Author: perawanku

  • Cerita Sex Sedarah Mbak Desy Pelampiasan Seks – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sex Sedarah Mbak Desy Pelampiasan Seks – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1449 views

    Perawanku – Nama aku Randi 19 tahun, aku dua bersaudara, aku anak kedua dimana kakakku perempuan berusia 5 tahun lebih tua dariku. Aku ngin menceritakan kejadian yang menimpa kehidupan seks aku 3 tahun yang lalu.

    Pada waktu itu aku berumur 16 tahun masih 1 smu, sedangkan kakak aku berusia 22 tahun dan sudah kuliah. Kakakku orangnya memakai jilbab. Meskipun kakakku memakai jilbab dia sangat sexy, orang bilang mukanya sexy banget, demikian pula postur tubuhnya, tinggi 160 cm, kulit putih dan bra aku kira 36-an, tapi yang paling menyolok dari dia adalah pantatnya yang bulat besar dan bahenol, ini dapat aku nilai karena aku sering mengintip dia waktu dia sedang mandi atau sedang ganti pakaian. Jika berjalan ke mal ataupun kemanapun dia pergi, dia selalu pakai baju yang agak ketat meskipun dia memakai jilbab, orang selalu memandang goyangan pinggul dan pantatnya.

    Sampai-sampai aku sebagai adik kandungnyapun sangat menyukai pantat dan pinggul kakakku itu.Meskipun kakakku memakai jilbab, kebetulan kakakku menyukai baju-baju model agak ketat dan celana agak ketat pula sehingga agak mencetak kemontokan dan keindahan tubuhnya. Apalagi jika dirumah, meskipun dia selalu memakai jilbab atau kerudung, dia selalu memakai baju tidur yang panjang tapi agak tipis sehingga agak terlihat belahan pantat dan celana dalamnya. Sebagai remaja yang baru puber dan juga olok-olok dari teman-temanku diam-diam aku sangat terangsang bila melihat pinggul kakakku. Sebaga efek sampingnya aku sering melakukan onani di kamarku atau di kamar mandi sambl membayangkan gimana rasanya kemaluanku dijepit diantara pantat montoknya.Keinginan itu kurasakan sejak aku duduk di bangku 1 smu ini, aku sering mencuri-curi pandang untuk mengitip CD-nya apabila dia memakai rok. Dia mempunyai pacar yang berumur setahun lebih muda dari padanya. Aku sering memergoki mereka pacaran di ruang tamu, saling meremas tangan sampai mereka berciuman. Suatu hari aku memergoki pacarnya sedang menghisap buah dada kakakku di kamar tamu meskipun baju dan jilbabnya tetap terpasang di badannya, kakakku hanya mengeluarkan buah dadanya dari kancing yang terlepas sebagian, mereka langsung belingsatan buru-buru merapihkan bajunya.

    Malam harinya kakakku mendatangi kamarku dan memohon kepadaku agar tidak menceritakan apa yang aku lihat ke orang-orang terutama pada ayah dan ibuku.Dik, jangan bilang-bilang yah, abis tadi si Hendra (pacarnya) memaksa Mbak, katanya. Aku Cuma mengganguk dan melongo karena kakakku masuk kekamarku menggunakan jilbab dan baju yang longgar(daster) tetapi agak tipis sambil membawa sebuah novel, sehingga paha dan dadanya yang montok terlihat karena dikamarku agak gelap sedangkan diluar lampu terang benderang. “hai, kok melongo???? “ …aku jadi gelagapan dan bilang “ia- ia mbak, aku ngga akan bilang-bilang” kataku.Tiba-tiba dia rebahan di ranjangku dengan tertelungkup sambil membaca novel, aku memandanginya dari belakang membuat kemaluanku ngaceng karena pantat kakakku seolah-olah menantang kemaluanku.

    Berkali-kali aku menelan ludah. Dan pelan-pelan aku meraba kemaluanku yang tegang. Sampai kira-kira lima menit, dia menoleh ke arahku dan aku langsung melepas tanganku dari kemaluanku dan berpura-pura belajar. Kakakku mengajakku lari pagi besok hari dan dia memintaku menbangunkannya jam 5 pagi. Aku mengiakannya. Ketika dia keluar kamarku, aku melihat goyangan pinggulnya sangat sexy, dan begitu dia menutup pintu, aku langsung mengeluarkan kemaluanku dan mengocoknya, tapi sialnya tiba-tiba kakakku balik lagi dan kali ini da melihatku mengocok kemaluanku. Dia pura-pura tidak melihat dan berkata “jangan lupa bangunin mbak jam 5 pagi “. Lagi-lagi aku gelagapan “ia- ia – ia” kataku. Kakakku langsung pergi lagi sambil ngelirik ke-arah kemaluanku dan tersenyum. Malam itu aku ngga jadi beronani karena malu dipergoki kakakku.Pagi harinya jam 5 pagi aku ke kamarnya dan kudapari dia sedang tidur mengakang…. Lagi-lagi aku melotot melihat pemandangan itu dan aku mulai meraba-raba pahanya, sampai kira-kira 2 menit dan ku-remas paha montoknya dia terbangun danku buru-buru melepaskan tanganku dari pahanya.

    Singkat cerita kami lari pagi, dia mengenakan jilbab atau kerudung sedangkan bajunya dia mengenakan training yang agak ketat sehingga setiap lekuk pinggul dan pantatnya terlihat sexy sekali dan tiap laki-laki yang berpapasan selalu melirik pantat itu. Begitu selesai lari pagi, kita pulang naik angkutan bus dan kebetulan penuh sesak, akibatnya kita berdesak-desak. Entah keberuntungan atau bukan, kakaku berada di depanku sehingga pantat montoknya tepat di kemaluanku . Perlahan-lahan kemaluanku berdiri dan aku yakin kakakku merasakannya. Ketika bus semakin sesak, kemaluanku makin mendesak pantatnya dan aku pura-pura menoleh ke-arah lain. Tiba-tiba kakakku mengoyangkan pantatnya, karuan aku kenikmatan. ‘dik, kamu kemarin ngapain waktu mbak ke kamar kamu?” katanya “kamu onani yah??? Katanya lagi aku diam seribu basa karena malu. ‘makanya buru-buru cari pacar” katanya. “emang kalo ada pacar bisa digini yah?” kataku nekat sabil menonjokkan kemaluanku dipantatnya. “setidaknya ada pelampiasan” timpal kakakku. . “wah enak dong mbak ada pelampiasan?”tanyaku. “tapi ngga sampe gini” kata kakakku lagi sambil menggoyangkan lagi pantatnya. “kenapa” tanyaku.

    Sebelum dia menjawab kami sudah sampai tempat tujuan.Pada sore hari itu, ketika aku pulang sekolah, kudapat rumah sepi sekali dan perlahan-lahan aku masuk rumah dan ternyata kakakku dan pacarnya sedang diruang tamu saling cium dan saling raba. Aku terus mengintip dari balik pintu, selembar demi selembar pakaian pacar kakakku terlepas sedangkan kakakku masih memakai jilbab dan baju jubahnya masih terpasang tetapi sudah tersingkap sampai sebatas perut, sehingga terlihat CD hitamnya yang mini dan sexy dan pacarnya sudah tinggal memakai CD saja. Kulihat tangan kakakku menelusup ke dalam CD pacarnya dan meremas serta mengocok kemaluan pacarnya yang tegang.Pelan-pelan tangan pacarnya membuka CD kakakku dan terbukalah pantat bahenol nan montok milik kakakku. Pacarnya meremas-remas sambil meringis karena kocokan kakakku pada kemaluannya. ‘oh, aku udah ngga tahan” kata pacarnya “aku pengen masukin ke memekmu” katanya sambil mendorong kakakku sehingga tertelungkup di sofa. Ku lihat dia semakin mengangkat baju kakakku tetapi jilbabnya tetap terpasang tetapi sudah agak kusut dan menindihinya dari belakang kan berusaha menyodokan kemaluannya ke kemaluan kakakku dari arah belakang.

    Tapi begitu nempel di pantatnya, kuliha ar maninya tumpah ke pantat kakakku. “ohhh” dia melenguh dan kakakku menoleh kebelakang” kok udah” tanyanya Pacarnya bilang “maaf aku ngga tahan” katanya . Tiba-tiba lampu padam dan telepon HP sang pacar berdering dan di balik pintu aku sedang beronani ria sambil melihat kemontokan tubuh kakakku. Setelah menerima HP, sang pacar menyalakan sebatang lilin kecil diatas lemari dan dia berpakaian dan buru-buru pamit. “Aku ngga anterin kedepan pintu yah “ kata kakakku sambil tetap tertelungkup di sofa…..

    Begitu sang pacar hilang , nafsuku sudah ke ubun-ubun, di kegelapan remang-remang aku mendekati kakakku dan setelah dekat, dari jarak kira-kira satu meter aku memandangi bagian belakang tubuh telanjang kakakku, berkali-kali menelan ludah melihat pantat bahenol kakakku.Karena udah ngga tahan, aku pelan-pelan membuka celanaku sampai copot dan kulihat kemaluanku yang besar dan panjang (itu menurut teman-temanku sewaktu kami berenang dan membandingkan kemaluan kami) berdenyut-denyut minta pelampiasan.

    Aku langsung menindihinya dari belakang, dan untungnya kakakku mengira sang pacar belum pulang dan masih ingin ngentot dia. “aw…., dra (nama pacarnya hendra) kok ngga jadi pulang” tanyanya , karena kondisi ruangan sangat gelap sehingga dia tidak menyadari bahwa adiknya sedang berusaha menempelkan kemaluannya ke kemaluanya. “aw dra jangan dimasukan aku masih perawan katanya ditempelin aja dra aku masih perawan’ katanya memohon. Karena aku udah tahan, maka pelan-pelan ku bimbing tangannya untuk menggengam kemaluanku dan agar ditutun ke kemaluannya. Begitu dia megang “dra, kok gede amat sih”katanya heran (soalnya punya pacarnya jauh lebih kecil daripada punyaku)sambil membimbing kemaluanku dan menempelkan kekemaluannya. “gosok pelan-pelan dra”, aku menekan dan gila bener-bener nikmat. Setelah kira kira dua menit aku menggosokkan kemaluanku ke kemaluan kakakkut akhirnya aku mencapai klimaksnya dan crot…crot..crot…spermaku menyembur ke pantat kakakku.Aku tetap memeluk tubuh kakakku dan pelan-pelan aku meninggalkannya. “dra, mau kemana?” teriaknya aku buru-buru memungut celana dan memasuki kamarku dan masih celana dan CD ku belum kupakai aku rebahan di ranjangku sambil kututupi dengan selimut tipis membayangkan kenikmatan yang barusan terjadi.

    Tba-tiba telepon berdering dan lampu menyala. kudengar kakaku menerima telepon itu dia herannya setengah mati karena yang menelepon adalah pacarnya si henra. “dra, kok kamu udah ada di rumah lagi jangan main-main yah kamu dimana, udah enak langsung lari” Beberapa saat kemudian kudengar bunyi telpon dibanting. Dan dikamarku, aku cepat-cepat mematikan lampu dan pura-pura tidur. Semenit kemudian kakakku masuk ke kamarku dan melihat aku tidur berselimut dia menghampriku dan duduk di tepi ranjangku. Di kegelapan kamarku kuintip kakakku masih memakai pakai dan jilbab yang tadi dia pakai,dia ngga berani membagunkanku malahan rebahan disampingku. Kesunyian sekitar 15 menit, kemudian kuintip ternyata kakakku tertidur. Akupun tertidur sampai keesokan harinya.Setelah kejadian hari itu aku selalu membayangkan betapa enaknya tubuh kakakku meskipun hanya menempelkan dan menggosokan kemaluanku pada kemaluannya saja.

    Pada suatu siang, aku ingin meminjam kaset lagunya. Karena sudah biasa, aku pun masuk tanpa mengetuk pintunya. Dan betapa terkejutnya aku ketika kulihat mbak Desi kakakku sedang tidur-tiduran sambil memejamkan matanya. Tangannya masuk kedalam CD nya sedangkan jilbab dan bajunya masih terpasang, hanya bajunya sudah tersingkap sebatas perut. Spontan, ia terkejut ketika melihatku. Aku segera keluar.Tak sampai satu menit, mbak Desi keluar (pakaiannya sudah rapi meskipun jilbabnya agak kusut). Ia memintaku agar merahasiakan hal itu dari ayah ibuku.

    Lalu kujawab:“Aku janji ga bakal bilangin hal ini ke ayah ibu koq.”“Thank’s ya dik.”“Eh, emangnya onani itu dosa ya?”Bukan jawaban yang kudapatkan, malah tatapan kakaku yang lain dari biasanya. Bagai disihir, aku diam saja saat dia menempelkan bibirnya ke bibirku. Dilumatnya bibirku dengan lembut. Dikulumnya, lalu lidahnya mulai menembus masuk ke dalam mulutku. Aku segera menarik diri darinya, tapi ia malah memegang tanganku lalu mengarahkannya ke dadanya dan kurasakan betapa empuknya buah dada kakakku. Refleks aku berontak karena aku malu. Tetapi kakakku bilang,”lakukanlah dik seperti yang kau lakukan tempo hari padaku”.Aku kaget “ja..jadi mbak tahu apa yang kulakukan pada mbak tempo hari.” jawabku gugup.“ya” jawab kakakku.“maafkan aku mbak…” ucapkuBelum selesai aku berkata, ia sudah melumat bibirku.

    Dan kali ini lidahnya berhasil memasuki mulutku. Kami berciuman sangat lama. Setelah puas berciuman, Ia malah menarikku ke kamarnya. Disana aku direbahkan, dan ia membuka celana dan CD ku. Kakakku tersenyum melihat kemaluanku yang sudah mengacung tegak. Ukurannya sekitar 18 cm. Lebih panjang dari punya pacar kakakku, Hendra.Melihat kakakku tersenyum, aku mulai menarik ke atas baju kakakku. Rupanya kakakku sudah membuka Branya sehingga akupun bisa langsung melihat payudaranya yang berukuran 36B itu. Kumulai menyentuh dan meremas Payudara kakakku yang lembut, sementara baju dan jilbabnya masih terpasang walaupun agak kusut. Kakakku menggelinjang merasakan kenikmatan dan mendesah keenakan.

    Setelah aku melihat kakaku sudah terangsang, Aku membuka CD warna hitam kakakku sehingga kini terpangpanglah kemaluan kakakku yang berbulu lebat tapi halus itu.Sekarang aku memegang kemaluanku dan mengarahkan kemaluanku ke mulutnya. Dia menutup mulutnya rapat-rapat.“Ayo donk mbak! Isep! Kayak mbak ngelakuinnya buat pacar mbak.”“Koq kamu tahu?”“Ya tahu donk..kan aku sering ngintipin mbak begituan ama pacar mbak”“Ayo mbak.” Rengekku.Kakakku pun mulai tertantang mempraktekkan kemampuan lidahnya. Kemaluanku segera diaremas-rems. Setelah itu dijilati dengan penuh gairah, seolah itu adalah lollipop yang manis. Kakakku pun mulai memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Tidak bisa semua, tapi setidak-tidaknya sudah setengah yamg masuk. Di gigit-gigit kecil kepala kemaluanku sambil memainkan buah pelirnya. Akupun memejamkan mata keenakan.Kakakku melepaskan kemaluanku dari mulutnya, tangannya mengangkat baju panjangnya dan menempelkan kemaluanku ke payudaranya aku pun membuka mataku. Lalu meraih kuraih kemaluanku, kuarahkan kemaluan itu ke kekemaluannya yang sedari tadi sudah basah. Kugosok-gosoknya ke klitorisnya, aku jadi merinding dibuatnya. Desahan tak karuan pun keluar dari mulutku.

    Di satu sisi aku tahu ini salah, tapi di sisi lain, aku benar-benar menikmatinya.Setelah puas bermain-main dingan klitorisnya, kemaluanku segera ku arahkan ke lubang kemaluannya. Tetapi kakakku bilang “Jangan dimasukan, aku masih perawan. Ditempelkan dan digosokan aja seperti tempo hari”Akupun mengangguk dan segera ku tempelkan dan kugosokan kemaluanku ke kemaluan kakakku. Setelah beberapa saat kemaluanku ku tekan tekan ke lubang kemaluan kakakku maka crot…crot.. crott spermaku menyembur di perut kakakku.Dengan kemaluan masih menempel di perut kakakku, kami mulai bercumbu lagi, kujilat payudara kakaku sampai perutnya. Setelah itu kami mengambil posisi 69. Aku pun mulai menjilati kemaluannyanya yang sudah basah oleh cairan kewanitaannya. Sementara ia menjilati kemaluanku.

    Kami saling berpelukan bugil, setelah puas bermain, kami pun menuju kamar mandi, namun belum sempat bermain di kamar mandi, kudengar suara mobil orangtuaku. KAmi cepat-cepat kembali ke kamar dan berpakaian. Saat orangtua kami masuk, aku sudah berpakaian lengkap sedang kakaku pun sudah berpakaian lengkap dengan jilbabnya. Sejujurnya saat itu aku sedang tegang dan gugup. Untunglah orangtuaku tak curiga. Kami pun ternsenyum berdua dengan penuh arti. Sejak saat itu kami saling memuaskan walupun tidak sampai memasukan kemaluanku kedalam kemaluannya karena aku takut kakakku kehilangan keperawanannya. Kadang-kadang kami juga main di sofa, di lantai, dan kamar mandi.

  • Skandal Sex Dua Tante Ini Minta Di Puasin Gan – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Skandal Sex Dua Tante Ini Minta Di Puasin Gan – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1445 views

    Perawanku – Pukul 20:00 WIB bel pintu rumah kontrakanku berdering, ketika itu aku di dapur sedang membuat mie rebus kesukaanku. Dengan berlari kecil menuju pintu depan, lalu aku membuka pintu, ternyata yang datang ke rumahku adalah Tante Lisa berserta temannya, aku belum kenal siapa dia.

    “Hi Dedi.. apa kabar Sayang,” kata Tante Lisa.
    “Ooo Tante, Silakan masuk Tan,” balasku sambil mempersilakan mereka duduk di sofa panjang di ruang tamu.
    “Tan, maaf yach di tinggal dulu mo matiin kompor soalnya lagi masak mie nich..” kataku.
    “Oh ya Ded.. silakan.” balasnya.
    Seketika itu juga aku beranjak ke dapur. Dua menit kemudian aku kembali ke ruang tamu lagi. Lalu aku di kenalkan dengan temannya oleh Tante Lisa.
    “Ded, kenalin nich temen tante,” katanya.
    “Nining..” katanya.
    “Dedi..” balasku.

    Lalu terjadilah perbincangan antara kami bertiga, hingga akhirnya Tante Lisa mengajakku untuk ML bersama-sama.
    “Ded, puasin kita dong.. mau khan?” kata Tante Lisa.
    “Boleh.. kapan?” tanyaku pura-pura bodoh.
    “Yach sekarang dong.. masa tahun depan sich,” kata Tante Nining.
    “Ded.. Tante Lisa udah cerita tentang kamu, dan Tante Nining tertarik mau nyobain permainan kamu Ded,” katanya.
    “Ah, Tante Nining ini ada-ada aza,” candaku.

    Kemudian aku berdiri menuju sofa, dan aku duduk di tengah-tengah mereka, tanganku mulai memegang dan meremas-remas payudara Tante Nining dari luar bajunya, dan kulihat Tante Nining mendesis, dan dia hanya diam saja sewaktu tanganku memainkan payudaranya. Lalu aku mulai mencium bibirnya, bibirku dibalas oleh TanteNining dengan ganasnya. Lidah kami saling berpautan dan air ludah kami saling telan. Melihat aku dengan TanteTining sedang asyik bercumbu, tangan Tante Lisa mulai bergerilya, meremas-remas batang kejantananku dari luar celanaku.

    Tiga menit setelah aku selesai menikmati bibir dan aksi remasanku di payudara Tante Nining, lalu aku mengajak mereka masuk ke dalam kamar tidurku. Lalu kami bertiga masuk ke kamarku. Di dalam kamarku mereka berdua melepaskan pakaiannya masing-masing hingga bugil. Alamak aku sempat tertegun melihat kedua tubuh mereka dan kedua payudara serta liang kewanitaan mereka yang indah itu. Payudara mereka sama besarnya, cuma perbedaan dari mereka adalah bulu kemaluannya, bulu kemaluan Tante Lisa sangat lebat dan hitam, sedangkan kewanitaan Tante Nining bersih tanpa bulu.
    Setelah mereka bugil, lalu mereka melucuti seluruh pakaianku satu-persatu serta celanaku hingga bugil. Lalu aku naik ke atas tempat tidurku. Aku mengatur posisi, posisiku tiduran terlentang, Tante Nining kusuruh naik ke atas wajahku dan berjongkok lalu aku mulai mejilat-jilat liang kewanitaannya dengan lidahku, sesekali jariku memainkan klitorisnya dan memasukkan jariku ke dalam liang kewanitaannya yang sudah basah itu, sedangnkanTante Lisa kusuruh mengerjai batang kejantananku. Batang kejantananku di kocok-kocok, dijilat-jilat dan dikulum ke dalam mulutnya hingga semua batang kejantananku masuk ke dalam mulutnya. Terasa nikmat sekali ketika batang kejantananku dikenyot-kenyot oleh Tante Lisa.

    Selang 10 menit aku melihat Tante Lisa mulai mengubah posisinya, dia berjongkok di atas selangkanganku dan batang kejantananku diarahkan ke liang kewanitaannya dengan tangannya dan.., “Bleesss.. bleesss..” masuklah batang kejantananku ke liang senggamanya dan terasa hangat dan sudah basah. Lalu Tante Lisa menaik-turunkan pantatnya, terdengar suara desahan-desahan nikmat yang keluar dari mulut Tante Lisa, “Hhhmm.. aaakkhh.. aaakkhh.. hmmm..” Tante Lisa terus menaik-turunkan pantatnya dan sesekali memutar-mutar pantatnya.

    Saat menikmati hangatnya liang kewanitaan Tante Lisa, aku masih terus menjilat-jitat dan mengocok jariku ke liang kewanitaan Tante Nining. Ketika sedang asyiknya menjilat liang kewanitaan Tante Nining, lidahku merasakan suatu cairan kental yang keluar dari liang kewanitaan Tante Nining, lalu kusedot dan kutelan air kenikmatan Tante Nining itu dan kubersihkan liang kewanitaannya dengan lidahku. Sepuluh menit kemudian kulihat Tante Lisa sudah tidak tahan lagi dan akhirnya, “Crreeett.. crreeett..” air maninya mangalir deras membasahi batang kejantananku, seketika itu Tante Lisa kerkulai lemas di sampingku dan kini batang kejantananku sudah terlepas dari liang senggamanya.

    Lalu aku mngubah posisi, kini Tante Nining kusuruh menungging dan dari belakang kuarahkan batang kejantananku ke liang senggamanya, “Bleeesss.. bleeess…” aku mulai mengocok-ngocok batang kejantananku di liang kewanitaannya dari belakang, aku terus memaju-mundurkan batang kejantananku, sembari tanganku meremas-remas payudara yang menggantung dan bergoyang-goyang itu. Rintihan nikmat pun terdengar dari mulutnya, “Aakhhh.. aakkkhhh.. terus sayang.. enak.. aaakkkh.. hhhmmm..” Ketika batang kejantananku keluar masuk di liang kewanitaannya, di balas juga oleh Tante Nining dangan memaju-mundurkan pantatnya. Selang 20 menit aku merubah posisi lagi, kini kuatur posisi Tante Nining tiduran terlentang lalu kuangkat kedua kakinya ke atas, kubuka lebar-lebar pahanya, lalu kuarahkan kembali batang kejantananku ke liang kewanitaannya dan.., “Bleess.. blesss..” batang kenikmatanku masuk ke liang kewanitaannya lagi, aku mulai mamaju-mundurkan pinggulku.

    Sepuluh menit kemudian dia sudah tidak tahan lagi ingin keluar, “Aakhhh.. akhhh.. Say, Tante udah nggak tahan lagi pengen keluar..” rengeknya. “Dedi belom mo keluar nich Tan.. kalo mo keluar keluarin aza,” kataku dan akhirnya, “Creet.. creettt.. creettt..” dia sudah mencapai puncak kenikmatannya. Dan dia pun terlihat lelah karena puas. Karena aku belum mencapai puncak kenikmatan lalu aku merubah posisi dengan gaya “side to side”, (satu kaki Tante Nining diangkat ke atas sedangkan kaki satunya tidak diangkat, sedangkan posisi tubuh miring).

    Kukocok-kocokkan batang kejantananku dengan tempo sedang di liang senggamanya, dan 20 menit kemudian aku merasakan sepertinya aku akan menemui puncak kenikmatan, lalu aku mempercepat gerakanku, kukocok dengan tempo cepat dan agak kasar di liang kewanitaannya dan terdengar rintihan kesakitan dan rasa nikmat yang terdengar dari mulutnya. “Ouw.. aaahhkkk.. aaakkhhh.. aakhhh..” kemudian kucabut dan kuarahkan batang kejantananku ke wajah Tante Nining dan, “Creet.. creett.. creeett..” spermaku muncrat di wajahnya.

    Lalu batang kejantananku kuarahkan ke mulutnya minta dibersihkan oleh Tante Nining dengan lidahnya dan aku pun terkulai lemas di tengah kedua tante itu.
    Lima belas menit setelah mengatur nafas dan melihat kemolekan kedua tubuh tante itu, batang kejantananku sadah mulai berdiri lagi dan mengeras, kini sasaranku adalah Tante Lisa. Kuangkat tubuh Tante Lisa dan aku menyuruhnya menungging, lalu batang kejantananku kuarahkhan ke lubang pantatnya dan, “Bleesss.. bleess..” batang kejantananku sudah masuk ke dalam lubang pantatnya, aku mulai mengocok-ngocok kembali batang kejantananku di pantatntya, “Aaakkhhh.. aaakkhhh.. hhmmm..” cuma itu yang keluar dari mulut Tante Lisa saat aku menusuk-nusuk pantatnya.
    Selang 5 menit aku kembali merubah posisi, aku duduk di pinggir ranjang dan Tante Lisa duduk di atas selangkanganku menghadapku.

    Lalu, “Bless.. bleesss..” kini batang kejantananku bukan di lubang pantatnya lagi tetapi dimasukkan ke liang kewanitaannya. Tante Lisa mulai menaik-turunkan pantatnya di atas selangkanganku dan sambil menikmati gerakan dari posisi itu aku meremas-remas kedua payudaranya dan kusedot-sedot bergantian, kugigit-gigit puting susunya dan dari payudara itu keluar suatu cairan dari putingnya. Ternyata yang keluar itu adalah air susunya, langsung saja kusedot dan rasanya nikmat sekali. Ketika aku menyedot air susunya semakin kuat desahan Tante Lisa. Setengah jam kemudian kami sama-sama mencapai puncak kenikmatan dan, “Creettt.. crreeettt.. creettt..” kami berdua keluar dan terkulai lemas di tempat tidur dengan batang kejantananku yang masih menancap di liang kewanitaannya.

    Kami bertiga akhirnya tertidur kelelahan, keesokan paginya kami pun melakukan hubungan lagi bertiga di kamar tidur maupun di kamar mandi saat kami mandi bersama. Setelah permainan dan mandi bersama itu selesai kemudian kedua tante itupun pulang.

    Nah bagi pencinta anda boleh percaya atau tidak dengan pengalaman seks saya sebagai Gigolo di Bandung, itu hak anda untuk tidak percaya maupun percaya tetapi ini benar kejadian yang kurasakan sendiri, 100% kejadian benar.

    Bagi cewek-cewek atau bila ada juga tante-tante, mbak-mbak, teteh-teteh yang ingin menikmati malam panjang bersama saya, dapat menghubungi saya via e-mail. Dan saya akan membalas e-mail yang masuk, tetapi saya tidak akan membalas e-mail yang hanya sekedar iseng. Sekali lagi saya sangat berterima kasih karena diberikan kesempatan untuk menuliskan kembali pengalaman saya.

  • Foto Sexy Cewek Super Cantik Pakai Bikini Minim di Pantai

    Foto Sexy Cewek Super Cantik Pakai Bikini Minim di Pantai


    2882 views

    Perawanku –  Kali ini admin menampilkan cewek super cantik, lagi-lagi berasal dari jepang, yang suka berfoto hot memamerkan tubuh mulus sexy nya sambil bergaya layaknya artis porno yang siap di entot kontol besar

    kelakuan remaja masa kini berpose menggairahkan yang menggemparkan dunia maya kulit mulus nya dan payudara masih kencang sangat nikmat untuk di remas

    inilah gambar terbaru dari seorang cewek kekinian yang sering mengumbar tubuh seksi nya dan sangat cantik menggoda untuk memacari dan mesum sepuasnya. Siapkan tisu agar tidak berserah yah guyyss. hehe

    Mau lihat yang lebih disertai cerita seks yang gak kalah hot nya dari foto-foto barusan? Klik Cerita Seks yang ada di bagian Related Videos atau langsung aja ke halaman utama guysss. Dijamin bakalan ngiler-ngiler kontolnya. Kunjungi 139.99.33.211 setiap hari dan dapatkan cerita-cerita bergambar baru yang update tiap hari nya. Makin sering mampir di 139.99.33.211 semakin banyak update nya lohh.

  • Kisah Ngentot Bu Kost Nikmat – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Kisah Ngentot Bu Kost Nikmat – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1295 views

    Perawanku – Pagi itu kulihat Bu Yeyen sedang merapikan tanaman di kebun, dipangkasnya daun-daun yang mencuat tidak beraturan dengan gunting. Kutatap wajahnya dari balik kaca gelap jendela kamarku. Belum terlalu tua, umurnya kutaksir belum mencapai usia 50 tahun, tubuhnya masih sekal, wajahnya segar dan cukup cantik. Rambut dan beberapa sudah terselip uban.

    Hari itu memang aku masih tergeletak di kamar kostku. Sejak kemarin aku tidak kuliah karena terserang flu. Jendela kamarku yang berkaca gelap dan menghadap ke taman samping rumah membuatku merasa asri melihat hijau taman, apalagi di sana ada seorang wanita setengah baya yang sedang kukagumi. Memang usiaku saat itu baru menginjak dua puluh satu tahun dan aku masih duduk di semester enam di fakultasku dan sudah punya pacar yang selalu rajin mengunjungiku di malam minggu. Toh tidak ada halangan apapun kalau aku menyukai wanita yang jauh di atas umurku.
    Tiba-tiba ia memandang ke arahku, jantungku berdegup keras. Tidak, dia tidak melihatku dari luar sana. Bu Yeyen mengenakan kaos singlet dengan BH putih dan celana pendek, dari pangkal lengannya terlihat bahunya yang masih kecang. Hari memang masih pagi sekitar jam 9:00, teman sekamar kostku telah berangkat sejak jam 6:00 tadi pagi demikian pula penghuni rumah lainnya, temasuk Pak Yuda suaminya yang karyawan swasta.
    Memang Bu yeyen kegiatannya lebih banyak di rumah kerana tidak aktif sebagai pegawai,justru kerena itu ia lebih banyak waktu untuk mengurus dirinya. Bahkan tak jarang dia yang menyiapkan sarapan pagi untuk kami semua anak kost-nya. Yaitu roti dan selai disertai susu panas. Kedua anaknya sudah kuliah di luar kota. Kami anak kost yang terdiri dari 3 orang mahasiswa sangat akrab dengan induk semang. Mereka memperlakukan kami seperti anaknya.

    Walaupun biaya indekost-nya tidak terbilang murah, tetapi kami menyukainya karena kami seperti di rumah sendiri. Bu Yeyen telah selesai mengurus tamannya, ia segera hilang dari pemandanganku, ah seandainya dia ke kamarku , aku pasti akan senang, aku lebih membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari obat-obatan. Biasanya ibuku yang yang mengurusku dari dibuatkan bubur sampai memijit-mijit badanku. Ah.. andaikan BU Yeyen yang melakukannya…

    Kupejamkan mataku, kunikmati lamunanku sampai kudengar suara siulan dan suara air dari kamar mandi. Pasti Bu Yeyen sedang mandi, kubayangkan tubuhnya tanpa baju di kamar mandi, lamunanku berkembang menjadi makin hangat, hatiku hangat, kupejamkan mataku ketika aku diciumnya dalam lamunan, oh indahnya.

    Lamunanku terhenti ketika tiba-tiba ada suara ketukan di pintu kamarku, segera kutarik selimut yang sudah terserak di sampingku.
    “Masuk..!” kataku. Tak berapa lama kulihat Bu Yeyen sudah berada di ambang pintu masih mengenakan baju mandi. Senyumnya mengambang,
    “Bagaimana D? Ada kemajuan..?” dia duduk di pinggir ranjangku, tangannya diulurkan ke arah keningku. Aku hanya mengangguk lemah. Walaupun jantungku berdetak keras, aku mencoba membalas senyumnya. Kemudian tangannya beralih memegang tangan kiriku dan mulai memjit-mijit.
    “D mau dibikinkan susu panas?” tanyanya.
    “Terima kasih Bu, D sudah sarapan tadi,” balasku.”Enak dipijit seperti ini?” aku mengangguk.Dia masih memijit dari tangan yang kiri kemudian beralih ke tangan kanan, kemudian ke pundakku. Ketika pijitannya berpindah ke kakiku aku masih diam saja, karena aku menyukai pijitannya yang lembut, disamping menimbulkan rasa nyaman juga menaikkan birahiku.

    Disingkirkannya selimut yang membungkus kakiku, sehingga betis dan pahaku terbuka, bahkan ternyata dasterku yang tipis agak terangkat ke atas mendekati pangkal paha, aku tidak mencoba membetulkannya, aku pura-pura tidak tahu.
    “D kakimu mulus sekali ya.”
    “Ah.. Bu bisa aja, kan kulit Pak Yuda lebih mulus lagi,” balasku sekenanya.Tangannya masih memijit kakiku dari bawah ke atas berulang-ulang. Lama-lama kurasakan tangannya tidak lagi memijit tetapi mengelus dan mengusap pahaku, aku diam saja, aku menikmatinya, birahiku makin lama makin bangkit.
    ” D, Ibu jadi terangsang, gimana nih?” suaranya terdengar kalem tanpa emosi.
    “Jangan Bu, nanti Bapak marah..”Mulutku menolak tapi wajah dan tubuhku bekata lain, dan aku yakin Bu Yeyen sebagai Wanita sudah matang dapat membaca bahasa tubuhku.

    Aku menggelinjang ketika jari tangannya mulai menggosok pangkal paha dekat kemaluanku yang terbungkus CD. Dan… astaga! ternyata dibalik baju mandinya Bu Yeyen tidak mengenakan celana dalam sehingga bulu memeknya terlihat,tanpa disadarinya. Nafasku sesak melihat benda yang hitam dan mengunung itu. Ingin rasanya aku memegang dan mengelusnya. Tetapi kutahan hasratku itu, rasa maluku masih mengalahkan nafsuku.

    Bu Yeyen membungkuk menciumku, kurasakan bibirnya yang hangat menyentuh bibirku dengan lembut. Kehangatan menjalar ke lubuk hatiku dan ketika kurasakan lidahnya mencari-cari lidahku dan maka kusambut dengan lidahku pula, aku melayani hisapan-hisapannya dengan penuh gairah. Separuh tubuhnya sudah menindih tubuhku, kemaluannya menempel di pahaku sedangkan tangan kirinya telah berpindah ke buah dadaku. Dia meremas dadaku dengan lembut sambil menghisap bibirku.

    Tanpa canggung lagi kurengkuh tubuhnya, kuusap punggungnya dan terus ke bawah ke arah pahanya . Dadaku berdesir enak sekali, tangannya sudah menyelusup ke balik dasterku, remasan jarinya sangat ahli, kadang putingku dipelintir sehingga menimbulkan sensasi yang luar biasa.
    Nafasku makin memburu ketika dia melepas ciumannya. Kutatap wajahnya, aku kecewa, tapi dia tersenyum dibelainya wajahku.
    “D kau cakep sekali..” dia memujaku.
    “Aku ingin menyetubuhimu, tapi apakah kamu masih perjaka..?” aku mengangguk lemah.Memang aku masih perjaka, walaupun aku pernah “petting” dengan kakak iparku sampai kami orgasme tapi sampai saat ini aku belum pernah melakukan persetubuhan.

    Dengan pacarku kami sebatas ciuman biasa, dia terlalu alim untuk melakukan itu. Sedangkan kebutuhan seksku selama ini terpenuhi dengan mansturbasi, dengan khayalan yang indah. Biasanya dua orang obyek khayalanku yaitu kakak iparku dan yang kedua adalah Bu Yeyen induk semangku, yang sekarang setengah menindih tubuhku. Sebenarnya andaikata dia tidak menanyakan soal keperjakaan, pasti aku tak dapat menolak jika ia menyetubuhiku, karena dorongan birahiku kurasakan melebihi birahinya. Kulihat dengan jelas pengendalian dirinya, dia tidak menggebu dia memainkan tangannya, bibirnya dan lidahnya dengan tenang, lembut dan sabar. Justru akulah yang kurasakan meledak-ledak.

    “Bagaimana D? kita teruskan?” tangannya masih mengusap rambutku, aku tak mampu menjawab.Aku ingin, ingin sekali, tapi aku tak ingin perawanku hilang. Kupejamkan mataku menghindari tatapanya.
    “Bu… pakai tangan saja,” bisikku kecewa.Tanpa menunggu lagi tangannya sudah melucuti seluruh dasterku, aku tinggal mengenakan celana dalam, dia juga telah telanjang utuh. Seluruh tubuhnya mengkilat karena keringat, payudaranya yg putih dan mulai kendur nampak bergelantungan minta disentuh,sedangkan memeknya yg menggunduk nampak merekah diantara kedua pahanya sangat mulus.

    Diangkatnya pantatku dilepaskannya celana dalamku yang telah basah sejak tadi. Kubiarkan tangannya membuka selangkanganku lebar-lebar. Kulihat kontolku telah mengkilat lembab penuh air mani, bonggolnya mengeras sudah membesar dan memerah, di dalam lubang kemaluanku telah terbanjiri oleh lendir yang siap melumasi, setiap barang yang akan dimasuki.

    Bu Yeyen membungkuk dan mulai memasukan kemaluanku dimulutnya….nyyeerrr…darahklu berdesir merasakan hangatnya mulut Bu Yeyen yg mengulum batangku.
    ” OOouuhhkk,…Buuuu….” rintihku sambil mencengkram rambutnya tanpa sadar. Ia semakin agresif menjilat dinding kiri dan kanan kemaluanku, terasa nikmat sekali aku semakin menggeliat geliat, lidahnya menggeser makin ke atas ke arah kepala kontolku, kupegang kepalanya makin erat seolah ingin Bu Yeyen memasukna kontolku ke seluruh tenggorokannya. Bu Yeyen seolah olah mengerti,sambil tak henti henti menyedot dan menjilat kontolku,dikuluumnya kontolku dalam dalam hingga terasa dinding tenggorokannya menyentuh kepala kontolku,dan aku semakin merintih kenikmatan. Berapa lama dia menggeserkan lidahnya di atas kepala kontolku yang makin membengkak.

    Karena kenikmatan itu, tanpa terasa aku telah menggoyang pantatku, kadang kuangkat kadang ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba Bu Yeyen melakukan sedotan kecil di liang kontolku, kadang disedot kencang, kadang dipermainkan dengan ujung lidah. Kenikmatan yang kudapat luar biasa, seluruh kelamin sampai pinggul, gerakanku makin tak terkendali, “Buuu… aduh.. Buuu… D mau keluar….” Kuangkat tinggi tinggi pantatku, aku sudah siap untuk berorgasme, tapi pada saat yang tepat dia melepaskan kuluman di kontolku.

    Dia menarikku bangun dan menyorongkan kemaluannya yang gemuk itu kemulutku.
    ” Gantian ya D.. aku ingin kau jilat kemaluanku.” Kutangkap pantatnya, terasa empuk dan hangat dalam pelukanku. Bu Yeyen sudah terlentang dengan membuka kedua pahanya selebar lebarnya,sehingga lubang memeknya yg coklat kemerah merahan nampak terbuka dihadapanku, dan posisiku segera membungkuk siap untuk menjilat kelaminnya.

    Aku sering membayangkan dan aku juga beberapa kali menonton dalam film biru. Tetapi baru kali inilah aku melakukannya.
    Birahiku sudah sampai puncak. Kutelusuri pangkal kemaluannya dengan lidahku dari pangkal sampai ke sisi memeknya yang mengkilat berkali-kali.
    “Ahhh… Enak sekali D…” dia berdesis. Kemudian kujilat klitorisnya dan kusedot-sedot dengan lidah sedangkan lubang kemaluannya kuelus dengan jariku.

    Suara desahan Bu Yeyen membuatku tidak tahan menahan birahi. Kusudahi permainan di kelaminnya, tiba-tiba aku sudah setengah mengangkang di atas tubuhnya, memeknya berlendir yg merah melongo persis di depan depan kontolku.
    ” Bu, D masukin dikit ya Bu, D pengen sekali.” Dia hanya tersenyum.
    “Hati-hati ya… jangan terlalu dalam…” Aku sudah tidak lagi mendengar kata-katanya. Kupegang kemaluanku, kutempelkan pada bibir kemaluannya, kusapu-sapukan sebentar di klitoris dan bibir bawah, dan… oh, ketika kepala kemaluanku kumasukan dalam lubangnya, aku hampir terbang. Beberapa detik aku tidak berani bergerak tanganku masih memegangi kemaluanku, ujung kemaluanku masih menancap dalam lubang vaginanya. Kurasakan kedutan-kedutan kecil dalam kepala kontolku, aku tidak yakin apakah kedutan berasal dariku atau darinya.

    Kuangkat sedikit pantatku, dan gesekan itu di bibir dalam klitoris dan bibir dalam memeknya yg lembut dan hangat, sangat besar terasa menggeser kepala dan batang kontolku yg tergenggam erat oleh memeknya. Kudorong pinggulku ke bawah makin dalam, kenikmatan terasa makin dalam, separuh batang kemaluanku sudah melesak dalam kemaluannya. Kutekan seluruh pantatku sehingga terasa seluruh bonggolku menacap sepenuhnya di dalam memek bu Yeyen…terasa kenikmatan yg belum pernah kualami menyerang seluruh syaraf batang kontolku….aku hanya merintih sambil merebahkan seluruh tubuhku diatas tubuh Bu Yeyen yg segera menciumi mulutku sambil mendekap tubuhku erat sekali….

    ” OOooouhhh,,,,Bu,….eeennnak sekaliii……” rintihku lemas,sementara Bu Yeyen menyambut pantatku sehingga terasa kontolku semakin dalam dan sesuatu ditubuhku seolah olah akan meledak….

    Aku diam sejenak menikmati nikmatnya lubang hangat dan lembut yg menggenggam erat kontolku,lalu..,kukocokkan kemaluanku naik-turun, ternyata terasa amat nikmat sehingga aku hanya mampu mendesis desis. Jepitan kemaluannya cukup ketat dan menggenggam erat batang kontolku.

    Kulepas kembali…kumasukan lagi..kulepas…,kumasukan lagi..begitu berulang ulang…

    “Oh.. D kau hebat, Tusukanmu nimat sekali.” Kudengar Bu Yeyen mendesis-desis, payudaranya kuremas-remas dan membuatnya semakin merintih-rintih ketika dalam tusukanku itu. Dia mengocokkan kemaluannya dari bawah. Aku merintih, mendesis, mendengus, dan akhirnya kehilangan kontrolku. Kudorong pinggulku ke bawah, terus ke bawah sehingga memek Bu Yeyen sudah kemabali sepenuhnya ditanami batang kontolku,sungguh kurasakan kenikmatan yang meledak-ledak.

    Dari posisi telungkup semakin kurubuhkan badanku di atas badannya, susunya semakin menempel didadaku sehingga terasa amat lembut, perutku melekat pada perutnya. Kudekap Bu Yeyenerat-erat. Tangan kiri Bu Yeyen mendekap punggungku, sedang tangan kanannya mengusap-usap bokongku dan analku. Aku makin kenikmatan. Sambil merintih-rintih kukocok dan kugoyang pinggulku, sedang kurasakan benda hangat kenyal dan besar menggenggam erat dan mengocok ngocok kontolku dari bawah.

    Tiba-tiba aku tidak tahan lagi, kedutan yg tadinya kecil terasa semakin keras,aku berusaha mempertahankan diriku ,namun… dalam lenguhan yg panjang aku mengejang..dan akhirnya meledaklah kontolku mengeluarkan cairan mani yg banyak membasahi memek Bu Yeyen.
    ” AAAooouuuhhhkkk….Buuuuuu………” aku mengejang sejadi jadinya merasakan nikmat yg tak terhingga yg menguasai kontolku.

    Kutekan kontolku memenuhi memeknya, kedutannya keras sekali, nikmat sekali. Dan hampir bersamaan dari dalam vaginanya terasa keluar cairan hangat, membasahi batang kontolku,lalu beberapa kali terasa kedutan kedutan kecil mulut dan dinding memeknya meremas remas batang kontolku.
    “OoohhhD…..Ibu juga keluaaarrrr ssssaaayaaangghhhh….…” Bu Yeyen juga juga mengejang,pantatnya ditekan keatas seolah ingin memasukan seluruh batang kontolku di memeknya, matanya nampak merem melek sementara mulutnya setengah terbuka. Urat urat lehernya terlihat mengeras menerima ejakulasinya,sementara punggungnya melengkung lengkung seperti udang sambil memelukku erat erat,ia telah orgasme pada saat yang bersamaan denganku. Rupanya dia terangsang dengan orgasmeku,sehingga ketika tadi aku mengejang dan menyepak nyepak sepeerti sekarat, Bu Yeyen juga merasakan hal yg sama sehingga mengeluarkan air lendir dari memeknya.

    Beberapa menit aku masih berada di atasnya, dan kemaluanku masih menyesaki vaginanya. Kurasakan kontolku masih berkedut kedut dan makin lama makin lemah. Tapi kelaminku masih menyebarkan kenikmatan.

    Bu YYeyen cuma tersenyum mamandangku….
    ” Gimana D ? ” Enak ??? ”
    Aku tersenyum malu,dan ketika dirasa kontolku mengecil,aku segera turun dari tubuhnya. Pagi itu keperjakaanku hilang oleh memek tua Bu Yeyen yg empuk,tapi aku tidak menyesal.

    Cerita Sex Bu Kost,Ngentot Ibu Kost,Cerita Sex Terbaru

  • Cerita Bokep Tetangga Tante Titik Yang Sexy – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Bokep Tetangga Tante Titik Yang Sexy – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1784 views

    Perawanku – Namaku Didi. Sekarang saya berkerja di salah satu perusahaan multinasional di kota B dan tinggal di daerah J sejak tahun 1995. Cerita yang akan saya tuturkan di bawah ini adalah kisah nyata yang terjadi beberapa tahun yang silam. Dulu saya tinggal bersama kedua orang tuaku di sebuah kompleks kecil milik sebuah instansi pemerintah dan dihuni oleh beberapa keluarga saja di dalam satu pagar. Tetangga yang paling dekat dengan kami adalah Om Yan dan Tante Titik yang mempunyai 2 orang anak laki-laki yang masih kecil-kecil, yang besar berumur 3 tahun dan yang kecil berumur 1 tahun.

    Pada saat saya kelas 3 SMA, Om Yan secara kebetulan ditugaskan oleh kantornya untuk belajar ke Jepang (terakhir saya baru tahu kalau Om Yan bertugas selama 1 tahun lebih). Dan tinggallah Tante Titik dan 2 orang anaknya beserta 1 orang pembantunya. Keadaan tersebut membuat saya berhasrat untuk selalu bertandang ke rumahnya dengan alasan ingin bermain dengan kedua anaknya. Alasan tersebut cukup kuat karena orang tua saya dan Tante Titik tidak pernah curiga sama sekali. Seringkali saya juga memergoki Tante Titik sedang berganti pakaian di kamar dengan tidak menutup pintunya, atau mandi dengan tidak menutup pintunya.

    Sampai pada suatu ketika, saat saya sedang bertandang ke rumahnya dan hanya Tante Titik yang ada di rumah. Kedua anaknya dan pembantunya di-hijrah-kan ke daerah KD, sebelah timur kota BT karena Tante Titik sering berpergian. Dan kebetulan juga orang tua saya saat itu sedang ditugaskan ke luar daerah. Dengan ikutnya ibu dan kakak saya, yang berarti saya juga hanya tinggal sendiri di rumah.

    Sekedar gambaran, Tante Titik itu mempunyai tinggi badan sekitar 165 cm, mempunyai pinggul yang besar, buah pantat yang bulat, pinggang yang ramping, dan perut yang agak rata (ini dikarenakan senam aerobic, fitness, dan renang yang diikutinya secara berkala), dengan didukung oleh buah dada yang besar dan bulat (belakangan saya baru tahu bahwa Tante Titik memakai Bra ukuran 36B untuk menutupinya). Dengan wajah yang seksi menantang dan warna kulit yang putih bersih, wajarlah jika Tante Titik menjadi impian banyak lelaki baik-baik maupun lelaki hidung belang.

    Hingga pada suatu sore, saat saya mendengar ada suara langkah kaki di luar, kemudian saya intip dari jendela dan ternyata Tante Titik baru pulang. Tidak lama kemudian saya ingin ke kamar mandi (kamar mandinya terletak di luar masing-masing rumah dan ada beberapa tempat yang berjejer). Di saat saya keluar dari kamar mandi, saya berpapasan dengannya. Dia memakai kimono tipis warna biru muda dengan handuk di pundak dan rambut yang diikat agak ke atas sehingga leher jenjangnya terlihat seksi sekali. Sedangkan saya hanya memakai celana pendek tanpa kaos (memang kalau di rumah, saya jarang memakai kaos/baju).

    “Malem Tante”, saya sapa dia agar terlihat agak sopan.
    “Malem Mas Dio.. kok belum tidur..?” balasnya.
    Dan tanpa saya sadari tiba-tiba dia mencekal tangan saya.
    “Mas Dio..” katanya tiba-tiba dan terlihat agak sedikit ragu-ragu.
    “Ya Tante..?” Jawab saya.
    “Eee.. nggak jadi deh..” Jawabnya ragu-ragu.
    “Ada yang bisa saya bantu, Tante..? Tanya saya agak bingung karena melihat keragu-raguannya.

    “Eee.. nggak kok. Tante cuma mau nanya..” jawabnya dengan ragu-ragu lagi.
    “Mas Dio di rumah lagi ngapain sekarang..?” tanya dia.
    “Lagi nonton. Emangnya kenapa Tante..?” saya tanya dia lagi.
    “Lagi nonton apa sih..?” tanya dia agak menyelidik.
    “Lagi nonton BF Tante”, kata saya yang tidak tahu dari mana tiba-tiba saya mendapat keberanian untuk bilang begitu.
    “BF..? tanya dia agak kaget.
    “Maksudnya Blue Film..?”
    “Iya.. emangnya ada apa sih Tante? Kalo tidak ada apa-apa saya mau nerusin nonton lagi nih..” kata saya dengan agak memaksa.
    “Eee.. mau bantuin Tante nggak..? Soalnya Tante agak takut sendirian di rumah. Kalau kamu mau sambil nonton juga boleh kok. Bawa aja filmnya ke rumah, Tante juga punya beberapa film seperti itu. Nanti Tante temenin nontonnya deh”, kata dia agak merajuk.
    “Iya deh Tante, saya pilihin dulu yang bagus”, kataku tanpa ba bi Bu langsung setuju dengan ajakannya.

    Pucuk di cinta ulam tiba, sesuatu yang sangat aku impikan sejak lama untuk bisa berdua dengan Tante Titik. Hari ini aku akan berdua dengannya sambil menonton Film Biru dengan harapan bisa melihat keindahan ragawi seorang wanita yang aku puja-puja dari dulu dan bahkan (mungkin) merasakan kenikmatannya juga.

    Singkat kata saya langsung memilah-milah video yang bagus-bagus (Maklum, waktu itu masih jamannya Betamax, belum VCD). Kemudian saya masuk rumah Tante Titik lewat pintu dapurnya. Saya setel lebih dulu video yang tadi saya tonton dan belum habis. Beberapa menit kemudian Tante Titik masuk lewat pintu dapur juga dengan wangi tubuh yang segar, apalagi rambutnya juga kelihatan basah seperti habis keramas. Saya selidiki tiap sudut tubuhnya yang masih terbalut kimono tipis biru muda yang agak menerawang tersebut, sehingga dengan leluasa mata saya melihat puncak buah dadanya karena dia tidak memakai Bra. Tanpa kusadari, di antara degupan jantungku yang terasa mulai keras dan kencang, kejantananku juga sudah mulai menegang. Dengan santai dia duduk tepat di sebelahku, dan ikut menonton film BF yang sedang berlangsung.

    “Cakep-cakep juga yang main..” akhirnya dia memberi komentarnya.
    “Dari kapan Mas Dio mulai nonton film beginian..? tanyanya.
    “Udah dari dulu Tante..” kataku.
    “Mainnya juga bagus dan tidak kasar. Mas Dio udah tahu rasanya belum..? tanya dia lagi.
    “Ya belum Tante. Tapi kata temen-temen sih enak. Emang kenapa Tante, mau ngajarin saya yah? Kalau iya boleh juga sih”, kataku.
    “Ah Mas Dio ini kok jadi nakal yah sekarang”, katanya sambil mencubit lenganku.
    “Tapi bolehlah nanti Tante ajarin biar kamu tahu rasanya”, tambahnya dengan sambil melirik ke arahku dengan agak menantang.

    Tidak lama berselang, tiba-tiba Tante Titik menyenderkan kepalanya ke bahuku. Seketika itu pula aku langsung kaget dan bingung karena belum pernah sama sekali melakukan perbuatan itu. Tapi aku hanya bisa pasrah saja oleh perlakuannya. Sebentar kemudian tangan Tante Titik sudah mulai mengusap-ngusap daerah tubuhku sekitar dada dan perut (karena lagi-lagi aku tidak memakai kaos saat itu). Rangsangan yang ditimbulkan dari usapannya cukup membuat aku nervous karena itu adalah kali pertama aku diperlakukan oleh seorang wanita, apalagi wanita tersebut tidak lain adalah Tante Titik. Kejantananku sudah mulai semakin berdenyut-denyut siap bertempur.

    Kemudian Tante Titik mulai menciumi leherku, lalu turun ke bawah sampai dadaku. Sampai di daerah dada, dia menjilat-jilat ujung dadaku, secara bergantian kanan dan kiri. Tangan kanan Tante Titik juga sudah mulai masuk ke dalam celanaku, dan mulai mengusap-usap kejantananku.

    Karena dalam keadaan yang sudah sangat terangsang, aku mulai memberanikan diri untuk membuka kimono yang dia pakai. Aku remas payudaranya, dan aku pilin-pilin ujung dari payudara yang berwarna kecoklatan dan sangat sensitif itu, terkadang aku juga mengusap ujung-ujung tersebut dengan ujung jariku. “Ssshh.. ya situ sayang..” katanya setengah berbisik. “Ssshh.. oohh..”

    Tiba-tiba dia memaksa lepas celana pendekku, dan diusapnya kejantananku. Akhirnya bibir kami saling berpagutan dengan penuh nafsu yang sangat membara. Dan dia mulai menjulur-julurkan lidahnya di dalam mulutku. Sambil berciuman tanganku mulai bergerilya ke bawah sampai pada permukaan celana dalamnya, yang rupanya sudah mulai menghangat dan agak lembab. Aku melepaskan celana dalam Tante Titik, sehingga kami berdua menjadi telanjang bulat. Kutempelkan jariku di ujung atas permukaan kemaluannya. Dia kelihatan agak kaget ketika merasakan jariku bermain di daerah seputar klitorisnya. Lama kelamaan Aku masukkan satu jariku, lalu jari kedua dan kemudian aku tambah satu jari lagi sehingga menjadi tiga ke dalam liang kemaluannya. “Aaahh.. sshh.. oohh.. terus sayang.. terus..” bisik Tante Titik.

    Ketika jariku terasa mengenai akhir lubangnya, tubuhnya terlihat agak bergetar. “Ya.. terus sayang.. terus.. aahh.. sshh.. oohh.. aahh.. terus.. sebentar lagi.. teruuss.. oohh.. aahh.. aarrgghh..” kata Tante Titik.

    Seketika itu pula dia memeluk tubuhku dengan sangat erat sambil menciumku dengan penuh nafsu. Aku merasakan bahwa tubuhnya agak bergetar (yang kemudian baru aku tahu bahwa dia sedang mengalami orgasme). Beberapa saat tubuhnya mengejang-ngejang menggelepar dengan hebatnya. Yang diakhiri dengan terkulainya tubuh Tante Titik yang terlihat sangat lemas di sofa.
    “Saya kapan Tante, kan saya belum..?” Rujukku.
    “Nanti dulu yah sayang, sebentar.. beri Tante waktu untuk istirahat sebentar aja”, kata Tante Titik.
    Tapi karena sudah sangat terangsang, kuusap-usap bibir kemaluannya sampai mengenai klitorisnya, aku dekati payudaranya yang menantang itu sambil kujilati ujungnya, sesekali kuremas payudara yang satunya. Sehingga rupanya Tante Titik juga tidak tahan menerima paksaan rangsangan-rangsangan yang kulakukan terhadapnya. Sehingga sesekali terdengar suara erangan dan desisan dari mulutnya yang seksi. Aku usap-usapkan kejantananku yang sudah sangat amat tegang di bibir kemaluannya sebelah atas. Sehingga kemudian dengan terpaksa dia membimbing batang kemaluanku menuju lubang kemaluannya. Pelan-pelan saya dorong kejantananku agar masuk semua.

    Kepala kejantananku mulai menyentuh bibir kewanitaan Tante Titik. “Ssshh..” rasanya benar-benar tidak bisa kubayangkan sebelumnya. Lalu Tante Titik mulai menyuruhku untuk memasukan kejantananku ke liang kewanitaannya lebih dalam dan pelan-pelan. “Aaahh..” baru masuk kepalanya saja aku sudah tidak tahan, lalu Tante Titik mulai menarik pantatku ke bawah, supaya batang kejantananku yang perkasa ini bisa masuk lebih dalam. Bagian dalam kewanitaannya sudah terasa agak licin dan basah, tapi masih agak seret, mungkin karena sudah lama tidak dipergunakan. Namun Tante Titik tetap memaksakannya masuk. “Aaagghh..” rasanya memang benar-benar luar biasa walaupun kejantananku agak sedikit terasa ngilu, tapi nikmatnya luar biasa. Lalu terdengar suara erangan Tante Titik.

    Lalu Tante Titik mulai menyuruhku untuk menggerakkan kemaluanku di dalam kewanitaannya, yang membuatku semakin gila. Ia sendiri pun mengerang-ngerang dan mendesah tak karuan. Beberapa menit kami begitu hingga suatu saat, seperti ada sesuatu yang membuat liang kewanitaannya bertambah licin, dan makin lama Tante Titik terlihat seperti sedang menahan sesuatu yang membuat dia berteriak dan mengerang dengan sejadi-jadinya karena tidak kuasa menahannya. Dan tiba-tiba kemaluanku terasa seperti disedot oleh liang kewanitaan Tante Titik, yang tiba-tiba dinding-dinding kewanitaannya terasa seperti menjepit dengan kuat sekali. Aduuh.. kalau begini aku makin tidak tahan dan.. “Aaarrgghh.. sayaang.. Tante keluar lagii..” jeritnya dengan keras, dan makin basahlah di dalam kewanitaan Tante Titik, tubuhnya mengejang kuat seperti kesetrum, ia benar-benar menggelinjang hebat, membuat gerakannya semakin tak karuan. Dan akhirnya Tante Titik terkulai lemas, tapi kejantananku masih tetap tertancap dengan mantap.

    Aku mencoba membuatnya terangsang kembali karena aku belum apa-apa. Tangan kananku meremas payudaranya yang sebelah kanan, sambil sesekali kupilin-pilin ujungnya dan kuusap-usap dengan ujung jari telunjukku. Sedang payudara kirinya kuhisap sambil menyapu ujungnya dengan lidahku. Tiba-tiba seperti ada sesuatu yang keluar dan terasa hambar dari ujung payudaranya, yang ternyata susu. “Ssshh.. shh..” desahan Tante Titik sudah mulai terdengar lagi. Aku memintanya untuk berganti posisi dengan doggy style. Awalnya dia menolak dengan alasan belum pernah bersetubuh dengan gaya itu, setelah aku beritahu alasanku, akhirnya dia mau juga dengan berpesan agar aku tidak memasukkan air maniku ke dalam liang kewanitaannya.

    Aku mencoba untuk menusukkan kejantananku ke dalam liang kewanitaannya, pelan tapi pasti. Kepala Tante Titik agak menengok ke belakang dan matanya melihat mataku dengan sayu, sambil dia gigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit yang timbul. Sedikit demi sedikit aku coba untuk menekannya lebih dalam. Kejantananku terlihat sudah tertelan semuanya di dalam kewanitaan Tante Titik, lalu aku mulai menggerakkan kejantananku perlahan-lahan sambil menggenggam buah pantatnya yang bulat. Dengan gaya seperti ini, desahan dan erangannya lebih keras, tidak seperti gaya konvensional yang tadi.

    Aku terus menggerakkan pinggulku dengan tangan kananku yang kini meremas payudaranya, sedangkan tangan kiri kupergunakan untuk menarik rambutnya agar terlihat lebih merangsang dan seksi. “Ssshh.. aarrgghh.. oohh.. terus sayaang.. terus.. aarrgghh.. oohh..” Tante Titik terus mengerang.

    Beberapa menit berlalu, kemudian Tante Titik merasa akan orgasme lagi sambil mengerang dengan sangat keras sehingga tubuhnya mengejang-ngejang dengan sangat hebat, dan tangannya mengenggam bantalan sofa dengan sangat erat. Beberapa detik kemudian bagian depan tubuhnya jatuh terkulai lemas menempel pada sofa itu sambil lututnya terus menyangga pantatnya agar tetap di atas. Dan aku merasa kejantananku mulai berdenyut-denyut dan aku memberitahukan hal tersebut padanya, tapi dia tidak menjawab sepatah kata pun. Yang keluar dari mulutnya hanya desahan dan erangan kecil, sehingga aku tidak berhenti menggerakkan pinggulku terus.

    Aku merasakan tubuhku agak mengejang seperti ada sesuatu yang tertahan, sepertinya semua tulang-tulangku akan lepas dari tubuhku, tanganku menggenggam buah pantat Tante Titik dengan erat, yang kemudian diikuti oleh keluarnya cairan maniku di dalam liang kewanitaan Tante Titik. Mata Tante Titik terlihat agak terbelalak ketika merasakan ada cairan yang memenuhi bagian dalam dari kewanitaannya. Sesaat kemudian aku ambruk di atas tubuhnya, tubuhku terasa sangat lemas sekali. Setelah kami berdua merasa agak tenang, aku melepaskan kejantananku dari liang nikmat milik Tante Titik.

    Dengan agak malas Tante Titik membalikkan tubuhnya dan duduk di sampingku sambil menatap tajam mataku dengan mulut yang agak terbuka, sambil tangan kanannya menutupi permukaan kemaluannya.
    “Kok dikeluarin di dalem sih Mas Dio..? tanyanya dengan suara yang agak bergetar.
    “Tadi kan saya sudah bilang ke Tante, kalau punya saya berdenyut-denyut, tapi Tante nggak ngejawab sama sekali..” kataku membela diri.
    “Ya kan terasa kalau sudah mau keluar..” katanya.
    “Saya mana tahu rasanya kalau mau keluar.. ini kan yang pertama buat saya. Jadi saya belum tahu rasanya..” jawabku.
    “Terus entar kalau jadi gimana?” katanya lagi.
    “Nggaakk tahu Tante..” jawabku dengan suara yang agak terbata-bata karena takut dengan resiko tersebut.
    “Ya sudahlah.. tapi lain kali kalau sudah kerasa kayak tadi itu langsung buru-buru dicabut dan dikeluarkan di luar ya..?” katanya menenangkan diriku yang terlihat takut.
    “I.. iiya Tante..” jawabku sambil menunduk.

    Lalu Tante Titik berdiri menghampiri video dan TV yang masih menyala, dan mematikannya. Kemudian tangannya dijulurkan, mengajakku pindah ke kamar untuk tidur. Akhirnya kami tertidur pulas sampai pagi sambil saling berdekapan dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun.

    Itulah awal dari perbuatan-perbuatan saya bersama Tante Titik. Selama hampir 2 tahun Tante Titik memberi saya banyak pelajaran dan kenikmatan yang sangat luar biasa. Terkadang jika Tante Titik sedang sangat menginginkannya, aku selalu siap melayaninya, kecuali jika keadaanku sedang tidak fit atau sedang ada keperluan keluarga atau sekolah. Dan jika aku yang sedang menginginkannya, Tante Titik sangat tidak keberatan melayaniku, bahkan dia terlihat sangat senang. Tidak jarang aku diajak pergi untuk melakukan fitness atau olah raga atau hanya sekedar jalan-jalan atau ngerumpi bersama teman-temannya. Akhirnya aku baru tahu kalau Tante Titik sebenarnya sangat haus akan seks, dia adalah wanita yang bertipe agak mendewakan seks. Dan dia akan melakukan apa saja demi seks. Tapi sebenarnya pula dia tidak begitu kuat dalam bersetubuh, sehingga dia bisa berkali-kali mengeluarkan cairannya dan berkali-kali pula tubuhnya terkulai lemas.

    Cerita Sex Tante | Cerita Sex Tetangga | Cerita Sex Ngentot 2016

  • Cerita Ngentot Cinta Pertama Ku Yang Masih Perawan

    Cerita Ngentot Cinta Pertama Ku Yang Masih Perawan


    3217 views

    Perawanku – Saat itu aku masih sekolah kelas 3 SMK di Solo. Saat itu aku bertemu dengan kawanku saat SMP. Dia sebenarnya adalah cinta pertama bagiku yang yang saat itu belum pernah aku ungkapkan walaupun sebenarnya aku tahu diapun juga mencintaiku sebut saja namanya Novi. Waktu itu kami bertemu di sebuah emperan toko daerah Coyudan.

    Kami sama-sama berteduh karena saat itu hujan mengguyur kota Solo sangat deras. Kami ngobrol panjang lebar dan angka arlojinya sudah menunjukkan pukul 6 sore, tetapi hujan tetap saja mengguyur walaupun tidak terlalu deras.

    Karena saat itu dia sedang menunggu bis, dan aku naik sepeda motor maka agar tidak kemalaman aku antar dia pulang tetapi tanpa jas hujan. Sampai di rumahnya ternyata rumahnya dalam keadaan kosong karena keluarganya sedang menghadiri pesta pernikahan pamannya.

    “Aduh.. gimana nih Vi.. bisa masuk ke dalam nggak?”, tanyaku.
    “Tenang, biasanya kuncinya ada di bawah pot ini, nah ini dia, masuk yuk di luar dingin, lagian baju kamu basah semua”, katanya sambil membuka pintu rumah.
    “Sebentar aku ambilkan handuk”, katanya sambil jalan ke belakang rumah.

    Rumah yang sederhana tetapi sangat rapi dengan sofa ditengah ruangan.

    Dia keluar dengan menggenakan daster kuning transparan. Samar-samar aku lihat lekuk-lekuk tubuhnya yang sangat sempurna membuat jantungku berdebar kencang. Kulitnya yang putih mulus terlihat sangat serasi dengan daster yang dipakainya.

    “Ini handuknya”, dia memecahkan lamunanku.

    Karena baju dan celanaku basah maka aku buka bajuku dan aku pinjam salah satu kaosnya, tetapi bagaimana dengan celana panjangku? “Pake punyaku aja Fa, aku punya jeans basic yang mungkin pas kamu pakai”, sahutnya. Aku tidak kaget karena dia tergolong cewek bertubuh tinggi besar. Aku masuk ke dalam kamarnya dan mulai membuka celana panjangku, tinggal CD-ku yang masih basah.

    “Vi.. sorry nich aku boleh pinjem CD-mu nggak? Yang penting dapat dipakai”, tanyaku.
    “Boleh, tapi di almari coklat yang kuncinya masih aku bawa, boleh aku masuk?”, sahutnya.

    Saat dia masuk kamar, aku hanya dililit selembar handuk bergambar Hello Kitty kepunyaannya. Saat dia membuka almarinya dia menyuruh aku untuk memilih sendiri, dan karena letak CD-nya ada di bagian bawah, aku harus jongkok.

    Tanpa aku sadari setelah aku berdiri, handuk yang melilit tubuhku terlepas dan aku hanya bisa diam terpaku. Dia juga diam memandang tubuhku yang telah telanjang bulat. Dia terus memandang penisku yang memang telah berdiri.

    Kemudian dengan perlahan dia mengambil handuk yang berada persis di bawah penisku. Kemudian tanganku mengusap kepalanya dan kepalanya tertahan tepat di depan penisku. Selanjutnya dia mencium kepala penisku, membuatku semakin kelabakan. Dia terus mencium penisku dengan lembut dan penuh perasaan, bisa aku rasakan itu.

    Kemudian dia berdiri dan giliranku menjilat bibirnya yang sangat lembut, dan diapun membalas dengan memasukkan lidahnya ke dalam mulutku. Untuk beberapa saat aku menikmati bibir dan lidahnya, aku lanjutkan permainan lidahku di sekitar telinganya, aku kulum telinganya, dia hanya bisa medesis kegelian. Aku lanjutkan dengan mencium dan menjilati sekitar lehernya.

    Aku mulai membuka resliting daster yang berada di belakang dan dengan perlahan aku tanggalkan daster kuningnya. Sekarang hannya tinggal BH dan CD-nya saja yang tersisa. Perlahan aku ciumi dan gigit payudara bagian atas sambil tanganku berusaha melepaskan BH-nya. Dia hanya terdiam dan terpejam menikmati gigitan lembut bibirku.

    Setelah BH-nya terlepas terlihat sepasang bukit yang sangat indah yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Begitu putih, lembut, kencang, padat dan kedua putingnya berwarna coklat masih bersembunyi di dalam pucuk payudaranya. Perlahan aku usap lembut kedua payudaranya dan aku hisap puting susunya agar mau keluar dan aku kulum lembut putingnya. Dia hanya bisa mendesis keenakan.

    Karena capek berdiri, aku tidurkaan dia di atas ranjangnya sambil mulutku terus menghisap kedua puting susunya secara bergantian dengan lembut. Selanjutnya ciuman dan jilatanku aku lanjutkan ke bawah menuju pusar dan paha bagian dalam. Dia lagi-lagi hanya mendesis, “Akh.. Fa.. aku nggak tahan..”, desisnya.

    Mendengar itu aku semakin bersemangat menjilati paha, lutut, betis dan jemari kakinya aku kulum sehingga dia semakin kelojotan menahan nikmat, terus aku kulum jari-jari kakinya yang putih bersih sambil tanganku mulai melepaskan CD-nya.

    Saat CD-nya terlepas, terlihat kemaluannya yang telah berbulu agak lebat. Perlahan aku raba daerah paha dan kemaluannya sambil kulanjutkan mengulum jari kakinya. Aku temukan klitorisnya terasa lunak dan agak basah, aku pilin-pilin daging kecil tersebut dia semakin mengerang menahan nikmat. Lidahku mulai bergerak dari jari kaki menuju betis, paha dan akhirnya pada daerah sekitar kemaluan.

    Walaupun kulitnya putih bersih, tetapi daerah kemaluannya berwarna coklat. Aku angkat kedua pahanya dan lidahku mulai menuju daerah duburnya, sesaat kemudian ke daerah vagina yang saat itu terasa basah dan berasa agak asin serta berbau khas menambah nafsuku semakin menjadi.

    Aku menghisap lendir yang keluar dari vaginanya dan kukeluarkan di sekitar klitorisnya, dan klitorisnya pun aku hisap-hisap. Tanpa kuduga kedua pahanya menjepit kepalaku yang saat itu sedang menikmati gurihnya klitoris dan tangannya menekan kepalaku agar aku menghisap lebih dalam lagi.

    Saat itu aku merasakan dia menegang dan seperti menjerit, “Akh.. uh..”, teriaknya. Aku tak tahu apa yang sedang dia rasakan saat itu, kemudian lidahku aku pindah ke bawah tepat pada liang vaginanya ternyata pada liang vaginanya telah keluar cukup banyak lendir yang selanjutnya kuhisap dan kutelan sampai habis.

    Dia mundur sehingga terpaksa aku lepaskan hisapanku. “Fa.. naik sini..”, dia menarikku yang saat itu masih jongkok dan menyuruhku tidur telentang di ranjangnya. Aku ditindih dan mulutnya mulai mengulum bibirku, seperti tidak mau kalah denganku, diapun menghisap dan mengulum telingaku terasa geli dan hangat.

    Dia lanjutkan dengan menghisap puting susuku, sambil tangannya meremas-remas penisku. Tanpa aku duga mulutnya mulai bergerilnya di sekitar paha dalamku, terasa sangat geli dan menambah kenikmatan. Lidahnyapun mulai menyapu duburku, “Okh..”, aku setengah berteriak, ya ampun.. nikmat sekali.

    Sepertinya dia tahu yang aku rasakan saat lidahnya menyentuh sekitar duburku, dan sekitar 5 menit lamanya dia menyapukan lidahnya di sekitar duburku, dan selanjutnya naik menuju pangkal penisku. Dia jilat pangkal penisku sampai ke ujung kepala penisku berulang-ulang sampai aku rasakan seluruh bulu-bulu tubuhku merinding.

    Selanjutnya dia memasukkan kepala penisku ke dalam mulutnya sambil sesekali dihisap, tetapi sayang dia tidak dapat mengulum lebih dalam lagi. Karena aku sudah tidak kuat menahan nikmat, maka aku minta dia untuk tidur telentang dan perlahan aku letakkan kepala penisku di depan lubang vaginanya.

    Aku gesek-gesekkan kepala penisku pada lubang vagina sampai aku temukan lubang yang benar untuk memasukkan penisku. Setelah aku rasa tepat perlahan aku tekan penisku agar dapat masuk ke dalam lubang vaginanya. Dia memejamkan mata seolah sedang menahan sesuatu, aku tak tahu pasti.

    Terasa sangat sempit dan agak susah memasukkan penisku sampai pada kira-kira setengah panjang penisku Novi si cinta pertama ku berteriak, “Aakhh..”, aku menahan tekanan penisku dan aku lihat darah segar telah mengalir dari vaginanya aku lanjutkan takananku sampai seluruh penisku tenggelam dalam vagina yang telah banjir darah perawan dan kutahan penisku di dalamnya.

    “Sakit Vi?”, bisikku.
    “Nggak apa-apa lanjutin aja Fa.. aku menikmatinya kok”, dia balas berbisik.

    Aku mulai mengayun-ayunkan penisku keluar masuk vagina, terasa sangat nikmat dan hangat tetapi kulit penisku terasa agak perih. Kira-kira 5 menit aku mengayunkan penisku dan kelihatannya Novi si cinta pertama ku mulai menikmatinya, dia goyang-goyangkan pinggulnya dan kupercepat ayunan penisku sampai suatu ketika Novi berteriak, “Akh.. oh..”. Novi memejamkan matanya dalam-dalam.

    Tidak lama setelah itu akupun mulai merasakan kesemutan di kepalaku dan, “Ccreet..”, maniku keluar tetapi masih di dalam vaginanya. Dia memelukku erat dan berkata, “Fafa.. aku sayang kamu..”. Aku tidur di atasnya tetapi penisku masih berada di dalam vagina yang lama-kelamaan keluar sendiri karena mulai melunak, terasa agak geli jika penis yang lunak masuk dalam vagina.

    Aku terbangun dengan tubuh masih telanjang bulat ketika suara telepon berbunyi, aku lihat jam pukul 10 malam. Aku bangunkan Novi si cinta pertama ku yang masih tertidur tanpa selembar kainpun menutupi tubuhnya agar mengangkat telepon yang ternyata dari keluarganya dan berencana akan pulang besok siang.

    Jadi aku gunakan malam itu untuk tidur semalam dengan Novi tanpa selembar kainpun menutupi tubuh kami.

  • Cerita Ngewe Mertua Nafsu Melihat Kontolku Yang Gede – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Ngewe Mertua Nafsu Melihat Kontolku Yang Gede – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1770 views

    Perawanku – Aku seorang laki-laki biasa, hobiku berolah raga, tinggi tubuhku 178 cm dengan bobot tubuh 78 kg. Aku mempunyai fisik yang ideal untuk seorang pria, tinggi, tegap, padat dan atletis. Tidak heran kalau banyak wanita yang menggoda dan mengajakku tidur karena sex appeal-ku ini. Empat tahun yang lalu saya menikah dan menetap di rumah mertuaku. Hari-hari berlalu kami lewati tanpa adanya halangan walaupun sampai saat ini kami memang belum dianugerahi seorang anak pendamping hidup kita berdua. Kehidupan berkeluarga kami sangat baik, tanpa kekurangan apapun baik itu sifatnya materi maupun kehidupan seks kami. Tetapi memang nasib keluarga kami yang masih belum diberikan seorang momongan.

    Di rumah itu kami tinggal bertiga, aku dengan istriku dan Ibu dari istriku. Sering aku pulang lebih dulu dari istriku, karena aku pulang naik kereta sedangkan istriku pulang naik kendaraan umum. Jadi sering pula aku berdua di rumah dengan mertuaku sampai dengan istriku pulang. Mertuaku berumur sekitar kurang lebih 45 tahun, tetapi dia mampu merawat tubuhnya dengan baik, aktif dengan kegiatan sosial dan rutin berolahraga bersama teman-temannya yang lain. Sering kulihat Ibu mertuaku pakai baju tidur tipis dan tanpa BH. Melihat bentuk tubuhnya yang masih lumayan dengan kulitnya yang putih, sering membuatku seperti kehilangan akal sehat.

    Pernah suatu hari selesai Ibu mertua mandi, telepon berdering. Lalu dia pun keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan sehelai handuk yang dililitkan ke tubuhnya. Aku yang sedang berolahraga angkat beban di luar, juga bermaksud mengangkatnya. Sesampainya aku di dekat telepon, ternyata kulihat Ibu mertuaku sudah mengangkatnya. Saat itulah aku melihat pemandangan yang menggiurkan. Dari belakang kulihat bentuk pangkal pahanya sampai ke bawah kakinya yang begitu bersih tanpa ada bekas goresan sedikitpun. Aku tertegun dan menelan ludah, terangsang melihat kaki Ibu mertuaku. Dalam hati berpikir “Kok, sudah tua begini masih mulus aja ya..?”

    Aku terhentak dari lamunanku begitu Ibu mertuaku menaruh gagang telepon. Lalu aku bergegas kembali ke luar, meneruskan olahragaku yang tertunda. Beberapa menit setelahnya aku hentikan olahragaku, masuk ke kamar, ambil handuk dan mandi. Saat aku hendak ke kamar mandi, kembali aku melihat pemandangan yang menggairahkan. Melalui celah pintu kamarnya yang tak tertutup, kuintip ke dalam, kulihat bagian belakang Ibu mertuaku yang bugil karena handuknya sudah dilepas dari tubuhnya. Serta merta Kontol ku mulai bangkit, dan gairahku memuncak. Segera kutenangkan pikiranku yang mulai kotor karena pemandangan itu.

    Selesai mandi aku membuat kopi dan langsung duduk di depan TV nonton acara yang lumayan untuk ditonton. Tidak lama Ibu mertuaku menyusul ikutan nonton sambil mengobrol denganku.

    “Bagaimana kerjaanmu, baik-baik saja?” tanya Ibu mertuaku.

    “Baik, Bu. Lho Ibu sendiri gimana?” tanyaku kembali. Kami mengobrol sampai istriku datang dan ikut bergabung mengobrol dengan kami berdua.
    Besok malamnya, sekitar jam 11.30 malam aku keluar kamar untuk minum. Kulihat TV di ruang keluarga masih menyala. Saat itu terlihat Ibu mertuaku ternyata sudah tertidur di depan TV. Ketika aku hendak mematikan televisi, tidak sengaja aku melihat ke arah rok Ibu mertuaku. Rok Ibu mertuaku tersibak sampai celana dalamnya kelihatan sedikit. Kulihat kakinya masih begitu mulus, iseng kuintip roknya dan terlihatlah gumpalan daging kemaluan yang ditutupi celana dalamnya. Ingin sekali rasanya kupegang dan kuremas gumpalan daging memek Ibu mertuaku itu, tetapi buru-buru aku ke dapur ambil minum lalu membawa ke kamar. Sebelum masuk kamar sambil berjalan pelan kulirik Ibu mertuaku sekali lagi dan Kontol ku langsung ikut bereaksi pelan.

    Aku masuk kamar dan coba mengusir pikiranku yang mulai kerasukan ini. Esoknya aku telat bangun, dan kulihat istriku sudah tidak ada. Langsung aku bergegas ke kamar mandi. Selesai mandi sambil mengeringkan rambut yang basah, aku berjalan pelan dan tanpa sengaja kulihat Ibu mertuaku berganti baju di kamarnya tanpa menutup pintu kamar. Aku kembali tertegun dan terangsang menatap keseluruhan bentuk tubuh Ibu mertuaku. Cuma sebentar aku masuk kamar, berganti pakaian kerja dan segera berangkat.

    Hari ini aku pulang cepat, di kantorpun tidak ada lagi kerjaan yang aku harus kerjakan. Saat pulang aku tidak melihat Ibu mertuaku, tampaknya dia berada di kamarnya karena pintunya tertutup. Sampai di rumah aku langsung berganti pakaian dengan kaus olahraga, dan mulai melakukan olahraga rutin yang biasa aku lakukan tiap pulang kerja. Sedang asyik-asyiknya aku melatih otot-otot dada dan lenganku, tiba-tiba kudengar suara teriakan. Itu adalah suara teriakan Ibu mertuaku. Kusudahi latihanku, dan aku segera bergegas menuju suara teriakan yang berasal dari kamar Ibu mertuaku. Langsung tanpa pikir panjang kubuka pintu kamar. Kulihat Ibu mertuaku berdiri di atas kasur sambil teriak

    “Awas tikusnya keluar..!” tandas Ibu mertuaku.
    “Tikus? Ada tikus di sini Bu?” tanyaku menegaskan.
    “Iya…ada tikus, tolong carikan!” katanya panik.

    Aku pun mulai mencari tikus itu.

    “Lho.. kok pintunya di buka terus? Nanti tikusnya susah ditangkap!” tandas Ibu mertuaku.

    Sambil kututup pintu kamar, kubilang “Mana.. mana tikusnya..?”

    “Coba kamu lihat di bawah kasur atau di sudut sana..” kata Ibu mertuaku sambil menunjuk meja riasnya. Kuangkat seprei kasur dekat meja rias. Memang ada seekor tikus kecil di situ yang tiba-tiba mencuit dan melompat ke arahku. Aku kaget dan spontan lompat ke atas kasur.

    Ibu mertuaku tertawa kecil melihat tingkahku dan mengatakan “Kamu takut juga ya?” Sambil menggerutu pelan kembali kucari tikus kecil itu, sesekali mataku nakal melirik ke arah kaki Ibu mertuaku yang roknya terangkat itu.

    Saat sedang mencari tikus itu, tiba-tiba Ibu mertuaku kembali teriak dan melompat ke arahku, ternyata tikusnya ada di atas kasur. Ibu mertuaku mendekapku dari belakang, entah disengaja atau tidak, namun kurasakan payudara nya menempel di punggungku, terasa hangat dan kenyal-kenyal. Kuambil kertas dan kutangkap tikus yang sudah mulai kecapaian itu terus kubuang keluar.

    “Udah dibuang keluar belum?” jelas Ibu mertuaku.

    “Udah, Bu.” Jawabku dari luar kamar.

    “Kamu periksa lagi, mungkin masih ada yang lain… soalnya Ibu dengar suara tikusnya ada dua” tegas Ibu mertuaku.

    “Walah, tikus maen pake ajak temen segala!” gumamku.

    Aku kembali masuk ke kamar dan mengendus-endus di mana temennya itu tikus seperti yang dibilang Ibu mertuaku. Ibu mertuaku duduk di atas kasur sedangkan aku sibuk mencari. Begitu aku mencari di bawah kasur sepertinya tanganku ada yang meraba-raba di atas kasur. Aku kaget dan kusentakkan tanganku, ternyata tangan Ibu mertuaku yang merabanya. Aku pikir temennya tikus tadi. Ibu mertuaku tersenyum penuh misteri dan kembali meraba tanganku. Aku memandang aneh kejadian itu, tetapi kubiarkan dia merabanya terus.

    “Gak ada tikus lagi, Bu..!” kataku setelah berkali-kali mencari. Tidak ada sahutan. Lalu tanpa berkata apa pun Ibu mertuaku beranjak dari kasur dan langsung memelukku. Aku kaget dan mulai panas dingin. Dalam hati aku berkata “Kenapa nih orang?”

    Rambutku dibelai, diusap seperti usapan seorang ibu pada anaknya. Dipeluknya aku erat-erat seperti takut kehilangan.

    “Ibu kenapa?” tanyaku.

    “Ah.. nggak! Ibu cuma mau membelai kamu” jawabnya sambil tersenyum genit.

    “Udah ya.. Bu, belai-belainya..!” kataku.

    “Kenapa, kamu nggak suka dibelai sama Ibu” rajuk Ibu mertuaku.

    “Bukan nggak suka, Bu. Cumakan…” alasanku lagi.

    “Cuma apa… ayo.. cuma apa..!?” potong Ibu mertuaku. Aku diam saja, dalam hati biar sajalah tidak ada ruginya kok dibelai sama dia. Siapa juga lelaki yang tidak mau diraba dan diusap-usap sama wanita seksi seperti dia?

    Sambil membelaiku, kulihat pancaran birahi tersiar dari matanya. Aku merasa maklum, dengan kaos olahraga tipis yang melekat di tubuhku, tampilan otot-otot kekar di baliknya pasti terlihat dengan jelas. Hal itu ditopang dengan keringatku yang membekas di kaos itu. Pasti terlihat sangat menggairahkan bagi wanita mana saja yang melihatnya. Kuperhatikan Ibu mertuaku masih terus membelaiku. Belaiannya lalu berpindah, dari rambut terus turun ke leher sambil diciumnya perlahan. Aku merinding menahan geli, sementara tangan halusnya bergerilya menyusuri tubuhku. Kaos olahragaku diangkat dan dibukanya, bukit dadaku diusap dengan sesekali digigiti. Pentil dadaku dipegang, diusap dan dicium. Kudengar nafas Ibu mertuaku semakin tidak beraturan. Dituntunnya aku ke atas ranjang, mulailah pikiranku melanglang buana. Dalam hati aku berpikir “Jangan-jangan Ibu mertuaku lagi kesepian dan minta disayang-sayang ama laki-laki”.

    Aku bersikap pasif, tidak membalas tindakan mesra Ibu mertuaku itu. Aku berbaring di atas ranjang dengan posisi terlentang. Ibu mertuaku masih terus mengusap-usap dadaku yang lalu turun ke bagian perutku. Dicium, dijilati, dan terus dielusnya dada dan perutku. Aku menggelinjang geli dan berkata pelan berkata “Bu, sudah ya…”

    Dia diam saja, sementara tangan kanannya mulai masuk ke dalam celanaku. Aku mengeluh pelan. Kurasakan tangan kanannya meraba-raba dan sedikit meremas-remas Kontol ku dari luar celana dalamku. Merasakan hal itu, Kontol ku pun mulai mengeras dan membesar. Sambil terus meremas dan meraba Kontol ku yang sudah tegang, tangan kirinya berusaha untuk menurunkan celana pendekku. Aku pun beringsut membantunya untuk menurunkan celana pendekku. Tidak lama celanaku sudah lepas berikut celana dalamku.

    Kontol ku pun sudah berdiri kencang, terus memanjang dan membesar seiring dengan rabaan dan remasan tangan Ibu mertuaku di batangnya.

    “Besar sekali burungmu, Do, panjang pula…!” puji Ibu mertuaku sambil menoleh kepadaku dan tersenyum mesum. Mulut Ibu mertuaku pun mulai beraksi di Kontol ku. Kepala Kontol ku diciumnya, sambil tangan kirinya memijit bijiku. Aku mengeluh, mengerang, dan mendesis nikmat, merasakan gerakan erotis yang dibuat Ibu mertuaku.

    “Ah, ah.. hhmmh… teruss..” itu saja yang keluar dari mulutku. Ibu mertuaku terus melanjutkan permainan birahinya dengan mengulum Kontol ku. Aku benar-benar terbuai dengan kelembutan yang diberikan Ibu mertuaku kepadaku. Kupegang kepala Ibu mertuaku yang bergerak naik turun. Bibirnya benar-benar lembut, gerakan kulumannya begitu pelan dan teratur. Aku merasa seperti disayang, dicintai dengan gerakan mesra Ibu mertuaku.

    Setelah dikulum sekitar 15 menit lebih, aku mulai tidak tahan. “Ah, Bu.. aku nggak tahan lagi Bu..” erang nikmatku.

    “Hhmm.. mmh, heh..” suara Ibu mertuaku menjawabku. Gerakan kepala Ibu mertuaku masih pelan dan teratur. Aku semakin menggelinjang dibuatnya. Tubuhku menekuk, meliuk dan bergetar-getar menahan gejolak yang tak tahan kurasakan. Tak lama tubuhku mengejang keras. Kurasakan nikmat yang luar biasa, seiring dengan menyemburnya spermaku ke mulut Ibu mertuaku.

    “Aggghhh…oohhh…akkuuu keeluuaarrr…Buu…”
    “Crroootttt… cccrrrroootttt… ccrrrooottttt…”

    Kulihat Ibu mertuaku masih bergerak pelan, bibirnya masih menelan kepala kontol ku dengan kedua tangannya yang berlepotan sperma, memegang batang Kontol ku. Dia melihatku dengan tatapan sayunya dan kemudian kembali menciumi Kontol ku, geli yang kurasakan sampai ke ubun-ubun kepala.

    “Banyak banget kamu keluarnya, Do..!” tandas Ibu mertuaku sambil menatap mataku.

    Aku terdiam lemas sambil melihat Ibu mertuaku datang menghampiriku dan memelukku dengan mesra. Aku balas pelukannya dan kucium dahinya. Kubantu dia membersihkan mulutnya yang masih penuh spremaku dengan menggunakan kaos olahragaku tadi. Aku duduk di ranjang, telanjang bulat dan berkeringat, menghirup minuman yang entah kapan sudah tersedia di meja riasnya. Sedang Ibu mertuaku, tiduran dekat dengan Kontol ku.

    “Kenapa jadi begini, Bu..?” tanyaku sambil tersenyum.

    “Ibu cuma pengen aja kok..” balas Ibu mertuaku genit. Diusap-usapnya dengan mesra batang Kontol ku, sambil tersenyum khas wanita nakal.

    Aku belai rambutnya dan kuelus-elus pahanya sambil berkata “Ibu mau juga?” godaku sambil tersenyum. Dia menggangguk pelan, kusudahi minumku dan lalu kucium bibir Ibu mertuaku.
    Dia balas ciumanku dengan mesra, aku melihat tipe Ibu mertuaku bukanlah tipe wanita yang haus akan seks, melainkan dia haus akan kasih sayang. Berhubungan intim pun sepertinya senang yang pelan-pelan bukannya seperti seekor serigala di musim kawin. Aku ikut pola permainan Ibu mertuaku, pelan-pelan kucium dia mulai dari bibirnya terus ke bagian leher dan belakang kupingnya, dari situ aku ciumi terus ke arah dadanya. Kubantu dia membukakan pakaiannya, kulepas semua pakaiannya. Kali ini aku benar-benar melihat semuanya. Kulitnya masih mulus, tak seperti kulit wanita seumurannya. Payudaranya masih kencang dan kenyal, perutnya rata dan singset, pinggang dan pinggulnya tampak montok, paha, betis dan kakinya kencang karena sering aerobik dan jogging dengan teman-teman arisannya.

    Kuraba dan kuusap semua tubuhnya dari pangkal paha sampai ke toket nya. Aku kembali ciumi dia dengan pelan dan beraturan. Kunikmati dengan pelan seluruh bentuk tubuhnya dengan mencium, menjilat, dan membelai setiap senti bagian tubuhnya. Payudaranya kupegang, kuremas pelan dan lembut, kucium dan kugigiti putingnya. Kudengar desahan nikmat dan nafasnya yang tidak beraturan. Puas beraksi di dada aku terus menyusuri bagian perutnya, kujilati perutnya yang indah itu, serta memainkan ujung lidahku di atasnya dengan putaran lembut yang membuat dia sedikit berkejang-kejang. Tangannya terus meremas dan menjambak rambutku, sementara lidahku melata pelan ke arah memeknya.

    Sampai akhirnya bibirku mencium daerah berbulu miliknya, tercium aroma memeknya yang harum lalu kujilati bibir memeknya. “Oucchh.. terus sayang, kamu lembut sekali.. tee.. teruss..” kudengar suara erotisnya pelan.
    Kumainkan ujung lidahku menyusuri dinding memeknya, kadang masuk kadang menjilat membuat dia seperti berada di awang-awang. Kujilati klitorisnya dan semua yang ada di daerah kemaluannya. Kusedoti cairan yang membanjir dari memeknya. Kulakukan ini terus menerus, dan kudengar desahan erotiknya yang semakin keras. Beberapa menit kemudian, ketika dia mulai di ambang orgasmenya tiba-tiba dengan tak sabar ditariknya kepalaku dan dia kembali melumat bibirku dengan panas. Dia membalikkan tubuhku dan mulai bergerak merayap ke atas tubuhku. Dipegangnya kembali Kontol ku yang sudah kembali siap menyerang. Lalu diarahkannya Kontol ku yang sudah siap tempur itu ke lobang memeknya…

    Setelah beberapa kali dicoba, ”Blesshhh…” masuk sudah seluruh batang Kontol kuku tertelan memek ibu mertuaku. Diangkat dan digoyang pantatnya. Dia memutar-mutar pinggulnya, berusaha untuk mendapatkan kenikmatan dari batangku seperti yang dia mau.

    “Ah.. uh, nikmat banget ya..!” kata Ibu mertuaku. Dengan gerakan seperti itu tak lepas kuremas payudaranya dengan mesra.

    “Aahhh…uuhh…bessarr…banggett…punnyaa…muuhh…Do ohh!” gerakan naik turunnya makin cepat.

    “Ohh…nikmaattt…ahhh…uhhh…dahsyaaatt…” desah Ibu mertuaku terus naik turun menikmati pompaan Kontol ku. Dicakarnya dengan gemas otot-otot kekar di dada dan di perutku….
    “Ohhh…aahhh…miiliikk…Ibu…juggaa…ennakk” erangku penuh nikmat sambil tak lepas kuremas-remas payudaranya.
    “Sempiitt…ohhhh…terusshh…jepiitt buruuunggkuu…ohhh…Buuhhh…” erangku berlanjut merasakan hisapan memeknya pada Kontol ku. Memek Ibu mertuaku memang masih nikmat kurasakan. Walau sudah berumur, rasanya tidak kalah dengan memek para perempuan lain yang pernah kutiduri sebelumnya. Tampaknya Ibu mertuaku sangat pintar menjaga kemaluannya itu.

    Setelah cukup lama naik-turun keluar-masuk, Ibu mertuaku mulai menunjukkan tanda-tanda.

    “Aduh, Ibu nggak tahan lagi sayang…” kata Ibu mertuaku. Aku mencoba membantunya mendapatkan kepuasan yang mungkin belum pernah dia alami sebelumnya. Gerakannya semakin cepat dari sebelumnya, dan tak lama dia berhenti sambil menarik tanganku agar aku bangkit. Diarahkannya wajahku ke arah payudaranya sambil berujar;
    “Ayyooo Ddoohhh… hisap dan susui toketku…” Kupenuhi permintaannya dengan senang hati. Kuhisap, kujilat dan kugigit gemas payudaranya yang bagus itu. Ibu mertuaku mengerang-erang merasakan nikmatnya perbuatanku itu….

    “Aaaahhh… aahhh… aaahhh… pintaarrsss kamuuhhh Sayanngghhh…”

    Kurangkul tubuhnya lembut dan terus

    menggoyangkan batang Kontol ku yang masih di dalam dengan keras dan bertenaga. Hingga akhirnya…

    “Ahh.. ah.. ahhss..” desah nikmat Ibu mertuaku. Keluarlah cairan kewanitaannya membasahi Kontol ku yang masih terbenam di liang memeknya.

    “Ahhss…ohhhh…nikmaattnya burungmu…Ddoohh!” desahnya lagi sambil tubuhnya yang mengkilat karena keringatnya itu berkejat-kejat, menerima gelombang kenikmatan yang datang menderanya. Kami sama ambruk ke ranjang. Kupeluk dia sambil kuciumi bibirnya dan kuelus-elus punggung mulusnya. Dia terdiam dalam dekapanku. Kubiarkan dia menikmati sisa-sisa orgasmenya.
    Setelah kurasa dia sudah cukup beristirahat, kugoda dia lagi

    “Enak ya.. Bu… Mau lagi..?” Dia menoleh dan tersenyum sambil telunjuknya mencoel ujung hidungku.

    “Kenapa? Kamu juga mau lagi?” canda Ibu mertuaku.

    Tanpa banyak cerita kumulai lagi gerakan-gerakan panas, kuangkat Ibu mertuaku dan aku menidurkannya sambil mencium bibirnya kembali. Untuk sesaat kami saling berciuman dengan panas, saling tukar lidah dan ludah. Tangan-tanganku dan Ibu mertuaku bergerak nakal, tetapi tetap dengan gerakan yang lembut menggerayangi tubuh pasangannya. Kami juga tak lepas berciuman dalam posisi ini. Kemudian kembali kumasukkan Kontol ku ke memeknya. Hanya sebentar aku bermain dalam posisi itu, lalu kutuntun dia untuk bermain di posisi yang lain.
    Kuajak dia berdiri di samping ranjangnya. Awalnya dia bingung dengan posisi baru ini. Tetapi untuk menutupi kebingungannya kuciumi tengkuk lehernya dan kujilati kupingnya. Kuputar tubuhnya untuk membelakangiku, kurangkul dia dari belakang. Tangan kanannya memegang batang Kontol ku sambil mengocoknya pelan, sementara kedua tanganku memainkan payudaranya. Kemudian kuangkat kaki kanannya dan kupegangi kakinya. Sepertinya dia mulai mengerti bagaimana aku akan bermain. Tangan kanannya menuntun Kontol ku ke arah memeknya, pelan dan pasti kumasukkan batang Kontol ku dan masuk dengan lembut… ”Bleeeppp…” Ibu mertuaku melenguh dan mendesah nikmat, kutarik dan kudorong pelan Kontol ku, sambil mengikuti gerakan pantat yang diputar-putar Ibu mertuaku.
    Luar biasa nikmat kurasakan pengaruhnya pada Kontol ku. Kutambah kecepatan gerakanku pelan-pelan, masuk-keluar, masuk-keluar, semakin lama semakin cepat. Kupegang erat-erat kaki kanannya agar tidak jatuh, kudekap Ibu mertuaku dengan tangan kiriku, sambil kumainkan payudara kirinya. Sesekali kuciumi tengkuk lehernya.

    “Ah.. ah.. Dod.. Dodo, kammuu..!” desahan erotis Ibu mertuaku mulai keras terdengar.

    Cukup lama kupompa memeknya, kurasakan tubuh Ibu mertuaku bergetar.

    “Ibu mau keluar lagi.. Do…” jeritnya. Mendengar kata-katanya, semakin kutambah kecepatan sodokan batangku dan…

    “Acchh…aaahhh…ooochhh” keluarlah cairan ejakulasi dari memek Ibu mertuaku, turun membasahi tangan dan pahaku. Ibu mertuaku berteriak-teriak erotis dalam pelukanku. Tubuhnya berkejat-kejat liar, bergetar lemas dan langsung jatuh ke kasur.
    Sesampainya di kasur kubalik tubuhnya dan kucium balik bibirnya. Kembali kumasukkan Kontol ku ke memeknya. Dia balas memelukku dan menjepit pinggang rampingku dengan kedua kakinya. Kuayun pantatku naik turun tambah cepat membuat Ibu mertuaku semakin meringkih kegelian.

    “Ayo Do, kamu lama banget sih.. Ibu geli banget nih..” kata Ibu mertuaku.

    “Dikit lagi, Bu..!” sahutku. Ibu mertuaku membantuku keluar dengan menambah gerakan erotisnya. Pantatnya berputar-putar mengimbangi pompaanku. Bermenit-menit kukocok kemaluannya, aku mulai merasakan tanda-tanda. Kurasakan kenikmatan itu datang tak lama lagi. Tubuhku bergetar dan menegang, sementara Ibu mertuaku memutar-mutar pantatnya dengan cepat. Akhirnya…

    “Crrootttt… cccrrrrooottttt… ccrrroootttttt….”

    Kuhamburkan seluruh spermaku dalam-dalam ke memeknya. Ada sekitar 7 kali semburan pejuhku ke dalam memeknya.

    “Ahhcckk.. ahhk.. aduhh.. nikmatnya” kataku. Ibu mertuaku meresponnya dengan memelukku dengan erat.

    “Waduh banyak juga kayaknya kamu keluarkan pejuhmu untuk Ibu…” kata Ibu mertuaku sambil tersenyum.

    Kucabut Kontol ku yang sudah kembali ciut ukurannya dari jepitan memeknya, lalu berbaring di sampingnya. Aku terkulai lemas di sisi ibu mertuaku. Kemudian Ibu mertuaku mendekatiku dan merebahkan kepalanya di dadaku. Tangan halusnya membelai-belai perut sixpackku lalu bergerak turun untuk meremasi batang Kontol ku. Dia mainkan sisa cairan di ujung batangku. Aku sedikit kegelian begitu tangan Ibu mertuaku mengusap-usap kepala Kontol ku yang sudah kembali menciut.Sesaat kami saling bercanda sambil berciuman mesra. Setelah puas, kucium bibir Ibu mertuaku lembut, kemudian pamit keluar kamar untuk mandi. Tak lama ibu mertuaku ikut menyusulku mandi.

    Begitu istriku pulang, kami bersikap seolah-olah tak ada yang terjadi. Kami bertiga asyik mengobrol dan bercanda-canda. Namun saat kami berpandangan, dapat kulihat sorot matanya menatapku yang seakan-akan ingin mengulanginya kembali bersamaku.
    Semenjak hari itu aku sering mengingat kejadian itu. Bayangan Ibu mertuaku yang mendesah-desah nikmat merasakan pompaan Kontol ku ini sering menghiasi mimpi-mimpiku. Saat aku sedang menyetubuhi istrikupun, tetap saja ingatanku melayang ke situ. Kadang kalau aku tak sengaja menatap cermin meja rias istriku, terbayang peristiwa nikmat di hari yang indah itu. Bayangan aku dan Ibu mertuaku yang sedang asyik bergelut menimba gairah birahi.

    Kami saling mencabik, bergelut liar, dan mengerang-erang penuh kenikmatan. Kalau sudah begitu, Kontol ku akan bangun-tegak membesar memanjang-menuntut untuk dipuaskan kesenangan biologisnya. Akhirnya terpaksalah aku beronani untuk meredam kehausan seksual burung kesayanganku ini.
    Sudah empat hari ini Ibu mertuaku pergi dengan teman-temannya dalam acara koperasi Ibu-Ibu di daerah itu. Otomatis aku hanya bisa bertemu dengannya malam saja. Hingga sampai suatu hari. Saat itu Kamis jam 05.00 sore aku sudah ada di rumah, kulihat rumah sepi seperti biasanya.

    Sesampainya di rumah aku bergegas untuk mandi, karena aku sudah mampir dulu di sebuah gym tadi. Sebelum masuk ke kamar tidurku kulihat di kamar mandi ada orang yang mandi. Aku bertanya “Siapa di dalam?”

    “Ibu! Kamu sudah pulang Do..” balas Ibu mertuaku.

    “O, iya. Kapan sampainya Bu?” tanyaku lagi sambil masuk kamar.
    “Baru setengah jam sampai!” jawab Ibu mertuaku.
    Kuganti pakaianku dengan pakaian rumah, celana pendek dan kaos oblong. Aku berjalan ke dapur hendak mengambil handukku untuk mandi. Begitu handuk sudah kuambil aku bermaksud kembali lagi ke kamar, mau ambil pakaian kotor sekaligus ingin mengecek HPku sebelum mandi. Saat lewat kamar mandi, kulihat Ibu mertuaku keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang dililitkan ke tubuhnya. Aku menunduk mencoba untuk tidak melihatnya, tetapi dia tampak sengaja menubrukku.

    “Kamu mau mandi ya?” tanya Ibu mertuaku kepadaku.

    “Iya, emang kenapa Bu”? tanyaku. Mataku langsung saja tertumbuk pada payudaranya yang putih dan montok itu. Ingin rasanya kujilati dan kususui sepuasnya sampai dia keluar… aku menelan ludahku membayangkan itu.
    Dia langsung peluk aku dan cium pipi kananku, sambil berbisik dia berkata genit “Mau Ibu mandiin nggak?!”

    “Eh, Ibu. Emang bayi pake dimandiin segala” candaku.

    “Ayo sini.. biar bersih mandinya..” jawab Ibu mertuaku sambil mengerling nakal dan menarikku masuk ke kamar mandi.

    Sampai di kamar mandi aku taruh handukku sedangkan Ibu mertuaku membantu melepaskan kausku. Sekarang aku telanjang bulat, dan langsung mengguyur tubuhku dengan air. Ibu mertuaku melepaskan handuknya dan kitapun telanjang bulat bersama. Matanya bersinar-sinar memandangi tubuh telanjangku, seakan-akan dia ingin menelan habis diriku.

    Melihat tubuhnya yang telanjang, aku spontan menelan ludahku. Kontol ku mulai naik pelan-pelan melihat suasana merangsang seperti itu. “Eh, belum diapa-apain sudah berdiri?” kata Ibu mertua menggodaku dengan mencubit pelan batang Kontol ku. Aku mengisut malu-malu diperlakukan seperti itu. Kuambil sabun dan kugosok tubuhku dengan sabun mandi.
    Kita bercerita-cerita tentang hal-hal yang kita lakukan beberapa hari ini. Si Ibu bercerita tentang teman-temannya, sedangkan aku bercerita tentang pekerjaan, aktivitas olahraga, dan lingkungan kantorku. Ibu mertuaku terus menyabuni aku dengan lembut, sepertinya dia ingin membuat pengalaman mandiku kali ini istimewa.

    Sambil terus bercerita, Ibu mertuaku tetap menyabuniku sampai ke pelosok-pelosok tubuhku. Kadang sambil menyabuni, tangannya nakal bergerilya di tubuhku. Dicakarinya bukit dadaku. Kontol ku yang sudah tegang, dipegangnya dan disabuninya dengan lembut.
    Selesai disabun aku guyur kembali tubuhku dan sesudah itu mengeringkannya dengan handuk. Begitu mau pakai celana, Ibu mertuaku melarang dengan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum nakal. Kami lilitkan handuk di tubuh masing-masing. Setelah itu ditariknya diriku ke kamarnya.

    Sesampainya di sana, didorongnya dadaku ke atas kasurnya. Dia sendiri langsung mengunci pintu kamarnya. Aku tersenyum melihatnya seperti itu. Dia dekati aku, lalu dia lepaskan handuk di tubuhku dan tubuhnya. Kontol ku memang sudah hampir total berdiri. Dia langsung bergerak ke arah Kontol ku dan mulai mengulum Kontol ku. Pelan tapi pasti kurasakan batang Kontol ku yang sudah berdiri, tambah mengeras, memanjang, dan membesar seiring kulumannya di Kontol ku. Gairahku pun turut memuncak. Kupegangi kepalanya yang naik turun sambil mendesah-desah nikmat. Mataku merem melek merasakan kulumannya itu.
    Cuma sebentar dia ciumi Kontol ku, sekitar 10 menitan, langsung dia menaikiku kembali. Dia arahkan Kontol ku ke memeknya. ”Sleeppp…slleepp…sslleepp…” tiga kali tusukan, masuk sudah seluruh Kontol ku terbenam dalam memeknya. Dalam hati aku berpikir kalau Ibu mertuaku memang sudah rindu sekali ingin melakukannya lagi denganku. Dia angkat dan dia turunkan pantatnya dengan gerakan yang stabil. Aku pegang dan remas-remas payudaranya membuat dia seperti terbang ke awang-awang kenikmatan.
    Tak lama kuubah posisi bercintaku. Aku bangkit, kudekap dia sambil terus memompa Kontol ku dalam-dalam ke memeknya, bibir dan tanganku bermain-main di payudaranya. Desahan nikmatnya tambah keras dan goyangan pantatnya tambah liar merasakan rambahan mulut dan tanganku di payudaranya. Dan efeknya, putaran pantatnya membuatku seperti gila, matanya merem melek keenakan, dan aku jadi tambah bersemangat untuk menyodok memeknya.
    Menit-menit berlalu, gerakannya semakin cepat dan dia bersuara pelan “Oh… oh… ahcch…” tibalah dia ke puncak kenikmatannya. Dan tak lama kemudian tubuhnya menegang kencang dan dia jatuhkan diri ke pelukanku yang sudah kembali berbaring. Kupeluk dia erat-erat sambil mengatakan

    “Waduh.. enak banget ya?”

    “He-eh, enak” balasnya.

    “Emang ngeliat siapa di sana sampai begini?” godaku.

    “Ah, nggak ngeliat siapa-siapa, cuma kangen aja…” bisik mesranya ke telingaku. Kali ini aku kembali bergerak, kuciumi dia terlebih dahulu sambil kuremasi payudaranya. Kubuat dia mendesah geli dengan rabaan tanganku di punggung dan pinggulnya, dan kubangkitkan gairahnya kembali.

    Kutidurkan dia, lalu kunikmati kembali sekujur tubuhnya senti demi senti, mulai dari payudara hingga ke pangkal pahanya. Sampai di daerah memeknya, kujilati dinding memeknya sambil memainkan lobang memeknya dengan tanganku. Kujilati klitorisnya, kusedoti cairan memeknya yang mulai membanjir, dan kutusukkan memeknya dengan jari-jariku.

    Ibu mertuaku mendesis-desis seperti kepedasan dan mengeluh nikmat karena gerakanku itu. Terkadang dia membuka dan merapatkan pahanya yang indah untuk mendekap wajahku, seakan-akan dia ingin agar kepalaku masuk ke lobang memeknya. Sekitar 10 menit kumainkan kemaluannya, Ibu mertuaku mulai tidak sabar.

    “Ayo ah.. kamu ngebuat Ibu gila nanti…” kata Ibu mertuaku.

    Aku beranjak bangun dan menindihnya sambil mengarahkan Kontol ku masuk ke dalam memeknya. Kugesek-gesekkan dahulu kepala Kontol ku di kelentitnya, lalu pelan mulai kumasukkan Kontol ku ke lobang memeknya.

    Sleppp…sleppp… Pelan-pelan aku goyangkan Kontol ku, kadang kutekan pelan dengan irama-irama lembut. Tak lama masuk sudah Kontol ku ke dalam dan Ibu mertuaku mendesis seperti ular cobra. Kugoyang pantatku, kunaikkan dan kutekan kembali Kontol ku masuk ke dalam memeknya.

    Aku terus bergerak monoton dengan ciuman-ciuman mesra ke arah bibir Ibu mertuaku. Sambil kuciumi mulutnya, kumainkan kembali payudaranya. Kuraba dan kuremas payudaranya dengan lembut. Sesekali kumainkan juga kelentitnya. Ibu mertuaku hanya mengeluarkan desahan-desahan nikmat dengan matanya yang merem melek.

    Kulihat dia begitu nikmat merasakan pompaan Kontol ku di dalam memeknya. Dia jepit pinggangku erat dengan kedua kakinya untuk membantuku menekan batang Kontol ku, yang sejak tadi masih aktif mengocok lobang memeknya. Kedua tangannya memainkan rambut dan puting dadaku, sementara aku asyik menjilati lehernya. Cukup lama kami bermain, gerakan Ibu mertuaku bertambah liar.

    “Aku nggak kuat, Do..” desah ibu mertuaku. Tak lama kemudiannya, tubuhnya mulai kejang-kejang. Rupanya dia sudah mendekati puncaknya.

    “Ahhh…ohhh…Dohh…aku keluarrrr…” erang nikmat Ibu mertuaku.

    Pelukannya mengetat, dijambaknya rambutku yang membasah karena keringatku dengan tangan kanannya, dan dicakarnya punggungku dengan tangan kirinya. Dibenamkan wajahnya di dada bidangku. Digigitinya putingku, dan dihisapnya lembut. Lalu kurasakan batangku tersiram cairan memeknya yang meleleh karena orgasmenya yang kedua. Aku hentikan pompaanku di memeknya, kuberikan kesempatan dia untuk istirahat sejenak setelah keluar tadi.

    Setelahnya kuminta dia berganti posisi. Kali ini aku memintanya untuk menungging. Aku ingin menggaulinya dengan gaya doggie style. Ibu mertuaku tersenyum mendengar permintaanku.

    “Ohh…Puasin Ibu Doh…!”

    “Iya buh!” jawabku parau. Begitu dia menungging, kusaksikan pemandangan yang luar biasa dari posisi ini. Pantat Ibu mertuaku yang begitu bulat dan montok, begitu terawat berkat ketekunannya berolahraga dan minum vitamin, lobang kemaluannya yang begitu menggoda, dengan rambut kemaluannya yang terpotong rapi. Glekk… kutelan ludahku melihat pemandangan indah itu.

    Kujilati sebentar daerah kemaluan dan lobang anusnya itu. Kujilat dan kusedot-sedot memeknya dari belakang. Kumainkan juga lobang anusnya dengan lidah dan jari-jari tanganku secara bergantian. Ibu mertuaku mendesah-desah nikmat merasakan kenakalan tangan dan mulutku itu.

    “Ayyyoohhh…Ddohhh…Cepetannn masukiiinnn burungmuhh ituhhh…” Ibu mertuaku memohon dengan nada memelas. Sebenarnya aku masih ingin bermain di daerah miliknya, tapi khawatir istriku akan pulang sebelum perbuatan mesum kami ini selesai. Kuposisikan Kontol ku ke arah memeknya. Kumasukkan perlahan demi perlahan Kontol ku ke dalam miliknya. Sleeppp…sleep…bleeppp…masuk sudah seluruh Kontol ku tertelan memeknya, dan mulai kupompa dia.

    Tak lama kurasakan memeknya mulai membasah, seiring dengan semakin cepatnya pompaan Kontol ku di memeknya. Desah dan rintih penuh kenikmatan mulai terdengar kembali dari mulut kami berdua, seiring dengan meningkatnya intensitas persetubuhan itu. Keringat deras mulai bercucuran di sekujur tubuhku, dan beberapa di antaranya berjatuhan di tubuh Ibu mertuaku, yang juga sudah licin oleh keringatnya sendiri.

    “Dohh…ohhh…ahhh….ennaakkk…terusss…” desah nikmat Ibu mertuaku merasakan pompaan Kontol ku yang semakin cepat dan liar di memeknya. Kuremas-remas payudaranya dari belakang. Kumainkan juga lobang anusnya dengan jari tengahku.

    “Ohhh…aahhh…asshh…beginihh…Buhhh…?” tanyaku sambil terus memompa, sesekali menghujam-hujamkan Kontol ku hingga melesak jauh ke dalam memeknya.

    “Oohh…ahhh…Iyaahhhh…kaya…gituuhhh…” balas Ibu mertuaku, penuh kenikmatan. Aku semakin menambah kecepatan gerakanku apalagi setelah Ibu mertuaku memintaku untuk keluar berbarengan, aku menggeliat menambah erotis gerakanku. Hampir sejam sudah kami bergelut, bermandi keringat, lalu…

    “Acchh.. sshh.. ahhh.. ohhh” desah Ibu mertuaku sambil menjepit erat-erat Kontol ku dalam memeknya. Keluar sudah cairannya membanjiri Kontol ku. Semenit kemudian ketika aku hampir keluar, kutekan dalam-dalam Kontol ku ke dalam memeknya. Dengan jeritan yang keras, kuhamburkan spermaku keluar dan masuk ke dalam memek Ibu mertuaku.

    “Crrroooottttt… ccrrrrooottttt…. Cccrrrrrooottttt….”

    “Ahhcckk.. ahhk.. aduhh.. oohh…nikmatnya” desahku. Aku benar-benar puas dibuat Ibu mertuaku, sepertinya spermaku benar-benar banyak keluar, membasahi lobang dan dinding memek Ibu mertuaku. Untuk sesaat kami masih mempertahankan posisi seperti ini, sambil merasakan sisa-sisa nikmatnya orgasme. Aku terus memegang erat pinggulnya erat-erat sambil sesekali menekan Kontol ku dalam-dalam, memastikan tak ada spermaku yang tersisa di kepala Kontol ku. Lalu kutarik Kontol ku dari dalam memeknya.

    Kuperhatikan spermaku dan cairan birahinya, meluap keluar dari lobang memeknya saat kutarik Kontol ku dari sana.

    “Mungkin nggak ketampung makanya tumpah” komenku dalam hati.

    Ibu mertuaku langsung berbalik posisi dan berbaring disusul aku kemudian. Dia langsung merebahkan kepalanya di dadaku sambil memeluk diriku mesra. Tangannya membelai-belai dadaku dan puting-putingnya. Sesaat kami masih saling bercanda, sambil berciuman mesra, dan meremas anggota seksual pasangannya. Sesudahnya aku beranjak bangkit, pamit ke kamar mandi lalu mandi lagi.Kubersihkan sekujur tubuhku dari sisa-sisa keringat dan sperma di Kontol ku. Ibu mertuaku pun menyusul mandi tak lama kemudian.

    Setelah peristiwa nikmat yang kedua di hari itu, hubunganku dengan Ibu mertuaku menjadi tambah mesra saja. ‘Kuhajar’ dia di mana saja, di kamar mandi, kamarnya, kamarku, dapur, dan di ruang tamu kalau suasananya mendukung. Kadang kalau lagi nafsu-nafsunya dia sering mengajakku bercinta secara kilat di mana saja dia mau. Sebenarnya aku berusaha menghindar untuk berkencan lagi dengannya, tetapi kita hanyalah manusia biasa yang terlalu mudah tergoda dengan hal itu.
    Aku selalu terangsang dengan kemolekan tubuh, kemampuan oral, dan jepitan memeknya. Sebaliknya dia tergila-gila dengan tubuh atletis, ukuran burung, dan keperkasaanku di atas ranjang. Hubungan mesum kami terus berlanjut selama enam bulan ke depan, hingga akhirnya dia memutuskan pindah dari rumahku. Ibu mertuaku pindah ke rumah anaknya yang sulung, aku tahu maksudnya. Tetapi istriku tidak menerimanya dan berperasangka negatif bahwa dia tidak mampu menjaga ibunya yang satu itu.

    Cerita Sex Mertua | Cerita Sex Selingkuh | Cerita Ngentot Mertua

  • Cerita Panas Sepupuku Lisa Yang Kena Entot

    Cerita Panas Sepupuku Lisa Yang Kena Entot


    1375 views

    Perawanku – Ini adalah kisahku sebenarnya. Dalam cerita ini aku buat nama-nama tokoh kisah ini dengan nama yang berbeda, karena aku takut orang yang bersangkutan dengan cerita ini mengetahui, makanya aku buat demikian. Kisah ini adalah pengalamanku sebenarnya yang terjadi sekitar bulan januari 1982 dimana namaku (tokoh) dan tempat kejadiannya kurubah.

    Jika ada di antara pembaca merasa terbawa dalam kisahku ini aku mohon maaf kepada saudara/i. Sebelumnya aku perkenalkan diriku dulu. Namaku Sultan, wajahku lumayan lah. Kata teman-temanku, aku tampan. Itu kata mereka, kalau menurutku, aku biasa-biasa saja. Aku anak dari seorang pejabat. Papaku bekerja di suatu kantor pemerintahan, waktu itu ayah menjabat sebagai wakil walikota.

    Awal kisah ini terjadi sekitar awal Januari, dimana waktu itu aku sedang sendiri di rumah, sedang nonton TV tiba-tiba aku di kejutkan oleh suara bel berbunyi.Kringg.. kring.. suara bel berbunyi itu membuat aku terkejut.Kemudian aku membuka pintu, aku melihat seorang gadis berdiri menggunakan baju kaos berwarna putih dan rok mini berwarna hijau sampai ke lutut, wajahnya cantik dan sedap dipandang mata.Aku bertanya, Cari siapa dik..?Dia balas dengan bertanya, Benarkah ini rumah paman Rizal..?Aku terkejut, karena nama yang dia sebutkan adalah nama papaku. Kemudian aku bertanya lagi.Adik ini siapa?Dia hanya tersenyum. Senyumannya manis sekali, lalu aku jawab, Benar, ini rumah paman Rizal, sambungku lagi.Dan sekali lagi dia tersenyum, manis sekali, membuat hatiku dag dig dug.Aku bertanya lagi, Adik ini siapa sih..?Sambil terseyum dia memperkenalkan dirinya, Namaku Lisa, kata-katanya terhenti, Aku datang kemari disuruh mama untuk menyampaikan sesuatu untuk paman Rizal.Oh iyah.. aku sampai lupa mempersilakan dia masuk ke rumah. Lalu kusuruh dia masuk.Silakan masuk, kataku.Aku persilakan dia masuk, Kan ngga enak bicara di depan pintu, apa lagi tamu.Setelah berbicara sebenter di depan pintu, dia masuk dan duduk di kursi ruang tamu. Setelah kupersilakan duduk, aku mulai bertanya lagi tentang dia, dan siapa dia bagaimana hubungannya dengan papaku.Kalau boleh tau, adik ini siapa yah..?Hihihi.. dia tertawa, aku jadi heran, tetapi dia malah tertawa.Kalau ngga salah, pasti abang ini bang.. Sultan yah? sambungnya.Aku terkejut, dari mana dia tahu namaku, lalu aku bertanya, Kog adik tau nama abang?Lalu dia tertawa lagi, Hihihi ..tau dong.Masa abang lupa sama aku? lanjutnya. Aku Lisa, bang. Aku anaknya tante Maria, celotehnya menjelaskan.Aku terkejut, ..ah.. jadi kamu anaknya tante Maria? tambahku.

    Aku jadi termangu. Aku baru ingat kalau tante Maria punya anak, namanya Lisa. Waktu itu aku masih SMP kelas 3 dan Lisa kelas 1 SMP. Kami dulu sering bermain di taman bersama. Waktu itu kami belum tahu tentang apa yang namanya cinta/sex dan kami tidak berjumpa lagi karena waktu itu aku pergi ke Australia sekitar 2 tahun. Sekembalinya dari Autralia aku tidak pernah ke rumahnya karena sibuk sekolah. Sudah kira-kira 3 tahun kami tidak berjumpa, sampai aku mahasiswa tingkat 2, aku tidak ingat namanya lagi, kini bertemu sudah besar dan cantik lagi.Lalu kubertanya kembali menghamburkan lamunanku sendiri, Bagaimana kabar mamamu? tanyaku.Baik jawabnya.Kamudian dia mengulangi maksud dan tujuannya. Katanya, papaku diminta mamanya untuk datang ke rumahnya untuk membicarakan sesuatu hal.Lalu aku balik bertanya dengan penasaran, Kira-kira yang akan dibicarakan apa sih..?Dia menjawab sambil tersenyum manis nan menggoda. Sambil tersenyum, aku memperhatikan dirinya penasaran.

    Tiba-tiba dia bicara, Ternyata abang ganteng deh, ternyata mama ngga salah bilang.Aku jadi salah tingkah dan wajahku memerah karena dipuji. Adik ini ada-ada saja pikirku. Kemudian aku sambut kata-katanya, Ternyata tante Maria punya anak cantik juga. dia hanya tersenyum saja.Paman Rizal kemana bang? dia bertanya membuka keheningan.Belum pulang kerja. jawabku.Hmmm gumamnya.Ya udah deh, titip pesen aja gitu tadi, ya bang! memastikan.Iya oke. jawabku pasti.Jangan lupa yah..! lebih memastikan.Iya.. aku tegaskan lagi.Oke deh.. kalau gitu Lisa pamit dulu yah.. ngga bisa lama-lama nih.. mama bilang jangan lama-lama. jelasnya. Pamit yah bang! tambahnya.Oke deh, mengiyakan. Hati-hati yah! sambungku seperti cowok-cowok lain pada cewek umumnya.Dia hanya tersenyum menjawabnya, Iya bang

    Nah, detik itu jugalah momen itu terjadi. Tidak tahu kenapa dia tiba-tiba menarik tanganku dan mencium pipiku. Bercampur rasa bingung dan asyik di hatiku.Waduh buat apa itu tadi? tanyaku bodoh. Dia hanya tersenyum.Abang ganteng deh, jelasnya sambil melepaskan pegangan tangannya.Nah, itu dia, karena menurutku aji mumpung perlu diterapkan, aku menangkap tangannya dan balik mencium pipinya. Dia menjadi kaget dan aku hanya tersenyum saja, memasang wajah innocent yang jauh dari sempurna. Balas dendam pikirku. Karena kepalang keasyikan dan sudah timbul nafsu. Aku memberanikan diri lagi untuk mencium bibirnya mengusik kediamannya karena kaget pada ciuman pertamaku tadi.

    Mumpung rumah sepi kesempatan nih.. pikirku dalam hati.Aku memberanikan diri untuk lebih lagi dengan meraba tonjolan yang ada di dadanya yang terbungkus bra dari luar.Dia mendesah, ..ahh..hem..Tonjolannya agak lumayan kalau tidak salah taksir, kira-kira 32b besarnya. Karena sudah sangat bernafsu, dan ego kelelakianku meningkat, hasrat itu pun timbul. Aku belai tubuhnya perlahan dan terus menaik sampai ke lehernya. Kubuka baju yang dia pakai hingga terlepas. Dan aku terus meraba bongkongnya yang lumayan juga besarnya kalau tidak salah taksir dapurnya kira-kira 61.Seperti penyanyi saja, gumamku dalam hati.

    Karena keadaan kurang memungkinkan, kugendong dia ke kamarku sambil kami berciuman terus. Kurebahkan dia di kasur dan kutindih dia. Kubuka perlahan-lahan kaos yang dia pakai dan BH-nya aku buka hingga polos. Terpampang di depanku sebuah pemandangan yang indah, sebuah gunung dua yang sangat indah dengan pucuknya berwarna merah ranum. Aku dengan rakusnya meremas dan mengulum kanan dan kiri. Tanganku dengan aktif terus menjalar ke rok yang dia pakai. Perlahan-lahan aku turunkan hingga terbuka semuanya. Aku melihat kodam (kolor,dalam) warna putih dengan berenda bunga. Kubuka perlahan-lahan dengan sabar, hati-hati dan lembut. Tiba-tiba dia menepis tanganku.Jangan bang..! Jangan bang..! dia memohon, tetapi aku yang sudah dirasuki setan tidak ambil pikir.Kemudian kucium bibirnya dan kuremas kembali gunungnya. Dia terangsang. Kucoba mengulang kembali, kutarik kodamnya (kolor,dalam) perlahan-lahan. Dia tidak menepis tanganku, terus kubuka dan kuterpana melihat pemandangan yang begitu indah yang tidak bisa dikatakan dengan kata-kata. Aku melihat sebuah kemaluan yang masih gundul yang hanya dikelilingi dengan rambut yang masih belum lebat.

    Kusibak hutan yang masih agak gundul. Ada cairan bening yang keluar dari dalam hutannya. Dia sudah terangsang. Kubuka bajuku tergesa-gesa. Pakaianku hanya tinggal kodam (kolor dalam) saja tetapi Ucokku (kejantananku) sudah mau lompat saja, ingin mencari sasaran. Sudah tidak tahan ucokku sehingga aku langsung meraba hutannya. Kusibak (buka) hutannya dan aku menciumnya. Kemudian kujilat semacam daging yang keluar dari kemaluannya. Kujilat terus kelentitnya hingga dia meyilangkan kakinya ke leherku.Ahh.. ohh.. yaa.. desahnya.Kumasukan jari tanganku satu dan kukorek-korek dalam hutanya. Dia semakin merapatkan kakinya ke leherku sehingga mukaku terbenam dalam hutannya. Aku tidak bisa bernafas. Aku terus hajar hutannya.

    Hauhh.. ahh.. yahh.. huhhh.. terdengar suara desahya.Aku terus hisap sehingga timbul suara yang entah dia dengar atau tidak. Kemudian perlahan-lahan kakinya agak melonggar sehingga aku bisa nafas dengan bebas kembali. Aku terus menghisap dalam hutannya. Setelah puas kubermain di hutanya, kuhisap lagi gunung kembarnya, kiri dan kanan.Bang.. aku udah ngga tahan nih.. mau keluar.. desahnya.Kupercepat lagi hisapanku, dia merintih.Ahh.. oohhh.. yahh.. serrrr.. dia lemas. Ternyata dia sudah klimaks.Kubuka kodamku dan kejantananku ini kukeluarkan. Taksiranku, kejantananku kira-kira 18 cm panjangnya kalau sudah tegang. Kubimbing kejantananku (ucok) ke arah hutannya. Kugesek-gesekan kejantananku pada liang kelaminnya, kusodok perlahan-lahan. Awalnya meleset, tidak masuk. Wah, ternyata dia masih perawan. Kucoba lagi perlahan-lahan, tidak juga bisa masuk. Kuberi air ludah ke batang kejantananku agar tambah licin. Kemudian kucoba lagi, hanya masuk ujung kepalanya saja, dia merintih.

    Aduh.. sakit bang.. sakit.. rintihnya.Aku berhenti sejenak, tidak melanjutkan sodokanku, kukulum lagi gunungnya, dadanya terangkat ke atas. Tidak lama dia terangsang lagi, lalu kucoba lagi untuk meyodok (seperti permainan bola billyard). Kusodok terus dengan hati-hati, aku tidak lupa memberi ludahku ke kejantananku. Karena hutannya becek akibat klimaks tadi jadi agak licin sehingga kepala kejantananku bisa masuk dia merintih.Aduh.. sakit bangTahan dikit yah.. adikku manis..`ngga sakit kok.. cuman sebentar aja sakitnya bisikku di daun telinganya.Dia diam saja. Kusodok lagi, akhirnya masuk juga kepala si ucok, terus kusodok agak keras biar masuk semua.Slupp.. blesss.. dan akhirnya masuk juga ucokku. Dia menggigit bibirnya menahan sakit. Karena kulihat dia menahan sakit aku berhenti menunggu dia tidak kesakitan lagi. Ucokku masih terbenam dalam hutannya, kulihat dia tidak menggigit bibirnya lagi. Kusodok lagi ucokku perlahan-lahan dan lembut, ternyata dia meresapinya dan kembali terangsang. Kusodok terus.

    Ahh.. auuohhh.. yahh.. terus bang.. pintanya karena dia teransang hebat sambil mengoyangkan pinggulnya ke kiri kanan. Rupanya dia sudah tidak kesakitan lagi. Semakin kuat kusodok.Auoohhh.. ahhh.. yahh.. uhhh.. terus bang! kakinya dililitkan ke leherku.Ahh.. yaa.. rintihnya lagi, terus kusodok agak keras.Selupp.. selup.. suara ucokku keluar masuk, aku juga merasakan ada denyutan dalam hutannya seperti menghisap (menarik) ucokku. Rasanya tidak bisa dikatakan dengan kata-kata.Yahh.. aouuhh yahh.. suaraku tanpa sadar karena nikmatnya.Bang.. enak bang. kusodok terus.Uohh.. ahhh.. yahh.. terusss bang! Yahh.. yahh.. ngga tahan nih bang.. dia terus berkicau keenakan, oohh.. yahh aouuhh.. yaa.. i coming.. yes.. terus dia berkicau.Entah apa katanya, aku tidak tahu karena aku juga merasakan sedotan dalam hutanya semakin kuat.

    Dia meremas kain penutup tilam sampai koyak. Aku terus meyodok dan terus tidak henti-henti.Aouhhh.. ahhh.. yahh.. yaa.. mau keluar nih bang.. dan, Slerrrr dia keluar, terasa di kepala ucokku. Dia klimaks yang kedua kalinya.Aku terus memacu terus mengejar klimaksku, Yahh.. aouuu.. yahh.. ada denyutan di kepala ucokku.Yahh.. ahhh.. aku keluar, kutarik ucokku keluar, kuarahkan ke perutnya.Air maniku sampai 3x menyemprot, banyak juga maniku yang keluar, lalu kukecup keningnya.Terima kasih.. aku ucapkan.Kulihat ada bercak darah di sprei tilam, ternyata darah perawanya. Lalu kuajak dia membersihkan diri di kamar mandi, dia mengangguk. Kami mandi bersama. Tiba-tiba ucokku bangkit lagi melihat bongkongnya yang padat dan kenyal itu. Kutarik bokongnya dan kutunggingkan. Kusodok dari belakang.Aduh.. gumamnya karena masih agak sempit dan masih terasa ngilu karena baru hilang keperawanannya.

    Dia terangsang kembali, kuremas gunung kembarnya, aku berdengus. Ahh.. aouhhh.. yaaa.Crottt.. croottt.. crottt.. kukeluarkan maniku dan kutumpahkan di bokongnya.Kami terus bermain sampai 3 kali. Aku teringat kalau sebentar lagi mama akan pulang, lalu kusuruh cepat-cepat si Lisa mandi dan mengenakan pakaiannya. Kami tersenyum puas.Terima kasih yah bang, aku tersenyum saja dan aku mencium bibirnya lagi serta membisikkan ke telinganya, Kapan-kapan kita main lagi yah!Dia hanya tersenyum dan, ..iya, jawabnya.Setelah berpakain dan merapihkan diri, kuantar dia ke depan rumah. Dan ciuman manis di bibir tidak lupa dia berikan kepadaku sebelum pergi. Aku hanya bisa melihat dia berjalan pergi dengan langkah yang agak tertatih karena merasakan nyeri di selangkangannya.Oh nikmatnya dunia hari ini. pikirku dalam hati sambil menutup pintu.

  • Kisah Sex Antara Bagus Dan Mbak Mirna Yang Montok – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Kisah Sex Antara Bagus Dan Mbak Mirna Yang Montok – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1540 views

    Perawanku – Namaku Bagus, 28 tahun, kisah ini terjadi 3 tahun lalu ketika aku memulai karir baru sebagai auditor di PTPN IV di kawasan perkebunan Teh di Jawa Barat.

    Aku tinggal seorang diri di rumah dinas mungil dan asri semi permanen di sekitar kebun. Untuk keperluan bersih2 rumah dan mencuci pakaian aku mempekerjakan seorang pembantu harian, mbak Mirna.

    Wanita ini berumur 44 tahun, hitam manis, tinggi skitar 160 dan tubuhnya sedikit gempal. Mbak Mirna asli Solo, dia menikah dan ikut suami yg bekerja di perkebunan ini. 5 tahun yg lalu suaminya wafat dan meninggalkan seorang balita perempuan berumur 5 tahun. Mbak Mirna mengontrak rumah kecil di desa sekitar perkebunan bersama ibu mertuanya yg sdh tua.

    5 bulan mbak Mirna melayani keperluanku dgn baik, meski agak pendiam dan memang kami jarang bertemu kecuali di akhir pekan. Gaji yg aku berikan sebenarnya diatas pasaran, ttp mungkin karena besarnya kebutuhan beliau sesekali meminjam uang dariku. Belakangan mbak Mirna meminjam uang lebih besar dari biasanya, setelah aku tanya dgn detail akhirnya dia mengakui telah terjebak rentenir akibat kebiasanya membeli togel dan arisan.

    Tidak mengerankan, hanya beberapa bulan berlalu mbak Mirna telah meminjam uangku lebih dari 2 jt, dan pada usahanya meminjam terakhir aku menolaknya dengan halus.

    Pagi itu dia sangat bingung dan panik, dengan meneteskan air mata beliau mencoba terus memohon utk memberinya pinjaman sekitar 1,5 jt utk menutupi tuntutan hutang dari bandar judi togel di desa.
    Aku kembali menolak dengan tegas, dan mbak Mirna terus terisak.

    Aku memperhatikan wanita paruh baya ini dgn seksama, wajahnya seperti kbanyakan wanita jawa pada umumnya,tdk cantik tp aku akui masih terlihat lebih muda dari umurnya. Dan sebenarnya selama ini juga aku sesekali melirik tubuh bawahnya yg msh kencang dan bahenol walau pikiran kotorku tdk melangkah lebih jauh.

    Semalam, aku dan beberapa temanku sempat iseng nonton film blue sambil makan sate kambing dari warung makan Pak Kirun di ujung desa dan minum beberapa botol anker bir.
    Pagi itu terasa akumulasinya. Kesadaranku belum begitu pulih.

    Aku mencoba menepis pikiran itu, bagaimanapun itu bukan diriku yang sebenarnya. Mbak Mirna juga jauh dari tipe wanita yg aku inginkan. Terlebih aku takut dengan akibat yg bisa saja terjadi. Bagaimana kalau dikemudian hari kenekatanku akan berbalik menjadi bencana utk diriku dan karir.

    Pikiranku masih silih berganti antara pertimbangan kotor dan waras. Mbak Mirna masih duduk bersimpuh di depanku sambil melelehkan air mata. Ruangan menjadi sunyi. Well, aku tidak mungkin tega menolak permohonanya, tapi setidaknya dia harus belajar utk berfikir panjang.
    “Jangan duduk di lantai mbak, dikursi aja, saya jadi gak enak” aku memulai bicara.
    “Nggih Den..”

    Dia bangkit untuk berdiri,bagian bawah pada daster lusuh itu sedikit tersingkap ketika dia berdiri, ada bagian yg tidak sengaja menyangkut pada tonjolan kepala peniti pada kancing terbawahnya,sebagian pahanya yang besar dan lututnya terkuak
    dihadapanku beberapa detik. Buru2 dia menariknya kebawah begitu tersadar. Pikiranku kembali kacau.

    “Hmm…bingung saya mbak..”Jawabku, kepalaku masih terasa pusing hasil minum2 semalam, aku menekan sisi kiri kepalaku.
    “Kenapa den, pusing?” Tanya mbak Mirna.
    “Iyah, semalem begadang sm temen2..” Jawabku.
    “Mbak ambilin aer putih sebentar..”Serunya sambil segera berlalu ke dapur.

    Sekelebat aku masih sempat melihatnya melangkah pelan, setan makin kuat mempermainkan pikiranku. Bongkahan pantat itu bergoyang2 dibalik daster, mungkin pakaian dalamnya sdh sempit, dan bayangan tentang pahanya yg td sempat terlihat itu makin menggangguku.

    “Makasih mbak” ujarku ketika menerima segelas air putih dan meminumnya perlahan.

    Mbak Mirna masih berdiri di depanku, menungguku selesai minum. Aku menyumpahinya dalam hati, melihat tubuhnya lebih dekat seperti itu pikiranku makin terpuruk.
    “Duduk aja mbak, santai aja, kita bicarain dengan tenang ” ujarku.
    “Iya den..” Jawabnya pelan.
    “Gak kebanyakan mbak mo minjem segitu?, terus terang saya keberatan, kayaknya yg kemaren2 sudah cukup..” Ujarku memulai kembali pembicaraan.
    “Sebenernya utangnya sejuta tuju ratus den, tapi mbak nambain pake simpenan dirumah, tolong banget den, mbak sebenernya malu banget tp kepaksa..”Jawabnya dengan suara lirih.

    “Waduh..”Jawabku terputus.
    Aku kembali terdiam, kepalaku masih terasa pusing. Aku menatap pemandangan luar dari jendela. Sebenarnya tidak jadi soal utk soal jumlah uangnya, cuma sisi gelapku masih mencoba meyakinkanku utk mengambil kesempatan.

    Mbak Mirna menatap ke lantai, pikiranya masih kalut. Dia menanti jawabanku dengan putus asa. Aku akhirnya menyerah, biarlah, ini utk terakhir aku membantunya, dan berharap dia segera pulang agar sesuatu yg terburuk tidak terjadi pagi ini.
    “Okay mbak, sebenarnya ini berat buat saya..” Ujarku.
    “Mbak rela ngelakuin apa aja den supaya den percaya mbak mau balikin uangnya..”Sergahnya.

    “Apa aja..” Waduh, kata2 itu sangat menggelitik benakku. Perempuan bodoh, seruku dalam hati.
    “Ngelakuin apa aja maksudnya apa nih mbak..”Tanyaku sambil tersenyum.
    “Apa aja yg den Bagus minta mbak kerjain ..”Jawabnya lugu.
    “Selain urusan rumah memang apa lagi yg bisa mbak kasih ke saya?” Kalimatku mulai menjebak.
    “Hehe..apa aja den..” Jawabnya sambil tersipu.
    “Mbak..mbak..hati2 klo ngomong..”Aku menghela nafas menahan gejolak batin.
    “Maksudnya apa den..”Tanyanya heran.
    “Saya ini laki2 mbak, nanti kalo saya minta macem2 gimana..”Lanjutku mulai berani.
    “Mbak gak paham den..” Wajahnya masih bingung.
    “Yaa gak usah bingung, katanya mau ngelakuin apa aja..”Godaku.
    “Yaa sebut aja den, nanti mbak usahain kalo memang agak berat dikerjain..”Jawabnya.
    “Walah..mbak..mbak..yaa sudah saya ambil uangnya sebentar, tapi janji yah dikembaliin secepatnya”aku berusaha menyudahi percakapan ini.
    “Makasih den..makasih banget..”Jawabnya lega.
    “Tapi emangnya den Bagus tadi mau ngomong apa,mungkin mbak bisa bantu?”Lanjutnya.

    Aku yg tengah berjalan menuju kamar terhenti, kali ini pikiranku sudah tidak terkontrol lagi, kalimat itu seperti akan meledak keluar dari mulutku.

    Aku membalikan badan, menatapnya dengan seringai aneh.
    “Mbak yakin mau nurutin apa aja kemauan saya?”Sergahku.
    “Iya den, ngomong aja..”Jawabnya.

    Dasar perempuan bodoh ujarku dalam hati.
    ” Saya kepengen mbak masuk ke kamar saya..”Kalimat selanjutnya seperti tercekat ditenggorokan.
    “Terus Den?” Tanyanya penasaran.
    ” Mbak temenin saya tidur..”Ucapanku serasa melayang diudara, jantungku berdegup kencang.

    Wajahnya sontak kaget dan bingung. Aku tau dia pasti akan bereaksi seperti itu, tapi salahnya sendiri. Aku sudah berusaha keras utk menahan diriku utk tidak berniat aneh pada dirinya tapi kesadaranku belum penuh utk melawan kegilaan ini.

    “Maksudnya..maksudnya apa den..mbak kok jadi takut..”Wajahnya mulai memucat.
    “Iya temenin saya di ranjang, saya lagi kepengen gituan dengan perempuan sekarang..”Jawabku, aku tau mukaku memerah.

    “Mmm…tapi..tapi itu kan gak mungkin den..”Ujarnya dengan suara pelan.
    “Mungkin aja kalo itu syaratnya mbak mau pinjem uang..”Jawabku .

    Ruangan kembali sunyi, mbak Mirna tertunduk, menggenggam kedua tanganya dengan gelisah. Ada rasa sesal telah mengucapkan kalimat tadi, tapi sudah terlanjur. Aku sudah tidak mungkin menariknya, sekarang biar sisi gelapku yg bertindak.
    “Gimana mbak?” Tanyaku sambil kembali duduk dikursiku.
    “Tapi itu gak mungkin Den..gak mungkin..mbak bukan perempuan kaya gitu..” Jawabnya, suaranya kembali lirih.
    “Hhhh…” Aku menghela nafas berat.

    Mbak Mirna wajahnya kembali muram, matanya menatap ke luar pintu, kosong, sperti berpikir keras.
    “Mbak gak nyangka kok aden bisa2nya minta yang kaya gitu..mbak ini sdh tua..gak pantes ..”
    Aku diam beberapa saat. Ada rasa amarah tanpa alasan bermain dipikiranku.
    “Itulah laki2 mbak..” Hanya itu kalimat yg bisa meluncur dari mulutku.

    Dia mungkin menyesal telah mengucap kata2 yg tadi memancing kenekatanku. Tapi situasinya sudah terjepit, wanita lain mungkin akan menghardiku dan segera pergi menjauh, sementara mbak Mirna tidak punya pilihan lain.

    “Sekarang terserah mbak, saya tetep kasih uang yg mbak minta, kalo mbak mau menuhin kemauan saya okay, gak juga silahkan..”Jawabku pelan sambil melangkah ke kamar.

    Aku kembali ke ruang tamu dengan sejumlah uang ditangan. Aku meletakanya pelan di atas meja kecil di depannya. Wajahnya masih terlihat tegang, dia hanya melirik sebentar ke arah meja kemudian kembali tenggelam dalam pikiranya.

    Kami kembali sama2 membisu. Sesekali aku menatapnya, dia menyadari tengah diperhatikan olehku.

    “Den…apa aden yakin …?” Tiba2 dia berucap.
    “Sebetulnya saya gak tega mbak, tapi entahlah..itu yg ada dalam otak saya sekarang..terserah mbak de..”Jawabku dengan tenang.

    Matanya berkaca2 menatap langit2 ruangan, perasaanya pasti tertekan. Dia kembali terdiam.

    “Hmmmm…baiklah Den..mbak gak tau lagi mo ngomong apa, atau harus kaya mana sekarang..kalo itu maunya aden..terserahlah..jujur aja mbak teh takut banget..mbak bukan prempuan gitu den..mbak memang janda..tapi bukan..”
    “Sudahlah mbak, klo memang bersedia, skarang saya tunggu di kamar, kalo keberatan, silahkan ambil uangnya dan segera pulang..”Ujarku tegas, kemudian aku bangkit berdiri dan melangkah ke kamar.

    Aku membaringkan tubuhku di kasur, trus terang aku pun dilanda ketakutan.Aku tengah dilanda gairah, tapi was2 dengan kemungkinan buruk yg bisa saja terjadi.

    Butuh beberapa menit menunggu, pintu kamarku yg memang tidak terkunci perlahan2 bergerak terbuka. Mbak Mirna melangkah masuk sambil tertunduk, terlihat sangat kikuk.

    Dia berdiri menatapku di samping ranjang, tatapanya penuh arti. Well, kalo saja aku tidak terlanjur berpikiran mesum mungkin aku segera berlari keluar kamar, aku merasakan takut yg sama seperti yg dirasa mbak Mirna.

    Tapi aku berusaha tenang, aku bangkit dan duduk di pinggir kasur.
    “Mbak yakin mau ngelakuin ini”?tanyaku.
    “Hhh..sekarang smuanya terserah aden aja..”Jawabnya pasrah.

    Aku menatapnya lekat2, pandanganku menelusuri seluruh tubuhnya, seperti ingin menelannya hidup2.

    Tangan kananku meraih jemari kiri tanganya. Aku memegangnya pelan, jemari itu terasa dingin dan gemetar.

    Memang sudah harus kejadianya seperti ini, apa lagi yg aku tunggu ujarku dalam hati. Makin cepat makin baik, setan itu membisiki bertubi2.

    Aku menarik tangan itu agar tubuhnya mendekat. Niatku sebelumnya ingin memeluknya terlebih dahulu, tapi nafsuku sudah tidak tertahankan. Aku segera meneruskan dorongan tubuhnya yg limbung terhempas ke atas kasur.

    Begitu dia terhenyak di sampingku, aku langsung menerkamnya, menghimpitnya dibawah tubuhku dan ciumanku langsung mendarat dibibirnya.

    Aku tidak memberikanya waktu utk berpikir, aku melumat2 bibirnya, menciumi dengan kasar lehernya dan trus bergerak menjelajahi bagian dadanya.

    Nafasnya tersengal, wajah itu masih terkaget2 dengan apa yg sedang aku lakukan. Jemariku segera beraksi, aku menjamah bongkahan pahanya dibawahku, daster itu telah tersingkap ke atas.

    Aku seperti kesetanan menciumi pahanya yg besar, mengecup berkali2 selangkanganya dan jemari tanganku yg lain langsung meremas buah dadanya. Gerakanku cepat terburu nafsu.

    Sebentar saja seluruh tubuhnya telah ku jamah. Aku masih menciuminya membabi buta. Tak lama kemudian aku bergerak cepat membuka lepas pakaianya.

    “Den..jangan den..sudaah..” Serunya ketika aku kembali menciuminya,hanya hanya bra dan celana dalamnya yg tersisa menutupi tubuhnya. Seraya kedua tanganya berusaha mendorong tubuhku.

    Aku tidak memperdulikan perlawananya. Aku menduduki perutnya sambil kedua tanganku bergerak melepas bajuku.

    Nafasku memburu, yg keluar dari mulutku hanyalah desahan penuh nafsu angkara murka. Wanita ini makin ketakutan melihatku.

    Kemudian aku bangkit berdiri di atasnya. Kedua tanganku bergerak cepat melepas celana pendek dan celana dalamku. Mbak Mirna menangis.

    Aku tidak perduli lagi, kejantananku telah berdiri mengacung di atasnya, mbak Mirna makin panik melihatku. Jemariku bergerak2 mengocok2 cepat batang penisku sehingga semakin keras berdiri, matanya terpejam basah.

    “Den..sudahlah den…jangan..sudahlah..mbak gak jadi pinjem uang..sudaaah..”Jeritnya ketika aku kembali menduduki perutnya. Dia berusaha meronta tapi kedua tanganku dengan kuat menahan tanganya pada kedua sisi bantal.

    “Sudah telat mbak” Suaraku bergetar menghardiknya.

    Aku memaksa kedua paha sekel itu terbuka, dia masih berusaha menutupnya rapat. Kami bergumul beberapa saat, begitu ada celah aku segera menekan kuat selangkanganku di dalam jepitan pinggul mbak Mirna.

    Dengan gerakan kasar aku menarik ke samping paha kirinya. Tanganku langsung bergerak menuntun penisku ke arah vaginanya.

    Aku sempat salah memposisikanya, dorongan penisku menggesek keluar di atas permukaan kemaluanya. Pada percobaan kedua kepala penis itu langsung menusuk masuk.

    Mbak Mirna menjerit terperikan oleh rasa sakit..Wajahnya meringis,matanya menyipit menahan perih diselangkanganya. Dia sangat terkejut ketika benda itu menerobos masuk.

    “Ahhh…shhh…oohhh..” Desahku,terasa nikmat menjalar melalui kejantananku hingga naik ke otak, aku seperti terbakar. Melihat kemaluan mbak Mirna yg berbulu lebat membuatku makin bernafsu. Tubuh kami masih terdiam kaku beberapa saat.

    Aku sedikit menarik penisku dan menusuknya kembali di dalam, mbak Mirna kembali tersedak,urat lehernya menegang, matanya menatap ke arah selangkangan, lelehan air mata itu masih mengalir dipipinya.

    Aku kembali mengulanginya, kali ini aku mendorongnya lebih keras. Mbak Mirna makin menjadi tangisnya.
    “Ouhh..huuhuu..huhuu..deen..sudah denn…sudaaah..” Rintihnya sambil memegang bahuku keras.

    ….Selanjutnya aku lupa diri, aku meliuk2 menyodok selangkanganya. Penuh tenaga, makin lama makin cepat gerakanku. Bunyi derit ranjang kayu itu menambah seru suasana.

    Wanita ini memiliki tubuh yg cukup menawan. Meski sudah berumur tapi kulitnya masih kencang, bokongnya tebal dan bahenol. Pahanya yg besar itu mulus meski tidak putih, melingkari pinggulku.

    Aku beringas menghempas2 tubuhnya di bawahku. Mbak Mirna telah berhenti menangis, matanya terpejam, hanya terdengar suara nafasnya yg terputus2, buah dadanya bergoyang2 mengikuti gerakanku. Wanita ini sudah pasrah dengan apa yg tengah terjadi.

    Bahkan ketika aku merubah posisi, mengangkat kedua pahanya ke atas, menahanya tergantung di udara dengan kedua lenganku,kembali penisku terbenam,mbak Mirna hanya diam. Hujamanku makin bebas dan dalam menjajah vaginanya yg terkuak lebar.
    “.. Plok..plok..plok..” Suara gesekan selangkangan itu terdengar jelas ditelingaku.

    Kemaluan mbak Mirna yg basah makin menghangatkan batang penisku di dalam. Sesaat lagi aku sudah tidak kuat menahan desakan, aku seperti kesetanan menggenjotnya. Mbak Mirna seperti mengerti apa yg akan segera terjadi.

    “Den..tolong.. jgn keluarin di dalem den..tolongg…” Serunya memohon dengan suara gemetar.

    Aku tidak menjawab, aku tengah fokus ingin menuntaskan aksiku. Sedikit lagi akan sampai.

    Mbak Mirna memekik menyebut namaku saat tusukanku tiba2 berhenti, tubuhku tengah meregang.
    “Deenn..cabut deen…” Serunya panik sambil menekan perutku ke belakang.

    Aliran sperma itu bergerak naik mendekati pangkal penisku, jemariku telah kuat mencengkram sprei. Beruntung aku masih sempat menarik batang penisku keluar dan tepat sedetik kemudian semprotan pertamanya melompat keluar.
    “Ahhhhh…sshhhhhh…mbaaak…aduuhhhh…..” Jeritku panik.

    Belasan kali cairan hangat itu menghantam sebagian perut mbak Mirna. Aku terpapar kenikmatan luar biasa, mataku terpejam beberapa saat hingga akhirnya semuanya usai.

    Mbak Mirna melihat proses akhir tadi dengan seksama, dia memperhatikan wajahku yg meregang, matanya was2 melihat penisku memuntahkan cairan kental itu membaluri perutnya.

    “Sudah den..sudah puas ?” Ujarnya beberapa saat ketika aku masih tersengal diam di atasnya, air mata itu kembali mengalir dari pinggir pipinya.Kalimat itu serasa menamparku.

    Rasa penyesalan perlahan2 merayap . My gosh, aku baru saja menodai perempuan ini. Bagaimana mungkin hingga aku bisa sebejat itu.

    “Maafin saya mbak..saya bener2 khilaf..” Jawabku bingung.
    Aku beringsut mundur, memungut seluruh pakaianku, melangkah ke kamar dan meninggalkanya terbaring di ranjang.

    Aku melepas kekalutan pikiranku dengan menghisap sebatang rokok di ruang tamu. Mudah2an mbak Mirna tidak memperkarakanku, menganggapnya selesai hanya di sini. Aku menepuk2 keningku menyesali kebodohanku.

    Mbak Mirna keluar kamar beberapa menit kemudian. Matanya sembab, dia duduk di kursi di sampingku, tanpa bicara. Suasana hening, aku tidak berani menatapnya atau memulai pembicaraan.

    “Ini uangnya saya ambil den, nanti diusahain dikembaliin kok..” Ujarnya pelan, suaranya berat,hidungnya seperti tersumbat cairan.
    “Iya mbak, gak usah dipikirin soal kembalianya..dan..maaf soal yg tadi..”Jawabku tanpa menoleh kepadanya.
    “Gak papa den..gak papa..”Jawabnya, tangisnya kembali pecah sedetik kemudian, bahunya terguncang2, aku hanya bisa terdiam.

    “Sekali lagi maaf mbak..”

    Dia mengangguk pelan sambil menunduk,tetes2 air mata itu masih berjatuhan dipangkuanya. Aku meraih uang itu, melipatnya,kemudian memasukanya ke dalam kantung dasternya.

    Jemariku menyentuh pangkal tangannya, menepuknya pelan kemudian tanpa bicara aku melangkah masuk ke kamar sambil menutup pintu. Aku tidak sanggup lagi melihat wanita itu menangis. Aku terbaring,penat terasa, pinggangku nyeri.

    Aku melihat Jam di dinding, pukul 2 siang, aku mungkin telah tertidur lebih dari 2 jam. Perutku sangat lapar, aku melangkah keluar kamar. Mbak Mirna mungkin telah lama pulang. Aku kembali didera pikiran buruk. Dendamkah dia padaku, bisa saja tiba2 orang sekampung muncul mendatangiku dengan tuduhan cabul atas laporan darinya. Hhhh..sudah terjadi, yg nanti urusan nanti.

    Aku pergi kerja agak telat keesokan harinya, aku sengaja menunggu mbak Mirna datang, memastikan bahwa kekawatiranku tidak terjadi. Jam 8 mbak Mirna tiba, perasaanku tidak karuan ketika dia membuka pintu depan.

    “Loh belum kerja den?” Tanyanya, wajah itu terlihat datar, malah ada senyuman kecil menghias bibirnya.
    “Ini dah mau jalan mbak, sengaja nunggu mbak dateng..”Jawabku berusaha tenang.
    “Hehe..kenapa, takut saya gak bakal dateng lagi ya?” Tertawanya membuatku lega.
    “Iya mbak..takut aja, …mm..”
    “Mm.. Apa den..?” Lanjutnya sambil masih berdiri di depanku.
    “Maaf yg kmaren mbak…”Jawabku.
    “…..ya ndak papa den…mmm..yo wis..lupain aja..” Serunya, dia melangkah ke dapur tanpa menunggu reaksiku selanjutnya.

    Yah sudahlah, yg jelas tidak akan ada masalah, dia sudah menerima perlakuanku kemarin. Aku segera berlalu menuju kantor.

    Hari2 selanjutnya berlangsung normal, kami hanya bertemu di akhir pekan, tidak ada bahasan lagi soal peristiwa itu. Mbak Mirna tetap melakukan pekerjaanya dengan baik. Kami hanya sesekali mengobrol basa basi.

    Satu bulan berlalu, aku mulai melupakan peristiwa itu. Kerjaanku makin banyak mendekati akhir tahun. Aku juga makin sering menghabiskan waktu di luar bersama teman2 di akhir pekan.

    Hingga pada suatu pagi di hari sabtu aku terbangun dan terjebak dalam lamunan tentang mbak Mirna. Malam itu aku mimpi erotis, dengan mbak Mirna, cairan sperma itu sebagian telah mengering memenuhi celana dalamku.
    Dalam mimpi itu aku menggauli mbak Mirna dari belakang, bongkahan pantat itu terpapar jelas dalam penglihatanku. Damn it, kenapa hal ini kembali menggangguku.

    Jam 9 pagi, wanita itu telah datang seperti biasanya. Aku baru saja selesai mandi dan tengah bersiap utk sarapan.
    ” Dah sarapan mbak? Ayo ini saya tadi beli dua bungkus nasi uduknya, satu utk mbak..” ujarku sambil tersenyum ramah.
    “Makasih den..nanti aja, mbak mau beres2 cucian pakaian dulu..” Jawabnya.
    “Santai aja dulu..temenin saya sarapan dulu..” Ntah kenapa pagi itu aku agresif.
    “Nggih den, sebentar ambil piring dan sendok dulu..” Jawabnya seraya melangkah ke dapur.

    Aku melihat tubuhnya dari belakang, rok merah sepanjang bawah betis itu cukup jelas mencetak lekukan pinggul, pantat dan pahanya. My gosh, darahku berdesir, mimpi semalam membuat hayalanku makin parah.

    Otaku segera bereaksi, mencari jalan pintas, berandai2 seandainya hari ini aku kembali bisa memperdayainya. Aku segera menepis pikiran buruk itu.

    Mbak Mirna telah kembali, duduk bersebrangan di depanku dan telah bersiap utk makan.

    “Gimana kabar orang rumah mbak, sehat semua?” Tanyaku basa basi.
    “Sehat den…” Jawabnya santai.
    “Anaknya kapan mulai sekolah mbak, taun depan?”
    “Iya den, rencana taun depan..mdh2an rejekinya lancar..”
    “Yaa selagi saya di sini tetep aja kerja di sini mbak..klo mbak mau tambahan, mungkin coba mulai masak katering utk anak2 sini, kemaren ada obrolan kita di sini soal itu. Pada bosen katanya makan masakan luar, lebih boros juga…” Lanjutku.
    “Wahh bBagus tu den..tapi perlu modal, ibu mertua saya pinter masak..”Jawabnya semangat.
    “Gampang soal modal, nanti saya pinjemin..klo mau mulai depan mbak..nanti saya tawarin temen2 saya..”
    “Gak enak klo dipinjemin melulu, kasian den Bagus..” Jawabnya.
    “Yaa klo utk bisnis kenapa gak mbak, sama2 bantu..saya jg nanti minta harga diskon dong..hehe..” Jawabku.
    “Hehe..untuk den Bagus gratis aja..lha uangnya kan dari aden jg..”
    “Yaa gak boleh gitu mbak, bisnis tetep bisnis..”Jawabku.
    “Duh saya makin banyak utang budi dong den..”Lanjutnya.
    “Jgn berpikir gitu..saling bantu wajar aja mbak..”
    “Yo wis, nanti tak bilangin sama ibu mertua, dia pasti seneng..”
    “Iya mdh2an jalan mbak..semangat yg penting..”Jawabku.

    Obrolan pagi itu terasa menyenangkan, spertinya dia benar2 melupakan kejahatanku waktu itu. Aku merasa lega, walau dalam hati aku menginginkan kehangatanya lagi. Pasti nanti ada jalannya, sabar aja, setan itu kembali membisiki.

    Minggu pagi, keesokan harinya, mbak Mirna datang membawa anak perempuanya ke rumah.
    “Maaf yaa den, si Rini saya bawa, mbahnya td pagi dijemput ipar saya ke Solo, mau ada acara kawinan sodaranya.”
    “Yaa gak papa mbak, biar dia bisa maen di sini, hei pa kabar cantik..” Seruku sambil tersenyum ramah kepada anaknya.
    Bocah itu tersipu dan bersembunyi dibalik kaki ibunya.
    “Saya mau jalan dulu ya mbak, ada acara kawinan anak kantor..siang baru pulang..”
    “Nggih den….monggo..” Jawabnya.

    Aku segera berlalu, mbak Mirna terlihat manis pagi ini, rambutnya terurai ikal menjuntai ke bahu. Paduan kaos biru dan celana jeans ketatnya itu membuatnya terlihat lebih muda. Well..well..well..kapan kita bisa bisa berdua di kamar lagi mbak, ucapku dalam hati.

    Hujan turun dengan lebatnya sesampainya aku kembali di rumah. Sebagian kemeja dan celanaku telah basah kuyup.
    “Waah keujanan den..ini dipake handuknya dulu, nanti mbak bikinin aer panas..”Serunya ketika membuka pintu.

    “Makasih mbak..” Aku langsung berlalu ke kamar, mengelap kepala dan tubuhku dengan handuk dan mengganti pakaian.
    “Rini kemana mbak, kok sepi..” Ujarku ketika duduk diruang tamu.
    ” Barusan tidur di kamar belakang den..sudah kenyang tidur dia..wah..kenceng ya anginya..”Jawabnnya.
    “Iya mbak, sudah lama jg gak ujan..”

    “Ini mbak bikinin teh anget pake jahe den..diminum..” Lanjutnya.
    ” mantep nih..makasih mbak..”Jawabku sambil menerima cangkir dari tanganya.

    Teh itu tidak terlalu lama mengepul, udara dingin perkebunan ini membuatnya segera tidak begitu panas lagi. Udara diluar gelap seperi senja. Angin menerpa atap seng,menimbulkan suara berisik.

    “Masih sibuk mbak, santai aja dulu duduk2 di sini..”Ujarku melihatnya mondar mandir.
    “Iya den, sebentar mau mindahin air panas ke termos..”Jawabnya.

    Tak lama dia menghampiriku dengan membawa sepiring biskuit dan teh utk dirinya. Kami belum memulai obrolan. Aku masih sibuk membalas sms teman2ku.

    “Mbak gimana kabarnya, urusan yg dulu itu sudah selesai..” Ujarku memulai pembicaraan.
    Dia sedikit terusik dengan pertanyaanku.
    “Sudah den..mbak sudah kapok gak mau lagi maen gituan..gak ada gunanya..”Jawabnya.
    “Hehe..iya mbak, ngapain jg..dikerjain bandar aja kalo togel sih..”Jawabku tersenyum.
    “Uangnya nanti pelan2 mbak angsur yaa den..maaf..”Lanjutnya.
    “Gak papa mbak, santai aja, nanti klo kateringnya lancar mbak bisa dapet tambahan..tenang aja..” Jawabku.
    “Makasih den..”

    Kami kembali terdiam. Tiba2 aku tergelitik utk bertanya tentang peristiwa dulu itu. Sedikit ragu jika itu membuatnya tidak nyaman tapi kalimat itu mengalir tanpa bisa kutahan.
    “Mbak..maaf boleh saya nanya..”
    “Boleh den..mo nanya apa..”Jawabnya.
    “Yg kemaren itu..mbak gak marah dengan saya ?” Lanjutku.
    Dia terdiam beberapa saat,aura wajahnya berubah.
    “Mmm..mbak ikhlas kok den..salah mbak juga..sudahlah gak papa..”jawabnya pelan sambil mengalihkan pandangan ke arah jendela.
    “Boleh nanya lagi mbak..” Lanjutku.
    “Monggo den..”
    “Apa yg mbak rasa waktu itu,..mm..waktu di kamar..” kalimatku makin menjebak.
    “….mmmm…gimana ya..gak tau den..”Jawabnya, wajahnya terlihat canggung.
    ” Sakit..atau jijik mbak..”
    “Jijik kenapa..sakit sih iya..” Jawabnya pelan.
    “..aden kok bisa begitu waktu itu..mbak ini jauh lebih tua..kok bisa..” Lanjutnya.
    ” ..nafsu laki2 mbak..liar..kadang gak bisa kontrol..”Jawabku.
    “Soal tua sih gak jadi soal..jujur aja, mbak masih menarik kok..”Lanjutku makin berani.
    “Menarik apanya..aden masih muda..cari pacar yang muda, cantik..gak susah..”Jawabnya.
    “…well..saya masih belum tertarik utk pacaran lagi mbak..”
    ” Apa yg aden pikir semenjak kejadian itu soal mbak..”Tanyanya kembali.
    ” Maksudnya..?”
    “Yaa apa aden pikir mbak ini jadi perempuan gimanaa gitu di pandangan den Bagus..”
    “Saya nyesel sesudahnya mbak, gak tega bikin mbak gitu..yaa selanjutnya saya masih respek kok sama mbak..”Jawabku.
    “..mbak juga nyesel..”
    ” tapi kalo boleh jujur..maaf yaaa mbak..”
    “Apa den..ngomong aja..”Jawabnya penasaran.
    “.. Saya pengen ngulangin lagi..saya tau itu gak mungkin..maaf yaa mbak..”Suaraku sedikit bergetar, jantungku berdetak cepat.
    “….mmm…apa yg aden cari..mbak seperti ini, perempuan kampung, gak cantik..dah tua lagi..” Wajahnya lekat2 menatapku.
    ” ..masih tetep menarik kok mbak..saya masih suka inget2 kejadian itu..”Jawabku.

    Mbak Mirna tersenyum tipis, aku penasaran apa yg ada dalam pikiranya.
    “Apa yg aden inget waktu kejadian itu..” Ujarnya.
    “Yaa indah mbak..malem sabtu kemaren saya sempet mimpiin mbak gituan sama saya..sorry..”Jawabku.
    “hehe..aden masih muda, wajar kalo pikiran ke arah itunya masih kuat, jadi..”
    “Sekarang jg lagi mikirin itu mbak..”Aku memotong kalimatnya.
    “..hmm…yaaa mbak berat hati utk begitu lg ..takut den..”Jawabnya.
    “Kalo saya minta tolong supaya mbak gak takut lagi gimana..”Responku mencecar pikiranya.
    “Yaaaa..gimana den..gak usah de..yg sudah yaa sudah..”Jawabnya.

    Aku paham dia tengah dilanda kebingungan, di satu sisi dia segan menepis godaanku, di sisi lain dia tidak ingin terjerembab dalam perzinahan bersamaku lagi.

    Aku menggeserkan dudukku mendekat. Tanganku memegang jemari tanganya. Wanita ini terkesiap dgn kenekatanku.
    “Mbak..gak perlu takut..mbak bisa minta apa aja dari saya..” Ujarku sambil menatap kedua matanya lekat2.
    ” Jangan den..dosa….”Jawabnya ketakutan.

    Tapi dia sudah terlambat, ciuman bibirku telah mendarat di bibirnya. Aku memagut2 bibir itu pelan.

    Wajahnya pucat pasi..antara kaget dan bingung dengan apa yg dia tengah rasa. Aku kembali menciumi wajahnya, bibir kami kembali bertemu, tanganku telah melingkar dengan manis di lehernya.

    Dia hanya terdiam..tanpa reaksi. Tidak ada penolakan, aku makin berani merapatkan tubuhku. Kali ini tidak hanya bibir dan sekitar wajahnya, ciumanku mendarat di leher dan belakang telinganya. Mbak Mirna bergidik, tubuhnya merinding.

    Mendung semakin gelap diluar, petir sesekali menggelegar diiringi deru angin kencang. Aku berdiri, kedua tanganku menggapai tanganya, menariknya keatas kemudian membawanya melangkah mengikutiku, ke arah kamar…

    Mbak Mirna sama sekali tidak bereaksi, dia kikuk mengikuti langkahku. Wajahnya takut2 melihatku ketika pintu kamar itu tertutup rapat.
    Ruangan kamar cukup gelap, hanya sebagian tubuh atas kami yg terlihat jelas. Tidak perlu lagi berkata2, segera tuntaskan apa yg ada dalam hati.

    Aku membimbingnya utk berbaring diranjang. Wajahnya menatapiku tanpa henti,menanti kejutan2 selanjutnya. Aku kembali menciumi bibir itu, tidak ada balasan berarti darinya. Seluruh leher dan bagian dadanya yg tertutup kaos itu habis ku kecup. Nafas mbak Mirna terdengar menderu.

    Tidak perlu lagi basa basi, aku segera melepas habis pakaian yg dikenakanya. Hanya tertinggal bra dan celana dalam lusuh itu menutupi. Tubuhku pun telah hampir telanjang, pakaianku berserakan di lantai. Aku langsung menindih tubuhnya.

    Mbak Mirna mendesah, jantungnya terdengar cepat berdetak di telingaku, mulutku tengah puas mencium dan menggigit2 payudaranya yg lumayan besar.

    Kulit kami saling menempel, bulu2 diperutku mungkin membuatnya makin merinding. Tanganku telah kesana kemari meraba tubuhnya, jemariku lincah menggosok2 sekitar selangkanganya.

    Penisku telah sedari tadi diruang tamu mengacung keras, diranjang ini dia semakin garang menempel dan kadang2 menggesek tepat ditengah2 selangkangan mbak Mirna. Dia makin terbuai oleh rangsangan dariku. Wanita ini siap sedia untuku hari ini, aku sangat beruntung.

    Akhirnya kami sudah sama2 siap tempur. Vaginya sudah terkuak lebar dan basah. Permainan lidahku tadi di situ telah membuatnya tanpa sungkan2 merintih dan mencengkram erat kepalaku.

    Pahanya terkulai lebar ke samping, aku sudah bersiap menusuk. Sedikit demi sedikit batang itu terbenam diiringi dengan rintihan mbak Mirna dan desis yg keluar dari mulutku. Kami berpelukan erat ketika penis itu telah berhasil menyentuh dasar vaginanya. Oh my gosh, nikmat sekali.

    Kami kembali berpagutan, pelan2 aku menarik ulur selangkanganku. Mbak Mirna hingga memeluk pantatku merasakan sensasi itu.

    “Nikmatilah mbak,nikmati yg sudah lama tidak kau rasakan. Usiaku memang terlalu muda untukmu, tapi aku sanggup memberimu kepuasan,” ujarku dalam hati.

    Aku ingin menikmati moment ini lebih lama, aku mengaduk2 kewanitaanya perlahan dan lembut. Suasana begitu romantis.
    “Uhh..uhh..shhh..hhhh…” Mbak Mirna mendesah setiap kali aku menusuk selangkanganya. Tanganya lembut memeluk punggungku.

    Kami terus berpagutan, pantatku meliuk2 menghantam. Makin lama gerakanku makin cepat. Tenagaku seperti tidak habis membawanya pada kenikmatan. Mungkin lebih dari 15 menit berlangsung, mbak Mirna mulai kewalahan. Jepitan pahanya makin kuat sementara pantatnya tidak henti bergerak ke atas menyambut penisku, nafasnya sudah tersengal. Mungkin tidak lama lagi mbak Mirna mencapai klimaks.

    “Buuuk..ibuuuk..di manaaa…rini pengen pipis..” Tiba2 suara anaknya terdengar nyaring di depan pintu kamar.

    Kami yg tengah melambung terkesiap kaget dan melepas pelukan. Sekejap saja kami telah berdiri, saling bertatapan dalam kebingungan.
    “Buuk…ibuuuk..”Lanjut bocah itu.

    Damn it..aku menyumpah dalam hati.
    “Iya sebentar naaaak..pipis aja di dapur..ada kamar mandi di situ..ibu lagi beresin kamar..sebentar lagi keluar..” Jawab mbak Mirna panik berusaha memungut pakaianya yg berserakan di kasur.

    “Iya buk..” Jawab bocah itu.
    “Nanti baring aja lagi di kamar, ibu nanti nyusul..”Jawabnya sambil berusaha meraih celana dalamnya.

    Aku menahan tanganya, “biar aja mbak..tanggung sebentar lagi..” Ujarku.
    “Jangan..nanti dia curiga..” Jawabnya menepis tanganku.
    “Nggak..sebentar lagi..tenang aja..”Seruku.
    “Jangan Den..” Jawabnya, tapi kalimat itu terpotong.

    Aku menarik tubuhnya, nafsuku sudah memuncak. Aku mendorong tubuh telanjangnya menghadap meja kecil di hadapan kami. Dengan sekali kibasan seluruh benda2 kecil di atasnya berlompatan jatuh ke lantai dengan suara yg berisik.

    “Den..nanti den…sabar..” Jawabnya kebingungan.

    Aku tidak memperdulikan ucapanya. Tubuhnya ku dorong merapat ke pinggir meja, kedua kakinya aku paksa untuk melebar, pantatnya aku tarik ke belakang. Posisi mbak Mirna sudah menungging di depanku, belahan pantat itu mempertontonkan lubang anusnya.

    Aku menjadi kian brutal, pantat besar dan bahenol itu ku angkat, bagian vagina dan rambut2 halus itu terpampang didepan selangkanganku. Penisku langsung mendekat, langsung menghujam masuk. Pemandangan dibawaku membuatku makin bernafsu.Batang penis itu perlahan menghilang diantara bongkahan pantatnya.

    O gosh..nikmat sekali, aku mendesis2 menahan geli. Segera saja tubuhku menyodok2 dengan kuat. Tubuh mbak Mirna maju mundur terpapar seranganku. Sebentar saja dia kembali merintih.

    Permainan kami berlangsung cepat, kekagetan tadi itu menambah selera, bunyi gesekan kemaluan kami mengiringi. Mbak Mirna memutar2 pinggulnya berusaha segera meraih akhir perjuangan. Peniskupun sudah seperti ingin meledak.

    Tubuhku semakin kuat menekannya kedepan, mbak Mirna gemulai memutar pantatnya kesana kemari, makin liar dan binal dan akhirnya dia meraih klimaks.

    “Uhhhh…uhhh…dennn….aduuuhh..uuhh..huhhu..huh uuu..uuhh..” Jeritnya sambil terisak.

    Kedua pahanya mengejang kaku,kepalanya hingga terbaring dipermukaan meja sambil terus merintih tiada henti. Cairan hangat kewanitaanya membasahi penisku di dalam.

    Aku ingin segera merasakan hal yg sama, sodokanku makin cepat melabraknya.Beberapa kali ayunan akhirnya pantatku berhenti bergerak bersiap meregang, tanganku kuat mencengkram pinggulnya.
    “Cabut den..cabut…jangan didalem..”Serunya panik.

    Aku masih sempat menarik penisku keluar tepat ketika spermaku datang menerjang.
    “Ahhhhh….mbakkk..oooh…shhh..ahhh…”Jeritk u ketika sperma itu menyemprot panas tepat diatas bongkahan pantat bahenol mbak Mirna.

    Sebagian mendarat di dalam belahan pantatnya, mengalir turun menelusuri permukaan anusnya. Jari tangan mbak Mirna menyelusup dibagian situ, menahan aliran sperma itu mendekati vaginanya dan menyekanya dengan cepat.

    Kami terkesima dengan nafas tersengal. Nikmat masih menjalari benak kami dalam bisu. Akhirnya permainan ini usai.

    Aku terduduk lemas di pinggir ranjang menatap mbak Mirna yg masih berdiri dari belakang, badanya limbung memegang pinggiran meja. Cairan sperma itu berkilauan pada bagian pantatnya. Juga terlihat cairan putih kental dari dalam vaginanya yg tertahan bulu lebat kemaluan mbak Mirna.

    Hujan telah reda ketika kami duduk di ruang tamu. Bocah kecil itu tengah serius menonton tivi di belakang kami. Dia tidak menyadari bahwa ibunya baru saja telah bertarung hebat di kamar bersamaku.

    Mata kami yg hanya berbicara saat itu, apa yg sudah terjadi tadi membungkam kami tenggelam dalam pikiran masing2.

    Semenjak hari itu hubungan kami berada dalam suasana yg baru. Usaha katering yg kujanjikan berjalan sukes, tarah hidup mbak Mirna meningkat lebih baik.

    Hingga hari ini mbak Mirna masih menemani gairah mudaku yg tak kenal batas. Ada terbersit dalam hati untuk menikahinya suatu hari nanti, biarlah waktu yg menentukan akhirnya. Udara dingin perkebunan teh ini membuat kami terus larut.

    Cerita Sexs | Cersex | Cerita Hot | Cerita Dewasa | Cerita Sex Terbaru

  • Pengalaman Ngentot Tante Linda Super Montok – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Pengalaman Ngentot Tante Linda Super Montok – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    2245 views

    Perawanku – Namaku Ade, umurku waktu itu sekitar 19 tahun, aku kini kuliah di OSU, Amerika. Kebetulan aku kost di salah satu kenalan Oom aku di sana yang bernama Tante Linda. Wuih, dia itu orangnya baik benar kepadaku. Kebetulan dia seorang istri simpanan bule yang kaya raya tapi sudah tua.

    Jadilah aku kost di rumahnya yang memang agak sepi, maklumlah di sana jarang memakai pembantu sih. Tante Linda ini orangnya menurutku sih seksi sekali. Buah dadanya besar bulat seperti semangka dengan ukuran 36C. Sedangkan tingginya sekitar 175 cm dengan kaki langsing seperti peragawati. Sedangkan perutnya rata soalnya dia belum punya anak, yah maklumlah suaminya sudah tua, jadi mungkin sudah loyo. Umurnya sekitar 33 tahun tapi kulitnya masih mulus dan putih bersih. Hal ini yang membuatku betah berlama-lama di rumah kalau lagi nggak ada urusan penting, aku malas keluar rumah. Lagian aku juga bingung mau keluar rumah tapi nggak tahu jalan.

    Dan sehari -harinya aku cuma mengobrol dengan Tante Linda yang seksi ini. Ternyata dia itu orangnnya supel benar nggak canggung cerita-cerita denganku yang jauh lebih muda. Dari cerita Tante Linda bisa aku tebak dia itu orangnya kesepian banget soalnya suaminya jarang pulang, maklum orang sibuk. Makanya aku berupaya menjadi teman dekatnya untuk sementara suaminya lagi pergi. hari demi Hari keinginanku untuk bisa mendapatkan Tante Linda semakin kuat saja, lagi pula si Tante juga memberi lampu hijau kepadaku. Terbukti dia sering memancingmancing gairahku dengan tubuhnya yang seksi itu. Kadang-kadang kupergok Tante Linda lagi pas sudah mandi, dia hanya memakai lilitan handuk saja, wah melihat yang begitu jantungku deg – degan rasanya, kepingin segera membuka handuknya dan melahap habis tubuh seksinya itu. Kadang- kadang juga dia sering memanggilku ke kamarnya untuk mengancingkan bajunya dari belakang. Malah waktu itu aku sempat mengintip dia lagi mandi sambil masturbasi. Wah pokoknya dia tahu benar cara mancing gairahku.

    Sampai pada hari itu tepatnya hari Jumat malam, waktu itu turun hujan gerimis, jadi aku malas keluar rumah, aku di kamar lagi main internet, melihat gambar-gambar porno dari situs internet, terus tanpa sadar kukeluarkan kemaluanku yang sudah tegang sambil melihat gambar perempuan bugil. Kemudian kuelus-elus batang kemaluanku sampai tegang sekali sekitar 15 cm, habis aku sudah terangsang banget sih. Tanpa kusadari tahu-tahu Tante Linda masuk menyelonong saja tanpa mengetuk pintu, saking kagetnya aku nggak sempat menutup batang kemaluanku yang sedang tegang itu. Tante Linda sempat terbelalak melihat batang kemaluanku yang sedang tegang, langsung saja dia bertanya sambil tersenyum manis.

    “Hayyoo lagi ngapain kamu De?”
    “Aah, nggak Tante lagi main komputer”, jawabku sekenanya.
    Tapi Tante Linda sepertinya sadar kalau aku saat itu sedang mengelus-elus batang kemaluanku.
    “Ada apa sih Tante?” tanyaku.
    “Aah nggak, Tante cuma pengen ajak kamu temenin Tante nonton di ruang depan.”
    “Ohh ya sudah, nanti saya nyusul yah Tan”, jawabku.
    “Tapi jangan lama-lama yah”, kata Tante Linda lagi.
    Setelah itu aku berupaya meredam ketegangan batang kemaluanku, lalu aku beranjak keluar kamar tidur dan menemani Tante Linda nonton film semi porno yang banyak mengumbar adegan-adegan syuuurr.

    Melihat film itu langsung saja aku jadi salah tingkah, soalnya batang kemaluanku langsung saja bangkit lagi nggak karuan. Malah malam itu Tante Linda memakai baju yang seksi sekali, dia memakai baju yang ketat dan gilanya dia nggak pakai bra, soalnya aku bisa lihat puting susunya yang agak muncung ke depan. Karuan saja, gairahku memuncak melihat pemandangan seperti itu, tapi yah apa boleh buat aku nggak bisa apa-apa. Sedangkan batang kemaluanku semakin tegang saja sehingga aku mencoba bergerak-gerak sedikit guna membetulkan letaknya yang miring. Melihat gerakan-gerakan itu Tante Linda langsung menyadari sambil tersenyum ke arahku.

    “Lagi ngapain sih kamu De?”
    “Ah nggak Tante..”
    Sementara itu Tante Linda mendekatiku sehingga jarak kami semakin dekat dalam sofa panjang itu.
    “Kamu terangsang yah De, lihat film ini?”
    “Ah nggak Tante biasa aja”, jawabku mencoba mengendalikan diri. Bisa kulihat payudaranya yang besar menantang di sisiku, ingin rasanya kuhisap -hisap sambil kugigit putingnya yang keras. Tapi rupanya hal ini tidak dirasakan olehku saja, Tante Linda pun rupanya juga sudah agak terangsang sehingga dia mencoba mengambil serangan terlebih dahulu.

    “Menurut kamu Tante seksi nggak De?” tanyanya.
    “Wah seksi sekali Tante”, kataku.
    “Seksi mana sama yang di film itu?” tanyanya lagi sambil membusungkan buah dadanya sehingga terlihat semakin membesar.
    “Wah seksi Tante dong, abis Tante bodynya bagus sih.” kataku.
    “Ah masa sih?” tanyanya.
    “Iya bener Tante, sumpah…” kataku.

    Jarak duduk kita semakin rapat karena Tante Linda terus mendekatkan dirinya padaku, lalu dia bertanya lagi kepadaku,
    “Kamu mau nggak kalo diajak begituan sama Tante?”
    “Mmaaauu Tante…” Ah seperti dapat durian runtuh kesempatan ini tidak aku sia-siakan, langsung saja aku memberanikan diri untuk mencoba mendekatkan diri pada Tante Linda.
    “Wahhhh barang kamu gede juga ya De…” katanya.
    “Ah Tante bisa aja deh… Tante kok kelihatannya makin lama makin seksi aja sih.. sampe saya gemes deh ngeliatnya…” kataku.
    “Ah nakal kamu yah De”, jawab Tante Linda sambil meletakkan tangannya di atas kemaluanku, lalu aku mencoba untuk tenang sambil memegang tangannya.
    “Waah jangan dipegangin terus Tante, nanti bisa tambah gede loh”, kataku.
    “Ah yang bener nih?” tanyanya.
    “Iya Tante.. ehhh, eehhh saya boleh pegang itu Tante nggak?” kataku.
    “Pegang apa?” tanyanya.
    “Pegang itu tuh..” kataku sambil menunujukkan ke arah buah dada Tante yang besar itu.
    “Ah boleh aja kalo kamu mau.”

    Wah kesempatan besar nih, tapi aku agak sedikit takut pegang buah dadanya, takut dia marah tapi tangan si Tante sekarang malah sudah mengelus-elus kemaluanku sehingga aku memberanikan diri untuk mengelus buah dadanya.
    “Ahhh.. arghhh enak De.. kamu nakal yah”, kata Tante sembari tersenyum manis ke arahku, spontan saja kulepas tanganku.
    “Loh kok dilepas sih De?”
    “Ah, takut Tante marah”, kataku.
    “Ooohh nggak sayang… kemari deh.”

    Tanganku digenggam Tante Linda, kemudian diletakkan kembali di buah dadanya sehingga aku pun semakin berani meremas -remas buah dadanya. “Aaarrhh… sshh”, rintihan Tante semakin membuatku penasaran, lalu aku pun mencoba mencium Tante Linda, sungguh diluar dugaanku, Tante Linda menyambut ciumanku dengan beringas, kami pun lalu berciuman dengan mesra sekali sambil tanganku bergerilya di buah dadanya yang sekal sekali itu. “Ahhh kamu memang hebat De.. terusin sayang.. malam ini kamu mesti memberikan kepuasan sama Tante yah.. ahhh.. arhhh.”
    “Tante, saya boleh buka baju Tante nggak?” tanyaku.
    “Oohhhh silakan sayang”, lalu dengan cepat kubuka bajunya sehingga buah dadanya yang besar dengan puting yang kecoklatan sudah berada di depan mataku, langsung saja aku menjilat-jilat buah dadanya yang memang aku kagumi itu. “Aahhh… arghhh…” lagi-lagi Tante mengerangerang keenakan. “Teruss.. terusss sayang… ahhh enak sekali…” lama aku menjilati buah dada Tante Linda, hal ini berlangsung sekitar 10 menitan sehingga tanpa kusadari batang kemaluanku juga sudah mulai mengeluarkan cairan bening pelumas di atas kepalanya.

    Lalu sekilas kulihat tangan Tante Linda sedang mengelus-elus bagian klitorisnya sehingga tanganku pun kuarahkan ke arah bagian celananya untuk kupelororti. “Aahhh buka saja sayang… jangan malu-malu… ahhhh…” nafas Tante Linda terengah -engah menahan nafsu, seperti kesetanan aku langsung membuka celananya dan kuciumi CD-nya. Waah, dia lagsung saja menggelinjang keenakan, lalu kupelorotkan celana dalamnya sehingga sekarang Tante Linda sudah bugil total. Kulihat liang kemaluannya yang penuh dengan bulu yang ditata rapi sehingga kelihatan seperti lembah yang penuh dengan rambut. Lalu dengan pelan -pelan kumasukan jari tengahku untuk menerobos lubang kemaluannya yang sudah basah itu. “Aahrrrh… sshh… enak De.. enak sekali”, jeritnya. Lalu kudekatkan mukaku ke liang kemaluannya untuk menjilati bibir kemaluannya yang licin mengkilap itu, lalu dengan nafsu kujilati liang kemaluan Tante dengan lidahku turun naik sepeti mengecat saja. Tante Linda semakin kelabakan, dia menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sambil memeras buah dadanya sendiri. “Aahhh… sshhh come on baby.. give me more, give me more… ohhhh”, dengan semakin cepat kujilati klitorisnya dan dengan jari tanganku kucoblos lubang kemaluannya yang semakin lama semakin basah.

    Beberapa saat kemudian tubuhnya bergerak dengan liar sepertinya dia mau orgasme. Lalu kupercepat tusukan-tusukan jariku sehingga dia merasa keenakan sekali lalu seketika dia menjerit, “Oohh aaahh… Tante sudah keluar sayang… ahhh”, sambil menjerit kecil pantatnya digoyang-goyangkan untuk mencari lidahku yang masih terus menjilati bagian bibir kemaluannya sehingga cairan orgasmenya kujilati sampai habis. Kemudian tubuhnya tenang seperti lemas sekali, lalu dia menarik tubuhku ke atas sofa. “Wah ternyata kamu memang hebat sekali, Tante sudah lama tidak sepuas ini loh…” sambil mencium bibirku sehingga cairan liang kemaluannya berlepotan ke bibir Tante Linda. Sementara itu batang kemaluanku yang masih tegang di eluselus oleh Tante Linda dan aku pun masih memilin-milin puting Tante yang sudah semakin keras itu. “Aahh..” desahnya sambil terus mencumbu bibirku. “Sekarang giliran Tante sayang… Tante akan buat kamu merasakan nikmatnya tubuh Tante ini.

    Tangan Tante Linda segera menggerayangi batang kemaluanku lalu digenggamnya batang kemaluanku dengan erat sehingga agak terasa sakit, tapi kudiamkan saja habis enak juga diremas-remas oleh tangan Tante Linda. Lalu aku juga nggak mau kalah, tanganku juga terus meremas-remas payudaranya yang indah itu. Terus terang aku paling suka dengan buah dada Tante Linda karena bentuknya yang indah sekali, juga besar berisi alias montok. “Aahhh… shhh,”, rupanya Tante Linda mulai terangsang kembali ketika tanganku mulai meremas-remas buah dadanya dengan sesekali kujilati dengan lidah pentilnya yang sudah tegang itu, seakanakan seperti orang kelaparan kuemut-emut terus puting susunya sehingga Tante Linda menjadi semakin blingsatan.
    “Ahh kamu suka sekali sama dada Tante yah De?”
    “Iya Tante, abis tetek Tante bentuknya sangat merangsang sih, terus besar tapi masih tetep kencang…”
    “Aahhh kamu emang pandai muji orang De..”

    Sementara itu tangannya masih terus membelai batang kemaluanku yang kepalanya sudah berwarna kemerahan tetapi tidak dikocok hanya dielus-elus. Lalu Tante Linda mulai menciumi dadaku terus turun ke arah selangkanganku sehingga aku pun mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa sampai pada akhirnya Tante Linda jongkok di bawah sofa dengan kepala mendekati batang kemaluanku. “Wahh batang kemaluanmu besar sekali De… nggak disangka kamu nggak kalah besarnya sama punya orang bule”, Tante Linda memuji-muji batang kemaluanku.

    Sedetik kemudian dia mulai mengecup kepala batang kemaluanku yang mengeluarkan cairan bening pelumas dan merata tersebut ke seluruh kepala batang kemaluanku dengan lidahnya. Uaah, tak kuasa aku menahan erangan merasakan nikmatnya service yang diberikan Tante Linda malam itu. Lalu dia mulai membuka mulutnya lalu memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya sambil menghisap-hisap dan menjilati seluruh bagian batang kemaluanku sehingga basah oleh ludahnya. Aku pun nggak mau kalah, sambil mengelus-elus rambutnya sesekali kuremas dengan kencang buah dadanya yang montok sehingga Tante Linda bergelinjang menahan kenikmatan. Selang beberapa menit setelah Tante melakukan hisapannya, aku mulai merasakan desiran -desiran kenikmatan menjalar di seluruh batang kemaluanku lalu kuangkat Tante Linda kemudian kudorong perlahan sehingga dia telentang di atas karpet. Dengan penuh nafsu kuangkat kakinya sehingga dia mengangkang tepat di depanku.
    “Ahh De ayolah masukin batang kemaluan kamu ke Tante yah.. Tante udah nggak sabar mau ngerasain tempe Tante disodok-sodok sama batangan kamu yang besar itu.”
    “Iiiya Tante”, kataku.

    Lalu aku mulai membimbing batang kemaluanku ke arah lubang kemaluan Tante Linda tapi aku nggak langsung memasukkannya tapi aku gesek-gesekan ke bibir kemaluan Tante Linda sehingga Tante Linda lagi-lagi menjerit keenakan, “Aahhh.. yes.. yes.. oh good.. ayolah sayang jangan tanggung-tanggung masukinnya…” lalu aku mendorong masuk batang kemaluanku. Uh, agak sempit rupanya lubang kemaluan Tante Linda ini sehingga agak susah memasukkan batang kemaluanku yang sudah besar sekali itu. “Aahh.. shhh.. aoh.. oohhh pelan-pelan sayang.. terusterus… ahhh”, aku mulai mendorong kepala batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan Tante Linda sehingga Tante Linda merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika batang kemaluanku sudah masuk semuanya.

    Kemudian batang kemaluanku mulai kupompakan dengan perlahan tapi dengan gerakan memutar sehingga pantat Tante Linda juga ikut-ikutan bergoyang-goyang. “Aahhh argghhh.. rasanya nikmat sekali karena goyangan pantat Tante Linda menjadikan batang kemaluanku seperti dipilin-pilin oleh dinding liang kemaluannya yang seret itu dan rasanya seperti empotan ayam. “Uuaahhh..” sementara itu aku terus menjilati puting susu Tante Linda dan menjilati lehernya yang dibasahi keringatnya. Sementara itu tangan Tante Linda mendekap pantatku keras-keras sehingga kocokan yang kuberikan semakin cepat lagi. “Ooohh shhh sayang… enak sekali ooohhh yess… ooohh good… ooh yes…” mendenganr rintihannya aku semakin bernafsu untuk segera menyelesaikan permainan ini, “Aahh… cepat sayang Tante mau keluar ahh”, tubuh Tante Linda kembali bergerak liar sehingga pantatnya ikut-ikutan naik rupayanya dia kembali orgasme, bisa kurasakan cairan hangat menyiram kepala batang kemaluanku yang lagi merojokrojok lubang kemaluan Tante Linda. “Aahh… shhsss.. yess”, lalu tubuhnya kembali agak tenang menikmati sisa-sisa orgasmenya.

    “Wahh kamu memang bener-bener hebat De… Tante sampe keok dua kali sedangkan kamu masih tegar.”
    “Iiya Tante… bentar lagi juga Ade keluar nih…” sambil terus aku menyodok-sodok lubang kemaluan Tante Linda yang sempit dan berdenyut-denyut itu.
    “Ahh enak sekali Tante.. ahhh…”
    “Terusin sayang.. terus… ahhh.. shhh”, erangan Tante Linda membuatku semakin kuat merojok – rojok batang kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya.
    “Aauwh pelan-pelan sayang ahhh.. yes.. ahh good.”
    “Aduh Tante, bentar lagi keluar nih…” kataku.
    “Aahh Ade sayang… keluarin di dalam aja yah sayang.. ahhh.. Tante mau ngerasin.. ahhh… shhh mau rasain siraman hangat peju kamu sayang…”
    “Iiiyyaa… Tante..” lalu aku mengangkat kaki kanan Tante sehingga posisi liang kemaluannya
    lebih menjepit batang kemaluanku yang sedang keluar masuk lobang kemaluannya.
    “Aahhh… ohhh ahhh.. ssshhh.. Tante Ade mau keluar nih.. ahhh”, lalu aku memeluk Tante Linda sambil meremas-meremas buah dadanya. Sementara itu, Tante Linda memelukku kuat-kuat sambil mengoyang-goyangkan pantatnya. “Ah Tante juga mau keluar lagi ahhh… shhh…” lalu dengan sekuat tenaga kurojok liang kemaluannya sehingga kumpulan air maniku yang sudah tertahan menyembur dengan dahsyat. “Seeerr.. serr… crot.. crot…” “Aahhh enak sekali Tante… ahhh harder.. harder… ahhh Tante…” Selama dua menitan aku masih menggumuli tubuh Tante Linda untuk menuntaskan semprotan maniku itu. Lalu Tante Linda membelai-belai rambutku. “Ah kamu ternyata seorang jagoan De…” Setelah itu ia mencabut batang kemaluanku yang masih agak tegang dari lubang kemaluannya kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya untuk dijilati oleh lidahnya. Ah, ngilu rasanya batang kemaluanku dihisap Tante Linda.

    Setelah kejadian ini kami sering melakukan hubungan seks yang kadang-kadang meniru gaya-gaya dari film porno yang banyak beredar di sana. Sekian, semoga ceritaku ini bisa jadi bahan bagi anda yang suka bersenggama dengan tante-tante.

  • Foto Ngentot Cewek Bookingan Akemi Vanessa di Hotel

    Foto Ngentot Cewek Bookingan Akemi Vanessa di Hotel


    17606 views

    Perawanku – Buat para lelaki, nonton bokep itu bukanlah sesuatu yang baru lagi. Sejak remaja kebanyakan pria sudah berburu tontonan dewasa ini. Walau cenderung basi dan gerakannya itu-itu saja tapi adegan ngentot artis bokep tetaplah digandringi kaum adam. Itu terbukti dengan tingginya angka pengunjung dari tanah air yang membuka situs lendir ternama (menurut statistic kunjungan ke web mereka). Hal tersebut membenarkan bahwa walau acting artis bokep dikenal sangat pas-pasan, tapi tetap saja selalu bisa membuat netizen tanah air menjadi sange.

    Berikut koleksi foto artis bokep yang pernah dibooking untuk ngentot di salah satu Hotel di Indonesia

    Mungkin anda akan tertarik juga untuk membaca cerita seks kami cukup klik halaman utama dan anda dapat melihat banyak cerita-cerita menarik yang bikin kamu pengen croottt maksimal.

    Semoga kamu senantiasa terhibur dengan apa yang kami sajikan.

  • Cerita Ngentot Tante Betty Menggodaku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Ngentot Tante Betty Menggodaku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1469 views


    Perawanku – Suasana rumah Tante Betty petang itu masih lengang. Hanya tampak satu sepeda motor milik Randy dan sebuah mobil Kijang terbaru yang baru saja memasuki garasi. Randy dan kakaknya, Susan, berlibur di rumah Tante Betty untuk mengisi liburan kenaikan kelas. Tante Betty sebagai wanita karier sering merasa kesepian karena ia belum bersuami. Ia sangat senang apabila ponakan-ponakannya berkunjung ke rumahnya, apalagi sampai menginap lama seperti yang dilakukan anak dari kakak pertama dan keduanya itu.

    Susan baru saja pulang dari rumah Nina saat waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam. Melihat suasana rumah sedang kosong ia segera masuk kamar. Matanya tampak sembab menandakan ia baru saja menangis. Meskipun jauh-jauh hari Susan sudah merasakan perubahan sikap Ari, namun tetap saja kaget dengan keputusan kekasihnya itu untuk tidak meneruskan hubungan mereka lagi. Apalagi di telepon tadi, Ari yang mengatakan bahwa mereka tidak cocok seperti dibuat-buat saja. Tapi Susan juga bukan gadis yang lemah. Baginya, tidak ada alasan baginya untuk menjadi gadis yang cengeng diusianya yang telah menginjak delapan belas.
    Pintu kamar Susan tiba-tiba saja terbuka. Kepala Randy muncul dari balik pintu sambil tersenyum.

    Baru datang, Kak, tanya Randy sambil ngeloyor masuk meski kakaknya sedang berganti pakaian. Randy berjalan acuh tak acuh.
    Iya.., jawab Susan singkat. Pikirannya masih sumpek dengan kejadian tadi siang. Segera saja direbahkan badannya di kasur setelah mengganti baju perginya dengan daster tipis.
    Kok, lesu gitu.., Kenapa, Randy yang baru kelas dua SMP itu menghampiri Susan. Ia juga kemudian merebahkan badannya disamping kakaknya tersebut. Susan hanya diam saja seolah tidak mendengar pertanyaan adiknya. Matanya menerawang melihat langit-langit kamar. Randy pun akhirnya memperhatikan sepupunya tersebut. Susan memang benar-benar cantik. Kadang-kadang ia merasa lebih senang kalau Susan bukan saudaranya. Mungkin karena seringkali ia tanpa sadar mengagumi tubuh Susan. Entah mengapa akhir-akhir ini minatnya terhadap wanita begitu meningkat. Ia bahkan suka sekali melihat-lihat pose wanita di majalah kosmopolitan milik kakaknya itu. Biasanya ia jadi terangsang dan onani di kamar mandi.

    Sret.., Sepersekian detik posisi tangan Susan bergerak memangku kepalanya sendiri dan tanpa ia sadari belahan baju di dadanya menjadi terbuka. Melihat hal demikian Randy jadi sedikit canggung. Ia kebingungan sekaligus menyukai pemandangan itu. Randy agak berdebar-debar ketika ia semakin jelas melihat lekuk buah dada kakaknya yang tampak ranum dan indah. Apalagi tampak tonjolan puting di balik daster tipis itu. Batang kon**lnya terasa sedikit mengeras.
    Karena dorongan hasratnya, Randy memberanikan diri perlahan-lahan mendekati tubuh Susan. Ia merangkul pinggang kakaknya tersebut. Merasakan sentuhan di tubuhnya, membuat rasa sedih Susan semakin mendalam. Air matanya mulai keluar dan ia segera membalikkan badan membelakangi adiknya. Ia tidak mau menangis di hadapan Randy. Posisi demikian membuat Randy bisa merangkul Susan dengan leluasa dari belakang.
    Kamu cantik deh.., malam ini.., ucap Randy tanpa sadar. Susan pun hanya diam saja. Yang ia butuhkan saat ini hanyalah ada orang yang menyayanginya.
    Randy kemudian melingkarkan tangannya ke pinggang Susan. Gadis yang merasa sedang bersedih itu sedikit bergerak lebih mendekatkan badannya ke dalam pelukan Randy. Ia ingin ada orang yang menghiburnya disaat-saat seperti ini. Respon Susan ini membuat Randy berani menggerakan tangannya dengan lembut untuk menyentuh bagian bawah buah dada sepupunya. Susan hanya memejamkan mata saja. Posisi tubuh yang berhimpitan itu membuat pikiran Randy semakin tidak menentu. Apalagi batang kon**lnya yang berhimpitan dengan pantat Susan. Perlahan ia mulai meremas dengan halus buah dada sepupunya tersebut.


    Susan pun dalam keadaan sedang sedih menjadi merasa sangat tenang karena adiknya seperti mengerti kesedihannya. Ia tahan terhadap seorang sepupu. Ia juga membiarkan telapak tangan Randy membelai-belai buah dadanya yang memang tidak memakai beha. Belaian Randy pada bagian tubuhnya yang sensitif tersebut membuat jantung Susan sedikit berdebar-debar. Tapi ia segera menganggap wajar sentuhan kasih sayang sepupunya tersebut.

    Randy pun mulai berani menciumi bagian tengkuk leher Susan sambil memasukkan tangannya ke dalam daster Susan. Perasaan Susan menjadi sedikit tidak karuan. Ia mulai menyadari bahwa sentuhan sepupunya bukan lagi sentuhan kasih sayang, tapi di satu sisi ia amat menikmati sentuhan itu. Terutama remasan telapak tangan Randy terhadap puting susunya. Perasaan sedih yang sedang ia alami seperti berganti dengan keinginan untuk terus dibelai. Ia ingin menghentikan Randy, namun sentuhan itu membangkitkan perasaan lain dalam kesedihannya. Sentuhan-sentuhan halus itu membuat bulu tengkuknya berdiri. Buah dadanya pun menjadi agak mengeras oleh karena sentuhan dan remasan lembut tangan Randy.
    Ran, mmh.., udah ah.., aku kegelian, akhirnya Susan berusaha menyudahi aktivitas itu.
    Ah, aku kan sayang sama kamu, sahut Randy sambil sedikit ngos-ngosan. Ia masih saja merabai tubuh sepupunya.

    Engh, badanku jadi lemas semua nih, tanpa sadar Susan berucap sambil setengah merengek. Kemaluannya bagian bawah pun mulai terasa hangat dan lembab.
    Randy tidak menghiraukan perkataan sepupunya tersebut, ia masih terus meremas-remas payudara Susan. Malah ia mulai memasukkan satu tangannya ke dalam celana dalam sepupunya. Bulu-bulu halus di memek Susan pun terasa di telapak tangan Randy. Iapun menyentuh bibir memek sepupunya itu. Susan menggelinjang. Nafasnya mulai tidak terkontrol. Kesadarannya pun mulai hilang. Sekilas ia hanya menyadari bahwa ia sedang dicumbui oleh sepupunya sendiri. Memeknya sudah mulai berdenyut-denyut.
    Randy secara lembut namun penuh nafsu mulai merebahkan tubuh Susan. kon**lnya seperti ingin membutuhkan sesuatu. Ditindihnya tubuh sepupunya dengan birahi yang mulai tidak terkontrol. Segera saja ia buka kancing daster sepupunya. Tampak dengan jelas kedua belah buah dada sepupunya yang indah itu dengan putingnya yang telah berdiri tegak. Ia langsung mengulumi puting buah dada sepupunya tersebut.
    Ran.., ngmhhnghh.., udah dong.., sshh, ucap Susan ketika sekilas kesadarannya datang. Namun Randy sudak asyik dengan aktivitas birahinya. Lidahnya mempermainkan puting susu sepupunya dengan penuh perasaan. Mata Susan terpejam dan tangannya membelai kepala Randy, merasakan kenikmatan jilatan-jilatannya.

    Randy akhirnya mulai tak sabar, ditariknya turun celana dalam sepupunya tersebut. Susan sudah benat-benar dikuasai nafsu. Ia tidak sadar ketika celana dalamnya terlepas. Randy pun segera memelorotkan celana pendeknya sendiri sampai batang kon**lnya terlihat tegak. Dikangkangkannya kedua kaki Susan dengan perlahan. kon**lnya segera ia arahkan ke dalam pangkal paha Susan. Sleep!, Setengah detik kemudian kon**l Randy mulai memasuki liang memek Susan. Terasa hangat dan empuk. Sesaat Susan seperti tersadar apa yang sedang terjadi, namun kesadarannya langsung hilang ketika Randy mulai menggerakan pinggangnya naik turun.
    Napas Randy semakin ngos-ngosan tatkala tubuhnya mulai bergerak menindih tubuh sepupunya yang mulus itu. Buah dada Susan bergoyang-goyang karena gerakan sodokan Randy terhadap tubuhnya. Semuanya seperti tidak dapat dihentikan begitu saja. Kesadaran Susan pun telah musnah berganti kebutuhan untuk dicumbui. Ia akhirnya juga merespon gerakkan yang dilakukan sepupunya tersebut. Memek Susan berdenyut-denyut ketika kon**l sepupunya terus bergerak dalam liang memeknya. Pinggangnya bergerak berputar-putar dan sambil merintih penuh rasa nikmat.

    Ran.., nghh enghhnak.., enghh terusshhsshh, rintih Susan dalam kenikmatan.
    Desahan Susan membuat nafsu Randy semakin menjadi-jadi. Ia sama sekali tidak menyadari bahwa gadis yang sedang ia entot adalah kakak sepupunya sendiri. Konsentrasi Randy hanyalah pada gerakan tubuhnya yang maju mundur. Batang kon**lnya seperti dipijit-pijit di dalam lubang memek Susan. Ia semakin mempercepat gerakannya karena terasa sesuatu yang mendesak batang kon**lnya.
    Engghh.., yang.., engghh lebihhss kerassh..sshh, Susan mendesah merasa saat itu dirinya telah membubung tinggi. Randy semakin mempercepat gerakannya. Bunyi kecepak-kecepuk menjadi semakin berirama. Randy merasa kon**lnya seperti akan meledak. Gerakannya kini telah menjadi hentakan-hentakan. Susan masih terus memeluk erat tubuh sepupunya sambil matanya terus terpejam.
    Esshh.., Ahh.., ahh..ampirr.., ashh, Susan mendesah-desah. Ia merasa tubuhnya sudah hampir mencapai puncak. Gerakan tubuh keduanya menjadi sangat cepat.

    Tiba-tiba Randy menghentakkan badannya dengan keras dan lama ke dalam tubuh sepupunya. Kedua tubuh itu tampak bergetar. Tangan Susan pun memeluk tubuh Randy tak kalah eratnya. Keduanya telah sampai dipuncak kenikmatan.
    Adegan kedua sepupu itu tanpa disadari sebenarnya dilihat oleh Tante Betty dari balik pintu. Tante Betty benar-benar bingung dengan apa yang dilihatnya. Ia sebenarnya ingin segera memasuki kamar itu namun ia segera menyadari bahwa hal itu dapat memperburuk keadaan. Beberapa saat kemudian Tante Betty melihat keduanya tampak tertidur. Kedua ponakannya itu terkulai lemas dalam keadaan telanjang. Dengan perlahan ia memasuki kamar itu dan mendekati ranjang tempat dua ponakannya tertidur lelap.

    Ia mulai menatap wajah kedua ponakannya dengan rasa galau. Mungkin karena aku terlalu sibuk sehingga hal ini sampai terjadi ucapnya dalam hati. Dengan perlahan ia mulai menaiki kasur dan mendekatkan badannya pada tubuh Susan. Dipeluknya gadis ponakannya itu dengan penuh rasa kasih sayang. Melihat tubuh gadisnya yang sintal dengan buah dada yang ranum membuatnya tersadar bahwa Susan memang mungkin sudah saatnya dewasa. Benar-benar kesalahanku, keluhnya.
    Randy yang merasa ada orang datang mulai terbangun. Kelopak matanya terbuka perlahan dan tampak tantenya memakai daster biru membelakanginya. Lekuk tubuh tantenya tampak indah dalam keremangan kamar. Dalam keadaan setengah sadar, ia masih merasakan kenikmatan yang baru saja dilaluinya bersama Susan. Tak terasa beberapa saat kemaluannya menegang kembali.

    Kebutuhan yang mulai mendesak itu membuat Randy mulai salah tingkah. Tiba-tiba saja ia ingin menyentuh tubuh tantenya yang berada di hadapannya. Apalagi lekuk tubuh tantenya terlihat sangat indah. Namun ia sangat takut apabila tantenya marah. Maka iapun berpura-pura tidur dan memejamkan mata. Dalam keadaan yang mulai birahi kembali Randy memutar otaknya agar dorongannya tersebut terpuaskan. Maka dengan pura-pura dalam keadaan tidur Randy menggerakan badannya untuk dapat memeluk tubuh tantenya.

    Tante Betty yang merasa tubuh Randy bergerak segara membalikkan badan dan memeluk tubuh Randy. Buah dadanya yang hanya dibalut daster biru terasa menyentuh bagian muka Randy. Tante Betty pun mulai membelai kepala Randy dengan penuh kelembutan. Diperhatikan ponakan laki-lakinya dari atas kepala dan turun ke bawah. Pasti banyak yang naksir, ucap tante Betty dalam hati melihat kepolosan wajah ponakannya itu.
    Tiba-tiba wajah Tante Betty memerah. Tak sengaja matanya menyapu kon**l Randy yang agak menegang. Ia berusaha menenangkan diri bahwa yang dihadapannya adalah keponakannya sendiri. Namun jantungnya semakin berdebar-debar. Apalagi diusia yang telah memasuki usia tiga puluh tahun ini ia belum pernah disentuh laki-laki. Kebutuhan seksualnya selama ini ia alihkan dengan menyibukkan diri pada pekerjaan. Sebagai wanita matang, selama ini ia belum pernah melihat tubuh laki-laki dewasa dalam keadaan telanjang. Tubuh Randy pun juga mulai mekar di usia enam belas tahun itu. Tiba-tiba kepala tante Betty terasa agak berkunang-kunang.
    Tanpa sadar tangan Tante Betty mulai bergerak mendekati batang kon**l Randy. Dengan perlahan-lahan agar Randy tidak terbangun, Tante Betty mulai menyentuh batang kon**l Randy. Terasa hangat dan agak keras. Dibelai-belai batang kon**l itu dengan penuh kelembutan. Ia membayangkan andai saja batang kon**l itu mendesak-desak di lubang memeknya. Matanya mulai terpejam. Tanpa sadar tangannya yang sebelah meremas buah dadanya sendiri. Terasa ada cairan hangat mengalir di dalam kemaluannya. Mau tidak mau Tante Betty mengakui bahwa ia mulai terangsang setelah menyentuh batang kon**l Ponakannya.


    Tiba-tiba saja tangan Randy bergerak. Rasa kaget itu membuat Tante Betty menghentikan sentuhannya. Ia memejamkan mata sambil berbaring dalam keadaan memeluk ponakannya. Harapannya adalah Randy menganggapnya tidur.
    Merasakan apa yang baru saja dilakukan tantenya terhadap kon**lnya, Randy menjadi berani. Dibukanya ritsluiting atas daster tantenya. Tampak di depan matanya buah dada yang lebih besar dari kepunyaan Susan. Tampak pula tonjolan mungil puting Tante Betty yang berwarna merah kecoklat-coklatan. Randy sudah tidak sabar. Ia langsung mengulum puting susu tantenya yang sudah mulai menegang itu. Buah dada tantenya pun mulai terasa mengeras.

    Tante Betty kebingungan dengan apa yang dilakukan ponakannya itu. Sekilas hampir saja ia beranjak bangun. Seharusnya ia menegur yang dilakukan ponakannya itu. Tapi jangan-jangan ia tahu apa yang tadi kulakukan, pikir Tante Betty. Ia menjadi takut sendiri kalau hal itu benar-benar terjadi. Pasti bisa memalukan dirinya jika ponakannya melapor pada mamanya.
    Akhirnya dengan pasrah, Tante Betty tetap berpura-pura tidur. Apalagi sentuhan lidah Randy pada putingnya membawa kenikmatan yang luas biasa. Bahkan ia mulai menikmati sepenuhnya ketika kuluman Randy disertai gigitan kecil. Tante Betty pun mengigit bibir karena cumbuan ponakannya.

    Ssshh.., tanpa sadar Tante Betty mendesah penuh kenikmatan saat Randy mengulum puting buah dadanya. Ia pun memegangi kepala ponakannya dengan penuh kelembutan seperti tidak boleh membiarkan aktivitas itu berhenti. Kesadarannya mulai kabur dan seluruh sendi tubuhnya menjadi sangat lemas.
    Randy tahu bahwa tantenya berpura-pura tidur. Ia juga tahu kalau tantenya benar-benar menikmati semua yang dia lakukan pada tubuh tantenya itu. Hal ini semakin membangkitkan keberaniannya. Ia segera membuka daster Tante Betty sambil terus mengulum puting serta meremas-remas tubuh Tante Betty. Dijilatinya seluruh tubuh tantenya.

    Enghh.., ahhng.., ahh.., nggssh, Tante Betty mendesah tanpa mampu menahan apa yang dilakukan ponakannya tersebut. Tubuhnya seperti tidak mau berhenti dijilati. Saat ini dia hanya ingin terus disentuh dengan penuh kemesraan.
    Napas Randy mulai ngos-ngosan. Kebutuhannya untuk memuaskan dorongan kebutuhannya membuat ia segera membuka celana dalam Tante Betty. Pemandangan bulu-bulu halus di sekitar kemaluan tantenya membuat Randy semakin bernafsu. Diarahkan batang kon**lnya ke dalam selangkangan tante Betty.
    Sleep!, Batang kon**lnya pun telah masuk ke dalam lubang memek tantenya. Tante Betty merasakan tubuhnya dimasuki sesuatu yang terasa luar biasa enaknya. Matanya terpejam sangat dalam. Tubuhnya mulai merespon gerakan naik turun Randy. Nafasnya tidak teratur dipenuhi dengan dorongan nafsu yang mulai tinggi.
    Aahh.., esshh.., ahh, Tante Betty mulai mengerang kenikmatan. Ia pun memegangi pantat Randy untuk membantu gerakan naik turun. Mendengar suara desahan-desahan Susan pun terbangun. Ia sedikit terhenyak melihat tubuh tantenya dalam keadaan telanjang ditindih oleh Randy. Dilihatnya Randy dengan penuh nafsu menyetubuhi Tante Betty. Susan pun agak bingung bahwa Tantenya itu justru merepon dengan desahan-desahan. Tangan Randy memegangi paha Tante Betty dan pinggangnya terus bergerak di sela-sela selangkangan tantenya itu. Melihat adegan sepupu serta desahan tantenya dalam ruangan yang remang-remang ini membuat Susan mulai terangsang.
    Tanpa sadar Susan mendekati wajah tantenya itu. Diciumnya bibir Tante Betty. Tante Betty pun dalam keadaan yang sudah di awang-awang segera merespon ciuman itu dengan lumatan yang penuh birahi. Randy sudah asyik dengan aktivitas maju-mundur untuk meningkatkan kenikmatannya.
    Eng.., ssh.., nikmat.., Ran, desah Tante Betty sambil disela-sela ciumannya dengan Susan. kon**l Randy terasa semakin tersedot-sedot. Suara kecepak kecepok menjadi semakin keras dan berirama sering dengan gerakan kon**l Randy memasuki liang memek Tante Betty.
    Susan semakin larut dengan permainan tante dan sepupunya itu. memeknya pun telah menjadi basah karena terangsang melihat adegan sepupu dan tantenya itu. Kepala Susan kemudian bergerak turun. Bibirnya mengulum puting dan tangannya meremas-remas buah dada tantenya.

    Enghss.., enghh.., terusshhin.., engshh, Tante Betty semakin merasa terbang di awang-awang. Gerakan Randy membuat memeknya terasa sangat nikmat. Jilatan lidah Susan pada putingnya semakin membuat nafsunya menjadi-jadi. Nafasnya menjadi semakin tidak teratur. Cumbuan kedua ponakannya memenuhi kebutuhan seksualnya yang sudah tertahan belasan tahun. Tubuhnya pun ikut maju-mundur seiring dengan gerakan Randy. Ia pun semakin mempererat pelukannya pada Randy. Gerakan maju-mundur Randy diimbangi dengan gerakan bergoyang-goyang oleh Tante Betty. Aktivitas ini membuat ia merasa ada sesuatu yang mendesak. Tante Betty semakin mempercepat goyangannya. Ia memeluk Randy sangat erat sambil terus mengoyangkan pinggulnya dengan cepat. Tiba-tiba tubuh Tante Betty menegang dan memeknya berdenyut-denyut seperti meledakkan sesuatu. Ia merasa tubuhnya hancur berkeping-keping dalam kenikmatan.
    Ran.., ganti aku aja.., Tante udah lemas tuh, ucap Susan tanpa malu-malu. Ia segera mengangkangkan kakinya. Nafsunya sudah memuncak dan harus dipenuhi. Seluruh bagian tubuhnya seperti menuntut untuk dicumbui.
    Randy pun menarik kon**l dari kemaluan tantenya yang telah terkulai itu. Diarahkannya batang kon**lnya itu ke arah lubang memek Susan yang telah mengangkang itu. Sleep!, kon**lnya langsung terasa tersedot-sedot. Ditindihnya tubuh sepupunya itu.

    Mereka sudah dikuasai oleh birahi yang tak tertahankan. Kebutuhan itu saling memuaskan membuat tidak ada lagi kecanggungan diantara mereka. Randy menciumi buah dada Susan sambil pinggang melakukan gerakan naik turun. Susan melingkarkan tangannya pada punggung Randy.
    Enghh terusshh.., Ran.., masukin terus.., enggsshh, desah Susan sambil matanya masih terus terpejam. Dengan perlahan Randy menarik tubuh Susan agar duduk di atas pinggang Randy. Posisi ini semakin membuat kon**l Randy lebih bisa masuk lebih dalam lagi. Tangan Randy memegangi pantat sepupunya itu. Susan juga merasa memeknya terisi lebih penuh oleh batang kon**l Randy.
    Randy semakin merasa kon**lnya disedot-sedot oleh kemaluan sepupunya. Susan yang berada di atas tubuh Randy mulai menggerakkan badannya. Keduanya telah larut dalam gerakan berirama. Randy semakin memperdalam gerakannya pada selangkangan sepupunya. Susan pun mencontoh gerakan tantenya dengan menggoyang-goyang pinggangnya.
    Enghh.., terus.., Ran.., Enghh enaahkk, mata Susan terpejam dan bibirnya mendesah. Randy terus menggerakan pinggangnya semakin cepat. Goyangan Susan pun menjadi samakin cepat pula. Kedua tubuh itu telah menyatu dalam kebutuhan yang tak tertahankan. memeknya terasa semakin berdenyut-denyut oleh sodokan-sodokan kon**l sepupunya itu.

    Lebihh kerashh.., enghh lagi, Susan merasakan tubuhnya akan meledak. Gerakan keduanya menjadi semakin cepat dan keras. Tiba-tiba saja tubuh keduanya menegang secara bersamaan tanda mereka mencapai puncak kenimatan bersamaan. Beberapa saat kemudian ketiganya sudah tertidur pulas dalam keadaan telanjang.
    Peristiwa semalam tampaknya dianggap seperti tidak pernah ada oleh Tante Betty. Saat makan pagi, tante Betty tampak berusaha bersikap santai.
    Ran, kamu mau kemana hari ini, tanya Tante Betty sambil mengoleskan mentega pada roti tawarnya. Ia sudah mengenakan busana kerja. Blus krem dan rok span abu-abu.
    Mungkin ke toko buku, ada novel Shedney Shieldon yang baru, ucap Randy sambil berpura-pura membaca koran. Ia masih sungkan dengan Tante Betty mengingat apa yang dilakukannya semalam. Ia takut kalau sampai Tante Betty lapor ke mamanya. Bisa-bisa aku dibunuh oleh Papa, pikirnya.
    Kalau gitu ini buat beli novelnya, ucap Tante Betty sambil menyodorkan dua lembar uang lima puluh ribuan. Randy pun mendongakan kepalanya sambil terheran-heran. Dilihatnya Tante Betty mengangguk. Tanda ia harus menerima uang itu.
    Makasih ya, Tante, ucap Randy sambil menyorongkan badannya memeluk Tante Betty, Merekapun berangkulan erat.
    Tiba-tiba Tante Betty berbisik, Yang tadi malem jangan kasih tau siapa-siapa ya, Ran.

    Iya, Tante. Kemaluan Randy terasa mengeras.
    Terus kalau Randy takut tidur sendirian, tidur di kamar Tante aja ya, ucap Tante Betty dengan nada datar. Ia tidak mau Randy menangkap keinginannya. Namun bagi Randy kata-kata itu seperti undangan yang sangat jelas maksudnya.
    Randy pun sedikit melonggarkan pelukannya dan melihat wajah Tante Betty tampak agak memerah. Hasrat untuk melakukan aktivitas seperti semalam menggelegak dalam dirinya. Tanpa sadar diciumnya bibir Tante Betty. Pertama lembut namun kemudian semakin ganas. Kebutuhannya mulai tak tertahankan. Tante Betty sempat gelagapan dengan apa yang dilakukan oleh Randy. Ia tidak mengira Randy sudah berani terang-terangan. Namun sekian detik kemudian ia mulai membalas ciuman itu. Mereka saling melumat lidah dan menghisap. Ia bahkan membiarkan tangan Randy membuka kancing blusnya. Tangan Randy segera menyisihkan BH dan meremasi buah dadanya. Semakin lama buah dada itu terasa mengeras.

    Sudah, Ran. Tante mau ke kantor, ucap Tante Betty sambil berpura-pura tidak mau. Namun tampaknya Randy tidak peduli. Ia mulai menciumi leher tante Betty dengan lembut. Tangannya yang satu bahkan mulai mengangkat span abu-abu itu hingga celana dalam tante Betty terlihat. Tangan Randy pun mulai menggerayangi sesuatu yang ada di balik celana dalam itu.

    Ash.., neghh, udah, Ran, desah Tante Betty. Ia tidak ingin terlambat. Tender proyek dua M itu bisa hilang, pikir tante Betty. Namun apa yang dilakukan ponakannya ini benar-benar terasa nikmat. Akhirnya ia membalikkan badan dan segera menurunkan celana dalamnya.
    Udah, Ran dari belakang aja, ucap Tante Betty sunguh-sungguh. Rani, teman kantornya, pernah mengatakan kalau pria bersetubuh lewat belakang akan cepat ejakulasi. Paling tidak ia masih sempat merasakan persetubuhan dan tidak terlambat ke kantor.


    Kesempatan itu tidak disia-siakan Randy. Dipelorotkannya celana pendeknya. Batang kon**lnya tampak sudah sangat tegang. Perlahan diarahkannya kon**lnya ke memek Tante Betty. Slepp!, kon**l Randy mulai memasuki lubang memek Tante Betty. Lututnya seperti hampir copot ketika kon**l itu masuk ke dalam lubang memek Tante Betty. Tante Betty juga segera merasa lemas. Ia pun segera menahan badannya pada sandaran sofa. Posisinya seperti orang yang akan naik kuda.
    Eenghh.., nikmat, terusshh, desah Tante Betty sambil memejamkan mata. Randy memegangi pinggang tantenya dan terus menyodok-nyodokan kon**lnya ke memek Tante Betty. kon**lnya terasa seperti dipijat-pijat dan disedot-sedot. Ia kemudian ikut membungkukkan badan agar tangannya dapat meremas buah dada Tante Betty yang ranum menggantung.

    Gerakan mereka makin lama makin cepat. Tante Betty sudah tertelungkup di sandaran sofa dan Randy menyetubuhinya dari belakangnya. Kenikmatan itu semakin membuat ia lupa urusan kantornya.
    Terusshh, Ran.., enakk, desah Tante Betty.
    Beberapa saat kemudian Randy mempercepat gerakannya. Ia memeluk erat tubuh Tante Betty namun pinggangya masih melakukan gerakan maju-mundur. Tiba-tiba tubuhnya mengejang sambil kon**lnya disorongkan secara mendalam ke lubang memek Tante Betty. Ia telah sampai di pucak kenikmatan. Cret.., cret.., cret, sperma Randy membasahi lubang memek Tante Betty. Ia kemudian menarik kon**lnya dan segera menjatuhkan badannya ke sofa.

    Tante Betty segera menaikkan celana dalamnya dan merapikan blus serta rok mininya. Dilihatnya ponakannya memandang dengan mesra. Tampaknya kecanggungan diantara mereka sudah luntur dan berganti hubungan dua lawan jenis yang saling membutuhkan. Tante Betty pun mau tidak mau mulai mengakui bahwa ia tidak lagi melihat Randy sebagai ponakannya namun tak lain sebagai pria yang mampu memberikan kepuasan seksualnya.
    Udah, ya Tante ke kantor dulu, ucap Tante Betty sambil mendekati Randy. Mereka berciuman dengan mesra seperti seorang kekasih. Setelah melihat jam di dinding, Tante Betty segera beranjak ke garasi. Ia sudah terlambat sepuluh menit. Tak lama kemudian deru suara mobil pun berbunyi dan semakin lama semakin menghilang. Randy pun segera memakai celananya dan tertidur di sofa.

  • Pengalaman Sex Pembantu Bi Eha Guru Seksku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Pengalaman Sex Pembantu Bi Eha Guru Seksku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1258 views

    Perawanku – Bi Eha sudah cukup lama menjadi pembantu di rumah Tuan Hartono. Ini merupakan tahun ketiga ia bekerja di sana. Bi Eha merasa kerasan karena keluarga Tuan Hartono cukup baik memperlakukannya bahkan memberikan lebih dari apa yang diharapkan oleh seorang pembantu. Bi Eha sadar akan hal ini, terutama akan kebaikan Tuan Hartono, yang dianggapnya terlalu berlebihan. Namun ia tak begitu memikirkannya. Sepanjang hidupnya terjamin, iapun dapat menabung kelebihannya untuk jaminan hari tua. Perkara kelakuan Tuan Hartono yang selalu minta dilayani jika kebetulan istrinya tak ada di rumah, itu adalah perkara lain. Ia tak memperdulikannya bahkan ikut menikmati pula.

    Walaupun orang kampung, Bi Eha tergolong wanita yang menarik. Usianya tidak terlalu tua, sekitar 32 tahunan. Penampilannya tidak seperti perempuan desa. Ia pandai merawat tubuhnya sehingga nampak masih sintal dan menggairahkan. Bahkan Tuan Hartono sangat tergila-gila melihat kedua payudaranya yang montok dan kenyal. Kulitnya agak gelap namun terawat bersih dan halus. Soal wajah meski tidak tergolong cantik namun memiliki daya tarik tersendiri. Sensual! Begitu kata Tuan hartono saat pertama kali mereka bercinta di belakang dapur suatu ketika.

    Dalam usianya yang tidak tergolong muda ini, Bi Eha – janda yang sudah lama ditinggal suami – masih memiliki gairah yang tinggi karena ternyata selain berselingkuh dengan majikannya, ia pernah bercinta pula dengan Kang Ujang, Satpam penjaga rumah. Perselingkuhannya dengan Kang Ujang berawal ketika ia lama ditinggalkan oleh Tuan Hartono yang sedang pergi ke luar negeri selama sebulan penuh. Selama itu pula Bi Eha merasa kesepian, tak ada lelaki yang mengisi kekosongannya. Apalagi di saat itu udara malam terasa begitu menusuk tulang. Tak tahan oleh gairahnya yang meletup-letup, ia nekat menggoda Satpam itu untuk diajak ke atas ranjangnya di kamar belakang.

    Malam itu, Bi Eha kembali tak bisa tidur. Ia gelisah tak menentu. Bergulingan di atas ranjang. Tubuhnya menggigil saking tak tahannya menahan gelora gairah seksnya yang menggebu-gebu. Malam ini ia tak mungkin menantikan kehadiran Tuan Hartono dalam pelukannya karena istrinya ada di rumah. Perasaannya semakin gundah kala membayangkan saat itu Tuan Hartono tengah menggauli istrinya. Ia bayangkan istrinya itu pasti akan tersengal-sengal menghadapi gempuran Tuan Hartono yang memiliki ’senjata’ dahsyat. Bayangan batang kontol Tuan Hartono yang besar dan panjang itu serta keperkasaannya semakin membuat Bi Eha nelangsa menahan nafsu syahwatnya sendiri. Sebenarnya terpikir untuk memanggil Kang Ujang untuk menggantikannya namun ia tak berani selama majikannya ada di rumah. Kalau ketahuan hancur sudah akibatnya nasib mereka nantinya. Akhirnya Bi Eha hanya bisa mengeluh sendiri di ranjang sampai tak terasa gairahnya terbawa tidur.

    Dalam mimpinya Bi Eha merasakan gerayangan lembut ke sekujur tubuhnya. Ia menggeliat penuh kenikmatan atas sentuhan jemari kekar milik Tuan Hartono. Menggerayang melucuti kancing baju tidurnya hingga terbuka lebar, mempertontonkan kedua buah dadanya yang mengkal padat berisi. Tanpa sadar Bi Eha mengigau sambil membusungkan dadanya.
    “Remas.. uugghh.. isep putingnya.. aduuhh enaknya..”

    Kedua tangan Bi Eha memegang kepala itu dan membenamkannya ke dadanya. Tubuhnya menggeliat mengikuti jilatan di kedua putingnya. Bi Eha terengah-engah saking menikmati sedotan dan remasan di kedua payudaranya, sampai-sampai ia terbangun dari mimpinya.

    Perlahan ia membuka kedua matanya sambil merasakan mimpinya masih terasa meski sudah terbangun. Setelah matanya terbuka, ia baru sadar bahwa ternyata ia tidak sedang mimpi. Ia menengok ke bawah dan ternyata ada seseorang tengah menggumuli bukit kembarnya dengan penuh nafsu. Ia mengira Tuan Hartono yang sedang mencumbuinya. Dalam hati ia bersorak kegirangan sekaligus heran atas keberanian majikannya ini meski sang istri ada di rumah. Apa tidak takut ketahuan. Tiba-tiba ia sendiri yang merasa ketakutan. Bagaimana kalau istrinya datang?

    Bi Eha langsung bangkit dan mendorong tubuh yang menindihnya dan hendak mengingatkan Tuan Hartono akan situasi yang tidak memungkinkan ini. Namun belum sempat ucapan keluar, ia melihat ternyata orang itu bukan Tuan Hartono?! Yang lebih mengejutkannya lagi ternyata orang itu tidak lain adalah Andre, putra tunggal majikannya yang masih berumur 15 tahunan!?

    “Den Andre?!” pekiknya sambil menahan suaranya.
    “Den ngapain di kamar Bibi?” tanyanya lagi kebingungan melihat wajah Andre yang merah padam.
    Mungkin karena birahi bercampur malu ketahuan kelakuan nakalnya.
    “Bi.. ngghh.. anu.. ma-maafin Andre..” katanya dengan suara memelas.
    Kepalanya tertunduk tak berani menatap wajah Bi Eha.
    “Tapi.. barusan nga.. ngapain?” tanyanya lagi karena tak pernah menyangka anak majikannya berani berbuat seperti itu padanya.
    “Andre.. ngghh.. tadinya mau minta tolong Bibi bikinin minuman..” katanya menjelaskan.
    “Tapi waktu liat Bibi lagi tidur sambil menggeliat-geliat.. ngghh.. Andre nggak tahan..” katanya kemudian.
    “Oohh.. Den Andre.. itu nggak boleh. Nanti kalau ketahuan Papa Mama gimana?” Tanya Bi Eha.
    “Andre tahu itu salah.. tapi.. ngghh..” jawab Andre ragu-ragu.
    “Tapi kenapa?” Tanya Bi Eha penasaran
    “Andre pengen kayak Kang Ujang..” jawabnya kemudian.

    Kepala Bi Eha bagaikan disamber geledek mendengar ucapan Andre. Berarti dia tahu perbuatannya dengan Satpam itu, kata hatinya panik. Wah bagaimana ini?
    “Kenapa Den Andre pengen itu?” tanyanya kemudian dengan lembut.
    “Andre sering ngebayangin Bibi.. juga.. ngghh.. anu..”
    “Anu apa?” desak Bi Eha makin penasaran.
    “Andre suka ngintip.. Bibi lagi mandi,” akunya sambil melirik ke arah pakaian tidur Bi Eha yang sudah terbuka lebar.

    Andre melenguh panjang menyaksikan bukit kembar montok yang menggantung tegak di dada pengasuhnya itu. Bi Eha dengan refleks merapikan bajunya untuk menutupi dadanya yang telanjang. Kurang ajar mata anak bau kencur ini, gerutu Bi Eha dalam hati. Nggak jauh beda dengan Bapaknya.
    “Boleh khan Bi?” kata Andre kemudian.
    “Boleh apa?” sentak Bi Eha mulai sewot.
    “Boleh itu.. ngghh.. anu.. kayak tadi..” pinta Andre tanpa rasa bersalah seraya mendekati kembali Bi Eha.
    “Den Andre jangan kurang ajar begitu sama perempuan..,” katanya seraya mundur menjauhi anak itu. “Nggak boleh!”
    “Kok Kang Ujang boleh? Nanti Andre bilangin lho..” kata Andre mengancam.
    “Eh jangan! Nggak boleh bilang ke siapa-siapa..” kata Bi Eha panik.
    “Kalau gitu boleh dong Andre?”

    Kurang ajar bener anak ini, berani-beraninya mengancam, makinya dalam hati. Tapi bagaimana kalau ia bilang-bilang sama orang lain. Oh Jangan. Jangan sampai! Bi Eha berpikir keras bagaimana caranya agar anak ini dapat dikuasai agar tak cerita kepada yang lain. Bi Eha lalu tersenyum kepada Andre seraya meraih tangannya.
    “Den Andre mau pegang ini?” katanya kemudian sambil menaruh tangan Andre ke atas buah dadanya.
    “Iya.. ii-iiya..,” katanya sambil menyeringai gembira.

    Andre meremas kedua bukit kembar milik Bi Eha dengan bebas dan sepuas-puasnya. “Gimana Den.. enak nggak?” Tanya Bi Eha sambil melirik wajah anak itu.
    “Tampan juga anak ini, walau masih ingusan tapi ia tetap seorang lelaki juga”, pikir Bi Eha.
    Bukankah tadi ia merindukan kehadiran seorang lelaki untuk memuaskan rasa dahaga yang demikian menggelegak? Mungkin saja anak ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi dari pada tidak sama sekali?

    Setelah berpikiran seperti itu, Bi Eha menjadi penasaran. Ingin tahu bagaimana rasanya bercinta dengan anak di bawah umur. Tentunya masih polos, lugu dan perlu diajarkan. Mengingat ini hal Bi Eha jadi terangsang. Keinginannya untuk bercinta semakin menggebu-gebu. Kalau saja lelaki ini adalah Tuan Hartono, tentunya sudah ia terkam sejak tadi dan menggumuli batang kontolnya untuk memuaskan nafsunya yang sudah ke ubun-ubun. Tapi tunggu dulu. Ia masih anak-anak. Jangan sampai ia kaget dan malah akan membuatnya ketakutan.

    Lalu ia biarkan Andre meremas-remas buah dadanya sesuka hati. Dadanya sengaja dibusungkan agar anak ini dapat melihat dengan jelas keindahan buah dadanya yang paling dibanggakan. Andre mencoba memilin-milin putingnya sambil melirik ke wajah Bi Eha yang nampak meringis seperti menahan sesuatu.
    “Sakit Bi?” tanyanya.
    “Nggak Den. Terus aja. Jangan berhenti. Ya begitu.. terus sambil diremas.. uugghh..”

    Andre mengikuti semua perintah Bi Eha. Ia menikmati sekali remasannya. Begitu kenyal, montok dan oohh asyik sekali! Pikir Andre dalam hati. Entah kenapa tiba-tiba ia ingin mencium buah dada itu dan mengemot putingnya seperti ketika ia masih bayi.
    Bi Eha terperanjat akan perubahan ini sekaligus senang karena meski sedotan itu tidak semahir lelaki dewasa tapi cukup membuatnya terangsang hebat. Apalagi tangan Andre satunya lagi sudah mulai berani mengelus-elus pahanya dan merambat naik di balik baju tidurnya. Perasaan Bi Eha seraya melayang dengan cumbuan ini. Ia sudah tak sabar menunggu gerayangan tangan Andre di balik roknya segera sampai ke pangkal pahanya. Tapi nampaknya tidak sampai-sampai. Akhirnya Bi Eha mendorong tangan itu menyusup lebih dalam dan langsung menyentuh daerah paling sensitive. Bi Eha memang tak pernah memakai pakaian dalam kalau sedang tidur. “Tidak bebas”, katanya.

    Andre terperanjat begitu jemarinya menyentuh daerah yang terasa begitu hangat dan lembab. Hampir saja ia menarik lagi tangannya kalau tidak ditahan oleh Bi Eha.
    “Nggak apa-apa.. pegang aja.. pelan-pelan.. ya.. terus.. begitu.. ya.. teruusshh.. uggh Den enaak!”

    Andre semangat mendengar erangan Bi Eha yang begitu merangsang. Sambil terus mengemot puting susunya, jemarinya mulai berani mempermainkan bibir kemaluan Bi Eha. Terasa hangat dan sedikit basah. Dicoba-cobanya menusuk celah di antara bibir itu. Terdengar Bi Eha melenguh. Andre meneruskan tusukannya. Cairan yang mulai rembes di daerah itu membuat jari Andre mudah melesak ke dalam dan terus semakin dalam.
    “Akhh.. Den masukin terusshh.. ya begitu. Oohh Den Andre pinter!” desah Bi Eha mulai meracau ucapannya saking hebatnya rangsangan ke sekujur tubuhnya.

    Sambil terus menyuruh Andre berbuat ini dan itu. Tangan Bi Eha mulai menggerayang ke tubuh Andre. Pertama-tama ia lucuti pakaian atasnya kemudian melepaskan ikat pinggangnnya dan langsung merogoh ke balik celana dalam anak itu.
    “Mmmpphh..”, desah Bi Eha begitu merasakan batang kontol anak itu sudah keras seperti baja.
    Ia melirik ke bawah dan melihat batang Andre mengacung tegang sekali. Boleh juga anak ini. Meski tidak sebesar bapaknya, tapi cukup besar untuk ukuran anak seumurnya. Tangan Bi Eha mengocok perlahan batang itu. Andre melenguh keenakan.
    “Oouhhgghh.. Bii.. uueeanaakkhh!” pekik Andre perlahan.

    Bi Eha tersenyum senang melihatnya. Anak ini semakin menggemaskan saja. Kepolosan dan keluguannya membuat Bi Eha semakin terangsang dan tak tahan menghadapi emotan bibirnya di puting susunya dan gerakan jemarinya di dalam liang memeknya. Rasanya ia tak kuat menahan desakan hebat dari dalam dirinya. Tubuhnya bergetar.. lalu.., Bi Eha merasakan semburan hangat dari dalam dirinya berkali-kali. Ia sudah orgasme. Heran juga. Tak seperti biasanya ia secepat itu mencapai puncak kenikmatan. Entah kenapa. Mungkin karena dari tadi ia sudah terlanjur bernafsu ditambah pengalaman baru dengan anak di bawah umur, telah membuatnya cepat orgasme.

    Andre terperangah menyaksikan ekspresi wajah Bi Eha yang nampak begitu menikmatinya. Guncangan tubuhnya membuat Andre menghentikan gerakannya. Ia terpesona melihatnya. Ia takut malah membuat Bi Eha kesakitan.
    “Bi? Bibi kenapa? Nggak apa-apa khan?” tanyanya demikian polos.
    “Nggak sayang.. Bibi justru sedang menikmati perbuatan Den Andre,” demikian kata Bi Eha seraya menciumi wajah tampan anak itu.

    Dengan penuh nafsu, bibir Andre dikulum, dijilati sementara kedua tangannya menggerayang ke sekujur tubuh anak muda ini. Andre senang melihat kegarangan Bi Eha. Ia balas menyerang dengan meremas-remas kedua payudara pengasuhnya ini, lalu mempermainkan putingnya.
    “Aduh Den.. enak sekali. Den Andre pinter.. uugghh!” erang Bi Eha kenikmatan.

    Bi Eha benar-benar menyukai anak ini. Ia ingin memberikan yang terbaik buat majikan mudanya ini. Ingin memberikan kenikmatan yang tak akan pernah ia lupakan. Ia yakin Andre masih perjaka tulen. Bi Eha semakin terangsang membayangkan nikmatnya semburan cairan mani perjaka. Lalu ia mendorong tubuh Andre hingga telentang lurus di ranjang dan mulai menciuminya dari atas hingga bawah. Lidahnya menyapu-nyapu di sekitar kemaluan Andre. Melumat batang yang sudah tegak bagai besi tiang pancang dan megulumnya dengan penuh nafsu.

    Tubuh Andre berguncang keras merasakan nikmatnya cumbuan yang begitu lihai. Apalagi saat lidah Bi Eha mempermainkan biji pelernya, kemudian melata-lata ke sekujur batang kemaluannya. Andre merasakan bagian bawah perutnya berkedut-kedut akibat jilatan itu. Bahkan saking enaknya, Andre merasa tak sanggup lagi menahan desakan yang akan menyembur dari ujung moncong kemaluannya. Bi Eha rupanya merasakan hal itu. Ia tak menginginkannya. Dengan cepat ia melepaskan kulumannya dan langsung memencet pangkal batang kemaluan Andre sehingga tidak langsung menyembur.
    “Akh Bi.. kenapa?” Tanya Andre bingung karena barusan ia merasakan air maninya akan muncrat tapi tiba-tiba tidak jadi.
    “Nggak apa-apa. Tenang saja, Den. Biar tambah enak,” jawabnya seraya naik ke atas tubuh Andre.

    Dengan posisi jongkok dan kedua kaki mengangkang, Bi Eha mengarahkan batang kontol Andre persis ke arah liang memeknya. Perlahan-lahan tubuh Bi Eha turun sambil memegang kontol Andre yang sudah mulai masuk.
    “Uugghh.. enak nggak Den?”
    “Aduuhh.. Bi Eha.. sedaapphh..!” pekiknya.

    Andre merasakan batang kontolnya seperti disedot liang memek Bi Eha. Terasa sekali kedutan-kedutannya. Ia lalu menggerakan pantatnya naik turun. Konotlnya bergerak ceapt keluar masuk liang nikmat itu. Bi Eha tak mau kalah. Pantatnya bergoyang ke kanan-kiri mengimbangi tusukan kontol Andre.
    “Auugghh Deenn..uueennaakk!” jerit Bi Eha seperti kesetanan.
    “Terus Den, jangan berhenti. Ya tusuk ke situ.. auughgg.. aakkhh..”

    Andre mempercepat gerakannya karena mulai merasakan air maninya akan muncrat.
    “Bi.. saya mau keluaarr..” Jeritnya.
    “Iya Den.. ayo.. keluarin aja. Bibi juga mau keluar.. ya terusshh.. oohh teruss..” katanya tersengal-sengal.

    Andre mencoba bertahan sekuat tenaga dan terus menggenjot liang memek Bi Eha dengan tusukan bertubi-tubi sampai akhirnya kewalahan menghadapi goyangan pinggul wanita berpengalaman ini. Badannya sampai terangkat ke atas dan sambil memeluk tubuh Bi Eha erat-erat, Andre menyemburkan cairan kentalnya berkali-kali.
    “Crot.. croott.. crott!”
    “Aaakkhh..” Bi Eha juga mengalami orgasme.
    Sekujur tubuhnya bergetar hebat dalam pelukan erat Andre.
    “Ooohh.. Deenn.. hebat sekali..”

    Kedua insan yang tengah lupa daratan ini bergulingan di atas ranjang merasakan sisa-sisa akhir dari kenikmatan ini. Nafas mereka tersengal-sengal. Peluh membasahi seluruh tubuh mereka meski udara malam di luar cukup dingin. Nampak senyum Bi Eha mengembang di bibirnya. Penuh dengan kepuasan. Ia melirik genit kepada Andre.
    “Gimana Den. Enak khan?”
    “Iya Bi, enak sekali,” jawab Andre seraya memeluk Bi Eha.
    Tangannya mencolek nakal ke buah dada Bi Eha yang menggelantung persis di depan mukanya.
    “Ih Aden nakal,” katanya semakin genit.
    Tangan Bi Eha kembali merayap ke arah batang kontol Andre yang sudah lemas. Mengelus-elus perlahan hingga batang itu mulai memperlihatkan kembali kehidupannya.
    “Bibi isep lagi ya Den?”

    Andre hanya bisa mengangguk dan kembali merasakan hangatnya mulut Bi Eha ketika mengulum kontolnya. Mereka kembali bercumbu tanpa mengenal waktu dan baru berhenti ketika terdengar kokok ayam bersahutan. Andre meninggalkan kamar Bi Eha dengan tubuh lunglai. Habis sudah tenaganya karena bercinta semalaman. Tapi nampak wajahnya berseri-seri karena malam itu ia sudah merasakan pengalaman yang luar biasa.

  • Guru Private

    Guru Private


    1682 views

    Perawanku – Ini adalah sebuah cerita seks guru les private dan tante kesepian ibu dari murid lesnya. Ya, perselingkuhan yang membuat keduanya saling berbagi kenikmatan seks yang membawa mereka ke puncak kenikmatan birahi. Simak cerita lengkapnya berikut ini!

    Kenangan Indah Waktu Kuliah di Jawa Tengah. Ini adalah cerita dari kisah nyata saya waktu kuliah di Jawa Tengah sekitar tahun 1992.Nama saya Rudy,banyak orang menilai saya pria simpatik dengan kemamuan berpikir cemerlang.Kebutuhan hidup menjadi kendala saya saat itu, uang pas-pasan dari orang tua kadang2 kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya.

    Kurang dari 6 bulan saya belajar di kota ini, cukup banyak tawaran dari beberapa teman untuk memberikan les privat matematika dan IPA bagi adik-adik mereka yang masih duduk di sekolah lanjutan. Keberuntungan datang bertubi-tubi, bahkan tawaran datang dari bunga kampus kami, sebut saja Indah untuk memberikan les privat bagi adiknya yang masih duduk di kelas 2 SLTP swasta ternama di kota dimana saya kuliah.

    Keluarga Indah adalah keluarga yang sangat harmonis, ayahnya bekerja sebagai kepala kantor perwakilan (Kakanwil) salah satu departemen, berumur kurang lebih 46 tahun, sementara itu ibunya, biasa saya panggil Tante Stella, adalah ibu rumah tangga yang sangat memperhatikan keluarganya. Konon kabarnya Tante Stella adalah mantan ratu kecantikan di kota kelahirannya, dan hal ini amat saya percayai karena kecantikan dan bentuk tubuhnya yang masih sangat menarik diusianya yang ke 36 ini. Adik Indah murid saya bernama Noni, amat manja pada orangtuanya, karena Tante Stella selalu membiasakan memenuhi segala permintaannya.

    Dalam satu minggu, saya harus memberikan perlajaran tambahan 3 kali buat Nona, walaupun sudah saya tawarkan bahwa waktu pertemuan tersebut dapat dikurangi, karena sebenarnya Nona cukup cerdas, hanya sedikit malas belajar. Tetapi Tante Stella malah menyarankan untuk memberikan pelajaran lebih dari yang sudah disepakati dari awalnya.

    Setiap saya selesai mengajar, Tante Stella selalu menunggu saya untuk membicarakan perkembangan anaknya, tekadang ekor matanya saya tangkap menyelidik bentuk badan saya yang agak bidang menurutnya. Melewati satu bulan saya mengajar Noni, hubungan saya dengan Tante Stella semakin akrab.

    Suatu ketika, kira-kira bulan ketiga saya mengajar Noni, saya datang seperti biasanya jam 16:00 sore. Saya mendapati rumah Bapak Gatot sepi tidak seperti biasanya, hanya tukang kebun yang ada. Karena sudah menjadi kewajiban, saya berinisiatif menunggu Noni, minimal selama waktu saya mengajar. Kurang lebih 45 menit menunggu, Tante Stella datang dengan wajah cerah sambil mengatakan bahwa Noni sedang menghadiri pesta ulang tahun salah seorang temannya, sehingga hari itu saya tidak perlu mengajar. Tetapi Tante Stella tetap minta saya menunggu, karena ada sesuatu yang harus dibicarakan dengan saya.
    Ketika Tante Stella memanggil untuk masuk ke dalam rumahnya, alangkah kagetnya saya, ternyata Tante Stella telah memakai baju yang sangat seksi. Yah, memang badannya cukup seksi, karena walaupun sudah mulai berumur, Tante Stella masih sempat menjaga tubuhnya dengan melakukan senam “BL” seminggu 3 kali. Tubuhnya yang ideal menurut saya mempunyai tinggi sekitar 168 cm, dan berat sekitar 48 kg, ditambah ukuran payudaranya kira-kira 36D.

    Mula-mula saya tidak menaruh curiga sama sekali, pembicaraan hanya berkisar masalah perkembangan pendidikan Noni. Tetapi lama kelamaan sejalan dengan cairnya situasi, Tante Stella mulai bercerita tentang kesepiannya di atas ranjang. Terus terang saya mulai bingung mengimbangi pembicaraan ini, saya hanya terdiam, sambil berhayal entah kamana.

    “Rud, kamu lugu sekali yah..?” tanya Tante Stella.
    “Agh… Tante bisa aja deh, emang biar nggak lugu harus gimana..?” jawab saya.
    “Yah… lebih dewasa Dong..!” tegasnya.
    Lalu, tiba-tiba tangan Tante Stella sudah memegang tangan saya duluan, dan tentu saja saya kaget setengah mati.
    “Rud… mau kan tolongin Tante..?” tanya si Tante dengan manja.
    “Loh… tolongin apalagi nih Tante..?” jawab saya.
    “Tolong puaskan Tante, Tante kesepian nih..!” jawab si Tante.
    Astaga, betapa kagetnya saya mendengar kalimat itu keluar dari mulut Tante Stella yang memiliki rambut sebahu. Saya benar-benar tidak membayangkan kalau ibu bunga kampus saya, bahkan ibu murid saya sendiri yang meminta seperti itu. Memang tidak pernah ada keinginan untuk “bercinta” dengan Tante Stella ini, karena selama ini saya menganggap dia sebagai seorang ibu yang baik dan bertanggung jawab.
    “Wah… saya harus memuaskan Tante dengan apa dong..?” tanya saya sambil bercanda.
    “Yah… kamu pikir sendirilah, kan kamu sudah dewasa kan..?” jawabnya.

    Lalu akhirnya saya terbawa nafsu setan juga, dan mulai memberanikan diri untuk memeluknya dan kami mulai berciuman di ruang keluarganya. Dimulai dengan mencium bibirnya yang tipis, dan tanganku mulai meremas-remas payudaranya yang masih montok itu. Tante Stella juga tidak mau kalah, dia langsung meremas-remas alat kelaminku dengan keras. Mungkin karena selama ini tidak ada pria yang dapat memuaskan nafsu seksnya yang ternyata sangat besar ini.

    Akhirnya setelah hampir selama setengah jam kami berdua bercumbu, Tante Stella menarik saya ke kamar tidurnya. Sesampainya di kamar tidurnya, dia langsung melucuti semua baju saya, pertama-tama dia melepas kemeja saya sambil menciumi dada saya. Bukan main nafsunya si Tante, pikirku. Dan akhirnya, sampailah pada bagian celana. Betapa nafsunya dia ingin melepaskan celana Levi’s saya. Dan akhirnya dia dapat melihat betapa tegangnya batang kemaluan saya.
    “Wah… Rud, gede juga nih punya kamu…” kata si Tante sambil bercanda.
    “Masa sih Tante..? Perasaan biasa-biasa saja deh..!” jawab saya.

    Dalam keadaan saya berdiri dan Tante Stella yang sudah jongkok di depan saya, dia langsung menurunkan celana dalam saya dan dengan cepatnya dia memasukkan batang kemaluan saya ke dalam mulutnya. Aghhh, nikmat sekali rasanya. Karena baru pertama kali ini saya merasakan oral seks. Setelah dia puas melakukan oral dengan kemaluan saya, kemudian saya mulai memberanikan diri untuk bereaksi.

    Sekarang gantian saya yang ingin memuaskan si Tante. Saya membuka bajunya dan kemudian saya melepaskan celana panjangnya. Setelah melihat keadaan si Tante dalam keadaan tanpa baju itu, tiba-tiba libido seks saya menjadi semakin besar. Saya langsung menciumi payudaranya sambil meremas-remas, sementara itu Tante Stella terlihat senangnya bukan main. Lalu saya membuka BH hitamnya, dan mulailah saya menggigit-gigit putingnya yang sudah mengeras.

    “Oghh… saya merindukan suasana seperti ini Rud..!” desahnya.
    “Tante, saya belum pernah gituan loh, tolong ajarin saya yah..?” kata saya.
    Karena saya sudah bernafsu sekali, akhirnya saya mendorong Tante jatuh ke ranjangnya. Dan kemudian saya membuka celana dalamnya yang berwarna hitam. Terlihat jelas klitoris-nya sudah memerah dan liang kemaluannya sudah basah sekali di antara bulu-bulu halusnya. Lalu saya mulai menjilat-jilat kemaluan si Tante dengan pelan-pelan.

    “Ogh… Rud, pintar sekali yah kamu merangsang Tante…” dengan suara yang mendesah.
    Tidak terasa, tahu-tahu rambutku dijambaknya dan tiba-tiba tubuh Tante mengejang dan saya merasakan ada cairan yang membanjiri kemaluannya, wah… ternyata dia orgasme! Memang berbau aneh sih, karena berhubung sudah dilanda nafsu, bau seperti apa pun tentunya sudah tidak menjadi masalah.

    Setelah itu kami merubah posisi menjadi 69, posisi ini baru pertama kalinya saya rasakan, dan nikmatnya benar-benar luar biasa. Mulut Tante menjilati kemaluan saya yang sudah mulai basah dan begitupun mulut saya yang menjilat-jilat liang kemaluannya. Setelah kami puas melakukan oral seks, akhirnya Tante Stella sekarang meminta saya untuk memasukkan batang kemaluan saya ke dalam lubang kemaluannya.
    “Rud… ayoo Dong, sekarang masukin yah, Tante sudah tidak tahan nih..!” pinta si Tante.
    “Wah… saya takut kalo Tante hamil gimana..?” tanya saya.
    “Nggak usah takut deh, Tante minum obat kok, pokoknya kamu tenang-tenang aja deh..!” sambil berusaha meyakinkan saya.
    Benar-benar nafsu setan sudah mempengaruhi saya, dan akhirnya saya nekad memasukkan kemaluan saya ke dalam lubang kemaluannya. Oghh, nikmatnya.. Setelah akhirnya masuk, saya melakukan gerakan maju-mundur dengan pelan.
    “Ahhh… dorong terus Dong Rud..!” pinta si Tante dengan suara yang sudah mendesah sekali.
    Mendengar desahannya, saya menjadi semakin nafsu, dan saya mulai mendorong dengan kencang dan cepat. Sementara itu tangan saya asyik meremas-remas payudaranya, sampai tiba-tiba tubuh Tante Stella mengejang kembali. Astaga, ternyata dia orgasme yang kedua kalinya.

    Dan kemudian kami berganti posisi, saya di bawah dan dia di atas saya. Posisi ini adalah idaman saya kalau sedang bersenggama. Dan ternyata posisi pilihan saya ini memang tidak salah, benar-benar saya merasakan kenikmatan yang luar biasa dengan posisi ini. Sambil merasakan gerakan naik-turunnya pinggul si Tante, tangan saya tetap sibuk meremas payudaranya lagi.
    “Oh… oh… nikmat sekali Rudy..!” teriak si Tante.
    “Tante… saya kayaknya sudah mau keluar nih..!” kata saya.
    “Sabar yah Rud… tunggu sebentar lagi, Tante juga udah mau keluar lagi nih..!” jawab si Tante.
    Akhirnya saya tidak kuat menahan lagi, dan keluarlah cairan mani saya di dalam liang kemaluan si Tante, begitu juga dengan si Tante.
    “Arghhh..!” teriak Tante Stella.

    Tante Stella kemudian mencakar pundak saya, sementara saya memeluk badannya dengan erat sekali. Sungguh luar biasa rasanya, otot-otot kemaluannya benar-benar meremas batang kemaluan saya.
    Setelah itu kami berdua letih, tanpa disadari kami telah sejam bersenggama, saya akhirnya bangun. Saya memakai baju saya kembali dan menuju ke ruang keluarga. Ketika melihat Tante Stella dalam keadaan telanjang menuju ke dapur, mungkin dia sudah biasa seperti itu, entah kenapa, tiba-tiba sekarang giliran saya yang nafsu melihat pinggulnya dari belakang. Tanpa bekata-kata, saya langsung memeluk Tante Stella dari belakang, dan mulai lagi meremas-remas payudaranya dan pantatnya yang montok serta menciumi lehernya. Tante pun membalasnya dengan penuh nafsu juga. Tante langsung menciumi bibir saya, dan memeluk saya dengan erat.

    “Ih… kamu ternyata nafsuan juga yah anaknya..?” kataya sambil tertawa kecil.
    “Agh… Tante bisa aja deh..!” jawab saya sambil menciumi bibirnya kembali.
    Karena sudah terlalu nafsu, saya mengajaknya untuk sekali lagi bersenggama, dan si Tante setuju-setuju saja. Tanpa ada perintah dari Tante Stella, kali ini saya langsung membuka celana dan baju saya kembali, sehingga kami dalam keadaan telanjang kembali di ruang keluarga. Karena keadaan tempat kurang nyaman, maka kami hanya melakukannya dengan gaya dogie style.

    “Um… dorong lebih keras lagi dong Rud..!” desahnya.
    Semakin nafsu saja saya mendengar desahannya yang menurut saya sangat seksi. Maka semakin keras juga sodokan saya kepada si Tante, sementara itu tangan saya menjamah semua bagian tubuhnya yang dapat saya jangkau.

    “Rud… mandi yuk..!” pintanya.
    “Boleh deh Tante, berdua yah tapinya, terus Tante mandiin saya yah..?” jawab saya.
    Akhirnya kami berdua yang telanjang menuju ke kamar mandi. Di kamar mandi saya duduk di atas closed, dan kemudian saya menarik Tante Stella untuk menciumi kemaluannya yang mulai basah kembali. Dan Tante mulai terangsang kembali.
    “Hm… nikmat sekali jilatanmu Rud… agghhh..!” desahnya.
    “Rud… kamu sering-sering ke sini Rud..!” katanya dengan nafas memburu.

    Setelah puas menjilatinya, saya angkat Tante Stella agar duduk di atas saya, dan batang kemaluan saya kembali dibimbingnya masuk ke dalam lubang kemaluannya. Kali ini rasa nikmatnya lebih banyak terasa. Goyangan si Tante yang naik-turun yang makin lama makin cepat membuat saya akhirnya “KO” kembali. Saya mengeluarkan air mani ke dalam lubang kemaluannya. Tante Stella kemudian menjilati kemaluan saya yang sudah berlumuran dengan air mani, dihisapnya semua sampai bersih. Setelah itu kami mandi bersama.

    Setelah selesai mandi, saya pamit pulang karena baru tersadar bahwa perbuatan saya amat berbahaya bila diketahui oleh Bapak Gatot, Indah teman sekampus saya, apalagi Noni murid saya itu. Sampai sekarang kami masih sering bertemu dan melakukan persetubuhan, tetapi tidak pernah lagi di rumah, Tante memesan kamar hotel berbintang dan kami bertemu di sana.

  • Ananda Namanya

    Ananda Namanya


    1371 views

    Perawanku – Kisah ini terjadi, ketika aku masih di bangku kuliah beberapa tahun yang lalu dan pada akhirnya kuliahku juga berhenti di tengah jalan karena kesibukanku dengan grup band yang aku bentuk.

    Kisah ini terjadi, ketika aku masih di bangku kuliah beberapa tahun yang lalu dan pada akhirnya kuliahku juga berhenti di tengah jalan karena kesibukanku dengan grup band yang aku bentuk.

    Pagi itu seperti kebiasaan aku sebelum masuk ruang kuliah, selalu menyempatkan diri untuk menikmati makanan di cafetaria kampus yang suasananya cukup asri dengan keberadaan taman di samping cafetaria kampus itu sendiri. Diantara beberapa mahasiswa yang sedang menikmati makanan, aku sempat terpaku oleh sosok yang sebelumnya belum pernah aku lihat di kampus.

    Penampilannya cukup membuatku terpesona, dengan tank top warna merah di padu dengan blue jeans skirt setinggi lutut menjadikan dia juga patut untuk menjadi pusat perhatian semua cowok yang ada di cafetaria. Setelah memesan makanan dan minuman, aku melangkahkan kakiku menuju meja yang ada di luar ruangan cafetaria yang posisinya menghadap langsung ke arah taman kampus.

    Pagi itu kebetulan aku seorang diri, nggak seperti hari-hari biasa yang selalu datang bersama teman-teman dekatku yang sekaligus juga teman di grup bandku. Dengan santai aku duduk sambil menikmati segelas coklat hangat dan sepotong pancake nanas kesukaanku.

    Di tengah asyiknya aku menikmati makanan, tiba-tiba telah berdiri temanku yang bernama Dina dan seorang yang telah membuatku terpaku sebelumnya.

    “Maaf Diet.. Boleh nggak kita gabung duduknya?” tanya Dina sambil tersenyum.

    “Oh.. Kamu Din..!” ujarku spontan.

    “Boleh-boleh… Lagian aku sendirian kok” sahuntuku meyakinkan.

    “Tumben nih cafetari rame, sampai nggak ada satupun meja kosong” Kata Dina menambahkan.

    “Kamu juga tumben Diet makan sendirian, biasanya khan sama grup band kamu?” kata Dina lagi.

    “Iya nih Din.. Kebetulan ada kelas pagi jadinya aku berangkat lebih awal deh” jelasku sesaat setelah Dina dan temannya duduk.

    “Oh iya Diet, kenalin ini anak baru di kampus kita” Dengan ramah Dina memperkenalkan temannya.

    “Ananda… Ini Adietya teman kita juga, yang kebetulan juga dia vokalis di grup band di kampus kita ini” Dina memperkenalkan aku kepada Ananda secara panjang lebar.

    “Dan dia ini Diet, mahasiswa pindahan dari Jakarta yang mengikuti orangtuanya karena pindah tugas” Jelas Dina kepadaku.

    “Namanya Ananda aprilia putri, yang mempunyai hobby dengerin musik juga” sahut Dina lagi.

    Yang di perkenalkan cuman tersenyum manis aja. Dengan ramah aku tersenyum kepada Ananda, sambil menyodorkan tanganku.

    “Adietya!” kataku pendek.

    “Ananda!” dengan senyum manis dia menerima uluran tanganku.

    Tangannya halus banget saat aku menggenggamnya lembut, apalagi di lengannya di tumbuhi bulu-bulu halus yang sangat kontras dengan warna kulitnya yang mulus.

    Dari jarak yang lumayan dekat aku bisa menikmati pesona kecantikan Ananda yang begitu menawan, Ananda mempunyai rambut yang cukup tebal dan hitam yang panjangnya di bawah bahunya sedikit. Bibirnya sensual dan selalu basah alami tanpa olesan lipstik. Pandanganku sesaat turun ke arah lehernya yang jenjang dan berakhir di kedua tonjolan di dadanya yang aku taksir ukurannya 36B.

    Sampai di sini aku sempat menelan ludah sesaat, betapa ranumnya buah dada Ananda yang menuruntuku begitu menggairahkan kalau di remas nan lembut dan putingnya di jilatin dengan gerakan erotis. Khayalanku buyar bersama teguran dari Dina mengingatkan kalau aku masih menggenggam tangan Ananda.

    “Sudah dong Diet.. Lepasin tangan Ananda” tegurnya mengingatkan.

    “Maaf.. Yah Ananda” kataku polos.

    “Tangan kamu halus banget sih” kataku menambahkan.

    “Tangan atau, kamu yang terpesona oleh kecantikannya” sindir Dina.

    Aku hanya tersenyum mendengar Dina mengatakan itu. Sejujurnya aku memang mengagumi pesona Ananda yang kayaknya bakal jadi bunga kampus nantinya.

    Seminggu setelah pertemuanku dengan Ananda di cafetaria. Aku bertemu kembali dengannya tapi bukan di kampus seperti saat itu. Ananda datang bersama kedua orang tuanya untuk menikmati makam malam di salah satu cafe yang cukup terkenal di kota itu. Dan kebetulan aku bersama teman-temanku bermain musik akustik di cafe itu setiap 3 kali seminggu.

    Malam itu Ananda mengenakan gaun warna hitam yang membuat penampilannya sangat berbeda dengan saat dia ada di kampus. Gaun malam yang panjang dan modelnya sedikit sexy dibagian dadanya membuat Ananda tampil begitu anggun malam itu. Saat itu Ananda belum menyadari kalau yang ada di atas panggung adalah diriku.

    “Selamat datang dan selamat menikmati suguhan musik akustik dari kami, semoga makan malam anda cukup berkesan bersama orang-orang yang anda cintai” Sambutanku kepada semua pengunjung cafe.

    Setelah aku menyanyikan beberapa lagu dan mendapat sambutan yang cukup meriah dari pengunjung malam itu. Dengan mantap, kembali aku menyampaikan pesan khusus.

    “Lagu ini akan saya persembahkan buat pengunjung yang ada di meja nomer 5, yaitu Ananda bersama kedua orang tuanya dan semoga makan malamnya berkesan dengan hadirnya lagu ini” sahuntuku spontan.

    Seketika pandangan Ananda bersama kedua orang tuanya tertuju ke panggung. Dengan sopan aku menganggukan kepala kepada mereka, sambil tersenyum ramah. Ananda sempat terpaku, ketika melihat diriku tersenyum dari atas panggung.

    Setelah melewati moment sesaat yang merupakan kejutan dariku. Perlahan aku mulai menyanyikan lagu lembut yang pernah dibawakan oleh Rod stewart” Have I told you lately”. Pandanganku beradu dengan pandangan Ananda yang sedang serius menatapku dari mejanya, ketika di awal lagu sambil tersenyum aku memandangnya lembut.

    “Have I told you lately that I love you..” bunyi lirik di awal lagu itu.

    Dengan penghayatan aku menyanyikan lagu itu yang secara tidak sengaja terinspirasi oleh kedatangan Ananda di cafe malam itu. Setelah selesai aku menyanyikan lagu itu, bersamaan juga saat aku bersama grupku mendapat kesempatan untuk break di session pertama. Di saat break aku pergunakan waktu yang ada untuk menemui Ananda bersama ke dua orang tuanya.

    “Selamat malam Om, Tante dan juga Ananda” tegurku sopan.
    “Perkenalkan nama saya Adietya, teman Ananda satu kampus” dengan ramah dan sopan aku memperkenalkan diri di hadapan kedua orang tua Ananda.

    Yang juga disambut dengan ramah oleh kedua orang tua Ananda.

    “Pa, Ma, Ini teman Ananda yang pernah Ananda ceritakan sebelumnya” terang Ananda kemudian.

    Dalam hati sempat aku bertanya, apakah yang telah di ceritakan Ananda kepada kedua orang tuanya tentang diriku. Setelah berkenalan dengan kedua orang tuanya dan terlibat obrolan yang panjang, akhirnya aku tahu kalau Ananda adalah anak semata wayang di keluarganya.

    Tak mengherankan jika, kalau Ananda mendapatkan kasih sayang secara penuh baik dari papanya dan juga Mamanya. Itu terlihat dari kesehariannya yang riang dan lincah saat dia berada di kampus. Setelah tiba waktu buat aku dan teman-teman untuk main di session kedua, dengan sopan aku berpamitan kepada kedua orangtuanya dan juga Ananda.

    Suasana cafe malam itu sangat special buat diriku, karena kedatangan orang yang sering aku khayalkan setiap saat di tempat yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Menjelang setengah sebelas, aku menyudahi penampilan malam itu lewat lagu”Cinta Sejati” Milik ari lasso.

    Ketika selesai acara, aku pamit kepada teman-teman band, kalau aku ingin menemui Ananda dan kedua orang tuanya. Sesampainya di meja Ananda, dan ngobrol sesaat, kedua orang tuanya berpamitan ingin pulang karena sudah mulai di hinggapi rasa kantuk.

    “Pa, Ma, Ananda boleh pulangnya belakangan?” tanya Ananda kepada kedua orang tuanya.

    “Ananda masih pingin ngobrol dengan Adiet nih bolehkan?” rajuknya manja.

    “Baiklah, asal nanti pulangnya Adietya yang nganterin!” tegas papanya.

    “Baik Om.. Terima kasih atas kepercayaan yang Om berikan”jawabku kemudian.

    “Makasih pa, Ma..” teriaknya sambil mencium pipi Papa dan Mamanya.

    Setelah kepergian Papa dan Mamanya, kembali kita melanjuntukan obrolan yang tertunda sesaat. Ketika waktu menunjukan pukul 23.30 aku mengatakan kepada Ananda.

    “Ananda sebaiknya kita pulang yah” kataku pelan.

    “Sudah malam nih, ntar Papa dan Mama kamu gelisah menunggumu” terangku lagi.

    “Baiklah kalau menurut kamu begitu” jawab Ananda kemudian.

    Yang tak lama aku bergegas menyetop taxi yang sedang lewat di depan kita. Di dalam taxi aku terdiam sambil melamunkan kejadian yang barusan aku alami. Betapa beruntung aku bisa duduk berduaan di dalam taxi dengan seorang gadis cantik yang begitu banyak di dambakan oleh setiap cowok yang ada di kampus.

    “Diet kenapa diam?” tanya Ananda membuyarkan lamunanku.

    “Oh.. Eh”jawabku gugup.

    “Aku nggak pernah membayangkan kalau aku bisa sedekat ini dengan dirimu” jelasku setelah bisa menguasai keadaan.

    “Maksud kamu?”tanya Ananda lagi.

    “Kamu tahu khan, kalau di kampus banyak cowok yang menaksir kamu” terangku kemudian.

    “Diet, kalaupun banyak cowok yang mengejar-ngejar aku, aku punya hak juga khan buat menolak?” tanyanya lagi.

    Aku hanya terdiam mendengar penjelasannya, sambil tersenyum lembut menatapnya.

    “Aku sudah banyak menceritakan tentang dirimu kepada Papa dan Mama, makanya mereka percaya kalau aku pulangnya bersama kamu” terang Ananda meyakinkan aku.

    Di kepala masih teringat saat aku memperkenalkan diri di hadapan Papa dan Mamanya, ketika break time tadi yang Ananda bilang pernah menceritakan aku sebelumnya.

    “Diet, sejak awal perkenalan di cafetaria, hatiku sempat berdetak entah kenapa” terangnya kemudian.

    “Aku juga selalu berhayal tentang dirimu” jelasnya lagi.

    “Banyak cerita di kampus yang mengatakan, kalau kamu orangnya cukup lembut setiap menghadapi cewek” tambahnya lagi.

    “Semua itu benar adanya, apalagi dengan kamu memberikan sebuah lagu romantis buat diriku saat malam tadi” dengan lembut Ananda mengatakan itu.

    “Papa dan Mama sempat memuji, kalau kamu orangnya bisa menghargai seorang wanita” terangnya lagi.

    Terharu aku mendengar semua penjelasan dari Ananda yang ternyata selama ini dia bersimpati terhadap diriku. Taxi yang kita tumpangi melintasi sebuah jalan yang lampu penerang jalannya agak redup. Dengan keberanian di tengah keremangan, aku memeluk Ananda mendekat dan mengecup bibirnya yang ranum.

    “Sudah lama aku mendambakan kamu Ananda” bisikku mesra di telinganya.

    Ananda hanya tersenyum manis mendengar bisikanku, sambil meremas mesra tanganku. Tak lama berselang taxi telah sampai di depan sebuah rumah besar yang di halamannya ada sebuah taman dan balai-balai kecil di pojok rumah.

  • Lusi Namanya

    Lusi Namanya


    1267 views

    Perawanku – kenalkan dulu namaku Ben. Cerita ku ini dimulai, waktu aku SMA kelas 3, waktu itu aku baru sebulan tinggal sama ayah tiriku. Ibu menikah dengan orang ini karena karena tidak tahan hidup menjanda lama-lama. Yang aku tidak sangka-sangka ternyata ayah tiriku punya 2 anak cewek yang keren dan seksi habis, yang satu sekolahnya sama denganku, namanya Lusi dan yang satunya lagi sudah kuliah, namanya Riri. Si Lusi cocok sekali kalau dijadikan bintang iklan obat pembentuk tubuh, nah kalau si Riri paling cocok untuk iklan BH sama suplemen payudara.

    Sejak pertama aku tinggal, aku selalu berangan-angan bahwa dapat memiliki mereka, tapi angan-angan itu selalu buyar oleh berbagai hal. Dan siang ini kebetulan tidak ada orang di rumah selain aku dengan Lusi, ini juga aku sedang kecapaian karena baru pulang sekolah. “Lus! entar kalau ada perlu sama aku, aku ada di kamar,” teriakku dari kamar. Aku mulai menyalakan komputerku dan karena aku sedang suntuk, aku mulai dech surfing ke situs-situs porno kesayanganku, tapi enggak lama kemudian Lusi masuk ke kamar sambil bawa buku, kelihatannya dia mau tanya pelajaran. “Ben, kemaren kamu udah nyatet Biologi belom, aku pinjem dong!” katanya dengan suara manja. Tanpa memperdulikan komputerku yang sedang memutar film BF via internet, aku mengambilkan dia buku di rak bukuku yang jaraknya lumayan jauh dengan komputerku.

    “Lus..! nich bukunya, kemarenan aku udah nyatet,” kataku.
    Lusi tidak memperhatikanku tapi malah memperhatikan film BF yang sedang di komputerku.
    “Lus.. kamu bengong aja!” kataku pura-pura tidak tahu.
    “Eh.. iya, Ben kamu nyetel apa tuh! aku bilangin bonyok loh!” kata Lusi.
    “Eeh… kamu barusan kan juga liat, aku tau kamu suka juga kan,” balas aku.
    “Mending kita nonton sama-sama, tenang aja aku tutup mulut kok,” ajakku berusaha mencari peluang.
    “Bener nich, kamu kagak bilang?” katanya ragu.
    “Suwer dech!” kataku sambil mengambilkan dia kursi.

    Lusi mulai serius menonton tiap adegan, sedangkan aku serius untuk terus menatap tubuhnya.
    “Lus, sebelum ini kamu pernah nonton bokep kagak?” tanyaku.
    “Pernah, noh aku punya VCD-nya,” jawabnya.
    Wah gila juga nich cewek, diam-diam nakal juga.
    “Kalau ML?” tanyaku lagi.
    “Belom,” katanya, “Tapi… kalo sendiri sich sering.”
    Wah makin berani saja aku, yang ada dalam pikiranku sekarang cuma ML sama dia. Bagaimana caranya si “Beni Junior” bisa puas, tidak peduli saudara tiri, yang penting nafsuku hilang.

    Melihat dadanya yang naik-turun karena terangsang, aku jadi semakin terangsang, dan batang kemaluanku pun makin tambah tegang.
    “Lus, kamu terangsang yach, ampe napsu gitu nontonnya,” tanyaku memancing.
    “Iya nic Ben, bentar yach aku ke kamar mandi dulu,” katanya.
    “Eh… ngapain ke kamar mandi, nih liat!” kataku menunjuk ke arah celanaku.
    “Kasihanilah si Beni kecil,” kataku.
    “Pikiran kamu jangan yang tidak-tidak dech,” katanya sambil meninggalkan kamarku.
    “Tenang aja, rumah kan lagi sepi, aku tutup mulut dech,” kataku memancing.

    Dan ternyata tidak ia gubris, bahkan terus berjalan ke kamar mandi sambil tangan kanannya meremas-remas buah dadanya dan tangan kirinya menggosok-gosok kemaluannya, dan hal inilah yang membuatku tidak menyerah. Kukejar terus dia, dan sesaat sebelum masuk kamar mandi, kutarik tangannya, kupegang kepalanya lalu kemudian langsung kucium bibirnya. Sesaat ia menolak tapi kemudian ia pasrah, bahkan menikmati setiap permainan lidahku. “Kau akan aku berikan pengalaman yang paling memuaskan,” kataku, kemudian kembali melanjutkan menciumnya. Tangannya membuka baju sekolah yang masih kami kenakan dan juga ia membuka BH-nya dan meletakkan tanganku di atas dadanya, kekenyalan dadanya sangat berbeda dengan gadis lain yang pernah kusentuh.

    Perlahan ia membuka roknya, celanaku dan celana dalamnya. “Kita ke dalam kamar yuk!” ajaknya setelah kami berdua sama-sama bugil, “Terserah kaulah,” kataku, “Yang penting kau akan kupuaskan.” Tak kusangka ia berani menarik penisku sambil berciuman, dan perlahan-lahan kami berjalan menuju kamarnya. “Ben, kamu tiduran dech, kita pake ‘69′ mau tidak?” katanya sambil mendorongku ke kasurnya. Ia mulai menindihku, didekatkan vaginanya ke mukaku sementara penisku diemutnya, aku mulai mencium-cium vaginanya yang sudah basah itu, dan aroma kewanitaannya membuatku semakin bersemangat untuk langsung memainkan klitorisnya.

    Tak lama setelah kumasukkan lidahku, kutemukan klitorisnya lalu aku menghisap, menjilat dan kadang kumainkan dengan lidahku, sementara tanganku bermain di dadanya. Tak lama kemudian ia melepaskan emutannya. “Jangan hentikan Ben… Ach… percepat Ben, aku mau keluar nich! ach… ach… aachh… Ben… aku ke.. luar,” katanya berbarengan dengan menyemprotnya cairan kental dari vaginanya. Dan kemudian dia lemas dan tiduran di sebelahku.

    “Lus, sekali lagi yah, aku belum keluar nich,” pintaku.
    “Bentar dulu yach, aku lagi capek nich,” jelasnya.
    Aku tidak peduli kata-katanya, kemudian aku mulai mendekati vaginanya.
    “Lus, aku masukkin sekarang yach,” kataku sambil memasukkan penisku perlahan-lahan.
    Kelihatannya Lusi sedang tidak sadarkan diri, dia hanya terpejam coba untuk beristirahat. Vagina Lusi masih sempit sekali, penisku dibuat cuma diam mematung di pintunya. Perlahan kubuka dengan tangan dan terus kucoba untuk memasukkannya, dan akhirnya berhasil penisku masuk setengahnya, kira-kira 7 cm.

    “Jangan Ben… entar aku hamil!” katanya tanpa berontak.
    “Kamu udah mens belom?” tanyaku.
    “Udah, baru kemaren, emang kenapa?” katanya.
    Sambil aku masukkan penisku yang setengah, aku jawab pertanyaannya,
    “Kalau gitu kamu kagak bakal hamil.”
    “Ach… ach… ahh…! sakit Ben, a.. ach… ahh, pelan-pelan, aa… aach… aachh…!” katanya berteriak nikmat.
    “Tenang aja cuma sebentar kok, Lus mending doggy style dech!” kataku tanpa melepaskan penis dan berusaha memutar tubuhnya.
    Ia menuruti kata-kataku, lalu mulai kukeluar-masukkan penisku dalam vaginanya dan kurasa ia pun mulai terangsang kembali, karena sekarang ia merespon gerakan keluar-masukku dengan menaik-turunkan pinggulnya.

    “Ach… a… aa ach…” teriaknya.
    “Sakit lagi Ben… a.. aa… ach…”
    “Tahan aja, cuma sebentar kok,” kataku sambil terus bergoyang dan meremas-remas buah dadanya.
    “Ben,. ach pengen… ach.. a… keluar lagi Ben…” katanya.
    “Tunggu sebentar yach, aku juga pengen nich,” balasku.
    “Cepetan Ben, enggak tahan nich,” katanya semakin menegang.
    “A… ach… aachh…! yach kan keluar.”
    “Aku juga Say…” kataku semakin kencang menggenjot dan akhirnya setidaknya enam tembakan spermaku di dalam vaginanya.

    Kucabut penisku dan aku melihat seprei, apakah ada darahnya atau tidak? tapi tenyata tidak.
    “Lus kamu enggak perawan yach,” tanyaku.
    “Iya Ben, dulu waktu lagi masturbasi nyodoknya kedaleman jadinya pecah dech,” jelasnya.
    “Ben ingat loh, jangan bilang siapa-siapa, ini rahasia kita aja.””Oh tenang aja aku bisa dipercaya kok, asal lain kali kamu mau lagi.
    “Siapa sih yang bisa nolak ‘Beni Junior’,” katanya mesra.

    Setelah saat itu setidaknya seminggu sekali aku selalu melakukan ML dengan Lusi, terkadang aku yang memang sedang ingin atau terkadang juga Lusi yang sering ketagihan, yang asyik sampai saat ini kami selalu bermain di rumah tanpa ada seorang pun yang tahu, kadang tengah malam aku ke kamar Lusi atau sebaliknya, kadang juga saat siang pulang sekolah kalau tidak ada orang di rumah.

    Kali ini kelihatannya Lusi lagi ingin, sejak di sekolah ia terus menggodaku, bahkan ia sempat membisikkan kemauannya untuk ML siang ini di rumah, tapi malangnya siang ini ayah dan ibu sedang ada di rumah sehingga kami tak jadi melakukan ini. Aku menjanjikan nanti malam akan main ke kamarnya, dan ia mengiyakan saja, katanya asal bisa ML denganku hari ini ia menurut saja kemauanku.

    Ternyata sampai malan ayahku belum tidur juga, kelihatannya sedang asyik menonton pertandingan bola di TV, dan aku pun tidur-tiduran sambil menunggu ayahku tertidur, tapi malang malah aku yang tertidur duluan. Dalam mimpiku, aku sedang dikelitiki sesuatu dan berusaha aku tahan, tapi kemudian sesuatu menindihku hingga aku sesak napas dan kemudian terbangun.

    “Lusi! apa Ayah sudah tidur?” tanyaku melihat ternyata Lusi yang menindihiku dengan keadaan telanjang.
    “kamu mulai nakal Ben, dari tadi aku tunggu kamu, kamu tidak datang-datang juga. kamu tau, sekarang sudah jam dua, dan ayah telah tidur sejak jam satu tadi,” katanya mesra sambil memegang penisku karena ternyata celana pendekku dan CD-ku telah dibukanya.
    “Yang nakal tuh kamu, Bukannya permisi atau bangunin aku kek,” kataku.
    “kamu tidak sadar yach, kamu kan udah bangun, tuh liat udah siap kok,” katanya sambil memperlihatkan penisku.
    “Aku emut yach.”
    Emutanya kali ini terasa berbeda, terasa begitu menghisap dan kelaparan.
    “Lus jangan cepet-cepet dong, kasian ‘Beni Junior’ dong!”
    “Aku udah kepengen berat Ben!” katanya lagi.
    “Mending seperti biasa, kita pake posisi ‘69′ dan kita sama-sama enak,” kataku sembil berputar tanpa melepaskan emutannya kemudian sambil terus diemut.
    Aku mulai menjilat-jilat vaginanya yang telah basah sambil tanganku memencet-mencet payudaranya yang semakin keras, terus kuhisap vaginanya dan mulai kumasukkan lidahku untuk mencari-cari klitorisnya.

    “Aach… achh…” desahnya ketika kutemukan klitorisnya.
    “Ben! kamu pinter banget nemuin itilku, a.. achh.. ahh..”
    “kamu juga makin pinter ngulum ‘Beni’ kecil,” kataku lagi.
    “Ben, kali ini kita tidak usah banyak-banyak yach, aa.. achh..” katanya sambil mendesah.
    “Cukup sekali aja nembaknya, taapi… sa.. ma.. ss.. sa… ma… maa ac… ach…” katanya sambil menikmati jilatanku.
    “Tapi Ben aku.. ma.. u.. keluar nich! Ach.. a… aahh…” katanya sambil menegang kemudian mengeluarkan cairan dari vaginanya.

    “Kayaknya kamu harus dua kali dech!” kataku sambil merubah posisi.
    “Ya udah dech, tapi sekarang kamu masukin yach,” katanya lagi.
    “Bersiaplah akan aku masukkan ini sekarang,” kataku sambil mengarahkan penisku ke vaginanya.
    “Siap-siap yach!”
    “Ayo dech,” katanya.
    “Ach… a… ahh…” desahnya ketika kumasukkan penisku.
    “Pelan-pelan dong!”
    “Inikan udah pelan Lus,” kataku sambil mulai bergoyang.
    “Lus, kamu udah terangsang lagi belon?” tanyaku.
    “Bentar lagi Ben,” katanya mulai menggoyangkan pantatnya untuk mengimbangiku, dan kemudian dia menarik kepalaku dan memitaku untuk sambil menciumnya.

    “Sambil bercumbu dong Ben!”
    Tanpa disuruh dua kali aku langsung mncumbunya, dan aku betul-betul menikmati permainan lidahnya yang semakin mahir.
    “Lus kamu udah punya pacar belom?” tanyaku.”Aku udah tapi baru abis putus,” katanya sambil mendesah.
    “Ben pacar aku itu enggak tau loh soal benginian, cuma kamu loh yang beginian sama aku.”
    “Ach yang bener?” tanyaku lagi sambil mempercepat goyangan.
    “Ach.. be.. ner.. kok Ben, a.. aa… ach.. achh,” katanya terputus-putus.
    “Tahan aja, atau kamu mau udahan?” kataku menggoda.
    “Jangan udahan dong, aku baru kamu bikin terangsang lagi, kan kagak enak kalau udahan, achh… aa… ahh… aku percepat yach Ben,” katanya.

    Kemudian mempercepat gerakan pinggulnya.
    “Kamu udah ngerti gimana enaknya, bentar lagi kayaknya aku bakal keluar dech,” kataku menyadari bahwa sepermaku sudah mengumpul di ujung.
    “Achh… ach… bentar lagi nih.”
    “Tahan Ben!” katanya sambil mengeluarkan penisku dari vaginanya dan kemudian menggulumnya sambil tanganya mamainkan klitorisnya.
    “Aku juga Ben, bantu aku cari klitorisku dong!” katanya menarik tanganku ke vaginanya.
    Sambil penisku terus dihisapnya kumainkan klitorisnya dengan tanganku dan…
    “Achh… a… achh… achh… ahh…” desahku sambil menembakkan spermaku dalam mulutnya.
    “Aku juga Ben…” katanya sambil menjepit tanganku dalam vaginanya.
    “Ach… ah… aa.. ach…” desahnya.

    “Aku tidur di sini yach, nanti bangunin aku jam lima sebelum ayah bagun,” katanya sambil menutup mata dan kemudian tertidur, di sampingku.
    Tepat jam lima pagi aku bangun dan membangunkanya, kemudian ia bergegas ke kamar madi dan mempersiapkan diri untuk sekolah, begitu juga dengan aku. Yang aneh siang ini tidak seperti biasanya Lusi tidak pulang bersamaku karena ia ada les privat, sedangkan di rumah cuma ada Mbak Riri, dan anehnya siang-siang begini Mbak Riri di rumah memakai kaos ketat dan rok mini seperti sedang menunggu sesuatu.

    “Siang Ben! baru pulang? Lusi mana?” tanyanya.
    “Lusi lagi les, katanya bakal pulang sore,” kataku, “Loh Mbak sendiri kapan pulang? katanya dari Solo yach?”
    “Aku pulang tadi malem jam tigaan,” katanya.
    “Ben, tadi malam kamu teriak sendirian di kamar ada apa?”
    Wah gawat sepertinya Mbak Riri dengar desahannya Lusi tadi malam.
    “Ach tidak kok, cuma ngigo,” kataku sambil berlalu ke kamar.
    “Ben!” panggilnya, “Temenin Mbak nonton VCD dong, Mbak males nich nonton sendirian,” katanya dari kamarnya.
    “Bentar!” kataku sambil berjalan menuju kamarnya, “Ada film apa Mbak?” tanyaku sesampai di kamarnya.
    “Liat aja, nanti juga tau,” katanya lagi.
    “Mbak lagi nungguin seseorang yach?” tanyaku.
    “Mbak, lagi nungguin kamu kok,” katanya datar, “Tuh liat filmnya udah mulai.”

    “Loh inikan…?” kataku melihat film BF yang diputarnya dan tanpa meneruskan kata-kataku karena melihat ia mendekatiku. Kemudian ia mulai mencium bibirku.
    “Mbak tau kok yang semalam,” katanya, “Kamu mau enggak ngelayanin aku, aku lebih pengalaman dech dari Lusi.”
    Wah pucuk di cinta ulam tiba, yang satu pergi datang yang lain.
    “Mbak, aku kan adik yang berbakti, masak nolak sich,” godaku sambil tangan kananku mulai masuk ke dalam rok mininya menggosok-gosok vaginanya, sedangkan tangan kiriku masuk ke kausnya dan memencet-mencet payudaranya yang super besar.
    “Kamu pinter dech, tapi sayang kamu nakal, pinter cari kesempatan,” katanya menghentikan ciumannya dan melepaskan tanganku dari dada dan vaginanya.
    “Mbak mau ngapain, kan lagi asyik?” tanyaku.”Kamu kagak sabaran yach, Mbak buka baju dulu terus kau juga, biar asikkan?” katanya sambil membuka bajunya.

    Aku juga tak mau ketinggalan, aku mulai membuka bajuku sampai pada akhirnya kami berdua telanjang bulat.
    “Tubuh Mbak bagus banget,” kataku memperhatikan tubuhnya dari atas sampai ujung kaki, benar-benar tidak ada cacat, putih mulus dan sekal.
    Ia langsung mencumbuku dan tangan kanannya memegang penisku, dan mengarahkan ke vaginanya sambil berdiri.
    “Aku udah enggak tahan Ben,” katanya.
    Kuhalangi penisku dengan tangan kananku lalu kumainkan vaginanya dengan tangan kiriku.
    “Nanti dulu ach, beginikan lebih asik.”
    “Ach… kamu nakal Ben! pantes si Lusi mau,” katanya mesra.baca juga foto bugil abg terbaru

    “Ben…! Mbak…! lagi dimana kalian?” terdengar suara Lusi memanggil dari luar.
    “Hari ini guru lesnya tidak masuk jadi aku dipulangin, kalian lagi dimana sich?” tanyanya sekali lagi.
    “Masuk aja Lus, kita lagi pesta nich,” kata Mbak Riri.
    “Mbak! Entar kalau Lusi tau gimana?” tanyaku.
    “Ben jangan panggil Mbak, panggil aja Riri,” katanya dan ketika itu aku melihat Lusi di pintu kamar sedang membuka baju.
    “Rir, aku ikut yach!” pinta Lusi sambil memainkan vaginanya.
    “Ben kamu kuat nggak?” tanya Riri.
    “Tenang aja aku kuat kok, lagian kasian tuch Lusi udah terangsang,” kataku.
    “Lus cepet sinih emut ‘Beni Junior’,” ajakku.

    Tanpa menolak Lusi langsung datang mengemut penisku.
    “Mending kita tiduran, biar aku dapet vaginamu,” kataku pada Riri.
    “Ayo dech!” katanya kemudian mengambil posisi.
    Riri meletakkan vaginanya di atas kepalaku, dan kepalanya menghadap vagina Lusi yang sedang mengemut penisku.
    “Lus, aku maenin vaginamu,” katanya.
    Tanpa menunggu jawaban dari Lusi ia langsung bermain di vaginanya.Permainan ini berlangsung lama sampai akhirnya Riri menegangkan pahanya, dan… “Ach… a… aach… aku keluar…” katanya sambil menyemprotkan cairan di vaginanya.

    “Sekarang ganti Lusi yach,” kataku.
    Kemudian aku bangun dan mengarahkan penisku ke vaginanya dan masuk perlahan-lahan.
    “Ach… aach…” desah Lusi.
    “Kamu curang, Lusi kamu masukin, kok aku tidak?” katanya.
    “Abis kamu keluar duluan, tapi tenang aja, nanti abis Lusi keluar kamu aku masukin, yang penting kamu merangsang dirimu sendiri,” kataku.
    “Yang cepet dong goyangnya!” keluh Lusi.
    Kupercepat goyanganku, dan dia mengimbanginya juga.
    “Kak, ach… entar lagi gant… a… ach.. gantian yach, aku.. mau keluar ach… aa… a… ach…!” desahnya, kemudian lemas dan tertidur tak berdaya.

    “Ayo Ben tunggu apa lagi!” kata Riri sambil mengangkang mampersilakan penisku untuk mencoblosnya.
    “Aku udah terangsang lagi.”
    Tanpa menunggu lama aku langsung mencoblosnya dan mencumbunya.
    “Gimana enak penisku ini?” tanyaku.
    “Penis kamu kepanjangan,” katanya, “tapi enak!”.
    “Kayaknya kau nggak lama lagi dech,” kataku.
    “Sama, aku juga enggak lama lagi,” katanya, “Kita keluarin sama-sama yach!” terangnya.
    “Di luar apa di dalem?” tanyaku lagi.
    “Ach… a… aach… di.. dalem… aja…” katanya tidak jelas karena sambil mendesah.
    “Maksudku, ah.. ach.. di dalem aja… aah… ach… bentar lagi…”
    “Aku… keluar… ach… achh… ahh…” desahku sambil menembakkan spermaku.
    “Ach… aach… aku… ach.. juga…” katanya sambil menegang dan aku merasakan cairan membasahi penisku dalam vaginanya.

    Akhirnya kami bertiga tertidur di lantai dan kami bangun pada saat bersamaan.
    “Ben aku mandi dulu yach, udah sore nich.”
    “Aku juga ach,” kataku.
    “Ben, Lus, lain kali lagi yach,” pinta Riri.
    “Itu bisa diatur, asal lagi kosong kayak gini, ya nggak Ben!” kata Lusi.
    “Kapan aja kalian mau aku siap,” kataku.
    “Kalau gitu kalian jangan mandi dulu, kita main lagi yuk!” kata Riri mulai memegang penisku.

    Akhirnya kami main lagi sampai malam dan kebetulan ayah dan ibu telepon dan mengatakan bahwa mereka pulangnya besok pagi, jadi kami lebih bebas bermain, lagi dan lagi. Kemudian hari selanjutya kami sering bermain saat situasi seperti ini, kadang tengah malam hanya dengan Riri atau hanya Lusi. Oh bapak tiri, ternyata selain harta banyak, kamu juga punya dua anak yang siap menemaniku kapan saja, ohh nikmatnya hid

  • Kakak Ipar

    Kakak Ipar


    1403 views

    Perawanku – Aku memang ketagihan bermain cinta dengan wanita setengah baya alias STW. Ada lagi pengalaman nyata yang kualami. Pengalamanku menaklukkan kakak iparku yang pendiam dan agak religius. Entah setan mana yang merasuki diriku karena aku menjerumuskan orang baik-baik kedalam neraka nafsu.
    Kejadiannya begini, suatu hari rumahku kedatangan tamu dari Padang. Uni Tati kakak tertua istriku. Dia datang ke Jakarta karena tugas kantor ikut seminar di kantor pusat sebuah bank pemerintah. Uni adalah kepala cabang di Padang, Uni menginap dirumah kami.

    Dari pada menginap di hotel, mendingan juga uang hotel disimpan buat beli oleh-oleh. Selama seminggu dia tinggal dirumahku. Dari istriku kutau kalau Uni Tati berusia 40 tahun. Suaminya sudah meningal 2 tahun lalu karena kecelakaan. Orangnya cantik, putih, tinggi semampai. Lebih tepatnya kubilang anggun karena orangnya cenderung diam dan sangat religius. Selama di Jakarta, setiap ada kesempatan aku dan istriku mengajak Uni jalan-jalan, maklum ini kunjungan pertamanya ke Jakarta, biasanya ke mal karena waktunya sempit. Kami sudah berencana pas hari Sabtu akan jalan-jalan ke Taman Safari

    Tiba hari Sabtu, istriku ternyata punya tugas mendadak dari kantor yaitu harus mengawasi pameran di Mangga Dua. Gagal deh rencana jalan-jalan ke Taman Safari. Istriku mengusulkan agar aku tetap mengantar Uni jalan-jalan misalkan ke Ancol saja dan pulangnya bisa jemput istriku di Mangga Dua. Sebetulnya aku agak males kalo nggak ada istriku. Aku merasa risih harus jalan berdua Uni karena orangnya pendiam. Akupun menduga Uni pasti nggak mau. Tapi tanpa dinyata ternyata Uni menyetujui usul istriku.

    Pagi-pagi banget istriku sudah berangkat naik KRL dari stasiun Pondok Ranji. Rumahku yang didaerah Bintaro cukup jauh dari Mangga Dua dan Ancol. Sementara menunggu Uni yang lagi jalan-jalan pagi aku sendirian dirumah menyeruput kopi dan merokok. Kami berencana jalan jam 10 pagi. Sehabis ngopi dan merokok, aku kembali tidur-tiduran di kamarku menunggu jam. Pikiranku melayang membayangkan kakak istriku ini. Uni Tati sangat menarik perhatianku secara sexual. Jeleknya aku, mulia keluar. Aku tertantang menaklukkan wanita baik-baik, aku tertantang menaklukkan Uni. Mumpung ada kesempatan. Dasar setan selalu mencari kesempatan menggoda.

    Kuatur jebakan untuk memancing Uni. Aku buru-buru mandi membasuh badan dan keramas. Dengan berlilit handuk aku menunggu kepulangan Uni dari olahraga paginya. Sekitar 10 menit aku menunggu dibalik horden dan kulihat Uni memasuki pagar depan dengan pintu besi yang agak berderit. Sengaja pintu rumah aku tutup tapi dibiarkan tak terkunci. Aku berlalu menuju kamarku dan segera memasang jebakan untuk mengejutkan Uni. Aku masuk kamarku dan segera bertelanjang bulat. Pintu kamar kubuka lebar-lebar, jendela kamar juga kubuka biar isi kamar mendapat penerangan jelas.

    Kudengar pintu depan berbunyi seperti ditutup. Akupun mulai beraksi. Dengan bertelanjang bulat aku menunggu Uni melewati kamarku dengan harapan dia melihat tubuh dan juniorku yang sedari tadi berdiri tegak membayangkan petualangan ini. Handuk kututupkan ke kepala seolah-olah sedang mengeringkan rambut yang basah sehabis keramas. Aku berpura-pura tidak melihat dan tidak menyadari kehadiran Uni. Dari bakik handuk yang kusibak sedikit, kulihat sepasang sepatu kets melintas kamarku. Aku yakin Uni pasti melihat tubuhku yang polos dengan junior yang tegak berdiri.

    Nafsuku semakin menggeliat ketika kuamati dari balik handuk sepasang sepatu yang tadinya hampir melewati kamarku kini seperti terpaku berhenti didepan kamar tanpa beranjak. Aku semakin aktif menggosok-gosok rambutku dan berpura-pura tak tau kalo ada orang. Beberapa detik aku berbuat begitu dan aku merencanakan sensasi berikut. Dengan tiba-tiba kuturunkan handuk dan menengok ke arah pintu kamar. Aku pura-pura kaget menyadari ada orang. “E..eee…maaf Uni, aku kira nggak ada orang,” kataku seraya mendekati pintu seolah-olah ingin menutup pintu. Aku tidak berusaha menutup kemaluanku yang menantang. Malah kubiarkan Uni terdiam memandangi tubuhku yang polos mendekat kearahnya.

    Dengan tenangnya seolah aku berpakaian lengkap kudekati Uni dan sekali lagi memohon maaf.
    “Maaf ya Uni, aku terbiasa seperti ini. Aku nggak sadar kalau ada tamu dirumah ini,” kataku sambil berdiri didepan pintu mau menutup daun pintu.

    Tiba-tiba seperti tersadar Uni bergegas meninggalkanku sambil berkata “i…i…iya , tidak apa-apa…..”. Dia langsung masuk ke kamar belakang yang diperuntukkan kepadanya selama tingal dirumahku. Aku kemudian memakai celana pendek tanpa CD dan mengenakan kaos oblong lantas smengetok pintu kamar Uni. “Ada apa Andy,” ujar Uni setelah membuka pintu. Kulihat dia tidak berani menatapku. Mungkin malu. Membaca situasi seperti itu, aku tidak menyiakan kesempatan. “Uni, maafkan Andy ya…aku lupa kalau ada tamu dirumah ini,” kataku merangkai obrolan biar nyambung.

    “Nggap apa-apa, cuma Uni malu hati, sungguh Uni malu melihat kamu telanjang tadi,” balasnya tanpa mau menatap aku. “Kenapa musti malu? Kan nggak sengaja, apa lagi Uni kan sudah pernah menikah jadi sudah biasa melihat yang tegak-tegak seperti itu,” kataku memancing reaksinya.

    “Sejujurnya Uni tadi kaget setengah mati melihat kamu begitu. Yang Uni malu, tanpa sadar Uni terpaku didepan kamarmu. Jujur aja Uni sudah lama tidak melihat seperti itu jadi Uni seperti terpana,” katanya sambil berlari ketempat tidurnya dan mulai sesenggukan. Aku jadi ngak tega. Kudekati Uni dan kuberanikan memegang pundaknua seraya menenangkannya.

    “Sudalah nggak usah malu, kan cuma kita berdua yang tau.” Melihat reaksinya yang diam saja, aku mulai berani duduk disampingnya dan merangkul pundaknya. Kuusap-usap rambutnya agak lama tanpa berkata apa-apa. Ketika kurasa sudah agak tenang kusarankan untuk mandi aja.

    Kutuntun tangannya dan sekonyong-konyong setan mendorongku untuk memeluk saat Uni sudah berdiri didepanku. Lama kupeluk erat, Uni diam saja. Mukanya diselusupkan didadaku. Payudaranya yang masih kencang serasa menempel didadaku. Sangat terasa debar jantungnya. Perlahan tangaku kuselusupkan ke balik kaos bagian belakang berbarengan dengan ciumanku yang mendarat dibibirnya.

    “Jangan Ndy…dosa,” katanya sambil melepaskan diri dari pelukanku. Namun pelukanku tidak mau melepaskan tubuh sintal yang sedang didekapnya. Daam usaha kedua Uni sudah menyerah. Bibirnya dibiarkan kulumat walau masih tanpa perlawanan. Ucoba lagi menyelusupkan tangan dibalik kaosnya, kali ini bagian depan. Tangan kanan yang menggerayang langsung pada sasaran…putting susu sebelah kiri. Uni menggeliat.

    Pilinan jariku di payudaranya membuat nafsunya naik. Aku tau dari desiran nafasnya yang mulai memburu. Aku heran juga dengan wanita ini, tetap diam tanpa perlawanan. Mungkin ini style wanita baik-baik. Bagusnya, semua apa yang kulakukan tidak ada penolakan. Seperti dicocok hidungnya Uni menurut saja dengan apa yang kulakukan terhadapnya.

    Perlahan kubuka kaosnya, kubukan celana panjang trainings pack-nya, kubuka Bh nya, kubuka CD-nya , Uni diam saja. Kubopong tubuhnya ketempat tidur. Kubuka kaosku, kubuka celana pendekku……..Uni masih diam.

    Lidahku mulai bermain disekujur tubuhnya. Dari ujung kepala, turun ke telinga, ke bibir, ke leher…perlahan kusapu dadanya, payudaranya kulumat dengan gigitan kecil…turun lagi kebawah, pusarnya kukorek dengan lidahku….turun lagi ke sekumpulan rambut dan kedua pahanya hujilat-jilat terus sampai keujung jempol kaki. Aku tidak merasa jijik karena tubuh Uni yang putih bersih sangat membangkitkan gairah.

    Kukangkangkan kakinya, uni masih diam saja. Tapi kuamati matanya terpejam menikmati sentuhan tiap jengkal ditubuhnya. Baru ketika kudaratkan sapuan lidahku di bibuir vagina dan klitorisnya Uni tiba-tiba berteriak ,” Ahhhhhhhh……..”

    “Kenapa Uni….Sakit?,” tanyaku. Uni hanya menggeleng. Dan aktifitas jilat menjilat vagina itu kulanjutkan. Uni menggelinjang dahsyat dan tiba-tiba dia meraung..”Andyyyyyyy… ayo Andy….jangan siksa aku dengan nikmat…ayo Andy tuntaskan….Uni udah nggak tahan,” katanya.

    Aku tidak mau berlama-lama. Tanpa banyak variasi lagi langsung kunaiki kedua pahanya dan kutusukkan juniorku kelobah surganya yang sudah basah kuyup. Dengan sekali sentak semua batangku yang panjang melesak kedalam. Agak seret kurasakan, mungkin karena sudah dua tahun nganggur dari aktifitas. Kugenjot pantatku dengan irama tetap, keluar dan masuk. Uni semakin menggelinjang.

    Aku pikir nggak usah lama-lama bersensasi, tuntaskan saja. Lain waktu baru lama. Melihat reaksinya pertanda mau orgasme , gerakan pantatku semakin cepat dan kencang. Uni meronta-ronta , menarik segala apa yang bisa ditariknya, bantal, sepre. Tubuhku tak luput dari tarikannya. Semua itu dilakukan dengan lebih banyak diam. Dan tiba-tiba tubuhnya mengejang, “Ahhhhhhhhhhhhhhhh…….,” lolongan panjangnya menandakan dia mencapai puncak. Aku mempercepat kocokanku diatas tubuhnya.

    Tiba-tiba aku didikejutkan dengan hentakan tubuhnya dibarengi tanganya yang mendorong tubuhku. “Jangan keluarin didalam ….aku lagi subur,” suaranya tresengal-sengal ditengah gelombang kenikmatan yang belum mereda.
    Kekagetanku hilang setelah tau reaksinya. “Baik Uni cantik, Andy keluarin diluar ya,” balasku sambil kembali memasukkan Junior ku yang sempat terlepas dari vaginanya karena dorongan yang cukup keras. Kembali kupompa pinggulku. Aku rasa kali ini Uni agak rileks. Tapi tetap dengan diam tanpa banyak reaksi Uni menerima enjotanku. Hanya wajahnya yang kadang-kadang meringis keenakan.

    Dan sampailah saatnya, ketika punyaku terasa mulai berkedut-kedut, cepat-cepat kucabut dari vagina Uni dan kugencet batang juniorku sambil menyemprotkan sperma. Kuhitung ada lima kali juniorku meludah. Sekujur tubuh Uni yang mulus ketumpahan spermaku. Bahkan wajahnyapun belepotan cairan putih kental. Dan aku terkulai lemas penuh kenikmatan. Kulihat Uni bagkit mengambil tisu dan meneyka badan serta mukanya.

    “Andy…kamu sudah memberikan apa yang belum pernah Uni rasakan,” kata wanita cantik itu sambil rebahan disampingku.

    Dengan persetujuan Uni, kami menelpon istriku mengabarkan kalau batal ke Ancol karena Uni nggak enak badan. Padahal kami melanjutkan skenario cinta yang menyesatkan. Kami masih tiga kali lagi melakukan persetubuhan. Dalam dua sessi berikut sangat kelihatan perkembangan yang terjadi sama Uni. Kalo permainan pertama dia banyak diam, permainan kedua mulai melawan, permainan ketiga menjadi dominan, permainan keempat menjadi buas….buas…sangat buas. Aku sempat memakai kondom biar bisa dengan leluasa menumpahkan sperma saat punyaku ada didalam vaginanya.

    “Aku sadar ini dosa, tapi aku juga menikmati apa yang belum pernah aku rasakan selama bersuami. Suamiku itu adalah pilihan orang tua dan selisih 20 tahun dengan Uni. Sampai Uda meninggal, Uni tidak pernah merasakan kenikmatan sexual seperti ini. Sebetulnya Uni masih kepengen nikah lagi tapi tidak pernah ketemu orang yang tepat. Mungkin posisi Uni sebagai kepala bagian membuat banyak pria menjauh.” Cerita Uni sebelum kami sama-sama tertidur pulas.

  • Tante Toge Bening

    Tante Toge Bening


    1351 views

    Perawanku – ini berawal dari kopi pemuas nafsu tante. Kenalin, gue Ronald Bramantio, panggilan Ronald, 20thn, mahasiswa semester 4 salah satu perguruan tinggi di kota J. Sebagai mahasiswa gue bersukur bisa dapet perguruan tinggi negeri, tapi kerasnya kehidupan di kota ini tetep maksa gue buat kerja keras cari duit sendiri buat biaya hidup dan bantu-bantu bokap bayar uang kuliah. Maklum gue ga asli tinggal di kota ini, kota asal gue sebelahan sih sama kota ini, tapi capek bolak balik, jadi gue ngekos.

    Awal-awal masuk sih gue ga terlalu mikirin kerja, kesininya baru deh. Gue mulai kerja awal semester 2, jadi barista di cafe ga jauh dari kampus gue. Tiap malem gue bikinin kopi buat pelanggan, ga jarang cewe-cewe yg top rated mampir ke cafe tempat ane kerja, diantaranya ada anak muda dan tante-tante. Setelah kurang lebih dua bulan kerja, gue ketemu sama tante Ria. Tante cantik putih mulus, boobs kurang lebih 36b, umur 37 tahun, sekilas wajahnya mirip Wulan Guritno kalo dari belakang, hehe becanda.

    Awal gue ngobrol sama tante Ria itu waktu gue mau pulang kerja, dia manggil sekaligus nanya ke gue… “eh, kamu yang tadi buat kopi ini yaah?”
    Gue kaget juga..lagi jalan tiba-tiba dia nanya dengan nada sksd, dengan canggung gue jawab, “i..iya..tante saya barista disini..”
    “Kamu mirip deh sama almarhum anak tante..” lanjutnya dengan nada agak lirih.
    walah senyum boongan aja dah gue di bandingin sama anaknya yg udah meninggal, ini gue bingung mau caw apa stay.
    akhirnya dia ngomong,
    “Udah mo pulang ya? Sini aja dulu temenin saya ngobrol, kebetulan saya lagi kangen almarhum anak saya juga..”
    Masih posisi berdiri clingak-clinguk sedikit kikuk, dia lanjut lagi,
    “..udah gapapa gausah maul-malu. kamu mau kan temenin saya ngobrol sebentar? Siapa tau kangen saya ini bisa hilang kalo ngobrol sama kamu..”
    Akhirnya gue duduk, kenalan dan ngobrol sama tante Ria. Dia orangnya asik, bisa bawa suasana, cantik lagi, top deh buat cewe seumuran dia.
    Nah waktu itu gue lg ga ada kelas, kalo nungguin di kampus masih lama. Pas banget tante Ria ngajakin makan siang di luar. Setelah pulang makan gue di ajak kerumahnya, disini tante Ria baru cerita banyak soal kehidupan pribadinya. Ternyata suami tante Ria bule beristri di negaranya, tapi jarang pulang ke indonesia, paling cepet katanya 3 bulan sekali, itu juga ngurus bisnisnya kata dia. Di rumahnya cuma ada dia anak cewenya yg masih sekolah dasar namanya Alexa, sama pembokat & supir yang ternyata pasutri.
    Dari situ makin sering deh gue maen ke rumah tante Ria, entah disana ngobrol ama tante Ria, atau becanda & ngajarin belajar si Alexa.
    Awalnya bener-bener ga ada pikiran kotor, karna memang dia nganggep gue kaya anaknya sendiri, dan memang gue pun ngerasa nyaman kalo ngobrol sama tante.
    Ga ada pikiran kotor sama sekali mau ngentotin tante toge.ini Sampe akhirnya guee…aduh gatau ini di bilang sial apa untung. Ini mungkin gara-gara gue ga bilang-bilang dulu kalo maen kerumah tante. Kondisi lagi sepi, Alexa masih sekolah. gue langsung aja ke atas, tepatnya ke kamar tante Ria berkat petunjuk mbak Wulan pembokatnya. Mungkin dia udah keasikan kali ya gue ketok pintu kamar ga denger, gue buka aja langsung karna ngerasa akrab. Eh dia lg asik mainin dildo sambil merem melek, dia kaget bukan main langsung tutupan pake selimut.
    Gue juga kaget langsung nutup pintu, tapi gue ga pergi dr depan pintu, sumpah ini awkward banget, tegang, payah banget gue berdiri juga.

    Gak lama dia manggil dengan nada sedikit tegas, “Ronald, sini masuk..”
    Gue cemas banget tuh pas buka pintu pelan-pelan, “iya tan, kenapa?”
    Dia ternyata udah rapi duduk di pinggir kasur, “sini duduk..tante mau ngomong” sambil dia natap percis sampingnya SEOlah nunjuk.
    Gue takut juga ini awalnya, takut gue di maki-maki dan semacamnya lah. Langsung aja gue duduk..
    “Maafin tante ya ronald, tante khilaf.. Tante maluuu banget..”
    Gue mikir sejenak… “Ah tante, itu kan normal, malah aku yang harusnya minta maaf kan..main buka-buka aja, ga sopan gini. Maaf ya tante?” berusaha se-relax mungkin gue jawabnya.
    “Iya gapapa kok, tante kaya gitu karna emang tante butuh nal. Kamu tau sendiri kan om jarang banget disini. Jadi tante susah buat nyalurin nafsu tante ini.”
    “Iya tante aku ngerti kok..” udah rada relax nih gue..
    Disini dia netesin air mata, terus sandaran di pundak gue sambil cerita lika liku rumah tangganya. Dia sebetulnya tersiksa juga suaminya jarang pulang, bukan cuma hasrat seksualny saja, melainkan hatinya juga. Bayangin aja, jadi istri ke dua, di tinggal lama-lama, kangen kan pasti, tapi kalo ketemu paling ML sekali dua kali, kasih nafkah, pergi lagi deh. Jadi gajauh beda sama wanita panggilan, bedanya cuma seperti di pelihara. Gue kasihan jadinya..

    Udah selesai cerita panjang lebar, udah rada kondusif lagi suasananya, tante tiba-tiba nanya gini, “Ronald, kamu mau kan bantuin tante?”
    Masih belum mikir kotor juga nih,gue jawab aja, “Bantu apa tante? Buat tante mah yg ga bisa aku bisa-bisain deh, hehe..”
    Tiba-tiba tante Ria bangun dan buka kancing atasannya.. gue mulai mikir yang engga-engga nih, alhasil konti gue mulai tegang.
    “Bantuin tante muasin nafsu yang udah lama tante tahan ya sayaang..” pinta tante sambil buka kancingnya, bukan main pikiran busuk nan indah gue itu jadi beneran, hehe.
    Dia langsung nyamber kemuka gue, nyiumin pipi akhirnya bibir, ‘mmhhhhmm..mmmh’ sesekali gue sedot lidahnya, ’emmpp..mpppt’, begitupun dia ke gue, kita jg sempet mainin liur.
    Gue ga mikir panjang lagi, ga keburu gunain akal sehat, udah kepalang horny. Jadi yaa gue terusin aja..

    Jujur aja ya, ini pertama kali gue ML, dulu SMA cuma ampe di BJ pacar doang, jadi bisa di bilang gue belom pengalaman. Tapi kalo soal pengetahuan, gue tau banget gimana cara muasin cewe karena gue sering baca cerite-cerita dewasa yang ada di forum dewasa. Jdi inilah waktu yg tepat buat pamer perkasaan gue, hehe.
    Gue diri dari kasur, sambil bibir tetep berbelit mesra beradu french kiss,
    ‘mmhhh..aahh,,mmmmmhh’ suara itu yg gue denger dari mulut tante Ria saat tangan gue mulai bandel meremas payudara tante ukuran 36b yg masih terbungkus bra hitamnya. Ukuran yang besar, pantes saja kalo om bule mau.
    Bra hitamnya itu sangat cocok sekali bila di kenakan olehnya, berkat perpaduan dengan kulitnya yg putih mulus.. Jadi lebih terlihat menggoda, sangat menggiurkan.
    Dari bibir gue beralih ke leher, sambil tangan kiri tetap berusaha buka bra sebelah kiri tante, tangan kanan tetep remes meski masih ketutup bra.

    Gue cium dan jilat leher tante Ria, “aahhhhh..mmhhh ahh..terus ronnn..ald..sayang”, tante mengerang keasikan.
    Terus turun sambil jilat dan cium sampe ke dadanya, payudara kiri yang bungkusnya udah lepas duluan, langsung aja gue isep puting coklat nan seksi, tangan kanan tetep meremas.
    Dia bener-bener keenakan sampe-sampe merem melek dan kepalanya pun gerak ga karuan, seperti orang kesambet saja.
    “ahhhh..ronald nakal banget sih kamu!”, maki tante Ria keasikan ketika gue gigit pelan puting dari payudara kirinya.
    ‘uhhh..ahhh’ erangnya saat gue hisap sekali lagi puting kirinya sebelum berpaling ke dada kanannya.
    Gue buka bungkus perhiasan ternikmat yg menyantol di dada kanan tante ria itu, gue remas sekali terus gue hisap dengan penuh nafsu, tanpa melupakan dada kirinya yg terus gue remas dan mainkan putingnya. ‘aahhhh….uhhh..aaahhh’ cuma itu suara yg di keluarin tante ria.
    Bosan bermain dengan payudara tante Ria, gue copot aja atasan tante yang sedari tadi belum lepas seutuhnya. Gue jatuhin badan tante Ria ke kasur, gue lepas celana dan dalamannya yang ternyata..tante Ria pakai g-string warna hitam. Sepertinya satu stel dengan bra nya.

    Gue ciumin mulai dari kaki sampai lutut, dan mulai mencium dan menjilati paha kanan dan kiri nya sampai ke liang kenikmatan yg tiada tara itu. Gue jilat dari liang peranakan sampai lobang kencing hingga clitorisnya yang legit itu.
    ‘aahhhhhhh…mmmhhhmmmmm’ tante Ria mengerang keasikan saat gue hisap clitorisnya. Sambil terus gue hisap dan jilat klitorisnya, jemari gue penuh nafsu masuk dan membobol liang peranakan tante Ria.

    “aahhhh..ronaaall..uhhh..kamu..uhh..pinter deh..ssaayangg” begitu katanya pas gue mainin kedua jari gue seperti mengorek sesuatu sekaligus maju mundurin.
    Lumayan lama bermain dengan meki tante Ria, “ahhh tante mau keluar nih nal…” akhirnya tante ria mencapai orgasme pertamanya dengan muka gue di mekinya saat itu. ‘ahhhha..uuhh’ begitu erangnya, tak henti lidah gue terus menjilat dan menghisap cairan yg keluar dr meki tante dengan penuh nafsu.
    Tante bilang “Sini gantian tante servis ‘senjata’ kamu sayang”
    “Oke deh tante sayang..” perlahan bibir gue menciumi naik dari mekinya ke perut ke dada ketiaknya pun tak luput gue cium mesra,
    “ahh nakal banget sih kamu, ketiak tante di cium-cium” protes tante keenakan.
    “abis tante seksi banget sih, aku nafsuu banget nih jadinya, hehe” jawab gue.
    Beberapa kali french kiss dan gue pun buka baju dan celana lalu berbaring dan sedikit mengangkang memberi ruang untuk tante Ria.

    Yaiit dia ga langsung oral batang konti gue, tapi tease dulu bentar. Geliat tubuh tante Ria bikin libido gue makin naik aja. Cium pipi dan bibir, perlahan turun ke konti gue. “gede juga nal ‘senjata’ kamu, mmmm baunya juga bikin tante makin nafsu aja,” puji tante Ria.
    ‘Ahhhh’ gue sedikit teriak keenakan pas dia gigit manja pala konti gue. Di jilat pala konti gue layaknya jilat eskrim. “Tante hebat banget sih..”, puji gue.
    “ahhhh e..naak banget..taan” Mulai deh, di hisap konti gue, bikin gue merem melek ga karuan. Sesekali di hisap juga biji buah masa depan gue ini.
    Baru pertama kali ML dapet yang pro, nikmaaaat, makasih tante Ria ku sayang.

    “ronald, sayang..meki tante udah kepengen di masukin konti kamu nih sayang..”
    “oke tante, aku doggy yah tan..”
    “yess honey..just make your new mommy satisfied..” kata tante Ria sambil mengatur posisi nunggingnya.
    Masih belum sadar dan terlalu mikirin ucapannya barusan, mungkin kepalang nafsu di ubun-ubun kali ya..
    Rupanya tante Ria rajin membersihkan dan memanjakan tubuh cantiknya. Itu terbukti dari kulitnya yg putih dan kenyal meski sudah memasuki kepala 4, labia minora dan klitoris yg agak coklat kemerah-merahan, bulu jembut halus yang terawat dan selalu di cukur. Bahkan lubang anusnya pun tak hitam, bukannya menjijikan tapi sangat menggiurkan. Indah sekali, tubuh tante gue yg seksi ini.

    Dia udah nungging, gue jilat-jilat lagi dulu aja mekinya tante, begitu seksi terlihat dari posisi kaya gini.
    “aaahhhh ronald! mulai deh main gigit aja, geli tau..” protes tante ria ketika gue ngegigit klitorisnya.
    “tapi enak kan tan?”
    Tak menunggu jawaban langsung saja gue jilatin lubang anusnya, meski sedikit jijik, tapi buat tante tersayang apapun gue lakuin biar tante puas. Tante Ria kayaknya kegelian banget waktu gue jilat bagian ini.

    “Ahhh ronald, enak ihh..geli.. Tapi cepettt dongg masukin punya kamu sayang..” pinta tante Ria.
    Gue langsung berdiri, siapin konti dan ‘slepppp’ agak susah si masukinnya, mungkin karna udah lama jg tante ga ML. ‘mmmhhh..ahhhh..mmmh..uhhh..yess..ahhh’ tante Ria tak henti mengerang saat gue genjot maju mundur. Terasa nikmat di jepit meki tante Ria, jepitannya kuat untuk umurannya.
    Sesekali gue remas payudara besarnya yg seksi itu, gue pilin putingnya tante Ria, gue ciumin tengkuk lehernya, tangan gue pun jahil memainkan klitorisnya. Itu semua bikin tante gerakin kepalanya ga karuan.
    “aaaahhhhhh… aku..mmmhhmmm..keluar lagi nih nal…ahhhhh” orgesme kedua tante Ria dimulai saat jemari gue memilin puting dan klitorisnya, gue sedikit perlambat irama genjotan gue.

    Sudah hampir 10 menit genjot tante dengan posisi doggy seperti ini. Akhirnya tante Ria meminta ganti posisi Woman On Top. Langsung saja gue tiduran, di hisap beberapa kali dulu konti gue ‘ssllluuurp mmmhhhh’ suara menikmati yg keluar dr mulut tante saat menghisap konti gue.
    Tante langsung dudukin konti gue, saat ini tante duduk menghadap ke muka gue. Tante naik turun genjot konti gue, bikin sensasi ‘ahhhhh’ nikmat buat gue. Tangan tante megang dan tuntun tangan gue minta ngeremes-remes dada besar yg seksi itu, tanpa ragu gue remes gue pilin putingnya. Kurang puas remes dadanya, dari tiduran gue bangun duduk buat ngisep dada dan putingnya sambil dia tetep genjot konti gue. “ahhhh ronald..mmmmhhmm..enak sayangg..ahhhh..terus..isep” pintanya.

    Lagi enak-enak dan panas-panasnya bercumbu. Ada lagi masalah yg bisa di bilang rejeki nomplok. Tiba-tiba mbak Wulan pembokatnya buka pintu dan bawa sapu, jelas kami berdua kaget bukan main, namun tak tahu apa yg harus di lakukan.
    Mata mbak Wulan terbelalak melihat apa yang dia lihat, seakan tak percaya dia maju mendekat.
    ‘sial lupa konci pintu nih’ pikir gue.
    “Wulan! kamu kenapa ga ketok pintu dulu sih?! Bikin kaget aja kamu ini!”
    “Iya nyonya, maaf saya pikir nyonya lg tidur, makanya takut ganggu ga ketok dulu” nadanya tak begitu terdengar panik.
    “Yaudah..saya maafin..Bambang mana? Alexa udah pulang belum?” (bambang suami mbak Wulan supir tante Ria) disini mereka ngobrol tapi konti gue tetep nancep di meki tante Ria, cuma selimut sedikit nutupin badan kita berdua.
    “Lagi jemput Alexa nyah, baru aja berangkat..” jawabnya.
    Ini orang aneh banget gue pikir, negliat majikannya selingkuh masa ga ada ekspresi kaget. Tante Ria juga sedikit janggal, ga nyuruh pembokatnya pergi atau marah atau apalah yang sewajarnya harus di lakuin.

    “Gini aja dehh..ronald kamu gapapa kan kalo mbak wulan ikut main sama kita?..”
    alamakjang siapa yg mau nolak coba threesome sama pembantu hot macam mbak wulan, kulit sawo matang bersih payudara 34a, rambut panjang di kuncir, umur kepala 3 lah kira-kira, wajah 11-16 sama ayu tingting..hehe. Enak di pandang deh..
    Belum juga sempat gue ngejawab ajakannya, tante lanjut ngomong..
    “..mbak Wulan ini kadang jadi temen tante muasin hasrat liar tante  toge ini kalo om ga disini. Dia juga kurang puas sama servis suaminya si Bambang yg cepet lemas. Yaa bisa di bilang kita senasib.”
    Ternyata tante sedikit ada orientasi lesbian..ini sama sekali ga buat gue ilfeel kok, malah bikin libido naik dengernya.

    “Yaudah tante, buru deh kita mulai sebelum alexa nyampe..” jawab gue.
    “nah gitu dong.. mmuuacchhh….” cium tante “..ayo lan, kita have fun bareng”
    “..eh tante tapi konci dulu pintunya” saran gue agar tak jatuh ke lubang yang sama.
    “oh iya ya.. Wulan tutup dulu sana, konci..”
    Mbak wulan buka baju sambil jalan menutup pintu. Akhirnya telanjang juga mbak wulan, terlihat bulu jembut yg agak lebat namun bersih dan terlihat seksi.

    Tante Ria dan mbak Wulan memainkan batang konti gue dengan lidah mereka berdua. Sesekali mereka pun beradu bibir dan lidah ‘mmmhhhhmmpp…ahhhh..mmmpp’ sungguh pemandangan yang luar biasa, dua wanita setengah baya menjilati dan menghisap batang konti gue. ‘slluuurbbpp’ ‘cuuuhh’ begitulah mereka, nakal sekali meludahi dan menghisap konti ini. Sungguh berkah luar biasa..kali pertama ML, sekaligus dua wanita yang terbilang pro yang melayani,
    ‘meskipun sudah ga perawan..ahhh, persetan dengan perawan, kalau lebih nikmat kenapa gak’ pikir gue.
    “ahhhh..terus isep, enak tan..ahh…” pinta gue, selagi tante menghisap batang konti gue, mbak wulan dengan lihainya memainkan lidah dan menghisap buah zakar ini, ‘ahhhh’ sungguh pemandangan luar biasa melihat dua wanita ini bermain dengan konti guedan makin panas.

    Gue pun udah gak kuat lagi menahan nikmatnya permainan lidah mereka berdua..akhirnya..
    “ahhhh tan..te…aku mau..ke…luaarrrhrgghhhhh..yesss..te..rus..isssep tan…” sambil menahan dan sedikit menekan ke bawah kepala tante dengan tangan gue, akhirnya ‘ahhhhh’ klimaks pertama gue selesai. Cairan kenikmatan gue semuanya gue keluarin di mulut tante, sedikit yang netes keluar membuat tante Ria terlihat begitu seksi dan menggoda.
    Mbak Wulan dengan cekatan menjilati sisa sisa dan tetesan lahar dingin yang mengalir di konti dan di jembi gue.
    Tak henti sampai disini pemandangan indah itu..tante Ria menarik kepala mbak Wulan dan membuka lebar-lebar mulutnya..dan berkata,
    “liat nih ronald sayangg..” seakan mau melakukan atraksi luar biasa.
    Langsung saja mereka berdua melakukan swapping sperma gue itu, pemandangan yang betul-betul indah menggoda dan seksi. Atraksi mereka itu di akhiri dengan di telannya sperma gue itu oleh mereka berdua. Tante Ria menarik dagu gue mendekat ke wajahnya, begitupun mbak Wulan.
    Ternyata tante mau frenchkissing bertiga, dengan sedikit sisa lahar di mulut mereka. ‘mmpphh..ahhh..’ Sedikit jijik, tetapi karna rasa jijik ini kalah besar dengan hasrat liar gue, jadi gue lanjutin aja. Ternyata fantasi yang menakjubkan buat di lakuin.
    “Nyah..belum juga aku di puasin.. masa udah selesai aja sih?” celetuk mbak Wulan karna belum terpuaskan.
    “Eh..iya mbak Wulan, maaf saya udah ga tahan, abis enak banget sih di sepong dua cewe cantik kaya mbak dan tante..hee” jawab ku mencari alasan sekaligus memuji kelihaian mereka.

    “Siapa bilang kita udah selesai..masih ada sekitar 20menit lagi kok sebelum Alexa dan Bambang sampe rumah..” kata tante Ria.
    “Nahhh, nyonya emang majikan paling cantik deh..’mmhhcchhhmmuuaccchhh’ hehe” cium mbak Wulan ke bibir seksi tante
    dan kejadian kali ini berulang-ulang setiap hasrat sex tante naik dan ingin ngentot.

  • Bersama Tante

    Bersama Tante


    1319 views

    Perawanku – Selama kurang lebih 10 detik aku mengulum bibirnya, meresapi segala kehangatan dan kelembutannya. Kuraih tubuh Tante Donna yang masih berada di hadapanku dan kubawa kembali ke dalam pelukanku.

    Batang penisku terasa semakin besar apalagi karena posisi tubuh kami yang saling berpelukan erat membuat batang kejantananku yang menonjol dari balik celanaku itu terjepit dan menempel keras di perut Tante Donna yang empuk, sejenak kemudian kulepaskan pagutan bibirku pada bibir Tante Donna.

    Tangannya menekan-nekan kepalaku kearah buah dadanya yang tersedot keras sementara burungku terus keluar masuk semakin lancar dalam liang senggamanya yang sudah terasa banjir dan amat becek itu. Puting susunya yang ternyata merupakan titik nikmatnya kugigit kecil hingga wanita itu berteriak kecil merintih menahan rasa nikmat sangat hebat, untung saja kamar tidur tersebut terletak di lantai dua yang cukup jauh untuk mendengar teriakan-teriakan kami berdua. Puas memainkan kedua buah dadanya, kedua tanganku meraih kepalanya dan menariknya kearah wajahku, sampai disitu mulut kami beradu, kami saling memainkan lidah dalam rongga mulut secara bergiliran. Setelah itu lidahku menjalar liar di pipinya naik kearah kelopak matanya melumuri seluruh wajah cantik itu, dan menggigit daun telinganya. Genjotan pinggulnya semakin keras menghantam pangkal pahaku, burungku semakin terasa membentur dasar liang senggama.

    “Ooohh.. aa.. aahh.. aahh.. mmhh gelii oohh enaknya, Vann.. ooh,” desah Tante Donna.
    “Yaahh enaak juga Tante.. oohh rasanya nikmat sekali, yaahh.. genjot yang keras Tante, nikmat sekali seperti ini, oohh enaakk.. oohh Tante oohh..” kata-kataku yang polos itu keluar begitu saja tanpa kendali.”Cerita Sex Bergambar” Tanganku yang tadi berada di atas kini beralih meremas bongkahan pantatnya yang bahenol itu. Setiap ia menekan ke bawah dan menghempaskan kemaluannya tertusuk burungku, secara otomatis tanganku meremas keras bongkahan pantatnya. Secara refleks pula kemaluannya menjepit dan berdenyut seperti menyedot batang kejantananku.

    Hanya sepuluh menit setelah itu goyangan tubuh Tante Donna terasa menegang, aku mengerti kalau itu adalah gejala orgasme yang akan segera diraihnya, “Vann.. aahh aku nngaak.. nggak kuaat aahh.. aahh.. oohh..”
    “Taahaan Tante.. tunggu saya dulu ngg.. ooh enaknya Tante.. tahan dulu .. jangan keluarin dulu..” Tapi sia-sia saja, tubuh Tante Donna menegang kaku, tangannya mencengkeram erat di pundakku, dadanya menjauh dari wajahku hingga kedua telapak tanganku semakin leluasa memberikan remasan pada buah dadanya. Aku sadar sulitnya menahan orgasme itu, hingga aku meremas keras payudaranya untuk memaksimalkan kenikmatan orgasme itu padanya. “Ooo.. ngg.. aahh.. sayang sayang.. sayang.. ooh enaak.. Tante kelauaar.. oohh.. oohh..” teriaknya panjang mengakhiri babak permainan itu. Aku merasakan jepitan kemaluannya disekeliling burungku mengeras dan terasa mencengkeram erat sekali, desiran zat cair kental terasa menyemprot enam kali di dalam liang kemaluannya sampai sekitar sepuluh detik kemudian ia mulai lemas dalam pelukanku.

    Sementara itu makin kupercepat gerakanku, makin terdengar dengan jelas suara gesekan antara kemaluan saya dengan kemaluannya yang telah dibasahi oleh cairan dari kemaluan Tante Donna. “Aaakhh.. enakk!” desah Tante Donna sedikit teriak.
    “Tante.. saya mau keluar nich.. eesshh..” desahku pada Tante Donna.
    “Keluarkanlah sayang.. eesshh..” jawabnya sambil mendesah.
    “Uuugghh.. aaggh.. eenak Tante..” teriakku agak keras dengan bersamaannya spermaku yang keluar dan menyembur di dalam kemaluan Tante Donna.

    “Hemm.. hemm..” suara itu cukup mengagetkanku. Ternyata suaminya yang sedari tadi hanya menonton kini telah bangkit dan melepas kimononya. “Sekarang giliranku, terima kasih kau telah membangkitkanku kau boleh meninggalkan kami sekarang,” katanya seraya memberikan segepok uang padaku.

    Aku segera memakai pakaianku, dan melangkah keluar. Tante Donna mengantarkanku kepintu sambil sambil menghadiahkanku sebuah kecupan kecil, katanya “Terima kasih yach.. sekarang giliran suamiku, karena ia butuh melihat permainanku dengan orang lain sebelum ia melakukannya.”

    “Terima kasih kembali, kalau Tante butuh saya lagi hubungi saya saja,” jawabku sambil membalas kecupannya dan melangkah keluar.

    “Akh.. betapa beruntungnya aku dapat ‘order’ melayani wanita seperti Tante Donna,” pikirku puas. Ternyata ada juga suami yang rela mengorbankan istrinya untuk digauli orang lain untuk memenuhi hasratnya.

  • Desahaan Memek Anak RANTAU

    Desahaan Memek Anak RANTAU


    1438 views

    Perawanku – Aku seorang pegawai di salah satu perusahaan swasta di kota DKI, nama aku Iwan. Aku berumur 30 tahun dengan tinggi badan 170 cm serta berat badan 65 kg dan kata cewek-cewek sih, aku memiliki wajah dan tubuh yang sangat ideal untuk seorang laki-laki bujangan. Perusahaan tempat aku kerja memberlakukan lima hari kerja yaitu setiap hari senin sampai Jumat, sehingga setiap hari sabtu aku selalu berada di rumah yang merupakan salah satu kompleks elit di kota aku itu. Setiap hari sabtu aku selalu mengisi waktu dengan melihat situs porno, majalah porno, dan menonton film pornoh yang aku sewa di salah satu rental yang berada di kompleks tersebut, dan hal itu berlangsung selama berbulan-bulan

    Suatu saat hal tersebut tidak aku lakukan lagi karena setelah aku melihat Riska anak tetangga aku yang masih duduk di kelas 1 SMP yang kira-kira berumur 12 tahun dan aku sangat terpesona dengan kemolekan tubuh anak tersebut. Riska memiliki tubuh yang indah untuk ukuran anak seumur dia dengan tinggi badan sekitar 155 cm dan berat badan sekitar 45kg serta memiliki dua bukit kembar yang berukuran sedang yang tercermin dari tonjolan padat dibalik seragam sekolah yang ketat dan tank top yang biasa dikenakannya dan yang tidak kalah menariknya lagi ia memiliki pantat yang sangat padat dan berisi yang terlihat dari rok sekolah setinggi lutut dan rok mini yang ia kenakan dan anehnya lagi aku tidak pernah melihat adanya garis CD yang ia kenakan, dan yang pasti memiawnya belum ditumbuhi bulu-bulu halus. Aku sering melihat riska kesekolah setiap hari dengan sengaja berdiri didepan rumah sebelum aku berangkat kerja atau pada sore hari sepulang kerja di saat ia sedang jalan-jalan sore di sekitar kompleks dan pada saat itu aku selalu memandangi riska dengan sangat tajam dan penuh nafsu namun ia tak menyadarinnya dan sampai suatu hari riska mulai menyadarinya dan mulai membalas tatapan aku dengan mata yang sangat menggoda.

    Sejak kejadian itu aku selalu terbayang-bayang dengan kemolekan riska setiap usai bekerja namun bukannya aku jatuh cinta padanya tapi aku suka akan kemolekan tubuhnya dan sangat bernafsu untuk mencicipinnya, tetapi nafsu birahi tersebut aku tahan dan aku lampiaskan dengan hanya memandangi tubuhnya dari balik pagar pada sore hari disaat ia sedang berjalan-jalan dikompleks. Riska selalu menggunakan tank top dan rok mini setiap akan berjalan- jalan disekitar kompleks bersama kakak dan sepupunya (Yani yang sedang kuliah smst 2 dan Neni yang duduk di sma kls 3) dan ini dia lakukan setiap sore. Seperti biasanya pada sore hari setiap pulang kerja aku selalu menunggu riska untuk memandangi tubuhnya, tetapi pada saat itu aku heran karena riska hanya sendiri saja berjalan dengan sangat santai dan seperti biasa pula ia hanya memakai tank top yang pada saat itu berwarna kuning dan rok mini berwarna putih tembus pandang dan yang tidak terlalu ketat.

    Dengan sangat nafsu aku tatap dia dari balik pagar dan dia pun membalasnya dan tanpa aku sangka-sangka riska menuju ke pintu pagar rumah aku, dan dalam hati aku bertanya mungkin dia akan marah karena aku selalu menatapnya, tetapi hal tersebut tidak terjadi, dia malah tersenyum manis sambil duduk dideket didepan pagar rumah aku yang membuat nafsu aku semakin tinggi karena dengan leluasa aku dapat memandangi tubuh riska dan yang lebih mengasikan lagi ia duduk dengan menyilangkan pahannya yang membuat sebagian roknya tersingkap disaat angin meniup dengan lembutnya namun ia diam dan membiarkan saja.

    Dengan penuh nafsu dan penasaran ingin melihat tubuh riska dari dekat maka aku dekati dia dan bertannya “Duduk sendirian nih boleh aku temanin,” dengan terkejut riska mambalikan wajahnya dan berkata “eh…… boooboleh.” Aku langsung duduk tepat di sampingnya dikarenakan deker tersebut hanya pas untuk dua orang. Dan untuk mengurangi kebisuan aku bertannya pada riska “Biasanya bertiga, temennya mana..?”, dengan terbata-bata riska berkata “Gi.. gini om, mereka i.. itu bukan temen aku tetapi kakak dan sepupu aku.” aku langsung malu sekali dan kerkata “Sorry.” kemudia riska menjelaskan bahwa kakak dan sepupunnya lagi ke salah satu mal namannya MM. Riska mulai terlihat santai tetapi aku semakin tegang jantungku semakin berdetak dengan kerasnya dikarenakan dengan dekatnya aku dapat memandangi paha mulus riska ditambah lagi dua bukit kembarnya tersembul dari balik tank topnya apabila dia salah posisi.

    Diam-diam aku mencuri pandang untuk melihatnya namun dia mulai menyadarinya tetapi malah kedua bukit kembarnya tersebut tambah diperlihatkannya keaku yang membuat aku semakin salah tingkah dan tampa sengaja aku menyentuh pahanya yang putih tanpa ditutupi oleh rok mininya karena tertiup angin yang membuat riska terkejut dan riskapun tidak marah sama sekali sehingga tangan aku semakin penasaran dan aku dekapkan tangan aku ke pahanya dan dia pun tidak marah pula dan kebetulan pada saat itu langitpun semakin gelap sehingga aku gunakan dengan baik dengan perlahan-lahan tangan kiri aku yang berada di atas pahanya aku pindahkan ke pinggannya dan meraba-raba perutnya sambil hidungku aku dekatkan ketelingannya yang membuat riska kegelian karena semburan nafasku yang sangat bernafsu dan mata ku tak berkedip melihat kedua bukit kembarnya yang berukuran sedang dibalik tank topnya.

    Tanpa aku sadari tangan kiri aku telah menyusup kedalam tank top yang ia gunakan menuju kepunggunya dan disana aku menemukan sebuah kain yang sangat ketat yang merupakan tali BH nya dan dengan sigapnya tangan aku membuka ikatan BH yang dikenakan riska yang membuat tangan aku semakin leluasa ber gerilya dipunggunya dan perlahan- lahan menyusup kebukit kembarnya serta tangan kanan aku membuka ikatan tali BH riska yang berada di lehernya dan dengan leluasa aku menarik BH riska tersebut keluar dari tank topnya karena pada saat itu riska mengggunakan BH yang biasa digunakan bule pada saat berjemur. Setelah aku membuka BHnya kini dengan leluasa tangan aku meraba, memijit dan memelintir bukit kembarnya yang membuat riska kegelian dan terlihat pentil bukit kembarnya telah membesar dan berwarna merah dan tanpa ia sadari ia berkata “Terusss.. nikmattttt.. Ommmm……….. ahh.. ahhhh….” Dan itu membuat aku semakin bernafsu, kemudian tangan aku pindahkan ke pinggannya kembali dan mulai memasukannnya ke dalam rok mini yang ia kenakan dengan terlebih dahulu menurunkan res yang berada dibelakang roknya, kemudian tangan aku masukan kedalam rok dan CDnya dan meremas-remas bokongnya yang padat dan berisi dan ternyata riska memakai CD model G string sehingga membuat aku berpikir anak SMP kayak dia kok sudah menggunakan G string tetapi itu membuat pikiranku selama ini terjawab bahwa riska selama ini menggunakan G string sehingga tidak terlihat adanya garis CD.

    Lima menit berlalu terdengar suara riska “Ahh.. terusss Om… terusss.. nikmattttt.. ahh.. ahhhh…” hanya kalimat itu yang keluar dari mulut riska pada saat aku menyentuh dan memasukan jari tengan aku ke dalam memiawnya yang belum ditumbuhi bulu-bulu tersebut dari belakang dan aku pun makin menggencagkan seranganku dengan mengocok memiawnya dengan cepat. Tiba-tiba pecahlah rintihan nafsu keluar dari mulut Riska. “Ouuhhh.. Ommmm.. terus.. ahhh.. ahhhhhhhhh.. ahhhhhhhhhhhhhh..” riska mengalami orgasme untuk yang pertama kali. Setelah riska mengalami orgasme aku langsung tersentak mendengar suara beduk magrib dan aku menghentikan seranganku dan membisikan kata-kata ketelinga riska “Udah dulu ya..” dengan sangat kecewa riska membuka matanya dan terlihat adanya kekecewaan akibat birahinya telah sampai dikepala dan aku menyuruhnya pulang sambil berkata “Kapan-kapan kita lanjutkan lagi,” ia langsut menyahut “Ya om sekarang aja tanggung nih, lihat memiaw aku udah basah..” sambil ia memegang memiawnya yang membuat aku berpikir anak ini tinggi juga nafsunya dan aku memberinya pengertian dan kemudian ia pulang dengan penuh kekecewan tanpa merapikan tank top dan roknya yang resnya masih belum dinaikan namun tidak membuat rok mininya turun karena ukuran pingganya yang besar, tetapi ada yang lebih parah ia lupa mengambil BH nya yang aku lepas tadi sehingga terlihat bukit kembarnya bergoyang-goyang dan secara samar-samar terlihat putting gunung kembarnya yang telah membesar dan berwarna merah dari balik tank topnya yang pastinya akan membuat setiap orang yang berpapasan dengannya akan menatapnya dengan tajam penuh tanda tanya.

    Setelah aku sampai di rumah aku langsug mencium BH riska yang ia lupa, yang membuat aku semakin teropsesi dengan bentuk gunung kembarnya dan dapat aku bayangkan dari bentuk BH tersebut. Sejak kejadian sore itu, lamunanku semakin berani dengan menghayalkan nikmatnya bersetubuh dengan riska namun kesempatan itu tak kunjung datang dan yang mengherankan lagi riska tidak pernah berjalan-jalan sore lagi dan hal tersebut telah berlangsung selama 1 minggu sejak kejadian itu, yang membuat aku bertanya apakah dia malu atau marah atas kejadian itu, sampai suatu hari tepatnya pada hari sabtu pagi dan pada saat itu aku libur, cuaca sangat gelap sekali dan akan turun hujan, aku semakin BT maka kebiasaan aku yang dulu mulai aku lakukan dengan menonton film porno, tapi aku sangat bosan dengan kaset tersebut. Hujanpun turun dengan derasnya dan untuk menghilangkan rasa malas dan bosan aku melangkah menuju keteras rumah aku untuk mengambil koran pagi, tapi setibanya didepan kaca jendela aku tersentak melihat seorang anak SMP sedang berteduh, ia sangat kedinginan dikarenakan bajunya basah semuannya yang membuat seluruh punggunya terlihat termasuk tali BH yang ia kenakan. Perlahan-lahan nafsuku mulai naik dan aku perhatikan anak tersebut yang kayaknya aku kenal dan ternyata benar anak tersebut adalah Riska, dan aku berpikir mungkin dia kehujanan saat berangkat sekolah sehingga bajunya basah semua. Kemudian aku mengatur siasat dengan kembali ke ruang tengah dan aku melihat film porno masih On, maka aku pun punya ide dengan megulang dari awal film tersebut dan akupun kembali ke ruang tamu dan membuka pintu yang membuat riska terkejut.

    Pada saat riska terkejut kemudia aku bertannya pada dia “Lo riska ngak kesekolah nih?” dengan malu- malu riska menjawab “Ujan om..” aku langsung bertannya lagi “Ngak apa-apa terlambat.” “Ngak apa-apa om karena hari ini ngak ada ulangan umum lagi.” riska menjawab dan aku langsung bertannya “Jadi ngak apa-apa ya ngak kesekolah?”. “Ia om”, riska menjawab dan dalam hati aku langsung berpikir bahwa selama ini riska tidak pernah kelihatan karena ia belajar untuk ulangan umum, dan inilah kesempatan yang aku tunggu- tunggu dan aku langsung menawarinya untuk masuk kedalam dan tanpa malu-malu karena udah kedingin dia langsung masuk kedalam ruang tamu dan langsung duduk dan pada saat itu aku memperhatikan gunung kembarnya yang samar- samat tertutupi BH yang terlihat dari balik seragam sekolahnya yang telah basah sehingga terlihat agak transparan. Melihat riska yang kedinginan, maka aku menawari dia untuk mengeringkan badannya di dalam dan dia pun setuju dan aku menunjukan sebuah kamar di ruang tengah dan aku memberi tahu dia bahwa di sana ada handuk dan baju seadannya. Dengan cepat riska menuju ke ruang tengah yang disana terdapat TV dan sedang aku putar film porno, hal tersebut membuat aku senang, karena riska telah masuk kedalam jebakanku dan berdasarkan perkiraan aku bahwa riska tidak akan mengganti baju tetapi akan berhenti untuk menonton film tersebut.

    Setelah beberapa lama aku menunggu ternyata riska tidak kembali juga dan akupun menuju keruang tengah dan seperti dugaanku riska menonton film tersebut dengan tangan kanan di dalam roknya sambil mengocok memiawnya dan tangan kiri memegang bukit kembarnya. Aku memperhatikan dengan seksama seluruh tingkah lakunya dan perlahan-lahan aku mengambil handy cam dan merekam seluruh aktivits memegang dan mengocok memiaw dan bukit kembarnya yang ia lakukan sendiri dan rekaman ini akan aku gunakan untuk mengancamnya jika ia bertingkah. Setelah merasa puas aku merekamnya. Aku menyimpan alat tersebut kemudian aku dekati riska dari belakang. Aku berbisik ketelinga riska, enak ya, riska langsung kaget dan buru- buru melepaskan tangannya dari memiaw dan bukit kembarnya, aku langsung menangkap tangannya dan berbisik lagi “Teruskan saja, aku akan membantumu.” kemudian aku duduk dibelakang riska dan menyuruh riska untuk duduk di pangkuanku yang saat itu penisku telah menegang dan aku rasa riska menyadari adanya benda tumpul dari balik celana yang aku kenakan.

    Dengan perlahan-lahan, tanganku aku lingkarkan keatas bukit kembarnya dan ciumanku yang menggelora mencium leher putih riska, tangan kananku membuka kancing baju riska satu demi satu sampai terlihat bukit kembarnya yang masih ditutupi BH yang bentuknya sama pada saat kejadian yang sore lalu. Riska sesekali menggelinjat pada saat aku menyentuh dan meremas bukit kembarnya namun hal tersebut belum cukup, maka aku buka sebagian kancing baju seragam yang basah yang digunakan riska kemudian tagan kiri aku masuk ke dalam rok riska dan memainkan bukit kecilnya yang telah basah dan pada saat itu rok yang ia gunakan aku naikan ke perutnya dengan paksa sehingga terlihat dengan jelas G string yang ia gunakan. Aku langsung merebahkan badannya diatas karpet sambil mencium bibir dan telinganya dengan penuh nafsu dan secara perlahan-lahan ciuman tersebut aku alihkan ke leher mulusnya dan menyusup ke kedua gunung kembarnya yang masih tertutup BH yang membuat riska makin terangsang dan tanpa dia sadari dari mulutnya mengeluarkan desahan yang sangat keras. “Ahhhhh terussssssss Omm…….. terusssssss…. nikmattttttt….. ahh…. ahhhhhhhhhhh……. isap terus Om.. Ahhhh…….. mhhhhhhhh. Omm…” Setelah lama mengisap bukit kembarnya yang membuat pentil bukit kembarnya membesar dan berwarna merah muda, perlahan- lahan ciuman aku alihkan ke perutnya yang masih rata dan sangat mulus membuat riska tambah kenikmatan. “Ahh ugggh…. uuhh…. agh…. uhh…. aahh”, Mendengar desahan riska aku makin tambah bernafsu untuk mencium memiawnya, namun kegiatanku di perut riska belum selesai dan aku hanya menggunakan tangan kiri aku untuk memainkan memiawnya terutama klitorisnya yang kemudian dengan menggunakan ketiga jari tangan kiri aku, aku berusaha untuk memasukan kedalam memiaw riska, namun ketiga jari aku tersebut tidak pas dengan ukuran memiawnya sehingga aku mencoba menggunakan dua jari tetapi itupun sia-sia yang membuat aku berpikir sempit juga memiaw anak ini, tetapi setelah aku menggunakan satu jari barulah dapat masuk kedalam memiawnya, itupun dengan susah payah karena sempitnya memiaw riska.

    Dengan perlahan-lahan kumaju mundurkan jari ku tersebut yang membuat riska mendesah. “Auuuuuggggkkkk…” jerit Riska. “Ah… tekan Omm.. enaaaakkkkk…terusssss Ommm…” Sampai beberapa menit kemudia riska mendesah dengan panjang. “Ahh ugggh…, uuhh…, agh…, uhh…, aahh”, yang membuat riska terkulai lemah dan aku rasa ada cairan kental yang menyempor ke jari aku dan aku menyadari bahwa riska baru saja merasakan Orgasme yang sangat nikmat. Aku tarik tangan aku dari memiawnya dan aku meletakan tangan aku tersebut dihidungnya agar riska dapat mencium bau cairan cintannya. Setelah beberapa saat aku melihat riska mulai merasa segar kembali dan kemudian aku menyuruh dia untuk mengikuti gerakan seperti yang ada di film porno yang aku putar yaitu menari striptis, namun riska tampak malu tetapi dia kemudian bersedia dan mulai menari layaknya penari striptis sungguhan. Perlahan-lahan riska menanggalkan baju yang ia kenakan dan tersisa hanyalah BH seksinya, kemudian disusul rok sekolahnya yang melingkar diperutnya sehingga hanya terlihat G string yang ia kenakan dan aku menyuruhnya menuju ke sofa dan meminta dia untuk melakukan posisi doggy, riska pun menurutinya dan dia pun bertumpuh dengan kedua lutut dan telapak tangannya.

    Dengan melihat riska pada posisi demikian aku langsug menarik G string yang ia kenakan ke arah perutnya yang membuat belahan memiawnya yang telah basah terbentuk dari balik G string nya, dan akupun mengisap memiawnya dari balik G string nya dan perlahan-lahan aku turunkan G string nya dengan cepat sehingga G string yang riska kenakan berada di ke dua paha mulusnya, sehingga dengan leluasa dan penuh semangat aku menjilat, meniup, memelintir klitorisnya dengan mulut aku. “Aduh, Ommm…! Pelan-pelan dong..!” katanya sambil mendesis kesakitan Riska menjatuhkan tubuhnya kesofa dan hanya bertumpuh dengan menggunakan kedua lututnya. Aku terus menjilati bibir memiawnya, klitorisnya, bahkan jariku kugunakan untuk membuka lubang sanggamanya dan kujilati dinding memiawnya dengan cepat yang membuat riska mendesah dengan panjang. “Uhh…, aahh…, ugghh…, ooohh”. “Hmm…, aumm…, aah…, uhh…,ooohh…, ehh”. “Oooom…, uuhh…” Riska menggeliat- geliat liar sambil memegangi pinggir sofa. “Ahhh… mhhh… Omm…” demikian desahannya. Aku terus beroperasi dimemiawnya. Lidahku semakin intensif menjilati liang kemaluan Riska. Sekali-sekali kutusukkan jariku ke dalam memiawnya, membuat Riska tersentak dan memiawik kecil. Kugesek-gesekkan sekali lagi jariku dengan memiawnya sambil memasukkan lidahku ke dalam lubangnya. Kugerakkan lidahku di dalam sana dengan liar, sehingga riska semakin tidak karuan menggeliat.

    Setelah cukup puas memainkan vaginanya dengan lidahku dan aku dapat merasakan vaginanya yang teramat basah oleh lendirnya aku pun membuka BH yang dikenakan riska begitupun dengan G string yang masih melingkar dipahanya dan aku menyuruh di untuk duduk disofa sambil menyuruh dia membuka celana yang aku gunakan, tetapi riska masih malu untuk melakukannya, sehingga aku mengambil keputusan yaitu dengan menuntun tanggannya masuk ke balik celana aku dan menyuruh dia memegang penis aku yang telah menegang dari tadi. Setelah memegang penis aku, dengan sigapnya seluruh celana aku (termasuk celana dalam aku) di turunkannya tanpa malu-malu lagi oleh riska yang membuat penis aku yang agak besar untuk ukuran indonesia yaitu berukuran 20 cm dengan diameter 9 cm tersembul keluar yang membuat mata riska melotot memandang sambil memegangnya, dan aku meminta riska mengisap penis aku dan dengan malu-malu pula ia mengisap dan mengulum penis aku, namun penisku hanya dapat masuk sedalam 8 cm dimulut riska dan akupun memaksakan untuk masik lebih dalam lagi sampai menyentuh tenggorokannya dan itu membuat riska hampir muntah, kemudian ia mulai menjilatinya dengan pelan- pelan lalu mengulum-ngulumnya sambil mengocok-ngocoknya, dihisap- hisapnya sembari matanya menatap ke wajahku, aku sampai merem melek merasakan kenikmatan yang tiada tara itu.

    Cepat-cepat tangan kananku meremas bukit kembarnya, kuremas-remas sambil ia terus mengisap-isap penisku yang telah menegang semakin menegang lagi. Kemudian aku menyuruh riska mengurut penisku dengan menggunakan bukit kembarnya yang masih berukuran sedang itu yang membuat bukit kembar riska semakin kencang dan membesar. Dan menunjukan warna yang semakin merah. Setelah puas, aku rebahkan tubuh riska disofa dan aku mengambil bantal sofa dan meletakan dibawan bokong riska (gaya konvensional) dan aku buka kedua selangkangan riska yang membuat memiawnya yang telah membesar dan belum ditumbuhi bulu-bulu halus itu merekah sehingga terlihat klitorisnya yang telah membesar. Batang penisku yang telah tegang dan keras, siap menyodok lubang sanggamanya. Dalam hati aku membatin, “Ini dia saatnya… lo bakal habis,riska..!” mulai pelan-pelan aku memasukkan penisku ke liang surganya yang mulai basah, namun sangat sulit sekali, beberapa kali meleset, hingga dengan hati-hati aku angkat kedua kaki riska yang panjang itu kebahu aku, dan barulah aku bisa memasukan kepala penisn aku, dan hanya ujung penisku saja yang dapat masuk pada bagian permukaan memiaw riska. “Aduhhhhhh Omm.. aughhhhghhhhh… ghhh… sakit Omm…” jerit Riska dan terlihat riska menggigit bibir bawahnya dan matanya terlihat berkaca-kaca karena kesakitan. Aku lalu menarik penisku kembali dan dengan hati2 aku dorong untuk mencoba memasukannya kembali namun itupun sia-sia karena masih rapatnya memiaw riska walaupun telah basah oleh lendirnya.

    Dan setelah beberapa kali aku coba akhirnya sekali hentak maka sebagian penis aku masuk juga. Sesaat kemudian aku benar-benar telah menembus “gawang” keperawanan riska sambil teriring suara jeritan kecil. “Oooooohhhhgfg….. sa… kiiiit…. Sekkkallliii…. Ommmmm….”, dan aku maju mundurkan penis aku kedalam memiaw riska “Bless, jeb..!” jeb! jeb! “Uuh…, uh…, uh…, uuuh…”, ia mengerang. “Auuuuuggggkkkk…” jerit Riska. “Ommm Ahh…, matt.., maatt.., .ii… aku…” Mendengar erangan tersebut aku lalu berhenti dan membiarkan memiaw riska terbiasa dengan benda asing yang baru saja masuk dan aku merasa penis aku di urut dan di isap oleh memiaw riska,namun aku tetap diam saja sambil mengisap bibir mungilnya dan membisikan “Tenang sayang nanti juga hilang sakitnya, dan kamu akan terbiasa dan merasa enakan.” Sebelum riska sadar dengan apa yang terjadi, aku menyodokkan kembali penisku ke dalam memiaw riska dengan cepat namun karena masih sempit dan dangkalnya nya memiaw riska maka penisku hanya dapat masuk sejauh 10 cm saja, sehingga dia berteriak kesakitan ketiga aku paksa lebih dalam lagi. “Uhh…, aahh…, ugghh…, ooohh”. “Hmm…, aumm…, aah…, uhh…, ooohh…, ehh”. “Ooommm…,sakkkitt…… uuhh…, Ommm…,sakitttt……….. ahh”. “Sakit sekali………… Ommm…, auhh…, ohh…” “Riska tahan ya sayang”. Untuk menambah daya nikmat aku meminta riska menurunkan kedua kakinya ke atas pinggulku sehingga jepitan memiawnya terhadap penisku semakin kuat.. Nyaman dan hangat sekali memiawnya..! Kukocok keluar masuk penisku tanpa ampun, sehingga setiap tarikan masuk dan tarikan keluar penisku membuat riska merasakan sakit pada memiawnya. Rintihan kesakitannya semakin menambah nafsuku. Setiap kali penisku bergesek dengan kehangatan alat sanggamanya membuatku merasa nikmat tidak terkatakan.

    Kemudian aku meraih kedua gunung kembar yang berguncang-guncang di dadanya dan meremas-remas daging kenyal padat tersebut dengan kuat dan kencang, sehingga riska menjerit setinggi langit. Akupun langsung melumat bibir riska membut tubuh riska semakin menegang. “Oooom…., ooohh…, aahh…, ugghh…, aku…, au…, mau…, ah…, ahh…, ah…, ah…, uh…, uhh”, tubuh riska menggelinjang hebat, seluruh anggota badannya bergetar dan mengencang, mulutnya mengerang, pinggulnya naik turun dengan cepat dan tangannya menjambak rambutku dan mencakar tanganku, namun tidak kuperdulikan. Untunglah dia tidak memiliki kuku yang panjang..! Kemudian riska memeluk tubuhku dengan erat. Riska telah mengalami orgasme untuk yang kesekian kalinya. “Aaww…, ooww…, sshh…, aahh”, desahnya lagi. “Aawwuuww…, aahh…, sshh…, terus Ommm, terruuss…, oohh” “Oohh…, ooww…, ooww…, uuhh…, aahh… “, rintihnya lemas menahan nikmat ketiga hampir 18 cm penisku masuk kedalam memiawnya dan menyentuh rahimmnya. “Ahh…, ahh…, Oohh…” dan, “Crrtt…, crtr.., crt…, crtt”, air maninya keluar. “Uuhh… uuh… aduh.. aduh… aduhh.. uhh… terus.. terus.. cepat… cepat aduhhh..!” Sementara nafas saya seolah memburunya, “Ehh… ehhh… ehh..” “Uhhh… uhhh…. aduh… aduh… cepat.. cepat Ommm… aduh..!” “Hehh.. eh… eh… ehhh..” “Aachh… aku mau keluar… oohh… yes,” dan… “Creeet… creeet… creeet…” “Aaaoooww… sakit… ooohhh… yeeaah… terus… aaahhh… masukkin yang dalam Ommm ooohhh… aku mau keluar… terus… aahhh… enak benar, aku… nggak tahaaan… aaakkhhh…”

    Setelah riska orgasme aku semakin bernafsu memompa penisku kedalam memiawnya, aku tidak menyadari lagi bahwa cewek yang aku nikmati ini masih ABG berumur 12 tahun. Riska pun semakin lemas dan hanya pasrah memiawnya aku sodok. Sementara itu … aku dengarkan lirih … suara riska menahan sakit karena tekanan penisku kedalam liang memiawnya yang semakin dalam menembus rahimnya. Aku pun semakin cepat untuk mengayunkan pinggulku maju mundur demi tercapainya kepuasan. Kira-kira 10 menit aku melakukan gerakan itu. Tiba-tiba aku merasakan denyutan yang semakin keras untuk menarik penisku lebih dalam lagi, dan.. “Terus.., Omm.., terus.. kan..! Ayo.., teruskan… sedikit lagi.., ayo..!” kudengar pintanya dengan suara yang kecil sambil mengikuti gerakan pinggulku yang semakin menjadi. Dan tidak lama kemudian badan kami berdua menegang sesaat, lalu.., “Seerr..!” terasa spermaku mencair dan keluar memenuhi memiaw riska, kami pun lemas dengan keringat yang semakin membasah di badan.

    Aku langsung memeluk riska dan membisikan “Kamu hebat sayang, apa kamu puas..?” diapun tersenyum puas, kemudian aku menarik penis aku dari memiawnya sehingga sebagian cairan sperma yang aku tumpahkan di dalam memiawnya keluar bersama darah keperawanannya, yang membuat nafsuku naik kembali, dan akupun memompa memiaw riska kembali dan ini aku lakukan sampai sore hari dan memiaw riska mulai terbiasa dan telah dapat mengimbagi seluruh gerakanku dan akupun mengajarinya beberapa gaya dalam bercinta. Sambil menanyakan beberapa hal kepadanya “Kok anak SMP kaya kamu udah mengenakan G string dan BH seksi” riska pun menjelaskannya “bahwa ia diajar oleh kakak dan sepupunya” bahkan katanya ia memiliki daster tembus pandang (transparan). Mendengar cerita riska aku langsung berfikir adiknya saja udah hebat gimana kakak dan sepupunya, pasti hebat juga.

    Kapan-kapan aku akan menikmatinya juga. Setelah kejadian itu saya dan riska sering melakukan seks di rumah saya dan di rumahnya ketika ortu dan kakanya pergi, yang biasanya kami lakukan di ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, meja kerja, meja makan, dapur., halaman belakang rumah dengan berbagai macam gaya dan sampai sekarang, apabila saya udah horny tinggal telepon sama dia dan begitupun dengan dia. Riska sekarang telah berumur 14 tahun dan masih suka dateng mengunjungi rumah saya, bahkan riska tidak keberatan bila aku suruh melayani temen-temen aku dan pernah sekali ia melayani empat sekaligus temen-temen aku yang membuat riska tidak sadarkan diri selama 12 jam, namun setelah sadar ia meminta agar dapat melayani lebih banyak lagi katanya. Yang membuat aku berpikir bahwa anak ini maniak sex, dan itu membuat aku senang karena telah ada ABG yang memuaskan aku dan temen-temen aku, dan aku akan menggunakan dia untuk dapat mendekati kakak dan sepupunya

  • Mantan Kekasihku Selingkuhanku Juga

    Mantan Kekasihku Selingkuhanku Juga


    1318 views

    Perawanku – Niki adalah mantan kekasihku beberapa tahun lampau. Ia menikah dengan pria lain tahun 1996, aku menyusul dua tahun kemudian, saat itu Niki sudah mempunyai anak satu. Kami berpisah baik-baik, dan sesudahnya kami masih berhubungan. Aku juga kenal baik dengan suaminya. Aku dan Niki sama-sama kerja di perusahaan konsultan. Sesudah menikah ia bertugas di salah satu proyek, sedangkan aku di head office, sehingga kami lama tidak ketemu.

    ini terjadi pada pertengahan tahun 2000, saat ia kembali bertugas di Head office menjadi sekretaris salah seorang expert kami dari Hongkong. Aku sering berhubungan kerja dengannya. Semula kami bersama dalam tugas. Lama-lama berlanjut untuk hal-hal di luar kerjaan, hingga tidak terasa kebiasaan dulu kembali muncul. Misalnya makan siang. Seperti dulu waktu masih pacaran, sering ia ‘mencomot’ lauk dari piringku, atau sesuatu yang ia makan diberikan separuh ke piringku. Kebiasaanku menyiapkan sendok dan minuman untuknya, atau menghabiskan makanannya juga menjadi kegiatan rutin, seolah hal yang wajar saja dalam hubungan kami.

    Untungnya teman-teman sekantor juga menganggapnya wajar. Sering juga kami ngobrol soal rumah tangga, suami(nya), istri(ku), dan anak-anak (kami). Tidak ada cerita jelek, semua baik-baik saja. Tapi di balik yang ‘baik-baik’ tersirat kerinduan (atau kecewaan?) tersembunyi. Dalam suasana seperti itulah hubungan kami berlanjut dan menghasilkan kisah-kisah yang sebagian kucuplik di sini, khusus yang punya kesan mendalam untukku. Pertama: Saung Ikan Mas Hari itu bossnya Niki sedang ke tempat client.

    Si boss bawa mobil sendiri, maka seperti biasa Niki memanfaatkan mobil kantor yang menganggur buat jalan-jalan. Driver-nya cs kami, jadi ia mengajakku bergabung cari makan siang di luar. ( “Kamu yang traktir yaa..” katanya). Pukul 11.30 kami bertiga berangkat ke Cwie Mie Fatmawati. Baru sampai di Prapatan Pejaten (kantor kami di Buncit), si boss menelpon minta supaya driver-nya menyusul karena tidak enak badan. Maksudnya minta disupiri pulang.Driver kami turun sambil mengomel, minta uang taksi ke Niki terus menyusul bossnya di sekitar blok M. Niki menggantikan pegang kemudi (dulu, Niki yang mengajariku bawa mobil) dan melanjutkan perjalanan.

    “Kalo dulu, sambil nyetir gini biasanya aku dipijitin..” Niki mulai membuka kenangan.
    “Sekarang juga boleh..” kataku, sambil mengusap lututnya, biasanya aku pindah ke belakang, memijat leher dan pundaknya dari belakang, dan tentu saja berakhir di payudaranya.
    “Jangaan ahh, kacanya terang..” kata Niki.

    Usapan di lutut memang lebih aman dari pandangan mobil lain. Dari desahan ‘ahh’-nya kurasakan bahwa Niki menikmatinya.

    “Kita ke saung aja yuk..!” lanjut Niki.

    Saung adalah istilah kami berdua untuk sebuah restoran pemancingan di sekitar Ragunan.Aku tidak menjawab, hanya semakin meningkatkan sentuhan di lutut dan ke atas ‘sedikit’ sambil mata tetap waspada memantau kiri kanan takut dilongok pengendara motor. Niki dengan trampil meluncurkan mobil di sepanjang jalan dengan meminimalkan penggunaan kopling supaya paha kirinya lebih mudah terjangkau jari-jariku.

    “Berapa tahun aku tidak nyentuh ini..” kataku saat jariku mulai nyelusuri pinggiran CD-nya.

    Niki agak tergetar oleh sentuhanku itu, sambil mendesis ia mengoyangkan kakinya.

    “Kamu bangun enggak Mas..?” katanya (ia memanggilku ‘Mas’).
    “Liat aja,” jawabku.

    Ia melirik dan terkikik melihat tonjolan yang mengeras di celanaku.

    “Hihihi.. masih mempan juga..”
    “Masih dong, remasanmu belum ada duanya..” Restoran itu terletak di pinggir kolam, dihubungkan ke beberapa saung (gubuk dari bambu) di tengah kolam dengan jembatan kayu.

    Saung beratap rumbia ukuran 2,5 m x 2,5 m itu diberi pagar bambu rapat setinggi 60 cm. Bagian atasnya terbuka sehingga dapat dipantau dari jauh, tapi dilengkapi krey bambu yang jarang-jarang, dan dapat diturunkan ‘kalau perlu’, juga disediakan bantal duduk. Tidak ada pengunjung lain. Kami meniti jembatan kayu, memilih saung yang paling jauh dari kasir, dan memesan makanan yang paling cepat saji. Tidak lupa kami minta krey diturunkan. Begitu pelayan pergi, aku segera menjatuhkan pantatku di sebelahnya. Ia menyandar ke tiang bambu di pojok, bersila di bantal dengan cuek. Aku meneruskan elusanku yang terhenti, menyusuri pahanya yang terbuka.

    “Mana dong yang keras-keras tadi, aku pegang..” katanya tanpa mempedulikan jariku yang sudah terbenam di dalam roknya.

    Aku merapatkan duduk agar terjangkau tangannya. Ia menekan-nekan celana di bagian penisku dengan keempat jarinya.Dengan hati-hati sabukku dibuka, lalu zipku diturunkan. Dari sela- sela baju dan singlet, dirogohnya penisku yang sudah mengeras lalu diusapnya lembut.

    “Segini aja dulu, biar gampang ditutup,” katanya saat aku mau menurunkan celana panjang.Rasa nikmat yang halus merambat seperti aliran setrum dari selangkanganku, menjalar ke kaki, badan terus ke otak. Kami duduk berdampingan, aku selonjor dengan penis mencuat keluar dari celana, sementara paha kiri Niki menopang di atas paha kananku, kirinya mengusap lembut batangku sementara sambil menikmati elusannya, tangan kananku melakukan eksplorasi ke permukaan vaginanya yang terbungkus CD.

    Percumbuan ringan itu terhenti ketika pelayan datang membawa pesanan.Aku menaikkan zipku kembali seraya merapatkan jaket.

    “Sana kamu ke kamar mandi Mas, CD sama singletnya dikantongin aja. Sabuknya masukin tas,” ia berbisik memerintahku (Dari dulu aku suka ‘perintah- perintahnya’ Ia membereskan makanan sementara aku ke kamar mandi, membukai semua sesuai instruksi dan mencuci batangku supaya dingin dan segar kembali.

    Keluar kamar mandi, aku berpapasan dengan Niki menuju ke tempat yang sama sambil mengedipi aku. Sambil menunggu, membayangkan ulah Niki batangku yang baru didinginkan mengeras lagi. Aku tidak menyentuh makanan, hanya minum Aqua untuk mengurangi bau mulut. Niki datang langsung duduk di bantal lagi.

    “Udah lega.. ganjelnya udah masuk sini semua.. Beha, CD..” Niki melemparkan tasnya. Aku kembali merapat.
    “Jangan deket-deket, kelihatan dari kasir,” ia mencegah.

    Tangan kiriku beralih ke perutnya, pelan-pelan menggeser ke atas.Semua ‘daleman’ Niki sudah tersimpan dengan aman di dalam tas. Niki mengeluh saat tanganku menyentuh bulatan kenyal itu, menggeser posisi sehingga dapat mengawasi kasir di seberang, sekaligus memudahkan aku ‘bekerja’. Ia kembali mendesah lirih saat kusentuh putingnya. Darahku bergejolak merasakan lembutnya buah dada Niki. Beda dengan dulu, sekarang lebih berisi karena menyusui. Aku tidak berani mencium bibir atau mendekapnya karena kepala kami kelihatan sayup dari restoran.

    Perlahan kubuka kancing blus dengan menyisakan satu kancing paling atas (Niki biasa begitu supaya cepat ‘memberesinya’) hingga aku dapat leluasa menciumi perutnya.Buah dada Niki mengembang segar, putingnya yang menonjol sudah mulai mengeras, coklat dilingkari semburat merah jambu. Dengan lembut jariku mengelus puting itu. Kuremas tubuh Niki dengan penuh perasaan. Lidahku menjelajahi perutnya, membuat Niki mendesah-desah dengan mata setengah terpejam. Bersembunyi di balik blus longgarnya, ciumanku beralih ke buah dada. Lidahku berputar-putar menyapu lingkaran merah di seputar puting, lalu diteruskan dengan mengulum ujungnya.

    Sementara itu tanganku menjelajahi gunung yang sebelahnya. Niki semakin merintih-rintih menikmati sentuhanku. Birahinya semakin menggelora. Sambil tetap menciumi puting susu, tangan kiriku pindah menelusuri paha Niki sambil tangan lainnya menyusup ke belakang, membuka kaitan roknya. Sentuhan dan rabaanku akhirnya sampai ke pangkal pahanya yang tidak terbungkus apa apa.Usapanku pada bukit lembut yang ditumbuhi bulu halus membuat birahi Niki menggelegak, meluap ke seluruh nadi dan pori-pori. Ketika tanganku menyelusup ke celah kewanitaannya yang basah, Niki makin menggeliat tidak terkendali.

    “Ahh.. Mass, ahh..” Niki merintih tidak karuan, sementara sekujur tubuhnya mulai dirangsang nikmat yang tidak tertahankan.

    Dengan hati- hati rok Niki kusingkapkan, pahanya yang mulus sudah menganga menantikan sentuhan lebih jauh.Celah di pangkal paha Niki yang ditutupi rambut halus, merekah indah. Kepalaku menyusup ke dalam roknya yang tersingkap, Niki mengangkangkan pahanya lebar-lebar seraya menyodorkan pangkal pahanya, memudahkanku mencapai lembahnya. Jariku mengusap-usap celah itu yang mulai basah dan menebal, sementara lidahku menciumi pinggiran bulu-bulu kemaluannya. Niki mengerang keenakan saat jari-jariku menggetar dan memilin kelentitnya.

    “Akh.. Mas, gila..! Udah dong Mass..!” Jari-jariku membasahi kelentit Niki dengan cairan yang merembes keluar dari celahnya.

    Setiap jariku mengorek lubang kemaluan untuk membasahi kelentit, Niki menggeliat kelojotan.Apalagi sambil membenamkan jari, aku memutar-mutarkannya sedikit. Sambil meremas rambutku yang masih menciumi pubisnya, Niki mencari- cari zipku, ketemu, terus dibukanya. Dan kemaluanku yang sudah menegang kencang terbebas dari ‘kungkungan’.Batangku tidak terlalu panjang, tapi cukup besar dan padat. Sementara ujungnya yang ditutupi topi baja licin mengkilat, bergerak kembang kempis. Di ujung topi itu, lubang kecilku sudah licin berair.

    Sementara tubuh Niki makin melengkung dan tinggal punggungnya yang bersandar karena pahanya mengangkang semakin lebar, aku pun berusaha mencari posisi yang enak.Sambil menindih paha kirinya, wajahku membenam di selangkangan menjilati lipatan pangkal pahanya dengan bernafsu, dan tangan kiri tetap bebas menjelajahi liang kemaluannya. Pinggulku mendekat ke tubuhnya untuk memudahkan ia meraih batangku. Soal ‘keamanan lingkungan’ sepenuhnya kupercayakan kepada Niki yang dapat memandang sekeliling. Dengan gemas tangan Niki meraih tonggakku yang semakin tegak mengeras.

    Jari-jarinya yang halus dan dingin segera menjadi hangat ketika berhasil menggenggam batang itu.
    Ketika pangkal paha Niki mencuat semakin terbuka, ciumanku mendarat di pinggiran bibir vaginanya. Ciuman pada vaginanya membuat Niki bergetar.Ketika lidahku yang menjelajahi bibir kemaluan menggelitik kelentitnya, Niki semakin mengasongkan pinggulnya.Lalu.., tiba-tiba ia mengerang, kaki kanannya terlipat memiting kepalaku dan tangannya mencengkeram pangkal leherku, mendesakkan mulut vaginanya ke bibirku, dan mengejang di situ. Niki orgasme! Niki menyandar lemas di tiang pagar.

    Tapi itu tidak berlangsung lama, segera didorongnya tubuhku telentang dan dimintanya merapat ke dinding bambu. Aku mengerti yang dimauinya, aku tahu orgasmenya belum tuntas, tapi aku masih ragu.Semula aku hanya ingin menawarkan kenikmatan lewat lidah dan jariku, tapi kini telanjur Niki ingin lebih.

    “Kamu oke, Ki..?” tanyaku. Ia mengangguk.
    “Aman..?” lanjutku sambil memutar biji mataku berkeliling. Ia kembali mengangguk.
    “Ayo.. sini..!” kataku memberi kode tapak tangan menyilang, Niki langsung mengerti bahasa kami masa pacaran.

    Ia mengangkang di atas badanku, jongkok membelakangiku dan kembali menghadap ke restoran. Ia mengangkat rok dan memundurkan pinggulnya hingga vaginanya tepat di mulutku. Tanganku yang menganggur merogoh saku, mengambil ‘sarung’ yang sudah kusiapkan, kuselipkan di tangan Niki.

    “Ihh, udah siap-siap yaa..?” katanya, sambil mencubit batangku.

    Dengan sebelah tangan bertumpu pada dinding bambu, Niki berjongkok di wajahku yang berkerudung roknya.Dengan mendesah ia menggerakkan pinggulnya, menyapukan vaginanya ke lidahku yang menjulur, kadang mendesak hidungku dengan tekanan beraturan.Tangannya sebelah lagi mengurut pelan penisku yang semakin tegang, lalu dengan susah payah berusaha memasang ‘sarung’ dengan sebelah tangan, gagal, malah dilempar ke lantai.Saat sapuan vaginanya di bibirku semakin kuat sementara lidahku yang menjulur sudah kebanjiran cairannya, pinggulnya ditarik dari mulutku, bergerak menuruni tubuhku ke arah selangkangan.

    Aku tidak tinggal diam, vaginanya yang lepas dari lidahku kurogoh, kujelajahi dengan jari-jariku.Niki semakin menggelinjang, pahanya mengangkang mengharapkan datangnya tusukanku, sementara tangannya yang menggenggam mengarahkan kemaluan itu ke liang vaginanya yang sudah berdenyut keras.

    “Mas.. masukin yaa..!” Niki merintih sambil menarik batang kemaluanku, sementara aku masih memainkan jari di kelentit dan liangnya.
    “Hhh, kamu lepaass dulu.. Ini udah keras banget..!” Aku mengambil alih menggenggam tongkat.

    Kusentuh dan kugosok-gosokkan otot perkasa yang ujungnya mulai basah itu ke kelentit Niki. Niki melenguh. Sentuhan dengan ujung kemaluan yang lembut dan basah membuat kelentitnya serasa dijilati lidah. Napas Niki semakin terengah-engah.Setelah puas membasahi kelentit, aku pindah ke mulut vagina. Kuputar- putarkan tongkat kenikmatanku di mulut lorong Niki. Membuatnya semakin kelojotan dan medesah dengan sendu. Ia berusaha menekan tapi terganjal tangan yang menggenggam batangku.

    “Masukin dong Mas..!” Niki menjerit lirih.Dengan gemetar aku melepas tongkatku, topi bajaku menyentuh mulut vagina Niki.

    Kemudian dengan hati-hati ia mendorong pelan-pelan, sampai kepala penisku membenam di liang itu. Aku mengerang, kepala kemaluanku seakan diremas oleh cincin yang melingkari liang sempit milik Niki.

    “Uhh.. enak Yang..!” Niki tebeliak-beliak sambil melenguh ketika kemaluanku menyeruak masuk lebih dalam ke liang nikmatnya.

    Dinding vaginanya yang lembut tergetar oleh nikmat yang menggelitik karena gesekan ototku.Niki kemudian pelan-pelan mengangkat pinggul, menarik keluar batang kemaluanku. Ia mendesis panjang. Menggumam sambil menggigit bibir. Demikian pula ketika mendorong, menelan tongkatku yang kembali membenam di liang vaginanya.Niki merasakan nikmat yang tidak habis-habisnya.

    “Auughh.. Yang..! Teruus..!”
    “E.. emhh.. kamu goyyaang teruss..!”Kemudian Niki memiringkan badannya, memberi kode padaku.

    Ia ingin di bawah. Aku menjawab dengan mengangkat alis, sambil mata berkeliling.Ia mengangguk, artinya aman. Lalu, tanpa mencabut batangku, Niki berbaring pelan-pelan dan aku bangkit bertumpu pada palang dinding bambu. Dari sela-sela krey, di restoran tampak dua orang sedang asyik nonton TV membelakangi saung kami.Niki berbaring miring menghadap dinding pagar. Sebelah kakinya melonjor di lantai, sebelah lainnya mengait di palang bambu. Tanganku pindah memainkan klitoris, sementara batang kemaluanku keluar masuk di liang vagina Niki.Membuat birahi kami semakin menggelegak. Birahi yang makin memuncak membuat Niki dan aku terhanyut, tidak memperdulikan apa-apa lagi.

    Niki kini telentang, ia meraih bantal untuk mengganjal pantat, memudahkan kocokan batang penis di liang vaginanya.Pinggul Niki dengan lincah berputar-putar, sementara aku semakin cepat mengayunkan pantat, menyebabkan gesekan penis dan vagina semakin terasa mengasyikkan. Tiba tiba Niki menegang. Pinggulnya menggelinjang dengan hebat.Matanya terbeliak dan tangannya mencakari pahaku dengan liar. Gerakannya semakin tidak beraturan, sementara kakinya membelit di pantatku.

    “Akh.. cepetaan.. Yang..!” Niki mendesah-desah.
    “Gila.. enaak banget..!” Ketika suatu desiran kenikmatan menyiram menjalari sekujur tubuhnya, ia menggelepar.
    “Akuu.. keluaar.. laagii.. Yang.. kkamu..!” Cakaran itu sama sekali tidak menghentikan gerakanku yang tengah menikmati remasan-remasan terakhir vagina Niki di kepala dan batang kemaluanku.

    Aku pun hampir mencapai orgasme. Lalu,

    “Uhh.. aku keluaar Nik..!” Aku mengocok dengan cepat dan menggelepar- gelepar tidak beraturan.

    Gerakan yang membuat Niki semakin melambung- lambung. Kemudian, kami berdua mengejang dengan saling mendesakkan pinggul masing-masing.Puncak birahi Niki menggelegak saat aku menumpahkan puncak kenikmatanku dalam-dalam membenam di vagina Niki yang meremas-remas dengan ketat, bersama semburan cairan kentalku. Beberapa saat kemudian, kami saling memandang dengan diam. Diam-diam pula kami gantian ke kamar mandi membersihkan sisa-sisa tisyu, menghabiskan makan dengan cepat (dan ternyata tidak habis). Sambil makan aku hanya bilang,

    “Nik, kalau ada apa-apa semua tanggung jawabku.” Niki tidak menjawab hanya tersenyum, menggenggam tanganku erat sambil tersenyum penuh kasih.

    Dalam perjalanan kembali ke kantor kami tidak banyak bicara.Hanya saat berpisah ia berbisik, “Terima kasih, aku bahagia. Tapi tolong lupakan..!”

    Di Kantor Sejak peristiwa di saung itu aku berusaha untuk bersikap biasa, dia juga. Kami masih kerja bersama, makan siang sama-sama dan bercanda seperti biasa, terutama di depan teman-teman. Tapi kami menghindari percakapan yang lebih personal, apalagi membicarakan peristiwa itu. Kuat juga usahaku untuk melupakan hal itu, tapi yang ada aku makin sering melamunkannya. Membayangkan desahan dan rintihannya, gelinjang-gelinjangnya, terutama remasan liang nikmatnya di penisku.

    Aku tidak dapat melupakannya! Semakin hari aku semakin tersiksa oleh bayangan Niki. Setiap kali lengan kami bergesekan, dan ini tidak dapat dihindarkan karena memang selalu bersama, getaran birahi menjalari tubuhku, dan berujung di selangkanganku yang mengeras. Ia sendiri nampaknya biasa saja.Suatu ketika dengan cuek ia menggayut di lenganku saat menaiki undakan ke kantin, burungku langsung menggeliat. Sesudahnya saat memesan makanan, sambil berdesakan ia menempelkan dadanya di lenganku.Aku langsung berkeringat, berusaha untuk tetap tenang ngobrol dengan yang lain di meja makan. Perlu setengah jam untuk ‘menenangkan’ burungku. Sampai suatu hari, ia datang ke tempatku.

    Ruangku terbagi atas kotak bersekat setinggi dada.Setiap kotak berisi meja dan komputer untuk satu orang, yang kalau duduk tidak kelihatan, tapi kalau berdiri kelihatan sampai dada. Selain itu ada satu kotak yang agak besar berfungsi untuk ruang rapat, letaknya di ujung dan selalu sepi kecuali ada meeting. Ia menghampiriku saat aku sedang sendiri di ruang rapat.

    “Yang, nanti bantuin yaa. Aku mau ngelembur.” Panggilan ‘Yang’ membuat darahku berdesir.
    “Boleh. ‘Bor’-nya sapa yang mau dilempengin.” Aku melempar canda biar agak santai.

    Istilah ‘ngelembur’ oleh orang kantoran seringkali dipanjangkan sebagai ‘nglempengin burung’.

    “Nglempenginnya sih kamu buka internet aja. Aku sih bagian nglemesin..!” sahutnya cuek, sambil duduk di meja rapat, tepat di depanku.

    Darahku berdesir, langsung kontak ke selangkangan dan mengeras. Aku menengok ke pintu masuk. Dua orang temanku sedang ngobrol asyik sekitar lima kotak dari tempatku, yang lain sedang keluar.

    “Lagi sepi..!” katanya, menebak arah pandanganku.Lalu ia mengalihkan pandangannya ke bawah, arah celanaku.
    “Tuuh.. lempeng..!” ia terkikik sambil menyentuh dengan kakinya.

    Untuk menetralisir, aku duduk di kursi sambil melonggarkan bagian depan celanaku.

    “Sorry, aku nggak bisa ngelupain kamu,” kataku sambil mencari posisi yang nyaman.
    “Memangnya aku bisa..?” jawabnya.

    Ia membuka pahanya sedikit sehingga aku makin blingsatan, memutar-mutar kursi yang kududuki sambil mengerakkannya maju mundur.

    “Sini dong maju, aman kok..!” Aku memajukan kursi hingga pahanya tepat di depanku.

    Tidak menyia-nyiakan tawaran yang kuimpikan siang malam, tanganku dengan gemetar mulai merayapi pahanya, tapi Niki menahannya.

    “Sstt.. tunggu..!” ia mendorongku, lalu turun dari meja.

    Niki menempelkan pantatnya di pinggiran meja setelah roknya disingkapkan sebatas pinggul.

    “Biar gampang nutup kalo ada orang.” katanya.

    Niki memang brilian dalam merancang ‘pengamanan’.Tanganku kembali menyusuri paha Niki, dengan berdebar-debar merayap terus ke dalam. Niki mulai mendesah, mengepalkan tangannya. Bibirku menciumi lututnya, dengan lidah kujelajahi sisi-sisi dalam pahanya hingga tanganku mencapai pangkalnya.Jariku menyusuri pinggiran CD-nya, tapi aku menyentuh bulu halus, celah basah, benjolan kecil, aku penasaran, kurenggangkan pahanya. Ternyata CD-nya dibolongi persis di sekitar vagina, terang saja jariku langsung menyentuh sasaran.

    “Bolong..,” aku berbisik.
    “Iya, biar gampang dipegang,” jawabnya.
    “Kenapa nggak dilepas aja..?”
    “Keliatan dong, ‘kan nyeplak di luar. Kalo gini ‘kan, kayaknya pake tapi bisa kamu pegang.” ia menjelaskan, lagi-lagi brilian! Aku mulai menggosok klitorisnya, sementara liangnya sudah semakin basah.

    Niki mengangkangkan vaginanya, pahanya diangkat menopang di meja, kakinya sedikit jinjit. Dengan hati-hati lidahku kuselipkan di celah labia mayoranya, menyapu klitorisnya berulang-ulang. Jariku yang sudah basah oleh cairannya kubenamkan pelan-pelan di liangnya, kuputar-putar mencari ‘G-Spot’-nya. Saat kutemukan, G-spot- nya kugosok lembut dengan jari tengah, sementara dari luar lidahku memainkan bagian bawah klitoris.Tidak lama Niki langsung mengejang, menggenggam rambutku kencang. (Saat kami pacaran, aku belum tahu G-spot)

    “Yang.. udaah..!” ia berbisik, memberikan saputangan untuk membersihkan jari, mulutku, dan liangnya, sekalian buat mengganjal celana bolongnya biar tidak netes-netes.

    Tiba-tiba pandangan Niki berubah serius, dilanjutkan dengan omongan yang tidak jelas.

    “Soalnya yang aku print kok laen sama yang dipegang bossku.” Aku bingung tapi langsung menimpali,
    “Yang punyaku bener kok..” kataku sambil berdiri.

    Benar saja, cewek-cewek Biro tempatku baru saja masuk ruangan.

    “Ya udah, nanti dikopiin lagi aja,” lanjutnya sambil berjalan keluar,
    “Terus yang ini jangan lupa disiapin..” saat melewatiku, tangannya menjulur meremas bagian depan celanaku.

    Niki sempat ngobrol dulu dengan teman-temanku.Berbasa basi, lalu kembali ke ruangannya. Rasanya lama sekali menunggu sore. Jam 5 kantor bubar. Aku naik ke tempat Niki yang satu lantai di atasku. Niki sudah menunggu di ruangannya lalu mengajakku ke ruang komputer yang terletak di sebelah.Ia harus menyusun undangan seminar dari boss Hongkong-nya. Kubuatkan program konversi daftar client dari database ke format txt untuk di- merge dalam undangan, sementara Niki melakukan check ulang data undangan.Jam 7 malam satpam datang mengontrol seperti biasa. Niki memberitahu bahwa ia masih pakai ruang komputer sampai jam sembilan.

    Aku sendiri makin asyik dengan programku, tidak menyadari kalau Niki sudah menghilang dari sebelahku.Sadarnya waktu HP-ku berbunyi, ternyata Niki telpon dari ruangannya di sebelah.

    “Sini dong Mass..!” ia berbisik, membuat darahku kembali berdesir mengalir ke selangkangan.

    Aku meng-execute programku lalu bergegas ke sebelah.Ruang di seberangku masih terang, tapi tempat Niki sudah gelap. Aku ragu-ragu, kucoba membuka ruang Niki, ternyata tidak terkunci, aku masuk langsung menutup pintu.

    “Dikunci aja..” terdengar suara Niki berbisik lirih.Ruang itu terbagi jadi ruang pertama tempat Niki biasa duduk, ruang tengah untuk meeting, terus ruang ujung tempat bossnya.

    Aku mengunci pintu terus menghampirinya di ruang tengah, tempat bisikan itu berasal.Dalam keremangan kulihat Niki duduk di meja meeting nyaris telanjang, hanya tersisa CD-nya.

    “Buka baju Sayang, terus naik sini..!” Niki menyapa dengan lembut, sapaan yang membuat birahiku menggelegak.Niki duduk memeluk lutut kirinya yang ditekuk menopang dagu. Kaki kanannya terlipat di meja seperti bersila.

    Di bawah cahaya lampu yang lemah menerobos dari luar, sosok Niki bagaikan bidadari yang sedang menanti cumbuan cahaya bulan. Aku berusaha tenang, membuka baju, sepatu, celana, lalu dengan berdebar melangkah keluar dari onggokan pakaian dan menyusul naik ke atas meja.Niki membuka tangannya, lutut kirinya juga rebah membuka. Aku mengusap pipinya dengan halus saat jari Niki menjelajahi leherku pelan, lalu dada, lalu naik mengelus lenganku, pelan dan lembut menyusuri bagian dalam lenganku ke arah ujung jari. Digenggamnya jari-jariku, dikecupnya lalu dibawa ke leher, dada, mendekapnya sesaat.

    Lalu.. tiba-tiba aku telah terbenam dalam dekapannya.Dadanya yang bulat penuh menekan, memberikan kehangatan yang lembut ke dadaku, kehangatan yang menjalar pelan ke bawah perut. Tanganku mengusap punggung dan rambutnya, lalu entah gimana mulainya, tiba- tiba saja aku sudah menciumi lehernya.Kukecup hidungnya, keningnya, telinganya, Niki menggelinjang geli. Kusodorkan bibirku untuk meraih mulutnya, ia merintih lirih dan merangkulku sambil mulutnya bergeser mencari bibirku, lalu kami berpagutan dengan lahap bagaikan kelaparan.

    Pelukan dan ciuman ini yang sebenarnya paling kurindukan, yang tidak dapat dilakukan saat di saung atau di ruanganku. Cinta dan ketulusannya kini dapat kurasakan lewat peluk dan ciumannya. Niki terpejam manja saat kujelajahi mulutnya dengan lidahku, bibirnya langsung menyedot dan melumat lidahku dalam-dalam.

    “Oohh, Yang..!” Niki mengeluh saat tanganku mulai merayapi tubuhnya, bermain di sekitar puting susu, turun ke perut menyelusup ke CD-nya.

    Masih dalam pelukan ia merebahkan badan di meja dengan dialasi jasnya si Hongkong.Setelah rebah berdampingan kami mengendorkan pelukan, membebaskan tangan agar lebih leluasa. Kami saling menyentuh bagian-bagian sensitif yang masing-masing sudah sangat hapal. Niki memejamkan mata menikmati sentuhan-sentuhanku, sementara jarinya mengurut lembut batang penisku, dari pangkal ke atas, memutari helm lalu turun lagi ke pangkal, membuat batangku keras membatu.

    “Yang..! Jilat..!” ia mendesah, aku mengerti maksudnya.

    Aku bangkit, lalu bibirku mulai menciumi seluruh tubuhnya, mulai dari lengan sampai ke ujung jari, kembali ke ketiak, menyusuri buah dadanya ke tangan satunya.

    “Yaanng, Nik kangen jilatanmu..!” Niki mengerang dan menggelinjang semakin kuat.

    Saat jilatanku mencapai pangkal lengannya, Niki berbalik menelungkup. Kini lidahku menyusuri pundak, Niki terlonjak saat lidahku mendarat di kuduknya, lalu perlahan menjelajahi punggungnya. Saat jilatanku mencapai pinggiran CD-nya, Niki kembali menelentang lalu sambil membuka CD-nya, lidahku pelan-pelan menyusur pinggang, perut terus ke bawah.Paha Niki membuka, menyodorkan bukit kemaluannya yang menggunduk dengan belahan merekah ke hadapanku. Melewati pinggiran gundukannya, lidahku meluncur ke samping, menjilati paha luar sampai ke jari kaki, lalu kembali ke atas lewat paha bagian dalam.Sampai di pangkal, lidahku menjelajahi lipatan paha, memutari pinggiran bulu-bulu halusnya, lalu menyeberang ke paha sebelah. Niki melenguh keras.

    Aku menjelajahi kedua lipatan pahanya bolak balik, kadang lewat gundukan bulu-bulunya, kadang lewat bawah liang vaginanya. Pahanya terkangkang lebar, sementara cairannya semakin membanjir. Lalu tangannya menggenggam rambutku, menyeret kepalaku dibenamkan ke tengah selangkangannya yang basah dipenuhi cairan kenikmatannya. Aku langsung menyedot kelentitnya. Niki tersentak,

    “Yaangg.. kamu.. nakal..!” rintihnya menahan nikmat yang menggelora.Dengan bertumpu kedua tangan, lidahku kini menjelajah dengan bebas di celah vagina, menjilati klitorisnya dengan putaran teratur, lalu turun, menjelajahi liang kewanitaannya.

    Niki mengejang sambil mengerang-erang.

    “Yaang, udaah.. masukin..!” Niki mencengkeram leherku dan menyeretnya ke arah bibirnya.

    Aku mengambil posisi konvensional. Batangku yang sudah tegang mengeras menyentuh gerbang kenikmatan yang licin oleh cairannya.Niki tersentak saat kepala penisku menyeruak di bibir vaginanya. Kubenamkan kepala penisku sedikit demi sedikit, oh.. hangatnya vagina Niki. Dinding vaginanya mulai bereaksi menyedot-nyedot, remasannya yang selalu kurindukan mulai beraksi.Kutarik lagi penisku, pinggul Niki menggeliat seolah ingin melumatnya. Kubenamkan lagi batang penisku perlahan, Niki menaikkan pinggulnya ke atas, sehingga setengah batang penisku ditelan vaginanya.Pinggulnya diputar-putarkan sambil melakukan remasan nikmatnya.

    “Ooogghh, Niikk.. aduuhh..!” desahanku membuat Niki semakin semangat menaik-turunkan pinggulnya, membuat batang penisku seolah dipilin-pilin oleh liangnya yang masih sempit.
    “Maass.. tekaann Maass..! Niikii.. hh.. nikmaatt.. sekali..!” Pinggul dan badannya semakin sexy, perutnya yang sedikit membesar membuat nafsuku semakin menjadi-jadi.

    Aku setengah duduk dengan bertumpu pada dengkul menggenjot penisku keluar masuk vagina Niki yang semakin berdenyut.

    “Creekk.. creekk.. blees..” gesekan penisku dan vaginanya bagaikan kecipak cangkul Pak tani di sawah berlumpur.
    “Yaang, aduuhh, batangnyaa.. oohh.. Niik.. nggaak tahaan..!” Niki badannya bergetar, pinggulnya naik turun dengan cepatnya, miring ke kiri dan ke kanan merasakan kenikmatan penisku.

    Badan Niki berguncang-guncang keras, goyangan pantatnya tambah menggila dan lubangnya seakan mau memeras habis batang penisku. Spermaku rasanya sudah mengumpul di kepala penis, siap menyembur kapan saja, susah payah aku bertahan agar Niki mencapai klimaks lebih dulu.

    “Teken teruuss..! Yuu bareng keluariin Maass..!” Goyangan kami makin menggila.

    Aku menusukkan batang penisku setengah, dan setiap coblosan ke delapan aku menekannya dalam-dalam. Akibatnya gelinjang pantat dan pinggul Niki semakin menjadi-jadi. Sambil mengelepar-gelepar keasyikan, matanya merem-melek.Kuciumi dan kulumat seluruh wajahnya, bibirnya, lidahnya, ludahnya pun kusedot dalam-dalam. Niki mencakar punggungku keras sekali sampai aku tersentak kesakitan. Itu tandanya ia mau mencapai klimaks. Kutahan mati-matian agar aku jangan muncrat dulu sebelum ia orgasme. Tiba-tiba,

    “Yaanng.. oohh.. aduhh.. Niik.. keluaar.. oohh.. aduuh.. gilaa.. aahh. aahh.. uuhh.. uuhh.. uuhh..!” dia sekali lagi mencakariku, itu memang kebiasaannya kalau meregang menahan klimaks luar biasa.

    Aku tidak perduli punggungku yang baret-baret oleh cakarannya. Aku terus menggenjotkan penis dengan teratur sambil konsentrasi merasakan nikmat yang semakin mendesak-desak di ujung penisku. Suatu gelombang dahsyat bagaikan menyedot seluruh perasaanku menyembur dari ujung kemaluanku, memancar dalam dalam di liang vaginanya. Aku mengejang beberapa detik, lalu terkulai dalam pelukannya.Beberapa menit kami berdiam sambil pelukan, sampai batangku melemas dengan sendirinya. Aku turun dari tubuhnya. Niki turun dari meja, mengambil tisyu dan teko air dari meja si Hongkong. Lalu kami bersih-bersih organ masing-masing, kembali berciuman sambil saling mengenakan pakaian.

    Selesai berpakaian Niki keluar duluan mengintip, dengan kodenya aku keluar kembali ke ruang komputer, di sana satpam sudah menunggu.Kukatakan aku dari kamar mandi, dan Niki tidak tau kemana.

    “Kenapa..? aku dari bawah barusan.. lewat tangga.” Niki muncul di pintu, memberi penjelasan.
    “Lho, saya juga lewat tangga..” kata satpam.
    “Ooo.. Naiknya sih lewat lift depan,” Niki berkilah.Program transferku sudah berhenti proses.

    Setelah beres-beres, mematikan komputer, AC, dan lainnya, aku, Niki dan satpam turun. Kuantar Niki sampai mobilnya.

    “Thank’s yaa..” kataku. Ia mengedipkan mata, “Sama-sama..” katanya.

  • Vania Putri S namanya

    Vania Putri S namanya


    1407 views

    Perawanku – Ya, genap satu tahun aku bekerja di tempat penyiaran radio. 1 tahun pula aku mengenal Ochi, yang kini dia dalam tahap persiapan masuk kuliah di kota yang sama, kota hujan. Entah kenapa dia ingin sekali menjadi dokter hewan. Aku tau memang, di rumah ibu nya kucing kesayangan dia dipelihara. Jadi motivasi tersebut yang memberikan dia kemampuan yang memadai untuk melewati tes SPMB untuk masuk ke jurusan kedokteran hewan.

    Ochi yang masih ngekos di tempat tersebut, kini jarang sekali kelihatan karena kampusnya memang diwajibkan untuk memasuki asrama pada tahun pertama. Tetapi setiap weekend, dia sering mengunjungiku dan kadang aku ajak jalan supaya dia tidak bosan dengan suasana kampus yang sepertinya mempunyai warna kesibukan baru untuk Ochi.

    Kali ini aku tidak bercerita tentang Ochi, tetapi akan bercerita tentang teman satu kantorku yang bernama Vania Putri S. atau biasa dipanggil Vani. Vani juga rupanya perantau, tidak jauh dari kota ini, dia berasal dari Bekasi.

    24 September 2011

    “Lho Van, katanya lo sakit?” sambut ku yang sedang merapikan berkas broadcast yang akan aku bawakan nanti siang
    “Iya nih Fer, masih ga enak badan sebenernya. Cuma si Bos minta gw temenin lo broadcast siang nanti. Kebetulan tema yang bakal dibawain nanti siang gw udah paham banget. Jadi ya apa boleh buat”
    “Ohh ternyata lo toh partner gw nanti siang. Wah bakal rame dong nih nanti siang pasti listener nya gara-gara ada lo”
    “Hahaha bisa aja lo”
    “Eh lo udah sarapan belum Van?”
    “Belum nih. Tadi gw bangun agak kesiangan jadi ga sempet nyiapin bekel”
    “Ya udah, nih tolong lo susun sesuai kemampuan lo biar nanti bawain nya enak. Sarapan biar gw beli ke depan. Lo ga usah terlalu banyak aktivitas. Siapin buat nanti siang aja. Oke?”
    “Wah makasih ya fer. Oke deh. Siap BOS!”
    “Haha ya udah gw cabut bentar ya.”
    “Oke”

    Vani adalah salah satu penyiar yang ngasih rating siaran paling tinggi. Bayangin aja, bukan apa-apa yaaa. Kalo kalian denger di radio, yang kalian denger suara kan? Adalah sebutan suara ganteng, adalah suara cantik. Nah walaupun penyiarnya ga ganteng amat, ato ga cantik beneran, tapi suara nya itu yang bikin kuping nyaman. Tapi beda sama Vani, aslinya itu cantik bener. Suara nya cantik juga. Makanya rating siaran yang dia pegang pasti rame bener. Secara fans nya Vani itu bejibun seantero Bogor.

    Siang ini aku dan Vani membahas tentang wisata kuliner yang ada di kota ini. Dari es duren, asinan, roti unyil, pizza kayu bakar, sop buah, es duren, makanan murah, makanan mahal, resto ini itu, dan lainnya. Sudah bisa diprediksi hari ini ramai request yang masuk. Request minta ini itu. Untungnya Vani paham banget sama materi ini, soalnya dia emang hobi nya wisata kuliner. Tapi entah kenapa body nya ga ada melar-melarnya mau porsi makan dia seporsi kuli (kata orang warteg) dan doyan jajan ini itu.

    “Huwaahhh kelar juga Van. Thanks banget ya lo udah bantu n temenin gw siaran siang ini. Kalo ga ada lo entah gimana gw ngadepin listeners. Dan lo juga ga keliatan kaya orang sakit. Semangat banget tadi”
    “Hayah santai aja lagi Fer. Gw juga seneng ko jadi partner lo, soalnya lo juga enak bawain nya. Konyol lo ga garing, jadi gw nya juga semangat. Yaa itung-itung kaya gini nih bikin gw cepet pulih dari sakit. Hehehe thanks ya Fer.”
    “Siipp sama-sama Van. Lo langsung balik abis ini?”
    “Iya Fer, gw sekalian mau istirahat.”
    “Gw anter ya. Gw juga ga ada kesibukan lagi”
    “Eh gpp nih? Ya udah hehehe mau aja gw mah. Biar ga cape ngangkot”
    “Lo sih kenapa ga cicil motor aja sih? Gw aja udah mau jalan 6 bulan nih cicilan”
    “Belum kepikiran gw. Nanti aja deh. Hehe”
    “Yuk deh beberes, kita pulang abis ini.”

    Tiiiiiiiiitttuituit (sfx : bunyi sms)

    “Ka Fer. Ochi minggu ini ga pulang ke kosan. Ada acara di kampus. Satu angkatan diminta hadir soalnya. Maaf ya ka belum bisa nemenin weekend ini.”

    Wahh sepi dong weekend ini ga ada yang bawel bangunin tiap pagi. Tapi ga apalah. Demi dunia baru Ochi yang lebih luas.

    “Oke Ochi. Take care ya di sana. Kaka tunggu minggu depan :*”
    “Oke ka. Miss you :*”
    “Fer, yuk cabut”
    “Ohh ehh iya. Yuk. Btw, lo abis mandi?”
    “Iya barusan panas banget gw. Jadi mandi bentar di kamar mandi staff”
    “Ohh pantes”

    Broadcast hari ini selesai jam 2 siang. Saat itu aku antar Vani pulang ke kosan nya. Tetapi, sepertinya ada yang aneh. Ini mah jalan aku pulang ke kosan.

    “Van, kosan lo yang mana?”
    “Lurus aja, nanti ada bangunan ijo, pager item. Itu kosan gw.”
    “HAH? Jadi lo ngekos di samping kosan gw? Itu kan kosan khusus cewe nya pak Haji Mansur kan?”
    “LOH lo jadi ngekos Haji Mansur juga? Kenapa ga bilang kampret. Tau gitu gw tiap hari nebeng elo Fer. Cape-cape gw naik angkot. Ah”
    “Hahahaha ya lo ga bilang sih. Mana tau gw. Hahaha ya udah deehhh rela gw tiap hari jadi ojek lo.”
    “Nah gitu doong. Kan ongkos nya lumayan buat wiskul (wisata kuliner) lagi”
    “Buseett makan mulu lo. Tapi ga gemuk-gemuk. Tetep aja body lo bagus gitu”
    “Ehh masa body gw bagus? Biasa aja ah. Bisa aja lo”
    “Hehehe ga gombal loh gw. Kenyataan”
    “Hahaha ya udah. Naahh sampe kan. Gw turun dulu ya. Eh fer gw mau liat kosan lo dong sebelah mana. Siapa tau gw bisa main-main kalo lagi bosen”
    “Ya udah yuk masuk. Gw parkir motor sebentar. Lo tunggu di tangga situ dlu ya”
    “Okee”

    Setelah ku parkir motor ku, Vani masih clingak clinguk melihat keadaan sekitar.

    “Fer, ko sepi?”
    “Ya iya lah sepi. Mayoritas kan pada kerja. Kayaknya sih mereka sabtu masih masuk atau entah mereka hangout weekend kali. Kita doang ini yg bisa pulang siang. Yuk naik ke atas”
    “Ehh gw cuma mau liat doang ko. Kamar lo sebelah mana?”
    “Loh ga masuk dulu? Tuh kamar gw yg atas paling pojok”
    “Oh itu. Nanti deh kapan-kapan kalau bosen di kosan gw main ke sini ya. Kebetulan gw udah ada janji sama Selly buat cabut ke Boper beli martabak”
    “Anjir makan lagi. Oke lah tiati aja di jalan”
    “Bukan buat gw odong. Buat Selly tuh katanya ngidam. Hahaha hamil aja kaga, pake ngidam. Dah yaa Fer gw cabut dulu. Byee”
    “Byee..”

    Ga disangka, ternyata Vani menjadi tetangga kosan. Jadi ada temen ngobrol deh.

    25 Oktober 2011

    Sudah sekitar satu bulan kalau jam pulang ku sama dengan Vani, pasti selalu aku antar dia. Tetapi Selasa ini berbeda. Setelah perayaan kecil-kecilan di tempat siaran karena hari ini tepat ulang tahunku yang ke-26, Vani pun ingin ikut ke kosan ku karena kacaunya muka dan pakaian ku akibat terkena lemparan tepung dan cake. Hahaha kaya masih anak muda aja dah.

    “Udah sih lo nyetir aja. Barang lo biar gw yg bawa. Lo sampe berantakan gini. Kenapa sih ga mau pake kamar mandi kantor? Lagian masih jam 7an juga”
    “Lebih pewe di kosan ah Van. Cabut yuk.”
    “Yuk deh”

    Sesampainya di kosan, aku persilakan Vani naik ke kamar ku lebih dulu, sedangkan aku memarkir motor di tempat biasa.

    Ckleekk krotak krotak

    “waahh rapi juga kamar lo Fer. Gw pikir semua kamar cowo pasti berantakan”
    “hahaha ngga doong. Gw gitu loh”

    (Padahal harusnya tiap weekdays, kamar ini berantakan. Dan akan rapi tiap weekend. Siapa yang merapikan? Tentu saja dirapikan sendiri, biasanya Ochi dateng. Tapi ngga. Soalnya kalo ga rapi, bisa-bisa kepala ku digetok panci lagi sama Ochi ><)

    Vani melihat lihat sekeliling kamar ku. Dan matanya pun tertuju pada satu bingkai foto. Ya, foto aku dan Ochi.

    “Ehh siapa nih? Pacar lo?”
    “Bukaaann. Itu ade-ade an gw. Tuh samping kamar. Tapi dia masih di kampus. Minggu ini ga balik.”
    “Ahh ade apa adeee.. Udeh sih ngaku aja, pacar lo kan?”
    “Bukan bukan. Gw dan dia saling respect aja. Ga ada niat buat pacaran. Dia juga begitu”
    “Ohh bener nih? Hahahaha oke laahh”
    “Oke kenapa?”
    “Ehh ngg ngga ko gpp. Gw pinjem kasur lo bentar ya. Mau rebahan.”
    “Ya udah pake aja. Gw juga mau mandi sebentar. Bau tepung terigu campur telor gini gw. Digoreng jadi crispy kali yak”
    “Hahaha ya udah sih buruan sana. Biar seger”

    Vani aku tinggal mandi. Tapi sebelum itu aku pasang lagu jazz dari pemusik Saxophone dari Media Player laptop ku.

    “FEEERRRR.. LO ADA PILM BAGUS GAAAA? GW SUNTUK NIH”
    “Ada. Cari aja di drive D folder Film. Ga usah teriaaakk plaud. Gw denger ko.”
    “Hehe maap. Oke thank you”

    Setengah jam kemudian, aku yang sudah selesai mandi dan mematikan keran air, sayup-sayup terdengar suara rintihan. Modyaarrr, jangan-jangan Vani ngeliat koleksi bokep di laptop gara-gara hidden folder nya blm di unhidden lagi. Wah gawat. Tetapi, sepertinya suara desahan itu aku kenal suara nya, Ya! Suara Vani. Itu suara desahan Vani!!!
    Keran air tetap aku nyalakan. Pelan-pelan aku buka pintu supaya tidak menimbulkan suara. Aku intip sebentar ke meja tempat aku menaruh laptop…

    Deggg Vani sedang masturbasi!

    Jeans nya sudah diturunkan di bawah dengkul, tshirt nya sudah terangkat sampai bagian dada nya terbuka. Bra nya sudah terangkat ke atas menunjukkan payudara Vani yang mengkal. Body nya putih mulus, tanpa cacat. Tangan kanan Vani tengah mengocok memek nya, dan tangan kiri nya pun memainkan puting sebelah kiri.

    “Uhhhh mmhhhh duuhh enakkk. Mmmmmhhhhh”

    Aku yang hanya berbalut handuk saja, terpesona dengan pemandangan tersebut. Sehingga kontolku menjadi keras.

    “Uhhh aduuhh cepet mainin memek gw Feerr.. uuuhh ampuunn enak bangettt. Ohhh Feeerrr..”

    DEG

    Aku yang saat itu terpaku, terdengar desahan Vani memanggil Fer. Entah itu aku atau orang lain. Membuat diriku memberanikan diri menghampiri Vani ke belakang kursi meja komputer.

    “Vaann. Lo lagi ngapain?”

    Sapa ku lembut sambil menyentuh pundaknya dengan lembut pula. Tapi Vani terkejut bukan kepalang. Sampai dia terlompat dari kursi

    BRUAKK Dengkul Vani kepentok meja. Merengut kesakitan

    “Aduuhh. Sakiit. Aduhh eehh Fer. Gw lagi.. aduuhh ssshh dengkul gw.. ohh duh sorry Fer..”

    Vani yang antara kesakitan dengkulnya dan tangannya sibuk menutupi selangkangan dan dada nya terihat linglung. Dia terduduk di tepi kasur dengan tangan kanan yang menutupi dada, paha yang dirapatkan dan tangan kiri mengurut dengkul nya.

    “Ya ampun. Lo ga apa-apa Van? Sini rebahan, gw urut dengkul lo. Bunyi kepentok nya kenceng bener”
    “Ehh. Huum deh. Ehh tapi ini. Tutup yaa. Aduuhh malu gw”
    “Hehe gak apa-apa lagi, gw yang sorry udah ngagetin lo. Lo sih ga ngajak-ngajak. Nih lo tutup pake sarung. Buka sekalian celana lo deh Van. Gw mau liat dengkul lo”
    “Ehh humm duh gmn yaa”
    “Yaelah gw udah liat semuanya lo masih aje mikir.”
    “Ehh udah ya? Hehe sorry deh. Ya udah gw buka”
    “Iya”

    DAAANN. Ternyata benar, bagian perbatasan dengkul dan paha Vani membiru kemerahan. Hampir keunguan.

    “Gile Van, memarnya parah bener. Gw ambilin minyak tawon dulu ya”
    “Duh iya, sakit banget sampe ngilu dengkul gw. Sorry ya Fer ngerepotin”
    “Udehh selow. Kaya sama siapa aja lo ah”
    “hehehe”

    Aku yang masih berbalut handuk saja, kini mengurut memar nya Vani. Tentu saja kontolku masih mengeras dan ternyata terlihat oleh Vani karena handuk ku tidak dapat menutupi keras nya selangkangan nakal ini.

    “Feerrr.. itu lo keras ya?”
    “Ehh oh iya Van. Sorry ya. Gw horny barusan ngeliat lo masturbasi. Tapi tenang ko, ga gw perkosa. Hehehe”
    “Diperkosa juga gpp fer. Ikhlas ko gw”
    “Haha apaan sih lo.”
    “Beneraa aaahhh duh duh duh sakit sakit ferrr.. duh duh pelan ngurut nyaaaa”
    “Tahan dikiiitt. Kalo ga gw giniin nanti memarnya berhari-hari”
    “Uhh iya tapi pelanin dikit. Aduuhh ngilu ngilu sakit.”
    “Dah cukup ya. Semoga nanti cepet sembuh. Gw cuci tangan dulu sebentar. Lo beberes aja dulu ya”
    “Oke. Thanks Fer.”

    Vani aku tinggal sebentar ke kamar mandi untuk mencuci tanganku yang masih basah karena minyak tawon. Tetapi sayup terdengar suara desahan Vani. Mungkin dia masih mengeluh sakit akan dengkul nya. Aku intip sebentar memastikan Vani tidak apa-apa. Ku tengokkan kepala ke luar kamar mandi sambil menyabuni tanganku, tetapi hanya dapat terlihat bagian pinggir kasur. Tetapi yang aku lihat adalah baju dan bra Vani yang tergeletak di lantai. Aku yang khawatir cepat-cepat mencuci tangan dan kembali keluar dari kamar mandi.

    Yang aku lihat bukanlah Vani yang mendesah karena sedang kesakitan, tetapi Vani yang melanjutkan masturbasi nya di dalam sarung. Tangan kanan nya kembali memainkan memek nya yang berada di dalam sarung dan tangan kiri nya meremas payudara nya yang terekspos karena tidak tertutup sarung.

    “Vaaan, lo masturbasi lagi?”
    “Uhh ohh iya fer nanggung. Kepala gw pusing banget blom nyampe tadi. Uuhh gpp kan gw numpang masturbasi di sini? Lagian lo juga udah liat gw bugil barusan.. uuhh mmhh”
    “Kalo gw udah liat, ngapain lo masturbasi di dalem sarung? Buka lah sarung nya, ga gerah apa lo Van?
    “Ohh iya deh. Tapi gw malu sama lo”
    “Ngapain malu? Kan gw udah liat”
    “Hehe iya deh. Tapi lo bugil juga dong. Ga fair kan gw doang yang bugil”
    “Loh, nanti kalo kita kenapa napa gmn?
    “Kenapa apanya? ML maksud lo?”
    “Iya”
    “Ya gpp. Sini temenin gw di kasur. Rebahan di samping gw. Jangan kaya patung taman topi berdiri doang disitu. Lagian selangkangan lo udah keras gitu masa didiemin. Gw kan juga mau liat isi nya”
    “Iya deh”

    Ku lepas handuk yang menutupi selangkangan ku. Kontol ku kini terbuka bebas dan tegak lurus ke depan.

    “Nah kan, kalo gitu kan kegantengan lo jadi dua kali lipet Fer.”
    “Hahaha apaan sih lo”
    “Sini rebahan di samping gw, lo liatin gw dulu ya. Dont touch my body. Habis gw nyampe, terserah lo mau apain gw”
    “Siap ratu. Aku pada mu.”
    “Uhhh fer. Hmm enak banget ihh memek gw.. uuhh duh gpp kan gw vulgar. Ga tahan gw.”
    “iyaaa gpp. Bebas di sini mah lo ekspresiin apa yang ada di kepala lo”
    “Ohh uhh thank you fer. Uuhhh mmhhh ahhh aaahhh”

    Vani mulai mengocok memeknya lagi. Kali ini lebih cepat dari sebelumnya. Mungkin karena tidak ada batasan lagi antara kami, dia mulai merasa nyaman. Aku yang sengaja tadi mengambil mouse wireless ku, mencoba memutar mp3 slow jazz yang sepertinya bisa menambah mood Vani di atas kasur. Benar saja, seketika musik jazz berbunyi, Vani makin mempercepat kocokan memek nya.

    “Ooohh oooohhh ferr uuhh tusuk memek gw ferrr. Ooohhhh mmhhhh uuuuhhh aduuhh. Mmhhhh feeerrr ko lo diem ajaaaa. Ooohh ayo dong tusuk memek gw.”
    “katanya tadi ga boleh nyentuh nyentuh”
    “Duuh bodo amat. Uhh gw butuh lo sekarang. Gw butuh kontol lo di memek gw. Sini gw isep dulu kontol lo. Cepeeett siniii”

    Aku bangun, berlutut di samping kepala Vani dan menyodorkan kontol ku ke depan muka nya

    “Duhh gede banget kontol lo. Keras lagi. Uhh mmmhhh sluurrppp mmmpphh sluurrppp”
    “OHHHH uuhh enak Van. Jago banget blowjob lo. Mmhhh”

    Blowjob dari Vani sangat lembut. Baru kali ini aku rasakan kelembutan yang berbeda dibandingkan blowjob yang pernah mantanku berikan maupun Ochi. Lembut bercampur hangat dan basah yang Vani berikan membuat kontolku makin keras dan panas. Aku akui, jika ini dilanjutkan beberapa menit lagi, aku akan orgasme. Jari dari tangan kanan ku mulai menggapai selangkangan Vani. Dengan begini aku harap dia tidak akan terlalu konsentrasi memberikan ku blowjob. Aku buat seenak mungkin kocokan jariku di klitoris Vani.

    “OOOHHHH GOD FERR MEMEK GW LO APAIN?? ADUUHHH TERUSIN OOOOOHHH”
    “ssstt pelan pelan desah nya. Hehehe enak ya? Gw terusin yaa?”
    “Iyahh fer please terusin. Yang cepet. Make me come honey. Please. Uuhh”

    Strategi ku berhasil, kontolku aman untuk sementara karena hanya dikocok tak karuan dan hanya kadang-kadang saja oleh Vani, selebihnya hanya digenggam saja”

    “Ohhh uuhh fer ferr uuhhh ayo cepetin lagii”

    Aku percepat kocokan di kontol ku, sambil sesekali jariku bermain di depan pintu lubang memek nya.

    “Van, lo masih virgin kah?”
    “Ohh uuhh udah ngga fer. Oohh kenapa? Mmhh”
    “Gw masukin jari gw yaa”
    “Uhh iyaahh masukin aja. Kocokin memek gw. Please fer kocokin uuhh”

    Aku yang tak mengira Vani sudah tidak virgin lagi. Karena memeknya seperti memek abg dengan bulu tipis di bagian pubis. Tidak ada terlihat lembaran labia mayor. Hanya garis tipis belahan memek yang sangat indah dan berwarna pink

    Ketika aku masukkan jari ku, cengkraman dinding vagina nya terasa kuat. Aku berpikir sejenak, apa yang membuat Vani tidak virgin lagi sedangkan dinding vagina Vani terasa seperti perawan yang baru saja menerima benda asing masuk ke dalam nya

    “uhh uuhh uuuuuhh oohhhh shitttt cepetin fer cepetin. Gw mau nyampe”

    Aku percepat kocokan tangan ku. Jari tengah ku menyentuh sesuatu yang kasar di dalam dinding vagina Vani bagian atas. Aku percepat sentuhan di bagian kasar tersebut. Aku tahu, itu akan membuat Vani terbang ke langit kenikmatan

    “OHH OOHHH OOOOOHHH AAAAHHH FEEEEERRRR OOHHHH GW NYAMPE. OOOHHHH AAAAAAAHHHHHHH SHIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIITTTTTTTT”

    seeeeerrrr

    Vani mengejang dan squirt! Walaupun tidak kencang, tetapi aku melihat semburan pelan air dari memek Vani. Membuat tanganku basah dan kasurku juga basah. Kemudian aku rebahkan badan di samping Vani, kemudian dia menaruh kepala nya di dada ku, memeluk dan mengecup pipi kiri ku.

    “hufffff thanks ya fer. uuuuhhh uuuhhh ohhhh gilaaa. Uuhhh mmmhh lo apain memek gw barusan fer? Uhhh”
    “Ada deehh. Hehehe nikmat ga?”
    “Nikmat banget gila. Uuh blom pernah gw senikmat tadi selama masturbasi”
    “hehehe bagus dong kalo gitu. Siapa tau lo ketagihan service gw, jadi lo sering main ke sini”
    “Main ke kosan lo cuma buat minta dikocokin pake jari. Rugi laahh”
    “Loh ko rugi?”
    “Ya rugi lah. Gw kan mau nya sekalian ML fer. Mau cicip kontol lo yang keras itu. Hihihi siapa tau jauh lebih enak”
    “Emang nya lo udah nyobain berapa kontol Van?”
    “Belom pernah fer, makanya gw penasaran. Berhubung lo sohib gw yg lain gender, scara temen gw di kantor kebanyakan cewe, jadi gw percaya sama lo. Lo pasti bisa ngejaga ini”
    “Pantesan memek lo masih ngegrip banget. Ko virgin lo udah ilang?”

    “Dulu waktu SMA pas gw lagi masturbasi, ga sengaja jari gw masuk ke dalem fer trus berdarah. Sejak saat itu gw takut kalo mau masturbasi, sakit banget pas ga sengaja masuk itu. Tapi libido gw ga ketahan, jadi gw masturbasi di klitoris aja. Ga berani masuk lagi. Takut sakit n berdarah lagi. Walaupun gw tau gw udah ga virgin dan bisa aja jari gw masuk ke dalem, tapi gw masih takut. Kebawa yang dulu soalnya.”

    “ohh gitu. Tapi tadi lo ga takut jari gw masuk?”
    “hmm udah kepalang tanggung sih tadi. Udah enak banget kocokan lo. Jadi lanjutin aja dah”
    “Trus masih mau ML sama gw?”
    “Masih lah”
    “Akhirnya gw bisa ML juga sama cewe cakep”
    “ahahaha gombal lo ih. Ada juga gw bersyukur ML perdana gw sama cowo kece kaya lo fer.”
    “Hahaha gombal juga lo. Mau ML sekarang apa nanti?”
    “Tar dulu fer, gw masih nyaman di pelukan lo. Anget”
    “Lo nya dingin kali, abis orgasme ampe keringetan banjir gini”
    “Hahaha iya fer, kalau gw abis orgasme pasti banjir keringet. Tapi ga bau acem ko. Serius”
    “iyaa iyaa percaya gw”

    Seketika hening. Aku dan Vani sama-sama menikmati pelukan ini.

    “Fer…”
    “yaaa?”
    “MUACH”

    Ntah apa arti kecupan Vani di bibir ku. Tetapi aku merasa sebenarnya ada yang lebih, itu yang aku baca dari guratan mata Vani.

    “Muach. Knp lo tiba-tiba nyium gw?”
    “Hehe gpp. Anggep aja gw say thanks lagi, tapi beda kemasan. Hihi”
    “Ohh hehe”
    “Fer, lo beneran masih jomblo?”
    “Beneran. Emang kenapa sih? Ada temen lo yang suka gw?”
    “Hmm bukan bukan”
    “Trus kenapa?”
    “Bukan temen gw yang suka sama lo. Tapi gw”
    “HEEE, serius lo suka sama gw?”

    Aku yang terkejut Vani bilang seperti itu, langsung duduk dan menatap mata Vani dengan dalam. Apa ini yang aku lihat tadi.

  • Selingkuh Sahabat Suamiku

    Selingkuh Sahabat Suamiku


    1394 views

    Perawanku – Saat itu Citra yang sedang meletakkna bayinya di atas ranjang, karena

    wajah lelahnya dia rebahan di atas sofa ruang tamu suaminya Citra yang bernama Dhika berbicara katanya nanti ada temanku yang mau datang kesini dan rencanya dia mau menginap. Jadi pekerjaan Citra selain menjaga bayi dia harus mempersiapkan kamar untuk sahabat suaminya bernama Galih.

    Galih adalah sahabat lama suaminya saat kuliah dulu. Dia cukup akrab dengan mereka. Citra sudah cukup mengenal Galih, lebih dari cukup untuk menyadari bahwa hatinya selalu berdesir bila bertatapan mata dengannya.

    Sebuah perasaan yang tumbuh semakin besar yang tak seharusnya ada dalam hatinya yang sudah terikat janji dengan Dhika waktu itu. Dan perasaan itu tetap hidup di dasar hatinya hingga mereka berpisah, Citra akhirnya menikah dengan Dhika dan sekarang mereka mempunyai seorang bayi pria.
    Ada sedikit pertentangan yang berkecamuk dalam hatinya.

    Di satu sisi meskipun dia dan suaminya saling menjunjung tinggi kepercayaan dan berpikiran terbuka, tapi dia tetap merasa sebagai seorang istri yang wajib menjaga kesucian perkawinan mereka dan kesetiaannya pada sang suami.

    Tapi di sisi lain Citra tak bisa pungkiri bahwa ada rasa yang lain tumbuh di hatinya terhadap Galih hingga saat ini. Seorang pria menarik berumur sekitar tiga puluhan, berpenampilan rapi, dan matanya yang tajam selalu membuat jantungnya berdebar kencang saat bertemu mata. Sosoknya yang tinggi tegap membuatnya sangat menawan.

    Citra seorang wanita ayu yang bisa dikatakan sedikit pemalu dan selalu berpegang teguh pada sebuah ikatan. Dan dia tak kehilangan bentuk asli tubuhnya setelah melahirkan. Mungil, payudara yang jadi sedikit lebih besar karena menyusui dan sepasang pantat yang menggoda.

    Rambutnya lurus panjang dengan mata indah yang dapat melumerkan kokohnya batu karang. Semua yang ada pada dirinya membuat dia mempunyai daya tarik seksual terhadap lawan jenisnya meskipun dia tak pernah menunjukkannya.

    Ah… seandainya saja dia mengaenal Galih jauh sebelum suaminya datang dalam kehidupannya!
    Citra pejamkan matanya mencoba meredam pergolakan dalam hatinya dan hati kecilnya menuntun tangannya bergerak ke bawah tubuhnya.

    Vaginanya terasa bergetar akibat membayangkannya dan saat dia menyentuh dirinya sendiri yang masih terhalang celana jeansnya, sebuah ombak kenikmatan menerpa tubuhnya. Jemarinya yang lentik bergerak cepat melepas kancing celananya lalu menurunkan resleitingnya.

    Tangannya menyelinap di balik celana dalam katunnya yang berwarna putih, melewati rambut kemaluannya hingga sampai pada gundukan daging hangatnya. Nafasnya terasa terhenti sejenak saat jarinya menyentuh kelentitnya yang sudah basah, membuat sekujur tubuhnya merasakan sensasi yang sangat kuat.

    Dia terdiam beberapa waktu. Dhika pulang 2 jam lagi, dan Galih juga datang kira-kira dalam waktu yang sama. Kenapa tidak? Dia tak bisa mencegah dorongan hati kecilnya.

    Toh dia tak menghianati suaminya secara lahiriah, hanya sekedar untuk memuaskan dirinya sendiri dan 2 jam lebih dari cukup, sisi lain hatinya mencoba beralasan membenarkan kobaran gairahnya yang semakin membesar dalam dadanya.

    Citra menurunkan celana jeansnya dan mengeluarkan kakinya satu persatu dari himpitan kain celana jeansnya. Melepaskan celana dalamnya juga, lalu dia kembali rebah di atas sofa. Dari pinggang ke bawah telanjang, kakinya terbuka.

    Pejamkan matanya lagi dan tangannya kembali bergerak ke bawah, menuju ke pangkal pahanya, membuat dirinya merasa se nyaman yang dia inginkan.

    Dia nikmati waktunya, menikmati setiap detiknya. Dia membayangkan Galih sedang memuaskannya, deru nafasnya semakin cepat. Citra tak pernah berselingkuh selama ini, membayangkan dengan pria lain selain Dhika saja belum pernah, semua fantasinya hanya berisikan suaminya. Tapi sekarang ada sesuatu dari pria ini yang menyeretnya ke dalam fantasi barunya.

    “Ups! Maaf!” terdengar sebuah suara. Matanya langsung terbuka, dan dia tercekat. Dia melihat bayangan seorang pria menghilang di sudut ruangan. Dia baru sadar kalau dia sudah melakukan masturbasi selama lebih dari 10 menit, dan dia benar-benar tenggelam dalam alam imajinasinya hingga tak menyadari ada seseorang yang masuk ke dalam rumah.

    Dan dia sadar kalau bayangan pria itu adalah Galih, dengan terburu-buru dia mengambil pakaiannya dan segera memakainya lagi.

    “Mafkan aku Citra,” kata Galih, “Nggak ada yang menjawab ketukanku dan pintunya terbuka.” dia berada di sudut ruangan jauh dari pandangan, tapi dia sudah melihat banyak! Pemandangan yang disaksikannya saat dia memasuki ruangan ini membakar pikirannya.

    Istri sahabatnya berbaring dengan kaki terpentang lebar di atas sofa itu, tangannya bergerak berputar pada kelentitnya. Pahanya yang lembut dan kencang tebuka lebar, rambut kemaluannya yang hitam mengelilingi bibir vaginanya. Penisnya mengeras dengan cepat dalam celana jeansnya.

    “Nggak apa-apa,” jawab Citra dari ruang keluarga,

    “Kamu boleh masuk sekarang.” dia sudah berpakaian lengkap sekarang, dan dia berbaring di atas sofa, menyembunyikan wajahnya dalam telapak tangannya.

    “Aku sangat malu.” katanya kemudian.

    “Ah, kita semua pernah melakukannya, Citra!” jawab Galih.

    Dia berdiri tepat di samping Citra, seperti ingin agar Citra dapat melihat seberapa A?a,?EskerasnyaA?a,?a”? dia.

    Dia tak dapat mencegahnya, wanita ini sangat menggoda. Dia merasa kalau dia ingin agar wanita ini bergerak padanya!!!

    “Tetap saja memalukan!” katanya, menyingkirkan tangannya dari wajahnya. Vaginanya berdenyut sangat hebat, dia hampir saja mendapatkan orgasme tadi! Sebuah desiran yang lain terasa saat dia melihat tonjolan menggelembung pada bagian depan celana Galih.

    Dengan cepat dia memalingkan wajahnya, tapi masih saja pria ini memergokinya. Sekarang Galih menjadi lebih terbakar lagi, ini lebih dari cukup.

    “Nggak ada yang harus kamu permalukan, setidaknya itu pendapatku setelah apa yang sudah aku lihat tadi!” katanya tenang. Citra menatapnya penuh dengan tanda tanya.

    “Aku jadi benar-benar terangsang melihatmu seperti itu,” dia menjelaskan, “Sebuah perasaan yang belum pernah ku alami sebelumnya.” kata-katanya, adalah kenyataan bahwa dia sangat menginginkannya, membuat Citra semakin basah.

    Dia menyadari betapa istri sahabatnya ini A?a,?EstertarikA?a,?a”? akan perkataannya tersebut dan Galih memutuskan untuk lebih menekannya lagi.

    “Lihat akibatnya padaku!” katanya, tangannya bergerak mengelus tonjolan pada bagian depan celananya. Ini masih dalam batas yang bisa dikatakan A?a,?EswajarA?a,?a”?, belum ada batas yang dilanggar.

    Saat Galih melihat A?a,?EsnodaA?a,?a”? basahnya di atas permukaan sofa itu dan mata Citra yang tak berpaling dari seputar pinggangnya, Galih memutuskan akan melanggar batas tersebut.

    Citra hanya melihat dengan diam saat sahabat suaminya ini membuka kancing dan menurunkan resleiting celananya. Citra tak bisa mengingkari bahwa dia menjadi lebih terangsang, dan dia tak menemukan kata yang tepat untuk mencegah pria ini.

    Dan saat dia menyaksikan pria di depannya ini memasukkan tangannya dalam celana dalamnya sendiri, vaginanya terasa semakin basah. Galih mengeluarkan penis kedua dalam hidup Citra yang dilihatnya secara nyata, disamping penis para bintang film porno yang pernah dilihatnya bersama suaminya dulu.
    Nafas Citra tercekat, matanya terkunci memandangi penis dihadapannya. Dia belum melihat keseluruhannya, dan ini benar-benar sangat berbeda dengan milik suaminya. Tapi ternyata A?a,?EsperbedaanA?a,?a”? itulah yang semakin membakar nafsunya semakin lapar.

    “Suka apa yang kamu lihat?” tanyanya pelan. Citra mengangguk, memberanikan diri memandang ke atas pada mata Galih sebelum melihat kembali pada penisnya yang keras. Galih mengumpat betapa beruntungnya sahabatnya. Dia ucapkan sebuah kata.

    “Sentuhlah!”

    Ragu-ragu, dengan hati berdebar kencang, Citra pelan-pelan menyentuh dengan tangannya yang kecil dan melingkari penis pria di depannya ini dengan jarinya. Penis pertama yang dia pegang dengan tangannya, selain milik suaminya, dalam enam tahun belakangan.

    Perasaan dan emosi yang bergolak di dadanya terasa menegangkan, dan dia inginkan lebih lagi. Galih melihat penisnya dalam genggaman tangan istri sahabatnya yang kecil, dan dia hanya melihat saat Citra pelan-pelan mulai mengocokkan tangannya.

    Terasa sangat panas dan keras dalam genggaman tangannya, dan Citra tak dapat hentikan tangannya membelai kulitnya yang lembut dan berurat besar itu. Galih bergerak mendekat dan membuat batang penisnya menjadi hanya beberapa inchi saja dari wajah Citra.

    Galih menyentuh tubuh Citra, tangannya meremas pahanya yang masih terbungkus celana jeans. Tanpa sadar Citra membuka kakinya sendiri melebar untuknya, dan tangan Galih bergerak semakin dalam ke celah paha Citra.

    Terasa desiran kuat keluar dari vaginanya saat tangan Galih mulai mengelusi dari luar celana jeansnya, Citra menggelinjang dan meremas penisnya semakin kencang.

    Dengan tangannya yang masih bebas, dipegangnya belakang kepala Citra dan mendorongnya semakin mendekat. Citra tak berusaha berontak. Matanya masih terpaku pada penis Galih, dia menunduk ke depan dan dengan lembut mencium ujung kepalanya.

    Lidahnya terjulur keluar dan Citra kemudian mulai menjilat dari pangkal hingga ujung penis barunya tersebut.

    Sekarang giliran Galih, tangannya bergerak melucuti pakaian Citra. Citra yang sedang asik dengan batang keras dalam genggaman tangannya tak menghiraukan apa yang dilakukan Galih. Diciumnya kepala penis Galih, menggodanya seperti yang disukai suaminya (hanya itulah seputar referensi yang dimilikinya).

    Tangan Galih menyelinap dalam celana dalam Citra, tangannya meluncur melewati rambut kemaluannya. Citra melenguh pelan saat tangan Galih menyentuh kelentitnya. Dia membuka lebar mulutnya dan memasukkan mainan barunya tersebut ke dalam mulutnya, lidahnya berputar pelan melingkari kepala penis dalam mulutnya.

    Galih mengerang, merasakan kehangatan yang membungkus kejantanannya. Dia menatapnya dan melihat batang penisnya menghilang dalam mulut Citra, bibirnya mencengkeram erat di sekelilingnya dan matanya terpejam rapat.

    Galih menjalankan jarinya pada kelentit Citra, menggoda tombol kecilnya, mulut Citra tak bisa bebas mengerang saat tersumpal batang penis Galih. Dorongan gairah yang hebat membuat Citra semakin bernafsu mengulum naik turun batang penis Galih. Pinggulnya dengan reflek bergerak memutar merespon tarian jari Galih pada kelentit sensitifnya.

    Jari Galih mengeksplorasi lubang hangatnya Citra, membuat lenguhannya semakin sering terdengar dalam bunyi yang aneh karena dia tak juga mau melepaskan mulutnya dari batang penis Galih. Citra tak lagi memikirkan apa yang dia perbuat, dia hanya mengikuti nalurinya.

    Ini benar-benar lain dengan dia dalam keseharian, sesuatu yang akan membuat suaminya mati berdiri bila dia melihatnya saat ini. Semuanya meledak begitu saja.

    Sesuatu yang dimiliki pria ini yang membuka pintu dari sisi lain dirinya dan Galih sangat menikmati perbuatannya. Masing-masing masih tetap asik dengan kemaluan pasangannya. Dan Citra menginginkan lebih dari ini. Mereka berdua menginginkan lebih dari sekedar begini.

    Citra menelan seluruh batang penis Galih, menahannya di dalam mulutnya untuk memenuhi kehausan gairahnya sendiri. Hidungnya sampai menyentuh rambut kemaluan Galih, ujung kepala penisnya menyentuh langit-langit tenggorokannya, hampir membuatnya tersedak.

    Galih mengeluarkan tangannya dari balik celana dalam Citra yang membuatnya sedikit kecewa, ada sesuatu yang terasa hilang. Diraihnya tepian celana jeans Citra dan dengan cepat Citra mengangkat sedikit pantatnya dari atas sofa, yang mau tak mau membuatnya melepaskan batang penis itu dari mulutnya, dan mempermudah sahabat suaminya ini melepaskan celananya dari kakinya yang halus.

    Nafasnya tercekat, dada terasa berat saat dia melihat Galih menarik celana dalamnya. Dengan sedikit memaksa dia menurunkannya melewati kakinya dan Citra menendangnya menjauh dari kakinya sendiri. Membantu Galih menelanjangi tubuh bawahnya. Galih sekarang berlutut di lantai dan menatap takjub pada segitiga menawan dari rambut kemaluan Citra.

    Dia menyentuh vagina Citra dengan tangan kirinya, menjalankan jari tengahnya pada kelentitnya sambil tangan yang satunya menggenggam batang penisnya sendiri.

    Citra mendesah pelan, pinggulnya bergetar. Matanya terpejam rapat, dia sangat meresapi rasa yang diberikan selangkangannya. Galih mengoleskan kepala penisnya pada pipi dan hidung Citra. Saat sampai di mulutnya, Citra membuka mulutnya segera dan Galih langsung mendorong penisnya masuk.

    Tangannya yang kecil menggenggam buah zakarnya dan Citra membuka matanya perlahan saat dia mulai menggerakkan kepalanya naik turun pada batang penisnya.

    Galih semakin melesakkan jarinya ke dalam vagina Citra, membuat Citra memejamkan matanya lagi, mengerang. Vaginanya terasa sangat basah! Jarinya bergerak di seluruh rongga lubang itu, bergerak keluar masuk saat ibu jarinya mengerjai kelentit Citra.

    Kini, celana jeans dan celana dalam Galih sudah jatuh merosot di atas lantai, Galih menarik penisnya keluar dari mulut Citra dan langsung menendang pakaian bawahnya menjauh.

    Dia menunduk, tangannya bergerak ke bawah bongkahan pantat Citra, mengangkatnya dari atas sofa agar bagian bawah tubuh istri sahabatnya ini lebih terekspose ke atas. Citra meraih penisnya dan segera memasukkannya kembali ke dalam mulutnya. Galih mendekatkan kepalanya pada daging nikmat Citra.

    Masih tetap menahan pantat Citra ke atas, mulutnya mencium bibir vagina Citra, mencicipi rasa dari istri sahabatnya untuk pertama kalinya. Mulut Citra langsung mengerang merespon, sejenak menikmati sensasi yang diberikan Galih sebelum kembali meneruskan A?a,?EspekerjaanA?a,?a”? mulutnya. Lidah Galih melata pada dinding bagian dalam dari vagina Citra, menjilati sari buah gairah yang dikeluarkannya.

    Citra merasa bibir Galih menjepit tombol sensitifnya dan lidahnya bergerak pelan pada sasarannya. Erangan semakin tak terkendali lepas dari mulutnya akibat perlakuan Galih kali ini. Batang penisnya terlepas keluar dari cengkeraman mulut Citra. Galih semakin menaikkan pantat Citra, menekan vagina Citra pada wajahnya dan lidahnya semakin bergerak menggila.

    Jantung Citra serasa mau meledak, nafasnya terasa berat… sangat dekat…

    Jantungnya berhenti berdenyut, orgasmenya datang. Pinggulnya mengejat di wajah Galih dengan liar. Citra merasa jiwanya melayang entah kemana! Pria ini memberinya sebuah oral seks terhebat yang pernah didapatkan dalam hidupnya!

    Akhirnya, Citra kembali ke bumi. Galih melepaskan pantatnya, mengangkat kepalanya dari selangkangan Citra. Batang penisnya terasa sangat keras, dan nafasnya terdengar memburu tak beraturan.

    Citra pikir dia tak mungkin dapat menghentikan pria ini sekarang meskipun dia menginginkannya. Galih naik ke atas sofa, menempatkan dirinya diantara paha Citra, yang tetap Citra biarkan terbentang lebar hanya untuknya.

    Terlintas dalam pikirannya jika dia tetap meneruskan ini terjadi, milik Galih adalah penis kedua yang akan memasuki tubuhnya dalam hidupnya.

    Sedikit gelembung rasa bersalah melayang dalam benaknya. Yang dengan cepat meletus menguap saat ujung kepala penis Galih menyentuh bibir vaginanya, membuat sekujur tubuhnya seakan tersengat aliran listrik.

    Dengan perlahan Galih memasukkan penisnya menembus ke dalam tubuh Citra. Pada pertengahan perjalanannya dia menghentikan sejenak gerakannya, menikmati gigitan bibir vagina Citra pada batang penisnya dan tiba-tiba dia menghentakkan kedalam dengan satu tusukan.

    Dinding vaginanya terbuka menyambutnya, dan pelan-pelan Citra dapat merasakan dirinya menerima sesuatu yang lain memasuki tubuhnya kini. Tubuhnya merinding, perasaan menakjubkan ini merenggut nalarnya.

    Galih mengeluarkan separuh dari batang penisnya dan menghujamkannya kembali seluruhnya ke dalam vagina Citra.

    Erangan keduanya terdengar saling bersahutan dan Galih menahan penisnya sejenak di dalam vagina Citra, meresapi sensasinya. Manahan berat tubuhnya dengan kedua lengannya, dia menatap ke bawah pada istri sahabatnya ini sambil menggerakkan penisnya keluar masuk dalam vagina Citra dengan gerakan lambat.

    Citra pejamkan matanya, mendesah lirih saat dia rasakan kejantanan Galih keluar masuk dalam tubuhnya. Galih melihat batang penisnya menghilang lalu muncul kembali dalam daging hangat basah milik Citra lagi dan lagi, dan gerakannya perlahan semakin cepat.

    Nafas keduanya semakin berat, Galih bergerak semakin cepat, Citra menggelinjang, mengerang, kakinya terangkat keatas.

    Kedua kakinya akhirnya jatuh dibelakang pantat Galih yang mengayun keluar masuk. Tubuh Galih menindih tubuh kecil wanita di bawahnya saat dia mengocok vaginanya semakin keras. Dia menciumi leher Citra, dan menghisap lubang telinganya dengan mulutnya, erangan keduanya terdengar mengiringi setiap gerakan tubuh mereka.

    Lengan Citra melingkari tubuh Galih, kukunya tertancap pada punggung Galih saat kakinya terayun-ayun oleh gerakan pantat Galih. Mulut Citra menyusuri leher Galih, mencari bibirnya. Saat bibir mereka bertemu, mereka berciuman untuk pertama kalinya.

    Lidah Citra merangsak masuk ke dalam mulut Galih mengiringi batang penisnya yang menggenjot tubuhnya berulang-ulang. Bibir keduanya saling melumat, saling mengerang dalam mulut masing-masing di atas sofa di ruang tengah itu. Sofa itu sedikit berderit akibat gerakan Galih yang bertambah liar.

    Citra dapat merasakan orgasmenya mulai tumbuh, dan dia menghentikan ciumannya, tak mampu menahan erangannya lagi. Mulut mungilnya mengeluarkan erangan yang sangat keras dan semakin keras saat penis keras Galih semakin melebarkan vaginanya dan Galih memasukinya bertambah dalam.

    Seorang pria baru! Citra tak pernah melakukannya dengan pria lain selain Dhika sebelumnya dan pria baru ini melakukannya dengan sangat hebat! Semuanya terasa bergerak cepat. Orgasmenya meledak, Citra mencoba menahan erangannya dengan menggigit bibir bawahnya.

    Dinding-dinding vaginanya berkontraksi mencengkeram batang penis pria baru ini dengan kuat, dan Citra menghentakkan pinggulnya keatas berlawanan dengan gerakan Galih di atas tubuhnya, berusaha agar batang penis Galih tenggelam semakin dalam pada tubuhnya saat ombak orgasme mengambil alih kesadarannya.

    Galih memandangi Citra saat dia dilanda orgasme, masih tetap mengocok penisnya dengan kecepatan yang dia mampu. Dia tak menyangka wanita pemalu dan pendiam ini akan begitu mudah ditaklukannya! Dia merasakan miliknya juga segera tiba, gerakannya semakin dipercepat.
    Dalam beberapa tusukan kemudian, dan lalu meledaklah. Sejenak setelah orgasme Citra mereda, orgasme Galih datang.

    Tusukan terakhirnya membuat penisnya terkubur semakin jauh dalam vagina Citra. Dia menggeram, penisnya berdenyut hebat. Semburan demi semburan yang kuat keluar dari ujung penisnya mendarat dalam rahim Citra seakan tanpa jeda.

    Citra menggoyangkan pantatnya naik ke atas, memeras semua sperma dari penis Galih. Galih tak bisa menahan tubuhnya lebih lama, dia jatuh menindih tubuh Citra di bawahnya, mencoba bernafas dengan susah payah.

    Tangan Citra membelai punggung Galih saat sperma terakhirnya keluar dari penisnya menyirami vaginanya. Keduanya masih berusaha untuk mengatur nafas.

    Kedua bibir mereka merapat, berciuman dengan lembut. Lidahnya menggelitik rongga mulut Citra dan ciuman mereka berubah menjadi liar saat penis Galih mulai mengecil dalam vagina Citra. Tangan dan paha Citra mencengkeramnya erat, menahannya agar tetap berada dalam tubuhnya.

    Dia mendapatkan pengalaman lain dengan pria ini. Pria kedua yang bercinta dengannya dalam 29 tahun usianya. Akhirnya mereka hentikan ciumannya. Galih mengeluarkan penisnya yang setengah ereksi dari vagina Citra.

    Keduanya mengenakan pakaiannya masing-masing tanpa saling berkata-kata. Citra terlalu malu untuk mengucapkan sesuatu dan Galih tak tahu harus berkata apa.

    Dhika pulang 30 menit kemudian A?a,?aEs dia pulang lebih awal, tapi tak lebih awal (beruntunglah mereka). Ketiganya lalu makan malam, dan Citra tak dapat menyingkirkan pikirannya dari bayangan Galih sepanjang waktu itu.

    Dhika dan Galih kemudian sibuk dengan urusan pria yang tak begitu dimengerti oleh Citra. Dan malam berikutnya, mereka berdua duduk di meja makan bersama Citra. Para pria sedang bermain catur. Citra menghabiskan sepanjang harinya mengasuh bayi mereka.

    Kapanpun saat dia sedang sendiri, dia tak mampu hentikan dirinya memikirkan pengalamannya bersama Galih kemarin. Dia merasa gairahnya menyala-nyala sepanjang hari itu, dan dia mempunyai beberapa menit untuk memuaskan dirinya dengan tangannya sendiri.

    Saat menuangkan minuman pada suaminya dan Galih malam itu, dia sangat bergairah, dan sangat basah. Setiap kali dia melirik Galih, ada desiran halus pada vaginanya. Sekarang dia telah mencoba seorang pria lain, dan dia merasa ketagihan!

    Galih tak jauh beda. Dia bermasturbasi mebayangkan istri sahabatnya ini kemarin malam, sebelum tidur. Bayangan tubuh telanjangnya memenuhi benaknya sepanjang hari. Saat Dhika pergi ke kamar mandi, Galih beringsut mendekati Citra.

    “Apa kamu menikmati waktu kita kemarin?” tanyanya berbisik.

    “Ya.” Citra tersenyum manis. Sifatnya yang malu-malu membuat birahi Galih terbakar.

    “Apa kamu menginginkannya sekarang?” dia bertanya memastikan. Penisnya sudak mengeras sekarang. Citra terkejut dengan pertanyaannya yang sangat berani itu, malu-malu, lalu mengangguk.

    Galih memutuskan akan sedikit menggodanya. Membuat Citra semakin menginginkannya agar kesempatan mendapatkannya lagi semakin terbuka lebar. Dia menurunkan resleiting celananya dan melepaskan kancingnya, tangannya masuk ke dalam pakaian dalamnya.

    Dia mengeluarkan penisnya, yang sudah ereksi penuh. Nafas Citra tercekat di tenggorokan, denyutan di vaginanya memberinya sebuah sensasi. Batang penis itu berada dalam tubuhnya kemarin. Dia menginginkannya lagi sekarang.

    Mereka mendengar pintu kamar mandi terbuka dan Galih segara memasukkan penisnya kembali ke dalam celananya. Dhika masuk ke dalam ruangan, tak mengira sahabatnya baru saja memperlihatkan penisnya yang ereksi pada istrinya.

    Tak lama berselang, entah kenapa dewa kemujuran selalu berpihak pada mereka, Dhika lagi-lagi mau ke kamar mandi. Saat dia berdiri dan bergegas ke kamar mandi, vagina istrinya berdenyut membutuhkan penis Galih.

    Begitu Dhika menghilang dari pandangan keduanya, Galih langsung bangkit dari kursinya. Mata Citra berbinar terfokus pada tonjolan di celana Galih saat mereka mendengar pintu kamar mandi ditutup.

    Dia langsung menurunkan resleitingnya, dan mengeluarkan batang penisnya. Dengan cekatan Galih mengocok penisnya sampai ereksi penuh, sangat dekat di wajah Citra. Galih berdiri dei depan Citra, dan Citra langsung berlutut di hadapan sahabat suaminya.

    Kepala penisnya menyentuh kulit pipinya, dan perlahan bergerak ke mulutnya. Saat Galih merasa bibir lembut Citra menyentuh ujung kepala penisnya, dia merasa mulut itu membuka.

    Segera saja kepala penis itu lenyap ke dalam mulut Citra, dan Galih melihat bibir itu bergerak membungkus seluruh batang penisnya.

    Tangannya membelai rambut panjang Citra dengan lembut, menahan kepalanya saat seluruh bagian batang penisnya lenyap dalam mulut Citra.
    Kepalanya segera bergerak maju mundur pada batang penis itu, suara basah dari hisapan mulutnya segera terdengar.

    Kembali, mereka mendengar pintu kamar mandi dibuka, dan Galih mengeluarkan penisnya dari mulut Citra dengan cepat. Agak kesulitan dia memasukkan penisnya kembali dalam celananya dan segera duduk kembali di kursinya, menutupi perbuatan mereka. Dhika duduk dan memberi Citra ciuman kecil, tak tahu kalau istrinya baru saja mendapatkan sebuah batang penis yang lain dalam mulutnya.

    Mereka kembali mendapatkan kesempatan sekali lagi di malam itu, dan mereka berusaha memanfaatkannya semaksimal mungkin.

    Bayi mereka menangis di lantai atas, Dhika berinisiatif untuk pergi melihatnya. Citra lebih dari senang mengijinkannya. Dia sangat menginginkan penis itu, tapi dia tak mampu berbuat apa-apa. Meskipun mendapatkannya di dalam mulutnya tak mampu meredakan gairahnya.

    Mereka dapat mendengar bunyi langkah kaki Dhika yang menaiki tangga, dan Citra langsung berdiri. Dia tak pernah se agresif ini! Tapi keA?a,?a”?hausannyaA?a,?a”? akan penis itu mampu merubah tabiatnya. Hanya sekedar untuk segera melihatnya lagi! Dia langsung berlutut di antara paha Galih, dan Galih segera membukanya untuknya…

    Tangan mungilnya dengan cekatan melepaskan kancing dan resleitingnya, dan dia langsung membukanya dalam sekejap. Citra meraih ke dalam celana dalam Galih dan mengeluarkan penis kerasnya.

    Vaginanya langsung basah hanya dengan memandangnya saja. Tangannya yang kecil mengocoknya, saat lidahnya menjilati dari pangkal batang penis Galih hingga ke ujung.

    Sekali lagi, dia kembali memasukkannya ke dalam mulutnya. Menghisapnya dengan rakus hingga mengeluarkan bunyi, tak menghiraukan resiko kepergok suaminya. Galih mendengarkan dengan seksama gerakan dari lantai atas, memastikan Dhika tidak turun ke bawah.

    Galih menatapnya. Bibirnya membungkus batang penisnya dengan erat, kepala penisnya tampak bekilatan basah terkena lampu ruangan ini saat itu keluar dari mulutnya, mata Citra terpejam menikmati. Dia ternyata begitu pintar memberikan blow job! Galih sangat ingin menyetubuhi wanita ini, meskipun hanya sesaat.

    Gairahnya sudah tak terbendung lagi, dan dia memegang pipi Citra, batang penisnya keluar dari mulutnya. Galih berdiri, penisnya mengacung tegang, dan Citra berdiri bersamaan, memandangnya dengan api gairah yang sama.

    Galih menciumnya, lembut, melumat bibirnya. Dia menciumnya lagi, dan lidah mereka saling melilit. Lalu ciuman itu berakhir. Galih memutar tubuh Citra membelakanginya. Citra merasakan tangan Galih berada pada vaginanya, berusaha melepaskan kancing celananya.

    “Jangan…” desahan lirih keluar dari mulutnya. Dia tak tahu kenapa kata itu keluar dari mulutnya saat dia ingin mengucapkan kata A?a,?EsyaA?a,?a”?. Celananya jatuh hingga lututnya, memperlihatkan pantatnya yang dibungkus dengan celana dalam katun berwarna putih.

    Galih merenggut kain itu dan langsung menyentakkannya ke bawah, membuat pantat Citra terpampang bebas di hadapannya. Galih masih dapat mendengar suara gerakan di lantai atas jadi dia tahu dia aman untuk beberapa saat, dia hanya perlu memasukkan penisnya ke dalam vaginanya, walaupun untuk se detik saja!

    Nafas keduanya memburu, dan Citra sedikit menundukkan tubuhnya ke depan, tangannya bertumpu pada meja makan, membuka lebar kakinya. Galih jauh lebih tinggi darinya, penisnya berada jauh di atas bongkahan pantatnya.

    Dia sedikit menekuk lututnya agar posisinya tepat. Dia semakin menekuk lututnya, sangat tidak nyaman, tapi dia sadar kalau dia terlalu tinggi untuk Citra. Dia tahu dia akan merasa kesulitan dalam posisi ini, tapi hasratnya semakin mendesak agar terpenuhi segera.

    Dia menggerakkan pinggulnya ke depan, ujung kepala penisnya menyentuh bibir vaginanya. Citra sudah teramat basah! Dan itu semakin mengobarkan api gairah Galih. Saat bibir vagina Citra sedikit mencengkeram ujung kepala penisnya, Galih tahu jalan masuknya sudah tepat.

    Dia mendorong ke depan. Citra menghisapnya masuk ke dalam, separuh dari penisnya masuk ke dalam dengan cepat.

    Citra mendesah, merasa Galih memasukinya. Galih mencengkeram pantat Citra dan memaksa memasukkan penisnya semakin ke dalam. Batang penisnya sudah seluruhnya terkubur ke dalam cengkeraman hangatnya.

    Galih mulai menyetubuhinya dari belakang, menarik penisnya separuh sebelum mendorongnya masuk kembali, lagi dan lagi. Serasa berada di surga bagi mereka berdua. Galih berada di dalam vaginanya hanya beberapa detik, tapi bagi keduanya itu sudah dapat meredakan gelora api gairah yang membakar.

    Tiba-tiba Galih mendengar gerakan dari lantai atas. Citra tak menghiraukannya, dia sudah tenggelam jauh dalam perasaannya. Galih mengeluarkan penisnya dari vagina Citra. Sebenarnya Citra ingin teriak melampiaskan kekesalannya, tapi segera dia sadar akan bahaya yang mengancam mereka berdua, segera saja dia menarik celana dan celana dalamnya sekaligus ke atas. Saat Dhika datang, mereka berdua sudah duduk kembali di kursinya masing-masing, gusar.

    Galih dan Citra menghabiskan sisa malam itu dengan gairah yang tergantung. Saat malam itu berakhir, Galih segera bergegas pergi ke kamarnya dan langsung mengeluarkan penisnya. Hanya dibutuhkan 3 menit saja baginya bermasturbasi dan legalah.

    Tapi bagi Citra, tidaklah semudah itu. Kamar tidurnya berada di lantai yang berlainan dengan kamar tamu yang dihuni Galih, dan dia tak punya kesempatan untuk melakukan masturbasi. Bahkan Dhika tak mencoba untuk bercinta dengannya malam itu! Seperempat jam ke depan dilaluinya dengan resah. Citra memberi beberapa menit lagi untuk suaminya sebelum dia tak mampu membendungnya lagi.

    Dia turun dari tempat tidur, setelah memastikan suaminya sudah tertidur lelap. Dia mengendap-endap menuju ke kamar tamu. Malam itu dia hanya memakai kaos putih besar hingga lututnya dan celana dalam saja untuk menutupi tubuh mungilnya.

    Dengan hati-hati dia membuka pintu kamar Galih, menyelinap masuk, dan menutup perlahan pintu di belakangnya. Galih sudah tertidur beberapa menit yang lalu. Citra berdiri di samping tempat tidur, memandang pria yang tertidur itu, memutuskan bahwa dia akan melakukannya. Ini tak seperti dirinya! Dia tak pernah seagresif ini! Dia tak pernah berinisiatif! Tapi sekarang, terjadi perubahan besar.

    Ditariknya selimut yang menutupi tubuh Galih, Galih tergolek tidur di atas kasur hanya memakai celana dalamnya. Citra mencengkeram bagian pinggirnya dan dengan cepat menariknya turun hingga lututnya, membebaskan penis Galih yang masih lemas. Dengan memandangnya Citra merasakan desiran halus pada vaginanya. Dia tak percaya Galih tak terbangunkan oleh perbuatannya tadi! Yah, baiklah, dia tahu bagaimana cara membangunkannya.

    Citra duduk di samping Galih, dengan perlahan membuka kaki Galih ke samping. Tangan mungilnya meraih penis Galih yang masih lemas menuju ke mulutnya. Rambut panjangnya jatuh tergerai di sekitar pangkal paha Galih. Galih setengah bangun, merasa nyaman. Penisnya membesar dalam mulut Citra, dan sebelum ereksi penuh, dia akhirnya benar-benar terjaga. Tak membutuhkan waktu lama baginya untuk mengetahui apa yang sedang terjadi A?a,?aEs istri sahabatnya sedang menghisap penisnya!

    Dia mendesah, tangannya meraih ke bawah dan mengelus rambut panjang Citra saat dengan pasti penisnya semakin mengeras dalam mulut Citra. Merasakan penisnya yang semakin membesar dalam mulutnya membuat celana dalam Citra basah, dan dia mulai menggerakkan kepalanya naik turun. Dia menghisap dengan berisik, lidahnya menjalar naik turun seperti seorang professional.

    Galih dapat mendengar bunyi yang dikeluarkan mulut Citra saat menghisap penisnya, dan dia dapat melihat bayangan tubuh Citra yang diterangi cahaya bulan yang masuk ke dalam kamarnya yang gelap. Citra sedang memberinya blow job yang hebat. Untunglah dia bermasturbasi sebelum tidur tadi, kalau tidak pasti dia tak akan dapat bertahan lama.

    Citra tak mampu menahannya lagi. Dia ingin vaginanya segera diisi. Dia sangat terangsang, dia sangat membutuhkan penis itu dalam vaginanya seharian tadi. Dikeluarkannya penis Galih dari dalam mulutnya, dan berdiri dengan bertumpukan lututnya di atas tempat tidur itu.

    Tangannya menarik bagian bawah kaosnya ke atas dan menyelipkan kedua ibu jarinya di kedua sisi celana dalamnya dan mulai menurunkannya.

    Diangkatnya salah satu kakinya untuk melepaskan celana dalam itu dari kakinya. Kaki yang satunya lagi dan kemudian merangkak naik ke atas kasur setelah menjatuhkan celana dalamnya ke atas lantai. Nafasnya sesak, menyadari apa yang menantinya.

    Diarahkannya batang penis Galih ke atas dengan tangannya yang kecil dan bergerak ke atas Galih, memposisikan vaginanya di atasnya. Galih dapat merasakan bibir vagina Citra yang basah menyentuh ujung kepala penisnya saat Citra mulai menurunkan pinggulnya.

    Daging dari bibir vaginanya yang basah membuka dan kepala penis Galih menyelinap masuk. Citra mengerang lirih, tubuhnya yang disangga oleh kedua lengannya jadi agak maju ke depan. Citra semakin menekan ke bawah, membuat keseluruhan batang penis Galih akhirnya tenggelam ke dalamnya.

    Erangan Citra semakin terdengar keras. Dia merasa sangat penuh! Galih benar-benar membukanya lebar! Citra semakin menekan pinggulnya ke bawah dan dia mulai menciumi leher Galih, berusaha menahan Galih di dalam tubuhnya.

    Bibir mereka bertemu dan saling melumat dengan bernafsu. Lidah Citra menerobos masuk ke dalam mulut Galih, menjalar di dalam rongga mulutnya saat dia tetap menahan batang penis Galih agar berada di dalam vaginanya.

    Galih membalas lilitan lidah Citra, tangannya bergerak masuk ke balik kaos yang dipakai Citra, bergerak ke bawah tubuhnya hingga akhirnya tangan itu mencengkeram bongkahan pantat Citra. Tangannya mengangkat pantat Citra ke atas, membuat tubuhnya naik turun di atasnya A?a,?aEs Citra tetap tak membiarkan batang penis Galih teangkat terlalu jauh dari vaginanya!

    Tak menghiraukan keberadaan Dhika yang masih terlelap tidur di kamarnya, mereka berdua berkonsentrasi terhadap satu sama lainnya. Tangan Galih naik ke punggung Citra, menarik kaos yang dipakai Citra bersamanya.

    Ciuman mereka merenggang, Citra mengangkat tubuhnya, tangannya mengangkat ke atas saat Galih melepaskan kaosnya lepas dari tubuhnya. Payudaranya terbebas. Galih melihatnya untuk pertama kalinya. Di dalam keremangan cahaya, Galih masih dapat menangkap keindahannya. Payudaranya yang tak begitu besar dengan putting susu yang keras menantang, dan dia menggoyangkannya dihadapan Galih, menggodanya.Cerpen Sex

    Galih mengangkat tubuhnya, tangannya yang besar menahan punggung Citra saat dia menghisap putingnya ke dalam mulutnya. Citra menggelinjang kegelian saat lidahnya bergerak melingkari sebelah payudaranya sebelum mencium yang satunya lagi.

    Pada waktu yang bersamaan Galih mengangkat pantatnya, masih berusaha agar tetap tenggelam dalam vaginanya, tapi bergerak keluar masuk dengan pelan. Tangannya meremas payudara Citra yang bebas, sedangkan mulutnya terus merangsang payudara yang satunya dengan mulutnya.
    Citra memandang Galih yang merangsang payudaranya, tangannya membelai rambut Galih dengan lembut. Citra merasa penis Galih bergerak keluar sedikit tapi tak lama kemudian masuk kembali ke dalam vaginanya. Dia merasa sangat nyaman, sangat berbeda di dalam tubuhnya. Dia mulai menggoyang, mengimbangi kocokan Galih yang mulai bertambah cepat.

    Galih melepaskan mulut dan tangannya dari payudara Citra dan rebah kembali ke atas kasur. Citra mulai mengangkat pinggulnya naik ke atas hingga batang penis Galih nyaris terlepas ke luar seluruhnya sebelum menghentakkan pinggulnya ke bawah lagi.

    Tangan Galih kembali pada pantat Citra, meremasnya sambil memandangi wanita yang telah menikah ini menggoyang tubuhnya tanpa henti. Dengan tanpa bisa dibendung lagi erangan demi erangan semakin sering terdengar keluar dari mulut Citra.

    Orgasme yang sangat dinantikannya seharian ini mulai terbangun dalam tubuhnya. Dengan meremas pantatnya erat, Galih menggerakkan tubuh Citra naik turun semakin keras dan keras. Hentakan tubuh mereka saling bertemu. Nafas Citra semakin berat, Penis Galih menyentak dalam tubuhnya berulang kali.

    Dengan cepat orgasmenya semakin mendekat. Citra mempercepat kocokannya pada penis Galih, menghentakkan bertambah cepat seiring orgasmenya yang mendesak keluar. Citra tak mampu membendungnya lebih lama lagi, pandangannya mulai menjadi gelap.

    Jantungnya berdegup semakin kencang, otot vaginanya berkontraksi, seluruh sendi tubuhnya bergetar saat dia keluar dengan hebatnya. Mulutnya memekik melepaskan himpitan yang menyumbat aliran nafasnya.

    Melihat pemandangan itu gairah Galih semakin memuncak, dia tak memberi kesempatan pada Citra untuk menikmati sensasi orgasmenya. Diangkatnya tubuh mungil wanita itu, dan membaringkan di sampingnya. Dia bergerak ke atas tubuh Citra dan Citra membuka pahanya melebar menyambutnya secara refleks.

    Galih memandangi kepala penisnya yang menekan bibir vagina Citra. Dengan pelan dia mulai masuk, dan mendorongnya masuk ke dalam lubang hangatnya. Citra mengangkat kakinya ke udara, membukanya lebar lebar untuknya.

    Galih menahan berat tubuhnya dengan kedua lengannya. Galih memberinya satu dorngan yang kuat. Citra memekik, ombak kenikmatan menggulungnya saat batang keras itu memasuki tubuhnya. Galih mulai menyetubuhinya tanpa ampun, Citra telah sangat membakar gairahnya. Galih mengocokkan penisnya keluar masuk dalam vagina istri sahabatnya yang berada di bawah tubuhnya dengan cepat, kedua kaki Citra terayun-ayun di atas pantatnya yang menghentak.

    Tempat tidur sampai bergoyang karena hentakan Galih. Citra menggigit bibirnya untuk meredam erangannya yang semakin bertambah keras.

    Galih mulai kehilangan kontrol. Penisnya keluar masuk dalam vagina Citra sebelum akhirnya, dia menarik keluar batang penisnya dengan bunyi yang sangat basah.

    Galih mengerang, batang penisnya berdenyut hebat dalam genggaman tangannya. Sebuah tembakan yang kuat dari cairan kental putih keluar dari ujung kepala penisnya dan menghantam perut Citra, beberapa darinya bahkan sampai di payudaranya.

    Citra menarik nafas, dadanya terasa sesak saat dia melihat tembakan demi tembakan sperma yang kuat keluar dari penis Galih, dan mendarat di atas perutnya. Terasa sangat panas pada kulit perutnya, tapi semakin membakar gairahnya menyadari bahwa itu bukan semburan sperma suaminya, tapi dari seorang pria lain.

    Akhirnya, sperma terakhir menetes dari penis Galih, menetes ke atas rambut kemaluan Citra yang terbaring di depannya dengan kaki terpentang lebar. Dengan mata yang terpejam, Citra tersenyum puas.

    “Aku membutuhkannya” bisiknya. Mereka terdiam beberapa saat meredakan nafas yang memburu sebelum akhirnya mulai membersihkan tubuh basah mereka. Galih mencium dengan lembut bibir Citra yang tersenyum.

    Citra memakai kaosnya dan menggenggam celana dalamnya dalam tangan, melangkah keluar dari kamar itu dengan perasaan yang sangat lega.

    Galih bangun di keesokan harinya. Peristiwa semalam langsung menyergap benaknya, penisnya mulai mengeras. Dikeluarkannya batang penisnya dan perlahan mulai mengocoknya.
    Dia merasa sangat senang saat mendengar ada seseorang yang sedang mandi. Dimasukkannya penisnya kembali kedalam celana dalamnya, bergegas memakai celana jeansnya dan bergegas keluar kamar dengan bersemangat, turun ke lantai bawah.

    Dia berharap yang sedang mandi adalah Dhika dan Citra ada di lantai bawah. Dia mendengar seseorang sedang membuat kopi di dapur. Dia segera ke sana dan ternyata.

    Citra masih dengan pakaian yang dikenakannya malam tadi, sebuah kaos besar hingga lutut, dan sebuah celana dalam saja di baliknya. Dia menoleh saat mendengar ada yang mendekat, dan langsung tersenyum saat mengetahui siapa yang datang. Terasa ada desiran halus di vaginanya saat memandang Galih.

    Citra terkejut saat tangan Galih melingkar di pinggangnya memeluknya erat dan mencium bibirnya. Lalu Citra sadar ada seseorang yang sedang mandi di lantai atas dan Dhika lah yang sedang berada di kamar mandi itu. Bibirnya membalas lumatan Galih dengan menggebu saat tangan Galih menyusup ke dalam kaosnya untuk menyentuh payudaranya.

    Citra melenguh di dalam mulut Galih yang memeluknya merapat ke tubuhnya. Desiran gairah memercik dari payudaranya langsung menuju ke vaginanya, membuatnya basah. Wanita mungil itu tak berdaya dalam dekapan Galih, tangan Citra melingkari leher Galih.

    Mereka berciuman dengan penuh gairah, lidah saling bertaut, perlahan Galih mendorong tubuh Citra merapat ke dinding. Tangannya meremas bongkahan pantat Citra di balik kaosnya. Dan Citra sangat merasakan tonjolan pada bagian depan celana jeans Galih yang menekan perutnya.

    Ciuman Citra turun ke leher Galih, lidahnya melata menuju putting Galih. Citra membiarkan Galih mengangkat tubuhnya ke atas meja, memandangnya dengan pasif saat Galih menyingkap kaosnya hingga dadanya. Citra mengangkat kakinya bertumpu pada tepian meja, mempertontonkan celana dalam putihnya.

    Vaginanya berdenyut tak terkontrol, menantikan apa yang akan terjadi berikutnya. Galih berlutut di hadapannya, dia dapat mencium aroma yang kuat dari lembah surganya saat hidungnya bergerak mendekat.

    Perlahan diciumnya vagina Citra yang masih tertutupi kain itu, Citra mendesah, kenikmatan mengaliri darahnya. Untuk pertama kalinya, Citra merasa gembira saat Dhika berada lama di dalam kamar mandi!

    Dengan tak sabar, tangannya menuju ke pangkal pahanya. Galih hanya menatapnya saat tangan Citra menarik celana dalamnya sendiri ke samping, memperlihatkan rambut kemaluannya, dan kemudian bibir vaginanya yang kemerahan.

    Citra menatap pria yang berlutut di antara pahanya, api gairah tampak berkobar dalam matanya, menahan celana dalamnya ke samping untuknya. Galih menatap matanya seiring bibirnya mulai mencium bibir vaginanya. Membuat lebih banyak desiran kenikmatan mengguyur tubuhnya dan dia mendesah melampiaskan kenikmatan yang dirasakannya.

    Lidah Galih mulai menjilat dari bagian bawah bibir vagina Citra sampai ke bagian atasnya, mendorong kelentitnya dengan ujung lidahnya saat dia menemukannya. Diselipkannya lidahnya masuk ke dalam lubang vaginanya, mersakan bagaimana rasanya cairan gairah Citra.

    Dihisapnya bibir vagina itu ke dalam mulutnya dan dia mulai menggerakkan lidahnya naik turun di sana, membuat Citra semakin basah.

    Desahannya terdengar, menggoyangkan pinggulnya di wajah Galih. Galih melepaskan bibirnya, lidahnya bergerak ke kelentitnya. Dirangsangnya tonjolan daging sensitif itu menggunakan lidahnya dalam gerakan memutar.

    Citra menaruh kakinya pada bahu Galih, duduknya jadi tidak tenang. Tiba-tiba, Galih menghisap kelentitnya ke dalam mulutnya, menggigitnya diantara bibirnya.

    Citra memekik agak keras saat serasa ada aliran listrik yang menyentak tubuhnya. Lidah Galih bergerak berulang-ulang pada kelentit Citra yang terjepit diantara bibirnya, tahu bahwa titik puncak Citra sudah dekat. Dilepaskannya kelentit itu dari mulutnya dan tangannya menggantikan mengerjai kelentit Citra dengan cepat.

    “Oh Tuhan… ” bisiknya mendesah, merasakan orgasmenya mendekat. Jari Galih bergerak tanpa ampun, pinggul Citra terangkat karenanya. Citra menggigit bibirnya berusaha agar suara jeritannya tak terdengar sampai kepada suaminya yang berada di kamar mandi saat orgasmenya datang dengan hebatnya. Dadanya sesak, nafasnya terhenti beberapa saat, dinding-dinding vaginanya merapat.
    Kedua kakinya terpentang lebar di belakang kepala Galih. Citra mendesah hebat, akhirnya nafasnya kembali mengisi paru-parunya mengiringi terlepasnya orgasmenya.

    Galih berdiri dan langsung mengeluarkan penisnya. Citra memandang dengan lapar pada batang penis dalam genggaman tangan Galih. Sebelah tangan Citra masih memegangi celana dalamnya ke samping saat tangannya yang satunya lagi meraih batang penis Galih. Tangan kecil itu menggenggamnya saat Galih maju mendekat.

    Dengan cepat Citra menggesek-gesekkannya pada bibir vaginanya yang basah, berhenti hanya saat itu sudah tepat berada di depan lubang masuknya. Mereka berdua mendengarkan dengan seksama suara dari kamar mandi di lantai atas yang masih terdengar.

    Galih melihat ke bawah pada kepala penisnya yang menekan bibir vagina Citra.

    Galih mendorong ke depan dan menyaksikan bibir itu membuka untuknya, mengijinkannya untuk masuk. Desahan Citra segera terdengar saat dia mersa terisi. Galih terus mendorong, vagina Citra terus menghisapnya sampai akhirnya, Galih berada di dalamya dalam satu dorongan saja.

    Citra sangat panas dan mencengkeramnya, dan Galih membiarkan penisnya terkubur di dalam sana untuk beberapa saat, meresapi perasaan yang datang padanya. Tangan Citra masih menahan celana dalamnya ke samping, tangan yang satunya meraih kepala Galih mendekat padanya.

    Lidahnya mencari pasangannya dalam lumatan bibir yang rapat. Dengan pelan Galih menarik penisnya. Dia mendorongnya masuk kemabali, keras, dan Citra mengerang dalam mulutnya seketika. Tubuh mereka saling merapat, kaki Citra terjuntai terayun dibelakang tubuh Galih dalam tiap hentakan.

    Dhika yang masih berada di kamar mandi tak mengira di lantai bawah penis sahabatnya sedang terkubur dalam vagina istrinya.

    Sementara itu Citra, sedang berada di ambang orgasmenya yang lain. Penis pria ini menyentuhnya dengan begitu berbeda! Terasa sangat nikmat saat keluar masuk dalam tubuhnya seperti itu! Dia orgasme, melenguh, melepaskan ciumannya.

    Galih mundur sedikit dan melihat batang penisnya keluar masuk dalam lubang vaginanya yang kemerahan, tangannya yang kecil menahan celana dalamnya jauh-jauh ke samping yang membuat Galih heran karena kain itu tak robek. Dia mulai menyutubuhinya dengan keras, menyadari kalau mungkin saja dia tak mempunyai banyak waktu lagi.

    Jika Dhika masuk ke sudut ruangan itu, dia akan melihat ujung kaki istrinya yang terayun dibelakang pantat Galih. Celana jeans Galih merosot hingga mata kakinya, celana dalamnya berada di lututnya, dan pantatnya mengayun dengan kecepatan penuh diantara paha Citra yang terbuka lebar. Dhika mungkin mendengar suara erangan kenikmatan istrinya.

    Galih terus mengocok, dia dapat merasakan kantung buah zakarnya mengencang dan dia tahu itu tak lama lagi. Dia menggeram, memberinya beberapa kocokan lagi sebelum dilesakkannya batang penisnya ke dalam vagina wanita bersuami itu dan menahannya di dalam sana.

    Dia menggeram hebat, penisnya menyemburkan spermanya yang panas di dalam sana. Begitu banyak sperma yang tertumpah di dalam vagina Citra.

    Erangan keduanya terdengar saling bersahutan untuk beberapa saat hingga akhirnya mereka tersadar kalau suara dari dalam kamar mandi sudah berhenti, dan tak menyadari sudah berapa lama itu tak terdengar.

    Bibir Galih mengunci bibirnya dan mereka saling melumat untuk beberapa waktu seiring kejantanan Galih yang melembut di dalam tubuhnya. Kemudian mereka saling merenggang dan Galih mengeluarkan penisnya yang setengah ereksi itu dari vagina Citra. Dengan cekatan dia mengenakan pakaiannya kembali.

    Citra membiarkan celana dalamnya seperti begitu. Dia merasa celananya menjadi semakin basah saat ada sperma Galih yang menetes keluar dari vaginanya saat dia berdiri.

  • Selingkuh Dengan Tetangga Nikmat

    Selingkuh Dengan Tetangga Nikmat


    1496 views

    Perawanku – Aku sudah mempunyai 2 anak yang masih lucu lucu umurku saat ini 40 tahun, setelah aku membaca di situs ini, aku teringat bahwa aku juga mempunyai pengalaman sendiri dengan tetangga rumahku, jadi begini awal ceritanya setiap malam minggu aku suka bermain catur di rumah tetanggaku.

    Catur adalah salah satu dari sekian banyak hobiku selain olahraga, membaca, otak-atik elektronik dan bercocok tanam. Aku biasanya main catur dengan tetanggaku, seorang bujangan yang rumahnya tak jauh dari rumahku.

    Tetanggaku itu tinggal hanya dengan ibunya saja. Kakak perempuannya sudah menikah, dan tinggal dengan suaminya di lain kota. Hubunganku dengan sahabatku terjalin sangat akrab, juga dengan ibunya.

    Kami saling menghormati satu sama lain, meskipun beda usiaku dengan sang ibu hanya 5 tahun, dia 5 tahun lebih tua dariku saat itu. Hingga terjadilah peristiwa itu, yang tak pernah kusangka-sangka sebelumnya. Peristiwa yang akhirnya mengubah diriku 180 derajat.

    Seperti pada sabtu sebelumnya, aku bermaksud main ke rumahnya buat caturan. Kupamit pada istriku dan segera bergegas ke rumahnya. Udara malam itu memang dingin sekali akibat hujan lebat selama 2 jam yang terjadi sore tadi. Singkat kata aku sudah berada di pintu rumahnya. Kuketuk pintunya, dan tak lama pintu itu terbuka. Ternyata si ibu yang membukanya.

    “Oh Ibu, ada Barinya bu?” tanyaku ramah.

    “Nak Surya? oh Barinya lagi pergi tuh…” jawab si ibu sama ramahnya.

    “Ke mana, Bu?”

    “Ke pesta pernikahan teman SMUnya. Baru aja dia jalan…”

    “Oh gitu ya?” sahutku. “Kalau gitu, saya pamit aja deh…”

    “Oh, kenapa buru-buru, kan Nak Surya baru sampai?”

    “Ah, nggak. Kalau Bari nggak ada, saya pamit aja deh…”

    “Ah, jangan terburu-buru begitu. Temani Ibu ya?”

    Walau agak heran dengan permintaannya, aku akhirnya menurut juga. Kuikuti dia masuk. Kamipun tak lama asyik berbincang-bincang di ruang tamunya. Hingga akhirnya si ibu menawariku kopi.

    “Oh iya, Nak. Keasyikan ngobrol jadi lupa nawari minum. Sebentar saya siapkan dulu ya…”

    “Ah, Ibu. Nggak usah repot-repot…”

    “Ah, nggak kok. Masa repot?” kata si ibu sambil tersenyum ramah. Setelah itu, dia segera beranjak ke dapur.

    Sambil menunggu, kuambil koran terbitan hari ini yang tergeletak di meja tamu lalu kubaca-baca. Sedang asyik kubaca koran itu, tiba-tiba si ibu memanggil dari dapur.

    “Nak… Nak, bisa saya minta tolong?”

    “Oh, ada apa, Bu?”

    Spontan aku segera beranjak dari sofa itu dan langsung menghampirinya. Ternyata kompor gas si ibu agak macet dan dia memintaku membetulkannya. Pas sedang membetulkannya, tak sengaja aku melihat ke arah gundukan payudara si ibu.

    Saat itu si ibu sedang membungkuk memperhatikanku yang sedang sibuk mengutak-atik kompor gasnya yang macet. Apalagi si ibu hanya mengenakan daster yang belahan dadanya agak rendah. Aku langsung terpana melihatnya.

    Selain besar, payudaranya juga tampak ranum dan kenyal. Tak kusangka perempuan ini masih memiliki payudara seindah itu di usianya yang tak muda lagi. Pemandangan indah itu membuat Kontolku mulai tegak membesar dari balik celana jeans yang kukenakan tanpa kusadari. Aku begitu terangsang melihat keindahan payudara si ibu.

    Si ibu yang semula perhatiannya ke pekerjaanku, tak urung kaget juga melihat perubahan ukuran Kontolku. Tapi anehnya, dia tak juga merubah posisinya. Sepertinya dia sih tahu aku terangsang dengan kemolekan payudaranya tapi dia tampak cuek saja, pura-pura tak tahu.

    Akhirnya setelah berusaha sekuat tenaga mengendalikan malu sekaligus mengendalikan Kontolku supaya tak semakin membesar ukurannya, selesai juga masalah kompor itu.

    “Wah, Nak Surya hebat!” pujinya di sampingku.

    “Ah, nggak masalah… cuma masalah kecil kok Bu” sahutku.

    “Kalau gitu ibu bisa minta tolong lagi?” katanya sambil menatapku nakal dan tersenyum genit.

    Walau aku sudah menduga apa yang akan dia minta itu, tak urung hatiku berdebar-debar juga menanti pertanyaannya. Apalagi kulihat dia semakin mendekatkan dirinya ke tubuhku.

    “A.. aa… pa Bu?” lidahku mendadak kelu, menyadari betapa dekat wajahnya denganku saat ini.

    Sambil mendesah, si ibu berkata parau, “Ibu mau kamu cium ibu…”

    Belum sempat menyahut, dia langsung berjinjit, memeluk leherku lalu mencium bibirku. Sejenak aku terkesiap, namun tak lama kemudian kami sudah asyik berciuman di dapur itu. Hilang sudah akal sehatku setelah bibirku bersentuhan dengan bibirnya yang tipis dan indah itu.

    Sambil asyik berciuman, diraihnya tangan kananku untuk meremasi payudaranya di sebelah kanan, sedangkan diarahkannya tangan kiriku ke pantatnya. Tangankupun langsung bergerak terampil. Keduanya langsung bergerak nakal menjalari payudara dan pantatnya yang ranum dan montok itu.

    Si ibu tampak melenguh-lenguh merasakan nakalnya tanganku meremasi payudara dan jari-jariku menyusuri belahan pantatnya. Di lain pihak, tangan si ibu aktif meremasi Kontolku dari luar celanaku, membuat juniorku itu semakin meradang saja ukurannya.

    Satu tangannya dia julurkan ke dadaku untuk meremasi puting susuku yang tercetak jelas dari balik kemeja kaus ketat yang kukenakan ini. Ketika nafsu kami semakin memuncak, dituntunnya aku ke ruang keluarganya. Di sana dengan serempak, kami saling melucuti pakaian masing-masing, sehingga tak lama kamipun sudah bugil.

    Kupandangi dengan sepenuh nafsu tubuhnya yang bugil itu. Luar biasa! Usia boleh kepala 4, tapi bodinya tak kalah dengan bodi para perempuan yang lebih muda. Tanda-tanda ketuaan memang tak bisa ditutupi, tapi secara garis besar, dia masih sangat menggiurkan bagi para lelaki mana saja yang menatapnya.

    Apalagi kalau sudah bugil begini. Bahunya lebar, payudaranya besar, ranum dan mengkal. Tak tampak tanda-tanda melorot seperti payudara para wanita seusianya. Perutnya rata, nyaris tak ada lemaknya. Pinggangnya bundar, pinggulnya montok. Kaki dan betisnya tampak mulus dan kencang. Mungkin si ibu suka olahraga juga nih, makanya bodinya begitu terawat dan indah.

    Di lain pihak, si ibu tampak tak kalah kagumnya melihatku telanjang. Maklumlah, hobi olahragaku yang sudah kutekuni sejak SD, membuat fisikku menjadi sangat bugar. Otot-otot kekar nan liat tampak bersembulan di sekujur tubuhku. Membuat banyak wanita sering kelimpungan kalau melihatku telanjang.

    “Tubuh Nak Surya keren banget deh… Ibu suka sama lelaki macho kayak Nak Surya ini…” kata si ibu smabil menatapku penuh nafsu. Dia mendekatiku lalu memelukku lagi. Kedua tangannya bergerak liar, meraba-raba bukit dada dan perut simetrisku, lalu bergerak turun ke arah Kontolku. Sesaat kemudian, kami kembali asyik berciuman liar dan saling meremas apa yang bisa kami remas.

    Hanya sebentar kami melakukan itu. Berikutnya, kami saling membaringkan diri di atas karpet tebal di ruangan itu. Kami seakan tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.

    Kami membentuk posisi 69 dan tak lama kami sudah asyik saling menjilati kemaluan lawan mainnya. Si ibu tampak bersemangat mengulum kemaluanku sambil asyik mengocoknya. Sesekali dia ikut menjilat dan meremasi kantung spermaku.

    Rasanya sangat dahsyat kulumannya. Bahkan kuluman istriku tidak sedahsyat kulumannya. Tampaknya si ibu ini benar-benar sudah lama tidak disentuh lelaki, hingga kulumannya tampak begitu ganas.

    Di bawah sana, lidah dan jari-jariku tak kalah aktifnya dengan tangan si ibu. Lidahku bergerak naik-turun sambil menjilati bibir kemaluannya, labia mayoranya dan semua yang ada di sekitarnya. Tangan kiriku asyik meremasi bokongnya, sedangkan jari-jari tangan kananku asyik menusuki lubang memeknya.

    Kami terus saling merangsang sambil mendesis-desis penuh kenikmatan. Kami saling mencium, menjilat, meremas, dan menggigit dengan rakusnya. Sampai akhirnya kami sendiripun merasa tidak tahan. Tanpa ada aba-aba sebelumnya, serentak kami berubah posisi.

    Si ibu ambil posisi di bawah, sedangkan aku bergerak menindih di atas tubuh moleknya. Sambil tersenyum mesum, dia buka selangkangannya lebar-lebar. Memamerkan liang surganya yang sangat indah nan menggiurkan itu. Membuat jakunku naik-turun berulang kali. Tak sabar segera kutuntun Kontolku ke lubang memeknya.

    Kugesek-gesekkan sejenak kepala Kontolku di bibir memeknya, sebelum akhirnya kudorong pelan.

    “Ssleebb… ssleebbb… bblessshhh…” sedikit demi sedikit Kontolku tertelan liang surganya, menimbulkan sensasi nikmat yang susah digambarkan rasanya. Si ibu sendiri tampak meringis-ringis nikmat merasakan sodokan kemaluanku yang hangat dan keras ini memasuki liang surganya.

    Memek si ibu kurasakan masih sempit dan legit. Tidak kalah dengan memek para gadis. Tampaknya si ibu sangat pintar dalam menjaga kemaluannya itu. Membuat batang Kontolku yang ukurannya king size itu tampak agak kesulitan menembusnya.

    Namun dengan rangsangan terus menerus dariku di titik-titik erotisnya, akhirnya memek si ibu menyerah juga. Lorong yang hangat itu terasa semakin basah seiring meluapnya cairan pelumasnya, akibat rangsangan lidah dan tanganku di payudaranya.

    Kontolku terus melaju hingga sampai di bagian terdalam liang surganya. Lalu mulai kupompa dia. Aku bergerak dalam posisi push-up di atasnya. Sementara pantatku bergerak maju-mundur mengebor memeknya. Semakin lama gerak pantatku semakin kupercepat. Membuat jeritan erotis si ibu semakin keras terdengar. Membuatku semakin bersemangat dalam menjajah lubang kemaluannya.

    Keringat mulai mengalir deras membasahi tubuh bugil kami. Si ibu tampak menjerit-jerit keenakan dipompa senjataku. Sepasang tangannya meremasi rambutku. Tak jarang tangan-tangan itu aktif mencakari punggungku yang liat ini, membuat sedikit pedih di kulitnya karena kukunya yang agak panjang itu.

    Aku sendiri tak mau kalah. Sambil terus memompa Kontolku dalam-dalam, aku asyik mencumbui bibirnya yang seksi. Aku juga gigit-gigit pelan lehernya yang mulus kulitnya itu. Sesekali aku menyusui sepasang payudaranya yang menggiurkan itu secara bergantian.

    Pantat dan pinggul si ibu tampak bergoyang-goyang liar menyambut sodokan Kontolku, membuatku nyaris gila karena begitu nikmat pengaruhnya di batang Kontolku.

    Sekitar 15 menit kemudian si ibu keluar. Dia semakin erat memeluk tubuh atletisku yang basah kuyup oleh keringat kami berdua. Kubiarkan dia beristirahat sejenak setelah orgasmenya itu. Kemudian kembali kuserang dia.

    Kucoba bangkitkan gairahnya lagi dengan meremasi setiap jengkal titik erotisnya. Tak lama kami sudah asyik berciuman dengan liarnya sambil saling meremas dan meraba. Tak butuh lama untuk membangkitkan gairahnya. Ciuman kami yang liar berhasil membuatnya panas kembali. Ketika aku hendak menggaulinya lagi dengan posisi serupa, dia menggeleng.

    Dia berdiri lalu memintaku untuk bercinta lagi di posisi lain. Aku tersenyum mendengar permintaannya itu. Lalu segera kubopong dia ke atas sofa di ruang keluarganya. Di sana kami masih sempat bergelut sebentar sebelum dia bergerak lagi.

    Dia naik ke atas pangkuanku membelakangiku. Dipegangnya batang Kontolku yang masih perkasa ini ke arah memeknya yang sudah mulai basah kembali, lalu… “blesshhhh….” masuk sudah seluruh batang Kontolku ditelan memeknya.

    Pada posisi yang kedua ini, rasa nikmat yang kami rasakan terasa luar biasa. Kemaluanku yang king size ini begitu menikmati pijatan otot-otot memeknya si ibu. Di lain pihak si ibu tak henti-hentinya mendesis kenikmatan.

    Kepalanya tampak bergoyang-goyang liar merasakan pompaan Kontolku. Kepala kemaluanku yang besar ini rupanya berhasil sampai di mulut rahimnya, dan memberikan kenikmatan tak terhingga baginya.

    Turun-naik, keluar-masuk, memompa dan dipompa, menggoyang dan digoyang. Semakin lama semakin liar dan cepat. Sambil memompa, tak henti-hentinya kuremasi payudaranya yang montok itu dari belakang. Seperti tadi, sekitar 15 menit kupompa memeknya, dia keluar lagi untuk yang kedua kalinya.

    Sebelum aku keluar, kami sempat bercinta dalam 2 posisi lagi. Kami melakukannya dalam gaya berhadapan dan gaya anjing di sofa itu. Aku berhasil membuatnya keluar sebanyak 2 kali. Masing-masing dalam setiap gaya persetubuhan yang kami lakukan.

    10 menit kemudian, setelah lebih dari sejam kami bercinta, jebol juga pertahananku. Kutarik Kontolku keluar dari jepitan memeknya semenit sebelum aku sampai di puncak. Lalu kusemburkan spermaku berkali-kali ke wajah dan payudara si ibu.

    Spermaku yang kental dan banyak itu membasahi wajah, leher, payudara dan rambutnya. Dikocoknya batangku, seolah-olah dia tak puas dengan seluruh sperma yang kutumpahkan tadi. Setelahnya, dia raih sperma-sperma itu untuk ditelannya hingga habis. Sisanya dia balurkan ke dada dan kedua puting susuku, untuk dia jilati seperti seorang anak menjilati sisa-sisa es krimnya. Membuatku meringis-ringis kegelian.

    Puas bercinta, kami sama terkapar di atas sofa. Kami bercanda sambil sesekali berciuman dan saling meremas. Sesudahnya aku mandi di rumahnya untuk membersihkan tubuhku dari sisa-sisa pergumulan dahsyat tadi, agar tidak ketahuan istriku. Selesai mandi, si ibu membuatkanku teh manis hangat dengan cemilan ringan. Kamipun berbincang-bincang sejenak seperti tidak ada terjadi apa-apa di antara kami.

    Begitu kudapannya habis dan aku hendak pamit, si ibu buru-buru mencekal lenganku. Sambil menatapku genit, dia berpesan aku lebih sering-sering mampir ke rumahnya. Aku hanya tersenyum saja mendengar permintaannya itu. Dia lalu mencium bibirku dengan sepenuh perasaan. Dia juga sempat meremas kemaluanku dari balik celana, sebelum dia melepasku di teras rumahnya.

    Dalam perjalanan ke rumah, aku berkali-kali menghembuskan nafas panjang. Aku tak pernah menyangka akhirnya aku berselingkuh juga. Dengan wanita yang tak kusangka-sangka pula. Tetangga sekaligus ibu sahabat baikku selama ini.

    Sebelumnya tak pernah sekalipun aku mengkhianati istriku selama 15 tahun pernikahan kami. Banyak wanita di luar sana yang begitu menarik, namun tak sedetikpun aku tertarik untuk berselingkuh dengan mereka. Apalagi istriku juga termasuk wanita yang pandai memuaskanku di atas ranjang.

    Kali ini semuanya terasa berbeda. Walaupun aku sangat menyesal telah mengkhianati istriku, aku tak bisa membohongi diriku sendiri kalau perselingkuhan itu ternyata nikmat juga. Sangat nikmat malah. Ibarat kalau selama ini kita hanya makan ‘opor’ di rumah tangga kita, selingkuh berarti kita makan ‘opor’ di luar sana, tetapi dengan variasi, rasa dan sensasi yang berbeda.

    Begitu aku sampai di depan pagar rumahku sendiri, sesungging senyum tiba-tiba muncul di sudut bibirku. Aku merasa yakin, bahwa perselingkuhan ini bukanlah yang pertama dan terakhir kalinya terjadi dalam hidupku…

  • Cerpen Seks Dewasa Abg Tergoda Susu/Toket Meita

    Cerpen Seks Dewasa Abg Tergoda Susu/Toket Meita


    1375 views

    Perawanku – nama gw radit gw masih kuliah di salah satu PTS di jakarta. gw orangnya biasa aja… tapi banyak yang bilang badan gw gagah… tinggi gw 175…. dulu di SMU gw termasuk salah satu cowo yang di PUJA” sama wanita… dari Kelas 1 sampai kelas 3.

    ini berawal pas gw duduk di SMU.. pertama kali gw masuk kelas 3.. gw pindahan dari surabaya.. SMP gw di jakarta cuma sampai kelas 2 semester 1.. kelas 2 SMP.. selanjutnya gw terusin di surabaya.. maklum bonyok pindah kerja melulu… terpaksa gw ikut juga……

    waktu itu hari pertama gw masuk kelas 3.. gw di kenalin di salah satu kelas kalu nggak salah 3 IPA… gw orang pinter wajar masuk IPA… hauahahhauah!!.. gw di kenalin sama guru gw n kepsek di kelas… udah gitu gw di suruh duduk di samping cewe yang langsung gw kenal namanya meita tingginya sebahy gw.. badannya sintel banget payudaranya yang selalu buat gw ndisir melulu klo deket dya…. gw sempet tuker-tukeran no. hp sama dya… setelah gw tau dya kaya’ gimana… gw coba aja jadian sama dya…

    Gw jalan sama dya masih sampai sekarang… dya klo deket gw rada” binal… Napsuan… bersyukur banget gw dapet cewek macem gitu… waktu itu pelajaran biologi, kebetulan gurunya nggak masuk… gw sama meita ngobrol aja dipojok kelas.. maklum tempat duduk gw sama dya di taro di pojok sama walas… pertama gw sich nggak berani ngapangapain dya di kelas tapi klo udah masuk ke mobil gw abis tuch cewe…. waktu itu gw liat temen gw lagi cipokan di depan kelas…. balakng meja guru… tiba” aja cewe gw ngomong gini

    “tuch rido aja berani.. masa’ kamu kalah sama dya??”
    “ha? aku kalah……

    belum sempet selesai bibir gw di lahap sama meita… di bales aja dengan ciuman n sedotan yang bikin dya ampun”an sama gw… meita sempet ngasih lidahnya ke gw.. tapi gw lepas ciumannya “kenapa??” gw bilang aja begini “aku nggak mau maen lidah di kelas.. takut kelewatan”… “y udah.. maen biasa aja”… gw lanjutin ciuman gw di bawah.. bangku meja gw gw dorong ke depan supaya lebih luas gw ngelakuin ciuman demi ciuman……”ahhhhhh…. ahhhh…… dittttt..” kata” itu selalu keluar dari mulutnya…. setelah gw puas ciumin tuch bibir… gw turun ke bawah ke lehernya dya yang makin membuat dya kewalahan… dan tangan gw ngeremes” payudara dya.. yang ukurannya gw taksir 35 tau A B C D.. cuz setiap gw tanya dya g pernah mau jawab…. gw remes tuch dadanya sampe dya kelojotan… setelah gw nandain tanda merah di lehernya… dya ngeremes remes kontol gw… yang membuat ni “ADEK” kagak kuat lagi buat nahan di dalam kancut…. maupun masih make baju seragam n gw ngelakuin di dalam kelas… gw tetep nggak gentar…. gw bukan resleting seragam gw… n gw keluarin tuch siADEK.. dan si meita udah siap dengan mulutnya yang menganga…. gw sempet nutupin dya pake jaket gw… sehingga misalnya temen gw nanya gw bilang aja lagi sakit…..

    jilatan demi jilatan dya beri untuk gw….. isapan dya bikin gw nggak kuat lagi buat nahan keluarnya mani gw….. lidahnya bergoyang” di ADEK gw…. “akhhhhhhh………. crotttttt…… croooootttt crotttttttttttt….” keluar mani gw….. meita membersihkannya dengan mulutnya… dan di kocok” trus di ADEK gw…….. selesai itu gw bersiin mulutnya dya pake tissue yang ada di kantongnya…. gw sama meita kembali berciuman… freenc kiss,,, lidahnya dya ber gelugit” di dalam mulut gw……

    jam 12.00 gw balik sekolah…. sebelum gw gas mobil gw ke rumah gw di bilangan bekasi.. nggak jauh dari rumahnya meita.. gw bermain dadanya meita dolo di mobil gw…. gw buka kancing seragam pelan” di bantu meita… dengan napsu yang ganas… meita ngerti maksud gw and dya nge buka tali BHNya dan 2 buah gunung merapi yang bakal mengeluarkan volcano gara isapan gw muncul di depan gw….. dengan napsu di ujung rambut gw isap puting susunya tangan kiri gw megangin kepala belakang dya.. and tangan kanan gw ngeremes” dada yang satu lagi…. “ahhhhh…….. radit…… pelan” donkkk……. meita udah nggak bisa nahannnnn lagiiiii nehhhhhhhh”….. puting meita yang berwarna merah ke merah” mudaan tertelan abis oleh mulut gw and tiba” aja tubuhhhhh meita mejelijang seperti cacing kepanasan……. gw sedot trus dada meita…. sampai puting itu terasa keras banget di mulut gw…. meita cuma diam dan terkulai lemas di mobil gw…. gw liat parkiran mobil di sekolahan gw udah sepi…. meita mengancingi baju seragamnya satu gw bantu supaya cepet….

    selama perjalanan pulang meita tetap lemas dan memejamkan matanya… gw kecup keningnya sesampai di rumah gw….

    meita bangun dan dya pengen ke kamar kecil… gw suruh dy ganti seragam dengan baju kaos yang dya bawa dari rumah sebelum berangkat kesekolah…. selesai dari kamar mandi gw liat meita nyopot BHnya…. terlihat jelas putingnya dan bongkahan susu sebesar melon itu…..

    belum sempat masukin baju ke tasnya dya… dya gw dorong gw tempat tidur… dan gw lahap bibirnya dan dya membalas nya dengan penuh hot panas bercampur dengan napsu… gw yang cuma make bokser doank… ke walahan tangan dy bermain” di selangakangan gw….. gw bermain di leher dya dan gw buat cap merah lagi di lehernya…. gw sibak SMA negeri yang hanya sampai lutut itu dy cuma make CD G string… dengan perlahan” dya nurunin roknya dan dy hanya menggunakan CDnya… gw copot dan gw jilatin vaginanya….. ” ahhhhhhhhhhhhhhhhhh………… dit…………………..ahhhhhhhhhh” cuma kata” itu yang keluar daru mulutnya….. gw rasain vagina meita semakin keras… dan gw gigit kelentitnya dya terik semakin kencang untung di rumah cuma da pembantu gw….. “dit…….. puasin gwwww dunkkkkkkk.”…… nggak pake cing cong gw jilat n gw sodok” tuch vagina pake telunjuk gw… ” dittttttttttttttttt…………. gw keluarrrrrrrrrrrrrrrr……..” vagina meita basah ketika di depan mata gw……… di sedot sampai bersih tuch vagina…… udah gitu gw liat dya memegang bantal dengan keras……. gw deketin dya dan gw cium bibir dya……. ternyata dya blum lemas….. dy bangkit dan memegang kontol gw dan di kocokinnya sampe si ADEK mengacung sangat keras….. kontol gw di masukin ke mulutnya meita…. di masukan di keuarkan…. sampai” di sedot….uhhhhhhhhh….. nikmat banget yang sekarang dari pada yang di kelas tadi……. biji zakar gw juga nggak lupa ikut ke sedot….. pass biji gw di sedot rasanya gw pengen FLY……. kocokin meita semakin panas dan hisapannya semakin nggak manusiawi lagi…… wajahnya tambah maniss kalo dya sambil horny begini…….. ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh……… crottttttttttttttttttttttttttttt many gw tumpah semua ke lantai kamar gw…. yang sisanya di jilatin meita sampai bersuh………………………… gw bangkit dan menarik tangan meita… gw ciumin dadanya gw kenyot”lagi putingnya sampai merah……….. gw cupang di sebelah putingnya…. manis banget susunya……. membuat gw semakin napsu sama dya……………

    “meitaku sayang…. masukinnn sekarang yach??”
    “ya udahhhh cepetannn aku dari tadi Nungggu kamu…..”

    gw bertukar posisi meita di bawah…. dan gw di atas… sebelum gw masukan gw gesek” dolo di depan vaginanya… belum gw masukin aja meita udah meringis”…. gw dorong perlan”… “Dit… pelan” sakit. nee”….. di bantu dengan tangannya dya perlahan” kontol gw masuk…. baru seperempatnya masukkk gw cabut lagi dannn gw sodok lagi…. dan akhirnya masuk semua….. gw lihat meita sangat menderita…… tapi sepertinya dya seneng banget……. udah semuanya masuk gw goyangin… gw maju mundurin perlahan lahan….. bokong meita pun ikut bergoyang yang membuatku kewalahan….. setelah beberapa menit gw goyang” tiba” badan meita mengejang semua….. dan akhirnya… meita orgasme untuk ke 3xnya…..

    gw cabut kembali penisg w dan meita berada di atas gw….. posisi ini membuat gw lebih rileks…. meita memasukannya pelan” di genggamnya penisku dan di masukannya penisku ke vaginanya…. dan blesssss ternanam semua di dalam vaginanya….. badan meita naik turun mengikuti irama…. meita mengambil bantal yang da di sebelahnya dan menarohnya di pala gw…. posisi ini membuat gw bisa ngerasaain 2 gerakan sekaligus… gw emut” kecil putingnya meita dan meremas remasnya….. bokong meita terusss bergoyaanggg…….. ” ahhhhhhhhh…… ahhhhhhhhh…….. isappp teruss dit…………” badan meita mengenjang dan ” radittttttttttttttt akuuu pengen keluar lagi….”….. ” akuuu juga pengennnnn selesaiiiiii metttt……… tahannnn sebentarrrrrrr lagi…….”….. gw dan meita mempercepat permainan dan akhirnya……………”ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh hhhhhhhhhh………………….. gw keluar….. kata” itu yang menngakiri permainan ini..

    sampaiiii sekarang pun meita tetep bermain sama gw… kami tetap melakukan banyakk hal…. dan gw di tunangin sama meita karena orang tua kami sama” setuju atas hubungan kami…………….

  • Koleksi Foto Ngentot Siswi Jepang Mihono Sakaguchi

    Koleksi Foto Ngentot Siswi Jepang Mihono Sakaguchi


    2654 views

    Perawanku – Bertemu lagi dengan admin perawanku yang kali ini akan memposting tentang Koleksi Foto Ngentot Siswi Jepangyang berwajah cantik dan masih mengenakan seragam sekolahan. Wajah cantik dan Memek Mulus miliknya memang sangat menggoda dan nikmat bila di genjot.

    Ouch ! Sudah tidak perlu di pertanyakan lagi bagaimana rasanya bercinta dengan Cewek Jepang Cantik Imut satu ini. Silahkan saja dinikmati Koleksi Foto Ngentot Siswi Jepang Heyzo Minoho Cantik Imut dengan Pakaian sekolah di bawah ini.


     

  • Foto Bugil Pribadi Mion Sonoda Asal Jepang Tersebar

    Foto Bugil Pribadi Mion Sonoda Asal Jepang Tersebar


    2125 views

    Perawanku – Kali ini 139.99.33.211 akan membagikan foto bugil pribadi milik Mion Sonoda yang sedang heboh september 2018 ini. Wanita asal jepang satu ini tanpa sengaja mengupload foto-foto pribadi miliknya yang tergolong vulgar. Kabarnya, foto-foto yang ter-upload olehnya merupakan koleksi pribadinya yang hanya dijual untuk mendapatkan uang tambahan untuk dirinya.

    Foto bugil yang Tersebar ini wanita yang masih imut-imut, Apalagi toketnya walaupun tidak bisa terbilang super besar namun disitulah letak keindahannya yang membuat cowok-cowok gemes ingin meremas dan menghisap tetek doi

    Mungkin kamu bosan denganFoto Bugil dengan wajah yang biasa-biasa saja. Tenang sob! Karena kali ini admin akan bagikan foto bugil dan juga foto ngentot setiap beberapa periode waktu. Tak hanya cantik, wanita ini juga diberkati dengan tubuh yang mulus.

    Gak percaya??? Langsung dicek sebelum terhapus. kuyyy !!!

    Koleksi foto diatas hanya sebagian kecil dari 139.99.33.211 dan banyak tersedia cerita-cerita seks terbaru tahun 2018. Update setiap hari lohh! Buruan dibaca-baca guyss selagi masih panas.

     

     

    Foto Bugil | Foto Sange| Foto Ngentot | Foto Seksi | Foto Hot

  • Cerita Sex Dewasa Nining Pemuas Nafsu Sex – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sex Dewasa Nining Pemuas Nafsu Sex – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1446 views

    Perawanku – Aku bekerja di perusahaan kontraktor swasta di daerah Indramayu yang mempunyai sekitar 20 pegawai dan 3 orang diantaranya adalah wanita. Pada umumnya pegawai-pegawai itu datang dari desa sekitar perusahaan ini berada dan rata-rata pegawai prianya sudah bekerja di perusahaan ini sekitar 15 tahunan lebih, sedangkan aku diperbantukan dari kantor pusat di Jakarta dan baru sekitar 1 tahun di kantor cabang ini sebagai kepala personalia merangkap kepala keuangan. Karena pindahan dari kantor pusat, maka aku dapat tinggal di rumah yang disewa oleh perusahaan. Istriku tidak ikut tinggal di sini, karena dia juga kerja di Jakarta, jadi kalau tidak aku yang ke Jakarta setiap Jum’at sore dan kembali hari Minggu sore atau istriku yang datang.

    Hubungan antar para pekerja begitu akrab, sehingga beberapa diantara mereka ada yang sudah menganggap aku sebagai saudara atau anaknya saja. Dalam situasi seperti sekarang ini, perusahaan dimana aku bekerja juga mengalami krisis yang cukup serius dan jasa pekerjaan yang kami terima dari perusahaan kilang minyak dan perusahaan lainnya juga semakin berkurang.

    Hal ini mengakibatkan pimpinanku memerintahkan untuk mengurangi beberapa orang pegawainya dan ini harus kulaksanakan dalam waktu sebulan ini.Setelah kupilah-pilah dari 20 orang pegawai itu, lalu aku mengambil 5 orang pegawai yang paling tua dan yang dalam 1 atau 2 tahun ini akan mencapai usia 55 tahun, lalu aku menyuruh sekretaris kantor yang bernama Sri (samaran) dan juga dari penduduk di sekitar perusahaan untuk mengetik draft surat-surat yang sudah kupersiapkan dan rencanaku dalam 2 minggu ini masing-masing pegawai akan kupanggil satu persatu untuk keberikan penjelasan sekaligus memberikan golden shake hand pesangon yang cukup besar. Sri adalah salah satu diantara 3 pekerja wanita di sini dan umur mereka bertiga sekitar 30 tahunan. Sri, menurut teman-teman kerjanya adalah seorang pegawai yang agak sombong, entah apa yang disombongkan atau mungkin karena merasa yang paling cantik diantara ke 2 wanita lainnya.Padahal kalau aku bandingkan dengan pekerja wanita di kantor pusat Jakarta, belum ada apa-apanya. Suaminya Sri menurut mereka itu sudah setahun ini bekerja di Arab sebagai TKI. Di hari Jum’at sore, sewaktu aku besiap siap akan pulang, tiba-tiba muncul salah seorang pegawai yang biasa kupanggil Pak Tus datang menghadap ke ruangan kantorku.“Ada apa Pak Tus”, tanyaku.

    “Ini…, Pak…, kalau Bapak ada waktu, besok saya ingin mengajak Bapak untuk melihat kebun buah-buahan di daerah pegunungan sekitar Kuningan dan peninggalan orang tua saya, siapa tahu Bapak tertarik untuk membelinya”. Setelah kipikir sejenak dan sekaligus untuk menyenangkan hatinya karena Pak Tus ini adalah salah satu dari pegawai yang akan terkena PHK, segera saja permintaannya kusetujui.
    “Oke…, Pak Tus, boleh deh, kebetulan saya tidak punya acara di hari Sabtu dan Minggu ini…, kita pulang hari atau nginap Pak…?
    “Kalau Bapak nggak keberatan…, kita nginap semalam di gubuk kami…, Pak.., dan kalau Bapak tidak berkeberatan, saya akan membawa Istri, anak dan cucu saya, Biar agak ramai sekaligus untuk masak.., karena tempatnya agak jauh dari warung”, jawab Pak Tus dengan wajah berseri.
    “Yapi…, Pak…, saya tidak punya kendaraan.., lanjut Pak Tus dengan wajah agak sedih”.
    “Pak…, Tus…, soal kendaraan jangan terlalu di pikir, kita pakai Kijang saya saja.., dan Pak Tus boleh membawa semua keluarganya, asal mau berdesak-desakan di Kijang dan besok jam 10 pagi akan saya jemput ke rumah Pak Tus”, sahutku dan Pak Tus dengan wajah berseri kembali lalu mengucapkan terima kasih dan pamit untuk pulang. “Besok paginya sekitar jam 10 pagi aku menjemput ke rumah Pak Tus yang boleh dibilang rumah sangat sederhana. Di depan rumahnya aku disambut oleh Pak Tus dan Istrinya. Aku agak terkejut, karena Istrinya kelihatan jauh lebih muda dari yang kuduga. Dia kutaksir berumur sekitar 35 tahunan dan walau tinggal di kampung tapi sepertinya tidak ketinggalan jaman. Istri Pak Tus mengenakan rok dan baju agak ketat tanpa lengan serta ukuran dadanya sekitar 36C.“silakan masuk…, Pak…”, katanya hampir serentak,

    “Ma’af Pak…, rumahnya jelek”, sambung Pak Tus.
    “Ah, Bapak dan Ibu.., bisa saja, Oh iya…, anak dan cucu nya apa jadi ikut?”, sahutku sambil bertanya karena aku tidak melihat mereka.
    “Oh…, si Nining (mana disamarkan) sedang di belakang menyiapkan barang-barang bawaannya dan cucu saya tidak mau pisah dari ibunya”, sahut Pak Tus.Tidak lama kemudian dari belakang muncul wanita muda yang tidak bisa dibilang jelek dengan tinggi sekitar 160 Cm serta memakai T shirt ketat sedang menggendong anak laki-laki dan tangan satunya menjinjing tas agak besar, mungkin berisi pakaian.“Pak..”, kata Pak Tus, yang membuatku agak kaget karena aku sempat terpesona dengan body Nining yang yang aduhai serta berjalan dengan dada yang menantang walau ukuran dadanya boleh dibilang tidak besar.

    “Paak…, ini kenalkan anak perempuan saya…, Nining dan ini cucu saya Dodi”. Kusambut uluran tangan Nining serta kujabat tangannya yang terasa agak dingin dan setelah itu kucubit pipi Dodi.
    “Ayo…, Pak…”, ajak Pak Tus, “Kita semua sudah siap dan bisa berangkat sekarang”.
    “Lho…, apa bapaknya Dodi tidak ikut…, Pak?, tanyaku dan kulihat Pak Tus saling berpandangan dengan Istrinya, tapi yang menyahut malah Nining. “Enggak kok…, Pak…, dia lagi pergi jauh”.
    “Ayo…, lah kalau begitu…, kita bisa berangkat sekarang.., Pak”, kataku walau aku masih ada tanda tanya besar dalam hatiku soal suami Nining.Sesampainya tempat yang dituju, aku jadi terkagum-kagum dengan kebun yang dimiliki Pak Tus yang cukup luas dan tertata rapi serta seluruhnya ditanami pohon buah-buahan, bahkan banyak yang sedang berbuah. Rumah yang boleh dibilang tidak besar, terletak di bagian belakang kebun itu.“Ayo…, Pak, kita beristirahat dulu di gubuk, nanti setelah itu kita bisa keliling kebun melihat pohon-pohon yang ada”, kata bu Tus dan disambut dengan sahutan Pak Tus.
    “Iyaa…, Pak…, silakan istirahat ke rumah dulu, biar Istri saya menyiapkan minum buat Bapak, sedang saya mau ketemu dengan yang menjaga kebun ini.Lalu aku dan Bu Tus berjalan beriringan menuju rumahnya dan sepanjang perjalanan menuju rumah kupuji kalau kebunnya cukup luas serta terawat sangat baik.“Aahh…, Bapak…, jangan terlalu memuji…, kebun begini.., kok dibilang bagus.., tapi inilah kekayaan kami satu-satunya dan peninggalan mertua”, kata bu Tus yang selalu murah senyum itu. Ketika mendekati rumah, Bu Tus lalu berkata,

    “silakan Pak…, masuk”, dan aku segera katakan, “silakan…, sambil bergeser sedikit untuk memberi jalan pada bu Tus.Entah mengapa, kami berdua berjalan bersama masuk pintu rumah sehingga secara tidak sengaja tangan kiriku telah menyenggol bagian dada bu Tus yang menonjol dan kurasakan empuk sekali. Sambil kupandangi wajah bu Tus yang kelihatan memerah, segera kukatakan.“Maaf…, bu…, saya tidak sengaja”, Bu Tus tidak segera menjawab permintaan maafku, aku jadi merasa agak nggak enak dan takut dia marah, sehingga kuulangi lagi.
    “Benar…, buu…, saya tidak sengaja…”.
    “Aahh..”, Pak Pur.., saya nggak apa apa kok…, hanya…, agak kaget saja, lupakan.., Pak…, cuma gitu saja…, kok”, kata bu Tus sambil tersenyum. “Oh iya…, Bapak mau minum apa”, tanya bu Tus.
    “Terserah Ibu saja deh”.
    “Lhoo…, kok terserah saya..?”.
    “Air putih juga boleh kok bu”. Setelah bu Tus ke belakang, aku lalu duduk di ruang tamu sambil memperhatikan ruangan nya model rumah kuno tetapi terawat dengan baik.

    Tidak terlalu lama, kulihat bu Tus yang telah mengganti bajunya dengan baju terusan seperti baju untuk tidur yang longgar berjalan dari belakang sambil membawa baki berisi segelas teh dan sesampainya di meja tamu dimana aku duduk, bu Tus meletakkan gelas minuman untukku sambil sedikit membungkuk, sehingga dengan jelas terlihat dua gundukan besar yang menggantung didadanya yang tertutup BH dan bagian dalam badannya, membuat mataku sedikit melotot memperhatikannya. “Cerita Mesum: Nining Hot”“Iihh…, matanya Pak Puur…, kok…, nakal.., yaa”, katanya sambil menyapukan tangannya dimukaku serta tersenyum.Aku jadi agak malu dikatakan begitu dan untuk menutupi rasa maluku, aku jawab saja sambil agak bergurau.“Habiis…, bu Tus berdirinya begitu…, sih. “Aahh…, bapak ini…, kok sepertinya…, belum pernah melihat seperti itu saja”, sahut bu Tus yang masih berdiri di dekatku dan mencubit tanganku.
    “Betul kok…, buu…, saya belum pernah melihat yang seperti itu, jadi boleh kan buu…, saya lihat lagi..?”.
    “aahh…, bapak..”, kembali mencubitku tetapi sekarang di pipiku sambil terus berjalan ke belakang.Setelah minuman kuhabiskan, aku lalu balik keluar menuju ke kebun dan ngobrol dengan pak Tus yang sedang membersihkan daun-daun yang berserakan. Selang berapa lama, kulihat bu Tus datang dari dalam rumah sambil membawa gulungan tikar dan setelah dekat lalu menggelar tikarnya di kebun sambil berkata kepada suaminya.“Paak…, kita ajak Pak Pur makan siang disini saja…, yaa”, dan pak Tus tidak menjawab pertanyaan istrinya tetapi bertanya kepadaku.
    “Nggak…, apa-apa…, kan.., paak.., makan di kebun..? Biar tambah nikmat”.
    “Nggak apa apa kok.., paak”, jawabku.Tidak lama kemudian dari arah rumah tetangganya, kulihat Nining yang sudah mengganti bajunya dengan baju terusan yang longgar seperti ibunya datang membawa makanan dan sambil membungkuk meletakkan makanan itu di tikar dan aku yang sedang duduk di tikar itu kembali melihat buah yang menggantung di dada, dan sekarang dadanya Nining.

    Kelihatan sekali kalau Nining tidak mengenakan BH dan ukurannya tidak besar. Nining tidak sadar kalau aku sedang memperhatikan buah dadanya dari celah bajunya pada saat menaruh dan menyusun makanan di tikar.Setelah Nining pergi, sekarang datang Ibunya sambil membawa makanan lainnya dan ketika dia membungkuk menaruh makanan, kembali aku disungguhi pemandangan yang sama dan sekarang agak lama karena makanan yang disusun oleh Nining, disusun kembali oleh bu Tus. Tidak kuduga, tiba-tiba bu Tus sambil tetap menyusun makanan lalu berkata agak berbisik, mungkin takut didengar oleh suaminya yang tetap masih bekerja membersihkan daun-daun tidak jauh dari tempatku duduk.“Paak…, sudah puas melihatnyaa..?” . Lalu kudekatkan wajahku sambil membantu menyusun makanan dan kukatakan pelan,
    “Beluum…, buu…, saya kepingin memegangnya dan menghisapnyaa”. Bu Tus langsung mencubitkan tangannya di pahaku sambil berkata pelan,
    “Awas…, yaa…, nanti saya gigit punya bapak.., baru tahu”, sambil terus berjalan.Sekarang muncul lagi Nining dan kembali meletakkan makanan sambil membungkuk dan kembali terlihat buah dadanya dan kepingin rasanya kupegang. Rupanya Nining tahu kalau aku sedang memperhatikan dadanya, lalu dia berbisik.“Paakk…, matanya kok nakal…, yaa…”, tapi tanpa menutupnya dan langsung saja kujawab,

    “aam…, habis bagus siih…, pingin pegang…,boleh apa nggak?”, Nining hanya tersenyum sambil mencubit tanganku lalu pergi.Setelah itu kami berempat makan di tikar dan nikmat sekali rasanya makan di kebun dan setelah selesai makan, Nining pamit untuk memberi makan anaknya di rumah bibinya. Ketika kutanyakan ke Pak Tus, kemana suaminya Nining segera Pak Tus menceritakan keluarganya., bahwa Istri Pak Tus ini adalah adik kandung dari Istri pertamanya yang sudah meninggal dan Nining adalah anak satu-satunya dari istri pertamanya. Sedang Nining sudah bercerai dari suaminya pada saat Nining hamil, suaminya meninggalkan begitu saja karena kawin dengan wanita lain. Tidak terasa kami ngobrol di kebun cukup lama dan mungkin karena hawanya agak dingin dan anginnya agak keras, aku merasa seperti sedang masuk angin.Sementara Pak Tus dan istrinya membereskan sisa makan siang, aku memukul-mukul perutku untuk membuktikan apa benar aku sedang masuk angin dan ternyata benar. Perbuatanku memukul perut rupanya diketahui oleh Pak Tus dan istrinya.

    “Kenapa paak..”, tanya mereka hampir serentak.
    “Nggak apa apa kok…, cuman masuk angin sedikit”.
    “Paak…, masuk angin kok…, dibilang nggak apa apa..”, jawab Pak Tus
    “Apa bapak biasa dikerokin”, lanjutnya.
    “Suka juga sih paak”, jawabku. “Buu…, biar saya yang beresin ini semua…, itu tolong kerokin dan pijetin Pak Puur, biar masuk anginnya hilang”, kata Pak Tus.
    “Oh…, iya.., Buu”, lanjut Pak Tus,
    “Habis ini saya mau mancing ikan di kali belakang, siapa tahu dapat ikan untuk makan malam nanti…”.
    “Pak Tuus…, nanti kalau masuk angin saya hilang, saya mau ikut mancing juga”, kataku.
    “Ayoo…, pak Puurr.., kita ke rumah…, biar saya kerokin di sana…, kalau di sini nanti malah bisa sakit beneran.Sesampainya di dalam rumah lalu bu Tus berkata,“Paak…, silakan bapak ke kamar sini saja”, sambil menunjuk salah satu kamar, dan
    “Saya ke belakang sebentar untuk mengambil uang untuk kerokannya”. Tidak lama kemudian bu Tus muncul ke dalam kamar dan menutup pintunya dan menguncinya.
    “Paak…, kerokannya di tempat tidur saja yaa…, dan tolong buka kaosnya”. Setelah beberapa tempat di punggungku dikerokin, bu Tus berkomentar. “Paakk…, rupanya bapak masuk angin beneran…, sampai merah semua badan bapak”.Setelah hampir seluruh punggungku dikerokin dan dipijitin, lalu bu Tus memintaku untuk tidur telentang.“Paak…, sekarang tiduran telentang…, deh…, biar bisa saya pijitin agar angin yang di dada dan perut bisa keluar juga. Kuturuti permintaannya dan bu Tus naik ke tempat tidur di samping kiriku dan mulai memijit kedua bahuku.Dengan posisi memijit seperti ini, tentu saja kedua payudara bu Tus terlihat sangat jelas dan bahkan seringkali menyentuh wajahku sehingga mau tak mau membuat penisku menjadi tegang. Karena sudah tidak kuat menahan diri, kuberanikan untuk memegang kedua payudaranya dan bu Tus hanya berkata pelan.“Jangaan…, paak…, sambil tetap memijit bahuku.

    “Kenapa buu…”, tanyaku sambil melepas pegangan di payudaranya.
    “Nggak…, apa apa kok…, paak”, jawabnya pelan sambil tersenyum.Karena tidak ada kata-kata lainnya, maka kuberanikan lagi untuk menyelusupkan tangan kiriku ke dalam bajunya bagian bawah serta kupegang vaginanya dan kembali terdengar suara bu Tus.“Paakk…, sshh…, jangaan…, aahh…”, dan badannya dijatuhkan ke badanku serta bibirnya bertemu dengan bibirkuDengan tidak sabar, lalu kuangkat rok terusannya ke atas dan kulepaskan dari kepalanya sehingga badannya telanjang hanya tertutup oleh BH dan CD saja, lalu segera badannya kubalik sehingga aku sekarang ada di atas badannya dan segera kaitan BH-nya kulepas sehingga tersembul buah dadanya yang besar.Kujilati dan kuhisap kedua payudaranya bergantian dan bu Tus hanya berdesah pelan.“sshh…, aahh…, paak…, sshh…, dan tangan kiriku kugunakan untuk melepas CD-nya dan kumasukkan jariku diantara belahan vaginanya yang sudah basah dan ini mungkin membuat bu Tus semakin keenakan dan terus mendesah.
    “sshh…, aduuhh…, paakk…, sshh…, aahh”.Sambil tetap Kujilati payudaranya, sekarang kugunakan tanganku untuk melepas celana panjang dan CD-ku dan setelah berhasil, kembali kugunakan jari tanganku untuk mempermainkan vaginanya dan kembali kudengar desahannya.“sshh…, aahh…, paak…, sshh…, ayoo.., paak”, dan kurasakan bu Tus telah membukakan kedua kakinya agak lebar.Walau tidak bilang kurasa bu Tus sudah tidak tahan lagi, maka segera saja kuarahkan penisku ke arah vaginanya dan kedua tangannya telah melingkar erat di punggungku. Belum sempat aku siap-siap,“Bleess…”, penisku masuk ke dalam vaginanya akibat bu Tus menekan kuat-kuat punggungku dan bu Tus berteriak agak keras,
    “aahh..”, sehingga terpaksa mulutnya segera kusumpal dengan bibirku agar teriakannya tidak terdengar sampai keluar kamar.Sambil kujilati payudaranya, aku menggerakkan pantatku naik turun sehingga penisku keluar masuk vaginanya dan menimbulkan bunyi.“ccrreett…, ccrreett…, ccrreett”, dan dari mulut bu Tus terdengar desahan yang agak keras,
    “Aahh…, sshh…, paak…, aahh..”, dan tidak lama kemudian bu Tus semakin cepat menggerakkan pinggulnya dan tiba-tiba kedua kakinya dilingkarkan kuat-kuat di punggungku sehingga mempersulit gerakan keluar masuk penisku dan terdengar suaranya yang agak keras,
    “aaduuhh.., sshh…, aahh…, aaduuhh…, paakk…, aarrhh.., sambil menekan kuat-kuat badanku lalu bu Tus terdiam, dengan nafas yang cepat.Untuk sementara, kudiamkan dulu sambil menunggu nafas bu Tus agak normal kembali dan tidak lama kemudian, sambil menciumi wajahku, bu Tus berkata. “Paakk…, sudah lamaa…, saya…, tidak pernah seperti ini…, terima kasih…, paak”. Setelah nafasnya kembali normal dan penisku masih tetap di dalam vaginanya, lalu kuminta bu Tus untuk menungging.
    “Paak…, saya belum pernah seperti itu”, katanya pelan.
    “Nggak apa-apa kok buu…, nanti juga bisa”, kataku sambil mencabut penisku dari vaginanya yang sangat basah.Kubalik badannya dan kuatur kakinya sehingga posisinya nungging, bu Tus hanya mengikuti kemauanku dan menaruh kepalanya di bantal. Lalu kudekatkan wajahku di dekat vaginanya dan kujulurkan lidahku ke dalam lubang vaginanya dan kupermainkan, sambil kupegang kedua bibir vaginanya, bu Tus hanya menggerakkan pantatnya pelan-pelan. Tetapi setelah bu Tus memalingkan kepalanya dan menengok ke arah bawah serta tahu apa yang kuperbuat, tiba-tiba bu Tus menjatuhkan badannya serta berkata agak keras, “Cerita Ngentot: Nining Hot”“Paakk…, jangaan”, sambil berusaha menarik badanku ke atas.Terpaksa kudekati dia dan sambil kucium bibirnya yang mula-mula ditolaknya, lalu kutanya,“Kenapa…, buu..?
    “Paakk…, jangaan…, itu kan kotoor..”, Sambil agak berbisik, segera kutanyakan.
    “Buu…, apa ibu belum pernah…, dijilati seperti tadi..?”.
    “Beluum.., pernah paak..”, katanya.
    “Buu…, nggak apa-apa.., kok…, coba deh…, pasti nanti ibu akan nikmat..”, sambil kutelentangkan dan kutelisuri badannya dengan jilatan lidahku.Sesampainya di vaginanya, kulihat tangan bu Tus digunakan untuk menutupi vaginanya, tapi dengan pelan-pelan berhasil kupindahkan tangannya dan segera kuhisap clitorisnyanya yang membuat bu Tus menggelinjang dan mendesah.“Paakk…, jangaann…, aahh…, aduuhh”, tapi kedua tangannya malah diremaskan di kepalaku dan menekannya ke vaginanya.Kelihatannya bu Tus sudah tahu nikmat vaginanya dihisap dan dijilati, sehingga sekarang semakin sering kepalaku ditekan ke vaginanya disertai desahan-desahan halus,“aahh…, sshh…, aahh…, aaccrrhh”, seraya menggerak-gerakkan pinggulnya.Jilatan serta hisapanku ke seluruh vagina bu Tus membuat gerakan pinggulnya semakin cepat dan remasan tangannya di rambutku semakin kuat dan tidak lama kemudian, lagi-lagi kedua kakinya dilingkarkan ke bahuku dan menjepitnya kuat-kuat disertai dengan desahan yang cukup keras“aahh…, aaduuh…, sshh…, aaccrrhh…, paakk…, adduuhh…, aacrrhh.Kulihat bu Tus terdiam lagi dengan nafasnya yang terengah-engah sambil mencoba menarik badanku ke atas dan kuikuti tarikannya itu, sesampainya kepalaku di dekat kepalanya, bu Tus sambil masih terengah-engah mengatakan,“Paakk…, enaak…, sekalii…, paak..,. terima kasiih..”. Pernyataannya itu tidak kutangapi tetapi aku berusaha memasukkan penisku ke dalam vaginanya, dan karena kakinya masih terbuka, maka penisku yang masih sangat tegang itu dapat masuk dengan mudah.Karena nafas bu Tus masih belum normal kembali, aku hanya menciumi wajahnya dan diam menunggu tanpa menggerakkan pinggulku, tetapi dalam keadaan diam seperti ini, terasa sekali penisku terhisap keras oleh vaginanya dan terasa sangat nikmat dan kubilang,“Buu…, ituu…, Buu…, enaakk…, laggii…, buu”, dan mungkin ingin membuatku keenakan, kurasakan sedotannya semakin keras saja dan,
    “Buu…, teruuss…, buu…, enaakk.., aaduuh”. Setelah nafasnya kembali normal, lalu kuangkat kedua kaki bu Tus dan kutempatkan di atas bahuku dan bu Tus hanya diam saja mengikuti kemauanku.Dengan posisi begini, terasa penisku semakin dalam menusuk ke vaginanya dan ketika penisku kuhentakkan keluar masuk vaginanya, bu Tus kembali berdesah,“Aahh…, Paakk…, enaakk…, Paakk…, aahh…, sshh”, dan akupun yang sudah hampir mendekati klimaks ikut berdesah,
    “aahh…, sshh…, aaccrrhh…, Buu.., aahh”, sambil mempercepat gerakan penisku keluar masuk vaginanya dan ketika aku sudah tidak dapat menahan air maniku segera saja kukatakan,
    “Buu…, Buu…, saayaa…, sudah mau keluar…, aahh…, taahaan…, yaa…, Buu..”, dan bu Tus sambil memelukku kuat-kuat, menganggapinya dengan mengatakan,
    “Paakk…, ayoo…, cepaatt…, Paakk…”, dan kutekan penisku kuat-kuat menusuk vaginanya sambil berteriak agak keras,
    “aahh…, aacrrhh…, bbuu…, aahh..”, Aku sudah tidak memperhatikan lagi apa yang diteriakkan bu Tus dan yang aku dengar dengan nafasnya yang terengah-engah bu Tus menciumi wajahku sambil berkata,

    “Teriimaa…, kasiih…, paakk…, saayyaa…, capeek…, sekali.., paakk”. Setelah istirahat sebentar dan nafas kami kembali agak normal, bu Tus mengambil CD-nya dan dibersihkannya penisku hati-hati.Aku segera mengenakan pakaianku dan keluar menuju sungai untuk menemani pak Tus memancing. “Sudah dapat berapa Paak ikannya..”, tanyaku setelah dekat.“ooh…, bapaak…, sudah tidak masuk angin lagi…, paak..?”, dan lanjutnya, “Lumayan paak.., sudah dapat beberapa ekor dan bisa kita bakar nanti malam.Malam harinya setelah makan dengan ikan bakar hasil pancingannya pak Tus, kami berempat hanya ngobrol di dalam rumah dan suasananya betul-betul sepi karena tidak ada TV ataupun radio, yang terdengar hanyalah suara binatang-binatang kecil dan walaupun sudah di dalam rumah tetapi hawanya terasa dingin sekali, maklum saja karena kebun pak Tus berada di kaki bukit.Sambil ngobrol kutanyakan pada Nining,“Aam…, ke mana anaknya..? Kok dari tadi tidak kelihatan”
    “oohh…, sudah tidur paak”, katanya.Karena suasana yang sepi ini, membuat orang jadi cepat ngantuk dan benar saja tidak lama kemudian Nining pamit mau tidur duluan. Sebetulnya aku juga sudah mengantuk demikian juga kulihat mata bu Tus sudah layu, tetapi karena pak Tus masih bersemangat untuk ngobrol maka obrolan kami lanjutkan bertiga. Tidak lama kemudian, bu Tus juga pamit untuk tidur duluan dan mungkin pak Tus melihatku menguap beberapa kali, lalu pak Tus berkata padaku,“Paak…, lebih baik kita juga nyusul tidur”.

    “Betul…, paak, karena hawanya dingin membuat orang cepat mengantuk”, jawabku.
    “ooh…, iyaa…, paak.., silakan bapak tidur di kamar yang sebelah depan”, kata pak Tus sambil menunjuk arah kamar dan lanjutnya lagi,
    “Maaf…, yaa.., paakk.., rumahnya kecil dan kotor lagi”.
    “aahh…, pak Tus…, ini selalu begitu”,jawabku.Aku segera bangkit dari dudukku dan berjalan menuju kamar depan yang ditunjuk oleh pak Tus. Tetapi setelah masuk ke kamar yang ditunjuk oleh pak Tus, aku jadi sangat terkejut karena di kamar itu telah ada penghuninya yang telah tidur terlebih dahulu yaitu Nining dan anaknya. Karena takut salah kamar, aku segera keluar kembali untuk menanyakan kepada pak Tus yang kebetulan baru datang dari arah belakang rumah, lalu segera kutanyakan,“Maaf…, paak…, apa saya tidak masuk kamar yang salah?”, kataku sambil menunjuk kamar dan pak Tus langsung saja menjawab,

    “Betuul…, paak…, dan maaf kalau Nining dan anaknya tidur di situ…, habis kamarnya hanya dua…, mudah-mudahan mereka tidak mengganggu tidur bapak”, kata pak Tus.
    “ooh…, ya sudah kalau begitu paak…, saya hanya takut salah masuk kamar…, oke kalau begitu paak…, selamat malaam”. Aku segera kembali masuk ke kamar dan menguncinya.Dapat kuceritakan kepada para penggemar situs 17Tahun, kamar ini mempunyai hanya satu tempat tidur yang lebar dan Nining serta anaknya tidur disalah satu sisi, tetapi anaknya ditaruh di sebelah pinggir tempat tidur dan dijaga dengan sebuah bantal agar supaya tidak jatuh.Setelah aku ganti pakaianku dengan sarung dan kaos oblong, pelan-pelan aku menaiki tempat tidur agar keduanya tidak terganggu dan aku mencoba memejamkan mataku agar cepat tidur dan tidak mempunyai pikiran macam-macam, apalagi badanku terasa lelah sekali. Baru saja aku akan terlelap, aku terjaga dan kaget karena dadaku tertimpa tangan Nining yang merubah posisi tidurnya menjadi telentang. Aku jadi penasaran, ini sengaja apa kebetulan tetapi setelah kulirik ternyata nafas Nining sangat teratur sehingga aku yakin kalau Nining memang telah tidur lelap, tetapi kantukku menjadi hilang melihat cara Nining tidur.Mungkin sewaktu tidur tadi dia lupa mengancingkan rok atasnya sehingga agak tersingkap dan belahan dada yang putih terlihat jelas dan rok bawahnya tersingkap sebagian, hingga pahanya yang mulus itu terlihat jelas. Hal ini membuat kantukku hilang sama sekali dan membuat penisku menjadi tegang. Kepingin rasanya memegang badannya, tetapi aku takut kalau dia berteriak dan akan membangunkan seluruh rumah. Setelah kuperhatikan sejenak lalu kugeser tubuhku menjauh sehingga tangannya yang berada di dadaku terjatuh di samping badannya dan kudengar Nining menarik nafas panjang seperti terjaga.Setelah kudiamkan sejenak, seolah mengganti posisi tidur lalu kumiringkan tidurku menghadap ke arahnya dan kujatuhkan tangan kiriku pelan-pelan tepat di atas buah dadanya. Nining tidak bereaksi jadi aku mempunyai kesimpulan kalau dia memang telah tidur nyenyak sekali. Perasaanku semakin tidak menentu apalagi tangan kiriku berada di badannya yang paling empuk, tetapi aku tidak berani berbuat lebih jauh, takut Nining jadi kaget dan berteriak. Aku berpikir harus bagaimana agar Nining tidak kaget, tetapi belum sempat aku menemukan apa yang akan kulakukan, Nining bergerak lagi mengganti posisi tidurnya dan sekarang menghadap ke arahku dan tangan kanannya dipelukkan di pinggangku.Dengan posisi ini, wajahnya sudah sangat dekat dengan wajahku, sehingga nafasnya terasa menyembur ke arahku. Dengan posisi wajahnya yang sudah sangat dekat ini, perasaanku sudah semakin kacau dan penisku juga sudah semakin tegang, lalu tanpa kupikir panjang kulekatkan bibirku pelan-pelan di bibirnya, tetapi tanpa kuduga Nining langsung memelukku erat sambil berbisik,“Paakk..”, dan langsung saja dengan sangat bernafsu mencium bibirku dan tentu saja kesempatan ini tidak kusia-siakan.Sambil berciuman, kupergunakan tangan kiriku untuk mengusap-usap dahi dan rambutnya. Nining sangat aktif dan bernafsu serta melepaskan ciuman di bibir dan mengalihkan ciumannya ke seluruh wajahku dan ketika menciumi di dekat telingaku, dia membisikkan,“Paak…, sshh…, cepaatt…, Paakk…, toloong…, puasiinn…, am.., Paakk..,sshh”, setelah itu dia mengulum telingaku.Setelah aku ada kesempatan mencium telinganya, aku segera mengatakan,“Aamm…, kita pindahkan Dody di bawah…, yaa”, dan Nining langsung saja menjawab,

    “Yaa…, paak”, dan segera saja aku melepaskan diri dan bangun menyusun batal di bawah dan kutidurkan dody di bawah.Selagi aku sibuk memindahkan Dody, kulihat Nining membuka pakaian dan BH-nya dan hanya tinggal memakai CD berwarna merah muda dan kulihat buah dadanya yang boleh dibilang kecil dan masih tegang, sehingga sulit dipercaya kalau dia sudah pernah kawin dan mempunyai anak. Aku langsung saja melepaskan semua pakaian termasuk CD-ku dan baru saja aku melepas CD-ku,langsung saja aku diterkam oleh Nining dan kembali kami berciuman sambil kubimbing dia ke tempat tidur dan kutidurkan telentang.“Ayoo…, Paak…”, kembali Nining berbisik di telingaku,

    “Am…, sudah…, tidak tahaan…, paak”. Nining sepertinya sudah tidak sabar saja, ini barangkali karena dia sudah lama cerai dan tidak ada laki-laki yang menyentuhnya, tetapi permintaannya itu tidak aku turuti.Pelan-pelan kualihkan ciumanku di bibirnya ke payudaranya dan ketika kusentuh payudaranya dengan lidahku, terasa badannya menggelinjang dan terus saja kuhisap-hisap puting susunya yang kecil, sehingga Nining secara tidak sadar mendesah,“Sshh…, aahh…, Paakk.., aduuh…, sshh”,dan seluruh badannya yang berada di bawahku bergerak secara liar.Sambil tetap kijilati dan kuhisap payudaranya, kuturunkan CD-nya dan kupermainkan vaginanya yang sudah basah sekali dan desahannya kembali terdengar,“sshh…, aahh…, ayoo…, paak.., aduuh.., paak”, seperti menyuruhku untuk segera memasukkan penisku ke vaginanya.Aku tidak segera memenuhi permintaannya, karena aku lebih tertarik untuk menghisap vaginanya yang kembung menonjol dan tidak berbulu sama sekali.Segera saja kulepaskan hisapanku di payudaranya dan aku pindahkan badanku diantara kedua kakinya yang telah kulebarkan dahulu dan ketika lidahku kujilatkan di sepanjang belahan bibir vaginanya yang basah dan terasa agak asin, Nining tergelinjang dengan keras dan mengangkat-angkat pantatnya dan kedua tangannya mencengkeram keras di kasur sambil mendesah agak keras,“aahh…, Paakk…, adduuhh.., paak.” Aku teruskan jilatan dan hisapan di seluruh vagina Nining sambil kedua bibir vaginanya kupegangi dan kupermainkan, sehingga gerakan badan Nining semakin menggila dan tangannya sekarang sudah tidak meremas kasur lagi melainkan meremas rambut di kepalaku dan menekan ke vaginanya dan tidak lama kemudian terdengar Nining mengucap,
    “Aaduuhh…, adduuh…, Paak…, aahh…, aduuh.., aahh.., paak”, dan badannya menggelepar-gelepar tidak karuan, lalu terdiam dengan nafas terengah-engah, tetapi dengan masih tetap meremasi rambutku.Aku hentikan jilatanku di vaginanya dan merayap keatas lalu kucium dahinya, sedangkan Nining dengan nafasnya yang masih terengah-engah menciumi seluruh wajahku sambil memanggilku,“Paakk…, paak”, entah untuk apa. Ketika nafas Nining sudah mulai agak teratur, lalu kutanya,
    “aam.., boleh kumasukkan sekarang.., aam..”, Nining tidak segera menjawab hanya terus menciumi wajahku, tetapi tak lama kemudian terdengar suara pelan di telingaku,
    “Paak…, pelaan…, pelaan…, yaa…, Paak”, dan dengan tidak sabar lalu kupegang batang penisku dan kugesek gesekan pada belahan vaginanya dengan sedikit kutekan dan ketika kuanggap pas di lubang vaginanya, segera kutekan pelan-pelan dan Nining sedikit mengeluh,

    “Paak…, sakiit…, paak”.Mendengar keluhannya ini, segera kuhentikan tusukan penisku ke vaginanya. Sambil kucium dahinya, kembali ketekan penisku pelan-pelan dan terasa kepala penisku masuk sedikit demi sedikit ke lubang vaginanya dan lagi-lagi terpaksa gerakan penisku kuhentikan, ketika Nining mengeluh,“Adduuh…, paak..”. Setelah kudiamkan sebentar dan Nining tidak mengeluh lagi, kuangkat penisku keluar dari vaginanya dan kembali kutusukkan pelan-pelan, ketika penisku terasa masuk, kulihat wajah Nining hanya mengerenyit sedikit tetapi tidak ada keluhan, sehingga kembali kutusukkan penisku lebih dalam dan,
    “Bleess..”, masuk disertai dengan teriakan Nining,
    “Aduuh…, paak”, dan tangannya mencengkeram pantatku, terpaksa penisku yang sudah masuk sebagian kutahan dan kudiamkan di tempatnyaTidak lama kemudian, terasa tangan Nining menekan pantatku pelan-pelan dan kembali kutekan penisku sehingga sekarang sudah masuk semua dengan tanpa ada keluhan dari Nining.
    “Aam…, masih sakiitt..?”, Tanyaku dan Nining hanya menggelengkan kepalanya pelan.Karena Nining sudah tidak merasakan kesakitan lagi, segera saja aku mulai menggerakkan penisku pelan-pelan keluar masuk vaginanya, sedangkan Nining hanya mengelus-eluskan tangannya di punggungku.Makin lama gerakan penisku kupercepat dan Nining mulai ikut menggerakkan pinggulnya sambil bersuara,“aahh…, sshh…, aahh…, aahh…, sshh…, teruus…, Paak”. Aku tidak menuruti permintaannya dan segera kuhentikan gerakan penisku dan kucabut keluar dari vaginanya dan Nining kelihatannya memprotes kelakuanku,
    “Paak…, kenapaa..”. Aku tidak menjawab protesnya tetapi kubilang,
    “aam…, coba sekarang Nining berbalik dan nungging”.Nining menuruti permintaanku tanpa protes dan setelah kuatur kakinya, secara pelan-pelan kutusukkan penisku ke dalam vaginanya dari belakang dan kutekan agak kuat sehingga membuat Nining berteriak kecil,

    “aahh..”, dan segera kugerakkan penisku keluar masuk vaginanya dan Nining bersuara,
    “aahh…, oohh…, aah…, ooh…, aahh”, seirama dengan kocokan penisku keluar masuk.Tidak lama kemudian kudengar keluhan Nining,“Paak…, aam…, capeek…, paak”, sambil terus menjatuhkan badannya tengkurap, sehingga penisku jadi lepas dari vaginanya.Langsung badan Nining kubalik telentang dan kembali kutancapkan penisku dengan mudah ke dalam vaginanya yang masih tetap basah dan kuayun keluar masuk, sehingga membuat Nining merasa keenakan dan mendesah,“aahh…, oohh…, sshh…, aahh…, ssh”, demikian juga aku.Setelah beberapa saat, lalu kuhentikan gerakan senjataku dan kubalik badanku sehingga posisi Nining sekarang berada di atas.“aam…, sekarang Nining yang maiin…, yaa…, biar aku juga enaak”, kataku.Mula-mula Nining hanya diam saja, mungkin malu tetapi lama-lama mulai mau menggerakkan pinggulnya ke atas dan ke bawah sehingga vaginanya menelan penisku sampai habis dan gerakannya semakin lama semakin cepat yang membuatku semakin keenakan,“aahh…, sshh…, aamm.., truus…, aam…, enaak.., aam”, dan Nining hanya mendesah,
    “aahh…, oohh…, aahh..”. Karena gerakan Nining semakin cepat, membuatku semakin mendekati klimaks dan segera saja kukatakan,
    “Aam…, sshh…, ayoo…, aam…, sayaa…, sudah mau keluaar.., cepaat.., aam”.
    “Paak…, ayoo.., kita.., sama samaa”, katanya sambil mempercepat gerakan pinggulnya ke atas dan ke bawah dan akhirnya aku sudah nggak kuat menahan air maniku supaya tidak keluar dan,
    “Aam…, sekaraang”, kataku cepat sambil kutekan pinggulnya kuat-kuat dan Nining hanya berteriak,
    “aahh”, dan terus sama-sama terdiam dengan nafas terengah-engah.Kami berdua lalu tidur dengan penisku tetap masih berada di dalam vaginanya.Pagi harinya, ketika aku makan pagi ditemani oleh bu Tus sendiri dan Pak Tus katanya sedang ke kebun dan Nining sedang menyuapi anaknya di depan, bu Tus bertanya,“Paak…, apa benar…, suami saya…, akan di PHK?”.Aku jadi sangat terkejut dengan pertanyaan itu, karena setahuku belum ada orang lain yang kuberitahu, kecuali pimpinanku dan sekretaris yang kusuruh menyiapkan surat-surat.

    “Buu…, lebih baik kita bicarakan dengan Bapak sekalian agar bisa tuntas.’
    “Ayoo…, kita temui Bapak di kebun’ ajakku.Karena Pak Tus sudah tahu dan mungkin dari sekretaris kantor, lalu aku terangkan semuanya dan apa yang menjadi pertimbanganku dan yang lebih penting soal pesangonnya yang spesial dan cukup besar.Pada mulanya, di wajah Pak Tus kulihat ada perasaan kurang senang, tetapi setelah kuberikan penjelasan dan kuberitahu besar uang pesangonnya, Pak Tus dengan wajah berseri malah berbalik bertanya,“Paak…, kapan uang pesangonnya bisa diambil…, saya mau gunakan untuk kebun saya ini dan ditabung”.Aku jadi lega bisa menyelesaikan masalah ini dan sekaligus dapat vaginanya bu Tus dan Nining.Siangnya kami kembali ke Indramayu dan sesampainya di rumah mereka, Pak Tus mengatakan,“Paak…, jangan kapok…, ya paak”, dan kujawab,
    “Paak…, pokoknya kalau Pak Tus ajak lagi…, saya akan ikut”, sambil aku melihat bu Tus yang tersenyum penuh arti.Pada hari Senin pagi kupanggil Sri sekretaris kantor yang pernah kusuruh mempersiapkan surat berhenti untuk pegawai-pegawai yang telah kupilih.

    Setelah Sri menghadap di kantorku, kumarahi dan kudamprat dia habis-habisan karena tidak bisa menjaga rahasia.Kuperhatikan wajah Sri yang ketakutan sambil menangis, tetapi apa peduliku dan saking kesalku, kusuruh dia untuk pulang dan memikirkan apa yang telah dilakukannya.Aku lalu meneruskan pekerjaanku tanpa memikirkan hal tadi.Malam harinya, dengan hanya mengenakan kaos singlet dan sarung, aku duduk di ruang tamu sambil melihat acara sinetron di salah satu stasion TV, tiba-tiba kudengar ada orang mengetuk pintu rumahku yang sudah kukunci.Aneh juga, selama ini belum ada tamu yang datang ke rumahku malam-mala, aku jadi sedikit curiga siapa tahu ada orang yang kurang baik, maklum saja di masa krisis seperti sekarang ini, tetapi ketika kuintip ternyata yang di depan adalah Sri.Hatiku yang tadinya sudah melupakan kejadian tadi siang, mendadak jadi dongkol kembali dan sambil kubukakan pintu, kutanya dia dengan nada dongkol,“Ngapain malam-malam ke sini”. Sri tidak menjawab tapi malah bertanya,
    “Paak…, boleh saya masuk?
    “Yaa…, sana duduk”, kataku dengan dongkol, sambil menutup pintu rumah.Sri segera duduk di sofa panjang dan terus menangis tanpa mengeluarkan kata-kata apapun.Aku diamkan saja dia menangis dan aku segera duduk di sampingnya tanpa peduli.Lama juga aku menunggu dia menangis dan ketika tangisnya agak mereda, dengan tanpa melihat ke arahku dan diantara suara senggukan tangisnya,

    Sri akhirnya berkata dengan nada penuh iba,“Paak…, maafkan Srii…, paak, saya mengaku salah…, paak dan tidak akan mengulangi lagi”, dan terus menangis lagi, mungkin karena tidak ada jawaban dariku.Lama sekali si Sri menangis sambil menutup mukanya dengan sapu tangan yang sudah terlihat basah oleh air matanya, lama-lama aku menjadi tidak tega mendengar tangisannya yang belum juga mereda, lalu kugeser dudukku mendekati Sri dan kuraih kepalanya dengan tangan kiriku dan kusandarkan di bahuku.Ketika kuusap-usap kepalanya sambil kukatakan,“Srii…, sudaah…, jangan menangis lagi…, Srii”, Sri bukannya berhenti menangis, tetapi tangisnya semakin keras dan memeluk pinggangku serta menjatuhkan kepalanya tepat di antara kedua pahaku.Dengan keadaan seperti ini dan apalagi kepala Sri tepat ada di dekat penisku yang tertutup dengan sarung, tentu saja membuat penisku pelan-pelan menjadi berdiri dan sambil kuusap punggungnya dengan tangan kiriku dan kepalanya dengan tangan kananku lalu kukatakan,“Srii…, sudah…, laah…, jangan menangis lagi”.Setelah tangisnya mereda, perlahan-lahan Sri menengadahkan kepalanya seraya berkata dengan isaknya,
    “Paak…, maafkan…, srii…, yaa”, sambil kucium keningnya lalu kukatakan,
    “Srii…, sudah.., laah…, saya maafkan…, dan mudah-mudahan tidak akan terulang lagi”. Mendengar jawabanku itu, Sri seperti kesenangan langsung memelukku dan menciumi wajahku berulangkali serta mengatakan dengan riang walaupun dengan matanya yang masih basah,

    “Terima kasiih…, paak…, terima kasiih”, lalu memelukku erat-erat sampai aku sulit bernafas.
    “Sudah.., laah…, Sri”, kataku sambil mencoba melepaskan pelukannya dan kulanjutkan kata-kataku.
    “Gara-gara kamu nangis tadi…, aku jadi susah…”.
    “Ada apa paak”, tanyanya sambil memandangku dengan wajah yang penuh kekuatiran.Sambil kurangkul lalu kukatakan pelan di dekat telinganya,“Srii…, itu lhoo…, gara-gara kamu nangis di pangkuanku tadi…, adikku yang tadi tidur…, sekarang jadi bangun”, kataku memancing dan mendengar jawabanku itu, Sri mencubit pinggangku dan berguman,
    “iihh…, bapaak”, dan sambil mencium pipiku kudengar Sri agak berbisik di dekat telingaku,
    “Paak…, Sri…, suruh…, tiduur…, yaa?”, seraya tangannya menyingkap sarungku ke atas dan menurunkan CD-ku sedikit sehingga penisku yang sudah tegang dari tadi tersembul keluar dan dengan dorongan tanganku sedikit, kepala Sri menunduk mendekati penisku serta,
    “Huup..”, penisku hilang setengahnya tertelan oleh mulutnya.Sri segera menggerakkan kelapanya naik turun serta terasa lidahnya dipermainkan di kepala penisku sehingga membuatku seperti terbang di awang-awang,“Sshh…, aahh…, oohh.., Srii…, sshh…, aahh”, desahku keenakan tanpa sadar.

    “Srii…, lepas sebentaar…, Srii…, saya mau lepas sarung dan CD-ku dulu..”, kataku sambil sedikit menarik kepalanya dan setelah keduanya terlepas, kembali Sri melahap penisku sambil tangannya sekarang mempermainkan buahku dan aku gunakan tanganku untuk meremas-remas payudara Sri dan sekaligus mencari serta membuka kancing bajunya.Setelah baju atas Sri berhasil kulepas dari tubuhnya, maka sambil kuciumi punggungnya yang bersih dan mulus, aku juga melepas kaitan BH-nya dan kulepas juga dari tubuhnya. Sementara Sri masih menggerakkan kepalanya naik turun, aku segera meremas-remas payudaranya serta kucium dan kujilati punggungnya, sehingga badan Sri bergerak-gerak entah menahan geli atau keenakan, tetapi dari mulutnya yang masih tersumpal oleh penisku terdengar suara,“Hhmm…, hhmm…, hhmm”.Dalam posisi seperti ini, aku tidak bisa berbuat banyak untuk membuat nikmat Sri, segera saja kukatakan,
    ” Srii…, sudah duluu…”, sambil menarik kepalanya dan Sri lalu kupeluk serta berciuman, sedang nafasnya Sri sudah menjadi lebih cepat.
    “Srii…, kita pindah ke kamar…, yaa”, kataku sambil mengangkat Sri berdiri tanpa menunggu persetujuannya dan Sri mengikuti saja tarikanku dan sambil kurangkul kuajak dia menuju kamarku lalu langsung saja kutidurkan telentang di tempat tidurku.Segera kulepas singletku sehingga aku sudah telanjang bulat dan kunaiki badannya serta langsung kucium dan kujilati payudaranya yang terasa sudah lembek.

    Tapi…, ah.., cuek saja.Sambil terus kujilati kedua payudara Sri bergantian yang makin lama sepertinya membuat Sri semakin naik nafsunya, aku juga sedang berusaha melepas kaitan dan ritsluiting yang ada di rok nya Sri.Sementara aku menarik roknya turun lalu menarik turun CD-nya juga, Sri sepertinya sudah tidak sabar lagi dan terus mendesah,“Paak…, paak…, ayoo…, paak…, cepaat…, paak…, masukiin…, sshh”, dan setelah aku berhasil melepas CD dari tubuhnya, segera saja Sri melebarkan kakinya serta berusaha menarik tubuhku ke atas seraya masih tetap berguman,
    “Paak…, ayoo…, cepaat.., Srii…, aah…, sudah nggak tahaan…, paak”. Aku turuti tarikannya dan Sri seperti sudah tidak sabar lagi, segera bibirku dilumatnya dan tangan kirinya berhasil memegang penisku dan dibimbingnya ke aah vaginanya.
    “Srii…, aku masukin sekarang…, yaa”, tanyaku minta izin dan Sri cepat menjawab,
    “Paak…, cepaat…, paak”, dan segera saja kutekan penisku serta,
    “Blees..”, disertai teriakan ringan Sri,”aahh..”, masuk sudah penisku dengan mudah ke dalam vaginanya Sri.Sri yang sepertinya sudah tidak bisa menahan dirinya lagi, mendekap diriku kuat-kuat dan menggerakkan pinggulnya dengan cepat dan kuimbangi dengan menggerakkan penisku keluar masuk vaginanya disertai bunyi“Ccrreet…, creet.., crreet”, dari vaginanya mungkin sudah sangat basah dan dari mulutnya terdengar,

    “oohh…, aahh…, sshh…, paak…, aah”.Gerakan penisku kupercepat sehingga tak lama kemudian gerakan badan Sri semakin liar saja dan berteriak,
    “Adduuh…, paak…, aahh…, oohh…, aduuhh…, paak…, aduuhh…, paak”, sambil mempererat dekapannya di tubuhku dan merangkulkan kedua kakinya kuat-kuat di punggungku sehingga aku kesulitan untuk bergerak dan tak lama kemudian terkapar dan melepas pelukannya dan rangkuman kakinya dengan nafasnya yang memburu.Aku agak sedikit kecewa dengan sudahnya Sri, padahal aku juga sebetulnya sudah mendekati puncak, hal ini membuat nafsuku sedikit surut dan kuhentikan gerakan penisku keluar masuk.“Srii…, kenapa nggaak bilang-bilang…, kalau mau keluar”, tanyaku sedikit kecewa.

    “Paakk.., jawab Sri dengan masih terengah engah,
    “Sri…, sudah nggak…, tahaan…, paak..” Agar Sri tidak mengetahui kekecewaanku dan untuk menaikkan kembali nafsuku, aku ciumi seluruh wajahnya, sedangkan penisku tetap kudiamkan di dalam vaginanya.eeh, tidak terlalu lama terasa penisku seperti terhisap dan tersedot-sedot di dalam vaginanya.“Srii…, teruus…, Srii…, enaak…, teruuss…, Srii”, dan membuatku secara tidak sadar mulai menggerakkan penisku kembali keluar masuk, dan Sri pun mulai menggerakkan pinggulnya kembali.Aku semakin cepat mengerakkan penisku keluar masuk sehingga kembali terdengar bunyi,
    “Ccrroot…, crreet…, ccrroot…, creet”, dari arah vaginanya.
    “Srii…, Srii…, ayoo…, cepaat…, Srii”, dan seruanku ditanggapi oleh Sri.
    “Paak…, iyaa…, paak…, ayoo”, sambil mempercepat gerakan pinggulnya.
    “aahh…, sshh…, Ssrrii…, ayoo…, Srrii.., saya.., sudah dekaat srii.”
    “Ayoo…, paak…, cepaatt…, sshh…, paak” Aku sudah tidak bisa menahan lagi dan sambil mempercepat gerakanku, aku berteriak
    “Srrii…, ayoo…, Srrii…, sekaraang”, sambil kutusukan penisku kuat-kuat ke dalam vaginanya Sri dan ditanggapi oleh Sri.
    “Paak…, ayoo…, aduuh…, aah…, paak”, sambil kembali melingkarkan kedua kakinya di punggungku kuat-kuat.Setelah beristirahat cukup lama sambil tetap berpelukan dan penisku tetap di dalam vaginanya, segera aku ajak Sri untuk mandi, lalu kuantar dia pulang dengan kendaraanku.Minggu depannya, aku berhasil melaksanakan PHK tanpa ada masalah, tetapi beberapa hari kemudian setelah pegawai-pegawai yang tersisa mengetahui besarnya uang pesangon yang diberikan kepada 5 orang ter-PHK, mereka mendatangiku untuk minta di-PHK juga. Tentu saja permintaan ini tidak dapat dipenuhi oleh pimpinanku.

  • Cerita Sex Malam Pertama Susah Di Lupakan – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sex Malam Pertama Susah Di Lupakan – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1452 views

    139.99.33.211 Menayangkan Hiburan Berupa| Cerita Sex Terbaru | Cerita Sex Abg | Cerita Sex Sedarah | Cerita Sex Selingkuh | Cerita Sex Tante | Yang Di Posting Kali Ini “Cerita Sex Malam Pertama Susah Di Lupakan”

    Perawanku – Wangi melati harum semerbak sampai ke setiap sudut kamar pengantin yang dihias berwarna dominan merah jambu. Dan, di sisiku terbaring gadis yang amat sangat kucintai, berbalut daster tipis yang juga berwarna merah jambu. Matanya yang indah dan bening menatapku penuh rasa cinta, sementara jemarinya yang halus membelai lembut tanganku yang sedang memeluknya. Kulitnya tidak terlalu putih, tetapi halus dan mulus. Dia, yang kukenal saat sama-sama duduk di bangku kuliah, yang menjadi incaran para pemuda di kampus, sekarang telah resmi menjadi istriku.

    Malam ini adalah malam pertama kami sah untuk sekamar dan seranjang. Tidak ada lagi rasa takut atau khawatir dipergoki orang, tidak ada lagi rasa terburu-buru, dan juga tidak ada lagi rasa berdosa seperti yang kami rasakan dan alami selama berpacaran. Masa pacaran kami memang tidak terlalu “bersih”, saling cium, saling raba bahkan sampai ke tingkat Heavy Petting sering kami lakukan. Tapi, dengan penuh rasa sayang dan tanggungjawab, aku berhasil mempertahankan kesuciannya sampai saat ini. Aku bangga akan hal itu.

    Suasana yang romantis ditambah dengan sejuknya hembusan AC sungguh membangkitkan nafsu. Kupeluk dia, kukecup keningnya lalu kuajak dia untuk berdoa pada Yang Maha Kuasa seperti pesan mertua laki-lakiku tadi. Andaikan apa yang kami lakukan malam ini menumbuhkan benih dalam rahim, lindungi dan hindarilah dia dari godaan setan yang terkutuk.

    Dari kening, ciumanku turun ke alis matanya yang hitam lebat teratur, ke hidung dan sampai ke bibirnya. Ciuman kami semakin lama semakin bergelora, dua lidah saling berkait diikuti dengan desahan nafas yang semakin memburu. Tanganku yang tadinya memeluk punggungnya, mulai menjalar ke depan, perlahan menuju ke payudaranya yang cukup besar. Sungguh pintar dia ini memilih daster yang berkancing di depan dan hanya 4 buah, mudah bagi tanganku untuk membukanya tanpa harus melihat. Tidak lama kemudian kaitan BH-nya berhasil dilepaskan oleh tanganku yang sudah cukup terlatih ini. Kedua bukit kembar dengan puncaknya yang coklat kemerahan tersembul dengan sangat indah. Daster dan BH itupun segera terlempar ke lantai.

    Sementara itu, dia juga telah berhasil membuka kancing piyamaku, melepas singlet dan juga celana panjangku. Hanya tinggal celana dalam masing-masing yang masih memisahkan tubuh telanjang kami berdua.

    Kulepaskan ciumanku dari bibirnya, menjalar ke arah telinga, lalu kubisikkan kata-kata cinta padanya. Dia tersenyum dan menatapku sambil berkata bahwa dia juga amat mencintaiku. Kulanjutkan ciumanku ke lehernya, turun ke dadanya, lalu dengan amat perlahan, dengan lidah kudaki bukit indah itu sampai ke puncaknya. Kujilati dan kukulum puting susunya yang sudah mengacung keras. dia mulai mendesah dan meracau tidak jelas. Sempat kulihat matanya terpejam dan bibirnya yang merah indah itu sedikit merekah. Sungguh merangsang. Tanganku mengelus, meremas dan memilin puting di puncak bukit satunya lagi. Aku tidak ingin buru-buru, aku ingin menikmati detik demi detik yang indah ini secara perlahan. Berpindah dari satu sisi ke sisi satunya, diselingi dengan ciuman ke bibirnya lagi, membuatnya mulai berkeringat. Tangannya semakin liar mengacak-acak rambutku, bahkan kadang-kadang menarik dan menjambaknya, yang membuat nafsuku semakin bergelora.Dengan berbaring menyamping berhadapan, kulepaskan celana dalamnya. Satu-satunya kain yang masih tersisa. Perlakuan yang sama kuterima darinya, membuat kemaluanku yang sudah sedemikian kerasnya mengacung gagah. Kubelai kakinya sejauh tanganku bisa menjangkau, perlahan naik ke paha. Berputar-putar, berpindah dari kiri ke kanan, sambil sekali-sekali seakan tidak sengaja menyentuh gundukan berbulu yang tidak terlalu lebat tapi terawat teratur. Sementara dia rupanya sudah tidak sabar, dibelai dan digenggamnya kemaluanku, digerakkan tangannya maju mundur. Nikmat sekali. Walaupun hal itu sudah sering kurasakan dalam kencan-kencan liar kami selama berpacaran, tetapi kali ini rasanya lain. Pikiran dan konsentrasiku tidak lagi terpecah.

    Melalui paha sebelah dalam, perlahan tanganku naik ke atas, menuju ke kemaluannya. Begitu tersentuh, desahan nafasnya semakin keras, dan semakin memburu. Perlahan kubelai rambut kemaluannya, lalu jari tengahku mulai menguak ke tengah. Kubelai dan kuputar-putar tonjolan daging sebesar kacang tanah yang sudah sangat licin dan basah. Tubuh dia mulai menggelinjang, pinggulnya bergerak ke kiri-ke kanan, juga ke atas dan ke bawah. Keringatnya semakin deras keluar dari tubuhnya yang wangi. Ciumannya semakin ganas, dan mulai menggigit lidahku yang masih berada dalam mulutnya. Sementara tangannya semakin ganas bermain di kemaluanku, maju-mundur dengan cepat. Tubuhnya mengejang dan melengkung, kemudian terhempas ke tempat tidur disertai erangan panjang. Orgasme yang pertama telah berhasil kupersembahkan untuknya.

    Dipeluknya aku dengan keras sambil berbisik,
    “Ohh, nikmat sekali. terima kasih sayang.”
    Aku tidak ingin istirahat berlama-lama. Segera kutindih tubuhnya, lalu dengan perlahan kuciumi dia dari kening, ke bawah, ke bawah, dan terus ke bawah. Deru nafasnya kembali terdengar disertai rintihan panjang begitu lidahku mulai menguak kewanitaannya. Cairan vagina ditambah dengan air liurku membuat lubang hangat itu semakin basah. Kumainkan klitorisnya dengan lidah, sambil kedua tanganku meremas-remas pantatnya yang padat berisi. Tangannya kembali mengacak-acak rambutku, dan sesekali kukunya yang tidak terlalu panjang menancap di kepalaku. Ngilu tapi nikmat rasanya. Kepalanya terangkat lalu terbanting kembali ke atas bantal menahan kenikmatan yang amat sangat. Perutnya terlihat naik turun dengan cepat, sementara kedua kakinya memelukku dengan kuat.

    Beberapa saat kemudian, ditariknya kepalaku, kemudian diciumnya aku dengan gemas. Kutatap matanya dalam-dalam sambil meminta ijin dalam hati untuk menunaikan tugasku sebagai suami. Tanpa kata, tetapi sampai juga rupanya. Sambil tersenyum sangat manis, dianggukkannya kepalanya.Perlahan, dengan tangan kuarahkan kemaluanku menuju ke kewanitaannya. Kugosok-gosok sedikit, kemudian dengan amat perlahan, kutekan dan kudorong masuk. dia merintih keras, dan karena mungkin kesakitan, tangannya mendorong bahuku sehingga tubuhku terdorong ke bawah. Kulihat ada air mata meleleh di sudut matanya. Aku tidak tega, aku kasihan! Kupeluk dan kuciumi dia. Hilang sudah nafsuku saat itu juga.Setelah beristirahat beberapa lama, kucoba memulainya lagi, dan lagi-lagi gagal. Aku sangat mencintainya sehingga aku tidak tega untuk menyakitinya.
    Malam itu kami tidur berpelukan dengan tubuh masih telanjang. Dia meminta maaf, dan dengan tulus dan penuh kerelaan dia kumaafkan. Malam itu kami berdiskusi mengenai perkosaan. Kalau hubungan yang didasari oleh kerelaan dan rasa sayang saja susah, agak tidak masuk diakal bila seorang wanita diperkosa oleh seorang pria tanpa membuat wanita itu tidak sadarkan diri. Bukankah si wanita pasti berontak dengan sekuat tenaga?

    Cerita Sex Malam Pertama malam 2  – Jam 10 malam kami berdua masuk kamar bergandengan mesra, diikuti oleh beberapa pasang mata dan olok-olok Saudara-Saudara Iparku. Tidak ada rasa jengah atau malu, seperti yang kami alami pada waktu mata Receptionist Hotel mengikuti langkah-langkah saat kami pacaran dulu. Olok-olok dan sindiran-sindiran yang mengarah dari mulut Saudara-Saudara Iparku, kutanggapi dengan senang dan bahagia.

    Siang tadi, kami berdua membeli buku mengenai Seks dan Perkawinan, yang di dalamnya terdapat gambar anatomi tubuh pria dan wanita. Sambil berpelukan bersandar di tempat tidur, kami baca buku itu halaman demi halaman, terutama yang berkaitan dengan hubungan Seks. Sampai pada halaman mengenai Anatomi, kami sepakat untuk membuka baju masing-masing. Giliran pertama, dia membandingkan kemaluanku dengan gambar yang ada di buku. Walau belum disentuh, kemaluanku sudah menggembung besar dan keras. dia mengelus dan membolak balik “benda” itu sambil memperhatikannya dengan seksama. Hampir saja dia memasukkan dan mengulumnya karena tidak tahan dan gemas, tapi kutahan dan kularang. Aku belum mendapat giliran.

    Kemudian, kuminta dia berbaring telentang di tempat tidur, menarik lututnya sambil sedikit mengangkang. Mulanya dia tidak mau dan malu, tapi setelah kucium mesra, akhirnya menyerah. Aku mengambil posisi telungkup di bawahnya, muka dan mataku persis di atas vaginanya. Terlihat bagian dalamnya yang merah darah, sungguh merangsang. Dengan dua jari, kubuka dan kuperhatikan bagian-bagiannya. Seumur hidupku, baru kali ini aku melihat kemaluan seorang wanita dengan jelas. Walaupun sering melakukan oral, tapi belum pernah melihat apalagi memerhatikannya karena selalu kulakukan dengan mata tertutup. Aku baru tahu bahwa klitoris bentuknya tidak bulat, tetapi agak memanjang. Aku bisa mengidentifikasi mana yang disebut Labia Mayor, Labia Minor, Lubang Kemih, Lubang Senggama, dan yang membuatku merasa sangat beruntung, aku bisa melihat apa yang dinamakan Selaput Dara, benda yang berhasil kujaga utuh selama 10 tahun. Jauh dari bayanganku selama ini. Selaput itu ternyata tidak bening, tetapi berwarna sama dengan lainnya, merah darah. Ditengahnya ada lubang kecil. Sayang aku tidak ingat lagi, seperti apa bentuk lubang tersebut.

    Tidak tahan berlama-lama, segera kulempar buku itu ke lantai, dan mulai kuciumi kemaluan dia itu. Kumainkan klitorisnya dengan lidahku yang basah, hangat dan kasar, hingga membuat dia kembali mengejang, merintih dan mendesah. Kedua kakinya menjepit kepalaku dengan erat, seakan tidak rela untuk melepaskannya lagi. Kupilin, kusedot, dan kumain-mainkan benda kecil itu dengan lidah dan mulutku. Berdasarkan teori-teori yang kuperoleh dari Buku, Majalah maupun VCD Porno, salah satu pemicu orgasme wanita adalah klitorisnya. Inilah saatnya aku mempraktekkan apa yang selama ini hanya jadi teori semata.

    Dia semakin liar, bahkan sampai terduduk menahan kenikmatan yang amat sangat. Dia lalu menarik pinggulku, sehingga posisi kami menjadi berbaring menyamping berhadapan, tetapi terbalik. Kepalaku berada di depan kemaluannya, sementara dia dengan rakusnya telah melahap dan mengulum kemaluanku yang sudah sangat keras dan besar. Nikmat tiada tara. Tapi, aku kesulitan untuk melakukan oral terhadapnya dalam posisi seperti ini. Jadi kuminta dia telentang di tempat tidur, aku naik ke atas tubuhnya, tetap dalam posisi terbalik. Kami pernah beberapa kali melakukan hal yang sama dulu, tetapi rasa yang ditimbulkan jauh berbeda. Hampir bobol pertahananku menerima jilatan dan elusan lidahnya yang hangat dan kasar itu. Apalagi bila dia memasukkan kemaluanku ke mulutnya seperti akan menelannya, kemudian bergumam. Getaran pita suaranya seakan menggelitik ujung kemaluanku. Bukan main nikmatnya.

    Karena hampir tidak tertahankan lagi, aku segera mengubah posisi. Muka kami berhadapan, kembali kutatap matanya yang sangat indah itu. Kubisikkan bahwa aku sangat menyayanginya, dan aku juga bertanya apakah kira-kira dia akan tahan kali ini. Setelah mencium bibirku dengan gemas, dia memintaku untuk melakukannya pelan-pelan.

    Kutuntun kemaluanku menuju vaginanya. Berdasarkan gambar dan apa yang telah kuperhatikan tadi, aku tahu di mana kira-kira letak Liang Senggamanya. Kucium dia, sambil kuturunkan pinggulku pelan-pelan. Dia merintih tertahan, tapi kali ini tangannya tidak lagi mendorong bahuku. Kuangkat lagi pinggulku sedikit, sambil bertanya apakah terasa sangat sakit. Dengan isyarat gelengan kepala, kutahu bahwa dia juga sangat menginginkannya. Setelah kuminta dia untuk menahan sakit sedikit, dengan perlahan tapi pasti kutekan pinggulku, kumasukkan kemaluanku itu sedikit demi sedikit. Kepalanya terangkat ke atas menahan sakit. Kuhentikan usahaku, sambil kutatap lagi matanya. Ada titik air mata di sudut matanya, tetapi sambil tersenyum dia menganggukkan kepalanya. Kuangkat sedikit, kemudian dengan sedikit tekanan, kudorong dengan kuat. Dia mengerang keras sambil menggigit kuat bahuku. Kelak, bekas gigitan itu baru hilang setelah beberapa hari. Akhirnya, seluruh batang kemaluanku berhasil masuk ke dalam lubang vagina dia tercinta. Aku bangga dan bahagia telah berhasil melakukan tugasku. Kucium dia dengan mesra, dan kuseka butir air mata yang mengalir dari matanya. Dia membuka matanya, dan aku dapat melihat bahwa dibalik kesakitannya, dia juga sangat bahagia.

    Perlahan kutarik kemaluanku keluar, kutekan lagi, kutarik lagi, begitu terus berulang-ulang. Setiap kutekan masuk, dia mendesah, dan kali ini, bukan lagi suara dari rasa sakit. Kurasa, dia sudah mulai dapat menikmatinya. Permukaan lembut dan hangat dalam liang itu seperti membelai dan mengurut kemaluanku. Rasa nikmat tiada tara, yang baru kali ini kurasakan. Aku memang belum pernah bersenggama dalam arti sesungguhnya sebelum ini. Butir-butir keringat mulai membasahi tubuh telanjang kami berdua. Nafsu birahi yang telah lama tertahan terpuaskan lepas saat ini. Kepala dia mulai membanting ke kiri dan ke kanan, diiringi rintihan dan desahan yang membuat nafsuku semakin bergelora. Tangannya memeluk erat tubuhku, sambil sekali-sekali kukunya menancap di punggungku. Desakan demi desakan tidak tertahankan lagi, dan sambil menancapkan batang kemaluanku dalam-dalam, kusemburkan sperma sebanyak-banyaknya ke dalam rahim dia. Aku kalah kali ini.

    Kupeluk dan kuciumi wajah dia yang basah oleh keringat, sambil berucap terima kasih. Matanya yang bening indah menatapku bahagia, dan sambil tersenyum dia berkata, “sama-sama.” Kutitipkan padanya untuk menjaga baik-baik anak kami, bila benih itu tumbuh nanti. Kami baru sadar bahwa kami lupa berdoa sebelumnya, tapi mudah-mudahan Yang Maha Esa selalu melindungi benih yang akan tumbuh itu.

    Seprai merah jambu sekarang bernoda darah. Mungkin karena selaput dara dia cukup tebal, noda darahnya cukup banyak, hingga menembus ke kasur. Akan menjadi kenang-kenangan kami selamanya.

    Malam itu kami hampir tidak tidur. Setelah beristirahat beberapa saat, kami melakukannya lagi, lagi dan lagi. Entah berapa kali, tapi yang pasti, pada hubungan yang ke dua setelah tertembusnya selaput dara itu, aku berhasil membawa dia orgasme, bahkan lebih dari satu kali. Aku yang sudah kehilangan banyak sperma, menjadi sangat kuat dan tahan lama, sehingga akhirnya dia menyerah kalah dan tergeletak dalam kenikmatan dan kelelahan yang amat sangat.

    Saat ini, kami telah memiliki 3 orang anak yang lucu-lucu. Tapi gairah dan nafsu seperti tidak pernah padam. Dalam usia kami yang mendekati 40 tahun, kami masih sanggup melakukannya 2-3 kali seminggu, bahkan tidak jarang, lebih dari satu kali dalam semalam.Nafsu yang didasari oleh cinta, memang tidak pernah padam. Aku sangat mencintai dia, begitupun yang kurasakan dari dia.

    Cerita Sex,Cerita Sex Terbaru,Cerita Sex Hot,Cerita Mesum,Cerita Sex Dewasa,Cerita Tante,Cerita Sex Bergambar,Cerita Sex Malam Pertama Sangat Bergairah

  • Cersek Dewasa Mertua Memang Hot – Kumpulan Cerita Sex Dewasa 2018

    Cersek Dewasa Mertua Memang Hot – Kumpulan Cerita Sex Dewasa 2018


    2355 views

    Cersek Dewasa Mertua Memang Hot di posting oleh perawanku pada September 19, 2018

    Perawanku – Perkenalkan namaku adalah Diki, aku berusia 24 tahun, jujur wajahku tampan ( bukannya sombong ), tak heran kalau banyak wanita yang tergila gila padaku. Aku bekerja di perusahaan asing sebagai management. Kejadian ini berawal pada saat aku hidup berumah tangga, sudah 1 tahun lebih aku hidup berumah tangga, tapi belum juga dikaruniai seorang anak. aku punya seorang isteri yang sangat cantik, setia, sabar dan sikapnya dewasa, dia bekerja sebagai dokter disalah satu rumah sakit negeri diJakarta. Tiap malam jumat aku selalu melakukan hubungan sex dengan isteriku, bahkan bukan hanya hari itu juga tapi di hari ssenin itu sering kulakukan dengan isteriku.

    Aku punya mertua yang baik, perhatian, dan sayang terhadap menantunya. Mertuaku yang perempuan berumur 41 tahun. Tapi yang aku kagumi dari dia adalah tubuhnya masih singset, langsing, ramping, seksi, dan payudaranya yang lumayan montok, kulitnya pun masih mulus dan putih bersih, maklum dia indo perancis. Sedangkan mertuaku yang laki laki berumur 54 tahun, dia jarang dirumah karena dia adalah seorang konsultan dan sekarang dia sedang bertugas di Inggris. Pulangnya pun 1 minggu 1 kali. Kadang juga tidak pulang selama satu bulan. Isteriku adalah anak tunggal.

    Kejadian ini berawal saat aku sedang bercumbu dengan isteriku dikamar, waktu itu aku lupa mengunci pintunya. Tak sengaja ibu mertua ku lewat didepan kamar temapt aku bercumbu dengan isteriku. Dia langsung terpaku melihatku yang sedang asyik mencumbu isteriku. Langsung aku menghentikan cumbuanku dan berhenti, “oh.. mama… ehmm..ehh….ada apa…..ma??? “ sapaku sambil berjalan menuju pintu. “maaf mama gak tahu kalau kalian lagi itu……habis pintunya tadi gak dikunci sih….!!! “ sahut ibu mertuaku.

    Sejak ibu mertuaku melihat kejadian itu, cara memandang dia ke arahku agak berbeda. Bahkan sikapnya pun agak berubah terhadapku. Aku tidak tahu apa yang menimpa ibu mertuaku sehingga menjadi seperti itu. Suatu hari aku di minta ibu mertuaku mengantarkanya ke Bali, karena dia ingin melayat saudaranya yang meninggal. Aku pun berangkat sabtu pagi kebetulan sabtu itu aku libur kerja. Hari itu aku naik pesawat tiba di bandara pukul 9 pagi. Langsung aku dan ibu mertuaku menuju tempat kediaman saudaranya. Waktu terus berlalu, malampun tiba. Akhirnya malam itu aku menginap diHotel yang bisa dibilang hotel berbintang diBali. Pukul 11 malam aku terbangun oleh dering telepon diHP ku. Aku melihat nomor dirahasiakan. Aku segera menjawab dering telepon itu. “halo ini siapa yah…malam malam begini kok nelpon” tanyaku sambil membuka kedua mataku yang masih mengantuk. “dik…ini mama…kamu uda tidur yah?? Bissa tolongin mama gak???

    Koper mama yang berisi pakaian tidak bissa dibuka…. Kamu cepetan kesini yah….kekamar mama…” sahut ibu mertuaku ditelepon. “oh…mama… iya ma… aku segera kesana” aku segera bergegas menuju kamar ibu mertuaku yang berdampingan dengan kamarku. aku mengetuk pintu kamar ibu mertuaku. “iya dik… bentar” tak lama kemudian ibu mertuaku membukakan pintu. Dia mengenakan kaos berwarna putih dan rok berwarna hitam. “ma… mana tas koper nya katanya gak bissa dibuka” sapaku sambil masuk kekamar ibu mertuaku. “itu loh kopernya….dik didepan ranjang itu loh…. Dari tadi mama coba buka tapi tidak bissa.” Jawab ibu mertuaku sambil menutup pintu kamar. Setelah beberapa menit aku akhirnya aku berhasil membuka kopernya secara paksa. Ternyata isi koper itu adalah BH dan CD G-string nya ibu mertuaku. Saat melihat hal itu aku mulai ngeres pikiranku. “terima kasih yah..dik…kamu uda nolongin mama…” “ah iya ma gak papa kok” Aku sejenak duduk disofa kamar itu. “kenapa dik….kamu capek….” Tanya ibu mertuaku sambil mendekati aku yang duduk disofa. Sejenak aku memandang wajah ibu mertuaku yang begitu cantik. Kemudian dia juga memandangku. Kami berpandang pandangan sampai aku mencoba mengecup bibirnya yang merah. Saat aku mengecup bibirnya, dia membalas kecupan bibirku, lidahku dan lidahnya saling bertabrakan. Saat kedua tangan ibu mertuaku mulai meraih punggungku dan mulai memeluk tubuhku. Aku melepaskan cumbuanku. “kenapa……sayang…. Kenapa tidak kamu teruskan… ????” kata ibu mertuaku sambil memegangi wajahku. “maaf….maaf….atas kelancangan saya….sekali lagi maaf…..” “kamu takut sama isteri kamu….??? “ Tanya mamaku sambil mendekati tubuhku. “mama… maafin saya ma….itu dosa ma….. lagian aku gak sama…hhffzz” jari telunjuk ibu mertuaku menghentikan ucapanku itu. “ssssstttt…. Uda kamu gak usah takut sama papa… ingat dik…disini kita Cuma berdua… berdua…. Isteri kamu dan suami mama tak kan pernah tahu kejadian ini…..” sahut ibu mertuaku sambil mencoba mencium pipiku. “ma… maafin aku ma… saya ma…. Aku sebenernya juga sudah tidak tahan melihat mama…. Malam ini” langsung ciuman bibir ibu mertuaku yang mendarat dipipi ku lanjutkan dengan bibirku” kucumbu ibu mertuaku diatas sofa itu. Setelah beberapa menit ibu mertuaku minta berhenti. “ada apa ma..??? “ tanyaku dengan serius “jangan disini diranjang aja yah…. Mama gak nyaman kalo diatas sofa… kunci dulu pintunya dik” sahut ibu mertuaku. “langsung dengan segera aku bangun dari sofa dan berjalan menuju pintu untuk menguncinya.

    “sayaaaang.. sini dong mama uda tidak sabar…” panggilan ibu mertuaku manja. kulihat ibu mertuaku duduk diatas ranjang. Langsung aku mencopot seluruh bajuku dan kuhanya mengenakan CD. Langsung aku naik keatas ranjang besar dan empuk itu. Segera kujamah tubuh ibu mertuaku dengan sentuhan lembut dipahanya. “aaaahhhhh…..” desah ibu mertuaku sambil memejamkan mata. Langsung aku mencumbu bibirnya yang merah dengan lahap. Spontan langsung ibu mertuaku membalasnya dengan liar, bahkan lebih liar dari yang aku kira. Setelah beberapa menit aku beralih ke lehernya yang putih dan mulus. “aaaaahhhhh…..sudah lama mama pengen merasakan ini…..akhirnya tanpa diminta kamu mengerti apa beban bathin mama selama ini….aaaaahhhhh…..aaaaaahhhhhh” desahan ibu mertuaku semakin menjadi jadi seperti desahan di film film bokep. Setelah satu menit lebih aku menciumi lehernnya aku beralih ke dadanya aroma wangi ditubuhnya membuatku semakin menjadi jadi. Kuciumi dengan lahap dan bringas dadanya sambil memeluk erat tubuhnya. Penisku semakin keras dan amat keras seakan akan CD ku tak kuat menahan penisku yang tegak berdiri. Sambil menciumi dadanya aku mencoba melepas kaos yang dia pakai. Akhirnya beberapa menit kemudian kaosnya terlepas. Terpampang didepanku dua buah payudara montok dan mulus yang masih terbungkus oleh BH G-string hitam. Langsung aku menyosor payudaranya yang masih terbungkus BH G-String hitam itu. “aaaaahhh…..aaaahhhh….aaaaahhhh……buka aja….buka BH nya sayang …… “ sambil terus menciumi kedua payudaranya yang montok. Ibu mertuaku mengeluh keenakan sambil memejamkan mata dan mendesah. Kemudian aku mencoba meraih kancing BH nya yang berada dipunggungnya. Tak lama kemudian aku berhasil meraih kancing BH nya yang berada dipunggungnya, dan aku menjatuhkan BH nya ke lantai. Kulihat putting payudaranya yang coklat terlihat sangat kontras. Langsung ku lahap putting payudaranya yang kiri dengan mulutku. “aaaaaahhhhhh……. aaaaahhh…..aaaahhhh….aaaaahhhh…… enak baget sayaaaaaaang…. Kamu benar..benar… aaaaahhh…..aaaahhhh….tahu… apa yang mama…. aaaaahhh…..aaaahhhh….aaaaahhhh…… yang mama pengen” sambil mendesah dan memejamkan mata dia berusaha mengucapkan kata kata itu” kuciumi seluruh permukaan kedua payudaranya, kuhisap berulang kali, kuhisap dengan kuat sampai hisapan mulutku terdengar keras “ccpppceekkk” kulihat ibu mertuaku mengeluh keenakan.

    “ooohhh…oooohhhh…..aaaaahhhhh….enak…..sekali sayaaaaang !!!!” tak hanya itu aku menjilati seluruh permukaan kedua payudaranya dengan bringas sampai sampai seluruh kedua permukaan payudaranya basah karena air liurku. Ibu mertuaku mengeluh keenakan sambil memejamkan mata dan mendesah . Kemudian aku beralih ke perut dan pusarnya, kuciumi dengan penuh gairah sambil melepaskan rok hitam yang dia pakai. Tak lama kemudian rok hitam itu terlepas dari tubuhnya. Kulihat CD G-string yang berwarna hitam itu agak terlihat basah. Dengan posisi duduk ibu mertuaku melorotkan CD ku “buka aja…gak usah malu…sayaaaang..tuh kan udah bangun dari tadi” ibu mertuaku langsung mengelus elus penisku yang sudah tegak berdiri sambil mencoba mencium penisku. Dia mendorong tubuhku dan akhirnya aku terbaring diranjang empuk itu. Lamgsung dia menciumi pensiku dengan ganas dan bringas, liar sekali ibu mertuaku saat itu. Aku segera bangun dari ranjang kemudian aku mendorong tubuh ibu mertuaku dan akhirnya kepala ibu mertuaku beralas bantal yang empuk dan terbaring diatas ranjang. Langsung aku mencopot CD G-string yang dia pakai. Wow vaginanya masih terawatt dengan baik… merah merona dengan ditumbuhi bulu lebat. Kulihat vaginanya sudah basah, langsung aku menyosor selakanganya yang wangi dan menciumi seluruh permukaan vaginanya yang ternyata juga wangi. “aaaaahhh…..aaaahhhh….aaaaahhhh…… aaaaahhh…..aaaahhhh….aaaaahhhh…… terus… jangan berhenti… terus…. Mama pengen kamu terus ciumin punya mama…. aaaaahhh…..aaaahhhh….aaaaahhhh…… mama mohon jangan berhenti” berkali kali cairan sperma keluar dari vagina ibu mertuaku. “setelah beberapa menit aku beralih menciumi leher, dada, dan kedua payudaranya yang montok sambil menindih tubuhnya. Penisku yang tegak berdiri menggesek gesek selakangannya.. “aaaaahhh…..aaaahhhh….aaaaahhhh…… aaaaahhh…..aaaahhhh….aaaaahhhh…… kenapa ….. kenapa sayaaaang….. aaaaahhh…..aaaahhhh….aaaaahhhh…… kenapa gak kamu masukin…. Mama uda gak tahan… aaaaahhh…..aaaahhhh….aaaaahhhh……” “maaf ma… aku takut mama hamil….soalnya aku takut tidak bissa menahan air maniku nanti…..” sahutku menjawab. “oooooohhhh… aaaaahhh….ooooohhhh……aaaahhhh….oooooohhhh …..aaaaahhhh…… tidak sayyang tidak jangan buat mama tersiksa cepat masukin…. Mama gak peduli hamil apa tidak….” Langsung aku menancapkan penisku kevaginanya yang basah. “slep slep slep slep” penisku keluar masuk keluar masuk. Aku berulang kali menggenjot tubuhku. Ibu mertuaku mengeluh keenakan sambil memejamkan mata dan mendesah aaaaahhh….ooooohhhh……aaaahhhh….oooooohhhh …..aaaaahhhh…… “beberapa menit kemudian penisku bereaksi pinggul seperti bergetar hebat saat air maniku keluar deras menuju kedalam vaginanya ibu mertuaku. Beberapa menit kemudian kami berganti posisi yaitu ibu mertuaku duduk diatas pangkuanku sambil mengelus elus rambutku dan menggenjot genjot tubuhnya. Akupun menciumi leher, dada dan payudaranya dengan liar dan bringas. Ibu mertuaku mengeluh keenakan sambil memejamkan mata dan mendesah

    “aaaaahhh….ooooohhhh……aaaahhhh….oooooohhhh …..aaaaahhhh…… “ Tak lama kemudian kurasakan air maniku keluar bersamaan dengan air mani ibu mertuaku. “Kenapa gak dari dulu sih kamu melakukan ini pada mama aaaaahhh….ooooohhhh……aaaahhhh….oooooohhhh …..aaaaahhhh…… “ sambil mendesah dan memejamkan mata dia bertanya kepadaku. “saya tidak tahu ma… kalau sebenernya mama pengen banget bercinta dengan saya….” Jawabku dengan nada lirih. Setelah beberapa menit kami berganti posisi lagi. Posisiku sekarang tubuhku berbaring diatas ranjang dan ibu mertuaku menindih tubuhku. Dia berkali kali menggenjot genjot tubunya sendiri sambil mendesah dan memejamkan mata “aaaaahhh….ooooohhhh……aaaahhhh….oooooohhhh …..aaaaahhhh…… “ waktu terus berlalu kami tertidur sampai pagi diranjang besar itu”
    sinar matahari menyorot wajahku dari jendela. Kulihat ibu mertuaku sedang duduk tersenyum diatas ranjang sambil memandangku. “ayo bangun sayaaaang udah pagi nih” sapa ibu mertuaku sambil mengeringkan rambutnya yang basah

    “mama…uda pagi yah…ma…. Ma saya pengen lagi nih.. langsung ku ciumi lehernya sambil memeluknya dari belakang. “eits… eits… jangan jangan jangan gak boleh gak boleh…. Kemarin aja jual mahal sama mama…. Sekarang kamu sendiri yang minta” sahut mamaku sambil ketawa kecil. “mending kamu mandi dulu sana gi…. Habis itu kita sarapan dulu baru deh kita lanjutin lagi ronde keduanya…. Gimana sayang tawaran mama? Mau gak? Kalo gak mau yah kamu gak boleh nyentuh mama lagi” tawar ibu mertuaku. “ya deh ya deh… aku mau” sahutku dengan ketawa.

    Habis mandi dan sarapan pagi, siang sampai sore aku melakukannya lagi dikamar itu. Malamnya aku dan ibu mertuaku jalan jalan ke pantai Kuta. Setelah pulang dari pantai Kuta, malam hari kira kira pukul 12 malam aku melakukan ronde ke 3 dengan ibu mertuaku. Waktu terus berlalu. Sepulang dari Bali secara diam diam kami juga sering melakukan hubungan sex diHotel tanpa sepengetahuan istriku dan papa mertuaku.

    Cerita Sex | Cerita Sex Pembantu | Cerita Sex Abg | Cerita Sex Bergambar | Cerita Sex Mesum | Cerita Sex Hot | Cerita Sex Pembantu Yang Masih Abg Berumur 17 tahun

  • Cerita Sex Sedarah Ngentot Kakak Ipar – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sex Sedarah Ngentot Kakak Ipar – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    2050 views

     

    Perawanku – Cerita Sex Sedarah kali ini kulakukan dengan kakak ipar saya sendiri cerita ini  berawal dari sebuah khayalan yang tak aku sangka aku duga akan berahir jadi nyata.
    Pertama kenalkan dulu nama aku joni aku berasal dari kota S**A**Y* aku sekarang masih tergolong cukup muda karena umurku masih 21th sekarang aku masih kuliah di salah satu universitas ternama di kotaku dan jauh dari tempat tinggalku.

    Waktu itu aku sedang mencari kost untuk tempat tinggalku,karena tak mungkin aku laju dari rumah di karenakan jauh dan hanya makan waktu saja,nah mungkin hari ini hari yang sial buatku,sudah muter sana-sini mencari kost-kostan tak kunjung dapat.Cerita Sex sedarah Kakak Ipar
    Cerita Sex Sedarah – Aku sudah lelah mana hari sudah malam,tak mungkin aku pulang,aku bingung.dan aku coba untuk menelfon kaka aku yang sebenarnya punya rumah di dekat universitasku,kaka aku bernama feri dia orangnya suka banget yang namanya Sex,”cerita sex sedarah terbaru”karena aku diam-diam sering buka laptop kak feri dan terrnyata isi bokepnya banyak,dan aku kaget ketika aku melihat video bokep yang mirip kaka iparku yang bernama seli,dan aku kaget setelah aku buka,ternyata benar kak seli,sungguh montok sekali ini kaka q dengan ukuran toket 36b,yang membuat aku ingin meremas-remasnya.lalu aku menelfon kak feri

    -Aku:hallo kak,,,,

    -Ka feri:hallo,iya kenapa jon.
    -Aku:susah cari kost-kostn di sini kak,dari tadi gak dapet-dapet.
    -Ka feri:ya udah besok pagi cari lagi,untuk sementara tinggal dulu di tempat kaka.
    -Aku:tapi kak,,,,,,aku gak enak sama ka sely
    -Ka feri:udah gak papa,buruan cepat sini,,,,.di tutup telfonnya sama kak feri..
    Ya udahdeh gak papa nginep dulu di sana,,langsung aku menuju rumah ka feri yang gak jauh dari universitasku,,
    Tok, , , tok , ,, ,tok , , ,,di buka sama kak seli,,dan aku kaget ketika melihat kak sely,,,wow gede amat itu Toket gede kak seli,kak seli memakai baju tidur transparan dan bodynya keliatan walau samar samar.
    -Ka seli:sini masuk jon,malah bengong aja,,
    -Aku:e….iya kak,,ka feri mana ka,,
    -ka seli:tu di dalem udah tidur,kecapekan kerjaanya banyak jon,,
    -aku:wah kesempatan dalam pikiranku,,,
    -ka seli:Mu minum apa jon
    -aku:ah gak usah repot-repot ka,,kopi susu aja,,,hehehe
    ‘-ka seli:kamu ini bisa saja joni,,,,,
    Dan ka seli menuju jalan menuju dapur smbil aku melitah pantatnya yang semok bergoyang kanan kiri membuat ingin ngentotin kaka iparku.

    Tak lama ka seli datang membawa segelas kopi susus untukku
    Dan kami berdua duduk di sofa sambil ngobrol kesana kemari,,
    Di satt itu aku keceplosan karna kami keasikan bercanda;,,aku menanyakan ke ka seli,,
    La kok tumben ya ka feri langsung tidur emang gak maen di ranjang dulu,,,sambil bercanda,,
    ka seli langsung kaget mendengar pertanyaanku,,ka seli pun tak menjawab pertanyaanku,hanya diam saja,aku langsung bertanya kenapa ka seli aku salah iya,aku minta maaf ya ka.
    Gak papa kok joni….kami sudah lama gak begituan,,,,
    Emang kenapa ka,Cerita Sex Sedarah kakak ipar
    Kaka mu itu mungkin pekerjaannya masih banyak pulang kerja mandi langsung tidur.
    Yaa,sesekali kaka yang ajak duluan donk
    Udah jon,tapi kakamu tetep aja gak mau,katanya gak kuat capek banget,,
    Ya udah sabar aja ka,,emang kalo pengen banget aku gak menolak kok ka
    Sambil aku merangkul ka seli..kak seli pun tak menjawab,tetapi isarat badan taka da penolakan,,
    Aku pun langsung memaut bibir ka seli yang sexy,,,
    Tak aku sangka ka seli membalas ciumanku sambil memainkan lidahnya,,
    Aku pun tak mau kalah,,tanganku pun memainkan payudara ka seli yang selama ini aku idamkan,ketika aku remas toketnya bener-benr besar dan kenyal banget.Cerita Sex Sedarah terbaru

    Nafas ka seli pun terengah engah

    Tanpa kode ku langsung mengdarat ke bagian payudara Karena tak sabar ingin membuka baju ka seli..aku pun mulai menjilati putingnya yang masih merah besar pula
    Ka seli mulai mengeluarka desahanya ohh. … . .. . oh,,, , ,,iya jon aku sensitive banget kalo bagian situ,,te. . . . . . .rus joni
    Semakin aku menjilat bagian perut dan semakin turun,kubuka celana dalam ka seli,wooowww,ka memekmu gede banget ka,,ku cari klitorsnya,aku jilati,semakin lama
    Kurasakan ada denyutan,,
    Ka seli,,,te. . .rus job ahhh , , , , ,oh,. . . .kaka mau keluar jon . . . . ah. . . . . ah. . . . ah . . . .
    Ka seli mencengkrang kepalaku,di jepit pula,,,
    Ohhh belum pernah ku rasakan sedasyat ini jon,,,aku ingin malam ini kau jadi milikku jon puasin kaka lagi jon,,”cerita sex terbaru”,sambil membersihkan bekas sperma ka seli,,kita melanjutkan bercinta ke kamarku yang sudah di sediakan tadi buat aku tinggal,sesampainya di kamar ku lumat bibir ka seli,sambil tangan aq meraba ke toket yang gede nan padet itu,
    Ahhh , , , , , terus joniiii ahh, , ,
    Kuputar puta putinya sambil aq menjilatinya,,,semakin lama turun ke buah vaginanya ka seli yang masih seperti perawan ini,,aq jilati memek ka seli
    Cepet jon kaka udah gak sabar pengen ngersain kontolmu yang gede, , , ,
    Masukin ke memek kaka jonn,memek kaka udah basah banget ini jon,,,
    Kata ka seli sambil mendesah keenakan
    Oke ka saya masukin iya,,,,

    Pembaca Sepertinya emang udah lama gak di pake,,memek ka seli seret banget kaya masih ranum,,apa memang kontolku yang gede,,
    Aku masukin perlahan ke memek ka seli
    Ahh h h hhhhh h h jonn, ,sakit , . . .. . . jon
    Tahan ka”cerita sex terbaru” ,memeknya seret banget, iya jon kontolmu emang gede,
    Blesss, , ,, , bless , , , ,bles , , ,,,,

    Ahirnya masuk juga walaupun belum sepenuhnya

    Dengan liar aku mulai memaikan memek ka seli, , ,
    Erangan erangan mulai keluar dari mulut ka seli
    Ahhhh ahhhhh ahhhhh terus jon. , . . .
    Dengan posisi doggy style aku mulai lebih kencang mengocok memek ka seli’’
    Jonniii kaka udah mau keluar, , , , ,
    Ya udah ka keluarin aja,,,
    Cengkraman ka seli sangat kuat,seolah olah menikmati kedasyatan permainan ini
    Crot, , , , crot, ,, , seeeeeerrrr
    Ahhh ahkkk ahhhkkk. . . .. . .
    Ka seli tengkurep lemas, , , ,
    Kubalikan badan ka seli ku masukan lagi penisku ke dalam memek ka seli yang udah becek banget
    Kukocok memek ka seli ,,,kumainkan maju mundur,,
    Nafsuku makin memuncak melihat toket ka seli yang super toge
    Bergoyang naik turun,

    Kaka aku sayang padamu,,memek kamu enak banget ka,,
    Kugenjot terus,keringatku sampai menetes ke tubuh ka seli
    Permainan semakin panas,aku sudah gak kuat,
    Ka aku udah mau keluar,,,
    Keluarin di dalem aja jon…
    Semakin kencang genjotanku
    Dan croooooooooooooooooooooooooott. . . . .. .crooooooooooot crottttttttt
    Ahkkk . . . . .. . .akh .. . . . .akh . .. . .. . . .
    Ku muntahkan semua spermaku ke dalam memek ka seli
    Ka seli membisikan ke telingaku”kamu hebat banget jon”
    Sambil di ciumnya aku
    Ku baringankan tubuhku menikmati sisa-sisa surga dunia,
    Jon aku sayang padamu,,
    Ka seli pun tidur menuju kamarnya
    lain kalo kita maen lagi kalo ada kesempatan kayak gini,”kata ka sely”
    Oke ka,,kami pun berpelukan…..
    Setelah kejadian itu kalo ada kesempatan kami sering bercinta. .
    Sampai ka seli hamil dan melahirkan , , ,
    Aku kaget ketika anaknya lahir,,sedikit dia mirip ama aku,,,
    Dan aku sangat berdosa dengan kejadian yang aku alami ini.

     

     

    Cerita Sex | Cerita Sex Pembantu | Cerita Sex Abg | Cerita Sex Bergambar | Cerita Sex Mesum | Cerita Sex Hot | Cerita Sex Pembantu Yang Masih Abg Berumur 17 tahun

  • Cerita Ngesex Pembantu Yang Masih Abg – Kumpulan Cerita Sex Dewasa 2018

    Cerita Ngesex Pembantu Yang Masih Abg – Kumpulan Cerita Sex Dewasa 2018


    2275 views

    Cerita Ngesex Pembantu Yang Masih Abg di posting oleh perawanku pada September 19, 2018

    Perawanku – Aku seorang pedagang umur 35 tahun, istriku 32 tahun guru SMA. kisah ini terjadi dua tahun lalu, tepatnya satu bulan sebelum puasa. Aku mempunyai pembantu namnya Dian. orangnya cukup tinggi hampir setinggi aku yaitu kira-kira 165cm, semampai, badanya langsing dengan kedua tetek yang masih sekal dan mencuat dengan ukuran teteknya kira2 34. saya hanya kira-kira aja, karena belum pernah melihatnya.

    Dina sudah bekerja di rumah sejak empat tahun yang lalu, yaitu sejak anak kedua saya lahir. ia sangat sayang sama anak saya. istri saya pun percaya ama dia. karena istri saya bekerja maka semua urusan pengurusan rumah tangga diserahkan kepad si Dina. Dina ini hanya tamat SD sekarang umurnya sudah 17 tahun. lagi segarnya memang.

    Sering Dina ini ketiduran di Sofa keluarga sambil mengendong anak saya sementara istri saya telah tertidur pulas.. dekat sofa atau didepan nya ada TV ukuran 34 Inc.. disamping sofa keluarga ada meja makan. saya biasanya suka mengetik hasil transaksi bisnis di meja makan itu sampai larut malam. karean seringnya Dina ketiduran di atas sofa depan TV, lama2 saya memperhatikan ia juga.

    Cantik dan sensual juga si Dina ini pikirku. Dengan kulit bersih sawo matang, rambut terurai panjang sebahu, dan kaki jenjang… selayaknya si Dina tidak pantas jadi pembantu. saya tipe suami yang setia. belum pernah merasakan memek dan harumnya gadis lain selain istri ku. oya istriku cukup cantik dengan kulit putih mulus dan bodi bahenol. kalo sedang hubungan intim ia sangat liar sekali. nafsu sex nya sangat kuat. kembali ke DIna. kadang2 waktu ia ketiduran di sofa, belahan dadanya sedikit mengintip.

    pada suatu malam saya lagi pengen maen, namun istri ku lagi dapet bulan. dan seperti biasa si Dian pembantuku, ketiduran dekat sofa yang menghadap ke arah saya. saya iseng menghamprinya, dengan tangan gemetar, takut istri saya bangun.. saya belai rambutnya. ia diam aja. trus saya usap2 pipinya,.. eh..eh.. ia diem aja..trus saya mulai raba2 dadanya yang masih dalam bungkus bajunyanya, sementara anaknya ia peluk sambil tidur..saya mulai curiga ia ketiduran atau pura2 tidur.. kemudian saya kecup keningnya terus matanya dan mendarat di bibirnya.. eh,,ia diam aja.

    Saya penasaran… saya mulai isep mulutnya.. dan ia bergerak pelan..saya kaget..kemudian saya lepas ciuman saya… ia tertidur lagi. trus saya cium lagi bibirnya sambil tangan saya membelai-belai teteknya masih dalam bungkus bajunya… saya jadi penasaran., ia betul2 tidur atau tidak..saya takut juga..terus saya duduk di kursi makan menenangkan diri..saya lihat si DIna masih terpenjam matanya..tiba-tiba ia bangun karena anaknya saya dipelukkan bangun minta sisu… trus si dian bikinkan susu anak saya (laki).

    Setelah menyuapin anak saya dengan susu, anak saya tertidur lagi,.. si Dina minta pamit ke saya untuk nidurin anak saya ke kamar anak saya yang nomor satu… saya mengangguk sambil sibuk kerja. setelah satu jam saya lihat si Dina tidak keluar dari kamar anaknya saya. saya penasaran, kenapa ia ngak keluar dari kamar anak saya. saya dekati kamar anak saya… dan saya buka pintu pelan2 takut ketahuan istri saya…tiba saya kaget ternyata si Dina tertidur pulas bersama anak saya.. dan yang lebih saya panas dingin adalah roknya tersingkap membuat paha nya mulus terbentang dalam kondisi mengangkang.

    Saya masuk kekamar pelan2. trus saya berdiri disamping ranjang.. saya liaht wajah dina ia betul2 tertidur pulas… saya usap pelan-pelan celana dalam dekat memeknya pelan-pelan, sambil tangan kiri saya mengusap2 teteknya yang menonjol seski… saya terus mengusap2 memeknya,,dan setekah cukup lama saya merasakan celana dalamnya basah. saya kaget ternyata ia menikmati usapan tangan saya.

    Saya mulai curiga jangan2 ia pura tidur. saya menuju mulutnya. saya kecup pelan2 mulutnya sambil tangan saya terus mengusap teteknya. mulutnya saya isep keras. terdengar lenguhan nafasnya…perutnya terangkat. dadanya ia busungkan ke atas.. aku makin penasaran. aku buka kancing bajunya diatas dadanya. sekaranag bajunya sebelas atas tersingkap. terlihat dua bukit kembar yang ranum dan montok..saya terkesima. bentuk teteknya indah sekali. masih kenceng. beda ama tetek istriku yang mulai kendor dan tidak begitu besar ukurannya.

    Saya membelai teteknya dengan penuh sayang.. sekali-kali bibir saya mebngusap2 kulit teteknya yang mulus. lagi-lagi ia mendesah pelan. tangan kananku akau selipkan di antara daging tetek dan behanya.. agak sempit, saya berusaha masukin tangan saya.. hmm bukan maen..terasa daging teteknya kenyal dan dingin sejuk sekali. saya remas2 tetek berkali sambil tangan saya bergantian meremes2 teteknya. mulut saya terus mengecup bibirnya. lidah saya kadang saya masukin kedalam mulutnya. ada sedikit respon saat lidahku akau masukin kedalam mulutnya. ia sedikit mengisap lidah saya. saya tambah nyakin kayaknya ia pura-pura tidur. meskipun matanya terpenjam, namun napsu nya mulai naik.

    Saya tak sabaran lagi pengen lihat teteknya secara utuh. saya buka tali BH nya dan sekarang teteknya betul2 dah teanjang. namun untuk jaga2 aku tetap tidak melepas bajunya yang tersingkap. hanya bhnya yang saya lepas talinya kemudian saya tarik ke atas sehingga teteknya yang montok itu menyembul keluar. saat itu juga saya langsung menyergap kedua putingnya. saya isep2 bergantian kiri dan kanan,. sementara tangan kanan saya terus memasukkain jari tangan saya kedalam memeknya..dia mengelinjang2 dengan pelan. puas mengisap putingnya.

    Kontol saya sudah sangat tegang sekali. saya lepas celana pendek saya. terus memperhatikan mulutnya yang sedikit terbuka, matanya masih terpenjam, kayaknya ia pura2 tidur…trus aku naikin dadanya, posisi ia telentang pasrah. Sampai di dadanya, paha saya geser dikit ke atas. terus kontol saya yang udah asngat tegang langsung aku sodorkan kedalam mulutnya. aku masukin dengan paksa kontol ku yang besar dan tegang itu ke mulutnya.. agak susah dn ada sedikit penolakan. tetapi penolakan tersebut tidak begitu kuat. saya terus memassukkan kontol saya kedalam mulutnya.. saya majukan pelan-pelan…terasa kontol saya menyentuh giginya..ia mengerakkan giginya..wow..ia betul-betul ngak tidur.. nagk mungkin ia tidur,

    Melihat ia menggerakan giginya sambil menekan kontol saya..ohghhh sensai yang luar bisa…sambil memmaju mundurklan kontol saya kedalam mulutnya, tangan saya yang kiri menjulur ke arah teteknya aku remas2 teteknya wow betul nikmatnya..ia masih perawan pikirku..dan belum pengalaman yang beginian. saya ingat istri saya..saya berdiri dari dari atas dadanya kontol saya lepaskan dari mulutnya..namun saya kaget.. pada saat kontol saya lepaskan dari mulutnya pelan2 tiba mulutnya menjepit kontolku. aku agak susah menarik kontolku… namun pelan2 akhirnya kontolku lepas.

    Aku biarkan ia telentang dengan baju tersingkap dan kedua teteknya menyembul bebas dengan seksinya. aku pakai celana dan terus aku kekamar mengintip istri ku..wow ternyata ia tidurnya sangat pulas,… aku tutup pintu kamarku da kembali kekamar anakku yang ada si Dnna.. begitu aku lihat di ranjang, posisi Dina tidak berubah posisinya.. aku semakin dapat angin. kontol masih tegang dan tidak turun2… aku elus memeknya masih pakai celan dalam.

    Memeknya dah basah sekali. aku buka celan dalamnya pelan2 terus, aku pelorotkan sampai ke mata kakinya, aku ngak berani melepas total celana dalamnya. pelan2 aku naikin dia dan kontolku aku arahkan ke lobak memeknya yang bsah itu.. aku bimbing kontol ku yang panjang dan tegang ke arah lobang memeknya. kakinya aku reanggangkan.. lobang memeknya masih sempit. kuliahat wajahnya pasarh dan mata nya tetap terpenjemn dan kelihatan mulutnya bergeraka menahan nikmat.. ia pura2 tidur. tetapi saya ngak peduli yang pemting aku lagi masukin kontolku ke memeknya….sempit. dan susah sekali masuk kontolnya. ia mendesah pelan-pelan.

    Badan ku aku rebahkan diatas bdannya. teteknya menekan dadaku.wow nikmat banget.. tiba-tiba tanganya ia rangkulkan ke leherku dan menekan2 pinggulnya ke arah kontol ku yang sedang bersusah payah menuju lobang kenikmatannya. pelan2 kontol ku masuk..dan seperti batang kontolku telah amblas. ia merintih2 ngak karuan tetapi dengan mata yang masih terpenjamn. mulutnya aku ciumi lagi dengan ganasnya…ia membalas ciuman ku.

    Sekarang ia dah mulai menghisap2 lidahku dan mengginggit ujung lidah dengan pelan.. napsu ku tak karuan.. ia terus menekan pinggulnya ke arah kontol..tibah ia tersendak oughhh.ooughhh..oughh… bersamaan dengan terasa kontol ku menembus sesuatu.. aku lihat kebawah pada saat aku maju mundurkan kontolku..ada warna merah mudah di batang kotolku yang lagi maju mundur tersebut…aku kaget dan ngak sadar ternyata aku telah memecah perawanya.. tetapi ia kelihatan senyum tipis,

    Wajahnya menegang… ada rasa penyesalan..namun kenikmatan duniawa mengalahkan semuanya.. akhir aku genjot kontol keluar masuk memeknya sambil tanganku tak henti2nya meremas2 kedua tetek nya seksi.. sementara mulutku terus mengisap2 lidahnya dan mencupang lehernya…..ough..nikmat.. tiba-tiba ia mengejang bersaman dengan itu akupun menyemburkan air mani panas kelobang memeknya. cukup banya air mani….yang masuk kelobang memeknya..akhir aku lemas.. dan diam-diam aku tarik kontoku dari lubang memeknya.

    aku turun dari ranjang. aku lihat anakku masih tidur pulas. dan pembantuku Dina juag dalam keadaan tidur pulas… dan matanya terpenjamn. aku rapikan pakaiannya setelah celana dalam dan bhnya aku kancingin lagi… aku keluar kamar anakku.. masuk ke kamar tidurku dan kulihat istri tidur dengan pulas., untung ia ngak bangun.

    Besok paginya aku bangun, istriku dah berangkat kerja. kulihat Dina, sikapnya menunjukkan biasa saja…ia sempat tanya ke saya,.. pak semalam aku mimpi aneh deh…kok lain dan anuku terasa perih…terus ia bilang kenapa ada warna merah ya pak di paha dan dalam celananya..ia nanya dengan lugu.. aku pura ngak tahu…namun kelihatan ia puas. sambil tersenyum ia pergi kekamar mandi sambil nyuci baju

     

    Cerita Sex | Cerita Sex Pembantu | Cerita Sex Abg | Cerita Sex Bergambar | Cerita Sex Mesum | Cerita Sex Hot | Cerita Sex Pembantu Yang Masih Abg Berumur 17 tahun