Author: perawanku

  • Cerita Bokep Bergambar Gairah Tante Maniak Seks – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Bokep Bergambar Gairah Tante Maniak Seks – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1726 views

    Perawanku – Dimana pun kapan pun pasti anak muda itu kebanyakan doyan sama pacaran,apalai gejolak anak remaja dipengaruhi bnyak faktor.Saatnya hapus juga bahwa anak-anak tidak bisa luapkan isi hati,buktinya waktu kecil saja aku dah main-main cinta monyet sama anak pedagang mainan.

    Tampangnya walau masih kecil kelihatan banget kalau dia seorang penyayang,dari mulai berangkat sekolah sampai pulangpun aku selalu bareng.Aku berharap semoga aku bisa mendapat cowok seperti sosok kecil yang berada tepat disampingku.Tak lupa dia selalu menggandeng tanganku.Ortu kamipun merasa aneh karena walau kita kecil kami berdua banyak menemukan kecocokan.Ini juga paling yang menyebabkan aku harus melepas lajangku yaitu Menikah Pada usia belia,tak kupungkiri membuatku mendapat Kepuasan seks.

    Cerita bokep ini pun kemudian berawal dari pertemuanku dengan Ronald. Ceritanya begini : Aku menikah pada usia sangat belia, yakni 22 tahun. Aku tak sempat melanjutkan kuliah, karena aku pada usia tersebut sudah dinikahkan olah orang tua, karena ayah memiliki hutang judi yang banyak dengan seorang laki-laki playboy “kampungan”. Aku menikah dengan sang playboy, usianya sangat renta sekali, 65 tahun pada saat aku dinikahinya. Setahun aku hidup sekasur dengan dia, selama itu pula aku tidak pernah merasakan apa yang dinamakan nikmat seksual.

    Padahal, kata teman-teman, malam pertama malam yang paling indah. Sedangkan untuk aku, malam pertama adalah malam neraka !!!. Ternyata, Burhan, suamiku itu mengidap penyakit diabetes (kadar gula darah yg tinggi), yang sangat parah, hingga mengganggu kejantanannya diatas ranjang. Selama lima tahun kami menikah, selama itu pula aku digaulinya hanya dengan mencumbu, mencium, dan meng-elus-elus saja, selebihnya hanya keluhan-keluhan kekecewaan saja.Burhan sering merangsang dirinya dengan memutar film-film porno yang kami saksikan berdua sebelum melakukan aktifitas seksual. Tapi apa yang terjadi ? Burhan tetap saja loyo, tak mampu merangsang penisnya agar bisa ereksi, tapi justru aku yang sangat amat terangsang, konyol sekali. Aku mendapat pelajaran seksual dari film-film yang diputar Burhan.

    Aku sering berkhayal, aku disetubuhi laki-laki jantan. Aku sering melakukan masturbasi ringan untuk melampiaskan hasrat seksualku, dengan berbagai cara yang kudapat dari khayalan-khayalanku.Pada suatu hari, Burhan harus terbaring di rumah sakit yang disebabkan oleh penyakitnya itu. Selama hampir satu bulan dia dirawat di RS, aku semakin terasa kesepian selama itu pula. Pada suatu hari aku harus pergi menebus obat di sebuah apotek besar, dan harus antre lama. Selama antre aku jenuh sekali. Tiba-tiba aku ingin keluar dari apotek itu dan mencari suasana segar. Aku pergi ke sebuah Mall dan makan dan minum disebuah restauran. Disitu aku duduk sendiri disebuah pojok. Karena begitu ramainya restauran itu, sehingga aku mendapat tempat yang belakang dan pojok. Setelah beberapa saat aku makan, ada seorang anak muda ganteng minta ijin untuk bisa duduk dihadapan aku.Karena mungkin hanya bangku itu yang satu-satunya masih tersisa. Dia ramah sekali dan sopan, penuh senyum. Singkat cerita, kami berkenalan, dan ngobrol ngalor-ngidul, hingga suatu waktu, dia membuka identitas dirinya. Dia masih bujang, orang tuanya tinggal di luar negeri. Di Jakarta dia tinggal bersama adik perempuannya yang masih di bangku SMU.

    Hampir satu jam kami ngobrol. Dalam saat obrolan itu, aku memberikan kartu namaku lengkap dengan nomor teleponnya. Cowok itu namanya Ronald, badannya tegap tinggi, kulitnya sawo matang, macho tampaknya. Sebelum kami berpisah, kami salaman dan janji akan saling menelpo kemudian.Sewaktu salaman, Ronald lama menggenggap jemariku seraya menatap dalam-dalam mataku diiringi dengan sebuah senyum manis penuh arti. Aku membalasnya, tak kalah manis senyumku. Kemudian kami berpisah untuk kembali kekesibukan masing-masing. Dalam perjalanan pulang, aku kesasar sudah tiga kali.Sewaktu aku nyetir mobil, pikiranku kok selalu ke anak muda itu ? kenapa hanya untuk jalan pulang ke kawasan perumahanku aku nyasar kok ke Ciputat, lalu balik kok ke blok M lagi, lantas terus jalan sambil mengkhayal, eh…..kok aku sudah dikawasan Thamrin. Sial banget !!! Tapi Ok lho ?! Sudah satu minggu usia perkenalanku dengan Ronald, setiap hari aku merasa rindu dengan dia. Suamiku Burhan masih terbaring di rumah sakit, tapi kewajibanku mengurusi Burhan tak pernah absen. Aku memberanikan diri menelpon Ronald ke HP nya.

    Ku katakan bahwa aku kanget banget dengan dia, demikian pula dia, sama kangen juga dengan aku.Kami janjian dan ketemu ditempat dulu kami bertemu. Ronald mengajak aku jalan-jalan, aku menolak, takut dilihat orang yang kenal dengan aku. Akhirnya kami sepakat untuk ngobrol di tempat yang aman dan sepi, yaitu; ” Hotel”. Ronald membawa aku ke sebuah hotel berbintang. Kami pergi dengan mobilnya dia. Sementara mobilku ku parkir di Mall itu, demi keamanan privacy. Di hotel itu kami mendapat kamat di lantai VII, sepi memang, tapi suasananya hening, syahdu, dan romantis sekali. ” Kamu sering kemari ?” tanyaku, dia menggeleng dan tersenyum. ” Baru kali ini Tante ” sambungnya. ” Jangan panggil aku tante terus dong ?! ” pintaku.Lagi-lagi dia tersenyum. ” Baik Yulia ” katanya. Kami saling memandang, kami masih berdiri berhadapan di depan jendela kamar hotel itu. Kami saling tatap, tak sepatahpun ada kata-kata yang keluar. Jantungku semakin berdebar keras, logikaku mati total, dan perasaanku semakin tak karuan, bercampur antara bahagia, haru, nikmat, romantis, takut, ah…..macam-macamlah!!!.

    Tiba-tiba saja, entah karena apa, kami secara berbarengan saling merangkul, memeluk erat-erat. Ku benamkan kepalaku di dada Ronald, semakin erat aku dipeluknya. Kedua lenganku melingkar dipinggangnya. Kami masih diam membisu. Tak lama kemudian aku menangis tanpa diketahui Ronald, air mataku hangat membasahi dadanya. ” Kamu menangis Yulia ? ” Tanyanya. Aku diam, isak tangisku semakin serius. ” kanapa ? ” tanyanya lagi. Ronals menghapus air mataku dengan lembutnya.” Kamu menyesal kemari Yulia ?” tanya Ronald lagi. Lagi-lagi aku membisu. Akhirnya aku menggeleng. Dia menuntunku ketempat tidur. Aku berbarin di bagian pinggir ranjang itu. Ronald duduk disebelahku sambil membelai-belai rambutku. Wah….rasanya selangit banget !.Aku menarik tangan Ronald untuk mendekapku, dia menurut saja. Aku memeluknya erat-erat, lalu dia mencium keningku. Tampaknya dia sayang padaku. Ku kecup pula pipinya.Gairah sex ku semakin membara, maklum sekian tahun aku hanya bisa menyaksikan dan menyaksikan saja apa yang dinamakan ” penis” semnatar belum pernah aku merasakan nikmatnya.

    Ronald membuka kancing bajunya satu persatu. Kutarik tangannya untuk memberi isyarat agat dia membuka kancing busananku satu persatu. Dia menurut. Semakin dia membuka kancing busanaku semakin terangsang aku.Dalam sekejap aku sudah bugil total ! Ronal memandangi tubuhku yang putih mulus, tak henti-hentinya dia memuji dan menggelengkan kepalanya tanda kekagumannya. Lantas diapun dalam sekejap sudah menjadi bugil. Aduh……jantan sekali dia. Penisnya besar dan ereksinya begitu keras tampaknya. Nafasku semakin tak beraturan lagi.Ronald mengelus payudaraku, lalu……mengisapnya. Oh…..nikmat dan aku terangsang sekali. Dia menciumi bagian dadaku, leherku. Aku tak kalah kreatif, ku pegang dan ku elus-elus penisnya Ronald. Aku terbayang semua adegan yang pernah ku saksikan di film porno. Aku merunduk tanpa sadar, dan menghisap penisnya Ronald. Masih kaku memang gayaku, tapi lumayanlah buat pemula. Dia menggelaih setiap kujilati kepala penisnya.Jari jemari Ronald mengelus-elus kemaluanku, bulu memekku di elus-elus, sesekali manarik-nariknya. Semakin terangsang aku. Basah tak karuan sudah vaginaku, disebabkan oleh emosi sex yang meluap-luap.Aku lupa segalanya. Akhirnya, kami sama-sama mengambil posisi ditengah-tengah ranjang. Aku berbarimng dan membuka selangkanganku, siap posisi, siap digempur.

    Ronald memasukkan penisnya kedalam vaginanku, oh….kok sakit, perih ?, aku diam saja, tapi makin lama makin nikmat. Dia terus menggoyang-goyang, aku sesekali meladeninya. Hingga….cret…cret…cret…air mani Ronald tumpah muncrat di dalam vaginaku.Sebenarnya aku sama seperti dia, kayaknya ada yang keluar dari vaginaku, tapi aku sudah duluan, bahkan sudah dua kali aku keluar. Astaga, setelah kami bangkit dari ranjang, kami lihat darah segar menodai seprei putih itu. Aku masih perawan !!! Ronald bingung, aku bingung. Akhirnya aku teringat, dan kujelaskan bahwa selama aku menikah, aku belum pernah disetubuhi suamiku, karena dia impoten yang disebabkan oleh sakit kencing manis. ” Jadi kamu masih perawan ?! ” Tanyanya heran. Aku menjelaskannya lagi, dan dia memeluk aku penuh rasa sayang dan kemesraan yang dalam sekali. Kami masih bugil, saling berangkulan, tubuh kami saling merapat.Aku mencium bibir nya, tanda sayangku pula. Seharusnya kegadisanku ini milik suamiku, kenapa harus Ronald yang mendapatkannya? Ah….bodo amat ! aku juga bingung !

    Hampir satu hari kami di kamar hotel itu, sudah tiga kali aku melakukan hubungan sex dengan anak muda ini.Tidak semua gaya bisa ku praktekkan di kamar itu. Aku belum berpengalaman ! Tampaknya dia juga begitu, selalu tak tahan lama !! Tapi lumayan buat pemula .Setelah istirahat makan, kami tudur-tiduran sambil ngobrol, posisi masig dengan busana seadanya. Menjelang sore aku bergegas ke kamar mandi. membrsihkan tubuh. Ronald juga ikut mandi. Kami mandi bersama, trkadang saling memeluk, saling mencium, tertawa, bahkan sedikit bercanda dengan mengelus-elus penisnya. Dia tak kalah kreatif, dimainkannya puting payudaraku, aku terangsang……dan…….oh,….kami melakukannya lagi dengan posisi berdiri. Tubuh kami masih basah dan penuh dengan sabun mandi. Oh nikmatnya, aku melakukan persetubuhan dalam keadaan bugil basah di kamar mandi. Ronal agak lama melakukan senggama ini, maklum sudah berapa ronde dia malakukannya,. kini dia tampak tampak sedikit kerja keras.Dirangsangnya aku, diciuminya bagian luar vaginaku, dijilatinya tepinya, dalamnya, dan oh….aku menggeliat kenikmatan.Akupun tak mau kalah usaha, ku kocok-kocok penis Ronald yang sudah tegang membesar itu, ku tempelkan ditengah-tengah kedua payudaraku, kumainkan dengan kedua tetekku meniru adegan di blue film VCD.

    Tak kusangka, dengan adegan begitu, Ronald mampu memuncratkan air maninya, dan menyemprot ke arah wajahku. Aneh sekali, aku tak jijik, bahkan aku melulurkannya kebagian muka dan kurasakan nikmat yang dalam sekali. ” Kamu curang ! Belum apa-apa sudah keluar !” Seruku.” Sorry, enggak tahan….” Jawabnya. Kutarik dia dan kutuntun ****** ronal masuk ke memekku, kudekap dia dalam-dalam, kuciumi bibirnya, dan kugoyang-goyang pinggulku sejadinya. Ronald diam saja, tampak dia agak ngilu, tapi tetap kugoyang, dan ah….aku yang puas kali ini, hingga tak sadar aku mmencubit perutnya keras-keras dan aku setengah berteriak kenikmatan, terasaada sesuatu yang keluar di vaginaku, aku sudah sampai klimaks yang paling nikmat.Setelah selesai mandi, berdandan, baru terasa alat vitalku perih. Mungkin karena aku terlalu bernafsu sekali. Setelah semuanya beres, sebelum kami meninggalkan kamar itu untuk pulang, kami sempat saling berpelukan di depan cermin. Tak banyak kata-kata yang kami bisa keluarkan. Kami membisu, saling memeluk. ” Aku sayang kamu Yulia ” Terdenga suara Ronald setengah berbisik, seraya dia menatap wajahku dalam-dalam. Aku masih bisu, entah kenapa bisa begitu. Diulanginya kata-kata itu hingga tiga kali. Aku masih diam.Tak kuduga sama sekali, aku meneteskan airmata, terharu sekali. ” Aku juga sayang kamu Ron ” Kataku lirih.” Sayang itu bisa abadi, tapi cinta sifatnya bisa sementara ” Sambungku lagi.

    Ronald menyeka air mataku dengan jemarinya. Aku tampak bodoh dan cengeng, kenapa aku bisa tunduk dan pasrah dengan anka muda ini ? Setelah puas dengan adegan perpisahan itu, lantas kami melangkah keluar kamar, setelah check out, kami menuju Blok M dan kami berpisah di pelataran parkir. Aku sempat mengecup pipinya, dia juga membalasnya dengan mencium tanganku. Ronald kembali kerumahnya, dan aku pulang dengan gejolak jiwa yang sangat amat berkecamuk tak karua.Rasa sedih, bahagia, puas, cinta, sayang dan sebaginya dan sebagainya. Ketika memasuki halaman rumahku, aku terkejut sekali, banyak orang berkumpul disana. Astaga ada bendera kuning dipasang disana. Aku mulai gugup, ketika aku kemuar dari mobil, kudapati keluarga mas Burhan sudah berkumpul, ada yang menangis. Ya ampun, mas Burhan suamiku sudah dipanggil Yang Kuasa. Aku sempat dicerca pihak keluarganya, kata mereka aku sulit dihubungi. Karuan saja, HP ku dari sejak di Hotel kumatikan hingga aku dirumah belum kuhidupkan. Kulihat mas Burhan sudah terbujur kaku ditempat tidur.Dia pergi untuk selamanya, meninggalkan aku, meninggalkan seluruh kekayaannya yang melimpah ruah. Kini aku jadi janda kaya yang kesepian dalam arti yang sebenarnya.

    Tiga hari kemudian aku menghubungi Ronald via HP, yang menjawab seorang perempuan dengan suara lembut. Aku sempat panas, tapi aku berusaha tak cemburu. Aku mendapat penjelasan dari wanita itu, bahwa dia adik kandungnya Ronald. Dan dijelaskan pula bahwa Ronald sudah berangkat ke Amerika secara mendadak, karena dipanggil Papa Mamanya untuk urusan penting.Kini aku telah kehilangan kontak dengan Ronald, sekaligus akan kehilangan dia. Aku kehilangan dua orang laki-laki yang pernah mengisi hidupku. Sejak saat itu sampai kini, aku selalu merindukan laki-laki macho seperti Ronald. Sudah tiga tahun aku tak ada kontak lagi dengan Ronald, dan selama itu pula aku mengisi hidupku hanya untuk shopping, jalan-jalan, nonton, ah…macam-macamlah. Yang paling konyol, aku menjadi pemburu anak-anak muda ganteng. Banyak sudah yang kudapat, mulai dari Gigolo profesional hingga anak-anak sekolah amatiran.Tapi kesanku, Ronald tetap yang terbaik !!! Dalam kesendirianku ini . . . Segalanya bisa berubah .. . Kecuali, Cinta dan kasihku pada Ronad, Aku tetap menunggu, sekalipun kulitku sampai kendur, mataku lamur, usiaku uzur, ubanku bertabur, dan sampai masuk kubur, Oh….Ronald, kuharap engkau membaca kisah kita ini. Ketahuilah, bahwa aku kini menjadi maniak seks yang luar biasa, hanya engkau yang bisa memuaskan aku Ron ?

  • Cerita Sex Rame – Rame Itu Enak

    Cerita Sex Rame – Rame Itu Enak


    1725 views

    Perawanku – Peristiwa ini terjadi kira kira sudah 2 tahun yang lalu pertengahan bulan september 2013 yaitu ketika
    2 pasangan sedang berlibur kepuncak saat itu liburan sekolah aku mengajak pacarku silvi dan temanku
    eros mengajak pacarnya namanya lisa.

    Kalau dibandingkan antara Silvi dan Lisa keduanya sama-sama menggairahkan. Silvi orangnya tomboy
    sedang Lisa sangat manis, kalau payudaranya lebih besar punya Silvi. Kita berempat masing-masing sudah
    bertunangan dan rencananya akan menikah bersamaan. Karena kita sudah sangat akrab satu dengan lainnya.

    Singkat cerita kami berangkat dengan mobil sesampainya di Puncak kami menginap di Villaku. Kami
    beristirahat sebentar lalu malamnya kami berputar-putar mencari angin. Di dalam mobil Eros berpelukan
    dengan Lisa di belakang.

    “kamu kok sudah nggak sabar sih kan malam masih panjang” kataku.

    “Habis dingin banget nih” jawabnya. Dengan kaca spionku aku dapat melihat dengan jelas mereka
    berciuman dan tangan Eros bergerilya di sekitar dada Lisa, wah tegang aku jadinya melihat mereka dan
    Lisa tampak sangat cantik malam ini.

    “San kalau kamu gitu aku jadi nggak tahan lho..” kata Silvi.

    “Kamu duduk belakang sekalian aja”, jawab Lisa.

    “Edan keenakan Eros dong”, jawabku.

    “Nggak apa-apa to Ric kan sama temen kok dianggap sama orang lain”, jawab Eros.

    “Boleh khan yang”, tanya Silvi. Poker Singa

    “Terserah kamu aja jika pingin nyoba sana pindah” jawabku, lalu Silvi langsung pindah ke belakang.
    Eros jadi duduk di tengah, dia mencium Silvi dan Lisa bergantian.

    “Nanti sesampai di Villa ganti aku nyoba Lisa ya..”, tanyaku.

    “Boleh”, sahut mereka serempak.

    Karena sudah tidak tahan aku putar mobilku dan langsung kembali ke villa. Aku langsung rangkul Lisa
    dan aku ciumi, aku lakukan itu di ruang tengah, sedang Silvi dan Eros nonton TV.

    “yuk kita main berempat di kamar aja” ajak Eros.

    Cerita Sex Rame – Rame Itu Enak

    Cerita Sex Rame – Rame Itu Enak

    “OK, aku dan Lisa sih pasti mau-mau aja cuman Silvi apa mau jika kamu ikut? sebab kamu kan jelek,
    gantengan aku?”.

    “Ngejek ya aku sih malah takut jika Silvi nanti ketagihan sama pelerku”.

    Lalu kami berempat mulai masuk ke kamar utama. Kami berempat lalu telanjang bulat.

    Pertama-tama kami ciuman aku dengan Lisa sedang Silvi dengan Eros. Kita sih sudah sering melakukan
    hubungan seks tapi kalau berganti pasangan dan main secara bersama sih baru kali ini.

    Aku lirik si Silvi dia sudah mulai mengisap penis Eros, sedang Eros merem-melek keenakan. Aku sedang
    mainin clitoris Lisa dengan lidahku dia sangat terangsang kelihatannya.

    Lalu aku ganti diisep oleh Lisa. Kalau isapannya sih enakan isapan Silvi, si Lisa kurang pengalaman
    kali.

    “Mari kita main bareng”, ajakku.

    Lalu kita berempat tiduran di karpet si Lisa mengisap penisku dan aku mainin vagina Silvi dengan
    mulutku, sedang Eros diisap Silvi dan Eros mainin vagina Lisa. Kami main posisi begitu dengan
    berganti-ganti pasangan.

    Setelah puas aku main dengan lisa, vaginanya aku masukin penisku, penisku lebih besar dari punya Eros
    cuman kalah panjang. Vaginanya sih lebih nikmat punya Lisa sebab lebih kecil ukurannya dan tidak
    terlalu becek jadi lebih nikmat rasanya.

    Kami main berganti posisi dan juga berganti pasangan. Setelah puas aku dan Eros keluarin di mulut
    pacar masing-masing. Dan malam itu aku tidur dengan Lisa dan Silvi tidur dengan Eros.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Misteri Gadis Tengah Malam

    Cerita Sex Misteri Gadis Tengah Malam


    1720 views

    Perawanku – Cerita Sex Misteri Gadis Tengah Malam, Sejak tadi suara itu mengganggunya. Suara seorang perempuan yang penuh desah kemanjaan itu, seakan memanggil Norman beberapa kali. Dahi Norman berkerut, hatinya bimbang dengan pendengarannya. Menurutnya, tak mungkin ada perempuan yang memanggilnya di tengah malam. Norman sengaja melupakan suara itu.

    Ia mendengar langkah kaki di depan kamarnya, tapi ia tahu itu langkah kaki Susilo, teman satu pondokan. Ia bergegas membuka pintu kamarnya dan memanggil Susilo yang hendak masuk ke kamar sebelah.

    “Sus… jam berapa ini?” tanya Norman.
    “Setengah satu kurang,” jawab Susilo sambil membetulkan celananya. Agaknya ia habis dari kamar mandi untuk buang air. Susilo justru berkata,
    “Kau sendiri kan punya arloji, masa’ masih tanya aku?”
    “Arlojiku mati! Eh, sebentar, Sus!” Norman keluar dari kamarnya, tidak sekadar melongokkan kepala. Ia mendekati Susilo yang berdiri di ambang pintu kamarnya sendiri. Dengan nada herbisik Norman bertanya,
    “Sus, kau tadi waktu ke kamar mandi melihat ada perempuan di sekitar sini?”
    “Maksudmu?” Susilo berkerut dahi.
    “Aku mendengar suara perempuan di samping kamar, la seakan memangil-manggil aku.”
    “Perek. mungkin!” jawab Susilo seenaknya. Norman hanya mendesah.
    “Aku serius, Sus. Dari tadi aku tidak bisa tidur karena mendengar suaranya.” Susilo berpikir sejenak, tubuhnya bersandar pada kusen pintu. Seingatnya, waktu ia ke kamar mandi, ia tidak melihat sekelebat manusia. Pondokan itu sepi. Maklum sudah lewat
    tengah malam. Beberapa mahasiswa yang kost di situ kebanyakan sudah tidur. Kalau toh ada, mereka pasti di dalam kamar menekuni bukunya.
    “Menurutku, kau hanya terngiang-ngiang cewekmu saja,” kata Susilo.
    “Maksudmu, Arni? Ah, suara Arni tidak seperti itu.”
    “Kalau begitu, kau hanya mendengar suara hatimu saja. Halusinasi! Ah, ngapain repot-repot memikirkan suara, kaukan bukan penata rekaman!”
    Susilo masuk, menutup kamarnya. Norman mengeluh dalam desah napas tipis. Ia berhenti sejenak ketika mau masuk ke kamarnya. Matanya memandang sekeliling. Oh, pondokan itu amat sepi. Lengang. Denni yang biasanya masih memutar kaset sampai jauh malam, kali ini agaknya sudah tidur. Lampu di kamarnya telah padam. Lampu-lampu di kamar lain pun padam. Hanya ada dua kamar yang lampunya masih menyala, kamar Mahmud dan kamar Tigor. Mungkin mereka sedang menekuni materi ujiannya untuk besok. Tengkuk kepala meremang lagi, Norman bergidik. Badannya bergerak dalam sentakan halus. Karena, ketika ia masuk ke kainar dan hendak menutup pintu, ia mendengar suara perempuan dalam desah kemanjaan yang memanggilnya.
    “Normaaan…! Normaaan….”
    Lampu kamar Norman sengaja diredupkan. Ia menyalakan lampu biru 10 watt sejak tadi. Menurut kebiasaannya, tidur dengan nyala lampu biru yang remang-remang membuat kesejukan tersendiri dalam hatinya. Namun, kali ini, kesejukan itu tidak ada. Yang ada hanya kegelisahan dari kecamuk hati yang terheran-heran atas terdengarnya suara panggilan itu. Angin malam lewat. Desaunya terasa menerobos dari lubang angin yang ada di atas jendela kamar. Suara itu terdengar lagi setelah dua menit kemudian.
    “Normaaan…! Datanglah…!”
    Dengan berkerut-kerut dahi, Norman bangkit dari rebahannya.
    “Suara itu seperti berada di luar jendela,” pikir Norman. Kemudian, ia mendekati pintu jendela. Ingin membuka jendela, tetapi ragu. Hatinya berkata, “Tidak mungkin ada perempuan di luar jendela. Dari mana ia masuk? Pintu pagar dikunci. Tidak mungkin ia memanjat pagar. Kalau memang ada perempuan yang memanjat pagar, itu nekat namanya.”
    Kemudian, telinga Norman agak ditempelkan pada daunjendela. Tapi yang didengar hanya suara desau angin, gemerisik dedaunan. Kamar Norman memang kamar paling ujung dari sederetan kamar kost-kostan itu. Di samping kamar, di seberang jendela itu, adalah sebidang tanah yang biasa dipakai olah raga. Ada lapangan bulu tangkis, dan meja ping-pong yang jika malam begitu dalam posisi miring, menempel dinding kamar Norman. Tanah yang merupakan fasilitas olah raga itu dikelilingi oleh pagar tembok. Pada bagian atas pagar diberi kawat berduri sebagai penolak tamu tak diundang. Di seberang pagar tembok itu ada pohon rambutan milik tetangga belakang pondokan. Sebagian daun dan dahan pohon itu menjorok ke halaman pondokan, dan meneduhkan bagi mereka yang bermain pingpong jika siang hari.
    Norman sudah tiga menit lebih berdiri di depan jendela, tetapi suara perempuan yang menggairahkan itu tidak terdengar lagi. Maka, ia kembali ke pembaringan dan merebahkan badan.. Ia kelihatan resah. Batinnya bertanyatanya,
    “Mengapa aku mendengar suara itu? Dan, sepertinya memang aku pernah mendengar suara itu. Suara siapa, ya?”
    Ada gonggongan anjing dari rumah belakang pondokan. Gonggongan anjing itu mulanya hanya sesekali. Ditilik dari nada gonggongannya, anjing itu seakan sedang menggoda orang lewat.
    Tetapi, gonggongan anjing itu lama-lama jadi memanjang. Mangalun mendayu-dayu mirip irama orang merintih kesakitan. Suara anjing itu menyatu dengan suara perempuan yang kian jelas di pendengaran Norman.
    “Normaaan…! Norrr…! Lupakah kauuu…? Lupakah kau padaku, Norman…!”
    Norman segera melompat dari pembaringannya, dan membuka jendela. Jantungnya berdetak-detak ketika wajahnya diterpa angin yang berhembus membawa udara dingin. Sekujur tubuhnya merinding. Matanya melebar, karena ia tidak menemukan siapa-siapa di luar jendela kamarnya.Padahal suara tadi jelas terdengar di depan jendela, seakan mulut perempuan itu ditempelkan pada celah jendela supaya suaranya didengar Norman. Tetapi, nyatanya keadaan di luar kamar sepi-sepi saja.
    “Brengsek!” geram Norman. Ia menunggu beberapa saat,
    sengaja membuka jendelanya, sengaja membiarkan angin dingin menerpa masuk ke kamar. Suara perempuan yang penuh desah menggairahkan itu tidak terdengar lagi. Norman mengeluh kesal sambil duduk di kursi belajarnya. Ia menyalakan lampu belajar yang ada di meja kamar. Kamar menjadi terang. Cermin di depan meja belajar menampakkan wajahnya yang sayu. Pintu kamarnya tiba-tiba ada yang mengetuknya dengan lembut. Pelan sekali, seakan pe-ngetuknya sengaja hati-hati supaya suara ketukan tidak didengar penghuni pondokan yang lainnya. Norman melirik ke arah pintu. Membiarkan ketukan itu terulang beberapa kali. Lalu, ia mendengar suaraperempuan di seberang pintunya.
    “Nor…? Normaaan…!”
    “Siapa…?!”
    tanya Norman dengan nada kesal, karena iatahu, bahwa suara perempuan yang mengetuk pintu kamarnya itu sama persis dengan suara yang mengganggunya sejak tadi. Tapi, karena tidak ada jawaban dari pengetuk pintu, Norman berseru lagi,
    “Siapa sih?! Jawab dong!”
    “Aku…!”
    “Aku siapa?! Sebutkan!”
    Norman sudah berdiri walau belum mendekat ke pintu.
    “Kismi….”
    Mata Norman jadi membelalak. Kaget.
    “Kismi…?!”
    desahnya dengan nada heran sekali. Ia mengenal pemilik nama itu, tapi ia sama sekali tidak menyangka kalau Kismi akan datang, apalagi lewat tengah malam begini. Norman pun akhirnya bergegas membukakan pintu setelah ia sadar, bahwa suara yang sejak tadi memanggilnya itu memang suara Kismi.
    “Sebentar, Kis…!”
    kata Norman, yang kemudian segera membukakan pintu.
    “Hah…?!” Ia terperanjat dengan jantung berdetak-detak.
    Di luar kamarnya, tidak ada siapa-siapa. Sepi. Hanya hembusan angin yang dirasakannya begitu dingin dan membuat tubuhnya merinding lagi. Dalam keadaan bingung dan berdebar-debar itu, Norman masih menyempatkan diri berpaling ke kanan-kiri, mencari Kismi yang menurutnya bersembunyi. Tapi, tak terlihat bayangan atau sosok seseorang yang bersembunyi. Di kamar mandi? Tak mungkin. Kamar mandi terlalu jauh dari kamar Norman jika akan digunakan seseorang untuk berlari dan bersembunyi. Sebelum orang itu sempat bersembunyi, pasti Norman sudah melihatnya lebih dahulu.
    “Kismi…?!”
    Norman mencoba memanggil perempuan yang dikenalnya kemarin malam itu, tetapi tidak ada jawaban. Makin merinding tubuh Norman. dan semakin resah hatinya di sela debaran-debaran mencekam. Karena ditunggu beberapa menit Kismi tidak muncul lagi, bayangannya pun tak terlihat, maka Norman pun segera menutup pintu kamarnya dengan hati bertanya-tanya:
    “Kemana dia?”
    Mendadak gerakan penutup pintu itu terhenti. Mata Norman sempat menemukan sesuatu yang mencurigakan di lantai depan pintu. Aneh, namun membuatnya penasaran.
    “Kapas…?!”
    Hati semakin resah, kecurigaan kian mengacaukan benaknya. Segumpal kapas jatuh di lantai depan pintu. Sedikit bergerak-gerak karena hembusan angin. Ada rasa ingin tahu yang menggoda hati Norman. Maka. dipungutnya kapas itu. Ketika tubuh Norman membungkuk untuk mengambil kapas, tiba-tiba angin bertiup sedikit kencang. Kapas itu bergerak, terbang. Masuk ke kamar. Gerakan kapas sempat membuat Norman yang tegang terperanjat sekejap. Pintu ditutup, dan kapas itu dipungutnya. Ia segera melangkah ke meja belajarnya, mencari tempat yang terang. Ia memperhatikan kapas itu di bawah penerangan lampu belajarnya.
    “Apakah kapas ini milik Kismi?”
    pikirnya sambil mengamatamati segumpal kapas yang kurang dari satu genggaman. Ada aroma bau harum yang keluar dari kapas itu. Bau harum itu mengingatkan Norman pada jenis parfum yang baru sekali itu ia temukan. Parfum yang dikenakan pada tubuh Kismi.
    “Aneh?! Mengapa Kismi tidak muncul lagi?”
    pikirnya setelah setengah jam lewat tak terdengar suara Kismi maupun ketukan pintu.
    “Mengapa ia hanya meninggalkan kapas ini? Lalu, kapas untuk apa ini? Apakah Kismi sakit? Apakah ia hanya bermaksud mengingatkan kenangan semalam?”
    Norman tertawa sendiri. Pelan. Ia kembali berbaring dengan jantung yang berdebar takut menjadi berdebar indah.Kapas itu  diletakkan di samping bantalnya, sehingga bau harum yang lembut masih tercium olehnya. Pikiran Norman pun mulai menerawang pada satu kenangan manis yang ia peroleh kemarin malam. Kisah itu, sempat pula ia ceritakan kepada Hamsad, teman baiknya satu kampus, dan Hamsad sempat tergiur oleh cerita tentang Kismi.

    ***
    “Siapa yang mengajakmu ke sana?” tanya Hamsad waktu
    itu.
    “Pak Hasan! Mungkin dia ingin men-service aku, supaya
    buku pesanannya cepat kukerjakan. Wah, tapi memang luar
    biasa, Ham,” ujar Norman berseri-seri. “Perempuan itu
    cantiknya mirip seorang ratu!”
    “Kau yang memilih sendiri?” Hamsad tampak bersemangat.
    “Bukan. Dia datang sendiri ke motel-ku. Kurasa, Pak Hasan
    yang memesankan cewek itu untukku. Atau, barangkali
    memang service dari motel itu sendiri, entahlah. Yang jelas,
    dia datang di luar dugaanku. Tak lama kemudian, setelah kami
    berbasa-basi sebentar, datang juga perempuan lain. Tapi,
    kutolak. Aku lebih memilih perempuan pertama. Mulus dan
    sexy sekali dia. Namanya, Kismi. Antik, kan?!”
    “Terus…? Terus bagaimana?” desah Hamsad tergiur.

    8
    “Macan, Mack! Luar biasa romantisnya. Hebat. Baru kali ini
    aku menemukan perempuan cantik yang punya daya rangsang
    yang luar biasa! Tujuh malam bersama dia tanpa keluar dari
    kamar, aku akan betah! Kurasa kau sendiri tidak akan sempat
    mengenakan pakaianmu lagi kalau sudah bersamanya, Ham!”
    Hamsad tertawa ngakak ketika itu. Ia benar-benar
    terperangah cerita Norman. Khayalannya melambung tinggi
    ketika Norman menceritakan detail kehebatan Kismi.
    “Berapa anggaran untuknya?” tanya Hamsad dengan gaya
    kelakar.
    “Aku tidak tahu. Mungkin Pak Hasan-lah yang mengurus
    soal itu. Antara pukul 4 atau 5 pagi, dia pamit. Dia tidak minta
    bayaran padaku. Ketika kutanya tentang uang taksi, dia hanya
    tersenyum, lalu pergi.”
    “Kurasa dia perempuan panggilan kelas atas, Nor!”
    “Menurut dugaanku juga begitu! Tapi, itu kan urusan Pak
    Hasan. Aku mau tanya tentang tarif argo untuk perempuan
    semacam Kismi, ah… nggak enak. Riskan.”
    “Beruntung sekali kau mendapat service seperti itu!”
    “Makanya konsekuensinya aku harus segera menyelesaikan
    naskah pesanan Pak Hasan itu! Siapa tahu selesai itu aku
    dibawanya ke motel tersebut. Kalau ke sana lagi, aku tidak
    ingin mencari perempuan lain. Hanya Kismi yang kubutuhkan,
    dan aku juga menghendaki Motel Seruni, tidak mau Motel
    Mawar, Kenanga, atau yang lainnya. Karena, kenanganku
    bersama Kismi yang pertama kali ada di Motel Seruni itu!”
    ***
    Malam semakin mengalunkan kesunyian, dan kesunyian itu
    sendiri menaburkan perasaan cemas. Sedangkan perasaan
    cemas itu membawa desiran indah bagi sebaris kenangan
    bersama Kismi. Bau harum dari parfum pada kapas semakin
    menggoda khayalan Norman. Khayalan itulah yang
    menumbuhkan rasa rindu, rasa ingin bertemu dan rasa ingin
    bercumbu. Maka, Norman pun menggeliat dengan gelisah.
    Darahnya dibakai’ oleh khayalannya sendiri. Nafsunya
    menghentak-hentak jantung, menuntut suatu perbuatan nyata

    9
    dari birahi yang ada. Norman menjadi bernafsu sekali untuk
    bertemu dengan Kismi.
    “Kismiii…!” erangnya dari sebuah rintih dari kerinduan.
    Dan, kerinduan itu akhirnya menjadi racun pada jiwa Norman.
    Emosinya meluap, meletup-letup, bahkan tak bertakaran lagi.
    Emosi itu bukan hanya sekadar luapan gairah bercinta saja,
    melainkan kebencian, kemarahan, kesedihan, semuanya
    bercampur aduk dan menyiksa jiwa Norman. Ia sempat
    meremat bantalnya kuat-kuat dengan tubuh gemetar, lalu
    ditariknya re-matan itu dan robeklah kain bantal. Isinya
    berhamburan, diremas pula dalam suara yang menggeram.
    Tubuh berkeringat, urat-urat menegang, gemetar dan ia
    menggemeletukkan gigi kuat-kuat dengan mata mendelik.
    Perubahan itu aneh sekali, namun tidak disadari oleh
    Norman. Napasnya terengah-engah seperti orang habis lari
    jauh. Matanya menjadi liar, ia menggeram beberapa kali,
    bahkan mengerang seperti seekor monyet buas yang hendak
    mengamuk.
    Sementara itu, sisa kesadarannya sesekali tumbuh, dan
    membuat Norman mampu meredam gejala anehnya itu. Ia
    sempat bertanya dalam hati, “Mengapa aku jadi begini?
    Mengapa aku benci pada diri sendiri?”
    Masa kesadarannya hilang lagi, kembali ia dalam amukan
    jiwa yang tak terkontrol. Ia mengamuk, berguling-guling di
    ranjangnya. Tangannya mencakar-cakar kasur, membuat
    seprei menjadi tercabik-cabik. Bahkan guling pun diremas,
    digigitnya kuat-kuat bagai beruang lapar. Sampai beberapa
    saat hal itu dilakukan di luar kesadarannya, kemudian ia
    terkulai lemas sambil terengah-engah.
    “Apa sebenarnya yang kualami ini…?! Oh, badanku sakit
    sekali…!” keluhnya lirih, nyaris tanpa suara.
    Plakkk…!
    Norman terkejut. Tiba-tiba ia memukul kepalanya sendiri
    dengan keras. Ia merasa heran, mengapa tangan kanannya
    bergerak sendiri menampar wajahnya. Bahkan kini tangan.

    kanan itu mengejang-ngejang, jarinya membentuk cakar yang
    kokoh.
    “Oh, kenapa tanganku ini?!” Norman menjadi tegang
    dengan mata melotot, memandangi tangan kanannya. Hanya
    tangan kanannya.
    Tangan itu sukar dikendalikan. Norman ingin melemaskan
    otot-ototnya, namun tidak berhasil Bahkan sekarang tangan
    kanannya yang membentuk cakar itu bergerak ke atas.
    Mendekati wajahnya. Norman melawannya, berusaha
    mengendalikan gerakan itu, tetapi tidak berhasil. Tiba-tiba
    gerakan tangan itu begitu cepat menghampiri wajahnya dan
    mencakar wajah itu sendiri.
    “Aaaow…!” Norman berteriak, namun tidak begitu keras,
    karena hanya luapan rasa kagetnya saja. Ia masih
    memandang tangan kanannya dengan mendelik. Tangan itu
    terasa ingin bergerak lagi mencakarnya, dan Norman berusaha
    melawan kekuatan yang ada pada tangan tersebut.
    “Gilaaa…!”
    Norman berteriak keras dan semakin ketakutan oleh
    tangannya sendiri. Ia benar-benar panik dan tak mengerti,
    mengapa tangannya bergerak di luar kemauannya?Dari kamar Susilo, teriakan Norman itu terdengar tidak
    terlalu keras, tapi jelas. Susilo yang belum tertidur nyenyak itu
    menjadi curiga. Ia menelengkan telinganya, menyimak suara
    dari kamar Norman. Dahinya berkerut menandakan perasaan
    anehnya.
    “Sinting dia. Hampir pukul dua pagi masih teriak-teriak
    juga. Ada apa sih?” gerutu Susilo sendirian. Suara gaduh dari
    kamar Norman itu benar-benar mengganggunya, sampaisampai
    ia terpaksa bangkit dan turun dari ranjang.
    Untuk melangkah keluar dari kamar. Susilo ragu-ragu. Ia
    masih menyimak suara gaduh yang mirip seseorang sedang

    11
    bergelut mengalahkan sesuatu. Mulanya Susilo menyangka
    Norman sedang membawa perempuan masuk ke kamarnya,
    namun setelah makin disimak, ternyata suara erangan Norman
    itu tidak mirip seseorang sedang mencumbu kekasihnya. Tapi
    lebih mirip seseorang yang sedang bertengkar.
    Prang…!
    Suara di kamar Norman semakin jelas. Berisik dan gaduh.
    Entah apa yang telah jatuh dan pecah sehingga suaranya
    sempat membuat Susilo tergerak kaget.
    “Aneh. Kenapa aku jadi merinding?” gumam Susilo sambil
    melangkah mendekati pintu. Ia bermaksud mengingatkan
    Norman agar tidak menimbulkan suara gaduh yang
    mengganggu, tapi hatinya menjadi bimbang, dan ia berdesir
    merinding saat hendak membuka pintu.
    Brak…! Prang…!
    Sekali lagi kamar Norman bagai mengalami gempa.
    Agaknya sesuatu telah membuat kamar itu menjadi porakporanda.
    Susilo pun akhirnya keluar dari kamar. ,
    “Astaga…!” Susilo terpekik tertahan. Jantungnya berdesir
    ketika ia melihat sosok manusia berdiri di depan pintu
    kamarnya. Untung saja ia tidak menjerit, karena ia buru-buru
    menyadari bahwa sosok manusia itu adalah Denny.
    Sambil membungkus badannya dengan selimut, Denny
    memandang pintu kamar Norman dan melangkah mendekati
    Susilo. Ia bertanya pelan,
    “Ada apa dia? Ngamuk sama siapa sih?”
    “Mana aku tahu?” Susilo menjawab dengan bisikan.
    Yoppi keluar juga dari kamarnya yang berjarak dua kamar
    dari kamar Norman. Ia bergabung dengan Denny dan Susilo,
    di depan kamar Susilo.
    “Berkelahi dengan siapa si Norman?” tanya Yoppi. Ia
    mengerjap-ngerjapkan mata karena terbangun dari tidurnya.
    “Tadi ia menanyakan tentang perempuan,” kata Susilo. “Ia
    mengaku mendengar suara perempuan memanggilnya.”

    12
    “Perempuan?!” Alis Yoppi yang tebal hampir menyatu
    karena heran. Tangan Yoppi menggaruk-garuk pinggang
    sambil masih mengerjap-ngerjap pertanda masih mengantuk.
    “Wah, gawat. Jangan-jangan dia membawa masuk perek,”
    kata Denny. “Kalau ketahuan ibu kost, nggak enak kita!”
    “Atau, siapa tahu ia berkelahi dengan pencuri?” kata Yoppi.
    Kemudian, Susilo memberanikan diri mengetuk pintu kamar
    Norman. “Nor…?! Nor, ada apa sih? Sudah lewat malam ini,
    Nor!”
    Jawaban yang ada hanya suara Norman yang menggeramgeram
    seakan sedang mengalahkan sesuatu. Ketiga teman
    kost itu menjadi cemas dan makin curiga. Yang menambah
    mereka cemas ialah suara Norman dalam satu teriakan rasa
    sakit.
    “Aaaow…! Uh, uh… uh… hiaaah…!” suara itu sangat jelas.
    “Dobrak saja pintunya,” kata Denny kepada Susilo dan
    Yoppi yang berusaha menggedor pintu kamar Norman.
    “Sialan! Aku jadi merinding sendiri. Aku mencium bau
    wangi,” kata Denny.
    “Aku juga mencium bau parfum enak,” sambung Yoppi.
    “Kurasa benar. Norman memasukkan perek ke dalam
    kamarnya.”
    Itulah yang membuat mereka ragu-ragu. Mereka tidak
    tahu, bahwa di dalam kamar Norman sedang berusaha
    mengalahkan gerakan tangan kanannya yang sepertinya
    bernyawa sendiri itu. Tangan kanan itu sudah ditekan matimatian
    menggunakan tangan kiri, namun gerakannya masih
    belum bisa dikendalikan. Tangan itu seolah-olah sosok
    makhluk tersendiri yang bergerak memukuli wajah Norman
    sendiri. Bahkan, ketika tangan kanan itu bergerak sendiri
    mengambil gunting, Norman berusaha menariknya. Tapi,
    tenaga Norman yang telah digerakkan kekuatan penuh itu
    tidak mampu menarik tangan kanan yang hendak memegang
    gunting. Tangan tersebut seakan mempunyai kekuatan yang
    lebih besar dari seluruh kekuatan tenaga Norman sebenarnya.

    13
    Lalu, ketika gunting itu telah digenggam oleh tangan kanan
    secara kokoh, tiba-tiba gerakan tangan kanannya itu melesat
    ke arah dada. Norman menjerit kesakitan, karena ujung
    gunting itu menancap di bawah pangkal pundaknya. Darah
    mulai mengucur keluar dan Norman masih terengah-engah
    melawan kekuatan tangan kanannya. Tangan yang
    menggenggam gunting itu seakan ingin menusuk-nusuk tubuh
    Norman sendiri dengan tanpa mengenal ampun lagi. Norman
    berusaha menahan dengan seluruh kekuatan dan tenaga yang
    dikerahkan. Ternyata hal itu tidak mampu. Gunting itu
    bergerak sendiri ke arah dada Norman. Pada waktu itu
    Norman tak ingin ditusuk oleh dirinya sendiri. Ia berusaha
    memegangi tangan kanannya dengan tangan kiri, sampaisampai
    ia berguling-guling di lantai. Tetapi, pada satu detik
    tertentu, gunting itu berhasil mengenai perutnya. Jubbb…!
    “Aaaow…!” teriaknya. Rasa sakit membuat ia makin
    mendelik. Tapi beruntung sekali gunting itu tidak masuk
    terlalu dalam, hanya beberapa mili dari ujung gunting.
    Brakkk…! Pintu berhasil didobrak oleh Denny dan Susilo.
    Ketigji orang itu terbelalak tegang melihat Norman berusaha
    menikam tubuhnya dengan gunting. Mereka menyangka
    Norman hendak melakukan bunuh diri, sehingga Denny pun
    berteriak,
    “Jangan gila kau, Norman!”
    “Cegah dia! Dia mau bunuh diri!” seraya berkata begitu
    Yoppi mendorong kedua temannya, dan Susilo serta Denny
    segera berusaha menyergap Norman. Saat itu Norman
    menyadari kehadiran ketiga temannya, tetapi ia tidak bisa
    mengendalikan gerakan tangan kanannya.
    “Pergi! Jangan dekati aku, nanti kalian celaka…!” teriak
    Norman.
    Gunting itu sedang ditahan kuat-kuat, karena hendak
    menusuk ulu hatinya. Norman mengerahkan kekuatannya,
    otot lengannya tampak bertonjolan. Namun, bagi mereka yang
    tidak tahu, Norman disangka sedang ragu-ragu untuk
    menusukkan gunting ke dalam tubuhnya.

    14
    “Lepaskan gunting itu! Lepaskan!” teriak Denny. “Jangan
    picik kau, Norman…!”
    Denny berusaha merebut gunting di tangan kanan Norman,
    tetapi baru saja mendekat, tiba-tiba tangan kanan itu bergerak
    di luar kontrol kesadaran Norman. Gunting itu mengibas cepat
    dan mengenai lengan Denny.
    “Aaaow…!” pekik Denny kesakitan.
    “Menjauh! Kalian menjauh dari aku. Ohw… aku tidak bisa
    mengendalikan tangan ini!” teriak Norman sambil berusaha
    mengekang gerakan tangan kanannya.
    “Sergap dari belakang!” teriak Yoppi dalam kepanikan.
    Maka, Susilo pun berusaha menyergap Norman dari
    belakang. Tetapi, sebelum Susilo berhasil mendekap tubuh
    Norman, tubuh itu berputar terbawa gerakan tangan
    kanannya. Gunting terarah lurus ke depan, sementara tangan
    kiri Norman masih memegangi tangan kanannya untuk
    menahan gerakan misterius itu.
    “Aaaow…! Kau melukaiku, Nor…!” teriak Susilo yang
    berhasil tergores dadanya oleh kibasan gunting tajam itu.
    “Aku tidak bisa menahan gerakan tanganku! Oh…. Tolong!
    Lekas tolong akuuu…!”
    Norman mendelik-delik dengan mengerang mengerahkan
    tenaga untuk menahan diri. Ia jatuh berlutut karena berusaha
    semaksimal mungkin menahan gerakan tangan kanannya yang
    kini kembali mengacungkan gunting ke arah dadanya.
    “Pukul dia biar pingsan!” teriak Yoppi, namun ia sendiri tak
    berani maju setelah melihat Susilo dan Denny berdarah karena
    terkena gunting tersebut.
    “Dia kemasukan setan!” pekik Denny yang berlari ke arah
    pintu.
    “Tolong…! Aaaoh… tolong aku… hiaaah…!” Norman
    berusaha habis-habisan menahan gerakan tangan kanannya.
    Dan, tiba-tiba ia menjerit tertahan, “Aaahg…!”
    “Normaaan…!” teriak Susilo di puncak kepanikan.
    Norman membelalakkan mata dalam keadaan berdiri
    dengan lutut menghadap ke arah ketiga temannya. Tubuhnya

    15
    menjadi kejang sesaat, karena waktu itu gunting telah berhasil
    menghunjam dada, menembus sampai ke bagian pangkalnya,
    tepat mengenai jantungnya. Darah pun menyembur ke manamana.
    Wajahnya yang mendelik dan kaku itu terkena percikan
    darah sendiri hingga tampak mengerikan.
    Denny diam tak bergerak. Shock. Susilo berteriak-teriak tak
    karuan dengan mata berkaca-kaca, tak tega menyaksikan
    keadaan Norman. Sementara itu, Yoppi berlari dengan panik
    menggedor setiap pintu kamar sambil berteriak-teriak
    mengagetkan mereka yang sedang tertidur nyenyak.
    “Norman bunuh diri…! Norman mati bunuh diri…!” seru
    Yoppi dengan suara tak tanggung-tanggung lagi kerasnya.
    Perlahan-lahan tubuh Norman limbung. Tangan kanannya
    masih memegangi gunting yang menikam jantungnya sampai
    ke bagian pangkal. Kemudian, tangan kanan itu mulai
    melemas bersama gerakan limbung tubuh Norman. Lalu, ia
    pun tergeletak di lantai yang banjir karena darah. Matanya
    masih mendelik ketika ia menghembuskan napas terakhir di
    depan Denny. Semakin shock Denny menyaksikan kengerian
    itu, semakin pucat sekujur tubuhnya. Ketika teman-teman satu
    pondokan menghambur ke kamar Norman, Denny jatuh
    terkulai tak sadarkan diri.
    Lalu, menyebarkan berita tentang kematian Norman.
    Semua mulut mengatakan, Norman mati bunuh diri. Hamsad,
    sebagai teman dekat Norman yang pernah tinggal sekamar
    dengan Norman, merasa tak yakin jika Norman sampai bunuh
    diri. Dalam rona kesedihan yang dalam, Hamsad menjelaskan
    kepada mereka,
    “Tiga bulan aku pernah tinggal sekamar dengannya, dan
    aku tahu kekerasan hatinya Norman bukan pemuda cengeng.
    Norman cukup tangguh dalam menghadapi kesulitan apa pun.
    Tak mungkin rasanya jika ia mati bunuh diri.”
    “Tapi, aku melihat sendiri saat ia menikamkan gunting itu
    ke arah dadanya,” kata Yoppi meyakinkan.

    16
    Hamsad menghempaskan napas dukanya. Kemudian, ia
    berkata dengan pelan, “Pasti ada sesuatu yang tak beres pada
    dirinya.”
    Tiga hari setelah jenazah Norman dimakamkan di kota
    asalnya, para penghuni pondokan itu masih ramai
    membicarakan tentang kematian Norman. Salah satu di
    antaranya ada yang berpendapat, Norman melakukan hal itu
    karena ada masalah dengan Arni.
    “Mungkin ia takut menghadapi Arni. Mungkin Arni hamil
    dengannya,” tutur Bahtiar kepada teman-temannya yang
    meriung di depan kamar Yoppi. Saat itu, Hamsad juga ada di
    situ dan menyimak beberapa kemungkinan dari mereka.
    “Aku juga punya praduga begitu,” kata Denny. “Tetapi, aku
    telah menghubungi Arni secara pribadi, dan menanyakan hal
    itu.”
    “Lalu, apa kata Arni?” tanya Yoppi.
    “Dia mengaku belum pernah dijamah Norman. Dan,
    memang kenyataannya mereka baru taraf saling menaksir
    saja. Belum berpacaran mutlak, kan?”
    Yang lainnya manggut-manggut. Mereka memang tahu,
    bahwa Norman sedang naksir Arni, mahasiswi seni tari itu.
    Mereka juga tahu, bahwa Arni sedang mempertimbangkan
    untuk menerima kehadiran Norman. Maka, mereka pun
    sepakat, bahwa praduga tentang kehamilan Arni adalah tidak
    benar.
    Susilo yang sejak kematian Norman menjadi orang bego.
    banyak melamun, sering terbengong-bengong di depan
    kamarnya, kali ini ia mulai ikut bicara.
    “Beberapa menit sebelum almarhum meninggal,” kata
    Susilo. “Ia sempat keluar dari kamar. Waktu itu, aku habis dari
    kamar mandi. Almarhum menanyakan tentang suara
    perempuan.”
    Semua mata tertuju pada Susilo. Bahtiar bertanya pelan
    ketika Susilo mengatur pernapasannya. “Suara perempuan
    bagaimana?”

    17
    “Almarhum Norman mendengar suara perempuan
    memanggil-manggilnya. Dan, mencari keluar kamar, lalu
    berpapasan denganku.”
    “Kau sendiri mendengar suara perempuan itu?” tanya Ade,
    yang kamarnya dekat kamar mandi.
    “Tidak,” jawab Susilo sambil menggeleng. “Aku tidak
    mendengar suara apa-apa. Tetapi, sebelum kudengar suara
    gaduh dari kamar Norman, aku sempat mendengar Norman
    seperti bicara dengan seorang perempuan. Aku mendengar ia
    menyebut namanya.”
    “Kau masih ingat nama yang disebutkan Norman?” tanya
    Yoppi.
    Susilo mengangguk dalam tatapan mata menerawang. Lalu,
    ia berkata pelan, “Kismi…!”
    Hanya Hamsad yang terperanjat ketika itu. Yang lain masih
    tertegun tak mengerti maksudnya. Tetapi, Hamsad yang sejak
    tadi menyimak pembicaraan dan pendapat dari mereka, kali ini
    bagai ada sesuatu yang menusuk punggungnya, hingga ia
    menegakkan badan.
    “Kismi…?!” tanyanya kepada Susilo yang tertegun
    dibungkus duka.
    “Ya, Kismi…! Kupikir…, Norman menyuruh perempuan
    menciumnya. Tetapi, setelah kupikir-pikir, ternyata dia tidak
    menyuruh perempuan menciumnya, melainkan menyebutkan
    nama perempuan itu. Kismi.”
    “Kau yakin begitu?” desak Denny.
    Susilo mengangguk. “Ada rangkaian kata lain ketika ia
    mengatakan Kismi. “Sebentar, Kis…? Itu katanya. Setelah itu,
    ia membuka pintu, dan memanggil nama Kismi, sepertinya
    mencari-cari perempuan itu.”
    “Ah, mungkin kau memang salah anggapan,” ujar Bahtiar
    menyangsikan.
    Hamsad buru-buru menyahut, “Tidak! Sus benar. Norman
    memang pernah bercerita padaku tentang Kismi, perempuan
    yang dikenalnya di sebuah motel.”

    18
    “Ooo… jadi, Norman punya cewek baru yang namanya
    Kismi? Begitu?” ujar Denny.
    Kemudian, Hamsad menceritakan apa yang pernah
    diceritakan Norman kepadanya. Ketika itu, mencuatlah
    praduga baru dari mulut Bahtiar,
    “Kalau begitu, dia punya problem dengan Kismi, sehingga
    ia nekat bunuh diri!”
    Sejenak suasana menjadi hening, karena masing-masing
    menekuni analisa dalam benaknya. Beberapa saat setelah
    keheningan itu mencekam, Denny berkata dengan nada
    sedikit menggeram,
    “Aku akan menemui Kismi! Aku merasa ditantang untuk
    mengejar misteri kematian Norman, karena teman kita yang
    malang itu sempat melukaiku dan menikam dirinya sendiri di
    depanku, di depan kau, dan kau juga Yoppi,” seraya Denny
    menuding Susilo dan Yoppi.
    “Kalau ingin mencari dia, datanglah ke motel itu. Kurasa
    bagian front-office pasti mengenal nama Kismi!” ujar Hamsad.
    “Hostes itu menurut Norman termasuk hostes eksklusif, yang
    mungkin biaya pemakaian semalam sama besarnya dengan
    uang semestermu!”
    Denny merasa berhutang budi kepada Norman, karena dulu
    ketika ia sakit, membutuhkan sumbangan darah, Norman-lah
    yang mendonorkan darahnya secara sukarela. Dan, kali ini,
    Denny ingin melacak penyebab kematian Norman yang
    menurutnya punya keganjilan semu. Denny yakin, pasti ada
    tabir misteri di balik kematian Norman. Barangkali juga ada
    hubungannya dengan perempuan malam yang bernama Kismi.
    Atau setidaknya Denny bisa memperoleh informasi dari Kismi
    tentang benar dan tidaknya pada malam itu Kismi datang ke
    pondokan mereka.
    Uang bukan masalah bagi Denny, karena ia memang
    berlimpah uang. Ayahnya direktur sebuah bank ternama di
    ibukota, dan Denny sendiri punya simpanan di beberapa bank.
    Sebenarnya, ia bisa hidup dari uang simpanannya itu. Tak
    perlu kuliah, ia sudah bisa memperoleh pekerjaan. Tetapi,

    19
    ayahnya punya gengsi tinggi, sehingga anaknya dipaksa harus
    memperoleh gelar sarjana penuh yang kelak akan dikirim ke
    Amerika untuk memperdalam study bidangnya. Kalau saja
    Denny mau, tahun-tahun kemarin ia sudah kuliah di Amerika.
    Tapi, Denny belum punya niat untuk ke sana, karena ia
    merasa malu jika ke Amerika hanya modal ijazah SMA saja. Ia
    harus punya modal khusus sebelum ia meraih gelar doktoral di
    Amerika.
    Denny datang ke motel itu bersama Hamsad, sebab
    Hamsad punya dendam tersendiri atas ke-matian Norman,
    sebagai teman dekatnya yang sudah dianggap saudara
    sendiri. Mereka berdua berlagak menjadi tamu yang ingin
    menyewa dua tempat di motel itu.
    “Hanya tinggal satu kamar, Bung,” kata bagian front-office
    kepada Denny. “Maklum, malam minggu begini, biasanya
    harus bocking dulu sehari atau dua hari sebelumnya.”
    Denny memandang Hamsad, seakan meminta
    pertimbangan. Lalu, Hamsad berkata kepada petugas
    tersebut,
    “Tinggal satu, tapi yang sebelah mana, Bung?”
    “Agak jauh dari pantai. Hm… ini, di kamar Melati.” Petugas
    itu menunjuk pada denah dalam brosur.
    “Bagaimana dengan kamar sampingnya? Motel Seruni ini?”
    Sejenak tak ada jawaban dari petugas tersebut. Denny
    menimpali pembicaraan itu,
    “Apakah Motel Seruni juga sudah di-bocking orang?”
    “Belum. Tapi…,” petugas front-office sedikit ragu. Tapi,
    karena Denny memandangnya dengan kerutan dahi pertanda
    merasa aneh, maka petugas itu pun melanjutkan katakatanya,
    “Kamar itu jarang ada yang mau memakainya.”
    “Kenapa?” desak Hamsad.
    “Tempatnya kurang nyaman. AC-nya sering macet, dan
    saluran airnya kadang tersumbat. Hm… belakangan ini
    memang tidak kami tawarkan kepada tamu, sebab kami belum
    sempat membetulkan beberapa kerusakannya. Tapi, kalau

    20
    Bung mau, bisa saja. Di sana juga ada kipas angin, kalaukalau
    AC tidak berfungsi.”
    “Oke!” jawab Hamsad tanpa meminta persetujuan Denny.
    Tapi, kami perlu teman. Kalau ada… tolong panggilkan yang
    bernama Kismi.”
    “Kismi…?!” petugas itu bingung. “Di sini tidak ada yang
    bernama Kismi. Mungkin Bung salah nama.”
    ***
    Bab 3
    Jawaban petugas dianggap hal yang wajar. Pada umumnya
    mereka saling berlagak tidak mengenal perempuan panggilan,
    tidak menyediakan hostes, tidak menyediakan wanita
    penghibur, dan semua itu hanya kamuflase saja. Den-ny dan
    Hamsad sudah tidak heran lagi. Mereka tetap menempati
    kamar-kamar yang telah dipesan. Kamar-kamar itu merupakan
    sebuah bangunan tersendiri, berbentuk semacam rumahrumah
    penduduk yang satu dengan yang lainnya terpisah.
    Bangunan-bangunan tersebut tidak memakai nomor,
    melainkan memakai nama bunga. Dalam setiap rumah motel,
    terisi beberapa perabot rumah tangga, terdiri dari satu ruang
    tamu, satu ruang tidur berukuran besar, dapur, dan kamar
    mandi.
    “Kau di kamair mana? Melati atau Seruni?” tanya Hamsad
    kepada Denny.
    “Aku di Seruni saja. Tapi, bagaimana dengan Kismi? Kalau
    mereka tidak bisa menyediakan perempuan itu, kita sia-sia
    bermalam di sini!”
    “Bisa kita atur lewat telepon, nanti. Biar aku yang bicara.”
    “Kau sendiri mau pakai dia?” tanya Denny.
    “Pakai dan tidak itu urusan nanti. Tapi, kalau Kismi sudah
    datang, segera kau telepon aku melalui kamarmu. Kita akan
    bicara bertiga, siapa tahu bisa menyimpulkan sesuatu yang
    berguna. Aku sendiri tidak perlu perempuan lain. Aku hanya

    21
    ingin bertemu dengan Kismi, ingin melihat seperti apa
    perempuan itu.”
    Mereka masuk ke motel itu memang sudah malam. Pukul 8
    mereka memesan kamar tersebut. Letaknya berseberangan.
    Masing-masing mempunyai bangku taman di bawah payung
    berwarna-warni.
    Telepon di kamar Denny berbunyi. Hamsad yang
    menghubunginya. Kata Hamsad kepada Denny,
    “Aku sudah paksa petugas itu untuk mengirimkan
    penghibur hangat yang bernama Kismi. Kukirimkan ke
    kamarmu. Den.”
    “Apa katanya, Ham?”
    “Yah… mereka mau usahakan. Tapi, mulanya mereka
    ngotot dan tetap tidak mengaku mempunyai ‘anak buah’ yang
    bernama Kismi. Lalu. kubujuk mereka, kucoba untuk
    mencarinya, dan akhirnya mereka suruh kita menunggu, ha ha
    ha…,” Hamsad tertawa.
    “Agaknya Kismi perempuan yang cukup eksklusif,” kata
    Denny dalam tersenyum. “Mungkin tidak semua orang bisa
    menemui Kismi, Ham. Kurasa tarifnya jauh di atas yang lain.”
    ‘Itu kan bisa diatur,” kata Hamsad dalam nada kelakar.
    Suara debur ombak terdengar, karena memang motel itu
    dibangun di kawasan pantai. Adakalanya hembusan angin kian
    bergemuruh, seakan menyatu dengan deru ombak memecah
    karang.
    Di dalam kamarnya, Denny mulai gelisah. Sudah pukul 11
    malam, tak ada perempuan yang datang. Hamsad sempat
    mendatangi kamar Denny, karena berulangkah ia menelepon
    Denny dan menanyakan perempuan pesanannya, Denny
    selalu menjawab, “Belum datang.” Mungkin karena rasa
    penasaran yang menggelitik, maka Hamsad pun datang ke
    kamar Denny itu. Dan, ia membuktikan sendiri bahwa di
    kamar itu Denny sendirian, tanpa teman wanita yang
    diharapkan.
    “Aku sudah menghubungi resepsionis, dan menurutnya
    Kismi sedang dijemput,” kata Hamsad. “Bersabarlah.”

    22
    “Yang harus bersabar aku atau kamu? Kulihat kau yang
    kelihatan nggak sabar lagi, Ham,” kata Denny seraya tertawa
    pelan.
    Hamsad kembali ke kamarnya: kamar Melati. Rupanya ada
    satu keisengan yang ia lakukan di kamarnya itu. Tak jauh dari
    kamarnya, terdapat kamar motel lain. Kamar Mawar. Di kamar
    itu, agaknya penghuninya tidak menyadari kalau lampu terang
    di dalamnya menampakkan sebentuk bayangan dari luar
    kamar yang gelap. Dari jendela dapur, Hamsad
    memperhatikan ruang tidur yang terang di kamar Mawar itu.
    Karena di sana tampak gerakan-gerakan dua orang yang
    bercumbu dalam bentuk bayangan. Dari kamar Denny,
    bayangan itu tak akan terlihat. Tapi, dari kamar Hamsad
    bayangan dua makhluk bercumbu di atas ranjang itu terlihat
    jelas.
    Denny sendiri asyik menikmati acara TV Malaysia yang
    menyajikan film kesukaannya. Ia tidak begitu menghiraukan
    apakah wanita pesanan itu akan hadir atau tidak. Ia juga tidak
    bertanya-tanya dalam hati: mengapa sampai larut malam
    perempuan itu belum muncul? Yang ada dalam pikiran Denny
    saat itu adalah rangkaian cerita film detektif yang menjadi
    kegemarannya.
    Pukul 12 malam lewat dua menit, tiba-tiba TV menjadi
    buram. Seolah-olah salurannya terputus. Layar TV
    menampakkan bintik-bintik seperti semut sedang kenduri.
    Saat itu, barulah Denny menyadari tujuan semula. Ia
    melirik arlojinya dan mendesah. TV dimatikan, ia berbaring
    sambil mulai menerawang pada masa-masa kematian Nomian.
    Bayangan tubuh Norman yang bermandikan darah
    terpampang kembali dalam benaknya. Bergidik badan Denny
    mengingat kengerian itu. Meletup emosinya, ingin mengetahui
    penyebab kematian Norman.
    Debur ombak terdengar samar-samar di sela siulan angin
    pantai. Kali ini, hembusan angin itu terasa cukup aneh. Denny
    sesekali berkerut dahi, karena suara angin yang berhembus itu
    menyerupai lolong serigala menelan malam. Hati Denny

    23
    menjadi gelisah, ada debaran-debaran aneh yang ia rasakan
    ganjil. Tanpa ada sesuatu ia bisa mengalami debaran, dan ini
    adalah hal yang aneh baginya. “Ada apa?” batinnya pun
    bertanya demikian.
    Gagang telepon diangkat. Denny bermaksud menghubungi
    Hamsad, karena makin lama ia merasa semakin merinding dan
    berperasaan resah. Namun, baru saja ia hendak menekan
    nomor telepon kamar Melati, tahu-tahu terdengar suara
    ketukan pintu yang lembut.
    Denny berhenti spontan dari segala geraknya, ia ingin
    menyimak suara ketukan pintu itu. Ternyata, untuk kedua
    kalinya pintu itu terdengar lagi diketuk. Lembut. Sopan. Pasti
    bukan Hamsad, pikir Denny.
    Ia bergegas turun dari ranjang berkasur empuk dan
    berseprei halus lembut. Ia merapikan rambutnya sesaat,
    kemudian segera membukakan pintu.
    “Selamat malam,” sapa seorang perempuan yang memiliki
    sepasang mata indah dan bibir yang sensual.
    “Malam…,” jawab Denny sambil merasakan debar-debar di
    dadanya. Ia sedikit gugup, karena baru kali ini ia melihat
    perempuan cantik yang memiliki nilai kecantikan luar biasa.
    Sungguh mengagumkan dan menggairahkan.
    “Anda yang bernama Kismi?”
    “Benar. Anda yang membutuhkan saya, bukan?” kata Kismi
    dengan suara serak-serak manja. Lalu, ia melontarkan tawa
    yang pelan namun memanjang.
    “Kupikir kau tak akan datang. Kupikir malam ini kau ada
    kencan dengan boss lain,” kata Denny memancing diplomasi.
    “Tidak semua orang bisa kencan denganku. O, ya… siapa
    namamu?”
    “Denny.”
    Kismi tertawa lagi. Pelan dan pendek. Denny berkerut dahi
    sedikit dan bertanya, “Kenapa tertawa?”
    “Namamu seperti nama bekas cowokku yang dulu. Tapi,
    wajahnya jauh lebih tampan wajahmu dan aku yakin hatinya

    24
    lebih lembut darimu,” kata Kismi seraya meletakkan tas kecil
    yang tadi tergantung di pundaknya.
    “Kau mau minum apa? Bir?” tanya Denny seraya membuka
    kulkas yang telah penuh dengan-minuman dan buah-buahan.
    “Aku biasa air putih, yang lainnya tidak,” kata Kismi.
    Kemudian, Denny mengambilkan air putih untuk Kismi.
    Malam melantarkan keheningan yang romantis. Tetapi, bagi
    Denny, malam itu bagai malam yang penuh teka-teki indah.
    Malam itu terasa menghadirkan sesuatu yang meresahkan dan
    membuatnya merinding, tetapi penuh dengan buaian mesra
    dari sang sepi. Tak henti-hentinya Denny menatap Kismi yang
    memang mempunyai nilai kecantikan dan lekuk tubuh
    sintalnya yang eksklusif. Ia mirip seorang ratu. Hadir dengan
    mengenakan gaun longdres putih berenda-renda pada bagian
    perut dan lehernya. Bau parfumnya sangat halus dan lembut.
    Enak dihirup beberapa saat lamanya. Rambutnya yang
    disanggul, sehingga tampak lehernya yang jenjang itu berkulit
    kuning langsat, bagai menantang untuk dikecup. Bibirnya yang
    sensual itu pun sesekali membuat hati Denny deg-degan
    karena menahan gejolak nalurinya yang masih ingin
    dikendalikan.
    Longdres putih itu terbuat dari bahan semacam sutra tipis,
    sehingga begitu membayang jelas lekuk tubuhnya yang sexy
    di balik gaun itu. Berulangkah Denny menelan air liurnya
    sendiri. Ia lebih suka bungkam sambil menikmati kecantikan
    yang luar biasa itu ketimbang harus bicara panjang lebar.
    “Mengapa diam saja?” tegur Kismi yang sudah duduk di
    pembaringan, sementara Denny duduk di meubel dekat
    ranjang, menatap Kismi tak berkedip. “Untuk apa kau kemari
    kalau hanya memandangiku? Kau rugi waktu lho.”
    “Jadi…. Jadi apa yang harus kuperbuat, menurutmu?”
    Denny masih sedikit kikuk dan menggeragap karena ia bagai
    dibuai oleh keindahan yang tiada duanya.
    “Apa perlumu kemari?” tanya Kismi. Denny jadi bingung
    menjawabnya. Sepertinya ada suatu kekuatan magis yang
    membuat Denny lupa segala-galanya dan hanya memikirkan

    25
    keagungan seraut wajah cantik yang siap menyerahkan diri
    padanya.
    “Kau baru pertamakan kemari, bukan?” Kismi mendekat
    sambil menyentil hidung Denny. Pemuda berwajah halus dan
    bersih itu hanya mengangguk. Kismi menyambung lagi,
    “Kau bisa penasaran dan ketagihan lho kalau bermalam di
    sini bersamaku.”
    “Apakah banyak yang… yang seperti itu? ‘Hem…
    maksudku, apakah banyak yang ketagihan padamu?”
    Kismi mengangguk, lalu berkata, “Tapi tidak semua
    kulayani. Aku pilih-pilih jika harus mengulang kemesraan
    dengan mereka. Memang ada yang kulayani lagi, tetapi hanya
    satu-dua.”
    “Termasuk aku?”
    “Mana aku tahu. Kita belum saling menukar kenikmatan,
    bukan?”
    “Kau ingin tahu kehebatanku?” tantang Denny sok berani,
    walau sesekali ini mengusap lengannya karena merinding.
    “Apa kau lelaki yang hebat?” Kismi tak kalah
    menantangnya.
    “Kau ingin buktikan?”
    “Tentu. Hanya pada lelaki yang hebat bercinta aku akan
    tunduk kepadanya. Kalau kau berhasil menundukkan aku,
    maka kau akan hidup berlimpah kemegahan dan
    kebahagiaan.”
    “Kenapa kau berkata begitu? Apakah kau sedang memburu
    pasangan yang sesuai dengan idamanmu?”
    “Tidak terlalu memburu, tapi kalau memang ada yang bisa
    berkenan di hatiku, barangkali dialah yang kupilih untuk
    selamanya…,” kata Kismi sambil merayapkan jari telunjuknya
    ke dagu Denny, kemudian merayap ke bibir Denny, dan Denny
    menyambutnya dengan ujung lidahnya.
    “Oh…,” Kismi mendesah dengan mata mulai membeliak
    sayu. Denny tergugah, dan semakin terbakar naluri
    kejantanannya. Ia mulai memberanikan diri meraba pipi Kismi

    26
    sementara bibir dan lidahnya sibuk menghisap-hisap jarijemari
    Kismi yang sengaja bermain di mulut Denny-
    Tangan Kismi yang kiri berusaha melepas tali gaun yang
    terikat di pundak kanan-kirinya. Simpul tali itu hanya
    ditariknya satu kali, lalu gaun terlepas sebelah. Yang satu
    ditariknya kembali simpul talinya, dan kini gaun lembut itu
    terlepas dari tubuh Kismi. Ia ternyata tidak mengenakan bra di
    balik gaun. Hanya sebentang kepolosan yang halus mulus
    yang ada di balik gaun. Dan kepolosan itu sangat
    menghentak-hentakkan jantung Denny karena kepadatan
    dadanya yang menonjol dalam keindahan yang ideal. Padat,
    besar dan menantang.
    Denny merayapkan tangannya ke leher, terus ke bawah.
    Kepala Kismi terdongak ke atas sambil mendesiskan erangan
    serak-serak manja. Matanya membeliak sayu. Ia masih
    berlutut di hadapan Denny yang duduk di kursi empuk itu.
    Tangan kiri Kismi segera melepas sanggulnya dengan gerakan
    tangan gemulai, maka tergerailah rambut hitam yang punya
    kelembutan bagai benang-benang sutra. Rambut itu ternyata
    sepanjang punggung dan berbentuk lurus tanpa I gelombang.
    Gerakan kepalanya yang mendongak makin ke belakang
    seakan memberi kesempatan Denny untuk mengecup
    lehernya. Denny tak sabar, kemudian ia melepaskan tangan
    kanan Kismi yang masih bermain di mulutnya. Kini bibir dan
    mulut Denny mulai merapat ke leher Kismi, membuat suatu
    kecupan kecil yang membuat Kismi semakin mengerang
    panjang.
    “Ouuuh…! Dennyyy…!”
    Ucapan kata dalam bentuk desah serak memanja itu begitu
    mempengaruhi jiwa Denny. Ia makin dibuai oleh suara yang
    memancing api birahi itu. Denny pun akhirnya memburu tanpa
    bisa menahan diri. Tak ada niat untuk menunda sedikit pun.
    Tak ada hasrat untuk berucap kata apa pun. Denny telah
    mabuk dan lupa segala-galanya.
    Sementara itu, tangan Kismi pun tak mau tinggal diam. Ia
    pandai menyusupkan jemarinya ke lekuk-lekuk tubuh yang

    27
    peka dari seorang lelaki. Ia memang jago. Hebat. Ia memang
    berpengalaman, jauh di atas segala pengalaman Denny.
    “Ooouh… kau terbakar, Sayang…,” bisik Kismi sambil
    menggeliat, bergerak maju bagai menerkam Denny. Pada
    waktu itu, tangan Kismi sudah berhasil melepas kancing baju
    Denny. Bahkan bagian atas tubuh Denny itu sudah tidak
    dibalut selembar benang pun. Denny tidak menyadari keadaan
    dirinya yang sudah demikian. Bahkan ia tidak tahu kalau
    celananya telah terlempar di lantai tak jauh dari kursi empuk
    itu.

    Cerita Sex Misteri Gadis Tengah Malam

    Cerita Sex Misteri Gadis Tengah Malam

    Satu hal yang disadari Denny adalah keadaan Kismi yang
    polos itu. Keadaan yang terbuka tanpa penghalang seujung
    rambut pun itu kini berada di sandaran kursi. Entah
    bagaimana caranya, Denny tak sadar, tahu-tahu Kismi duduk
    pada bagian atas dari sandaran punggung kursi. Ia duduk
    bagai seorang ratu yang siap memerintah dari singgasananya.
    Kismi mengerang tiada putus-putusnya sambil meremasremas
    kepala Denny yang ada di bawah tempat duduknya. Ia
    biarkan kedua pahanya tersentuh lengan dan ujung pundak
    Denny, karena pada saat itu ia merasakan satu sentuhan
    mesra yang nikmat dan sesekali membuat ia makin kuat
    meremas rambut-rambut di kepala Denny.
    Pekikan-pekikannya menandakan ia telah dikuasai oleh
    gairah birahi yang sesekali mengejutkan dirinya. Dan, tiap
    kejutan, ia memekik keras sambil mengejangkan otot. Denny
    bagai dipaksa tetap mencumbu di sela kepekaannya yang
    utama, dan agaknya itu sangat memabukkan dirinya. Pekikan
    dan erangannya kini makin berubah seperti tangis. Bukan
    tangis kesakitan, melainkan tangis kebahagiaan yang sering
    membuatnya gemas dan geregetan.
    Tak sabar Denny menghadapi kegemasan Kismi, karena ia
    sendiri ingin memperoleh masa-masa kegemasan yang
    melambung jiwanya. Maka, segera Denny mengangkat tubuh
    mulus berkeringat harum itu sambil mulutnya tetap merapat di
    bibir Kismi. Tubuh mulus yang mendebarkan hati itu
    diletakkan di atas ranjang, sehingga terlihat perempuan itu

    28
    lebih leluasa bergerak menggeliat, dan Denny sendiri lebih
    bebas menikmatinya.
    Deburan ombak di pantai terdengar bergemuruh bercampur
    deru angin. Gemuruhnya ombak itu, masih belum sebanding
    dengan gemuruhnya darah Denny yang dibuai kehangatan
    cinta Kismi. Perempuan itu lebih galak dari singa, dan lebih
    buas dari beruang. Tak segan-segan ia menjadi juru mudi
    dalam ‘pelayaran’ itu. Tak ada lelahnya ia menghantar Denny
    ke puncak kebahagiaan yang diharapkan setiap lelaki. Bahkan,
    Denny sempat memekik keras dalam suara tertahan ketika
    Kismi sengaja memancing Denny untuk berlayar lagi. dan
    berlayar terus. Puncak-puncak kebahagiaan Denny telah
    dicapai beberapa kali, tetapi Kismi masih ingin memacu diri
    untuk makin menggila, meremat-re-mat tubuh Denny, mencari
    puncaknya sendiri.
    “Aku lelah, Kismi… oh… berhentilah…!” Denny terengahengah
    dengan bermandikan keringat. Tetapi, Kismi tak mau
    berhenti. Masih saja ia mengerang, mengeluh, mendesah dan
    mendesis di sela setiap gerakannya yang luar biasa hebatnya.
    “Kismi… oh… kita istirahat dulu. Sayang! Aku capek…!”
    Kismi bahkan mengerang berkepanjangan sambil terus
    bergerak seirama dengan kemauan hatinya. Denny hanya
    terengah-engah dan sudah mengalami kesulitan menuju
    ketinggian puncak asmaranya. Akhirnya ia biarkan Kismi
    berlaga seorang diri. Ia biarkan Kismi berbuat apa maunya,
    dan Kismi pun merasa diberi kesempatan. Ia jadi lebih
    menggebu lagi.
    Denny mulai merasa pusing. Matanya berkunang-kunang.
    Napasnya sesak, dan perutnya terasa mual. Namun demikian,
    Kismi masih tetap mendayung sampannya menuju samudera
    kebahagiaan, sehingga mau tak mau Denny pun memekik lagi
    karena tiba di puncak khayalan mesranya. Dalam hati, Denny
    hanya bertanya-tanya dengan lemas, kapan ‘pelayaran’ itu
    akan usai? Haruskah ia menolak dengan kasar, atau
    membiarkan ia jatuh pingsan ditimpa sejuta kenikmatan?
    ***

    29
    Bab 4
    Hamsad menggeragap ketika menyadari dirinya tertidur di
    kursi dapur. Ternyata saat itu matahari telah memancarkan
    sinar paginya yang menghangat di ruang dapur.
    “Astaga…?! Sudah pagi?!” Hamsad segera bergegas ke
    meja di kamar tidur, ia mengambil arlojinya di sana.
    “Busyet! Pukul 7 kurang 10 menit? Apa-apa-an ini?
    Bagaimana dengan Denny?!’
    Tanpa cuci muka. tanpa menyisir rambutnya, Hamsad
    langsung keluar dari kamarnya, menyeberang jalan kecil, dan
    segera mengetuk pintu kamar Denny,
    Beberapa kali pintu kamar itu diketuknya, tapi tidak ada
    jawaban. “Ada apa Denny? Kenapa tidak segera membukakan
    pintu? Apakah ia tertidur seperti aku? Ah.seharusnya tadi
    kutelepon saja dari kamar. Pasti ia terbangun, karena meja
    telepon dekat sekali dengan ranjang.”
    Baru saja Hamsad ingin kembali ke kamarnya untuk
    menelepon Denny. Tiba-tiba pintu kamar itu terdengar dibuka
    seseorang dari dalam. Denny muncul dengan mata menyipit
    dan ta-ngan melintang ke atas, ia menahan sorot matahari
    yang mengenai matanya.
    “Brengsek lu” gerutu Denny sambil bersugut-sungut. Ia
    masuk, membiarkan Hamsad terbengong. Kemudian Hamsad
    juga turut masuk dan mengikuti Denny. Denny
    menelentangkan tubuhnya di ranjang empuk dengan satu
    hempasan yang lemas.
    “Ya, Tuhan…! Mengapa kamu menjadi seperti mayat
    begini. Denny?” Hamsad memandang Denny tak berkedip,
    sedikit tegang. Denny meraih guling dan mendesah.
    “Kamar ini menjadi bau sperma! Brengsek’ Apa yang telah
    kau lakukan semalam. Denny? hei, ? apakah Kismi datang
    kemari?!”
    “Hem…” Denny hanya menggumam, membenarkan dugaan
    Hamsad

    30
    “Oh, dia benar-benar datang? Dan .. dan… kau bercinta
    dengannya?”
    ‘Semalam suntuk!” kata Denny seenaknya dengan mata
    menyipit sayu bagai masih mengantuk.
    “Kenapa kau tak menghubungi aku?!” protes Hamsad
    merasa dongkol.
    ”Tak sempat!”
    “Ah, kau konyol! Aku nggak suka dengan kekonyolan model
    begitu. Den! Kita kemari bukan mencari kenikmatan sepihak!
    Kita kemari untuk…!”
    ’Tidak sempat!” bentak Denny yang merasa dongkol juga
    Hamsad tidak melanjutkan omelannya, takut terjadi
    perselisihan tak sehat, la diam. Memandang keadilan
    sekeliling. Ia menggeleng-gelengkan kepala, merasa heran
    melihat ranjang berserakan, sprei dan selimut tebal seperti
    habis dipakai bertanding adu banteng. Kaos Denny masih
    tergeletak di lantai, dekat kursi empuk itu bersama celananya.
    Hanya celana dalam Denny yang kala itu dikenakan
    Sementara kasur yang acak-acakan itu terlihat banyak noda
    kelembapan yang mengeluarkan bau jorok. Hamsad terpaksa
    menyingkir, tak tahan menghadapi suasana seperti itu.
    Sebelum ia kembali ke kamarnya, ia mengingatkan Denny,
    ‘Kita check out pukul 12 siang ini lho! Jangan lebih’
    Denny hanya menggumam sambil tetap memejamkan
    mata, dan Hamsad pun segera meninggalkan kamar lembap
    ini. Dalam hatinya ia menggerutu dan menyesal setengah
    mati, karena ia tidak berhasil bertemu dengan perempuan
    yang bernama Kismi. Untuk menghalau kedongkolannya itu.
    Hamsad menetralisir diri dengan berkata dalam hati, “Ah. tapi
    Denny kan sudah bertemu dengan Kismi ini. Pasti Denny
    sudah bisa mengorek beberapa rahasia dari Kismi tentang
    Almarhum Norman Tak apalah! Yang penting Denny bisa
    menyimpulkan semua keterangan dari Kismi tentang Norman,”
    Pukul 10. menjelang pagi berakhir, Denny masih tertidur.
    Hamsad menyempatkan diri berjalan ke pantai. Sambil

    31
    melangkah menikmati pemandangan indah dan cuaca cerah.
    Hamsad bertanya-tanya dalam hati.
    “Tapi, mengapa wajah Denny begitu pucat. Persis dengan
    wajah sesosok mayat, la kelihatan lemas dan layu sekali.
    Apakah benar ia telah bercinta dengan Kismi semalaman
    suntuk? Separah itukah ia?”
    Pasir pantai yang putih dan lembut disusurinya. Banyak
    sepasang sejoli yang melangkah sambil bergandengan tangan
    banyak pasangan yang beda usia sangat menyolok. dan sudah
    tentu mereka bukan suami-istri Oom-oom sedang monikmati
    masa santainya bersama daun muda. Ataupun ‘daun muda’
    yang berhasil menggaet oom-oom untuk diperas dompetnya?
    Terkadang Hamsad merasa iri melihat mereka. Yang tua. bisa
    mendapatkan pasangan muda belia dan cantik. Yang beruban
    dan berwajah peot saja bisa memeluk gadis cantik
    menggiurkan, mengapa ia tidak bisa seperti mereka?
    Mungkinkah karena faktor ekonomi yang tidak sepadan
    dengan opa-opa pecandu daun muda itu?
    Dalam masa-masa merenungi kenyataan itu.
    Hamsad teringat kata-kata Almarhum Norman saat ia
    menceritakan tentang kehebatan Kismi.
    “Ia tidak pantas dipajang sebagai wanita penghibur. Kismi
    sungguh anggun. Mirip seorang ratu di zaman Romawi Kuno.
    Hidungnya mancung dan matanya bening, mempunyai
    ketajaman yang berwibawa, tapi enak dipandang. Kalau kau
    berjalan dengan Kismi menyusuri pantai, maka orang-orang
    yang saling mendekap pasangannya itu akan melepaskan
    pelukan mereka, dan mata oom-oom yang ada di sana pasti
    terarah kepada Kismi tanpa berkedip. Kismi mempunyai daya
    magnitisme yang membuat lelaki bisa lupa daratan maupun
    lautan…!”
    Hamsad tertawa sendiri teringat kata-kata Norman.
    Barangkali di pantai inilah yang dimaksud Norman. Di pantai
    itulah seharusnyu Hamsad menggandeng Kismi. agar semua
    mata lelaki akan membelalak ke arah Kismi, dan semua
    pelukan lelaki akan terlepas dari pasangannya. Jika benar

    32
    begitu, oh… alangkah istimewanya wanita yang bernama
    Kismi itu? Pantas rupanya jika petugas motel merahasiakan
    tentang Kismi, dan tidak sembaningau memberikan Kismi
    kepada tamunya. Rupanya Kismi adalah maskot bagi motel
    itu. Kismi adalah sang Primadona yang tidak sembarang lelaki
    boleh menyentuhnya. Mengenai harga keringatnya, sudah
    tentu jauh di atas harga wanita-wanita penghibur yang lain.
    Hamsad digelitik oleh rasa penasaran tentang Kismi. Ia
    bergegas kembali ke kamarnya dan membangunkan Denny
    lewat telepon, karena jam sudah menunjuk pukul 11 siang.
    Tetapi, sebelumnya ia sempat berpapasan dengan seorang
    lelaki separuh baya yang berkumis dan berbadan gemuk, tapi
    bukan gendut.
    “Pak Hasan!” sapa Hamsad. Lelaki itu berpaling ke arah
    Hamsad, lalu tersenyum kaget. Pak Hasan segera melepaskan
    tangannya yang sejak tadi menggandeng wanita bertubuh
    langsing yang berusia sebaya dengan Hamsad.
    “Hei. kau di sini juga. Ham?!” Pak Hasan segera berjabat
    tangan dengan Hamsad.
    “Biasa, Pak. Refresing…!” Hamsad tertawa seirama dengan
    tawa Pak Hasan.
    “Bersama siapa kau di sini. Ham? Maksudku, bukan teman
    cewek, tapi teman lelakimu, Hem… o. ya kau tentu bersama
    Norman, bukan?”
    Hamsad sedikit kikuk untuk menjawab, namun akhirnya ia
    berkata. “Apakah Pak Hasan belum mendengar kabar tentang
    Norman?”
    Lelaki separuh baya yang masih digelayuti perempuan
    muda itu berkerut dahi. mulai curiga.
    ”Ada apa dengan Norman? Aku baru saja kemarin sore
    pulang dari Bandung.”
    “Astaga,..! Kalau begitu, mungkin Pak Hasan belum
    mendengar kabar terakhir tentang Norman”
    “Maksudmu?”
    “Norman… hm… dia telah meninggal. Pak.”

    33
    “Hah…?!” Pak Hasan nyaris terpekik keras. matanya
    mendelik. Mulutnya ternganga kaku sejenak.
    “Dia… dia melakukan kebodohan. Pak.” tambah Hamsad
    dengan nada sendu.
    “Kebodohan?” ‘
    Ya. Dia… bunuh diri!’
    “Astaga…?” makin mendelik lagi Pak Hasan mendengar
    kata-kata itu. Wajahnya tampak tegang dan menjadi pias.
    “Apa masalahnya? Ada apa sih?! Mengapa dia sampai
    melakukan hal itu?r
    Secara singkat Hamsad menceritakan saat-saat Norman
    menikam dirinya dengan gunting dan tepat mengenai
    jantungnya. Keceriaan Pak Hasan kala itu benar-benar
    terganggu dan boleh dikatakan hilang seluruhnya, la menjadi
    murung, duduk di bangku plesteran dari batu berlapis traso. Ia
    kelihatan sedih .sekali.
    “Norman….” gumamnya. “Ah. gila! Padahal dia satusatunya
    penulis andalanku yang baru saja kemarin malam
    kuusulkan oleh perusahaan yang baru untuk mengontrak
    Norman dalam penerbitan tahun ini. Tapi… ah. gila! N’orman
    itu gila apa waras sih? Mengapa ia sampai berani berbuat
    nekat begitu?”
    “Teman-teman satu pondokan tak ada yang mengetahui
    alasan Normali secara pasti, Pak.” kata Hamsad. “Tapi, ada
    tiga orang yang melihat persis saat Norman melakukan
    tindakan nekatnya itu. Dua temannya terluka ketika hendak
    menghalangi tindakan picik itu.”
    Wanita cantik yang duduk di samping Pak Hasan itu ikut
    menampakkan wajah sendu, seakan turut berdukacita atas
    kematian Norman, walau sebenarnya ia sendiri tidak tahu.
    siapa Norman. Dan, setelah menghela napas beberapa kali
    dalam kebungkamannya. Pak Hasan berkata kepada Hamsad.
    “Ham, aku tahu kau teman dekat Nornian. Aku ingin bicara
    denganmu, tapi tidak di sini! Datanglah ke rumahku, atau…
    jangan. Jangan ke rumah, nanti terganggu urusan lain. Hem…
    besok sore, teleponlah aku. Atau kapan saja setempatmu.

    34
    Telepon aku, dan kita tentukan di mana kita harus bertemu
    untuk membicarakan tentang Norman.”
    “Baik. Saya setuju. Pak.”
    “Ah. sial! Mengapa aku harus kehilangan dia?!” gumam Pak
    Hasan yang tampak menyesal sekali atas kematian Norman
    itu.
    Tak enak jika terlalu lama mengganggu Pak Hasan.
    Hamsad pun segera memisahkan diri. Pukul 11 lebih 20 menit,
    ia segera ke kamar Denny. takut Denny berlarut-larut dalam
    tidurnya.
    “Hei, minggat ke mana kau?!” sapa Denny yang rupanya
    justru sedang menengok keadaan di kamar Hamsad.
    “Aku baru saja memesan makanan,” kata Hamsad sambil
    duduk di kursi teras yang terbuat dari rotan.
    Hamsad tidak bicara untuk beberapa saat, karena ia masih
    terheran-heran melihat kepucatan wajah Denny.
    “Kenapa memandangku begitu? Apa aku mirip setan?!”
    “Persis sekali.” jawab Hamsad. “Kau bukan mirip, tapi
    persis setan! Pucat pasi. seperti kertas HVS ukuran kuarto!’
    Hamsad geleng-geleng kepala. Denny hanya nyengir berkesan
    tersipu.
    “Kita tidak buru-buru pulang, kan?” tanya Denny
    mengalihkan perhatian.
    “Tinggal satu setengah jam lagi kita punya ketempatan di
    sini.”
    “Ah, pulang besok saja,’ kala Denny. dan ia bergegas
    masuk ke kamar Hamsad. Begitu keluar sudah membawa dua
    kaleng Green Sands.
    ‘Kau mau pulang besok?” Hamsad sangsi.
    Denny hanya tersenyum-senyum. “Aku ada janji dengan
    Kismi untuk bertemu nanti malam.”
    “Ah, kau gila!” ketus Hamsad sambil membuka kaleng
    Green Sands.
    “Untung bukan kau yang bertemu dengan Kismi. Kalau kau
    bertemu dengan Kismi. maka kau yang akan menjadi gila!”

    35
    Denny tertawa. Wajahnya yang tampak sayu seperti
    dipaksakan untuk ceria.
    “Almarhum Norman pernah bilang begitu padaku.” kata
    Hamsad. “Katanya, aku akan tergila-gila jika bertemu dengan
    Kismi, apalagi sampai bergumul dengan wanita itu, pasti kesan
    itu menjadi sebuah kenangan yang tak terlupakan seumur
    hidupku.”
    “Benar! Kata-kata Norman itu memang benar! Kismi wanita
    istimewa yang mempunyai kehebatan luar biasa. Daya
    tariknya mampu melumpuhkan lututmu, Ham! Wah, aku
    hampir pingsan menikmati kebahagiaan dengannya. Dia
    pandai. Pandai dalam segala hal! Dia akan membuatmu lemas
    lunglai dan tak bisa bergerak lagi oleh cumbuan dan gairah
    birahinya yang berkobar-kobar Gairahnya itu seakan lak bisa
    dipadamkan dalam waktu sekejap. Perlu proses yang cukup
    panjang untuk menurunkan temperatur nafsunya. Sungguh
    melebihi kuda betina yang kokoh dan tangguh.”
    Terbayang dalam khayalan Hamsad. seperti apa
    sebenarnya keadaan Kismi itu. Ia meraba dalam bayangan
    dan akhirnya menciptakan debar-debar penasaran yang
    mengganggu ketenangannya. Denny terus bercerita tentang
    kehebatan Kismi. tentang kecantikan Kismi, dan tentang kesan
    indah yang ia peroleh dari Kismi. Lalu, meluncurlah
    pertanyaan dari mulut Hamsad yang bersifat usil.
    “Berapa banyak ia memeras uangmu untuk semalam
    suntuk Itu?”
    “Tidak sepeser pun!”
    “Ah…!” Hamsad mendesah, pertanda tak percaya.
    “Sungguh, Ham! Dia tidak minta sepeser pun uang duriku!”
    “Betul? Atau. barangkali menyuruhmu membayar di kasir»”
    “Kamu pikir dia dagangan di supermarket?” Denny tertawa
    lepas.
    Hamsad termenung heran.
    “Kok aneh?! Dia tidak minta bayaran? Lalu…? lalu untuk
    apa dia datang?!”

    36
    “Yah… mungkin dia seorang perempuan yang butuh
    hiburan juga,’ kata Denny. “Yang jelas, ketika pukul 4 pagi
    lewat sedikit, ia segera berbenah diri. kemudian mencium
    keningku dan berbisik agar aku kembali lagi pada malam
    berikutnya. Ia akan datang dan tak perlu memikirkan tarif apa
    pun. Dia tersinggung kalau aku bertanya tentang tarif
    cintanya. Dia merasa tidak menjual cinta kepada siapa pun. Ia
    hanya akan datang jika aku pun datang di tempat yang
    sama.”
    Terlintas kejanggalan yang menggelisahkan hati Hamsad
    saat itu. Rasa penasarannya semakin menggebu, dan hasrat
    untuk membuktikan Semua kata-kata Denny itu ditekan kuat.
    disambunyikan rapat-rapat.
    “Jadi kau ingin bermalam lagi?” tanya Hamsad dalam
    kebimbangan.
    “Ya. Kau… kau bisa datang ke kamarku. Kali ini. akan
    kusempatkan untuk meneleponmu jika dia datang. Tapi.
    ingat… aku tidak mau kau mengganggu kemesraan kami’
    Awas lu kalau konyol!”
    ‘Tidak. Aku tidak akan bermalam lagi di sini.”
    “Alaaah… begitu saja sewot!” ledek Denny.
    “Bukan sewot. Kau ingat, nanti malam adalah hari
    perkawinan dosen Biologi kita. Bu Anis.”
    “Astaga! Benar! Aku hampir lupa!”
    ‘Aku harus datang dalam pesta perkawinan itu. Semua
    teman kurasa juga datang, karena Bu Anis adalah satusatunya
    dosen yang paling akrab di hati para mahasiswanya.”
    Denny mauggul-manggut. lalu kelihatan bingung, la
    berkata, “Ya.ya…, Bu Anis nanti malam melangsungkan
    pernikahan. Dan, wah… repot kalau begini, Ham. Kalau aku
    tidak datang, itu sangat keterlaluan. Sebab, Bu Anis itu anak
    dari kakaknya ibuku- Kepada Bu Anis dulu ibuku menitipkan
    aku agar kuliah di kota ini. Dan. kurasa keluargaku pasti
    datang semua. Malulah aku kalau tidak nongol dalam
    perkawinan Bu Anis.”
    ‘Jadi, bagaimana dengan janjimu dengan Kismi?”

    37
    Denny diam sampai beberapa saat lamanya, la dalam
    kebimbangan yang benar-benar menjengkelkan. Setelah
    beberapa saat kemudian akhirnya ia memutuskan agar segera
    pulang saja. Urusan Kismi akan ditunda sampai malam
    berikutnya. Denny menitipkan pesan tulisan kepada bagian
    resepsionis. Pesan itu untuk Kismi yang berisi penundaan
    waktu berkencannya. Maka. siang itu juga mereka check-out
    dari motel tersebut. Denny langsung ke rumah Bu Anis untuk
    membantu persiapan malam perkawinan nanti, sedangkan
    Hamsad kembali ke rumahnya dengan sejumlah pertanyaan
    batin yang menggelisahkan hatinya.
    “Ada sesuatu yang ganjil dari cerita Norman dengan cerita
    Denny. Tapi, di mana letak keganjilan itu. aku belum
    menemukan.” pikir Hamsad ketika sore itu bergegas ke
    pondokan Denny dalam keadaan siap berangkat ke pesta
    perkawinan Bu Anis.
    Di pondokan. Hamsad yakin, banyak mahasiswa yang akan
    datang ke perkawinan Bu Anis, karena di situ banyak teman
    satu kampus dengannya, di antaranya Bahtiar, Ade. dan
    Yoppi. Mulanya Hamsad ingin menghampiri Sonita, cewek
    kampus yang pernah pergi ke pesta ulang tahun salah seorang
    teman bersama Hamsad. Tetapi, Hamsad ragu. sebab Sonita
    belakangan ini kelihatan mengakrabkan diri dengan Bob, dan
    kehadiran Hamsad bisa jadi menimbulkan perkara di antara
    mereka. Karena itu Hamsad lebih setuju untuk pergi bersamasama
    anak-anak pondokan saja. Mungkin lebih seru ketimbang
    harus membawa cewek yang penuh resiko itu.
    “Denny baru saja pergi lagi, Ham.’ kata Ade.
    “Ke mana dia?!”
    “Menjemput Kismi.”
    “Hah…?!” Hamsad terbalalak kaget memandang Yoppi yang
    menjawab pertanyaan tadi. “Dengan siapa ia menjemput
    Kismi?”
    “Tigor. Dia paling bernafsu mendengar cerita Denny
    tentang Kismi. Luar biasa menurutku juga”

    38
    Ada rona ketegangan yang tahu-tahu muncul di wajah
    Hamsad. la memandang Yoppi. Ade dan Bahtiar. Satu persatu
    wajah itu dipandanginya. Kemudian, ia bertanya dengan suara
    pelan, sepertinya tidak ditujukan pada mereka.
    “Jadi… kalian sudah tahu cerita tentang Kismi?”
    Ade tertawa sinis dalam gaya kelakar, *Kau pikir cuma kau
    saja yang boleh mendengar cerita menggairahkan itu? Kami
    juga berhak mendengarnya dong!”
    Bahtiar menimpali, “Kami juga berhak inengkhayalkannya
    dong. Betul, nggak?!” Dan, Ade serta Yoppi menjawab
    serempak. “Betuuul…!”
    Setelah diam sesaat. Hamsad berkala, “Tiba-tiba aku
    mencemaskan Denny?” Hamsad tampak resah.
    “Cemas? Kenapa harus cemas?”
    ‘Entahlah. Perasaan cemas itu juga timbul sebelum malam
    Kematian Norman. Ah, mau ada apa, ya?” gumam Hamsad.
    ***
    Bab 5
    Dengan mengendarai mobil Jeep milik Tigor, Denny
    bernafsu sekali utiluk membawa Kismi pada pesta perkawinan
    Bu Anis. Ia ingin memamerkan Kismi.kepada keluarganya yang
    malam itu berkumpul di gedung, tempat pesta perkawinan itu
    berlangsung. Sedangkan Tigor, adalah salah satu pemuda
    korban khayalan cerita Denny. Tigor penasaran sekali dan
    ingin melihat sendiri seperti apa Kismi itu. Benarkah cerita
    Denny bukan sekadar bualan belaka?
    Pukul 7 malam kurang beberapa menit, mereka tiba di
    bagian resepsionis. Seorang pemuda berdasi kupu-kupu duduk
    di balik meja resepsionis dan menyambut kedatangan Denny
    serta Tigor dengan senyum ramah.
    “Ada yang bisa saya bantu. Bung?” kata resepsionis itu.
    seperti sebuah hafalan.
    “Saya tadi siang titip pesan dengan petugas yang badannya
    sedikit gemuk.”

    39
    “O, maksudnya…. Mas Gagan?’
    ‘Entah siapa dia punya nama, tapi dia bagian resepsionis
    tadi siang. Mungkin sekarang tugasnya telah Anda gantikan,
    ya?’
    ”Benar. Saya tugas malam. Ada pesan apa maksudnya?”
    Denny sedikit bingung menjelaskannya. Lalu, dengan hatihati
    ia ceritakan pertemuannya kemarin malam dengan Kismi.
    Tetapi, petugas itu tampak kebingungan juga.
    “Maaf, kami memang mempunyai wanita-wanita yang…
    yah, sering dipesan oleh para tamu. Tetapi, tidak ada yang
    bernama Kismi. Mmm… mungkin Anda memesannya dari
    motel lain?”
    “Tidak. Saya memesannya dari sini. Dan, perempuan itu
    datang juga ke kamar saya. Maka, saya titip pesan untuknya,
    karena seharusnya hari ini saya masih di sini menunggu dia.
    Tapi, karena ada resepsi perkawinan keluarga, jadi saya
    tinggalkan. Nah, malam ini saya ingin ajak dia untuk
    menghadiri resepsi tersebut,” tutur Denny menjelaskan.
    Sejenak kemudian petugas itu mencari sesuatu dan
    menemukan surat Denny untuk Kismi
    ‘Mungkin ini surat Anda.”
    “Ya. benar! Rupanya belum disampaikan, ya?’
    “Mungkin tak seorang pun dari kami yang mengetahui
    perempuan bernama Kismi, Bung. Dan. kalau begitu, biasanya
    kami tunggu saja di sini Apabila perempuan itu datang, baru
    kami serahkan surat ini.”
    “Dari tadi dia belum datang?” Tigor yang tak sabar mulai
    angkat bicara.
    “Belum. Dalam buku tamu ini juga tidak ada yang
    mencantumkan namanya sebagai Kismi,” jawab petugas
    resepsionis dengan ramah. Sesaat kemudian, ketika Denny
    dan Tigor berbicara bisik-bisik, petugas itu bertanya lagi,
    “Maaf. di mana Anda semalam menginap? Maksud saya. di
    kamar Kenanga atau Flamboyan?”
    “Di kamar Seruni,” jawab Denny.

    40
    Petugas resepsionis itu kelihatan terperanjat sesaat, dan
    buru-buru menyembunyikan perasaan kagetnya itu. Tigor
    sempat mengetahui hal itu, kemudian sedikit berkerut dahi
    karena merasa curiga.
    “Apakah kamar itu sampai sekarang masih kosong?”
    “Saya rasa begitu. Bung?’” resepsionis itu telah berhasil
    menguasai rasa kagetnya, sehingga memberi jawaban ramah
    kepada Denny. Tetapi. Tigor diam-diam memperhatikan wajah
    pemuda tersebut yang tampaknya mulai dihinggapi keresahan.
    “Dia janji jam berapa akan datang?” tanya Tigor kepada
    Denny.
    “Dia tidan menentukan jamnya tapi yang jelas dia pasti
    datang untuk menemuiku kembali.”
    ‘Mmm… barangkali….” petugas itu sedikit, gugup.
    “Barangkali Anda bisa menunggunya jika membooking kamar
    itu lagi. Bung.”
    “Ah, kurang efisien itu!” Denny mendesah. “Atau barangkali
    Bung mau menunggunya?” petugas itu tetap ramah.
    Denny meminta pendapat Tigor. lalu Tigor berkata, “Repot
    pulalah aku! Kau yang punya urusan, kenapa aku yang ikut
    susah. Kau sendirilah yang tunggu dia kalau kau mau!’
    “Kita bicara sebentar di lobby itu yuk…”ajak Denny.
    Kemudian, mereka berdua duduk di sofa yang ada pada lobby
    tersebut.
    Agaknya Denny merengek kepada Tigor agar Tigor mau
    menemani dia menunggu Kismi. Tigor sendiri makin tertarik
    setelah Denny menceritakan kehebatan Kismi di ranjang. Tigor
    makin terbuai oleh cerita Denny tentang kecantikan Kismi
    yang mirip seorang Ratu Mesir Kuno. Maka. Tigor pun
    akhirnya berkata.
    “Kalau kau bohong, aku tak mau berteman lagi dengan
    kaulah! Tapi kalau kau benar, kau boleh anggap aku
    abangmu.”
    “Bah! Abang macam apa kau kalau diam-diam punya minta
    juga dengan kekasih adiknya.” kata Denny menirukan gaya
    Tapanuli.

    41
    ”Eh. siapa bilang aku mau sama cewekmu?”
    ”Eh. siapa bilang begitu, Denny?! Aku cuma ingin tahu,
    seperti apa cewek yang kau agung-agungkan itu. Denny!
    Jangan punya pikiran yang macam-macamlah!” Tigor
    bersungut-sungut, berlagak sewot. Denny tertawa terkekeh
    melihat gaya Tiyor berlagak tersinggung. Buktinya, Tigor
    sendiri segera berkata,
    “Kalau masalah kau mau kasih kesempatan sama aku, itu
    lain persoalan, kan?”
    “Kesempatan apa?”
    “Yang, kesempatan merasakan khayalanmu itulah.,.!” Tigor
    sendiri akhirnya tertawa bersama Denny.
    Sampai pukul 9 malam, Kismi belum datang juga. Tigor
    mulai menggerutu dan merasa ditipu. Denny tidak bisa
    tenang. Gelisah sakali, karena seharusnya saat itu ia sudah
    berada di pesta perkawinan Bu Anis. Ia penasaran kalau tidak
    membawa Kismi ke pesta itu. Ia malu. Dan, ia yakin, bahwa
    Kismi pasti datang sesuai janjinya.
    “Bagaimana ini, Denny? Sudah pukul 10 malam kurang
    sedikit. Apa kita harus tunggu dia sampai pagi, atau
    tinggalkan saja dongengmu itu! Kita ke resepsi sekaranglah!
    Biar aku tak kena marah keluargamu!”
    Kesal sekali hati Denny. la dicekam oleh kebimbangan yang
    menyebalkan. Menunggu Kismi seperti menanti kematian yang
    memuakkan.
    Dan akhirnya Denny pun setuju dengan usul Tigor untuk
    meninggalkan motel itu. Mereka segera melejit ke arah
    gedung pertemuan yang dipakai mengadakan pesta
    perkawinan Bu Anis. Denny yang mengemudikan mobil itu.
    karena Denny yang tahu persis mencari jalan pintas menuju
    gedung pertemuan untuk mempersingkat waktu.
    Tapi. tiha-tiba mobil itu mogok di perjalanan. Berulangkali
    Denny menstarternya, tapi mesin tak mau hidup lagi. Tigor
    mengambil alih kemudi, dan ternyata sama saja.
    “Bah ! Mobil macam apa ini?! Bensin masih ada, oli masih
    ada, air masih ada, kenapa macet!. Ah. macam-macam pula

    42
    mobil ini! Ala. Maaak…! Apa yang rusak ini?!” Tigor
    menggerutu dan ngomel-ngomel sendiri, sedangkan Denny
    diliputi rasa gelisah yang membuatnya menggeram-geram dan
    mendesah-desah tak karuan.
    Tigor mendorong mobil, sementara Denny memegang
    kemudi, tapi hasilnya nol. Dua orang tukang becak dimintai
    bantuan untuk mendorong mobil , tetap saja tak menghasilkan
    apa-apa., Akhirnya tukang becak itu bahkan menyatakan diri
    tidak sanggup dan terlalu jauh meninggalkan becaknya- Tigor
    memberi mereka uang seribu, lalu tinggallah Denny bersama
    Tigor di jalanan yang sepi itu.
    Malam melengangkan udara dingin. Sepertinya mau hujan,
    karena langit mendung, tak berbintang satu pun. Jalanan itu
    adalah jalanan yang jarang dilalui kendaraan karena di
    samping banyak lubang juga karena tak ada penerangan.
    “Denyyy…!’
    Tiba-tiba Denny mendengar seseorang memanggilnya. Ia
    tersentak kaget dan matanya membelalak mencari-cari suara
    tersebut. Tigor sedang mencoba mengutak-atik mesin mobil,
    sehingga ia tidak melihat Denny kelabakan mencari sesuatu.
    Beberapa saat selelah mencoba mengutak-atik mesin, Tigor
    mencoba menstarternya, tapi masih belum bisa hidup mesin
    mobil itu.
    “Kurang ajar!” umpatnya sendiri. “Sudah jam berapa ini,
    Denny? Aku rasa kita sudah terlambat. Mereka sudah pulang
    dari pesta perkawinan Bu Anis.”
    “Bakar saja mobil ini. Gor!” seraya Denny melirik arlojinya
    yang menunjuk pukul 12 tengah malam lewat lima menit.
    “Ah. jangan begitu kau! Kalau mobil itu bagus, kau tidak
    pernah suruh aku bakar, kan? Ini kan namanya insiden kecil!”
    “Mobil rungsokan kau bawa ke mana-mana!” gerutu Denny.
    “Dennyyy…!” suara itu terdengar lugi.
    Tigor ingin mengatakan sesuatu, tapi Denny melarang
    Tigor bicara. “Ssst…! Jangan bicara,” bisik Denny. “Aku
    mendengar suara perempuan memanggilku. Sudah dua kali
    ini, Gor.”

    43
    “Ah, kau macam-macam pula!”
    “Ssst… benar! Diamlah dulu. Dengarkan suara itu, siapa
    tahu ia memanggilku lagi.”
    Tigor hanya menghela napas dan menghempaskannya
    dengan kesal. Ia kesal terhadap mobilnya sendiri, juga kesal
    terhadap tingkah Denny yang menurutnya mengada-ada.
    Tetapi, ketika ia hendak berdiam diri beberapa saat. ia merasa
    tengkuk kepalanya merinding. Bulu-bulunya meremang
    sendiri, dan ia pun bergidik sambil mendesis pelan.
    “Aku jagi merinding, Denny!”
    “Aku juga,” bisik Denny.
    “Celaka! Matilah aku kalau tempat ini ternyata angker…!”
    kata Tigor dengan sedikit tegang, suaranya tak berani keras.
    Deru angin malam pembawa hujan mulai teram
    menyibakkan rambut-rambut mereka. Tigor semakin cemas,
    takut kalau-kalau hujan turun, sementara mereka berhenti di
    jalanan sepi. Kanan-kiri adalah rawa-rawa yang ditanami
    semacam tanaman kangkung atau sejenisnya. Tak jelas
    karenn malam. Yang jelas, mereka jauh dari rumah atau
    bangunan berpenghuni.
    ‘Eh, Denny… kita dorong saja mobil ini. Cari tempat yang
    tidak seram beginilah!”
    Denny setuju. .Mereka mendorong mobil mencari tempat
    yang tidak menyeramkan. Tigor mendorong bagian samping
    sambil mengendalikan stiran mobil. Napas mereka ngosngosan,
    keringat pun mulai beranjuran. Tetapi, keringat
    mereka itu bercampur dengan keringat dingin akibat rasa
    takut yang mencekam.
    Beberapa saat setelah mereka mendorong mobil, Denny
    yang mendorong dari bagian belakang mobil, tiba-tiba
    berhenti melangkah. Ia mendengar suara perempuan
    memanggilnya.
    “Tigor. aku mendengar suara Kismi memanggilku!”
    “Ah, tak ada suara apa-apa.’ Kau jangan macammacamlah!
    Bikin orang sport jantung saja.’” gerutu Tigor

    44
    sambil tetap mendorong mobil. ‘Eh, dorong lagi mobil ini!
    Jangan diam sajalah!”
    Denny mencoba melupakan suara itu. ia mendorong mobil
    lagi. Sampai akhirnya, mereka menemukan sebuah warung di
    pangkalan ojek Ada dua tukang ojek yang ada di situ. dan hati
    Tigor serta Denny sedikit lega. Setidaknya mereka berada di
    antara beberapa orang. Syukur ada yang bisa memperbaiki
    mobil, atau memberi saran yang terbaik bagi Tigor dan Denny.
    Warung itu. terletak pada satu tikungan jalan raya yang
    mempunyai cahaya lampu mercury di salah satu sisi. Sinar
    lampu itu jatuh ke warung dalam keadaan remang-remang,
    tetapi nyala lampu petromaks di warung itu cukup membuat
    penerangan tersendiri di sekitar situ.
    Ternyata dari dua tukang ejek itu, tak ada yang bisa
    diharapkan untuk membetulkan mesin mebil Tigor. Bahkan
    mereka bersikap acuh lak acuh. tak mau memberi saran apa
    pun. Sementara itu, pemilik warung jalanan itu juga tidak tahu
    soal mesin mobil dan tidak punya pandangan yang lebih baik.
    Pemilik warung itu seorang lelaki lanjut usia dengan anak
    lelakinya yang masih belasan tahun. Tigor dan Denny akhirnya
    ngopi di warung itu sambil mencari ide untuk kembali ke
    pondokan mereka.
    ‘Apakah mobil harus dititipkan pada pemilik warung ini?
    Kita pulang naik taksi saja?” usul Tigor. Denny menjawab
    dengan ketus karena dongkol pada nasibnya.
    “Kalau mobilmu mau hilang, silakan saja kau titipkan ke
    warung ini. Esok pagi warung ini sudah tidak ada. Mereka
    jualan pada waktu malam saja.’
    Denny ingin bicara lagi. tetapi kali ini ia mendengar suara
    seseorang berseni di kejauhan memanggilnya.
    “Denny…! Denny. tolong akuuu…!”
    Arah suara itu dari tempat Denny dan Tigor tadi mendoiong
    mobilnya. Denny terperanjat karena ia yakin bahwa Kismi
    sejak tadi sebenarnya menyusul mereka. Kismi tertinggal di
    belakang mereka, dan sekarang agaknya wanita itu mendapat
    kesulitan. Maka. Denny segera melompat keluar dari warung.

    45
    “Hei, mau ke mana kau. Denny?!“ seru Tigor.
    “Kismi menyusul kita. Gor! la tertinggal di belakang kila
    sejak tadi!”
    “Ah, mana mungkin dia berani lewat jalan sepi itu
    sendirian!’ bantah Tigor.
    “Tapi. aku mendengar suaranya memanggilku, la minta
    tolong!”
    Denny segera pergi, kembali ke arah semula. Tigor sangsi
    untuk mengikutinya. Ketika ia memandung jalanan yang gelap
    itu. ia melihat sosok bayangan Denny yang melangkah cepat
    bagai mengejar suara yang memanggilnya. Tetapi. Tigor
    sendiri sejak tadi tidak mendengar suara perempuan.
    Sekalipun tidak pernah. Maka. ia jadi merinding sendiri, dan
    masuk ke warung lagi.
    “Apakah Bapak mendengar suara perempuan berseru dari
    sana. Pak?” tanya Tigor pada pemilik warung.
    “Tidak. Tidak ada suara orang memanggil kok.” jawab
    pemilik warung. “Kamu mendengar. naK?” Ia bertanya kepada
    anak lelakinya.
    “Nggak dengar apa-apa kok. Pak! Nggak ada orang
    perempuan berteriak’” jawab anak lelaki pemilik warung.
    “Nah, temanku itu jangan-jangan sudah gila dia! Nekat
    memburu suara hatinya sendiri! Sinting, dia” Tigor
    menggerutu seenaknya sambil mencomot makanan dan
    melahapnya, la tidak begitu menghiraukan keadaan Denny. Ia
    sendiri merasa merinding dan diganggu oleh perasaan gelisah
    sejak Denny pertama kali mengaku mendengar suara
    perempuan memanggilnya.
    Denny sendiri tidak peduli dengan Tigor. Menurutnya, Tigor
    berlagak tidak mendengar suara Kismi karena ia takut jika
    harus kembali melalui jalan gelap dan sepi itu. Tetapi, Denny
    hanya punya satu konsentrasi, yaitu Kismi. Ia yakin Kismi
    memanggilnya dan ia harus datang dengan segera.
    Tetapi, setelah beberapa langkah ia meninggalkan warung
    itu, langkah kakinya menjadi terhenti Ia mendengar suara
    Kismi memanggilnya di tengah rawa yang penuh tanaman

    46
    sejenis kangkung. Sedangkan, di tengah rawa itu tak terlihat
    bayangan seseorang bergerak mendekat atau menjauh.
    “Dennyyy..! Deimv. lupakah kau padakuuu..?!”
    “Kismii…!” teriak Denny keras ke arah rawa gelap itu.
    Beberapa saat ia menunggu, ternyata tak ada jawaban.
    Jantungnya semakin berdebar-debar, tubuhnya merindng dan
    hatinya gelisah tak menentu.
    “Kismiii…! Di mana kaauu…!” teriak Denny lagi. tapi tetap
    tak ada jawaban.
    Angin bertiup mulai kentang. Denny masih berdiri di tepi
    rawa untuk menunggu kemungkinan terlihatnya Kismi. Ia ingin
    masuk ke tengah rawa-rawa ii u, tetapi ada keraguan sebab ia
    tak melihat bayangan manusia di sana. Tubuhnya dibiarkan
    semakin merinding, ia menganggap itu hal yang wajar karena
    angin bertiup cukup kencang dan membawa udara dingin.
    Tetapi, rasa takutnya itu masih menjadi bahan pemikiran
    Denny. Mengapa jantungnya jadi berdebar-debar dan
    sepertinya dicekam perasaan takut? Apa yang akan terjadi
    sebenarnya?
    Ada sesuatu yang terbang karena terbawa angin. Sesuatu
    itu menempel di telinga Denny. Dengan tersentak kaget Denny
    menangkap benda yang menempel di telinganya. Ia mulai
    terhenyak kaget setelah diketahui benda itu adalah kapas
    putih
    “Kapas dari mana ini?” pikirnya heran. Sekali Lagi tengkuk
    kepalanya merinding. Gumpalan kapas kecil itu sepertinya
    bekas penyumbat hidung atau mulut mayat Karena ia
    mempunyai dugaan begitu, maka jantungnya semakin
    berdebar keras.
    Hanya saja. sewaktu ia mencium bau harum dari kapas
    tersebut, rasa takutnya sedikit berkurang. Bau harum itu
    serupa betul dengan bau parfum di tubuh Kismi. Makin yakin
    Denny jadinya, bahwa Kismi memang ada di sekitarnya. Tapi
    di mana? Ia melangkah semakin menuju tempat asalnya ia
    datang bersama Tigor tadi.

    47
    “Kismiii…?! Kismi, di mana kau?!’ seru Denny sambil
    matanya mencari-cari. Lalu, mulailah ia terbayang masa-masa
    bercumbu bersama Kismi. karena tempat itu sepi dan ia mulai
    berkhayal, seandainya Kismi ada di situ, maka ia tak segansegan
    untuk menggeluti di rerumputan.
    Ingatan bercumbu habis-habisan dengan Kismi membuat.
    Denny mengerang menahan gejolak birahinya. Napasnya
    semakin terengah-engah, dan hasratnya untuk memburu
    kemesraan bersama Kismi menyesakkan pernapasannya.
    “Kismiii..!” Kali ini, Denny mendesah tanpa suara, dan
    meremas-remas sesuatu yang mendatangkan nikmat baginya.
    Di kejauhan, masih terdengar suara Kismi memanggilnya
    dengan suara serak-serak manja, seakan suatu ajakan untuk
    bercumbu di alam bebas itu. Denny semakin terangsang,
    menegang semua otot tubuhnya, mendesis-desis lak
    berkesudahan, Kapas itu sesekali diciumnya sebagai ingatan
    keringat Kismi yang berbau wangi lembut itu. Setiap ia
    mencium wangi kapas itu. birahinya pun semakin bergolak
    menghentak-hentak. Mulutnya mengucap kata “Kismi”
    beberapa kali.
    Namun, pada detik tertentu, Denny mengalami satu
    kejutan yang membuatnya tegang. Tangan kanannya tak
    dapat digerakkan. Kaku. la ingin memegang kepalanya, tapi
    tak bisa. Gerakan kaku tangan kanannya itu membuat Denny
    menarik ke atas untuk menggunakan tangan kiri. Tangan
    kanan itu tiba-tiba terlepas dari pegangan tangan kiri dan
    menampar matanya sendiri. Bahkan kali ini tangan tersebut di
    luar kemauan Denny telah meremat wajahnya sendiri,
    mencakar-cakar hingga wajah Denny pun mulai berdarah.
    ‘Oh ..! Aaaow…! Kenapa tanganku ini? Oh…!” Dan, ia pun
    segera berlari ke arah warung dalam cekaman rasa takut
    sambil menjerit -jerit dicakar tangannya sendiri.
    ***
    Bab 6

    48
    Malam yang hening dan angin yang bertiup ke arah Utara,
    membuat. Tigor berkerut dahi saat meneguk kopi panas.
    Suara Denny terdengar sayup-sayup, sejenak meragukan hati
    Tigor.
    “Ah, tak mungkin itu suara Denny,” pikirnya sendiri, dan ia
    melanjutkan menghirup kopi panasnya.
    Tetapi, beberapa saat kemudian anak pemilik warung itu
    berkata kepada Tigor, “Bang, sepertinya itu suara teman
    Abang.”
    Sekali lagi Tigor berkerut dahi sambil menelengkan kepala,
    menyimak suara yang ada di kejauhan. Pemilik warung yang
    sudah lanjut usia itu juga berkata kepada anaknya,
    “Iya, ya?! Sepertinya itu suara orang yang tadi ke sana, ya,
    Man? Jangan-jangan dia dalam bahaya,” kalimat terakhir
    ditujukan kepada Tigor.
    “Alaaah, Mak! Dia itu suka bercanda. Pak! Ja ngan mau
    percaya dengan lagaknya! Pasti dia main-main saja itu!” Tigor
    tetap tenang, sedangkan pemilik warung dan anaknya
    kelihatan menyimpan kecemasan.
    Denny berusaha mempercepat larinya sambil tangan kirinya
    memegangi tangan kanan supaya tak bergerak. Tapi,
    bagaimanapun juga kekuatan tangan kiri itu tidak sebanding
    dengan tangan kanannya. Sekali lagi tangan kanannya
    bergerak cepat menampar wajah sendiri, kemudian
    mencakarnya dengan ganas dan kuat sehingga sebagian kulit
    wajah Denny mengelupas perih.
    “Aaauw…!” teriak Denny begitu kuat menahan penderitaan
    itu. “Tigooor…! Tigooor…! Aaaow…!”
    Anak pemilik warung segera memandang ke arah jalanan
    yang sepi dan gelap itu. Ia melihat sesosok bayangan manusia
    yang berlari terhuyung-huyung dengan teriakan-teriakan kian
    jelas. Angin yang berhembus kali ini berubah arah,
    bertentangan dengan pelarian Denny, sehingga suara
    teriakannya nyaris terbawa angin seluruhnya. Hanya anak
    pemilik warung itu yang mendengar lebih jelas, sebab ia

    49
    melangkah beberapa meter dari depan warungnya. Ia segera
    meng-huhungi Tigor dan herkata dengan tegang,
    “Bang! Bang, itu teman Abang dalam bahaya! Ia berlari-lari
    menuju kemari!”
    Tigor tertawa dalam gumam. “Dia pasti ketakutan,
    disangkanya ada setan yang mengejarnya! Mampuslah kau!
    Sok berani dia!” Tigor tetap meremehkan temannya itu,
    sehingga anak pemilik warung menjadi jengkel sendiri. Ia
    tinggalkan saja Tigor yang menyepelekan pemberitahuannya.
    Ia kembali melangkah di tempatnya semula dan memandang
    dengan mata menyipit langkah-langkah Denny yang mulai tak
    mampu secepat semula.
    Denny tersungkur jatuh dengan menggeram-geram,
    mengerahkan tenaganya untuk melawan gerakan tangan
    kanannya itu. Tetapi, kekuatannya itu tak mampu menguasai
    tangan kanannya yang hergerak sendiri di luar keinginannya.
    Bahkan kali ini tangan kanan itu menjambak rambutnya
    sendiri, kemudian mengangkat kepala dan membenturkan
    kepalanya sendiri ke tanah. Berkali-kali tangan kanan itu
    membentur-benturkan kepalanya ke tanah hingga kotor dan
    berlumur darah. Sesekali Denny mencoba menahan hentakan
    kepalanya, namun selalu gagal dan akhirnya batu runcing pun
    mengenai keningnya beberapa kali, hingga makin deras darah
    yang mengalir dari wajahnya.
    “Aaaow! Aaaow! Aaaow…!” Denny berteriak kesakitan.
    Kemudian ia berusaha sekuat tenaga untuk bisa herdiri. Dan,
    ia berhasil. Tangan kanannya bergerak kaku melepaskan
    rambutnya. Gerakan kaku itu akibat kekuatan Denny memaksa
    agar tangan tersebut tidak bergerak. Tangan kirinya segera
    menarik turun tangan kanannya dengan kekuatan yang
    terpaksa menguras tenaga.
    Dalam keadaan melawan kekuatan gaib yang lelah merasuk
    dalam tangan kanannya itu, Denny tetap melangkah cepat,
    berlari ke arah warung. Erang dan tangisnya meraung di sela
    kesunyian malam, dan hanya anak pemilik warung yang
    mendengarnya.

    50
    “Man, ngapain kamu di situ?” tegur pemilik warung kepada
    anaknya.
    “Orang itu kesakitan, Pak!” jawab Man dengan perasaan
    ngeri.
    “Astaga…! Kenapa orang itu, Man?!” pemilik warung
    terbengong memandangi Denny dengan mata menyipit. Makin
    lama Denny semakin terlihat jelas dalam hembusan angin,
    seakan ia menyongsong derasnya angin yang menderu.
    “Aaaow…! Tigor…! Tolooong…!”
    Kali ini, Tigor keluar dari warung bertenda plastik itu.
    Denny berlari terhuyung-huyung dan tak tentu arah. Tigor
    masih saja menganggap itu suatu sandiwara atau permainan
    Denny. Ia bahkan berseru di sela tawanya,
    “Hei, mabuk di mana kau?! Macam mana bisa mabuk kalau
    cuma minum kopi, he he he…!”
    “Bang, dia hersungguh-sungguh!” kata anak pemilik
    warung.
    Tigor tiba-tiba menghentikan tawanya. Wajahnya menjadi
    tegang setelah Denny berjarak 7 meter darinya.
    “Denny…?! Kenapa kau, hah?!” Buru-huru Tigor
    menyambut Denny, namun tiba-tiba sewaktu ia hendak
    meraih tuhuh Denny yang berwajah merah karena darah itu,
    tangan kanan Denny menghantam dagu Tigor dengan keras.
    Tigor memekik kesakitan dan terjengkang ke belakang hingga
    jatuh terduduk di tanah. Sedangkan Denny masih mengerang,
    ngotot hingga uratnya keluar semua. Ia menahan gerakan
    tangan kanannya yang ingin menghantam kepalanya sendiri.
    Dan, sekali lagi Denny menjerit kesakitan karena tangan
    kanannya berhasil menghantam kepalanya dengan keras.
    Dua tukang ojek itu segera mendekati Denny, karena
    mereka curiga darah membasah di wajah Denny.
    “Ada apa, Wak…?!” tanya salah seorang tukang ojek
    kepada pemilik warung.
    “Nggak tahu, tuh! Dia tahu-tahu menghajar temannya dan
    memukuli dirinya sendiri!”
    “Gila barangkali, dia!” kata tukang ojek yanj; lain.

    51
    Denny masuk ke warung dengan gerakan kaku dan
    meraung-raung. Tangan kanannya yang masih mengejang
    kaku, seakan-akan bergerak sendiri.
    “Kasihan dia…!” tukang ojek yang jangkung hendak
    menolong Denny dengan cara memegang kedua pundaknya.
    Sayang sekali, sebelum tangan tukang ojek itu menyentuh
    tubuh Denny, tangan kanan itu sudah lebih dahulu mengibas
    dan menampar lelaki jangkung itu dengan keras. Tentu saja
    lelaki jangkung itu terpekik kesakitan dan terhuyung-huyung
    ke belakang.
    “Oh… hooow… hhh! Aaaowh…!” Denny bersuara tak
    karuan, membuat semua orang tak berani mendekati Denny.
    Apalagi dalam keadaan wajah berlumur darah itu Denny
    mendelik-delik dengan liar, oh… menyeramkan sekali. Pemilik
    warung dan anaknya gemetaran, memandang dari luar
    warungnya.
    “Denny…?! Denny, apa yang terjadi, Denny?!” teriak Tigor
    sambil mendekati Denny.
    Mata Denny yang membelalak liar itu memandang sebuah
    sendok garpu di atas piring kotor yang ada di sudut meja.
    Agaknya piring itu bekas orang makan yang belum dicuci.
    Seketika itu, samhil menggeram Denny menahan tangan
    kanannya yang ingin bergerak mengambil garpu makan itu.
    “Denny, apa-apaan kau sebenarnya, Bangsat!” bentak
    Tigor. Ia dalam keadaan panik melihat Denny berlumur darah
    wajahnya Lebih panik lagi setelah Denny terlihat
    menggenggam sebuah garpu makan dengan tangan
    kanannya. Garpu makan diacungkan ke arah diri sendiri.
    Suara Denny menggeram, sementara tangan kirinya
    menahan kuat-kuat gerakan tangan kanannya yang ingin
    menikam diri sendiri.
    “Oh, Tig…, Tigor… tolong aku…! Tangan kananku! Oh,
    tangan ini sukar kukendalikan, dan…. Aaaow…!” Denny
    menjerit lagi karena tangan kanannya berhasil
    menghunjamkan garpu makan itu ke arah pundak kirinya,
    dekat dengan leher.

    52
    Tigor hendak menyergap Denny, namun ia terpaksa
    berpaling dan menghindar seketika, karena dengan cepat
    tangan kanan itu bergerak mengibas dan mengenai pipi Tigor
    hingga berdarah.
    Jubb…!
    “Hughhh…! Krrr… krrr…!”
    “Edan kau! Edaaan…!” teriak Tigor dengan mata makin
    membelalak ketika ia melihat Denny menusukkan garpu
    bermata tiga itu ke arah tenggorokannya. Ia mendelik,
    matanya terbeliak-beliak. Batang garpu masuk terbenam ke
    bagian tengah leher, dan membuat Denny tak mampu bicara
    lagi. Ia seperti kambing yang disembelih seketika.
    Tigor mau menyergap bersama kedua tukang ojek, namun
    masing-masing merasa ciut nyalinya dan takut terkena
    sabetan garpu itu lagi. Tigor hanya bisa berseru.
    “Jangan nekat, Denny! Jangan berpikiran picik! Kismi masih
    bisa kau temani kalau kau hidup, tapi… tapi….”
    “Aaahg…!”
    Tepat pada saat itu Denny mendelik, membungkuk dan
    akhirnya jatuh dengan darah tersembur dari jantungnya yang
    terkena tusukan garpu yang kedua kalinya.
    Anak pemilik warung memeluk ayahnya, tak tega melihat
    peristiwa mengerikan itu. Dan, anak tersebut tak sempat
    melihat, bagaimana susah payahnya Denny mencabut garpu
    yang telah terbenam di jantungnya, kemudian berusaha
    menikam dirinya lagi, dan berhasil mengenai ulu hati. Darah
    semakin menyembur ke makanan atau toples tempat peyek
    kacang. Darah menjadi berceceran di mana-mana.
    Pada saat itu, Denny menjadi melemas. Sepertinya sudah
    tak ada setan yang masuk dalam raganya. Lalu, jatuhlah ia.
    Terkapar dekat bangku warung dengan berlumuran darah tak
    bisa diharapkan lagi. Tigor bermaksud mencari mobil
    ambulans atau mobil darurat untuk membawa Denny ke
    rumah sakit. Tetapi, usaha itu rupanya tak pernah berhasil,
    sebab beberapa saat kemudian, tubuh Denny itu tak mampu
    bergerak lagi. Ia menghembuskan napasnya yang terakhir

    53
    dengan masih sempat menyebut kata: “Kismi” dalam desah
    napas penghabisannya. Maka. meninggallah Denny dengan
    keadaan dan suasana yang amat mengerikan.
    Tigor tidak bisa berbicara sepatah kata pun melihat
    kenyataan itu. Mulutnya seperti dibekukan, kerongkongannya
    kering dan sukar untuk mengeluarkan suara. Lidahnya pun
    seperti terbuat dari besi, kaku sekali untuk digerakkan.
    Seorang tukang ojek mengambil inisiatif, menghubungi pos
    polisi terdekat. Mereka mempunyai kesimpulan yang sama,
    bahwa kematian Denny adalah satu tindakan bunuh diri, tanpa
    campur tangan pihak lain.
    Berita itu sempat membuat Hamsad nyaris jatuh pingsan di
    rumahnya. Ade menghubungi Hamsad pada pagi hari, empat
    jam setelah jenazah Almarhum Denny tiba di pondokan
    mahasiswa. Hamsad merasa dibantai jiwanya dengan berita
    kematian Denny. Bahkan, ketika ia bergabung dengan anakanak
    pondokan, Hamsad sempat berlinang air mata melihat
    wajah-wajah mereka dicekam duka, seakan menunggu giliran
    untuk melakukan bunuh diri yang keji.
    Hamsad terdengar berkata parau kepada Ade, “Setelah
    Norman, Denny. Setelah Denny, siapa lagi?”
    Seperti jenazah Norman dulu. Almarhum Denny pun
    dimakamkan di kota asalnya: Madiun. Hampir semua teman
    kost-nya turut memakamkan Denny ke Madiun. Hanya Tigor
    dan Lukman yang tinggal di pondokan. Tigor merasa tidak
    mampu menghadapi kenyataan tersebut. Tigor lebih merasa
    dibantai jiwanya, karena ia sempat menyepelekan teriakan
    Denny yang meminta tolong pada waktu itu. Rasa sesalnya
    begitu besar, dan membuat Tigor lebih sering mengunci
    mulutnya ketimhang harus bercerita kepada siapa pun yang
    bertanya kepadanya. Sedangkan Lukman, waktu itu dalam
    keadaan sakit. Ia tak bisa ikut menghadiri upacara
    pemakaman jenazah Denny di Madiun. Tetapi, dialah orang
    pertama yang menangis tersengguk-sengguk ketika melihat
    keadaan Denny sudah menjadi mayat. Beruntung waktu itu
    keluarga Denny berkumpul di rumah Bu Anis, sehingga

    54
    Lukman masih bisa mengantarkan jenazah Denny ke rumah
    Bu Anis, namun tidak mampu lagi ikut ke Madiun.
    Tentu saja setiap orang bertanya-tanya: Mengapa kematian
    Denny mempunyai kesamaan dengan kematian Norman?
    Masing-masing mati oleh tangannya sendiri. Bunuh diri. Tapi,
    faktor apa yang membuat mereka bunuh diri, masih belum
    mendapat suatu kesimpulan yang pasti. Ada yang
    mengatakan, pondokan mereka angker dan meminta korban
    entah berapa jumlahnya. Ada lagi yang beranggapan, Denny
    dihampiri roh Norman dan diajaknya pergi dengan cara seperti
    yang dilakukan Norman semasa hidupnya. Sementara yang
    lain mengatakan, itu hanya satu hal yang kebetulan saja.
    Kebetulan Denny punya masalah yang mengerdilkan jiwanya,
    sehingga ia berani melakukan bunuh diri.
    Hanya satu orang yang mempunyai dugaan aneh di dalam
    pertemuan tak resmi yang mereka adakan di kamar Bahtiar,
    dua hari setelah jenazah Denny dimakamkan. Orang yang
    mempunyai dugaan aneh itu adalah Hamsad. Karena dialah
    yang mempunyai firasat buruk pada saat-saat menjelang
    kematian Norman dan Denny.
    “Keduanya sama-sama jatuh cinta pada Kismi,” kata
    Hamsad. Kemudian, mereka memberikan reaksi serupa.
    Bungkam. Benak mereka sama-sama menerawang pada cerita
    Denny tentang Kismi.
    Bahtiar bertanya pada diri sendiri, dengan ucapan yang
    sempat didengar oleh teman-temannya, “Mungkinkah
    keduanya menjadi picik hanya karena jatuh cinta?”
    “Tiap-tiap orang mempunyai ketahanan jiwa yang
    berbeda,” ujar Ade. “Pada saat mencapai klimaks persoalan,
    jiwa manusia mudah menjadi rapuh. Yang terlintas dalam
    logiknya hanya jalan pintas menyelesaikan persoalan tersebut.
    Dan, mungkin bagi kedua korban itu sama-sama sependapat,
    bahwa jalan pintas yang terbaik adalah bunuh diri.”
    Tigor mulai tertarik dengan pembicaraan tersebut. Ia
    berkata dengan suara pelan, masih bernada duka,
    “Wanita itu sebenarnya tidak ada!”

    55
    Kini, semua mata memandang ke arah Tigor. Hanya
    Hamsad yang masih memandang ujung kakinya yang
    melonjor, namun telinganya menyimak kata-kata Tigor. Ia
    mendengar Tigor berkata lagi,
    “Petugas motel itu, aku rasa tidak ada yang kenal dengan
    Kismi. Jadi, kubilang Kismi itu hanya ada dalam khayalan
    mereka.”
    “Dan mereka mati karena khayalannya sendiri, begitu
    maksudmu?” tanya Yoppi.
    “Begitulah! Buktinya petugas motel berkeras untuk
    mengatakan, bahwa di situ tidak ada perempuan yang
    bernama Kismi! Dari pukul 7 malam sampai pukul 10 malam
    aku dan Denny menunggu perempuan itu, nyatanya tidak
    ada!”
    “Denny mengatakan, perempuan itu adalah perempuan
    eksklusif, yang keberadaannya sendiri dirahasiakan oleh
    petugas motel. Barangkali hal itu dimaksud agar reputasi Kismi
    yang sebenarnya tidak jatuh di mata mereka. Mungkin Kismi
    seseorang yang punya reputasi tinggi, punya jabatan
    fungsional, punya karir yang gemilang, sehingga kalau setiap
    orang mengenal dia sebagai perempuan kehausan, alangkah
    memalukan sekali? Karena itu, Denny juga berkata, bukan?
    Bahwa, Kismi bukan perempuan sembarangan yang mudah
    disentuh oleh lelaki. Dia tidak seperti wanita-wanita penghibur
    lainnya, yang sekali panggil pasti akan datang!” celoteh Susilo
    sambil memainkan korek api.
    Siapa sebenarnya Kismi? Di mana tempat tinggalnya?
    Menurut Hamsad, hanya Pak Hasan yang mengetahui hal itu.
    Karena, Norman mengenal Kismi lewat pesanan dari Pak
    Hasan. Hamsad masih ingat cerita Almarhum Norman, bahwa
    ia datang ke motel itu dibawa oleh Pak Hasan sebagai service
    pemancing spirit untuk tulisan yang akan disusun oleh
    Norman. Pak Hasan-lah yang memesankan seorang
    perempuan untuk Norman, karena waktu itu, tahu-tahu
    Norman dihampiri seorang perempuan sedangkan Pak Hasan
    mungkin mengambil perempuan lain untuk dirinya sendiri.

    56
    Jadi, Pak Hasan-lah sebenarnya yang memegang rahasia
    tentang siapa Kismi dan di mana Kismi.
    Tanpa memberitahukan kepada yang lain masalah Pak
    Hasan itu, Hamsad segera menghubungi Pak Hasan melalui
    telepon. Kebetulan, ketika Hamsad jalan-jalan di pantai, ia
    sempat bertemu dengan Pak Hasan dan disuruh
    menghubunginya sewaktu-waktu. Maka, kali ini ia ingin
    membuat janji untuk bertemu di sebuah restoran fast food.
    Pak Hasan sebenarnya punya bahan pembicaraan sendiri.
    Ia ingin berbicara tentang kematian Norman dan tawaran buat
    Hamsad mengenai penulisan tentang buku-buku. Tetapi,
    Hamsad lebih dahulu bertanya,
    “Siapa Kismi itu sebenarnya, Pak?”
    Pak Hasan kelihatan bingung, tak mengerti maksud
    Hamsad. Ia menggumam, “Kismi…?! Maksudmu, Kismi apa
    ini? Kismi makanan atau…?”
    “Norman bunuh diri sejak ia dibawa oleh Bapak ke Motel
    Seruni, dan di sana ia bercinta dengan Kismi.”
    “Ya. Memang aku yang mengajaknya ke motel, tapi dia
    menolak perempuan yang kukirimkan untuknya. Malahan
    perempuan itu bilang, bahwa Norman telah mempunyai
    pasangan sendiri. Mungkin, perempuan itu yang bernama
    Kismi. Tapi, aku tak tahu, Norman dapat dari mana
    perempuan itu.” tutur Pak Hasan kelihatan serius sekali.
    Hamsad masih curiga. “Jadi, Pak Hasan benar-benar tidak
    mengenal perempuan yang bernama Kismi?”
    “Tidak. Mendengar nama itu pun aku baru sekarang.” Pak
    Hasan tertawa pendek. “Kusangka tadinya Kismi itu nama
    makanan. Jadi, tadi aku sedikit bingung.”
    Hamsad tersenyum tawar, kemudian menghempaskan
    napas. Rona duka terlihat samar-samar di wajah itu, membuat
    Pak Hasan berbalik curiga kepada Hamsad.
    “Ada apa sehenarnya, Ham? Apa benar kematian Norman
    karena mengenal perempuan bernama Kismi?”
    ‘Ya. Benar. Tempo hari, ketika saya bertemu Pak Hasan di
    pantai, saya dengan teman saya mencari perempuan yang

    57
    bernama Kismi. Teman saya, Denny, berhasil bertemu dengan
    Kismi, tapi ia tidak sempat berbicara panjang lebar mengenai
    Norman. Ia terbuai dan bergumul dengan Kismi sampai pagi.
    Badannya lemas, wajahnya jadi pucat seperti mayat hidup.
    Beberapa hari yang lalu, Denny pun mati karena bunuh diri.”
    “Hah…?!” Pak Hasan mendelik.
    “Denny menikam leher, jantung dan ulu hatinya dengan
    garpu makan di sebuah warung. Menurut saksi mata, ia
    menghempaskan napas terakhir sambil menyebutkan nama
    Kismi.” Hamsad menelan ludahnya sendiri, seperti memendam
    suatu kepedihan. Pak Hasan melihat kesungguhan di wajah
    Hamsad, dan hal itu membuatnya berdebar-debar.
    Setelah Hamsad menceritakan secara detail tentang
    kematian Norman, juga proses kematian Denny, Pak Hasan
    pun akhirnya berkata, “Misterius sekali. Aku jadi tertarik untuk
    menemui perempuan itu.”
    “Apakah Bapak bisa membujuk petugas motel?”
    “Kenapa tidak!? Pemilik motel itu temanku satu kampung.”
    ***
    Bab 7
    Memang benar. Pemilik motel itu adalah teman sekampung
    dengan Pak Hasan. Tetapi, sayangnya Pak Hasan merasa
    keberatan jika Ham-sad ikut menghadap pemilik motel itu.
    Hamsad hanya diizinkan menunggu di lobby, sementara Pak
    Hasan terlibat pembicaraan dengan pemilik motel di dalam
    kantornya. Sore itu, Hamsad merasa seperti kambing congek,
    terbengong sendirian di lobby. Hatinya dongkol, karena tak
    diizinkan ikut dalam pembicaraan tersebut. Alasan Pak Hasan,
    karena temannya yang menjadi pemilik motel itu dalam
    keadaan cacat, dan ia tak mau orang lain melihat kecacatan
    fisiknya. Mau tak mau Hamsad menerima alasan tersebut.
    Matahari hampir terbenam seluruhnya. Hamsad masih
    berharap, mudah-mudahan ia bisa bertemu dengan
    perempuan yang bernama Kismi di lobby itu. Paling tidak

    58
    melihat perempuan dengan ciri-ciri seperti yang disebutkan
    Norman dan Denny, dan Hamsad akan berusaha mengenal
    perempuan itu. Sayangnya, tamu-tamu yang memasuki lobby
    tidak satu pun ada yang punya paras cantik dan punya pesona
    mirip ratu Mesir Kuno. Rata-rata perempuan yang masuk ke
    lobby mempunyai paras standar, biasa-biasa saja. Tak ada
    yang istimewa. Kalau tidak istimewa, berarti dia bukan Kismi.
    Sambil merenungkan misteri kematian Norman dan Denny,
    Hamsad berhasil menemukan satu kejanggalan. Kejanggalan
    itu, tempo hari dikatakan rusak AC-nya, dan sering tersumbat
    saluran airnya. Tetapi, nyatanya ketika Hamsad masuk
    menemui Denny, kamar itu ber-AC. Lancar. Timbul rasa curiga
    dalam hati Hamsad, mengapa bagian resepsionis waktu itu
    setengah tidak mengizinkan mereka membocking kamar,
    Seruni? Kamar masih ada dua yang kosong, tapi dikatakan:
    “Tinggal satu kamar yang belum di-bocking.” Ini aneh dan
    janggal bagi Hamsad.
    Kecurigaan kedua, mengapa Norman dan Denny bisa
    bertemu dengan Kismi di kamar itu? Bagaimana dengan kamar
    lain? Apakah Kismi mau datang ke kamar lain juga? Mengapa
    pula Kismi tidak meminta uang lelah kepada Norman dan
    Denny? Bukankah Kismi bekerja sebagai wanita penghibur?
    Bukankah yang dibutuhkan dalam hal itu adalah uang?
    Iseng-iseng, Hamsad mendekati bagian resepsionis. Kali ini
    yang bertugas bukan orang yang dulu, tetapi orang yang
    sebenarnya pernah ditemui Denny dan Tigor. Hanya saja,
    Hamsad tidak tahu tentang pemuda tersebut.
    “Masih ada kamar kosong, Mas?” sapa Hamsad dengan
    ramah.
    “Masih,” jawab bagian resepsionis dengan ramah pula.
    “Mau bocking kamar?” tawarnya. Hamsad hanya tersenyum
    dalam ketenangan sikapnya.
    “Saya tunggu keputusan dari teman saya yang sedang
    menemui pemilik motel ini. Kalau dia mengajak bermalam di
    sini, yah… mau tak mau kami bocking dua kamar.” Padahal

    59
    rencana itu tidak ada dalam pembicaraan Hamsad dengan Pak
    Hasan.
    “Hari ini, agak sepi,” kata petugas resepsionis. “Lain halnya
    jika malam Minggu. Kalau malam-malam seperti ini, apalagi ini
    malam Jumat, biasanya kamar kami banyak yang kosong.
    Kalau Bung jadi bermalam di sini, Bung bisa bebas memilih
    kamar sesuai selera.”
    “O, begitu, ya?! Jadi, bisa saja saya memilih kamar Seruni,
    ya?”
    Pemuda petugas resepsionis itu sedikit menggeragap.
    “Hm… kalau kamar itu, wah… kebetulan tadi siang sudah ada
    yang bocking. Kamar itu sudah diisi, Bung.”
    “Ooo…?!” Hamsad manggut-manggut. “Kalau boleh saya
    tahu, lelaki atau perempuan yang memakai kamar Seruni itu?”
    “Lelaki. Mungkin dia orang seberang.”
    “Sendirian?”
    “Ya. Sendirian. Barangkali sebentar lagi partnernya
    datang.”
    “Apa dia langganan di sini? Maksud saya, sering datang dan
    bermalam di sini dengan seorang perempuan?” makin lama
    pertanyaan Hamsad makin bersifat pribadi. Petugas itu agak
    sulit menjawab. Ia hanya tersenyum-senyum yang a-khirnya
    berkata,
    “Sebenarnya, kami tidak boleh bicara soal itu, Bung. Tapi,
    karena kebetulan tadi saya juga yang menerima tamu itu, jadi
    kalau boleh saya katakan, bahwa saya baru sekali ini bertemu
    dengan orang tersebut. Saya rasa, dia juga baru kali ini
    datang kemari, Bung.”
    Hamsad manggut-manggut sambil menggumam. Petugas
    itu berkata lagi,
    “Kalau Bung mau, bisa memilih kamar yang lain. Kamar
    Seroja juga bagus. Bung. Strategis dan romantis letaknya. Dia
    ada di tepi pantai. Bung bisa melihat ombak dari terasnya.”
    “Kalau saya mau, saya akan memilih kamar Seruni,” kata
    Hamsad pelan, sepertinya sekadar basa-basi saja.

    60
    “Kamar itu jarang dipakai, Bung,” bisik petugas resepsionis,
    nada bicaranya mencurigakan.
    “Kenapa? AC-nya rusak? Saluran airnya tersumbat?”
    Petugas itu tertawa pendek. “Itu hanya alasan kami.
    Sebenarnya, kami menghindari kamar itu dari para tamu.
    Kalau tidak memaksa sama sekali, kami tidak izinkan para
    tamu menggunakan kamar tersebut.”
    “Alasannya?” desak Hamsad semakin penasaran.
    “Kamar itu angker, Bung.” Kali ini suaranya yang berbisik
    namun ditekankan kalimatnya itu, membuat Hamsad menjadi
    merinding seketika. Ia memandang ke arah luar, ternyata
    malam mulai datang. Suasana tak secerah waktu ia tiba di
    motel ini. Dan, suasana malam itu makin membuat Hamsad
    berdebar-debar setelah mendengar jawaban petugas tersebut.
    Sebenarnya Hamsad ingin bertanya lebih lanjut mengenai
    kamar Seruni, sayangnya petugas itu harus menemui tamu
    yang hendak mem-bocking kamar. Hamsad ditinggalkan, dan
    kini ia kembali ke meubel lobby, duduk di sana merenung diri.
    Hatinya menjadi galau. Resah. Batinnya bertanya-tanya,
    “Benarkah kamar itu angker? Jika benar begitu, mengapa
    begitu mudah petugas resepsionis itu mengatakannya
    kepadaku? Seharusnya dirahasiakan. Ini menyangkut prestise
    motel ini sendiri, kan? Ah, kurasa ia mengada-ada. Dengan
    cara begitu, diharapkan aku tidak kecewa dan mau memilih
    kamar lain. Brengsek!
    Itu hanya teknik propagandanya saja!”
    Hamsad mendesah kesal. Pak Hasan terlalu lama ngobrol di
    dalam dengan pemilik motel yang juga sebagai manager.
    Untuk menghilangkan kejenuhannya, Hamsad melangkah
    keluar dari lobby, menikmati udara malam di luar lobby. Dalam
    pikirannya sempat terlintas satu harapan. “Mudah-mudahan
    cewek yang akan datang ke kamar Seruni ituadalah Kismi.
    Kalau benar yang akan melayani tamu di kamar Seruni itu
    Kismi, maka ada baiknya kalau aku menghadangnya di sini.
    Kismi pasti akan berjalan lewat arah sini untuk menuju kamar
    Serani. Mungkin aku bisa menyapanya, setidaknya melihat

    61
    dengan mata kepala sendiri kecantikan yang konon istimewa
    itu.”
    Harapan itu adalah harapan yang sia-sia. Karena, sebelum
    Kismi muncul, Pak Hasan telah keluar dari lobby dan
    melambaikan tangan kepada Hamsad, memanggil. Mereka
    kembali duduk di lobby. Pak Hasan berkata kepada Hamsad,
    “Aku sudah mendesaknya beberapa kali, tapi dia tetap
    mengatakan, tidak ada ‘anak buahnya’ yang bernama Kismi.
    Bahkan ia mengingatkan padaku, agar jangan sekali-kali
    menggunakan kamar Seruni.”
    “Kenapa, katanya?”
    “Kamar itu angker!” bisik Pak Hasan dalam ketegangan.
    Hamsad sedikit terperanjat dan merasa heran, karena
    pernyataan itu sama dengan pernyataan petugas resepsionis
    tadi.
    “Saya tidak yakin, Pak!” kata Hamsad. “Saya rasa itu satu
    cara untuk mempromosikan kamar-kamar lainnya.”
    “Kalau tidak percaya, malam ini juga aku disuruh
    membuktikannya, Ham!”
    “Percuma. Pak. Kamar itu sudah dibocking orang.”
    “Hah…?!” Pak Hasan terperanjat.
    “Jadi, apa rencana kita selanjutnya?” tanya Hamsad dengan
    perasaan masih kesal akibat kegagalan menyelidik tentang
    Kismi.
    “Ham, kita disuruh cek ke beberapa tempat yang
    menampung wanita-wanita penghibur. Terutama di Panti Pijat
    Mahaiani. Karena, wanita-wanita di sana sering diambil kemari
    untuk melayani tamu yang membutuhkannya. Bagaimana
    kalau kita ke sana untuk mencari Kismi?”
    Setelah dipertimbangkan sejenak, Hamsad menjawab, “Kita
    coba saja!”
    Sebenarnya Hamsad tidak begitu bersemangat.’ Dalam
    hatinya ia berkata, “Pasti tidak ada yang bernama Kismi. Kalau
    toh ada, pasti Kismi sedang keluar, sebab kamar Seruni itu
    ada yang menempati. Tapi, coba sajalah. Barangkali ada halhal
    baru yang bisa dijadikan pertimbangan.”

    62
    Dugaan Hamsad menjadi kenyataan. Ia tidak memperoleh
    apa-apa di Panti Pijat Maharani itu. Tidak ada yang bernama
    Kismi, tidak ada yang mengenal Kismi, kendati mereka
    mengaku sering diambil ke Motel Angel Flowers. Kemudian,
    Pak Hasan dan Hamsad menuju ke Panti Pijat Ibu Endang,
    konon terkenal banyak pengunjungnya. Tetapi, di sana juga
    tidak ada yang bernama Kismi.
    Gagal sudah. Malam itu, Hamsad pulang tanpa membawa
    hasil. Hanya sedikit data tentang kamar Seruni yang katanya
    angker itu. Tapi, Hamsad tidak menghiraukan kata-kata
    petugas resepsionis tadi. Kemudian, dalam ketermenungannya
    itu ia mendapatkan gagasan baru. Ia berkata dalam hati. “Aku
    harus bermalam di sana! Barangkali dengan bermalam di
    sana, aku bisa menemukan apa yang kucari. Kismi. Dan, dari
    Kismi aku bisa memperoleh kesimpulan, mengapa kedua
    temanku itu mati bunuh diri? Kapan aku harus ke sana?
    Besok? Ah, jangan! Besok aku ada acara dengan Lista. Cewek
    itu menggemaskan juga sih. Siapa tahu dia mau nyantol
    padaku. Lumayan, kan?”
    Acara yang dimaksud Hamsad adalah menghadiri reuni SMP
    tempat Lista dulu. Acara itu cukup sederhana, namun sudah
    tentu mengesankan bagi mereka yang pernah satu bangku
    dan satu sekolah semasa SMP. Sedangkan Hamsad sendiri,
    tidak mempunyai kesan apa-apa, kecuali mendampingi Lista.
    “Kenapa kau membawaku kemari? Aku kan tidak punya
    kenalan di sini? Mereka tidak mengenalku,” kata Hamsad.
    “Justru aku ingin mengenalkan kamu kepada mereka
    sebagai pacarku,” kata Lista yang berpenampilan tomboy.
    “Apa? Sebagai pacarmu? Pacar cap apa aku ini? Bercinta
    belum sudah mengaku pacaran!”
    “Ah, cuek sajalah! Supaya aku kelihatan laku!”
    “Kenapa kau tidak mencari pacar yang sebenarnya saja?!”
    “Malas! Bikin repot karirku saja!” jawab Lista . seenaknya.
    Yang lebih menyebalkan lagi. dalam pesta reuni itu Lista
    justru asyik ngobrol dengan cowok-cowok bekas teman SMPnya
    yang sekarang, menurut Lista, sudah kelihatan gantengTiraikasih

    63
    ganteng semua. Hamsad merasa dikesampingkan oleh Lista,
    sehingga hampir-hampir ia pulang sendiri tanpa setahu Lista.
    Malam itu, Hamsad hanya memperoleh kedongkolan pergi
    dengan Lista. Ia merasa jera. Tak mau lagi pergi ke mana saja
    dengan Lista. Gadis itu egois. Ia hanya mementingkan diri
    sendiri, tanpa memikirkan perasaan orang lain. Untung saja
    malam itu Hamsad bisa lekas tertidur, sehingga kedongkolan
    hatinya pun cepat reda.
    Hanya saja, esok harinya, Hamsad bangun sedikit siang. Ia
    memang bermaksud tidak kuliah. Malas. Karenanya, ketika
    adiknya membangunkan, Hamsad hanya menggeliat dan tidur
    lagi.
    Tetapi, kali ini ia dibangunkan oleh mamanya karena ada
    seorang teman yang ingin bertemu dengannya. Hamsad
    malas, tapi mamanya memaksa. Bahkan mamanya berkata,
    “Kalau kau ingin jadi pemalas, cari pondokan lain, seperti dulu
    lagi! Jadi, kau bisa bebas mau bertingkah apa saja!”
    Tak tahan mendengar omelan mamanya, Hamsad pun
    turun dari pembaringan. “Siapa yang mencariku?”
    “Temanmu! Bahtiar!”
    Benar. Bahtiar yang datang pagi itu, sekitar pukul 9 kurang.
    Hamsad mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih terasa
    mengantuk. Ia berdiri dengan lesu, bersandar pada kusen
    pintu. Suaranya parau dan malas, “Ada apa, Tiar…?! Bikin
    kagok orang tidur saja kau, ah!”
    Bahtiar tidak langsung menjawab. Ia memandang Hamsad
    yang menguap sambil mengencangkan otot-ototnya.
    Kemudian, Hamsad menghampiri Bahtiar di kursi tamu, duduk
    di depan Bahtiar dengan loyo.
    Mendadak ia jadi curiga melihat Bahtiar berwajah sendu.
    Kecurigaannya itu membuat Hamsad menjadi serius, dan
    bertanya lagi, “Ada apa sih?!”
    “Ham…,” kata Bahtiar sedikit gagap. “Ada… ada korban lagi
    dari teman kita.”
    “Hah…?!” Hamsad terperanjat baru mendengar kata-kata
    itu. “Korban?! Maksudmu?”

    64
    “Tigor, bunuh diri!”
    “Gila!” teriak Hamsad sambil menggebrak meja, untung
    meja kaca itu tak sampai pecah, hanya asbaknya yang
    terpental.
    “Tigor bunuh diri?! Tigor…?!” Hamsad seperti orang tak
    percaya terhadap pendengarannya sendiri. Bahtiar
    mengangguk dalam kesedihan.
    “Peristiwanya terjadi tadi malam, sekitar pukul dua hampir
    pagi,” tutur Bahtiar.
    “Meng… mengapa? Mmmeng… mengapa ia bunuh diri?
    Apa alasannya, Tiar?!” Hamsad gemetar dan napasnya
    terengah-engah. Deburan di dalam dadanya membuat ia
    sedikit gemetar.
    “Kemarin malam, ia penasaran. Ia datang ke motel, tempat
    Norman dan Denny menginap….”
    “Kemarin malam? Bukan tadi malam, kan?” tegas Hamsad.
    “Kalau kemarin malam…? Berarti…? Berarti waktu itu aku ada
    di sana bersama Pak Hasan! Gila betul dia? Jadi… oh, ya…
    aku memang menanyakan kamar Seruni, dan petugas motel
    itu menjawab, bahwa kamar itu ada yang menyewanya. Aku
    tidak tahu kalau orang itu adalah Tigor?! Aaah…! Gila semua!”
    Hamsad bagai orang kesetanan. Matanya yang masih merah
    karena habis bangun dari tidur itu membelalak lebar, penuh
    kemarahan. Tapi, ia tak tahu, kepada siapa ia harus marah?
    Di perjalanan menuju pondokan Tigor dan teman-teman
    yang lainnya, Bahtiar menjelaskan tentang kematian Tigor.
    “Siangnya dia kembali, dan bercerita kepada kami, bahwa
    ia berhasil bertemu dengan wanita yang mengaku bernama
    Kismi. Menurutnya, Kismi memang cantik. Luar biasa
    kecantikannya. Kismi hebat di ranjang. Luar biasa
    kehebatannya. Dan, menurutnya, Kismi muncul setelah lewat
    tengah malam. Pintu kamarnya diketuk, dan ternyata Kismilah
    yang datang.”
    “Tigor memesan Kismi dari siapa?”
    “Ia tidak memesan Kismi. Ia yakin, bahwa Kismi itu setan.
    Ia sengaja ingin bertemu setan di situ, dan usahanya itu

    65
    berhasil, la bahkan bangga, karena bisa menjinakkan setan,
    Kismi bukan hantu yang menakutkan menurut Tigor, justru
    sebaliknya, Kismi hantu yang membuat lelaki betah tinggal
    bersamanya.”
    “Lalu, kenapa Tigor bunuh diri?”
    “Karena ia ingin bertemu dengan Kismi lagi, barangkali! Itu
    dugaan kami. Tigor ingin bertemu Kismi, tapi tidak punya
    uang sewa Seruni yang cukup mahal itu. Kemudian, ia
    mengambil pisau badiknya, dan menusuk-nusuk dirinya sendiri
    sampai beberapa kali. Lukman berhasil memukul tengkuk
    kepala Tigor, dan pingsan. Waktu itu, tubuh Tigor sudah
    berlumur darah. Tetapi, anehnya… tangan kanannya yang
    memegang badik sukar dicabut. Tangan kanannya itu justru
    bergerak sendiri, hampir menikam perut Ade.”
    “Kemudian, bagaimana cara kalian mengatasi?”
    “Tidak ada yang bisa mengatasi! Kami melihat sendiri
    tangan kanan itu menikam ulu hatinya sendiri, padahal Tigor
    dalam keadaan pingsan oleh pukulan Lukman. Dan… dan
    setelah tangan kanan itu merasa puas menikam-nikam
    tubuhnya sendiri, lalu ia berhenti. Lemas. Pisau badiknya
    tergeletak. Waktu itu, Tigor masih sempat terlihat napasnya,
    dan kami melarikan dia ke rumah sakit. Tetapi, di perjalanan
    Tigor menghembuskan napas terakhirnya.” Bahtiar menghela
    napas, sedikit tersendat-sendat, mungkin karena menahan
    duka atas kematian temannya yang tragis itu.
    “Tangan kanan…?!” gumam Hamsad sambil mengemudikan
    mobilnya “Lagi-lagi tangan kanannya! Norman, Denny, dan
    kini Tigor, masing-masing bunuh diri dengan tangan
    kanannya. Masing-masing mempunyai persamaan yang
    sekarang baru kusadari, bahwa tangan mereka bergerak
    dengan sendirinya. Jadi, ada satu kekuatan yang
    menggerakkan tangan kanan mereka, lalu menikam diri
    mereka masing-masing. Oh… mengerikan sekali!”
    Madi,-menurutmu ada satu kekuatan yang merasuk pada
    tangan kanan mereka?” tanya Bahtiar.

    66
    “Kurasa memang begitu. Roh seseorang masuk dalam
    tangan kanan mereka, dan membunuh mereka sendiri.
    Dengan begitu, tak ada orang yang dicurigai oleh pihak yang
    berwajib.”
    Bahtiar bergidik. Lalu, ia menggumam lirih, “Sudah pastikah
    bencana itu datang dari perempuan yang bernama Kismi?” Ia
    melirik Hamsad, seakan meminta pendapat. Hamsad diam
    saja. Lama sekali ia terbungkam sambil mengemudikan
    mobilnya. Beberapa saat kemudian, barulah ia berkata,
    “Akan kucoba menaklukkan dia!”
    Bahtiar buru-buru berpaling memandang penuh perasaan
    cemas. “Kau., kau hendak mencobanya seperti Tigor?”
    “Yah…!” Hamsad mengangguk sambil mendesah.
    “Kupikirkan dulu cara menaklukkannya, baru akan kutantang
    hantu keparat itu!”
    “Berbahaya, Ham! Jangan coba-coba berjudi dengan
    maut!” bisik Bahtiar merasa ngeri mendengar tekad Hamsad.
    “Kau mau membantuku?” Hamsad melirik Bahtiar.
    “Aku masih ingin hidup beberapa saat,” jawab Bahtiar.
    “Kalau begitu aku akan lakukan hal itu sendiri…!” Hamsad
    berkata dengan tenang, datar, seakan di dalam dadanya telah
    mendidih darah kemarahan yang sukar didinginkan kembali.
    Bahtiar makin ngeri melihat rona wajah Hamsad yang
    memancarkan dendam. Ia bagai seseorang yang sudah siap
    untuk mati.
    ***
    Bab 8
    Tekad Hamsad sudah hulat, ia harus menemui Kismi. Ia
    ingin membuktikan segalanya, dan mencari jawaban yang
    pasti tentang Kismi, juga tentang kematian Norman, Denny,
    dan Tigor. Di dalam hatinya ia menyimpan dendam, dan
    dendam itu yang menuntut pembalasan.
    Karena itu, pukul 4 sore itu, Hamsad sudah membocking
    kamar Seruni. Ia belum tahu, bagaimana caranya menghadapi

    67
    Kismi kalau benar wanita itu adalah hantu. Ia hanya punya
    keyakinan, bahwa ia akan bisa mengatasi Kismi dengan
    beberapa doa yang pernah diajarkan oleh kakeknya ketika ia
    masih di SMP. Ada beberapa doa yang konon bisa untuk
    mengusir hantu. Dulu, Hamsad pernah mendapat pelajaran
    mengusir hantu dari kakeknya, tapi satu kali pun belum
    pernah ia gunakan. Kali ini, ia ingin mencoba kekuatan magis
    dari doa tersebut untuk mengalahkan Kismi.
    Hati Hamsad belum terlalu berdebar-debar, karena ia ingat
    cerita para korban, bahwa Kismi akan muncul pada saat
    tengah malam. Karena sekarang masih pukul 4 lebih, rnaka
    tak ada yang perlu dicemaskan, tak ada yang perlu ditakutkan.
    Yang harus ia lakukan adalah mempersiapkan segala
    sesuatunya, di antaranya menghafal doa pengusir setan itu.
    Debur ombak dan angin senja membaur. Suasana di motel
    itu terasa lengang, sepi, namun terlihat beberapa kesibukan
    manusia yang seakan bergerak dan bekerja tanpa suara
    sedikit pun.
    “Aneh…! Mengapa mereka melangkah bagai tanpa suara?
    Mengapa mobil di jalan raya itu bergerak hanya
    memperdengarkan suaranya yang samar-samar? Alam ini
    menjadi lengang, seperti lorong menuju alam kematian. Oh,
    mungkinkah aku akan menemukan ajalku di sini juga?” pikir
    Hamsad sambil duduk di teras kamar Seruni. Tak lama
    kemudian, terdengar suara adzan magrib sayup-sayup sekali.
    Langit menjadi merah lembayung. Mentari mulai
    menyembunyikan diri.
    Iseng sekali Hamsad duduk sendirian di teras. Kebetulan
    seorang petugas motel yang biasa disebut sebagai room-boy
    sedang melintas di depan teras kamar Hamsad. Orang itu
    sudah tua, tapi gerakannya masih lincah, penuh semangat
    kerja.
    “Pak…!” panggil Hamsad, kemudian melambaikan tangan.
    Pelayan tua itu mendekat dengan senyum ramah.
    “Pak, bisa mencarikan saya makanan kecil?”
    “Maksud, Tuan?”

    68
    “Yah… semacam kacang mete, atau emping.”
    “O, bisa. Di restoran kami tersedia makanan itu. Mau
    kacang mete atau emping?” pelayan tua itu ganti bertanya.
    “Emping saja deh! Atau… emping sama kacang mete juga
    boleh.”
    Pelayan itu mengambilkan pesanan yang telah di pesan
    Hamsad. Waktu itu, Hamsad segera masuk dan memeriksa isi
    kulkas. Oh, lumayan ada dua kaleng bir sebagai selingan. Ia
    mengeluarkan salah satu, dan membukanya sambil matanya
    memandang ke arah TV yang dinyalakan dari tadi.
    Tak berapa lama, pelayan datang membawakan emping
    pesanan Hamsad.
    “Masuk saja, Pak!” teriak Hamsad, malas membukakan
    pintu karena ada acara menarik di TV.
    “Sendirian saja, Tuan?” tanya pelayan itu sambil cengarcengir.
    “Ya. Sendirian. Kenapa, Pak?” pancing Hamsad.
    “Tidak membutuhkan teman buat ngobrol-ngobrol?”
    “Teman perempuan maksudnya?”
    Pelayan berambut uban itu terkekeh sesaat,
    “Kalau teman lelaki sih buat apa, Tuan?”
    Hamsad ikut tertawa sekadarnya. Ia membuka plastik
    emping sambil bertanya, “Apa… apa kamu bisa sediakan
    perempuan cantik, Pak?”
    “O, bisa! Bisa saja, Tuan! Mau cari yang modelnya seperti
    apa?”
    ‘Yang paling cantik. Kalau bisa yang seperti Ratu Mesir
    Kuno!”
    Bapak itu terkekeh lagi. la berdiri dengan sikap
    menghormat, sopan, sekalipun merasa geli dengan kata-kata
    Hamsad, tapi ia tetap sopan.
    “Bisa, Pak?” desah Hamsad. Ia berjalan ke ruang tamu, dan
    duduk di meubel yang ada di situ.
    “Saya belum pernah melihat Ratu Mesir Kuno, Tuan,”
    katanya. “Lagi pula, bagi saya, semua perempuan itu ratu.”

    69
    Hamsad sempat tertawa keras mendengar banyolan
    pelayan tua itu. Ia tertarik untuk mengajaknya bicara,
    sehingga ia perlu mempersilakan bapak itu duduk di kursi.
    “Bapak namanya siapa. Pak?”
    “Saya…, Kosmin. Kalau perlu apa-apa bisa panggil saya
    saja lewat telepon, Tuan.”
    “Ah, paling-paling yang kuperlukan ya soal perempuan itu
    tadi. Pak.”
    “Bisa juga! Tempo hari ada yang memesan perempuan dua
    sekaligus! Tamu itu seorang lelaki yang usianya lebih tua dari
    Tuan, dan ia memakai dua perempuan dalam satu kamar.
    Saya juga yang mencarikan. Dia minta perempuan yang
    separuh baya, tapi masih kelihatan cantik dan montok, saya
    terpaksa mencarikannya ke beberapa tempat yang saya
    kenal….”
    “Berhasil?”
    “Berhasil juga, Tuan.”
    “Kalau begitu, carikan saya yang paling cantik.”
    “Boleh. Kapan saya suruh kemari?” tanya Pak Kosmin
    dengan penuh semangat. Hamsad tersenyum kalem sambil
    mengunyah emping.
    “Cantik sekali, nggak? Kalau nggak cantik sekali, saya
    nggak mau, Pak!”
    “O, ditanggung memuaskan, Tuan! Saya punya kenalan
    yang jarang saya suguhkan pada tamu-tamu di sini. Biasanya
    yang suka pakai dia… beberapa boss dari luar negeri.
    Perempuan itu memang biasanya dibawa ke luar negeri oleh
    boss-boss minyak. Baru seminggu yang lalu ia pulang dari
    Itali.”
    Hamsad makin tertarik, ia memperhatikan Pak Kosmin yang
    bermata cekung itu, lalu bertanya dengan penuh harap,
    “Namanya siapa, Pak?”
    “Gea. Nama lengkapnya saya tidak tahu, tapi ia selalu
    memperkenalkan diri dengan nama: Gea!”

    70
    Hamsad kelihatan mengeluh kecil. Ia kurang menggebugebu.
    Namun, ia membiarkan pelayan itu meneruskan
    promosinya tentang Gea. Setelah itu, baru Hamsad bertanya,
    “Pak Kosmin bisa mencarikan perempuan yang bernama
    Kismi?!”
    Pak Kosmin tampak terperanjat sekalipun berusaha
    disembunyikan. Hamsad mengetahui hal itu, dan ia segera
    mengusap tengkuk kepalanya yang sejak tadi bergidik bulu
    romanya. Sejak tadi! Hanya saja, Hamsad tadi bisa menahan
    diri untuk bersikap biasa-biasa saja.
    “Bagaimana, Pak? Kok malah melamun?” tegur Hamsad
    setelah mengetahui lelaki itu melamun. Wajahnya yang tua
    dan sedikit berkeriput itu kelihatan pias. Ia jadi tidak
    bersemangat lagi, seperti tadi. Ada senyum yang dipaksakan
    untuk tetap ramah. Dan, Hamsad membiarkan perubahan
    tersebut, seakan tidak mengetahuinya.
    “Kalau Pak Kosmin bisa mencarikan atau memanggilkan
    perempuan yang bernama Kismi, saya berani kasih tip banyak
    kepada Pak Kosmin,” tantang Hamsad sambil berlagak
    berseloroh. Pak Kosmin tersenyum hambar.
    “Mengapa harus Kismi?” tanyanya tiba-tiba. Pertanyaan itu
    mempunyai arti lain bagi Hamsad, maka ia pun buru-buru
    bertanya,
    “Jadi, Pak Kosmin sudah mengenal Kismi, kan? Sudah
    pernah melihat Kismi, bukan? Nah, type wanita seperti itulah
    yang saya sukai, Pak. Kalau tidak Kismi, saya tidak mau
    ditemani oleh siapa pun!”
    Lelaki berseragam biru-biru, sebagai seragam pelayan
    motel ini, tampak termenung beberapa saat. Lalu, tiba-tiba ia
    mengajukan pertanyaan yang membuat Hamsad sedikit
    terpojok,
    “Apakah Tuan sudah pernah bertemu dengan Kismi?”
    “Hem… anu… bertemu sih belum pernah, tapi ketiga
    temanku pernah bermalam dengan Kismi. Aku mengetahui
    kecantikannya dari ketiga temanku itu, Pak.”

    71
    “Ooo..,” Pak Kosmin manggut-manggut. “Dan, bagaimana
    dengan ketiga teman Tuan itu?”
    “Mereka merasa bahagia sekali tidur bersama Kismi,” jawab
    Hamsad memaksakan untuk bersikap kalem.
    “Maksud saya, bagaimana nasibnya setelah ia tidur
    bersama Kismi?”
    Nah, pertanyaan ini kembali membuat Hamsad merinding.
    Ia melirik ke arah luar lewat gorden jendela, ternyata alam
    telah menjadi gelap. Terbersit perasaan ngeri dalam hatinya,
    namun ia mampu menutupi dengan caranya sendiri.
    “Mengapa Pak Kosmin menanyakan begitu? Apa
    maksudnya?”
    “Setahu saya,” kata lelaki tua itu. “Siapa pun yang tidur
    bersama Kismi, maka ia akan mati!”
    Ada suatu rasa yang menghentak di hati Hamsad, namun
    Hamsad berusaha menetralkan perasaannya.
    “Mengapa harus mati?” tanya Hamsad masih tetap kalem,
    seakan tidak mau percaya dengan keterangan Pak Kosmin.
    “Kismi itu roh!”
    “Ah…!” Hamsad sengaja mendesah dengan nada tidak
    percaya.
    “Sungguh, Tuan. Dulu, memang ada seorang wanita yang
    bernama Kismi. Dia seorang peragawati, tapi dia juga punya
    jabatan penting dalam suatu perusahaan besar di luar negeri.
    Konon, kesibukannya sebagai peragawati hanyalah sebagai
    penangkal kejenuhannya saja…!”
    Karena Pak Kosmin diam. Hamsad mendesaknya,
    “Ceritakan selengkapnya, Pak. Siapa tahu aku mempercayai
    kata-katamu.”
    “Kismi dibunuh di kamar ini oleh pacarnya. Ternyata
    pacarnya itu orang yang punya penyakit syaraf. Ia dicekik, dan
    tangan kanannya dipotong…!”
    Bergidik Hamsad mendengar cerita itu. Sejak tadi ia sudah
    berdebar-debar, keringat dinginnya sudah tersembul, hanya
    saja ia pandai menampilkan sikap tenang sehingga tidak
    kentara apa yang ia rasa.

    72
    “Kismi memang mempunyai hubungan dengan kepercayaan
    Mesir Kuno,” tambah Pak Kosmin, dan tambahan itulah yang
    membuat Hamsad terbelalak kaget.
    “Mmm… mak… maksud… maksudnya, bagaimana, Pak?
    Bagaimana?” Hamsad sampai meng-geragap.
    “Mayat Kismi sampai sekarang masih utuh, karena
    dimakamkan dalam kotak kaca hampa udara. Ia mempunyai
    cincin berbatu putih kekuning-kuningan. Cincin itu, konon
    pemberian seorang profesor, ahli sejarah, yang menjadi
    gurunya di perguruan tinggi. Cincin itu, berasal dari zaman
    Mesir Kuno. Bukan cincinnya yang saya maksud, melainkan
    batu pada cincin tersebut.”
    “O, begitu?! Lalu… lalu… lalu, khasiat cincin itu sendiri
    apa?”
    “Apabila ia mati, nyawanya masuk ke dalam batu cincin
    tersebut. Kalau ia mengenakan cincin itu lagi, maka ia akan
    hidup. Tetapi, kalau sampai tiga kali ia mati, maka ia akan
    mati selama-lamanya!”
    “Gila…!” gumam Hamsad sepertinya antara mengagumi
    dan tidak percaya.
    Pak Kosmin melanjutkan lagi, “Jadi, karena ia dicekik dan
    tangan kanannya dipenggal, maka ia tak dapat hidup lagi.
    Karena, di jari manis tangan kanannya itulah cincin mistik itu
    dikenakan. Ia terpisah dengan cincin tersebut, maka sama
    saja ia terpisah dari nyawanya. Kemudian, pelayannya yang
    selalu mendampingi Kismi memakamkan mayat Kismi di dalam
    tabung kaca hampa udara, supaya kuman tidak merusak
    jasadnya. Apabila potongan tangan kanan itu disambungkan
    lagi ke lengan Kismi, maka ia akan hidup lagi sebagai manusia
    biasa. Itulah keistimewaan dari Cincin Zippus.”
    Beberapa saat lamanya Hamsad terbengong. Terbayang
    sesuatu yang mustahil menjadi nyata. Dan, ia terkejut ketika
    Pak Kosmin berdiri, mohon pamit.
    “Tunggu, Pak…! Bapak sendiri siapa? Kenapa bisa
    mengetahui riwayat Kismi?”
    “Saya pelayan Kismi…!”

    73
    Dan, tiba-tiba lelaki tua beruban putih itu melangkah keluar
    kamar tanpa membuka pintu lebih dulu. Badannya bagai
    gumpalan asap yang mampu menembus daun pintu yang
    tebal. Hal itu membuat Hamsad tercengang dengan mata
    mendelik dan tubuh gemetar. Ia buru-buru membuka pintu
    untuk mengejar Pak Kosmin, tetapi ternyata lelaki tua itu tidak
    terlihat sama sekali. Di luar hanya ada gelap malam yang sepi.
    Sekujur tubuh Hamsad menjadi merinding dan keringat
    dinginnya pun membasahi semua pakaiannya. Lalu, sesuatu
    yang aneh kembali dialaminya, tak lama berselang dari
    peristiwa itu. Hamsad masih terengah-engah, ia melihat
    arlojinya, dan begitu terkejutnya ia setelah mengetahui,
    bahwa saat itu malam sudah menunjukkan pukul 11 lewat 55
    menit.
    “Gila! Arloji murahan bikin kaget saja!” gerutunya sambil
    gemetar. Ia tak percaya, tapi juga penasaran. Ia menelepon
    bagian resepsionis dan menanyakan jam. Ternyata
    jawabannya sama, “Pukul 11 lewat 55 menit, Tuan!”
    “Astaga…! Kalau begitu aku sudah bicara dengan… dengan
    roh pelayan Kismi itu memakan waktu cukup lama?! Dari
    magrib sampai hampir tengah malam?! Oh, konyol! Terasa
    hanya sebentar! Nyatanya lebih dari lima jam?! Gila! Ini benarbenar
    gila!”
    Malam yang mengalunkan deburan ombak samar-samar itu
    ibarat irama penghantar ke liang kubur. Suasana ganjil yang
    menimbulkan rasa takut mencekam kuat di dalam kamar
    tersebut. Jantung Hamsad berdetak-detak keras, sampai dia
    mengalami sesak napas. Ia berusaha merubah suasana
    tegang di dalam kamar dengan suara TV yang mengalunkan
    lagu-lagu tempo dulu: acara ‘Dari Masa ke Masa’. Dengan
    suara keras dari musik-musik itu, Hamsad sedikit berhasil
    mengatasi cekaman rasa takut yang bagai membekukan
    darahnya itu. Ia membuka kaosnya yang basah oleh keringat
    dingin. Bahkan juga melepas celana panjangnya yang lembab
    karena keringat pula.

    74
    Sekarang, ia merasa panas. Gerah. Padahal AC berjalan
    dengan lancar. Karena tak tahan, Hamsad pun mengguyur
    badannya di kamar mandi. Pada saat itu, ia masih terngiangngiang
    cerita Pak Kosmin, dan terbayang kenyataan
    mengerikan dari Pak Kosmin yang mampu menembus pintu
    tanpa dibuka lebih dahulu. Hamsad tidak percaya kalau
    ternyata sejak tadi berbicara dengan roh. Roh pelayan Kismi.
    Dan, agaknya roh pelayan Kismi itu pun mencari tahu di mana
    tangan kanan Kismi yang dipotong oleh pembunuhnya. Maka,
    timbul kecamuk di hati Hamsad,
    “Kalau aku bisa menemukan tangan atau cincin itu, dan
    bisa menyambungkannya ke lengan jenazah Kismi, mungkin
    perempuan itu akan hidup kembali. Lalu, apa yang kuperoleh
    dari pekerjaan itu? Oh… gila! Cerita itu kenapa mendominir
    otakku? Kenapa aku sangat percaya? Bukankah itu suatu hal
    yang mustahil?” Hamsad berdebat sendiri di dalam hatinya.
    Kemudian, batinnya berkata juga,
    “Jadi, pantas kalau selama ini Norman, Denny, dan Tigor
    mati bunuh diri setelah tidur bersama Kismi. Rupanya roh
    Kismi menaruh dendam kepada lelaki. Roh itu yang ada di
    tangan kanannya, pada batu cincin tersebut. Dan, roh itu yang
    masuk ke dalam tangan kanan Norman, kemudian memaksa
    Norman bunuh diri. Padahal itu adalah tindakan pembunuhan
    dari roh Kismi yang ada di tangan kanannya. Oh, mengerikan
    sekali! Apa jadinya jika roh itu masuk ke tangan kananku…?!”
    sambil berkecamuk demikian di batinnya, Hamsad
    mengangkat tangan kanannya sendiri. Memperhatikan tangan
    kanannya itu dengan hati berdebar-debar. Semakin lama ia
    memperhatikan tangan kanannya, semakin gemetar tangan
    kanan itu. Jantungnya bertambah cepat terpacu. Jari-jemari
    tangan kanannya mengejang. Mulanya bergerak-gerak, lalu
    mengejang semuanya, membentuk cakar.
    “Oh…?! Tangan kananku kaku..?!” katanya terpekik
    ketakutan sendiri. Ia mendelik memperhatikan tangan
    kanannya. Jari-jemari itu gemetar pada saat membentuk cakar
    yang keras dan kaku. Tangan kiri Hamsad buru-buru

    75
    melunakkan tekukan jari-jemari tangan kanannya. Dan,
    Hamsad pun menghempaskan napas. Ternyata tangan
    kanannya mengalami kram sebentar. Kini kembali lemas,
    seperti sediakala.
    Sambil mengenakan handuk, Hamsad terengah-engah
    karena rasa takutnya. Ia keluar dari kamar mandi dengan
    hanya berbalut handuk, karena pada saat itu ia mendengar
    suara TV berkerosak tak karuan. Ternyata layar TV sudah
    tidak menampilkan gambar apa-apa lagi, kecuali bintik-bintik
    semacam semut berpesta pora. Salurannya bagai ada yang
    memutus, dan suara berisik itu mengganggu pendengaran
    Hamsad. Maka, pesawat TV pun terpaksa dimatikan. Dan, kali
    ini kamar menjadi hening tanpa suara apa pun.
    Hamsad duduk di pembaringan dengan melamun,
    membayangkan sesuatu yang bersimpang siur dalam
    pikirannya. Kacau!
    ***
    Bab 9
    Suara ketukan pintu yang lembut mengejutkan lamunan
    Hamsad. Napasnya terhempas karena rasa kagetnya. Ia
    sempat mencaci sendiri, lalu menyadari bahwa ia lupa
    membayar uang emping dan kacang mete. Setelah mengambil
    uang puluhan ribu dari dompetnya, Hamsad menuju ke ruang
    tamu dengan hanya berbalut handuk tebal.
    Klik…! Pintu dibuka, dan sapaan lembut terdengar,
    “Selamat malam…!”
    Hamsad terbelalak seketika. Darahnya bagai mengalir cepat
    ke bagian kepala. Pucat. Napasnya pun tersentak, seakan
    berhenti seketika. Di depannya, berdiri seorang perempuan
    yang berbadan atletis, tinggi sekitar 168 cm, berbadan padat,
    menonjol namun ideal bagi tubuhnya yang sexy itu. Mulut
    Hamsad bergerak-gerak, namun tak berhasil melontarkan
    sepatah kata pun. Matanya tak bisa berkedip menatap seraut

    76
    wajah klasik, dengan kecantikan yang mirip seorang ratu Mesir
    Kuno. Hidung mancung, bibir ranum tak terlalu lebar, mata
    bulat dengan kebeningan yang tajam meneduhkan, dan
    rambut hitam indah disanggul ke atas, sehingga
    menampakkan lehernya yang tergolong jenjang itu berkulit
    kuning langsat.
    Yang terucap di hati Hamsad hanya kata-kata, “Sudah
    lewat tengah malam…!”
    Perempuan itu tersenyum ramah, indah sekali. Enak
    dipandangi berjam-jam lamanya. Suaranya yang serak-serak
    manja terdengar membuai hati Hamsad yang gemetar.
    “Boleh aku masuk?”
    “Bo… bob… eh, sil… silakan…!” Hamsad menggeragap.
    Jantungnya yang berdetak cepat membuat ia serba gemetar.
    Berulangkah ia menelan napasnya untuk menguasai
    kegugupan yang mengerikan, dan sedikit-sedikit ia mulai
    berhasil menenangkan gemuruh di dalam dadanya.
    Ada bau harum dari parfum yang dikenakan perempuan itu.
    Bau harum itu begitu lembut, klasik, namun membawa kesan
    yang anggun. Perempuan itu mengenakan gaun transparan
    putih tanpa lengan. Tas kulit warna hitam yang bertali rantai
    kuning keemasan tergantung di pundak kirinya. Sepatunya
    berwarna hitam, menapak di lantai. Jelas sekali. Ketika
    melangkah terdengar ketukan sepatunya yang lembut.
    Waktu itu, angin berhembus lebih kencang dari
    sebelumnya. Suara angin itu mengalun bercampur deburan
    ombak. Malam berubah menjadi lebih sunyi lagi, seakan kutukutu
    malam pun tak berani bersuara. Hal itu semakin
    membuat Hamsad dicekam rasa takut, tubuhnya pun menjadi
    merinding semua.
    “Sendirian di sini?” suara serak-serak manja yang
    menggemaskan hati lelaki itu mengacaukan pikiran Hamsad.
    Ia masih diam di pintu, tanpa menutup daun pintu, sehingga
    angin yang berhembus membawa kemisterian itu menerobos
    masuk ke kamar. Ia tak sempat menjawab dengan kata,
    kecuali mengangguk dan menampakkan rasa takutnya. Ada

    77
    niat untuk lari keluar kamar dan berteriak meminta tolong,
    tetapi sikap perempuan itu begitu mengesankan, baik dan
    ramah. Sehingga, hati Hamsad berdiri di batas kebimbangan.
    “Apakah ruangan ini kurang dingin? Kurasa sudah cukup
    sejuk, tak perlu kau tambah dengan cara membiarkan pintu
    terbuka,” katanya sambil menampakkan senyumnya yang
    mengagumkan sekali. Hamsad pun segera menutup pintu,
    namun tak berani menguncinya. Ia jadi seperti orang bego
    berdiri bersandar pada pintu dengan kedua lutut gemetar.
    Detak-detak jantungnya kembali memburu ketika perempuan
    itu melangkah mendekati Hamsad, memandang dengan penuh
    sorot mata yang mempesonakan.
    Luar biasa kecantikan itu. Hamsad baru percaya dengan
    apa yang pernah dikatakan Almarhum Norman, Denny, dan
    Tigor. “Perempuan itu mempunyai kecantikan yang luar biasa.
    Kehebatan di ranjang yang luar biasa pula….” Pantas rasanya
    jika para korban memuji Kismi habis-habisan, karena
    perempuan itu memang patut dipuji dan disanjung. Hanya
    saja, kali ini lidah Hamsad masih kelu, darahnya berdesir
    seakan beredar di seluruh tubuh dengan kacau. Apalagi kali ini
    perempuan itu tepat berada di depannya, oh…. Hamsad
    seperti kehilangan kesempatan untuk menghela napas.
    “Kau sakit?” tanya perempuan itu. “Wajahmu pucat sekali.”
    Kemudian, karena lama sekali Hamsad tidak bisa
    menjawab, perempuan itu menyentuh jari-jemarinya ke pipi
    Hamsad. Lembut sekali. Pelan. Hamsad merasa diusap oleh
    selembar kain sutra yang berbau harum menggairahkan.
    Lutut semakin gemetar, nyaris tak bisa dipakai untuk
    berdiri, karena saat itu, Hamsad merasakan suatu ciuman
    yang hadir dengan sangat pelan. Menempel di pipinya terasa
    menghangat dipermukaan wajah Hamsad. Suara serak-serak
    manja menggemaskan itu terdengar berbisik di telinga
    Hamsad,
    “Kosmin memberitahu kehadiranmu. Aku tahu, kau
    membutuhkan aku, bukan? Kau mencari aku, bukan?” Ia
    segera menarik wajahnya, kini beradu pandang dengan

    78
    Hamsad. Mulut Hamsad masih kaku, sukar digerakkan. Dan,
    perempuan itu berkata lagi,
    “Jangan takut. Aku Kismi, orang yang kau cari. Kau hanya
    memilih aku dari sekian perempuan yang ditawarkan Kosmin.
    Dan, sekarang pilihanmu telah berada di sini, di depanmu.
    Mengapa kau diam saja? Mengapa kau takut? Barangkali
    karena kau mendengar cerita dari Kosmin, lantas kau pikir aku
    akan membunuhmu? Hem…?!”
    Oh, begitu mesranya ia bicara. Sesekali tangannya
    mengusap rambut di kening Hamsad, menyibakkan ke
    belakang dengan tatapan mata penuh curahan rasa kasih.
    “Barangkali kita bisa buat perjanjian,” katanya dengan
    lembut.
    “Ak… aaak… akuuu…,” Hamsad berkata dengan gagap.
    “Akuuu… hm… akkk….”
    “Ssst…!” Kismi menempelkan jari telunjuknya ke bibir
    Hamsad. Ia membisik, “Kecuplah bibirku…! Kecuplah, agar
    rasa takutmu hilang…!”
    Hamsad gundah. Debaran hatinya membuat ia tersengalsengal
    dalam bernapas.
    Kismi memejamkan mata, menyodorkan bibirnya yang
    terperangah menantang. Ia berbisik lagi, “Kecuplah aku…
    kecuplah, supaya rasa takutmu hilang…!”
    Dengan gemetar, Hamsad mendekatkan bibirnya ke bibir
    Kismi. Ia ragu sejenak, tetapi Kis-mi bergerak lebih maju,
    sehingga bibirnya menyentuh bibir Hamsad. Kemudian,
    Hamsad mengecup bibir itu dengan gemetar. Mulanya hanya
    ingin sekejap, tetapi Kismi membalas dengan hangat.
    Mengulumnya, melumatnya penuh gairah. Bahkan ia
    mendesah ketika bibir itu terlepas sekejap. Sebelum Hamsad
    menarik diri, Kismi telah mengulang adegan itu. Semuanya ia
    lakukan dengan lembut, tidak kasar dan rakus. Justru
    kelembutan itulah yang membuat hati Hamsad terasa tersiram
    serpihan salju. Dingin, tenang, dan debarannya pun
    berkurang.

    79
    Perlahan-lahan sekali Kismi melepaskan kecupan itu,
    seakan merasa enggan memisahkan bibirnya dari bibir
    Hamsad. Ketika kecupan itu berhenti, senyum Kismi mekar
    mengagumkan. Hamsad mulai menyunggingkan senyum
    bernada malu. Anehnya, saat itu ia tidak lagi merasa
    berdebar-debar. Ia tidak merasa takut dan gemetar. Ia dalam
    keadaan normal, memandang Kismi seperti memandang
    perempuan biasa. Hamsad sadar, ia berhadapan dengan
    hantu, tapi ia tidak merasa ngeri sedikit pun. Justru ia merasa
    bangga bisa berhadapan muka dengan wanita berwajah mirip
    ratu Mesir Kuno itu. Ia berdecak menyatakan rasa kagumnya
    kepada Kismi.
    “Bagaimana aku harus memanggilmu?” tanya Kismi sambil
    melingkarkan kedua tangannya ke leher Hamsad. Matanya
    berkedip-kedip memandang Hamsad dengan penuh pesona
    mengagumkan.
    “Panggil aku, Hamsad!” jawab Hamsad dengan lancar, tak
    ada kebimbangan, hanya sedikit sisa getaran masih terasa.
    “Aku kagum padamu, Hamsad. Kau manusia yang nekat.
    Kau punya semangat, tapi tidak punya keberanian. Mungkin
    begitulah dalam hidupmu sehari-hari.”
    Hamsad tersipu. Ia tak berkedip menatap Kismi, kemudian
    ia berkata bagai di luar kesabaran, “Cantik sekali…!”
    “Siapa?” tukas Kismi.
    “Kau…,” desah Hamsad, romantis sekali. Kismi mencibir
    manis. Kemudian keduanya sama-sama tertawa. Keduanya
    sama-sama berpelukan, masih di depan pintu.
    “Aneh sekali…,” bisik Hamsad.
    “Apanya yang aneh?”
    “Hatiku jadi berbunga-bunga. Aku bahagia sekali.”
    “Kenapa?” bisik Kismi makin mendesah.
    “Aku bisa bertemu denganmu, dan aku bisa memelukmu,”
    jawab Hamsad. “Padahal aku tahu….”
    “Tahu apa?” tukas Kismi lagi, seakan menggoda.
    “Aku tahu, bahwa kau bukan manusia…!”

    80
    Kismi buru-buru melepaskan pelukannya. Ia kelihatan
    tersinggung. Hamsad menggeragap bingung ketika Kismi
    meninggalkannya. Perempuan itu berjalan ke kamar tidur, dan
    menghempaskan dirinya di tepian ranjang. Wajahnya murung.
    Hamsad serba salah jadinya. Ia mencoba mendekati Kismi dan
    berkata penuh sesal,
    “Maaf, aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu.”
    “Aku tidak tersinggung,” jawab Kismi. Masih murung. “Aku
    sedih jika ada yang mengatakannya begitu. Aku ingin kau
    pura-pura tidak mengetahui siapa aku.”
    “Mengapa begitu?”
    Kismi mendongak, memandang Hamsad yang berdiri di
    sampingnya. Wajah Kismi tepat berada di pinggang Hamsad.
    Perempuan itu berkata dengan nada sedih,
    “Aku datang memenuhi keinginanmu. Aku ingin mengagumi
    lelaki yang punya tekad seperti kamu. Jadi, aku tak ingin
    mendengar kata-kata seperti itu lagi.”
    “Aku berjanji tidak akan mengatakan hal itu lagi, Kismi,”
    kata Hamsad sambil mengusap-usap kepala Kismi. Kepala itu
    pun kemudian rebah di pinggang Hamsad.
    “Aku ingin mencari kebahagiaan. Aku ingin menghibur
    diriku seriang mungkin. Aku…,” Kismi berhenti sejenak,
    mendongak lagi, menatap Hamsad, lalu berkata,”… aku ingin
    hanyut dalam kemesraan.”
    Hamsad mengangguk, “Apakah menurutmu aku bisa
    memberi kemesraan padamu?”
    Tangan Kismi mulai merayap, mengusap-usap paha
    Hamsad yang hanya dibalut handuk itu. Ia bicara bagai
    sedang melamun,
    “Aku tak tahu, apakah kau yang terpilih bagiku. Tetapi, aku
    sangat menyukai lelaki yang punya tekad, daripada yang
    hidup penuh kebimbangan. Biasanya, lelaki yang hidup
    mengandalkan tekad, ia mempunyai naluri bercumbu sangat
    romantis.”
    Hamsad tertawa pelan. “Aku tidak merasakan diriku begitu.
    Kismi,”

    81
    “Tapi aku merasakannya…,” seraya tangan Kismi terus
    merayap pada bagian terpeka bagi seorang lelaki. Hamsad
    membiarkan tangan itu memainkan sesuatu, Ia sibuk
    menekuni hatinya yang berdebar-debar dalam keindahan.
    Lalu, ia sedikit menunduk, mencium kening Kismi. Wajah
    itu buru-buru tengadah ke atas, merenggangkan bibirnya
    dalam desah yang tipis sekali. Hamsad mencium kening dan
    merayap ke hidung Kismi, kemudian merayap lagi perlahanlahan,
    sampai akhirnya mulut Hamsad menyentuh bibir Kismi.
    Lidah Hamsad mempermainkan bibir Kismi yang segar dan
    menggairahkan itu. Kismi mengerang pelan, bagai merengek
    minta sesuatu. Kemudian, Hamsad pun mengecup bibir itu
    pelan-pelan. Lembut sekali. Sementara itu, tangan Kismi yang
    nakal semakin bengal.
    Handuk pembalut pun terlepas dan jatuh di lantai. Hamsad
    membiarkan. Ia masih sibuk menciptakan sejuta desiran indah
    melalui kecupan bibir Kismi. Tapi, kali ini tangan Hamsad pun
    menarik tali gaun yang ada di pundak Kismi. Kedua tali pun
    terlepas, dan gaun transparan itu terkulai jatuh di pangkuan
    Kismi. Tangan Hamsad mulai merayap dengan usapan lembut,
    sentuhan jemarinya bagai mengambang dan justru
    menciptakan debaran halus di hati Kismi.
    “Oh… kau pandai membawaku melayang, Hamsad…,” bisik
    Kismi dalam desahnya. Ia buru-buru memeluk pinggang
    Hamsad. Mengecup pinggang itu, dan menjalar ke manamana.
    Hamsad melepas sanggul rambut Kismi sambil berdesis-
    desis. Rambut itu tergerai sebatas punggung. Lemas
    sekali. Halus, dan berbau harum. Tangannya mengusap-usap
    punggung Kismi dengan gerakan lamban, sedangkan Kismi
    semakin berani menjalarkan lidah dan bibirnya ke ujung
    percintaan Hamsad.
    Di relung keheningan malam, suara desah mereka saling
    memburu. Kismi sering memekik dalam keadaan tubuhnya
    mengejang kaku, sedangkan Hamsad hanya mendesah-desah
    dan tetap menjadi nahkoda ‘pelayaran’ itu. Ia sengaja tidak
    mendorong tubuh selembut sutra itu ke permukaan ranjang.

    82
    Ia biarkan cintanya melayang-layang dengan mengandalkan
    kekuatan kakinya. Kismi sendiri agaknya masih mampu
    menegakkan betisnya, sekalipun ia merasa limbung beberapa
    kali.
    Namun, kehebatan Kismi akhirnya membutuhkan alas bagi
    punggungnya, dan ia menarik Hamsad perlahan-lahan, maka
    jatuhlah mereka di ranjang yang berkasur empuk itu.
    Kecupan-kecupan Hamsad masih membanjir di sekujur tubuh
    Kismi. Napasnya masih mampu berlari sejauh 10 km lagi,
    bahkan lebih. Kismi merasa dirinya diterbangkan oleh amukan
    kasmaran Hamsad, sampai-sampai ia menggelinjang dengan
    brutal karena mengalami masa kejayaan cintanya beberapa
    kali.
    Pada detik-detik yang mendebarkan cinta Hamsad, ia
    semakin ‘berlari’ cepat, mengejar bayangan kasihnya di
    puncak bukit cinta. Ketika ia tiba di sana, ia pun mengerang
    panjang dan mengejang. Kismi ganti mengambil alih ‘kemudi’.
    Kini menjadi nahkoda ‘pelayaran’ malam itu. Dan sebagai
    seorang nahkoda, ia ternyata mempunyai kelincahan
    mempermainkan kemudi. Layar dikembangkan, dayung
    direngkuh, dan bahtera pun melaju makin dipermainkan
    ombak. Hamsad tak sempat berpikir untuk menentukan, Kismi
    bahtera atau ombak? Ia hanya merasakan amukan gelombang
    yang melemparkan ia ke awang-awang. Kismi bagai gulungan
    badai yang mampu menerbangkan Hamsad ke atas
    percintaannya beberapa kali, hingga pekikan dan erangan
    bahagia pun terlontar silih berganti.
    Ketika menyongsong fajar, kasur sudah berubah menjadi
    tanah lembab. Seprei dan selimut tebal tak ubahnya rumput
    yang terbabat, berserakan ke mana-mana. Banjir keringat
    mengguyur tubuh mereka. Napas-napas terpenggal saling
    berhamburan. Tubuh Kismi lunglai di peraduan. Hamsad
    mengusapnya dengan sarung bantal. Tubuh mulus tanpa
    cacat sedikit pun itu dibersihkan dari keringat. Diusap
    perlahan-lahan. Kemudian, dikecupnya beberapa bagian.
    Masih saja tercium bau wangi yang lembut dan

    83
    menggairahkan. Napas Kismi terengah-engah, dadanya yang
    menonjol dalam bentuk indah itu bergerak naik-turun. Ia
    membiarkan Hamsad mengucapnya beberapa kali, terkadang
    mencekam pada titik terpeka, dan Kismi hanya bisa
    mengerang di sela desah napas dan kelunglaian
    persendiannya.
    “Luar biasa…,” gumamnya bercampur dengus napas yang
    terengah-engah. Hamsad diam saja. Masih mengusap-usap,
    masih mencium beberapa tempat, masih pula menatapinya
    penuh rasa kagum dan bangga diri.
    Tangan Kismi meraba keringat Hamsad yang meleleh dari
    leher ke dada. Ia tersenyum, lalu berkata lirih,
    “Kau sungguh luar biasa, Hamsad. Kau… ah, kenapa baru
    sekarang kau kutemukan?”
    Hamsad tersenyum di sela engahan napasnya. “Kau
    memiliki kata dan tanya yang sama dalam benakku. Tapi…
    mengapa kau tampak pucat sekali? Lelah?”
    Kismi mengangguk, tak malu-malu. “Kau juga pucat,
    seperti selembar kertas. Capek?” tanyanya bergantian. Lalu,
    keduanya mengadu wajah sambil tertawa bahagia.
    ‘Hamsad, aku harus pulang sebelum matahari terbit,” bisik
    Kismi.
    “Tak bisakah kau tinggal sampai siang hari?”
    Kismi menggeleng. “Kita harus berpisah,” ucapnya penuh
    sendu. “Tapi, bila lewat tengah malam, kita bisa berjumpa
    lagi, Hamsad.”
    “Oh… tidak! Aku ingin memilikimu sepanjang masa, Kismi!
    Aku ingin mendekapmu, ingin menciummu, tanpa peduli siang
    atau malam.”
    “Hamsad, kau tahu siapa aku, bukan? Kita punya
    perbedaan masa. Kita punya perbedaan alam. Dan, itu tak
    bisa dibantah, Hamsad.”
    “Harus bisa! Aku tidak ingin kehilangan kau, Kismi. Aku…
    ah, terlalu mudah jika aku berkata cinta padamu, bukan? Jadi,
    sebaiknya tak kukatakan, bahwa aku mencintaimu….”
    “Kau sudah mengatakannya. Hamsad.”

    84
    Kemudian, Kismi pun tertawa mengikik geli sambil memijit
    hidung Hamsad. Tangan Hamsad mengibas, dan ia ganti
    memijit hidung Kismi sambil berkata, “Nakal…!”
    Pagi mulai meremang. Kismi bergegas pulang dengan
    wajahnya yang pucat. Hamsad sempat berbisik sedih, “Kapan
    kau datang padaku lagi, Kismi?”
    “Menunggu saatmu pulang kemari,” jawab Kismi. “Hati-hati,
    Hamsad. Mudah-mudahan ia tidak mengancammu.”
    “Siapa…?!” Hamsad merasa heran. Kismi diam saja.
    ***
    Bab 10
    Tubuh yang lunglai itu tergeletak sampai siang hari.
    Hamsad bagai habis mengadakan perjalanan jauh. Tulangtulangnya
    terasa ngilu semua. Ia meninggalkan motel itu
    antara pukul 12 siang. Ia tidak langsung ke rumah, melainkan
    ke kampus, karena hari itu ia punya acara: mengadakan
    audensi dengan salah seorang tokoh bersama dua temannya.
    Namun, ternyata benaknya sudah telanjur dipenuhi oleh
    kesan indah dan manis dari Kismi. Berulangkah’ ia
    mengalihkan pikirannya, tanpa sadar toh kembali juga ke
    masalah Kismi. Ia memang pernah punya perasaan cinta. Ia
    pernah menyukai seorang gadis. Tetapi, tidak seperti kali ini
    perasaan suka kepada gadis yang ia rasakan. Kali ini ia benarbenar
    terpaku oleh perasaan cintanya kepada Kismi. Ia seperti
    belum pernah mengenal cinta sebelumnya. Bahkan, dalam hati
    ia berkata, “Aku seperti anak ingusan yang baru pertama kali
    ini disentuh wanita. Padahal aku sering mencium Reni sewaktu
    di SMA. Aku juga sering berciuman dengan Laila. Bahkan aku
    pernah tidur dengan Pungki. Tetapi, mengapa mereka tidak
    meninggalkan kesan yang mematri di hatiku? Mengapa
    mereka jauh berbeda dengan Kismi? Kesannya begitu kuat,
    membuat aku tak mampu mengalihkan konsentrasiku walau
    sekejap. Oh… luar biasa daya tariknya. Luar biasa kecantikan

    85
    itu. Pantas kalau Norman dan yang lainnya tega melakukan
    bunuh diri demi cintanya yang tak tercapai itu.”
    Dalam perjalanan ke kampus, mendadak Hamsad menjadi
    tegang. Hatinya berdebar-debar setelah ia ingat kematian
    Norman, Denny, dan Tigor. La menggumam sendiri di dalam
    mobilnya, “Mereka mati dengan cara bunuh diri. Mereka
    bunuh diri karena rindu pada Kismi. Mereka rindu, karena
    mereka jatuh cinta pada Kismi. Lalu, bagaimana dengan aku?
    Apakah aku tidak akan berbuat seperti Norman, Denny, dan
    Tigor? Oh, jangan! Jangan sampai aku sepicik mereka. Aku
    harus tegar, tak mau jatuh karena perempuan. Tapi…?”
    Hamsad berkerut dahi. Ia melanjutkan kata-katanya dalam
    bentuk kecamuk di dalam liati.
    “Tapi, Kismi meninggalkan pesan yang misterius. Saat ia
    sebelum pergi, sebelum ia mengecup bibirku yang terakhir
    kali, aku mendengar ia menyuruhku berhati-hati. Ada sebaris
    kata yang aneh. Mudah-mudahan ia tidak mengancammu’.
    Ia…?! Siapa yang dimaksud ‘ia’ oleh Kismi itu? Benarkah diriku
    terancam? Oleh siapa sebenarnya? Kekasih Kismi? Kekasihnya
    yang telah tega membunuhnya itu? Ih, brengsek amat kalimat
    itu. Menghantui pikiranku terus. Siapa sih sebenarnya yang di
    maksud itu…?!”
    “Pucat sekali kau!” tegur Ade di pintu gerbang kampus.
    Waktu itu, Hamsad sedang; menuju ke gedung rektorat
    setelah memarkirkan mobilnya. “Kau habis begadang, ya?
    Atau… sakit?”
    “Apakah aku kelihatan pucat?!”
    “Ya, pucat sekali,” jawab Ade tegas. Hamsad jadi gelisah.
    “Aku ingin membicarakan sesuatu kepadamu, De. Tapi,
    tunggu sebentar, aku punya urusan penting.”
    “Oke. Aku nongkrong di kantin! Kutunggu kau di sana,
    Ham.”
    Ragu-ragu Hamsad jadinya. Wajahnya pucat pasi. Semua
    temannya yang berpapasan dengannya mengatakan begitu.
    Malahan seorang dosen yang berpapasan dengannya juga
    menyarankan, “Pulanglah! Jangan paksakan diri kalau kau

    86
    dalam keadaan sakit. Ilmu bisa dicari sampai tua, tapi nyawa
    seseorang tidak bisa dicari lagi. Sekali hilang, akan selamanya
    hilang.”
    Setelah bertemu dengan temannya yang punya urusan
    sama, Hamsad juga dianjurkan untuk pulang. Justru temannya
    kelihatan cemas dan berkata, “Kau benar-benar seperti mayat,
    Ham. Aku kuatir kau akan mengalami naas di sini! Pulanglah.
    Biar aku yang mengurus masalah kita ini.”
    Hamsad tidak langsung pulang, melainkan langsung ke
    kantin menemui Ade. Di pintu kantin ia berpapasan dengan
    Yoppi. Yoppi pun terkejut melihat Hamsad berwajah pucat
    sekali, ia menegur,
    “Gila kau, Ham! Kau kemanakan darahmu? Kau seperti
    manusia tanpa darah setetes pun, tahu?!”
    “Aku sedang tak enak badan,” ujarnya seraya langsung
    menemui Ade. Yoppi menguntit dari belakang. Begitu Hamsad
    duduk, Yoppi ikut duduk di sampingnya, tapi langsung
    berkata,
    “Demi Tuhan, aku jadi merinding melihat kau berjalan,
    Hamsad! Kau…. Wah, celaka! Kurasa saat ini bukan waktumu
    untuk ngobrol di sini!” Yoppi kelihatan cemas sekali.
    Sedangkan Ade hanya memandang Hamsad dengan
    kecemasan yang disembunyikan.
    “Aku…. Oke-lah, aku akan pulang dan beristirahat. Tetapi,
    sebelumnya ada yang ingin kuta-kakan kepada kalian,” kata
    Hamsad. “Tapi, kumohon kalian bisa merahasiakan. Kumohon
    sekali!”
    Yoppi dan Ade menggumam. Yoppi kelihatan lebih tegang
    dari Ade. Ia juga yang bertanya.
    “Tentang apa itu, Ham?!”
    Hamsad berkata pelan, “Aku telah bertemu dengan Kismi.”
    “Hah…?!” Kini, bukan Yoppi saja yang terpekik kaget,
    melainkan Ade pun jadi tersentak. Duduknya yang semula
    bersandar santai, kali ini bergerak maju dan mata memandang
    Hamsad penuh kecemasan.

    87
    “Kau…?! Kau bertemu dengan Kismi?!” Ade setengah tidak
    percaya.
    “Aku tidur dengan perempuan itu,” tambah Hamsad,
    semakin membuat Yoppi dan Ade menampakkan rasa
    takutnya. “Aku bergumul dengannya. Semalaman kami tak
    tidur. Ia memang hebat, istimewa dan luar biasa segalanya.
    Kecantikannya luar biasa, kekuatannya di ranjang juga luar
    biasa…!”
    “Tunggu, Ham…!” sergah Yoppi. Lalu, Yoppi berkata dalam
    bisikan yang dipertajam, “Dulu, Almarhum Tigor juga
    menceritakan hal itu kepada kami. Dan, malamnya ia bunuh
    diri. Denny pun demikian. Lalu, mengapa sekarang kau
    berkata begitu, Hamsad?! Apakah kau tak menyadari risiko
    berbahaya yang akan menimpamu?!”
    Sebelum Hamsad menjawab, Ade telah berkata, “Aku jadi
    merinding. Sungguh. Aku takut membayangkan kengerian
    yang akan kau alami nantinya. Oh… saat ini aku seperti
    melihat Tigor merenggangkan nyawanya karena tikaman badik
    ke tubuhnya…! Uh, mengerikan sekali, Ham! Sangat
    mengerikan!”
    Getir juga hati Hamsad mendengar kata-kata mereka, Ia
    makin beri debar-debar. Sudah lama ia berhenti merokok,
    namun kali ini ia menyahut rokok Yoppi dan menghisapnya.
    Barangkali ia mencari ketenangan jiwa dengan cara
    menghisap rokok. Namun, natanya ia masih saja kelihatan
    pucat dan tegang.
    “Aku tahu, apa yang dialami mereka yang habis bercinta
    dengan Kismi, tapi aku menjaga kesadaranku untu’k tidak
    berbuat seperti mereka,” kata Hamsad dongan gerak mata
    yang nanar karena hati berdebar-debar.
    “Apakah kau bisa?”
    “Harus bisa! Aku tidak boleh cengeng. Aku harus tegar
    dan…”
    “Norman bukan pemuda cengeng,” sahut Yoppi. “Dia
    pemuda yang tegar dan tidak mengenal kecengengan. Tetapi,
    nyatanya ia rapuh…!”

    88
    “Ia menikam dirinya sendiri dengan gunting,” sahut Ade.
    Kemudian, Yoppi melanjutkan,
    “Ia tidak bisa mengendalikan tangan kanannya yang
    beirgerak sendiri menikam dirinya…! Ham, aku curiga, di balik
    kematian mereka ada kekuatan gaib yang berperan tanpa
    mereka sadari. Kekuatan gaib itu… menurutku, berasal dari
    Kismi.”
    “Benar,” jawab Hamsad tegas.
    “Kalau kau tahu, mengapa kau lakukan?” sela Ade.
    Hamsad menghempaskan napasi “Sudah telanjur, De.
    Semuanya sudah telanjur. Aku tahu, Kismi sebenarnya sudah
    mati…!”
    “Ya, Tuhan…!” keluh Ade.
    “Kismi memang hantu, tetapi Kismi tidak seperti hantu.
    Aku… aku mencintainya, De.”
    “Gila kau!” geram Yoppi. “Kalau terjadi sesuatu padaku,
    kumohon, jangan ada yang mencobanya lagi. Lupakan
    tentang Kismi, dan jangan ada yang tergiur dengan cerita ini,
    juga jangan ada yang terpengaruh dengan cerita Almarhum
    Norman, Denny, maupun Tigor. Berbahaya! Aku akan
    mencoba mengalahkannya dengan caraku sendiri. Kalau aku
    gagal, berarti kalian akan gagal juga jika mencoba
    mengalahkannya…’:”
    Yoppi dan Ade sama-sama diam. Napas mereka terasa
    sesak. Mereka seakan berada di depan calon mayat. Mereka
    merasakan sesuatu kelengangan. Sepertinya, itulah saat -saat
    yang terakhir mereka bertemu dengan Hamsad. Yoppi sendiri
    terlihat begitu sedih dan cemas. Mungkin saat itu ia tak tahan
    menghadapi kenyataan, maka ia segera berdiri. Ia menepuknepuk
    punggung Hamsad. Ingin mengucapkan sesuatu,
    mungkin kata “Selamat jalan”, tetapi mulutnya tak mampu
    mengucap kata apa pun. Yoppi pergi begitu saja dengan
    desah napas yang terdengar oleh Hamsad dan Ade.
    Di rumah, Hamsad sendiri jadi gelisah. Ia dibayang-bayangi
    kenangan manis bersama Kismi di kamar motel itu. Kenangan
    manis itu menghantuinya, membuat ia tak dapat beristirahat

    89
    siang. Beberapa kali ia menelan telur ayam kampung yang
    masih mentah, meminum susu dan madu sebanyakbanyaknya.
    Ia ingin menutupi kepucatan wajahnya, agar tidak
    mencurigakan keluarga. Lalu, ia pun lebih sering mengurung
    diri di kamar. Benaknya berkecamuk terus, membuat ia
    menjadi pusing dan mual.
    Ketika sore hari, Dian, adik perempuannya, minta diantar
    ke rumah teman untuk suatu urusan. Hamsad sebenarnya
    malas keluar rumah. Tetapi, setelah dipikir-pikir, untuk
    menghilangkan kegelisahan yang menteror jiwanya, ia perlu
    mencari penyegar. Suasana di dalam kamar bisa mengurung
    jiwanya pada kenangan manis bersama Kismi. Maka, ia pun
    tidak keberatan mengantar Dian ke rumah temannya.
    Sepanjang perjalanan Hamsad tak banyak bicara. Biasanya
    ia banyak bercerita kepada Dian, baik mengenai teman
    kampusnya, atau mengenai cewek yang ditaksirnya. Dian
    menjadi heran melihat kakaknya murung dan
    menyembunyikan perasaan. “Ada apa, Ham?”
    Hamsad hanya melirik dan berkerut dahi, berlagak bingung.
    Dian melanjutkan kata-katanya, “Ada apa kau murung? Kau
    pucat sekali! Pasti kau punya persoalan! Aku tak yakin kalau
    kau terkena penyakit! Kau pasti punya masalah yang
    membuatmu stres begitu. Ada apa sih?”
    “Tidak ada apa-apa,” jawab Hamsad.
    “Ham, aku memang adikmu. Aku memang lebih muda
    darimu. Tetapi, otakku masih bisa mengungguli otakmu,” kata
    Dian yang kuliah di kedokteran, dua tingkat di bawah Hamsad.
    “Jadi, jangan sepelekan aku! Aku bisa membantu
    memecahkan problemmu. Banyak teman yang suka minta
    pendapat padaku, dan aku bisa mencarikan jalan keluarnya.”
    “Oke. Aku mengakui, kau memang cerdas. Tapi, untuk
    mengutarakan masalahku, aku perlu mempertimbangkan
    masak-masak.”
    “Kenapa begitu? Kau sangsi?”
    “Bukan soal sangsi, tapi ini menyangkut soal pribadi!”

    90
    “Aaah…! Kau mulai tertutup denganku, Ham! Itu tidak
    menguntungkan kamu…!”
    Berulangkali Dian membujuk kakaknya agar membeberkan
    masalah yang ada, tetapi Hamsad masih ragu-ragu. Banyak
    beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, dan itu semua
    membutuhkan tempo yang cukup lama.
    Sampai pulang dari mengantar Dian, Hamsad masih belum
    punya keputusan. Haruskah ia bicarakan masalahnya kepada
    keluarga? Apakah itu tidak akan mengganggu ketenangan
    keluarganya? Bagaimana jika keluarganya tahu, bahwa
    Hamsad di ambang kematian? Sudah tentu hanya akan
    membuat panik. O, tidak! Hamsad tidak mau masalah
    pribadinya membuat panik keluarga. Ia lebih baik
    menyimpannya sendiri, dan menanggung segala risiko
    sendirian. Ia tak ingin melibatkan keluarga.
    Pulang dari mengantar Dian, hari sudah malam. Tadi Dian
    mengajaknya mampir ke supermarket, dan Hamsad setuju.
    Pulangnya sudah cukup malam, dan Hamsad menjadi lebih
    gelisah lagi. Bayangan indah bersama Kismi semakin nyata,
    bahkan sempat membangkitkan gairah kejantanannya. Lalu,
    tiba-tiba ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
    “Lho, kok berhenti? Ada apa?!” tanya Dian merasa sangat
    heran.
    “Apakah kau mendengar seseorang memanggilku?”
    “Tidak,” jawab Dian.
    “Aneh. Dua kali aku mendengar seseorang memanggilku.”
    “Ah, ngaco! Tidak ada suara apa-apa kok! Ayolah,
    buruan…! Nanti papa dan mama ngomel kalau aku pulang
    kemalaman.”
    Hamsad melanjutkan perjalanan menuju ke rumahnya.
    Beberapa saat kemudian, laju mobilnya dikurangi. Ia
    menelengkan kepala, menyimak sesuatu dengan dahi
    berkerut.
    “Tuh, ada yang memanggil namaku berulangkah…!”
    katanya kepada Dian. Tetapi, Dian hanya menggerutu tak
    jelas. Hamsad kembali tancap gas.

    91
    Pada saat itu, ia baru teringat cerita tentang kematian
    Norman, Denny, dan Tigor. Menurut Susilo, sebelum Norman
    melakukan bunuh diri, anak itu juga mendengar suara
    seseorang memanggilnya. Tigor juga bercerita, bahwa Denny
    selalu merasa ada yang memanggilnya. Suara orang yang
    memanggil seperti suara Kismi. Dan, tak berapa lama, Denny
    bunuh diri. Menurut Bahtiar, sebelum Tigor bunuh diri, Tigor
    juga merasa ada yang memanggil-manggil. Konon, suara itu
    membuat Tigor menjadi sangat merindukan Kismi.
    Dan, sekarang? Sekarang Hamsad merasa mendengar
    suara Kismi memanggilnya. Apakah ia pertanda ia akan
    melakukan bunuh diri?!
    “Celaka kalau benar begitu,” geram Hamsad di dalam
    hatinya. “Padahal mereka berbuat bunuh diri seperti di luar
    batas kemauan hatinya. Ada kekuatan gaib yang
    menggerakkan tangan mereka untuk melakukan bunuh diri.
    Apakah aku juga demikian?”
    Ketika sampai di rumah, suara orang memanggilnya itu
    semakin jelas. Hamsad merinding sekujur badan. Ia berusaha
    menjaga, kesadarannya, menegakkan logikanya, tetapi ia juga
    merasa, bahwa dirinya sesekali terasa limbung karena dibuai
    oleh kenangan manis bersama Kismi. Hatinya berdebar-debar,
    seakan menuntut curahan rasa yang ada, yaitu rasa rindu
    kepada Kismi.
    “Gawat…! Aku harus bisa mengatasi emosiku sendiri…,”
    katanya dalam hati.
    Pikirannya berputar mencari cara. Lalu, ditemukan
    beberapa kemungkinan untuk menghindari gelagat yang
    membahayakan itu. Ia harus segera pergi ke pondokan Ade,
    dan meminta bantuannya. Ia tak mau membuat kegaduhan di
    rumah, sehingga keluarganya menjadi panik dan tegang.
    Dengan mengendarai mobil berkecepatan tinggi, Hamsad
    mulai terengah-engah diburu kegelisahan yang menyiksa.
    Rindu ingin bertemu Kismi membuat napasnya sukar dihela. Ia
    mencoba mengendalikan pikirannya agar tertuju pada temanTiraikasih

    92
    teman di pondokan, tetapi pikirannya itu justru menjadi kacau
    balau.
    “Hamsaaad…! Haaamsaaad…!”
    Suara Kismi terdengar memanggilnya sepanjang
    perjalanan. Suara itu jelas sekali mengalun, seakan-akan
    untuk mengajaknya bercumbu. Apalagi suara Kismi terdengar
    serak-serak manja, hati Hamsad semakin berdebar-debar.
    Rindunya mengembang dan meracuni pikirannya. Ia menahan
    perasaan itu sampai keluar keringat dinginnya. Ia menambah
    kecepatan mobilnya supaya segera tiba di pondokan, tetapi
    suara ‘Kismi itu semakin menyiksa jiwanya. Membuat Hamsad
    tegang dan kelabakan. Ia sempat melirik arlojinya, ternyata
    sudah pukul 10 malam lebih 45 menit. Ia hanya menggumam,
    “Hampir tengah malam…!”
    Pintu pagar halaman rumah pondokan itu tertutup
    sebagian. Hamsad tidak sempat turun dari mobil untuk
    membuka pintu halaman itu. Maka. ia langsung menabrak
    pintu tersebut dengan mobilnya, hingga menimbulkan suara
    gaduh yang mengagetkan semua penghuni pondokan itu.
    Dan, mobil berhenti tepat di depan kamar Ade. Sorot
    lampunya menyala terang, menyilaukan.
    Hamsad terengah-engah, masih belum mampu turun dari
    mobil. Kepalanya berdenyut-nyut, namun hatinya semakin
    dicekam rasa ingin bertemu dengan Kismi. Ia terkulai lemas di
    balik stiran mobil. Beruntung mesin mobilnya sempat
    dimatikan, sehingga sedikit aman.
    Para penghuni pondokan itu nyaris marah melihat sebuah
    mobil merusakkan pintu pagar mereka Tetapi, Bahtiar segera
    berteriak,
    “Hamsad…?!”
    “Siapa sih?!” seru yang lain.
    ‘Hamsad…!” jawab Yoppi juga. Ia berlari lebih dahulu
    mendekati mobil Hamsad dan berseru, “Ham…?! Ham, kau
    tidak apa-apa, kan?”
    Hamsad menggeram, “Tolong akuuu…!”

    93
    Yoppi agak ragu ketika hendak membukakan pintu mobil,
    tetapi setelah Bahtiar mendekat dan berkata,
    “Buka pintunya, bawa keluar dia!”
    Maka, Yoppi pun berani membukakan pintu mobil, lalu
    segera membantu Hamsad keluar dari mobil. Hamsad gemetar
    dan mengerang seperti suara orang merengek. Ia menyeringai
    bagai merasakan sesuatu yang amat sakit. Teman-teman yang
    lainnya pun segera mengerumuninya.
    “Tolong aku…! Ouh… tolooong, De…! Aku… aku… ah!”
    Hamsad terpelanting, nyaris jatuh. Kakinya amat lemas dan
    gemetar. Lalu, ia segera digotong ke bangku panjang, depan
    kamar Bahtiar. Ia dibaringkan di sana. Tetapi, mendadak ia
    meronta sambil menggeram, kejang.
    “Aku… oh… tolong jangan dekati aku! Aku ingin mati…!”
    kata-katanya menyeramkan bagi yang mendengar.
    “Ham, ingat! Ingat kau tidak boleh mati atas kemauanmu
    sendiri…! Ingat, Ham…!” kata Yoppi.
    “Aku ingin mati!” ia menggeram dengan ge-regetan.
    Matanya mendelik dan bergerak nanar, seakan mencari
    sesuatu. Dan, pada saat itu Yoppi pun gemetar dan berkata,
    “Celaka! Ia punya emosi untuk bunuh diri! Ia akan
    mengalami nasib seperti Tigor…!”
    Semua mundur, tegang. Napas mereka menjadi sesak, dan
    tubuh mereka merinding semua. Hamsad tersengal-sengal
    sambil menggerang-gerang. Matanya memandang mereka
    dengan liar. Giginya menggemelutuk dan otot-otot tubuhnya
    mulai mengeras. Ia masih sempat berusaha berkata,
    “Tolong aku…! Ouhhh… tolooong…!”
    ***
    Bab 11
    Mereka berkomat-kamit membaca doa dalam upaya
    menyadarkan Hamsad. Tetapi, nalurinya untuk bunuh diri
    semakin kuat dan mengacaukan kesadarannya. Dengan napas

    94
    yang tersendat-sendat dan bibir gemetar, Hamsad berkata
    kepada Ade, karena matanya yang liar itu tertuju pada Ade,
    “Ambil tali…! Tal… tali…!”
    Ade gugup, tak tahu harus mengambil tali ke mana. Yang
    lain juga sibuk mencari tali tanpa mengerti maksud Hamsad.
    Malahan Susilo berseru,
    “Jangan! Jangan beri tali dia! Dia mau gantung diri…!”
    Maka, semua yang sibuk mencari tali berhenti seketika.
    “Kismiii…! Aaaow…!” Hamsad mengerang setelah
    mendesah menyebutkan nama Kismi. Bayangan perempuan
    itu semakin kuat dan seakan meremat hatinya, menciptakan
    rasa sakit yang sukar dipahami.
    Kembali matanya yang nanar itu memandang Yoppi.
    “Taliii… cepat taliii…! Ikat tubuhku di pohon! Ikat kuat-kuat…!
    Oh, tolong…!”
    Barulah mereka mengerti maksud Hamsad yang
    sebenarnya. Dia minta diikat di pohon, supaya segala
    gerakannya terbatas. Maka, mereka sibuk mencari tali untuk
    mengikat tubuh Hamsad. Pada saat itu, terdengar lagi Hamsad
    berkata sambil memejamkan mata kuat-kuat, “Ada di… di
    mobil! Ada di mobilku…! Taliii…!”
    Ade berlari ke arah mobil, dan mendapatkan segulung
    tambang di samping tempat duduk sopir. Di situ juga terdapat
    borgol, gelang besi untuk pencuri, yang diperkirakan milik
    ayah Hamsad yang memang sebagai kepala polisi di sebuah
    resort. Ade membawa serta borgol yang siap digunakan itu.
    Tepat ketika Ade tiba kembali di depan Hamsad, pemuda
    diracun kerinduan itu menggeram sambil berkata,
    “Taaa… tanganku… oh, tanganku mau mengeras…! Ouh…
    tolong, tolong diborgol ke belakang! Cepat, cepat…! Cepat…!”
    Bahtlar merebut borgol dari tangan Ade, lalu ttegera
    memborgol kedua tangan Hamsad. Tangan kanan itu belum
    sempat menjadi kaku ketika ditautkan ke belakang dan
    dijadikan satu dengan tangan kiri, lalu diborgol keduanya.
    Crek…!

    95
    Sambil terengah-engah, Hamsad menyebut “Kismi”
    beberapa kali. Di sela kata-kata Kis-mi itu ia berkata, “Ikat
    aku…! Ikat di pohon mangga, belakang kamar mandi itu…!
    Lekas…, bawa aku ke sana…! Ouh…, Kismi! Aku ingin
    bertemu Kismi…!”
    Lukman yang berbadan besar segera membawa Hamsad ke
    pohon mangga. Yoppi dan Ade membantu mengikat tubuh
    Hamsad, dijadikan satu dengan batang pohon.
    “Ikat yang kuat! Jangan sampai ia bisa bergerak,” kata
    Bahtiar dengan gugup.
    Tali itu cukup panjang. Agaknya Hamsad berhasil
    menyiapkan peralatan yang sederhana itu, sehingga tubuhnya
    berhasil diikat dari dada sampai ke kaki. Ia seperti seorang
    tawanan yang siap dihukum tembak. Sementara Hamsad
    menggeram dan terengah-engah, mulut-mulut yang lainnya
    gemetar tidak berani bicara. Dalam hati mereka timbul
    perasaan macam-macam, antara kasihan, takut dan heran
    bercampur menjadi satu, membuat mereka hanya terbengongbengong
    dengan jantung berdebar-debar.
    Lonceng di gardu ronda terdengar samar-samar satu kali.
    Itu pertanda malam telah melewati pertengahan, dan sepi
    kian menghadirkan kesunyian. Saat itulah, masa-masa
    kemunculan Kismi ke kamar seruni pada motel tersebut.
    Namun, kali ini bukan Kismi yang muncul menemui Hamsad,
    melainkan kerinduannya yang amat menyiksa. Gairah ingin
    bercumbu meluap-luap. Birahi Hamsad bagai membakar jiwa.
    Menuntut satu pelampiasan yang nyata, namun ia tidak
    mampu berbuat apa-apa karena tubuhnya terikat kuat di
    pohon sedangkan kedua tangannya diborgol ke belakang.
    Hamsad mengerang dengan otot leher menjadi bertonjolan
    keluar. Ia menahan gejolak hasratnya yang membara di luar
    kewajaran.
    “Ta… tang… tanganku… tanganku… kakkk… kaku! Iaaa…
    ia mau bergerak sendiri…! Oh… ouh…! Aaaow…!”
    Hamsad memekik tertahan dengan kepala mendongakdongak,
    seakan berusaha keras untuk dapat melepaskan

    96
    tangan kanannya dari borgol. Ia juga menggerak-gerakkan
    badannya, bagai ingin meronta dari ikatan. Tetapi, ia tidak
    berhasil. Ikatan terlalu kuat dan borgol pun cukup kokoh
    menautkan tangan kanan dengan tangan kirinya. Jiwanya
    bagai terbagi dua, antara ingin bunuh diri dan ingin melawan
    hasratnya itu. Akibatnya Hamsad tiada habisnya mengerang,
    menggeram dan meronta-ronta.
    Mereka merasa terharu melihat Hamsad susah payah ingin
    melepaskan diri. Susilo sempat berkata, “Kasihan dia!
    Lepaskan saja…!”
    Saat itu, Hamsad sempat berkata sambil menggeram
    seperti orang kesurupan, “Jang… jangan…! Ouh, yaaah…
    jangan! Jangan lepaskan…! Aaaoh… panggil Kismi! Panggil
    Kismi… oh, aku ingin bertemu dengannya di alam kubur…!
    Kismiii…!” Hamsad mengejang-ngejang. Tangan kanannya
    bergerak-gerak dengan kasar. Ia kelihatan amat menderita
    sekali. Teman-temannya banyak yang membaca doa kembali
    untuk membebaskan Hamsad dari cekaman gaib yang
    mengancam keselamatan itu.
    Sesaat, terdengar lagi Hamsad meminta sesuatu tanpa
    menatap salah seorang. Ia memejamkan mata sambil berkata
    dalam erangan,
    “Tutup mulutku…! Oh…! Tutup mulutku dengan kain…!
    Lekaaas…! Aku ingin berteriaaak…! Lekaaas…!”
    Bahtiar meraih sarung yang ada di tali jemuran dalam.
    Sarung itu segera digunakan untuk menutup mulut Hamsad,
    diikatkan ke belakang, sehingga praktis sarung itu juga
    mengikat kepala Hamsad dengan batang pohon.
    ‘Hidungnya jangan ikut ditutup, Tiar! Biar ia bisa bernapas!”
    saru Lukman dengan perasaan cemas bercampur kasihan.
    Malam menghadirkan desiran angin pembawa embun.
    Dingin. Ada kesan lengang di sela desiran angin itu. Seakan
    angin berhembus tanpa desau dan suara apa pun. Hal itu
    membuat mereka yang ada di depan Hamsad menjadi
    merinding dicekam rasa takut. Apalagi mereka mendengar

    97
    anjing di rumah belakang pondokan itu melolong panjang
    bagai irama menjelang ajal. tubuh mereka semakin bergidik.
    Sementara itu, Hamsad masih meronta-ronta. la berteriak
    keras-keras, namun suaranya teredam kain sarung yang
    menutup mulutnya rapat-rapat. Tangan kanannya makin
    agresif, berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan gelang
    borgol besi itu. Kakinya pun mulai bergerak-gerak, berusaha
    melonjak, dan pundaknya meliuk-liuk, ingin melepaskan diri
    dari ikatan tali yang kuat. Hamsad tak bisa berkata apa-apa.
    Hanya suaranya yang menggeram disekap kain dan matanya
    yang melotot bagai ingin keluar itulah ang membuat temantemannya
    tak berani menatapnya langsung. Doa-doa masih
    diucapkan oieh mereka dengan perasaan sedih. Bahkan Susilo
    mengusap kedua matanya yang mulai berkaca-kaca,
    memandang haru keadaan Hamsad.
    Angin semakin berhembus kencang, merontokkan banyak
    dedaunan dari pohon tersebut. Tak lama kemudian, gerimis
    pun turun. Mereka semakin panik dan serba bingung. Namun,
    saat itu mereka juga menepi menghindari rintikan gerimis di
    ujung dini. Bahkan kali ini, gerimis itu telah berubah menjadi
    hujan yang deras.
    “Lepaskan dia! Dia kehujanan…! Dia menggigil di sana!”
    kata Susilo dengan panik.
    “Tenang, Sus.Itu cara yang dipilihnya,” kata Bahtiar.
    ‘Tapi kita harus tahu perasaan! Itu cara yang tidak
    manusiawi!” bentak Susilo.
    “Kalau dia kita lepaskan, maka ia akan bunuh diri! Apakah
    itu manusiawi?!” balas Bahtiar dalam serentetan bentakan
    kasarnya. Lukman segera melerai percekcokan mereka.
    Gelegar suara petir di angkasa terdengar mengejutkan
    mereka. Hamsad masih berusaha berontak dari ikatan dan
    borgolnya. Jeritannya teredam kain sarung sehingga tak
    terdengar keras. Hujan deras mengguyur tubuhnya di sela
    per-cikan cahaya petir yang menggelegar beberapa kali.
    “Bahaya! Dia bisa tersambar petir jika diam di bawah
    pohon!” kata Susilo sangat tegang. Lama-lama, Susilo tidak

    98
    sampai hati melihat Hamsad diguyur hujan dan petir dalam
    keadaan terikat, lalu ia pun berlari menerobos derasnya hujan
    dan bermaksud membukakan tali pengikat tubuh Hamsad.
    “Sus…! Jangan!” teriak Yoppi.
    Ade segera melompat menyusul Susilo dan menarik kaos
    yang dikenakan Susilo sambil berkata,
    “Kau mau membunuh teman sendiri, hah?! Kau mau
    membiarkan teman bunuh diri?!”
    “Dia bisa mati tersambar petir, tahu?!” Susilo membetot,
    tetap ingin mendekati Hamsad, tetapi Ade menyeret Susilo
    hingga anak itu terpelanting jatuh.
    “Bangsat kau…!” teriak Susilo lepas kontrol.
    Ia hendak memukul Ade, tapi tangannya segera dipegang
    Lukman yang berbadan besar, Lukman menyeret Susilo ke
    teras sambil berkata,
    “Kuasai emosimu, Sus! Saat ini gunakanlah otakmu, jangan
    hanya perasaanmu!”
    Susilo tak dapat berbuat banyak dalam cengkeraman
    Lukman. Akhirnya ia tak tega menghadapi penderitaan
    Hamsad, ia segera masuk ke kamar dan mengunci kamarnya
    dengan kasar.
    Tak berapa lama, hujan pun reda. Gerakan Hamsad mulai
    melemah. Memang masih terlihat napasnya terengah-engah,
    tetapi tangan kanannya yang sejak tadi berusaha ditarik keluar
    dari borgol, kali ini tampak melemas.
    Pukul 12 lewat, saat itu, mereka melihat Hamsad terkulai
    pingsan di tempat. Tetapi, mereka masih belum berani
    melepaskan ikatan pada tubuh Hamsad. Bahtiar berkata,
    “Tigor dulu juga pingsan karena dipukul Lukman, tetapi
    tangan kanannya bisa bergerak sendiri, dan menikam dadanya
    beberapa kali. Jadi, kurasa tangan kanan Hamsad pun bisa
    melakukan hal yang serupa jika kita lepaskan ikatan tali dan
    borgolnya.”
    “Sebaiknya tunggu sampai subuh tiba,” kata Yoppi, dan
    yang lainnya setuju.

    99
    Maka, ketika mendengar suara adzan subuh, mereka baru
    mulai berani melepaskan ikatan Hamsad. Tetapi, borgol itu tak
    dapat dilepaskan, karena mereka tidak tahu di mana Hamsad
    menaruh kunci borgol. Hamsad digotong ke kamar Bahtiar,
    dan mendapat pertolongan sebagaimana mestinya. Tangan
    kanannya berdarah, karena berulangkali memaksakan diri
    untuk lolos dari borgol. Semua mata yang memandangnya
    merasa iba dan semakin kasihan kepada Hamsad. Tetapi,
    ketika Hamsad siuman, ia justru merasa lega karena telah
    selamat dari ancaman maut, yaitu bunuh diri di luar
    kesadaran. Roh yang masuk ke tangan kanannya telah
    berhasil dijerat dengan akalnya, sehingga tangan kanan itu tak
    bisa bergerak sendiri, seperti yang terjadi dalam kasus
    kematian Norman, Denny, dan Tigor.
    Di depan mata mereka, Hamsad memang berhasil lolos dari
    ancaman maut kekuatan gaib tangan kanannya, tetapi apakah
    itu berarti Hamsad menjadi jera? Apakah itu membuat
    Hamsad puas dengan dirinya?
    Tidak! Hamsad masih penasaran. Ia masih menyimpan
    rindu kepada Kismi, walau rindunya itu tidak meracun jiwa.
    Tetapi, karena rindunya itu ia jadi datang kembali ke Motel
    Angel Flowers, dan membocking kamar Seruni. Kamar itu
    masih kosong. Barangkali memang tidak ditawarkan kepada
    tamu lain oleh petugas motel, karena mereka takut tamutamunya
    mengecam akibat kamar angker tersebut. Hanya
    saja, karena Hamsad memaksa untuk menyewa kamar Seruni,
    maka petugas resepsionis tak bisa lagi menghalanginya.
    Kamar itu tetap seperti dua malam yang lalu. bersih,
    teratur rapi. Taplak meja di ruang tamu masih sama,
    berwarna biru muda. Kursi meubel-nya juga masih sama,
    terletak melingkar, menghadap ke dinding kaca depan. Hanya
    saja, letak pot besar yang memuat tanaman sejenis palm itu
    bukan lagi di samping pintu, melainkan ada di sudut ruangan,
    dekat dengan buffet penghias ruangan. Selebihnya tak ada
    yang berubah. Bahkan warna seprei dan selimutnya pun tetap

    100
    sama. Ini semakin mengingatkan Hamsad pada masa-inasa
    indah yang pernah ia lewati bersama Kismi di kamar tersebut.
    Hamsad masuk pada pukul 7 malam dengan tangan dibalut
    perban. Luka pada tangan kanannya itu terasa perih jika tidak
    dibalut perban, seperti seorang petinju yang belum
    mengenakan sarung tinjunya. Dengan dibalut perban begitu,
    rasa perih tersebut berkurang, dan konsentrasi Hamsad tidak
    terlalu terganggu oleh rasa perih.
    Sebelumnya, Hamsad telah menyiapkan segala sesuatunya
    yang diperlukan. Tabungannya diambil sebagian dari bank.
    Lalu, ia membeli sebotol madu asli, susu, telur ayam kampung
    sampai 24 butir, anggur ginseng, super mie, dan beberapa
    obat yang berguna untuk memulihkan kesehatan badan serta
    menjaga stamina tubuh. Hamsad sempat tertawa sendiri
    ketika membeli barang-barang tersebut. Tetapi, ia akhirnya
    tidak peduli, karena semua itu memang ia butuhkan untuk
    memulihkan tenaganya yang nyaris terkuras habis akibat
    pergulatannya melawan emosinya kemarin malam.
    Menunggu sampai lewat tengah malam, adalah pekerjaan
    yang menggelisahkan bagi Hamsad. Ia berbaring sambil
    menyaksikan acara TV, satu-satunya hiburan yang ada di
    kamar tersebut. Sampai tak terasa, ia pun tertidur di tempat.
    Mungkin karena kelelahan yang luar biasa, sehingga ia sampai
    tertidur dan lupa mematikan TV.
    Kalau saja ia tidak mendengar suara orang mandi, mungkin
    ia tidak akan terbangun sampai pagi. Tapi, karena ia
    mendengar desis kran shower di kamar mandi dan
    gemericiknya air, maka ia pun terperanjat bangun. Lalu,
    hatinya bertanya heran, “Siapa yang mandi? Rasa-rasanya aku
    tidak membawa teman?!”
    Buru-buru Hamsad menengok arlojinya di meja, lalu ia
    menggumam, “Oh, pantas. Sudah pukul 12 lewat 23 menit.
    Sudah lewat tengah malam…!”
    Maka, hati Hamsad pun mulai berdebar-debar, karena ia
    tahu bahwa orang yang mandi itu tak lain dari Kismi. Gemetar
    langkahnya ketika ih mengendap-endap mendekati kamar

    101
    mandi yang pintunya tak tertutup itu. Pada saat langkahnya
    makin dekat, kran shower itu berhenti, bagai ada yang
    mematikan. Hamsad semakin berdebar dan merasa heran.
    Tapi, ia nekat mengendap-endap untuk mengintip siapa
    gerangan ynng mandi di tengah malam ini.
    “Jangan seperti pencuri, Hamsad…!” terdengar suara dari
    dalam kamar mandi. Dan, suara itu jelas suara Kismi yang
    serak-serak manja, Hamsad lalu menampakkan diri dengan
    cengar-cengir. Matanya tak berkedip memandang tubuh mulus
    berkulit kuning langsat itu dalam bintik-bintik air yang hendak
    disapu dengan handuk. Mamsad buru-buru masuk dan
    menyahut handuk dari tangan Kismi.
    “Jangan hapus…!”
    “Hamsad…?! Aku dingin…!”
    “Biarkan aku memandangi tubuhmu yang tersiram bintikbintik
    air ini. Oh… begitu indahnya kau dalam keadaan basah
    begini, Kismi…,” bisik Hamsad sambil menatapi tubuh polos itu
    Kismi kepala sampai ke kaki.
    “Konyol kamu, ah!” Kismi berusaha meraih handuk, dan
    Hamsad menyembunyikannya di belakang tubuhnya.
    Jari-jemari Hamsad meraba tubuh itu, bagai menyentuh
    butiran-butiran airnya dari pundak ke dada. Kismi
    membiarkan, justru tertawa dalam desah, dan terdengar nada
    seraknya yang seakan kemanjaan itu.
    “Maaf, aku membangunkanmu, Hamsad,” kata Kismi sambil
    membiarkan ujung jemari Hamsad merayap samar-samar di
    permukaan kulit tubuhnya.
    “Aku tertidur menunggumu,” kata Hamsad tanpa menatap.
    “Aku tahu, dan aku merasa semakin kagum padamu,
    Hamsad.”
    “Dalam hal apa?” tanya Hamsad setelah mencibir.
    “Tak pernah ada lelaki yang lolos dari dendam Cincin
    Zippus, kecuali kau.”
    Kali ini, Hamsad menatapnya. “Dendam cincin…?!” Hamsad
    memperjelas keheranannya.

    102
    “Setiap lelaki yang bercinta denganku, ia pasti mati oleh
    tangan kanannya sendiri, sebab di tangan kananku itulah
    Cincin Zippus melekat sampai sekarang. Kutukan Cincin Zippus
    akan merasuk dalam tangan kanan lelaki yang bercinta
    denganku, dan lelaki itu pasti akan mati oleh kutukan Zippus,
    yang menggunakan bantuan tangan korban sendiri. Dan,
    kau…?” Kismi tersenyum sambil geleng-geleng kepala. “Kau
    hebat sekali! Kau bisa lolos dari kutukan. Itu
    mengagumkan…!”
    “Kau juga mengagumkan! Perempuan lain bisa kuabaikan,
    tapi kau tidak sama sekali…,” Hamsad tersenyum, Kismi
    mengikik serak, kemudian ia mengecup kening Hamsad.
    Tetapi, balasan Hamsad lebih panas dari lahar gunung berapi.
    Sekujur tubuh Kismi dirayapinya dengan bibir dan lidah,
    membuat Kismi merintih di sela desah, melebarkan tubuhnya,
    memberi kesempatan Hamsad agar lebih leluasa. Lalu, kamar
    mandi itu menjadi arena berpacu bagi napas-napas yang
    memburu puncak kemesraannya.
    ***
    Bab 12 tamat
    Keduanya ternyata memang pasangan yang tak pernah
    mengenal lelah. Banjir keringat bukan penghalang bagi
    mereka untuk terus berpacu. Kali ini, ranjang menjadi
    tumpuan amukan birahi mereka. Seprei kasur menjadi lusuh.
    Morat-marit tak karuan. Kismi mengamuk setiap birahinya
    melambung tinggi, melahirkan pekik dan ringkikan yang serakserak
    manja. Dan, suara itu membuat Hamsad makin
    menggebu-gebu dalam cumbuannya, makin dibakar
    gairahnya, meskipun ia sudah berulangkali melambung tinggi
    mencapai puncak harapannya.
    Di awal dini, akhirnya petualang cinta mereka berhenti.
    Kismi yang memohon agar Hamsad mengakhiri ‘pelayarannya’
    saat itu juga.

    103
    “Hari sudah menjelang pagi, dan kita harus berpisah lagi,
    Hamsad,” kata Kismi memberi pengertian dengan sabar dan
    lembut.
    Hamsad mendesah, seakan tak mengizinkan Kismi pergi. Ia
    memeluk perempuan itu dalam satu rengek kemanjaan
    seorang lelaki. Erat sekali ia memeluk Kismi, sehingga Kismi
    merasa kehadirannya sangat dibutuhkan oleh Hamsad disetiap
    saat. Kismi menjadi haru. Ia mencium Hamsad beberapa kali,
    bahkan kini ia juga memeluknya erat-erat dengan kedua kaki
    menggamit tubuh Hamsad.
    “Aku juga tidak ingin berpisah,” bisik Kismi. ‘Tapi
    keadaanku tidak mengizinkan kasih kita selalu berpadu
    sepanjang hari, bahkan sepanjang masa, Hamsad.”
    “Aku ingin memilikimu, Kismi. Aku ingin membanggakan
    kekasihku kepada mereka!”
    “ltu tidak mungkin, Hamsad. Ada penghalang di antara
    kita.”
    “Aku akan menembusnya, Kismi! Aku akan menghancurkan
    penghalang itu!” ucap Hamsad dalam pelukannya. “Apa pun
    yang harus kutempuh, aku harus bisa memiliki kamu, Kismi.
    Aku tak mau tersiksa seperti kemarin malam lagi. Aku tak
    mau!”
    Kismi merasa kaget, dan bingung juga menggadapi sikap
    lelaki seperti Hamsad. Ia masih memeluk Hamsad,
    membiarkan Hamsad tengkurap di atasnya Tangan Kismi
    mengusap-usap kepala Hamsad dengan lembut, seakan satu
    curahan rasa kasih sayang yang tak ingin berakhir sampai di
    situ.
    Setelah melalui masa bungkam yang mendalam, Kismi pun
    berkata lirih,
    “Carilah potongan tanganku, dan tempelkan pada jasadku,
    maka aku akan hidup kembali dan kita bisa berdua ke mana
    saja, Hamsad.”
    Kali ini, Hamsad menarik wajahnya, ia mengatur jarak
    dengan menggunakan kedua lengan dipakai bertumpu di

    104
    kasur. Ia memandang Kismi yang terbaring di bawahnya, lalu
    bertanya,
    “Bukankah kedua tanganmu dalam keadaan lengkap, tak
    kurang satu apa pun?”
    Kismi menggeleng, wajahnya sendu. “Ini tangan semu.
    Tangan yang ada dalam khayalanmu saja. Jasadku ini juga
    jasad yang ada dalam khayalanmu, Hamsad. Itulah sebabnya
    kukatakan, bahwa di antara kita ada batas penghalang, yaitu
    khayal dan kenyataan! Terkadang manusia tidak bisa
    membedakan keduanya. Kau tidak bisa melihat, bahwa tangan
    kananku ini sebenarnya buntung. Dipotong oleh Rendy, bekas
    kekasihku yang punya penyakit syaraf.”
    “Di mana orang itu sekarang?”
    “Ada di neraka. Kau mau ikut ke neraka?”
    Hamsad menghempaskan napas. Ia masih belum mau
    melepas hubungan kasihnya, dan tetap membiarkan dirinya di
    atas Kismi. Lalu, dengan suara sedikit bimbang ia bertanya,
    “Di mana kau dibunuh oleh Rendy?”
    “Di kamar ini!”
    “Dan, potongan tanganmu di simpan di mana?”
    “Entahlah. Mungkin di kamar ini, mungkin di tempat lain.
    Dibuang begitu saja. Carilah, dan letakkan pada jasadku yang
    bersemayam di dalam kotak kaca, maka rohku yang ada di
    dalam batu Cincin Zippus itu akan membuatku hidup kembali.
    Kematianku yang ketiga nanti, adalah kematian yang sejati.
    Tapi, saat ini, aku masih bisa hidup dan menikmati kehidupan
    selayaknya manusia biasa…!”
    Hamsad mendesah, lalu menegaskan kata, “Akan kucari
    potongan tanganmu itu sampai dapat!”
    “Tapi, hati-hati, Hamsad. Dia ganas! Dia memendam kutuk
    dan dendam! Dialah yang semalam berusaha ingin
    membunuhmu!”
    Merinding juga Hamsad jika teringat peristiwa kemarin
    malam. Tapi, demi teringat kemesraan dan cintanya kepada
    Kismi, Hamsad tetap bertekad untuk mencari potongan tangan
    kanan Kismi. Hanya saja, di mana potongan tangan itu

    105
    dibuang oleh Rendy, atau disembunyikan? Ah… itu satu hal
    yang sulit bagi Hamsad. Sukar ditentukan secara logika.
    Sepanjang siang, Hamsad memikirkannya sambil mondarmandir
    di dalam kamar, terkadang ia meneliti keadaan tanah
    di luar kamar, mencari kemungkinan di mana tangan Kismi
    disembunyikan Rendy.
    Semuanya dilakukan secara diam-diam agar tidak
    menimbulkan kecurigaan orang lain, terutama petugas motel
    itu. Beberapa batu dibongkarnya, dan dikembalikan seperti
    semula jika ternyata tidak terdapat apa yang dicari. Beberapa
    tanah di korek-koreknya, dan dikembalikan seperti semula
    karena tak ada tanda-tanda tangan Kismi di sana.
    “Kamar ini harus kutelusuri lebih dulu,” pikir Hamsad.
    “Mungkin membutuhkan waktu sehari penuh. Kalau memang
    di kamar ini tidak ada, berarti aku harus mencari ke tempat
    lain, mungkin di pinggir sungai, di pinggir selokan, atau… ah,
    memang sulit ditentukan. Tetapi, seandainya aku menjadi
    Rendy, apa yang kulakukan setelah aku membunuh Kismi dan
    memotong tangannya?” Hamsad berpikir keras.
    Membayangkan seandainya dia menjadi Rendy yang
    berpenyakit syaraf, apa yang akan dilakukan terhadap
    potongan tangan itu? Kemudian, batinnya berkata, “Mayat
    akan kutinggalkan, supaya orang-orang terkejut menemukan
    mayat Kismi, lalu tangan itu…? Hm… tangan itu akan
    kuletakkan di tempat tertentu di kamar ini. Tak perlu repotrepot
    membawanya pergi dan membuangnya. Cukup
    diletakkan di suatu tempat, sehingga suatu saat akan ada
    orang yang terkejut menemukan tangan itu. Lalu, ia akan
    berteriak ketakutan, dan aku akan puas mendengarnya!”
    Hamsad menghempaskan tubuhnya, duduk di ruang tamu.
    “Itulah pikiranku jika aku menjadi Rendy yang sinting.
    Sekarang, di mana tangan itu disembunyikan yang kira-kira
    bisa membuat orang terkejut?” Setelah berpikir beberapa saat,
    Hamsad berkata sendiri, “Di almari…! Buffet, kulkas, almari
    dapur dan… dan bawah kasur!”

    106
    Bergegas dia memeriksa tempat-tempat tersebut dengan
    teliti. Ternyata tempat yang diperkirakan itu tidak menyimpan
    tangan Kismi. Ia mendesah kesal. Hatinya berkata,
    “Bagaimana dengan tempat penampungan air closet? Jika ada
    yang membukanya pasti akan menjerit karena melihat
    potongan tangan terapung!”
    Lalu, ia pun memeriksa tempat penampungan air WC, yang
    secara otomatis akan mengguyur closet itu jika habis dipakai
    seseorang. Ternyata di sana juga tidak ada. Hamsad mulai
    kesal. Ia melihat plafon kamar mandi yang terbuka pada
    gagian sudutnya. Hatinya berkata, “Oh, ya, ya…apa salahnya
    jika kuperiksa bagian atas eternit ? Siapa tahu potongan
    tangan itu dilemparkan begitu saja di dalam eternit itu?!”
    Dengan susah payah Hamsad memeriksa langit-langit
    kamar mandi, dan seluruhnya. Isinya tanya kabel-kabel
    instalasi listrik yang malang-melintang. Tak ada potongan
    tangan di sana. Hamsad sudah mencarinya dengan teliti,
    sampai jeluruh pakaian dan tubuhnya menjadi kotor oleh
    debu.
    “Ke mana, ya?” pikirnya sambil garuk-garuk kepala.
    Mendadak, telepon berdering. Petugas resepsionis
    mengingatkan ckeck-out hampir tiba, lalu menanyakan apakah
    Hamsad mau melanjutkan sampai beberapa malam, atau
    cukup untuk hari itu saja? Karena Hamsad digelayut rasa
    penasaran dan tekad untuk menemukan potongan tangan itu
    menggebu-gebu, maka ia bermaksud memperpanjang waktu
    sampai besok siang.
    “Sial! Benar-benar sulit menemukan potongan tangan itu!”
    gerutunya dengan nada kesal. “Ah, sebaiknya aku istirahat
    dulu. Semalaman aku tidak tidur. Siapa tahu setelah bangun
    tidur nanti aku menemukan gagasan yang lebih baik…!”
    Hamsad menyuruh room-boy untuk membereskan
    kamarnya, sementara itu ia mandi, merendam diri di air
    hangat, yang mampu mengurangi rasa capeknya itu.
    Ketika ia merebahkan diri, benaknya terbayang kecantikan
    Kismi dan kehebatan wanita itu di atas ranjang. Alangkah luar

    107
    biasa bangganya jika Hamsad bisa memperistri wanita cantik
    seperti Kismi. Alangkah bahagianya nanti jika ia telah hidup
    bersama Kismi. Angan-angannya pun mulai melambung tinggi,
    menciptakan sejuta keindahan yang ada pada khayalnya.
    Berulangkah hatinya berucap tekad, “Aku harus memiliki dia!
    Aku harus memiliki Kismi. Aku sangat mencintainya…!” Lalu, ia
    pun tertidur.
    Tak diduga ternyata Hamsad tertidur cukup lama. Ketika ia
    bangun, ia mendapatkan alam telah meremang, matahari
    senja tinggal seujung rambut dan memancarkan warna merah
    lembayung di perbatasan samudera. Debur ombak terdengar
    jelas, karena angin senja berhembus tanpa suara. Badannya
    segar dari segala kepenatan, apalagi ia telah meminum susu,
    telur mentah, madu dan lain sebagainya. Namun demikian,
    perutnya toh masih terasa lapar juga, sehingga ia memesan
    makanan untuk pengisi perutnya.
    Sambil menikmati makanannya, Hamsad berpikir-pikir
    tentang potongan tangan Kismi. Tadi siang, semua tempat
    sudah diperiksanya. Kini tinggal bagian dinding dan lantai.
    Maka, seusai menyantap makanannya, Hamsad kembali
    beroperasi, memburu tangan Kismi. Setiap dinding diketuknya
    pelan-pelan, didengarkan suara ketukannya. Jika menggema,
    berarti tempat itu berongga. Besar kemungkinan di situlah
    tangan tersebut disembunyikan. Semua dinding diketuk. Rata.
    Dan, itu memakan waktu cukup lama, karena ia kerjakan
    dengan cermat dan hati-hati.
    Sayang, hasilnya tidak memuaskan. Tidak ada dinding yang
    patut dicurigai. Tak ada rongga di dalam dinding tersebut.
    Bahkan dinding kamar mandi dan dapur pun telah
    diperiksanya, dan hasilnya nihil. Sekarang giliran lantai yang
    menjadi pusat perhatiannya. Saat itu, malam telah lama
    menebarkan kegelapan. Arlojinya menunjukkan pukul 8 lewat
    15 menit.
    Lantai kamar terbuat dari ubin marmer warna putih kebirubiruan.
    Berukuran 40×40 cm tiap lempengan ubin. Dengan
    tekun Hamsad mengetuk-ngetuk setiap ubin, mencari ruangan

    108
    di bawahnya. Dari lantai teras, masuk ke ruang tamu, masuk
    ke ruang tidur dan terus ke kamar mandi, tidak ada ubin yang
    menimbulkan gema jika diketuk. Berarti tidak ada bagian yang
    berongga.
    Sejenak pintu diketuk. Hamsad terperanjat. Ia menggumam
    dalam hati, “Belum lewat tengah malam, mungkinkah Kismi
    datang?”
    Oh, ternyata seorang pelayan restoran yang datang dan
    menyodorkan bon makanan yang dipesan Hamsad. Hempasan
    napas menandakan Hamsad mengalami kelegaan ketika
    mengetahui yang datang pelayan restoran itu. Ia segera
    memberikan selembar uang puluhan ribu tanpa kembali, dan
    pelayan itu pun pergi.
    Ketika ia hendak kembali ke ruang belakang, meneruskan
    pekerjaannya yang menyita waktu itu, ia sedikit merasa heran.
    “Seingatku, pot besar itu kemarin ada di sudut sana,
    kenapa sekarang berada di sini, di dekat pintu? Siapa yang
    memindahkan?” Kemudian, Hamsad tertawa sendiri dan
    menggumam, “Sial! Room-boy yang membereskan kamar
    sewaktu aku mandi siang tadi, pasti telah memindahkannya
    kemari. Dan… ah, pikiranku sekarang mudah curiga. Bukan
    kepada manusia, kepada benda pun punya kecurigaan!
    Gawat! Jangan-jangan aku menjadi sinting!” sambil
    menggumam begitu, ia melangkah ke belakang.
    Sekarang, bagian dapur ia periksa lantainya. Satu demi
    satu diketuknya menggunakan gagang obeng besar yang ia
    ambil dari dalam mobilnya di garasi. Dan ternyata, salah satu
    dari ubin itu menimbulkan gema ketika diketuk. Hamsad mulai
    berdebar-debar. Apa yang dicarinya mulai menumbuhkan
    harapan. Kemudian, ia segera membongkar ubin tersebut
    dengan menggunakan obeng besar dan kunci pas dari dalam
    mobilnya. Kunci digunakan untuk memukul gagang obeng,
    sedangkan mata obeng sendiri berfungsi sebagai alat
    pemotong semen perekat sambungan ubin.
    Lama juga membongkar satu lempeng ubin itu, karena
    semennya cukup keras. Kalau petugas motel mengetahui,

    109
    pasti pekerjaan itu dilarang. Tetapi, Hamsad yang sudah
    telanjur penasaran itu tidak peduli dengan akibatnya. Ia tetap
    membongkar ubin itu dengan sabar, sekalipun sudah
    memakan waktu hampir satu jam lamanya.
    Napas terhempas lega. Ubin sudah berhasil dibongkar.
    Kemudian, dengan hati-hati dan berdebar-debar, ia
    mengangkat ubin tersebut untuk dipindahkan ke sampingnya.
    “Sial…!” cacinya dengan kesal. Di bawah ubin itu memang
    ada rongga, tanah kosong, tetapi di situ ada pipa saluran air
    yang agaknya pernah terpotong dan disambung lagi. Tidak
    ada tangan Kismi, tidak ada tanda-tanda lain. Hanya pipa
    saluran air dengan sambungannya.
    “Uuuh…! Brengsek! Sudah capek-capek membongkar,
    berkeringat, gemetar, eh… isinya pipa air! Konyol!” gerutu
    Hamsad seraya meletakkan kembali ubin tersebut pada
    tempatnya, tanpa menutupnya dengan semen seperti semula.
    Ia terpaksa mandi saat itu juga, karena selain tubuhnya
    berkeringat juga kotor karena tanah. Selesai mandi, ia
    membubuhkan parfum penyegar badan sambil matanya
    melirik ke arloji di meja. Oh, sudah pukul 10 malam lebih 50
    menit?
    “Aku harus bersiap menyambut kedatangan Kismi. Ia akan
    semakin mengagumiku jika aku berpakaian rapi dan
    menunggunya di ruang tamu!” kata Hamsad sendirian, seperti
    orang gila.
    Susu, madu dan telur yang dicampur ginseng, segera
    ditenggaknya habis. Kemudian, ia duduk di meubel tamu,
    santai. Sekaleng bir tersedia di atas meja, depannya. Sebuah
    majalah milik Dian yang tertinggal di mobil bisa dijadikan
    bahan bacaan menunggu lewat tengah malam.
    Penat juga membuang waktu lama dengan duduk-duduk.
    Maka, Hamsad pun pindah tempat. Kali ini ia melonjorkan kaki
    di sofa dengan santai sambil meneruskan membaca majalah.
    Tetapi, pada saat majalahnya menyentuh daun tanaman
    dalam pot, Hamsad jadi terkejut.

    110
    “Aneh. Beberapa jam yang lalu pot ini ada di dekat pintu,
    kok sekarang ada di sini lagi? Siapa yang memindahkan?” Ia
    memperhatikan pot besar berisi tanaman sejenis palm yang
    daunnya mirip daun mangga. Dahinya berkerut ketika
    memperhatikan tanaman tersebut. Jelas tadi ia sempat curiga,
    karena tanaman itu ada di dekat pintu. Sekarang ia semakin
    curiga, karena tanaman itu ada di sudut, dekat dengan sofa
    Tangan Hamsad secara tak sadar mematahkan ujung daun
    tersebut. Dan, ia terbelalak kaget, karena yang keluar dari
    ujung daun itu bukan getah putih, melainkan getah merah.
    Ketika diciumnya, getah itu berbau amis darah.
    Merinding seketika itu juga tubuh Hamsad. Ilerdebar-debar
    hatinya, dan mulai gemetar jari-jemarinya. Satu daun ia
    patahkan lagi dari tangkainya. Klak…!
    “Astaga…?!” Hamsad nyaris memekik keras, karena tangkai
    daun itu mengucurkan getah merah yangberbau amis darah.
    Hamsad sempat terlonjak mundur dengan mata membelalak
    lebar.
    Tetesan darah dari tempat bekas tangkai daun itu
    menjatuhi tanah di bawahnya. Dan, Hamsad teipaksa
    mengerutkan dahi tajam-tajam, mempertegas penglihatannya,
    karena tetesan darah itu jatuh pada sebuah benda yang
    mencuat dari kedalaman tanah pot. Rasa ingin tahunya
    bergumul dengan perasaan takut. Hamsad mendekatkan
    wajah, memperhatikan benda kecil itu.
    “Astaga…?! In… ini., ini ujung kuku…!” Hamsad mencoba
    mengorek tanah itu sedikit-sedikit, maka semakin berdebarlah
    ia, karena kini tampak jelas di kedalaman tanah pot itu
    terdapat jari kelingking manusia yang berkuku panjang, tapi
    indah dan serasi.
    “Ya, ampun…! Pasti di sini tangan Kismi ditanam oleh
    pembunuhnya…!” kata Hamsad dalam hati.
    Maka, segera ia mengorek tanah dalam pot besar itu
    dengan kedua tangannya. Makin dalam semakin jelas
    bentuknya. Sepotong tangan perempuan yang masih utuh,
    tanpa kebusukan. Di jari manisnya melingkar cincin berbatu

    111
    putih kekuning-kuningan. Cincin Zippus. Mungkin karena cincin
    itulah maka tangan yang terkubur di dalam tanah pot itu tidak
    membusuk.
    Hamsad menggali dengan kedua tangannya untuk
    mendapatkan tangan tersebut tanpa ada yang tertinggal.
    Napasnya memburu karena memendam rasa takut dan girang.
    Sampai akhirnya, ia berhasil menggali seluruhnya. Menatapnya
    sesaat, kemudian mengangkatnya pelan-pelan bekas
    potongan sebatas pergelangan tangan lebih sedikit itu, masih
    kelihatan berdarah segar.
    “Benar. Tangan ini sama persis dengan tangan Kismi yang
    sering mengusap-usap,” kata Hamsad pelan sambil
    memperhatikan telapak tangan yang menghadap ke muka.
    Tapi, tiba-tiba tangan itu melesat cepat mencengkeram
    wajah Hamsad.
    “Hah…!Aaah…!”
    Hamsad terpekik dan ketakutan seketika. Jantungnya nyaris
    berhenti berdetak ketika tangan itu bergerak cepat,
    mencengkeram wajahnya. Dengan sekuat tenaga Hamsad
    berusaha melepaskan, menarik tangan itu dan membuangnya
    ke sembarang tempat. Napasnya terengah-engah. Wajahnya
    berdarah karena kuku yang mencengkeramnya. Gerakan
    potongan tangan Kismi yang di luar dugaan itu membuat
    Hamsad menjadi panik dan sangat tegang. Matanya
    membelalak lebar penuh rasa takut. Ia memandang potongan
    tangan yang tergeletak jatuh di sofa, dekat dengan majalah.
    Hamsad melangkah mundur perlahan-lahan mengitari
    meja. Pada saat itu, ia melihat jelas jari tengah dan jari
    telunjuk tangan itu bergerak-gerak, bagai merayap. Kemudian,
    melompat ke meja kaca. Sekali lagi jantung Hamsad nyaris
    berhenti melihat gerakan tangan yang mengerikan itu. la
    bagai susah menelan air ludahnya sendiri. Kakinya gemetar
    dan keringat dinginnya mengucur seketika.
    Desakan rasa takut itu membuat Hamsad bergegas untuk
    melarikan diri. Ia segera melompat dan berlari ke arah pintu
    keluar.

    112
    Plokkk…!
    Tiba-tiba potongan tangan itu melesat dan menempel pada
    leher belakang Hamsad.
    “Aaah… hah…! Hiiih…!” Hamsad meronta-ronta,
    berjingkrak-jingkrak ketakutan dengan tubuh semakin
    merinding. Kuku pada potongan tangan itu terasa menggores
    perih di kulit lehernya, seakan hendak mencekik dari belakang.
    Dengan sekuat tenaga Hamsad menarik tangan itu dan
    membuangnya ke arah pintu. Namun, kali ini tangan tersebut
    tidak mau terlepas dari genggaman Hamsad. Tangan itu justru
    menggenggam tangan Hamsad kuat-kuat, bagai berpegangan.
    Celaka! Hamsad mengibas-ngibaskan dengan gerakan cepat,
    tetapi tangan itu masih lengket pada tangan Hamsad.
    Lalu. dengan menggunakan tangan kanannya, Hamsad
    menarik punggung potongan tangan yang masih berlumur
    tanah itu. Ia berhasil, dan membuangnya ke arah pintu.
    Plokkk…!
    Tangan itu jatuh ke lantai. Mata Hamsad masih mendelik
    memandanginya penuh rasa takut dan jijik. Potongan tangan
    itu bergerak-gerak jarinya, kemudian bagai sebuah mainan ia
    mampu melarikan diri dengan menggunakan jari-jemarinya
    itu. Hamsad segera melompat ke ruang tidur menghindari
    kejaran potongan tangan tersebut. Gerakannya begitu cepat,
    sehingga sewaktu Hamsad hendak haik ke atas ranjang,
    benda menjijikkan itu berhasil melompat dan mencengkeram
    betis Hamsad.
    “Waaaow…!” Hamsad memekik ketakutan. jPotongan
    tangan itu bagai menempel pada celana Hamsad, dan ketika
    hendak dipegang, ia bisa bergerak naik ke paha dengan cepat,
    lalu merambat merambat terus ke punggung. Hamsad
    kebingungan untuk memegang potongan tangan itu. Ia
    berguling-gulingan sambil berteriak ketakutan. Potongan
    tangan itu tidak mau terlepas. Kini justru merayap sampai ke
    leher samping dan mencengkeram lagi.
    “Setaaan…! Hhhah…!” Dengan menggunakan kedua
    tangan, Hamsad berhasil lagi menarik potongan tangan Kismi

    113
    itu dan membuangnya ke arah dinding, bagai dibenturkan
    dengan keras.
    Semakin panik Hamsad menghadapi hal itu, semakin ngeri
    ia melihat tangan tersebut tidak jatuh ke lantai, melainkan
    mampu merayap di dinding seperti seekor cicak. Darah bekas
    potongan tangan menetes ke sana-sini. Sungguh mengerikan.
    Jari-jemari tangan yang sebenarnya lentik dan indah itu kali
    ini bergerak-gerak lagi, bagai merayap di permukaan dinding.
    Hamsad buru-buru masuk ke kamar mandi, dan mengunci
    pintunya.
    “Oh…! Oooh…!” Ia terengah-engah diteror potongan
    tangan bercincin Zippus itu. Napasnya nyaris habis,
    tenggorokannya kering, dan badannya lemas. Ia bersandar
    pada dinding di kamar mandi dalam ketegangan yang
    mencekam Sekarang ia merasa aman. Potongan tangan itu
    tidak dapat masuk ke dalam kamar mandi. Tetapi, sampai
    kapan ia harus mendekam di kamar mandi?
    Tiba-tiba pintu kamar mandi itu diketuk-ketuk dengan
    lembut. Hamsad tersentak kaget, berdiri dari jongkoknya, dan
    menjauhi pintu. Ia tidak berani membukakan, bahkan
    mendekati pintu pun ia tidak berani. Perasaan ngeri membuat
    jiwanya menjadi kerdil dan ingin menangis karena dongkolnya.
    Tok, tok, tok…! Suara pintu diketuk. Hamsad masih diam,
    makin tegang, makin menjauh. Ia berdiri di atas closet yang
    tertutup. Gemetar ketakutan.
    “Hamsad…?! Haaam…?!”
    “O, itu suara Kismi…!” katanya sambil menghempaskan
    napas lega. Berulang-ulang Hamsad menghempaskan napas,
    senang sekali, karena pemilik potongan tangan itu sudah
    datang. Itu berarti waktu sudah menunjukkan lewat tengah
    mulum.
    Hamsad segera turun dari closet. dan membuka pintu
    kamar mandi. “Hahhh…!”
    Rupanya di luar kamar mandi tidak ada Kismi. Yang ada
    hanya potongan tangan itu. Dan bunda tersebut segera
    melesat masuk, menerkam kejantanan Hamsad. Nyawa

    114
    Hamsad bagai melayang ketika itu. Ia memekik kaget,
    kemudian mengerang kesakitan karena alat kejantanannya
    diterkam oleh potongan tangan yang ganas itu.
    “Oh…! Oooh…! Aaaow…!” Hamsad terhuyung-huyung
    dengan badan membungkuk. Kedua tangannya memegangi
    potongan tangan Kismi yang makin lama terasa makin
    meremat alat kejantanannya itu. Hamsad meringis kesakitan
    dengan badan membungkuk, dan kini limbung ke kiri,
    bersandar pada dinding di depan kamar mandi. Potongan
    tangan itu bagai sukar ditarik. dan, apabila ia ditarik, terasa
    makin kuat cengkramannya. Hal itu membuat Hamsad
    semakin mengerang kesakitan dengan mata terpejam kuatkuat.
    “Hamsad…?!” sapa sebuah suara di ruang tamu.
    “Kismiii…!” teriak Hamsad tertahan karena memendam rasa
    sakitnya.
    Kismi muncul dari ruang tamu ke kamar mandi, dan ia
    melihat Hamsad kesakitan sambil memegangi alat
    kejantanannya.
    “Oh… kau…?!” Kismi terperanjat kaget dengan mulut
    terbengong.
    “Aku menemukan… menemukan potongan tanganmu…!
    Tapi, tapi dia meremat… aouuuh…!” Hamsad semakin
    membungkuk dengan kaki merendah karena potongan tangan
    itu semakin menggenggam alat kejantanannya.
    “Lepaskan! Jangan sakiti dia…!” bentak Kismi sambil
    memandang potongan tangannya.
    Beberapa saat kemudian, potongan tangan itu pun
    mengendur. Hamsad buru-buru menariknya. Sempat terlihat
    olehnya jari-jemari potongan tangan itu bergerak-gerak, bagai
    sedang melemaskan otot-ototnya. Hamsad buru-buru
    melemparkannya, dan potongan tangan itu jatuh di lantai.
    Kismi memandang potongan tangannya dengan senyum
    berseri. Ia buru-buru memeluk Hamsad dan menciuminya.
    “Oh… kau telah berhasil! Kau berhasil menemukannya,
    Hamsad…!”

    115
    Yang bisa dilakukan Hamsad hanya uh nyr ringai
    merasakan sisa sakitnya. Tetapi, ia kemudian berkata, “Apa
    yang harus kulakukan?!”
    “Lekas, bawa dia ke tempatku. Cari aku di ruang bawah,
    dan tempelkan potongan tangan itu pada jasadku, Hamsad…!”
    “Aku tidak mau membawanya! Aku tidak mau mati dicekik
    olehnya, Kismi!”
    “Jangan kuatir…!” kemudian Kismi mendekati potongan
    tangannya yang tergeletak telentang di ranjang. Ia berbicara
    dengan potongan tangan itu,
    “Jangan sakiti dia! Dia akan mempertemukan kita!”
    Jari-jemari yang tadinya diam, kini bergerak-gerak, seakan
    sebuah anggukan tanda patuh terhadap perintah Kismi. Lalu,
    Kismi mendekati Hamsad dan berkata,
    “Bawa mobilmu menuju rumahku. Di sana aku tinggal, di
    bekas rumah keluargaku yang sudah pindah ke Amsterdam.
    Ikutilah kunang-kunang, ke mana arahnya, ikuti saja. Nanti
    kau akan menemukan rumah di sebuah bukit. Rumah itu
    sudah tak terawat lagi, tapi di sanalah Kosmin
    menyemayamkan aku di dalam kaca…!”
    Setelah berkata demikian, Kismi mencium pipi Hamsad.
    Hamsad sendiri menunduk memperhatikan alat kejantanannya
    yang dikhawatirkan terluka. Ternyata tidak. Namun, ketika ia
    memandang ke depan, ternyata Kismi telah tiada.
    “Kismiii…?! Kismiii…?!” Hamsad mencoba mencari Kismi,
    dan wanita yang hadir setiap tengah malam itu memang tidak
    ada lagi. Tetapi, Hamsad melihat seekor kunang-kunang
    terbang di sekitar pintu. Hamsad tak tahu persis, apakah
    kunang-kunang itu jelmaan dari roh Kismi atau bukan, tetapi
    ia membiarkan kunang-kunang itu keluar melalui celah sempit,
    dan Hamsad sendiri harus segera mengeluarkan mobil dari
    garasinya.
    Mulanya ia ragu-ragu ketika hendak mengangkat potongan
    tangan. Tetapi, agaknya potongan tangan itu tidak seganas
    tadi. Maka, dibungkusnya potongan tangan itu dengan

    116
    saputangan, kemudian ia pun keluar dari motel dengan
    mengendarai mobilnya.
    Malam bercahaya purnama, sehingga gelap tak terlalu
    pekat. Kunang-kunang terbang di depan mobil. Gerakannya
    cepat, seirama dengan gerakan mobil. Sementara itu,
    saputangan pembungkus potongan tangan Kismi diletakkan di
    jok samping kiri. Perhatian Hamsad tertuju pada gerakan
    kunang-kunang penuntun jalan itu.
    Ia tidak tahu kalau saputangan itu terbuka sendiri.
    Kemudian, jari-jemari potongan tangan bercincin itu bergerakgerak.
    Kini tengkurap, dan merayap perlahan-lahan.
    Ciiit…! Mobil nyaris menabrak pohon, karena Hamsad
    terkejut setelah pahanya terasa dicubit oleh potongan tangan
    tersebut.
    “Brengsek! Kulaporkan kau kepada Kismi kalau
    menggangguku terus!” geram Hamsad dengan jantung
    kembali berdebar-debar. Potongan tangan itu mencolek-colek
    paha, bahkan kini menggelitik di pinggang Hamsad. Sesekali
    Hamsad terpekik dan badannya bergerak kegelian, membuat
    laju mobilnya menjadi limbung.
    “Diam! Jangan ganggu aku!” bentak Hamsad
    memberanikan diri. Potongan tangan itu melompat ke depan
    stiran mobil. Hamsad membiarkan, karena potongan tangan
    itu tidak membuat gerakan yang perlu dikuatirkan. Bahkan,
    ketika kunang-kunang membelok arah, jari telunjuk dari
    potongan tangan itu menuding ke arah kiri, seakan memberi
    tahu agar mobil harus membelok ke arah kiri. Demikian juga
    jika harus ke arah kanan, jari itu menujuk arah kanan.
    Kemudian, tibalah Hamsad di sebuah perbukitan. Jalanan
    menanjak, kanan-kirinya kebun teh. Melewati perkebunan itu,
    ada jalan persimpangan. Jari telunjuk potongan tangan itu
    menuding ke arah kanan, dan Hamsad membelokkan mobilnya
    ke kanan. Tak berapa lama, jari tangan itu mengembang
    semuanya, seakan menyuruh “Stop” pada mobil tersebut.
    Cahaya purnama menampakkan sosok rumah kuno yang
    tinggal reruntuhannya. Menyeramkan sekali. Bentuk

    bangunannya jelas bangunan zaman Belanda. Bagian atapnya
    sudah rusak total, dan pada bagian halamannya telah banyak
    ditumbuhi tanaman liar, termasuk rumput ilalang.
    Kunang-kunang terbang memasuki rumah yang
    menyeramkan itu. Hamsad ragu-ragu. Ia berdiri di samping
    mobil sambil memegangi potongan tangan. Tiba-tiba,
    potongan tangan itu bergerak maju sambil memegangi tangan
    Hamsad, seakan menariknya agar Hamsad segera memasuki
    rumah kuno tanpa penghuni itu.
    Langkah kaki Hamsad terasa gemetar. Ia memasuki rumah
    yang sunyi dan kotor itu. Cahaya pucat rembulan
    meneranginya. Bahkan ada lantai yang longsor ke bawah,
    menuju ruang bawah. Potongan tangan dan kunang-kunang
    menunjukkan jalan menuju lantai bawah, melalui tangga batu
    di balik sebuah dinding kamar. Debar-debar di dalam dada
    Hamsad makin bergemuruh. Ia tetap mengikuti penunjuk
    jalannya yang setia Sampai akhirnya, ia menemukan sebuah
    peti kaca seukuran tubuh manusia.
    Hamsad terhenyak kaget ketika menegaskan
    penglihatannya, bahwa ternyata di dalam kotak kaca yang
    mirip akuarium itu terdapat tubuh Kismi yang terbaring
    dengan tangan kanan terpotong. Kismi mengenakan gaun
    putih transparan yang sering dikenakan berkunjung ke kamar
    motel.
    Lebih terkejut lagi Hamsad setelah ruangan itu menjadi
    terang. Ada cahaya api yang datang dari arah belakangnya. Ia
    buru-buru berpaling. Oh, ternyata Pak Kosmin memegangi
    obor sebagai penerangnya. Hamsad semakin gemetar, karena
    ia ingat Pak Kosmin mampu menembus daun pintu bagaikan
    asap.
    “Jangan takut, Tuan. Saya tidak akan berbuat jahat…!
    Lakukanlah apa yang harus Tuan lakukan,” kata Pak Kosmin
    yang mempunyai sepasang mata cekung.
    Kemudian, Hamsad membuka tutup kotak kaca itu dengan
    gemetar. Napasnya tertahan, sesekali tersendat-sendat. PelanTiraikasih

    pelan ia letakkan potongan tangan itu ke lengan kanan tubuh
    Kismi.
    Suatu keajaiban membelalakkan mata Hamsad, sambungan
    pada potongan tangan dengan lengan Kismi itu membentuk
    satu cahaya hijau muda. Hijau kekuning-kuningan, mirip
    cahaya fosfor. Cahaya itu berpijar-pijar sejenak, kemudian
    redup. Dan, kini menjadi hilang sama sekali. Obor yang
    dibawa Pak Kosmin mendekat. Mereka memandang potongan
    tangan bercincin Zippus itu, dan ternyata pada sambungan
    tersebut tidak terlihat ada bekas luka sedikit pun
    “Ia telah pulih kembali, Tuan,” bisik Pak Kosmin.
    Hamsad terhentak lagi ketika mata Kismi yang terpejam itu
    terbuka, berkedip-kedip sejenak, kemudian tersenyum
    memandang Hamsad.
    “Jangan takut, Hamsad.,.. Aku Kismi! Aku telah hidup
    kembali!” seraya Kismi mengusap-usap pergelangan
    tangannya yang semula buntung itu.
    “Kau… kau benar-benar hidup…?!”
    Kismi mengangguk, keluar dari kotak kaca, mendekati
    Hamsad, kemudian Hamsad meraba pelan-pelan wajah Kismi.
    Terasa hangat. Lalu, Kismi berkata lirih, “Kau berhak memiliki
    aku, Hamsad…!”
    Mata Hamsad berkaca-kaca karena terharu, kemudian
    tanpa ragu lagi ia memeluk Kismi erat-erat, seakan tak ingin
    berpisah dengan Kismi selama-lamanya. Kismi pun
    menyambut pelukan itu dengan perasaan bahagia yang
    mengharu. Ia sempat meneteskan air mata, dan Hamsad
    mengusapnya sambil berkata,
    “Jangan teteskan air mata. Aku tak ingin kehilangan kau,
    walau hanya setetes air matamu. Aku tak ingin, Kismi…!”
    “Ohhh, Hamsad…!” Aku kagum pada tekadmu! Aku juga
    tidak ingin kehilangan kau…! Tapi….”
    “Tapi, apa, Sayang?”
    “Tapi ada satu risiko jika kau memperistri aku, Hamsad.”
    “Risiko apa?”

    “Aku… aku tak akan mempunyai keturunan…,” bisik Kismi
    dengan perasaan sedih. Hamsad pun berkata lirih sambil
    menatapnya,
    “Aku tak mau peduli tentang itu, yang penting kau jadi
    milikku. Dan… dan kau tak boleh kehilangan apa-apa lagi,
    Kismi!”
    Pelukan itu makin erat. Kemudian, Kismi berkata kepada
    Pak Kosmin, “Terima kasih, pak Kosmin. Dampingilah kami
    dari alammu…!”
    Obor pun padam. Ruangan jadi gelap. Kisimi berlari-lari
    membawa keluar Hamsad dari reruntuhan bekas rumahnya.
    Kemudian, Hamsad bermaksud membawa Kismi kembali ke
    motel untuk sementara waktu, sampai ditemukan tempat
    kontrakan yang layak bagi Kismi yang ternyata seorang
    ilmuwan berotak cerdas. Namun, ketika Kimiiii hendak naik ke
    dalam mobil Hamsad, ia jadi terhenti dengan wajah memanja.
    “Kenapa…?” tanya Hamsad heran.
    “Kiss me…!” katanya seraya menyodorkan pipi, dan
    Hamsad pun mencium pipi itu.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Bokep Paradise In Lombok (Part 1) – Cerita Sex Bersambung Terbaru 2018

    Cerita Bokep Paradise In Lombok (Part 1) – Cerita Sex Bersambung Terbaru 2018


    1720 views

    Perawanku – “Yesss….” Teriakku dalam hati karena cuti panjangku telah di acc kemarin oleh kantor dan waktunya sekarang aku untuk liburan. Segera aku pulang dari kantor untuk menuju ke pulang ke rumah dengan gembira. Sudah terbayang dalam bahwa esok hari aku akan liburan menuju lombok. Ya betul PULAU LOMBOK, pulau dengan keindahan alam yang begitu mempesonakanku sampai saat ini. Bersama LISA…

    1 minggu sebelumnya…

    Pekerjaan kantor amat sangat menumpuk pagi itu. Closing akhir tahun dengan deadline 2 hari memaksaku untuk ambil lembur secara penuh sampai jam 12 malam dan terkadang aku sampai menginap di kantor agar deadline pekerjaanku selesai. Akupun juga telah menyiapkan beberapa pasang baju kerja apabila aku sampai menginap di kantor esoknya telah memiliki baju yang baru.

    Tenaga dan pikiranku terkuras. Selama 2 hari tersebut aku terus bekerja, bekerja, dan bekerja tanpa mengenal waktu. Sampailah pada saat waktu penyerahan laporan via email kepada principal perusahaan Pak Rommy. Sungguh saat-saat yang menegangkan dimana seluruh waktu, pikiran, dan tenaga telah kucurahkan ke pekerjaan ku itu. 2 hari sudah ku lampaui. Aku dan pak Rommy merupakan teman apabila diluar kantor. Seringkali kami sering kongkow di cafe-cafe dengan beberapa teman kantor kami.

    Pada suatu ketika di jam kantor. Telepon mejaku berbunyi mengagetkanku.
    “Pak Jay, dipanggil Pak Rommy di ruangan. Harap segera menghadap” kata sekretaris Pak Rommy, Bu Rina.
    “Siap Bu, saya segera meluncur ke ruangan Pak Rommy” kemudian aku tutup ganggang telepon. Kemudian aku dengan segera menuju ruangan Pak Rommy dengan tenang. Kemudian aku buka ketok pintu ruangannya. Tok..Tok..Tok..

    “Masuk!!!” Teriak pak Rommy dari dalam ruangan. Jantungku serasa mau lepas pada saat Pak Rommy berteriak. Dengan segera aku pun masuk keruangan Pak Rommy dan duduk dipan beliau. “Jay laporan lu dah gw terima. Masih banyak yang mesti direvisi, ada beberapa angka yang ga matching. Lu benerin dulu deh laporan lu” kata Pak Rommy tanpa basa-basi.

    “Baik pak segera akan saya koreksi laporan saya tersebut”. Jawabku dengan canggung meskipun Pak Rommy terkesan santai. Aku sangat menghormati beliau meskipun umur kami hanya berpaut 1 tahun dan meskipun kami sering jalan bareng dengannya.
    “Tapi overall gw dah acc laporan lu. Kesalahan lu cuma minor aja. Ga terlalu signifikan. Tapi gw harap lu selesaiin. Tolong lu selesaiin cepet yah sebelum audit.” katanya.

    “Baik pak, sore ini akan saya selesaikan laporan saya. Mohon ijin pak saya hendak menyelesaikan laporan saya. Terima kasih pak apabila laporan saya sudah bapak acc” jawabku dengan tenang karena laporanku tersebut memuaskan beliau.
    “Ya sudah, gw tunggu laporan lu.” Kata pak Rommy sambil tersenyum.

    Akhirnya laporan closing bulananku diterima oleh principal meskipun dengan ada sedikit revisi di beberapa laporan. Overall principalku tersebut menerima dengan baik laporan yang telah aku buat. Dan akhirnya bonus bulanan tersebut akan di transfer pada awal minggu depan hari senin.

    Aku sangat bangga dengan hasil yang telah kucapai tersebut. Sehingga aku ingin sekali memberikan reward kepada diriku sendiri. akhirnya aku putuskan untuk mengajukan cuti kepada principalku melalui memo. Memang sudah menjadi prosedur kantor apabila kita hendak mengajukan cuti harus menggunakan memo yang telah disediakan kantor. Memo aku ajukan ke principal untuk cuti 5 hari, dan aku sangat berharap cutiku tersebut disetujui oleh principalku.

    Disaat memo telah ku kirimkan ke principal aku menjadi bingung kemana aku akan pergi liburan, mengingat bonus yang aku dapatkan lumayan besar. Phuket, Singapore, dan KL menjadi pilihanku untuk luar negeri. Tetapi aku sudah pernah ke tempat-tempat tersebut. Kuputuskan untuk berlibur di indonesia saja daripada mesti ke luar negeri. Banyak tempat belum aku explore di negeri sendiri.

    Akupun akhirnya browsing di internet untuk mencari destinasi liburanku kali ini. Raja Ampat, Ora Beach Maluku, Bali dan Lombok menjadi pertimbanganku. Sempat membuatku bingung adalah aku akan menghabiskan liburanku kali ini dengan siapa. Dalam hati ku berkata buat apa pergi liburan apabila hanya sendiri. Mengingat aku sebenarnya mudah bosan apabila sedang sendiri. Ah nanti saja aku pikirkan itu. Sekarang aku fokus untuk menentukan tujuan liburanku.

    Malam harinya aku tidak dapat tidur, sebenarnya lebay banget mau liburan aja bingung tinggal pilih destinasi tapi aku ingin liburanku kali ini berbeda dengan biasanya. Yang biasanya aku pergi dengan backpaker tapi kali ini aku ingin berbeda. Aku ingin liburan dengan fasilitas yang aga sedikit wah. Sempat terpikir Bali karena disana banyak Villa-villa yang mewah dengan fasilitas private pool. Tapi aku bimbang karena Bali sudah begitu penuh dan ramai. Dan sudah beberapa kali aku ke Bali. Akhirnya aku urungkan Bali. Akhirnya aku putuskan untuk habiskan waktu liburanku di Lombok.

    Lagi-lagi aku galau mau nginep dimana, sama siapa dan berapa lama. Ahh capek benar mau liburan aja banyak galaunya. Maaf yah pembaca, memang sang penulis ini banyak galaunya daripada enggaknya. Aku buka website yang menawarkan villa-villa di lombok. Pada saat aku buka Tripadvisor mataku tertuju kepada Villa yang sepertinya sesuai dengan keinginanku. Tempat tersebut sangat sepi, tenang, dan fasilitasnya pun lengkap. Dan aku lihat harga pun tidak terlalu mahal tidak seperti di Bali.

    Terlalu panjang yah bacanya? Maaf yah pembaca. Penulis masih nubie. Penulis lagi belajar untuk membentuk sebuah situasi yang bisa di bayangkan oleh pembaca.

    Esok paginya aku telepon hotel tersebut. Ku putuskan untuk membooking selama 3 hari 2 malam. Dan sisa cutiku akan aku pergunakan untuk istirahat total di rumah. Dan akhirnya tanggal yang aku minta kebetulan sedang avaiable. Dan aku memilih villa type deluxe pool. Urusan hotel beres. Aku belum terpikir untuk membeli tiket pesawat ke Lombok, tau sendirilah kalo masalah sama siapa masih galau . Akhirnya akupun berangkat ke kantor dengan menggunakan mobil butut yang setia menemaniku.

    Macetnya Jakarta telah menyambutku pagi itu. Meskipun aku sengaja berangkat ke kantor sedikit lebih siang. Tetap saja kemacetan ini membuatku sedikit kesal. Ku nyalakan rokok untuk menemaniku di kemacetan, tiba-tiba HPku berbunyi. LISA nama yang keluar ketika ku lihat layar HPku itu. Dalam hatiku ada apa Lisa tiba-tiba telepon…

  • Cerita Ngewek Suamiku Payah Kalo Diranjang – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Ngewek Suamiku Payah Kalo Diranjang – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1717 views

    Perawanku – Suatu saat ketika suamiku akan mendapatkan tugas kantornya selama dua bulan,
    malam sebelumnya kita saling berdebat, aku tetap ingin ikut karena dua bulan bukan
    waktu yang singkat dan supaya tetep bisa nampung maninya dalam rangka bikin
    anak. Karena kesibukannya menyiapkan kepergiannya sudah tiga minggu aku tidak
    dienjot oleh suamiku.

    Dia coba menenangkan aku dengan iming2 akan dibawakan
    oleh oleh dari belanda, aku tetap kecewa. Malem itu, aku dienjot oleh suamiku, tapi
    karena dia gak konsentrasi sebentar aja udah muncrat. Seperti biasa kalu udah
    muncrat dia langsung tidur. Aku memang mengharapkan kenikmatan, tapi aku tau
    bahwa suamiku payah kalo diranjang, yah akhirnya hanya menjadi menampung
    maninya saja . Pagi hari setelah suamiku berangkat ke airport , aku menyediakan
    makan pagi, kali ini hanya untuk kakak iparku saja yang diminta suamiku untuk
    menemani aku selama dia pergi. setelah siap aku memanggil kakak iparku.

    “Mas,
    sarapan mas..”. Aku memanggilnya sembari mendorong pintunya untuk melongok
    kedalam kamar, ternyata dia masih tidur dengan hanya memakai cd. Napsuku
    timbul lagi melihat pemandangan indah, tubuh yang kekar dan dadanya yang
    bidang hanya dibalut sepotong cd dimana terlihat jelas batangnya besar dan
    panjang tercetak dengan jelas di cdnya. Kayaknya batangnya dah tegang berat.
    Tanpa disadari aku menggunggam sendiri, “.. Ohh mas seandainya kau suamiku
    akan kupeluk tubuhmu yang perkasa ini..”. Walaupun suara aku lirih tetapi ternyata
    dia dapat mendengarnya, dia terbangun dan tersenyum melihatku.

    “Kenapa Sin,
    kamu gak puas ya dengan suamimu”. Aku jadi tersipu malu. “Sarapan dulu mas, ntar
    dingin”, kataku sambil keluar kamar. Lama kutunggu tapi dia gak keluar juga dari
    kamar, sementara itu napsuku makin berkobar membayangkan batangnya yang
    besar dan panjang itu. “Mas”, panggilku lagi, tapi tetap gak ada jawaban.

    Aku berdiri
    dan kembali ke kamarnya. Dia rupanya sedang telentang sambil mengusap2
    batangnya dari luar cdnya. Ketika dia melihat aku ada dipintu kamar, sengaja dia
    pelan2 menurunkan cdnya sehingga nongollah batangnya yang besar mengacung
    dengan gagahnya. Aku terbelalak ngeliat batang segede itu. “Kamu pengen
    ngerasain batangku ya Sin”, katanya terus terang. “Belum pernah ya ngerasain
    batang segede aku punya. Aku juga napsu ngeliat kamu Sin, bodi kamu
    merangsang banget deh”.

    Dia bangun dalam keadaan telanjang bulat menuju ke
    tempat aku berdiri. batangnya yang tegang berat berayun2 seirama jalannya. DIa
    segera memelukku dan menarikku ke ranjang, dirumah memang gak ada siapa2
    lagi. Dasterku segera dilepaskannya, begitu juga bra dan cdku. Dia meneguk liur
    memandangi tubuh telanjang ku yang mulus, dada yang besar dengan pentil yang
    dah mengeras dan jembiku yang lebat menutupi meqiku dibawah sana.

    Kemudian
    dia mencium serta mengulum bibirku. Aku balas memeluknya. bibirku digigitnya
    pelan pelan, bibirnya turun terus menciumi seluruh lekuk tubuhku mulai dari leher
    terus kebawah kepentilku, dikulumnya pentilku yang sudah mengeras, aku merintih
    rintih karena nikmat. Aku menekan kepalanya ke dadaku sehingga wajahnya
    terbenam di dadaku. Dia terus menjelajahi tubuhku, dijilatinya pelan dari bagian
    bawah dadaku sampe ke puser. Aku makin mendesis2, apalagi ketika jilatannya
    sampe ke meqiku yang berjembi tebal. Dia menjilati jembiku dulu sampe jembiku
    menjadi basah kuyup, pelan pelan jilatannya mulai menyusuri bibir meqiku terus ke
    klitku. Ketika lidahnya menyentuh klitku, aku terlonjak kegelian.

    Dia menahan kakiku
    dan pelan2 dikuakkannya pahaku sehingga kepalanya tepat berada diantara pahaku.
    Lidahnya menyusupi meqiku dan menjilati klitku yang makin membengkak. meqiku
    berlendir, dia menjilati lendir yang keluar. Aku gak tahan lagi, aku mengejan dengan
    suara serak, tanganku mencengkeram seprei dan kakiku menjepit kepalanya yang
    ada diselangkanganku. Aku nyampe. “Mas, nikmat banget deh, padahal belum
    dienjot ya”, kataku mendesah. Dia diam saja, dan berbaring telentang. “Kamu diatas
    ya Sin, biar masuknya dalem”, ajaknya. aku mulai mengambil posisi berjongkok
    tepat diantara batangnya yang sudah tegang berat.

    “Aku masukkin batangku ke
    meqi kamu ya Sin”, katanya sambil mengarahkan batangnya menyentuh bibir
    meqiku. Dia tidak masuk menekankan batangnya masuk ke meqiku tapi
    digesek2kan di bibir meqiku yang berlendir sehingga kepalanya yang besar itu
    basah dan mengkilap.Aku terbuai, dengan mata terpejam aku mendesah2 saking
    napsunya, “mas, masukin dong.” aku mulai menekan kepala batangnya yang sudah
    pas berada di mulut meqiku. Pelan2 batangnya menyusup kedalam meqiku, “Akh
    mas, gede banget”, erangku. “Apanya yang besar Sin”, dia memancing reaksiku.
    “Punyanya maass..!!” “..Apa namanya..?” dia memancing lagi, aku langsung aja
    menjawab, “batang mas, besar sekali”. Dengan sekali hentakan keatas batangnya
    menyeruak masuk meqiku. “Ooh mas, pelan2 mas”, aku mendesah lirih. Mataku
    terbeliak, mulutku terbuka, tanganku mencengkeranm seprei kuat2.

    Bibir meqiku
    sampe terkuak lebar seakan tidak muat untuk menelan batang besarnya. “meqi
    kamu sempit sekali Sin”, jawabnya. aku mulai berirama menaik turunkan pantatku,
    batangnya masuk merojok meqiku tahap demi tahap sehingga akhirnya ambles
    semuanya. Pelan2 dia ikut bergoyang menarik ulur batang besarnya. Aku mulai
    merasa sensasi yang luar biasa nikmatnya. meqiku yang sudah licin terasa penuh
    sesak kemasukan batangnya yang besar, batangnya terasa banget menggesek
    meqiku yang sudah basah berlendir itu. “Mas, enak banget mas, terus mas”,
    erangku. “Terus diapain Sin”, jawabnya menggoda aku lagi. “Terus enjotin meqi
    Sintia mas”, jawabku to the point. “enjotin pake batang gede mas”.

    Enjotannya dari
    bawah makin menggebu sehingga aku makin menggeliat2. AKu memeluknya dan
    mencium bibirnya dengan garesif, dia menyambut ciumanku. Nafasku memburu
    kencang, lidahku saling mengait dengan lidahnya, saling menyedot. Kemudian dia
    menggulingkan aku sehingga aku dibawah, dia mulai mengenjotkan batangnya
    keluar masuk dengan cepat. aku mengangkangkan pahaku lebar2, supaya dia lebih
    mudah menyodokan batangnya keluar masuk. Keluar masuknya batangnya sampe
    menimbulkan suara berdecak2 yang seirama dengan keluar masuknya batangnya,
    karena basahnya meqiku. “Mas, enak sekali batangmu mas, enjotin meqi Sintia
    yang cepet mas, nikmat banget”, desahku. “Ooh meqi kamu sempit banget Sin,
    terasa banget sedotannya. Nikmat banget deh”, jawabnya sambil terus
    mengenjotkan batangnya keluar masuk meqiku. Enjotannya makin ganas, pentilku
    diemut2nya. Aku menggelinjang kenikmatan, dada kubusungkan dan kugerak2kan
    kekiri kekanan supaya 2 pentilku mendapat giliran diemut, “ssh, mas, nikmat banget
    ngenjot ama mas, pentil sintia dikenyot terus mas”, erangku lagi.

    “Sintia bisa
    ketagihan dienjot ama mas. Ooh mas, Sinta gak tahan lagi mas, mau nyampeee”.”.
    Aku mengejang sambil memeluk tubuhnya erat2, sambil menikmati kenikmatan
    yang melanda tubuhku, luar biasa rasanya. “Sin, aku masih pengen ngenjotin meqi
    kamu yang lama. Kamu bisa nyampe lagi berkali2”, katanya sambil terus
    mengenjotkan batangnya. Dia minta ganti posisi, aku disuruhnya nungging dan
    meqiku dienjot dari belakang, meqiku terasa berdenyut menyambut masuknya
    batangnya. Aku memutar2 pantatku mengiringi enjotan batangnya, kalo dia
    mengenjotkan batangnya masuk aku menyambutnya dengan mendorong pantatku
    dengan keras ke belakang sehingga batang besarnya masuk dalem sekali ke
    meqiku. “Ooh nikmatnya mas, dienjot dari belakang. Kerasa banget geseken
    batang mas di meqi Sintia”. Jarinya mengilik2 klitku sambil terus mengenjotkan
    batangnya keluar masuk. ” Uuh mas, nikmat banget mas, terus mainin klit Sintia mas
    sambil ngenjot meqi Sintia”, erangku saking nikmatnya.

    Jarinya terus menekan klitku
    sambil diputar2, aku mencengkeram seprei erat sekali. Pantat makin kutunggingkan
    keatas supaya enjotannya makin terasa. Dia memegangi pinggangku sambil
    mengenjotkan batangnya keluar masuk dengan cepat dan keras. “Mas, nikmat
    banget banget mas, Sintia udah gak tahan neh, mau nyampe lagiii”, aku menjadi
    histeris ketika nyampe untuk kedua kalinya, lebih nikmat dari yang pertama. Diapun
    mencabut batangnya dari meqiku dan berbaring disebelahku. “Mas. belum muncrat
    kok dicabut batangnya”, tanyaku. “Sintia masih mau kok mas dienjot lagi, biar bisa
    nyampe lagi”. Dia setengah bangun dan membelai rambutku, “Kamu masih bisa
    nyampe lagi kok Sin”.”Sintia mau kok dienjot mas seharian, kan Sintia bisa nyampe
    terus2an, nikmat banget deh mas”.

    Istirahat sebentar, dia kembali menaiki aku lagi, secara perlahan tapi pasti dia pun
    memasukkan batangnya ke dalam meqiku. Aku mendesah dan merintih, ketika dia
    mengenjotkan batangnya sampe ambles semua aku kembali menjerit,
    “Aaaaaaahhhh , Maaaassssssss ..”. batangnya dinaikturunkan dengan cepat,
    akupun mengimbanginya dengan gerakan pantatku yang sebaliknya. Bibirnya
    bermain di pentilku, sesekali dia menciumi ketekku, bau keringatnya merangsang
    katanya. Aku memeluknya dan mengelus2 punggungnya sambil menjerit dan
    mendesah karena nikmat banget rasanya, “Aah mas, nikmatnya Terus mas, tekan
    yang keras, aah”. Dia meremas2 dadaku dengan gemas menambah nikmat buatku.
    Dia terus mengocok meqiku dengan batangnya, aku menjadi makin histeris dan
    berteriak2 kenikmatan. Tiba2 dia mencabut batangnya dari meqiku, aku protes,
    “Kok dicabut mas, sintia belum nyampe mas, dimasukin lagi dong batangnya”. Tapi
    dia segera menelungkup diatas meqiku dan mulai menjilati bagian dalam pahaku,
    kemudian meqiku dan terakhir klitku.

    “Mas, diapa2in sama mas nikmat ya mas, terus
    isep klit Sintia mas, aah”, erangku. Dia memutar badannya dan menyodorkan
    batangnya ke mulutku. batangnya kujilati dan kukenyot2, dia mengerang tapi tidak
    melepaskan menjilati meqiku yang dipenuhi lendir itu. “Sin, aku dah mau muncrat
    neh”, katanya sambil mencabut batangnya dari mulutku dan segera dimasukkan
    kembali ke meqiku. Dia mulai mengenjot meqiku dengan cepat dan keras, aku
    rasanya juda sudah mau nyampe lagi, goyangan pantatku menjadi makin liar sambil
    mendesah2 kenikmatan. Akhirnya dia mengenjotkan batangnya dalam2 di meqiku
    dan terasa semburan maninya yang hangat didalam meqiku, banyak sekali
    muncratnya, bersamaan dengan muncratnya akupun nyampe lagi. Aku memeluk
    tubuhnya erat2, demikian pula dia.

    “Mas, nikmat banget deh masss”, erangku. Aku
    terkulai lemes dan bermandikan keringat. Dia kemudian mencabut batangnya dan
    berbaring disebelahku. Aku meremes2 batangnya yang berlumuran mani dan sudah
    lemes. Hebatnya gak lama diremes2, batangnya mulai tegang lagi. “Mas, Sintia
    dienjot lagi dong, tuh batangnya sudah tegang lagi. Mas kuat banget seh, baru
    muncrat udah tegang lagi”. Dia diam saja, aku berinisiatif menaiki tubuhnya.
    Kusodorkan pentilku ke mulutnya, segera pentilku dikenyot2nya, napsuku mulai
    memuncak lagi. Aku menggeser ke depan sehingga meqiku berada didepan
    mulutnya lagi. “Mas, jilat dong meqi Sintia, klitnya juga ya mas”.

    Dia mulai menjilati
    meqiku dan klitku dihisapnya, kadang2 digigitnya pelan, “Aah, mas, diemut aja mas,
    jangan digigit”, desahku menggelinjang. Aku gak bisa menahan diri lagi. Segera
    meqiku kuarahkan ke batangnya yang sudah tegang berat, kutekan sehingga
    batangnya kembali amblas di meqiku. Aku mulai menggoyang pantatku turun naik,
    mengocok batangnya dengan meqiku. Dia memlintir pentilku, aku mendesah2.
    Karena aku diatas maka aku yang pegang kendali, bibirnya kucium dan dia
    menyambutnya dengan penuh napsu. Pantatku makin cepat kuturun naikkan. Tiba2
    dia dengan gemas menggulingkan aku sehingga kembali dia yang diatas, dia
    segera mengenjotkan batangnya keluar masuk meqiku. Aku mengangkangkan
    pahaku lebar2, menyambut enjotan batangnya, aku gak bisa nahan lebih lama lagi,
    tubuhku makin sering menggelinjang dan meqiku terasa berdenyut2, “Maas, aah”.
    Akhirnya aku nyampe lagi, aku tergolek lemes, tapi dia masih saja menggenjot
    meqiku dengan cepat dan keras, aku mendesah2 kenikmatan.

    Hebatnya, dia bisa
    membuat aku nyampe lagi sebelum akhirnya dengan satu enjotan yang keras
    kembali dia muncratkan mani di meqiku. Nikmat nya.Dia menciumku, “Sin, nikmat
    banget deh ngenjot sama kamu”. “iya mas, Sintia juga nikmat banget, kalo ada
    kesempatan Sintia mau kok mas enjot lagi”..
    mengenjotkan batangnya keluar masuk meqiku. Enjotannya makin ganas, pentilku. diemut2nya. segera mengenjotkan batangnya keluar masuk meqiku. Aku mengangkangkan saat lidahnya masuk di antara kedua bibir meqiku sambil. menghisap mememegang pinggulku dan dia memainkan batangnya keluar masuk dengan. cepat dan keras.batangnya keluar masuk dengan akhirnya sintia — Terasa meqiku sesek kemasukan batang besar dan panjang itu. Kedua tangannya dengan erat mememegang pinggulku dan dia memainkan batangnya keluar masuk dengan eee sintia slingkuh — segera mengenjotkan batangnya keluar masuk meqiku. Aku mengangkangkan pahaku lebar2, menyambut enjotan batangnya, aku gak bisa nahan lebih lama lagi.Terasa meqiku sesek kemasukan batang besar dan panjang itu. Kedua tangannya dengan erat mememegang pinggulku dan dia memainkan batangnya keluar masuk dengan cepat dan keras. Terdengar ‘cepak-cepak’ setiap kali pangkal pahanya

  • Foto Hot Cewek Jepang Sexy Yuko Shimizu di Pantai

    Foto Hot Cewek Jepang Sexy Yuko Shimizu di Pantai


    1716 views

    Perawanku – Bagi kalian yang belum memiliki pasangan, ngocok merupakan hal yang wajib dilakukan apalagi di hari libur dan sendirian (huahaha). Seperti itulah yang akan anda lakukan pada foto baru ini. Yuko Shimizu menikmati hari liburnya untuk berfoto ria dengan bikini minim miliknya dan memamerkan tubuhnya yang sexy siap dientot siapa saja yang mau mengajaknya. Shimizu terlihat begitu menikmati setiap pose sexy yang difotonya dan disebarkan di dunia lendir ini.

    Dan seperti yang sudah ditebak, kamu pun akhirnya tak kuat lagi menahan dorongan sperma yang akan keluar dari saluran kencing karena foto-foto sexy ini. Sambil membayangkan Crot di dalam Shimizu pun tak terhindarkan. . Nan untuk lebih mantap ngocoknya, silahkan kamu lihat sendiri pada Foto Hot Cewek Jepang Sexy Yuko Shimizu di Pantia yang SEPI ini:

  • Cerita Sex Ereksi Yang Luar Biasa

    Cerita Sex Ereksi Yang Luar Biasa


    1716 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Ereksi Yang Luar BiasaCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Panggil saja Dehlan umurnya 18 tahun wajahnya lumayan cakep untuk ukurang orang jawa, setelah dia lulus dari SMK dia bertekat untuk mengadu nasib di Ibu kota, dengan uang secukupnya dan alamat rumah yang ingin ditujunya, Mbak Desilah yang menampung Dehlan nantinya dimana berjalan untuk mencari pekerjaan yang cocok buat dia.

    Desi, wanita yang di panggil mbak oleh Dehlan ini adalah wanita berumur 25 tahun.

    Wajahnya tidak jelek tapi juga tidak cantik, biasa biasa saja tapi manis khas perempuan jawa.

    ” Jatinegara jatinegara…. ” suara pedagang asongan yang membuyarkan lamunan Dehlan.

    ” wahh…. akhirnya nyampe juga ” batin Dehlan sambil melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 08:20, yang berarti sudah hampir jam stengah sembilan.

    Dehlan pun lalu turut berdesak desakan dengan penumpang kereta yang laen untuk keluar dari kereta MATARMAJA yang membawanya dari kampung halamannya ke kota Jakarta.

    Sesampainya Dehlan di jakarta, dia langsung mencari taksi untuk mengantarnya menuju alamat mbak Desi.

    inilah pengalaman pertama Dehlan jauh dari rumah, dan pengalaman pertama dia juga naik taksi.

    Dehlan memang pemuda yang cerdas dan supel, jadi walaupun ini pengalaman pertamanya di kota besar tapi dia tidak kelihatan kampungan ataupun kiku.

    di stopnyalah taksi kosti jaya yang sedang melintas di depat stasiun Jatinegara.

    ” mau kemana mas? ” tanya sang sopir taksi yang di berhentikan Dehlan.

    ” bisa antar saya ke alamat ini pak? ” jawab Dehlan dengan logat jawanya sambil menyerahkan secarik kertas alamat mbak Desi.

    ” oh, iya mas bisa. silahkan masuk. ” jawab sang sopir taksi sambil menyerahkan kebali kertas yang di berikan Dehlan.

    lalu Dehlan pun masuk ke dalam taksi, tapi dia memilih untuk duduk di kursi depan samping pengemudi.
    Taksipun mulai jalan sesaat setelah Dehlan masuk.

    Setelah mobil berjalan sekitar setengah jam di padatnya jalan ibu kota, akhirnya sampai juga Dehlan di alamat yang di tuju.

    ” sudah sampai mas. alamat yang mas cari masuk ke gang itu. ” kata sang sopir taksi sambil menunjuk ke arah sebuah gang di seberang jalan.

    ” oh iya mas, terima kasih.” ” taksinya berapa mas?” jawab Dehlan sambil merogoh dompet di kantongnya.

    ” 25 ribu mas.” kata sang sopir sambil menunjukkan angka argo yang tertera.

    Setelah membayar dan keluar dari taksi lalu Dehlan pun menyebrang dan berjalan masuk ke gang yang tadi di tunjukkan sang sopir taksi.
    sambil berjalan menyusuri gang sempit yang hanya muat untuk 2 motor itu, Dehlan mengeluarkan lagi secarik kertas yang berisi alamat mbak Desi.

    ” Rt 5, Rw 3, kontrakan bercat hijau punya Pak Said.” baca si Dehlan.

    setelah berjalan dan bertanya sana sini akhirnya Dehlan menemukan Kontrakan yang di carinya.

    ” tapi kok sepi ya, mbak Desi kemana?” batin Dehlan sambil melangkah masuk ke halaman kontakan yang berderet ada 8 pintu itu.

    ” kontrakan mbak Desi pintu yang mana ya.” batin Dehlan karena di kertas alamat tidak tertulis pintu berapanya.

    Saat Dehlan sedang melamun karena bingung tiba tiba saja dia di kejutkan oleh sebuah suara yang menegurnya.

    ” nyari siapa ya dik?” suara yang menegur Dehlan.

    Dehlan pun berbalik kearas suara itu dan dilihatnya seorang ibu2 memakai daster biru sambil menggendon bayi.

    ” nyari kontrakan mbak Desi buk, yang sebelah mana ya?” jawab Dehlan.

    ” mbak Desinya lg nggak ada mas, lg kepasar. td katanya mau ada sodaranya yang datang dari kampung. klo boleh tau mas ini siapa ya?” jawab sang ibu berdaster biru.

    ” saya sodaranya mbak Desi dari kampung buk.” jawab Dehlan masih dengan logat medoknya.

    ” oooo….. nah itu dia mbak Desi.” jawab si ibu berdaster biru lagi sambil menunjuk ke arah perempuan yang sedang menenteng belanjaan.

    Dehlan lalu melihat ke arah yang di tunjuk sang ibu itu tadi.

    ” DEHLAN…. dah lama ko?” tanya si mbak yang menenteng belanjaan yang ternyata mbak Desi itu.

    ” b.b.b.baru saja mbak.” jawab Dehlan terbata bata karena setengah nggak percaya klo wanita itu mbakDesi yang sedang di carinya.

    Dehlan tertegun nenatap sosok Desi yang sekarang beda dengan yang dia ingat dulu di kampung.

    Desi sekarang yang dilihat Dehlan adalah wanita yang manis dan sexy dengan balutan kaos ketat warna putih yang menonjolkan payudaranya yang montok walau tidak terlalu besar di padu dengan rok jeans span selutut makin menambah manis wanita ini.

    ” oh iya buk, kenalin ini Dehlan sodara saya dari kampung.” kata Desi kepada wanita berdaster biru mengenalkan si Dehlan.

    lalu Dehlan dan si ibu berjabat tangan sambil tersenyum sopan.

    ” ayo masuk ko, mari bu.” kata Desi mengajak Dehlan masuk sambil berpamitan kepada ibu berdaster biru.

    lalu Desi membuka kunci pintu dan masuk ke kontrakan yang ternyata berada di paling ujung deretan kontrakan itu di ikuti Dehlan.

    ” ya beginilah kontrakan mbak ko, alakadarnya.” si Desi menunjukkan keadaan kontrakannya.

    kotrakan Desi adalah kontrakan satu ruangan, lumayan luas dengan kamar mandi di dalam.

    di dalamnya lumayan lengkap ada tivi, kulkas, springbed ukuran jumbo dan peralatan2 laennya.

    ” trus ntar aku tidur dimana.” batin Dehlan setelah melihat2 ruangan kontrakan Desi.

    saat Dehlan melamun tiba2 dia di kagetkan suara Desi yang menyuruhnya mandi trus istirahat.

    mendengar perintah Desi, Dehlan pun lalu meletakkan tas ranselnya di depan rak tivi mengambil handuk peralatan mandi lalu menuju kamar mandi.

    sesampainya di kamar mandi Dehlan pun kembali bingung, karena kamar mandinya nggak ada pintunya.

    “ah bodo amat” batin Dehlan karena dia pengen buru2 mandi trus langsung tidur karena capek habis perjalanan jauh.

    selesai mandi dan berganti pakaian lalu Dehlan pun pamit buat istirahat tidur.

    “tidurnya di ranjang aja ko.” kata Desi.

    “iya mbak.” jawab Dehlan sambil merebahkan diri ke springbed embuk bercover biru muda.

    tak terasa Dehlan sudah tertidur hampir 6 jam. Dehlan terbangun karena mendengar suara orang sedang mandi.

    sampai di sini Dehlan belum punya pikiran macam macam.

    setelah selesai mandi dengan menggunakan daster warna ungu, lalu Desi mengajak Dehlan untuk makan.

    ” ayo makan ko. td mbak gk tega mo ngbangunin kamu. kamunya nyenyak banget tidurnya.”

    ” iya mbak.” jawab Dehlan.

    merekapun lalu makan masakan Desi yang di masak tadi waktu Dehlan sedang tidur.

    sambil makan merekapun bercakap2 mengakrabkan diri, sambil Desi Menanyakan keadaan di kampung.

    maklum, Desi sudah hampir 4 tahun nggak pulang kampung.

    nggak terasa merekapun sudah semakin akrab dan waktupun tak terasa sudah larut malam.

    ” aku tidur di mana mbak?”

    ” di mana aja ko, klo mau di kasur bareng mbak juga boleh.”

    DEG….. Dehlan terkejut dengan jawaban Desi.

    ” aku tidur di bawah aja lah mbak, di depan tivi.”

    ” ok lah terserah kamu.” jawab Desi.

    hari berganti minggu, minggu berganti bulan, tak terasa Dehlan sudah 4 bulan numpang di kontrakan Desi.

    selama 4 bulan itu juga Dehlan sudah mondar mandir kesana kemari melamar kerja bermodalkan ijasah SMK, tapi sayang belum juga mendapatkan pekerjaan.
    dan selama 4 bulan itu jugalah si Dehlan lama2 mempunyai hasrat terpendam dengan mbak Desi.

    bagaimana tidak, selama 4 bulan mereka tinggal berdua dengan kamar mandi yang gak ada pintunya dan kadang merekapun tidur seranjang berdua.
    di tambah lagi dengan gaya berpakaian Desi yang terbilang berani kalo di dalam kontrakan.

    kadang Desi suka memakai hot pants yang super pendek dan ketat, baju tidur yang tipis merangsang, bahkan sering juga Desi hanya memakai kaos oblong yang kebesaran tanpa memakai bawahan, hingga kadan2 CD nya terexpost mata elang Dehlan.

    di tambah lagi kamar mandi yang tak berpintu itu kadang membuat Dehlan tambah blingsatan menahan konak.

    karena pernah beberapa kali Dehlan tanpa sengaja memergoki Desi lagi telanjang di kamar mandi begitu pula sebaliknya.

    kalau sudah nggak tahan Dehlan terpaksa onani diam2 di tengah malam sambil membayangkan Desi.
    tanpa Dehlan sadari sebenarnya Desi pun juga sama. diam2 Desi pun juga sering di landa birahi karena pernah beberapa kali memergoki Dehlan yang sedang mandi.

    Desi selalu terbayang kontol Dehlan yang lumayan besar dan panjang itu walaupun sedang tidak ereksi.

    setelah selama 4 bulan itu mereka hanya memendam nafsu masing2 tanpa ada yang berani mengungkapkan.

    akhirnya pada suatu hari kejadian itu di mulai dan terjadi juga.

    waktu itu di suatu pagi.

    jam masih menunjukkan pukul 6 pagi, Desi bangun dari tempat tidur langsung bergegas ke kamar mandi karena mau berangkat kerja.
    sesampainya di kamar mandi Desi langsung melepas baju tidurnya yang berupa daster tipis itu skalian BH dan CD nya.

    sejenak Desi mematut dirinya di cermin mengagumi tubuhnya yang montok.

    “ah… sudah terlalu panjang.” batin Desi melihat bulu memeknya yang sudah mulai panjang.

    Desi memang tipe wanita yang nggak mau atau risih kalo bulu memeknya panjang. dia lebih suka dengan memeknya yang gundul tanpa sehelapuni bulu jembut.

    dengan begitu daging memeknya yang tebal tembem semakin kelihatan dengan belahan memek yang masih rapat dan clitarisnya ya besar itu semakin menantang.
    segera Desi mengambil silet cukur, sambil duduk mengangkang di bak mandi Desi mulai mencukur habis bulu jembutnya.

    selesai mencukur bulu jembut lalu Desi membasuh memeknya untuk membersihkan bulu jembut yg menempel sehabis di cukur.

    waktu menyiram dan membersihkan bulu jembut yang habis di cukur tiba2 saja birahi melandanya.

    di letakkannya gayung yg di pegangnya sambil makin mengangkangkan kakinya Desi mulai meraba2 memeknya sendiri.

    di putar2kannya jempol tangan kirinya di clitaorisnya yang semakin keras dan membesar, sambil tangan kanannya meremas2 payudaranya sebelah kiri.
    seiring rangsangan di clitoris memek Desi mulah basah dengan cairan kawinnya sendiri.
    ” uuuuuh…… hhhhmmmmm………”

    ” ooh….sssstttt….. oh… yeah….. ennmakkk…..”

    pelan2 mulai keluar desahan Desi tangan kirinya yang tadi bermain di clitorisnya kini sudah berpindah ke lubang memeknya. di usap2 memeknya sambil sesekali jari tengahnya menyusup mengorek2 belahan memeknya.

    makin lama makin basah dan makin cepat pula tangan kirinya mengusap2 memeknya sendiri, sambil tangannya yang kanan berpegangan pada kran air takut terjatuh.

    ” ooooohhhgmmm…… iyyyyy….. eeennakkk……”
    tapi tiba2 Desi menghentikan aktifitasnya. dia ingin merasakan yang lebih enak dengan posisi yang lebih nyaman.

    Desi mengintip ke ruangan kontrakannya memastikan kalau Dehlan masih tidur. lalu dia berjalan telanjang bulat berjingkat lalu lansung naik ke tempat tidur dan menarik selimut untuk menutupi ketelanjangannya.

    sebelum melanjutkan masturbasinya Desi mengambil sesuatu dari laci yang ada di samping tempat tidur. dan ternyata yang di ambilnya adalah sebuah dildo berukuran sedang dengan vibrator.

    pelan2 di arahkannya dildo itu ke lubang memeknya, di usap2 kannya di situ sampai memeknya kembali basah kuyup dg cairan kawinnya.
    pelan tapi pasti sambil terpejam dildo itupun mulai masuk ke lubang memeknya. di diamkan di nikmati keberadaannya sebentar di dlm memeknya sebelum mulai di gerakkan keluar masuk.

    Desi mulai mendesah lagi seiring dildo mengobok2 lobang memeknya.

    “ssssstttttt……mnmmmmm…….oh oooogh….. yesss……..
    aaaaagrhg…… ooh…. enak…. nikmat banget…. hhhhuuuug……..
    memmmek…. enaaaak mmmmeem….ekku…… hiiiiaaaaa……
    ggggatttteell…..”

    desah Desi yang makin lama makin keras tak terkontrol. tubuhnya mengelijang2 seperti cacing kepanasan. masih kuran puas lalu Desi menghidupkan fibrator dildonya.

    “ngngngngngng…….”

    bunyi vibrator dildo yang bergetar mengobok2 lubang memeknya. desahan Desi sekarang makin keras, malah bisa di sebut jeritan2 kecil.
    tubuhnya mengelijang2, matanya terpejam menikmati deraan knikmatan di selangkangannya. karena gerakannya tanpa dia sadari bahwa selimut yang tadi di pakai buat menutupi tubuhnya sekarang hilang entak kemana.

    sengga tubuh telanjang, kakinya yang terkangkang dengan dildo ya dia pegang keluar masuk dan bergetar di memeknya tak lagi tertutupi.

    “oooooohhhh………aaaaaiiiiihhi…….
    mmmmmm……
    yyyyeeess….

    enak bbbanggget mmmmemeeekkkkuuuuhh…..

    desah Desi yang makin dan semakin keras.

    tanpa Desi sadari bahwa desahannya telah membangunkan Dehlan dari tidurnya.

    terbangun dari tidurnya karena desahan Desi yang makin keras lalu Dehlan bangun dan melihat ke arah ranjang tempat asalnya suara itu.
    betapa terkejutnya Dehlan nenjumpai sesosok wanita mengangkan di tempat tidur mendesah2 birahi sambil mencucukan dildo keluar masuk ke memeknya.
    tertegun Dehlan melihat pemandangan seperti itu, sehingga pelan tapi pasti birahi mulai menguasainya.

    karena sudah gk kuat menahan birahi lalu Dehlan dengan cepat mengeluarkan kontolnya dari celananya dan mulai mengocok pelan sambil menikmati siaran langsung Desi.

    pelan tapi pasti kontol Dehlan mulai ereksi sempurna. karena kurang nyaman lalu Dehlan skalian lepas celana dan bajunya telanjang bulat juga, sambil terus mengurut2 kontolnya mencari kenikmatannya sendiri.

    bersamaan dg itu tiba2 saja Desi membuka matanya. melotot seakan mau keluar bola matanya. mulutnya meracau tidak karuan.

    “oooogghhh….. aaaaaaaaa…… aku utt…. ennnakk…… yeeeeaaa……
    eeekkk…koo….. huhhuhhuh……. nggggapppaii…..mmmmmm…….
    kammmmuuu….. a aaa….. akku keeee…..llu……
    ooooooh…… iiiiyyyyyaaaaaaa…….
    ekkkkooooo………

    tubuh Desi mengelijang2 tanda dia mau orgasme yang dahsyat. dan……
    crot…. crot…. crot…. crot…..
    aaaaaaaaaaaahhhhh…….

    Desipun orgasme dengan dahsyatnya tanpa sanggup dia hentikan walapun dia tahu Dehlan sedang melihatnya orgasme sambil telanjang bulat mengocok2 kontolnya.

    hhhhhhg….. dengus nafas Desi menikmati sisa2 orgasmenya sambil mengeluarkan dildo yang mengentot memeknya sambil tepejam dan masih mengangkang.
    entah setan mana yang menghinggapi Dehlan sehingga dia pelan2 naek ke atas ranjang, memposisikan tubuhnya di tengah2 kangkangan Desi lalu memegang kotolnya dan dengan satu dorongan langsung membenampan ke memek Desi yang baru saja orgasme dengan dahsyat.

    tersentak Desi merasakan ada sesuatu yang menerobos masuk lobang memeknya. Desi merasakan perih di memeknya karena kontol Dehlan di masukkan dengan paksa dan cepat. lg pula kontol Dehlan lebih besar dah panjan dari pada dildo yang baru di pakai Desi.

    sehingga Desi bisa merasakan kalau kontol Dehlan masuk terlalu dalam sampai tembus pintu rahimnya.

    mata Desi melotot, mencoba meronta tapi apa daya. tubuhnya lemah tanpa daya karena baru mendapat orgasme yang sangat dahsyat.
    setelah memasukkan kontolnya ke memek Desi, Dehlan tidak langsung mengocoknya melaindah didiamkan terbenam sambil menikmati kedutan memek Desi yang baru orgasme.

    ” DEHLAN..!!! apa yang kamu lakuin???. cabut.!!….” Desi mencoba menghardik Dehlan.

    ” gila kamuu u… ko….. cabut ko… please… mbak hhhhmmmmm……

    tanpa memperdulikan perintah Desi pelan2 Dehlan mulai menggenjot Desi. pertama pelan lalu makin lama makin kencang makin lama makin beringas.
    ” ooooohhh….. kontolku enak mbak…… huuuhhh…… enaaaakkk….. mbaaakkk……
    memmmee…… uhhh….sssrrt……” Dehlan mendesah meracau.

    ” stooopppssphhh….. aaaaahhh… hhhhhiih……” kata Desi sambil terus meronta melawan tapi juga mendesah.

    “uddddaaaa….aaaaahhhh……. aaaammmpun ko…… kontolmu tembus rahhhimku kooo…….

    plok plok plok plok……
    clep clep clep clep clep…….
    suara selangkangan meraka beradu bertumbukan.

    Desi meronta tapi sebenarnya dia juga merasakan nikmat yang teramat sangat sehingga Desipun merasa hampir mendapatkan orgasme lagi.
    “ooh…. memekmu dahsyaaaatttt mmmmmm……. mbbaaak……

    ayooooo…… aku mau keluar….. aaaaarrrsgggtttthg…….” desah Dehlan.

    seketika juga Desi terkejut.
    “..jjjjjaaaa…..nggaaaan……….. aaaaaahhhh…….. ssssrr……”

    tiba2 tubuh Desi mengejang, tangan dan kakinya memeluk Dehlan dengan erat, pinggulnya bergetar hebat tanda Desi sedang orgasme.

    ” aaakkuuu…. kelluaaa…… oooorrgghh…….” dan… crot crot crot crot crot……….

    Dehlan orgasme juga hampir bermaan dengan Desi. menyemprotkan banyak sperma langsung ke rahim Desi.

    ” hhhhii…..uuuuh…… nikmat mbak……” guman Dehlan.

    ” aaaaah…hhh…… jaangan di dalam…. nanti aku hamil…..” kata Desi pelan, melarang Dehlan tapi sudah terlambat, Dehlan telah menanamkan benihnya di rahim Desi.

    mereka masih bepelukan dengan kontol Dehlan masih menancap di memek Desi.

    ” kamu kok tega2 nya ko ama mbak?” kata Desi pelan sambil menahan marah.

    Dehlan hanya diam menjawab.

    pelan2 tetes bening air mata keluar dari sudut bening mata Desi.

    akhirnya setelah lelah bergulat mereka berdua tertidur berpelukan, dan Desipun nggak jadi berangkat kerja.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Hot Aku Dan Majikanku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Hot Aku Dan Majikanku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1716 views

    Perawanku – Kali ini menceritakan pengalaman nyataku ketika aq masih umur 14 thn. Aq yang baru saja lulus dari bangku sekolah SD bingung mau kemana, untuk melanjutkan sekolah tidak mungkin sebab bapakku sudah 1 thn yang lalu meninggal. Sedangkan ibuku hanya penjual nasi bungkus di sekolahan dan kedua kakakku pergi entah kemana. Sebab sejak pamitan mau merantau ke lombok nggak pernah ada kabar bahkan sampai bapak meninggal pun juga nggak tau. Adik perempuanku yang masih duduk di bangku kelas 2 SD juga membutuhkan biaya.Akhirnya aq hanya bisa main-main saja sebab aq anak laki-laki satu-satunya aq mau kerja masih belum kuat dan takut untuk pergi merantau tanpa ada yang mengajak.

    Pada suatu ketika ada saudara dari bapakku yang datang dengan seorang tamu laki-laki. Kata pakdeku dia membutuhkan orang yang mau menaga rumahnya dan merawat taman. Setelah aq berfikir panjang aq akhirnya mau dengan mempertimbangkan keadaan ibuku.

    Berangkatlah aq ke kota malang tepatnya di perumahan daerah kampus. Aq sangat kagum dengan rumah majikan baruku ini, disamping rumahnya yang besar halamannya juga luas. Majikanku ini bernama pak Johan, Pak johan ini jajaran direksi di sebuah bang ternama di kota Malang, ia mempunya 2 anak perempuan yang satu baru saja berkeluarga dan yang bungsu masih duduk dibangku SMA kelas 3 namanya Indri, umurnya sekitar 18 tahunan. Sedangkan istri pak Johan membuka usaha sebuah toko buasana yang juga terbilang sukses di kota tersebut, dan masih ada satu pembantu wanita pak Johan namanya Bi Asih yang usianya sekitar 28 thn. Joker388

    Teman Indri banyak sekali setiap sabtu malam selalu datang kerumah kadang pulang sampai larut malam, hingga aq tidak bisa tidur sebab harus menunggu mbak Indri pulang untuk mengunci gerbang, kadang juga begadang sampai jam 4 pagi. Mungkin kecapean atau memang ngantuk usai begadang sabtu malam minggu, yang jelas pagi itu mbak Indri masih terkunci dari dalam. Aq tak peduli sebab bagiku bukan tugasku untuk membuka kamar mbak Indri, aq hanya ditugasi menjaga rumah ketika pak Johan dan istrinya sedang kerja dan merawat taman saja.

    Pagi itu pak Johan dan istrinya pamitan mau keluar kota untuk urusan pekerjaan, katanya baru pulang minggu malam sehingga dirumah itu tinggal aq, bi Asih dan mbak Indri. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi tapi mbak Indri masih belum bangun juga dan bi Asih sudah selesai memasak.

    “Yoyok, aq mau ke pasar dulu tolong pintu gerbang di kunci”
    “Iya Bi…!” jawabku sambil menyiram bunga didepan rumah. Setelah bi Asih pergi aq segera mengunci pintu gerbang.

    Selesai menyiram bunga aq bermaksud mematikan kran yang berada di belakang rumah. Sesampai di depan kamar mandi aq mendengar ada suara air berkecipung kulihat kamar mbak Indri sedikit terbuka bearti yang mandi mbak Indri. Tiba-tiba timbul niat untuk mengintip mbak Indri. Aq mencoba mengintip dari lubang kunci, ternyata tubuh mbak Indri putih mulus dan toketnya terlihat padat dan kenyal, kuamati terus saat mbak Indri mengguyurkan air ketubuhnya, dengan perasaan dag dig dug aq masih belum beranjak dari tempatku semula.

    Baru kali ini aq melihat tubuh seorang wanita tanpa tertutup sehelai benang. Sambil terus mengintip, tanganku juga memegangi batang kemaluanku yang memang sudah mengeras, kulihat mbak Indri menyabuni seluruh tubuhnya aq nggak melewatkan begitu saja sambil tanganku terus memegangi batang kemaluanku.

    Aq cepat-cepat pergi, sebab mbak Indri sudah selesai mandinya namun karena gugup aq langsung masuk ke kamar WC yang memang berada di samping kamar mandi, disitu aq sembunyi sambil terus memegangi batang kemaluanku yang sejak tadi masih keras.

    Lumayan lama aq berada di dalam wc sambil terus membayangkan yang baru aja kulihat, sambil terus merasakan nikmat aq tak tau kalau bi Asih berada didepanku. Aq baru tersadar saat bi Asih menegurku

    “HAyooo.. ngapain kamu”

    Aq kaget cepat-cepat kututp reseleting celanaku, sungguh betapa malunya aq.

    Eng.. nggak Bi…” jawabku gugup sambil cepat-cepat keluar dari wc. Sialan aq lupa ngunci pintunya, geruruku sambil cepat-cepat pergi.

    Esok harinya usai menyiram bunga, aq bermaksud ke belakang untuk mematikan kran, tapi karena ada bi Asih mencuci kuurungkan niat itu.

    “Kenapa kok kembali?” tanya bi Asih.

    “Ah.. nggak Bi…” jawabku sambil terus negeloyor pergi.

    “Lho kok nggak kenapa? sini aja nemeni bibi nyuci, lagian kerjaanmu kan dah kelar, bantu bibi nyiramin air ke baju yang aka dibilas” pinta bi Asih.

    Akhirnya aq pun menuruti permintaan bi Asih. Entah sengaja memancing atau memang kebiasaan bi Asih setiap mencuci selalu menaikan jariknya diatas lutut, melihat pemandangan seperti itu, jantungku langsung berdegup begitu kencang.

    ‘Mulusnya paha bi Asih ini’ kataku dlam hati, lalu bayanganku mulai jorok dan berimajinasi untuk bisa menggerayangi paha mulu bi Asih.

    “Hehh! kenapa melihatnya begitu!” Tanya bi Asih membuyarkan lamunanku.

    “Ehh.. ngg.. enggak Bi” jawabku gugup.

    “Sebentar Bi, aq mau buang air besar” kataku, lalu aq segera masuk kedalam wc, tapi kali ini aq tak lupa mengunci pintu wc.

    Di dalam wc aq hanya bisa membayangkan paha mulu bi Asih sambil memegangi batang kemaluanku yang memang sudah mengeras cuma waktu itu aq nggak merasakan apa-apa, cuma batang kemaluan ini tegang aja. Akhirnya aq keluar dan kulihat bi Asih masih mencuci.

    “Ngapain kamu tadi didalam Yok?” tanya bi Asih.

    “Ahh nggak Bi cuma buang air besar aja kok” jawabku sambil menyiramkan air pada cucian bi Asih.

    “Ahh yang bener? aq tau kok, aq tadi sempat ngintip kamu, aq penasaran jangan-jangan kamu melakukan seperti kemarin eeeee… nggak taunya benar” kata bi Asih. Agen Joker388

    “Haaahh..? jadi bibi ngintip aq?” tanyaku sambil menunduk malu.

    Tanpa banyak bicara aq langsung pergi.

    “Lho… kok pergi, Yok? sini belum selesai nyucinya, tenan aja Yok aq nggak akan cerita kepada siapa-siapa, kamu nggak usah khawatir dan malu sama bibi” panggil bi Asih.

    Kuurungkan niatku untuk pergi.

    “Ngomong-ngomong gimana sih rasanya kalau kamu melakukan seperti tadi Yok? tanya bi Asih.

    “Ahh nggak Bi” jawabku dengan malu-malu.

    “Nggak gimana, Yok?” tanya bi Asih seolah-olah mau menyelidiki aq.

    “Sudah lah Bi jangan diterusin aq malu”

    “Malu sama siapa? lha wong disini cuma ada kamu sama bibi kok, mbak Indri juga sekolah, Pak Johan kerja?” kata bi Asih.

    “Ya malu sama bibi lah, sebab bibi udah tau milikku” jawabku.

    “Oalahhh gitu aja kok malu, sebelum tau milikmu aq sudah pernah tau sebelumnya milik mantan suamiku dulu, nikmat ya?”

    “Apanya bi yang nikmat?” tanyaku

    “Ya rasanya to…?” gurau bi Asih tanpa memperdulikan aq yang malu kepadanya.

    “Sini Yok….” kata bi Asih sambil meyuruhku untuk mendekat, tiba-tiba tangan bi Asih memegang kemaluanku.

    “Jangan Bi…!!!” sergahku sambil berusaha meronta, namun karena pegangannya kuat rasanya sakit kalau terus kupaksakan untuk meronta.

    Akhirnya aq hanya terdiam saja ketika bi Asih memegang batang kemaluanku dari luar celanaku. Pelan pelan aq mulai menikmati pegangan tangan bi Asih pada kemaluanku. Aq hanya bisa diam sambil terus merem melek merasakan nikmatnya pegangan tangan bi Asih. Lalu bi Asih mulai melepas kancing celanaku dan melorotkan kebawah. Batang kemaluanku sudah mulai mengeras dan tanpa rasa jijik bi Asih berjongkok didepanku dan menjilati batang kemaluanku.

    “Aachh Bi… geliiii” kataku sambil memegangi kepala bi Asih.

    BI asih tak perduli dia terus saja menjilati batang kemaluanku, bi Asih lalu membuka kancing bajunya sendiri tapi tak semuanya, kuliat pemandangan yang menymebul di hadapanku yang masih terbungkus BH dengan ragu-ragu kepegangi. Tanpa merasa malu, bi Asih membuka tali BH nya dan membiarkan aq terus memegangi payudara bi Asih, dia mendesah sambil tanganya memegangi batang kemaluanku. Tanpa malu dan ragu ku kulum puting bi Asih.

    “Oocchhh.. Yok… teruss Yok….”

    Aq masih terus melakukan perintah bi Asih, setelah itu bi Asih memasukkan batang kemaluanku kedalam mulutnya. Aq hanya bisa mendesah sambil memegangi kepala bi Asih.

    “Bi aq seperti mau pipis” lalu bi Asih segera melepaskan kulumannya dan menyingkapkan jaritnya yang bash, kuliat bi Asih tidak memakai CD.

    “Sini Yok…” bi Asih mengambil posisi duduk, lalu aq mendekat. “Sini.. masukkan batangmu kesini” sambil tanganya menunjuk memeknya.

    Dibimbingnya batang kemaluanku untuk masuk kedalam lubang memek bi Asih.

    “Terus Yok keluarin, dan masukkin lagi ya….”

    “Ya Bi…” kuturuti permintaan bi Asih, lalu aq merasakan seperti pipis, tapi rasanya sungguh nikmat sekali.

    Setelah itu aq menyandarkan tubuhku pada dinding.

    “Yok… gimana, tau kan rasanya sekarang?” tanya bi Asih sambil membenarkan tali BH nya.

    “Iya Bi,,,,” jawabku.

    Esok harinya setiap isi rumah menjalankan aktivitasnya, aq selalu melakukan adegan ini dengan bi Asih. Saat itu hari sabtu, kami nggak nyangka kalau mbak Indri pulang lebih awal. Saat kami tenga asyik ngentot, mbak Indri memergoki kami.

    “Hah? apa yang kalian lakukan! kurang ajar! Awas nanti aq laporin sama papa mama, kalian!”

    Melihat mbak Indri kami gugup dan bingung.

    “Jangan mbak.. ampuni kami mbak” rengek bi Asih.

    “Jangan laporin kami sama tuan, Mbak”

    Aq pun juga takut kalau sampai dipecat, akhirnya kami menangis di depan mbak Indri, mungkin mbak Indri iba melihat kami berdua.

    “Ya sudah jangan di ulang lagi perbuatan kalian!!! ” bentak mbak Indri.

    “Ii.. iyaa mbak” jawab kami berdua.

    Esok harinya seperti biasa mbak Indri selalu bangun siang kalau hari minggu, saat itu bi Asih juga sedang belanja sedangkan Pak Johan dan istrinya pergi ke gereja, saat aq menyiram bunga di taman, dari belakang kudengan mbak Indri memanggilku,

    “Yookk!! cepat kesini!! teriak mbak Indri.

    “Iya Mbak” aq pun bergegas kebelakang tapi aq tak menemukan mbak Indri.

    “Mbak.. mbak Indri” pangilkku sambil mencari-cari mbak Indri.

    “Yok tolong ambilin handuk dikamarku! aq tadi lupa nggak bawa handuk” teriak mbak Indri yang ternyata di dalam kamar mandi.

    “Iya mbak…”

    Aq pun segera mengambilkan handuk dikamarnya, setelah kuambilkan handuknya,

    “Ini mbak handuknya” kataku sambil menunggu di depan pintu kamar mandi.

    “MANA CEPAT…”

    “Iya mbak, tapi…”

    “Tapi apa!!!! pintunya dikunci….”

    Aq bingung gimana cara memberikan handuk ini pada mbak Indri yang ada di dalam kamar mandi? Belum sempat aq berfikir, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Aq kaget hampir nggak percaya mbak Indri bugil di hadapanku.

    “Mana handuknya” pinta mbak Indri.

    “Ii… ini mbak” keberikan handuk itu pada mbak Indri.

    “Kamu sudah mandi, Yok?” tanya mbak Indri sambil mengambil handuk yang keberikan.

    “Be.. bbelum mbak”

    “Kalau belum, ya… sini masuk sekalian mandi bareng sama aq” kata mbak Indri.

    Belum sempat aq terkejut akan ucapan mbak Indri, tiba-tiba aq sudah berada dalam satu kamar mandi dengan mbak Indri, aq hanya bengong ketika mbak Indri melucuti kancing bajuku dan melepas celanaku, aq baru sadar ketika mbak Indri memegang batang kemaluanku.

    “Mbak….” sergahku.

    “Sudah nurut aja perintahku, kalau nggak mau aq laporin perbuatanmu dengan bi Asih pada papa” anacam mbak Indri

    Aq nggak bisa apa-apa, sebagai laki-laki normal tentu perbuatan mbak Indri membangkitkan birahiku, sambil mbak Indri bermain-main di bawah perutku, bibir mbak Indri mencium bibirku, aq pun membalasnya dengan ciuman lembut. Llau kuciumi payudara mbak Indri yang padat dan kenyal. Mbak Indri mendesah, “Ooogghhh” Kuciumi, lalu aq tertuju pada selangkangan mbak Indri, kulihat bukit kecil ditengah-tengah paha mbak Indri yang ditumbuhi bulu-bulu halus, belum begitu lebat aq mencoba memegangnya. Mbak Indri diam saja, lalu aq mengarahkan bibirku diantara selangkangan mbak Indri.

    Sebentar Yok..” kata mbak Indri, lalu mbak Indri mengambil posisi duduk dilantai kamar mandi yang memang cukup luas dengan kaki di kangkangkan lebar, ternyata mbak Indri memberi keleluasaan padaku untuk terus menciumi memeknya.

    Melihat kesempatan itu tidak kusia-siakan, aq langsung memainkan memek mbak Indri dengan mulutku dan lidahku.

    “Oougghh… Yok… Yok” erangan mbak Indri, aq merasakan ada cairan yang keluar dari lubang memek mbak Indri.

    Melihat erangan nikmat mbak Indri kulepaskan ciumanku pada memek mbak Indri, seperti yang diajarkan bi Asih kumasukkan jari-jariku pada lubang memek mbak Indri. Mbak indri semakin mendesah,

    “Oogghh Yok… teruss Yok….” desah mbak Indri.

    Lalu kuarahkan batang kemaluanku pada memek mbak Indri. Slheebbb.. slheebbb… batang kemaluanku dengan mudah masuk dalam lubang mbak Indri, ternyata mbak Indri sudah tak perawan, kata bi Asih seorang dikatakan perawan kalau pertama kali berstubuh dengan laki-laki dari memeknya akan mengeluarkan darah, sedang saat kumasukkan batang kemaluanku ke dalam lubang memek mbak Indri tidak kutemukan darah.

    “Keluar masuk lagi batang kemaluanku seperti yang pernah kulakukan pada bi Asih sebelumnya.

    “Mbak.. aq… mau keluarr mbak…”

    “Keluarin didalam aja Yok…”

    “Oogghh… mbak….”

    “Yok… terus Yok….”

    Saat aq sudah mulai keluar, kebenamkan selutuh batang kemaluanku kedalam memek mbak Indri, lalu gerakanku semakin cepat dan cepat.

    “Oooogghhhh… teruss… Yokkk…”

    Kulihat mbak Indri menikmati gerakanku sambil memegangi rambutku, tiba-tiba kurasakan ada cairan hangat menyembur batang kemaluanku saat itu juga aq juga merasakan ada yang keluar dar kemaluanku sungguh nikmat rasanya. Kami berdua masih terus berpelukkan keringat tubuh kami bersatu, lalu mbak Indri menciumku.

    “Makasih Yok kamu hebat” bisik mbak Indri.

    “Tapi aq takut mbak” kataku.

    “Apa yang kamu takutkan, aq puas, kamu jangan takut, aq nggak bakal bilang sama papa” kata mbak Indri.

    Lalu kami mandi bersama dengan tawa dan gurauan kepuasan.

    Sejak saat itu setiap hari aq harus melayani 2 wanita, kalau dirumah hanya ada aq dan bi Asih, maka aq melakukannya dengan bi Asih. Sedang setiap hari minggu aq harus melayani mbak Indri, bahkan kalau malam hari semua sudah tidur, tak jarang mbak Indri mencariku diluar rumah tempat aq jaga dan di situ kami melakukannya.

  • Cerita Seks Nikmatnya Ngentot Dengan Pembantu Kost – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Seks Nikmatnya Ngentot Dengan Pembantu Kost – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1714 views

    Perawanku – Seperti biasa kali ini aku akan menceritakan tentang pengalaman aku kali ini. Singkat kata dihari terakhir ujian, rasanya suntuk banget dech. Agak mendung memasuki tempat kost-kostan-ku. Perlahan aku membuka pintu kamarku, Baru aku mau memasuki kamar kost-ku. Mang Udin melintas.

    ” Non,.. ” Geli banget liat dia cengengesan begitu,. Terlebih aku belum melakukan pembalasan pada Mang Udin,..
    ” Apa Mang Ujang ?? ” Tanya-ku malas-malasan,..
    ” Nama saya Udin Non, bukan Ujang,.. ” Protesnya,..
    ” Ah sama aja,.. kan emang Ujang artinya pembantu kan ?? ” Jawab-ku
    ” Yeah, si non, Ujang nama non,.. bukan artinya pembantu,.. ” Terangnya,..
    ” Owh, gitu,.. terus kenapa Mang Udin,. ” Aku ingin cepat-cepat masuk, sebal melihat mukanya yang jelek itu,..
    ” Gapapa non, kangen aja,.. ” Dia cengengesan, dia kira bagus kali ya,..

    Aku melangkah masuk dalam kamar,.. kukunci rapat-rapat biar Mang Ujang, eh Mang Udin gak masuk ke dalam lagi kayak kejadian waktu itu,.. tunggu aja Mang Udin, seminggu lagi ya,..

    Singkat kata, yang gak perlu aku certain gimana susahnya ujian aku, akhirnya seminggu kemudian, hari kamis waktu itu, temen-temen waktu SMU-ku datang ke tempat-ku,. Yang satu namanya Adel yang ini tipe cewek yang bener-bener cerewet, 100x lebih bawel daripada aku,chubby-chubby gitu tapi tetep seksi,.. rambutnya di cat coklat,.. yang satunya lagi nama Erlin, tapi kita biasa manggil dia Lili,.. sama cerewetnya sama aku, cantik dech orangnya dan rambutnya juga masih panjang seperti dulu, kesannya anggun..

    Kalau aku ?? Gak usah diceritain dech ya,. dah sering banget, tar jadi narsis galleri lagi, hohoho^^

    Nah kebayang gak gimana rame-nya kamar kost aku, ada 3 orang cewek bawel yang udah sekitar 3 bulan-an gak ketemu,. Dan kayaknya gak kan menarik juga buat diceritain kan,.. masa u mau denger kita gosipin cowok-cowok, tar pada minder lagi,.. hehehe,..

    Ampe akhirnya aku ngungkapin ide gila buat ngerjain Mang Udin itu,.. pertamannya Lili menolak ide gila itu,. Beda dengan Adel yang penasaran dengan penis impotent-nya Mang Udin,..

    ” Yakin Dell ?? ” tanya Lili,.. mukanya gak yakin gitu,..
    ” Yakin lah, itung-itung bantuin temen hahaha,.. “
    ” Mang punya rencana pa Dell ?? ” Tanya-ku penasaran,..

    Adel pun membisik kami bertiga,..Mendengar idenya yang gila itu Aku dan Lili langsung tertawa,..
    ” Tapi lu ya yang banyak godain,.. ” Lili masih tertawa menodong Adel,.
    ” Iya dech beres,… ” Adel ikut tertawa-tawa,..

    Maka Operasi Balas Dendam pun dimulai,..

    ” Mang Udin, tolong donk,.. ” Aku memanggil Mang Udin yang kebetulan lewat, padahal sebenarnya memang sengaja sudah kutunggu,..
    ” Loh ada apa non, ” Iya buru-buru mendekat, pasti bukan karena dia pembantu yang rajin, tapi melihat ku yang hanya mengenakan handuk membebat tubuh-ku,..
    ” Itu Mang Udin, Air dikamar Mandi mati,.. ” Rajuk-ku,..
    ” Tar Mang Udin periksa diatas,.. ” Katanya, matanya itu udah kayak mau nerkam aja,..
    ” Itu Mang Udin, Shower aku aja kali yang mati, soalnya di Wastafel nyala koq,.. “
    ” OW, yawda Mang Udin masuk ya, periksa,.. ” Wajahnya itu seolah mengatakan, ” Nah gini donk, ini yang gue tunggu,.. “

    Namun Mang Udin begitu terkejut setelah memasuki kamar-ku itu, Adel dan Lili berdiri disebelah kursi yang biasa kupakai untuk main komputer dan browsing DS,. Keduanya tersenyum manja menatap Mang Udin,..
    ” Duduk sini donk Mang,.. ” Goda Adel,.Sementara aku menutup pintu kamar-ku
    ” Keran,.. ” , ” Saya mau benerin keran,.. ” Kata Mang Udin, pura-pura… dasar bandot yang suka pura-pura,..
    ” Tar aja, sini dulu duduk,.. “
    Mang udin seperti kebinggungan, menarik nafas sebelum kemudian melangkah ke arah kursi, dan duduk diatasnya,..

    Mang Udin sekarang duduk di kursi, wajahnya tampak binggung namun juga ada guratan bahagia dalam senyumannya, bagaimana tidak, didepannya berdiri tiga orang gadis cantik yang notabenenya masih mahasiswi dengan hanya handuk yang membebat tubuh kami bertiga,..

    Adel yang memang paling gila diantara kami langsung menggoda mang Udin,..
    ” Mang Udin ya ?? ” goda Adel sambil duduk di paha Mang Udin,..
    Mimik Mang Udin tampak seperti orang yang serba salah, ia mengganguk sambil menjawab dengan gelagapan,..
    ” I…I ya neng, neng siapa ya ?? ” Tanya-nya, tampaknya ia masih malu-malu kucing, padahal biasanya gak tau malu,..
    ” Ah, Mang Udin, ini kan temen aku, kenalin donk,.. ” Goda-ku, sekaligus sebal melihat gaya-nya yang sok alim itu,..
    ” Udin neng,.. ” Sambat Mang Udin, sambil menyalami Adel,..
    ” Adel,.. ” Adel senyum menggoda,..tangannya melepas kancing-kancing baju Mang Udin,..
    ” Mang udin Mang Udin, mang Udin suka ga diginiin ?? ” Goda Adel sambil membelaikan jemarinya di dada Mang Udin,..

    Ekspersi kaget Mang Udin yang gak biasa, benar-benar membuat perut ku melilit menahan tawa, Adel memang benar-benar nekad mengoda Mang Udin seperti ini,..Lili yang sendari tadi tampak grogi langsung tertawa lepas, malah ikut-ikutan menggoda Mang Udin,..
    ” Mang Udin badannya kuat ya,.. ” Bisik Lili tepat di depan telinga Mang Udin
    ” Oh iya donk Dek,.. ” Jawabnya dengan logat Madura,.. sementara ia sedikit menarik wajahnya tak tahan merasakan hembusan nafas Lili di telinganya,..
    ” Buka ya Mang Udin,.. ” Adel hanya pura-pura saja, sementara ia dan Lili sudah memelorotkan celana Mang Udin, hingga penisnya yang lemah itu menggantung.

    Adel dan Lili menahan tawa, sama seperti aku,.. Adel meraih tangan Mang Udin meminta Mang Udin melepaskan handuk-nya, iseng Mang Udin juga langsung melepaskan kaitan handuk Lili,..
    ” Aduh si Mamang,.. ” Lili seperti kaget, melihat keusilan Mang Udin,..
    ” Hehehehe,.. ” Mang Udin membalas dengan cengengesannya,..
    ” Mang udin mau ?? ” Tanya Adel,..menunjuk penis Mang Udin yang masih terkulai lemah
    ” Apa aja mau dech Neng,.. ” Mang Udin cengengesan
    Adel menunduk dan meraih penis itu dengan tangannya, lidahnya dijulurkan keluar, dan tubuh Mang Udin bergetar hebat saat lidah Adel menyentuh penisnya itu,..

    ” Duh Mang Udin, seneng ya ?? ” Ejek-ku,.
    ” Iya donk Non, hehehe,.. ” Seperti yang kuduga, begitu aku mendekat Mang Udin langsung menarik handuk-ku,..
    ” Biar telanjang semua,.. ” Katanya cengengesan,.

    Aku hanya tersenyum saja melihat tingkahnya, sambil tertawa dalam hati menunggu balas dendam-ku beberapa saat lagi,..

    Mang udin mulai berani dan memagut bibir Lili, Lili sendiri awalnya ingin menolak namun tak jadi, ia membiarkan Mang Udin menciumnya sementara Adel lebih sibuk dengan usaha-nya dan memang paling bersemangat untuk membuktikan “Ketidak-perkasaan” mang Udin itu, ia menggunakan lidahnya memainkan penis Mang Udin, sesekali mengulumnya tanpa rasa jijik sedikit pun, memang yang satu ini agak-agak hyperseks,..

    Ia mengulum kepala penis Mang Udin yang nanggung antara keras dan gak itu,.. sementara tangannya sibuk mengocok batang kemaluannya,.. aku membantu Adel dengan memainkan buah zakar Mang Udin, dan aku memang selalu tertarik dengan bentuk puting mang Udin yang selalu mengacung, aku memainkan putingnya yang lucu itu dengan lidah-ku membelai dadanya hingga mulai basah sementara Mang Udin masih sibuk memagut Lili, yang terlihat fine-fine aja menerima ciuman Mang Udin yang benernya gak enak, dan asal-asalan, sementara juga tangan Mang Udin tak membiarkan sepasang buah dada Lili yang menggantung didekatnya itu,…

    Tangannya memainkan buah dada Lili, meremas-remasnya perlahan hingga sedikit kasar, yang membuat Lili sesekali merintih,.. cukup lama juga kami berempat dalam keadaan itu, namun penis Mang Udin tak kunjung berdiri, malah bergetar-getar dan menumpahkan spermanya ke dada Adel,..

    ” Masih kuat Mang ?? ” Tanya Adel,..
    ” Iya Mang Kalo gak kuat jangan dipaksa,.. ” Ejek-ku, dengan nada halus,..
    ” Iya loh Mang nanti impoten,.. ” Kata Lili,
    ” Aduh Neng-neng ini, tenang itu belum apa-apa,..”
    ” Bener nich mang ?? ” Tanya Adel
    ” Bener dech non,.. “
    ” Yawda sini Mang ayo tiduran,.. ” Adel membimbing Mang Udin ke kasur-ku,..

    Adel berdiri sebelum memberikan vaginanya itu tepat diwajah Mang Udin, Mang Udin dengan sigap menggerakan lidahnya membelai vagina Adel itu, lidahnya menyapu-nyapu, sementara aku menggangu Mang Udin dengan membelai-belai dada-nya dengan jemari-ku, sesekali aku menggunakan lidah-ku itu membelai puting-nya itu,..

    Tubuhnya bergetar-getar menerima rangsangan demikian rupa, namun ia juga hanya bisa mendesah-desah tertahan, dan sedang sibuk menggerakan lidahnya di vagina Adel, sesekali Adel mendesah-desah nikmat, memang aku tahu benar kalau itu salah satu keahlian Mang Udin, selain permainan tangannya,.. tapi ya hanya 2 itu yang bagus dari Mang Udin, yang lainnya sich gak, apalagi junior-nya yang gak bisa tegak,..

    ” Ehmmm, Mang Udin,.. ” Adel mendesah-desah, aku sedikit menahan tawa juga melihat ekspresi wajah teman-ku itu,..
    Sementara Lili mulai memainkan penis Mang Udin dengan tangannya, sepertinya ia sangat tertarik dengan penis Mang Udin yang memiliki kepala penis yang disunat, tapi pendek dan lembek seperti itu,.. ia tersenyum-senyum sendiri sambil memainkan penis itu dengan tangannya, sambil sesekali memainkan lidahnya di buah zakar penis itu,..

    ” Mang Udin enak gak ?? ” Tanya Lili,..
    ” Enn-ennak Non,.. lagi,.. ” Jawab Mang Udin disela permainan Lidahnya untuk Adel..
    ” Kalo gitu bikin keras donk,.. ” Lili senyum-senyum terhalang oleh tubuh Adel,.
    Mang Udin sepertinya pura-pura tak mendengar dan meneruskan permainan lidahnya itu,.

    Sementara aku dan Lili sekarang sibuk merangsang penis Mang Udi, sesekali terlihat ingin mengeras namun tak lama kemudian kembali lembek dan terkulai, aku dan Lili hanya senyum-senyum sendiri, melihat lemasnya penis Mang Udin itu, sementara tangan kami berdua saling bergantian memainkan penis Mang Udin mulai dari batangnya hingga buah zakarnya itu,..

    Penis itu tiba-tiba gemetaran, tak lama kemudian tubuh Mang Udin ikut-ikutan menjadi kaku, sementara penisnya mulai menumpahkan cairan kental, aku tertawa-tawa saja melihatnya, demikian juga dengan Lili,..

    ” Mang Udah keluar ya ?? ” Goda-ku,..
    ” Belum Neng, itu sich cuma dikit aja,.. “
    ” OH gitu,.. ” Jawab-ku pura-pura bodoh,..

    ” Mang Udin kuat ya,.. ” Adel pura-pura memuji,.. di sela desahannya,..
    ” Iya donk neng, Udin,.. ” Katanya bangga,..
    ” Adel mau nyobain ya ?? ” Kata Adel lagi, mimik wajah Mang Udin langsung berubah serius, seperti orang yang kebinggungan
    ” Yawda,.. ” Katanya pasrah,.

    Adel merangkak turun, ia menarik penis Mang Udin yang terkulai lemah itu, ia memandang Mang Udin dengan ragu-ragu,..
    ” Ini bisa Mang ?? ” Tanya Adel,..
    ” Tergantung rangsangannya,.. ” Ia mengelak,..
    Adel hanya tersenyum, dan menindih penis itu, dengan tangannya ia membimbing penis itu tepat di mulut vagina-nya, sementara perlahan ia mulai menggerakan tubuhnya membalur penis Mang Udin diantara tangannya dan mulut vaginanya,

    Pasti menarik gaya Adel itu andai penis Mang Udin bisa mengeras, aku dan Lili pun berpindah mencium Mang Udin, namun wajah mang Udin malah seperti orang yang sedang menahan rasa ngilu,..sementara tangan-ku, menarik tangan Mang Udin ke dada-ku, perlahan Mang Udin mulai meremas dada-ku itu, sambil membalas ciuman Lili, tangannya meremas payudara-ku, memainkan puting-ku, hingga aku sedikit mendesah menahan rasa yang diberikan oleh Mang Udin,.

    Melihat reaksi-ku Mang Udin seperti diatas angin, tangannya mulai bergerak turun menuju belahan vagina-ku, merenggangkannya dan menyentuh daerah sensitife-ku itu dengan tangannya,.. merasakan belaian tangannya di titik itu sedikit membuat tubuh-ku merinding, namun aku tak mau ketinggalan mengerjai Mang Udin, aku pun menarik tangannya dari lubang kemaluan-ku itu, bis aku kan gampang banget naik-nya..

    Aku menyodorkan saja dada-ku kemulutnya, Mang Udin melepaskan ciumannya dari Lili, dan memainkan dada-ku itu dengan lidahnya, sentuhan lidahnya yang memainkan puting-ku membuat-ku merinding juga, terlebih sesekali gigitan pelannya itu,.. Namun bukan Mang Udin kalau cepat puas, seolah melupakan rasa sakit yang mimiknya masih terekam jelas diwajahnya itu, tak dapat dari aku, tangan Mang Udin bergerilya ke lubang kewanitaan Lili,.. Lili hanya diam saja, membiarkan tangan Mang Udin bermain disana,..

    Wajah Lili pun mulai berubah, wajahnya yang merona merah, sementara Mang Udin masih cukup dapat membagi konsentrasinya memainkan lidahnya di dada-ku dan tangannya di vagina Lili, sementara Adel makin asyik mengerjai Mang Udin meremas-remas kantung kemaluannya itu sambil terus memainkan penis Mang Udin diantara tangan dan bibir kemaluannya itu,. Membuat Mang Udin tak bertahan lama..

    Tubuh Mang Udin kembali bergetar-getar hebat, ia gemetaran tapi wajahnya seperti orang yang sedang menahan rasa sakit,..Penis Mang Udin kembali mengeluarkan cairan spermanya itu, ia merintih-rintih menahan sakit menghentikan gerakan tangannya di vagina-ku dan vagina Lili, ia seperti orang yang sedang begitu menahan rasa ngilu,.. sementara Adel pun langsung turun, melihat penis Mang Udin yang seperti mengkerut itu, wajah Adel tampak puas mengerjai Mang Udin seperti itu,..

    ” Wah jangan-jangan Mang Udin emang impotent nich,.. ” Aku menyambar kesempatan yang dibuat oleh Adel,..
    ” Eh enak aja, ini kan belum keras aja,. ” Elak Mang Udin,
    ” Tapi ini kan udah ampe keluar lagi Mang,.. ” Tanya Lili, seperti biasa dengan gaya-nya yang polos,..
    ” Ya itu sich sial aja Non,.. ” Kata Mang Udin
    ” Ah yang bener Mang,.. ” Adel mengunakan jarinya menekan-nekan penis Mang Udin yang lemah itu,..
    ” Iya bener Non,.. ” Katanya menahan rasa sakit,..
    ” Kalau gitu aku mainin lagi ya Mang,.. ” Ancam ku, menarik penis Mang Udin, seperti ingin mengocoknya,..
    ” Ampun dech Non ampun,..Iya Mang Udin Impotent ” Kata Mang Udin tak tahan, kalang kabut, penisnya kian layu setelah terpaksa 3 kali memuntahkan spermanya terlebih dengan penisnya yang tak bisa keras itu, kata dia sich sedikit ngilu,.

    ” Nah, Mang Udin mulai sekarang jangan suka iseng-iseng bawa orang luar lagi ya,.. ” Kataku, sambil membelai wajahnya,..
    ” Iya Non, gak lagi suer dech,.. “
    ” Nah Mang Udin juga gak mungkin kan cerita keimpotenaan Mang Udin kesebar,.. ” Kata-ku lagi,..
    ” Iya Non, Mang Udin negrti musti gimana, Janji,.. ” Wajahnya masih ditekuk
    ” Ya kalau gitu Mang Udin mandi dulu sana,.hehehe.. ” Adel mentertawai penis Mang Udin yang sekarang benar-benar terkulai lemah tak berdaya,..
    ” Gak dimandiin Non ?? ” Tanya Mang Udin masih tak tahu malu,..
    ” Tar ya Mang, kalau udah bisa tegak anu-nya,.. ” Lili ikut-ikutan mentertawai Mang Udin yang akhirnya mau mengakui kalau dia Impoten,..

    Dengan wajah yang Diteguk, Mang Udin keluar dari kamar-ku, dan kami bertiga pun tertawa lebar penuh dengan kepuasaan sehabis mengerjai Mang Udin,..

  • Pengalaman Ngewek Vagina Ku Disedot Sampai Jerit – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Pengalaman Ngewek Vagina Ku Disedot Sampai Jerit – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1714 views

    Perawanku – Pada suatu liburan sekolah yang panjang, kami dari sebuah SLTA mengadakan pendakian gunung di Jawa Timur. Rombongan terdiri dari 5 laki-laki dan 5 wanita. Diantara rombongan itu satu guru wanita ( guru biologi) dan satu guru pria ( guru olah raga ). Acara liburan ini sebenarnya amat tidak didukung oleh cuaca. Soalnya, acara kami itu diadakan pada awal musim hujan. Tapi kami tidak sedikitpun gentar menghadapi ancaman cuaca itu.

    Ada yang sedikit mengganjal hati saya, yakni Ibu Guru Anisa ( saya memanggilnya Anisa ) orangnya terkenal galak dan judes itu dan anti cowok ! denger-denger dia itu lesbi. Ada yang bilang dia patah hati dari pacarnya dan kini sok anti cowok. Bu Anis umurnya belum 30 tahun, sarjana, cantik, tinggi, kulit kuning langsat, full press body. Sedangkan teman – teman cewek lainnya terdiri dari cewek-cewek bawel tapi cantik-cantik dan periang, cowoknya, terus terang saja, semuanya bandit asmara ! termasuk pak Martin guru olah raga kami itu.

    Perjalanan menuju puncak gunung, mulai dari kumpul di sekolah hingga tiba di kaki gunung di pos penjagaan I kami lalui dengan riang gembira dan mulus-mulus saja. Seperti biasanya rombongan berangkat menuju ke sasaran melalui jalan setapak. Sampai tengah hari, kami mulai memasuki kawasan yang berhutan lebat dengan satwa liarnya, yang sebagian besar terdiri dari monyet-monyet liar dan galak. Menjelang sore, setelah rombongan istirahat sebentar untuk makan dan minum, kami berangkat lagi.

    Kata pak Martin sebentar lagi sampai ke tujuan. Saking lelahnya, rombongan mulai berkelompok dua-dua. Kebetulan aku berjalan paling belakang menemani si bawel Anisa dan disuruh membawa bawaannya lagi, berat juga sih, sebel pula! Sebentar-sebentar minta istirahat, bahkan sampai 10 menit, lima belas menit, dan dia benar-benar kecapean dan betisnya yang putih itu mulai membengkak.

    Kami berangkat lagi, tapi celaka, rombongan di depan tidak nampak lagi, nah lo ?! Kami kebingungan sekali, bahkan berteriak memanggil-manggil mereka yang berjalan duluan. Tak ada sahutan sedikitpun, yang terdengar hanya raungan monyet-monyet liar, suara burung, bahkan sesekali auman harimau. Anisa sangat ketakutan dengan auman harimau itu. Akhirnya kami terus berjalan menuruti naluri saja. Rasa-rasanya jalan yang kami lalui itu benar, soalnya hanya ada satu jalan setapak yang biasa dilalui orang.

    Sial bagi kami, kabut dengan tiba-tiba turun, udara dingin dan lembab, hari mulai gelap, hujan turun rintik-rintik. Anisa minta istirahat dan berteduh di sebuah pohon sangat besar. Hingga hari gelap kami tersasar dan belum bertemu dengan rombongan di depan. Akhirnya kami memutuskan untuk bermalam di sebuah tepian batu cadas yang sedikit seperti goa.

    Hujan semakin lebat dan kabut tebal sekali, udara menyengat ketulang sumsum dinginnya. Bajuku basah kuyup, demikian juga baju Anisa. Dia menggigil kedinginan. Sekejap saja hari menjadi gelap gulita, dengan tiupan angin kencang yang dingin. Kami tersesat di tengah hutan lebat.

    Tanpa sadar Anisa saking kedinginan dia memeluk aku. “Maaf” katanya. Aku diam saja, bahkan dia minta aku memeluknya erat-erat agar hangat tubuhnya. Pelukan kami semakin erat, seiring dengan kencangnya deras hujan yang dingin. Jika aku tak salah, hampir tiga jam lamanya hujan turun, dan hampir tiga jam kami berpelukan menahan dingin.

    Setelah hujan reda, kami membuka ransel masing-masing. Tujuan utamanya adalah mencari pakaian tebal, sebab jaket kami sudah basah kuyup. Seluruh pakaian bawaan Anisa basah kuyup, aku hanya punya satu jaket parasut di ransel. Anisa minta aku meminjamkan jakaetku. Aku setuju. Tapi apa yag terjadi ? wow…Anisa dalam suasana dingin itu membuka seluruh pakaiannya guna diganti dengan yang agak kering. Mulai dari jaket, T. Shirt nya, BH nya, wah aku melihat seluruh tubuh Anisa. Dia cuek saja, payudaranya nampak samar-samar dalam gelap itu. Tiba-tiba dia memelukku lagi.

    “Dingin banget” katanya. “Terang dingin , habis kamu bugil begini” jawabku.
    “Habis bagaimana? basah semua, tolong pakein aku jeketmu dong ?” pinta Anisa.

    Aku memakaikan jaket parasut itu ketubuh Anisa. Tanganku bersentuhan dengan payudaranya, dan aku berguman

    ” Maaf Nisa ?”
    “Enggak apa-apa ?!”: sahutnya.

    Hatiku jadi enggak karuan, udara yang aku rasakan dingin mendadak jadi hangat, entah apa penyebabnya. Anisa merangkulku, “Dingin” katanya, aku peluk saja dia erat-erat. ” Hangat bu ?” tanyaku ” iya, hangat sekali, yang kenceng dong meluknya ” pintanya. Otomatis aku peluk erat-erat dan semakin erat.
    Aneh bin ajaib, Anisa tampak sudah berkurang merasakan kedinginan malam itu, seperti aku juga. Dia meraba bibirku, aku reflex mencium bibir Anisa. Lalu aku menghindar. “Kenapa?” tanya Anisa

    ” Maaf Nisa ? ” Jawabku.
    ” Tidak apa-apa Rangga, kita dalam suasana seperti ini saling membutuhkan, dengan begini kita saling bernafsu, dengan nafsu itu membangkitkan panas dalam darah kita, dan bisa mengurangi rasa dingin yang menyengat.

    Kembali kami berpelukan, berciuman, hingga tanpa sadar aku memegang payudaranya Anisa yang montok itu, dia diam saja, bahkan seperti meningkat nafsu birahinya. Tangannya secara reflek merogoh celanaku kedalam hingga masuk dan memegang penisku. Kami masih berciuman, tangan Anisa melakukan gerakan seperti mengocok-ngocok ‘Mr. Penny’ku. Tanganku mulai merogoh ‘Ms. Veggy’nya Anisa, astaga ! dia rupanya sudah melepas celana dalamnya sedari …
    tadi.

    Karena remang-remang aku sampai tak melihatnya. ‘Ms. Veggy’nya hangat sekali bagian dalamnya, bulunya lebat.
    Anisa sepontan melepas seluruh pakaiannya, dan meminta aku melepas pula . Aku tanpa basa basi lagi langsung bugil. Kami bergumul diatas semak-semak, kami melakukan hubungan badan ditengah gelap gulita itu. Kami saling ganti posisi, Anisa meminta aku dibawah, dia diatas. Astaga, goyangnya!! Pengalaman banget dia ? kan belum kawin ?

    ” Kamu kuat ya?” bisiknya mesra.
    ” Lumayan sayang ?!” sahutku setengah berbisik.
    ” Biasa main dimana ?” tanyanya
    “Ada apa sayang?” tanyaku kembali.
    ” Akh enggak” jawabnya sambil melepas ‘Ms. Veggy’nya dari ‘Mr. Penny’ku, dan dengan cekatan dia mengisap dan menjilati ‘Mr. Penny’ku tanpa rasa jijik sedikitpun.

    Anisa meminta agar aku mengisap payudaranya, lalu menekan kepalaku dan menuntunnya ke arah ‘Ms. Veggy’nya. Aku jilati ‘Ms. Veggy’ itu tanpa rasa jijik pula. Tiba-tiba saja dia minta senggama lagi, lagi dan lagi, hingga aku ejakulasi.

    Aku sempat bertanya, “Bagaimana jika kamu hamil ?”

    ” Don’t worry !” katanya.

    Dan setelah dia memebersihkan ‘Ms. Veggy’nya dari spermaku, dia merangkul aku lagi. Malam semakin larut, hujan sudah reda, bintang-bintang di langit mulai bersinar. Pada jam 12 tengah malam, bulan nampak bersinar terang benderang. Paras Anisa tampak anggun dan cantik sekali. Kami ngobrol ngalor-ngidul, soal kondom, soal sekolah, soal nasib guru, dsb. Setelah ngobrol sekian jam, tepat pukul 3 malam, Anisa minta bersetubuh denganku lagi, katanya nikmat sekali ‘Mr. Penny’ku. Aku semakin bingung, dari mana dia tahu macam-macam rasa ‘Mr. Penny’, dia kan belum nikah ? tidak punya pacar ? kata orang dia lesbi.

    Aku menuruti permintaan Anisa. Dia menggagahi aku, lalu meminta aku melakukan pemanasan sex (foreplay). Mainan Anisa bukan main hebatnya, segala gaya dia lakukan. Kami tak peduli lagi dengan dinginnya malam, gatalnya semak-semak. Kami bergumul dan bergumul lagi. Anisa meraih tanganku dan menempelkan ke payudaranya. Dia minta agar aku meremas-remas payudaranya, lalu memainkan lubang ‘Ms. Veggy’nya dengan jariku, menjilati sekujur bagian dagu. Tak kalah pula dia mengocok-ngocok ‘Mr. Penny’ku yang sudah sangat tegang itu, lalu dijilatinya, dan dimasukkannya kelubang vaginanya, dan kami saling goyang menggoyang dan hingga kami saling mencapai klimaks kenikmatan, dan terkulai lemas.

    Anisa minta agar aku tak usah lagi menyusul kelompok yang terpisah. Esoknya kami memutuskan untuk berkemah sendiri dan mencari lokasi yang tak akan mungkin dijangkau mereka. Kami mendapatkan tempat ditepi jurang terjal dan ada goa kecilnya, serta ada sungai yang bening, tapi rimbun dan nyaman. Romantis sekali tempat kami itu. Aku dan Anisa layaknya seperti Tarzan dan pacarnya di tengah hutan. Sebab seluruh baju yang kami bawa basah kuyup oleh hujan.

    Anisa hanya memakai selembar selayer yang dililitkan diseputar perut untuk menutupi kemaluannya. Aku telanjang bulat, karena baju kami sedang kami jemur ditepi sungai. Anisa dengan busana yang sangat minim itu membuat aku terangsang terus, demikian pula dia. Dalam hari-hari yang kami lalui kami hanya makan mi instant dan makanan kaleng.

    Tepat sudah tiga hari kami ada ditempat terpencil itu. Hari terakhir, sepanjang hari kami hanya ngobrol dan bermesraan saja. Kami memutuskan esok pagi kami harus pulang. Di hari terakhir itu, kesmpatan kami pakai semaksimal mungkin. Di hari yang cerah itu, Anisa minta aku mandi bersama di sungai yang rimbun tertutup pohon-pohon besar. Kami mandi berendam, berpelukan, lalu bersenggama lagi. Anisa menuntun ‘Mr. Penny’ku masuk ke ‘Ms. Veggy’nya. Dan di menggoyangkan pinggulnya agar aku merasa nikmat. Aku demikian pula, semakin menekan ‘Mr. Penny’ku masuk kedalam ‘Ms. Veggy’nya.

    Di atas batu yang ceper nan besar, Anisa membaringkan diri dengan posisi menantang, dia menguakkan selangkangngannya, ‘Ms. Veggy’nya terbuka lebar, disuruhnya aku menjilati bibir ‘Ms. Veggy’nya hingga klitoris bagian dalam yang ngjendol itu. Dia merasakan nikmat yang luar biasa, lalu disuruhnya aku memasukkan jari tengahku ke dalam lubang ‘Ms. Veggy’nya, dan menekannya dalam-dalam. Mata Anisa merem melek kenikmatan. Tak lama kemudian dia minta aku yang berbaring, ‘Mr. Penny’ku di elus-elus, diciumi, dijilati, lalu diisapnya dengan memainkan lidahnya, Anisa minta agar aku jangan ejakulasi dulu,

    “Tahan ya ?” pintanya. ” Jangan dikeluarin lho ?!” pintanya lagi.

    Lalu dia menghisap ‘Mr. Penny’ku dalam-dalam. Setelah dia enggak tahan, lalu dia naik diatasku dan memasukkan ‘Mr. Penny’ku di ‘Ms. Veggy’nya, wah, goyangnya hebat sekali, akhirnya dia yang kalah duluan. Anisa mencubiti aku, menjambak rambutku, rupanya dia ” keluar”, dan menjerit kenikmatan, lalu aku menyusul yang “keluar” dan oh,,,,oh…oh….muncratlah air maniku dilubang ‘Ms. Veggy’ Anisa.

    “Jahat kamu ?!” kata Anisa seraya menatapku manja dan memukuli aku pelan dan mesra. Aku tersenyum saja. ” Jahat kamu Rangga, aku kalah terus sama kamu ” Ujarnya lagi. Kami sama-sama terkulai lemas diatas batu itu.

    Esoknya kami sudah berangkat dari tempat yang tak akan terlupakan itu. Kami memadu janji, bahwa suatu saat nanti kami akan kembali ke tempat itu. Kami pulang dengan mengambil jalan ke desa terdekat dan pergi ke kota terdekat agar tidak bertemu dengan rombongan yang terpisah itu. Dari kota kecil itu kami pulang ke kota kami dengan menyewa Taxi, sepanjang jalan kami berpelukan terus di dalam Taxi. Tak sedikitpun waktu yang kami sia-siakan. Anisa …
    menciumi pipiku, bibirku, lalu membisikkan kata

    ” Aku suka kamu ” Aku juga membalasnya dengan kalimat mesra yang tak kalah indahnya. Dalam dua jam perjalanan itu, tangan dan jari-jari Anisa tak henti-hentinya merogoh celana dalamku, dan memegangi ‘Mr. Penny’ku. Dia tahu aku ejakulasi di dalam celana, bahkan Anisa tetap mengocok-ngocoknya. Aku terus memeluk dia, pak Supir tak ku ijinkan menoleh kami kebelakang, dia setuju saja. Sudah tiga kali aku ” keluar” karena tangan Anisa selalu memainkan ‘Mr. Penny’ku sepanjang perjalanan di Taxi itu.

    ” Aku lemas sayang ?!” bisikku mesra
    ” Biarin !” Bisiknya mesra sekali. ” Aku suka kok !” Bisiknya lagi.

    Tidak mau ketinggalan aku merogoh celana olah raga yang dipakai Anisa. Astaga, dia tidak pakai celana dalam. Ketika jari-jari tanganku menyolok ‘Ms. Veggy’nya, dia tersenyum, bulunya ku tarik-tarik, dia meringis, dan apa yang terjadi ? astaga lagi, Anisa sudah ‘keluar’ banyak, ‘Ms. Veggy’nya basah oleh semacam lendir, rupanya nafsunya tinggi sekali, becek banget. Tangan kami sama-sama basah oleh cairan kemaluan.

    Ketika sampai di rumah Anisa, aku disuruhnya langsung pulang, enggak enak sama tetangga katanya. Dia menyodorkan uang dua lembar lima puluh ribuan, aku menolaknya, biar aku saja yang membayar Taxi itu. Lalu aku pulang.Hari-hari berikutnya di sekolah, hubunganku dengan Anisa guru biologiku, nampak wajar-wajar saja dari luar. Tapi ada satu temanku yang curiga, demikian para guru. Hari-hari selanjutnya selalu bertemu ditempat-tempat khusus seperti hotel diluar kota, di pantai, bahkan pernah dalam suatu liburan kami ke Bali selama 12 hari.

    Ketika aku sudah menyelesaikan studiku di SLTA, Anisa minta agar aku tak melupakan kenangan yang pernah kami ukir. Aku diajaknya ke sebuah Hotel disebuah kota, yah seperti perpisahan. Karena aku harus melanjutkan kuliah di Australia, menyusul kakakku. Alangkah sedihnya Anisa malam itu, dia nampak cantik, lembut dan mesra. Tak rela rasanya aku kehilangan Anisa. Kujelaskan semuanya, walau kita beda usia yang cukup mencolok, tapi aku mau menikah dengannya.

    Anisa memberikan cincin bermata berlian yang dipakainya kepada aku. Aku memberikan kalung emas bermata zamrud kepada Anisa. Cincin Anisa hanya mampu melingkar di kelingkingku, kalungku langsung dipakainya, setelah dikecupinya. Anisa berencana berhenti menjadi guru, “sakit rasanya” ujarnya kalau terus menjadi guru, karena kehilangan aku. Anisa akan melanjutkan S2 nya di USA, karena keluarganya ada disana. Setelah itu kami berpisah hingga sekian tahun, tanpa kontak lagi.

    Pada suatu saat, ada surat undangan pernikahan datang ke Apartemenku, datangnya dari Dra. Anisa Maharani, MSC. Rupanya benar dia menyelesaikan S2 nya.Aku terbang ke Jakarta, karena resepsi itu diadakan di Jakarta disebuah hotel bintang lima. Aku datang bersama kakakku Rina dan Papa. Di pesta itu, ketika aku datang, Anisa tak tahan menahan emosinya, dia menghampiriku ditengah kerumunan orang banya itu dan memelukku erat-erat, lalu menangis sejadi-jadinya.

    “Aku rindu kamu Rangga kekasihku, aku sayang kamu, sekian tahun aku kehilangan kamu, andai saja laki-laki disampingku dipelaminan itu adalah kamu, alangkah bahagianya aku ” Kata Anisa lirih dan pelan sambil memelukku.

    Kamu jadi perhatian para hadirin, Rina dan Papa saling tatap kebingungan. Ku usap airmata tulus Anisa. Kujelaskan aku sudah selesai S1 dan akan melanjutkan S2 di USA, dan aku berjanji akan membangun laboratorium yang kuberi nama Laboratorium “Anisa”. Dia setuju dan masih menenteskan air mata.

    Setelah aku diperkenalkan dengan suaminya, aku minta pamit untuk pulang, akupun tak tahan dengan suasana yang mengharukan ini. Setelah lima tahun tak ada khabar lagi dari dia, aku sudah menikah dan punya anak wanita yang kuberi nama Anisa Maharani, persis nama Anisa. Ku kabari Anisa dan dia datang kerumahku di Bandung, dia juga membawa putranya yang diberi nama Rangga, cuma Rangga berbeda usia tiga tahun dengan Anisa putriku. Aku masih merasakan getaran-getaran aneh di hatiku, tatapan Anisa masih menantang dan panas, senyumnya masih menggoda. Kami sepakat untuk menjodohkan anak kami kelak, jika Tuhan mengijinkannya.

  • Cerita Ngentot Selingan Ranjangku Part 7 – Cerita Sex Dewasa  Terbaru 2018

    Cerita Ngentot Selingan Ranjangku Part 7 – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018


    1712 views

    Perawanku – masih flashback

    Setelah kejadian aku memberikan foto seksi-ku kepada Gerry, kami semakin berani melakukan hal yg seharusnya tidak kami lakukan, misalnya yg terakhir kami lakukan adalah kami berciuman dan saling raba walau masih ada pakaian yg menghalangi kami, tapi setidaknya membuat kami sangat bernafsu. selain itu, aku juga sudah memegang kontol Gerry yang sedang tegang. ini kami lakukan saat perjalanan menuju kampus maupun dari kampus.

    aku paham ini sudah melewati batas kewajaran, selain itu aku tau berarti Gerry berselingkuh denganku, dia berselingkuh yang sudah diluar batas pemberian maaf. aku sebenarnya merasa bersalah pada pacar Gerry, namun setelah melakukan saling raba, aku bisa sangat bernafsu dan menuntaskan nafsuku melalui masturbasi. aku juga semakin berani berselfie menunjukkan bagian tubuhku pada Gerry, begitupula dengan dia.

    hubungan kelewat batas ini, kami simpan rapat-rapat, bahkan sahabatku yg lain juga tak mengetahui dengan hubungan ini, intinya saat bersama, jangan melakukan yg tidak wajar. mungkin hubunganku dengan Gerry, bisa disebut dengan ‘friend with benefit’. walau tak berhubungan badan, namun bisa saling memuaskan.
    “Gerry, walau kita melakukan yg diluar batas, mohon hargai aku ya, tolong jaga keperawananku”, mintaku pada Gerry, saat aku diantar pulang olehnya.
    “iya, Bell, janji aku gak akan melebihi batas, bisa beginian dengan kamu aja seneng banget”, terang Gerry padaku.
    “makasih Gerr”, balasku singkat yang sedikit lega mendengar kalau dia tak mengincar perawanku.

    namun walau begitu, hubunganku dengan Gerry menjadi lebih berani, entah bagaimana SSI dia hingga aku terbius dan mengikuti keinginan dia. yaitu check in di hotel, berciuman dan saling raba dengan telanjang, awalnya aku tak yakin, namun dia berhasil meyakinkanku jika kami tidak akan bersetubuh atau dia memasukkan kontolnya pada tubuhku. dan benar saja, hingga selesai dia sama sekali tak ada niatan memasukkan kontolnya pada tubuhku. yg kami lakukan hanyalah saling cium, raba dan memuaskan dengan telanjang.

    pada check in pertama kami, aku perdana melakukan blowjob dan memekku dijilatin oleh lelaki yg membuatku terbang hingga surga langit ketujuh, selain itu pertama kali aku telanjang tanpa sehelai benangpun di depan lelaki. ada rasa takut dan bangga, takut karena jika pasangan ngamarku tak mampu menahan nafsunya dan memperkosaku memasukkan kontolnya pada vaginaku. tapi ada rasa bangga karena Gerry benar-benar melongo saat aku telanjang didepannya, kontol dia langsung ngaceng keras banget. pada hari itu, wajahku pertama disembur sperma oleh lelaki, dan badanku di mandiin pejuh dia. selain itu, pertama aku dibuatnya orgasme dengan lidah dan jarinya. ditambah aku bisa membuatnya orgasme dengan mulutku. intinya pada waktu itu serba pertama bagiku. entah berapa kali aku orgasme dan dia mengeluarkan pejuhnya ke tubuhku.

    setelah check in pertama, akhirnya kami ketagihan untuk melakukan terus dan terus, hingga mungkin sudah hampir 8x kami bermain nakal. hebatnya, Gerry masih menjaga hubungan baik dengan Mauren, pacarnya. entah bagaimana caranya aku jg tak tau, tak tanya juga. aku sungguh terkesan dengan cara dia, saat aku mendekatkan vaginaku pada kontolnya untuk bersentuhan, dia selalu menolak dan mengingatkanku kalau nanti kita gak kuat dan masuk, jadi rasanya walau begitu, aku merasa aman walau telanjang bulat didepannya, aku bisa bernapas lega untuk menjaga perawanku.

    *
    obrolan bersama sepupu.

    siang itu kami berempat, yg terdiri dari semua saudara perempuanku yg usianya kira-kira hampir sama. hanya Sarah yg berusia paling tua yaitu 24, dia sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan dengan seorang cowok yang juga keturunan arab. selain aku dan Sarah, ada juga Mallika dan Azizah.

    agenda makan siang ini kami lakukan di salah satu kedai makanan di dalam mall di kota kami. kami berempat memang sangat dekat sejak usia kami masih kecil, selain itu kami juga sering bertemu dan ngobrol, sudah tidak ada hal yg disembunyikan, terkadang ngobrol yg kurang senonoh pun kami santai.
    “aku pesen mi ayam kuah aja deh”, ujar Azizah yg termuda, yaitu satu semester dibawahku.
    “aku bakso urat aja deh”, ujar Sarah.
    “haha Sarah sukanya yg berurat yah”, balas Mallika.
    “haha iya dong yang berurat lebih berasa”, balas Sarah genit sambil menggigit bibirnya.
    setelah pesan dan makanan kami datang, dilanjut dengan nongkrong di tempat yang sama, obrolan mulai persiapan pernikahan Sarah dan membahas yang lainnya, hingga kami tiba pada obrolan nakal.

    “wihh, ada unta ganteng tuh”, ujar Mallika sambil melirik pada cowok arab yang baru saja duduk di meja sebelah kami. cowok arab sering disebut dengan unta.
    “haha gede tuh kelihatannya haha beda dengan jawa”, ujar Azizah santai.
    “haha iyalah, enakan sama arab haha lebih kerasa”, ujar Sarah.
    akupun masih roaming, apa mereka melepas perawannya untuk merasakan nikmatnya kontol cowok.
    “hmm emang ngerasainnya gimana, kan kita gak boleh gituan sebelum nikah, ntar dikembaliin ke keluarga kita lagi”, ujarku polos yang lalu dipandangi oleh saudaraku sedikit shock.
    “laah kan bisa selain yg depan”, jelas Mallika dengan berbisik.
    “kan bisa juga to Bell, mulut atau belakang hihi”, terang Azizah, disertain dengan tawa dari Sarah.
    “haah belakang, maksudmu anus hmm pantat?”, tanyaku dengan penuh penasaran.
    “ealah Bella cupu haha kupikir kumpul dengan kita dia paham juga, ternyata haha, kan kita ML depan gak dibolehin, makanya mainnya dibelakang, bagi orang kita mah biasa kali Bell”, terang Sarah.
    “huuuu cupu ah lu Bell, udah pernah nyepong belum?”, tanya Azizah padaku.
    “aku malah baru tau haha, nyepong udah, petting juga udah”, balasku dengan santai, “hmm jangan-jangan kalian udah pernah main belakang”, lanjutku tanya pada mereka.
    “ealah Bell, Bell, kok baru tanya sekarang haha dasar ah cupu ah Bella”, kembali aku diejek oleh Mallika.
    “kan kecil lubangnya, emang gak sakit ya, atau malah enak”, tanyaku pada mereka.
    “hmm enak banget, malah katanya Dzakia lebih enak main belakang daripada depan, katanya depan cuma buat anak doang”, terang Sarah melanjutkan cerita dari Dzakia, Dzakia merupakan saudara sepupu kami yg sudah menikah dan sudah memiliki anak.
    “hmmmm menarik nampaknya hihi”, balasku genit pada mereka.
    “ihh Bella ketinggalan, masa kalah sama Azizah”, terang Mallika.
    lalu kami melanjutkan obrolan mengenai main pantat bersama saudaraku, mereka saling menceritakan pengalamannya. mereka juga turut bercerita kalau cowok unta menerima jika calon istrinya pernah di anal seks, karena si unta juga pernah seks anal dengan cewek, yg terpenting vaginanya masih perawan. selain itu, mereka jg mengingatkan untuk tidak terlalu banyak anal seks, hanya untuk saat kepingin banget aja.

    setibanya dirumah, menjalang tidur aku sungguh penasaran dengan cerita yg sepupuku ceritakan, memang sih aku pernah mendengar kalau orang arab jika ngentot sebelum nikah, yg dikentot adalah anal. namun pada waktu aku ngamar dengan Gerry aku tak yakin dengan kebenaran itu, setelah mendengar cerita dari sepepuku, setidaknya aku sedikit yakin dan selain itu mereka memberi tips caranya biar nyaman. yaitu pakai kondom dan pakai pelicin yg banyak.

    Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018

    *
    check in dengan Gerry yg kesekian kalinya.

    Check in biasanya kami lakukan pada saat pulang kuliah yg selesai pagi. pada hari ini kuliah selesai jam 10 siang, untuk menghindari kecurigaan dari teman-teman, kami berjalan menggunakan mobil masing-masing, dan menuju ke apartement yg biasa kami sewa. apartment ini menyediakan layanan persewaan jam-jam.an. setelah parkir di basement, Gerry menuju resiptionis untuk mengurus kamar, dan aku menunggu di depan lift. setelah mendapat kunci kamar, lalu kami berdua menuju kamar yg kami pesan.

    rasanya deg-deg.an sekali, mengingat aku memiliki rencana untuk bersetubuh dengan Gerry melalui anal seks. aku tak memberi tahunya, agar menjadi surpise untuknya, aku sangat yakin dia membawa kondom di dompetnya, lalu aku diam-diam membawa durex pelicin untuk melancarkan proses masuknya kontol pada tubuhku. oohhh Bella, kenapa aku nakal sekali…

    setelah pintu kamar apartment dibuka, Gerry langsung menyerangku.
    “aahhhh Bell, aku udah horny banget bayangin kamu”, ujar dia sambil memelukku dan menciumi leherku yg masih tertutup kerudung.
    “gak usah dibayangin kan aku udah didepanmu”, desahku sambil dia menggiringku ke arah kasur.
    dengan cepat dia menarik dan melepas seluruh pakaianku hingga tidak ada yg tersisa, puting susuku sudah mengencang dan rasanya memekku sudah sangat basah, bahkan kami sedikitpun belum berciuman maupun saling cium badan kami. dia lalu turut melepas semua pakaiannya hingga sekarang sama-sama telanjang bulat.
    lalu seperti biasa dia langsung melahap memekku tanpa ampun, dia bertulut di lantai sedangkan aku membuka pahaku lebar-lebar di ujung kasur. dengan lihai dia memainkan lidahnya untuk menstimuli vaginaku.
    “awwwhhh Gerry awhhhh enak banget”, desahku saat Gerry sedang menikmat vaginaku.
    “sluurrpp sluuuurrppp sluuuurrrppp ahhhhh sluuurrpppp”
    “creeek creekk creeekk creeekk creeekk”
    “eehhhmmmm ooohhh Gerry ahhhhhh teruuus Gerry”
    aku mendesah keenakan sambil tanganku memegangi kepala Gerry. dia sungguh lihai memainkan lidahnya dan terus memberiku rangsangan tiada henti. vaginaku sudah tidak lagi becek mungkin sudah menjadi danau akibat dari permainan Gerry.

    aku sudah gak kuat menahan lagi betapa enaknya permainan dia, namun aku tak ingin orgasme secepat ini.
    “Gerry, udah…ke kamar mandi yuk”, ajakku, lalu dia dengan sigap berdiri dan membantuku berdiri. lalu aku menggandeng tangannya untuk ku ajak ke dalam kamar mandi, sambil aku meraih tas tanganku. di dalam kamar mandi ini terdapat kaca yg besar, untuk melihat wajah sendiri saat keenakan, “kamu bawa kondom kan”, ujarku sambil membelai dadanya.
    “haahh, mau ngapain ini Bell, jangan kelewatan lho”, ujar dia khawatir.
    “udah, diambil dulu sana”, balasku, lalu dia berjalan keluar untuk mengambil kondomnya. aku didepan kaca hanya berdiri dan berkaca sambil tersenyum.
    “gila, kamu cantik banget ya”, puji dia.
    “makasih Gerry, kamu udah pernah anal seks?”, tanyaku.
    “belom, Bell”, balas dia datar sambil memelukku dari belakang.
    “anal seks yuk”, ajakku genit padanya.
    “serius Bell, gapapa nih?”, tanya dia meyakinkan.
    “hehe asal jangan colok yg vagina yah”, pintaku.
    lalu dia sibuk dengan memasang kondom dan aku memberikan pelicin untuk memuluskan jalannya kontol masuk ke dalam anusku. lantas dia sibuk mengarahkan posisiku agar mudah untuk dicolokkan.
    “Bell, kamu kurang tinggi nih, pakai sepatu wedgesmu dong biar tinggian”, minta dia, dan lalu dia keluar kamar mandi sebentar untuk mengambilkan sepatuku yg langsung aku pakai, “nah ini pas”, lanjut dia.

    “awwwwwww”, teriakku saat ada benda tumpul, keras dan dingin mengenai lubang pantatku.
    “ahhhhhh kecil banget lubangnya Bell”, ujar Gerry.
    “gapapa Gerr, di dorong aja yg lebih kenceng”, mintaku, yg lalu dia berusaha sangat keras untuk masuk.
    dengan perlahan anusku sudah mulai membuka dan aku hanya terdiam menikmati sodokan itu.
    “awwwhhh awhhhh hossh hoosssh hossshh, Bell, kepalanya bisa masuk dikit”, terang dia dengan nafas yg berburu.
    aku tak membalas namun terlihat dengan jelas didepan kaca aku sedang memejamkan mata dan mulutku mengangga, merasakan dengan seksama enaknya ngeseks.
    “awwwhh Bella, enak banget Bella, aaaaaahhhh”, desahan Gerry saat dia berusaha mendorong masuk secara perlahan.
    “hooosshh hooossshhh hooosshhh hooossshhh Bella, udah masuk Bella”, ujar dia menyaksikan kontolnya yg masuk secara utuh didalam tubuhku. rasanya pantatku penuh dan berdenyut.
    lalu Gerry mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur, sedangkan aku masih memejamkan mata dan kadang tersenyum menikmati. Gerry mendekatkan kepalanya pada leherku sambil menciumi leherku.
    “ahh enak banget Bell, ahh Bella ahh ahh Bella ahh Ahhh Bella ahhh”, desah dia sambil terus memompaku.
    “iya Gerr enak banget, bertahan yg lama ya Gerr, aku pengen diginiin yg lama”, pintaku tanpa malu-malu.
    “iya Bell”, ujar dia sambil terus memompaku. aku melihat diriku didepan kaca, tak ada rasa penyesalan, namun entah kenapa aku justru tersenyum dan bahagia digauli oleh lelaki yg belum tentu bakal menjadi suamiku. sudah tak tau berapa sodokan yg diberikan Gerry padaku.

    Cerita Ngentot Selingan Ranjangku Part 7

    “Gerr, pindah posisi dong, capek berdiri terus”, ujarku sambil tersenyum kearah dia.
    “aku belum pernah anal seks, Bell, posisinya gimana?”, balik dia bertanya padaku, “hmm doggy aja yuk dikasur”, ajak dia.
    lalu kami berdua berjalan menuju kasur untuk melanjutkan ngentotnya.
    “awwwwwwwwwww”, desahku panjang setelah memposisikan diri dan Gerry berlanjut memasukkan kontolnya ke dalam anusku.
    dia kembali memajumundurkan pinggulnya, tiada desahan yg keluar dari mulutku, rasanya terlalu indah untuk hanya menjadi desahan, aku memilih diam da menikmatinya. Gerry juga terdiam sambil tangannya kadang nakal memainkan payudaraku.
    “ahhh ini enak banget yaampun Bell”, desah Gerry sambil menatap langit-langit. aku terus nungging dengan masih menggunakan wedgesku.
    dia ngentotin aku dengan sangat pelan namun keras, nampaknya dia berhati-hati agar tak menyakitiku. aku tetep terus menghayati sodokan dia.
    PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
    PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK
    PLOK PLOK PLOK PLOK
    “Gerry, enak banget sih Gerr, ahhh ahhh ahhh hmmmm”
    “iya Bell, gak nyangka anal seks seenak ini”
    Gerry memegangi pinggulku, aku bisa membayangkan bagaimana wajah dia saat keenakan gini. anusku rasanya kedutan dan nampaknya aku seperti akan orgasme setelah hampir beberapa waktu aku digauli oleh Gerry.
    “terus Gerr, nampaknya aku mau orgasme ahh ahh ahhh”, ujarku, dia tidak membalas ucapanku namun dia semakin meningkatkan ritme kentotannya. saat menjelang orgasme, otot kontol dia semakin berasa pada dinding anusku.
    secara perlahan namun pasti, sangat terasa perubahan pada tubuhku yang belum pernah aku rasakan sebelumnya, kedua kakiku berasa sangat lemas, namun ototku menggeras, mataku semakin merem melek, mulutku mengangga dan seluruh tubuhku mulai akan bergetar.
    “AKKKKKKKKK AWWWKKKKKK ARRGGGHHHHHH AWWWHHHKKK”, bukan desahan yg keluar dari mulutku, namun seperti kerasukan yg keenakan, badanku menggejang hebat, Gerry memegangi pinggulku dengan erat, dia memberhentikan sodokannya serta mencabutnya dan menyaksikan apa yg terjadi padaku. kurang lebih 16 detik aku bergetar keenakan.
    “Gerr ahaha enak banget, thankyou yaaa”, ujarku spontan pada Gerry setelah orgasmeku usai, diiringi dengan dia mendekatkan dirinya lalu memelukku dan mencium bibirku.

    lantas aku meminta untuk istirahat sebentar, aku berdiri mengambil minum dan berbaring dikasur. menyaksikan Gerry yang terus ngocok kontolnya untuk menjaga ketegangan gumpalan daging dia.
    “nampaknya kamu udah capek ya Bell”, tanya Gerry padaku yg lagi berbaring diatas kasur.
    “hehe lumayan”, balasku singkat sambil berwajah genit.
    “hmm kalau gitu di sepong aja Bell sampai keluar, tapi……”, ujar Gerry.
    “tapi apaan Gerr? ehmmm bersihin dulu kontolmu dari kondom dan cairan itu”, ujarku sambil menunjuk kontol Gerry.
    “hmm aku pengen di sepong pas kamu pakai baju dan jilbab, Bell”, ujarnya.
    “hmm oke, tapi itu bershin dulu”, ujarku, lalu Gerry langsung berjalan ke kamar mandi, sedangkan aku memunguti semua pakaianku dan mengenakannya termasuk jilbabku sesuai permintaan Gerry.

    lalu di keluar dari kamar mandi dengan kontol yg tegang dan berdiri tepat di depanku, tanpa disuru aku langsung bertulut di depannya dan memasukkan kontolnya yg berukuran sekitar 13cm-an ke dalam mulut mungilku.
    “awwwhhhhhhh Bellaaaaaaaahhhh”, desah panjang dia saat aku mulai mengulum kontolnya.
    aku permainkan lidahku saat kontol itu berada di dalam mulutku, mulai dari ujung kepala hingga badannya, tak ada jengkal yg terlewati. dia hanya menatap ke langit-langit keenakan sambil memegangi kepalaku. aku bergerak maju dan mundur tanpa henti sambil Gerry terus mendesah.
    “shhhhh awwhhh enak banget sih Bell seponganmu sshhh awwhhhhh”.
    “sama Mauren enakan mana?”, ujarku genit padanya.
    dia tak menjawab namun terus mendesah keenakan, aku percepat gerakanku dia semakin meronta.
    “awwwhhhh auuuuuuuuu yaampuuuuun ini enak bangeeet Bellaaaaa”
    “awwwoooohhhh awwuuuuhhhhh aooohhhh”
    beberapa saat kemudian dia mencengkram kepalaku cukup keras.
    “Bella Bella ahhh aku udah deket, aku pengen ngeluarin di wajahmu Bella”, ujar dia sambil berusaha menahan dan meronta.
    “hmmm jangan kena jilbab Gerr, aku gak bawa cadangan”, ujarku sambil mengeluarkan kontolnya.
    lalu dia mengocok kontolnya sendiri tepat diatas wajahku, ku lirik dia memandangiku sambil ngocok kontolnya.
    “ahhh Bella ahhh Bella aku keluaaar ahhhhh Bellaaa ahhhhh ahhhh ahhhh”, desah panjang dia diiringi dengan semburan kental dan putih jatuh tepat di jidat, pipi, beberapa mengenai alisku dan sedikit pengenai bibirku.
    “maygad Bella, kamu cantik banget ada pejuhku haha”, ujarnya puas.
    “fotoin dong Gerr, pakai HP ku aja”, ujarku sambil menyuruh dia mengambil HPku di meja sebelah kasur dan beberapa kali dia menjepret wajahku dari berbagai angle.
    lalu aku mulai membersihkan pejuh ini menggunakan tisue yg diberikan Gerry.
    “aku kirim ke HP ku ya Bell fotonya”, ujarnya sambil memainkan HPku.
    “jangan, kalau mau lihat di HPku aja”, ujarku sambil menyimpan di folder hidden yg tak mungkin orang lain mengetahuinya.

    akhirnya kamipun menyelesaikan kencan anal seks perdanaku. kami berdua berjalan menuju parkiran dan pulang kerumah masing-masing. saat duduk di kursi mobil, rasanya pantatku nyeri, tapi kata sepupuku itu hanya sesaat karena baru pertama. jadi tak begitu aku pikir. tak ada penyesalan dan kecewa setalah melakukan itu, aku cukup puas dengan perlakukan Gerry.

    setelah kejadian itu, aku dan Gerry melakukannya untuk beberapa kali lagi hingga akhirnya kami berdua memutuskan untuk stop selamanya. keputusan itu karena Gerry sudah cukup berselingkuhnya dan tak ingin bawa perasaan. sedangkan aku, sejak awal aku hanya ingin tau rasanya bercinta, aku juga tak ingin kelewatan. karena pada akhirnya aku sendiri yg merugi karena badanku yg digunakan. cewek ibarat mesin, kalau sering digunakan juga akan turun mesin yg mengakibatkan harga jual turun. sedangkan cowok ibarat supir, semakin banyak nyetir, semakin lihai dia.

    bagaimana dengan Gerry, setelah hubungan itu kami masih biasa tak ada yg aneh, namun setelah aku jadian dengan mas Heri pada semester 5. aku dengar-dengar Gerry menghamili Devi, anak fakultas ilmu alam yg juga saling berselingkuh. jadi Devi punya pacar, Gerry punya Mauren, mereka berdua saling selingkuh dan hamil. Gerry sempat menolak kalau itu anaknya, namun Devi memastikan kalau pacar Devi belum pernah menyetubuhinya selama pacaran 2,5 tahun. lalu mereka menikah yg hanya dihadiri keluarga. lantas kami tak pernah bertemu. hmmm selingkuh yg kelewatan.

    *
    kembali pada masa sekarang.

    setelah selesai dengan mandiku, aku duduk di depan kaca meja riasku sambil masih membayangkan apa yg pernah aku lakukan saat masa kuliah dulu. kadang ada rasa kangen ingin melakukan seperti itu lagi, namun menyadari kontol mas Heri terlampau besar untuk melakukan anal seks. malam pertamaku dengan mas Heri memang aku malu-malu selain karena sudah lama tidak bermain nakal, selain itu dia orang yg sah untuk meniduriku, jadi rasanya aneh jika aku menunjukkan liarku pada malam pertama. walau begitu, mas Heri sudah melihat langsung liarku diatas ranjang walau pada akhir berhubungan melalui vagina kurang nikmat. tapi entah kenapa, aku kurang menikmati berhubungan dengan suamiku, sebenarnya ukuran kontolnya adalah idaman para wanita. aku lebih menikmati berhubungan pantat dengan ukuran penis yg sedang. memang benar kata saudaraku Dzakia bahwa main pantat lebih greget. mungkin suatu saat aku akan merayu mas Heri untuk main pantat jika aku siap disodok dengan rudalnya yg sebesar lenganku.

    namun secara keseluruhan aku cukup bahagia sebagai istri mas Heri, dia sangat tanggungjawab dan bapak yg sangat layak bagi kedua anakku. terkait hubungan ranjangku, biarkan itu masalah antara aku dan mas Heri yg selesaikan, aku tak ingin kubawa hingga urusan rumah tangga secara keseluruhan. seperti yg pernah aku sebutkan bahwa seks hanyalah bumbu keharmonisan rumah tangga.

  • Cerita Sange Ku Intip Bibiku Ketika Tidur Pulas – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sange Ku Intip Bibiku Ketika Tidur Pulas – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1710 views

    Perawanku – Kulihat bibi tidur tidak berselimut, karena biarpun kamar bibi memakai AC, tapi kelihatan AC-nya diatur agar tidak terlalu dingin. Posisi tidur bibi telentang dan bibi hanya memakai baju daster merah muda yang tipis.

    Dasternya sudah terangkat sampai di atas perut, sehingga terlihat CD mini yang dikenakannya berwarna putih tipis, sehingga terlihat belahan kemaluan bibi yang ditutupi oleh rambut hitam halus kecoklat-coklatan.

    Buah dada bibi yang tidak terlalu besar tapi padat itu terlihat samar-samar di balik dasternya yang tipis, naik turun dengan teratur.Walaupun dalam posisi telentang, tapi buah dada bibi terlihat mencuat ke atas dengan putingnya yang coklat muda kecil. Melihat pemandangan yang menggairahkan itu aku benar-benar terangsang hebat.

    Dengan cepat kemaluanku langsung bereaksi menjadi keras dan berdiri dengan gagahnya, siap tempur. Perlahan-lahan kuberjongkok di samping tempat tidur dan tanganku secara hati-hati kuletakkan dengan lembut pada belahan kemaluan bibi yang mungil itu yang masih ditutupi dengan CD.

    Perlahan-lahan tanganku mulai mengelus-elus kemaluan bibi dan juga bagian paha atasnya yang benar-benar licin putih mulus dan sangat merangsang.Terlihat bibi agak bergeliat dan mulutnya agak tersenyum, mungkin bibi sedang mimpi, sedang becinta dengan paman. Aku melakukan kegiatanku dengan hati-hati takut bibi terbangun.

    Perlahan-lahan kulihat bagian CD bibi yang menutupi kemaluannya mulai terlihat basah, rupanya bibi sudah mulai terangsang juga. Dari mulutnya terdengar suara mendesis perlahan dan badannya menggeliat-geliat perlahan-lahan. Aku makin tersangsang melihat pemandangan itu.Cepat-cepat kubuka semua baju dan CD-ku, sehingga sekarang aku bertelanjang bulat. Penisku yang 19 cm itu telah berdiri kencang menganguk-angguk mencari mangsa.

    Dan aku membelai-belai buah dadanya, dia masih tetap tertidur saja. Aku tahu bahwa puting dan klitoris bibiku tempat paling suka dicumbui, aku tahu hal tersebut dari film-film bibiku. Lalu tanganku yang satu mulai gerilya di daerah vaginanya. Kemudian perlahan-lahan aku menggunting CD mini bibi dengan gunting yang terdapat di sisi tempat tidur bibi.Sekarang kemaluan bibi terpampang dengan jelas tanpa ada penutup lagi.

    Perlahan-lahan kedua kaki bibi kutarik melebar, sehingga kedua pahanya terpentang. Dengan hati-hati aku naik ke atas tempat tidur dan bercongkok di atas bibi. Kedua lututku melebar di samping pinggul bibi dan kuatur sedemikian rupa supaya tidak menyentuh pinggul bibi. Tangan kananku menekan pada kasur tempat tidur, tepat di samping tangan bibi, sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah merangkak di atas bibi.Tangan kiriku memegang batang penisku. Perlahan-lahan kepala penisku kuletakkan pada belahan bibir kemaluan bibi yang telah basah itu. Kepala penisku yang besar itu kugosok-gosok dengan hati-hati pada bibir kemaluan bibi.

    Terdengar suara erangan perlahan dari mulut bibi dan badannya agak mengeliat, tapi matanya tetap tertutup. Akhirnya kutekan perlahan-lahan kepala kemaluanku membelah bibir kemaluan bibi.Sekarang kepala kemaluanku terjepit di antara bibir kemaluan bibi. Dari mulut bibi tetap terdengar suara mendesis perlahan, akan tetapi badannya kelihatan mulai gelisah. Aku tidak mau mengambil resiko, sebelum bibi sadar, aku sudah harus menaklukan kemaluan bibi dengan menempatkan posisi penisku di dalam lubang vagina bibi.

    Sebab itu segera kupastikan letak penisku agar tegak lurus pada kemaluan bibi. Dengan bantuan tangan kiriku yang terus membimbing penisku, kutekan perlahan-lahan tapi pasti pinggulku ke bawah, sehingga kepala penisku mulai menerobos ke dalam lubang kemaluan bibi.Kelihatan sejenak kedua paha bibi bergerak melebar, seakan-akan menampung desakan penisku ke dalam lubang kemaluanku.

    Badannya tiba-tiba bergetar menggeliat dan kedua matanya mendadak terbuka, terbelalak bingung, memandangku yang sedang bertumpu di atasnya. Mulutnya terbuka seakan-akan siap untuk berteriak. Dengan cepat tangan kiriku yang sedang memegang penisku kulepaskan dan buru-buru kudekap mulut bibi agar jangan berteriak.

    Karena gerakanku yang tiba-tiba itu, posisi berat badanku tidak dapat kujaga lagi, akibatnya seluruh berat pantatku langsung menekan ke bawah, sehingga tidak dapat dicegah lagi penisku menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan bibi dengan cepat.Badan bibi tersentak ke atas dan kedua pahanya mencoba untuk dirapatkan, sedangkan kedua tangannya otomatis mendorong ke atas, menolak dadaku. Dari mulutnya keluar suara jeritan, tapi tertahan oleh bekapan tangan kiriku.”Aauuhhmm.. aauuhhmm.. hhmm..!” desahnya tidak jelas.

    Kemudian badannya mengeliat-geliat dengan hebat, kelihatan bibi sangat kaget dan mungkin juga kesakitan akibat penisku yang besar menerobos masuk ke dalam kemaluannya dengan tiba-tiba.Meskipun bibi merontak-rontak, akan tetapi bagian pinggulnya tidak dapat bergeser karena tertekan oleh pinggulku dengan rapat.

    Karena gerakan-gerakan bibi dengan kedua kaki bibi yang meronta-ronta itu, penisku yang telah terbenam di dalam vagina bibi terasa dipelintir-pelintir dan seakan-akan dipijit-pijit oleh otot-otot dalam vagina bibi. Hal ini menimbulkan kenikmatan yang sukar dilukiskan.Karena sudah kepalang tanggung, maka tangan kananku yang tadinya bertumpu pada tempat tidur kulepaskan. Sekarang seluruh badanku menekan dengan rapat ke atas badan bibi, kepalaku kuletakkan di samping kepala bibi sambil berbisik kekuping bibi.

    “Bii.., bii.., ini aku Eric. Tenang bii.., sshheett.., shhett..!” bisikku.

    Bibi masih mencoba melepaskan diri, tapi tidak kuasa karena badannya yang mungil itu teperangkap di bawah tubuhku. Sambil tetap mendekap mulut bibi, aku menjilat-jilat kuping bibi dan pinggulku secara perlahan-lahan mulai kugerakkan naik turun dengan teratur.Perlahan-lahan badan bibi yang tadinya tegang mulai melemah.Kubisikan lagi ke kuping bibi,

    “Bii.., tanganku akan kulepaskan dari mulut bibi, asal bibi janji jangan berteriak yaa..?”Perlahan-lahan tanganku kulepaskan dari mulut bibi.Kemudian Bibi berkata,

    “Riic.., apa yang kau perbuat ini..? Kamu telah memperkosa Bibi..!”Aku diam saja, tidak menjawab apa-apa, hanya gerakan pinggulku makin kupercepat dan tanganku mulai memijit-mijit buah dada bibi, terutama pada bagian putingnya yang sudah sangat mengeras.Rupanya meskipun wajah bibi masih menunjukkan perasaan marah, akan tetapi reaksi badannya tidak dapat menyembunyikan perasaannya yang sudah mulai terangsang itu.

    Melihat keadaan bibi ini, tempo permainanku kutingkatkan lagi.Akhirnya dari mulut bibi terdengar suara, “Oohh.., oohh.., sshh.., sshh.., eemm.., eemm.., Riicc.., Riicc..!”Dengan masih melanjutkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan kedua tanganku bertumpu pada tempat tidur, sehingga aku sekarang dalam posisi setengah bangun, seperti orang yang sedang melakukan push-up.Dalam posisi ini, penisku menghujam kemaluan bibi dengan bebas, melakukan serangan-serangan langsung ke dalam lubang kemaluan bibi.

    Kepalaku tepat berada di atas kepala bibi yang tergolek di atas kasur. Kedua mataku menatap ke bawah ke dalam mata bibi yang sedang meram melek dengan sayu. Dari mulutnya tetap terdengar suara mendesis-desis. Selang sejenak setelah merasa pasti bahwa bibi telah dapat kutaklukan, aku berhenti dengan kegiatanku. Setelah mencabut penisku dari dalam kemaluan bibi, aku berbaring setengah tidur di samping bibi.

    Sebelah tanganku mengelus-elus buah dada bibi terutama pada bagian putingnya.

    “Eehh.., Ric.., kenapa kau lakukan ini kepada bibimu..!” katanya.Sebelum menjawab aku menarik badan bibi menghadapku dan memeluk badan mungilnya dengan hati-hati, tapi lengket ketat ke badan.

    Bibirku mencari bibinya, dan dengan gemas kulumat habis. Woowww..! Sekarang bibi menyambut ciumanku dan lidahnya ikut aktif menyambut lidahku yang menari-nari di mulutnya.Selang sejenak kuhentikan ciumanku itu.Sambil memandang langsung ke dalam kedua matanya dengan mesra, aku berkata, ”

    Bii.. sebenarnya aku sangat sayang sekali sama Bibi, Bibi sangat cantik lagi ayu..!”Sambil berkata itu kucium lagi bibirnya selintas dan melanjutkan perkataanku, “Setiaap kali melihat Bibi bermesrahan dengan Paman, aku kok merasa sangat cemburu, seakan-akan Bibi adalah milikku, jadi Bibi jangan marah yaa kepadaku, ini kulakukan karena tidak bisa menahan diri ingin memiliki Bibi seutuhnya.”

    Selesai berkata itu aku menciumnya dengan mesra dan dengan tidak tergesa-gesa.Ciumanku kali ini sangat panjang, seakan-akan ingin menghirup napasnya dan belahan jiwanya masuk ke dalam diriku. Ini kulakukan dengan perasaan cinta kasih yang setulus-tulusnya. Rupanya bibi dapat juga merasakan perasaan sayangku padanya, sehingga pelukan dan ciumanku itu dibalasnya dengan tidak kalah mesra juga.

    Beberapa lama kemudian aku menghentikan ciumanku dan aku pun berbaring telentang di samping bibi, sehingga bibi dapat melihat keseluruhan badanku yang telanjang itu.”Iih.., gede banget barang kamu Ricc..! Itu sebabnya tadi Bibi merasa sangat penuh dalam badan Bibi.” katanya, mungkin punyaku lebih besar dari punya paman.Lalu aku mulai memeluknya kembali dan mulai menciumnya.

    Ciumanku mulai dari mulutnya turun ke leher dan terus kedua buah dadanya yang tidak terlalu besar tapi padat itu. Pada bagian ini mulutku melumat-lumat dan menghisap-hisap kedua buah dadanya, terutama pada kedua ujung putingnya berganti-ganti, kiri dan kanan.Sementara aksiku sedang berlangsung, badan bibi menggeliat-geliat kenikmatan. Dari mulutnya terdengar suara mendesis-desis tidak hentinya.

    Aksiku kuteruskan ke bawah, turun ke perutnya yang ramping, datar dan mulus. Maklum, bibi belum pernah melahirkan. Bermain-main sebentar disini kemudian turun makin ke bawah, menuju sasaran utama yang terletak pada lembah di antara kedua paha yang putih mulus itu.Pada bagian kemaluan bibi, mulutku dengan cepat menempel ketat pada kedua bibir kemaluannya dan lidahku bermain-main ke dalam lubang vaginanya.

    Mencari-cari dan akhirnya menyapu serta menjilat gundukan daging kecil pada bagian atas lubang kemaluannya. Segera terasa badan bibi bergetar dengan hebat dan kedua tangannya mencengkeram kepadaku, menekan ke bawah disertai kedua pahanya yang menegang dengan kuat.

    Keluhan panjang keluar dari mulutnya, “Oohh.., Riic.., oohh.. eunaakk.. Riic..!”Sambil masih terus dengan kegiatanku itu, perlahan-lahan kutempatkan posisi badan sehingga bagian pinggulku berada sejajar dengan kepala bibi dan dengan setengah berjongkok. Posisi batang kemaluanku persis berada di depan kepala bibi. Rupanya bibi maklum akan keinginanku itu, karena terasa batang kemaluanku dipegang oleh tangan bibi dan ditarik ke bawah. Kini terasa kepala penis menerobos masuk di antara daging empuk yang hangat.

    Ketika ujung lidah bibi mulai bermain-main di seputar kepala penisku, suatu perasaan nikmat tiba-tiba menjalar dari bawah terus naik ke seluru badanku, sehingga dengan tidak terasa keluar erangan kenikmatan dari mulutku.Dengan posisi 69 ini kami terus bercumbu, saling hisap-mengisap, jilat-menjilat seakan-akan berlomba-lomba ingin memberikan kepuasan pada satu sama lain.

    Beberapa saat kemudian aku menghentikan kegiatanku dan berbaring telentang di samping bibi. Kemudian sambil telentang aku menarik bibi ke atasku, sehingga sekarang bibi tidur tertelungkup di atasku. Badan bibi dengan pelan kudorong agak ke bawah dan kedua paha bibi kupentangkan.

    Kedua lututku dan pantatku agak kunaikkan ke atas, sehingga dengan terasa penisku yang panjang dan masih sangat tegang itu langsung terjepit di antara kedua bibir kemaluan bibi.Dengan suatu tekanan oleh tanganku pada pantat bibi dan sentakan ke atas pantatku, maka penisku langsung menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan bibi. Amblas semua batangku.”Aahh..!” terdengar keluhan panjang kenikmatan keluar dari mulut bibi.Aku segera menggoyang pinggulku dengan cepat karena kelihatan bahwa bibi sudah mau klimaks.

    Bibi tambah semangat juga ikut mengimbangi dengan menggoyang pantatnya dan menggeliat-geliat di atasku. Kulihat wajahnya yang cantik, matanya setengah terpejam dan rambutnya yang panjang tergerai, sedang kedua buah dadanya yang kecil padat itu bergoyang-goyang di atasku.Ketika kulihat pada cermin besar di lemari, kelihatan pinggul bibi yang sedang berayun-ayun di atasku. Batang penisku yang besar sebentar terlihat sebentar hilang ketika bibi bergerak naik turun di atasku. Hal ini membuatku jadi makin terangsang.

    Tiba-tiba sesuatu mendesak dari dalam penisku mencari jalan keluar, hal ini menimbulkan suatu perasaan nikmat pada seluruh badanku. Kemudian air maniku tanpa dapat ditahan menyemprot dengan keras ke dalam lubang vagina bibi, yang pada saat bersamaan pula terasa berdenyut-denyut dengan kencangnya disertai badannya yang berada di atasku bergetar dengan hebat dan terlonjak-lonjak.

    Kedua tangannya mendekap badanku dengan keras.Pada saat bersamaan kami berdua mengalami orgasme dengan dasyat. Akhirnya bibi tertelungkup di atas badanku dengan lemas sambil dari mulut bibi terlihat senyuman puas.”Riic.., terima kasih Ric. Kau telah memberikan Bibi kepuasan sejati..!”Setelah beristirahat, kemudian kami bersama-sama ke kamar mandi dan saling membersihkan diri satu sama lain.

    Sementara mandi, kami berpelukan dan berciuman disertai kedua tangan kami yang saling mengelus-elus dan memijit-mijit satu sama lain, sehingga dengan cepat nafsu kami terbangkit lagi. Dengan setengah membopong badan bibi yang mungil itu dan kedua tangan bibi menggelantung pada leherku,

    kedua kaki bibi kuangkat ke atas melingkar pada pinggangku dan dengan menempatkan satu tangan pada pantat bibi dan menekan, penisku yang sudah tegang lagi menerobos ke dalam lubang kemaluan bibi.”Aaughh.. oohh.. oohh..!” terdengar rintihan bibi sementara aku menggerakan-gerakan pantatku maju-mundur sambil menekan ke atas.Dalam posisi ini, dimana berat badan bibi sepenuhnya tertumpu pada kemaluannya yang sedang terganjel oleh penisku, maka dengan cepat bibi mencapai klimaks.

    “Aaduhh.. Riic.. Biibii.. maa.. maa.. uu.. keluuar.. Riic..!” dengan keluhan panjang disertai badannya yang mengejang, bibi mencapai orgasme, dan selang sejenak terkulai lemas dalam gendonganku.Dengan penisku masih berada di dalam lubang kemaluan bibi, aku terus membopongnya. Aku membawa bibi ke tempat tidur.

    Dalam keadaan tubuh yang masih basah kugenjot bibi yang telah lemas dengan sangat bernafsu, sampai aku orgasme sambil menekan kuat-kuat pantatku. Kupeluk badan bibi erat-erat sambil merasakan airmaniku menyemprot-nyemprot, tumpah dengan deras ke dalam lubang kemaluan bibi, mengisi segenap relung-relung di dalamnya.

    Cerita Sex Bibi,Cerita Ngentot Sedarah,Cerita Mesum Sedarah,Cerita Ngentot Bibi,Cerita Panas Sedarah,Cerita Bokep Sedarah

  • Ku Dapat Nikmati Istri Orang Di Kampung

    Ku Dapat Nikmati Istri Orang Di Kampung


    1709 views

    Cerita Dewasa Panas Tukar Pasangan ini Berjudul ”Dapat Nikmati Istri Orang Di Kampung ” Bikin Ngaceng Gan ,Basah – Basah Memek Lu Sis.

    Perawanku –  Jam dipergelangan tanganku menunjukkan pukul 10 lewat 12. berarti sekitar 10 menit lagi pesawt yang ditumpangi kiyat akn mendarat.

    Cerita Sex Tukar Istri Dengan Teman


    Minggu pagi itu aku sudah menunggu di bandara polonia menunggu kedatangan kawanku saat di Jakarta dulu. Kiyat adalah seorang pemuda keturunan Chinese berusia 33 tahun sebaya denganku, hanya saja tubuhnya lebih tinggi dan besar daripada aku, aku hanya 170 dengan berat 60 kgsementara

    dia 185 dan berat 90 kg. dijakarta kami bertetangga . rumah orangtuanya dan orangtuaku bersebelahan dan orangtuanya adalah mantan majikan dari istriku.

    Yah istriku adalah mantan pembantu rumah tangga pada keluarga kiyat. Tetapi meskipun dia pembantu tetapi wajahnya sangat jelita dan bodynya sintal persis ayu azhari, makanya aku pacarin dia , mirah namanya saat ini berusia 27 tahun.

    2 bulan Menjelang aku menikahinya,mirah berhenti bekerja dan setelah menikah kami merantau ke medan.
    Rupanya rezekiku memang disini. Bisnis ku berkembang dan sekarang aku punya rumah sendiri yanglumayan megah serta mobil camry keluaran terbaru.

    Kiyat sahabatku ini kebetulan sedang ada bisnis dipekanbaru,setelah urusan selesai ia berniat mampir ketempatku karena kebetulan tidak jauh hanya lk ½ jam penerbangan. Aku menunggunya diruang
    kedatangan sambil merokok.

    Tak berselang lama kulihat sosok yang kukenal celingukan di pintu kedatangan. Aku melambai , ia melihat dan tersenyum.Bergegas kami mendekat dan berangkulan. Maklum sudah lima tahun kamiberpisah. Diperjalanan menuju rumahku kami banyak bercerita tenatang masa lalu dan sekarang .

    rupanya ia masih betah melajang. Belum ada yang cocok katanya. Jam 11.30 kami sampai dirumahku, ia takjub memandangirumahku.

    “ hebat kau sudah jadi orang kaya rupanya “.

    “ ah belum seberapa dibandingmu “ aku merendah.

    “ wah… mirah, sudah lama kita ngga ketemu gimana kabarmu? Sudah ada momongan?

    “ baik koh.. belum tuh.” Saut istriku.

    “ wah kalian payah masa udah lama kawin belum punya anak , gimana sih lu son “ sindirnya padaku.

    Akau hanya nyengir, belum dikasih yat, yah sabar ajalah.
    Malamnya sekitar habis maghrib aku dan kiyat keluar menikmati pemandangan kota berastagi. Sekitar jam 9 setelah puas berkeliling kami pun pulang.

    Diperjalanan saat lampu merah, didepan mobil kami berhenti sebuah motoe tiger ditumapngi sepasang muda – mudi. Yang membuat kami terbelalak adalah si perempuan yang berkaos puti dan bercelana jeans chatter , bawah kaos terangkat keatas sementara celana nya tertarik kebawah sehingga menampakkan belahan pantatnya yang mulus putih.

    Kiyat terlongo menyaksikan sambil berdecak “ wuih…. Ikutin son” serunya ketika
    lampu menyala hiaju. Kamipun membuntuti perlahan dibelakang motornya,
    namun ternyata di perempatan depan mereka berbelok arah sementara kami
    terus lurus “ yah…” kecewa kiyat.

    Sampai dirumah kami menonton tv, sementara istriku pamit tidur. Saat asik menonton acara tv, kiyat berbisik, son kita ke lokalisasi yuk,

    “ ngapain lu, udeh malem nih “ sahutku.

    “ aduh… ngaceng terus nih , gara – gara cewek tadi “ “ ha…ha..ha.. “ aku tertawa.

    Tiba – tiba muncul fantasiku yang sangat lama kupendam dan pernah dua kali kuutarakan pada
    istriku, dan istriku setuju. Namun niat itu belum kami jalani karenamasih ragu.

    “ hm… kucoba aja sekarang” bhatinku. “ sebentar yat aku kekamar dulu “ pamitku. Aku masuk kamar, ternyata istriku belum tidur.

    Kuutarakan saja niat ku yang terpendam selama ini pada istriku .” mam…kamu masih ingetkan tentang fantasi kita dahulu ? “ pancingku “hmm.. ya kenapa ?” sahut istriku.

    “ gimana kalo kita lakukan aja sekarang?”usulku. “sekarang?.. dengan siapa ?” Tanya mirah.

    “ kiyat lagi kelimpungan, gara – gara liat pantat cewe dijalan, sekarang lagi konak.
    Kasihan tuh “ “ kiyat.. tapi ..” istriku ragu ragu.

    “ ah… sudah.. taka pa – apa “ rayuku. Istriku akhirnya setuju.” Nti kalo dia masuk kamar,kamu pura – pura tidu, terus pamerin inimu “ kataku menepuk memeknya.

    Lalu kuperosotkan cd nya. “ ih.. kok dibuka sekarang?” kata mirah. “ biar gampang” sahutku. Akupun keluar kamar menemui kiyat diruang keluarga.

    “ wah.. istriku udeh tidur. Ngga bisa tuh yat kita keluar” pura-puraku. Terus gimana gue dong?” wajah kiyat memelas campur belingsatan. Aku senyum “ begini aja,,kalo cewek diluar sana kan kotor, gimana kalo yang bersih aja “ kataku “ maksud lo?” tanyanya aku membisikkan fantasiku kepada kiyat .” ah…gila lo, bisa dibejek gue ama
    bini lo.”

    ‘ lo tenang aja , bini gue kalo tidur udeh kaya orang mati.Ada bom meledak disamping juga gak bakal bangun ‘ bujukku.

    “ ah..serius lo?” kiyat tak yakin. Kutarik tangan kiyat bangun dari kursi menuju kamar. Kubuka pintu kamar. Kiiyat terlongo melihat pemandangan didalam kamr. Diranjang mirah yang pura pura tidur , dasternya terangkat keatas sampai dada dan tidak mengenakan celana dalam.

    Otomatis selangkangannya yang berbulu lebat terpampang. Sementara sepasang buah dadanya yang
    montok mengintip sedikit dari bawah daster yang tersingkap.

    “ wah ..mulus banget binilu, lebat lagi bulunya ‘ kiyat menelan liurnya menyaksikan itu.

    ‘ udeh… jangan lama lama . buka pakaian lu’ kataku.
    Kiyat sgera membuka semua pakaiannya. “ aku tertegun melihat ******
    kiyat yang sudah sangat tegang besar dan panjangnya melebihi punyaku, berurat pula disekelilingnya.kiyat mendekati istriku yang sedang ngangkang mempertontonkan auratnya.

    Dielusnya memek istriku lalu diciuminya. ‘ wangi son ‘ katanya. Dibukanya bibir kemaluan istriku, tampaklah bagian dalamnya yang berwarna pink. Dijilatinya bagian dalam bibir kemaluan istriku kanan dan kiri.kulihat istriku menahan gairahnya mendapat cumbuan.

    Kiyat seamkin dalam memasukkan lidahnya menjilati kacang istriku. Istriku yang tak kuat mendesah perlahan. Kiyat tetap nekat menjilati memek istriku bahkan kini semua mulutnya terbenam di selangkangan istriku. Istriku bangun dan duduk tak kuasa menerima rangsangan itu, berpura pura kaget .

    “ loh koh kiyat ngapain, loh udah telanjang. Ih..gede amat barangnya “ kiyat berdiri ditepi ranjang mempertontonkan barangnya yang mengacung bergerak- gerak. Kulihat ukurannya melewati pusarnya. Wah kalo masuk kememek istriku bisa mentok tuh kerahimnya. Kiyat melangkah perlahan mendekati istriku dan berada
    diantara kedua paha istriku.

    “ koh.. mau ngapain “ pura- pura istriku. Kiyat hanya senyum sambil mengelus kedua paha istriku.

    “ ih..geli ah.. tuh ngacung acung lagi barangnya “ kiyat yang sudah tak tahan mendorong
    tubuh istriku kekasur lalu menindihnya .

    mulutnya menciumi mulut istriku yang disambut istriku , lidah mereka saling melibat .

    tangan kiri istriku meremas remas batang kemaluan kiyat yang semakin tegang. Kiyat melepas ciuman dimulut istriku, kedua tangannya melepas daster yang dipakai istriku , lalu tangan kirinya menyelusup kebalik punggung mirah melepas kaitan BH dan melepaskannya.

    Kini istriku terbaring menelentang,kedua tangannya terentang mempertunjukkan ketiaknya yang bersih sementara dua bukit didadanya yang berukuran 38 dengan putting merah dadu berguncang pelan akibat gerakan nya. Kiyat melongo berdecak kagum.” Gila… tau kaya gini bodilu, dulu 2 gue embat “ istriku tersenyum “

    sekarang juga sama aja kok “ sahutnya. Jemari kiyat memilin putting istriku bergantian dan meremas bukit yang mengkal tersebut. Lalu perlahan mulutnya menyusuri buah dada istriku dan melumatnya. ‘ akhh..”
    desah istriku. Kiyat merenggangkan kedua paha istriku dan memperhatikan gundukan kecil berbulu lebat . ditempelkannya batang kejantanannya dimulut kemaluan istriku , perlahan dotekan dan blesss masuklah batang
    kontolnya kedalam benda kesayanganku.

    Perlahan digoyangnya tubuh istriku yang montok . aku betul betul horny melihat tersebut. Serasa mimpi , khayalanku terlaksana juga. Kontan saja kontolku pun mngacung tegang
    didalam celana menyaksikan istriku melayani lelaki lain dihadapanku.

    Ada lebih kurang 20 menit berlalu Tubuh montok istriku yang putih mulus mulai di basahi keringat. Dalam posisi missionaries, badan istriku
    didekap erat oleh kiyat. Kedua tangan kiyat menyelusup lewat ketiak istriku sesekali diangkat ketika mulut kiyat melumat buah dada dan putting istriku.

    Sementara kulihat bagian bawah kiyat merapat diselangkangan istriku. Sesekali tampak merenggang memperlihatkan rambut rambut pada kemaluan mereka yang saat ini saling bertautan. Sesekali pula kulihat batang kiyat yang kini mulai basah oleh lender istriku terangkat lalu menghujam kembali kelubang surga istriku.

    Tiba-tiba istriku melenguh “ uhhh.. akhuu muuu kelluarhh .. oh.hh” dan nampak merah padam muka istriku pertanda dia orgasme telah sampai. Sesaat terdiam mereka lau istriku mendorong perlahan tubuh kiyat menjauhi
    selangkangannya.


    Kiyat mencabut kontolnya. Istriku mengambil kain di kasur dan mengelap cairan dimemeknya. Etelah kering kembali telentang. Kiyat berujar kepadaku “wahh.. enak luh barangnya.. sedep betul son
    binilu, sori ya..” katanya sambil cengengesan dan hendak memulai kembali
    kegiatan mereka.

    Diangkatnya kaki kanan istriku dan disampirkan dipundak kiyat, lalu kiyat memasukkan batangnya menerobos liang istriku. Setelah masuk semua , kembali digoyagkannya kemaluan istriku. Istriku menggoyangkan pantatnya mengimbangi gerakan kiyat.

    Tak lama berselang kiyat melenguh, “ ohh.. gue mau keluar saying. Dimana..?” “ didalam saja
    saying, biar enak “ sahut istriku. Kiyat mendorong lebih dalam batangnya hingga masuk rahim istriku. “ aw… jangan dalem dalem masuk kerahim ntar

    “ kata istriku tapi kiyat tak perduli dia akan sampai malah ditekan
    terus.

    Istriku berusaha mendorong pinggul kiyat tapi kiyat menekan terus dan “ ohhhh….” Rupanya ia sudah melepas spermanya didalam rahim istriku.

    Beberapa saat kiyat mencabut kontolnya yang berlepotan sperma mereka. Istriku ngedumel pelan. Koh kiyat gimana sih udah dibilang jangan dalem eh malah diteken. Masuk deh kerahim nih”.

    “ kan biar lu cepet punya anak
    “ kata kiyat. Aku hanya mesem saja . istriku berlalu kekamar mandi
    membersihkan dirinya.

    ” Thankyou ya son, elu udah kasih kesenangan buat gue “ kiyat masih terengah engah mengucapkan kepadaku. Aku kembali senyum.

    Namun kontolku masih kenceng sekali , aku tak tahan dan membuka seluruh pakaianku, telanjang bulat. Ketika mirah keluar dari kamar mandi langsung kudorong kekasur dan kusetubuhi. Kiyat berlalu kekamar mandi

  • Foto Sexy Model Asia Toge – Foto Cewek Sexy Terbaru 2018

    Foto Sexy Model Asia Toge – Foto Cewek Sexy Terbaru 2018


    1709 views

    Perawanku –  Benua Asia bagian tenggara ternyata tak hanya kaya akan keindahan alam dan budaya nya saja. Seperti kita ketahui bersama bahwa asia tenggara juga memiliki wanita-wanita yang cantik mempesona dengan ciri khas nya sendiri.

    Namun kali ini kami tak akan hanya menampilkan kecantikan wajah mereka. Tapi juga, keindahan tubuh montok mereka ketika dalam keadaan bugil telanjang tanpa sehelai benang pun.

    Langung saja deh kamu liat satu per satu foto bugil Model asia tenggara yang wajahnya tak hanya cantik tapi juga memiliki tubuh yang montok terawat ini:

  • Bu Elnawati dan Kakaknya (II)

    Bu Elnawati dan Kakaknya (II)


    1708 views

    Cerita Mesum Bergambar – Bu Elnawati dan Kakaknya

     

    Perawan – kenikmatan pagi ini bener2 susah di gambarkan hingga terlelap dalam keadaan tanpa busana sedangkan wanitaku ini masih asik mengelus2 dadaku,saat terbangun rasa2 tak percaya karna yang ku alami pagi ini lebih indah dari mimpi2 yang ada…bener kata salah satu host di acara2 reality show,”ketika seseorang jatuh cinta,realita lebih indah dari mimpi” hahahaha…

    ku lihat jam dinding udah menunjukan jam 11 hanya menggunakan boxer ketat pemancing ibu2 ini aku mencari2 kemana nih bidadari yang memberikan kenikmatan pagi tadi,ternyata beliau sedang asik dengan acara gosip pagi ini yang ga jelas apa ceritanya…dari belakang kulingkarkan tangan ku di leher nya dan mngececup mesra ubun dan pundaknya…

    “terima kasih cintaku” kata2 itu yang bisa kuungkapkan…dengan wajah tersipu malu buk el membalas mencium pipiku
    “ga malu apa ngomong cinta ama emak2,hahahha”

    Cerita Mesum Bergambar | pagi menjelang siang itu aku menemaninya menonton acara gosip yang akupun tak tau siapa yang di bicarakan host nya ini,aku bersandar pada pinggiran tangan sofa setengah tiduran sedangkan buk el bersandar pada dadaku…mulai dari bahu hingga punggung tangannya tak hentinya2 ku elus,dan sesekali menciumi tepian bibir buk el…ya aku suka baunya,satu jam sudah buk el bangkit dari pelukanku.

    “ibuk cuci piring dlu dika”…dengan menengadahkan kepalanya,serta merta kusambut dengan gigitan lembut pada bibir tebalnya itu…memang benar laki2 ini syahwat nya ga mesti ada angin dan hujan…kapan saja bisa bangkit karna memang seperti itulah kodrat nya…baru saja sekitar 5 menitan di tinggal buk el dan lagi asik merokok dan tiduran di sofa nafsu ini bangkit lagi…aku berjalan ke arah dapur..

    punggung sampai pantat wanita ku ini jadi santapan mataku lagi…perlahan ku berjalan mendekati,dia menoleh dan sadar akan kedatangan ku…tangan ku melingkar di pinggangnya dan satu lg menyibak an rambutnya ke samping…kepala ku bertengger di bahu wanita setengah baya ini…

    “issshhh baru juga ditinggal sebentar kok datang2 ada yg mancung ya hihihihi”
    “abis keinget terus ama pantat semok ini sih,apalagi bau yang keluar dari sana hhhmmmmmffff ga bisa dika lupain”
    “kok pantat bau gtu mau dika ciumin,ga kebauan apa”

    tanpa menjawab pertanyaan nya tangan ku mencoba menurunkan rok kembang yang digunakannya buk el membantu dengan sedikit menyunggingkan pantatnya ke belakang…daging besar dengan sejuta kenikmatan yang tersimpan itu kembali menyuguhkan keindahan nya…

    “buuukkkk,mulai besok klo ada dika jangan pake rok lagi mau ga”…dengan suara ku buat merayunya,seperti anak kecil yang merayu ibunya minta di belikan mainan.

    “ibuk kan malu dika,celana dalam ibu jelek2 semua”

    “dika kan ga mau sama celana dalam nya,tapi sama isi dalamannya hihihi” sambil ku cium telinganya..

    “hhhhmmmmm iya deh buat uda awak yang gagah ko apo se di agiah ma (iya deh buat uda ku ini yang gagah apa saja pasti di turuti)”

    tanpa membuka celana dalam nya posisi kepala ku sudah sejajar dengan pantat semok idamanku ini…ku ciumi dari luar celana dalamnya pinggiran nya paha belakangnya aku menghirup dalam setiap sensai dari bau yang ada di sana…sssssssshhhhhhh hhhmmmmmmfffff ibuk mulai merasakannya paha nya sedikit di renggangkan…perlahan kusingkapkan pinggiran celana dalam nya itu hingga menampakkan belahan pantat yang paling ku suka bau nya…buk el paham dengan keinginanku siku nya di tempelkan ke bak cuci piring dan pantatnya semakin mendorong ke belakang…mulai dari bagian atas belahan nya hidung ku turun perlahan kebawah sambil menghirup aromanya…jempolku perlahan membuka lipatan itu hmmmmm baunya langsung menusuk hidungku…bau khas dari lubang pantat buk el….kudorong hidungku hingga mencapai lubangnya ku ingin selalu menciumi bau ini pikirku…akkkkkhhhhhhh buk el mendesah sedikit keras…setelah puas lidah ku kembali menjilati dan menari di sana sesekali ku hisap lobang pantat itu buk el gemetaran menerima serangan lidahku tangan nya berusaha menggapai kepala ku tapi tak kunjung dapat…

    akkkkkhhhh ssssssshhhhh ondehh dikkaaaa taruiihh nakkkhhhh taruihhhhh…lamak bannhhaaa rasonyhooooo… jilekan taruih lubang lancirik el tu udaaaaaa aaakkkkkkkhhhhh (akkkkhhhh ssssshhhh ondeh dikaaaa teruuussshhh naaaakkkhhh teruuussshhhh…enak beneerr rasanyaaa…jilatin terus lobang pantat el tu udaaaa aaakkkkhhh)dia mulai memanggil ku dengan uda bertambah semangatlah lidah ini menari di sana…ku angkar sedikit kepala ku..
    “bia dika jilekan tiok hari lubang lancirik ko…

    dika suko bana jo baunnyo…ndak ka pueh2 dika mambaunan jo manjileknyo do el…(biar dika jilatin tiap hari lubang pantat ini…dika suka sekali baunya..ga bakalan puas dika menciumi ama menjilati nya el) akupun mengubah ibu menjadi sebutan namanya…
    “aaakkkkhhh ssshhhh iyo udaaa…lubang itu punyo uda sadonyo di badan el kini untuak udhhhaaa akkkkhhhhh lamakkkk nyooooo….(akkkkhhhh sshshhhhh iya udaa…lobang itu punya uda semuanya di badan el sekarang milik uddhhhaaaa akkkkhhhh enakkk nyaaaa) pantat nya menjadi liar tak karuan…

    20 menitan lidahku menari di sana…ku berbaring di bawah pantatnya dan kedua tangan ku menarik pantat nya kebawah…sekarang posisi ku tertidur di lantai dapur dan buk el dengan posisi mengangkangi kepala ku…bau dari sisa air liur ku dan bau dari meqinya buk el terasa keras di hidungku…buk el sedikit binggung mungkin cara ini tak pernah dia lakukan dan dalam adat kami perempuan mengangkangi kepala laki2 seperti ini masih aneh…walau dalam posisi bercinta sekalipun…jengger hitam itu dan lobang nya yang sedikit menganga kunikmati terlebih dahulu…

    ku raba halus dengan hidungku dan kubenamkan sedalam dalamnya…buk el dengan kedua tangannya langsung memegang rambutku dan meremas nya…akkkkhhhh enaknyaaa…ku jilati jengger ayam kehitaman itu sesekali lidahku menerobos liang kenikmatannya bunyi dari hisapanku terdengar sangat merdu..buk semakin kewalahan tak hanya diam pantat nya maju mundur menikmati sensasi yang baru di rasakannya ini…mukaku habis belepotan air liurku sendiri karna meqi nya menyusuri seluruh wajahku…akkkhhhh ondeeehh mandeeeee lamaaakkk…

    teruuusssshhh uda hebaaat manjilek an ipam elll…akkkkkhhhh (terussshhh uda hebaat menjilati meqi elll…akkkkhhhh) remasan di rambutku semakin keras pantat nya tak mau diam…tapi jilatan kupun tak mau kalah…aku tak mau wanitaku ini orgasme sekarang..ku hentikan jilatan ini…posisi buk el kembali ku buat menungging dengan tangan nya memegang pinggiran cucian piring…hmmmmm paha besar ini,pantat semok ini dan wanita bertubuh besar ini sungguh sangat indah dalam posisi ini…otong sudah siap untuk “bekerja” kepalanya ku gesekan ke belahan meqi buk el…agar kepalanya tau inilah lubang yang memberikannya kenikmatan…perlahan kepalanya kudorong…

    seperti perkataannya pagi td…agar rasa ketika penis ku memasuki meqi nya semakin nikmat…aaakkkkhhhhh panjangnyhaaaa…kugoyang perlahan hingga sensasi nya benar2 kurasakan..akkkhhhh nikkhhhmaaattthhhh suara buk el sedikit keras tapi aku tak peduli malah semakin menikmatinya…karna dari dapur cukup jauh untuk sampai keluar…

    “jan baranti udaa…goyang yang kancanggg…akkkkhhhh akkkhhhh sssshhhh ipam el kalamak an di antak model ikkhhooooo akkkkhh akkkhhhh (jangan berenti uda…goyang yang kencang…akkkhhh akkkkhhhh ssshhhh ipam el keenakan di tusuk seperti innniiii akkkkhhhh akkkkhhhh)keluar masuk penis ku ke dalam ipamnya buk el sangat indah di pandang…ohhh buk el sungguh nikmat tubuhmu wanitaku…akkkkhhhh akkkhhh akupun mulai hilang kendali sekarang kami bukan lagi mendesah seperti setengah berteriak…el ipam el yo sabana lamaaaakk…akkkkhhhh panatat buk el hilang kendali kiri kanan memutar…

    sambil mengerang keenakan…goyanganku semakin cepat…bahkan sedikit menghantam…buk el terdorong ke depan tapi desahan nya semakin menjadi jadi..ondeeehhh akkkhhhh…laaaammaaaakkkk godhhoookkk udaaa dikaaaa kooo yo lamaaakkkhhh akkkkhhhh ell nio nembak udhaaa…el nio manembaaakkk akkkkhhhh…yang capek udaaaa akkkkkkhhhh (ondeeehhh akkkkhhhh….lamaaaaakkkkk konthhhtoolll udaaa dikkaaa ennaakkkhhh akkkhhh el mau sampai udhhaa…el mau nembaaakkk akkkhhhh…yang cepat udaaa akkkhhh…)
    akupun merasakan hal yang sama kepala penisku terasa sangat geli tulang2ku serasa ngilu semuanya…iyooo ell udaaa nio sampai lo…akkkhh akkkhhh akkhhh pepek el lamaaakkkhhh akkkhhhh…
    buk el terpekik sedikit lebih keras akkkkkkkhhhhhhhh uuuuuuggggghhhhhh hhhmmmmmfffff…wanitaku ku ini mencapai puncaknya…di waktu bersamaan penisku menembakan isi nya sekencang2nya…nnngggggghhhhhh..eeeelllllll….akkkkkhhhhh…kami mengerang bersamaan tangan ku meremas keras pinggul wanita berbadan gempal ini…ku benamkan sedalam2nya penisku…beberapa saat kemudia ku tarik penis ku dan menghela nfas panjang..akkkhhh sungguh bener nikmat…buk el sedikit gemetaran waktu akan meluruskan punggung nya…kubalikan dan kupeluk mesra seerat2nya tanganku melingkar di lehernya…peluh kami bersatu badan kami seperti satu..

    buk el pun memeluk sangat erat pinggangku…”terima kasih cintaku…istri gelapku…”ucapku ditelinganya…kepalanya semakin terbenam di leherku dengan nafas yang belum teratur…

    “iyooo uda,godok uda lamak bana rasonyo..el alah lamo ndak pernah marasoan iko lai…(iyaa uda,kontol uda lamak bana rasonyo..)”kutuntun dia ke kursi dapur dan kuangku tubuh nya yang bertelanjang bulat dalam keadaan masih tanpa busana…sedang asik2 nya menikmati keadaan ini…bagai suara petir suara pak amin berteriak dari depan rumah…

    “el…el…kasiko lah sabanta…uda ado paralu…(el…el..kesini sebentar..uda ada perlu..) bagai pencuri yang di tangkap maling…kami dengan sangat buru2 membenahi sisa2 persetubuhan ini…hingga buk el lupa dengan celana dalam cream yang bertali longgar itu

    mulai hari itu hampir setiap sore kami saling memuaskan diri…dan mulai saat itu setiap kami berduaan buk el memanggil ku uda…dan setiap ada gw d rumah buk el hanya menggunakan baju u can see yang ku belikan dan celana dalam…karna jika kami sedang tidak bercinta buk el dan aku selalu tidur2an di kamarku atau di sofa ruang tamu…pokok nya mulai hari itu aku dan buk el selalu sama2 ingin nempel satu sama lain..tapi ketika pekerjaan nya sudah beres…memang wanita yang bener2 pinter dalam mengurus rumah dan mengurus si otong hahahaha…aku selalu suka bau aroma keringatnya…sngguh bagai candu buatku…

    terkadang kami d kamar buk el asik menonton tv dengan mengangkat tangannya ke atas..aku yang selalu menempel d belakangnya dan asik menciumi ketek nya…sungguh saat itu dunia begitu terasa indah…kami hanya terpisah ketika gw kerja atau waktunya jam tidur…karna jika dia sudah pulang..tidak berapa lama aku yang akan menyusul ke rumahnya…ngobrol2 dengan pak amin…

    suatu hari pulang dari bekerja aku sudah membawa beberapa kantong pakaian beberapa untuk pak amin dan terkhusus untuk buk el ku ini…tapi ketika sampai d rumah tidak ada orang…ah mungkin dia sudah pulang…malamnya aku membawakannya ke rumah pak amin…

    pak amin sangat senang ku belikan bebrapa potong kemeja batik..dan buk el kubelikan baju daster dan beberapa pakaian lainnya..pak amin tak henti2nya berterima kasih sedang buk el tersenyum sangat senang ku belikan oleh2 begitu…ketika pak amin pamit ke belakang kubisikan kepadanya…
    “di rumah ada baju spesial menanti istriku ini…besok dika pulang kerja di pakai ya…dika letak an di lemari kamar…”
    “hah spesial..baju apa sih uda,sampai ga di bawa langsung”sambil berbisik kepadaku…
    “ada deh pokoknya pasti bagus d badan ibu”
    keesokan harinya ketika gw sampai d rumah buk el membukakan pintu dan menggunakan daster sambil tersenyum malu2…ketika pintu di tutup daster itu di buka dan wooooowwww baju yang kubelikan semalam,baju transparan yang hanya sampai setengah pantatnya berwarna unggu…

    lengkap dengan celana dalam G-string nya yang berwarna sama dan juga transparant,sebenernya hampir sama tak menggunakan baju karna sangat transparant…aku berdecak kagum tak menyangka bener2 membuat gairah ku meledak…
    “ondeh mak..yo sexy bana bini si dika ko pakai iko…(ondeh mak…bener2 sexy istri si dika memakai ini)” buk el hanya malu2 ketika ku ucapkan itu…
    dia langsung memeluk ku…
    “mokasi banyak yo uda denai…laki denai yang gagah ko…lai rancak el pakai iko da..?”(makasi banyak ya uda denai (saya,aku,gw,ana)…laki denai yang gagah ini..bagus ga el memakai pakaian ini?)
    “ndak cuma rancak do el,sexy rancak kamek sadonyo bacampua hahaha..”(ga cuma bagus el,sexy bagus kamek semuanya bercampur hahahha)tangan ku tak henti2nya meremas2 bokong besar dan indah nya itu hmmmmm…hmmmmm hanya itu desahan buk el dan meremas kepala belakang ku…sore itu dengan nafsu mengebu2 kembali ku setubuhi wanita berpantat besar ini dengan menggunakan pakaian barunya itu…

    suatu malam lagi asik2 mengobrol bertiga di teras belakangnya rumah pak amin…gw menggunakan singlet dan boxer lapang…karna sudah dekat dengan keluarga ini jadi pak amin jg tak kebertan karna dia jg ga tau klo di balik boxer ini tak ada satupun penutup..

    sedangkan buk el memakai daster selutut dan sepertinya tak menggunakan bra…karna memang kursi pangjangnya tidak terlalu panjang jadi klo duduk bertiga akan saling merapat…jadi aku hanya berdiri di tengah2 pintu antara rumah dan teras belakang nya pak amin di bagian ujung sana dan buk el d ujung arah ke pintu…mungkin karna tak enak pak amin menyarankan duduk…
    “ga usah lah pak sempit klo bertiga itu…”dengan berbasa basi…
    “gpp dika duduk aja…geser sini dikit buk biar dika bisa duduk”ucap pak amin…
    “iya gpp dika duduak aja sini”timpal buk el,sama ibuk nya sendiri kok malu…sini duduk…”jadilah kami bertiga duduk berdempetan di kursi itu…memang dasar otak ku ga beres…

    karna dempetan gtu betis ku sengaja sesekali ku gesekan ke kaki buk el…kami seperti tak takut padahal di sebelahnya ada pak amin…karna buk tidak menghindar malah ikut menggesekan betisnya…sedang asik2 mengobrol bertiga tiba2 dari luar terdengar suara panggilan…pak amin…pak amin…permisi pak…
    “sepertinya suara pak rt tuh…tunggu sebentar ya dika ujar pak amin…ketika pak amin dan pak rt mengobrol di teras depan..aku langsung memeluk buk el sambil mencium leher nya…hari itu memang panas jadi keringat mengalir di leher nya…ku ciumi dan ku jilati setiap tetes keringatnya..sambil sebelah tanganku meremas2 payudara besar seperti pepaya itu…hmmmmffff ujar buk el..udah dika nanti bapak masuk…

    memang setan klo ke jalan yang jelek pasti ngasih jalan…dari samping tempat duduk itu ada sebuah jendela yang tembus hingga ke ruang tamunya dan di kiri kanan teras rumah belakang buk el hanya ladang pak amin dan semak belukar…aku masuk dan menyingkap sedikit tirainya kira2 pas dari teras belakang untuk melihat keruang tamu…ketika kembali kebelakang buk el hanya menggeleng2kan kepala…

    “ayoo el nungging…liat ke ruang tamu klo2 pak amin masuk bisikku”

    buk el juga sepertinya menginginkan ini…dia mengintip dr jendela ke arah ruang tamu nya…sebelah kakinya ku angkat ke kursi panjang tadi..daster nya dengan sigap ku singgkap..ternyata wanita setengah tua ini tak menggunakan celana dalam juga hahahha…mulai lah aksiku…

    ketika ku ciumi lobang pantat nya itu bau nya semakin tajam karna berkeringat…”ibuk ndak mandi tadi sore do uda..jaan lai babaun bana tu mah…akkkkhhhh…(ibuk ga mandi tadi sore dika…jadi itu bau banget….akkkkhhhh)…aku tak peduli malah bau ini semakin membuat ku nafsu…akkkhh…hmmmmfff…buk el menutup mulut dengan tangan nya agar tak kelepasan….semakin ku renggang kan lobang pantat nya dengan jempolku…lidahku menusuk2 lobang tainya itu…akkkkhhhh…..akkkkhhhh…ssshhhhh erengan buk el tertahan pantat nya semakin di maju mundurkan seirama dengan tusukan lidahku…memang pantat ini tak pernah membuatku bosan ucapku dalam hati…

    lidahku mengusap panjang pantat besar itu…mulai dari tepian meqinya buk el sampai ujung garis pantat nya…buk el semakin menaikan pantat besarnya itu..hhhmmmfffff..
    “lagi uda jilat seperti itu…aakkkhhhh…”ku ulangi beberapa kali..setiap ku ulangi pantat buk el semakin terangkat tinggi…lagi asik2 menjilati buk el terkaget dan menurunkan pantat nya dengan cepat…bruukk..pantatnya tanpa sengaja menekan keras batang hidungku…teryata pak amin masuk dan kami kembali duduk dan agak merenggang seperti tak terjadi apa2…
    “dika pak rt minta tolong nganterin dia karna ada urusan,jadi pak amin pergi dlu ya…gpp klo bapak tinggal…?
    “jangan lah pak dika pulang jg..lagian udh jam 9…” akupun pamit berbarengan dengan kepergian pak amin dan pak rt…saat ku lihat pak amin sudah menjauh, buru aku berlari lagi ke rumah pak amin…
    “buk…buk…buka pintunya ini dika…setngah berbisik…” buk el membukakan pintu…nah lho kok balik lagi..?
    tanpa banyak omong aku langsung masuk ke rumah dan menutup dan mengunci pintunya..
    “iya ada yang ketinggalan buk,langsung ku peluk tubuh gempal itu,tanpa membuang waktu ku turunkan boxer yang ku pakai…kami saling berciuman dengan liar…

    buk el menjulur2kan lidahnya..ku hisap dalam..begitu juga sebaliknya…bibir tebal nya ku hisap…hmmmfff..hhhmmmfff…dasternya ku angkat hingga ke dada buk el…payudara besar itu ku remas2 penuh nafsu…akkhhh..mmmffff…buk el mengerang enak…tangan buk el tak mau diam..dia asik mengocok2 si otong yg sudah keras sedari tadi…
    “el kontol dika di kasi ludah biar enak…” buk el meludahkan tangannya dan mulai mengocok si otong lagi..akkkhhh…
    “uda…el mau minum air ludah uda…” buk el pun membuka mulutnya…kepalanya sedikit di turunkan..hingga kepala ku jadi lebih tinggi dari mulutnya…ku kumpulkan lalu ku biarkan mengalir turun hingga ludah itu masuk semua ke mulut buk el…hmmmmfff buk el meminum nya dengan nikmat…kami kembali berciuman…karna sadar tak tau kapan pak amin balik aku dengan cepat menarik nya…

    ketika akan di rebahkan buk el malah minta aku yg tiduran…buk el mengambil posisi WOT…tak langsung memasukan nya buk el memainkan dan mengesekan kepala kontolku di sekitaran meqi dan lobang pantatnya…akkkkhhhh enaaakkkk…desahku…dan plop…buk el dengan cepat memasukan si otong ke meqi nya…dan langsung menaik turunkan pantatnya dengan cepat dan sedikit kasar..hingga payudara besar itu terombang ambing dengan kencang dan suara peersetubuhan itu terdengar nyaring..plookk…plokk…plokk…
    “akkkkhhhh…akkkhhh…shhhhh…lamaak uda…lamaaakk…godok uda sampai ka ujuang paruikkhh ellllhhh..akkkkhhhh…(akkkhhh…akkkhhhh..ssshhh..enak uda…enaaakkk..kontol uda sampai ke ujung perut ellhhh..akkkkhhh)ku angkat sedikit tubuhku dan menarik kepalanya..kini kepalanya tepat di atas ku…sedangkan pantat nya masih terus bergoyang dan sesekali ku bantu dari bawah…akkkhhh…akkkhhh laaammmhhhaakk udhhaaa….nafas nya menerpa wajahku…ohhh nikmatnya…
    “el…udah awiiihh…uda nio minum ludah el…akkkhhh..nio minum yang banyak..akkkhh…”(el..uda haus…uda pengen minum lludah el..akkkhhh…mau minum yang banyak..akkkhhh)
    buk el hanya membuka mulutnya dan membiarkan ludah nya mengalir deras turun ke arahku…karna dalam kondisi kami saling menggoyang ludah nya tak hanya masuk ke mulutku tapi juga menyiram sebagian wajahku..akkhhh…lai lamak aia ludah el uda…aakkkkhhh shhhh…hhhmmmffff…(enak kah air ludah el uda…akkkhhh sssshhhh…hhmmmmfff)
    “lai el..lamak bana…uda sukkhhaaa…” buk el semakin ganas menaikan turunkan pantatnya..suara peraduan kami semakin nyaring di ruangan itu…setelah beberapa lama…
    “panek uda…gantian el di bawah yo…”(capek uda…gantian el di bawah ya.) aku pun langsung merubah posisi…dengan sigap ku lebarkan paha besar itu…plop..aku pun menggoyangnya dengan ganas..satu tangan ku bertumpu di sebelah kepalanya..dan satu lg meremas2 payudaranya…aku menggoyang dengan cepat dan saling berciuman…hhhmmmffff hmmmmfff….ssshhhhh…hanya itu suara desahan kami…setelah beberapa menit buk el semakin tak karuan…pantatnya ikut bermain….aku tau ini saatnya wanita ini orgasme…akkkhhh..udaaa….el mau sampaiii…akkkkhhhh..cepat uda..cepaaatthhhhh…tangan nya ikut membantu menekan2 pantatku…akupun begitu…menghantam2 keras liang kenikmatan buk el…

    hingga suara peraduan kami seperti alunan musik di ruangan itu…peluh sudah membasahi tubuh kami berdua…dan buk el meremas2 pantatku tak karuan…aku menggoyang begitu keras dan akkkkkkkkkkhhhhhhhhhhhhh…….buk el menggerang keras…akkkkkkhhhhhh kaluuuuuuaaaannyooooooo aaaakkkkkhhhhhh……akupun merasakan hal yg sama….ku tekan sedalam dalamnya…iyyyhhhggggoooo…uda nembhaaaakk lo ellllhhhh…..aakkkkhhhh…kami terkapar bersama dan badan ku masih menindih tubuh gempal nya itu…dan peluh kami seperti habis mandi…hanya beristirahat sebentar aku langsung berdiri dan menggunakan boxer ku..buk el masih berbaring di lantai rumah nya itu…kembali ku tindih dan ku peluk erat…

    “tubuh mu sangat2 memuaskan ku el…tubuh mu benar2 memberikan kenikmatan” dan ku kecup dahi mata dan bibir tebal nya itu…aku pun melangkah pulang dengan peluh kenikmatan untuk teman tidurku…ooohhh buk el tubuh mu benar2 memuaskan ku…

    aku dan buk el sama2 keranjingan untuk terus bermesraan…seperti tak kenal waktu…malam itu buk el dan pak amin mengingatkan bahwa seminggu lebih lagi acara kawinan anak kakaknya akan di adakan.menjadi sebuah kebiasaan di daerah ku..jika jarak waktu segitu sanak keluarga akan ikut membantu…

    tapi pak amin ingin mengajak aku untuk ikut serta membantu…dan buk el menyarankan bagaimana klo aku ikut bersamaan dengan mereka ke sana..kebetulan aku memiliki mobil jadi bisa sekalian…pak amin hanya menyerahkan semuanya kepadaku…hmmmmm ini mah sekali dayung 1,2 perempuan tertiduri pikirku hahahaha…aku ingin sekali mengiyakan ajakan mereka saat itu tapi ya aku harus lapor pada atasan dlu untuk ambil cuti dalam waktu 1 minggu…

    puncuk di cinta ulam pun tiba cuti ku di setujui oleh atasan,malam selanjut nya kembali ku beri tahu keluarga pak amin dan buk el klo aku bisa ikut bersama dengan mereka untuk membantu acara keluarga tersebut…buk el tampak kegirangan dengan keputusanku tersebut,terlebih aku yang memang menginginkan moment seperti ini…saat itu hanya bisa membayangkan kedua kakak beradik itu memakai pakaian kebaya yang sudah pasti membungkus sempurna pantat2 bahenol itu…oh iya acara pernikahan keluarga nya buk susi di adakan di tempat mereka tinggal,daerah bersuhu dingin yang hanya berjarak sekitar 2-3 jam dari kotaku…

    simbol utama kota ini adalah jam gadang…malam sebelum kami berangkat semua sudah di persiapkan di karenakan tinggal di sana dalam waktu seminggu…tapi ketika membantu buk el dan pak amin menyiapkan barang bawaan nya aku kembali tergoda dengan wanita setengah baya ini ketika melihat tetesan keringat di lehere dan lengan nya di tambah aroma khas yang memancar dari tubuh beliau..

    membuat nafsu ku kembali mengebu2…aku memikirkan cara melampiaskan nafsu syahwat ku ini..tapi tak kunjung membuahkan ide…akkkhhh berpikirlah…berpikirlah…tetapi setan kali ini tak berpihak padaku tapi otak ku di buat buntu…

    “eh dika udah nyiapin bawaannya belom..?kok malah sibuk2 di sini…” ucap buk el seketika…
    “belum sih buk,rencana sehabis dari sini baru siap2”
    “kok belum sih,ya udah sana buruan biar besok bisa berangkat pagi…takutnya klo berangkat siang kita terkena macet…”

    dengan ide2 buntu aku terpaksa pulang dan mempersipkan semuanya…lagi asik2 milih baju untuk di bawa,di pintu depan terdengar suara buk el memanggil…dika…dika…dalam hati ngomong sendiri…biasanya singa yang berburu rusa…tapi sekarang rusanya yang mendekati sang singa…hahahha…dengan sigap ku bukakkan pintu…ternyata buk el si suruh pak amin untuk datang ke sini,mana tau ada yang bisa d bantu…

    tanpa membuang waktu tangan wanita bertubuh besar itu ku tarik kedalam…sisa2 peluh nya masih terlihat di dahi dan leher nya…tapi aroma itu tak mau hilang seperti senantiasa menggodaku…ku peluk dan kubenamkan hidung ini di leher beraroma tajam itu…hmmmmmfffff nikmatnya…buk el hanya tersenyum2 kecil sambil mengusap kepala belakangku..leher itu kuciumi dan kujilati hingga aroma peluh di lehernya berganti menjadi bau air liur ku…

    ku ajak bimbing tangan nya ke kamar peraduan kami..sesampainya di kamar dengan lembut ku kecup mesra bibir tebal tanpa gincu itu..hmmmfff buk el menutup kedua matanya menikmati ciuman lembut penuh gairah itu…tubuh ini memang sudah terbiasa ku nikati tapi aku tak mau menikmatinya dengan terburu2 setiap persetubuhan ingin ku lakukan dengan selembut mungkin agar semua terasa begitu nikmat…

    buk el membuka sedikit mulutnya aroma segar dari rongga mulutnya begitu ku nikmati…perlahan bibir bawah nya ku jilati dan ku hisap dengan mesra hingga menimbulkan suara…tangan buk el meraba2 sekujur tubuhku…hingga memilin2 kecil puting susuku…membuat semua bulu d tubuhku berdiri…lidah ku mulai menyusuri rongga mulutnya…

    mulai dari barisan giginya hingga langit2nya di gelitik2 kecil oleh lidahku…buk el mulai membalas ciumanku…saat ini kami saling hisap dan bertukar air liur…hmmmmmffff…hhhhmmmmfff kami benar2 menikmati nya..akhir2 ini aku seperti tergila2 dengan bibir tebal dan merekah itu hampir setiap berduaan bibir itu pasti ku lumat2 mesra,buk el juga seperti tak menolak perlakuan ku itu…

    kami entah seperti apa saat itu…walau kami tak setiap hari bercinta tapi yang pasti setiap hari kami selalu seperti orang yang baru mengenal kenikmatan bermesraan yang tak mengenal waktu…nafsunya saat itu kumainkan dengan perlahan walau tau waktu kami tak banyak…

    pepaya gantung yang menggoda itu ku gigit2 kecil di bagian areola nya…saat mulutku menjilati dan memainkan payudara kirinya tangan kanan ku memilin2 kecil gunung kembar lainnya…akkkkhhhhh sedooottt yang keras suamikhuuuuu akkkhhhhh…kepala bagian belakang ku di usap2 dan di remas2 lembut..akkkhhhh hhmmmmmfff sssshhhhh hanya itu erengan beliau…suuuamhhiiiku ini memang hebaaattthhh akkkhhh…

    karna memang waktu tak mengizinkan ami untuk berbugil ria mlm ini dari balik daster nya kuturunkan celana dalam buk el…dan masih dalam keadaan berdiri,pantat besar dan menggoda itu ku remas2 lembut oooohhhh padat dan benar2 berisi pikirku…sesekali terlunjuk ku menyusuri belahan bokong yang ku damba2kan itu..sesekali pantat itu mengedut dan mengetat…ohhhh aku tak dapat mengutarakan kesenangan itu…

    masih terasa sisa2 peluh yang membasahi belahan pantat yang aduhai itu…ku tarik telunjuk ku hhhhhmmmmmffff…ku hirup dalam2 aroma yang sedikit berbau itu…hhhhhhmmmmfffff aaaaakkkkkhhhhhh entah kenapa aku mendesah saat kuciumi aroma di telunjuk ku ini, aroma ini membuat birahi ku mengebu2….

    “baun lubang lancirik bini si dika ko yo bana lamaaakkk…dika nio mambaunan iko tiok hari…bisuak2 klo el ka rumah,el jan mandi nak…dika nio mancium2 baun iko tiok hari sampai pueehhhh…aakkkkaahhh (bau lobang pantat istri si dika ini benar2 enaaakkk…dika mau membaui ini tiap hari…besok2 klo el ke rumah,el jangan mandi ya…dika mau mencium2 bai ini tiap hari sampai bener2 puaaassshhh..akkkkhhhh).

    buk el semakin memeluk ku erat ketika kata2 vulgar itu ku lontarkan…

    “jan kan baun itu uda…badan jo sado yang ado di diri el ko ka sadonyo untuak uda…(jangankan bau itu uda..badan dan semua yang diri el ini semuanya untuk uda )…tangan ku mulai menyingkap ke atas daster buk el hingga ke perutnya…ku ikat supaya tidak turun lagi…hhhhmmmm bulu2 hitam di antara kedua belah pahanya itu ku gesek2 lembut…akkkkhhhhh buk el ikut memainkan pantatnya sesuai irama gesekan tanganku…hhmmmffff hhhmmmmmffff hhhhmmmmffff…masih dalam keadaan berdiri mulutku turun perlahan menyusuri perut besar wanita setengah baya ini yang lidahku ku julurkan hingga ikut membasahinya…posisiku kini pas berjongkok di depan ipam (meqi) berbulu itu…hhmmmmmfffff tangan buk el menekan2 bagian belakang kepala ku…aku sangat2 mengerti keinginan wanitaku ini…hidungku mulai mengelitiki bulu2 itu,,aaakkkkhhhhh buk el semakin mengangkangi kakinya…ku gesek2 atas bawah kiri dan kanan…ku hirup dalam2 aroma sanggu ini…tepian ipam(meqi) nya yang sedikit kehitaman itu tak luput dari ciumanku…akkkkhhhhh…buk el perlahan menggoyang pantat nya naik turun hingga kemaluannya itu seperti menciumi seluruh wajahku…tanganku menyusup dari samping dan ikut memegangi dan meremas2 patatnya…seperti aku sedang memeluk pinggang nya…posisi kami sungguh2 sangat erotis saat itu…wajahku sudah mulai basah oleh lendir birahi ipam buk el…tapi aku juga semakin bersemangat di buat nya…ku angkat wajahku…

    “el sayangku..nunggiang yo sayang…(el sayangku…nungging ya sayangg…)” buk el menganguk,dengan posisi menungging sambil berdiri dan tangan memegang tepian jendela yang d tutupi tirai itu…lidahku menyusup ke balik celah hitam dan berbau tajam itu…hmmmmfff bau ini sungguh2 aroma yang membangkitkan birahi ku…setelah puas ku ciumi lidahku menjulur dari bagian atas garis belahannya hingga ke sekitar lubang panat dan meqi nya….sesaat juga sebelah tangan nya menggapai kepalaku…akkkhhhh gelllhhiinyyaaaa nikmhhaaattt..aaakkkhhh berulang kali kumainkan lidahku…dengan kedua jempolku ku buka lebar belahan nya…bentuk loabng ini..akkkhhhhh si otong berkedut2 semakin kuat…ku julurkan panjang2 lidah ku dan kubenamkan sedalamnya…akkkkkhhhh buk el sedikit terpekik…tangan nya semakin menekan keras kepalaku…pahanya semakin di buka lebar…

    jilekan taruih udhhaaa…akkkkhhhh..lamaaaakkk banhhaaa aaakkkhhh… (jilatin terus udhhaaa..akkkkhhh…bener2 ennnhaakkk akkkhhh..)ketika sedang asik menjilatinya… dari depan rumah pak amin memanggil2… “el…el…uda ka kadai pai mangopi dulu yo…kok nio pulang ambiak kunci ka kadai yo.. (el..el..uda ke kedai mau ngopi dulu ya..kalau mau jemput kunci ke warung ya)…tapi dasar otakku tak beres…aku semakin cepat menjilat2i keseluruhan belahan itu..hingga buk el mengerang tertahan..nnnnggggghhhhhhh…entah apa yang di pikirkan kan..dengan posisi menungging seperti ini dia membuka sedikit tirai jendela kamarku..seperti tak takut keliatan…

    “iyho dhhaa…bekoh el japuuiikkhhh…tanpa sadar dia sedikit mengerang ketika menjawabnya…alamak buk el kelepasan pikirku…

    “sedang manga kau el..baa kok tatahan model tu suaro kau… (kamu lagi ngapain el…kenapa seperti tertahan begitu suara mu).. “ikhhoo da haaa…barang2 si dika barek barekkhh hmmmm…jadi sasak angok dek nyo….hhhaaaahhh seperti menghembuskan keras2 nafasnya… (innhhii da haa…barang2 di dika berat beratthh hmmmm…jadi nafas ikut ngos2an…hhhaaaaaahh)

    “gila bener2 pinter mengeles wanita setengah baya berpantat besar ini pikirku…entah pemikiran dari mana saat itu…mungkin kegilaan ini yang membuat ku ikut2an…ku geser kesamping dan berdiri…lalu pura2 berjalan dari sisi buk el…saat posisi si otong ku kira pas dengan ipamnya itu ku tusuk perlahan demi perlahan maju…otomatis pak amin melihat kedatanganku dari belakang…

    “maaf yo pak amin..barang2 agak banyak saketek (maaf ya pak amin…barang2 ku sedikit lebih banyak) seakan tak terjadi apa2…bener2 gila perbuatan ku dan buk el kali ini…untung saja pinggiran bawah jendela agak tinggi sehinnga hanya sebatas ulu hatiku yang keliatan dari luar…tangan buk el menggapai pahaku dan meremas nya kuat…aakkkkhhhh…

    wajah beliau menunduk sambil mendesah tertahan…hhhmmmmffff laaaammhhaaaaakkkk godhhoookk uda lamaaaakkk aaakkkhhhh…(hhmmmmmfff ennhhhaaakkk kontoooolll uda ennnaaaaakkkhhh akkkhhhh)dengan berbisik pelan…aku sengaja hanya mendorong sepelan2 mungkin agar kenikmatan itu sama2 kami rasakan…pak amin bener2 tak menyadari perbuatan kami ini dan tak ada rasa curiga…mungkin dia berpikir tak mungkin anak muda seperti ku macam2 dengan istrinya yang sudah tua…padahal kenyataannya…tubuh istrinya ini selalu kudamba2kan dari dulu…

    “yo lah el..kok lah siap turuik se ka kadai…(ya udah el..kalau sudah siap datang saja ke warung) sambil tubuh kurus itu berlalu berjalan ke arah ujung gang…

    akkkkkkkhhhhhh….buk el melepas erengan tertahannya…niikkhhmaatttthhh…kontooolll uda manyyassakkk di pepek elll….aaakkkkhhhhh (nikkhhhmaattthhh..kontoooll uda sangat penuh di pepek elll…akkkkhhh)saat tirainya tertutup aku pun mulai menggoyang sambil mata ku tak lepas memandangi peraduan kami…akkkhhh akkkhhhh…hhhmmmmfff…plok…plookk…sesekali bunyi itu keluar saat ku keraskan hantaman ku…aakkkkhhhh…hhhmmmmfffff…aakkkkhhhh…kami sama2 mengerang keenakan…pindah yuk da,ajak beliau karna sudah kecapean ku hantam berdiri begini…tanpa melepas si otong dari sarang nikmatnya ini…ku peluk kedua payudara besar itu sambil ku tarik badan buk el kebelakang…saat itu posisi buk el dengan punggungnya menempel di dadaku dan otongku juga meniru hal yang sama..hhhmmmffff…ku ajak berjalan perlahan ke atas kasur peraduan kami…saat sampai di tepian kasurku tubuhnya kudorong dengan tubuhku jadilah saat itu kelamuan kami masih menempel dan badannya ku tindih dari belakang…kuciumi sebentar leher nya…ku lepas jepitan memek yang nikmat itu…buk el pun membalikan badannya…pahanya di renggangkan selebar2nya…kedua tangannya ikut memegangi pahanya hingga terbuka lebar…ohhh indahnya kemaluan wanita ini..tebal dan berjengger di hiasi bulu2 tebal di sekitarnya…ku ciumi sedikit dan mulai ku posisikan tubuhku di atasnya…saat kontol ku perlahan memasuki lubang kenikmatannya kaki buk el melingkar di belakang pinggangku dan tangan nya memelukku dengan erat…hinngga tubuhku tertarik keras ke arahnya dan si otong dengan cepat melesat masuk menerobok liang kenikmatanku itu…akkkkkkhhhhhh setengah berteriak kami sama2 mengerang….hhhhmmmmfffffff…mennthhhookk da….akkkkhhhh mulai kugoyang2 sedikit cepat kemaluanku…akkkhhhh hhhmmmfff…akkkkhhhh…buk el mengerang2 sambil memeluku erat…

    Cerita Mesum Bergambar

    “el suko bana godok uda dika kkkoohhhhh…sampai ka ujuuaanngghhh hhhmmmmfff…(el suka sekali kontol uda dika innhhhiii…sampai ke ujuunnggghhh hhmmmm…)goyanganku semakin ku percepat..ku angkat wajahku lalu kuciumi wajah wanita yang sedang ku tindih ini…akkkhhh aakkkkhhh akkkkhhh…

    “el sampaii…el sampaii…el sampaiii erengnya..akkkhhh…lammhhaaaakkk…akkkhhh…jepitan kakinya semakin menguat pantat nya sedikit terangkat….aaaaakkkkkkhhhhhh…dia mengerang keras…wanitaku ini mencapai puncak kenikmatanya…hhhhhmmmmmfffff….

    di saat yang sama kepala kontolku ikut merasakan geli yang amat sangatt…karna dalam kondisi dia menjepit pinggangku aku hanya menggoyang seperti mengayak kemaluannya…wajahnya semakin beringas ku ciumi…”aaaaaaakkkkkkkhhhhhhh aku mengerang keras tepat di wajahnya…hhhhnnngggggghhhhh…rudalku memuntahkan semua isinya sampai tak bersisa…ku tekankan dalam2 kontolku…hhhhggggnnnnhhhhh ennnhhaaaakkkk….kami sama2 menikmati puncak kenikmatan ini…dengan posisi aku menindih buk el,peluh dan badan kami menjadi satu yang hanya di batasi daster buk el yang sebatas perut…setelah gelombang kenikmatan kami mereda jepitan kaki buk perlahan melemah…dan akhirnya terlepas…tapi aku masih ingin menikmati moment ini sebentar lagi..kemaluan kami masih sama2 menempel erat ku balikkan badan ku serentak dengan tubuh tinggi besar di bawah ku ini…kali ini dia yang berada di atasku…buk el mangangkat kepala nya..ku belai2 tepian rambut dari kening hingga pipinya…ku tatap kedua bola mata wanita bertubuh tinggi besar ini dalam2…

    “aku mencintaimu elnawati,” kata itu terucap dari dalam hatiku..hingga suara ku begitu mendalam…wajahnya bersemu merah karna senang dengan senyum dia hanya memelukku erat… (Bersambung lagi)

  • Hantu Seksi Pemikat Sukma

    Hantu Seksi Pemikat Sukma


    1708 views

    Perawan – Salam para pembaca cerita dewasa horor sekalian. Tanpa banyak cingcong silahkan baca cerita dewasa horor yang terinspirasi dari manga ini. Selamat menikmati!

    Cerita Dewasa Horor – Hantu Seksi Pemikat Sukma

    Langit mulai berwarna jingga sore itu. Aku yang baru pindah ke kamar kost baruku, kini sedang sibuk mengatur ruangan yang nantinya akan kupakai selama beberapa tahun.
    Perkenalkan namaku Tomi. Umurku kini 18 tahun. Aku kini adalah seorang mahasiswa di perguruan tinggi swasta di jakarta. Kota metropolitan yang terkenal kejam, kata orang. Sebelumnya aku tinggal bersama mama dan kakakku. Tapi karena kesibukanku kuliah, kini aku menyewa sebuah kamar kost tak jauh dari kampus. Kata mamaku supaya bisa lebih konsentrasi.
    Kebetulan aku mendapatkan kamar kost yang cukup murah tarifnya. Enam ratus ribu sebulan, fasilitasnya antara lain kamar mandi dalam, AC, kasur, meja dan sebuah lemari kecil. Kamarku terletak di lantai dua, dan terletak di ujung lorong. Agak aneh pikirku kenapa bisa semurah ini, karena rata-rata tarif kost di jakarta untuk fasilitas yang sama mencapai depalan ratus ribu hingga satu juta rupiah perbulan. Akupun tidak sempat bertanya pada kawan-kawan satu kost. Peduli setan pikirku.
    Badanku lelah sekali megangkut barang-barangku walaupun tak seberapa banyak. Aku membawa satu unit TV, pakaian, dan setumpuk buku. Mungkin karena aku jarang berolahraga.
    Aku berbaring di kasur yang belum kupasangi sprei baru. Aku memandang ke sekeliling ketika rasa kantuk mulai menghinggapiku. Tak sadar aku tertidur.

    Dalam mimpiku aku mendengar seorang perempuan sedang menangis tersedu-sedu. Menyedihkan sekali mendengarnya. Aku berjalan menyusuri lorong menuju sebuah ruangan tempat suara itu berasal. Ketika aku membuka ruangan itu ternyata itu adalah kamar kostku sekarang, suara tangisan itu menghilang. Aneh sekali, mengapa suara itu berasal dari sini, pikirku. Aku masuk ke dalam ruangan itu. Aku mengenal betul dekorasi kamar kostku. Ada meja di sudut kanan yang telah kuletakkan beberapa buku novel favoritku. Kuambil salah satu buku dan kubalik beberapa halaman,lalu kuletakkan kembali. Disudut kanan ada lemari tempatku membereskan pakaianku. Kubuka lemari itu dan kutemukan pakaianku di dalamnya. Benar-benar sangat identik dengan kamar kostku, tak ada satupun yang berbeda.

    Suara tangisan itu terdengar kebali, sangat jelas. Suara itu bergaung di telingaku dan memang berasal dari dalam kamarku. Namun aku belum bisa memastikan asal suaranya.
    “halo…. Ada orang?” tanyaku.
    Suara tangisan itu tak menjawab panggilanku. Rasa penasaranku muncul, siapa sebenarnya perempuan itu dan apa yang dilakukannya di dalam kamarku.
    Perlahan rasa takut mulai menghampiriku. Kurasakan bulu di tengkukku mulai bergetar.
    “halo……, kenapa kamu menangis…?” aku memberanikan diri bertanya dengan suaraku yang kini bergetar. Suara tangisan itu mulai mengarah ke kamar mandiku.
    Perlahan-lahan kudekati pintu kamar mandiku. Apakah ada seseorang di salam sana, tanyaku dalam hati. Aku mendekat dan mecoba meraih gagang pintu kamar mandi. Sangat perlahan, ak begitu ragu untuk membukanya.
    Senti demi senti tanganku mulai mendekat ke gagang pintu yang berwarna kuning itu. Dan sesaat sebelum aku menyentuhnya, tiba-tiba…

    Crekkk…..Crekkkk……Crekkkk……
    Gagang pintu itu memutar. Seperti ada seseorang yang mencoba membukanya dari dalam.
    Aku bergerak menjauh. Rasa takut sudah menyelimutiku.
    Aku merayap mundur di atas ranjangku ketika tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka.
    “haloooo……. Siapa di sana….” Suaraku mulai terdengar parau.

    Sosok bayangan manusia terpantul di dinding. Sebentar lagi aku akan mengetahui siapa sebenarnya yang berada di kamar mandiku.

    Piiiipppp…. Piiiipppp…. Piiiipppp…. Piiiipppp…. Piiiipppp….
    Jam wekerku berbunyi. Cahaya matahari menerobos masuk melalui jendela yang gordennya lupa kututup tadi malam. Suara kerumunan orang yang lewat di gang depan kostku terdengar riuh.
    Hanya mimpi, pikirku.
    Aku mengintip keluar jendela, menikmati cahaya mentari pagi, sambil mengucek mataku yang masih lengket pada pelipisnya. Masih teringat jelas mimpiku semalam. Aku sangat jarang bermimpi buruk, karenanya mimpi tadi malam sangat membekas di batinku. Aku menoleh ke arah pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat. Rasa gentar yang kurasakan dalam mimpiku sudah tidak kurasakan lagi saat ini.
    Mana ada hantu di pagi hari, pikirku.
    Aku segera bangkit, melepaskan pakaianku untuk bergegas mandi. Kini aku sudah sepenuhnya telanjang. Aku sedikit merenggangkan tubuhku untuk mengusir rasa pegal yang belum juga menghilang.
    Pakaianku yang sudah berlumuran peluh kulemparkan kedalam keranjang di sebelah meja. Mungkin karena mimpi tadi malam, sehingga keringatku mengucur deras.

    Cerita Dewasa Horor | Aku berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan melakukan ritual masturbasi dipagi hari. Kehidupanku sebagai remaja memang cukup nakal, pikirku. Aku sudah berkali-kali melakukan hubungan sex dengan teman sekelasku waktu SMA dulu. Mungkin karena kecanduan akan kenikmatan itu sehingga hampir setiap pagi aku bermasturbasi ria.

    Kugenggam gagang pintu kamar mandi dan kuputar. Kutarik pintu kamar mandinya agar terbuka dan saat itu aku memekik tertahan.
    Ada seorang wanita dalam kamar mandiku…

    “Aa………..s..ss…siapa..ka.mu…” kataku terbata-bata sambil menutupi kemaluanku yang terpampang karena aku tidak lagi mengenakan celana. Pintu kamar mandi spontan kututup. Wanita itu juga tampak terkejut melihat kehadiranku karena kulhat wanita itu juga tak berbusana.
    Mana mungkin ada wanita yang masuk ke dalam kamarku diam-diam dimalam hari. Karena kuyakin pintu kamar sudah aku kunci. Apakah dia sudah berada di kamar ini sebelum aku masuk?, pikirku. Tak mungkin, menurut penuturan ibu kost, kamar ini sudah kosong selama sebulan lebih.
    Jadi siapa wanita itu sebenarnya.

    Aku merangkak naik ke atas rajangku dan menutupi diriku yang tak berbusana dengan bantal.
    Teringat kembali banyangan akan mimpiku semalam. Suara tangisan wanita misterius yang kudengar. Apakah berasal dari dia? Siapa dia? Darimana asalnya?. Beribu pikiran menghampiriku, namun tak satupun bisa kujawab.

    Aku menatap tajam kearah pintu kamar mandi yang masih dalam keadaan tertutup. Bulu tengkukku mulai merinding, namun jelas bukan karena suhu AC yang dingin. Serasa seperti air dingin menguyur tubuhku.

    “kamu bisa lihat aku….?” Kata suara dari dalam kamar mandi.
    “sss…..siapa kamu?” suaraku terbata-bata ketika aku bertanya balik.

    Tiba-tiba sosok bayangan mulai menembus pintu kamar mandi. Wanita itu melayang menghampiriku. Tubuhnya tinggi semampai, payudaranya cukup besar. Kunilai umurnya sekitar 18 tahun sama sepertiku.
    “jangan mendekat…… stop” kataku.
    Ia tersenyum ramah melihat diriku yang sedang dirundung ketakutan.
    “jangan takut…. Kamu beneran bisa lihat aku ya…?” dia bertanya lagi,
    Aku mengangguk menjawab pertanyaannya.
    “namaku Reni… dulu aku tinggal di kamar ini….” Katanya. Aku masih terdiam membisu, tak tau apa yang harus kukatakan. “yah….. sebelum aku meninggal sebulan yang lalu” katanya.
    Dadaku terasa sesak, aku sulit bernapas. Jantungku berdebar tak menentu, seakan sebentar lagi melompat keluar dari dadaku. Aku mencoba mengatur nafas sebisaku, mengusir rasa takutku. Tapi kusadari aku tak memiliki daya untuk itu. Sesosok hantu “asli” kini duduk di ranjangku.
    Oh tuhan… cobaan apa yang engkau berikan kepadaku. Selama aku hidup aku tidak pernah melihat, bertemu, dan menyaksikan secara langsung seperti apa hantu itu. Kini tanpa persiapan mental, tiba-tiba yang asli hadir di depan mataku.

    Cerita Dewasa Horor | Aku mencoba untuk tegar menghadapi semua ini. Tanganku yang masih gemetaran terlihat jelas. Kurasakan darah seperti berhenti mengalir diwajahku. Wajahku kini pucat seperti dinding-dinding perkantoran.
    “jangan ganggu…. Please…… aku masih mau hidup…” kataku.
    “hihihi…… maaf ya kalo kehadiranku menggangu kamu. Aku gak maksud sama sekali kok” katanya.
    “kamu mau apa?” tanyaku dengan suara yang masih bergetar.
    “jangan takut… aku disini terjebak, gak bisa kemana-mana…”
    “kenapa?” tanyaku.
    Ia menunduk, wajahnya berubah menjadi sedih. Seakan mengingat kejadian dimana ia meninggal.
    “aku meninggal sebulan yang lalu, dikamar mandi itu. Waktu itu aku baru ingin mandi, dan tiba-tiba aku terpeleset, aku jatuh dan kepalaku terbentur bibir kloset. Darahku mengalir dari luka di kepalaku. Aku terbaring lemas, tidak bisa berbuat apa-apa. Gak lama setelah itu aku meninggal” katanya.
    Air mata mulai menetes dipipinya.
    “jangan menangis….”kataku.
    Ia mengusap air matanya dengan kedua tangan.
    “kamu kost di sini karena mau kuliah ya?” tanyanya.
    Aku mengangguk tanpa menjawab.
    “aku dulu juga sama…. Impianku dulu, aku mau kuliah disini dan punya pacar.., tapi sekarang semua itu udah gak mungkin bisa…” katanya.
    Kini ia memandangku. Wajahnya cantik sekali, rambutnya panjang sepinggang. Tubuhnya sangat indah dengan payudara besar yang mengacung. Putingnya berwarna pink pucat. Kulitnya sangat mulus, kuning langsat.
    “kenapa kamu telanjang……” tanyaku. Wajahku kini memerah. Aku memalingkan pandanganku darinya.
    “aku kan meninggal pas lagi mandi….” Katanya.
    “namaku Reni…. Kamu siapa…” katanya sambil mengulurkan tangan padaku.
    Dengan ragu-ragu aku mengulur tanganku menyambut salamnya. Perlahan-lahan kini tanganku sudah sangat dekat dengan tangannya. Tangan kami bersentuhan, tangannya terasa hangat.
    Masa sih hantu punya tubuh, pikirku. Kok bisa-bisanya salaman. Peduli amat pikirku.
    “aku Tomi….” Jawabku singkat.
    “salam kenal ya….” Kata Reni.

    Ia mendekatkan diri kearahku, kini ia duduk disampingku yang masih memeluk bantal dengan erat.
    “kamu terganggu ya dengan kehadiran aku…?” tanya Reni.
    Aku mengangguk pelan. Ia menunduk, sekan menyesali kehadirannya.
    “maaf…. Bukan bermaksud menyinggung. Aku Cuma takut, karena aku belum pernah lihat hantu” kataku.
    “iya….. bukan salahmu kok… sebelumnya belum pernah ada yang bisa melihatku, akupun juga kaget waktu kamu membuka pintu dan bisa melihatku.” Katanya.
    “aku boleh minta tolong ngak?” tanya Reni.
    “minta tolong apa…” ucapanku mulai jelas. Rasa takut yang tadi menghampiriku perlahan mulai menghilang.
    “arwahku terjebak disini karena masih ada keinginan yang belum kesampaian.” Katanya.
    Aku terdiam mendengarkan ceritanya.
    “sewaktu aku sekarat, aku berpikir…. Kenapa aku harus mati sekarang, padahal aku masih perawan.” Katanya.
    “kamu mau ngak berhubungan sex sama aku…. Sekali aja… supaya arwahku bisa tenang dan bisa naik ke akhirat…” kata Reni.

    Cerita Dewasa Horor | Mataku terbelalak. Mulutku terkatub menahan tawa. Jari telunjukku kini mengarah ke tubuh Reni.
    “itu alasannya? Hahaha……” kataku. Rasa takutku sudah menghilang sama sekali setelah mendengarkan ceritanya.
    “Ihhhh…….. kamu kok ketawain aku sih… ayo dong… please… setubuhi aku,.. masa aku harus terjebak disini selamanya…. Cuma kamu yang bisa lihat dan sentuh aku, jadi Cuma kamu yang bisa nolong aku….. please……” matanya berbinar-binar memandangku.
    “kok hantu bisa bersentuhan sama manusia sih…..” tanyaku.
    Ia mengangkat bahu.
    “aku juga heran…. Makanya…… Cuma kamu yang bisa nolong aku…. Please… ya.. mau ya…., sekali aja ngesex sama aku….”pintanya.
    Wajahku mulai serius. Kugenggam tangannya yang berada di samping tubuhku, dan kuletakkan bantal yang sedari tadi kupeluk erat.
    “kamu serius….., aku ini udah ga perjaka lho….” Kataku.
    “iya… serius… gapapa deh…. Mau perjaka mau ngak….pokoknya perawan aku buat kamu…” katanya tersenyum.
    Aku mendekatkan wajahku kearahnya. Kurasakan aroma hembusan nafasnya yang begitu harum layaknya remaja seusianya. Ia merangkulkan tangannya keleherku dan mengecup bibirku.
    “Mmmmm…… Ahh….” Lidah kami beradu. Kuraba tubuhnya yang tak tertutup sehelai benang pun. Kupilin puting susunya yang telah mengeras.
    “Ahhhh…… geli….. Ahh…..” desahnya.
    “toket kamu besar banget….. Mmmm…” kataku sambil tetap melumat bibirnya yang lembut.
    Lidah kami beradu, tampak ia masih canggung dan kaku dalam menerima rangsanganku, mungkin karena dia memang masih perawan semasa hidup.
    Perlahan tapi pasti dia mulai menikmati apa yang aku lakukan terhadapnya. Ia mulai bisa mengimbangi permainanku. Dilumatnya bibirku dengan liar ketika ia mengusap punggungku dengan kedua tangannya yang lembut.
    Perlahan ciumanku turun kelehernya. Kujilat lehernya dengan lidahku dan ia mendesah.
    “Ahhh…… Ssssshhh…. Nikmat banget….. Ahhh…” ceracaunya.
    “tubuh kamu sexy banget Ren….Ahh…..” aku menjilat lehernya. Kukecup lehernya dengan kuat dan ia mengeliang liar. Tampak bekas cupanganku yang merah menghiasi lehernya yang jenjang.
    Kini hasratku melakukan hubungan sex dengannya sudah sangat menggebu-gebu. Tekadku adalah untuk memberikan kepuasan dalam satu hubungan sex yang menjadi impiannya.
    Perlahan jilatanku mulai menjalar ke bahunya.
    “Ahhhhhhh………Mmmmmm..Ahhh….” desahnya. Nafasnya mulai memburu ketika sapuan lidaku mulai mengeksplorasi setiap detil tubuhnya.
    Kujilat lipatan ketiak dan bahunya. Ia terus mendesah, menahan rangsangan yang datang bertubi-tubi. Ia mengangkat kedua tangannya ke atas.
    “Ahhh…. Jilatin lagi donk…. Ahh…. Enak banget.” Katanya.
    Jilatanku kini mendarat di ketiaknya yang mulus. Tak ditumbuhi sehelai bulu pun. Perlahan jilatanku bergerak menuju lengan, siku, tangan, dan jemarinya.
    “Sssshhh…. Ahhh…. Enak… kau pinter banget nyenengin aku…..” katanya.
    Aku tak berkata apapun. Kulanjutkan menghujani tubuhnya dengan sapuan lidahku.

    Ia mendekap kepalaku ketika aku menjilati payudaranya yang lebut. Kujilati seluruh bagian payudaranya selagi jemari tanganku memilin lembut putingnya yang kemerahan.
    “Ooooowhhhh…..Ahhhhh……” desahnya.
    Rangsanganku di payudaranya sepertinya membuatnya tak dapat menahan diri. Tubuhnya menggeliat liar ketika aku menghisap putingnya yang mengeras. Kuhisap dengan kuat kedua putingnya bergantian.
    “Ahhhhhhh………..terus….Ahhh….. enak banget….”
    Rangsanganku kini beranjak dari dadanya. Perlahan kujilat seluruh lekuk tubuhnya yang indah.
    Kulitnya yang kuning langsat benar-benar seperti kanvas putih yang belum dilukis. Sungguh indah tuhan menciptakan seorang wanita.

    baca juga cerita dewasa horor lainnya: Bakso Enak Ala Pak Fahri

    Kujilat pusarnya sementara tanganku meremas kuat kedua payudaranya yang mengacung.
    “Ohhh…..Shhh… Ahhhhhh….. jangan berhenti sayang….” Ia mengeliat dengan liar. Seakan sangat haus dengan rangsangan.
    Jilatanku mulai turun ke vaginanya. Belahan daging berwarna kemerahan itu sungguh indah. Tak ditumbuhi sehelai bulu pun. Tak seperti kebanyakan wanita yang sudah kutiduri selama ini. Apalagi jika dibandingkan dengan wanita-wanita panggilan yang sering kugunakan menyalurkan hasrat biologisku.
    Kukecup lubang vaginanya dengan mulutku dan kumainkan lidahku disana.
    “Ohhhh….Ohhhh…. Ahhh…… Ahhh….. terus sayang…..” ceracaunya ketika ia mengeliang tak tentu arah.
    Cairan kewanitaanya kini mulai membasahi vaginanya yang kemerahan. Gurih sekali rasanya.
    Kulihat tonjolan daging sebesar biji jagung di atas lubang vaginanya.
    Kujilat klitorisnya sambil kutekan kuat dan sesekali kugigit pelan.
    “Ahhhhhhhhhhhhhh…………….Ahhhhhhhhhhhhhhhh…… “ ia semakin tidak terkendali. Desahannya kini mulai berubah mirip sebuah teriakan nikmat.
    Kuhentikan rangsanganku pada klitorisnya.

    “Ahhh….. Ah…. Kok berhenti sayang…?” tanya Reni.
    “Sssssttt…jangan keras-keras… nanti ada yang dengar…”kataku.
    Ia pun tersenyum.
    “yang bisa dengar aku kan Cuma kamu…..” katanya.
    “ohh gitu ya… oke deh kulanjutkan….” Kataku.

    Cukup lama foreplay yang kulakukan pada tubuhnya. Berharap pengalaman sexnya yang pertama kali dan terakhir cukup untuk memuaskan harapannya.
    Penisku sudah menegang, keras sekali. Seakan meronta ingin menerobos masuk ke liang vagina berwarna kemerahan itu.
    Kugenggam penisku dan kuarahkan ke liang vaginanya. Reni yang terkulai lemas terlihat sudah siap menerima penisku. Ia tersenyum.

    “ayo masukin sayang….. puasin aku….” Katanya.
    Aku tersenyum dan mengangguk. Kutekan perlahan penisku masuk ke lubang kenikmatan itu.
    “Aaaaaakkkhh……” ia memekik tertahan. Menahan rasa sakit ketika penisku mengoyak selaput daranya.
    Kucabut penisku yang baru sekitar satu sentimeter masuk kedalam vaginanya, lalu kutekan lagi. Kini semakin dalam.
    “Aaaaa….. sakit….” Pekiknya.
    “sabar ya…. Memang begini kalau masih perawan” kataku berusaha menenangkannya.
    Kuulangi gerakanku. Perlahan-lahan kutekan penisku. Makin lama makin dalam. Sampai kini seluruh penisku sudah tertanam dalam vaginanya.
    “Ahhh…… memek kamu rapet banget Ren….nikmat banget”kataku.
    “Ssssshhhh… Ahhh…..” desahnya.
    Tampak ia masih menahan rasa sakitnya ketika penisku yang besar menerobos bagian paling sensitivnya.
    Kugerakkan perlahan penisku, maju mundur.
    “Ahhh…… Ahhhh…. Ahhh…..” Reni mendesah seirama dengan gerakanku.
    Kupertahankan ritme gerakanku sampai ia cukup menikmati sensasi pada vaginanya.

    “Ahhhh…… lebih cepat sayang….. aku udah gak tahan….” Ceracaunya.
    Kupercepat gerakanku menusuk vaginanya.
    “Ahh… Ahhh….. Ahhh…. “ ia kembali mendesah. Menahan kenikmatan yang kini sudah mengambil alih dirinya. Raut wajah menahan rasa sakit kini sudah tak namak lagi pada wajahnya yang cantik.
    Aku mempercepat lagi irama gerakanku. Kini penisku sudah menghujam kuat di vaginanya. Berkali-kali kutekan penisku dengan liar.
    “Ahhhh….. Ahhhh…… enak……. Ba…nget…. Ahhh…” ceracaunya.
    Hasratku semakin menggelora. Nafsu birahi sudah mengambil alih nalar dan logikaku. Tak peduli manusia atau hantu, tubuh indah ini tak akan aku sia-siakan begitu saja, pikirku.

    Hujaman penisku di vaginanya membuat tubuh Reni bergerak maju mundur. Ranjangku bergerak liar seakan tak mampu menahan luapan nafsu yang menguasai pikiranku.
    “Ahhhh……Ahhhhh……terussssss………”ceracaunya.
    Kurasakan cengkeraman vaginanya mulai menguat. Vaginanya berdenyut, menciptakan sensasi nikmat tiada tara pada batang penisku.
    Nafsu yang sudah menguasaiku membuatku semakin liar. Kuhujamkan penisku berkali-kali ke dalam liang vaginanya. Menciptakan bunyi khas seperti genangan air yang di lewati langkah kaki.

    “Ahhhhhhh……Ahhhhh…. Terus sayang….Ahhh….” tubuh Reni mengeliang kuat.
    Aku sudah tak mampu lagi membendung nafsu birahiku. Kurasakan spermaku sudah berada di ujung penisku. Tak lama lagi spermaku akan keluar, pikirku. Kutahan nafsuku, aku ingin Reni mecapai orgasme terlebih dahulu.
    Pikiranku melayang, setelah persetubuhan ini berakhir Reni akan pergi dari ruangan ini. Perasaanku mulai berkecamuk. Seakan tidak rela wanita ini pergi dari kehidupanku.

    Tubuh Reni menegang kuat.
    “Aaaaahhhh…..Aaaaahh….. hampir sampai…..” pekiknya.
    Kuhujamkan penisku semakin kuat kedalam vaginanya. Tubuh reni bergerak maju mundur. Ia mengeliang tak tentu arah.
    Keringat sudah mengalir deras ditubuhku. Entah sampai kapan aku mampu menahan spermaku tetap didalam, pikirku.
    “Ahhhhhhhhhhhhhhh………………Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhh…………”
    Reni melenguh panjang. Orgasmenya yang kunantikan sejak tadi akhirnya datang. Aku yang sudah tak kuasa menahan gejolak denyutan pada penisku segera mempercepat gerakanku. Mengejar puncak kenikmatan yang sebentar lagi kuraih.

    “Ahh…. Sssssshh….Ahh…” aku mendesah pelan. Khawatir akan ada orang yang mendengar desahanku. Kuhujamkan penisku sedalam mungkin keliang vaginanya.
    (sfx : Croooootttt…Croooottt….Croooottttt)
    Spermaku tumpah dalam rahim Reni. Hasrat yang mengebu-gebu dalam diriku kini telah terlampiaskan. Kurasakan denyutan vaginanya masih belum berhenti. Aku belum mengeluarkan penisku yang masih menancap erat di vaginanya.

    Kupandangi vagina Reni. Bercak merah menghiasi bibir vaginanya. Darah keperawanan itu menjadi bukti bahwa harapannya kini telah terwujud.
    “makasih ya Tom… kamu udah nolongin aku…” katanya dengan nafas yang masih terengah.
    “aku gak tau apa jadinya kalau kamu gak datang ke kamar ini… mungkin aku terjebak disini selamanya…” lanjutnya.
    “apa kamu sekarang sudah akan pergi?” tanyaku.
    “ya….. maaf ya sudah ganggu kamu…..” kata Reni.
    “ngak kok… maaf ya tadi aku takut… sekarang ngak lagi…. Kamu benar-benar fantastic” kataku
    Reni tersenyum mendengarnya.

    Tubuh Reni kini berpendar. Menyala seperti kunang-kunang dimalam hari. Perlahan, pendaran itu mulai pecah. Titik demi titik cahaya itu terbang dan menguap ketika sinar matahari menerobos masuk melalui jendela kamarku.
    Sesaat sebelum cahaya itu hilang sepenuhnya aku mendengar suaranya.
    “terima kasih….”

    Aku masih bersimpuh di ranjangku tanpa busana. Aku memandang kosong ke ranjangku.
    Tanpa kusadari air mataku menetes. Seakan tidak rela Reni meninggalkanku.

    Kuusap air mata itu. Karena aku yakin,itu adalah yang terbaik baginya. Sungguh aneh pikirku, aku yang sudah menganggap kegiatan sex seperti hal yang biasa. Aku yang sudah bergonta ganti lawan sex sampai tak dapat kuingat lagi jumlahnya. Kini menangis karena kehilangan seseorang yang baru saja kukenal.
    Apakah ini yang namanya cinta?.
    Pertanyaan itu tak mampu kujawab.

    Cukup lama aku termenung saat itu sampai kuputuskan untuk bergegas menuju kampus.
    Hari pertamaku dikampus berjalan membosankan. Tutorial pengenalan kampus tak kuhiraukan. Sampai saat dimana aku pulang. Kembali ke kamar kost, tempat dimana kenanganku dengan Reni berawal.

    Kubuka kunci kamarku dan bergegas masuk ke dalam ruangan kamar yang kurasakan begitu hampa tanpa kehadiran Reni.
    Aku melemparkan tasku keranjang dan duduk di sudutnya. Memandang ke langit sore itu yang sudah mulai gelap. Mengenang kembali raut wajah Reni yang tidak mungkin kulupakan.

    “kamu sudah pulang….?”
    Terdengar suara seorang wanita dibelakangku.
    Aku tersentak dan menoleh kearah suara itu berasal.
    Kulihat Reni sedang berdiri, memandang dan tersenyum kepadaku.

    Air mataku kembali menetes tak terbendung. Kuhampiri dia dan kupeluk erat tubuhnya.

    “jangan pergi….”kataku.
    “aku gak akan kemana-mana kok…..” kata Reni.
    “tapi kamu bilang kamu bakal pergi setelah harapanmu terkabul?” tanyaku.
    Reni tersenyum dan menggelengkan kepala.
    “harapanku telah berubah…., sewaktu kita berhubungan sex tadi pagi, aku berharap bisa mengulangi hal itu lagi sama kamu…” katanya.
    “jadi kamu akan tetap disini…?” tanyaku.
    Reni mengangguk.
    “sampai kapan?”
    “sampai kamu melupakan aku……” katanya.

    Aku memeluk tubuh Reni erat-erat. Bagiku baru kali ini ada wanita yang begitu berarti dalam hidupku. Well…. Apakah ini yang namanya cinta pada pandangan pertama?

    Jawabku, SIAPA YANG TAU…….

    -END-

  • Cerita Dewasa Perawanku di Ambil Guruku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Dewasa Perawanku di Ambil Guruku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1708 views

    Perawanku – Kali ini aku akan menceritakan tentang diriku dan sebut saja namaku Etty (bukan nama yang sebenarnya), Pada waktu itu aku masih sekolah di sebuah SMA Swasta. Penampilanku bisa dibilang lumayan lah kulit putih kekuningan, bentuk tubuh yang langsing tetapi padat berisi, kaki yang langsing dari paha sampai tungkai, bibir yang cukup sensual, rambut hitam lebat terurai dan wajah yang oval. Payudara dan pantatku pun mempunyai bentuk yang bisa di bilang lumayan juga.

    Dalam bergaul aku cukup ramah sehingga tidak mengherankan bila di sekolah aku mempunyai banyak teman baik anak-anak kelas II sendiri atau kelas I, aku sendiri waktu itu masih kelas II. Laki-laki dan perempuan semua senang bergaul denganku. Di kelaspun aku termasuk salah satu murid yang mempunyai kepandaian cukup baik, ranking 6 dari 10 murid terbaik saat kenaikan dari kelas I ke kelas II.

    Karena kepandaianku bergaul dan pandai berteman tidak jarang pula para guru senang padaku dalam arti kata bisa diajak berdiskusi soal pelajaran dan pengetahuan umum yang lain. Salah satu guru yang aku sukai adalah bapak guru bahasa Inggris, orangnya ganteng dengan bekas cukuran brewok yang aduhai di sekeliling wajahnya, cukup tinggi (agak lebih tinggi sedikit dari pada aku) dan ramping tetapi cukup kekar. Dia memang masih bujangan dan yang aku dengar-dengar usianya baru 27 tahun, termasuk masih bujangan yang sangat ting-ting untuk ukuran zaman sekarang.

    Suatu hari setelah selesai pelajaran olah raga (volley ball merupakan favoritku) aku duduk-duduk istirahat di kantin bersama teman-temanku yang lain, termasuk cowok-cowoknya, sembari minum es sirup dan makan makanan kecil. Kita yang cewek-cewek masih menggunakan pakaian olah raga yaitu baju kaos dan celana pendek. Memang di situ cewek-ceweknya terlihat seksi karena kelihatan pahanya termasuk pahaku yang cukup indah dan putih.

    Tiba-tiba muncul bapak guru bahasa Inggris tersebut, sebut saja namanya Freddy (bukan sebenarnya) dan kita semua bilang, “Selamat pagi Paa..aak”, dan dia membalas sembari tersenyum.
    “Ya, pagi semua. Wah, kalian capek ya, habis main volley”.

    Aku menjawab, “Iya nih Pak, lagi kepanasan. Selesai ngajar, ya Pak”. “Iya, nanti jam setengah dua belas saya ngajar lagi, sekarang mau ngaso dulu”.
    Aku dan teman-teman mengajak, “Di sini aja Pak, kita ngobrol-ngobrol”, dia setuju.
    “OK, boleh-boleh aja kalau kalian tidak keberatan”!
    Aku dan teman-teman bilang, “Tidak, Pak.”, lalu aku menimpali lagi, “Sekali-sekali, donk, Pak kita dijajanin”, lalu teman-teman yang lain, “Naa..aa, betuu..uul. Setujuu..”.
    Ketika Pak Freddy mengambil posisi untuk duduk langsung aku mendekat karena memang aku senang akan kegantengannya dan kontan teman-teman ngatain aku.
    “Alaa.., Etty, langsung deh, deket-deket, jangan mau Pak”.

    Pak Freddy menjawab, “Ah! Ya, ndak apa-apa”.
    Kemudian sengaja aku menggoda sedikit pandangannya dengan menaikkan salah satu kakiku seolah akan membetulkan sepatu olah ragaku dan karena masih menggunakan celana pendek, jelas terlihat keindahan pahaku. Tampak Pak Freddy tersenyum dan aku berpura-pura minta maaf.

    “Sorry, ya Pak”.
    Dia menjawab, “That’s OK”. Di dalam hati aku tertawa karena sudah bisa mempengaruhi pandangan Pak Freddy.
    Di suatu hari Minggu aku berniat pergi ke rumah Pak Freddy dan pamit kepada Mama dan Papa untuk main ke rumah teman dan pulang agak sore dengan alasan mau mengerjakan PR bersama-sama. Secara kebetulan pula Mama dan papaku mengizinkan begitu saja. Hari ini memang hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Ketika tiba di rumah Pak Freddy, dia baru selesai mandi dan kaget melihat kedatanganku.

    “Eeeh, kamu Et. Tumben, ada apa, kok datang sendirian?”.
    Aku menjawab, “Ah, nggak iseng aja. Sekedar mau tahu aja rumah bapak”.
    Lalu dia mengajak masuk ke dalam, “Ooo, begitu. Ayolah masuk. Maaf rumah saya kecil begini. Tunggu, ya, saya pakai baju dulu”Memang tampak Pak Freddy hanya mengenakan handuk saja. Tak lama kemudian dia keluar dan bertanya sekali lagi tentang keperluanku. Aku sekedar menjelaskan, “Cuma mau tanya pelajaran, Pak. Kok sepi banget Pak, rumahnya”.

    Dia tersenyum, “Saya kost di sini. Sendirian.”
    Selanjutnya kita berdua diskusi soal bahasa Inggris sampai tiba waktu makan siang dan Pak Freddy tanya, “Udah laper, Et?”.
    Aku jawab, “Lumayan, Pak”.
    Lalu dia berdiri dari duduknya, “Kamu tunggu sebentar ya, di rumah. Saya mau ke warung di ujung jalan situ. Mau beli nasi goreng. Kamu mau kan?”.
    Langsung kujawab, “Ok-ok aja, Pak.”.

    Sewaktu Pak Freddy pergi, aku di rumahnya sendirian dan aku jalan-jalan sampai ke ruang makan dan dapurnya. Karena bujangan, dapurnya hanya terisi seadanya saja. Tetapi tanpa disengaja aku melihat kamar Pak Freddy pintunya terbuka dan aku masuk saja ke dalam. Kulihat koleksi bacaan berbahasa Inggris di rak dan meja tulisnya, dari mulai majalah sampai buku, hampir semuanya dari luar negeri dan ternyata ada majalah porno dari luar negeri dan langsung kubuka-buka. Aduh! Gambar-gambarnya bukan main. Cowok dan cewek yang sedang bersetubuh dengan berbagai posisi dan entah kenapa yang paling menarik bagiku adalah gambar di mana cowok dengan asyiknya menjilati vagina cewek dan cewek sedang mengisap penis cowok yang besar, panjang dan kekar.

    Tidak disangka-sangka suara Pak Freddy tiba-tiba terdengar di belakangku, “Lho!! Ngapain di situ, Et. Ayo kita makan, nanti keburu dingin nasinya”.

    Astaga! Betapa kagetnya aku sembari menoleh ke arahnya tetapi tampak wajahnya biasa-biasa saja. Majalah segera kulemparkan ke atas tempat tidurnya dan aku segera keluar dengan berkata tergagap-gagap, “Ti..ti..tidak, eh, eng..ggak ngapa-ngapain, kok, Pak. Maa..aa..aaf, ya, Pak”.
    Pak Freddy hanya tersenyum saja, “Ya. Udah tidak apa-apa. Kamar saya berantakan. tidak baik untuk dilihat-lihat. Kita makan aja, yuk”.
    Syukurlah Pak Freddy tidak marah dan membentak, hatiku serasa tenang kembali tetapi rasa malu belum bisa hilang dengan segera.
    Pada saat makan aku bertanya, “Koleksi bacaannya banyak banget Pak. Emang sempat dibaca semua, ya Pak?”.
    Dia menjawab sambil memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya, “Yaa..aah, belum semua. Lumayan buat iseng-iseng”.

    Lalu aku memancing, “Kok, tadi ada yang begituan”.
    Dia bertanya lagi, “Yang begituan yang mana”.
    Aku bertanya dengan agak malu dan tersenyum, “Emm.., Ya, yang begituan, tuh. Emm.., Majalah jorok”.
    Kemudian dia tertawa, “Oh, yang itu, toh. Itu dulu oleh-oleh dari teman saya waktu dia ke Eropa”.
    Selesai makan kita ke ruang depan lagi dan kebetulan sekali Pak Freddy menawarkan aku untuk melihat-lihat koleksi bacaannya.

    Lalu dia menawarkan diri, “Kalau kamu serius, kita ke kamar, yuk”.
    Akupun langsung beranjak ke sana. Aku segera ke kamarnya dan kuambil lagi majalah porno yang tergeletak di atas tempat tidurnya.
    Begitu tiba di dalam kamar, Pak Freddy bertanya lagi, “Betul kamu tidak malu?”, aku hanya menggelengkan kepala saja. Mulai saat itu juga Pak Freddy dengan santai membuka celana jeans-nya dan terlihat olehku sesuatu yang besar di dalamnya, kemudian dia menindihkan dadanya dan terus semakin kuat sehingga menyentuh vaginaku. Aku ingin merintih tetapi kutahan.

    Pak Freddy bertanya lagi, “Sakit, Et”. Aku hanya menggeleng, entah kenapa sejak itu aku mulai pasrah dan mulutkupun terkunci sama sekali. Semakin lama jilatan Pak Freddy semakin berani dan menggila. Rupanya dia sudah betul-betul terbius nafsu dan tidak ingat lagi akan kehormatannya sebagai Seorang Guru. Aku hanya bisa mendesah”, aa.., aahh, Hemm.., uu.., uuh”.

    Akhirnya aku lemas dan kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Pak Freddy pun naik dan bertanya.
    “Enak, Et?”
    “Lumayan, Pak”.
    Tanpa bertanya lagi langsung Pak Freddy mencium mulutku dengan ganasnya, begitupun aku melayaninya dengan nafsu sembari salah satu tanganku mengelus-elus penis yang perkasa itu. Terasa keras sekali dan rupanya sudah berdiri sempurna. Mulutnya mulai mengulum kedua puting payudaraku. Praktis kami berdua sudah tidak berbicara lagi, semuanya sudah mutlak terbius nafsu birahi yang buta. Pak Freddy berhenti merangsangku dan mengambil majalah porno yang masih tergeletak di atas tempat tidur dan bertanya kepadaku sembari salah satu tangannya menunjuk gambar cowok memasukkan penisnya ke dalam vagina seorang cewek yang tampak pasrah di bawahnya.
    “Boleh saya seperti ini, Et?”.

    Aku tidak menjawab dan hanya mengedipkan kedua mataku perlahan. Mungkin Pak Freddy menganggap aku setuju dan langsung dia mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar dan duduk di hadapan vaginaku. Tangan kirinya berusaha membuka belahan vaginaku yang rapat, sedangkan tangan kanannya menggenggam penisnya dan mengarahkan ke vaginaku.

    Kelihatan Pak Freddy agak susah untuk memasukan penisnya ke dalam vaginaku yang masih rapat, dan aku merasa agak kesakitan karena mungkin otot-otot sekitar vaginaku masih kaku. Pak Freddy memperingatkan, “Tahan sakitnya, ya, Et”. Aku tidak menjawab karena menahan terus rasa sakit dan, “Akhh.., bukan main perihnya ketika batang penis Pak Freddy sudah mulai masuk, aku hanya meringis tetapi Pak Freddy tampaknya sudah tak peduli lagi, ditekannya terus penisnya sampai masuk semua dan langsung dia menidurkan tubuhnya di atas tubuhku. Kedua payudaraku agak tertekan tetapi terasa nikmat dan cukup untuk mengimbangi rasa perih di vaginaku.

    Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dengan gerakan penis Pak Freddy mengocok vaginaku. Aku terengah-engah, “Hah, hah, hah,..”. Pelukan kedua tangan Pak Freddy semakin erat ke tubuhku dan spontan pula kedua tanganku memeluk dirinya dan mengelus-elus punggungnya. Semakin lama gerakan penis Pak Freddy semakin memberi rasa nikmat dan terasa di dalam vaginaku menggeliat-geliat dan berputar-putar.

    Sekarang rintihanku adalah rintihan kenikmatan. Pak Freddy kemudian agak mengangkatkan badannya dan tanganku ditelentangkan oleh kedua tangannya dan telapaknya mendekap kedua telapak tanganku dan menekan dengan keras ke atas kasur dan ouwww.., Pak Freddy semakin memperkuat dan mempercepat kocokan penisnya dan di wajahnya kulihat raut yang gemas. Semakin kuat dan terus semakin kuat sehingga tubuhku bergerinjal dan kepalaku menggeleng ke sana ke mari dan akhirnya Pak Freddy agak merintih bersamaan dengan rasa cairan hangat di dalam vaginaku. Rupanya air maninya sudah keluar dan segera dia mengeluarkan penisnya dan merebahkan tubuhnya di sebelahku dan tampak dia masih terengah-engah.
    Setelah semuanya tenang dia bertanya padaku, “Gimana, Et? Kamu tidak apa-apa? Maaf, ya”.
    Sembari tersenyum aku menjawab dengan lirih, “tidak apa-apa. Agak sakit Pak. Saya baru pertama ini”.
    Dia berkata lagi, “Sama, saya juga”.

    Kemudian aku agak tersenyum dan tertidur karena memang aku lelah, tetapi aku tidak tahu apakah Pak Freddy juga tertidur.
    Sekitar pukul 17:00 aku dibangunkan oleh Pak Freddy dan rupanya sewaktu aku tidur dia menutupi sekujur tubuhku dengan selimut. Tampak olehku Pak Freddy hanya menggunakan handuk dan berkata, “Kita mandi, yuk. Kamu harus pulang kan?”.

    Badanku masih agak lemas ketika bangun dan dengan tetap dalam keadaan telanjang bulat aku masuk ke kamar mandi. Kemudian Pak Freddy masuk membawakan handuk khusus untukku. Di situlah kami berdua saling bergantian membersihkan tubuh dan akupun tak canggung lagi ketika Pak Freddy menyabuni vaginaku yang memang di sekitarnya ada sedikit bercak-bercak darah yang mungkin luka dari selaput daraku yang robek. Begitu juga aku, tidak merasa jijik lagi memegang-megang dan membersihkan penisnya yang perkasa itu.

    Setelah semua selesai, Pak Freddy membuatkan aku teh manis panas secangkir. Terasa nikmat sekali dan terasa tubuhku menjadi segar kembali. Sekitar jam 17:45 aku pamit untuk pulang dan Pak Freddy memberi ciuman yang cukup mesra di bibirku. Ketika aku mengemudikan mobilku, terbayang bagaimana keadaan Papa dan Mama dan nama baik sekolah bila kejadian yang menurutku paling bersejarah tadi ketahuan. Tetapi aku cuek saja, kuanggap ini sebagai pengalaman saja.

    Semenjak itulah, bila ada waktu luang aku bertandang ke rumah Pak Freddy untuk menikmati keperkasaannya dan aku bersyukur pula bahwa rahasia tersebut tak pernah sampai bocor. Sampai sekarangpun aku masih tetap menikmati genjotan Pak Freddy walaupun aku sudah menjadi mahasiswa, dan seolah-olah kami berdua sudah pacaran. Pernah Pak Freddy menawarkan padaku untuk mengawiniku bila aku sudah selesai kuliah nanti, tetapi aku belum pernah menjawab. Yang penting bagiku sekarang adalah menikmati dulu keganasan dan keperkasaan penis guru bahasa Inggrisku itu.

  • Ngentot Memek Perawan Putriku Sendiri – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018

    Ngentot Memek Perawan Putriku Sendiri – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018


    1705 views

    Perawanku – Sebenarnya aku tidak pernah menyangka akan tega berbuat hal seperti ini pada putriku sendiri. Tapi hal itu sudah terjadi dan aku hanya bisa menyesalinya sekarang, tapi semua sudah tidak lagi berguna karena sekarang bukan hanya putriku tapi istriku juga meninggalkan aku, hingga tinggallah aku sendiri menyesali setiap perbuatanku pada putri kandungku sendiri.

    Aku seorang pria setengah baya namaku pak Imran, awalnya aku begitu menikmati kehidupan rumah tanggaku. Kami bahagia hidup berasama aku dengan istriku dan juga anakku satu-satunya Fetty namanya, tapi semua berubah sejak aku di PHK oleh perusahaan yang telah menaungi aku selama ini. Sering kali aku merasa stress setiap hari hanya duduk saja di rumah tanpa berbuat apa-apa.

    Hingga akhirnya akupun bergabung dengan para pemain di salah satu tempat hiburan, hampir setiap malam aku mencoba peruntungan di meja judi. Berharap kehidupanku akan berubah jika aku dapat memenangkan permainan itu, tapi bukannya kemenangan yang aku raih malah semakin habis tabunganku dari hasil uang pesangon PHKku, bahkan kini aku semakin menjadi.

    Aku sering melakukan hubungan intim dengan para pemain adegan dalam cerita sex sedarah. Uang aku hambur-hamburkan untuk alasan yang tidak jelas itu, bahkan perhiasan istriku yang dia simpan rapat-rapat aku curi juga. Pertengkaranpun tidak terelakan lagi, dan tidak jarang pula aku bermain tangan jika bertengkar dengan istriku yang saat itu aku rasa dia terlalu cerewet.

    Hubunganku dengan istriku tidak lagi harmonis bahkan aku tidak pernah lagi mengajaknya melakukan adegan seperti dalam cerita sex sedarah. Aku lebih sering melakukannya dengan para gadis penghibur, yang labih muda dan lebih seksi dari pada istriku yang mulai tua kurasa. Dia pernah menemuiku di salah satu tempat hiburan langgananku tapi dengan tega aku mendorong tubuhnya untuk segera pergi dari sana.

    Tanpa ada rasa kasihan sama sekali aku terus menyiksanya bukan hanya tubuhnya tapi hatinya juga aku siksa. Tapi bagai sudah tertutup mata hatiku aku terus melakukan hal itu, bahkan yang lebih tega lagi aku melakukan hal yang tidak senonoh pada anakku sendiri. Saat itu Fetty anakku baru saja datang dari sekolahnya dia memang salah satu murid SMU favorit.

    Saat ini masih duduk di kelas 3 tapi bukannya melindungi sebagaimana seorang ayah pada putrinya, aku malah memerkosanya tanpa ada rasa kasihan dalam hatiku. Saat itu aku baru pulang setelah semalaman pergi ke tempat hiburan malam, aku mabuk tapi tidak ada gadis penghibur yang mau melayani aku karena aku tidak lagi memegang uang, karena terpengaruh minuman keras.

    Akhirnya akupun melakukannya pada anakku, dengan langkah sempoyongan aku masuk dalam rumahku, aku cari istriku untuk memuaskan birahiku tapi aku tidak dapat menemuinya. Sedangkan birahiku sudah memuncak ketika aku berada di dalam dapur aku mendengar ada yang mengucapkan salam, aku tahu kalau dia adalah Fetty anakku dan aku membuarkannya tanpa menjawab salam darinya. Judi Bola Online

    Sampai akhirnya aku beranjak dari dapur menuju ruang tamu tapi begitu melihat ke kamar Fetty, aku melihat dia sedang melepas pakaian sragam sekolahnya. Saat itulah aku melihat lekuk tubuhnya dengan begitu jelas, dengan tetek yang masih ranum dan juga putih bersih tubuh mulusnya membuatku birahiku kembali bergejolak dalam hatiku yang dari tadi ingin melampiaskan nafsuku.

    Dengan cepat aku masuk kedalam kamar anakku, aku lihat dia kaget tapi dengan sigap aku langsung mengunci kamarnya lalu aku menghampiri dia yang masih kikuk dengan tubuh yang sedikit terbuka ” Yah.. ada apa.. yah…. ini Fetty… ” masih jelas aku mengingat kata-katanya, tapi aku tetap mendekatinya lalu aku pegang tubuh sintalnya dan aku cium teteknya yang masih terbungkus BH.

    Bagai Adegan pemerkosaan dalam cerita sex sedarah aku terus mendorong tubuh Fetty semakin keras sampai akhirnya dia terjungkal jatuh pas di atas tempat tidurnya. Dengan cepat aku tindih tubuhnya lalu aku menyosor wajahnya dengan ciumanku yang bertubi-tubi. Fetty menangis waktu itu, tapi aku tetap melakukan hal itu padanya tidak lagi aku dengarkan rengekannya.

    Dengan cepat aku buka celana dalamnya dengan tanganku yang kasar, saat aku melihat memek yang masih terlihat dengan cantiknya. Akupun mengeluarkan kontolku dari dalam celanaku lalu aku acungkan pada memek Fetty yang sudah aku buka lebar-lebar pahanya, dia beberapa kali memberontak hingga akhirnya akupun melakukan hal yang lebih kejam lagi.

    Aku tampar wajah Fetty hingga diapun pingsan, dengan leluasa aku dapat memasukkan kontolku ” EEegggghhhh…. eeeeggggghh….. aaaagggghh… aaaaggghhh….. ” Begitu nikmat memek yang aku sentuh kali ini beda banget dengan memek seorang gadis penghibur, akupun begitu menikmatinya dan beberapa kali aku goyang pantatku dengan keras dan lebih keras lagi.

    Aku terus bergoyang bahkan dengan kasar aku terus menghentakan kontolku lebih dalam lagi ” Uuugghh… uuuuuuugggghh…….. aaaaaggggghhhh…… aaaagggghhh……. aaaaaggggghhhhh….. uuuggghh…. ” Desahku mengalahkan kerasnya hentakan kontolku, aku dengan gemas meremas tetek Fetty yang terlihat begitu indah dan dengan bibirku akupun mencium wajah cantik putriku.

    Ketika aku masih asyik menggoyang pantatku tiba-tiba Fetty terbangun dari pingsannya sambil mendesah kesakitan kurasa ” OOouuggghh…. uuuuggggghhh…. uuuggggghhh…. jangan… yah….. aaaaaggggghhhh……… aaaaaagggghhh… ” Nampak dia begitu ingin melepaskan diri dariku tapi semakin cepat pula aku menggoyangakn pinggulku di atas tubuhnya.


    Sampai akhirnya ketika sudah agak lama juga aku bergoyang, tubuhku terasa bergetar rasa nikmat menjalar dari dalam tubuhku. Akupun mengerang keras ” OOOouuuugggggghhh….. oooouuugggghhh…. ooouuuggggghh… nik…. matnya…. ooouuuuuuuuuuggggghhhhh….. ” Aliran sperma yang keluar dari dalam kontolku terasa hangat dan juga nikmat.

    Dengan menekan kontolku lebih dalam lagi aku terus membenamkan kontolku dalam memek Fetty, dia masih menangis di bawah tubuhku tapi tetap saja aku tidak menghiraukannya. Yang ada aku begitu menikmati adegan seperti dalam cerita sex sedarah kali ini. Akhirnya tubuhkupun ambruk di samping tubuh Fetty yang juga tidak kuat lagi untuk segera bangun tapi kemudian aku melihatnya berlari menuju pintu.

  • Cerita Sex Ngentot Memek Tante Marry Yang Semok Sampe Crot

    Cerita Sex Ngentot Memek Tante Marry Yang Semok Sampe Crot


    1705 views
    PerawankuCerita Sex Ngentot Memek Sejak kecil aku tinggal bersama nenekku, dan bersama nenekku tinggal om-om dan tante-tanteku (anak-anak dari nenekku). Omku yang ketiga menikah dengan seorang wanita yang bernama Merry yang kupanggil dengan sebutan Tante Merry. Tante Merry orangnya cantik, wajah dan tubuhnya cukup sexy dan orangnya mudah bergaul, terutama denganku.
    Oh ya, namaku adalah Dharma, masih sekolah di SMA waktu itu. Semula omku tersebut tinggal bersama kami, dan aku yang saat itu sedang menikmati masa remaja kira-kira umur 16 tahun sering melihat Tante Merry sedang bercumbu dengan suaminya, dan kadang-kadang di depanku Tante Merry mengusap penis omku, sebut saja Om Chandra. Batang kemaluanku yang saat itu sedang remaja-remajanya langsung menjadi tegang, dan setelah itu aku melakukan onani membayangkan sedang bersetubuh dengan Tante Merry.
    Setelah mereka menikah 1 tahun, akhirnya mereka pindah dari tempat nenek kami dan membeli rumah sendiri yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah nenek kami. Kalau Tante Merry hendak pergi, biasanya dia memanggilku untuk menjaga rumahnya, takut ada maling. Suatu hari aku dipanggil oleh Tante Merry untuk menjaga rumahnya.
    Ketika aku datang, dia sedang ada di kamar dan memanggilku, “Dharma, masuk ke kamar..!” teriaknya. Agen Maxbet
    “Ya Tante..” jawabku.
    Ternyata di dalam kamar, tante sedang memakai BH dan celana dalam saja, aku disuruh mengaitkan tali BH-nya. Dengan tangan gemetaran aku mengaitkan BH-nya. Rupanya Tante Merry tahu aku gemetaran.
    Dia bertanya, “Kenapa Dharma gemetaran..?”
    “Enggak Tante,” jawabku.
    Tapi tante cepat tanggap, dipeluknya tubuhku dan diciumnya bibirku sambil berkata, “Dharma, Tante ada perlu mau pergi dulu, ini Tante kasih pendahuluan dulu, nanti kalau Tante pulang, Tante akan berikan yang lebih nikmat.”
    “Ya Tante.” jawabku.
    Cerita Sex Ngentot Memek – Kepalaku terasa pusing, baru pertama kali aku menyentuh bibir seorang wanita, apalagi wanita cantik seperti Tante Merry. Lalu aku ke kamar mandi melakukan onani sambil membayangkan tubuh Tante Merry.
    Kira-kita jam 3 sore, tante pulang dan aku menyambutnya dengan penuh harap. Tante Merry langsung masuk kamar, sedangkan aku menunggu di ruang tamu, kira-kira 10 menit kemudian, dia memanggil pembantunya untuk disuruh ke supermarket untuk membeli sesuatu, jadi tinggallah di rumah aku dan Tante Merry saja.
    Setelah pembantunya pergi, Tante Merry menutup pintu dan menggandengku untuk masuk ke kamarnya.
    Lalu Tante Merry berkata, “Dharma, seperti yang kujanjikan, aku akan meneruskan pendahuluan tadi.”
    Aku diam saja, gemetar menahan nafsu.
    Tiba-tiba Tante Merry mencium bibirku, dan berkata, “Balaslah Dharma, hisap bibirku..!”
    Aku menghisapnya, dan terasa bibirnya sangat enak dan bau tubuhnya wangi, karena dia memakai parfum Avon yang merangsang, aku menjadi salah tingkah.
    Cerita Sex Ngentot Memek Tante Marry Yang Semok Sampe Crot

    Cerita Sex Ngentot Memek Tante Marry Yang Semok Sampe Crot

    Tiba-tiba dia memegang batang kemaluanku, aku sangat kaget.
    “Wah punyamu sudah tegang dan besar Dharma,” sahut Tante Merry.
    Lalu Tante Merry berkata lagi, “Apakah kamu pernah berhubungan sex dengan wanita?”
    Aku menjawab sambil gemetar, “Jangankan berhubungan sex, mencium wanita saja baru kali ini.”
    Tante Merry tersenyum dan berkata, “Hari ini Tante akan ajarkan cara berhubungan sex dengan seorang wanita.”
    Lalu Tante Merry membuka bajunya sehingga telanjang bulat, lalu dipegangnya tanganku dan dibawanya ke buah dadanya yang cukup besar.
    Sambil gemetaran aku memegang buah dadanya dan memegang putingnya.
    Tante Merry mendesis merasakan kenikmatan usapanku dan berkata, “Terus Dharma.., terus..!”
    Lalu dengan memberanikan diri aku mencium putingnya, dan Tante Merry bertambah mendesis. Dibukanya celana pendekku dan CD-ku, sehingga aku juga menjadi telanjang bulat sepertinya. Penisku dielus-elusnya sambil berkata, “Dharma, punyamu besar amat, lebih besar dari punya Om Chandra.”
    Setelah puas menghisap puting buah dada tante, aku mencium pusarnya, dan akhirnya sampai di vaginanya.
    “Ayo Dharma, cepat hisap punyaku..!”
    Aku memberanikan diri mencium kemaluannya dan menjilat-jilat dalamnya, sedangkan tante tambah mendesis.
    Tante berkata, “Sabar Dharma, Tante kepingin mencium punya Dharma dulu.”
    Lalu dia membaringkanku di tempat tidur dan mulai mencium biji kemaluanku dan menghisap penisku perlahan-lahan. Serasa dunia ini melayang, alangkah nikmatnya, baru pertama kali batang kemaluanku dihisap oleh seorang wanita cantik, apalagi oleh Tante Merry yang sangat cantik.
    Cerita Sex Ngentot Memek – Penisku semakin membesar, dan rasanya seperti mau kencing, tetapi rasanya sangat nikmat, ada yang mau keluar dari kemaluanku.
    Aku menjerit, “Tante, Tante.., lepas dulu, aku mau kencing dulu.”
    Tetapi rupanya tante sudah tahu apa yang mau keluar dari kemaluanku, malah dia semakin kuat menghisap penisku. Akhirnya meletuslah dan keluarlah air maniku, dengan mesranya Tante Merry menghisap air maniku dan menjilat-jilat penisku sampai bersih air maniku. Agen Judi Maxbet Terpercaya
    Batang kemaluanku terkulai lemah, tetapi nafsuku masih terasa di kepalaku.
    Lalu tante berkata, “Tenang Dharma, ini baru tahap awal, istirahat dahulu.”
    Aku diberi minum coca-cola, setelah itu kami berciuman kembali sambil tiduran. Tanpa kusadari kemaluanku sudah membesar lagi dan kembali aku menghisap buah dadanya.
    “Tante.., aku sayang Tante.”
    Lalu tante berkata, “Ya Dharma, Tante juga sayang Dharma.”
    Lalu aku menjilat vagina tante sampai ke dalam-dalamnya dan tante menjerit kemanjaan.
    “Ayo Dharma.., kita mulai pelajaran sex-nya..!”
    Penisku yang sudah tegang dimasukkan ke dalam liang kemaluan Tante Merry yang sudah licin karena air vaginanya.
    Perlahan-lahan batang kemaluanku amblas ke dalam lubang kemaluan tante, dan tante mulai menggoyang-goyangkan pantatnya. Aduh terasa nikmatnya, dan kembali kami berciuman dengan mesranya.
    Lalu aku berkata kepada Tante Merry, “Tante.., kalau tahu begini nikmatnya kenapa enggak dulu-dulu Tante ajak Dharma bersetubuh dengan Tante..?”
    Tante hanya tersenyum manis. Terasa penisku semakin mengembang di dalam vagina Tante Merry, tante semakin mendesis.
    Tante mengoyang-goyangkan pantatnya sambil berkata, “Dharma.., Tante kepengen keluar nih..!”
    Kujawab, “Keluarin saja Tante, biar Tante merasa nikmat..!”
    Cerita Sex Ngentot Memek – Tidak lama kemudian tante menjerit histeris karena orgasme dan mengeluarkan air kemaluannya, penisku masih tegang rasanya.
    Dengan lembut aku mencium tante dan berkata, “Tante sabar ya, Dharma masih enak nih..,”
    Kemudian aku semakin memperkuat tekanan batangku ke liang tante, sehingga tidak lama setelah itu aku memuncratkan air maniku di dalam vagina Tante Merry bersamaan dengan keluarnya cairan tante untuk kedua kalinya. Terasa tubuh ini menjadi lemas, kami tetap berpelukan dan berciuman. Setelah istirahat sebentar, kami mandi bersama saling menyabuni tubuh kami masing-masing, dan kami berjani untuk melakukannya lagi dilain waktu.
    Setelah peristiwa itu, setiap malam aku selalu terkenang akan vagina Tante Merry, sehingga rasanya aku ingin tidur bersama Tante Merry, tetapi bagaimana dengan Om Chandra. Rupanya nasib baik masih menemaniku, tiba-tiba saja Om Chandra dipindahkan tugasnya ke Bandung, dan untuk sementara Tante Merry tidak dapat ikut karena Om Chandra tidurnya di mess. Sambil mencari kontrakan rumah, Tante Merry tinggal di Jakarta, tetapi setiap Sabtu malam Om Chandra pulang ke Jakarta.
    Atas permintaan Tante Merry, setiap malam aku menemaninya, aku harus sudah ada di rumah Tante Merry jam 8 malam. Untuk tidur malam, aku disiapkan sebuah kamar kosong, tapi untuk kamuflase saja, sebab setelah pembantunya tidur aku pindah ke kamar Tante Merry. Tentunya Tante Merry sudah siap menyambutku dengan pelukan mesranya, dan kami bercumbu sepanjang malam dengan nikmatnya dan mesranya. Kalau waktu pertama kali aku hanya menghisap kemaluannya, sekarang kami sudah saling menghisap atau gaya 69. Lubang kemaluan Tante Merry sudah puas kuciumi, bahkan sekarang bukan saja lubang vagina, tetapi juga lubang anus, rasanya nikmat menghisapi lubang-lubang tante. Penisku juga dihisap tante dengan ketatnya dan terasa ngilu ketika lubang kencingku dihisap Tante Merry, tapi nikmat.
    Cerita Sex Ngentot Memek – Setelah kami saling menghisap, akhirnya barulah kami saling memasukkan kemaluan kami, dan kali ini tante berada di atasku. Batang kemaluanku yang sudah tegang dan berdiri tegak dimasukkan ke kemaluan tante, aduh nikmatnya. Lalu aku menghisap buah dada tante sambil menggoyang-goyangkan pantatku. Kira-kira sepuluh menit, tante mengeluarkan air maninya sambil menjerit nikmat, namun aku belum mengeluarkan air maniku. Lalu aku bertukar posisi, sekarang tante di bawah, aku yang di atas. Karena tante sudah keluar, terasa mudah memasukkan kemaluanku ke dalam vagina tante, dan kembali kami berpacu dalam nafsu.
    Sambil mencium bibir Tante Merry, aku berkata, “Tante… Tante.., kenapa sih lubang Tante enak banget, punyaku terasa dijepit-jepit lubang Tante yang lembut.”
    Sambil tersenyum tante menjawab, “Dharma.., batang kamu juga enak, kalau dengan Om Chandra Tante hanya bisa orgasme sekali, tetapi dengan kamu bisa berkali-kali.”
    Kembali aku menekan batang penisku erat-erat ke liang kemaluan tante sambil mengoyang-goyangkan pantatku, dan akhirnya aku menjerit, “Tante.., Tante.., aku keluar..!”
    Alangkah nikmat rasanya.
    Perlahan-lahan aku mengeluarkan batang kemaluanku dari liang senggama tante. Setelah itu kembali kami berciuman dan tidur sambil berpelukan sampai pagi. Ketika bagun pagi-pagi aku kaget, karena aku tahu di sampingku ada Tante Merry yang tidak memakai apa-apa, nafsuku timbul kembali. Kubangunkan Tante Merry dan kembali kami bersetubuh dengan nikmatnya, dan akhirnya kami mandi bersama-sama.
    Selama hampir 1 bulan lamanya kami seperti sepasang suami istri yang sedang berbulan madu, kecuali hari Sabtu dan Minggu dimana Om Chandra pulang. Pengalaman ini tidak akan terlupakan seumur hidupku, walaupun sekarang aku sudah beristri dan mempunyai 2 orang anak. Kadang-kadang Tante Merry masih mengajak aku bersetubuh di hotel. Tetapi sejak aku beristri, perhatianku kepadanya agak berkurang, lagipula usia Tante Merry sudah bertambah tua.
    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex
  • Cerita Sex Hot Kepuasan Seks Dari Lelaki Yang Bukan Suamiku

    Cerita Sex Hot Kepuasan Seks Dari Lelaki Yang Bukan Suamiku


    1704 views

    Perawanku – Karena jabatan suamiku sudah tidak mungkin lagi naik di perusahaannya, untuk menambah penghasilan kami, aku meminta ijin kepada Mas Hadi untuk bekerja, mengingat pendidikanku sebagai seorang Accounting sama sekali tidak kumanfatkan semenjak aku menikah.

    Pada dasarnya suamiku itu selalu menuruti keinginanku, maka tanpa banyak bicara dia mengijinkan aku bekerja, walaupun aku sendiri belum tahu bekerja di mana, dan perusahaan mana yang akan menerimaku sebagai seorang Accounting, karena aku sudah berkeluarga.

    “Bukankah kamu punya teman yang anak seorang Direktur di sini?” kata suamiku di suatu malam setelah kami melakukan hubungan badan.
    “Iya… si Yanthi, teman kuliah Ridha..!” kataku.
    “Coba deh, kamu hubungi dia besok. Kali saja dia mau menolong kamu..!” katanya lagi.
    “Tapi, benar nih.. Mas.. kamu ijinkan saya bekerja..?”
    Mas Hadi mengangguk mesra sambil menatapku kembali.

    Sambil tersenyum, perlahan dia dekatkan wajahnya ke wajahku dan mendaratkan bibirnya ke bibirku.
    “Terimakasih.. Mas.., mmhh..!” kusambut ciuman mesranya.
    Dan beberapa lama kemudian kami pun mulai terangsang lagi, dan melanjutkan persetubuhan suami istri untuk babak yang ketiga. Kenikmatan demi kenikmatan kami raih. Hingga kami lelah dan tanpa sadar kami pun terlelap menuju alam mimpi kami masing-masing.

    Perlu kuceritakan di sini bahwa Rendy, anak kami tidak bersama kami. Dia kutitipkan ke nenek dan kakeknya yang berada di lain daerah, walaupun masih satu kota. Kedua orangtuaku sangat menyayangi cucunya ini, karena anakku adalah satu-satunya cucu laki-laki mereka.

    Siang itu ketika aku terbangun dari mimpiku, aku tidak mendapatkan suamiku tidur di sisiku. Aku menengok jam dinding. Rupanya suamiku sudah berangkat kerja karena jam dinding itu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Aku teringat akan percakapan kami semalam. Maka sambil mengenakan pakaian tidurku (tanpa BH dan celana dalam), aku beranjak dari tempat tidur berjalan menuju ruang tamu rumahku, mengangkat telpon yang ada di meja dan memutar nomor telpon Yanti, temanku itu.

    “Hallo… ini Yanti..!” kataku membuka pembicaraan saat kudengar telpon yang kuhubungi terangkat.
    “Iya.., siapa nih..?” tanya Yanti.
    “Ini.. aku Ridha..!”
    “Oh Ridha.., ada apa..?” tanyanya lagi.
    “Boleh nggak sekarang aku ke rumahmu, aku kangen sama kamu nih..!” kataku. Agen Obat Kuat Pasutri
    “Silakan.., kebetulan aku libur hari ini..!” jawab Yanti.
    “Oke deh.., nanti sebelum makan siang aku ke rumahmu. Masak yang enak ya, biar aku bisa makan di sana..!” kataku sambil sedikit tertawa.
    “Sialan luh. Oke deh.., cepetan ke sini.., ditunggu loh..!”
    “Oke.., sampai ketemu yaa.. daah..!” kataku sambil menutup gagang telpon itu.

    Setelah menelepon Yanti, aku berjalan menuju kamar mandi. Di kamar mandi itu aku melepas pakaianku semuanya dan langsung membersihkan tubuhku. Namun sebelumnya aku bermasturbasi sejenak dengan memasukkan jariku ke dalam vaginaku sendiri sambil pikiranku menerawang mengingat kejadian-kejadian yang semalam baru kualami. Membayangkan penis suamiku walau tidak begitu besar namun mampu memberikan kepuasan padaku. Dan ini merupakan kebiasaanku.

    Walaupun aku telah bersuami, namun aku selalu menutup kenikmatan bersetubuh dengan Mas Hadi dengan bermasturbasi, karena kadang-kadang bermasturbasi lebih nikmat.

    Singkat cerita, siang itu aku sudah berada di depan rumah Yanti yang besar itu. Dan Yanti menyambutku saat aku mengetuk pintunya.
    “Apa khabar Rida..?” begitu katanya sambil mencium pipiku.
    “Seperti yang kamu lihat sekarang ini..!” jawabku.
    Setelah berbasa-basi, Yanti membimbingku masuk ke ruangan tengah dan mempersilakan aku untuk duduk.

    Cerita Sex Hot Kepuasan Seks Dari Lelaki Yang Bukan Suamiku

    Cerita Sex Hot Kepuasan Seks Dari Lelaki Yang Bukan Suamiku

    “Sebentar ya.., kamu santailah dahulu, aku ambil minuman di belakang…” lalu Yanti meninggalkanku.
    Aku segera duduk di sofanya yang empuk. Aku memperhatikan ke sekeliling ruangan ini. Bagus sekali rumahnya, beda dengan rumahku. Di setiap sudut ruang terdapat hiasan-hiasan yang indah, dan pasti mahal-mahal. Foto-foto Yanti dan suaminya terpampang di dinding-dinding. Sandi yang dahulu katanya sempat menaksir aku, yang kini adalah suami Yanti, terlihat semakin ganteng saja. Dalam pikirku berkata, menyesal juga aku acuh tak acuh terhadapnya dahulu. Coba kalau aku terima cintanya, mungkin aku yang akan menjadi istrinya.

    Sambil terus memandangi foto Sandi, suaminya, terlintas pula dalam ingatanku betapa pada saat kuliah dulu lelaki keturunan Manado ini mencoba menarik perhatianku (aku, Yanti dan Sandi memang satu kampus). Sandi memang orang kaya. Dia adalah anak pejabat pemerintahan di Jakarta. Pada awalnya aku pun tertarik, namun karena aku tidak suka dengan sifatnya yang sedikit sombong, maka segala perhatiannya padaku tidak kutanggapi. Aku takut jika tidak cocok dengannya, karena aku orangnya sangat sederhana.

    Lamunannku dikagetkan oleh munculnya Yanti. Sambil membawa minuman, Yanti berjalan ke arah aku duduk, menaruh dua gelas sirup dan mempersilakanku untuk minum.
    “Ayo Rid, diminum dulu..!” katanya.
    Aku mengambil sirup itu dan meminumnya. Beberapa teguk aku minum sampai rasa dahaga yang sejak tadi terasa hilang, aku kembali menaruh gelas itu.

    “Oh iya, Mas Sandi ke mana?” tanyaku.
    “Biasa… Bisnis dia,” kata Yanti sambil menaruh gelasnya. “Sebentar lagi juga pulang. Sudah kutelpon koq dia, katanya dia juga kangen sama kamu..!” ujarnya lagi.

    Yanti memang sampai sekarang belum mengetahui kalau suaminya dahulu pernah naksir aku. Tapi mungkin juga Sandi sudah memberitahukannya.

    “Kamu menginap yah.. di sini..!” kata Yanti.
    “Akh… enggak ah, tidak enak khan..!” kataku.
    “Loh… nggak enak gimana, kita kan sahabat. Sandi pun kenal kamu. Lagian aku sudah mempersiapkan kamar untukmu, dan aku pun sedang ambil cuti koq, jadi temani aku ya.., oke..!” katanya.
    “Kasihan Mas Hadi nanti sendirian..!” kataku.
    “Aah… Mas Hadi khan selalu menurut keinginanmu, bilang saja kamu mau menginap sehari di sini menemani aku. Apa harus aku yang bicara padanya..?”
    “Oke deh kalau begitu.., aku pinjam telponmu ya..!” kataku.
    “Tuh di sana…!” kata Yanti sambil menujuk ke arah telepon.

    Aku segera memutar nomor telpon kantor suamiku. Dengan sedikit berbohong, aku minta ijin untuk menginap di rumah Yanti. Dan menganjurkan Mas Hadi untuk tidur di rumah orangtuaku. Seperti biasa Mas Hadi mengijinkan keinginanku. Dan setelah basa-basi dengan suamiku, segera kututup gagang telpon itu.

    “Beres..!” kataku sambil kembali duduk di sofa ruang tamu.
    “Nah.., gitu dong..! Ayo kutunjukkan kamarmu..!” katanya sambil membimbingku.
    Di belakang Yanti aku mengikuti langkahnya. Dari belakang itu juga aku memperhatikan tubuh montoknya. Yanti tidak berubah sejak dahulu. Pantatnya yang terbungkus celana jeans pendek yang ketat melenggak-lenggok. Pinggulnya yang ramping sungguh indah, membuatku iseng mencubit pantat itu.

    “Kamu masih montok saja, Yan..!” kataku sambil mencubit pantatnya.
    “Aw.., akh.. kamu. Kamu juga masih seksi saja. Bisa-bisa Mas Sandi nanti naksir kamu..!” katanya sambil mencubit buah dadaku.
    Kami tertawa cekikikan sampai kamar yang dipersiapkan untukku sudah di depan mataku.
    “Nah ini kamarmu nanti..!” kata Yanti sambil membuka pintu kamar itu.

    Besar sekali kamar itu. Indah dengan hiasan interior yang berseni tinggi. Ranjangnya yang besar dengan seprei yang terbuat dari kain beludru warna biru, menghiasi ruangan ini. Lemari pakaian berukiran ala Bali juga menghiasi kamar, sehingga aku yakin setiap tamu yang menginap di sini akan merasa betah.

    Akhirnya di kamar itu sambil merebahkan diri, kami mengobrol apa saja. Dari pengalaman-pengalaman dahulu hingga kejadian kami masing-masing. Kami saling bercerita tentang keluhan-keluhan kami selama ini. Aku pun bercerita panjang mulai dari perkimpoianku sampai sedetil-detilnya, bahkan aku bercerita tentang hubungan bercinta antara aku dan suamiku. Kadang kami tertawa, kadang kami serius saling mendengarkan dan bercerita. Hingga pembicaraan serius mulai kucurahkan pada sahabatku ini, bahwa aku ingin bekerja di perusahan bapaknya yang direktur.

    “Gampang itu..!” kata Yanti. “Aku tinggal menghubungi Papa nanti di Jakarta. Kamu pasti langsung diberi pekerjaan. Papaku kan tahu kalau kamu adalah satu-satunya sahabatku di dunia ini..” lanjutnya sambil tertawa lepas.
    Tentu saja aku senang dengan apa yang dibicarakan oleh Yanti, dan kami pun meneruskan obrolan kami selain obrolan yang serius barusan.

    Tanpa terasa, di luar sudah gelap. Aku pun minta ijin ke Yanti untuk mandi. Tapi Yanti malah mengajakku mandi bersama. Dan aku tidak menolaknya. Karena aku berpikir toh sama-sama wanita.Sungguh di luar dugaan, di kamar mandi ketika kami sama-sama telanjang bulat, Yanti memberikan sesuatu hal yang sama sekali tidak terpikirkan.

    Sebelum air yang hangat itu membanjiri tubuh kami, Yanti memelukku sambil tidak henti-hentinya memuji keindahan tubuhku. Semula aku risih, namun rasa risih itu hilang oleh perasaan yang lain yang telah menjalar di sekujur tubuh. Sentuhan-sentuhan tangannya ke sekujur tubuhku membuatku nikmat dan tidak kuasa aku menolaknya. Apalagi ketika Yanti menyentuh bagian tubuhku yang sensitif.

    Kelembutan tubuh Yanti yang memelukku membuatku merinding begitu rupa. Buah dadaku dan buah dadanya saling beradu. Sementara bulu-bulu lebat yang berada di bawah perut Yanti terasa halus menyentuh daerah bawah perutku yang juga ditumbuhi bulu-bulu. Namun bulu-bulu kemaluanku tidak selebat miliknya, sehingga terasa sekali kelembutan itu ketika Yanti menggoyangkan pinggulnya.

    Karena suasana yang demikian, aku pun menikmati segala apa yang dia lakukan. Kami benar-benar melupakan bahwa kami sama-sama perempuan. Perasaan itu hilang akibat kenikmatan yang terus mengaliri tubuh. Dan pada akhirnya kami saling berpandangan, saling tersenyum, dan mulut kami pun saling berciuman.

    Kedua tanganku yang semuala tidak bergerak kini mulai melingkar di tubuhnya. Tanganku menelusuri punggungnya yang halus dari atas sampai ke bawah dan terhenti di bagian buah pantatnya. Buah pantat yang kencang itu secara refleks kuremas-remas. Tangan Yanti pun demikian, dengan lembut dia pun meremas-remas pantatku, membuatku semakin naik dan terbawa arus suasana. Semakin aku mencium bibirnya dengan bernafsu, dibalasnya ciumanku itu dengan bernafsu pula.

    Hingga suatu saat ketika Yanti melepas ciuman bibirnya, lalu mulai menciumi leherku dan semakin turun ke bawah, bibirnya kini menemukan buah dadaku yang mengeras. Tanpa berkata-kata sambil sejenak melirik padaku, Yanti menciumi dua bukit payudaraku secar bergantian. Napasku mulai memburu hingga akhirnya aku menjerit kecil ketika bibir itu menghisap puting susuku. Dan sungguh aku menikmati semuanya, karena baru pertama kali ini aku diciumi oleh seorang wanita.

    “Akh.., Yaantiii.., oh..!” jerit kecilku sedikit menggema.
    “Kenapa Rid.., enak ya..!” katanya di sela-sela menghisap putingku.
    “Iya.., oh.., enaaks… teruus..!” kataku sambil menekan kepalanya.
    Diberi semangat begitu, Yanti semakin gencar menghisap-hisap putingku, namun tetap lembut dan mesra. Tangan kirinya menahan tubuhku di punggung.

    Sementara tangan kanannya turun ke bawah menuju kemaluanku. Aku teringat akan suamiku yang sering melakukan hal serupa, namun perbedaannya terasa sekali, Yanti sangat lembut memanjakan tubuhku ini, mungkin karena dia juga wanita.

    Setelah tangan itu berada di kemaluanku, dengan lembut sekali dia membelainya. Jarinya sesekali menggesek kelentitku yang masih tersembunyi, maka aku segera membuka pahaku sedikit agar kelentitku yang terasa mengeras itu leluasa keluar.

    Ketika jari itu menyentuh kelentitku yang mengeras, semakin asyik Yanti memainkan kelentitku itu, sehingga aku semakin tidak dapat mengendalikan tubuhku. Aku menggelinjang hebat ketika rasa geli campur nikmat menjamah tubuhku. Pori-poriku sudah mengeluarkan keringat dingin, di dalam liang vaginaku sudah terasa ada cairan hangat yang mengalir perlahan, pertanda rangsangan yang sungguh membuatku menjadi nikmat.

    Ketika tanganku menekan bagian atas kepalanya, bibir Yanti yang menghisap kedua putingku secara bergantian segera berhenti. Ada keinginan pada diriku dan Yanti mengerti akan keinginanku itu. Namun sebelumnya, kembali dia pada posisi wajahnya di depan wajahku. Tersungging senyuman yang manis.

    “Ingin yang lebih ya..?” kata Santi.
    Sambil tersenyum aku mengangguk pelan. Tubuhku diangkatnya dan aku duduk di ujung bak mandi yang terbuat dari porselen. Setelah aku memposisikan sedemikian rupa, tangan Yanti dengan cekatan membuka kedua pahaku lebar-lebar, maka vaginaku kini terkuak bebas. Dengan posisi berlutut, Yanti mendekatkan wajahnya ke selangkanganku. Aku menunggu perlakuannya dengan jantung yang berdebar kencang.

    Napasku turun naik, dadaku terasa panas, begitu pula vaginaku yang terlihat pada cermin yang terletak di depanku sudah mengkilat akibat basah, terasa hangat. Namun rasa hangat itu disejukkan oleh angin yang keluar dari kedua lubang hidung Yanti. Tangan Yanti kembali membelai vaginaku, menguakkan belahannya untuk menyentuh kelentitku yang semakin menegang.

    Agak lama Yanti membelai-belai kemaluanku itu yang sekaligus mempermainkan kelentitku. Sementara mulutnya menciumi pusar dan sekitarnya. Tentu saja aku menjadi kegelian dan sedikit tertawa. Namun Yanti terus saja melakukan itu.
    Hingga pada suatu saat, “Eiist… aakh… aawh… Yanthhii… akh… mmhh… ssh..!” begitu suara yang keluar dari mulutku tanpa disadari, ketika mulutnya semakin turun dan mencium vaginaku.
    Kedua tangan Yanti memegangi pinggul dan pantatku menahan gerakanku yang menggelinjang nikmat.

    Kini ujung lidahnya yang menyentuh kelentitku. Betapa pintar dia mempermainkan ujung lidah itu pada daging kecilku, sampai aku kembali tidak sadar berteriak ketika cairan di dalam vaginaku mengalir keluar.
    “Oohh… Yantii… ennaakss… sekaalii..!” begitu teriakku.

    Aku mulai menggoyangkan pinggulku, memancing nikmat yang lebih. Yanti masih pada posisinya, hanya sekarang yang dijilati bukan hanya kelentitku tapi lubang vaginaku yang panas itu. Tubuhku bergetar begitu hebat. Gerakan tubuhku mulai tidak karuan. Hingga beberapa menit kemudian, ketika terasa orgasmeku mulai memuncak, tanganku memegang bagian belakang kepalanya dan mendorongnya. Karuan saja wajah Yanti semakin terpendam di selangkanganku.

    “Hissapp… Yantiii..! Ooh.., aku.. akuu.. mau.. keluaar..!” jeritku.
    Yanti berhenti menjilat kelentitku, kini dia mencium dan menghisap kuat lubang kemaluanku.
    Maka.., “Yaantii.., aku.. keluaar..! Oh.., aku.. keluar.. nikmaathhs.. ssh..!” bersamaan dengan teriakku itu, maka aku pun mencapai orgasme.
    Tubuhku seakan melayang entah kemana. Wajahku menengadah dengan mata terpejam merasakan berjuta-juta nikmat yang sekian detik menjamah tubuh, hingga akhirnya aku melemas dan kembali pada posisi duduk. Maka Yanti pun melepas hisapannya pada vaginaku.

    Dia berdiri, mendekatkan wajahnya ke hadapan wajahku, dan kembali dia mencium bibirku yang terbuka. Napasku yang tersengal-sengal disumbat oleh mulut Yanti yang menciumku. Kubalas ciuman mesranya itu setelah tubuhku mulai tenang.

    “Terimakasih Yanti.., enak sekali barusan..!” kataku sambil tersenyum.
    Yanti pun membalas senyumanku. Dia membantuku turun dari atas bak mandi itu.
    “Kamu mau nggak dikeluarin..?” kataku lagi.
    “Nanti sajalah.., lagian udah gatel nih badanku. Sekarang mending kita mandi..!” jawabnya sambil menyalakan shower.

    Akhirnya kusetujui usul itu, sebab badanku masih lemas akibat nikmat tadi. Dan rupanya Yanti tahu kalau aku kurang bertenaga, maka aku pun dimandikannya, disabuni, diperlakukan layaknya seorang anak kecil. Aku hanya tertawa kecil. Iseng-iseng kami pun saling menyentuh bagian tubuh kami masing-masing. Begitupula sebaliknya, ketika giliran Yanti yang mandi, aku lah yang menyabuni tubuhnya.

    Setelah selesai mandi, kami pun keluar dari kamar mandi itu secara bersamaan. Sambil berpelukan, pundak kami hanya memakai handuk yang menutup tubuh kami dari dada sampai pangkal paha, dan sama sekali tidak mengenakan dalaman. Aku berjalan menuju kamarku sedang Yanti menuju kamarnya sendiri. Di dalam kamar aku tidak langsung mengenakan baju. Aku masih membayangkan kejadian barusan. Seolah-olah rasa nikmat tadi masih mengikutiku.

    Di depan cermin, kubuka kain handuk yang menutupi tubuhku. Handuk itu jatuh terjuntai ke lantai, dan aku mulai memperhatikan tubuh telanjangku sendiri. Ada kebanggaan dalam hatiku. Setelah tadi melihat tubuh telanjang Yanti yang indah, ternyata tubuhku lebih indah. Yanti memang seksi, hanya dia terlalu ramping sehingga sepintas tubuhnya itu terlihat kurus. Sedangkan tubuhku agak montok namun tidak terkesan gemuk.

    Entah keturunan atau tidak, memang demikianlah keadaan tubuhku. Kedua payudaraku berukuran 34B dengan puting yang mencuat ke atas, padahal aku pernah menyusui anakku. Sedangkan payudara Yanti berukuran 32 tapi juga dengan puting yang mencuat ke atas juga.

    Kuputar tubuhku setengah putaran. Kuperhatikan belahan pantatku. Bukit pantatku masih kencang, namun sudah agak turun, karena aku pernah melahirkan. Berbeda dengan pantat milik Yanti yang masih seperti pantat gadis perawan, seperti pantat bebek.

    Kalau kuperhatikan dari pinggir tubuhku, nampak perutku yang ramping. Vaginaku nampak menonjol keluar. Bulu-bulu kemaluanku tidak lebat, walaupun pernah kucukur pada saat aku melahirkan. Padahal kedua tangan dan kedua kakiku tumbuh bulu-bulu tipis, tapi pertumbuhan bulu kemaluanku rupanya sudah maksimal. Lain halnya dengan Yanti, walaupun perutnya lebih ramping dibanding aku, namun kemaluannya tidak menonjol alias rata. Dan daerah itu ditumbuhi bulu-bulu yang lebat namun tertata rapi.

    Setelah puas memperhatikan tubuhku sendiri (sambil membandingkan dengan tubuh Yanti), aku pun membuka tasku dan mengambil celana dalam dan Bra-ku. Kemudian kukenakan kedua pakaian rahasiaku itu setelah sekujur tubuhku kulumuri bedak. Namun aku agak sedikit kaget dengan teriakan Yanti dari kamarnya yang tidak begitu jauh dari kamar ini.

    “Rida..! Ini baju tidurmu..!” begitu teriaknya.
    Maka aku pun mengambil handuk yang berada di lantai. Sambil berjalan kukenakan handuk itu menutupi tubuhku seperti tadi, lalu keluar menuju kamarnya yang hanya beberapa langkah. Pintu kamarnya ternyata tidak dikunci. Karena mungkin Yanti tahu kedatanganku, maka dia mempersilakan aku masuk.

    “Masuk sini Rid..!” kataya dari dalam kamar.
    Kudorong daun pintu kamarnya. Aku melihat di dalam kamar itu tubuh Yanti yang telanjang merebah di atas kasur. Tersungging senyuman di bibirnya. Karena aku sudah melangkah masuk, maka kuhampiri tubuh telanjang itu.

    “Kamu belum pake baju, Yan..?” kataku sambil duduk di tepi ranjang.
    “Akh.., gampang… tinggal pake itu, tuh..!” kata Yanti sambil tangannya menunjuk tumpukan gaun tidur yang berada di ujung ranjang.
    Lalu dia berkata lagi, “Kamu sudah pake daleman, ya..?”
    Aku mengangguk, “Iya..!”
    Kuperhatikan dadanya turun naik. Napasnya terdengar memburu. Apakah dia sedang bernafsu sekarang.., entahlah.
    Lalu tangan Yanti mencoba meraihku. Sejenak dia membelai tubuhku yang terbungkus handuk itu sambil berkata, “Kamu mengairahkan sekali memakai ini..!”
    “Akh.., masa sih..!” kataku sambil tersenyum dan sedikit menggeser tubuhku lebih mendekat ke tubuh Yanti.

    “Benar.., kalo nggak percaya.., emm.. kalo nggak percaya..!” kata Yanti sedikit menahan kata-katanya.
    “Kalo nggak percaya apa..?” tanyaku.
    “Kalo nggak percaya..!” sejenak matanya melirik ke arah belakangku.
    “Kalo nggak percaya tanya saja sama orang di belakangmu… hi.. hi..!” katanya lagi.

    Segera aku memalingkan wajahku ke arah belakangku. Dan.., (hampir saja aku teriak kalau mulutku tidak buru-buru kututup oleh tanganku), dengan jelas sekali di belakangku berdiri tubuh lelaki dengan hanya mengenakan celana dalam berwarna putih yang tidak lain adalah Mas Sandi suami Yanti itu. Dengan refleks karena kaget aku langsung berdiri dan bermaksud lari dari ruangan ini. Namun tangan Yanti lebih cepat menangkap tanganku lalu menarikku sehingga aku pun terjatuh dengan posisi duduk lagi di ranjang yang empuk itu.

    “Mau kemana.. Rida.., udah di sini temani aku..!” kata Yanti setengah berbisik.
    Aku tidak sempat berkata-kata ketika Mas Sandi mulai bergerak berjalan menuju aku. Dadaku mulai berdebar-debar. Ada perasaan malu di dalam hatiku.
    “Halo.., Rida. Lama tidak bertemu ya…” suara Mas Sandi menggema di ruangan itu.
    Tangannya mendarat di pundakku, dan lama bertengger di situ.

    Aku yang gelagapan tentu saja semakin gelagapan. Namun ketika tangan Yanti dilepaskan dari cengkramannya, pada saat itu tidak ada keinginanku untuk menghindar. Tubuhku terasa kaku, sama sekali aku tidak dapat bergerak. Lidahku pun terasa kelu, namun beberapa saat aku memaksa bibirku berkata-kata.
    “Apa-apaan ini..?” tanyaku parau sambil melihat ke arah Yanti.
    Sementara tangan yang tadi bertengger di bahuku mulai bergerak membelai-belai. Serr.., tubuhku mulai merinding. Terasa bulu-bulu halus di tangan dan kaki berdiri tegak.

    Rupanya Sentuhan tangan Mas Sandi mampu membangkitkan birahiku kembali. Apalagi ketika terasa di bahuku yang sebelah kiri juga didarati oleh tangan Mas Sandi yang satunya lagi. Perasaan malu yang tadi segera sirna. Tubuhku semakin merinding. Mataku tanpa sadar terpejam menikmati dalam-dalam sentuhan tangan Mas Sandi di bahuku itu.

    Pijatan-pijatan kecil di bahuku terasa nyaman dan enak sekali. Aku begitu menikmati apa yang terasa. Hingga beberapa saat kemudian tubuhku melemas. Kepalaku mulai tertahan oleh perut Mas Sandi yang masih berada di belakangku. Sejenak aku membuka mataku, nampak Yanti membelai vaginanya sendiri dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya meremas pelan kedua payudaranya secara bergantian. Tersungging senyuman di bibirnya.

    “Nikmati Rida..! Nikmati apa yang kamu sekarang rasakan..!” suara Yanti masih sedikit membisik.
    Aku masih terbuai oleh sentuhan kedua tangan Mas Sandi yang mulai mendarat di daerah atas payudarara yang tidak tertutup. Mataku masih terpejam.
    “Ini.. kan yang kamu inginkan. Kupinjamkan suamiku..!” kata Yanti lagi.
    Mataku terbuka dan kembali memperhatikan Yanti yang masih dengan posisinya.
    “Ayo Mas..! Nikmati Rida yang pernah kamu taksir dulu..!” kata Yanti lagi.
    “Tentu saja Sayang.., asal.. kamu ijinkan..!” kata suara berat Mas Sandi.

    Tubuhnya dibungkukkan. Kemudian wajahnya ditempelkan di bagian atas kepalaku. Terasa bibirnya mencium mesra daerah itu. Kembali aku memejamkan mata. Bulu-buluku semakin keras berdiri. Sentuhan lembut tangan Mas Sandi benar-benar nikmat. Sangat pintar sekali sentuhan itu memancing gairahku untuk bangkit. Apalagi ketika tangan Mas Sandi sebelah kanan berusaha membuka kain handuk yang masih menutupi tubuhku itu.

    “Oh.., Mas.., Maas… jangaan… Mas..!” aku hanya dapat berkata begitu tanpa kuasa menahan tindakan Mas Sandi yang telah berhasil membuka handuk dan membuangnya jauh-jauh.
    Tinggallah tubuh setengah bugilku. Kini gairahku sudah memuncak dan aku mulai lupa dengan keadaanku. Aku sudah terbius suasana.

    Mas Sandi mulai berlutut, namun masih pada posisi di belakangku. Kembali dia membelai seluruh tubuhku. Dari punggungku, lalu ke perut, naik ke atas, leherku pun kena giliran disentuhnya, dan aku mendesah nikmat ketika leherku mulai dicium mesra oleh Mas Sandi. Sementara desahan-desahan kecil terdengar dari mulut Yanti.

    Aku melirik sejenak ke arah Yanti, rupanya dia sedang masturbasi. Lalu aku memejamkan mata lagi, kepalaku kutengadahkan memberikan ruangan pada leherku untuk diciumi Mas Sandi. Persaanku sudah tidak malu-malu lagi, aku sudah kepalang basah. Aku lupa bahwa aku telah bersuami, dan aku benar-benar akan merasakan apa yang akan kurasakan nanti, dengan lelaki yang bukan suamiku.

    “Buka ya.. BH-nya, Rida..!” kata Mas Sandi sambil melepas kancing tali BH-ku dari punggung.
    Beberapa detik BH itu terlepas, maka terasa bebas kedua payudaraku yang sejak tadi tertekan karena mengeras. Suara Yanti semakin keras, rupanya dia mencapai orgasmenya. Kembali aku melirik Yanti yang membenamkan jari manis dan jari telunjuknya ke dalam vaginanya sendiri. Nampak dia mengejang dengan mengangkat pinggulnya.

    “Akh.., nikmaats… ooh… nikmaatts.. sekalii..!” begitu kata-kata yang keluar dari mulutnya.
    Dan tidak lama kemudian dia terkulai lemas di ranjang itu. Sementara Mas Sandi sibuk dengan kegiatannya.

    Kini kedua payudaraku sudah diremasi dengan mesra oleh kedua telapak tangannya dari belakang. Sambil terus bibirnya menjilati inci demi inci kulit leherku seluruhnya. Sedang enak-enaknya aku, tiba-tiba ada yang menarik celana dalamku. Aku membuka mataku, rupanya Yanti berusaha untuk melepas celana dalamku itu. Maka kuangkat pantatku sejenak memudahkan celana dalamku dilepas oleh Yanti. Maka setelah lepas, celana dalam itu juga dibuang jauh-jauh oleh Yanti.

    Aku menggeser posisi dudukku menuju ke bagian tengah ranjang itu. Mas Sandi mengikuti gerakanku masih dari belakang, sekarang dia tidak berlutut, namun duduk tepat di belakang tubuhku. Kedua kakinya diselonjorkan, maka pantatku kini berada di antara selangkangan milik Mas Sandi. Terasa oleh pantatku ada tonjolan keras di selangkangan. Rupanya penis Mas Sandi sudah tegang maksimal.

    Lalu Yanti membuka lebar-lebar pahaku, sehingga kakiku berada di atas paha Mas Sandi. Lalu dengan posisi tidur telungkup, Yanti mendekatkan wajahnya ke selangkanganku, dan apa yang terjadi…
    “Awwh… ooh… eeisth.. aakh..!” aku menjerit nikmat ketika kembali kurasakan lidahnya menyapu-nyapu belahan vaginaku, terasa kelentitku semakin menegang, dan aku tidak dapat mengendalikan diri akibat nikmat, geli, enak, dan lain sebagainya menyatu di tubuhku.

    Kembali kepalaku menengadah sambil mulutku terbuka. Maka Mas Sandi tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia tahu maksudku. Dari belakang, bibirnya langsung melumat bibirku yang terbuka itu dengan nafsunya. Maka kubalas ciuman itu dengan nafsu pula. Dia menyedot, aku menyedot pula. Terjadilah pertukaran air liur Mas Sandi dengan air liurku. Terciuma aroma rokok pada mulutnya, namun aroma itu tidak mengganggu kenikmatan ini.

    Kedua tangan Mas Sandi semakin keras meremas kedua payudaraku, namun menimbulkan nikmat yang teramat, sementara di bawah Yanti semakin mengasyikkan. Dia terus menjilat dan mencium vaginaku yang telah banjir. Banjir oleh cairan pelicin vaginaku dan air liur Yanti.
    “Mmmhh… akh… mmhh..!” bibirku masih dilumati oleh bibir Mas Sandi.

    Tubuhku semakin panas dan mulai memberikan tanda-tanda bahwa aku akan mencapai puncak kenikmatan yang kutuju. Pada akhirnya, ketika remasan pada payudaraku itu semakin keras, dan Yanti menjilat, mencium dan menghisap vaginaku semakin liar, tubuhku menegang kaku, keringat dingin bercucuran dan mereka tahu bahwa aku sedang menikmati orgasmeku. Aku mengangkat pinggulku, otomatis ciuman Yanti terlepas. Semakin orgasmeku terasa ketika jari telujuk dan jari manis Yanti dimasukkan ke liang vaginaku, kemudian dicabutnya setengah, lalu dimasukkan lagi.

    Perlakuan Yanti itu berulang-ulang, yaitu mengeluar-masukkan kedua jarinya ke dalam lubang vaginaku. Tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata betapa nikmat dan enak pada saat itu.
    “Aakh… aawhh… nikmaatss… terus.. Yantii.. oooh… yang cepaat.. akh..!” teriakku.
    Tubuh Mas Sandi menahan tubuhku yang mengejang itu. Jarinya memilin-milin puting susuku. Bibirnya mengulum telingaku sambil membisikkan sesuatu yang membuatku semakin melayang. Bisikan-bisikan yang memujiku itu tidak pernah kudengar dari Mas Hadi, suamiku.

    “Ayo cantik..! Nikmatilah orgasmemu.., jangan kamu tahan, keluarkan semuanya Sayang..! Nikmatilah.., nikmatilah..! Oh.., kamu cantik sekali jika orgasme..!” begitu bisikan yang keluar dari mulut Mas Sandi sambil terus mengulum telingaku.
    “Aakh.. Maass, aduh.. Yanti.., nikmaats… oh… enaaks.. sekali..!” teriakku.
    Akhirnya tubuh kejangku mulai mengendur, diikuti dengan turunnya kenikmatan orgasmeku itu.

    Perlahan sekali tubuhku turun dan akhirnya terkulai lemas di pangkuan Mas Sandi. Lalu tubuh Yanti mendekapku.
    Dia berbisik padaku, “Ini.. belum seberapanya Sayaang.., nanti akan kamu rasakan punya suamiku..!” sambil berkata demikian dia mencium keningku.
    Mas Sandi beranjak dari duduknya dan berjalan entah ke arah mana, karena pada saat itu mataku masih terpenjam seakan enggan terbuka.

    Entah berapa lama aku terlelap. Ketika kusadar, kubuka mataku perlahan dan mencari-cari Yanti dan Mas Sandi sejenak. Mereka tidak ada di kamar ini, dan rupanya mereka membiarkanku tertidur sendiri. Aku menengok jam dinding. Sudah pukul sepuluh malam. Segera aku bangkit dari posisi tidurku, lalu berjalan menuju pintu kamar. Telingaku mendengar alunan suara musik klasik yang berasal dari ruangan tamu. Dan ketika kubuka pintu kamar itu yang kebetulan bersebelahan dengan ruang tamu, mataku menemukan suatu adegan dimana Yanti dan suaminya sedang melakukan persetubuhan.

    Yanti dengan posisi menelentang di sofa sedang ditindih oleh Mas Sandi dari atas. Terlihat tubuh Mas Sandi sedang naik turun. Segera mataku kutujukan pada selangkangan mereka. Jelas terlihat penis Mas Sandi yang berkilat sedang keluar masuk di vagina Yanti. Terdengar pula erangan-erangan yang keluar dari mulut Yanti yang sedang menikmati hujaman penis itu di vaginanya, membuat tubuhku perlahan memanas. Segera saja kuhampiri mereka dan duduk tepat di depan tubuh mereka.

    Di sela-sela kenikmatan, Yanti menatapku dan tersenyum. Rupanya Mas Sandi memperhatikan istrinya dan sejenak dia menghentikan gerakannya dan menengok ke belakang, ke arahku.
    “Akh… Mas.., jangan berhentiii doong..! Oh..!” kata Yanti.
    Dan Mas Sandi kembali berkonsentrasi lagi dengan kegiatannya. Kembali terdengar desahan-desahan nikmat Yanti yang membahana ke seluruh ruangan tamu itu. Aku kembali gelagapan, kembali resah dan tubuhku semakin panas. Dengan refleks tanganku membelai vaginaku sendiri.

    “Oh.. Ridhaa.., nikmat sekaallii.. loh..! Akuu… ooh… mmh..!” kata Yanti kepadaku.
    Aku melihat wajah nikmat Yanti yang begitu cantik. Kepalannya kadang mendongak ke atas, matanya terpejam-pejam. Sesekali dia gigit bibir bawahnya. Kedua tangannya melingkar pada pantat suaminya, dan menarik-narik pantat itu dengan keras sekali. Aku melihat penis Mas Sandi yang besar itu semakin amblas di vagina Yanti. Samakin mengkilat saja penis itu.

    “Oh Mas.., aku hampiir sampaaii..! Teruus… Mas… terus..! Lebih keras lagiih.., oooh… akh..!” kata Yanti.
    Yanti mengangkat tinggi-tinggi pinggulnya, Mas Sandi terus dengan gerakannya menaik-turunkan tubuhnya dalam kondisi push-up.
    “Maass.., akuuu… keluaar..! Aakh… mhh… nikmaats.., mmh..!” kata Yanti lagi dengan tubuh yang mengejang.
    Rupanya Yanti mencapai orgasmenya. Tangannya yang tadi melingkar di pantat suaminya, kini berpindah melingkar di punggung.

    Mas Sandi berhenti bergerak dan membiarkan penis itu menancap dalam di lubang kemaluan Yanti.
    “Owhh… banyak sekali Sayang.. keluarnya. Hangat sekali memekmu..!” kata Mas Sandi sambil menciumi wajah istrinya.

    Dapat kubayangkan perasaan Yanti pada saat itu. Betapa nikmatnya dia. Dan aku pun belingsatan dengan merubah-rubah posisi dudukku di depan mereka. Beberapa saat kemudian, Yanti mulai melemas dari kejangnya dan merubah posisinya. Segera dia turun dari sofa ketika Mas Sandi mencabut penis dari lubang kenikmatan itu. Aku melihat dengan jelas betapa besar dan panjang penis Mas Sandi. Dan ini baru pertama kali aku melihatnya, karena waktu tadi di dalam kamar, Mas Sandi masih menutupi penisnya dengan celana dalam.

    Dengan segera Yanti menungging. Lalu segera pula Mas Sandi berlutut di depan pantat itu.
    “Giliranmu… Mas..! Ayoo..!” kata Yanti.
    Tangan Mas Sandi menggenggam penis itu dan mengarahkan langsung ke lubang vagina Yanti. Segera dia menekan pantatnya dan melesaklah penis itu ke dalam vagina istrinya, diikuti dengan lenguhan Yanti yang sedikit tertahan.
    “Owwh… Maas… aakh..!”
    “Aduuh… Yantii.., jepit Sayangh..!” kata Mas Sandi.

    Lalu kaki Yanti dirapatkan sedemikian rupa. Dan segera pantat Mas Sandi mulai mundur dan maju.Ufh.., pemandangan yang begitu indah yang kulihat sekarang. Baru kali ini aku menyaksikan sepasang manusia bersetubuh tepat di depanku secara langsung. Semakin mereka mempercepat tempo gerakannya, semakin aku terangsang begitu rupa. Tanganku yang tadi hanya membelai-belai vaginaku, kini mulai menyentuh kelentitku.

    Kenikmatan mulai mengaliri tubuhku dan semakin aku tidak tahan, sehingga aku memasukkan jariku ke dalam vaginaku sendiri. Aku sendiri sangat menikmati masturbasiku tanpa lepas pandanganku pada mereka. Belum lagi telingaku jelas mendengar desahan dan rintihan Yanti, aku dapat membayangkan apa yang dirasakan Yanti dan aku sangat ingin sekali merasakannya, merasakan vaginaku pun dimasukkan oleh penis Mas Sandi.

    Beberapa saat kemudian Mas Sandi mulai melenguh keras. Kuhentikan kegiatanku dan terus memperhatikan mereka.
    “Aakhh… Yantii… nikmaats… aakh… aku keluaar..!” teriak Mas Sandi membahana.
    “Oh… Maas… akuu… juggaa… akh..!”
    Kedua tubuh itu bersamaan mengejang. Mereka mencapai orgasmenya secara bersama-sama.

    Penis Mas Sandi masih menancap di vagina Yanti sampai akhirnya mereka melemas, dan dari belakang tubuh Yanti, Mas Sandi memeluknya sambil meremas kedua payudara Yanti. Mas Sandi memasukkan semua spermanya ke dalam vagina Yanti.

    Lama sekali aku melihat mereka tidak bergerak. Rupanya mereka sangat kelelahan. Di sofa itu mereka tertidur bertumpukan. Tubuh Yanti berada di bawah tubuh Mas Sandi yang menindihnya. Mata mereka terpejam seolah tidak menghiraukan aku yang duduk terpaku di depannya. Hingga aku pun mulai bangkit dari dudukku dan beranjak pergi menuju kamarku. Sesampai di kamar aku baru sadar kalau aku masih telanjang bulat. Maka aku pun balik lagi menuju kamar Yanti di mana celana dalam dan BH yang akan kupakai berada di sana.

    Selagi aku berjalan melewati ruang tamu itu, aku melihat mereka masih terkulai di sofa itu. Tanpa menghiraukan mereka, aku terus berjalan memasuki kamar Yanti dan memungut celana dalam dan BH yang ada di lantai. Setelah kukenakan semuanya, kembali aku berjalan menuju kamarku dan sempat sekali lagi aku menengok mereka di sofa itu pada saat aku melewati ruang tamu.

    Sesampai di kamar, entah kenapa rasa lelah dan kantukku hilang. Aku menjadi semakin resah membayangkan kejadian yang baru kualami. Pertama ketika aku dimasturbasikan oleh suami istri itu. Dan yang kedua aku terus membayangkan kejadian di mana mereka melakukan persetubuhan yang hebat itu. Keinginanku untuk merasakan penis Mas Sandi sangat besar. Aku mengharapkan sekali Mas Sandi sekarang menghampiri dan menikmatiku. Namun itu mungkin tidak terjadi, karena aku melihat mereka sudah lelah sekali.

    Entah sudah berapa kali mereka bersetubuh pada saat aku terlelap tadi. Aku semakin tidak dapat menahan gejolak birahiku sendiri hingga aku merebahkan diri di kasur empuk. Dengan posisi telungkup, aku mulai memejamkan mata dengan maksud agar aku terlelap. Namun semua itu sia-sia. Karena kembali kejadian-kejadian barusan terus membayangiku. Secara cepat aku teringat bahwa tadi ketika mereka bersetubuh, aku melakukan masturbasi sendiri dan itu tidak selesai. Maka tanganku segera kuselipkan di selangkanganku. Aku membelai kembali vaginaku yang terasa panas itu.

    Dan ketika tanganku masuk ke dalam celanaku, aku mulai menyentuh klitorisku. Kembali aku nikmat. Aku tidak kuasa membendung perasaan itu, dan jariku mulai menemukan lubang kemaluanku yang berlendir itu. Dengan berusaha membayangkan Mas Sandi menyetubuhiku, kumasukkan jari tengahku ke dalam lubang itu dalam-dalam. Kelembutan di dalam vaginaku dan gesekan di dinding-dindingnya membuatku mendesah kecil.

    Sambil mengeluar-masukkan jari tengahku, aku membayangkan betapa besar dan panjangnya penis Mas Sandi. Beda sekali dengan penis Mas Hadi yang kumiliki. Kemaluan Mas Sandi panjang dan besarnya normal-normal saja. Sedangkan milik Mas Sandi, sudah panjang dan besar, dihiasi oleh urat-uratnya yang menonjol di lingkaran batang kemaluannya. Itu semua kulihat tadi dan kini terbayang di dalam benakku.

    Beberapa menit kemudian, ketika ada sesuatu yang lain di dalam vaginaku, semakin kupercepat jari ini kukeluar-masukkan. Sambil terus membayangi Mas Sandi yang menyetubuhiku, dan aku sama sekali tidak membayangkan suamiku sendiri. Setiap bayangan suamiku muncul, cepat-cepat kubuang bayangan itu, hingga kembali Mas Sandi lah yang kubayangkan.

    Tanpa sadar, ketika aku akan mencapai orgasme, aku membalikan badan dan aku memasukkan jari telunjuk ke dalam lubang vaginaku. Dalam keadaan telentang aku mengangkangkan selebar mungkin pahaku. Kini dua jariku yang keluar masuk di lubang vaginaku. Maka kenikmatan itu berlanjut hebat sehingga tanpa sadar aku memanggil-manggil pelan nama Mas Sandi.

    “Akh… sshh… Masss… Sandii… Okh… Mass.. Mas.. Sandi.. aakkh..!” itulah yang keluar dari mulutku.
    Seer… aku merasa kedua jariku hangat sekali dan semakin licin. Aku mengangkat ke atas pinggulku sambil tidak melepas kedua jariku menancap di lubang vaginaku. Beberapa lama tubuhku merinding, mengejang, dan nikmat tidak terkira. Sampai pada akhirnya aku melemas dan pinggulku turun secara cepat ketika kenikmatan itu perlahan berkurang.

    Aku mencabut jari jemariku dan cairan yang menempel di jari-jari itu segera kujilati. Asin campur gurih yang kurasakan di lidahku. Dengat mata yang terpejam-pejam kembali aku membayangkan penis Mas Sandi yang sedang kuciumi, kuhisap, dan kurasakan. Cairan yang asin dan gurih itu kubayangkan sperma Mas Sandi. Ohhh.., nikmatnya semua ini.

    Dan setelah aku puas, barulah kuhentikan hayalan-hayalanku itu. Kutarik selimut yang ada di sampingku dan menutupi sekujur tubuhku yang mulai mendingin. Aku tersenyum sejenak mengingat hal yang barusan, gila… aku masturbasi dengan membayangkan suami orang lain.

    Pagi harinya, ketika aku terjaga dari tidurku dan membuka mataku, aku melihat di balik jendela kamar sudah terang. Jam berapa sekarang, pikirku. Aku menengok jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Aku kaget dan bangkit dari posisi tidurku. Ufh.., lemas sekali badan ini rasanya. Kukenakan celana dalamku. Karena udara sedikit dingin, kubalut tubuhku dengan selimut dan mulai berdiri.

    Ketika berdiri, sedikit kugerak-gerakan tubuhku dengan maksud agar rasa lemas itu segera hilang. Lalu dengan gontai aku berjalan menuju pintu kamar dan membuka pintu yang tidak terkunci.

    Karena aku ingin pipis, segera aku berjalan menuju kamar mandi, sesampainya di kamar mandi segera kuturunkan celana dalamku dan berjongkok. Keluarlah air hangat urine-ku dari liang vagina. Sangat banyak sekali air kencingku, sampai-sampai aku pegal berjongkok. Beberapa saat kemudian, ketika air kencingku habis, segera kubersihkan vaginaku dan kembali aku mengenakan celana dalamku, lalu kembali pula aku melingkari kain selimut itu, karena hanya kain ini yang dapat kupakai untuk menahan rasa dingin, baju tidur yang akan dipinjamkan oleh Yanti masih berada di kamarnya.

    Aku keluar dari kamar mandi itu, lalu berjalan menuju ruangan dapur yang berada tidak jauh dari kamar mandi itu, karena tenggorokanku terasa haus sekali. Di dapur itu aku mengambil segelas air dan meminumnya.

    Setelah minum aku berjalan lagi menuju kamarku. Namun ketika sampai di pintu kamar, sejenak pandangan mataku menuju ke arah ruang tamu. Di sana terdapat Mas Sandi sedang duduk di sofa sambil menghisap sebatang rokok. Matanya memandangku tajam, namun bibirnya memperlihatkan senyumnya yang manis. Dengan berbalut kain selimut di tubuhku, aku menghampiri Mas Sandi yang memperhatikan aku. Lalu aku duduk di sofa yang terletak di depannya. Aku membalas tatapan Mas Sandi itu dengan menyunggingkan senyumanku.

    “Yanti mana..?” tanyaku padanya membuka pembicaraan.
    “Sedang ke warung sebentar, katanya sih mau beli makanan..!” jawabnya.
    “Mas Sandi tidak kerja hari ini..?”
    “Tidak akh.., malas sekali hari ini. Lagian khan aku tak mau kehilangan kesempatan..!” sambil berkata demikian dengan posisi berlutut dia menghampiriku.

    Setelah tepat di depanku, segera tangannya melepas kain selimut yang membungkusi tubuhku. Lalu dengan cepat sekali dia mulai meraba-raba tubuhku dari ujung kaki sampai ujung pahaku. Diperlakukan demikian tentu saja aku geli. Segera bulu-bulu tubuhku berdiri.
    “Akh… Mas..! Gellii..!” kataku.
    Mas Sandi tidak menghiraukan kata-kataku itu.

    Kini dia mulai mendaratkan bibirnya ke seluruh kulit kakiku dari bawah sampai ke atas. Perlakuannya itu berulang-ulang, sehingga menciptakan rasa geli campur nikmat yang membuatku terangsang. Lama sekali perlakuan itu dilakukan oleh Mas Sandi, dan aku pun semakin terangsang.
    “Akh… Mas..! Oh.., mmh..!” aku memegang bagian belakang kepala Mas Sandi dan menariknya ketika mulut lelaki itu mencium vaginaku.
    Semakin aku mengangkangkan pahaku, dengan mesranya lidah Mas Sandi mulai menjilat kemaluanku itu. Tubuhku mulai bergerak-gerak tidak beraturan, merasakan nikmat yang tiada tara di sekujur tubuhku.

    Aku membuang kain selimut yang masih menempel di tubuhku ke lantai, sementara Mas Sandi masih dengan kegiatannya, yaitu menciumi dan menjilati vaginaku. Aku menengadah menahan nikmat, kedua kakiku naik di tumpangkan di kedua bahunya, namun tangan Mas Sandi menurunkannya dan berusaha membuka lebar-lebar kedua pahaku itu. Karuan saja selangkanganku semakin terkuak lebar dan belahan vaginaku semakin membelah.
    “Akh.. Mas..! Shh.. nikmaats..! Terus Mass..!” rintihku.

    Kedua tangan Mas Sandi ke atas untuk meremas payudaraku yang terasa sudah mengeras, remasan itu membuatku semakin nikmat saja, dan itu membuat tubuhku semakin menggelinjang. Segera aku menambah kenikmatanku dengan menguakkan belahan vaginaku, jariku menyentuh kelentitku sendiri. Oh.., betapa nikmat yang kurasakan, liang kemaluanku sedang disodok oleh ujung lidah Mas Sandi, kedua payudaraku diremas-remas, dan kelentitku kusentuh dan kupermainkan. Sehingga beberapa detik kemudian terasa tubuhku mengejang hebat disertai perasaan nikmat teramat sangat dikarenakan aku mulai mendekati orgasmeku.

    “Oh… Mas..! Aku… aku… akh.., nikmaats… mhh..!” bersamaan dengan itu aku mencapai klimaksku.
    Tubuhku melayang entah kemana, dan sungguh aku sangat menikmatinya. Apalagi ketika Mas Sandi menyedot keras lubang kemaluanku itu. Tahu bahwa aku sudah mencapai klimaks, Mas Sandi menghentikan kegiatannya dan segera memelukku, mecium bibirku.

    “Kamu sungguh cantik, Ridha.., aku cinta padamu..!” sambil berkata demikian, dengan pinggulnya dia membuka kembali pahaku, dan terasa batang kemaluannya menyentuh dinding kemaluannku.
    Segera tanganku menggenggam kemaluan itu dan mengarahkan langsung tepat ke liang vaginaku.
    “Lakukan Mas..! Lakukan sekarang..! Berikan cintamu padaku sekarang..!” kataku sambil menerima setiap ciuman di bibirku.

    Mas Sandi dengan perlahan memajukan pinggulnya, maka terasa di liang vaginaku ada yang melesak masuk ke dalamnya. Gesekan itu membuatku kembali menengadah, sehingga ciumanku terlepas. Betapa panjang dan besar kurasakan. Sampai aku merasakan ujung kemaluan itu menyentuh dinding rahimku.
    “Suamimu sepanjang inikah..?” tanyanya.
    Aku menggelengkan kepala sambil terus menikmati melesaknya penis itu di liang vaginaku.

    Beberapa saat kemudian sudah amblas semua seluruh batang kemaluan Mas Sandi. Aku pun sempat heran, kok bisa batang penis yang panjang dan besar itu masuk seluruhnya di vaginaku. Segera aku melipatkan kedua kakiku di belakang pantatnya. Sambil kembali mencium bibirku dengan mesra, Mas Sandi mendiamkan sejenak batang penisnya terbenam di vaginaku, hingga suatu saat dia mulai menarik mundur pantatku perlahan dan memajukannya lagi, menariknya lagi, memajukannya lagi, begitu seterusnya hingga tanpa disadari gerakan Mas Sandi mulai dipercepat. Karuan saja batang penis yang kudambakan itu keluar masuk di vaginaku. Vagina yang seharusnya hanya dapat dinikmati oleh suamiku, Mas Hadi.

    Di alam kenikmatan, pikiranku menerawang. Aku seorang perempuan yang sudah bersuami tengah disetubuhi oleh orang lain, yang tidak punya hak sama sekali menikmati tubuhku, dan itu sangat di luar dugaanku. Seolah-olah aku sudah terjebak di antara sadar dan tidak sadar aku sangat menikmati perselingkuhan ini. Betapa aku sangat mengharapkan kepuasan bersetubuh dari lelaki yang bukan suamiku. Ini semua akibat Yanti yang memberi peluang seakan sahabatku itu tahu bahwa aku membutuhkan ini semua. film bokep klik

    Beberapa menit berlalu, peluh kami sudah bercucuran. Sampailah aku pada puncak kenikmatan yang kudambakan. Orgasmeku mulai terasa dan sungguh aku sangat menikmatinya. Menikmati orgasmeku oleh laki-laki yang bukan suamiku, manikmati orgasme oleh suami sahabatku. Dan aku tidak menduga kalau rahimku pun menampung air sperma yang keluar dari penis lelaki selain suamiku.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Dewasa Hubungan Gelapku Yang Penuh Gairah Dengan Tetangga – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Dewasa Hubungan Gelapku Yang Penuh Gairah Dengan Tetangga – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1703 views

    Perawanku – Sudah bertahun-tahun kegiatan ronda malam di lingkungan tempat tinggalku berjalan dengan baik. Setiap malam ada satu grup terdiri dari tiga orang. Sebagai anak belia yang sudah bekerja aku dapat giliran ronda pada malam minggu.

    Pada suatu malam minggu aku giliran ronda. Tetapi sampai pukul 23.00 dua orang temanku tidak muncul di pos perondaan. Aku tidak peduli mau datang apa tidak, karena aku maklum tugas ronda adalah sukarela, sehingga tidak baik untuk dipaksa-paksa. Biarlah aku ronda sendiri tidak ada masalah.

    Karena memang belum mengantuk, aku jalan-jalan mengontrol kampung. Biasanya kami mengelilingi rumah-rumah penduduk. Pada waktu sampai di samping rumah Pak Tadi, aku melihat kaca nako yang belum tertutup. Aku mendekati untuk melihat apakah kaca nako itu kelupaan ditutup atau ada orang jahat yang membukanya. Dengan hati-hati kudekati, tetapi ternyata kain korden tertutup rapi.

    Kupikir kemarin sore pasti lupa menutup kaca nako, tetapi langsung menutup kain kordennya saja. Mendadak aku mendengar suara aneh, seperti desahan seseorang. Kupasang telinga baik-baik, ternyata suara itu datang dari dalam kamar.

    Kudekati pelan-pelan, dan darahku berdesir, ketika ternyata itu suara orang bersetubuh dengan penuh gairah. Nampaknya ini kamar tidur Pak Tadi dan istrinya. Aku lebih mendekat lagi, suaranya dengusan nafas yang memburu dan gemerisik dan goyangan tempat tidur lebih jelas terdengar.

    “Ssshh… hhemm… uughh… ugghh, terdengar suara dengusan dan suara orang seperti menahan sesuatu. Jelas itu suara Bu Tadi yang ditindih suaminya.

    Terdengar pula bunyi kecepak-kecepok, nampaknya penis Pak Tadi sedang mengocok liang vagina Bu Tadi dengan penuh gairah. Aduuh, darahku naik ke kepala, penisku sudah berdiri keras seperti kayu. Aku betul-betul iri membayangkan Pak Tadi menggumuli istrinya. Alangkah nikmatnya menyetubuhi Bu Tadi yang cantik dan bahenol itu.

    “Oohh, sshh buuu, aku mau keluar, sshh…. ssshh..” terdengar suara Pak Tadi tersengal-sengal. Suara kecepak-kecepok makin cepat, dan kemudian berhenti. Nampaknya Pak Tadi sudah ejakulasi dan pasti penisnya dibenamkan dalam-dalam ke dalam vagina Bu Tadi.

    Selesailah sudah persetubuhan dengan penuh gairah itu, aku pelan-pelan meninggalkan tempat itu dengan kepala berdenyut-denyut dan penis yang kemeng karena tegang dari tadi.

    Sejak malam itu, aku jadi sering mengendap-endap mengintip kegiatan suami-istri itu di tempat tidurnya. Walaupun nako tidak terbuka lagi, namun suaranya masih jelas terdengar dari sela-sela kaca nako yang tidak rapat benar. Aku jadi seperti detektip partikelir yang mengamati kegiatan mereka di sore hari.

    Biasanya pukul 21.00 mereka masih melihat siaran TV, dan sesudah itu mereka mematikan lampu dan masuk ke kamar tidurnya. Aku mulai melihat situasi apakah aman untuk mengintip mereka. Apabila aman, aku akan mendekati kamar mereka. Kadang-kadang mereka hanya bercakap-cakap sebentar, terdengar bunyi gemerisik (barangkali memasang selimut), lalu sepi. Pasti mereka terus tidur. Cerita Bokep

    Tetapi apabila mereka masuk kamar, bercakap-cakap, terdengar ketawa-ketawa kecil mereka, jeritan lirih Bu Tadi yang kegelian (barangkali dia digelitik, dicubit atau diremas buah dadanya oleh Pak Tadi), dapat dipastikan akan diteruskan dengan persetubuhan.

    Dan aku pasti mendengarkan sampai selesai. Rasanya seperti kecanduan dengan suara-suara Pak Tadi dan khususnya suara Bu Tadi yang keenakan disetubuhi suaminya dengan penuh gairah.

    Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa. Apabila aku bertemu Bu Tadi juga biasa-biasa saja, namun tidak dapat dipungkiri, aku jadi jatuh cinta sama istri Pak Tadi itu. Orangnya memang cantik, dan badannya padat berisi sesuai dengan seleraku. Khususnya pantat dan buah dadanya yang besar dan bagus.

    Aku menyadari bahwa hal itu tidak akan mungkin, karena Bu tadi istri orang. Kalau aku berani menggoda Bu Tadi pasti jadi masalah besar di kampungku. Bisa-bisa aku dipukuli atau diusir dari kampungku. Tetapi nasib orang tidak ada yang tahu. Ternyata aku akhirnya dapat menikmati keindahan tubuh Bu Tadi.

    Pada suatu hari aku mendengar Pak Tadi opname di rumah sakit, katanya operasi usus buntu. Sebagai tetangga dan masih bujangan aku banyak waktu untuk menengoknya di rumah sakit. Dan yang penting aku mencoba membangun hubungan yang lebih akrab dengan Bu Tadi. Pada suatu sore, aku menengok di rumah sakit bersamaan dengan adiknya Pak Tadi.

    Sore itu, mereka sepakat Bu Tadi akan digantikan adiknya menunggu di rumah sakit, karena Bu Tadi sudah beberapa hari tidak pulang. Aku menawarkan diri untuk pulang bersamaku. Mereka setuju saja dan malah berterima kasih. Terus terang kami sudah menjalin hubungan lebih akrab dengan keluarga itu.

    Sehabis mahgrib aku bersama Bu Tadi pulang. Dalam mobilku kami mulai mengobrol, mengenai sakitnya Pak Tadi. Katanya seminggu lagi sudah boleh pulang. Aku mulai mencoba untuk berbicara lebih dekat lagi, atau katakanlah lebih kurang ajar. Inikan kesempatan bagus sekali untuk mendekatai Bu Tadi.

    “Bu, maaf yaa. ngomong-ngomong Bu Tadi sudah berkeluarga sekitar 3 tahun kok belum diberi momongan yaa”, kataku hati-hati.

    “Ya, itulah Dik Budi. Kami kan hanya lakoni. Barangkali Tuhan belum mengizinkan”, jawab Bu Tadi.

    “Tapi anu tho bu… anuu.. bikinnya khan jalan terus.” godaku.

    “Ooh apa, ooh. kalau itu sih iiiya Dik Budi” jawab Bu Tadi agak kikuk. Sebenarnya kan aku tahu, mereka setiap minggunya minmal 2 kali bersetubuh dan terbayang kembali desahan Bu Tadi yang keenakan. Darahku semakin berdesir-desir. Aku semakin nekad saja.

    “Tapi, kok belum berhasil juga yaa bu?” lanjutku.

    “Ya, itulah, kami berusaha terus. Tapi ngomong-ngomong kapan Dik Budi kimpoi. Sudah kerja, sudah punya mobil, cakep lagi. Cepetan dong. Nanti keburu tua lhoo”, kata Bu Tadi.

    “Eeh, benar nih Bu Tadi. Aku cakep niih. Ah kebetulan, tolong carikan aku Bu. Tolong carikan yang kayak Ibu Tadi ini lhoo”, kataku menggodanya.

    “Lho, kok hanya kayak saya. Yang lain yang lebih cakep kan banyak. Saya khan sudah tua, jelek lagi”, katanya sambil ketawa.

    Aku harus dapat memanfaatkan situasi. Harus, Bu tadi harus aku dapatkan.

    “Eeh, Bu Tadi. Kita kan nggak usah buru-buru nih. Di rumah Bu Tadi juga kosong. Kita cari makan dulu yaa. Mauu yaa bu, mau yaa”, ajakku dengan penuh kekhawatiran jangan-jangan dia menolak.

    “Tapi nanti kemaleman lo Dik”, jawabnya.

    “Aah, baru jam tujuh. Mau ya Buu”, aku sedikit memaksa.

    “Yaa gimana yaa… ya deh terserah Dik Budi. Tapi nggak malam-malam lho.” Bu Tadi setuju. Batinku bersorak.

    Kami berehenti di warung bakmi yang terkenal. Sambil makan kami terus mengobrol. Jeratku semakin aku persempit.

    “Eeh, aku benar-benar tolong dicarikan istri yang kayak Bu Tadi dong Bu. benar nih. Soalnya begini bu, tapii eeh nanti Bu Tadi marah sama saya. Nggak usaah aku katakan saja deh”, kubuat Bu Tadi penasaran.

    “Emangnya kenapa siih.” Bu tadi memandangku penuh tanda tanya.

    “Tapi janji nggak marah lho.” kataku memancing. Dia mengangguk kecil.

    “Anu bu… tapi janji tidak marah lho yaa.”

    “Bu Tadi terus terang aku terobsesi punya istri seperti Bu tadi. Aku benar-benar bingung dan seperti orang gila kalau memikirkan Bu Tadi. Aku menyadari ini nggak betul. Bu Tadi kan istri tetanggaku yang harus aku hormati. Aduuh, maaf, maaf sekali bu.

    aku sudah kurang ajar sekali”, kataku menghiba. Bu Tadi melongo, memandangiku. sendoknya tidak terasa jatuh di piring. Bunyinya mengagetkan dia, dia tersipu-sipu, tidak berani memandangiku lagi.

    Sampai selesai kami jadi berdiam-diaman. Kami berangkat pulang. Dalam mobil aku berpikir, ini sudah telanjur basah. Katanya laki-laki harus nekad untuk menaklukkan wanita. Nekad kupegang tangannya dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku memegang setir.

    Di luar dugaanku, Bu Tadi balas meremas tanganku. Batinku bersorak. Aku tersenyum penuh kemenangan. Tidak ada kata-kata, batin kami, perasaan kami telah bertaut. Pikiranku melambung, melayang-layang. Mendadak ada sepeda motor menyalib mobilku. Aku kaget. Cerita Sex

    “Awaas! hati-hati!” Bu Tadi menjerit kaget.

    “Aduh nyalib kok nekad amat siih”, gerutuku.

    “Makanya kalau nyetir jangan macam-macam”, kata Bu tadi. Kami tertawa. Kami tidak membisu lagi, kami ngomong, ngomong apa saja. Kebekuan cair sudah. Sampai di rumah aku hanya sampai pintu masuk, aku lalu pamit pulang.

    Di rumah aku mencoba untuk tidur. Tidak bisa. Nonton siaran TV, tidak nyaman juga. Aku terus membayangkan Bu Tadi yang sekarang sendirian, hanya ditemani pembantunya yang tua di kamar belakang. Ada dorongan sangat kuat untuk mendatangi rumah Bu Tadi.

    Berani nggaak, berani nggak. Mengapa nggak berani. Entah setan mana yang mendorongku, tahu-tahu aku sudah keluar rumah. Aku mendatangi kamar Bu Tadi. Dengan berdebar-debar, aku ketok pelan-pelan kaca nakonya, “Buu Tadi, aku Budi”, kataku lirih. Terdengar gemerisik tempat tidur, lalu sepi.

    Mungkin Bu Tadi bangun dan takut. Bisa juga mengira aku maling. “Aku Budi”, kataku lirih. Terdengar gemerisik. Kain korden terbuka sedikit. Nako terbuka sedikit. “Lewat belakang!” kata Bu Tadi. Aku menuju ke belakang ke pintu dapur.

    Pintu terbuka, aku masuk, pintu tertutup kembali. Aku nggak tahan lagi, Bu Tadi aku peluk erat-erat, kuciumi pipinya, hidungnya, bibirnya dengan lembut dan mesra, penuh kerinduan. Bu Tadi membalas memelukku, wajahnya disusupkan ke dadaku.

    “Aku nggak bisa tidur”, bisikku.

    “Aku juga”, katanya sambil memelukku erat-erat.

    Dia melepaskan pelukannya. Aku dibimbingnya masuk ke kamar tidurnya. Kami berpelukan lagi, berciuman lagi dengan penuh gairah. “Buu, aku kangen bangeeet. Aku kangen”, bisikku sambil terus menciumi dan membelai punggungnya. Gairah kami semakin menggelora.

    Aku ditariknya ke tempat tidur. Bu Tadi membaringkan dirinya. Tanganku menyusup ke buah dadanya yang besar dan empuk, aduuh nikmat sekali, kuelus buah dadanya dengan lembut, kuremas pelan-pelan. Bu Tadi menyingkapkan dasternya ke atas, dia tidak memakai BH. Aduh buah dadanya kelihatan putih dan menggung. Aku nggak tahan lagi, kuciumi, kukulum pentilnya, kubenamkan wajahku di kedua buah dadanya, sampai aku nggak bisa bernapas.

    Sementara tanganku merogoh kemaluannya yang berbulu tebal. Celana dalamnya kupelorotkan, dan Bu Tadi meneruskan ke bawah sampai terlepas dari kakinya. Dengan sigap aku melepaskan sarung dan celana dalamku. Penisku langsung tegang tegak menantang.

    Bu Tadi segera menggenggamnya dan dikocok-kocok pelan dari ujung penisku ke pangkal pahaku. Aduuh, rasanya geli dan nikmat sekali. Aku sudah nggak sabar lagi. Aku naiki tubuh Bu Tadi, bertelekan pada sikut dan dengkulku. Kaki Bu Tadi dikangkangkannya lebar-lebar, penisku dibimbingnya masuk ke liang vaginanya yang sudah basah.

    Digesek-gesekannya di bibir kemaluannya, makin lama semakin basah, kepala penisku masuk, semakin dalam, semakin… dan akhirnya blees, masuk semuanya ke dalam kemaluan Bu Tadi. Aku turun-naik pelan-pelan dengan teratur. Aduuh, nikmat sekali. Penisku dijepit kemaluan Bu Tadi yang sempit dan licin. Makin cepat kucoblos, keluar-masuk, turun-naik dengan penuh nafsu dan gairah.

    “Aduuh, Dik Budi, Dik Budii… enaak sekali, yang cepaat.. teruus”, bisik Bu Tadi sambil mendesis-desis. Kupercepat lagi dengan penuh gairah. Suaranya vagina Bu Tadi kecepak-kecepok, menambah semangatku. “Dik Budiii aku mau muncaak… muncaak, teruus… teruus”, Aku juga sudah mau keluar.

    Aku percepat, dan penisku merasa akan keluar. Kubenamkan dalam-dalam ke dalam vagina Bu Tadi sampai amblaas. Pangkal penisku berdenyut-denyut, spermaku muncrat-muncrat di dalam vagina Bu Tadi. Kami berangkulan kuat-kuat, napas kami berhenti. Saking nikmatnya dalam beberapa detik nyawaku melayang entah kemana.

    Selesailah sudah. Kerinduanku tercurah sudah, aku merasa lemas sekali tetapi puas sekali. Kucabut penisku, dan berbaring di sisinya. Kami berpelukan, mengatur napas kami. Tiada kata-kata yang terucapkan, ciuman dan belaian kami yang berbicara.

    “Dik Budi, aku curiga, salah satu dari kami mandul. Kalau aku subur, aku harap aku bisa hamil dari spermamu. Nanti kalau jadi aku kasih tahu. Yang tahu bapaknya anakku kan hanya aku sendiri kan. Dengan siapa aku membuat anak”, katanya sambil mencubitku. Malam itu pertama kali aku menyetubuhi Bu Tadi tetanggaku. Beberapa kali kami berhubungan dengan penuh gairah sampai aku kimpoi dengan wanita lain. Bu Tadi walaupun cemburu tapi dapat memakluminya.

    Keluarga Pak tadi sampai saat ini hanya mempunyai satu anak perempuan yang cantik. Apabila di kedepankan, Bu Tadi sering menciumi anak itu, sementara matanya melirikku dan tersenyum-senyum manis. Tetanggaku pada meledek Bu Tadi, mungkin waktu hamil Bu Tadi benci sekali sama aku. Karena anaknya yang cantik itu mempunyai mata, pipi, hidung, dan bibir yang persis seperti mata, pipi, hidung, dan bibirku.

    Seperti telah anda ketahui hubunganku dengan Bu Tadi istri tetanggaku yang cantik itu tetap berlanjut sampai kini, walaupun aku telah berumah tangga. Namun dalam perkimpoianku yang sudah berjalan dua tahun lebih, kami belum dikaruniai anak. Istriku tidak hamil-hamil juga walaupun penisku kutojoskan ke vagina istriku siang malam dengan penuh semangat.

    Kebetulan istriku juga mempunyai nafsu seks dan gairah yang besar. Baru disentuh saja nafsunya sudah naik. Biasanya dia lalu melorotkan celana dalamnya, menyingkap pakaian serta mengangkangkan pahanya agar vaginanya yang tebal bulunya itu segera digarap dengan penuh gairah.

    Di mana saja, di kursi tamu, di dapur, di kamar mandi, apalagi di tempat tidur, kalau sudah nafsu dan ber gairah, ya aku masukkan saja penisku ke vaginanya. Istriku juga dengan penuh gairah menerima coblosanku. Aku sendiri terus terang setiap saat melihat istriku selalu nafsu saja deh. Memang istriku benar-benar membuat hidupku penuh semangat dan gairah.

    Tetapi karena istriku tidak hamil-hamil juga aku jadi agak kawatir. Kalau mandul, jelas aku tidak. Karena sudah terbukti Bu Tadi hamil, dan anakku yang cantik itu sekarang menjadi anak kesayangan keluarga Pak Tadi. Apakah istriku yang mandul? Kalau melihat fisik serta haidnya yang teratur, aku yakin istriku subur juga.

    Apakah aku kena hukuman karena aku selingkuh dengan Bu Tadi? aah, mosok. Nggak mungkin itu. Apakah karena dosa? Waah, mestinya ya memang dosa besar. Tapi karena menyetubuhi Bu Tadi itu enak dan nikmat, apalagi dia juga senang, maka hubungan gelap itu perlu diteruskan, dipelihara, dan dilestarikan.

    Untuk mengatur perselingkuhanku dengan Bu Tadi, kami sepakat dengan membuat kode khusus yang hanya diketahui kami berdua. Apabila Pak Tadi tidak ada di rumah dan benar-benar aman, Bu Tadi memadamkan lampu di sumur belakang rumahnya. Biasanya lampu 5 watt itu menyala sepanjang malam, namun kalau pada pukul 20.00 lampu itu padam, berarti keadaan aman dan aku dapat mengunjungi Bu Tadi. (Anda dapat meniru caraku yang sederhana ini.

    Gratis tanpa bayar pulsa telepon yang makin mahal). Karena dari samping rumahku dapat terlihat belakang rumah Bu Tadi, dengan mudah aku dapat menangkap tanda tersebut. Tetapi pernah tanda itu tidak ada sampai 1 atau 2 bulan, bahkan 3 bulan. Aku kadang-kadang jadi agak jengkel dan frustasi (karena kangen) dan aku mengira juga Bu Tadi sudah bosan denganku.

    Tetapi ternyata memang kesempatan itu benar-benar tidak ada, sehingga tidak aman untuk bertemu. Pada suatu hari aku berpapasan dengan Bu Tadi di jalan dan seperti biasanya kami saling menyapa baik-baik. Sebelum melanjutkan perjalanannya, dia berkata, “Dik Budi, besok malam minggu ada keperluan nggak?”

    “Kayaknya sih nggak ada acara kemana-mana. Emangnya ada apa?” jawabku dengan penuh harapan karena sudah hampir satu bulan kami tidak bermesraan.

    “Nanti ke rumah yaa!” katanya dengan tersenyum malu-malu.

    “Emangnya Pak Tadi nggak ada?” kataku. Dia tidak menjawab, cuma tersenyum manis dan pergi meneruskan perjalanannya. Walaupun sudah biasa, darahku pun berdesir juga membayangkan pertemuanku malam minggu nanti.

    Seperti biasa malam minggu adalah giliran ronda malamku. Istriku sudah tahu itu, sehingga tidak menaruh curiga atau bertanya apa-apa kalau pergi keluar malam itu. Aku sudah bersiap untuk menemui Bu Tadi. Aku hanya memakai sarung, (tidak memakai celana dalam) dan kaos lengan panjang biar agak hangat.

    Dan memang kalau tidur aku tidak pernah pakai celana dalam tetapi hanya memakai sarung saja. Rasanya lebih rileks dan tidak sumpek, serta penisnya biar mendapat udara yang cukup setelah seharian dipepes dalam celana dalam yang ketat.

    Waktu menunjukkan pukul 22.00. Lampu belakang rumah Bu Tadi sudah padam dari tadi. Aku berjalan memutar dulu untuk melihat situasi apakah sudah benar-benar sepi dan aman. Setelah yakin aman, aku menuju ke samping rumah Bu Tadi. Aku ketok kaca nako kamarnya. Tanpa menunggu jawaban, aku langsung menuju ke pintu belakang.

    Tidak berapa lama terdengar kunci dibuka. Pelan pintu terbuka dan aku masuk ke dalam. Pintu ditutup kembali. Aku berjalan beriringan mengikuti Bu Tadi masuk ke kamar tidurnya. Setelah pintu ditutup kembali, kami langsung berpelukan dan berciuman untuk menyalurkan kerinduan kami dengan penuh gairah.

    Kami sangat menikmati kemesraan itu, karena memang sudah hampir satu bulan kami tidak mempunyai kesempatan untuk melakukannya. Setelah itu, Bu Tadi mendorongku, tangannya di pinggangku, dan tanganku berada di pundaknya. Kami berpandangan mesra, Bu tadi tersenyum manis dan memelukku kembali erat-erat. Kepalanya disandarkan di dadaku.

    “Paa, sudah lama kita nggak begini”, katanya lirih. Bu Tadi sekarang kalau sedang bermesraan atau bersetubuh memanggilku Papa. Demikian juga aku selalu membisikkan dan menyebutnya Mama kepadanya. Nampaknya Bu Tadi menghayati betul bahwa Nia, anaknya yang cantik itu bikinan kami berdua.

    “Pak Tadi sedang kemana sih maa”, tanyaku.

    “Sedang mengikuti piknik karyawan ke Pangandaran. Aku sengaja nggak ikut dan hanya Nia saja yang ikut. Tenang saja, pulangnya baru besok sore”, katanya sambil terus mendekapku.

    “Maa, aku mau ngomong nih”, kataku sambil duduk bersanding di tempat tidur. Bu Tadi diam saja dan memandangku penuh tanda tanya.

    “Maa, sudah dua tahun lebih aku berumah tangga, tetapi istriku belum hamil-hamil juga. Kamu tahu, mustinya secara fisik, kami tidak ada masalah. Aku jelas bisa bikin anak, buktinya sudah ada kan. Aku nggak tahu kenapa kok belum jadi juga. Padahal bikinnya tidak pernah berhenti, siang malam”, kataku agak melucu. Bu Tadi memandangku.

    “Pa, aku harus berbuat apa untuk membantumu. Kalau aku hamil lagi, aku yakin suamiku tidak akan mengijinkan adiknya Nia kamu minta menjadi anak angkatmu. Toh anak kami kan baru dua orang nantinya, dan pasti suamiku akan sayang sekali.

    Untukku sih memang seharusnya bapaknya sendiri yang mengurusnya. Tidak seperti sekarang, keenakan dia. Cuma bikin doang, giliran sudah jadi bocah orang lain dong yang ngurus”, katanya sambil merenggut manja. Aku tersenyum kecut.

    “Jangan-jangan ini hukuman buatku ya maa, Aku dihukum tidak punya anak sendiri. Biar tahu rasa”, kataku.

    “Ya sabar dulu deh paa, mungkin belum pas saja. Spermamu belum pas ketemu sama telornya Rina (nama istriku). Siapa tahu bulan depan berhasil”, katanya menghiburku.

    “Ya mudah-mudahan. Tolong didoain yaa…”

    “Enak saja. Didoain? Mustinya aku kan nggak rela Papa menyetubuhi Rina istrimu itu. Mustinya Papa kan punyaku sendiri, aku monopoli. Nggak boleh punya Papa masuk ke perempuan lain kan. Kok malah minta didoain. Gimana siih”, katanya manja dan sambil memelukku erat-erat. Benar juga, mestinya kami ini jadi suami-istri, dan Nia itu anak kami.

    “Maa, kalau kita ngomong-ngomong seperti ini, jadinya nafsunya malah jadi menurun lho. Jangan-jangan nggak jadi main nih”, kataku menggoda.

    “Iiih, dasar”, katanya sambil mencubit pahaku kuat-kuat.

    “Makanya jangan ngomong saja. Segera saja Mama ini diperlakukan sebagaimana mestinya. Segera digarap doong!” katanya manja.

    Kami berpelukan dan berciuman lagi dengan penuh gairah. Tentu saja kami tidak puas hanya berciuman dan berpelukan saja. Kutidurkan dia di tempat tidur, kutelentangkan. Bu Tadi mandah saja. Pasrah saja mau diapain. Dia memakai daster dengan kancing yang berderet dari atas ke bawah.

    Kubuka kancing dasternya satu per satu mulai dari dada terus ke bawah. Kusibakkan ke kanan dan ke kiri bajunya yang sudah lepas kancingnya itu. Menyembullah buah dadanya yang putih menggunung (dia sudah tidak pakai BH). Celana dalam warna putih yang menutupi vaginanya yang nyempluk itu aku pelorotkan.

    Aku benar-benar menikmati keindahan tubuh istri gelapku ini. Saat satu kakinya ditekuk untuk melepaskan celana dalamnya, gerakan kakinya yang indah, vaginanya yang agak terbuka, aduh pemandangan itu sungguh indah. Benar-benar membuatku menelan ludah.

    Wajah yang ayu, buah dada yang putih menggunung, perut yang langsing, vagina yang nyempluk dan agak terbuka, kaki yang indah agak mengangkang, sungguh mempesona. Aku tidak tahan lagi. Aku lempar sarungku dan kaosku entah jatuh dimana. Aku segera naik di atas tubuh Bu Tadi. Kugumuli dia dengan penuh gairah. Aku tidak peduli Bu Tadi megap-megap keberatan aku tindih sepenuhnya. Habis gemes banget, nafsu banget sih.

    “Uugh jangan nekad tho. Berat nih”, keluh Bu Tadi.

    Aku bertelekan pada telapak tanganku dan dengkulku. Penisku yang sudah tegang banget aku paskan ke vaginanya. Terampil tangan Bu Tadi memegangnya dan dituntunnya ke lubang vaginanya yang sudah basah. Tidak ada kesulitan lagi, masuklah semuanya ke dalam vaginanya. Dengan penuh semangat kukocok vagina Bu Tadi dengan penisku. Bu Tadi semakin naik, menggeliat dan merangkulku, melenguh dan merintih. Semakin lama semakin cepat, semakin naik, naik, naik ke puncak.

    “Teruuus, teruus paa.. sshh… ssh…” bisik Bu Tadi

    “Maa, aku juga sudah mau… keluaarr”,

    “Yang dalam paa… yang dalamm. Keluarin di dalaam Paa… Paa… Adduuh Paa nikmat banget Paa…, ouuch..”, jeritnya lirih yang merangkulku kuat-kuat. Kutekan dalam-dalam penisku ke vaginanyanya. Croot, cruuut, crruut, keluarlah spermaku di dalam rahim istri gelapku ini. Napasku seperti terputus. Kenikmatan luar biasa menjalar kesuluruh tubuhku. Cerita Bokep

    Bu Tadi menggigit pundakku. Dia juga sudah mencapai puncak. Beberapa detik dia aku tindih dan dia merangkul kuat-kuat. Akhirnya rangkulannya terlepas. Kuangkat tubuhku. Penisku masih di dalam, aku gerakkan pelan-pelan, aduh geli dan ngilu sekali sampai tulang sumsum. Vaginanya licin sekali penuh spermaku.

    Kucabut penisku dan aku terguling di samping Bu Tadi. Bu Tadi miring menghadapku dan tangannya diletakkan di atas perutku. Dia berbisik, “Paa, Nia sudah cukup besar untuk punya adik. Mudah-mudahan kali ini langsung jadi ya paa. Aku ingin dia seorang laki-laki. Sebelum Papa tadi mengeluh Rina belum hamil, aku memang sudah berniat untuk membuatkan Nia seorang adik. Sekalian untuk test apakah Papa masih joos apa tidak.

    Kalau aku hamil lagi berarti Papa masih joosss. Kalau nanti pengin menggendong anak, ya gendong saja Nia sama adiknya yang baru saja dibuat ini.” Dia tersenyum manis. Aku diam saja. menerawang jauh, alangkah nikmatnya bisa menggendong anak-anakku.

  • Foto Ngentot Hinata Tachibana Hot – Foto Ngentot Cewek Jepang Terbaru 2018

    Foto Ngentot Hinata Tachibana Hot – Foto Ngentot Cewek Jepang Terbaru 2018


    1699 views

    Perawanku – Hinata Tachibana adalah model yang luar biasa, model JAV tersebut memiliki body yang sexy dan memiliki buah dada yang cukup besar. Hinata Tachibana sudah cukup lama menjalani profesi esek-esek ini  sudah merasakan Manis asamnya garam.

    Kecantikan wajahnya sekaligus Tubuhnya yang sexy membuat para kaum laki-laki ingin menikmati dan ingin sekaligus merasakannya  tubuh Hinata, Namun untuk anda semua yang belum sempat melihat kecantikan hinata, Mari dilihat Hinata lagi Beradegan Film Dewasanya :

  • Cerita Sex Kenangan Yang Tak Terlupakan di Kamar Tante Nanik Yang Cantik dan Bohay

    Cerita Sex Kenangan Yang Tak Terlupakan di Kamar Tante Nanik Yang Cantik dan Bohay


    1698 views
    Perawanku– Cerita Sex Kenangan Yang “Kriing.. ” jam di meja memaksa saya untuk memicingkan mata.
    “Wah kritis, telat nih” dengan terburu-buru saya bangun lantas lari ke kamar mandi.
    Pagi itu saya ada janji untuk melindungi tempat tinggal tanteku. Oh ya, tanteku ini orangnya cantik dengan muka seperti artis sinetron, namanya Ninik. Tinggi tubuh 168, payudara 34, serta badan yang langsing. Mulai sejak kembali dari Malang, saya seringkali main ke tempat tinggalnya. Hal semacam ini saya kerjakan atas keinginan tante Ninik, karna suaminya seringkali ditugaskan ke luar pulau.
    Oh ya, tante Ninik memiliki dua anak wanita Awal serta Fifi. Awal telah kelas 2 SMA dengan badan yang langsing, payudara 36B, serta tinggi 165. Sedang Fifi memiliki badan agak bongsor untuk gadis SMP kelas 3, tinggi 168 serta payudara 36. Tiap-tiap saya ada dirumah tante Fifi saya terasa seperti ada di satu harem. Tiga wanita cantik serta seksi yang menyukai menggunakan bebrapa pakaian transparan bila dirumah. Kesempatan ini saya juga akan katakan pengalamanku dengan tante Ninik di kamarnya saat suaminya tengah pekerjaan dinas luar pulau untuk 5 hari.
    Hari Senin pagi, saya meningkatkan motorku ke tempat tinggal tante Ninik. Sesudah perjalanan 15 menit, saya hingga di tempat tinggalnya. Segera saya parkir motor di teras tempat tinggal. Kelihatannya Awal serta Fifi masih tetap belum juga pergi sekolah, demikian halnya tante Ninik belum juga pergi kerja.
    “Met pagi semua” saya katakan sapaan seperti umumnya. Agen Obat Kuat Pasutri
    “Pagi, Mas Firman. Lho kok masih tetap kusut berwajah, tentu baru bangun ya? ” Fifi membalas sapaanku.
    “Iya nih kesiangan” saya jawab sekenanya sembari masuk ke ruangan keluarga.
    “Fir, anda antar Awal serta Fifi ke sekolah ya. Tante belum juga mandi nih. Kunci mobil berada di tempat umumnya tuch. ” Dari dapur tante menyuruh saya.
    “OK Tante” jawabku singkat.
    “Ayo duo cewek paling manja sedunia. ” celetukku sembari masuk ke mobil. Iya lho, Awal serta Fifi memanglah cewek yang manja, bila pergi senantiasa minta diantar.
    “Daag Mas Firman, kelak pulangnya dijemput ya. ” Lantas Awal menghilang di balik pagar sekolahan.
    Usai telah tugasku mengantar untuk hari ini. Kupacu mobil ke tempat tinggal tante Ninik.
    Sesudah parkir mobil saya segera menuju meja makan, lantas ambil jumlah tukang serta melahapnya. Tante Ninik masih tetap mandi, terdengar nada guyuran air agak keras. Lantas hening agak lama, sesudah kurang lebih lima menit tidak terdengar gemericik air saya mulai berprasangka buruk serta saya hentikan makanku. Sesudah menyimpan piring di dapur. Saya menuju ke pintu kamar mandi, sasaranku yaitu lubang kunci yang memanglah telah tak ada kuncinya. Saya matikan lampu ruangan tempatku berdiri, lantas saya mulai mendekatkan mataku ke lubang kunci. Di depanku terpampang panorama alam yang indah sekali, badan mulus serta putih tante Ninik tidak ada sehelai benang yang menutupi tampak agak mengkilat karena dampak sinar yang tentang air di kulitnya. Nyatanya tante Ninik tengah masturbasi, tangan kanannya dengan lembut digosok-gosokkan ke vaginanya. Sedang tangan kiri mengelus-elus payudaranya bertukaran kiri serta kanan.
    Terdengar nada desahan lirih, “Hmm, ohh, arhh”.
    Kulihat tanteku melentingkan badannya ke belakang, sembari tangan kanannya makin kencang ditancapkan ke vagina. Rupanya tante Ninik ini telah menjangkau orgasmenya. Lantas dia berbalik serta mengguyurkan air ke badannya. Saya segera pergi ke ruangan keluarga serta menyalakan tv. Saya tepis fikiran-pikiran porno di otakku, tapi tidak dapat. Badan molek tante Ninik, membuatku tergila-gila. Saya jadi memikirkan tante Ninik terkait tubuh denganku.
    Cerita Seks Kenangan Yang Tak Terlupakan di Kamar Tante Nanik Yang Cantik dan Bohay

    Cerita Seks Kenangan Yang Tak Terlupakan di Kamar Tante Nanik Yang Cantik dan Bohay

    “Lho Fir, anda sekali lagi apa tuch kok tanganmu dimasukkan celana gitu. Hayo anda sekali lagi ngebayangin siapa? Kelak saya katakan ke ibu anda lho. ” Mendadak nada tante Ninik mencengangkan saya.
    “Kamu ini pagi-pagi telah demikian. Mbok ya kelak malam saja, kan enak ada lawannya. ” Celetuk tante Ninik sembari masuk kamar.
    Saya agak kaget juga dia ngomong sesuai sama itu. Tapi saya berasumsi itu hanya sebatas guyonan. Sesudah tante Ninik pergi kerja, saya sendirian di tempat tinggalnya yang sepi ini. Karna masih tetap ngantuk saya ubah celanaku dengan sarung lantas masuk kamar tante serta segera tidur.
    Cerita Seks Kenangan Yang “Hmm.. geli ah” Saya terbangun serta terperanjat, karna tante Ninik telah berbaring di sebelahku sembari tangannya memegang Mr. P dari luar sarung.
    “Waduh, maafin tante ya. Tante buat anda terbangun. ” Kata tante sembari dengan perlahan melepas pegangannya yang sudah buat Mr. P menegang 90%.
    “Tante minta ijin ke atasan tidak untuk masuk hari ini serta besok, dengan argumen sakit. Sesudah ambillah obat dari apotik, tante pulang. ” Demikian argumen tante saat saya bertanya mengapa dia tidak masuk kerja.
    “Waktu tante masuk kamar, tante saksikan anda sekali lagi tidur di kasur tante, serta sarung anda terungkap hingga celana dalam anda tampak. Tante jadi terangsang serta pingin pegang miliki anda. Hmm, gedhe juga ya Mr. P mu” Tante selalu saja nyerocos untuk menerangkan sikapnya.
    “Sudahlah tante, tidak pa pa kok. Lagian Firman tahu kok bila tante barusan pagi masturbasi di kamar mandi” celetukku sekenanya.
    “Lho, jadi anda.. ” Tante kaget dengan mimik 1/2 geram.
    “Iya, barusan Firman ngintip tante mandi. Maaf ya. Tante tidak geram kan? ” agak takut juga saya bila dia geram.
    Tante diam saja serta situasi jadi hening sepanjang kurang lebih 10 menit. Kelihatannya ada gejolak di hati tante. Lantas tante bangkit serta buka almari baju, dengan mendadak dia melepas blaser serta mengurai rambutnya. Dibarengi dengan lepasnya pakaian tidak tebal putih, hingga saat ini terpampang badan tante yang toples tengah membelakangiku. Saya tetaplah terpaku ditempat tidur, sembari memegang benjolan Mr. P di sarungku. Bra warna hitam juga lepas, lantas tante berbalik menghadap saya. Saya jadi salah tingkah.
    “Aku tahu anda telah lama pingin menyentuh ini.. ” dengan lembut tante berkata sembari memegang ke-2 bukit kembarnya.
    “Emm.., tidak kok tante. Maafin Firman ya. ” Saya makin salah tingkah.
    “Lho kok jadi munafik gitu, mulai sejak kapan? ” bertanya tanteku dengan mimik keheranan.
    “Maksud Firman, tidak salahkan bila Firman pingin pegang ini..! ” Sembari saya tarik bahu tante ke tempat tidur, hingga tante terjatuh diatas badanku.
    Segera saya kecup payudaranya bertukaran kiri serta kanan.
    Cerita Sex Kenangan Yang “Eh, nakal juga anda ya.. ihh geli Fir. ” tante Ninik merengek perlahan-lahan.
    “Hmm.. shh” tante makin keras mendesah saat tanganku mulai meraba kakinya dari lutut menuju ke selangkangannya.
    Rok sebagai penghambat, dengan cepatnya saya buka serta saat ini tinggal CD yang menutupi gundukan lembab. Saat ini tempat kami berbalik, saya ada diatas badan tante Ninik. Tangan kiriku makin berani meraba gundukan yang saya rasakan makin lembab. Ciuman tetaplah kami kerjakan disertai dengan rabaan di tiap-tiap cm sisi badan. Hingga pada akhirnya tangan tante masuk ke sela-sela celana serta berhenti di benjolan yang keras.
    “Hmm, bisa juga nih. Kelihatannya semakin besar dari punyanya om anda deh. ” tante kagum pada Mr. P yang belum juga sempat diliatnya.
    “Ya telah di buka saja tante. ” pintaku.
    Lantas tante melepas celanaku, serta saat tinggal CD yang melekat, tante terbelalak serta tersenyum.
    “Wah, rupanya tante miliki Mr. P beda yang lebih gedhe. ” Hilang ingatan tante Ninik ini, walau sebenarnya Mr. P-ku belum juga besar maksimum karna terhambat CD.
    Tindakan meremas serta menjilat selalu kami kerjakan hingga pada akhirnya tanpa ada saya sadari, ada hembusan nafas diselangkanganku. Serta kegiatan tante berhenti. Rupanya dia telah sukses melepas CD ku, serta saat ini tengah terperangah lihat Mr. P yang berdiri dengan bebas serta tunjukkan ukuran sesungguhnya.
    “Tante.. ngapain berhenti? ” saya beranikan diri ajukan pertanyaan ke tante, serta rupanya ini mengagetkannya.
    “Eh.. anu.. ini lho, miliki anda kok dapat segitu ya..? ” agak tergagap juga tante merespon pertanyaanku.
    “Gak panjang banget, tapi gemuknya itu lho.. buat tante merinding” sembari tersenyum dia ngoceh sekali lagi.
    Tante masih tetap terkesima dengan Mr. P-ku yang memiliki panjang 14 cm dengan diameter 4 cm.
    “Emangnya miliki om tidak segini? ya telah tante bisa ngelakuin apa saja sama Mr. P ku. ” Saya menginginkan supaya tante mulai ini secepat-cepatnya.
    “Hmm, iya deh. ” Lantas tante mulai menjilat ujung Mr. P.
    Ada sensasi enak serta nikmat saat lidah tante mulai beraksi naik turun dari ujung hingga pangkal Mr. P
    “Ahh.. enak tante, terusin hh. ” saya mulai meracau.
    Lantas saya tarik kepala tante Ninik hingga sejajar dengan kepalaku, kami berciuman sekali lagi dengan ganasnya. Lebih ganas dari ciuman yang pertama barusan. Tanganku beraksi sekali lagi, kesempatan ini berupaya untuk melepas CD tante Ninik. Pada akhirnya sembari menggigit-gigit kecil puting susunya, saya sukses melepas penutup hanya satu itu. Mendadak, tante mengubah tempat dengan duduk diatas dadaku. Hingga terpampang terang vaginanya yang tertutup rapat dengan rambut yang dipotong rapi berupa segitiga.
    “Ayo Fir, ubahan anda bisa lakukan apa sajakah pada ini. ” Sembari tangan tante menyeka vaginanya.
    “OK tante” saya segera mengiyakan serta mulai mengecup vagina tante yang bersih.
    “Shh.. ohh” tante mulai melenguh perlahan saat saya sentuh klitorisnya dengan ujung lidahku.
    “Hh.. mm.. enak Fir, selalu Fir.. yaa.. shh” tante mulai bicara tidak teratur.
    Cerita Sex Kenangan Yang Makin dalam lidahku menelusuri liang vagina tante. Semakain kacau juga omongan tante Ninik. “Ahh.. Fir.. shh.. Firr saya ingin keluar. ” tante mengerang dengan keras.
    “Ahh.. ” erangan tante keras sekali, sembari badannya dilentingkan ke kebelakang.
    Rupanya tante telah menjangkau puncak. Saya selalu mengisap dengan kuat vaginanya, serta tante masih tetap bergelut dengan perasaan nikmatnya.
    “Hmm.. anda pandai Fir. Tidak rugi tante miliki keponakan seperti anda. Anda mungkin saja pemuas tante nih, bila om anda sekali lagi luar kota. Ingin kan? ” dengan manja tante memeluk badanku.
    “Ehh, bagaimana ya tante.. ” saya ngomgong sembari melirik ke Mr. P ku sendiri.
    “Oh iya, tante hingga lupa. Maaf ya” tante sadar bila Mr. P ku masih tetap berdiri tegak serta belum juga senang.
    Dipegangnya Mr. P ku sembari bibirnya mengecup dada serta perutku. Lantas dengan lembut tante mulai mengocok Mr. P. Sesudah kurang lebih 15 menit tante berhenti mengocok.
    “Fir, kok anda belum juga keluar juga. Wah terkecuali besar nyatanya kuat juga ya. ” tante heran karna belumlah ada sinyal tanda ingin keluar suatu hal dari Mr. Pku.
    Tante berubah serta terlentang dengan kaki dijuntaikan ke lantai. Saya tanggap dengan bhs badan tante Ninik, lantas turun dari tempat tidur. Saya jilati ke-2 bagian dalam pahanya yang putih mulus. Bertukaran kiri-kanan, hingga pada akhirnya dipangkal paha. Dengan mendadak saya benamkan kepalaku di vaginanya serta mulai menyedot. Tante menggelinjang tidak teratur, kepalanya bergerak ke kiri serta kanan menahan rasa nikmat yang saya beri. Sesudah vagina tante basah, tante memperlebar ke-2 pahanya. Saya berdiri sembari memegang ke-2 pahanya. Saya gesek-gesekkan ujung Mr. P ke vaginanya dari atas ke bawah dengan perlahan. PErlakuanku ini buat tante makin bergerak serta meracau tidak karuan.
    Cerita Sex Kenangan Yang“ Tante siap ya, saya ingin masukin Mr. P” saya berikan peringatan ke tante.
    “Cepetan Fir, mari.. tante telah tidak tahan nih. ” tante segera memohon supaya saya secepat-cepatnya memasukkan Mr. P.
    Dengan perlahan saya dorong Mr. P ke arah dalam vagina tante Ninik, ujung kepalaku mulai dijepit bibir vaginanya. Lantas perlahan-lahan saya dorong sekali lagi sampai separuh Mr. P saat ini telah tertancap di vaginanya. Saya hentikan aktifitasku ini untuk nikmati event yang begitu enak. Pembaca coba kerjakan ini serta rasakan sensasinya. Tentu Anda serta pasangan juga akan rasakan satu kesenangan yang baru.
    “Fir, kok rasa-rasanya nikmat banget.. anda pandai ahh.. shh” tante bicara sembari terasa keenakan.
    “Ahh.. shh mm, tante ini langkah Firman supaya tante juga terasa enak” Saya membalas omongan tante.
    Lantas dengan hentakan lembut saya mendorong semuanya sisa Mr. P kedalam vagina tante.
    “Ahh.. ” kami berdua melenguh.
    Kubiarkan sebentar tidak ada pergerakan, namun tante rupanya telah tidak tahan. Perlahan-lahan serta makin kencang dia menggoyangkan pinggul serta pantatnya dengan pergerakan memutar. Saya juga menyeimbanginya dengan sodokan ke depan. Vagina tante Ninik ini masih tetap kencang, ketika saya menarik Mr. P bibir vaginanya turut tertarik.
    “Plok.. plok.. plokk” nada bentrokan pahaku dengan paha tante Ninik makin menaikkan rangsangan.
    Sepuluh menit lebih kami lakukan style itu, lantas mendadak tante mengerang keras “Ahh.. Fir tante nyampai lagi”
    Pinggulnya dirapatkan ke pahaku, kesempatan ini badannya bergerak ke depan serta merangkul badanku. Saya kecup ke-2 payudaranya. dengan Mr. P masih tetap menancap serta dijepit Vagina yang berkedut dengan keras. Dengan tempat memangku tante Ninik, kami meneruskan tindakan. Lima belas menit lalu saya mulai rasakan ada tekanan panas di Mr. P.
    “Tante, saya ingin keluar nih, dimana? ” saya ajukan pertanyaan ke tante.
    “Di dalam saja Fir, tante juga ingin sekali lagi nih” sahut tante sembari badannya digerakkan naik turun.
    Cerita Sex Kenangan Yang Posisi vaginanya yang rapat serta ciuman-ciumannya pada akhirnya pertahananku mulai bobol.
    “Arghh.. tante saya nyampai”.
    “Aku juga Fir.. ahh” tante juga meracau.
    Saya selalu semprotkan cairan hangat ke vagina tante. sesudah delapan semprotan tante serta saya bergulingan di kasur. Sembari berpelukan kami berciuman dengan mesra.
    “Fir, anda hebat. ” puji tante Ninik.
    “Tante juga, vagina tante rapet sekali” saya balas memujinya.
    “Fir, anda ingin kan nemani tante sepanjang om pergi” pinta tante.
    “Mau tante, tapi apa tante tidak takut hamil sekali lagi bila saya senantiasa mengeluarkan didalam? ” saya balik ajukan pertanyaan.
    “Gak apa-apa Fir, tante masih tetap turut KB. Janganlah cemas ya sayang” Tante membalas sembari tangannya mengelus dadaku.
    Pada akhirnya kami berpagutan lagi serta berpelukan erat sekali. Rasa-rasanya seperti tidak ingin melepas perasaan nikmat yang baru saja kami capai. Lantas kami mandi dengan, serta pernah mengerjakannya lagi di kamar mandi.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • CERITA DEWASA ENAKNYA NGENTOT WANITA ARAB

    CERITA DEWASA ENAKNYA NGENTOT WANITA ARAB


    1698 views

    Cerita Sex ini berjudulCERITA DEWASA ENAKNYA NGENTOT WANITA ARABCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Aku mendapat tugas ke sebuah kota kabupaten di Kawasan Timur Indonesia. Ada sebuah peluang proyek baru disana. Aku berangkat dengan seorang Direktur. Setelah bertemu dengan para pejabat yang berwenang dan mengutarakan tujuan kedatangan kami, maka Direktur tersebut pulang terlebih dahulu karena masih ada urusan lain di Jakarta. Tinggalah aku disana mengurus semua perijinan sendirian saja.

    Hotel tempatku menginap adalah sebuah hotel yang tidak terlalu besar, namun bersih dan enak untuk tinggal. Letaknya agak sedikit di pinggiran kota, sepi, aman, dan transport untuk kemanamana relatif mudah.

    Aku mendapat kamar dilantai 2 yang letaknya menghadap ke laut. Setiap sore sambil beristirahat setelah seharian berputarputar dari satu instansi ke instansi lainnya aku duduk di teras sambil melihat laut.

    Para karyawan hotel cukup akrab dengan penghuninya, mungkin karena jumlah kamarnya tidak terlalu banyak, sekitar 32 kamar. Aku cukup akrab dan sering duduk di lobby, ngobrol dengan tamu lain atau karyawan hotel. Kadangkadang dengan setengah bercanda aku ditawari selimut hidup oleh karyawan hotel, mulai dari room boy sampai ke security.

    Mereka heran selama hampir 3 minggu aku tidak pernah bawa perempuan. Aku tersenyum saja, bukan tidak mau bro, tapi pikiranku masih tersita ke pekerjaan.

    Tak terasa sudah 3 minggu aku menginap di hotel. Karena suratsurat yang diperlukan sudah selesai, aku bisa sedikit bernafas lega dan mulai mencari hiburan. Tadi malam aku kembali dapat merasakan kehangatan tubuh perempuan setelah bergumul selama 2 ronde dengan seorang gadis panggilan asal Manado. Aku mendapatkannya dari security hotel.

    Meskipun orangnya cantik dan putih, tetapi permainannya tidak terlalu istimewa karena barangnya terlalu becek dan sudak kendor, tapi lumayanlah buat mengurangi sperma yang sudah penuh.

    Dua hari lagi aku akan pulang. Transportasi di daerah ini memang agak sulit. Untuk ke Jakarta aku harus ke ibukota propinsi dulu baru ganti pesawat ke Jakarta. Celakanya dari kota ini ke ibukota propinsi dalam 1 minggu hanya ada 4 penerbangan dengan twin otter yang kapasitasnya hanya 17 seat. Belum lagi cadangan khusus buat pejabat Pemda yang tibatiba harus berangkat. Aku yang sudah booking seat sejak seminggu yang lalu, ternyata masih masuk di cadangan nomor 5.

    Alternatifnya adalah dengan menaiki kapal laut milik Pelni yang makan waktu seharian untuk sampai ibukota propinsi. Rencanaku kalau tidak dapat seat pesawat terpaksa naik kapal laut.

    Sore itu aku ngobrol dengan security, yang membantu mencarikan perempuan, sambil dudukduduk di cafe hotel. Kami membicarakan gadis Manado yang kutiduri tadi malam. Kubilang aku kurang puas dengan permainannya.

    Tibatiba saja pandanganku tertuju pada wanita yang baru masuk ke cafe. Wanita itu kelihatan bertubuh tinggi, mungkin 168 cm, badannya sintal dan dadanya membusung. Wajahnya kelihatan bukan wajah Melayu, tapi lebih mirip ke wajah Timur Tengah. Security itu mengedipkan matanya ke arahku.

    Bapak berminat ? Kalau ini dijamin oke, Arab punya, katanya.

    Wanita tadi merasa kalau sedang dibicarakan. Ia menatap ke arah kami dan mencibir ke arah security di sampingku.

    Anis, sini dulu. Kenalan sama Bapak ini, kata security itu.
    Aku mau ke karaoke dulu, balas wanita tadi. Ternyata namanya Anis. Anis berjalan kearah meja karaoke dan mulai memesan lagu.

    Ruangan karaoke tidak terpisah secara khusus, jadi kalau yang menyanyi suaranya bagus lumayan buat hiburan sambil makan. Tapi kalau pas suara penyanyinya berantakan, maka selera makan bisa berantakan. Untuk karaoke tidak dikenakan charge, hanya merupakan service cafe untuk tamu yang makan disana.

    Dekatin aja Pak, temani dia nyanyi sambil kenalan. Siapa tahu cocok dan jadi, kata security tadi kepadaku.
    Aku berjalan dan duduk didekat Anis. Kuulurkan tanganku, Boleh berkenalan ? Namaku Jokaw.
    Anis, jawabnya singkat dan kembali meneruskan lagunya. Suaranya tidak bagus cuma lumayan saja. Cukup memenuhi standard kalau ada pertunjukan di kampung.

    Beberapa lagu telah dinyanyikan. dari lagu dan logat yang dinyanyikan wanita ini agaknya tinggal di Manado atau Sulawesi Utara. Dia mengambil gelas minumannya dan menyerahkan mike ke tamu cafe di dekatnya.

    Sendirian saja nona atau , kataku mengawali pembicaraan.
    Panggil saja namaku, ANIS, Anis, katanya.

    kami mulai terlibat pembicaraan yang cukup akrab. Anis berasal dari Gorontalo. Ia memang berdarah Arab. Menurutnya banyak keturunan Arab di Gorontalo. Kuamati lebih teliti wanita di sampingku ini. Hidungnya mancung khas Timur Tengah, kulitnya putih, rambutnya hitam tebal, bentuk badannya sintal dan kencang dengan payudaranya terlihat dari samping membusung padat.

    Kutawarkan untuk mengobrol di kamarku saja. Lebih dingin, karena berAC, dan lebih rileks serta privacy terjaga. Ia menurut saja. kami masuk ke dalam kamar. Security tadi kulihat mengangkat kedua jempolnya kearahku.

    Di dalam kamar, kami duduk berdampingan di karpet dengan menyandar ke ranjang sambil nonton TV. Anis masuk ke kamar mandi dan sebentar kemudian sudah keluar lagi.

    Kami melanjutkan obrolan. Ternyata Anis seorang janda gantung, suaminya yang seorang pengusaha, keturunan Arab juga, sudah 2 tahun meninggalkannya namun Anis tidak diceraikan. ia sedang mencoba membuka usaha kerajinan rotan dari Sulawesi yang dipasarkan disini.

    Dikta ini dia tinggal bersama familinya. Ia main ke hotel, karena dulu juga pernah tinggal di hotel ini seminggu dan akrab dengan koki wanita yang bekerja di cafe. dari tadi siang koki tersebut sedang keluar, berbelanja kebutuhan cafe.

    Kulingkarkan tangan kiriku ke bahu kirinya. Ia sedikit menggerinjal namun tidak ada tandatanda penolakan. aku semakin berani dan mulai meremas bahunya dan perlahanlahan tangan kiriku menuju kedadanya. Sebelum tangan kiriku sampai di dadanya, ia menatapku dan bertanya, Mau apa kamu, Jokaw ? Sebuah pertanyaan yang tidak perlu dijawab.

    Kupegang dagunya dengan tangan kananku dan kudekatkan mukanya ke mukaku. Perlahan kucium bibirnya. Ia diam saja. Kucium lagi namun ia belum juga membalas ciumanku.

    Ayolah Anis, 2 tahun tentulah waktu yang cukup panjang bagimu. Selama ini tentulah kamu merindukan kehangatan dekapan seorang lakilaki, kataku mulai merayunya.

    Kuhembuskan napasku ke dekat telinganya. Bibirku mulai menyapu leher dan belakang telinganya.

    Akhh, tidak.. Jangan.., rintihnya.
    Ayolah Nis, mungkin punyaku tidak sebesar punya suami Arabmu itu, namun aku bisa membantu menuntaskan gairahmu yang terpendam.

    Ia menyerah, pandangan matanya meredup. Kucium lagi bibirnya, kali ini mulai ada perlawanan balasan dari bibirnya. tanganku segera meremas dadanya yang besar, namun sudah sedikit turun. Ia mendesah dan membalas ciumanku dengan berapiapi. Tangannya meremas kejantananku yang masih terbungkus celana.

    Kududukan ia ditepi ranjang. Aku berdiri didepannya. tangannya mulai membuka ikatan pinggang dan ritsluiting celanaku, kemudian menyusup ke balik celana dalamku. Dikeluarkannya kejantananku yang mulai menegang. Dibukanya celanaku seluruhnya hingga bagian bawah tubuhku sudah dalam keadaan polos.

    Mulutnya kemudian menciumi kejantananku, sementara tangannya memegang pinggangku dan mengusap kantung zakarku. Lama kelamaan ciumannya berubah menjadi jilatan dan isapan kuat pada kejantananku. Kini ia mengocok kejantananku dengan mengulum kejantananku dan menggerakan mulutnya maju mundur. Aliran kenikmatan segera saja menjalari seluruh tubuhku.

    Tangannya menyusup ke bajuku dan memainkan putingku. Kubuka kancing bajuku agar tangannya mudah beraksi di dadaku. Kuremas rambutnya dan pantatkupun bergerak maju mundur menyesuaikan dengan gerakan mulutnya.

    Aku tak mau menumpahkan sperma dalam posisi ini. Kuangkat tubuhnya dan kini dia dalam posisi berdiri sementara aku duduk di tepi ranjang. Tanpa kesulitan segera saja kubuka celana panjang dan celana dalamnya. Rambut kemaluannya agak jarang dan berwarna kemerahan. Kemaluannya terlihat sangat menonjol di sela pahanya, seperti sampan yang dibalikkan. Ia membuka kausnya sehingga sekarang tinggal memakai bra berwarna biru.

    Kujilati tubuhnya mulai dari lutut, paha sampai ke lipatan pahanya. Sesekali kusapukan bibirku di bibir vaginanya. Lubang vaginanya terasa sempit ketika lidahku mulai masuk ke dalam vaginanya. Ia merintih, kepalanya mendongak, tangannya yang sebelah menekan kepalaku sementara tangan satunya meremas rambutnya sendiri.

    Kumasukan jari tengahku ke dalam lubang vaginanya, sementara lidahku menyerang klitorisnya. Ia memekik perlahan dan kedua tangannya meremas payudaranya sendiri. Tubuhnya melengkung ke belakang menahan kenikmatan yang kuberikan. Ia merapatkan selangkangannya ke kepakalu. Kulepaskan bajuku dan kulempar begitu saja ke lantai.

    Akhirnya ia mendorongku sehingga aku terlentang di ranjang dengan kaki masih menjuntai di lantai. Ia berjongkok dan, Sllruup… Kembali ia menjilat dan mencium penisku beberapa saat. Ia naik keatas ranjang dan duduk diatas dadaku menghadapkan vaginanya di mulutku. Tangannya menarik kepalaku meminta aku agar menjilat vaginanya dalam posisi demikian.

    Kuangkat kepalaku dan segera lidahku menyeruak masuk ke dalam liang vaginanya. Tanganku memegang erat pinggulnya untuk membantu menahan kepalaku. Ia menggerakan pantatnya memutar dan maju mundur untuk mengimbangi serangan lidahku.

    Gerakannya semakin liar ketika lidahku dengan intens menjilat dan menekan klitorisnya. Ia melengkungkan tubuhnya sehingga bagian kemaluannya semakin menonjol. tangannya kebelakang diletakan di pahaku untuk menahan berat tubuhnya.

    Ia bergerak kesamping dan menarikku sehingga aku menindihnya. Kubuka branya dan segera kuterkam gundukan gunung kembar di dadanya. Putingnya yang keras kukulum dan kujilati. Kadang kumisku kugesekan pada ujung putingnya. Mendapat serangan demikian ia merintih Jokaw, ayo kita lakukan permainan ini, Masukan sekarang…

    Tangannya menggenggam erat penisku dan mengarahkan ke lubang vaginanya. Beberapa kali kucoba untuk memasukannya tetapi sangat sulit. Sebenarnya sejak kujilati sedari tadi kurasakan vaginanya sudah basah oleh lendirnya dan ludahku, namun kini ketika aku mencoba untuk melakukan penetrasi kurasakan sulit sekali.

    Penisku sudah mulai mengendor lagi karena sudah beberapa kali belum juga menembus vaginanya. Aku ingat ada kondom di laci meja, masih tersisa 1 setelah 2 lagi aku pakai tadi malam, barangkali dengan memanfaatkan permukaan kondom yang licin lebih mudah melakukan penetrasi. namun aku ragu untuk mengambilnya, Anis kelihatan sudah di puncak nafsunya dan ia tidak memberikan sinyal untuk memakai kondom.

    Kukocokkan penisku sebentar untuk mengencangkannya. Kubuka pahanya selebarlebarnya. Kuarahkan penisku kembali ke liang vaginanya.

    Jokaw.. Kencangkan dan cepat masukkan, rintihnya.

    Kepala penisku sudah melewati bibir vaginanya. Kudorong sangat pelan. Vaginanya sangat sempit. Entah apa yang menyebabkannya, padahal ia sudah punya anak dan menurut ceritanya penis suaminya satu setengah kali lebih besar dari penisku. Aku berpikir bagaimana caranya agar penis suaminya bisa menembus vaginanya.

    Penisku kumaju mundurkan dengan perlahan untuk membuka jalan nikmat ini. Beberapa kali kemudian penisku seluruhnya sudah menembus lorong vaginanya. Aku merasa dengan kondisi vaginanya yang sangat sempit maka dalam ronde pertama ini aku akan kalah kalau aku mengambil posisi di atas. Mungkin kalau ronde kedua aku dapat bertahan lebih lama. Akan kuambil cara lain agar aku tidak jebol duluan.

    Kugulingkan badannya dan kubiarkan dia menindihku. Anis bergerak naik turun menimba kenikmatannya. Aku mengimbanginya tanpa mengencangkan ototku, hanya sesekali kuberikan kontraksi sekedar bertahan saja supaya penisku tidak mengecil.

    Anis merebahkan tubuhnya, merapat didadaku. Kukulum payudaranya dengan keras dan kumainkan putingnya dengan lidahku. Ia mendengusdengus dan bergerak liar untuk merasakan kenikmatan. Gerakannya menjadi kombinasi naik turun, berputar dan maju mundur.

    Luar biasa vagina wanita Arab ini, dalam kondisi aku dibawahpun aku harus berjuang keras agar tidak kalah. Untuk mempertahankan diri kubuat agar pikiranku menjadi rileks dan tidak berfokus pada permainan ini.

    15 menit sudah berlalu sejak penetrasi. Agaknya Anis sudah ingin mengakhiri babak pertama ini. Ia memandangku, kemudian mencium leher dan telingaku.

    Ouhh.. jokaw, kamu luar biasa. Dulu dalam ronde pertama biasanya suamiku akan kalah, namun kami masih bertahan. Yeesshh.. Tahan dulu, sebentar lagi.. Aku…

    Ia tidak melanjutkan kalimatnya. Aku tahu kini saatnya beraksi. Kukencangkan otot penisku dan gerakan tubuh Anispun semakin liar. Akupun mengimbangi dengan genjotan penisku dari bawah. Ketika ia bergerak naik, pantatku kuturunkan dan ketika ia menekan pantatnya ke bawah akupun menyambutnya dengan mengangkat pantatku.

    Kepalanya bergerak kesana kemari. Rambutnya yang hitam lebat acakacakan. sprei sudah terlepas dan tergulung di sudut ranjang. bantal di atas ranjang semuanya sudah jatuh ke lantai. Keadaan diatas ranjang seperti kapal yang pecah dihempas badai. Ranjangpun ikut bergoyang mengikutu gerakan kami. Suaranya berderakderak seakan hendak patah. Akupun semakin mempercepat genjotanku dari bawah agar iapun segera berlabuh di dermaga kenikmatan.

    Semenit kemudian..

    Aaggkkhh.. Nikmat.. Ouhh.. Yeahh, Anis memekik.

    Punggungnya melengkung ke atas, mulutnya menggigit putingku. Kurasakan aliran kenikmatan mendesak lubang penisku. Aku tidak tahan lagi. Ketika pantatnya menekan ke bawah, kupeluk pinggangnya dan kuangkat pantatku.

    Ouhh.. An.. Nis. Aku tidak tahan lagi.. Aku sampaiihh!

    Ia memberontak dari pelukanku sampai peganganku pada pinggulnya terlepas. pantatnya naik dan segera diturunkan lagi dengan cepat.

    Jokaw.. Ouhh Jokaw.. Aku juga…

    Kakinya mengunci kakiku dan badannya mengejang kuat. dengan kaki saling mengait aku menahan gerak tubuhnya yang mengejang. Giginya menggigit lenganku sampai terasa sakit. Denyutan dari dinding vaginanya saling berbalasan dengan denyutan dipenisku.

    Beberapa detik kemudian, kami masih merasakan sisasisa kenikmatan. ketika sisasisa denyutan masih terjadi badannya menggetar. Ia berbaring diatas dadaku sampai akhirnya penisku mulai mengecil dan terlepas dengan sendirinya dari vaginanya. Sebagian sperma mengalir keluar dari vaginanya di atas perutku. Anis berguling ke samping setelah menarik napas panjang.

    Luar biasa kamu Kaw. Suamiku tidak pernah menang dalam ronde pertama, memang dalam berhubungan ia sering mengambil posisi di atas. tapi kami sanggup membawaku terbang ke angkasa, katanya sambil mengelus dadaku.

    Akupun rasanya hampir tidak sanggup menandingimu. Mungkin sebagian besar lakilaki akan menyerah di atas ranjang kalau harus bermain denganmu. Milikmu benarbenar sempit, kataku balas memujinya.

    Memang kalau tadi aku harus bermain diatas, rasanya tak sampai sepuluh menit aku pasti sudah KO. Makanya, jangan cuma penetrasi terus main genjot saja, teknik bro!

    Kamu orang Melayu pribumi, tapi kok bulunya banyak gini. Keturunan India atau mungkin Arab ya?
    Nggak ah, asli Indonesia lho…

    Ia masih terus memujiku beberapa kali lagi. Kuajak ia mandi bersama dan setelah itu kami duduk di teras sambil minum soft drink dan melihat laut. Aku hanya mengenakan celana pendek tanpa celana dalam dam kaus tanpa lengan. Ia mengenakan kemejaku, sementara bagian bawah tubuhnya hanya ditutup dengan selimut yang dililitkan tanpa mengenakan pakaian dalam.

    Ia duduk membelakangiku. Tubuhnya disandarkan di bahuku. Mulutku sesekali mencium rambut dan belakang telinganya. Kadang mulutnya mencari mulutku dan kusambut dengan ciuman ringan. Tangan kanannya melingkar di kepalaku.

    Kamu nggak takut hamil melakukan hal ini denganku?tanyaku.
    Aku dulu pernah kerja di apotik, jadi aku tahu pasti cara mengatasinya. Aku selalu siap sedia, siapa tahu terjadi hal yang diinginkan seperti sore ini. Aku sudah makan obat waktu masuk ke kamar mandi tadi. Tenang saja, toh kalaupun hamil bukan kamu yang menanggung akibatnya. katanya enteng.

    Jadi ia selalu membawa obat anti hamil. Untung saja aku tadi tidak berlaku konyol dengan memakai kondom. Mungkin saja sejak ditinggal suaminya ia sudah beberapa kali bercinta dengan lakilaki. Tapi apa urusanku, aku sendiri juga melakukannya. yang penting malam ini ia menjadi teman tidurku.

    Matahari sudah jauh condong ke Barat, sehingga tidak terasa panas. hampir sejam kami duduk menikmati sunset. Gairahku mulai timbul lagi. Kubuka dua kancing teratas bajunya. Kurapatkan kejantananku yang sudah mulai ingin bermain lagi ke pinggangnya. Kususupkan tanganku kebalik bajunya dan kuremas dadanya.

    Hmmhh.., ia bergumam.
    Masuk yuk, sudah mulai gelap. Anginnya juga mulai kencang dan dingin, kataku.

    Kamipun masuk ke dalam kamar sambil berpelukan. Sekilas kulihat tatapan iri dan kagum dari tamu hotel di kamar yang berseberangan dengan kamarku.

    I want more, honey! kataku.

    kami bersamasama merapikan sprei dan bantal yang berhamburan akibat pertempuran babak pertama tadi. Kubuka bajunya dan kutarik selimut yang menutup bagian bawah tubuhnya. Kurebahkan Anis di ranjang. Kubuka kausku dan aku berdiri di sisi ranjang di dekat kepalanya.

    Anis mengerti maksudku. Didekatkan kepalanya ke tubuhku dan ditariknya celana pendekku. Sebentar kemudian mulut dan lidahnya sudah beraksi dengan lincahnya di selangkanganku. Aku mengusapusap tubuhnya mulai dari bahu, dada sampai ke pinggulnya. Peniskupun tak lama sudah menegang dan keras, siap untuk kembali mendayung sampan.

    Lima menit ia beraksi. Setelah itu kutarik kepalanya dan kuposisikan kakinya menjuntai ke lantai. Kubuka mini bar dan kuambil beberapa potong es batu di dalam gelas. Kujepit es batu tadi dengan bibirku dan aku berjongkok di depan kakinya.

    Kurenggangkan kedua kakinya lalu dengan jariku bibir vaginanya kubuka. Bibirku segera menyorongkan es batu ke dalam vaginanya yang merah merekah. Ia terkejut merasakan perlakuanku. Kaki dan badannya sedikit meronta, namun kutahan dengan tanganku.

    Ouhh.. Jokaw.. Kamu.. Gila.. Gila.. Jangan.. Cukup Kaw! ia berteriak.

    Aku tidak menghiraukan teriakannya dan terus melanjutkan aksiku. Rupanya sensasi dingin dari es batu di dalam vaginanya membuatnya sangat terangsang. Kujilati air dari es batu yang mencair dan mulai bercampur dengan lendir vaginanya.

    Jokaw.. Maniak kamu.., ia masih terus memekik setiap kali potongan es batu kutempelkan ke bagian dalam bibir vagina dan klitorisnya.

    Kadang es batu kupegang dengan jariku menggantikan bibirku yang tetap menjilati seluruh bagian vaginanya. Kakinya masih meronta, namun ia sendiri mulai menikmati aksiku. Kulihat ke atas ia menggigit ujung bantal dengan kuat untuk menahan perasaannya.

    Akhirnya semua potongan es batu yang kuambil habis. Aku masih meneruskan stimulasi dengan cara cunilingus ini. Meskipun untuk ronde kedua aku yakin bisa bertahan lebih lama, namun untuk berjagajaga akan kuransang dia sampai mendekati puncaknya. yang pasti aku tak mau kalah ketika bermain dengannya. Kurang lebih sepuluh menit aku melakukannya.

    Ia terhentak dan mengejang sesaat ketika klitorisnya kugaruk dan kemudian kujepit dengan jariku. Kulepas dan kujepit lagi. Ia merengekrengek agar aku menghentikan aksiku dan segera melakukan penetrasi, namun aku masih ingin menikmati dan memberikan foreplay dalam waktu yang agak lama.

    Beberapa saat aku masih dalam posisi itu. tangan kanannya memegang kepalaku dan menekannya ke celah pahanya. Tangan kirinya meremasremas payudaranya sendiri.

    Aku duduk di dadanya. Kini ia yang membrikan kenikmatan pada penisku melalui lidah dan mulutnya. Dikulumnya penisku dalamdalam dan diisapnya lembut. Giginya juga ikut memberikan tekanan pada batang penisku.

    Dilepaskannya penisku dan kini dijepitnya dengan kedua payudaranya sambil diremasremas dengan gundukan kedua dagingnya itu. Kugerakkan pinggulku maju mundur sehingga peniskupun bergesekan dengan kulit kedua payudaranya.

    Kuubah posisiku dengan menindihnya berhadapan, kemudian mulutku bermain disekitar payudaranya. Anis kelihatan tidak sabar lagi dan dengan sebuah gerakan tangannya sudah memegang dan mengocok penisku dengan menggesekannya pada bibir vaginanya. Tanganku mengusap gundukan payudaranya dan meremas dengan pelan dan hatihati.

    Ia menggelinjang. Mulutku menyusuri leher dan bahunya kemudian bibirnya yang sudah setengah terbuka segera menyambut bibirku. kami segera berciuman dengan ganas sampai terengahengah. Penisku yang sudah mengeras mulai mencari sasarannya.

    Kuremas pantatnya yang padat dan kuangkat pantatku.

    Jokaw.. Ayo.. Masukk.. Kan!

    Tangannya menggenggam penisku dan mengarahkan ke dalam guanya yang sudah basah. Aku mengikuti saja. Kali ini ia yang mengambil inisiatif untuk membuka lebarlebar kedua kakinya. Dengan perlahan dan hatihati kucoba memasukan penisku kedalam liang vaginanya. Masih sulit juga untuk menembus bibir vaginanya. tangannya kemudian membuka bibir vaginanya dan dengan bantuan tanganku maka kuarahkan penisku ke vaginanya.

    Begitu melewati bibir vaginanya, maka kurasakan lagi sebuah lorong yang sempit. Perlahanlahan dengan gerakan maju mundur dan memutar maka beberapa saat kemudian penisku sudah menerobos kedalam liang vaginanya.

    Aku bergerak naik turun dengan perlahan sambil menunggu agar pelumasan pada vaginanya lebih banyak. Ketika kurasakan vaginanya sudah lebih licin, maka kutingkatkan tempo gerakanku. Anis masih bergerak pelan, bahkan cenderung diam dan menungguku untuk melanjutkan serangan berikutnya.

    Kupercepat gerakanku dan Anis bergerak melawan arah gerakanku untuk menghasilkan sensasi kenikmatan. Aku menurunkan irama permainan. Kini ia yang bergerak liar. Tangannya memeluk leherku dan bibirnya melumat bibirku dengan ganas. Aku memeluk punggungnya kemudian mengencangkan penisku dan menggenjotnya lagi dengan cepat.

    Kubisikkan untuk berganti posisi menjadi doggy style. Ia mendorong tubuhku agar dapat berbaring tengkurap. Pantatnya dinaikkan sedikit dan tangannya terjulur kebelakang menggenggam penisku dan segera menyusupkannya kedalam vaginanya.

    Kugenjot lagi vaginanya dengan menggerakkan pantatku maju mundur dan berputar. Kurebahkan badanku di atasnya. kami berciuman dengan posisi samasama tengkurap, sementara kemaluan kami masih terus bertaut dan melakukan aksi kegiatannya.

    Aku menusuk vaginanya dengan gerakan cepat berulang kali. Iapun mendesah sambil meremas sprei. Aku berdiri di atas lututku dan kutarik pinggangnya. Kini ia berada dalam posisi nungging dengan pantat yang disorongkan ke kemaluanku. Setelah hampir sepuluh menit permainan kami yang kedua ini, Anis semakin keras berteriak dan sebentarbentar mengejang. Vaginanya terasa semakin lembab dan hangat. Kuhentikan genjotanku dan kucabut penisku.

    Anis berbalik terlentang dan sebentar kemudian aku naik ke atas tubuhnya dan kembali menggenjot vaginanya. Kusedot putingnya dan kugigit bahunya. Kutarik rambutnya sampai mendongak dan segera kujelajahi daerah sekitar leher sampai telinganya. Ia semakin mendesah dan mengerang dengan keras. Ketika ia mengerang cukup keras, maka segera kututup bibirnya dengan bibirku.

    Ia menyambut bibirku dengan ciuman yang panas. Lidahnya menyusup ke mulutku dan menggelitik langitlangit mulutku. Aku menyedot lidahnya dengan satu sedotan kuat, melepaskannya dan kini lidahku yang masuk ke dalam rongga mulutnya.

    kami berguling sampai Anis berada di atasku. Anis menekankan pantatnya dan peniskupun semakin dalam masuk ke lorong kenikmatannya.

    Ouhh.. Anis, desahku setengah berteriak.
    Anis bergerak naik turun dan memutar. Perlahanlahan kugerakkan pinggulku. Karena gerakan memutar dari pinggulnya, maka penisku seperti disedot sebuah pusaran.

    Anis mulai mempercepat gerakannya, dan kusambut dengan irama yang sama. Kini ia yang menarik rambutku sampai kepalaku mendongak dan segera mencium dan menjilati leherku. Hidungnya yang mancung khas Timur Tengah kadang digesekkannya di leherku memberikan suatu sensasi tersendiri.

    Anis bergerak sehingga kaki kami saling menjepit. kaki kirinya kujepit dengan kakiku dan demikian juga kaki kiriku dijepit dengan kedua kakinya. dalam posisi ini ditambah dengan gerakan pantatnya terasa nikmat sekali. Kepalanya direbahkan didadaku dan bibirnya mengecup putingku.

    Kuangkat kepalanya, kucium dan kuremas buah dadanya yang menggantung. Setelah kujilati dan kukecup lehernya kulepaskan tarikan pada rambutnya dan kepalanya turun kembali kemudian bibirnya mencaricari bibirku. Kusambut mulutnya dengan satu ciuman yang dalam dan lama.

    Anis kemudian mengatur gerakannya dengan irama lamban dan cepat berselangseling. Pantatnya diturunkan sampai menekan pahaku sehingga penisku masuk terbenam dalamdalam menyentuh rahimnya.

    kakinya bergerak agar lepas dari jepitanku dan kini kedua kakiku dijepit dengan kedua kakinya. Anis menegakkan tubuhnya sehingga ia dalam posisi duduk setengah jongkok di atas selangkanganku. Ia kemudian menggerakan pantatnya maju mundur sambil menekan kebawah sehingga penisku tertelan dan bergerak ke arah perutku.

    Rasanya seperti diurut dan dijepit sebuah benda yang lembut namun kuat. Semakin lama semakin cepat ia menggerakkan pantatnya, namun tidak menghentakhentak. darah yang mengalir ke penisku kurasakan semakin cepat dan mulai ada aliran yang merambat disekujur tubuhku.

    Ouhh.. Sshh.. Akhh! Desisannyapun semakin sering. Aku tahu sekarang bahwa iapun akan segera mengakhiri pertarungan ini dan menggapai puncak kenikmatan.
    Tahan Nis, turunkan tempo.. Aku masih lama lagi ingin merasakan nikmatnya bercinta denganmu.

    Aku menggeserkan tubuhku ke atas sehingga kepalaku menggantung di bibir ranjang. Ia segera mengecup dan menciumi leherku. Tak ketinggalan hidungnya kembali ikut berperan menggesek kulit leherku. Aku sangat suka sekali ketika hidungnya bersentuhan dengan kulit leherku.

    Jokaw.. Ouhh.. Aku tidak tahan lagi! ia mendesah. Kugelengkan kepalaku memberi isyarat untuk bertahan sebentar lagi.

    Aku bangkit dan duduk memangku Anis. Penisku kukeraskan dengan menahan napas dan mengencangkan otot PC. Ia semakin cepat menggerakkan pantatnya maju mundur sementara bibirnya ganas melumat bibirku dan tangannya memeluk leherku.

    Tanganku memeluk pinggangnya dan membantu mempercepat gerakan maju mundurnya. Dilepaskan tangannya dari leherku dan tubuhnya direbahkan ke belakang. Kini aku yang harus bergerak aktif.

    Kulipat kedua lututku dan kutahan tubuhnya di bawah pinggangnya. Gerakanku kuatur dengan irama cepat namun penisku hanya setengahnya saja yang masuk sampai beberapa hitungan dan kemudian sesekali kutusukkan penisku sampai mentok. Ia merintihrintih, namun karena posisi tubuhnya ia tidak dapat bergerak dengan bebas. Kini aku sepenuhnya yang mengendalikan permainan, ia hanya dapat pasrah dan menikmati.

    Kutarik tubuhnya dan kembali kurebahkan tubuhnya ke atas tubuhku, matanya melotot dan bola matanya memutih. Giginya menggigit bahuku. Kugulingkan tubuhku, kini aku berada diatasnya kembali.

    Kuangkat kaki kanannya ke atas bahu kiriku. Kutarik badannya sehingga selangkangannya dalam posisi menggantung merapat ke tubuhku. Kaki kirinya kujepit di bawah ketiak kananku.

    Dengan posisi duduk melipat lutut aku menggenjotnya dengan perlahan beberapa kali dan kemudian kuhentakkan dengan keras. Iapun berteriak dengan keras setiap aku menggenjotnya dengan keras dan cepat. Kepalanya bergerakgerak dan matanya seperti mau menangis. Kukembalikan kakinya pada posisi semula.

    Aku masih ingin memperpanjang permainan untuk satu posisi lagi.

    kakiku keluar dari jepitannya dan ganti kujepit kedua kakinya dengan kakiku. Vaginanya semakin terasa keras menjepit penisku. Aku bergerak naik turun dengan perlahan untuk mengulur waktu.

    Anis kelihatan sudah tidak sabar lagi. Matanya terpejam dengan mulut setengah terbuka yang terus merintih dan mengerang. Gerakan naik turunku kupercepat dan semakin lama semakin cepat.

    Kini kurasakan desakan kuat yang akan segera menjebol keluar lewat lubang penisku. Kukira sudah lebih dari setengah jam lamanya kami bergumul. Akupun sudah puas dengan berbagai posisi dan variasi. Keringatku sudah berbaur dengan keringatnya.

    Kurapatkan tubuhku di atas tubuhnya, kulepaskan jepitan kakiku. Betisnya kini menjepit pinggangku dengan kuat. Kubisikan, OK baby, kini saatnya…

    Ia memekik kecil ketika pantatku menekan kuat ke bawah. Dinding vaginanya berdenyut kuat menghisap penisku. Ia menyambut gerakan pantatku dengan menaikan pinggulnya. Bibirnya menciumku dengan ciuman ganas dan kemudian sebuah gigitan hinggap pada bahuku.

    Satu aliran yang sangat kuat sudah sampai di ujung lubang penisku. Kutahan tekanan penisku ke dalam vaginanya. Gelombanggelombang kenikmatan terwujud lewat denyutan dalam vaginanya bergantian dengan denyutan pada penisku seakanakan saling meremas dan balas mendesak.

    Denyut demi denyutan, teriakan demi teriakan dan akhirnya kami bersamasama sampai ke puncak sesaat kemudian setelah mengeluarkan teriakan keras dan panjang.

    Anis.. Ouhh.. Yeaahh!!
    Ahhkk.. Lakukan Jokaw.. Sekarang!!

    Akhirnya aliran yang tertahan sejak tadipun memancar dengan deras di dalam vaginanya. Kutekan penisku semakin dalam di vaginanya. Tubuhnya mengejang dan pantatnya naik.

    Ia mempererat jepitan kakinya dan pelukan tangannya. Kupeluk tubuhnya eraterat dan tangannya menekan kepalaku di atas dadanya. Ketika dinding vaginanya berdenyut, maka kubalas dengan gerakan otot PCku. Iapun kembali mengejang dan bergetar setiap otot PCku kugerakkan.

    Napas dan katakata penuh kenikmatan terdengar putusputus, dan dengan sebuah tarikan napas panjang aku terkulai lemas di atas tubuhnya. kami masih saling mengecup bibir dan keadaan kamarpun menjadi sunyi, tidak ada suara yang terdebgar. hanya ada napas yang panjang tersengalsengal yang berangsurangsur berubah menjadi teratur.

    Lima belas menit kemudian kami berdua sudah bermain dengan busa sabun di kamar mandi. Kami saling menyabuni dengan sesekali melakukan cumbuan ringan. Setelah mandi barulah kami merasa lapar setelah dua ronde kami lalui. Sambil makan Anis menelpon familinya, kalau malam ini ia tidak pulang dengan alasan menginap di rumah temannya. Tentu saja ia tidak bilang kalau temannya adalah seorang lakilaki bernama Jokaw.

    Malam itu dan malam berikutnya tentu saja tidak kami lewatkan dengan siasia. Mandi keringat, mandi kucing, mandi basah dan tentunya mandi kenikmatan menjadi acara kami berdua.

    Esoknya setelah mengecek ke agen Merpati ternyata aku masih mendapat seat penerbangan ke kota propinsi, seat terakhir lagi. Ketika chek out dari hotel kusisipkan selembar dua puluh ribuan ke tangan security temanku. Ia tersenyum.

    Terima kasih Pak, katanya sambil menyambut tasku dan membawakan ke mobil.
    Kapan kesini lagi, Pak? kalau Anis nggak ada, nanti akan saya carikan Anis yang lainnya lagi, bisiknya ketika sudah berangkat ke bandara.

    Anis mengantarku sampai ke bandara dan sebelum turun dari mobil kuberikan kecupan mesra di bibirnya. Sopir mobil hotel hanya tersenyum melihat tingkah kami.

    Setahun kemudian aku kembali lagi ke kota itu dan ternya Anis tidak berada di kota itu lagi. Ketika kutelpon ke nomor yang diberikannya, penerima telepon menyatakan tidak tahu dimana sekarang Anis berada. Dengan bantuan security temanku maka aku mendapatkan perempuan lainnya, orang Jawa Tinur. Lumayan, meskipun kenikmatan yang diberikannya masih di bawah Anis, arabian Girl who has passion as like as Arabian horse.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Menggoda Para Montir

    Cerita Sex Menggoda Para Montir


    1698 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Menggoda Para MontirCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Ella yang baru saja sampai di rumahnya habis jalan jalan di mall, dan sedang menunggu pacarnya yang datang dirumahnya, karena mobil aku sedang aku bengkelkan dan belum jadi jadinya aku sebentar untuk beristirahat di rumah ella, katanya si Ella juga mau keluar dengan pacarnya dan aku sekalian nebeng sampai ke bengkel untuk mengambil mibilku.

    Kamipun berangkat dari rumahnya dengan mobil BMW-nya Winston. Walaupun tidak terlalu jauh namun kami sedikit terjebak macet karena saat itu jam bubaran. Yang kukhawatirkan adalah takutnya bengkelnya keburu tutup, kalau begitu kan aku mau tidak mau harus tetap menumpang pada Winston padahal mereka mau pergi nonton dan aku tidak mau mengganggu kebersamaan mereka. Akhirnya tiba juga kami di bengkel itu tepat ketika akan tutup. Agen Sbobet Terpercaya

    “Wah… sudah mau tutup tuh Ci, mendingan cepetan lari turun, siapa tahu masih keburu,” kata Ella.

    “Tanyain dulu Ci, kita tunggu kamu di sini, kalau ternyata belum bisa ambil, kamu ikut kita jalan aja,” Winston memberi saran.

    Akupun segera turun dan setengah berlari ke arah pegawai yang sedang mendorong pintu.

    “Mas… Mas tunggu, jangan ditutup dulu, saya mau ngambil mobil saya yang Hyundai warna merah yang dititip kemarin Selasa itu loh!” kataku dengan terburu-buru.

    “Tapi kita sudah mau tutup non, kalau mau besok balik aja lagi,” katanya.

    “Ayo dong, Mas katanya di telepon tadi sudah bisa diambil, tolong dong bentar aja yah, saya sudah ke sini jauh-jauh nih!” desakku.

    “Ada apa nih, Kos, kok malah ngobrol,” kata seorang pria yang muncul dari samping belakangnya.

    Kebetulan sekali pria itu adalah montir yang menangani mobilku ketika aku membawa mobil itu ke sini, orangnya tinggi dan agak gemuk dengan rambut gaya tentara, usianya sekitar awal empat puluh, belakangan kuketahui bernama Fauzan, agaknya dia tergolong montir yang cukup senior di sini.

    Akupun lalu mengutarakan maksud kedatanganku ke sini untuk mengambil mobilku itu padanya. Awalnya sih dia juga menyuruhku kembali lagi besok karena bengkel sudah tutup, tapi karena terus kubujuk dan kujanjikan bonus uang rokok akhirnya dia menyerah juga dan mempersilakanku masuk menunggu di dalam.

    Sebenarnya sih kalau bengkelnya dekat dengan rumahku aku juga bisa saja kembali besok, tapi masalahnya letak tempat ini cukup jauh dari rumahku dan macet pula, kan BT banget kalau harus dua kali jalan.

    Aku melambaikan tangan ke arah Ella dan Winston yang menunggu di mobil pertanda masalah sudah beres dan mereka boleh pergi, merekapun membalas lambaianku dan mobil itu berjalan meninggalkanku.

    Pak Fauzan menjelaskan padaku tentang kondisi mobilku, dia bilang bahwa semuanya ok-ok saja, kecuali ada sebuah onderdil di bagian bawah mobil yang sebentar lagi tidak layak pakai karena sudah banyak berkarat (sory… Aku tidak mengerti otomotif selain menggunakannya, sampai lupa nama onderdil itu).

    Karena memikirkan kenyamanan jangka panjang, aku menanyakan kalau bagian itu diganti sekarang memakan waktu lama tidak, ongkos sih tidak masalah. Setelah berpikir sesaat dia pun mengiyakannya dan menyuruhku duduk menunggu.

    Sejumlah pegawai dan kasir wanita sudah berjalan ke pintu keluar meninggalkan tempat ini. Di ruangan yang cukup luas ini tinggallah aku dengan Pak Fauzan serta beberapa montir yang sedang menyelesaikan pekerjaan yang tanggung. Seluruhnya ada empat orang di ruangan ini termasuk aku yang satu-satunya wanita.

    “Masih banyak kerjaannya ya Mas?” tanyaku iseng-iseng pada montir brewok di dekatku yang sedang mengotak-atik mesin depan sebuah Kijang.

    “Dikit lagi kok Non, makanya mending diselesaikan sekarang biar besoknya lebih santai,” jawabnya sambil terus bekerja.

    Tidak jauh dari tempat dudukku Pak Fauzan sedang berjongkok di sebelah mobilku dan di sebelahnya seorang rekannya yang cuma kelihatan kakinya sedang berbaring mengerjakan perkerjaannya di kolong mobil.

    Ternyata pekerjaan itu lama juga selesainya, seperempat jam sudah aku menunggu. Melihat situasi seperti ini, timbullah pikiran isengku untuk menggoda mereka. Hari itu aku memakai kaos ketat oranye berlengan panjang yang dadanya agak rendah, lekuk tubuhku tercetak oleh pakaian seperti itu, bawahnya aku memakai rok hitam yang menggantung beberapa senti di atas lutut.

    Maka bukanlah hal yang aneh kalau para pria itu di tengah kesibukannya sering mencuri-curi pandang ke arahku, apalagi sesekali aku sengaja menyilangkan kakiku.

    Aku berjalan ke arah mobilku dan bertanya pada Pak Fauzan,

    “Masih lama ya Pak?”

    “Hampir Non, ini yang susah tuh melepas yang lamanya, habis sudah berkarat, sebenarnya sih pasangnya gampang saja, bentar lagi juga beres kok”

    “Perlu saya bantuin enggak? Bosen dari tadi nunggu terus,” tanyaku sambil dengan sengaja berjongkok di hadapannya dengan lutut kiri bertumpu di lantai sehingga otomatis paha putih mulusku tersingkap kemana-mana dan celana dalam merahku juga terlihat jelas olehnya.

    Dia terlihat gugup dan matanya tertumbuk ke bawah rokku yang kelihatan karena posisi jongkokku. Aku yakin burungnya pasti sudah terbangun dan memberontak ingin lepas dari sangkarnya. Namun aku bersikap biasa saja seolah tidak mengetahui sedang diintip.

    “Oohh… nggak… nggak kok Non,” jawabnya terbata-bata.

    “Hhoii… Obeng kembang dong,” sahut montir yang dari dalam sambil mendorong kursi berbaringnya keluar dari kolong.

    Begitu keluar diapun ikut terperangah dengan pemandangan indah di atas wajahnya itu. Keduanya bengong menatapku tanpa berkedip.

    “Kenapa? Kok bengong? Liatin apa hayo…?” godaku dengan tersenyum nakal.

    Kemudian kuraih tangan si montir yang sedang berbaring itu dan kuletakkan di paha mulusku, memang sih tangannya kotor karena sedang bekerja tapi saat itu sudah tidak terpikir hal itu lagi. Tanpa harus disuruh lagi tangan kasar itu sudah bergerak dengan sendirinya mengelus pahaku hingga sampai di pangkalnya, disana dia tekankan dua jarinya di bagian tengah kemaluanku yang masih tertutup CD.

    “Ooohhh…” desahku merasakan remasan pada kemaluanku.

    Pak Fauzan menyuruhku berdiri dan didekapnya tubuhku serta langsung menempelkan bibirnya yang tebal dan kasar pada bibir mungilku. Tangannya mengangkat rokku dan menyusup ke dalam celana dalamku.

    Temannya tidak mau ketinggalan, setelah dia mengelap tangannya dia dekap aku dari belakang dan mulai menciumi leher jenjangku, hembusan nafas dan lidahnya yang menggelikitik membuat birahiku semakin naik.

    Payudaraku yang masih tertutup baju diremasi dari belakang, tak lama kemudian kaos Mango-ku beserta bra-ku sudah disingkap ke atas. Kedua belah payudaraku digerayangi dengan gemas, putingnya terasa makin mengeras karena terus dipencet-pencet dan dipilin-pilin.

    “Hei, ngapain tuh, kok nggak ngajak-ngajak!” seru si montir brewok yang memergoki kami sedang berasyik-masyuk.

    Montir di belakangku melambai dan memanggil si brewok untuk ikut menikmati tubuhku. Si brewok pun dengan girang menghampiri kami sambil mempreteli kancing baju montirnya, kurang dari selangkah di dekatku dia membuka seluruh pakaiannya.

    Wow… Bodynya padat berisi dengan dada bidang berbulu dan bulunya turun saling menyambung dengan bulu kemaluannya. Dan yang lebih membuatku terpesona adalah bagian yang mengacung tegak di bawah perutnya, pasti tak terlukiskan rasanya ditusuk benda sebesar pisang raja itu, warnanya hitam dengan kepala penis kemerahan.

    Dia berjongkok di depanku dan memelorotkan rok dan celana dalamku.

    “Wah, asyik jembutnya item lebat banget, aku paling suka vagina kaya gini,” si brewok mengomentari vaginaku.

    Pak Fauzan dan temannya pun mulai melepasi pakaiannya masing-masing hingga bugil. Terlihatlah batang-batang mereka yang sudah menegang, namun aku tetap lebih suka milik si brewok karena nampak lebih menggairahkan, milik Pak Fauzan juga besar dan berisi, namun tidak terlalu berurat dan sekeras si brewok, sedangkan punya temannya lumayan panjang, tapi biasa saja, standarnya pribumi Indonesialah. Aku sendiri tinggal memakai kaos ketat dan bra-ku yang sudah tersingkap.

    Kaki kiriku diangkat ke bahu si brewok yang berjongkok sambil melumat vaginaku. Teman Pak Fauzan yang dipanggil ‘Zul’ itu menopang tubuhku dengan mendekap dari belakang, tangannya terus beraktivitas meremas payudara dan pantatku sambil memainkan lidahnya di lubang telingaku.

    Pak Fauzan sendiri kini sedang menetek dari payudara kananku. Aku menggelinjang dahsyat dan mendesah tak karuan diserbu dari berbagai arah seperti itu. Tanganku menggenggam penis Pak Fauzan dan mengocoknya perlahan.

    “Oookkhh… Jangan terlalu keras,” rintihku sambil meringis ketika Pak Fauzan dengan gemas menggigiti putingku dan menariknya dengan mulut, secara refleks tanganku menjambak pelan rambutnya.

    Sementara si brewok di bawah sana menyedoti dalam-dalam vaginaku seolah mau ditelan. Dia memasukkan lidahnya ke dalam vaginaku sehingga memberi sensasi geli yang luar biasa padaku, klitorisku juga dia gigit pelan dan digelikitik dengan lidahnya.

    Pokoknya sangat sulit dilukiskan dengan kata-kata betapa nikmatnya saat itu, jauh lebih nikmat dari mabuk anggur manis. Aku menengokkan wajah ke samping untuk menyambut Zul yang mau melumat mulutku. Lihai juga dia berciuman, lidahnya menjilati lidahku dan menelusuri rongga mulutku, nafasku seperti mau habis rasanya.

    Kemudian mereka membaringkanku di kursi untuk berbaring di kolong mobil itu (whateverlah namanya aku tidak tahu nama barang itu ^_^;).

    Zul langsung mengambil posisi di selangkanganku, tapi segera dicegah oleh Pak Fauzan yang menginginkan jatah lubang lebih dulu. Setelah dibujuk-bujuk Zul pun akhirnya mengalah dari Pak Fauzan yang lebih senior itu.

    Sebagai gantinya dia mengambil posisi di dekat kepalaku dan menyodorkan penisnya padaku. Kumulai dengan menjilati batang itu hingga basah, lalu buah zakarnya kuemut-emut sambil mengocok batangnya.

    Walaupun agak bau tapi aku sangat menikmati oral seks itu, aku senang membuatnya mengerang nikmat ketika kujilati lubang kencing dan kepala penisnya. Pak Fauzan yang sudah selesai dengan pemanasan dengan menggesekkan penisnya pada bibir vaginaku kini sudah mengarahkan penisnya ke liang senggamaku.

    Aku menjerit kecit ketika benda itu menyeruak masuk dengan sedikit kasar, selanjutnya dia menggenjotku dengan gerakan buas. Aku meresapi setiap detil kenikmatan yang sedang menyelubungi tubuhku, semakin bersemangat pula aku mengemut penis si Zul, kumainkan lidahku di sekujur penis itu untuk menambah kenikmatan pemiliknya. Dia mengerang keenakan atas perlakuanku yang memanjakan ‘adik kecil’nya. Rambutku diremas-remas sambil berkata:

    “Oooh… Terus Non, enak banget… Yahhh!”

    Tanganku yang lain tidak tinggal diam ikut mengocok punya si brewok yang pada saat yang sama sedang melumat payudaraku. Dia sangat menikmati setiap jengkal payudaraku, dia menghisapnya kuat-kuat diselingi gigitan-gigitan yang meninggalkan jejak merah di kulitnya yang putih.

    Sungguh kagum aku dengan penisnya dalam genggamanku, yang benar-benar keras dan perkasa membuatku tidak sabar ingin segera mencicipinya. Maka aku melepaskan emutanku pada penis Zul dan berkata pada si brewok,

    “Sini dong Mas, aku mau nyepong kontolnya!”

    Si brewok langsung menggantikan Zul dan menyodorkan penisnya padaku. Hmm… Inilah yang kutunggu-tunggu, aku langsung membuka lebar-lebar mulutku untuk memasukkan benda itu. Tentu saja tidak muat seluruhnya di mulut mungilku malah terasa sesak.

    Si Zul menggosok-gosokkan penisnya yang basah ke wajahku. Sambil dioral, tangan si brewok yang kasar dan berbulu itu meremasi payudaraku dengan brutal. Di sisi lain, Pak Fauzan melepaskan sepatu bersol tinggi yang kupakai, lalu menaikkan kedua tungkaiku ke bahu kirinya, sambil menggenjot dia juga menjilati betisku yang mulus. Aku benar-benar terbuai oleh kenikmatan main keroyok seperti ini.

    Tiba-tiba kami terhenti sejenak karena terdengar suara pintu di buka dari dalam dan keluarlah seorang yang hanya memakai singlet dan celana pendek, tubuhnya agak kurus dan berusia sepantaran dengan Pak Fauzan dengan jenggot seperti kambing.

    Aku mencoba mengingat-ingat orang ini, sepertinya pernah lihat sebelumnya, ooohh… Iya itu kan montir yang mendengar dan mencatat masalah yang kuceritakan tentang mobilku ketika aku membawanya ke sini. Sepertinya dia baru mandi karena rambutnya masih basah dan acak-acakan. Sebelumnya dia agak terperanjat dengan apa yang dia lihat tapi kemudian dia mendekati kami.

    “Weleh-weleh… Aku sibuk cuci baju di belakang, kamu-kamu malah pada enak-enakan ngentot,” katanya “Lho, ini kan si Non cantik yang mobilnya diservis itu!”

    “Sudah jangan banyak omong, mau ikutan nggak!” kata si brewok padanya.

    Buru-buru si montir yang bernama Joni itu melepaskan celananya dan kulihat penisnya bagus juga bentuknya, besar dengan otot yang melingkar-lingkar. Tiga saja belum selesai sudah datang satu lagi, tambah berat deh PR aku, demikian kataku dalam hati.

    Pak Joni mengambil posisi di sebelah kananku, tangannya menjelajah kemana-mana seakan takut tidak kebagian tempat. Payudara kananku dibetot dan diluma olehnya sampai terasa nyeri. Aku mengerang sejadi-jadinya antara kesakitan dan kenikmatan, semakin lama semakin liar dan tak terkendali.

    Pak Fauzan dibawah sana makin mempercepat frekuensi genjotannya pada vaginaku. Lama-lama aku tidak sanggup lagi menahan cairan cintaku yang semakin membanjir. Di ambang puncak aku semakin berkelejotan dan tanganku semakin kencang mengocok dua batang penis di genggamanku yaitu milik Pak Joni dan Bang Zul. Agen Judi Casino

    Zul juga menggeram makin keras dan Crot… Crot… Cairan putih kentalnya menyemprot dan berceceran di wajah dan rambutku. Sementara otot-otot kemaluanku berkontraksi makin cepat dan cairan cintaku pun tak terbendung lagi.

    Aku telah mencapai puncak, tubuhku mengejang hebat diiringi erangan panjang dari mulutku, tapi dia masih terus menggenjotku hingga tubuhku melemas kembali. Setelah dia cabut penisnya, diturunkannya juga kakiku.

    “Ganian tuh, siapa mau vagina?” katanya.

    Si brewok langsung menggantikan posisinya, sebelumnya dia menjilati dan menyedot cairan vaginaku dengan rakus bagaikan menyantap semangka. Pak Fauzan menaiki dadaku dan menjepitkan penisnya yang sudah licin diantara payudaraku.

    Dia memaju-mundurkannya seperti yang dia lakukan terhadap vaginaku, tidak sampai lima menit, spermanya muncrat ke muka dan dadaku, kaosku yang tergulung juga ikut kecipratan cairan itu.

    Pak Fauzan mengelap spermanya yang berceceran di dadaku sampai merata sehingga payudaraku nampak mengkilap oleh cairan itu. Kujilati sperma di sekitar bibirku dengan memutar lidah.

    Si brewok minta ganti gaya, kali ini dia berbaring di kursi montir. Tanpa diperintah aku menurunkan tubuhnya sambil membuka lebar liang senggamaku dengan jari. Tanganku yang lain membimbing batang itu memasuki liang itu.

    Aku menggigit bibir dan mendesis saat penis itu mulai tertancap di vaginaku. Hingga akhirnya seluruh batang itu tertelan oleh liang surgaku, rasanya sangat sesak dan sedikit nyeri dijejali benda sekeras dan sebesar itu, aku dapat merasakan urat-uratnya yang menonjol itu bergesekan dengan dinding vaginaku.

    Aku belum sempat beradaptasi, dia sudah menyentakkan pinggulnya ke atas, secara refleks aku menjerit kecil. Sekali lagi dia sentakkan pinggulnya ke atas sampai akupun ikut menggoyangkan tubuhku naik-turun.

    Mataku merem-melek dan kadang-kadang tubuhku meliuk-liuk saking nikmatnya. Kuraih penis Pak Joni di sebelah kiriku dan kukulum dengan bernafsu, begitu juga dengan penis Pak Fauzan, batang yang sedang kelelahan itu kukocok-kocok agar bertenaga lagi, sisa-sisa spermanya kujilati hingga bersih.

    Kurasakan ada dua jari memasuki anusku, mengoreki lalu bergerak keluar-masuk di sana, aku menengok ke belakang ternyata pelakunya Bang Zul yang entah kapan sudah di belakangku.

    Mungkin karena ketagihan dikaraoke olehku, Pak Joni memegangi kepalaku dan menekannya pada selangkangannya, lalu dia maju-mundurkan pinggulnya seperti sedang bersenggama. Aku sempat gelagapan dibuatnya, kepala penis itu pernah menyentuh tekakku sampai hampir tersedak.

    Namun hal itu tidak mengurangi keaktifanku menggoyang tubuhku dan mengocok penis Pak Fauzan dengan tangan kiriku. Payudaraku yang ikut bergoyang naik-turun tidak pernah sepi dari jamahan tangan-tangan kasar mereka.

    Sepertinya Bang Zul mau main belakang karena dia melebarkan duburku dengan jarinya dan sejenak kemudian aku merasakan benda tumpul yang tak lain kepala penisnya melesak masuk ke dalamnya. Ketiga lubang senggamaku penuh sudah terisi oleh tiga penis.

    Penis Pak Joni dalam mulutku makin bergetar dan pemiliknya pun makin gencar menyodok-nyodokkannya pada mulutku hingga akhirnya menyemprotkan spermanya di mulutku. Belum habis semprotannya dia menarik keluar benda itu (thank god, akhirnya bisa menghirup udara segar lagi) sehingga sisanya menyemprot ke wajahku, wajahku yang sudah basah oleh sperma Bang Zul dan Pak Fauzan jadi tambah belepotan oleh spermanya yang lebih kental dari milik dua orang sebelumnya.

    “Aahh… Aahh… Dikit lagi Bang!” desahku karena sudah akan klimaks lagi.

    Cairan cinta terasa terus mengucur membasahi rongga-rongga kemaluanku bersamaan dengan penis si brewok yang terasa makin membengkak dan sodokannya yang makin gencar. Otot-ototku menegang dan desahan panjang keluar dari mulutku akibat orgasme panjang bersama si brewok.

    Cairan hangat dan kental menyemprot hampir semenit lamanya di dalam lubang vaginaku. Akhirnya tubuhku kembali melemas dan jatuh telungkup di atas dada yang bidang berbulu itu dengan penis masih menancap, sementara dari belakang Bang Zul masih getol menyodomiku tanpa mempedulikan kondisiku sampai dia menumpahkan spermanya di anusku lima menit kemudian.

    Setelah beristirahat lima menit, Pak Fauzan mengangkat tubuhku diatas kedua tangannya dan membawaku ke ruangan lain yang adalah tempat pencucian mobil bersama teman-temannya.

    “Eh, mau ngapain lagi kita nih Pak?” tanyaku heran.

    “Kita mau mencuci Non dulu soalnya sudah lengket dan bau peju sih,” jawabnya sambil nyengir, kemudian memerintah si brewok untuk menyiapkan selang air.

    Pelan-pelan dia turunkan aku, tapi aku masih belum sanggup berdiri karena masih lemas sekali, jadi aku hanya duduk bersimpuh saja di lantai marmer itu.

    “Bajunya dilepas aja Non biar nggak basah,” katanya sambil membantuku melepaskan kaosku yang tergulung.

    Aku kini telah telanjang bulat, hanya jam tangan, anting, dan seuntai kalung perak dengan leontin huruf C yang masih tersisa di tubuhku. Si brewok menyalakan krannya dan mengarahkan selang itu padaku.

    “Awww… Dingin!” desahku manja merasakan dinginnya air yang menyemprot padaku.

    Pak Joni melepaskan singletnya dan bersama dua orang lainnya mendekati tubuhku yang masih disemprot si brewok, ketiganya mengerubungi tubuhku sambil tertawa-tawa. Aku lalu diberdirikan dan didekap mereka, tangan-tangan mereka menggosoki tubuhku untuk membasuh ceceran sperma yang lengket di sekujur tubuhku seperti sedang memolesi mobil dengan cairan pembersih.

    Beberapa menit lamanya si brewok menyirami kami dengan air dingin sehingga tubuh kami basah kuyup. Sesudah itu dia juga ikut bergabung menggerayangiku. Pak Joni mendekapku dari depan, setelah puas menciumi dan meremas payudaraku dia menaikkan kaki kananku ke pingggangnya dan memasukkan penisnya ke vaginaku, mereka mengerjaiku dalam posisi berdiri.

    Pak Fauzan merangkulku dari belakang dan tak henti-hentinya mencupangi pundak, leher dan tengukku. Bang Zul berjongkok meremasi dan menjilati pantat montokku yang terangkat dengan gemasnya. Si brewok menggerayangi payudaraku yang lain sambil menggelikitik telingaku dengan lidahnya.

    Desahan nikmatku terdengar memenuhi ruangan itu. Beberapa menit kemudian Pak Joni klimaks dan menumpahkan spermanya di dalam vaginaku. Ini masih belum berakhir, karena setelahnya tubuhku mereka telentangkan di atas kap depan sebuah sedan berwarna silver metalik dan kembali aku disemprot dengan selang air hingga semakin basah.

    Bang Zul membentangkan pahaku dan menancapkan penisnya ke vaginaku. Mungkin karena sudah terisi penuh, maka ketika penis itu melesak ke dalamku, nampak sperma kental itu meluap keluar dari sela-sela bibir vaginaku.

    Aku kembali orgasme yang kesekian kalinya, tubuhku menggelinjang di atas kap mobil itu. Kemudian tak lama kemudian dia pun mencabut penisnya dan menumpahkan isinya di atas perut rataku. Akhirnya selesai juga mereka mengerjaiku, aku terbaring lemas diatas kap, rasanya pegal sekali dan sedikit kedinginan karena basah.

    Mereka juga sudah kecapean semua, ada yang duduk mengatur nafas, ada juga yang mengelap badannya yang basah. Pak Fauzan memberiku sebuah Aqua gelas dan handuk kering. Aku menggerakkan tangan menghanduki tubuhku yang basah.

    Setelah Pak Fauzan dan Bang Zul selesai memasang onderdil yang tertunda, selesai pula perbaikan mobilku. Aku membayarkan biayanya pada Pak Fauzan yang ternyata masih saudara dengan pemilik bengkel ini, pantas dari tadi montir lain tunduk padanya.

    Aku juga memberi tambahan sepuluh ribu rupiah sebagai uang rokok untuk dibagi antara mereka berempat. Sampai di rumah aku langsung tidur dengan tubuh pegal-pegal, janji ke kafe dengan teman-teman pun terpaksa kubatalkan dengan alasan tidak enak badan.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Kumpulan Foto Cewek Jepang Montok Atas Bawah

    Kumpulan Foto Cewek Jepang Montok Atas Bawah


    1697 views

    Perawanku – Sapa yang tidak ingin menjamah Wanita sudah montok bukan hanya toket nya tetapi bawahnya juga bos ku, bagi anda yang ingin berfantasi liar kami sudah menyiapkan foto -foto berikut ini Kumpulan Foto Cewek Jepang Montok Atas Bawah , Langsung saja bos ku  :

  • Foto Bugil Cewek Jepang Hikaru Shiina’s – Foto Cewek Jepang Terbaru 2018

    Foto Bugil Cewek Jepang Hikaru Shiina’s – Foto Cewek Jepang Terbaru 2018


    1696 views

    Perawanku – Apa yang ada di pikiranmu jika disuruh menyebutkan beberapa hal tentang  Negara Jepang ? Gunung Fuji ? Bunga Sakura atau bisa jadi Produksi Film Dewasanya yang terkenal di seantera jagat raya ? Negeri Jepang memang menyimpan berbagai keindahan dan kemajuan. Namun yang akan menjadi topik kali ini adalah tentang Cewek bugil asal jepang.

    Untuk mempersinkat waktu baca anda langsung saja kita lihat Foto Bugil Cewek Jepang Hikaru Shiina’s yang sudah siap untuk di entot demi memuaskan hasrat birahi anda semua :


     

  • Cerita Ngewek Maria ABG Manis Yang Mengundang Birahi – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Ngewek Maria ABG Manis Yang Mengundang Birahi – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1695 views

    Perawanku – Maria. Itu namaku. Kedua orang tuaku meninggal karena kecelakaan ketika aku berusia 11 tahun. Saat itu, aku benar-benar sendirian. Rasa takut dan kesepian menyerang hati dan pikiranku. Yang paling menyedihkan adalah, aku sama sekali tidak pernah dikenalkan ataupun berjumpa dengan kerabat ayah maupun ibu. Aku tidak pernah bertanya. Selama ini aku hanya mengenal ayah dan ibu saja. Dan itu sudah lebih dari cukup bagiku. Kami bertiga sangat bahagia.

    Aku tidak ingat, bagaimana aku bisa sampai di panti asuhan itu. Yayasan Bunda Erika, aku membacanya di sebuah papan nama di depan pintu masuk bangunan itu. Di sana, banyak anak-anak yang sebaya denganku. Kehadiran mereka membuatku setidaknya “lupa” akan kemalangan yang baru saja menimpaku. Tidak lamapun, aku merasa kalau aku telah menemukan rumah baru bagiku. Enam bulan pun berlalu.

    Pada suatu hari yang cerah, mendadak kami dibangunkan oleh Bunda Risa, salah satu pengurus di tempat kami.
    “Ayo bangun, cepat mandi, pakai pakaian terbaik kalian, setelah itu kalian harus berkumpul di aula. Kita akan kedatangan seseorang yang sangat istimewa”, katanya sambil tersenyum hangat.
    Dan aku pun bertanya, “Bunda, tamu istimewanya siapa sih? Artis ya?”
    “Mungkin ya..”, kata Bunda Risa sambil tertawa kecil.
    “Karena dia adalah putra tunggal dari pemilik yayasan ini..”

    Tak kusangka, pertemuanku dengan Erik Torian bisa mengubah hidupku, seluruhnya. Saat dia melewati barisan anak-anak yang lain, dia tiba-tiba berhenti tepat di depanku. Senyuman misterius menghiasi wajahnya. Dengan posisi membungkuk, dia mengamati wajahku dengan teliti. Temannya yang ikut bersamanya pun ikut memperhatikan diriku.

    “Ada apa Torian? Apa kau kenal dengan anak ini?”, tanyanya.
    “Tidak”, Erik masih memandangiku sambil memegang mukaku, seolah-olah aku tidak bernyawa.
    “Sempurna” katanya dingin.
    “Seperti boneka..”
    Aku yakin sekali dia bergumam [“..boneka yang aku idam-idamkan”]
    Lalu dia melepaskan wajahku dan langsung meninggalkanku begitu saja.

    Sehari setelah kunjungan itu, Erik bersama temannya itu kembali mengunjungi yayasan, untuk mengadopsi diriku.
    “Halo.. Maria abg manis” Erik melemparkan senyum yang berbeda dari kemarin.
    “Mulai saat ini, aku-lah yang akan merawat dan mengurus Maria abg manis . Kamu tidak harus memanggil aku ‘ayah’ atau sebutan lainnya, panggil saja aku Erik.”
    Sambil mengalihkan pandangannya ke temannya, dia melanjutkan,”Nah.., ini adalah temanku, namanya Tomi.”
    Akupun menyunggingkan senyuman ke arah Tomi yang membalasku dengan senyuman hangat.

    Aku sama sekali tidak percaya bahwa ternyata Erik tinggal sendirian di rumah megah seperti ini dan masih berusia 24 tahun saat itu. Diam-diam, aku kagum dengan penampilan Erik dan Tomi yang sangat menarik. Berada di tengah-tengah mereka saja sudah sangat membuatku special. Erik sangatlah baik padaku. Dia selalu membelikan baju-baju indah dan boneka porselain untuk dipajang dikamar tidurku. Dia sangat memanjakan aku. Tapi, dia juga bersikap disiplin. Aku tidak diperbolehkan untuk keluar rumah selain ke sekolah tanpa dirinya.

    Empat bulan berlalu, rasa sayangku terhadap Erik mulai bertambah. Hari itu, aku mulai merasa bosan di rumah dan Erik belum pulang dari kantor. Aku pun menunggunya untuk pulang sambil bermain Play Station di kamarku. Tepat jam 10.30 malam, aku mendengar suara pintu di sebelah kamarku berbunyi.
    “Erik sudah pulang!!”, pikirku senang.

    Aku pun berlari keluar kamar untuk menyambutnya. Tapi, di depan kamar Erik aku berhenti. Pintunya terbuka sedikit. Dan aku bisa tahu apa yang terjadi di dalam sana. Erik bersama seorang wanita yang sangat cantik, berambut panjang, kulitnya pun sempurna. Aku hanya bisa terdiam terpaku. Aku melihat Erik mulai menciumi bibir wanita itu dengan penuh nafsu. Tangannya meraba-raba dan meremas payudara wanita itu.

    “Ohh..Erik”

    Pelan-pelan, tangan Erik menyingkap rok wanita itu dan menari-nari di sekitar pinggul dan pahanya. Tak lama, Erik sudah habis melucuti pakaian wanita itu. Erik merebahkan wanita itu ke tempat tidur dan menindihnya, tangan Erik bermain-main dengan tubuh wanita itu, menciuminya dengan membabi buta, menciumi leher, menciumi payudara wanita itu sambil meremas-remasnya.

    “Ohh..Eriik..” Aku mendengar desahan wanita itu.

    Aku melihatnya. Aku tidak percaya bahwa aku menyaksikan itu semua. Tapi, aku tidak bergerak sedikit pun. Aku tidak bisa.

    Erik pun membuka resleting celananya dan mengeluarkan ‘senjata’nya, kedua kaki wanita itu dipegang dengan tangan Erik dan Erik segera menancapkan ‘senjata’nya ke liang wanita yang sudah basah itu dengan sangat kasar. Wanita itu mengerang dengan keras. Tanpa sadar, pipiku sudah dibasahi oleh air mata. Hatiku terasa sakit dan ngilu. Tapi, aku tetap tidak bisa beranjak dari sana. Aku tetap melihat perbuatan Erik tanpa berkedip sambil berlinang air mata.

    Erik masih melanjutkan permainannya bersama wanita cantik itu, dia menggerakkan pinggulnya maju dan mundur dengan sangat cepat. Teriakan kepuasan dari wanita itu pun membahana di seluruh ruangan. Sepuluh menit setelah itu, Erik terlihat kejang sesaat sambil mengerang tertahan. Erik pun menghela napas dan beristirahat sejenak, masih dalam rangkulan wanita itu. Permainan berakhir.

    Tapi aku masih mematung di depan kamarnya, memperhatikan Erik dari sebelah pintu yang sedikit terbuka. Aku tidak mau bergerak juga, seolah-olah aku sengaja ingin ditemukan oleh Erik. Benar saja, aku melihat Erik berbenah memberesi bajunya dan bergerak menuju pintu. Dia membuka pintu dan melihat diriku mematung sambil menangis di sana. Dia memperhatikanku sejenak dan senyuman misterius itu hadir lagi.

    Dia pun membungkukkan tubuhnya,
    “Hey, tukang ngintip cilik. Aku nggak marah kok. Hanya saja, aku sudah mempersiapkan hukuman yang tepat untukmu. Tapi, tidak saat ini. Ayo, aku temani kamu sampai kamu tertidur. Kalau kamu capek, besok bolos saja.”
    Erik pun menggendongku yang masih terisak kekamar tidurku. Dan semalaman dia tidur sambil memelukku dengan hangat.
    “Aku..aku..sayang Erik”
    “Erik adalah milikku..hanya milikku seorang”
    Pikiranku berputar-putar memikirkan hal itu. Tak lama, aku pun tertidur lelap.

    Hari ini adalah ulang tahunku yang ke-14. Aku senang sekali, karena Erik telah mempersiapkan sebuah pesta ulang tahun untukku di sebuah hotel bintang 5. Ballroom hotel itu sangat indah, Erik mempersiapkannya secara spesial. Aku pun mengenakan gaun berwarna putih yang baru dibelikan Erik. Kata Erik, aku sangat cantik dengan baju itu, “Kamu cocok sekali dengan warna putih, sangat matching dengan warna kulitmu.. Dan lagi, sekarang.. kamu semakin cantik.”

    Teman-teman perempuanku juga berdecak kagum melihat penampilanku saat itu.
    “Kamu cantik ya Maria abg manis? Beruntung sekali kamu punya ayah angkat seperti Erik..”
    Kata Sara, teman baikku sambil tertawa meledek. Sara melirik ke arah Erik yang sedang duduk di meja pojok bersama Tomi.
    “Hey Maria abg manis, Erik itu ganteng banget ya? Temennya juga..” ujar Sara sambil tertawa kecil.
    Aku pun hanya bisa tertawa, aku pun menetujuinya. Akhir-akhir ini, kami memang jadi sering membicarakan soal cowok. Mungkin karena puber. Tak lama, Aryo temanku yang sepertinya suka denganku datang, sambil menyerahkan hadiah, dia mencium kedua pipiku. Tanpa sadar pipiku bersemu merah.

    Setelah pesta usai, Erik mengajakku istirahat di kamar hotel. Aku lumayan capek, tapi aku senang. Dan setiba di kamar, aku memeluk Erik sambil mengucapkan terima kasih.
    “Terima kasih Erik..aku sayang sekali sama Erik..”
    Erik pun membalas pelukanku sejenak dan kemudian melepasnya, dan dia memegang kedua lenganku sambil memandangku dengan serius. Aku pun merasa heran dan sedikit takut.
    “..Erik? Kenapa? Marah yaa? Aku..melakukan kesalahan apa?”

    Tanpa banyak bicara, Erik menggeretku ke tempat tidur, mencopot dasinya dan menggunakannya untuk mengikat kedua tanganku dengan kencang. Aku memekik dan mulai menangis.
    “Eriik!! Sakit!! Kenapa??!!”
    Dia melihatku dengan pandangan marah. Kemudian berteriak,
    “Kenapa??!! Kenapa katamu?! Kamu itu perempuan apa??!! Masih kecil sudah kenal laki-laki!! Sudah kuputuskan! Kamu harus di hukum atas perbuatanmu barusan dan perbuatanmu 2 tahun yang lalu!!”

    Deg. Jantungku terasa berhenti mengingat kejadian itu.
    “Erik marah..”, pikirku.
    Aku pun merasa ketakutan. Aku takut dibenci. Aku tidak mau kehilangan lagi orang yang kusayangi.
    Tiba-tiba, Erik menarik gaunku dengan sangat kasar sehingga menjadi robek. Aku berteriak.
    “Ini akibatnya kalau jadi perempuan genit!!”
    Erik menariknya lagi untuk kedua kalinya, pakaian dalamku semakin terlihat. Celana dalamku juga akan dilepasnya.
    “Erriik!! Jangaan!!”, aku berteriak ketakutan.

    Terlambat, aku sudah telanjang total. Hanya sisa-sisa gaunku-lah yang masih menyembunyikan bagian-bagian tubuhku sedikit. Erik melihatku dengan penuh nafsu. Nafasnya terdengar berat penuh dengan kemarahan dan birahi. Dia pun menahan tanganku yang terikat dan mendekatkan bibirnya ke bibirku.
    “Aku harus menjadi orang pertama yang..”
    Erik tidak menyelesaikan kata-katanya dan mulai melumat bibirku dengan sedikit kasar.
    “Hmmphh..”
    Untuk pertama kalinya aku merasakan ada getaran yang aneh pada tubuhku. Sensasi yang tidak pernah kurasakan sebelumnya.
    Erik terus berlanjut menciumku, aku bisa merasakan lidahnya memijat lidahku. Aku pun mengikuti permainannya, sedikit takut, sedikit ingin tahu. Erik mulai meremas-remas payudaraku yang belum tumbuh seutuhnya.
    “Ahh..”
    Aku mulai menikmati getaran aneh pada diriku.
    “Panas..badanku terasa panas..Erik..” pikirku dalam hati.
    Erik melanjutkan ciumannya ke leher dan menggigitnya sedikit, remasan tangannya di payudaraku makin kuat.
    “Ahh..!!” nafasku makin memburu.

    Tiba-tiba Erik berhenti dan melihatku sambil tersenyum misterius.
    “Hmm..kamu menyukainya bukan? Ya kan, setan cilik?”
    Mukaku bersemu merah, tapi terlalu takut untuk berbicara, tubuhku bergetar hebat. Erik melepaskan kemejanya dan celananya, masih memandangiku. Aku terlalu malu untuk memandang wajahnya.
    “Aku rasa, kamu sudah siap untuk permainan selanjutnya..”
    Erik tertawa kecil, sedikit kemarahan masih tersisa pada dirinya. Erik kembali menciumiku, kali ini dia meremas payudaraku sambil menghisapnya.
    “Hhh..!!”
    “Tidak apa-apa..kalau Erik..tidak apa-apa.” pikirku.

    Aku memejamkan mataku erat-erat ketika Erik mulai memasukkan ‘senjata’nya ke dalam diriku.
    “Emm..” aku tidak berani bilang kalau aku merasa sakit.
    Erik mulai tidak sabar, dan dia memasukkannya dengan kasar.
    “Aaahh..!!”
    Aku menjerit dan mulai menangis lagi. ‘Senjata’nya sudah memasuki diriku seutuhnya dan sakit yang kurasakan itu sedikit aneh, ada kenikmatan di dalamnya. Aku mulai sedikit meronta sambil berteriak. Tapi Erik menahanku dengan kuat. Erik menciumi diriku yang bergetar hebat dengan sedikit paksa. Bosan dengan posisinya, Erik membalikkan posisi tubuhku menjadi telungkup.
    “Erriik..!! tidaak!!” aku sangat malu melakukan posisi itu.

    Tetapi Erik tidak peduli dan melanjutkan kembali permainannya. Setiap kali tubuh Erik menghentak, aku menjerit sekeras-kerasnya. Erik melakukan gerakan menghentak itu secara teratur, dan tiba-tiba aku merasakan getaran yang sangat hebat dalam diriku, aku merasakan ‘liang’ku
    menyempit karena otot-otot di tubuhku menjadi tegang. Aku pun berteriak lebih keras dari sebelumnya.

    “Ohh..Maria abg manis.”
    Aku merasakan tangan Erik meremas pinggulku dengan kuat. Tubuh Erik mengejang, dan cairan deras pun mengalir dari ‘liang’ku. Aku mendesah panjang. Tubuhku masih bergetar. Erik masih menindihku dan mulai menciumi punggungku.
    “Hhhmm.. pilihanku memang selalu tepat”, gumamnya.
    Aku memilih untuk diam. Erik bergeser ke sampingku. Dia memandangiku yang masih berlinang air mata. Tersenyum Erik mengecup kepalaku sambil mengelusnya.
    “Maria abg manis, kamu adalah milikku seorang.. tidak ada satupun yang boleh menyentuhmu tanpa seizin-ku.”

    Erik memeluk tubuhku yang kecil dengan erat.
    “Ya Erik..aku adalah milikmu. Aku akan melakukan apa saja yang kau perintahkan, asal kau tidak membenciku.” Aku masih terisak.
    “Anak bodoh.. Aku tidak akan pernah membencimu Maria abg manis ..”
    Pelukan Erik semakin erat. Mukaku terasa panas. Dan aku segera membenamkan diriku ke dalam pelukan Erik.

    “Terima kasih..Erik.”

  • Cerita Sex Main Dengan Bapa Mertua

    Cerita Sex Main Dengan Bapa Mertua


    1694 views

    Perawanku – Cerita Sex Main Dengan Bapa Mertua, Aku seorang isteri muda umur 23 tahun, Sudah 2 tahun aku berkahwin dengan seorang lelaki yang bernama Azman, Azman bekerja sebagai penyelia syarikat dan sentiasa bekerja di berbagai cawangan. Mungkin kerana kesibukannya kami belum lagi dikurnia cahaya mata.

    Aku sering keseorangan di rumah. Bapa mertuaku yang tinggal seorang diri sejak kematian ibu mertuaku sering mengunjungi rumahku. Kebiasaannya dia datang semasa suamiku di rumah. Pada suatu petang bapa mertuaku berkunjung semasa Azman pergi outstation.

    “Bapa saja nak tengok kaulah Lia, kalau sunyi boleh bapa temankan,” jawab bapa mertuaku.

    Selepas makan malam bapa mertuaku berehat di ruang tamu. Waktu itu bapa mertuaku memakai kain sarung saja. Oleh kerana keadaan bilik agak panas kipas angin dipasang laju. Aku diajaknya berbual-bual. Sebagai menantu yang baik aku melayan bapa mertuaku berbual. Sambil berbual-bual terselak kain bapa mertuaku kerana ditiup angin dari kipas yang laju. Aku ternampak balak bapa mertuaku terpacak keras di celah paha. Tak kusangka sama sekali..! Dalam hidupku, tak pernah kulihat balak yang sebegitu besar saiznya. Aku hanya biasa melihat balak suamiku yang bersaiz kecil.

    Bapa mertuaku buat-buat tak tahu saja. Balak bapa mertuaku nampaknya berada di dalam keadaan yang sungguh tegang. Spontan saja cipapku mengemut dan nafsuku bangkit. Lebih lebih lagi aku baru saja bersih dari haid dan tak sempat didatangi oleh suami ku. Jika bersama pun suamiku tidak memberi perhatian kepada hubungan kami. Di fikirannya hanya kerja. Terasa mendidih darahku pada waktu itu. Bagai gunung berapi yang siap sedia memuntahkan lahar panasnya.

    Aku rasa balak bapa mertuaku jadi tegang sebab dia asyik perhatikan pakaianku. Aku hanya mengenakan pakaian gaun malam tanpa apa-apa pun di dalam, maklumlah cuaca begitu panas. Sebenarnya telah menjadi kebiasaanku bila mengenakan gaun malam aku tidak memakai bra dan seluar dalam. Memang kebiasaanku bila berada di rumah bersama suamiku. Aku terlupa bahawa yang bersamaku kali ini adalah mertuaku bukan suamiku. Saiz buah dadaku yang berukuran 36 B sudah pasti telah mencuit hati mertuaku. Patutlah semasa aku menghidangkan makanan, bapa mertua asyik merenung lurah bukit kembarku yang agak terdedah kerana leher gaun yang kupakai agak luas.

    Kerana tidak dapat menahan nafsu, aku terus menuju ke bilikku dan meninggalkan bapa mertua di ruang tamu untuk menonton berita perdana di TV. Desakan nafsuku yang meluap-luap itu telah menyebabkan aku terkocoh-kocoh mengejar tilam untuk segera melayan denyutan cipapku. Setiba di dalam bilik, aku pun menghumbankan badan ke katil dan terus menyelak gaun tidur. Bahagian bawahku terdedah tanpa seurat benang.

    Aku mengangkang seluas yang mungkin dan mulalah bermain dengan biji kelentitku. Alangkah bahagianya kalau Azman mempunyai konek besar seperti kepunyaan bapa mertuaku. Aku terus leka dibuai khayalan yang sebegitu rupa. Sambil menjolok jariku ke dalam gua keramatku aku membayangkan batang balak yang besar berurat-urat sedang keluar masuk menujah taman laranganku. Kupejam mataku sambil melayan imaginasi seksku. Kurapatkan kedua-dua pahaku dengan jariku masih tetap di dalam lubang cipapku. Kubelai kelentitku dan kuraba-raba mesra. Terasa cairan hangat meleleh keluar membasahi lurah merkahku. Sungguh enak dan lazat kurasa.

    Rupa-rupanya pintu bilik ku tadi bukan saja tidak kukunci malahan ianya ternganga luas. Tanpa kusedari, bapa mertuaku telah mengekoriku ke bilik. Ketika aku sedang leka melayani runtunan nafsu, dia dengan jelasnya dapat menonton segala tingkah lakuku. Berderau darahku melihat bapa mertuaku sedang berdiri di muka pintu. Sesosok tubuh lelaki tua yang berkulit hitam legam sedang bertelanjang bulat di situ. Batang balaknya yang juga hitam legam itu terpacak keras berurat-urat. Bulu-bulu yang sudah mulai memutih kusut masai seperti tak terurus. Tangan kanannya sedang kemas menggenggam balaknya yang sudah keras terpacak. Aku terkejut dan teramat malu. Aku tergamam hingga aku terlupa bahawa tanganku masih lagi melekat pada mutiara nikmatku.

    Bapa mertuaku bertindak pantas meraih kesempatan terhadap aku yang masih terpinga-pinga. Dia terus menerpa dan mencelapak kangkangku yang sudah sedia terbuka luas. Pahaku dipegang kemas hingga aku tak mampu melindungi cipapku. Mukanya disembam ke taman rahsiaku. Cipapku yang telah basah dijilat-jilat dengan lidahnya. Bibir cipapku yang lembut menjadi sasaran jilatannya. Bila kelentitku yang sememangnya telah tegang dijilatnya aku hanya mampu meraung kesedapan. Terangkat-angkat punggungku menahan geli dan nikmat. Selama dua tahun kami berkahwin suamiku tak pernah melakukan seperti apa yang mertua aku sedang lakukan. Suamiku patut belajar dari bapanya cara memuaskan isteri.

    Mungkin terlalu geram melihat cipap muda berbulu nipis di depannya, mertuaku seperti dirasuk menggomol dan menggosok mukanya ke seluruh cipapku. Habis mukanya berlepotan dengan lendir yang banyak keluar dari cipapku. Lidahnya makin ganas meneroka lubang cipapku yang mula ternganga menunggu diisi. Gerakan lidah maju mundur dalam lorong nikmatku sungguh sedap. Belum pernah aku merasa senikmat ini. Hanya erangan saja yang keluar dari mulutku.

    Gerakan-gerakan ganas pada cipapku membuat aku tak dapat bertahan lagi. Cairan panas tersembur keluar dari cipapku. Aku mengalami orgasme yang pertama. Muka mertuaku makin basah dengan lendir dari cipapku. Aku lemah longlai penuh lazat. Lelaki separuh abad yang berkulit hitam dipanah matahari ini sungguh mahir melayanku. Badan tuanya masih kelihatan berotot-otot kekar kerana setiap hari beliau menggunakan tulang empat keratnya bersawah. Tenaganya masih kuat dan mampu mengalahkan suamiku, anaknya. Nafsunya juga amat tinggi, mungkin kerana telah bertahun tidak bersama perempuan sejak kematian ibu mertuaku.

    Melihat mataku yang kuyu, mertuaku mula merangkak ke atas tubuhku. Badanku dipeluk kemas sementara mulutnya pula telah berjaya menyusukan puting payudara ku. Dinyonyot putingku bergilir-gilir kiri kanan. Aku masih cuba menolak badannya yang berotot keras itu tapi mertuaku lebih tangkas. Kedua tanganku ditekan ke tilam. Aku tak berdaya berbuat apa-apa lagi. Aku hanya mampu meronta melawan kudrat bapa mertuaku yang lebih kuat.

    “Bapa, jangan. Saya menantu bapa, isteri anak bapak,” rayuku.
    “Tak apa, anggap saja bapa suamimu sekarang,” bapa mertuaku bersuara.

    Bapa mertuaku merapatkan bibir lebamnya ke bibirku. Dihisap dan disedut bibirku yang comel. Aku tak mampu berkata-kata lagi. Aku pasrah saja menunggu tindakan selanjutnya dari bapa mertuaku. Aku tergeletak pasrah di tilam dengan kakiku terkangkang luas.

    “Lia, sudah lama bapak geram pada Lia. Kecantikan dan gerak geri Lia meruntuhkan iman bapa,” bisik mertuaku di telingaku.

    Aku hanya diam tak bersuara. Melihat keadaanku yang pasrah tak melawan itu maka bapa mertuaku mula bertindak. Aku terasa ada gerakan-gerakan di celah kangkangku. Cipapku terasa disondol-sondol oleh satu benda bulat. Benda bulat keras bergerak pantas di celah alur cipapku yang telah basah dari tadi. Tiba-tiba benda bulat panjang mula terbenam ke dalam rongga cipapku. Bapa mertuaku mula menghayunkan pinggulnya maju mundur. Mertuaku menggunakan segala pengalamannya bagi menakluk menantunya yang masih muda dan bertenaga. Jika kekuatan tenaga yang diadu mungkin dia akan dahulu menyerah kerana itu mertuaku mengguna segala muslihat dan pengalaman yang dipunyainya. Ibarat pendekar tua yang banyak ilmu yang sedang bertarung dengan pendekar muda yang penuh bertenaga. Hanya dengan taktik dan teknik yang ampuh saja mampu mengalah pendekar muda yang banyak tenaga.

    Bapa mertuaku hanya memasukkan separuh saja balaknya ke dalam cipapku. Dilakukan gerakan maju mundur dengan cepat sekali. Sungguh cepat dan laju hingga aku terasa sensasi nikmat yang amat sangat. Aku rasa G-spot ku diteroka dengan penuh kepakaran oleh mertuaku. Hanya erangan demi erangan saja yang keluar dari mulutku. Aku tak mampu berfikir lagi. Otakku kosong, yang aku rasa hanya nikmat semata-mata.

    Selepas lima minit mertuaku mula menekan perlahan balaknya yang keras itu. Akhirnya seluruh batang balaknya terbenam dalam lubang cipapku. Terbeliak mataku menerima balak besar dan panjang. Terasa senak diperutku dihentak oleh balak bapa mertuaku. Suamiku tak pernah mampu meneroka sedalam ini. Aku cuba menyesuaikan diri dengan balak besar hingga perasaan nikmat dan lazat bertambah-tambah menyelinap ke seluruh urat sarafku.

    “Lubang Lia sungguh sempit, padat rasanya. Belum pernah bapa rasa lubang ketat macam ni,” puji bapa mertuaku.

    Aku hanya tersenyum mendengar pujian mertuaku. Aku tak pasti pujian itu ikhlas atau hanya pujian palsu lelaki yang sedang dikuasi nafsu. Mula merasai lubang cipapku yang sempit dan hangat, bapa mertuaku mulalah menghenjutku dengan rakus. Dari gelagat keganasannya itu jelaslah bahawa selama ini dia memang geram terhadap diriku. Apalagi ibu mertuaku telah lama meninggal. Sudah lama bapa mertuaku berpuasa hubungan kelamin. Dendam nafsu yang ditanggung selama ini dilampiaskan sepuas-puasnya pada diriku yang masih muda dan solid.

    Akalku cuba menafikan tetapi nafsuku tak dapat menolak akan kehebatan bapa mertuaku. Balaknya yang besar dan berurat-urat itu memberi kenikmatan berganda berbanding zakar suamiku yang kecil. Biar otakku menolak tapi cipapku mengalu-alu kehadiran batang besar dan panjang. Kehadirannya di dalam perutku amat ketara kurasakan. Malahan kesan penangan yang sebegitulah yang selama ini aku dambakan. Gerakan kasar dan penuh penguasaan seperti inilah yang amat aku berahikan. Semakin lama semakin pasrah aku zahir dan batin.

    Bagi menyeimbangkan perlawanan maka aku mula mengurut dan mengemut batang besar mertuaku. Otot-otot cipapku meramas secara berirama balak yang terbenam dalam terowong nikmatku. Aku ayak-ayak punggungku bagi menambahkan lagi kenikmatan bersama.

    “Lubang Lia hangatlah. Lia padai kemut, sedaplah Lia,” mertuaku memujiku lagi.

    Seluruh jiwa ragaku mulai kecundang terhadap tuntutan nafsu yang maha sedap itu. Tanpa segan silu mulutku tak putus-putus merengek dan mengerang. Aku mengaku akan kehebatan bapa mertuaku. Tiada lagi rasa berdosa dan penyesalan. Nikmat dan lazat saja yang kurasai waktu ini.

    “Bapa sedaplah, laju lagi pak,” tanpa sadar aku bersuara.

    Mendengar suara rengekanku meminta maka makin laju bapa mertuaku mengerjakanku. Badanku dirangkul kemas, bukit kembarku diramas dan dihisap. Ladangku yang subur dibajak sejadi-jadinya oleh mertuaku. Kehebatannya mengalahkan suamiku yang juga anaknya sendiri. Kesuburan ladangku dapat dirasai mertuaku. Digemburnya ladangku sepuas-puasnya. Jelaslah bahawa suamiku sendiri gagal menandingi kemampuan bapanya. Mungkin sebab itulah dia gagal menghamilkan aku.

    Dinding cipapku digeser-geser oleh kepala dan batang mertuaku. Otot-otot cipapku menjerut rapat batang besar. Terasa seperti melekat dinding cipapku dengan balak mertuaku. Bila ditarik balaknya aku rasa seperti isi cipapku turut sama keluar. Aku menggelupur kesedapan. Aku seperti melayang di kayangan. Otot-otot badanku menjadi kejang, kakiku mendakap erat badan mertuaku dan tanganku mencakar-cakar belakang bapa mertuaku kerana teramat nikmat. Akhirnya mencurah-curah air nikmatku menyirami kepala konek mertuaku. Aku lesu kelemasan.

    “Bapa hebat, Azman tak sehebat Bapa,” aku memuji kemampuan mertuaku.

    Setelah cukup rata membajak, bapa mertuaku pun mulalah menyemburkan benih zuriatnya ke dalam rahimku. Terbeliak biji mataku menikmati kesedapan setiap pancutan yang dilakukannya. Kepanasan cecair benih lelaki tua disambut dengan ledakan nafsuku sendiri. Menggeletar seluruh tubuhku menikmati tadahan benih-benih zuriat yang cukup banyak menyemai rahimku yang subur. Aku terkulai layu penuh nikmat.

    Selepas itu kami sama-sama terdampar keletihan setelah mengharungi kepuasan bersama. Bertelanjang bulat kami tidur berpelukan hingga ke pagi. Tengahhari esoknya sekali lagi bapa mertuaku menyemai benih yang mampu membuncitkan perut aku. Kali ini dia menghenjut aku bagi tempoh yang lebih lama dari semalam. Malahan cecair benihnya juga lebih banyak dan lebih pekat. Hampir seminit aku terpaksa menadah perahan nafsunya. Dua kali aku klimaks sepanjang pertarungan itu. Batang besar hitam itu membuat aku terkapar lesu kesedapan. SungguHPun bentuknya hodoh hitam berurat-urat tetapi membuat aku ketagih untuk menikmatinya.

    Telefon di ruang tamu berdering. Dengan perasaan agak malas aku menyambutnya. Di hujung sana suamiku memberitahu bahawa dia akan terus ke Sarawak dan akan berada di sana selama sebulan. Bapa mertuaku tersenyum sumbing mendengar khabar tersebut. Aku pula jadi serba salah kerana selama tempoh itu kelak aku bakal ditiduri oleh seorang lelaki tua yang hitam legam lagi tidak kacak. Tetapi aku akui mainan seksnya cukup hebat mengalahkan orang muda.

    Dua bulan kemudian aku mulai muntah-muntah. Mertuaku tersenyum senang kerana benih yang disemainya telah tumbuh. Suamiku juga gembira kerana akan menimang cahaya mata tetapi dia tidak tahu bahawa anak yang kukandung adalah adiknya sendiri.


    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Yang Sakit Itu Nikmat

    Cerita Sex Yang Sakit Itu Nikmat


    1694 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Yang Sakit Itu NikmatCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Aku mempunyai kenalan cewek namanya Fahrani di amasih kelas 3 SMU dia keturuanan chineses jadi anda bisa bayangkan wajahnya pastinya cantik putih rambut hitam tubunya langsing dan bokongnya yang padat itu membuat mata lelaki selalu memandangnya, awal cerita begini saat dia maen ketempatku untuk meminjam DVD film deadpoll, aku perbolehkan tapi entar malam aku suruh dia datang.

    Malamnya, aku tuh lupa mau pinjamin dia film, tapi malah nonton BF yang barusan kupinjam tadi siang dari temanku. Kubuka pakaianku sampai telanjang bulat, karena badanku jadi panas atas bawah karena BF.

    Dengan posisi duduk, kukocok pelan-pelan penisku yang sudah berdiri tegak, sambil nonton BF. Dalam film tersebut, diperlihatkan, cewek bule cakep sedang mengoral penis lawannya dengan sangat menggairahkan dan sangat menikmatinya, seperti makan ice cream.

    Sedang asyik-asyiknya mengocok, tiba-tiba kamarku terbuka dan Fahrani, dengan sedikit berteriak

    “Mana filmnya? Ihh gila, ngapain Ko? Jorok banget”Kontan aku langsung terloncat dari dudukku sambil menutupi penisku yang berdiri,

    “Akh..aku aku..” kataku tergagap.Fahrani langsung masuk kamarku dan menguncinya,

    “Hayo, nonton BF kok sambil telanjang? Ngapain saja tuh?”Kataku

    “Akh, kegiatan rutin cowok kok”Lalu dengan cueknya dia juga akhirnya ikutan melihat film BF, sementara pinggang ke bawahku kututupi selimut.

    Tontonan BF saat itu yaitu 2 manusia berlawanan jenis sedang mengoral kelamin lawannya. Lalu Fahrani tanya padaku,

    ”Ko, emang enak gituan? Kok mereka tidak jijik ya?”Jawabku,

    ”Kamu pernah terangsang belum? Masa belum pernah?”.

    “Pernahlah, aneh kamu Ko”, katanya.

    “Lalu rasanya seperti apa?

    Apakah kamu merasakan sensasi aneh dibagian-bagian tertentu tubuhmu? Pernah tidak masturbasi?”, tanyaku.

    “Ya ada rasa geli-gelinya, masturbasi? Maksa keluar sel telur wanita? Belum pernah tuh, sakit kan?”, jawabnya.

    “Gila, justru tidak sakit, tapi malah sangat nikmat, itulah salah satu hal yang paling nikmat di dunia, namanya sex! Apapun bentuknya, masturbasi, onani, oral, anal, senggama, dll.”

    “Lalu diantara semua kegiatan tadi, yang paling enak yang mana Ko?”

    “Ya, kalau dari urutan terbawah, masturbasi/onani karena sendirian melakukannya, lalu oral sex dan yang paling nikmat tiada tara adalah senggama”, jawabku dengan enteng.

    “Aku yakin Ko Tedi pernah senggama kan? Ngaku aja deh!” protesnya.

    “Sayang sekali tebakanmu salah, justru belum pernah! Milikku hanya kuberikan untuk istriku kelak, yee!” balasku dengan bangga,

    “Tapi kalau oral sex sih pernah, dengan Leni.”

    “Hah? Dengan Ci Leni? Teman satu kost kan? Masa sih? Kapan? kok aku tidak pernah tahu, gila loe, lalu kamu ambil kesuciannya dan tidak tanggung jawab?”

    “Masa aku main dengan Leni harus omong sama kau? Lagipula dia sudah tidak perawan karena pernah senggama dengan pacarnya waktu SMA. Kami melakukannya atas sama-sama saling suka kok, kami tidak senggama lho, cuma oral sex.

    Hampir tiap hari kami melakukannya, enak lho, nikmat sekali, lagipula aman karena tidak merusak selaput dara cewek, nyesel deh kamu tidak pernah merasakannya,” godaku.

    “Emang bener nikmat? Serius nih tidak sakit atau selaput daraku, eh mak.. maksudku selaput dara tidak pecah?” tanyanya dengan malu karena salah ucap. Aku mengangguk mengiyakan, aku yakin sekali, Fahrani pasti mau diajak oral sex.

    Film BF yang kupause tadi lalu kuresume lagi. Melihat ekspresi wajahnya yang putih itu, kelihatan bahwa dia mulai terangsang, napasnya berat dan wajahnya memerah. Penisku yang setengah tegang, akhirnya jadi tegang lagi.Kami dalam keadaan duduk saat itu.

    Kupeluk Fahrani dari belakang pelan-pelan lalu kugerai rambut yang menutupi pipi kanannya dan kudaratkan ciumanku di pipi kanannya. Fahrani masih tegang karena tidak pernah dipegang cowok. Apalagi penisku yang sudah ereksi dari tadi, menempel di pantatnya, walau pinggangku masih terlilit selimut.

    Kugenggam tangan kirinya dengan tangan kananku, tangan kiriku memeluknya, sementara bibirmu mulai menciumi pipi, leher, dan telinganya.“Ohh..sstt” desisnya. Aku cium bibirnya yang mungil, pelan saja dan dia mulai menanggapinya.

    Kupermainkan lidahku dengan lidahnya, sementara kuputar pelan-pelan tubuhnya sampai menghadapku (masih dalam keadaan duduk).

    Dengan cukup cepat, kuganti film BF tersebut, dengan lagu mp3 barat yang romantis. Kupeluk mesra dia, kedua tanganku mengelus-elus punggungnya dan terkadang kuremas lembut kedua pantatnya. Aku sangat suka pantat cewek, begitu menggairahkan, apalagi yang padat berisi, ingin rasanya meremas dan menciuminya.

    Penisku yang tegak lurus terkadang kugesekkan keperutnya. Bingung dia harus memperlakukan penis seperti apa. Langsung kubimbing tangannya untuk mengelus-elus dan mengurut seluruh bagian penis dan kedua bijinya.

    Memang kalau cewek yang pegang penis, sungguh berbeda jauh nikmatnya apalagi sudah beberapa minggu penisku ini mendambakan kocokan dan emutan cewek lagi.Kurebahkan Fahrani pelan-pelan, bibirku semakin bergerilya di bibirnya, leher dan telinganya.

    “Ohh, sst..” desahnya, yang semakin membuatku bernafsu. Dengan bibirku yang tetap aktif, tangan kananku mulai menelusuri badannya, kuelus-elus pundaknya, lalu turun ke dada kanannya. Kuraba pelan, lalu mulai remasan-remasan kecil, dia mulai menggeliat (geliatnya sangat sexy).

    Wah gila, kenyal dan kencang, semakin kuperlama remasanku, dengan sekali-kali kuraba perutnya. Tanganku mulai masuk didalam bajunya, mengelus perutnya dan Fahrani kegelian.

    Tanganku yang masih di dalam bajunya, mulai naik kedadanya dan meremas kedua gunung kembarnya, jariku keselipkan dibranya agar menjangkau putingnya untuk kupermainkan.

    Fahrani mulai sering medesah,“Sst.. ahh.. ohh” Karena branya sedikit kencang dan mengganggu aktivitas remasanku, maka tanganku kulingkarkan ke belakang punggungnya.Kait branya kubuka, sehingga longgarlah segel 2 bukit kembar itu.

    Bajunya kusingkap keatas, wah indah sekali dadanya, putih mulus, kedua putingnya mencuat mengeras ingin dijilati. Sudah saatnya nih beraksi si lidah. Kujilati, kusedot-sedot, kucubit, kupelintir kecil kedua putingnya.

    Fahrani mulai meracau tidak karuan manahan nikmatnya permainan bibirku di kedua dadanya. Kubuka baju dan branya sehingga tubuh atasnya bugil semua. Tubuhnya yang putih, dua bukit ranum dengan 2 puting mencuat indah, wajahnya memerah, keringat mengalir, ditambah desahan-desahan yang menggairahkan, sungguh pemandangan yang tidak boleh disia-siakan.

    Kuciumi bibirnya lagi, dengan kedua tanganku yang sudah bebas bergerilya di kedua bongkahan dadanya. Nafas kami menderu menyatu, mendesah, ruangan kamarku menjadi semakin hangat saja. Dengan adanya lagu yang sedang mengalun rada keras, kami memberanikan diri mendesah lebih keras.

    Kuciumi dan kujilati badannya, mulai dari lengan atas, naik ke pundak dan leher, turun ke dadanya. Sengaja kujilati bongkahan dadanya berlama-lama tanpa menyentuh putingnya, kupermainkan lidahku disekitar putingnya.

    Tiba-tiba lidahku menempel ke puting kanannya dan kugetarkan cepat, tangan kiriku mencubit-cubit puting kirinya, Fahrani semakin kelojotan menahan geli-geli nikmat. Enak sekali menikmati bukit kembar cewek,inginnya nyusu terus deh.

    Tangan kananku mulai merayap ke pahanya, kuelus naik turun, terkadang sengaja menyentuh pangkal pahanya.Terakhir kali, tanganku merayap ke pangkal paha, dengan satu jariku, kugesek-gesekkan ke vaginanya yang ternyata sudah basah sampai membekas keluar di celana pendeknya.

    Kedua kakinya langsung merapat menahan geli. Tanganku mengelus pahanya dan membukanya, menjalar ke kemaluannya, lalu semua jariku mulai menggosokkan naik turun ke bukit kemaluannya.“Ah gila..uhh hmm”, geliatnya sambil meremas bantalku.

    Kulumat bibirnya, tanganku mulai menyusup kedalam celananya, menguak CD-nya, meraba vaginanya. Fahrani semakin terangsang, dengan desisan pelan serta gelinjang-gelinjang birahi.

    Tak lama kemudian dia mendesis panjang dan mengejang, lalu vaginanya berdenyut-denyut seperti denyutan penis kalau melepas mani. Fahrani lalu menarik nafas panjang. Basah mengkilap semua jariku, mungkin tidak pernah terasang seperti ini, lalu kujilat sampai kering“Lebih enak dan gurih, perawan mungkin memang paling enak,” kata hatiku.

    “Koko nakal, ” katanya sambil memelukku erat. Sudah saatnya penisku dipuaskan. Kucium bibirnya lembut, kubimbing lagi tangannya untuk meremas dan mengurut penisku. Gantian aku yang melenguh dan mendesis, menahan nikmat.

    Posisiku berbaring di bawah dan Fahrani mulai menyerbu tubuhku sambil tetap memijat penisku, mencium dan menjilat dadaku, putingku, perutku dan akhirnya sampai tepat didepan tonjolan penisku. Fahrani lalu membuka balutan selimut yang melingkari pinggangku, dan penisku melompat keluar.

    Kaget dan tertawa tertahan Fahrani melihat penisku.“Ih lucu deh, gemes aku jadinya, harus digimanain lagi nih Ko?”, tanyanya bingung sambil tetap mengelus-elus batang kejantananku.

    Terlihat disekitar ujung penisku sudah basah mengeluarkan cairan bening karena ereksi dari tadi.“Ya diurut-urut naik turun gitu, sambil dijilat seperti menikmati es krim” sahutku.

    Ditimang-timangnya penisku, dengan malu-malu lalu dijilati penisku, ekspresi wajahnya seperti anak kecil.Mulai dimasukkan penisku ke mulutnya dan “Ahh Fahrani, jangan kena gigi, rada sakit tuh, ok sayang?”

    “Hmm, ho oh”, mengiyakan sambil tetap mengulum penisku. Nah begini baru enak, walaupun masih amatir.

    “Yess..” desahku menahan nikmat, terlihat semakin cepat gerakan naik turun kepalanya.“Ko, bolanya juga?” tanyanya lagi sambil menunjuk ke zakarku.

    “Iya dong sayang, semuanya deh, tapi jangan kena gigi lho”.Dijilati dan diemutnya zakarku, setiap jengkal kemaluanku tidak luput dari jilatannya, hingga kemaluanku basah kuyup.

    “Ahh..ohh..yes..” desahku dengan semakin meneka

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Belajar Seks Dari Mama Dan Tante

    Belajar Seks Dari Mama Dan Tante


    1694 views

    Cerita Sex ini berjudulBelajar Seks Dari Mama Dan TanteCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Namaku Roy, 32 tahun. Saat ini aku tinggal di Bandung. Banyak yang bilang aku ganteng. Kisah yang akan aku tulis ini adalah kisah nyata dari pengalaman sex aku dengan mama dan tante aku. Cerita ini dimulai ketika aku berusia 20 tahun.

    org Saat itu tante Rina datang dan menginap selama beberapa hari di rumah karena suaminya sedang pergi keluar kota. Dia merasa sepi dan takut tinggal di rumahnya sendirian. Tante Rina berusia 32 tahun. Penampilannya biasa saja. Tinggi badan 160 cm. Ramping. Tapi aku suka bodynya. Buah dada 36B, dan pantatnya besar bulat.

    Aku suka lihat tante Rina kalau sudah memakai celana panjang ketat sehingga pantatnya sangat membentuk, merangsang. Tante Rina adalah adik kandung Papa aku.

    Waktu itu hari aku tidak masuk kuliah. Aku diam di rumah bersama mama dan tante Rina. Pagi itu, jam 10, kulihat mama baru selesai mandi. Mama keluar dari kamar mandi memakai handuk menutupi dada dan setengah pahanya yang putih mulus. Mama berusia 38 tahun. Sangat cantik.

    Saat itu entah secara tidak sengaja aku melihat mama membetulkan lilitan handuknya sebelum masuk kamar. Terlihat buah dada mama walau tidak terlalu besar tapi masih bagus bentuknya. Yang terutama jadi perhatian aku adalah memek mama yang dihiasi bulu hitam tidak terlalu lebat berbentuk segitiga rapi. Mungkin karena mama rajin merawatnya.

    Mama sepertinya tidak sadar kalau aku sedang memperhatikannya. Mama langsung masuk kamar. Hati berdebar dan terbayang terus pemandangan tubuh mama tadi. Aku dekati pintu, lalu aku intip dari lubang kunci. Terlihat mama sedang membuka lilitan handuknya lalu mengeringkan rambutnya dengan handuk tersebut. Terlihat tubuh mama sangat menggairahkan. Terutama memek mama yang aku fokuskan.

    Secara otomatis tangan aku meraba kontol dari luar celana, lalu meremasnya pelan-pelan sambil menikmati keindahan tubuh merangsang mama. Karena sudah tak tahan lagi, aku segera ke kamar mandi dan onani sambil membayangkan menyetubuhi mama. Sampai akhirnya.. Crot! Crot! Crot! Aku orgasme.

    Sore harinya, waktu aku sedang tiduran sambil membaca majalah, tiba-tiba terdengar suara mama memanggil aku.

    “Roy!” panggil mama.

    “Ya, Ma” sahut aku sambil bergegas ke kamar mama.

    “Ada apa, Ma?” tanya aku.

    “Pijitin badan mama, Roy. Pegal rasanya” kata mama sambil tengkurap.

    “Iya, Ma” jawab aku.

    Waktu itu mama memakai daster. Aku mulai memijit kaki mama dari betis. Terus sampai naik ke paha. Mama tetap diam merasakan pijitan aku. Karena daster mama agak mengganggu pijitan, maka aku bertanya pada mama, “Ma, dasternya naikin ya? mengganggu nih” tanya aku.

    “Emang kamu mau mijitan apa aja, Roy?” tanya mama.

    “Seluruh badan mama,” jawab aku.

    “Ya sudah, mama buka baju saja,” kata mama sambil bangkit, lalu melepas dasternya tanpa ragu.

    “Ayo lanjutkan, Roy!” kata mama sambil kembali tengkurap. Darah aku berdesir melihat mama setengah telanjang di depan mata.

    “Mama tidak malu buka baju depan Roy?” tanya aku. Fontana99

    “Malu kenapa? Kan anak kandung mama.. Biasa sajalah,” jawab mama sambil memejamkan mata.

    Aku berdebar. Tanganku mulai memijit paha mama. Sebetulnya bukan meimijit, istilah yang tepat adalah mengusap agak keras. Aku nikmati usapan tangan aku di paha mama sambil mata terus memandangi pantat mama yang memakai celana dalam merah. Setelah selesai “memijit” paha, karena masih ragu, aku tidak memijit pantat mama, tapi langsung naik memijit pinggang mama.

    “Kok dilewat sih, Roy?” protes mama sambil menggoyangkan pantatnya.

    “Mm.. Roy takut mama marah” jawab aku.

    “Marah kenapa? Kamu kan emang mama pinta mijitin.. Ayo teruskan!” pinta mama.

    Karena sudah mendapat angin, aku mulai meraba dan agak meremas pantat mama dari luar celana dalamnya. Nyaman rasanya memijit dan meremas pantat mama yang bulat dan padat. kontol aku sudah mulai mengeras. Mama tetap terpejam menikmati pijitan aku. Karena birahi aku sudah naik, aku sengaja memasukkan tangan aku ke celana dalam mama dan terus meremasnya. Mama tetap diam. Aku makin berani.

    Jari tengah aku mulai menyusuri belahan pantat mama sampai ke belahan memek mama. Jari aku diam disana. Aku takut mama marah. Tapi mama tetap diam sambil memejamkan mata. Aku mulai menggerakan jari tengah aku di belahan memek mama. Mama tetap diam. Terasa memek mama mulai basah. Dan aku tahu kalau mama agak menggoyang-goyangkan pantatnya, mungkin mama merasa enak menikmati jari aku di belahan memeknya. Itu perkiraan aku.

    Karena sudah basah, aku nekad masukkan jari aku ke lubang memek mama. Mama tetap memejamkan mata, tapi pantatnya mulai bergoyang agak cepat.

    “Roy, kamu ngapain?” tanya mama sambil membalikkan badannya. Aku kaget dan takut mama marah.

    “Maaf, Ma…” kataku tertunduk tidak berani memandang mata mama.

    “Roy tidak tahan menahan nafsu…” kataku lagi.

    “Nafsu apa?” kata mama dengan nada lembut.

    “Sini berbaring dekat mama,” kata mama sambil menggeserkan badannya. Aku diam tidak mengerti.

    “Sini berbaring Roy,” ujar mama lagi.

    “Tutup dulu pintu kamar,” kata mama.

    “Ya, Ma…” kataku sambil berdiri dan segera menutup pintu. Kemudian aku berbaring di samping mama.

    Mama menatapku sambil membelai rambut aku.

    “Kenapa bernafsu dengan mama, Roy,” tanya mama lembut.

    “Mama marahkah?” tanya aku.

    “Mama tidak marah, Roy.. Jawablah jujur,” ujar mama.

    “Melihat tubuh mama, Roy tidak tahu kenapa jadi pengen, Ma…” kataku. Mama tersenyum.

    “Berarti anak mama sudah mulai dewasa,” kata mama.

    “Kamu benar-benar mau sayang?” tanya mama.

    “Maksud mama?” tanya aku.

    “Dua jam lagi Papa kamu pulang…” hanya itu yang keluar dari mulut mama sambil tangannya meraba kontol aku dari luar celana.

     kaget sekaligus senang. Mama mencium bibir aku, dan akupun segera membalasnya. Kami berciuman mesra sambil tangan kami saling meraba dan meremas.

    “Buka pakaian kamu, Roy,” kata mama. Aku menurut, dan segera melepas baju dan celana.

    Mama juga melepas BH dan celana dalamnya. Mama duduk di tepi tempat tidur, sedangkan aku tetap berdiri.
    “kontol kamu besar, Roy…” kata mama sambil meraih kontol aku dan meremas serta mengocoknya. Enak rasanya.

    “Kamu udah pernah maen dengan perempuan tidak, sayang?” tanya mama.

    Sambil menikmati enaknya dikocok kontol aku menjawab, “Belum pernah, Ma.. Mmhh..”. Mama tersenyum, entah apa artinya.

    Lalu mama menarik pantat aku hingga kontol aku hampir mengenai wajahnya. Lalu mama mulai menjilati kontol aku mulai dari batang sampai ke kepalanya. Rasanya sangat nikmat. Lebih nikmat lagi ketika mama memasukkan kontolku ke mulutnya.

    Hisapan dan permainan lidah mama sangat pandai. Tanganku dengan keras memegang dan meremas rambut mama dengan keras karena merasakan kenikmatan yang amat sangat. Tiba-tiba mama menghentikan hisapannya, tapi tangannya tetap mengocok kontolku perlahan.

    “Enak sayang?” tanya mama sambil menengadah menatapku.

    “Iya, Ma.. Enak sekali,” jawabku dengan suara tertahan.

    “Sini sayang. kontolmu udah besar dan tegang. Sekarang cepat masukkan…” ujar mama sambil menarik tanganku.

    Mama lalu telentang di tempat tidur sambil membuka lebar pahanya. Tanpa ragu aku naiki tubuh mama. Aku arahkan kontolku ke lubang memeknya. Tangan mama membimbing kontolku ke lubang memeknya.

    “Ayo, Roy.. Masukkan…” ujar mama sambil terus memandang wajahku.

    Aku tekan kontolku. Lalu terasa kepala kontolku memasuki lubang yang basah, licin dan hangat. Lalu batang kontolku terasa memasuki sesuatu yang menjepit, yang entah bagaimana aku menjelaskan rasa nikmatnya.. Secara perlahan aku keluarmasukkan kontolku di memek mama. Aku cium bibir mama. Mamapun membalas ciuman aku sambil menggoyangkan pinggulnya mengimbangi goyangan aku.

    “Enak, Roy?” tanya mama.

    “Sangat enak, Ma…” jawabku sambil terus menyetubuhi mama. Setelah beberapa menit, aku hentikan gerakan kontol aku.

    “Kenapa mama mau melakukan ini dengan Roy?” tanyaku. Sambil tersenyum, mata mama kelihatan berkaca-kaca.

    “Karena mama sayang kamu, Roy…” jawab mama.

    “Sangat sayang…” lanjutnya.

    “Lagipula saat ini mama memang sedang ingin bersetubuh…” lanjutnya lagi.

    Aku terdiam. Tak berapa lama aku kembali menggerakan kontol aku menyetubuhi mama.

    “Roy juga sangat sayang mama…” ujarku.

    “Ohh.. Roy.. Enakk.. Mmhh…” desah mama ketika aku menyetubuhinya makin keras.

    “Mama mau keluar…” desah mama lagi.

    Tak lama kurasakan tubuh mama mengejang lalu memeluk aku erat-erat. Goyangan pinggul mama makin keras. Lalu..

    “Ohh.. Enak sayangg…” desah mama lagi ketika dia mencapai orgasme.

    Aku terus menggenjot kontolku. Lama-lama kurasakan ada dorongan kuat yang akan keluar dari kontol aku. Rasanya sangat kuat. Aku makin keras menggenjot tubuh mama..

    “Ma, Roy gak tahann…” ujarku sambil memeluk tubuh mama lalu menekan kontolku lebih dalam ke memek mama.

    “Keluarin sayang…” ujar mama sambil meremas-remas pantatku.

    “Keluarin di dalam aja sayang biar enak…” bisik mama mesra.

    Akhirnya, crott.. Crott.. Crott.. Air maniku keluar di dalam memek mama.

    “Mmhh…” desahku. Lalu tubuh kami tergolek lemas berdampingan.

    “Terima kasih ya, Ma…” ujar aku sambil mencium bibir mama.

    “Lekas berpakaian, Papa kamu sebentar lagi pulang!” kata mama.

    Lalu kamipun segera berpakaian. Setengah jam kemudian Papa pulang. Mama dan aku bersikap seperti biasa dan terlihat normal.
    Malam harinya, sekitar jam 11 malam, ketika mama dan Papa sudah tidur, aku dan tante Rina masih nonton TV. Tante Rina memakai kimono. Sesekali aku lihat paha mulusnya ketika kimononya tersingkap. Tapi tidak ada perasaan apa-apa. Karena sudah biasa melihat seperti itu.

    Tiba-tiba tante Rina bertanya sesuatu yang mengejutkan aku,”ngapain kamu tadi sore lama-lama berduaan ama mama kamu di kamar?” tanya tante Rina.

    “Hayo, ngapain..?” tanya tante Rina lagi sambil tersenyum.

    “Tidak ada apa-apa. Aku mijitin mama, kok…” jawabku.

    “Kok lama amat. Sampe lebih dari satu jam,” tanyanya lagi.

    “Curigaan amat sih, tante?” kataku sambil tersenyum.

    “Tante hanya merasa aneh saja waktu tante denger ada suara-suara yang gimanaa gitu…” ujar tante Rina sambil tersenyum.

    “Kayak suara yang lagi enak…” ujar tante Rina lagi.

    “Udah ah.. Kok ngomongnya ngaco ah…” ujarku sambil bangkit.

    “Maaf dong, Roy. Tante becanda kok…” ujar tante Rina.

    “Kamu mau kemana?” tanya tante Rina.

    “Mau tidur,” jawabku pendek.

    “Temenein tante dong, Roy,” pinta tante.

    Aku kembali duduk dikursi di samping tante Rina.

    “Ada apa sih tante?” tanyaku.

    “Tidak ada apa-apa kok. Hanya butuh temen ngobrol saja,” jawab tante Rina.

    “Kamu sudah punya pacar, Roy?” tanya tante Rina.

    “Belum tante. Kenapa?” aku balik bertanya.

    “Kamu tuh ganteng, tinggi. Tapi kenapa belum punya pacar?” tanya tante lagi.

    “Banyak sih yang ngajak jalan, tapi aku tidak mau,” jawabku.

    “Apa kamu pernah kissing dengan perempuan, Roy?” tanya tante Rina pelan sambil wajahnya didekatkan ke wajahku. Bibir kami hampir bersentuhan. Aku tak menjawab.

    “Ni tante lagi horny kayaknya…” pikir aku.

    Tanpa banyak kata, aku cium bibir tante Rina. Tante Rinapun langsung membalas ciumanku dengan hebat. Permainan lidah dan sedotan bibir kami main mainkan.. Sementara tanganku segera masuk ke balik kimono tante Rina. Lalu masuk lagi ke dalam BH-nya. Lalu ku remas-remas buah dadanya dengan mesra sambil ujung jari aku memainkan puting susunya.

    “Mmhh..”

    Suara tante Rina mendesah tertahan karena kami masih tetap berciuman. Tangan tante Rinapun tidak diam. Tangannya meremas kontolku dari luar celana kolorku. kontolku langsung tegang.

    “Roy, pindah ke kamar tante, yuk?” pinta tante Rina.

    “Iya tante…” jawabku. Lalu kami segera naik ke loteng ke kamar tante Rina.

    Setiba di kamar, tante Rina dengan tak sabar segera melepas kimono dan BH serta CD-nya. Akupun segera melepas semua pakaian di tubuh aku.

    “Ayo Roy, tante sudah gak tahan…” ujar tante Rina sambil senyum, lalu merebahkan badannya di kasur.

    Aku segera menindih tubuh telanjang tante Rina. Aku cium bibirnya, pindah ke pipi, leher, lalu turun ke buah dadanya. Aku jilat dan hisap puting susu tante Rina sambil meremas buah dada yang satu lagi.

    “Ohh.. Mmhh.. Royy.. Kamu pinter amat sih.. Mmhh…” desah tante Rina sambil tangannya memegang kepala aku.

    Lalu lidahku turun lagi ke perut, lalu ketika mulai turun ke selangkangan, tante Rina segera melebarkan kakinya mengangkang. memek tante Rina bersih tidak berbau. Bulunya hanya sedikit sehing nampak jelas belahan memeknya yang bagus. Aku segera jilati memek tante Rina terutama bagian kelentitnya.

    “Ohh.. Sayang.. Enakkhh.. Mmhh.. Terus sayang…” desah tante Rina sambil badannya mengejang menahan nikmat.

    Tak berapa lama tiba-tiba tante Rina mengepitkan kedua pahanya menjepit kepalaku. Tangannya menekan kepalaku ke memeknya.

    “Oh, Roy.. Tante keluar.. Nikmat sekali.. Ohh…” desah tante Rina.

    Aku bangkit, mengusap mulut aku yang basah oleh air memek tante Rina, lalu aku tindih badannya dan kucium bibirnya. Tante Rina langsung membalas ciumanku dengan mesra.

    “Isep dong kontol Roy, tante…” pintaku.

    Tante Rina mengangguk sambil tersenyum. Lalu aku kangkangi wajah tante Rina dan ku sodorkan kontolku ke mulutnya. Tante Rina langsung menghisap dan menjilati kontolku dan mengocok dengan tangannya sambil memejamkan matanya. Sangat enak rasanya. Cara menghisap dan menjilat kontolnya lebih pintar dari mama.

    “Udah tante, Roy udah pengen setubuhi tante…” kataku.
    Tante Rina melepaskan genggamannya, lalu aku arahkan kontol aku ke memeknya.

    “Ayo, Roy.. Tante sudah tidak tahan…” bisik tante Rina.
    Lalu, bless.. sleb.. sleb.. sleb.. kontolku keluar masuk memek tante Rina.

    “Roy kamu pinter menyenangkan perempuan. Kamu pandai memberikan kenikmatan…” kata tante ditengah-tengah persetubuhan kami.

    “Ah, biasa saja, tante…” ujarku sambil tersenyum lalu ku kecup bibirnya.
    Selang beberapa lama, tiba-tiba tante Rina mempercepat gerakannya. Kedua tangannya erat mendekap tubuhku.

    “Roy, terus setubuhi tante.. Mmhh.. Ohh.. Tante mau keluar.. Ohh.. Ohh. Ohh…” desahnya.
    Tak lama tubuhnya mengejang. Pahanya erat menjepit pinggulku. Sementara akau terus memompa kontolku di memeknya.

    “Tente udah keluar, sayang…” bisik tante Rina.

    “Kamu hebat.. Kuat…” ujar tante Rina.

    “Terus setubuhi tante, Roy.. Puaskan diri kamu…” ujarnya lagi.

    Tak lama akupun mulai merasakan kalo aku akan segera orgasme. Kupertcepat gerakanku.

    “Roy mau keluar, Tante…” kataku.

    “Jangan keluarkan di dalam, sayang…” pinta tante Rina.

    “Cabut dulu…” ujar tante Rina.

    “Sini tante isepin…” katanya lagi.

    Aku cabut kontolku dari memeknya, lalu aku arahkan ke mulutnya. Tante Rina lalu menghisap kontolku sambil mengocoknya. Tak lama, crott.. crott.. crott.. crott.. Air maniku keluar di dalam mulut tante Rina banyak sekali. Aku tekan kontolku lebih dalam ke dalam mulut tante Rina.

    Tante Rina dengan tenang menelan air maniku sambil terus mengocok kontolku. Lalu dia menjilati kontolku untuk membersihkan sisa air mani di kontolku. Sangat nikmat rasanya besetubuh dengan tante Rina.

    Aku segera berpakaian. Tante Rina juga segera mengenakan kimononya tanpa BH dan CD.

    “Kamu hebat, Roy.. Kamu bisa memuaskan tante,” ujar tante Rina.

    “Kalo tante butuh kamu lagi, kamu mau kan?” tanya tante sambil memeluk aku.

    “Kapan saja tante mau, Roy pasti kasih,” kataku sambil mengecup bibirnya.

    “Terima kasih, sayang,” ujar tante Rina.

    “Roy kembali ke kamar ya, tante? Mau tidur,” kataku.

    “Iya, sana tidur,” katanya sambil meremas kontolku mesra. Kukecup bibirnya sekali lagi, lalu aku segera keluar.

    Besoknya, setelah Papa pergi ke kantor, mama duduk di sampingku waktu aku makan.

    “Roy, semalam kamu ngapain di kamar tante Rina sampe subuh?” tanya mama mengejutkanku.

    Aku terdiam tak bisa berkata apa-apa. Aku sangat takut dimarahi mama. Mama tersenyum. Sambil mencium pipiku, mama berkata,”Jangan sampai yang lain tahu ya, Roy. Mama akan jaga rahasia kalian. Kamu suka tante kamu itu ya?” tanya mama. Plong rasanya perasaanku mendengarnya.

    “Iya, Ma.. Roy suka tante Rina,” jawabku.

    “Baiklah, mama akan pura-pura tidak tahu tentang kalian…” ujar mama.

    “Kalian hati-hatilah…” ujar mama lagi.

    “Kenapa mama tidak marah,” tanya aku.

    “Karena mama pikir kamu sudah dewasa. Bebas melakukan apapun asal mau tanggung jawab,” ujar mama.

    “Terima kasih ya, Ma…” kataku.

    “Roy sayang mama,” kataku lagi.

    “Roy, tante dan Papa kamu sedang keluar.. Mau bantu mama gak?” tanya mama.

    “Bantu apa, Ma?” aku balik tanya.

    “Mama ingin…” ujar mama sambil mengusap kontolku.

    “Roy akan lakukan apapun buat mama…” kataku. Mama tersenyum.

    “Mama tunggu di kamar ya?” kata mama. Aku mengangguk..

    Sejak saat itu hingga saat ini aku menikah dan punya 2 anak, aku tetap bersetubuh dengan tante Rina kalau ada kesempatan. Walau sudah agak berumur tapi kecantikan dan kemolekan tubuhnya masih tetap menarik. Baik itu di rumah tante Rina kalau tidak ada Om, di rumah aku sendiri, ataupun di hotel.

    Sedangkan dengan mama, aku sudah mulai jarang menyetubuhinya atas permintaan mama sendiri dengan alasan tertentu tentunya. Dalam satu bulan hanya 2 kali. Itulah pengalaman kisah nyata aku. Aku tuliskan dengan sebenarnya.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Pacarku ABG Binal

    Cerita Sex Pacarku ABG Binal


    1694 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Pacarku ABG BinalCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Aku seorang mahasiswa yang baru pertama masuk di perkuliahan perkenalkan namaku Nugroho aku sudah mempunyai cewek tapi masih kelas 3 SMA yang dulunya pacarku saat jamannya SMA, dia mempunyai wajah yang cantik seksi dan sebagai idola di sekolahnya, semua tubuhnya seksi dengan pinggang yang langsing pinggul yang menggoda.

    Tapi sungguh, dengan keadaan tubuh seperti itu, tidak ada pria yang bisa menahan napsunya jika melihatnya sedang telanjang bulat.

    Tentu saja.Kejadian ini kualami kalau tidak salah hari Kamis. Aku barus saja menjemputnya pulang sekolah jam setengah dua siang. Biasanya sich dia bawa motor sendiri, cuman hari itu entah kenapa dia berangkat sekolah naik becak.

    Jadinya saat pulang sekolah dia menelponku minta dijemput. Panas sekali hari itu. Saat sampai di rumahnya aku tidak langsung pulang. Aku mampir sejenak buat sekedar menghilangkan rasa haus. Aku duduk di ruang tamu, di sofa yangpanjang, sementara dia mengganti baju sekolahnya dengan gaun santai.

    Entah model apa bajunya, yang jelas dia memakai kaos dengan celana pendek yang berbahan kaos juga. Dia tampak seksi sekali dengan dandanan seperti itu. Dia balik sambil membawa segelas sirup dingindan kemudian tiduran di sofa dengan posisi kepalanya di pangkuanku.

    Kami pun berbasa-basi, saling menanyakan kabar masing-masing. Karena memang kita sudah lama tidak ketemu. Aku barusan pulang dari Jogja, tinggal di sana beberapa hari. Dia orangnya memang gampang sekali kangen sama pacarnya. Ditinggal beberapa hari saja sudah sepertisebulan hebohnya. Dan kalau dia sedang kangen, rugi aku kalau tidak ada di sisinya. Tau maksudnya kan?

    Lalu kami mulai bercerita tentang kegiatan kami masing-masing selama ini sambil sesekali saling mencumbu, berciuman dan berpagutan mesra. Saling memainkan lidah. Kubiarkan mulutnya melumat bibirku. Kubiarkan giginya menggigit lembut bibirku. Judi Bola Online

    Kurasakan lidahnya menari-nari di dalam mulutku. Napasnya yang lembut mendera wajahku. Oh ya, aku paling suka “kissing” dengannya saat dia sedang makan coklat. Rasanya jadi tambah enak. Dan seperti biasa kalau kami sedang berasyik masyuk, kedua belah tanganku selalu menari-nari di tubuhnya.

    Selalu! Orang dianya sendiri yang minta buat dijamah. “Pokoknya kalau kamu sedang mencumbuku, sekalian dech tangan kamu ngerjain tubuhku. Biar tidak nanggung.

    Tapi harus di bagian yang sensitif. Seperti di daerah sini, sini dan di sini!” katanya kepadaku suatu waktu sambil tangannya menunjuk leher, dada dan bawah perutnya. Enak katanya. Akunya sich oke-oke aja. Siapa yang bakal menolak ditawarin kerjaan seperti itu.

    Mulailah pekerjaanku. Kudekatkan kepalaku ke lehernya, kukecup perlahan leher itu kemudian kugigit perlahan. Dia mendongakkan kepalanya tanda dia merasa kegelian. Kucium daerah telinganya dan kukulum bagian telinga yang menggelambir.

    Dia mendesah perlahan dan kemudian melingkarkan kedua tangannya ke leherku. Tangan kananku pun berusaha menopang punggungnya agar tubuhnya sedikit tegak dan tangan kiriku segera kumasukkan ke balik bajunya, mengakibatkan kaosnya terangkat sampai ke perut.

    Tanganku menyentuh kulitnya yang halus. Menyusup ke punggungnya untuk melepas tali BH-nya. Dan mulailah tanganku menjelajahi bukit barisan itu. Kuremas payudaranya, terasa lembut sekali, diapun merintih. Kupilin putingnya, dia mengerang.

    Kutarik puting itu dan diapun mendesah. “Ahh..!” Kuputar-putar jariku di sekitar puting itu “Sshhh..!” Dia mengerang merasakan kenikmatan itu. Kuremas-remas buah dada itu berulangkali, kucubit bukit itu. Rasanya kenyal sekali. Nggak bakalan bosan walaupun tiap hari aku disuruh menyentuhnya.

    Lalu tanganku pun turun menyusuri perutnya, menuju hutan tropis. Masuk ke dalam celana dalamnya yang terbuat dari kain satin dengan sedikit renda pada bagian vaginanya. Kutemukan tumpukan kecil daging yang ditumbuhi rambut-rambut halus. Kugunakan jari telunjuk dan jari manisku untuk membelah labianya yang masih terasa liat sementara jari tengahku kumasukan sedikit ke dalam liang senggamanya.

    “Mmhhh…” Dia kegelian. Kedua kakinya nampak terjulur lurus, sedikit menegang.

    Kucari seonggok daging kecil diantaranya. Bagian yang mampu mengantarkan seorang wanita merasakan apa arti hidup yang sesungguhnya. Setelah kutemukan mulai tanganku memainkannya. Kusentuh klitoris itu lembut sekali, namun akibatnya sungguh luar biasa.

    Tubuhnya menggelinjang hebat dengan kedua kaki terangkat ke atas menggapai-gapai di udara. Dia melenguh dengan mata terpejam dan lidah yang menjilati bibirnya. Langsung kulumat mulutnya. Dia pun membalas dengan ganas.

    “Uuhhhh…” Lalu tangan kiriku berusaha menarik klitorisnya, kupencet, kusentil, kupetik, kugesek dengan jari tengahku. Dia memang paling suka disentuh klitorisnya. Dan kalau sudah disentuh, bisanya seperti orang sakau. Mendesah, mengerang, dan menggigil.

    Pernah suatu ketika aku ditelpon supaya datang ke rumahnya cuma untuk “memainkan” klitorisnya. Ya, ampuun… setelah puas bermain api, kami pun mencari air untuk menyiramnya. Ehh.. sorry, ngelantur. Tak lama kemudian dia mengajakku ke lantai dua.

    “Mas, naik ke atas yuk?” “Mo ngapain?” tanyaku.

    “Ke kamarnya Mbak Dian, di sini panas. Ada AC di sana.” “Boleh!” aku setuju.

    Kami pun naik ke lantai dua. Satu persatu anak tangga itu kami lewati dan kami pun masuk ke kamar Mbak Dian. Aku langsung tiduran di tempat tidur, sementara dia menyalakan AC-nya. Lalu dia rebah di sampingku. Kami bercerita lagi dan bercumbu lagi. Kali ini kulepas kaosnya,

    setumpuk daging segar menggunung di dadanya yang tertutup BH semi transparan seolah ingin melompat keluar. Waw, menantang sekali dan kemudian dengan kasar kusentakkan BH itu hingga terlepas, lalu terhamparlah pemandangan alam.

    Nampak Sindoro Sumbing yang berjejer rapi. Bergelanyut manja di dadanya. Putingnya yang berwarna coklat kemerahan kokoh tegak ke atas mengerling ke arahku menantang untuk kunikmati. Payudaranya betul-betul indah bentuknya, terbungkus kulit kuning langsat tanpa cacat sedikitpun, yang tampak membias jika terkena cahaya, yang menandakan payudara itu masih sangat kencang.

    Maklum payudara perawan yang rajin merawat tubuh. Namun dengan payudara seperti itu, jangankan menyentuh, cuma dengan memandangnya saja kita akan segera tahu kalau payudara itu diremas akan terasasangat lembut di tangan.

    Kudekatkan wajahku ke dadanya. Mulutku kubuka untuk menikmati kedua payudaranya. Bau harum khas tubuhnya semerbak merasuk ke dalam hidungku. Kuhisap salah satu putingnya, kugigit-gigit kecil. Lidahku bergerak memutar di sekitar puting susunya.

    Dia mengejang kegelian. Menjambak rambutku dan ditekankan kepalaku ke dadanya. Wajahku terbenam di sana. Kugigit sedikit bagian dari bukit itu dan kusedot agak keras. Nampaklah tanda merah di sana.

    Puas kunikmati dadanya, mulailah ada hasrat yang menuntut untuk berbuat lebih. Tampak juga di wajah Rirrie. Matanya menatapku sayu. Wajahnya memerah dan napasnya memburu. Kalau dia dalam keadaan seperti ini, dapat dipastikan diasedang terangsang berat. Dan aku yakin kemaluannya pasti sudah basah.

    Aku bertanya padanya, “Rie, sekali-kali kita ngewek yuk!” “Ah, tidak mau ah!” dia menolak.

    “Kenapa?” tanyaku. “Aku malu,” jawabnya.

    “Malu sama siapa?” tanyaku lagi.

    “Aku malu diliat bugil. Aku malu kamu liat anuku.” terangnya.

    “Lho, kamu ini aneh. Masa hampir tiap hari kupegang memek kamu, cuma ngeliat malah tidak boleh?” tanyaku keheranan.

    “He..” dia tertawa manja. Otakku bekerja mencari akal.

    “Atau gini aja, kamu ambil selimut buat nutupin tubuh kamu. Ntar kita cari gaya yang bikin memek kamu nggak keliatan,” usulku sembarangan, nggak taunya dia setuju.

    “Iya dech Mas”

    Aku girang setengah mati. Lalu dia pun turun ke bawah mengambil selimut. Tak lama kemudian dia sudah ada di hadapanku lagi dengan sebuah selimut batik di tangannya. Lalu selimut itu diserahkannya kepadaku.

    “Nah, sekarang kamu lepas semua pakain kamu!” perintahku.

    Dia pun segera melepas semua pakaiannya. Sungguh anggun cara dia melepas pakaian. Perlahan namun pasti. Apalagi saat dia mengangkat

    kedua tangannya untuk melepas penjepit rambut yang menyebabkan rambutnya terurai indah menutupi sebagian pundaknya. Oh, cantik sekali dia. Berdiri telanjang tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya. Layaknya seorang bidadari.

    Dengan payudara yang kencang mengantung indah, dengan bulu halus yang tertata rapi menghiasi bagian bawah perutnya. Dan ketika sadar dirinya telanjang bulat, secepat kilat dia merampas selimut yang ada di tanganku dan digunakanya untuk menutupi tubuhnya. Kusuruh dia untuk naik ke atas tempat tidur dalam posisi merangkak membelakangiku.

    Aku segera melepas seluruh pakaianku. Dia menengok ke belakang dan tak sengaja menatap penisku yang sudah tegang berat dan langsung memalingkan wajah. Jengah. Sambil merajuk manja. “Ihhh…”

    Walaupun kami sering bercumbu tapi kami belum pernah saling mempertontonkan alat vital masing-masing. Kalau saling pegang atau sekedar nyentuh sich sering. Makanya jangan heran kalau dia jengah waktu melihat penisku. Dan lagi dia itu orangnya pasif.

    Penginnya “dikerjain” melulu, tapi kalau disuruh “ngerjain” suka ogah- ogahan. Padahal sebenarnya dia senang sekali kalau disuruh memegang penisku. Tapi itulah dia, dia yang seorang Rirrie yang penuh dengan tanda tanya. Yang aku pun masih suka bingung untuk mengikuti jalan pikirannya.

    Aku pun segera mendekat membawa seluruh amunisi yang kupunya. Siap dalam duel berdarah. Kuangkat sedikit selimut yang menutupi pantatnya dan harum birahi yang amat kusukai dari vaginanya menyebar. Tanganku pun masuk ke balik selimut itu.

    Mencari daerah jajahan yang harus dikuasai. Meraba-raba sampai akhirnya kutemukan gundukan itu. Terasa benar bulu kemaluannya di jariku.

    “Aowww… iiihhh! Mas nakal!” Dia protes ketika aku berusaha mencabut beberapa helai bulu kemaluannya. Sebelumnya buat para pembaca, aku melakukan ini semua tanpa melihat ke arah vaginanya. Bayangkan, bagaimana sulitnya.

    Soalnya aku belum pernah menatap langsung vagina sekarang ini. Mulai kupusatkan perhatianku di daerah selangkangannya. Vaginanya terasa basah. Pasti dia sudah sangat terangsang. Dan kucari letak lubangnya dengan jariku.

    “Ah, geli Mas!” dia tersentak ketika tak sengaja tanganku menyentuh klitorisnya.

    “Hore ketemu…!!!” aku teriak kegirangan.

    Akhirnya kutemukan lubang itu. Kumasukkan seperempat jari telunjukku ke dalam vaginanya. Sebentar kuputar-putar disana. Pinggulnya bergerak-gerak tanda dia kegelian. Lalu kutarik kembali dan kini pelan-pelan kusorongkan rudalku untuk mencoba menembus dimensi itu. Saat pertama penisku menyentuh vaginanya, secara refleks dia mengatupkan kedua kakinya.

    “Dasar perawan..” kataku di dalam hati.

    Lalu perlahan kucoba merenggangkan kakinya. Terasa ada penolakan halus disana.

    “Ayo dong sayang, direngganging sedikit kakinya. Katanya pengen di entotin.”

    Dia nurut, perlahan dia mulai mengangkangkan kedua kakinya. Rudalku pun kembali mencari sasarannya. Mulai menempel di bibir vaginanya. Terasa hangat di situ.

    “Aduh Mas, aku deg-degan nich” “Udah kamu tenang aja dech!”

    Perlahan tanganku mencoba untuk membuka tabir itu. Kugunakan jemari tanganku untuk menguak vagina itu. Sedikit terbuka. Dan kucoba memasukkan penisku. “Bless!” Kepala rudalku mulai masuk, membuat Rirrie mengerang kesakitan, membuatnya sedikit tidak nyaman.

    “Aduh, Mas, sakit nich!” dia merintih.

    Kepalanya mendongak ke atas dengan mimik menahan rasa sakit. “Tahan sebentar ya sayang! Sakitnya paling cuma sebentar kok.” Kasihan juga sich melihat dia begitu. Tapi demi kenikmatan itu apa boleh buat.

    Namun saat kepala rudalku mulai menguak masuk vaginanya, terasa ada energi yang sangat kuat dari dalam vaginanya mencoba untuk menyedot penisku agar masuk ke dalam vagina itu. Sampai pinggulku tertarik maju membuat seluruh penisku melesak ke dalam lubang itu. “Sleep…”

    “Ah, Mas sakit nich!” “Tapi kok enak ya Mas?”

    “Makanya kalo pengen lebih enak jangan ribut terus!” kataku.

    “Enak tapi kok aneh ya Mas? Kayak ada yang ngganjel,” dia ngomong sekenanya.

    Aku pun tertawa.

    “Kamu santai aja dong, jangan tegang gitu.”

    Dia menuruti perintahku. Dan sensasi yang belum pernah kami rasakan mulai meresap di diri kami. Penisku rasanya seperti diremas-remas lembut sekali oleh suatu benda asing yang hangat dan basah tak dikenal, disedot-sedot oleh vaginanya.

    Duh.. nikmatnya luar biasa. Mataku sampai nanar menahan kenikmatan itu. Lembab namun terasa sangat nyaman. Mulai kugerakkan maju mundur pinggangku, kugenjot penisku perlahan dan kemudian sedikit demi sedikit kupercepat genjotanku, kadang-kadang kupelankan sambil kubenamkan sedalam- dalamnya ke lubang vaginanya sampai dia menjerit,

    “Mas.. Mas aduh yang ini sich enak banget.. tusuk lagi dong yang keras Mas!” Rirrie memohon.

    Langsung saja kuturuti permintaannya. penisku bergesekan dengan dinding vaginanya yang membuahkan kenikmatan tersendiri bagi kami. Mengakibatkan bunyi berdecak yang mengiringiku menuju sejuta kenikmatan.

    Tidak lama kemudian Ririe mendesah hebat sambil badannya bergerak ke sana-kemari, cepat sekali, badannya meliuk-liuk, tangannya meremas- remas sprei tempat tidur hingga acak-acakan. Agen Sbobet

    “Uuuhh.. enak sekali Mas.. pelanin dong nyodoknya,” rintih Rirrie. Kuturuti kemauanya.

    “Uh!” nikmat sekali rasanya.

    Kupompa perlahan-lahan sambil kunikmati kenikmatan yang menjalar ke seluruh tubuhku. Sebentar-sebentar dia menggoyangkan pinggulnya, seolah-olah ingin agar penisku juga merasakan kenikmatan itu. Kedua belah tanganku bergerak kesana kemari menjelajahi bagian belakang tubuhnya. Kujambak rambutnya dan kudongakkan kepalanya.

    Kubungkukan badanku lalu kuciumi punggungnya. Kujilati leher itu. Kutampar perlahan pantat Rirrie. Dia menjerit kecil. Tanganku pun mengarah ke depan menyambar payudaranya yang menggelantung tak berdaya.

    Manggut- manggut mengikuti gerakan badannya. Membuatku semakin horny. Payudaranya terasa lebih keras dari biasanya. Mungkin karena dia sedang dalam kondisi terangsang puncak.

    Kuremas-remas dengan kasar. Kupilin-pilin putingnya dan, “Plop…” ya ampun puting itu terlepas. Rambutnya yang panjang melambai-lambai mengikuti irama genjotanku. Matanya terlihat amat sayu dan sebentar- sebentar terpejam. Hingga akhirnya…

    “Adduuhh.. Rirrie tidak kuat lagi Mas..” “Rirrie pengen pipis..”

    “Masss.. aaakhh..”

    Kurasakan dia menekan vaginanya sedalam mungkin sambil menggoyang- goyangkan pinggulnya dan mengatupkan kedua kakinya yang membuat penisku semakin keras terjepit.

    Namun sungguh, tindakannya justru makin menambah nikmat gesekan yang kurasakan. Tubuhnya tersentak dan berdiri tegak membelakangiku. Kepalanya disandarkan di bahuku.

    “Masss.. enak sekalii.. Hmmm..”

    Lalu kulihat kepalanya mendongak ke atas dan kedua bola matanya membalik seperti orang kesurupan. Tangannya bergerak ke belakang memeluk tubuhku. Dan menekan kuat tubuhku seolah ingin menyatukan dengan tubuhnya.

    Intensitas denyutan vaginanya semakin tinggi dan kekuatan menyedotnya pun bertambah besar. Yang menyebabkan penisku terasa semakin tertarik di liang senggamanya. Kupercepat lagi genjotanku. Dan akhirnya…

    “Ohhh… aaakhhh.. ouch… Mas enak!”

    Teriakannya keluar seiring orgasme yang dicapainya. “Seerrr…” cairan bening pun keluar membasahi liang senggamanya. Banjir. Kurasakan suhu di sekitar situ bertambah panas. Sekian lama berlalu tapi Rirrie masih terus memejamkan matanya dan menekan kuat pinggulnya.

    Menggerak-gerakannya kekiri dan kekanan. Mencoba untuk menyerap segala kenikmatan yang baru pernah dirasakanya. Dia meracau tak karuan. Saat orgasme yang dialaminya berakhir, dia pun terkulai
    lemas.

    Menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan mata terpejam. Dalam posisi nungging. penisku terlepas dari vaginanya. Tubuhnya bermandikan keringat. Semakin menambah pesona kecantikan tubuhnya. Tak sengaja aku melihat daerah selangkangannya. Ternyata bentuk vaginanya bagus sekali.

    Vaginanya yang berwarna merah jambu nampak merekah sedikit monyong dan labia minora-nya nampak sedikit menjorok keluar. Mungkin karena tadi rudalku berkali-kali membombardir pertahanannya.

    Vagina itu berdenyut-denyut dan berkilat terkena cahaya. Sedikit darah keluar dari dalam vaginanya perlahan turun mengalir ke pahanya. Ternyata dia masih benar-benar perawan. Kubiarkan dia untuk mengatur detak jantungnya. Agar mampu menghimpun kembali energi yang secara mendadak dikeluarkannya. Sepertinya dia agak shock. Maklum, pengalaman pertama.

    “Mas… yang barusan itu enak sekali.” Dia berbisik sambil menatapku dengan senyum kecil di sudut bibirnya. Senyum penuh kepuasan.

    Lalu kurebahkan tubuhnya sehingga dia dalam posisi tengkurap tidur, aku pun merebahkan tubuhku menindih punggungnya. Tanganku bergerak kembali ke arah selangkangannya. Becek sekali di sana. Kucari kembali letak liang senggama itu.

    “Ayo sayang buka kembali surga kamu,” pintaku.

    Perlahan dia mengangkangkan kembali kedua kakinya. Dan kini giliranku untuk memetik kemenangan itu. Begitu melihat Rirrie membuka sedikit saja selangkangannya, semangatku langsung membara lagi. Kuambil ancang-ancang untuk memasukkan kembali penisku.

    Satu.. dua.. tiga.. dan, “Bleess…” dengan mudahnya penisku menembus vaginanya. Tanpa permisi dan karena sudah tidak sabar langsung kugenjot dengan kecepatan tinggi. Tak lama kemudia kurasakan seluruh urat nadiku menegang dan darah mengalir ke satu titik. Aku akan mencapai orgasme.

    “Rie, Mas mau keluar nich..” “Gantian Ya?”

    “Iya Mas, dienak-enakin lho!”

    Rirrie berkata sambil kembali mengatupkan kedua kakinya. Terasa dia sedikit mengejan untuk memberi kekuatan di daerah perutnya yang mengakibatkan otot-otot di sekitar vaginanya kembali mencengkeram kuat.

    Semakin kupacu genjotanku dan akhirnya pada saat akan terjadi titik kulminasi kuangkat tubuhku dan kutarik penisku keluar dari vaginanya dan langsung kubalikan tubuh Rirrie dan kuraih tangan kanannya lalu kusuruh dia mengocok penisku. Kutarik kepalanya mendekati penisku. Penisku seperti dipompa sampai bocor.

    Air maniku pun menyembur kencang dalam genggaman tangannya. Mengenai wajahnya. Aku melenguh. Kulihat air maniku menetes di sprei tempat tidur.

    Air maniku sepertinya tidak mau berhenti. Tanganya yang lembut terus mengurut penisku dengan cepat, mengusap-usap kepala rudalku dengan ibu jarinya. Sampai air mani terakhir menetes di tangannya. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Sampai terasa ke tulang sumsum.

    “Enak Mas?” tanya Rirrie. Aku mengangguk.

    “Belum pernah aku merasakan yang se.pertii.. ini,” jawabku terbata- bata.

    Aku merasa tubuhku lelah sekali. Lemas tak berdaya. Rirrie mendekatkan wajahnya ke rudalku, dan dengan sangat-sangat lembut dikecupnya kepala rudalku berkali-kali sambil berkata, “Kamu benda kecil tapi bisa bikin orang gede kepayahan.”

    Aku tersenyum mendengar ucapannya. Rirrie memandangku dengan mesra sambil menebarkan senyum penuh pesona. Aku langsung roboh di atas tubuhnya. Menindih tubuhnya. Kugigit perlahan lehernya.

    Kujilat dagunya. Kukecup lembut bibirnya. Rirrie memeluk aku sambil mengecup lembut pundakku.

    “Mas kapan-kapan kita ngewek lagi ya Mas?” pintanya.

    “Iya sayang. Suatu saat kita bakal ngewe lagi.. Kita cari gaya yang lainnya,” jawabku perlahan.

    “Sekarang Mas pengen bobo dulu. Mas kecapean nich,” aku memohon. “Iya dech Mas,” balasnya.

    “Mas.. Rirrie tambah sayang dech sama Mas.”

    Dan aku pun mendapatkan ciuman paling hangat di bibir dalam sejarahku bersamanya. Lalu tangannya turun ke bawah memegang penisku yang sudah lembek dan meremas-remasnya dengan lembut sampai dia terlelap.

    Kemudian kupeluk tubuhnya, kukecup keningnya lembut dengan berjuta perasaan yang ada. Dengan sisa kekuatan yang ada, kuangkat badanku dan balik posisi badanku hingga kepalaku berada di antara selangkangannya. Kukecup lembut vagina itu.

    Kujilat sedikit lendir yang membasahinya. Kunikmati sebentar pesona vaginanya dengan mulutku. Lalu akupun memejamkan mata. Kami pun tertidur meninggalkan senyum kepuasan di bibir kami.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.