Author: perawanku

  • Cerita Sex ABG Kenangan Setubuh Gadis Mungil

    Cerita Sex ABG Kenangan Setubuh Gadis Mungil


    637 views

    Perawanku – Cerita Sex ABG Kenangan Setubuh Gadis Mungil, Namaku Par, putra asli Jepara yang sudah sering dan teratur meniduri amoy spgku asal Garut, Sinsin namanya, Wajah cantik, tubuh tinggi 160 cm dan berisi tapi tidak gemuk. Badannya putih mulus, lezat sekali dinikmati dengan tangan dan mulutku, yang untuk kemudian disetubuhi dengan berbagai cara. Namun yang namanya pria, tak pernah puas saja ini si tongkol kecil. Sudah dapat yang satu, masih minta yang lain.

    Empat bulan yang lalu, teman bisnisku asal Pontianak menitipkan keponakannya magang di perusahaanku. Lily adalah mahasiswi fakultas akuntansi. Kebetulan memang ada lowongan dibagian pembukuan. Buat satu semester yang katanya akan dijadikan skripsi . Okelah pikirku. Semula aku kurang tertarik dengannya.

    Meskipun manis wajahnya dengan mata bundar, tidak sipit seperti Sinsin, badannya kurus mungil sekitar 150 cm. Namun kulit lengan dan betisnya lebih putih dan mulus dibandingkan spg Garutku. Putih dadanya dengan buah dada kecil tapi bagus bentuknya. Hmm, kalau disantap seperti apa yah rasanya.

    Sejak itu mulai berubah pikiranku. Kalau lagi berjalan, nampak pantat mungil padat nan indah bentuknya. Kalau badannya mungil, mestinya sempit juga lubang mekinya, pikirku. Kalau sedang bercakap, bibirnya yang mungil enak untuk dipandang. Tak sabar aku buat mencolokkan kontolku di situ.

    Semakin hari semakin mantaplah cita-2ku untuk menikmati tubuhnya. Kecil mungil dengan lubang yang sempit, sensainya tentunya berbeda dengan yang tinggi dan berisi, ha.ha. Mulailah dengan pendekatanku. Sering aku belikan makan siang di kantor, berikut makan malam untuk dibawa pulang. Aku antar pulang kalau hari sudah gelap. Belum lagi kalau pulsanya habis,

    “tinggal lapor aja ke om”, kataku.

    Makin hari makin lancarlah ini busway. Kami biasa ngobrol santai dan agak mesra-2 begitu. Kusentuh lengannya yang putih serta kupegang tangannya. Tidak mengelak, malah dibalas dengan pandangan mata yang mengundang.

    Yang namanya perempuan itu dimana-2 sama, butuh perhatian. Terutama kalau jauh dari keluarga. O ya, sebenarnya dia sudah punya pacar, tapi katanya sedang studi di luar negeri. Baguslah, kesempatan emas buatku. Selama ini tentu saja masih sering aku tiduri spgku secara teratur. Namun makin hari makin tak sabar aku buat mencicipi si mungil ini.

    Angan-anganku akhirnya tercapai Sabtu waktu itu. Seperti biasa kantor tutup, namun aku minta dia masuk agak siang untuk membereskan masalah inventori. Tentu saja ini hanya rekaan belaka. Badan segar selesai mandi, dia masuk ke ruang pribadiku mengenakan kaos krem tanpa lengan (setelah jaketnya dilepas) dengan rok setinggi lutut warna hitam.

    Senyumnya manis, ramping mungil tubuhnya dengan kulit yang supermulus dan putih. Kami berbincang mesra sambil duduk di atas sofa. Tak puas-2nya kupandang tubuhnya bagaikan menelanjangi saja. Tak kuduga dia meraih tanganku. Rupanya dia memahami apa yang selama ini aku inginkan.

    “Mau yang ini om ya”, sambil mengeluskan tanganku yang hitam di lengannya yang putih.

    Siipp maulah, ini kan yang kutunggu-2 dari dulu. Segera kutelusuri kulitnya yang halus, sambil kupuja-2 keindahannya. Bertambah ceria dia. Bagus. Kuberanikan untuk menciumi lengannya serta mengusapkan mukaku di sana. Bak sutera saja. Kulanjutkan ke lehernya yang putih dengan permainan bibir dan lidahku. Ekspresi wajahnya menunjukkan amat menikmati. Sewaktu kucoba mengendus kulit dadanya, dia bergerak mundur. Wah, ngamuk pikirku. Eh, ternyata malah sebaliknya.

    Dengan santai ditanggalkannya itu kaos, ditaruhnya di atas sofa. Senyumnya menggoda. Bersih dadanya yang segera kuserbu dengan mulut dan tanganku.

    Kuremasi teteknya yang mungil dibungkus bh warna putih. Kucoba membuka tali pengait di belakang, agak rumit, namun segera dibantu dengan gerakan tangannya.

    “Gini caranya”, menantang itu mata sambil dilempar bhnya ke samping.

    Susunya amat putih dengan pentil merah muda yang menantang sebesar ruas telunjukku. Ampun, ini susu kecil kencang tapi pentilnya bagaikan kepunyaan cewe yang pernah melahirkan saja. Pertanda ini amoy mungil tapi napsunya gede, ditambah sudah teramat kerap itu puting dikempong oleh pria, pacarnya mestinya.

    Tapi karena lagi studi di luar negeri, giliran gua dong. Salah sendiri yah. Nyott, srup, langsung ajah pakai mulut dan lidah. Matanya merem, terbuka bibirnya. Kuremas-2 susu satunya yang mungil tapi kenyal, berbeda rasanya dengan kepunyaan Sinsin yang montok.

    Kujepit putingnya yang mengeras dengan jari jemariku untuk kemudian dipelintir-2. Napas panjang diambilnya sambil monyong mulutnya. Suka dibeginikan yah, pantesan gede itu pentil, diemut sama dipuntir terus-2an sih. Bergantian kugelomoh buah dada sebelah kiri dan kanan bergantian.

    Kusandarkan punggungnya di sofa, kedua tangannya terbuka di atas sandaran. Lengan dan ketiaknya yang amat putih bersih alami tanpa perlu dicukur. Kuusapkan mukaku di sana. Hmm, harum aromanya, halus rasanya. Kunikmati dengan bibir dan lidahku, sembari tanganku melepas bajuku. Kuselipkan tanganku yang kasar membelai pahanya yang mulus. Sebelah luar kemudian dalam.

    Tersentuh pangkal selangkangannya, resah gerak tubuhnya. Kutelusuri paha dan betisnya yang langsing nan halus sampai ke ujung kaki. Kuangkat kedua tungkainya tinggi-2, punggungnya sekarang rebah di sofa. Nampak celana dalamnya yang berwarna putih. Kucaplok kaki dan jemarinya, kujilati betisnya yang putih. Napasnya tambah tak beraturan.

    Tak sabar lagi, brett, kutarik rok berikut celana dalam ke ujung kakinya, yang segera kulempar ke samping. Kelihatan pinggangnya yang mungil tapi bagus lekukannya, bersih putih dengan rambut hitam yang tidak lebat di pangkalnya. Langsung saja aku serbu dengan mukaku. Tak kuasa dia menahan desahan dan gejolak tubuhnya. Mulut kewanitannya yang mungil kusedot bagaikan mencium mulut yang di atas saja. Terasa lembek dan becek tapi lezat. Dengan kedua tanganku kubuka lebar-2 pahanya menyerupai kaki kodok.

    Kucolok memeknya dengan lidahku untuk diputar-2 di dalam. Kujilat bibirnya kiri kanan. Cairan kental tak ada rasanya tanpa nikmat untuk disantap. Makin menggelinjang itu badan. Penasaran aku berapa gede itu lubang. Dicoba-2 pakai jari dan jempol, ah ternyata seukuran jarimanisku, pas dan seret. Mana itu si kecil itil, nah ketemu juga di sebelah bawah rambut jembut. Mhhh, sedot ajah, sampai mengaduh-2 itu mulut. Kedua tangannya tambah erat berpegangan di sandaran sofa.

    Tak ingin membuang waktu lagi, kutahan betis kanannya dengan pundak kiriku tinggi-2,sementara paha kirinya terbuka di pinggir sofa. Kubuka celanaku dan kuturunkan kolorku sampai ke lutut. Tegap badan prajuritku dengan topi baja yang siap tempur.

    Sambil tangan kananku yang hitam menjamah dadanya yang putih, kugosok-2an helmku di bibirnya yang merekah. Kuobel itu kelentit dengan kontolku. Geli-2 kasar rasanya sewaktu terkena rambutnya.

    Kumain-2kan bibir luar dan dalamnya, untuk kemudian kusodok-2 lagi si itil. Penasaran dengan kenakalanku, diraihnya batangku dengan tangannya. Sambil diliriknya bagian bawah tubuhnya dan menggigit bibirnya sendiri, dimasukkannya kepunyaanku yang hitam ke dalam miliknya yang merah jambu.

    Blessss. Orang Jawa bilang asu tenan. Seret buangethh dan licin. Lebih sempit dibandingkan kepunyaan si spg Garut, apalagi kepunyaan istriku yang bagaikan jalan tol bebas hambatan saja (harus bayar lagi). Kumasukkan pelan-2 tapi mantab. Hhhhh, oouhh, suara dari mulutnya, sementara kepalanya terangkat menyaksikan apa yang terjadi di bagian bawah tubuhnya, untuk kemudian rebah kembali.

    Belum pernah merasakan ukuran yang ini yah, kepunyaan sang pacar paling cume segede ekor tikus, he,he. Kedua tangannya mencengkeram pundakku. Hehhhh, bersemangat aku memasukkan topi bajaku terus sampai mentok di pangkal rahimnya, yang belum pernah aku alami dengan Sinsin.

    Bonggol kontolku bertatap muka dengan rahimnya. Kugesek-2an tulang kelaminku ke kelentitnya. Kres, kres, suara rambut kasarku beradu dengan kepunyaannya. Pinggul dan pangkal pahaku yang hitam menempel perut bagian bawahnya yang putih dengan pangkal pahanya yang terbuka lebar.

    Haoh, uhh, haoh, suara-2 mesum keluar dari mulutnya. Kaki kananku yang bertumpu di lantai aku pindahkan berjongkok di sofa mengangkangi paha kirinya yang terbuka. Kaki kiriku bertumpu kuat-2 di lantai, dengan pundak kiriku menahan betis kanannya.

    Sambil menikmati halusnya betis dan kakinya yang putih dengan muka dan mulutku, kukayuh biduk kejantananku yang sekarang bagaikan tegak lurus dengan langit. Batangku sebelah atas menggosok ketat kelentitnya, sembari kontolku menelusuri liangnya yang sempit.

    Gerakanku pelan tapi mantab, membuat aku bisa bertahan lama menikmati memek luarbisa sempit ini, namun mampu memberikan kepuasan yang amat kepada pasanganku. Hehh, hehh, desisnya sambil diraihnya leherku untuk diciumnya bibirku penuh bernapsu. Sementara mulut pipisku yang dibawah berciuman dengan mulut rahimnya. Untuk aku tarik, dan masukkan lagi, begitulah seterusnya. Jadinya mulut kami berciuman di atas dan juga di bawah. Asikkkk.

    Tak lama kemudian, kurasakan hisapan bibirnya bertambah kuat, napasnya memburu. Aku pertahankan gerak atas bawahku. Sampai akhirnya, suara melenguh diikuti cengkeraman tangannya di pundakku. Tambah berkejang badannya. Kurasakan kepala tongkol kecilku dicelup cairan hangat. Kuteruskan gerakanku.

    Kurasakan cairan membasahi batangku. Matanya membelalak ke atas, napasnya tertahan. Sampai akhirnya, uhhhhhhh. Napas panjang tanda kelegaaan diikuti kendor otot-2 tubuhnya. Masih saja menancap, kulihat cairan bening meleleh ke atas sofa.

    Gimana nih sang pacar, capek-2 belajar di luar negeri, cewe elu gua entotin sampai keluar, ha.ha. Jembut hitamnya yang tidak lebat itu basah kuyup persis tikus masuk selokan saja.

    Setelah teratur napasnya, diturunkannya kaki kanannya dari pundakku. “Ke bawah ajah”, ujarnya sambil melorot badannya dari sofa. Kuikuti gerakan tubuhnya agar kepunyaanku tidak copot dari tempatnya. Kurebahkan punggungnya yang basah oleh keringat di atas karpet coklat muda. Dengan gerakan kakinya, dilepasnya celana dan kolorku dari ujung kakiku.

    Dengan posisi telungkup kusetubuhi dia. Susunya yang mungil putih dan halus tergencet dadaku yang hitam kasar. Sambil kugerakkan badanku, kurasakan dua tonjolan keras menggosok-2 dadaku. Nikmatt. Semula, ditekuk betisnya erat-2 ke pahanya, dan diangkat tinggi-2 untuk memudahkan gerakanku. Kadang direngkuhkannya ke pantatku. Terasa halus kulit betis dan pahanya. Kemudian diubah posisi pahanya mengangkang dengan telapak kaki bertumpu mantab di atas karpet.

    Mulailah dia menggoyang pinggulnya seirama dengan gerakanku. Aku tekan pinggulku ke bawah, dia diam. Aku lepas, dia goyang ke atas mengejarku. Sialan, ini Pontianak mungil lonte juga. Belum lagi itu memeknya yang seret minta ampun. Kurasakan biji salakku mengeras pertanda sudah siap itu cairan buat ditembakkan.

    Kupercepat gerakkan tekan-lepasku yang diimbangi gerakkan diam-naiknya. Basah badan kami berdua oleh keringat. Benar-2 pemandangan yang indah di mana bagian bawah badan kami bergoyang naik turun. Seirama berbalas-2an. Untung ini di lantai, kalu tidak ancur sudah itu sofa.

    Sampai akhirnya aku tak kuasa menahan lahar gunung tamboraku buat meleleh. Kedua tanganku lurus menopang punggungku yang melengkung dan leher mendongak. Kakiku terkejang sambil kutekan dalam-2 kontolku, yang mulutnya berciuman ketat dengan mulut rahimnya. Kupejamkan mataku, siap untuk menodainya dengan cairan cintaku.

    Hamil embuh aku, pikir saja belakangan.

    Eh ini cewe bukannya pasrah, tapi malah menantang. Ditekannya pantatku dengan tangannya erat-2 di selangkanganya yang terbuka. Digoyang pinggulnya atas bawah lebih mantab dengan pandangan mata yang nakal ke bawah. Digigit bibirnya sendiri dengan gemas. Crotttt, semburan pertamaku bersamaan dengan goyangan pinggulnya.

    Orang Sunda bilang anjis beneran. Bayangkan saja itu tongkol lagi peka-2nya nyemprot, dijepit lubang sempit becek, sambil digoyang lagi. Geli-2nya teramat sangatthh. Binal ini mahasiswi, tidak tahu belajarnya dari siapa. Tak ampun aku tambah berkejang menyemburkan yang kedua. Lebih banyak dan kental, cretttttt. Ohh, tak malu aku buat melenguh.

    Masih digoyang sambil lebih ditekannya pinggang hitamku dengan tangannya. Ngilu lututku. Crott, digoyang terus. Cret, cret, masing saja bergoyang itu pinggul putih.

    Bangsathh. Yang pada akhirnya creeet, yang terakhir. Huaduhhhh, ambruk aku di atas badannya yang mungil. Masih saja bergoyang dia, namun bertambah pelan dan akhirnya dihentikan setelah dikurasnya habis maniku dari kantongnya. Termasuk yang paling encer sekalipun. Benar-2 lonnnteeeeeee ini amoyyy. Puas bener akuhh.

    Cukup lama aku menelungkupi badannya sambil mengatur napas. Kemudian kami berdua bangkit untuk membersihkan diri ala kadarnya. Sembari bergurau kujamah-2 badannya, termasuk pentil dan itilnya. Sambil jongkok mengangkang, dengan santai dibersihkannya itu memek pakai tisue dan air minum dari botol.

    Buset, itu lubang bundar menganga sebesar jempol kaki, yang paling satu malem langsung udah sempitan lagi buat gua pake besoknya, pikirku. Memang tak memalukan senjataku yang satu ini. Sore itu aku antar pulang dia ke tempat indekos. Sempat kutepuk pantatnya sewaku turun dari mobil. Sampai di rumah, istriku baru ada arisan dengan ibu-2 tetangga.

    Setelah berbasabasi sebentar langsung saja aku menyingkir. Urusan selain mekinya amoy, emoh aku, buang waktu saja. Sejak itu tiap hari Sabtu kami kerja lembur, tentu saja tanpa sepengetahuan Sinsin (dua cewe ngomong, berbahaya itu), istriku, dan teman bisnisku.

    Seperti Sinsin, Lily juga kubelikan vitamin untuk diminum secara teratur, yang ternyata juga membuat kulit wajah tambah halus dan bebas jerawat, ha.ha. Kunikmati badannya dangan berbagai macam posisi, termasuk gaya gendong jalan-2 yang tak mungkin aku lakukan dengan Sinsin mengingat badannya terlalu berat untuk diangkat.

    Namun ternyata tak ada orang yang sempurna, masing-2 mempunyai keunggulan tersendiri. Pernah kusuruh dia mengemut tongkolku dan memijit badanku menggunakan tangan, susu, serta bokongnya. Ternyata Lily tidak pintar dan tidak mantab bodinya. Kalau yang ini spgku Garut itu jauh lebih jago. Jadinya, tergantung keahlian kitalah untuk menggunakannya.

    Pernah aku cabut tongkatku dari liang maminya untuk dicolokkan ke mulutnya dan ditelan habis pejuhku. Juga dengan gaya nungging sambil meremasi badannya dari belakang, untuk cepat-2 kucabut dan dimasukkan ke lubang pantat yang ternyata cuma masuk separuh bonggol.

    Terlalu kecil lubang buritnya untuk dipakai. Namun untungnya masih sempat keluar semuanya di dalam. lain kali, kululur wajah, dada, lengan, paha, betis, punggung, serta bokongnya yang putih mulus dengan carian yang keluar dari lubang maminya. Campuran cairan dia dan punyaku.

    Puas rasanya menodai tubuhnya secara menyeluruh di semua lubang dan permukaannya. Nanti kalau sudah selesai kuliah dan menyusul ke luar negeri, benar-2 terima barang bekas itu sang pacar dariku.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Darah Perawan di Gedung Sekolah

    Cerita Sex Darah Perawan di Gedung Sekolah


    636 views

    Perawanku – Cerita Sex Darah Perawan di Gedung Sekolah, Hari telah senja awan mendung pun mulai menyelimuti kota metropolitan ini membuat suasana semakin gelap, di saat itu di sebuah SMU Negeri terkenal di kota itu nampak gadis-gadis membubarkan diri dari sebuah ruang aula olahraga. Mereka mengakhiri latihan rutin paduan suaranya. Tawa dan canda khas gadis-gadis SMU mengiringi mereka bubar, satu demi satu mereka keluar dari halaman sekolah yang telah gelap itu.

    Sementara itu suara gunturpun terdengar pertanda hujan akan segera turun. Ada yang dijemput oleh orangtuanya, adapula yang membawa mobil pribadi, dan ada juga yang menggunakan angkutan umum. Aku sangatlah hafal dengan aktifitas anak-anak SMU ini, karena memang sudah hampir sebulan ini aku bekerja sebagai tukang cat disekolah ini. Usiaku memang sudah tidak muda lagi, saat ini aku berusia 48 tahun. Aku adalah seorang duda, istriku sudah lama minggat meninggalkanku setelah mengetahui aku tengah melakukan hubungan intim dengan keponakannya.

    Reputasiku sebenarnya lebih banyak didunia hitam, dulu aku dikenal sebagai seorang germo yang aku sambi dengan berdagang ganja. Namun beberapa bulan yang lalu semua para wanita yang aku jajakan terkena razia dan kemudian bisnis ganjaku hancur setelah kurir yang biasa membawa ganja ditembak mati oleh aparat. Di sekolah ini aku tidaklah sendirian aku masuk bekerja dengan sahabatku yang bernama Charles yang seorang residivis kambuhan. Usianya tidak begitu jauh denganku yaitu 46 th, perawakannya tinggi besar rambutnya panjang dan kumal. Kami berdua sengaja hidup berpindah-pindah tempat.

    Kami bukanlah pekerja tetap di sekolah ini, kami hanya mendapat order untuk mengerjakan pengecatan kusen-kusen pintu-pintu kelas di sekolah ini. Kami tidak dibayar mahal namun kami memiliki kebebasan untuk tinggal dilingkungan sekolah ini. Maklumlah kami adalah perantau yang hidup nomaden. Di antara gadis-gadis tadi, ada salah seorang yang paling menonjol. Aku sangatlah hafal dengannya. Karena memang dia cantik, lincah dan aktif dalam kegiatan sekolah, sehingga akupun sering melihat dia mondar-mandir di sekolahan ini.

    Adinda Wulandari namanya. Postur tubuhnya mungil, wajahnya cantik dan imut-imut, kulitnya putih bersih serta wangi selalu, rambutnya ikal panjang sebahu dan selalu diikat model ekor kuda. Penampilannyapun modis sekali, seragam sekolah yang dikenakannya selalu berukuran ketat, rok seragam abu-abunya berpotongan sejengkal di atas lutut sehingga pahanya yang putih mulus itu terlihat, ukuran roknyapun ketat sekali membuat pantatnya yang sekal itu terlihat menonjol, sampai-sampai garis celana dalamnya pun terlihat jelas melintang menghiasi lekuk pantatnya, tak lupa kaos kaki putih selalu menutupi betisnya yang putih mulus itu.

    Tidak bisa kupungkiri lagi aku tengah jatuh cinta kepadanya. Namun perasaan cintaku kepada Adinda lebih didominasi oleh nafsu sex semata. Gairahku memuncak apabila aku memandanginya atau berpapasan dengannya disaat aku tengah bekerja di sekolah ini. Ingin aku segera meyetubuhinya. Banyak sudah pelacur-pelacur kunikmati akan tetapi belum pernah aku menikmati gadis perawan muda yang cantik dan sexy seperti Adinda ini. Aku ingin mendapatkan kepuasan itu bersama dengan Adinda. Informasi demi informasi kukumpulkan dari orang-orang disekolah itu, dari penjaga sekolah, dari tukang parkir, dari karyawan sekoah.

    Dari merekalah aku mengetahui nama gadis itu. Dan dari orang-orang itupun aku tahu bahwa Adinda adalah seorang siswi yang duduk di kelas 2, umurnya baru 16 tahun. Beberapa saat yang lalu dia merayakan hari ulang tahunnya yang ke-16 di kantin sekolah ini bersama teman-temannya sekelas. Diapun termasuk siswi yang berprestasi, aktif dalam kegiatan paduan suara dan paskibra di sekolah ini. Dan yang informasi terakhir yang kudapat bahwa dia ternyata adalah salah seorang finalis foto model yang diselenggarakan oleh sebuah majalah khusus untuk remaja putri terkenal di Negeri ini dan bulan depan dia akan mengikuti seleksi tahap akhir.

    Kini disaat sekolah telah sepi salah satu dari gadis-gadis anggota paduan suara tadi itu tengah merintih-rintih dihadapanku. Dia adalah gadis yang terakhir kalinya masih tersisa di dalam sekolah ini, yang sedang asyik bercanda ria dengan temannya melalui HP-nya, semetara yang lainnya telah meninggalkan halaman sekolah. Beberapa menit yang lalu melalui sebuah pergulatan yang tidak seimbang aku telah berhasil meringkusnya dengan mudah, kedua tangannya kuikat dengan kencang kebelakang tubuhnya, dan mulutnya kusumpal dengan kain gombal. Setelah itu kuseret tubuhnya ke bangsal olahraga yang berada di bagian belakang bangunan sekolah ini.

    Tidak salah salah lagi gadis itu adalah Adinda, gadis cantik sang primadona sekolah ini yang telah lama kuincar. Aku sangat hafal dengan kebiasaannya yaitu menunggu jemputan supir orang tuanya di kala selesai latihan sore dan sang supir selalu terlambat datang setengah jam dari jam bubaran latihan. Sehingga dia paling akhir meninggalkan halaman sekolah. Kini dia meringkuk dihadapanku, dengan tangisannya yang teredam oleh kain gombal yang kusumpal di mulutnya. Sepertinya dia memohon-mohon sesuatu padaku tetapi apa peduliku, air matanya nampak mengalir deras membasahi wajahnya yang cantik itu.

    Sesekali nampak dia meronta-ronta mencoba melepaskan ikatan tali tambang yang mengikat erat di kedua tangannya, namun sia-sia saja, aku telah mengikat erat dengan berbagai simpul. Posisinya kini bersujud di hadapanku, tangisannya kian lama kian memilukan, aku menyadari sepenuhnya bahwa dia kini tengah berada dalam rasa keputusasaan dan ketakutan yang teramat sangat di dalam dirinya. Kunyalakan sebatang rokok dan kunikmati isapan demi isapan rokok sambil kutatap tajam dan kupandangi tubuh gadis cantik itu, indah nian tubuhnya, kulitnya putih bersih, pantatnya sekal berisi.

    Kunikmati rintihan dan tangis gadis cantik yang tengah dilanda ketakutan itu, bagai seseorang yang tengah menikmati alunan musik di dalam ruangan sepi. Suara tangisnya yang teredam itu memecahkan kesunyian bangsal olahraga di sekolah yang tua ini. Sesekali dia meronta-ronta mencoba melepaskan tali ikatan yang mengikat kedua tangannya itu. Lama kelamaan kulihat badannya mulai melemah, isak tangisnya tidak lagi sekeras tadi dan sekarang dia sudah tidak lagi meronta-ronta mungkin tenaganya telah habis setelah sekian lamanya menagis meraung-raung dengan mulutnya yang telah tersumbat.

    Sepertinya di dalam hatinya dia menyesali, kenapa Heru supirnya selalu terlambat menjemputnya, kenapa tadi tidak menumpang Desy sahabat karibnya yang tadi mengajaknya pulang bareng, kenapa tadi tidak langsung keluar dari lingkungan sekolah di saat latihan usai, kenapa malah asyik melalui HP bercanda ria dengan Fifi sahabatnya. Yah, semua terlambat untuk disesali pikirnya, dan saat ini sesuatu yang mengerikan akan terjadi pada dirinya.

    “Beres Yon.., pintu pagar depan sudah gue tutup dan gembok”, terdengar suara dari seseorang yang tengah memasuki bangsal. Ternyata Charles dengan langkah agak gontai dia menutup pintu bangsal yang mulai gelap ini. “OK.. Sip, gue udah beresin nih anak, tinggal kita pake aja..”, ujarku kepada Charles sambil tersenyum. Kebetulan malam ini Pak Parijan sang penjaga sekolah beserta keluarganya yang tinggal di dalam lingkungan sekolah ini yaitu sedang pulang kampung, baru besok lusa mereka kembali ke sekolah ini.

    Mereka langsung mempercayakan kepada kami untuk menjaga sekolah ini selama mereka pergi. Maka tinggallah kami berdua bersama dengan Adinda yang masih berada di dalam sekolah ini. Pintu gerbang sekolah telah kami rantai dan kami gembok sehingga orang-orang menyangka pastilah sudah tidak ada aktifitas atau orang lagi di dalam gedung ini. Pak Heru sang supir yang menjemput Adinda pastilah berpikiran bahwa Adinda telah pulang, setelah melihat keadaan sekolah itu.

    Kupandang lagi tubuh Adinda yang lunglai itu, badannya bergetar karena rasa takutannya yang teramat sangat di dalam dirinya. Hujanpun mulai turun, ruangan di dalam bangsal semakin gelap gulita angin dinginpun bertiup masuk ke dalam bangsal itu, Charles menyalakan satu buah lampu TL yang persis diatas kami, sehingga cukup menerangi bagian disekitar kami saja. Kuhisap dalam-dalam rokokku dan setelah itu kumatikan. Mulailah kubuka bajuku satu per satu, hingga akhirnya aku telanjang bulat. Batang kemaluanku telah lama berereksi semenjak meringkus Adinda di teras sekolah tadi.

    Cerita Sex Darah Perawan di Gedung Sekolah

    Cerita Sex Darah Perawan di Gedung Sekolah

    “Gue dulu ya..”, ujarku ke Charles. “Ok boss..”, balas Charles sambil kemudian berjalan meninggalkan aku keluar bangsal. Kudekati tubuh Adinda yang tergolek dilantai, kuraba-raba punggung gadis itu, kurasakan detak jantungnya yang berdebar keras, kemudian tanganku turun hingga bagian pantatnya yang sekal itu, kuusap-usap pantatnya dengan lembut, kurasakan kenyal dan empuknya pantat itu sambil sesekali kutepok-tepok. Badan Adinda kembali kurasakan bergetar, tangisnya kembali terdengar, sepertinya dia kembali memohon sesuatu, akan tetapi karena mulutnya masih tersumbat suaranyapun tidak jelas dan aku tidak memperdulikannya.

    Dari daerah pantat tanganku turun ke bawah ke daerah lututnya dan kemudian menyelinap masuk ke dalam roknya serta naik ke atas ke bagian pahanya. Kurasakan lembut dan mulus sekali paha Adinda ini, kuusap-usap terus menuju keatas hingga kebagian pangkal pahanya yang masih ditutupi oleh celana dalam. Karena sudah tidak tahan lagi, kemudian aku posisikan tubuh Adinda kembali bersujud, dengan kepala menempel dilantai, dengan kedua tangannya masih terikat kebelakang. Aku singkapkan rok seragam abu-abu SMU-nya sampai sepinggang. “Waw indah nian.. Gadis ini” gunamku sambil melototi paha dan pantat sekal gadis ini.

    Kemudian aku lucuti celana dalamnya yang berwarna putih itu, terlihatlah dua gundukan pantat sekal gadis ini yang putih bersih. Sementara Adinda terus menangis kini aku memposisikan diriku berlutut menghadap ke pantat gadis itu, kurentangkan kedua kakinya melebar sedikit. Dengan jari tengahku, aku coba meraba-raba selangkangan gadis ini. Disaat jari tengahku menempel pada bagian tubuhnya yang paling pribadi itu, tiba-tiba tubuh gadis ini mengejang. Mungkin saat ini pertama kali kemaluannya disentuh oleh tangan seorang lelaki.

    Di saat kudapatkan bibir kemaluannya kemudian dengan jariku itu, aku korek-korek lobang kemaluannya. Dengan maksud agar keluar sedikit cairan kewanitaannya dari lobang kemaluannya itu. Tubuhnya seketika itu menggeliat-geliat disaat kukorek-korek lobang kemaluannya, suara desahan-desahanpun terdengar dari mulut Adinda, tidak lama kemudian kemaluannya mulai basah oleh cairan lendir yang dikeluarkan dari lobang vaginanya. Setelah itu dengan segera kucabut jari tengahku dan kubimbing batang kemaluanku denga tangan kiriku kearah bibir vagina Adinda. Pertama yang aku pakai adalah gaya anjing, ini adalah gaya favoritku.

    Dan.. “Hmmpphh..”, terdengar rintihan dari mulut Adinda disaat kulesakkan batang kemaluanku kebibir vaginanya. Dengan sekuat tenaga aku mulai mendorong-dorong batang kemaluanku masuk kelobang kemaluannya. Rasanya sangat seret sekali, karena sempitnya lobang kemaluan gadis perawan ini. Aku berusaha terus melesakkan batang kemaluanku kelobang kemaluannya dengan dibantu oleh kedua tanganku yang mencengkram erat pinggulnya.

    Kulihat badan Adinda mengejang, kepala mendongak keatas dan sesekali menggeliat-geliat. Aku tahu saat ini dia tengah merasakan sakit dan pedih yang tiada taranya. Keringat terus mengucur deras membasahi baju seragam sekolahnya, namun harum wangi parfumnya masih terus tercium, membuat segarnya aroma Adinda saat itu, rintihan-rintihan terdengar dari mulutnya yang masih tersumpal itu. Dan akhirnya setelah sekian lamanya aku terus melesakkan batang kemaluanku, kini bobol sudah lobang kemaluan Adinda. Aku telah berhasil menanamkan seluruh batang kemaluanku ke dalam lobang vaginanya.

    Kurasakan kehangatan di sekujur batang kemaluanku, dinding vagina Adinda terasa berdenyut-denyut seperti mengurut-urut batang kemaluanku. Sejenak kudiamkan batang kemaluanku tertanam di dalam lobang vaginanya, kunikmati denyutan-demi denyutan dinding vagina Adinda yang mencengkram erat batang kemaluanku. Selanjutnya kurasakan seperti ada cairan mengucur mengalir membasahi batang kemaluanku dan kemudian meluber keluar menetes-netes.

    Ah.. Ternyata itu darah, berarti aku telah merenggut keperawanan dari gadis cantik ini.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Ku Mendapatkan Kesempatan Bercinta Dengan Tante Ku

    Cerita Sex Ku Mendapatkan Kesempatan Bercinta Dengan Tante Ku


    636 views

    Perawanku – Cerita Sex Ku Mendapatkan Kesempatan Bercinta Dengan Tante Ku, Aku Dan Tanteku, Tanteku itu orangnya lumayan menarik dengan postur tubuh setinggi 170 cm dengan ukuran dada 34B, berumur kira-kira 29 tahun. Sebenarnya dulu aku suka sekali melihat tubuh mulus tanteku, secara tidak sengaja ketika dia sedang mandi karena memang di tempat kami kamar mandi pada saat itu atasnya tidak tertutup genteng dan tanpa berpintu, jadi kalau ada yang mandi di situ hanya dengan melampirkan handuk di tembok yang menjaWian tanda bahwa kamar mandi sedang dipakai.

    Tak sampai di situ saja, kadang tanteku ini senang menggunakan pakaian tidur yg model terusan slim tanpa menggunakan bra & itu sering sekali kulihat saat di pagi hri. Terlebih saya sering sekali bangun pagi sudah dipastikan tanteku sedang menyapu halaman depan & itu otomatis diwaktu beliau menunduk menampakkan gunung kembarnya yg agak gede & montok. faktor ini dilakukan sebelum dirinya menyiapkan kebutuhan seWilah anaknya, jika om-ku rata rata tak ada di rumah lantaran sering bertugas diluar Wita selama 4 hri.

    Sempat saya melamunkan gimana rasanya seandainya saya melakukan persetubuhan dgn tanteku itu, tetapi hasilnya paling-paling kutumpahkan di kamar mandi sambil ber-onani. Rupanya anga-anganku itu bisa terkabul disaat saya sedang menumpang nonton Televisi di rumah tanteku pada siang hri di mana ke3 anaknya sedang seWilah & om-ku sedang bertugas ke luar Wita pada pagi harinya. Kejadian itu berlangsung disaat saya sedang melihat Televisi sendirian yg bersebelahan dgn warung tanteku. Kala itu saya mau mengambil roWik, saya langsung menuju ke sebelah. Rupanya tanteku sedang posting sesuatu, barangkali menulis barang belanjaan yg dapat dibelanjakan kelak. “Tante, Awi mau ambil roWik, nanti Awi bayar belakangan ya!” sapaku terhadap tanteku. “Ambil saja, Wi!” balas tanteku tanpa menoleh ke arahku yg tepat di belakangnya sambil meneruskan menulis dgn posisi membungkuk.

    Wiarenakan toples roWik ketengan yg bakal kuambil ada disebelah tanteku tidak dengan sengaja saya menyentuh buah dadanya yg kebetulan tidak dengan menggunakan BH. “Aduh! hati-hati dong kalau ingin mengambil roWik. Kena tanganmu, dada tante kan jadi nyeri!” seru tanteku sambil mengurut-urut kecil di dadanya yg sebelah samping kirinya. Tapi lantaran tak menggunakan BH, terlihat dgn terang pentil susu tanteku yg cukup agung itu. “Maaf Tan, saya tak sengaja. Begini aja deh Tan, Awi ambilin minyak agar dada Tante tak sakit gimana!” tawarku pada tanteku. “Ya sudah, sana kamu ambil cepat!” ringis tanteku sambil masih mengurut dadanya. Dengan segera kuambilkan minyak urut yang ada di dalam, namun ketika aku masuk kembali di dalam warung secara perlahan, aku melihat tante sedang mengurut dadanya tapi melepaskan baju terusannya yang bagian atasnya saja. “Ini Tante, minyak urutnya!” sengaja aku berkata agak keras sambil berpura-pura tidak melihat apa yang tanteku lakukan.

    Mendengar suaraku, tanteku agak terkejut dan segera merapikan bagian atas bajunya yang masih menggelantung di bagian pinggangnya. Tampak gugup tanteku menerima minyak urut itu tapi tidak menyuruhku untuk lekas keluar. Tanpa membuang kesempatan aku langsung menawarkan jasaku untuk mengurut dadanya yang sakit, namun tanteku agak takut. Pelan-pelan dengan seWiit memaksa aku berhasil membujuknya dan akhirnya aku dapat ijinnya untuk mengurut namun dilakukan dari belakang. SeWiit demi seWiit kuoleskan minyak di samping buah dadanya dari belakang namun secara perlahan pula kumemainkan jariku dari belakang menuju ke depan. Sempat kaget juga ketika tanteku mengetahui aksi nakalku. “Awi! kamu jangan nakal ya!” seru tanteku namun tidak menepis tanganku dari badannya yang sebagian ditutupi baju. Mendapati kesempatan itu aku tidak menyia-nyiakan dan secara aktif aku mulai menggunakan kedua tanganku untuk mengurut-urut secara perlahan kedua bukit kembar yang masih ditutupi dari depan oleh selembar baju itu. “Ohh… oohh…” seru tanteku ketika tanganku sudah mulai memegang susunya dari belakang sambil memilin-milin ujung susunya.

    “Jangan… Awi… jang…” tante masih merintih namun tidak kuacuhkan malah dengan sigap kubalikkan tubuh tanteku hingga berhadapan langsung dengan diriku. Kemudian dengan leluasa kumulai menciumi susu yang di sebelah kiri sambil masih mengurut-urut susu di sebelahnya. Kemudian aku mulai mencucupi kedua puting susunya secara bergantian dan tanteku mulai terangsang dengan mengerasnya kedua susunya. Tidak sampai di situ, rupanya tangan tanteku mulai menjelajahi ke bawah perutku berusaha untuk memegang kemaluanku yang sudah dari tadi mengencang. Ketika dia mendapatkannya secara perlahan, Awicok-Wicok batang kemaluanku secar perlahan dan tiba-tiba tanteku mengambil sikap jongWik namun sambil memegang kemaluanku yang lamayan panjang. Untuk Wietahui, batang kemaluanku panjangnya kurang lebih 20 cm dengan diameter 3,5 cm. Tanteku rupanya seWiit terkejut dengan ukuran kemaluanku apalagi seWiit bengWik, namun dengan sigap tapi perlahan tanteku mulai mengulum kemaluanku secara perlahan dan semakin lama semakin cepat.

    “Ah… ah… ah… yak.. begitu… terus… terus…” erangku sambil memegangi kepala tanteku yang maju mundur mengulum batang kemaluanku. Kemudian karena aku sudah tidak tahan, tubuh tante kuangkat agar duduk di pinggir meja dimana tadi dia menulis, dan dengan seWiit gerakan paha tanteku kupaksa agar meregang. Rupanya tanteku masih mengenakan CD dan dengan perlahan kubuka CD-nya ke samping dan terlihatlah gundukan kemaluannya yang sudah basah. Secara perlahan kuciumi kemaluan tanteku dan kumain-mainkan klirotisnya. “Ah… ahhh.. Awi, Tante mau keluuuaarrr…” Beberapa saat kemudian rupanya tanteku akan mengalami orgasme, dia langsung memegangi kepalaku agar tetap di belahan kemaluannya dan kemudian mengeluarkan cairan surganya di mulutku, “Crettt… crett… cret…” mulutku sampai basah terkena cairan surga tanteku. Kemudian tanteku agak lemas namun masih kujilati kemaluannya yang akhirnya membangkitkan nafsu untuk bersetubuh denganku. Kuangkat tubuh tante ke bawah warung, dan dengan seWiit agak keras aku dapat merubah posisinya menelentang di depanku, kubukakan semakin lebar kedua kakinya dan mulai kuarahkan ujung kemaluanku ke mulut lubang kemaluannya.

    Agak susah memang karena memang aku agak kurang berpengalaman dibidang ini namun rupanya tanteku dapat memahaminya. Dengan sabarnya dituntunnya ujung kemaluanku tepat di lubang kemaluannya. “Pelan-pelan ya, Awi!” lirih tanteku sambil menggenggam kemaluanku. Ketika baru masuk kepala kemaluanku tanteku mulai agak meringis tetapi aku sudah tidak kuat lagi dengan agak seWiit paksa akhirnya kemaluanku dapat masuk seluruhnya. “Awi… akh…” jerit kecil tanteku ketika kumasukkan seluruh batang kemaluanku di dalam lubang kemaluannya yang lumayan basah namun agak sempit itu sambil merapatkan kedua kakinya ke pinggangku. Perlahan aku melakukan gerakan maju mundur sambil meremas-remas dua susunya. Hampir tiga puluh menit kemudian gerakanku makin lama main cepat. Rupanya aku hampir mencapai puncak. “Tan… aku… aku mauuu… keluar…” bisikku sambil mempercepat gerakanku. “Wieluarkan di dalam saja, Wi!” balas tanteku sambil menggeleng-gelengkan kecil kepalanya dan menggoyangkan pantatnya secara beraturan. “Tan… aku… keluarrr…” pekikku sambil menancapkan kemaluanku secara mendalam sambil masih memegangi susunya.

    Rupanya tanteku juga mengalami hal yang sama denganku, dia memajukan pantatnya agar kemaluanku dapat masuk seluruhnya sambil menyemburkan air surganya untuk ketiga kalinya. “Cret… cret… cret…” hampir lima kali aku memuntahkan air surga ke dalam lubang kemaluan tanteku dan itu juga di campur dengan air surga tanteku yang hampir berbarengan keluar bersamaku. “Cret… cret… cret… ahh…” tanteku melengkungkan badannya ketika mengeluarkan air surga yang dari lubang kemaluannya. Akhirnya kami tergeletak di bawah dan tanteku secara perlahan bangun untuk berdiri sambil mencoba melihat kemaluannya yang masih dibanjiri oleh air surga. “Awi! kamu nakal sekali, berani sekali kami berbuat ini kepada Tante, tapi Tante senang Wik, Tante puas atas kenakalan kamu,” bisik tanteku perlahan. Aku hanya bisa terseyum, sambil menaikkan kembali celanaku yang tadi dipelorotkan oleh tanteku. nTanteku akhirnya berjalan keluar, namun sebelum itu dia masih menyempatkan dirinya untuk memegang kemaluanku yang lumayan besar ini. Inilah pengalamanku yang pertama, dan sejak itu kami kadang mencuri waktu untuk mengulangi hal tersebut, apalagi jika aku atau tanteku ingin mencoba posisi baru dan pasti ketika Om-ku dan anak-anak tanteku berangkat seWilah. Sekarang hal itu sudah tidak kulakukan lagi karena tanteku sekarang ikut Om-ku yang mendapat tugas di daerah.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Perkosa Pembantuku Ketika Sedang Bersihkan Kamar Mandi

    Cerita Sex Perkosa Pembantuku Ketika Sedang Bersihkan Kamar Mandi


    636 views

    Perawanku – Cerita Sex Perkosa Pembantuku Ketika Sedang Bersihkan Kamar Mandi, Aku sedang melamun sendiri dikamar, istri dan anakku sejak kemarin pulang ke kampungnya di Jawa, Aku sendiri malas keluar, walaupun hari ini kantor libur hari sabtu. Tiba-tiba saja kudengar pintu kamarku diketok oleh orang.

    ” Pak , permisi, Siti mau cuci kamar mandi bapak” terdengar suara pembantuku
    ” Yah Masuk aja ” jawabku
    Siti pembantuku pun masuk sambil membawa ember kecil dan yang membuat saya kaget, dia hanya memakai handuk besar yang membungkus dadanya yang besar dan pantatnya yang bahenol.
    ” Waduh, pake handuk aja ti” kataku sambil menelan liur karena menyaksikan pemandangan yang membangkitkan adekku.

    ” Iya pak, biar ngak basah baju Siti ” jawabnya sambil tersenyum manis dan lirikan matanya yang genit menuju adekku yang hanya di bungkus celana dalam saja.
    Kurang lebih 15 menit kudengar suara air yang disiram ke dinding kamar mandi
    Wah berarti dia sudah selesai mencuci kamar mandi, akupun cepat-cepat mencopot
    celana dalamku, dan langsung kutarik pintu geser kamar mandiku yang memang tidak pakai konci.

    ” Eh ,pak, ” Siti terkejut, ketika melihat aku masuk dalam keadaan bugil, dia segera jongkok dengan keadaan telanjang bulat, sambil menutupi susunya dan menghadap kedinding kamar mandi membelakangiku.

    Tapi tetap aja terlihat pantatnya yang bahenol, terlihat mengkilap , hitam, karena sekujur tubuhnya basah kena air ketika mencuci kamar mandi. Akupun langsung mendekati closet sambil mengacungkan adekku
    ” Iya Ti, bapak mau kencing nih , udah ngak tahan , kamu sih lama banget cucinya”
    Aku sambil pura-pura, mau kencing, tapi boro-boro mau keluar airnya, namanya juga
    adek lagi bediri , mana mau keluar kencingnya, mana mata sambil terus melihat kearah Siti yang telanjang bulat sambil jongkok.

    ” Udah Ti, ngak usah malu, ngak ada orang kok, cuma kita, Bapak aja ngak malu”
    Kulihat dia mulai berani mengintip kearah adekku, dia kaget melihat adekku yang sengaja kuacung-acungkan.
    ” Ti, tolong minta air dong , untuk cuci ini adek bapak ” kataku, sambil menyodorkan adekku kuhadapannya.
    Dengan takut- takut dan malu, tangan satunya mengambil shower dan tangan satunya tetap menutupi susunya.
    ” Ayo dong sekalian dicuciin” kataku

    Diapun mulai berdiri, dan menyirami adekku dengan shower, sambil matanya terus melihat adekku yang sudah tegang, Adekku ukurannya panjangnya sih biasa saja sekitar 15 cm,tapi gemuk banget , sudah banyak wanita yang kaget dengan ukuran diameter dan bentuk kepalanya yang membesar seperti pukulan gong.
    ” Ayo jangan cuma di siram, ambil itu sabun sekalian disabunin dong ”
    Kulihat dia agak kagok, tapi diambilnya juga sabun cair, dan dia mulai menyabuni adekku .
    ” Ahhhh,,, enak Ti, Cucinya yang bersih Ti ”
    ” Yah pak.” jawabnya sambil terus tertunduk dan menatap adekku.
    Sekarang dia juga dalam keadaan telanjang bulat, tidakbisa lagi menutupi susunya , karena kedua tangannya sibuk menyabuni dan menyirami adekku.
    Susunya kelihatan benar besar ,masih bulat sekali dan keras sekali dengan pentil yang masih kecil tapi kelihatan sudah berdiri. sedang memeknya kelihatan berupa garis, karena bulunya sudah tidak ada, mungkin dia sering mencukurnya, tapi terlihat jelas bekas bulu yang baru dicukur, makin membuatku nafsu.

    Tangankupun mulai memegang susunya dan mengelusnya sambil berkata
    ” TI, Susu kamu bagus yah. masih montok banget”
    ” Pak Siti malu pak”
    ” Ahhhh… . pak……jangan pak….”
    Tanganku memelintir pentilnya yang keras, dan tangan satunya sibuk memutar -mutar
    susu yang satunya.
    ” Auwww pak……pakk….”
    Dia mulai mendesah, dan pegangannya ke adekku bukan hanya mengelus lagi,tapi mulai meremas dengan kencang.

    Mulutkupun mulai bergerilya menciumi susunya dan mulai lidahku mebelit-belit pentil susunya, pelan tanganku yang satunya turun meluncur kearah memeknya.

    Jariku menemukan bibir memeknya yang udah licin, bibirnya tipis, aku, mulai mengorek-orek memeknya dan mencari-cari kelentitnya.

    ” Auuu pak…geli pakk….,Siti geli pak ”
    Aku terus menjilati pentilnya dan tanganku, menemukan kelentitnya yang cukup besar, terasa sebesar biji kacang tanah, keras, licin dan enak sekali dimaenin dengan tangan.

    ” Pakkkkkk…Auuuuu…ZZZZZZ. pak Siti………..ngak tahan pak”
    Tangannya sudah dengan kasar menggosok adekku dan sampai kebijinya diperas dengan keras, sampai aku agak terasa sakit.

    ” Pakkkk….ampun ….pak…Siti….enak.pakkk” desahnya, terus menerus.
    ” Pelan kuangkat sebelah kakinya , kusandarkan kakinya yang satu di atas bak mandi, lalu lulutku mulai turun kebawah mencari lubang memeknya.

    Kujilati bibir memeknya, dan sambil lidahku masuk menjelajahi lubang memeknya yang terasa masih kecil sekali. Lalu lidahku mulai menjilati dan mengulum biji kelentitnya yang sebesar kacang tanah, dan terasa keras serta licin sekali karena air nikmatnya yang banyak keluar.

    ” Aduhhhhhhhhh………..pak…….Siti ngak tahan pakkkkkkkkkk”
    ” Auuuuuu……pakk Ampun pak………Siti enak banget pakkkkk, Memek Siti diapain pak……. Auuuuuuuuuu ”
    ” Memang belum pernah diginiin Ti”
    ” Belummmmpakkkk….enak ….banget pakkk.”
    ” Auuuuuuzzzzzzzzzzz…… enak pakkkkkkkkkkk”
    ” Yuk kita keranjang Ti .” sambil keseret kekamarku
    Langsung kurebahkan dia diranjangku. langsung kuserbu susunya kujilati dan kugigit
    gigit kecil pentilya,
    ” Pakkkkk……. enak pak…..UZZZzzzz….”

    Lidahkupun mulai meluncur kebawah, mulai kujilati bibir memeknya, kutarik dengan bibirku , pelan kubuka memeknya yang hitam, sesuai dengan kulitnya yang hitam manis, bibir memeknya pun hitam dengan bekas bulu yang dicukur, makin membuat aku nafsu, pelan kubuka memeknya, terlihatlah dalam memeknya yang berwarna merah tua segar dengan keadaan basah sekali, sangat kontras dan menarik dengan warna bibir memeknya yang hitam,, kujilati dalam memenya, dan terlihat kelentitnya yang menonjol dengan menantang merah dan licin sekali, langsung kujilati dan kukulum biji kelentitnya.

    ” Pakkkkkkkkkkk…..aduh pak…..enak……ohhhhhhhhh..ohhhhhh”
    Siti menggerakkan memeknya mendekati bibirku, terasa agak asin cairan yang keluar dari memenya, aku suka sekali melihat biji kelentitnya yang keras dan licin, terus kukulum, sehingga dia terus teriak dan mengangkat memeknya tinggi-tinggi

    ” Aduh pak…ampun pak…..Siti ngak tahan pak…Ngentotin Siti pak”
    Akupun berputar dalam posisi 69, dia dengan segera menarik adekku dan langsung dengan rakus mengulum batangnya, lalu turun kebijinya, kedua bijiku disedotnya, bukan main rasanya.
    ” auuuuuuuu enak ti, terus ti……”

    Aku terus menjilati dan menggigit biji kelentitnya, sambil menyedot cairanyang keluar,
    tiba-tiba kepalaku dikepitnya dengan keras, dan terasa adekku disedot dan digigit dengan keras oleh Siti,
    ” Pakkkkkkk….Siti keluar pak…….Aya u……..uuuuu ”
    Dijepitnya dengan keras kepalaku , lalu ia lemas dan kakinya mulai terbuka lagi.
    ” Aduh pak, enak banget pak, Siti belum pernah diginiin sampe keluar”
    “Emang kamu udah sering Ti, ” selidikku

    ” Ngak pak , Siti baru pernah sekali dientot sama pacar dikampung, eh abis dientot dia takut Siti Hamil, jadi dia lari dari kampung.

    Aku mulai menjilati lagi, memeknya yang semakin merah dalamnya, dan aku
    menggigit kecil kelentitnya.
    ” Aduh..pak….kok..jadi enak lagi yah..”
    ” Siti rasanya mau enak lagi nih pak”
    Setelah puas kujilati semua lubang dalam memeknya, aku pun berputar dan mulai menindih tubuhnya. Pelan kugesek kepala kontolku ke bibir memeknya,

    ” Auiuuuu,,,,,,pak,,,,,kok,,,enak lagi yah…..aduh pa kkkk”
    Pelan kucoba memasukkan adekku kedalam memeknya , sulit sekali sebab lubangnya masih kecil sekali.
    ” Auu pak…pelan..pak…sakit….****** bapak gede banget…”
    ” emang ****** pacarmu kecil Ti”
    ” Kecil pak, punya bapak gede banget apalagi kepalanya segede tinju Siti”
    ” Bisa-bisa sobek memek Siti pak….”
    Pelan kudorong adekku memasuki memeknya, terasa pedih karena sempit
    ” Auuuu pak,,,sakit pakk,,,,,pelan pelan pak”
    Pelan-pelan kepala kontolku berhasil masuk sebatas kepalanya.
    Dia sudah menjerit-jerit kesakitan dan keenakan.
    ” Aduh pakkk….sakir,,,,enak….sakit…pak tapi enak:”
    “Gimana mau diterusin ngak Ti, katanya sakit”
    ” Terus pak biarin , mau jebol juga ngak apa yang penting enak”
    katanya sambil memelukku dengan erat.
    Dengan tiba-tiba kudorong semua kontolku kedalam memeknya.
    ” Auuuuuuuuuuuu. poakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk”

    Kudiamkan kontolku masuk kedalam memeknya terasa mentok sampai rahimnya
    Siti juga terdiam, matanya melotot, sambil menggigit bibir bawahnya,
    Aku senang sekali melihat gadis yang melotot ketika kontolku mentok masuk kememeknya.
    ” Pakkkkkkk…..sakit,,,,tapi enak banget pak, ****** bapak gede banget, sampe penuh memek Siti.
    pelan mulai kugenjot keluar masuk memeknya,
    ” Auusss…sekarang enak banget pakkkkk..au….pakkkk”
    Matanya tetap melotot setiap kali kepala kontolku masuk mentok ke memeknya
    ” Au…..Auu…..Au….” setiap kali kugenjot memeknya Siti terus mengoce dan teriak
    Aku senang sekali dengan cewe yang berisik ketika di entot.
    Lalu kuputar kaki satunya sehingga keatas, lalu dengan posisi miring kutusuk lagi memeknya.
    ” Aduh……….pakkk…….auuuu”
    Siti lebih menjerit dan melotot lagi, karena kontolku makin masuk kedalam mentok.
    ” Pak ….k Siti udah ngak tahan mau keluar”
    ” Sebentar Ti, Bapak juga……….aaaaaa”
    Kupercepat genjotanku dengan cepat sekali
    ” Au–…au…auu……au…………………… pakkkkkkkkkkkk”
    Siti mengejang dan terasa memeknya memijit dengan keras kontolku, seakan kontolku diperas. lalu akupun merasa sudah mau keluar, dengan hentakan terakhir
    kutekan keras memeknya sambil menyemburkan maniku kememeknya.

    ” Auuuuuuuuuuuutiiiiiiiiiiii. bapak keluarrrrrrrrrrrrrrr”
    ” Siti juga pakkkkkkkkkkkkkAZZZZZZZZZZzzzzzzzzzzzzz”
    Lalu saya pun terjatuh diatas badanya.lemas, tapi enak banget,
    Memang memek hitam dan merah dalamya enak banget,legit dan empot ayam lagi…

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex ABG Ngentot Ketika PKL Di Hotel

    Cerita Sex ABG Ngentot Ketika PKL Di Hotel


    635 views

    Perawanku – Cerita Sex ABG Ngentot Ketika PKL Di Hotel, Kisah ini berawal dari tahun 2016, saat itu gw masih berusia 19 tahun, sedang melakukan praktek kerja lapangan di salah satu hotel di Bandung.

    Oia …. nama gw indra. PKLnya oleh personalia hotel, gw ditempatkan di bagian front office sebagai receptionist. Salah satu karyawati (receptionist supervisor) namanya Yanti, tapi semua orang memanggilnya Teteh.

    Usianya saat itu 28 tahun, sudah menikah tapi belum dikaruniai seorang anakpun. Wajah teteh tidak terlalu cantik, tetapi good looking (seperti kebanyakan typikal seorang wanita priangan).Ukuran dadanya sedang tapi padat, tetapi pinggulnya penuh (body gitar kalee).

    Yang paling gw suka dari teteh adalah tidak seperti kebanyakan cewek pada umumnya yang senang bergosip ria, teteh tidak banyak bicara. Jika berbicara tutur katanya sangat halus, pelan namun sangat tegas, dan sangat dihormati oleh bawahannya. Jika selesai bertugas (lepas uniform) pakaiannya pun sopan dan tertutup, selalu memakai celana panjang. Dan dibalik kemeja atau baju atasannya selalu dilapisi kaos dalam sehingga makin menyembunyikan BHnya.

    Selama gw PKL, teteh sangat banyak membantu. Jika dalam satu shift hanya kita berdua, gw terang-terangan bicara sama teteh kalo gw suka sama teteh. Dan teteh hanya tersenyum “Gak boleh … teteh sudah ada yang punya” tegasnya.

    “Teh … kalo putus sama si Akang, hubungi aku yah” gw selalu menggoda. Dan teteh hanya tersenyum.

    Dua bulan kemudian teteh di mutasikan ke Sales Markering Dept. bersamaan dengan selesainya PKL gw. Dua minggu seterusnya, setelah meng-collect data-data atau bahan-bahan untuk makalah di kampus, gw pamit sama teteh.

    “Teh … aku mau pamit, terima kasih buat bimbingannya selama aku praktek disini yah … dan maafin kalo selama ini aku sering menggoda teteh” kata gw diplomatis.

    “Gak papa ndra … teteh senang bisa bantu kamu. Kapan pulang ke Jakarta ?”

    “Besok” sahutku.

    “Bareng aja sama teteh. Besok teteh dinas ke Jakarta, dapat tugas untuk sales call selama 3 hari di Jakarta … naik mobil kantor”

    Besoknya gw pulang ke Jakarta ikut sama teteh, naik mobil espass. Gw di depan sama sopir, teteh sendirian di belakang. Selama di perjalanan kami ngobrol, setiap kali gw nengok ke belakang (saat ngobrol) yang terlihat adalah kaki teteh yang putih mulus dengan betis yg sangat ranum (slurupp). Terkadang jika dia merubah posisi duduknya, terlihat paha mulusnya (duh … kecian neeh adik gw, mencuat/melengkung di sangkarnya).

    Singkat kata kami tiba di hotel pukul 16.00 (saat itu perjalanan Bdg-Jkt memakan waktu kl 4 jam).

    “Teh … bolehkan aku antar sampai teteh c/i di kamar”

    Teteh hanya tersenyum. Udara Jakarta yang panas, ditambah AC mobil yang tidak maksimal, membuat badan teteh dibanjiri keringat. Gw kasihan melihatnya, dan saat itu dalam lift (walaupun berAC) teteh sibuk melap keringat di wajahnya dan leher memakai tissue …. Ya ampun, itulah pemandangan terindah yang pernah gw lihat … badan gw menggigil, napas gw sesak, napsu gw naik … tapi apa daya. (sementara adik gw masih menggeliat-geliat dalam sangkarnya, minta belaian kalee yak ?).

    Setelah semua lagguagenya teteh sudah gw taro di lemari, gw langsung pamit.

    “Teh … aku pulang dulu yah (sambil cipika cipiki), minta kenang-kenangan dong” candaku.

    “Nih … satu kecupan di kening” kata teteh sambil kecup kening gw. Sekali lagi badan gw menggigil, bau badan khas wanita, membuat libidoku naik. Dan tanpa basa basi kucium bibirnya. Teteh melonjak kaget, dan meronta-ronta.

    “Jangan .. ndra …jangan” gumam teteh tidak berdaya. Punggungnya nempel ke dinding dekat pintu keluar. Teteh yang badannya kecil berusaha melepaskan diri dengan meronta-ronta. Mulut gw melakukan sedotan-sedotan liar dari bibir beralih ke leher dan kemudian ke lubang telinganya. Badan teteh menggerinjal hebat. Kemudian bibir gw kembali menutup bibirnya ….. perlawanan teteh mulai melonggar. Degup jantungnya sampai terdengar tidak beraturan. Bibirnya terbuka perlahan dan tangannya melingkar ke leher gw. Desahan nafas teteh mulai memburu. Tangan gw mulai berani memeras bukit kembarnya dibalik blousenya (belakangan baru tahu ternyata teteh memakai t-shirt u can see di dalam blousenya). teteh sudah mulai pasrah dan mulai mengimbangi sedotan bibir gw, lidahnya mulai menari-nari dan bertautan dengan lidah gw. Punggung teteh masih menempel di dinding, kedua tangannya gw angkat ke atas kepalanya. Tampak bulu-bulu halus di bawah ketiaknya, tidak lebat … dan bau khas wanita yang agak soft menyeruak hidung gw … saat membaui ketiak teteh.

    Teteh makin menggerinjal dan dengan pasrah membiarkan gw melucuti semua baju atasannya. BH nya yg warna hitam sengaja tidak gw lepas, Libido gw makin menjadi-jadi kala melihat BH hitamnya teteh. Adik gw yg daritadi berdenyut-denyut makin mengeras ketika sebuah tangan halus mulai membelai-belainya. Tanpa gw sadari teteh sudah berhasil membuka celana berikut hings yg gw pakai. Adik gw bersorak kegirangan manakala tangan halus teteh bermain-main, kadang memijatnya, kadang mengocoknya, bahkan biji-biji gw pun tidak lepas dari permainan tangan teteh.

    Teteh mulai agresif … bertolak belakang dengan kesehariannya yang tenang dan kalem. Badan gw sudah telanjang bulat, demikian pula dengan roknya teteh sudah terbang entah kemana. CD teteh pun berwarna hitam ukuran midi tampak menonjol ditengah-tengahnya. Gw sengaja minta sama teteh agar CD dan BH nya jangan dulu dibuka. Puting teteh yang agak coklat tidak lepas dari sedotan bibir gw, demikian pula bukitnya tidak pernah lepas dari remasan tangan gw, bergantian dengan sedotan bibir teteh ke puting gw.

    “Ndra … pegangin punya teteh …. ohh .. ahh” erang teteh sambil membawa tangan gw ke pangkal pahanya. CDnya sudah mulai basah …. tangan gw mulai menyeruak ke dalam rambut halus teteh, sementara tangan yg satunya bermain-main di pantatnya teteh. Bibir gw mulai menelusuri belakang telinganya. Bibir teteh mulai menjilati leher gw kadang-kadang niup telenga gw.

    “Pindah yu .. ndra ke sofa” teteh menuntun gw menuju sofa. Teteh menyuruhku duduk, dan teteh duduk dipakuan gw menghadap gw. BHnya mulai gw lepas … bukitnya yg padat ranum masih gw remas dan yang satunya gw sedot putingnya. ” ooohh … ndra …. geli … ndra”

    “OOh …. teh … masukin yah …teh” kemudian teteh berdiri sebentar, gw membuka CDnya. Setelah lepas CDnya gw cium …. bau khasnya makin menaikan libido gw. Bulu-bulu halus teteh tampak tidak beraturan di pangkal pahanya berkat tangan gw yg mengacak-ackanya. Teteh menjerit kegelian “ohh … ohhh .. ahhh, masukin aja ndra, teteh udah gak tahan” erangnya.

    Berkali-kali gw coba memasukan adik gw, tetapi selalu meleset … dan gagal terus. Teteh yg sudah gak sabar akhirnya membimbing adik gw untuk memasuki tubuhnya. Bleeessss … ohh akhirnya. Seumur hidup belum pernah terbayangkan nikmatnya burung gw masuk kedalam memeknya teteh. Teteh menjerit …. dan mulai menggerakan pantatnya … kadang naik turun, terkadang melingkar-lingkar. Gesekan demi gesekan membawa kami melayang layang jauh. 10 menit telah berlalu ….

    Teteh menarik pantatnya dan menarik gw ke tempat tidur. Tubuh teteh terlentang, kedua kakinya dibuka lebar.

    “Ayo … ndra … ayo masukin … cepat”

    Gw mulai memasuki tubuhnya …. mulut kami berpagutan dan lidah kami saling membelai. Pinggul gw mulai naik turun dengan cepatnya mengimbangi putaran pantatnya teteh … sehingga terdengar bunyi ciprakan, akibat kocokan batang gw pada kemaluan teteh. Gerakan teteh mulai liar, kedua kakinya dilingkarkan ke pinggang gw.

    “ooohh… ndra …. sssshh ….ohhh …. awww” teteh makin meracau sambil menggigit bibir bawahnya.

    Sambil terus meremas dan kadang-kadang menggigit putingnya … gerakan gw pun terbawa liar.

    “ndra …. kocok teruzzzz ndra …. teteh mau keluar”

    Gw makin mempercepat tempo dan agak kasar. Masih terdengar erang kenikmatan dari mulut teteh.

    “ohhh … ooohh …. ndra ….yang keras …ndra”

    Kemudian kurasakan sensasi yang luar biasa, sepertinya kami akan mencapai bersama-sama, dan Ooooh…. CRett .. crett ….cret …. seperma gw muncrat didalam kemaluannya teteh. Bersamaan dengan terdengarnya jeritan kenikmatan dari mulut teteh “Ndraaaa …. ooh … ohhhh”.

    Sejak saat itu, gw gak pernah lagi bertemu dengan teteh, bahkan komunikasi via telponpun gak pernah. Jika ditelpon ke kantornya … selalu menghindar. Berbagai maca pesan pun tidak pernah dibalasnya. Akhirnya gw nyerah dan berusaha untuk melupakan teteh.

    Tujuh tahun kemudian, tanpa diduga gw bertemu teteh dalam suatu seminar di Jakarta. Rupanya teteh sudah lama tidak bekerja di hotel. Teteh masih seperti yang kukenal 7 tahun yang lalu. Teteh yang kalem dan tidak banyak bicara. Teteh yang tidak pernah meninggalkan senyum khasnya.

    “apa khabar ndra ? Berapa tahun yah kita tidak bertemu ?”

    “Teteh sendiri bagaiman khabarnya ?” gw malah balik bertanya.

    Iiihh… gemes banget deh (dalam hati gw). Adik gw bisa mencium bau yg pernah dikenalnya, karena seketika itu juga langsung bangun.

    Disela-sela coffee break dan lunch, kami banyak menghabiskan waktu dg obrolan-obrolan yang ringan, sambil menanyakan kegiatan masing-masing, tanpa menyinggung kejadian di kamar hotel itu.

    Seminar hanya satu hari, tapi karena selesai pukul 19.00, teteh menginap di hotel yg sama dg tempat seminar. Katanya gak mungkin kalo pulang ke Bandung malam itu juga. “Ndra … besok antar teteh ke gambir yah …” Gw mengangguk dan berharap lebih dari sekedar mengantar.

    “Teh … selesai seminar, kita jalan-jalan yuk !!” timpalku.

    “Nggak ah .. teteh mau istirahat aja di kamar” katanya.

    Selesai seminar, gw memaksa untuk mengantar teteh ke kamarnya. Teteh menolak keras. Tapi setelah di desak dan berjanji tidak akan macam-macam, akhirnya teteh mau.

    Para peserta seminar turun memakai lift menuju lobby, tetapi kami berdua naik lift ke atas menuju lantai 15. Di dalam lift kami diam membisu. Namun tanpa diduga … teteh menubruk gw dan menempelkan bibirnya dibibirku. Dengan cepat gw bisa menguasai diri dan mengimbangi serangan teteh. Tangan kiri teteh masih mendekap map seminar sementara tangan kanannya memegang kepala gw. Tangan kiri gw melingkar pinggangnya dan tangan kanan gw meremas pantatnya. Alamaak … teteh gak pakai Celana Dalam.

    Aktifitas kami berhenti ketika bel lift berbunyi di lantai 7. Rupanya ada 2 orang tamu lain yg akan menuju lantai 12. Dada gw masih deg-degan gak karuan, jakun gw naik turun. Setelah orang tersebut turun di lantai 14 … gw hendak bergerak lagi, tetapi ditahan teteh.

    “Teh … sejak kapan gak pakai Celana Dalam ?” tanyaku dengan napas memburu. Teteh hanya tersenyum …menggoda.

    “Nih … ndra, ambil kunci kamar di dalam tas teteh” kata teteh santai. Gw mulai mencari-cari kunci dalam tas teteh …. alamak …. malah nemu Celana Dalam teteh yang berwarna hitam berenda. CDnya gw tarik keluar dan gw isep, bau khas wanita membuat libidoku makin naik ke ubun-ubun.

    “Hey… kuncinya mana ?” kata teteh yang sudah tiba lebih dulu di depan pintu kamar. Gw sibuk membuka pintu kamar. Napsu kami berbedua sudah tidak bisa ditahan. Ketika pintu tertutup di belakang kami, langsung saja kami berdua terlibat dalam pergulatan yang sangat panas. Tas, map, sepatu, baju dll berserakan di dekat pintu. Bibir kami saling pagut, tangan teteh sudah membelai batang gw, tangan gw sudah menelusuri kesana-kemari. Gw bugil 100% sementara teteh masih memakai BH warna hitamnya, tetapi nenen nya udah keluar dari cupnya.

    Teteh dulu … lain dengan teteh sekarang, kalo dulu masih memakai gaya convensional, tapi sekarang ……..

    Gw menggerinjal kenikmatan, pasalnya batang gw sudah dalam genggamannya dan keluar masuk bibirnya yang mungil. Terkadang di sedot, kadang2 dijilatinya.

    BHnya teteh udah gw buka sepenuhnya ….. teteh yang masih jongkok dan asik dg permainannya gw angkat ke tempat tidur. Posisi kami 69. Teteh dibawah masih nyedot batang gw, dan gw diatas mulai menjilati kemaluannya. Bau teteh (baunya soft, kayaknya dirawat banget tuh kemaluan teteh) mulai menyeruak ke dalam hidung gw.

    10 menit berlalu … posisi kami berubah. Masih rebahan di tempat tidur …. teteh membelakangi gw …. dan gw penetrasi dari belakang. Tangan gw meremas-remas dan memelintir putingnya teteh. Pantat teteh bergerak memutar kadang-kadang naik turun ” ooohhh ndra…enak banget ndra” erangnya. Ganti posisi lain ndra” Gumam teteh sambil melepaskan adik gw. Kemudian Teteh menungging …. tanpa disuruh gw masukin kemaluannya teteh. Berbagai macam style udah kita cobain.

    “Ayo ndra …teteh udah gak tahan … pengen keluar” erangnya

    Teteh terlentang, kakinya dibuka lebar-lebar. Batang gw sudah masuk ke dalam kemaluan teteh. Gerakan kami berirama, pantat gw naik turun, pantat teteh berputar-putar. Makin lama makin liar….. dan makin tidak terkendali.

    Dan akhirnya …. Ahhhhh …. Crett…cret…cret. Semprotan air mani gw begitu kuatnya … hingga membuat teteh menjerit kenikmatan … karena bersama-sama mencapai puncak asmara. Tubuh kami terkulai lemas diatas tempat tidur….. Tak puas-puasnya gw mencium bulu-bulu halus dibawah ketiak teteh. Setelah mandi … kami turun ke coffee shop untuk makan. Selesai makan tanpa membuang waktu kami kembali ke kamar ……. sambil berjalan bergandengan, teteh membisiki gw ….. “Ndra….. teteh gak pake celana dalam …..

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex ML Di Sanggar Beladiri Mua Thay

    Cerita Sex ML Di Sanggar Beladiri Mua Thay


    635 views

    Perawanku – Cerita Sex ML Di Sanggar Beladiri Mua Thay, Aku seorang remaja berstatus sebagai seorang mahasiswa tingkat 2. Namaku Sony, hobi latihan beladiri, dan tubuhku lumayan proposional. Sebagai seorang pemuda jama sekarang beladiri adalah suatu hal yang sangat penting, karena selain baik untuk kebugaran tubuh, beladiri juga bisa sebagai pelindung kita dari orang jahat, hhe.

    Usiaku kini 19 tahun, aku sejak sekolah dasar memanglah sudah gemar dengan berbagi macam beladiri. Selain Mua Thay aku dulu juga juga pernah belajar beladiri taekwondo dan pencak silat. Jika kata teman-teman main atau kampusku mereka memanggilku dengan sebutan jet lee, hha. Yah mungkin aja karena aku jago beladiri dan mataku sipit seperti keturunan Chinese,hhe.
    Aku menekuni beladiri Mua Thay sejak aku kelas 1 SMA. Kini aku sudah ditingkat Pro dan menjadi pelatih disalah satu sanggar beladiri Mua Thay dibandung. Untuk lokasi sanggar-nya sengaja tidak aku sebutkan, karena itu privasi, hhe. Oke saya kira cukup perkenalan tentang saya, dan langsung saja yah masuk kecerita saya.
    Disini aku akan menceritakan cerita sex yang aku alami dengan salah satu murid wanita yang berlatih disanggar Mua Thay dimana tempat aku mengajar. Pada hari selasa adalah hari dimana hanya para wanita saja yang berlatih Mua Thay. Ketika itu hanya jelas cardio dan Advance saja yang ebrlatih, jika untuk kelas Pro ada hari sendiri.
    Hari itu aku melatih dengan 1 temanku yang bernama Hendra, seperti biasa kami memulai latihan dengan latihan fisik dulu untuk kelas cardio dan Advance.Pada hari itu ada 15 wanita yang berlatih, 7 dinataranya kelas cardio dan 8 diantaranya kelas advance. Hari itu latihan berjalan sepeti biasa.
    Kurang lebih saat itu 2 jam latihan-pun telah selesai, kebetulan malam itu adalah jam kloter terakhir untuk latihan. Singkat cerita saat itu-pun semua murid dan Hendra puang duluan, untuk kunci sanggar beladiri diserahkan kepadaku. Karena sudah selesainhya latihan aku-pun segera kekamar mandi sekaligus kamar ganti.
    Kamar mandi cowok dan cewek kebetulan disanggar Mua Thay itu jadi satu. Pintu kamar mandi yang ada disanggar itu menggunakan stabiliser, jadi setelah dibuka maka akan tertutup sendiri, kurang lebih seperti pintu minimarket gitu deh. Karena saat itu aku berfikir semua orang sudah pulang maka aku-pun memilih salah satu kamar mandi.
    Aku bukalah salah satu kamar mandi,
    “ Ngeeeeekkk.., ” suara pintu terbuka.
    “ Siapa tuh…, ” teriak seorang wanita dari dalam kamar mandi.
    “ Ma… Maaf, aku kira tidak ada orang, ” ucapku kaget.
    Seketika aku tertegun dengan sesosok wanita yang telanjang bulat dengan tubuhnya yang penuh dengan busa sabun,
    “ Aduh abang gimana sih, emngnya nggak tahu yah kalau Arhin sedang mandi, ” ucapnya sembari menutupi payudara dan vaginanya dengan tanganya.
    “ Aduh Arhin, kamu gimana sih, mandi kog nggk dikunci pintunya, kan jadinya begini, ” ucapku dengan posisi berdiri dipintu kamar mandi.
    “ Ihhhh… abang pasti sengaja yah, abang pasti nafsukan sama Arhin, Huwwww…, ” ucapnya manja.
    “ Aduh Rhin maaf banget yah, Abang nggak tau kalau masih ada orang, soalnya sanggar udah sepi tnggal aku sama kamu aja, ” ucapku menjelaskan.
    “ Yaudah maaf yah, abang mandi disebelah aja, ” ucapku lagi,
    Ketika aku akan pergi tidak aku sangka Arhin menarik tanganku,
    “ Udah nanggung bang, masak iya sih Abang nggak nafsu sama Arhin, ” ucapnya sembar menarik aku kedalam kamar mandi.
    “ Rhin Ja……, ”
    Belum selesai aku berbicara tiba-tiba saja Arhin meremas penisku lalu diciumlah bibirku. Melihat perlakuan Arhin yang seperti itu tanpa ragu aku-pun meladeni perlakuan mesumnya padaku. Aku membalas ciumanya dan aku remas payudara montoknya,
    “ Shhhhh… Eummmmm… Euhhhhh.., ” lenguh Arhin.
    Didalam kamar mandi itu kami-pun mulai memicu nafsu birahi kami. Tidak aku sangka Arhin yang cenderung pendiam ternyata dia sangat liar sekali. Dia melumat habis bibirku dengan gemas sembari meremas-remas penisku yang masih terlindung dengan celana boxerku. Merasa agak terganggu Arhin-pun meyuruhku melepas celana boxer dan kaos singletku,
    “ Bang, kamu bugil dong biar kita sama-sama telanjang, ” ucapnya berbisik dengan manja.
    “ Iya Rhin, ”
    Dengan cepatnya aku-pun mulai melepas semua kain yang menempel ditubuhku, seketika itu kami-pun telanjang bulat. Setelah aku telanjang kamipun kembali bercumbu dengan penuh nafsu liar. Arhin mulai mengocok penisku dengan tanganya yang penuh sabun cair dan aku-pun meremas payudara dan pantatnya yang semok.
    Arhin adalah tipe wanita yang bertubuh sintal, tinggi sedang, berkulit putih, cubi, dan menggairahkan. Saat itu kami bercumbu dengan penuh gairah. Kocokam Arhin membuat penisku semakin mebesara dan panjang saja,
    “ Rhinn.. Ouhhhh… Shhhhhhh…, ” desah nikmatku.
    “ Enak ya bang ??? Ouhhhh… mainin itil aku bang, Ouhhhh…, ” pintanya.
    Tanpa menjawab tanganku yang tadinya meremas pantat, saat itu berpindah pada vagina Arhin,
    “ Sssshhhhh… enak bang, Ouhhhh… gesek terus itil aku bang… Ouhhh, ” desah arhin penuh gairah sex.
    Kami sama-sama merasakn kenikmatan sex yang luar biasa. Aku sungguh tidak menyangka bisa bercumbu dengan wanita secantik dan sesexy Arhin. Kami saling memberikan rangsangan agar nafsu kami semakin memuncak. Sesekali aku masukan jari tengahku kedalam vagina Arhin,
    “ Bang… Ouhhhhh… terus kobel memek Arhin bang.. Ssshhhh… Ahhhh…, ”
    “ Iya Rhin… Ahhhh…, ”
    Arhin nampak sekali menikmati permainan jari tengahku didalam vaginanya. Selama percumbuan kami Arhin terus meracau sembari terus mengocok penisku dengan gemasnya. Dia kocok dan dia genggam penisku dengan tanganya,
    “ Uhhhhh… Ssssshhhh… kocokan kamu enak Rhin… Ahhhh.., ”
    Penisku dikocok Arhin dan vagina Arhin aku sodok dengan jari tengahku. Lendir kawin Arhin mulai keluar dari dalam vaginnya. Terbukti saat itu liang senggamanya terasa licin dan hangat. Sesekali aku juga mengarahkan jariku pada G-spotnya,
    “ Uhhhhhh… Bang… Ouhhhh… Udah Bang… Arhin nggak kuat lagi, Ahhhh…, ”
    Melihat Arhin yang sudah seperti itu aku-pun melepaskan jariku dari dalam vaginanya,
    “ Yaudah yuk ML ya Rhin sekarang, soalnya udah malem nih, ” ajakku.
    “ Iya Bang, Arhin yang diatas ya bang, ” pintanya.
    “ Iya terserah kamu aja, ” ucapku pasrah.
    Kami-pun saat itu segera mengatur posisi sex kami. Aku duduk bersandar tembok dengan kaki aku luruskan kedepan. Arhin yang sudah nampak berpengalaman dalam berhu Bungan sex, maka dia segera duduk diatasku lalu meraih kejantananku dan dibenamkanlah penisku,
    “ Zlebbbbbbbbbbbbbbbbbb…, ”
    “ Euhhhhhhhhhhhhhhh…., ” lenguh kami bersamaan disela masuknya penisku pada vagina Arhin.
    Begitu sudah masuk penisku, Arhin segera bergoyang dengan pantatnya yang ada diatas pangkuanku. Sembari begoyang tanganya berpegangan pada pundaku. Arhin sungguh lincah bercinta dengan posisi sex WOT (women on top),
    “ Ouhhhh… Bang…. Ssssshhhh… Euhhhhh… Bang… Ahhhh.., ” desahnya peuh gairah sembari menggoyang penisku didalam memeknya.
    “ Enak Rhin, terus Rhin, Ouhhhh… Sssssshhhh…, ”
    Melihat aku merasa nikmat Arhin-pun semakin gila daalam bermain sex saat itu. Dia bergoyang memutar, maju mundur, naik turun sembari terus mendesah hebat. Hubungansex kami malam itu sungguh terasa memuncak sekali. Aku serasa oleh gadise belia yang baru doyan-doyanya ngentot. Penisku yang besar dan tahan lama membuat Arhin semakin liar,
    “ Bang… Ahhhhhhhhhhhhhhhhhh… keluar aku bang, Ouhhhhhhhhhhh, ” teriaknya seiring didapatkanlah klimaksnya.
    Arhin semakin gila saja setelah orgasme saat itu. Dia memaju mundurkan pantanya dengan cepatnya,
    “ Ouhhhh… Euhhhh..Sssssshhh… Ahhhh…, ” desah Arhin semakin liar saja.
    Baru aku rasakan hubungan sex yang seliar ini. Penisku serasa tertaririk dan terjepit dengan vagina Arhin yang gemuk dan masih sempit itu. Tidak terasa kami sudah bercinta cukup lama, hampir 30 menit kami berhubungan sex didalam kamar mandi sanggar Mua Thay itu. Desahan Arhin dan desahanku saling mengisi.
    Seakan desahan sex kami seperti dikomando saja saat itu. Detak jantung kami bedetak dengan kencang, nafas kami saling memburu, dan racauan-racaun liar kami terus mengiringi hubungan sex kami saat itu. Karena Arhin begitu hebatnya dalam berhubungan sex, aku mulai merasa ada penisku mulai berdenyut-denyut,
    “ Rhin aku mau keluar nih, buruan berdiri kamu,… Ouhhhh…, ” pintaku.
    Aku meminta Arhin berdiri agar spermaku tidak keluar didalam vagina Arhin. Mendengar itu Arhin-pun segera menyingkir dari pangkuanku,
    “ Bluppppppppppppppp, ” keluarlah penisku dari vagina Arhin.
    Aku segera berdiri dan aku kocok penisku dengan penuh nafsu. Merasa akan keluar spermaku, segera aku arahkan penisku kedalam mulut Arhin. Arhin yang sudah tanggap diapun segera mengkulum penisku dengan gemasnya. Baru berapa detik aku dikulum rasanya batang penisku sudah tidak tahan lagi menahan birahiku, lalu,
    “ Crottttttttttttt…. Crottttttttttttt…. Crottttttttttttt…. Crottttttttttttt…., ”
    “ Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh…. Keluar Rhin… Ouhhhhhhhhhhhh…, ” ucapku puas mendapatkan orgasmeku.
    Tertumpalah semua sperma didalam mulut Arhin dengan derasnya. Arhin dengan lahapnya mengkulum dan menelan semua spermaku hingga tidak tersisa setetespun. Sungguh hubungan sex yang tidak pernah aku bayangkan. Hubungan sex kami terasa memuaskan hinggga kami sama-sama mendapatkan kepuasan sex.
    Singkat cerita setelah kami mendapatkan kepuasan, kami-pun mandi bersama sembari bercumbu mesra. Karena hari semakin larut kami-pun cepat-cepat menyelesaikan mandi kami. Selesai mandi kami berganti baju bersih dan setelah selesai kami keluarlah dari kamar mandi. Segera kami keluar dari sanggar beladiri dan kami-pun pulang kerumah masng-masing.
    Sejak kejadian skandal sex kami malam itu, Arhin-pun hampir setiap hari bernagkat berlatih Mua Thay. Kami selalu pulang belakangan hanya demi berhubungan sex semata. Aku dan Arhin-pun semakin sering saja ML, maupun itu disanggar Mua Thay, dikostku, ataupun dihotel. Seperti itulah kisah sex yang aku lakukan dengan Arhin. Selesai.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Memperkosa Adikku Yang Nakal

    Cerita Sex Memperkosa Adikku Yang Nakal


    635 views

    Perawanku – Cerita Sex Memperkosa Adikku Yang Nakal, Nama saya adalah Tohir, seorang anak smu doyan banget nge-seks dan jilatin memek seorang cewek, Aq punya adik cewek yang namanya Fina angelina. Aku dan adikku adalah anak orang kaya. Jika aku kelas 3 Smu, fina adikku saat ini duduk di kelas 3 smp mau lulus.

    Fina di sekolahny termasuk gadis, cewek yang sangat populer karena kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Aq sebagai seorang kakaknya selalu membayangkan jika adikku yang manis dan cantik itu aku setubuhi sendiri. Pasti kontolku bakalan nut-nutan.

    Singkat kata, adikku fina memang seorang gadis yang sangat cantik dan merupakan kebanggaan orang tuaku. Selain itu dia juga sangat pandai membawa diri di hadapan orang lain sehingga semua orang menyukainya. Namun di balik semua itu, sang “putri” ini sebetulnya tidaklah perfect. Kepribadiannya yang manis ternyata hanya topeng belaka. Di dunia ini, hanya aku, kakak laki-lakinya, yang tahu akan kepribadiannya yang sesungguhnya. Kedua orang tuaku yang sering keluar kota untuk berbisnis selalu menitipkan rumah dan adikku kepadaku. Tapi mereka tidak tahu kalau aku kesulitan untuk mengendalikan adikku yang bandelnya bukan main. Di hadapanku, dia selalu bersikap membangkang dan seenaknya. Bila aku berkata A, maka dia akan melakukan hal yang sebaliknya. Pokoknya aku sungguh kewalahan untuk menanganinya.

    Suatu hari, semuanya berubah drastic. Hari itu adalah hari Sabtu yang tak akan terlupakan dalam hidupku. Pada akhir minggu itu, seperti biasanya kedua orang tuaku sedang berada di luar kota untuk urusan bisnis. Mereka akan kembali minggu depannya. Kebetulan, aku dan adikku juga sedang liburan panjang. Sebetulnya kami ingin ikut dengan orang tua kami keluar kota, tapi orang tuaku melarang kami ikut dengan alasan tak ingin kami mengganggu urusan bisnis mereka. Biarpun adikku kelihatan menurut, tapi aku tahu kalau dia sangat kesal di hatinya. Setelah mereka pergi, aku mencoba untuk menghiburnya dengan mengajaknya nonton DVD baru yang kubeli yaitu Harry Potter and the Order of Pheonix. Tapi kebaikanku dibalas dengan air tuba. Bukan saja dia tidak menerima kebaikanku, bahkan dia membanting pintu kamarnya di depan hidungku.

    Inilah penghinaan terakhir yang bisa kuterima. Akupun menonton DVD sendirian di ruang tamu. Tapi pikiranku tidaklah focus ke film, melainkan bagaimana caranya membalas perbuatan adikku. Di rumah memang cuma ada kami berdua. Orang tua kami berpendapat bahwa kami tidak memerlukan pembantu dengan alasan untuk melatih tanggung jawab di keluarga kami. Selintas pikiran ngawur pun melintas di benakku. Aku bermaksud untuk menyelinap ke kamar adikku nanti malam dan memfoto tubuh telanjangnya waktu tidur dan menggunakannya untuk memaksa adikku agar menjadi adik yang penurut.
    Malam itu, jam menunjukan pukul sebelas malam. Aku pun mengedap di depan pintu kamar adikku. Daun telingaku menempel di pintu untuk memastikan apa adikku sudah tertidur. Ternyata tidak ada suara TV ataupun radio di kamarnya. Memang biasanya adikku ini kalau hatinya sedang mengkal, akan segera pergi tidur lebih awal. Akupun menggunakan keahlianku sebagai mahasiswa jurusan teknik untuk membuka kunci pintu kamar adikku. Kebetulan aku memang mempunyai kit untuk itu yang kubeli waktu sedang tour ke luar negeri. Di tanganku aku mempunyai sebuah kamera digital.

    Di kamar adikku, lampu masih terang karena dia memang tidak berani tidur dalam kegelapan. Akupun berjalan perlahan menuju tempat tidurnya. Ternyata malam itu dia tidur pulas terlentang dengan mengenakan daster putih. Tanganku bergerak perlahan dan gemetar menyingkap dasternya ke atas. Dia diam saja tidak bergerak dan napasnya masih halus dan teratur. Ternyata dia memakai celana dalam warna putih dan bergambar bunga mawar. Pahanya begitu mulus dan aku pun bisa melihat ada bulu-bulu halus menyembul keluar di sekitar daerah vaginanya yang tertutup celana dalamnya.

    Kemudian aku menggunakan gunting dan menggunting dasternya sehingga akhirnya bagian payudaranya terlihat. Di luar dugaanku, ternyata dia tidak mengenakan kutang. Payudaranya tidak begitu besar, mungkin ukuran A, tapi lekukannya sungguh indah dan menantang. Jakunku bergerak naik turun dan akupun menelan ludah melihat pemandangan paling indah dalam hidupku. Kemudian dengan gemetar dan hati-hati, aku pun membuka celana dalamnya. Adikku masih tertidur pulas.
    Pemandangan indah segera terpampang di hadapanku. Sebuah hutan kecil yang tidak begitu lebat terhampar di depan mataku. Sangking terpesonanya, aku hanya bisa berdiri untuk sekian lamanya memandang dengan kamera di tanganku. Aku lupa akan maksud kedatanganku kemari. Sebuah pikiran setanpun melintas, kenapa aku harus puas hanya dengan memotret tubuh adikku. Apakah aku harus mensia-siakan kesempatan satu kali ini dalam hidupku? Apalagi aku masih perjaka ting-ting. Tapi kesadaran lain juga muncul di benakku, dia adalah adik kandungku., For God Sake. Kedua kekuatan kebajikan dan kejahatan berkecamuk di pikiranku.

    Akhirnya, karena pikiranku tidak bisa memutuskan, maka aku membiarkan “adik laki-lakiku” di selangkangku memutuskan. Ternyata beliau sudah tegang siap perang. Manusia boleh berencana, tapi iblislah yang menentukan. Kemudian aku meletakan kamera di meja. Aku pun menggunakan kain daster yang sudah koyak untuk mengikat tangan adikku ke tempat tidur. Sengaja aku membiarkan kakinya bebas agar tidak menghalangi permainan setan yang akan segera kulakukan. Adikku masih juga tidak sadar kalau bahaya besar sudah mengancamnya. Aku pun segera membuka bajuku dan celanaku hingga telanjang bulat.

    Kemudian aku menundukan mukaku ke daerah selangkangan adikku. Ternyata daerah itu sangat harum, kelihatan kalau adikku ini sangat menjaga kebersihan tubuhnya. Kemudian aku pun mulai menjilati daerah lipatan dan klitoris adikku. Adikku masih tertidur pulas, tapi setelah beberapa lama, napasnya sudah mulai memburu. Semakin lama, vagina adikku semakin basah dan merekah. Aku sudah tak tahan lagi dan mengarahkan moncong meriamku ke lubang kenikmatan terlarang itu. Kedua tanganku memegang pergelangan kaki adikku dan membukanya lebar-lebar.

    Ujung kepala penisku sudah menempel di bibir vagina adikku. Sejenak, aku ragu-ragu untuk melakukannya. Tapi aku segera menggelengkan kepalaku dan membuang jauh keraguanku. Dengan sebuah sentakan aku mendorong pantatku maju ke depan dan penisku menembus masuk vagina yang masih sangat rapat namun basah itu. Sebuah teriakan nyaring bergema di kamar,” Aaaggh, aduh….uuuhh, KAK ADI, APA YANG KAULAKUKAN??” Adikku terbangun dan menjerit melihatku berada di atas tubuhnya dan menindihnya. Muka adikku pucat pasi ketakutan dan menahan rasa sakit yang luar biasa. Matanya mulai berkaca-kaca. Sedangkan pinggulnya bergerak-gerak menahan rasa sakit. Tangannya berguncang mencoba melepaskan diri. Begitu juga kakinya mencoba melepaskan diri dari pegangannku. Namun semua upaya itu tidak berhasil. Aku tidak berani berlama-lama menatap matanya, khawatir kalau aku akan berubah pikiran. Aku mengalihkan pandangan mataku ke arah selangkangan. Ternyata vagina adikku mengeluarkan darah, darah keperawanan.

    Aku tidak menghiraukan semua itu karena sebuah kenikmatan yang belum pernah kurasakan dalam hidupku menyerangku. Penisku yang bercokol di dalam vagina adikku merasakan rasa panas dan kontraksi otot vagina adikku. Rasanya seperti disedot oleh sebuah vakum cleaner. Aku pun segera menggerakan pinggulku dan memompa tubuh adikku. Adikku menangis dan menjerit:” Aduhh..aahh..uuhh..am..pun..ka k…lep..as..kan..pana ss…sakitt!!” “Kak..Adii..mengo..uuhh..yak.. aduh…tubuhku!!! ” Aku tidak tahan dengan rengekan adikku, karena itu aku segera menggunakan celana dalam adikku untuk menyumpal mulutnya sehingga yang terdengar hanya suara Ughh..Ahhh.

    Setelah sekitar lima belas menit, adikku tidak meronta lagi hanya menangis dan mengeluh kesakitan. Darah masih berkucuran di sekitar vaginanya tapi tidak sederas tadi lagi. Aku sendiri memeramkan mata merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku semakin cepat menggerakan pinggulku karena aku merasa akan segera mencapai klimaksnya. Sesekali tanganku menampar pantat adikku agar dia menggoyangkan pinggulnya sambil berkata:’ Who is your Daddy?” Sebuah dilema muncul di pikiranku. Haruskah aku menembak di dalam rahim adikku atau di luar? Aku tahu kalau aku ingin melakukannya di dalam, tapi bagaimana bila adikku hamil? Ahh… biarlah itu urusan nanti, apalagi aku tahu di mana ibuku menyimpan pil KBnya. Tiga menit kemudian..crott..crottt..akupu n menembakan cairan hangat di dalam rahim adikku. Keringat membasahi kedua tubuh kami dan darah keperawanan adikku membasahi selangkangan kami dan sprei tempat tidur.

    Aku membiarkan penisku di dalam vagina adikku selama beberapa menit. Kemudian setelah puas, aku mencabut keluar penisku dan tidur terlentang di samping adikku. Aku kemudian membebaskan tangan adikku dan membuka sumpalan mulutnya. Kedua tanganku bersiap untuk menerima amukan kemarahannya. Namun di luar dugaanku, dia tidak menyerangku. Adikku hanya diam membisu seribu bahasa dan masih menangis. Posisinya masih tidur dan hanya punggungnya yang mengadapku. Aku melihat tangannya menutup dadanya dan tangan lainnya menutup vaginanya. Dia masih menangis tersedu-sedu.

    Setelah semua kepuasanku tersalurkan, baru sekarang aku bingung apa yang harus kulakukan selanjutnya. Semua kejadian ini di luar rencanaku. Aku sekarang sangat ketakutan membayangkan bagaimana kalau orang tuaku tahu. Hidupku bisa berakhir di penjara. Kemudian pandangan mataku berhenti di kamera. Sebuah ide jenius muncul di pikiranku. Aku mengambil kameranya dan segera memfoto tubuh telanjang adikku. Adikku melihat perbuatanku dan bertanya: ”Kak Adi, Apa yang kau lakukan? Hentikan, masih belum cukupkah perbuatan setanmu malam ini? Hentikan…” Tangannya bergerak berusaha merebut kameraku. Namun aku sudah memperkirakan ini dan lebih sigap. Karena tenagaku lebih besar, aku berhasi menjauhkan kameranya dari jangkauannya. Aku mencabut keluar memori card dari kameranya dan berkata: “Kalau kamu tidak mau foto ini tersebar di website sekolahmu, kejadian malam ini harus dirahasiakan dari semua orang. Kamu juga harus menuruti perintah kakakmu ini mulai sekarang.”

    Wajah adikku pucat pasi, dan air mata masih berlinang di pipinya. Kemudian dengan lemah dia mengganggukkan kepalanya. Sebuah perasaan ibaratnya telah memenangi piala dunia, bersemayam di dadaku. Aku tahu, kalau mulai malam itu aku telah menaklukan adikku yang bandel ini. Kemudian aku memerintahkan dia untuk membereskan ruangan kamarnya dan menyingkirkan sprei bernoda darah dan potongan dasternya yang koyak. Selain itu aku segera menyuruhnya meminum pil KB yang kudapat dari lemari obat ibuku. Terakhir aku menyuruhnya mandi membersihkan badan, tentu saja bersamaku. Aku menyuruhnya untuk menggunakan jari-jari lentiknya untuk membersihkan penisku dengan lembut.

    Malam itu, aku telah memenangkan pertempuran. Selama seminggu kepergian orang tuaku, aku selalu meniduri adikku di setiap kesempatan yang ada. Pada hari keempat, adikku sudah terbiasa dan tidak lagi menolakku biarpun dia masih kelihatan sedih dan tertekan setiap kali kita bercinta. Aku juga memerintahkannya untuk membersihkan rumah dan memasakan makanan kesukaanku. Aku juga memberi tugas baru untuk mulut mungil adikku dengan bibirnya yang merah merekah. Setiap malam selama seminggu ketika aku menonton TV, aku menyuruh adikku untuk memberi oral seks. Dan aku selalu menyemprotkan spermaku ke dalam mulutnya dan menyuruhnya untuk menelannya.

    Ketika orang tuaku kembali minggu depannya, aku memerintahkan adikku untuk bersikap sewajarnya menyambut mereka. Ketika ibuku memeluk adikku, aku melihat wajah adikku yang seperti ingin melaporkan peristiwa yang terjadi selama seminggu ini. Aku pun bertindak cepat dan berkata pada ibuku: “Ibu, gimana perjalanan ibu? Tunjukan dong FOTOnya kepada kami berdua.” Ibuku tersenyum mendengar ini dan tidak mencurigai apa pun. Tapi adikku menjadi sedikit pucat dan tahu makna dari perkataanku. Dia pun tidak jadi berkata apa-apa.

    Sejak itu, setiap kali ada kesempatan, aku selalu meniduri adikku. Tentu saja kami mempraktekan safe sex dengan kondom dan pil. Setelah dia lulus SMA, kami masih melakukannya, bahkan sekarang dia sudah menikmati permainan kami. Terkadang, dia sendiri yang datang memintanya. Ketika dia lulus SMA, aku yang sekarang sudah bekerja di sebuah bank bonafid dipindahkan ke Jakarta. Aku meminta orang tuaku untuk mengijinkan adikku kuliah di Jakarta. Tentu saja aku beralasan bahwa aku akan menjaganya agar adikku tidak terseret dalam pergaulan bebas. Orang tuaku setuju dan adikku juga pasrah. Sekarang kami berdua tinggal di Jakarta dan menikmati kebebasan kami. Hal yang berbeda hanyalah aku bisa melihat bahwa adikku telah berubah menjadi gadis yang lebih binal.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Pemerkosaan Yang Tak Terlupakan Dialami Oleh Cewek Bispak

    Cerita Sex Pemerkosaan Yang Tak Terlupakan Dialami Oleh Cewek Bispak


    635 views

    Perawanku – Cerita Sex Pemerkosaan Yang Tak Terlupakan Dialami Oleh Cewek Bispak, 6 pasang mata yang terlihat merah karena bir pletok yang mereka beli hasil mengamen itu melihatnya dari atas ke bawah, lalu ke atas lagi, lalu ke bawah lagi, sambil menahan air liur membayangkan kemolekan tubuh Irma yang pada saat itu mengenakan rok selutut dan kemeja warna putih, yang menerawangkan bra hitamnya.

    tiba2 salah seorang dari mereka berkata “eh, ada cewek lewat tuh”. “oke juga tuh tete” timpal yang lain. “kita isep yuk hahahaha” mereka tertawa bersama2. setelah kurang lebih jarak antara mereka dengan Irma 100 meter, tiba2 salah satu dari mereka mengikuti langkah Irma, kemudian mereka membekap mulut Irma, dan menyeretnya ke arah bedeng proyek yang ada di dekat mereka. bedeng tersebut kosong, karena ditinggal pekerja proyeknya selama beberapa hari.

    mereka berenam kemudian menyekap Irma yang meronta-ronta di dalam bedeng tersebut, sambil tertawa2 dengan mulut yang bau alkohol menyengat. salah seorang dari mereka memegangi tangan kanan Irma, yang lainnya memegangi tangan kiri dan menyekap mulut Irma dengan tangannya yang kekar. Irma meronta2 takut apa yang terjadi selanjutnya.

    kemudian salah seorang dari mereka berdiri tepat dihadapan Irma, sambil memandang Irma yang ketakutan dengan senyum kemenangan. “akhirnya malem ini gw bisa ngerasain badan lo”, katanya sambil mengelus leher Irma yang mulai sesenggukan menahan tangis. tangannya mengelus leher Irma yang putih mulus dengan beberapa tahi lalat yang ada disana, sambil kemudian tangannya bergerak menuju payudara kanan milik Irma.

    “ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhh” teriak Irma tertahan ketika tangan tersebut meremas dengan kencang payudara tersebut. “gile man, kenceng juga nih tete” kata pria tersebut diiringi sahutan tawa yang lainnya. tak lama, pria tersebut sudah asik meremas2 kedua payudara Irma yang memang berukuran besar apabila dibandingkan dengan tubuhnya. Irma orangnya tidak terlalu tinggi.

    dia orangnya sedang saja, berbody tidak gemuk, namun memiliki payudara yang indah dengan perut yang rata. kakinya pun putih mulus, sehingga membuat orang2 di dalam bedeng itu menahan nafas ketika menyaksikan Irma merintih2 karena payudaranya diremas2 oleh temannya.

    kemudian salah seorang diantara mereka lagi ikut mendekat, sehingga keenamnya berada sangat dekat dengan Irma. Irma semakin ketakutan. tetapi dia terus berusaha berfikir positif bahwa tidak akan terjadi apa2 dengan dirinya. tiba2, masih dengan tangan yang terus dipegangi oleh 2 orang, dan mulut disumpal dengan tangan, dia merasakan tangan2 nakal mulai menjelajahi betis dan pahanya.

    dia berusaha untuk berontak dengan menendang2kan kakinya. namun usahanya sia2. terdengar suara tawa puas dari orang2 yang ada di bawah Irma, yang saat ini sedang mengelus2 paha dan betis yang putih mulus milik Irma Adriyatie. rok Irma tersingkap ke atas, sementara pahanya sedang dielus2 oleh 2 orang. sedangkan di bagian atas, payudara Irma sedang diremas2 oleh 2 orang.

    hal ini membuat Irma semakin sesenggukan menahan perasaan yang bercampur baur. “udah man telanjangin aja” kata salah seorang diantara mereka, diiringi anggukan yang lainnya. Irma semakin ketakutan. dia membayangkan akan digilir oleh 6 orang tidak beradab ini. sedangkan selama ini dia hanya berhubungan badan dengan pacarnya.

    maklum saja, jarak yang memisahkan antara dia dan pacarnya ini, membuat pertemuan mereka yang jarang itu menjadi sesuatu yang berharga untuk dihabiskan begitu saja. maka terjadilah gaya pacaran yang semakin lazim di jaman sekarang ini. Irma semakin meronta2 ketika mereka membuka kancing atas kemejanya, dan orang2 di bawah berusaha menelanjangi rok dan celana dalam Irma.

    pria2 yang di bagian atas melucuti kancing kemeja Irma satu persatu. setelah itu menarik kemejanya ke belakang, sehingga menampakkan payudara Irma yang dibungkus bra warna hitam yang semakin terlihat menantang. kemudian kemeja itu pun terlepas dan terjatuh di lantai. Irma saat ini hanya menggunakan bra dan rok saja. kemudian pria2 yang ada di bagian bawah pun gak lama sudah melepas habis rok Irma sehingga terjatuh pula ke lantai.

    Irma hanya menggunakan bra dan celana dalam yang senada berwarna hitam. pria2 tersebut pun tertawa puas sambil melecehkan seluruh tubuh Irma. Irma semakin menangis menjadi2. kemudian tidak lama, bra dan celana dalam Irma pun terleps oleh mereka. Irma pun telanjang bulat dikelilingi oleh 6 pria yang tidak dikenalnya. hal ini membuat Irma semakin ketakutan dan menangis. “jangan nangis, nanti juga keenakan hahahaha” kata salah seorang dari mereka mengejek.

    Irma berdiri pasrah dipegangi oleh 2 orang dan dibekap mulutnya. pria2 tersebut sedang melumat habis tubuh Irma yang terlihat molek tersebut. payudaranya putih dengan beberapa hiasan tahi lalat, dan puting yang tidak terlalu besar berwarna coklat. kemudian bentuk pinggul yang tidak terlalu besar serta kemaluan yang bulu2nya tercukur halus dan lembut.

    paha sampai betis berwarna putih bersih. membuat semua pria yang melihatnya, walau pun memakai rok, tidak berkedip. di kantornya pun, Irma dikenal sebagai idola. banyak pria yang mendekatinya, namun ia tidak menanggapinya. kalau pun menanggapi, itu pun hanya sekedar untuk main2 saja sambil memenuhi hasratnya karena cowonya berada jauh disana. hal itu dia lakukan karena ia lebih memilih cowonya yang bekerja di luar kota.

    ia lebih memilih cowoknya karena ia telah terlanjur menyerahkan segalanya kepada laki2 tersebut. kemudian 2 orang diantara mereka menyiapkan ranjang darurat dari kardus yang biasa dibuat tidur oleh kuli2 proyek pemilik sah bedeng tersebut. Irma pun diseret ke ranjang tersebut, dan tetap dipegangi oleh 4 orang dari mereka. masing2 memegangi 2 tangan dan 2 kaki dari Irma, sekaligus membekap mulut Irma supaya tidak berisik.

    sesekali Irma meronta2 minta dilepaskan. tetapi siapa yang mau melepaskan tubuh mulus begitu saja? kemudian salah seorang dari mereka, mendekati Irma dari sela2 paha Irma, kemudian meremas2 payudaranya dengan tangan kanan, sambil tangan kiri mengelus2 kemaluan Irma. Irma berusaha mengelak. tetapi tangan kiri pria tersebut tetap mengelus2 sambil sesekali telunjuknya masuk ke kemaluan Irma. keadaan ini membuat Irma semakin terdesak. Irma semakin menjadi2 mengeluarkan tangisnya. Irma begitu takut akan disetubuhi oleh pria2 ini

    walau pun ia sudah tidak perawan, tetapi ia hanya ingin berhubungan badan dengan pacarnya saja. tidak dengan berandalan semacam orang2 ini. kemudian pria tersebut tampaknya sudah tidak sabar lagi ingin mencicipi tubuh karyawati ini. ia segera membuka baju dan celananya. tampaklah penisnya yang besar, yang membuat Irma seperti berhenti bernafas. Irma sangat takut melihatnya.

    milik cowoknya tidak sebesar itu. Irma pun memejamkan mata dengan ketakutan. tak lama, pria tersebut sudah meletakkan penisnya di pintu masuk kemaluan Irma. Irma semakin ketakutan. tak lama, pria tersebut mendorongkan pantatnya dengan kasar sehingga penisnya bergerak menusuk kemaluan Irma. “ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh” Irma pun menjerit tertahan. pria tersebut malah keenakan. ia merasa seperti dipijit2 oleh kemaluan Irma.

    “wah, kayanya udah ga perawan nih doi. tapi tetep peret kok hahaha” kata pria tersebut. tak lama, seluruh bagian penis pria tersebut masuk ke dalam vagina Irma dengan sukses. kemudian, pria tersebut menggenjot Irma yang semakin kesakitan. kepala Irma menggeleng ke kanan dan ke kiri menahan sakit. tubuhnya pun mengejang. tapi hal itu malah membuat payudaranya terlihat semakin menarik. tangan2 jahil pun meremas2 payudara tersebut.

    sementara yang satu memperkosa Irma, yang lain memegangi tangan dan kaki Irma, serta membekap mulut Irma. pria yang sekarang sedang berada di atas Irma semakin memperlaju genjotannya. Irma-pun terlihat memejamkan matanya sambil terus menangis. sementara pria2 yang lainnya meremas2 payudara Irma dan meraba2 bagian tubuh lainnya. Irma pun membayangkan dosa2 yang pernah ia lakukan

    dosa kepada pacarnya karena sering berbohong, dan dosa kepada orang2 yang dia permainkan perasaannya selama ini. ia menyesal sekali telah melakukan itu semua. mungkin ini balasannya. pria yang sedang berada di atasnya tampaknya sudah mulai ingin orgasme. pria tersebut mempercepat genjotannya, dengan tangannya bertumpu pada payudara Irma sambil meremas2nya. tak lama kemudian, pria tersebut mengejan dengan menyemprotkan spermanya yg banyak ke dalam vagina Irma.

    Irma ketakutan. ia takut hamil. kemudian ia pun menangis sejadi-jadinya. tapi hal itu tidak berlangsung lama. pria yang lain maju mendekatinya. “tunggingin dong man” katanya pada teman2nya yang sedang memegangi Irma. mereka pun membalik tubuh Irma menjadi tengkurap, lalu memaksa Irma untuk menungging sambil tetap memegangi mereka. posisi ini membuat payudara Irma menjadi terlihat lebih besar dan menantang.

    hal ini membuat mereka meremas2 kembali payudara Irma. payudara Irma terlihat memerah karena remasan2 tersebut. pacar Irma juga paling senang melakukan adegan remasan2 ini. akan tetapi malam ini Irma harus rela diremas2 oleh orang2 yang ia sama sekali tidak kenal. dalam posisi menungging, orang kedua yang akan memperkosa Irma mendekati Irma dari belakang, kemudian membuka celananya, dan menyelipkan penisnya ke vagina Irma lewat belakang.

    Irma kembali meronta2 kecil, namun tak lama ia melenguh panjang ketika orang tersebut memasukkan penisnya dan memompanya. kekuatan pompanya makin lama makin kuat. ia memperkosa Irma sambil meremas2 payudara dan putingnya. yang lain ada yang mencium2i pipinya, dan termasuk mencium2i bibirnya. Irma sangat tidak berdaya malam itu. dalam posisi menungging itu ia menangis dan berharap semuanya cepat selesai dan mereka membebaskannya.

    namun untuk orang2 itu, tidaklah segampang itu. jarang2 mereka dapat mangsa seperti ini. tak lama kemudian, orang yang memperkosa Irma pun mengalami ejakulasi. dan seluruh spermanya dia masukkan ke vagina Irma. Irma kembali sesenggukan. sudah 2 orang menggilirnya. tinggal 4 lagi. pikirnya seperti itu. Irma sudah pasrah diperlakukan apa saja oleh mereka. terbukti ketika mereka menelentanginya kembali, Irma hanya bisa pasrah.

    ia rasakan kemaluannya sakit sekali. dan Irma merasakan keluar darah dari kemaluannya. walau pun ia sudah tidak perawan, hal ini mungkin disebabkan oleh gesekan2 yang terjadi sebelumnya antar penis pria2 tersebut dan kemaluannya. kemudian salah seorang dari mereka, kembali maju untuk memperkosa Irma. kali ini Irma dipaksa untuk menghisap kemaluan si pria tersebut.

    Irma berontak. ia hanya mau beroral sex dengan pacarnya. kali ini dia lakukan untuk orang lain. Irma mati2an menolak. akan tetapi, apalah daya dari seorang wanita. Irma pun pasrah menghisap kemaluan orang tersebut. Irma hampir tersedak. penis pria tersebut terlalu besar untuk mulut mungilnya. apalagi penis pria tersebut sebesar milik cowonya yang jauh ada disana. Irma semakin menangis.

    kepalanya maju mundur menghisap kemaluan pria tersebut. sampai tak lama kemudian, pria tersebut meringis dan mengejan. Irma berusaha menarik kepalanya dari kemaluan pria tersebut. tetapi teman2 pria tersebut menahan kepalanya, sehingga seluruh spermanya pun tumpah di kerongkongan Irma. Irma terbatuk2 tersedak. sementara pria2 tersebut tertawa puas

    kemudian Irma pun digilir oleh yang lainnya sampai pagi. selain digilir, Irma pun mengalami pelecehan seksual yang tidak akan pernah dilupakannya. Irma dipangku oleh orang2 tersebut sambil diremas2 payudaranya secara bergiliran. kemudian ia disetubuhi sambil berdiri. dan setiap2 orang disitu mendapat jatah lebih dari 2 kali. Irma mengalami perlakuan yang sangat rendah oleh mereka. Mereka mencumbu Irma semaunya.

    meremas2, menghisap2 putingnya, menggigit2, dan perlakuan2 lain yang diterima Irma sepanjang malam itu sampai pagi. Irma pun lemas kecapekan. sampai paginya Irma tersadar setelah pingsan di dalam bedeng proyek tersebut. Irma merasa badannya sakit2 semua, terutama bagian selangkangannya yang mengeluarkan darah. walau pun itu bukan darah perawan, tapi ia merasa sakit yang teramat sangat di selangkangannya. tubuhnya pun penuh cupang dimana2. payudaranya pun demikian.

    banyak terdapat bekas cupang dan bekas cakaran. Irmapun memakai kembali bra, celana dalam dan pakaiannya yang sudah lecek, kemudian berjalan tertatih2 menuju kost2annya. demikian peristiwa yang terjadi dengan Irma. dia tidak bisa melupakan hari itu. tapi ia tidak akan menceritakannya kepada siapa2, termasuk cowoknya.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Tergoda Tubuh Semok Pejual Nasi Kuning

    Cerita Sex Tergoda Tubuh Semok Pejual Nasi Kuning


    635 views

    Perawanku – Cerita Sex Tergoda Tubuh Semok Pejual Nasi Kuning, Sebelumnya aku perkenalkan diri, namaku Asep (samaran), 21 tahun, tinggi 171 cm, berat yang ideal. Aku tergolong cowok yang cakep dan banyak sekali yang naksir aku, tapi yah.. gimana ya! aku punya penis yang cukup besar untuk bisa bikin cewek klepek-klepek dan tidak tahan untuk beberapa kali orgasme.

    Kepala batang kemaluan yang besar dan ditumbuhi rambut yang cukup rapi, rata dan tidak gondrong karena nanti bisa mengganggu cewek untuk “karaoke”. Aku mempunyai daya sex yang tinggi sekali. Aku bisa melakukan onani sampai 3 – 4 kali. Hobiku nonton bokep, sehingga aku cukup mahir dalam gaya-gaya yang bisa buat cewek kelaparan sex. Setelah nonton film bokep aku tidak lupa untuk onani.

    cerita panas Kisah ini berawal dari membeli nasi kuning di pagi hari. Seperti biasa tiap pagi perutku tidak bisa diajak kompromi untuk berunding tentang masalah makan, langsung saja setelah merapikan diri (belum mandi nih) langsung mencari makanan untuk mengganjal perut yang “ngomel” ini. Setelah beberapa lama putar-putar dengan motor, aku ketemu dengan seorang cewek yang menjual nasi kuning yang laris sekali. Setelah kuparkir di samping tempat jualannya itu, lalu aku ngantri untuk mendapat giliran nasi kuning. Aku kagum sekali dengan penjual nasi kuning ini.

    Kuketahui namanya Naning, umurnya kira-kira 25 tahun dan dia memiliki wajah yang natural sekali dan cantik, apalagi dia kelihatan baru mandi kelihatan dari rambut yang belum kering penuh. Dia tingginya 165 cm dan berat yang ideal (langsing dan seksi) dengan rambut yang pendek sebahu. Dia memiliki susu yang cukupan (34), cukup bisa untuk dikulum dan dijilat kok! cerita panas.

    Waktu itu Naning memakai kaos oblong yang agak longgar dan celana batik komprang. Aku mengambil posisi di sampingnya, tepatnya di tempat pengambilan bungkus nasi kuning yang letaknya agak ke bawah. Dari posisi itu aku dengan leluasa melihat bentuk susu Naning yang dibungkus kaos dan BH, walaupun tidak begitu besar aku suka sekali dengan susunya yang masih tegak dan padat berisi. cerita panas.

    Sesekali aku membayangkan kalau memegang susu Naning dari belakang dan meremas-remas serta sesekali memelintir-lintir puting susunya dengan erangan nafsu yang binal, wouw, asik tenan dan ee.. penisku kok jadi tegang! Saat Naning mengambil bungkusan nasi kuning di depanku, aku bisa melihat dengan jelas susu Naning yang terbungkus BH, putih, mulus dan tegak, nek! Aku semakin menegakkan posisi berdiriku untuk lebih bisa leluasa melihat susu Naning yang mulus itu. Weoe.. ini baru susu perawan yang kucari, padet dan putih serta masih tegak lagi..

    Ya.. andaikan..! kata hati berharap besar untuk mencoba vagina dan susu untuk dijilati, pasti dia suka dan menggeliat deh. cerita panas. Setelah beberapa menit kemudian, pembeli sudah tidak ada lagi tinggal aku sebagai pembeli yang terakhir. “Mau beli nasi kuning, Mas?” sapanya mengambil bungkus nasi di depanku, aku tidak langsung jawab karena asik sekali melihat susu Naning menggelantung itu.

    “E.. Mas jadi beli nggak sih..” Sapa Naning agak ketus. “Oh.. ya Mbak, 1 saja ya.. sambel tambah deh..” sambil gelagapan kubalas sapaan Naning. Aku yakin tadi si Naning mengetahui tingkah lakuku yang memandangi terus dadanya yang aduhai itu, oleh karena itu aku sengaja tanya-tanya apa saja yang bisa buat dia lupa dengan kejadian yang tadi.

    Dari hasil pembicaraan itu kami saling mengenal satu sama yang lain walaupun sebatas nama dan sekitarnya. Naning ini anak kedua dari tiga bersaudara, dia tidak kuliah lagi karena tuntutan orangtuanya untuk membantu berjualan nasi kuning saja. Aku berniat untuk membantu Naning untuk beres-beres dagangannya, karena aku tahu bahwa aku adalah pembeli terakhir dan nasi kuning sudah habis terjual. cerita panas. “E.. boleh nggak kalau Asep bantuin beres-beres barangnya?” rayuku. “Jangan! ngerepotin saja,” sambil malu-malu Naning berkata. “Nggak kok, boleh ya..” rayuku.

    Sampai beberapa menit aku merayu agar bisa membantu Naning untuk beres-beres dagangannya, akhirnya aku bisa juga. Memang sih, barang-barang untuk jualan nasi kuning tidak begitu banyak, jadi hanya perlu satu kali jalan saja. Aku membawa barang yang berat dan Naning yang ringan. Setelah sesampai di rumahnya, cerita panas. “Mas, diletakkan di atas meja saja, sebentar ya.. aku ke kamar mandi sebentar, kalau mau makan nasi kuningnya ambil sendok di dapur sendiri ya..” kata Naning dengan melanjutkan langkahnya ke kamar mandi.

    Setelah beberapa menit aku duduk-duduk dan mengamati rumahnya, aku terasa lapar sekali dan berniat untuk mengambil sendok di dapur yang letaknya tidak begitu jauh dari kamar mandi Naning. Sesampainya di dapur, terdengar Naning suara pintu dari kamar mandi, eh ternyata Naning barusan saja masuk ke kamar mandi dan kesempatan ini aku tidak sia-siakan saja. Aku berjalan pelan-pelan ke depan pintu kamar mandi itu dan jongkok di depan lubang pintu kamar mandi sehingga bisa melihat apa yang ada di dalam sana walaupun memang agak sempit sih.

    Wow.. wow.. aku melihat Naning yang masih berpakaian lengkap dan mulai dia meletakkan handuknya di tempat samping pintu kamar mandi, lalu pelan-pelan dia melepas kaos longgarnya dan terlihatlah susunya yang putih bersih tanpa cacat yang masih terbungkus dengan BH. cerita panas. Dan perlahan-lahan dia melepaskan tali pengikat celana batik yang dipakainya dan menurunkan pelan-pelan dan ah.. terlihat pinggul yang oke sekali putih, dan paha dan betis yang ideal tenan dengan memakai CD yang tengah bawahnya menggelembung seperti bakpaw. Itu pasti vaginanya. Ah.. ayo cepetan buka dong, hati yang tidak sabaran ingin tau sekali isi CD itu. Dan akhirnya dia melepaskan ikatan BH dan.. berbandullah susu Naning yang merangsang batang kemaluanku untuk tegang (puting yang coklat kemerahan yang cukup besar untuk dipelintir deh.. ah) dan sialnya, Naning meletakkan BH-nya pas di lubang pintu sehingga pandanganku terhalang dengan BH Naning.

    Ya.. asem tenan, masak susunya udah ditutup, aku kecewa sekali dan aku kembali duduk di teras sambil makan nasi kuning sambil menutup pintu depan rumah Naning. cerita panas. Cerita Sex 2016 Pijatan Plus Penjual Nasi Kuning – Dan beberapa menit kemudian, Naning keluar dari kamar mandi, Ee.. dia pakai handuk yang dililitkan ke badannya. Handuk yang amat-amat mini sekali deh, panjangnya di dekat pangkal paha, oh.. indah sekali. Dia hanya pakai BH dan CD di dalam handuk, karena terlihat di pantatnya yang padat itu terawah CD-nya dan tali BH yang ada di bahunya.

    “Ee.. Mas Asep kenapa kok bengong?” “Oo.. e.. o.. tidak.. kok ini pedas,” sambil melanjutkan makannya. “Ya.. ambil saja minum di belakang, aku mau ganti dulu,” saut Naning sambil melangkah ke kamarnya yang letaknya di sampingku dan dia menutupnya tidak penuh. 2 menit kemudian, “Mas Asep bisa bantuin Naning ambilin bedak di kamar mandi, nggak?” “Ya.. sebentar!” aku langsung menuju ke kamar mandi dan mengambil bedak yang dia maksudkan. “Ini bedaknya,” aku masih di luar pintu kamar Naning.

    “Masuk saja Mas tidak dikunci kok,” saut Naning. Setelah aku membuka pintu dan masuk ke kamar Naning, terlihat Naning sedang di depan seperti sambil duduk dan dia tetap pakai handuk yang dia pakai tadi sambil menyisir rambut basahnya itu, sambil mendekat. cerita panas. “Ini Mbak bedaknya,” sambil menyodorkan bedak ke arah Naning. “E.. bisa minta bantuan nggak!” sambil membalikkan muka ke arahku. “Apa tuh..” “Bantuin aku untuk meratakan bedak di punggungku dong, aku kan tidak bisa meratakan sendiri,” kata Naning menerangkan permintaannya. “Apa? meratakan ke tubuh Mbak, apa tidak..” basa basiku.
    Sebelum kata itu berakhir, “Takut ketahuan ortuku ya.. atau orang lain, ortu lagi pergi dan kalau malu ya tutup saja pintu itu,” kata Naning. Aku melangkah ke arah pintu kamar Naning dan menutup pintu itu dan tidak lupa aku menguncinya, setelah itu aku balik ke arah Mbak Naning dan woow.. wowo.. wow.. woow.. dia sudah terkurap di atas ranjang dengan handuk yang tidak dililitkan lagi, hanya sebagai penutup bagian tubuh belakang saja.

    Dan aku menuju pinggir ranjang di samping Naning. cerita panas. “Udah, mulai meratakan saja, e.. yang rata lho..!” sambil menoleh ke belakang dan mengangkat kepalanya ke atas bantal. Aku mulai dari punggung atas mulus Naning, aku taburkan dulu bedak di sekeliling punggung atas Naning dan meratakan dengan tanganku. Ayy.. mulus sekali ini punggung, batang kemaluanku mulai tegang tapi aku tahan jangan sampai ketahuan deh. Meratakan dari atas punggung, ke samping kiri dan kanan, aku sengaja sambil mengelus-elus lembut, punggung Naning dan terdengar sayup-sayup nafas Naning yang panjang.

    Hobisex69 – Aku mulai menurunkan tanganku untuk meratakan ke bagian punggung bagian tengah yang masih tertutup oleh handuk. “Mas Asep, kalau handuknya menghalangi ya.. di lepas saja,” kata Naning sambil metutup matanya. “Ya.. boleh,” hati berdebar ingin tahu apa yang ada di dalam sana. Aku mulai menyingkap handuk dan ah.. wowowo terlihatlah punggung Naning dan pantat yang tegak putih terlihat bebas, batang kemaluanku tambah tegang saja melihat pemandangan yang begitu indahnya, kulit Naning memang sangat mulus tanpa cacat sama sekali. Aku mulai menaburkan bedak di atas punggung Naning sampai di atas pantat Naning yang masih tertutup oleh CD, setelah menaburkan bedak aku mulai meratakan dengan kedua tanganku ini. Ah.. aku juga bisa menikmati tubuh Naning yang belakang dengan meraba-raba dan mengelus-elus dengan lembut, aku sengaja tidak membuka kaitan BH-nya ya.. biar dia yang minta saja dibukakan.

    Sambil menyenggol-nyenggol kaitan BH Naning agar Naning merasa aku kehalangan dengan kaitan BH-nya itu dan.. “Mas, kaitan BH-nya dicopot saja biar bisa meratakan bedak dengan leluasa,” kata Naning yang masih menutupkan matanya, mungkin agar bisa menikmati rabaan dan elusan tanganku ini. Setelah kaitan BH aku buka dan BHnya masih tidak terlepas dari kedua tangan Naning (hanya kaitan BH yang lepas) terlihat olehku tonjolan susu Naning dari pinggir badannya yang mulus itu.

    Aku pelan-pelan melanjutkan meratan bedak lagi dan sedikit-sedikit turun ke samping badan Naning yang dekat dengan tonjolan susu Naning itu, dengan pelan-pelan aku meraba-raba dengan alasan meratakan bedak. Oh.. kental dan empuk, man! Saat itu juga Naning menarik nafas panjang dan “Sesstsst eh..” sambil menggigit bibir bawahnya. Aku tahu kalau ia sudah terangsang dan aku teruskan untuk meraba dan meremas sedikit tonjolan susu Naning yang ada di samping badannya itu walaupun puting susunya belum kelihatan, nafas dan erangan lembut masih terdengar walaupun Naning berusaha menyembunyikannya dariku.

    Aku tidak mau cepat-cepat. Aku melanjutkan meratakan di pinggang Naning, saat aku mengelus-elus di bagian kedua pinggangnya dia mengerang agak keras, “Ssts seestt.. ah.. geli Mas jangan di situ ah.. geli yang lain saja,” kata Naning sambil menutup mata dan menggigit bibir bawahnya yang seksi itu. Aku mulai menaburkan bedak ke kedua kaki Naning sampai telapak kakinya juga aku beri bedak, selangkangan Naning masih tertutup rapat otomatis aku tidak bisa melihat ke bagian tonjolan vagina yang masih tertutup oleh CD itu.

    Aku harus bisa bagaimana cara untuk membuka selangkangan ini biar tidak kelihatan, aku sengaja ingin mencicipi vagina Naning, akalku terus berputar. cerita panas. Aku mulai meratakan dari pangkal paha Naning, aku mengelus-elus dari atas dan ke bawah berulang kali sambil sedikit-sedikit berusaha melebarkan selangkangan Naning yang masih rapat itu dan lama-lama berhasil juga aku melebarkan selangkangan Naning dan terlihatlah CD Naning yang sudah basah di bagian vaginanya dan Naning sudah mulai terangsang berat, terlihat dari erangan yang makin lama makin keras saja. cerita panas.

    Aku mulai mengelus-elus di bagian paha atas yang dekat dengan pantat Naning masih terbungkus rapi CD-nya. Pelan-pelan aku menyentuhkan ibu jariku di bagian yang basah di CD Naning sambil pura-pura meratakan bedak di bagian dekat pangkal paha. Tersentuh olehku bagian basah CD Naning dan.. “Ah.. sstt stt.. ah.. eh.. sestt..” Naning makin menggigit bibir bawah dan mengangkat pantatnya sedikit ke atas tapi dia diam saja tidak melarangku untuk melakukan itu semua. Aku mulai memberanikan diri dan sekarang aku tidak segan-segan dengan sengaja memegang CD yang basah itu dengan ibu jariku.

    Aku terus memutar-mutarkan ibu jariku di permukaan vagina Naning yang masih tertutup oleh CD-nya itu, aku tekan dan putar dan gesek-gesek dan makin lama makin cepat gesekan dan tekanan ibu jariku ini. “Ah.. oh ye.. sstt ah.. terus.. jang.. an berhenti Sep.. oh.. ye..” Naning mulai terangsang berat dan tidak segan-segan mengeluarkan erangan yang keras. “Ya.. tekan yang keras.. Sep.. oh.. ye.. buka.. CD-nya Sep.. please..” permintaan Naning yang masih menutup matanya, sengaja aku tidak mau membuka CD-nya biar dia tersiksa dengan rabaan dan elusan nikmat ibu jari di permukaan vaginanya yang masih tertutup oleh CD-nya itu. “Ah.. Sep.. aku.. oh..”

    Naning menggeliat dan pantatnya naik-turun tidak beraturan ke kanan dan ke kiri dan aku mengerti kalau ini tanda ia mau orgasme pertama kalinya dan sengaja aku berhenti dan.. “Mbak Naning sekarang berbalik deh..” aku memotong orgasmenya dan dia berhenti menggeliat dan orgasmenya tertunda dengan perkataanku tadi dan sekarang dia berbalik, terlihat wajahnya mencerminkan kekecewaan yang sangat dalam atas tertundanya kenikmatan orgasme yang pertama kali untuk dia. Setelah badan Naning dibalikkan terlihat susu Naning yang putih itu walaupun masih tertutup secara tidak sempurna oleh BH yang kaitannya sudah terlepas.

    Belahan susu Naning terlihat sebagian permukaan susu terlihat tapi putingnya masih tersembunyi di BH. Dan CD yang sudah amat basah dan selangkangan Naning sudah dilebarkannya sendiri sehingga bisa melihat CD yang amat basah itu. cerita panas. Aku mulai menaburkan bedak di atas tubuh Naning tapi sedikit sekali. Aku mulai meraba di bagian leher Naning dengan masih menggigit bibir bawahnya dan mata tertutup rapat dan perlahan-lahan turun di dekat bongkahan dada yang aduhai itu dengan sedikit menyenggol-nyenggol BH-nya dan ternyata dia mengerti maksudku dan.. “Sep, lepas saja semua apa yang ada di tubuhku please, cepet Sep!” kata Naning yang masih menutup mata yang tidak sabaran untuk bercinta denganku karena sudah terangsang berat sekali, apalagi tertundanya orgasme pertamanya.

    Lalu aku pelan-pelan masukkan jari-jariku ke BH Naning, dia semakin mengerang keenakan, “Ssstss ah.. ye.. teruss..” kepal Naning ke kanan dan ke kiri apalagi ketika aku memegang puting susunya dan aku segera membuka BH Naning yang dari tadi tidak tahan rasanya aku mau lihat susu mulus Naning. Tuing.. tuing.. susu Naning kelihatan jelas di depan wajahku, pelan-pelan aku mulai meraba sekeliling permukaan dada Naning. cerita panas. “Ah.. ya.. Sep.. tengahnya Sep.. Sep.. ya.. oh.. te.. rus..” Naning memohon sambil menggigit bibir bawah Naning, aku langsung menjilat ujung puting Naning dengan ujung lidahku dengan sangat pelan-pelan sekali. “Ah.. scrut..” aku mencoba rasa puting Naning, aku putar-putar ujung lidahku di atas puting Naning dan di belahan susunya, dia menggeliat sambil mengangkat menurunkan dadanya sehingga menempel penuh di wajahku.

    Kuremas dan tekan susu Naning dengan kedua tanganku, lalu aku pelan-pelan turun ke pusar dengan tetap ujung lidahku bermain di atas perut Naning. “Ah.. sstt ah.. oh.. ye.. terus Sep.. ke bawah i.. ya..” aku rasa Naning sudah tidak sabar lagi, tangan Naning mulai memegang batang kemaluanku yang masih di dalam celana, dia meremas-remas dan mengelus-elus. Tangan kananku meraba CD Naning dan aku berusaha membuka CD-nya dan Naning membantuku dengan mengangkat pantatnya dan wow.. wow.. vaginanya basah sekali akibat rangsanganku tadi. Vagina Naning dengan bibir yang tipis dan di pinggir vagina tidak ada rambut tapi di atas vaginanya tumbuh rambut yang tipis rapi dengan bentuk segitiga yang pernah kulihat di BF.

    Aku langsung memainkan klitoris vagina Naning dengan ibu jariku. “Ah.. oh.. ya.. sstt terus.. cepat dong.. oh.. ya..” sambil mengangkat pantat dan menggerakkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri. Aku mulai memasukkan jari telunjuk ke dalam lubang vaginanya, dan aku terus mengocok lubang itu dengan pelan-pelan dan lama kelamaan kocokanku percepat dan tangan satunya memperlebar bibir vagina Naning dan lidahku memainkan k;itorisnya. cerita panas. “Ah.. ya.. ye.. terus.. jangan.. ber.. henti.. da.. lam..” katanya sambil patah-patah, dan 3 menit kemudian gerakannya semakin liar mengangkat pantat dan meremas keras-keras batang kemaluanku, aku mempercepat kocokan jariku di vaginanya. “Ah.. Sep.. aku.. tidak ta.. han.. ce.. petin.. ah.. sstt.. a.. ku kelu..” dia mengejang, beberaoa detik lamanya dan.. “Cur.. cur..” keluarlah cairan kental putih kenikmatan dari vagina Naning dan dia lemas di ranjang akibat orgasme yang hebat. Aku lalu menarik jariku dari dalam lubang vagina Naning dan menempel cairan kental itu, aku lalu berdiri di samping ranjang dan melepas seluruh pakaianku kecuali CD-ku.

    Sambil berdiri di samping ranjang Naning, aku melihat batang kemaluanku sudah berdiri dan sedikit-sedikit aku mengocok-ngocok batang kemaluanku dari luar CD agar tetap dalam keadaan ready. Lalu aku duduk di samping Naning yang masih tergeletak lemas dengan meremas-remas susunya dan melintir-lintir putingnya agar dia terangsang lagi dan tangan satunya mengocok-ngocok pelan batang kemaluanku. cerita panas.

    “Mbak Naning hebat deh..” sambil membisikkan dekat di telinganya. “Ah.. nggak.. kocokan kamu yang membuat aku terbang,” Naning terbangun dari kelemasannya. “Itu masih tanganku, gimana kalau batang kemaluanku yang mengaduk-aduk vagina Mbak?” sautku sambil tetap melintir-lintir puting susu Naning. “Sstt ah.. boleh.. cepet ya.. aku tidak tahan nih.. ah.. ye,” kata Naning sambil menahan rangsangan pelintiran puting dari tanganku. Lalu aku melebarkan selakanganku di depan Naning dan pelan-pelan Naning mengelus-elus dan mengocok dari luar CD dan dia tidak sabaran langsung dicopot CD-ku dan tuing.. tuing.. batang kemaluanku “ngeper” dan berdiri tegak di depan muka Naning.

    “Wow.. batang kemaluan kamu besar sekali.. kamu rawat ya..” kata Naning sambil mengocok pelan-pelan batang kemaluanku. “Iya.. Mbak biar tetap ready untuk Mbak Naning,” kataku sambil tetap melintir puting susu Naning yang menggelantung karena dia dalam posisi nungging. Naning langsung memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya, dia kulum batang kemaluanku dan jilati sampai rata, “Ah.. ya.. sstt ah..” erangku sambil meremas-remas susu Naning, tidak hanya batang kemaluanku yang ditelan oleh Naning, kedua “telur”-ku pun dilahapnya, “Plok.. plok..” bunyi sedotan mulut Naning di kedua “telur”-ku dan dilepas dan mulai mengocok-ngocok batang kemaluanku dengan mulutnya lagi. Jilatan, gigitan dan sedotan mulut Naning memang membuatku terbang, “Ah.. kamu memang hebat, ah.. ses.. ah.. ye..” pujiku ke Naning yang terus mengocok batang kemaluanku dengan mulut binalnya itu.

    5 menit bermain dengan mulut Naning, batang kemaluanku sudah tidak sabaran menerobos masuk vagina Naning yang merah merekah itu. Lalu aku berbaring terlentang di ranjang Naning dan Naning duduk di atas badanku, ternyata Naning mengerti apa mauku, dia langsung memegang batang kemaluanku dan didekatkan ke vaginanya. Naning tidak langsung memasukan batang kemaluanku ke vaginanya tapi digesek-gesekkan dahulu di permukaan vaginanya dan selanjutnya.. cerita panas. “Bless.. sleep!” masuklah batang kemaluanku ke vagina Naning yang sudah penuh dengan lendir kenikmatan Naning.

    Naning mulai menaikkan pinggul dan menurunkannya kembali dengan pelan-pelan, “Aah.. batang kemaluanmu mantep.. Sep.. ah.. ye.. dorong.. Sep yang dalam.. ya!” erang Naning sambil berpegangan dengan dadaku. “Oph.. ya.. vagina kamu top.. Ning.. goyang.. te.. rus.. oh.. ye..” kata-kataku patah-patah karena kenikmatan tiada tara dari dinding vagina Naning yang meremas-remas batang kemaluanku, dan sambil meremas-remas susu Naning yang “ngeper” naik turun akibat goyangannya. cerita panas.

    Lama kelamaan goyangan Naning semakin cepat dan binal, “Ah.. ye.. kon.. tol.. kamu.. do.. rong.. Sep.. sstt ah.. ye.. oh.. ye..” erang Naning yang sudah tidak karuan goyangannya. Lalu aku pun mengimbangi goyangan Naning, aku pegang pinggulnya dan aku mengocok dengan cepat vagina Naning dengan batang kemaluanku dari bawah. “Plek.. plek.. plek.. plek..” suara benturan pantat mulus Naning dengan permukaan pinggulku. “Oh.. ya.. goyangan.. hebat..” kataku sambil mempercepat kocokan batang kemaluanku di vagina Naning dan sepuluh menit kemudian tubuh Naning menggeliat dan mulai menegang, Naning sedang dalam ambang orgasme yang kedua.

    “Ah.. Sep.. aku.. ti.. tidak.. tah.. aku.. sstt ah.. ya.. ke.. luar.. ah..” kata Naning sambil menempelkan badannya ke badanku dan dia semakin mempercepat gerakan pinggulnya untukmengocok batang kemaluanku dan aku membantunya dengan mengangkat sedikit pantatnya dan mengocok dengan kecepatan penuh.

    “Ah.. aku.. tidak kuat.. lagi Sep.. aku mau.. ke.. luar.. ah.. sesstt.. ah..” dan akhirnya, “Ser.. ser..” terasa semprotan cairan hangat di ujung batang kemaluanku yang masih di dalam vagina Naning, tubuh Naning lemas dan aku belum orgasme dan aku ingin menuntaskannya. “Mbak aku belum keluar, tuh batang kemaluannya masih berdiri, bantuin ya.. keluarin spermanya!” aku bisikkan di telinga Naning yang masih lemas itu. “Kamu memang kuat sekali Sep.. masak kamu belum keluar juga,” kata Naning bangkit dari lemasnya sambil mengocok pelan-pelan batang kemaluanku yang masih tegang dari tadi.

    “Ya.. sedikit lagi nih.. nanggung kalau dibiarkan, entar bisa pusing,” sambil meremas-remas susu Naning. “Ya.. udah gimana lagi nih.. vaginaku masih kuat kok menahan kocokan batang kemaluanmu yang nakal itu,” sambil melepaskan kocokan tangannya di batang kemaluanku aku menyuruh Naning untuk nungging dan terlihatlah dengan jelas lubang dan vagina Naning yang amat basah dan merahitu. Aku mulai mencium pantat Naning yang semok itu, aku raba-raba di sekitar lubang anusnya dan aku jilati lubang anus Naning, ternyata dia mengerang keasyikan dan tanganku menggesek-gesek vagina Naning dan memasukan jari ke vaginanya.

    “Aah.. stt sstt ya.. Sep.. dimasukkan saja.. a.. aku tidak.. sabar.. manna kontolmu.. ma.. sukin cepat!” Naning tidak sabar sekali dengan kocokan batang kemaluanku. Aku mengarahkan batang kemaluanku ke vagina Naning dan aku memperlebar selangkangan Naning agar lebih leluasa untuk kocokan batang kemaluanku dan sedikit tekanan, “Bleess.. slleep..” batang kemaluanku langsung masuk ke lubang kenikmatan Naning dengan diiringi dengan erangan Naning menerima batang kemaluanku masuk. “Ah.. ye.. goyang.. Sep.. sstt..” Aku langsung mengocok vagina Naning dengan tempo yang sedang. “Auggh.. hem.. ye.. te.. rus.. cepat.. ah.. hm..” Naning pun ikut menggoyangkan pantatnya maju-mundur untuk mengimbangi kocokan batang kemaluanku, lalu aku tidak sabaran dan mempercepat kocokan batang kemaluanku. “Ya.. ya.. ya.. te.. rus.. ah.. ya.. da.. lam.. Sep.. aku.. ke.. luar..

    ” Naning menggeliat tanda dia mau orgasme yang ketiga kalinya. “Ta.. han.. Ning.. aku juga.. mau.. ye.. ah.. ke.. luar..” aku makin mempercepat dengan memegang pinggul Naning. Beberapa menit, aku terasa mencapai puncak, terasa spermaku kumpul di ujung batang kemaluan dan mau aku semprotkan. cerita panas. “Ya.. kit.. a.. ba.. reng.. ya.. aku.. ke.. luar.. ya..” aku tidak kuat lagi menahan desakan sperma yang sudah penuh dan.. “Sa.. tu.. Du.. a.. Ti.. g.. crot.. crott ser.. ser..”aku menyemprotkan spermaku di dalam vagina Naning sampai lima semprotan dan Naning jatuh lemas tidak berdaya di atas ranjangnya, aku sedikit mengocok batang kemaluanku dan masih keluar sperma sisa di dalamnya.

    “Makasih ya.. Mbak Naning, vagina kamu cengkramannya bagus kok,” bisikku di telingnya. “Ah.. kamu bisa saja.. batang kemaluan kamu juga kocokannya hebat.. kapan-kapan aku mau lagi,” saut Naning sambil meraba-raba dadaku. Dan kami tidur bareng saat itu dengan tubuh yang telanjang tanpa apa-apa. Sampai beberapa jam kemudian aku terbangun dari tidurku, dan aku bangun dari tidurku dan melihat Mbak Naning tidak ada di sampingku dan aku keluar dari kamar Naning sambil membawa pakaianku dan aku masih telanjang.

    Ternyata Naning mandi dan aku sengaja menunggunya di ruang depan sambil mengocok-ngocok batang kemaluanku agar tegang lagi. Dan beberapa menit Naning keluar dan mendekatiku, “Lho.. kok tidak dipake bajunya, tuh.. batang kemaluan kamu berdiri lagi,” dan Naning duduk di sebelahku dengan pakai belitan handuk saja. “Ya.. Mbak aku mau pulang udah siang nih.. tapi Mbak..” kataku. “Apa lagi he..” sambil mengelus-elus pipiku. “Keluarin lagi dong, tidak usah dimasukin ya.. oral deh..” rayuku. “Ya.. udah.. kamu tenang saja ya..”

    Naning langsung jongkok di selakanganku dan melepas handuknya dan dia sekarang bugil. Langsung dia kulum dan jilati dengan buas sekali, hampir aku tidak tahan menerima perlakuan sepeti ini tapi aku berusaha menahan kocokan mulut binal Naning, dan sampailah beberapa menit aku tidak tahan lagi atas perlakuan Naning dan.. cerita panas. “Croot.. croot..” semburan spermaku ke wajah, susu dan rambut Naning. “Ah.. ya.. terima kasih ya.. Mbak..” lalu aku memakai bajuku dan.. “Ya.. kembali, kalau ada waktu datang ya..” kata Naning sambil membersihkan semprotan spermaku di tubuhnya dengan handuk mandinya.

    Lalu aku pamitan untuk pulang. Dan hubungan kami tetap baik, hampir tiap hari aku beli nasi kuning Mbak Naning, kalau memang di rumah sepi aku dan Mbak Naning nge-sex terus, tapi kalau ada orangtuanya mungkin hanya batang kemaluanku di kocok sama tangannya saja. Ya.. gerak cepat tapi puas. Tapi sudah beberapa bulan ini Mbak Naning tidak jualan lagi sehingga nge-sex sama Mbak Naning jadi terganggu. Aku harap ada Mbak mbak yang lain yang lebih binal.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Seks Berpacu dalam nafsu

    Cerita Seks Berpacu dalam nafsu


    635 views

    Perawanku – Cerita Seks Berpacu dalam nafsu, Tak lama kemudian ketika Pak Reza sedang keras kerasnya menyodokku, kembali aku dibuat iri pada Lisa saat Pak Edwin dan.

    Andi bertukar tempat, Lisa sudah mendapat kocokan Andi untuk kedua kalinya, kepalanya mendongak dan tubuhnya menggeliat ketika Andi memasukkan kembali penisnya tapi tak lama setelah itu dia sudah mulai mengulum penis Pak Edwin. Pak Reza kembali meremas remas buah dada Lisa sambil mengocokku tapi Andi tak mau melakukan hal itu padaku, dia tetap serius mengocok Lisa sampai berulang kali dia menggeliat ketika Andi mengocoknya dengan keras. “Lisa sudah mendapatkan tiga penis, di mulut maupun vagina, tapi aku baru dua, itupun kurang memuaskanku” teriak batinku.

    Kupandangi wajah Andi ketika mengocok Lisa begitu ganteng dan cool, expresinya tidak berubah seperti biasa saja kecuali keringatnya yang menetes membasahi tubuhnya yang atletis itu sehingga makin sexy. Belum sekalipun Andi menyentuhku, entah dia mau menghukumku atau karena segan, aku tak tahu.

    Kuhibur diriku dengan berkonsentrasi pada kocokan Pak Reza, aku tak mau tersiksa terlalu lama mengharapkan Andi, maka kugerakkan pinggangku mengimbangi Pak Reza dan hasilnya sungguh luar biasa, dia bergerak semakin liar dan akhirnya tak bisa bertahan lama, maka menyemprotlah spermanya ke vaginaku dengan kencangnya, kurasakan denyutan yang keras dari penisnya di dalam vaginaku seakan menghantam dinding rahimku. Bersamaan dengan semprotan Pak Reza, ternyata Pak Edwinpun menyemprotkan spermanya di muka Lisa, sperma itu menyemprot kemana mana baik di mulut, wajah dan sebagian ke rambutnya.

    Pak Reza menarik penisnya yang sudah lemas begitupun dengan Pak Edwin, aku belum mencapai orgasme, hanya satu penis yang masih berdiri yaitu Andi, akhirnya aku harus mengalahkan gengsiku yang dari tadi mencegahku.
    Kuhampiri Andi yang sedang menyocok Lisa, dari belakang kupeluk dia hingga tubuh telanjangku menempel di punggungnya, keringat kami menyatu, aku elus dadanya yang bidang berbulu. Sesaat dia menghentikan gerakannya tapi kemudian dilanjutkan kembali dengan lebih keras.

    Merasa belum mendapat respon darinya, aku bergeser ke depan, kujilati puting dadanya sambil mengelus kantung bolanya, Andi masih tetap tak mau menyentuhku malah makin cepat mengocok Lisa, maka kupegang tangannya dan kuletakkan di buah dadaku, kugosok gosokkan, barulah dia mulai merespon dengan remasan halus tanpa berhenti mengocok Lisa, lalu kucium bibirnya, tanpa kuduga dia langsung memegang kepalaku dan diciumnya bibirku dengan penuh gairah, full of passion, seperti orang melepas rindu berat, mungkin dari tadi Andi memang menginginkanku tapi tidak berani.

    Ciuman pada bibirku yang penuh nafsu tak menghentikan kocokan pada Lisa, lalu turun ke leherku sebagai sasaran selanjutnya dan berhenti di kedua putingku.
    Dengan penuh nafsu dan dengan liarnya dia mengulum, menjilat, menyedot dan meremas remas puting dan buah dadaku. Ouuhh aku menggeliat dalam kenikmatan yang indah.

    Konsentrasiku terganggu ketika kudengar teriakan dari Lisa yang sedang mencapai kenikmatatan tertinggi, dia mengalami orgasme dengan hebatnya, terlihat badannya bergetar hebat dan kepalanya digoyang goyangkan seperti orang yang kesetanan, beberapa detik kemudian tubuhnya melemas di atas kursi dengan napas terputus putus. Bersamaan dengan ditariknya penis dari vagina Lisa, dia mendorong tubuhku ke bawah lalu disodorkannya penis besar itu ke wajahku, agak ragu sejenak tapi kemudian tanpa membuang waktu lebih lama kukulum juga penis anak buah kepercayaanku itu, seperti dugaanku ternyata aku tak mampu mengulum penis itu semuanya, lalu kukocok pelan, aroma dari vagina Lisa tercium olehku tapi tak kupedulikan, Andi memegang kepalaku dan mengocokkan penisnya di mulutku dengan liar, hampir aku tak bisa bernafas.

    Lisa sudah duduk di antara Pak Edwin dan Pak Reza, kemudian Andi memintaku duduk di kursi, dipegangnya kedua kakiku dan dipentangkannya, kuraih penis besar yang dari tadi kuimpikan, kusapukan di bibir vaginaku dan kuarahkan masuk, ternyata Andi tak mau terlalu lama bermain main di luar, dengan keras di sodoknya penis besar itu masuk ke vaginaku.

    “OOUUGGHHh” teriakku spontan lalu kututupi mulutku dengan tangan sambil melotot ke arahnya.
    Vaginaku terasa penuh hingga aku tak berani menggerakkan tubuhku, tapi Andi seperti tak peduli, langsung mengocokku dengan cepat dan keras, kurasakan penisnya menggesek seluruh dinding dan mengisi semua rongga di vaginaku, begitu nikmat hingga seakan aku melayang layang dalam kenikmatan birahi yang tinggi. Kakiku kujepitkan di pinggangnya, kedua tangannya meremas dengan keras kedua buah dadaku dan memilin ringan putingku sambil mencium bibirku dengan ganasnya.

    Begitu liar dan ganas dia mencumbuku seakan menumpahkan segala dendam yang lama tesimpan, kocokannya yang keras seakan mengaduk aduk vaginaku. Kulawan gerakannya dengan menggerakkan pinggulku secara acak, dan aku mendapatkan kenikmatan yang bertambah.

    Entah sudah berapa lama kami bercinta di kursi hingga dia memintaku untuk rebah di karpet lantai ruangan, lalu segera dia menyetubuhiku, tubuh atletisnya menindih tubuhku sambil pantatnya turun naik mengocok vaginaku, ciumannya sudah menjelajah ke seluruh wajah dan leherku tanpa sedikitpun bagian yang terlewatkan.

    Aku mengagumi kekuatan fisik Andi yang begitu kuat, dinginnya AC tak mampu mencegah peluh kami sudah bertetesan di seluruh tubuh. Kuraih kenikmatan demi kenikmatan dari setiap gerakan Andi di atas tubuhku.
    Selanjutnya kami bergulingan, kini Andi telentang dan aku duduk di atasnya, secepatnya kugoyangkan pantatku mengocok penis Andi, goyanganku kubuat tidak aturan dan banyak variasi hingga dia menggigit bibirnya, dipandanginya wajahku, lalu dia kembali meremas buah dadaku dengan kerasnya, tanpa kusadari ternyata Pak Reza sudah berdiri di sampingku dan menyodorkan penisnya ke mulutku, kugapai dan langsung kukulum dengan gairahnya sambil tetap menggoyang pantatku. Pak Reza ternyata tak mau diam saja, dia ikut mengocokkan penisnya di mulutku sambil memegangi kepalaku. Tak mau kalah Andi kemudian ikutan menggoyangkan pinggulnya hingga kami seolah berpacu meraih kenikmatan birahi.

    Andi lalu duduk hingga tubuhku berhadapan dalam pangkuannya, kujepitkan kakiku di pinggangnya sambil tetap menggoyangkan pantat tanpa melepas kocokan mulutku pada penis Pak Reza, Andi menjilati seluruh leher dan dadaku, disedotnya putingku dengan keras, kurasakan gigitan gigitan kecil di sekitar buah dada dan putingku tapi tak kuperhatikan.

    Akhirnya kurasakan tubuh Andi menegang dan sedetik kemudian kurasakan kepala penisnya membesar memenuhi rongga dalam vaginaku lalu menyemprotkan spermanya, sementara gigitan dan sedotan di dadaku terasa semakin kuat, denyutannya membuat aku terbang melayang tinggi hingga ke puncak kenikmatan, maka akupun orgasme saat penis Andi sedang berdenyut dengan hebatnya di vaginaku, kami sama sama menggapai orgasme dalam waktu yang relatif bersamaan, tubuhku sudah mulai melemas tapi penis Pak Reza masih di tanganku, maka kukeluarkan kemampuanku untuk segera mengakhiri kemauan Pak Reza sambil masih tetap duduk di atas Andi, tangan Andi masih meremas dengan lembut kedua buah dadaku, tapi konsentrasiku hanya tertuju ke Pak Reza, tak lama kemudian berdenyutlah penis Pak Reza di mulutku, tak kurasakan cairan sperma keluar dari penis itu, hanya denyutan denyutan ringan hingga melemas dengan sendirinya.

    Aku terkulai lemas di atas tubuh Andi, anak buahku itu, dan dia membalas dengan ciuman dan elusan di punggung telanjangku, beberapa saat kemudia aku tersadar dan berdiri menjauhinya, duduk kembali di kursi.
    Lisa memberikan teh hangat, kami semua masih telanjang, masih kurasakan seakan penis Andi masih mengganjal vaginaku.

    Baru aku sadari ternyata ada empat titik memerah bekas gigitan Andi pada dada dan sekitar buah dadaku, kulirik Andi tapi dia tidak memperhatikan.
    Jarum jam menunjukkan pukul 13:30, ketika kami menandatangani kontrak itu dalam keadaan telanjang, sambl memangkuku Pak Reza menandatangani lembaran itu dan di atas pangkuan Pak Reza pula aku menandatanganinya. Sementara Pak Edwin sebagai saksi, ikut menandatangani kontrak itu sambil memangku Lisa yang masih telanjang.

    “Alangkah asiknya kalau kita bisa makan siang bersama sambil telanjang” usul Pak Edwin
    Aku hanya tersenyum menanggapi usulan nakal Pak Edwin, kukenakan kembali pakaianku meski tanpa celana dalam karena diminta Pak Edwin yang masih bujangan itu.
    Tak lama kemudian kami semua sudah berpakaian lengkap, kubereskan dokumen yang berserakan di lantai maupun meja dan kuberikan semuanya ke Andi.
    Dan selesailah official meeting hari ini.

    Sebenarnya aku tak mau mencampur adukkan antara bisnis dan kesenangan seperti ini, baru pertama kali terjadi. Awal bisnis yang di awali seperti ini terus terang membuat aku takut, tapi apa bedanya dengan para bisnisman lainnya yang memberikan wanita cantik untuk dapat mendapatkan proyek, toh proyek itu jalan juga.

    Setelah makan siang, aku dan Andi mengantar mereka hingga ke lobby dan disanalah kami berpisah, Aku dan Andi naik ke atas, tak ada pembicaraan sepanjang jalan ke kamar meskipun di lift Cuma kami berdua, suasana menjadi kaku, hal seperti inilah yang tidak aku inginkan.
    “Andi apapun yang telah terjadi adalah tidak pernah terjadi, tolong camkan itu demi kebaikan kita semua” kataku pada Andi sambil mengecup bibirnya, sebelum dia masuk kamarnya.

    Dan kami kembali ke Jakarta sebagai mana tidak terjadi sesuatu kecuali kenangan indah.

    Aku tidak pernah bisa memenuhi kata kataku sendiri seperti yang aku pesan di atas, karena bercinta dengan Andi terlalu nikmat untuk di tinggalkan.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Dengan Pembantu

    Cerita Sex Dengan Pembantu


    634 views

    Perawanku – Cerita Sex Dengan Pembantu, Tidurku yang tak nyaman karena dilanda mimpi buruk, terasa makin tak nyaman karena nafasku tiba tiba terasa sesak, dan tubuhku seperti terhimpit sesuatu. Rasanya aku tidak mengidap penyakit asma. Namun selangkanganku terasa enak Dan nikmat, seperti ada penis yang mengaduk vaginaku.

    Belum lagi rasanya payudaraku diremas lembut, membuatku perlahan tersadar dari tidurku, untuk kemudian mendapati ternyata Wawan yang membuatku terbangun dengan menyetubuhiku. Aku yang masih belum sadar betul, terkejut melihatnya ada di kamarku, apalagi sedang menyetubuhiku, membuatku menjerit ketakutan dan mendorongnya, namun ia terlalu berat buat cewek mungil sepertiku. “Lho Non Eliza, katanya mulai kemarin saya boleh menikmati Non?” tanya Wawan memprotesku. Aku langsung sadar, teringat kemarin memang aku menjanjikan hal ini. “Tapi bukan gini caranya Wan! Masa aku lagi tidur kamu ajak beginian.

    Nggak sopan tahu! Lagian aku tadi masih belum sadar benar, bangun bangun ada orang lain di kamarku, kukira aku sedang diperkosa rampok tau!”, kataku ketus. Sedikit jual mahal boleh dong? Mendengar omelanku, Wawan terdiam. Tapi penisnya yang menancap di vaginaku tidak mengendur sedikitpun. Aku menghela nafas panjang, lalu berkata “Ya sudah, cepat lanjutkan. Mana kamu ini lama lagi kalau main. Oh tunggu!!”, tiba tiba aku teringat dan menurunkan volume suaraku, “Gila kamu ya Wan, kakakku mana??”. Wawan cengengesan dan berkata, “tenang Non, liat ini jam berapa? Kakak non sudah pergi setengah jam yang lalu kok. Dan saya sudah tidak tahan untuk bermain lagi dengan non nih”. Oh.. aku sedikit lega, dan melihat jam, yang ternyata sudah jam 08:15 pagi. “Lalu, sejak jam berapa kamu nggghh… ” belum selesai aku bertanya, Wawan sudah mulai menggenjotku dengan tak sabar, hingga aku melenguh, keenakan.

    “Oh..Wan… kamu…”, desahku nikmat. Wawan tersenyum penuh kemenangan, membuatku sedikit jengkel juga, tapi hanya sebentar, karena rasa nikmat langsung melandaku ketika Wawan mengulangi gayanya kemarin, ia memeluk pinggangku, dan menarikku berdiri. Penis yang amat kokoh itu langsung terbenam begitu dalam, membuatku melenguh lenguh. Bukan hanya karena takut, tapi juga tak ingin penis itu lepas dari vaginaku, membuatku tanpa sadar kembali melingkarkan kakiku ke pinggangnya. Rasanya tusukan penis itu semakin dalam, dan aku yang sudah melingkarkan tanganku ke lehernya supaya tubuhku tidak terjatuh ke belakang, memagut bibirnya penuh nafsu tak perduli dengan wajahnya yang amburadul.

    Cerita Sex Dengan Pembantu

    Cerita Sex Dengan Pembantu

    Terakhir aku minum obat anti hamil adalah ketika aku digangbang di ruang UKS 2 hari yang lalu, tapi aku tak kuatir hamil, sebab kini aku sedang bukan dalam masa subur. Aku sudah tak lagi punya niat untuk jual mahal, karena rasa nikmat yang sudah menjalar ke seluruh tubuhku benar benar menghancurkan akal sehatku. Wawan terus memompa vaginaku sambil berjalan, rasanya nikmat sekali. Aku heran dan menduga duga ke mana ia mau membawaku, sambil mulai memperhatikan keadaanku. Bajuku masih melekat, walaupun tanpa bra. Aku memang tak pernah tidur dengan memakai bra. Tapi celana panjangku dan celana dalamku tidak ada, dan sempat aku melihat dari pintu kamarku ketika Wawan membawa tubuhku keluar, kutemukan kedua benda itu tergeletak di lantai kamarku. Kini Wawan menuruni tangga, rupanya hendak mengajak rekannya kemarin untuk bersama sama menikmati tubuhku.

    Gawat juga nih. Kalau tiap pagi sarapan sex seperti ini, bagaimana aku konsentrasi di sekolah? Tapi aku tak kuasa menolak kenikmatan ini, dan pasrah saja mengikuti kemauan Wawan. Setiap langkahnya di tangga membuat penisnya memompa vaginaku, dan aku orgasme ringan hingga cairan cintaku mengalir semakin banyak, seharusnya membasahi paha Wawan, yang terlihat senang senang saja. Akhirnya ia membawaku ke kamar tidur pembantu laki laki di rumahku, dimana pak Arifin dan Suwito sudah menunggu. Dengan nafas tersengal sengal karena sodokan Wawan yang semakin gencar, aku yang menyadari akan segera digangbang lagi, mencoba mengingatkan mereka dengan terputus putus bercampur desahan dan lenguhan, “kalian… harus inghh… ingat… yaaah…. ngggh…. aku nantiiii…. harus… sekolah….”.

    Mereka tertawa, dan Suwito berkata, “Tenang non Eliza, cuma satu ronde kok. Kami kan juga harus kerja membersihkan bagian luar rumah Non…”. Suwito membelai pantatku dan melanjutkan “aduh non, kalau begini non cantik banget lho non, mana ada bintang film porno yang secantik nona kita ini ya?”. Pak Arifin menyibakkan rambutku yang terurai ke belakang telingaku dan menimpali, “Kita ini benar benar beruntung bisa kerja di sini. Di mana lagi kita dapat menikmati nona amoy secantik non Eliza ini.. seterusnya lagi. Non Eliza sendiri kan yang minta? Kalau begini mah, bayaran gak naik juga kita betah lho Non kerja sampai tua di sini”.

    Mereka tertawa senang sementara aku yang antara malu bercampur terangsang, tak bisa menanggapi gurauan mereka, karena Wawan sudah melanjutkan pompaan penisnya yang sekeras batangan besi itu, membuatku menggeliat dan melenguh dalam pelukannya. “Nggggh.. Waaan….aduuuh….emmpph”, Wawan memagutku dengan buas, hingga aku tak bisa lagi bebas melenguh. Yang lain sabar menanti gilirannya dengan caranya masing masing, Suwito membelai dan meremas pantat dan payudaraku, sementara pak Arifin membelai belai rambutku yang panjang sampai sepunggung ini, sambil menghirup bau harum rambutku.

    Dengan tubuh yang dirangsang 3 orang sekaligus seperti ini, membuat orgasme demi orgasme meluluh lantakkan tubuhku, sampai akhirnya datanglah saat saat yang paling nikmat itu, aku kembali mendapatkan multi orgasme. “Mmmmmph… hnngggh.. oooohhhh… aaa….duuuuuh….” erangku saat tubuhku terlonjak lonjak tak karuan, cairan cintaku membanjir dan membanjir. Betisku melejang lejang, pinggangku tertekuk ke belakang ketika aku menikmati orgasmeku dengan total. Tubuhku pasti sudah jatuh kalau tak ditahan Suwito dan pak Arifin, yang memanfaatkan kesempatan itu untuk menyusu pada payudaraku sambil meremas remas dengan gemas, membuat orgasmeku yang susul menyusul ini makin terasa nikmat. Dentang grandfather clock dari dalam ruang tamu di rumahku menunjukkan sekarang ini adalah jam 09:00!

    Oh… entahlah, mungkin sudah sejam kali aku digenjot Wawan, kalau ditambah dengan waktu aku masih tertidur. Ia memang perkasa untuk urusan sex, membuatku semakin kagum padanya. Beberapa menit setelah aku orgasme, Wawan tak tahan lagi. “Oooh… mem*knya non Eliza ini…. rasanya kont*lku kayak diurut urut… sudah 3 menit… aaah… “, erangnya sambil menembakkan spermanya di dalam liang vaginaku. Aku memejamkan mata ingin menikmati sepuas puasnya rasa hangat yang memenuhi relung relung vaginaku. Kurasakan tubuhku dibaringkan di salah satu ranjang mereka, dan penis Wawan sudah terlepas dari vaginaku.

    Aku membuka mataku, untuk melihat giliran siapa berikutnya. Sedikit beda dari kemarin, sekarang gilirannya Suwito, yang sudah mengambil posisi di selangkanganku, dan segera membenamkan penisnya ke dalam vaginaku yang masih sangat basah oleh cairan cintaku dan sperma Wawan.Aku hanya bisa menggeliat pasrah dibawah tindihan Suwito, yang dengan penuh semangat menggenjotku sepuas puasnya. Pak Arifin masih memainkan rambutku, yang menurutnya sangat indah. Tiba tiba aku teringat penis Wawan yang pasti masih belepotan sperma yang bercampur cairan cintaku. Entah apa yang mendorongku, tapi aku hampir tak bisa mempercayai bahwa itu adalah suaraku sendiri ketika aku memanggil Wawan, “Wan, sini aku oralin bentar”.

    Wawan yang sedang duduk di lantai beristirahat, tentu saja tak perlu kuminta dua kali, ia segera bangkit mendekatiku dan menyodorkan penisnya untuk kuoral, dan tanpa malu malu aku memegang penis yang sudah mengendur itu, kukulum kulum dan kuseruput hingga pipiku terlihat kempot, sampai tak ada sperma yang tersisa, sementara Wawan melenguh lenguh keenakan. Benar benar edan! Bagaimana mungkin aku bisa seliar ini? Bahkan aku merasa sperma itu begitu enak dan gurih, apakah ini karena aku mulai ketagihan minum sperma?

    Mungkin saja, karena kini aku sudah tak sabar lagi menunggu Suwito orgasme, karena aku ingin segera menjilati dan menyedot sperma lagi. Maka setelah penis Wawan selesai kuoral sampai bersih, aku segera menggerakkan pinggulku menyambut tusukan demi tusukan Suwito, dan benar saja, tak sampai 10 menit Suwito sudah menggeram. Ingin aku memintanya keluar di mulutku, namun aku takut dianggap tidak adil karena tadi Wawan sudah keluar di dalam. Maka aku diam saja, membiarkan Suwito memuaskan hasratnya untuk menyemprotkan spermanya dalam liang vaginaku. Setelah kurasakan tak ada semprotan lagi, aku segera mendorong tubuhnya sampai penisnya terlepas dari jepitan liang vaginaku, dan buru buru aku berkata, ”To, cepat sini…”. Suwito pun segera menghampiriku, membenamkan penisnya ke mulutku, dan aku segera menyedot nyedot dengan memejamkan mataku, merasakan tetes demi tetes sperma yang teroleskan di lidahku. Rasanya nikmat sekali, asin dan begitu gurih.

    Pak Arifin yang sempat tak kulihat batang hidungnya, kulihat kembali, sambil membawa sebuah sendok teh dan piring kecil. Aku tak terlalu memperdulikan hal itu, dan terus mengulum penis Suwito. Tiba tiba, aku melepaskan kulumanku, sambil melenguh pelan karena merasakan nikmat pada selangkanganku. Tak apa apa, toh penis Suwito sudah bersih. Tapi bukan itu yang harus kupikirkan, maka aku melihat ada apa dengan selangkanganku. Ternyata pak Arifin sedang menyendoki lelehan sperma yang bercampur cairan cinta yang mengalir keluar dari vaginaku, dan ditadahi dengan piring kecil tadi. Aku hanya diam menahan nikmat, ketika sendok kecil itu mengorek ngorek vaginaku dengan lembut, seolah menyendoki cairan cintaku dan sperma sperma dari Wawan dan Suwito. Setelah cukup lama, mungkin setelah vaginaku sudah tak terlalu becek lagi, pak Arifin berkata, “Non Eliza, non suka peju ya? Saya suapin peju mau ya?”.

    Aku dengan sedikit malu, mengangguk pelan, dan pak Arifin mulai menyuapiku dengan lembut seperti menyuapi anaknya yang sedang sakit. Kembali aku merasakan sperma yang bercampur cairan cinta. Suapan demi suapan cairan yang gurih dan nikmat ini membuat aku tak begitu lapar lagi meskipun aku ingat aku belum makan pagi. Setelah jatahku habis, pak Arifin mulai bersiap menggenjotku, sambil bertanya, “Non Eliza, non mau nggak kalau nanti saya mengeluarkan peju dalam mulut non?”. Aku mengangguk senang, kemudian melebarkan selangkanganku selebar lebarnya, karena aku ingat penis pak Arifin ini berukuran raksasa. Kurasakan penis itu sudah mulai melesak sedikit, dan gairahku langsung naik cepat. Apalagi Wawan dan Suwito ikut menyusu pada payudaraku dengan remasan remasan kecil.

    “Aduh… oooh…”, erangku antara sakit dan nikmat. Tetap saja ada rasa sakit yang melanda vaginaku, karena ukuran penis pak Arifin sangat besar. Tapi kini aku bisa lebih cepat beradaptasi, dan mulai mengimbangi genjotan sopirku ini. setelah rasa sakit itu lenyap, aku mulai mendesah dan melenguh keenakan. Penis itu seolah menancap begitu erat, sehingga ketika pak Arifin menarik penisnya, seolah vaginaku yang menjepit penisnya ikut tertarik, dan tubuhku terangkat sedikit. Namun ketika penis itu menghunjam, rasanya vaginaku serasa sedang dimasuki daging keras yang besar hingga sesak sekali. Tak sekeras punya Wawan memang, tapi masih keras untuk ukuran orang seumur pak Arifin. Dan cukup keras untuk membuat aku serasa melayang ke awang awing. Rasa nikmat ini akhirnya membuat aku orgasme, kembali kakiku melejang lejang membuat jepitan vaginaku pada penis pak Arifin makin erat, dan ini membuat pak Arifin kelabakan, penisnya berkedut kedut. Ia segera menarik penisnya lepas dari vaginaku dengan tergesa gesa, dan segera membenamkan penisnya dalam mulutku.

    Segera semprotan spermanya yang juga terasa asin dan gurih, membasahi kerongkonganku. Aku terus melahap sperma itu, menjilati dan mengulum penis itu hingga bersih. Aku sudah tak merasa lapar lagi setelah sarapan sperma dan cairan cintaku sendiri. Mereka bertiga akhirnya duduk mengatur nafas mereka yang masih memburu. Wawan yang paling duluan pulih, namun sesuai janji mereka, ini hanya satu ronde. Tiba tiba Sulikah datang terburu buru sambil membawa celana dalam dan celana panjang satin pasangan baju tidurku. “Non, kakaknya non sudah pulang. Cepetan non, pakai ini dan kembali ke kamar non”, seru Sulikah agak panik. Aku juga ikut panik, segera memakai celana dalam dan celana panjang ini, kemudian berlari kembali ke kamarku. Yang lain juga segera memakai bajunya masing masing, kemudian segera keluar dari kamar tempat kami pesta sex barusan, seolah olah sedang bekerja seperti biasa.

    Untung Sulikah memberitahu tepat pada waktunya, aku sudah di dalam ruang makan ketika kudengar deru mesin mobil kokokku di garasi. Rupanya dosen yang mengajar mata kuliahnya pagi ini tidak datang. Aku naik tangga dengan jantung berdegup kencang, akhirnya sampai juga aku ke dalam kamarku yang kulihat sudah rapi, pasti Sulikah yang merapikan. Sempat kulihat jam, ternyata sudah jam 09:30. Dan aku segera masuk ke kamar mandi, membersihkan tubuhku dari keringatku dan keringat 3 orang tadi, juga vaginaku kucuci bersih, hingga terasa kesat.

    Mungkin karena cuma 1 ronde, tubuhku tak terlalu lelah. Selesai mandi, aku mengeringkan tubuhku sambil memastikan tak ada tanda tanda aku baru saja bermain sex dengan mereka. Lalu aku memakai baju santai, dan turun ke ruang makan. Di sana sudah menunggu kokoku, yang membawakan aku nasi campur di dekat sekolahnya, kesukaanku. Yah, kebetulan deh. Aku kan belum makan pagi, cuma sarapan sperma dari mereka bertiga tadi. Aku memeluk kokoku senang, dan berkata, “thank you ya kokoku yang baik”. Kokoku tertawa dan menggodaku, “Iya me. Tapi baik kalau bawain makanan aja ya? Kalau nggak jadi nggak baik?”. Aku memukul lengannya manja, lalu kami makan bersama. Kami ngobrol kesana kemari, dan tak terasa akhirnya selesai juga kami makan.

    Kokoku kembali ke kamarnya, mungkin main komputer. Aku juga kembali ke kamarku, mempersiapkan diri ke sekolah. Sekarang sudah jam 10, aku biasanya berangkat jam 11:30. masih ada satu setengah jam lagi, aku menyiapkan seragamku, putih abu abu. Juga tas sekolahku, yang membuatku teringat tentang obat perangsang itu. Lalu aku menyisir rambutku rapi, dan duduk manis di ranjangku. Sambil menunggu, aku menelepon temanku, dan kami ngobrol sampai tak terasa sudah waktunya aku harus berangkat. Setelah berpamitan, aku mengenakan seragam sekolahku, lalu berpamitan pada kokoku, dan turun ke garasi.

    Seperti biasanya, pak Arifin menawarkan diri untuk mengantarku, tapi kutolak halus karena aku ingin menyetir mobil sendiri. Dalam perjalanan, aku mengingat ingat kejadian pagi ini, dan membayangkan besok aku harus melayani mereka bertiga lagi karena kokoku kuliah pagi sampai siang. Hmm, sarapan sex tiap pagi sebelum ke sekolah? aku menggelengkan kepala tak habis pikir, bisa bisanya ada pembantu plus sopir yang memakai tubuh anak majikannya. Entahlah, yang lebih gila lagi, anak majikannya ini tak merasa keberatan alias cewek bispak gitu loh.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Hubungan Terlarangku Dengan Atasanku

    Cerita Sex Hubungan Terlarangku Dengan Atasanku


    634 views

    Perawanku – Cerita Sex Hubungan Terlarangku Dengan Atasanku, Mbak Lia kurang lebih baru 2 minggu bekerja sebagai atasanku sebagai Accounting Manager, Sebagai atasan baru, ia sering memanggilku ke ruang kerjanya untuk menjelaskan overbudget yang terjadi pada bulan sebelumnya, atau untuk menjelaskan laporan mingguan yang kubuat. Aku sendiri sudah termasuk staf senior. Tapi mungkin karena latar belakang pendidikanku tidak cukup mendukung, management memutuskan merekrutnya. Ia berasal dari sebuah perusahaan konsultan keuangan.

    Usianya kutaksir sekitar 25 hingga 30 tahun. Sebagai atasan, sebelumnya kupanggil “Bu”, walau usiaku sendiri 10 tahun di atasnya. Tapi atas permintaanya sendiri, seminggu yang lalu, ia mengatakan lebih suka bila di panggil “Mbak”. Sejak saat itu mulai terbina suasana dan hubungan kerja yang hangat, tidak terlalu formal. Terutama karena sikapnya yang ramah. Ia sering langsung menyebut namaku, sesekali bila sedang bersama rekan kerja lainnya, ia menyebut “Pak”.

    Dan tanpa kusadari pula, diam-diam aku merasa betah dan nyaman bila memandang wajahnya yang cantik dan lembut menawan. Ia memang menawan karena sepasang bola matanya sewaktu-waktu dapat bernar-binar, atau menatap dengan tajam. Tapi di balik itu semua, ternyata ia suka mendikte. Mungkin karena telah menduduki jabatan yang cukup tinggi dalam usia yang relatif muda, kepercayaan dirinya pun cukup tinggi untuk menyuruh seseorang melaksanakan apa yang diinginkannya.

    Mbak Lia selalu berpakaian formal. Ia selalu mengenakan blus dan rok hitam yang agak menggantung sedikit di atas lutut. Bila sedang berada di ruang kerjanya, diam-diam aku pun sering memandang lekukan pinggulnya ketika ia bangkit mengambil file dari rak folder di belakangnya. Walau bagian bawah roknya lebar, tetapi aku dapat melihat pinggul yang samar-samar tercetak dari baliknya. Sangat menarik, tidak besar tetapi jelas bentuknya membongkah, memaksa mata lelaki menerawang untuk mereka-reka keindahannya.

    Di dalam ruang kerjanya yang besar, persis di samping meja kerjanya, terdapat seperangkat sofa yang sering dipergunakannya menerima tamu-tamu perusahaan. Sebagai Accounting Manager, tentu selalu ada pembicaraan-pembicaraan ‘privacy’ yang lebih nyaman dilakukan di ruang kerjanya daripada di ruang rapat.

    Aku merasa beruntung bila dipanggil Mbak Lia untuk membahas cash flow keuangan di kursi sofa itu. Aku selalu duduk persis di depannya. Dan bila kami terlibat dalam pembicaraan yang cukup serius, ia tidak menyadari roknya yang agak tersingkap. Di situlah keberuntunganku. Aku dapat melirik sebagian kulit paha yang berwarna gading. Kadang-kadang lututnya agak sedikit terbuka sehingga aku berusaha untuk mengintip ujung pahanya. Tapi mataku selalu terbentur dalam kegelapan. Andai saja roknya tersingkap lebih tinggi dan kedua lututnya lebih terbuka, tentu akan dapat kupastikan apakah bulu-bulu halus yang tumbuh di lengannya juga tumbuh di sepanjang paha hingga ke pangkalnya. Bila kedua lututnya rapat kembali, lirikanku berpindah ke betisnya. Betis yang indah dan bersih. Terawat. Ketika aku terlena menatap kakinya, tiba-tiba aku dikejutkan oleh pertanyaan Mbak Lia..

    “Jhony, aku merasa bahwa kau sering melirik ke arah betisku. Apakah dugaanku salah?” Aku terdiam sejenak sambil tersenyum untuk menyembunyikan jantungku yang tiba-tiba berdebar.

    “Jhony, salahkah dugaanku?”

    “Hmm.., ya, benar Mbak,” jawabku mengaku, jujur. Mbak Lia tersenyum sambil menatap mataku.

    “Mengapa?”

    Aku membisu. Terasa sangat berat menjawab pertanyaan sederhana itu. Tapi ketika menengadah menatap wajahnya, kulihat bola matanya berbinar-binar menunggu jawabanku.

    “Saya suka kaki Mbak. Suka betis Mbak. Indah. Dan..,” setelah menarik nafas panjang, kukatakan alasan sebenarnya.

    “Saya juga sering menduga-duga, apakah kaki Mbak juga ditumbuhi bulu-bulu.”

    “Persis seperti yang kuduga, kau pasti berkata jujur, apa adanya,” kata Mbak Tia sambil sedikit mendorong kursi rodanya.

    “Agar kau tidak penasaran menduga-duga, bagaimana kalau kuberi kesempatan memeriksanya sendiri?”

    “Sebuah kehormatan besar untukku,” jawabku sambil membungkukan kepala, sengaja sedikit bercanda untuk mencairkan pembicaraan yang kaku itu.

    “Kompensasinya apa?”

    “Sebagai rasa hormat dan tanda terima kasih, akan kuberikan sebuah ciuman.”

    “Bagus, aku suka. Bagian mana yang akan kau cium?”

    “Betis yang indah itu!”

    “Hanya sebuah ciuman?”

    “Seribu kali pun aku bersedia.”

    Mbak Tia tersenyum manis dikulum. Ia berusaha manahan tawanya.

    “Dan aku yang menentukan di bagian mana saja yang harus kau cium, OK?”

    “Deal, my lady!”

    “I like it!” kata Mbak Lia sambil bangkit dari sofa.

    Ia melangkah ke mejanya lalu menarik kursinya hingga ke luar dari kolong mejanya yang besar. Setelah menghempaskan pinggulnya di atas kursi kursi kerjanya yang besar dan empuk itu, Mbak Lia tersenyum. Matanya berbinar-binar seolah menaburkan sejuta pesona birahi. Pesona yang membutuhkan sanjungan dan pujaan.

    “Periksalah, Jhony. Berlutut di depanku!” Aku membisu. Terpana mendengar perintahnya.

    “Kau tidak ingin memeriksanya, Jhony?” tanya Mbak Lia sambil sedikit merenggangkan kedua lututnya.

    Sejenak, aku berusaha meredakan debar-debar jantungku. Aku belum pernah diperintah seperti itu. Apalagi diperintah untuk berlutut oleh seorang wanita. Bibir Mbak Lia masih tetap tersenyum ketika ia lebih merenggangkan kedua lututnya.

    “Jhony, kau tahu warna apa yang tersembunyi di pangkal pahaku?” Aku menggeleng lemah, seolah ada kekuatan yang tiba-tiba merampas sendi-sendi di sekujur tubuhku.

    Tatapanku terpaku ke dalam keremangan di antara celah lutut Mbak Lia yang meregang. Akhirnya aku bangkit menghampirinya, dan berlutut di depannya. Sebelah lututku menyentuh karpet. Wajahku menengadah. Mbak Tia masih tersenyum. Telapak tangannya mengusap pipiku beberapa kali, lalu berpindah ke rambutku, dan sedikit menekan kepalaku agar menunduk ke arah kakinya.

    “Ingin tahu warnanya?” Aku mengangguk tak berdaya.

    “Kunci dulu pintu itu,” katanya sambil menunjuk pintu ruang kerjanya. Dan dengan patuh aku melaksanakan perintahnya, kemudian berlutut kembali di depannya.

    Mbak Lia menopangkan kaki kanannya di atas kaki kirinya. Gerakannya lambat seperti bermalas-malasan. Pada saat itulah aku mendapat kesempatan memandang hingga ke pangkal pahanya. Dan kali ini tatapanku terbentur pada secarik kain tipis berwarna putih. Pasti ia memakai G-String, kataku dalam hati. Sebelum paha kanannya benar-benar tertopang di atas paha kirinya, aku masih sempat melihat bulu-bulu ikal yang menyembul dari sisi-sisi celana dalamnya. Segitiga tipis yang hanya selebar kira-kira dua jari itu terlalu kecil untuk menyembunyikan semua bulu yang mengitari pangkal pahanya. Bahkan sempat kulirik bayangan lipatan bibir di balik segitiga tipis itu.

    “Suka?” Aku mengangguk sambil mengangkat kaki kiri Mbak Lia ke atas lututku.

    Ujung hak sepatunya terasa agak menusuk. Kulepaskan klip tali sepatunya. Lalu aku menengadah. Sambil melepaskan sepatu itu. Mbak Tia mengangguk. Tak ada komentar penolakan. Aku menunduk kembali. Mengelus-elus pergelangan kakinya. Kakinya mulus tanpa cacat. Ternyata betisnya yang berwarna gading itu mulus tanpa bulu halus. Tapi di bagian atas lutut kulihat sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus yang agak kehitaman. Sangat kontras dengan warna kulitnya. Aku terpana. Mungkinkah mulai dari atas lutut hingga.., hingga.. Aah, aku menghembuskan nafas. Rongga dadaku mulai terasa sesak. Wajahku sangat dekat dengan lututnya. Hembusan nafasku ternyata membuat bulu-bulu itu meremang.

    “Indah sekali,” kataku sambil mengelus-elus betisnya. Kenyal.

    “Suka, Jhony?” Aku mengangguk.

    “Tunjukkan bahwa kau suka. Tunjukkan bahwa betisku indah!”

    Aku mengangkat kaki Mbak Lia dari lututku. Sambil tetap mengelus betisnya, kuluruskan kaki yang menekuk itu. Aku sedikit membungkuk agar dapat mengecup pergelangan kakinya. Pada kecupan yang kedua, aku menjulurkan lidah agar dapat mengecup sambil menjilat, mencicipi kaki indah itu. Akibat kecupanku, Mbak Lia menurunkan paha kanan dari paha kirinya. Dan tak sengaja, kembali mataku terpesona melihat bagian dalam kanannya. Karena ingin melihat lebih jelas, kugigit bagian bawah roknya lalu menggerakkan kepalaku ke arah perutnya. Ketika melepaskan gigitanku, kudengar tawa tertahan, lalu ujung jari-jari tangan Mbak Lia mengangkat daguku. Aku menengadah.

    “Kurang jelas, Jhony?” Aku mengangguk.

    Mbak Lia tersenyum nakal sambil mengusap-usap rambutku. Lalu telapak tangannya menekan bagian belakang kepalaku sehingga aku menunduk kembali. Di depan mataku kini terpampang keindahan pahanya. Tak pernah aku melihat paha semulus dan seindah itu. Bagian atas pahanya ditumbuhi bulu-bulu halus kehitaman. Bagian dalamnya juga ditumbuhi tetapi tidak selebat bagian atasnya, dan warna kehitaman itu agak memudar. Sangat kontras dengan pahanya yang berwarna gading.

    Aku merinding. Karena ingin melihat paha itu lebih utuh, kuangkat kaki kanannya lebih tinggi lagi sambil mengecup bagian dalam lututnya. Dan paha itu semakin jelas. Menawan. Di paha bagian belakang mulus tanpa bulu. Karena gemas, kukecup berulang kali. Kecupan-kecupanku semakin lama semakin tinggi. Dan ketika hanya berjarak kira-kira selebar telapak tangan dari pangkal pahanya, kecupan-kecupanku berubah menjadi ciuman yang panas dan basah.

    Sekarang hidungku sangat dekat dengan segitiga yang menutupi pangkal pahanya. Karena sangat dekat, walau tersembunyi, dengan jelas dapat kulihat bayangan bibir kewanitaannya. Ada segaris kebasahan terselip membayang di bagian tengah segitiga itu. Kebasahan yang dikelilingi rambut-rambut ikal yang menyelip dari kiri kanan G-stringnya. Sambil menatap pesona di depan mataku, aku menarik nafas dalam-dalam. Tercium aroma segar yang membuatku menjadi semakin tak berdaya. Aroma yang memaksaku terperangkap di antara kedua belah paha Mbak Lia. Ingin kusergap aroma itu dan menjilat kemulusannya.

    Mbak Lia menghempaskan kepalanya ke sandaran kursi. Menarik nafas berulang kali. Sambil mengusap-usap rambutku, diangkatnya kaki kanannya sehingga roknya semakin tersingkap hingga tertahan di atas pangkal paha.

    “Suka Jhony?”

    “Hmm.. Hmm..!” jawabku bergumam sambil memindahkan ciuman ke betis dan lutut kirinya.

    Lalu kuraih pergelangan kaki kanannya, dan meletakkan telapaknya di pundakku. Kucium lipatan di belakang lututnya. Mbak Lia menggelinjang sambil menarik rambutku dengan manja. Lalu ketika ciuman-ciumanku merambat ke paha bagian dalam dan semakin lama semakin mendekati pangkal pahanya, terasa tarikan di rambutku semakin keras. Dan ketika bibirku mulai mengulum rambut-rambut ikal yang menyembul dari balik G-stringnya, tiba-tiba Mbak Lia mendorong kepalaku.

    Aku tertegun. Menengadah. Kami saling menatap. Tak lama kemudian, sambil tersenyum menggoda, Mbak Lia menarik telapak kakinya dari pundakku. Ia lalu menekuk dan meletakkan telapak kaki kanannya di permukaan kursi. Pose yang sangat memabukkan. Sebelah kaki menekuk dan terbuka lebar di atas kursi, dan yang sebelah lagi menjuntai ke karpet.

    “Suka Jhony?”

    “Hmm.. Hmm..!”

    “Jawab!”

    “Suka sekali!”

    Pemandangan itu tak lama. Tiba-tiba saja Mbak Tia merapatkan kedua pahanya sambil menarik rambutku.

    “Nanti ada yang melihat bayangan kita dari balik kaca. Masuk ke dalam, Jhony,” katanya sambil menunjuk kolong mejanya.

    Aku terkesima. Mbak Tia merenggut bagian belakang kepalaku, dan menariknya perlahan. Aku tak berdaya. Tarikan perlahan itu tak mampu kutolak. Lalu Mbak Lia tiba-tiba membuka ke dua pahanya dan mendaratkan mulut dan hidungku di pangkal paha itu. Kebasahan yang terselip di antara kedua bibir kewanitaan terlihat semakin jelas. Semakin basah. Dan di situlah hidungku mendarat. Aku menarik nafas untuk menghirup aroma yang sangat menyegarkan. Aroma yang sedikit seperti daun pandan tetapi mampu membius saraf-saraf di rongga kepala.

    Cerita Sex Hubungan Terlarangku Dengan Atasanku

    Cerita Sex Hubungan Terlarangku Dengan Atasanku

    “Suka Jhony?”

    “Hmm.. Hmm..!”

    “Sekarang masuk ke dalam!” ulangnya sambil menunjuk kolong mejanya.

    Aku merangkak ke kolong mejanya. Aku sudah tak dapat berpikir waras. Tak peduli dengan segala kegilaan yang sedang terjadi. Tak peduli dengan etika, dengan norma-norma bercinta, dengan sakral dalam percintaan. Aku hanya peduli dengan kedua belah paha mulus yang akan menjepit leherku, jari-jari tangan lentik yang akan menjambak rambutku, telapak tangan yang akan menekan bagian belakang kepalaku, aroma semerbak yang akan menerobos hidung dan memenuhi rongga dadaku, kelembutan dan kehangatan dua buah bibir kewanitaan yang menjepit lidahku, dan tetes-tetes birahi dari bibir kewanitaan yang harus kujilat berulang kali agar akhirnya dihadiahi segumpal lendir orgasme yang sudah sangat ingin kucucipi.

    Di kolong meja, Mbak Lia membuka kedua belah pahanya lebar-lebar. Aku mengulurkan tangan untuk meraba celah basah di antara pahanya. Tapi ia menepis tanganku.

    “Hanya lidah, Jhony! OK?”

    Aku mengangguk. Dan dengan cepat membenamkan wajahku di G-string yang menutupi pangkal pahanya. Menggosok-gosokkan hidungku sambil menghirup aroma pandan itu sedalam-dalamnya. Mbak Lia terkejut sejenak, lalu ia tertawa manja sambil mengusap-usap rambutku.

    “Rupanya kau sudah tidak sabar ya, Jhony?” katanya sambil melingkarkan pahanya di leherku.

    “Hm..!”

    “Haus?”

    “Hm!”

    “Jawab, Jhony!” katanya sambil menyelipkan tangannya untuk mengangkat daguku. Aku menengadah.

    “Haus!” jawabku singkat.

    Tangan Mbak Lia bergerak melepaskan tali G-string yang terikat di kiri dan kanan pinggulnya. Aku terpana menatap keindahan dua buah bibir berwarna merah yang basah mengkilap. Sepasang bibir yang di bagian atasnya dihiasi tonjolan daging pembungkus clit yang berwarna pink. Aku termangu menatap keindahan yang terpampang persis di depan mataku.

    “Jangan diam saja. Jhony!” kata Mbak Lia sambil menekan bagian belakang kepalaku.

    “Hirup aromanya!” sambungnya sambil menekan kepalaku sehingga hidungku terselip di antara bibir kewanitaannya.

    Pahanya menjepit leherku sehingga aku tak dapat bergerak. Bibirku terjepit dan tertekan di antara dubur dan bagian bawah vaginanya. Karena harus bernafas, aku tak mempunyai pilihan kecuali menghirup udara dari celah bibir kewanitaannya. Hanya sedikit udara yang dapat kuhirup, sesak tetapi menyenangkan. Aku menghunjamkan hidungku lebih dalam lagi. Mbak Lia terpekik. Pinggulnya diangkat dan digosok-gosokkannya dengan liar hingga hidungku basah berlumuran tetes-tetes birahi yang mulai mengalir dari sumbernya. Aku mendengus. Mbak Lia menggelinjang dan kembali mengangkat pinggulnya. Kuhirup aroma kewanitaannya dalam-dalam, seolah vaginanya adalah nafas kehidupannku.

    “Fantastis!” kata Mbak Lia sambil mendorong kepalaku dengan lembut. Aku menengadah. Ia tersenyum menatap hidungku yang telah licin dan basah.

    “Enak ‘kan?” sambungnya sambil membelai ujung hidungku.

    “Segar!” Mbak Lia tertawa kecil.

    “Kau pandai memanjakanku, Jhony. Sekarang, kecup, jilat, dan hisap sepuas-puasmu. Tunjukkan bahwa kau memuja ini,” katanya sambil menyibakkan rambut-rambut ikal yang sebagian menutupi bibir kewanitaannya.

    “Jilat dan hisap dengan rakus. Tunjukkan bahwa kau memujanya. Tunjukkan rasa hausmu! Jangan ada setetes pun yang tersisa! Tunjukkan dengan rakus seolah ini adalah kesempatan pertama dan yang terakhir bagimu!”

    Aku terpengaruh dengan kata-katanya. Aku tak peduli walaupun ada nada perintah di setiap kalimat yang diucapkannya. Aku memang merasa sangat lapar dan haus untuk mereguk kelembutan dan kehangatan vaginanya. Kerongkonganku terasa panas dan kering. Aku merasa benar-benar haus dan ingin segera mendapatkan segumpal lendir yang akan dihadiahkannya untuk membasahi kerongkongannku. Lalu bibir kewanitaannya kukulum dan kuhisap agar semua kebasahan yang melekat di situ mengalir ke kerongkonganku. Kedua bibir kewanitaannya kuhisap-hisap bergantian.

    Kepala Mbak Lia terkulai di sandaran kursinya. Kaki kanannya melingkar menjepit leherku. Telapak kaki kirinya menginjak bahuku. Pinggulnya terangkat dan terhempas di kursi berulang kali. Sesekali pinggul itu berputar mengejar lidahku yang bergerak liar di dinding kewanitaannya. Ia merintih setiap kali lidahku menjilat clitnya. Nafasnya mengebu. Kadang-kadang ia memekik sambil menjambak rambutku.

    “Ooh, ooh, Jhony! Jhony!” Dan ketika clitnya kujepit di antara bibirku, lalu kuhisap dan permainkan dengan ujung lidahku, Mbak Lia merintih menyebut-nyebut namaku..

    “Jhony, nikmat sekali sayang.. Jhony! Ooh.. Jhony!”

    Ia menjadi liar. Telapak kakinya menghentak-hentak di bahu dan kepalaku. Paha kanannya sudah tidak melilit leherku. Kaki itu sekarang diangkat dan tertekuk di kursinya. Mengangkang. Telapaknya menginjak kursi. Sebagai gantinya, kedua tangan Mbak Lia menjambak rambutku. Menekan dan menggerak-gerakkan kepalaku sekehendak hatinya.

    “Jhony, julurkan lidahmuu! Hisap! Hisaap!”

    Aku menjulurkan lidah sedalam-dalamnya. Membenamkan wajahku di vaginanya. Dan mulai kurasakan kedutan-kedutan di bibir vaginanya, kedutan yang menghisap lidahku, mengundang agar masuk lebih dalam. Beberapa detik kemudian, lendir mulai terasa di ujung lidahku. Kuhisap seluruh vaginanya. Aku tak ingin ada setetes pun yang terbuang. Inilah hadiah yang kutunggu-tunggu. Hadiah yang dapat menyejukkan kerongkonganku yang kering. Kedua bibirku kubenamkan sedalam-dalamnya agar dapat langsung menghisap dari bibir vaginanya yang mungil.

    “Jhony! Hisap Jhony!”

    Aku tak tahu apakah rintihan Mbak Lia dapat terdengar dari luar ruang kerjanya. Seandainya rintihan itu terdengar pun, aku tak peduli. Aku hanya peduli dengan lendir yang dapat kuhisap dan kutelan. Lendir yang hanya segumpal kecil, hangat, kecut, yang mengalir membasahi kerongkonganku. Lendir yang langsung ditumpahkan dari vagina Mbak Lia, dari pinggul yang terangkat agar lidahku terhunjam dalam.

    “Oh, fantastis,” gumam Mbak Lia sambil menghenyakkan kembali pinggulnya ke atas kursinya.

    Ia menunduk dan mengusap-usap kedua belah pipiku. Tak lama kemudian, jari tangannya menengadahkan daguku. Sejenak aku berhenti menjilat-jilat sisa-sisa cairan di permukaan kewanitaannya.

    “Aku puas sekali, Jhony,” katanya. Kami saling menatap. Matanya berbinar-binar. Sayu. Ada kelembutan yang memancar dari bola matanya yang menatap sendu.

    “Jhony.”

    “Hm..”

    “Tatap mataku, Jhony.” Aku menatap bola matanya.

    “Jilat cairan yang tersisa sampai bersih”

    “Hm..” jawabku sambil mulai menjilati vaginanya.

    “Jangan menunduk, Jhony. Jilat sambil menatap mataku. Aku ingin melihat erotisme di bola matamu ketika menjilat-jilat vaginaku.”

    Aku menengadah untuk menatap matanya. Sambil melingkarkan kedua lenganku di pinggulnya, aku mulai menjilat dan menghisap kembali cairan lendir yang tersisa di lipatan-lipatan bibir kewanitaannya.

    “Kau memujaku, Jhony?”

    “Ya, aku memuja betismu, pahamu, dan di atas segalanya, yang ini.., muuah!” jawabku sambil mencium kewanitaannya dengan mesra sepenuh hati.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Hujan Membawa Gairah Nikmat

    Cerita Sex Hujan Membawa Gairah Nikmat


    633 views

    Perawanku – Cerita Sex Hujan Membawa Gairah Nikmat, Aku bekerja disitu sebagai seorang juruteknik, Masa tu aku baru bekerja, Aku jatuh hati pada seorang gadis yang bernama Sue. Sue ni memang cantik, iras-iras sofea-jane.. Body dia.. Fulamak!! buah dada yang bulat, agak tajam dan besar walaupun body dia lansing.. Kulit dia memang putih.. Aku ingat kalau dia dok kat KL lama sudah jadi artis.. Tapi dia dok kat kampung je.. Keluar rumah pun susah.. Mak dia agak control.. So aku ngorat dia.. Maklom lah.. Muka dia lawa.. Jual mahal sikit..

    Mula-mula memang aku target nak buat bini.. Tapi (ada tapinya) pemikiran dia kurang matured.. Takpalah pasal dia lawa.. So aku ayat dia ajak dia keluar ngan aku.. Susah enggak!!sampai banyak kali aku ajak dia.. Sampai satu hari tu.. Dia dapat kelentong mak dia.. Kata dia keluar dengan member/jiran dia.. Kelentong mak dia kata pergi kerumah kawan.. Balik lewat petang.. So dia keluarlah gan jiran dia sampai kat tempat janji nak jumpa aku.. Dia dengan jiran dia split.. Jiran dia ikut member lain.. Dia naik moto dengan aku..

    Alamak, hari tu dia pakai baju kebarung.. Yang agak nipis kainnya, jelas nampak warna coli dia, merah jambu.. So dia pun naik moto ngan aku.. Kami terus ke botinical garden penang, sampai sana terus masuk dalam.. Kena pulak hari makin mendung.. So kami masuk ke dalam.. Jalan laju-laju.. Macam race jalan kaki

    Cari tempat yang terlindung dari hujan.. Aku tengok banyak pengunjung lain berjalan kaki keluar dari taman tu.. Balik kot.. Hari nak hujan.. So kami pun jumpa satu tempat terlindung.. Bawak pokok yang agak rimbun.. Masa kami baru lepak je.. Hujan sudah turun.. Kat situ nampaknya orang takde.. So kepala otak aku mula terfikir blue je.. Dan mata aku asyik-asyik dok perhati pangkal buah dada Sue yang terdedah.. Putih melepak.. Hujan turun mula lebat.. Tempat kami cuma tempias sikit.. Sue mula sejuk.. Aku pun sejuk jugak.. Tapi takkan aku nak terus peluk dia.. Baru first time keluar.. So kami borak-borak sambil aku buat lawak bodoh!

    Tah macamana tah Sue tertampar paha aku.. Aku pulak tak pakai underwear.. Dia tampar tersentuh batang aku yang sememangnya sudah keras sebab tengok pangkal buahdada dia yang putih tu.. Aku tengok dia terkejut bila terkena pada bahagian keras tu.. Tapi tangan dia tak bergerak dari peha aku.. Masih kat peha aku.. Dan mata dia, aku perhatikan terlirik ke bahagian batang aku.. Aiseh!!aku cakap dalam hati.. Sue sudah stim kot.. So tangan kiri aku bergerak kepinggangnya.. Kami masa tu tengah lepak atas rumput.. Bawah pokok merimbum.. Tangan aku peluk pinggangnya.. Dia tak kata apapun.. Masih dok sembang pasal cerita apatah.. Aku dok anggukngguk kepala je..

    Walaupun kepala otak aku dok fikir macamana aku nak kiss bibir dia.. So aku buat trick.. Aku ambik batu-batu kecil kat tepi-tepi aku, aku gengam gan tangan kanan aku.. Aku baling atas kain dia/peha dia.. Masa tu dia duduk bersimpuh.. Lepas baling.. Aku buat-buat terkejut..

    “Alamak Sue.. Sorry-sorry.. Abang.. Terlalu asyik dengar cerita Sue.. Sampai tak sedar baling batu-batu kecik ni atas kain Sue”..

    Aku pun sapu batu-batu dari kainnya.. Sapuan aku lebih pada mengusap paha Sue.

    “Sue.. Tak mau hilanglah kotoran ni.. Melekat!”, aku buat trick, aku usap lagi peha dia..

    Sementara kepala aku merapat kepaha dia.. Buat-buat tengok kotoran atas kainnya.. Lepas tu kepala aku/rambut aku aku biar bergesel dengan dada dia.. Sue tersentak.. Aku tarik kepala aku bertemu dengan muka Sue.. Sambil tangan kiri aku perlahan-lahan menarik tubuh Sue ke arah aku.. Bila muka aku berdepan dengan wajah Sue.. Aku cakap..

    “Sue.. Memang cantik hari ni, abang sememangnya menyintai Sue sejak mula bertemu Sue” lepas tu bibir aku menyentuh bibir Sue..

    Dia agak kaget.. Tapi membiarkan aku meneruskan pelakuan.. Aku gigit dan hisap bibir Sue atas bawah.. Sue tak membuka bibir dia.. Tapi aku tahu dia pun sudah naik syok.. Sebab tangan dia mula tarik tubuh aku rapat ketubuh dia.. Kena dengan hujan bertambah lebat.. Sue tersandar kebatang pokok.. Dan bibir aku mula main peranan ke arah lehernya.. Hisap dan gigit dengan manja.. Sue makin memeluk erat.. Dan kakinya dari bersimpuh ke kedudukan melipat terkangkang dan badan aku dicelah kangkangannya itu.. Tangan kanan aku mula menyelak kainnya sementara bibir aku masih menyerang rakus leher Sue dan mula menurun kedadanya.. Sue mengeliat sambil mengerang kecil.

    “Abaang!! Abaang.. Geli.. Emm.. Abaang!!”

    Sementara tangan kanan aku yang menyelak kainnya meramas rakus bahagian pehanya.. Tangan kiri aku mula membuka butang atas baju kebarung Sue.. Sue mengeluh.

    “Jangan Baang.. Sue tak biasa.. Ahh”

    Dia masih dalam nikmat sebab sambil buka butang baju dia bibir aku terus menhisap bahagian pangkal buah dadanya.. Lepas terbuka bahagian atas bajunya maka terdedahlah dua puncak bukit yang putih melepak dan disaluti hanya dengan coli nipis berwarna merah jambu.. Aku terus menyerang ke arah itu dengan bibirku.. Sue mengerang.

    “Apa Abang buat nii.. Emm.. Abaangg”

    Aku menghisap buah dada Sue setelah menarik coli nipisnya kebawah dengan bibirku.. Aku melihat Sue semakin memeluk aku erat dan kakinya semakin terkangkang, matanya pula terpejam, sementara bibirnya mengetap-getap.. Tangan kanan aku yang masih didalam kainnya mula bergerak perlahan ke arah apamnya.. Dan mengosok perlahan.. Sue seolah-olah seperti terkena karan.. Membuka kelopak matanya yang kuyu..

    “Abaang.. Apani geli.. Kat situ.. Geli sangat abang buat camtu” dia mengeluh manja..

    Aku buat tak peduli.. Aku hisap buah dadanya.. Isap putingnya yang semakin menegang.. Sambil tangan kanan aku mengusap apamnya yang masih disaluti underwear.. Kankangan kakinya semakin meluas..

    “Ahh.. Emm.. Abaang.. Geliinyaa.. Emm”

    Aku menarik tangan kirinya yang memeluk aku.. Memasukkannya ke dalam seluar jeans aku.. Sambil bibir aku masih menghisap buahdadanya.. Bila tangan Sue tersentuh batang aku yang menegang..

    “Emm.. Apa ni bang.. Emm.. Kerasnya.. Panas” sambil tangannya terus mengurut dan meramas batang aku..
    “Panasnya.. Abang punya.. Besaar.. Apasal basah!!?”

    Air mazi ku mula keluar.. Tangan Sue seperti tak mahu melepaskan batang aku.. Aku buka butang seluar jeans aku dengan tangan kiri ku.. Terjojol batang ku yang menegang dalam gengaman tangan Sue..

    “Emm.. Abaang.. Besaarnya.. Takut Sue.. Emm”

    Aku menarik tangan Sue dari terus mengurut batang aku.. Sebab takut terpancut.. Batang aku yang terdedah tu aku sengajakan menekan ke arah apamnya.. Sue semakin stim.. Bibir aku mula menjalar ke pusatnya.. Setelah butang baju Sue semuanya dibuka.. Bahagian atas tubuh nya terdedah tanpa seurat benang.. Colinya yang nipis masa bila aku tanggalkan? Entah aku tak sedar!! Sambil bibir aku masih dipusatnya tangan aku rakus membuka butang kainnya.

    Cerita Sex Hujan Membawa Gairah Nikmat

    Cerita Sex Hujan Membawa Gairah Nikmat

    “Abaang..” Sue terdiam disitu..

    Setelah selesai membuka butang kainya.. Aku terus menyelak kainnya ke atas mendedahkan bahagian betis, peha dan underwearnya berdepan betul-betul dengan muka aku.. Kakinya masih tak menanggalkan kasut tumit tingginya.. Aku terus menjilat apamnya yang dibaluti underwear nipisnya.. Sambil kedua-dua tangan aku meramas lembut buahdadanya yang sememangnya menjadi kegilaan aku..

    “Emm.. Emmhh” Sue mengerang lembut..

    Seluar jeans aku terlucut hingga keparas lutut.. Dengan peha Sue yang terus mengangkang aku membenamkan bibir aku ke apamnya dan menarik underwear nipisnya dengan gigiku.. Underwear Sue aku lucutkan hingga ketengah pehanya.. Wow!!terdedah di depan ku.. Apam idaman ku selama ni.. Putiih.. Dengan bulu-bulu halus.. Apam yang tembam.. Aku terus menjilat.. Sue semakin mengeliat.

    “Esskk.. Esskk.. Isskkahh” Sue mengeluh perlahan sambil nafasnya mula berombak..

    Dan matanya terpejam rapat.. Bila aku mula menghisap lembut apamnya.. Badannya makin melentik ke atas.. Sue sekarang terbaring penuh atas rumput yang agak basah.. Hujan masih lebat.

    “Abaang.. Esskk.. Isskk.. Emm.. Gelii.. Sedaappnya.. Emm.. Abaangg.. Ahh!!”

    Selesai menjilat/menhisap apamnya kepalaku naik ketas perlahan-lahan sambil lidahku tidak tanggal menjilat dari apamnya kepusatnya.. Kedadanya terus keleher dan kebibirnya.. Tubuh ku betul-betul berada diatas Sue.. Dan kaki Sue terkangkang luas.. Kali ni Sue memeluk erat aku dan apabila bibir aku sampai kebibirnya dia terus menarik kepala aku dan mencium aku.. Walaupun dia tak pandai berasmara mengunakan bibir lagi tapi aku sudah stim gila.. Batang aku yang tegang habis tertenyeh dengan apamnya.. Sue aku tahu masa tu pun stim abiss.

    “Ehh.. Emm” Sue mengeluh sambil kami beromen dengan bibir..

    Tiba-tiba tangan kanan Sue bergerak dari pelukan dipinggang ku mencari batang ku.. Sue mengenggam batang ku sambil mengarah batang ku ke arah apamnya.. Seolah-olah ingin merasa kemasukan batang aku ke dalam apamnya.

    “Emm.. Abaang” Sue mengeluh manja..

    Genggaman tangan kanannya masih menarik batang ku ke arah apamnya.. Tiba-tiba.. Batangku terus menembus masuk ke arah apamnya dengan perlahan.. Aku merasa kemasukan batang aku ke dalam apam Sue.. Agak ketat. Sue mengeluh..

    “Ehh.. Besaar.. Sakitt.. Iehh.. Abaang” batangku mula bermain setengah masukan.. Perlahan-lahan.. Semakin ke dalam-ke dalam.
    “Abaang.. Abaang.. Sakit sikit.. Abaang”

    Selepas tu batang aku makin bergerak ke dalam.. Hingga Sue mengerang

    “Ahh.. Isskk.. Emm.. Esskk.. Abaanng.. Sedaap.. Gelinyaehh.. Ahh”

    Pergerakan aku mula laju.. Laju.. Laju

    “Abaang.. Ahh.. Ahh” pergerakan tubuh Sue semakin berombak.. Nafas Sue makin turun naik.. Matanya terpejam rapat.. Pehanya mengangkang seluas-luasnya sambil mengepit kuat pehaku
    “Isskk.. Esskk.. Ahh.. Abaang.. Ahh”

    Makin laju pergerakan aku.. Dan bibir aku terus mengucup bibir Sue dengan rakus.. Dada ku menindih rapat buahdadanya.. Bunyi hujan walaupun masih lebat tak kedengaran ditelinga ku.. Aku betul-betul dalam kemuncak.. Begitu juga dengan Sue.. Pelukan Sue semakin rapat menarik aku.. Kekadang kuku jarinya seperti mencengkam tubuhku..

    “Ahh.. Abaang ” batangku bermain disetiap sudut dalam apam Sue. Tengah.. Kiri.. Kanan..

    Kelembutan wajah dan sikap Sue.. Selama ni tenggelam dengan sikap yang agak ganas juga bila Sue stim habis.. Tu yang buat aku lagi bertambah stim.. Kekuatan aku tah macamana boleh agak lama enggak mendayung dengan Sue walaupun pergerakan batang aku ke dalam apam Sue semakin licin.. Disebabkan air Sue yang keluar banyak

    “Abaang.. Ahh.. Ahh.. Abaang”

    Kesedapan yang aku tak dapat lupakan.. Dan sekarang ni aku lakukannya setiap hari dengan Sue.. Sue sudah jadi isteri aku. Dan pemikirannya makin matured termasuk aksi-aksinya yang semakin advance hari-kehari sebab setiap malam minggu kekadang kami menonton vCD blue bersama.. Dan kekadang aku ajak dia enjoy nite life kat penang ni.. Macam gi disko.. Nengok midnight cinema just untuk bagi dia tambah matured.. Dan dia sememangnya pasangan/isteriku yang perfect!!

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Tetangga Baru Ku Yang Cantik

    Cerita Sex Tetangga Baru Ku Yang Cantik


    633 views

    Perawanku – Cerita Sex Tetangga Baru Ku Yang Cantik, Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2005, Rumah kost yang ku tempati hanya terisi dua kamar, satu untukku dan sebelahnya lagi keluarga Mas Tarno yang berasal dari Yogyakarta. Mas Tarno umurnya 2 tahun diatasku jadi waktu itu sekitar 26 tahun. Istrinya bernama Nita seumuran denganku. Nita orangnya manis putih tinggi dan selalu bisa membuatku nafsu kepadanya meski dia sudah berkeluarga.

    Mas Tarno adalah seorang penggangguran. Jadi untuk keperluan rumah tangga Nita-lah yang bekerja dari pagi sampai malam di sebuah Supermarket. tentunya keluarga macam ini sering cek-cok. Nita mengganggap Mas Tarno orangnya pemalas bisanya hanya minta duit untuk beli rokok.

    Mas Tarno pun sering membalas omelan-omelan Nita dengan tamparan dan tendangan bahkan dilakukan didepan anaknya. Aku sendiri tidak betah melihat pertengkaran itu. Suatu saat, Mas Tarno dapat pekerjaan sebagai ABK dan tentunya harus meninggalkan keluarganya dalam waktu yang cukup lama. Nita senangnya bukan main mendengarnya.

    Pada malam itu, aku ngobrol dengan Nita dikamarnya sambil nonton TV. Si Rara muter-muter sambil bermain maklum umur segitu masih lucu- cucunya. “Sekarang sepi ya, Nit….nggak ada Mas Tarno.” kataku “Lebih baik gini, Ted. Enakan kalo Mas Tarno nggak ada.” Keluh Nita kepadaku. “Emangnya Kenapa?” tannyaku. “Mas Tarno tuh kerja nggak kerja tetep nyusahin. wajar kan kalo aku minta duit ke Mas Tarno? Aku kan istrinya. Eh, Dianya marah-marah. Besoknya aku diomelin juga ama ibu mertuaku. Katanya aku nggak boleh minta duitnya dulu biar bisa buat nabung. Gombal!!! Aku nggak percaya Mas Tarno bisa nabung!!!” Dia jawab dengan marah- marah. “Sabar ya…” Aku mencoba untuk menenangkannya apalagi Rara dah minta bobo’. “Seandainya Mas Tedy yang jadi suamiku mungkin aku tidak akan merana. Mas Tedy dah dapat pekerjaan tetap dan digaji besar sedangkan suamiku, Mas Tarno hanya pekerja kasar di kapal itupun baru sebulan sebelumnya penggangguran.” Keluhnya. “Udah…jangan berandai- andai….biarkan hidup mengalir saja.” Jawabku sekenanya.
    “Mas, ….. Tiba-tiba Nita duduk disebelahku mengapit tanganku dan menyandarkan kepalanya. Aku sungguh terkejut. Aku tahu Nita butuh kasih sayang, butuh belaian, butuh perhatian. Bukan tendangan dan tamparan. Aku balas dia dengan pelukan di bahunya. Sayang sekali Wanita semanis Nita disia-siakan oleh laki-laki. Tapi Aku juga laki-laki normal punya nafsu terhadap wanita. Justru inilah kesempatanku untuk mengerjai Nita apalagi ibu kostku sedang menjenguk keluarganya di Surabaya selama seminggu dan baru berangkat kemarin malam dan Mas Rano dapat jatah kerja Shift malam di sebuah Mall. Yuhuyyy…akhirnya kesempatan itu tiba!!!
    Kutoleh Nita yang saat itu sedang memakai daster, tanpa basa basi aku langsung merengkuh tubuh Nita yang montok itu kedalam pelukanku dan langsung kucium bibirnya yang tipis itu. Nita memeluk tubuhku erat erat, Nita sangat pandai memainkan lidahnya, terasa hangat sekali ketika lidahnya menyelusup diantara bibirku. Tanganku asyik meremas susu Nita yang tidak seberapa besar tapi kencang, pentilnya kupelintir membuat Nita memejamkan matanya karena geli. Dengan sigap aku menarik daster Nita, dan ternyata Nita sudah tak mengenakan apa apa dibalik dasternya itu, ternyata Nita memang sudah merencanakannya tanpa sepengetahuanku. Tubuh Nita benar benar aduhai dan merangsang seleraku, tubuhnya semampai, putih dengan susu yang pas dengan ukuran tubuhnya ditambah vagina yang tak berambut mencembung. “Eh gimana kalo si Rara bangun?” tanyaku. “Tenang aja Mas Tedy, Susu yang diminum Rara tadi dah aku campurin CTM.” Jawabnya dengan gaya yang manja. Benar-benar persiapan yang sempurna.
    Ketika kubentangkan bibir vaginanya, itilnya yang sebesar biji salak langsung menonjol keluar. ketika kusentuh dengan lidahku, Nita langsung menjerit lirih. Aku langsung mencopot baju dan celanaku sehingga penisku yang sepanjang 12 cm langsung mengangguk angguk bebas. Ketika kudekatkan penisku ke wajah Nita, dengan sigap pula Nita menggenggamnya dan kemudian mengulumnya. Kulihat bibir Nita yang tebal itu sampai membentuk huruf O karena penisku yang berdiameter 3 cm itu hampir seluruhnya memadati bibir mungilnya, Nita sepertinya sengaja memamerkan kehebatan kulumannya, karena sambil mengulum penisku ia berkali kali melirik kearahku.

    Aku hanya dapat menyeringai keenakan dengan servis Nita ini. Mungkin posisiku kurang tepat bagi Nita yang sudah berbaring itu sementara aku sendiri masih berdiri disampingnya, maka Nita melepaskan kulumannya dan menyuruhku berbaring disebelahnya. Setelah aku berbaring dengan agak tergesa gesa Nita merentangkan kedua kakiku dan mulai lagi menjilati bagian peka disekeliling penisku, semuanya dijilatinya, bahkan Nita dengan telaten menjilati penisku yang membuat aku benar benar blingsatan. Aku hanya dapat meremas remas susu Nita serta membelai vaginanya dengan jariku. Aku sudah tak tahan dengan kelihaian Nita ini, kusuruh dia berhenti tetapi Nita tak memperdulikanku malahan ia makin lincah mengeluar masukkan penisku kedalam mulutnya yang hangat itu.
    Tanpa dapat dicegah lagi air maniku menyembur keluar yang disambut Nita dengan pijatan pijatan lembut dibatang penisku seakan akan dia ingin memeras air maniku agar keluar sampai tuntas. Ketika Nita merasa kalau air maniku sudah habis keluar semua, dengan pelan pelan dia melepaskan kulumannya, sambil tersenyum manis ia melirik kearahku. Kulihat ditepi bibirnya ada sisa air maniku yang masih menempel dibibirnya, sementara yang lain rupanya sudah habis ditelan oleh Nita. Nita langsung berbaring disampingku dan berbisik “Mas Tedy diam saja ya, biar saya yang memuaskan Mas !” Aku tersenyum sambil menciumi bibirnya yang masih berlepotan air maniku sendiri itu. Dengan tubuh telanjang bulat Nita mulai memijat badanku yang memang jadi agak loyo juga setelah tegang untuk beberapa waktu itu, pijatan Nita benar benar nyaman, apalagi ketika tangannya mulai mengurut penisku yang setengah ngaceng itu, tanpa dihisap atau diapa apakan, penisku ngaceng lagi, mungkin karena memang karena aku masih kepengen main beberapa kali lagi maka nafsuku masih bergelora.
    Aku juga makin bernafsu melihat susu Nita yang pentilnya masih kaku itu, apalagi ketika kuraba vaginanya ternyata itilnya juga masih membengkak menandakan kalau Nita juga masih bernafsu hanya saja penampilannya sungguh kalem . Melihat penisku yang sudah tegak itu, Nita langsung mengangkangi aku dan menepatkan penisku diantara bibir vaginanya, kemudian pelan pelan ia menurunkan pantatnya sehingga akhirnya penisku habis ditelan vaginanya itu. Setelah penisku habis ditelan vaginanya, Nita bukannya menaik turunkan pantatnya, dia justru memutar pantatnya pelan pelan sambil sesekali ditekan, aku merasakan ujung penisku menyentuh dinding empuk yang rupanya leher rahim Nita.

    Setiap kali Nita menekan pantatnya, aku menggelinjang menahan rasa geli yang sangat terasa diujung penisku itu. Putaran pantat Nita membuktikan kalau Nita memang jago bersetubuh, penisku rasanya seperti diremas remas sambil sekaligus dihisap hisap oleh dinding vagina Nita. Hebatnya vagina Nita sama sekali tidak becek, malahan terasa legit sekali, seolah olah Nita sama sekali tak terangsang oleh permainan ini. Padahal aku yakin seyakin yakinnya bahwa Nita juga sangat bernafsu, karena kulihat dari wajahnya yang memerah, serta susu dan itilnya yang mengeras seperti batu itu.
    Aku makin lama makin tak tahan dengan gerakan Nita itu, kudorong ia kesamping sehingga aku dapat menindihinya tanpa perlu melepaskan jepitan vaginanya. Begitu posisiku sudah diatas, langsung kutarik penisku dan kutekan sedalam dalamnya memasuki vagina Nita. Nita menggigit bibirnya sambil memejamkan mata, kakinya diangkat tinggi tinggi serta sekaligus dipentangnya pahanya lebar lebar sehingga penisku berhasil masuk kebagian yang paling dalam dari vagina Nita. gerakanku sudah mulai tak teratur karena aku menahan rasa geli yang sudah memenuhi ujung penisku, sementara Nita sendiri sudah merintih rintih sambil menggigiti pundakku.
    Mulutku menciumi susu Nita dan menghisap pentilnya yang kaku itu, ketika Nita memintaku untuk menggigiti susunya, tanpa pikir panjang aku mulai menggigit daging empuk itu dengan penuh gairah, Nita makin keras merintih rintih, kepalaku yang menempel disusunya ditekan keras keras membuatku tak bisa bernafas lagi, saat itulah tanpa permisi lagi kurasakan vagina Nita mengejang dan menyemprotkan cairan hangat membasahi seluruh batang penisku. Ketika aku mau menarik pantatku untuk memompa vaginanya, Nita dengan keras menahan pantatku agar terus menusuk bagian yang paling dalam dari vagina sementara pantatnya bergoyang terus diatas ranjang merasakan sisa sisa kenikmatannya. Dengan suara agak gemetar merasakan kenikmatannya, Nita menanyaiku apakah aku sudah keluar, ketika aku menggelengkan kepala, Nita menyuruhku mencabut penisku. Ketika penisku kucabut, Nita langsung menjilati penisku sehingga cairan lendir yang berkumpul disitu menjadi bersih.

    Penisku saat itu warnanya sudah merah padam dengan gagahnya tegas keatas dengan urat uratnya yang melingkar lingkar disekeliling batang penisnya. Nita sesekali menjilati ujung penisku dan juga buah pelirku. Ketika Nita melihat penisku sudah bersih dari lendir yang membuat licin itu, dia kembali menyuruhku memasukkan penisku. Aku menggigit bibirku merasakan sempit serta hangatnya vagina Nita, ketika penisku sudah menyelusup masuk sampai kepangkalnya, Nita menyuruhku memaju mundurkan penisku, aku mulai menggerakkan penisku pelan pelan sekali. Kurasakan betapa ketatnya dindingvagina Nita menjepit batang penisku itu, terasa menjalar diseluruh batangnya bahkan terus menjalar sampai keujung kakiku. Benar benar rasa nikmat yang luar biasa, baru beberapa kali aku menggerakkan penisku, aku menghentikannya karena aku kuatir kalau air maniku memancar, rasanya sayang sekali jika kenikmatan itu harus segera lenyap.  Nita menggigit pundakku ketika aku menghentikan gerakanku itu, ia mendesah minta agar aku meneruskan permainanku.
    Setelah kurasa agak tenang, aku mulai lagi menggerakkan penisku menyelusuri vagina Nita itu, dasar sudah lama menahan rasa geli, tanpa dikomando lagi air maniku tiba tiba memancar dengan derasnya, aku melenguh keras sekali sementara Nita juga mencengkeram pundakku. Aku jadi loyo setelah dua kali memuntahkan air mani yang aku yakin pasti sangat banyak. Tanpa tenaga lagi aku terguling disamping tubuh Nita, kulihat penisku yang masih setengah ngaceng itu berkilat oleh lendir yang membasahinya. Nita langsung bangun dari tempat tidur, dengan telanjang bulat ia keluar mengambil air dan dibersihkannya penisku. Setelah itu, disuruhnya aku telungkup agar memudahkan dia memijatku, aku jadi tertidur, disamping karena memang lelah, pijatan Nita benar benar enak, sambil memijat sesekali dia menggigiti punggungku dan pantatku.

    Aku benar benar puas menghadapi perempuan satu ini. Aku tertidur cukup lama, ketika terbangun badanku terasa segar sekali, karena selama aku tidur tadi Nita terus memijit tubuhku. Ketika aku membalikkan tubuhku, ternyata Nita masih saja telanjang bulat, penisku mulai ngaceng lagi melihat tubuh Nita yang sintal itu, tanganku meraih susunya dan kuremas dengan penuh gairah, Nitapun mulai meremas remas penisku yang tegang itu. “Yuk kita ke kamar mandi” ajakku “Sapa takut…..” Aku menarik tangan Nita keluar kamar sambil bugil tapi aku sempatkan menyambar 2 buah handuk kemudian berjalan mengendap masuk , takut ketahuan tetangga sebelah rumah dan mengunci pintu kamar mandinya dari dalam. ” Nit…kamu seksi banget..” desisku sambil lebih mendekatinya, dan langsung mencium bibirnya yang ranum. Nita membalas ciumanku dengan penuh gairah, dan aku mendorong tubuhnya ke dinding kamar mandi. Tanganku membekap dadanya dan memainkan putingnya. Nita mendesah pelan. Ia menciumku makin dalam. Kujilati putingnya yang mengeras dan ia melenguh nikmat.

    Aku ingat, pacarku paling suka kalau aku berlama-lama di putingnya. Tapi kali ini tidak ada waktu, karena sudah menjelang pagi. Nita mengusap biji pelirku. Kunaikan tubuh Nita ke bak mandi. Kuciumi perutnya dan kubuka pahanya. Bulu kemaluannya rapi sekali. Kujilati liangnya dengan nikmat, sudah sangat basah sekali. ia mengelinjang dan kulihat dari cermin, ia meraba putingnya sendiri, dan memilin- milinnya dengan kuat. Kumasukan dua jari tanganku ke dalam vaginanya, dan ia menjerit tertahan. Ia tersenyum padaku, tampak sangat menyukai apa yg kulakukan. Jari telunjuk dan tengahku menyolok-nyolok ke dalam vaginanya, dan jempolku meraba-raba kasar klitorisnya. Ia makin membuka pahanya, membiarkan aku melakukan dengan leluasa. Semakin aku cepat menggosok klitorisnya, semakin keras desahannya. Sampai-sampai aku khawatir akan tetangga sebelah rumah dengar karena dinding kamar mandi bersebelahan tepat dengan dinding rumhah tetangga.

    Lalu tiba-tiba ia meraih kepalaku, dan seperti menyuruhku menjilati vaginanya. ” Ahhh…ahhh….Mas… Arghhhh..uhhh….Maaasss….” ia mendesah-desah girang ketika lidahku menekan klitorisnya kuat2. Dan jari- jariku makin mengocok vaaginanya. Semenit kemudian, Nita benar-benar orgasme, dan membuat mulutku basah kuyub dengan cairannya. Ia tersenyum lalu mengambil jari2ku yang basah dan menjilatinya sendiri dengan nikmat. Ia lalu mendorongku duduk di atas toilet yg tertutup, Ia duduk bersimpuh dan mengulum penisku yang belum tegak benar. Jari-jarinya dengan lihay mengusap-ngusap bijiku dan sesekali menjilatnya. Baru sebentar saja, aku merasa akan keluar. Jilatan dan isapannya sangat kuat, memberikan sensasi aneh antara ngilu dan nikmat. Nita melepaskan pagutannya, dan langsung duduk di atas pangkuanku. Ia bergerak- gerak sendiri mengocok penisku dengan penuh gairah. Dadanya naik turun dengan cepat, dan sesekali kucubit putingnya dengan keras. Ia tampak sangat menyukai sedikit kekerasan. Maka dari itu, aku memutuskan untuk berdiri dan mengangkat tubuhnya sehingga sekarang posisiku berdiri, dengan kakinya melingkar di pinggangku.
    Kupegang pantatnya yang berisi dan mulai kukocok dengan kasar. Nita tampak sangat menyukainya. Ia mendesah-desah tertahan dan mendorong kepalaku ke dadanya. Karena gemas, kugigit dengan agak keras putingnya. Ia melenguh ,” Oh…gitu Mas..gigit seperti itu…aghhh…” Kugigit dengan lebih keras puting kirinya, dan kurasakan asin sedikit di lidahku. Tapi tampaknya Nita makin terangsang.Penisku terus memompa liangnya dengan cepat, dan kurasakan liangnya semakin menyempit… Penisku keluar masuk liangnya dengan lebih cepat, dan tiba-tiba mata Nita merem melek, dan ia semakin menggila, lenguhan dan desahannya semakin kencang hingga aku harus menutup mulutnya dengan sebelah tangannku. ” Ah Maass…Ehmm… Arghh…Arghhh… Ohhhhh uhhhhhh…” Nita orgasme untuk kesekian kalinya dan terkulai ke bahuku.

    Karena aku masih belum keluar, aku mencabut penisku dari liangnya yang banjir cairannya, dan membalikan tubuhnya menghadap toilet. Biasa kalau habis minum staminaku memang suka lebih gila. Nita tampak mengerti maksudku, ia menunggingkan pantatnya, dan langsung kutusuk penisku ke liangnya dari belakang. Ia mengeram senang, dan aku bisa melihat seluruh tubuhnya dari cermin di depan kami. Ia tampak terangsang, seksi dan acak- acakan. Aku mulai memompa liangnya dengan pelan, lalu makin cepat, dan tangan kiriku meraih puting payudaranya, dan memilinnya dengan kasar, sementara tangan kananku sesekali menepuk keras pantatnya. Penisku makin cepat menusuk2 liangnya yang semakin lama semakin terasa licin. Tanganku berpindah-pindah, kadang mengusap- ngusap klitorisnya dengan cepat. Badan Nita naik turun sesuai irama kocokanku, dan penisku semakin tegang dan terus menghantam liangnya dari belakang. Ia mau orgasme lagi, rupanya, karena wajahnya menegang dan ia mengarahkan tanganku mengusap klitorisnya dengan lebih cepat.

    Penisku terasa makin becek oleh cairan liangnya. “Nita..aku juga mau keluar nih….” ” oh tahan dulu…kasih aku….penismu….tahan!!!! “Nita langsung membalikan tubuhnya, dan mencaplok penisku dengan rakus. Ia mengulumnya naik turun dengan cepat seperti permen, dan dalam itungan detik, menyemprotlah cairan maniku ke dalam mulutnya. ” ArGGGhhhh!! Oh yes !! ” erangku tertahan. Nita menyedot penisku dengan nikmat, menyisakan sedikit rasa ngilu pada ujung penisku, tapi ia tidak peduli, tangan kirinya menekan  pelirku dan kanannya mengocok penisku dengan gerakan makin pelan. Kakiku lemas dan aku terduduk di kursi toilet yg tertutup. Nita berlutut dan menjilati seluruh penisku dengan rakus. Setelah Nita menjilat bersih penisku, ia memakaikan handukku, lalu memakai handuknya sendiri. Ia memberi isyarat agar aku tidak bersuara, lalu perlahan- lahan membuka pintu kamar mandi. Setelah yakin aman, ia keluar dan aku mengikutinya dari belakang. Setelah kejadian itu aku sama Nita semakin gila- gilaan dalam bermain seks sampai dengan ibu kosku kembali dari Surabaya tentunya aku hanya bisa melakukannya di malam hari.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Guru Yang Menggairahkan

    Cerita Sex Guru Yang Menggairahkan


    633 views

    Perawanku – Cerita Sex Guru Yang Menggairahkan, Pagi itu seperti biasanya aqu semangat sekali ke sekolah. Alasannya karena pelajaran pertama hari Sabtu adalah Bahasa Inggris. Bukan karena Bahasa Inggris adalah pelajaran favoritku, tetapi karena guru Bahasa Inggrisku sangat seksi.Namanya Bernike (nama samaran). Tetapi lebih suka dipanggil Miss Bernike. Dia sudah bersuami seorang pelayaran dan punya satu anak berumur 3 tahun. Tetapi walau sudah bersuami dan punya anak, dia suka sekali mengenakan pakaian yg seksi walaupun itu sedang berada di sekolah. Mungkin jika tak mengenalnya akan mengira kalau dia masih perawan.

    Seperti biasanya pagi ini aqu tak memperhatikan materi yg dibeikan Miss Bernike, walau aqu terlihat fokus ke depan. Kenyataannya aqu hanya memandangi badan seksi Bernike dan membaygkan andai bisa menidurinya walau hanya semalam. Lamunanku akhirnya dikejutkan oleh perkataan Miss Bernike,”Oke, tutup bukunya. Kita adakan ulangan !”. Sial ! Aqu jelas tak siap karena memang tadi tak memperhatikan pelajaran yg dia berikan. Pelajaran Bahasa Inggris berakhir. Dan waktu hasil ulangan diberikan, aqu harus remidi. Sebelum meninggalkan kelas Miss Bernike berpesan agar aqu menemuinya di kantor waktu pulang sekolah.

    Singkat cerita akhirnya aqu menemui Miss Bernike di kantor waktu pulang sekolah. Sebagian besar guru sudah pulang karena memang sekarang adalah waktunya pulang. Setelah aqu dipersilahkan duduk, Miss Bernike langsung menegurku lantaran aqu remidi. “Saya heran ya kok kamu bisa remidi ? Dan yg jadi masalah adalah waktu saya perhatikan tadi kamu memperhatikan waktu saya mengajar. Tapi kenapa bisa remidi. Apa yg amu perhatikan tadi ?”. Pertanyaan seperti itu jelas membuatku bingung harus jawab apa. Masa iya mau dijawab kalo aqu hanya memandangi badan seksinya. Nggak mungkin banget kan ?!. Akhirnya Miss Bernike berkata ,“Oke. Itu tak penting. Yg jelas kamu nanti malam harus ke rumah saya. Saya ingin tahu cara belajar kamu. Jangan sampai tak datang !”. Belum sempat aqu berkata apa-apa, Miss Bernike sudah meninggalkan kantor.

    Malamnya aqu emang benar-benar ke rumah Miss Bernike. Setiap Malam Minggu aqu memang selalu diberi kebebasan untuk keluar. Waktu aqu mengetuk pintu, ternyata anak Miss Bernike yg membuka pintu. “mama kamu ada?”, tanyaqu kemudian. “Ada. Masih di kamar”, jawabnya.

    Kemudian anak iu masuk lagi memanggil ibunya. Tak lama kemudian Miss Bernike keluar. Dan aqu benar-benar terpana waktu melihat Miss Bernike. Dia memakai kaos putih yg sangat ketat hingga badan seksinya terlihat jelas. Dan juga celana ketatnya yg sangat pendek hingga tak mampu menyembunyikan kemulusan pahanya. Benar-benar tak terlihat seperti cara berpakaian seorang guru.
    Miss Bernike segera mengajakku belajar di ruang tamu dan menyuruh anaknya untuk segera tidur.

    Tetapi selama 20menit belajar, aqu tak bisa konsentrasi. Miss Bernike yg duduk sangat dekat dgnku membuatku berdebar-debar. Apalagi pahanya yg sejak tadi menempel di pahaqu. Sepertinya dia sengaja melaqukan itu. Entah apa yg merasuki pikiranku, tiba-tiba tanganku tergerak untuk meraba paha mulus Miss Bernike. Tak beberapa lama Miss Bernike menoleh ke arahku. Aqu langsung tersadar dgn apa yg telah kulaqukan. Dan sudah siap jika tiba-tiba kena tampar karena berani melaqukan tindakan kurang ajar terhadap guru. Tetapi ternyata tak. Miss Bernike malah tersenyum kepadaqu dan mengedipkan sebelah matanya kepadaqu dgn manja. Hal itu membuatku semakin berani untuk meneruskan perbuatanku.

    Aqu mendorong badannya tidur terlentang di sofa . Lalu aqu menindihnya dan membisikkan kalimat di telinganya,“aqu mencintamu Bernike…..”. Bernike tak menjawabnya. Dia hanya memelukku dgn erat. Aqu lalu dgn mesra menggigit telinganya dgn pelan. Tangan kananku segera membelai rambut Bernike dgn mesra. Sementara tangan kiriku mulai meraba-raba buah dada Bernike. Tapi waktu aqu ingin meremas buah dadanya, dia menahanku. “kenapa sayg ?” tanyaqu. “sebentar…”, jawab Bernike dgn tersenyum. Dia lalu menuju pintu dan menguncinya. Lalu dia kembali menuju sofa. Sekarang giliran dia yg menindihku. “sekarang sudah aman”, katanya lalu tersenyum. Aqu lalu mencium bibirnya. Tetapi Miss Bernike malah membuka mulutnya menyuruhku memagut bibirnya dan kini bibir kami berpagutan dgn ganas. Tangan kiriku pun segera meremas-remas buah dada Bernike yg tadi sempat tertunda. Dan tangan kananku meremas-remas bokong Bernike yg montok.

    “Saygku….puasin aqu ya… Suamiku sudah hampir satu tahun nggak pulang. Aqu butuh cumbuan dan belaian dari seorang lelaki..”, kata Bernike dgn mendesah. Memang wajar jika Miss Bernike kesepian. Suaminya yg kerja pelayaran hanya pulang paling cepat setengah tahun sekali. Aqu terus meremas-remas buah dada Bernike. Setelah kira kira 5 menit, aqu segera membuka kaosku dan celanaqu. Begitu juga dgn Bernike. Kali ini dia hanya memakai bra dan CD. Dan aqu sangat terpana melihat badan Bernike.

    Cerita Sex Guru Yang Menggairahkan

    Cerita Sex Guru Yang Menggairahkan

    Badannya sangat seksi dan mulus. Tiba-tiba saja Bernike meremas batang kemaluanku yg sudah tegang sejak tadi. “jangan cuma dilihat, sayg. Malam ini puasin aqu”, kata Bernike sembari tersenyum. Kemudian dia menuntun tanganku untuk melepas CD nya. Lalu mendorong kepalaqu dan menghentikannya tepat di depan kemaluannya yg sangat harum. “malam ini, itu milikmu….” . Aqu tak hanya diam. Sedetik kemudian lidahku sudah menjilati liang keperempuanan milik guruku tersebut. Bernike terlihat terangsang. Tangannya menekan kepalaqu ke liang kemaluannya. Bernike terlihat kecewa waktu aqu menghentikan jilatanku. Tetapi dia kembali terdiam waktu tangan kananku sudah menemukan ‘mainan’ baru.

    Ya, jari-jari tanganku sudah mengelus-elus bibir kemaluan Bernike yg ditumbuhi bulu-bulu tipis. Tak lama kemudian aqu berhasil menemukan klitorisnya. Waktu aqu sentuh dgn jariku, dia terlihat menggelinjang. kami berganti posisi. Kali ini aqu yg berada di atas. Tangan kiriku menahan posisinya. Sementara tangan kananku masih terus mengocok kemaluannya yg sudah basah. Bernike terus menggelinjang.

    Dia melepas bra nya sendiri dan meremas-remas buah dadanya sendiri. “aaaaahhhh, sayg. Jangan siksa aqu sayg…. nikmat….ahhhhh”, rancaunya tak terkendali. Aqu mempercepat gerakan jariku di kemaluannya. Semakin cepat dan Bernike terlihatnya akan segera mencapai klimaks pertamanya.

    “aaaaaaaahhh”,jeritan Bernike akhirnya keluar bersamaan dgn muncratnya cairan cinta dari lubang kenikmatan Bernike. Badan seksi Bernike pun terlihat berkeringat. “Aqu kagum padamu. Jarimu saja sudah membuatku mencapai puncak kenikmatan. Bagaimana jika ini yg masuk ke memekku…”, kata Bernike sembari melepas CD yg kugunakan. Lalu dgn mesra dia menyepong kemaluanku. Aqupun terangsang hebat.

    Bibir seksi Bernike yg selama ini kukagumi sekarang sedang mengulum kemaluanku. Tapi waktu aqu hampir klimaks aqu mencabut kemaluanku. “kenapa sayg…?”, tanya Bernike. Aqu tak menjawab. Aqu hanya mendorong Bernike agar terlentang di sofa.

    Lalu aqu menjepit kemaluanku dgn buah dada montok milik Bernike. Aqu menggesek-geskkan kemaluanku di belahan dada Bernike dan kenikmatan yg tiada tara membuatku klimaks. Air mani yg keluar cukup banyak. Aqu mengoleskan seluruh air maniku ke buah dada Bernike. Bernike terlihat tersenyum dgn apa yg kulaqukan. Kemudian tanpa disuruh dia langsung bangun dan menjilat sisa sisa air mani di kemaluanku dgn mulutnya. “bagaimana sayg ? Kamu puas ?”,tanya Miss Bernike dgn mesra. “Aqu mencintaimu Bernike….. aqu sangat ingin memilikimu…..”,kataqu. Dia mengalungkan tangannya di leherku. Kemudian mencium bibirku dan kami kembali bepagutan. Semetara tangan kananku terus meremas remas buah dada milik Bernike.setelah puas,

    Bernike bekata,” sekarang waktunya kita mulai permainan yg sesungguhnya….” . Dia lalu menuntunku masuk ke kamar. Setelah itu dia mengunci pintu dan sekarang kami berdua merasa lebih nyaman. Ya, ternyata anaknya memiliki kamar sendiri. Tak ikut tidur dgn mamanya. Dan itu membuatku merasa lebih leluasa untuk bercumbu dgn Bernike. Aqu membopong Bernike ke kasur dan aqu menindihnya. Bernike memelukku dan aqu membelai rambutnya. “sudah siap ?”,tanya Bernike. Agen BandarQ

    “tapi Bernike…., aqu belum pernah melaqukan ini….”. Aqu memang sering melihat video porno. Tetapi berhubungan layaknya suami istri seperti ini adalah pengalaman pertama bagiku.
    Bernike meyakinkanku “Wah, asyik dong. Aqu adalah orang pertama yg merasakan kontolmu yg besar ini. Dan sekarang ucapkan selamat tinggal untuk status perjaka mu. Aqu akan memberi kenikmatan yg tak akan pernah kamu lupakan…..” .

    Kemudian tangannya menuntun kemaluanku masuk ke lubang kemaluan nya. Dia berkata lagi,”ooohh, punyamu lebih besar daripada punya suamiku sayg…… Sekarang, dorong kemaluanmu untuk menembus liang kenikmatan ini….” . Aqu pun dgn pelan mendorong kemaluanku. Sedikit sulit karena selain kemaluanku yg luayan besar tetapi juga walau Bernike sudah bersuami, dia sudah tak melaqukan hubungan intim hampir satu tahun. Aqu terus mencobanya. “ahhhh, ayo sayg. Terus……sedikit lagi…..awwwww…ahhhhh….”, desah Bernike. Aqu terus mendorong kemaluanku dan blessssss….

    Aqu berhasil memasukkan seluruh kemaluanku ke dalam kemaluan Bernike dibarengi dgn jeritan Miss Bernike. Aqu mendiamkannya sebentar. lalu aqu mulai melaqukan gerakan maju mundur. Bernike pun menambah kenikmatan bersenggama dgn goygan bokongnya. Semakin lama aqu mempercepat gerakanku. Begitu juga dgn Bernike. Aqu merancau tak terkendali “sayg…. aqu akan klimaks sayg……aaaahhhhh” . “sabar sayg….. tahan dulu. Kita klimaks bersama-sama”, kata Bernike. “tapi aqu sudah tak tahan sayg…. aaaahhhhh……”, akhirnya aqu pun klimaks dan menyemprotkan banyak sekali sperma di dalam liang keperempuanan Bernike. Kemaluanku terlihat berdenyut -denyut. Sementara Bernike belum klimaks dan terlihat kecewa. Bernike mendorongku. “aaah, payah kamu…. !“, kata Bernike sembari memasang muka kecewa. “maafkan aqu sayg…..”, kataqu lalu mengecup bibir Bernike.

    “lagi yuk.. aqu masih pegen ni..” kata Bernike sembari mengelap kemaluanku dgn tissu. “capek sayg?”, tanya Bernike penuh perhatian. Aqu hanya menggeleng. “ayo kita mulai lagi”, kata Bernike sembari menindihku. Kami kembali melaqukan hubungan intim tetapi kali ini posisi Bernike ada di atasku. Bernike mulai menggerakkan badannya maju mundur. “ooowwww, nikmat sekali sayg….. ahhhh…ahhhh…ahhhhh” desah Bernike dgn mesra. Terlihatnya dia sengaja memancing birahiku agar cepat muncul. Kemaluanku pun kembali tegang. Tetapi kali ini aqu berusaha untuk lebih menahan nafsuku. Aqu tak ingin kembali kalah oleh perempuan yg sekarang berada di atasku. Gerakan Bernike semakin cepat. “ohhh, nikmat sekali. Ohhh sayg, sudah lama aqu tak merasakan hubungan ini…”.

    Aqu hanya tersenyum. Kali ini kami berbalik posisi. Giliran aqu yg berada di atas. Aqu memompa badan Bernike. Dia hanya merancau ,“ah…ah…ahhh.ahhhh…..ayo sayg semakin cepat sayg….ayo cepat……ahhhhh” . Aqu mempercepat gerakanku. Aqu merasa akan segera klimaks. Tetapi terlihatnya Bernike juga akan segera klimaks. “sayg….aqu akan keluar……ahhhhh…..”, kataqu. “owwwhh, aqu juga akan klimaks”,jawab Bernike. Aqu terus mempercepat gerakanku. Keringat terlihat keluar dari badan kami berdua. “sayg….aqu keluarrrrrrrr…..”, kata Bernike. Dan tak beberapa lama kemudian kami klimaks bersama sama. Crot…crot….crottt…. . sperma yg keluar sangat banyak seakan memenuhi kemaluan Bernike yg sempit. Badanku sangat lemas. Kami kelelahan. Terutama aqu yg malam ini sudah klimaks tiga kali. Bernike berkata,“sayg….nggak nygka kamu hebat sekali malam ini. Inilah kenikmatan yg sangat aqu dambakan… kenikmatan yg tak pernah aqu dapatkan dari suamiku…. jangan pernah tinggalin aqu sayg….” . “Aqu tak akan pernah meninggalkan perempuan secantik kamu Bernike. Aqu tak peduli walaupun kamu adalah guruku… tapi aqu harus segera pulang Bernike”, kataqu. Tetapi Bernike menahanku,“jangan sayg…. tidurlah di sini malam ini”. Aqu lalu mengambil hp dan menelfon mama kalo aqu tidur di rumah kawan. Bernike terlihat senang. Aqu pun mengambil selimut dan tidur dgn posisi kemaluan masih menancap di kemaluan Bernike.

    ******

    Paginya aqu terbangun pukul 04.20 . Badanku terasa pegal semua. Aqu membangunkan Bernike,“sayg…..bangun sayg !”. “Kenapa…? ini kan hari Minggu. Kamu ketagihan memekku ya?”,rayu Bernike. “Aqu taqut kamu hamil Bernike”,kataqu. “Kenapa harus taqut ? Yg perlu kulaqukan jika aqu benar-benar hamil adalah menceraikan suamiku dan menikah dgnmu”,jawab Bernike dgn enteng. “apa?! aqu masih sekolah. Aqu tak siap jka harus menikahimu”, kataqu. Bernike berkata lagi,”masa bodoh dgn itu. kamu menumpahkan seluruh spermAmu ke rahimku. Jika aqu hamil, ini anak kita saygku….”. Belum sempat aqu berkata apa-apa, Bernike sudah mengarahkan kemaluanku masuk ke Dalam kemaluannya dan berkata,”main lagi yuk. Biar semangat…”. Kami pun bermain satu ronde pagi itu. Waktu permainan selesai, jam menunjukkan pukul 05.04. Aqupun ingin pulang tetapi masih kepikiran dgn kemungkinan Bernike hamil. Tiba-tiba Bernike mengecup bibirku dan berkata,”Kamu masih kepikiran dgn perkataanku ya? kamu nggak perlu taqut aqu hamil. Kecil kemungkinan aqu hamil karena kemarin dan hari ini bukanlah masa suburku. Rahasia ini aman kok ! minggu depan datang lagi ya” .

    Aqupun membalas ciumannya dan pulang dgn gembira. Tak sabar menantikan Malam Minggu lagi.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Ngentot Dengan Lisa Yang Masih ABG

    Cerita Sex Ngentot Dengan Lisa Yang Masih ABG


    633 views

    Perawanku – Cerita Sex Ngentot Dengan Lisa Yang Masih ABG, Saya ingin menceritakan pengalaman saya dengan seorang teman saya yang belum lama ini terjadi. Namanya Lisa ***** (edited) yang juga adalah seorang warga keturunan. Saya mengenalnya ketika saya membaca suratnya di salah satu majalah bulan Desember yang mengatakan bahwa dia hendak berteman. Jadi akhirnya iseng-iseng saya mengirim surat kepadanya. Seminggu kemudian dia membalas surat saya.

    Saya menjemputnya di bandar udara Juanda, tanggalnya saya masih ingat yaitu tanggal 22 Juni. Setelah pesawatnya tiba saya mencari-cari dia. Tidak terlalu sulit menemukan dia karena saya sudah mempunyai fotonya. Dan rupanya orangnya benar-benar cantik, kulitnya putih pokoknya tidak rugi aku kenal sama dia deh.

    “Halo apakah kamu yang bernama Lisa?”

    “Wah kamu rupanya, kamu pasti Robert kan?”

    “Iya benar.” “Wah rupanya kamu keren yach, hahaha..”

    “Thanks atas pujiannya. Mau ngobrol di sini terus emangnya sampai malam.”

    “Yah jelas nggak donk, so jadi aku nginap di Hotel **** (edited). Kamu udah booking-kan khan?”

    “Tentu dong, apa mau diantar sekarang?”

    “Boleh aku capek banget nich, ayo berangkat sekarang!”

    “Ayo..”

    Setelah 1 jam tiba di Hotel **** (edited) tersebut saya meninggalkan Lisa tentunya atas kehendaknya karena dia ingin beristirahat. Sore- sore sekitar pukul 18 :00 dia menelepon di HP saya dan menyuruh saya untuk mejemputnya makan malam.

    Sekitar pukul 19 :00 saya sampai di hotel, Lisa memakai baju tank top dan rok mini yang tentunya membuat semua mata cowok tertuju pada dia. Karena Lisa sudah menunggu di bawah maka tanpa basa basi saya dan dia langsung cabut.

    “Mau makan di mana nich?” “Terserah dech, pokoknya aku udah lapar banget dech.”

    “Bagaimana kalau di restaurant **** (edited).”

    “Beres dech, pokoknya makan.”

    Setelah makan kemudian kami berkeliling kota tanpa tujuan. Akhirnya dia memutuskan untuk main di tempat kontrakan saya. Karena saya tinggal sendirian di tempat kontrakan saya tentunya tidak ada yang bakalan marah kalau Lisa saya bawa ke kontrakan. Di kontrakan saya, kami berdua ngobrol-ngobrol sampai tidak terasa sudah jam 23 :00 WIB.

    “Hah udah jam segini, gimana dong?”

    “Wah iya yach.. kamu mau pulang sekarang? Aku antar yuk!”

    “Hm, nggak enak nich, masak malam- malam aku nyuruh kamu ngantar aku, biar aku pulang sendiri aja dech naik taksi.”

    “Jangan, masak kamu pulang sendiri? Gini ajalah mending kamu nginap di sini aja. Kebetulan di sini ada kamar kosong kok. Itu kalau kamu nggak keberatan.”

    “Ok dech, tapi jangan macam- macam yach!”

    Kami mengobrol sampai pukul 02 :00 pagi. Makin lama saya melihat si Lisa semakin seksi. Tubuhnya yang seksi membuat saya sangat bernafsu tapi saya tidak berani macam-macam terhadap dia. Dan kemudian akhirnya Lisa memutuskan untuk tidur.

    – Saya mempersilakan dia tidur di kamar saya karena di sana lebih lengkap ada kamar mandi dan ber-AC, sedangkan saya sendiri tidur di kamar yang lainnya. Sewaku Lisa masuk ke kamar mandi untuk sikat gigi saya segera menyusup masuk ke kamar saya untuk mengambil beberapa barang rahasia saya, seperti boneka dan kondom yang ada di lemari saya.

    Malam- malam di kamar tamu karena sangat terangsang dengan keindahan tubuh Lisa saya melalukan onani dengan boneka yang saya punyai itu. Saya ingin mencari “ayam” di luar untuk melampiaskan nafsu saya tapi sungkan sama Lisa karena meninggalkan dia. Jadi akhirnya saya memutuskan melakukan onani yang ditemani boneka cantik itu.

    Boneka itu memang khusus untuk pria melakukan onani. Saya melepas semua pakaian yang saya kenakan lalu memasang kondom di kontol saya kemudian saya mulai menindih dan melakukan onani terhadap boneka itu karena saya san gat terangsang mengingat keindahan tubuh Lisa. Saya melakukan onani dengan boneka itu sambil membayangkan saya sedang melakukan hubungan seks dengan Lisa.

    Malam itu saya melakukan onani sebanyak 3 kali sampai persediaan kondom saya habis. Kalau tidak pakai kondom takutnya nanti spermanya tercecer di dalam boneka sehingga saya harus mencucinya. Lalu akhirnya saya tertidur lelap tanpa memakai apapun. Pagi-pagi ketika Lisa hendak membangunkan saya, dia langsung masuk ke kamar yang lupa saya kunci.

    Wajahnya bersemu merah melihat saya yang tidur dalam keadaan telanjang. Saya sendiri kaget melihat dia dengan cepat menutup daerah bagian kontol saya. Kemudian dia keluar dengan tergesa- gesa dengan wajah merah. Lalu saya mengenakan pakaian dan mandi dengan segera.
    Setelah itu kami berdua sarapan yang disiapkan oleh pembantu tidak tetap. Karena saya ingin berduaan dengan Lisa, saya menyuruh pembantu saya pulang dengan alasan saya mau keluar. Akhirnya pembantu itu pulang dan tinggal saya dan Lisa berdua.

    Kemudian Lisa bertanya,

    “Kok kamu tidur telanjang sih, terus pake boneka segala? Itu pasti boneka untuk cowok yach?”
    “Wah kok tau? Abis mau gimana lagi, lihat tubuh kamu yang seksi siapa yang tahan? Mau gimana lagi, satu- satunya jalan yah onani dech.”

    “Itu salahmu, siapa suruh kamu nggak mau minta aku waktu tadi malam?”

    “Hah? Jadi boleh nich saya main sama kamu?”

    “Kalau nggak boleh ngapain aku tadi ngomong gitu.”

    “Wah kalo gitu aku minta sekarang yach, aku dari kemarin bener-bener nggak tahan nich.”

    “Terserah kamu aja, soalnya aku juga nafsu sama kamu nich, tapi kamu masih ada kondom khan? Aku nggak mau ah kalau nggak pakai kondom, soalnya aku ini kayaknya dalam masa subur nich.”

    “Wah kayaknya udah habis tuh, aku pake tadi malam untuk onani. Kalau gitu aku beli dulu dech.”

    Setelah sarapan saya segera ke apotek membeli kondom isi 12 warna hitam lalu pulang.

    “Nich kondomnya udah ada nich, so bisa khan mulai sekarang.”

    “Wah udah nggak sabaran yach?”

    “Ya iyalah, gimana mau sabaran kalau udah dikasih lampu hijau kayak gitu. Aku bawa kamu ke kamar yach!”

    “Boleh.”

    Lalu saya menggendong Lisa ke kamar sambil berciuman. Setelah di kamar saya membaringkan Lisa di tempat tidur, lalu saya menutup pintu. Setelah menutup pintu saya menuju ke ranjang dan melihat Lisa yang sudah terlentang pasrah.

    Tanpa membuang kesempatan lagi saya dan Lisa segera saling berpelukan, saling meraba dan saling berciuman. Rupanya ciuman Lisa tersebut sudah sangat hebatnya. Dia sepertinya sudah berpengalaman dalam kiss.

    Setelah berciuman beberapa waktu saya mulai melepaskan baju dan rok Lisa dengan perlahan-lahan sambil tetap berciuman. Setelah bajunya terlepas terlihat dadanya yang sangat luar biasa. Saya sambil menelan ludah beberapa kali melihat dadanya yang besar yang masih tertutup tersebut. Dadanya itu sepertinya berukuran 36B.

    Dengan tidak sabar lagi saya segera membuka penutup dadanya dan terlihatlah dadanya yang sangat indah tersebut. Tanpa basa basi lagi dan tanpa meminta ijin saya langsung meraba, meremas dan mengisap dadanya. Hal itu membuat Lisa merintih- rinih kenikmatan.

    “Oh.. uhh.. ohh pelan- pelannhh oohh..”

    Kemudian saya mulai meraba-raba celana dalamnya yang nampaknya sudah basah. Melihat saya meraba-raba bagian memeknya yang masih tertutup celana dalam kemudian dia melepaskan sendiri celana dalamnya. Wow, tampaklah memeknya yang indah dan seperti perawan (belakangan baru saya mengetahui bahwa dia mempunyai obat yang dapat merapatkan memek). Bulu-bulunya yang tidak tebal tetapi juga tidak tipis.

    Bulu-bulu kelaminnya sangat rapi menambah keindahannya. Segera saya mencium dan menjilat memeknya yang membuat dia semakin merintih kenikmatan. Tangannya menjambak rambur saya sambil sesekali juga meremas bantal, seprei dan sebagainya.

    Sedangkan tangan saya tetap meraba-raba dadanya yang montok itu. Sambil tetap menjilat-jilat memeknya yang sudah semakin basah itu, saya mulai melepas pakaian saya satu persatu. Baju dan celana begitu terlepas langsu ng dilempar begitu saja oleh Lisa.

    Jeritan kenikmatannya makin menjadi-jadi ketika saya mencoba memasukkan jari saya ke dalam memeknya. Hal itu membuat dia tampaknya semakin tidak tahan. Saya melakukan secara begantian. Memasukkan jari lalu menjilat dan seterusnya, hingga akhirnya, “Auhh.. aahh.. oohh.. aauu keluar..” terasa ada cairan hangat yang keluar dari memeknya.

    Saat Lisa mencapai orgasme dia sampai mendekap kepala saya dengan kedua pahanya sehingga kepala saya terjepit di memeknya, sehingga saya sempat merasakan cairan Lisa yang benar-benar tiada duanya. Setelah itu Lisa terkulai lemas, sedangkan saya belum apa-apa. Namun saya membiarkan dia dulu untuk meresapi keindahan yang baru dicapainya sambil menunggu dia kembali lagi.

    Dan benar, 5 menit kemudian tampaknya dia mulai bergairah kembali. Lisa langsung melepas celana dalam yang saya kenakan, lalu dia menyuruh saya berbaring. Sambil berbaring dia menjilat- jilat seluruh tubuhku membuat saya merasa keenakkan dan membuat saya melenguh berulang-ulang kali.

    Lalu semakin lama ciuman dan jilatan Lisa makin ke bawah, dan akhirnya sampai ke daerah kontol. Kontol saya waktu itu sudah tegak sekali karena ciuman Lisa yang dari tadi. Lalu Lisa mulai memasukkan kontolnya ke dalam mulutnya dan,

    “Ohh.. iihh..” hisapannya benar-benar luar biasa, tidak pernah saya rasakan sebelumnya dengan wanita manapun. Dia sangat pandai dalam mempermainkan kontol saya. Kadang-kadang dikulum bagian kepalanya lalu bagian bawah kepala lalu buah zakarku dan kadang- kadang pula disertai remasan yang tidak terlalu pelan tetapi tidak terlalu keras. Hal itu benar-benar membuat saya merasa kenikmatan bercinta.

    Hisapan Lisa yang luar biasa itu membuat saya ingin segera memulai permainan yang sesungguhnya. Akhirnya saya bangkit berdiri dan membaringkan Lisa. Saya menyempatkan mencium bibir Lisa, meremas dadanya dan mencium memeknya.

    Dan rupanya memeknya sudah kembali basah. Setelah itu saya mengambil posisi yang tepat untuk memasukkan kontol saya ke memek Lisa. Tetapi Lisa memperingatkan saya untuk memakai kondom. Lalu saya mengambil kondom yang tadi sudah saya beli dan segera memasangkan pada kontol saya.

    Setelah siap, Lisa yang sedang berbaring mengambil bantal untuk ditaruh di bawah pantatnya dan saya segera duduk dan siap untuk menembakkan kontol saya ke arah memeknya. Pertama kali saya menyodokkan kontol saya, tidak masuk. Lalu untuk kedua kalinya saya menyodoknya masuk dan rupanya tepat sasaran masuk ke dalam memek Lisa.

    Saya memasukkannya perlahan-lahan mulai kepalanya, lalu masuk setengahnya dan akhirnya masuk seluruhnya, dan ketika saya mulai memasukkannya hal tersebut membuat Lisa menjerit kenikmatan. Saya dan Lisa sama- sama bergoyang penuh kenikmatan. Kadang- kadang saya meraba- raba dadanya atau bulu memeknya sambil tetap mengeluar-masukkan kontol saya ke dalam memek Lisa dan memastikannya kontol saya tidak keluar dari sarungnya.

    Setelah 10 menit kemudian Lisa meminta saya untuk mengganti posisi. Dia menyuruh saya berbaring lalu dia duduk di atas sambil bergoyang. Katanya posisi itu membuat dia cepat mencapai puncak klimaksnya. Dalam posisi itu kadang-kadang kami saling berpagutan, lalu aku meraba-raba dadanya yang sangat saya sukai bentuknya dan ukurannya.

    Tidak lama kemudian terasa di kontol saya yang berada di dalam memek Lisa ada cairan kenikmatan. Rupanya Lisa telah mencapai klimaksnya untuk yang kedua kalinya. Semenit kemudian saya merasa juga akan mencapai klimaksnya maka saya mulai menggerakkan badan saya dengan cepat dan “Croott..” sperma saya keluar dengan banyak dan segera saya cabut kontol saya yang bersarung itu dari memek Lisa.

    Lalu Lisa melepas kondom yang saya gunakan itu dan kemudian dia menjilat kontol saya. Sejenak kami hening merasakan kenikmatan yang baru kami rasakan dan akhirnya kami tertidur. Saya dan Lisa melakukan kegiatan seks itu sebanyak delapan kali.

    Pertama dan kedua di kamar tidur saya. Ketiga di kamar mandi. Keempat, kelima sapai ke delapan di hotel t empat dia menginap. Kami benar-benar merasakan kepuasan yang tiada tara. Lisa di Surabaya cuma 4 hari. Kemudian dia pulang. Dan hari ini tanggal 15 January dia menikah karena dijodohkan.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Selingkuh Dengan Bekas Mantan Pacarku

    Cerita Sex Selingkuh Dengan Bekas Mantan Pacarku


    632 views

    Perawanku – Cerita Sex Selingkuh Dengan Bekas Mantan Pacarku, Hari ini aku baru saja sampai di rumah temanku karena dia mengadakan pertemuan sesama teman SMU kami, atau lebih tepatnya Reuni. Meskipun aku berada di luar kota tapi aku begitu ingin menghadiri reuni ini karena sudah hampir lima tahun aku belum pernah bertemu kembali dengan teman-temanku. Namaku Ryan karena sudah lima tahun aku tidak bertemu temanku setelah lulus dari SMU.

    Berarti saat ini usiaku sudah 24 tahun tapi meskipun sudah mempunyai pekerjaan tetap tapi aku belum menikah juga. Karena kehidupan di kota yang bebas menyebabkan aku tidak terlalu memikirkan pernikahan yang ada aku sering melakukan adegan seperti dalam cerita hot dengan banyak wanita entah itu dengan status pacaran maupun hanya cinta sesaat karena kini sudah lumrah.

    Banyak orang yang melakukan adegan layaknya pemain dalam cerita hot, setelah sampai di rumah temanku itu ternyata yang lain belum pada datang. Rupanya aku datang lebih awal dari yang lain mungkin aku terlalu kangen untuk bertemu dengan teman-temanku ” Sudah Ryan kamu istirahat saja dulu.. lagian kamu pasti capek… ” Akupun hanya bisa menjawab.

    Dengan entengnya ” Tahu gitu aku pesan hotel Ar… ” Kataklu pada Arman yang punya acara. Dia kemabli berkata ” Kamu ini ada rumahku kok malah cari hotel…. ayo masuk… ” Setelah itu akupun masuk dalam rumah Arman dan betapa aku terkejut setelah melihat seorang wanita yang keluar dari dalam kamar Arman, dia tidak lain Viola mantan pacarku waktu sekolah dulu.

    Dia agak gugup melihatku tapi tetap memasang wajah sumringah ” Oh kamu sudah datang Ryan… ” Akupun menjawab dengan datar ” Iya.. jadi kamu menjadi istri Arman.. ?” Bukannya Viola yang menjawab malah Arman yang menepuk pundakku ” Iya.. bro.. aku menjalin hubungan dengannya lama sebelum akhirnya memutruskan menikah.. ” Aku hanya manggut-manggut.

    Rupanya sekarang aku mengerti kalau Arman mengadakan reuni ini hanya untuk memberitahukan kalau dia sudah menikah dengan Viola mantan pacarku, yang memang sudah sejak dulu dia naksir pada Viola waktu dia masih bersamaku. Dan Arman merupakan sahabat dekatku tapi kenapa waktu dia memutuskan untuk menikahi Viola tidak memberi tahu aku atau mengundangku sedangkan untuk reuni dia mau memberi kabar padaku.

    Sebenarnya dalam hati aku kecewa dengan sikap Arman tapi kepalang tanggung aku berada di sini, akupun bersikap biasa saja dan rebahan di tempat tidur salah satu kamar yang di sediakan Arman untukku. Pikiranku melayang mengingat apa yang pernah aku lakukan dengan Viola dulu, sering kami melakukan adegan seperti dalam cerita hot dan hal itu masih membekas di benakku.

    Tadi waktu Viola melihatku sebenarnya hatiku masih tersentak kaget tapi aku langsung bisa mengendalikan diriku untuk tidak memeluknya. Untungnya aku langsung sadar kalau saat ini aku berada di rumah Arman dan begitu melihat Viola keluar dari dalam kamarnya aku langsung mengerti kalau dia pasti nyonya rumah ini, aku menghela nafas berharap waktu segera berputar cepat.

    Kira-kira hampir tiga jam aku berada di dalam kamar Arman sampai akhirnya Viola berdiri di depanku ” Ryan…teman-teman sudah pada datang… ” Aku membuka mataku dan kutatap mata Viola dengan lekat dia langsung menundukan kepala dan menghindar dariku dengan berjalan keluar dari dalam kamar ini kembali aku menghela nafas panjang karena hanya itu yang bisa aku lakukan.

    Setelah merapikan pakaianku akupun keluar dan berpura-pura senang melihat wajah teman-temanku. Singkatnya akupun pergi meninggalkan rumah Arman dan saat itu aku pulang bersama dengan Arip salah satu teman baikku juga, dari dia aku tahu kalau Viola sebenarnya masih mencintai aku tapi dia kecewa karena aku tidak pernah menghubunginya setelah aku berada di luar kota.

    Sebenarnya aku memang ada selisih paham dengan ayahku karena itu aku berniat untuk tidak lagi pulang ke rumah sampai harus aku lupakan juga Viola pacarku yang masih belum aku katakan putus padanya. Karena aku masih merasa sakit hati akupun memutuskan untuk memesan sebuah hotel di sini tanpa harus pulang ke rumah orang tuaku dan lagi serasa sesak melihat gadisku menikah dengan sahabatku.

    Semalamn di hotel ini membuatku lebih menyegarkan pikiranku karena itu aku berniat untuk berangkat lagi, setelah sarapan dan mandi akupun berniat beranjak dari kamar hotel ini. Tapi begitu aku buka pintu aku lihat Viola berdiri dengan muka sembab dan langsung memelukku karena aku juga tidak dapat menahan rasa kangen pada Viola akupun membalas pelukannya dengan lebih hangat.

    Tubuh Viola mendorong tubuhku lebih masuk kedalam lagi dan dengan mulut saling melumat akupun menggerayangi tubuhnya ” ooouugghh… Ryan… aaaggghhh.. a.. ku.. masih… sa…. yang.. kamu….. aaagggghhh… ” Terdengar jelas semua kata-kata Viola dan akupun semakin ingin segera melakukan adegan layaknya dalam cerita hot seperti yang pernah kami lakukan dahulu.

    Dengan cepat aku lepas pakaian Viola begitu juga dia tidak tinggal diam saja tapi juga melepas bajuku. Sehingga kami berdua sudah sama-sama telanjang bulat, dengan nafsu yang sudah membara aku telusuri lekuk tubuh Viola dan kini mulutku berada di teteknya ” OOoouugghh… ooouuuggghh… sa.. yang… aku.. ka..ngen… aaaaggggghhh…. aaaaggghh… aaaagghh.. ” DEsah Viola.

    Sambil membelai rambutku dia terus mendesah membuatku semakin bergairah saja ” Ooouuugghh….. ooouuggghhh… ooouuggghh.. sayang.. ayo sekarang…. aaaggggghh.. ” Pintanya penuh harap padaku dan akupun memulai memasukkan kontolku kedalam lubang kemaluannya, dengan mata terpejam sambil menggigit bibirnya Viola terus mendesah panjang mungkin dia terlalu kangen juga padaku.

    Akupun menggoyang pinggulku sampai-samapi aku hentakan kontolku sekuat tenaga ” OOouuggghh…. ooouuuggghh… aaaaagggghhh….. aaaaagggghhhh… aaaaggghh.. sa.. yang… aaaggghh….. ” SEmakin keras Viola mendesah gerakan pantatku juga ikut semakin keras bergoyang, dan akupun semakin menjadi memainkan kontolku di dalam lubang memeknya yang begitu aku kangeni.

    Bagai dalam cerita hot yang pernah kami lakukan dahulu, semakin cepat aku membuat Viola berkali-kali mengeluarkan lendir dari dalam memeknya. Sampai akhirnya akupun menumpahkan sesuatu yang hangat dari dalam kontolku. Heeeggghh… tumpah semua spermaku memenuhi lubang memek Viola dan diapun memeluk tubuhku lebih erat lagi meskipun tubuh kami berdua sudah basah oleh keringat.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Menjaga Putra Tunggalku

    Cerita Sex Menjaga Putra Tunggalku


    632 views

    Perawanku – Cerita Sex Menjaga Putra Tunggalku, Berawal Dari Arisan ibu-ibu selalu saja memiliki gosip yang berbagai ragam. Mulai dari gosip berlian, gosip hutan piutang, bahkan gosip seks. Kali ini aku terkejut sekali, ketika seorang teman membisikkan padaku, kalau Ibu Wira itu, suka rumput muda. Justru yang dia sukai adalah laki-laki belasan tahun. Rasany aku kurang percaya. Ap ia? Bu Wira yang sudah berusia lebih 50 tahun masih doyan laki-laki belasan tahun?

    “Woalaaah…Bu Tuty masya enggak percaya sih?” kata Bu Lina lagi.
    Aku sudah janda hampir 10 tahun, sejak perkawinan suamiku dengann istri mudanya. Aku tak nuntut apa-apa, keculi Julius putra tunggalku harus bersamaku dan rumah yang kami benagun bersama, menjadi milikku. Aku sakit hati sekali sebenarnya. Justru perkawinan suamiku, karena katanya aku tidak bisa melahirkan lagi, sejak peranakanku diangkat, ketika aku dinyatakan terkena tumor rahim. Suamiku mengakui, kalau permainan seksku masih sangat Ok. Dalam usia 37 tahun, aku masih keliahatan cantik dan seksi.

    “Lihat tuh, Bu Tuty. Matanya asyik melirik anak bu Tuty terus tuh,” kata Bu Salmah tetanggaku itu. Kini aku jadi agak percaya, ketika aku melihat dengan jelas, Bu Wira mengedipkan matanya ke putra tunggalku Julius. Rasanya aku mau marah, kenapa Bu Wira mau mengincar putraku yang masih berusia hampir 15 tahun berkisar 12 hari lagi.

    Sepulang dari arisan, aku sengaja mendatangi tetangga yang lain dan secara lembut menceritakan apa yang diceritakan Bu Salmah kepadaku. Tetanggaku itu tertawa cekikikan. Dari ceritanya, suami bu Wira sudah tak sanggup lagi, bahkan suaminya sudah tahu kelakuannya itu. Bu Wira memang suka burung muda, kata mereka. Bahkan putra tetanggaku titu pernah digarap oleh Bu Wira. Karean malu ribut-ribut, lagi pula anaknya yang sudah berusia 18 tahun dibiarkan saja.

    “Laki-laki kan enggak apa-apa bu. Kalau anak perempuan, mungkin perawannya bisa hilang. Kalau anak laki-laki, siapa tahu perjakanya hilang,” kata tetanggaku pula. Bulu kudukku berdiri, mendengarkan celoteh tetanggaku itu. Aku kurang puas denga dua informasi itu. Aku bertandang lagi ke tetanggaku yang lain masih di kompleks perumahan …..(Dirahasiakan) Indah. Tetangku itu juga mengatakan, kalau itu soal biasa sekarang ini.
    Malamnya aku ngobrol-ngobrol dengan putraku Julius. Julius mengatakan, kalau Tante Wira sudah mengodanya. Bahkan sekali pernah menyalaminya dan mempermainkan jari telunjuknya di telapak tangan putraku. Pernah sekali juga, kata putraku, Tante Wira mengelus burung putraku dari balik celananya, waktu putraku bermain ke rumah Tante Wira.

    Aku sangat terkejut sekali mendengar pengakuan putraku Julius menceritakan tingkah laku Bu Wira. Tapi tetanggaku mengatakan, itu sudah rahasia umum, dan kini masalah itu sudah biasa. Bahkan tetanggaku mengajakku untuk berburu burung muda bersama-sama.

    Malamnya aku tak bisa tidur. AKu sangat takut, kalau putraku akan menjadi korban dari ibu-ibu di kompleks itu. Sudah sampai begitu? Semua sudah menjadi rahasia umum dan tak perlu dipermasalahkan? Lamat-lamat aku memperhatikan putraku. Trnyata dia memang ganteng seperti ayahnya. Persis fotocopy ayahnya. Walau masih 15 tahun, tubuhnya tinggi dan atletis, sebagai seorang pemain basket. Gila juga pikirku.

    Rasa takutku marah-marah kepada Bu Wira, karean aku juga mungkin pernah dia lihat berselingkuh dengan teman sekantorku. Mungkin itu akan jadi senjatanya untuk menyerangku kembali, pikirku. Hingga aku harus menjaga anak laki-lakiku yang tunggal, Julius.

    Ketika Julius pergi naik sepeda mootr untuk membeli sesuatu keperluan sekolahnya, aku memasuki kamarnya. Aku melihat majalah-majalah porno luar negeri terletak di atas mejanya. Ketika aku menghidupkan VCD, aku terkejut pula, melihat film porno yang terputar. Dalam hatiku, aku haru semnyelamatkan putraku yang tunggal ini.

    Sepulangnya dari toko, aku mengajaknya ngobrol dari hati ke hati.

    “Kamu kan sudah dewasa, nak. Mami tidak marah lho, tapi kamu harus jawab sejujurnya. Dari mana kamu dapat majalah-majalah porno dan CD porno itu,” kataku. Julius tertunduk. Lalu menjawab dengan tenang dan malu-malu kalau itu dia peroleh dari teman-temannya di sekolah.

    “Mama marah?” dia bertanya. AKu menggelengkan kepalaku, karena sejak awal aku mengatakan, aku tidak akan marah, asal dijawab dengan jujur. AKu harus menjadikan putra tunggalku ini menjadi teman, agar semuanya terbuka.

    “Kamu sudah pernah gituan sama perempuan?” tanyaku.
    “Maksud mami?”
    “Apa kamu sudah pernah bersetubuh dengan perempuan?” tanyaku lagi. Menurutnya secara jujur dia kepingin melakukan itu, tapi dia belum berani. Yang mengejutkan aku, katanya, minggu depan dia diajak kawan-kawannya ke lokalisasi PSK, untuk cari pengalaman kedewasaan. Aku langsung melarangnya secara lembut sebagai dua orang sahabat. Aku menceritakan bagaimana bahaya penyakit kelamin bahkan HIV-AIDS. Jika sudah terkena itu, maka kiamatlah sudah hidup dan kehidupannya.

    “Teman-teman Julius, kok enggak kena HIV, MI? Padahal menurut mereka, merekaitu sudah berkali-kali melakukannya?’ kata putraku pula. Ya ampun….begitu mudahnya sekarang untuk melakukan hal sedemikian, batinku.
    “Pokoknya kami tidak boleh pergi. Kalau kamu pergi, Mami akan mati gantung diri,” ancamku.
    “Tapi Mi?”
    “Tapi apa?”
    “Julius akan kepingin juga. Katanya nikmat sekali Mi. Lalu bagaimana dong? Julius kepingin Mi. Katanya kalau belum pernah gituan, berarti belum laki-laki dewasa, Mi?” putraku merengek dan sangat terbuka. Aku merangkul putraku itu. Kuciumi keningnya dan pipinya denga penuh kasih sayang. Aku tak ingin anakku hancur karean PSK dan dipermainkan oleh ibu-ibu atau tante girang yang sering kudengar, bahkan oleh Bu Wira yang tua bangka itu.

    Tanpa terasa airmataku menetes, saat aku menciumi pipi putraku. Aku memeluknya erat-erat. Aku akan gagal mendidiknya, jika anakku semata wayang ini terbawa arus teman-temannya ke PSK sana.

    “Kamu benar-benar merasakannya, sayang?” bisikku.
    “Iya Mi,” katanya lemah. Aku merasakan desahan nafasnya di telingaku.
    Yah…malam ini kita akan melakukannya sayang. Asal kamu janji, tidak mengikuti teman-temanmu mencari PSK, kataku tegas.
    “Berarti aku sama dengan Tony dong, Mi?”
    “Tony? Siapa Tony?” tanyaku ingin tahu, kenapa dia menyamakan dirinya dengan Tony. Menurut cerita Julius putraku, Tony juga dilarang mamanya mengikuti teman-temannya pergi mencari PSK, walau Tony sudah sempat juga pergi tiga kali bersama teman-teman sekelasnya. Untuk itu, secara diam-diam Tony dan mamanya melakukan persetubuhan. Katanya, Tony memakai kondom, agar mamanya tidak hamil. Aku terkejut juga mendengarnya.

    “Kamu tidak perlu memakai kondom, sayang. Mami yakin, kalau mami tidak akan hamil,” kataku meyakinkannya. Seusai makan malam, Julius tak sabaran meminta agar kami melakukannya. AKu melihat keinginan putra begitu mengebu-gebu. Mungkin dia sudah pengalaman melihat CD Porno dan majalah porno pikirku. AKu secepatnya ke kamar mandi mencuci paginaku dan membuka BH dan CD ku. AKu memakai daster miniku yang tipis. Di kamar mandi aku menyisiri rambutku serapi mungkin dan menyemprotkan parfum ke bagian-bagian tubuhku. Aku ingin, putraku mendapatkan yang terbaik dariku, agar dia tidak lari ke PSK atau tante girang. Putraku harus selamat. Ini satu-satunya cara, karea nampaknya dia sudah sulit dicegah, pengaruh teman-temannya yang kuat. Jiwanya sedang labil-labilnya, sebagai seorang yang mengalami puberitas.
    Begitu aku keluar dari kamar mandi, putraku sudah menanti di kamar. Dia kelihatan bingung melihat penampilanku malam ini. Tidak seperti biasanya.

    “Kamu sudah siap sayang,” kataku. Putraku mengangguk. Kudekati dia. Kubuka satu persatu pakaiannya. Kini dai telanjang bulat. AKua melapaskan dasterku. Aku juga sudah telanjang bulat. Aku melihat putraku melotot mengamati tubuhku yang telanjang. Mungkin dia belum pernah melihat perempuan telanjang sepertiku di hadapannya. Aku duduk di tempat tidur. Kutarik tangannya agar berdiri di sela-sela kedua kakiku. Aku peluk dia. Aku kecip bibirnya dengan mesara. Pantatnya kusapu-sapu dengan lembut, juga punggungnya. Dengan cepat terasa burungnya bergerak-gerak di perutku. Kujilati lehernya. dia mendesah kenikmatan. Liodahku terus bermain di pentil teteknya. Lalu menjalar ke ketiaknya dan sisi perutnya. Aku merasakan tangan anakku mulai memagang kepalaku. Kuperintahkan dia untuk duduk di pangkal pahaku. Kini dia duduk di pangkal pahaku, dengan kedua kakinya bertumpu ke pinggir tempat tidur. Tiba-tiba aku merebahkan diriku ke tempat tidur. dia sudah berada di atasku. Kuminta agar dia mengisap puting susuku. Mulutnya mulai beraksi. Sementara burungnya terasa semakin keras pada rambut paginaku. Dengan cepat pula, kurebahkan dirinya. Kini aku yang balik menyerangnya. Kujilati sekujur tubuhnya. Batang burungnya, telur yang menggantung di pangkal burungnya. Ku kulum burungnya dan kupermainkan lidahku pada burung itu.

    “Mami…geli,” putraku mendesah.
    “Tapi enakkan, wayang,” tanyaku.
    “Enak sekali Mi,” katanya. Aku meneruskan kocokanku pada burungnya. Dia menggelinjang-gelinjang. Kuteruskan kucokanku. Kedua kakinya menjepit kepalaku dan…croot.croot.crooooooot! Spermanya keluar. Kutelan sepermanya dan kujilati batangnya agar spermanya tak tersisa. Aku senagaja memperlihatkannya kepadanya.

    Kini dia menjadi lemas. Terlalu cepat dia keluar. Mungkin sebagai pemula, dia tak mampu mengontrol diri. Kuselimuti dirinya. 20 menit kemudian, setelah nafasnya normal, aku memberinya air minum segelas. Lalu aku membimbingnya ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Kusabuni burungnya dan kulap pakai handuk. Kini kami sudah terbaring berdua di tempat tidur.

    “Enak sayang?” tanyaku. Dia menagngguk.
    “Tapi Mi, kita kan belum begituan. Katanya kalau begituan, burung Julius masuk ke lubang memek Mami,” katanya polos. Aku menganguk. Kamu harus segar dulu. Nanti kita ulangi lagi. Nanti kamu boleh memasukkannya ke lubang Mami, kataku.
    “Kenapa nanti Mi? Kenapa tidak sekarang?” dia mendesak.
    Dia sudah begitu menginginkannya pikirku. Langsung kulumat bibirnya. Kujulurkan lidahku ke dala mulutnya. Dia langsung meresponsnya. Kini dia berganti memberikan lidahnya padaku. Aku mengemutnya dengan lembut. Tanganku terus membelai-belai tubuhnya dan burungnya kuelus-elus. Sebentar saja burung itu bangkit.

    “Naiki Mami, sayang,” kataku. Dia naik ke tubuhku.
    “Masukkan,” pintaku. Dia mencari-cari lubangku. Kuarahkan burungnya dengan tanganku. Setelah burung itu terasa di tengah bibir paginaku, kuminta dia menekannya. Dia menakan burungnya dan langsung masuk, karean paginaku sudah basah. Aku memang sudah sangat lama merindukan ada burung memasuki paginaku. Setelah terhenti 5 tahun perselingkuhanku dengan seorang duda teman sekantorku (sejak dia pindah) aku tak pernah lagi selingkuh.
    Burung yang besarnya cukup itu, terasa sudah mengganjal di liang paginaku. KUkangkangkan kedua kakiku. Aku membiarkan burung itu tenggelam di dalamnya. Tak lama kemudian, aku merasakan putraku sudah mulai menarik-cucuk burungnya. Aku biarkan saja, walaupun sebenarnya aku sudah agak gatal ingin meresponsnya. Lama kelamaan, aku tak tahan juga. Aku pun meresponnya dengan hati-hati, seakan aku hanya melayaninya saja, bukan karean kebutuhanku. Sambil memompa burungnya, kuarahkan mulutnya untuk mengisap-isap pentil payudaraku. Dia melakukannya. AKu sudah melayang di buatnya. Sudah lama sekali aku tidak merasakan kenikmatan itu, sementara usia yang 37 tahun, masih membutuhkannya. Kujepit kedua kakiku ke tubuh putraku. Aku orgasme dengan cepat. Aku tidak memperlihatkan, kalau aku sudah orgasme. Perlahan-lahan aku tetap meresponsnya, sampai aku normal kembali.

    “Jangan digenjot dulu, sayang. Mami Capek. Isap saja tetek mami, sayang,” pitaku. Aku tak ingin dia sudah orgasme, sementara aku masih jauh. Dia menjilati tetekku dan mengisap-isapnya. Atas permintaanku, sekali-sekali dia juga menggigit putingku. Libidoku bangkit. Aku mulai melayang. Aku mulai menggoyang tubuhnya dari bawah. Dia merespons dengan kemabli menggejotku, menarik dan mencucuk burungnya ke dalam liang paginaku. Aku mendengar, suara begitu becek pada paginaku. Aku sedikit malu, karena selama ini, aku sudah tidak merawat lagi paginaku. Tapi dia semakin semangat mengocokkan burungnya.

    “Mami…aku sudah mau keluar nih…” katanya. Saat itu aku juga sudah mau muncrat. Aku percepat goyanganku, agar aku lebih dulu sampai pada puncak kenikmatan itu. Dan…dia memelukku erat sekali. Bahuku digigitnya dan sebelah tangannya mencengkeram rambutku. Ternyata kami bisa sama-sama sampai. Aku masih mampu mengatur irama permainan ini, pikirku.

    Aku keringat dan putraku juga berkeringat. Perlahan dia ku baringkan ke sisiku dan aku menyelimuti tubuh kami dengan selimut tipis, sekaligus melap tubuh kami dari keringat. Setelah 15 menit aku bangkit dan meneguk segelas air putih. Segelas kuberikan kepdanya.
    Julius berjanji untuk merahasiakan ini kepada siapa saja, termasuk kepada teman dekatnya. Walau menurut Julius, temannya sudah berhubungan dengan beberapa wanita di lokalisasi PSK, namun behubungan dengan ibunya jauh lebih nikmat. Aku juga memberi yang terbaik buat putraku, demi keselamatan hidupnya, terhidar dari PSK dan tante giang.

    Aku menyangupi, memberinya cara lain bermain seks, seperti yang dia lihat di CD porno dan majalah-majalah, seperti doggystyle dan sebagainya. Malam itu, Julius juga bersumpah, tidak akan pergi mencari PSK, walau pun teman-temannya menuduhnya laki-laki Kuper dan ketinggalan zaman, karea dia sudah mendapatkannya dariku dengan baik.
    Sejak saat itu, kami selalu melakukannya secara teratur, tidak serampangan. Tenatu saja di tempat tidur, di dapur, di sofa dan tempat-tempat lai di rumah kami dengan suasana yang indah. Bahkan kami pernah juga melakukannya di hotel, ketika kami wisata ke bogor. Semua orang memuji kegantengan putraku yang wajahnya imut-imut dan manja itu.

    Kini putraku sudah SMA, AKu sudah persis 40 tahun. Orang bilang aku masih tetap cantik, karean aerobik. Sebeanranya, selain aerobik, aku juga melakukan hubungan seks yang sangat teratur.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Tak Bisa Ku Menahan Horny Dengan Foto Modelku

    Cerita Sex Tak Bisa Ku Menahan Horny Dengan Foto Modelku


    632 views

    Perawanku – Cerita Sex Tak Bisa Ku Menahan Horny Dengan Foto Modelku, Aku mungkin sudah banyak malang melintang di dunia fotografer, kamar yang sebagian orang tabu untuk dibuka dan bisa aku foto “kenapa dibilang tabu” karena pasangan yang aku foto dalam keadaan ML.

    Bukan apa-apa karena gak tau pasangan itu pengen mengabadikan gaya sex mereka dalam sebuah album yang ”historisnya” tinggi dan ini adalah konsumsi pribadi mereka, Bayaran lumayan Gede waktu itu, Honor yang lumayan bisa buat deting sama pacar-pacar.

    Lebih dari 2 brow pacarku, maklum aku fotografer setiap ada model cakep yang pengen orbit dan cepat tenar kadang aku bumbu-bumbuin otomatis juga dia sering kasih tips.

    ”Cium gratis” enak juga mereka semua kan model, tidak usah minta no Hp yang ribet-ribet mereka sendiri yang pengen save no aku, kayak artis juga.

    He ngomong-Ngomong dalam karirku aku mengalami kejadian sex yang bikin aku konak saat itu, mau tau cerita seks selengkapnya:

    “Ayo sayang, jangan malu, buka lebar kakinya …” pinta Soleh . “ ah .. jangan lebar lebar dong , malu ..” jawab si gadis . Soleh pun membidik dan memfoto , pose erotis gadis itu dengan camera digital megapixelnya .

    “gak usah malu sayang, punya body oke gak apa apa dong di tonton..” ujar Soleh lagi. “ oke sekarang coba menunging, dan buka deh kakinya agak lebar ..” pinta Soleh lagi. Gadis itu menurut, “ seperti ini ..”.

    “yah, begitu, bagus banget deh pantat kamu, sangat sexy ..” ujar Soleh, sambil memfoto pose itu beberapa kali .

    Mungkin Soleh juga gak tahan lagi, dan dia meraba vagina gadis itu. “ ahh … jangan ahh … “ gadis itu mulai bersuara, dan merubah posisinya. Gadis kembali duduk di atas ranjang hotel itu, dan kembali Soleh memfoto beberapa shoot lagi.

    “udah ah, waktunya sudah habis..” gadis itu berjalan ke kamar mandi dan mengunci pintu. Soleh hanya tersenyum saja.

    Tak lama Gadis itu sudah rapi berpakaian kembali, dengan t shirt dan rok mini sexynya itu.

    “Soleh eloe benar kan, bisa promosiin gua supaya bisa ikut main sinetron“ tanya Gadis itu.

    “ Tenang aja Ning , gua kenal ma , banyak producer film …” jawab Soleh.

    “ benar yah …” kata Ningrum, dan gadis itu bersemangat .

    Tangan Soleh pun mulai nakal, dan meraba paha mulus Ningrum.“ ih, Soleh, kamu genit yah …” ujar Ningrum. Tak hanya di situ, Soleh pun memarkirkan bibirnya di bibir indah Ningrum. Ningrum tak menolak , mereka pun berciuman dengan nafsu.

    Tangan Ningrum cukup agresif, meraba raba selangkangan Soleh. Dan perlahan membuka zippernya, Hingga penis Soleh mencuat keluar dari balik celana boxer. “ ihh , besar banget sih , punya kamu ..” seru Ningrum.

    “ kamu sukakan, sayang..” ujar Soleh. Ningrum tersenyum, dan memainkan penis Soleh yang sudah tegang itu.

    Sedangkan tangan Soleh juga terlihat sudah berada di balik rok mini Ningrum. “ ahh, kamu, jahat, bikin saya nafsu aja nih..” guman Ningrum. Soleh hanya terenyum, dan Ningrum mulai mengubah posisi, lidahnya menjulur, menyentuh ujung penis Soleh. “ ohh….. “Soleh melenguh.

    Ningrum terus memainkan ujung penis Soleh, dengan lidahnya, sesaat kemudian, mulai mengulumnya. “ yes babe , yes ..” desah Soleh, sambil ikut mengoyangkan pantatnya.

    Sambil kedua tangan Soleh, melepas t shirt Ningrum, yang jongkok di hadapannya. Dan tangan Soleh mulai meraba raba buah dada, Ningrum yang montok, dan tampak sexy itu.

    Gerakan Ningrum, semakin hot, memberi Soleh the best blowjob dengan harapan Soleh akan membatunya masuk ke duania showbizz. Tangan Soleh, juga terus memainkan buah dada Ningrum, meremas, remas, dan memainkan putting susunya yang tampak menonjol terangsang itu.

    Tubuh Ningrum pun terlihat mengelijing, sambil terus mengulum penis Soleh.

    Sepuluh menit berlalu, Soleh sudah semakin dekat ke puncak birahinya , kini kedua

    tangannya , memegang kepala Ningrum , dan menguyangkan kepalanya muju dan mundur . “

    oh .. ..oh…” Soleh melenguh, dan Ningrum menerima dengan nafsu setiap desakan penis besar soleh di mulutnya .

    “ohh, gua sudah mau keluar..” erang Soleh. Sambil mempercepat gerakkan bokongnya. Penisnya bergerak cepat di dalam mulut Ningrum, dan tak lama, Soleh terdiam. Ningrum memejamkan matanya, dan merasakan semburan hangat, dalam mulutnya.

    Ningrum segera berlari ke toilet, membersihkan mulutnya, sedang Soleh terduduk lemas. Tapi itu tak lama, setelah Ningrum keluar dari toilet, Soleh langsung menyambutnya, dan melumat bibirnya dengan nafsu.

    Ningrum memang cantik, di usianya yang menginjak 27 tahun, tubuhnya sexy dan matang. Rambutnya yang sebahu, selalu tertata rapi. Tangan Soleh pun melepas releting rok mini yang di kenakan Ningrum.

    Lalu jari jari nakal Soleh, mulai mengelus elus selangkangan Ningrum, yang masih terbalut celana dalam hitam mininya . “ih … ahh….” desah Ningrum, yang berdiri, sambil memegang pundak Soleh.

    Tangan Soleh pun tak sabar, memelorotkan celana dalam Ningrum. Terlihat bulu bulu, yang menghias bukit vaginanya. Jari Soleh bergerak, meraba belahan vagina Ningrum.

    Mencari daerah sensitif organ rahasia Ningrum. “ shhhh… ahh….”desah Ningrum. Jari Soleh pun mengesek klitoris Ningrum , membuat Ningrum semakin mendesah .

    Jari jari Soleh tidak hanya mengesek, namun bergerak masuk keliang vagina Ningrum “ohh … ohh…. .. ohh…” desah nya. Jari jari Soleh lincah bergerak, membuat Ningrum semakin mendesah desah kenikmatan.

    Jari jari yang basah itu terus keluar masuk liang vagina Ningrum, hingga Ningrum di buatnya tak bisa bertahan. “ ahh.. udah .., saya gak kuat di giniin…ahh…” desah Ningrum.

    Yang membuat Soleh semakin mempercapat gerakan jarinya , dalam vagina Ningrum yang semakin basah. “ ahh … udah..ah… “.Dan tiba tiba, tubuh Ningrum mengejang, dan seakan tulangnya lepas, dan Ningrum terduduk di lantai karpet kamar hotel itu.

    Kembali Soleh , menarik tangannya, hingga Ningrum berdiri, dan duduk di pangkuan Soleh, dan Soleh melumat bibir Ningrum dengan nafsu. Bibir mereka menempel erat, dan lidah mereka berpilin pilin, beberapa saat, hingga Soleh, merebahkan tubuh Ningrum, yang sudah separuhnya bugil, di kasur empuk hotel itu.

    Kedua kaki Ningrum di buka lebar oleh Soleh, vaginanya yang memerah, dengan liang vagina yang siap santap. Soleh pun mulai mengarahkan penisnya, mendekat liang vagina Ningrum, dan semakin mendekat .

    “ ahh .. soleh .. pelan pelan ..dong.. …” ujar Ningrum. Soleh hanya tersenyum, dan terus mendesak penis besarnya ke dalam vagina Ningrum, gadis yang cantik itu. “ ohh .. .. ohh… “ erang Ningrum , menikmati desakan hardware milik Soleh itu .

    Soleh pun mulai dengan goyangan saktinya, mendorong, dan menarik, membuat tubuh Ningrum, mengelijing, dan mulutnya mendesah desah .

    Gerakan Soleh pun semakin cepat, dan Ningrum semakin menikmati gerakan Soleh, seakan di bawa Soleh terbang jauh, melayang di langit kenikmatan .

    Kembali Soleh , menarik tangannya, hingga Ningrum berdiri, dan duduk di pangkuan Soleh, dan Soleh melumat bibir Ningrum dengan nafsu.

    Bibir mereka menempel erat, dan lidah mereka berpilin pilin, beberapa saat, hingga Soleh, merebahkan tubuh Ningrum, yang sudah separuhnya bugil, di kasur empuk hotel itu.

    Kedua kaki Ningrum di buka lebar oleh Soleh, vaginanya yang memerah, dengan liang vagina yang siap santap. Soleh pun mulai mengarahkan penisnya, mendekat liang vagina Ningrum, dan semakin mendekat .

    “ ahh .. soleh .. pelan pelan ..dong.. …” ujar Ningrum. Soleh hanya tersenyum, dan terus mendesak penis besarnya ke dalam vagina Ningrum, gadis yang cantik itu. “ ohh .. .. ohh… “ erang Ningrum , menikmati desakan hardware milik Soleh itu .

    Soleh pun mulai dengan goyangan saktinya, mendorong, dan menarik, membuat tubuh Ningrum, mengelijing, dan mulutnya mendesah desah .

    Gerakan Soleh pun semakin cepat, dan Ningrum semakin menikmati gerakan Soleh, seakan di bawa Soleh terbang jauh, melayang di langit kenikmatan .

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Ngentot Janda Bertubuh Mungil

    Cerita Sex Ngentot Janda Bertubuh Mungil


    631 views

    Perawanku – Cerita Sex Ngentot Janda Bertubuh Mungil, Namaku Eric, pangilan akrabku kuanggap bagus dan selalu membawa kehokian yg baik dan ditunjang dgn postur tubuhku yg sangat atletis, tinggi 167 cm dgn berat badan 58 kg sangatlah membantuku dalam segala kegiatan. Keramahan serta rendah hati adalah senjataku karena aku berprinsip banyak teman banyak rejeki dan tdk kelewatan pula pasti banyak wanita yg tergoda.

    Aku sangat menyukai wanita yg berumur sekitar 30 hingga 37 tahun dimana mereka umumnya sangatlah cantik, dewasa dan terlihat sangat anggun. Entah mengapa Tuhan memberi anugerah kecantikan wanita yg sempurna bila mereka berumur sekitar yg kusebutkan di atas. Aku bekerja di perusahaan R (edited) yg sangat syarat berhubungan langsung dgn pelayanan masyarakat dengan posisi yg lumayan srategis.
    Diawali dengan perkenalanku dengan seorang pramuniaga yg sangat cantik, umurnya sekitar 33 tahun dan mempunyai anak satu. Cika namanya, sangat mudah diingat dan sangat enak terdengar di telinga. Perkenalanku berawal ketika aku sedang berlibur ke Kalimanatan (Banjarmasin).
    Perkenalan itu sangat indah dan romantis, disaat matahari tenggelam tertelan air laut di atas dek ferry kulihat seorang wanita bersandar di tiang besi dengan rambut yg tergerai melambai-lambai tertiup sepoi-sepoi angin laut, sungguh cantik dan seksi lekuk tubuh dan dadanya membusung ke depan, sweter unggu serta span warna hitam tak dapat menyembunyikan keindahan tubuhnya.
    Dengan langkah yg pasti kuhampiri dgn sedikit sapaan dan percakapan yang sopan mulailah ia terbawa oleh obrolanku yg sedikit humor dan kadang menimbulkan gelak tawa yg memunculkan lesung pipinya, ya ampun cantik betul mahluk ini.
    Setelah puas dgn ngobrol ini itu dan matahari pun malu menampakkan wajahnya ternyata sdh pukul 19:00 WIB, tak terasa sdh perkenalan yg begitu lama di atas dek dan kami memutuskan untuk kembali ke bangku masing-masing. Kami berjanji akan bertemu kembali jam 21:30 di tiang besi saksi perkenalan kami.
    Setelah mandi dan merapikan diri, tak sadar handphone-ku berdering, alarm yg sengaja kupasang telah memanggilku untuk segera naik ke dek karena sdh waktunya kujemput bidadariku di atas dek.
    “Hai Eric..” sapa merdu Cika menyapaku dgn menepuk punggungku saat aku memandang lautan.
    “Hai, Cik..” sedikit taktik, kubelai rambutnya.
    “Maaf Cik..” kataku mesra.
    “Ada apa Eric..” balasnya manja.
    “Nih benang bikin rusak pemandangan,” jawabku, padahal benang itu sejak tadi ada di tanganku.
    “Oh kamu ini bisa aja Ric..” bisiknya manja.
    Cika sdh bercerai 3 tahun yg lalu dikarenakan suaminya suka berjudi dan mabuk-mabukan yg membuatnya banyak dililit hutang dan kehidupan rumah tangganya selalu tak terhindar akan keributan.
    “Kenapa kamu tak cari suami lagi, Cik..” tanyaku untuk memecahkan keheningan.
    “Ah.. nantilah,” jawabnya, “Aku masih suka sendiri dan masih kunikmati peran gandaku sebagai ibu dan ayahnya Ranny (anaknya, red) toh masih cukup gajiku untuk membiayainya.”
    “Hebat kamu Cik, bagitu tegar dalam keadaan begitu. Kurang apa coba.. kamu mandiri, cantik, seksi dan masih muda lagi, akupun mau mendaftar kalo masih ada lowongan.. ahahaha..” aku sengaja tertawa untuk meriuhkan suasana karena kulihat dia diam dgn wajah agak memerah.
    “Hahahhaa..” ternyata dia tertawa,
    “Ah kamu ini pantesnya jadi adikku,” jawabnya melecehkan.
    “Hahahaha.. aku malah,” terbahak-bahak karenanya, “Lho meskipun adik tp bisa buat adik untuk si Ranny lho.”
    “Mana mungkin,” jawabnya.
    “Lha kok nggak percaya.. jangan ketagihan ya nanti,” jawabku.
    “Yee.. siapa yg mau,” godanya manja.
    “Aku yg mau,” jawabku.
    Kamipun tertawa riang.
    “Dasar buaya,” jawabnya.
    Tanpa sadar kapal bergoyang dan angin semakin kencang dan Cika sdh ada di pelukanku, karena terombang-ambing kapal kudekap tubuh sintalnya dan tak luput kupengang buah dadanya yg besar, ternyata diapun diam saja. Kutahan goyangan kapal dan tak kulewatkan kesempatan itu dgn sedikit fantasiku goyangkan pantatku dan..,
    “Ah.. nakalnya kamu..” ternyata diapun menyadari makin nekadnya aku mengambil kesempatan dalam kesempitan sambil mencubit pinggangku,
    “Menggoda ya..” bisiknya.
    “Ah masa, tp suka kan,” jawabku.
    “Hahahaa..” gelak tawapun tak terhindarkan lagi.
    “Cik, turun yuk, bahaya nich.. kayaknya angin semakin kencang dan goyangan kapal semakin garang kalo aku yg goyang kamu sich nggak masalah, lha ini kapal yg goyang.. hehehe..” ajakku mesra.
    “Dasaar.. dasaar, bener-bener buaya kamu Eric,” balasnya manja.
    “Upsssss.. bukan buaya tp biawak.. hahahha..” balasku.
    Kamipun menuju anak tangga, satu persatu anak tangga kami lalui dengan tangan yg melingkari perutnya dan diapun melingkarkan tangannya di pinggangku. Dengan berani kucium telinganya, dia diam saja hanya reaksi tangannya saja yg menggenggam perutku dan kamipun sdh sampai di depan pintu yg bertuliskan staff only lalu kutarik pinggangnya untuk masuk, diapun tdk menolak. Dgn luas ruangan 2 X 4 m2 sangatlah luas bagi kami berdua. Dalam keremangan lampu kulumat bibir tipisnya, nafas kamipun semakin menderu. Ternyata dia pengalaman sekali dalam french kiss.
    Kami berciuman 5 menit lamanya dan dia mulai membuka sweternya sedang aku membuka jaket kulitku dan kami jadikan alas hingga tiada benang sehelaipun yg melekat di tubuh kami berdua. Sungguh indah tubuhnya, dengan ukuran payudara 36B dan belum turun kuanggap sangatlah sempurna. Dalam keadaan berdiri, kulumat bibirnya dan mulailah turun ke tengguk hingga payudaranya dgn puting yg merah muda,
    “Seperti masih ABG saja,” pikirku.
    Kulumat yg kanan dan kupiin-pilin yg kiri membuat suaranya,
    “Hmm.. ach.. hmm.. sppt.. Eric teruskan Ric.. aacch, enak Ricc..” Kepalaku pun ditekannya ke dadanya, tak kupedulikan dia, kuhisap, kugigit-gigit kecil putingnya hingga ia makin menjambak rambutku. Dgn jenggot yg baru kucukur 2 hari yg lalu kugesek-gesekan daguku di gunung kembarnya.
    “Oooh Ericcc.. please masukin dong.. sstt..” Tak kupedulikan ocehannya hingga kulumat perutnya, pusarnya dan akhirnya sampailah di gundukan surga dunia, sungguh indah.
    Mataku terbelalak ternyata tdk ada sehelai rambutpun di sekelilingnya, harum dan wangi yg khas. Wajahnya yg cantik tersenyum manis padaku, kuturunkan wajahku sambil terus menjulurkan lidah di permukaan perutnya terus turun dan sampai di daerah yg paling kusukai, wangi sekali baunya. Tak perlu ragu.
    “Ohh.. apa yg akan kau lakukan.. akh..” desahnya sambil memejamkan mata menahan kenikmatan yg dirasakannya.
    Beberapa saat kemudian tangannya malah mendorong kepalaku semakin bawah dan,
    “Nyam-nyam..” Nikmat sekali kemaluan Cika.
    Oh, bukit kecil yg berwarna merah merangsang birahiku. Kusibakkan kedua bibir kemaluannya dan,
    “Cleeekk..” ujung hidungku kupaksakan masuk ke dalam celah kemaluan yg sdh sejak tadi becek.
    “Aaahh.. kamu nakaal,” jeritnya cukup keras.
    Terus terang kemaluannya adalah terindah yg pernah kucicipi, bibir kemaluannya yg merah merekah dgn bentuknya yg gemuk dan lebar itu membuatku semakin bernafsu saja. Secara bergantian, kutarik kecil kedua belah bibir kemaluan itu dgn mulutku.
    “Ooohh lidahmu.. ooh nikmatnya Eric..” lirih Cika.
    “Eric, udah dong Ric, masukin aja.. Ericc oohh.. aku udah nggak tahan nich, please setubuhi aku..” pinta Cika lirih.
    Tanpa banyak mulut kumasukkan batang kemaluanku yg panjang dan tegak itu, dia tersentak,
    “Ach pelan dong Say.. sstt..” Kugenjot dgn penuh perasaan, sementara tanganku tdk tinggal diam, kupilin-pilin puting susunya yg mungil.
    Hanya sepuluh menit setelah itu goyangan tubuh Cika terasa menegang, aku mengerti kalau itu adalah gejala orgasme yg akan segera diraihnya.
    “Ericccc.. aahh.. aku nggaak.. nggak kuaat aahh.. aahh.. oohh..” desahnya tertahan.
    “Tahan Cik.. tunggu saya dulu ngg.. ooh enaknya.. tahan dulu.. jangan keluarin dulu..” Tp sia-sia saja, tubuh Cika menegang kaku, tangannya mencengkram erat di pundakku, dadanya menjauh dari wajahku hingga kedua telapak tanganku semakin leluasa memberikan remasan pada buah dadanya.
    Aku sadar sulitnya menahan orgasme itu, mungkin karena lamanya ku-oral kemaluannya yg enak itu.
    “mmmppphhhh.. ooohhhhh.. aahh.. Eric sayang.. Eric.. ooh enaak.. aku kelauaar.. oohh.. oohh..” teriaknya panjang mengakhiri babak permainan itu.
    Aku merasakan jepitan kemaluannya di sekeliling burungku mengeras dan terasa mencengkram erat sekali, sementara itu batang kemaluanku masih tegak berdiri sedangkan dia sdh 4 atau 5 kali orgasme.
    “Eric, ayo dong Say aku udah nggak tahan nich.. Ericc keluarin dong.. aku hisap aja ya, biar cepat keluar..” Tanpa kusuruh dia sdh melumat dan menyedot kemaluanku.
    “Astaga..” kurasakan tekanan dari dalam batangku sepertinya akan keluar.
    “Cik.. CIk.. stop Cik.. aku mau keluar nich..” desahku tertahan.
    “Ya udah Eric, masukin aja ke mekiku.. aku jg ingin merasakan pejumu membajiri mekiku.. aku kangen, udah lama nggak ada yg membanjiri mekiku dgn peju..” balas Cika dgn nada manja dan sedikit genit.
    “Aach.. Cik, aku mau keluar nich Cik.. ach.. achh..” aku lemas lunglai tak berdaya di atas tubuh Cika yg seksi itu.
    “Makasih ya Eric..” Kamipun tertidur dan aku terkejut ketika terbangun sdh pukul 05:00, untung saja tdk ada yg memergoki perbuatan kami.
    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Ngentot Dengan Calon Tanteku

    Cerita Sex Ngentot Dengan Calon Tanteku


    631 views

    Perawanku – Cerita Sex Ngentot Dengan Calon Tanteku, Ini terjadi kira-kira 2 tahun yang lalu, tapi setiap kali aku membayangkannya, seolah-olah baru saja terjadi kemarin peristiwa yang sangat indah ini.

    Aku mempunyai seorang paman yang belum menikah. Pamanku ini bisa dibilang banyak yang suka. Hal ini disebabkan karena pamanku adalah pengusaha kaya tapi ia terlalu cerewet dalam memilih pendamping hidupnya. Sebenarnya ia telah banyak diperkenalkan dgn wanita-wanita muda oleh keluargaku, tetapi tetap ia bilang inilah itulah, semuanya tidak cocok dgn matanya, katanya.
    Sampai pada suatu saat, ketika aku kebetulan sedang bertamu ke rumahnya, datang teman pamanku dgn seorang wanita yang sangat cantik dan Seksi, semampai, langsing, pokoknya kalau menurut saya, layak dikirim untuk jadi calon miss universe.
    Kemudian kami diperkenalkan dgnnya, wanita itu bernama Dianaa, ternyata namanya pas sekali dgn wajahnya yang memang Dianaa itu. Ia berusia 24 tahun dan saat itu ia bekerja sebagai sekretaris di perusahaan teman pamanku itu. Kemudian kami bercakap-cakap, ternyata Dianaa memang enak untuk diajak ngobrol. Dan aku melihat sepertinya pamanku tertarik sekali dgnnya, karena aku tahu matanya tidak pernah lepas memandang wajah Dianaa.
    Tapi tidak demikian halnya dgn Dianaa. Ia lebih sering memandangku, terutama ketika aku berbicara, tatapannya dalam sekali, seolah-olah dapat menembus pikiranku. Aku mulai berpikir jangan-jangan Dianaa lebih menyukaiku. Tapi aku tidak dapat berharap banyak, soalnya bukan aku yang hendak dijodohkan. Tapi aku tetap saja memandangnya ketika ia sedang berbicara, kupandangi dari ujung rambut ke kaki, rambutnya panjang seperti gadis di iklan sampo, kulitnya putih bersih, kakinya juga putih mulus, tapi sepertinya dadanya agak rata, tapi aku tidak terlalu memikirkannya.
    Tidak terasa hari sudah mulai malam. Kemudian sebelum mereka pulang, pamanku mentraktir mereka makan di sebuah restoran chinese food di dekat rumahnya di daerah Sunter. Ketika sampai di restorant tersebut, aku langsung pergi ke WC dulu karena aku sudah kebelet. Sebelum aku menutup pintu, tiba-tiba ada tangan yang menahan pintu tersebut. Ternyata adalah Dianaa.
    “Eh, ada apa Diana?”
    “Enggak, aku pengen kasih kartu nama aku, besok jangan lupa telpon aku, ada yang mau aku omongin, oke?”
    “Kenapa enggak sekarang aja?”
    “Jangan, ada paman kamu, pokoknya besok jangan lupa.”
    Setelah acara makan malam itu, aku pun pulang ke rumah dgn seribu satu pertanyaan di otakku, apa yang mau diomongin sama Dianaa sih. Tapi aku tidak mau pikir panjang lagi, lagipula nanti aku bisa-bisa susah tidur, soalnya kan besok harus masuk kerja.
    Besoknya saat istirahat makan siang, aku meneleponnya dan bertanya langsung padanya.
    “Eh, apa sih yang mau kamu omongin, aku penasaran banget?”
    “Eee, penasaran ya, Han?”
    “Iya lah, ayo dong buruan!”
    “Eh, slow aja lagi, napsu amet sih kamu.”
    “Baru tahu yah, napsu aku emang tinggi.”
    “Napsu yang mana nih?” Dianaa sepertinya memancingku.
    “Napsu makan dong, aku kan belum sempat makan siang!”
    Aku sempat emosi juga rasanya, sepertinya ia tidak tahu aku ini orang yang sangat menghargai waktu, terutama jam makan siang, soalnya aku sambil makan dapat sekaligus main internet di tempat kerjaku, karena saat itu pasti bosku pergi makan keluar, jadi aku bebas surfing di internet, gratis lagi.
    “Yah udah, aku cuma mau bilang bisa enggak kamu ke apartment aku sore ini abis pulang kerja, soalnya aku pengen ngobrol banyak sama kamu.”
    Aku tidak habis pikir, nih orang kenapa tidak bilang kemarin saja.
    Lalu kataku, “Kenapa enggak kemarin aja bilangnya?”
    “Karena aku mau kasih surprise buat kamu.” katanya manja.
    “Ala, gitu aja pake surprise segala, yah udah entar aku ke tempat kamu, kira-kira jam 6, alamat kamu di mana?”
    Lalu Dianaa bilang, “Nih catet yah, apartment XX (edited), lantai XX (edited), pintu no. XX (edited), jangan lupa yah!””Oke deh, tunggu aja nanti, bye!”
    “Bye-bye Han.”
    Setelah telepon terputus, lalu aku mulai membayangkan apa yang akan dibicarakan, lalu pikiran nakalku mulai bekerja. Apa bisa aku menyentuhnya nanti, tetapi langsung aku berpikir tentang pamanku, bagaimana kalau nanti ketahuan, pasti tidak enak dgn pamanku. Lalu aku pun mulai tenggelam dalam kesibukan pekerjaanku.
    Tidak lama pun waktu sudah menunjukkan pukul 18.00, sudah waktunya nih, pikirku. Lalu aku pun mulai mengendarai motorku ke tempatnya. Lumayan dekat dari tempat kerjaku di Roxymas. Sesampainya di sana, aku pun langsung menaiki lift ke lantai yang diberitahukan. Begitu sampai di lantai tersebut, aku pun langsung melihatnya sedang membuka pintu ruanganya.
    Langsung saja kutepuk pundaknya, “Hai, baru sampe yah, Yu..”
    Dianaa tersentak kaget, “Wah aku kira siapa, pake tepuk segala.”
    “Kamu khan kasih surprise buat aku, jadi aku juga mesti kasih surprise juga buat kamu.”
    Lalu ia mencubit lenganku, “Nakal kamu yah, awas nanti!”
    Kujawab saja, “Siapa takut, emang aku pikirin!”
    “Ayo masuk Han, santai aja, anggap aja rumah sendiri.” katanya setelah pintunya terbuka.
    Ketika aku masuk, aku langsung terpana dgn apa yang ada di dalamnya, kulihat temboknya berbeda dgn tembok rumah orang-orang pada umumnya, temboknya dilukis dgn gambar-gambar pemandangan di luar negeri. Dia sepertinya orang yang berjiwa seniman, pikirku. Tapi hebat juga kalau cuma kerja sebagai sekretaris mampu menyewa apartment. Jangan-jangan ini cewek simpanan, pikirku.
    Sambil aku berkeliling, Dianaa berkata, “Mau minum apa Han?”
    “Apa saja lah, asal bukan racun.” kataku bercanda.
    “Oh, kalau gitu nanti saya campurin obat tidur deh.” kata Dianaa sambil tertawa.
    Sementara ia sedang membuat minuman, mataku secara tidak sengaja tertuju pada rak VCD-nya, ketika kulihat satu persatu, ternyata lebih banyak film yang berbau porno. Aku tidak sadar ketika ia sudah kembali, tahu-tahu ia nyeletuk, “Han, kalo kamu mau nonton, setel aja langsung..!”
    Aku tersentak ketika ia ngomong seperti itu, lalu kubilang, “Apa aku enggak salah denger nih..?”
    Lalu katanya, “Kalo kamu merasa salah denger, yah aku setelin aja sekarang deh..!”
    Lalu ia pun mengambil sembarang film kemudian disetelnya. Wah, gila juga nih cewek, pikirku, apa ia tidak tahu kalau aku ini laki-laki, baru kenal sehari saja, sudah seberani ini.
    “Duduk sini Han, jangan bengong aja, khan udah aku bilang anggap aja rumah sendiri..!” kata Dianaa sambil menepuk sofa menyuruhku duduk.
    Kemudian aku pun duduk dan nonton di sampingnya, agak lama kami terdiam menyaksikan film panas itu, sampai akhirnya aku pun buka mulut, “Eh iya, tadi di telpon kamu bilang mau ngomong sesuatu, apa sih yang mau kamu ngomongin..?”
    Dianaa tidak langsung ngomong, tapi ia kemudian menggenggam jemariku, aku tidak menyangka akan tindakannya itu, tapi aku pun tidak berusaha untuk melepaskannya.
    Agak lama kemudian baru ia ngomong, pelan sekali, “Kamu tau Han, sejak kemarin bertemu, kayaknya aku merasa pengen menatap kamu terus, ngobrol terus. Han, aku suka sama kamu.”
    “Tapi khan kemarin kamu dikenalkan ke Paman aku, apa kamu enggak merasa kalo kamu itu dijodohin ke Paman aku, apa kamu enggak lihat reaksi Paman aku ke kamu..?”
    “Iya, tapi aku enggak mau dijodohin sama Paman kamu, soalnya umurnya aja beda jauh, aku pikir-pikir, kenapa hari itu bukannya kamu aja yang dijodohin ke aku..?” kata Dianaa sambil mendesah.
    Aku pun menjawab, “Aku sebenarnya juga suka sama kamu, tapi aku enggak enak sama Paman aku, entar dikiranya aku kurang ajar sama yang lebih tua.”
    Dianaa diam saja, demikian juga aku, sementara itu film semakin bertambah panas, tapi Dianaa tidak melepaskan genggamannya. Lalu secara tidak sadar otak pornoku mulai bekerja, soalnya kupikir sekarang kan tidak ada orang lain ini. Lalu mulai kuusap-usap tangannya, lalu ia menoleh padaku, kutatap matanya dalam-dalam, sambil berkata dgn pelan, “Dianaa, aku cinta kamu.”
    Ia tidak menjawab, tapi memejamkan matanya. Kupikir ini saatnya, lalu pelan-pelan kukecup bibirnya sambil lidahku menerobos bertemu lidahnya. Dianaa pun lalu membalasnya sambil memelukku erat-erat. Tanganku tidak tinggal diam berusaha untuk meraba-raba buah dadanya, ternyata agak besar juga, walaupun tidak sebesar punyanya bintang film porno. Dianaa menggeliat seperti cacing kepanasan, mendesah-desah menikmati rangsangan yang diterima pada buah dadanya.
    Kemudian aku berusaha membuka satu persatu kancing bajunya, lalu kuremas-remas payudar yang masih terbungkus BRA itu.
    “Aaahh, buka aja BH-nya Han, cepat.., oohh..!”
    Kucari-cari pengaitnya di belakang, lalu kubuka. Wah, ternyata lumayan juga, masih padat dan kencang, walaupun tidak begitu besar. Langsung kusedot-sedot putingnya seperti anak bayi kehausan.
    “Esshh.. ouwww.. aduhh.. Han.. nikmat sekali lidahmu.., teruss..!”
    Setelah bosan dgn pDianaadaranya, lalu kubuka seluruh pakaiannya sampai bugil total. Ia juga tidak mau kalah, lalu melepaskan semua yang kukenakan. Untuk sesaat kami saling berpandangan mengagumi keindahan masing-masing. Lalu ia menarik tanganku menuju ke kamarnya, tapi aku melepaskan pegangannya lalu menggendongnya dgn kedua tanganku.
    “Aouww Han, kamu romantis sekali..!” katanya sambil kedua tangannya menggeliat manja melingkari leherku.
    Kemudian kuletakkan Dianaa pelan-pelan di atas ranjangnya, lalu aku menindih tubuhnya dari atas, untuk sesaat mulut kami saling pagut memagut dgn mesranya sambil berpelukkan erat. Lalu mulutku mulai turun ke buah dadanya, kujilat-jilat dgn lembut, Dianaa mendesah-desah nikmat. Tidak lama aku bermain di dadanya, mulutku pelan-pelan mulai menjilati turun ke perutnya, Dianaa menggeliat kegelian.
    “Aduh Han, kamu ngerjain aku yah, awas kamu nanti..!”
    “Tapi kamu suka khan? Geli-geli nikmat..!”
    “Udah ah, jilati aja memek aku Han..!”
    “Oke boss.., siap laksanakan perintah..!”
    Baca Juga : Cerita Mesum Terbaru Dengan Seorang SPG Elektronik
    Langsung saja kubuka paha lebar-lebar, tanpa menunggu lagi langsung saja kujilat-jilat klitorisnya yang sebesar kacang kedele. Dianaa menggoyang-goyangkan pinggulnya dgn liar seakan-akan tidak mau kalah dgn permainan lidahku ini.
    “Oohh esshh aaouuw uuhh teeruss.., lebih dalemm, oohh.. nikmat sekali..!”
    Agak lama juga aku bermain di klitorisnya sampai-sampai terlihat banjir di sekitar vaginanya.
    “Han, masukkin aja titit kamu ke lobang aku, aku udah enggak tahan lagi..!”
    dgn segera kuposisikan diriku untuk menembus kemaluannya, tapi ketika kutekan ujung penisku, ternyata tidak mau masuk. Aku baru tahu ternyata dia masih perawan.
    “Dianaa, apa kamu tidak menyesal perawan kamu aku tembus..?”
    “Han, aku rela kalau kamu yang ngambil perawan aku, bagi aku di dunia ini cuma ada kita berdua aja.”
    Tanpa ragu-ragu lagi langsung kutusuk penisku dgn kuat, rasanya seperti ada sesuatu yang robek, mungkin itu perawannya, pikirku.
    “Aduh sakit Han, tahan dulu..!” katanya menahan sakit.
    Aku pun diam sejenak, lalu kucium mulutnya untuk meredakan rasa sakitnya. Beberapa menit kemudian ia terangsang lagi, lalu tanpa buang waktu lagi kutekan pantatku sehingga batang kemaluanku masuk semuanya ke dalam lubangnya.
    “Pelan-pelan Han, masih sakit nih..!” katanya meringis.
    Kugoyangkan pinggulku pelan-pelan, lama kelamaan kulihat dia mulai terangsang lagi. Lalu gerakanku mulai kupercepat sambil menyedot-nyedot puting susunya. Kulihat Dianaa sangat menikmati sekali permainan ini.
    Tidak lama kemudian ia mengejang, “Han, aa.. akuu.. mau keluuuaaaarr.., teruss.. terus.., aahh..!”
    Aku pun mulai merasakan hal yang sama, “Diana, aku juga mau keluar, di dalam atau di luar..?”
    “Keluarin di dalem aja Sayang.. ohh.. aahh..!” katanya sambil kedua pahanya mulai dijepitkan pada pinggangku dan terus menggoyangkan pantatnya.
    Tiba-tiba dia menjerit histeris, “Oohh.. sshh.. sshh.. sshh..”
    Ternyata dia sudah keluar, aku terus menggenjot pantatku semakin cepat dan keras hingga menyentuh ke dasar liang senggamanya.
    “Sshh.. aahh..” dan, “Aagghh.. crett.. crett.. creet..!”
    Kutekan pantatku hingga batang kejantananku menempel ke dasar liang kenikmatannya, dan keluarlah spermaku ke dalam liang surganya.
    Saat terakhir air maniku keluar, aku pun merasa lemas. Walaupun dalam keadaan lemas, tidak kucabut batang kemaluanku dari liangnya, melainkan menaikkan lagi kedua pahanya hingga dgn jelas aku dapat melihat bagaimana rudalku masuk ke dalam sarangnya yang dikelilingi oleh bulu kemaluannya yang menggoda. Kubelai bulu-bulu itu sambil sesekali menyentuh klitorisnya.
    “Sshh.. aahh..!” hanya desisan saja yang menjadi jawaban atas perlakuanku itu.
    Setelah itu kami berdua sama-sama lemas. Kami saling berpelukan selama kira-kira satu jam sambil meraba-raba.
    Lalu ia berkata kepadaku, “Han, mudah-mudahan kita bisa bersatu seperti ini Han, aku sangat sayang pada kamu.”
    Aku diam sejenak, lalu kubilang begini, “Aku juga sayang kamu, tapi kamu mesti janji tidak boleh meladeni paman aku kalo dia nyari-nyari kamu.”
    “Oke boss, siap laksanakan perintah..!” katanya sambil memeluku lebih erat.
    Sejak saat itu, kami menjadi sangat lengket, tiap malam minggu selalu kami bertingkah seperti suami istri. Tidak hanya di apartmentnya, kadang aku datang ke tempat kerjanya dan melakukannya bersama di WC, tentu saja setelah semua orang sudah pulang. Kadang ia juga ke tempat kerjaku untuk minta jatahnya. Katanya pamanku sudah tidak pernah mencarinya lagi, soalnya tiap kali Dianaa ditelpon, yang menjawabnya adalah mesin penjawabnya, lalu tak pernah dibalas Dianaa, mungkin akhirnya pamanku jadi bosan sendiri.
    Aku dan ia sering jalan-jalan ke Mal-Mal, untungnya tidak pernah bertemu dgn pamanku itu. Sampai saat ini aku masih jalan bersama, tapi ketika kutanya sampai kapan mau begini, ia tidak menjawabnya. Aku ingin sekali menikahinya, tapi sepertinya ia bukan tipe cewek yang ingin punya keluarga. Tapi lama-lama kupikir, tidak apalah, yang penting aku dapat enaknya juga.
    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Liang Hangat Vagina Sekretaris Nakal

    Cerita Sex Liang Hangat Vagina Sekretaris Nakal


    630 views

    Perawanku – Cerita Sex Liang Hangat Vagina Sekretaris Nakal, Sebagai pria yang sudah menginjak dewasa kini aku ingin hubunganku dengan Lisa lebih serius lagi, tapi kenapa dia tidak mau meresmikan ikatan kami hingga detik ini, akupun tidak tahu juga. Biasanya setiap gadis yang ingin di lamar oleh cowoknya akan merasa senang namun tidak dengan Lisa pacarku, padahal kami sudah hampir dua tahun pacaran dan sama-sama mengenal keluarga masing-masing.

    Usia kamipun usdah cukup menurutku, Lisa 23 tahun dan aku menginjak 27 tahun. Awal aku mengenalnya ketika dia masuk ke perusahaan ini dan bekerja sebagai staf manajemen, saat itulah aku jatuh cinta padanya dan tidak perlu lama bagiku untuk menembaknya dan akhirnya tersambut juga oleh Lisa waktu itu. Dia begitu lembut bahkan padaku saja dia biasa memanggil mas Raka.

    Padahal aku memanggilnya dengan panggilan Bebs, agar dia lebih merasa dekat lagi denganku. Selama ini juga kami belum pernah melakukan adegan seperti halnya dalam cerita sex, aku selalu menjaga Lisa untuk tidak sampai merusak kehormatannya. Bagiku dia adalah calon yang pas buat aku jadikan istri kelak, bukan hanya memiliki wajah cantik namun pribadinya juga baik.

    Sebenarnya banyak pria di kantor ini yang naksir pada Lisa namun aku lebih beruntung dari mereka. Akhirnya merekapun mundur teratur karena sudah tahu kalau akhirnya kami jadian, tapi kalau mau jujur sebenarnya saat ini aku merasa cemburu pada pak Peter anak dari direktur perusahaan ini. Yang baru saja masuk dan langsung memilih Lisa untuk dijadikan sekretaris pribadinya. Diapun masih berumur  27 tahun.

    Namun aku mencoba untuk menghilangkan rasa cemburuku, apalagi aku tahu Lisa tidak mungkin berbuat hal yang macam-macam. Meskipun banyak teman satu kantor yang sering menggodaku dengan bilang kalau aku akan bersaing dengan pak Peter yang lebih segalanya dari aku, aku hanya tersenyum menanggapi semua itu meskipun dalam hati aku merasa perih juga.

    Terkadang aku melamunkan apa aku harus melakukan adegan layaknya dalam cerita sex paling hot dengan Lisa. Supaya dia lebih mencintaiku dan tidak berpaling pada orang lain, tapi aku segera tepis pikiran kotor itu, bagaimanapun juga keluarga kami saling mengenal satu sama lain aku harus percaya pada Lisa. Aku tidak ingin dia merasa terbebani dengan pikiranku.

    Akupun merahasiakan kecemburuanku dan bersikap sewajarnya di depan dia. Hingga hari-hari berlalu dan sudah hampir enam bulan Lisa menjadi sekretaris pak Peter, dan parahnya aku merasa sikap Lisa berubah akhir-akhir ini, aku pikir bahkan aku merasa kalau dia sengaja menjauhiku. Bahkan kencang berhembus kabar kalau Lisa sering jalan bareng dengan pak Peter.

    Namun aku terus saja bersikap seolah aku tidak mendengar apapun sejauh aku tidak melihatnya sendiri aku anggap itu hanya gosip. Sempat aku berpikir bagaimana kalau aku melakukan adegan cerita sex saja dengan Lisa, seperti yang disarankan teman-temanku tapi kini Lisa semakin jauh saja dia sering tidak ada di rumahnya juga dengan alasan banyak pekerjaan yag harus dia lakukan.

    Hingga pada suatu hari ketika jam istirahat kantor secara tidak sengaja aku melihat Lisa sedang di tempat parkir mobil kebetulan siang itu begitu sepi. Karena sudah banyak mobil yang keluar untuk makan di luar atau yang lain, tapi dengan mengendap aku buntuti Lisa ternyata dia masuk kedalam mobil pak Peter. Bagaimana dia bisa masuk sedangkan pak Peter tidak ada di sana.

    Mobilpun melaju perlahan dan aku sadar kalau Lisa sendiri yang mengendarai mobil tersebut, akhirnya akupun membuntutinya dengan mobilku. Ternyata dia berhenti di sebuah hotel yang tidak jauh dari kantor Lisa langsung menuju salah satu kamar hotel, ketika aku mengetahui kamar yang di tuju akupun langsung menuju recepcionist hotel untuk meminta kunci duplikat.

    Sebenarnya pihak hotel tidak memberikannnya padaku bahkan mereka dengan kerasnya melarang itu. Tapi aku tidak kehabisan akal kalau yang di dalam itu istriku dan jika pihak hotel tidak memberikan kunci aku akan mengajak LSM ke hotel tersebut, akhirnya merekapun memberikan kunci tersebut dengan catatan aku tidak membuat keributan dan akupun menyanggupinya.

    Begitu dapat kunci kamarnya akupun segera menuju kamar Lisa, sedangkan mata pihak hotel yang baru saja bersitegang padaku terus memperhatikan aku. Begitu sampai disana aku langsung masuk perlahan, dari balik cermin yang ada di kamar itu aku melihat Lisa sudah bertelanjang bulat sedangkan pak Peter berbaring di kasur empuk hotel dan dengan manjanya Lisa menindih tubuh Pak Peter.

    Merekapun saling berciuman dan dengan cepatnya Lisa mampu melepaskan pakaian pak Peter “Ayo.. dong… pak..nggak tahaan nich..” Aku kaget mendengar kata-kata nakal Lisa, bagaimana mungkin Lisa yang aku anggap sopan selama ini ternyata tidak lebih dengan cewek bispak yang biasa melakukan adegan cerita hot seperti mesum. Dia meliuk-liuk bagaikan ular.

    Sampai akhirnya kontol pak Peter bertambah besar dan dengan lahapnya Lisa langsung mengulumnya dalam mulutnya yang mungil “OOouuuwww… pelaaan.. Lissss… aaaagggggghh… aaaaagggghhhh… teruuus… saaayaaang….. aaaaaagggggghh…” Desah pak Peter sambil membelai rambut Lisa yang tidak lagi beraturan dan Lisa sepertinya begitu menikmati kontol pak Peter.

    Perlahan Lisapun menyuruh Pak Peter untuk terlentang dan dia menunggangi pak Peter bagai kuda yang siap menggoyangnya. Lisa merintih sambil memasukkankontol pak Peter “OOOuugghh… beeesaaar.. sekalii paaak… aaaaggggghhh…. aaagggggh.. Lisa goyang ya….” Diapun bergerak turun naik, bahkan mengeluarkan bunyi dari dalam memeknya dan aku tahu memek Lisa mungkin sudah basah.

    Meskipun aku belum melakukan adegan seperti dalam cerita sex seperti yang mereka lakukan. Tapi aku mengetahui dari cerita teman dan juga dalam internet, kini tubuh Lisa semakin cepat bergoyang bahkan Pak Peter juga sama-sama mendesah “OOOuuggggghhh… ooouugghh.. Lisss… aaaagggghhh… aaaaggggghh.. saaayaaang… aaagggghhh..” Aku tahu mereka berdua hampir mencapai klimaks.

    Karena itulah kesempatan yang aku tunggu, dengan berdiri sambil memegang hp seakan merekam perbuatan mereka akupun berkata “Ayo cepat selesaikan permainan kalian..” Sontak saja mereka berhenti, Lisapun kaget sambil bangun dia berkata “Sayang.. kamu..” Dia bangun dan hendak merampas hp yang ada di tanganku begitu juga dengan pak Peter namun aku pergi dari sana. Padahal aku tidak merekam apapun cukup membuat mereka takut saja.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Tante Lia Dan Diriku

    Cerita Sex Tante Lia Dan Diriku


    630 views

    Perawanku – Cerita Sex Tante Lia Dan Diriku, Namaku Rano usiaku baru menginjak 17 tahun dan aku sebentar lagi akan duduk dibangku kuliah, aku akan menceritakan pengalamanku ketika kehilangan keperjakaanku waktu masih duduk dibangku SMA kelas 2.

    Wajahku biasa-biasa aja ngak ada yang istimewa, namun aku memiliki kelebihan mungkin agak luar biasa dibandingkan dengan orang kebanyakan yaitu mempunyai kontol yang lumayan besar lebih kurang 18 cm dengan diameter 4,5 cm. Padahal waktu tidur adek kecil ku itu Cuma 6 cm.

    Cerita ini berawal dari adanya hajatan dirumah nenekku yang dari ibu, kebetulan adik ibuku menikah. Semua keluarga dari ibu bermalam dirumah nenek mulai dua hari sebelum pesta dilangsungkan.
    Rumah nenekku tidak terlalu besar sedangkan keluarga dari ibuku semua berjumlah 14 orang beserta anak-anaknya yang ikut kerumah nenekku, semua datang sekeluarga hanya tanteku yang bernama Tante Lia datang sendiri karena suaminya sedang tugas keluar kota dan belum mempunyai anak. Tante Lia usianya sekitar 36 tahun wajahnya cantik dan tubuhnya sedikit gemuk namun padat terawat maklum orang kaya.

    Karena dirumah udah penuh, maka tante Lia mau menginap di losmen dekat rumah nenekku, aku mengantarnya naik motor, kemudian tanteku memilih kamar VIP yang full AC, malam itu aku pulang dan bermalam dirumah nenekku.
    Pagi harinya aku disuruh mengantarkan makanan ke tante Lia, aku pergi mengantar seorang diri dan kebetulan tante lia baru bangun dari tidurnya.
    “Masuk Rano..”katanya sambil membukakan pintu kamar nya
    “Baik tante”, jawabku sambil masuk dan meletakkan makanan diatas meja dalam kamarnya.
    “Tante terlambat bangun nih… habis semaleman tante ngak bisa tidur… kayaknya losmen ini serem deh Rano, jadi tante agak takut jadinya..”, dia bercerita
    “Eh… tunggu dulu ya… tante mau mandi dulu trus mau bonceng sama rano ke Rumah Ibu, tante males mau naik becak”, sambungnya.
    “baik tante..”, jawabku.

    Tante Lia masuk kek amar mandi sedangkan aku duduk di kursi yang tersedia di dalam kamar losmennya.
    Suara air mengguyur badannya kudengar, dan tiba-tiba otak kotorku berjalan ketika kulihat lobang kunci kamar mandinya. Aku berjalan pelan-pelan menuju kamarmandinya terus aku mengintip kedalam, kulihat tanteku lagi menyabuni seluruh tubuhnya dan aku terpana melihat tubuhya yang mulus dengan buah dada yang besar dan kulihat lagi bulu vaginanya yang rapi, mungkin tante Lia rajin merawat dan mencukur bulu vaginanya, aku menelan ludah dan otomatis kontolku langsung menegang.
    Agak lama aku mengintip tante Lia mandi sambil nafasku ngos-ngosan ngak tahu kenapa sampai akhirnya tante Lia selesai aku cepat-cepat duduk kembali dikursi sambil pura pura SMS. Seolah-olah ngak terjadi apa-apa.

    “Hayo SMS sama pacarnya ya ?” Tiba-tiba terdengar suara tante Lia didepan ku
    “eh enggak tante…masih belum punya pacar “jawabku gugup, maklum orang berbuat salah pasti pikirannya kalut
    “Rano… kamu keluar dulu ya… tante mau ganti baju trus kita berangkat, biar tante mau makan dirumah ibu aja”, kata tanteku.
    Aku keluar dari kamarnya dan menunggu diruang loby sampai akhirnya tanteku datang dan kami berdua berangkat kerumah nenek.

    Malam harinya sekitar jam 9 malam tante lia minta diantarkan ke losmen lagi, dan tante Lia cerita sama ibuku bahwa tante Lia agak ketakutan tidur sendiri di losmen. Dia meminta aku untuk menemaninya, dan ibuku mengizinkannya, jadilah aku malam itu menginap di losmen menemani tante Lia. Berhubung tempat tidurnya single bed maka aku tidur dibawah.

    Tante lia tiduran sambil menerima telpon dari mas Agus suaminya, dari omongannya tante Lia cerita lagi ditemani aku karena takut keadaan losmen yang seram ini menurutnya. Sekitar jam 11 malam aku bangun pingin pipis habis hawa AC membuat ku mau pipis, aku pergi kekamar mandi dan malai pipis… serr… lega rasanya. Setelah aku membasuk kontolku mataku tertuju pada celana dalam berwarna crem yang ada digantungan di kamar mandi.
    Iseng aku memegangnya dan kuperiksa celana dalam itu, lalu karena penasaran kucium celana dalam itu pas dibagian yang menutupi lobang vaginanya, kuhirup aromanya dan serr… darahku mengalir deras dan detak jantungku deg-deggan langsung aja aku horny saat itu, kuulang ulang mencium CD itu dan aku tambah horny saja. Kontolku tegak setegak-tegaknya.

    Dalam pikiranku berkata, wah berarti tante Lia saat ini tidur ngak pake CD dan ketika keluar dari kamar mandi mataku otomatis tertuju pada bawah pusar tante Lia yang saat itu terlentang dengan dengkuran yang halus, namun tidak dapat kulihat dengan jelas karena lampu kamar yang redup. Malam itu aku ngak bisa tidur, terbayang tubuh tante Lia yang lagi mandi juga terbayang Cdnya juga terbayang yang lain-lainnya dengan kontolku yang tegak ngak tidur-tidur… sialan… umpatku dalam hati.

    Kulirik jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, namun mataku ngak bisa terpejam, tiba-tiba aku dengar suara:
    “Ranoo… Rano.”
    Aku pura-pura ngak mendengar.
    “Ran…ranoo”, kali ini suaranya agak keras dan kayak orang gemetaran.
    “Iya tante Lia ada apa?”, tanyaku sambil pura-pura lemas.
    “Tolong Rano tante pinjam selimutnya, ngak tahu nih tante kedinginan..”, balasnya.
    Aku bangun dan berjalan menghampirinya sambil menyerahkan selimut yang aku jadikan alas”, kamu tidur diatas aja rano disamping tante…”
    “Iya tante…”, jawabku, tetapi dadaku tambah deg-degan, maklum otakku mulai ditumbuhi hal-hal porno.

    Cerita Sex Tante Lia Dan Diriku

    Cerita Sex Tante Lia Dan Diriku

    “Sini selimutnya berduain biar kamu ngak kedinginan”, katanya, seperti kerbau dicucuk hidungnya aku nurut aja memepetkan badanku kedekat tante, maklum selimutnya kecil jadi untuk berdua harus mepet.
    Tante Lia miring membelakangiku sedang aku masih terlentang, kudengar nafasnya teratur dengan halus menandakan dia terlelap lagi, aku menghadap tanteku dan tak sengaja kontolku menyentuh pantatnya, ada desiran aneh didarahku dan rasa hangat dikemaluanku, aku sengaja menyentuhkan kemaluanku di pantatnya dan rasa hangat itu kembali menjalar, semakin kudekatkan dan semakin menempel aku makin merasakan kehangatan itu, aku berhati-hati sekali takut tante Lia terbangun aku menyingkapkan daster bagian belakang tante Lia keatas, oww… terlihat jelas buah pinggulnya yang kembar sangat mulus, maklum belum punya anak, dan diantara dua belah pantatnya aku liat ada sebuah gundukan berbulu dengan garis memanjang ditengahnya. Pikiranku makin tak karuan dan kulihat penisku, nampak diujungnya mengeluarkan cairan bening yang lincin langsung kuoleskan keseluruh ujung kepala penisku.

    Perlahan aku sentuhkan penisku ke gundukan berbulu milik tante Lia, “ohh…”, aku merintih perlahan merasakan sensasi sentuhan penisku pada vagina tante Lia, kugerakkan sedikit pantatku untuk menekan vagina tante Lia, namun aku tidak tahan menahan sesuatu yang hendak meledak keluar dari dalam penisku dan croot… croot… croooot… aku keluar… kupejamkan mataku untuk menikmatinya,
    Kulihat spermaku banyak tumpah dibulu vagina dan paha bagiaan dalam tante lia, karena takut tante Lia terbangun maka aku segera tidur, dengan senyum penuh kepuasan.

    “Rano…bangun udah jam 8 pagi”, sayup kudengar ada orang membangunkanku, aku segera membuka mata dan melihat tante Lia sudah selesai mandi. Tante Lia memakai handuk yang dililitkan didadanya sambil tersenyum tante lia menghampiriku dan duduk disebelahku:
    “Rano tadi malam kamu mimpi ya..?”
    “Eng…”, belum sempat aku menjawab tante lia meneruskan bicaranya.
    “Berarti sekarang kamu sudah aqil balig, kamu harus mandi wajib, tadi pagi di paha dan pantat tante banyak kena tumpahin sperma kamu”, kata tante Lia.
    “Maaf tante… Rano ngak sengaja”, jawabku spontan karena terkejut, “mati aku… Duh malunya…”, bathinku dalam hati.
    “Nah lihat ku… burung kamu bangun mulai tadi…”, kata tante lia sambil matanya melihat kebawah peruntuku.
    Astagaaaaaa… Rupanya semalam aku lupa memasukkan burungku kedalam sangkarnya dan mulai pagi tadi dilihat sama tante Lia.
    “Maaf tante…”, kataku dengan malu-malu sambil menarik celanaku dan memasukkan batangku kedalam Cdku, tiba- tiba.
    “Jangan dimasukkan dulu rano…! rano kan sudah dewasa sekarang… namun rano belum diketahui rano itu sempurna apa tidak…”, kata tante Lia.
    “Sempurna gimana tante..??”, tanyaku sambil menggeruntukan dahiku, untuk yang ini aku memang ngak tahu, bukan pura pura ngak tahu.
    “Kadang ada orang yang sukanya sesama jenisnya sendiri, trus ada yang impoten akhirnya ditinggal pergi sama istrinya, jadi tante pingin tahu Rano sempurna apa tidak, kamu keluarin lagi deh burungnya!”, perintah tante Lia, Akupun spontan mengeluarkan lagi penisku dari dalam celanaku yang kebetulan masih kaku.
    Kulihat Tante Lia menelan ludah sedikit melirik kepenisku, dan tante lia berkata “Rano diam aja ya nanti, Rano pejamkan mata aja kalau takut sakit, ini Cuma tes aja koq…”
    “Baik tante.”

    Aku memejamkan mata, dan aku rasakan tante lia naik keatas tubuhku tanpa melepas handik yang dipakainya, dan kurasakan penisku tertempel oleh benda berbulu dan basah sehingga aku merasa sedikit geli dan terkejut .
    “Emm..”, aku berguman sambil terpejam.
    “Kenapa rano…sakit..??”, agak berbisik suara tante lia dengan nafas sedikit bernafsu.
    “Enggak tante…ngak apa-apa.”
    Ada sedikit gerakan yang dilakukan tante Lia sehingga vaginanya menekan penisku kearah atas trus kebawah dan itu berlangsung beberapa saat, aku merasakan geli yang luar biasa dan aku menggigit bibir bawahku supaya tidak bersuara, aku membuka sedikit mataku ingin melihat wajah tante Lia, ternyata tante Lia memejamkan matanya juga sambil menggigit bibirnya juga, gesekan antara vagina tante Lia dan penisku makin licin sehingga berbunyi “tet… pret… pret… pret…” setiap tante Lia memaju mundurkan vaginanya diatas penisku.
    Kemudian tante Lia berhenti bergerak, dan dengan nafas agak tak teratur bilang:
    “Rano… sekarang tes terakhir ya…”
    “iya tante… Rano siap”.

    Aku merasakan jari tante Lia memegang penisku bagian tengahnya, sesaat kemudian aku merasakan kepala penisku menyeruak suatu lubang yang agak lebar sehingga gampang masuknya, aku merasakannya sambil memejamkan mata dan menikmatinya.
    Ketika baru sepertiga masuk aku merasakan ujung penisku membentur semacam dinding yang berlobang kecil sekali, dan lobang itu kayaknya seperti cincin, kepala penisku terarah kesana dan kurasakan pemilih lobang itu yaitu tante Lia berusaha untuk memasukkan kepala penisku kelobangnya namun agak kesulitan.
    Kurasakan tekanan tante Lia makin kuat terhadap penisku dan sepertinya kulit kepala penisku terkupas oleh cincin itu rasanya nyilu nyilu enak sehingga aku keluar suara.
    “aakh…”
    Tante Lia menghentikan gerakannya .
    “Gimana rano… Sakit..??”
    “Enggak tante ngak apa apa…”
    Tiba-tiba kurasakan lobang cincin itu berkedut-kedut dan meremas perbatasan antara kepala penisku dan batangnya, tadi mungkin kepalanya sudah melewati cincin itu, dan sepertinya kepala penisku diempot oleh benda didalam vagina tante lia.
    “Akh… akh…”, tiba-tiba tante lia bersuara.
    Kembali kurasakan jepitan cincin itu makin kuat dan penisku sepertinya tersiram air hangat didalam vagina tante Lia, akupun kehilangan kendali merasakan jepitan itu dan tidak dapat menahan sesuatu yang akan keluar dari dalam penisku dan aku terpekik akh… Crooot…croot..crot… Sekitar 4 kali cairan itu menyemprot kedalam vagina tante Lia.
    Penisku masih tertanam didalam vagina tante Lia beberapa saat kuliahat tante lia masih memejamkan matanya…
    “Udah tante tesnya…??”, tanyaku.
    “Emm udah… Rano, ternyata kamu laki-laki yang normal”, jawabnya sambil mengangkat pantatnya melepaskan penisku divaginanya, trus tante lia berjalan ke kamar mandi.

    Aku melihat kearah penisku, disana ternyata banyak berlepotan cairan berwarna putih, ada yang kental ada yang bening sebagian lagi ada di bulu-buluku yang masih halus, aku berpikir dalam hati.
    Seandainya tes ini dilakukan setiap hari, mungkin aku tidak adak menolaknya…

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Lucah ABG Nakal Jadi Jablay

    Cerita Sex Lucah ABG Nakal Jadi Jablay


    629 views

    Perawanku – Cerita Sex Lucah ABG Nakal Jadi Jablay, Suatu waktu, pas aku lagi kluar kota, malemnya gak ada kegiatan, Kbetulan hotel tempat aku nginep dekat ma kampus universitas terkenal di kota itu. Malemnya, karena gak ada kegiatan, aku iseng menuju ke warnet yang terletak dekat hotel, persis disebrang universitas tersebut. Biasanya kalo malem gini, psti banyak mahaiswa dan mahaiswi yang lagi di warnet. Cuma ketika aku ke warnet dah cukup larut, dah ampir jam 10 malem. Kata bellboy hotel, warnet tu buka 24 jam

    Sampe disana, warnet dah sepi, tapi aku lihat dipojokan masih ada prempuan abg lagi didepan komputer. aku minta petugas warnet komputer disebelah tu abg, dibolehin ma yang jaga. Aku duduk disebelahnya, aku senyum ketika dia noleh ke aku. Manis juga ni anak, dia pake jins dan blus tengan panjang. Karena blusnya ketat, tercetaklah sepasang toket yang lumayan besar. Dia juga senyum. “Sendirian aja nih”, sapaku. “Berdua ma om kan”. Aku senyum, brani juga ni anak. “Tumben si kesini om”. “Aku dari luar kota, malem gini gak ada kerjaan, ya aku mampir ja ke warnet, kan bisa browsing”.

    “Om suka browsing apaan”. “Yang seru2”. “apaan tu om”. “Ya udah kamu logout ja, kita browsing bareng, pake 1 komputer ja, nanti aq cari situs2nya”. Dia mematikan sambungan internetnya, dan duduk disebelahku. Karena tempatnya sepit, jadi agak berdesakan. “Kamu namanya siapa? aku edo”. “ayu om”. “Kamu skola disini juga ya”. “Iya om”. “Dah semester brapa”. “Baru masuk”. “Wah masi abg banget ya”. “La iyalah om, kan baru lulus smu, skarang kuliah disini”. Aku membuka satu situs dewasa, “Kamu mo liat gambar atau video?” “Video lah om, kan lebi life”. “Cuman donlodnya suka lama”. “Ya gak apa, nunggunya kan bisa ngobrol”. “Mangnya gak dicariin”.

    “Dicariin sapa om, aku kos kok”. Aku membuka situs dan mengklik movie, aku milih satu thread dan mulai donlod. Karena kebetulan warnet dah tinggal kita ber2, ditambah petugasnya, donlodnya jadi lumayan cepet. Abg lagi maen ma om2, “Gede banget ya om kon tolnya”, kata ayu tanpa tedeng aling2. “Pernah gini Yu”. “Om mo tau aja”. “Kayanya pernah ya Yu”. Ayu diam saja, matanya menatap layar monitor. Aku tidak menya2kan kesempatan ini, kuelus pahanya. “Om, geli ah”, ayu menggeliat tapi tetep saja menatap layar monitor. Pahanya terus saja kuelus2, tangan kuselipkan diantara ke 2 pahanya, tanpa sadar Ayu membuka pahanya. Aku menggosok pahanya makin keatas kearah slangkangannya.

    Karena tempatnya sempit, Ayu gak bisa mengangkangkan pahanya lebar2. Tanganku pindah sasaran, kuelus toketnya yang membusung. Ayu kaget karena aku meremas perlahan toketnya, “Om…” dia melenguh tetapi tetep saja matanya menatap layar komputer. “Wah abis om, cari yan lan lagi dong om, yang seru kaya gini”. Aku mengklik film brikutnya. Sembari nunggu donlod, aku meremes toketnya lagi. “Toket kamu besar dan kencang Yu, sering diremes2 ya”. “Om iseng ih”. “Tapi kamu suka kan”, jawabku sembari terus meremes toketnya. Ayu membiarkan ulahku, kebetulan donlod dah slesai,

    Ayu kembali menatap tayangan di monitor tv, aku makin gencar merems2 toketnya. “Yu, aku ngaceng nih”, bisikku sembari mencium pipinya. “ke hotelku yuk”. “Tanggung om, ampe filmnya abis ya”. Wah asik juga nih, ajakanku dia iyakan. Aku terus saja meremas2 toketnya, Ayu mulai terangsang karena ulahku, lagian pengaruh film bokep mulai merasuk pada dirinya. Akhirnya filmnya slesai juga. “Jadi Yu, ikut aku ke hotel”.
    “Yuk om, aku juga pengen neh”. Aku menyelesaikan bayaran 2 komputer yang Ayu dan aku pake, aku menggandengnya kluar warnet dan berjalan menuju ke hotel. Gak jauh si jaraknya dari warnet. Ketika lewat resto yang masi buka, “Kamu laper gak Yu, kalo laper cari makan dulu yuk”. Ayu mengiyakan ajakanku, mampirlah kita diresto itu, dah sepi, kami pesan makanan dan minuman. Karena sepi, pesanan cepet dihidangkannya. Sembari makan Ayu crita lebi banyak tentang dirinya. Rupanya dia sering ngen tot ma cowoknya, mahasiwa kakak kelasnya.

    Ya dikosnya bebas, jadi mudah aja cowoknya nginep dan ngen totin Ayu. “Kamu kok mau aku ajak ke hotel Yu”. “Kata temenku, ngen tot ma om2 lebi nikmat dario ma cowok ndiri. Makanya aku penasaran, pengen nobain ngen tot ma om. Bener ya om bisa bikin aku nikmat”. “Ntar kamu rasain ndiri ja”. Kami makan santai saja sembari ngobrol, becanda. Makin dilihat Ayu makin bikin napsu aku. kalo dia tertawa, toket montoknya ikut berguncang2, padahal kliatan dia pake bra. “Toket kamu besar ya Yu, kalo kamu ketawa sampe ikutan bergerak. Keseringan diremes ya”. “Iya om, hobi banget cowokku ngeremes dan ngemut pentil aku”. “Kamu gak ada jadwal ngen tot ma cowok kamu malem ini”. “dia lagi kluar kota om, kebetulan ktemu ma om, aku suka ngeliat om, ganteng, atletislagi badannya, mudahan ja kon tol om perkasa”. Selesai makan, aku membayar billnya, trus kita menuju ke hotelku.

    Di kamar, Ayu kurangkul. Sebuah ciuman mendarat dipipinya. Aku menggandengnya dan duduk di sofa empuk yang ada di kamar. Kamar hotelnya cukup besar, berisi satu tempat tidur besar dan seperangkat sofa, selain meja rias. Aku mengambil minuman kaleng dari minibar, kubuka dan kuberikan kepadanya. “Ayo minum, santai saja, mau

    mandi dulu enggak, kan tadi panas diluar”, kataku sambil menepuk2 pahanya. Sambil tersenyum-senyum aku berlalu ke kamar mandi. Gak lama kemudian, aku keluar dari kamar mandi hanya dengan bersarungkan handuk dipinggang. “Gantian deh mandi biar segar”. Di kamar mandi, di bawah shower, Ayu mengelus2 toketnya dengan busa sabun, demikian pula dengan jembut dan me meknya, sehingga napsunya menjadi ber kobar2. Selesai mandi Ayu kluar hanya pake daleman yang seksi, bra dan CD mini yang tipis model bikini, sehingga bra hanya ditalikan di belakang leher dan punggungnya, sedang CD mininya ditalikan di kiri dan kanannya. Karena branya tipis, otomatis pentilnya yang sudah mengeras menonjol sekali, demikian juga jembutnya yang lebat sangat berbayang dengan CD tipis itu. Karena bentuknya yang mini, jembutnya menyembul di bagian atas, kiri dan kanan CDnya. aku yang sedang duduk di sofa membelalakkan mata ketika melihat dia keluar dari kamar mandi hanya berbalut bikini tipis dan seksi itu. “Lama sekali sih mandinya, pasti deh ngelus2 diri sendiri, ya. Kamu cantik sekali Yu, seksi sekali” katanya. Dia duduk disebelahnya dan menjawab “Habis om sih mandinya gak ngajak2, sehingga terpaksa Ayu ngelus2 sendiri. Om suka kan ngeliat Ayu pakai bikini seperti ini”. “Suka banget, kamu napsuin deh Yu”. “Udah ngaceng dong om”. Ayu yakin melihat pemandangan yang menggairahkan ini pasti mengungkit nafsuku. kon tolku terlihat mulai bergerak-gerak dibalik handuk yang disarungkan dipinggangku.”Ayu tahu, pasti om suka, tak usah khawatir, kan malem ini sepenuhnya milik kita.”

    Aku lalu mencium pipinya. Dalam hitungan detik mulut kami sudah lekat berpagutan. Ayu kurengkuh dengan ketat kedalam pelukanku. Tanganku mulai bergerilya me remas2 toketnya. Pentilnya yang sudah mengeras kupelintir2 dari balik bra tipisnya, Ini membuat rangsangan yang lebih hebat lagi buat Ayu. Ayu menggeliat-geliat sambil mulutnya terus menyambut permainan bibir dan lidahku . Lidahnya menerobos mulutku dan bergulat dengan lidahku. Tangannya pun aktif menerobos handuk yang kukenakan dan me remas2 kon tolku yang sudah mulai ngaceng itu. “Om gede banget kon tolku, pasti om kuat deh ngen totnya. Kita all nite long ya om”. Membalas gerakannya itu, tangan kananku mulai merayapi pahanya yang mulus. Aku menikmati kehalusan kulitnya itu. Semakin mendekati pangkal pahanya,

    Ayu membuka pahanya lebih lebar, biar tanganku lebih leluasa bergerak. Peralahan-lahan tanganku menyentuh gundukan me meknya yang masih tertutup CD bikini tipis. Jariku menelikung ke balik CDnya dan menyentuh bibir me meknya dan menggosok2 it ilnya. Ayu mengaduh tetapi segera kubungkam oleh permainan lidahku. Badannya mulai menggeletar menahan nafsu yang semakin meningkat. Tangannya terus menggenggam kon tolku yang besar dan panjang itu. “Om, besar banget sih kon tolku, dipakaiin obat apa sih sampai besar begini”, katanya sambil mengocok lembut kon tolku.

    “Kamu sukakan sama kon tolku”, bukan menjawab dia malah balik bertanya. “Suka banget om, kalau sudah masuk semua rasanya me mek Ayu sesak deh kemasukan kon tol om, apalagi kalau udah om enjot, gesekan kon tol om ke me mek Ayu terasa banget. Ayu udah gak sabar nih om, udah pengen ngerasain kon tol om nggesek me mek Ayu”. jawabnya penuh napsu. Kocokan lembut jari-jarinya itu membuat kon tolku semakin ngaceng mengeras. Aku mengerang-ngerang nikmat. Aku mulai menjilati dagu dan lehernya dan sejalan dengan itu bibir mungilnya itu menyentuh pentilku. Lidahnya bergerak lincah menjilatinya. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tangannya makin cepat mengocok kon tolku yang semakin berdenyut-denyut ngaceng. “Ayo ke ranjang”, bisikku, “Kita tuntaskan permainan kita.” Ayu bangkit berdiri, aku memeluknya. Kuangkat tubuhnya dan lidahku yang terus menerabas lehernya membuat nafasnya terengah-engah nikmat. Toketnya lembut menempel lekat di dadaku. Ayu kurebahkan di tempat tidur yang lebar dan empuk, aku menarik pengikat bra dan CDnya. Ayu biarkan aku melakukan semuanya sambil ber desah2 menahan napsunya yang makin menggila.

    Setelah tak ada selembar benangpun yang menempel di tubuhnya, aku mundur dan memandangi tubuhnya yang telentang bertelanjang bulat, bersih dan wangi sabun karena habis mandi. Aku memandangi rambutnya yang kepirangan tergerai sampai kepundak, toketnya yang padat dengan pentil yang sudah mengeras, perutnya yang rata dengan lekukan pusernya, pahanya yang mulus dengan pinggul yang bundar digantungi oleh dua bongkah pantat yang bulat padat dan di sela paha itu terlihat gundukan hitam lebat jembutnya. “Ngapain om hanya dilihatin saja,” protesnya. “Aku kagum akan keindahan tubuhmu Yu”, jawabku. “Semuanya ini milik om malem ini”, katanya sambil merentangkan tangannya. Aku mendekat dan duduk dipinggir tempat tidur. Ayu kupeluk dengan erat. “Om, Ayu mau menjilati om, gantian ya”, katanya. Aku berbaring, kemudian mulutnya mulai menjelajahi seluruh dada termasuk pentilku dan perutku, terus menurun ke bawah mendekati pusar dan pangkal pahanya. Dengan lincah Ayu melepaskan belitan handuk dipinggangku. kon tolku yang sudah tegang itu mencuat keluar dan berdiri tegak. Dengan mulut ditangkapnya kepala kon tolku itu. Lidahnya dengan lincah memutar- mutar kon tolku dalam mulutnya. Aku mengerang-ngerang nikmat menahan semua sensasi itu.

    Puas mempermainkan kon tolku Ayu merebahkan diri di sampingku. Aku mulai beraksi.Kusergap toket kanannya sembari tangan kananku meremas-remas toket kirinya. Bibirku mengulum pentil toketnyau yang mengeras itu. Toketnya juga mengeras diiringi deburan jantungnya. Puas toket kanan mulutku beralih ke toket kiri. Lalu perlahan tetapi pasti aku turun ke perutnya. Ayu menggelinjang-linjang menahan desakan birahi yang semakin menggila. Aku menjilati perutnya yang rata dan kujulurkan lidahku ke dalam pusarnya. “Auu..” Ayu mengerang, “Oh.. Oh.. Oh..” jeritnya semakin keras. Mulutku semakin mendekati pangkal pahanya. Perlahan-lahan pahanya membuka dengan sendirinya, menampakkan memeknya yang telah merekah dan basah. Jembut yang hitam lebat melingkupi me mek yang kemerah-merahan itu. Aku mendekatkan mulutku ke me meknya dan dengan perlahan lidahku menyuruk ke dalam me meknya yang telah basah membanjir itu. Ayu menjerit dan spontan duduk sambil menekan kepalaku sehingga lidahku lebih dalam terbenam. Tubuhnya menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan. Pantatnya menggeletar hebat sedang pahanya semakin lebar membuka. “Aaa.. Auu.. Ooo..”, jeritnya keras. Aku terus mempermainkan it ilnya dengan lidah. Ayu menghentakkan pantatnya ke atas dan memegang kepalaku erat-erat. Ayu melolong keras. Pada saat itu kurasakan banjir cairan me meknya. Ayu sudah nyampe yang pertama.

    Aku berhenti sejenak membiarkan Ayu menikmatinya. Sesudah itu mulailah aku menjelajahi kembali bagian tersensitif dari tubuhnya. Kembali erangannya terdengar tanda napsunya mulai menaik lagi. Tangannya menjulur mencari-cari batang kon tolku. kon tolku telah ngaceng sekeras beton. Ayu meremasnya. Aku menjerit kecil, karena nafsuku pun sudah diubun-ubun butuh penyelesaian. Ayu kudorong sehingga rebah ke kasur empuk. Perlahan-lahan aku naik ke atasnya. Ayu membuka pahanya lebar-lebar siap menerima masuknya kon tolku. Kepalanya bergerak-gerak, mulutnya terus menggumam.

    Matanya terpejam menunggu. Aku menurunkan pantatku. kon tolku berkilat-kilat dengan kepalanya yang memerah siap menjalankan tugasnya. aku mengusap-usapkan kon tolku di bibir me meknya. Ayu semakin menggelinjang. “Cepat om. Ayu sudah nggak tahan!” jeritku. Aku menurunkan pantatku perlahan-lahan. Dan.. BLESS! kon tolku menerobos me meknya diiringi jeritannya. Ayu tidak perduli apakah tamu disebelah kamar mendengar jeritannya atau tidak. Aku berhenti sebentar membiarkan Ayu menikmatinya. Lalu kutekan lagi dengan keras sehingga kon tolku yang panjang dan besar itu menerobos ke dalam dan terbenam sepenuhnya dalam liang me mekku. Ayu menghentak-hentakkan pantatnya ke atas agar kon tolnya masuk lebih dalam lagi. Ayu terdiam sejenak merasakan sensasi yang luar biasa ini. Lalu perlahan-lahan aku mulai mengenjotkan kon tolku. Pantatnya diputar-putar untuk memperbesar rasa nikmat. Toketnya tergoncang-goncang seirama dengan genjotanku di me meknya.

    Matanya terpejam dan bibirnya terbuka, berdesis-desis menahankan rasa nikmat. Desisan itu berubah menjadi erangan dan kemudian akhirnya menjadi jeritan. Aku membungkam jeritannya dengan mulutku. Lidahku bertemu lidahnya. Sementara di bawah sana kon tolku leluasa bertarung dengan me meknya. “OH..”, erangnya, “Lebih keras om, lebih keras lagi.. Lebih keras.. Oooaah!” Tangannya melingkar merangkul ketat. Kuku-kukunya membenam di punggungku. pahanya semakin lebar mengangkang. Terdengar bunyi kecipak lendir me meknya seirama dengan enjotan kon tolku. “Aku mau ngecret, Yu”, bisikku di sela-sela nafasnya memburu. “Ayu juga om”, sahutnya, “Di dalam aja om ngecretnya. Ayu ingin om ngecret di dalam.” Aku mempercepat enjotan kon tolku. Keringatku mengalir dan menyatu dengan keringatnya. Bibirku kutekan ke bibirnya. Kedua tanganku mencengkam kedua toketnya. Diiringi geraman keras aku menghentakkan pantatku dan kon tolku terbenam sedalam-dalamnya. Pejuku memancar deras. Ayu pun melolong panjang dan menghentakkan pantatnya ke atas menerima kon tolku sedalam-dalamnya. Kedua pahanya naik dan membelit pantatku. Ayu pun mencapai puncaknya. kon tolku berdenyut-denyut memuntahkan pejuku ke dalam me meknya.

    Sekitar sepuluh menit kami diam membatu mereguk semua detik kenikmatan itu. Lalu perlahan- lahan aku mengangkat tubuhku. Aku memandangi wajahnya yang berbinar karena napsu yang telah terpuaskan. Aku tersenyum dan membelai wajahnya. “om hebat sekali”, katanya, “Rasanya lebih nikmat dari dien tot cowokku deh”. “Kamu juga luar biasa Yu, aku sungguh puas karena kamu lebih binal dari cewek abg laen yang pernah aku en totin, itu yang membuat napsuku juga berkobar2. Kamu tidak menyesal kan Yu ngen tot denganku?” “Tidak, Ayu malah pengen dipuasin lagi.” “Jangan kawatir, stok pejuku masih banyak” . Aku mencabut kon tolku dan rebah di sampingnya. Kami beralih ke kamar mandi. Aku memandikannya di shower. Kedua tanganku menyabuni seluruh tubuhnya, toket, puser, jembut dan me meknya menjadi sasaran elusan tanganku yang dipenuhi busa sabun. Gesekan, rabaan dan remasan tanganku akhirnya merangsang napsunya kembali. “om, Ayu sudah napsu lagi, pengen ngerasain kon tol om keluar masuk dime mek Ayu lagi”, katanya sambil meremas2 kon tolku yang juga mulai mengeras. “Iya Yu, sambil ngeremas2 toketmu, aku juga napsu, main lagi yuk, tapi di kamar mandi ya”., jawabku. dalam waktu singkat Ayu sudah membuat kon tolku ngaceng lagi, keras sekali kon tolku ketika dikocok2nya.

    Aku duduk di atas closet dengan kon tolku yang sudah ngaceng mengacung tegak ke atas. Ayu mengangkangkan pahanya dan mendekatinya dari depan, siap-siap untuk dien tot. Ayu sudah duduk merapat di pahaku. kon tolku yang sudah ngaceng tanpa halangan langsung menerobos me meknya, bersarang sedalam-dalamnya. Ayu kusuruh segera menggoyang pantatnya.

    Terasa nikmat sekali. Kedua toketnya kuremas2 dengan penuh napsu. Aku juga mengenjotkan kon tolku kedepan kebelakang, walaupun dalam gerakan yang terbatas, tapi ini membuat ayu mengerang keras dan sudah terasa mau nyampe lagi. Hebat benar napsunya, baru sebentar goyang sudah mau nyampe saking nikmatnya. Ayu menjadi semakin liar dalam menggoyang pantatnya. Ayu sudah makin terangsang sehingga akhirnya badannya mengejang-ngejang diiringi erangan kenikmatan. “Auu.. om!” jeritnya. Untuk beberapa saat kami terdiam. Aku memeluknya erat-erat. “Yu, aku belum ngecret kok kamu udah nyampe. “Habis, nikmat banget sih rasanya kon tol om nyodok2 me mek Ayu”. “Kita terusin ya Yu”, ayu hanya mengangguk lemas. Aku mengajaknya berdiri dan menyuruhnya membungkuk di wastafel dan membuka pahanya lebar2. Aku mendekat dari belakang. Tanganku menyapu lembut pantatnya yang mulus tapi padat. Ayu menggigit bibirnya dan menahan napas, tak sabar menanti masuknya kontolku yang masih keras.

    Cerita Sex Lucah ABG Nakal Jadi Jablay

    Cerita Sex Lucah ABG Nakal Jadi JablayCerita Sex Lucah ABG Nakal Jadi Jablay

    Tanganku melingkari kedua pahanya lalu kuarahkan kon tolku ke me meknya. Perlahan-lahan kepala kon tolku yang melebar dan berwarna merah mengkilap itu menerobos me meknya. Ayu mendongak dan mendesis kenikmatan. Sejenak aku berhenti dan membiarkan ayu menikmatinya, lalu mendadak kuhentakkan pantatku keras ke depan. Sehingga terbenamlah seluruh kon tolku di me meknya. “Aacchh..!!”, ayu mengerang keras. Rambutnya kujambak sehingga wajahnya mendongak ke atas. Sambil terus menggenjot me meknya, aku meremas2 kedua toketnya yang berguncang2 karena enjotanku yang keras, seirama dengan keluar masuknya kon tolku di me meknya. Terdengar bunyi kecipak cairan me meknya, ayu pun terus mendesah dan melenguh. Mendengar itu semua, aku semakin bernafsu. Enjotan kon tol kupercepat, sehingga erangan dan lenguhannya makin menjadi2. “Oohh..! Lebih keras om. Ayo, cepat. Cepat. Lebih keras lagii!” Keringatku deras menetesi punggung dan dadanya. Wajahnya pun telah basah oleh keringat. Rambutnya semakin keras kusentak. Kepalanya semakin mendongak. Dan akhirnya dengan satu sentakan keras, aku membenamkan kon tolku sedalam-dalamnya. Ayu menjerit karena kembali nyampe untuk yang kedua kalinya. Aku terus meremas2 toketnya dengan penuh nafsu. Aku pun makin keras menghentakkan kon tolku keluar masuk me meknya sampai akhirnya pejuku menyemprot dengan derasnya di dalam me meknya. Rasanya tak ada habis-habisnya. Dengan lemas ayu rebah di wastafel dan aku menelungkup di atas punggungnya. Beberapa saat kami diam di tempat dengan kon tolku yang masih menancap di me meknya. Kemudian aku membimbingnya ke shower, menyalakan air hangat dan kami berpelukan mesra dibawah kucuran air hangat.

    Akhirnya terasa juga perut lapar yang sudah minta diisi, padahal dah makan besar sebelum ke hotel. Kembali lagi enersiku terkuras ngen totin Ayu. Aku keluar lebih dulu, aku menelpon room service untuk memesan makanan kecil dan minumannya. Kemudian aku kembali ke kamar mandi dan memeluknya yang masih berada dibawah shower air hangat. “Yu, nikmat sekali ngen tot dengan kamu”. “iya om, Ayu juga nikmat sekali, masih ada ronde ketiga kan om?”. “Pasti dong”.

    Terdengar bel pintu, aku menyarungkan handuk di pinggangku dan keluar kamar mandi, ternyata room service. Setelah itu aku kembali ke kamar mandi, shower dah dimatikan dan ayu lagi mengeringkan badannya dengan handuk. Aku pun keluar dari kamar mandi bersama dengan ayu, terbungkus handuk. Kita duduk di sofa. Kami makan makanan kecil sambil berpelukan. Nyaman rasanya dalam keadaan yang hampir telanjang berpelukan (kaya teletubies aja ya). Ayu menyandar di dadaku yang bidang. “om, Ayu bahagia sekali dengan om, mau rasanya Ayu jadi istrinya om, supaya bisa ngerasaain dien tot sampai lemas”, sambil engelus2 pentilku. Aku mengangkat dagunya dan mencium bibirnya dengan mesra sekali. Selesai makan, kembali kamu berpelukan di tempat tidur walaupun seprei sudah kucel akibat pertempuran seru tadi, toh sebentar lagi kami akan membuat seprei itu lebih kucel lagi. Ayu berbaring dipelukanku, rambutnya yang basah kuelus2.

    Karena kenyang, lemas dan nyaman, ayu sampai tertidur dipelukanku. Setelah kubiarkan beberapa lama, ayu terbangun karena keningnya kucium dengan lembut. “Kamu tidur pules sekali Yu, gimana masih mau lagi tidak?” tanyaku sambil tersenyum. Ayu menggeliat, terbangun dan menuju ke kamar mandi karena ingin kencing. Selesainya ayu kembali ke pelukanku. Handphoneku berbunyi, aku bangun dan mengambil hp. Terus aku duduk disebelahnya di tempat tidur, sambil tersenyum aku bertanya “Yu, mau main bertiga enggak?” “om, dien tot sama om saja Ayu udah lemas begini, apalagi kalo dien tot sama 2 cowok”. “Bukan 2 cowok yang, tapi 2 cewek, gimana, tadi ada cewek yang kirim sms nanyain kenapa kok aku belum jemput dia. Memang sih aku ngebook dia untuk malem ini, gak tau si bakalan ketemu kamu di warnet. Dina namanya” jawabku menerangkan. “Ya terserah om aja deh”. “Ya udah, sekarang kamu tidur2an aja lagi, aku mau jemput Dina, enggak jauh kok tempatnya dari hotel”, kataku sambil keluar kamar.

    Aku kembali dengan Dina, sepertinya Ayu ketiduran dikamar, lama baru pintunya dibuka. Ayu kuperkenalkan dengan Dina, Dina terbelalak melihat ayu yang sudah bertelanjang bulat, dan membuka jaketnya. Dina hanya pakai tanktop ketat dan celana pendek yang mini. Toketnya besa. Bulu tangannya panjang2 dan kelihatan ada kumis tipis diatas bibirnya. “Sori ya mbak, Dina enggak tahu sih kalau si oom sudah janjian dengan mbak”, kata Dina ke Ayu. “Gak apa2 kok Din, kan si oom yang menentukan dia mau sama siapa”, jawab Ayu. Aku keluar dari kamar mandi hanya dengan balutan handuk, aku sudah tidak sabar lagi untuk segera ngen tot dengan Dina.

    Dina segera duduk disebelahku di sofa. Aku merangkul Dina dan mencium bibirnya. aku mulai mengelus toket Dina yang montok itu, desah nafas nikmat terdengar dari mulut Dina. Dina pun tidak tinggal diam, tangannya menerobos handuk dan menggenggam kon tolku yang sudah ngaceng sekeras tank baja. “Besar banget kon tol oom”, kata Dina. “Memangnya kamu enggak pernah ngelihat kon tol segede ini Din”, kataku sambil meringis2 kenikmatan karena Dina mulai meremas2 kon tolku. “Ngelihat yang gede sih sering oom, tapi yang segede ini sih Dina belum pernah lihat. me mek Dina sudah empot2an ngelihat kon tol oom segede ini, udah pengen dienjot oom”, kata Dina yang juga sudah mulai napsu. Aku makin getol meremas2 toket Dina dari luar tanktopnya. Dina segera melepas lilitan handukku sehingga kon tolku yang besar panjang itu langsung tegak menantang. Mulut Dina langsung menyergapnya, kon tolku yang sudah tegang itu langsung diemutnya.

    Cukup lama Dina mengemut kon tolku, sampai akhirnya aku sudah tidak dapat menahan napsuku lagi. Segera tanktop Dina dan celana pendeknya kulepas, kemudian menyusul bra dan CDnya sehingga Dina sudah bertelanjang bulat. Toket Dina besar dan kencang, dihiasi dengan sepasang pentil hitam yang besar juga, mungkin karena sering dihisap oom oom yang mengkon tolinya. Jembutnya lebih lebat dari jembut Ayu, mengitari me meknya, sehingga me meknya tertutup oleh lebatnya jembut hitam itu. Aku menarik Dina ke tempat tidur, ayu memberi tempat untuk kamu. Aku berbaring merapat ke Dina. Kaki kuangkat dan kugesek-gesekkan diatas paha Dina, sementara aku kembali meremas toket Dina yang pentilnya sudah menonjol keras. Perlahan aku turun menciumi leher Dina dan memutar-mutarkan lidahku di pentil toketnya, sementara tanganku menjelajah ke pangkal paha Dina, menyibak jembutnya yang hitam lebat.

    Aku mengusap bibir me mek Dina sehingga Dina menggelinjangkan pinggulnya. Dina memejamkan matanya menikmati sentuhan dan rangsanganku sambil meremas2 perlahan kon tolku. Aku memainkan ujung jarinya menyapu bibir me mek Dina yang sudah membasah. Pentil Dina terus kujilati bersamaan dengan menggosok perlahan it il Dina dengan ujung jari telunjukku. Serta merta Dina menggoyangkan pantat dan pinggulnya, menggeleparkan dan membuka lebar pahanya dan membusungkan dadanya, sementara tangannya menggenggam erat kon tolku yang mengeras dan berdenyut-denyut.

    “Uuff oom, diapakan tubuhku ini,” Dina mengerang menahan kenikmatan. Tubuhnya menggelinjang keras sekali, paha Dina bergetar hebat dan kadang menjepit tanganku dengan erat saat jarinya masih menyentuh it il Dina. kon tolku terus dicengkeram Dina dengan keras. Aku juga terus meremas perlahan toket Dina yang tambah mengeras dan membusung itu dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku terjepit diantara kedua paha Dina. Dina terus meremas kon tolku, tangan satunya memelukku erat sementara paha dan kakinya menggelepar keras sekali hingga sprei putih itu berserakan makin tak karuan, Dina sudah nyampe sebelum dien tot. Tanpa berhenti it il Dina terus kumainkan pelan. Ayu yang menonton adegan itu menjadi sangat terangsang sehingga me meknya juga sudah kuyup, tetapi gilirannya belum tiba sehingga ayu harus bersabar sambil menonton adegan super hot itu.

    Pentil Dina terlihat menonjol keras kecoklatan, Dina sudah terangsang kembali. Pahanya telah dibuka lebar-lebar. me mek nya basah, demikian pula jembut hitam lebat di seputarnya. Aku segera menaiki Dina, kon tolku yang sudah menegang diarahkan ke me mek Dina. Ujung kon tolku menguak perlahan-lahan bibir me mek Dina. Dina mendesah nikmat ketika aku perlahan-lahan menyuruk memasukkan kon tol yang besar itu menerobos me mek Dina yang telah basah berlendir. Ketika separuh kon tolku telah menerobos me mek Dina, aku berhenti sejenak dan membiarkan Dina menikmatinya. Kulihat ekspresi wajah Dina yang menggelinjang kenikmatan. Tangannya meremas-remas kain seprei. Dari mulutnya keluar desah-desah nikmat. Ketika aku menikmati ekspresi penuh kenikmatan wajah Dina di saat itulah Ayu mencium pantatku. Aku terkejut karena geli. Karena itu aku menyodokkan kon tolku dengan keras ke arah Dina. kon tolku yang besar dan panjang itu langsung menerobos me mek Dina sehingga tertanam sepenuhnya. Dina tersentak dan membelalakkan matanya sambil mengerang hebat. “Aaoohh oom”, erang Dina penuh kenikmatan. Dina menhentak2kan pantatnya ke atas untuk menerima kon tolku sepenuhnya. Pahanya membelit pinggangku.

    Setelah berhenti sejenak dan memberi kesempatan kepada Dina untuk menikmati sensasi ini, aku mulai bergerak. kon tol kuenjotkan maju mundur. Mula-mula perlahan-lahan, lalu bergerak makin cepat. Tubuh Dina bergetar-getar seirama dengan enjotan kon tolku. Mulut Dina terbuka dan mendesis-desis. Aku segera melumat bibir Dina dan Dina membalasnya.

    Tubuhku mulai berkeringat, menetes dan menyatu dengan keringat Dina. Dina membuka pahanya lebar-lebar sehingga aku dapat leluasa menggenjot me meknya. Terdengar kecipak bunyi cairan me mek Dina karena sodokan kon tolku. “Aku mau nyampe oom” erang Dina. “Ayo, oom.. Lebih keras! Auu!!” . Aku mempercepat gerakanku dan dalam hitungan dua menit, Dina menjerit sekeras-kerasnya sambil menghentak-hentakkan pantatnya ke atas. Tubuhnya menggeletar karena rasa nikmat yang luar biasa. Pahanya ketat membelit pinggangku dan tangannya memelukku dengan eratnya. Desah puas terdengar dari mulutnya. “Ayu masih menunggu Din”, kataku mengingatkan. Dina mengangguk dan melepaskan pelukannya. Aku mencabut kon tolku yang masih tegak keras dan berkilat-kilat karena dilumuri lendir me mek Dina. Dari me mek Dina kulihat aliran lendir me meknya. Dina tetap berbaring dengan paha terbuka dan mata tertutup. Toketnya membusung ke atas, agak memerah karena remasan dan gigitanku.

    aku menoleh ke arah Ayu, “Sekarang giliranmu Yu”. Aku tahu bahwa ayu sudah sangat bernapsu. Langsung aku menyuruh ayu menungging, aku ingin melakukan lagi doggie style seperti yang kulakukan di kamar mandi beberapa saat yang lalu. “Ayo,om, ayu udah nggak sabar, nih. Pengen cepat dienjot kon tol om yang gede itu.” “Siapa takut!” sahutku. Karena ayu sudah sangat terangsang, aku tidak menunggu lama-lama. Langsung saja kuarahkan kon tolku ke arah me meknya. Jembutnya yang hitam lebat itu kusibak, tampaklah bibir me meknya yang berwarna merah muda dan basah berlendir. Ayu menurunkan kepalanya hingga bertumpu ke bantal. Pantatnya terangkat. Ayu meremas ujung-ujung bantal dengan nafasnya berdesah tak teratur. Bulu-bulu halus tubuhnya meremang, menantikan saat-saat sensasional ketika kon tolku akan menerobos me meknya. Aku makin merapat. Aku mengelus-elus kedua belahan pantatnya. Perlahan-lahan aku mempermainkan jembut lebat disekitar me meknya yang sudah basah itu dan kemudian menggesek it ilnya. Ayu mengerang-erang menahan napsunya yang semakin menggila.

    Pantatnya bergetar menahan rangsangan tanganku. “Ayo, om”, erangnya. “Udah nggak tahan nih!” . Aku mengarahkan kon tolku yang masih sangat keras itu ke arah me meknya. Kuselipkannya kepala kon tolku di antara bibir me meknya. Ayu mendesah. Kemudian perlahan tapi pasti aku mendorong kon tolku ke depan. kon tolku menerobos me meknya. Ayu menjerit kecil sambil mendongakkan kepalanya keatas. Sejenak aku berhenti dan membiarkan ayu menikmatinya. Ketika ayu tengah mengerang-erang dan menggelinjang-gelinjang, mendadak aku menyodokkan kon tolku ke depan dengan cepat dan keras sehingga kon tolku meluncur ke dalam me meknya. Ayu tersentak dan menjerit keras. “Aduh om, enak!” jeritnya. Aku mempercepat enjotan kon tolku di me meknya. Semakin keras dan cepat enjotanku, semakin keras erangan dan jeritannya. “Aa..h.!” jeritnya nyampe. Ayu terkapar di tempat tidur telungkup, sementara aku belum juga ngecret.

    Kemudian ayu kutelentangkan dan aku menaiki tubuhnya, pahaku menempel erat dipahanya yang mengangkang. Kepala kon tolku ditempelkan ke it ilnya. Sambil menciumi leher, pundak dan belakang telinganya, kepala kon tol kugerak- gerakan mengelilingi bibir me meknya yang sudah basah. Ayu merem melek menikmati kon tolku di bibir me meknya, akhirnya kuselipkan kon tolku. “Aah”‘ jeritnya keenakan. Ayu merasa kenikmatan yang luar biasa dan sedikit demi sedikit kumasukkan kon tolku. Ayu menggoyangkan pantatnya sehingga kon tolku hampir seluruhnya masuk.

    “om enjot dong kon tolnya, rasanya nikmat sekali”. Perlahan aku mulai mengenjot kon tolku keluar masuk me meknya. Ayu menarik2 sprei tempat tidur saking enaknya, sementara paha nya dikangkangin lebar-lebar, hingga akhirnya kakinya melingkar di pantatku supaya kon tolku masuk sedalam-dalam ke me meknya. Ayu berteriak-teriak dan merapatkan jepitan kakinya di pantatku, sambil menarik kuat-kuat sprei tempat tidur. Aku membenamkan kon tolku seluruhnya di dalam me meknya. “om, aku nyampe lagi..Ahh.. Ahh.. Ahh,” jeritnya. Beberapa saat kemudian, ayu membuka sedikit jepitan kakinya dipantatku, pahanya kubuka lebar2 dan akhirnya dengan cepat kuenjot kon tolku keluar masuk me meknya. Nikmat sekali rasanya. setelah delapan sampai sembilan enjotan kon tolku di me meknya dan akhirnya kurasakan ada sesuatu yang meledak dari dalam kon tolku. Croot.. Croot..Croot.. Croot.. “Yu, Aku keluar”, erangnya. Pejuku muncrat banyak sekali memenuhi me meknya. Tanganku mencekal pahanya dan menarik erat-erat kearah kon tolku, sehingga kon tolku terbenam makin dalamnya di me meknya.

    Ayu bersimbah keringat, keringatnya yang bercampur dengan keringatku sendiri. Ayu mencengkam seprei kuat-kuat, menahan rasa nikmat yang melanda sekujur tubuhnya. Aku membiarkan kon tolku tetap menancap di me meknya dan mendaratkan bibirku di bibirnya. Kami berpagutan erat. “Oh! nikmatnya!” katanya. “om luar biasa ya, udah ronde ketiga, bisa bikin aku 2 kali nyampe, dan ngecretnya tetap banyak”. Aku mencabut kon tolku dari me mek nya. Pejuku bercampur cairan me meknya, menetes membasahi pahanya. Kami bertiga rebah di tempat tidur. Aku ditengah diantara Dina dan ayu. Aku mencium pipi mereka, kami hanya berbaring diam merasakan kenikmatan yang masih membekas. Akhirnya kami terlelap karena kelelahan.

    Pagi harinya ayu terbangun karena tempat tidur bergoyang dengan keras dan terdengar erangan Dina, aku sudah memulai aktivitas pagi dengan mengen toti Dina. Dina yang telentang mengangkang menjerit keenakan “Aa..”, jeritnya. kon tolku yang besar dan panjang itu menerobos ke luar masuk me meknya. Dina menghentak-hentakkan pantatnya ke atas sehingga kon tolku menyuruk lebih dalam lagi. Aku berhenti dan membiarkan Dina menikmatinya. Dina terus mendesis-desis dan mengerang-erang nikmat. Aku terus mengenjotkan kon tolku keluar masuk. Erangan Dina semakin keras. Toketnya bergoncang-goncang seirama dengan enjotanku. Dina mencengkam kedua lenganku sementara aku tetap saja mengocok kon tolku keluar masuk dengan cepat. “Cepat.. oom..” gumam Dina, “Dina mau nyampe..” Aku lebih mempercepat tempo enjotanku. Tiba-tiba Dina menarik tubuhku hingga aku rebah sepenuhnya di atas tubuh Dina. “Aaahh..”, jeritnya. Tubuh Dina bergetar hebat. Pantatnya dihentak- hentakkannya ke atas. Pahanya terangkat dan membelit pantatku sehingga menyatu sepenuhnya. Nafasnya terengah-engah. Aku mencabut kon tolku yang berlumuran dengan cairan me mek Dina, masih keras karena belum ngecret.

    “Sekarang giliranmu Yu”, bisiknya. Tubuh Ayu kuraihnya dan toketnya menjadi sasaran remasanku. Tanganku satunya merambah jembutnya yang lebat. “Aah om”, erang Ayu. “om kuat sekali ya”. Aku tidak menjawab, hanya terus saja meremas2 toketnya. Ayu bangun dan segera mengemut kon tolku, dijilati cairan yang melumuri kon tol itu, dan kemudian kepalanya yang besar itu terbenam didalam mulutnya. Ayu mengangguk2kan kepalanya sehingga kon tol besar itu keluar masuk di mulutnya. Aku mengerang keenakan. Jari2ku terbenam di dalam me meknya yang sudah basah karena menonton adegan syur antara aku dan Dina, napsuku juga sudah berkobar2 dari tadi. Ayu telentang dengan mata tertutup dan pahanya sudah mengangkang lebar siap untuk dien tot. Ayu menyudahi emutannya. Aku menaiki ayu dan mengarahkan kon tolku yang masih keras ke me meknya. kon tolku diusap-usap di bibir me meknya. Ayu mendesis dan mulai menggelinjang. Kepala kon tolku perlahan-lahan mulai menguak bibir me meknya yang telah basah. Aku menekan kon tolku sedikit demi sedikit dan kurasakan kon tolku mulai memasuki me meknya. Ayu mulai mendesah-desah. Tiba2 aku menyurukkan kon tolku ke dalam me meknya. “Aaa..” jeritnya keras. Matanya membelalak. kon tolku menancap dalam sekali di me meknya.

    Kemudian aku mulai menggerak-gerakkan kon tolku keluar masuk. Tanganku menyusup ke punggungnya dan memeluknya erat. Mulutku terbenam di lehernya. “Lebih keras lagi om”, erangnya. Aku memompa kon tolku keluar masuk semakin bersemangat. Keringat mengucur dari seluruh tubuhku, bercampur dengan keringatnya. Aku mengangkat sedikit dadanya. Mulutku segera menerkam toket kirinya yang berguncang-guncang itu. Dari toket kiri dia beralih ke kanan. ” om, aku mau nyampe lagi”, katanya terputus-putus. “Aku juga”, sahutku. Aku meningkatkan kecepatan genjotan kon tolku . Ayu menjerit-jerit semakin keras, dan merangkulku erat-erat. Ayu sudah nyampe. Akhirnya dengan satu hentakan keras aku membenamkan kon tolku dalam-dalam. Ayu menjerit keras. Pantat dihentak- hentakkannya ke atas. Paha diangkat membelit pinggangku mengiringi muncratnya pejuku ke dalam me meknya. Sungguh pagi yang meletihkan tapi sangat nikmat. Sekitar sepuluh menit aku diam membiarkan kenikmatan itu mengendur perlahan-lahan. Aku melepaskan kon tolku dan terhempas ke atas kasur empuk di antara Ayu dan Dina.

    Setelah beberapa saat beristirahat, kami beralih ke kamar mandi dan membersihkan tubuh. Kami saling menyirami dengan air hangat. Ayu dan Dina menggosokkan body foam ke badanku. Tidak dengan tangan tetapi dengan toket masing-masing. Diperlakukan seperti itu aku terangsang kembali. Perlahan-lahan kon tolku mulai bangun lagi. “Wuii.. Si ujang sudah bangun nih”, goda Ayu sambil mengelus kon tolku, “Sesudah ini kita makan dan mulai ronde berikutnya”, lanjutnya. Acara mandi selesai dan aku memesan makan pagi untuk kita bertiga. Ketika pesanan makan pagi datang, Ayu dan Dina bergegas kembali ke kamar mandi karena masih bertelanjang bulat. Aku menerima pesanan makan itu hanya dengan berlilitkan handuk di pinggang. Makanan yang tersedia disantap dengan lahap, setelah selesai kembali kami berbaring di tempat tidur yang sudah acak2an sepreinya.

    Ayu segera memulai aksinya, dengan penuh napsu segera kon tolku diemutnya, dikocok2nya dikeluar masukkan ke mulutnya sehingga keras kembali. “Ayo”, kataku, “Sekarang kalian menungging. Aku mau doggy-style”. Tanpa berkata-kata Ayu dan Dina segera melaksanakan perintahku. Aku memandang pantat mereka, tanganku mengelus2 me mek mereka dari belakang. it ilnya kugesek2. “Ayo oom”, kata Ayu, “sudah nggak sabar nih!”. Aku mengarahkan kon tolku yang sudah mengeras ke arah me mek Ayu. Tanpa kesulitan, kon tolku menembus me mek Ayu yang telah basah itu. Beberapa menit mengenjot me mek Ayu, aku lalu beralih ke Dina. Dina menjerit kecil ketika kon tolku menerobos me meknya. Aku mengenjot perlahan lalu semakin cepat. Dina mengerang keras. Beberapa menit kemudian aku beralih ke Ayu. Begitu seterusnya berkali2. Akhirnya aku mengenjot me mek Ayu dengan keras.

    Ayu menjerit keras dan terus mengerang-erang ketika kon tolku bergerak keluar masuk me meknya. Aku mempercepat gerakan kon tolku dan menghentak keras. Ayu menjerit keras, nyampe dan rebah ke atas tempat tidur. Melepaskan diri dari Ayu, aku beralih ke Dina. Dengan cepat aku menelentangkan Dina, kemudian menghujamkan kon tolku ke dalam me meknya. Dina juga menjerit keras. toketnya berguncang2 seirama dengan enjotan kon tolku. “Aaauu, om” jeritnya, “Dina mau nyampe!” “Aku juga”, balasku sambil menghentakkan kon tolku keras-keras. Aku rubuh ke atas tubuh Dina, dina kutindih. Di saat itu kurasakan deras pejuku memancar ke dalam me meknya. Aku letih, juga Dina dan Ayu. Ayu merangkak mendekat dan aku mengelus-elus kepalanya. Aku bangun. dina dan Ayu juga. Aku duduk di tempat tidur. Dari me meknya pejuku bercampur dengan ciranku menetes keluar. Aku merangkul bahu mereka. “Terima kasih Din, terima kasih yu”, kataku, “Harusnya ayu yang berterima kasih ke om, karena om sudah memberikan kenikmatan yang sangat buat ayu”.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Mbak Maya Memaksaku Untuk Bersetubuh

    Cerita Sex Mbak Maya Memaksaku Untuk Bersetubuh


    629 views

    Perawanku – Cerita Sex Mbak Maya Memaksaku Untuk Bersetubuh, Saya seorang pria berumur 40 tahun, Istri saya satu tahun lebih muda dari saya, Secara keseluruhan kami keluarga bahagia dengan dua anak yang manis-manis. Yang sulung, perempuan kelas II SMP (Nisa) dan bungsu laki-laki kelas 3 SD. Saya bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi.

    Sedangkan istri saya seorang wanita karier yang sukses di bidang farmasi. Kini dia menjabat sebagai Distric Manager. Kami saling mencintai. Dia merupakan seorang istri yang setia. Saya sendiri pada dasarnya suami yang setia pula. Paling tidak saya setia terhadap perasaan cinta saya kepada istri saya.

    Tapi tidak untuk soal seks. Saya seorang peselingkuh. Ini semua karena saya memiliki libido yang amat tinggi sementara istri saya tidak cukup punya minat di bidang seks. Saya menginginkan hubungan paling tidak dua kali dalam seminggu. Tetapi istri saya menganggap sekali dalam seminggu sudah berlebihan. Dia pernah bilang kepada saya, “Lebih enak hubungan sekali dalam sebulan.” Tiap kali hubungan kami mencapai orgasme bersama-sama. Jadi sebenarnya tidak ada masalah dengan saya.

    Rendahnya minat istri saya itu dikarenakan dia terlalu terkuras tenaga dan pikirannya untuk urusan kantor. Dia berangkat ke kantor pukul 07.30 dan pulang lepas Maghrib. Sampai di rumah sudah lesu dan sekitar pukul 20.00 dia sudah terlelap, meninggalkan saya kekeringan. Kalau sudah begitu biasanya saya melakukan onani. Tentu tanpa sepengetahuan dia, karena malu kalau ketahuan.

    Selama perkawinan kami sudah tak terhitung berapa kali saya berselingkuh. Kalau istri saya tahu, saya tak bisa membayangkan akan seperti apa neraka yang diciptakannya. Bukan apa-apa. Perempuan-perempuan yang saya tiduri adalah mereka yang sangat dekat dengan dia. Saya menyimpan rapat rahasia itu. Sampai kini. Itu karena saya melakukan persetubuhan hanya sekali terhadap seorang perempuan yang sama. Saya tak mau mengulanginya. Saya khawatir, pengulangan bakal melibatkan perasaan. Padahal yang saya inginkan cuma persetubuhan fisik. Bukan hati dan perasaan. Saya berusaha mengindarinya sebisa mungkin, dan memberi kesan kepada si perempuan bahwa semua yang terjadi adalah kekeliruan. Memang ada beberapa perempuan sebagai perkecualian yang nanti akan saya ceritakan.

    Perempuan pertama yang saya tiduri semenjak menikah tidak lain adalah kakak istri saya. Oh ya, istri saya merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Semuanya perempuan. Istri saya sebut saja bernama Yeni. Kedua kakak Yeni sudah menikah dan punya anak. Mereka keluarga bahagia semuanya, dan telah memiliki tempat tinggal masing-masing. Hanya saya dan istri yang ikut mertua dua tahun pertama perkawinan kami. Setiap minggu keluarga besar istri saya  berkumpul. Mereka keluarga yang hangat dan saling menyayangi.

    Mbak Maya, kakak istri saya ini adalah seorang perempuan yang dominan. Dia terlihat sangat menguasai suaminya. Saya sering melihat Mbak Maya menghardik suaminya yang berpenampilan culun. Suami Mbak Maya sering berkeluh-kesah dengan saya tentang sikap istrinya. Tetapi kepada orang lain Mbak Maya sangat ramah, termasuk kepada saya. Dia bahkan sangat baik. Mbak Maya sering datang bersama kedua anaknya berkunjung ke rumah   orang tuanya -yang artinya rumah saya juga- tanpa suaminya. Kadang-kadang sebagai basa-basi saya bertanya, “Kenapa Mas Wid tidak diajak?” “Ahh malas saya ngajak dia,” jawabnya. Saya tak pernah bertanya lebih jauh.

    Seringkali saat Mbak Maya datang dan menginap, pas istri saya sedang tugas luar kota. Istri saya dua minggu sekali keluar kota saat itu. Dia adalah seorang detailer yang gigih dan ambisius. Jika sudah demikian biasanya ibu mertua saya yang menyiapkan kopi buat saya, atau makan pagi dan makan malam. Tapi jika pas ada Mbak Maya, ya si Mbak inilah yang menggantikan tugas ibu mertua. Tak jarang Mbak Maya menemani saya makan.

    Karena seringnya bertemu, maka saya pun mulai dirasuki pikiran kotor. Saya sering membayangkan bisa tidur dengan Mbak Maya. Tapi mustahil. Mbak Maya tidak menunjukkan tipe perempuan yang gampang diajak tidur. Karenanya saya hanya bisa membayangkannya. Apalagi kalau pas hasrat menggejolak sementara istri saya up country. Aduhh, tersiksa sekali rasanya. Dan sore itu, sehabis mandi keramas saya mengeringkan rambut dengan kipas angin di dalam kamar. Saya hanya bercelana dalam ketika Mbak Maya mendadak membuka pintu.

    “Kopinya Dik Andy.” Saya terkejut, dan Mbak Maya buru-buru menutup pintu ketika melihat sebelah tangan saya berada di dalam celana dalam, sementara satu tangan lain mengibas-ibas rambut di depan kipas angin. Saya malu awalnya. Tetapi kemudian berpikir, apa yang terjadi seandainya Mbak Maya melihat saya bugil ketika penis saya sedang tegang?

    Pikiran itu terus mengusik saya. Peristiwa membuka pintu kamar dengan mendadak bukan hal yang tidak mungkin. Adik-adik dan kakak-kakak istri saya memang terbiasa begitu. Mereka sepertinya tidak menganggap masalah. Seolah kamar kami adalah kamar mereka juga. Adik istri saya yang bungsu (masih kelas II SMU, sebut saja Rosi) bahkan pernah menyerobot masuk begitu saja ketika saya sedang bergumul dengan istri saya. Untung saat itu kami tidak sedang bugil. Tapi dia sendiri yang malu, dan berhari-hari meledek kami.

    Sejak peristiwa Mbak Maya membuka pintu itu, saya jadi sering memasang diri, tiduran di dalam kamar dengan hanya bercelana dalam sambil coli (onani). Saya hanya ingin menjaga supaya penis saya tegang, dan berharap saat itu Mbak Maya masuk. Saya rebahan sambil membaca majalah. Sialnya, yang saya incar tidak pernah datang. Sekali waktu malah si Rosi yang masuk buat meminjam lipstik istri saya. Ini memang sudah biasa. Buru-buru saya tutupkan CD saya. Tapi rupanya mata Rosi keburu melihat.

    “Woww, indahnya.” Dia tampak cengengesan sambil memolesi bibirnya dengan gincu. “Mau kemana?” tanya saya. “Nggak. Pengin makai lipstik aja.” Saya meneruskan membaca. “Coli ya Mas?” katanya. Gadis ini memang manja, dan sangat terbuka dengan saya. Ketika saya masih berpacaran dengan istri saya, kemanjaannya bahkan luar biasa. Tak jarang kalau saya datang dia menggelendot di punggung saya. Tentu saya tak punya pikiran apa-apa. Dia kan masih kecil waktu itu. Tapi sekarang. Ahh. Tiba-tiba saya memperhatikannya. Dia sudah dewasa. Sudah seksi. Teteknya 34. Pinggang ramping, kulit bersih. Dia yang paling cantik di antara saudara istri saya.

    Pikiran saya mulai kotor. Menurut saya, akan lebih mudah sebenarnya menjebak Rosi daripada Mbak Maya. Rosi lebih terbuka, lebih manja. Kalau cuma mencium pipi dan mengecup bibir sedikit, bukan hal yang sulit. Dulu saya sering mengecup pipinya. Tapi sejak dia kelihatan sudah dewasa, saya tak lagi melakukannya. Akhirnya sasaran jebakan saya beralih ke Rosi. Saya mencoba melupakan Mbak Maya.

    Sore selepas mandi saya rebahan di tempat tidur, dan kembali memasang jebakan untuk Rosi. Saya berbulat hati untuk memancing dia. Ini hari terakhir istri saya up country. Artinya besok di kamar ini sudah ada istri saya. Saya elus perlahan-lahan penis saya hingga berdiri tegak. Saya tidak membaca majalah.

    Saya seolah sedang onani. Saya pejamkan mata saya. Beberapa menit kemudian saya dengar pintu kamar berderit lembut. Ada yang membuka. Saya diam saja seolah sedang keasyikan onani. Tidak ada tanggapan. Saya melihat pintu dengan sudut mata yang terpicing. Sialan. Tak ada orang sama sekali. Mungkin si Rosi langsung kabur. Saya hampir saja menghentikan onani saya ketika dari mata yang hampir tertutup saya lihat bayangan.

    Segera saya mengelus-elus penis saya dengan agak cepat dan badan bergerak-gerak kecil. Saya mencoba mengerling di antara picingan mata. Astaga! Kepala Mbak Maya di ambang pintu. Tapi kemudian bayangan itu lenyap. Lalu muncul lagi, hilang lagi, Kini tahulah saya, Mbak Maya sembunyi-sembunyi melihat saya. Beberapa saat kemudian pintu ditutup, dan tak dibuka kembali sampai saya menghentikan onani saya. Tanpa mani keluar.

    Malamnya, di meja makan kami makan bersama-sama. Saya, kedua mertua, Mbak Maya, Rosi dan kakak Rosi, Mayang. Berkali-kali saya merasakan Mbak Maya memperhatikan saya. Saya berdebar-debar membayangkan apa yang ada di pikiran Mbak Maya. Saya sengaja memperlambat makan saya. Dan ternyata Mbak Maya pun demikian.

    Sehingga sampai semua beranjak dari meja makan, tinggal kami berdua. Selesai makan kami tidak segera berlalu. Piring-piring kotor dan makanan telah dibereskan Mak Jah, pembantu kami.

    “Dik Andy kesepian ya? Suka begitu kalau kesepian?” Mbak Maya mebuka suara. Saya kaget. Dia duduk persis di kanan saya. Dia memandangi saya. Matanya seakan jatuh kasihan kepada saya. Sialan. “Maksud Mbak May apaan sih?” saya pura-pura tidak tahu. “Tadi Mbak May lihat Dik Andy ngapain di kamar. Sampai Dik Andy nggak liat.

    Kalau sedang gitu, kunci pintunya. Kalau Rosi atau Ibu lihat gimana?” “Apaan sih?” saya tetap pura-pura tidak mengerti. “Tadi onani kan?” “Ohh.” Saya berpura-pura malu. Perasaan saya senang bercampur gugup, menunggu reaksi Mbak Maya. Saya menghela nafas panjang. Sengaja. “Yahh, Yeni sudah tiga hari keluar kota. Pikiran saya sedang kotor. Jadi..” “Besok lagi kalau Yeni mau keluar kota, kamu minta jatah dulu.”

    “Ahh Mbak May ini. Susah Mbak nunggu moodnya si Yeni. Kadang pas saya lagi pengin dia sudah kecapekan.” “Tapi itu kan kewajiban dia melayani kamu?” “Saya tidak ingin dia melakukan dengan terpaksa.” Kami sama-sama diam. Saya terus menunggu. Menunggu. Jantung saya berdegup keras.

    “Kamu sering swalayan gitu?” “Yaa sering Mbak. Kalau pengin, terus Yeni nggak mau, ya saya swalayan. Ahh udah aahh. Kok ngomongin gitu?” Saya pura-pura ingin mengalihkan pembicaraan. Tapi Mbak Maya tidak peduli. “Gini lho Dik. Masalahnya, itu tidak sehat untuk perkawinan kalian. Kamu harus berbicara dengan Yeni. Masa sudah punya istri masih swalayan.” Mbak Maya memegang punggung tangan saya. “Maaf Mbak. Nafsu saya besar. Sebaliknya dengan Yeni. Jadi kayaknya saya yang mesti mengikuti kondisi dia.” Kali ini saya bicara jujur. “Saya cukup puas bisa melayani diri sendiri kok.” “Kasihan kamu.”

    Mbak Maya menyentuh ujung rambut saya, dan disibakkannya ke belakang. Saya memberanikan diri menangkap tangan itu, dan menciumnya selintas. Mbak Maya seperti kaget, dan buru-buru menariknya. “Kapan kalian terakhir kumpul?” “Dua atau tiga minggu lalu,” jawab saya. Bohong besar. Mbak Maya mendesis kaget. “Ya ampuun.” “Mbak. Tapi Mbak jangan bilang apa-apa ke Yeni. Nanti salah pengertian. Dikira saya mengadu soal begituan.” Mbak Maya kembali menggenggam tangan saya. Erat, dan meremasnya. Isi celana saya mulai  bergerak-gerak. Kali ini saya yang menarik tangan saya dari genggaman Mbak Maya. Tapi Mbak Maya menahannya. Saya menarik lagi. Bukan apa-apa. Kali ini saya takut nanti dilihat orang lain. “Saya horny kalau Mbak pegang terus.” Mbak Maya tertawa kecil dan melepaskan tangan saya. Dia beranjak sambil mengucek-ucek rambut saya. “Kaciaann ipar Mbak satu ini.” Mbak Maya berlalu, menuju ruang keluarga. “Liat TV aja yuk,” ajaknya. Saya memaki dalam hati. Kurang ajar betul. Dibilang saya horny malah cengengesan, bukannya bilang, “Saya juga nih, Dik.” Setengah jengkel saya mengikutinya. Di ruang keluarga semua kumpul kecuali Rosi.  Hanya sebentar. Saya masuk ke kamar.

    Sekitar pukul 23.00 pintu kamar saya berderit. Saya menoleh. Mbak Maya. Dia menempelkan telunjuknya di bibirnya. “Belum bobo?” tanyanya lirih. Jantung saya berdenyut keras. “Belum.” Jawab saya. “Kita ngobrol di luar yuk?” “Di sini saja Mbak.” Saya seperti mendapat inspirasi. “Ihh. Di teras aja. Udah ngantuk belum?” Mbak Maya segera menghilang. Dengan hanya bersarung telanjang dada dan CD saya mengikuti Mbak Maya ke teras. Saya memang terbiasa tidur bertelanjang dada dan bersarung. Rumah telah senyap. TV telah dimatikan. Keluarga ini memang terbiasa tidur sebelum jam 22.00. Hanya aku yang betah melek.

    Mbak Maya mengenakan daster tanpa lengan. Ujung atas hanya berupa seutas tali tipis. Daster kuning yang agak ketat. Saya kini memperhatikan betul lekuk tubuh perempuan yang berjalan di depan saya itu. Pantat menonjol. Singset. Kulitnya paling putih di antara semua sadaranya. Umurnya berselisih tiga tahun dengan Yeni. Mbak Maya duduk di bangku teras yang gelap. Bangku ini dulu sering saya gunakan bercumbu dengan Yeni. Wajah Mbak Maya hanya terlihat samar-samar oleh cahaya lampu TL 10 watt milik tetangga sebelah. Itupun terhalang oleh daun-daun angsana yang rimbun.

    Dia memberi tempat kepada saya. Kami duduk hampir berhimpitan. Saya memang sengaja. Ketika dia mencoba menggeser sedikit menjauh, perlahan-lahan saya mendekakan diri. “Dik Andy” Mbak Maya membuka percakapan. “Nasib kamu itu sebenernya tak jauh beda dengan Mbak.” Saya mengernyitkan dahi. Menunggu Mbak Maya menjelaskan. Tapi perempuan itu diam saja. tangannya memilin-milin ujung rambut. “Maksud Mbak apa sih?” “Tidak bahagia dalam urusan tempat tidur. Ih. Gimana sih.” Mbak Maya mencubit paha saya. Saya mengaduh. Memang sakit, Tapi saya senang. Perlahan-lahan penis saya bergerak. “Kok bisa?” “Nggak tahu tuh. Mas Wib itu loyo abis.” “Impoten?” Saya agak kaget. “Ya enggak sih. Tapi susah diajakin. Banyak nolaknya. Malas saya. Perempuan kok dibegituin,” “Hihihi.. Tadi kok kasih nasihat ke saya?” Saya tersenyum kecil. Mbak Maya mencoba mendaratkan lagi cubitannya. Tapi saya lebih sigap. Saya tangkap tangan itu, dan saya amankan dalam genggaman. Saya mulai berani. Saya remas tangan Mbak Maya. Penis saya terasa menegang. Badan mulai panas dingin. Mungkinkan malam ini saya dan Mbak Maya..

    “Terus cara pelampiasan Mbak gimana? Swalayan juga?” Tanya saya. Saya taruh sebelah tangan di atas pahanya. Mbak Maya mencoba menghindar, tapi tak jadi. “Enggak dong. Malu. Risih. Ya ditahan aja.” “Kapan terakhir Mbak Maya tidur sama Mas Wib?” Saya mencium punggung tangan Mbak Maya. Lalu tangan itu saya taruh perlahan-lahan di antara pahaku, sedikit menyentuh penis. “Dua minggu lalu.” “Heh?” Saya menatap matanya. Bener enggak sih. Kok jawabannya sama dengan saya? Ngeledek apa gimana nih. “Bener.” Matanya mengerling ke bawah, melihat sesuatu di dekat tangannya yang kugenggam. “Mbak..” Saya menyusun kekuatan untuk berbicara. Tenggorokan terasa kering. Nafsu saya mulai naik. Perempuan ini bener-bener seperti merpati. Jangan-jangan hanya jinak ketika didekati. Saat dipegang dia kabur.

    “Hm,” Mbak Maya menatap mata saya. “Mbak pengin?” Dia tak menjawab. Wajahnya tertunduk. Saya raih pundaknya. Saya elus rambutnya. Saya sentuh pipinya. Dia diam saja. Sejurus kemudian mulut kami berpagutan. Lama. Ciuman yang bergairah. Saya remas bagian dadanya. Lalu tali sebelah dasternya saya tarik dan terlepas. Mbak Maya merintih ketika jari saya menyentuh belahan dadanya. Secara spontan tangan kirinya yang sejak tadi di pangkuan saya menggapai apa saja. Dan yang tertangkap adalah penis. Dia meremasnya. Saya menggesek-gesekkan jari saya di dadanya. Kami kembali berciuman. “Di kamar aja yuk Mbak?” ajak saya. Lalu kami beranjak. Setengah berjingkat-jingkat menuju kamar Mbak Maya.  Kamar ini terletak bersebarangan dengan kamar saya. Di sebelah kamar Mbak Maya adalah kamar mertua saya.

    Malam itu tumpahlah segalanya. Kami bermain dengan hebatnya. Berkali-kali. Ini adalah perselingkuhan saya yang pertama sejak saya kawin. Belakangan saya tahu, itu juga perselingkuhan pertama Mbak Maya. Sebelum itu tak terbetik pikiran untuk selingkuh, apalagi tidur dengan laki-laki lain selain Mas Wib.

    Bermacam gaya kami lakukan. Termasuk oral, dan sebuah sedotan kuat menjelang saya orgasme. Semprotan mani menerjang tenggorokan Mbak Maya. Itulah pertama kali mani saya diminum perempuan. Yeni pun tidak pernah. Tidak mau. Jijik katanya. Menjelang pagi, saat tulang kami seperti dilolosi, saya kembali ke kamar. Tidur.

    Saya tidak berani mengulanginya lagi. Perasaan menyesal tumpah-ruah ketika saya bertemu istri saya. Mungkin itu juga yang dirasakan Mbak Maya. Selepas itu dia mencoba menghindari pembicaraan yang menjurus ke tempat tidur. Kami bersikap biasa-biasa, seolah tidak pernah terjadi apa pun.

    Ketika tidur di samping istri saya, saya berjanji dalam hati Tidak akan selingkuh lagi. Ternyata janji tinggal janji. Nafsu besar lebih mengusik saya. Terutama saat istri saya ke luar kota dan keinginan bersetubuh mendesak-desak dalam diri saya. Rasanya ingin mengulanginya dengan Mbak Maya. Tapi tampaknya mustahil. Mbak Maya benar-benar tidak memberi kesempatan kepada saya. Dia tidak lagi mau masuk kamar saya. Jika ada perlu di menyuruh Rosi, atau berteriak di luar kamar, memanggil saya. Bahkan mulai jarang menginap.

    Akhirnya saya kembali ke sasaran awal saya. Rosi. Mungkinkah saya menyetubuhi adik istri saya? Uhh. Mustahil. Kalau hamil? Beda dengan Mbak Maya. Kepada dia saya tidak ragu untuk mengeluarkan benih saya ke dalam rahimnya. Kalaupun hamil, tak masalah kan. Paling-paling kalau anaknya lahir dan mirip dengan saya yaa banyak cara untuk menepis tuduhan. Lagian masak sih pada curiga? Kehidupan terus berjalan. Usia kandungan istri saya menginjak bulan ke-4. Tahu sendirilah bagaimana kondisi perempuan kalau sedang hamil muda. Bawaannya malas melulu. Tapi untuk urusan pekerjaan dia sangat bersemangat. Dia memang pekerja yang ambisius. Berdedikasi, disiplin, dan penuh tanggung jawab. Karena itu jadwal keluar kota tetap dijalani. Kualitas hubungan seks kami makin buruk. Dia seakan benar-benar tak ingin disentuh kecuali pada saat benar-benar sedang relaks. Saya juga tak ingin memaksa. Karenanya saya makin sering beronani diam-diam di kamar mandi. Kadang-kadang saya kasihan terhadap diri sendiri. Kata-kata Mbak Maya sering terngiang-ngiang, terutama sesaat setelah sperma memancar dari penis saya. “Kacian adik iparku ini..” Tapi saya tak punya pilihan lain. Saya tak suka “jajan”. Maaf, saya agak jijik dengan perempuan lacur.

    Tiap kali beronani, yang saya bayangkan adalah wajah Mbak Maya atau si bungsu Rosi, bergantian. Rosi telah tumbuh menjadi gadis yang benar-benar matang. Montok, lincah. Cantik penuh gairah, dan terkesan genit. Meskipun masih bersikap manja terhadap saya, tetapi sudah tidak pernah lagi bergayutan di tubuh saya seperti semasa saya ngapelin kakaknya. Saya sering mencuri pandang ke arah payudaranya. Ukurannya sangat saya idealkan. Sekitar 34. Punya istri saya sendiri hanya 32.

    Seringkali, di balik baju seragam SMU-nya saya lihat gerakan indah payudara itu. Keinginan untuk melihat payudara itu begitu kuatnya. Tapi bagaimana? Mengintip? Di mana? Kamar mandi kami sangat rapat. Letak kamar saya dengannya berjauhan. Dia menempati kamar di sebelah gudang. Yang paling ujung kamar Mak Jah, pembantu kami. Setelah kamar Mayang, kakak Rosi, baru kamar saya. Kamar kami seluruhnya terbuat dari tembok. Sehingga tak mugkin buat ngintip. Tapi tunggu! Saya teringat gudang. Ya, kalau tidak salah antara gudang dengan kamar Rosi terdapat sebuah jendela. Dulunya gudang ini memang berupa tanah kosong semacam taman. Karena mertua butuh gudang tambahan, maka dibangunlah gudang. Jendela kamar Rosi yang menghadap ke gudang tidak dihilangkan. Saya pernah mengamati, dari jendela itu bisa mengintip isi kamar Rosi.

    Cerita Sex Mbak Maya Memaksaku Untuk Bersetubuh

    Cerita Sex Mbak Maya Memaksaku Untuk Bersetubuh

    Sejak itulah niat saya kesampaian. Saya sangat sering diam-diam ke gudang begitu Rosi selesai mandi. Memang ada celah kecil tapi tak cukup untuk mengintip. Karenanya diam-diam lubang itu saya perbesar dengan obeng. Saya benar-benar takjub melihat sepasang payudara montok dan indah milik Rosi. Meski sangat jarang, saya juga pernah melihat kemaluan Rosi yang ditumbuhi bulu-bulu lembut.

    Tiap kali mengintip, selalu saya melakukan onani sehingga di dekat lubang intipan itu terlihat bercak-bercak sperma saya. Tentu hanya saya yang tahu kenapa dan apa bercak itu. Keinginan untuk menikmati tubuh Rosi makin menggelayuti benak saya. Tetapi selalu tak saya temukan jalan. Sampai akhirnya malam itu. Mertua saya meminta saya mendampingi Rosi untuk menghadiri Ultah temannya di sebuah diskotik. Ibu khawatir terjadi apa-apa. Dengan perasaan luar biasa gembira saya antar Rosi. Istri saya menyuruh saya membawa mobil. Tapi saya menolak. “Kamu kan harus detailing. Pakai saja. Masa orang hamil mau naik motor?” Padahal yang sebenarnya, saya ingin merapat-rapatkan tubuh dengan Rosi.

    Kami berangkat sekitar pukul 19.00. Dia membonceng. Kedua tangannya memeluk pinggang saya. Saya rasakan benda kenyal di punggung saya. Jantung saya berdesir-desir. Sesekali dengan nakal saya injak pedal rem dengan mendadak. Akibatnya terjadi sentakan di punggung. Saya pura-pura tertawa ketika Rosi dengan manja memukuli punggung saya. “Mas Andy genit,” katanya. Pada suatu ketika, mungkin karena kesal, Rosi bahkan tanpa saya duga sengaja menempelkan dadanya ke puggung saya. Menekannya. “Kalau mau gini, bilang aja terus terang,” katanya. “Iya iya mau,” sahut saya. Tidak ada tanggapan. Rosi bahkan menggeser duduknya, merenggang. Sialan.

    Malam itu Rosi mengenakan rok span ketat dan atasan tank top, dibalut jaket kulit. Benar-benar seksi ipar saya ini. Di diskotik telah menunggu teman-teman Rosi. Ada sekitar 15-an orang. Saya membiarkan Rosi berabung dengan teman-temannya. Saya memilih duduk di sudut. Malu dong kalau nimbrung. Sudah tua, ihh. Saya hanya mengawasi dari kejauhan, menikmati tubuh-tubuh indah para ABG. Tapi pandangan saya selalu berakhir ke tubuh Rosi. She is the most beautiful girl. Di antara saudara istri saya Rosi memang yang paling cantik. Tercantik kedua ya Mbak Maya, baru Yeni, istri saya. Mayang yang terjelek. Tubuhnya kurus kering sehingga tidak menimbulkan nafsu.

    Sesekali Rosi menengok ke arah tempat duduk saya sambil melambai. Saya tersenyum mengangguk. Mereka turun ke arena. Sekitar tiga lagu Rosi menghampiri saya. “Mas Andy udah pesan minum?” tanyanya. Dagu saya menunjuk gelas berisi lemon tea di depan saya. Saya tak berani minum minuman beralkohol, meski hanya bir. Saya pun bukan pecandu. “Kamu kok ke sini, udah sana gabung temen-temen kamu,” kata saya. Janjinya Rosi dkk pulang pukul 22.00. Tadi ibu mertua juga bilang supaya pulangnya jangan larut. “Nggak enak liat Mas Andy mencangkung sendirian,” kata Rosi duduk di sebelah saya. “Sudah nggak pa-pa.” “Bener?” Saya mengangguk, dan Rosi kembali ke grupnya. Habis satu lagu, dia mendatangi saya. Menarik tangan saya. Saya memberontak. “Ayo. Nggak apa-apa, sekalian saya kenalin ama temen-temen. Mereka juga yang minta kok.” Saya menyerah. Saya ikut saja bergoyang-goyang. Asal goyang. Dunia diskotik sudah sangat lama tidak saya kunjungi. Dulupun saya jarang sekali. Hampir tidak pernah. Saya ke diskotik sekedar supaya tahu saja kayak apa suasananya. Sesekali tangan Rosi memegang tangan saya dan mengayun-ayunkannya. Musik bener-benr hingar-bingar. Lampu berkelap-kelip, dan kaki-kaki menghentak di lantai disko. Sesekali Rosi menuju meja untuk minum.

    Menjelang pukul 22.00 sebagian teman Rosi pulang. Saya segera mengajak Rosi pulang juga. “Bentar dong Mas Andy, please,” kata Rosi. Astaga. Tercium aroma alkohol dari mulutnya. “Heh. Kamu minum apa? Gila kamu. Sudah ayo pulang.” Segera saya gelandang dia. “Yee Mas Andy gitu deh.” Dia merajuk tapi saya tak peduli. Ruangan ini mulai menjemukan saya. “Udah dulu ya bro, sis. Satpam ngajakin pulang neh.” “Satpam-mu itu.” Saya menjitak lembut kepala Rosi. Rosi memang minum alkohol. Tak tahu apa yang diminumnya tadi. Dia pun terlihat sempoyongan. Saya jadi cemas. Takut nanti kena marah mertua. Disuruh jagain kok tidak bisa. Tapi ada senangnya juga sih. Rosi jadi lebih sering memeluk lengan saya supaya tidak sempoyongn.

    Kami menuju tempat parkir untuk mengambil motor. Saya bantu Rosi mengenakan jaket yang kami tinggal di motor. Saya bantu dia mengancing resluitingnya. Berdesir darah saya ketika sedikit tersentuk bukit di dadanya. “Hayoo, nakal lagi,” katanya. “Hus. Nggak sengaja juga.” “Sengaja nggak pa-pa kok Mas.” Omongan Rosi makin ngaco. Dia tarik ke bawah resluitingnya. Dan sebelum saya berkomentar dia sudah berkata, “Masih gerah. Ntar kalau dingin Rosi kancingin deh.” Segera mesin kunyalakan, dan motor melaju meninggalkan diskotik SO.

    Sungguh menyenangkan. Rosi yang setengah mabuk ini seakan merebahkan badannya di punggung saya. Kedua tangannya memeluk erat perut saya. Jangan tanya bagaimana birahi saya. Penis saya menegang sejak tadi. Dagu Rosu disadarkan ke pundak saya. Lembut nafasnya sesekali menyapu telinga saya. Saya perlambat laju motor. Benar-benar saya ingin menikmati. Lalu saya seperti merasa Rosi mencium pipi saya. Saya ingin memastikan dengan menoleh. Ternyata memang dia baru saja mencium pipi saya. Bahkan selanjutnya dia mengecup pipi saya. Saya kira dia benar-benar mabuk.

    “Mas Andy, Rosi pengin pacaran dulu,” katanya mengejutkan saya. “Pacaran sama Mas Andy? Gila kamu ya.” Penis saya makin kencang. “Mau enggak?” “Kamu mabuk ya?” Dia tak menjawab. Hanya pelukannya tambah erat. “Mas..” “Hmm” “Mas masih suka coli?” “Hus. Napa sih?” “Pengen tahu aja. Mbak Yeni nggak mau melayani ya?” “Tahu apa kamu ini.” Saya sedikit berteriak. Saya kaget sendiri. Entah kenapa saya tidak suka dia omong begitu, Mungkin reflek saja karena saya dipermalukan. “Sorry. Gitu aja marah.” Rosi kembali mencium pipi saya. Bahkan dia tempelkan terus bibirnya di pipi saya, sedikit di bawah telinga. “Saya horny Ros.” “Kapan? Sekarang? Ahh masak. Belum juga diapa-apain”

    Saya raih tangannya dan saya taruh di penis saya yang menyodok celana saya. Terperanjat dia. Tapi diam saja. Tangannya merasakan sesuatu bergerak-gerak di balik celana saya. “Pacaran ama Rosi mau nggak?” kata Rosi. Aroma alkohol benar-benar menyengat. “Di mana? Lagian udah malam. Nanti Ibu marah kalau kita pulang kemalaman.” “Kalau ama Mas Andy dijamin Ibu gak marah.” “Sok tahu.” “Bener. Ayuk deh. Ke taman aja. Tuh deket SMA I ajak. Asyik lagi. Bentar aja.” Tanpa menunggu perintah, motor saya arahkan ke Taman KB di seberang SMU I. Taman ini memang arena asyik bagi mereka yang seang berpacaran. Meski di sekitarnya lalu lintas ramai, tapi karena gelap, yaa tetap enak buat berpacaran. Kami mencari bangku kosong di taman. Sudah agak sepi jadi agak mudah mencarinya. Biasanya cukup ramai sehingga banyak yang berpacaran di rumputan. Begitu duduk. Langsung saja Rosi merebahkan kepalanya di dada saya. Saya tak mengira anak ini akan begini agresif. Atau karena pengaruh alkohol makin kuat? Entahlah. Kami melepas jaket dan menaruhnya di dekat bangku.

    “Kamu kan belum punya pacar, kok sudah segini berani Ros?” tanya saya. “Enak aja belum punya pacar.” Dia protes. “Habis siapa pacar kamu?” Saya genggam tangannya. Dia mengelus-elus dada saya. “Yaa ini.” Dia membuka kancing kemeja saya. Saya makin yakin dia diracuni alkohol. Tapi apa peduli saya. Inilah saatnya. Saya kecup keningnya. Matanya. Hidung, pipi, lalu bibirnya. Dia tersentak, dan memberikan pipinya. Saya kembali mencari bibirnya. Saya kecup lagi perlahan. Dia diam. Saya kulum. Dia diam saja. Benarkah anak ini belum pernah berciuman bibir dengan cowok? “Kamu belum pernah melakukan ya?” kata saya. Dia tak menjawab. Saya cium lagi bibirnya. Saya julurkan lidah saya. Tangannya meremas pinggang saya. Saya hisap lidahnya, saya kulum. Tangan saya kini menjalar mencari  payudara. Dia menggelinjang tetapi membiarkan tangan saya menyusiup di antara celah BH-nya. Ketika saya menemukan bukit kenyal dan meremasnya, dia mengerang panjang. Kedua kakinya terjatuh dari bangku dan menendang-nendang rumputan. Saya buka kancing BH-nya yang terletak di bagian depan. Saya usap-usap lembut, ke kiri, lalu ke kanan. Saya remas, saya kili-kili. Dia mengaduh. Tangannya terus meremasi pinggang dan paha saya.

    “Mas Andy..” “Hmm” “Please.. Please.” Saya mengangsurkan muka saya menciumi bukit-bukit itu. Dia makin tak terkendali. Lalu, srrt srrt..srrt. Sesuatu keluar dari penis saya. Busyet. Masa saya ejakulasi? Tapi benar, mani saya telah keluar. Anehnya saya masih bernafsu. Tidak seperti ketika bersetubuh dengan Yeni. Begitu mani keluar, tubuh saya lemas, dan nafsu hilang. Saya juga masih merasakan penis saya sanggup menerima rangsangan. Saya masih menciumi payudara itu, menghisap puting, dan tangan saya mengelus paha, menyelinap di antara celap CD. Membelai bulu-bulu lembut. Menyibak, dan merasakan daging basah. Mulut Rosi terus mengaduh-aduh. Saya rasakan kemaluan saya digeggamnya. Diremas dengan kasar, sehingga terasa sakit. Saya perlu menggeser tempat duduk karena sakitnya. Agaknya dia tahu, dan melonggarkan cengkeramannya.

    Lalu dia membuka resluiting celana saya, merogoh isinya. Meremas kuat-kuat. Tapi dia berhenti sebentar. “Kok basah Mas?” tanyanya. Saya diam saja. “Ehh,ini yang disebut mani ya?” Sejenak situasi kacau. Ini anak malah ngajak diskusi sih. Dia cium penis saya tapi tidak sampai menempel. Kayaknya dia mencoba membaui. “Kok gini baunya ya? Emang kayak gini ya? “Heeh,” jawab saya lalu kembali memainkan kelaminnya. “Asin juga ya?” Dia mengocok penis saya dengan tangannya. “Pelan-pelan Ros. Enakan kamu ciumin deh,” kata saya.

    Tanpa perintah lanjutan Rosi mencium dan mengulum penis saya. Uhh, kasarnya minta ampun, Tidak ada enaknya. Jauhh dengan yang dilakukan Mbak Maya. Berkali-kai saya meminta dia untuk lebih pelan. Bahkan sesekali dia menggigit penis saya sampai saya tersentak. Akhirnya saya kembali ejakulasi. Bukan oleh mulutnya tapi karena kocokan tangannya. Setelah itu sunyi. Saya lemas. Saya benahi pakaian saya. Dia juga membenahi pakaiannya. Tampaknya dia telah terbebas dari pengaruh alkohol. Wajahnya yang belepotan mani dibersihkan dengan tissu. “Makasih pelajarannya ya Mas.” Dia mengecup pipi saya. “Tapi kamu janji jaga rahasia kan?” Saya ingin memastikan. “Iyaah. Emang mau cerita ama siapa? Bunuh diri?” “Siapa tahu. Pokoknya just for us! Nobody else may knows.” Dia mengangguk. Kami bersiap-siap pulang. Sepanjang perjalanan dia memeluk erat tubuh saya. Menggelendot manja. Dan pikiran waras saya mulai bekerja. Saya mulai dihinggapi kecemasan.

    “Ros..” “Yaa” “Kamu nggak jatuh cinta ama Mas Andy kan? Everyting just for sex kan?” “Tahu deh.” “Please Ros. Kita nggak boleh keterusan. Anggap saja tadi kita sedang mabuk.” Saya menghentikan motor. “Iya deh.” “Bener ya? Ingat, Mas Andy ini suami Mbak Yeni.” Dia mengangguk mengerti. “Makasih Ros.” Saya kembali menjalankan motor. “Apa yang terjadi malam ini, tidak usahlah terulang lagi,” kata saya. Saya benar-benar takut sekarang. Saya sadari, Rosi masih kanak-kanak. Masih labil. Dia amat manja. Bisa saja dia lepas kendali dan tak mengerti apa arti hubungan seks sesaat. Lalu saya dengar dia sesenggukan. Menangis. Untunglah dia menepati janji. Segalanya berjalan seperti yang saya harapkan. Saya tak berani lagi mengulangi, meskipun kesempatan selalu terbuka dan dibuka oleh Rosi. Saya benar-benar takut akibatnya. Saya tidak mau menhancurkan keluarga besar istri saya. Tak mau menghancurkan rumah tangga saya.

    Saya hanya menikmati Rosi di dalam bayangan. Ketika sedang onani atau ketika sedang bersetubuh dengan Yeni. Sesekali saja saya membayangkan Mbak Maya.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Aku Di Entot Guruku Sendiri

    Cerita Sex Aku Di Entot Guruku Sendiri


    629 views

    Perawanku – Cerita Sex Aku Di Entot Guruku Sendiri, Cerita Sexs – Hari ini hari minggu, di siang hari yang pana di sudut kota Surabaya, aku sedang berkejaran dengan waktu dan bus kota. Peluh mengalir membasahi wajah dan baju, dalam hatiku aku bertekad untuk tidak datang terlambat hari ini.

    Penting bagiku untuk dating tepat waktu hari ini, sebab aku tidak ingin mengecewakan dosen yang sudah berulang kali memarahiku. Entah kenapa hari ini semuanya tampak tidak bersahabat denganku. Terminal bus yang terlalu ramai dengan orang-orang seolah-olah mengatakan bahwa aku harus datang lebih awal lagi jika tidak ingin terlambat.

    “Aku akan datang tepat waktu hari ini atau tamatlah sudah semua persiapan pada hari ini,” selorohku dalam hati.

    Bus yang kutunggu akhirnya dating juga, namun kayaknya hari ini lebih penuh dari biasanya, aku bergegas berdesakan dan masuk ke dalam bis tanpa ac yang baunya bercampur-campur antara bau keringat yang tengik dan bau penumpang yang tidak mandi hari ini kurasa. Tapi dengan membulatkan tekad akhirnya aku berhasil naik dan seperti sudah di duga aku tidak mendapatkan tempat duduk hari ini.

    “Hmm, pasti ada pria tampan yang mau memberikan tempat duduk kepada gadis manis hari ini,” pikirku samil menoleh kiri dan kanan mencari pria yang dimaksud.

    Aku Di entot Guruku Namun akhirnya aku harus berdiri sampai bus berhenti di depan falkutasku. Oh My God! Aku terlambat lagi hari ini. Kali ini keterlaluan sekali terlambat sampai 30 menit, mana hari ini ada tes kecil lagi. Aku langsung berlari kencang setelah membayar ongkos bus ke pak kondektur. Rok lipit-lipit warna senada yang kupakai berkibar-kibar seolah ingin protes dengan kecepatan lariku. Ada seorang mahasiswa yang hampir kutabrak langsung berteriak “Sinting!!” tapi aku tak pedulu dan terus berlari. Payudara ku yang berukuran 36 B, dibungkus dengan BH merah merek Pierre Cardin tampang terguncang-guncang naik turun dengan semangatnya, ya memang potongan BH sedikit rendah dan kemeja yang kupakai agak longgar sehingga aku merasa seperti BH nya mau melorot kebawah.

    Aku terus berlari dan menaiki anak tangga ke ruang kuliahku yang di lantai 4. Aku berkuliah di sebuah universitas swasta yang cukup punya nama di Surabaya. Sambil terus berlari aku kembali berpapasan dengan beberapa cowok yang sedang duduk-duduk di tangga sambil bercakap-cakap. Mereka bersuit-suit melihat aku berlari, bagiku itu justru menambah semangatku. Dengan Sepatu hak tinggi berwarna hitam menyala setinggi 6 cm tidak mengurangi kegesitan ku. Aku sudah berada di ujung tangga ketika kusadari para cowok kurang ajar itu mungkin mengintip dari bawah tangga.

    “Sialan!!” umpatku dalam hati, mereka pasti tahu aku mengenakan celana dalam merah hari ini.

    Akhirnya dengan segala perjuangan aku akhir sampai ke depan ruangan kelas, aku kemudian mengetok pintu, masuk dan langsung ke bangku yang masih kosong di belakang.

    Aku masih terengah-engah ketika Pak Eko, demikian nama dosenku, meneriaki namaku dengan keras.

    “YESSY!!, KAMU TAHU INI SUDAH JAM BERAPA???,” aku sampai meloncat kaget mendengar teriakan itu.
    “AYO KAMU KEDEPAN DULU SINI,” aku mengumpat dalam hati kemudian dengan berat langkah menuju ke depan kelas.

    Aku berdiri di depan kelas menghadap anak-anak yang tiba-tiba menjadi ramai seolah di depan kelas ada sesuatu yang aneh. Pak Eko menatapku dengan dingin, matanya seolah ingin menjelajahi tubuhku, napasku masih sangat terengah-engah dan akibatnya payudaraku bergerak naik turun seiring dengan napas ku. Kemeja putih yang aku pakai memang agak longgar tapi terbuat dari kain yang cukup tipis, sehingga samar-samar pasti terlihat warna BH ku yang menyolok, ah tapi cuek sajalah. Aku langsung mengecek ke bawah untuk melihat apakah pakaian yang aku pakai harus ditata jika tidak semestinya,

    “Semuanya tampak rapi,” pikirku cepat.
    “Haah, ternyata ada noda keringat basah yang tampak seperti bunga di kedua sisi ketiakku. Shit!!” kataku dalam hati.
    “Maaf Pak Eko hari ini saya terlambat karena bus sangat lama datangnya,” aku berkata cepat namun berusaha untuk tidak memicu kemarahannya.
    “Ya, saya tahu tapi hari ini kita sedang tes, dan kamu tahu aturannya kan bahwa ikut tes ini merupakan kewajiban sebelum UAS atau kamu tidak akan lulus pelajaran saya jika tidak mengikuti tes ini,” jelas Pak Eko tegas.
    “Kamu setelah kuliah ini harap menemui saya di kantor, kamu harus ikut tes susulan atau kamu tidak akan pernah lulus,” lanjutnya.
    “Ya pak,” jawabku cepat.

    Mata kuliah Pak Eko merupakan suatu mata kuliah yang sangat penting untuk mengambil mata kuliah lain karena tercantum hampir dalam setiap prasyarat mata kuliah lain. Dengan tidak lulus mata kuliah ini kemungkinan semester depan aku hanya dapat mengambil 1 mata kuliah saja yang lain semua terkena prasyarat.

    “Aku anak yang bertekad baja, aku harus lulus mata kuliah ini!!,” tekadku dalam hati.

    Pak Eko, umur 32 tahun, perawakan besar tinggi dan berkumis, kulitnya agak sawo matang tapi cukup putih untuk ukuran lelaki. Statusnya sudah cerai dengan istrinya dan sekarang hanya tinggal sendirian di salah satu kawasan elit di Surabaya, sebenarnya Pak Eko orang kaya dia punya usaha sampingan Rumah Walet di beberapa tempat. Tidak jelas mengapa ia mau menjadi dosen yang bayarannya hanya beberapa juta sebulan. Yang jelas orangnya ramah dan punya banyak teman. Teman saya pernah memergoki pak Eko di salah satu pub elit bersama temannya setelah di tanyai katanya urusan bisnis.

    Oh ya, namaku Yessy, aku cewek berusia 20 tahun. Sekarang kuliah semester 3 jurusan ekonomi, tubuhku langsing tapi berisi. Rambutku sebahu dan lurus seperti iklan yang di re-bonding itu lho. Banyak orang bilang aku cantik dan bukan saja orang hanya bilang, tapi aku sendiri bekerja paruh waktu sebagai SPG di berbagai tempat dan juga sebagai pagar ayu. Pokoknya untuk urusan pamer wajah dan badan aku pasti di ajak. Bukan apa apa sebenarnya, tetapi memang itulah kelebihanku. Aku punya banyak teman cowok maupun cewek aku orang yang pintar bergaul atau memang aku cantik sehingga banyak di kerubungi cowok yang sekedar senang atau memang menginginkan sesuatu, bukan hanya cantik lho, tapi juga seksi.

    Dadaku cukup padat berisi dan sesuai dengan postur tubuhku yang tinggi 162 cm dan berat 50 Kg, Kukira itu ukuran ideal yang di inginkan setiap wanita. Walaupun aku orang nya sering berada dimuka umum tapi aku sebenarnya agak pemalu, aku tidak berani berbicara sambil menatap mata orang, hanya kadang-kadang aku harus PeDe karena di bayar untuk itu. Tentu bukan hanya payudara ku saja yang indah, kulitku juga putih dan betisku mulus menantang setiap mata yang mampu menjelajahinya. Aku rajin merawatkan tubuh di berbagai salon kecantikan karena menurut bosku supaya lebih bernilai jual, entah apa maksudnya. Mungkin supaya penjualan produknya semakin besar atau supaya sering dipakai jadi SPG.

    “Yessy, hari ini bapak tidak sempat ke kantor lagi karena ada urusan penting yang tidak bisa di tunda. Kalau kamu betul pingin ikut tes ini, nanti hubungi bapak agak sore ya. Kalau lain kali bapak sudah enggak bisa kasih tes lagi, atau kamu mengulang aja tahun depan ya?” ucapan Pak Eko membuyarkan lamunan ku.

    Ternyata di kelas tinggal aku sendirian. Entah sejak kapan bubar, kayaknya aku terlalu banyak melamun hari ini.

    “Saya mau lulus semester ini pak, bagaimana kalau bapak tidak sempat nanti sore saja tes nya bahkan kalau di rumah bapak sekalipun saya bersedia yang penting bapak mau meluangkan waktu untuk saya” kataku gugup karena pikiranku baru terputus dan kacau.
    “Kamu tahukan nomor HP bapak kan? Ya sudah nanti sore bapak tunggu ya,” Lanjut pak Eko cepat langsung bergegas pergi.

    SubChapter 1b. Ketika semuanya di awali dengan ‘manis’

    Sudah jam empat sore ketika rangkaian kuliah hari ini selesai, aku tidak sempat pulang lagi, sambil melirik jam guess di tangan kiriku, janjiku dengan Pak Eko adalah jam 4.15 aku harus bergegas sebelum terlambat lagi, tidak usah melapor ke rumah lagi tokh tidak ada orang di rumah ku. Aku tinggal sendiri karena aku sebenarnya bukan orang Surabaya, aku anak luar pulau, aku tinggal sendirian di rumah kontrakan kecil yang tetangganya pun aku tidak berapa kenal. Keberanianku tinggal sendirian semata karena tekadku kuliah di Surabaya. Ya aku memang cewek bertekad baja.

    “Aku naik ojek sajalah ke rumah Pak Eko biar tidak terlambat” pikirku.

    Benar juga tidak sampai 10 menit aku sudah berdiri di depan sebuah rumah mewah berlantai 2 Pak Eko juga kebetulan baru pulang sehingga kami sama-sama masuk ke rumah. Pak Eko kemudian meminta waktu untuk mandi sebentar dan mempersilakan saya duduk di sofa berbulu putih yang tampaknya mahal. Begitu pak Eko hilang dari pandangan mataku aku berdiri dan melihat-lihat sekelililing.

    Aku terkagum-kagum melihat koleksi lukisan pak Eko yang indah-indah. Tiba-tiba ada geraman di belakangku, entah dari mana datangnya tapi dua ekor doberman besar sudah ada di belakangku dalam jarak kurang dari satu meter. Doberman-doberman tersebut cukup besar dan tinggi. Mereka mulai menggeram-geram dan maju perlahan. Aku takut sekali tapi aku tidak berani lari karena pasti di kejar dan bisa di gigit. Aku hanya maju ke dinding dan diam mungkin anjing itu akan menganggap aku bukan ancaman dan pergi. Aku merasa mereka makin mendekat mungkin hanya 1/4 meter lagi. Aku ingin berteriak tapi takut mereka jadi tambah galak lagipula pak Eko kemungkinan tidak mendengar dari kamar mandi. Aku cuma menutup mata dan berharap yang indah-indah.

    Dalam kegelapan tiba-tiba semua hening, anjing-anjing itu pasti sudah pergi, aku mencoba membuka mata dan menoleh ketika tiba-tiba terasa napas hangat di… Astaga!! di bagian atas belakang lutut. Salah satu doberman itu sudah begitu dekatnya sehingga napasnya dapat di rasakan pada kulitku yang mulus itu. Ia mulai menjilat-jilat bagian belakang pahaku, semakin lama semakin ke atas. Aku mulai merasa geli tapi tidak berani bergerak sedikitpun, jilatan itu menjadi semakin liar seolah-olah pahaku ada rasanya, yah.. mungkin bau dari kemaluanku, dan keringat yang mengering. Aku pernah menonton TV yang mengatakan bahwa binatang suka tertarik dengan bau kelamin lawan jenisnya sebelum memulai hubungan seks. Jilatan itu semakin naik sampai ke sela-sela paha bagian belakang dan mulai mengenai celana dalamku.

    “Ooohh, celana dalamku pasti basah nih” pikirku.

    Ludahnya terasa sekali banyaknya dan hangat serta geli. Aku mulai merasa terangsang karena jilatan itu. Doberman tersebut semakin bersemangat. Kayaknya ia tertarik dengan celana dalam merahku karena ia sudah tidak menjilati paha lagi tapi sudah menjilat celana dalamku. Kurasakan kemaluanku basah karena cairan kemaluanku sendiri deras mengalir seiring dengan ekstasi kenikmatan yang aku rasakan.

    Aku tiba-tiba terpikir bagaimana kalau celana dalamku di korbankan saja ke anjing itu, tapi bagaimana dengan anjing satunya yang menonton bagaimana kalau ia mau juga tapi kayaknya, oh syukur lah, hanya tinggal seekor saja. Aku memberanikan diri untuk mengangkat rok dan melucuti celana dalamku. Anjing itu menurut aja untuk menunggu seolah sudah tahu kalau celana dalam itu akan menjadi mainannya. Ia mundur dan membiarkan aku melucuti celana dalamku. Celana itu meluncur turun dengan cepat dan kulempar yang jauh. Tak disangka anjing itu langsung mengejar celana dalam itu dan memberi aku tempat kosong dan waktu untuk lari. Aku langsung lari dan mencari tempat yang aman.

    “Harus tempat yang tidak dapat di jangkau anjing tersebut,” Pikirku cepat.

    Kulihat di kebun belakang ada bangunan menyerupai air mancur dan letaknya cukup tinggi tapi harus dipanjat sedikit. Aku langsung lari kesana dan memanjat lalu berdiri diatasnya. Akhirnya aman juga, begitu pak Eko selesai mandi aku langsung berteriak minta tolong. Anjing itu juga tampaknya sibuk dengan celana dalamnya, sudah hampir di telan dan di gigit-gigit.

    “Harganya Rp 200.000, mati aku, baru beli lagi,” pikirku.

    Tiba-tiba aku panik bagaimana menjelaskan semua ini ke pak Eko ya? Lagipula sekarang ia harus turun dibantu oleh pak Eko karena tidak mungkin dia meloncat ke bawah, Bagaimana kalau kelihatan dari bawah oleh pak Eko kalau aku tidak mengenakan celana dalam? Atau haruskan dia berterus terang saja tokh pak Eko juga akan tahu kalau aku tidak pakai celana dalam?

    Aku Di entot Guruku Tiba-tiba pak Eko muncul dari dalam rumah dan berkata “Lho Yessy, kamu kok di atas sana?”
    “Menghindari anjing bapak” jawabku.
    “Anjingnya sudah bapak usir keluar ayo bapak bantu turunin kamu” kata pak Eko sembari maju mendekati.
    “Saya bisa sendiri kok saya lompat aja” jawabku lagi.

    Aku ogah ketahuan kalau enggak pakai celana dalam. Pak Eko bersikeras mau membantu aku turun jadi dia pergi mengambilkan kursi untukku. Akhirnya sampai juga di bawah lagi sekarang tinggal mengambil celana dalam itu yang pasti sudah di tinggalkan anjingnya di lantai. Mataku langsung cepat menyapu lantai mencari benda itu sebelum terlihat pak Eko. Aku sedang sibuk memeriksa lantai ketika pak Eko datang lagi sambil berkata,

    “Ini punyamu ya?” ditangannya terjulur sebuah celana dalam merah ku yang sudah basah kuyup dan penuh gigitan. Ini sangat memalukan masak celana dalam saya di pegang pak Eko terus basah lagi.
    “Iya pak, semua itu gara-gara anjing bapak, terima kasih pak,” jawabku gugup sambil menyambar benda itu dari tangan pak Eko.
    “Nanti bapak ganti deh, maafkan anjing bapak” kata pak Eko sambil menggeleng-gelengkan kepala.

    Berdiri di depan pak Eko dengan rok sependek ini dengan kenyataan tidak mengenakan celana dalam membuatku terangsang lagi. Cairan kemaluanku pasti menetes ke lantai nih, “Oohhh aku sudah tidak tahan lagi” pikirku dalam hati.

    Benar aja dugaanku tiba-tiba setitik cairan menetes kelantai di iringi tetes berikutnya. Hal ini terlihat jelas oleh pak Eko yang kebetulan sedang menunduk.

    “Oh, kamu pingin pipis ya? Itu ada kamar mandi. Bapak tidak punya celana dalam wanita buat gantinya tapi kalau mau bapak ngajak kamu ke mal untuk beli gantinya sekarang,” tawar pak Eko.

    Saya tidak menjawab langsung aja ngeloyor ke kamar mandi. Pak Eko memandangku sampai aku masuk ke kamar mandi.

    “Bapak-bapak boleh keluar sekarang” ucap pak Eko.

    Tampak dari sebuah ruangan sebelah yang dibatasi kaca cermin 1 arah keluarlah beberapa orang laki-laki setengah baya. Salah satu dari mereka tampaknya kaya dan peranakan tionghoa. Kelihatannya Ia businessman yang sukses. Sedangkan yang lain kelihatan adalah kaki tangannya.

    “Pak Bobi, bagaimana anjing saya pak? Anjing ini khusus di latih di Eropa untuk meniduri wanita yang ditemuinya sangat hebat dan ahli di bidangnya. Tawaran saya 750 juta masuk akal sekali kan pak?” jelas Pak Eko.
    “Seperti yang telah bapak saksikan sendiri dia dari belakang cermin tadi, anjing-anjing tersebut mampu mendekati dan melakukan inisitiaf sendiri, mereka bisa mencium bau kemaluan wanita dari jarak berkilo-kilo jika bapak mau pun dia bisa berhubungan seks dengan wanita tanpa perlu di bimbing asal wanita tersebut tidak melawan dan telanjang,” lanjut pak Eko jelas.
    “Okelah kita deal aja yang penting kamu harus kasih saya 1 show sebagai complimentary dan sekaligus melihat kemampuannya,” Pak Bobi berkata sambil menepuk pundak pak Eko, “Dan saya mau wanita tadi yang dipergunakan dalam show itu, dia tampak putih dan merangsang serta seksi saya suka dia,” lanjut pak Bobi.

    Pak Bobi langsung pamit dan keluar di depan sudah menunggu sebuah BMW seri 7 terbaru berwarna hitam gress dengan supir yang berpakaian putih-putih. BMW itu melaju cepat meninggalkan kediaman pak Eko.

    Sementara itu Yessy sudah selesai mencuci dan mengelap kering kemaluannya yang basah akibat jilatan anjing tersebut. Celana dalam itu tidak jadi dipakai kembali karena jijik dengan ludah dan lendir dari anjing terebut, ia bahkan akan membuangnya jika sudah dapat yang baru. Tentu saja ia suka dengan ucapan pak Eko yang berjanji untuk menggantinya dengan yang baru. Ia keluar dengan rok tanpa celana dalam. Terasa dingin karena angin bertiup di bawah kemaluannya. Ide mengenai jalan-jalan di mal tanpa mengenakan celana dalam cukup memalukan rasanya apalagi lelaki yang menemaninya mengetahui hal itu. Tapi tidak ada pilihan lain demi tes yang harus di kerjakan hari ini. Demi kelulusan yang dia cita-citakan selama ini.

    Pak Eko menghampiri dia sambil membawakan segelas besar juice leci yang tampaknya enak dan dingin.

    “Sebagai rasa bersalah saya ini hidangan sekadarnya, maaf kalau tidak ada makanan, nanti keluar makan aja sekalian sekarang di minum dulu lalu saya tunggu di mobil” tukas pak Eko.

    Aku minum dengan cepat sampai tumpah sedikit di kemejaku tepat di bagian payudara sebelah kiri rasa dingin langsung menyergap ke dalam. Aku tidak sempat ke kamar mandi lagi langsung kulap saja pakai tangan dan berlari ke mobil yang sudah menunggu di depan.

    SubChapter 1c. Di mal, permainan di mulai.

    “Kamu ulang aja tahun depan ya” ucapan pak Eko membuyarkan keheningan di mobil, “Maaf walau ada kejadian tadi tapi semuanya kan berawal dari keterlambatan kamu” lanjutnya.
    “Saya harus lulus apapun caranya” pintaku. Apapun caranya.
    “Kalau begitu nanti tesnya lisan aja di mal ok, kan kamu bilang apapun caranya” tawar pak Eko.
    “Ok” kataku cepat seolah tidak ingin dia berubah pikiran.

    Begitu turun dari parkir aku langsung berjalan menuju department store sementara pak Eko ikut di belakangku. Pak Eko mengisyaratkan agar Yessy mengikuti dia dan seolah sudah tahu jalan pak Eko langsung menuju ke tempat penjualan underwear di department store tersebut. Agak kagum namun di telan aja kekaguman itu, perhatian Yessy tertuju di setumpuk celana dalam yang bermerek sama dengan BH nya saat ini. Ia sudah menemukannya ketika seorang pelayan mengatakan bahwa celana dalam tersebut boleh di coba di kamar pas. Hal itu sedikit aneh bukan? Seharusnya celana dalam tidak boleh di coba? Ah tapi persetan dengan keanehan itu yang penting aku sekarang sudah kedinginan dan sudah mulai terangsang lagi.

    Kamar pas itu pas di sudut dengan cermin di dua sisi. Agak sempit tapi cukup terang berlantai karpet. Ia mengunci pintu dengan baik dan mulai membuka roknya. Tampak kemaluannya menyembul sedikit berwarna kemerahan dan tampak basah mengkilap dibawah siraman lampu. Ia mengangkat sebuah kakinya ke atas sebuah dudukan yang ada di ruang ganti tersebut sambil memeriksa kemaluannya yang basah. Rambut kemaluannya nampak cukup lebat dan subur sekali. Kemaluannya memiliki bibir yang mungil yang mampu mengundang semua “kumbang” untuk berduyun-duyung mengerubunginya. Bukan hanya “kumbang” bahkan mungkin kumbang juga akan berduyun-duyun mengerubunginya, mungkin siapa tahu. Bau lendir dari kemaluan sangat khas sekali setiap cewek bisa mempunyai bau yang berbeda namun seorang yang ahli dapat tetap membedakan mana bau dari kemaluan mana bau dari ketiak.

    Setelah di usap-usap sampai tampak kering barulah ia mengenakan celana dalam tersebut. Astaga celana dalam itu seksi sekali di pinggulnya, kenapa tidak terpikir dari dulu ya? Dia berputar-putar sejenak untuk memastikan semuanya benar dan melangkah keluar tanpa membukanya lagi. Sampai di depan tampak pak Eko lagi bercakap-cakap dengan sang pelayan tersebut. Pak Eko memberi kode apakah cocok dan ia mengiyakan, selanjutnya uang pun berpindah tangan ke laci kasir.

    “Sekarang ayo kita makan sebelum tes di mulai” perintah pak Eko sambil menggandeng tanganku, reflek aku menarik tanganku tapi kembali di pegang pak Eko kali ini agak keras sehingga aku takut dan menurut aja tokh habis ini selesai sudah.

    Kami makan di sebuah café yang memiliki kursi sofa berbentuk L dan tampak sangat private mungkin karena suasana café yang agak remang-remang dan orang yang tidak banyak mungkin hanya 3 meja yang ada penghuninya kebanyakan adalah pasangan muda. Kami memilih meja di sudut dan mulai memesan makanan. Pak Eko memesan steak ayam dengan segelas nescafe dan aku memesan salad semangka, nasi goreng special dan Lemon Tea. Aku betul-betul lapar sehingga begitu di tawari makanan ini aku mengangguk aja. Aku sedang menunggu pesanan ketika tiba-tiba aku merasa ada tangan di bawah rokku.

    Tangan pak Eko yang kasar meraba pahaku yang mulus. Aku mau berteriak tapi tidak enak kalau Cuma pak Eko tidak sengaja benar kan. Aku memandang pak Eko ketika tiba-tiba pak Eko menciumku. Aku langsung kaget dan mundur sambil berkata

    “Maaf, Bapak jangan begitu” tapi pak Eko membalas dengan mengatakan bahwa tes nya akan saya beri sekarang.

    Tiba-tiba terpikir bahwa bisa saja tes di ganti dengan pelukan dan kencan kilat seperti yang biasa di halalkan di kalangan dosen tertentu. Ah menurut sajalah. Tangan Pak Eko mulai merajalela dan semakin ke atas meraba daerah kemaluanku. Kontan aku basah lagi karena merasa nikmat dan geli, aku mulai menuruti permainan pak Eko ketika aku tersadar kami sedang ada di mal, didalam café dan sedang menanti makanan, dan mungkin saja ada orang yang melihat. Saya berusaha memberitahu dan melihat kalau-kalau ada yang melihat tapi sia-sia. Jari pak Eko sudah berada di dalam celana dalamku di gosok-gosokan ke kemaluanku yang basah. Rangsangan yang diberikan semakin hebat aku mulai tenggelam dan merintih nikmat.

    Tiba-tiba Pelayan entah bagaimana sudah ada di dekat situ. Bagaimana kalau dia melihat kami berciuman? Ah itu sudah jelas dan mungkin lumrah. Tapi bagaimana kalau ia melihat tangan pak Eko berada di bawah rok ku? Tiba-tiba semua kembali biasa lagi pak Eko dan aku menerima makanan kami dan mengucapkan terima kasih. Pelayan itu meninggalkan kami sesaat kemudian. Pak Eko kemudian menunjukan jarinya yang basah oleh lendir kemaluanku. Basah sekali sampai aku kaget dan malu apa iya aku jadi sebasah itu. Lendir itu betul berbau khas ketika di dekatkan ke hidungku. Aku malu sekali belum pernah semalu ini di depan umum. Apalagi ketika pak Eko mencium bau lendir tersebut dekat hidungnya. Dunia rasanya mau runtuh aja. Tiba-tiba pak Eko tersenyum dan menatapku dan berkata kamu lulus tes nomor satu.

    Tiba-tiba entah kenapa aku pingin pipis setelah selesai makan, mungkin karena cairan yang aku minum terlalu banyak sejak tadi. Aku mengatakan hal itu kepada pak Eko dan meminta izin kebelakang. Pak Eko mempersilakan aku langsung lari ke kamar mandi terdekat. Eh.. Ternyata sesampaiku disana kamar mandinya sedang out of order karena mungkin sedang di bersihkan, aku tidak menyerah dan naik ke lantai berikutnya yang ini juga out of order. Sementara otot lubang kencingku mulai berteriak-teriak seperti lagi kebakaran,

    “Tolong kucurkanlah airnya, siram api itu” kalau andaikata otot tersebut bisa bicara.

    Sepertinya kencingnya sudah diujung mau meluncur keluar ketika aku sedang menaiki eskalator ke lantai berikutnya, disini malah kamar mandinya tidak ada. Akhirnya dengan langkah gontai dan menahan pipis yang semakin mendesak aku kembali ke café dengan harapan pak Eko mengetahui letak toilet yang lain. Pak Eko masih minum kopi ketika aku sampai dan langsung duduk kembali.

    “Semua toilet rusak pak” jawabku putus asa.
    “Buka saja celana dalammu dan pipis disini” kata pak Eko ringan seolah-olah jawaban itu sangat bijaksana.

    Wajahku memerah seketika mendengar jawaban itu, malu rasanya saking hebatnya sampai-sampai pipisku muncrat sedikit.

    “Bagaimana mungkin pak” Jeritku pelan,
    “Buka dulu celana dalam kamu dan taruh di atas meja” perintah pak Eko.

    Hatiku langsung berdegup kencang dan wajahku menjadi semakin merah. Tapi aku takut dan mengikuti aja pak Eko. Aku mengangkat rokku sedikit dan melucuti celana dalam ku sambil duduk sambil berharap cemas tidak ada orang di café itu yang tahu. Celana dalam itu kuserahkan ke pak Eko yang kemudian di taruh di atas meja. Selanjutnya aku menunggu instruksi pak Eko. Pak Eko mengambil gelas kosong bekas lemon tea yang tadi kuminum dan menyodorkannya ke aku, sambil berkata,

    “Kamu pipis aja ke gelas ini, tokh tidak ada yang tahu kalau itu lemon tea atau pipis kamu”.

    Hatiku langsung copot mendengar perintah itu. Tapi ya mungkin itu satu-satunya jalan. Meja tempat kami duduk bukan tipe tertutup cuma saja karena kursi sofa sehingga posisi meja menutupi ku sampai batas dada dan juga meka tersebut cukup lebar Ya cukup tertutup dan rendah sehingga orang tidak mudah melihat apa yang terjadi di bawah meja tapi kalau ada yang menjulurkan kepala di bawah meja pasti akan terlihat pemandagan indah.

    Aku Di entot Guruku Aku menerima gelas tersebut dengan tangan gemetar selanjutnya aku memposisikan duduk ku ke ujung kursi agar bisa meletakan gelas di bawah kemaluanku. Aku tidak berapa jelas dimana posisi gelas apakah sudah tepat atau belum yang pasti aku harus membuka paha agak lebar, tangan kanan ku memegang gelas dan tangan kiri ku membuka bibir kemaluanku lebar-lebar, gelas kuposisikan tepat di mulut bibir kemaluanku dan tiba-tiba pak Eko berkata,

    “Jangan pipis dulu jaga aba-aba dari saya, dan jangan pipis terlalu kuat bunyinya itu lho bisa memancing perhatian orang,”

    Saya kemudian memandang sekeliling tampak ada beberapa laki-laki yang duduk berhadapan tapi tidak memperhatikan kami. Andaikata mereka menundukan badan kebawah sudah pasti mereka melihat jarak meja kami Cuma 1,5 meter saja. Mereka tepat berhadapan dengan kami, tadinya mereka tidak ada entah kenapa bisa berada di situ.

    “Oke Yessy, kalau sudah siap saya hitung sampai 3 dan kamu mulai pipis, 1.. 2.. 3” demikian aba-aba dari pak Eko.

    Aku pipis dengan perlahan tapi stabil, muncratan pertama agak keluar dan membasahi jariku dan mungkin juga lantai, tapi begitu pipis keluar lancar sudah tidak tumpah lagi. Aku betul-betul sudah tidak tahan lagi terlambat semenit pasti aku sudah pipis di kursi sofa tersebut. Tiba-tiba pak Eko memanggil pelayan di meja sebelah, aku baru mengeluarkan 1/3 dari seluruh kencingku, ketika pelayan tersebut dengan sigap mendatangi mejaku.

    Tiba-tiba aku sadar celana dalamku sudah tidak ada di atas meja. Celana dalam tersebut berada 1/2 meter di depan mejaku siapapun yang mengambilnya akan tahu aku sedang pipis ke dalam sebuah gelas, dan dia pasti akan mendapatkan pemandangan yang sangat indah. Bibir kemaluan yang terbuka, gelas yang berisi separuh cairan pipis kekuningan, dan lubang kemaluan yang memancarkan pipis kekuningan, pertunjukan yang cukup indah bukan hanya untuk kelas café,

    “Tolong ambilkan celana nona ini jatuh di depan itu pak” pak Eko meminta tolong pelayan untuk mengambil celana dalam yang jatuh di depan meja kami.

    Pelayan itu membungkuk dan mengambil celana dalam itu. Semua terjadi begitu cepat sampai aku tidak sempat menghentikan kegiatan ini. Dalam hati aku mau pingsan aja, pasti pelayan itu melihat aku pipis, oh tidak, pelayan itu kemudian berdiri dan sambil tersenyum sambil menyodorkan celana dalam itu ke saya, kedua tangan saya sedang sibuk di bawah ketika saya disodori celana dalam itu. Pelayan itu wajahnya merah karena malu dia kayaknya kaget sekali ketika tadi memungut celana itu.

    “Taruh aja di meja itu, terima kasih pak” jawabku menahan malu dan mukaku merah.
    “Kamu ini bagaimana sih Yes, masak orang sudah angkat barang kamu, kasih baik-baik masak kamu suruh taruh di meja itu kan celana dalam yang tidak sepatutnya berada di meja” sergap pak Eko, “Terima dengan kedua tangan kamu, berdiri dan membungkuk sendikit sambil mengucapkan terima kasih, ayo cepat!!” lanjut pak Eko setengah marah-marah.

    “Tapi..,” kencingku meluncur lebih deras dan tidak berdaya, tanganku tidak mungkin kuangkat, Aku sadar pak Eko sedang mempermalukan ku di depan pelayan ini.
    “Tapi saya tidak bisa pak” pintaku memohon.
    “Ya, sudah selesaikan dulu kerjamu baru terima celana itu dan lakukan seperti yang saya perintahkan” lanjut pak Eko penuh wibawa.

    Rasanya seperti setahun ketika akhirnya aku selesai memuntahkan seluruh kencing ke dalam gelas, tepat segelas penuh. Aku jadi sadar gelas ini harus kuangkat ke atas meja supaya kedua tanganku kosong. Aku mengangkat gelas itu dengan gemetar kutaruh di atas meja dan kemudian aku berdiri dan menerima celana dalam itu dan mengangguk terima kasih.

    Pelayan itu sepertinya melihat semua yang terjadi ketika dia tersenyum penuh arti kepadaku sambil menyodorkan celana dalam tersebut.

    “Minumannya sudah tidak diminum lagi non, biar saya angkat” pelayan itu berkata penuh arti seolah-olah tidak tahu apa-apa.
    “Sabar dulu belum habis diminum, ada apa buru-buru, ayo Yessy, habiskan dulu minuman kamu” Pak Eko berkata seolah tidak terjadi apa-apa juga.

    Yessy langsung syok begitu melihat segelas penuh kencingnya sendiri dalam satu-satunya gelas yang berisi “minuman”. Matanya menoleh ke pak Eko sambil berharap pak Eko tidak memaksa dia untuk meminum “minumam” dalam gelas itu.

    “Ayo habiskan kalau kurang manis bisa tambah gula” sambil mengambil sedotan di atas meja dan memasukan nya ke dalam gelas tersebut.

    Aku malu sekali harus meminum air kencing sendiri dalam gelas tinggi yang di beri sedotan lagi dan bukan saja itu melainkan di saksikan juga oleh 2 orang yang satu bahkan aku tidak tahu namanya dan mereka juga tahu bahwa itu adalah air kencingku sendiri. Tanganku gemetar memegang gelas yang hangat dan memasukan sedotan ke mulutku. Rasanya seperti berabad-abad dan kedua orang di depanku menunggu dengan penuh senyuman melihat aku minum.

    Rasanya sedikit asin dan baunya sangat pesing. Warnanya kuning dan penuh busa. Nasi goreng di perutku rasanya mau keluar semua ketika cairan kuning itu mulai membasahi tenggorokanku dan lambungku. Minum segelas penuh rasanya lama sekali bahkan aku di paksa menghisap sampai habis tuntas dan menjilat gelas tersebut. Pelayan tersebut mengambil gelas tersebut dan diangkat ke atas sambil berkata

    “Wah, nona ini hebat ya minumnya, mau tambah lagi”
    “Tiiidak..,” Tangisku.

    Kami membayar lalu keluar dari Café diiringi ucapan terima kasih dari pelayan tersebut sambil berkata

    “Lain kali datang lagi ya”.

    Aku hampir pingsan ketika pelayan tersebut membisikan sesuatu ke telingaku.

    Aku Di entot Guruku “Gelas itu tidak akan pernah ku cuci akan di taruh di atas pajangan dan di beri tulisan ‘Yessy meminumnya sampai Habis’ tiap kali kamu datang aku akan menceritakan peristiwa ini kepada tamu yang ada”

    Lututku langsung lemas.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Percintaan Dengan Tante

    Cerita Sex Percintaan Dengan Tante


    628 views

    Perawanku – Cerita Sex Percintaan Dengan Tante,Ini bermula sewaktu aku dan keluargaku bercuti di Terengganu, Sekarang ini aku masih belajar di ipts di kay ell, Begini kisahnya. Hari minggu itu bapak aku ada urusan di Terengganu. So mak aku malas nak tinggal sorang kat kay ell jadi bapak aku bawak le sekali satu keluarga ikut sama. Sambil tu boleh terus bercuti. Selain itu makcik dan sepupu aku pun ada ikut juga.

    Makcik aku ni nama aje makcik tapi perbezaan umur hanye tua 3 tahun aje. Selain itu dia ni boleh kire cun jugak leh… ihihihi… sepupu aku pun cam gitu gak. Name makcik aku ni Hanni. Die ni kerje sebagai accountant kat Maybank. Die ni menang cun sungguh. Body power tak yah cite l

    Kami sampai kat ‘istane hinggap’ kami lebih kurang pukul 6 petang. Aku terus masuk bilik dan terus tidur. Makan tak yah ape pun tak yah. Letih siot. Korang tahu le berape punye lame nak sampai dari kay ell ke Terengganu ni. Makcik aku plak duduk kat sebelah bilik aku.

    Bila aku sedar-sedar aje jam dah pukul 9 malam. Aku yang dok mamai lagi pun klua le. Ingat nak makan le ape yang ade sekali satu hape pun tarak sebab mak bapak ngan kakak aku sume dah klua. Sepupu aku pun klua jugak same mereke kerane aku tak nampak pun die. Aku nampak makcik aku klua dari biliknya.

    Die berpakaian kimono mandi dan berjalan menuju ke bilik mandi. “Cik Ann…” tegurku. Makcik aku berpaling dan menjawap “Ha… apesal?” jawabnduk kat ruang tamu dan makcik aku pergi ke belakang untuk ke bilik air. Tidak lame lepas tu gemercikkan air mula kedengaran.

    Aku yang menunggu kat luar bile dengan bunyi air tu mule le rase sejuk yang teramat sangat… ihihihi… lagipun malam tu hujan dah renyai-renyai turun. Biase le Terengganukan. Tiap-tiap hari hujan. Lebih-lebih lagi time tengkujuh cam gini.

    Tiba-tibe bile aku tengah sedap punye layan tv, makcik aku kat bilik air menjerit panggil aku. “Wal! Mane sabun ni?! Cik Ann nak sabun.” Aku menjawab balik jeritan makcik aku tu, “Ade kat situ le. Takan kat sini kot. Mane ade orang bersabun kat sini haa.” “Mane ade?! Huh… orang dah carik dah tapi tak jumpe.

    Sabun baju ade le…” kata makcikku lagi. “Uiehkkk… Takde ke? Takan mak lupe nak beli kot?” Tanye aku sendirian sambil berjalan menuju kebilik air. “Kat laci kabinet bawah tu takde ke?” Aku mengarahkan makcik aku mencari kat laci kabinet dalam bilik air tu pulak. “Takde jugak le Wal. Kau masuk ajelah, tolong Cik Ann cari sabunnya.

    Cik Ann tak tau ni.” Makcik aku membuka pintu bilik air dan menyuran pantat die tu le… ihihihi… gebu siot… Makcik aku pulak dah panic, die cepat-cepat tutup booms ngan pantat die ngan tangan sambil memusingkan badannye ke belakang. Die sambar tuala yang terjatuh kat lantai dan kemudian cepat-cepat memakainye balik. Aku pulak masih lagi terconggok kat situ cam patung sebab kene ‘culture shock’… ihihihi… adik aku pun jadi cam aku gak.

    Di sebabkan terlalu terkejut terus die terjage dari sleeping beautynye. Kemudian baru aku tersedar dari lamunan aku. Makcik aku plak aku tengok muke die dah merah padam sebab malu gilee. Aku hulurkan sabun tadi kat die. Pas tu aku terus klau bersame-same dengan sise-sise nostalgia tadi. Nostalgia yang best gilee.

    Makcik aku menutup kembali pintu bilik air dan teruskan mandi. Aku kembali ke ruang tamu dan duduk ke sofa untuk menenangkan kembali semangatku yang tetibe aje tadi terkoba-koba.

    Tapi tetap gak tak leh. Aku kembali mengelamun di sofa itu tentang setiap inci susuk tubuh makcik ku dengan telitinye. Dan makcik ku terus menjadi mangse imaginasi melampau ku pade waktu itu.

    Setelah beberape ketike, makcik aku klua dari bilik air. Kini die dah lengkap berpakaian kimono mandi. Dengan tuala masih di tangannye die berjalan menuju ke arah ku yang masih lagi mengelamun di sofa. “Oit! Mengelamun le tu! Takan tak abis lagi kot?!” Sergah makcik ku bile melihat aku masih lagi mengelamun sehingga tak sedar die ade kat sisiku. Aku tersedar dari lamunan ku. Aku terase malu sebab makcik aku seolah-olah tahu ape yang bermain kat kepale otak ku kini. “Err… takde ape-ape

    Makcik aku duduk di sebelah aku dan kemudian meletakkan tangan kirinye di bahu aku manekale sebelah lagi di letakkan di pehe aku. “Cik Ann tahu yang Wal tengah stim sekarang ni.” Bisik makcik aku sambil tangan kanannye mule merayap dan kemudian mengengam erat adik aku yang tengah tegak berdiri tu. Perlahan-lahan die mengurut adik aku tu sambil meniup perlahan di telinga aku. Aku dah semakin stim.

    Kalau aku tolak rugi. Kalau aku layan kang tak pasai-pasai hancusss… Pendirian aku berbelah bahagi. Samade nak ikut cakap isi nurani murni aku atau ikut cakap isi nurani setan yang dok best punye bertenggek kat tinge kiri aku ni… Akhirnye di sebabkan setan lagi kuat dari isi nurani hati aku yang murni ni so aku memilih untuk melayan… ihihihi… Makcik aku tengah sedap punye dok urut adik aku tu. Kemudian die lucutkan plak selua trek sut dan spender yang aku pakai. “Hemmm… besar jugak anak sedare Cik Ann ni ye….”

    Dari sebelah kanan aku beralih ke sebelah kiri. Kemudian aku hisap puting makcik aku cam budak kecik isap susu dari mak die. Bile aku dah start mengurut dan menghisap tu makcik aku ni dah mule le berbunyi. Die dah mule mengerang pelan sambil mengocokkan adik aku tu dengan lebih bernafsu. “Ahhhh… Ahhhh… Sedap Wal…. Ahhhh… hemmm…!!!” Makcik aku mengerang kesedapan. Tangannye melancap batang aku dengan lebih laju lagi dan kemudian aku mule terase seperti batang aku ni nak meletup.

    Aku cube gak nak tahan tapi tak terdaye. Akhirnye mulut batang aku ni memuntahkan cecair putih yang mengenai tangan makcikku dan kimono mandinye. Makcik menjilat semue air mani yang tertumpah kat tangannye dan kemudian tersenyum kepade ku. “Sedapnye. Ni kalau Wal nak tahu ubat awet mude tau… ihihihi..

    Makcikku masih terus menjilat air mani kat tangannye sementare batang ku tadi pelahan-lahan mulai melembik. “Cik Ann tak puas lagi la. Ape kate kite sambung kat atas pulak, nak tak?” “Err… takpe ke? Nanti abah balik kang camne?” Aku memule agak keberatan juga dengan ajakan makcik aku tu “Takpe… lagi pun sekarang ni dieorang tak balik lagi.

    Kite berdue aje kat dalam rumah ni haa…” Jawap makcik ku dan terus menarik tangan ku dan masuk ke biliknye. Aku hanye mampu mengikut seperti di pukau. Di dalam bilik makcik ku menanggalkan pakaiannye dan menhenyakkan tubuhnye di atas katil.

    Aku pun melakukan pekare yang same dengan menanggalkan kesemue pakaian ku dan menghampiri makcikku yang menanti di atas katil. Aku berbaring di sisinye dan menyerahkan segalenye kepade makcikku.

    Akhirnya aku hanya mampu berserah dan dengan lembutnya makcikku memainkan batangku sambil berkata,”Fuhhh… besau gak ye batang Wal ni… ihihihi… Patut pun mase Wal pancut tadi bukan main kuat perginye… ihihihi…” Aku tertawa mendengar makcik aku cakap begitu dan melihat kelaluannye dengan penuh minat dan bernafsu sekali. Aku dah mule stim balik.

    Melihatkan kelakuan makcik ku itu aku dah mule semakin berani. Berani untuk memulakan sesuatu… mengeluarkan semue skill yang aku tuntut dari filem blue yang aku tonton selame ni. Dengan lembutnya makcikku mengulum batangku, dan aku pula meraba tetek makcik yang montok itu. Ohhhhhhh… nikmat sekali…

    Perlahan-lahan aku mule berpusing dan die tuntun aku ke arah pantatnye pula. Aku cume mengikut sahaje. Kini kami berade dalam posisi 69. Wahhhh… rerupenye pantat die dah banjir dah dan mengeluarkan bau yang agak kureng menyenangkan tapi sebab dah stim gilee semue tu tolak tepi punye… ihihihi… Aku menyelak bulu pantatnye yang nipis dan menjilat alur pantatnye.

    Dari situ aku dapat melihat dengan lebih depat rupe pantat seorang perempuan dewasa. Selame ni aku hanye pernah tengok pantat budak kecik aje. Pantat makcik aku tu gebu dan bijik kelentitnye berwarne merah. Aku menjungkitkan bijik kelentitnye dengan lidah ku dan menghisapnye macam budak kecik menghisap puting.

    Bile mase aku menghisapnye aje makcik aku mule mengelepar. Die mule tergeliat-liat dan bontotnye kekadang terangkat-angkat. “Ahhh… ahhhh… Sedapnye Wal… Ahhhh… Lagi Wal… Ahh

    Selame aku menjilat pantatnye, batang aku memang dah die tak ingat dah. Langsung die tak hisap dah lagi sebab sebok dengan mengerangnye tu. Tapi semase aku tengah jilat dan menjolok lidah aku kat lubang pantannye tetibe aku merasekan yang batang aku ni cam ade orang hisap.

    Aku ingatkan makcik aku tapi aku masih lagi denga die mengerang. Camne die boleh berbunyi kalau mulut die dah penuh? Aku menoleh kebelakang dan melihat kakak aku sebenarnye yang sedang menghisap batang aku tu.

    Aku pade mulenye terkejut gak. Makcik aku yang dok sedap layan stim pun terkejut gak. Pastu die bia dan tengok aje akak aku tu dok hisap batang aku sambil ketawe kecil. “Wahhhh… best le kau Wal… ihihihihi… dapat hisap Cik Ann punye bijik pas tu akak kau plak hisap ko punye batang… ihihihi…” Makcik aku menyindir aku. Aku yang terase tersindir mengigit manje bijik mak

    Aku berenti nyonyot bijik makcik aku. Aku bangun dan melihat akak aku tengah dok sedap punye ngisap batang aku cam isap gule-gule. Aku bia aje die layan kejap pas tu aku tarik batang aku dari mulut die. “Pop!” berbunyi bile aku tarik batang aku dari mulut akak aku ni. Aku tarik tangan akak aku supaye dekat sikit kat aku. Sekarang ni aku nak project plak akak aku. Memule aku freach kiss ngan die.

    Pas tu aku main le lelangit die ngan lidah aku. Lame gak kite orang comulut sambil buat sup lidah. Tangan die plak tengah sibok bukak baju die. Aku pun tolong le sekali. Pas tu aku urut tetek die. Kat lua aje sebab time tu akak aku ni masih pakai bra lagi. Aku turunkan ciuman aku dari bibirnye ke leher dan kemud

    Bile akak aku dah klimax baru le aku berenti sebab nak layan makcik aku plak. Letih siot. Abis peluh satu badan ni haa… Lepas dah beromen ngan akak aku. Batang aku dah mule naik gatai nak cari lubang pantat plak. Aku pilih makcik aku dulu sebab die yang first sekali start ngan aku.

    So kirenye aku ni pengamal system FIFO le. Aku berlutut kat depan makcik aku dan kemudian menyembamkan muke aku kat pantatnye. Niat aku supaye makcik aku ni terangsang balik sebab lame die terhenti tadi bile aku beromen ngan akak aku. Aku nak pantat die berair balik supaye senang aku nak kongkek karang.

    Makcik aku ni bile aku hisap aje bijik die mule le die bising balik. Tak sempat aku nak buat die klimax dah die tarik kepale aku pas tu suruh aku fuck die. “Cukup… ahhhh… Cik Ann dah tak tahan dah ni. Lubang Cik Ann dah gatal sangat ni… Fuck me Wal!!! Fuck me!!!” Ak

    Susah gak aku nak masukkan pade mulenye tapi di sebabkan makcik aku ni dah tak dare make akhirnye abis gak batang aku ni menerokai lubang pantat makcik aku tu. Perrggghhhh… ni le kali pertame aku dapat rasekan camne hangatnye lubang pantat pompuan… ihihihi… selame ni asyik rase hangat tangan aje bile melancap kat bilik air. Aku biakan aje batang aku tu kat dalam pantat makcik aku buat seketike.

    Lepas tu aku mule mengkongkek pantat makcikku dengan aksi klua masuk. Makcik aku hanye mampu mendesir kenikmatan setiap kali aku menghentakkan batang aku ke dalam pantatnye. Dan setiap kali aku menariknye pula makcik aku akan menaikkan punggungnye seperti mengikut rentak irama aku.

    Makcik ku mengerang kuat dan kemudian aku rasekan batang aku seperti di banjiri oleh satu air yang hangat dan kemudian aku terase seperti batang aku di sedut-sedut dari dalam.gendur. Akak aku yang masih lagi belum merase puas terus menghisap batang aku yang dah lembik itu. Makcik aku kat sebelah hanye mampu menjadi penonton dan terbaring lesu.

    Aku biakan saje akak aku menhisap dan menjilat segale cairan yang terletak kat batang aku sehingga licin. Lame juga aku biakkan akak aku menjilat dan melakukan ape saje kat batang aku tu.

    Lelame setelah aku berjaye mengumpulkan kembali kudrat jantan ku dan batang aku kembali menegang tanpe rase berdose aku menarik akak ku dan aku menyuruh die menonggeng. Aku nak buat dogie style plak. Aku kemudian menikam batang ku yang kembali beraksi ke dalam lubang pantat akak aku pule. Akak aku pun same cam makcik aku. Takde dare gak.

    Make senang aje le batang aku nak meloloskan diri. Makcik aku yang dah keletihan juge dah mule terangsang bile melihat aku mengkongkek akak aku sendiri. Aku aku pule mengerang kesedapan dan klimax selepas itu. Aku masih dengan aksi aku.

    Makcik aku menarik kepale akak aku dan membenamkan ke pantatnye. Akak aku yang tengah stim tahap maksimum itu terus menjilat pantat makcik aku tu. Aku pule sambil mengkongkek meramas keras tetek akak aku sampai naik merah aku lihat. “Fuck her harder!!! Fuck her harder!!! Arggghhhh….

    Aku terus melakukan seperti ape yang makcik aku suruh. Aku menghenjut akak aku dengan lebih kuat sehingga terase seperti dinding yang menghalang batang aku dari terus pergi lebih jauh.

    “Arrrggghhh… ehhhhhrrrggg… Wal! Akak dah nak klua ni!!! Arrrgghhhh… kite klua sesame ye!!!” Aku bile denga akak aku nak klua lagi aku pun mencepatkan lagi hayunan aku sambil menyuruh akak aku mengemut pantatnye dengan lebih kuat supaye lebih ketat.

    Tak lame selepas itu kami bertige klimax sesame.Kami kemudian tersembab kat dalam bilik tu sebab keletihan. Lebih kurang sejam lepas kami buat project mak abah aku pulang dan kami buat cam tak ade ape-ape yang berlaku. Seminggu kami duduk sane. So kami ade banyak mase untuk buat lagi. Aku pun dah gian sebab ari tu la my first time buat kerje terkutuk tu. Dengan due orang sekali lak tu… ihihihi… Cume satu aje yang

    Hari di tunggu dah tibe. Elok lepas mak bapak aku selamat bertolak aku, akak aku dan makcik aku terus masuk bilik makcik aku.

    Sepupu aku plak masuk bilik die. Bilik die sebelah bilik makcik aku… ihihihi… Aku sengaje tak tutup rapat bilik makcik tu supaye die boleh dengar bile akak aku dan makcik aku meraung mase aku project dieorang nanti. Tapi sebelum tu aku dah kasi tau kat dieorang yang aku nak project ngan sepupu aku ni.

    So aku nak ade full power up. Makcik aku dan akak aku paham. Dieorang pun ikut plan aku. So dieorang le yang project sendirian. Aku plak lepak kat bilik aku. Nanti senang le aku nak usha sepupu aku tu… ihihihi… Plan aku menjadi. Raungan makcik aku dan akak aku berjaye menarik perhatian sepupu aku ni. Aku duk usha aje kat tepi pintu bilik

    Makcik aku dan akak aku berhenti melakukan ape yang die orang lakukan bile nampak aku tengah peluk Alin. Alin plak yang masih terperanjat cube meronta untuk melepaskan diri. Aku ketatkan lagi pelukan aku dan terase batang aku menurjah-nurjah belakang alin cam tak saba-saba nak cari lubang. Aku suruh akak dan makcik aku pegang alin supaye die tak terlepas.

    Pas tu makcik aku dan akak aku tarik Alin dan baringkan die kat atas katil yang dah lencun dek air makcik aku ngan akak aku. Ntah berape kali dieorang klimax pun aku tak tahu… Alin aku lihat mule terase takut. Die pandang batang aku yang besar dan panjang itu dengan tajam.

    Agaknye die takut kot pantatnye nanti akan koyak rabak dek batang aku nanti… ihihihi… Aku yang dah stim gilee tu terus bertindak rakus. Menarik baju tidur Alin dengan ganas sehingga terkoyak. Make terserlahlah susuk tubuh mo

    Perlahan-lahan dengan tingkah gentelman aku merayapkan tangan aku dari hujung kakinye sehingga ke gunung berserinye. Perlahan-laha aku mengurut tetek Alin yang menggunung itu. Memule die melawan juga tapi nasib baik ade akak ngan makcik aku yang memegang kaki dan tangannye.

    Kalau tak mampuih aku kene terajang ngan die kang. Air mate Alin dah mule mengalir. Dari raut wajahnye aku dapat agak yang die bermohon supaye aku melepaskan die.

    Tapi mane bolehkan. Setan dah masuk badan takan nak lepas camtu kot… Kot ye nak lepas pun mungkin lepas aku project die dulu… ihihihi… Kemudian aku menghisap puting Alin dengan lembut.

    Aku nyonyot puting Alin sehingga die terangsang betul. Tak lame aku hisap. Tak sampai berape minit aku dah dapat rase yang tetek Alin dah mule mengeras. Mate Alin pun d

    Tak lame lepas tu mule terbit air gatai yang aku tunggu selame ini. Air penande yang Alin betoi-betoi dah stim gilee. Aku bagi isyarat kepade akak dan makcik aku supaye melepaskan Alin dari pegangan mereke.

    Mereke melepaskan dan alin bertindak balas dengan memeluk aku yang masih menghisap putingnye dengan erat sekali sambil mengerang kesedapan setiap kali jari ku menggosok bijik kelentitnye. Die betul-betul dah terangsang. “Hesss… Arhhhh… Hessss… Arrrggghhhh… Heeessss…. Arggghhh… Wal… Sedap Wal… Arrgghhh… Lagi Wal… Alin

    nak lagi Wal… Hesss… Arggghhhh….” “Alin nak lagi? Nanti Wal kasi yang lagi power ye…” Aku melepaskan nyoyotan putingnye dan mencium perut dan pusatnye sehingga sampai ke pantatnye. Aku menjilat pantatnye yang masih berbalut panties itu dengan rakus sekali. Air liur ku dah mule sebati dengan air gatai Alin y

    Nahhh… kali ni aku berjaye menatap tepat pantat seorang dare yang selame ini hanye dapat aku saksikan dalam imaginasi sahaje. Alin pemiliki bijik kelentit yang agak panjang sedikit.

    Boleh nampak terkeluar. Lubang pantat Alin pule berwarne pink dan begitu indah sekali. Aku menjelirkan lidah ku dan mengeraskannye. Lidah ku kemudian di tekan ke dalam lubang pantat Alin yang sempit dan basah itu. “Arrrgghhh!!! Arrrggghhhh… ueggghhhh…” Alin mengeliat ape bile lidah ku di tekan ke dalam pantatnye.

    Punggungnye terangkat-angkat dan kakinye mengepit kepale aku dengan kuat sekali. Aku terpakse menolak kakinye supaye tidak terus menekan kepale aku dalam aku menjilat dan menyoyot bijik kelentitnye. “Arrrgghhh… Wal… Sedapnye Wal… Wal… Wal… Ueggghhhh… Arrrggghhhh….” Alin menekan kepale aku ke pantatnye dengan kuat sebelum melepaskan satu pancutan air hangat yang membasahi seluruh muke ku.

    Aku mengelap air yang terkene mukeku de juge tiade respone. Aku mengandaikan yang Alin kasi green light sebab selalunye kalau anak dare tu diam maknenye die setuju… ihihihi… itu le pegangan yang aku pegang.

    Aku ambil bantal yang ade di tepi dan meletakkan di bawah punggung Alin. Kemudian aku anggak kedue kaki Alin dan aku kangkangkan sebesar yang boleh sehingga terserlah lubang pantat Alin yang merah menyaler itu. Pantat alin yang menawan dan aroma yang menyegarkan itu menambahkan lagi nafsu setan aku.

    Akan aku kongkek pantat ini lebih dasyat dari aku kongkek pantat akak dan makcik aku ari tu. Itu le azam aku. Batang aku yang dah sedie mengeras aku pegang erat dan aku usup pelahan seperti pendekar mengusupkan kerisnye sebelum pergi berjuang. Aku guide batang aku sehingga ke pintu lubang pantat Alin.

    Perlahan-lahan aku menekannye menerokai pantat yang belum pernah di kunjungi dan ternyate penerokaan kali pertame itu memberikan seribu halangan yang payah di tempuhi. Pantat Alin terlalu ketat buat batang ku yang besar. Tapi aku gagahi juge untuk menempuhnya

    Alin aku tolak kasar sehingga die terbaring kembali. Kemudian aku cium mulutnye supaye die stim balik. Aku main putingnye dengan tangan aku dan aku hisap lidahnye sementare batang aku cube sedaye upaye untuk meneroka dengan lebih dalam lagi.

    Oleh kerane aku menghisap lidah Alin, Alin semacam lupe dengan kesakitan yang di alaminye. Di peluknye badan aku dengan akunye sekuat yang boleh sehingga batang aku terjerumus dengan laju kedalam pantatnye. Aku dapat radekan yang kepale batang aku seperti terlanggar sesuatu dan mengoyakkanye.

    Kemudian Alin menjerit kesakitan lalu terkulai lemah tak bertenage. Air mate Alin mengalir dan membasahi pipinye. Bukan salah aku pun. Aku nak buat slow and stady tapi Alin yang peluk aku sampai batang aku terpakse termasuk kat dalam pantatnye dengan laju.

    Tak lame lepas tu Alin mengalami klimax yang sekian kalinye. Aku mencabutkan batang aku dan aku dapat lihat air gatai Alin memancut bersame dengan kuatnye sejurus selepas batang aku di cabutkan. Badan Alin bergetar menahan klimacnye itu dan mate hitamnye ternaik keatas menampakkan hanye mate putihnye saje.

    Aku meneruskan kembali aktiviti sorong tarik itu tadi. Selame hampir setengah jam kami beradu tenage akhirnye… “Alin… Aku dah nak klua dah ni… Kau nak aku pancut kat ne ni? Dalam ke lua?” Alin tanak aku pancut kat dalam sebab takut die mengandung.

    Alin suruh aku pancut kat dalam mulutnye sebab die nak rase air mani aku. Aku kongkek pantat Alin untuk berape ketike lagi sebelum melepaskan air aku ke dalam mulut Alin. Aku sorong dan aku tarik… Aku sorong dan aku tarik sehingga aku terase hujung mulut batang aku seolah-olah hampir nak meletup.

    Setelah selesai menelan dan menghisap sehingga bersih batang aku yang semakin lembik itu, akak dan makcik aku plak menjerit kat sebelah katil. Dieorang pun dah sampai klimaxnye.

    Untuk yang keberape kali pun aku tak tahu. Yang pasti kami semue dah sampai klimax yang di tunggu-tunggu… Aku dan Alin terbaring keletihan di atas katil sementare akak dan makcik aku terbaring di lantai.

    Kami tertidur di situ sampai tak sedarkan diri. Lame kemudian aku terdengar pintu bilik di ketuk dan suare mak aku memanggil name ku. “Wal… Nawal… bangun nak. Turun bawah ni.

    Mak belikan nasi bungkus untuk makan malam ni haa… turun ye.” Aku terjaga dari tidur. Aku terperanjat dan mule panic. Aku memandang sekeliling dan mencari-cari die orang. Aku ingatkan yang aku, Cik Ann, akak, dan Alin dah kantoi sebab tertidur sehingga tak seda mak bapak aku dah balik tapi rerupe mereka dah lama bangun.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Tante Linda

    Cerita Sex Tante Linda


    628 views

    Perawanku – Cerita Sex Tante Linda, Aku seorang pria berusia 40 tahun, wiraswastawan, dan bukan seorang petualang sex yang mencari cari hubungan sex dimana mana. Kejadian yang aku alami kira kira dua tahun yang lalu ini adalah suatu kebetulan belaka, meskipun harus kuakui bahwa aku sangat menikmatinya dan kadang berharap dapat mengulanginya lagi.

    Pekerjaanku membuatku banyak bertemu dengan ibu-ibu rumah tangga ditempat kediaman mereka. Beberapa langganan lama kadang menemuiku dengan masih berpakaian tidur ataupun daster. Pakaian tersebut kadang cukup minim dan tipis dan sering memperlihatkan tubuh si pemakai yang sering tanpa BH, maklum mereka kadang kadang belum mandi dan merias diri karena aku menemui mereka pagi pagi untuk mengejar waktu.
    Salah satu pelangganku setiaku, sebut saja Bu Linda, seorang Ibu rumah tangga berusia 40 tahunan, memintaku untuk datang ke tempatnya di suatu kompleks apartemen di bilangan Jakarta Barat. Seperti biasa aku datang pagi pagi pada hari yang dijanjikan. Bu Linda adalah pelanggan lamaku dan hubungan kami sudah cukup akrab, lebih sebagai teman dan bukan hubungan bisnis semata. Hari itu Bu Linda menemuiku dengan memakai daster longgar berdada agak rendah, panjangnya setengah paha, jadi cukup pendek.

    Beliau adalah seorang wanita yang cukup cantik, berkulit putih bersih (Chinese), langsing dengan pinggul lebar, pantat yang menonjol dan dada yang sedang sedang saja. Wanita yang menarik dan sangat ramah. Tapi ini bukanlah yang pertama kalinya ia menemuiku dalam pakaian seperti itu, bahkan pernah dengan pakaian tidur yang sangat tipis dan sexy, entah sengaja atau tidak, yang jelas, selama ini beliau tidak pernah menunjukkan tingkah laku yang mengundang ataupun berbicara hal hal yang menjurus. Dan akupun tidak pernah mencoba untuk melakukan tindakan yang mengarah kesitu, maklum, bukan gayaku, meskipun harus kuakui bahwa aku sering ingin juga melakukannya.

    Seperti biasa kami duduk disofa berhadap hadapan dan membicarakan bisnis. Setelah urusan bisnis selesai kami bercakap cakap seperti layaknya antar teman, tapi kali ini pandanganku sering tertuju kearah pahanya. Karena dia duduk dengan menyilangkan kaki maka hampir seluruh pahanya terpampang dengan jelas di hadapanku, begitu putih dan mulus. Bahkan kadang kadang sekilas terlihat celana dalamnya yang berwarna biru muda pada saat ia mengganti posisi kakinya. Dan yang lebih menggoda lagi, aku dapat melihat buah dadanya yang tidak terbungkus BH kalau beliau menunduk, meskipun tidak seluruhnya namun kadang aku dapat melihat pentilnya yang berwarna coklat tua.

    Sejak 4 hari aku tidak melakukan hubungan sex karena istriku sedang haid, padahal biasanya kami melakukannya hampir setiap hari. Karena itu aku berada dalam keadaan tegangan yang cukup tinggi. Pemandangan menggoda dihadapanku membuat aku agak gelisah. Gelisah karena kepingin, pasti, tapi gelisah terutama karena kontolku yang mulai ngaceng agak terjepit dan sakit. Disamping itu aku tidak ingin Bu Linda memperhatikan keadaanku. Hal ini membuat aku jadi salah tingkah, terutama karena kontolku sekarang sudah ngaceng penuh dan sakit karena terjepit. Aku ingin memohon diri, tapi bagaimana bangun dengan kontol yang ngaceng, pasti kelihatan. Sungguh situasi yang tidak mengenakkan. Bangun salah, dudukpun salah.

    Tiba tiba Bu Linda berkata, “Pak Yan (kependekan dari Yanto, namaku), kontolnya ngaceng ya?”
    Aku seperti disambar petir. Bu Linda yang selama ini sangat ramah dan sopan menanyakan apakah kontolku ngaceng, membuatku benar benar tergagap dan menjawab, “E.. iya nih Bu, tahu kenapa.”
    Bu Linda tersenyum sambil berkata, “Baru lihat paha saya sudah ngaceng, apa lagi kalau saya kasih lihat memek saya, bisa muncrat tuh kontol. Ngomong ngomong kontolnya engga kejepit tuh Pak?”

    Kali ini aku sudah siap, atau sudah nekat, entahlah, yang jelas aku segera berdiri dan membetulkan posisi kontolku yang dari tadi agak tertekuk dan berkata, “Mau dong Bu lihat memeknya, entar saya kasih lihat kontol saya dah.”
    Bu Linda pun berdiri dan mengulurkan tangannya kearah kontolku, memegangnya dari luar celana dan meremas remas kontolku, lalu berkata, “Bener nih, tapi lihat aja ya, engga boleh pegang.”

    Kemudian beliau melangkah mundur selangkah, membuka dasternya dan kemudian celana dalamnya dan berdiri dalam keadaan telanjang bulat dua langkah dihadapanku. Kemudian ia duduk kembali kali ini dengan mengangkangkan kakinya lebar lebar sambil berkata, “Ayo buka celananya Pak, saya ingin lihat kontol Bapak.”

    Sambil membuka pakaianku aku memperhatikan tubuh Bu Linda. Teteknya berukuran sedang, 36 B, putih dan membulat kencang, pentilnya coklat tua dan agak panjang, mungkin sering dihisap, maklum anaknya dua, lalu selangkangannya, bersih tanpa selembar bulupun, total dicukur botak, sungguh kesukaanku karena aku kurang suka memek yang berbulu banyak, lebih suka yang botak. Lalu bibir memeknya juga cukup panjang berwarna coklat muda, membuka perlahan lahan memperlihatkan lubang memek yang tampak merah muda dan berkilatan, agaknya sudah sedikit basah.

    Yang paling mengagumkan adalah itilnya yang begitu besar, hampir sebesar Ibu jariku, kepala itilnya tampak merah muda menyembul separuh dari kulit yang menutupinya, seperti kontol kecil yang tidak disunat, luar biasa, belum pernah aku melihat itil sebesar itu. Tangan Bu Linda mengusap usap bagian luar memeknya perlahan lahan, kemudian telunjuknya masuk perlahan lahan kedalam lubang memek yang sudah merekah indah dan perlahan lahan keluar masuk seperti kontol yang keluar masuk memek. Sementara tangan yang satu lagi memegang itilnya diantara telunjuk dan ibu jari dan memilin milin itilnya dengan cepat.

    Akupun tidak mau kalah dan mengusap usap kepala kontolku yang 14 cm, kemudian menggenggam batangnya dan mulai mengocok sambil terus memperhatikan Bu Linda. Bu Linda mulai mendesah desah dan memeknyapun mulai menimbulkan suara berdecak decak karena basah, tampak air memek yang berwarna putih susu mengalir sedikit membasahi selangkangannya. Kami onani sambil saling memperhatikan. Sungguh tidak pernah kusangka bahwa onani bareng bareng seorang wanita rasanya begitu nikmat.

    Saat hampir nyemprot, aku menahan kocokanku dan menghampiri Bu Linda yang terus menusuk nusuk memeknya dengan cepat. Aku berjongkok dihadapannya dan lidahkupun mulai menjilati memeknya. Bu Linda mencabut jarinya dan membiarkan aku menjilati memeknya, tangannya meremas remas kedua teteknya dengan keras. Aku menjulurkan lidahku kedalam lubang memek yang menganga lebar dan menusuk nusukkan lidahku seperti ngentot, Bu Linda mulai mengerang dan tak lama beliau menarik kepalaku kearah selangkangannya membuat ku sulit bernapas karena hidungku tertutup memek, kemudian terasalah memeknya berkedut kedut dan bertambah basah.

    Rupanya Bu Linda sudah memperoleh orgasme pertamanya. Tapi aku tidak puas dengan hanya menjilati lubang memeknya, sasaranku berikutnya adalah si itil besar. Mula mula kujilat jilat kepala itil yang menyembul dari kulit itu, lalu kumasukkan seluruh itilnya kemulutku dan mulailah aku menyedot nyedot sang itil. Belum pernah aku begitu merasakan itil di dalam mulut dengan begitu jelas, dalam hatiku berpikir, “Begini rupanya ngisep ‘kontol kecil’”.
    Maklum itilnya benar benar seperti kontol kecil. Bu Linda mengerang erang dan menggoyang goyangkan pinggulnya kekiri kekana sehingga aku terpaksa menahan pinggulnya dengan tanganku supaya sang itil tidak lepas dari hisapanku. Tidak lama beliau mengeluarkan lenguhan yang keras dan memeknya pun kembali berdenyut denyut dengan keras, kali ini dengan disertai cairan putih susu yang agak banyak. Rupanya orgasme kedua telah tiba. Aku melepaskan itilnya dari mulutku dan mulai menjilati cairan memeknya sampai bersih. Sungguh nikmat rasanya.

    Bu Linda tergolek dengan lemasnya seperti balon yang kurang angin. Akupun berdiri dan mulai mengocok ngocok lagi kontolku yang sudah begitu keras dan tegang. Mata Bu Linda mengikuti setiap gerakan tanganku mempermainkan kontolku. Saat aku hampir mencapai orgasme, kudekatkan kontolku ke mukanya dan Bu Linda segera membuka mulutnya dan menghisap kontolku dengan lembutnya. Aku sungguh tidak sanggup lagi bertahan karena hisapannya yang begitu nikmat, maka akupun menyemprotkan air maniku di mulutnya. Rasanya belum pernah aku menyemprot senikmat itu dan kontolku seolah olah tidak mau berhenti menyemprot. Begitu banyak semprotanku, tapi tidak tampak setetespun air mani yang keluar dari mulut Bu Linda, semuanya ditelan habis.

    Sejak itu kami selalu onani bareng kalau bertemu, dan percaya atau tidak, aku belum pernah memasukkan kontolku kedalam memeknya. Kami sudah sangat puas dengan ngocok bersama sama. Sayangnya beliau sekeluarga pindah keluar negri sehingga aku sekarang kehilangan temen ngocok bareng. Tapi kenangan itu tetap ada di hatiku.
    Mungkin ada diantara ibu-ibu atau pasangan yang suka ngocok bareng denganku, silahkan kirim e-mail, pasti akan kubalas. Percayalah, lebih nikmat ngocok bareng dari pada sendiri sendiri.

    Demikianlah Cerita Dewasa tentang Seks Ibu rumah tangga yang panas, Seks Ibu rumah tangga yang berumur 40 tahun dengan pria yang juga berumur 40 tahun, selingkuh dan terlibat hubungan seks dengan tanpa disengaja dan berlanjut dengan disengaja, kini Seks Ibu rumah tangga tak cuman ibu muda, ibu umur 40 tahun juga bisa mengalami Seks Ibu rumah tangga.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Tubuh Mungilku Menjadi Taruhan

    Cerita Sex Tubuh Mungilku Menjadi Taruhan


    628 views

    Perawanku – Cerita Sex Tubuh Mungilku Menjadi Taruhan, Dona adalah namaku, wanita 27 tahun yang dinikahi oleh mas Ajik 3 tahun yang lalu sampai sekarang aku sudah mempunyai seorang momongan. Selain cantik aku juga memiliki tubuh yang sangat bahenol kata teman-temnku. Aku dulu bertemu dengan mas Ajik saat bekerja di sebuah perusahaan dan kita sekantor.

    Dalam kita berpacaran, kita juga mengikuti gaya hidup Sex bebas, kita sering melakukan hubungan Sex bervariasi. Kadang dikantor saat lembur kerja, kadang dibioskop, kadang ditaman, kadang juga dipantai, dan masih banyak lagi tempat yang kita jadikan untuk melampiaskan nafsu Sex aku dan mas Ajik. Sampai akhirnya aku hamil, dan mas Dika pun mau bertanggung jawab dengan menikahiku.

    Diperusahaan tempatku bekerja tidak boleh ada hubungan suami istri, jadi maka aku putuskan untuk aku saja yang mengundurkan diri dari perusahaan, dan sekarang hanya mas Ajik saja yang bekerja sedangkan aku dirumah merawat kehamilanku.

    Sampai akhirnya 8 bulan kemudian buah hatiku lahir. 2 tahun pernikahanku dengan mas Ajik bisa dibilang berjalan dengan baik, mas Ajik selalu perhatian denganku dan sering bersikap romantis, hingga aku makin sayang banget dengan mas Ajik. Hubungan Sex kita pun tak pernah berbeda meski sudah mempunyai momongan, masih sama seperti kita saat pacaran. Karena aku juga selalu rajin merawat tubuh ku, sehungga ketika mas Ajik pulang, dia senang melihat penampilan cantikku.

    Menginjak ketiga tahun pernikahanku, perusahaan mas Ajik mengalami kebangkrutan, sehingga harus mengurangi sebagian pegawainya. Meski tak dibeDonahukan siapa yang akan di PHK, namun aku melihat mas Ajik cukup gelisah, karena perusahaan mengurangi cukup banyak kariawannya.

    Dan benar dugaan mas Ajik, mas Ajik menjadi salah satu kariawaan yang kena PHK perusahaan, dan mas Ajik pun pulang dengan wajah yang kusut. Aku yang melihat wajah kusut mas Ajik, sebagai istri yang baik, aku memberikan semangat kepada mas Ajik untuk tak menyerah menghadapi kenyataan. Mas Ajik pun hanya terdiam dan meninggalkanku begitu saja tanpa kata-kata.

    Sejak saat itulah sifat mas Ajik sedikit demi sedikit mulai berubah. Dia sering pulang malam dengan alasan mencari-cari pekerjaan. Dan semakin lama sifat mas Ajik semakin tak karuan. Aku kehilangan mas Ajik suamiku yang dulu sangat perhatian dan sangat romantis.

    Namun aku tak menyalahkan mas Ajik, karena keadaan yang mengharuskan. Setelah hampir sebulan mas Ajik mencari pekerjaan, dia tak kunjung mendapatkan panggilan bekerja dan dia pun akhirnya pasrah. Sekarang mas Ajik menjadi pengangguran dirumah, yang membuatnya kelayapan saja setiap harinya.

    Sampai pada akhirnya, suatu malam mas Ajik pulang entah dari mana dengan wajah yang gembira, dan membelikanku sebuah oleh-oleh berupa kalung emas. Aku pun terkaget dengan oleh-oleh yang diberikan mas Ajik dan menanyakan dari mana mas Ajik mendapatkan uang untuk membelikan aku kalung itu.

    Namun mas Ajik hanya tersenyum dan dia langsung membopongku kedalam kamar. Ketika aku memasuki kamar tidur dan menemaninya di ranjang, Mas Ajik kemudian memelukku dan menciumku. Aku tahu dia akan meminta ‘jatahnya’ malam ini. Malam ini dia lain sekali sentuhannya lembut. Pelan-pelan Mas Ajik mulai melepaskan daster putih yang kukenakan, setelah mencumbuiku sebentar, Mas Ajik mulai membuka bra tipis yang kukenakan dan melepaskan celana dalamku.

    Setelah itu Mas Ajik sedikit demi sedikit mulai menikmati jengkal demi jengkal seluruh bagian tubuh ku, tidak ada yang terlewati. Kemudian aku membantu Mas Ajik untuk melapaskan seluruh pakaian yang dikenakannya, sampai akhirnya aku bisa melihat penis Mas Ajik yang sudah mulai agak menegang, tetapi belum sempurna tegangnya.

    Dengan penuh kasih sayang kuraih batang kenikmatan Mas Ajik, kumain-mainkan sebentar dengan kedua belah tanganku, kemudian aku mulai mengulum batang penis suamiku dengan lembutnya. Terasa di dalam mulutku, batang penis Mas Ajik terutama kepala penisnya, mulai terasa hangat dan mengeras. Aku menyedot batang Mas Ajik dengan semampuku, kulihat Mas Ajik begitu bergairah, sesekali matanya terpejam menahan nikmat yang kuberikan kepadanya.

    Mas Ajik kemudian membalas, dengan meremas-remas kedua payudaraku yang cukup menantang, 36B. Aku mulai merasakan denyut-denyut kenikmatan mulai bergerak dari puting payudaraku dan mulai menjalar keseluruh bagian tubuh ku lainnya, terutama ke vaginaku. Aku merasakan liang vaginaku mulai terasa basah dan agak gatal, sehingga aku mulai merapatkan kedua belah pahaku dan menggesek-gesekan kedua belah pahaku dengan rapatnya, agar aku dapat mengurangi rasa gatal yang kurasakan di belahan liang vaginaku.

    Mas Ajik rupanya tanggap melihat perubahanku, kemudian dengan lidahnya Mas Ajik mulai turun dan mulai mengulum daging kecil clitorisku dengan nafsunya, Aku sangat kewalahan menerima serangannya ini, badanku terasa bergetar menahan nikmat, peluh ditubuhku mulai mengucur dengan deras diiringi erangan-erangan kecil dan napas tertahan ketika kurasakan aku hampir tak mampu menahan kenikmatan yang kurasakan.

    Akhirnya seluruh rasa nikmat semakin memuncak, saat penis Mas Ajik, mulai terbenam sedikit demi sedikit ke dalam vaginaku, rasa gatal yang kurasakan sejak tadi berubah menjadi nikmat saat penis Mas Ajik yang telah ereksi sempurna mulai bergerak-gerak maju mundur, seakan-akan menggaruk-garuk gatal yang kurasakan.

    Suamiku memang jago dalam permainan ini. Tidak lebih dari lima belas menit aku berteriak kecil saat aku sudah tidak mampu lagi menahan kenikmatan yang kurasakan, tubuh ku meregang sekian detik dan akhirnya rubuh di ranjang ketika puncak-puncak kenikamatan kuraih pada saat itu, mataku terpejam sambil menggigit kecil bibirku saat kurasakan vaginaku mengeluarkan denyut-denyut kenikmatannya.

    Dan tidak lama kemudian Mas Ajik mencapai puncaknya juga, dia dengan cepatnya menarik penisnya dan beberapa detik kemudian, air maninya tersembur dengan derasnya ke arah tubuh dan wajahku, aku membantunya dengan mengocok penisnya sampai air maninya habis, dan kemudian aku mengulum kembali penisnya sekian lama, sampai akhirnya perlahan-lahan mulai mengurang tegangannya dan mulai lunglai.

    “Aku benar-benar puas Rit, kamu memang hebat”, pujinya. Aku masih bergelayut manja di dekapan tubuh nya. “Rit, kamu memang istriku yang baik, kamu harus bisa mengerti kesulitanku saat ini, dan aku mau kamu membantu aku untuk mengatasinya”, katanya.

    “Bukankah selama ini aku sudah begitu Mas”, sahutku. Mas Ajik mengangguk-angguk mendengarkan ucapakanku. Kemudian ia melanjutkan, “Kamu tahu maksud kedatangan Dika tadi sore. Dia menagih utang, dan aku hanya sanggup membayar setengah dari keseluruhan utangku.

    Kemudian setelah lama berbicang-bincang ia menawarkan sebuah jalan keluar kepadaku untuk melunasi hutang-hutangku dengan sebuah syarat, ucap Mas Ajik. “Apa syaratnya, Mas?” tanyaku penasaran. “Rupanya dia menyukaimu, dia minta izinku agar kamu bisa menemani dia semalam saja”, ucap Mas Ajik dengan pelan dan tertahan. Aku bagai disambar petir saat itu, aku tahu arti “menemani” selama semalam. Itu berarti aku harus melayaninya semalam di ranjang seperti yang kulakukan pada Mas Ajik.

    Mas Ajik mengerti keterkejutanku. “Aku sudah tidak tahu lagi dengan apalagi aku harus membayar hutang-hutangku, dia sudah mengancam akan menagih lewat tukang-tukang pukulnya jika aku tidak bisa membayarnya sampai akhir pekan ini”, katanya lirih. Aku hanya terdiam tak mampu mengomentari perkataannya itu. Aku masih shock memikirkan aku harus rela memberikan seluruh tubuh ku kepada lelaki yang belum kukenal selama ini.

    Sikap diamku ini diartikan lain oleh Mas Ajik. “Besok kamu ikut aku menemui Bondan”, ujarnya lagi, sambil mencium keningku lalu berangkat tidur. Seketika itu juga aku membenci suamiku. Aku enggan mengikuti keinginan suamiku ini, namun aku juga harus memikirkan keselatan keluarga, terutama keselamatan suamiku. Mungkin setelah ini ia akan kapok berjudi lagi pikirku.

    Sore hari setelah pulang kerja, Mas Ajik menyuruhku berhias diri dan setelah itu kami berangkat menuju tempat yang dijanjikan sebelumnya, rupanya Mas Ajik mengantarku ke sebuah hotel berbintang. Ketika itu waktu sudah menunjukkan sekitar pukul delapan malam. Selama hidup baru pertama kali ini, aku pergi untuk menginap di hotel. Ketika pintu kamar di ketuk oleh Mas Ajik, beberapa saat kemudian pintu kamar terbuka, dan kulihat Dika menyambut kami dengan hangatnya, Suamiku tidak berlama-lama, kemudian ia menyerahkan diriku kepada Dika, dan kemudian berpamitan.

    Dengan lembut Dika menarik tanganku memasuki ruangan kamarnya. Aku tertunduk malu dan wajahku terasa memerah saat aku merasakan tanganku dijamah oleh seseorang yang bukan suamiku. Ternyata Dika tidak seburuk yang kubayangkan, memang matanya terkesan Extream dan seakan mau melahap seluruh tubuh ku, tetapi sikapnya dan perlakuannya kepadaku tetap tenang, sehingga dikit demi sedikit rasa grogi yang menyerangku mulai memudar.

    Dika menanyakan dengan lembut, aku ingin minum apa. Kusahut aku ingin minum coca-cola, tetapi jawabnya minuman itu tidak ada sekarang ini di kamarnya, kemudian dia mengeluarkan sebotol sampagne dari kulkas dan menuangkannya sedikit sekitar setengah sloki, kemudian disuguhkannya kepadaku, “Ini bisa menghilangkan sedikit rasa gugup yang kamu rasakan sekarang ini, dan bisa juga membuat tubuh mu sedikit hangat.

    Kulihat dari tadi kelihatannya kamu agak kedinginan”, ucapnya lagi sambil menyodorkan minuman tersebut. Kuraih minuman tersebut, dan mulai kuminum secara dikit demi sedikit sampai habis, memang benar beberapa saat kemudian aku merasakan tubuh dan pikiranku agak tenang, rasa gorgi sudah mulai menghilang, dan aku juga merasakan ada aliran hangat yang mengaliri seluruh syaraf-syaraf tubuh ku. Dika kemudian menyetel lagu-lagu lembut di kamarnya, dan mengajakku berbincang-bincang hal-hal yang ringan. Sekitar 10 menit kami berbicara, aku mulai merasakan agak pening di kepalaku, tubuh kupun limbung.

    Kemudian Dika merebahkan tubuhku ke ranjang. Beberapa menit aku rebahan di atas ranjang membuatku mulai bisa menghilangkan rasa pening di kepalaku. Tetapi aku mulai merasakan ada perasaan lain yang mengalir pada diriku, ada perasaan denyut-denyut kecil di seluruh tubuhku, semakin lama denyut-denyut tersebut mulai terasa menguat, terutama di bagian-bagian sensitifku.

    Aku merasakan tubuh ku mulai terangsang, meskipun Dika belum menjamah tubuh ku. Ketika aku mulai tak kuasa lagi menahan rangsangan di tubuh ku, napasku mulai memburu terengah-engah, payudaraku seakan-akan mengeras dan benar-benar peka, vaginaku mulai terasa basah dan gatal yang menyengat, perlahan-lahan aku mulai menggesek-gesekkan kedua belah pahaku untuk mengurangi rasa gatal dan merangsang di dalam vaginaku. Tubuhku mulai menggeliat-geliat tak tahan merasakan rangsangan seluruh tubuhku.
    Dika rupanya menikmati tontonan ini, dia memandangi kecantikan wajahku yang kini sedang terengah-engah bertarung melawan rangsangan, nafsunya mulai memanas, tangannya mulai meraba tubuh ku tanpa bisa kuhalangi lagi. Remasan-remasan tangannya di payudaraku membuatku tidak tahan lagi, sampai tak sadar aku melorotkan sendiri pakaian yang kukenakan. Saat pakaian yang kukenakan lepas, Mata Dika tak lepas memandangi belahan payudaraku yang putih montok dan yang menyembul dan seakan ingin loncat keluar dari bra yang kukenakan.

    Tak tahan melihat pemandangan indah ini, Dika kemudian menggumuliku dengan panasnya sembari tangannya mengarah ke belakang punggungku, tidak lebih dari 3 detik, kancing bra-ku telah lepas, kini payudaraku yang kencang dan padat telah membentang dengan indahnya, Dika tak mau berlama-lama memandangiku, dengan buasnya lagi ia mencumbuiku, menggumuliku, dan tangannya semakin cepat meremas-remas payudaraku, cairan vaginaku mulai membasahi celana putihku.

    Melihat ini, tangan Dika yang sebelahnya lagi mulai bermain-main di celanaku tepat di cairan yang membasahi celanaku, aku merasakan nikmat yang benar-benar luar biasa.

    Napasku benar-benar memburu, mataku terpejam nikmat saat tangan Dika mulai memasuki celana dalamku dan memainkan daging kecil yang tersembunyi di kedua belahan rapatnya vaginaku.

    Dika memainkan vaginaku dengan ahlinya, membuatku terpaksa merapatkan kedua belah pahaku untuk agak menetralisir serangan-serangannya, jari-jarinya yang nakal mulai menerobos masuk ke liang tubuh ku dan mulai memutar-mutar jarinya di dalam vaginaku. Tak puas karena celana dalamku agak mengganggu, dengan cepatnya sekali gerakan dia melepaskan celana dalamku. Aku kini benar-benar bugil tanpa tersisa pakaian di tubuh ku.

    Dika tertegun sejenak memandangi pesona tubuh ku, yang masih bergeliat-geliat melawan rangsangan yang mungkin diakibatkan obat perangsang yang disuguhkan di dalam minumanku. Dengan cepatnya selagi aku masih merangsang sendiri payudaraku, Dika melepaskan dengan cepat seluruh pakaian yang dikenakan sampai akhirnya bugil pula.

    Aku semakin bernafsu melihat batang penis Dika telah berdiri tegak dengan kerasnya, Besar dan panjang. Dengan cepat Dika kembali menggumuliku dengan benar-benar sama-sama dalam puncak terangsang, aku merasakan payudaraku diserang dengan remasan-remasan panas, dan.., ahh..,

    akupun merasakan batang penis Dika dengan cepatnya menyeruak menembus liang vaginaku dan menyentuh titik-titik kenikmatan yang ada di dalam liang vaginaku, aku menjerit-jerit tertahan dan membalas serangan penisnya dengan menjepitkan kedua belah kakiku ke arah punggungnya sehingga penisnya bisa menerobos secara maksimal ke dalam vaginaku.

    Kami bercumbu dengan panasnya, bergumul, setiap kali penis Dika mulai bergerak masuk menerobos masuk ataupun saat menarik ke arah luar, aku menjepitkan otot-otot vaginaku seperti hendak menahan pipis, saat itu aku merasakan nikmat yang kurasakan berlipat-lipat kali nikmatnya, begitu juga dengan Dika, dia mulai keteteran menahan kenikmatan tak bisa dihindarinya.

    Sampai pada satu titik saya sudah terlihat akan orgasme, Dika tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan hentakan2 penisnya yang dipercerpat.. akhirnya kekuatan pertahananku ambrol.. saya orgasme berulang-ulang dalam waktu sepuluh detik..

    Dika rupanya juga sudah tidak mampu menahan lagi serangannya dia hanya diam sejenak untuk merasakan kenikmatan dipuncak-puncak orgasmenya dan beberapa detik kemudian mencabut batang penisnya dan tersemburlan muncratan-muncratan spermanya dengan banyaknya membanjiri wajah dan sebagian berlelehan di belahan payudaraku.

    Kamipun akhirnya tidur kelelahan setelah bergumul dalam panasnya birahi. Keesokan paginya, Dika mengantarku pulang ke rumah. Kulihat suamiku menerimaku dengan muka tertuduk dan berbicara sebentar sementara aku masuk ke kamar anakku untuk melihatnya setelah seharian tidak kuurus.

    Setelah kejadian itu, aku dan suamiku sempat tidak berbicara satu sama-lain, sampai akhirnya aku luluh juga saat suamiku minta maaf atas kelakuannya yang menyebabkan masalah ini sampai terjadi, tetapi hal itu tidak berlangsung lama, suamiku kembali terjebak dalam permainan judi. Sehingga secara tidak langsung akulah yang menjadi taruhan di meja judi. Jika menang suamiku akan memberikan oleh-oleh yang banyak kepada kami.

    Tetapi jika kalah aku harus rela melayani teman-teman suamiku yang menang judi. Sampai saat ini kejadian ini tetap masih berulang.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Antara Kegelisahan Dan Kenikmatan Yang Telah Di Berikan Tante April

    Cerita Sex Antara Kegelisahan Dan Kenikmatan Yang Telah Di Berikan Tante April


    627 views

    Perawanku – Cerita Sex Antara Kegelisahan Dan Kenikmatan Yang Telah Di Berikan Tante April, Umurku sekarang sudah 30 tahun. Sampai sekarang aku masih hidup membujang, meskipun sebenarnya aku sudah sangat siap kalau mau menikah. Meskipun aku belum tergolong orang yang berpenghasilan wah, namun aku tergolong orang yang sudah cukup mapan, punya posisi menengah di tempat kerjaku sekarang. Aku sampai sekarang masih malas untuk menikah, dan memilih menikmati hidup sebagai petualang, dari satu wanita ke wanita yang lain.

    Kisahku sebagai petualang ini, dimulai dari sebuah kejadian kira-kira 12 tahun yang lalu. Waktu itu aku masih kelas 3 SMU. Hari itu aku ada janji dengan Agus, sahabatku di sekolah. Rencananya dia mau mengajakku jalan-jalan ke Mall sekedar menghilangkan kepenatan setelah seminggu penuh digojlok latihan sepak bola habis-habisan. Sejam lebih aku menunggu di warung depan gang rumah pamanku (aku tinggal numpang di rumah paman, karena aku sekolah di kota yang jauh dari tempat tinggal orangtuaku yang di desa).

    Jalan ke Mall dari rumah Agus melewati tempat tinggal pamanku itu, jadi janjinya aku disuruh menunggu di warung pinggir jalan seperti biasa. Aku mulai gelisah, karena biasanya Agus selalu tepat janji. Akhirnya aku menuju ke telepon umum yang ada di dekat situ, pengin nelpon ke rumah Agus, memastikan dia sudah berangkat atau belum (waktu itu HP belum musim bro, paling juga pager yang sudah ada, tapi itupun kami tidak punya).

    “Sialan.. telkom ini, barang rongsokan di pasang di sini!,” gerutuku karena telpon koin yang kumasukkan keluar terus dan keluar terus. Setelah uring-uringan sebentar, akhirnya kuputuskan untuk ke rumah Agus. Keputusan ini sebenarnya agak konyol, karena itu berarti aku berbalik arah dan menjauh dari Mall tujuan kami, belum lagi kemungkinan bersimpang jalan dengan Agus. Tapi, kegelisahanku mengalahkan pertimbangan itu. Akhirnya, setelah titip pesan pada penjual di warung kalau-kalau Agus datang, aku langsung menyetop angkot dan menuju ke rumah Agus.

    Sesampai di rumah Agus, kulihat suasananya sepi. Padahal sore-sore begitu biasanya anggota keluarga Agus (Papa, Mama dan adik-adik Agus, serta kadang pembantunya) pada ngobrol di teras rumah atau main badminton di gang depan rumah. Setelah celingak-celinguk beberapa saat, kulihat pembantu di rumah Agus keluar dari pintu samping.

    “Bi.. Bibi.. kok sepi.. pada kemana yah?” tanyaku. Aku terbilang sering main ke rumah Agus, begitu juga sebaliknya Agus sering main ke rumah pamanku, tempatku tinggal. Jadi aku sudah kenal baik dengan semua penghuni rumah Agus, termasuk pembantu dan sopir papanya.
    “Eh, mas Didik.. pada pergi mas, pada ikut ndoro kakung (juragan laki-laki). Yang ada di rumah cuman ndoro putri (juragan wanita),” jawabnya dengan ramah.
    “Oh.. jadi Agus ikut pergi juga ya Bi. Ya sudah kalau begitu, lain waktu saja saya ke sini lagi,” jawabku sambil mau pergi.
    “Lho, nggak mampir dulu mas Didik. Mbok ya minum-minum dulu, biar capeknya hilang.”
    “Makasih Bi, sudah sore ini,” jawabku.

    Baru aku mau beranjak pulang, pintu depan tiba-tiba terbuka. Ternyata Tante April, mama Agus yang membuka pintu.

    “Bibi ini gimana sih, ada tamu kok nggak disuruh masuk?”, katanya sambil sedikit mendelik pada si pembantu.
    “Udah ndoro, sudah saya suruh duduk dulu, tapi mas Didik nggak mau,” jawabnya.
    “Eh, nak Didik. Kenapa di luaran aja. Ayo masuk dulu,” kata Tante April lagi.
    “Makasih tante. Lain waktu aja saya main lagi tante,” jawabku.
    “Ah, kamu ini kayak sama orang lain saja. Ayo masuk sebentar lah, udah datang jauh-jauh kok ya balik lagi. Ayo masuk, biar dibikin minum sama bibi dulu,” kata Tante April lagi sambil melambai ke arahku.

    Aku tidak bisa lagi menolak, takut membuat Tante April tersinggung. Kemudian aku melangkah masuk dan duduk di teras, sementara Tante April masih berdiri di depan pintu.

    “Nak Didik, duduk di dalem saja. Tante lagi kurang enak badan, tante nanti nggak bisa nemenin kamu kalau duduk di luar.”
    “Ya tante,” jawabku sambil masuk ke rumah dengan perasaan setengah sungkan.
    “Agus ikut Om pergi kemana sih tante?” tanyaku basa-basi setelah duduk di sofa di ruang tamu.
    “Pada ke *kota X*, ke rumah kakek. Mendadak sih tadi pagi. Soalnya om-mu itu kan jarang sekali libur. Sekali boleh cuti, langsung mau nengok kakek.”
    “Ehm.. tante nggak ikut?”

    “Besuk pagi rencananya tante nyusul. Soalnya hari ini tadi tante nggak bisa ninggalin kantor, masih ada yang mesti diselesaiin,” jawab Tante April. “Emangnya Agus nggak ngasih tahu kamu kalau dia pergi?”

    “Nggak tante,” jawabku sambil sedikit terheran-heran. Tidak biasanya Tante April menyebutku dengan “kamu”. Biasanya dia menyebutku dengan “nak Didik”.
    “Kok bengong!” Tanya Tante April membuatku kaget.
    “Eh.. anu.. eh..,” aku tergugup-gugup.
    “Ona-anu, ona-anu. Emang anunya siapa?” Tante April meledek kegugupanku yang membuatku makin jengah. Untung Bibi segera datang membawa secangkir teh hangat, sehingga rasa jengahku tidak berkepanjangan.
    “Mas Didik, silakan tehnya dicicipin, keburu dingin nggak enak,” kata bibi sambil menghidangkan teh di depanku.
    “Makasih Bi,” jawabku pelan.

    “Itu tehnya diminum ya, tante mau mandi dulu.. bau,” kata Tante April sambil tersenyum. Setelah itu Tante April dan pembantunya masuk ke ruang tengah. Sementara aku mulai membaca-baca koran yang ada di meja untuk.

    Hampir setengah jam aku sendirian membaca koran di ruang tamu, sampai akhirnya Tante April nampak keluar dari ruang tengah. Dia memakai T-shirt warna putih dipadu dengan celana ketat di bawah lutut. Harus kuakui, meskipun umurnya sudah 40-an namun badannya masih bagus. Kulitnya putih bersih, dan wajahnya meskipun sudah mulai ada kerut di sana-sini, tapi masih jelas menampakkan sisa-sisa kecantikannya.

    “Eh, ngapain kamu ngliatin tante kayak gitu. Heran ya liat nenek-nenek.”
    “Mati aku!” kataku dalam hati. Ternyata Tante April tahu sedang aku perhatikan. Aku hanya bisa menunduk malu, mungkin wajahku saat itu sudah seperti udang rebus.
    “Heh, malah bengong lagi,” katanya lagi. Kali ini aku sempat melihat Tante April tersenyum yang membuatku sedikit lega tahu kalau dia tidak marah.
    “Maaf tante, nggak sengaja,” jawabku sekenanya.

    “Mana ada nggak sengaja. Kalau sebentar itu nggak sengaja, lha ini lama gitu ngeliatnya,” kata Tante April lagi. Meskipun masih merasa malu, namun aku agak tenang karena kata-kata Tante April sama sekali tidak menunjukkan sedang marah.

    “Kata Agus, kamu mau pertandingan sepakbola di sekolah ya?” Tanya Tante April.
    “Eh, iya tante. Pertandingan antar SMU se-kota. Tapi masih dua minggu lagi kok tante, sekarang-sekarang ini baru tahap penggojlokan,” Aku sudah mulai tenang kembali.
    “Pelajaran kamu terganggu nggak?”

    “Ya sebenarnya lumayan menggangu tante, habisnya latihannya belakangan ini berat banget, soalnya sekolah sengaja mendatangkan pelatih sepakbola beneran. Tapi, sekolah juga ngasih dispensasi kok tante. Jadi kalau capeknya nggak ketulungan, kami dikasih kesempatan untuk nggak ikut pelajaran. Kalau nggak begitu, nggak tahu lah tante. Soalnya kalau badan udah pegel-pegel, ikut pelajaranpun nggak konsen.”

    “Kalau pegel-pegel kan tinggal dipijit saja,” kata Tante April.
    “Masalahnya siapa yang mau mijit tante?”
    “Tante mau kok,” jawab Tante April tiba-tiba.
    “Ah, tante ini becanda aja,” kataku.
    “Eh, ini beneran. Tante mau mijitin kalau memang kamu pegel-pegel. Kalau nggak percaya, sini tante pijit,” katanya lagi.
    “Enggak ah tante. Ya, saya nggak berani tante. Nggak sopan,” jawabku sambil menunduk setelah melihat Tante April nampak sungguh-sungguh dengan kata-katanya.
    “Lho, kan tante sendiri yang nawarin, jadi nggak ada lagi kata nggak sopan. Ayo sini tante pijit,” katanya sambil memberi isyarat agar aku duduk di sofa di sebelahnya. Penyakit gugupku kambuh lagi. Aku hanya diam menunduk sambil mempermainkan jari-jariku.
    “Ya udah, kalau kamu sungkan biar tante ke situ,” katanya sambil berjalan ke arahku. Sebentar kemudian sambil berdiri di samping sofa, Tante April memijat kedua belah pundakku. Aku hanya terdiam, tidak tahu persis seperti apa perasaanku saat itu.

    Setelah beberapa menit, Tante April menghentikan pijitannya. Kemudian dia masuk ke ruang tengah sambil memberi isyarat padaku agar menunggu. Aku tidak tahu persis apa yang dilakukan Tante April setelah itu. Yang aku tahu, aku sempat melihat bibi pembantu keluar rumah melalui pintu samping, yang tidak lama kemudian disusul Tante April yang keluar lagi dari ruang tengah.

    “Bibi tante suruh beli kue. Kue di rumah sudah habis,” katanya seolah menjawab pertanyaan yang tidak sempat kuucapkan. “Ayo sini tante lanjutin mijitnya. Pindah ke sini aja biar lebih enak,” kali itu aku hanya menurut saja pindah ke sofa panjang seperti yang disuruh Tante April. Kemudian aku disuruh duduk menyamping dan Tante April duduk di belakangku sambil mulai memijit lagi.
    “Gimana, enak nggak dipijit tante?” Tanya Tante April sambil tangannya terus memijitku. Aku hanya mengangguk pelan.
    “Biar lebih enak, kaosnya dibuka aja,” kata Tante April kemudian. Aku diam saja. Bagaimana mungkin aku berani membuka kaosku, apalagi perasaanku saat itu sudah tidak karuan.
    “Ya sudah. Kalau gitu, biar tante bantu bukain,” katanya sambil menaikkan bagian bawah kaosku. Seperti kena sihir aku menurut saja dan mengangkat kedua tanganku saat Tante April membuka kaosku.

    Setelah itu Tante April kembali memijitku. Sekarang tidak lagi hanya pundakku, tapi mulai memijit punggung dan kadang pinggangku. Perasaanku kembali tidak karuan, bukan hanya pijitannya kini, tapi sepasang benda empuk sering menyentuh bahkan kadang menekan punggungku. Meski seumur-umur aku belum pernah menyentuh payudara, tapi aku bisa tahu bahwa benda empuk yang menekan punggungku itu adalah sepasang payudara Tante April.

    Beberapa lama aku berada dalam situasi antara merasa nyaman, malu dan gugup sekaligus, sampai akhirnya aku merasakan ada benda halus menelusup bagian depan celanaku. Aku terbelalak begitu mengetahui yang menelusup itu adalah tangan Tante April.

    “Tante.. ” kataku lirih tanpa aku sendiri tahu maksud kataku itu. Tante April seperti tidak mempedulikanku, dia malah sudah bergeser ke sampingku dan mulai membuka kancing serta retsluiting celanaku. Sementara itu aku hanya terdiam tanpa tahu harus berbuat apa. Sampai akhirnya aku mulai bisa melihat dan merasakan Tante April mengelus penisku dari luar CD-ku.

    Aku merasakan sensasi yang luar biasa. Sesuatu yang baru pertama kali itu aku rasakan. Belum lagi aku sadar sepenuhnya apa yang terjadi, aku mendapati penisku sudah menyembul keluar dan Tante April sudah menggenggamnya sambil sesekali membelai-belainya. Setelah itu aku lebih sering memejamkan mata sambil sekali-kali melirik ke arah penisku yang sudah jadi mainan Tante April.

    Tak berapa lama kemudian aku merasakan kenikmatan yang jauh lebih mencengangkan. Kepala penisku seperti masuk ke satu lubang yang hangat. Ketika aku melirik lagi, kudapati kepala penisku sudah masuk ke mulut Tante April, sementara tangannya naik turun mengocok batang penisku. Aku hanya bisa terpejam sambil mendesis-desis keenakan. Beberapa menit kemudian aku merasakan seluruh tubuhku mulai mengejang. Aku merasakan Tante April melepaskan penisku dari mulutnya, tapi mempercepat kocokan pada batang penisku.

    “Sssshhhh.. creettt… creett… ” Sambil mendesis menikmati sensasi rasa yang luar biasa aku merasakan cairan hangat menyemprot sampai ke dadaku, cairan air mani ku sendiri.
    “Ah, dasar anak muda, baru segitu aja udah keluar,” Tante April berbisik di dekat telingaku. Aku hanya menatap kosong ke wajah Tante April, yang aku tahu tangannya tidak berhenti mengelus-elus penisku. “Tapi ini juga kelebihan anak muda. Udah keluarpun, masih kenceng begini,” bisik Tante April lagi.

    Setelah itu aku lihat Tante April melepas T-Shirtnya, kemudian berturut-turut, BH, celana dan CD-nya. Aku terus terbelalak melihat pemandangan seperti itu. Dan Tante April seperti tidak peduli kemudian meluruskan posisi ku, kemudian dia mengangkang duduk di atasku. Selanjutnya aku merasakan penisku digenggam lagi, kali ini di arahkan ke selangkangan Tante April.

    “Sleppp…. Aaaaahhhhh… ” suara penisku menembus vagina Tante April diiringi desahan panjangnya. Kemudian Tante April bergerak turun naik dengan cepat sambil mendesah-desah. Mulutnya terkadang menciumi dada, leher dan bibirku.

    Ada beberapa menit Tante April bergerak naik turun, sampai akhirnya dia mempercepat gerakannya dan mulai menjerit-jerit kecil dengan liarnya. Akupun kembali merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tak lama kemudian…

    “Aaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhh…….. ,” Tante April melenguh panjang, bersamaan dengan teriakanku yang kembali merasakan puncak yang kedua kali. Setelah itu Tante April terkulai, merebahkan kepalanya di dadaku sambil memeluk pundakku.
    “Terima kasih Dik…,” bisiknya lirih diteruskan kecupan ke bibirku.

    Sejak kejadian itu, aku mengalami syok. Rasa takut dan bersalah mulai menghantui aku. Sulit membayangkan seandainya Agus mengetahui kejadian itu. Perubahan besar mulai terjadi pada diriku, aku mulai sering menyendiri dan melamun.

    Namun selain rasa takut dan bersalah, ada perasaan lain yang menghinggapi aku. Aku sering terbayang-bayang Tante April dia telanjang bulat di depanku, terutama waktu malam hari, sehingga aku tiap malam susah tidur. Selain seperti ada dorongan keinginan untuk mengulangi lagi apa yang telah Tante April lakukan padaku.

    Perubahan pada diriku ternyata dirasakan juga oleh paman dan bibiku dan juga teman-temanku, termasuk Agus. Tentu saja aku tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya. Situasi seperti itu berlangsung sampai seminggu lebih yang membuat kesehatanku mulai drop akibat tiap malam susah tidur, dan paginya tetap kupaksakan masuk sekolah. Akibat dari itu pula, akhirnya aku memilih mundur dari tim sepakbola sekolahku, karena kondisiku tidak memungkinkan lagi untuk mengikuti latihan-latihan berat.

    Kira-kira seminggu setelah kejadian itu, aku berjalan sendirian di trotoar sepulang sekolah. Aku menuju halte yang jaraknya sekitar 300 meter dari sekolahku. Sebenarnya persis di depan sekolahku juga ada halte untuk bus kota, namun aku memilih halte yang lebih sepi agar tidak perlu menunggu bus bareng teman-teman sekolahku.

    Saat asyik berjalan sambil menunduk, aku dikejutkan mobil yang tiba-tiba merapat dan berhenti agak di depanku. Lebih terkejut lagi saat tahu itu mobil itu mobil papanya Agus. Setelah memperhatikan isi dalam mobil, jantungku berdesir. Tante April yang mengendari mobil itu, dan sendirian.

    “Dik, cepetan masuk, ntar keburu ketahuan yang lain,” panggil Tante April sambil membuka pintu depan sebelah kiri. Sementara aku hanya berdiri tanpa bereaksi apa-apa.
    “Cepetan sini!” kali ini suara Tante April lebih keras dan wajahnya menyiratkan kecemasan.
    “I.. Iya.. tante,” akhirnya aku menuruti panggilan Tante April, dan bergegas masuk mobil.
    “Nah, gitu. Keburu ketahuan temen-temenmu, repot.” kata Tante April sambil langsung menjalankan mobilnya.

    Di dalam mobil aku hanya diam saja, meskipun aku bisa sedikit melihat Tante April beberapa kali menengok padaku.

    “Tumben kamu nggak bareng Agus,” Tanya Tante April tiba-tiba.
    “Enn.. Enggak tante. Saya lagi pengin sendirian saja. Tante nggak sekalian jemput Agus?” aku sudah mulai menguasai diriku.
    “Kan, emang Agus nggak pernah dijemput,” jawab Tante April.
    “Eh, iya ya,” jawabku seperti orang bloon.

    Setelah itu kami lebih banyak diam. Tante April mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Setelah sampai di sebuah komplek pertokoan Tante April melambatkan mobilnya sambil melihat-lihat mungkin mencari tempat parkir yang kosong. Setelah memarkirkan mobilnya, yang sepertinya mencari tempat yang agak jauh dari pusat pertokoan, Tante April mengajak aku turun.

    Setelah turun, Tante April langsung menyetop taksi yang kebetulan sedang melintas. Terlihat dia bercakap-cakap dengan sopir taksi sebentar, kemudian langsung memanggilku supaya ikut naik taksi. Setelah masuk taksi, Tante April memberi isyarat padaku yang terbengong-bengong supaya diam, kemudian dia menyandarkan kepalanya pada jok taksi dan memejamkan matanya, entah kecapaian atau apa. Kira-kira 20 menit kemudian taksi memasuki pelataran sebuah hotel di pinggiran kota.

    “Dik, kamu masuk duluan, kamu langsung aja. Ada kamar nganggur yang habis dipakai tamu kantor tante. Nanti tante nyusul,” kata Tante April memberikan kunci kamar hotel sambil setengah mendorongku agar keluar.

    Kemudian aku masuk ke hotel, aku memilih langsung mencari petunjuk yang ada di hotel itu daripada tanya ke resepsionis. Dan memang tidak sulit untuk mencari kamar dengan nomor seperti yang tertera di kunci. Singkat cerita aku sudah masuk ke kamar, namun hanya duduk-duduk saja di situ.

    Kira-kira 15 menit kemudian terdengar ketukan di pintu kamar, ternyata Tante April. Dia langsung masuk dan duduk di pinggir ranjang.

    “Agus bilang kamu keluar dari tim sepakbola ya?!” tanyanya tanpa ba-bi-bu dengan nada agak tinggi.
    “I.. iya tante,” jawabku pelan.
    “Kamu juga nggak pernah lagi kumpul sama temen-temen kamu, nggak pernah main lagi sama Agus,” Tante April menyemprotku yang hanya bisa diam tertunduk.
    “Kamu tahu, itu bahaya. Orang-orang dan keluargaku bisa tahu apa yang sudah terjadi.. ,” kata-kata Tante April terputus dan terdengar mulai sedikit sesenggukan.
    “Tapi.. saya nggak pernah ngasih tahu siapa-siapa,” kataku.
    “Memang kamu belum ngasih tahu, tapi kalau ditanyain terus-terusan bisa-bisa kamu cerita juga,” katanya lagi sambil sesenggukan. “Apa yang terjadi dengan keluarga tante jika semuanya tahu!”
    “Tante memang salah, tante yang membuat kamu jadi begitu,” kata Tante April, kali ini agak lirih sambil menahan tangisnya. “Tapi kalau kamu merasakan seperti yang tante rasakan..” terputus lagi.
    “Merasakan apa tante?”

    Akhirnya Tante April cerita panjang lebar tentang rumah tangganya. Tentang suaminya yang sibuk mengejar karir, sehingga hampir tiap hari pulang malam, dan jarang libur. Tentang kehidupan seksualnya sebagai akibat dari kesibukan suaminya, serta beratnya menahan hasrat biologisnya akibat dari semua itu.

    “Kalau kamu mau marah, marahlah. Entah kenapa, tante nggak sanggup lagi menahan dorongan birahi waktu kamu ke rumah minggu kemarin. Terserah kamu mau menganggap tante kayak apa, yang penting kamu sudah tahu masalah tante. Sekarang kalau mau pulang, pulanglah, tante yang ngongkosin taksinya,” kata Tante April lirih sambil membuka tasnya, mungkin mau mengeluarkan dompet.

    “Nggak.. nggak usah tante.. ” aku mencegah. “Saya belum mau pulang, saya nggak mau membiarkan tante dalam kesedihan.” Entah pengaruh apa yang bisa membuatku seketika bisa bersikap gagah seperti itu. Aku hampiri Tante April, aku elus-elus kepalanya. Hilang sudah perasaan sungkanku padanya. Tante April kemudian memeluk pinggangku dan membenamkan kepalanya dalam pelukanku.

    Setelah beberapa lama, aku duduk di samping Tante April. Kuusap-usap dan sibakkan rambutnya. Kusap pipinya dari airmata yang masih mengalir. Pelahan kucium keningnya. Kemudian, entah siapa yang mulai tiba-tiba bibir kami sudah saling bertemu. Ternyata, kalau tidak sedang merasa sungkan atau takut, aku cukup lancar juga mengikuti naluri kelelakianku.

    Cukup lama kami berciuman bibir, dan makin lama makin liar. Aku mulai mengusap punggung Tante April yang masih memakai baju lengkap, dan kadang turun untuk meremas pantatnya. Tante April pun melakukan hal yang sama padaku.

    Tante April sepertinya kurang puas bercumbu dengan pakaian lengkap. Tangannya mulai membuka kancing baju seragam SMU-ku, kemudian dilepasnya berikut kaos dalam ku. Kemudian dia melepaskan pelukanku dan berdiri. Pelan-pelan dia membuka pakain luarnya, sampai hanya memakai CD dan BH. Meskipun aku sudah melihat Tante April telanjang, tapi pemandangan yang sekarang ada di depanku jauh membuat nafsuku bergejolak, meskipun masih tertutup CD dan BH. Aku langsung berdiri, kupeluk dan kudorong ke arah dinding, sampai kepala Tante April membentur dinding, meski tidak begitu keras.

    Cerita Sex Antara Kegelisahan Dan Kenikmatan Yang Telah Di Berikan Tante April

    Cerita Sex Antara Kegelisahan Dan Kenikmatan Yang Telah Di Berikan Tante April

    “Ah, pelan-pelan doonnng,” kata Tante April manja diiringi desahannya desahannya.
    Aku semakin liar saja. Kupagut lagi bibir Tante April, sambil tanganku meremas-remas buah dadanya yang masih memakai BH. Tante April tidak mau kalah, bahkan tangannya sudah mulai melepaskan melorotkan celana luar dan dalamku. Kemudian, diteruskannya dengan menginjaknya agar bisa melorot sempurna. Aku bantu upaya Tante April itu dengan mengangkat kakiku bergantian, sehingga akhirnya aku sudah telanjang bulat.

    Setelah itu Tante April membantuku membuka pengait BH-nya yang ada di belakang. Rupanya dia tahu aku kesulitan untuk membuka BH-nya. Sekarang aku leluasa meremas-remas kedua buah dada Tante April yang cukup besar itu, sedang Tante April mulai mengelus dan kadang mengocok penisku yang sudah sangat tegang.

    Kemudian tante setengah menjambak Tante April mendorong kepalaku di arahkan ke buah dadanya yang sebelah kiri. Kini puting susu itu sudah ada di dalam mulutku, kuisap-isap dan jilati mengikuti naluriku.

    “Aaaaahh….. oooouhghhh… ” desahan Tante April makin keras sambil tangannya tak berhenti mempermainkan penisku.

    Beberapa kali aku isap puting susu Tante April bergantian, mengikuti sebelah mana yang dia maui. Setelah puas buah dadanya aku mainkan, Tante April mendorong tubuhku pelan ke belakang. Kemudian dia berputar, berjalan mundur sambil menarikku ke arah ranjang. Sampai di pinggir ranjang, Tante April sengaja menjatuhkan dirinya sehingga sekarang dia telentang dengan aku menindih di atasnya, sementara kakinya dan kakiku masih menginjak lantai. Setelah itu, dia berusaha melorotkan CD-nya, yang kemudian aku bantu sehinggap Tante April kini untuk kedua kalinya telanjang bulat di depanku.

    Usai melepas CD-nya aku masih berdiri memelototi pemandangan di depanku. Tante April yang telentang dengan nafas memburu dan mata agak saya menatapku. Gundukan di selangkangannya yang ditumbuhi bulu tidak begitu lebat nampak benar menantang, seperti menyembul didukung oleh kakinya yang masih menjuntai ke lantai. Bibir vaginanya nampak mengkilap terkena cairan dari dalamnya. (Waktu itu aku belum bisa menilai dan membanding-bandingkan buah dada, mana yang kencang, bagus dan sebagainya. Paling hanya besar-kecilnya saja yang bisa aku perhatikan).

    “Sini sayaangg.. ,” panggil Tante April yang melihat aku berdiri memandangi tiap jengkal tubuhnya. Aku menghampirinya, menindih dan mencoba memasukkan penisku ke lubang vaginanya. Tapi, Tante April menahanku. Nampak dia menggeleng sambil memandangku. Kemudian tiba-tiba kepalaku didorong kebawah. Terus didorong cukup kuat sampai mulutku persis berada di depan lubang vaginanya. Setelah itu Tante April berusaha agar mulutku menempel ke vaginanya. Awalnya aku ikuti, tapi setelah mencium bau yang aneh dan sangat asing bagiku, aku agak melawan.

    Mengetahui aku tidak mau mengikuti kemauannya, dia bangun. Ditariknya kedua tanganku agar aku naik ke ranjang, ditelentangkannya tubuhku. Sempat aku melihat bibirnya tersenyum, sebelum di mengangkang tepat di atas mulutku.

    “Bleepp… ” aku agak gelagapan saat vagina Tante April ditempel dan ditekankan di mulutku. Tante April memberi isyarat agar aku tidak melawan, kemudian pelan-pelan vaginanya digesek-gesekkan ke mulutku, sambil mulutnya mendesis-desis tidak karuan. Aku yang awalnya rada-rada jijik dengan cairan dari vagina Tante April, sudah mulai familiar dan bisa menikmatinya. Bahkan, secara naluriah, kemudian ku keluarkan lidahku sehingga masuk ke lubang vagina Tante April.

    “Oooohhh… sssshhh… pinter kamu sayang… oh… ” gerakan Tante April makin cepat sambil meracau. Tiba-tiba, dia memutar badannya. Kagetku hanya sejenak, berganti kenikmatan yang luar biasa setelah penisku masuk ke mulut Tante April. Aku merasakan kepala penisku dikulum dan dijilatinya, sambil tangannya mengocok batang penisku. Sementara itu, vaginanya masih menempel dimulutku, meskipun gesekannya sudah mulai berkurang. Sambil menikmati aku mengelus kedua pantat Tante April yang persis berada di depan mataku.

    Setelah puas dengan permainan seperti itu, Tante April mulai berputar dan bergeser. Masih mengangkang, tapi tidak lagi di atas mulutku, kali ini tepat di atas ujung penisku yang tegak.
    “Sleep.. blesss… ooooooooooooohhhhhh,” penisku menancap sempurna di dalam vagina Tante April diikuti desahan panjangnya, yang malah lebih mirip dengan lolongan.

    Tante April bergerak naik turun sambil mulutnya meracau tidak karuan. Tidak seperti yang pertama waktu di rumah Tante April, kali ini aku tidak pasif. Aku meremas kedua buah dada Tante April yang semakin menambah tidak karuan racauannya. Rupanya, aksi Tante April itu tidak lama, karena kulihat tubuhnya mulai mengejang. Setengah menyentak dia luruskan kakinya dan menjatuhkan badannya ke badanku.

    “Ooooooooohhh…. Aaaaaaaaahhh….. ” Tante April ambruk, terkulai lemas setelah mencapai puncak.

    Beberapa saat dia menikmati kepuasannya sambil terkulai di atasku, sampai kemudian dia berguling ke samping tanpa melepas vaginanya dari penisku, dan menarik tubuhku agar gantian menindihnya.

    Sekaraang gantian aku mendorong keluar-masuk penisku dari posisi atas. Tante April terus membelai rambut dan wajahku, tanpa berhenti tersenyum. Beberapa waktu kemudian aku mempercepat sodokanku, karena terasa ada bendungan yang mau pecah.

    “Tanteeeeee……. Oooooohhh……. ” gantian aku yang melenguk panjang sambil membenamkan penisku dalam-dalam. Tante April menarik tubuhku menempel ketat ke dadanya, saat aku mencapai puncak.

    Setelah sama-sama mencapai puncak kenikmatan, aku dan Tante April terus ngobrol sambil tetap berpelukan yang diselingi dengan ciuman. Waktu ngobrol itu pula Tante April banyak memberi tahu tentang seks, terutama bagian-bagian sensitif wanita serta bagaimana meng-eksplor bagian-bagian sensitif itu.

    Setelah jam 4 sore, Tante April mengajak pulang. Aku sebenarnya belum mau pulang, aku mau bersetubuh sekali lagi. Tapi Tante April berkeras menolak.

    “Tante janji, kamu masih terus bisa menikmati tubuh tante ini. Tapi ingat, kamu harus kembali bersikap seperti biasa, terutama pada Agus. Dan kamu harus kembali ke tim sepakbola. Janji?”
    “He-em,” aku menganggukkan kepala.
    “Ingat, kalau kamu tepat janji, tante juga tepat janji. Tapi kalau kamu ingkar janji, lupakan semuanya. Oke?” Aku sekali mengangguk.

    Sebelum aku dan Tante April memakai pakaian masing-masing, aku sempatkan mencium bibir Tante April dan tak lupa bibir bawahnya. Setelah selesai berpakaian, Tante April memberiku ongkos taksi dan menyuruhku pulang duluan.

    Sejak itu perasaanku mulai ringan kembali, dan aku sudah normal kembali. Aku juga bergabung kembali ke tim sepakbola sekolahku, yang untungnya masih diterima. Dari sepakbola itulah yang kemudian memuluskan langkahku mencari kerja kelak. Dan Tante April menepati janjinya. Dia benar-benar telah menjadi pasangan kencanku, dan guru sex-ku sekaligus. Paling sedikit seminggu sekali kami melakukannya berpindah-pindah tempat, dari hotel satu ke hotel yang lain, bahkan kadang-kadang keluar kota. Tentu saja kami melakukannya memakai strategi yang matang dan hati-hati, agar tidak diketahui orang lain, terutama keluarga Tante April.

    Sejak itu pula aku mengalami perubahan yang cukup drastis, terutama dalam pergaulanku dengan teman-teman cewek. Aku yang awalnya dikenal pemalu dan jarang bergaul dengan teman cewek, mulai dikenal sebagai play boy. Sampai lulus SMU, beberapa cewek baik dari sekolahku maupun dari sekolah lain sempat aku pacari, dan beberapa di antaranya berhasil kuajak ke tempat tidur. (Lain waktu, kalau sempat saya ceritakan petualangan saya tersebut).

    Begitulah kisah awalku dengan Tante April, yang akhirnya merubah secara drastis perjalanan hidupku ke depannya. Sampai saat ini, aku masih berhubungan dengan Tante April, meskipun paling-paling sebulan atau dua bulan sekali. Meskipun dari segi daya tarik seksual Tante April sudah jauh menurun, namun aku tidak mau melupakannya begitu saja. Apalagi, Tante April tidak pernah berhubungan dengan pria lain, karena dianggapnya resikonya terlalu besar.

    Begitulah, Tante April yang terjepit antara hasrat seksual menggebu yang tak terpenuhi dengan status sosial yang harus selalu dijaga.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Cewek Imut Minta Dipuasin

    Cerita Sex Cewek Imut Minta Dipuasin


    626 views

    Perawanku – Cerita Sex Cewek Imut Minta Dipuasin, Minggu itu ryan baru saja bangun, anak sma 17 tahun itu bangun terlalu pagi, tepat pukul 3 pagi itu dia terbangun. Karena masih mengantuk, ia coba tidur lagi, tapi tidak bisa, karena itu ia memilih mengambil hpnya dan membuka facebook saja. Ryan melihat ada 1 permintaan pertemanan, saat dibuka, ia jadi melek, karena yang baru saja di confirm pertemanannya itu adalah akun cewek cantik. Lalu ia membuka profil cewek itu, tampaknya ia pernah tau.

    Beberapa saat setelah melihat lihat fotonya, ia baru tau kalau cewek bernama Sheila itu adalah teman sekolah smp nya dulu, yang saat kelas 2 pindah sekolah lain. Ryan kemudian mengirim pesan di facebook Sheila, bertanya kabar dan dimana ia sekarang. Setelah itu karena mulai ngantuk lagi, dia kembali tidur. Tepat jam 8 pagi di hari minggu itu, Ryan terbangun, lalu ia segera merapikan kamar dan lanjut mandi.
    Setelah mandi Ryan baru ingat kalau tadi pagi ia mengirim pesan di facebook Sheila. Setelah ia check lagi, Sheila sudah membalas pesannya, Katanya dia baik baik saja, ia sebenarnya sekolah diluar kota, tapi hari itu dia sedang mampir dirumah bibinya yang ada dikota Ryan. Ryan mulai berfikir untuk menemui teman smpnya itu.
    Ia mengirim pesan apakah hari ini Ryan boleh mampir ketempat bibinya Sheila, dan cewek itu memberi ijin, Sheila juga memberi alamat lengkapnya. Segera Ryan memakai pakaian favoritnya, lalu pergi rumah Sheila. 20 menit perjalanan ditempuh Ryan, dan ia pun tiba dirumah Sheila.
    “Ryaan, heeii” Ryan melihat sesosok cewek didepan rumah itu, dan dia adalah Sheila yang mengenakan kaos hijau, terlihat memang cewek itu sangat cantik, Ryan sampai bingung kenapa teman smpnya dulu itu jadi semanis itu.
    “Hai, Sheila kan?”,
    “iya, kamu lupa ya?”,
    “ya gimana lagi, kamu tambah cantik sih…”,
    “bisa aja kamu yan, masuk dulu yuk” Lalu segera Ryan masuk kerumah itu, ia segera duduk dikursi teras.
    “Kamu sekolah dimana sekarang yan?”,
    “aku di SMA X, kalau kamu?”,
    ” aku kan diluar kota sma nya yan, di SMK X”,
    “ooh, smk jurusan apa sih?”,
    “Jurusan perawat yan”,
    “pantesan”,
    “knapa yan?”,
    “Ya kamu pinter ngerawat diri, jadi makin cantik, haha” Canda tawa Ryan dan Sheila beberapa saat itu membuat mereka ingat saat saat di smp, ya memang dulu Ryan Sangat tertarik dengan Sheila, namun karena Sheila pindah, Ryan tidak bisa meneruskan perjuangannya.
    Beberapa saat kemudian keluar sesosok pria yang disusul seorang wanita, tampaknya itu ayah dan ibu Sheila. “Loh, siapa ini Sheila?”,
    “itu pacar aku ma” Sontak Ryan kaget sekali, kenapa dia bisa dibilang pacar Sheila.
    “loh, anu, saya ini…”,
    “Dia Ryan pa, pacarku yang baru..”,
    “Ooh, gini dong Sheila, cari pacar yang ganteng”,
    “anu bu… saya…” Ryan tampak melihat Sheila menyuruhnya diam, dan menuruti kata katanya.
    “Mama sama papa mau kemana?”,
    “Looh kita mau pulang Sheila, kan udah dari kemarin disini…”,
    “aduh ma, aku disini dulu ya, nanti biar dianterin pacarku pulang deh…”,
    “Ya udah, Ryan, jagain Sheila ya, kami pulang dulu”,
    “i..iya bu, siap…” Lalu Segera Mama dan Papa Sheila pergi. Setelah itu Ryan mulai bertanya mengenai ulah Sheila itu. “Eh, Sheila, napa kok kamu bilang aku pacar kamu sih?”,
    ”udaah, ya biar gak ikut pulang dulu, hehe”,
    “kenapa emangnya?”,
    “Dirumah gak ada temennya, disini kan ada kamu, hehe”, Ryan bingung harus ngomong apa, karena ia justru senang karena dibilang pacarnya Sheila.
    “Ryan, masuk dalem yuuk”,
    “Ngapain? Disini aja, sungkan sama bibi mu”,
    “halah, gak papa, bentar deh aku panggil bibiku deh”. Beberapa saat kemudian Bibinya Sheila muncul, dan tampak membawa beberapa keranjang makanan.
    “Eh ada tamu, di ajak masuk aja itu temenmu Sheila”,
    “Iyaa, bibi mau kemana?”,
    “mau kerumah saudara, tapi kamu masih disini, jadi gimana kalau kamu jaga rumah dulu?”,
    “Iya deh bi…”,
    “Mas nya ini lama gak disini?”,
    “Ndak kok, saya..”,
    “Ryan nemenin Sheila kok bi…”,
    “ooh, ya sudah, bibi pergi dulu ya” Lalu Bibi Sheila segera pergi. Sheila tampak gembira sekali. “Sebenarnya kamu kenapa sih?”,
    “udah sini masuk dulu…”. Segera Ryan ditarik masuk kedalam rumah oleh Sheila.
    “Ryan, kamu mau ngentot gak?” Buset, Ryan makin kaget, tidak ada dipikirannya kalau cewek secantik Sheila akan mengatakan hal yang seperti itu.
    “Jangan ngawur kamu Sheila, kan kita baru…”, Belum selesai bicara, Sheila sudah mencium Ryan, bukan main kagetnya. “Udah deeh, kamu kan dulu pas smp suka banget sama aku kan?”, “itu kan dulu, kan sekarang…” Ryan menghentikan perkataannya, karena tentu ia tidak mau menyia nyiakan cewek secantik Sheila.
    “Sekarang aku masih suka kamu kok, Sheila”,
    “hee, gitu dong”,
    “emang kamu belum punya pacar ya?”,
    “aduh Ryan, aku itu nungguin kamu…”,
    “ya udah, kamu mau gak jadi pacar aku?”,
    “mau doong, uuummm” Sheila lalu mencium bibir Ryan, Entah dari mana anak sma seperti Sheila bisa menirukan gerakan gerakan orang dewasa, semisal memutar mutar lidahnya didalam mulut Ryan, atau cara mencium yang meningkatkan gairah. “mmm…mmm…slruup..mmm”,
    “cup…mmm..kamu blajar dari mana Sheila?”,
    “mm…cup….aku sering nonton film bokep sih…mmm…keknya nikmat…cup..mmm”.
    Setelah asyik bercumbu, Sheila menarik Ryan masuk kekamar bibinya. Lalu cewek itu segera melompat keatas kasur,
    “Ryan sayaang, sinii doong” Cowok sma seperti Ryan melihat cewek cantik menggodanya, mana bisa menolak, segera Ryan naik keatas kasur itu, dan memeluk Sheila.
    “Kamu udah ngebet banget kayaknya ya”, “pokoknya aku mau ngentot sama kamu, gak boleh ditolak! Hehe” Beberapa saat Ryan dan Sheila saling pandang dan terdiam, lalu Ryan tiba tiba mendekat dan melumat bibir manis Sheila.

    Sambil asyik menciumi cewek cantik itu, tangan Ryan mulai mengelus ngelus tubuh Sheila, tangannya sekarang sedang asyik mengelus perut mulus Sheila, perlahan dia naikan kaos hijau itu naik, terlihat sekarang bh Sheila masih menutup buah dadanya.
    “mmm…cup..mmm..udah pengen pegang toket ku ya yang?”,
    “kamu yang minta tadi, hehe”,
    “mm…cup…kamu udah pernah ngeseks gak sih yan?”,
    “belum sih”, “aku juga belum pernah..mmm..cup..mmm…asyik dong”,
    “kamu gak nyesel kan Sheilaku sayang?”,
    “gak deh, kan udah lama aku tunggu”. Kemudian mereka berhenti berciuman, dan membuka semua pakaiannya.
    Ryan hanya bisa terpesona dengan kemolekan tubuh Sheila, cewek manis itu tubuhnya mulus sekali, buah dada imut Sheila tidak begitu besar, namun itu sangat mempesona. Sheila masih menutup selangkangannya, jadi Ryan perlu menunggu untuk bisa menikmati memek perawannya itu.
    “Yaang, kok ngelamun, aku emang cantik banget ya? Haha”,
    “aduh Sheila, kamu itu bidadari, duh cantiknya, sini sini…” Dua anak remaja yang bugil itu terlihat mulai beraksi, Ryan yang penisnya sudah mendongak ketas itu, mendekati Sheila dan mulai meremas buah dada imutnya.
    “duh gemes, imut banget deh”,
    “mmmf…geli yan, mmmmf”. Lalu dikecupnya buah dada itu, Ryan juga menjilati puting merah muda Sheila. “uuuhf…mmmf…Sini Yang aku kocok kontolmu” Lalu Penis Ryan yang berdiri itu mulai dikocok tangan mulus Sheila, tampak Ryan merasakan kenikmatan luar biasa, tak pernah ia memimpikan dikocok penisnya oleh bidadari.
    “uuuuh…enak banget…Sheila…hebat kocokanmu…uuuh”. Sheila dan Ryan sedang asyik menikmati pengalaman pertama
    mereka.
    Croot croot, Ryan memuntahkan sperma keatas, dan mengenai buah dada Sheila.
    “uuuh, maaf ya yang, udah gak tahan”,
    “wah, aku belum pernah ngocok kontol cowok, ternyata yang keluar ini, sllruup..” Sheila yang cantik itu lalu menelan kepala penis Ryan dan menyedot sisa sperma didalam penis itu, Ryan hanya bisa merem melek merasakan kenikmatan itu.
    Setelah itu Sheilajuga menjilati buah dadanya sendiri yang dibasahi sperma Ryan. Sontak pemandangan indah itu membuat Ryan semangat lagi, Penisnya kembali tegak.
    “mmm… udah ngaceng aja yang, hehe”,
    “gak tahan aku sama kecantikanmu yang, sungguh aku beruntung”,
    “Hehe, ayo sini kamu masukin kedalem” Sheila kemudian merebahkan tubuhnya dan membuka kedua kakinya, Ryan sangat bahagia melihat vagina mulus Sheila hanya diselimuti bulu bulu tipis, apa lagi memek cewek barunya itu masih
    perawan.
    “Sini, biar aku lumasi dulu memiaw mu ya…mmm” Ryan mulai menciumi bibir vagina Sheila, lidahnya yang sudah masuk kedalam liang senggama itu mulai berputar putar menjilati seisi lubang nikmat itu,
    “aaahn…mmmf…uuuh…geli yan….ooooh”,
    “mmm…slurp..mmm…memek kamu wanginya menggoda yang…mmm” Ryan kemudian menjilati klistoris Sheila, ia juga asyik menggigit kecil klistoris itu, tampak Sheila makin mendesah keras.
    “aaahn…aaahn…mmmf…oooh..oooh” Tiba tiba Ryan merasa ada yang mengalir keluar dari lubang itu, ternyata air kewanitaan Sheila sudah keluar, segera Ryan menghisap memek Sheila untuk menikmati Air segar itu.
    “slruuup..mmm..slruuup..nikmatnya..mmm”, “oooh, Ryan, sayang…mmmf…uuuuhf”.
    “Sekarang Aku masukin penisku ya”,
    “mmmf..iya Ryan sayaang, puasin aku ya”, Pelan pelan kepala penis Ryan yang tegak itu sudah menempel dibibir vagina Sheila.
    Lalu sedikit demi sedikit penis itu mulai masuk kedalam, Sensasi luar biasa itu membuat Ryan menggigit bibirnya sendiri. Lalu penisnya berhenti karena ada sebuah dinding pelindung,
    “Sheila sayaang, keperawananmu buat aku yaa..”,
    “Iya Ryan sayang, aku….aaaaaaaahn!!!” Darah segar mengalir keluar dari memek Sheila, keperawanannya sudah diambil Ryan.
    Kemudian Penis anak sma itu segera mulai bergerak maju mundur,Ryan merasakan sensasi yang sangat luar biasa nikmat, dinding vagina sempit itu membuat penisnya dipijat terus dengan nikmatnya.
    “ooooh, nikmat banget yang, memekmu, oooh, kontolku diremas remas.
    “Ryan kemudian meningkatkan kecepatan gerakan penisnya, maju mundur maju mundur, penis itu asyik menyodok memek sempit Sheila.
    “aaah.,..aaaah…aaah…uuuh…oooh..mmmf…yaaan…uuuf…aaaahn”, Sheila yang mendesah terus itu tubuhnya mulai menggelinjang karena digenjot cowok idamannya.
    Ryan masih terus bergerak maju mundur menabrak Memek sempit Sheila dengan penisnya, mata cowok itu sedang terhenti melihat wajah Sheila yang memerah karena merasa kenikmatan, Ryan sangat senang dan bahagia, cewek secantik dan semulus Sheila kini jadi penikmat hasrat seks nya.
    Beberapa menit itu Ryan terus menggenjot dan meniduri cewek manis itu, Sheila hanya bisa menahan kenikmatan yang dirasakannya.
    “mmmf…yaan…uuuh..aaah…aku… udah gak tahan…aahn”, Penis Ryan yang masih bergerak didalam memek sempit itu terasa dibasahi Cairan kewanitaan Sheila lagi. Lalu Penisnya dicabut, dan Ryan yang ada diatas pacar barunya itu memeluk erat tubuh mulus itu,” Sheila, Aku cinta kamu.. oooh!” Crooot croot crooot Penis Ryan memuntahkan Sperma kearah perut dan buah dada Sheila.
    “mmm…Ryan sayang.. makasih ya… aku puas banget…, aku cinta kamu…”,
    “Sheila, terima kasih ya, kamu memang tercantik didunia ini…” Lalu Mereka berdua tersenyum dalam pelukan hangat.
    Setelah itu Sheila dan Ryan pergi kekamar mandi dan mandi bersama, meski sempat asyik berhubungan seks lagi disana, mereka memilih segera kembali keluar karena takut bibinya Sheila akan segera pulang. Sore itu Bibinya sudah kembali,
    “Wah, kalian masih anteng duduk disini ya”,
    “i..iya bi, sebenarnya saya mau nganter Sheila pulang”,
    “Iya, bibi Sheila tinggal gak papa kan?”,
    “iya deh, makasih udah jagain rumah ya..”, “Iya bi, Sheila pulang dulu ya…”. Lalu segera Sheila diantar pulang Ryan dengan motornya.
    “Yang, nanti kalau kita udah lulus, kita nikah ya…”,
    “Aku kuliah dulu dong Sheila sayaang”,
    “aduh, nanti jadi gak bisa ngeseks lagi dong..”,
    “ya nanti kalau mau kita ngeseks dirumahku bisa”,
    “yee, makasih ya yang”. Lalu Pasangan baru itu jadi makin dekat, beberapa kali mereka mencoba untuk berhubungan seks lagi.
    Entah kenapa pasangan ini bisa tetap bersatu dan akhirnya menikah.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Aku Terjebak Dalam Lautan Kenikmatan

    Cerita Sex Aku Terjebak Dalam Lautan Kenikmatan


    626 views

    Perawanku – Cerita Sex Aku Terjebak Dalam Lautan Kenikmatan, Gerimis turun, padahal mentari masih bersinar, membuai orangorang menikmati senja. Saya bergegas pulang. Keramaian taman makin menghilang. Sibuk orangorang menyelamatkan diri dari titiktitik air.

    Lalu menyelamatkan yang lainnya, jemuran pakaian dan kasur. Gerimis meningkatkan frekuensinya menjadi lebat, hujan deras.

    Di depan flatku seorang wanita muda mengangkati jemurannya yang cukup banyak. Kelihatannya kurang mengantisipasi akibat baru bangun tidur, masih memakai piyama.

    Wisnu, bantuin Tante dong!

    Tanpa bicara saya membantunya. Sprei, kelambu, baju, tshirt, dan ih, pakaian dalam.

    Bawa ke mana, Tante?

    Sekalian ke dalam aja!

    Tante Ningrum berjalan didepan saya. Menaiki tangga hingga lantai dua. Saya cukup puas menikmati irama pinggulnya yang saya kira agak dibuatbuat. Saat menghadap ke arah terang, siluet tubuhnya jelas membayang.

    Seakan telanjang. Kami masuk ke rumahnya. Tante Ningrum menggeletakkan jemuran di sudut kamarnya, saya pun mengikutinya.

    Makasih ya? Kamu mau minum apa? tanyanya yang langsung menghentikan maksud saya untuk langsung pulang.

    Apa aja deh, Tante. Asal anget

    Saya rebahkan diri di sofanya. Hmm, lumayan nyaman. Tante Ningrum belum mempunyai anak. Yang saya tahu, suaminya, Om yang tak saya tahu namanya itu hanya sekalikali pulang.

    Dengardengar pekerjaanya sebagai pelaut. Haha, pelaut. Di mana mendarat, di situ membuang jangkar. Sinis sekali saya.

    Om belum pulang, Tante? tanyaku basabasi sambil menerima teh hangat.

    Belum, nggak tentu pulangnya. Biasanya sih, hari Minggu. Tapi hari Minggu kemarin nggak pulang juga

    Tante nggak kemanamana?

    Mau kemana, paling cuma di rumah saja. Kalau ada Om baru pergipergi

    Eh, kamu nggak ada keperluan lain kan?

    Nggak, Tante, jawabku. Mau apa saya di rumah, sendirian, di tengah hujan yang semakin lebat begini.

    Temenin Tante ya. Ngobrol

    Kami pun terlibat dalam obrolan yang biasa saja. Sekedar ingin tahu kehidupan masingmasing. Dari ucapannya, saya tahu bahwa suaminya yang jarang pulang bernama Om Agus.

    Yang cukup membuat darah saya berdesir agak cepat adalah daster itu. Seakan saya bisa melihat dua titik di dadanya, yang timbul tenggelam ketika kami bercengkrama. Tangan Tante Ningrum cukup atraktif.

    Entah sengaja atau tidak sering menyentuh tangan saya, atau mampir di paha saya. Makin lama duduknya pun semakin dekat. Hingga

    Wisnu, mau nonton film nggak? Tante punya film bagus nih

    Wah untunglah. Rumah saya tidak mempunyai vcd player. Tante Ningrum menyalakan TV lalu memasang film. Dan, astaga ternyata dia benar tidak memakai BH dan celana dalam.

    Saya bisa melihatnya jelas karena dia cukup lama berdiri menyamping, cahaya TV membuat gaun tidurnya menjadi selaput transparan. Bentuk payudara beserta putingnya beserta rambut di pangkal paha. Saya lebih ternganga lagi karena film itu XXX.

    Kembali Tante Ningrum duduk di samping saya, malahan lebih dekat lagi. Tangannya mengusapusap lengan saya dengan lembut.

    Filmnya bagus ya? Bisiknya pelan.

    Namun terdengar di telinga saya bagaikan rayuan. Saya tak mampu menjawab karena bibir bawah saya menahan ekstasi yang kuat. Entah apa yang harus saya lakukan kini. Mata saya tak lepas dari wanita yang merintih di film itu, yang sudah distel suaranya pelan.

    Tante Ningrum menggenggam pergelangan tangan saya. Dan, astaga dibawanya tangan saya ke payudaranya. Didiktenya tangan ini ke daerah yang tak pernah dirasakan sebelumnya. Begitu pula tangan kiri saya.

    Kini masingmasing telapak tangan itu memegang rata masingmasing pasangannya, payudara. Pandangan saya masih ke arah TV. Saya tak berani menatap wajah Tante Ningrum. Tak pernah saya impikan hal ini terjadi. Sementara di TV desahan si gadis yang menghadapi dua batang penis makin membuat hot suasana.

    Wisnu, hadap sini dong, ujarnya manja.

    Saya hadapkan wajah saya. Saya lihat tatapan pengharapan di sana. Wajah Tante Ningrum cukup cantik, dengan kulit putih dan senyuman manis yang menghiasinya. Saya masih memegang payudara itu, hanya memegang dengan daster yang melapisinya.

    Ah, tak terasa daster itu. Hanya payudara besar ini fokus pikiran saya. Tangan saya masih canggung, sementara ada sesuatu yang mulai menggeliat di bawah sana.

    Tibatiba dia menghentikan saya, dengan cara yang sempurna. Tangannya merengkuh saya dalam pelukan, sementara bibirnya mencium lembut. Payudaranya menghimpit dada saya, membuat dada saya berdetak hingga saya merasa bisa mendengarnya.

    Ciumannya nikmat, berbeda sekali sekali dengan apa yang ada di TV. Seakan ingin mengaliri dengan hangat jiwanya. Kami berciuman lama sekali, tak terasa tangan saya ikut mendekapnya makin erat. Saya lepaskan dekapan saya untuk mulai mengontrol diri kembali. Berakhirlah sesi ciuman itu.

    Kenapa Wisnu? Kamu marah ya? tanyanya pelan.

    Tapi sialan, suarasuara di TV itu kembali mengacaukan saya. Melumpuhkan saya lagi dalam birahi.

    Maafin Tante ya? Tante Wajah itu mengeluarkan prana iba untuk dikasihi.

    Dia kembali mencium saya, cukup hangat. Namun tak sehangat tadi saya rasa. Saya pun tak mengharap ciuman kasih sayang, karena dari saya juga tinggal nafsu. Ciumanciuman itu pindah ke leher dan telinga.

    Ah, tak pernah saya bayangkan bahwa daerah ini lebih membuat saya bergidik. Saya pun menirunya. Kami saling menciumi leher, bahkan Tante Ningrum sempat mencium keras.

    Aduh, Tante

    Dia lalu tersenyum dan berdiri. Perlahan dia melepas daster itu, mulai dari tangannya. Satu demi satu tangan daster itu terlepas.

    Daster melorot, tertahan sebentar di bulatan payudaranya yang besar. Dia menarik ke bawah lagi daster itu. Terlihat payudara, tanpa BH. Putih, bulat, besar, dengan puting susu berwarna merah muda.

    Mulut saya menganga kagum seakan ingin memakannya. Saya menelan ludah.

    Diturunkannya lagi. Saya menikmati satu persatu sajian pemandangan itu. Perutnya putih dengan pinggang yang ramping. Pusarnya menjadi penghias di sana. Daster itu tertahan di pinggangnya.

    Oh, pantatnya menahan. Saya semakin berdebar, ingin mempercepat proses itu, saya ingin segera melihat kemaluannya. Diturunkan lagi, dan ah vagina itu muncul juga. Dihiasi rambut berbentuk segitiga yang tak begitu lebat. Bibir vaginanya merah segar, sedikit basah.

    Untuk pertama kalinya saya melihat wanita bugil. Dengan senyumnya, bangga membuat saya terkagumkagum.

    Sekarang, kamu juga buka ya? perintahnya manja.

    Saya membuka tshirt saya. Tante Ningrum membuka celana saya, Lepas jins saya, tapi Tante Ningrum tak segera membukanya. Dia jongkok lalu menjilati penis saya dari luar celana dalam.

    Tampak noda basah sperma yang makin ditambah oleh air ludah. Penis itu makin membesar dalam celana dalam, rasanya tak enak kerena tertahan. Segera saya buka dan hup keluarlah batang kemaluan diikuti dua bolanya. Tante Ningrum mengecupnya, si penis tampak membesar. Semakin tegaknya penis diikuti dengan jilatanjilatan lidah. Uhh, enak sekali.

    Kini gantian tangannya yang bekerja. Pertama dirabanya semua bagian penis, lalu mulai mengocoknya. Setelah kirakira telah utuh bentuknya, tegak dan besar, dimasukkannya ke dalam mulut. Tante Ningrum memandang ke atas, wajahnya berseriseri.

    Terus Tante

    Lidah Tante Ningrum menjilatjilat, kadang menggelitik penis saya. Lalu mulai memaju mundurkan mulutnya, seakan sebuah vagina menyetubuhi penis. Ini hebat sekali. Sekitar 15 menit permainan itu berlangsung, hingga

    Tante, saya mau keluar kata saya terengahengah.

    Tante Ningrum malah mempercepat kocokan mulutnya. Saya ikut memegang kepalanya. Dan keluarlah ia. Saya merasa ada 5 semprotan kencang. Tante Ningrum tidak melepasnya, ia menelannya.

    Bahkan terus mengocok hingga habis spermanya. Lega rasanya tapi lemas badan saya. Tante Ningrum berdiri, kemudian kami berciuman lagi.

    Sekarang gantian ya

    Kini saya menghadapi payudara siap saji. Pertama saya rabaraba dengan kedua tangan saya. Remasan itu saya buat berirama. Lalu saya mulai berkonsentrasi pada puting susu. Saya tariktarik hingga payudaranya terbawa dan saya lepaskan.

    Hmm, bagaimana rasanya ya? Saya mulai menjilatinya. Enak Jilatan saya pada satu payudara sementara tangan yang lain meremas satunya. Ketika saya hisaphisap putingnya, terasa makin mancung, mengeras, dan tebal puting itu. Saya lakukan pula pada payudara satunya.

    Oh, ternyata jika wanita terangsang, yang ereksi adalah puting susunya. Kirakira 5 menit saya melakukannya dengan nikmat.

    Kemudian jilatan saya turun, hingga vaginanya. Saya coba dengan jilatanjilatan. Saya sibakkan lagi rambut kemaluannya agar jilatan lebih sempurna.

    Ada seperti daging kecil yang menyembul. Yang saya tahu, itu adalah klitoris. Saya hisap seperti menghisap puting susu, eh Tante Ningrum merintih.

    Hmm, Wisnu, jangan dihisap. Geli. Tante nggak kuat

    Dan Tente Ningrum benarbenar lunglai. Tubuhnya rebah ke sofa. Dia terlentang dengan paha mengangkang memperlihatkan vagina terbuka dan payudara yang berputing tegak. Saya lanjutkan lagi kegiatan ini. Makin lama kemaluannya makin basah. Jilatan dan hisapan saya makin bersemangat, sementara disana Tante meremasremas payudaranya sendiri menahan geli.

    Tibatiba pahanya mendekap kepala saya dan, serr seperti ada aliran lendir dari vaginanya. Otot liang itu berkontraksi. Inikah orgasme? Hebat sekali, dan saya melihatnya dari dekat. Tak saya siasiakan lendir yang mengalir, saya hisap dan saya telan. Rasanya lebih enak dari sperma.

    Tubuh Tante Ningrum yang bergoyanggoyang akhirnya tenang kembali. Jepitan pahanya mulai melemah namun penis saya mulai ereksi lagi. Saya cium mesra vaginanya seperti saya mencium bibirnya. Tante Ningrum tersenyum. Bibirnya berkata Terima kasih namun tak mengeluarkan suara.

    Gambar di film itu merangsang kami. Wanita berpayudara besar terlentang diatas meja kantor. Diatasnya lakilaki dengan penis panjang dan besar menyetubuhi payudaranya. Tangan si wanita menekan payudaranya sendiri agar merapat, dan penis itu melewati celahnya. Saya pikir pasti asyik sekali.

    Saya menjilati dulu payudara Tante Ningrum, agar basah dan lengket. Tak lupa dengan hisapanhisapan di putingnya. Setelah merasa cukup, saya duduk di muka payudara itu. Tante Ningrum merapatkan celah payudaranya. Dia tersenyum senang.

    Saya mulai dengan pelan memasuki celah payudara, seakan itu adalah liang vagina. Uff, sensasinya luar biasa. Saya mulai memaju mundurkan penis dengan irama. Ujung penis saya terlihat saat saya maju. Kalau klimaks, pasti spermanya sampai ke wajah Tante.

    Tangan saya ikut memegang payudara untuk menguatkan hujaman penis. Kadang saya menariknarik puting susu. Saya mencium bibirnya, mengangkat paha di lehernya, kemudian menyerahkan lagi penis saya. Dihisap dan jilat lagi, seperti tak puas saja.

    Posisi saya duduk tak enak. Saya tak bisa duduk karena akan menekan lehernya, tangan sayapun tak bisa memaju mundurkan kepalanya. Oh, ada sandaran tangan. Empuk lagi. Apalagi kalau bukan payudara. Sambil saya meremasremasnya, penis seperti diremasremas juga.

    Tante Ningrum mengeluarkan kemaluan saya sebentar, mengajak posisi 69. Hm, saya pikir boleh juga. Maka saya berganti posisi lagi. Tubuh saya menghadap Tante Ningrum, tapi saling berlawanan. Penis saya di mulutnya, vaginanya di mulut saya.

    Sampai beberapa saat kami melakukan itu. Saya tak tahu apakah Tante mendapat orgasme lagi, tapi dia sempat diam mengulum penis saya, pahanya menekan rapat kepala saya, tapi tak ada cairan yang keluar.

    Wisnu, berhenti dulu deh serunya.

    Padahal saya sedang asyik dengan posisi ini. Tante Ningrum berdiri menuju ke dapur. Rupanya dia minum air dingin. Tante Ningrum datang membawa dua gelas air es dan menyodorkan dua tablet yang saya duga obat kuat. Kami meminumnya satusatu. Tante memperhatikan saya lalu melihat film itu.

    Kita bercumbu beneran, yuk, ajaknya.

    Di bathtub yuk.

    Dia memegang kemaluan saya seperti memegang tangan saya, untuk mengajak dengan menggandeng penis itu. Kami ke kamar mandinya. Bathtubnya cukup besar, Kami mulai lagi.

    Di bawah shower itu berpelukan sambil meraba dan menyabuni. Nikmat sekali menyabuni payudaranya, senikmat disabuni penis saya. Tak ada yang terlewatkan, termasuk vagina dan anus.

    Ketika air mulai penuh, kami berendam. Airnya tak diberi busa. Nyaman sekali. Lalu kami mulai saling merangsang, meninggikan tensi kembali. Tante Ningrum mengocok penis saya dalam air, sementara saya merabaraba vaginanya.

    Tak berapa lama dia duduk di pinggiran bathtub. Kelihatannya dia ingin vaginanya dijilat. Saya merangkak menjilatinya. Cairannya mulai keluar lagi.

    Pakai tangan juga dong, pintanya lanjut.

    Saya menuruti saja. Saya kocok dengan telunjuk kanan saya. Saya coba telunjuk dan jari tengah, semakin asyik. Tangan kiri saya mengusap klitorisnya. Tante memejamkan matanya menahan nikmat. Sebelum berlanjut lebih jauh, Tante menghentikan.

    Dia membalik badannya menjadi menungging dan membuka pantatnya. Ternyata dari tadi saya belum mengeksplorasi daerah anus. Saya pun mencobanya. Saya jilat anusnya, reaksi Tante mendukung. Saya jilatjilat lagi, dari anus hingga vagina. Lalu saya coba masukkan dua jari saya lagi ke vaginanya dan mengocoknya.

    Lidah saya menjilatjilat lagi. Daerah pantat yang menggembung berdaging kenyal seperti payudara. Saya pun suka. Tante Ningrum menunjukkan reaksi seperti akan orgasme lagi. Desahannya mulai keras.

    Wisnu, Tante mau keluar lagi nih. Cepat! Pakai kontolmu. Ayo masukin kontolmu. Cumbu Tante, Wisnu jeritnya tertahan putusputus.

    Astaga, dirty talk sekali. Membuat saya makin terangsang. Saya siapkan penis saya, walau agak bingung karena tak ada pengalaman. Tante Ningrum mengocok vaginanya sendiri sambil menunggu saya memasukkan penis. Penis sudah saya arahkan ke vagina.

    Tante, nggak bisa masuk nih tanya saya bingung.

    Tekan saja yang kuat. Tapi pelanpelan

    Saya ikuti sarannya, tetap saja susah. Dasar pemula. Jadinya penis saya hanya merangsang mulut vagina saja, mengggosok klitoris, tapi itu malah membuat Tante makin terangsang.

    Ayo masukkan, Tante sudah hampir keluar

    Dengan tenaga penuh saya coba lagi. Dan, berhasil. Kepala penis saya bisa masuk walau sempit sekali. Tante Ningrum bergoyang untuk merasakan gesekan karena klimaksnya semakin dekat.

    Ketika saya coba masukkan lebih dalam lanjut pantat Tante bergoyang hebat. Otot vaginanya seperti meremasremas. Penis saya yang walau baru kepalanya saja menikmati remasan vagina ini. Dan Tantevpun orgasme. Setelah itu dia jatuh dan berbaring dalam bathtub. Saya sudah melepaskan penis saya.

    Tante, maafin saya ya kata saya agak menyesal.

    Saya belum memasukkan seluruh penis saya dalam vaginanya saat dia orgasme.

    Nggak apaapa. Kepala kontolnya sudah nikmat, kok. Ayo kita coba lagi. Sekarang kontol kamu mau dikulum nggak? Tak usah bertanya. Ganti saya yang duduk di tepi bathtub.

    Tante merangkak dan mengulum penis saya. Ah, pose seperti ini membuat saya nyaman, seakan saya yang punya kuasa. Di ujung tubuh yang merangkak itu ada pantat.

    Wah, empuknya seperti payudara. Sayapun menjamah dan meremasremasnya. Kadang saya membandingkan dengan satu tangan tetap meremas pantat, tangan yang lain meremas payudara. Kenikmatan ganda. Kelihatannya Tante juga menikmati sekali.

    Ombak berdebur kecil di bathtub itu. Saya rasakan penis saya mulai megeluarkan tanda akan klimaks. Tumben cukup lama sekali saya bertahan. Mungkin karena obat yang diberikan Tante.

    Saya hentikan gerakan Tante, saya turunkan kepala saya ke wajahnya yang masih mengulum penis saya. Tante berdiri, saya mengikutinya. Tante membuka vaginanya, saya mengarahkan penis saya. Saya gosokgosokkan ke vaginanya.

    Saya temukan klitosinya. Seperti puting susu, saya masukkan klitoris itu ke dalam lubang penis saya. Rangsangannya kuat, sampaisampai Tante mau jatuh lagi seperti ketika klitorisnya saya hisap kuatkuat.

    Ok, sekarang saya mulai memasukkan penis saya. Tante Ningrum menggenggam penis saya, mengarahkan agar bisa masuk. Saya seperti orang bodoh yang harus diajari untuk melakukan gerakan yang saya pikir semua lakilaki juga bisa. Ternyata tidak mudah. Dengan susah payah akhirnya kepala penis saya masuk.

    Seperti tadi, saya coba goyang maju mundur untuk membuatnya siap melanjutkan misinya. Suasana begitu sepi, mungkin sudah malam. Tapi hujan masih menetes satusatu. Sunyi. Saat itu, tibatiba ada ketukan di pintu rumah. Toktoktok Dan kami diam seperti hendak dipotret saja.

    Ningrum Ningrum, ini aku. Bukain pintu dong teriak seorang lakilaki.

    Kami bagai tersambar geledek, mematung dalam badai. Hujan tadi berlanjut menjadi badai akibat suara itu.

    Mas Agus bisik Tante Ningrum pelan. Penis saya langsung lemas, keluar begitu saja dari vagina yang telah susah payah berusaha dijebolnya.

    Apa yang harus kita lakukan?

    Aku akan berpurapura

    Kalau saya?

    Sembunyi saja.

    Dimana? Katakata kami meluncur cepat nyaris tak bersuara. Kami berusaha berfikir. Agak sulit, karena sedari tadi hanya menggunakan nafsu.

    Ningrum, kamu tidur ya? Bukain dong, suara Om Agus seakan detikdetik bom waktu yang siap meledak. Wajah Tante Ningrum sedikit cerah.

    Aku ada akal

    Gimana? tanya saya tak sabar.

    Kamu di sini saja dulu. Jangan keluar sebelum kupanggil.

    Tante Ningrum merendam lagi dirinya dalam bathtub, kemudian keluar. Saya menutup pintu kamar mandi, tidak terlalu rapat agar bisa melihat keadaan. Saya lihat Tante Ningrum membawa pakaian saya dan menengelamkannya dalam tumpukan jemurannya.

    Mengelap lagi sofa dengan dasternya, melemparkan daster itu ke tumpukan jemuran. Kemudian membuka pintu. Apa yang dilakukannya?

    Dia sudah gila? Saya bisa mati jika suaminya tahu kami telah berbuat. Belum sih, tapi hampir menyetubuhi istrinya. Lalu? Adakah mantra untuk menghilang? Saya takut menghadapi kenyataan, saat ini, di tempat ini, dalam keadaan ini, dengan apa yang telah saya lakukan.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,