nikmat. Di saat aku sudah mulai mempercepat goyanganku karena merasakan penisku akan masuk seluruhnya kedalam vagina Tari, iapun berteriak kesakitan, sambil menahan dadaku dengan kedua tangannya.

    Sedikit lagi Tar.. sst.. ahh, kata Ana dari jauh sambil terus mengesekgesek clitorisnya. Kalau burung Rury sst.. sudah masuk semua auh.. sakitnya akan hilang ahh.., sambung Ana memberikan instruksi ringan kepada kami. Pelanpelan ya Rur goyangnya, kata Tari kepadaku yang aku balas hanya dengan anggukan kepala dan mulai menaik turunkan pantatku yang perlahan tapi pasti semakin cepat, tetapi tibatiba dorongan Ana ke dadaku dengan kedua tangannya terasa sangat kuat sekali sehingga dengan segera aku berhenti bergoyang. Sa.. kit.., dengan sedikit agak berteriak Ana mengeluarkan kata itu.

    Sst.. aduh.. cabut dulu Rur, sambung Ana, dengan sangat perlahan. Dan dengan rasa tidak menentu aku melepaskan penisku dari vagina Tari dan akupun kaget ketika aku melihat ke penisku yang sudah keluar dari vagian Tari ada semacam darah yang melengket dibatang penisku yang kemudian aku juga melihat ke vagina Tari ada darahnya juga. Aku yang memang tidak pernah tahu mengenai hubungan sex atau bersenggama tentu menjadi panik dan heran mengalami keadaan ini otomatis penisku langsung berhenti ereksi. Namun setengah meter dari kami, Ana justru sedang menikmati sekali permainannya bahkan semakin cepat menggosokgosok vaginanya sendiri.

    Ah.. uh.. sst.. enaknya, desisnya sambil kaki Ana menjulurjulur tegang ke depan yang kemudian menusukkan jarinya kedalam lubang vaginanya dan mencabutnya serta menjilatnya sambil tersenyum kecil ke arah kami yang masih dalam kebingungan karena darah yang kami lihat. Aku menjadi berpikiran bahwa Ana sudah sangat berpengalaman dalam hal ini. Lalu Ana berdiri dan menuju kearah kami. Darah itu tidak apaapa Tar!, kata Ana kepada Tari yang masih meringis menahan sakit. Aku juga begitu awalnya, aku menjadi kaget mendengar pernyataan Ana yang ternyata benar dugaanku bahwa dia telah lebih dulu melakukan hubungan sex entah dengan siapa.

    Lalu Ana membantu Tari bangkit dari tempatnya. Mari aku bantu membersihkan darah itu dikamar mandi, kata Ana dan mereka berdua berjalan kebelakang. Aku melihat Tari berjalan disisi Ana sambil tertatihtatih seperti orang baru belajar berjalan sementara akupun sibuk membersihkan penisku seadanya dari darah yang melengket dibatang senjataku itu dan mengumpulkan pakaianku yang berserakan di lantai lalu memakainya kembali. Tak lama kemudian mereka keluar dari dalam rumah menemuiku yang setelah berpakaian menunggu diteras, aku melihat Tari masih menahan sakit yang mungkin masih tersisa.

    Lalu akupun pamit pada Tari hendak pulang yang disusul oleh Ana yang juga ikutan mau pulang, aku berjalan turun dari teras sementara Ana aku lihat masih berbincang dengan Tari yang kemudian menyusulku dari belakang. Persis ketika aku hendak menutup pintu halaman muncul Wati yang baru pulang dari ngerumpi dengan tetangga depan.

    Dua hari kemudian tepatnya hari Sabtu pagi dan kebetulan hari itu libur sekolah, aku lupa libur untuk apa yang jelas tanggal di kalender berwarna merah. Aku, Awal, Ana dan Nono serta beberapa teman lakilaki dan perempuan berkumpul dilapangan dekat rumah Nono sesuai dengan kesepakatan kami sehari sebelumnya. Jarum jam di arlojiku sudah menunjukan pukul 09.15 pagi dan kami sudah lengkap semuanya, kurang lebih ada 11 orang termasuk aku, Awal, Ana dan Nono. Kita semua akan melakukan pendakian atau semacam kemping kecilkecilan dibukit belakang lorong kami, kebetulan di belakng lorong kami ada sedikit bukit yang masih teduh sehingga masih enak untuk dijadikan tempat membuat kemahkemahan.

    Tetapi kami tidak bermalam karena jaraknya dekat, petang hari nanti kami akan pulang juga. Kamipun menuju bukit itu tetapi sambil lewat kami akan singgah dulu dirumah Tari untuk mengambil beberapa perlengkapan dan sekalian menjemput Tari dan memang jalan untuk naik ke bukit itu berada sekitar 200 meter dibelakang rumah Tari. Taripun ternyata sudah siap dihalaman rumahnya dengan memakai topi berwarna warni, baju kaos berwarna biru dan celana puntung ketat. Segala perlengkapan yang akan kami bawapun telah siap semua sehingga kami tidak berlamalama disitu.

    Pikiranku sempat ngeres sedikit ketika melihat Tari berpenampilan begitu setelah kejadian 2 hari yang lalu, namun ketika Ana melihat ke arahku aku tersenyum kecil dan mengalihkan perhatianku ketempat lain. Setelah berjalan satu jam setengah kamipun sampai dipuncak bukit itu dan mulai membangun beberapa buah kemah untuk dijadikan tempat beristirahat dan makan. Sementara itu teman perempuan termasuk Ana dan Tari menyiapkan bekal makanan yang memang telah dimasak dari rumah untuk makan siang kami. Empat buah kemah telah kami bangun dan siap untuk dibangun.

    Salah satu kemah kami gunakan sebagai tempat makan dan menyimpan peralatan, tas dan segala peralatan untuk bermain serta beberapa makanan sore hari nanti sebelum kami pulang. Sambil temanteman perempuan terus menyiapkan makanan dan menata peralatan yang disimpan di kemah itu kami yang pria bermainmain sambil menunggu pangilan untuk makan. Ayo.. makanan telah siap, seru Ana kepada kami yang masih sedang bermain dengan nada memanggil, kamipun lalu bergabung dengan mereka di tenda tempat makanan disediakan. Selesai kami santap siang bersama kamipun melanjutkan bermainmain aku bermain bola dengan beberapa orang teman, ada juga yang masuk ketenda tidurtiduran mungkin karena kekenyangan.

    Awal dan Nono aku lihat asyik bermain gitar dan menyanyinyanyi di bawah sebuah pohon jati tua, disampingya ada Ana sedang membaca majalah. Aku tidak melihat Tari mungkin ia juga sedang beristrahat didalam salah satu tenda. Rupanya cuaca kurang bersahabat pada kami hari itu, tiba tiba hujan turun dengan sangat deras padahal langit pada waktu itu terang benderang seperti pada waktu kami berangkat tadi.Kamipun berhamburan masuk ketendatenda untuk berteduh, aku masuk ketenda tempat penyimpanan barang. Kebetulan pada waktu hujan tadi turun aku sedang mengambil bola yang terlempar disamping tenda itu.

    Ternyata ditenda itu hanya ada Tari yang sedang menyiapkan makanan untuk kami makan sore nanti sebelum kami pulang, akupun membantu Tari di dalam tenda itu sambil kami berbincangbincang ringan. Arlojiku di tanganku sudah menunjukan pukul 14.30 siang namun hujan belum reda juga bahkan langit semakin gelap. Lalu aku mencoba melihat keluar tenda sambil mengamati tendatenda yang lain ternyata Awal dan dua orang teman perempuan nekat keluar dari tenda tempat mereka berteduh dan berlari menghampiri aku dan Tari. Rupanya mereka mau mengambil tas mereka di dalam tenda itu.

    Tolong dong ambilkan tas kami, nanti kalau kami yang ambil barang yang lain ikut basah, kata Awal kepada Aku dan Tari dengan nada menyuruh. Memangnya kalian mau kemana, kataku. Mereka berdua ini punya acara sebentar malam, sambil Awal memandang kedua teman perempuan kami yang sudah menggigil kedinginan. Dan mereka memintaku untuk mengantar mereka pulang, sambung Awal. Apa tidak sebaiknya menunggu hujannya reda, kataku kepada mereka bertiga. Justru mereka khawatir hujannya terlambat berhenti, sehingga mereka bisa terlambat untuk keacara itu, kata Awal menjelaskan.

    Akhirnya mereka bertiga nekat pulang dengan keadaan hujan yang sangat deras sekali, aku dan Tari memandang mereka dari dalam tenda yang lama kelamaan menghilang di kejauhan. Sambil melipat kedua tanganku dan duduk dipintu tenda, aku dan Tari berbincangbincang ringan, lalu aku merasakan seperti ada sesuatu yang menggelitik di dalam celana panjangku. Akupun spontan langsung berdiri, Aduh.. apa ini, kataku khawatir takut ada binatang di dalam celanaku. Tanpa banyak pikir akupun spontan membuka celana panjangku yang tanpa aku sadari Tari berada di sampingku.

    Akupun sekarang tinggal mengenakan celana dalam.Waktu itu aku memang pakai celana dalam karena tahu mau jalan jauh. Aku kibaskibaskan celanaku hendak menjatuhkan sesuatu apabila ada yang melekat di celanaku sambil merabaraba seluruh bagian bawah tubuhku sampai ke ujung kaki, bahkan sempat mengintip kedalam celana dalamku mencari mungkin ada binatang yang masuk ke situ. Mari coba ku periksa, seru Tari sambil menarik celana panjang yang aku pegang. Akupun baru sadar bahwa di situ bukan aku sendiri sehingga aku sedikit malu dalam keadaan setengah bugil didepan Tari.

    Iapun memeriksa celana panjangku itu dan hanya mendapatkan sehelai daun dari dalamnya yang entah kenapa bisa berada di dalam celana panjangku. Mungkin waktu aku sedang bermain bola tadi yang beberapa kali terjatuh di atas rumput liar. Tari lalu kembali menyodorkan celana panjang itu kepadaku yang tanpa sengaja menyentuh penisku yang setengah ereksi akibat tertiup udara dingin. Spontan penisku semakin ereksi, mungkin tersentuh oleh tangan dingin Tari.

    Perubahan pada penisku itu terlihat oleh Tari karena celana dalam yang aku pakai mengembang keluar seakan ada benda di dalamnya yang memaksa keluar, tetapi aku coba mengacuhkan kejadian itu sambil mengambil celana panjangku dari tangan Tari kemudian berbalik membelakanginya. Saat hendak memasukkan satu kakiku kedalam lubang celana panjangku aku merasakan penisku ada yang meraba dari belakang, karena hanya bertumpu pada satu kaki saja aku terpelanting ke samping dan jatuh di atas lantai karpet di dalam tenda itu. Akupun merasakan ada sebuah tangan ikut tertindih olehku yang ternyata adalah tangan Tari.

    Pahakupun terasa dingin oleh karpet yang lembab akibat hawa air hujan yang merembes dari dari dalam tanah. Walaupun aku telah menindih tangan Tari dan mengira ia kesakitan yang ternyata tidak. Justru tangan halus itu bekerja meremas remas batang penisku yang semakin kuat berdiri. Detak jantung terasa makin cepat. Ah.. sst, desahku dengan napas yang mulai tidak beraturan. Ahh.. ayo.. dong Rur, seru Tari yang sedang memelukku dari belakang sambil memasukan kedua tangannya ke dalam celana dalamku, kini kedua tangannya mulai beraksi satunya meremasremas batang penisku yang satunya lagi memainkan biji penisku.

    Uh.. sst.. ahh, desisku seakan melayanglayang. Rupanya setan jahat dibukit itu mulai memasuki kami berdua yang mulai saling bergulatan di atas karpet yang dingin dalam tenda itu. Rur.., semenjak kejadian kemarin aku ingin kamu menusukku lagi, bisik Tari dari belakang persis dekat telingaku sambil terus memutarmutar batang penisku. Akupun membalikkan badanku dan memposisikan diriku berada diatasnya. Kedua lututku yang berada disisi luar paha kanan dan kiri Tari menjadi tumpuan dibantu tanganku yang berada disisi kiri kanan lehernya. Kalau kamu berdarah lagi, bagaimana?, sambil menggosokgosokkan penisku pada celana puntungya yang ketat persis diatas posisi pepeknya berada.

    Kemarin setelah kalian pulang sst.. aku mencoba menusukkan jariku kembali kedalam pepeku uh.., seru Tari sambil sesekali berdesis mungkin mulai terangsang oleh gesekan penisku di pepeknya yang masih tertutup oleh celana puntungnya. Memang.. ah.. ada darah.. sst.. tapi hanya sedikit keluarnya, sambungnya lagi. Pokoknya kamu jangan takut, seakanakan coba meyakinkan aku agar mau melanjutkan permainan ini. Akupun tidak berhenti beraktivitas diatas tubuh Tari, sedikit demi sedikit aku mulai melucuti celana puntungnya. Bajumu dibuka dong!, seruku menyuruh Tari membuka bajunya.

    Sekarang Tari hanya mengenakan celana dalam saja tanpa merasakan dinginnya udara, mungkin karena pemanasan yang telah kami lakukan lebih dahulu tadi. Tanganku mulai mengeluselus paha mulus Tari dan memainkan jarijariku di pinggir celana dalamnya di sekitar selangkangannya. Ah.. sst.. didalam dong Rur ouh.., memintaku memasukan tanganku di dalam celana dalamnya sambil tangannya terus mengocok penisku yang mulai basah dan licin oleh air yang keluar dari senjataku itu sendiri.

    Dengan sedikit permainan tanganku akhirnya celana Tari sudah terlepas meninggalkan tempatnya melekat dan sebuah bukit kecil memerah terpampang di depanku, peniskupun semakin kuat dikocoknya. Ouh.. sst.. gelinya.. jangan digoyang terlalu cepat Tar.. sst, sambil tanganku terus bermain dibibir luar vagina Tari. Tusuk.. uhh.. tusukkan jarimu.. ouh.. Rur, pinta Tari. Akupun memasukkan jari tanganku kelubang vaginanya. Aduh.. ayo Rur ohh.. goyangin dong sst.., pinta Tari lagi kepadaku untuk menggerakkan jariku di dalam vaginanya. Ouh.. ayo.. lebih kencang lagi ohh.. ayo.. Rur, kini pantat dan pinggulnya mulai ikut bergoyang seperti sedang menari mengikuti permainan jariku di dalam vaginanya.

    Aku kini merasakan tangannya sudah berhenti mengocok penisku namun tetap digenggammya eraterat semakin kencang aku memainkan jariku didalam vaginanya genggamannyapun semakin kuat sambil terus merintih dan meliukliuk. Sst.. oh.. woa.., serunya semakin tidak karuan karena merasakan kenikmatan. Kemudian aku mengganti posisiku pindah diantara kedua paha Tari yang sudah terbuka lebar dan bertumpu pada kedua lututku sementara dia tetap pasrah berada di bawahku. Tangannya kini sudah melepaskan penisku, dia hanya terlentang pasrah menunggu permainan dariku dan merasakan kenikmatannya.

    Jari tanganku terus beraksi tetapi bukan lagi bermain di dalam vagina Tari namun aku tusukkan keluar masuk ke dalam vaginanya dan sesekali memainkan clitorisnya yang sudah licin sekali. Oh.. enak Rur.. aduh.. sst.., sambil Tari terus mendesisdesis nikmat. Ouh.. ayo masukkan jarimu semua kalau bisa oh.. ayo Rur masukan.., pinta Tari sedikit agak berteriak seperti orang lagi menanti sesuatu yang belum kunjung tiba. Akupun sempat waswas karena takut kedengaran oleh teman lain, untung saja hujan belum terlalu reda sehingga bisa sedikit menutup suara Tari tadi.

    Ohh.. sst.., akupun mulai mendesis melihat kenikmatan yang diekspresikan oleh Tari lalu penisku yang seperti sudah mau meledak aku masukkan kepalanya di mulut vagina Tari secara perlahan dan menggoyanggoyangkannya dengan tanganku yang sesekali memutarnya pada clitoris Tari yang sudah licin oleh campuran air punyaku dan punya Tari sendiri. Ahh.. enak ya.., tanyaku perlahan pada Tari. Ouw.. sst.. enak Rur ayo masukkin dong oh.., balas Tari dengan suara napas yang semakin memburu ditengah suara hujan yang mulai reda. Kaki Tari aku rasakan mulai melingkar di pinggangku dan secara perlahan mendorong pinggulku kedepan sehingga perlahanlahan batang penisku mulai terbenam ke dalam lubang vaginanya.

    Ohh.. ayo Rur masukkan sst.., pinta Tari untuk kesekian kalinya kepadaku. Ahh.. aduh enaknya.. oh.., balasku mulai merasakan setengah penisku sudah masuk ke dalam lubang kenikmatan itu. Ayo.. goyang Rur, seru Tari padaku, akupun mulai menaik turunkan pantatku. Ohh.. ohh.. uh.., desisku dengan suara napas yang semakin memburu merasakan kenikmatan yang baru aku rasakan. Penisku kini sudah tenggelam semua kedalam vagina Tari akupun tak berhenti bergoyang bahkan semakin cepat seperti ada dorongan dari dalam akibat rasa geli yang semakin menggelitik.

    Kaki Taripun kini semakin erat terasa melingkar dipinggangku bahkan semakin kuat ketika penisku aku tekan dalamdalam. Ohh.. yah.. yah.. ohh.., tibatiba Tari mengerang panjang sekali dan terasa penisku dihimpit keras di dalam vaginanya, kakinya kini terasa semakin erat sekali melingkar di pinggangku sehingga terasa sakit sedikit di situ. Perlahanlahan kaki Tari terjatuh lemas terlepas dari pinggangku aku yang melihat ekspresi Tari justru semakin bernafsu akupun semakin kencang menggoyangkan penisku keluar masuk dari vaginanya namun tibatiba pintu tenda terbuka dan aku kaget sembari cepatcepat turun dari atas tubuh Tari yang sudah lemas dan pasrah.

    Ternyata yang masuk itu adalah Ana ingin menanyakan kapan kita akan pulang karena hujan telah berhenti dari tadi tanpa Aku dan Tari sadari, akupun melirik ke arlojiku yang telah menunjukkan pukul 17.15 sore. Berbeda dengan aku yang sedikit agak gugup dengan kehadiran Ana dan menyaksikan perbuatan kami, Tari dengan keadaan yang sedikit lemas menjawab pertanyaan Ana. Ayo sekarang kita pulang saja, sambil mengenakan pakaiannya satu persatu.

    Akupun sudah mengenakan pakaianku dari tadi ketika Ana membuka pintu kemah. Taripun membenahi segala peralatan yang akan dibawa pulang serta satu persatu temanteman mengambil barangnya yang disimpan ditenda itu. Aku mendengar di luar temanteman mulai sibuk membongkar tenda dan bersiap untuk pulang. Kembali Ana masuk kedalam tenda itu dimana aku masih berada di dalamnya hendak mempersiapkan juga peralatanku untuk dibawa. Tanpa aku sadari Ana memperhatikan resleting celanaku yang lupa aku naikkan. Rur enak ya tadi, aku kaget mendengar pertanyaan Ana itu.

    An jangan bilang siapasiapa ya, balasku kepada Ana. Oke! Pasti nikmat sekali ya Rur, tanya Ana lagi kepadaku dengan santainya. Nikmat apanya waktu kamu masuk tadi aku belum selesai, balasku menjawab pertanyaan Ana dengan nada sedikit kecewa. Ohh.., seru Ana. Tibatiba tangan Ana mengarah ke bagian penisku sambil berkata, Itu restnya lupa dikancing. Aku pikir ia akan membantuku mengancing restliting celanaku karena kedua tanganku sudah terlanjur penuh dengan barangbarang yang akan aku keluarkan dari tenda itu. Ternyata ia malah membuka celanaku dan memerosotkannya sampai di lututku dan mengocok penisku yang tidak tahu apa sebabnya sudah dalam keadaan ereksi.

    Karena memang aku masih tanggung tadi dengan Tari aku membiarkan Ana mengocok penisku sambil menurunkan kembali barang yang berada di kedua tanganku. Ayo Rur.. kasih keluar, seru Ana. Oh.. ya.. sst.. cepat sedikit.. An.. oh.. uh.., menyuruh Ana mempercepat kocokannya. Ah.. ya.. sudah geli nih..ya..sedikit lagi.., seruku dengan napas sedikit memburu. Oh.. ya.. enaknya.. uhh.., air maniku muncrat sampai empat kali dan sedikit mengenai wajah Ana.

    Perasaanku langsung seperti melayang ke langit ketujuh dan berangsurangsur merasa lemas dan berlutut dibawah kaki Ana. Tak lama kemudian Ana menegurku sambil tersenyum, Rur ayo pulang sudah sore nih. Akupun tersadar dan buruburu berdiri, menarik celanaku dan mengancingnya kembali lalu membawa barang yang tadi hendak aku bawa keluar dari tenda itu. Setelah kami sudah siap semuanya kamipun bergerak pulang kembali tepat jam di tanganku menunjukkan pukul 17.48 sore.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,