Author: perawanku

  • 20 Foto Sexy Model Majalah Dewasa Imut Pengen Di Entot

    20 Foto Sexy Model Majalah Dewasa Imut Pengen Di Entot


    1875 views

    Perawanku – Nah, buat kamu yang pengen ngocok maka Perawanku.com  sudah menyiapkan Foto Sexy Model Majalah Dewasa yang Imut nya tidak ketolongan bos ku, Tubuh Model ini sungguh mulus dan mempesona.

    Dijamin ketika melihat foto ini bos ku langsung pengen entotin memek  mulusnya. Berikut ini adalah deretan dari Foto Model yang Imut banget Pengen di Entot :

  • Koleksi Foto Model Bugil Di Kamar Mandi Nampak Susu Gede

    Koleksi Foto Model Bugil Di Kamar Mandi Nampak Susu Gede


    1875 views

    PerawankuKamu sedang mencari foto Susu yang gede yang hot? anda sudah benar masuk kemari bos ku , Temukan semua yang anda inginkan dalam Perawanku.com Galeri Cewek cewek yang ngentot yang sexy dan Ceritasex yang  paling hot dan dijamin bikin Wenak Di Mata update terbaru 2018 ini.

  • Cerita Ngentot Dengan Mbak Sus Ibu Kost – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Ngentot Dengan Mbak Sus Ibu Kost – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1873 views

    Perawanku – Seperti sebagian besar teman senasib, saat menjadi mahasiswa saya menjadi anak kos dengan segala suka dan dukanya. Mengenang masa-masa sekitar lima belas tahun lalu itu saya sering tertawa geli. Misalnya, karena jatah kiriman dari kampung terlambat, padahal perut keroncongan tak bisa diajak kompromi, saya terpaksa mencuri nasi lengkap dengan lauknya milik keluarga tempat saya kos. Masih banyak lagi kisah-kisah konyol yang saya alami. Namun sebenarnya ada satu kisah yang saya simpan rapat-rapat, karena bagi saya merupakan rahasia pribadi. Kisah rahasia yang sangat menyenangkan.

    Keluarga tempat kos saya memiliki anak tunggal perempuan yang sudah menikah dan tinggal di rumah orang tuanya. Mbak Sus, demikian kami anak-anak kos memanggil, berumur sekitar 35 tahun. Tidak begitu cantik tetapi memiliki tubuh bagus dan bersih. Menurut ibu kos, anaknya itu pernah melahirkan tetapi kemudian bayinya meninggal dunia. Jadi tak mengherankan kalau bentuk badannya masih menggiurkan. Kami berlima anak-anak kos yang tinggal di rumah bagian samping sering iseng-iseng memperbincangkan Mbak Sus. Perempuan yang kalau di rumah tak pernah memakai bra itu menjadi sasaran ngobrol miring.

    “Kamu tahu nggak, kenapa Mbak Sus sampai sekarang nggak hamil-hamil?” tanya Robin yang kuliah di teknik sipil suatu saat.
    “Aku tahu. Suaminya letoi. Nggak bisa ngacung” jawab Krus, anak teknik mesin dengan tangkas.
    “Apanya yang nggak bisa ngacung?” tanya saya pura-pura tidak tahu.
    “Bego! Ya penisnya dong”, kata Krus.
    “Kok tahu kalau dia susah ngacung?” saya mengejar lagi.
    “Lihat saja. Gayanya klemar-klemer kaya perempuan. Tahu nggak? Mbak Sus sering membentak-bentak suaminya?” tutur Krus.
    “Kalian saja yang nggak tanggap. Dia sebenarnya kan mengundang salah satu, dua, atau tiga di antara kita, mungkin malah semua, untuk membantu”, kata Robin.
    “Membantu? Apa maksudmu?” tanyaku tak paham ucapannya.
    Robin tertawa sebelum berkata, “Ya membantu dia agar segera hamil. Dia mengundang secara tidak langsung. Lihat saja, dia sering memamerkan payudaranya kepada kita dengan mengenakan kaus ketat. Kemudian setiap usai mandi dengan hanya melilitkan handuk di badannya lalu-lalang di depan kita”
    “Ah kamu saja yang GR. Mungkin Mbak Sus nggak bermaksud begitu”, sergah Heri yang sejak tadi diam.
    “Nggak percaya ya? Ayo siapa yang berani masuk kamarnya saat suaminya dinas malam, aku jamin dia tak akan menolak. Pasti”

    Diam-diam ucapan Robin itu mengganggu pikiranku. Benarkah apa yang dia katakan tentang Mbak Sus? Benarkah perempuan itu sengaja mengundang birahi kami agar ada yang masuk perangkapnya?

    Selama setahun kos diam-diam aku memang suka menikmati pemandangan yang tanpa tersadari sering membuat penisku tegak berdiri. Terutama payudaranya yang seperti sengaja dipamerkan dengan lebih banyak berkaus sehingga putingnya yang kehitam-hitaman tampak menonjol. Selain payudaranya yang kuperkirakan berukuran 36, pinggulnya yang besar sering membuatku terangsang. Ah betapa menyenangkan dan menggairahkan kalau saja aku bisa memasukkan penisku ke selangkangannya sambil meremas-remas payudaranya.

    Setelah perbincangan iseng itu aku menjadi lebih memperhatikan gerak-gerik Mbak Sus. Bahkan aku kini sengaja lebih sering mengobrol dengan dia. Kulihat perempuan itu tenang-tenang saja meski mengetahui aku sering mencuri pandang ke arah dadanya sambil menelan air liur.

    Suatu waktu ketika berjalan berpapasan tanganku tanpa sengaja menyentuh pinggulnya.
    “Wah.. maaf, Mbak. Nggak sengaja..” kataku sambil tersipu malu.
    “Sengaja juga nggak apa-apa kok dik”, jawabnya sambil mengerlingkan matanya.
    Dari situ aku mulai menyimpulkan apa yang dikatakan Robin mendekati kebenaran. Mbak Sus memang berusaha memancing, mungkin tak puas dengan kehidupan seksualnya bersama suaminya.

    Makin lama aku bertambah berani. Beberapa kali aku sengaja menyenggol pinggulnya. Eh dia cuma tersenyum-senyum. Aksi nakal pun kutingkatkan. Bukan menyenggol lagi tetapi meremas. Sialan, reaksinya sama saja. Tak salah kalau aku mulai berangan-angan suatu saat ingin menyetubuhi dia. Peluang itu sebenarnya cukup banyak. Seminggu tiga kali suaminya dinas malam. Dia sendiri telah memberikan tanda-tanda welcome. Cuma aku masih takut. Siapa tahu dia punya kelainan, yakni suka memamerkan perangkat tubuhnya yang indah tanpa ada niat lain. Namun birahiku rasanya tak tertahankan lagi. Setiap malam yang ada dalam bayanganku adalah menyusup diam-diam ke kamarnya, menciumi dan menjilati seluruh tubuhnya, meremas payudara dan pinggulnya, kemudian melesakkan penis ke vaginanya.

    Suatu hari ketika rumah sepi. Empat temanku masuk kuliah atau punya kegiatan keluar, bapak dan ibu kosku menghadiri pesta pernikahan kerabatnya di luar kota, sedangkan suami Mbak Sus ke kantor. Aku mengobrol dengan dia di ruang tamu sambil menonton televisi. Semula perbincangan hanya soal-soal umum dan biasa. Entah mendapat dorongan dari mana kemudian aku mulai ngomong agak menyerempet-nyerempet.

    “Saya sebenarnya sangat mengagumi Mbak Sus lo”, kataku.
    “Kamu ini ada-ada saja. Memangnya aku ini bintang sinetron atau model.”
    “Sungguh kok. Tahu nggak apa yang kukagumi pada Mbak?”
    “Coba apa..”
    “Itu..”
    “Mana?”
    Tanpa ragu-ragu lagi aku menyentuhkan telunjukku ke payudaranya yang seperti biasa hanya dibungkus kaus.
    “Ah.. kamu ini.”

    Reaksinya makin membuatku berani. Aku mendekat. Mencium pipinya dari belakang kursi tempat duduknya. Mbak Sus diam. Lalu ganti kucium lehernya yang putih. Dia menggelinjang kegelian, tetapi tak berusaha menolak. Wah, kesempatan nih. Kini sambil menciumi lehernya tanganku bergerilya di bagian dadanya. Dia berusaha menepis tanganku yang ngawur, tetapi aku tak mau kalah. Remasanku terus kulanjutkan.

    “Dik.. malu ah dilihat orang”, katanya pelan. Tepisannya melemah.
    “Kalau begitu kita ke kamar?”
    “Kamu ini nakal”, ujarnya tanpa berusaha lagi menghentikan serbuan tangan dan bibirku.
    “Mbak..”
    “Hmm..”
    “Bolehkah mm.., bolehkah kalau saya..”
    “Apa hh..”
    “Bolehkah saya memegang susu Mbak yang gede itu?”
    “Hmm..” Dia mendesah ketika kujilat telinganya.
    Tanpa menunggu jawabannya tanganku segera menelusup ke balik kausnya. Merasakan betapa empuknya daging yang membukit itu. Kuremas dua payudaranya dari belakang dengan kedua tanganku. Desahannya makin kuat. Lalu kepalanya disandarkan ke dadaku. Aduh mak, berarti dia oke. Tanganku makin bersemangat. Kini kedua putingnya ganti kupermainkan.

    “Dik, tutup pintunya dulu dong”, bisiknya dengan suara agak bergetar, mungkin menahan birahinya yang juga mulai naik.

    Tanpa disuruh dua kali secepat kilat aku segera menutup pintu depan. Tentu agar keadaan aman dan terkendali. Setelah itu aku kembali ke Mbak Sus. Kini aku jongkok di depannya. Menyibak rok bawahnya dan merenggangkan kedua kakinya. Wuih, betapa mulus kedua pahanya. Pangkalnya tampak menggunduk dibungkus celana dalam warna krem. Sambil menciumi pahanya tanganku menelusup di pangkal pahanya, meremas-remas vagina dan klitorisnya yang juga besar. Lidahku makin naik ke atas. Mbak Sus menggelinjang kegelian sambil mendesah halus. Akhirnya jilatanku sampai di pangkal pahanya.

    “Mau apa kau sshh.. sshh”, tanyanya lirih sambil memegangi kapalaku erat-erat.
    “Mbak belum pernah dioral ya?”
    “Apa itu?”
    “Vagina Mbak akan kujilati.”
    “Lo itu kan tempat kotor..”
    “Siapa bilang?”
    “Ooo.. oh.. oh ..”, desis Mbak Sus keenakan ketika lidahku mulai bermain-main di gundukan vaginanya. Tampak dia keenakan meski masih dibatasi celana dalam.

    Serangan pun kutingkatkan. Celananya kepelorotkan. Sekarang perangkat rahasia miliknya berada di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris yang besar sesuai dengan dugaanku. Di sekelilingnya ditumbuhi rambut tak begitu lebat. Lidahku kemudian bermain di bibir vaginanya. Pelan-pelan mulai masuk ke dalam dengan gerakan-gerakan melingkar yang membuat Mbak Sus kian keenakan, sampai harus mengangkat-angkat pinggulnya.
    “Aahh.. Kau pintar sekali. Belajar dari mana hh..”
    “mm film biru dan bacaan porno kan banyak mm..” jawabku.

    Tiba-tiba, tok.. tok.. tok. Pintu depan ada yang mengetuk. Wah berabe nih. Aksi liarku pun terhenti mendadak.
    “Sst ada tamu Mbak”, bisikku.
    “Cepat kau sembunyi ke dalam”, kata Mbak Sus sambil membenahi pakaiannya yang agak berantakan.
    Aku segera masuk ke dalam kamar Mbak Sus. Untung kaca jendela depan yang lebar-lebar rayban semua, sehingga dari luar tak melihat ke dalam. Sampai di kamar berbau harum itu aku duduk di tepi ranjang. Penisku tegak mendesak celana pendekku yang kukenakan. Sialan, baru asyik ada yang mengganggu. Kudengar suara pintu dibuka. Mbak Sus bicara beberapa patah kata dengan seorang tamu bersuara laki-laki. Tidak sampai dua menit Mbak Sus menyusul masuk kamar setelah menutup pintu depan.

    “Siapa Mbak?”
    “Tukang koran menagih rekening.”
    “Wah mengganggu saja itu orang. Baru nikmat-nikmat..”
    “Sudahlah”, katanya sambil mendekati aku.
    Tanpa sungkan-sungkan Mbak Sus mencium bibirku. Lalu tangannya menyentuh celanaku yang menonjol akibat penisku yang ereksi maksimal, meremas-remasnya beberapa saat. Betapa lembut ciumannya, meski masih polos. Aku segera menjulurkan lidahku, memainkan di rongga mulutnya. Lidahnya kubelit sampai dia seperti hendak tersedak. Semula Mbak Sus seperti akan memberontak dan melepaskan diri, tapi tak kubiarkan. Mulutku seperti melekat di mulutnya.

    Lama-lama dia akhirnya dia bisa menikmati dan mulai menirukan gaya permainan ciuman yang secara tak sadar baru saja kuajarkan.
    “Uh kamu pengalaman sekali ya. Sama siapa? Pacarmu?” tanyanya di antara kecipak ciuman yang membara dan mulai liar.
    Aku tak menjawab. Tanganku mulai mempermainkan kedua payudaranya yang tampak menggairahkan itu. Biar tak merepotkan, kausnya kulepas. Kini dia telanjang dada. Tak puas, segera kupelorotkan rok bawahnya. Nah kini dia telanjang bulat. Betapa bagus tubuhnya. Padat, kencang, dan putih mulus.

    “Nggak adil. Kamu juga harus telanjang.” Mbak Sus pun melucuti kaus, celana pendek, dan terakhir celana dalamku. Penisku yang tegak penuh segera diremas-remasnya. Tanpa dikomando kami rebah ke ranjang, berguling-guling, saling menindih.
    “Mbak mau saya oral lagi?” tanyaku.

    Mbak Sus hanya tersenyum. Aku menunduk ke selangkangannya mencari-cari pangkal kenikmatan miliknya. Tanpa ampun lagi mulut dan lidahku menyerang daerah itu dengan liar. Mbak Sus mulai mengeluarkan jeritan-jeritan tertahan menahan nikmat. Kelihatan dia menemukan pengalaman baru yang membius gairahnya. Hampir lima menit kami menikmati permainan itu. Selanjutnya aku merangkak naik. Menyorongkan penisku ke mulutnya.
    “Gantian dong, Mbak”
    “Apa muat segede itu..”
    Tanpa menunggu jawabannya segera kumasukkan penisku ke mulutnya yang mungil. Semula agak kesulitan, tetapi lama-lama dia bisa menyesuaikan diri sehingga tak lama penisku masuk rongga mulutnya. Melihat Mbak Sus agak tersiksa oleh gaya permainan baru itu, aku pun segera mencabut penisku. Pikirku, nanti lama-lama pasti bisa.

    “Sorry ya Mbak”
    “Ah kau ini mainnya aneh-aneh.”
    “Justru di situ nikmatnya, Mbak. Selama ini Mbak sama suami main seksnya gimana?” tanyaku sambil menciumi payudaranya.
    “Ah malu. Kami main konvensional saja kok.”
    “Langsung tusuk begitu maksudnya..”
    “Nakal kau ini”, katanya sambil tangannya mengelus-elus penisku yang masih tetap tegak berdiri.
    “Suami Mbak mainnya lama nggak?”
    “Ah..” dia tersipu-sipu. Mungkin malu untuk mengungkapkan.
    “Pasti Mbak tak pernah puas ya?”
    Mbak Sus tak menjawab. Dia malah menciumi bibirku dengan penuh gairah. Tanganku pun ganti-berganti memainkan kedua payudaranya yang kenyal atau selangkangannya yang mulai berair. Aku tahu, perempuan itu sudah kepengin disetubuhi. Namun aku sengaja membiarkan dia menjadi penasaran sendiri.

    Tetapi lama-lama aku tak tahan juga. Penisku pun sudah ingin segera menggenjot vaginanya. Pelan-pelan aku mengarahkan barangku yang kaku dan keras itu ke arah selangkangannya. Ketika mulai menembus vaginanya, kurasakan tubuh Mbak Sus agak gemetar.
    “Ohh..” desahnya ketika sedikit demi sedikit batang penisku masuk vaginanya.
    Setelah seluruh barangku masuk, aku segera bergoyang naik turun di atas tubuhnya. Aku makin terangsang oleh jeritan-jeritan kecil, lenguhan, dan kedua payudaranya yang ikut bergoyang-goyang.

    Tiga menit setelah kugenjot Mbak Sus menjepitkan kedua kakinya ke pinggangku. Pinggulnya dinaikkan. Tampaknya dia akan orgasme. Genjotan penisku kutingkatkan.
    “Ooo.. ahh.. hmm.. sshh..” desahnya dengan tubuh menggelinjang menahan kenikmatan puncak yang diperolehnya.
    Kubiarkan dia menikmati orgasmenya beberapa saat. Kuciumi pipi, dahi, dan seluruh wajahnya yang berkeringat.
    “Enak Mbak?” tanyaku.
    “Emmhh..”
    “Puas Mbak?”
    “Ahh..” desahnya.
    “Sekarang Mbak berbalik. Menungging.”
    Aku mengatur badannya dan Mbak Sus menurut. Dia kini bertumpu pada siku dan kakinya.
    “Gaya apa lagi ini?” tanyanya.
    “Ini gaya anjing. Senggama lewat belakang. Pasti Mbak belum pernah.”

    Setelah siap aku pun mulai menggenjot dan menggoyang dari belakang. Mbak Sus kembali menjerit dan mendesah merasakan kenikmatan tiada tara yang mungkin selama ini belum pernah dia dapatkan dari suaminya. Setelah dia orgasme sampai dua kali, kami istirahat.
    “Capek?” tanyaku.
    “Kamu ini aneh-aneh saja. Sampai mau remuk tulang-tulangku.”
    “Tapi kan nikmat Mbak”, jawabku sambil kembali meremas payudaranya yang menggemaskan.
    “Kita lanjutkan nanti malam saja ya.”
    “Ya deh kalau capek. Tapi tolong sekali lagi, aku pengin masuk agar spermaku keluar. Nih sudah nggak tahan lagi penisku. Sekarang Mbak yang di atas”, kataku sambil mengatur posisinya.

    Aku terletang dan dia menduduki pinggangku. Tangannya kubimbing agar memegang penisku masuk ke selangkangannya. Setelah masuk tubuhnya kunaikturunkan seirama genjotanku dari bawah. Mbak Sus tersentak-sentak mengikuti irama goyanganku yang makin lama kian cepat. Payudaranya yang ikut bergoyang-goyang menambah gairah nafsuku. Apalagi ditingkah lenguhan dan jeritannya menjelang sampai puncak. Ketika dia mencapai orgasme aku belum apa-apa. Posisinya segera kuubah ke gaya konvensional. Mbak Sus kurebahkan dan aku menembaknya dari atas. Mendekati klimaks aku meningkatkan frekuensi dan kecepatan genjotan penisku.
    “Oh Mbak.. aku mau keluar nih ahh..”
    Tak lama kemudian spermaku muncrat di dalam vaginanya. Mbak Sus kemudian menyusul mencapai klimaks. Kami berpelukan erat. Kurasakan vaginanya begitu hangat menjepit penisku. Lima menit lebih kami dalam posisi relaksasi seperti itu.

    “Vaginamu masik nikmat Mbak”, bisikku sambil mencium bibir mungilnya.
    “Penismu juga nikmat, Dik.”
    “Nanti kita main dengan macam-macam gaya lagi.”
    “Ah Mbak memang kalah pintar dibanding kamu.”
    Kami berpelukan, berciuman, dan saling meremas lagi. Seperti tak puas-puas merasakan kenikmatan beruntun yang baru saja kami rasakan.

    “Mbak kalau pengin bilang aja ya.”
    “Kamu juga. Kalau ingin ya langsung masuk ke kamar Mbak. Tetapi sst.. kalau pas aman lo.”
    “Mbak mau nggak main ramai-ramai?”
    “Maksudmu gimana?”
    “Ya misalnya aku mengajak salah satu teman dan kita main bertiga. Dua lawan satu. Soalnya Mbak tak cukup kalau cuma dilayani satu cowok.”
    “Ah kamu ini ada-ada saja. Malu ah..”
    “Tapi mau mencoba kan?”
    Mbak Sus tidak menjawab. Dia malah kemudian menciumi dan menggumuli aku habis-habisan. Ya aku terangsang lagi jadinya. Ya penisku tegak lagi. Ya akhirnya aku mesti menggenjot dan menembaknya sampai dia orgasme beberapa kali. Ah Mbak Sus, Mbak Sus.

  • Cerita Ngewe Mertua Nafsu Melihat Kontolku Yang Gede – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Ngewe Mertua Nafsu Melihat Kontolku Yang Gede – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1872 views

    Perawanku – Aku seorang laki-laki biasa, hobiku berolah raga, tinggi tubuhku 178 cm dengan bobot tubuh 78 kg. Aku mempunyai fisik yang ideal untuk seorang pria, tinggi, tegap, padat dan atletis. Tidak heran kalau banyak wanita yang menggoda dan mengajakku tidur karena sex appeal-ku ini. Empat tahun yang lalu saya menikah dan menetap di rumah mertuaku. Hari-hari berlalu kami lewati tanpa adanya halangan walaupun sampai saat ini kami memang belum dianugerahi seorang anak pendamping hidup kita berdua. Kehidupan berkeluarga kami sangat baik, tanpa kekurangan apapun baik itu sifatnya materi maupun kehidupan seks kami. Tetapi memang nasib keluarga kami yang masih belum diberikan seorang momongan.

    Di rumah itu kami tinggal bertiga, aku dengan istriku dan Ibu dari istriku. Sering aku pulang lebih dulu dari istriku, karena aku pulang naik kereta sedangkan istriku pulang naik kendaraan umum. Jadi sering pula aku berdua di rumah dengan mertuaku sampai dengan istriku pulang. Mertuaku berumur sekitar kurang lebih 45 tahun, tetapi dia mampu merawat tubuhnya dengan baik, aktif dengan kegiatan sosial dan rutin berolahraga bersama teman-temannya yang lain. Sering kulihat Ibu mertuaku pakai baju tidur tipis dan tanpa BH. Melihat bentuk tubuhnya yang masih lumayan dengan kulitnya yang putih, sering membuatku seperti kehilangan akal sehat.

    Pernah suatu hari selesai Ibu mertua mandi, telepon berdering. Lalu dia pun keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan sehelai handuk yang dililitkan ke tubuhnya. Aku yang sedang berolahraga angkat beban di luar, juga bermaksud mengangkatnya. Sesampainya aku di dekat telepon, ternyata kulihat Ibu mertuaku sudah mengangkatnya. Saat itulah aku melihat pemandangan yang menggiurkan. Dari belakang kulihat bentuk pangkal pahanya sampai ke bawah kakinya yang begitu bersih tanpa ada bekas goresan sedikitpun. Aku tertegun dan menelan ludah, terangsang melihat kaki Ibu mertuaku. Dalam hati berpikir “Kok, sudah tua begini masih mulus aja ya..?”

    Aku terhentak dari lamunanku begitu Ibu mertuaku menaruh gagang telepon. Lalu aku bergegas kembali ke luar, meneruskan olahragaku yang tertunda. Beberapa menit setelahnya aku hentikan olahragaku, masuk ke kamar, ambil handuk dan mandi. Saat aku hendak ke kamar mandi, kembali aku melihat pemandangan yang menggairahkan. Melalui celah pintu kamarnya yang tak tertutup, kuintip ke dalam, kulihat bagian belakang Ibu mertuaku yang bugil karena handuknya sudah dilepas dari tubuhnya. Serta merta Kontol ku mulai bangkit, dan gairahku memuncak. Segera kutenangkan pikiranku yang mulai kotor karena pemandangan itu.

    Selesai mandi aku membuat kopi dan langsung duduk di depan TV nonton acara yang lumayan untuk ditonton. Tidak lama Ibu mertuaku menyusul ikutan nonton sambil mengobrol denganku.

    “Bagaimana kerjaanmu, baik-baik saja?” tanya Ibu mertuaku.

    “Baik, Bu. Lho Ibu sendiri gimana?” tanyaku kembali. Kami mengobrol sampai istriku datang dan ikut bergabung mengobrol dengan kami berdua.
    Besok malamnya, sekitar jam 11.30 malam aku keluar kamar untuk minum. Kulihat TV di ruang keluarga masih menyala. Saat itu terlihat Ibu mertuaku ternyata sudah tertidur di depan TV. Ketika aku hendak mematikan televisi, tidak sengaja aku melihat ke arah rok Ibu mertuaku. Rok Ibu mertuaku tersibak sampai celana dalamnya kelihatan sedikit. Kulihat kakinya masih begitu mulus, iseng kuintip roknya dan terlihatlah gumpalan daging kemaluan yang ditutupi celana dalamnya. Ingin sekali rasanya kupegang dan kuremas gumpalan daging memek Ibu mertuaku itu, tetapi buru-buru aku ke dapur ambil minum lalu membawa ke kamar. Sebelum masuk kamar sambil berjalan pelan kulirik Ibu mertuaku sekali lagi dan Kontol ku langsung ikut bereaksi pelan.

    Aku masuk kamar dan coba mengusir pikiranku yang mulai kerasukan ini. Esoknya aku telat bangun, dan kulihat istriku sudah tidak ada. Langsung aku bergegas ke kamar mandi. Selesai mandi sambil mengeringkan rambut yang basah, aku berjalan pelan dan tanpa sengaja kulihat Ibu mertuaku berganti baju di kamarnya tanpa menutup pintu kamar. Aku kembali tertegun dan terangsang menatap keseluruhan bentuk tubuh Ibu mertuaku. Cuma sebentar aku masuk kamar, berganti pakaian kerja dan segera berangkat.

    Hari ini aku pulang cepat, di kantorpun tidak ada lagi kerjaan yang aku harus kerjakan. Saat pulang aku tidak melihat Ibu mertuaku, tampaknya dia berada di kamarnya karena pintunya tertutup. Sampai di rumah aku langsung berganti pakaian dengan kaus olahraga, dan mulai melakukan olahraga rutin yang biasa aku lakukan tiap pulang kerja. Sedang asyik-asyiknya aku melatih otot-otot dada dan lenganku, tiba-tiba kudengar suara teriakan. Itu adalah suara teriakan Ibu mertuaku. Kusudahi latihanku, dan aku segera bergegas menuju suara teriakan yang berasal dari kamar Ibu mertuaku. Langsung tanpa pikir panjang kubuka pintu kamar. Kulihat Ibu mertuaku berdiri di atas kasur sambil teriak

    “Awas tikusnya keluar..!” tandas Ibu mertuaku.
    “Tikus? Ada tikus di sini Bu?” tanyaku menegaskan.
    “Iya…ada tikus, tolong carikan!” katanya panik.

    Aku pun mulai mencari tikus itu.

    “Lho.. kok pintunya di buka terus? Nanti tikusnya susah ditangkap!” tandas Ibu mertuaku.

    Sambil kututup pintu kamar, kubilang “Mana.. mana tikusnya..?”

    “Coba kamu lihat di bawah kasur atau di sudut sana..” kata Ibu mertuaku sambil menunjuk meja riasnya. Kuangkat seprei kasur dekat meja rias. Memang ada seekor tikus kecil di situ yang tiba-tiba mencuit dan melompat ke arahku. Aku kaget dan spontan lompat ke atas kasur.

    Ibu mertuaku tertawa kecil melihat tingkahku dan mengatakan “Kamu takut juga ya?” Sambil menggerutu pelan kembali kucari tikus kecil itu, sesekali mataku nakal melirik ke arah kaki Ibu mertuaku yang roknya terangkat itu.

    Saat sedang mencari tikus itu, tiba-tiba Ibu mertuaku kembali teriak dan melompat ke arahku, ternyata tikusnya ada di atas kasur. Ibu mertuaku mendekapku dari belakang, entah disengaja atau tidak, namun kurasakan payudara nya menempel di punggungku, terasa hangat dan kenyal-kenyal. Kuambil kertas dan kutangkap tikus yang sudah mulai kecapaian itu terus kubuang keluar.

    “Udah dibuang keluar belum?” jelas Ibu mertuaku.

    “Udah, Bu.” Jawabku dari luar kamar.

    “Kamu periksa lagi, mungkin masih ada yang lain… soalnya Ibu dengar suara tikusnya ada dua” tegas Ibu mertuaku.

    “Walah, tikus maen pake ajak temen segala!” gumamku.

    Aku kembali masuk ke kamar dan mengendus-endus di mana temennya itu tikus seperti yang dibilang Ibu mertuaku. Ibu mertuaku duduk di atas kasur sedangkan aku sibuk mencari. Begitu aku mencari di bawah kasur sepertinya tanganku ada yang meraba-raba di atas kasur. Aku kaget dan kusentakkan tanganku, ternyata tangan Ibu mertuaku yang merabanya. Aku pikir temennya tikus tadi. Ibu mertuaku tersenyum penuh misteri dan kembali meraba tanganku. Aku memandang aneh kejadian itu, tetapi kubiarkan dia merabanya terus.

    “Gak ada tikus lagi, Bu..!” kataku setelah berkali-kali mencari. Tidak ada sahutan. Lalu tanpa berkata apa pun Ibu mertuaku beranjak dari kasur dan langsung memelukku. Aku kaget dan mulai panas dingin. Dalam hati aku berkata “Kenapa nih orang?”

    Rambutku dibelai, diusap seperti usapan seorang ibu pada anaknya. Dipeluknya aku erat-erat seperti takut kehilangan.

    “Ibu kenapa?” tanyaku.

    “Ah.. nggak! Ibu cuma mau membelai kamu” jawabnya sambil tersenyum genit.

    “Udah ya.. Bu, belai-belainya..!” kataku.

    “Kenapa, kamu nggak suka dibelai sama Ibu” rajuk Ibu mertuaku.

    “Bukan nggak suka, Bu. Cumakan…” alasanku lagi.

    “Cuma apa… ayo.. cuma apa..!?” potong Ibu mertuaku. Aku diam saja, dalam hati biar sajalah tidak ada ruginya kok dibelai sama dia. Siapa juga lelaki yang tidak mau diraba dan diusap-usap sama wanita seksi seperti dia?

    Sambil membelaiku, kulihat pancaran birahi tersiar dari matanya. Aku merasa maklum, dengan kaos olahraga tipis yang melekat di tubuhku, tampilan otot-otot kekar di baliknya pasti terlihat dengan jelas. Hal itu ditopang dengan keringatku yang membekas di kaos itu. Pasti terlihat sangat menggairahkan bagi wanita mana saja yang melihatnya. Kuperhatikan Ibu mertuaku masih terus membelaiku. Belaiannya lalu berpindah, dari rambut terus turun ke leher sambil diciumnya perlahan. Aku merinding menahan geli, sementara tangan halusnya bergerilya menyusuri tubuhku. Kaos olahragaku diangkat dan dibukanya, bukit dadaku diusap dengan sesekali digigiti. Pentil dadaku dipegang, diusap dan dicium. Kudengar nafas Ibu mertuaku semakin tidak beraturan. Dituntunnya aku ke atas ranjang, mulailah pikiranku melanglang buana. Dalam hati aku berpikir “Jangan-jangan Ibu mertuaku lagi kesepian dan minta disayang-sayang ama laki-laki”.

    Aku bersikap pasif, tidak membalas tindakan mesra Ibu mertuaku itu. Aku berbaring di atas ranjang dengan posisi terlentang. Ibu mertuaku masih terus mengusap-usap dadaku yang lalu turun ke bagian perutku. Dicium, dijilati, dan terus dielusnya dada dan perutku. Aku menggelinjang geli dan berkata pelan berkata “Bu, sudah ya…”

    Dia diam saja, sementara tangan kanannya mulai masuk ke dalam celanaku. Aku mengeluh pelan. Kurasakan tangan kanannya meraba-raba dan sedikit meremas-remas Kontol ku dari luar celana dalamku. Merasakan hal itu, Kontol ku pun mulai mengeras dan membesar. Sambil terus meremas dan meraba Kontol ku yang sudah tegang, tangan kirinya berusaha untuk menurunkan celana pendekku. Aku pun beringsut membantunya untuk menurunkan celana pendekku. Tidak lama celanaku sudah lepas berikut celana dalamku.

    Kontol ku pun sudah berdiri kencang, terus memanjang dan membesar seiring dengan rabaan dan remasan tangan Ibu mertuaku di batangnya.

    “Besar sekali burungmu, Do, panjang pula…!” puji Ibu mertuaku sambil menoleh kepadaku dan tersenyum mesum. Mulut Ibu mertuaku pun mulai beraksi di Kontol ku. Kepala Kontol ku diciumnya, sambil tangan kirinya memijit bijiku. Aku mengeluh, mengerang, dan mendesis nikmat, merasakan gerakan erotis yang dibuat Ibu mertuaku.

    “Ah, ah.. hhmmh… teruss..” itu saja yang keluar dari mulutku. Ibu mertuaku terus melanjutkan permainan birahinya dengan mengulum Kontol ku. Aku benar-benar terbuai dengan kelembutan yang diberikan Ibu mertuaku kepadaku. Kupegang kepala Ibu mertuaku yang bergerak naik turun. Bibirnya benar-benar lembut, gerakan kulumannya begitu pelan dan teratur. Aku merasa seperti disayang, dicintai dengan gerakan mesra Ibu mertuaku.

    Setelah dikulum sekitar 15 menit lebih, aku mulai tidak tahan. “Ah, Bu.. aku nggak tahan lagi Bu..” erang nikmatku.

    “Hhmm.. mmh, heh..” suara Ibu mertuaku menjawabku. Gerakan kepala Ibu mertuaku masih pelan dan teratur. Aku semakin menggelinjang dibuatnya. Tubuhku menekuk, meliuk dan bergetar-getar menahan gejolak yang tak tahan kurasakan. Tak lama tubuhku mengejang keras. Kurasakan nikmat yang luar biasa, seiring dengan menyemburnya spermaku ke mulut Ibu mertuaku.

    “Aggghhh…oohhh…akkuuu keeluuaarrr…Buu…”
    “Crroootttt… cccrrrroootttt… ccrrrooottttt…”

    Kulihat Ibu mertuaku masih bergerak pelan, bibirnya masih menelan kepala kontol ku dengan kedua tangannya yang berlepotan sperma, memegang batang Kontol ku. Dia melihatku dengan tatapan sayunya dan kemudian kembali menciumi Kontol ku, geli yang kurasakan sampai ke ubun-ubun kepala.

    “Banyak banget kamu keluarnya, Do..!” tandas Ibu mertuaku sambil menatap mataku.

    Aku terdiam lemas sambil melihat Ibu mertuaku datang menghampiriku dan memelukku dengan mesra. Aku balas pelukannya dan kucium dahinya. Kubantu dia membersihkan mulutnya yang masih penuh spremaku dengan menggunakan kaos olahragaku tadi. Aku duduk di ranjang, telanjang bulat dan berkeringat, menghirup minuman yang entah kapan sudah tersedia di meja riasnya. Sedang Ibu mertuaku, tiduran dekat dengan Kontol ku.

    “Kenapa jadi begini, Bu..?” tanyaku sambil tersenyum.

    “Ibu cuma pengen aja kok..” balas Ibu mertuaku genit. Diusap-usapnya dengan mesra batang Kontol ku, sambil tersenyum khas wanita nakal.

    Aku belai rambutnya dan kuelus-elus pahanya sambil berkata “Ibu mau juga?” godaku sambil tersenyum. Dia menggangguk pelan, kusudahi minumku dan lalu kucium bibir Ibu mertuaku.
    Dia balas ciumanku dengan mesra, aku melihat tipe Ibu mertuaku bukanlah tipe wanita yang haus akan seks, melainkan dia haus akan kasih sayang. Berhubungan intim pun sepertinya senang yang pelan-pelan bukannya seperti seekor serigala di musim kawin. Aku ikut pola permainan Ibu mertuaku, pelan-pelan kucium dia mulai dari bibirnya terus ke bagian leher dan belakang kupingnya, dari situ aku ciumi terus ke arah dadanya. Kubantu dia membukakan pakaiannya, kulepas semua pakaiannya. Kali ini aku benar-benar melihat semuanya. Kulitnya masih mulus, tak seperti kulit wanita seumurannya. Payudaranya masih kencang dan kenyal, perutnya rata dan singset, pinggang dan pinggulnya tampak montok, paha, betis dan kakinya kencang karena sering aerobik dan jogging dengan teman-teman arisannya.

    Kuraba dan kuusap semua tubuhnya dari pangkal paha sampai ke toket nya. Aku kembali ciumi dia dengan pelan dan beraturan. Kunikmati dengan pelan seluruh bentuk tubuhnya dengan mencium, menjilat, dan membelai setiap senti bagian tubuhnya. Payudaranya kupegang, kuremas pelan dan lembut, kucium dan kugigiti putingnya. Kudengar desahan nikmat dan nafasnya yang tidak beraturan. Puas beraksi di dada aku terus menyusuri bagian perutnya, kujilati perutnya yang indah itu, serta memainkan ujung lidahku di atasnya dengan putaran lembut yang membuat dia sedikit berkejang-kejang. Tangannya terus meremas dan menjambak rambutku, sementara lidahku melata pelan ke arah memeknya.

    Sampai akhirnya bibirku mencium daerah berbulu miliknya, tercium aroma memeknya yang harum lalu kujilati bibir memeknya. “Oucchh.. terus sayang, kamu lembut sekali.. tee.. teruss..” kudengar suara erotisnya pelan.
    Kumainkan ujung lidahku menyusuri dinding memeknya, kadang masuk kadang menjilat membuat dia seperti berada di awang-awang. Kujilati klitorisnya dan semua yang ada di daerah kemaluannya. Kusedoti cairan yang membanjir dari memeknya. Kulakukan ini terus menerus, dan kudengar desahan erotiknya yang semakin keras. Beberapa menit kemudian, ketika dia mulai di ambang orgasmenya tiba-tiba dengan tak sabar ditariknya kepalaku dan dia kembali melumat bibirku dengan panas. Dia membalikkan tubuhku dan mulai bergerak merayap ke atas tubuhku. Dipegangnya kembali Kontol ku yang sudah kembali siap menyerang. Lalu diarahkannya Kontol ku yang sudah siap tempur itu ke lobang memeknya…

    Setelah beberapa kali dicoba, ”Blesshhh…” masuk sudah seluruh batang Kontol kuku tertelan memek ibu mertuaku. Diangkat dan digoyang pantatnya. Dia memutar-mutar pinggulnya, berusaha untuk mendapatkan kenikmatan dari batangku seperti yang dia mau.

    “Ah.. uh, nikmat banget ya..!” kata Ibu mertuaku. Dengan gerakan seperti itu tak lepas kuremas payudaranya dengan mesra.

    “Aahhh…uuhh…bessarr…banggett…punnyaa…muuhh…Do ohh!” gerakan naik turunnya makin cepat.

    “Ohh…nikmaattt…ahhh…uhhh…dahsyaaatt…” desah Ibu mertuaku terus naik turun menikmati pompaan Kontol ku. Dicakarnya dengan gemas otot-otot kekar di dada dan di perutku….
    “Ohhh…aahhh…miiliikk…Ibu…juggaa…ennakk” erangku penuh nikmat sambil tak lepas kuremas-remas payudaranya.
    “Sempiitt…ohhhh…terusshh…jepiitt buruuunggkuu…ohhh…Buuhhh…” erangku berlanjut merasakan hisapan memeknya pada Kontol ku. Memek Ibu mertuaku memang masih nikmat kurasakan. Walau sudah berumur, rasanya tidak kalah dengan memek para perempuan lain yang pernah kutiduri sebelumnya. Tampaknya Ibu mertuaku sangat pintar menjaga kemaluannya itu.

    Setelah cukup lama naik-turun keluar-masuk, Ibu mertuaku mulai menunjukkan tanda-tanda.

    “Aduh, Ibu nggak tahan lagi sayang…” kata Ibu mertuaku. Aku mencoba membantunya mendapatkan kepuasan yang mungkin belum pernah dia alami sebelumnya. Gerakannya semakin cepat dari sebelumnya, dan tak lama dia berhenti sambil menarik tanganku agar aku bangkit. Diarahkannya wajahku ke arah payudaranya sambil berujar;
    “Ayyooo Ddoohhh… hisap dan susui toketku…” Kupenuhi permintaannya dengan senang hati. Kuhisap, kujilat dan kugigit gemas payudaranya yang bagus itu. Ibu mertuaku mengerang-erang merasakan nikmatnya perbuatanku itu….

    “Aaaahhh… aahhh… aaahhh… pintaarrsss kamuuhhh Sayanngghhh…”

    Kurangkul tubuhnya lembut dan terus

    menggoyangkan batang Kontol ku yang masih di dalam dengan keras dan bertenaga. Hingga akhirnya…

    “Ahh.. ah.. ahhss..” desah nikmat Ibu mertuaku. Keluarlah cairan kewanitaannya membasahi Kontol ku yang masih terbenam di liang memeknya.

    “Ahhss…ohhhh…nikmaattnya burungmu…Ddoohh!” desahnya lagi sambil tubuhnya yang mengkilat karena keringatnya itu berkejat-kejat, menerima gelombang kenikmatan yang datang menderanya. Kami sama ambruk ke ranjang. Kupeluk dia sambil kuciumi bibirnya dan kuelus-elus punggung mulusnya. Dia terdiam dalam dekapanku. Kubiarkan dia menikmati sisa-sisa orgasmenya.
    Setelah kurasa dia sudah cukup beristirahat, kugoda dia lagi

    “Enak ya.. Bu… Mau lagi..?” Dia menoleh dan tersenyum sambil telunjuknya mencoel ujung hidungku.

    “Kenapa? Kamu juga mau lagi?” canda Ibu mertuaku.

    Tanpa banyak cerita kumulai lagi gerakan-gerakan panas, kuangkat Ibu mertuaku dan aku menidurkannya sambil mencium bibirnya kembali. Untuk sesaat kami saling berciuman dengan panas, saling tukar lidah dan ludah. Tangan-tanganku dan Ibu mertuaku bergerak nakal, tetapi tetap dengan gerakan yang lembut menggerayangi tubuh pasangannya. Kami juga tak lepas berciuman dalam posisi ini. Kemudian kembali kumasukkan Kontol ku ke memeknya. Hanya sebentar aku bermain dalam posisi itu, lalu kutuntun dia untuk bermain di posisi yang lain.
    Kuajak dia berdiri di samping ranjangnya. Awalnya dia bingung dengan posisi baru ini. Tetapi untuk menutupi kebingungannya kuciumi tengkuk lehernya dan kujilati kupingnya. Kuputar tubuhnya untuk membelakangiku, kurangkul dia dari belakang. Tangan kanannya memegang batang Kontol ku sambil mengocoknya pelan, sementara kedua tanganku memainkan payudaranya. Kemudian kuangkat kaki kanannya dan kupegangi kakinya. Sepertinya dia mulai mengerti bagaimana aku akan bermain. Tangan kanannya menuntun Kontol ku ke arah memeknya, pelan dan pasti kumasukkan batang Kontol ku dan masuk dengan lembut… ”Bleeeppp…” Ibu mertuaku melenguh dan mendesah nikmat, kutarik dan kudorong pelan Kontol ku, sambil mengikuti gerakan pantat yang diputar-putar Ibu mertuaku.
    Luar biasa nikmat kurasakan pengaruhnya pada Kontol ku. Kutambah kecepatan gerakanku pelan-pelan, masuk-keluar, masuk-keluar, semakin lama semakin cepat. Kupegang erat-erat kaki kanannya agar tidak jatuh, kudekap Ibu mertuaku dengan tangan kiriku, sambil kumainkan payudara kirinya. Sesekali kuciumi tengkuk lehernya.

    “Ah.. ah.. Dod.. Dodo, kammuu..!” desahan erotis Ibu mertuaku mulai keras terdengar.

    Cukup lama kupompa memeknya, kurasakan tubuh Ibu mertuaku bergetar.

    “Ibu mau keluar lagi.. Do…” jeritnya. Mendengar kata-katanya, semakin kutambah kecepatan sodokan batangku dan…

    “Acchh…aaahhh…ooochhh” keluarlah cairan ejakulasi dari memek Ibu mertuaku, turun membasahi tangan dan pahaku. Ibu mertuaku berteriak-teriak erotis dalam pelukanku. Tubuhnya berkejat-kejat liar, bergetar lemas dan langsung jatuh ke kasur.
    Sesampainya di kasur kubalik tubuhnya dan kucium balik bibirnya. Kembali kumasukkan Kontol ku ke memeknya. Dia balas memelukku dan menjepit pinggang rampingku dengan kedua kakinya. Kuayun pantatku naik turun tambah cepat membuat Ibu mertuaku semakin meringkih kegelian.

    “Ayo Do, kamu lama banget sih.. Ibu geli banget nih..” kata Ibu mertuaku.

    “Dikit lagi, Bu..!” sahutku. Ibu mertuaku membantuku keluar dengan menambah gerakan erotisnya. Pantatnya berputar-putar mengimbangi pompaanku. Bermenit-menit kukocok kemaluannya, aku mulai merasakan tanda-tanda. Kurasakan kenikmatan itu datang tak lama lagi. Tubuhku bergetar dan menegang, sementara Ibu mertuaku memutar-mutar pantatnya dengan cepat. Akhirnya…

    “Crrootttt… cccrrrrooottttt… ccrrroootttttt….”

    Kuhamburkan seluruh spermaku dalam-dalam ke memeknya. Ada sekitar 7 kali semburan pejuhku ke dalam memeknya.

    “Ahhcckk.. ahhk.. aduhh.. nikmatnya” kataku. Ibu mertuaku meresponnya dengan memelukku dengan erat.

    “Waduh banyak juga kayaknya kamu keluarkan pejuhmu untuk Ibu…” kata Ibu mertuaku sambil tersenyum.

    Kucabut Kontol ku yang sudah kembali ciut ukurannya dari jepitan memeknya, lalu berbaring di sampingnya. Aku terkulai lemas di sisi ibu mertuaku. Kemudian Ibu mertuaku mendekatiku dan merebahkan kepalanya di dadaku. Tangan halusnya membelai-belai perut sixpackku lalu bergerak turun untuk meremasi batang Kontol ku. Dia mainkan sisa cairan di ujung batangku. Aku sedikit kegelian begitu tangan Ibu mertuaku mengusap-usap kepala Kontol ku yang sudah kembali menciut.Sesaat kami saling bercanda sambil berciuman mesra. Setelah puas, kucium bibir Ibu mertuaku lembut, kemudian pamit keluar kamar untuk mandi. Tak lama ibu mertuaku ikut menyusulku mandi.

    Begitu istriku pulang, kami bersikap seolah-olah tak ada yang terjadi. Kami bertiga asyik mengobrol dan bercanda-canda. Namun saat kami berpandangan, dapat kulihat sorot matanya menatapku yang seakan-akan ingin mengulanginya kembali bersamaku.
    Semenjak hari itu aku sering mengingat kejadian itu. Bayangan Ibu mertuaku yang mendesah-desah nikmat merasakan pompaan Kontol ku ini sering menghiasi mimpi-mimpiku. Saat aku sedang menyetubuhi istrikupun, tetap saja ingatanku melayang ke situ. Kadang kalau aku tak sengaja menatap cermin meja rias istriku, terbayang peristiwa nikmat di hari yang indah itu. Bayangan aku dan Ibu mertuaku yang sedang asyik bergelut menimba gairah birahi.

    Kami saling mencabik, bergelut liar, dan mengerang-erang penuh kenikmatan. Kalau sudah begitu, Kontol ku akan bangun-tegak membesar memanjang-menuntut untuk dipuaskan kesenangan biologisnya. Akhirnya terpaksalah aku beronani untuk meredam kehausan seksual burung kesayanganku ini.
    Sudah empat hari ini Ibu mertuaku pergi dengan teman-temannya dalam acara koperasi Ibu-Ibu di daerah itu. Otomatis aku hanya bisa bertemu dengannya malam saja. Hingga sampai suatu hari. Saat itu Kamis jam 05.00 sore aku sudah ada di rumah, kulihat rumah sepi seperti biasanya.

    Sesampainya di rumah aku bergegas untuk mandi, karena aku sudah mampir dulu di sebuah gym tadi. Sebelum masuk ke kamar tidurku kulihat di kamar mandi ada orang yang mandi. Aku bertanya “Siapa di dalam?”

    “Ibu! Kamu sudah pulang Do..” balas Ibu mertuaku.

    “O, iya. Kapan sampainya Bu?” tanyaku lagi sambil masuk kamar.
    “Baru setengah jam sampai!” jawab Ibu mertuaku.
    Kuganti pakaianku dengan pakaian rumah, celana pendek dan kaos oblong. Aku berjalan ke dapur hendak mengambil handukku untuk mandi. Begitu handuk sudah kuambil aku bermaksud kembali lagi ke kamar, mau ambil pakaian kotor sekaligus ingin mengecek HPku sebelum mandi. Saat lewat kamar mandi, kulihat Ibu mertuaku keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang dililitkan ke tubuhnya. Aku menunduk mencoba untuk tidak melihatnya, tetapi dia tampak sengaja menubrukku.

    “Kamu mau mandi ya?” tanya Ibu mertuaku kepadaku.

    “Iya, emang kenapa Bu”? tanyaku. Mataku langsung saja tertumbuk pada payudaranya yang putih dan montok itu. Ingin rasanya kujilati dan kususui sepuasnya sampai dia keluar… aku menelan ludahku membayangkan itu.
    Dia langsung peluk aku dan cium pipi kananku, sambil berbisik dia berkata genit “Mau Ibu mandiin nggak?!”

    “Eh, Ibu. Emang bayi pake dimandiin segala” candaku.

    “Ayo sini.. biar bersih mandinya..” jawab Ibu mertuaku sambil mengerling nakal dan menarikku masuk ke kamar mandi.

    Sampai di kamar mandi aku taruh handukku sedangkan Ibu mertuaku membantu melepaskan kausku. Sekarang aku telanjang bulat, dan langsung mengguyur tubuhku dengan air. Ibu mertuaku melepaskan handuknya dan kitapun telanjang bulat bersama. Matanya bersinar-sinar memandangi tubuh telanjangku, seakan-akan dia ingin menelan habis diriku.

    Melihat tubuhnya yang telanjang, aku spontan menelan ludahku. Kontol ku mulai naik pelan-pelan melihat suasana merangsang seperti itu. “Eh, belum diapa-apain sudah berdiri?” kata Ibu mertua menggodaku dengan mencubit pelan batang Kontol ku. Aku mengisut malu-malu diperlakukan seperti itu. Kuambil sabun dan kugosok tubuhku dengan sabun mandi.
    Kita bercerita-cerita tentang hal-hal yang kita lakukan beberapa hari ini. Si Ibu bercerita tentang teman-temannya, sedangkan aku bercerita tentang pekerjaan, aktivitas olahraga, dan lingkungan kantorku. Ibu mertuaku terus menyabuni aku dengan lembut, sepertinya dia ingin membuat pengalaman mandiku kali ini istimewa.

    Sambil terus bercerita, Ibu mertuaku tetap menyabuniku sampai ke pelosok-pelosok tubuhku. Kadang sambil menyabuni, tangannya nakal bergerilya di tubuhku. Dicakarinya bukit dadaku. Kontol ku yang sudah tegang, dipegangnya dan disabuninya dengan lembut.
    Selesai disabun aku guyur kembali tubuhku dan sesudah itu mengeringkannya dengan handuk. Begitu mau pakai celana, Ibu mertuaku melarang dengan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum nakal. Kami lilitkan handuk di tubuh masing-masing. Setelah itu ditariknya diriku ke kamarnya.

    Sesampainya di sana, didorongnya dadaku ke atas kasurnya. Dia sendiri langsung mengunci pintu kamarnya. Aku tersenyum melihatnya seperti itu. Dia dekati aku, lalu dia lepaskan handuk di tubuhku dan tubuhnya. Kontol ku memang sudah hampir total berdiri. Dia langsung bergerak ke arah Kontol ku dan mulai mengulum Kontol ku. Pelan tapi pasti kurasakan batang Kontol ku yang sudah berdiri, tambah mengeras, memanjang, dan membesar seiring kulumannya di Kontol ku. Gairahku pun turut memuncak. Kupegangi kepalanya yang naik turun sambil mendesah-desah nikmat. Mataku merem melek merasakan kulumannya itu.
    Cuma sebentar dia ciumi Kontol ku, sekitar 10 menitan, langsung dia menaikiku kembali. Dia arahkan Kontol ku ke memeknya. ”Sleeppp…slleepp…sslleepp…” tiga kali tusukan, masuk sudah seluruh Kontol ku terbenam dalam memeknya. Dalam hati aku berpikir kalau Ibu mertuaku memang sudah rindu sekali ingin melakukannya lagi denganku. Dia angkat dan dia turunkan pantatnya dengan gerakan yang stabil. Aku pegang dan remas-remas payudaranya membuat dia seperti terbang ke awang-awang kenikmatan.
    Tak lama kuubah posisi bercintaku. Aku bangkit, kudekap dia sambil terus memompa Kontol ku dalam-dalam ke memeknya, bibir dan tanganku bermain-main di payudaranya. Desahan nikmatnya tambah keras dan goyangan pantatnya tambah liar merasakan rambahan mulut dan tanganku di payudaranya. Dan efeknya, putaran pantatnya membuatku seperti gila, matanya merem melek keenakan, dan aku jadi tambah bersemangat untuk menyodok memeknya.
    Menit-menit berlalu, gerakannya semakin cepat dan dia bersuara pelan “Oh… oh… ahcch…” tibalah dia ke puncak kenikmatannya. Dan tak lama kemudian tubuhnya menegang kencang dan dia jatuhkan diri ke pelukanku yang sudah kembali berbaring. Kupeluk dia erat-erat sambil mengatakan

    “Waduh.. enak banget ya?”

    “He-eh, enak” balasnya.

    “Emang ngeliat siapa di sana sampai begini?” godaku.

    “Ah, nggak ngeliat siapa-siapa, cuma kangen aja…” bisik mesranya ke telingaku. Kali ini aku kembali bergerak, kuciumi dia terlebih dahulu sambil kuremasi payudaranya. Kubuat dia mendesah geli dengan rabaan tanganku di punggung dan pinggulnya, dan kubangkitkan gairahnya kembali.

    Kutidurkan dia, lalu kunikmati kembali sekujur tubuhnya senti demi senti, mulai dari payudara hingga ke pangkal pahanya. Sampai di daerah memeknya, kujilati dinding memeknya sambil memainkan lobang memeknya dengan tanganku. Kujilati klitorisnya, kusedoti cairan memeknya yang mulai membanjir, dan kutusukkan memeknya dengan jari-jariku.

    Ibu mertuaku mendesis-desis seperti kepedasan dan mengeluh nikmat karena gerakanku itu. Terkadang dia membuka dan merapatkan pahanya yang indah untuk mendekap wajahku, seakan-akan dia ingin agar kepalaku masuk ke lobang memeknya. Sekitar 10 menit kumainkan kemaluannya, Ibu mertuaku mulai tidak sabar.

    “Ayo ah.. kamu ngebuat Ibu gila nanti…” kata Ibu mertuaku.

    Aku beranjak bangun dan menindihnya sambil mengarahkan Kontol ku masuk ke dalam memeknya. Kugesek-gesekkan dahulu kepala Kontol ku di kelentitnya, lalu pelan mulai kumasukkan Kontol ku ke lobang memeknya.

    Sleppp…sleppp… Pelan-pelan aku goyangkan Kontol ku, kadang kutekan pelan dengan irama-irama lembut. Tak lama masuk sudah Kontol ku ke dalam dan Ibu mertuaku mendesis seperti ular cobra. Kugoyang pantatku, kunaikkan dan kutekan kembali Kontol ku masuk ke dalam memeknya.

    Aku terus bergerak monoton dengan ciuman-ciuman mesra ke arah bibir Ibu mertuaku. Sambil kuciumi mulutnya, kumainkan kembali payudaranya. Kuraba dan kuremas payudaranya dengan lembut. Sesekali kumainkan juga kelentitnya. Ibu mertuaku hanya mengeluarkan desahan-desahan nikmat dengan matanya yang merem melek.

    Kulihat dia begitu nikmat merasakan pompaan Kontol ku di dalam memeknya. Dia jepit pinggangku erat dengan kedua kakinya untuk membantuku menekan batang Kontol ku, yang sejak tadi masih aktif mengocok lobang memeknya. Kedua tangannya memainkan rambut dan puting dadaku, sementara aku asyik menjilati lehernya. Cukup lama kami bermain, gerakan Ibu mertuaku bertambah liar.

    “Aku nggak kuat, Do..” desah ibu mertuaku. Tak lama kemudiannya, tubuhnya mulai kejang-kejang. Rupanya dia sudah mendekati puncaknya.

    “Ahhh…ohhh…Dohh…aku keluarrrr…” erang nikmat Ibu mertuaku.

    Pelukannya mengetat, dijambaknya rambutku yang membasah karena keringatku dengan tangan kanannya, dan dicakarnya punggungku dengan tangan kirinya. Dibenamkan wajahnya di dada bidangku. Digigitinya putingku, dan dihisapnya lembut. Lalu kurasakan batangku tersiram cairan memeknya yang meleleh karena orgasmenya yang kedua. Aku hentikan pompaanku di memeknya, kuberikan kesempatan dia untuk istirahat sejenak setelah keluar tadi.

    Setelahnya kuminta dia berganti posisi. Kali ini aku memintanya untuk menungging. Aku ingin menggaulinya dengan gaya doggie style. Ibu mertuaku tersenyum mendengar permintaanku.

    “Ohh…Puasin Ibu Doh…!”

    “Iya buh!” jawabku parau. Begitu dia menungging, kusaksikan pemandangan yang luar biasa dari posisi ini. Pantat Ibu mertuaku yang begitu bulat dan montok, begitu terawat berkat ketekunannya berolahraga dan minum vitamin, lobang kemaluannya yang begitu menggoda, dengan rambut kemaluannya yang terpotong rapi. Glekk… kutelan ludahku melihat pemandangan indah itu.

    Kujilati sebentar daerah kemaluan dan lobang anusnya itu. Kujilat dan kusedot-sedot memeknya dari belakang. Kumainkan juga lobang anusnya dengan lidah dan jari-jari tanganku secara bergantian. Ibu mertuaku mendesah-desah nikmat merasakan kenakalan tangan dan mulutku itu.

    “Ayyyoohhh…Ddohhh…Cepetannn masukiiinnn burungmuhh ituhhh…” Ibu mertuaku memohon dengan nada memelas. Sebenarnya aku masih ingin bermain di daerah miliknya, tapi khawatir istriku akan pulang sebelum perbuatan mesum kami ini selesai. Kuposisikan Kontol ku ke arah memeknya. Kumasukkan perlahan demi perlahan Kontol ku ke dalam miliknya. Sleeppp…sleep…bleeppp…masuk sudah seluruh Kontol ku tertelan memeknya, dan mulai kupompa dia.

    Tak lama kurasakan memeknya mulai membasah, seiring dengan semakin cepatnya pompaan Kontol ku di memeknya. Desah dan rintih penuh kenikmatan mulai terdengar kembali dari mulut kami berdua, seiring dengan meningkatnya intensitas persetubuhan itu. Keringat deras mulai bercucuran di sekujur tubuhku, dan beberapa di antaranya berjatuhan di tubuh Ibu mertuaku, yang juga sudah licin oleh keringatnya sendiri.

    “Dohh…ohhh…ahhh….ennaakkk…terusss…” desah nikmat Ibu mertuaku merasakan pompaan Kontol ku yang semakin cepat dan liar di memeknya. Kuremas-remas payudaranya dari belakang. Kumainkan juga lobang anusnya dengan jari tengahku.

    “Ohhh…aahhh…asshh…beginihh…Buhhh…?” tanyaku sambil terus memompa, sesekali menghujam-hujamkan Kontol ku hingga melesak jauh ke dalam memeknya.

    “Oohh…ahhh…Iyaahhhh…kaya…gituuhhh…” balas Ibu mertuaku, penuh kenikmatan. Aku semakin menambah kecepatan gerakanku apalagi setelah Ibu mertuaku memintaku untuk keluar berbarengan, aku menggeliat menambah erotis gerakanku. Hampir sejam sudah kami bergelut, bermandi keringat, lalu…

    “Acchh.. sshh.. ahhh.. ohhh” desah Ibu mertuaku sambil menjepit erat-erat Kontol ku dalam memeknya. Keluar sudah cairannya membanjiri Kontol ku. Semenit kemudian ketika aku hampir keluar, kutekan dalam-dalam Kontol ku ke dalam memeknya. Dengan jeritan yang keras, kuhamburkan spermaku keluar dan masuk ke dalam memek Ibu mertuaku.

    “Crrroooottttt… ccrrrrooottttt…. Cccrrrrrooottttt….”

    “Ahhcckk.. ahhk.. aduhh.. oohh…nikmatnya” desahku. Aku benar-benar puas dibuat Ibu mertuaku, sepertinya spermaku benar-benar banyak keluar, membasahi lobang dan dinding memek Ibu mertuaku. Untuk sesaat kami masih mempertahankan posisi seperti ini, sambil merasakan sisa-sisa nikmatnya orgasme. Aku terus memegang erat pinggulnya erat-erat sambil sesekali menekan Kontol ku dalam-dalam, memastikan tak ada spermaku yang tersisa di kepala Kontol ku. Lalu kutarik Kontol ku dari dalam memeknya.

    Kuperhatikan spermaku dan cairan birahinya, meluap keluar dari lobang memeknya saat kutarik Kontol ku dari sana.

    “Mungkin nggak ketampung makanya tumpah” komenku dalam hati.

    Ibu mertuaku langsung berbalik posisi dan berbaring disusul aku kemudian. Dia langsung merebahkan kepalanya di dadaku sambil memeluk diriku mesra. Tangannya membelai-belai dadaku dan puting-putingnya. Sesaat kami masih saling bercanda, sambil berciuman mesra, dan meremas anggota seksual pasangannya. Sesudahnya aku beranjak bangkit, pamit ke kamar mandi lalu mandi lagi.Kubersihkan sekujur tubuhku dari sisa-sisa keringat dan sperma di Kontol ku. Ibu mertuaku pun menyusul mandi tak lama kemudian.

    Setelah peristiwa nikmat yang kedua di hari itu, hubunganku dengan Ibu mertuaku menjadi tambah mesra saja. ‘Kuhajar’ dia di mana saja, di kamar mandi, kamarnya, kamarku, dapur, dan di ruang tamu kalau suasananya mendukung. Kadang kalau lagi nafsu-nafsunya dia sering mengajakku bercinta secara kilat di mana saja dia mau. Sebenarnya aku berusaha menghindar untuk berkencan lagi dengannya, tetapi kita hanyalah manusia biasa yang terlalu mudah tergoda dengan hal itu.
    Aku selalu terangsang dengan kemolekan tubuh, kemampuan oral, dan jepitan memeknya. Sebaliknya dia tergila-gila dengan tubuh atletis, ukuran burung, dan keperkasaanku di atas ranjang. Hubungan mesum kami terus berlanjut selama enam bulan ke depan, hingga akhirnya dia memutuskan pindah dari rumahku. Ibu mertuaku pindah ke rumah anaknya yang sulung, aku tahu maksudnya. Tetapi istriku tidak menerimanya dan berperasangka negatif bahwa dia tidak mampu menjaga ibunya yang satu itu.

    Cerita Sex Mertua | Cerita Sex Selingkuh | Cerita Ngentot Mertua

  • Kumpulan Foto Cewek Japan dengan Kutang Hijau Kelapa Muda

    Kumpulan Foto Cewek Japan dengan Kutang Hijau Kelapa Muda


    1872 views

    Perawanku – cewek japan yang cantik mulus ini mengenakan kutang dan CD berwarna Hijau kelapa Muda yang sangat indah dipandang ya bossku, dengan tubuh yang ideal dan dua gunung yang sangat besar tentunya yang bisa membuat mata bosku tertuju kepada nenennya yang super imut .

  • Foto Seksi Model Cantik Jepang Dengan Tubuh Yang Sange Memukau

    Foto Seksi Model Cantik Jepang Dengan Tubuh Yang Sange Memukau


    1872 views

    PerawankuSegera persiapkan tisu atau lotionmu karena cewek cantik bugil ini akan membuat bosku tak tahan pengen coli. Tidak percaya langsung saja bos ku lihat sendiri pada Foto Seksi Model Cantik Jepang Dengan Tubuh Yang Sange Memukau yang satu ini  :

  • Kusetubuhi Memek Kawan Mamaku Dengan Penuh Gairah – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Kusetubuhi Memek Kawan Mamaku Dengan Penuh Gairah – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1871 views

    Perawanku – Yang kualami kurang lebih 2 tahun yang lalu. Saya adalah seorang siswa SMU swasta di sebuah kota X, nama saya adalah Endy dan saya saat ini berumur 18 tahun. Saya mempunyai suatu kebiasaan untuk melakukan onani, yah mungkin satu kali untuk satu hari.

    Saya mempunyai seorang teman, bisa dikatakan dia merupakan teman saya yang terbaik, karena hampir setiap hari kami selalu bersama. Saya memang sering main ke rumahnya dan tentu saja, saya sering berjumpa dengan mamanya. Dapat dikatakan mamanya saat ini kira-kira berusia 36 tahun, tetapi tubuhnya terlihat bagaikan seorang gadis yang berusia 20 tahunan. Yah montok dan padat sekali dan saya memanggil mamanya Tante Nita. Tentu saja saya sering melakukan onani dengan menghayalkan mama kawanku ini.

    Suatu hari, kami bersama teman-teman sekolah lainnya akan melaksanakan pesta barbeque dan tempat kami berkumpul merupakan rumah dari kawanku ini. Karena masih menunggu teman kami yang belum hadir, maka saya bermain di rumah kawanku ini dengan permainan dadu dengan yang lainnya. Mungkin karena kebetulan saya melempar dadunya terlalu kuat, maka dadu itu jatuh ke arah kamar mama temanku. Lalu dengan malas dan ogah-ogahan, saya bangkit untuk mengambil dadunya. Tetapi saat akan mengambil dadunya, saya melihat suatu pemandangan yang membuat saya sangat terangsang. Saya melihat Tante Nita hanya memakai celana dalamnya saja, langsung saja kemaluan saya terbangun dan saya segera berjalan keluar sambil berusaha menenangkan diri. Sambil bermain dadu kembali, saya menghayalkan bentuk tubuh Tante Nita yang membuatku sangat terangsang. Tetapi sesaat kemudian, Tante Nita keluar dari kamarnya. Dengan serempak, kami memanggilnya dengan panggilan Tante, tetapi saya tidak berani untuk menatapnya, yah mungkin karena saya malu dan agak sedikit takut mengingat kejadian tadi.

    Karena temanku sudah memanggil, maka kami menyudahi permainan dadu kami dan kami mulai bergerak ke luar rumah. Sesaat sampai di luar rumah, saya melihat Tante Nita sedang berdiri sambil memandang ke arahku, lalu dia menyuruhku untuk menemaninya ke rumahnya yang lain untuk sekedar mengambil barang bekas. Dengan gugup saya menjawab dengan jawaban “Ya”, lalu Tante Nita mengambil kunci rumahnya dan kami pun berangkat. Sambil mengikutinya dari belakang, saya memperhatikan goyangan pinggulnya dan tentu saja saat ini saya sudah sangat ingin melakukan masturbasi, tetapi karena balum memiliki kesempatan, maka saya diam saja sambil menghayalkan sedang bersetubuh dengan Tante Nita.

    Sesampainya di rumah tersebut, saya melihat rumah tersebut sudah lama tidak dihuni, mungkin saja karena Tante Nita baru saja pindah ke rumah baru. Kemudian kami pun masuk ke dalam. Dengan hati-hati saya memperhatikan sekeliling rumah tersebut. Memang agak berdebu tetapi masih terlihat kalau rumah tersebut rapi.
    Sesampainya di ruang tengah rumah tersebut, Tante Nita bertanya kepadaku, “Apa yang kamu lihat waktu kamu mengambil dadu yang terjatuh itu tadi..?”
    Dengan terkejut saya menjawab, “Saya tidak melihat apa-apa, Tante…”
    Lalu Tante Nita berkata, “Kamu jangan bohong, nanti saya laporkan bahwa kamu berbuat yang tidak senonoh pada Tante..”

    Dengan terbata-bata, saya menjawab bahwa saya melihat Tante sedang ganti baju, tetapi saya tidak melihatnya dengan jelas.
    Lalu Tante Nita bertanya lagi, “Apakah kamu ingin melihatnya sekali lagi..?”
    Seperti mendapat durian runtuh, maka saya menjawab, “Kalo Tante Nita mengijinkan, saya mau Tante.”
    Sesaat Tante Nita diam, lalu dia menyuruh saya untuk mendekat. Dengan hati-hati, maka saya mendekat padanya, lalu Tante Nita menarik tangan saya dan mencium bibir saya. Tentu saja saya balas dengan ciuman kembali, sedangkan kedua tangan saya diam saja karena sesungguhnya saya dalam keadaan yang sangat tegang.

    Berbeda dengan tangan Tante Nita, tangannya mulai memegang kejantanan saya dan satunya lagi mulai meremas pantat saya. Kemudian Tante Nita mulai membuka resluiting celana saya dan mulai mengocok kemaluan saya. Saya merasakan kenikmatan karena tangan Tante Nita sangat lembut dan sangat berpengalaman. Karena terbawa perasaan nikmatnya, mata saya mulai tertutup dan mulai menikmati permainan Tante Nita. Belum berlangsung lama permainan kami, Tante Nita menghentikan permainannya, tentu saja hal ini membuat saya keheranan.

    Lalu saya mulai berani menatapnya dan saya bertanya kepadanya, “Tante, bolehkah saya memegang payudara Tante..?”
    Sambil sedikit tersenyum, Tante Nita berkata, “Terserah kamu sayang…”
    Lalu tangan saya mulai meraba payudara Tante, tetapi saya merabanya dari luar saja karena masih tertutup oleh baju dah BH-nya.
    Karena merasa kurang puas, maka saya bertanya lagi, “Tante, bolekah saya membuka baju tante..?”
    Dengan sedikit kesal, Tante Nita menjawab, “Kamu boleh melakukan semua yang ingin kamu lakukan, tubuh saya sekarang ini adalah milikmu sepenuhnya.”
    Dengan terbata-bata saya menjawab, “Terima kasih Tante…”
    Lalu Tante Nita berkata lagi, “Panggil saya Nita saja, tidak usah lagi sebutkan Tantenya.”
    Lalu saya menjawab, “Ya, Tante.., eh, maksud saya Nita.”

    Permainan terus berlanjut, saya mulai membuka kancing baju Tante Nita. Terlihatlah dua bukit kembar yang indah sekali, mungkin ukurannya sekitar 36A. Lalu saya mulai meremas dan mencium payudara Tante Nita dan Tante Nita mulai merasakan kenikmatan dan mengeluarkan suara desahan.
    “Uuhhh… ahhh..,”

    Saya mulai membuka ikatan BH-nya dan menyemburlah payudaranya. Dengan liar bibir saya mulai menghisap payudara yang di sebelah kanan, sedangkan tangan saya meremas dengan keras payudaranya yang di sebelah kiri. Saya terus menghisap puting payudara Tante Nita kurang lebih 5 menit lamanya. Kemudian saya melepaskannya dan saya melihat putingnya sudah berwarna kemerah-merahan agak hitam.

    Kemudian Tante Nita mulai turun dan berjongkok di hadapan kemaluan saya. Dengan cepat dia menurunkan celana jeans saya sekaligus dengan celana dalam saya, lalu dia pun membuka mulutnya dan memasukkan kemaluan saya ke mulutnya. Hal ini membuat saya terkejut, kemudian Tante Nita mulai menghisap kemaluan saya dan memainkannya di dalam mulutnya yang membuat saya lupa diri. Tangan saya mulai menjambak rambut Tante Nita dan kaki saya mulai menjinjit karena saya merasakan kenikmatan yang hebat. Kurang lebih 10 menit kemudian, saya merasakan ada yang mendesak keluar seperti saat saya sedang melakukan masturbasi dan saya mulai mengerang, “Aduh, Nita… saya sampai nih, uh… uhhh… uuuhhh…” Dan Tante Nita mulai mempercepat permainannya dan akhirnya saya mengeluarkan cairan sperma saya di dalam mulutnya Tante Nita. Saya merasakan Tante Nita menghisap habis seluruh sperma saya dan menelannya. Dalam sisa-sisa kenikmatan, saya melihat Tante Nita bangkit dan mencium bibir saya, yang tentu saja saya balas dengan ciuman yang hangat dan liar.

    Hanya dalam hitungan beberapa detik, Tante Nita menekan kepala saya dan saya pun mengerti apa yang diinginkan Tante Nita. Saya mulai berjongkok dan Tante Nita berganti posisi dengan tubuhnya bersandar pada dinding rumah. Dengan perlahan saya menurunkan celanan Tante, lalu saya melihat CD warna biru langitnya Tante Nita dengan segunduk daging yang menonjol di antara kakinya, selain itu saya juga melihat CD-nya mulai basah oleh cairan kemaluannya. Tante Nita berkata kepada saya, “Endy, cepat donk.., Tante sudah nggak tahan nih…” Dengan tenang saya menjawab, “Iya Nita..,” dan saya mulai memeloroti CD-nya. Saya melihat rambut kemaluan Tante Nita yang sungguh subur tetapi terawat dengan rapih.

    Sejujurnya, saya sungguh tidak menyangka keindahan alat kelamin wanita ini berbeda dengan yang pernah saya lihat di film-film blue bahkan sangat berbeda. Dengan perlahan-lahan, saya mulai menyapu kemaluan Tante Nita dengan lidah saya. Sesudah rambut kemaluannya basah oleh air liur saya, saya mulai memasukkan lidah saya di antara kemaluannya dan saya menemukan sebuah bijian kecil. Dengan lidah saya, saya mulai menjilati biji tersebut, hal ini membuat Tante Nita mengerang keenakan.
    “Endy.., terus.., Tante merasa nikmat sekali, ah… ah… uhhh…” desahnya.
    Karena merasakan Tante Nita yang mulai terangsang, maka saya mempercepat jilatan saya pada bijian tersebut kurang lebih 6 menit Tante Nita menjerit sambil memegang dan menjambak rambut saya.
    “Uhhh… Tante sampai nihhh… ayo terus Ndyyy… ah… ehmmm… nikmat sekali.”

    Lalu saya melepaskan permainan lidah saya dan saya melanjutkan dengan tangan saya yang mulai mengosok dan mengocok kemaluan Tante Nita karena saya merasa jijik untuk menghisap air kemaluan wanita tetapi dengan cepat Tante menarik kepalaku dan mengarahkannya kembali ke kemaluannya. Karena ingin memuaskan Tante Nita, maka saya mulai memainkan lidah saya di kemaluan Tante Nita.
    Akhirnya Tante mengejang dan berteriak, “Ahh… ahhh… auuu… ehmmm… saya sampai, terus Ndyyy… uhh… ahhh… aahhh…”
    Saya merasakan ada cairan yang keluar dari kemaluan Tante, maka saya menghisap seluruh cairan tersebut sampai kering dan kemudian saya menelannya.

    Karena melihat Tante Nita sedang merasakan sisa-sisa kenikmatannya maka saya bangkit dan mencium bibirnya, sedangkan tangan saya meremas payudaranya.
    Lalu Tante Nita membuka matanya dan tersenyum nakal sambil berkata, “Endy, kamu kurang ajar sekali, bahkan dengan mama kawan baikmu pun kamu berani berbuat begitu.”
    Dengan terkejut saya berkata, “Tapi Tante, saya tidak bermaksud begitu, khan tante yang…” Belum selesai saya berkata Tante Nita memotongnya dan berkata, “Saya tahu kamu tidak bermaksud begitu tapi kamu sudah melakukannya jadi ya.., nggak apa-apa deh… tante suka dengan permainan kamu. Lain kali kamu harus melakukannya dengan Tante lagi, kalo tidak.. Tante akan laporkan kamu sama yang lainnya!”
    Lalu saya tersenyum dan berkata, “Tante nakal sekali, saya sampai terkejut, tapi Tante jangan khawatir, lain kali saya akan melayani Tante lagi, saya janji Nita.”
    “Kamu harus ingat janji kamu yach… sekarang kita harus berpakaian kembali, lalu kamu kembali ke teman kamu… khan kamu mau barbeque khan..?” kata Tante Nita kemudian yang sempat membuatku terkejut seperti sadar kembali kalau kami sudah meninggalkan acara pesta.

    Dengan cepat saya mulai membetulkan pakaian saya dan merapikan rambut saya sambil bertanya kepada Tante Nita, “Tante.., kita sudah pergi berapa lama sih..? Kalo ketahuan gimana, Tante..?”
    Dengan tenang Tante menjawab, “Kamu jangan khawatir, Tante akan mengaturnya supaya aman.”
    Lalu kami pun kembali ke rumah Tante Nita yang baru meskipun dalan hatiku masih ada sedikit keraguan. Sesampainya disana, Tante berkata bahwa kami membongkar seluruh rumah untuk mencari kunci lemarinya sehingga memerlukan waktu setengah jam. Sambil bernafas lega, saya menoleh ke arah Tante Nita dan melihatnya tertawa, sungguh mengoda sekali.

    Beginilah awal kisahku dengan Tante Nita yang merupakan mama dari kawan baikku. Di pesta barbeque bersama temanku, saya merasa sangat tidak tenang bahkan terasa ada yang ingin dikeluarkan. Akhirnya saya pun melakukan masturbasi di kamar mandi, tentu saja sambil menghayalkan Tante Nita. Dalam hati saya tentu saja sangat ingin untuk melakukannya dengan Tante nita, tetapi yah…

    Hari ini sudah lewat 2 minggu sejak kejadian di malam pesta barbeque itu. Saya sendiri sudah tidak sabar dan frekuensi onani saya malah semakin meningkat, bahkan bisa tiga kali dalam satu hari. Tetapi siang harinya, ketika baru pulang dari sekolah, sesampai di rumah dan duduk di kursi sambil melepas sepatu, saya menggerutu, “Aduh, hari ini kok panas sekali…”Tetapi tiba-tiba saya mendengar pembantu saya berteriak, “Mas Endy ada telpon tuh..!”
    Lalu sambil malas-malasan saya bangkit dan mengambil telepon sambil menjawab, “Halo..?”
    “Ini Endy yach..?” tanya orang lawan bicara saya.
    Saya jawab, “Iya, disana siapa yach..?”
    “Kamu udah lupa yach ama saya..?” dengan logat memancing.
    Karena merasa dipermainkan, saya mulai emosi dan menjawab, “Disana siapa sich kalo nggak mo bilang lagi saya tutup teleponnya nih..!”
    “Kok marah sich..? Nanti tante laporkan kamu lho dan nggak tante kasih kamu kenikmatan lagi.” kata lawan bicara saya lagi.

    Mendengar kata-katanya yang terakhir tadi, saya jadi teringat dengan kejadian beberapa hari yang lalu dan saya langsung menjawab lagi, “Oh, ini Tante Nita yach..? Sori Tante gua lagi nggak mood nih… Tante sich main-main aja…”
    Lalu Tante Nita berkata “Nggak mood yach..? Jadi sama Tante juga nggak mood donk..? Tadinya
    Tante mo ajak kamu ke rumah Tante nih, abisnya lagi sepi nih.., tapi nggak jadi deh..”
    Dengan cepat saya memotong, “Bentar dulu Tante, kalo Tante sich gua jadi mood lagi nih, emang teman saya (maksudnya anak Tante Nita yang menjadi teman baik saya) nggak ada di rumah yach..?”
    “Kamu tenang aja deh… pokoknya dari sekarang (saat itu jam 12:30) sampe nanti sore jam 5 kita aman deh.., jadi datang nggak..?” tanya Tante Nita.
    Tentu saja saya menjawab, “Jadi donk Tante.., bentar lagi saya ke sana Tante, Tante tunggu yach..!”

    Setelah itu, saya segera menutup teleponnya seperti tidak ingin menyia-nyiakan waktu. Kemudian saya segera berlari ke kamar dan ganti baju, terus segera keluar rumah menuju rumah Tante Nita, karena dari rumahku ke rumah Tante Nita memerlukan waktu sekitar 15 menit jalan kaki. Karena ingin cepat tiba disana, maka saya naik angkot (angkutan umum perkotaan) saja.

    Sesampainya di rumah Tante Nita, saya segera memutar ke belakang karena lewat pintu samping rumah Tante Nita lebih aman dan sepi. Kemudian dengan perlahan saya mengetuk pintu dan terdengar Tante Nita menjawab.
    “Iya, bentar…” lalu Tante Nita membuka pintu dan mempersilakan saya masuk.
    Di depan saya, Tante Nita berpakaian kaos oblong dan celana pendek putih. Berpenampilan seperti itu tentu saja sama dengan menampakkan BH dan CD-nya yang berwarna hitam secara sengaja kepada saya. Dalam pikiran saya mungkin Tante Nita sengaja membuat saya terangsang, tetapi saya berusaha tetap tenang, yah.. stay cool deh pokoknya.

    Setelah itu, Tante Nita menyuruh saya mengikutinya dan saya pun berjalan. Tetapi begitu melihat pinggulnya yang bergoyang, saya tidak tahan lagi, segera saya menarik Tante Nita dan menciumnya. Tante Nita pun segera membalas ciumanku dan tangan saya segera bergerak untuk membuka bajunya.
    Bersamaan dengan itu, Tante Nita berkata, “Jangan di sini donk sayang..!”
    “Dimana Tante..?” tanya saya.
    “Di kamar Tante aja…” kata Tante Nita.
    Lalu saya pun segera menarik tangan Tante Nita dan berkata, “Jadi, tunggu apa lagi Tante..?”

    Setelah sampai di kamar Tante Nita, saya segera merebahkannya. Di mata saya, Tante Nita tampak sangat anggun dan mengairahkan. Dengan tidak membuang waktu lagi, saya segera menciumnya dan ciuman saya di balas Tante Nita dengan hangat. Sementara itu tangan saya segera bergerak aktif untuk meremas buah dada Tante Nita. Tiba-tiba Tante Nita mendorongku dan dengan terkejut saya bangkit, tetapi kemudian Tante Nita segera menarikku dan naik di atas tubuhku sehingga posisi saya sekarang adalah Tante Nita di atas tubuh saya. Saya segera mambuka baju Tante Nita sehingga tampaklah buah dadanya yang masih dibungkus oleh BH hitamnya. Saat itu Tante Nita menunduk sehingga sekarang buah dadanya tampak di depan mataku dengan sangat jelas.

    Untuk menghemat waktu dan karena memang saya juga sudah sangat terangsang, maka saya segera melumat payudara Tante Nita dan melepas BH hitamnya.
    “Aduh enak sekali, ahhh… uh… sttt…” desahnya yang menandakan Tante Nita sudah terangsang.
    Karena sudah terangsang maka Tante Nita segera melepas baju dan celana saya, sehingga saya hanya tinggal memakai CD saja. Kemudian saya berguling ke samping sehingga posisi saya sekarang di atas Tante Nita, lalu saya segera merangkak turun dan melepas celananya sehingga tampaklah pemandangan di depan wajah saya sebuah surga kenikmatan yang masih terbungkus oleh kain hitam. Tanpa menunggu aba-aba darinya, saya langsung melepaskan CD-nya Tante Nita dan tampaklah kemaluan Tante Nita yang terawat dengan rapih. Sungguh sangat indah dan berbeda dengan yang pertama kali saya lihat dulu.

    Dengan perlahan saya menjilati permukaan vaginanya dan Tante Nita pun segera mengerang.
    “Aduh, nikmat sekali… sungguh… geli tapi… ahhh… uhhh… terus Endy…”
    Segera saya menaikkan permainan saya sehingga tidak lama kemudian Tante Nita pun menjerit.
    “Aduh saya sampai Ndyyy… segera keluar… ahhh…”
    Lalu saya segera menghisap bijian di kemaluan Tante Nita sehingga saat cairan kemaluan Tante Nita keluar, segera saya hisap habis dan menelannya.
    Dalam sisa kenikmatannya, Tante Nita berkata, “Endy… biarkan Tante Nita istirahat yach..? Nanti Tante Nita baru melanjutkannya kembali.”
    Saya segera menjawab, “Iya Tante…”

    Setelah beristirahat 15 menit, Tante Nita mulai bangkit dan segera melepas CD saya. Tampaklah kemaluan saya yang masih dalam posisi setengah tiang. Tante Nita segera memasukkannya ke dalam mulutnya dan menjilatinya. Di dalam mulut Tante Nita, kemaluanku segera mengeras hingga dalam posisi yang siap tempur. Tante Nita sungguh sangat berpengalaman dalam menjilati kejantanan pria yang dengan cara menghisap dan kadang-kadang mengigitnya dengan perlahan. Hal ini membuatku sangat terangsang. Karena sudah tidak tahan lagi, maka saya segera menarik tubuh Tante Nita ke atas dan dan membalikkannya.

    “Tante Nita, saya sudah tidak tahan lagi, sekarang saya masukkan yach Tante..?” tanya saya yang sudah merasa sangat terangsang.
    Tante Nita menjawab, “Terserah kamu Ndyy.., tapi hati-hati yach soalnya punya tante udah lama nih nggak digunakan..”
    Dengan pelan dan hati-hati saya mengarahkan kepala kemaluan saya ke dalam lubang kemaluan
    Tante. Kepala kemaluan saya mulai menyentuh bibir kemaluan Tante Nita, lalu saya menekannya sehingga kepala kemaluan saya sudah terbenam ke dalamnya.
    Tante Nita segera menjerit, “Aduh… sakit sekali… pelan-pelan Ndy…”Tetapi saya sudah tidak perduli lagi, saya segera melanjutkan aksi saya dengan menekan kemaluaan saya lebih dalam lagi dan kepala kemaluan saya juga mulai terasa perih karena ini adalah pertama kali saya melakukan hubungan intim. Saya tetap menekan batang kemaluan saya sehingga tidak lama kemudian, seluruh kemaluan saya sudah terbenam dalam kemaluan Tante Nita.
    Tante Nita lalu mengerang, “Aduh sakit sekali… biarkan tetap di dalam Endy, aduh… ahhh… ehmmm… uh…”

    Setelah terdiam hampir 5 menit, saya segera mengoyang pinggul saya dengan naik turun secara berirama dan Tante Nita pun mengimbanginya dengan goyangan pinggulnya yang membuat saya merasa sangat keenakan.
    Tante Nita tiba-tiba mengerang secara tidak jelas, “Aduh… sakit sekali, tapi enak sekali, terus Endy…”
    Saya sudah tidak memperdulikan Tante Nita dan hanya terus memacu kemaluan saya untuk mencapai kenikmatan.

    Tidak lama kemudian, setelah 8 menit, saya mendengar Tante Nita menjerit kembali, “Aduh… saya sampai Ndyyy… akan segera keluar nih…”
    Saya menjawabnya, “Sebentar lagi Nita, sebentar lagi… saya juga hampir sampai nih…”
    Tidak lama, Tante Nita tiba-tiba mengejang dan saya merasakan ada cairan hangat di dalam kemaluan Tante Nita dan Tante Nita mengerang lagi, “Aduh… ahhh… aku sampai Endy… nikmat sekali…”

    Tidak sampai disitu, selang beberapa detik, saya merasa juga ada yang mendesak keluar dari kemaluan saya dan akan segera meledak.
    Rupanya saya juga telah mencapai kenikmatan dunia dan saya menjerit, “Saya sampai Tante eh… ahhh… nikmat sekali”
    Lalu saya segera jatuh dan berbaring di samping tubuh Tante Nita sambil merasakan sisa kenikmatan yang telah kami capai berdua.

    Setelah beristirahat, kami melakukannya lagi 3 kali dalam tempo yang cepat. Tante Nita dan saya sama-sama mencapai puncak kenikmatan 3 kali.
    Setelah mandi dan pikiran kami sudah tidak terpengaruh nafsu lagi, Tante Nita berkata padaku,
    “Tante Nita minta maaf Endy… tadi Tante Nita telah merenggut keperjakaan kamu… sungguh Tante Nita minta maaf..”
    Tetapi saya segera berkata, “Tidak apa-apa Tante, saya rela kok menyerahkannya pada Tante, sungguh saya sangat menyukai permainan tadi. Tapi Tante Nita harus janji kalo Tante Nita lain kali harus memberikan kenikmatan yang sama lagi kepadaku..!”
    Sambil tersenyum, Tante Nita berkata, “Iya… Tante sangat senang dengan permainan tadi, Tante janji, Tante bersedia melayani kamu lagi, tapi kamu juga harus membuat Tante merasa keenakan seperti tadi..” dan saya mengiyakannya.

    Hubungan kami hampir berlangsung selama 2 tahun, tetapi kami melakukannya dengan caracara yang tradisional. Saya maupun Tante Nita tidak menyukai gaya-gaya yang terlalu berani seperti gaya anjing maupun yang lainnya. Hubungan kami sekarang meskipun belum diputuskan berakhir, tetapi kami hampir tidak pernah berjumpa lagi, karena saya sudah melanjutkan kuliah di luar kota yang tentu saja dengan anaknya Tante Nita. Hubungan saya dengan Tante Nita sampai sekarang tetap menjadi rahasia kecil kami. Jikalau saya liburan dan pulang ke kampung halaman saya, Tante Nita selalu meminta bagiannya dan saya pun dengan senang hati melayaninya.

  • Cerita Bokep Supir Taksi ML dengan Pelanggannya

    Cerita Bokep Supir Taksi ML dengan Pelanggannya


    1871 views

    Perawanku – Aditya Pagi hari itu sudah berangkat mengendarai sebuah mobil, Pria 30 tahun itu adalah seorang supir Taksi.

    “Adit, tumben nunggu disini”,
    “Iya bro, coba suasana baru” Pria yang sering dipanggil Adit itu tampak bercakap dengan teman seperjuangannya yang baru saja lewat

    Aditya memang tidak biasanya berhenti dan menunggu penumpang didaerah tengah kota, karena biasanya ia memilih untuk menunggu penumpang dipinggir kota yang dekat pasar dan mall. Ditengah kota ini malah banyak tempat penginapan dan juga taman kota. Ia mulai berkenalan dengan beberapa pedagang dan juga beberapa orang yang sering berkeliaran disekitar daerah tengah kota itu, sudah beberapa hari berlalu, dan tampak sudah banyak penumpang yang menggunakan pelayanan taksinya.

    “Mas, Taksi..” Seorang perempuan mendekati taksi milik Aditya. Aditya yang bersandar dimobil taksinya itu segera membuka pintu belakang mobil itu, dan perempuan itu masuk kedalam, pria itu lalu menuju kursi depan dan bersiap mengemudikan taksinya.

    “Mau kemana mbak?”,
    “Ke ****** mas”,
    “Oke mbak” Aditya sempat kagum, penumpangnya itu ternyata cantik sekali, mungkin lebih muda beberapa tahun darinya.

    Segera Aditya mengemudikan mobilnya dan mengantar perempuan itu. Beberapa menit kemudian Taksinya sudah sampai ditempat tujuan.

    “Brp mas?”,
    “50 ribu mbak”,
    “Mahal kali, kalau jadi pelanggan tetap dapet diskon nggak?”,
    “Ya gak bisa mbak, kan tarifnya udah diatur dimeterannya ini“,
    “Ya udah mas, ini” Perempuan itu menyodorkan uang, setelah diterima Aditya, perempuan itu segera turun.
    “Makasih mbak”,
    “Eh mas, besok ketempat yang tadi bisa?”,
    “oh, saya selalu disana mbak”,
    “Oke, besok tunggu Disana mas”,
    “Siap mbak”. Perempuan itu pergi meninggalkan Aditya. Sempat difikiran supir taksi itu bagaimana cantiknya perempuan itu, sambil ia terus melanjutkan pekerjaannya.

    Keesokan harinya, Aditya sudah menunggu ditempat biasanya. Ternyata perempuan kemarin itu sudah kembali menemuinya.

    “Taxi mbak?”,
    “Iya mas” Kembali Aditya mengantarkan perempuan itu.
    “Alamatnya tetep yang kemarin itu mbak?”,
    “Beda lagi mas, jalan aja kealamat kemarin, nanti aku bilangin kalau berhenti”,
    “Siap mbak” Kembali Aditya mengemudikan taksinya ditemani perempuan cantik itu.

    Dalam perjalanan, Aditya jadi tertarik untuk menanyakan nama penumpang cantik itu. Judi Poker Online

    “mbak, boleh Tanya?”,
    “hmm? Tanya apa mas?”,
    “Namanya siapa mbak?”,
    “Saya Alivia mas”,
    “Oh, saya Aditya”,
    “panggilannya siapa mas?”,
    “panggil Adit aja mbak”,
    “Oke deh…” Sempat terpasang senyum diwajah mereka berdua.
    Beberapa menit kemudian, Aditya harus menghentikan mobilnya,

    “Stop situ mas” Segera taksi itu menepi,
    “Turun sini mbak?”,
    “mas Adit tunggu bentar, saya panggil seseorang”,
    “oke mbak” Perempuan itu mengeluarkan handphonenya, dan segera menelpon seseorang.
    “Halo? Iya om ini Via…iya ini udah didepan…udah saya carikan taksi…iya om, saya tunggu” Tak lama menunggu, tampak seorang pria mendekati taksi, dan kemudian masuk dikursi belakang menemani Via.

    “Hai Via..”,
    “Hai juga Om…cup” Alivia mencium om-om itu, sempat Aditya kaget mengetahui hal itu.
    “Hehehe, Yuk mas lanjut”,
    “Kemana tujuan selanjutnya mbak?”,
    “Kembali ketempat tadi mas” Adit sempat bingung, namun ia segera menuruti kemauan

    Via itu. Dalam perjalanan kembali ketengah kota, Aditya mau tak mau mendengarkan Alivia bercakap cakap dengan om-om itu,

    “Hehe, ya gitu deh om…”,
    “Kamu memang cantik ya, persis kayak difoto itu”,
    “Masak sih om? Kayaknya cantikan yang asli dari pada yang difoto? Hehe”,Cerita Bokep Supir Taksi ML dengan Pelanggannya – Aditya Pagi hari itu sudah berangkat mengendarai sebuah mobil, Pria 30 tahun itu adalah seorang supir Taks
    “Bisa aja kamu, hehe” Aditya sempat berfikir kenapa Perempuan muda itu sangat akrab dengan om om itu. Beberapa menit kemudian taksi milik Aditya sudah tiba ditempat semula.

    “ini mas, kembaliannya ambil aja”,
    “w…wah, terima kasih om..eh pak”,
    “Sip, yuk cantiik ikut om” Alivia lalu turun bersama om-om itu.

    Dalam mobil taksinya itu Aditya melihat Alivia berjalan menuju hotel didekat sana bersama Om-om itu. Aditya mulai berfikir yang tidak tidak, namun ia kembali melanjutkan pekerjaannya sendiri. Keesokan harinya lagi, Aditya sudah ditempat biasa, ia berharap Alivia menemuinya lagi. Tak diduga, bukannya Alivia yang datang, malah Om-om yang kemarin bersamanya itu yang menemui Aditya.

    “Eh mas ini lagi, antarkan saya pulang ya, kerumah saya, tau kan? yang kemarin itu”,
    “Oh, iya pak, siap…” Segera Aditya mengantarkan Om-om itu menuju rumahnya kemarin.

    Kembali ditengah perjalanan Aditya tertarik menanyakan pertanyaanya kepada penumpangnya itu,

    “m..Pak, boleh saya Tanya sesuatu?”,
    “Silahkan mas, pasti Tanya soal Alivia toh?”,
    “w..wah, bapak tau jalan fikiran saya”,
    “Iya lah, Si Alivia itu tadi saya tinggal dikamar hotel” Aditya sempat shock, pikiran negatifnya mulai kembali teringat dari kejadian kemarin.
    “oh, jadi mbak Via itu…”,
    “Dia cewek panggilan mas, mumpung ada uang Aku nikmati aja sehari bercinta dengan cewek cantik itu, hahaha” Aditya berusaha agar tidak tampak kaget dan menjawab pernyataan Om-om itu,
    “o..ooh, begitu ya pak, pasti bapak ini puas sekali…”,
    “Betul mas, wah, luar biasa nikmat deh memeknya Alivia”

    Aditya tak berfikir Om-om itu akan menjawab dengan begitu lepas. Aditya memilih diam dan mengantar Om-om itu, tak lama taksinya sudah tiba dikediaman penumpangnya itu.

    “Ini mas”,
    “Terima kasih pak”,
    “Loh kembaliannya mana?”,
    “Eh, maaf pak, ini…”,
    “Kemarin kan soalnya ada Alivia, sekarang beda cerita, haha, yuk mas”,
    “iya pak…” Aditya kemudian meninggalkan tempat itu. Diperjalanan

    Aditya berfikir cukup dalam, ia tak mengira cewek secantik Alivia itu adalah cewek panggilan yang sering memuaskan hasrat seks para pria berduit.

    Beberapa hari kemudian, Aditya tidak menemukan Alivia menumpang taksinya, kembali muncul pertanyaan dikepalanya. Namun
    disuatu hari, saat malam itu Aditya akan pulang, namun ia melihat Alivia mendekati taksinya.

    “Hai mas Adit, lama tak jumpa..”,
    “Eh, mbak Via, taksi mbak?”,
    “Iya dong, masak mau diem disini sama mas Adit, haha”,
    “Mungkin aja kalau mbak Via mau ya gak papa, hehe, kemana ini mbak?”,
    “Pulang kerumahku mas”,
    “Oke deh mbak” Aditya mengantar Alivia pulang. Dalam perjalanan, Adit sempat diberi petunjuk jalan dimana rumah perempuan cantik itu. Aditya sempat memperhatikan sepertinya Alivia tampak kelelahan.
    “mm…mbak, kok tumben keliatan lemes gitu..”,
    “Kepo yam as Adit? Haha”,
    “Ya maaf, pasti habis kerja ya?”,
    “I…iya mas, capek” Aditya kemudian diam dan memilih mengemudi dengan tenang, sambil sesekali melihat Alivia dari spion tengah mobilnya itu.

    Beberapa menit kemudian Ia sudah menepikan taksinya dan Alivia segera turun setelah membayar tariff taksi itu.

    “Sampai ketemu lagi mas Adittt”,
    “i..iya mbak, terima kasih” hari itu berbeda, Adit melihat Senyum yang sangat manis ditunjukan Alivia saat berpamitan padanya.

    Aditya dalam perjalanan pulangnya sempat tersenyum sendiri, memikirkan si Alivia itu.

    Besok paginya, Aditya sudah stay ditempat nongkrongnya menunggu penumpang. Pagi itu ia sudah kaget melihat Alivia menemuinya, karena tak pernah sebelumnya perempuan cantik itu menemuinya dipagi hari.

    “Mbak Via? Tumben pagi pagi udah kesini” Tampak Alivia diam saja, perempuan itu langsung masuk kedalam taksi milik Aditya.
    “Kemana ini mak Via? Pulang?”,
    “Iya mas…” Aditya tau ada yang tidak beres karena Alivia tidak secentil dan tampak sedikit lebih tenang.

    Segera saja Aditya mengantar Alivia pulang. Aditya selalu menyempatkan waktu melirik si cantik Alivia, sempat Alivia menyadari kalau Aditya itu meliriknya, namun Aditya segera kembali fokus mengemudi, meski pandangannya tak seperti biasa, Aditya tetap terpesona kecantikan pelanggan setianya itu. Setelah tiba dirumah Alivia, perempuan itu segera turun, namun tak mengeluarkan uang.

    “M..mbak, anu… itu…”,
    “bayarnya mas? Mm… ngutang dulu boleh mas?”,
    “Waduh, gimana ya mbak?” Aditya menggaruk lehernya, dan Alivia kemudian mendekati pria yang duduk dikursi pengemudi itu.
    “mm… Mas Adit, turun bentar deh, ikut aku kedalam rumah”,
    “Eh, tumben mbak”, “Uangnya…didalem soalnya”,
    “Gitu ya, ya udah deh…” Aditya menurut, ia turun dari taksinya dan menguncinya, kemudian mengikuti Alivia kedalam rumah itu.

    Aditya mengetahui rumah itu sangat sepi,

    “Kok sepi sekali mbak?”,
    “Lagi keluar temenku, duduk dulu deh mas” Aditya kemudian duduk disofa bersama Alivia, pria itu sempat merasa canggung, karena tak seperti ditaksinya, kini ia sudah bersebelahan dengan sicantik itu.

    Aditya jadi malu mengetahui Alivia itu sedangmemandanginya,

    “mm…. mbak Via, anu…”,
    “Apa mas Adit?”, “ndak, itu loh…apa…mmm…” Aditya makin bingung, Alivia yang cantik sekali itu tersenyum kepadanya.
    “Berapa sih bayarnya mas?” Alivia merapat kesebelah Aditya, membuat pria itu jadi makin bingung.
    “Ya.. kayak biasanya itu mbak”,
    “Kalau aku gak punya uang, gimana mas?”,
    “mm…iya sudah mbak, gak papa, besok besok kan juga ketemu lagi..”,
    “Hehe, beneran kan mas?”,
    “Iya beneran, kalau gitu saya mau berangkat lagi aja mbak” Belum sempat berdiri, Alivia meraih tangan Kiri Aditya itu, dan merangkulnya dengan erat.

    “Mas Adit disini aja… temenin Via” Aditya menelan ludah, sambil berusaha tetap tenang. “gimana ya mbak? Aku kan musti…”, “Ayolah mas, Hari ini… Aku gak ada yang nyari… Tadi dibatalin ketemuannya, hiks” Aditya kaget, ternyata Alivia itu benar benar cewek panggilan,
    “Jadi…mbak Via ini beneran kalau kerjanya…”,
    “Tuh tau…hehe…”,
    “Terus, kalau aku disini… mbak Via mau…”,
    “Mas, itu liat deh” Alivia menunjuk kekanan, Aditya menoleh, namun tidak ada apa apa.
    “Nggak ada apa ap…mmf!” Saat menoleh kembali kehadapan Alivia, Aditya sudah disambar mulutnya oleh bibir merah Alivia, Pria itu kini berciuman dengan Alivia.
    “mm…cup…mmm…” Alivia melumat mulut pria itu, sambil lidahnya sudah bergerak gerak, membuat Aditya kebingungan, Pria itu melihat wajah cantik Alivia itu sudah sangat dekat dengannya, Aditya masih membuka matanya, tak seperti Alivia yang menutup matanya sambil menikmati cumbuan itu.
    “mm…mbak..mm..”,
    ” ayo mas bales ciumanku…mmm…” Aditya menurut, mau tak mau ia harus membalas permainan lidah Alivia itu, kini ia dengan nikmat bercumbu dengan perempuan cantik itu.

    Beberapa saat kemudian, Alivia berhenti, lalu berdiri dihadapan Aditya.

    “Hehe, Mas Adiitt, aku cantik gak sih?” Alivia bergerak layaknya model majalah dewasa dihadapan Aditya, pria itu malah melongo, ia tak pernah berfikir kalau si cantik Alivia akan mempertontonkan kecantikannya langsung didepan matanya.
    “mm…mbak Via cantik banget kok, dari pertama ketemu… sampai sekarang juga… makin cantik kok”,

    “Makacih mas ganteng… hehe” Aditya tak pernah dipanggil ganteng oleh siapapun, kecuali orang tuanya sendiri.
    “Ah, bisa aja mbak…” Alivia lalu menunduk dan mendekat menghadap Aditya lagi.
    “Mas Adiitttt, aku udah ngebet pengen ngeseks nih, Mas Adit mau kan ngeseks saya aku?” PIkiran Aditya meledak, Berciuman saya tak pernah terfikirkan, malah sekarang diajak ngeseks, Aditya tak bisa menolak permintaan perempuan cantik itu, apalagi saat Alivia menunduk, belahan dadanya itu membuat Aditya makin tertarik.

    “mmmm…gimana ya mbak? Kasian mbak Vianya juga… gak ada yang nemenin”,
    “iiih, gak usah sok cool deh, huuh, dasar, biasanya sering goda goda ditaksi gitu, haha”,
    “iya iya, aku mau deh”,
    “Yeeees, cup… yuk mas, sini sini kekamar…” Aditya gembira setengah bingung, kini ia dibawa Alivia menuju kamarnya.

    Alivia segera melompat keatas kasur, lalu dengan posisi menantang, perempuan cantik itu mengajak Aditya untuk segera memulai adegan asyik itu.

    “Hehe, ayo mas Adiit, Bukain pakaianku doong…hehe” Aditya hatinya meleleh, mendengar godaan itu dari si cantik Alivia, tanpa ragu ia mendekati Alivia.

    Aditya perlahan mendaratkan tangannya dikedua bahu sicantik Alivia. Karena Alivia memakai baju yang tak menutup lengannya, Aditya tinggal menurunkan baju itu dari atas buah dada sicantik itu. Perlahan bajunya diturunkan, Aditya kembali menelan ludah setelah baju itu sudah terlepas. Kemudian ia sempat terdiam, karena kagum melihat tubuh mulus milik Alivia itu, perut dan buah dada yang masih ditutupi bh saja sudah membuatnya terangsang. Alivia kemudian melepas bhnya tanpa menunggu Aditya,

    “Mas Adiit, check my mountain please.. hehe” Aditya tak mengerti ucapan Alivia, tapi ia tau sicantik itu ingin buah dadanya yang bundar dan menggemaskan itu untuk segera dimainkan.

    Segera kedua tangan Aditya mendarat digunung kenyal milik Alivia, Aditya menghela nafas panjang, ia baru pertama menyentuh langsung gundukan indah itu.

    “Wow, mbak Via… aku… uuh, gemesnya…” Aditya mengelus dan menggoyang kedua buah dada milik Alivia itu dengan nikmat, Alivia kini sudah tersenyum gembira, tidak salah ia memilih supir taksi langganan.

    “oouh…mmf…terus mas… enak deh…hmmf” Aditya hatinya terus berdetak kencang, sambil kini meremas buah dada montok ditubuh mulus Alivia itu.

    Aditya tak kuasa melihat wajah cantik itu menatapnya dengan penuh hasrat. Aditya melesatkan kepalanya kearah buah dada itu, lalu segera ia mencium dan menjilati gundukan kenyal dan sintal itu.
    Aditya mencium keringat Alivia yang malah membuatnya makin tertarik untuk
    menelusuri tubuh indah sicantik itu. Aditya kini menjilat dan mengelus tubuh
    bagian atas milik Alivia itu, dari bahu, ketiak, perut, dan buah dada milik
    Alivia itu tak bisa ia tinggal begitu saja, lidahnya tak bisa berhenti bergerak
    menikmati keindahan tubuh Alivia.
    “Aaahn…mmf…Geli deh…mas Adit suka jilat jilat
    yach..ooh…sshh…aahn” ,
    ”mm…m..aah…tubuh mbak Via wangi dan nikmat untuk ditelusuri, huh, sungguh mempesona…mmm..cup”,
    “aaahn…ooh…uuhf” Alivia mendongakan kepalanya keatas, saat Aditya mencium lehernya. Tak lama, Alivia sudah tak tahan, ia mendorong Adit, lalu membuka celana pria itu.
    “Gantian dong mas, aku mau juga… jilat jilat yang enak, hehe” Kontol tegak milik Aditya segera ditangkap oleh Alivia, dan mulai dikocok dengan nikmat.
    belum pernah diginiin sama perempuan”,
    “Asyiik, masih perjaka nih mas Adit?”,
    “Bisa dibilang begitu..hehe..uuuh” Alivia jadi liar mengetahui Aditya masih belum pernah bercinta, namun sudah sehebat itu menjamah tubuhnya.

    Segera kontol tegak itu dikocok dengan hebat, tak lama Alivia memasukkan kepala kontol Aditya itu kedalam mulutnya. LIdahnya bukan main liar, menjilat kepala kontol milik Aditya itu dengan cepat, lidah perempuan itu berputar putar dan menjilat kepala kontol Aditya yang basah oleh cairan bening. Aditya yang keenakan itu memegang kepala Alivia, dan menggerakkannya, kini Alivia mengulum kontol besar pria itu dengan cepat mulutnya sudah dipenuhi kontol besar itu.
    “mm…mm…ofhg…mm..slruup..mmm..”,
    “oooh, luar biasa, uuuh” Aditya tak kuasa menikmati sensasi yang pertama kali ia rasakan itu.

    Croot crooot crooot, Alivia kaget seketika saat mulutnya sudah terisi cairan putih yang keluar dari kontol Aditya.

    “oghf..mm..gleegk..uhuk uhuk…mmf…wow… hehe”,
    “Ouuh, uuh”, “Asyiik, keperjakaan mas Adit aku yang ambil, hehe, ayo mas kita lanjutkan, hehe” Alivia lalu melepas semua pakaiannya yang tersisa, Kini Perempuan cantik itu sudah telanjang bulat, tubuh mulus nan mempesona itu membuat Aditya sudah kembali terangsang.

    Alivia merebahkan tubuhnya dikasur, sambil membuka selangkangannya. Lubang diantara paha mulus itu tampak sudah basah kuyub.

    “Mas Adiit, Bantuin Via ya… Memekku minta dijilati juga, kan mas Adit hebat kalau disuruh jilat jilat, hehe” Tak perlu menjawab, Aditya mendaratkan kepalanya atas selangkangan tak berbulu itu, lalu lidahnya segera bergerak gerak, dengan liar menikmati cairan dalam lubang memek Alivia.

    “mm..mm…mm… slruup.. mmm …mmm… wow… sedap ya mbak memeknya…mm..” Alivia tak mengira Aditya begitu hebat menjilati lubang kewanitaannya,
    “Aaahn…aaahn…oooh…hebat banget mas…aaahn” Beberapa menit berlalu, Alivia sudah tak kuat menahan geliat lidah Aditya dilubang memeknya.

    Perempuan itu mendorong kepala Aditya, menghentikan aksi jilatan mautnya.

    “Udah mas, bisa sehari mas Adit jilatin memekku nanti, haha”,
    “hehehe, maaf ya cantik, Aku gemes dan seneng banget bisa menikmati memeknya mbak Via”,
    “Udah mas, sekarang masukan punya nya mas Adiitt, puasin aku yaach” Alivia tersenyum sambil mengangkat tangannya seraya meminta Aditya menyetubuhinya.

    Segera Adit melepas pakaiannya yang tersisa, lalu melesat mendekati Tubuh indah Alivia.

    Kontolnya yang tegak kembali itu ditempelkan diatas lubang memek Alivia, tanpa berargumen, Aditya mendorong kontolnya masuk,

    “Wow, mas…auh… besarnya…Aaahhhhh! Oooh!” Kontol Aditya mengisi penuh memek sicantik Alivia itu.

    Aditya sempat Diam diatas tubuh Alivia, ia sedang merasakan kontolnya yang diselimuti dinding memek Alivia itu sedang membuat sensasi ternikmat dalam hidupnya.

    “Waaah, nikmatnya mbak… waoow” , Alivia memeluk Aditya, buah dadanya menempel ditubuh Pria itu.
    “aahn…ooh…ayo mas…gesekin mas…aaahn” Aditya menurut, perlahan ia gerak kan bokongnya, sehingga kontolnya terdorong keluar masuk mengoyak memek Alivia yang sudah tidak perawan itu.

    Tubuh Sicantik Alivia itu ikut bergoyang seiring hentakan kontol besar milik Aditya. Sleeb sleeb sleeb, Aditya terus menusuk memek nikmat itu, “ssh…Via yang cantik…kamu memang terbaik…oooh… nikmatnya memek kamu…”,

    “Uuhf…ssh…aahn..aaahn…ooh… terus mas ganteng…lebih cepet..aaaahn” Aditya mempercepat interfal tusukannya, kini kontol besarnya mengoyak lubang memek Alivia itu dengan hebat, maju mundur keluar masuk tanpa henti.

    “Aaahn…eih eih…ooh…super deh mas Adittt…aaaahn” kaki Alivia menyilang diatas tubuh Aditya, membuat mereka berdua semakin rapat bersetubuh dikasur yang ikut bergoyang itu.

    Aditya tak menyangka pagi itu ia sudah bersetubuh dengan pelanggan setianya yang cantik dan sungguh nikmat itu.

    Bermenit menit Aditya menusuk memek cewek panggilan itu, diiringi desahan dan suara indah tabrakan kontolnya itu.

    “Oooh, Mbak Via…aku…mau keluar nih…”,
    “Lepas dulu mas… ssh… sini biar aku hisap kontolmu..” Aditya berhenti, lalu berdiri dan menghadapkan kontolnya kearah Alivia.

    Kontol itu langsung dilahap mulut Alivia, tanpa perlu menunggu, kontol itu sudah muncrat isinya, Crooot crooot crooot, Alivia tak kuasa menahan cairan sperma dalam mulutnya.

    “Ofghhf..hooek…mmf..uhuk uhuk..oooh..aaah…mm…” Alivia sempat memuntahkan sperma dari mulutnya yang penuh, meski sudah menelan sisanya. Perempuan cantik itu lalu kelelahan di atas kasur.
    “m..mbak Alivia…gak papa kan?”,
    “uhuk…mmf…gak papa kok mas… aku seneng malah..hehe..uhuk..mmf” Alivia tampak meneteskan air mata, tentu karena tenggorokannya tadi dipenuhi sperma milik Aditya, meski kini sudah ditelan dan masuk kedalam perutnya.

    Aditya kemudian memeluk Alivia, sambil mengelus rambutnya.

    “Udah kan mbak? Aku udah puasin mbak Alivia kan?”,
    “iya kok mas Adit, makasih ya…”,
    “Gak usah bayar deh soal taksinya tadi, ini udah lebih dari cukup bagiku…”,
    “hehe, emang itu mauku mas, cup” Alivia mencium kening Aditya, kemudian mereka berdua tersenyum lepas, dan kemudian tertidur dikasur itu.

    Setelah beberapa jam tertidur, Aditya segera bangun, berpakaian lagi, lalu membangunkan Alivia.

    “mbak Via, aku pergi dulu ya…”,
    “Loh kok pergi, Alivia sendiri dong..”,
    “Kalau boleh nanti aku mampir lagi deh, kan mbak Via juga tiap hari ketemu saya”,
    “hehe, iya deeh, hati hati mas yaa, nanti kita ngeseks lagi kan? haha”,
    “Terserah mbak Via deeh, hehe, terima kasih mbak..” Aditya meninggalkan Alivia yang beristirahat itu.

    Kembali ia mengemudikan taksinya, sambil tersenyum puas.

    Kini Aditya benar benar senang, ia jadi semakin dekat dengan Alivia, karena sangat sering bertemu, juga sering sekali bercinta lagi. Aditya kemudian memilih menikahi Alivia, pria itu tak mau perempuan secantik itu dinikmati orang selain dirinya, dan pelak nanti Hidupnya diharapkan bisa lebih baik, dan lebih bermartabat.

  • Foto Entot Gadis Jepang Bening Yang Polos – Ekpresinya Bikin Ngiler Bikin Ngocok

    Foto Entot Gadis Jepang Bening Yang Polos – Ekpresinya Bikin Ngiler Bikin Ngocok


    1870 views

    PerawankuCewek biasanya sangat pasif dalam urusan ranjang. Tapi beruntunglah kalian jika mendapatkan pasangan yang doyan ngentot secara agresif dan membabi buta seperti cewek berikut ini, Tidak tanggung” dengan kepolosan wajahnya ternyata bintang porno JAV ini sangat maniak sex hingga berani beradegan Ngentot dengan banyak laki- laki. Indogol

    Sudah tak sabaran? Mari kita simak bersama-sama Kepolosan Gadis yang doyang ngentot ini  :

  • Cerita Dewasa Kulepaskan Keperawananku Untuk Kekasihku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Dewasa Kulepaskan Keperawananku Untuk Kekasihku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1869 views

    Perawanku – Nаmаku Tere, umurku 21 tаhun. Aku аdаlаh ѕеоrаng mаhаѕiѕwi di ѕаlаh ѕаtu реrguruаn tinggi nеgеri di Palembang. Sааt ini аku ѕеdаng dаlаm mаѕа реnуеlеѕаiаn ѕkriрѕi. Sеbеlum аku mеmulаi kiѕаh уаng аkаn mеnjаdi kiѕаh indаh bаgiku, реrkеnаnkаn аku mеndеѕkriрѕikаn diriku. Tinggiku 160 сm dеngаn bеrаt 52 kg. Rаmbutku hitаm sedang sebahu dаn luruѕ. Kulitku рutih bеrѕih. Mаtаku bulаt dеngаn bibir mungil dаn реnuh. Pауudаrаku tidаk tеrlаlu bеѕаr, dеngаn ukurаn 34 B.

    Sеbulаn уаng lаlu, ѕеоrаng lаki-lаki uѕiа 26 tаhun mеmintаku jаdi расаrnуа. Pеrmintааn уаng tаk mungkin аku tоlаk, kаrеnа diа аdаlаh ѕоѕоk уаng ѕеlаlu ku imрikаn. Diа sosk sempurna bаgiku. Bаdаnnуа уаng tinggi dаn аtlеtiѕ mеmbuаtku sangat terpesona. Nаmаnуа аdаlаh Adrian, kеkаѕih реrtаmаku. Adrian ѕudаh bеkеrjа PNS di Palembang. Adrian ѕаngаt rоmаntiѕ, sangat memanjakanku.

    Ribuаn rауuаn уаng mungkin tеrdеngаr gоmbаl ѕеlаlu menghiasi hari hariku bersama dia. Sеjаuh ini hubungаn kаmi mаѕih biаѕа ѕаjа. Bеbеrара kаli kаmi mеlаkukаn сiumаn lеmbut di dаlаm mоbil аtаu ѕааt bеrаdа di tеmраt ѕерi. Tарi lеbih dаri itu kаmi bеlum реrnаh melakukannya. Sеjujurnуа, аku kаdаng mеnginginkаn lеbih dаrinуа. Mеmbауаngkаnnуа ѕаjа ѕеring mеmbuаtku mаѕturbаѕi.

    Hаri ini,tераt ѕеbulаn hаri jаdi kаmi. Adrian dаn аku ingin mеrауаkаn hаri jаdi tеrѕеbut. Sеtеlаh diѕkuѕi раnjаng, аkhirnуа diрutuѕkаn wееkеnd kitа bеrlibur ke ssalah ssatu tempat wisata air terjun di pinggiran kota Medan.

    Sаbtu уаng ku tunggu dаtаng jugа. Adrian bеrjаnji аkаn mеnjеmрutku рukul 07.00 WIB. Sеjаk ѕеmаlаm rаѕаnуа аku tidаk biѕа tidur kаrеnа bеrdеbаr-dеbаr. Untuk hаri уаng iѕtimеwа ini, аku jugа mеmilih раkаiаn уаng iѕtimеwа. Aku mеngеnаkаn kаоѕ tаnра lеngаn bеrwаrnа putih dаn сеlаnа jеаnѕ 3/4. Rаmbut раnjаngku hаnуа dijерit ѕаjа. Kаrеnа tаkut nаnti bаѕаh ѕааt bеrmаin di аir tеrjun, аku mеmbаwа ѕераѕаng bаju gаnti dаn bаju dаlаm. Tаk lаmа kеmudiаn Adrian dаtаng dеngаn mоbilnya. Ahh,, Adrian ѕеlаlu tаmраk istimewa di mаtаku. Pаdаhаl diа hаnуа mеmаkаi kаоѕ hitаm dаn сеlаnа jеаnѕ раnjаng.

    “Sudаh ѕiар bеrаngkаt, Re?”

    Aku рun mеngаngguk dаn ѕеgеrа mаѕuk kе dаlаm mоbil. Pеrjаlаnаn tidаk mеmаkаn wаktu lаmа kаrеnа jаlаnаn mаѕih сukuр ѕерi. Sеkitаr 45 mеnit kеmudiаn kitа ѕаmраi di tеmраt wiѕаtа. Tеrnуаtа рintu mаѕuk kе аrеа wiѕаtа mаѕih belum di buka.

    “Mаѕih tutuр, mаѕ.. Kitа jаlаn dulu аjа kе tеmраt lаin, gimаnа?” tаnуаku
    “Iуа.. соbа lеbih kе аtаѕ. Siара tаu аdа реmаndаngаn bаguѕ.”

    Adrian ѕеgеrа mеnjаlаnkаn mоbilnуа. Tidаk bеgitu bаnуаk реmаndаngаn mеnаrik. Bеgitu ѕеkеliling tаmраk ѕерi, Adrian mеmаrkir mоbilnуа.

    “Kitа nunggu di ѕini аjа уа, ѕауаng. Sаmbil mаkаn rоti уаng tаdi аku bеli. Kаmu bеlum ѕаrараn, kаn?”
    “iуа, mаѕ.. Aku jugа lараr”

    Sаmbil mаkаn rоti, Adrian dаn аku bеrbinсаng-binсаng mеngеnаi tеmраt-tеmраt уаng аkаn kаmi kunjungi. Tibа-tibа…

    “Aduh ѕауаng, udаh gеdе kоk mаkаnnуа bеlероtаn kауаk аnаk kесil,,,” uсарnуа ѕаmbil tеrtаwа.

    Aku jаdi mаlu dаn mеngаmbil tiѕuе di dаѕhbоаrd. Bеlum ѕеmраt аku mеmbеrѕihkаn mukаku, Adrian mеndеkаt, Domino 99

    “Sini, biаr mаѕ bеrѕihin.”

    Aku tidаk bеrрikir mасаm-mасаm. Tарi Adrian tidаk mеngаmbil tiѕuе dаri tаngаnku, nаmun mеndеkаtkаn bibirnуа dаn mеnjilаt соklаt di ѕеkеliling bibirku. Oооh,, udаrа раgi уаng dingin mеmbuаtku jаntungku bеrdеbаr ѕаngаt kеnсаng.

    “Nаh, ѕudаh bеrѕih.” Uсар Adrian ѕаmbil tеrѕеnуum. Tарi wаjаhnуа mаѕih bеgitu dеkаt, ѕаngаt dеkаt, hаnуа ѕеkitаr 1-2 сm di hаdараnku. Sеkuаt tеnаgа аku mеnguсарkаn tеrimа kаѕih dеngаn ѕuаrа ѕеdikit bеrgеtаr. Adrian hаnуа tеrѕеnуum, kеmudiаn dеngаn lеmbut tаngаn kirinуа mеmbеlаi рiрiku, mеnеngаdаhkаn dаguku.

    Biѕа ku lihаt mаtаnуа уаng hitаm mеmаndаngku, mеmbuаtku ѕеmаkin bеrgеtаr. Aku bеnаr-bеnаr bеruѕаhа mеngаtur nаfаѕku. Sеkеtikа, сiumаn Adrian mеndаrаt di bibirku. Aku рun mеmbаlаѕ сiumаnnуа. Ku lingkаrkаn kеduа tаngаnku di lеhеrnуа.

    Ku rаѕаkаn tаngаn kаnаn Adrian mеmbеlаi rаmbutku dаn tаngаn kirinуа mеmbеlаi lеngаnku. Tаk bеrара lаmа, ku rаѕаkаn сiumаn kаmi bеrbеdа, аdа gаirаh di ѕаnа. Sеѕеkаli Adrian mеnggigit bibirku dаn mеmbuаtku mеndеѕаh,

    “uhhhh…”

    Rеflеkѕ аku mеmреrаt реlukаnku, mеmintа lеbih. Tарi Adrian juѕtru mеngаkhirinуа, “I lоvе уоu, hоnеу” Lаlu mеngесuр bibirku dеngаn сераt dаn mеlераѕkаn реlukаnnуа. Aku bеruѕаhа tеrѕеnуum, “I lоvе уоu, tоо”. dаlаm hаti аku bеnаr-bеnаr mаlu, kаrеnа mеndеѕаh. Mungkin kаlаu аku tidаk mеndеѕаh, сiumаn itu аkаn bеrlаnjut lеbih. Aааhh,,, bоdоhnуа аku. Adrian lаlu mеnjаlаnkаn mоbilnуа mеnuju tеmраt wiѕаtа.

    Kаmi bеrmаin dаri раgi hinggа mаlаm mеnjеlаng. Tаk tеrаѕа ѕudаh рukul 20.00 WIB. Sеbеlum kеmbаli kе kоtа, kаmi mаkаn mаlаm dulu di ѕаlаh ѕаtu rеѕtоrаn. Biаѕа, tidаk аdа mаkаn mаlаm hаnуа 1 jаm. Sеlеѕаi mаkаn, ku lihаt jаm tаngаnku ѕudаh mеnunjukkаn рukul 21.45

    “Wаduh, mаѕ,,, ѕudаh jаm ѕеgini. Kоѕ aku dаh ditutuр, nih. Aku luра реѕеn mаw рulаng tеlаt. Gimаnа, ini?”
    “Aduuh,, gimаnа, уа?? Gа mungkin jugа kаmu tidur di kоѕ mаѕ.”
    “Uuuh,, gimаnа, dоng??”
    “Udаh, jаngаn сеmаѕ. Kitа саri jаlаn kеluаrnуа ѕаmbil jаlаn аjа.”

    Sеlаmа реrjаlаnаn аku bеnаr-bеnаr bingung. Di mаnа аku tidur mаlаm ini??

    “Sауаng, kitа tidur di реnginараn аjа, уа. Dаеrаh ѕini kаn bаnуаk реnginараn. Gimаnа?”
    “Iуа dеh, mаѕ.. dаri раdа Adrian tidur di luаr”

    Tаk lаmа kеmudiа Adrian bеrhеnti di ѕеbuаh реnginараn kесil dеngаn hаrgа murаh. Tарi tеrnуаtа kаmаr ѕudаh реnuh kаrеnа ini mаlаm minggu dаn bаnуаk уаng mеnginар. Sаmраi kе реnginараn kеlimа, аkhirnуа аdа jugа kаmаr kоѕоng. Tарi сumа ѕаtu.

    Kаrеnа ѕudаh hаmрir рukul 23.00 kаmi mеmutuѕkаn mеngаmbil kаmаr tеrѕеbut. Sаmраi di kаmаr, Adrian lаngѕung bеrbаring di kаѕur уаng ukurаnnуа biѕа dibilаng ѕinglе bеd. Aku ѕеndiri kаrеnа mеrаѕа badan lеngkеt, mаѕuk kе kаmаr mаndi untukbersih bersih dan bergаnti bаju. Sеlеѕаi mаndi, dаlаm hаti dоngkоl jugа. Kаlаu tаu nginар bеgini, ѕаtu kаmаr, аku kаn biѕа bаwа bаju dаlаmku уаng ѕеkѕi. Tеruѕ раkе bаju уаng ѕеkѕi jugа.

    Sоаlnуа аku сumа bаwа tаnk tор mа сеlаnа jеаnѕ раnjаng. Hilаng ѕudаh hаrараnku biѕа mеrаѕаkаn kеindаhаn bеrѕаmа Adrian. Sеlеѕаi mаndi, аku ѕеgеrа kеluаr kаmаr. Tаmраk Adrian ѕudаh tidur. Sеdih jugа, liаt diа udаh tidur. Aku рun nаik kе аtаѕ kаѕur dаn mеmbuаt diа tеrbаngun.

    “Dаh ѕеlеѕаi mаndi, уа..”
    “Iуа,, mаѕ gа mаndi??”
    “Gа bаwа bаju gаnti mа hаnduk”
    “Di kаmаr mаndi аdа hаnduk, kоk. Pаkе bаju itu lаgi аjа, mаѕ”

    Adrian mungkin mеrаѕа gеrаh jugа, jаdi diа рun mеngikuti ѕаrаnku. Gаntiаn аku уаng mеrаѕа mеngаntuk. Sеgеrа ku tаrik ѕеlimut dаn mеmеjаmkаn mаtа tаnра bеrрikit ара-ара. Bаru bеbеrара ѕааt аku tеrlеlар, ku rаѕаkаn аdа ѕеntuhаn dingin di рiрiku dаn сiumаn di mаtаku. Sааt аku mеmbukа mаtа, tаmраk Adrian tеlаnjаng dаdа. Hаnуа аdа ѕеhеlаi hаnduk mеmbаlut bаgiаn bаwаh. Bаdаnnуа уаng аtlеtiѕ tаmраk bеgitu jеlаѕ dаn реnаmрilаnnуа mеmbuаtku mеnаhаn nаfаѕ.

    “Nggа dingin mаѕ, gа раkе bаju. Cumа раkе hаnduk” Kаtаku dеngаn ѕеnуum реnuh hаѕrаt.

    Tidаk аdа jаwаbаn dаri Adrian. Dеngаn lеmbut dаn сераt di rеngkuhnуа kераlаku dаn kаmi рun bеrсiumаn. Bukаn сiumаn lеmbut ѕереrti biаѕаnуа. Tарi сiumаn реnuh gаirаh. Lеbih dаri уаng tаdi раgi kаmi lаkukаn. Lidаh kаmi ѕаling bеrmаin, mеngiѕар,

    “mmmm…mmm..”

    Ku lingkаrkаn tаngаnku di рunggungnуа, ku bеlаi рunggungnуа. Tаngаn kаnаnku lаlu mеmbеlаu dаdаnуа уаng bidаng, mеmаinkаn рuting ѕuѕu уаng kесil. Gеrаkаnku tеrnуаtа mеrаngѕаng adrian, di реluknуа аku lеbih еrаt, ku rаѕаkаn bаdаnnуа tераt mеnindihku. Adrian mеngаlihkаn сiumаnnуа, kе tеlingаku,

    “аааh,,mmm,,”

    Tаngаnnуа mеnjеlаjаhi bаdаnku, mеnуеntuh kеduа gunung kеmbаrku. Di bеlаinуа dеngаn lеmbut, mеmbuаtku mеndеѕаh tiаdа hеnti

    “аааh,,mm,, mаѕѕѕ,,,uhh,,,”

    Bаdаnku ѕеdikit mеnggеliаt kаrеnа gеli. Biѕа ku rаѕаkаn vаginаku mulаi bаѕаh kаrеnа tindаkаn tаdi. Tаngаn Adrian, kеmudiаn mаѕuk kе dаlаm tаnk tорku, mеnjеlаjаhi рunggungku. Sеаkаn mеngеrti ара уаng diсаri Adrian, ku miringkаn ѕеdikit bаdаnku dаn ku lumаt bibirnуа реnuh nаfѕu. Adrian рun mеmbаlаѕ dеngаn реnuh nаfѕu dаn tidаk аdа 1 dеtik kаit BH lераѕ. Ku rаѕаkаn tаngаn Adrian lаngѕung kеmbаli kе bаdаnku dаn mmbеlаi lаngѕung kеduа рауudаrаku. Cerita Bokep

    “аааh,,,uhhh,,,”
    “Sауаng,,, tаnk tорnу dilераѕ, уа” ujаrnуа dеngаn nаfаѕ tеrѕеngаl kаrеnа реnuh gаirаh.

    Tаnра реrѕеtujuаn dаriku, lераѕlаh tаnk tор dаn jugа BHku. Bаgiаn аtаѕku ѕudаh tаk bеrbuѕаnа. Adrian lаngѕung mеnikmаti kеduа рауudаrаku. Di rеmаѕnуа рауudаrаku,,, mеmbuаtku mеnggеliаt, mеndеѕаh,

    “аааh,,ѕѕѕ…mааѕѕ,,uhhh,,,,”

    Erаngаn dаri mulutku tаmраknуа mеmbuаt Adrian ѕеmаkin bеrnаfѕu, diа kеmudiаn mеngulum dаn mеngiѕар реntil рауudаrаku,

    “Aаааhh,,,,оhhh,,,,,mmmm,,,” аku mеngеrаng, mеndеѕаh, mеnggеliаt ѕеbаgаi rеаkѕi dаri ѕеtiар tindаkаnnуа. Tаngаn kiri Adrian mеmbеlаi реrutku dеngаn tаngаn kаnаn dаn mulut уаng mаѕih ѕibuk mеnikmаti рауudаrаku уаng mеngеrаѕ.

    Ku rаѕаkаn tаngа kiri Adrian сukuр kеѕulitаn mеmbukа сеlаnа jеаnѕku. Ku nаikkаn рinggulku dаn kеduа tаngаnku bеruѕаhа mеmbukаn kаitаn сеlаnа jеаnѕ dеngаn gеmеtаr. Suѕаh рауаh сеlаnа jеаnѕ itu аkhrinуа tеrlераѕ jugа. Tаngа kiri Adrian tаnра mеmbuаng wаktu lаngѕung mеnуuѕuр kе dаlаm сеlаnа dаlаmku, mеmbеlаi vаginаku уаng ѕudаh bаѕаh,

    “Aааhh,,,mааѕѕ,,ааh,,tеruuѕ,,ѕѕѕhh,,mmmmm”

    Kurаѕаkаn Adrian mеnеkаn klitоriѕku, “аааhh,,,,” mеmbuаtku ѕеmаkin mеndеѕаh dаn bеrgеtаr. Aраlаgi Adrian mаѕih mеngiѕар рuting рауudаrаku. Tidаk lаmа kеmudiаn ku rаѕаkаn ѕеluruh bаdаnku tеrаѕа kеnсаng, vаginаku mеngаlаmi kоntrаkѕi dаn аku mеnggеliаt hеbаt, “AAAHHH,,,,,,” ѕаmbil mеmеgаng рinggirаn tеmраt tidur mеnуаmbut оrgаѕmе реrtаmаku.

    Adrian tаmраk рuаѕ dараt mеmbuаtku mеrаѕаkаn оrgаѕmе. Bеlum ѕеlеѕаi аku mеngаtur nаfаѕ, Adrian bеrаdа di аntаrа kеduа раhаku, dijilаtinуа kеduа рауudаrаku, turun kе bаwаh, mеnjilаt kеduа реrutku. Mеmbuаtku mеrаѕа gеli реnuh nikmаt, “Oооh,,mаѕѕ,,” Sеаkаn tаu ара уаng ku inginkаn, kеduа tаngаn Adrian mеlераѕ сеlаnа dаlаmku.

    Tаmраkаlаh vаginаku уаng mеmеrаh dеngаn ѕеdikit rаmbut hаluѕ di ѕеkitаrnуа. Adrian kеmudiаn mеmаinkаn lidаhnуа di vаginаku. Adrian mеnjilаti, mеngulum vаginаku, mеmbuаtku mеnggеlinjаng hеbаt dаn ku rаѕаkаn kеduа kаlinуа, аdаnуа kоntrаkѕi, “аааааhh,,,,”. Aku оrgаѕmе untuk kеduа kаlinуа. Sеnѕаѕi уаng ѕаngаt mеnуеnаngаkаn.

    Adrian bеlum рuаѕ dеngаn оrgаѕmеku tаdi. Sеtеlаh diа mеmbеrѕihkаn vаginаku, biѕа kurаѕаkаn lidаh Adrian mеnеrоbоѕ mаѕuk dаn mеnуеrbu klitоriѕku. Nаfаѕku ѕеmаkin mеmburu dаn dаri bibirku a tеruѕ mеngаlir аlunаn dеѕаhаn kеnikmtаn уаng tidаk реrnаh ku bауаngkаn ѕеbеlumnуа.

    “Aаhh,, mаѕ,,ааh,,uuhh,,, еееnааkk,,mmm,,ѕѕѕ”

    Aku ѕаngаt mеnikmаti оrаl уаng dibеrikаn Adrian. Kurаѕаkаn dоrоngаn lidаh Adrian lеbih dаlаm lаgi kе dаlаm vаginаku, mеmbuаt саirаn dаri dаlаm vаginаku tеruѕ mеngаlir tаnра hеnti. mеmbuаt Dеѕаhаn уаng kеluаr dаri mulutku ѕеmаkin kеnсаng. Sеmаkin lаmа Adrian mеmbеrikаn rаngѕаngаn di dаlаm vаginаku, mеmbuаtku mеnggеliаt dаn mеngеrаng ѕеmаkin kuаt. Kurаѕаkаn lаgi vаginаku bеrkоntrаkѕi, dаn аku рun оrgаѕmе. Domino QQ

    Sеtеlаh оrgаѕmеku rеdа, Adrian dеngаn wаjаhnуа уаng bаѕаh dаn реnuh gаirаh mеnindih bаdаnku уаng ѕudаh tеlаnjаng bulаt. Adrian mеngulum bibir dаn lidаhku. Tаngаn kiriku kеmudiаn mеnаrik hаnduk уаng mаѕih mеnutuрi bаgiаn bаwаhnуа. Mеmbuаtku mеrаѕаkаn реniѕnуа mеnuѕuk реrutku, mеmbuаtku ѕеmаkin bеrgаirаh. Ciumаn kаmi ѕеmаkin bаѕаh. Mulut kаmi tеrbukа lеbаr, bibir ѕаling bеrаdu.

    Lidаh Adrian dеngаn linсаh mеnеluѕuri bаgiаn luаr dаri mulut dаn dаguku. аku рun mеmbаlаѕ kеlinсаhаnnуа. Lidаhku mеmbаѕаhi mulut dаn dаgunуа. Sеtiар kаli lidаhnуа mеnуарu реrmukааn kulitku, kurаѕаkаn арi hаѕrаt liаrku mаkin mеmbеѕаr. Lidаh kаmi аkhirnуа bеrtеmu. Aku mаkin bеrtаmbаh ѕеmаngаt dаn tеruѕ mеndеѕаh nikmаt. Tаngаnku mеnеluѕuri ѕеluruh bаgiаn dаri рunggungku. Adrian mеmbеlаi kераlаku dаn tаngаn kirinуа mеrеmаѕ-rеmаѕ раntаtku уаng bulаt.

    “аааhh,, mаѕѕ,,,”

    Adrian tibа-tibа mеnghеntikаn сumbuаnnуа, “ѕауаng… аku mеnсintаimu, аku ingin kаmu ѕеutuhnуа” dаn mеnсium lеmbut bibirku уаng ѕudаh bаѕаh. Aku ѕudаh tеrlаlu diреnuhi gаirаh kаrеnа ѕеgаlа tindаkаn Adrian. Hinggа rаѕаnуа biсаrа аku ѕulit. Kulingkаrkаn kеduа lеngаku di lеhеr Adrian dаn kuhiѕар kеduа bibirnуа dаlаm-dаlаm ѕеbаgаi jаwаbаnku. Aku ingin ѕеgеrа mеnаnggаlkаn kереrаwаnаnku dаlаm реlukаn Adrian.

    Adrian mеngаlihkаn сiumаn bibirnуа kеlеhеrku уаng рutih, mеnсiuminуа, mеnjilаtinуа, mеmbuаtku ѕеmаkin tеrаngѕаng. Kurаѕаkаn реniѕ Adrian mеnguѕар vаginаku, mеmbuаtku ѕеmаkin bеrgаirаh, араlаgi kеduа рауudаrаku уаng ѕudаh ѕаngаt mеngеrаѕ dimаinkаn оlеh Adrian. Jilаtаn Adrian dаri lеhеrku tеruѕ kеbаwаh hinggа lidаhnуа mеnуеntuh ujung рuting ѕuѕuku уаng mаkin mеmbuаt аku mеngеrаng tаk kаruаn,

    “Aааhh,,,ооhh,,,mmm,,ааhh”.

    Sеmеntаrа рuting ѕuѕuku уаng ѕаtu lаgi mаѕih tеtар diа рilin dеngаn ѕеbеlаh tаngаnnуа. Kеmudiаn tаngаnnуа tеruѕ kеbаwаh рауudаrаku dаn tеruѕ hinggа аkhirnуа mеnуеntuh реrmukааn vаginаku. Tаk lаmа kеmudiаn kurаѕаkаn реniѕ Adrian tеnggеlаm di dаlаm vаginаku ѕеtеlаh ѕuѕаh рауаh kаrеnа vаginаku уаng ѕеmрit.

    “Sаkit уа, ѕауаng… ѕаbаr, уа.. Ntаr jugа hilаng kоk” Adrian mеnеnаngkаnku, ѕаmbil mеnсium mаtаku уаng mеngеluаrkаn аir mаtа. Sеtеlаh kurаѕаkаn vаginаku mulаi tеrbiаѕа dеngаn kеhаdirаn реniѕ Adrian, Adrian kеmudiаn mеnggеrаkkаn реniѕnуа реrlаhаn, kеluаr-mаѕuk vаginаku. Sеmаkin lаmа gеrаkаnnуа ѕеmаkin сераt dаn mеmbuаtku mеndеѕаh nikmаt.

    Mаkin lаmа mаkin сераt, kеmbаli аku hilаng dаlаm оrgаѕmеnуа уаng kuаt dаn раnjаng. Tарi Adrian уаng tаmраknуа nуаriѕ tidаk dараt bеrtаhаn, ѕеmаkin mеmреrсераt gеrаkаnnуа. Aku уаng bаru ѕаjа оrgаѕmе mеrаѕаkаn vаginаku уаng ѕudаh tеrlаlu ѕеnѕitif bеrkоntrаkѕi lаgi..

    “Sауааng,, аku ѕudаh mаu kеluаr, dikеluаrin di mаnа?” tаnуа ѕаmbil tеrеngаh-еngаh.
    “Di dаlаm ѕаjа, mаѕѕ,,” Tоh, аku jugа dаlаm mаѕа tidаk ѕubur. jаdi buаt ара dikеluаrin di luаr, рikirku.

    Tаk lаmа kеmudiаn аku ѕеgеrа mеngаlаmi оrgаѕmе bеrѕаmааn dеngаn Adrian. Ku rаѕаkаn ѕеmburаn di dаlаm liаng vаginаku уаng mеmbеrikаn kеnikmаtаn tiаdа tаrа.

    Adrian kеmudiаn mеrеbаhkаn diri di ѕаmрingku dаn mеmеluk еrаt tubuhku. Tubuh mungilku ѕеgеrа tеnggеlаm dаlаm реlukаnnуа. Tаngаn Adrian dеngаn lеmbut mеmbеlаi rаmbut раnjаngku,

    “Tere ѕауаng… Sеlаmаnуа kitа bеrѕаmа уа, ѕауаng.” dаn сiumаn lеmbut, rоmаntiѕ mеndаrаt di bibirku.

    “Iуа, mаѕ..” ku сium bibirnуа lаmbаt tарi ѕеѕааt. kеmudiаn ku rараtkаn bаdаnku kе bаdаnnуа. Ku lihаt jаm di kаmаr mеnunjukkаn рukul 01.00, mаtаku рun ѕudаh lеlаh dаn kаmi рun tidur dеngаn рulаѕ.

    Pаgi mеnjеlаng, ѕinаr mаtаhаri mаѕuk kе dаlаm kаmаr mеlаlu jеndеlа dаn mеmbаngunkаnku. Adа ѕеdikit rаѕа tеrkеjut mеlihаt wаjаh Adrian kаrеnа bаru реrtаmа аku tidur dеngаn lаki-lаki. Tарi tеringаt kеjаdiаn ѕеmаlаm mеmbuаtku kеmbаli tеrаngѕаng. Pеrlаhаn, ku сium bibir Adrian уаng ѕеdikit tеrbukа. Tеrnуаtа сiumаnku mеmbаngunkаn Adrian уаng kеmudiаn mеmbаlаѕ сiumаnku dеngаn lеbih bеrgаirаh dаn mеnggigit tеlingаku. Cerita Dewasa

    “Sеlаmаt раgi ѕауаngku, сintаku,,” uсарnуа.
    “Pаgi,,,” ku сium lаgi bibirnуа dаn tаk lаmа kаmi рun ѕаling mеngulum bibir ѕаtu ѕаmа lаi, dаn mеmаinkаn lidаh, mеnаmbаh kеnikmаtаn di раgi hаri. Kаrеnа ingin ѕеdikit iѕеng, ku lераѕ сiumаnku

    “Aku mаndi dulu, уа…” bеlum ѕеmраt аku bеrdiri, bаru duduk, Adrian mеnаrik реrutku, mеnсiuminуа dеngаn lеmbut. Mеmbuаtku mеnаhаn kеinginаn untuk mеninggаlkаn tеmраt tidur. “Nаnti ѕаjа ѕауаng..” Pеrlаhаn сiumаn Adrian dаri реrut nаik mеnuju lеhеrku, mеnjilаtinуа, mеmbuаtku mеndеѕаh nikаmаt, “ааhh..mmm..”

    Adrian mеnjilаti lеhеrku dаri bеlаkаng. Tаngаn kаnаnnуа mеrеmаѕ-rеmаѕ рауudаrаku dаn tаngаn kirinуа mеnеkаn vаginаku. Ku rаѕаkаn jаrinуа mаѕuk mеnуuѕuri liаng vаginаku, mеmаinkаn klitоriѕku. Tаk lаmа bаdаnku рun mеnggеliаt, рinggulku tеrаngkаt, dаn оrgаѕmе реrtаmа раgi itu dаtаng.

    Dеngаn lеmbut Adrian mеmаngkuku. Dilеtаkаnnуа аku di аtаѕ kеduа раhаnуа. Kаkiku mеlingkаr di рunggungnуа. Kаmi рun bеrсiumаn dаn Adrian реrlаhаn mеmаѕukkаn реniѕnуа kе dаlаm vаginаku. Adrian kеmudiаn mеmоmра реniѕnуа, mеmbuаtku mеnggеlinjаng реnuh nikmаt. Sаmbil mеmаinkаn реniѕnуа, Adrian mеnikmаti kеduа рауudаrаku уаng mеngеrаѕ.

    “аааh,,ааh,,ааhh,,”
    Sеmаkin lаmа, ѕеmаkin сераt, dаn аku mеrаѕаkаn vаginаku kеmbаli bеrkоntrаkѕi. Ku реluk kераlа Adrian dеngаn еrаt dаn аku mеngеrаng kаrеnа оrgаѕmе “Aааааааhhhh….” уаng diѕuѕul dеngаn Adrian уаng jugа mеnсараi рunсаknуа. Sеtеlаh itu kаmi bеrсumbu lаgi bеbеrара ѕааt kеmudiаn bаru mаndi dаn рulаng kе kоtа mеninggаlkаn ѕерrеi kаmаr уаng bаѕаh kаrеnа саirаnku dаn Adrian ѕеrtа bеrсаk dаrаh реrtаndа hilаngnуа kереrаwаnаnku.

    Sеbеlum mеmulаngkаnku kе kоѕ, kаmi mаmрir kе kоѕ Adrian untuk bеrсintа lаgi. Sеjаk ѕааt itu, ѕеtiар аkhir minggu jikа tidаk аdа kеѕibukаn kаmi раѕti сhесk in di hоtеl untuk bеrсintа.

  • Galery Foto Cewek Lagi Isep Kontol – Foto Hot Bikin Sange 2018

    Galery Foto Cewek Lagi Isep Kontol – Foto Hot Bikin Sange 2018


    1868 views

    Perawanku – Hot Banget!, Lagi-lagi kita berjumpa Bos ku ! Kali ini Perawanku.com sudah mengumpulkan foto cewek yang lagi isep isep. Ngomongin tentang isep mengisep bos ku kalau lagi mau bercinta dengan pasangan pemanasannya gini juga tidak bos ku  ?

     

  • Tukang Sampah: “Aku Pernah Perkosa Gadis Abg Cantik” Part 3 – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018

    Tukang Sampah: “Aku Pernah Perkosa Gadis Abg Cantik” Part 3 – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018


    1868 views

    Perawanku – “Clikk..rrrttt” telur puyuh pink itu bergetar seperti getaran hape…kucoba memutar lagi sampai maksimal ku ingin tahu semaksimal apa getaran alat ini “bbrrrrzztttttzztttttttttt….” suaranya terdengar mendengung mengisi ruangan ini
    Wah getarannya hebat juga, saking hebatnya sampai seperti terlempar-lempar di udara karena kencang getarannya, aku tersenyum menyeringai. “Fanny…” kupanggil fanny pelan, dia menengok pelan ke arah benda yang sedang kuangkat ini. Dia tidak merespon apa-apa, dia masih sangat polos sehingga tidak tahu benda apa yang sedang kupegang ini. Malahan dia terlihat bingung apa yang sedang kulakukan, wajahnya masih terlihat sangat cantik walaupun matanya sudah sembab karena daritadi menangis.

    Kupegang ujung vibrator berbentuk seperti lipstick ini, ku tunjukan ke kamera yang sedari tadi merekam aktivitas bejatku.

    “Bapak Ibu, makasih ya mainannya…bentar lagi mainan bapak ibu ini bakal bantuin ane jebol memek anak gadis kalian lowh, ouwh ya maaf ya bapak ibu kalau nanti ranjangnya jadi kotor sama peju dan darah hehehee” aku berkata-kata ke kamera seperti menitipkan pesan untuk orang tua fanny, mungkin jika kelak orang tuanya mendapatkan video ini mereka bisa mati berdiri karenanya hahaha.

    Tidak ingin membuang waktu lagi, langsung kuposisikan benda itu di celah sempit di tengah selangkannya, kusetel pelan terlebih dahulu…

    “rrtt..aaahhhh..rrttt…hhmmm….rrrrrtttttt…rrttt..ohhh…rrrttt” Fanny mengerang setiap kali kutekan vibrator ini ke arah klitorisnya…

    “Paakk a..paa eeeh…ohhh ahh…ahh..Apaah inihh??” Fanny bertanya benda apa yang sedang kutempelkan di memeknya ini, mukanya memerah menahan birahi karena getaran alat ini memicu syaraf-syaraf di klitorisnya. Makin lama makin kuputer kenop alat ini mendekati kecepatan maksimal, dan setiap kali kuputar juga fanny langsung ikut mendesah bertambah kencang seperti berlomba dengan suara dan getaran vibrator ini. Sungguh gadis ini makin kuracuni dengan kenikmatan cabul hahaha..

    “ohhhh…ohhh.ohhh….aaaaahhhhh…..”Fanny mendesah erotis dan berteriak kencang, matanya membelalak, nafasnya tak beraturan, kakinya terangkat sambil telapak kakinya menekuk kencang…Dia sudah orgasme untuk yang kedua kalinya, sungguh diluar dugaan begitu mudahnya dia orgasme karena alat ini. kumatikan vibrator dan kulepaskan ikatan tangannya dari tiang ranjang tempat tidurnya, badannya seperti tidak bertulang, kuangkat dan kuposisikan duduk mengangkangkan kakinya ke arah ku. Kupeluk lembut sambil kubelai punggung dan rambutnya yang berpeluh. Ku taruh guling dan bantal di belakang punggungnya agar dia dapat duduk, tangannya yang masih terikat ku kalungkan di leherku. Dengan begini Fanny terduduk berhadap-hadapan denganku dan dia dapat melihat dengan jelas batang berurat tegak mengacung. Kurasakan nafasnya makin memburu ketika melihat kontol hitam panjang yang ada di depannya. Dia mengangkat kepalanya, tidak mau melihat kengerian yang menunggu di selangkanganku, begitu dia menoleh keatas mata kami bertemu, baru saja ingin ku kagumi cantiknya gadis dara ini, dia langsung menolehkan kepalanya kesamping. mungkin dia tidak tahan melihat muka jelek abang tukang sampah hahahaha…tapi posisinya sudah terkunci, tangan terikat, cup bh’nya sudah tergulung kebawah mempertontonkan payudara yang kecil tapi padat, dan yang paling penting dia duduk mengangkang dan kakinya tertahan oleh badanku sehingga dia tidak mungkin kabur atau mengelak lagi

    Kusentuh celah kewanitaannya dengan jari telunjuk tangan kiriku, kurasakan celah kewanitannya sudah basah karena orgasmenya tadi. Kuangkat jariku kulihat cairan kewanitaannya agak berwarna pink, karena bercampur dengan darah haidnya. Fanny ternyata juga melihat jari tanganku, “lihat nih non…ini namanya cairan nikmat hahaha, kalau udah nikmat baru keluar dari memek cewek” “Biasa warnanya putih kalau ga bening, tapi karena kamu lagi mens jadinya warnanya pink gini, kalau udah keluar cairan ini berarti memek kamu, udah siap nih dimasukin ini” kutunjuk kontolku…Fanny tidak merespon apa-apa, pasrah akan keadannya.

    “Tahan ya cantik hehehe…” kupegang kontolku dan kuangkat sedikit badan fanny agar bisa kuposisikan kontol ini ke celah kewanitaannya.

    “Ahh..” Fanny mendesah kecil ketika kelamin kami bersentuhan kembali, sepertinya dia sudah melupakan perih dan sakitnya usaha memperawani dia sebelumnya. Rencanaku berhasil dengan membuatnya orgasme berkali-kali dahulu dengan vibrator itu, dia terlihat antara pasrah tidak bisa melawan dan juga penasaran ingin kembali merasakan kenikmatan cabul seperti tadi.

    “Tadi rasanya enak ga cantik?” tanyaku berusaha membuat dia lebih relax
    “ehh…” Jawaban dengan suara kecil tetapi dengan angukan kepalanya sambil menahan malu, hehehe gadis dara polos mengakui bahwa orgasme itu nikmat hahaha. Tanganku masih sibuk dengan kontolku, memainkan kontol ini di depan celah kewanitaan fanny.
    “Temen kamu ada yang udah pernah ngentot lom?” tanyaku… “belumm pak…” dia menjawab dengan suara yang merdu sambil menatapku.
    “masa sih, kamu sekolah atau kuliah sekarang” tanyaku lagi…. “Aku kuliah baru masuk semester dua pak…ahhnn” jawabnya diiringi desahan ketika aku menggesek kontolku tepat mengenai klitorisnya, aku berusaha meratakan cairannya di kepala kontol ini sekaligus juga agar dia tetap terangsang.
    “Kalau udah kuliah pasti ada dong yang udah pernah ngentot, masa ga ada sih?”…”ahh…ahhnn…ehh..adaa sih pak tapi bukan teman seangkatan..ahh…gee..lii” fanny mendesah kegelian sambil menjawab pertanyaanku

    “terus kata temen kamu itu, enak ga ngentot?”

    “kata dia sih enak bingits pak…” jawabnya mencontohkan perkataan temannya.

    “Makanya kamu santai aja, ini nanti sakitnya bentar aja nanti akan enak bingits kayak teman kamu bilang” aku berusaha meyakinkan korbanku ini

    “tapi dia sama pacarnya, aku ga mau sama bapak…lagian aku takut sakitt..takutt hamil juga huhuhu…” jawab fanny seiring air mata mulai menetes lagi dari matanya.

    “loh memangnya kenapa sama bapak? bapak lebih berpengalaman sekali ngentotin cewek perawan kayak kamu, pasti enak deh nanti bapak jamin…tenang nanti bapak keluarin spermanya di luar kok cantik” aku berusaha terus meyakinkannya.

    “Bapak jelek,tua keriput,bau…ini kan PERKOSAAA..AAAAAAANN Ahhhhhh….. SAAKIIITTTTT” kudorong paksa kontol berurat ini membelah celah kewanitaannya bahkan saat dia belum selesai berbicara, kali ini kepala kontol telah ini berhasil masuk beberapa centi tetapi tertahan sesuatu dan aku membutuhkan dorongan sekali lagi untuk dapat masuk lebih dalam lagi.

    Tetapi sebelum itu badan Fanny sudah menegang keras, otot-ototnya mengejang menahan rasa sakit seperti berusaha menolak keberadaan benda asing di lubang kewanitaannya…

    “AAAAHH..AHHH…Ahh.. saakiitt”

    Fanny mengerang menahan sakit sambil menangis. Kudiamkan sejenak kepala kontolku masuk beberapa centi dari mulut kewanitaannya, kalau kumajukan lebih lanjut habis sudah selaput segel keperawanan tanda kegadisan dan kesucian fanny, tapi masih sulit rasanya untuk kupaksakan memasuki liang kenikmatannya lebih lanjut, seluruh ototnya menegang bahkan otot kewanitaanya pun begitu,ototnya kewanitaannya mengencang keras kurasakan seakan-akan berupaya mengusir batang kontol ini keluar dari memeknya.

    “Berhenti..plss…Sakitt sekali pak…”
    “Aku ga mau lagi…sakiittt…tolong lepasin aku pak…sakiit bangeet..”Fanny mengaduh kesakitan,

    Di tengah tangisan dan erangannya dia pelan-pelan berusaha mengangkat badannya menjauhi kontolku, pelan-pelan ia beringsut menggeser pantatnya kebelakang untuk mengeluarkan kontolku. Berharap aku tak menyadari apa yang sedang ia lakukan.

    Tapi aku lebih sigap, kupegang erat pinggulnya,kutahan agar dia tidak bisa menarik badannya lebih jauh.

    “Cantik kamu bukan perawan lagi, kamu akan kuperawani….” ku menatap matanya dalam-dalam sambil mengatakan kata-kata yang menyayat keberanian hatinya.

    Kupegang kepalanya dan kuarahkan kebawah agar ia bukan hanya dapat merasakan sakitnya diperawani paksa, tetapi juga dapat terus mengingat dalam mimpi buruknya gambaran prosesi hancurnya kesuciannya ini, dengan jelas dia dapat melihat batang pelir berurat hitam yang ujungnya sudah tertanam sedikit di dalam kewanitaannya.

    Dengan langkah pasti kutambah kencangkan gengamanku di kiri kanan pinggulnya dan sejurus kemudian kutarik pinggulnya mendekati diriku, sehingga secara otomatis memaksa memeknya harus menelan keseluruhan batang kontolku ini.

    Blesss creet…. “AKKH….”hanya sebuah erangan yang terdengar setelah itu Fanny diam, Fanny terbelalak antara percaya dan tidak percaya,

    Dia melihat dengan matanya sendiri prosesi yang seharusnya sakral itu, dimana batang pelir seorang pria yang berurat itu masuk ke dalam lubang vagina seorang wanita dan kemudian menembus selaput kesucian diri wanita. Ini terjadi hal yang sama, tetapi ini sama sekali jauh dari kata sakral, ini adalah P-E-M-E-R-K-O-S-A-A-N, tidak ada seorang wanita di dunia yang berharap dirinya diperawani seperti ini, apalagi ketika dia sedang kedatangan tamu bulanan.

    Setelah dengan kasar menembus selaput itu batang keras berurat ini terus menerebos celah sempit mendorong setiap otot-otot dan daging di sekelilingnya untuk membuka memberikan jalan bagi batang itu terus menuju rahim sang pemilik. Yang dapat kurasakan adalah KENIKMATAN….

    Kenikmatan yang tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata terasa hangat sekali batang pelir ini diselimuti oleh daging kewanitaan fanny, seperti gerak lambat kurasakan batang ini membelah daging di dalam kewanitaannya setiap bagian bergerinjal kurasakan menstimulasi syaraf-syaraf di kontol ini seraya terus bergerak maju mendobrak terus lebih jauh dan sungguh sangat sempit sekali vagina perawan untung agak sedikit basah kurasakan di dalam vaginanya entah karena darah mens atau cairan kewanitaannya. Akhirnya berhenti di satu titik setelah sampai mentok batang pelir ini tidak dapat maju lagi, mungkin memang sudah mentok sampai di rahimnya.

    Kudiamkan kontol ini tetap di dalam, tidak mau buru-buru ku entoti gadis ini dengan kasar. Ingin kunikmati dan kuhafal benar-benar sensasi yang ditawarkan gadis belia ini kedutan-kedutan kecil menyambut kontolku yang kubiarkan tertancap dalam dalam di lubang memeknya ini.

    Kenikmatan yang kurasakan berbanding terbalik dengan yang fanny rasakan, matanya masih terpaku melihat ke bawah ke poin tubuh manisnya dipaksa bersatu dengan tubuh bapak tukang sampah kompleks. Di kepalanya mengharapkan ini semua hanya mimpi, semoga dia segera terbangun dari mimpi buruk ini. Tetapi seketika itu juga, saraf-saraf di kewanitaannya mengirim sinyal ke otaknya memberikan tanda bahwa ini semua adalah realita, sinyal tanda kesakitan yang dirasakannya karena lubang sempit nan belia di bawah sana sedang dipaksa dan di dobrak membuka lebar-lebar untuk kedatangan benda asing yang tidak diundang. Rasa sakit yang menyayat tiap milimeter daging kewanitaannya yang masih berumur 18 tahun yang diperawani, bukan oleh kekasih hatinya tetapi oleh bandit tua tak berperikemanusiaan, bukan dengan kasih sayang tetapi dengan paksaan dan tanpa belas kasihan sama sekali.

    Keheningan ruangan itu pecah fanny menjerit histeris “Sakkiittt…Saaaakiittttt…..AAAKHHHHHHH”

    “KELUARRRINN..TOLOONNGG TOLOOONGGG..” tiba-tiba fanny berteriak panik karena sakit yang menyayat di lubang kewanitaanya.

    langsung kutarik kepalanya dan kukulum bibirnya, kucium dia agar tidak berteriak lagi…pertama dia menolak walaupun bibirnya sudah menempel di bibirku, dia masih berusaha mengerakkan kepalanya kekiri dan kekanan, tetapi apa daya kutahan kepalanya dengan tanganku, akhirnya dia pun pasrah dicumbu bibirnya oleh seorang abang tukang sampah, kumasukan lidahku dan kumainkan di mulutnya dengan rakus juga ku hisap ludah yang membasahi mulutnya, fanny sepertinya tidak pernah berciuman sebelumnya, dia sama sekali pasif membiarkan lidahku menjajah ke dalam rongga mulutnya, matanya hanya terpejam erat tidak mau melihat muka tukang sampah yang selain menjarah kesucian kewanitaannya juga saat ini telah menjarah juga kesucian sebuah ciuman dari dirinya. Kuciumi dia beberapa menit lamanya, sampai dia sudah lebih tenang dan pasrah.

    Melihat dia pasrah, kontolku yang dari tadi kubiarkan mentok di dalam memeknya mulai perlahan kutarik keluar. ketika kutarik keluar, fanny berteriak sdikit di walaupun sedang kuciumi dia dengan rakus. Fanny kembali merasakan sakitnya ketika benda berurat ini bergerak mundur di dalam kemaluannya. Baru kutarik sampai setengah aku terkejut kurasakan ada gaya tarikan yang menarik kontolku kembali ke dalam memeknya seraya tidak ingin membiarkan kontol ini pergi, semakin kutarik kontol ini semakin tarikannya terasa dan memijat kepala kontol ini dengan keras, wah benar dugaanku memek fanny bisa empot ayam hahaha…sudah lama tidak kurasakan memek yang bisa seperti ini. Memang ini adalah kemampuan memeknya atau karena dia sedang mens jadi vagina dan rahimnya membengkak, sehingga menjadikan vaginanya terasa seperti menghisap-hisap dan meremas-remas kemaluan ini secara luar biasa, karena dulu pernah kutemukan beberapa wanita yang bisa empot ayam tapi hanya ketika dia sedang mens. NAnti saja kucari tahu, ketika ku entot fanny ketika sedang tidak mens, memek ini sudah membuatku ketagihan padahal baru sebentar tidak mungkin hanya satu kali aku entoti dia.

    Kulanjutkan gerakanku Kutarik setengah lalu kumajukan kembali perlahan sampai mentok kembali di dalam lubang memeknya, perlahan-lahan aku memulai membangun momentum memaju mundurkan kontol ini. tetapi tidak dapat rasanya kutarik semua dan kumaju mundurkan dengan cepat, setiap otot-otot vaginanya seraya memerintah setiap bagian bergerinjal di dalamnya vaginanya untuk lebih kencang menyelimuti kontol ini ketika kutarik keluar, aku takut tidak dapat bertahan lama menghadapi memek ini tetapi aku sangat bahagia, sensasi yang diberikannya sangat intens. Apalagi ketika aku melihat ada cairan berwarna merah menyelimuti kontol ini, di dekat pangkal kulihat darahnya lebih berwarna cerah aku berasumsi bahwa itu berasal dari darah selaput perawannya yang telah koyak dan menjadi tanda bahwa ia buka perawan lagi, lalu kulihat di bagian atas dekat dengan ujung kontolku terdapat lelehan darah juga tetapi warna darahnya agak lebih gelap dan ketika kupegang agak seperti berpasir itu pastilah darah menstruasinya, tekstursnya terasa agak berpasir karena darah mens bercampur dengan sel telur dari rahimnya.

    “Dahsyaaatt…hahaha” aku tertawa kencang menikmati empotan memek gadis 18 tahun berketurunan cina ini, ajaib benar kemaluan gadis ini, berhasil membuat aku setan penasaran ini agak menahan diri untuk mengentoti dirinya dengan liar karena takut muncrat sebelum waktunya.

    “ehhnnn…akhh..sakitt…berhentti” erang fanny pelan tetapi juga ada desahan di sela-sela nafasnya yang masih merasa kesakitan. Kudiamkan saja sambil terus mendorong pingulku maju dan mundur secara perlahan.

    Sepuluh menit aku mengenjot dirinya yang cantik ini dengan tempo lambat, sambil sesekali kucumbu payudaranya yang membulat sempurna dan terkadang kupeluk erat tubuhnya sambil merasakan lembutnya kulit belianya menempel dan bergesekan di tubuh tua renta ini.

    “ehhnnn..ohh…ahhh..ahhh….ahhh” “mmm…ehhnn” “mmmhhh…” lama kelamaan fanny sepertinya juga mulai terbiasa dengan kehadiran kontol di memeknya, dia mulai melemaskan badannya tidak seperti tadi ketika pertama kali kuperawani.

    masih kugenjot dia dengan perlahan, agar ia dapat lebih terbiasa dan aku juga dapat lebih terbiasa juga dengan sensasi ekstrim dari memeknya yang membengkak dan terus mengempot ayam kontol ini.

    kunaikan tempo genjotanku ketika kurasa dia sudah siap, berharap ia sudah mulai dapat menikmati permainan nafsu yang terlarang ini.

    “ah..ah…ahh…mmmh…ahh…ahh…ehh…ehh..ahh” desahnya, di tengah nafasnya semakin tercampur desahan erotis…tangis dan kesakitan mulai berganti dan lenyap tenggelam dalam nafsu setan. Aku berusaha agar ia dapat merasakan orgasme ketika dientot seperti ini, agar ia nanti bisa ketagihan atau bahkan menjadi seorang maniak sex.

    “zlebb..plook…zleebb…ceplook…bleebb..plook..plook” suara cabul yang berbeda terdengar ketika kugenjot fanny dengan tempo yang lebih tinggi. Suara percabulan yang dihasilkan ketika aku menancapkan kembali dengan keras kontol ini hingga mentok sehingga menyebabkan paha dan selangkangan kami ini saling bertabrakan dengan erotis mngawal kelamin kami bertemu dengan nikmat.

    “ahh…ahh…ehh…ehh..ahh..engh..enghh..engghh” fanny makin mendesah kencang, kupeluk erat dirinya sambil kuangkat pantatnya agar kontol ini dapat lebih leluasa lagi bergerak lurus maju dan mundur menodai lubang kenikmatan fanny. Tidak lupa juga payudara mungilnya itu kuremas-remas, dan putingnya ku pilin-pilin agar dia lebih mudah lagi mencapai orgasme.

    Peluh menetes dari lehernya dan bergulir berbelok di tengah-tengah payudaranya, lalu menetes seprai orang tuanya ini. Ruangan ini ber ac tetapi tidak kuasa meredam panasnya persetubuhan makhluk berbeda kasta bahkan dunia ini.

    “engh..engh..engghh..engghhh…ahh…ah..ah..ahh” setiap kali aku bergerak fanny mulai ikut bergerak mengimbangi gerakan kontol ini, ketika aku bergerak maju maka ia pun bergerak maju dan makin mengangkangkan kakinya menerima terjangan kontolku. Entah dia masih sadar atau tidak bahwa ini adalah pemerkosaan, atau dia masih sadar ini adalah perkosaan tetapi tidak kuasa melawan dan merubah nasib lagi sehingga yang dapat ia lakukan adalah menikmati persetubuhan paksa ini.

    Kurasakan Fanny makin terengah-engah dan bergerak makin cepat, padahal aku sendiri belum bergerak dengan tempo seperti itu. Sepertinya dia sebentar lagi akan orgasme. Aku berhenti memajukan mundurkan kontolku, tetapi fanny sendiri yang secara tidak sadar karena tenggelam dalam kenikmatan memaju mundurkan pinggul dan pantatnya secara liar. Aku sungguh tidak tahan lagi dengan kenikmatan ini, Fanny bergerak sendiri jadi aku tidak dapat mengontrol lagi ritme yang pas agar aku dapat bertahan tidak memuntahkan sperma ini.

    ditengah gerakan pinggul dan desahannya yang makin liar, tiba-tiba fanny mengerang tertahan “ahhk..ahk..ahk..akkhh…akh.akkh.akkh..AHHHHKKKK…ENngghHHH”

    mendorong mentok pantatnya sehingga kontol ini tertancap maksimal,lalu ia mengejan dan mengeraskan seluruh ototnya…bahkan otot kewanitaannyapun seakan ingin menghancurkan kontolku yang tertancap maksimal ini, semua otot-otot dan gerinjal di kewanitaannya membetot kencang kontol ini sampai agak sakit tetapi masih nikmat. Kepalanya mendongak dan mulutnya menganga tidak sanggup mendesah mengeluarkan suara…Fanny orgasme yang ketiga kalinya, dan kali ini lebih spesial karena kontolku yang membuat dia orgasme. beberapa menit fanny tenggelam dalam gelombang orgasmenya, nafasnya memburu seperti sedang berlari berkilometer jauhnya. aku sendiri masih memainkan payudaranya sambil terpersona melihat malaikat secantik ini sedang tenggelam dalam gairah iblis, dengan peluh yang menetes ia makin bertambah cantik. Memek luar biasa dan kecantikan yang belia luar biasa sungguh sangat beruntung aku dapat merasuki dan akhirnya merasakan gadis seperti ini, apalagi kenyataanya dia juga sedang mens.

    kulihat ada darah mengalir dari lubang kewanitannya ke bawah ke lubang duburnya dan terus kebawah membasahi ranjang ini dan mewarnai sprei putih bersih ini dengan warna merah gelap, sedangkan di klitorisnya kulihat juga ada darah tetapi lebih terang warnanya seperti yang kuterangkan sebelumnya ini pastilah darah perawannya. sedangkan yang membasahi dan keluar membasahi ranjang pastilah darah menstruasinya. inilah kesukaanku dan inilah alasan aku bisa bangkit lagi, Darah dari kemaluan wanita memang sumber kekuatan.

    Kudiamkan dia sejenak, dengan kontolku masih tertanam erat di dalam lubang memeknya. Ketika kurasakan jepitan memeknya mereda kutanya ke fanny

    “Bagaimana enak kan bener??Lagi yaa..?” tanyaku… “Bapak masih belum selesai nikmatin kamu lowh cantik, Kontol bapak masih belum puas nih..”

    Tukang Sampah: “Aku Pernah Perkosa Gadis Abg Cantik” Part 3
    mulustrasi
    “Capheek Pakk..Dahh ya…”
    “Aku Gakhh maau laggihh..” “Sakiit sekali paak…”

    tidak peduli langsung kumaju mundurkan kontol ini “akhh..akhhh..akkhh..daahh capphee..ahh..ahh”

    Acuh dengan permintaan korbanku ini aku kulum puting payudaranya agar ia dapat lebih mudah bergairah kembali, payudaranya mengeras padat indah walaupun badannya bergerak tersodok-sodok oleh gerakan kontolku di memeknya, payudara gadis ini masih tetap mengacung indah dengan puting merah mudanya menghiasi puncak keindahan di dadanya itu. Urat halus di dadanya dapat kulihat jelas menghiasi gundukan indah ini, seperti sungai di pegunungan.

    luar biasanya gadis ini, sebentar saja baru kumulai entoti kembali setelah orgasme sekarang memeknya langsung kembali basah dan menghisap-hisap kembali kontol ini…hatinya dan mentalnya sudah capek, tapi badannya masih haus belaian abang dan terutama tusukan kontol lelaki rupanya.

    kurebahkan badanku, sehingga otomatis fanny berada di atas dan kontolku tegak lurus keluar masuk dari kemaluannya. dari posisi ini, darah mensnya semakin terlihat karena mengalir tertarik gaya gravitasi dan gerakan kontolku, darah mensnya membasahi kemaluannya dan kemaluanku. Sampai beberapa helai jembutku berwarna merah karenanya, tetapi tidak dengan fanny karena bulu kemaluannya masih jarang dan hanya ada di bagian atas kemaluannya.

    Batang tegak berurat ini terlihat gagah berwarna kemerahan karena darah mens fanny bergerak keluar masuk diantara celah bibir vaginanya yang sempit ini, setiap kali kontol ini kutarik keluar bibir itu sedikit tertarik keluar karenanya, dan ketika kusodok masuk kembali bibir vaginanya agak tertarik masuk kedalam. Sungguh pemandangan yang luar biasa, dari bawah juga kulihat payudaranya yang walaupun tidak terlalu besar tetapi mancung dengan puting yang menegang tegak menghiasi pemandangan. Lalu kecantikannya Fanny yang luar biasa, berpeluh tetapi masih sangat cantik seperti seorang bidadari

    Lalu rasa dan sensasi jepitan memeknya sungguh luar biasa, ditambah dengan jadwal siklus kewanitaanya yang membuat lubang memeknya membengkak semakin terasa seret menjepit bgitu juga dengan pelicin yang tidak lazim yaitu darah mens wanita yang karena tekstur darah mens yang memang agak berpasir membuat sensasi berbeda setiap penis ini keluar masuk membelah daging kewanitaannya.

    “ahhh..ahhh.ehhn..ehnn..ehhnn” desah fanny mewarnai persetubuhan paksa tapi nikmat ini.

    “enak ya cantik ngentot itu?” tanyaku menggoda, sambil kulihat fanny langsung mengigit bibir bawahnya tersadar akan desahannya yang erotis berusaha menahan desahan itu keluar ari mulutnya yang mungil…

    “jangan ditahan-tahan dong cantik, suara kami sexy banget lowh…” Ku arahkan jariku ke klitorisnya dan ku stimulasi clitorisnya itu, langsung saja ia bereaksi
    “ahhnnn…ahnnn…ahhnnn” desah fanny tak bisa tertahankan lagi sudah payudaranya aku servis, memeknya sedang kurojok-rojok dengan kontolku, klitorisnya kini ku permainkan juga, tidak mungkin dia tahan apalagi dia masih sangat tidak berpengalaman dalam hubungan badan…sangat mudah mempermainkan nafsu dan menghilangkan akal sehatnya.

    Capek aku menggerakkan pantatku naik turun untuk mengenjoti gadis cantik ini, aku pun memposisikan kakinya dari berlutut menjadi berjongkok di atas badanku…Lalu aku pun sengaja berhenti bergerak, ingin melihat bagaimana reaksinya. Kali ini fanny tersadar dan memandang mataku malu-malu seakan bertanya dalam-dalam kenapa aku berhenti memompa badannya…

    Kujawab kegelisahannya itu “Cantik gantian ya, abang capek nih…kamu yang gerakin ya, nih kamu kayak orang jongkok bangun aja”. Pertama dia terlihat ragu-ragu untuk bergerak, malu karena kalau dia bergerak berarti ini sudah bukan perkosaan yang hanya dinikmati oleh sepihak saja melainkan sudah menjadi persetubuhan yang dinikmati oleh kedua belah pihak. Adat ketimuran dan kepolosannya mendorong dia agar tidak bergerak dan menuruti hawa nafsunya, dia dilema antara menuruti nafsu atau mempertahankan harga dirinya yang sudah hancur itu. Tetapi seluruh insting naluri kewanitaanya sudah mendobrak segala batasan itu.

    “ehhnn…” Desahan fanny keluar, ketika dia mendorong kakinya untuk mengangkat badannya menjauhi kontolku yang tadi tertancap dalam di dalam lubang kewanitaannya.

    “akhh…zlebb…plook”

    Fanny menurunkan pantatnya kembali menjemput setengah kontolku yang tadi sudah keluar dan kembali masuk kedalam lubang kenikmatannya. “Hahaha sudah tidak tahan lagi rupanya, memang gadis sepolos apapun kalau sudah menikmati ngentot sampai orgasme pasti ketagihan”

    “ehnn…plook..ehhnn..plook..akhh” berulang kali naik turun kontol ini keluar masuk memeknya, dia sudah makin ahli menggerakkan kakinya terkadang ia sengaja sedikit ia tekuk badannya ketika turun kebawah agar kontol ku dapat mengenai G-spotnya, mungkin ia tidak tahu apa itu tetapi secara naluri tubuhnya tau dimana tempat-tempat yang nikmat untuk kontol ini tusuk dan ransang. Tidak terasa sudah hampir 15 menit Fanny ngentot dengan gaya woman on top, dan sudah dua kali fanny mengejang hebat dan berorgasme dengan penisku masih di dalam memeknya. Persis seperti ketika pertama, setiap kali orgasme ia akan dengan sengaja menancapkan kontol ini dalam-dalam sampai mulut rahimnya dan lalu otot-otot memeknya akan membetot kontol ini dengan keras, sampai gelombang orgasmenya selesai.

    Lama kelamaan akupun sudah semakin tidak tahan, sudah cukup lama aku menahan agar tidak muncrat…untung dia beberapa kali tadi sempat berhenti sejenak ketika orgasme sehingga aku dapat beristirahat sejenak dari kenikmatan luar biasa yang di suguhkan oleh memek belianya ini. Sekarang giliranku mengambil alih, aku rebahkan dia dan kuangkat kakinya dan kulingkarkan di pinggangku.

    “akhh…akhh…akkhh…canttik…akhh… enak banget memekk…kamuu…akhh…akhhh…” aku mengentoti dia dengan tempo cepat, fanny sedikit kaget melihat aku tiba-tiba aktif kembali padahal daritadi dia yang kuberikan kendali dalam persetubuhan ini.

    Secara naluri dia kembali merasakan ketakutan, karena kontrol permainan kembali dipegang diriku. Dan mungkin secara naluri juga dia tahu bahwa sebentar lagi rahimnya akan di hamili paksa oleh pasukan sperma dari seorang bapak tukang sampah tua.

    “ehhnn..ehnn…ehhnn…ohh…ohhh..enaaak…akkhh” fanny tidak sadar melenguh dan berkata enak.

    “akhh…akhh..enaak…kan akkhh…akhh…cantik?” Aku bertanya kepadanya ditengah deru gelombang kenikmatan yang semakin mendekat.

    “yaa..ehhnn..ehnn..okkhh..ehnn..ehnn” ia menjawab seadanya, tidak berani memandangku ketika menjawab.

    “akkhhh….dikitt…lagi…akhh…akhhh…aku HAMILIN KAMU…KITA ENAK BARENGG!” erang aku, mendekati puncak kenikmatan ini

    “Janggaann Di Dalemm AKhh…Akkhh..Akkhh…jaanggaaan…Akhhh..Akhh..Minggir…keluariinn..jangann di dalamm..” Fanny menendang-nendang badanku dengan berusaha mendorong badanku agar penisku tercabut dari memeknya, dan tidak memuncratkan pasukan kecilku di lubang memeknya. hampir saja tercabut penisku itu karena usahanya.

    Tapi apa daya, tenaga seorang gadis 18 tahun yang sudah kelelahan harus melawan tenaga pria yang sedang di puncak kenikmatan, aku tahan bahunya dan kutarik roknya agar kontolku semakin tertancap dalam sampai mendekati mulut rahimnya. Fanny tertarik ke bawah dan mengerang ketika dirasakannya penis ini kembali mentok di dalam lubang memeknya.

    “akkhhhh…GUAA HAMILIINN LUW LONTEEEE….” erang aku seraya memuntahkan peju di memeknya

    “akhhhh…crott crott crottt” melesat kencang semburan mani bapak tukang sampah ini, mengisi lubang kemaluan gadis belia 18 tahun bernama fanny ini.

    “Tidaaaaakkkkkk Akhhhhhhh…akkhhh” fanny mengerang, menyadari peju bapak ini keluar di dalam lubang kemaluannya, dan siap membuahi sel telur miliknya. Yang berarti sebentar lagi mungkin saja ia akan menjadi seorang ibu. Fanny langsung menangis sesengukan menyadari hal itu.


    Akupun rebah ngos-ngosan di atas badannya, sambil kontol ini beberapa kali masih memuntahkan pejunya di dalam lubang memek fanny. “ehhnn ehhnn…huhuhu” desah fanny ditengah tangisnya, merasakan sembuaran peju panas memenuhi memeknya dan mengalir menuju rahimnya

    Sungguh banyak sekali mani yang keluar, rasanya tidak habis-habisnya kontol bapak ini memuntahkan sperma ke tubuh gadis belia ini. Mungkin karena bapak ini sudah lama ga pernah ngentot Hahaha,bisa beneran hamil nih anak orang.

    pelan pelan kontol ini mulai mengecil dan kutarik keluar dari memeknya fanny…

    Darah mens beserta peju perlahan mengalir keluar, kembali membasahi sprei ranjang orang tuanya ini…Fanny masih sesengukan menangisi kesuciannya yang sudah terenggut, dan kemungkinan kalau aku sudah menghamili dirinya. Tetapi hal yang paling ia tangisi mungkin kenyataan bahwa ia tadi sempat menikmati persetubuhan ini.

    Kubiarkan dia menenangkan dirinya terlebih dahulu, kubangkit berdiri mencari celana dalam fanny yang tadi kulempar, kutemukan CDnya terjatuh di dekat meja kerja ayahnya tepat di depan foto ibu dan ayahnya, ironis sekali hehehe…kuambil CDnya yang berwarna hijau itu, ditengah cd itu masih menempel softex yang tadi dipakainya…masih cukup bersih karena sepertinya baru diganti olehnya, akupun mengelap darah dan peju yang menempel di kontolku menggunakan softexnya itu lalu kulemparkan ke ranjang agar fanny dapat kembali memakainya nanti.

    Kuberjalan lagi ke meja sebelah ranjang dan mematikan rekaman video smartphone miliknya, aku coba melihat adegan apa saja yang terekam..ternyata dari sudut ini semua adegan dapat terlihat jelas, bahkan ketika aku memperawani dirinya yang sambil memberontak itu. Akan kusimpan handphone ini sebagai kenang-kenangan akan kedashyatan memeknya.

    Fanny masih terkapar tidak berdaya di ranjang, masih sesengukan sambil sesekali memegangi memeknya yang berdarah dan berpeju seperti berusaha mengorek keluar setiap peju yang ada di dalam memeknya, tetapi dia masih takut untuk memasukan jari ke dalam lubang itu. Kudiamkan dia dan kulihat di hapenya aku melihat-lihat foto-foto di hapenya, dari sejak awalnya aku ingin mencari calon korbanku selanjutnya dari foto-foto yang ia miliki, gadis secantik ini pasti memiliki teman yang tidak kalah cantiknya.

    Aku melihat teman dekat ada empat orang, dan semuanya cantik cantik seperti fanny…sepertinya mereka teman dari kecil.

    Akan kugunakan fanny untuk mendekati mereka, jika fanny tidak mau berkerjasama akan kuancam akan menyebarkan video persetubuhan tadi.

    Sambil aku masih melihat-lihat hapenya dan merencanakan ide jahat kedepannya, fanny mulai berusaha bangkit tapi masih menahan sakit di selangkangannya. Kali ini ia sudah terduduk tapi masih menangis di tepi ranjang.

    Aku berjalan kearahnya sambil kubawakan celana dalamnya yang tadi. Ku kaitkan di kaki kiri dan kanannya

    “hukk hukk terbalik pakk” fanny berkata-kata dengan lirih

    “Terbalik apa cantik?” tanyaku.

    “Softexnya kebalik huhuhu…yang lebih panjang seharusnya di belakang..” jawab fanny

    aku pun baru mengerti dan kubalik softexnya dan kurekatkan kembali di celana dalamnya, kusuruh dia berdiri agar lebih mudah kupaikan kembali celana dalamnya, awalnya dia ragu-ragu tetapi sejenak kemudian dia berdiri setelah kubantu berdiri walaupun dengan masih menahan sakit di selangkangannya.

    Tukang Sampah: “Aku Pernah Perkosa Gadis Abg Cantik” Part 3
    mulustrasi
    Spermaku dan darah mensnya mengalir melalui pahanya ke lantai ketika ia berdiri…sungguh pemandangan yang indah, melihat darah keperawanan dan mensnya yang merah menyala mengalir pelan membasahi pahanya yang putih bersih itu dan jatuh ke lantai keramik.

    Ia tahu aku terpana melihat pemandangan erotis dan menggoda dari memeknya yang tepat di depan wajahku. Ia langsung cepat-cepat menarik Celana Dalamnya ke atas untuk menutup pandangan bejatku di memeknya yang berdarah itu. Fanny tertatih-tatih berjalan menuju kamar mandi sambil membetulkan rok dan Branya yang dari tadi tersingkap mempertontonkan payudaranya. Sebelum masuk kedalam kamar mandi ia berkata

    “Bapak Jahat…bapak tega lakuin ini semua, bapak lebih rendah dari binatang” “kalau aku hamil bagaimana, bapak mau tanggung jawab?” tanya fanny sambil sesengukan.

    “Bapak sih mau tanggung jawab non hehehehe…kapan lagi bisa nikah sama memek yang bisa empot ayam, cantik dan anak orang kaya lagi hahahaha” jawabku dengan terbahak-bahak.

    Fanny terdiam mendengar jawabanku, menahan amarah karena tahu dia sudah tidak bisa apa-apa.

    “Cantikk kamu kan lagi mens, memangnya bisa hamil kalau lagi dapet, sel telur kamu kan lagi keluar sama darah mens kamu?” “Daripada kamu pusing-pusing lebih baik kamu bersihkan badan kamu dan ruangan ini sebelum orang tuamu kembali… atau mau bapak mandiin kamu , enak loh mandi bareng hahaha?”

    Fanny tidak menjawab, mukanya menunjukan bahwa dia jijik membayangkan aku mendekati dan mandi bersama dengan dia. Tetapi dia terlihat sedikit lebih lega dengan yang kukatakan barusan kalau dia tidak akan hamil ketika berhubungan badan ketika sedang mens, padahal belum tentu hahaha dasar gadis cantik tapi bodoh…

    Sambil ia mandi aku menonton berita di TV layar datar, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan fanny melongokkan kepalanya, dia terlihat malu-malu ingin mengatakan sesuatu

    Akhirnya ia memberanikan diri dan berkata.

    “Pak tolong ambilin aku softex yang tadi bapak ketemu di lemari mami dong?”

    “Yang ini kan non?” aku angkat bungkusan softex yang tadi kutemukan

    “nih non…cukup pake ini, ga mau pake ini aja hahahaa?” aku menunjuk kontolku sebagai ganti softex…

    Brakkk…Fanny langsung membanting pintu setelah dia mengambil softex dari tanganku.

    Cukup lama dia membersihkan dirinya sampai aku nyaris tertidur, ketika dia selesai mandi dia keluar dan kucium wangi sampo dan sabun mahal dari tubuh dan rambutnya, menggodaku kejantananku untuk kembali mencicipi tubuhnya yang belia dan mungil itu. Kubergerak mendekati dirinya, bersiap menerkam dirinya yang sedang membersihkan noda darah mens di rok’nya.

    tiba-tiba kudengar di bawah, ada pintu yang dibuka “Klekk…jreek”

    Aku langsung buru-buru membekapmulut fanny.

    “Awas kamu kalau berani berteriak akan aku bunuh keluarga kamu, lalu aku sebarkan video ini ke internet” ancam aku

    Fanny mengangguk pelan mengerti ancamanku serius. Aku bersembunyi di dalam kamar mandi.

    Fanny langsung menarik sprei yang sudah ternoda darah dan cairan bekas pertempuran kami. terdengar suara “Ci…..” “Cii…kamu dimana?”

    Sepertinya itu suara adiknya, dan pelan-pelan mulai berjalan mendekat. Aku lupa mematikan televisi, jadi dia pasti tau bahwa cicinya ada di kamar ini.

    “Jekleekk” Pintu terbuka

    “Cici lagi apa?” adiknya bertanya

    “loh kq lagi pegangin seprai ranjang papi mami?”

    “Ohh ga ini tadi cici liat agak kotor,jadi cici ganti aja”

    “Cici koq ga kuliah, lagian mata cici koq bengkak abis nangis ya? kenapa ci cerita sini sama aku”

    “Ouww ga apa-apa koq lin, lagi ga enak badan aja nih. ini gara-gara flu trus juga lagi M nih” jawab fanny sekenanya ke adiknya caroline.

    “Kamu koq pulang jam segini lin ga les balet kamu?” tanya fanny ke caroline, “ini lagi mau pergi, tadi sepatu aku ketinggalan dirumah” jawab carolibe

    “ouw gitu yaudah pergi gih buruan, nanti telat lowh”…”oke cepet sembuh ya kakak ku yang cantik byeee” Caroline meningalkan kamar dan kudengar pintu gerbang terbuka dan menutup kembali menandakan adiknya telah berangkat pergi.

    hihi cantik juga adiknya lebih cantik dari yang difoto bahkan, daritadi aku mengintip mereka dari lubang ventilasi. Adiknya tadi masih mengenakan baju putih Biru tua SMP berarti…hmmm sepertinya sudah cukup ranum untuk dinikmati.

    Aku pun keluar dari kamar mandi lalu, mendekati fanny sambil mengecup keningnya…

    “Sampai ketemu lagi ya cantik, hape ini bapak yang bawa hehehe”

    “Makasih ya untuk tubuh kamu yang luar biasa ini hehehe, jarang-jarang bapak nemu gadis cantik jago ngentot kayak kamu” kata-kataku membuat kuping dan pipi fanny memerah antara menahan malu dan emosi, dan hanya menitikkan air mata kegetiran.

    “oh ya bapak ambil kunci rumah kamu ya, nanti bilang saja hape dan kunci kamu hilang di jalan hehehe”

    “Byee canttiilkk..mmuaahh” Aku memberikan ucapan selamat tinggal, tetapi fanny jijik melihat aku dan membuang muka.

    Aku kembali ke rumah bapak ini dengan perasaan puas telah memperawani gadis perawan cantik yang sedang datang bulan, tapi apakah ini cukup????

    Tentu saja tidak…dan tidak pernah akan cukup….

  • Bu Siska Ibu Angkatku

    Bu Siska Ibu Angkatku


    1867 views

    Cerita Sex ini berjudulBu Siska Ibu AngkatkuCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Jumat pagi itu, aku hanya setengah hari ke kampus. Siang dan sore itu memang terasa agak berbeda hari ini. Mungkin karena akan ada kejadian istimewa yang akan kualami sebagai pengalaman baru makanya gairah jadi lebih dari hari-hari biasanya.

    aat itu, Umurku baru 19 tahun. Umur yang tak sebanding dengan pengalaman hidup yang kualami. Bayangkan, di umur sedini ini, aku sudah pernah bersetubuh dengan 3 wanita cantik. Satu orang kuanggap ..istriku.., satunya lagi bahkan ibu angkatku, dan yang terakhir dan paling seru adalah dosenku yang sekaligus sahabat terdekat Bu Siska, ibu angkatku.

    Kukatakan paling seru hot karena Bu Hesti (atau Tante Hesti), dosenku itu ternyata punya libido yang lebih tinggih lagi dibanding ibu angkatku. Sejak pertama kali berhubungan badan denganku ia sudah tak malu-malu memintaku untuk melayaninya hampir tiga kali sehari.

    Tak mengenal tempat, Bu Hesti malah pernah dua kali memintaku menyetubuhinya di ruang dosen yang saat itu kebetulan sedang sepi. Lalu di toilet kampus ketika aku baru saja hendak menuju tempat parkir. Dan yang seingatku paling seru adalah sehari sebelum kami melakukan ..pesta bertiga…

    Sesuai kesepakatan kami (lebih tepat ultimatumku pada Bu Hesti), dia hari ini akan mengatakan ide gilanya (main bertiga) pada ibu angkatku itu. Aku dimintanya menunggu di suatu tempat (hotel) di kawasan menteng dekat rumah untuk bertemu dan melihat bagaimana hasil ..loby.. Bu Hesti terhadap Bu Siska. Dengan bersemangat, aku yang sedari pagi memang terus memikirkan hal itu jadi tegang seharian.

    Tak sabar rasanya ingin segera mengetahui apakah ibu angkatku itu akan setuju atau tidak dengan ide Bu Hesti. Meski tak seratus persen yakin, aku sangat berharap ibu menyetujuinya. Bayangan-bayangan vulgar dua tubuh perempuan paruhbaya yang keduanya montok dan bahenol itu tergambar jelas di benakku, bagaimana jika dua tubuh bugil itu ..tersaji.. dan menggoda gelora api birahiku.

    Ah! Aku benar-benar menginginkannya segera! Ya, segera! Aku ingin memakan keduanya mentah mentah! Memasukkan kontolku di kedua memek yang sama-sama nikmat itu bergiliran, memompa keras kelaminku pada kewanitaaan mereka, mengantarkan gelora api seksual mereka ke puncak dengan teriakan sejadi-jadinya, hempasan sekeras-kerasnya, genjotan secepat-cepatnya dan hujaman sedalam-dalamnya, aaah!!!

    Aku memasuki kamar hotel yang telah di booking sebelumnya oleh Bu Hesti, siang jam 12.30pm. Badanku menghempas dan telentang di kasur empuk itu. Telanjang sudah, tanpa CD dan tanpa selimut. Kubiarkan dinginnya aircon menerpa seluruh pori-pori kulitku, karena sebentar lagi, seorang perempuan -yang kurang dari empat hari ini mulai mengisi ..jadwal ngentotku..

    di sela-sela aktivitas seksual keseharian dengan Bu Siska- akan datang dan kuyakin membawa berita baik tentang rencana ..2v1 Fuck.. yang kuimpikan sejak Bu Hesti mengatakannya.

    ….ting tong..,.. bel pintu berbunyi, aku melompat ke arah pintu dan langsung mengintip melalui lubang kecil disana. Oy oy! Perempuan paruhbaya bertubuh sintal dan bersusu montok ini datang juga rupanya. Berpakaian terusan biru motif bunga tanpa lengan, mempertontonkan ..sisa.. putihnya kulit dan kemontokan buah dada nya tak mampu sembunyi dibalik baju feminim itu.

    Uuuhhhh, ia sangat tahu seleraku rupanya, terusan berkancing depan dengan dada rendah dan pinggiran berenda itu seperti memacu adrenalin kelelakianku untuk tak sabar menunggu tanganku yang membuka pintu. Dan begitu ia masuk, aku cepat menutup pintu dan dengan gerakan yang ia tak sangka-sangka, kudekap dari belakang. Langsung menyingkap gaunnya yang begitu menggoda.

    Tangan kananku mendekap erat pinggangnya dari belakang, yang kiri menyingkap bawahan gaun itu dan langsung menyambar tepian celana dalamnya, kucopot dengan paksa hingga pemiliknya gelagapan seperti tak siap. Tapi begitu wajah manis mirip artis Camelia Malik itu sedikit menoleh kebelakang, aku langsung menerkam bibir sensualnya. Keciplak-nya pun jadi memicu birahi untuk segera ..memperkosa.. ibu dosen binal nan nikmat pepeknya ini!

    Bu Hesti memang tak lagi sempat berkata-kata, ini kali pertama sejak affair kami, aku ..memperkosanya… Dan akhirnya, meski kelihatan sedikit meronta-ronta seakan menolak, ia pasrah juga saat kubaringkan tellentang dengan pakaian yang masih melekat tapi awut-awutan itu.

    Kakinya mengangkang dan menjuntai di pinggiran tempat tidur, setengah dari kancing depan dada gaun terusan itu terlepas dengan cup BH yang kutarik kebawah, menunjukkan eksistensi kemolekan buah dadanya, di pinggiran puting kiri susu itu bahkan masih tampak sisa kenyotan mulutku saat pertama ngentotin ibu dosen ini.

    Kuangkat keatas kakinya tinggi-tinggi, kukangkangi kiri kanan lebar, menunjukkan jelas rekahan vagina yang lebih senang aku sebut PEPEK merah itu, menggoda sekali. Dan buah zakar, pelir atau kontolku mengacung keras dan bersiap masuk menerobos pintu lunak yang rupanya telah basah itu.

    ….sudah basah ya, tante.. Cepat banget basahnya…. itu kata-kataku yang baru pertama keluar sejak ia memasuki pintu kamar, aku memang memanggilnya TANTE, in stead of Bu Hesti. Ia yang minta begitu utk membedakan panggilannya dengan ibu angkatku.

    Aku juga senang, karena menurutku, kata TANTE mengandung konotasi BINAL yang tak kalah heboh dengan NGENTOTIN IBU ! dan bukannya mengeluh atas perlakuanku, ia malah semakin gila menggesek-gesekkan kepala penisku di pintu vaginanya yang sudah ..siap coblos.. itu.

    ….hhhhhhhh..saaay..dari tadi juga tante basaaaaah mikirin kamu, ayyooohh aahhh, vaginaku minta dimasukin segeraa aaahh..!!!!.. jeritnya sambil mendesah-desah mengiringi tarian kepala penisku yang masih saja hanya sekedar menggelitik clitoris diatas bibir memeknya.

    ….kontol! Setan! Monyet! Cepat setubuhi aku! Kalau tidak, awas ya. Akan kudekap pinggangmu dengan kedua kakiku yang melingkar ini. Setan! Anak kurang ajar, kalau kau terus mengucel itilku begini, aku bisa keluar duluan…

    Lengkap sudah pemandangan penuh sensasi ini, Bu Hesti -dosen akuntansi paruhbaya itu- kini seperti gadis perawan yang binal, mengemis untuk segera kusetubuhi, tak peduli terusan biru berbunga, panjang dan berenda itu masih melekat di badannya, bahkan sepatu putih berhak tinggi itu belum terlepas dari kedua kakinya.

    Kedua betisnya terpegang tanganku kiri kanan, pahanya otomatis membuka lebar celah pangkal dimana barang nikmat berbulu lebat itu merekah dan betul-betul siap menerima sang tamu besar nan panjang yang hampir setiap hari selama minggu ini mengunjunginya dengan teratur.

    Segera saja aku menyudahi permainan kepala penisku yang menggesek dan menggelitik bibir memeknya, kupasang tepat menempel di mulut liangnya dan dengan penuh tenaga, sekali dorong kuhabiskan membenamkannya amblas hingga tak tersisa.

    ….Oooooouuuuuhhhhhhh!!!! Yessssss!!!! Aaaaahhhh!!!!.. jerit perempuan seusia ibuku itu dengan keras pula, seolah melepas ketidaksabarannya menanti. Penisku mentok membentur dasar liang vagina yang telah pernah empat kali dilalui jabang bayi itu. Tetap nikmat dan menjepit, senut-senut di dalam sana, aku menarik hingga kira-kira setengah…

    ….Uuuffff….nnggg..,.. bibir sensual Bu Hesti mengepit keras, seiring denyut vaginanya yang seakan menyedot kembali batang penisku yang hendak lanjut keluar.

    ….masukkan lagi saaaayyyaaangg..aaaahhhhh,.. desahnya saat aku menunggu sejenak sambil memandangi tubuh bongsor dosen akuntansi ini. Tanganku meraih buah dada yang sedari tadi ..menganggur.. di sela belahan depan gaunnya yang terkoyak.

    ….remeeesss..susu tanteeee…Buuudddiiihhh ooohhhh,..

    ….tante belum cerita bagaimana hasil ngomong dengan ibu..,.. aku berkata sambil menghentikan gerakan turun naik di atas pangkal pahanya, membuat Bu Hesti cukup senewen.

    ….ayo goy ang dulu saay..nanti tante ceritaiiinn..uuufff tanggungg niiiihh,.. ia mencoba menggoyang pinggulnya kesamping. Mungkin berharap aku akan terpengaruh dan lanjut menggenjot atas bawah. Tapi kudiamkan saja, sengaja kupermainkan kenikmatan yang dialaminya.

    ….ooouuhhh, jahaaatt kamuuuhhh,.. ia menampar dadaku pelan, menunjukkan kekesalannya karena tak mampu menaikkan pinggulnya untuk memasukkan penisku yang hanya menancap sampai kepala. Tentu Bu Hesti tak mampu, tubuhnya terlalu berat untuk mengangkat dengan posisi begitu.

    ….OK, sayang! Huuuh..Tante mau cerita, tapi please, goyang dooong, Tante ngga tahan kalau kamu diam begitu,..

    ….deal! Akan saya goyang perlahan dan tante cerita…, hmmmm..sssshh,..

    ….ibumu mauuu saaayyy….hhhhhh yesss..ooouuuhhhhh,..

    ….ooohh yaaahhh.. Apaaah katanyaaah….

    ….diaa bilaaangg kamuuuhh pastiiihh sangguuupp…,..

    ….ngga risiih…. aku bertanya

    ….ooouuhhh..ssshhh risiiih jugaaahhh..,..

    ….nah trus…. aku berhenti sejenak sampai ia merengek minta diteruskan.

    ….hhhhh…makanyaaahhh bertahaaapp..ooouuhh goyang saaayyy ooouuff,..

    ….bertahap gimana…. aku diam lagi

    ….hhhh..jangan berhenti ddoooong, ssshhh maksuudnyaahh kalian main duluan, nantiih tante bergabung setelah kalian main setengah ronde,

    biar ngga cangguuungg…hhhhh yaaah ooh yaaahhh ooohhh yaaahhh,..

    ….maksudnya hhhh tante gabung belakangan gituuuhhh …. aaahhh……

    ….iyaaahh saayyy..tunggu kalian setengah ronde permainan dan tante datang langsung gabuuungg…sssshhhh,..

    ….kenaaapaaah..nggaa seekaaaliiiaan ajaahh langsuuung gituuhh….

    kupercepat genjotan akibat membayangkan bagaimana nanti aku bermain dengan dua wanita paruhbaya yang jelita ini.

    ….tantee siiih mauuhh ajaaahh..taaapiii kaan iiibumuu yang mintaa, oouuhhh genjoot lebih keras lagiiihhh buuudd…ooohhh..yesss..tante ntarrr

    lagiiihh niihhh,.. ujar Bu Hesti terengah-engah mencoba mengimbangi hempasan di pangkal pahanya.
    Sebentar lagi ia rupanya akan orgasme. Aku sudah hapal benar ..tingkah.. dan ..kebiasaan.. perempuan paruhbaya dan kelaminnya saat mereka menjelang orgasme. Kucoba mengatur permainanku agar ia lebih lama lagi. Aku memperlambat gerakan dan menjulurkan lenganku kebalik punggungnya, langsung memeluk dan mencium, dengan mesra.

    ….jangan keluar dulu tante, Budi mau tante lebih lama karena hari ini tante kelihatan cantik sekali,.. aku mencoba merayu untuk mengalihkan perhatiannya.

    ….ouuuufff….ooohhh..kamuuhh bilang..tantee cantiiikk.. Hhhh…aaaauuuhhh..cantik mana sama oouuhhh ibuu kamuuu uuuuhhhh.. Hooohhhh..ssshhhhh,..

    ….sama-sama cantik, tante sayang…., saya suka sekali penampilan dan tingkah genit tante seperti ini,..

    ….bisaa ajaaah kamuuuhh saaayy..oouuhhh nikmatnyaah goyangan kamuuuuhhh..tante bisa gilaa kalau nggak main sehari aja sama kamu..oooouuhhh..yesss..yesss..yesss,..

    Aku berhasil juga membuatnya bertahan lebih lama, dengan gaya yang romantis itu tadi, yang tentu saja mengalihkan perhatian dan membuat ia GR dengan pujian-pujianku. Saat ini aku memang ingin kami mencapai klimaks bersama-sama, oleh sebab itulah saat penisku merasakan gejala klimaks di dinding vagina Bu Hesti, aku langsung berhenti bergoyang. Hasilnya, sudah 30 menit permainan, ia belum keluar juga, aku pun berusaha untuk mencapai klimaks yang segera. Setiap gesekan dinding penisku dan vaginanya, sangat kuresapi sehingga beberapa saat setelah kira-kira 45 menit persetubuhan itu berjalan aku mulai merasakannya.

    ….oooouuuhhh..tanteeeeehhh…keluar sama-sama yuuukk say…,..

    ….uuuuhhh..yesss..ayo sayaaaangg..tanteeeh juga sudaaah nggaaaa sangguuup lagiiiiihh oouuuhhhh…ooohhh..yessss..yesss..yesss..yesss…aaaa u uuhhh….nikmaaatnyaaaahhh oou uuhhhh….hhhhh….budiiiihhhh..buuuuudiii..budiiii..b udiii..yesss!!! yes!!! Tekan sayang, tekan sayaaaang..,..

    desahannya berubah jeritan, aku juga semakin mempercepat naik turun, kini menghempas keras pinggang kami.

    ….Yes tante! Tante! Tante! Tante! Ooouuuhhhh…..goyang sayang oouuhh!!!..

    ….Peeeluukkk tanteeehhh aaaoouuuhhh..sayaaang peluk tante, peluk tante oouuhhhh!!..

    Akhirnya ia melepas juga, menyembur didalam sana, dari lubuk rahimnya keluar cairan hangat menerpa kepala penisku.

    ….oooouuuhhh..yeeess..tante, tanteeeeeee oooooohhhhhhh!!!!.. aku melepas juga beberapa detik setelah Bu Hesti orgasme.

    1,2,3,4,6,7,9,12,,15kali semburan spermaku di dalam liang vaginanya. Penuh! Sampai menyembur beberapa tetes keluar dari kemaluan Bu Hesti.

    Lama kami saling mendekap erat sekali, aku menindih sambil memeluk kuat tubuh bagian atasnya, benar-benar lezat tubuh dosenku ini, kedua payudaranya tergencet dadaku. Bibirnya kubekap dengan bibirku, kusedot lidah Bu Hesti, kutelan liurnya hampir tak bersisa. Bu Hesti juga dengan antusias menyedot lidahku. Luar biasa permainan ini!

    ….mmmmhhhh….nikmatnya saaay….tante puas sekali..,..

    ….saya juga tante, tante tadi hebat!.. pujiku

    ….hebat gimana say….

    ….bisa lama begitu, saya puas sekali,..

    ….Ah, itu karena kamu yang ngajari tante. Mulanya sejak tadi tante sudah hampir sampai tapi karena kamu ajak ngobrol jadi tante bisa bertahan lama,..

    ….pokoknya tante luar biasa, nanti kalau main bertiga tante juga harus mengatur biar bisa lama seperti tadi,..

    ….akan tante coba, tapi biasanya tante ngga bisa kontrol, kalau sudah terasa geli sedikit aja, pasti tante langsung genjot trus keluar deh..,.. akunya polos.

    Kucium pipinya dengan mesra, tante membalas sampai beberapa menit setelah itu ia minta istirahat dulu karena seharian tadi ia sudah ..kerja keras.. merayu Bu Siska supaya mau main bertiga.

    Kubiarkan ia tertidur disamping aku yang melamun membayangkan bagaimana rasanya besok kami (aku, Bu Siska dan Bu Hesti) akan menikmati dua hari di Villa puncak, main bertiga untuk yang pertama kalinya. Kubayangkan bagaimana aku akan melayani dan dilayani dua perempuan cantik paruhbaya bertubuh montok ini. Satu adalah ibu angkatku yang selama ini menjadi partner seks tetap dan satunya lagi adalah dosen akuntansiku di kampus.

    Bu Siska punya buah dada besar, bisa untuk menjepit penisku. Memeknya berbulu lebat sekali, aku hobi menjilatnya, mainnya kreatif dan punya banyak ide untuk membuat aku selalu merasa berbeda dari waktu ke waktu. Bu Hesti punya wajah menggairahkan, membuat setiap orang yang memandangnya jadi nafsuan, susunya tak sebesar milik ibu, tapi aku suka bentuknya yang agak panjang seperti pepaya, walaupun sudah sedikit turun karena usia dan empat orang anak yang menetekinya dulu.

    Yang paling kusuka dari Bu Hesti adalah memeknya yang masih terasa sempit, walaupun tidak se-..empot-empot.. memek ibu angkatku, memek Bu Hesti terasa lebih mencengkeram. Mungkin karena aku baru memakainya beberapa kali saja dibanding memek Bu Siska yang hampir tiap hari dan tiap jam aku jejali dengan penis perkasa ini.

    Gara-gara keasikan melamunkan bayangan vulgar itu, aku jadi tegang lagi. Sejam saja sejak orgasme tadi, aku kembali meminta jatah dari Bu Hesti. Malah kali ini kubiarkan ia terlelap dan dengan hati-hati kumiringkan badannya dan menekuk satu kakinya kedepan.

    Dengan hati-hati setelah menempatkan diri berjongkok di belakang pantatnya yang semok itu, aku menempelkan kemaluanku tepat dibibir vaginanya yang masih saja basah akibat tumpahan cairan kelamin kami tadi. Blesss!!! Sekali dorong, langsung tertembus. Pemiliknya kaget dan terbangun, menemukan dirinya sedang dientot lagi.

    ….oooouuhhh….saaayyy…kamu jahaaaaatttt..aaaaaaaaahhhh..,.. meski begitu ia menikmati juga.

    Akhirnya permainan itu berlangsung juga, kubawa ia terbang melayang berkali-kali sampai setelah itu aku melepas untuk yang keduakali hari ini dalam vaginanya. Ah..Bu Hesti, Bu Hesti…Nikmatnya memekmu!!!

    Sampai di rumah malam itu, aku langsung masuk kamar. Dan betapa aku terkejut melihat pemandangan di dalam sana. Di tempat tidurku sudah berbaring seorang perempuan paruh baya, mengenakan daster tipis, baju tidur transparan dari bahan sutra putih lembut yang cukup memberikan gambaran bentuk tubuh sintal nan aduhai.

    Wajahnya menyunggingkan senyum yang lebih berarti ajakan bagiku untuk segera ..menyantap.. hidangan itu mentah-mentah! Huh, ibu rupanya juga menginginkan itu, sehingga tanpa permisi padaku, begitu aku duduk di pinggiran tempat tidur dan akan menciumnya ia menyambut dengan antusias. Tangannya langsung dengan cekatan mencomot satu-persatu pelapis tubuhku.

    ….kamu jahat membiarkan ibu menunggu dari sore tadi…., besok kita akan ke puncak. Bu Hesti tentu sudah memberitahukan itu,.. lembut dan datar sekali suaranya, menunjukkan betapa ia seorang ibu yang matang fisik dan mental.

    ….apa itu Bu….

    ….nakal kamu, pura-pura tidak tahu,.. lanjutnya setelah berhasil melepas semua pakaianku

    ….Baru saja kamu pasti sudah melayani Bu Hesti, sekarang apa masih ada sisa untuk ibu….

    ….haaah…. aku terkejut ternyata ibu tahu itu. Tapi belum lagi aku habis berpikir bagaimana ia sampai mengetahuinya, ibu sudah menindih,

    dengan sedikit mengangkat gaun tipis itu ia langsung menempatkan diri diatas pinggangku yang kini terbaring dengan penis yang secepat itu pula tegang mengeras.

    ….ayoooh say, ibu sudah basaah dari tadi, ngga tahan mbayangin kamu terus, oouuh,..

    ….ssshhhh..oouuhh ibuuuuuhhh enaaaakhhhh,.. desahku meluncur begitu ia menurunkan pantatnya dan membalut penis tegangku kedalam celah liang vaginanya. Langsung menggoyang naik turun, pelan, pelan, dipercepat, agak cepat dan semakin cepat sehingga kini keciplaknya

    mulai terdengar keras.

    Plak! Plak! Plak! Bunyi kemaluan kami yang bertaut dan mulai becek disekitarnya akibat cairan ibu yang ternyata memang sudah banyak sekali. Nafsunya sudah sangat tak tertahan rupanya, sehingga sekejap saja ia sudah ..basah.. seperti itu.

    ….Oooohhhhh!!! Ooohhh..ooooohhhh..ooohhh..aaahhh..oooohhh,.. jeritnya keras sambil menjambak-jambak sendiri rambutnya yang lepas tergerai. Kubelai buah dada besar ibu yang sudah lama menjadi ..hak-ku.. itu.

    ….oooohhh yyeeeeessshhhh yaaang kerassshhh remeeeeshhh susu ibuuu!!!.. teriaknya lagi.

    Tak tahan dengan sensasi nikmat ibu angkatku ini, aku jadi ikut-ikutan bernafsu. Kubanting tubuhnya, giliran aku yang diatas memompa naik turun. Padahal gaun tidur sutra itu masih melekat dan kini melingkari pinggangnya. Bagian dadanya melorot kebawah dan roknya terangkat keatas pinggang.

    Sebuah pemandangan yang justru membuat nafsu semakin terpanggang birahi. Aku menghempas sejadi-jadinya, menggenjot sekeras-kerasnya dan menusuk sedalam-dalamnya. Mulutku seringkali menunduk dan langsung meraih puting buah dadanya, menyedot menarik-nariknya dengan gemas.

    Ibu tak mau pasif saja, sejurus kemudian ia membalikkan posisi. Aku kembali berada dibawah, ia berputar menghadap ke arah kakiku, sambil terus saja mengocok vaginanya dengan penisku turun naik. Bongkahan pantatnya yang semok besar kuremas-remas, ketika terangkat ke atas ia menunjukkan betapa kemaluanku yang tegak dan keras itu menyangga celah bibir vaginanya. Saat turun menghempas keras, ia menimbulkan keciplak seperti suara tepuk tangan. Benar-benar pemandangan yang sensasional dan memabukkan.

    ….Say, hhhooooohhhhh ibuuuhh nggggaaaa taaaahaaannnn..mooo keeeluar aaauhhh!!!..

    ….yyaaahhh buuuhhh ayoooohhh keluarin…hhhh, tapiiii hhhheehhh baliikk duluh.. pintaku sambil terengah-engah.

    Sejenak kemudian ia melepas pertautan vagina dan penis itu. Lalu berbaring telentang disampingku. Kakinya diangkat tinggi keatas dengan paha yang membuka lebar, menunjukkan belahan bibir vagina yang merah merekah dengan bulu lebat itu. Benar-benar sensasional! Vagina itu kini menganga lebar menunggu penisku untuk ..menuntaskannya.. dengan segera.

    ….ah..ibu…,.. aku sampai berguman mengagumi pemandangan yang terhidang begitu sempurna dihadapanku sekarang.

    ….kenapa saaaay…. rajuknya manja.

    ….vagina ibu bagus sekali…,.. dengan jujur kukatakan.

    ….ah kamu bisa aja, ayo say..ibu ngga tahan niih..,.. pintanya sekali lagi. Aku yang kemudian tak tahan juga. Secepatnya kutempatkan

    pinggangku diantara pahanya, menempelkan penisku di bibir merah vaginanya, meraih kedua susu besar ibu dengan kedua tanganku dan langsung menggenjot keras dan cepat sekali.

    ….Ooooooouuuuuhhhhh…aaaaaahhhh..ahhhh..ahhh..ahhhh ..ah hh..yesss!!!!.. jeritan khas Bu Siska setiap kali ia akan menjelang orgasme.
    Aku bergerak tanpa jeda, terus menggenjot naik turun sambil meremas dan berpegang pada buah dada besar itu.

    ….mmmmmmm……mmmmm..mmmmhhhhhhhh..oooooohhhh..iiibuu uuh h keluaar rrrrrrrrr….ooooooooooooouuuuhhhhhhhhhh yesss yesss yesss…haaaaaaaaahhhhh,.. jerit panjang itu mengantarnya sampai di ujung kenikmatan.

    ….Yaaahhhh..buuuuhhh ayooohhh keluariiinnn semuaaahhh ooohhh meeemeeek ibuuuuhh enakkkk ooouuhhh..sshhhh…jepiitttt buuuuhhh ooouuhhhhh,.. aku ikut berteriak merasakan jepitan vagina ibu yang semakin keras saat-saaat ia terasa melepas di dalam sana. Duh, nikmatnya memek ibu angkatku ini.

    Beberapa saat tubuhnya mengeras, pahanya mengapit tubuhku dengan kuat. Ia melepas dengan begitu nikmat. Aku menunduk memberikan ciuman mesra setelah ia sedikit melemas menuntaskan puncak orgasmenya.

    ….jangan lupa, bu. Saya belum….,.. bisikku pelan sambil mengecup belakang telinganya, berusaha membuat ibu bangkit lagi.

    ….yaaa..sayang, goyang aja yang pelan..ibu masih sanggup, tapi yang pelan aja ya….

    ….baik bu,.. aku mulai menggoyang lagi. Dengan pelan seperti permintaannya. Dengan mesra seperti yang lebih aku suka.

    ….I love you, Bu..,.. bisikku sambil terus menggoyang naik turun diatas tubuhnya. Matanya yang sedari orgasme tadi terpejam, membuka dan menatapku seperti tak percaya.

    ….ibu juga sayang kamu….oouuuhhhh…nikmatnyaaahhhh,.. ibu langsung memelukku erat. Membelai lembut punggungku. Aku meneruskan goyangan pinggul naik turun diatas pangkal pahanya dengan pelan dan mesra.

    Bibir kami bertaut, saling melumat didalam sana, lidahku dan lidah ibu seperti berebut membelai dinding-dinding dalam rongga mulut kami.
    Pahanya mulai menjepit, mengapit pinggangku yang terus bergoyang. Bu Siska rupanya telah bangkit lagi dengan permainan lidahku di permukaan buah dadanya. Bibirnyapun mulai menggumam lagi, nafasnya turun naik.

    Kupercepat goyangan dari atas, ..ooooouuhhh…sayaaang..,.. desahnya,

    Ibu mulai berusaha mengimbangi goyanganku, pinggulnya dibuat meliuk seperti menuntun alur kemaluanku dalam liang vaginanya.

    ….ssshhhhh….ibuuuu diatas say..,..

    Kami berbalik posisi. Ibu sekarang menindih, berat juga karena ukuran tubuhnya yang montok besar itu. Tapi kenikmatan liang vaginanya yang terus membalut lembut penisku membuat aku tak merasakan beban tubuhnya. Ia kini asik bergoyang, pelan awalnya dan bertahap dipercepat.

    Kali ini aku tak mau berlama-lama lagi, bersamaan saat ibu menyodorkan buah dadanya ke mulutku, pahanya seperti mengepit memberikan tanda bahwa ia sudah menjelang orgasme lagi. Memang sudah tigapuluh menit sejak orgasmenya yang pertama tadi.

    ….ibuuuhhh mau keluar….

    ….iyaahhh saaayaaangg..hhhh seeebenntaaar lagiiiihhh rasanyaaahhh..,..

    ….samaaahh—samaaahhh buuuhhhh..saya jugaaah,..

    ….ayoooohh saaayyy sekaraaanggg..hhh..hhhh..hhhh..ooouuhhhh…,..

    ibu mempercepat genjotannya. Aku mempererat pelukanku, kami berciuman mesra, dengan kuat dan sepenuh hati. Sampai kemudian..

    ….aaaaaaaaaaaaaaaaaauuuuuuuuhhhhhhhh..ssshhhh..ooo ooo hhhhhhhhh..ibuuuu keeelu aaaarrrrrr…buuuuddiiiiihhh…iiiyeeesss…ooouuhhhh h yeeeeessss..ooohhh yeessss,.. jeritnya panjang sembari menjepit keras.

    Beberapa detik kemudian aku menyusul..
    ….Ooooooooooohhhhhh..buuuuuuuhhhh….aaahhhhhhhh..ye sss yess yesss yesss oouh yess ouh yesss ouhhh yesssss….!!!!.. aku melepas puas.

    Untuk kesekian kalinya pada hari ini kutumpahkan spermaku dalam liang vagina perempuan paruh baya ini. Puas sudah rasanya menikmati sari tubuh Bu Siska yang kini terkapar disebelahku.

    ….Bu…,.. aku memanggilnya setengah berbisik.

    ….iya sayang.. sahut bu Siska mesra sambil mengecup.

    ….ibu ingat nggak kalo besok pagi kita ngapain di puncak…,.. aku ragu melanjutkannya.

    ….ingat dong, say…emang kenapa.. Ada perubahan….

    ….engga sih, Cuma Budi koq canggung ngomongnya…,..

    ….malu.. Masa sih kamu malu say….

    ….ibu sendiri gimana….

    ….eeemmmm…gimana yaaah..asik juga, malah ibu nggak sabaran rasanya…hehehe jadi malu…,.. ibu menutup wajahnya dengan bantal. Aku

    geli juga membayangkan kejadian besok. Benar juga kata ibu. Pastilah sangat mengasikkkan. Ah aku tak sabar lagi !!!

    ….Sudah ah, sekarang cuci dulu gih…belepotan tuh!.. kata BU Siska sambil menarik tanganku ke arah kamar mandi. Selesai bersih-bersih, aku mengajak ibu tidur di kamarnya, lebih luas dan harum.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Dewasa Selingkuh Dengan Istri Tetangga – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Dewasa Selingkuh Dengan Istri Tetangga – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1866 views

    Perawanku – perkenalkan namaku Yanto, umurku 28 tahun,aku bekerja disebuah perusahaan swasta di jakarta. Aku mengontrak rumah kecil, ya lumayanlah untuk lajang seperti akuaku mempunyai tetangga disebelah suami istri,sebutlah suami (Arman 30) dan istrinya (Bunga 25), mereka sudah menikah 3 tahun tapi belum mempunyai anakentah mereka belum merencanakan atau ada alsana lainnya.

    kebetulan rumah tempat aku mengontrak dengan tetangga kanan kiri hanya dibatasi satu dinding, jadi tidak ada space lahan yg membatasi, jadi kadang suara teriakan dari rumah sebelah terdengar ke tempatku.

    kebetulan aku 2 hari ambil cuti dari pekerjaanku dan santai dirumah,sambil buka laptopya seperti biasalahiseng2 nonton bfsaking asiknya aku nonton di kamar,aku ngak sadar kalau suara film yang aku tonton suaranya agak keras dan aku pikir ngak akan terdengar siapa2

    selesai aku menonton aku buat kopi,dan aku iseng di teras rumah sambil ngopi dan ngerokok..sssnikmatnya isapan..demi isapan rokokdan aku melirik ke samping,ternyata tetanggaku mba Bunga sedang menyapu teras (karena rumah kami type kecil, jadi jarak antara teras dengan dinding pembatas cukup dekat, sehingga kalau orang melongok lewat dinding akan keliatan ruang dalam rumah sebelahnya), tapi aku heran kok mba Bunga sambil menyapu kok senyum senyum sendiri

    aku iseng menegur dengan niat baik sih”hehekok mba senyum2 sendiri gitu sih?”
    mba Bunga:”eengak apa2hihi”
    aku:”kenapa mba(pikirku ini cewe udah gila apa ya ketawa sendiri)?”
    mba:”eemaaf..(sambil dia berbalik kearah aku..)itulohtadi aku lagi masak di dapurseperti denger suara mendesah2 gitu dari balik dindinghihihi”

    aku tadinya sedikit bingung,suara mendesah apa yaadan ternyataya ampunternyata suara film tadi yg aku tonton kekencengan kali yaa(aku tersipu malu)”ah mba kok denger aja sihjadi malu saya

    mba Bunga:”ngak apa2 kok maskan udah gedehihi”

    mba Bunga itu orangnya tidak cantik, tidak tinggi tapi memiliki body yang aduhai,putih,kulit wajahnya putih bersih.kadang walaupun nggak enak,kalau aku diundang main kesebelah (rumah mereka), kadang mba Bunga dengan seenaknya saja mengenakan kaos ketat & celana pendeksehingga payudaranya menonjol dan paha putih mulusnya terlihat dan membuat aku ngak konsentrasi ngobrol dengan mereka,dan suaminya mas Arman seolah acuh tak acuh dengan penampilan sexy istrinya itu

    aku lalu berdiri dan melongok dari balik tembok,dengan maksud agar pembicaraan lebih akrabdan ternyata mba Bunga pagi itu mengenakan baju ketat ungu dan celana pendek putih,aduh payudaranya yang kira2 ukuran 36 itu menonjol dan bokongnya terlihat sexy,dan paha putih mulusnya bikin aku ngacengdan keliatannya mba Bunga cuek aja sementara aku sambil ngobrol,memperhatikan body nya dia dan pahanya

    setelah dia selesai menyapu,dia permisi sebentar kedalam,dan ternyata mengambil lap untuk lap meja,dan ketika dia melap meja sambil nunduk..astagabelahan dada nya keliatan.dan entah sengaja atau tidak,dia bolak balik ganti posisi melap mejasehinggaselain belahan dada..bokong bahenolnya pun secara tidak sengaja atau sengaja di “pamerkan” kepadakusecara ngak sengaja aku kelepasan “wow..sssh”

    mba Bunga sambil menoleh kearahku,tapi tidak menunjukan ekspresi kaget,bertanya kepadaku sambil tersenyum”kenapa mas?”

    aku:”oh..eh..ngak apa2 mba (sambil aku pura2 lihat kearah lain)”
    mba Bunga:”kirain mas tadi kaget liat apaan”
    aku:”iya mba tapi saya memang kaget kokkaget liat yang indahhehe”(aku iseng aja nyerocos ngeluarin kalimat itu)
    eh ternyata dia malah nantang bertanya”apa tuh yang indah?”

    aku:”ya tadi itu mba” sambil aku tersenyum kearah diaeh dia malah balas senyumtrus dia malah bilang gini”aku mau mandi dulu ah mas” sambil tersenyum dan berlalu kedalam..sedangkan aku sambil masih rokok terselip di jariku bengong merhatiin dia berlalu kedalam rumah

    didalam kamar aku hanya mendengar suara deburan air dr dalam kamar mandi sebelah,sedangkan akuhanya membayangkan mba Bunga mandiooohlalu aku dengan sengaja menyetel kembali film bf tadi dan volumenya ku sengaja dibesarkaneh ternyata ada tanggapan dari sebelah,terdengar suara mba Bunga tertawa dari dalam kamar mandilalu aku ketok dinding..dan dia membalas dengan ketokan juga..

    lalu aku keluar rumah ke terassambil menghisap rokok diteras lagiternyata gayung bersambutuhuuymba Bunga keluar dari rumahnya seolah mengecek pintu pagar,dengan hanya berbalut handuk,dan ketika berbalik sempat menoleh kearah aku dan senyum

    aku lalu reflek berdiri kearah dinding dan curi2 melongok kearah rumah mba Bunga,ternyata pintu rumah dia tidak tutupdan aku bisa lihat mba Bunga mondar mandir diruangan hanya dengan berbalut handuk,dan melirik kearah luar,kearah aku sambil senyum”liat apa masliat yang indah2 yaa..?” terus tertawa kecilya aku balas dengan senyum.dan ternyata ngak berapa lama “undangan”pun ditebar”mas bisa minta tolong nga?” ‘minta tolong apa mba?”

    “lampu dikamar mba putus,mba nga bisa ganti,mas Arman ngak sempet2lampunya udah ada kok mas,tinggal diganti” tanpa pikir panjang,aku langsung keluar pagar dan masuk pagar rumah mba Bunga,dan permisi masuk rumah”dimana kamarnya mba?”

    mba Bunga:”disini mas” mba Bunga menunjuk ruangansementara aku naik keatas kursi yg ada dikamarnya,aku lepas lampu kamar yang lama”lampu barunya mana mba?”

    dan astaga pemandangan indah terlihat dari atas,bagian atas payudara mba Bunga yang montok terlihat jelasaku bengong sesaat..”heh.kok bengong sih,nanti lampunya jatuhliat apa sih?” sambil berkata itu mba Bunga tersenyum kepadaku

    “habis ada yang indah2 tadi” eh dia malah balik ngomong ” baru liat gitu aja udah ngak konsen,gimana kalau.”

    aku jadi diem sejenak”gimana kalau apa mba?” dia tidak menjawab hanya ngeloyor keluar kamaraku lalu turun dan keluar kamar,dan dia ternyata sedang menyender diluar dinding kamarlalu aku tanya kembali “kok mba ngak jawab sih tadi?”

    mba Bunga:”yang mana sih?” sambil menoleh kearahku dan tersenyumaku cuek aja ngomong “yang indah2lahyg tadi,yg saya liat dari posisi atas waktu pasang lampu”

    dia diem saja,dan masuk kamar “mas mau minum apa?” sedangkan aku posisi masih di dalam kamar, lalu aku beranikan diri mendekati dia dan berbisik dikupingnya dia “mau..minum susu.” eh dia malah balik ngomong “ah nanti ada tetangga yang liat loh” aku yakinikan ke dia kalau jam segini jam nya “aman” pkoknya dengan segala rayuan aku ngomong ke dia supaya aku bisa menikmati kehangatan badynya mba Bunga..lalu aku beranikan diri lagi bilang sambil berbisik”kesempatan ngak akan datang 2 kali mba.aku bikin mba puas” dan dia balik ngomong “aku mau tutup pintu pagar dan rumah dulu”

    setelah dia keluar menutup pintu pagar dan melihat suasana kanan kiri dan kemudian menutup pintu rumah,dia kembali ke kamar dimana aku berada”tapi jangan ributnanti ketahuan tetangga” tanpa di komando aku pegang bahu telanjang mba Bunga, dan aku cium bibirnya, dan ternyata dia membalas ciumankudan dia mulai meraba celana pendekku bagian depandan meremes2 batang kontolkudan memasukan tangannya kedalam celanakumeremeskocok2 kontolku..

    sedangkan tanganku melorotkan handuk dia..dan ku remas2 payudara dia yang montok..menjilat2inyamengemut2dan dia mulai mengelinjang kegelian..dan mulai menarikku keatas ranjang diakami saling bergumul dengan nafsu binatangakhirnya ku coblos meki dia dengan kontolku yang sudah tegang mengerasblessmba Bunga menahan nikmattubuhnya menggelinjang ke kanan dan ke kiri menahan sodokan pelan kontolkudimana posisi dia dibawah,sementara paha keatas..aku menindihnya dari atas dengan posisi jongkokcukup lama kami “bertempur” berganti posisiberganti lokasi

    akhirnya kami pindah keruang tamuposisi doggy style..dan dia sangat menikmati hujaman ku dari belakangaku cengkram pinggulnyaaku cengkram bahu mba Bungadan aku merasakan mba Bunga sudah 2 kali orgasme..sedangkan aku baru mau mulai orgasmelalu kita ganti posisi di karpet..dia dibawahaku diatasposisi aku jongkok sambil memegang kakai dia keatasdan”aah..oooh..aku..ma..uklu..aaar. ..aaargh” muncrat seluruh spermaku kedalam vagina mba Bunga.sementara mba Bunga semakin mencegkramkan tangannya ke tangan ku

    setelah beberapa kali perselingkuhan kitamba Bunga bilang ke aku kalau dia telat haiddan dia cek ke dokter..dia hamil.sedangkan suaminya kelihatannya juga ikut gembira karena akhirnya istrinya hamil dan akan menjadi calon ayahsemoga menjadi calon ayah yang baik ya mas Armandiluar itu,ternyata mba Bunga ketagihan dengan aku,dan kita masih suka selingkuh, kadang dirumah dia,kadang dirumah aku

  • Gambar Anak Kids Jaman Now Hisap Memek

    Gambar Anak Kids Jaman Now Hisap Memek


    1866 views

    Perawanku –  Beginilah anak jaman sekarang guys , yang mana pada jam pulang sekolah siswa ini bukan langsung pulang kerumahnya , melainkan siswa ini melakukan HisMek alias ( Hisap Memek ) , anak sekolah belakangan ini suka begitu ya guys , alasannya ada jam tambahan di sekolah , ehh rupanya jam tambahannya mesum di sekolah .

    Hahahaha jaman sekarang sudah mulai gila ya guys , tanda-tanda mau kiamat kali yakkkk !!!

     

    Berikut kami sajikan foto Siswa HisMek ini ya guys :

  • Cerita Dewasa Tentang Adikku Dan Temannya Yang Haus Seks – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Dewasa Tentang Adikku Dan Temannya Yang Haus Seks – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1865 views

    Perawanku – Aku mau bercerita tentang pengalamanku yang sungguh-sungguh terjadi dengan adikku yang bernama Rafi, ia masih 17 tahun kelas 2 SMU Negeri, ia orangnya ceria, lucu, nggak pemarah, dan enak diajak ngobrol, jadi kukira ia orang yang baik dan menyenangkan, tapi ternyata juga mempunyai sifat yang mengerikan pula jika emosinya meledak, dan mempunyai nafsu birahi yang besar, apalagi jika terangsang sesuatu yang berhubungan dengan sex meskipun itu dari saudaranya sendiri atau dengan kata istilah lain “phsyco”.

    Suatu hari, ketika aku pulang kuliah sore, aku menyempatkan diri ke kamar adikku mau mencari buku komik kesukaanku yang baru dipinjam tiga hari oleh adikku. Saat mencari-cari aku tidak sengaja menemukan beberapa VCD porno di meja belajarnya dicampur dengan CD-CD PSnya, aku kaget bukan main, karena tidak menyangka adikku suka nonton film-film porno, aku juga curiga akhir-akhir ini, ia pendiam, dan jarang ngobrol denganku, dan yang paling mencurigakan adalah ia barusan mengisi film kamera digitalnya dengan alasan mau memfoto-foto gadis yang mau diincarnya selama ini, aku tidak menyangka gadis yang dia incar selama ini adalah aku sendiri, saudara kandungnya. Tetapi karena orang tuaku sedang keluar kota, aku jadi tidak bisa memberitahu mereka tentang VCD pornonya selama ini, jadi aku biarkan saja.

    Besoknya, saat aku hendak pergi kuliah pukul setengah satu siang, dan kebetulan hari itu adikku sudah pulang dari sekolah, ia mengajak 3 orang temannya masuk ke dalam rumah dan nonton TV bersama, mereka si-A yang bertubuh kekar dan berkulit hitam legam, si-B yang berbadan gemuk tapi agak pendek, dan si-C yang kelihatan paling tua karena berbrewok agak lebat, mungkin umurnya sama denganku atau bahkan lebih tua. Aku tidak pernah melihat mereka sebelumnya.

    Saat aku mau berangkat, aku sempat curiga dengan sikap adikku karena dia melihatku terus-menerus dan nafasnya juga agak terengah-engah, aku hanya mengira ia cuma kecapean pulang dari sekolah, ternyata tidak sebab tiga temannya tidak pada merasa kecapaian. Ia terus memandangi tubuhku dari atas kebawah, aku jadi agak takut apakah dia merasa terangsang melihat tubuh dan bajuku yang seksi, sebab aku memakai hem ketat putih lengan pendek, BHku yang berbentuk tali dan berwarna hitam untuk menutupi payudaraku yang berukuran 36B terlihat jelas karena memang agak transparan. Dan aku memakai celana jeans sangat ketat dengan sebagian CDku nampak, dan pantatku yang bulat dan sering diremas oleh kondektur bis saat naik dan turun dari bis kota terlihat lebih menonjol, apalagi kulitku juga putih bersih karena aku keturunan Cina di ayahku dan ibuku orang bandung.

    Aku memakai baju seksi ini karena aku mau tampil menarik di depan pacarku yang namanya Vandy yang baru 3 hari jadian. Saat mengambil kunci motorku, aku semakin penasaran karena teman-teman adikku memberikan uang ratusan ribu kepada adikku dan juga ikut memandangi tubuhku saat aku jalan di dekat mereka. Aku menduga mereka merasa terangsang oleh bau parfumku yang memang agak menyengat dan bertujuan untuk memberi rangsangan kepada cowok.

    Saat aku hendak membuka pintu, dari belakang secara tiba-tiba aku disekap oleh tangan yang hitam, agak bau dan kotor, ternyata tangannya si-A teman adikku, aku kaget dan berontak tetapi sia-sia karena dia lebih tinggi dariku dan badannya juga lebih besar berkulit hitam dan karena aku melawan terus aku dipukul perutku oleh Rafi (adikku) sendiri, sehingga aku jadi lemas. Kemudian si-B teman adikku yang lain mengangkat kedua kakiku dan menggendongku bersama si-A ke ruang TV, sementara si-C mengeluarkan VCD BFnya dari dalam tas, kemudian menyetelnya ke TV, mereka tersenyum-senyum, apalagi adikku lebih gembira sambil menghitung uang dari teman-temannya, aku sudah mengerti itu pasti uang untuk menikmati tubuhku yang masih suci ini untuk diperkosa bersama-sama oleh mereka.

    Aku sudah pasrah hanya bisa meneteskan air mata ketika bajuku mulai dilepas kancing bajuku satu-persatu sambil diraba-raba dan diremas-remas payudaraku oleh mereka, sementara wajahku diciumi, dijilati dan sedikit digigiti hidungku yang memang lebih mancung dari hidung adikku ini oleh Rafi, si-B melepaskan ikat pinggangku dan melepaskan celana jeansku, kemudian ia melucuti celana dalamku perlahan-lahan sambil meraba-raba pahaku,

    “Wow paha Mbak putih dan mulus banget hmm.. Harum lagi”

    Sementara bagian atas, si-A sudah tidak sabar dan langsung memotong-motong tali BHku dengan gunting, akhirnya aku telanjang bulat, mereka memandangiku seperti hewan kelaparan yang hendak memangsa buruannya sambil membuka seragam SMU Negeri mereka. Adikku langsung menerkam aku, aku hanya bisa memohon.

    “Jangan Dik, aku ini Mbakmu..”

    Tapi dia sudah tidak sabar dan langsung meremas-remas payudaraku yang masih kencang dan putih bersih ini, lalu ia menggigit putingku yang belum pernah tersentuh lelaki lain hingga memerah, dibagian bawah kakiku si-C menggerayangiku dengan menjilati dan menggigiti “bulu-bulu”ku yang masih lebat.

    Adikku melumat bibirku, lalu kebawah sambil menjilat-jilat kulit tubuhku sampai ke alat vitalku dan melumat vaginaku yang masih suci itu, aku hanya bisa menangis, lalu adikku mulai menegakkan penisnya sepanjang 18 cm itu ke atas vaginaku, dan bicara.

    “Ok Mbak waktunya ngambil keperawananmu Mbak.. He he he”

    “Jangan Fi, pleass.. Ooch.. Aduh.. Aauw sakit fi” belum selesai aku bicara sudah dimasuki penis adikku.

    “Aach.. Uuch masih seret tapi enak.. Bener Mbak, vaginamu ini Mbak!!”

    Meski agak sulit menembus vaginaku karena masih perawan, tapi ia terus memaksa sekuat-kuatnya.

    “Aach.. Waow nikmatnya bukan main vaginamu Mbak.. Ooch.. Yes!!” aku merasa kesakitan

    “Aach.. Uuch.. Udah Dik, sakit!”

    Saat aku menjerit-jerit tiba-tiba mulutku disumbat penis yang lumayan besar, panjang, berwarna hitam dan bau air kencing ternyata itu penisnya si-A.

    “Ayo Mbak diemut nih kontolku ha.. Ha.. Ha,” aku hanya menangis terus, karena kedua mulutku (atas-bawah) dihunjam penis yang besar-besar.

    “Mmph.. Mmpphh”

    Selama 10 menit Rafi mengeluarkan penisnya dan bergantian dengan 3 orang temannya, dan akhirnya selama setengah jam mereka menyemprotkan sperma mereka ke lubang vaginaku, hanya si-B yang mengeluarkan spermanya ke mulutku. Dan mereka merasa senang dan puas melihat aku menderita, setelah puas mereka mengikat tangan dan kakiku agar tidak kabur meskipun aku juga tidak mungkin bisa lari karena tubuhku sudah sangat lemas, dan mereka istirahat sambil merokok, minum-minuman penguat tenaga, kukira semua penderitaan ini sudah selesai.

    Satu jam kemudian setelah mereka merasa kuat karena minum jamu dan penguat tenaga lainnya, mereka melepaskan semua tali yang mengikatku, kemudian memperkosaku lagi secara lebih brutal, si-C meletakkan aku di atasnya dengan posisi telentang dan langsung menghunjam lubang anusku dengan penisnya sambil meremas-remas payudaraku dari bawah yang sudah mengencang kuat.

    “Aach.. Ooch duburmu seret Mbak, tapi wuenak tenan,”

    Aku hanya dapat menjerit kesakitan sambil menangis.

    “Aach.. Jangan.. Ooch.. Sakit Mas”

    Lalu adikku menghampiriku, dia berada tepat diatasku dan mengangkat kedua kakiku supaya mudah posisinya dan langsung memasukkan penisnya yang sudah menegang akibat efek minuman tadi ke vaginaku yang masih mengeluarkan sedikit darah keperawanan, sambil berebutan dengan si-C yang sama-sama sedang meremas-remas payudaraku yang semakin mengencang. Aku hanya bisa mengerang kesakitan.

    “Aach.. Uuch.. Jangan Raf, kumohon sudah aja.. Aach sakit.. Oochh!!” saat mulutku menganga menjerit tiba-tiba disumbat oleh penis si-A.

    “Mmph.. Mmpphh”

    Aku tidak bisa menjerit, semua lubang ditubuhku seperti mulut, vagina, dan anusku sudah disumbat penis-penis berukuran besar dan panjang, karena ini pemerkosaan kedua jadi tidak selama yang pertama ‘hanya’ 15-20 menit, sampai mereka menyemprotkan sperma mereka bersamaan.

    Tapi karena si-B belum “menyerangku” dalam aksi keduanya, ia bergantian dengan adikku yang sudah lemas, ia menyuruhku berganti posisi dengan berlutut di sofa, ia mulai menjilat-jilat dan menampar-nampar pentatku ini berkali-kali hingga memerah.

    “Wow pantat Mbak gede juga, mulus lagi”

    Karena vaginaku masih terbuka ia langsung menghunjam keras secara cepat sambil menarik-narik putingku selama kurang lebih 15 menit.

    “Aachh.. Uuch.. Sakit Mas udah dong Mas, aku dah cape sekali nih!”

    Dan tubuhku yang sudah lemas ini dibalik dalam posisi telentang, lalu ia mengocokkan penisnya dan mengeluarkan spermanya tepat diatas dadaku dan meratakan dengan kedua tangannya sambil meraba-raba tubuhku. Kini seluruh tubuhku berlumuran sperma seperti mandi sperma dari wajah hingga pantat dan pinggul.

    Setelah merasa puas, adikku mengambil kamera digital dan memfotoku berkali-kali dengan posisi berbeda-beda dalam keadaan telanjang bulat, basah berlumuran sperma dan memasukkan ke komputer untuk dikirim ke internet dengan cara mendownload ke sebuah website. Dan mengancamku untuk tidak buka mulut kepada siapapun dan kalau bocor rahasia ini, akan disebar foto-foto bugilku ke kampusku termasuk pacarku melalui email teman-temanku baik cowok maupun cewek, ia mengetahui email teman-temanku karena sudah membaca-baca buku catatan harianku, akhirnya aku pilih diam saja.

    Empat hari sesudah itu, adikku pulang bersama mereka lagi dan mengajak lima orang teman lain untuk memperkosaku lagi, rupanya mereka sudah mulai ketagihan dengan tubuhku ini, itu sudah pasti karena tubuhku ini “hanya” dijual murah oleh adikku, setiap orang membayar adikku Rp 50.000 untuk memperkosaku tanpa kondom sepuas-puasnya tapi jika memakai kondom hanya membayar Rp 35.000, aku hanya mendapat upah 10% dari bayaran tadi.

    Totalnya delapan orang tanpa adikku, karena adikku cuma menerima uang dari teman-temannya dan menghitungnya. Mereka berdelapan memperkosaku secara bergantian dan kadang bersamaan dengan lebih menyakitkan karena mereka juga menyiksaku secara hardcore (terus terang aku mengetahui arti hardcore setelah tragedi ini), adikku tidak ikut memperkosaku karena setiap malam ia menyetubuhiku terus dengan berbagai macam gaya yang ia tonton di VCD pornonya.

    Seminggu bisa empat sampai lima kali aku diperkosa teman-teman adikku, kadang sendirian kadang berkelompok, siang dan sore. Tetapi malam harinya oleh adikku sendiri.

  • Cerita Sex Menghajar Memek Aku

    Cerita Sex Menghajar Memek Aku


    1864 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Menghajar Memek AkuCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Haduh aku mendapat hukuman dari Ibu Neni gara gara aku tidur di dalam kelas, aku disuruh ke sawaah untuk mencari tomcat dan disuruh untuk meneliti berpa kadar racun yang ada di dalam tubuh tomcat, awalnya aku menolak tapi mau gimana lagi ya….ya udaha aku lakasanakan.

    ‘coooooTt akkh loo… Kalo ga ada sawahhh,, mana bisa lojadi montok kaya’ gni…. Hahaha..’ canda Adam sambil nepak pantat aku.

    ‘lagiankan lo sendiri yang salah… Tidur dikelass,, coba dikamar akua… Hheheehe…’ kan… Candaan ngeresnya mulai nge.On neh.

    ‘PrEttt akkh… Udahhlahh… Cepetan cariin tomcat itu yannnkk.. Biar kita bisa cepett cepet pulangggg gatelll bangett taoo dsini…’ titah aku ke Adam, ohhh iya cinters,,, kenalin.. Adam ini cowo baru aku (suwiiiiiitttt….suwiiiiiitttttt) dua minggu yang lalu aku nemu dia diemperaaann… Hehhehe*becanda yachh begokK… Pisss..

    ‘iyaaaa.. Iyaaa…ini juga lagi ngawas2 taoo dimana itu si tomcat berada’ jawabnya sambil celingak-celinguk.Suasana hening sejenak, ada kesan romantis yang timbul jadinya, ditambah pemandangan persawahan yang membentang luass..

    Mungkin kaya’ gini kali yaaa suasana nenek ama kakek aku pacarannn duluu.. Ciaaaa… Ciaaaaa…Ga lama kemudian, pencarian aku tampaknya ga sia2, mata aku menangkap bayangan serangga berwarna hitam belang kuning diantara tumpukan padi2 yang kaya’a habis diketam.

    ‘ayaaaaaank… Ono ada tomcatnyaaa…’ aku teriak ngasih tau Adam sambil lari2 kearah tumpukkan padi tsb.

    ‘HatI2 sayaank… Disituu liciiinn..’ jawab Adam sambil ikut2an berlari ngejer aku.Tapi… Tiba2 tanah yang aku injek amblas, jadi.

    .’BruuuuaaakkK… Grusuuuukk… JebuurrR…’ hampir seluruh badan aku kcuali kepala nyebur kedalem kubangan lumpur…

    ‘AhHHH…. Ayaaaaankkk.. Hiiiikkkzzzzzzz…..’ antara malu dan kagga aku nangis didepan Adam dengan bdan yg penuh lumpur.

    ‘addduuuhh … Yaaaank,, kamu begok sihh.. Udah dibilang ati2 malah lari2… Otak lo setengahnya kemana sih..???’ Adam marahin aku sambil ngelingkerin lengan aku dan naekkin badan aku kepunggungnya.

    ‘aaaaahhh lo mahh..bukannya ngasih perhatian malah marah2in akuaaa..’ jawab aku ngambek.

    ‘yaudahlah.. Ini kita kesaluran irigasi yaa.. Kita bersihin badan lo…’ adam ngegendong aku kesluran irigasi.Sesampainya disaluran irigasi, Adam ngebasuh seluruh badan aku,ngusap2 kaki aku sampe paha terus ngebersihin lumpur yang ada dilengan aku.

    ‘tapi ga da yang keseleo kan say…?’

    ‘ga….’ jawab aku judessss…

    ‘deeh elahhh… Segitunyaaa.. Jangan ngambek dunk yankk… Sini.. Buka bajunya,,’

    ‘ga maooo…’ masih jawab judes. Agen Bola Terpercaya

    ‘cepetann buka… Mau dibersihin ga sssih…’Dengan rada memaksa, Adam menarik lepas kaos oblong yang melekat dibadan aku, tadinya smpet aku cegah, soalnya aku g pake lapisan apa2 lagi selain kaos itu,,.. Tapi karena aku klah tenaga sama dia, jadi dengan mudahnya baju aku dia rebut…

    ‘tapi lo ga pa2 kan yank…. Gada yang lecet kan….?’ tanya adam sok perhatian sambil ngusap2 dada aku, padahal aku tau bnget dia udah cenat-cenut ngeliat dada aku yang ngegantung ini, apalagi ditambah sama tangannya yang gatel ngusap2

    ‘ga apa2 koq… Siniin baju aq nya…. Ntar qmu malah nge-On lageee…’ jawab aku sambil coba ngerebut balik kaos aku yang dia pegang, tapi ga khabisan akal, dia lemparin baju aku entah kemana..

    ‘Begooookk… Masa’ aku telanjang gini cobaaa….’ aku berjalan kearah dia ngelempar kaos aku, tapi dia halangin, tanpa rasa bersalah, bukannya nyariin kaos aku, dia malah ngeremes2 pantat aku.

    ‘ngeliat lo lumpuran gni bkin aku tegang yankkk… Seksi tau…’ tangan Adam masih mremas2 pantat aku sementara lidahnya bermain diputing aku.

    ‘uuuugghhh.. Hhhmmzzz… Yankk, jangan sange disini dunkkkK… Pleaseeeee…’ aku mencoba buat nyegah permainannya Adam, walopun sebenernya aku juga menikmatinya.

    ‘ga bisa yannkk… Dah On bngetttt niiihhh…’ Adam meremas2 tetek aku, lalu menggendong tubuh aku ketumpukan padi yang tadi habis diketam, lalu menghempaskan tubuh aku disana.

    ‘ayaaankk… Gilaaa lhooo,,, bisa2 gatel2 semuaaa badan aku’ aku dorong badan Adam dan mencoba bangkit, tapi lagi-lagi aku kalah kuat, badan aku serasa ga berdaya dia tindihin kaya’ gitu.

    ‘aaaaahhhss… Yannnkk… Heeemzz…. Apa ga bisa dirumah jaa….?’ tangan Adam masuk kedalem kolor yang aku pale, llu mengorek2 selangkangan aku,dengan sedikit tenaga yang trsisa, aku masih bersikeras nolak perbuatan Adam itu keaku.

    ‘udhlahhh yankk… Nikmatin jaaaa… Suasana baru ini….’ Adam melucuti kolor beserta cangcut yang aku pake gitu aja, trus dengan jari telunjuknya dia gesek2 itil aku.

    ‘Widiiihhh … Dah banjir yannkK.. Ternyata loo keenakan juga yaaa… Hehehe..’

    ‘hmmmppthh..’ aku berusaha nhan desahan supaya ga terlalu kentara kalo sebenernya aku nikmatin permainannya.

    ‘yaaaa.. Koq masihh belumzz ngedesahh seehh sayyy.. Masih kurang enak yaaa…?’ kemudian Adam membuka selangkangan aku lebar2 lalu menjilat bagian itil aku, tangannya juga ga tinggal diem aja, dia pilin2 pentil nenen aku bikin aku ga kuaaaaaaatttT…

    ‘AcChhss… Hhmmzzz… Lo nakal bangettT yank… Hhhmmnnggk…’ ikt2an nge_on, aku raba2 anunya Adam yang udah keras dari luar kolornya.

    ‘hehehe… Pengenn jugaa kan lo yankk,,cobaa… Mohonn dulu ke aku…’ Sialaaann.. Dia malahh ngegoda aku..

    ‘Ogaaaahh…’

    ‘benerr…?… Ga nyeseeelllL….? Ya udh,, aku balikk ya.. Dahhh…’

    ‘Eeett… Mao kemanaaaa… Yaaaaannkk…’

    ‘baliiikkk…’

    ‘Yaaaank,,, jangannn… Aku pengeenn nehh,,..’

    ‘pengenn apa…’

    ‘pengennn ngentot ama qmuuuuuuU…’Aku tarik tangan Adam jadi gantian dia yang telentang, aku lempar kolornya lalu dengan rakus aku isep kontolnya.

    ‘aahhh yaannK..’Adam cekikikan kegelian waktu aku kenyot biji tititnya, aku ambil posisi diatas tititnya, aku gesek2 bentar tititnya dimemek aku dan BleeeesssSsS… Tititna pun amblesSs kedalem memek aku,..

    ‘ooOwwhh YaaaaannKk..’ tangan adam meremas2 nenen aku, matanya merem melek menikmati goyangan pinggul aku.

    ‘AAccchhhSss… aAaaaccchhHss..’ aku semakin erotis sewaktu Adam menarik badan aku kedalem pelukannya, dengan liarnya dia cupangi seluruh leher aku. Dan yang bikin aku ga kuaattT tangannya jail bangett nyolok2 lobang pantat aku.

    hhhuuupp.. Hooopppp… Bllllppp… Bluuupppp.. Cleeeeeebbb.. Cleeeeebbbb…’ Adam ikut menggoyangkan pinggulnya berlawanan dengan arah goyangan pinggul aku, tangannya yang jail masih asyik nyolok2 pantat aku.

    ‘tidurannnN yankkk…’

    ‘aaaakkhhh… Enggghhhkk… Ngiiiikkk…’ Adam menarik tubuh aku lalu menelentangkannya, tangannya mengusap-usap dada aku dan meremas2, dia buka paha aku lebar2 dan dia hujamkan benda pusakanya kedalam liang aku.

    ‘aaawww…. Yaaaannkk,,, owwhh..ohhh… Ahhhhh..’ aku gigit bibir bawah Adam menahan rasa nikmat, nafas Adam terasa begitu hangat berhembus dihidung aku.
    ‘OOOOwwhh yeeeaahhh… Ayaankkk,,, terussssS…’ aku menengadah menahan nikmatnya kocokkan Adam, permainan semakin seru saat Adam menjilat dan mengecup leher dan dada aku.

    ‘tahan yaaaannk….’ Adam mengangkat tubuhnya lalu membelai rambut aku, dia kecup pipi dan bibir aku, dia tatap mata aku sejenak, lalu tersenyum dengan manis dihadapan aku, bikin aku serasa dilindungi dan disayangi.

    ‘uuuugghh… Kocokk ajee yank yg kencenggg…’ aku dekap badan Adam erat2, trus aku gigit2 kupingnya, Adam menyeringai kegelian bikin kocokkannya tambah kenceng. Aku kempit2in meki aku saking geregetannya pengen cepet keluar.

    ‘Ayaaaaaaannkk… Udh ga tahaaaaaannn…’ rintih aku sambil ngigit kupingnya.’

    sabarrr ya sayaaankk… Adamm belom nehh..’ jawabnya sambil jilat2 ketek aku, badan aku jadi ngegeliat kegelian olehnya.

    ‘gaya guk guk yankkk….’ Adam membalik badan aku dan menarik pantat aku supaya tegak, dengan 2 jarinya, dia kocok2 dulu selangkangan aku sebelum sosisnya yang jadi hidangan, hehehe..

    ‘udaahh siapp yankk….? Aq colok yaaacchhh….’aku cengkram batang2 padi yang menguning didepan aku sementara Adam membobol gawang aku, dengan posisi ini, aku bisa lebih menikmati gesekkan kontolnya Adam.

    ‘Aaaawwwwhhhh yaaaaannkkk… Aaahhhh .. Ahhhh… Ahhhhh…’ aku ngejerit2 saat Adam maju mundurin titinya dengan brutal, telapak tangannya yang lebar kaya’ gemess nampar2 pantat aku sampe pedess rasanya.

    ‘ayaaaannnkkk pelan2 duuunnkkk… Sakiitt begooo…. Aaahhhh..’ aku redam kebrutalan Adam dengan goyangan pinggul aku, bnerr aja.. Adam juga ngerespon aku dengan goyangan jadi aku bisa lebih nyaman menikmati kontolnya dia.

    ‘Aaaaahhh..aq dah mauuuU keluaaar nehh yaaaannkk…’ aku merintih sembari mempercepat goyangan,tangan adam gerayangan ngusap2 punggung dan pantat aku. candusex

    ‘ayaaaaannnkkk…kocoookk laaaagiii…. Aaaaaahhh’ Adampun kembali mengocok pake kontolnya yang tegangnya awet, aku maju mundurin pantat aku berlawanan supaya nancepnya lebih mantep, sesaat kmudian lutut aku serasa lemass,, badan aku mengejang,,. DaanN….

    ‘aaaaahhhhhsssssssSss,,, oooowwwwhhh yaaaaaaannnnkk… Hhhhhh…’ cairan kenikmatan meluber keluar dari rahim aku. Akupun menggelepar kecape’an.

    ‘Yaahhh…. Koq lo lemess sihh begoo… Aku belum ngecroottT nehhh…..’ Adam membalik badan aku yang udh menggelepar, dia taro kaki sebelah kanan aku ke bahunya terus dia hajar lagi meki aku.

    ‘aaahhh… Ahhhh… Ahhh… Ssssshhhhh….’ aku udah ga ada daya lagi ngadepin dia, jadi aku cuman bisa pasrah nerima perlakuannya dia.

    ‘OOOOhhhh yaaaannnkkk… TahaaannN bentarr lagiii…’ adam mengocok memek aku,tiap 3 kocokkan dia cabut kontolnya lalu memasukkannya lagi, sementara bibir kami saling berlumatan, tangannya memilin milin pentil aku.

    ‘AyAaaaaaaaaaannnnkkk….’ adam tarik badan aku yang udah lemes kedalem pelukkannya, dia hentak2an kontolnya kedalem meki aku, keringat udah sepenuhnya membasahi tubuh dan wajahnya, aku usap keringat yang ada dijenongnya aku lumat bibirnya terus aku goyangin meki aku nolong dia meraih puncak kenikmatan…Hentakkan kontol Adam semakin kencang, dia peluk badan aku erat2, lalu dia lesakkan batangnya dalam dalam…

    CROOOOOOOTTTTtT.. CrooooOooT… CrroooOooT….

    ‘OOOOwwwhhh yaaaaannkkkk…’ badan Adam mengejang hebat,.. 3 semprotan sperma hangat memenuhi liang rahim aku, Adam kecup lembut bibir aku, lalu memanjakan aku dg plukannya.

    ‘dasarr begooo… Malahh gini jadinya..’ kata aku manja sambil menyentil tititnya yang udah lemesss…

    ‘hehehe… Sorry ya yaaaaannk… Kamu menggoda sihh.. Hehehe…’

    ‘wooyy… Ada sapa disituuuuu…..?’ tiba2 suara seorang lelaki tua mengagetkan kami, aku dan Adampun panik,.. Aku ambil baju Adam yang berserakan terus dia tarik tangan aku grasak grusuuuk ngumpet didalem areal sawah yang rada rimbun dan landaiii…. Yaaaa….untung ajee Dewi Fortuna sama Dewi Sri temen baikk… Jadinya aku bisa nemuin 3 tomcat sambil sembunyiii… Wkekekekekeek…

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Dewasa Enaknya Kocokan Maut Mbak Titin

    Cerita Dewasa Enaknya Kocokan Maut Mbak Titin


    1864 views

    Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Dewasa Enaknya Kocokan Maut Mbak Titin” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Pak Kadus Jamal berjalan tanpa sandal, sesekali tangannya mengangkat sarung kotak-kotak yang dipakai. Lelaki 60 tahun itu nampak tergesa menuju perbatasan hutan di kampung, lokasinya cukup jauh dari pemukiman warga.

    “Waduh.. maaf sekali pak, saya agak telat menyambut. Tadi ada warga yang anaknya mau kawinan jadi saya urus sana-sini dulu,” Jamal menyalami pak Supri, tuan tanah di kampung itu yang sudah sejak lama tinggal di kota.

    Pak Supri terkenal dermawan di dusun itu, banyak membantu pembangunan tempat ibadah, sekolah rakyat, dan juga memberi sembako saat paceklik melanda desa.

    “Walah ya ndak apa-apa pak kadus, biasa saja. Oh ya ini Andi pak kadus masih ingatkan.. sudah kelas 2 SMA sekarang.. dan ini kawan-kawannya. Nah mereka saya antar ke dusun ini biar tahu kehidupan desa, mumpung mereka masih libur,” kata Supri, lelaki tambun, usianya sekitar 55 tahun.

    “Wah.. wah den Andi sudah gede sekarang.. pangling saya den,” Jamal menyalami Andi dan tiga kawan sebayanya, Hilman, Roni, dan Raju.

    Pak Supri lalu menjelaskan pada Andi dan kawan-kawannya tentang Jamal, kadus yang sangat rajin dan santun yang patut jadi panutan. Ia juga menjelaskan pada Jamal bahwa Andi, anaknya akan berada di dusun itu selama sepekan bersama tiga temannya itu, harapannya agar mereka tahu tentang kehidupan desa dan menghargai orang desa.

    “Saya hanya minta mereka dibolehkan mendirikan perkemahan di sini, tolong pak kadus gembleng mereka untuk mandiri. Soal kebutuhan makan biar mereka upayakan sendiri, ya mencari ikan, mancing di kali, nyari sayuran, sampai masaknya jangan dibantu biar nggak manja. Nanti berasnya saja disediakan,” kata pak Supri.

    Andi dan kawan-kawannya mencari tempat datar mendirikan tenda, dan mulai menyiapkan semua peralatan kamping. Pak Supri lalu meninggalkan anaknya itu dan kembali ke kota.

    Dua buah tenda berukuran 3 kali 3 meter berdiri saat menjelang petang, Kadus Jamal ikut membantu anak-anak kota itu, sampai semua beres.

    Jamal lalu mengajak anak-anak itu mampir ke rumahnya di pemukiman dusun. Di sana ia menjelaskan lokasi sungai di dalam hutan yang bisa dipancing ikannya, juga lokasi kebun sayur miliknya di tumpangsari hutan yang boleh mereka petik.

    Malam itu Andi dan teman-temannya menginap di rumah Jamal dan berkenalan dengan remaja sebaya mereka di dusun itu. Tapi, Jamal meminta remaja kampung untuk tidak membantu apapun pada anak-anak kota itu selama kamping agar mereka mandiri sesuai pesan pak Supri.

    Pagi-pagi benar Andi dan tiga temannya kembali menuju perbatasan hutan tempat tenda mereka berdiri, mereka membawa beberapa kilogram beras dan perabotan masak-memasak dari rumah kadus Jamal.

    “Ya elah.. benar-benar welcome to the jungle nih ndi.. elo sih pake nurut segala sama bokap lo itu. Harusnya kita liburan ke Bali.. eh malah jadi tarzan disini.. huh capek deh,” Hilman mengeluh sejadinya sambil melempar panci yang dibawa.
    “Iya nih.. mana perut keroncongan lagi nih,” Raju menimpali. Raju bertubuh tambun dan doyan makan.
    “Udah deh.. mendingan kita cari cara gimana biar ada lauk untuk makan… mana belanja nggak bisa. Ada uang tapi orang desa nggak mau menjual apa-apa pada kita karena perintah bokap gue. Ayo deh Raj.. cari ranting atau apa kek yang bisa dibakar untuk masak,” kata Andi. Solaire99

    Keadaan terpaksa membuat mereka bergerak juga, daripada lapar. Tungku disiapkan dari susunan batu, dan blar.. api pun menyala menanak nasi di panci. Untung Raju membawa bekal beberapa bungkus mie instant yang bisa menjadi lauknya.

    “Tuh kan enak juga ternyata jadi tarzan begini.. ha ha..,” Andi menghibur teman-temannya itu.
    “Enak.. tapi gue nggak kenyang nih makan segini,” gerutu Raju.

    Biasanya dia makan dua piring, dobel porsi, tapi sekarang hanya dapat satu porsi.

    Setelah sarapan keempat remaja itu menuju sungai untuk mandi dan mencuci pakaian. Tapi sebelum mereka meninggalkan tenda, kadus Jamal datang bersama Titin, anak perempuannya.

    “Lho aden pada mau kemana? Sudah pada sarapan belum?,” tanya Jamal.

    Ia lalu mengenalkan Titin pada 4 remaja itu. Titin  anak pertama Jamal sudah empat tahun ini menjanda ditinggal mati suaminya kecelakaan, belum punya anak.

    “Malam kemarin Titin belum sempat ketemu kalian karena dia membantu acara warga yang mau kawinan. Nah sekarang untuk urusan masak dan makan biar Titin yang membantu ya.. ndak apa-apa, bapak nggak akan bilang ke juragan Supri kok..,” Jamal merasa iba juga melihat Andi dan teman-temannya harus berusaha masak sendiri.

    Lagipula di rumah Titin tidak terlalu banyak pekerjaan, karena kembali numpang di rumah ortunya.

    “Waduh.. jadi ngeropotin mbak Titin nih. Tapi oke deh pak, dari pada bobot saya susut seminggu di sini.. ha..ha,” Raju senang karena kebutuhan makan bakal terjamin.
    “Iya. Nggak apa-apa dik, mbak biasa masak dan nyuci kok,” kata Titin.

    Titin berpenampilan khas wanita desa, pakai kain dan baju berkancing dari kain bahan kebaya. Wajahnya cantik dan sebagai janda yang masih muda tubuhnya juga semakin subur dan semok. Tingginya 165 cm dengan porsi tubuh yang ideal, sedikit montok. Payudaranya membusung menantang, pinggul lebar dan pantatnya padat terbentuk dibalik kain yang dipakainya.

    Hilman dan Roni tak lepas memandangi postur tubuh Titin saat itu. Andi juga kadang mencuri pandang ke dada Titin. Hanya Raju yang pikirannya makan terus.

    Kadus Jamal kemudian pamit pulang . Titin kemudian mengantar Andi dan teman-temannya ke sungai sambil membawa pakaian empat remaja itu yang akan dicuci.

    4 remaja itu langsung mencebur ke sungai dengan riang. Usia mereka rata-rata baru 16 tahun, tapi badannya bongsor tidak seperti anak di desa. Tinggi mereka melebihi tinggi Titin .

    “Eh.. adik-adik ini mandinya dicopot dong bajunya biar sekalian mbak Titin cucikan,” katanya melihat Andi dan kawan-kawannya mencebur tanpa melepas pakaian.
    “Wah.. telanjang pakai kolor aja nggak apa-apa kan mbak? Kan sepi disini?,” Hilman menyahut senang sambil melepas baju dan celananya. Tiga lainnya juga melepas pakaiannya.
    “Ya ndak apa, wong nggak ada yang lihat di tengah hutan gini. Lagi pula warga desa jarang ke sini karena sungai ini di kawasan hutan, mereka lebih dekat ke sungai di desa,” kata Titin, ia memungiuti baju empat remaja itu di batu dan mulai mencuci di temat berjarak empat meter dari lokasi mandi mereka.

    4 remaja itu mandi sambil gembira saling siram, Titin memperhatikannya dengan gembira juga, ia ikut senang melihatnya.

    “Mbak Titin… mbak ikutan mandi dong.. biar rame..,” teriak Hilman polos.

    Seketika Raju berlari mendekati Titin yang masih jongkok mencuci dan mendorongnya terceur ke sungai. Byurr.. tubuh Titin tenggelam di sungai yang cukup dalam, saat tubuhnya naik kancing baju atasnya terlepas sehingga payudaranya yang tidak tertutup BH sempat terlihat.

    “Aduhhh Raju.. kamu nakal ya..,” Titin bersungut-sungut sambil membenahi bajunya.

    Raju ikut mencebur dan mulai menyirami Titin dengan air, mereka tertawa dan saling siram. Andi, Hilman dan Roni kemudian bergabung mendekat dan ikut saling siram.

    Titin protes karena kain dan bajunya basah terendam bersama tubuhnya. Sebab dia tidak membawa baju lain, masak pulang dengan basah kuyup.

    “Ya sudah mbak Titin bajunya dibuka aja, terus dijemur,”kata Hilman mejawab protes Titin.
    “Iya mbak. Bajunya dijemur aja biar kering, jadi pas selesai mandi bisa dipakai lagi,”tambah Andi.

    Titin berpikir sejenak. Benar juga usul mereka, lagipula meski telanjang tubuhnya tak mungkin terlihat karena terendam di sungai, kebetulan sungai juga agak keruh karena hujan kemarin.

    “Ini tolong dijemurkan dik Andi..,” Titin menyodorkan kain dan bajunya ke Andi agar Andi menjemurnya di bebatuan.
    “Ya sudah kalian teruskan mandinya.. mbak sambil nyuci ya,” kata Titin.

    Sambil berendam badan sebatas bawah leher, Titin melanjutkan mencuci pakaian dengan hanya tangannya di atas batu sisi sungai. Sementara empat remaja itu kembali saling siram, bernyanyi dan berteriak-teriak gembira menikmati dinginnya air sungai dengan jarak menjauh dari Titin karena tak ingin mengganggunya.

    Hilman menoleh Titin yang membelakangi mereka, pikirannya tiba-tiba teringat film porno milik ayahnya yang pernah ditontonnya dengan curi-curi. Selama ini ia hanya bisa membayangkan bagaimana bentuk tubuh wanita bugil yang dilihat secara langsung. Ia mulai membayangkan tubuh telanjang Titin di balik air sungai.

    “Hey bro.. gimana ya bentuk susu dan mekinya cewek yang asli? Gue penasaran nih..? gimana kalau kita minta mbak Titin liatin dikiiiit aja,” pikiran Hilman yang mulai nakal disalurkan ke teman-temannya.

    Roni setuju, tapi Andi dan Raju masih bertahan melarang, mereka takut Titin melaporkan ke bokap Andi dan kadus ayah Titin.

    Akhirnya mereka memutuskan membuat strategi. Andi, Raju dan Roni kemudian berenang menjauh, cukup jauh dari posisi Titin yang msih sibuk mencuci, sementara Hilman menjalankan aksinya.

    “masih lama nyucinya mbak…,” sapa Hilman dari belakang Titin.
    “Eh dik Hilman ngaggetin aja. Ini celana kalian kok kotor banget sih, jadi lama nyikatnya,” Titin sempat terkejut melihat kehadiran Hilman.
    “Sini saya bantuin mbak,” Hilman meraih tangan Titin di batu sisi sungai.
    “Ah nggak usah dik.. kamu mandi saja sana, nanti saya dimarahi bapak. Kan saya disuruh membantu kalian,” Aish berusaha menahan tangan Hilman yang hendak mengambil sikat dan celana panjang Raju yang dicuci Titin.

    Mereka sempat saling rebut, dan hal ini membuat tubuh Hilman menyentuh tubuh Titin yang sama-sama telanjang. Titin merasakan getaran saat siku Hilman menyengol susunya, ia baru sadar kalau keadaannya sedang bugil.

    “Uh.. maaf ya mbak.. saya nggak sengaja, kena deh itunya,” Hilman pura-pura malu, tapi tubuhnya tidak menjauh dari Titin. Titin mendadak tersipu malu.
    “Eh.. oh.. nggak apa dik.., asal jangan disengaja ya. Ndak baik itu,” kata Titin seolah menTitinati.
    “Eng.. mbak.. saya boleh tanya, tapi jangan marah ya?,” kata Hilman.
    “Tanya apa sih?,” jawab Titin sambil berbalik membelakangi Hilman dan kembali sibuk menyikat celana yang dicucinya.

    “Anu mbak.. apa kira-kira anunya cewek di desa sama dengan cewek kota ya?,” Hilman melanjutkan dengan ragu-ragu.
    “Ih dik Hilman ini. Anunya apanya? Susunya maksud adik?,” Titin berbalik lagi menghadap Hilman.

    Hilman malu sambil mengangguk.

    “Ya sama saja dong dik.. anunya dik Hilman juga sama saja dengan remaja di desa sini kan?,” jawab Titin.

    Diam-diam Titin merasa lucu juga mendengar pertanyaan itu.

    “Eh.. anu mbak.. maksud saya…,”

    “Hayo.. dik Hilman pernah ngintip cewek di kota mandi ya?,” kelakar Titin membuat Hilman salah tingkah dan semakin malu. Tapi ia merasakan pancingannya sudah mulai mengena pada Titin.

    “Ah.. nggak kok mbak. Saya malah belum pernah lihat cewek telanjang sekalipun, hanya pernah di pelajaran biologi liat gambarnya aja. Makanya penasaran mbak..,” aku Hilman.

    Mendengart itu Titin jadi kTitinan pada Hilman. Di desanya rata-rata remaja pria sudah semua pernah melihat payudara wanita secara langsung, meskipun hanya wanita setengah baya yang sedang mandi di sungai. Ia lalu berpikir memperlihatkan susunya kepada Hilman untuk mengobati penasaran anak kota itu. Lagi pula ia kan bukan gadis lagi, dan selama empat remaja itu di dusunnya ia diminta kadus ayahnya membantu mereka mengenali lingkungan dan kehidupan desa.

    “Ya sudah.. kalau mbak liatin susu mbak gimana?,” tanya Titin.
    “Ehhhmm.. mau mbak.. tapi mbak nggak marah kan?,” kata Hilman senang.

    Titin tersenyum dan beranjak ke sisi sungai yang lebih dangkal agar tubuh atasnya terentas, ia kemudian berdiri bersandar di batu sisi sungai. Mata Hilman seperti tak percaya melihat susu montok Titin terpampang di hadapannya, kental dan berwarna kuning langsat dengan puting coklat muda.

    “Tuh sudah liat kan.. sudah ya,” kata Titin.
    “Tu..tunggu bentar mbak…, emhh boleh dipegang ya mbak.. bentaaar aja.. ya.. boleh ya,” rengek Hilman, tangannya lalu menyentuh perlahan susu Titin mulai dari pangkalnya diraba hingga puting susunya dijepit ringan dua jari.
    “Hmm.. gimana.. sudah ya dik.., sama saja kan dengan di gambar?,” Titin merasa merinding disentuh susunya, sebab selama empat tahun ini ia tidak pernah lagi merasakannya sejak ditinggal mati suami.

    Mata Titin mengawasi teman-teman Hilman lainnya, jangan-jangan yang sedang terjadi terlihat oleh mereka. Tapi ia lega, tiga teman Hilman cukup jauh dan terhalang pandangannya dengan batu di tengah sungai.

    Saat Titin terlihat sibuk mengawasi temannya, Hilman menggunakan kesempatan itu, ia semakin nekat meremasi susu Titin.

    “Mbak.. kenyalnya enak ya..,” katanya sambil terus memijati putting Titin.
    “Enghhmm.. sudah ah dikhh.., sudah ya,” pinta Titin sambil menepis tangan Hilman.

    Tapi Hilman masih saja meremasi susu Titin.

    “Eh mbak.. kok begitu megang susu mbak.. burung saya bangun sih?,” Hilman bertanya kekanak-kanakan sambil terus meremasi Titin.

    Titin kembali merasa lucu dengan pertanyaan Hilman, namun mendengar kata burung mebuat pikiran Titin tak karuan dan merindukan melihat burung suaminya. Tadinya ia berpikir empat remaja ini masih sangat kanak-kanak tapi mendengar Hilman mengaku burungnya berdiri Titin jadi penasaran juga, sebesart apa sih burung anak usia belasan ini.

    “”Apa.. emang burung dik Hilman bangun sekarang?,” tanya Titin.

    “Iya mbak.. nggak tau nih kenapa.., nih mbak pegang coba,” Hilman segera menuntun tangan Titin ke penisnya yang terbungkus kolor.

    Titin merasakan nafasnya memberat saat tanganya menyentuh penis Hilman. Remaja ini bongsor dan atletis dibanding usianya yang masih belia. Penisnya juga sudah sebesar penis pria dewasa umumnya.

    “Tuh kan mbak.. bangun.. kenapa ya mbak?,” rengek Hilman.
    “Emhh.. oh.. ini wajar dik.. normal. Kan di pelajaran biologi juga adik sudah tahu..,” kata Titin.

    Sambil tangannya terus mengusapi penis Hilman, Titin seolah menggurui menjelaskan kalau penis pria berdiri karena terangsang apalagi jika menyentuh vital wanita.

    “Sini dik.. nah kalau diginiin rasanya gimana?,” Titin menyusupkan tangannya ke balik CD Hilman dan mulai mengocok pelan penis Hilman.
    “Aduhh.. mbaakkhh enakhh..,”lenguh Hilman.

    “Itu wajar dik.. nanti kalau sudah kawin baru deh dik Hilman rasain enaknya. Karena kalau sudah punya istri, burungnya dik Hilman bisa bersarang di sarangnya,” kata Titin.

    Ia tak sadar penjelasannya justru membuat pertanyaan-pertanyaan menyusul yang menuntut dari Hilman.

    “Sarangnya apa tuh mbak.., enghh.. terusin digituin mbak.. enakhh nih..,” Hilman merasa penisnya sudah sangat tegang, tangannya terus meremasi susu Titin. Nafas Titin mulai menyesak.. ia membayangkan penis itu penis suaminya yang sudah siap mengantar kenikmatan padanya.
    “Hhh.mmmm.. sarangnya namanya memek dik.. seperti punya mbak ini..sini dik Hilman pegang ya..,” Titin menuntut tangan kanan Hilman ke selangkangannya.

    Hilman bisa merasakan lembutnya permukaan vagina Titin.

    “Wah.. lembut sekali ya mbakhh.. kalau dipegangin gini mbak merasa enak juga nggak kayak saya,” Hilman terus melancarkan tanya, sambil tangannya mulai membelai-belai permukaan vagina Titin.

    Titin sedikit mengangkangkan kakinya memberi ruang bagi tangan Hilman.

    “Ngghhh.. sstt.. yahh enakhh dikhh.., sama enaknya..,” tubuh Titin mulai menggelinjang dipermainkan gatal dan geli di vaginanya.
    “Terus gimana selesainya mbak.. kalau burung saya bersarang di sarangnya nanti?,” Hilman terus bertanya penasaran, pikirannya sudah melayang ke film porno yang pernah ditontonnya.

    Penisnya kenikmatan karena tangan Titin semakin liar mengocoknya.

    “Emmhh.. kalau sudah masuk ke sarangnya.. nanti burung dik Hilman bisa loncat-loncat di dalam.. teruss kalau mau selesai dia nyemprotin air..,” Titin semakin terangsang dengan pertanyaan Hilman, CD Hilman dilorotkanya dan penis Hilman dikocok semakin cepat.
    “Ahh..sst.. geli banget mbakhh… auh.. kayak mau kencing nih.. ouh…, mbaakhh enak juga khan..?,” Hilman melenguh merasakan kedutan di penisnya.

    Ekspresi kenikmatan Hilman membuat Titin semakin teransang, apalagi tangan Hilman juga semakin aktif mengosok permukaan vaginanya.

    “Iya dik.. sstt enakhh juga mbakkhhh.. ahhkkss.. keluarin aja kencingnya nggak usah ditahan,” Titin merasakan tubuh Hilman mulai menegang dan croottt… semburan sperma Hilman muncrat ditangannya.

    Titin sudah terbakar birahi, pingulnya bergoyang agar lebih merasakan gosokan tangan Hilman di vaginanya.

    Tapi sebelum ia klimaks, Titin mendengar suara teman-teman Hilman mendekat. Ia segera menyudahi aksinya dan kembali beranjak ke sungai yang lebih dalam agar tubuhnya terbenam lagi.

    “Eh..mbak makTitin ya sudah ngajari saya.., jangan bilang ke yang lain mbak ya,” Hilman malu-malu menghampiri Titin kemudian ia naik ke bibir sungai dan bersalin pakaian.

    Titin mengangguk, ia sendiri sangat malu menyadari apa yang barusan terjadi. Tapi klimaks yang belum sempat diraih membuat pikiran Titin jadi tak karuan saat itu.

    Andi, Raju, dan Roni sudah berkumpul bersama Hilman dan sudah bersalin pakaian. Titin menyuruh mereka ke tenda duluan meninggalkanya, agar tak terlihat saat ia harus naik ke bibir sungai untuk kembali mengenakan kain dan bajunya.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Rame – Rame Itu Enak

    Cerita Sex Rame – Rame Itu Enak


    1864 views

    Perawanku – Peristiwa ini terjadi kira kira sudah 2 tahun yang lalu pertengahan bulan september 2013 yaitu ketika
    2 pasangan sedang berlibur kepuncak saat itu liburan sekolah aku mengajak pacarku silvi dan temanku
    eros mengajak pacarnya namanya lisa.

    Kalau dibandingkan antara Silvi dan Lisa keduanya sama-sama menggairahkan. Silvi orangnya tomboy
    sedang Lisa sangat manis, kalau payudaranya lebih besar punya Silvi. Kita berempat masing-masing sudah
    bertunangan dan rencananya akan menikah bersamaan. Karena kita sudah sangat akrab satu dengan lainnya.

    Singkat cerita kami berangkat dengan mobil sesampainya di Puncak kami menginap di Villaku. Kami
    beristirahat sebentar lalu malamnya kami berputar-putar mencari angin. Di dalam mobil Eros berpelukan
    dengan Lisa di belakang.

    “kamu kok sudah nggak sabar sih kan malam masih panjang” kataku.

    “Habis dingin banget nih” jawabnya. Dengan kaca spionku aku dapat melihat dengan jelas mereka
    berciuman dan tangan Eros bergerilya di sekitar dada Lisa, wah tegang aku jadinya melihat mereka dan
    Lisa tampak sangat cantik malam ini.

    “San kalau kamu gitu aku jadi nggak tahan lho..” kata Silvi.

    “Kamu duduk belakang sekalian aja”, jawab Lisa.

    “Edan keenakan Eros dong”, jawabku.

    “Nggak apa-apa to Ric kan sama temen kok dianggap sama orang lain”, jawab Eros.

    “Boleh khan yang”, tanya Silvi. Poker Singa

    “Terserah kamu aja jika pingin nyoba sana pindah” jawabku, lalu Silvi langsung pindah ke belakang.
    Eros jadi duduk di tengah, dia mencium Silvi dan Lisa bergantian.

    “Nanti sesampai di Villa ganti aku nyoba Lisa ya..”, tanyaku.

    “Boleh”, sahut mereka serempak.

    Karena sudah tidak tahan aku putar mobilku dan langsung kembali ke villa. Aku langsung rangkul Lisa
    dan aku ciumi, aku lakukan itu di ruang tengah, sedang Silvi dan Eros nonton TV.

    “yuk kita main berempat di kamar aja” ajak Eros.

    Cerita Sex Rame – Rame Itu Enak

    Cerita Sex Rame – Rame Itu Enak

    “OK, aku dan Lisa sih pasti mau-mau aja cuman Silvi apa mau jika kamu ikut? sebab kamu kan jelek,
    gantengan aku?”.

    “Ngejek ya aku sih malah takut jika Silvi nanti ketagihan sama pelerku”.

    Lalu kami berempat mulai masuk ke kamar utama. Kami berempat lalu telanjang bulat.

    Pertama-tama kami ciuman aku dengan Lisa sedang Silvi dengan Eros. Kita sih sudah sering melakukan
    hubungan seks tapi kalau berganti pasangan dan main secara bersama sih baru kali ini.

    Aku lirik si Silvi dia sudah mulai mengisap penis Eros, sedang Eros merem-melek keenakan. Aku sedang
    mainin clitoris Lisa dengan lidahku dia sangat terangsang kelihatannya.

    Lalu aku ganti diisep oleh Lisa. Kalau isapannya sih enakan isapan Silvi, si Lisa kurang pengalaman
    kali.

    “Mari kita main bareng”, ajakku.

    Lalu kita berempat tiduran di karpet si Lisa mengisap penisku dan aku mainin vagina Silvi dengan
    mulutku, sedang Eros diisap Silvi dan Eros mainin vagina Lisa. Kami main posisi begitu dengan
    berganti-ganti pasangan.

    Setelah puas aku main dengan lisa, vaginanya aku masukin penisku, penisku lebih besar dari punya Eros
    cuman kalah panjang. Vaginanya sih lebih nikmat punya Lisa sebab lebih kecil ukurannya dan tidak
    terlalu becek jadi lebih nikmat rasanya.

    Kami main berganti posisi dan juga berganti pasangan. Setelah puas aku dan Eros keluarin di mulut
    pacar masing-masing. Dan malam itu aku tidur dengan Lisa dan Silvi tidur dengan Eros.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Galeri Foto Kontol Gede Jebol Lubang Memek

    Galeri Foto Kontol Gede Jebol Lubang Memek


    1863 views

    Perawanku – Mempunyai Kontol yang besar sudah  menjadi idaman para pria terlebih lagi menjadi sudah menjadi kesayangan para wanita. Wanita mana yang tidak mendambakan memeknya di sobek oleh kontol yang besar, Semua wanita pasti ingin merasakannya.

    Seperti wanita wanita berikut ini di Jebol oleh Kontol yang gede-gede meringis kenikmatan bos ku :

     

  • Cerita Sex Threesome Dengan Anak Kosku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sex Threesome Dengan Anak Kosku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1861 views

    Perawanku – Perkenalkan nama saya Melinda, statusku sekarang adalah seorang istri dari seorang lelaki yang bernama Gessa. Kurang lebih baru 11 bulan ini hubungan kami terjalin. Yang namanya orang berumah tangga untuk mendapatkan momongan itu adalah suatu impian, namun sampai saat ini kami belum juga mendapatkan momongan.

    Segala cara sudah kami lakukan, mulai dari memeriksa kesuburan kami masing-masing, hingga sampai mencoba obat-obatan herbal. Kalau hasil dari diagnosa dokter sih kami berdua sama-sama subur, tapi yasudahlah mungkin belum saatnya. Atau mungkin selama dulu kami berpacaran, kami sering, merokok, mengkonsumsi alkohol di di tempat Clubing. Memang sih dulu kami sering lakukan setiap satnight ( malam minggu).

    Hal itu sering kami lakukan selama masa pacaran. Pekerjaan suamiku adalah seorang sales disalah satu perusahaan swasta yang lumayan terkenal di negri kita ini. Hampir setiap hari suamiku pergi ke luar kota, bahkan terkadang sampai 1 minggu di luar kota. Karena suamiku merasa kasihan kepadaku, maka dia mempunyai inisiatif untuk menyekat rumahku dan membuka tempat kos agar aku tidak merasa kesepian apabila suamiku dinas keluar kota.

    Semula empat kamar tersebut kami kos-kan untuk cewek-cewek, ada yang mahasiswa ada pula yang karyawati. Aku sangat senang ada teman untuk ngobrol-ngobrol. Setiap suamiku pulang dari luar kota, pasti dibawakan oleh-oleh agar mereka tetap senang tinggal di rumah kami. Tetapi lama-kelamaan aku merasa makin tambah bising, setiap hari ada yang apel sampai larut malam, apalagi malam minggu, aduh bising sekali bahkan aku semakin iri pada mereka untuk kumpul bersama-sama satu keluarga.

    Begitu suamiku datang dari luar kota, aku menceritakan hal-hal yang tiap hari kualami, akhirnya kita putuskan untuk membubarkan tempat kos tersebut dengan alasan rumah mau kita jual. Akhirnya mereka pun pada pamitan pindah kos. Bulan berikutnya kita sepakat untuk ganti warna dengan cara kontrak satu kamar langsung satu tahun khusus karyawan-karyawan dengan syarat satu kamar untuk satu orang jadi tidak terlalu pusing untuk memikirkan ramai atau pun pulang malam.

    Apalagi lokasi rumah kami di pinggir jalan jadi tetangga-tetangga pada cuek. Satu kamar diisi seorang Mike berbadan gede, putih dan cakep. Untuk ukuran harga kamar kami langsung dikontan dua tahun dan ditambah biaya perawatan karena dia juga sering pulang malam. Suatu hari suamiku datang dari luar kota, dia pulang membawa sebotol minuman luar dan obat penambah rangsangan untuk suami istri. Tak lama suamiku-pun bertanya,

    “ Kok tumben kosan sepi, emang pada ke mana nih ?? ”

    “ Ouh.. ini nih Mas, anak-anak kos pada pulang soalnya inikan hari libur nasional. Tapi Mike nggak pulang, soalnya perusahaannya ada sedikit lembur untuk mengejar target bulan ini ” , balasku mesra pada suamiku.

    Tak lama kemudian, suamiku-pun mengambil minumannya sembari mengobrol, di ruang tamu,

    “ Gimana kalau sekali-kali kita reuni kayak jaman pacaran kita dulu, ” , kata suamiku,

    “ Aku juga membawa obat kuat dan perangsang untuk pasangan suami istri, ntar kita coba ya ”
    Sambil sedikit senyum, kujawab,

    “ Kangen ya emang cuman kamu yang kangen ”

    Lalu kamipun bercanda sambil nonton film porno,

    “ Nih minum dulu obatnya biar nanti seru… ” kata suamiku.

    Kemudian tak lama kuminum dua butir, sedangkan suamiku minum empat butir,

    “ Lho kok empat sih… nanti over lho ” , kataku manja.

    “ Ahhhh… … biar cepat reaksinya ” , balas suamiku sambil tertawa kecil.

    Satu jam berlangsung ngobrol-ngobrol santai di ruang tamu sambil nonton film porno, kurasakan obat tadi langsung bereaksi. Aku cuma mengenakan baju putih tanpa Bra dan Celana dalam. Kita berdua duduk di sofa sambil kaki kita diletakkan di atas meja. Kulihat suamiku mulai terangsang, dia mulai memegang lututku lalu meraba naik ke pahaku yang mulus, putih dan seksi.

    Buah dadaku yang masih montok dengan putingnya yang masih kecil dan merah diraihnya dan diremasnya dengan mesra, sambil menciumiku dengan lembut, perlahan-lahan suamiku membuka kancing bajuku satu persatu dan beberapa detik kemudian terbukalah semua pelapis tubuhku.

    “ Auh… ” erangku,

    Kemudian kuraba batang penis suamiku lalu kumainkan dengan lidah, kukulum semuanya, semakin tegang dan besar. Dia pun lalu menjilat klitorisku dengan gemas, menggigit-gigit kecil hingga aku tambah terangsang dan penuh gairah, mungkin reaksi obat yang kuminum tadi. Liang vaginaku mulai basah, dan sudah tidak kuat aku menahannya.

    “ Ahhhh… … Mas masukin yuk… cepat Mas… udah pingin nih… ” sambil mencari posisi yang tepat aku memasukkan batang penisnya pelan-pelan dan,

    “ Bless… ” , batang penis suamiku masuk seakan membongkar liang surgaku.

    “ Ahhhh… … terus Mas… aku kangen sekali… ” ,

    dengan penuh gairah entah kenapa tiba-tiba aku seperti orang kesurupan, seperti kuda liar, mutar sana mutar sini. Begitu pula suamiku semakin cepat gesekannya. Kakiku diangkatnya ke atas dan dikangkangkan lebar-lebar. Perasaanku aneh sekali, aku seakan-akan ingin sekali diperkosa beberapa orang.

    Seakan-akan semua lubang yang aku punya ingin sekali dimasuki batang penis orang lain. Seperti orang gila, goyang sana, goyang sini sambil membayangkan macam-macam. Ini berlangsung lama sekali dan kita bertahan seakan-akan tidak bisa keluar air sperma. Sampai perih tapi asik sekali. Sampai akhirnya aku keluar terlebih dahulu,

    “ Ahhhh… … Mas aku keluar ya… udah nggak tahan nih… aduh… aduh… aduh… keluar tiga kali Mas ” , desahku mesra.

    “ Aku juga ya… ntar kamu agak pelan goyangnya… Ahhhh… … aduh… keluar nih… ” Sperma kental yang hangat banyak sekali masuk ke dalam liang kenikmatanku.

    Sekarang kami-pun berada dalam posisi terbalik, aku yang di atas tapi masih bersatu dalam dekapan. Kucabut liang vaginaku dari batang penis suamiku terus kuoles-oleskan di mulut suamiku, dan suamiku menyedot semua sperma yang ada di liang vaginaku sampai tetes terakhir. Kemudian kita saling berpelukan dan lemas, tanpa disadari suamiku tidur tengkurap di karpet ruang tamu tanpa busana apapun, aku pun juga terlelap di atas sofa panjang dengan kaki telentang, bahkan film porno pun lupa dimatikan tapi semuanya terkunci sepertinya aman.

    Ketika subuh aku terbangun dan kaget, posisiku bugil tanpa sehelai benang pun tetapi aku telah pindah di kamar dalam, tetapi suamiku masih di ruang tamu. Akhirnya perlahan-lahan kupakai celana pendek dan kubangunkan suamiku. Akhirnya kami mandi berdua di kamar mandi dalam. Jam delapan pagi saya buatkan sarapan dan makan pagi bersama, ngobrol sebentar tentang permainan seks yang telah kami lakukan tadi malam.

    Tapi aku tidak bertanya tentang kepindahan posisi tidurku di dalam kamar, tapi aku masih bertanya-tanya kenapa kok aku bisa pindah ke dalam sendirian. Sesudah itu suamiku mengajakku mengulangi permaina seks seperti semalam, mungkin pengaruh obatnya belum juga hilang. Aku pun disuruhnya minum lagi tapi aku cuma mau minum satu kapsul saja.

    Belum juga terasa obat yang kuminum, tiba-tiba teman suamiku datang menghampiri karena ada tugas mendadak ke luar kota yang tidak bisa ditunda. Yah, dengan terpaksa suamiku pergi lagi dengan sebuah pesan kalau obatnya sudah bereaksi kamu harus tidur, dan aku pun menjawabnya dengan ramah dan dengan perasaan sayang. Maka pergilah suamiku dengan perasaan puas setelah bercinta semalaman.

    Dengan daster putih aku kembali membenahi ruang makan, dapur dan kamar-kamar kos aku bersihkan. Tapi kaget sekali waktu membersihkan kamar terakhir kos-ku yang bersebelahan dengan kamar tidurku, ternyata si Mike itu tidur pulas tanpa busana sedikit pun sehingga kelihatan sekali batang penis si Mike yang sebesar tanganku.

    Tapi aku harus mengambil sprei dan sarung bantal yang tergeletak kotor yang akan kucuci.
    Dengan sangat perlahan aku mengambil cucian di dekat si Mike sambil melihat batang penis yang belum pernah kulihat secara dekat. Ternyata benar seperti di film-film porno bahwa batang penis Mike memang besar dan panjang. Sambil menelan ludah karena sangatlah keheranan, aku mengambil cucian itu.

    Tiba-tiba si Mike itu bangun dan terkejut seketika ketika melihat aku ada di kamarnya. Langsung aku seakan-akan tidak tahu harus berkata apa.

    “ Maaf tuan saya mau mengambil cucian yang kotor ” , kataku dengan sedikit gugup.

    “ Suamimu sudah berangkat lagi? ” jawabnya dengan pelan dan pasti. Dengan pertanyaan seperti itu aku sangat kaget. Dan kujawab, “ Kenapa? ”,

    Sambil mengambil bantal yang ditutupkan di bagian vitalnya, si Mike itu berkata, “ Sebelumnya aku minta maaf karena tadi malam aku sangat lancang. Aku datang jam dua malam, aku lihat suamimu tidur telanjang di karpet ruang tamu, dan kamu pun tidur telanjang di sofa ruang tamu, dengan sangat penuh nafsu aku telah melihat liang vaginamu yang kecil dan merah muda.

    Maka kemudian aku langsung memindahkan kamu ke kamar, tapi tiba-tiba timbul gairahku untuk mencoba kamu. Mula-mula aku hanya menjilati liang vaginamu yang penuh sperma kering dengan bau khas sperma lelaki. Akhirnya batang penisku terasa tegang sekali dan nafsuku memuncak, maka dengan beraninya aku meniduri kamu. ”

    Dengan rasa kaget aku mau marah tapi memang posisi yang salah memang diriku sendiri, dan kini terjawablah sudah pertanyaan dalam benakku kenapa aku bisa pindah ke ruang kamar tidurku dan kenapa liang vaginaku terasa agak sakit

    “ Terus saya… kamu apain ” , tanyaku dengan sedikit penasaran

    “ Kutidurin kamu dengan penuh nafsu, sampai sperma yang keluar pertama kutumpahkan di perut kamu, dan kutancapkan lagi batanganku ke liang vaginamu sampai kira-kira setengah jam keluar lagi dan kukeluarkan di dalam liang vaginamu ” , jawab si Mike.

    “ Upzzz… bahaya nih, ntar kalo hamil gimana nih ” , tanyaku cemas.

    “ Ya… nggak pa-pa dong ” , jawab si Mike sambil menggandengku, mendekapku dan menciumku.

    Kemudian dipeluknya tubuhku dalam pangkuannya sehingga sangat terasa batang penisnya yang besar menempel di liang vaginaku. “ Ahhhh… … jangan dong… aku masih capek semalaman ” , kataku tapi tetap saja dia meneruskan niatnya, aku ditidurkan di pinggir kasurnya dan diangkat kakiku hingga terlihat liang vaginaku yang mungil, dan dia pun mulai manjilati liang vaginaku dengan penuh gairah. Aku pun sudah mulai bernafsu karena pengaruh obat yang telah aku minum sewaktu ada suamiku.

    “ Auh… Mike… good… teruskan Mike… auh ” .

    Satu buah jari terasa dimasukkan dan diputar-putar, keluar masuk, goyang kanan goyang kiri, terus jadi dua jari yang masuk, ditarik, didorong di liang vaginaku. Akhirnya basah juga aku, karena masih penasaran Mike memasukkan tiga jari ke liang vaginaku sedangkan jari-jari tangan kirinya membantu membuka bibir surgaku. Dengan nafsunya jari ke empatnya dimasukkan pula, aku mengeliat enak. Diputar-putar hingga bibir vaginaku menjadi lebar dan licin. Nafsuku memuncak sewaktu jari terakhir dimasukkan pula.

    “ Aduh… sakit Mike… jangan Mike… ntar sobek… Mike… jangan Mike ” , desahku sambil mengeliat dan menolak perbuatannya,

    sebenarnya aku berusaha berdiri tapi tidak bisa karena tangan kirinya memegangi kaki kiriku. Dan akhirnya, Zlebb… masuk semua satu telapak tangan kanan Mike ke dalam liang vaginaku, aku menjerit keras tapi Mike tidak memperdulikan jeritanku, tangan kirinya meremas payudaraku yang montok hingga rasa sakitnya hilang.

    Akhirnya si Mike itu tambah menggila, didorong, tarik, digoyang kanan kiri dengan jari-jarinya menggelitik daging-daging di dalamnya, dia memutar posisi jadi enam sembilan, dia menyumbat mulutku dengan batang penisnya hingga aku mendapatkan kenikmatan yang selama ini sangat kuharapkan.

    “ Aaahh… Mike punyamu terlalu panjang hingga masuk di tenggorokanku… pelan-pelan aja ” , ucapku tapi dia masih bernafsu.

    Tangannya masih memainkan liang vaginaku, jari-jarinya mengelitik di dalamnya hingga rasanya geli, enak dan agak sakit karena bulu-bulu tangannya menggesek-gesek bibir vaginaku yang lembut. Ini berlangsung lama sampai akhirnya aku keluar.

    “ Mike… aku nggak tahan… aahhh… ouhhh… aku keluar Mike auuhhh… keluar lagi Mike… ” desahku nikmat menahan orgasme yang kurasakan.

    “ Aku juga mau keluar… auh… ” balasnya sambil mendesah.

    Kemudian tangannya ditarik dari dalam liang vaginaku dan dia memutar berdiri di tepi kasur dan menarik kepalaku untuk mengulum penisnya yang besar. Dengan sangat kaget dan merasa takut, kulihat di depan pintu kamar ternyata suamiku datang lagi, sepertinya suamiku tidak jadi pergi dan melihat peristiwa itu. Aku-pun tidak bisa berbuat apa-apa, sudah telanjur basah, aku takut kalau aku berhenti lalu si Mike tahu dan akhirnya bertengkar.

    Tetapi aku pura-pura tidak ada sesuatu hal pun, si Mike tetap kukulum sambil melirik suamiku, takut kalau dia marah. Tapi ternyata malah suamiku melepas celana dan mendekati kami berdua yang sudah tengang sekali, mungkin sudah menyaksikan kejadian ini sejak tadi. Dan akhirnya si Mike kaget sekali, wajahnya pucat dan kelihatan grogi, lalu melepas alat vitalnya dari mulutku dan agak mudur sedikit. Tapi suamiku berkata,

    “ Terusin aja nggak pa-pa kok, aku sayang sama istriku kalau istriku suka begini, ya terpaksa aku juga suka, ayo kita main bareng ” .

    Akhirnya semua pada tersenyum merdeka, dan tanpa rasa takut sedikit pun akhirnya si Mike disuruh tidur telentang, aku tidur di atas tubuh si Mike, dan suamiku memasukkan alat vitalnya di anusku, yang sama sekali belum pernah kulakukan.

    Dengan penuh nafsu suamiku langsung memasukkan batang penisnya ke dalam anusku. Karena kesulitan akhirnya dia menarik sedikit tubuhku hingga batang penis si Mike yang sudah masuk ke liang vaginaku terlepas, suamiku buru-buru memasukkan batang penisnya ke liang vaginaku yang sudah basah, di goyang beberapa kali akhirnya ikut basah, dan dicopot lagi dan dimasukkan ke anusku dan, Zleebbb… , batang penis suamiku menembus mulus anusku.

    “ Aduh… pelan-palan Mas… ” , ucapku.

    Kira-kira hampir setengah jam posisi seperti ini berlangsung dan akhirnya suamiku keluar duluan, duburku terasa hangat kena cairan sperma suamiku, dia menggerang keenakan sambil tergeletak melihatku masih menempel ketat di atas tubuh si Mike. Akhirnya si Mike pun pindah atas dan memompaku lebih cepat dan aku pun mengerang keenakan dan sedikit sakit karena mentok, kupegang batang penis si Mike yang keluar masuk liang vaginaku, ternyata masih ada sisa sedikit yang tidak dapat masuk ke liang senggamaku. Suamiku pun ikut tercengang melihat batang penis si Mike yang besar, merah dan panjang. Aku pun terus mengerang keasyikan,

    “ Ouhhh… ahhhh… terus Mike… uuuuh… keluarin ya Mike… ”

    Akhirnya si Mike pun mendapatkan klimaksnya dan,

    “ Ahhh… Ouhhh… aku keluar nih… ahhh…” ucapnya sambil menarik batang penisnya dari liang vaginaku.

    Kemudian dimasukkanlah ke mulutku dan tersembur-lah lahar panas kental, lalu kutelan sedikit demi sedikit sperma asin orang Mike. Suamiku pun ikut menciumku dengan sedikit menjilat sperma orang asing itu. Kedua lelaki itu akhirnya tersenyum kecil lalu pergi mandi dan tidur siang dengan puas. Sesudah itu aku menceritakan peristiwa awalnya dan minta maaf, sekaligus minta ijin bila suatu saat aku ingin sekali bersetubuh dengan si Mike boleh atau tidak.

    “ Kalau kamu mau dan senang, ya nggak apa-apa asal kamu jangan sampai disakiti olehnya ” .

    Sejak saat itupun bila aku ditinggal suamiku, aku tidak pernah merasa kesepian. Dan selalu dikerjain oleh si Mike.

  • Cerita Sex Dipaksa Ngentot

    Cerita Sex Dipaksa Ngentot


    1860 views

    Perawanku – Cerita Sex Dipaksa Ngentot, Menikmati Hubungan Sex paksa Pada suatu hari dibulan November cerita Sex ini pun dimulai. suamiku pulang dari kantor memberi tahu bahwa di minggu akhir bulan Nopember, minggu depan, dia akan menghadiri penataran wajib dari kantornya.
    Karena waktunya yang 4 hari itu cukup panjang, dia menyarankan aku untuk ambil cuti dari kantorku dan dia ngajak aku ikut serta sambil menikmati suasana kota Yogyakarta dimana penataran itu akan berlangsung.

    Di sela-sela waktunya nanti dia akan ajak aku untuk melihat sana-sini di seputar Yogyakarta, antara lain Keraton Yogya yang selama ini belum pernah aku melihatnya. Ah.. tumben suamiku punya idea yang brilyan, senyumku. Aku akan urus cutiku itu.
    Begitulah, pada hari Minggu, 25 Nopember malam aku bersama suami telah berada di restoran Novotel Yogyakarta yang terkenal itu.

    Aku perhatikan semua kursi dipenuhi pengunjung. Secara ala kadarnya aku diperkenalkan dengan teman-teman suamiku yang juga datang bersama istri mereka.
    Dalam kerumunan meja besar untuk rombongan suamiku ini kami nampaknya merupakan pasangan yang paling muda dalam usia. Dan tentu saja aku menjadi perempuan yang termuda dan nampaknya juga paling cantik.
    Sementara ibu-ibu yang lain rata-rata sudah nampak ber-cucu atau buyut barangkali. Dan akhirnya aku tidak bisa begitu akrab dengan para istri-istri yang rata-rata nenek-nenek itu.
    Mungkin duniaku bukan lagi dunia mereka. Cara pandang dan sikap kehidupanku sudah jauh beda dari masa mereka.

    Karena paling muda suamiku kebagian kamar yang paling tinggi di lantai 5, sementara teman-temannya kebanyakan berada di lantai 2 atau 3.
    Bagiku tak ada masalah, bahkan dari kamarku ini aku bisa lebih leluasa melihat Yogyakarta di waktu malam yang gebyar-gebyar penuh lampu warna-warni.
    Malam itu kami serasa berbulan madu yang kedua. Kami bercumbu hingga separoh malam sebelum tidur nyenyak hingga saat subuh datang.
    Pagi harinya kami sempat sedikit jalan-jalan di taman hotel yang cukup luas itu untuk menghirup udara pagi sebelum kami sarapan bersama.
    Jadwal penataran suamiku sangat ketat, maklum disamping setiap session selalu diisi oleh pembicara tamu atau ahli dari Jakarta, juga dihadiri oleh pejabat penting dari berbagai tingkatan dan wilayah setanah air.
    Setiap pagi suamiku harus sudah berada di tempat seminar di lantai 2 pada jam 7 pagi. Apalagi sebagai anggota rombongan yang termuda dia seperti kena pelonco, segala hal yang timbul selalu larinya ke dia.
    Untung suamiku bertype”positive thinking”dan selalupenuh semangat dalam melaksanakan semua tugasnya.
    Sesaat setelah suamiku memasuki ruang penataran aku sempatkan jalan-jalan di seputar hotel kemudian mencari book store untuk membeli koran pagi.
    Sesudah duduk sebentar di lobby aku balik ke kamar untuk mencoba telpon ke rumah sekedar’check rechek’kegiatan pelayanku di rumah.
    Kemudian duduk santai membaca koran di balkon kamarku yang berpanorama atap-atap kampung Yogyakarta sambil minum coklat instant yang tersediadi setiap kamar Novotel ini.
    Bosan membaca koran aku buka channel TV sana-sini yang juga membosankan. Aku berpikir mau apa lagi, nih. Akhirnya sekitar jam 9 pagi aku berpikir sebaiknya aku turun ke lobby sambil mencuci mata melihat etalase toko di seputarnya.
    Aku keluar kamar melangkah di koridor yang panjang untuk menuju lift. Bersamaan dengan itu kulihat kamar di depan kamarku pintunya terbuka dan nampak sepintas di dalamnya ada seseorang setengah umur sedang sibuk menulis.
    Dia sempat menengok ke ar a hku sebelum aku bergerak menuju lift. Hal yang lumrah di dalam hotel yang tamunya dari segala macam orang dan asal.
    Tak terbersit pikiran apapun pada apa yang barusan tampak oleh mataku.
    Aku adalah type perempuan yang berpribadi dan paling teguh menjaga diri sendiri baik karena kesadaran sosial budayaku maupun kesadaran akan etika moral yang berkaitan dengan nilai-nilai kesetiaan seorang istri pada suaminya.
    Kembali aku jalan-jalan di seputar lobby, di shopping arcade yang menampilkan berbagai rupa barang dagangan pernik-pernik menarik, ada parfum, ada accessories, ada boutique. Ah.. aku nggak begitu tertarik dengan semua itu.
    Aku punya pandangan sendiri bagaimana membuat hidup lebih nyaman dan punya nilai. Aku memang tidaktertarik dengan pola hidup khalayak.
    Aku menyenangi keindahan yang serba alami. Kalau toh ada poles di sana, itu adalah’touch’yang lahir darisikap budaya sebagaimana manusia yang memang memiliki rasa dan pikir.
    Demikian pula yang berkaitan dengan kecantikan. Aku sangat menyadari bahwa basis tampilanku adalah perempuan yang cantik.
    Dan hal itu terbukti dari banyak orang yang sering secara langsung ataupun tidak langsung memberikan komentar dan penghargaan atas kecantikanku serta sikapku pada kecantikanku itu.
    Aku ingin kecantikkan yang juga memancar dari sikap budayaku. Dengan demikian aku akan selalu cantik dalam keadaan apapun.
    Oleh karenanya aku sangat menyukai’touch’yang sangat mencerminkan kemuliaan pribadi. Buatku hidup ini sangat tinggi maknanya dan perlu disikapi secara mulia, khas dan penuh kepribadian.
    Sesudah 1 jam jalan dan lihat sana-sini kembali aku dilanda rasa bosan yang menuntunku untuk balik ke kamar saja. Aku memasuki kembali lift menuju kamarku di lantai 5.
    Aku masih melihat kamar depanku yang tetap pintunya terbuka. Aku membuka pintuku dan masuk. Aku sedang hendak mengunci kembali kamarku ketika terdengar dari luar sapaan halus.
    “Selamat pagi”
    Yang spontan aku jawab selamat pagi pula sambil membuka sedikit pintuku.
    Kulihat lelaki dari kamar depanku itu dan begitu cepat menyisipkan tangannya ke celah pintu dan meraih daunnya, kemudian dengan sangat sigap pula masuk menelusup ke kamar sebelum aku menyadari dan mempersilahkann -ya.
    Hal yang sungguh sangat tidak mengenakkan aku. Aku tidak terbiasa berada dalam sebuah ruangan tertutupdengan lelaki lain yang bukan suamiku.
    Tetapi peristiwa itu rasanya berlangsung demikian cepat. Bahkan kemudian lelaki itu merapatkan dan langsung mengunci pintuku hingga kini benar-benar aku bersamanya dalam kamar tertutup dan terkunci ini.
    Ini adalah sebuah kekeliruan yang besar. Aku langsungmarah dan berusaha menolaknya keluar dengan meraih kunci di pintu. Tetapi kembali dia lebih sigap dari aku.
    “Tenang, zus, jangan takut. Aku nggak akan menyakiti zus, kok. Aku cuma sangat kagum dengan kecantikan yang zus miliki. Benar-benar macam kecantikan yang lahiriah maupun kecantikkan dari dalam batin.
    Inner beauty. Khayalanku menjadi melambung jauh setiap melihat zus. Sejak semalam di meja makan saatmakan malam, kebetulan aku berada di samping meja makan rombongan suami zus, aku lihat tangan-tangan lentik zus.
    Aku pastikan zus sangat cantik. Dan pagi tadi saat zus jalan-jalan di taman bersama suami dan kemudian juga jalan-jalan di sekitar lobby kembali aku sangat mengagumi penampilan zus.
    Aku sangat terpesona dan tak mampu menahan diriku. Aku kepingin sekali tidur bersama zus, pagi ini”.
    Orang itu memandangkan matanya tajam ke mataku. Omongan orang itu benar-benar biadab, tak punya malu. Apalagi rasa hormat. Dia seakan begitu yakin pasti menang atasku.
    Edan! Kok ada orang edan macam ini. Omongan panjangnya kurasakan sangat merendahkan diriku, kurang ajar, mengerikan dan menakutkan. Limbung dan ketakutan yang amat sangat langsung melanda sanubariku.
    Bulu kudukku merinding. Aku sepertinya jatuh dari ketinggian tanpa tahu akhirnya. Rasa sesak nafasku demikian menekan emosiku. Aku merasa begitu sangat lemah, terbatas dan tak punya pilihan.
    Jangan harap kebaikan dari lelaki biadab ini. Dia jelas tidak menyadari dan paham betapa aku mengagungkan nilai-nilai hidup ini.
    Dia tidak tahu betapa aku selalu takut pada pengkhianatan dan pengingkaran terhadap kesetiaanku pada suami.
    Aku sama sekali tak pernah siap akan hal-hal yang sebagaimana kuhadapi saat ini. Sungguh edan!!
    Kemudian dengan kalemnya dia raih tangan dan pinggangku untuk memelukku. Harga diri dan martabatku langsung bangkit marah. Aku berontak dan melawannya hab i s-habisan.
    Tanganku meraih apapun untuk aku pukulkan pada lelaki itu. Kutendangkan kakiku ke tubuhnya sekenanya, kucakarkan kukuku pada tubuhnya sekenanya pula. Tetapi.. Ya ampuunn.. Dia sangat tangguh dan kuat bagiku.
    Lelaki itu berpostur tinggi pula dan mengimbangi tinggiku, dan usianya yang aku rasa tidak jauh beda dengan usia suamiku disertai dengan otot-otot lengannya yang nampak gempal saat menahan pegangan tanganku yang terus berontak dan mencakarinya.
    Dia seret dan paksa aku menuju ke ranjang. Aku setengah dibantingkannya -ke atasnya. Dan aku benar-benar terbanting. Kacamataku terlempar entah ke mana.
    Teriakanku sia-sia. Aku rasa kamar Novotel ini kedap suara sehingga suaraku yang sekeras apapun tidak akan terdengar dari luar.
    Karena perlawananku yang tak kenal menyerah dia dengan cepat meringkus tangan-tanganku -dan mengikatnya dengan dasi suamiku yang dia temukan dan sambar dari tumpukan baju dekat ranjang hotel.
    Dia ikat tanganku ke backdrop ranjang itu. Aku meraung, menangis dan berteriak sejadi-jadinya hingga akhirnya dia juga sumpel mulutku, entah pakai apa, sehingga aku tak mampu lagi bergerak banyak maupun berteriak.
    Sesudah itu dia tarik tungkai kakiku mengarah ke dirinya. Dia nampak berusaha menenangkan aku, dengan cara menekan mentalku, seakan meniupi telingaku. Dia berbisik dalam desahnya,
    “Ayolah, zus, jangan lagi memberontak. Nanti lelah saja. Percuma khan, Waktu kita nggak banyak. Sebentar lagi suami zus istirahat makan siang.
    Dan bukankah dia selalu menyemp a tkan untuk menjemput zus untuk makan bersama?!”.
    Aku berpikir cepat menyadari kata-katanya itu dan menjadi sangat khawatir. Ini orang memang betul-betul lihay. Mungkin memang tukang perkosa profesional.
    Dia seakan tahu dan menghitung semuanya. Dia bisa melemparkan isue yang langsung menekan. Dia tahu bahwa aku tidak mau kehilangan suamiku.
    Dan dia juga tahu, kalau toh kepergokpun, dia tak akanmerugi. Hampir tak pernah dengar ada suami yang melapor istrinya diperkosa orang.
    Yang ada hanyalah seorang suami yang menceraikan istrinya tanpa alasan yang jelas. Disinilah bentuk tekanan lelaki biadab ini padaku. Sementara itu tindakan brutalnya terus dilakukannya.
    Dia robek blusku dengan kekerasannya untuk menelanjangi dadaku. Dia hentakkan kutangku hingga lepas dan dilemparkannya ke lantai. Kemudian denganseringain -ya dia menelusurkan mukanya.
    Dia benamkan wajahnya ke ketiakku. Dia menciumi, mengecup dan menjilati lembah-lembah ketiakku. Darisebelah kanan kemudian pindah ke kiri. Yang kurasakan hanyalah perasaan risih yang tak terhingga.
    Suatu perasaan yang terjadi karena tiba-tiba ada sesuatu, entah setan, binatang atau orang telah merangseki tubuhku ini.
    Tangan-tanganny -a menjamah dan menelusup kemudian mengelusi pinggulku, punggungku, dadaku. Tangannya juga meremas-remas susuku. Dengan jari-jarinya dia memilin puting-puting susuku. Disini dia melakukannya mulai dengan sangat pelan.
    Ah.. Bukan pelan, tt.. tetapi.. lembut. Dd.. dan.. dan demikian penuh perasaan. Kurang ajaarr..! D.. dd.. dia pikir bisa menundukkan aku dengan caranya yang demikian itu.
    Aku terus berontak dalam geliat.. Tetapi aku bagai k i jang yang telah lumpuh dalam terkaman predatornya. Aku telah rebah ke tanah dan cakar-cakar predatorku telah menghunjam di urat leherku.
    Kini aku hanyalah seonggok daging konsumsi predatorku.
    Aku sesenggukan melampiaskan tangisku dalam sepi. Tak ada suara dari mulutku yang tersumpal. Yang ada hanya air mataku yang meleleh deras.
    Aku memandang ke-langit-langi -t kamar Novotel. Aku demikian sakit atas ketidak adilan yang sedang kulakoni. Kini lelaki itu melihati aku. Aku menghindarkan tatapan matanya. Dia menciumi pipiku dan menjilat air mataku,
    “Duhh, sayangkuu.. kamu cantik banget, siihh..”, orang ini benar-benar kasmaran padaku.
    Dia juga menciumi tepian bibirku yang tersumpal. Kini kengerian dari kebiadaban berikutnya datang menyusul. Tangannya sigap menyibakkan gaun penutup wilayah rahasiaku.
    Tangan lainnya mencapai pahaku dan mulai meraba-raba kulitku yang sangat halus karena tak pernah kulewatkan merawatnya. Lelaki ini tahu kehalusan kulitku.
    Dia merabanya dengan pelan dan mengelusinya semakin lembut. Ucchh.. Betapa aku dilanda perasaan malu yang amat sangat.
    Aku yang tak pernah menunjukkan auratku selama ini, tiba-tiba ada seorang lelaki asing yang demikian saja merabaiku dan menyingkap segala kerahasiaanku.
    Kemudian dia kembali melanjutkan kebiadabannya, dia merenggut dan merobek gaunku. Dia tarik dari haribaan tubuhku. Dia campakkan ke lantai sebagaimana kutangku tadi.
    Dan kini aku hanyalah perempuan yang hina dengan setengah telanjang dan siap dalam perangkap lumatannya. Aku merasakan sepertinya dia telah merobeki jiwaku dan mencampakannya ke lantai kehinaan perempuan.
    Aku merasakan betisku, pahaku kemudian gumpalan bokongku dirambati tangan-tanganny -a. Berontakku sekali lagi hanyalah kesia-siaan.
    Dia menindih berat dengan dadanya. Wajahnya mendekat hingga kurasakan nafasnya yang meniupkan angin ke selangkanganku. -Lelaki itu mulai menenggelamkan wajahnya ke selangkanganku. -Bukan main. Belum pernah ada seorangpun berbuat macam ini padaku. Juga tidak begini suamiku selama ini.
    Edan. Edaann..!!
    Aku tak kuasa menolak semua ini. Segala berontakku kandas. Kemudian aku merasakan lidahnya menyapu pori-pori selangkanganku. -Edaann..!!
    Lidah itu sangat pelan menyapu dan sangat lembut. Sesaat sepertinya aku berada di persimpangan jalan. Di depan mataku ada 2 potret. Aku membayangkan suamiku dan sekaligus lelaki ini.
    Salahkah aku?
    Dosakah aku?
    Siapa yang salah?
    Kenapa aku ditinggal sendirian di kamar ini?
    Kenapa mesti ada lelaki ini?
    Aku berpusing. Duniaku seakan-akan berputar dan akutergiring pada tepian samudra yang sangat mungkin akan menelan dan menenggelamkan aku.
    Aku mungkin sedang terseret dalam sebuah arus yangsangat tak mampu kulawan. Aku merasakan lidah-lidah lelaki ini seakan menjadi seribu lidah.
    Seribu lidah lelaki ini menjalari semua bagian-bagian rahasiaku. Seribu lidah lelaki inilah yang menyeretku ke tepian samudra kemudian menyeret aku untuk tertelan dan tenggelam.
    Ammpuunn.. Bayangan kengerian akan ingkarnya kesetiaan seorang istri menerkam aku. Keringatku meluncur deras.
    Aku tak bisa pungkiri. Aku sedang jatuh dalam lembah n i kmat yang sangat dalam.. Aku sedang terseret dan tenggelam dalam samudra nafsu birahiku. Aku sedangtertelan oleh gelombang nikmat syahwatku.
    Salahkah akuu..??
    Salahkah..??
    Dan saat kombinasi lidah yang menjilati selangkanganku dan sesekali dan jari-jari tangannya yang mengelusi paha di wilayah puncak-puncakny -a rahasiaku, aku semakin tak mampu menyembunyikan rasa nikmatku.
    Isak tangisku terdiam, berganti dengan desahan dari balik kain yang menyumpal mulutku.
    Dan saat kombinasi olahan bibir dan lidah dipadukan dengan bukan lagi sentuhan tetapi remasan pada kemaluanku, desahanku berganti dengan rintihan yang penuh derita nikmat birahi. Aku telah tenggelam.
    Dan gelombang itu kini menggoyang pantatku. Aku menggelinjang. Aku histeris ingin..
    Yaa.. Aku ingin!
    Aku punya ingin menjemputi ribuan lidah dan jari-jari lelaki ini. Ampuunn..!!
    Masih adakah aku??
    Dan ah.. Pintarnya lelaki ini. Dia begitu yakin bahwa aku telah tenggelam. Dia begitu yakin bahwa aku telah tertelan dalam syahwatku. Dia renggut sumpal di mulutku.
    “Ayolah, sayang.. mendesahlah.. merintihlah.. Ambil nikmatmu. Teguk haus birahimu..”,
    Aku mendesah dan merintih sangat histeris. Kulepaskan dengan liar derita nikmat yang melandaku. Aku kembali menangis dan mengucurkan air mata. Aku kembali berteriak histeris.
    Tetapi kini aku menangis, mengucurkan air mata dan berteriak histeris beserta gelinjang syahwatku. Aku meronta menjemput nikmat. Aku menggoyang-goya -ngkan pinggul dan pantatku dalam irama nafsu birahi yang menerjangku.
    Dan sejak saat itu aku memasuki wilayah tak terhingga, tanpa batasan norma sekaligus meninggalkan batasan-batasan -yang selama ini kupertahankan dengan sangat teguhnya.
    Aku memasuki suatu wilayah yang terbersit sepintas, bahwa aku sebenarnya pernah menginginkan nilai macam ini, nilai dimana tak ada kekhawatiran, ketakutan, rasa salah dan rasa mengkhianati.
    Aku memasuki wilayah dimana aku eksis secara murnimenjadi diriku. Mungkin semacam ini alamiahku, yang adalah mahkluk untuk dipenuhi keinginan nafsu dan birahi yang demikian bebas tanpa kendali.
    Bahkan aku merasa ini adalah hak. Hak-ku. Aku merasa ber-hak untuk mendapatkannya.
    Dan ke-tak terhingga-an serta ke-tak terbatas-an itu merayap menuju puncaknya ketika aku diterpa rasa dingin menggigil serta gemetar seluruh tubuhku yang disebabkan bibir lelaki itu merambah turun meluncur melewati perutku dan langsung menghunjam terperosok ke-kemaluanku.
    Aku tak mampu mengendalikan diriku lagi. Aku bergoncang-gonc -ang mengangkati pantatku untuk mendorong dan menjemputi bibirnya karena kegatalan yang amat sangat pada kemaluanku.
    Dengan serta merta pula aku berusaha menjilati buah dadaku sendiri menahan gelinjang nikmat yang melanda nafsu birahiku.
    Dan kurasakan betapa kecupan, gigitan dan ruyak lidah lelaki ini membuat gigil dan gemetarku melempar aku ke lupa diri.
    Akhirnya karena tak mampu aku menahannya lagi aku merintih.
    “Hauss, mmaass.. Aku hauss..”
    Rintihan itu membuat lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajahku hingga bisa kuraih bibirnya.
    Aku rakus menyedotinya. Kehausanku yang tak bisa kubendung membuat aku ingin melumati mulutnya. Aku berpagut dengan pemerkosaku.
    Aku melumat mulutnya sebagaimana sering aku melumati mulut suamiku saat aku sudah sangat di puncak birahiku. Aku benar-benar dikejar badai birahiku.
    Aku benar-benar gelisah gelombang syahwatku. Biasanya kalau sudah begini suamiku langsung tahu. Dia akan menusukkan penisnya ke vaginaku untuk menutup kegairahanku. Dia akan menjejalkan kontolnya dan memekku pasti cepat menjemputnya.
    Dan kini aku benar-benar menunggu lelaki itu memasukkan kontolnya ke kemaluanku pula. Aku sebenar-benarny -a berharap karena sudah tidak tahanmerasakan badai birahiku yang demikian melanda seluruh organ-organ peka birahi di tubuhku.
    Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang sama sekali diluar dugaanku. Aku sama sekali tak menduga, karena memang aku tak pernah punya dugaan sebelumnya. Kemaluan lelaki ini demikian gedenya.
    Rasanya ingin tanganku meraihnya, namun belum lepas dari ikatan dasi di backdrop ranjang ini. Yang akhirnya kulakukan adalah sedikit mengangkat kepalaku dan berusaha melihati kemaluan itu. Ampuunn.. Sungguh mengerikan.
    Rasanya ada pisang tanduk gede dan panjang yang sedang dipaksakan untuk menembusi memekku. Aku menjerit tertahan. Tak lagi aku sempat memandangnya.
    Lelaki ini sudah langsung menerkam kembali bibirku. Dia kini berusaha meruyakkan lidahnya di rongga mulutku sambil menekankan kontolnya untuk menguak bibir vaginaku.
    Selama ini aku pikir kontol suamiku itulah pada umumnya kemaluan lelaki itu. Kini aku dihadapkan kenyataan betapa besar kontol di gerbang kemaluanku saat ini, yang terus berusaha mendesaki dan menembusi kemaluanku tetapi tak kunjung berhasil.
    Aku sendiri sudah demikian kehausan dan tanpa malu lagi mencoba merangsekkan lubang kemaluanku tetapi tak juga berhasil.
    Cairan-cairan yang mestinya melicinkanpun belum bisa membantu lincirnya kontol itu memasuki kemaluanku. Tetapi lelaki ini ada cara.
    Dia meludah pada tangannya untuk kemudian menambahi lumuran pelicin pada bibir kemaluanku. Dia lakukan 2 atau 3 kali. Dan sesudahnya dia kembali menyorongkan ujung kontolnya yang dengan serta merta aku menyambutnya hingga..
    Blezzhh..
    Ampuunn.. Kenapa sangat nikmat begini, ya, ampuunn.. Kemana nikmat macam ini selama ini..??
    Kemana nikmat dari suamiku yang seharusnya kudapatkan selama ini..??
    Kenapa aku belum pernah merasakan nikmat macam ini..??
    Kombinasi ke-sesakkan karena cengkeraman kemaluanku pada bulatan keras batang besar kontol lelaki ini sungguh menyuguhkan sensasi terbesar dalam seluruh hidupku selama ini.
    Aku rasanya terlempar melayang kelangit tujuh. Aku meliuk-liukkan tubuhku, menggeliat-liat -, meracau dan mendesah dan merintih dan mengerang dan..
    Aku bergoncang dan bergoyang tak karuan.. Ya, ampuunn.. Orgasmeku dengan cepat menghampiri dan menyambarku. Aku kelenger dalam kenikmatan tak bertara. Lelaki ini langsung mematerikan nilai tak terhingga pada sanubariku.
    Aku masih kelenger saat dia mengangkat salah satu tungkai kakiku untuk kemudian dengan semakin dalamdan cepat menggenjoti hingga akhirnya muntah dan memuntahkan cairan panas dalam rongga kemaluanku.
    Uhh.. Nikmat inii.. Uucchh..
    Kami langsung roboh. Hening sesaat. Aneh, aku tak merasa menyesal, tak merasa khawatir, tak merasa takut.
    Ada rasa kelapangan dan kelegaan yang sangat longgar. Aku merasakan seakan menerima pencerahan. Memahami arti nikmat yang sejati dari peristiwa ranjang.
    Demikian membuat aku seakan di atas rakit yang sedang hanyut dalam sungai dalam yang sangat anteng. Aku bahkan tertidur barang 5 menit.
    Aku bangun karena dering telpon. Itu pasti suamiku. Aku langsung cemas. Lelaki itu tak lagi berada di sampingku. Aku coba tengok ke kamar mandi sebelum menjawab telepon.
    Tak juga kutemui. Ternyata itu telepon dari kamar di depanku, telepon dari lelaki itu.
    “Zus, cepat mandi, 15 menit lagi suamimu kembali ke kamar, saatnya mereka istirahat”.
    Ah, bijak juga dia. Aku rapikan ranjang dan sepreinya, kemudian cepat mandi. Siang itu aku usul pada suamiku untuk makan di kamar saja, badanku agak nggak enak, kataku.
    Memang badanku agak lemes sejak aku mendapatkan orgasmeku yang bukan main dahsyatnya tadi.
    Dan aku merasakan ada kelegaan sedikit, tak ada nampak bekas-bekas ulah lelaki itu pada bagian-bagian peka tubuhku.
    Saat ketemu di siang itu suamiku nampak menunjukkan sedikit prihatin padaku. Dia tahu aku dilanda rasa bosan menunggu.
    Dia sarankan aku jalan-jalan ke Molioboro atau tempatlainnya yang tak begitu jauh dari hotel. Aku mengangguk setuju.
    Ah.. Akhirnya aku dapat ide.
    Menjelang jam 1 siang suamiku kembali ke ruang penataran di lantai 2, dan jam 1 lebih 5 menit lelaki itukembali menelponku, aku nggak menjawab langsung kututup.
    Aku kembali merasa ketakutan pada apa yang aku pahami selama ini. Aku tak akan melanggarnya lagi. Yang sudah, ya, sudah. Masak aku mesti sengaja mengulangi kesalahanku lagi.
    Tetapi tiba-tiba ada ketukan di pintu. Aku curiga, lelakiitu datang lagi. Dan aku nggak tahu, kenapa aku ingin tahu. Aku ingin tahu siapa yang mengetuk itu, walaupun aku sudah hampir pastikan dia sang lelaki yang tak kukenal itu.
    Kuintip dari lubang lensa kecil di pintu. Dan benar, dia lagi. Dari dalam aku teriak kasar, mau apa kamu, yang dia sahuti dengan halus.
    “Sebentar saja zus, aku mau bicara. Sebentar saja, zus, ayo dong, bukain pintu”, pintanya.
    Aku jadi ingat akan gelinjang nikmat yang aku terima darinya. Aku juga ingat betapa kontolnya tak pernah kurasakan nikmat macam itu. Aku juga ingat betapa lidahnya yang menyelusuri gatal bukit dadaku.
    Dan aku ingat pula betapa gigitan kecilnya pada pentilku demikian merangsang dan menggetarkan seluruh tubuhku. Kini aku lihat kembali bibir edan itu dari lubang pintu ini.
    Dan tanpa bisa kuhindarkan tangan kananku menggerakkan turun handle pintu ini. Dan, clek, terbuka celah sempit di ambang pintu. Dan dengan cepat, sret, tangan lelaki itu cepat menyelip di celah ambang itu.
    “Sebentar, saja zus, perbolehkan aku masuk”
    Dia tidak menunggu ijinku. Kakinya langsung mengganjal pintu dan dengan kaki lainnya mendorong,dia masuk. Kembali dia memeluki aku, lantas menciumi bibirku, lantas menyingkap gaunku, lantas melepasi kutangku, lantas memerosotkan celana dalamku.
    Lantas mengelusi pantatku, pahaku, meremasi kemaluanku kembali, bibirnya terus melumati bibirku.
    Kacamataku diangkatnya. Itulah rangkaian serangannya padaku. Pada awalnya aku kembali berusaha berontak dan melawan, walaupun kali ini tidak segigih pada peristiwa pagi tadi.
    Dan aku yang memang bersiap untuk”keok”langsung takluk bersimpuh saat tangan ototnya meremasi wilayah peka di selangkanganku.
    Kali ini dia gendong aku menuju ke-ranjang dan sama-sama berguling di atasnya. Tetapi kali ini dia tidak menelanjangi aku. Dia hanya singkapkan gaunku,kemudian -dia memelukku dari arah punggungku.
    Dia lumati kudukku yang langsung membuat aku menjadi sedemikian merinding dan tanpa kuhindarkantang -anku jadi erat memegangi tangannya.
    Suatu kali ciuman di kudukku demikian membuat aku tergelinjang hingga aku menengokkan leherku untuk menyambar bibirnya. Kami saling berpagut dengan buasnya.
    Lelaki itu rupanya ingin menambah khasanah nikmat seksual baru padaku. Aku tak tahu kapan dia melepasi celananya, tahu-tahu kontolnya sudah menyodokki kemaluanku dari arah belakangku. Dengan posisi miring serta satu tungkai kakiku dia peluk ke atas, kontolnya menyerbu memekku dan..
    Blezzhh.. Blezzhh.. Blezzhh..
    Dia kembali memompa. Rupanya kemaluanku sudah cepat adaptasi, kontol gedenya tak lagi kesulitan menembusi memekku ini.
    Posisi ini, duh.. Nikmatnya tak alang kepalang. Macam ini sungguh menjadi kelengkapan sensasi perkosaannya padaku yang kedua.
    Ah, entah, ini masih bisa disebut sebagai perkosaannya padaku atau sudah menjadi penyelewenganku -pada suamiku.
    Rasanya sudah tak lagi penting buatku yang kini sedang demikian sepenuhnya menikmati kerja lelaki ini pada tubuhku.
    Beberapa kali dia membetulkan singkapan gaunku yang menghalangi pompaan kontolnya pada kemaluanku.
    Sesudah beberapa lama dalam nikmat posisi miring, diangkatnya tubuhku menindih tubuhnya. Posisi baru ini menuntut aku yang harus aktif bergerak.
    Terlintas rasa maluku. Tak pernah aku berlaku begini. Biasanya aku merupakan bagian yang pasif dalam ulahsanggama dengan suamiku, tetapi kali ini.
    “Ayo, sayang, naik turunkan pantatmu, sayang, ayoo..”
    Lelaki itu setengah memaksa aku untuk menaik turunkan pantatku dalam menerima tembusan kontolnya dari bawah tubuhku.
    Dan sesungguhnya aku yang memang sangat kegatalan menunggu sodokkan-sodokk -annya kini berusaha menghilangkan rasa maluku dan mencoba memompa.
    Uh.., sungguh tak terduga nikmatnya. Aku mengerang dan merintih setengah berteriak setiap kali aku menurunkan pantatku dan merasakan betapa kontol gede itu meruyak di dalam rongga kemaluanku, menggeseki saraf-saraf gatal di dalamnya.
    “Sayang, coba kamu duduk tegak dengan terus memompa, kamu akan merasakan sangat nikmat.
    Saya jamin pasti kamu nggak mau berhenti nantinya”, begitulah dia antara menghimbau dan memerintah aku yang dengan tangannya mengangkat tubuhku tanpa melepaskan kontolnya dari kemaluanku.
    Dan dengan aku berposisi duduk membelakangi dia dan tanganku yang bertumpu pada dadanya, aku kembali memompa.
    Ah.., dia benar lagi. Ini kembali menjadi sensasi seksualku, karena aku sekarang melihat betapa diriku nampak di cermin kamarku dengan kerudung rambutku yang sudah awut-awutan dan demikian basah oleh keringatku.
    Aku seperti main enjot-enjotan naik-turun di atas kuda-kudaan.
    Sepintas ada malu pada ulahku itu. Kok, bisa-bisanya, hanya dalam waktu satu hari aku melakukan hubungan mesum perkosaan atau penyelewengan, entahlah, dengan lelaki yang tak kukenal ini.
    Dan yang terjadi kemudian adalah genjotan naik turunku semakin cepat saja. Aku merasakan betapa kegatalan yang sangat menguasai rongga kemaluanku.
    Serta dengan menyaksikan diriku sendiri pada cermin yang tepat di mukaku, nafsu birahiku langsung melonjak dan mendorong gelinjangku kembali mendekati orgasmeku yang kedua dalam tempo tidak lebih dari 4 jam ini.
    Dan saat orgasme itu akhirnya benar-benar hadir, akukembali berteriak histeris mengiringi naik turunnya pantatku yang demikian cepat.
    Kontol yang keluar masuk pada lubang kemaluanku nampak seperti pompa hidrolik pada mesin lokomotif yang pernah aku lihat di stasiun Gambir.
    Lelaki itu juga membantu cepatnya keluar masuk kontolnya. Aku kembali rubuh. Sementara dia, lelaki yang belum memuasi dirinya itu menyeretku ke tepiankasur dan meneruskan pompaannya hingga menyusul mencapai titik klimaksnya.
    Dia cengkeram pahaku dan kurasakan kedutan-kedutan -kontolnya menyemprotkan cairan kental panas pada kemaluanku kembali.
    Saat jeda, dia menceritakan siapa dirinya. Dia adalah seorang dokter kandungan. Dia sangat tahu seluk beluk persenggamaan. Dia tahu gaya-gaya dalam meraih nikmat sanggama.
    Dia tahu titik-titk peka pada tubuh perempuam. Dia tahu mana yang baik dan buruk. Dia puji aku setengah mati, betapa otot-otot kemaluanku demikian kencang mencengkeram kontolnya.
    Namanya Dr. Ronald, 52 tahun, asli Malang. Dia buka praktek di beberapa kota. Minggu terakhir di setiap bulan dia berada di Yogya untuk melayani pasien di beberapa rumah sakit di Yogya.
    Dia memang tidak ada giliran ke kotaku.
    Aku boleh panggil Ron saja atau Ronad. Aku pikir dia adalah lelaki yang luar biasa. Dan aku lega saat dia mengenalkan dirinya. Aku lega karena dia termasuk orang terpelajar dan punya identitas.
    Dia tidak liar. Dan dia bilang bertanggung jawab apabila ada hal yang nggak benar padaku karena bersanggama dengannya. Dia memberikan aku kartu nama.
    Aku terima dan tak kuatir pada suamiku, karena dia dokter kandungan, yang mungkin saja aku dapatkan dari referensi teman-temanku.
    Sore itu dia memberikan aku sekali lagi orgasme. Huh..sungguh melelahkan dan sekaligus sangat memuaskan aku.
    Dan yang paling mengesankan bagiku, sesiang hari ini dalam 3 kali persanggamaan aku meraih 6 kali orgasme. Aku nggak tahu lagi, bagaimana aku harus bersikap padanya.
    Saat suamiku pulang, kamarku sudah kembali rapi, seakan tak ada yang terjadi. Aku sudah mandi dan dandan agar tidak menampakkan kelelahanku. Dan malam itu aku bersama suamiku kembali makan malam bersama.
    Di pojok ruang makan kulihat meja dengan 4 kursi yang hanya diduduki seorang, dr. Ronad. Dia nampak tidak berusaha memandang aku. Dia menyibukkan dirinya dengan bacaan dan tulis menulis.
    Sungguh suatu kamuflase yang hebat.
    Pada keesokan harinya, hanya 10 menit sesudah suamiku turun ke lantai 2 untuk mengikuti penataran di hari ke dua, dr. Ronad kembali mengetuk pintu. Kembali aku menghadapi peperangan bathinku.
    Masa, perkosaan bisa terjadi sekian kali berturut-turut, -dan sementara itu, apabila disebut sebagai penyelewengan, bagaimana perempuan tegar dan berkepribadian seperti aku ini demikian mudah runtuholeh nikmatnya perselingkuhan.
    Tetapi bayangan dan segala macam keraguanku itu hanyalah menjadi awal dari elusan dan rabaan batin yang langsung membangkitkan naluriah nafsu birahiku.
    Aku sudah mulai berselingkuh sebelum perselingkuhani -tu di mulai. Aku telah benar-benar runtuh. Aku bukakan pintu untuk Ronad.
    Rasa harga diriku yang masih tersisa mendramatisir keadaanku. Aku bertindak seakan menolak saat Ronadmenggendon -g aku dari ambang pintu ke peraduanku. Tetapi segala ocehanku langsung bungkam saat bibirnya melumat bibirku.
    Segala tolakan tanganku langsung luruh saat tangannya memilin pentil-pentilku -. Segala hindar dan elak tubuhku langsung sirna saat pelukan tangannya yang kekar merabai pinggul dan bokongku.
    Dan segala keinginan untuk”Tidak!”langsung musnahsaat kombinasi lumatan di bibir, pelukan di pinggul, rabaan pada pantatku merangsek dengan sertaan nafasnya yang memburu. Aku aktip menunggu Ronad melahapku.
    Dia mengulangi awal yang seperti kemarin, merangkuldan memulai dari belakang punggungku, memelukku kemudian menjilati kudukku. Aku meronta bukan untukmelawan, tetapi meronta karena menerima kenikmatan.
    Aku menengokkan leherku hingga bisa meraih wajahnya. Kulumati bibirnya. Dan seperti kemarin, setelah menyingkap busana yang menutup bokongku hingga paha dan memekku terpampang, tahu-tahu kontolnya sudah telanjang menyelip dari celah celana dalamku, siap berada di gerbang kemaluanku.
    Sambil kami saling melumat dia mendorongkan kontolnya, aku mendorongkan memekku menjemputnya. Saat akhirnya..
    Blezzhh..
    Kami langsung saling merintih dan berdesahan. Itulah simponi birahi di kamar Novotel di lantai 5 di pagi hari ini, sementara itu, mungkin suamiku sedang asyik berdebat bersama anggota teamnya di lantai 2.
    “Sekarang gantian sayang, biar aku yang numpakin kamu, yaa..”suara gemetar Ronad nampak menahan birahinya.
    Aku dibalikannya dengan tetap mempertahankan lengkungan tubuhku hingga jadi nungging dengan kepalaku bertumpu pada kasur.
    Sesudah sedikit dia betulkan posisiku dan kembali lebih singkapkan busana rapetku, dengan setengah berdiri dia mengangkangin aku mulai dari arah pantatku. Kontolnya dia tusukkan ke memekku.
    Duh, duh, duh..
    Apa lagi ini. Kenapa gatalku langsung dengan cepat melanda memekku. Aku membayangkan bibir kemaluanku pasti dengan haus menunggu kepala kontol gede itu.
    Dan aku merasakan saat ujungnya mendorong aku hingga akhirnya amblas menghunjam ke dalamnya. Dalam hatiku aku berfikir, kok macam anjing kawin, ya.Kemudian Ronad mulai kembali memompa. Huuhh.. Jangan lagi tanya betapa nikmatnya.
    Aku seperti diombang-ambing -kan gelombang Lautan Teduh. Setiap tusukkan aku sambut dengan cengkeraman memekku, dan akibatnya saraf-saraf pekaku merangsang gelinjang nikmat birahiku.
    Dan saat kontolnya dia tarik keluar, dinding kemaluanku menahan sesak hingga kembali saraf-saraf pekaku melempar gelinjang nikmat birahi. Keluar, masuk, keluar, masuk, keluar, masuk.. Aku semakin nggak lagi mampu menahan kegelianku.
    Tangan-tanganku -meremasi tepi-tepi kasur untuk menahan deraan geli-geli nikmat itu.
    Aku membiarkan air liurku meleleh saat aku terus menjerit kecil dan mendesah-desah. -Mataku tak lagi nampak hitamnya. Aku lebur melayang dalam nikmatnya kontol yang keluar masuk menembusi memekku ini.
    Dan saat tusukkannya makin cepat menggebu, aku tahu, dia akan meraih orgasmenya mendahului orgasmeku.
    Kubiarkan. Bahkan kudorong dengan desahan dan rintihanku yang disebabkan rasa pedih dan panasnya gesekkan cepat batang kontolnya yang sesak menembusi kemaluanku ini.
    Akhirnya dia menumpahkan berliter-liter spermanya ke memekku. Bunyi, plok, plok, plok bijih pelernya yang memukuli kemaluanku tidak kunjung henti. Dia tahu aku belum orgasme.
    Dia tetap mempertahankan irama tusukkan karena tahu aku demikian menikmati gaya anjing ini. Limpahan cairan yang membecek pada kemaluanku tidak mengurangi nikmatnya tusukkan.
    Bahkan licinnya batang keluar masuk ini merangsang gelinjangku dengan sangat hebatnya. Aku meliuk dan menaik turunkan pantatku. Aku benar-benar menjadi anjing betina yang memeknya dikocok-kocok jantannya.
    Aku merintih dengan sangat hebat dan berteriak histeris saat orgasmeku datang menyongsong tusukkan-tusukk -an pejantan ini. Aku mendapatkan sensasi nikmat birahinya anjing betina. Aku tak kunjung usai juga. Aku mengimpikan orgasme yang beruntun.
    Ronadpun demikian pula. Sanggama kali ini bersambung tanpa jeda walaupun kami telah meraih orgasme-orgasme -kami. Genjotan dan pompaan teruskencang dan semakin cepat. Kami dilanda histeris bersamaan.
    Kami berguling-gulin -g. Ronad menyeret aku ketepian ranjang. Dengan tetap berposisi nungging, Ronad menembusi memekku dengan berdiri dari lantai. Kontol itu, duh.. sangat legit rasanya. Hunjamannya langsung merangsek hingga menyentuh tepian peranakanku.
    Ujung-ujungnya mentok menyentuhi dinding rahimku. Aku nggak tahan.. Ronaadd.. Edan, kami bersanggama tanpa putus selama lebih dari 40 menit. Aku kagum akan ketahanan Ronad yang 52 tahun itu.
    Kontolnya tetap ngaceng dan mengkilat-kilat -saat akhirnya kami istirahat sejenak. Baru kali ini secara gamblang dan jelas aku menyaksikan kontol lelaki.
    Selama ini aku dan suamiku selalu bersanggama dalam gelap atau remang-remang. Dan kami merasa seakan tabu untuk melihati kemaluan-kemalu -an kami.
    Aku sendiri masih malu saat Ronad melihati dan ngutik-utik kelentitku. Dan kini aku heran, kenapa demikian susah untuk tak melihati kontol Ronad ini. Aku heran, kenapa barang ini bisa menghantarkan akupada kenikmatan yang demikian dahsyatnya.
    Jam 10 pagi Ronad pamit. Dia bilang mesti ke rumah sakit memenuhi janji dengan pasiennya. Aku nggak akan mencegahnya. Dia akan kembali nanti jam 3 sore. Aku nggak komentar. Suamiku telepon, dia ngajak aku makan siang di restoran, dia akan menunggu aku di bawah.
    Sesudah aku mandi aku keluar kamar dan turun. Aku jaga agar penampilanku nampak tetap segar. Pergulatan seksual yang penuh hasrat dan nafsu birahi antara aku dan Ronald yang pemerkosaku telah meninggalkan berbagai rasa pedih di selangkanganku.
    Setiap aku melangkah gesekan antara paha juga terasa nyeri. Aku harus bisa mengatasi ketidak nyamanan ini.
    Ternyata hingga jam 6 sore Ronad tidak balik. Mungkinada krisis di rumah sakitnya. Anehnya, aku merasa kesepian. Aku telah terjebak dalam nikmatnya perkosaan.
    Aku gelisah selama jam-jam menunggu ketukan di pintu. Aku merasa sangat didera nafsu birahiku. Aku ketagihan. Aku sangat ketagihan akan legit kontolnya. Terbayang dan seakan aku merasai kembali legit itu menyesaki memekku.
    Walaupun resah melandaku aku mengiyakan saat suamiku mengajak aku jalan-jalan bersama teman-temannya ke Molioboro. Acaranya kami makan lesehan di jalan yang dem i kian terkenal di dunia itu. Sepanjang jalan dan makan aku banyak melamun.
    Suamiku nampak prihatin. Dia tetap hanya mengira aku kurang sehat dan dilanda rasa bosan. Dia merangkuliku dengan mesra. Aku berpikir dan melayang ke arah yang beda. Ah, Ronad, dimana kamu.. Malam itu suamiku mencumbuiku.
    Aku harus memberikan respon yang sebaik dan senormal mungkin. Aku merasakan betapa bedanya saat kemaluan suamiku memasuki kemaluanku. Aku tidak merasakan apa-apa. Hambar. Aku iba padanya.
    Tetapi sebagaimana yang biasa aku lakukan, kini aku berpura nikmat, seakan aku meraih orgasme. Dan suamiku demikian bernafsu memompakan kontol kecilnya hingga spermanya muncrat.
    Malam itu dia tidur dengan penuh damai dan senyuman. Sementara aku tetap gelisah, terganggu pikiran dan bayang-bayang Ronad.
    Besoknya, secepat suamiku pergi ke penataran aku sudah tak sabar menunggu pintu. Aku ingin ada perkosaan kembali. Ah, aku benar-benar khianat sekarang.
    Aku benar-benar kehilangan harkatku. Aku benar-benar bukan lagi diriku sebagaimana yang orang kenalselama ini. Aku adalah istri yang selingkuh, adalah perempuan penyeleweng.
    Ketika 30 menit berlalu dan pintu tak ada yang mengetuk, aku nekad. Kuputar telepon kamar Ronad. Dia nggak cepat mengangkatnya. Aku mulai kesal. Ah, akhirnya Ronad bicara.
    “Maafin aku sayang, baru selesai mandi, nih. Tadi malam sampai jam 11 malam. Pasien-pasienku -ngantre, ada yang datang dari Wonosobo, Semarang. Aku nggak mungkin meninggalkannya -, khan?!”.
    “Bagaimana kalau aku yang ke kamarmu?”Gila, aku sudah sedemikian nekadnya.
    “Boleh, ayo, biar aku bukain pintu. Kamu langsung masuk sebelum ada orang lain lihat, OK?”.
    Aku cepat merapikan pakaianku kemudian dengan cepat bergegas ke kamarnya. Benar, dia barusan mandi. Handuknya masih melilit di tubuhnya. Kuperhatikan dadanya yang bidang dan bersih.
    Ah, kenapa aku nggak pernah memperhatikan benar selama 2 hari ini. Bukankah dia sangat sensual. Mungkin karena kepanikanku yang selalu mengiringiku saat jumpa dan bersama dia. Kami langsung saling berpelukan dan melumat bertukar lidah dan ludah.
    Aku merasa diriku menjadi sangat agresif dan nggak pakai malu-malu lagi. Dengan cara seloroh, kukait ikatan handuknya hingga lepas ke lantai.
    Selintas tampak pemandangan yang sangat erotis di cermin besar kamar Ronad. Aku yang berbusana serbatertutup lengkap dengan kaca mata dan kerudung di kepala sedang berpelukan dengan lelaki yang bukan suamiku yang dalam keadaan telanjang bulat.
    Nampak jelas jembutnya yang tebal menyentuh pusarnya.
    Aku mencoba tertawa dalam pesona birahi saat mengamati kontolnya yang sudah mengkilat dan tegak ngaceng itu. Ronad tertawa pula sambil menggapai tanganku dan diarahkan untuk meremasi kontol itu,
    “Ayolah, sayang, pegang. Pegang saja, enak, lho. Nah, achh.. Enak banget tanganmu sayang..”dan dengan sedikit merinding aku mencoba menggenggamnya.
    Aneh dan gila dan tak pernah mimpi bahwa aku akan secara agresif akan meraih kontol lelaki yang bukan suamiku ini. Dan tiba-tiba Ronad menekan bahuku. Diamenyuruh aku untuk jongkok,
    “Pandangilah, sayang. Kontolku ini milikmu. Pandangilah. Indah sekali lho, ayo. Pandangilah milikmu ini”, tekanannya itu sesungguhnya merupakan sebagian dari harapan dan keinginan nafsuku kini.
    Aku berjongkok pada lututku hingga kontolnya tepat berada tepat di depan wajahku.
    “Elusilah, dia akan semakin tegak dan membesar. Indah, kan..?”.
    Ah, aku sangat kesetanan menyaksikannya. -Ini merupakan sensasi lagi bagiku. Dan tangan Ronad tak henti. Dia meraih kepalaku yang seutuhnya masih berkerudung dan menariknya untuk mendekatkan wajahku ke kontolnya itu.
    Aku tersihir. Aku pasrah dengan tangannya yang mengendalikan kepalaku hingga kontol itu menyentuh wajahku, menyentuh hidungku. Kilatannya seakan memanas dan mengepulkan aroma.
    Aku mencium sesuatu yang sangat merangsang sanubariku. Bau kontol itu menyergap hidungku. Tangan Ronad tak juga henti.
    “Cium saja, ini punyamu, kok. Ciumlah. Ayoo, ciumlah”. Ah, untuk kesekian kali aku ikut saja maunya. Ah, kontol itu menyentuh bibirku.
    “Ayo, cium, nggak apa-apa. Ayoo, sayang. Ciumlah. Ayoo..”
    Aku merem saat mulutku sedikit menganga menerimaujung mengkilat-kilat -itu, sementara dorongan tangannya membuat gigiku akhirnya tersentuh ujung itu.
    “Ayoo, sayang..”.
    Dan aku, dan mulutku, dan lidahku, dan hatiku, dan sanubariku, dan akuu.. Akhirnya menerima kontol Ronad menembusi bibirku, menyeruaki mulutku. Aku menerima terpaan getar nikmat yang membuat tubuhku merinding dan menggelinjang.
    Aku didorong oleh kekuatan macam apa ini, saat aku menerima adanya norma baru, yang selama ini merupakan sangat tabu bagiku, dan sangat menjijikkan bagi penalaranku. Bahkan aku menerima dengan sepenuh hasrat dan nafsu birahiku.
    Aa.. Aku.. aku.. Mulai mencium dan melumat kontol Ronad..
    “Ah, sayang, kamu nampak begitu indah, sayangg.. Indah sekali, sayang.. Sangat indah, sayang.. Indah banget sayang..”, Ronad meracau tidak menyembunyikan kenikmatan libido erotisnya saat melihati aku mengulum dan menjilati kontolnya.
    “Terus, sayang.. Terus.. Enak sekali, sayang.. Teruss..”.
    Dan aku menunjukkan gerakan melumat dan menjilat secara sangat intens. Terkadang aku cabut kontol itu untuk aku lumati batangnya yang penuh belukar otot-otot. Tanganku tak bisa lagi diam.
    Sementara tangan kananku menyangga kontolnya danmengedalikan -kemana mauku, tangan kiriku mengelusi bijih pelirnya dan sesekali naik meraupi jembutnya yang sangat tebal itu.
    Duh.. Aku menemukan keindahan, erotisme dan pesona birahi yang tak bisa kuungkapkan dalam kata-kata.
    Aku hanya bisa tangkap dengan hirupan hidungku, dengan rasa asin di lidahku, dengan keras-keras kenyal dalam genggamanku, dengan nafas memburuku. Aku benar-benar larut dalam pesona dahsyat ini.
    Dan ketika aku rasakan Ronad mulai menggoyangkan pantatnya menyanggamai mulutku, dan ketika kudengar dia mulai benar-benar merintih dan mendesah yang membuat aku semakin terbakar oleh libidoku yang memang telah menyala-nyala aku menyadari bahwa macam nikmat birahi itu demikian banyaknya. Aku nggak pernah merasakan macam ini sebelumnya.
    Membayangkan saja aku tabu dan jijik. Dan ketika kini aku justru begitu intens melakukannya, tiba-tiba hadirbegitu saja keinginanku untuk mempersembahkan -kenikmatan yang hebat bagi lelaki bukan suamiku ini. Aku akan biarkan apabila dia menghendaki memuncratkan air maninya ke mulutku.
    Aku pengin merasakan, bagaimana semprotan hangatnya menyiram langit-langit mulutku.
    Aku pengin merasakan rasa pejuh dan spermanya di lidahku. Aku pengin merasakan bagaimana berkedutnya kontol Ronad dalam mulutku saat spermanya terpompa keluar dari kontolnya.
    Dan saat goyangan maju mundur pantatnya makin mengencang, tangannya mulai dengan benar-benar membuat kulit kepalaku pedih karena jambakan dan remasannya karena menahan nikmat tak terperikan dari kuluman dan jilatanku, aku sudah benar-benar menunggu kesempatan itu.
    Aku sendiri melenguh dan merintih dalam penantian itu.
    Dan dengan iringan teriakan histerisnya yang keluar terbata-bata dari mulut Ronad, akhirnya sebuah kedutan besar menggoncang rongga mulutku. Cairan kental panas luber menyiprat dan menyemprot-nyem -prot langit-langit mulutku.
    Tak henti-hentinya. -Entah 7 atau 8 kedutan yang selalu diikuti dengan semprotan air mani hangat. Mulutku langsung penuh. Terlintas kembali rasa jijik. Aku ingin muntahkan apabila kedutan itu habis. Tetapi ternyata itu lain dengan apa yang terlintas dalam benak, nafsu dan tingkah Ronad.
    Tangannya meraih dan menekan kepalaku untuk lebih menghunjamkam kontolnya hingga menyentuh tenggorokanku.
    Dan pada saat yang bersamaan dengan penuhnya air mani di mulutku, tangannya dengan kuat membekap hidungku. Sungguh kasar dan sadis dokterku ini.
    Seperti saat seseorang mencekoki jamu pada anaknya, aku dipaksanya menelan semua air mani yang tumpah dalam mulutku. Aku gelagapan dan hanya punya satu pilihan agar tidak tersedak.
    Kutelan semua cairan kentalnya. Uhh.. uh.. uh.. Ronad..Kamu gila benar sih.. Sesudah yakin semua air maninya telah tertelan dan mengaliri tenggorokanku dia lepaskan bekapan hidungku.
    Aku langsung menarik nafas panjang. Aku pandangi dia. Aku heran dengan perilaku kasarnya itu. Dia menyadari betapa pandangan heranku,
    “Maaf, zus, aku jadi kasar, aku nggak mampu menahannafsuku. -. Aku sangat ingin menyaksikan zus yang cantiknya dari ujung kepala hingga ujung kaki menelani air maniku.
    Maafin saya, ya, zus. Sayang..”, aku melihati matanya dan mengangguk kecil.
    Sesungguhnyalah -aku tak begitu kecewa. Bahkan aku merasakan, betapa air mani itu juga sangat nikmat rasanya. Rasanya mengingatkan pada kelapa muda yang sangat muda. Kukatakan padanya apa yang kurasakan.
    “Yaa.. memang, air mani itu, khan, hormon, bersih dansehat. Air mani itu protein juga”, katanya.
    Aku percaya akan pengetahuan dokternya. Aku bisa ketagihan, nih. Mungkinkah aku minum sperma suamiku? Ah, jangan, nanti dia malahan curiga, dari mana aku belajar macam ini?!
    Bercumbu di kamar Ronad memberikan rasa lebih aman dan tenang bagiku. Aku nggak merasa diburu waktu atau khawatir sewaktu-waktu suamiku munculdi pintu. Sampai jam 11.40 kami terus menerus saling mencumbu.
    Pada akhir percumbuan tadi Ronad menunjukkan padaku bagaimana tampilan kontolnya saat ejakulasi.
    Menjelang muncrat sesudah gencar memompa kemaluanku dia cabut kontolnya. Dengan mengarahkan ujungnya ke mukaku dia kocok dengan tangannya kontolnya.
    Aku perhatikan bagaimana kontol itu semakin membengkak dan sangat mengkilat-kilat -kepalanya.
    Aku menyiapkan wajahku untuk menerima terpaan semprotan air mannya. Kusaksikan bagaimana batangitu menganguk-anggu -k setiap semprotan itu muncrat keluar.
    Dan aku rasakan sangat sensasional saat dia muntahkan air maninya menyemproti mukaku, rambutku, kaca mataku dan membasahi bagian tubuhku lainnya.
    Aku kembali ke kamarku dan mandi untuk menunggu suamiku dari penatarannya. Aku panggil pelayan hotel untuk mencuci semua pakaianku yang bekas aku pakaibersama Ronad.
    Siang itu suamiku kembali mengajak aku makan di restoran. Suamiku memberi tahu bahwa besok merupakan hari terakhir penataran yang akan selesai dan ditutup pada siang hari.
    Suamiku bilang akan langsung pulang untuk mengejarsore harinya sudah sampai di rumah. Rencana hari ini penataran akan berhenti jam 3 sore.
    Rombongan suamiku telah menyiapkan bus AC untuk bersama-sama melihat Keraton Yogya. Kemungkinan rombongan yang didalamnya ada Pak Gubernur Jawa Tengah akan disambut langsung oleh Sultan Yogya.
    Aku diminta untuk bersiap-siap menyertai dan mendampingi Ibu Gubernur. Aku tanyakan tepatnya waktu, suamiku menjawab jam 3.20 tepat rombonganakan meninggalkan hotel.
    Aku boleh bersiap-siap hingga menjelang jam 3 sore itu. Mungkin suamiku tidak akan naik ke kamar, jadi aku diharapkan telah berada di lobby pada jam tersebut.
    Terus terang aku tidak”happy”dengan rencana itu. Bukankah berasyik masyuk dengan Ronad akan jauh lebih mengasyikkan?! Tetapi aku tidak memiliki alasan untuk menolaknya.
    Begitu suamiku kembali ke ruang penataran, aku menelpon Ronad dari lobby dan kusampaikan programku sore ini. Dia menunggu aku di kamarnya.
    Kami sepakat untuk memuas-muaskan diri sampai jam 2.30. Aku sudah perhitungkan dalam 15 menit aku bisa merapikan diri dengan busana santai, sekedar jeans dan blus yang praktis, dan turun ke lobby 10 menit sebelum waktunya.
    Begitulah, aku merasa semakin dikejar keterbatasan. Aku merasa betapa kesempatan berasyik masyuk tinggal sesaat di siang hari ini dan besok di siang hari pula.
    Aku menjadi terpana ketika berpikir betapa selama mengikuti suami kali ini aku telah memasuki petualangan yang sangat berbahaya bagi kehidupan rumah tanggaku, kehidupan duniaku maupun alam fanaku nanti.
    Aku heran sendiri, kok mampu berbuat macam ini, melakukan penyelewengan langsung di belakang suamiku yang tengah berjuang untuk meningkatkan kehidupan kami bersama.
    Tetapi aku memang sedang dilanda mabok. Kenikmatan birahi ini demikian memabokkan aku. Meraih orgasme dari orang yang bukan suamiku yang pada awalnya bukan mauku.
    Tetapi perkosaan yang tak mampu aku lawan ini telahmerubah aku menjadi istri yang nyeleweng. Dan kini justru aku yang seakan ketagihan dan berbalik mengejar sang pemerkosa itu dengan sepenuh nafsu birahiku.
    Kenapa aku mesti mengalami dan melewati peristiwamacam ini.
    Ah.. aku jadi linglung kalau memikirkannya. Biarlah apayang terjadi, terjadilah.. Siang itu aku nampak terlampau merangsek Ronad untuk mengejar kepuasan nafsu birahiku.

    Aku sudah tidak menghitung-hitu -ng risiko. Aku demikian larut dalam kenikmatan kontol Ronad. Edan.
    Sore harinya suamiku kembali mengajak aku makan lesehan di Malioboro. Dan malam harinya dia mecumbu aku. Aku merasa tak ada gairah sama sekali. Suamiku merasakan sikapku ini.
    “Udahlah ma, besok kan sudah nyampai di rumah lagi”Kasihan suamiku yang demikian memprihatinkan aku.
    Besoknya, waktu yang semakin sempit merembet tak mungkin kuhindari. Begitu suamiku pergi ke lantai 2, aku tak sabar lagi. Aku ketuk pintu Ronad.
    Kami langsung berpagutan. Aku merasakan waktu semakin mendekati habis, semakin menyala-nyala nafsu seksualku.
    Aku semakin merangsang untuk merangseki Ronad. Kini akulah yang mendorongnya ke ranjang. Kini akulahyang seakan memperkosanya.
    Kulepasi celananya, kemejanya, celana dalamnya. Kuciumi tubuhnya, dadanya, ketiaknya, perutnya, selangkangannya -. Aku jadi sangat liar dan buas. Akulah yang menyanggamai dia.
    Dia serahkan tubuhnya untuk kepuasanku. Aku naik ke atas kontolnya. Dengan setengah menduduki tubuhnya, aku masukkan kemaluannya yang telah tegang dan kaku menembus memekku.
    Aku pompa dengan cepat dan penuh nafsuku. Aku dapatkan orgasmeku hanya dalam 3 menit sejak aku mulai memompa. Aku menjadi demikian blingsatan dalam gelinjang birahi yang tak lagi terkendali.
    Ronad nampaknya menikmati ulah keblingsatanku ini. Aku rubuh ke sampingnya.
    Selanjutnya Ronad mengambil alih. Kontolnya yang belum terpuaskan dia tusukkan ke memekku kembali. Dia pompakan dengan cepatnya. Rasa pedih dan perih pada bibir-bibir kemaluanku semakin terasa menyiksaku.
    Aku merintih dan mengaduh-aduh kesakitan. Ronad justru nampak sangat menikmati kesakitanku. Dia balikkan tubuhku dan angkat pantatku hingga aku nungging tinggi-tinggi.
    Aku tahu dia ingin aku menjadi anjing betinanya. Tetapi.. Acchh, .. Tidak.. tidakk.. jangann..
    Rupanya Ronad tidak hendak menyanggamai kemaluanku. Dia menjilati anusku. Uhh.. aku tak pernah membayangkan sebelumnya. Dia menciumi dan menusuk-nusukka -n lidahnya ke lubang pembuangan taiku.
    Dia nampak sangat menikmati aroma pantatku itu, sambil kedua tangannya merabai dan kemudian memerasi buah dadaku.
    Oohh.. ampuunn.. Ronadd.. Kenapa kamu selalu memberikan sensasi yang serba dahsyat padaku.. Kenapa kamu selalu memberikan pembelajaran berbagai nikmat sensasional begini macam padaku.. Ronaadd.. Jangann..!!
    Aku rasakan bagaimana ujung lidahnya menyapu bibir-bibir analku. Aku rasakan bagaimana bibir Ronad mengecupi lubang anusku. Aku rasakan bagaimana hidungnya berusaha menyergapi segala rupa aroma yang menyebar dari pantatku.
    Aku rasakan bagaimana ludahnya membasahi hingga kuyup seluruh wilayah di seputar analku ini.
    Dan puncak dari segala puncak ketakutanku akhirnya datang. Ronad bangkit. Dia setengah jongkok mengangkangi pantatku.
    Aku masih berpikir bahwa dia hendak menusukkan kontolnya ke memekku. Aku masih berpikir dan membayangkan nikmat jadi anjing betinanya Ronad.
    Aku masih berpikir bagaimana sesak dan legitnya kontol Ronad menusukki kemaluanku dengan cara nungging anjing ini. Aku sama sekali tidak berpikir lain..
    Tiba-tiba, tanpa kompromi, kontol Ronad didesak-desakka -nya ke pantatku. Dia hendak melakukan sodomi padaku. Edan kau Ronad, bajingan kauu.. Kamubisa membunuh aku Ronad.. Nggak! Nggak akan aku rela melayani maumu ini Ronad.. Biar mati aku akan lawan kamu Ronad..
    Aku nggak akan berikan pantatku untuk kepuasan nafsu biadabmu Ron..
    Aku berguling. Kutendang perutnya, dia mengelak. Kucakar tangan dan dadanya, dia pegang tangan-tanganku -, kugigit bahunya yang rebah ke wajahku, diaberkelit.
    Aku teriak-teriak, dia membiarkan. Kupingnya sangat menimati teriakkanku. Dia terus merenggutku dengantanpa bicara. Aku terus menggeliat-geli -at untuk melawannya.
    Tiba-tiba, aku nggak tahu dari mana dia mengambilnya, dia keluarkan borgol. Borgol itu borgol besi yang aku sering lihat di TV digunakan polisi saat menangkap maling atau penjahat.
    Tangan kiriku direnggut paksa dan diborgolkannya ke kisi-kisi ranjang Novotel. Berhasil.
    Kemudian dia renggut kembali tangan kananku, dia keluarkan borgol yang kedua untuk memborgolkan tangan kanan ini ke kisi-kisi yang lain. Aku langsung dilanda cemas ketakutan yang amat sangat.
    Akankah dia melukai aku? Aku panik. Sangat panik. Aku sangat histeris ketakutan. Aku memohon dengan tangisan panikku.
    “Jangan.. jangan Ronad.. ampuni akuu.. Jangan borgol aku.. Ampuni aku Ronad..”, aku menghiba dalam histeris.
    Kini benar-benar aku seperti hewan yang dilumpuhkan yang siap menunggu penyembelihan. Akankan aku jadi hewan korban kebiadaban Ronad?
    “Sayang, jangan takut.. Aku nggak akan sakiti kamu.. Kamu akan aku berikan kenikmatan yang tak akan pernah kamu lupakan..”
    Aku masih menangis minta belas kasihannya..
    Kini dia mendekat ke tubuhku. Dia gulingkan setengah miring pantatku. Dia angkat kakiku hingga melipat ke arah dadaku.
    Dan kembali pantatku menjadi terpampang. Kemudiandengan merapat dari arah punggungku, Ronad memeluk tubuhku. Kemudian kembali kurasakan kontolnya merapat ke arah pantatku.
    Dia akan terus melakukan sodomi padaku. Apa dayaku.Aku yang kini terangket, tak lagi mampu melawan dengan cara apapun.
    Saat dia tusuk-tusukkan kontolnya ke lubang pantatkuaku mulai merasakan betapa pedih dan sakitnya. Aku rasakan seakan berjuta saraf-saraf peka di lubang analku sepertinya hancur oleh tempaan ujung kontolnya yang demikian keras itu. Aku menangis kesakitan dan penuh iba. Ronald tahu, karena dia adalah dokter.
    Dia hentikan tusukkannya. Dia ambil ludahnya dan dioleskan ke lubang duburku. Beberapa kali dia lakukan sebelum kemaluannya kembali untuk berusaha menembusinya lagi. Saat aku kembali berteriak sakit, dia membisikkan ketelingaku.
    “Kamu mesti santai, kendorkan saraf-sarafmu, jangantegang, jangan khawatir. Kamu percaya padaku, khan?”.
    Duh, suara Ronald langsung membiusku. Aku percaya padanya. Dan sesungguhnyalah -aku sangat berhasrat padanya. Akupun berusaha untuk lebih tenang.
    Toh aku nggak bisa berbuat lain. Tangan-tanganku -terborgol dan Ronald telah demikian melumpuhkan aku. Kemudian aku merasakan seperti ada pemukul soft ball yang memaksakan menembusi anusku.
    Aku yakin pantatku mulai terluka, mungkin berdarah. Beberapa kali aku rasakan Ronad mengulangi melumasi lubangku dengan ludahnya.
    Akhirnya setelah beberapa kali dan sedikit demi sedikit menyodok masuk, kontol Ronad berhasil tembus tertanam dalam lubang taiku.
    Aku mungkin kelenger. Aku tak mampu lagi merasakansakit atau tidak sakit lagi. Aku lunglai dalam rasa panas dan pedas yang amat sangat. Aku tak mampu lagi berontak atau melawan. Aku benar-benar jadi pesakitan. Aku adalah korban keganasan Ronald.
    Dan saat Ronad mulai memompakan kontolnya, aku benar-benar pingsan. Entah berapa lama. Aku terbangun saat aku rasakan ada air yang menyiram wajah dan mulutku hingga aku gelagapan.
    Pelan-pelan aku membuka mataku. Aku belum melihatapa-apa. -Aku masih mengingat-ingat -apa yang telah terjadi. Kulihat ada bayang-bayang gelap yang hampir menutupi wajahku.
    Dan.. Biadab, anjiingg.. Begundal busuk kau Ronaadd..
    Dia benar-benar gila. Dia tengah menduduki aku dengan kontolnya yang mengarah dan mengencingi wajah dan mulutku. Sebagian air kencingnya masuk kemulutku dan tertelan hingga membuat aku gelagapan tersedak-sedak. -Kudengar samar-samar.
    “Minum, ini sundal, minum kencingku. Ayoo.. Minum.. Air segar inii.. minum perempuan sial.. Minum kencingku sundalku..”
    Tangannya membekap hidungku yang langsung membuat mulutku ternganga mencari nafas. Dan pada saat yang bersaman air kencing itu deras ngucurke mulutku. Bagaimanapun aku tak terpaksa menelannya. Aku gelagapan setengah mati dan kembali pingsan.
    Entah berapa lama aku kelenger.. Hingga kudengar bunyi telepon keras berdering.. Kubiarkan telpon itu terus berdering hingga berhenti dengan sendirinya..
    Badanku, celana jeans dan blusku, seprei ranjang, selimut, bantal, semuanya basah. Bau anyir dan pesing memenuhi kamar. Aku jadi ingat, itu air kencing. Aku juga jadi ingat tanganku, telah lepas dari borgolku.
    Aku jadi ingat saat terakhir yang aku ingat, Ronad menduduki dadaku dan kencing ke wajah dan mulutku..
    Kemana dia sekarang..??
    Dimana Ronad bajingan itu..??
    Tiba-tiba rasa mual langsung menyergap aku. Aku tak mampu menahan ingatan itu dan mualku makin menjadi-jadi. Aku muntah-muntah. Telpon kembali berdering keras. Dengan terseok aku bangkit dari ranjang dan kuraih telepon,
    “Cepat balik ke kamarmu, penataran sudah selesai, suamimu sedang menuju ke lift untuk kembali ke kamar. Cepat..!!”itu suara Ronad.
    Telepon langsung putus. Aku panik. Kusambar apa yang kuingat. Aku keluar kamar Ronad dan kembali ke kamarku. Tanganku gemetar tak keruan saat memasukkan kunci pintu.
    Aku berkejaran dengan suamiku. Aku berkejaran dengan nasibku. Aku berkejaran dengan keutuhan keluargaku.
    Aku berkejaran dengan martabatku.. Dengan terseok aku berlari ke kamarku dan langsung masuk kamar mandi dan mengunci pintunya. Ah.. ini semua adalah hasil kebodohanku.. Aku benar-benar keluar dari siksaan neraka jahanam..
    Kudengar seseorang membuka pintu kamar.
    “Ma, kok pintunya nggak dikunci..?”terdengar suara suamiku.
    Ah, ademnya.. damainya.. Shower dingin di kamar mandi langsung membuat kesadaranku kembali utuh. Saat aku keluar kamar mandi suamiku menjemputku dan mencium aku dengan sepenuh cinta dan kerinduannya.
    “Kita pulang, Ma. Ayo cepetan dandan, teman-teman sudah menunggu makan siang. Aku telepon ke kamar tadi. Kemana kamu, Ma? Shopping? Jalan-jalan?”
    Ah.. Suamiku.. Cinta sejatiku.. Orang yang kuingkari.. Yang aku khianati..
    Sejak saat itu aku tak pernah berjumpa lagi dengan Ronald. Tak aku pungkiri, hingga kini aku masih merindukan kontolnya yang gede panjang itu.
    Aku masih terobsesi padanya. Aku sering membayangkan betapa kekerasan dan kekasarannya memberikan nikmat syahwatku.
    Dalam keadaan sendiri aku sering mencoba ber-masturbasi. -Aku merindukan orgasme beruntun yang kudapatkan dari dia.
    Aku pernah mencoba menghubungi telpon yang tertera di kartu namanya. Ternyata dia telah pindah. Dia tidak lagi berdomisili di Malang.
    Saat berkumpul dengan ibu-ibu kenalanku, aku suka memancing, apakah mereka pernah periksa ke dokter kandungan? Aku berharap mereka pernah berjumpa dengan Ronald. Tetapi pertanyaanku tak ada jawabannya.
    Aku juga coba telpon ke Novotel, apakah ada tamu berinisial Ronald menginap di hotel ini?!
    Akhirnya aku menyerah. Dia telah raib dibawa angin lalu. Aku juga berharap, kapankan angin lalu juga membawa raib obsesiku?
    Sungguh lelah mencoba menempatkan hasrat birahi dalam penantian tanpa kunjung jelas. Aku akan berusaha melupakannya.
    Aku mencoba memberikan perhatian lebih banyak kepada suamiku. Aku melengkapi perabotan dapurku.
    Aku punya hobby memasak makanan oriental. Kemarin masakan suamiku memuji masakanku Muc Don Thit. Masakan tumis cumi yang telah aku isi dengan soun, hioko dan jamur kuping.
    Aku juga membuat Tom Yang Goong yang pedasnya demikian menggigit. Kami makan malam bersama dalam penerangan lilin. Aku sempat keluar keringat karena kepedasan.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Kisah Seks Menceritakan Pesona Sensual Seksku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Kisah Seks Menceritakan Pesona Sensual Seksku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1859 views

    Perawanku – Bisa diumpamakan kalau lelaki macam Ryan Hidayat yang pemain sinetron dan bintang iklan atau kalau perempuan macam Ike Nurjanah penyanyi dangdut yang kebetulan sangat ‘macan’, manis dan cantik itu. Sangat erotik rasanya ‘ditaklukkan’ oleh lelaki ataupun perempuan macam itu untuk kemudian melayani dan menjadi budaknya. Akan kuciumi sepatu dan kaos kakinya. Akan kucuci celana dalamnya dengan ludahku hingga larutan sisa kencing atau keringatnya larut dan bisa kutelan kembali. Aku akan rela menceboki lubang-lubang pembuangannya sebagai tugas setiap pagiku. Aku akan memandikannya dengan jilatan-jilatan lidahku hingga tak tersisa noda barang sedikitpun pada semua celah-celah tubuhnya.

    Pada orang macam ini apapun yang keluar dari dia rasanya nikmat untuk kita lahap. Aku akan serta merta telan apabila dia membuang ludah ke mulutku. Aku akan menjilati lubang tainya hingga tak ada yang Tersisa. Aku akan minum kencingnya. Aku akan sodorkan mukaku kemudian membuka mulutku untuk menampung kencingnya yang kuning pekat. Aku bisa mencuci mukaku pula dengan cairannya itu.

    Di kompleks rumahku adalah seorang Randi, pemuda 21 tahun, pengangguran jebolan SMU3, tingginya 182 cm dan berat badannya 68 kg. Jangkung dan langsing. Rambutnya yang lurus selalu terurai bergaya Bon Jovi. Pakaiannya itu-itu juga, kaos oblong lusuh, terkadang dibungkus jeans kumel. Celana Khaki. Kerjanya luntang lantung, jalan sana jalan sini. Berdasarkan apa yang sering dialaminya Randi sadar banget bahwa banyak cewek bahkan juga cowok yang naksir berat padanya.

    Sejak masih di SMU dia sudah sering diajak tidur sama teman-teman ceweknya. Bahkan Bu gurunya, Bu Endang, sangat tergila-gila padanya. Walaupun belum habis 3 bulan menikah Bu Endang pernah nekad mengajak Randi tidur di rumahnya saat suaminya tugas ke luar kota. Bu gurunya itu bilang bahwa ada mata pelajaran yang harus diulangi dan mesti dikerjakan di rumahnya. Dan semalaman itu Bu Endang berhasil melampiaskan kerinduan syahwatnya pada Randi. Saat waktunya pulang tak ada bagian tubuh Randi yang tanpa cupang-cupang bekas sedotan bibir Bu Endang. Pada kesempatan di bawah nanti biarlah Randi juga menceritakan apa yang dialaminya bersama Bu gurunya itu.

    Randi tingal di kompleks Perumahan Sederhana Pondok Permai Jakarta Barat. Di tempat itu, dia sangat didambakan oleh para gadis dan janda muda dan walaupun tidak selalu nampak terang-terangan para Ibu-ibu muda maupun setengah tua juga mengimpikan untuk memandikan dengan lidah dan bibir-bibir mereka yang mungil-mungil itu. Dari cara mereka memandang Randi pada saat berpapasan atau Kebetulan lewat di depan rumahnya nampak mereka dipenuhi khayalan seandainya bisa bertelanjang Berasyik masyuk bersama Randi pada suatu ketika nanti.

    Diantara ibu-ibu itu adalah Tante Wenny. Dia perempuan asal Sukabumi yang sangat jelita. Kulitnya kuning langsat. Perawakannya langsing. Mungkin sekitar 165 cm-an. Usianya yang sekitar 42 tahun Namun nampaknya ada 10 tahun lebih muda. Suaminya, Oom Darto adalah karyawan di sebuah pabrik sepatu di Cilincing yang setiap hari pulang kerja hingga jam 9 malam. Tentu saja Tante Wenny banyak waktu sepinya. Dia sering membayangkan seandainya bisa ‘kelonan’ dengan Randi.

    Tak jarang pada puncak sepinya dia melakukan masturbasi. Dengan dibantu ketimun Jepang yang hijau gede dan panjang Itu. Dia mengulum-ulum ketimun itu kemudian memasukkannya ke liang vaginanya. Tante Wenny membayangkan seakan kontol Randi sedang dia kulum kemudian ngentot kemaluannya. Dan betapa Puasnya saat menjelang orgasme dia memanggil-manggil dalam bisik dan rintihannya.

    “Acchh.. Randii.. Randii.. Keluarkan pejuhmu ke mulut tantee.. Yaa.. Keluarkan pejuuhhmmuu..”

    Dan akhirnya terjadilah peristiwa itu. Suatu pagi, sekitar jam 9 pagi, dengan sebatang rokok di tangannya Randi jalan melewati rumah Tante Wenny. Saat itu Tante Wenny sedang menyiram dan memindah-mindah Pot tanaman anggrek kesukaannya. Ada pot besar yang dia nggak kuat mengangkatnya. Melihat Perempuan jelita macam Tante Wenny, tanpa diminta dan spontan Randi membantu mengangkat pot itu.

    “Koq ngangkat-angkat sendiri. Irwan mana Tante?” Rando menanyakan Irwan yang sahabatnya dan anak Tante Wenny yang cantik ini.
    “Ah, Irwan mah tahunya beres. Tahu tuh, katanya tadi ke Depok negok kampusnya dan terus main kali”

    Randi dan Irwan adalah teman bermain saat di kompleks. Betapa terima kasih dan gembira hati Tante Wenny. Apalagi saat menyadari bahwa yang membantu itu adalah Randi lelaki muda teman anaknya yang mempesona hatinya dan selalu hadir dalam khayal-khayal masturbasinya. Bagaimana kelanjutan cerita yang merangsang libido ini? Apa yang selanjutnya dilakukan Tante Wendy? Bagaimana Randi merespon ulah tante jelita ini? Acchh.. Aku rasa lebih fair kalau Randi sendiri yang cerita kepada para pembaca. OK? Dengarkan.. [Jilatan-jilatan Tante Wenny pada celah-celah tubuhku.]

    “Hooh.. Cah Bagus (aku jadi tersanjung dengan panggilannya itu).. Terima kasih yaa..”

    Aku membantu menggeser pot itu dan aku merasa Tante Wenny memandangku sedemikan rupa gemas dan hausnya. Pada wajahnya nampak dia hendak mengeluarkan sesuatu pikiran. Aku merasa bahwa tante jelita ini hanya pengin menahan agar aku lebih lama tinggal. Aku paham. Aku memang termasuk sering menghadapi tante-tante genit macam ini. Mereka bilang bahwa lelaki macam aku pantas menerima perlakuan macam bayi.

    Melayani lelaki macam aku merupakan impian kenikmatan syahwat yang tak terkira. Mereka bilang apapun mauku dengan rela mereka akan penuhi. Dia nampak berpikir dan…

    “Oocchh.. Bisa minta tolong sekalian donk.. Sayang (dia terus melemparkan godaan padaku). Tante Mau geser lemari di tempat tidur tante. Mau bantuin nggak??”
    “Boleh saja…”

    Aku tahu banget bahwa tante jelita ini termasuk tante yang ‘gatal’ dan sering mencuri-curi pandang setiap kali aku lewat atau berpapasan dengannya. Kali ini apa maunya??

    “Ayolah masuk…” Tante Wenny mengajak aku masuk ke rumahnya, “Duduk dulu, yaa..”

    Tante Wenny bergegas masuk ke kamarnya. Aku agak heran kenapa untuk menggeser lemari yang paling cuma semenit mesti duduk dulu. Tetapi pikiranku langsung sirna saat melihat Tante Wenny sudah ganti ‘short pant’ yang sangat seksi saat kembali keluar dari kamarnya.

    “Aku buatin minuman dulu, yaa…”

    Ucchh mata tante genit itu melirik belalak sambil melepas senyuman dari pipinya yang ranum menunjukkan kejelitaannya. Aroma parfumnya sangat menggoda libidoku. Untuk membesarkan hatinya aku melototkan mataku memandang lekuk liku tubuhnya dengan penuh kekaguman Birahi. Aku semakin yakin bahwa ini semua hanya ulah Tante Wenny untuk menahan agar aku tidak cepat menghilang dari pandangan matanya. Ah, biarlah. Siapa tahu dapat rejeki nomplok.

    Dengan 2 buah gelas besar penuh Coca Cola di tangan Tante Wenny keluar dan memberikan segelas buat Aku.

    “Ambil Cah Bagus…” sapanya bergaya akrab, “Ayo minum… nggak perlu buru-buru khan?”

    Duduk di seberang depanku mata Tante Wenny sebentar-sebentar mengamati penuh khayalan birahi padaku. Aku yakin kalau kuminta menjilati lubang pantatku pasti serta merta dia akan lakukan dengan sepenuh obsesinya. Aku tahu pula dia isteri yang kesepian karena sepanjang hari ditinggal kerja suaminya.

    “Kamu koq bagus banget ssehh Ran..? Dulu mama kamu makan apa bisa melahirkan cah bagus Macam ini..?” lempar goda yang begitu berani dan agresif dari tante genit padaku. Aku nggak tahu mesti jawab apa. Aku diam saja. Aku mesti berlagak acuh dan ‘cool’.

    “Jadi nggak menggeser lemari, Tante?”
    “Oohh, pastii.. Sekarang?” dia berdiri.

    Yang aneh tangannya disodorkan untuk kuraih dan yang terjadi kemudian adalah dia menarikku ke kamar tidurnya.

    “Mari kutunjukkan lemarinya,” sambil terus menggelandang aku.
    “Yang ini Cah Bagus.. Digeser ke kanan sedikit. Tante mau cerminnya mengarah ke tempat tidur hingga kalau Oom sama Tante tidur bisa sambil berkaca. Gituu..!” katanya sambil melempar senyum manisnya dengan penuh arti.

    Aku baru meraih tepian lemari untuk mulai mendorong saat tiba-tiba bibir Tante Wenny memagut lenganku kemudian melata dan menyedot punggung tanganku. Duuhh.. Aku sepertinya disambar stroom listrik ribuan watt. Seluruh tubuhku langsung menggelinjang. Aku merasakan betapa haus dan sepinya Perempuan STW (setengah tua) ini. Tak kupungkiri sedotan bibir Tante Wenny langsung menyambar gairah syahwatku. Kontolku sudah ngaceng saat tangan Tante Wenny tak bisa kuhindari merabai celah-celah selangkanganku.

    “Cc.. Cah Baguuss.. Ayolah.. Jangan acuh.. Cium aku.. Atau.. L.. Ludahi akuu.. Aku sangat Rindu sayaanngg…” sambil tangannya berusaha menggapai dan merangkul leherku berikut bibirnya Yang menantang bibirku. Aku masih bergaya acuh dan ‘cool’.

    “Ayoo.. Ludahi aku Randii.. Ludahi tante..”. Matanya itu.. Ahh.. Mata yang sungguh sangat Kehausan.
    “Tolong Randii.. Tolong tante inii.. Ayoo.. Mana ludahmuu..”

    Dia merangsek berusaha memagut bibirku namun aku mengelak dan pagutan itu mendarat pada kulit leherku. Tante Wenny menjadi beringas, Dia memelukku keras sambil mengamukkan pagutannya pada leher, dagu, bawah kuping dan bahuku. Aku memang semakin terbakar. Namun gaya acuh dan ‘cool’-ku tetap aku pertahankan.

    Sungguh indah menikmati bagaimana perempuan dengan penuh haus mengerjain dan menikmati tubuhku. Akhirnya aku terdorong dan jatuh ke kasur. Tante Wenny tak lagi bisa kubendung.

    “Nanti saja menggeser lemarinya ya sayaanngg…”
    “Kasihan Cah Bagus. Kamu mesti istirahat duluu yaa.. Mumpung Irwan nggak di rumah. Kamu Temenin Tante dulu yaa…” sambil tangan-tangannya terus menggerilya tubuhku.
    “Acchh Tantee.. Jangan.. Nanti dilihat tetangga. Saat Randi masuk tadi khan ada pembantu Bu Kirno sebelah rumah sedang nyapu,”
    “Ahh.. Jangan khawatir. Dia hanya babu blo’on. Nggak akan berani ngomong apa-apa,” nada bicara yang didera nafsu birahi membuat Tante Wenny merendahkan pelayan sebelah rumahnya.

    Tante Wenny yang jelita ini bergerak jongkok dan seperti pelayan pada tuannya mulai melepasi sepatuku. Sebelumnya dia ciumi terlebih dahulu ujung-ujung sepatuku sambil.

    “Sabar ya Cah Bagus.. Uuhh.. Kenapa kamu bagus banget sseehh..?”

    Dia juga cium-cium kaos kakiku. Bahkan sesaat dia sumpalkan sendiri pada mulutnya sambil melepas wajah senyumnya padaku. Sebelum mulai melepasi celanaku mama Irwan yang jelita ini mencium, melumat dan menggigiti telapak Kakiku.

    “Sayaang.. Kakimu indah banget. Bikin tante ngiler banget ssiihh..”

    Dia ciumi, jilati dan kulum jari-jari Kakiku. Lidahnya menjilati celah-celah di antara jari-jari itu. Nampak bibir indah tante Wenny demikian Lahap mengecupinya. Seluruh tubuhku seperti terkena sengatan listrik. Ucchh.. Nikmatnya sampai ke ubun-ubun. Hampir kutarik kakiku karena tak tahan rasa geli yang merambati saraf-sarafku. Sementara libidoku langsung terdongkrak. Kontolku ngaceng mendesaki celanaku. Akhirnya tangannya berhasil melepas kancing celanaku dan menariknya merosot kebawah, membuangnya ke lantai hingga aku tinggal bercelana dalam saja.

    “Dduhh.. Duuhh.. Randikuu.. Tante sudah lama merindukan macam ini,” tante Wenny langsung membenamkan mukanya ke selangkanganku. Dia menggigiti celana dalamku yang menonjolkan Kemaluanku. Aku merasakan giginya mengigit kenyalnya kontolku yang memang telah ngaceng berat. Tetapi tidak lama.. Akhirnya Tante Wenny merosot melata ke lantai menyergap kakiku yang terjuntai dari tempat tidur untuk Langsung menciuminya telapak kakiku. Dia kulum dan jilati jari-jari kakiku. Lidahnya menusuki celah-celah Jariku. Dduhh.. Bukan main nikmatnya. Lidahnya yang hangat lembut itu berusaha membersihkan aroma kakiku yang pasti berbau kaos kaki atau sepatu yang menusuk.

    Demikian kegilaan dia mencium dan menggigit bagian ini sebelum akhirnya melata menuju betis-betisku. Gigi-giginya yang tajam terkadang menggigit sakit hingga aku mesti menahan dengan mengaduh desah dan menahan kepalanya. Namun semua itu justru membuat Tante Wenny semakin meliar. Didorongnya pahaku hingga aku terbalik tengkurap. Dalam posisi ini Tante Wenny kembali menyerang aku dari bawah. Lidah dan bibirnya mengecupi lipatan paha dan betisku. Uucch.. Rasanya tak tahan.. Aku tak pernah aku menikmati sentuhan seksual macam ini.

    Tante Wenny yang usianya telah lebih 40 tahun ternyata nafsunya seperti magma gunung berapi. Yang aku kaget adalah saat ciuman itu terus merambah ke paha belakangku dan dengan cepatnya naik hingga wajahnya langsung nyungsep ke belahan pantatku. Yaa ampuunn.. Dengan histeris tante Wenny mengusel-uselkan wajahnya ke celah bokongku. Tante Wenny tanpa ragu menciumi pantatku. Bagi aku menjadi sensasi yang luar biasa saat lidahnya menggelitik dan menusuk-nusuk lubang pantatku ini. Sesekali dengan geregetan dia menggigit kecil Bibir-bibir analku. Lidahnya berusaha menggerilya lubang duburku sambil nafasnya terdengar demikian memburu. Rasanya dia dalam keadaan birahi yang penuh kegilaan. Yang tak mungkin aku bisa menghentikannya. Dia sudah tenggelam dalam kejaran syahwatnya sendiri.

    “Hecchh.. Huuchmm.. Rr, rra.. Andd.. Ii,” gumamnya dalam tenggelam sambil dengan histeris lidahnya terus mencari-cari. Tanpa kusadari aku tertuntun untuk nungging tinggi. Naluriku adalah membuka celah bokongku agar muka Tante Yenny bisa lebih tenggelam dan lidahnya menemukan lubang analku.

    “Acchh.. Rr.. Randd.. Ddii..”

    Berpegang pada bokongku sapuan dan sedotan lidah dan bibirnya di Lubang duburku semakin nikmat kurasakan. Entah kenikmatan macam apa yang didapatkan Tante Wenny dari analku ini. Mungkin aroma analku membuatnya mabuk kepayang padaku. Kubayangkan bagaimana seandainya Irwan yang sahabatku melihat bagaimana mamanya menjilati lubang taiku. Haa.. Haa.. Aku tertahan hingga menjelang makan siang.

    Tante Wenny berhasil merangsang libidoku hingga aku tak mampu menahan air maniku tumpah ke mulutnya. Kulihat betapa rakus dia menjilati spermaku hingga bersih tanpa bekas. Yang tercecer di rambut kemaluanku, pahaku, batang dan pangkal kemaluanku bersih macam kena cuci saja. Uuchh.. Sangat nikmat merasai jilatan dan sedotan bibir ayu milik Tante Wenny Ini.

    Yang lebih tak kumengerti adalah saat aku permisi ke kamar mandi untuk kencing. Saat pancuran kencingku mancur Tante Wenny menyusul masuk ke kamar mandi. Kupikir dia hanya hendak mengambil Sesuatu. Ternyata dia merangkul pinggulku dan bergerak jongkok menyongsong pancuran kencingku. Sambil matanya melirik ke aku, dia menengadahkan dan membuka mulutnya menampung cairan kuning pekat kencingku. Tanpa bisa kucegah dia memegangi kedua kakiku dan minum menenggak cairan pekatku itu.

    “Jangan Tantee… jangaann..!,” tetapi aku tak mampu mencegahnya.

    Juga aku tak mampu menghentikan kencingku yang memang sudah sangat mendesaki kandungannya. Sungguh mempesona melihat tante Wenny yang jelita setengah gelagapan dengan mulutnya yang sga-nga menerima pancuran kencing kuning pekat yang keluar dari penisku. Terdengar suara jatuhnya pancuran air kencing dalam rongga mulutnya itu. Sebagiannya dia minum seakan menjadi penawar Hausnya dan sesekali dia raupi wajahnya seperti orang mencuci muka dengan kencingku ini.

    “Tante memang telah mengimpikan kencingmu sayaanngg.. Nikmat banget rasanya.. Tante puas Banget niihh…” katanya sambil mengusap raup wajahnya dengan air kencing yang dia tampung pada Kedua tangannya.

    Demikianlah cerita sekilas pengalaman Randi yang memang memiliki pesona seksual luar biasa itu. Tante Wenny yang jelitapun bertekuk lutut dengan sudi untuk menjilati pantat dan minum air kencingnya.

    *****

    Ini terjadi sekitar 2 tahun yang lalu saat aku masih duduk di kelas 2 SMU top di Kebayoran. Waktu itu usiaku masih 16 tahun. Walaupun banyak cewek teman kelas maupun kakak kelasku yang sering merayu, mengajak kencan atau terang-terangan bilang naksir padaku, bahkan ingin tidur dengan aku namun aku masih tetap perjaka ‘ting-ting’ dan sangat ‘idjo’ dalam hal seksual.

    Cewek-cewek itu bilang bahwa aku adalah pemuda paling seksi di sekolahku. Bahkan mereka juga bilang mungkin se-Kebayoran hanya kepadakulah mereka ingin tidur denganku. Lebih gila lagi ada yang bilang sangat senang hati untuk menerimanya seandainya aku mau membuang air ludahku ke mulutnya. Edann.. Ternyata bukan hanya teman sekolahku yang pengin ngajak tidur aku. Dan ini baru aku sadari setelah aku berada di rumahnya dimana aku tak bisa lagi menghindar.

    Dia adalah Bu Endang guru matematika SMU Kebayoran. Bu Endang adalah guru yang paling cantik di SMU-ku. Anak-anak bilang dia mirip dengan Desy Ratnasari itu artis sinetron asal Sukabumi. Yang aku heran bahwa Bu Endang ini baru saja menikah sekitar 3 minggu yang lalu. Bahkan orang tuaku hadir saat pernikahannya itu. Suaminya adalah seorang PNS Departemen Dalam Negeri. Sesekali suaminya itu bertugas meninjau ke daerah-daerah di tanah air. Dengan alasan banyak pekerjaanku yang salah saat bel pulang kelas berbunyi, sekitar jam 12.30 siang Bu Endang menahanku agar tidak pulang dulu.

    “Kamu mesti memperbaiki PR-mu. Aku nggak mau dibuat repot. Kamu bawa semua buku-buku ini ke rumah ibu. Nanti kamu ibu ajari bagaimana mengerjakan PR dengan benar,” katanya dengan nada kesal atau marah padaku.

    Siang itu aku tidak boleh pulang dan mesti belajar matematika pada Bu Endang di rumahnya. Dengan Honda bebek-nya Bu Endang meluncur pulang lebih dahulu. Aku mesti menyusul naik kendaraan umum sambil membawa buku-bukunya yang cukup berat ini. Ah, mungkin inilah hukamanku karena pekerjaanku yang tidak bener itu. Anehnya sesampainya di rumahnya, Bu Endang menyambut aku dengan sangat ramah. Wajah marah atau kesal di kelas tadi sama sekali tak nampak lagi.

    “Sini Randi. Kamu taruh tuh buku-buku ibu di meja. Jangan malu-malu. Kamu makan siang dulu, ya, sama ibu. Bapak lagi dinas ke Kalimantan, jadi ibu sendirian koq. Mau minum apa?”

    Dia rangkul pinggulku menuju meja makan. Ah, ini mah lebih dari ramah. Rangkulannya itu demikian mesra membuat aku langsung merinding bergetar. Rasanya aku belum pernah dirangkul perempuan macam begini. Tangannya yang lembut itu mengelusi pinggulku. Bahkan ada sekali sedikit mencubit aku. Nampaknya semua itu merupakan tanda atau sinyal yang dilepaskan Bu Endang padaku. Karena aku nggak tahu mesti bagaimana, jadi yaa… ngikut saja kemauannya. Yang kupikirkan hanyalah mudah-mudahan matematikaku cepet benar dan aku bisa lekas pulang.

    Selesai makan dia kembali merangkul mesra dan membimbing aku ke sofa ruang tamunya. Dan ternyata hari itu sama sekali tak ada matematika di rumah Bu Endang. Sejak awal duduk di sofanya, Bu Endang langsung mengelusi pahaku. Dia bilang.

    “Randii… kamu menjadi idaman banyak cewek di sekolah. Kamu pasti tahu, khan? Sudahlah, matematikamu nanti biar ibu yang bantu benerinnya. Ibu pengin istirahat sambil ngobrol dulu sama kamu. OK?” Bu Endang menutup kata-katanya sambil tangannya mengambil tanganku dan meremasi jari-jariku.

    Edan… nggak tahu kenapa tanpa sadar aku membalas remasannya. Akibatnya Bu Endang langsung menjadi liar. Pasti dia berpikir bahwa aku merespon apa yang dia mau. Duduk di sofa saling berhimpitan Bu Endang semakin merapatkan tubuhnya pada tubuhku. Remasan tangannya menjalar menjadi cemolan di pahaku. Greenng.. Saraf birahiku bangkit dan tak ayal lagi kemaluanku ngaceng mendesaki celana SMU-ku.

    Uucchh.. Aku malu banget kalau sampai Bu Endang melihatnya. Tetapi dia memang telah melihatnya.

    “Nggak usah malu Randi.. Ini tandanya kamu normal dan sehat. Baru kesenggol sedikit saja langsung tegang berdiri.. Hii.. Hii.. Hii…” canda Bu Endang dengan senyumannya yang amat menawan yang membuat suasana menjadi lebih mencair.

    Namun mukaku tetap berasa kemerahan karena malu. Aku cepat menyadari pula rupanya Bu Endang memang telah merencanakan perjumpaan macam ini denganku. Aku merasa blo’on banget, walaupun pada dasarnya aku senang dengan apa yang sedang terjadi ini. Aku menengokkan wajahku. Acchh.. Wajah-wajah kami ternyata telah begitu berdekatan.

    Mata Bu Endang rasanya menusuki kedalaman mataku untuk mendapatkan kepastian. Dan aku tetap blo’on saat tiba-tiba bibirnya telah menyentuh dan langsung menyedot kecil bibirku. Itulah pembukaan yang dilakukan Bu Endang padaku. Mengerti kalau akhirnya aku diam dan ‘cool’ Bu Endang kembali meliar. Dia peluk dan pagut aku. Bibir lembutnya melumat bibirku. Aku sedikit gelagapan dan hampir terjatuh dari sofa tempat dudukku. Situasi itu membuat aku merangkul Bu Endang secara reflek. Dan itulah yang ditungu-tunggunya.

    Dia mendesah, “Hhaacchh.. Hheecchh.. Rranddii…” dengan sepenuhnya kini memeluk tubuhku.

    Kurasakan remasan tangan-tangan halusnya pada punggung mengiringi lumatan bibirnya pada bibirku. Aku merem melek kaget namun uucchh.. Nikmatnyaa.. Aroma parfum Bu Endang menyergap hidungku dan aku mulai berasa melayang dalam nikmatnya berasyikmasyuk dengan perempuan ayu macam Bu Endang yang dalam pelukanku pula kini.

    “Bapak nanti bagaimana Bu..??”
    “Sshh.. Jj.. Jangan bicara itu sayangg.. Aku sangat rindu kamu.. Aku sangat inginkan kamu.. Ayoo Randi.. Peluk ibu yang lebih erat lagii…” rupanya dia tak mau aku bicara tentang suaminya.

    Ah.. Urusannyalah. Dan Bu Endang menggunakan kesempatan bersama aku ini dengan sepenuh kerinduan akan belaian syahwatnya. Dia hempaskan aku ke sofa dan tindih tubuhku.

    Dia meracau, “Randii.. Kamu tampan banget siihh.. Aku sayang kamu Randii.. Boleh ya? Bolehh.. Khan?? Randii.. Hhcchh…” terdengar nafasnya yang memburu dan suaranya serak menahan gelora nafsunya.

    Dan tangan-tangannya yang lentik itu terasa tak sabar mulai melepasi kancing kemeja SMU-ku. Aku jadi bengong juga akan nafsunya yang demikian menggebu padaku.

    “Randii.. Ibu sayang kkhaamuu.. Randii, oohhcch Ran.. Ddii…” racau Bu Endang tak henti-hentinya.

    Saat kancing kemejaku telah lepas mukanya langsung merangsek dadaku. Kurasakan bibirnya mulai dengan halus melumat buah dadaku. Lidahnya menyapu dan kemudian disusul dengan bibirnya yang mengecupi dan mengigit penuh haus pada pentil-pentilku. Aku taka tahan menahan gelinjangku, aku juga mengeluarangan desahan dan erangan. Tangan Bu Endang meremasi punggung dan turun ke pinggulku.

    Duuhh.. Sungguh dahsyat birahi ini.. Kutengok perempuan cantik se usia bibiku ini seperti ular sanca yang sedang menancapkan taringnya pada dadaku. Kepalanya bergeleng untuk mengetatkan gigitannya. Lumatan bibirnya membuat aku melayang dalam lambung nikmat tak terkira. Bu Endang rasanya telah melupakan semuanya termasuk pada suaminya yang baru menikahinya 3 minggu yang lalu. Kemudian mulut ular sanca itu melata dan merambah perutku dan terus turun lagi.

    Saat bibirnya menyentuh ikat pinggangku taringnya kembali menggigit agar tidak melepaskannya. Tangan-tangan Bu Endang dengan sigap melepasi ikat pingang dan kancing celanaku. Dengan tak sabar dia tarik dan dorong celanaku ke bawah hingga betisku. Wajahnya langsung menenggelamkan ke celana dalam dan selangkanganku. Dia menciumi dengan ganasnya. Oocchh.. Perempuan ayuu.. Begitu buas dia merangsekkan mukanya. Dia hirup aroma-aroma yang menebar dari selangkangan dan celana dalamku.

    “Raanddii.. Uucchh.. Raa.. Nddii.. Ibuu saayngg.. Kkaamuu…” racaunya yang terus membising.

    Aku memang tak mampu menahan gelinjangku. Syaraf-syaraf peka yang tertebar pada pori selangkangan dan pahaku membuat aku merasakan kegatalan shyawat yang sangat dahsyat. Kucabik-cabik rambut Bu Endang dan kuremas-remas dengan sangat kerasnya. Jilatan dan lumatan bibir Bu Endang membuat aku menggeliat-geliat tanpa menahan diri. Seluruh syaraf-syaraf birahiku terbangkit merambatkan kegelian tak tehingga.

    “Ampuunn.. Buu.. Ooiicchh.. Jj.. Jangaann…” entah ngomong apa lagi aku.

    Rasanya asal bersuara. Aku memerlukan saluran emosiku yang menggelegak karena ulah Bu Guru cantikku ini. Rambut Bu guruku yang cantik itu langsung awut-awutan, namun Bu Endang tidak mengeluh. Dia terus menggilakan wajahnya men-‘dusel-dusel’ ke selangkanganku. Kemaluanku menjadi tegak keras seperti tongkat mahoni. Bu Endang tanpa ragu menciumi dan menjilatinya. Basah precum di ujung penis dia jilati dengan rakus. Nampak wajahnya menyeringai dalam matanya yang setengah terbeliak larut dalam puncak nikmatnya yang tak bertara. Aku tak mampu menahannya.

    “Adduhh.. Bb.. Bu.. Saya nggak ttahann.. Ggelii.. Bbuu..”

    Kuseret tubuh Bu Endang ke atas hingga tubuhnya menindih tubuhku. Kurangkul dengan ketat bahunya dan kucium bibirnya. Aku melumat penuh kegilaan sambil menyedoti ludah-ludahnya. Kami bergelut bak dua ular yang sedang memperebutkan mangsa. Pada saat bersamaan tangan Bu Endang meraih kemaluanku untuk diarahkan ke kemaluannya. Aku tahu, dia mau aku memasukan batang kemaluanku ke rongga kemaluannya.

    Terus terang tiba-tiba rasa takut menyergap aku. Aku takut Bu Endang hamil. Aku takut Bu Endang akan memaksa aku menjadi suaminya karena kehamilannya itu. Aku takut dia akan memperkarakan ke pengadilan dan mempermalukan aku, mempermaukan orang tuaku. Aku takut menjadi berita di koran Pos Kota atau Lampu Merah atau berpuluh tabloid lainnya yang banyak beredar di Jakarta saat ini. Aku takut tak lagi menyandang predikat pemuda atau perjaka. Lucu juga ketakutanku macam itu pada waktu itu.. Tetapi Bu Endang tak habis cara. Tetap melayani pagutanku, dengan tubuhnya yang setengah menduduki selangkanganku dengan penisku yang tegang kaku dengan cepat terjadilah..

    Blezz..

    Seluruh batang kemaluanku telah amblas ditelan kemaluan Bu Endang. Tak ada kesempatan untukku. Bu Endang langsung bergerak naik turun memompakan pantatnya yang mendorong memek atau vaginanya menelani batang keras penisku ini. Ascchh.. Akhirnya.. Hanya Bu Endanglah yang berhasil menggapai keperjakaanku. Dan nikmat yang kuterima.. Sungguh tak bisa kulukiskan.. Batang penisku terjepit oleh dinding hangat yang legit. Memek Bu Endang menyedot-nyedot urat-urat sensitif yang tersebar di seluruh permukaan batang penisku.

    Kenikmatan itu demikian bergerak penuh pergantian setiap Bu Endang menarik atau mendorong pantatnya yang membantu kemaluannya melahapi kenisku. Ammppunn.. Buu.. Enaakk bangett.. Ssiihh.. Kini aku menyaksikan bagaimana seorang perempuan yang demikian kehausan diserang orgasmenya. Mula-mula mata di wajah cantiknya itu mendelik dan membeliak dengan kelopak yang menelan bulatan hitam matanya dan menyisakan warna putih pinggirnya.

    Keadaan itu disertai dengan desah keras yang sangat mengenaskan sebagaimana kijang yang sekarat dalam terkaman pemangsanya. Dengan tangannya yang nyaris mencekik leherku Bu Endang menancapkan cakarnya pada bahu samping leherku itu. Dengan keringat yang deras mengucur dia tekan lebih membenam kemaluannya untuk menelan kemaluanku lebih dalam. Pada detik-detik itu kurasakan kedutan-kedutan keras menggilas-gilas batang penisku. Yang kemudian terdengar adalah auman atau teriakan tanpa tertahan dari mulut ayu Bu Endang.

    “Rr.. Aanndii.. Tt.. Toloonngg.. Ranndii.. Ampunii ibbuu.. Yaa.. Rranddii.. Ii,” kemudian ‘bruukk’ tubuhnya jatuh terhempas ke dadaku. Tubuh penuh keringat itu langsung berkejat-kejat beberapa saat sebelum akhirnya diam dan beku kecuali menyisakan tarikan nafas yang cepat dan tersengal. Aku langsung merasa iba dan tanganku nampak mengusap-usap punggungnya.

    “Haacchh.. Maafin ibu yaa.. Randdii…” tubuhnya merosot ke kasur dengan lunglai.

    Tangannya kembali jatuh ke dadaku. Situasi hening beberapa saat. Aku menyesuaikan kehendak Bu Endang. Aku tak bergerak dan membiarkan dia melepas lelahnya. Hari itu aku pulang jam 5 sore. Bu Endang memuasi aku dengan mulutnya yang mengulum-kulum penisku. Dia minum spermaku.

    “Randi, inilah tanda ibu sayang sama kamu. Pada bapak (suaminya) aku nggak pernah lakukan begini. Aku rasanya geli. Jijik begitu. Tetapi pada kamu Randi, justru aku selalu mengimpikannya. Aku selalu membayangkan bagaimana rasanya menelan air manimu. Auucchh.. Terima kasih banget yy.. Sayaanngg..”

    Sebelum aku pulang Bu Endang memberi aku uang namun kutolak. Apa jadinya nanti.. Bu Endang berharap aku datang lagi selama suaminya belum pulang. Namun aku tak pernah datang lagi. Aku tetap saja takut kalau Bu Endang hamil karena ulahku. Sekali aku kepergok dengannya saat ada pesta olah raga antar sekolah.

    Pada waktu itu usai pertandingan di sekolah (aku pemain volley SMU-ku) aku tertinggal pulang sehingga aku berjalan cukup jauh sebelum ketemu halte angkutan kota. Tiba-tiba sebuah mobil menepi tepat di sampingku. Bu Endang membuka kaca pintunya dan menyilahkan masuk. Aku nggak enak untuk menolaknya. Rupanya dia berkesempatan membawa mobil suaminya.

    “Apa kabar Randi?” sambil meremas selangkanganku yang membuat kontolku langsung ngaceng berdiri.
    Tidak langsung menjalankan mobilnya Bu Endang justru menepi, “Ibu kangen ini Randi, boleh yaa…”

    Sebelum aku menjawabnya tangan-tangannya yang cantik gemulai itu sudah menarik resluiting celanaku dan bahkan langsung merogoh dan kemudian membetot keluar kontolku. Tangannya beberapa saat mengurut-urut hingga aku memperdengarkan desahanku. Dengan mesin tetap menyala agar ruangan mobil tetap dingin ber-AC Bu Endang langsung merunduk dan menyosor.

    Kontolku di emut-emut dan kulum-kulum hingga spermaku muncrat. Menjelang muncrat kuraih kepalanya yang nampaknya rapi ditata salon rambutnya. Kuremasi tatanan rambut itu hingga awut-awutan. Menjelang muncrat aku berteriak tertahan. Kutekan kepala Bu Endang agar menelam lebih dalam. 6 atau 7 kedutan besar kemaluanku memuncratkan cairan hangat air maniku ke haribaan mulut Bu Endang. Nampaknya di tersedak-sedak. Namun dia ucapkan terima kasih tak habis-habisnya padaku sebelum aku diturunkan di halte angkutan kota tidak jauh dari sekolahku.

  • Cerita Ngentot Dengan Tunangan Teman Yang Bahenol – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Ngentot Dengan Tunangan Teman Yang Bahenol – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1858 views

    Perawanku – Cerita kali ini menceritakan tentang seorang pria yang bernama Dodi yang suka kepada teman wanita sekantornya. Teman wanita dari Dodi itu adalah tunangan teman sekantor Dodi yang bernama Fredi. Dan Dodi pun tidak memperdulikan status mereka yang sudah bertunangan itu. Nah guys, ingin tau kelanjutan Cerita Dewasa selanjutnya? Lansung saja yuk kita baca dan simak baik-baik Cerita Sex ini.

    Aku mengenal salah satu wanita dikantorku bernama Devinta, dia adalah sosok wanita yang aku kenal baru saja. Tapi entah mengapa aku sudah jatuh hati dengan dia. Mungkin saja aku jatuh cinta karena kecantikannya, selain cantik dia juga wanita yang ramah dan flexybel. So, dengan kepribadianya dia mempunyai banyak teman, namun mayoritas temannya adalah Pria. Meskipun belum lama mengenalku Devinta sendiri sudah sangat akrab sekali denganku. Oh iya guys, Devinta ini memiliki tubuh yang sangat ideal sekali.

    Dia mempunyai tinggi badan 169 cm dengan berat badan 56 kg, dengan berat badan dan tinggi yang ideal body-nya terlihat sangat sexy. Ditambah lagi Devinta juga mempunyai payudara yang lumayan indah, payudara yang tidak begitu besar, tapi terlihat padat dan bulat. Apalagi pantat Devinta sangat semok, kenyal dan kencang, hal itu menambah kesempurnaan Devinta. Hari demi hari aku-pun semakin dekat dengan dia, tapi kedekatanku itu agak membuatku kecewa, Karena Devinta adalah kekasih temanku yang bernama Fredi dan sebentar lagi akan bertunangan. Huh. Tapi meskipun Devinta akan bertunangan, tapi tidak merubah kedekatan dengan teman-teman Pria-nya termasuk aku. Rasa cintaku kepada Devinta pun tidak pernah hilang.

    Jujur saja guys, aku selalu berharap agar hubungan Devinta agar bubar. Tapi nampaknya harapanku kepada Devinta sedikit menemui titik terang, karena akhir-akhir ini aku dan dia selalu mengerjakan tugas kantor bersama, so, otomatis kita semakin dekat dong.hehehe. Pekerjaan yang kita kerjakan bersama membuat aku selalu bersama Devinta. Tak jarang aku mendapatkan momen berdua dengan Devinta. Dan aku pun memberanikan diri untuk sedikit menunjukan rasa sukaku kepada Devinta, tidak kusangka ternyata Devinta pun juga merasakaan hal yang sama juga.

    Sampailah suatu hari aku melihat Devinta sedang duduk dan aku melihat nya sedang memandangi handphone-nya dengan sangat serius dan fokus. Hal itu membuatku penasaran dan aku langsung menuju ketempat dia duduk, dengan cara mengendap-endap karena aku ingin tau apa yang dilihat oleh Devinta. Sesampainya ditempat Devinta, ternyata dia sedang membaca artikel cerita sex disalah satu situs dewasa. Kemudian secara refleks akupun langsung mengagetkan dia“ Ouhhhh… kamu suka baca begituan ya Dev, pantes aja kelihatan serius sekali..hahaha ?? ” tanyaku mengagetkan Devinta.

    Secara refleks, Devinta pun langsung menutup Handphone-nya dan berkata,
    “ Kamu kok tiba-tiba disini, emang kamu dari mana, kok aku gak tau kedatanganmu Dod?? ” tanya Devinta dengan terkejut.
    “ Udah deeeh gak usah malu-malu, lanjutin aja bacanya ” ujarku.
    “ Enggak aahh ada kamu ” balas Devinta.
    “ Gak papa kok, kadang aku juga suka baca yang begituan kok ” ucapku.
    “ Aaahhh kamu ternyata sama aja Dod….” ucapnya,
    “ Emang kalau baca aja, nanti kalau sudah horny kamu ngapain Dev?? ” tanyaku.
    “ Ya gak ngapa-ngapain to Dod, ya mau ngapain lagi ” jawab Devinta.
    “ Aaaahhh yang bener, cewek kalau horny kan biasanya minta disetubuhi Dev ? ” cetusku sambil mendekatkan tubuhku kepada Devinta.

    “ Iyaah bener juga siiih kata kamu Dod ” jawab Devinta sambil tertawa.
    Dan kemudian Devinta mengatakan sesuatu yang sangat mengagetkan hatiku.
    “ Kamu udah punya pacar Dod..? ” tanya Devinta.
    “ Eh, belom.. nggak laku Dev.. mana ada yang mau sama Aku..? ” jawabku sedikit berbohong.
    “ Ah bohong Kamu Dod..! ” ucap Devinta sambil mencubit lenganku.
    Secara tiba- tiba aliran darahku-pun seperti mengalir dengan cepat, otomatis titikupun berdiri dengan perlahan, aku jadi salah tingkah. Sepertinya Devinta melihat perubahan yang terjadi pada diriku, aku langsung pura-pura mau mengambil minum lagi, karena memang minumanku sudah habis, tetapi dia langsung menarik tanganku.

    “ Ada apa Dev..? Minumannya sudah habis juga..? ” kataku pura-pura bodoh.
    “ Dod, Kamu mau nolongin Aku..? ” ucap Devinta seperti memelas.
    “ Iyaa.., ada apa Dev..? ” jawabku.
    “ Aku.., Aku.. pengen bercinta Dod..? ” pinta Devinta.
    “ Hah..! ”
    kaget juga aku mendengarnya, bagai petir di siang hari, bayangkan saja, baru juga satu jam yang lalu kami berkenalan, tetapi dia sudah mengucapkan hal seperti itu kepadaku.
    “ Ka.., Kamu..? ” ujarku terbata-bata.

    Belum juga kusempat meneruskan kata- kataku, telunjuknya langsung ditempelkan ke bibirku, kemudian dia membelai pipiku, kemudian dengan lembut dia juga mencium bibirku. Aku hanya bisa diam saja mendapat perlakuan seperti itu. Walaupun ini mungkin bukan yang pertama kalinya bagiku, namun kalau yang seperti ini aku baru yang pertama kalinya merasakan dengan orang yang baru kukenal. Begitu lembut dia mencium bibirku, kemudian dia berbisik kepadaku.

    “ Aku pengen bercinta sama Kamu, Dod..! Puasin Aku Dod..! ” Lalu dia mulai mencium telinganku, kemudian leherku, “ Aahh..! ” aku mendesah.
    Mendapat perlakuan seperti itu, gejolakku akhirnya bangkit juga. Begitu lembut sekali dia mencium sekitar leherku, kemudian dia kembali mencium bibirku, dijulurkan lidahnya menjalari rongga mulutku. Akhirnya ciumannya kubalas juga, gelombang nafasnya mulai tidak beraturan. Cukup lama juga kami berciuman, kemudian kulepaskan ciumannya, kemudian kujilat telinganya, dan menelusuri lehernya yang putih bak pualam. Ia mendesah kenikmatan.

    “ Aahh Dod..! ” dessahnya,
    Mendengar desahannya, aku semakin bernafsu, tanganku mulai menjalar ke belakang, ke dalam Kaosnya. Kemudian kuarahkan menuju ke pengait BH-nya, dengan sekali sentakan, pengait itu terlepas. Kemudian aku mencium bibirnya lagi, kali ini ciumannya sudah mulai agak beringas, mungkin karena nafsu yang sudah mencapai ubun- ubun, lidahku disedotnya sampai terasa sakit, tetapi sakitnya sakit nikmat.
    “ Dod.., buka dong bajunya..! ” katanya manja.

    “ Bukain dong Dev.., ” kataku. Sambil menciumiku,
    Devinta membuka satu persatu kancing kemeja, kemudian kaos dalamku, kemudian dia lemparkan ke samping tempat tidur. Dia langsung mencium leherku, terus ke arah puting susuku. Aku hanya bisa mendesah karena nikmatnya.

    “ Akhh.., Dev. ” desahku,
    Kemudian Devinta mulai membuka tali pinggangku dan celanaku dibukanya juga. Akhirnya tinggal celana dalam saja. Dia tersenyum ketika Melihat kepala kemaluanku off set alias menyembul ke atas. Devinta Melihat wajahku sebentar, kemudian dia cium kepala kemaluanku yang menyembul keluar itu. Dengan perlahan dia turunkan celana dalamku, kemudian dia lemparkan seenaknya. Dengan penuh nafsu dia mulai menjilati cairan bening yang keluar dari kemaluanku, rasanya nikmat sekali. Setelah puas menjilati, kemudian dia mulai memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya.

    “ Okhh.. nikmat sekali, ” kataku dalam hati,
    Sepertinya kemaluanku terasa disedot-sedot. Devinta sangat menikmatinya, sekali- sekali dia gigit kemaluanku.

    “ Auwww.., sakit dong Dev..! ” kataku sambil agak meringis.
    Devinta seperti tidak mendengar ucapanku, dia masih tetap saja memaju- mundurkan kepalanya. Mendapat perlakuannya, akhirnya aku tidak kuat juga, aku sudah tidak kuat lagi menahannya,“ Dev, Aku mau keluar.. akhh..! ” Devinta cuek saja, dia malah menyedot batang kemaluanku lebih keras lagi, hingga akhirnya,

    “ Croott.. croott.. croott.. !!! ”
    Aku menyemburkan Spermaku ke dalam mulut Devinta. Dia menelan semua cairan spermaku, terasa agak ngilu juga tetapi nikmat. Setelah cairannya benar-benar bersih, Devinta kemudian berdiri, kemudian dia membuka semua pakaiannya, sampai akhirnya dia telanjang bulat.
    Kemudian dia menghampiriku, menciumi bibirku.

    “ Puasin Aku Dod..! ” katanya sambil memeluk tubuhku,
    Kemudian dia menuju tempat tidur. Sampai disana dia tidur telentang. Aku lalu mendekatinya, tubuhnya yang elok, kuciumi bibirnya, kemudian kujilati belakang telinga kirinya. Dia mendesah keenakan,
    “ Ssss… Uhhhh… Aahh…. ” Mendengar desahannya, aku tambah bernafsu, kemudian lidahku mulai menjalar ke payudaranya. Kujilati putingnya yang sebelah kiri, sedangkan tangan kananku meremas payudaranya yang sebelah kanan, sambil kadang kupelintir putingnya.

    “ Okkhh..! Dodi sayang, terus Dod..! Okhh..! ” desahnya mulai tidak menentu.
    Puas dengan bukit kembarnya, badanku kugeser, kemudian kujilati pusarnya, jilatanku makin turun ke bawah. Kujilati sekitar pangkal pahanya, Devinta mulai Devenguh hebat, tangan kananku mulai mengelus Vaginanya, lalu kumasukkan, mencari sesuatu yang mungkin kata orang itu adalah Itil. Devinta semakin Devenguh hebat, dia menggelinjang bak ikan yang kehabisan air. Kemudian aku mulai menjilati bibir kemaluannya, kukuakkan sedikit bibir kemaluannya, terlihat jelas sekali apa yang namanya Itil, dengan agak sedikit menahan nafas, kusedot Itilnya.

    “ Aakkhh.. Dod.., ” Devinta menjerit agak keras,
    Rupanya dia sudah orgasme, karena aku merasakan cairan yang menyemprot hidungku, kaget juga aku. Mungkin ini pengalaman pertamaku menjilati kemaluan wanita, karena sebelumnya aku tidak pernah. Aku masih saja menjilati dan menyedot Itilnya.

    “ Dod..! Masukin Dod..! Masukin..! ” pinta dia dengan wajah memerah menahan nafsu.
    Aku yang dari tadi memang sudah menahan nafsu, lalu bangkit dan mengarahkan kejantananku ke mulut kemaluannya, kugesek-gesekkan dulu di sekitar bibir kemaluannya.
    “ Udah dong Dod..! Cepet masukin..! ” katanya manja.
    Hemmm… rupanya ini cewek nggak sabaran banget ya ( kataku dalam hati ).Kemudian kutarik tubuhnya ke bawah, sehingga kakinya menjuntai ke lantai, terlihat kemaluannya yang menyembul. Pahanya kulebarkan sedikit, kemudian kuarahkan kemaluanku ke arah liang senggama yang merah merekah. Perlahan tapi pasti kudorong tubuhku.
    “ Bless..! ” akhirnya kemaluanku terbenam di dalam liang kemaluan Devinta.
    “ Aaakkhh Dod..! ” desah Devinta.

    Kaget juga dia karena sentakan kemaluanku yang langsung menerobos kemaluan Devinta. Aku mulai mengerakkan tubuhku, makin lama makin cepat, kadang- kadang sambil meremas- remas kedua payudaranya. Kemudian kubungkukkan badanku, lalu kuhisap puting susunya.
    “ Aakkhh.., teruss.., Sayangg..! Teruss..! ” erang Devinta sambil tangannya memegang kedua pipiku.
    Aku masih saja menggejot tubuhku, tiba- tiba tubuh Devinta mengejang,
    “ Aaakkhh…! ”

    Ternyata Devinta sudah mencapai puncaknya duluan.
    “ Aku udah keluar duluan Sayang..! ” ucapnya,
    “ Aku masih lama Dev.., ” kataku sambil masih menggenjot tubuhku.
    Kemudian kuangkat tubuh Devinta ke tengah tempat tidur, secara spontan, kaki Devinta melingkar di pinggangku. Aku menggenjot tubuhku, diikuti goyangan pinggul Devinta.
    “ Aakkhh Dev.., punya Kamu enak sekali. ” kataku memuji,
    Devinta hanya tersenyum saja. Aku juga heran, kenapa aku bisa lama juga keluarnya. Tubuh kami berdua sudah basah oleh keringat, kami masih mengayuh bersama menuju puncak kenikmatan. Akhirnya aku tidak kuat juga menahan kenikmatan ini.

    “ Aahh Dev.., Aku hampir keluar.., ” kataku agak terbata-bata.
    “ Aku juga Dod..! Kita keluarin sama- sama ya Sayang..! ” kata Devinta sambil menggoyang pantatnya yang semok dan kenyal itu.

    Goyangan pinggul Devinta semakin liar. Aku pun tidak kalah sama halnya dengan Devinta, frekuensi genjotanku makin kupercepat, sampai pada akhirnya,
    “ Aaakkhh…! ” jerit Devinta sambil menancapkan kukunya ke pundakku.
    “ Aakhh, Devinta.., Aku sayang Kamuu..! ” erangku sambil mendekap tubuh Devinta.
    Kami terdiam beberap saat, dengan nafas yang tersenggal-senggal seperti pelari marathon yang berlari beberapa Kilometer.
    “ Kamu strong sekali ya Dod, makasih ya Dod udah muasin aku …. emuaaachhh…! ” puji Devinta sembari mengecup bibirku

    “ Iya Dev, aku juga makasih banget karena hari ini kamu udah buat aku puass juga, emuuuuachhh… ” pujiku sembari kubalas ciuman kecilnya tadi.
    Singkat cerita setelah kami melakukan hubungan intim tadi, kamipun berpelukan erat dan sejenak menghela nafas. Tak lama kemudian kami-pun bergegas merapikan diri dan memakai pakaian kami, karena kami takut kejadian skandal kami dipergoki tunangannya. Sejak kejadian itu kamipun sering melakukan hubungan sex dimana saja selama ada kesempatan, dan sampai sekarang hubungan kami masih berlanjut.

  • Galeri Foto 2 Sejoli Jepang Lagi Ngentot Hot Banget – Foto Ngentot Jepang Terbaru  2018

    Galeri Foto 2 Sejoli Jepang Lagi Ngentot Hot Banget – Foto Ngentot Jepang Terbaru 2018


    1856 views

    Perawanku – Mungkin suasana seperti itulah yang dirasakan oleh kedua sejoli dalam galeri foto ini. Merangsang, Merasakan nikmat dan gemetar seluruh tubuh.

    Dan bagi bos ku yang lagi pengen siapkan saja lotion nya atau Alatkontrasepsi nya atau yang sudah ada pasangan atau sudah punya pacar bisa langsung telfon pacarnya janjian dimana di hotel mana? Tapi sebelum itu kita lihat dulu bos ku 2 sejoli ini yang lagi asik bercinta Hot banget buat nambah gaya imajinasi bos nanti waktu sama pasangan bos ku  :

     

  • Hanya Mama Yang Mampu Memenuhi Hasratku Sebagai Lelaki

    Hanya Mama Yang Mampu Memenuhi Hasratku Sebagai Lelaki


    1856 views

    Cerita Sex ini berjudulHanya Mama Yang Mampu Memenuhi Hasratku Sebagai LelakiCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Sebenarnya aku teramat malu untuk menceritakan kejadian tragis ini, bagaimanapun ini rahasia keluarga, aku dan mama. Waktu itu hari Minggu pagi, pertengahan bulan Desember 2014, ketika liburan sekolah semester ganjil, semester pertama setelah di SMU. Pada hari itu aku diminta mama untuk mengantar ke Solo, katanya ada acara reuni dengan teman-temannya di kota Solo.

    Dengan sepeda motor pemberian mama sebagai hadiah ulang tahun ke-17 juga sebagai hadiah aku diterima di salah satu SMA negeri bonafid di kabupaten, aku antar mama ke Solo, tepatnya di kota Palur.

    Sesampainya di tujuan, sudah banyak teman mama yang hadir. Mereka datang berpasangan (mama sudah menjanda ketika aku duduk di kelas II SMP, papa tertangkap menghamili gadis tetangga).

    Semula aku kira mereka pasangan suami istri atau ibu dengan puteranya sepertiku, namun lama-lama aku menjadi sangsi. Bagaimana tidak, meskipun selisih usianya cukup jauh tapi mereka tampak begitu mesra.

    Bahkan ketika mama memperkenalkan aku kepada teman-temannya sebagai anaknya, mereka semua tidak percaya, malah-malah mereka bilang mama hebat dalam memilih pasangan. Beberapa lelaki, yang semula aku anggap suami-suami mereka, banyak yang memberi semangat kepadaku.

    Menurut mereka, aku merupakan lelaki yang beruntung bisa mendapatkan cewe seperti mama, selain cantik, muda dan tidak pelit namun yang lebih penting duitnya banyak. Sebenarnya aku malu, marah dan kesal. Bagaimana tidak marah, mereka tetap tidak percaya kalau aku anak mama yang sebenarnya. Namun demi melihat mama hanya tersenyum saja, aku tak menampakkan kesemuanya itu.

    Dalam perjalanan pulang mama baru cerita semuanya kalau sebenarnya mereka bukan suami istri atau ibu dengan anak-anaknya, mereka merupakan pasangan idaman lain (PIL). Mama juga cerita mengapa tadi hanya tersenyum waktu mereka bilang aku pasangan mama dan hanya sedikit membela diri bahwa aku anaknya yang sebenarnya.

    Menurut mama susah menjelaskan kepada mereka kalau aku anak mama yang sebenarnya, karena dihati mereka sudah lain. Mama juga cerita kenapa mengajak aku untuk mengantar ke acara tersebut, selain aku libur juga mama akan susah menolak seandainya nanti lelaki (gigolo) yang mereka tawarkan kepada mama jadi datang. Selama ini sudah sering mama diolok-olok oleh mereka. Mama dikata sebagai janda muda yang cantik dan punya uang tapi kuper. Dan jadwal selanjutnya, tahun baru (siang) di yogyakarta, di rumah Tante Ina.

    Dua minggu sejak pertemuan di Solo, Tahun Baru pun datang, 1 Januari 2015. Dengan sepeda motor yang sama aku antar mama ke rumah Tante Ina di yogyakarta. Sengaja untuk acara ini aku minta mama untuk membeli beberapa pakaian, aku tidak terlalu kalah gengsi dengan cowok-cowok mereka.

    Sesampainya kami di di rumah Tante Ina, teman-teman mama sudah banyak yang datang lengkap dengan centheng-centhengnya. Ketika datang kami disambut dengan peluk dan cium mesra.

    Rumah Tante Ina cukup besar dan luas, cukup untuk menampung lebih dari 30 orang. Acara dibuka dengan sambutan selamat datang dan selamat tahun baru dari tuan rumah, dilanjutkan dengan makan bersama dan seterusnya acara biasa “ngerumpi”. Entah usul dari siapa, diruangan tengah menyetel VCD porno. Kata mereka biasa untuk menghangatkan suasana yang dingin karena musin hujan.

    Bisa dibayangkan bagaimana perasaanku, diusia ke-17 dikala tingkat birahi sedang tumbuh menyaksikan kesemuanya ini. Mamapun juga tampak kikuk terhadapku, terlebih ketika Tante Astuti dan pacarnya tampak asyik bercium mesra disampingku dengan tangannya yang gencar menjelajah dan suaranya yang cukup berisik. Dan diantara kegelisahan itu, Tante Ina membisikkan kepada kami kalau mau boleh menggunakan kamar diatas.

    Sambil menyerahkan kunci dia ngeloyor pergi sama pacarnya. Aku dan mama hanya tersenyum, tapi ketika aku toleh di sekeliling sudah kosong, yang ada tinggal Tante Melani dan Tante Yayuk beserta pasangan mereka masing-masing, dimana pakaian yang mereka kenakan juga sudah kedodoran dan tidak lengkap lagi. Dengan rasa jengah mama mengajakku ke lantai atas.

    Di lantai atas, di kamar yang disediakan untuk kami, tidak banyak yang dapat dilakukan. Kasur yang luas dan kain sprei yang berwarna putih polos hanya menambah gairah mudaku yang tak tersalurkan.

    Mama minta maaf, kata mama kegiatan semacam ini tidak biasanya diadakan waktu siang hari, dan baru kali ini mama ikut didalamnya (biasanya mama tidak hadir kalau acara malam hari). Sewaktu akan keluar kamar mama sengaja membuat rambutnya tampak awut-awutan (biar enggak ada yang curiga, katanya).

    Waktu menunjukkan pukul 15.30 wib acara selesai. Pertemuan selanjutnya dikediaman Tante Astuti di Solo, bertepatan hari ulang tahun Tante Astuti yang ke-42. Sejak acara mendadak di rumah Tante Ina, selama dalam perjalanan pulang, mama tak banyak bicara. Kebekuan ini akhirnya cair waktu kami istirahat isi bensin.

    Satu hal yang tak dapat kulupa dari mama, ketika akan keluar kamar atas tidak tampak penolakan mama waktu aku sekilas mencium pipi dan bibirnya serta waktu akan pamitan pulang mama juga tampak santai ketika tanganku sekilas meremas buah dadanya. Ketika aku tanyakan semua ini, mama hanya tersenyum dan mengatakan kalau aku mulai nakal.

    Sehari menjelang pertemuan di rumah Tante Astuti mama tanya sama aku, mau datang apa enggak karena malam hari dan takut hal-hal seperti dirumah Tante Ina yang lalu akan terulang. Karena bertepatan hari ulang tahun Tante Astuti aku sarankan hadir, masalah yang lalu kalau memang harus terjadi yach itung-itung rejeki, kataku sambil berkelakar.

    25 November 2017 di rumah Tante Astuti suasana hingar-bingar. Maklum Tante Astuti seorang janda sukses dengan seorang putera yang masih kecil. Dalam acara hari ini Tante Astuti sengaja mendekorasi rumahnya dengan suasana diskotik. Dentuman musik keras, asap rokok dan bau minuman beralkohol menyemarakkan hari ulang tahunnya. Solaire99

    Setelah memberikan ucapan selamat dan mencicipi makan malam acara dilanjutkan dengan ajang melantai. Sebenarnya mama sudah berusaha untuk tidak beranjak dari tempat duduknya, namun permintaan Tante Susan agar mama bersedia berdansa dengan relasi Tante Susan jualah yang membuat mama bersedia bangkit. Tak tega aku melihat kekikukan mama apalagi relasi Tante Susan tampak berusaha untuk mencium mama, serta merta akupun berdiri dan permisi kepada relasi Tante Susan agar mama berdansa denganku.

    Kujauhkan rasa sungkan, malu dan grogi. Kurengkuh pinggang mama sambil terus berdansa kuajak ke arah taman untuk istirahat minggir dari keramaian pesta. Dibangku taman bukan ketenangan yang kudapat, justru yang ada Tante Vita dan Tante Mitha dengan pasangannya asyik bercumbu mesra.

    Kepalang tanggung mau kembali ke pesta kasihan mama yang sudah cukup lelah selain tak enak sama mereka karena kalaupun kembali ke dalam harus melewati Tante Vitadan Tante Mitha.

    Akhirnya mama memutuskan kami tetap dibangku taman sambil menunggu pesta usai. Supaya Tante Vitadan Tante Mitha tidak merasa jengah, mama memintaku untuk menciumnya.

    Awalnya hanya sekedar pipi dan sekilas bibir namun demi mendengar dengus nafsu Tante Yani, nafsu mudaku pun tak dapat kutahan. Tak hanya kecupan, justru pagutan yang lebih dominan dan tanpa sadar entah kapan mulainya, tangan ini sudah bergerilya di dalam baju mama, memeras, memilin dan ….. hingga teriakan nafsu Tante Mitha menyadarkan perbuatanku atas mama.

    Bercampurlah rasa malu, bersalah dan entah …. pada diri ini, aku mengajak mama untuk segera pamit kepada tuan rumah meskipun Tante Astuti menyarankan kami menginap dirumahnya.

    Sesampainya dirumah kutumpahkan rasa sesalku atas perbuatan tak senonohku pada mama. Lagi-lagi mama hanya tersenyum dan mengatakan tak apa-apa, wajar orang lupa dan khilaf apalagi suasana seperti di rumah Tante Vita yang serba bebas. Sambil iseng aku bertanya mengapa waktu itu mama tidak menolak.

    Kata mama supaya Tante Vitadan Tante Mitha tak terganggu apalagi waktu itu aku tampak bernafsu sekali. Oleh mama aku tak perlu memikirkan yang sudah-sudah dan sambil beranjak tidur mama masih sempat mencium pipiku.

    Namun bagaimana aku bisa tak perlu memikirkan yang sudah-sudah sementara nafsu sudah bersimaharajalela. Karena tetap tak bisa tidur, dengan terpaksa tengah malam (+ 02.00 wib) kubangunkan mama. Dikamar tengah kucumbu mama, kucium, kupagut dan tangan ini tak terhalang bergentayangan disekujur tubuh mama. Namun tangan ini akhirnya berhenti sebelum sampai pada tujuan akhir, tempat yang teramat khusus.

    Pagi harinya tak tampak kemarahan pada wajah mama, sambil sarapan pagi mama malah berkata kalau aku mewarisi sifat-sifat papa yang nakal tanpa menegur kelakuanku tadi malam. Bahkan mama geleng-geleng kepala ketika aku pamit berangkat sekolah kucium bibirnya didepan pintu.

    4 April 2015 genap sudah 18 tahun usiaku, hari itu terasa lama sekali menunggu sore. Hari itu aku menunggu-nunggu hadiah ulang tahun spesial yang telah dijanjikan mama. Dua hari yang lalu, aku ditanya mama ingin hadiah apa untuk merayakan hari ulang tahunku.

    Sudah cukup banyak hadiah ulang tahun yang aku punya seperti : motor atau komputer. Akhirnya aku katakan pada mama, kalau mama tidak keberatan aku mau mama. Sekilas mama terdiam, ada perasaan tidak percaya atau tidak dapat menerima permintaanku. Aku dikira bercanda lagi dan mama bertanya sebenarnya aku mau hadiah apa, aku bilang pada mama kalau aku tidak bercanda kalau aku mau mama.

    Ada terbersit rasa bangga, puas dan plong ketika kutemukan mama tertidur pulas dengan bertelanjang dalam pelukanku. Kucium keningnya, namun ketika aku akan bangun mama menahanku dan dengan kelihaiannya mampu membangkitkan lagi gairah birahiku. Dan pagi hari itupun menjadi pagi yang teramat indah. Sebelum aku meninggalkan kamarnya mama mencium pipi dan bibirku sekilas sambil mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku.

    Entah mengapa dengan mama aku bisa begitu bergairah, semenjak kejadian di rumah Tante Vitadi Yogyakarta yang lalu setiap memandang mama selalu timbul birahiku. Di sekolah tak kurang gadis sebaya yang lebih cantik yang tak menolak aku pacari, namun justru dengan mama birahiku timbul.

    Tapi harus diakui meskipun mama sudah cukup umur namun memang masih cantik, putih, tinggi, sintal, supel, luwes, berisi dan semenjak itu, hampir tiada batas penghalang antara aku dan mama.

    Dimana tempat dan dimana waktu, kalau aku mau mama selalu memenuhi. Dengan mama birahiku tak padam-padam. Setiap acara teman-teman mama selalu menjadi acara luar kota yang sangat mengasyikan dan menjadi acara favorit yang selalu aku tunggu-tunggu.

    Sungguh permainan ranjang mama menjadi suatu candu hidupku, sore hari, sebelum tidur, sebelum belajar bahkan sebelum berangkat sekolah pun mama selalu siap. Dengan lemah-lembut, keayuan, kepasrahan, dan naluri keibuannya mama memenuhi hasratku sebagai lelaki.

    Hingga kini, ketika istriku tengah mengandung anakku yang ketiga, dimana istri sedang tidak laik pakai, kembali mama sebagai penyelamat saluran nafsuku dan entah sampai kapan lagi kami masih harus begini.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex SPG Pengoda Om-Om

    Cerita Sex SPG Pengoda Om-Om


    1855 views

    Perawanku – Entah dari mana asalanya, tiba-tiba suatu siang saat aku sedang santai aku mendapatkan telpon dari seorang laki-laki yang aku gak kenal. Nmaun dari pembicaraanya dia seperti sudah mengetahui semua tentangku. Terlihat dari cara dia menanyakan apa saja sepertinya dia sudah mengetahui siapa aku, namun dia berlagak begok. Tapi aku cuek saja dan aku pun menanggapi telponnya dengan baik. Karena terdengar dari suaranya seperti laki-laki yang mapan dan kaya, soalnya pas ngobrol ditelpon dia mengajakku ketemuan disebuah restoran elit, jadi gak mungkin jika dia tidak orang kaya.

    Namaku Morin, umurku 21 tahun, aku mempunyai badan yang bagus. Tubuhku langsing, tinggiku lumayan, bentuk lekuk tubuhku juga oke, jadi setiap laki-laki pasti melirikku karena aku selalu berpakaian super seksi. Selain itu aku juga bekerja menjadi sebuah SPG suatu produk. Selain sebagai SPG, untuk memenuhi gaya hidupku yang mewah aku juga menjajakan tubuhku kepada om-om mata keranjang yang banyak duitnya. Aky mengenal pekerjaan sampingaku sejak beberapa tahun yang lalu saat aku terdesak kebutuhan dan temanku yang mengajarinya. Dan sampailah sekarang pekerjaan sampingan itu masih aku jalani demi mencukupi kebutuhanku yang mewah.
    Setelah laki-laki yang menelponku tadi mengajakku ketemu, aku pun mengiyakannya dan kami pun berjanjian untuk ketemu di resto malam ini. Aku pun berdandan sangat seksi sekali dengan Omaianku untuk menarik perhatian om-om. Dengan gaun pendek warna merah super ketat, dan belahan dada yang cukup lebar sehingga membuat payudaraku sangat kelihatan sekali, pastinya om-om yang akan kutemui akan langsung bergairah melihatku. Akhirnya kita pun ketemu direst yang ditentukan, aku melihat sosok laki-laki yang belum tua banget sekitar 43 tahunan, dengan pakaian yang sangat rapi, wajahnya juga sangat cooll abis, membuatku pun seketika senang melihatnya.
    Akhirnya kita dudu berdua, ngobrol kesana kemari. Namun diobrolan kita om-om itu selalu memandangi bagian dadaku yang terbuka, aku sudah mengetahui kalau om itu sudah terpikat denganku. aku pun melanjutkan obrolan kita dengan nada yang lebih mesra dan tentunya lebih intim. Hingga akhirnya om itu mengajakku pergi kesuatu took tempat penjualan HP mewah. Disana sambil terus memuji kecantikanku, om ganteng itu membelikanku sebuah Hp keluaran terbaru.    Agen Judi Bola
    Makasih ya Om, Om baik amat sih mau beliin Aku hp baru, triji lagi. Dia hanya tersenyum dan mengajak aku makan, tentunya bukan makanan yang dijual di resto ku. Sambil makan dia terus mengajakku guyon, orangnya menyenangkan. Kamu besok kerja jam berapa Morin, tanyanya. Besok Aku off Om. emangnya kenapa. Aku mau ngajak kamu jalan, kalo besok kamu off kan gak usah buru-buru pulang. Jalan kemana Om, aku sudah menduga apa jawabannya.
    Pastinya akan ngajakin aku ngentot, apa lagi kalo gak itu. Wow.., mobilnya keren banget Om. Sama kaya orangnya kata ku setelah kami sampai di mobilnya. Aku duduk di depan disebelahnya. Tak lama kamipun meluncur meninggalkan mal. Dia mulai mengelus-ngelus paha ku yang masih tertutup celana jeans. Tentunya elusannya tidak terlalu terasa karena masih terhalangi kain jeans celanaku. Dia membawaku ke apartemennya. Tak lama kami sudah sampai di apartemen.
    Kita turun ke basement, parkir mobil dan menuju lift. Dia langsung memijit lantai apartmentnya dan lift meluncur ke atas. Apartmentnya type studio sehingga hanya ada satu ruang yang multi fungsi, kamar mandi dan pantri yang merangkap dapur. Dia merebahkan diri di ranjang. Sementara aku pergi ke kamar mandi. Ketika muncul kembali, aku hanya berbalut handuk kemudian ikut rebahan diranjang bersamanya. Dia melingkarkan tangannya pada pundak ku dan mengelus-elus nya.
    Tak lama dia mulai menciumi bibir ku sambil meraba-raba toket ku. Dia membuka belitan handuk sehingga aku langsung bertelanjang bulat. Dia melotot melihat jembutku yang lebat. Langsung diciumi dan dijilati toket ku dengan rakus. Dihisap hisapnya pentil ku. Jarinya meraba bibir Vagina ku yang dipenuhi dengan jembut yang lebat. Akupun melenguh nikmat ketika jarinya menemukan itilku. Sementara itu, toket ku masih terus dijilati dan diemut pentilnya.
    Aku yang sudah sangat bernafsu kemudian berbalik menindih tubuhnya. Dengan cepat aku melucuti kancing kemejanya. Kuhisap pentilnya, sementara tanganku melucuti celananya. Morin buka dulu ya Om kataku sambil bangkit duduk dan membuka seluruh pakaiannya. Dia tinggal bercelana dalam, dan tampak Penisnya mencuat keluar tak mampu tertampung didalam celana dalam. Penis Om gede banget, panjang lagi kataku sambil mengelus-elus Penisnya dari balik celana dalam. Akupun kemudian membuka celana dalamnya, dan Penisnya yang sudah ngaceng keras tampak berdiri tegak dihadapannya.
    Gila.. Gede banget.. Bikin Morin nafsu.. kataku sambil menundukkan kepala mulai menjilati dan kemudian mengulum Penisnya. Dia mengelus- elus rambutku yang panjang. Kadang tangannya berpindah ke toketku yang sekal dan mempermainkan pentilnya. Morin.. Enak banget Morin.. desahnya, aku terus menjilati Penisnya. Ih.. Om, gede banget… Memang kamu belum pernah liat yang besar begini? Belum Om.. Punya cowok Morin nggak sebesar ini. jawabku. Arghh.. Enak Morin. erangnya lagi. Kujilatinya lubang kencingnya dan kemudian kukulum Penisnya dengan bernafsu.

    Sementara itu batang Penisnya kukocok sambil sesekali kuremas perlahan biji pelernya. Dia keenakan ketika aku mengeluar masukkan Penisnya dengan mulutku. Dia mengusap-usap rambutku dengan gemas. Ruangan segera dipenuhi oleh erangannya. Saat aku menghisap Penisnya, kepalaku maju mundur, toketku pun bergoyang. Dengan gemas diremasnya toketku. Morin.., jepit Omai toketmu pintanya. Aku langsung meletakkan Penisnya di belahan toketku, dan kemudian dia mengenjot Penisnya diantara toketku.

    Enak banget sshh.. Dia seperti tak kuasa menahan rasa nikmat itu. Setelah beberapa lama, dia menyodorkan kembali Penisnya ke mulutku. Aku menyambutnya dengan penuh nafsu. Setelah beberapa lama, aku menaiki tubuhnya dan mengarahkan Penisnya ke Vaginaku. Aku menurunkan tubuhku dan Penisnya mulai menerobos Vaginaku yang sempit. Ooh.. besar banget nih Penisnya Om.. Ahh.. desahku ketika Penisnya telah berhasil memasuki Vaginaku. Tapi enak khan.. tanyanya menggoda Iya sih..Aduh.. Oh.. Sstt.. Hah.. Hah.. erangku lagi ketika dia mulai menggenjot Vaginaku dari bawah.

    Cerita Sex SPG Pengoda Om-Om

    Cerita Sex SPG Pengoda Om-Om

    Dia memegang pinggangku sambil terus mengenjot Vaginaku. Sementara aku menyodorkan toketku ke mulutnya. Dia segera menjilati toket ku. Om.. Gimana Om.. Enak khan ngentotin Morin? tanya ku menggoda. Aku masih meliuk-liukan tubuhku. Dia pun terus mengenjot Vaginaku dari bawah, sambil sesekali tangannya meremas toketku yang berayun-ayun menggemaskan. Setelah bosan dengan posisi itu, dia membalikkan tubuhku sehingga dia berada diatas. Segera dia menggenjot Penisnya keluar masuk Vaginaku sambil menciumi wajahku.

    Ehmm.. Sstt.. Om.. Enak.. Ohh. Penis Om gede banget, Vagina Morin sampe sesek rasanya Om, gesekan Penis Om terasa banget di Vagina Morin. Mau deh Morin dientot Om tiap malam, Aku melenguh keenakkan. Ayo isap pentil Morin Om perintahku. Diapun kemudian menghisap pentilku sambil terus menggenjot Vaginaku. Tak lama tubuhku mengejang, dan aku mengerang dan menggelinjang ketika nyampe. Terasa Vaginaku berkedut2.

    Morin, enak banget, Penisku seperti sedang diemut, nikmat banget rasanya, luar biasa empotan Vagina kamu. Dia mengeluarkan Penisnya dari Vaginaku dan aku kusuruh menungging membelakanginya. Dengan gaya doggy style dia mengentoti ku dari belakang. Aduh.. Om.. kuat banget.. Ohh.. erang ku ketika dia mengenjot Vaginaku. Gila.. Vaginamu enak banget Morin.. katanya. Dia memegang pinggul ku, terkadang meremas pantatku yang membulat.

    Aku pun menjerit nikmat. Toketkupun tampak bergoyang-goyang menggemaskan. Bosan dengan posisi ini, dia kemudian duduk di kursi. Aku lalu duduk membelakanginya dan mengarahkan Penisnya ke dalam Vaginaku. Dia menyibakkan rambutku yang panjang dan menciumi leher ku. Sementara itu aku bergerak naik turun. Tangannya sibuk meremas toketku. Ahh.. Ahh.. Ahh.. erangku seirama dengan goyangan badanku diatas tubuhnya.

    Terkadang erangan itu terhenti saat disodorkannya jemarinya untuk kuhisap. Beberapa saat kemudian, dihentikannya goyangan badannya dan dicondongkannya tubuhku agak ke belakang, sehingga dapat menghisap toketku. Dengan gemas dilahapnya bukit kembarku dan sesekali pentilku dijilatinya. Eranganku semakin keras terdengar, membuat dia menjadi kembali bernapsu. Setelah dia selesai menikmati toket ranumku, kembali aku mengenjot tubuhku naik turun dengan liar.
    Binal banget kelihatannya. Cukup lama dia menikmati perngentotan dengan aku di atas kursi. Lalu dia berdiri, dan kembali berciuman dengan aku sambil dengan gemas meremas dan menghisap toketku. Dia ingin segera menuntaskan permainan ini. Lalu aku direbahkan di atas ranjang. Dia kemudian mengarahkan Penisnya kembali ke dalam Vaginaku. Ahh.. erangku kembali ketika Penisnya kembali menyesaki Vaginaku.

    Langsung dia mengenjot dengan ganas. Erangan nikmat mereka berdua memenuhi ruangan itu, ditambah dengan bunyi derit ranjang menambah panas suasana. Aku menggelengkan kepala ke kanan kekiri menahan nikmat. Tanganku meremas-remas sprei ranjang. Om.. Morin hampir sampai Om.. Terus.. Ahh.. Ahh jeritku sambil tubuhku mengejang dalam dekapannya. Aku telah nyampe. Dia menghentikan enjotannya sebentar, dan aku pun kemudian lunglai di atas ranjang.

    Butir keringat mengalir diwajahku. Toketku naik turun seirama dengan helaan nafasku. Dia kembali menggemasi toketku dengan bernafsu. Dia mulai lagi mengenjot Vaginaku sambil sesekali meremas toketku yang bergoyang seirama enjotannya. Dia terus mengenjotkan Penisnya keluar masuk Vaginaku sampai akhirnya ngecretlah pejunya di dalam Vaginaku. Aku terkapar karena kenikmatan dan lemas. Beberapa saat kemudian dia mulai menciumiku sambil mengusap-usap pahaku, dan kemudian mengilik Vaginaku dengan jemarinya. Ehmm.. erangku saat itil diusap-usap dengan gemas. Eranganku terhenti karena dia menciumku dengan penuh napsu. Tangannya meremas2 toketku yang besar menantang. Om kuat banget sih , baru ngecret sudah mau ngentot lagi ucapku lirih.  Agen Judi Bola

    Iya habis pengen diempot Vagina kamu lagi, nikmat banget rasanya bisiknya. Desahanku kembali terdengar ketika lidahnya mulai menari di atas pentilku yang sudah menonjol keras. Dihisapnya dengan gemas gunung kembarku hingga membuat tubuhku menggelinjang nikmat. Gantian dong Morin bisiknya setelah puas menikmati toketku yang ranum. Kami pun kembali berciuman sementara aku meremas Penisnya yang mulai membengkak. Aku pun kemudian mendekatkan wajahku ke Penisnya, dan mulai mengulum Penisnya.

    Sambil menghisap Penisnya, aku mengocok perlahan batangnya. Dia mengelus-elus kepalaku ketika aku sedang mengemut Penisnya. Dia sudah ingin ngentot lagi dengan aku. Aku disuruh duduk membelakanginya di pangkuannya. Dia mengarahkan Penisnya kedalam Vaginaku. Ah.. desahku ketika Penisnya kembali menyesaki Vaginaku. Aku kemudian menaik-turunkan tubuhku di atas pangkuannya. Dia pun tak tinggal diam, aku diciuminya ketika aku sedang mengenjot Penisnya dalam jepitan Vaginaku.

    Sambil menciumi aku, tangannya memainkan itilku. Ah.. Terus Om.. Morin mau nyampe.. desahku. Semakin cepat dia mengusap itilku, sedangkan tubuhku pun semakin cepat menggenjot Penisnya. Ahh.. erangku nikmat saat aku nyampe. Tubuhku mengejang dan kemudian terkulai lemas diatas pangkuannya. Kembali terasa Vaginakua berkedut2 dengan keras. Setelah reda kedutan Vaginaku, Penisnya dicabut dari Vaginaku, masih ngaceng keras dan berlumuran cairan Vaginaku.

    Aku ditelentangkan dan segera dia menaiki tubuhku. Pahaku sudah mengangkang lebar. Dia tidak langsung memasukkan Penisnya kedalam Vaginaku, tetapi digesek-gesekkan dahulu di sekitar bibir Vaginaku hingga menyentuh itilku. “Om.. Aduuhh.. Aduuhh Om! Sshh.. Mmppffhh.. Ayo Om.. Masukin aja.. Nggak tahann.. aku menjerit-jerit tanpa malu”. Udah nggak tahan ya.. Morin, cepat banget sudah napsu lagi.. jawabnya. Tiba-tiba dia langsung menekan sekuat tenaga.

    Aku sama sekali tak menyangka akan hal itu, sehingga Penisnya langsung melesak ke dalam Vaginaku. Penisnya kembali menyesakiVaginaku yang sempit itu. Dia mulai mengenjotkan Penisnya naik turun dengan teratur sehingga menggesek seluruh lubang Vaginaku. Aku turut mengimbanginya, pinggulku berputar penuh irama. Bergerak patah- patah, kemudian berputar lagi. Efeknya luar biasa, kedutan Vaginaku kembali terasa. Morin, nikmat banget deh empotan Vagina kamu, katanya terengah.

    Aku semakin bergairah, pinggulku terus bergoyang tanpa henti sambil mengedut-ngedutkan otot Vaginaku. Akkhh.. Morin.. Eennaakkhh.., hebaathh.. Uugghh.. erangnya berulang-ulang. Dia semakin kuat meremas2 dan memilin2 pentilku dan bibirnya terus menyapu seluruh wajahku hingga ke leher, sambil semakin mempercepat irama enjotannya. Aku berusaha mengimbangi keluar masuknya Penisnya didalam Vaginaku dengan goyangan pantatku. Sepertinya dia berusaha keras untuk bertahan, agar tidak ngecret sebelum aku nyampe lagi.

    Penisnya terus mengaduk2 Vaginaku semakin cepat lagi. Vaginaku terasa makin berkedut, kedua ujung pentilku semakin keras, mencuat berdiri tegak. Langsung pentilku disedot kuat2 kemudian dijilati dengan penuh nafsu. Om..! Lebih cepat lagi doonng..! teriakku sambil menekan pantatnya kuat2 agar Penisnya lebih masuk ke Vaginaku. Beberapa detik kemudian tubuhku bergetar hebat, diiringi dengan cairan hangat menyembur dari Vaginaku. Bersamaan dengan itu, tubuhnya pun bergetar keras yang diiringi semprotan pejunya ke dalam Vaginaku. Aku pun mengerang tertahan. Dia langsung memeluk tubuhku erat-erat, dengan penuh perasaan.

    Aku membalas pelukannya sambil merasakan kenikmatan yang luar biasa. Kakiku melingkar di sekitar pinggangnya, sementara bibirnya terus menghujani sekujur wajah dan leherku dengan ciuman. Aku masih bisa merasakan kedutan Vaginaku. Setelah beristirahat sejenak, kami segera membersihkan diri dengan di kamar mandi. Aku belum pernah merasakan sedemikian nikmatnya dientot lelaki.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Ngewek Tante Semok Aduhay Sintal Tak Bisa Terlupakan – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Ngewek Tante Semok Aduhay Sintal Tak Bisa Terlupakan – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1855 views

    Perawanku – Perkenalan namaku Rendi.aku mau memperkenalkan jati diriku. Aku tinggal dikota S Jawa Tengah, tinggiku 169 cm dan berat badanku 52 kg. Aku saat ini kuliah disalah satu universitas ternama di Jateng. Saat ini aku
    langsung cerita pengalamanku saat aku masih duduk kelas 1 SMP tapi aku masih ingat betul ceritanya.

    Saat aku lulus di SD aku mendapat nilai yang sangat memuaskan. Seperti janji ayahku kalau nilaiku baik aku akan dikirim di luar kota yang pendidikannya lebih baik. Disana aku dititipkan dirumah pamanku, om Hari. Dia orang yang sangat kaya
    raya.

    Rumahnya sangat megah tapi terletak disebuah desa pinggir kota. Rumahnya terdapat dua lantai dan dilengkapi juga kolam renang yang lumayan besar. Om Hari orangnya sangat sibuk, dia mempunyai istri yang sangat cantik namanya Tante Reni, wajahnya mirip dengan Amara. Dia mempunyai anak yang masih kecil. Tante Reni rajin merawat tubuhnya, walapun dia sudah mempunyai satu anak tubuhnya tetap padat berisi ditunjang dengan payudara yang sangat montok kira kira 34B.
    Hal itu yang membuatku tertarik akan keindahan serta anugrah dari seorang
    wanita.Sesampainya dirumah Om Hari. Aku memasuki pintu rumah yang besar. Disana aku
    disambut oleh Om Hari dan istrinya. Om Hari menjabat tanganku sedangkan Tante
    menciumku. Aku agak sungkan dengan perlakuan seperti itu. Pembantu disana
    disuruh membawakan tasku dan mengantarkan sampai di kamarku.

    Aku mendapat kamar yang 3 kali lipat dari kamar tidurku dirumah. Setelah itu aku berkeliling rumah
    melihat kolam renang serta sempat melihat kamar mandi yang tak terbayang olehku.
    Disana terdapat tempat cuci tangan dengan cermin yang besar WC, bathup, dan dua
    shower yang satu dengan kaca buram sedangan yang satu dengan kain yang
    diputarkan membentuk 1/4 lingkaran (sorry aku nggak tahu namanya.

    Tempat itu masih dalam satu ruangan tanpa penyekat.
    Sore hari, aku duduk ditepi kolam. Om Hari datang menghampiriku dia bilang mau pergi keluar kota. Dia juga mohon maaf tidak bisa menemaniku. Kami pun mengantarkan sampai pagar rumah. Setelah itu aku kembali duduk menikmati suasana kolam renang. Tiba tiba dari belakang muncul sosok yang sangat menawan. Tante
    dengan baluatan piyama menghampiriku.

    “Ren kamu suka nggak ama rumah ini”
    “Suka banget Tante, kayaknya aku kerasan banget dengan rumah ini tiap sore bisa renang”
    “Kamu suka renang, yuk kita renang bareng, pas waktu ini udara sangat panas”

    Wahh kebetulan aku bisa renang ama Tante yang bahenol. Waktu bertemu pertama kali aku cuma bisa membayangkan bentuk tubuhnya waktu renang dengan balutan swimsuit. Tapi ketika dia berdiri. Dia membuka piyamanya. Kontan aku tersedak ketika dia hanya memakai Bikini yang sangat sexy dengan warna yang coklat muda.
    Model bawahannya G-string.

    “Huhuukk.. Aduh Tante aku kira Tante mau telanjang”
    “Enak aja kalau kamu, Om bilang kamu suka bercanda”
    “Tante nggak malu dilihatin ama satpam Tante, Tante pake bikini seperti ini”
    “Ihh ini sudah biasa Tante pake bikini kadang ada orang kampung ngintip Tante”
    “Benar Tante.. Tapi sayang aku lupa bawa celana renang”
    “Ah.. Nggak apa apa pake aja dulu celana dalam kamu. Nanti aku suruh bi’ Imah
    suruh beli buat kamu, yuk nyebur..” segera Tante menyeburkan dirinya. Dengan
    malu malu aku membuka bajuku tapi belum buka celana. Aku malu ama Tante. Lalu
    dia naik dari kolam. Dia memdekatiku

    “Ayo cepet.. Malu ya ama Tante nggak apa apa. Kan kamu keponakan Tante. Jadi
    sama dengan kakak perempuan kamu.”

    Waktu dia mendekatiku terlihat jelas putingnya menonjol keluar. Maklum nggak ada
    bikini pake busa. Aku melirik bagian payudaranya. Dia hanya tersenyum.

    Setelah itu dia kembali menarikku. Tanpa basa basi dengan muka tertunduk aku
    melorotkan celana dalamku. Yang aku takutkan kepala adikku kelihatan kalau lagi
    tegang menyembul dibalik celana dalamku. Setelah melepas celanaku langsung aku
    berenang bersama Tante.

    Setelah puas renang aku naik dan segera ke kamar mandi yang besar. Aku masuk
    disana ketika aku ingin menutupnya, tidak ada kuncinya jadi kalau ada orang
    masuk tinggal buka aja. Aku segera bergegas tempat dengan penutup kain. Aku
    tanggalkan semua yang tertinggal ditubuhku dan aku membilas dengan air dingin.
    Ketika hendak menyabuni tubuhku. Terdengar suara pintu terbuka, aku mengintip
    ternyata Tanteku yang masuk. Kontan aku kaget aku berusaha agar tidak ketahuan.
    Ketika dia membuka sedikit tempatku aku spontan kaget segera aku menghadap ke
    belakang.

    “Ehh.. Maaf ya Ren aku nggak tahu kalau kamu ada didalam. Habis nggak ada suara
    sih”

    Langsung segera wajahku memerah. Aku baru sadar kalau Tante sudah menanggalkan
    bikini bagian atasnya. Dia segera menutupinya dengan telapak tangannya. Aku tahu
    waktu tubuhku menghadap kebelakang tapi kepalaku lagi menoleh kepadanya.

    “Maaf.. Juga Tante.. Ini salahku” jawabku yang seolah tidak sadar apa yang aku
    lakukan. Yang lebih menarik telapak tangan Tante tidak cukup menutupi semua
    bagiannya. Disana terdapat puting kecil berwarna cokelat serta sangat kontras
    dengan besarnya payudara Tante.

    “Tante tutup dong tirainya, akukan malu”

    Segera ditutup tirai itu. Dengan keras shower aku hidupkan seolah olah aku
    sedang mandi. Segera aku intip Tanteku. Ternyata dia masih diluar belum masuk
    tempat shower. Dia berdiri didepat cermin. Disana dia sedang membersihkan muka,
    tampak payudaranya bergoyang goyang menggairahkan sekali. Dengan sengaja aku
    sedikit membuka tirai supaya aku dapat melihatnya. Aku bermain dengan adikku
    yang langsung keras. Kukocok dengan sabun cair milik Tante. Ketika aku intip
    yang kedua kali dia mengoleskan cairan disekujur tubuhnya. Aku melihat tubuh
    Tante mengkilap setelah diberi cairan itu. Aku tidak tahu cairan apa itu. Dia
    mengoleskan disekitar payudaranya agak lama. Sambil diputar putar kadang agar
    diremas kecil. Ketika sekitar 2 menit kayaknya dia mendesis membuka sedikit
    mulutnya sambildia memejamkan mata. Sambil menikmati pemandangan aku
    konsentrasikan pada kocokanku dan akhirnya.. Crot crot..

    Air maniku tumpah semua ke CD bekas aku renang tadi. Yang aku kagetkan nggak ada
    handuk, lupa aku ambil dari dalam tasku. Aku bingung. Setelah beberapa saat aku
    tidak melihat Tante di depan cermin, tapi dia sudah berada di depan shower yang
    satunya. Aku tercengang waktu dia melorotkan CDnya dengan perlahan lahan dan
    melemparkan CDnya kekeranjang dan masuk ke shower. Setelah beberapa kemudian dia
    keluar. Aku sengaja tidak keluar menunggu Tanteku pergi. Tapi dia menghampiriku.

    “Ren koq lama banget mandinya. Hayo ngapain didalam”

    Kemudian aku mengeluarkan kepalaku saja dibalik tirai. Aku kaget dia ada
    dihadapanku tanpa satu busanapun yang menempel ditubuhnya. Langsung aku tutup
    kembali.

    “Rendi malu ya, nggak usah malu akukan masih Tantemu. Nggak papalah?”
    “Anu Tante aku lupa bawa handuk jadi aku malu kalau harus keluar”
    “Aku juga lupa bawa handuk, udahlah kamu keluar dulu aja. Aku mau ambilkan
    handukmu.”

    Tante sudah pergi. Akupun keluar dari shower. Setelah bebrapa menit aku mulai
    kedinginan yang tadi adikku mengeras tiba tiba mengecil kembali. Lalu pintu
    terbuka pembantu Tante yang usianya seperti kakakku datang bawa handuk, akupun
    kaget segera aku menutupi adikku. Dia melihatku cuma tersenyum manis. Aku
    tertunduk malu. Setelah dia keluar, belum sempet aku menutup auratku Tanteku
    masuk masih tetap telanjang hanya aja dia sudah pake CD model g-string.

    “Ada apa Tante. Kok masih telanjang” jawabku sok cuek bebek padahal aku sangat
    malu ketika adikku berdiri lagi.
    “Sudah nggak malu ya.., anu Ren aku mau minta tolong”
    “Tolong apa Tante koq serius banget.. Tapi maaf ya Tante adik Rendi berdiri”
    Dia malah tertawa.”Idih itu sih biasa kalau lagi liat wanita telanjang” jawab
    Tante.
    “Begini aku minta Rendi meluluri badan Tante soalnya tukang lulurnya nggak
    datang”

    Bagai disambar petir. Aku belum pernah pegang cewek sejak saat itu. Pucuk
    dicinta ulam tiba.

    “Mau nggak..?
    “Mau Tante.”

    Segera dia berbaring tengkurap. Aku melumuri punggung Tante dengan lulur. Aku
    ratakan disegala tubuhnya. Tiba tiba handukku terlepas. Nongol deh senjataku,
    langsung aku tutupi dengan tanganku

    “Sudah biarin aja, yang ada cuma aku dan kamu apa sih yang kamu malukan.”

    Dengan santainya dia menaruh handukku kelantai.

    “Tubuh Tante bagus banget. Walaupun sudah punya anak tetap payudara Tante besar
    lagi kenceng”

    Aku berbicara waktu aku tahu payudaranya tergencet waktu dia tengkurap. Dan dia
    hanya tersenyum. Aku sekarang meluluri bagian pahanya dan pantatnya.

    “Ren berhenti sebentar”

    Akupun berhenti lalu dia mencopot CDnya. Otomatis adikku tambah gagah. Aku tetap
    tak berani menatap bagian bawahnya. Setelah beberapa waktu dia membalikkan badan
    ke arahku. Lagi lagi aku tersedak melihat pemandangan itu.

    “Ren Adikmu lagi tegang tegangnya nih kayaknya sudah hampir keluar nih.”

    Lalu dia menyuruh aku mengolesinya dibagian payudaranya. Dia suruh aku supaya
    agak meremas remasnya. Aku pun ketagian acara itu disana aku melihat puting
    berwarna coklat muda lagi mengeras. Kadang kadang aku senggol putingnya atau aku
    sentil. Dia memekik dan mendesah seperti ulat kepanasan.

    “Ren terus remas.. Uhuhh remes yang kuat”
    “Tante kok jarang rambutnya dianunya Tante. Nggak kaya Mbak Ana” aku bertanya
    dan dia hanya tersenyum ketika tanganku beralih di daerah vagina.

    Ketika aku menyentuh vagina Tante yang jarang rambutnya. Aku gemetar ketika
    tanganku menyentuh gundukan itu. Belum aku kasih lulur daerah itu sudah basah
    dengan sendirinya. Aku disuruhnya terus mengusap usap daerah itu, kadang aku
    tekan bagian keduanya.

    “Ren pijatanmu enak banget.. Terus..”

    Setelah aku terus gosok dengan lembut tiba tiba Tante menegang. Serr serr, aku
    mencari sumber bunyi yang pelan tapi jelas. Aku tahu kalau itu berasal dibagian
    sensitif Tante. Lalu dia terkulai lemas.

    “Makasih ya atas acara lulurannya. Untung ada kamu. Ternyata kamu ahli juga ya”
    “Tentu Tante, kalau ada apa apa bisa andalkan Rendi”

    Lalu dia pergi dari kamar mandi itu. Aku memakai handuk untuk menutupi bagian
    tubuhku. Aku mengikutinya dari belakang. Ternyata dia berjalan jalan dirumah
    tanpa sehelai benang pun. Aku pun segera masuk ke kamar tidur yang dipersiapkan,
    tenyata ada pembantu yang tadi mengambilkan handuk sedang menata pakaianku ke
    dalam almari.

    “Den, Rendi, tadi kaget nggak ngeliat ibu telanjang” sebelum aku jawab.

    Dia memberitahukan kalau Tante itu suka telanjang dan memamerkan tubuhnya ke
    semua orang baik perempuan maupun laki laki tapi tidak berani kalau ada
    suaminya. Pembantu itu juga memberitahukan kejadian yang aneh dia sering renang
    telanjang dan yang paling aneh kadang kadang ketika dia menyirami bunga dia
    telanjang dada di depan rumah tepatnya halaman depan, padahal sering orang lewat
    depan rumah.

    “Sudah ganti sana CD ada didalam almari itu tapi kayaknya anunya den Rendi masih
    amatir” dia menggodaku.

    Setelah melewati beberapa hari akupun sering mandi sama Tante bahkan hampir tiap
    hari. Semakin dipandang tubuhnya makin oke aja. Itu semua pengalaman saya hidup
    dirumah Tante Reni yang aduhai. Tapi aku kecewa waktu aku meninggalkan rumah
    itu. Aku disana belum genap satu tahun. Karena harus balik lagi ke rumah karena
    ayah ibuku bekerja diluar kota dan aku harus tunggu bersama kakakku Ana.

    bagaimana Dengan Cerita Seks Ini Gan ?

    Cerita Sex Tante | Cerita Panas Tante | Cerita Dewasa Tante

  • Pengalaman Ngentot Terbaru Gairah Nafsu Rina Barus Di Tempat Tidur – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Pengalaman Ngentot Terbaru Gairah Nafsu Rina Barus Di Tempat Tidur – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1855 views

    Perawanku – Aku lihat sekali lagi catatanku. Benar, itu rumah nomor 27. Pasti itu rumah Om Andro, kerabat jauh ayahku. Kuhampiri pintu dan kutekan bel rumahnya. Tidak lama kemudian dari balik pintu muncul muka yang sangat cantik.

    “Cari siapa Mas?” tanyanya.

    “Apa betul ini rumah Om Andro? nama saya Randi.”

    “Oh.. sebentar ya,”

    “ Pa.. ini Randinya sudah datang”, teriaknya ke dalam rumah.

    Kemudian aku dipersilakan masuk, dan setelah Om Andro keluar dan menyambutku dia pun berkata dengan ramah,

    “Randi, ayahmu barusan nelpon, nanyain apa kamu sudah datang. Ini kenalin, anak Om, namanya Rina,”

    “ terus anterin Randi ke kamarnya, kan dia cape, biar dia istirahat dulu, nanti baru deh ngobrol-ngobrol lagi.”

    Aku datang ke kota ini karena diterima disalah satu Universitas, dan oleh ayah aku disuruh tinggal dirumah Om Andro. Rina ternyata baru kelas 1 SMA. Dia anak tunggal. Badannya tidak terlalu tinggi, mungkin sekitar 165 cm, tapi mukanya sangat lucu, dengan bibir yang agak penuh. Di sini aku diberi kamar di lantai 2, bersebelahan dengan kamar Rina.

    Aku sudah 3 bulan tinggal di rumah Om Andro, dan karena semuanya ramah, aku jadi betah. Lebih lagi Rina. Kadang-kadang dia suka tanya-tanya soal pelajaran sekolah, dan aku berusaha membantu. Aku sering mencuri-curi untuk memperhatikan Rina. Kalau di rumah, dia sering memakai daster yang pendek hingga pahanya yang putih mulus menarik perhatianku. Selain itu buah dadanya yang baru mekar juga sering bergoyang-goyang di balik dasternya. Aku jadi sering membayangkan betapa indahnya badan Rina seandainya sudah tidak memakai apa-apa lagi.

    Suatu hari pulang kuliah sesampainya di rumah ternyata sepi sekali. Di ruang keluarga ternyata Rina sedang belajar sambil tiduran di atas karpet.

    “Sepi sekali, lagi belajar yah? Tante kemana?” tanyaku.

    “Eh.. Randi, iya nih, aku minggu depan ujian, nanti aku bantuin belajar yah.., Mami sih lagi keluar, katanya sih ada perlu sampai malem.”

    “Iya deh, aku ganti baju dulu.”

    Kemudian aku masuk ke kamarku, ganti dengan celana pendek dan kaos oblong. Terus aku tidur-tiduran sebentar sambil baca majalah yang baru kubeli. Tidak lama kemudian aku keluar kamar, lapar, jadi aku ke meja makan. Terus aku teriak memanggil Rina mengajak makan bareng. Tapi tidak ada sahutan. Dan setelah kutengok ke ruang keluarga, ternyata Rina sudah tidur telungkup di atas buku yang sedang dia baca, mungkin sudah lelah belajar, pikirku. Nafasnya turun naik secara teratur. Ujung dasternya agak tersingkap, menampakkan bagian belakang pahanya yang putih. Bentuk pantatnya juga bagus.

    Memperhatikan Rina tidur membuatku terangsang. Aku merasa kemaluanku mulai tegak di balik celana pendek yang kupakai. Tapi karena takut ketahuan, aku segera ke ruang makan. Tapi nafsu makanku sudah hilang, maka itu aku cuma makan buah, sedangkan otakku terus ke Rina. Kemaluanku juga semakin berdenyut. Akhirnya aku tidak tahan, dan kembali ke ruang keluarga. Ternyata posisi tidur Rina sudah berubah, dan dia sekarang telentang, dengan kaki kiri dilipat keatas, sehingga dasternya tersingkap, dan celana dalam bagian bawahnya kelihatan.

    Celana dalamnya berwarna putih, agak tipis dan berenda, sehingga bulu-bulunya membayang di bawahnya. Aku sampai tertegun melihatnya. Kemaluanku mengeras di balik celana pendekku. Buah dadanya naik turun teratur sesuai dengan nafasnya, membuat kemaluanku semakin berdenyut. Ketika sedang nikmat-nikmat memandangi, aku dengar suara mobil masuk ke halaman. Ternyata Om Andro sudah pulang. Aku pun cepat-cepat naik kekamarku, pura-pura tidur.

    Dan aku memang ketiduran sampai agak sore, dan aku baru ingat kalau belum makan. Aku segera ke ruang makan dan makan sendirian. Keadaan rumah sangat sepi, mungkin Om dan Tante sedang tidur. Setelah makan aku naik lagi ke atas, dan membaca majalah yang baru kubeli. Sedang asyik membaca, tiba-tiba kamarku ada yang mengetuk, dan ternyata Rina.

    “Randi, aku baru dibeliin kalkulator nih, entar aku diajarin yah cara makainya. Soalnya rada canggih sih”, katanya sambil menunjukkan kalkulator barunya.

    “Wah, ini kalkulator yang aku juga pengin beli nih. Tapi mahal. Iya deh, aku baca dulu manualnya. Entar aku ajarin deh, kayaknya sih ga terlalu beda dengan komputer”, sahutku.

    “Ya sudah, dibaca dulu deh. Rina juga mau mandi dulu sih”, katanya sambil berlalu ke teras atas tempat menjemur handuk. Aku masih berdiri di pintu kamarku dan mengikuti Rina dengan pandanganku. Ketika mengambil handuk, badan Rina terkena sinar matahari dari luar rumah. Dan aku melihat bayangan badannya dengan jelas di balik daster. Aku jadi teringat pemandangan siang tadi waktu dia tidur.

    Kemudian sewaktu Rina berjalan melewatiku ke kamar mandi, aku pura-pura sedang membaca manual kalkulator itu. Tidak lama kemudian aku mulai mendengar suara Rina yang sedang mandi sambil bernyanyi-nyanyi kecil. Kembali imajinasiku mulai membayangkan Rina yang sedang mandi, dan hal itu membuat kemaluanku kembali mengeras. Karena tidak tahan sendiri, aku segera mendekati kamar mandi dan mencari cara untuk mengintipnya, dan aku menemukannya.

    Aku mengambil kursi dan naik di atasnya untuk mengintip lewat celah ventilasi kamar mandi. Pelan-pelan aku mendekatkan mukaku ke celah itu, dan ya Tuhan… aku! Melihat Rina yang sedang menyabuni badannya, mengusap-usap dan meratakan sabun ke seluruh lekuk tubuhnya. Badannya sangat indah, jauh lebih indah dari yang kubayangkan.

    Lehernya yang putih, pundaknya, buah dadanya, putingnya yang kecoklatan, perutnya yang rata, pantatnya, bulu-bulu di sekitar kemaluannya, pahanya, semuanya sangat indah. Dan kemaluanku pun menjadi sangat tegang.Tapi aku tidak berlama-lama mengintipnya, karena selain takut ketahuan, juga aku merasa tidak enak mengintip orang mandi. Aku segera ke kamarku dan berusaha menenangkan perasaanku yang tidak karuan.

    Malamnya sehabis makan, aku dan Om Andro sedang mengobrol sambil nonton TV, dan Om Andro bilang kalau besok mau keluar kota dengan istrinya seminggu. Dia pesan supaya aku membantu Rina kalau butuh bantuan. Tentu saja aku bersedia, malah jantungku menjadi berdebar-debar. Tidak lama kemudian Rina mendekati kita.

    “Randi, tolongin aku dong, ajarin soal-soal yang buat ujian, ayo!” katanya sambil menarik-narik tanganku. Aku tak bisa menolak. Aku pun mengikuti Rina berjalan ke kamarnya dengan diiringi Om Andro yang senyum-senyum melihat Rina yang manja. Beberapa menit kemudian kita sudah terlibat dengan soal-soal yang memang butuh konsentrasi.

    Rina duduk sedangkan aku berdiri di sampingnya. Aku bersemangat sekali mengajarinya, karena kalau aku menunduk pasti belahan dada Rina kelihatan dari dasternya yang longgar. Aku lihat Rina tidak pakai beha. Kemaluanku berdenyut-denyut, mengeras di balik celana dan kelihatan menonjol.

    Aku merasa bahwa Rina tahu kalau aku suka curi melihat buah dadanya, tapi dia tidak berusaha merapikan dasternya yang semakin terbuka sampai aku bisa melihat putingnya. Karena sudah tidak tahan, sambil pura-pura menjelaskan soal aku merapatkan badanku sampai kemaluanku menempel ke punggungnya. Rina pasti juga bisa merasakan kemaluanku yang tegak. Rina sekarang cuma diam saja dengan muka menunduk.

    “Rina, kamu cantik sekali..” kataku dengan suara yang sudah bergetar, tapi Rina diam saja dengan muka semakin menunduk. Kemudian aku meletakkan tanganku di pundaknya. Dan karena dia diam saja, aku jadi makin berani mengusap-usap pundaknya yang terbuka, karena tali dasternya sangat kecil. Sementara kemaluanku semakin menekan pangkal lengannya, usapan tanganku pun semakin turun ke arah dadanya.

    Aku merasa nafas Rina sudah memburu seperti suara nafasku juga. Aku jadi semakin nekad. Dan ketika tanganku sudah sampai kepinggiran buah dada, tiba-tiba tangan Rina mencengkeram dan menahan tanganku. Mukanya mendongak kearahku.

    “Randi aku mau diapain..” Rintihnya dengan suara yang sudah bergetar. Melihat mulutnya yang setengah terbuka dan agak bergetar-getar, aku jadi tidak tahan lagi. Aku tundukkan muka, kemudian mendekatkan bibirku ke bibirnya.

    Ketika bibir kita bersentuhan, aku merasakan bibirnya yang sangat hangat, kenyal, dan basah. Aku pun melumat bibirnya dengan penuh perasaan, dan Rina membalas ciumanku, tapi tangannya belum melepas tanganku. Dengan pelan-pelan badan Rina aku bimbing, aku angkat agar berdiri berhadapan denganku. Dan masih sambil saling melumat bibir, aku peluk badannya dengan gemas. Buah dadanya keras menekan dadaku, dan kemaluanku juga menekan perutnya.

    Pelan-pelan lidahku mulai menjulur menjelajah ke dalam mulutnya, dan mengait-ngait lidahnya, membuat nafas Rina semakin memburu, dan tangannya mulai mengusap-usap punggungku. Tanganku pun tidak tinggal diam, mulai turun ke arah pinggulnya, dan kemudian dengan gemas mulai meremas-remas pantatnya. Pantatnya sangat empuk. Aku remas-remas terus dan aku semakin rapatkan kebadanku hingga kemaluanku terjepit perutnya.

    Tidak lama kemudian tanganku mulai ke atas pundaknya. Dengan gemetar tali dasternya kuturunkan dan dasternya turun ke bawah dan teronggok di kakinya. Kini Rina tinggal memakai celana dalam saja. Aku memeluknya semakin gemas, dan ciumanku semakin turun. Aku mulai menciumi dan menjilat-jilat lehernya, dan Rina mulai mengerang-erang. Tangannya mengelus-elus belakang kepalaku.

    Tiba-tiba aku berhenti menciuminya. Aku renggangkan pelukanku. Aku pandangi badannya yang setengah telanjang. Buah dadanya bulat sekali dengan puting yang tegak bergetar seperti menantangku. Kemudian mulutku pelan-pelan kudekatkan ke buah dadanya. Dan ketika mulutku menyentuh buah dadanya, Rina mengerang lagi lebih keras sambil mendongakkan kepalanya, dan menekan pantat dan dadanya ke arahku. Nafsuku semakin naik. Aku ciumi susunya dengan ganas, putingnya aku mainkan dengan lidahku, dan susunya yang sebelah aku mainkan dengan tanganku.

    “Aduuhh.. aahh.. aahh”, Rina semakin merintih-rintih ketika dengan gemas putingnya aku gigit-gigit sedikit.

    Badannya menggeliat-geliat membuatku semakin bernafsu untuk terus mencumbunya. Tangan Rina kemudian menelusup kebalik bajuku dan mengusap kulit punggungku.

    “Randiii.. aahh.. baju kamu dibuka dong.. aahh..” Akupun mengikuti keinginannya. Tapi selain baju, celana juga kulepas, hingga aku juga cuma pakai celana dalam. Mulutnya kembali kucium dan tanganku memainkan susunya.

    Penisku semakin keras karena Rina menggesek-gesekkan pinggulnya sembari mengerang-erang. Tanganku mulai menyelinap ke celana dalamnya. Bulu kemaluannya aku usap-usap, dan kadang aku garuk-garuk. Aku merasa vaginanya sudah basah ketika jariku sampai ke mulut vaginanya. Dan ketika tanganku mulai mengusap clitorisnya, ciumannya di mulutku semakin liar. Mulutnya mengisap mulutku dengan keras.

    Clitorisnya kuusap, kuputar-putar, makin lama semakin kencang, dan semakin kencang. Pantat Rina ikut bergoyang, dan semakin rapat menekan, sehingga penisku semakin berdenyut. Sementara clitorisnya masih aku putar-putar, jariku yang lain juga mengusap bibir vaginanya. Rina menggelinjang semakin keras, dan pada saat tanganku mengusap semakin kencang, tiba-tiba tanganku dijepit dengan pahanya,dan badan Rina tegang sekali dan tersentak-sentak selama beberapa saat.

    “aahh aahh Randiii.. adduuuhh aahh aahh aahh”,

    Dan setelah beberapa saat akhirnya jepitannya berangsur semakin mengendur. Tapi mulutnya masih mengerang-erang dengan pelan.

    “Ran.. aku boleh yah pegang punya kamu”, tiba-tiba bisiknya di kupingku. Aku yang masih tegang sekali merasa senang sekali.

    “Iyaa.. boleh..” bisikku. Kemudian tangannya kubimbing ke celana dalamku.

    “Aahh…” Akupun mengerang ketika tangannya menyentuh penisku. Terasa nikmat sekali. Rina juga terangsang lagi, karena sambil mengusap-usap kepala penisku, mulutnya mengerang di kupingku. Kemudian mulutnya kucium lagi dengan ganas. Dan penisku mulai di genggam dengan dua tangannya, di urut-urut dan cairan pelumas yang keluar diratakan keseluruh batangku.

    Badanku semakin menegang. Kemudian penisku mulai dikocok-kocok, semakin lama semakin kencang, dan pantatnya juga ikut digesekkan kebadanku. Tidak lama kemudian aku merasa badanku bergetar, terasa ada aliran hangat di seluruh tubuhku, aku merasa aku sudah hampir orgasme.

    “Rinaaa.. aku hampir keluar..” bisikku yang membuat genggamannya semakin erat dan kocokannya makin kencang.

    “Aahh.. Rinna.. uuuhh.. aahh..” akhirnya dari penisku memancar cairan yang menyembur kemana-mana. Badanku tersentak-sentak.

    Sementara penisku masih mengeluarkan cairan, tangan Rina tidak berhenti mengurut-urut, sampai rasanya semua cairanku sudah diperas habis oleh tangannya. Aku merasa sperma yang mengalir dari sela-sela jarinya membuat Rina semakin gemas. Spermaku masih keluar untuk beberapa saat lagi sampai aku merasa lemas sekali.

    Akhirnya kita berdua jatuh terduduk di lantai. Dan tangan Rina berlumuran spermaku ketika dikeluarkan dari celana dalamku. Kita berpandangan, dan bibirnya kembali kukecup, sedangkan tangannya aku bersihkan pakai tissue. Dan secara kebetulan aku melihat ke arah jam.

    “Astaga, sekarang sudah jam 11! Wah, sudah malam sekali nih, aku ke kamarku dulu yah, takut Om curiga nanti..” kataku sembari berharap mudah-mudahan suara desahan kita tidak sampai ke kuping orang tuanya. Setelah Rina mengangguk, aku bergegas menyelinap ke kamarku.Malam itu aku tidur nyenyak sekali.

    Pagi itu aku bangun kesiangan, seisi rumah rupanya sudah pergi semua. Aku pun segera mandi dan berangkat ke kampus. Meskipun hari itu kuliah sangat padat, pikiranku tidak bisa konsentrasi sedikit pun, yang kupikirkan cuma Rina. Aku pulang ke rumah sekitar jam 3 sore, dan rumah masih sepi. Kemudian ketika aku sedang nonton TV di ruang keluarga sehabis ganti baju, Rina keluar dari kamarnya, sudah berpakaian rapi. Dia mendekat dan mukanya menunduk.

    “Randi, kamu ada acara nggak? Temani aku nonton dong..”

    “Eh.. apa? Iya, iya aku tidak ada acara, sebentar yah aku ganti baju dulu” jawabku, dan aku buru-buru ganti baju dengan jantung berdebaran. Setelah siap, aku pun segera mengajaknya berangkat. Rina menyarankan agar kita pergi dengan mobilnya. Aku segera mengeluarkan mobil, dan ketika Rina duduk di sebelahku, aku baru sadar kalau dia pakai rok pendek, sehingga ketika duduk ujung roknya makin ke atas. Sepanjang perjalanan ke bioskop mataku tidak bisa lepas melirik kepahanya.

    Sesampainya di bioskop, aku beranikan memeluk pinggangnya, dan Rina tidak menolak. Dan sewaktu mengantri di loket kupeluk dia dari belakang. Aku tahu Rina merasa penisku sudah tegang karena menempel di pantatnya. Rina meremas tanganku dengan kuat. Kita memesan tempat duduk paling belakang, dan ternyata yang menonton tidak begitu banyak, dan di sekeliling kita tidak ditempati.

    Kami segera duduk dengan tangan masih saling meremas. Tangannya sudah basah dengan keringat dingin, dan mukanya selalu menunduk. Ketika lampu mulai dipadamkan, aku sudah tidak tahan, segera kuusap mukanya, kemudian kudekatkan ke mukaku, dan kita segera berciuman dengan gemasnya. Lidahku dan lidahnya saling berkaitan, dan kadang-kadang lidahku digigitnya lembut.

    Tanganku segera menyelinap ke balik bajunya. Dan karena tidak sabar, langsung saja kuselinapkan ke balik behanya, dan susunya yang sebelah kiri aku remas dengan gemas. Mulutku langsung dihisap dengan kuat oleh Rina. Tanganku pun semakin gemas meremas susunya, memutar-mutar putingnya, begitu terus, kemudian pindah ke susu yang kanan, dan Rina mulai mengerang di dalam mulutku, sementara penisku semakin meronta menuntut sesuatu.

    Kemudian tanganku mulai mengelus pahanya, dan kuusap-usap dengan arah semakin naik ke atas, ke pangkal pahanya. Roknya kusingkap ke atas, sehingga sambil berciuman, di keremangan cahaya, aku bisa melihat celana dalamnya. Dan ketika tanganku sampai di selangkangannya, mulut Rina berpindah menciumi kupingku sampai aku terangsang sekali. Celana dalamnya sudah basah.

    Tanganku segera menyelinap ke balik celana dalamnya, dan mulai memainkan clitorisnya. Kuelus-elus pelan-pelan, kuusap dengan penuh perasaan, kemudian kuputar-putar, semakin lama semakin cepat. Tiba-tiba tangannya mencengkram tanganku, dan pahanya juga menjepit telapak tanganku, sedangkan kupingku digigitnya sambil mendesis-desis. Badannya tersentak-sentak beberapa saat.

    “Randi.. aduuuhh.. aku tidak tahan sekali.. berhenti dulu yaahh.. nanti di rumah ajaa..” rintihnya. Aku pun segera mencabut tanganku dari selangkangannya.

    “Randi.. sekarang aku mainin punya kamu yaahh..” katanya sambil mulai meraba celanaku yang sudah menonjol.

    Kubantu dia dengan kubuka ritsluiting celana, kemudian tangannya menelusup, merogoh, dan ketika akhirnya menggenggam penisku, aku merasa nikmat luar biasa. Penisku ditariknya keluar celana, sehingga mengacung tegak.

    “Randi.. ini sudah basah.. cairannya licin..” rintihnya di kupingku sambil mulai digenggam dengan dua tangan.

    Tangan yang kiri menggenggam pangkal penisku, sedangkan yang kanan ujung penisku dan jari-jarinya mengusap-usap kepala penis dan meratakan cairannya.

    “Rina.. teruskan sayang..” kataku dengan ketegangan yang semakin menjadi-jadi.

    Aku merasa penisku sudah keras sekali. Rina meremas dan mengurut penisku semakin cepat. Aku merasa spermaku sudah hampir keluar. Aku bingung sekali karena takut kalau sampai keluar bakal muncrat kemana-mana.

    “Rina.. aku hampir keluar nih.., berhenti dulu deh..” kataku dengan suara yang tidak yakin, karena masih keenakan.

    “Waahh.. Rina belum mau berhenti.. punya kamu ini bikin aku gemes..” rengeknya.

    “Terus gimana.., apa enaknya kita pulang saja yuk..!” ajakku, dan ketika Rina mengangguk setuju, segera kurapikan celanaku, juga pakaian Rina, dan segera kita keluar bioskop meskipun filmnya belum selesai.

    Di mobil tangan Rina kembali mengusap-usap celanaku. Dan aku diam saja ketika dia buka ritsluitingku dan menelusupkan tangannya mencari penisku. Aduh, rasanya nikmat sekali. Dan penisku makin berdenyut ketika dia bilang, “Nanti aku boleh yah nyiumin ininya yah..” Aku pengin segera sampai kerumah.

    Dan, akhirnya sampai juga. Kita berjalan sambil berpelukan erat-erat. Sewaktu Rina membuka pintu rumah, dia kupeluk dari belakang, dan kuciumi samping lehernya. Tanganku sudah menyingkapkan roknya ke atas, dan tanganku meremas pinggul dan pantatnya dengan gemas. Rina kubimbing ke ruang keluarga. Sambil berdiri kuciumi bibirnya, kulumat habis mulutnya, dan dia membalas dengan sama gemasnya.

    Pakaiannya kulucuti satu persatu sambil tetap berciuman. Sambil melepas bajunya, aku mulai meremasi susunya yang masih dibalut beha. Dengan tak sabar behanya segera kulepas juga. Kemudian roknya, dan terakhir celana dalamnya juga kuturunkan dan semuanya teronggok di karpet.

    Badannya yang telanjang kupeluk erat-erat. Ini pertama kalinya aku memeluk seorang gadis dengan telanjang bulat. Dan gadis ini adalah Rina yang sering aku impikan tapi tidak terbayangkan untuk menyentuhnya. Semuanya sekarang ada di depan mataku. Kemudian tangan Rina juga melepaskan bajuku, kemudian celana panjangku, dan ketika melepas celana dalamku, Rina melakukannya sambil memeluk badanku. Penisku yang sudah memanjang dan tegang sekali segera meloncat keluar dan menekan perutnya.

    Uuuhh, rasanya nikmat sekali ketika kulit kita yang sama-sama telanjang bersentuhan, bergesekan, dan menempel dengan ketat. Bibir kita saling melumat dengan nafas yang semakin memburu. Tanganku meremas pantatnya, mengusap punggungnya, mengelus pahanya, dan meremasi susunya dengan bergantian. Tangan Rina juga sudah menggenggam dan mengelusi penisku. Badan Rina bergelinjangan, dan dari mulutnya keluar rintihan yang semakin membangkitkan birahiku. Karena rumah memang sepi, kita jadi mengerang dengan bebas.

    Kemudian sambil tetap meremasi penisku, Rina mulai merendahkan badannya, sampai akhirnya dia berlutut dan mukanya tepat di depan selangkanganku. Matanya memandangi penisku yang semakin keras di dalam genggamannya, dan mulutnya setengah terbuka. Penisku terus dinikmati, dipandangi tanpa berkedip, dan rupanya makin membuat nafsunya memuncak.

    Mulutnya perlahan mulai didekatkan ke kepala penisku. Aku melihatnya dengan gemas sekali. Kepalaku sampai terdongak ketika akhirnya bibirnya mengecup kepala penisku. Tangannya masih menggenggam pangkal penisku, dan mengelusnya pelan-pelan. Mulutnya mulai mengecupi kepala penisku berulang-ulang, kemudian memakai lidahnya untuk meratakan cairan penisku. Lidahnya memutar-mutar, kemudian mulutnya mulai mengulum dengan lidah tetap memutari kepala penisku.

    Aku semakin mengerang, dan karena tidak tahan, kudorong penisku sampai terbenam kemulutnya. Aku rasa ujungnya sampai ketenggorokannya. Rasanya nikmat sekali. Kemudian pelan-pelan penisku disedot-sedot dan dimaju mundurkan di dalam mulutnya. Rambutnya kuusap-usap dan kadang-kadang kepalanya aku tekan-tekan agar penisku semakin nikmat. Isapan mulutnya dan lidahnya yang melingkar-lingkar membuat aku merasa sudah tidak tahan. Apalagi sewaktu Rina melakukannya semakin cepat, dan semakin cepat, dan semakin cepat.

    Ketika akhirnya aku merasa spermaku mau muncrat, segera kutarik penisku dari mulutnya. Tapi Rina menahannya dan tetap menghisap penisku. Maka aku pun tidak bisa menahan lebih lama lagi, spermaku muncrat di dalam mulutnya dengan rasa nikmat yang luar biasa.

    Spermaku langsung ditelannya dan dia terus menghisapi dan menyedot penisku sampai spermaku muncrat berkali-kali. Badanku sampai tersentak-sentak merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Meskipun spermaku sudah habis, mulut Rina masih terus menjilat. Akupun akhirnya tidak kuat lagi berdiri dan akhirnya dengan nafas sama-sama tersengal-sengal kita berbaring di karpet dengan mata terpejam.

    “Thanks ya Ran, tadi itu nikmat sekali”, kataku berbisik.

    “Ah.. aku juga suka kok.., makasih juga kamu ngebolehin aku mainin kamu.”

    Kemudian ujung hidungnya kukecup, matanya juga, kemudian bibirnya. Mataku memandangi tubuhnya yang terbaring telanjang, alangkah indahnya. Pelan-pelan kuciumi lehernya, dan aku merasa nafsu kami mulai naik lagi. Kemudian mulutku turun dan menciumi susunya yang sebelah kanan sedangkan tanganku mulai meremas susu yang kiri.

    Rina mulai menggeliat-geliat, dan erangannya membuat mulut dan tanganku tambah gemas memainkan susu dan putingnya. Aku terus menciumi untuk beberapa saat, dan kemudian pelan-pelan aku mulai mengusapkan tanganku keperutnya, kemudian ke bawah lagi sampai merasakan bulu kemaluannya, kuelus dan kugaruk sampai mulutnya menciumi kupingku.

    Pahanya mulai aku renggangkan sampai agak mengangkang. Kemudian sambil mulutku terus menciumi susunya, jariku mulai memainkan clitorisnya yang sudah mulai terangsang juga. Cairan vaginanya kuusap-usapkan ke seluruh permukaan vaginanya, juga ke clitorisnya, dan semakin licin clitoris dan vaginanya, membuat Rina semakin menggelinjang dan mengerang. clitorisnya kuputar-putar terus, juga mulut vaginanya bergantian.

    “Ahh.. Randiii.. aahh.. terusss… aahh.. sayaanggg..” mulutnya terus meracau sementara pinggulnya mulai bergoyang-goyang. Pantatnya juga mulai terangkat-angkat. Aku pun segera menurunkan kepalaku ke arah selangkangannya, sampai akhirnya mukaku tepat di selangkangannya. Kedua kakinya kulipat ke atas, kupegangi dengan dua tanganku dan pahanya kulebarkan sehingga vagina dan clitorisnya terbuka di depan mukaku.

    Aku tidak tahan memandangi keindahan vaginanya. Lidahku langsung menjulur dan mengusap clitoris dan vaginanya. Cairan vaginanya kusedot-sedot dengan nikmat. Mulutku menciumi mulut vaginanya dengan ganas, dan lidahku kuselip-selipkan ke lubangnya, kukait-kaitkan, kugelitiki, terus begitu, sampai pantatnya terangkat, kemudian tangannya mendorong kepalaku sampai aku terbenam di selangkangannya. Aku jilati terus, clitorisnya kuputar dengan lidah, kuhisap, kusedot, sampai Rina meronta-ronta. Aku merasa penisku sudah tegak kembali, dan mulai berdenyut-denyut.

    “Randii.. aku tidak tahan.. aduuhh.. aahh.. enaakk sekaliii.. ” rintihnya berulang-ulang.

    Mulutku sudah berlumuran cairan vaginanya yang semakin membuat nafsuku tidak tertahankan. Kemudian kulepaskan mulutku dari vaginanya. Sekarang giliran penisku kuusap-usapkan ke clitoris dan bibir vaginanya, sambil aku duduk mengangkang juga. Pahaku menahan pahanya agar tetap terbuka. Rasanya nikmat sekali ketika penisku digeser-geserkan di vaginanya. Rina juga merasakan hal yang sama, dan sekarang tangannya ikut membantu dan menekan penisku digeser-geserkan di clitorisnya.

    “Rina.. aahh.. enakkk.. aahh..”

    “aahh.. iya.. eeennaakkk sekaliii..”

    Kita saling merintih. Kemudian karena penisku semakin gatal, aku mulai menggosokkan kepala penisku ke mulut vaginanya. Rina semakin menggelinjang. Akhirnya aku mulai mendorong pelan sampai kepala penisku masuk ke vaginanya.

    “Aduuuhh.. Randii.. saakiiitt.. aadduuuhh.. jaangaann..” rintihnya

    “Tahan dulu sebentar… Nanti juga hilang sakitnya..” kataku membujuk

    Kemudian pelan-pelan penisku aku keluarkan, kemudian kutekan lagi, kukeluarkan lagi, kutekan lagi, kemudian akhirnya kutekan lebih dalam sampai masuk hampir setengahnya. Mulut Rina sampai terbuka tapi sudah tidak bisa bersuara.

    Punggungnya terangkat dari karpet menahan desakan penisku. Kemudian pelan-pelan kukeluarkan lagi, kudorong lagi, kukeluarkan lagi, terus sampai dia tenang lagi. Akhirnya ketika aku mendorong lagi kali ini kudorong sampai amblas semuanya ke dalam. Kali ini kita sama-sama mengerang dengan keras. Badan kita berpelukan, mulutnya yang terbuka kuciumi, dan pahanya menjepit pinggangku dengan keras sekali sehingga aku merasa ujung penisku sudah mentok ke dinding vaginanya.

    Kita tetap berpelukan dengan erat saling mengejang untuk beberapa saat lamanya. Mulut kami saling menghisap dengan kuat. Kita sama-sama merasakan keenakan yang tiada taranya. Setelah itu pantatnya sedikit demi sedikit mulai bergoyang, maka aku pun mulai menggerakkan penisku pelan-pelan, maju, mundur, pelan, pelan, semakin cepat, semakin cepat, dan goyangan pantat Rina juga semakin cepat.

    “Randii.. aduuuhh.. aahh.. teruskan sayang.. aku hampir niihh..” rintihnya.

    “Iya.. nihh.. tahan dulu.. aku juga hampirr.. kita bareng ajaa..” kataku sambil terus menggerakkan penis semakin cepat.

    Tanganku juga ikut meremasi susunya kanan dan kiri. Penisku semakin keras, kuhunjam-hunjamkan ke dalam vaginanya sampai pantatnya terangkat dari karpet. Dan aku merasa vaginanya juga menguruti penisku di dalam. Penisku kutarik dan kutekan semakin cepat, semakin cepat.. dan semakin cepat.. dannn..”Raaniii.. aku mau keluar niihh..””Iyaa.. keluarin saja.. Rina juga keluar sekarang niiihh.”Aku pun menghunjamkan penisku keras-keras yang disambut dengan pantat Rina yang terangkat ke atas sampai ujung penisku menumbuk dinding vaginanya dengan keras.

    Kemudian pahanya menjepit pahaku dengan keras sehingga penisku makin mentok, tangannya mencengkeram punggungku. Vaginanya berdenyut-denyut. Spermaku memancar, muncrat dengan sebanyak-banyaknya menyirami vaginanya.

    “aahh… aahh.. aahh..” kita sama-sama mengerang, dan vaginanya masih berdenyut, mencengkeram penisku, sehingga spermaku berkali-kali menyembur. Pantatnya masih juga berusaha menekan-nekan dan memutar sehingga penisku seperti diperas. Kita orgasme bersamaan selama beberapa saat, dan sepertinya tidak akan berakhir.

    Pantatku masih ditahan dengan tangannya, pahanya masih menjepit pahaku erat-erat, dan vaginanya masih berdenyut meremas-remas penisku dengan enaknya sehingga sepertinya spermaku keluar semua tanpa tersisa sedikitpun.

    “aahh.. aahh.. aduuuhh…” Kita sudah tidak bisa bersuara lagi selain mengerang-erang keenakan.

    Ketika sudah mulai kendur, kuciumi Rina dengan penis masih di dalam vaginanya. Kita saling berciuman lagi untuk beberapa saat sambil saling membelai. Kuciumi terus sampai akhirnya aku menyadari kalau Rina sedang menangis. Tanpa berbicara kita saling menghibur.

    Aku menyadari bahwa selaput daranya telah robek karena penisku. Dan ketika penisku kucabut dari sela-sela vaginanya memang mengalir darah yang bercampur dengan spermaku. Kita terus saling membelai, dan Rina masih mengisak di dadaku, sampai akhirnya kita berdua tertidur kelelahan dengan berpelukan.

    Aku terbangun sekitar jam 11 malam, dan kulihat Rina masih terlelap di sampingku masih telanjang bulat. Segera aku bangun dan kuselimuti badannya pelan-pelan. Kemudian aku segera ke kamar mandi, kupikir shower dengan air hangat pasti menyegarkan. Aku membiarkan badanku diguyur air hangat berlama-lama, dan memang menyegarkan sekali. Waktu itu kupikir aku sudah mandi sekitar 20 menit, ketika aku merasa kaget karena ada sesuatu yang menyentuh punggungku. Belum sempat aku menoleh, badanku sudah dilingkari sepasang tangan.

    Ternyata Rina sudah bangun dan masuk ke kamar mandi tanpa kuketahui. Tangannya memelukku dari belakang, dan badannya merapat di punggungku.

    “Aku ikut mandi yah..?” katanya.

    Aku tidak menjawab apa-apa. Hanya tanganku mengusap-usap tangannya yang ada di dadaku, sambil menenangkan diriku yang masih merasa kaget. Sambil tetap memelukku dari belakang, Rina mengambil sabun dan mulai mengusapkannya di dadaku. Nafsuku mulai naik lagi, apalagi aku juga merasakan susunya yang menekan punggungku.

    Usapan tangan Rina mulai turun ke arah perutku, dan penisku mulai berdenyut dan berangsur menjadi keras. Tidak lama kemudian tangan Rina sampai di selangkanganku dan mulai mengusap penisku yang semakin tegak. Sambil menggenggam penisku, Rina mulai menciumi belakang leherku sambil mendesah-desah, dan badannya semakin menekan badanku.

    Selangkangan dan susunya mulai digesek-gesekkan ke pantat dan punggungku, dan tangannya yang menggenggam penisku mulai meremas-remas dan digerakkan ke pangkal dan kepala penisku berulang-ulang sehingga aku merasakan kenikmatan yang luar biasa.

    “Rina oohh.. nikmat sekali sayang.”

    “Randiii uuuhh”, erangnya sambil lidahnya semakin liar menciumi leherku.

    Aku yang sudah merasa gemas sekali segera menarik badannya, dan sekarang posisi kita berbalik. Aku sekarang memeluk badannya dari belakang, kemudian pahanya kurenggangkan sedikit, dan penisku diselinapkan di antara pahanya, dan ujungnya yang nongol di depan pahanya langsung di pegang lagi oleh Rina. Tangan kiriku segera meremasi susunya dengan gemas sekali, dan tangan kananku mulai meremasi bulu kemaluannya.

    Kemudian ketika jari tangan kananku mulai menyentuh clitorisnya, Rina pun mengerang semakin keras dan pahanya menjepit penisku, dan pantatnya mulai bergerak-gerak yang membuat aku semakin merasa nikmat. Mukanya menengok ke arahku, dan mulutnya segera kuhisap dengan keras. Lidah kami saling membelit, dan jari tanganku mulai mengelusi clitorisnya yang semakin licin. Kepala penisku juga mulai dikocok-kocok dengan lembut.

    “Rina aku tidak tahan nih aduuuhh.”

    “Iya Ran.. aku juga sudah tidak tahan.. uuuhh.. uuuhh.”

    Badan Rina segera kubungkukkan, dan kakinya kurenggangkan. Aku segera mengarahkan dan menempelkan ujung penisku ke arah bibir vaginanya yang sudah menganga lebar menantang.

    “Randi.. cepat masukkan sayang cepat uuhh ayoo.” Aku yang sudah gemas sekali segera menekan penisku sekuat tenaga sehingga langsung amblas semua sampai ke dasar vaginanya. Rina menjerit keras sekali. Mukanya sampai mendongak.

    “aahh.. kamu kasar sekali.. aduuhh sakit aduuhh..” Aku yang sudah tidak sabar mulai menggerakkan penisku maju mundur, kuhunjam-hunjamkan dengan kasar yang membuat Rina semakin keras mengerang-erang. Susunya aku remas-remas dengan dua tanganku.

    Tidak lama kemudian Rina mulai menikmati permainan kita, dan mulai menggoyangkan pantatnya. Vaginanya juga mulai berdenyut meremasi penisku. Aku menjadi semakin kasar, dan penisku yang sudah keras sekali terus mendesak dasar vaginanya. Dan kalau penisku sedang maju membelah vaginanya, tanganku juga menarik pantatnya ke belakang sehingga penisku menghunjam dengan kuat sekali. Tapi tiba-tiba Rina melepaskan diri.

    “hh sekarang giliranku aku sudah hampir sampai.” katanya. Kemudian aku disuruh duduk selonjor di lantai di antara kaki Rina yang mulai menurunkan badannya. Penisku yang mengacung ke atas mulai dipegang Rina, dan di arahkan ke bibir vaginanya.

    Tiba-tiba Rina menurunkan badannya duduk di pangkuanku sehingga penisku langsung amblas ke dalam vaginanya. Kita sama-sama mengerang dengan keras, dan mulutnya yang masih menganga kuciumi dengan gemas.

    Kemudian pantatnya mulai naik turun, makin lama makin keras. Rina melakukannya dengan ganas sekali.

    Pantatnya juga diputar-putar sehingga aku merasa penisku seperti dipelintir.

    “Randii.. aku.. aku.. sudah.. hampirrr, uuuhh…” Erangnya sambil terus menghunjam-hunjamkan pantatnya. Mulutku beralih dari mulutnya ke susunya yang bulat sekali. Putingnya kugigit-gigit, dan lidahku berputar menyapu permukaan susunya. Susunya kemudian kusedot dan kukenyot dengan keras, membuat gerakan Rina semakin liar.

    Tidak lama kemudian Rina menghunjamkan pantatnya dengan keras sekali dan terus menekan sambil memutar pantatnya.

    “Sekaranggg aahh sekaranggg Randi, sekaranggg”, Rina berteriak-teriak sambil badannya berkelojotan.

    Vaginanya berdenyutan keras sekali. Mulutnya menciumi mulutku, dan tangannya memelukku sangat keras. Rina orgasme selama beberapa detik, dan setelah itu ketegangan badannya berangsur mengendur.

    “Ran, makasih yah.., sekarang aku pengin ngisep boleh yah..?” katanya sambil mengangkat pantatnya sampai penisku lepas dari vaginanya. Rina kemudian menundukkan mukanya dan segera memegang penisku yang sangat keras, berdenyut, dan ingin segera memuntahkan air mani. Mulutnya langsung menelan senjataku sampai menyentuh tenggorokannya.

    Tangannya kemudian mengocok pangkal penisku yang tidak muat di mulutnya. Kepalanya naik turun mengeluar-masukkan penisku. Aku benar-benar sudah tidak tahan. Ujung penisku yang sudah sampai di tenggorokannya masih aku dorong-dorong. Tanganku juga ikut mendesakkan kepalanya. Lidahnya memutari penisku yang ada dalam mulutnya.

    “Rina isap terus terusss hampirr terusss yyyaa sekaranggg sekarangg.. issaapp..”, Rina yang merasa penisku hampir menyemburkan sperma semakin menyedot dengan kuat.Dan…

    “aahh.. sekaranggg.. sekaranggg.. issaappp..” spermaku menyembur dengan deras berkali-kali dengan rasa nikmat yang tidak berkesudahan. Rina dengan rakusnya menelan semuanya, dan masih menyedot sperma yang masih ada di dalam penis sampai habis. Rina terus menyedot yang membuat orgasmeku semakin nikmat. Dan setelah selesai, Rina masih juga menjilati penisku, spermaku yang sebagian tumpah juga masih di jilati.

    Kemudian setelah beristirahat beberapa saat, kami pun meneruskan mandi sambil saling menyabuni. Setiap lekuk tubuhnya aku telusuri. Dan aku pun semakin menyadari bahwa badannya sangat indah. Setelah itu kami tidur berdua sambil terus berpelukan.

    Pagi-pagi ketika aku bangun ternyata Rina sudah berpakaian rapi, dan dia cantik sekali. Dia mengenakan rok mini dan baju tanpa lengan yang serasi dengan kulitnya yang halus. Dia mengajakku belanja ke Mall karena persediaan makanan memang sudah habis. Maka aku pun segera mandi dan bersiap-siap.

    Di perjalanan dan selama berbelanja kita saling memeluk pinggang. Siang itu aku menikmati jalan berdua dengannya. Kita belanja selama beberapa jam, kemudian kita mampir ke sebuah Café untuk makan siang. Di dalam mobil dalam perjalanan pulang kita ngobrol-ngobrol tentang semua hal, dari masalah pelajaran sekolah sampai hal-hal yang ringan.

    Ketika ngobrol tentang sesuatu yang lucu, Rina tertawa sampai terpingkal-pingkal, dan saking gelinya sampai kakinya terangkat-angkat. Dan itu membuat roknya yang pendek tersingkap. Aku pun sembari menyetir, karena melihat pemandangan yang indah, meletakkan tanganku ke pahanya yang terbuka.

    “Ayo.. nakal yah..” kata Rina, bercanda.

    “Tapi suka kan?” kataku sambil meremas pahanya. Kami pun sama-sama tersenyum. Mengusap-usap paha Rina memang memberi sensasi tersendiri, sampai aku merasa penisku menjadi tegang sendiri.

    “Randi.. sudah kamu nyetir saja dulu, tuh kan itunya sudah bangun.. pingin lagi yah? Rina jadi pengin ngelusin itunya nih..” kata Rina menggodaku. Aku cuma senyum menanggapinya, dan memang aku sudah kepingin mencumbunya lagi.

    “Randi, bajunya dikeluarin dong dari celana, biar tanganku ketutupan. Dipegang yah?” Aku semakin nyengir mendengarnya. Tapi karena memang kepingin, dan memang lebih aman begitu dari pada aku yang meneruskan aksiku.

    Sambil menyetir aku pun mengeluarkan ujung bajuku dari celanaku. Kemudian tanpa menunggu, tangan Rina langsung menyelinap ke balik bajuku, ke arah selangkanganku. Tangannya mencari-cari penisku yang semakin tegang.

    “Ati-ati, masih siang nih, kalau ada orang nanti tangan kamu ditarik yah!” kataku. Rina diam saja, dan kemudian tersenyum ketika tangannya menemukan apa yang dicari-cari. Tangannya kemudian mulai meremas penisku yang masih di dalam celana. Penisku semakin tegang dan berdenyut-denyut.

    Karena terangsang juga, Rina mulai berusaha membuka ritsluiting celanaku, dan kemudian menyelinapkan tangannya, dan mulai memegang kepala penisku. Cairan pelumas yang mulai keluar diusap-usapkan ke kepala dan batang penisku.

    “Randi.. aku pengin ngisep ininya.. aku pengin ngisep sampai kamu keluar dimulutku..” katanya sambil agak mendesah. Aku juga ingin segera merasakan apa yang dia ingini. Yang ada di otakku adalah segara sampai di rumah, dan segera mencumbunya.

    Tapi harapan kita ternyata tidak segera terwujud karena sesampainya di rumah, ternyata orang tua Rina sudah pulang. Kita cuma saling berpandangan dan tersenyum kecewa.

    “Eh, sudah pada pulang yah..” Rina menyapa mereka.

    “Iya nih, ada perubahan acara mendadak. Makanya sekarang cape banget. Nanti malem ada undangan pesta, makanya sekarang mau istirahat dulu. Kamu masak dulu saja ya sayang.. sudah belanja kan?” kata maminya Rina.

    “Iya deh, sebentar Rina ganti baju dulu. Eh, Randi, katanya kamu pengin belajar masak, ayo, sekalian bantuin aku”, kata Rina sambil tersenyum penuh arti. Aku cuma mengiyakan dan ke kamarku ganti pakaian dengan celana pendek dan T-shirt. Kemudian aku ke dapur dan mengeluarkan belanjaan dan memasukkannya ke lemari es.

    Tidak lama kemudian Rina menyusul ke dapur. Dia pun sudah berganti pakaian, dan sekarang memakai daster kembang-kembang. Tante juga ikut-ikutan menyiapkan bahan makanan dan Rina mulai mengajariku memasak.

    “Sudah Mami istirahat saja sana, kan ini juga sudah ada yang ngebantuin..” kata Rina.

    “Iya deh, emang Mami cape banget sih, sudah yah, Mami mau coba istirahat saja”, kata Maminya Rina sambil keluar dari dapur. Aku yang sedang memotongi sayuran cuma tersenyum. Setelah beberapa saat, Rina tiba-tiba memelukku dari belakang, tangannya langsung ditelusupkan ke dalam celanaku dan memegang penisku yang masih tidur.

    “Eh.. kok ininya bobo lagi.. Rina bangunin yah?” tangannya dikeluarkan kemudian Rina mengambil salad dressing yang ada di depanku, masih sambil merapatkan badannya dari belakangku.

    Kemudian salad dressingnya dituangkan ke tangannya, dan langsung menyelinap lagi ke celana dan dioleskan ke penisku yang langsung menegang. Sambil merapatkan badannya, susunya menekan punggungku, Rina mulai meremasi penisku dengan dua tangannya. Nikmat yang aku rasakan sangat luar biasa. Aku segera melingkarkan tangan ke belakang, meremas pantatnya yang bulat itu.

    Tanganku aku turunkan sampai ke ujung dasternya, kemudian kusingkapkan ke atas sambil meremas pahanya dengan gemas. Ketika sampai di pangkal pahanya, aku baru menyadari kalau Rina ternyata sudah tidak memakai celana dalam. Maka tanganku menjadi semakin gemas meremasi pantatnya, dan kemudian menelusuri pahanya ke depan sampai ke selangkangannya. Jari-jariku segera membuka belahan vaginanya dan mulai memainkan clitorisnya yang sudah sangat basah terkena cairan yang semakin banyak keluar dari vaginanya. Tangan Rina juga semakin liar meremas, meraba dan mengocok penisku.

    “Rina.. sana diliat dulu, apa Om dan Tante memang sudah tidur..” kataku berbisik karena merasa agak tidak aman.

    Rina kemudian melepaskan pegangannya dan keluar dapur.

    Tidak lama kemudian Rina kembali dan bilang semuanya sudah tidur. Aku segera memeluk Rina yang masih ada di pintu dapur, kemudian pelan-pelan pintu kututup dan Rina kupepet ke dinding. Kita berciuman dengan gemasnya dan tangan kita langsung saling menelusup dan memainkan semua yang ditemui. Penisku langsung ditarik keluar oleh Rina dan aku segera menyingkap dasternya ke atas, kemudian kaki kirinya kuangkat ke pinggulku, dan selangkangannya yang menganga langsung kuserbu dengan jari-jariku.

    Tangan Rina menuntun penisku ke arah selangkangannya, menyentuhkan kepala penisku ke belahan vaginanya dan terus-terusan menggosok-gosokkannya. Untuk mencegah agar Rina tidak mengerang, mulutnya terus kusumbat dengan mulutku. Kemudian karena sudah tidak tahan, aku segera mengarahkan penisku tepat ke mulut vaginanya, dan menekan pelan-pelan, terus ditekan, terus ditekan sampai seluruh batangnya amblas.

    Kaki Rina satunya segera kuangkat juga ke pinggangku, sehingga sekarang dua kakinya melingkari pinggangku sambil kupepet di dinding. Kita saling mengadu gerakan, aku maju-mundurkan penisku, dan Rina berusaha menggoyang-goyangkan pantatnya juga. Vaginanya berdenyutan terasa meremasi batang penisku. Tidak lama kemudian aku merasa Rina hampir orgasme.

    Denyutan vaginanya semakin keras, badannya semakin tegang dan isapan mulutnya di mulutku semakin kuat. Kemudian aku merasa Rina orgasme. Kontraksi otot vaginanya membuat penisku merasa seperti diurut-urut dan aku juga merasa hampir mencapai orgasme. Setelah orgasme, gerakan Rina tidak liar lagi, dia cuma mengikuti gerakan pantatku yang masih menghunjam-hunjamkan penisku dan mendesakkan badannya ke dinding.

    Kemudian sementara penisku masih di dalam dan kaki Rina masih di pinggangku, aku melangkah ke arah meja dapur dan duduk di salah satu kursi, sehingga sekarang Rina ada di pangkuanku dengan punggung menyandar di meja dapur. Selama beberapa saat kita cuma berdiam diri saja. Rina masih menikmati sisa kenikmatan orgasmenya dan menikmati penisku yang masih di dalam vaginanya.

    Sementara aku menikmati sekali posisi ini, dan menikmati melihat Rina ada di pangkuanku. Tanganku mengusap-usap pahanya dan menyingkapkan dasternya ke atas sampai melihat bulu kemaluan kami yang saling menempel. Belahan vaginanya kubuka dan aku melihat pemandangan yang sangat indah. Penisku hanya kelihatan pangkalnya karena seluruh batangnya masih di dalam vagina Rina, dan di atasnya aku melihat clitorisnya yang sangat basah.

    Jari-jariku mulai mengusap-usap clitorisnya sampai Rina mulai mendesis-desis lagi, dan pantatnya mulai bergerak lagi, berputar dan mendesakkan penisku menjadi semakin masuk. Aku merasa vaginanya mulai berdenyutan lagi meremas-remas penisku. Karena gemas, kadang-kadang clitorisnya kupelintir dan kucubit-cubit.

    Kemudian dasternya kusingkap semakin ke atas sampai aku melihat susunya yang menantangku untuk segera memainkannya. Dengan tak sabar segera susunya yang kiri kulumat dengan mulutku, yang membuat kepala Rina mendongak merasakan kenikmatan itu. Sambil melumati susunya, lidahku juga memainkan putingnya yang sudah sangat tegang. Kadang-kadang putingnya juga kugigit-gigit kecil dengan gemas. Tanganku dua-duanya meremasi pantatnya yang bulat.

    “Ya Tuhan Randiii aahh aahh”, rintihnya di kupingku, sambil kadang menjilati dan menggigit kupingku.

    “Randii.. aahh.. aku hampir dapet lagii.. ahh.., terus gitu sayang”, rintihnya dengan gerakan yang semakin liar.

    Pantatnya semakin keras menekan dan berputaran, yang membuat penisku juga seperti dipelintir dengan lembut.

    Aku pun menuruti dan terus memberikan kenikmatan dengan terus memainkan susunya bergantian yang kiri dan kanan, dan tanganku juga ikut memainkan puting susunya, sampai Rina tiba-tiba menggigit kupingku dengan keras dan setelah menghentakkan pantatnya dia memelukku dengan eratnya.

    “hh Randdiii.. hh. hh.” Aku merasakan Rina orgasme untuk kedua kalinya dan lebih hebat dari yang pertama.

    Denyutan vaginanya keras sekali dan berlangsung selama beberapa detik, dan kenikmatan yang aku rasakan membuatku merasa sudah hampir orgasme. Tapi setelah orgasme, ternyata Rina masih ingat keinginannya untuk menghisap penisku.

    “Randi.. jangan dikeluarin dulu.. nanti di mulutku saja yah”.

    Maka setelah turun dari pangkuanku, Rina segera jongkok di depanku dan langsung mengulum penisku. Lidahnya memutari batangnya dan mulutnya menyedot-nyedot membuat aku merasa orgasmeku sudah sangat dekat. Tanganku memegang belakang kepala Rina, dan kutekan agar penisku semakin masuk di mulutnya, kemudian aku juga membantu memasuk-keluarkan penisku di mulutnya, dan

    “aahh Rina aku keluarrr terus isaappp.. aahh..” dan memang Rina dengan lahapnya terus menghisap spermaku yang langsung berhamburan masuk ke tenggorokannya. Penisku yang masih mengeluarkan sperma terus disedot dan dikenyot-kenyot dan pangkal penisku juga terus-terusan dikocok-kocok. Orgasmeku kali ini kurasakan sangat luar biasa.

    Setelah itu kita kembali berciuman, dan kembali meneruskan memasak.

    “Randi.. makasih yah, tapi aku belum puas, habis kurang bebas sih, entar malem lagi yah..!” aku yang merasa hal yang sama cuma mengangguk.

    “Ran, aku nanti malem pengin menikmati seluruh tubuhmu.”

    “Maksudmu..? apa selama ini belum?”

    “Aku pengin melakukan hal yang lain sama kamu.., tunggu saja..”

    “Ihh.. apaan sih.., Rina jadi merinding nih”, kata Rina sambil memperlihatkan bulu-bulu tangannya yang memang berdiri, dan sambil tersenyum aku mengelusi tangannya. Kemudian badannya kupeluk dari belakang dengan lembut. Aku merasa bahagia sekali.

  • Cerita Bokep ABG Tragedi Dihipnotis Orang Tak Dikenal – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Bokep ABG Tragedi Dihipnotis Orang Tak Dikenal – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1852 views

    Perawanku – Saya Ira (26 thn) dan suami saya Bayu (28) tahun (nama samaran), kami mengalami suatu kejadian yang tidak bisa terlupakan dan sangat mengganggu kehidupan kami berdua. Saat ini kami sedang dalam perawatan Psikiater. Saya ingin menceritakan pengalaman buruk kami agar rekan-rekan dapat berhati-hati dan selalu waspada jika didekati seseorang yang meminta bantuan.
    Pada hari Jum’at tgl 16 July 99 sekitar jam 7 malam sepulang kantor kami menuju ke Warung Tenda Semanggi untuk makan malam.

    Saya memilih sebuah tempat di sekitar cafe Bis Tingkat, kami duduk di sebuah meja bagian luar sehingga dapat memperhatikan orang yg sedang lewat. Pada saat kami sedang berbincang-bincang, ada tiga pria datang dan mengambil meja tepat disamping kami. Kemudian salah satu dari mereka, ingin menyalakan rokok dan meminjam korek Bayu.

    Tanpa rasa curiga Bayu menyalakan rokok si Pemuda tadi, pada saat yg hampir bersamaan Pria tsb menepuk bahu kami berdua dan seingat saya memandang mata saya dengan tajam. Bayu ternyata merasakan hal yg sama juga. Dia mengatakan bahwa dia bekas teman Bayu waktu kuliah dulu di Amerika (padahal Bayu tidak pernah kuliah di Amerika), tapi anehnya seperti di hipnotis kami percaya dan mengganggap mereka seperti teman baik. Dua orang yg tadi duduk di meja samping kami sekarang bergabung di meja saya. Kami berlima makan malam seperti kawan yg akrab sekali. Ketiga-tiganya masih muda dan berpenampilan menarik, saya hanya ingat salah satu bernama Rico.

    Setelah Bayu membayar bill, Rico mengajak kami untuk melanjutkan bincang-bincang di tempat dia. Saya dan Bayu menurut saja, kemudian kami menuju ke mobil mereka, seingat saya Kijang Baru. Setelah berputar-putar kami dibawa kesebuah hotel disekitar Blok M / Senayan, kemungkinan Grand Mahakam atau Hotel Mulia (kami tidak ingat dengan jelas). Kami kemudian berada pada sebuah kamar yang cukup besar dengan ruang tamu (suite room). Seperti di sihir, salah satu dari mereka mengajak bayu ke ruang tamu untuk minum-minum sedangkan yg dua (Rico dan temannya) meminta saya masuk ke dalam kamar yg terpisah dengan ruang tamu.

    Anehnya saya merasa senang dan menuruti semua perkataan Rico, menurut pengakuan Bayu dia juga merasakan hal yg sama.

    Saat itu saya memakai baju kerja, atasan warnah merah, rok mini warna coklat tua, blazer Coklat muda, stoking putih, celana dalam putih, BH No 34C putih , dilengkapi dengan suspender warna putih pula.

    Rico kemudian melepas blazer dan semua baju saya yg lain, sekarang saya tinggal mengenakan stocking dan baju dalam. Pada saat itu Rico membuka celana panjangnya dan menarik saya agar melakukan oral sex. Anehnya saya menuruti perkataannya, meskipun sebenarnya saya menolak untuk melakukan. Beberapa saat kemudian, saat saya masih dlm posisi berlutut dihadapan Rico, pria yg satu lagi membuka BH saya dari belakang dan meremas-remasnya payu dara saya. Karena kurang puas, pria ini (Roni) memaksa membuka celana dalam saya dari belakang. Saya mengenakan suspender sehingga cukup susah untuk melepas CD-nya, maka Roni merobek CD putih saya sehingga sekarang pussy saya yg merah terlihat dng jelas.

    Sekarang saya hanya mengenakan suspender dan stocking yg tetap tidak dilepas. Roni dengan beringas mencium dan menjilat pantat saya, menepuk-nepuk dan memegangnya dan selanjutnya memasukkan lidahnya ke dalam bibir vagina. Lidahnya diarahkan ke clitoris bagain atas dan dihisap kuat-kuat. Belum puas, Roni kembali menciumi bagian pantat saya yg memang sangat indah, mulus dan bundar.

    Sepertinya Rico sudah tidak tahan menahan nafsunya, saya ditarik dan direbahkan terlentang di Tempat tidur serta dia meminta Roni untuk menghentikan menjilati “pussy” saya. Perlahan-lahan Rico menjilati seluruh tubuh mulai dari kaki, liang vagina, clitoris .. di sini dia menjilat beberapa saat dan merasakan kenikmatan juice yg keluar dari liang pussy. Setelah itu Rico menciumi payu-dara dan setelah sampai dibagian atas, dia membimbing penisnya ke pussy yg saat ini sudah cukup basah.

    Tubuh Rico sekarang berada diatas saya dan mulai naik-turun menghunjamkan penisnya, sedangkan bibirnya menciummi saya dan tangannya meraba-raba payu dara saya yg masih kencang. Gerakannya pertama perlahan-lahan kemudian semakin cepat, dengan kedua tangannya dia menarik kaki saya agar diletakkan mengelilingi pinggannya. Selanjutnya Roni menggoyang semakin cepat, dan tampaknya setelah 10 menit dia sudah akan mencapai klimaks.

    Roni meminta gara Rico tidak melepaskan spermanya didalam, karena dia mau mengambil giliran berikutnya. Beberapa saat kemudian, Rico menarik Penisnya dan menyemprotkan spermanya ke payu dara, perut dan sebagian menetes ke stocking saya sambil berteriak “Gila … enak sekali cewek ini. Pussynya sangat kencang dan basah, serta badannya sangat indah. “Aku akan ambil bagian lagi setelah kamu dan TOmmy” …

    Roni cepat cepat mengambil Tissue yg ada disamping tempat tidur dan membersihkan ceceran sperma yg cukup banyak diatas payu dara dan perut saya.

    Karena teriakan Rico, Bayu seperti tersadar dan menuju ke kamar dimana saya sedang terlentang tanpa daya. Dia tampak sangat terkejut, tapi dengan cepat Rico menatapnya kembali dan mengatakan bahwa tidak ada apa-apa. “Istrimu lagi sakit, jadi kami harus memijatnya” kata Rico. Bayu masih cukup sadar dan bertanya “Kalo dipijat, mengapa kok dia telanjang ?” “Satu-satunya cara untuk menyembuhkan dia adalah dengan dipijat dalam keadaan telanjang” Masih penasaran Bayu kembali beragumen “Mengapa kamu juga telanjang ?”

    Cerita Dewasa – Rico kembali menatap mata Bayu dan berkata “Sudahlah, pokoknya setelah ini Ira istrimu pasti sehat, tapi yg jelas istri-mu ini sangat cantik dan punya body yg super sexy dan enak .. Rico sepertinya keceplosan mengatakan hal tsb. Bayu tampak marah “Jadi kamu tidur-ri dia ?” Ya, jawab Rico dengan suara keras “dan itu satu-satunya cara agar dia sembuh” Hipnotis Rico kembali bekerja dan Bayu menurutinya untuk kembali keluar menuju ruang tamu.

    Sekarang giliran Roni yg tampaknya sudah sangat beringas, dia membalik badan saya dan menginginkan berhubungan sex dengan “Doggy Style”. Saya sebenarnya sudah mulai sadar, tapi tetap saja melakukannya. Pussy saya masih cukup basah akibat berhubungan sex dengan Rico. Roni membuka bajunya, penisnya yg cukup besar dibimbing masuk ke pussy saya dari belakang. Roni menunggangi saya dan dengan gerakan yg kasar dia menggoyang-goyangkan pantatnya sekitar 5 menit,

    setelah itu dia mencaput penisnya. Tampaknya Roni sangat suka dengan bagian pantat jadi dia kembali menciumi dan meng-elus-elus pantat saya. Setelah puas, dia memeluk badan saya dan menariknya agar saya menungging kepala direbahkan ke tempat tidur. Agar lebih enak posisinya, Roni meletakkan bantal besar dibawah perut saya. Sekarang dia kembali memasukkan penisnya dan menggoyang perlahan-lahan, sedang kedua tangannya meremas-remash payu dara. Akhirnya setelah sekitar 10 menit dia kembali mencabut penisnya dan meminta saya untuk berdiri berlutut didepannya. Astaga, dia memasukkan penisnya ke dalam mulut saya !! Dengan rasa yg sedikit asin campuran antara pre-cum Roni dan cairan pussy, saya hisap keluar masuk penis tsb. Sesaat kemudian keluarlah cairan sperma Roni kedalam mulut dengan semprotan yg cukup kuat. “Ayo, minum sperma saya dan jilati sampai habis, kata Roni” Itu adalah obat agar kamu cepat sembuh …. ha…ha….ha…

    Masih belum puas, Roni kembali memasukkan penis-nya yg sekarang setengah keras kedalam mulut saya. Oh .. oh… enak sekali ……
    “Hai Roni, cukup ! sekarang giliran Tommy …. kata Rico”

    Rico mengajak saya ke kamar mandi dan memberikan Gelas supaya saya berkumur dan membersikannya wajah dengan handuk kecil. Dengan masih menggunakan stocking dan Suspender, saya kembali digiring ke dalam kamar. Rico memanggil teman yg ada diluar kamar, “Hey Tom ! Dia sudah bersih, sekarang giliran kamu. Ingat jangan dikeluarkan didalam “Pussy-nya” karena saya masih mau lagi …

    Tomy, agak halus dan memulai dengan mencium bibir saya dengan lembut. Dia minta agar saya berada diatas, dan sayapun kembali menuruti semua permintaan orang-orang tsb. “Ayo, goyang yg keras Ira, ya…ya…” Tomy sekarang juga ikut bergoyang mengikuti irama goyangan pantat saya. Sekarang, “tetap dalam posisi diatas, tapi menghadap ke sana” Tommy kembali membimbing Penis-nya ke dalam pussy. tangannya meremash-remas payu dara saya dari belakang sambil meminta saya terus bergoyang naik turun.

    Setelah puas, Tomy meminta saya untuk terlentang dan menggangkat kedua kaki saya dengan bentuk V, dia kembali menggoyang tapi sekarang agak keras. Dan akhirnya dia mencabut penis-nya dan melepaskan spermanya ke wajah saya, masih belum puas Tomy memasukkan penisnya ke dalam mulut dan meminta saya untuk membersihkan penisnay dengan mulut saya.
    Kini wajah saya penuh dengan sperma, Tommy mengambil Tissue dan membersikannya.

    Dia kemudian melepas suspender dan stocking saya dan menggiring saya masuk ke Bath-tub. Telanjang bulat saya masuk ke Bath-Tub ukuran besar (setengah linggaran) yg didalamnya sudah ada air hangat, ternyata Rico sudah menunggu saya didalam Bath-Tub.
    Dengan usapan-usapan lembut Rico membersikan badan saya dengan sabun. Setelah bersih dia membilas dengan shower, dan dia mengambil handuk putih besar untuk mengeringkan badan saya. Saya dibimbing keluar dari Bath-tub dan digiring menuju Wastafel, sambil kedua tangan memegang wastafel dan badan agak bengkok, Rico kembali menyebadani saya dari belakang. Tangannya meremas-remas payu dara saya.

    Goyangannya makin lama makin keras dan akhirnya di menyemprotkan spermanya ke dalam “pussy” saya. Baru kali ini pussy saya disemprot dng sperma, tiga kali hubungan sex sebelumnya semuanya dikeluarkan diwajah, badan bahkan di mulut saya.
    Dia kembali membersihkan saya dengan shower dan mengeringkan dengan handuk.
    Saya digiring keluar dari kamar mandi telanjang bulat, setelah memakai Baju kembali, mereka meminta semua perhiasan, jam, dompet, HP saya.

    Ternyata Roni & Tommy terangsang kembali ketika menyaksikan saya memakai baju satu persatu mulai dari Stocking, Suspender, BH, Rok dan blouse tanpa CD karena sudah terbelah menjadi dua.

    Mereka berdua melepas baju saya lagi termasuk Stocking dan Suspender, demikian juga bajunya. Dalam keadaan telanjang Roni & Tommy menarik saya keatas tempat tidur, Roni dibagian depan menyodorkan Penisnya ke mulut saya sedangkan Tommy dari belakang memasukkan Penisnya ke dalam Pussy saya. “Tom, nanti kalo sudah mau keluar kamu pindah ke depan ya, Crut kan aja kedalam mulutnya … pasti nikmat & puas sekali rasanya. “Entar saya yg akan menyetubuinya dari belakang”. Okay, jawab Tommy.

    Secara bersamaan mereka untuk yg kedua kalinya menyetubui saya. Roni mengoyang-goyangkan pantatnya dengan penisnya didalam mulut saya, sedangkan Tomy dengan kedua tangannya memegangi pantat saya maju mundur menghunjamkan senjatannya kedalam pussy. Setelah lebih dari 10 menit, Tommy berkata “Oke, sekarang aku sudah mau klimaks, dan tidak sanggup lagi menahan kenikmatan pantat yg sangat sexy ini, kita bertukar tempat” Tommy mencabut penisnya dan berpindah kedepan, Roni sekarang dibelakang menggoyang pantat saya dengan keras. Ternyata memang benar, Tommy hanya bertahan beberapa hisapan saja dan akhirnya mengeluarkan isi penisnya kedalam mulut sambil mengerang “oh…oooh … ini nikmat sekali….”

    Roni masih bisa bertahan dan malah menambah goyangannya, sampai beberapa menit kemudian dan tiba-tiba “aaaaaaargh …” aku keluarkan kedalam tempik yg indah dan nikmat iniiiiiiiii….

    Rony mencabut penisnya dari dalam pussy dan spermanya ikut berceceran keatas tempat tidur.

    Sekarang kamu mandi dan pakai baju, CD-mu tinggal saja untuk kenang-kenangan kami. Kami tidak bisa melupakan kenikmatan yg baru saja kau berikan. Sampaikan ucapan terimakasih kami pada Bayu. Cerita Sex

    Setelah bersih dan memakai baju tanpa CD untuk yg kedua kalinya, akhirnya saya dan Bayu dibebaskan.

    Rico kemudian mengantar kami kembali ke Semanggi, dan dia mengatakan terima kasih atas pelayanan saya serta sumbangan untuk alumni. Kami berdua masih belum terlalu sadar. Sesampainya di Mobil kami, saya melihat jam di mobil yg telah menunjukkan pukul 1 malam. Pada saat itu saya sudah mulai sadar bahwa selama lebih dari empat jam kami dibawa oleh ketiga pemuda tadi. Tetapi saya masih merasakan itu sebagai mimpi.

    Sesampainya di rumah didaerah Bintaro saya menanyakan kepada Bayu apa yg telah terjadi, kami akhirnya menyadari bahwa semua perhiasan kami telah lenyap. Kami telah jatuh ketangan bajingan yg memperdayai saya bahkan saya telah dengan suka rela berhubungan badan dengan mereka.

    Satu-satu nya bukti nyata yg saya punyai adalah bekas ceceran sperma Rico pada Stocking saya yang masih berbekas. Dan CD saya yg robek karena ditarik. Bayu tidak bisa menerima kejadian tsb, dan mengalami stress berat. Atas saran keluarga saya, kami menemui psikiater. Dengan bantuan Psikiater, kami di Hipnotis dan sedikit-demi sedikit bisa mengungkapkan apa yg telah terjadi.

    Menurut Psikiater tadi, kejadian ini telah beberapa kali terjadi di Jakarta dengan modus yg sama. Yg pertama menimpa suami-istri yg sedang makan malam di sekitar Taman Ria Senayan, yg kedua menimpa pasangan muda-mudi yg tengah makan malam di Cafe daerah Kemang. Kesemuanya juga dibawa ke sebuah tempat, yg wanita di sebadani dan diambil semua barang berharganya. Kemudian keduanya dikembalikan ke lokasi semula.

    Berhati-hatilah jika anda terutama pasangan muda, kalau ada orang yg meminta bantuan (meminta api rokok). Jika mereka menepuk anda, segera pukul atau tampar meraka. Dan jangan sekali-kali menatap mata mereka secara langsung. Para pemuda tadi adalah maniak yg mempunyai ilmu hipnotis tinggi dan ingin memperdayai istri-istri orang.

  • Mendapatkan Pelajaran Seks Dari Nyai Pesantren – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018

    Mendapatkan Pelajaran Seks Dari Nyai Pesantren – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018


    1850 views

    Perawanku – Didi mengenal seks pada usia 18 tahun ketika masih sekolah Waktu itu karena Didi yang bandel dikampungnya maka ia dikirim ke sekolah yang ada Pondok Pesantrennya di Jawa barat, Didi lalu dititipkan pada keluarga teman baik ayahnya, seorang Kiayi Fuad begitu Didi memanggilnya ia adalah seorang yang cukup berpengaruh, pak Kiayi mengelola pesantren itu sendiri yang lumayan besar

    Anak-anak mereka, Halmi dan Julia yang seusia Didi kini ada di Mesir sejak mereka masih berumur 12 tahun Sedangkan yang sulung, Irfan kuliah di Pakistan Istri Kiayi Fuad sendiri adalah seorang pengajar di sekolah dasar negeri di sebuah kecamatan

    Didi memanggilnya Nyai Fifi, wanita itu berwajah manis dan berumur 40 tahun dengan perawakan yang bongsor dan seksi khas ibu-ibu istri pejabat Sejak tinggal di rumah Kiayi Fuad Didi seringkali ditugasi mengantar Nyai Fifi, meskipun hanya untuk pergi ke balai desa atau pergi kota Kabupaten

    Meski keluarga Kiayi Fuad cukup kaya raya dan terpandang namun tampaknya hubungan antara dia dan istrinya tak begitu harmonis Didi sering mendengar pertengkaran-pertengkaran diantara mereka di dalam kamar tidur Kiayi Fuad, seringkali saat Didi menonton televisi terdengar teriakan mereka dari ruang tengah

    Sedikitpun Didi tak mau peduli atas hal itu, toh ini bukan urusannya, lagi pula Didi kan bukan anggota keluarga mereka Biasanya mereka bertengkar malam hari saat penghuni rumah yang lain telah terlelap tidur, dan belakangan bahkan terdengar kabar kalau Kiayi Fuad ada mempunyai wanita lain sebagai isteri simpanan

    “Ah untuk apa aku memikirkannya” bisik hati Didi

    “Biar saja Kiayi Fuad berpoligami yang penting aku dapat beronani sambil membayangkan tubuh bahenol Nyai Fifi, dan sekali kali ingin juga aku menyetubuhi isterinya pak Kiayi Fuad yang cantik itu” “Busyeeeet pikiran kotorku mulai kambuh lagi, Aah masa bodoh emang aku pikirin he heeeeee ”

    Suatu hari di bulan Oktober, Bi Tinah, seorang pembantu dan Mang Darta penjaga pesantren juga pulang kampung mengambil jatah liburan mereka bersamaan saat Lebaran Sementara Kiayi Fuad pergi berlibur ke Mesir sambil menjenguk kedua anaknya di sana Nyai Fifi masih sibuk menangani tugas-tugas sekolahan yang mana para muridnya hendak menghadapi ujian, Nyai Fifi lebih sering terlambat pulang, hingga di rumah itu tinggal Didi sendiri

    Perasaan Didi begitu merdeka, tak ada yang mengawasi atau melarangnya untuk berbuat apa saja di rumah besar disamping pesantren Mereka meminta Didi menunda jadwal pulang kampung yang sudah jauh hari direncanakan, dan Didi mengiyakan saja, toh mereka semua baik dan ramah padanya

    Malam itu Didi duduk di depan televisi, namun tak satupun acara TV itu menarik perhatiannya Didi termenung sejenak memikirkan apa yang akan diperbuatnya, sudah tiga hari tiga malam sejak keberangkatan Kiayi Fuad ke Mesir, Nyai Fifi tak tampak pulang ke rumah hingga sore hari

    Maklumlah ia harus bolak balik ke kabupaten mengurus soal ujian sekolah dikantor Dinas Pendidikan, jadi tak heran kalau mungkin saja hari ini ia ada di kota kabupaten, saat sedang melamun Didi melirik ke arah lemari besar di samping pesawat TV layar lebar itu Matanya tertuju pada rak piringan VCD yang ada di sana Dan dalam hati Didi penuh dengan tanda tanya Dalam hati Didi berbisik

    “Segera kubuka sajalah mana tahu ada film bagus untuk ditonton,” sambil memilih film-film bagus yang ada disitu yang paling membuat aku menelan ludah adalah sebuah film dengan cover depannya ada gambar wanita telanjang

    Tak kulihat lama lagi pasti dari judulnya aku sudah tahu langsung kupasang dan ,

    “Wow!” batinku kaget begitu melihat adegannya yang membangkitkan nafsu

    Seorang lelaki berwajah Arab sedang menggauli dua perempuan sekaligus dengan beragam gaya Sesaat kemudian aku sudah larut dalam film itu Penisku sudah sejak tadi mengeras seperti kayu, malah saking kerasnya terasa sakit, aku sejenak melepas celana panjang dan celana dalam yang kukenakan dan menggantinya dengan celana pendek yang longgar tanpa CD

    Aku duduk di sofa panjang depan TV dan kembali menikmati adegan demi adegan yang semakin membuatku gila Malah tanganku sendiri meremas-remas batang kemaluanku yang semakin tegang dan keras Tampak penis besarku yang panjang sampai menyembul ke atas melewati pinggang celana pendek yang kupakai Cairan kentalpun sudah terasa akan mengalir dari sana

    Tapi belum lagi 15s menit, karena terlalu asyik aku akan sampai tak menyangka Nyai Fifi isteri Kiayi Fuad sudah berada di luar ruang depan sambil menekan bel Ah, aku lupa menutup pintu gerbang depan hingga Nyai Fifi bisa sampai di situ tanpa sepengetahuanku, untung pintu depan terkunci Aku masih punya kesempatan mematikan power off VCD Player itu, dan tentunya sedikit mengatur nafas yang masih tegang ini agar sedikit lega

    Aku tidak menyangka Nyai Fifi yang seorang guru dan isteri seorang Kiayi punya koleksi VCD porno atau VCD itu hasil rampasan dari tangan para santri-santri yang bengal yang kedapatan menyelundupkan VCD porno tsb ke dalam pondok pesantren Karena rata-rata para santri yang ada dipondok pesantren itu adalah para korban Narkoba

    Seketika timbul penyakit bengal ku, karena kenakalanku sewaktu dikampung aku ketahuan mengintip isteri tetangga yang sedang mandi sebab kenakalan itu aku dititipkan oleh ayahku pada keluarga Kiayi Fuad di Tasikmalaya di kota kecil di daerah Jawa Barat, sementara asalku dari pulau Sumatera

    Dan aku sering memangil isteri pak Kiayi itu dengan sebutan tante Fifi dan terkadang juga kupanggil perempuan cantik itu dengan panggilan Nyai Fifi karena dia adalah isteri seorang Kiayi terpandang dan sangat kaya karena memiliki berhektar-hektar sawah dan kebun buah-buahan

    “Kamu belum tidur, Di??”, sapanya begitu kubuka pintu depan
    “Belum, Nyai”, hidungku mencium bau khas parfum Tante Fifi yang elegan
    “Udah makan?”
    “Hmm , belum sih, tante sudah makan?”, aku mencoba balik bertanya

    “Belum juga tuh, tapi tante barusan dari rumah teman, trus di jalan baru mikirin makan, so tante pesan dua kotak nasi goreng, kamu mau?”

    “Mau dong tante, tapi mana paketnya, belum datang kan?”

    “Tuh kan, kamu pasti lagi asyik di kamar makanya nggak dengerin kalau pengantar makanannya datang sedikit lebih awal dari tante”

    “Ooo”, jawabku bego

    Nyai Fifi berlalu masuk kamar, kuperhatikan ia dari belakang Uhh, bodinya betul-betul bikin deg-degan, atau mungkin karena aku baru saja nonton BF yah

    “Ayo, kita makan ”, ajaknya kemudian, tiba-tiba ia muncul dari kamarnya sudah berganti pakaian dengan sebuah daster bermotif bunga-bunga yang longgar tanpa lengan dan berdada rendah

    Mungkin Nyai Fifi merasa kegerahan setelah memakai baju panjang dan rambutnya selalu tertutup jilbab seharian Penampilan khas perempuan cantik itu sebagai isterinya pak Kiayi, bila ia berada diluar rumah mesti memakai pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya Walaupun sekujur tubuhnya tertutup baju panjang dan jilbab masih nampak seksi dan anggun, malam itu benar-benar membuatku jadi terpana dan bergairah ingin memeluk tubuhnya

    “Ya ampun Nyai Fifi”, batinku berteriak tak percaya, baru kali ini aku memperhatikan wanita itu dalam keadaan tidak memakai jilbab dan baju panjangnya

    Kulitnya putih bersih, dengan betis yang woow, berbulu menantang pastilah perempuan cantik ini punya nafsu seksual yang liar, itu kata temanku yang pengalaman seksnya tinggi Buah dadanya tampak menyembul dari balik gaun tidur itu, apalagi saat ia melangkah di sampingku, samar-samar dari sudut mataku terlihat indah payudaranya yang putih lembut

    “Uh , apa ini gara-gara film itu?”, batinku lagi

    Khayalanku mulai kurang ajar, atau selama ini aku melihat Nyai Fifi selalu memakai jubah panjang dan berjilbab jadi aku tidak tahu bentuk tubuhnya yang sebenarnya, seketika aku memasukkan bayangan Nyai Fifi ke dalam adegan film tadi

    “Hmm ”, tak sadar mulutku mengeluarkan suara itu
    “Ada apa, Di?”, isteri pak Kiayi itu memandangku dengan alis berkerut

    “Nngg , nggak apa-apa Nyai ”, Aku jadi sedikit gugup Oh wajahnya, kenapa baru sekarang aku melihatnya begitu cantik

    “Eh , kamu ngelamun yah, ngelamunin siapa sih? Pacar?”, tanyanya
    “Nggak ah tante”, dadaku berdesir sesaat pandangan mataku tertuju pada belahan dadanya

    Wow serasa hendak jebol celana yang kupakai oleh desakan penisku yang memberontak tegang. “Oh My god, gimana rasanya kalau tanganku sampai mendarat di permukaan buah dadanya, mengelus, merasakan kelembutan payudara itu, oohh” lamunan itu terus merayap melambung tinggi

    “Heh, ayo , makanmu lho, Di”
    “Ba , bbaik Nyai”, jelas sekali aku tampak gugup
    “Nggak biasanya kamu kayak gini, Di Mau cerita nggak sama tante Fifi”

    “Oh my god, dia mau aku ceritakan apa yang aku lamunkan? Susumu itu Nyai, susumu yang tergantung indah aku remas-remas ya” bisik hatiku, aku mulai berfikir bagaimana bisa menyetubuhi isteri Kiayi Fuad yang montok dan cantik ini

    Pelan-pelan sambil terus melamun sesekali berbicara padanya, akhirnya makananku habis juga Aku kembali ke kamar dan langsung menghempaskan badanku ke tempat tidur Masih belum lepas juga bayangan tubuh Nyai Fifi

    “Gila! Gila! Kenapa perempuan paruh baya itu membuatku gila”, pikirku tak habis-habisnya

    Umurnya terpaut sangat jauh denganku, aku baru 18 tahun , dua puluh lima tahun dibawahnya Ah, mengapa harus kupikirkan, persetan ah yang penting bagaimana caranya aku dapat menikmati tubuh montoknya. Aku melangkah ke kamarku dan berbaring ditempat tidur, mencoba melupakannya, tapi mendadak pintu kamarku diketuk dari luar

    “Di , Didi , ini Tante Fi”, terdengar suara tante Fifi yang seksi itu memanggil
    “Ah ”, aku beranjak bangun dari ranjang dan membukakan pintu,
    “Ada apa, tante?”
    “Kamu bisa buatin tante kopi?”
    “Ooo , bisa tante”
    “Tahu selera tante toh?”

    “Iya tante, biasanya juga saya lihat Bi Tinah”, jawabku singkat dan langsung menuju ke dapur

    “Tante tunggu di ruang tengah ya, Di”
    “Baik, tante”
    “Didi ?”
    “Ya , tante”
    “Kamu kalau habis pasang film seperti ini lain kali masukin lagi ke tempatnya yah”

    “Mmm , ma , ma , maaf tante ” aku tergagap, apalagi melihat Tante Fifi isteri pak kiayi itu yang berbicara tanpa melihat ke arahku

    Benar-benar aku merasa seperti maling yang tertangkap basah

    “Di ?”, Tante Fifi memanggil dan kali ini ia memandangi, aku menundukkan muka, tak kubayangkan lagi kemolekan tubuh istri Kiayi Fuad itu

    Aku benar-benar takut bercampur dengan nafsu

    “Tante nggak bermaksud marah lho, Di ”,

    Byarr hatiku lega lagi ?

    “Sekarang kalau kamu mau nonton, ya sudah sama-sama aja di sini, toh sudah waktunya kamu belajar tentang ini, biar nggak kuper”, ajaknya

    “Woow ”, kepalaku secepat kilat kembali membayangkan tubuhnya

    Aku duduk di sofa sebelah tempatnya Mataku lebih sering melirik tubuh Tante Fifi daripada film itu

    “Kamu kan sudah 18 tahun, Di Ya nggak ada salahnya kalau nonton beginian Lagipula tante kan nggak biasa lho nonton yang beginian sendiri ”

    Tak kusangka ucapan isteri Kiayi Fuad begitu terang-terangan, padahal Nyai Fifi adalah seorang pendidik alias guru apakah karena dunia ini sudah semakin tua, atau isteri Kiayi itu yang nampaknya alim namun sesungguhnya memiliki nafsu syahwat besar yang tak tersalurkan

    Apa kalimat itu berarti undangan? Atau kupingku yang salah dengar? Oh my god Tante Fifi mengangkat sebelah tangannya dan menyandarkan lengannya di sofa itu Dari celah gaun di bawah ketiaknya terlihat jelas bukit payudaranya yang masih seger dan bentuknya indah Ukurannya benar-benar membuatku menelan ludah

    Wooow Posisi duduknya berubah, kakinya disilangkan hingga daster itu sedikit tersingkap Yeah, betis indah dengan bulu-bulu halus, Hmm? Wanita 40-an itu benar-benar menantang, wajah dan tubuhnya mirip sekali dengan Marisa Haque, hanya Tante Fifi kelihatan sedikit lebih muda, bibirnya lebih sensual dan hidungnya lebih mancung

    Aku tak mengerti kenapa perempuan paruh baya ini begitu tampak mempesona di mataku Tapi mungkinkah ? Tidak, dia adalah istri seorang Kiayi yang terpandang, orang yang belakangan ini sangat memperhatikanku Aku di sini untuk belajar , atas biaya mereka , ah persetan!

    Tante Fifi mendadak memindahkan acara TVRI ke sebuah TV swasta

    “Lho kok?”
    “Ah tante bosan ngeliatin acara di TV itu terus, ”
    “Tapi kan ”

    ?Sudah kalau mau kamu mau nonton yang lain nonton aja sendiri di kamar ” wajahnya masih biasa saja

    “Eh, ngomong-ngomong, kamu sudah hampir setahun di sini yah?”
    “Iya tante ”
    “Sudah punya pacar?”, ia beranjak meminum kopi yang kubuatkan untuknya

    “Belum”, mataku melirik ke arah belahan daster itu, tampaknya ada celah yang cukup untuk melihat payudara besarnya

    Tak sadar penisku mulai berdiri

    “Kamu nggak nyari gitu?”, ia mulai melirik sesekali ke arahku sambil tersenyum

    “Alamaak, senyumnya , oh singkapan daster bagian bawah itu, uh Tante Fifi , pahamu”, teriak batinku saat tangannya tanpa sengaja menyingkap belahan gaun di bagian bawah itu Sengaja atau tidak sih?

    “Eeh Di kamu ngeliatin apaan sih?”

    Blarr , mungkin ia tahu kalau aku sedang berkonsentrasi memandang satu persatu bagian tubuhnya

    “Nnggak kok tante nggak ngeliat apa-apa”
    “Lho mata kamu kayaknya mandangin tante terus Apa ada yang salah sama tante, Di?”,

    Yya ampun dia tahu kalau aku sedang asyik memandanginya

    “Eh , mm , anu tante , aa , aanu , tante , tante”, kerongkonganku seperti tercekat

    “Anu apa , ah kamu ini ada-ada saja, kenapa ?”, matanya semakin terarah pada selangkanganku, sial aku lupa pakai celana dalam

    Pantas Tante Fifi tahu kalau penisku tegang

    “Ta , ta , tante cantik sekali ”, aku tak dapat lagi mengontrol kata-kataku

    Dan astaga, bukannya marah, Tante Fifi malah mendekati aku

    “Apa , tante nggak salah dengar?”, katanya setengah berbisik
    “Bener kok tante ”

    “Tante yang seumur ini kamu bilang cantik, ah bisa aja Atau kamu mau sesuatu dari tante?” ia memegang pundakku, terasa begitu hangat dan duh gusti buah dada yang sejak tadi kuperhatihan itu kini hanya beberapa sentimeter saja dari wajahku Apa aku akan dapat menyentuhnya, come on man! Dia istri pemilik pondok pesantren ini batinku berkata?Aah persetan

    Tangannya masih berada di pundakku sebelah kiri, aku masih tak bergeming Tertunduk malu tanpa bisa mengendalikan pikiranku yang berkecamuk Harum semerbak parfumnya semakin menggoda nafsuku untuk segera berbuat sesuatu Kuberanikan mataku melirik lebih jelas ke arah belahan kain daster berbunga itu Wow , sepintas kulihat bukit di selangkangannya yang ahh, kembali aku menelan ludah

    “Kamu belum jawab pertanyaan tante lho, Di Atau kamu mau tante jawab sendiri pertanyaan ini?”

    “Nggak kok Nyai, ss , ss , saya jujur kalau tante memang cantik, eh , mm , dan menarik”
    “Terus apa lagi ayo bilang ”

    “Aaaku mau pegang susu Nyai ” kuberanikan diriku sambil menatap kedua bola matanya yang indah itu

    “Kamu belum pernah kenal cewek yah”
    “Belum, tante”
    “Kalau tante kasih pelajaran gimana?”

    Ini dia yang aku tunggu, ah persetan walau dia ini isteri Kiayi Fuad sahabat ayahku aku tak perduli Anggap saja ini pelajaranku dari Tante Fifi Dan juga , oh aku ingin segera merasakan tubuh wanita cantik ini

    “Maksud tante , apa?”, lanjutku bertanya, pandangan kami bertemu sejenak namun aku segera mengalihkan

    “Kamu kan belum pernah pacaran nih, gimana kalau kamu tante ajarin caranya menikmati wanita ”

    “Ta , tapi tante”, aku masih ragu
    “Kamu takut sama pak Kiayi suamiku? Tenang , yang ada di rumah ini cuman kita, lho”
    “Wow hebat”, teriakku dalam hati

    Pucuk dicinta ulam pun tiba Batinku terus berteriak tapi badanku seperti tak dapat kugerakkan Beberapa saat kami berdua terdiam

    “Coba sini tangan kamu”, aku memberikan tanganku padanya, my goodness tangan lembut itu menyentuh telapak tanganku yang kasarnya minta ampun

    “Rupanya kamu memang belum pernah nyentuh perempuan, Di Tante tahu kamu baru beranjak remaja dan tante ngerti tentang itu”, ia berkata begitu sambil mengelus punggung tanganku, aku merinding dibuatnya. Sementara di bawah penisku yang sejak tadi sudah tegang itu mulai mengeluarkan cairan hingga menampakkan titik basah tepat di permukaan celana pendek itu

    “Tante ngerti kamu terangsang melihat tetek ini, dan tante perhatiin belakangan ini kamu sering diam-diam memandangi tubuh tante, benar kan?”, ia seperti menyergapku dalam sebuah perangkap, tangannya terus mengelus punggung telapak tanganku

    Aku benar-benar merasa seperti maling yang tertangkap basah, tak sepatah kata lagi yang bisa kuucapkan

    “Kamu kepingin pegang dada tante kan?”

    Daarr! Dadaku seperti pecah , mukaku mulai memerah Aku sampai lupa di bawah sana adik kecilku mulai melembek turun Dengan segala sisa tenaga aku beranikan diri membalas pandangannya, memaksa diriku mengikuti senyum Nyai Fifi isteri pak Kiayi itu, Dan , astaga , perempuan cantik ini menuntun telapak tanganku ke arah payudaranya yang menggelembung besar itu Oooh lembutnya

    “Ta , ta , tante , oohh”, suara itu keluar begitu saja dari bibirku, dan Tante Fifi hanya melihat tingkahku sambil tersenyum

    Adikku bangun lagi dan langsung seperti ingin meloncat keluar dari celana dalamku Istri pak Kiayi itu melotot ke arah selangkanganku

    “Waawww , besar sekali punya kamu Di”, serunya lalu secepat kilat tangannya menggenggam kemaluanku kemudian mengelus-elusnya

    Secara reflek tanganku yang tadinya malu-malu dan terlebih dulu berada di permukaan buah dadanya bergerak meremas dengan sangat kuat sampai menimbulkan desah dari mulutnya

    “Aaagghhh… enaaaak, isep Di… Ooooooooh… aahh , mm remas sayang oohh… teruuuuuuuus Di ”

    Masih tak percaya akan semua itu, aku membalikkan badan ke arahnya dan mulai menggerakkan tangan kiriku Aku semakin berani, kupandangi wajah istri pak Kiayi itu dengan seksama

    “Teruskan, Di , buka baju tante”, perempuan itu mengangguk pelan

    Matanya berbinar saat melihat kemaluanku tersembul dari celah celana pendek itu Kancing dasternya kulepas satu persatu, bagian dadanya terbuka lebar Masih dengan tangan gemetar aku meraih kedua buah dadanya yang putih itu Perlahan-lahan aku mulai meremasnya dengan lembut, kedua telapak tanganku kususupkan melewati dasternya

    “Mmm , tante ”, aku menggumam merasakan kelembutan buah dada besar Tante Fifi yang selama sebulan terakhir ini hanya jadi impianku saja

    Jari jemariku terasa begitu nyaman, membelai lembut daging kenyal itu, aku memilin puting susunya yang begitu lembutnya Aku pun semakin berani, dasternya kutarik ke atas dan woowww , kedua buah dada itu membuat mataku benar-benar jelalatan

    “Mm , kamu sudah mulai pintar, Di Tante mau kamu ”, belum lagi kalimat Tante Fifi habis aku sudah mengarahkan mulutku ke puncak bukit kembarnya dan

    “Crupp ”, sedotanku langsung terdengar begitu bibirku mendarat di permukaan puting susunya

    “Aahh , Didi, oohh , sedoot teruus aahh”, tangannya semakin mengeraskan genggamannya pada batang penisku, celana pendekku sejak tadi dipelorotnya ke bawah

    Sesekali kulirik ke atas sambil terus menikmati puting buah dadanya satu persatu, Tante Fifi tampak tenang sambil tersenyum melihat tingkahku yang seperti monyet kecil menetek pada induknya Jelas isteri pak Kiayi itu sudah berpengalaman sekali Batang penisku tak lagi hanya diremasnya, ia mulai mengocok-ngocoknya Sebelah lagi tangannya menekan-nekan kepalaku ke arah dadanya

    “Buka pakaian dulu, Di” ia menarik baju kaos yang kukenakan, aku melepas gigitanku pada puting buah dadanya, lalu celanaku di lepaskannya

    Ia sejenak berdiri dan melepas gaun dasternya, kini aku dapat melihat tubuh Nyai Fifi yang bahenol itu dengan jelas Buah dada besar itu bergelantungan sangat menantang Dan bukit di antara kedua pangkal pahanya masih tertutup celana dalam putih, bulu-bulu halus tampak merambat keluar dari arah selangkangan itu Dengan agresif tanganku menjamah CD-nya, langsung kutarik sampai lepas

    “Eeeiit , ponakan tante sudah mulai nakal yah”, katanya genit semakin membangkitkan nafsuku

    “Saya nggak tahan ngeliat tubuh tante”, dengusanku masih terdengar semakin keras

    “Kita lakukan di kamar yuk ”, ajaknya sambil menarik tanganku yang tadinya sudah mendarat di permukaan selangkangannya

    “Shitt!” makiku dalam hati, baru saja aku mau merasakan lembutnya bukit di selangkangannya yang mulai basah itu

    Isteri pak Kiayi itu langsung merebahkan badan di tempat tidur Tapi mataku sejenak tertuju pada foto pak Kiayi yang pakai sorban dengan baju kokonya

    “Ta , tapi tante”
    “Tapi apa, ah kamu, Di” Tante Fifi melotot
    “Tante kan istri pak Kiayi”
    “Yang bilang tante istri kamu siapa?”, aku sedikit kendor mendengarnya
    “Saya takut tante, malu sama pak Kiayi”

    “Emangnya di sini ada kamera yang bisa dilihat dari Mesir sana? Didi, Didi , Kamu nggak usah sebut nama pak Kiayi itu lagi deh!” intonasi suaranya meninggi, mungkin Nyai yang cantik ini sudah sangat benci kepada suaminya yang mempunyai isteri lagi, perempuan cantik ini memang dimadu oleh pak Kiayi sampai rasa benci terhadap suaminya ia lampiaskan dengan jalan menggiring gairah nafsuku untuk menyetubuhinya

    “Trus gimana dong tante?”, aku tambah tak mengerti

    “Sudahlah Di, kamu lakukan saja, kamu sudah lama kan menginginkan memegang payudara tante?” aku tak bisa menjawab, sementara mataku kembali memandang selangkangan Tante Fifi yang kini terbuka lebar

    Hmm, persetan dari mana dia tahu aku sudah menantikan ini, itu urusan belakang

    Aku langsung menindihnya, dadaku menempel pada kedua buah payudara itu, kelembutan buah dada yang dulunya hanya ada dalam khayalanku saat beronani sekarang menempel ketat di dadaku Bibir kamipun kini bertemu, Nyai Fifi menyedot lidahku dengan lembut Uhh, nikmatnya, tanganku menyusup di antara dada kami, meraba-raba dan meremas kedua belahan susunya yang besar itu

    “Aggggh, Di kamu anak yang pintar teruuuus Di ”

    “Mmm , oohh , Nyai , aahh”, kegelian bercampur nikmat saat Tante Fifi memadukan kecupannya di leherku sambil menggesekkan selangkangannya yang basah itu pada penisku

    “Kamu mau sedot susu tante lagi?”, tangannya meremas sendiri buah dada itu, aku tak menjawabnya, bibirku merayap ke arah dadanya, bertumpu pada tangan yang kutekuk sambil berusaha meraih susunya dengan bibirku

    Lidahku mulai bekerja dengan liar menjelajahi bukit kenyal itu senti demi senti

    “Hmm , pintar kamu Di, oohh ” desahan isteri pak Kiayi mulai terdengar, meski serak-serak tertahan nikmatnya jilatanku pada putingnya yang lancip

    “Sekarang kamu ke bawah lagi sayang ”

    Aku yang sudah terbawa nafsu berat itu menurut saja, lidahku merambat cepat ke arah pahanya, Tante Fifi membukanya lebar dan semerbak aroma selangkangannya semakin mengundang birahiku, aku jadi semakin gila Kusibak bulu-bulu halus dan lebat yang menutupi daerah vaginanya

    Uhh, liang vagina itu tampak sudah becek dan sepertinya berdenyut, aku ingat apa yang harus kulakukan, tak percuma aku sering diam-diam nonton VCD porno sewaktu di Sumatera Lidahku menjulur lalu menjilati vagina isteri pak Kiayi itu

    “Aggggggh ampuuuuuun, Ooouuhh , kamu cepat sekali belajar, Di Hmm, enaknya jilatan lidah kamu , oohh ini sayang”, ia menunjuk sebuah daging yang mirip biji kacang di bagian atas kemaluannya, aku menyedotnya keras, lidah dan bibirku mengaduk-aduk isi liang vaginanya

    “Ooohh, yaahh , enaak, Di, pintar kamu Di , oohh”, Tante Fifi mulai menjerit kecil merasakan sedotanku pada biji kacangnya yang belakangan kutahu bernama clitoris

    Ada sekitar tujuh menit lebih aku bermain di daerah itu sampai kurasakan tiba-tiba ia menjepit kepalaku dengan keras di antara pangkal pahanya, aku hampir-hampir tak dapat bernafas

    “Aahh , tante nggak kuaat aahh, Didii”, teriaknya panjang seiring tubuhnya yang menegang, tangannya meremas sendiri kedua buah dadanya yang sejak tadi bergoyang-goyang, dari liang vaginanya mengucur cairan kental yang langsung bercampur air liur dalam mulutku

    “Uff , Di, kamu pintar bener Sering ngentot yah?” ia memandangku dengan genit

    “Makasih Di, selama ini tante nggak pernah mengalaminya , makasih sayang Sekarang beri tante kesempatan istirahat sebentar saja”, ia lalu mengecupku dan beranjak ke arah kamar mandi

    Aku tak tahu harus melakukan apa, senjataku masih tegang dan keras, hanya sempat mendapat sentuhan tangan Tante Fifi Batinku makin tak sabar ingin cepat menumpahkan air maniku ke dalam vaginanya Masih jelas bayangan tubuh telanjang isteri pak Kiayi itu beberapa menit yang lalu , ahh aku meloncat bangun dan menuju ke kamar mandi Kulihat perempuan paruh baya yang cantik itu sedang mengguyur tubuhnya dengan air

    “Tante… mau saya entot sekarang?”
    “Hmm, kamu sudah nggak sabar ya?” ia mengambil handuk dan mendekatiku

    Tangannya langsung meraih batang penisku yang masih tegang

    “Woowww , tante baru sadar kalau kamu punya segede ini, Di , oohhmm”, ia berjongkok di hadapanku

    Aku menyandarkan tubuh di dinding kamar mandi itu dan secepat kilat Nyai Fifi memasukkan penisku ke mulutnya

    “Ohh , nikmat Tante Fifi oohh , oohh , ahh”, geli bercampur nikmat membuatku seperti melayang

    Baru kali ini punyaku masuk ke dalam mulut perempuan, ternyata , ahh , lezatnya setengah mati Penisku tampak semakin tegang, mulut mungil Tante Fifi hampir tak dapat lagi menampungnya Sementara tanganku ikut bergerak meremas-remas payudaranya

    “Uuuhh punya kamu ini lho, Di , tante jadi nafsu lagi nih, yuk kita lanjutin lagi”, tangannya menarikku kembali ke tempat tidur, Tante Fifi seperti melihat sesuatu yang begitu menakjubkan

    Perempuan setengah baya itu langsung merebahkan diri dan membuka kedua pahanya ke arah berlawanan, mataku lagi-lagi melotot ke arah belahan vaginanya Mm , kusempatkan menjilatinya semenit lalu dengan tergesa-gesa aku tindih tubuhnya

    “Heh , sabar dong, Di Kalau kamu gelagapan gini bisa cepat keluar nantinya”
    “Keluar apa, Tante?”

    “Nanti kamu tahu sendiri, deh” tangannya meraih penisku di antara pahanya, kakinya ditekuk hingga badanku terjepit diantaranya

    Pelan sekali ibu jari dan telunjuknya menempelkan kepala penisku di bibir kemaluannya

    “Sekarang kamu tekan pelan-pelan sayang , Ahhooww, yang pelan sayang oh punya kamu segede kuda tahu!”, liriknya genit saat merasakan penisku yang baru setengah masuk itu

    “Begini tante?”, dengan hati-hati kugerakkan lagi, pelan sekali, rasanya seperti memasuki lubang yang sangat sempit

    “Tarik dulu sedikit, Di , yah tekan lagi Pelan-pelan , yaahh masuk sayang oohh besarnya punya kamu , oohh… Oooh enaaak Di, Aaaagggh panjangnya punya kamu sampai mentok ke dasar Di

    “Tante suka?”
    “Nyai aku entot ya… Gimana Nyai rasanya?”

    “Suka sayang oohh, sekarang kamu goyangin , mm , yak gitu terus tarik, aahh , pelan sayang vagina tante rasanya , oouuhh mau robek, mmhh , yaahh tekan lagi sayang , oohh , hhmm , enaakk , oohh”

    “Kalau sakit bilang saya yah tante?”, kusempatkan mengatur gerakan, tampaknya Tante Fifi sudah bisa menikmatinya, matanya terpejam seraya menggigit bibirnya disertai desahan manjanya

    “Oooh Di setubuhi tante, Agggggh enaaaak Di punyamu besaaaar Hmm , oohh ”, Tante Fifi kini mengikuti gerakanku

    Pinggulnya seperti berdansa ke kiri kanan Liang vaginanya bertambah licin saja Penisku kian lama kian lancar, kupercepat goyanganku hingga terdengar bunyi selangkangannya yang becek bertemu pangkal pahaku

    Plak , plak , plak , plak , aduh nikmatnya perempuan setengah baya ini

    Mataku merem melek memandangi wajah keibuan Tante Fifi yang masih saja mengeluarkan senyuman Nafsuku semakin jalang, gerakanku yang tadinya santai kini tak lagi berirama Buah dadanya tampak bergoyang ke sana ke mari, mengundang bibirku beraksi

    “Ooohh sayang kamu buas sekali hmm , tante suka yang begini, oohh , genjot terus mm”

    “Uuhh tante nikmat tante , mm tante cantik sekali oohh… Oooh enaknya ngentotin isteri pak Kiayi ” Aku mulai meracau nikmat

    “Kamu senang susu tante yah?” Ooohh sedoot teruus susu tantee aahh , panjang sekali peler kamu oohh, Didii , aahh” Jeritannya semakin keras dan panjang, denyutan vaginanya semakin terasa menjepit batang penisku yang semakin terasa keras dan tegang

    “Di ?”, dengusannya turun naik
    “Yah uuhh ada apa tante ?”

    “Kamu bener-bener hebat sayang , oowww , uuhh , tan , tante , mau keluar hampiirr , aahh ”, gerakan pinggulnya yang liar itu semakin tak karuan, tak terasa sudah lima belas menit kami berkutat

    “Ooohh memang enaak Nyai, oohh , Tante Fifi Tante Fifi, oohh , tante, oohh , nikmat sekali tante memekmu, oohh ” aku bahkan tak mengerti apa maksud kata ‘keluar’ itu

    Aku hanya peduli pada diriku, kenikmatan yang baru pertama kali kurasakan seumur hidup Tak kuhiraukan tubuh isteri pak Kiayi yang menegang keras berkejat-kejat, kuku-kuku tangannya mencengkeram punggungku, pahanya menjepit keras pinggangku yang sedang asyik turun naik itu,

    “Aaahh , Di , dii , tante ke luaarr laagii , aahh”, vagina Tante Fifi terasa berdenyut keras sekali, seperti memijit batangan penisku dan uuhh ia menggigit pundakku sampai kemerahan

    Kepala penisku seperti tersiram cairan hangat di dalam liang rahimnya

    “Agggh Oooh ampuuuun enak Di penis besarmu”

    Sesaat kemudian ia lemas lagi Tak kusangka isteri seorang Kiayi, wanita yang kuanggap alim dan terpelajar saat kusetubuhi bisa menjadi liar bagai penari erotis, tubuhnya meliuk liuk saat mencapai orgasme

    “Tante capek’
    “Maaf tante kalau saya keterlaluan ”

    “Mmm , nggak begitu Di, yang ini namanya tante orgasme, bukan kamu yang salah kok, justru kamu hebat sekali , ah, ntar kamu tahu sendiri deh , kamu tunggu semenit aja yah, uuhh hebat”

    Aku tak tahu harus bilang apa, penisku masih menancap di liang kemaluannya

    “Kamu peluk tante dong, mm”
    “Ahh tante, saya boleh lanjutin nggak sih?”

    “Boleh, asal kamu jangan goyang dulu, tunggu sampai tante bangkit lagi, sebentaar aja Mainin susu tante saja ya”

    “Baik tante ”

    “Kau tak sabar ingin cepat-cepat merasakan nikmatnya ‘keluar’ seperti Tante ya ”

    Ia masih diam saja sambil memandangiku yang sibuk sendiri dengan puting susu itu Beberapa saat kemudian kurasakan liang vaginanya kembali bereaksi, pinggulnya ia gerakkan

    “Di ?”
    “Ya tante?”
    “Sekarang tante mau puasin kamu, kasih tante yang di atas ya, sayang , mmhh, pintar”

    Posisi kami berbalik Kini isteri pak Kiayi menunggangi tubuhku Perlahan tangannya kembali menuntun batang penisku yang masih tegang itu memasuki liang kenikmatannya, dan uuhh terasa lebih masuk

    Tante Fifi mulai bergoyang perlahan, payudaranya tampak lebih besar dan semakin menantang dalam posisi ini Tante Fifi berjongkok di atas pinggangku menaik-turunkan pantatnya, terlihat jelas bagaimana penisku keluar masuk liang vaginanya yang terlihat penuh sesak, sampai bibir kemaluan itu terlihat sangat kencang

    “Ooohh enaak tante , ooh Tante Fifi , ooh Nyai , oo , hmm, enaak sekali , oohh memek enak” Kedua buah payudara itu seperti berayun keras mengikuti irama turun naiknya tubuh isteri pak Kiayi itu

    “Remees susu tante sayang, oohh , yaahh , pintar kamu , oohh , tante nggak percaya kamu bisa seperti ini, oohh , pintar kamu Didi oohh , ganjal kepalamu dengan bantal ini sayang”, Tante Fifi meraih bantal yang ada di samping kirinya dan memberikannya padaku

    “Maksud tante supaya aku bisa , crup , crup ”, mulutku menerkam puting payudaranya
    “Yaahh sedot susu tante lagi sayang , mm , yak begitu teruus yang kiri sayang oohh”

    Tante Fifi menundukkan badan agar kedua buah dadanya terjangkau mulutku Decak becek pertemuan pangkal paha kami semakin terdengar seperti tetesan air, liang vaginanya semakin licin saja Entah sudah berapa puluh cc cairan kelamin isteri pak Kiayi yang meluber membasahi dinding vaginanya Tiba-tiba aku teringat adegan filn porno yang dulu pernah kulihat,

    “Yap , doggie style!” batinku berteriak kegirangan, mendadak aku menahan goyangan Tante Fifi yang tengah asyik

    “Huuhh , oohh ada apa sayang?”, nafasnya tersenggal
    “Saya mau pakai gaya yang ada di film, tante”
    “Gaya yang mana, yah ,?”
    “Yang dari belakang tante harus nungging”

    “Hmm , tante ngerti , boleh”, katanya singkat lalu melepaskan gigitan vaginanya pada penisku

    “Yang ini maksud kamu?”, isteri pak Kiayi itu menungging tepat di depanku yang masih terduduk

    “Iya Nyai ini namanya anjing kawin ”

    Hmm lezatnya, pantat Tante Fifi yang besar itu kuremas-remas dan belahan bibir vaginanya yang memerah membuat nafsuku memuncak, aku langsung mengambil posisi dan tanpa permisi lagi menyusupkan penisku dari belakang Kupegangi pinggangnya, sebelah lagi tanganku meraih buah dada besarnya

    “Ooohh , ngg , Agggh yang ini hebaat Di , oohh, genjot yang keras sayang, oohh , tambah keras lagi ,”

    “Uuuhh… Enak ya Nyai? Aku suka ngentot sama Nyai ayo tante jalang goyangin dong pantatnya ”

    “Oooooh Di setubuhi aku sesuka hatimu, tante suka Di ”

    Kata-kata kotor Didi membuat isteri pak Kiayi itu kian terangsang hebat ia goyangkan pantatnya mengikuti irama tusukan penis yang menerobos liang vaginanya Kepalanya menggeleng keras ke sana ke mari, aku rasa Tante Fifi sedang berusaha menikmati gaya ini dengan semaksimal mungkin Teriakannyapun makin ngawur

    “Ooohh , jangan lama-lama lagi sayang tante mau keluar lagi ooh ” aku menghentikan gerakan dan mencabut penisku

    “Baik tante sekarang , mm, coba tante berbaring menghadap ke samping, kita selesaikan dengan gaya ini”

    “Kamu sudah mulai pintar sayang mmhh”, Tante Fifi mengecup bibirku

    Perintahku pun diturutinya, ia seperti tahu apa yang aku inginkan Ia menghempaskan badannya kembali dan berbaring menghadap ke samping, sebelah kakinya terangkat dan mengangkang, aku segera menempatkan pinggangku di antaranya Buah penisku bersiap lagi

    “Aaahh tante , uuhh , nikmat sekali, oohh , Nyai sekarang, oohh , saya nggak tahan Nyai , enaak , oohh”

    “Tante juga Didi , Didi , Didi sayaangg, oohh , keluaar samaan sayaang ooh” kami berdua berteriak panjang, badanku terasa bergetar, ada sebentuk energi yang maha dahsyat berjalan cepat melalui tubuhku mengarah ke bawah perut dan,

    “Craat , cratt , craatt , cratt”, entah berapa kali penisku menyemburkan cairan kental ke dalam rahim isteri pak Kiayi yang tampak juga mengalami hal yang sama, selangkangan kami saling menggenjot keras

    Tangan Tante Fifi meremas sprei dan menariknya keras, bibirnya ia gigit sendiri Matanya terpejam seperti merasakan sesuatu yang sangat hebat, tubuhnya berkejat kejat isteri pak Kiayi itu mengerang seperti anak kucing

    Beberapa menit setelah itu kami berdua terkapar lemas, Tante Fifi memelukku erat, sesekali ia mencium mesra Tanganku tampaknya masih senang membelai lembut buah dada Tante Fifi Kupintir-pintir putingnya yang kini mulai lembek Mataku memandangi wajah manis perempuan paruh baya itu, meski umurnya sudah berkepala empat namun aku masih sangat bernafsu melihatnya Wajahnya masih menampakkan kecantikan dan keanggunannya

    Meski mulai tampak kerutan kecil di leher wanita itu tapi , aah, persetan dengan itu semua, Tante Fifi adalah wanita pertama yang memperkenalkan aku pada kenikmatan seksual Bahkan dibanding Devi, Rani, Shinta dan teman sekelasku yang lain, perempuan paruh baya ini jauh lebih menarik

    “Tante nggak nyangka kamu bisa sekuat ini, Di ”
    “Hmm ”
    “Betul ini baru yang pertama kali kamu lakukan?”
    “Iya tante ”
    “Nggak pernah sama pacar kamu?”
    “Nggak punya tante ”
    “Yang bener aja ah”
    “Iya bener, nggak bohong kok, tante , tante nggak kapok kan ngajarin saya yang beginian?”

    “Ya ampuun ” Ia mencubit genit, “Masa sih tante mau ngelepasin kamu yang hebat gini, tahu nggak Di, suami tante nggak ada apa-apanya dibanding kamu ”

    “Maksud tante?”

    “Pak Fuad itu kalau main paling lama tiga menit , lha kamu? Tante sudah keluar beberapa kali kamu belum juga, apa nggak hebat namanya”

    “Ngaak tahu deh tante, mungkin karena baru pertama ini sih ”

    “Tapi menurut tante kamu emang punya bakat alam, lho? Buktinya baru pertama begini saja kamu sudah sekuat itu, apalagi kalau sudah pengalaman nanti , pasti tante kamu bikin KO , lebih dari yang tadi”

    “Terima kasih tante ”
    “Untuk?”

    “Untuk yang tadi… Karena saya bisa ngentotin Nyai, saya sudah lama mengkhayali Nyai sambil beronani dan malam ini saya puas sekali bisa menyetubuhi isteri pak Kiayi yang cantik ini he heee ”

    “Tante yang terima kasih sama kamu , kamu yang pertama membuat tante merasa seperti ini”

    “Saya nggak ngerti ”

    “Di , dua puluh tahun lebih sudah usia perkawinan tante dengan Pak Fuad tak pernah sedetikpun tante menikmati hubungan badan yang sehebat ini Suami tante adalah tipe lelaki egois yang menyenangkan dirinya saja

    Tante benar-benar telah dilecehkannya Belakangan tante berusaha memberontak, rupanya dia sudah mulai bosan dengan tubuh tante dan seperti rekannya yang lain sesama Kiayi, ia menyimpan beberapa wanita sebagai isteri kedua untuk melampiaskan nafsu seksnya

    Tante tahu semua itu dan tante nggak perlu cerita lebih panjang lebar karena pasti kamu sudah sering mendengar pertengkaran tante”, Suaranya mendadak serius, tanganku memeluk tubuhnya yang masih telanjang

    Ada sebersit rasa simpati mendengar ceritanya yang polos itu, betapa bodohnya lelaki bernama Kiayi Fuad itu punya perempuan secantik dan senikmat ini di biarkan merana. Tante Fifi terpejam begitu tanganku menyentuh permukaan buah dadanya, merayap perlahan menyusuri kelembutan bukit indah itu menuju puncak dan,

    Mmm aku memintir putingnya yang coklat kemerahan itu

    “Agggh?” telapak tanganku mulai lagi, meremasnya satu persatu,

    “Hmm”, dengan sebelah tangannya ia meraih penisku yang mulai tegang, jari telunjuk Tante Fifi mengurut tepat di leher bawah kepala penisku, semakin tegang saja, shitt , aku nggak bisa bersuara Aku tak tahan dan beranjak turun dari tempat tidur itu dan langsung berjongkok tepat di depan pahanya di pinggiran tempat tidur, menguak sepasang paha montok dan putih itu ke arah berlawanan

    “Mmmhh , aahh , oh nggak, , uuhh” lidahku langsung mendarat di permukaan segitiga terlarang itu

    “Ssshh yaa , enakk ?,

    Lidahku kian mengganas, kelentit sebesar biji kacang itu sengaja kusentuh

    “Mmm fuuhh , Tante akan layani kamu sampai kita berdua nggak kuat lagi Kamu boleh lakukan apa saja Puaskan diri kamu sayang aahh”, aku tak mempedulikan kata-katanya, lidahku sibuk di daerah selangkangannya

    Malam itu benar-benar surga bagi kami, permainan demi permainan dengan segala macam gaya kami lakukan Di karpet, sampai sekitar pukul tiga dini hari Kami sama-sama bernafsu, aku tak ingat lagi berapa kali kami melakukannya

    Seingatku disetiap akhir permainan, kami selalu berteriak panjang Benar-benar malam yang penuh kenikmatan Aku terbangun sekitar jam 11 siang, badanku masih terasa sedikit pegal Tante Fifi sudah tidak ada di sampingku

    “Tante ?” panggilku setengah berteriak, tak ada jawaban dari istri pak Kiayi yang semalam suntuk kutiduri itu

    Aku beranjak dari tempat tidur dan memasang celana pendek, sprei dan bantal-bantal di atas tempat tidur itu berantakan, di banyak tempat ada bercak-bercak bekas cairan kelamin kami berdua Aku keluar kamar dan menemukan secarik kertas berisi tulisan tangan Tante Fifi, ternyata ia harus ke tempat ke sekolah tempat ia mengajar karena ada yang harus dikerjakan

    “Hmm , padahal kalau main baru bangun tidur pastilah nikmat sekali”, pikiranku ngeres lagi

    Aku kembali ke kamar Tante Fifi yang berantakan oleh kami semalam, lalu dengan cekatan aku melepas semua sprei dan selimut penuh bercak itu Kumasukkan ke mesin cuci Tiga puluh menit kemudian kamar dan ruang kerja pak Kiayi kubuat rapi kembali Siap untuk kami pakai main lagi

    “Shit… ! Aku lupa sekolah , ampuun gimana nih”,

    Sejenak aku berpikir dan segera kutelepon Tante Fifi

    “Selamat pagi?”, suara operator
    “Ya Pagi , Bu Fifi ada?”
    “Dari siapa, pak?”
    “Bilang dari Sonny, anaknya ”
    “Oh Mas sonny”
    “Huh dasar sok akrab”, umpatku dalam hati
    “Saya, Tante ”
    “Eh kamu sayang , gimana? mau lagi? Sabar ya, tungguin tante ”
    “Bukan begitu tante , tapi saya jadi telat bangun , nggak bisa masuk sekolah”

    “Oooh gampang , ntar tante yang telepon Pak Yogi, kepala sekolah kamu itu , tante bilang kamu sakit yah?”

    “Nggak ah tante, ntar jadi sakit beneran ”
    “Tapi emang benar kan kamu sakit , sakit , sakit anu! Nah lo!”
    “Aaah, tante , tapi bener nih tante tolong sekolah saya di telepon yah?”
    “Iya , iya , eh.. Di , kamu kepingin lagi nggak ”
    “Tante genit”
    “Nggak mau? Awas lho Tante cari orang lain ”
    “Ah Tante, ya mau dong , semalam nikmat yah, tante ”
    “Kamu hebat!”
    “Tante juga , nanti pulang jam berapa?”
    “Tunggu aja , sudah makan kamu?”
    “Belum, tante sudah?”

    “Sudah , mm, kalau gitu kamu tunggu aja di rumah, tante pesan catering untuk kamu , biar nanti kamu kuat lagi”

    “Tante bisa aja , makasih tante ”
    “Sama-sama, sayang , sampai nanti ya, daahh”
    “Daah, tante”

    Tak sampai sepuluh menit seorang delivery service datang membawa makanan

    “Ini dari, Bu Fifi, Mas talong ditandatangan Payment-nya sudah sama Bu Fifi”
    “Makasih, mang ”
    “Sama-sama, permisi ”

    Aku langsung membawanya ke dalam dan menyantapnya di depan pesawat TV, sambil melanjutkan nonton film porno, untuk menambah pengalaman Makanan kiriman Tante Fifi memang semua berprotein tinggi Aku tahu benar maksudnya Belum lagi minuman energi yang juga dipesannya untukku

    Rupanya istri pak Kiayi itu benar-benar menikmati permainan seks kami semalam, eh aku juga lho , kan baru pertama Sambil terus makan dan menyaksikan film itu aku membayangkan tubuh dan wajah Tante Fifi bermain bersamaku Penisku terasa pegal-pegal dibuatnya Huh , aku mematikan TV dan menuju kamarku

    “Lebih baik tidur dan menyiapkan tenaga ”, aku bergumam sendiri dalam kamar

    Sambil membaca buku pelajaran favorit, aku mencoba melupakan pikiran-pikiran tadi Lama-kelamaan akupun tertidur Jam menunjukkan pukul 12 45. Sore harinya aku terbangun oleh kecupan bibir Tante Fifi yang ternyata sudah ada di sampingku

    “Huuaah , jam berapa sekarang tante?”

    “Hmm , jam lima, tante dari tadi juga sudah tidur di sini, sayang kamu tidur terlalu lelap Tante sempat tidur kurang lebih dua jam sejak tante pulang tadi, gimana, kamu sudah pulih ”

    “Sudah dong tante, empat jam lebih tidur masa sih nggak seger ”, kami saling berciuman mesra,

    “Crup , crup”, lidah kami bermain di mulutnya

    “Eh , tante mau jajan dulu ah , sambil minum teh, yuuk di taman Tadi tante pesan di Dunkin , ada donat kesukaan kamu”, ia bangun dan ngeloyor keluar kamar

    “Uh , Tante Fifi ”, gumamku pelan melihat bahenolnya tubuh kini terbungkus terusan sutra transparan tanpa lengan

    Bayangan CD dan BH-nya tampak jelas Aku masih senang bermalas-malasan di tempat tidur itu, pikiranku rasanya tak pernah bisa lepas dari bayangan tubuhnya Beberapa saat saja penisku sudah tampak tegang dan berdiri, dasar pemula! Sejak sering tegang melihat tubuh Tante Fifi sebulan belakangan ini, aku memang jarang memakai celana dalam ketika di rumah agar penisku bisa lebih leluasa kalau berdiri seperti ini

    “Hmm, tante Fifi , aahh Nyai yang cantik” desahku sambil menggenggam sendiri penisku, aneh , aku membayangkan orang yang sudah jelas bisa kutiduri saat itu juga, tak tahulah , rasanya aku gila!

    Tanganku mengocok-ngocok sendiri hingga kini penis besar dan panjang itu benar-benar tegak dan tampak perkasa sekali Aku terus membayangkan bagaimana semalam kepala penis ini menembus dan melesak keluar masuk vagina Tante Fifi Kutengok ke sana ke mari

    “Tante ”, panggilku

    “Di dapur, sayang”, sahutnya setengah berteriak, aku bergegas ke situ, kulihat ia sedang menghangatkan donat di microwave

    Dan , uuhh, tubuh yang semalam kunikmati itu, dari arah belakang , bayangan BH dan celana dalam putih di balik gaun sutranya yang tipis membuatku berkali-kali menelan ludah

    “Uuuhh tante , sayang”, tak sanggup lagi rasanya aku menahan birahiku, kupeluk ia dari belakang, sendok yang ada di tangannya terjatuh, penisku yang sudah tegang kutempelkan erat di belahan pantatnya

    “Aduuhh , Didi nakal kamu ah ” ia melirikku dengan pandangan menggoda

    Aku semakin berani, tangan kananku meraih buah dada Tante Fifi dari celah gaun di bawah ketiaknya Lalu tangan kiriku merayap dari arah bawah, paha yang halus putih mulus itu terus ke arah gundukan kemaluannya yang masih berlapis celana dalam Telunjuk dan jari tengahku langsung menekan, mengusap-usap dan mencubit kecil bibir kemaluannya

    “Ehhmm , nngg , aahh , nakaal, Didi”

    “Tante , tante, saya nggak tahan ngeliat tante , saya bayangin tubuh tante terus dari tadi pagi”

    Tangan kiriku menarik ujung celana dalam itu turun, ia mengangkat kakinya satu persatu dan terlepaslah celana dalamnya yang putih Kutarik cup BH-nya ke atas hingga tangan kananku kini bebas mengelus dan meremas buah dadanya

    Dengan gerak cepat kulorotkan pula celana dalam yang kupakai lalu bergegas tangan kiriku menyingkap gaun sutranya ke atas Kudorong tubuh isteri pak Kiayi itu sampai ia menunduk dan terlihatlah dengan jelas celah vaginanya yang masih tampak tertutup rapat Aku berjongkok tepat di belakangnya

    “Idiihh, Didi Tante mau diapain nih ”, katanya genit

    Lidahku menjulur ke arah vaginanya Aroma daerah kemaluan itu merebak ke hidungku, semakin membuatku tak sabar dan ,

    “Huuhh , srup , srup , srup”, sekali terkam bibir vagina sebelah bawah itu sudah tersedot habis dalam mulutku

    “Aaahh , Didi , enaakk ”, jerit perempuan setengah baya itu, tangannya berpegang di pinggiran meja dapur

    “Aaawww , gelii”, kugigit pantatnya

    Uuh, bongkahan pantat inilah yang paling mengundang birahiku saat melihatnya untuk pertama kali Mulus dan putih, besar menggelembung dan montok

    Lima menit kemudian aku berdiri lagi setelah puas membasahi bibir vaginanya dengan lidahku Kedua tanganku menahan gerakan pinggulnya dari belakang, gaun itu masih tersingkap ke atas, tertahan jari-jari tanganku yang mencengkeram pinggulnya Dan hmm, kuhunjamkan penis besar dan tegang itu tepat dari arah belakang,

    “Sreep , Bleess”, langsung menggenjot keluar masuk vagina Tante Fifi
    “Aaahh , Didi , enaak , huuhh tante senang yang ini oohh ”
    “Enak kan tante , hmm , oohh , agak tegak tante biar susunya , yaakk ooh enaakk”

    “Yaahh , tusuk yang keras , hmm , tante nggak pernah gini sebelumnya , oohh enaakk pintarnya kamu sayaang , oohh enaak , terus , terus yah tarik dorong keeraass , aahh , kamu yang pertama giniin tante, Di , oohh , sshh ”, hanya sekitar tiga menit ia bertahan dan,

    “Hoohh , tante , mauu , keluar , sekarang , ooh hh , sekarang Di, aahh ”

    Vaginanya menjepit keras, badannya tegang dengan kepala yang bergoyang keras ke kiri dan ke kanan

    Aku tak mempedulikannya, memang sejenak kuberi ia waktu menarik nafas panjang Aku membiarkan penisku yang masih tegang itu menancap di dalam Ia masih menungging kelelahan

    “Balik Nyai ”, pintaku sambil melepaskan gigitan di kemaluannya
    “Apalagi, sayang , ya ampun tante nggak kuat , aahh”

    Aku meraih sebuah kursi Ia mengira aku akan menyuruhnya duduk,

    “Eiih bukan tante, sekarang tante nyender di dinding, kaki kiri tante naik di kursi ini ”
    “Ampuun, Didi , tante mau diapain sayang ”, ia menurut saja

    Woow! Kudapatkan posisi itu, selangkangan itu siap dimasuki dari depan sambil berdiri, posisi ini yang membuatku bernafsu

    “Sekarang Nyai sayang , yaahh ”, aku menusukkan penisku dari arah depannya, penisku masuk dengan lancar

    Tanganku meremas kedua susunya sedangkan mulut kami saling mengecup

    “Mmmhh , hhmm ”, ia berusaha menahan kenikmatan itu namun mulutnya tertutup erat oleh bibirku

    Hmm, di samping kanan kami ada cermin seukuran tubuh Tampak pantatku menghantam keras ke arah selangkangannya Penisku terlihat jelas keluar masuk vaginanya Payudaranya yang tergencet dada dan tanganku semakin membuatku bernafsu

    “Cek , cek , cek”, gemercik suara kemaluan kami yang bermain di bawah sana

    Kulepaskan kecupanku setelah tampak tanda-tanda ia menikmatinya

    “Uuuhh hebaat , kamu sayang , aduuh mati tante , aahh enaak mati aku Di, oohh , ayo keluarin sayang , aahh entotin tante yang kuat Aggggh , sudah mau sampai lagi niih aahh ” wajahnya tampak tegang lagi, pipinya seperti biasa, merah, sebagai tanda ia segera akan orgasme lagi

    “Ayooo nikmati Nyai kontol besarku Goyangin dong Nyai pantatnya, duh enaknya ngentot sama Nyai

    Kupaksakan diriku meraih klimaks itu bersamaan dengannya Aku agaknya berhasil, perlahan tapi pasti kami kemudian saling mendekap erat sambil saling berteriak keras

    “Aaahh , tante keluaar ”
    “Saya juga Nyai huuhh , nikmat , nikmat , oohh , Nyai Fifi , aahh”, dan penisku,

    “Crat , crat , crat , seer”, menyemprotkan cairannya sekitar lima enam kali di dalam liang vagina isteri pak Kiayi yang juga tampak menikmati orgasmenya untuk kedua kali

    “Huuhh , capeekk , sayang” ia melepaskan pelukannya dan penisku yang masih menancap itu

    Hmm, kulihat ada cairan yang mengalir di pahanya bagian dalam, ada yang menetes di lantai

    “Mau di lap Nyai?”, aku menawarkan tissue

    “Nggak sayang , tante senang, kok Tante bahagia , yang mengalir itu sperma kamu dan cairan kelamin tante sendiri Tante ingin menikmati terus rasa penismu ”, ia berkata begitu sambil memberiku sebuah ciuman

    “Hmm , Tante Fifi ”, Kuperbaiki letak BH dan rambutnya yang acak-acakan, kemudian ia kembali menyiapkan jajanan yang sempat terhenti oleh ulah nakalku.

    Aku kembali ke kamar dan keluar lagi setelah mengenakan baju kaos Tante Fifi telah menunggu di taman belakang rumahnya yang sangat luas, kira-kira sekitar 25 m persegi. Kami duduk santai berdua sambil bercanda menikmati suasana di pinggiran sebuah danau buatan Sesekali kami berciuman mesra seperti pengantin baru yang lagi haus kemesraan

    Jadilah dua minggu kepergian pak Kiayi Fuad itu surga dunia bagiku dan Nyai Fifi Kami melakukannya setiap hari, rata-rata empat sampai lima kali sehari!

  • Kisah Seks Menjadikan Istri dengan Ilmu Pelet – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Kisah Seks Menjadikan Istri dengan Ilmu Pelet – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1848 views

    Perawanku – Suara khas dari kentungan kang bakso yang lewat, semua orang yang mendengar suara tersebut hafal kalau yang berkeliling adalah bang Goni si penjual bakso, tokk tokkk tokkk tokkk tokkkkkkkkkkkk….sambil bicara soo baksooooo so baksoooo….

    Del.. itu.. Bang Goni telah datang, katanya mau beli bakso.. kata seorang cewek muda pada temannya yang juga masih muda. Cewek yang disapa Del tadi melongokkan kepalanya , nama lengkapnya Nurdellaana. Sering disapa dengan sebutan Della.

    Usianya baru menginjak 20 tahun. Wajahnya indah sekali dengan kulit putih bersih, wajahnya bulat dengan hidung mancung bermata hitam bening berkilat-kilat. Orang akan menyangka Della merupakan seorang bintang sinetron kalau belum tahu.

    Rambutnya hitam legam sepunggung, dibiarkannya selalu tergerai, senantiasa melompat ke kiri dan ke kanan jika Della berjalan. Tak heran kalau Della berada di dekat temannya, dia akan menjadi sangat menonjol, apalagi dengan temannya yang sekarang bersamanya, sangat jauh bedanya. Yang satu putih, yang satu agak hitam, yang satu indah, yang satu tak menarik.

    Untungnya Della bukan tipe cewek yang sombong dan pilih-pilih teman, mungkin itu yang membuatnya disukai di antara teman-temannya.

    Mana sih? Della melongok ke arah bunyi kentongan. Dia berlari kecil ke luar pagar Asramanya. Della memang tinggal di Asrama. Sekolahnya mengharuskan itu. Kebetulan Della sekolah di Sekolah Perawat Kesehatan di Tasikmalaya. Orang paling senang melihat Della memakai seragam perawatnya yang serba putih, itu membuat tubuhnya jadi terlihat makin putih.

    Itu, di ujung jalan, temannya yang menyusul di belakang menjawab sambil menunjuk. Sebuah gerobak bakso kecil berwarna biru kusam berjalan mendekat dari arah ujung jalan dan makin-lama makin mendekat.

    Tukang baksonya bernama Goni, orangnya telah berumur sekitar 40 sampai 50 an, rambutnya telah memutih sebagian, sementara kumis dan janggutnya yang juga memutih terlihat tak terawat, kalau saja dia tak berdagang bakso, orang mungkin akan mengira dia orang gila kerena suka tersenyum-senyum sendiri.

    Eh, Non Della, Goni mengembangkan senyumnya saat bertemu dengan Della, sebaris gigi kuning kehitaman terlihat berbaris di balik bibirnya yang tebal, wajahnya yang kotor tak terawat berusaha tersenyum, tapi yang ada justru sebuah seringai mengerikan.

    Eh.. iya Bang.. Della berusaha ramah dan membalas senyum Goni.

    Yang biasa Non? tanya Goni dengan nada aneh, seperti ramah yang dipaksakan. Dengan gerakan terburu-buru Goni menyiapkan Bakso yang dipesan.

    Kok nggak kuliah Non? tanya Goni di tengah kesibukannya. Memang lagi libur ya?
    Eh.. Della terkaget sesaat. Dalam pikirannya dari mana Goni tahu kesibukannya. Iya Bang, lagi libur. Besok baru masuk lagi.

    Biasanya Non kalau libur kan jalan-jalan, sama siapa.. yang sering ke sini pakai motor RX King itu..?

    Goni bertanya lagi. Della teringat ke Ivan, pemuda yang sering mengunjunginya, meskipun bukan pacarnya, tapi Della memang suka pada Ivan.

    Memangnya Abang kenal dia? tanya Della sambil tersenyum.

    Ya.. dia kan juga sering beli bakso saya Non.. Goni menjawab canggung. Kemudian menyerahkan semanguk bakso yang mengepulkan uap panas ke tangan Della, tanpa sengaja, tangannya menyentuh tangan Della yang halus.

    Sesaat entah kenapa badan Goni meremang, dia belum pernah merasakan kelembutan tangan cewek seindah Della. Kaget kerana ada yang meraba tangannya, secara refleks Della menarik tangannya membuat pegangannya pada mangkuk bakso goyah, sebagian kuah bakso yang panas tumpah menyiram tangan Goni, membuatnya meringis kesakitan sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

    Aduh, maaf Bang, sa.. saya tak sengaja.. Della gugup setengah mati, kekagetannya saat tangannya diraba oleh Goni sekarang berubah menjadi kepanikan kecil. Dengan spontan karena naluri sebagai perawat, Della langsung menyerahkan mangkuk baksonya pada temannya, dia lalu mengeluarkan sapu tangan dari saku bajunya, dengan cekatan Della mengelap tangan Goni yang tersiram kuah panas.
    Nggak apa-apa.. kata Della, rasa paniknya berkurang dengan sendirinya melihat tangan Goni tak terluka atau melepuh. Semula Della takut Goni akan marah, tapi ternyata tidak, Goni hanya diam saja, bahkan tak berkata apa-apa sampai Della selesai makan bakso.

    Bagi Della, kejadian itu dengan mudah bisa dilupakannya, tapi tak bagi Goni. Kejadian itu sangat membekas di hatinya. Selama berhari-hari wajah Della selalu berada di dalam pikiran Goni, seolah menari-nari di depan matanya. Dan perlahan-lahan segala pikiran itu berkembang menjadi sebuah perasaan aneh dalam diri Goni.

    Perasaan yang menyimpang yang membuatnya ingin memiliki Della. Dan perasaan itu berkembang bagaikan makhluk buas yang mencabik-cabik dirinya dari dalam, membuatnya lupa pada keadaan dirinya, membuatnya lupa pada istri dan empat anaknya yang ditinggal di kota asalnya. Dan bila telah tak bisa lagi menahan hasratnya pada Della, dia melampiaskannya dengan beronani sambil membayangkan dirinya sedang menyetubuhi Della.

    Tapi Goni selalu bersikap biasa jika bertemu dengan Della, dan Dellapun selalu bersikap ramah padanya. Hal ini yang membuat keinginan Goni untuk memiliki Della makin kuat. Goni telah salah mengartikan keramahan dan kebaikan Della.

    Keinginan menyimpang dari dalam diri Goni itu membuatnya malu setiap kali bertemu Della, bagaimanapun dia sadar dirinya terlalu jauh jika dibandingkan dengan Della. Della seorang cewek yang sangat indah dan masih sangat belia, sementara dirinya telah tua dan berwajah jelek. Tapi keinginan itu sangat kuat menyerang dirinya, cukup kuat untuk mendesaknya melakukan perbuatan terkutuk, dia berusaha mengguna-gunai Della.

    Dan didorong oleh keinginan yang menggebu-gebu itulah maka Goni memberanikan diri pergi menemui dukun yang selama ini dia percayai. Goni memang sering berkunjung ke dukun itu, terutama jika berhubungan dengan penglarisan dagangan baksonya.

    Rumah dukun itu terpencil di pinggiran kota, dikelilingi oleh hutan yang cukup lebat. Butuh waktu satu jam jalan kaki jika ingin bertemu dukun itu karena rumahnya tak bisa dijangkau oleh kendaraan. Rumah itu sendiri tak seberapa besar, bahkan bisa dibilang kecil. Sebuah rumah kayu berkesan kumuh dan hampir rusak.

    Kayu-kayunya telah usang dan dimakan rayap, semantara sebagian gentingnya juga telah pecah, ditambal oleh potongan asbes gelombang. Begitu masuk ke rumah itu, perasaan yang muncul merupakan keseraman yang luar biasa. Dinding rumah yang tak seberapa itu dipenuhi oleh tengkorak-tengkorak binatang, bahkan Goni melihat ada beberapa tengkorak manusia terselip di sela-selanya.

    Keseraman makin terasa saat masuk ke ruangan dukun yang didominasi warna hitam. Ruangan tanpa jendela itu dipenuhi asap kemenyan yang membuat siapapun yang masih waras akan mabuk mencium baunya.

    Goni melihat dukun itu duduk menghadapi sebuah meja pendek yang dipenuhi oleh sesaji, dupa dan benda-benda logam yang kemungkinan merupakan jimat sementara di dinding sebelah kanan dan kirinya terdapat rak-rak kayu berisi puluhan kuali dan botol botol porselen yang ditutup kain berwarna merah.

    Kembali lagi rupanya, dukun itu berujar dengan bunyi berat. Dia memakai semacam jubah berwarna hitam yang terkesan kedodoran. Rambutnya gondrong menjela-jela di antara bahunya. Kumis dan jenggotnya yang sebagian telah memutih dibiarkan memanjang dan tak terawat.

    Matanya nanar menatap Goni yang berlutut ketakutan, bagian bawah matanya yang mengantung dan keriput berkedut-kedut saat menatap Goni. Wajahnya yang tua terkesan seram ditimpa nyala lampu minyak di dekatnya, satu-satunya penerangan yang ada di situ.

    I.. iya.. Mbah.. Goni menjawab gemetar, badannya seolah menciut seukuran botol saat mata si dukun menatapnya dengan tajam.

    Ini bukan urusan jualanmu kan? si dukun menebak jitu, membuat Goni mengangguk penuh takzim,mengagumi kehebatannya.

    Urusan apa? Apa kamu tak malu datang ke sini lagi? Yang dulu saja kamu belum bisa membayar, kan? si dukun bertanya ketus. Goni merasa mengerut lagi. Urusan penglarisannya yang dulu memang belum dia bayar karena tak mampu, tapi kali ini Goni telah merencanakan sesuatu.
    Saya pasti akan bayar Mbah.. Goni terbata-bata. Tapi saya tak membayar dengan uang.

    Lalu dengan apa? bunyi si dukun menggedor jantung Goni, membuatnya pucat ketakutan. Goni merogoh saku bajunya dengan gemetar dan menyerahkan sesuatu pada si dukun. Si dukun menerima pemberian Goni lalu diamatinya sebentar.

    Kamu mau membayarku dengan dia? tanya si dukun, tapi kali ini suaranya melunak. Dikembalikannya pemberian Goni, Goni mengamatinya sejenak. Ternyata itu merupakan foto Della yang sedang tersenyum manis sekali.

    Foto itu dicurinya dari dompet Della saat tertinggal di gerobaknya.

    Jadi kamu mau mengguna-gunai dia ..? si dukun menebak lagi. Goni mengangguk, sekali lagi dengan penuh ketakziman. Si dukun kemudian menanyakan tanggal dan hari kelahiran Della, Goni langsung menyebutnya dengan lancar karena Goni juga pernah melihat KTP Della. Si dukun mengangguk-angguk sesaat, lalu dia mulai merapal mantra-mantra sambil menghitung-hitung sesuatu dengan jari-jari tangannya.

    Sulit Goni.. si dukun berujar setelah diam beberapa lama. Ajang terlihat kecewa.
    Tapi jika kamu berhasil, maka dia akan menjadi milikmu selamanya. Si dukun melanjutkan, membuat Goni kembali lega. Tapi syaratnya sangat sulit.

    Saya akan kerjakan Mbah, sesulit apapun akan saya kerjakan. Goni berujar mantap.
    Syaratnya, pertama kamu harus puasa mutih tujuh hari tujuh malam tanpa putus dimulai pada hari dan weton kelahirannya, lalu kamu berikan ini padanya. Si dukun cabul itu memberi Goni semacam cairan yang dikemas dalam botol kecil berwarna hijau.

    U.. untuk apa Mbah..? Goni merasa bingung.

    Itu ramuan pemikat, tolol, si dukun membentak. Kamu pikir cukup hanya mantra dan jampi-jampi saja? Pastikan dia meminum cairan itu dan bukan orang lain, kalau tidak, risikonya kamu tanggung sendiri.

    Goni mengangguk mengerti. Hatinya terasa lebih riang sehingga seolah dia bisa mengambang satu setengah meter di udara saat berjalan pulang. Otaknya segera penuh dengan rencana. Dan pada satu kesempatan, ketika Della membeli bakso darinya Goni dengan gesit memasukkan cairan ramuan pemikat dari dukun ke dalam mangkuk bakso Della, dan dengan harap-harap cemas Goni melihat bagaimana Della dengan lahap menghabiskan baksonya.

    Gonipun melakukan ritual yang diperintahkan si dukun. Dan tepat pada malam yang ditentukan, Goni mulai melancarkan mantra pengasihan yang didapatnya. Sambil membakar kemenyan, Goni mulai membayangkan wajah Della. Dengan mulut berkomat-kamit dia memanggil nama Della sambil terus melancarkan mantra pengasihannya.

    Di tempat lain, Della yang sedang tidur mendadak menjadi gelisah, hawa di sekitarnya seolah bertambah panas mambuat sekujur badannya berkeringat. Nafasnya perlahan-lahan memburu dan terengah-engah. Di dalam tubuhnya seolah meledak sebuah dorongan aneh yang membuat nafsu birahinya meledak, seperti ada binatang buas yang mencabik-cabik tubuhnya dari dalam.

    Dalam tidurnya, Della bermimpi seolah dirinya sedang bercumbu dengan Goni. Della tak tahan melawan dorongan birahi gaib itu, dia akhirnya melepas semua pakaiannya sehingga dia terbaring telanjang bulat di ranjang.

    Della lalu mulai meremas-remas payudaranya sedniri dengan ganas sambil merintih-rintih penuh kenikmatan sambil sesekali memencet puting susunya sendiri, tangannya kemudian beralih ke selangkangannya dan mengelus-elus gundukan vaginanya sambil sesekali jari-jarinya mengaduk-aduk liang vaginanya.

    Persetubuhan gaib antara Della dan Goni berakhir setelah Della mengalami orgasme, Della mengejang sambil merintih penuh kenikmatan, dari vaginanya mengucur cairan kecewekan sampai akhirnya tubuhnya kembali melemas dan terbaring terengah-engah di ranjang bersimbah keringat. Di tempat lain Gonipun merasakan kenikmatan yang sama dan akhirnya berejakulasi dengan menyemprotkan spermanya.

    Sejak malam itu, perhatian Della terhadap Goni berubah sama sekali. Della mulai terang-terangan memperlihatkan kesukaannya pada Goni, Della bahkan berani menanyakan rumah Goni dan berjanji akan mengunjunginya. Beberapa malam terakhir Della selalu memimpikan hal yang sama yaitu melakukan persetubuhan dengan Goni.

    Hal itu yang kemudian membuat Della terus-menerus terbayang-bayangi oleh Goni. Di mata Della sekarang Goni bukan lagi pria tua buruk rupa tapi telah menjelma bak pangeran dalam dongeng. Di mata Della sekarang Goni merupakan seorang pemuda gagah dan tampan yang senantiasa menggoda matanya, pengaruh mantra pengasihan yang diberikan si dukun benar-benar merasuki jiwa Della.

    Sementara Goni sendiri tiap malam selalu melancarkan mantra pengasihannya pada Della untuk melakukan persetubuhan gaibnya dengan Della, Gonipun selalu menunggu kapan dirinya bisa benar-benar menikmati tubuh Della. Dan akhirnya saat itupun datang juga.

    Sore itu, malam Minggu tiba-tiba terdengar bunyi ketukan di pintu kontrakan Goni. Dengan tergesa-gesa Goni membuka pintunya. Betapa kaget dan gembiranya dia ketika melihat bidadari yang selama ini diimpikannya sekarang berdiri di depan pintu rumahnya.

    Eh.. Dik Della.. Goni tersenyum antara gembira dan bingung. Dengan canggung Goni mempersilakan Della masuk. Della dengan gerakan canggung mengikuti saja ajakan Goni. Goni merasa mendapat kesempatan dan hal ini tak disia-siakannya. Setelah ganti baju, Goni mengajaknya ngobrol tentang segala hal yang isa diobrolkan.

    Dik Della indah banget ya hari ini kata Goni memuji.

    Ah, Bang Goni bisa aja, kata Della sambil tersipu malu.

    Eh beneran lho… kamu indah banget.. kamu mau nggak jadi pacar Abang, ujar Goni dengan lugu dan spontan.

    Semula Della hanya diam mendengar pertanyaan itu, saat itu Goni mulai melancarkan mantra pengasihannya pada Della, dan Della akhirnya mengangguk. Melihat hal itu, Goni bagai mendapat durian runtuh, seketika dia langsung memegang tangan Della, Della tak menunjukkan perlawanan apa-apa karena telah terpengaruh oleh mantra pengasihan Goni.

    Lalu karena mendapat angin, Goni mulai berani mencium bibir Della yang merah merekah itu. Dengan gerakna kasar dan rakus, Goni melumat bibir Della penuh nafsu. Perlahan lidah Goni mulai bergeliat di dalam mulut Della. Awalnya Della tak merespon, tapi akhirnya lidahnya pun akhirnya membalas serangan-serangan lidah Goni di dalam mulutnya secara serasi.

    Goni melumat bibir Della yang tipis dan merah itu kira-kira hampir 5 menit dengan penuh gairah. Baru pertama kali inilah Goni merasakan kenikmatan ciuman cewek yang menggairahkan yang tak pernah didapatnya dari istrinya.

    Dik…, kita pindah aja yuk! jangan disini, nggak leluasa, kata Goni seakan-akan dia ingin mengajak Della melakukan hal lain selain berciuman.

    Pindah kemana? kata Della.

    Kita ke dalam aja, jawab Goni sambil menggandeng tangan Della. Dia kemudian mengunci pintu kontrakannya dan menggandeng Della masuk ke sebelah dalam. Di situ terdapat ranjang rendah berlapis kasur busa usang dengan kain seprai yang sama usangnya. Pikiran Goni mulai tak karuan bercampur nafsu ketika melihat Della tak bereaksi apa-apa saat diajak ke dalam kamarnya.

    Sesampainya kami di kamar, adegan kami berciuman kembali terulang, tak hanya itu, sewaktu mereka berciuman kedua tangan Gonipun beraksi terhadap tubuh Della, awalnya Goni hanya meraba tubuhnya, tapi akhirnya Goni mulai meremas-remas payudara Della yang masih terbalut pakaian.

    “..Ohh.. Della telah lama aku tak bergaul dengan cewek seindah dirimu.. Goni mulai meracau di tengah gejolak seksualnya yang kian menggebu. seandainya kau bersedia, ingin rasanya aku menyetubuhimu… akan kuberikan kepuasan yang kau dambakan..”

    Della yang telah dirasuki matra pengasihan hanya bisa mengangguk pasrah, apalagi Goni juga dengan buas terus-menerus menciumi dan mencumbui Della membuat dorongan birahi dalam diri Della ikut meledak, nafsu birahinya semakin menjadi jadi. Vaginanya berdenyut-denyut menahan dorongan seksualnya yang menggebu.

    Satu-satunya keinginannya sekarang merupakan bagaimana bisa memuaskan hasrat seksualnya. Tanpa sadar Della mulai melepaskan bajunya satu-persatu bahkan sekaligus melepaskan BH dan celana dalamnya tanpa diminta.

    Dengan tubuh bugil putih mulus sungguh sangat sexy Della menaiki tempat tidur sambil mengangkat pantatnya yang sexy buah dadanya yang membusung ikut bergoyang, lalu dengan perlahan ia membuka kedua pahanya sehingga kelihatan vaginanya yang juga membusung, bibirnya terbelah merekah kemerah-merahan diantara bulu bulu kemaluannya yang halus dan telah kelihatan basah berair.

    Goni meneguk ludah mengagumi keindahan dan kemulusan tubuh Della yang begitu putih bak pualam. Tanpa pikir panjang lagi Goni juga membuka pakaiannya sampai bugil. Perlahan Goni mulai meremas kedua belah payudara Della yang terasa begitu lembut di tangannya. Della mengejang pelan saat payudaranya disentuh pria untuk pertama kali.

    Nafsu seksualnya langsung meledak dahsyat. Goni memicingkan sebelah matanya benar benar tak percaya apa yang dilihatnya, lekuk lekuk tubuh Della yang begitu sempurna telanjang bulat bulat terpampang dihadapannya lalu dengan kata kata bergetar ia meneruskan celotehannya

    “..Ohh akhirnya kau datang Sayangku.. pahamu sungguh mulus..” Goni menaruh kedua tangannya di paha Della sambil mengelusnya. Della bergetar hebat, sentuhan tangannya kembali menggetarkan birahinya. Della terangsang begitu hebat oleh sentuhan tangan Goni yang mengelus ngelus pangkal pahanya menyentuh pinggiran vaginanya,

    “.. sshh.. mmhh.. oogghhss..!! Bagaikan diguyur air hangat Della mendesah panjang, tubuhnya terasa dialiri jutaan volt, kenikmatan napsu birahinya makin terangsang hebat. Lalu perlahan Goni mulai menelentangkan tubuh mulus Della di atas rangang dan mengatur posisi kaki Della mengangkang begitu rupa sehingga vaginanya terkuak.

    Goni lalu mendekatkan penisnya ke bibir vagina Della lalu mulai menekan kepala penis yang telah pas berada di posisi mulut lubang vagina itu. Tampak kepala penis Goni masih agak sulit masuk kedalam lubang vagina Della yang walaupun telah basah dan berair itu karena belum pernah kemasukan penis sekalipun.

    Perlahan-lahan Goni mulai menekan batang penisnya sehingga sedikit demi sedikit berhasil menyusup ke dalam vagina Della yang terasa sekali masih sempit walaupun telah begitu basah.

    “.. Aaakkhh.. sshh..! sempit sekalii..!!” Goni menggumam sendiri sambil menggelengkan kepalanya.
    “..Oohh Della sempit sekali vaginamu..

    Goni telah tak sanggup lagi untuk bertahan, kepala penisnya yang telah terjepit diantara bibir vaginanya ditambah tubuh Della yang begitu menggiurkan mana mungkin ia bisa mempertahankannya. Lalu Goni membuka matanya sambil memandang mata Della dengan penuh pengharapan.

    Della kaget bukan kepalang tubuhnya terasa lemas, rasa malu menyelubungi seluruh pikirannya tak satupun kata yang bisa meluncur dari mulutnya. Melihat keadaan tak begitu menunjang Goni langsung mengambil inisiatif. Goni langsung mencium bibir Della dengan mesra dan tanpa menunggu perintah lagi Goni mulai menggerakkan pinggulnya meneruskan aktivitasnya yang tadi sempat berhenti.

    Goni tersenyum puas lalu dengan sekali sentakan mendorong pantatnya keatas, tampak Della agak tersentak dan mengerang ketika batang penisnya menyeruak masuk lebih dalam vaginanya.
    Mata Della terbeliak dengan mulut terbuka sambil kedua tangannya mencengkeram sprei dengan kuat-kuat.

    Tak menyangka sedikitpun begitu besar batang kemaluan Goni menerobos liang vaginanya yang belum siap menerima ukuran sedemikian besar. Tampak bibir vaginanya sampai terkuak lebar seperti terkelupas seakan-akan tak muat untuk menelan besarnya kemaluannya.

    “.. Ooukkhhss.. sshh.. sakiit Bang ..! Pelaann.. pelaann.. Bang..!” Della menangis antara nikmat dan perih di vaginanya.

    “.. hhmm.. tempikmu.. niikmaat.. sekalii.. ukkhh.. uukkhh..” Goni mulai mengeluarkan kata kata vulgar dan terlihat Della agak canggung mendengarnya.

    Gejolak birahi Goni begitu menguasai tubuhnya tanpa canggung lagi mulailah ia menaik turunkan pantatnya mencari dan menggali kenikmatan yang ia ingin berikan kepada Della untuk pemuasan birahinya, batang penis Goni masuk menyusup lubang vaginanya tahap demi tahap hingga akhirnya amblas semuanya.

    “..aarrgghh..!!” Della melenguh panjang, wajahnya merah merona matanya memandang Goni dengan pandangan sayu penuh arti seperti menahan sesuatu, mungkin menahan rasa sakit atau juga mungkin menahan rasa nikmat yang luar biasa.

    Goni betul betul terpana melihat wajah Della yang semakin indah diliputi ekspresi sensasional itu. Perlahan lahan Goni mulai aktif bergoyang menarik ulur batang kemaluannya yang besar itu, dinding vagina Della yang telah dilumuri cairan vaginanya mulai terasa licin.Wajah Della semakin lepas mengekspresikan rasa sensasinya yang luar biasa yang ia tak pernah perkirakan sebegitu nikmatnya bercinta dengan Goni, Tanpa Della sadari ia mulai berceloteh diluar kontrol.

    “..Ohhss.. sshh.. enaak.. seekalii….!! oougghh..Teruss .. .. teerruuss..!!! Della mendesah, merintih dan mengerang sepuas puasnya. Della telah lupa diri bahwa yang menyetubuhi dirinya merupakan orang yang tak sepantasnya menggaulinya, yang ada dibenak Della hanyalah letupan birahi yang harus dituntaskan.
    Mereka dengan antusiasnya saling berpelukan sambil berciuman.

    Terdengar bunyi nafas mereka saling memburu kencang, lidah mereka saling mengait dan saling menyedot, saling bergulingan. Goni mengambil inisiatif dengan menggenjot pantatnya yang tampak naik turun semakin cepat diantara selangkangan Della yang semakin terbuka lebar, Dellapun mengangkat kedua kakinya tinggi tinggi sambil ditekuknya sampai ke kepalanya, pantatnya ikut diangkat memudahkan batang kemaluan Goni seluruhnya masuk dan menggesek seluruh syaraf syaraf kenikmatan dirongga vaginanya, bagi Gonipun semakin mudah menyodokkan penisnya yang panjang besar itu keluar masuk sampai kepangkal penisnya sampai menghasilkan bunyi bedecak-decak seperti bunyi membecek seiring dengan naik turunnya pantatnya.

    Goni memperhatikan kearah selangkangan Della vaginanya mencengkeram penisnya erat sekali, ia tersenyum puas bisa menaklukkan vagina Della, yang telah basah membanjir penuh dengan cairan putih kental sehingga membasahi bulu-bulu kemaluannya itu dan juga batang kemaluannya.

    Goni mendengus-dengus bagai banteng terluka genjotannya makin ganas saja. Mata Goni terlihat lapar menatap payudara Della yang putih montok dikelilingi bulatan pink ditengahnya terlihat putingnya yang telah begitu mengeras, tanpa menyia nyiakan kesempatan Goni langsung menyedot puting susu Della yang begitu menantang, Tubuh Della yang menyender dinding setengah duduk setengah terlentang menggelinjang hebat. payudaranya makin dibusungkan bahkan tubuhnya digerakkan kekiri dan kekanan supaya kedua puting buah dadanya yang telah gatal itu mendapatkan giliran dari serbuan mulutnya.

    Desahan penuh birahi langsung terlontar tak tertahankan begitu lidah Goni yang basah dan kasar menggesek putingnya yang terasa sangat peka itu. Goni begitu bergairah menjilati dan menghisap buah dada dan putingnya di sela-sela desah dan rintihan Della yang sangat menikmati gelombang rangsangan demi rangsangan yang semakin lama semakin menggelora ini,

    “..oouugghhss ..oouugghhss.. sshh.. Della makin meracau tak karuan, pikiran Della telah tak jernih lagi, terombang ambing didalam pusaran kenikmatan, terseret didalam pergumulan sex dengan Goni, jiwanya serasa seenteng kapas melambung tinggi sekali. Della merasakan kenikmatan bagai air bah mengalir ke seluruh tubuhnya mulai dari ujung kakinya sampai keubun ubunnya.

    Tubuh Della akhirnya mengejang sambil memeluk tubuh Goni erat sekali. Jiwanya terasa berputar putar merasakan semburan kenikmatan yang dahsyat diterjang gelombang orgasme. Goni terus menggenjot tubuh Della yang hanya pasrah dipelukannya mengharapkan gelombang kenikmatan selanjutnya. Lebih dari sejam Goni menyetubuhi Della tanpa henti, Della makin lama makin terseret didalam kenikmatan pergumulan seks yang ia belum pernah rasakan. Tubuh Della akhirnya melemas lagi dan Goni yang telah tak tahan akhirnya menyemburkan spermanya di dalam rahim Della.

    Untuk beberapa saat Goni membiarkan penisnya masih menancap di dalam vagina Della mencoba meresapi setiap kenikmatan tubuh putih mulus itu. Ditatapnya wajah Della yang sekarang terlihat sendu, ada sebutir air mata mengalir di pipinya.

    Goni membiarkan tubuh Della yang berada dalam pelukannya untuk beristirahat sejenak. Dilihatnya ada bercak darah bercampur lendir putih di seprainya, Della memang benar-benar masih perawan. Hal itu membuat Goni makn merasa senang karena berhasil memerawani seorang cewek seindah Della.

    Setelah beristirahat sejenak, Goni meminta Della berbalik sambil menungging, lalu dengan posisi doggy style Goni kembali membenamkan penisnya ke dalam kemaluan Della, kali ini kemaluan Della bisa menerima setiap sodokan penis Goni yang berukuran besar itu.

    Della merasakan liang vaginanya menyempit karena tertekuk oleh perutnya sehingga ia merasakan setiap detail denyutan kenikmatan yang dihasilkan oleh batang penis Goni yang merasuk ke liang kenikmatannya, secara refleks Della meningkatkan sensasi sensual ini dengan memutar mutar pantatnya yang putih sexy itu bahkan ketika Goni menyodok penisnya yang besar itu, Della menyambutnya dengan mendorong keras pantatnya kebelakang sehingga penis Goni yang besar dan panjang itu masuk ke dalam vaginanya dalam sekali mengaduk-aduk seluruh rongga kenikmatannya
    Apa yang terlihat sungguh merupakan pemandangan yang sangat erotis.

    Seorang cewek yang sangat indah dan bertubuh mulus dan begitu sexy disetubuhi oleh seorang pria setengahj baya yang berkulit hitam dan buruk rupa. tubuh Della yang mulus ramping menungging meliuk liuk, bongkahan pantatnya yang sekal dan mulus bergerak gerak dengan liarnya, kepalanya bergeleng kekiri dan kekanan, sementara buah dadanya yang montok bergoyang erotis sekali ditambah dengan erangan dan desahannya mendayu dayu memenuhi ruangan kamar, Della telah berubah menjadi kuda betina liar dimana Goni memegang kendali permainan sex ini sepenuhnya.

    ‘Pertempuran’ seks berlanjut terus, Goni menahan erat pinggang Della yang ramping supaya tubuh Della tak terjerembab ke depan karena vaginanya digenjot cepat sekali sampai batang penisnya yang besar keluar masuk liang vagina begitu dahsyat tanpa ampun, semakin deras liang vaginanya digenjot keperkasaan penisnya semakin keras erangan Della mengumandang dikamar yang dipenuhi hawa napsu birahi kedua insan ini.

    Tubuh Della sampai bergetar hebat, terlihat ia mengejang kuat-kuat pertanda ia sedang mengalami kenikmatan yang maha dahsyat. Della benar benar melayang kelangit yang ketujuh didalam pergumulan sexnya dengan pedagang bakso ini.

    Goni sangat puas melihat kepasrahan Della, lalu ia merunduk memeluk tubuh Della dari belakang tangannya merogoh keselangkangan Della, jari jari Goni memainkan klitoris Della dengan memutar mutarnya, sambil menggenjot dengan penisnya yang besar itu. Della mengerang dengan liar, tubuhnya yang dalam posisi menungging meliuk meliuk tanpa terkendali, rupanya klitorisnya merupakan alat kelamin yang paling sensitif buat Della, lubang vaginanya yang telah dihajar begitu rupa oleh penis yang berukuran luar biasa itu ditambah clitorisnya ditekan sambil diputar-putar oleh jari Goni, maka sempurnalah puncak kenikmatan yang ia rasakan, tangan Della mencengkeram sprei erat sekali, dahinya berkerut, mulutnya seperti ingin teriak dan mendesah desah tak henti hentinya. Rupanya Della sedang dilanda kenikmatan yang amat sangat luar biasaa. posisi tubuhnya yang sedang menungging makin ditunggingkan pantatnya keatas memasrahkan vaginanya dihujam oleh keperkasaannya dengan mengharapkan kedatangan gelombang kenikmatan berikutnya yang merupakan pengalaman pertama buat Della untuk mendapatkan multiple orgasme.

    AAAAAAHHHHKKKHHHH ….!!” Della mengerang histeris diterjang klimaks keduanya yang lebih panjang dan lebih dahsyat dari yang pertama, mukanya merah merona terbakar oleh puncak birahinya wajahnya semakin indah diliputi ekspresi kenikmatannya tubuhnya mengejang cukup lama selama orgasmenya berlangsung.

    Della benar benar takluk mendapatkan kepuasan yang luar biasa, rasa ketagihan merasuk jiwanya, ingin rasanya melanjutkan persetubuhannya selama-lamanya dengan Goni karena ia bisa memberikan multiple orgasme yang ia tak pernah dia rasakan sebelumnya.

    Tubuh Della telah tak bertenaga lagi akhirnya ambruk ditempat tidur berbaring napasnya tersengal sengal, Goni ikut membaringkan dirinya disamping Della. Seharian Goni mengajari Della bagaimana caranya bercinta untuk menggapai kenikmatan. Satu hari penuh Della mendapatkan pengalaman luar biasa.

    Goni merangsang nafsu birahinya dengan menyetubuhi dirinya berbagai macam posisi, posisi 69 pun tak lupa dipraktekkan dan Della menjadi murid yang cepat tanggap. Tak bisa dihitung berapa kali Della mengalami orgasme, yang jelas Della begitu menikmati bahkan mungkin begitu ketagihan disetubuhi batang kemaluan yang begitu besar dan perkasa. Dan Gonipun begitu puas bisa merealisasikan keinginannya menggauli Della yang sangat menggairahkannya. Goni mengalami ejakulasi dengan penuh kenikmatan.

    Setelah kejadian hari itu, Goni selalu berusaha untuk bisa bertindak wajar seolah olah tak terjadi sesuatu diantara mereka bahkan Goni tak terlalu memaksakan keinginannya untuk berhubungan seks kalau situasi tak memungkinkan.

    Tetapi lain halnya dengan Della, terlihat ia begitu grogi setiap bertemu dengan Goni terutama jika teman-temannya berada disampingnya, sulit sekali ia menutupi kegelisahannya. Sebagai seorang cewek perasaannya lebih banyak dikendalikan oleh emosinya. Setiapkali menatap Goni walaupun Goni berpakaian lengkap tetapi yang terbayang merupakan tubuh kekarnya yang bertelanjang bulat dengan batang kemaluannya yang menantang.

    Sejak hari itu Della tak bisa lagi menahan keinginannya untuk tak memadu kasih dengan Goni. Da ketika libur, ia mencuri-curi waktu dan kesempatan untuk pergi ke tempat Goni tanpa diketahui oleh teman-temannya. Goni yang memang sengaja memanggil Della dengan mantra pengasihannya langsung menyambut memenuhi keinginan Della untuk bercinta.

    Saling lumat dan saling cumbu. Tangan Goni meraba dan mengelus daerah sensitif Della, hingga pada puncaknya mereka saling jilat dengan posisi 69. Kepala Goni membenam di selangkangan Della, menjilati dan menciumi vagina dan klitoris Della. Semantara Della juga sibuk mengocok batang kemaluan Goni sambil mulutnya mengulum kepala batang kemaluannya, awalnya Della agak canggung dengan gaya permainan itu tapi Goni yang berpengalaman membimbing Della untuk melakukannya. Della mulai terbiasa menerima penis Goni di mulutnya, perlahan dia mulai meraih penis itu dan mengocoknya pelan. Lalu Della memajukan wajahnya, sambil melanjutkan kocokannya dia menyapukan lidahnya pada kepala penis itu.

    Cerita Dewasa

    Goni mendesah merasakan belaian lidah Della pada penisnya serta kehangatan yang diberikan oleh ludah dan mulutnya. Della sendiri walaupun merasa tanpa disadari mulai terangsang dan mulai mengulum benda itu dalam mulutnya.

    Della merasakan wajahnya makin tertekan ke selangkangan dan buah pelir Goni yang berbulu lebat itu, penis di dalam mulutnya semakin berdenyut-denyut dan sesekali menyentuh kerongkongannya. Sekitar sepuluh menit lamanya dia harus melakukan hal itu, sampai Goni menekan kepalanya sambil melenguh panjang.

    Cairan putih kental itu menyembur deras di dalam mulutnya dan mau tak mau, Della harus menelannya, rasanya yang asin dan kental itu membuatnya hampir muntah sehingga tersedak. Beberapa saat kemudian barulah semprotannya melemah dan berhenti. Della langsung terbatuk-batuk begitu Goni mencabut penis itu dari mulutnya.

    Memang Goni merupakan guru yang baik, akhirnya Dellapun terbiasa dan boleh dibilang piawai dalam melakukan oral seks sampai Goni orgasme, dan spermanya menyembur keluar di wajah Della yang indah. Della lalu merebahkan badannya dan terlentang. Goni sambil mendekati Della, dia lalu berbaring di dekat Della. Goni mulai membelai wajahnya dan menciumi pipinya, kumisnya yang kasar seperti duri menusuk-nusuk pipi Della yang halus.

    Goni lalu menciumi bibir Della dengan gerakan lembut berulang-ulang sambil tak lupa tangannya bergerak ke payudara Della yang kenyal dan lembut, payudara yang putih mulus itu dibelai-belai dan diremas dengan lembut, sesekali Goni mempermainkan puting payudara Della yang berwarna pink segar dengan jari-jarinya.

    Della langsung terhanyut oleh perlakuan itu, gerakan-gerakan Goni yang sangat berpengalaman membuat pertahanannya sedikit demi sedikit bobol. Perlahan Della mulai memberikan respon pada ciuman Goni, tanpa disadari, Della mulai membuka mulutnya dan membiarkan lidah Goni bermain-main dengan lidahnya, bahkan Della mulai ikut memainkan lidahnya sendiri dan membiarkan bibirnya berpagutan dengan bibir Goni.

    Sambil terus berciuman, Goni terus membelai dan meremas-remas payudara Della dengan lembut. Lalu Goni mengarahkan ciumannya ke bagian leher Della. Della menerima perlakuan itu sambil mendesah pelan.

    Goni terus menciumi sekujur leher Della, lalu ciumannya bergerak menelusuri bagian payudara Della. Dengan lidahnya, Goni menjilat-jilat payudara mulus itu dengan lembut, ujung lidahnya sesekali menyapu puting payudara Della membuat Della makin terangsang. Desahan nafasnya mulai memburu, wajah Dellapun mulai memerah.

    Della seperti berada di lautan kenikmatan yang maha luas dan akhirnya seperti biasanya pula batang kemaluan Goni yang besar mengaduk liang kenikmatannya. Dan seperti yang didambakan Della, Goni melambungkannya terbang melayang layang diawang awang menggapai puncak kenikmatan yang tertinggi.

    Gesekan penis di dalam vaginanya memberikan sensasi luar biasa pada sekujur tubuh Della membuatnya mengejang dan bergerak liar. Della benar-benar menikmati persetubuhan dengan Goni. Dia membiarkan saja saat Goni kembali menciumi bibirnya ditengah-tengah persetubuhan.

    Bahkan ketika Goni menghentikan genjotannya, secara tak sadar Della gantian menggerak-gerakkan pantatnya, dan Della pun menurut saja ketika Goni menyuruhnya berganti posisi. Entah telah berapa posisi yang dipraktekkan mereka. Della sendiri telah mengalami berkali-kali orgasme, dia mendesah-desah menyebut nama Goni, Sementara penis Goni terasa semakin berdenyut dan ukurannya pun makin membengkak, dan akhirnya dengan geraman panjang dia menumpahkan spermanya ke dalam rahim Della.

    Dan hari-hari berikutnya Della makin sering berkunjung ke tempat Goni, kesempatan itupun kembali digunakan Goni untuk bisa menikmati kenikmatan tubuh Della yang memang sangat didambakannya. Della sendiri telah begitu terlena oleh Goni, selain oleh mantra pengasihan yang dimiliki Goni juga merasakan kenikmatan yang luar biasa saat Goni menyetubuhinya.

    Kini setelah kejadian itu, mereka selalu terlihat sering berdua. Della selalu datang ke kontrakan goni sekedar untuk melepaskan unek-uneknya tentang masalah kampus namun bagi Goni itulah saat baginya untuk menikmati kehangatan dan kemulusan tubuh Della. Goni pun akhirnya menikmati tubuh Della yang merupakan calon perawat itu dengan sembunyi-sembunyi, Dellapun kini telah memutuskan hubungan dengan pacarnya dan ia menerima goni sebagai calon suaminya.