Author: perawanku

  • Cerita Sex Nikmatnya Sekolah Seks

    Cerita Sex Nikmatnya Sekolah Seks


    1329 views

    Perawanku – ” Ya…Masukkkk….!! ” Pak Dion tersenyum – senyum ketika pintu kantornya diketuk pada siang hari dimana para murid sudah berhamburan pulang, senyumannya tambah lebar mirip senyuman srigala buas yang kelaparan.

    Dua orang muridnya yang cantik datang menyerahkan diri, cukup lama Pak Dion mengintai mangsanya dan akhirnya kerja kerasnya berhasil dengan gemilang, bayangkan betapa berat ia mencurahkan seluruh pikiran dan tenaganya siang dan malam demi dapat menikmati santapannya yang lezat dan nikmat.

    Pak Dion tidak pernah merasa memaksa mereka, ia memberikan dua pilihan sebagai bentuk “demokrasi” ciptaannya, serahkan keperawanan kalian atau rekaman kalian akan segera beredar luas. Pak Dion mengunci pintu kantornya, kemudian segera menarik pergelangan tangan kedua gadis itu, dengan santai ia menyuruh keduanya agar duduk di atas meja, sedangkan ia sendiri duduk di atas kursi empuknya tepat di hadapan mereka. Anita dan Veily saling memandang kemudian tertunduk lesu tanpa daya.

    “Kalian kenapa sichhh….??? Koq lemas gitu, padahalkan kalian ini biasanya hot banget……, sampe ngecrot barengan..He he he” Pak Dion terkekeh-kekeh, tangannya menyibakkan rok seragam Veily.
    “Ehhhh….!! ” Pak Dion merasa tersinggung ketika Veily menepiskan tangannya, senyuman mesum mendadak hilang dari wajahnya, sambil menggeram ia bangkit dari kursinya dan
    ”Plakkkkkk!!! “
    “Dengar baik-baik, bapak bisa melakukannya dengan kasar kalau kalian terus seperti ini, dasar murid tidak tahu diuntung, disuruh belajar yang enak-enak malah ngak mau, jarang bapak memberikan kesempatan seperti ini…!!”
    “Jangan pakkk, jangan, tolong….jangan” Anita menahan tangan pak Dion yang melayang hendak kembali menampar wajah Veily.  Agen Obat Kuat Pasutri
    “Hmmmmmhhh…….” Pak Dion mencoba meredakan emosinya.
    “Baiklah, nama kamu Anita ya ??” Pak Dion membelai kepala gadis itu, Anita mengangguk kecil.

    “Sekarang coba kamu ciuman dengan Veily, Bapak pengen lihat langsung, pengen nonton lesbian live show, hehehe….”

    Anita menekan perasaannya, kemudian bibirnya mengejar bibir Veily, nafas Veily memburu antara marah dan nafsu yang perlahan-lahan mulai menggoyahkan, menghancurkan rasa marah dan kebencian dihatinya. Sang nafsu mengupas kemudian membasuh rasa marah di hati Veily, perlahan-lahan sang nafsu melemparkan jauh-jauh rasa risih yang mengganjal di dalam hati kedua pasangan lesbi itu, Pak Dion tersenyum kemudian duduk kembali di atas kursinya, berkali-kali kepala sekolah bejat itu menelan ludah ketika menyaksikan Anita dan Veily saling melumat dengan mesra

    “Ckkk Ckkkk.. Ckkkkk…..” suara bibir kedua muridnya yang cantik terdengar saling berdecakan ketika mereka saling melumat dan mengulum.
    Veily merapatkan kedua kakinya ketika merasakan rok seragamnya disibakkan ke atas oleh Pak Dion, pria itu tersenyum sambil menyibakkan rok seragam Anita.

    “Ha Ha Ha.., wahh,!!, Ck ck Ck ” Pak Dion berdecak kagum sambil menatap tajam dua pasang paha kedua muridnya yang putih dan mulus, tangan kirinya bermain dipermukaan paha Anita sedangkan tangan kanannya bermain di permukaan paha Veily. Posisi kedua kaki yang merapat itulah yang sengaja dimanfaatkan oleh Pak Dion untuk meloloskan celana dalam kedua muridnya.
    Tangan Pak Dion memaksa kedua paha Veily untuk mengangkang, ia menatap wajah Veily dengan tatapan sinisnya, kepala sekolah bejat itu merasa di atas angin karena Veily hanya terdiam pasrah tanpa daya, menatapnya dengan tatapan putus asa.

    “Awwww…..!! ” Veily memiawik kaget ketika jari tangan Pak Dion mengusap selangkangannya yang mengangkang, tubuhnya tersentak seperti tersengat listrik merasakan usapan kurang ajar itu.
    Wajah Veily merah padam, baru pertama kali ini selangkangannya dielus oleh jari tangan laki-laki, bahkan kini jari-jari itu mulai menghampiri selangkangannya kembali, nafas Veily semakin berat, berkali-kali Veily merasakan tubuhnya menggigil , dan merinding hebat.

    “Nah Veily, coba sekarang kamu buka bajunya Anita…” Pak Dion memerintahkan Veily, perlahan-lahan ia melaksanakan perintah Pak Dion, tangannya mulai melepaskan kancing baju seragam Anita kemudian menarik lepas baju seragam temannya.

    “Sekarang buka BH-nya….” Pak Dion memberikan instruksi lebih lanjut dan Veily melaksanakan instruksi Pak Dion, Anita merapatkan kedua kakinya sambil menyilangkan tangankirinya di depan dada berusaha menyembunyikan buah dadanya yang terekspose dengan bebas, sedangkan telapak tangannya yang satunya lagi berusaha menutupi wilayah intimnya.”bagus.., bagus.. Ha Ha Ha” Pak Dion tertawa senang.

    “Nah, Sekarang giliran Anita….., Buka baju ama BH-nya Veily…” Pak Dion meleletkan lidahnya ketika Anita mulai melaksanakan instruksinya.
    “Luar biasa….!!” mata Pak Dion berbinar-binar menatap keindahan tubuh Veily dan Anita.

    Tangan Pak Dion mencekal pergelangan tangan Veily dan Anita kemudian menyuruh mereka untuk berlutut di sisi kanan dan kirinya.

    Cerita Sex Nikmatnya Sekolah Seks

    Cerita Sex Nikmatnya Sekolah Seks

    “Oke.., sekarang biar bapak ajarkan, mata pelajaran pertama yang sangat penting bagi kalian berdua, yaitu belajar menservice penis laki-laki, ” Pak Dion cengengesan dengan wajahnya yang menyebalkan.

    “Seperti biasa dan pada umumnya sebelum belajar kita harus membuka buku terlebih dahulu, sebab bagaimana kita mau belajar kalau bukunya tidak kita buka, iya tohh…, nah, karena ini tentang penis, maka bapak sarankan kalian mulai membuka celana bapak… ayooo tunggu apa lagi sih!!! “Pak Dion membentak karena Anita dan Veily tidak menyimak pelajaran darinya.

    Mereka saling berpandangan kemudian perlahan-lahan mereka mulai membagi tugas, Veily membuka ikat pinggang Pak Dion sedangkan Anita menarik resleting celananya “Srerrtttt…..!! ” , bersamaan mereka menarik celana panjang Pak Dion sampai terlepas, kini hanya celana dalam itu sajalah yang menutupi selangkangan Pak Dion.

    Veily dan Anita memalingkan wajah mereka ketika Pak Dion meraih sesuatu dari balik celana dalamnya. “Sekarang kita mulai pelajaran kedua dengan topik, tanpa keberanian maka semuanya sia-sia, oleh karena itu dalam pelajaran kedua ini kalian harus berani mempergunakan mata kalian, coba lihat benda Bapak yang hebat ini HE HE HE”

    “Ayo Anita jangan malu gitu dong ahh, harus berani kaya Veily…” Pak Dion membujuk Anita agar mau menatap batang kemaluannya.

    “Ihhhh…gede amat….” Anita tanpa sadar mengungkapkan isihatinya.

    “Nah sekarang , selain sebagai alat perasa lidah juga mempunyai fungsi lain, demikian pula dengan fungsi mulut kalian selain untuk makan tentu ada gunanya….juga dalam pelajaran yang satu ini,, julurkan lidah kalian…” Pak Dion tersenyum sambil menekankan kepala Veily dan Anita kearah batang kemaluannya.
    “Nahhh…, Ayo belajar baik-baik, dijilat, dihisap…, diciumin….” Pak Dion menyandarkan punggunya bersandar pada kursi empuknya. Sesekali terdengar suara Anita dan Veily yang terbatuk-batuk, mereka belum terbiasa menghirup aroma kemaluan pria yang menyengat.

    “Bagus, cukup pandai.., ” Pak Dion mengelus-ngelus kepala Veily dan Anita, bergantian mereka mengecup-ngecupi buah zakar Pak Dion, lidah mereka terjulur-julur keluar menjilati permukaan batang kemaluan Pak Dion yang berwarna hitam kecoklatan.

    “Nahh, ini juga dicobain.., kamu pasti suka…” Pak Dion menekan kepala Anita sambil menjejalkan kepala kemaluannya, sementara Veily menatap Anita yang sedang menghisap-hisap kepala kemaluan Pak Dion, mulut Anita bedecakan ketika melumat-lumat puncak kepala kemaluan Pak Dion, sementara kedua tangan Anita menggenggam penis Pak Dion yang besar.
    “Anitaaaaa, jangan serakah gitu dong, ayo biar sekarang Veily yang nyicipin ****** Bapak…..”

    Anita melepaskan kemaluan Pak dion kemudian menyodorkannya pada Veily, sebentar Veily menatap kepala kemaluan Pak Dion sebentar kemudian menolehkan wajahnya menatap Anita seolah-olah bertanya seperti apa rasanya. Anita menganggukkan kepalanya seolah meyakinkan Veily kalau mainan baru yang satu ini ternyata sangat mengasikkan. Perlahan lidah Veily terjulur keluar dan memijati kepala kemaluan Pak Dion sebelum memasukkannya ke mulut, Hmmmmm ternyata seperti inilah rasanya kepala penis laki-laki, asin, kenyal,dan gurih. Bergantian Anita dan Veily menservice kemaluan Pak Dion, mulai dari buah zakar, batang kemaluan dan juga kepala kemaluan Pak Dion.

    Pak Dion menarik tubuh Anita kemudian membaringkannya kembali di atas meja, tangannya mendekap pinggul Anita dan menggusup pinggul gadis itu sampai posisi vagina gadis itu pas untuk disodok oleh batang kemaluannya, kepala sekolah bejat itu kemudian sibuk berusaha melakukan penetrasi pada lubang vagina Anita yang masih rapat.

    “Aaaakkhhh……!! ” Anita membeliakkan matanya ketika merasakan batang kemaluan Pak Dion mulai terbenam, membelah jepitan vaginanya dengan perlahan-lahan.

    “Arhhhhh………, Owwwww….. Hkk Hkkkk” Anita menolehkan kepalanya kesamping ketika merasakan seseorang menggenggam lembut tangannya.
    “Veilyyyyy….,Ahhhh.., “Anita memiawik sambil menggenggam erat tangan Veily ketika merasakan kepala kemaluan Pak Dion merobek-robek selaput perawannya, Veily membelai-belai kepala Anita, berusaha menenangkan Anita yang sedang diperawani oleh Pak Dion.

    Pak Dion terkekeh-kekeh sambil semakin dalam membenamkan batang kemaluannya sampai mentok kemudian ditariknya perlahan-lahan kemudian disodokkannya masuk sekaligus kedalam jepitan vagina Anita.
    “Pelan-pelan Pakkk, ” Veily memohon memelas pada Pak Dion, agar Pak Dion menyetubuhi Anita dengan lebih lembut.

    “Boleh, tentu boleh…!! Tapi… syaratnya kamu juga harus ikut ngegarap Anita…., kalo nggak Bapak sodok dia kayak gini !! Hihhhhh…..!! ” Pak Dion menggenjot vagina Anita dengan kasar sampai Anita memiawik – mekik kesakitan.
    “Jangan…!!, Jangannnn Pakkkk!!, Saya lakukan…..” Tangan Veily menahan gerakan pinggul Pak Dion yang sedang menggenjot-genjot vagina Anita.
    Pak Dion tersenyum-senyum ketika Veily mulai duduk di pinggiran meja menghadap ke Anita yang terlentang pasrah, tangan Veily mengelus-ngelus payudara Anita, diusapnya payudara Anita sampai gadis itu menggeliatkan tubuhnya karena kegelian.

    “Veil…” gadis itu merintih lirih ketika merasakan remasan-remasan lembut pada gundukan buah dadanya,

    ”Ahhhh…………… ” Anita mendesah ketika merasakan tangan Veily mencubit putting susunya kemudian mulai menarik-nariknya dengan lembut, sementara Pak Dion mulai mengayunkan batang kemaluannya dengan lembut. Ditekankannya batang kemaluannya yang besar dan panjang itu dalam dalam kemudian perlahan-lahan kembali ditariknya sampai sebatas leher penis kemudian ia kembali menekankan batang kemaluannya dalam-dalam sampai mentok.

    “Ahhh…, Ahhhhhhh, Veily” Anita merintih sambil mendekap kepala Veily yang sedang mencumbui puncak payudaranya.

    Mulut Veily mengecupi buntalan payudara Anita yang padat dan kenyal, lidahnya terjulur keluar menjalari permukaan payudaranya kemudian menjilati puttingnya sebelum melumat dan mengenyot-ngenyot puncak payudara Anita dengan kuat. Serangan Veily di buah dadanya dan juga genjotan-genjotan lembut Pak Dion akhirnya meruntuhkan dinding pertahanan Anita, dinding itu jebol ketika denyutan-denyutan kenikmatan menerjang tanpa ampun.

    “Ahhh… Crrr Crrrrr.. Crrrr…..” Anita memejamkan matanya, Veily agak tercekat ketika menatap Anita, bibirnya agak terbuka sambil mendesis pelan “Ohhhhhhh, nikmatnya……….”

    Anita tidak lagi merintih kesakitan ketika Pak Dion mulai melakukan genjotan-genjotan yang agak kuat dan kencang, “Crepppp… Crepppp… Creppppp…” Benda besar dan panjang itu keluar masuk membelah vagina Anita
    “Ahhhh Ahhhh Ahhhhh Awwwww….” Anita memiawik – mekik kecil keenakan, tusukan-tusukan pak Dion terasa semakin nikmat, terkadang ia menjerit keras dengan liarnya.

    “Anitaa ??!! ” Veily tercengang , Anita yang ia kenal tidak seperti ini, Ohh, kenapa ? apakah tusukan-tusukan batang kemaluan Pak Dion yang membuat Anita berubah menjadi liar seperti ini ???

    “Ennnhh Ennnnh Ennnhh… Aaaaaaa” Anita semakin keras merengek ketika Pak Dion semakin kuat menggenjot-genjotkan penisnya.

    “Arhhhhh….!! “Anita mengerang keras ketika penis Pak Dion mengaduk-ngaduk vaginanya, pria itu tampak semakin bernafsu menyodok-nyodokkan batang kemaluannya.

    “Oahhhhhhh…., Hshhhhhhhh……Hshhhhhh” Anita mendesis-desis, sungguh sulit menahan nikmatnya sodokan-sodokan penis Pak Dion yang membuat Anita berkali-kali terperanjat seperti terkena sengatan listrik tegangan tinggi, dan pada sentakan terakhir ia memiawik kecil

    “Ahhhhh…, Pak Dionnnn, Crrr Crrrrr…….” tubuh Anita mengejang beberapa detik sebelum akhirnya terkulai dengan lemas, Pak Dion menghela nafas panjang sambil meremas-remas buah dadanya, kepala sekolah bejat itu menarik batang kemaluannya dari dalam jepitan vagina Anita. “Plophhhh”
    “Veily.., sekarang giliran kamu he he he” Pak Dion memerintahkan Veily agar duduk di atas kursi empuknya.

    “Ayooo…, ngak apa-apa koqq…” Pak Dion membimbing Veily dengan paksaan, dibukanya kedua lutut Veily agar mengangkang ke samping, gadis itu berusaha mengumpulkan keberaniannya ketika kepala Pak Dion menunduk dan mendekati wilayah intimnya, Veily merasa risih ketika merasakan hembusan-hembusan nafas pak Dion yang memburu menerpa permukaan vaginanya.
    “AHHHHH…!! ” Veily tersentak ketika merasakan sebuah jilatan dibibir vaginanya, tubuhnya menggigil hebat ketika merasakan ulasan-ulasan lidah Pak Dion menjilati dan mengorek-ngorek belahan vaginanya.

    “Slllcckkkk….Sllllcccckkkkk… Slllccckkkkk!! “
    “Ennnhhhhhh……” Tubuh Veily kelojotan ketika mulut Pak Dion tiba-tiba mengenyot-ngenyot bibir vaginanya “Uhhhhh!! Crrrr Crrrr Crrrrr” Cairan kenikmatan itu berdenyut berkali-kali dan semuanya habis dikenyot dan ditelan oleh Pak Dion.

    “He he he…, Nyamm, Gurih…, Ehmmm” Pak Dion mengangkat kepalanya ,
    Veily terdiam dengan wajah merah padam, ketika si kepala sekolah bejat itu berhasil membuatnya mencapai puncak klimaks.

    Veily menolehkan kepalanya ke kiri ketika Pak Dion mulai mengarahkan batang kemaluannya pada bibir vaginanya, Veily merintih ketika merasakan gesekan-gesekan kepala kemaluan Pak Dion yang menggeseki belahan vaginanya.

    “AHHHHH………!! ” gadis itu memejamkan matanya rapat-rapat ketika merasakan belahan vaginanya dipaksa melar pada saat kepala kemaluan Pak Dion mulai melakukan penetrasi, tubuhnya melenting kemudian terhempas begitu saja.

    “Hsssshhhhh…… Awwww…..!! “Veily menatap Wajah Pak Dion sambil berusaha menahan gerakan pinggul Pak Dion, Pak Dion tertawa senang sambil menikmati jepitan vagina Veily pada leher penisnya.

    “Uuuuhhhh……” bibir Veily meruncing ketika merasakan penis Pak Dion mulai menekan untuk masuk lebih dalam, Veily menggeliat-geliat resah, bibirnya terus mendesis-desis tanpa henti.
    “Awwww…., Aduhhhhh……” Veily mengernyit kesakitan ketika kepala kemaluan Pak Dion bersuka ria merobek-robek selaput daranya,

    Sambil meremas induk payudara Veily, Pak Dion menyentakkan batang kemaluan kuat-kuat.”Owwwww……!! “Veily terkulai lemas di atas kursi empuk dengan sebatang penis Pak Dion yang besar dan panjang tertancap dalam-dalam di lubang vaginanya. Air mata meleleh dari sudut matanya, gadis itu terisak menangis sambil menatap wajah Pak Dion, betapa menyebalkannya wajah pria itu, dasar bajingan!! keparat!!

    Veily mengumpat dalam hati.
    Pak Dion menarik penisnya perlahan-lahan kemudian kembali disodokkannya sekaligus, bibir vagina Veily sampai terlipat kedalam ketika batang kemaluan yang besar dan panjang itu menyodok masuk dengan paksa.
    “Hemmmppphhh…..” Veily bertahan agar dirinya tidak berteriak, ia tidak ingin si keparat ini terkekeh senang mendengarnya memiawik-mekik tanpa daya dalam genjotan-genjotan batang kemaluannya.

    Pak Dion menggeram kemudian semakin kasar dan liar menarik dan membenamkan batang kemaluannya, begitu kasar, liar dan brutal,
    “Clepp.. Cleppp Cleppp….”

    “Oawwwww….!! Ampunnn… Pakkkk!! Ampunnnn Ohhhhh” Veily tidak sanggup lagi menahan genjotan-genjotan kasar Pak Dion, Pak Dion malah semakin mempercepat genjotannya, sambil sesekali tertawa senang mendengarkan jeritan-jeritan kecil Veily.

    “HHhhsshhh…..” Veily berusaha mengambil nafas sebanyak mungkin ketika Pak Dion membenamkan batang kemaluannya dalam-dalam dan berhenti bergerak, kedua tangan Pak Dion meremasi induk payudara Veily yang sudah basah oleh lelehan cairan keringat, dijepitnya putting susu gadis itu kemudian dipilin-pilinnya putingnya yang sudah meruncing keras. Pak Dion mencekal tungkai lutut Veily sebelah bawah dan mendorong sambil mengangkangkan kedua kaki gadis itu. Posisi kaki Veily mirip huruf “M” yang sangat indah. Veily meringis ketika Pak Dion menarik kembali batang kemaluannya, gadis itu tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

    “Ahhh, AHHHH, Owwww…! Owwwww!” Tubuh Veily tersentak-sentak dengan kuat ketika Pak Dion kembali menggenjot-genjot kasar lubang vagina Veily yang seret dan sempit.

    “Ahhhh, kenapa ini ??, Ohh, Ampun, enak bangetttt…..” Veily membatin ketika merasakan genjotan-genjotan Pak Dion yang kasar dan brutal terasa semakin enak. Apa ini yang dirasakan oleh Anita, Hmm, pantesan Anita malah mendesah-desah keenakan ketika digenjot-genjot oleh batang kemaluan Pak Dion.

    “Ahhhh… Pak Dionnnn, Ahhhhhh….” Veily menatap sayu wajah Pak Dion, menatap laki-laki gemuk itu mengayunkan batang kemaluannya yang besar dan panjang.

    “He He He, Gimana pelajaran khusus dari bapak ?? rasanya enak bukan ?? Kamu harus bersyukur dan berterimakasih sama Bapak, nggak semua murid perempuan mendapatkan kesempatan emas ini !!!, Cuma yang cantik-cantik aja, HA HA HA HA” Pak Dion mencekal pinggang Veily kuat-kuat kemudian menghentak-hentakkan batang kemaluannya dengan liar dan brutal sampai Veily melolong panjang “Owwwwww…………hhhhhh”

    “Hemmmmmffffff… Ucchhhhh….?” Veily mendesah-desah ketika tiba-tiba lubang vaginanya berkedut-kedut dengan nikmat, ada sesuatu yang keluar tanpa dapat ditahan atau dicegah, semuanya terjadi begitu saja, begitu lega, nyaman, kenikmatan itu membuat Veily merinding.”OHHH…, nikmat banget sichhh……” tanpa sadar Veily mendesis lirih.

    Pak Dion meraih pundak Veily kemudian menarik tubuh gadis itu ke arahnya sambil melakukan kocokan-kocokan lembut. Kepala sekolah bejat itu menciumi bibir Veily yang terus mendesah-desah, sesekali dilumatnya bibir gadis itu.

    “ckkkk… Ckkkk… Cllllkkkkk, Ohhh,, Hsshhh Ahhh Ckkkk..”

    Suara decakan-decakan itu bercampur dengan desahan dan rintihan Veily yang semakin manja dan menggairahkan.Pak Dion menolehkan kepalanya pada Anita yang sedang duduk di pinggiran meja sambil menonton perbuatan mesum antara Pak Dion dan Veily.

    “Anita sini…” Pak Dion memanggil Anita, perlahan-lahan Anita mendekati pak Dion.

    Kepala sekolah bejat itu menarik pergelangan tangan Anita agar gadis itu ikut berlutut disamping tubuhnya yang gembrot, dengan santai lengan Pak Dion melingkari pinggang Anita, setelah mengecup pipi Anita, Pak Dion kembali menggenjotkan batang kemaluannya menerjang lubang vagina Veily. Veily menatap Anita dengan tatapan matanya yang sayu, berkali-kali bibirnya mendesah-desah lembut, terkadang mengerang lirih, nafas Anita semakin memburu, gadis itu menundukkan tubuhnya dan mengalungkan kedua tangannya pada leher Veily. Dengan lembut Anita melumat bibir Veily.

    “Ha Ha HA…, Bagus, Bagus….! ” Pak Dion tertawa senang, sambil menatap kedua muridnya yang lesbi saling berpelukan dan berciuman dengan mesra, kepala sekolah bejat itu menatap pantat Anita yang agak menungging di sisinya, sambil mengocok vagina Veily Pak Dion mencari cari kelentit Anita.

    “Offffffhhh…, Ahhhh, Ahhhh Ckk Ckkk….” Anita mendesah-desah ketika merasakan kelentitnya diurut-urut oleh Pak Dion, sementara Veily mendesah resah karena lubang vaginanya terus digenjoti oleh si keparat Dion.

    “Ahhhh Ahhhhh… Pak Dionnn…..”
    “Aduhhh… duhhhh Ahhhhhh… Awwww”

    Rintihan-rintihan kedua murid yang cantik itu terkadang disela oleh suara tawa pak Dion yang terkekeh-kekeh keenakan, erangan dan desahan-desahan manja semakin sering terdengar dari bibir mereka.

    “Aaaaa…. Hemmmm CRRTTT CRRRRTTT”
    “Aduhhhh… AAAAAAA…. Crrr Crrrrr…….”

    Pak Dion semakin pede ketika berhasil merobohkan kedua muridnya yang cantik sekaligus. Ia lalu mencabut batang kemaluannya.

    “Ehmmm, He he he…..kalian haus??” Pak Dion bertanya pada kedua muridnya, Anita dan Veily menganggukkan kepala sambil menatap dengan pandangan memohon.

    “Ayo kalian bersujud di depan ****** Bapak….” tangan kanan Pak Dion berkacak pinggang sedang kan tangan kirinya memegang sebotol teh botol yang sudah dibuka, perlahan-lahan Anita dan Veily berlutut di hadapan penis Pak Dion.

    “Kalian boleh minum tapi harus lewat ****** Bapak, ya itung-itung ngerasain teh botol rasa baru,” Pak Dion memiringkan teh botol ditangannya tepat pada Batang Penisnya yang sengaja diarahkan pada wajah kedua muridnya yang cantik.

    Anita dan Veily terdiam sambil menatap sedikit air teh yang mengucur di ujung kemaluan Pak Dion, antara rasa haus dan harga diri, itulah yang harus dipilih oleh mereka.

    “Gluk… Ceglukk…” berkali-kali Veily dan Anita menelan ludah berusaha membasahi kerongkongan mereka yang terasa kering dan panas sedangkan sedikit air teh yang mengucur di ujung penis Pak Dion begitu menggoda mereka.
    “Slccckkk… Slllccckkkk,, Glekkk,,, Srrrrrrpppp… Srrrpppp” Veily langsung menyeruput air teh yang mengucur di ujung penis Pak Dion, untuk mengghilangkan rasa dahaga yang menyiksanya.

    “HA HA HA HA HA HA…..” Pak Dion tertawa senang, suara tawanya semakin keras ketika Anita mengikuti jejak Veily.

    “Buka mulut kalian lebar-lebar….” Pak Dion memerintahkan agar Veily dan Anita membuka mulut mereka, ia mengarahkan kepala kemaluannya pada mulut Anita yang ternganga, kemudian menuangkan air teh melalui batang kemaluannya

    “Cerrrrrrr………” terdengar suara air teh yang sedang mengisi rongga mulut Anita, selesai mengisi mulut Anita, Pak Dion mengarah kepala kemaluannya untuk mengisi rongga mulut Veily.

    “Glukkk… Glukk”
    “Ceglukk…. Gluk”

    Anita dan Veily yang kehausan menelan air teh di rongga mulut mereka, pak Dion berulang kali mengisi mulut kedua muridnya yang terus menganga kehausan.

    “Nahhh, gimana rasanya ?? teh botol rasa ****** , HA HA HA” Pak Dion tertawa terbahak-bahak, ada sensasi tersendiri ketika melecehkan kedua muridnya yang cantik.

    Pak Dion mencekal pergelangan tangan kedua muridnya dan menarik mereka berdua berdiri, “Nahhhh , kalian sudah belajar dient*t dan terus terang, Bapak sangat salut pada kalian berdua, memiaw kalian rasanya enakk banget…, seret, peret pisannn…, top abis dahhhh….!! TWO THUMB UP BUAT memiaw KALIAN !! ” (Hemmmmm??? Waduh….kayaknya istilahnya familiar amat ^^ )

    “Setelah pelajaran dient*t, kurang sreg rasanya jika kalian tidak belajar untuk melakukan pembalasan…., nah ini dia pelajaran selanjutnya, kalianlah yang harus belajar ngent*tin Bapak…. He he he…..” Pak Dion menarik Veily dan Anita ke arah kursi sofa panjang di ruangan kepala sekolah yang biasanya dipakai untuk menjamu tamu.

    Tubuh Pak Dion duduk santai di atas kursi sofa, Veily dan Anita saling berpandangan. Harap-harap cemas, berharap untuk kembali menggapai puncak kenikmatan namun cemas menghadapi sodokan-sodokan maut pak Dion.

    “Nah, Anita…, Coba kamu naik kemari,”
    Anita menaiki tubuh Pak Dion, kedua tangannya berpegangan pada bahu pak Dion untuk menjaga keseimbangan tubuhnya, Posisi Anita Mirip seperti Orang yang sedang berjongkok untuk buang air kecil.

    “Oke, sekarang kamu dudukin kepala ****** Bapak Pakai memiaw Kamu…, Ayooo…, jangan ragu-ragu….”Pak Dion membantu dengan menarik pinggang Anita untuk turun.

    “Sllllleeeeeppppphhhhh ” Perlahan-lahan kepala kemaluan Pak Dion kembali membelah vagina Anita. “Aaakkhhh….” kepala Anita terangkat keatas sambil mendesah panjang merasakan batang kemaluan Pak Dion kembali tertancap di lubang vaginanya, Anita berusaha menekankan vaginanya ke bawah, lelehan keringat kembali bercucuran membasahi tubuh gadis itu.

    “Sekarang kamu ayun-ayunkan pinggul kamu… Ayoo…” Pak Dion menanti aksi Anita selanjutnya, sambil menggigit bibir Anita mulai bergerak mengayun-ngayunkan pinggulnya.

    “Lebih cepat !!.. Lebihhh kuatttt….!! ” Pak Dion menyemangati Anita agar lebih aktif lagi melakukan Pr-nya.

    “Ayoo,,, terusss,,!! perkosa Bapak, Anita…,!!” Pak Dion membantu Anita dengan menarik-narik pinggulnya untuk turun dengan lebih cepat dan kuat.
    “Pakkk… Dionnnn!! Enakkkk…, Pakkkkkk….” Anita menjerit liar, sambil menghempas-hempaskan pinggulnya dengan lebih cepat.

    Payudara Anita yang membuntal padat bergerak-gerak dengan indah di dadanya, Pak Dion Langsung mencaplokinya bergantian dari yang kiri dan yang kanan.

    “Utsssss….!! Crr Crrr Crrrr…..” gerakan Anita tiba-tiba terhenti, tubuhnya mengejang , Anita merintih lirih dan terkulai lemas dalam dekapan Pak Dion.
    Pak Dion mendorong tubuh Anita kesamping kanan, gadis itu bersandar lemas dengan posisi kedua kakinya sedikit mengangkang.

    “Ayo.., Veily sekarang kamu yang berlatih….”

    Pak Dion terkekeh-kekeh sambil membantu memegangi pinggang Veily yang berusaha menaiki tubuh Pak Dion yang gembrot.

    Nafas Veily memburu kencang ketika merasakan kepala kemaluan Pak Dion yang tidak tahu malu itu kembali menerobos Belahan Vagina gadis itu.

    “Ahhhh…. Hsssshhhhhhh…..” Veily mendesis, tubuhnya melenting ke belakang sehingga buah dadanya semakin menonjol, sebuah kesalahan fatal karena Pak Dion justru memanfaatkan moment tersebut untuk mencaploknya, rakus sekali pria itu melumat-lumat payudara Veily yang segar sampai itu sepuas-puasnya.
    “Nahhh, ayoo, mulai berlatih…!! ” Pak Dion sudah tidak sabaran ingin mewariskan pelajaran penting untuk Veily.

    “Susah Pakkk, susahhhhh…..” Veily tampak kesulitan

    “Makanya jangan terlalu tegang begitu santai saja…. Ayo coba lagi…Bapak yakin kamu bisa melakukannya !! “
    “Hsssshhh… Ahhhhh Haaaaasssshhhh….” Veily mulai dapat melakukan tugasnya dengan baik, bahkan lebih pandai dari Anita karena Veily tampak lihai menggoyang-goyangkan pinggulnya seperti orang main hulahop.
    “Wahhhhh…, rupanya kamu punya bakat terpendam!! ” Pak Dion tersenyum sambil meremas buah dada Veily.

    “Ahh Ahhh Ahhh….” Veily mulai belajar untuk menghempas-hempaskan pinggulnya, gadis itu menjerit-jerit liar sambil merengek-rengek manja
    “Wahhh…, kamu nangtang Bapak rupanya..,,, Baik bapak layani…!!” Pak Dion menyodokkan batang kemaluannya ke atas ketika Veily menghempas-hempaskan vaginanya kebawah.

    “Ohhhh…., Pakkkk!!, Lebih kerassss….!! Ahhhhh terusss Pakkk…” Veily sudah kehilangan jati dirinya, yang ada hanyalah kenikmatan demi kenikmatan yang terasa ketika vaginanya disodok-sodok oleh batang kemaluan Pak Dion.
    “AHHHHH……!! Crrr Crrrr” Veily mengalungkan kedua tangannya pada leher Pak Dion sambil menghempaskan vaginanya kebawah kuat-kuat, nafasnya tersendat-sendat ketika cairan-cairan kenikmatan itu berdenyut keluar.

    Veily menolehkan kepalanya ke belakang ketika merasakan pinggulnya di dorong ke samping oleh seseorang, rupanya Anita ingin melanjutkan permainan barunya. Veily sedang asik-asiknya menonton Anita yang sedang menghempas-hempaskan pinggulnya dengan liar ketika terdengar bunyi

    “Cklekkk…..!!”
    “Owww….!! ” Veily dan Anita berseru terkejut ketika seseorang menerobos masuk diikuti beberapa orang guru di sekolah itu.
    “Ohhhh…, Pak Agunggg….!! Silahkan….” Pak Dion mempersilahkan Pak Agung untuk masuk.

    “Wahhhh…, lagi asik rupanya, Maaf nih saya jadi menggangu Pak Dion ” Pak Agung menutup kembali pintu ruangan itu.

    “Ohhh, Tidak apa…, saya justru senang Pak Agung mau ikut bergabung, dan memberikan informasi penting tentang korban kita berikutnya… he he he” Pak Dion terkekeh-kekeh sambil meremas-remas buah pantat Anita.

    Tampaknya akan segera terjadi pertempuran tidak seimbang, antara Anita dan Veily melawan Pak Dion cs. Setelah mengunci pintu Pak Dede, Pak Ahmad, Pak Djono dan Pak Agung mulai melepaskan pakaian mereka masing-masing, Empat batang kemaluan teracung-acung mendekati mangsa mereka.

    Pak Djono menggesek-gesekkan kepala penisnya pada belahan pantat Anita yang halus lembut. Pak Dion terkekeh – kekeh sambil mendekap punggung Anita kuat-kuat agar posisi Anita lebih menungging. Pak Djono menekankan kepala kemaluannya kuat-kuat pada lubang anus Anita. Gadis itu mengerang, lubang anusnya mengkerut ketakutan sehingga kepala kemaluan Pak Djono sulit melakukan penetrasi.

    “Hemmmm,masih susah…He he” ujung jempol kanan Pak Djono menekan kuat-kuat pinggiran anus Anita berusaha agar lingkaran anus gadis itu sedikit melar dan merekah, kemudian tangan kiri Pak Dion mengarahkan ujung kemaluannya pada lubang anus Anita dan menekan lubang yang sedikit merekah itu kuat-kuat.

    “AWWWWWW….!” Anita menjerit keras kesakitan ketika dengan satu sentakan yang kuat kepala kemaluan Pak Djono menjebol lubang duburnya,
    “Arrrhhhhh… Arhhhhhhh…. Errrrhhhhhh” Anita berulangkali ketika Pak Djono menekankan batang kemaluannya lebih dalam menyodomi lubang anus Anita.
    “Hegghhhhh…..” Mata Anita membeliak kemudian terpejam rapat disertai rintihan-rintihan kecil ketika merasakan batang kemaluan Pak Djono memasuki lubang anusnya lebih dalam dan lebih dalam lagi, sampai akhirnya pantat Anita bergesekan dengan perut Pak Djono.

    “Ahhh Ahhh Ahhhh Ahhhh….” Terdengar suara-suara menggairahkan dari bibir Anita ketika dua batang kemaluan itu berlomba menyodok-nyodok lubang vagina dan lubang anusnya.

    “Creppp Creppp Crepppp….”
    “Plokkk… plokkkk… Plokkkk” Suara lubang vagina dan lubang anus Anita yang sedang dikocok habis-habisan oleh batang kemaluan Pak Dion dan Pak Djono.
    Pak Agung mencekal pergelangan tangan Veily dan menarik gadis itu untuk berdiri, kedua tangan Pak Agung membelit pinggangnya kemudian dengan nafsu yang menggelegak bibir Pak Agung mencaplok bibir gadis itu, tubuh Veily melenting-lenting ke belakang ketika Pak Agung melumat dan mengulum-ngulum bibirnya, Veily mendorongkan kedua tangannya pada bahu Pak Agung, murid cantik itu berusaha melepaskan lumatan Pak Agung dari bibirnya, setelah berusaha beberapa saat…..

    “Auhhhh… Ohhhh… Hmmmm Hmmmmm” bibir Veily akhirnya terlepas dari lumatan Pak Agung yang ganas dan liar, namun hanya sesaat sebelum akhirnya bibir Veily kembali menjadi bulan-bulanan Pak Agung.

    “Hemmm… Mhhh… Mmmmmhhhhh” kali ini Veily lebih sulit untuk melepaskan bibirnya karena tangan kiri Pak Agung menekan belakang kepala gadis itu kuat-kuat, Pak Agung yang atletis, berotot, dengan kulitnya yang kecoklatan mendekap erat-erat tubuh Veily, sambil terus melakukan lumatan-lumatan dan kuluman kuluman mautnya, sampai hati Pak Agung puas.

    “Uhhhh….” Veily pasrah ketika tangan Pak Agung yang kekar mendekap pinggulnya kemudian mengangkatnya keatas, Pak Agung yang berotot mirip Ade Rai mendesakkan tubuh Veily kesudut ruangan. Tubuh Veily tergantung di udara, posisi buah dada Veily pas banget di hadapan wajahnya.

    Perlahan-lahan Pak Agung menjulurkan lidahnya dan menjilat lembut putting susu Veily yang berwarna pink kecoklatan. Nafas Veily semakin tidak beraturan ketika merasakan jilatan-jilatan Pak Agung yang lembut bergantian di kedua puncak payudaranya, mengulas-ngulas putting susunya dan sesekali memutarinya

    “Ohhh, Pakkk… Ahhhh!!” Veily mendesah ketika merasakan mulut Pak Agung mencaplok kemudian menghisap lembut puncak payudaranya sebelah kanan mulut, gerakan mulut Pak Agung tampak seperti sedang mengunyah payudara Veily bergantian dari yang kanan ke yang kiri.

    Sambil tersenyum pak Agung merebahkan tubuh Veily di meja, disibakkannya kedua kaki gadis itu agar mengangkang.

    “OHHHHH…!!!….” Veily bergidik ngeri menatap kemaluan Pak Agung, kalau soal panjang sih kurang lebih sama dengan panjang kemaluan Pak Dion namun yang mebuat Veily bergidik ngeri adalah bulatan batang kemaluan Pak Agung yang hampir dua kali lipat bulatan kemaluan Pak Dion,

    “Ahhhh….” punggung Veily sampai terangkat kemudian terhempas kembali ketika merasakan kepala penis Pak Agung mulai menekan berusaha membongkar jepitan vaginanya, agak lama juga Pak Agung berusaha
    “EENNNNHHHHH… AWWWWW….!! ” nafas Veily tertahan-tahan ketika kepala kemaluan Pak Agung tiba-tiba mencelat masuk.

    “Ha HA Ha, Akhirnya masuk juga, hajar langsung..!! “
    “Ayo Pak Agung sodok yang kuat…!!”

    Pak Dede dan Pak Ahmad menyemangati Pak Agung. Pak Agung menatap Veily yang tergolek tanpa daya sambil menatap padanya dengan pandangan mata yang memelas.

    “Aduhh….Awwwww, Essshhhhhhhh, Owwwww.” Veily mengaduh ketika Pak Dede dan Pak Ahmad meremas-remas buah dadanya dengan kasar, kemudian mencubit kuat-kuat putting Veily sampai ia merintih-rintih kesakitan.
    “Hmmmmm… ” kening pak Agung berkerut setelah mencabut batang kemaluannya, Pak Agung meraih tubuh gadis itu kemudian diangkatnya tubuh Veily dengan hati-hati sambil melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.

    “Yahhh, koq dibawa sihh…!!”
    “Lohhh mau ke mana Pak Agung…!!”

    “Mau keluar” Pak Agung menjawab singkat kemudian melangkahkan kakinya menjauhi ruangan kantor Pak Dion,

    “Nahhh…” Pak Agung mendudukkan Veily disalah satu bangku panjang yang terbuat dari kayu, gadis itu menundukkan kepalanya ketika Pak Agung duduk di sebelahnya.

    “Cuphhhh….” dengan lembut Pak Agung mengecup pipi Veily, tangannya merayap ke arah selangkangan Veily kemudian berbisik di telinga gadis itu “Masih sakit ya ??”

    “Atau kamu cape?? ” dengan mesra Pak Agung memeluk tubuh Veily, entah kenapa Veily merasa mendapat perlindungan dari Pak Agung, kalau tidak dirinya pasti sudah dikerjai habis-habisan oleh Pak Dede dan Pak Ahmad, Veily terisak menangis dalam pelukan Pak Agung.

    “Sudah.. , sudahh, cupphh, cuphhh…” Pak Agung menciumi kening Veily sambil membelai-belai punggung gadis itu dengan penuh perasaan, Veily memasrahkan dirinya dalam pelukan Pak Agung, ada rasa aman ketika Pak Agung yang tinggi dan berotot seperti Ade Rai itu memeluk mesra dirinya, tanpa terasa Veily tertidur dalam pelukan mesra Pak Agung, dengan lembut Pak Agung mengusap-ngusap rambut gadis itu.

    Berbeda dengan Veily nasib Anita lebih mengenaskan, dua batang penis berkali-kali ditancapkan dengan kasar oleh pemiliknya ke dalam lubang vagina dan lubang anus gadis itu, sementara buah dadanya menjadi mainan Pak Dede dan Pak Ahmad.

    “Ahhhh…, Ohhhhh, ampun Pak Aduhh Awwww…., jangan…!!” Anita meringis-ringis sambil berusaha menepiskan tangan Pak Dede dan Pak Ahmad yang menggerayangi payudaranya.

    “Ennnngghhh… Aduhhh…!! Crrrtt.. Crrrttttt….!! ” Anita merintih lirih.
    Tubuh gadis itu berkelojotan beberapa saat.

    “HA HA HA, Aduh !!! enak katanya …..” Pak Dede mengolok-olok Anita.
    “Iya…, pengen terus dirojok…!! “Pak Ahmad ikut meledek sambil meremas induk payudara Anita kuat-kuat.

    “Ooo, begitu ya…, kayak gini? Hihhh….!! ” Pak Dion berkali-kali menyodokkan batang kemaluannya ke atas.
    “Bukan seperti itu Pak Dion, kayak gini baru benar…!! ” Pak Djono tidak mau kalah menggenjot kuat-kuat lubang anus Anita.

    Dua batang kemaluan milik Pak Dion dan Pak Djono berlomba-lomba menusuk, menyodok dan menghajar lubang anus dan vagina gadis itu tanpa mempedulikan Anita yang mengerang-ngerang kesakitan, kedua lubangnya terasa panas akibat dikocok-kocok dengan kasar.

    “Aowwwhhhh… Hekkkk….!!” kepala Anita terangkat ke atas ketika Pak Dion dan Pak Dede bersama-sama membenamkan batang kemaluannya,

    “Croooorrrrrttt….!! “
    “Kecroooottttt……”
    Gerakan-gerakan brutal itu mendadak berhenti,

    “Wahhh, sepertinya giliran kita nih…! ” Pak Dede menarik Anita, Pak Ahmad cuma tersenyum kemudian langsung bergabung dengan Pak Dede.
    Anita dipaksa menungging di atas lantai,

    “Emmmmm, Hemmmmhhh….” mulut Anita terisi penuh oleh batang kemaluan Pak Ahmad sementara Pak Dede tersenyum sambil menimbang-nimbang, lubang manakah yang sebaiknya disodok, anus atau vagina.

    “Lohhh, Pak Dede koq malah diam?? hemmp, Ahhhh, sedappnya…!!” tangan Pak Ahmad mendekap kepala Anita sambil memaju mundurkan batang penisnya keluar masuk kedalam mulut gadis itu.

    “Ha Ha Ha, habis saya bingung mau yang mana?? soalnya dua-duanya tampak menggiurkan….tapi ya sudah saya pilih yang ini aja dechhh buat pemanasan” Pak Dede menggesekkan kepala kemaluannya pada belahan lubang vagina Anita kemudian dengan gerakan-gerakan menyentak ia membenamkan batang kemaluannya, kedua tangannya mencekal kedua pergelangan tangan Anita kemudian menarik tangan Anita kebelakang “Ayo, Pak Ahmad, biar saya bantu… biar Pak Ahmad lebih enak…”
    “Hemmmppphh Hemmmmhhh, Emmmmmm” Anita mendelikkan matanya ketika lubang vaginanya disodok kuat-kuat oleh batang kemaluan Pak Dede, sedangkan kerongkongannya dirojok oleh batang kemaluan Pak Ahmad.
    Wajah Anita mengernyit-ngernyit, tampaknya ia sangat menderita, sementara kedua guru bejat itu malah terkekeh-kekeh keenakan.

    “Anjinggg…!! Whuaduhhhhh….!! ” Pak Ahmad memaki sambil menarik batang kemaluannya darid alam mulut Anita, kemudian
    “Plakkkkkk…..” Pak Ahmad menampar wajah Anita kemudian menjambak rambutnya, Anita hanya mengerang tak berdaya,

    “Lohhh ?? ada Apa Pak Ahmad ?? ” Pak Dede bertanya keheranan.
    “Dia ngigit ****** saya…!! Sialan.. Plakkkk…!!!” Pak Ahmad kembali menampar wajah gadis itu kemudian menjambak-jambak rambut Anita.

    “Kurang ajar..!! Berdiri..!! ” Pak Dede mencabut batang kemaluannya kemudian memaksa Anita untuk berdiri.

    Pak Ahmad mencekal dan mengangkat tungkai lutut kanan Anita sebelah bawah, kemudian “Jrebbbb Jrebbbb.. Jrebbbbbb…, berani kamu ya, Hihhh!! “
    Disodok-sodoknya lubang vagina Anita sekuat tenaga..

    “AWWWW….. AWWWWW…..” Anita menjerit panjang ketika merasakan lubang anusnya dipaksa menerima kehadiran batang kemaluan Pak Dede. Setelah membantu menopang tungkai lutut kanan Anita, pak Dede dan Pak Ahmad berlomba marathon merojok-rojokkan batang kemaluan mereka dengan kasar.

    “Murid seperti ini yang harus diajar adat, tidak menuruti nasehat gurunya !!”
    Sesekali Pak Dede menjambak rambut Anita sambil menggecakkan batang kemaluannya kuat-kuat.

    “Betul Pak Dede.., Ayo kita kasih pelajaran murid sialan ini !! “Pak Ahmad menghantamkan batang kemaluannya kuat-kuat.

    “Ayo Pak Ahmad kita kocok yang kuat…” Pak Dede tambah liar.

    “Aduhhh… Ahhhhh… Awwwww, ampun Pakkk ampunnnnn….” Anita mejerit-jerit kewalahan, tubuhnya terjepit tanpa daya di antara tubuh Pak Dede dan Pak Ahmad, Anita mengerang panjang kemudian terkulai jatuh tidak sadarkan diri.
    Sementara di sebuah bangku kayu panjang, Veily membuka matanya ketika merasakan rasa geli di bibir vaginanya,

    “Emmmm…….” Tubuh gadis itu menggeliat lemah, setelah terbangun dari tidurnya tubuhnya terasa segar. Tangan Veily terjulur membelai lembut kepala Pak Agung yang sedang menjilati bibir vaginanya

    “Ehhh…, Maaf .., tidur kamu jadi terganggu ya ?? ” Pak Agung menengadahkan kepalanya ketika merasakan belaian Veily.

    Veily menggelengkan kepalanya kemudian tersenyum sambil membuka kedua kakinya lebar-lebar
    “Ceglukk..! “Pak Agung menelan ludah, matanya menatap tajam pada belahan vagina Veily yang sedikit merekah, perlahan-lahan Pak Agung kembali menundukkan kepalanya dan mengencup belahan vagina Veily yang merekah.
    “Ahhhhhh……… Pakkk, “Veily mendesah panjang ketika merasakan bibir vaginanya diemut oleh Pak Agung, berkali-kali tubuhnya menggelepar ketika mulut Pak Agung mencaploki vaginanya dengan lembut.

    Tangan Pak Agung menarik bibir vagina Veily kemudian melumat isinya. Cairan kewanitaan Veily semakin banyak meleleh membasahi lubang vaginanya, pak Agung mulai mengambil posisi sambil mengarahkan batang kemaluannya dan menggesek – gesek lubang vagina Veily yang sudah basah.

    Veily menahan nafas ketika merasakan kepala kemaluan Pak Agung mulai menekan dan berusaha membelah jepitan lubang vaginanya. Kepala Veily terangkat keatas, matanya mengerjap-ngerjap, bibir gadis itu sedikit terbuka merekah ketika perlahan-lahan kepala kemaluan Pak Agung mulai membelah dan menancap di vaginanya. “Haa, Emmmfffhhhh….

    ” Tiba-tiba tubuh Veily mengejang dan terkulai dengan nafasnya yang tersendat-sendat.

    “Sakit ?? ” Pak Agung bertanya, ia membelai rambut Veily
    Sambil tersenyum Veily menggelengkan kepalanya, walaupun vaginanya terasa seperti kram dan ngilu menerima kehadiran batang kemaluan Pak Agung, Veily ingin memberikan yang terbaik untuk Pak Agung.

    Tubuhnya menggeliat-geliat ketika Pak Agung membenamkan batang kemaluannya, sesekali Pak Agung menahan batang kemaluannya ketika Veily meringis, kemudian pelan-pelan ia kembali melanjutkan membenamkan batang kemaluannya sampai mentok, perlahan-lahan Pak Agung mengaduk-ngaduk vagina Veily dan menggecakkan batang kemaluannya mendesak-desak lubang vagina Veily yang sempit.

    Perlahan-lahan Pak Agung mulai menarik dan membenamkan batang kemaluannya, berkali-kali Veily terperangah dan terperanjat keenakan ketika Pak Agung mulai menaikkan tempo genjotannya.

    “Aaaahhhh….!! ” Veily menjerit keras kemudian
    “Crrr.. Crrrrrr.. Crrrrrr, Ennhhh Pakkk…!!”

    Pak Agung menghentikan gerakannya membiarkan Veily meresapi kenikmatan puncak klimaks yang baru saja diraihnya, setelah itu barulah Pak Agung kembali menarik dan membenamkan penisnya berulang kali.

    “Cleppp.., Clepppp, Clepppp, Clepppp ” suara vagina Veily berdecakan menikmati sodokan-sodokan batang kemaluan Pak Agung yang semakin kuat menggenjot-genjot vaginanya.

    “Auhhhhh….!! Aaaaa…..Ennnakkkkk, Ahhhhhhhh, terus Pakkk” Veily kehilangan kendali dibawah genjotan-genjotan batang kemaluan Pak Agung.

    “AHHHH, AHHHHHHHHHHH…!! Pak Agunggggg….. Ohhhhhh” Veily menggoyangkan pinggulnya menyambut datangnya klimaks.

    “Wahh…!? Veilyyyyyy, Ya Ampunnnn,!! enak banget….!! Aohhhhh!!” Pak Agung memanas-manasi Veily agar gadis itu lebih rajin menggoyangkan pinggulnya.
    Pak Agung mendekap pinggul Veily sambil menjatuhkan tubuhnya ke belakang, kini Veilylah yang memegang peranan penting dalam persetubuhan itu. Nafas Pak Agung terasa sesak ketika Veily mengibaskan rambutnya ke belakang, cantik sekali ketika gadis itu menatapnya sambil tersenyum malu.

    Pak Agung tambah sesak nafas ketika Veily menundukkan wajahnya, tangan Pak Agung mengelus-ngelus pinggang dan pinggul Veily sambil membalas lumatan Veily dengan lembut. Veily menumpukan tangannya pada dada Pak Agung yang berotot kemudian sambil tersenyum ia menghempas-hempaskan vaginanya.

    “Ahhhh.. Ahhhhh…. AHHHHH” desahan-desahan Veily terkadang terdengar keras ketika Pak Agung sesekali menghentakkan batang penisnya ke atas kuat-kuat menyambut hempasan vaginanya.

    Mata Pak Agung menatap payudara Veily yang melompat-lompat dengan indah, kedua tangannya meremas payudara itu, kemudian mengelusi putingnya.
    “Hssshhh Hsssssshhh Ahhhh Pakkk, Ohhhh enak sekali!! pakkk…Awwww… Awwwwwkkkssshh.” tangan Veily kini berpegangan pada tangan Pak Agung yang sedang meremasi induk payudaranya, hempasan vaginanya semakin lama semakin kuat dan cepat, berkali-kali Veily menjerit liar melampiaskan nafsu birahi yang meledak-ledak dengan hebat.

    “Unnnnhhhh….!! Blukkkkkk…..” tubuh Veily tiba-tiba roboh sambil menggeliat-geliat “Crrrr Crrr….” Veily tersenyum puas, kedua matanya terpejam-pejam, vaginanya terasa berkedut-kedut memuntahkan cairan klimaksnya.
    Pak Agung berbisik lembut “Kita coba sambil berdiri ya….”
    Veily mengangguk, gadis itu bangkit dari atas tubuh Pak Agung. Pak Agung memeluknya dari belakang, gadis itu kegelian ketika Pak Agung mencumbui tengkuknya, kemudian melakukan hisapan-hisapan lembut di lehernya. Veily membusungkan susunya ke depan sambil mengalungkan kedua tangannya ke belakang leher Pak Agung ketika merasakan telapak tangan pria itu mengusapi bulatan susunya sebelah bawah.

    “Lembut sekali…indah, Hemmmmm…” Pak Agung menggerayangi buah dada Veily sambil berkali-kali memuji keindahan dan kemulusan payudaranya yang sedang kenyal-kenyalnya akibat dirangsang oleh Pak Agung. Dijepitnya putting Veily kemudian dipilin-pilinnya dengan lembut, terkadang tangannya menggoyang-goyangkan bongkahan dada Veily.

    “Veily, Bapak pengen nyodomi kamu ya..” Pak Agung meminta dengan sopan
    Veily terdiam agaknya ia ragu-ragu, namun kemudian mengangguk pasrah.
    “Nungging sayang, nahhhh….” Pak Agung meminta agar Veily bersedia menunggingkan bokongnya, tangan Pak Agung menekan buah pantat Veily sampai anus gadis itu terekspose dengan jelas.

    “Haaaaaaaa…..” Veily menarik nafas panjang merasakan desakan kuat di lubang anusnya, kening gadis itu berkerut sedangkan mulutnya membentuk huruf “O”, tubuhnya berkali-kali terdorong ketika Pak Agung menghentakkan kepala kemaluannya berusaha melakukan penetrasi.

    “ARRRRRWWWHHHHH……!! “gadis itu menjerit keras ketika satu tusukan yang kuat tiba-tiba memaksa lubang anusnya untuk merekah, kemudian kemaluan Pak Agung menyodok pintu duburnya dengan sentakan-sentakan yang kuat.

    Pak Agung menahan pinggul Veily yang hendak melarikan diri, leher penisnya tertancap mengait lubang anus Veily yang merekah dan berkedut-kedut kuat mencengkram leher kemaluan Pak Agung. Lutut Veily goyah, perlahan-lahan, tubuh gadis itu melorot turun dan bersujud dengan posisi kedua lututnya yang sedikit mengangkang, Pak Agung ikut turun bersujud di belakang tubuhnya. Tangan Pak Agung yang kekar dan berotot membelit tubuh Veily dan memeluk erat-erat tubuh gadis itu, Pak Agung mendesakkan batang kemaluannya,

    sampai selangkangannya menyatu erat dengan buah pantat Veily yang bulat padat dan terasa halus ketika bergesekan dengan selangkangan dan perut Pak Agung yang berotot. Veily menolehkan kepalanya menyambut datangnya bibir Pak Agung yang melumat bibirnya.

    “Hmmmfffhhhh… Mmmmmmhhhh…., Mmmm” bibir Pak Agung melumat-lumat bibirnya sementara kedua tangan Pak Agung merayap ke depan mengelus lembut puncak payudaranya kemudian meremas-remas gundukan buah dadanya. Pada saat yang bersamaan Pak Agung memompakan batang kemaluannya keluar masuk menyodok-nyodok lubang anusnya.

    “Unngghh, Unnnggghhh, Unnnnnnnhhhh….!! ”

    berulang kali Veily mengeluh ketika merasakan sodokan-sodokan Pak Agung yang semakin lama semakin keras dan kencang merojok-rojok lubang anusnya.

    “Plokkk.. Plokkkk… Plokkkkk.. Plokkkk……”

    Suara hantaman selangkangan Pak Agung ketika membentur pantat gadis itu, Entah kenapa Veily malah rela biarpun lubang anusnya terasa sakit ketika disodok-sodok kuat oleh Pak Agung, sambil menggeliat-geliat perlahan-lahan Veily mengalungkan kedua tangannya ke belakang.

    “Hemmmm, He he he he….” Pak Agung semakin betah meremas-remas buah dada yang sengaja dibusungkan oleh pemiliknya, begitu kenyal, halus, putih dan lembut. Sesekali Pak Agung mencium gemas pipi Veily kemudian mengecupi dan mencumbui lehernya.
    “Enn Ngaaahhhhhhhhhhh…..!! Crrr Crrrr Crrrrr”
    “WHOWWW… Kecroootttt… Crooootttttt…..”

    Gadis itu menyandarkan kepalanya ke belakang, entah kenapa Veily tidak merasa seperti sedang diperkosa oleh Pak Agung. Mungkin karena Pak Agung begitu baik dan perhatian??? Tubuh Pak Agung yang tinggi besar dan berotot seperti Ade Rai tidak dapat menyembunyikan hati Pak Agung yang lembut.
    Pak Dion mengangkat Hpnya

    “Haloo, Oohhh kamu ?? gimana ??”

    “Ha Ha Ha…bagus-bagus…., rencana yang bagus ” Pak Dion terkekeh sambil membayangkan santapan lezat selanjutnya.
    Tamat

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Foto Ngentot Cewek Bookingan Akemi Vanessa di Hotel

    Foto Ngentot Cewek Bookingan Akemi Vanessa di Hotel


    17994 views

    Perawanku – Buat para lelaki, nonton bokep itu bukanlah sesuatu yang baru lagi. Sejak remaja kebanyakan pria sudah berburu tontonan dewasa ini. Walau cenderung basi dan gerakannya itu-itu saja tapi adegan ngentot artis bokep tetaplah digandringi kaum adam. Itu terbukti dengan tingginya angka pengunjung dari tanah air yang membuka situs lendir ternama (menurut statistic kunjungan ke web mereka). Hal tersebut membenarkan bahwa walau acting artis bokep dikenal sangat pas-pasan, tapi tetap saja selalu bisa membuat netizen tanah air menjadi sange.

    Berikut koleksi foto artis bokep yang pernah dibooking untuk ngentot di salah satu Hotel di Indonesia

    Mungkin anda akan tertarik juga untuk membaca cerita seks kami cukup klik halaman utama dan anda dapat melihat banyak cerita-cerita menarik yang bikin kamu pengen croottt maksimal.

    Semoga kamu senantiasa terhibur dengan apa yang kami sajikan.

  • Cerita Sex Bos Perempuan ML Dengan Manajernya

    Cerita Sex Bos Perempuan ML Dengan Manajernya


    1943 views

    Perawanku – Cerita Sex Bos Perempuan ML Dengan Manajernya, Sudah sepuluh tahun aku bekerja di suatu perusahaan swasta. Diawali dengan membaca iklan yang dimuat oleh perusahaan tersebut, keesokan harinya aku datang membawa berkas yang dibutuhkan dan memasukkan lamaran lewat Sekretaris Eksekutif Direktur Utama, Ibu Ina namanya. Orangnya cantik, langsing dan menarik. Setelah melalui seleksi yang cukup ketat, akhirnya aku diterima bekerja. Aku sangat senang dan bekerja dengan giat.

    Berkat kerja keras, pimpinan memberikanku kesempatan meningkatkan keterampilan dengan sekolah lagi di luar kota, sehingga akhirnya aku memperoleh jabatan yang semakin tinggi. Ibu Ina yang dulunya jauh kedudukannya di atasku, menjadi semakin dekat, sehingga kami sering bertemu. Setelah duduk di jajaran eksekutif, barulah aku tahu bahwa ia sudah bersuami dan mempunyai dua orang anak yang sudah duduk di bangku SLTA dan SLTP. Padahal sejak kulihat pertama kali, aku sudah naksir dia, sayang ia sudah menikah. Ibu Ina yang kulihat sepuluh tahun lalu, belum banyak berubah, meskipun sudah berusia 40 tahun. Aku sendiri berusia 5 tahun di bawahnya. Keterampilan dan penampilannya selalu mempesona, sehingga posisinya semakin menanjak, bahkan setelah menyelesaikan pascasarjana strata dua ia diangkat sebagai Manager pada bidang quality control. Meskipun setahun yang lalu aku menikahi Waty, seorang gadis manis dari Klaten, aku tetap menjadi pengagum diam-diam Ibu Ina. Tak seorang pun di kantor yang mengetahui betapa aku begitu memujanya.

    Suatu ketika Direktur Utama memanggilku, “Saudara Agus saya tugaskan mengikuti pertemuan dengan beberapa rekanan di Yogya selama 3 hari.” Aku sempat kesal waktu dipanggil menerima tugas tersebut, karena ada ulah bawahan di bagianku yang membuatku uring-uringan dan harus kubereskan dalam waktu 5 hari. Aku sempat menolak halus, “… tapi maaf Pak, bukankah saya harus membereskan masalah di bagian saya?” Sang Direktur berkata, “Tentang hal itu tidak perlu saudara risaukan, saya sudah menugaskan orang lain untuk menyelesaikannya.” Lalu ditambahkannya, “Oh ya, saudara saya minta membantu sepenuhnya Ibu Ina, salah seorang manager kita untuk mempresentasikan di depan rekanan tentang manajemen mutu perusahaan kita. Pertemuan ini sangat penting dalam rangka menjalin kerja sama ke depan. Saudara saya minta bersungguh-sungguh dalam tugas ini. Saya mempercayakan saudara mendampingi Ibu Ina mengingat kemampuan saudara yang telah saya lihat selama ini.” Ups, aku terhenyak kaget, bukan hanya karena kepercayaan yang diberikan kepada saya, tetapi karena seakan mendapatkan durian runtuh. “Pucuk dicinta ulam tiba,” pikirku, “Tiga hari bersama si Cantik Bu Ina tentunya akan sangat menyenangkan.” Rasanya tidak sabaran menunggu saat keberangkatan.

    Sehari sebelum keberangkatan ke Yogya, Ibu Ina memanggilku dan mengatakan,

    “Dik Agus, aku agak deg-degan naik pesawat akhir-akhir ini, sehingga meskipun seharusnya kita naik pesawat, aku telah memesan dua tiket kereta api eksekutif malam untuk kita. Tetapi lumpsum kita tidak dikurangi selama berada di sana. Harap Dik Agus maklum dan tidak keberatan atas keputusanku,” nada suaranya terkesan galak dan tegas.

    Kujawab dengan spontan, “Tak apa-apa, Bu, demi menemani Ibu Ina, saya bersedia jalan kaki sekalipun.”

    Ia tersenyum kecil sambil mencubit lenganku. Wah, terkejut hatiku karena tidak menduga mendapat perlakuan demikian. Ah, berjuta rasanya. Kuelus-elus lenganku menikmati bekas cubitannya. Ia hanya memandangku dengan tatapan yang tak kumengerti.

    Saat berangkat dari Stasiun Gambir, aku duduk di sebelah kanan Bu Ina. Kami ngobrol begitu akrab, seakan-akan dua sahabat lama yang bertemu kembali. Wangi parfumnya begitu menggodaku, apalagi rambutnya yang sebahu tergerai lepas dan anak rambutnya sesekali mengenai keningku dikala kami berbincang-bincang.

    Menjelang tengah malam, Bu Ina minta ijin tidur duluan. Memang sebelumnya kulihat ia sudah menguap tanda mengantuk. Aku masih membaca majalah sambil sesekali melirik wajahnya yang cantik. “Ah, betapa lembut wajahnya, andaikan aku dapat mengelusnya,” batinku. Lamunanku semakin melambung manakala tubuhnya semakin rapat ke tubuhku dan kepalanya rebah di pundak kiriku. Tak enak mengganggu tidurnya, kubiarkan saja kepalanya bersentuhan dengan kepalaku, bahkan beberapa kali kudekatkan hidungku menghirup wangi rambutnya. Tak tahan dengan situasi itu, tangan kiriku kuletakkan ke pundak kirinya, merangkul tubuhnya. Kurasakan pipinya bersentuhan dengan pipiku. Ah, betapa halusnya. Tapi aku tak berani berbuat lebih jauh. Tak lama kemudian aku tertidur dalam posisi memeluk pundaknya.

    Tiba di Yogya, aku duluan bangun dan kuperbaiki letak dudukku agar ia tidak malu jika mengetahui kupeluk pundaknya semalaman. Kami pun naik taksi menuju hotel tempat pertemuan kami yang dimulai hari itu.

    Setelah dua hari lamanya berada di Yogya, pertemuan kami berakhir sehari lebih cepat dari yang dijadwalkan. Bu Ina berbisik padaku usai makan siang,

    “Dik Agus, tidak ada rencana mau kemana siang ini? Kalau tidak mengganggu, habis makan siang ini, tolong temani aku belanja ya?”

    “Baik Bu, ke manapun Ibu minta, akan saya antar,” jawabku sambil memperhatikan wajahnya.

    Siang itu kami berdua berjalan sepanjang Jalan Malioboro. Usai belanja, Ibu Ina mengajakku naik delman menuju hotel tempat kami menginap. Kami masuk ke kamar masing-masing. Letih juga berjalan menemani Bu Ina berbelanja. Aku berpikir ingin memanjakan diri sambil membersihkan tubuh, kemudian aku bertelanjang menuju kamar mandi dan berendam di bathtub. Rasanya belum lama berendam, telepon di kamar berdering kudengar berdering. “Sial, siapa yang ganggu orang sedang santai gini?” gerutuku. Kutarik handuk dan mengeringkan tanganku, lalu dengan bertelanjang, aku keluar kamar mandi dan mengangkat gagang telepon.

    “Sedang ngapain, Dik?” kudengar suara lembut di seberang sana, “Ah, ternyata Ibu Ina,” pikirku.

    “Sedang mandi, Bu, habis gerah banget abis jalan-jalan tadi,” jawabku.

    “Waduh, maaf ya, jadi ganggu kegiatan Dik Agus,” sesalnya, “Kalau gitu, teruskan aja mandinya.”

    Khawatir ia butuh bantuanku, dengan cepat kubantah, “Tidak apa-apa, Bu. Sudah selesai koq. Ada yang bisa saya bantu, Bu?”

    “Gini lho Dik, tapi maaf lho, terus-terusan aku minta bantuanmu. Sekarang kan sudah pukul enam, tadi petugas hotel memberitahuku ada film bagus di bioskop yang dekat hotel ini. Aku ingat waktu kuliah dulu di Bulaksumur suka nonton di situ. Bagaimana kalau tak ada acara, Dik Agus temani Mbak nonton? Tapi makan malam dulu deh!” Aku terkejut campur senang mendengar ajakannya, tetapi lebih kaget lagi waktu mendengarnya mengganti sebutan dirinya dengan Mbak. “Ah, ada apa nih?” pikirku penasaran.

    “Wah, dengan senang hati, Bu. Bila perlu kita makan di luar aja, supaya tidak telat nontonnya,” timpalku dengan hati berbunga-bunga.

    “Jangan panggil Ibu terus dong, kita kan sedang tidak di kantor. Panggil Mbak gitu, apalagi Mbak belum setua ibumu, bukan?” katanya di seberang sana.

    “Maaf, Bu … eh .. Bu … eh .. iya Mbak Ina,” kataku terbata-bata.

    “Nah, kan? Masih latah sebut Ibu terus?” guraunya lagi. Kemudian sambungnya, “Kita makan aja dulu, baru nonton. Mbak tunggu di ruang makan hotel tiga puluh menit lagi ya?” serunya tanpa menunggu jawabanku dan memutuskan pembicaraan.

    Waktu makan malam, aku begitu terpesona melihat penampilan Mbak Ina (sekarang kuganti panggilannya sesuai permintaannya tadi). Ia mengenakan celana jeans dan kaos, sebab ia tampil seperti anak muda usia belasan tahun. Apalagi warna lipstick tipis merah muda yang menghiasi bibir mungilnya. Kami makan berdua sambil berbincang-bincang tentang berbagai hal.

    Setelah makan, kami menuju bioskop yang dimaksud Mbak Ina. Ternyata film yang akan kami saksikan telah berjalan setengah jam dan pintu theatre sudah ditutup. Ada film di dua theatre lain, tetapi karena tidak tertarik, Mbak Ine tidak mau. Sewaktu melihat jadwal tayang, kami melihat bahwa film yang akan kami tonton masih akan diputar pukul 23.

    “Bagaimana jika kita nonton tengah malam Dik? Tokh kita masih nginap semalam lagi dan besok sore baru kembali ke Jakarta?” tukas Mbak Ina.

    “Saya sih tidak keberatan, Mbak, asal Mbak tidak takut tidur kemalaman ntar,” kataku.

    “Ah, sekali-sekali tidur larut malam tak apa, kan? Apalagi sayang jika tadi kita langsung pulang, padahal hotel ini sudah dibayar mahal sampai besok sore,” timpalnya sambil menarik tanganku. “Kita jalan-jalan dulu deh nunggu pukul sebelas,” tambahnya. Kami pun keluar areal bioskop setelah memesan tiket untuk pertunjukan film pukul 23.

    Kami berjalan-jalan dan menikmati roti bakar dan wedang jahe di pinggir jalan. “Ah, ternyata enak juga jalan bareng Mbak Ina, bisa merakyat begini, tidak hanya makan di restoran mahal,” pikirku.

    “Heh, ngapain, siang-siang sudah ngelamun jorok,” tiba-tiba Mbak Ina mengagetkan aku sambil mencubit pipiku. Aku tersipu-sipu malu dan menjawab,

    “Nggak ngelamun koq, Mbak, cuma heran aja, koq kita bisa begini akrab ya, padahal di Jakarta tidak sempat seperti ini?”

    “Ah kamu … emang nyesel jalan bareng Mbak?” tanyanya merajuk. Eh, dia mulai mengganti panggilan Dik dengan kamu. Aku agak heran, tapi kupikir mungkin karena ia makin merasa amat dekat denganku.

    “Siapa bilang nyesel, Mbak? Malah senang banget. Nggak pernah mimpi bisa berdua Mbak begini.”

    Sepuluh menit menjelang pukul 23, kami sudah kembali ke bioskop. Kami masuk dan nonton film romantis, tetapi berbau horor. Waktu menonton adegan yang menyeramkan, tangan Mbak Ina memegang pergelangan tanganku dengan kencang.

    Suatu ketika pegangannya begitu kuat, hingga aku terkejut dan berseru,

    “Mbak, tanganku sakit tertusuk kuku Mbak!”

    “Aduh, maaf, abis ngeri banget sih liat vampire-nya muncul tiba-tiba,” katanya tanpa melepaskan genggaman tangannya.

    Namun saat ada adegan ranjang yang cukup hot, dimana pemain wanitanya hanya tinggal mengenakan baju tipis dan buah dadanya nampak terbuka, sedang berciuman dengan tokoh vampire di film tersebut, kurasakan jari-jari Mbak Ina meremas-remas jari-jari tangan kiriku. Aku hampir tak berani bergerak merasakan remasan tangannya dan napasku serasa terhenti di leher. Hal itu terjadi beberapa kali. Aku tidak berusaha menepis, karena kupikir itu reaksi alami karena adegan panas yang kami lihat, bahkan aku berharap agar tangannya tidak pindah dari jari-jariku. Namun aku tidak berani membalas remasannya, khawatir ia akan salah sangka.

    Pukul 01 film pun berakhir. Kami naik becak menuju hotel. Mbak Ina nampak masih tercekam oleh film tadi, sehingga ia banyak berdiam diri.

    “Mbak udah ngantuk ya? Koq diam aja?” tanyaku sambil mencolek punggung tangannya.

    “Hiiyy, serem juga film tadi. Untung ada kamu, kalau tidak, Mbak udah pingsan kali,” jawabnya.

    “Ah, itu kan cuma film, Mbak. Ngapain dipikirin, ntar malah nggak bisa tidur lho! Apalagi tidak ada teman di kamar Mbak,” kataku.

    Ia diam saja, sehingga aku agak menyesal menggodanya dan memegang jari-jarinya,

    “Maaf ya Mbak, saya tidak bermaksud menakut-nakuti Mbak. Maafkan kata-kata saya barusan.”

    Mbak Ina membalas sentuhanku dengan meremas jari-jariku sambil berkata,

    “Tak apa-apa. Kamu begitu baik temani sejak siang tadi dan nonton, walaupun film tadi mungkin bukan film yang kamu sukai.”

    Kami turun dari becak dan menuju lantai lima di mana kamar kami berada dan masuk ke kamar masing-masing. Aku masih merasakan aroma parfum yang dipakai Mbak Ina melekat di pundak dan jari-jariku. Seperti kerasukan, aku menciumi jari-jariku sendiri seolah-olah mencium jari-jari Mbak Ina. Sewaktu mau merebahkan tubuh di ranjang, telepon berdering. “Ah, siapa lagi telepon malam-malam?” pikirku, “Dik Agus, sudah tidur ya?” kudengar suara Mbak Ina di seberang sana.

    “Hampir tidur Mbak. Ada apa, Mbak?” tanyaku.

    “Aa.. aku … takut, kebayang-bayang film tadi. Dik Agus tolong ke kamarku sebentar ya!” pintanya.

    Dengan bercelana pendek dan kaos oblong, aku mengetuk pintu kamarnya. Ketika pintu kamarnya terbuka, aku tercekat sebab melihat Mbak Ina berdiri dengan baju tidur tipis berwarna putih sehingga memperlihatkan lekuk-lekuk tubuhnya diterangi lampu kamar yang redup. Walaupun agak temaram, aku dapat melihat jelas betapa seksinya tubuh Mbak Ina. Tanpa sadar aku menelan ludah beberapa kali, apalagi melihat di balik baju tidurnya ia mengenakan BH dan celana dalam warna merah hati.

    “Ayo masuk, jangan bengong aja di situ!” ajaknya sambil menutup pintu di belakangku. “Kalau tak keberatan, maukah kamu duduk sambil nonton TV untuk menemani aku sampai aku tidur? Kalau aku sudah tertidur, tinggalkan saja dan kembali ke kamarmu,” sambungnya.

    “Boleh Mbak, malah saya sangat menyesal telah menakut-nakuti Mbak dengan ucapan saya waktu di becak tadi, sehingga bermaksud menemani Mbak sampai pagi,” kataku menanggapi.

    “Benar nih, sampai pagi mau temani aku?” tagihnya.

    Aku bingung juga dengan spontanitasku yang kusesali dapat membuatku menjadi satpam semalaman ini, tetapi melihat diri Mbak Ina dalam pakaiannya sekarang membuatku bersemangat, bila perlu seminggu lagi menemani dia sekamar.

    “Ok Mbak, aku siap mengawal Mbak, tak usah takut ada vampire,” jawabku menyombong.

    Mbak Ina berbaring di ranjangnya yang berukuran king size, sedangkan aku duduk di kursi yang ada di dekat TV sambil mencari channel yang menyuguhkan film. Tetapi mataku mencuri-curi pandang ke arah tubuhnya yang walaupun sebagian ditutupi selimut, bagian dadanya yang hanya tertutup sepertiga BH-nya ternyata tidak tertutup selimut. Aku tidak tahu, apakah ia sengaja melakukan itu atau tidak. Kuperhatikan diam-diam, ia sudah memicingkan matanya.

    Setengah jam kemudian kulihat ia sudah tertidur, terbukti dari suara napasnya dan matanya yang terpejam rapat, kuamati dadanya yang membusung indah naik turun dengan teratur sesuai helaan napasnya. Aku duduk dengan gelisah, sebab laki-laki mana yang tahan sekamar dengan wanita secantik Mbak Ina dalam baju tidur demikian? “Adik kecilku” yang sudah bangun sejak masuk kamarnya terus menerus mengangguk-angguk, menggodaku dengan bisikan liar, “Ayo, apa lagi yang kau tunggu, bukankah ini peluang emas yang kau impikan selama ini? Kapan lagi ada kesempatan begini dan ajakannya menemani adalah undangan untuk mereguk anggur kenikmatan?”

    Aku hampir tak berani beringsut dari dudukku, perlahan kugerakkan leher menoleh ke arah Mbak Ina. Ia tidur dengan tenang. Namun tiba-tiba kudengar ia berteriak, “Tidak, tidak, jangan … ahhh …” Aku terkejut dan melompat dari dudukku. Kulihat Mbak Ina terduduk, matanya agak melotot, ia terengah-engah, jari-jarinya meremas sprei ranjangnya, dan kuperhatikan tetesan keringat di keningnya. Sedangkan selimutnya berantakan tidak menutupi bagian dadanya, sehingga sebagian payudaranya yang putih dapat kulihat dengan jelas, tetapi aku menghalau pikiran-pikiran mesumku.

    Aku duduk di ranjang, di dekatnya sambil memegang tangannya lembut, bertanya, “Mimpi ya Mbak? Jangan takut, saya ada di dekat Mbak.”

    Ia diam saja, tetapi tanpa kuduga, ia menarik tanganku dan tanpa dapat kucegah sentakannya membuat tubuhku jatuh ke arahnya dan menimpa tubuhnya. “Ma..ma..af, Mbak, saya … ” ucapanku tak selesai karena tiba-tiba bibirku sudah ia tekan ke pipinya. Aku terkejut dengan muka merah padam. Dan belum selesai keterkejutanku, ia menarik tubuhku masuk ke balik selimutnya sambil berkata dengan memelas,

    “Temani aku tidur, aku takut … Jangan jauh-jauh di sana! Peluk aku ya!”

    Napasku seakan berhenti, jantungku berdebar-debar kencang, sebab kedua bahuku telah ia peluk erat, hingga terasa kedua buah dadanya menekan dadaku. “Aduhai, betapa kenyal payudara wanita ini,” batinku seraya berharap pelukan itu takkan ia lepaskan. Jantungku semakin kencang menghentak-hentak dadaku ketika sebelah kakinya naik memeluk paha dan kakiku. Nafas Mbak Ina terasa begitu dekat di wajahku. Aku serasa bermimpi dan tanpa sadar menutup mataku.

    Seperti seorang bayi yang membutuhkan dekapan, Mbak Ina meletakkan kepalanya di dadaku dan tanpa kusadari jari-jariku membelai-belai rambut di keningnya sambil menenangkannya. Kulihat ia memejamkan mata sambil memeluk tubuhku. Aku pun merasa begitu damai merengkuh pundaknya sambil mengingat suasana sewaktu di kereta api bersamanya. Ada kemiripan, tetapi kali ini lebih mesra, apalagi kami berdua sama-sama sedang mengenakan pakaian tidur. Rasanya begitu teduh dan nyaman. Tangannya semakin erat memeluk pinggangku dan kurasakan dagu dan hidungnya ditekankan ke dadaku hingga kelelakianku kurasa bangkit.

    Aku tidak berani berbuat macam-macam, walaupun hasratku sudah menggelegak. Tetapi sewaktu bibirnya bergerak naik ke leher, hembusan napasnya kurasa semakin dekat ke dagu dan pipiku, aku membuka mata dan menatap wajahnya. Hatiku kaget bercampur senang sebab kulihat Mbak Ine dengan mata terpejam semakin mendekatkan bibirnya ke bibirku. Secara naluriah aku membuka mulut dan menyambut bibirnya. Aku tidak ingat lagi siapa di antara kami yang memulai ciuman itu, dia atau aku, tapi aku tidak peduli. Gairahku bergelora ketika lidahnya mengait lembut tepi bibirku dan menyusuri rongga mulutku dan menggelitiki lidahku dengan lincahnya. Dengan tangkas kusambut pilinan lidahnya dengan lidahku. Tangan kiriku yang semula ada di atas bahunya yang terbuka, mulai naik ke arah dagu, pipi dan merabai bibirnya. Mbak Ina mendesah, “Ahh… ahh… aku kangen kamu, Gus… Peluk aku dan berikan kehangatan buatku!” pintanya.

    Aku menggelinjang merasakan aksinya selanjutnya. Mbak Ina begitu buas menciumi wajahku, leherku, turun ke dadaku, hingga aku sempat terperangah kaget saat ia meremas putingku dan mengisapnya, kadang-kadang lembut, dan di waktu lain begitu kuat menggemaskan. Kedua puting dadaku dijilati dan dimasukkan ke mulutnya secara bergantian. Lidahnya begitu lincah bermain di sekujur dadaku, turun ke perut dan lidahnya menggelitiki pusarku hingga aku merasakan aliran darahku memompa begitu kencang. Aku tak ingat lagi siapa dia dan bagaimana posisinya di kantorku, yang terpikir hanyalah bagaimana memacu kenikmatan bersamanya. Yang terbayang di benakku saat itu adalah seakan-akan sedang memadu kasih dengan istriku sendiri. Sebelah tanganku mengusap-usap perutnya yang datar, tidak terlihat gemuk meskipun sudah melahirkan dua orang anak, sedangkan tanganku yang lain mengelus-elus pundak, punggung dan pinggulnya hingga ia meliuk-liukkan tubuhnya dengan sangat menggairahkan.

    “Kamu mau ku-blow job, Agus sayang?” desahnya sambil melakukan “mandi kucing” pada perut, pinggang dan pusarku.

    “Ahh … ssshhh, oohhh …. Mmm … mmau, Mmbaakkk… mau banget!” aku memohon dengan sangat, karena begitu dahsyat ia memainkan lidah dan bibirnya sambil tangannya mulai bergerak ke arah celanaku, menyentuh penisku dari luar dan pelan-pelan menurunkan celana pendek dan celana dalamku secara serempak. Aku sudah tak sadar dengan ucapanku, karena birahiku sudah begitu dalam menguasai diriku. Tidak ada lagi Agus yang alim, yang sopan, yang santun, yang selalu menghargai wanita. Bahkan aku tak sendiri tidak ingat kapan ia membukai kaosku hingga kini aku benar-benar bugil di hadapannya, sedangkan ia masih mengenakan baju tidurnya. Aku benar-benar tak berkutik dibuatnya, bahkan sewaktu kucoba membuka kait BH dan melolosi baju tidurnya, Mbak Ina dengan gesit menepis tanganku dan sama sekali tidak memberi peluang bagiku. “Sebentar sayang, giliranku memuaskanmu ….,” desahnya di sela-sela permainan bibir dan lidahnya yang begitu memabukkan.

    Aku merasa seperti terombang-ambing, apalagi waktu ia mencium, menjilat dan mengisap kulit perut, pinggul dan pinggangku dengan gerakan lembut, berganti dengan gigitan-gigitan kecil, lumatan kasar, bahkan kadang-kadang kurasakan perih bercampur nikmat. Tangannya tak ketinggalan mengelus, mencubit, dan meremas pahaku, lutut, betis juga bagian-bagian atas tubuhku, tak ketinggalan putingku yang semakin merah akibat cubitan-cubitan kecilnya yang membuatku terlonjak-lonjak.

    Dalam memuncaknya gairahku, kulihat ia bergeser menempatkan tubuhnya berlutut di antara kedua paha dan kakiku, kepalanya tepat di selangkanganku. Ia mengusap-usap rambut di pangkal pahaku tanpa menyentuh penisku sama sekali hingga aku semakin menggeliat-geliat dibuatnya. Masih dengan kesibukannya memainkan bulu-bulu di sekitar penisku, bibir dan lidahnya mulai merambat ke sela-sela pahaku. Lidahnya menjilati pahaku dan “Ahh … Mmmbakkk,…. ohhhh …. en…nakkkk … nikmattt sayanggg….” aku terpekik waktu lidahnya menjilati kedua testisku secara bergantian, apalagi waktu keduanya dimasukkan ke dalam mulutnya dan diisapnya seakan-akan sedang menikmati es krim. Aku merasa terbang melayang.

    Setelah itu, lidahnya naik menjilati penisku, mulai dari bawah naik ke leher penis, pada bagian ini ia melakukan gerakan melingkar, hingga lidahnya bergerak mengelilingi leher penisku, lalu ia mengarahkan lidahnya ke lubang pipisku. “Ohh… Ougghh … enakh Mbaaakkk akkhhhh…” dan semakin tersentak saat kedua bibirnya mengecup kepala penisku dan menelannya hingga seluruh kepalanya tertelan oleh mulutnya. Dengan gerakan lembut, Mbak Ina memasukkan dan mengeluarkan kepala penisku dalam mulutnya. Aku merasa seakan-akan hampir tidak sadarkan diri, karena nikmat sewaktu penisku dimasukkannya hingga pangkalnya dan terasa ujungnya membentur daging lembut di tenggorokannya. Aku semakin menggelinjang saat merasakan jari-jarinya mengelus lubang analku dan kurasakan ada cairan yang ia oleskan di situ, aku hanya sempat melihat sekilas ke arah bawah, ternyata sesekali Mbak Ina memasukkan jarinya ke mulutnya dan menaruh ludahnya ke lubang analku. Entah mengapa dan bagaimana ia melakukannya, aku tak mau bertanya saat itu, hanya sanggup merintih dan berusaha menikmatinya sambil meremasi rambutnya yang tergerai.

    Pinggang dan pantatku kunaikkan karena geliatku ke kiri dan ke kanan terasa sudah tidak memadai, dan jeritan nikmatku kembali memecah di kamar hotel itu ketika jari tengah tangan kanannya perlahan-lahan memasuki analku, sedikit demi sedikit dan akhirnya sampai seluruhnya masuk ke analku. Kepalaku kugoyangkan ke kanan kiri dan kedua tanganku menekan belakang kepala Mbak Ina ke arah pahaku, hingga seluruh batang penisku masuk ke mulutnya. Belum pernah aku merasakan sensasi yang begitu nikmat pada penis dan sekaligus analku.

    “Mbak, aku nggak kuat, akkhu … mau … keluar … Lepaskan Mbak, akkhh …” jeritku.

    “Hm, sshhh …. ahh … sabar sayang, nikmati ya say… biar kutelan cairanmu sayang, … ahh… sss …. ekhhh…” desahnya dan kembali menelan penisku sambil jarinya semakin dalam masuk ke analku, ia masukkan dan keluarkan semakin cepat hingga aku semakin tinggi melayang-layang dalam alam kenikmatan. Ia mengulum, menjilat dan merangsek habis-habis.

    Entah karena pengaruh film yang kami saksikan tadi atau rangsangan melihat Mbak Ina dalam baju tidurnya dan aksinya yang begitu hebat, aku tak kuasa menahan cairan kenikmatanku.

    “Ougghhh … akhhhh … Mbaaakkkk … Inaaahhhh …. akhhh nik..mat…,” jeritku tatkala penisku dengan hebatnya menyemprotkan air mani ke dalam mulutnya. Aku terkejut karena dengan ganasnya Mbak Ina menelan seluruh penisku dan menelan cairanku, bahkan isapan bibirnya pada penisku begitu kencangnya hingga aku tak mampu menarik penisku keluar. Tangannya turut bekerja mengelus dan meremas kedua biji testisku. Kurasa tak setetes pun air maniku tersisa. Ia begitu menikmati kuluman mulutnya pada penisku dan kurasakan lidahnya terus bermain menggelitiki batang penis dan lubang pipisku. Denyutan penisku lebih sepuluh kali di dalam mulutnya.

    Aku terengah-engah karena orgasme yang kualami. Dengan istriku sendiri belum pernah kurasakan kenikmatan demikian, karena seluruh pori-pori tubuhku seakan-akan turut merasakannya, bukan hanya penisku. Mbak Ina kembali menciumi bibirku dan kurasakan beberapa tetes cairanku sewaktu bibir dan lidah kami berpagutan.

    Kupeluk dia sambil meredakan debur jantungku yang begitu kencang, aku bertanya padanya, “Mengapa …..?? Mengapa Mbak….?”

    Kulihat ia memandangiku dengan lembut dan meletakkan telunjuknya di bibirku, “Ssstt, dengarkan kisahku sayang!” Kutatap matanya, kulihat di sana rasa sayang yang tulus. Ia melanjutkan, “Sejak kamu masuk ke perusahaan kita, sudah kuperhatikan bagaimana cara kamu memandangku. Walaupun tidak pernah kamu katakan, aku dapat membaca tatapan matamu. Tapi aku sadar, Gus, bahwa aku sudah bersuami dan punya anak, tak mungkin menikah denganmu. Dan aku sempat cemburu, waktu kamu menikah. Kamu ingat bahwa aku tidak mau hadir pada pesta pernikahanmu? Itu karena aku iri, istrimu mendapatkan pria sebaik kamu. Aku tidak berani menggodamu di kantor kita, sebab aku sadar statusku sudah bersuami dan teman-teman tahu bahwa aku bukan wanita penggoda. Apalagi kulihat kamu begitu sopan dan tidak pernah kudengar sikapmu yang buruk terhadap karyawati di perusahaan kita. Itu sebabnya mengapa waktu kita mendapat tugas bersama, kuminta naik kereta api agar dapat bersentuhan denganmu setidak-tidaknya beberapa jam. Kesempatan emas makin terbuka kurasa karena kamu mau menemaniku berbelanja dan nonton.”

    Tak kuasa berdiam diri, keluar pengakuanku, “Aku sudah lama mengagumi dan menyayangimu Mbak, tapi aku menyesal, sebab Mbak sudah menikah waktu kita bertemu. Aku juga tidak berani mengganggu Mbak, karena kudengar dari teman-teman, Mbak adalah istri yang sangat setia pada suami. Maafkan aku atas kejadian malam ini, Mb…”

    “Husshh,” potongnya, “Kamu tidak perlu minta maaf, Gus, justru akulah yang menggodamu sehingga malam ini kita jadi begini. Aku cuma bikin alasan takut karena nonton film tadi dan minta kau temani supaya kita dapat bermesraan sekarang. Paling tidak ini saat-saat bahagia kita berdua. Kalau di Jakarta, tidak mungkin kita bisa melakukan hal ini.”

    Aku terdiam menyimak kata-katanya dan kembali gairahku bangkit manakala jari-jarinya bermain di dada dan perutku. “Ah, Mbak … aku .. sayang kamu …,” bisikku perlahan di telinganya. “Sekarang giliranku memuaskanmu, ya Mbak sayang?” sambungku.

    Ia tidak menjawab, hanya mengangguk sambil memejamkan mata.

    Aku dalam keadaan masih telanjang menciumi rambutnya, keningnya, kedua kelopak matanya dan hidungnya. Pipinya tak luput dari kecupanku dan kembali bibir kami bertemu serta lidah kami bertautan. Lidahku masuk ke dalam mulutnya, mencari dan memilin lidahnya, bahkan air ludahku ia isap dengan liar saat lidahku menggelitik bagian atas rongga mulutnya. Di lain waktu, lidahnya masuk ke dalam mulutku menggelitik gigi geligiku dan lidahku. Mulut dan lidah kami terus saling mengulum dan membelit berbagi kenikmatan. Tangannya mengelus-elus kepala dan rambutku. Jari-jariku kumainkan di pipi dan lehernya.

    Kuturunkan kepalaku, bibir dan lidahku menciumi lehernya yang jenjang dan turun ke pundaknya. Ia makin menggeliat sambil mulutnya terus mendesah. “Akhh.. Gus, sayang … ah, terus Gus, oohh… teruskan dong Gus, ja… jangan berhenti!”

    Aku mengambil napas memandangi wajahnya sambil jari-jariku mengusap pundaknya dan bermain ke belakang punggungnya melepas kaitan BH-nya. Ia makin merintih manakala tali kait BH-nya kulepas sambil menciumi ketiaknya yang bersih, lidahku kumainkan di situ dan merambat ke arah payudaranya yang begitu sekal, kenyal dan padat.

    “Oww… luar biasa payudaramu, Mbak!” tak dapat kusembunyikan kekagumanku atas keindahan payudaranya. “Padahal Mbak sudah tidak berumur tiga puluhan lagi. Koq bisa masih begini kenyal ya Mbak? Seperti payudara gadis-gadis saja?” lanjutku.

    “Ah, kau bisa saja, Gus! Aku kan sudah tua?” bantahnya sambil memainkan jari-jarinya mengelus dadaku.

    “Kata siapa Mbak sudah tua? Nyatanya payudara Mbak masih lebih bagus daripada punya Waty istriku,” kataku lagi memuji.

    “Gombal! Rayuan kuno Gus!” katanya lagi sambil menjentik pipiku dengan jarinya yang lentik.

    Aku menghentikan elusanku sambil mengamati payudaranya yang tak begitu besar, tetapi begitu sekal, kenyal, sehingga sangat nikmat dielus dan diremas. Ukurannya tidak terlalu besar, mungkin 34C, tetapi dengan putingnya yang begitu runcing bagaikan stupa candi, membuatku sangat terangsang untuk mengecupnya.

    “Ada apa sih, Gus? Koq jadi melongo gitu?” tanyanya, entah heran atau bangga, karena melihat sikapku yang begitu mengagumi keindahan payudaranya.

    “Ini lho Mbak, puting payudaramu sangat cantik. Aku jadi ingat stupa Candi Borobodur. Bagian atas putingmu begitu runcing, tetapi di bagian bawahnya semakin melebar, sehingga tidak sama diameternya dengan ujung putingmu,” kataku lagi sembari mengelus lembut putingnya dan menjilati ujungnya kemudian turun ke belahan payudaranya. Benar-benar indah. Seolah-olah ada dua gunung yang bertindihan melihat bentuk payudara dan putingnya. Gunung pertama berujung pada putingnya, sedangkan gunung yang lebih besar menyangga putingnya dan membentuk lembah indah ketika bertemu dengan bagian lereng payudaranya yang lain.

    “Ougghhh… Guuusss… ohhh.. enak … yah… terus, terusss, sayang ….” rintihnya saat kukecup dan kulumat putingnya dengan lidah dan bibirku tanpa menyentuh gunung payudaranya. Ia semakin menggeliat-geliat saat bibirku memasukkan putingnya ke mulutku dan mengecupnya dengan lembut, lama kelamaan makin kuat kemudian lembut lagi, demikian seterusnya. Apalagi kedua tanganku mulai turut aktif meremas-remas kedua payudaranya sambil mulutku tak henti-hentinya menjilat dan mengisap putingnya secara bergantian. Jari-jarinya mulai mencari-cari penisku dan mengusap-usapnya lagi, tetapi kutepis dengan halus sambil berkata, “Sabar sayang, tadi kan sudah Mbak puasi aku, sekarang giliranku dulu ya say…”

    “Ahh… sshhh … ihhh … kau menyiksaku Gus … ohh…nikmatnya,” erangnya sambil menghempaskan kepalanya ke kanan kiri tak beraturan. “Owwhh … ahhh…,” desahannya makin kuat waktu kedua kedua buah dadanya kudekatkan satu sama lain dan kedua putingnya kumasukkan ke mulutku serta kuisap secara berbarengan. Beberapa menit aku melakukan itu sambil lututku menekan-nekan dengan ritme yang beraturan pada kemaluannya yang telah basah walaupun masih dibalut celana dalam. Dengan setengah berlutut di samping tubuhnya yang menggeliat-geliat menahan nikmat, aku terus memainkan bibir, lidah dan tanganku di puting dan kedua payudaranya dan sebelah tanganku turun ke bagian bawah perutnya masuk ke balik celana dalamnya yang semakin basah menelusuri rambut-rambut kemaluannya dan mengusap-usap vaginanya yang membanjir. Begitu kutemukan sesuatu sebesar biji kacang pada bagian atas vaginanya yang ternyata adalah klitorisnya, aku melakukan usapan lembut dan perlahan-lahan menjepitnya dengan dua jari. Gerakan tersebut membuatnya makin meracau dan menggeliat.

    “Ya…. ya …. terusss … ya …. sshh … itu Guss….., jangan berhenti …. ayo say …. gerakkan lebih cepat tanganmu pada kelentitku. Oookkhhhh …. ekkhhh … uhhgg….” ia memberikan perintah padaku sambil menggeliat-geliat semakin tak menentu.

    Mendengar permintaannya itu, aku malah berdiam diri sejenak, hingga ia tersentak, “Oohh, ada apa … Gus? Jangan berhenti, cepaattt … aku sudah hampir sampai … ohhh jangan siksa akuuuu…” rintihnya lirih.

    Aku tidak menyahut, tetapi kembali kubenamkan wajahku ke dadanya mencium, menjilat dan mengisap puting dan kedua payudaranya. Putingnya kuisap kuat-kuat sambil menekankan mulutku ke payudaranya. Bukannya menolak, ia justru makin membusungkan dadanya ke atas hingga kedua payudaranya membuatku semakin tak bisa bernapas. Kumasukkan putingnya bergantian ke dalam mulutku sambil mengisap buah dadanya sebanyak yang dapat kumasukkan ke mulutku. “Ooooohhhhhhh ….. akkkhhh …. ssshh …. kamu pinnn…tarrr … Gus!” erangnya. Jari-jariku yang bermain di klitorisnya terus melakukan sentuhan dan tekanan yang semakin cepat, sesekali telunjukku kumasukkan ke liang vaginanya hingga cairannya semakin banyak merembes. Kuusap-usap klitorisnya semakin cepat dan makin cepat hingga pinggulnya dihentak-hentakkannya ke atas memberikan suguhan pemandangan yang indah bagiku tentang pesona kenikmatan seorang wanita.

    “Ahkhh … ak .. akkhu … mmmmaauu … keluar Gus … sayaanggg … sshhh… eekhh … ooohhhhh…..!” jeritnya panjang. Kedua belah pahanya menjepit kedua kakiku dengan eratnya sedangkan tangan kananku dijepitnya di vaginanya yang membanjir dengan cairan kenikmatan, kedua tangannya memeluk punggungku sambil mulutnya mencari-cari mulutku dan menciuminya dengan ganas bahkan dengan lihaynya diisap dan digigitnya lembut lidahku.

    Ia masih terengah-engah saat berkata, “Ohhh… kau begitu pandai memanjakanku, Gus.” Aku tersenyum sambil mengusap rambut-rambut kemaluannya yang basah kuyup. “Aku masih pakai celana pun sudah kau buat orgasme,” sambungnya.

    “Sayangku, apa yang kulakukan hanyalah merespon rasa cintamu padaku,” ujarku lembut sambil membelai-belai payudaranya dan tubuhnya yang telanjang. “Ngomong-ngomong, koq payudaramu masih sekal banget, Mbak, diapain sih koq tidak kendor walaupun sudah punya dua anak dan kawin begitu lama?” celetukku penasaran.

    “Aku kan tidak pernah menyusui anak-anakku, Gus, karena ASI-ku tidak banyak. Lalu karena dokter menyarankan susu kaleng, yah jadi keterusan, nggak menyusui. Selama ini cuma suamikulah yang menyusu padaku, dan terakhir ini, yah kamu….” katanya sambil memijat hidungku lembut. “Emang kenapa sih nanya-nanyain itu?

    “Soalnya waktu memesrai buah dada Mbak, tidak seperti buah dada wanita yang sudah punya anak. Kayak payudara gadis aja sih? Dikasih semalaman menjilatinya pun mau aku” kataku.

    “Genit kamu, Gus … hi .. hi .. hi ..” tawanya.

    “Berarti aku ini orang kedua yang pernah mencicipi buah dadamu, ya?” kataku lagi. Setelah terdiam beberapa saat, kutanya dia, “Apakah siap untuk permainan yang sebenarnya, Mbak Ina sayang?” aku bertanya sambil merabai pahanya dan berusaha membuka celana dalamnya.

    Ia menatapku dengan tatapan sayu tapi penuh rasa sayang, “Gus, aku sangat ingin melakukan itu denganmu, tapi … tapi …,” ia tak melanjutkan kalimatnya.

    “Mengapa sayang? Apakah Mbak takut hamil akibat perbuatan kita?” tanyaku.

    “Bukan itu, Gus! Di usiaku sekarang tentu sudah sulit hamil bagiku, apalagi aku pakai spiral. Yang kutakutkan adalah jika hubungan kita ini membuatku lupa akan suamiku. Ia begitu baik, setia dan percaya pada isterinya, tapi aku telah mengkhianati cintanya dan janji perkawinan kami,” lanjutnya sambil menatapku dengan mata berkaca-kaca. Oh, ternyata wanita ini bukanlah tipe penggoda, bukan pula tipe pengkhianat rumah tangga, aku semakin mengagumi pribadinya, tetapi aku masih berusaha menggodanya.

    “Kalau begitu, terserah Mbak sajalah. Aku tidak mau memaksa apalagi memperkosamu, sebab cintaku pada Mbak tidak mengijinkan pemaksaan,” kataku. Tapi aku sendiri bingung apakah ucapanku itu karena menyetujui pendapatnya atau karena kesal oleh penolakannya.

    Ia mengecup pipi dan bibirku sambil memelukku makin erat, kulihat air matanya menitik dari celah-celah pelupuk matanya, ia berkata, “Gus sayang, jangan salah sangka. Aku sangat sayang pada kamu, tetapi aku sudah bersuami dan punya anak, kamu pun sudah beristeri. Jangan sampai kita melakukan persetubuhan yang bisa membuat kita lupa akan keluarga kita.”

    “Lalu, yang kita lakukan tadi apa, Mbak? Bukankah itu sudah termasuk pengkhianatan?” tangkisku. “Kalau memang Mbak tidak suka, mengapa Mbak merencanakan semua ini?” aku makin tajam mendakwanya. Ia makin terisak-isak pilu sehingga aku merasa menyesal telah membuatnya merasa begitu bersalah, padahal aku pun ikut andil dalam kejadian ini. Aku berdiam diri sambil mengusap-usap rambut dan wajahnya serta punggungnya dengan lembut.

    Beberapa saat kemudian, kulihat ia mengusap air matanya dan dirinya sudah semakin tenang. Ia mendekatkan bibirnya ke telingaku dan berbisik, “Gus, aku pernah baca artikel, bahwa anal-sex merupakan salah satu alternatif hubungan seks. Kalau kamu tidak keberatan, lakukanlah hal itu walaupun aku sendiri belum pernah melakukannya dengan orang lain bahkan suamiku.”

    Aku terperanjat mendengar bisikannya, tapi merasa tergoda mencoba hal itu, apalagi dengan isteriku sendiri pun hal itu belum pernah kulakukan. “Entah bagaimana rasanya?” pikirku sambil membayangkan andaikan kami melakukannya sekarang.

    Sekonyong-konyong ia membuka celana dalamnya dan sisa gaun yang melekat di tubuhnya dan berbaring terlentang. “Ayo Gus, setubuhi aku lewat analku agar kau dan aku bersatu malaupun tidak dengan cara yang sesungguhnya,” ajaknya.

    Birahiku bangkit melihat tubuhnya yang terpampang indah di hadapanku. Perlahan kucium bibirnya, berpagutan dengan berbagai variasi dan saling memilin lidah. Turun ke payudara dan putingnya yang kembali tegang, perut dan pusarnya kembali menjadi sasaran lidah dan bibirku, kemudian jari-jariku menjelajahi rambut kemaluannya yang tipis tapi dicukur dengan rapi sehingga bagian seputar labia vaginanya betul-betul bersih. Bibirku terus turun menjelajahi pangkal pahanya, melakukan isapan dan jilatan lembut hingga ia menggeliat-geliat sambil mendesah. Tibalah saatnya kuperhatikan klitorisnya yang makin membesar di bagian depan vaginanya. Kusentuh dengan lidahku hingga ia terpekik ,”Ahhh … kau apakan aku sayang?” Aku tidak menjawab karena yakin ia baik-baik saja dan itu merupakan permintaan halus agar aku meneruskan aktivitasku.

    Klitorisnya kujilat tanpa mencium labia vaginanya sama sekali. Ia terus meracau sambil kedua tangannya menekan belakang kepalaku hingga hidung dan mulutku tepat berada di vaginanya yang sudah banjir. Bibirku menjilati dan sesekali mengisap labianya. Dan ketika klitorisnya kujilat dan kumasukkan ke mulutku sambil kuhisap lembut dan makin kuat, ia tak kuasa menahan gairahnya, pantatnya terangkat ke atas, tapi kedua tangannya tetap berusaha menekan kepalaku agar tetap berada di kemaluannya. Jari-jariku meremas-remas kedua bongkah pantatnya dan sesekali satu tangan bergantian meremas payudaranya.

    Geliatnya makin tak beraturan, bahkan ia makin kuat menghempas-hempaskan pinggul dan pantatnya ke sana ke mari, tetapi aku tidak memberikan kesempatan untuk melepaskan diri, karena aku tahu, justru hal itulah yang ia inginkan. Ke mana pinggulnya bergerak, ke situ wajahku ikut sambil bibir dan lidahku mencium, menjilat dan mengisap seluruh organ kemaluannya. Cairan vaginanya kembali membanjir dan entah sudah berapa banyak kutelan masuk dalam mulutku. Rasanya gurih, sedikit asin, tetapi aromanya begitu sedap dan tidak berbau amis, mungkin karena ia rajin merawat bagian tubuhnya itu. Rintihannya makin tak beraturan saat dua jari tengah dan telunjuk tangan kanan kumasukkan pelan-pelan ke vaginanya sambil terus melakukan aksi dengan bibir dan lidahku, terlebih saat jari tengah tangan kiri kumasukkan ke lubang analnya setelah kuolesi ludah dan cairan vaginanya.

    “Ahhh… Guuussss …. aaa… kkhuuuu …. ahh … ohhh … nikmatnya ….Shhsshh … ahh ..” suaranya tidak lagi keras, tetapi lebih merupakan desisan dan rintihan. “Ahhkhhh … lebih cepat Gusss sayang ….!” ia memohon. Kupercepat aksiku dan kurasakan betapa bagian dalam vaginanya meremas-remas jariku dan analnya pun memberikan jepitan yang luar biasa pada jari tengah tangan kiriku. Tanpa memberinya peluang untuk melawan, kulakukan gerakan semakin cepat, hingga ia meronta-ronta, menggelinjang-gelinjang dengan rambut yang tak beraturan dan bola matanya membeliak menahan kenikmatan yang sudah di ambang pintu.

    Dengan satu hentakan, kulakukan gerakan bersamaan ke vagina dan analnya sambil mengisap klitorisnya dengan cepat tetapi lembut. “Aaaakhhhhhh ….. aku …. keluar Gus!!!” jeritnya sambil mencakar pundak dan punggungku. Kulihat di ujung matanya menetes air mata. Kulepaskan jari-jariku dari bagian bawah tubuhnya dan kurengkuh tubuhnya sambil menciumi matanya, kujilati air matanya sambil membelai-belai rambutnya.

    “Kenapa Mbak? Apakah aku menyakitimu?” tanyaku sambil memeluk dirinya.

    “Ohhh… sayang. Agusku sayang, aku begitu bahagia. Begitu luar biasa kenikmatan yang kau berikan. Suamiku sendiri belum pernah memperlakukan diriku sepertimu. Terima kasih sayang,” bisiknya sambil mengecup leher dan bibirku.

    Orgasme yang kedua kalinya membuat Mbak Ina terkapar tanpa seutas benang pun melekat pada tubuhnya. Kami berbaring terlentang sambil berpegangan dan meremas tangan. Aku merasa agak lelah karena sudah memuaskannya sedemikian rupa. Tak sadar aku tertidur. Beberapa saat kemudian kurasakan elusan pada dada, perut dan pahaku. Penisku yang sudah terkulai kembali bangun akibat elusan jari-jari lembut pada dirinya. Mataku kubuka perlahan dan kulihat Mbak Ina sudah berlutut di samping tubuhku sambil merabai tubuhku. “Luar biasa wanita ini. Masih sanggup bermain lagi rupanya?” kataku dalam hati.

    Aku pura-pura masih tertidur, tapi waktu kurasakan kepala penisku dikulum oleh mulut lembut Mbak Ina, aku tak kuasa lagi, erangan nikmat pun kembali kulantunkan. “Ahhhh, mau apa lagi Mbak?” Tanganku mengelus-elus rambutnya yang tergerai di perut dan dadaku.

    “Aku tak mau stand kita masih 1-2, belum 2-2. Aku mau memuaskanmu sekali lagi,” katanya.

    “Maksud Mbak gimana?” tanyaku berlagak pilon, tetapi senang juga dengan perlakuannya.

    “Tadi kan sudah kubilang supaya kita main anal, koq kau tidak lakukan?” desaknya.

    “Apa nggak sakit nanti Mbak? Aku sih mau-mau saja, apalagi kata orang enak banget rasanya. Pengen sih nyobain,” kataku menggoda.

    “Emang istrimu belum pernah kau gituin?” tanyanya.

    Aku tidak menjawab, malah balik bertanya, “Mbak sendiri apa pernah melakukannya dengan suami Mbak?”

    “Suamiku sih mau menang sendiri aja. Baru sebentar main, sudah keluar. Aku sering dibiarkan mencari kenikmatan sendiri. Jangankan main anal, main biasa aja ia sering kewalahan. Satu ronde saja sudah terkapar,” gumamnya.

    “Wah, nasib kita sama dong, Mbak” kataku. “Istriku pun masih kuno. Nggak kayak Mbak ini. Seringkali aku yang meminta baru ia mau berhubungan badan. Kalau aku diam aja, ya dia tidak pernah mau minta kusetubuhi. Padahal kami laki-laki pun senang jika istri meminta, bukan kami saja yang minta, iya nggak? Posisi kami pun gitu-gitu aja, tidak mau coba variasi macem-macem.” Entah mengapa aku begitu terbuka padanya tentang rahasia di balik ranjang perkawinanku.

    “Kasihan kamu ya!” timpalnya, “Melihat bentuk tubuhmu, nafsu seks-mu pasti sangat hebat, tapi dengan istri yang begitu, bisa-bisa jajan terus dong kamu!” katanya mencoba mengorek informasi.

    “Aku tak berani jajan, Mbak. Takut kena penyakit kelamin,” elakku. “Paling-paling kalau sudah tidak tahan, yah main “swalayan” alias pake sabun di kamar mandi. Malah dengan perempuan lain, yah baru dengan Mbak inilah,” ungkapku jujur.

    “Masak sih? Apa iya ada lelaki jujur di abad ini?” tukas Mbak Ina sambil mencubit pipiku.

    “Buat apa aku bohong Mbak, apalagi kepada wanita yang kusayangi seperti Mbak ini,” kataku.

    “Iya deh, aku percaya kata-katamu,” ia menutup percakapan kami sambil kembali memelukku dengan tubuhnya di atasku.

    Himpitan payudaranya membuatku kembali terangsang, apalagi jari-jarinya bermain di sekitar paha dan mulai merabai penis dan testisku kembali. Aku berbisik padanya, “Mbak, sudah siap main anal-nya? Aku jadi kepengen nih atas ajakan Mbak tadi?”

    “Sudah siap sejak tadi, sayang, tapi kamunya malah bikin aku kesetanan dengan orgasmeku tadi,” jawabnya.

    Kembali kuciumi seluruh tubuhnya, bahkan hingga telapak kaki dan jari-jari kakinya, hingga ia kembali mendesah, merintih dan menjerit kecil di kamar hotel itu. Dengan cairan vaginanya yang kembali membanjir, kubasahi lubang analnya dan kuperhatikan bentuknya yang begitu mungil tetapi geliatnya persis mpot-mpotan ayam seperti pernah kubaca di buku tentang seksologi. Aku tak tahan memandanginya terus, kujilati analnya dan pelan-pelan kumasukkan satu jari ke dalam. Mbak Ina mengerang. Tubuhnya kubalikkan dengan pantat di atas, sehingga dengan posisi menungging dapat kulihat lebih jelas bentuknya. Ia makin merintih waktu jariku kumasukkan lebih dalam.

    “Ayo sayang, sekarang … aku sudah tak tahan …” desahnya.

    Kutempatkan pinggulku tepat di belakang kedua belah pantatnya yang sintal dan perlahan-lahan kepala penis kugesekkan ke lubang analnya. Ia mendesah semakin lirih. Kepala penisku kudesakkan, mula-mula agak susah karena lubangnya begitu kecil. Namun begitu kuolesi lagi dengan ludahku dan cairan vaginanya, sudah semakin mudah dimasuki. Kepala penisku pun masuk dengan sukses. “Aukhhh… sakittt sayang…,” desisnya. Aku menghentikan dorongan penisku dan berniat menariknya, tetapi ia justru menarik kedua belah pahaku kembali meneruskan kegiatanku. “Oohhh, enak banget penismu sayang ….,” rintihnya.

    Aku berdiam diri sejenak, lalu kuteruskan aksiku mendorong penis makin dalam memasuki analnya. Setengah penisku sudah masuk, ia agak mendongakkan kepala seakan menahan sakit, tetapi gerakannya pantatnya malah mundur pantatnya agar penisku masuk lebih dalam lagi. Setelah penisku masuk 2/3, kutarik mundur, kumajukan lagi, demikian seterusnya. Dan kalau kurasa agak susah masuk, kembali kuberikan ludahku untuk melincinkan jalan masuk penis ke dalam analnya. Mbak Ina merintih-rintih dengan nikmat, apalagi tangan kiriku memainkan vaginanya dari depan dan tangan kananku meraih payudaranya, sehingga ia merasakan kenikmatan yang begitu luar biasa.

    “Oughhh … Guusss, ssshhh … akhhh,” desisnya seperti orang kepedasan akibat rasa nikmat yang tak terkatakan. “Terusss …. okhh …. terrussskaaan …. sayyyang … ahhhhh …”

    Rintihannya semakin kuat dan suatu ketika ia menjerit-jerit sambil menghentakkan pantatnya ke belakang hingga tak ayal lagi seluruh penisku menghunjam ke dalam analnya. Akibatnya sangat luar biasa. Aku begitu terpukau dengan gerakannya dan melakukan reaksi berupa gerakan cepat dan sesekali memutar dalam analnya.

    Mbak Ina merintih-rintih. Kedua tanganku terus bermain di vagina dan payudaranya, apalagi waktu dadaku kudekatkan merapat ke punggungnya sambil merabai payudara dan membelai serta memelintir putingnya, ia makin kuat meronta-ronta tapi tidak berusaha melepaskan hunjamanku pada analnya. Gerakannya makin liar dan akhirnya ia tidak lagi menungging, tetapi tengkurap di ranjang tetapi dengan tanganku masih meremas payudara dan vaginanya dan hebatnya, dengan posisi ini, kurasakan penisku mendapatkan lumatan yang begitu dahsyat dalam analnya.

    “Ayo sayang, ahhh …. ayyooo …. keluarin spermamu di analku, ohhhh …. tidak usah dikeluarkan di luar,” rintihnya. “Akkhhh … sayang …. oughhh… nik … mattt …., uhhhh …. ohhh …. aku keluar lagi sayangggg…. aaaakkhhhh,” jeritnya.

    Kurasakan betapa kuat jepitan otot-otot analnya pada penisku, sensasi yang luar biasa merasuki diriku dan dengan hentakan yang kuat pada analnya, penisku menyemprotkan cairan kenikmatan di dalam liang analnya. Denyutan vaginanya yang demikian basah pada jari-jari tanganku bersaing dengan remasan otot-otot di liang analnya.

    Aku terpekik merasakan kenikmatan yang begitu dahsyat, “Aku … ohhh, …. aku .. juga keluar, Mbak Ina …. ooohhh … sayyy… sayang …. akhh ….,” bisikku di telinga Mbak Ina saat menjatuhkan tubuhku di atas tubuhnya sembari menggigit pundaknya dengan gemas dengan penisku masih tetap berada di analnya. Kunikmati denyutan demi denyutan pada liang vaginanya dan analnya yang menjepit penisku. Kuangkat perlahan-lahan penisku keluar dari analnya dan kuperhatikan beberapa tetesan cairan kenikmatanku turut keluar dari analnya membasahi pangkal pahanya.

    “Penismu enak banget say…,” desahnya di telingaku sambil memiringkan tubuhnya menghadap ke arahku.

    “Enak mana dibanding suami Mbak?” godaku.

    “Enakan punyamu Gus!”

    “Emang penisku lebih besar dari punya suami Mbak?” tanyaku dengan rasa ingin tahu yang besar.

    “Ukurannya sih lebih besar dan lebih panjang dari punyamu, Gus. Tapi apa artinya kalau tidak bisa menggunakannya dengan baik? Enakan yang biasa-biasa aja kayak punyamu, tapi begitu perkasa memuaskan wanitanya,” katanya sambil meraba penisku yang mulai melembek.

    “Lho, bukannya kalau lebih besar pasti lebih enak, Mbak?” Ada sedikit rasa iri padaku mendengar pengakuannya bahwa penis suaminya lebih besar daripada penisku.

    “Yaah, itu kan kata orang. Aku yang menjadi istri lebih sepuluh tahun, bisa merasakan orgasme sekali sebulan pun sudah untung. Apalagi akhir-akhir ini seringkali cuma sekali seminggu berhubungan badan, itu pun kebanyakan karena kuminta,” paparnya. “Tahu nggak Gus, walaupun kata orang, gairah wanita makin menurun pada usia empat puluh menjelang menopause, tapi aku sendiri merasa seolah-olah gairah masa mudaku kembali lagi. Entah mengapa bisa begitu? Aku sendiri heran tuh,” lanjutnya.

    “Kan ada aku, Mbak? Kalau butuh kenikmatan, aku tidak akan menolak Mbak,” rayuku.

    “Gus, Gus …. kamu ternyata pandai memuaskan dan menyenangkan wanita,” katanya menanggapi rayuanku, “Tapi jangan lupa, kalau di Jakarta, mana mungkin kita begini? Bisa-bisa rumah tangga kita masing-masing hancur, iya nggak?”

    Aku terdiam menyimak kata-katanya sambil mengelus-elus rambutnya di keningnya dan yang tergerai di dadaku. “Ya, benar Mbak. Apalagi reputasi Mbak begitu bagus selama ini. Bisa-bisa semuanya jadi tak berarti kalau perselingkuhan kita ketahuan ya?”

    “Benar Gus,” jawabnya, “Tapi, jangan biarkan aku sendiri tidur kalau tugas berdua seperti ini lagi keluar kota ya?” pintanya.

    “Emang masih boleh nanti-nanti, Mbak? Apa nggak takut ketahuan kenalan kita jika kebetulan ketemu?” tukasku.

    “Ah, kalau lagi tugas gini, kita tetap aja pesan dua kamar terpisah, tapi kalau malam tidurnya bareng,” imbuhnya membuat hatiku berbunga-bunga. “Berarti masih ada kesempatan lain untuk bermesraan dengannya, walaupun mungkin ia takkan pernah mau melakukan hubungan badan lewat vaginanya,” pikirku nakal.

    “Duhh, aku senang banget mendengar kata-kata Mbak,” kataku. “Lebih enak tidur berdua gini, bisa makin fresh kalau balik ke Jakarta ya?”

    Ia tidak menjawab, hanya tersenyum dan memainkan jari-jarinya di dadaku. Aku berbaring terlentang di sebelahnya dan ia berbaring lelah dengan kepalanya di dadaku sambil mengusap-usap perut dan penisku. Matanya terpejam dan iapun tertidur. Aku pun tak kuasa menahan kelopak mataku, tapi sebelum tertidur dalam posisi telanjang, masih sempat kutoleh jam dinding menunjukkan angka 4.

    Waktu terbangun, aku merasa tubuh Mbak Ina masih tergolek di atas tubuhku. Tangannya masih memegangi penisku yang sudah layu dengan sisa-sisa sperma yang telah mengering. Kutengok jam telah menunjukkan pukul 7 pagi, berarti aku tertidur selama 3 jam. Aku ingin bangun dan berusaha memindahkan tubuhnya ke sampingku, tetapi tiba-tiba Mbak Ina meraih pinggangku sehingga tubuhku rebah di atas tubuhnya. Payudaranya kurasa kenyal, liat, belum kendor, menekan dadaku, apalagi kutoleh putingnya sudah tegang lagi. “Ah… kuat benar nafsu wanita ini, padahal dalam keseharian ia tampil begitu sopan, tidak nampak binal sama sekali,” batinku.

    Dengan mata masih terpejam, ia menciumi bibirku dan mengusap-usap punggungku sambil berkata, “Sayangku, betapa nikmat kebersamaan kita tadi.” Aku menggulirkan tubuhku ke sampingnya dan memandangi wajahnya dengan memiringkan tubuh, “Ya Mbak, aku merasa seperti musafir kehausan yang baru menemukan oase,” sambutku sambil membelai-belai anak-anak rambut di keningnya.

    “Gusss,” bisiknya lembut di telingaku sambil menciumi belakang telingaku hingga desah napasnya terasa menggelitik membuatku geli tapi nikmat. “Aku mau sarapan …”

    “Ayo Mbak, apa kupesankan breakfast by phone?” timpalku.

    “Bukan sarapan itu maksudku, sayang,” desahnya sambil mencubiti kedua putingku bergantian, “Aku mau mengulangi kemesraan kita yang tadi … please!” sahutnya menghiba.

    Gairahku bergolak kembali, apalagi ia langsung bergerak ke arah selangkanganku dan menempatkan tubuhnya di atas tubuhku dengan posisi terbalik. Kepalanya ia tempatkan di pangkal pahaku, sedangkan pahanya mencari tempat di atas wajahku. Jari-jari tangannya meraih penisku, dengan bibir dan lidahnya ia mengecup kepala dan leher penisku, kemudian menjilatinya seperti anak kecil yang kesenangan menikmati es krim. Aku tak kuasa menolakkan tubuhnya, bahkan mulai menikmati posisi 69 yang ia tawarkan. Vaginanya mulai terasa basah lagi sewaktu bibir dan lidahku menyeruak menjilati bibir-bibir vaginanya yang merah merona. Kedua tanganku kulingkarkan ke atas hingga tepat memegang kedua belahan pantatnya. Remasan demi remasan di pantatnya membuatnya mengerang, “Ahhh … nikmatnya say.”

    Lidahku makin gesit bermain menjilati kedua labia vaginanya, bahkan bibirku mulai mengisap secara bergantian bibir-bibir yang menyimpan kenikmatan itu. Saat kujilat klitorisnya, pahanya nampak bergetar menahan nikmat, apalagi saat jari telunjukku kumasukkan lagi menerobos analnya, ia semakin merintih bahkan sesekali menjerit. Tetapi ia tidak berusaha mengangkat pantatnya dari jilatan dan hisapanku; bahkan ia semakin kuat menekan pantatnya ke bawah hingga kurasakan hidung dan mulutku terbenam pada vaginanya yang merekah. “Ohhh… Agusss…., terusss … teruskan sayangkuuuu….,” desahnya sambil meliuk-liukkan pinggulnya. “Sekarang, sekarang masukkan lagi penismu di analku, sayanggghhh …. ooougghh ….,” rintihnya sambil berbalik terlentang dan membuka kedua pahanya lebar-lebar. Ohhh, sungguh fantastis, dibawah cahaya mentari yang masuk lewat gordijn jendela kamar hotel, kulihat betapa indah bentuk vaginanya yang telah kumesrai semalam.

    Aku berlutut di antara kedua pahanya. Ia sudah menggelepar-gelepar seperti ikan terlempar dari air ke daratan, karena jari-jari tanganku terus bermain di klitoris dan vaginanya. Kedua tangannya kini meremas-remas payudara dan putingnya, matanya membeliak karena kenikmatan yang ia rasakan. Kedua kakinya kutarik lembut dan kuletakkan ke atas bahuku sambil mendekatkan lutut makin rapat ke pangkal pahanya. Jari-jariku mengait-ngait klitoris dan vaginanya dan cairan kenikmatan yang dihasilkan rongga vaginanya kuusapkan di analnya, juga air ludahku untuk menambah licinnya penetrasi penisku, bahkan kumasukkan jari telunjuk kanan ke dalamnya. Ia mengerang sambil terus meremas-remas dan mempermainkan payudaranya sendiri. Aku terpukau melihat gayanya. Ternyata Mbak Ina yang begitu tenang dalam penampilan di kantor, menyimpan kekuatan seks yang sangat hebat. Gayanya mengingatkanku pada pola permainan bintang film porno.

    Setelah kurasa cairan vaginanya bercampur air ludahku telah cukup sebagai pelumas untuk memberi jalan bagi penisku, kepala penis kutempatkan di mulut analnya, mengulas-ulasnya beberapa saat, dan kumasukkan pelan-pelan sambil memperbaiki letak kakinya di pundakku. “Akhh …. sshhhh … ougghhh … pelan-pelan sayanggghhh….akhhh,” rintihnya dan kedua tangannya seakan-akan ingin menolakkan pahaku, tetapi waktu kutarik mundur penisku dari analnya, kedua tangannya justru meraih pahaku untuk semakin rapat ke pahanya. Aku kembali melakukan tekanan dengan tenaga yang makin meninggi, walaupun belum berani memasuk-keluarkan penis dengan gerakan cepat di analnya, khawatir terjadi iritasi pada analnya. “Terus … ohhhh … te..russs…kan ….. sayyyanggg …. akhhhhhh,” mulutnya mendesis sambil lidahnya ia julurkan keluar mulutnya dan menjilati bibirnya sendiri. Semakin lengkap penampilannya kulihat sebagai bintang seks.

    Penisku sudah lebih setengah bermain di analnya, tetapi ia justru makin memajukan pahanya agar penisku masuk lebih dalam lagi. Kedua tangannya meraih kedua pahaku agar lebih rapat lagi ke pahanya. Dan waktu penisku masuk seluruhnya, tubuhnya terasa mengejang, sehingga aku sempat kaget dan menghentikan gerakanku.

    “Ada apa, Mbak? Apakah aku menyakitimu?” tanyaku lembut.

    “Ohhh… tidak, tidak sayang…. Teruskan, teruskan … akkhhh… enn…nak sayang….” ia merintih sambil menghempaskan kepalanya ke kanan kiri. Tangannya bergantian bermain di payudaranya dan sesekali meremas-remas sprei ranjang.

    Kedua kakinya sudah hampir tegak lurus terhadap tubuhnya, berjuntai di pundakku. Kupercepat gerakan penis di analnya sambil jari-jariku kembali merangsang klitoris dan vaginanya, bahkan dua jariku kumasukkan ke dalam vaginanya, hingga ia terpekik.

    “Gussss!!! Ahhh …. nikmatttt sayyy …” rintihannya. Suara kecipak penisku beradu dengan analnya dan jari-jariku masuk keluar vaginanya melantunkan irama yang sangat nikmat untuk didengar. Gerakan kami semakin liar dan tak beraturan. Rintihan kami berdua bercampur bunyi kelamin kami. Penisku makin cepat kuhunjamkan ke analnya hingga terasa ada jepitan yang begitu kuat di kepala penisku. “Ahhh… koq rasanya seperti vagina saja jadinya?” pikirku.

    “Ayo say … goyang … goyang yang kuat,” katanya sambil menikmati gerakan pantatku yang tidak lagi hanya maju mundur, tetapi juga menggunakan gerakan ngebor. Tanganku tidak lagi hanya bermain di vagina dan klitorisnya, tetapi juga meremas payudara dan menarik-narik dan memelintir putingnya hingga nampak warnanya semakin merah akibat jamahan dan jepitan jari-jariku. Keringatku tak kurasakan lagi mengucur dan menetes ke perutnya. Begitu pula keringat Mbak Ina telah membasahi tubuhnya membuatku semakin terangsang melihat payudara, perut dan pahanya yang nampak seakan-akan bercahaya.

    “Akhhh …. Gus …. sayaaannggg … akkkkhu …. keluarrrr … arrhggg….” jeritnya sambil menghempaskan pantatnya makin dalam hingga seluruh penisku ditelan analnya dan kedua kakinya menjepit kepalaku dengan kuatnya. Kurasakan betapa otot-otot vagina dan analnya berdenyut-denyut akibat orgasme yang sudah melanda dirinya. Mbak Ina terengah-engah

    “Okhhh …. Mbak, tahannn …. biar bareng denganku,” pintaku.

    “Oougg … sshhh … ahhh … aku sudah tidak kuatttt ….. oooooohhhh Gusss…” teriaknya membahana dan kurasakan cairan vaginanya begitu banyak membanjir membasahi jari-jariku dan jepitan analnya menahan penisku hingga tak bisa kutarik mundur. Aku pun mengerang sambil memeluk kedua kakinya di dadaku dan merasakan penisku berdenyut-denyut semakin kuat, pertanda akan mencapai klimaks.

    “Mbaakkkk ….. ohhhh sayangkuuu…. ” gumamku sambil menikmati puncak kenikmatan bersama dirinya. Dengan cepat kurebahkan dia dan menarik penisku dari analnya lalu dengan lahap melumat vaginanya dan menyedot cairannya yang membanjir hingga menetes ke sela-sela pahanya. Ia menggeliat-geliat geli merasakan bibir dan lidahku menyedot cairan vaginanya dengan sangat bernafsu. Sprei di ranjangnya sudah acak-acakan akibat permainan panas kami berdua yang begitu menggebu-gebu.

    Akhirnya, kami berdua berbaring bersisian sambil menenangkan diri, hingga lambat laun napas kami kembali normal. Ia mengambil handuk kecil dan melap peluh yang ada di tubuhku barulah kemudian ia sendiri mengeringkan tubuhnya dari keringatnya. Kami terlentang berdua sambil menatap langit-langit kamar hotel dengan tangan saling menggenggam.

    Setelah itu kami mandi berduaan di bathtub. Saling menyabuni satu sama lain. Ia menolak halus waktu kuelus-elus payudara dan vaginanya dengan sabun sambil merangsangnya kembali. “Sudah Gus, aku capek… ntar lagi deh kalau mau ….” Kami berdua keluar kamar mandi. Sambil memandanginya berpakaian dan berdandan, aku memesan makanan diantarkan ke kamar. Ia mengenakan celana pendek dan baju you can see tanpa mengenakan BH.

    Kami makan berdua sambil menikmati siaran televisi. Jam sudah menunjukkan pukul 10. Aku pamit ke kamarku, walaupun ia merengek mau mencegah kepergianku. Saat di kamar, telepon berdering-dering terus begitu juga ponselku, tetapi waktu kulihat nomor ponselnya yang memanggil, sengaja tak kujawab. Lima belas menit kemudian aku kembali ke kamarnya dan mengetuk. Pintu kamarnya terbuka dan kulihat wajahnya cemberut, “Kenapa sih tidak mau jawab teleponku?” tanyanya sambil mencubit lengan atasku dengan gemas.

    “Addduhhh, sakit Mbak,” jeritku sambil menutup pintu di belakang kami. Ia menarik tanganku dan mendorongku hingga rebah ke atas ranjangnya. Lalu tubuhnya jatuh menimpaku tanpa dapat kucegah. Payudaranya yang kenyal menekan dadaku dan bibirnya menjejahi wajahku hingga aku gelagapan dibuatnya. Kembali kami mereguk kenikmatan demi kenikmatan hingga sore hari saat kami check-out dari hotel tersebut menuju Bandar Udara kembali ke Jakarta. Di atas pesawat ke Jakarta, aku merenungi kejadian dua hari itu sambil membaui aroma tubuh Mbak Ina yang tertidur dengan kepala rebah ke bahuku. Ah, benar-benar kenangan manis yang tak terlupakan. Akankah ada lagi kelanjutannya?

    Sepulang dari pertemuan di Yogya, Mbak Ina tetap bersikap biasa-biasa padaku di kantor. Aku juga tidak berusaha memancing percakapan yang bersifat pribadi atau memandangnya dengan tatapan sayang, agar tidak menimbulkan kecurigaan teman-teman sekantor. Begitulah, di lingkungan kantor ia tetap seorang Ibu Ina yang tegas, tetapi ramah, baik kepada karyawan dan setia pada keluarga. Tetapi dalam hatiku ia kuanggap sebagai kekasih.

    Empat bulan setelah penugasan ke Yogya, aku dipanggil oleh Direktur Utama. “Saudara Agus, saya memanggil saudara untuk memberitahukan bahwa minggu depan ada pertemuan sangat penting tentang quality control of product untuk regional Asia di Singapura. Lamanya 3 hari. Orang yang saya percayai untuk hadir pada pertemuan itu adalah Ibu Ina dan saudara Agus. Mengapa? Sebab berdasarkan catatan psikolog perusahaan dan rekomendasi dari Ibu Ina serta memperhatikan kinerja saudara selama ini, saudara sudah mampu bekerja pada bagian yang Ibu Ina pimpin. Dan sepulang dari Singapura, saudara akan kami berikan tugas baru sebagai Manager Assisstant Ibu Ina, tentunya dengan standar penghasilan dan fasilitas sebagaimana mestinya. Kami harap saudara bersedia menerima tugas dan promosi ini.”

    “Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada saya, Pak, tapi saya minta ijin untuk melakukan adaptasi dalam waktu 2 minggu agar dapat mempelajari hal-hal yang menjadi kewajiban saya. Mudah-mudahan saya tidak mengecewakan Bapak dan pimpinan lain atas kepercayaan yang diberikan,” aku menjawab dengan riang, apalagi membayangkan berduaan lagi dengan Mbak Ina.

    Pada hari yang ditentukan, Mbak Ina berangkat denganku menuju Singapura. Kami masih memiliki waktu sehari untuk bersiap-siap mengikuti pertemuan regional tersebut. Waktu berada di pesawat, Mbak Ina berbisik padaku, “Gus, jangan lupa ya, tiap malam kamu harus tidur di kamarku lho, walaupun kita tetap menyewa dua kamar hotel.”

    “Tentu saja, Mbak. Dengan senang hati,” balasku.

    Setiba di Singapura, kami naik taxi menuju hotel yang telah dipesan dari Jakarta. Kami diantar oleh room boy hotel ke kamar masing-masing. Baru lima belas menit di kamar, telepon berdering, “Hello, Dik Agus, ke kamarku aja dulu sekarang ya?” kudengar suara Mbak Ina.

    “Iya Mbak. Ha.. ha.. sabaarr, ojo kesusu yo Mbak!” godaku sambil tertawa.

    “Iiihhh, ngomong kesusu, udah ngeres aja kamu ya? Hi … hi … hi …” sambutnya terkikik lembut. “Pokoknya buruan, lewat dari sepuluh menit, pintu tidak dibuka lagi,” ancamnya.

    “Daulat Tuan Puteri, hamba akan segera datang memenuhi panggilan Tuanku,” kujawab ancamannya dengan rayuan.

    Agar tidak ada yang curiga apabila memergoki aku masuk ke kamar wanita yang bukan isteriku, aku datang menenteng tas berisi notebook dan berpakaian rapi. Tidak sampai lima menit, aku sudah berdiri di depan kamarnya dan mengetuk. Aku terpana, tanganku ditarik masuk dan dengan cepat pintu telah ditutup oleh Mbak Ina yang sudah berdiri di depanku dengan hanya mengenakan celana dalam dan BH. Tubuhnya yang langsing begitu sexy, pinggulnya begitu indah dan pantatnya yang padat serta dada yang agak membusung meskipun payudaranya tidak begitu besar, membuat mataku cepat mengirimkan info ke otak. Aku merasa darahku mengalir semakin cepat di sekujur tubuhku. Wajahku langsung memerah melihat penampilannya dan desakan di pangkal pahaku semakin sempit terasa karena reaksi alami.

    “Kita mandi dulu yuk,” ajaknya sambil membukai dasi, baju dan celanaku, hingga aku hanya benar-benar telanjang bulat di hadapannya. “Luar biasa! Mbak Ina yang sangat berwibawa di kantor, rela memberikan tubuhnya bagiku,” batinku. Ditariknya tanganku setengah menyeret dan dengan cepat ia melepaskan celana dalam dan BH-nya, sehingga kami berdua berjalan ke kamar mandi bagaikan dua bayi raksasa yang siap berendam di bathtub.

    Sesampainya di dalam, kulihat air hangat di bathtub telah penuh dan wangi-wangian rempah begitu semerbak memenuhi kamar mandi tersebut. Rupanya Mbak Ina sebelumnya membawa bekal untuk menambah sensasi kebersamaan kami. Kami pun bergandengan tangan masuk ke dalam bathtub. Dalam keadaan masih berdiri kami berpelukan dan berciuman dengan ganas, maklum telah empat bulan berlalu sejak kejadian di Yogya, kami sama-sama rindu suasana penuh kegilaan itu lagi. Sambil terus berciuman kami duduk berhadapan di bathtub, tangan kami saling mengelus tubuh yang lain. Payudaranya kuremas-remas dengan lembut, putingnya kubelai-belai. Ia membalik tubuhnya dan duduk di pangkuanku. Penisku kurasa sudah begitu tegang apalagi waktu pantatnya turun menindih kedua belah pahaku. Kedua pahanya agak dibuka dan memberi ruang bagi penisku untuk bersentuhan dalam air dengan rambut-rambut kemaluannya. Aku mengambil sabun dan menyabuni bahu, punggung, pinggulnya, kemudian tanganku bergerak ke bagian depan tubuhnya menyabuni pundak depannya, turun ke payudara, di situ kedua tanganku mengelus-elus kedua puting payudaranya, juga meremas kedua belah payudaranya dengan gerakan melingkar, hingga ia mendesah-desak nikmat.

    “Oohhh, ya …. ya, gitu Gus. Ssshhh…., addduuuhhh …. enak …. oughhh nikmatnya Gus?” serunya sambil tangannya mengelus-elus penisku yang dijepit oleh kedua pahanya yang kupangku.

    “Ohhh … shhhh … udah dulu Gus, aku sudah tak tahan … ntar kita teruskan … di ranjang. Aku mulai kedinginan nih,” tiba-tiba ia bangkit berdiri dan membilas tubuhnya dengan air yang mengucur dari shower. Kubiarkan ia meraih handuk dan melap tubuhnya sambil berjalan keluar. Aku pun segera menyelesaikan mandi, mengambil handuk dan dengan cepat mengeringkan tubuhku.

    Kulihat ia sudah berbaring di ranjang di bawah selimut. Aku melompat ke ranjang dengan bertelanjang, hingga ia tersenyum melihat ulahku. Kubuka selimutnya dan masuk ke bawah selimut bersama-sama dengan Mbak Ina. Wah, ternyata ia sama saja denganku, sama-sama bertelanjang. Tiba-tiba kedua tangannya meraih kepalaku dan menciumi pipiku, hidungku dan berhenti di bibirku. Kami saling melumat dengan ganas dan lidah kami saling memilin. Geliatnya semakin tak menentu saat tanganku meremas kedua bulatan di dadanya, terlebih lagi waktu jari-jariku bermain di putingnya dan melumatnya dengan bibirku.

    “Ahh… ekhh … sshhh… Gus …. terus …. terusss…. shhh,” rintihnya.

    Lidahku bermain turun dari klitorisnya, kedua belah bibir bawahnya tak luput dari jilatan dan kuluman lidah dan permainan bibirku. Dengan jari-jariku, kukuakkan kedua labianya ke kanan kiri sehingga terlihat warna merah merona vaginanya yang indah. “Akkkhh … nikmattthhh …. Guuusss….. oooohhhhhhhhhhhhhhhh ….” jeritnya sewaktu lidahku kusapukan ke bagian dalam vaginanya yang terpampang lebar karena kedua labianya kutarik ke kanan kiri. Ia terengah-engah karena rasa nikmat yang semakin memuncak. Kulihat keringat mulai menetes di lehernya, juga dada, perut dan pinggangnya.

    Lidahku terus turun hingga melewati ujung bawah vaginanya. Kini sasaranku adalah lubang analnya. Kuarahkan hidung mengendus-endus analnya. Ia menggeliat kegelian, tetapi tidak berusaha menolakkan kepalaku. Bibirku mulai menciumi tepi-tepi analnya dan lidahku mulai mencari-cari lubang analnya. Jari-jariku kupakai untuk membuka analnya lebih lebar sehingga lidahku masuk ke analnya. Mendapat perlakuan demikian, pantatnya tiba-tiba terangkat ke atas dan rintihannya semakin keras mengatasi suara televisi yang sedang menyiarkan warta berita. “Ihhhhh …. nikmaaaaattthhhhh ….” Analnya terus kujilati sambil jari-jariku terus mengusap-usap labia dan klitorisnya.

    “Okkhhhhh ….. ssshhhhh … Gussss, aku tak kuuuu….att ….. ahhhhhh….. aku mau … ke …. kelll…..luarrrrr …..” ia menjerit-jerit sambil menggeliat-geliat. Tiba-tiba kurasakan vaginanya membanjir dengan cairan yang cukup banyak. Tak mau kehilangan momentum yang menentukan, kuarahkan bibir dan mulutku ke vaginanya dan menyedot dengan rakusnya cairan kenikmatan yang dihasilkannya. Telunjuk kiriku masuk ke vaginanya, menusuk dalam-dalam sedangkan telunjuk tangan kananku dengan cepat menembus analnya hingga lebih setengah jariku ditelan analnya yang berdenyut-denyut menjepit jariku.

    “Sayannnnngggg …oohhh …. akkk ….. ku keluarrrrr …..” teriaknya sambil kepalanya dihempas-hempaskan ke kiri dan kanan. Tangannya meremas-remas kedua buah dadanya dengan ganas dan pahanya dirapatkan dengan jariku masih terjepit dalam analnya.

    Sesudahnya ia tergolek lemas dengan senyum manis dan tatapan sayu ke arahku. Aku membalas dengan mengecup bibirnya berbagi cairan kenikmatannya yang masih tersisa di mulutku. Ia amat bergairah menyambut ciumanku dan tidak merasa jijik menjilati cairannya yang ada di mulutku.

    Tubuhku kuletakkan miring memeluk dirinya dari belakang. Sambil kuelus-elus bahu, pinggang dan pinggulnya, penisku mengambil posisi tepat di belakang pantatnya. Kurenggangkan sedikit pahanya dan perlahan-lahan penisku mencari-cari lubang analnya. Karena begitu sempit, kugunakan lagi jari-jariku meraba dan menusuk analnya setelah membasahinya dengan ludahku. Ia tersentak dengan style yang kupakai sekarang. Analnya semakin membesar saat topi baja kepala penisku memasuki sedikit demi sedikit. Kuhunjamkan penisku semakin dalam dan ia kembali mengerang. Kembali birahinya naik menyambut tusukan-tusukan mautku dan remasan jari-jariku di payudaranya. Karena posisinya demikian kritis, penisku masuk sebagian saja ke dalam analnya. Merasa kurang sreg, aku menggulingkan tubuhnya hingga tengkurap dan penisku masuk seluruhnya hingga ia mendongakkan kepala dengan jeritan kuat,

    “Gus …. ohhhhh … pelan-pelan, oohhh …. ssshhhh …. sssaaakiiittt….”

    “Tenang say, ntar lagi juga bakal enak kau rasakan ….” hiburku sambil menarik penisku dan memasukkannya lagi dengan gerakan yang lebih lambat.

    Benar saja, bukannya merasa sakit, perlahan-lahan Mbak Ina merasakan nikmat yang tak terhingga saat penisku kembali masuk keluar analnya, apalagi jari-jari tanganku turut merogoh vaginanya dari depan merangsang klitoris dan labianya yang membanjir dengan cairan kenikmatan. “Sssrrrt…. crrett … ssrrrt … crrrtt,” terdengar suara yang aneh saat penisku melesak maju mundur dalam analnya.

    “Sssshhh …. aaahhh ….. ekkk …… sssshhh…… ooooougggghhhhh…..” lenguhnya berusaha menahan agar tidak cepat-cepat orgasme. Tapi ia tak kuasa menahan lebih lama lagi, pantatnya yang menjepit penisku dalam analnya bergetar hebat hingga kurasa penisku tak dapat kutarik mundur maju lagi, terjepit dengan ketatnya dalam analnya; dan dengan suatu sentakan luar biasa, ia merapatkan bongkah pantatnya dengan telak ke arah penisku. “Ooouwww …………… sshhhh ….. aaaaahhhhhkkk …. aku dapat Gussss….!” teriaknya kuat hingga aku sendiri terkejut mendengar jeritan birahinya.

    “Crot …. crrooootttt … crrooootttt …” penisku tak mampu lagi kutahan, dengan hebat menyemprotkan air mani dalam analnya. “Ahhhhhhh…. akkkkuuuuu …. keluar Mbbbbaakkkkk!” desahku sambil menghunjamkan dalam-dalam penis ke dalam bongkahan pantatnya yang sangat merangsang.

    Masih menindih tubuhnya yang menelungkup dari atas, aku mulai meredakan napas dan mengatur detak jantungku yang begitu kencang, dan berguling ke sampingnya dengan tetap memeluk pinggulnya hingga terlentang dengan tubuhnya kini berada di atasku.

    “Gus, Gus, kamu tidak berat ditindih badanku begini?” tanya Mbak Ina.

    “Hmmm, nggak apa-apa, Mbak. Apalagi ada kompensasinya koq, penisku
    masih menikmati kuluman analmu,” jawabku.

    “Iihhhhh jorok …., nyebut-nyebut anal,” katanya.

    “Biarin jorok, yang penting nikmat, Mbak ….” aku menimpali ucapannya, “Kalau begini terus tiap malam di Singapura ini, wah … rasanya seperti berbulan madu dong Mbak?”

    “Enak aja kamu Gus! Kita kemari kan buat kerja,” tandasnya mengingatkan maksud kami datang ke Singapura. “Ini kan selingan buat menumpahkan rindu sejak pulang dari Yogya,” tambahnya.

    Aku tersenyum mendengar kata-katanya. “Iya deh Mbak. Tugas tetap tugas, tapi pacaran juga jalan terus kan?” gurauku.

    Ia tertawa kecil dan sambil menggulingkan tubuhnya ke sampingku ia bertanya, “Kamu senang ikut tugas kantor denganku, Gus?” Belum sempat kujawab pertanyaannya, ia berkata lagi, “Aku yang mendesak pimpinan agar kamu ditaruh pada bagianku dan menjadi asistenku. Tadinya ada manajer lain yang memintamu ke bagiannya, tapi berkat argumentasiku dan didukung oleh evaluasi dari bagian personalia, kamu disetujui pindah ke tempatku.”

    “Aku sempat kaget, Mbak. Koq tiba-tiba ditawari posisi baru padahal masih ada beban kerja di bagianku yang harus kuselesaikan tahun ini,” kataku. “Rupanya Mbak Ina yang menjadi dalang di balik semua ini?”

    “Jadi kamu nggak suka atas ulahku memindahkanmu?” desisnya sambil memandangku tajam.

    “Wah, keluar galaknya,” pikirku.

    “Ouww, jangan salah sangka, Mbak. Aku justru sangat senang dan berterima kasih mendapat promosi. Cuma tidak menduga sebelumnya bahwa Mbak turut berperan atas hal ini,” kataku sambil mencium bibirnya lembut. Ia membalas ciumanku dan mengulum serta mengisap lidahku.

    Kami kemudian tidur sambil berpelukan di bawah berselimut. Kira-kira sejam kemudian aku tersentak mendengar dering telepon. Ingin kuraih, tapi khawatir itu untuknya, maka kuguncang-guncangkan bahunya agar menerima telepon tersebut.

    “Hallo, I am Mrs. Ina,” katanya menjawab nada panggilan di seberang sana.

    Aku memeluk tubuhnya yang telanjang dari belakang dan kudekatkan telingaku ke telinganya, lalu kudengar suara dari seberang sana. Rupanya dari Direktur Utama kami.

    “Bagaimana perjalanan kalian? Apakah semuanya berjalan baik?”

    “Yes, oh … ya .. ya, Pak, kami baik-baik saja. Perjalanan kami lancar dan kami sudah berada di hotel untuk mempersiapkan diri pada pertemuan besok,” jawabnya.

    “Saya berkali-kali menelepon ke kamar Agus, tapi tidak diangkat. Apakah ia keluar hotel?”

    “Celaka, rupanya The Big Boss mencari jejakku,” pikirku.

    “Tadi begitu tiba di hotel, ia minta ijin tidak mau diganggu, Pak. Katanya semalam ia tidur larut malam karena mempersiapkan presentasi kami untuk pertemuan besok. Mungkin ia sedang bermimpi indah di kamarnya, Pak,” jawabnya berbohong. Gila benar, cepat sekali si Cantik ini memberi argumentasi yang membuat atasan kami senang.

    “Baiklah, jika demikian, silakan beristirahat agar penampilan kalian besok benar-benar prima. Sampaikan salam saya kepada Agus. Sukses ya!” kembali suara Direktur Utama kami terdengar.

    “Ok Pak, saya sampaikan salam Bapak nanti dan doakan kami agar tidak mengecewakan Bapak dan perusahaan. Salam kami kembali buat Bapak,” katanya menutup pembicaraan dan meletakkan gagang telepon.

    Masih memeluk pinggangnya dari belakang, bibirku menghembuskan napas di belakang telinganya hingga ia kegelian lalu lidahku menjilati lehernya yang jenjang hingga turun ke kuduknya. Di situ kubuat kecupan agak kuat hingga ia mendesah-desah. Apalagi sewaktu bahunya kuciumi dan kujilati dengan lembut. Ia mengerang dan desahannya seperti orang kepedasan karena makan cabai. Ciuman dan jilatanku semakin turun ke punggung, pinggang dan pinggulnya. Ia semakin menjadi-jadi meliuk-liukkan tubuhnya. Kudengar suaranya sambil mendesah,

    “Gus, apakah kamu pernah melakukan seperti ini dengan perempuan lain selain isterimu dan aku?”

    “Mbak, Mbak, mana berani aku berbuat begini. Dengan Mbak aja hanya karena “gayung bersambut” maka aku mau. Aku takut kena penyakit kelamin, Mbak,” jawabku.

    “Jadi kamu jujur nih tidak pernah begini dengan yang lain?” desaknya,

    “Soalnya aku tak mau kalau suatu waktu kena penyakit karena tertular darimu yang pernah main dengan perempuan lain. Apalagi kita cuma bisa main anal, karena aku tak mau kau coblos vaginaku.”

    “Jujur Mbak,” kataku. Memang aku tak pernah berpikir jajan atau berbuat begini dengan yang lain, bahkan ada beberapa gadis di kantor yang pernah menggodaku atau menaksirku baik terang-terangan maupun secara diam-diam, tidak pernah kugubris. “Aku cuma setia padamu dan istriku, Mbak Ina sayang,” rayuku.

    “Aku perlu kejujuranmu agar tiada sesal diantara kita kelak,” ungkapnya. “Biar saja Tuhan Sendiri yang menyaksikan kebinalan kita, tetapi rumah tangga kita tetap kita pelihara,” katanya lagi.

    Aku terdiam dan menghentikan elusan tangan dan permainan bibir dan lidahku sambil merenungkan kata-katanya barusan.

    “Lho, koq jadi diam? Tersinggung dengan kata-kataku barusan ya?” ia bertanya sambil menoleh ke belakang hingga hidungnya menyentuh pipi dan hidungku. “Terusin dong …” rajuknya sambil tangannya meraih tanganku yang memeluk pinggangnya agar naik meraba payudaranya kembali.

    “Aku terharu aja Mbak,” kataku. “Mbak tidak menuntut apa-apa dariku selain kebersihan diri seperti itu, walaupun aku sadari dosaku menggoda Mbak.”

    “Sssttt, jangan bicara begitu. Tidak ada yang salah. Bukan kau yang menggodaku, justru aku yang harus tahu diri dan tidak menggodamu,” bantahnya. “Tak perlu menyesali semua yang sudah-sudah. Yang penting kita berdua pandai-pandai membawa diri agar hanya kitalah yang tahu dan Tuhan bahwa kita saling menyayangi dan ingin berbagi kasih. Itupun tidak tiap kali kita melakukan hal begini. Paling-paling saat keluar kota atau keluar negeri seperti sekarang. Yang kuminta padamu Agus sayang, adalah jangan keterusan bersetubuh denganku lewat vaginaku, agar setidak-tidaknya masih ada bagian yang tersisa pada tubuhku yang hanya boleh dimiliki dan dinikmati oleh suamiku.”

    “Ya Mbak. Aku memang tergoda melihat vaginamu dan payudaramu serta seluruh organ tubuhmu yang sangat menawan. Bahkan waktu di Yogya aku sangat berhasrat memasukkan penisku ke dalam vaginamu. Untungnya aku masih sadar dan menahan diri. Entah nanti. Tapi kuharap jangan segan-segan menamparku apabila aku tak dapat menguasai diri, mana tahu Mbak kupaksa dan kuperkosa suatu waktu,” pintaku.

    “Justru itu Gus. Aku tak ingin ada kekasaran diantara kita. Biarlah kita menikmati kasih ini dengan cara kita sendiri tanpa harus menggunakan yang satu itu. Aku rela jika kau minta terus-terusan memasukkan penismu di mulutku atau analku, tapi ke vaginaku kuharap tidak kau lakukan, kecuali jika hanya bagian kepala hingga leher penismu saja masuk ke vaginaku. Bagaimana Gus, kau mau berjanji padaku?” tuntutnya sambil melingkarkan kedua tangannya ke leherku.

    “Aku tidak mau berjanji, Mbak, sebab janji adalah hutang. Tapi aku akan selalu berusaha untuk menahan diri agar tidak mengecewakan dirimu Mbak. Mudah-mudahan hubungan aneh kita ini tidak membuat kita saling menyakiti kelak dan tidak ada yang akan dipermalukan diantara kita berdua. Semoga hubungan gelap kita ini hanya Tuhan dan kita berdua yang tahu dan biarlah Dia memaafkan kita atas perbuatan kita ini. Sebab aku tulus mengasihi Mbak dan tidak ingin merusak kepercayaan yang sudah Mbak tanamkan padaku,” tekadku.

    Mbak Ina memelukku erat-erat dan mengecup leherku. Agak lama ia berbuat demikian hingga kurasakan ada aliran air hangat membasahi leherku turun ke dadaku. “Mungkin ia menangis,” pikirku. Benar saja, kemudian ia melepaskan wajahnya dari leher dan dadaku. Kupandang matanya berair dan sebagian membasahi pipinya. “Mengapa Mbak menangis?” aku bertanya lugu.

    “Aku terharu, Gus. Masih ada pria sebaik dirimu yang mengasihiku dengan tulus, tidak menuntut yang bukan-bukan. Andaikan dengan lelaki lain, barangkali sudah sejak di Yogya aku tak punya muka lagi melihat dunia karena melakukan persetubuhan dengan pria yang bukan suamiku. Mana ada buaya menolak bangkai, bukan? Pasti ajakanku menemani sekamar saja sudah diartikan untuk melakukan hubungan badan, iya nggak?” katanya.

    “Aku senang karena mencintai perempuan sebaik Mbak Ina,” kataku.
    “Memang sukar untuk tidak melakukan persetubuhan apalagi jika melihat wanita secantik Mbak. Aku justru karena sungguh-sungguh menyayangi Mbak sejak awal masuk perusahaan, sehingga tidak pernah berpikiran merusak diri Mbak.” lanjutku.

    “Ok sayang, sekarang … mumpung masih ada waktu tersedia sebelum kita bekerja besok, mari kita reguk kenikmatan kembali,” ajaknya sambil menghujani dadaku dengan ciuman-ciuman yang menggairahkan. Putingku dilumat oleh lidahnya dan bibirnya mengecup kedua putingku bergantian hingga kulihat ada cupang berwarna kemerah-merahan bekas kecupan bibirnya. Birahiku kembali membuncah mendapat perlakuan demikian. Kubalas dengan menaruh kedua pahanya di atas pahaku dan memeluk dirinya erat-erat sambil meremas-remas kedua buah dadanya. Kembali ia mengerang dan mendesah-desah.

    Vaginanya bergerak-gerak di bagian bawah penisku seakan-akan meminta diterobos oleh batang kenikmatanku. Diarahkannya penisku menguakkan rambut-rambut kemaluannya. Tetapi aku sadar akan percakapan kami tadi dan tidak berusaha memasukkan penisku ke dalam vaginanya yang semakin lembab. Ia berbisik di telingaku, “Gus, masukkan penismu dikit ya, atur agar cuma sampai leher penismu masuk dalam vaginaku. Soalnya aku terangsang banget. Biar klitoris dan labiaku nikmati tusukan kepala penismu ya sayang?” pintanya. Kuturuti permintaannya dan menekan lembut ke liang vaginanya, tapi jari-jari tangan kananku kupakai menggenggam penisku, sehingga batangnya dapat kukendalikan tidak masuk dan hanya kepala hingga leher penisku yang menekan-nekan rambut kemaluannya.

    Dengan sedikit geliat, ia berhasil membuat kepala penisku tepat berada di depan klitorisnya yang semakin tegang. Sekonyong-konyong ia merebahkan badannya terlentang di bawahku dengan kedua belah pahanya masih ditumpangkan di atas pahaku dan menggerakkan pahanya ke arah tubuhku sehingga kepala penisku menancap telak di mulut vaginanya. Untunglah aku tetap menggenggam batang penis hingga ke pangkalnya hingga tidak terbawa masuk akibat gerakannya yang tiba-tiba.

    “Ayo Gus, aaahhhh …. ssshhh ….ayo … sayangggg…. gerakkan kepala penismu menggesek-gesek klitoris dan permukaan vegy-ku,” erangnya.

    Dengan setengah berlutut, kugerakkan pantatku maju mundur agar kepala penisku benar-benar memberikan gesekan nikmat bagi klitoris dan labianya yang semakin basah.

    “Ahhhh … ssshhhh ….. ooooohhhh ….. ooouuuwwww ….. yang cepat Gus … lebih cepat lagi sayanggggg ….. aaahhhhhhhhhh …” desisnya sambil melemparkan kepalanya ke kanan kiri dan ke atas hingga rambutnya semakin awut-awutan, tapi justru menambah kecantikannya sebab wajahnya semakin merah merona dan kedua tangannya terus meremas-remas puting dan payudaranya karena tanganku kupakai meremas-remas kedua belah pantatnya dan mengelus-elus pahanya.

    Gerakan kepala penisku sekarang kupusatkan pada bagian klitorisnya dengan cara memutar hingga membuatnya semakin menggeliat-geliat sambil merintih sambil meraih kenikmatan. Kemudian kubuat variasi gerakan dengan mengulas-ulas labianya menggunakan kepala penisku hingga bibir bawahnya semakin terbuka memperlihatkan warna merah dengan cairan-cairan putih bening yang keluar dari lipatan-lipatan dalam vaginanya.

    Tiba-tiba pantatnya diangkat tinggi hingga kulepaskan penisku dan kedua belah pahanya menjepit leherku kuat-kuat, denyut-denyut di vaginanya semakin kencang dan dengan jari-jariku kuterobos liang kenikmatannya dalam-dalam sambil mengisap kuat-kuat klitorisnya. Dengan jari telunjuk kanan, kuterobos vaginanya mencari-cari letak G-spotnya. Agak ke atas di belakang klitorisnya kutemukan suatu titik lembut yang ketika kutekan membuatnya makin merintih-rintih nikmat. Sedangkan telunjuk tangan kiriku pelan-pelan merambat ke dalam analnya hingga ia semakin menggelinjang-gelinjang.

    Saat gerakannya semakin liar, kumasukkan lagi dua jariku bersama-sama telunjuk masuk membenam ke dalam vaginanya dan kurasakan bagaimana lorong vaginanya meremas-remas ketiga jariku dengan kuatnya dan dengan dorongan yang luar biasa ia menyemprotkan cairan vaginanya hingga muncrat ke wajahku. “Guuuuusssss …..” hanya itu kata-kata yang dapat ia lantunkan di puncak orgasmenya. Dengan cepat kubenamkan wajahku, bibirku dan lidahku menjilati cairannya yang kini bukan hanya di seputar vaginanya, tapi juga mengenai rambut dan dadaku bahkan sebagian mengenai sprei. Luar biasa banyaknya. Rasanya gurih, sedikit asin, dan aku terus dengan keasyikanku menjilati semua cairannya.

    “Oohhhh ….. Agus sayangggg ….. enak … nikmat sekali sayang, aaaakhhhh. Kau apakan vaginaku sampai begitu banyak menyemprotkan maniku?” erangnya sambil mengelus-elus kepala dan rambutku. “Begitu lama aku kawin dengan suamiku, tetapi baru sekali ini kurasakan semprotan vaginaku yang luar biasa,” katanya lagi.

    “Sayang …. apa kau tidak tahu? Itu kan G-spot-mu yang kutekan tadi bersama-sama klitoris dan liang vaginamu,” jawabku sambil mencium bibirnya.

    “Ehh … ya … aku sendiri walaupun sudah menikah lebih dari sepuluh tahun, rasanya masih banyak yang harus kupelajari tentang seks,” gumamnya. “Anehnya, aku malah bisa begitu nikmat kamu puasi, padahal suamiku termasuk orang yang rutin berhubungan badan, tetapi pemahamannya tentang tubuh wanita sepertinya kalah dari kamu,” lanjutnya.

    Sampai sore hari kami masih bermain dua kali dan setelah makan malam, kami kembali bergulat di kamarnya sampai pukul sembilan. Untunglah kami ingat harus beristirahat agar tampil bugar pada pertemuan besok.

    Selama mengikuti pertemuan dengan rekanan, kami berdua memperlihatkan sikap biasa-biasa di depan orang lain, tidak terkesan bahwa kami punya hubungan intim. Namun malam harinya, seperti hari pertama di Singapura, aku rutin menemani Mbak Ina di kamarnya. Tentu saja bukan sekadar tidur, tetapi setidaknya bermain cinta secara unik dengannya paling sedikit dua kali; bahkan pernah kami melakukan sampai ia mencapai orgasme sebanyak 5 kali dan aku sebanyak 3 kali.

    Malam terakhir kami di Singapura benar-benar kami habiskan berdua di kamarnya. Begitu usai makan malam dengan Mr. Chow, salah seorang manager pada perusahaan rekanan kami, dengan dalih akan beristirahat, Mbak Ina sudah pamit lebih dulu meninggalkanku bersama rekanan kami yang masih mengajakku ngobrol. Aku sudah ingin cepat-cepat pergi, apalagi sudah sepuluh sms Mbak Ina masuk, minta aku segera datang, tapi karena tak enak hati pada rekanan kami, aku cuma membalas singkat, “Masih ada yang dibicarakan, sabar sayang!” Tepat pukul 9 malam, barulah aku pamit dengan dalih sudah mengantuk dan membuat gerakan menguap beberapa kali.

    Kusms Mbak Ina, “Tuan Putri, hamba segera datang ke peraduanmu.” Sesampai di kamar, kuangkat gagang telepon untuk berbicara dengan Direktur Utama melaporkan kegiatan kami. “Semua beres, Pak. Laporan selengkapnya secara tertulis akan Ibu Ina dan saya selesaikan agar dapat Bapak terima sesegera mungkin,” janjiku. Pimpinan kami menjawab dengan nada puas, “Baiklah, saya percaya akan kinerja kalian. Silakan beristirahat karena kalian tentu sudah sangat lelah beberapa hari ini. Bila perlu tak perlu cepat-cepat pulang besok agar dapat sehari lagi berjalan-jalan di Sinagapura. Mengenai hal ini, sudah saya pesankan tadi kepada Ibu Ina, sehingga tak perlu kuatir akan adanya tambahan biaya, semua akan ditanggung oleh perusahaan. Ok, sampai jumpa.” Aku senang sekali mendengar ucapan Direktur Utama kami itu. “Wah, kalau Mbak Ina setuju, berarti besok kami dapat seharian mereguk anggur kenikmatan di atas ranjangnya,” pikirku.

    Setelah itu, kuputar nomor telepon rumahku. Begitu diangkat, kudengar suara istriku, “Hallo, selamat malam! Mau bicara dengan siapa?” Kukatakan pada istriku, “Mama sayang, bagaimana kabarmu?” Jawabnya, “Oh Papa ya? Aku baik-baik saja, tapi sudah rindu banget. Jadi pulang besok, Pa? tanyanya.

    “Itulah yang mau kukatakan. Aku belum tahu bagaimana Bu Ina selaku pimpinanku. Tadi Boss kami katakan agar kami menambah waktu untuk melakukan beberapa hal lain mumpung masih di Singapura, sehingga kami tak dapat pulang besok, paling cepat lusa. Mudah-mudahan Bu Ina memperbolehkan aku pulang duluan, abis udah kangen pada Mama sih! Tapi jika tidak diijinkan, Mama sabar aja ya nunggu Papa pulang lusa,” kataku dengan nada merayu. Sebetulnya tak enak juga berbohong seperti itu padanya, tapi karena adanya peluang diberi Pimpinan, kucoba gunakan.

    “Ahhh, Papa jahat deh! Jadi besok belum bisa melepas rindu dong?” rajuk istriku manja.

    “Jangan marahin Papa dong, Mama sayang … kan Papa hanya bawahan yang harus tunduk pada atasan. Apalagi Papa sudah bilang bahwa tugas kali ini berkaitan dengan promosi jabatan Papa sepulang ke Jakarta nanti. Kalau sudah balik ke Jakarta, Mama minta berapa ronde pun kulayani deh …” kucoba meyakinkan dengan melontarkan jurus-jurus rayuan maut.

    “Kalau begitu, Papa harus belikan Mama oleh-oleh yang bagus …. dan jangan lupa, kangen Mama harus dirapel beberapa ronde yaaaa???” kembali suara manja istriku terdengar.

    “Baik, Papa akan carikan souvenir indah buat Mama, tapi janji jangan musuhin Papa dan jangan buat Papa lecet-lecet waktu melepas rindu nanti ya?” jawabku. “Ok Mama, selamat malam, selamat tidur ya. Kiss bye,” sambungku menutup percakapan kami.

    “Cup … cup … met malam. Salam kangen banget ya Pa!” desah istriku.

    Baru saja kuletakkan gagang telepon, tiba-tiba telepon itu berdering.

    “Kriiingg … krrrinngg … krrinnggg ….” Kuangkat telepon, dan benar dugaanku, Mbak Ina. Pasti ia sedang uring-uringan. “Koq lama banget sih. Sibuk terus teleponmu! Apa kamu punya pacar baru ya?” semprotnya.

    “Maaf Mbak, tadi abis bicara dengan Mr. Chow, aku telepon Boss kita di Jakarta melaporkan pertemuan kita.”

    “Ngapain kamu mesti telepon Pimpinan kita, kan tadi sore kamu dengar sendiri aku bicara per telepon dengannya?” katanya ketus.

    “Jangan marah gitu dong, Mbak? Aku kan juga mau tambahkan percakapan informal kami dengan Mr. Chow tadi sekaligus memberitahu beliau bahwa laporan pertemuan kita akan sesegera mungkin saya siapkan.”

    “Ohh gitu, abis teleponmu sibuk terus sih, padahal sms-mu tadi bilang mau langsung ke kamarku? gerutunya sambil melanjutkan dengan nada yang sudah semakin datar, “Nah, tadi beliau katakan agar kita tidak buru-buru pulang. Jika ada yang masih perlu dipelajari dari rekanan kita di luar pertemuan formal beberapa hari ini, kita dapat menambah waktu sehari lagi di sini. Bagaimana, kamu tidak keberatan?”

    “Ah, aku sih bagaimana Mbak aja. Apalagi tokh tiap malam Mbak selalu memberikan service khusus buatku?” candaku demi mendengar suaranya sudah mulai mendatar.

    “Tapi bagaimana dengan istrimu, apa tidak curiga jika kita nambah waktu di sini?” tanyanya menyelidik. “Kalau aku sih, sudah langsung kutelepon suamiku tadi memberitahu kemungkinan pulang masih lusa dari sini.”

    “Beres, Mbak. Tadi istriku sudah kubilangin kalau masih ada tugas kita, sehingga belum bisa pulang besok,” jawabku.

    “Gila lu, tugas apa tugas nih?” oloknya sambil tertawa kecil. “Udah buruan, aku sudah kedinginan sendirian di kamarku. Jangan pake mandi lagi, cepat ya! Kutunggu dalam sepuluh detik,” ancamnya menggoda.

    “Ha … ha … ha … jangankan sepuluh detik, Mbak. Sekarang pun aku sudah di kamarmu karena masuk lewat saluran telepon …” balasku sambil meletakkan telepon dan bergegas ke kamarnya.

    Sesaat kemudian aku sudah di depan kamarnya. Waktu kuketuk pintunya, ternyata pintunya sedikit terbuka, “Masuk Gus!” Aku mengomelinya, “Gila, koq pintumu tidak dikunci sih Mbak? Nggak takut ada orang lain masuk?” Kulihat lampu kamarnya remang-remang dan ia berbaring di ranjang dengan selimut menutupi tubuhnya, sementara pesawat televisi di kamarnya menyajikan film dewasa semi porno. Batinku, “Wah, udah ngeres rupanya dia nonton film beginian?”

    “Ah ngapain takut? Tokh cuma kamu yang tahu kalau pintu itu agak terbuka. Dari tadi ada yang lewat kudengar tapi mana berani masuk?” tangkisnya.

    “Aku mandi dulu ya Mbak, gerah banget nich seharian duduk, sore tadi cuma mandi koboi,” kucoba bercanda melihat reaksinya terhadap ucapanku.

    “Ehhh …. belum pernah lihat televisi dilempar ke wajahmu, ya? Kan udah kubilang tadi tak usah pake mandi. Alasan aja, padahal mau godain aku… Sini, naik ke dekatku!” serunya dengan nada memerintah.

    Kulepaskan baju dan celana panjangku dan kusampirkan di gantungan baju di lemarinya. Dengan hanya mengenakan celana dalam dan kaos singlet, kudekati dia dan membuka selimut masuk ke baliknya berbaring di dekatnya. Sekilas kulihat ia hanya mengenakan baju tidur tipis tanpa mengenakan BH, entah celana dalamnya karena selimutnya tidak kubuka lebar.Belum sempat rebah dengan baik, ia sudah memelukku dan melumat bibirku dengan buas. Tangannya meraih kepalaku dan bahuku, hingga aku tak bisa mengelak dari ciuman-ciuman mautnya. Lidahnya disusupkan masuk ke dalam mulutku membelit lidahku dan mengait-ngait rongga mulutku sambil bibirnya menutup penuh-penuh mulutku. Buah dadanya yang padat begitu liat dengan putingnya yang kulihat sudah tegang, menekan dadaku hingga birahiku naik dengan cepat.

    “Sebentar Gus, kamu jangan melawan, ikuti saja kemauanku …” paksanya tiba-tiba sambil menyeret tubuhku ke pinggir ranjangnya, sementara selimut yang kami pakai sudah terlempar ke bawah ranjang. Ditariknya kedua kakiku hingga berjuntai ke lantai dan pantatku tepat di tepi ranjangnya, sementara di bawah kepalaku ia letakkan sebuah bantal. Lalu dengan cepat ia menempatkan diri berjongkok di antara kedua pahaku dan mengelus-elus rambut kemaluanku. Bibirnya mulai ia gunakan menciumi lututku, naik ke pahaku dan kedua testisku. Lidahnya mulai menjulur membasahi pori-pori tubuhku seolah-olah tidak mau menyisakan se-inci pun luput dari lumatan bibir dan tusukan lidahnya yang menimbulkan seribu satu sensasi. Aku mulai mengerang mendapat pelayanan yang begitu memuaskan.

    “Ekhhhh… sshhh …. ahhh … Mbakkkk …. nik .. mat … Ougghh .. sayaangggg….” Kembali kusaksikan bukan seorang Ibu Ina yang sangat disegani di lingkungan kerja, tetapi yang ada kini hanyalah seorang wanita yang benar-benar tahu apa yang harus ia lakukan untuk memenuhi kodratnya sebagai seorang wanita terhadap kekasihnya.

    Perlahan-lahan lidahnya menjilati batang penisku dan melakukan gerakan memutar sambil menggunakan sebelah tangannya memegangi pangkal kemaluanku dan tangannya yang lain mengelus-elus testisku yang menjadikanku menggeliat-geliat. Di bagian leher penisku, lidahnya bermain dengan lincah melakukan manuver keliling dan “Oouuuwww …!” aku menjerit ketika ujung lidahnya mengulas-ulas lubang penisku dan memasukkan kepala penis ke dalam rongga mulutnya sambil terus menerus melakukan gerakan simultan dengan kedua tangannya.

    Aku semakin terengah-engah manakala ia memasukkan seluruh penisku hingga pangkalnya masuk ke mulutnya. Kurasakan bagaimana ujung penisku menyentuh kerongkongannya, aku tidak tahu apakah itu amandelnya, tapi yang jelas ada benda yang lunak di sana memberikan rangsangan yang luar biasa bagi kepala penisku. Sambil menelan seluruh penisku dalam-dalam, lidahnya tetap menjilati batang penis dan kepala penisku, hingga aku terbeliak karena menahan nikmat yang tak terkatakan. Aksinya belum berhenti, tangan kanannya menggenggam batang penisku dan melakukan kocokan-kocokan maut sambil terus mulutnya melakukan gerakan memasukkan dan mengeluarkan kepala penisku semakin cepat dan semakin cepat.

    Tangan kirinya kembali meremas-remas, kini sasarannya adalah kedua belah pahaku dan entah kapan cairan ludahnya ia ambil dari mulutnya, kurasakan jari telunjuk kirinya mulai melakukan eksplorasi ke liang analku. Mula-mula masih di permukaan analku ia oleskan ludahnya, tetapi kemudian ia mulai memasukkan sedikit demi sedikit jarinya ke dalam analku. Lonjakan pantatku semakin hebat, bahkan hingga bergetar merasakan rangsangan yang dahsyat hingga tanpa kusadari kedua bongkah pantatku kuangkat hingga penisku semakin kutekankan ke mulutnya. Jarinya yang masuk ke analku pun masuk semakin dalam bahkan sampai seluruhnya dan kurasakan ia melakukan gerakan memutar di dalam analku, bahkan kadang-kadang ujung jarinya mengait-ngait bagian dalam analku hingga kurasakan betapa denyutan analku semakin kencang menjepit jarinya. “Penyiksaannya” pada penis, kedua testis dan analku membuatku semakin horny, hingga kurasa tak lama lagi akan mencapai klimaks. Gerakannya semakin cepat demi melihat reaksiku yang sudah seperti cacing kepanasan, menggeliat-geliat sambil merintih. Dengan suatu erangan nikmat, aku memuntahkan cairan hangat ke mulutnya.

    “Akkkhhh … Ak … kuuu keluar Mbakk sayangg?” Kurasakan betapa kuatnya desakan maniku menyemprot dalam rongga mulutnya yang ia sambut dengan penuh perasaan. Kuamati wajahnya, ia sedang terpejam sambil menikmati air maniku dengan pipi yang kempot karena kuatnya mengisap penisku. Lidahnya terus merangsang lubang penisku yang masih menyemprotkan mani.

    “Ohhh … hebat … jepitan analmu sungguh hebat Gus!” pujinya sambil menjilati air maniku yang menetes di bibirnya, sementara jarinya pada analku masih ia hunjamkan sedalam-dalamnya.

    Denyut jantungku yang memacu dengan kencang dan napasku yang terengah-engah tidak membuatku surut. “Sekarang rasakan pembalasanku,” pikirku sambil menegakkan tubuh berdiri di tepi ranjangnya dan dengan gerakan yang tak ia duga, mendorongnya jatuh ke ranjang lalu menarik kedua kakinya ke tepi ranjang persis seperti yang ia lakukan bagiku.

    “Lho, ada apa Gus? Pelan-pelan dong?” katanya terkejut.

    “Emang cuma Mbak yang bisa bikin begitu? Giliranku sekarang, ayo … nikmati aja say!”

    Kulucuti gaun tidurnya dan ternyata memang tidak ada lagi apa-apa di baliknya, hingga kini kami berdua sudah dalam keadaan telanjang tanpa selembar benang pun melekat di tubuh masing-masing. Kuciumi mulutnya dan kugelitik rongga mulutnya dengan memasukkan lidahku dalam-dalam ke mulutnya, lalu ciuman dan jilatanku turun ke lehernya yang jenjang terus ke payudaranya. Putingnya kulumat sambil mengisap buah dadanya sebanyak yang dapat kutelan dalam rongga mulutku sambil jari-jariku meremas-remas payudaranya yang sebelah lagi. Bergantian kulakukan seperti itu hingga ia semakin merintih.

    “Gusss…. ohhh….nikmat … ahhh… terus … ya gitu say…. ooohhhh …. teruskan remas susuku ….” desahnya.

    Usai menggeluti kedua buah dada dan kedua putingnya yang sudah tegang mencuat ke atas, kutelusuri perutnya, pinggang dan pinggulnya dengan bibir dan lidahku. Ia memejamkan mata sambil terus merintih hingga suara rintihannya terdengar begitu memilukan, tapi aku tahu, ia tidak kesakitan melainkan karena merasakan nikmat yang semakin memuncak. Lidahku semakin liar menjilati seputar kemaluannya dengan memulainya pada bagian labianya yang sudah basah. Rambut kemaluannya kuraba dengan jari-jariku sambil mencari-cari klitorisnya. Begitu kutemukan klitorisnya, lidahku dengan ganasnya melakukan isapan dan jilatan yang membuatnya semakin liar menggelinjang.

    Kedua tangannya meremas-remas rambutku bahkan sesekali menarik rambutku karena gemas. Jari-jari tangan kananku menekan-nekan labianya dan telunjukku kumasukkan ke liang vaginanya hingga membuatnya terhenyak kaget dan mengangkat kedua belah pantatnya tinggi. Kukuakkan kedua labianya lebar-lebar ke kiri kanan dan lidahku terhunjam dengan gerakan buas memasuki vaginanya. Kukait-kait klitoris dan vaginanya sambil jari-jariku melakukan eksplorasi lebih lanjut mencari G-spotnya. Tak sulit lagi mencarinya karena pengalaman beberapa malam yang lalu. Aksiku menggumuli klitoris, G-spotnya, labia liang vaginanya kurasa belum cukup, sehingga jari tengah tangan kiriku kumasukkan ke analnya setelah kuolesi cairan vaginanya yang semakin membanjir.

    “Oooohhhh Gus… sayyyangggg!” teriaknya dengan mata terbelalak, tapi aku tahu ia tidak marah karena itu adalah ungkapan kenikmatan.

    “Sabar Mbak sayang, bentar lagi kuantar ke gerbang kenikmatan ….” ujarku sambil meneruskan aksiku.

    “Aguuuusssss ….. sayangggkuuu .. ooohhhh,” jeritnya.

    Dengan suatu geraman tinggi, ia menghentakkan pantatnya tinggi-tinggi dan begitu kurasakan bahwa ia akan orgasme kutekan wajahku dalam-dalam ke vaginanya sambil terus mengocok vagina dan analnya dengan jari-jariku. “Croott.. crooot … crooot …” cairan hangat terasa membasahi wajahku dan sempat kutarik wajahku hingga kulihat betapa kuatnya semprotan cairan kenikmatannya bahkan kupikir melebihi semprotan penisku saat orgasme. Begitu ia rasakan kutarik wajahku dari vaginanya, kedua tangannya menekan belakang kepalaku kuat-kuat hingga kembali terbenam ke vaginanya yang merekah. Maka sibuklah aku menyedot dan menjilati cairan vaginanya hingga kurasa mulutku penuh dengan cairan gurih. Jariku di analnya masih merasanya denyutan-denyutan hebat, begitu pula jariku di vaginanya masih terjepit dan kurasakan remasan-remasan otot-otot vaginanya menjepit jariku.

    “Ahhh… aku capek Gus… kita istirahat dulu ya sayang?” katanya sambil memelas.

    Kuangkat tubuhnya ke atas dan kutempatkan diriku berbaring di sampingnya sambil saling berciuman meredakan gelora nikmat yang menguasai dirinya dan diriku. Kini kami berdua bagaikan dua bayi raksasa yang tergolek siap untuk saling berbagai kepuasan.

    Jari-jari kami saling meremas dan kaki kami membelit satu sama lain. Tak berapa lama kulihat matanya terpejam. “Ah, biarlah ia tidur dulu, kasihan jika kupaksa untuk main tanpa jeda,” pikirku. Aku pun memicingkan mata dan mencoba tidur sambil merenung mengapa kami bisa begitu binal.

    Jelang tengah malam, aku terbangun karena Mbak Ina bangkit menuju kamar mandi. Kudengar suara air gemercik mengisi bathtub. Karena penasaran menunggunya tidak balik ke ranjang, aku bangun dan berjalan ke kamar mandi, kubuka pelan pintu yang tidak ia tutup. Kulihat Mbak Ina sedang berendam sambil menutup mata dalam bathtub yang sudah mulai berisi air. Melihat sebagian tubuhnya berendam demikian, birahiku kembali menggelegak, aku masuk ke dalam kamar mandi dan kudekati dia. “Oh kamu udah bangun, Gus? Mau mandi air hangat bareng denganku?” ajaknya. “Iya Mbak, biar fresh untuk sesi berikutnya,” jawabku sambil masuk ke bathtub. “Uihhh, makin kelihatan kalau kamu sebetulnya mata keranjang,” katanya sambil mencipratiku dengan air. Kami mandi berdua, saling meremas, saling menggosok dan menyabuni satu sama lain.

    Usai mengeringkan badan, dengan bertelanjang kami berdua kembali ke ranjang. Kami duduk bersisian dengan saling peluk dan cium sambil menonton film dewasa yang belum juga usai. Kami sama-sama melihat sepasang pria dan wanita yang telanjang dalam posisi sedang duduk berpelukan melakukan hubungan badan. Tidak terlihat penis si pria masuk keluar kemaluan si wanita, tetapi gerakan-gerakan tubuh mereka di mana si wanita dalam pose menduduki kemaluan si wanita mengesankan bahwa mereka sedang mendaki puncak kenikmatan. Tiba-tiba si pria mengangkat si wanita, sambil berdiri di lantai, si pria menggendong si wanita dengan menahan kedua pantatnya sedang kedua paha si wanita memeluk erat-erat pinggang si pria. Posisi ini yang disebut sebagai monyet menggendong anaknya. Kuperhatikan dengan ekor mataku mata Mbak Ina memandangi adegan itu dengan tajam dan kurasakan jari-jarinya tidak lagi meremas tanganku tetapi berpindah ke pangkal pahaku dan mulai membelai penisku yang mulai bangkit kembali sejak kami mandi berdua. Elusan jari-jarinya membuat gairahku semakin naik kembali.

    “Gus, enak banget kali gaya begitu ya?” desahnya di telingaku. “Udah pernah nyoba dengan istrimu?” tanyanya.

    “Belum Mbak.”

    “Ehmmm, enak mungkin ya? Tapi gimana ya?” desahnya sambil melirik aku.

    “Tapi gimana ya? Aku justru maunya gini aja denganmu, penismu tidak sampai penetrasi ke vaginaku kayak gitu?”

    “Nggak apa-apa Mbak, kita tetap main anal seperti biasanya, cuma dengan posisi begitu, bagaimana?” kataku menantang, sambil menarik tangannya turun dari ranjang.

    Sambil tersenyum dengan wajah tak mengerti akan ajakanku, ia bertanya,
    “Ada apa sih Gus? Koq pake turun ranjang segala?”

    Aku tidak menjawab, tapi kuatur tubuhnya berdiri sambil membungkuk, bertopang kedua tangannya ke kursi di depan TV, kemudian kutempatkan diriku persis di belakang tubuhnya dan mulai mengusap-usap lubang analnya. Kuambil ludahku dan kuoleskan di mulut analnya sambil tanganku yang lain merabai payudaranya di depan. Ia mulai mendesah geli campur nikmat,

    “Sssshhhh, ohhh … kau kuat banget sih Gus? Udah minta lagi?”

    Kepala penisku mulai mengambil posisi tepat di mulut analnya dan dengan perlahan-lahan kudorong masuk ke analnya. “Sstt… eeekhhh …. pe..lan Gus, jangan kuat-kuat, ehhh … shhh …” katanya sambil sebelah tangannya mencoba menahan laju pantatku agar tidak maju mundur dengan cepat.

    “Tenang aja, Mbak. Aku takkan menyakitimu. Nikmati saja, sayang …” gumamku pelan sambil terus memaju-mundurkan pantatku hingga penisku masuk lebih dalam ke dalam analnya.

    Nafsunya kembali naik seiring dengan gerakan penisku yang semakin intens ke dalam analnya dan kedua tanganku tidak tinggal diam, kadang-kadang meremas kedua belah pantatnya, juga bergantian menjangkau vagina dan klitorisnya serta payudaranya. Desahannya mulai berganti dengan rintihan yang semakin kuat.

    “Sshhhh …. aakkkhhh … enakkkkhhh … Gus …. Ahhhh sayang …. terus … teruusssss ….

    ooukhhhh ….” geliat tubuhnya semakin menggairahkan apalagi sesekali kurapatkan tubuhku ke punggungnya dan menjilati kuduknya bahkan menggigit pelan-pelan. Bibir dan lidahku bermain juga di pundak, sela-sela ketiaknya dan turun ke lengan atasnya.

    Saat rintihannya semakin kuat, penisku kuhentikan tepat menghunjam sedalam-dalamnya ke analnya dan kuhentikan gerakanku untuk melihat reaksinya.

    “Oukhhh …. ada apa Gus? Koq kamu diam sih? Sengaja mau menyiksaku ya? tanyanya.

    Tanpa menjawab pertanyaannya, tiba-tiba kuletakkan kedua tanganku di bawah pahanya dan kutopang dengan kedua tanganku, lalu dengan kekuatan tanganku kunaik-turunkan pahanya, sehingga bunyi analnya menelan penisku semakin sedap kedengaran, “Slepp …. sleepp … sslep …” Ia mengerang-erang kenikmatan. “Guuussss ….” hanya itu suaranya. Kulihat kedua tangannya meremas-remas payudaranya menambah rasa nikmat yang ia terima akibat permainan penisku. “Ssshhh …. ahhh … aku hampir dapat Gus!” rintihnya semakin kuat.

    “Sabar Mbak, ntar bareng dengan aku,” bujukku sambil merebahkannya terlentang di tempat tidur. Wajahnya nampak kesal karena tiba-tiba kucabut penisku dari analnya.

    “Ada apa lagi sih Gus? Koq dicabut, padahal aku hampir klimaks?” gerutunya sambil cemberut.

    “Kita ganti posisi, biar Mbak lebih santai,” kataku sambil berlutut di dekat pahanya dan mengangkat paha kanannya ke atas paha kiriku. Kuambil ludahku dan kuoleskan lagi di mulut analnya kemudian penisku kuarahkan kembali ke analnya masuk keluar.

    “Ahhh… kau pinter banget bikin variasi. Shhh … ohhhgg … terusss Gus … aduh nikmatnya …” erangnya sambil menggeliat-geliatkan pantatnya.

    Kuayunkan pantatku mendorong penis masuk keluar analnya. Dengan kaki kanannya di atas paha kiriku, ia berbaring agak miring sehingga dengan bebas tangan kananku dapat merabai klitoris dan vaginanya.

    “Ssshhh … nikmattt Gus, te..rus … ohhh … lebih cepat lagi Gus?”

    “Yang mana yang lebih cepat, Mbak? Tanganku di analmu atau yang di vegy-mu nich?” godaku sambil mempercepat ayunan pantatku.

    “Semuanya enak Gus, aduh … kau suka banget sih bikin aku keqi? …. shhh …. akkkhh” rintihnya.

    Jari-jari tangan kananku semakin cepat menggesek-gesek labianya dan ketika kuraba klitorisnya yang sudah begitu tegang, kubuat jepitan kecil dengan jari telunjuk dan jari tengah. Kemudian kedua jari tersebut kumasukkan ke liang vaginanya sambil jempol kananku mengelus-elus klitorisnya.

    “Auhhhh … enakkkhhhh … Guuussss ….” rintihannya makin meninggi.

    “Akkkhuu hampir keluarrr …. oookhhhh ….”

    “Sekalian denganku Mbak, ssshhhh … akkkhhh … aku juga udah mau keluar …. Bareng Mbak …. aaakkhhh …” desahku sambil mempercepat genjotan penisku pada analnya dan jari-jari tangan kanan pada kemaluannya sedangkan tangan kiri meremas-remas payudara dengan putingnya yang amat tegang.

    Dengan suatu hentakan kuhempaskan dalam-dalam penis ke dalam analnya, paha kanannya melilit erat pinggangku, kurasakan denyutan luar biasa pada analnya juga liang vaginanya yang mpot-mpotan meremas-remas jari telunjuk dan tengah tangan kananku. Pantatnya dengan kuat menggelinjang-gelinjang hingga membuat penisku semakin erat dikulum oleh liang analnya.

    “Ggguuuuuussss! rintihannya berubah menjadi teriakan yang kuat di ruang kamar itu.

    “Mbaaakkk sayangggg …” sambutku sambil terus menggoyang-goyangkan pantat menikmati orgasme yang bersamaan tiba. Kurasakan penisku menyemprotkan air mani kuat-kuat ke dalam analnya. Setelah beberapa saat, kutarik penisku dan kulihat cairan putih bening menetes turun ke pahanya.

    Kami berdua berbaring miring sambil berpelukan dan berciuman. Bibirku dikulumnya dengan sangat erat, bahkan sempat digigitnya lidahku saking gemasnya. Setelah orgasme kami berdua mereda, kami berbaring sambil bergenggaman tangan dan tertidur dalam keadaan telanjang.

    “Kita tidur dulu ya sayang, besok masih bisa kita lanjutkan. Masih ada waktu sehari penuh buat kita,” katanya sambil memicingkan mata.

    “Iya Mbak, yuk tidur sayang! Met malam ya!” ujarku sambil mencium bibirnya.

    Keesokan harinya masih kami isi dengan berbagai gaya permainan ranjang meskipun tetap tanpa melakukan penetrasi ke dalam vaginanya. Tenaga kami benar-benar terkuras, karena ingat di Jakarta tak mungkin kami berbuat demikian.

    Itulah pengalamanku dengan Mbak Ina yang cantik dan penuh gairah. Hingga kini kami berdua masih tetap tidur bersama jika kebetulan bertugas keluar kota atau keluar negeri hanya berdua, paling tidak 4-8 kali kami memperoleh tugas luar semacam itu. Uniknya, hingga kini kami hanya bermain anal, tetapi kenikmatan yang kami rasakan tak ubahnya seperti permainan seks biasa. Lucunya lagi, akibat permainanku, Mbak Ina mulai coba-coba minta suaminya pun main di analnya, tetapi ia mengakui style-ku selalu lebih hot daripada suaminya. Rahasia kami berdua tetap tersimpan erat dan tidak pernah ada orang di perusahaan yang tahu hubungan kami, karena di kantor kami tetap berbuat sebagaimana wajarnya karyawan biasa. Orang hanya tahu ia sebagai atasanku dan aku sebagai asistennya selalu berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan pimpinan. Mereka tidak pernah tahu, bahwa keberhasilan itu juga sangat didukung oleh hubungan mesra di antara kami.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Bokep – Sepongan Cewek Kampus

    Cerita Bokep – Sepongan Cewek Kampus


    1214 views

    Perawanku – tepat setelah aku lulus dari kuliah, aku mendapatkan kerja yang cukup nyaman di sebuah perusahaan telekomunikasi cukup besar daerah Jakarta Selatan. Tinggal jalan kaki ke Pondok Indah Mall. Mei, calon istriku, kemudian menyusul ke Jakarta dan bekerja di sebuah bank di Bintaro. Perjalanan cinta kami bisa dibilang cukup mulus. Benar-benar sebuah hidup yang sempurna. Aku pun bukan orang yang aneh-aneh. Aku dibesarkan dalam keluarga yang cukup religius dan sangat teratur. Sepanjang sejarah kehidupanku, bisa dihitung berapa kali aku melanggar aturan atau norma. Kenakalanku paling besar hanyalah minum tomi (topi miring in case you’re wondering) dan sedikit magadon, waktu acara naik gunung di SMA. Tapi itu dulu.

    Hampa kadang terasa. Hidup serasa jalan tol, tanpa rintangan, mulus tanpa gejolak, penuh aturan. Kadang aku ingin, sekali-kali memberontak, melanggar aturan. Sekali dalam seumur hidup. Judi Bola Online
    Aku beranjak di tengah kerumunan calo-calo untuk mencari busku. Sumber Alam. Langgananku selama 2 tahun terakhir.
    “Mbak, Sumber Alam yang Bisnis belum datang ya?” tanyaku kepada seorang petugas loket. Manis juga. Item manis sih tepatnya.
    “Dereng mas, jogja ya? Mangke setengah jam malih,” Lho, kok bahasa jawa?
    “Nuwun nggih mbak.”
    Aku duduk menunggu. Asap bus benar-benar menyesakkan. Aku merasakan diriku sesak napas. dari dulu memang aku tidak pernah suka keramaian dan kesesakan Jakarta. Tapi kepepet sih, harus cari upa (“cari nasi”) di Jakarta.
    Tak lama kemudian bis itu datang juga. AB 7766 BK. Aku bergegas naik. 14A. dua tempat duduk. Aku sengaja mencari tempat duduk persis di bawah AC. Biar bisa tidur lelap. Aku segera menutup mata. Mengurangi kebisingan akibat lalu lalang orang mencari tempat duduk.
    “Mas, mas, maaf,” ada suara merdu rupanya. Aku membuka mataku.
    “Maaf, apa boleh tukeran sama suami saya? Suami saya dapat tiket tempat duduk di seberang. Soalnya beli tiketnya baru aja tadi.”
    Aku melihat ibu yang menyapa tadi. Kemudian melihat suaminya yang tersenyum mengangguk kepadaku di seberang kursi kami, menggendong anak yang kira-kira berusia 5 tahun.
    “Aduh, bu, maaf, bukannya saya tidak mau, cuman memang saya sengaja memilih tempat di bawah AC ini bu. Maaf ya,” jawabku agak keberatan. Bukannya apa-apa, tapi aku paling tidak suka diganggu dengan masalah orang yang telat membeli tiket seperti pasangan ini.
    Ibu itu cemberut. “Ya sudahlah pa, kita ngalah aja. Aku duduk di sampingnya mas ini aja.”
    Whatever. aku kembali menutup mataku.

    Perjalanan ini sesungguhnya bakal menyenangkan, kalau tidak harus mendengar rengekan anak 5 tahun yang sepertinya tidak pernah diam itu. Belum lagi suara ibu-ibu di sebelahku ini, yang ya ampun, cerewetnya. Aku jengkel banget.
    Hujan mulai turun. Airnya menetes membentuk alur di kaca jendelaku. Masih terjebak di Cawang. Sial.

    Untung Cikampek tidak macet. Kendaraan mulai menderu, bertambah cepat. Kulihat tebaran warna hijau ditimpali air hujan yang begitu deras di sebelah kiri jalan tol. Suara air hujan menderu keras sekali di atas atap. Orang-orang sudah mulai menampakkan kantuk, dan sepertinya suasana menjadi begitu sepi. Uh, begitu romantis. Kalau saja Mei di sampingku, pasti kepalanya sudah bersandar di bahuku, dan tangannya memeluk lenganku. Kalau saja ….
    Aku memandang ke samping. Ibu itu kini sedang sibuk memberikan makan kepada anaknya. Si bapak sedang sibuk dengan PDAnya. Tipikal keluarga Jakarta, berumur di akhir 30an dan baru saja mempunyai anak. Tampaknya keluarga berada. Tapi ngapain naik bis ya? Ah, peduli amat.

    Aku kembali menutup mataku. Hari berangsur gelap.
    “Pengumuman, bapak ibu. Mohon maaf bahwa ada kerusakan teknis yang menyebabkan lampu tidur tidak dapat menyala,” kata kenek bus itu mengagetkan aku.
    “huuuuu,” para penumpang menyahut serentak. Sip. aku paling tidak suka lampu tidur yang remang remang. Aku paling suka gelap. Tidurku pasti nyenyak malam ini. Perjalanan yang panjang menuju Yogyakarta.
    ————
    Aku melirik jamku. Jam 9 malam. Semua orang tampaknya sudah terlelap. Tidak terkecuali ibu dan anak di sampingku. Bus tadi baru saja berhenti di tempat makan. Orang-orang makan malam dan ke belakang. Pasti mereka kekenyangan, dan acara yang paling menyenangkan setelah makan adalah tidur. Hujan masih turun, rintik-rintik. Aku melanjutkan tidurku.
    Tidak berapa lama aku terlelap, aku merasakan kaki anak di sebelahku menyentuh kakiku. Sialan. Itu berarti sepatu anak itu kena celanaku. Aku menggeser-geserkan kakiku agar kaki anak itu tidak menekan celanaku. Tentu saja dengan mata terpejam. Tidak disangka, kaki itu balas menggesek. Eee, kurang ajar. Aku segera membuka mataku untuk menegur orang tuanya. Aku terkejut.
    Ternyata itu bukan kaki anak kecil. Itu kaki orang dewasa. Kaki ibu itu. Si anak ternyata sudah tidak ada di pangkuan dia. Kemungkinan ada di pangkuan si bapak. Aku segera menutup mataku, pura-pura tidur. Perasaanku mengatakan ada sesuatu yang lain yang akan terjadi. Aku kembali menggesekkan kakiku, menunggu responsnya. Dan ibu itu balas menggesek. Aku sedikit membuka mataku. Kilatan cahaya dari luar bus memberikan sedikit penglihatan mengenai ibu di sampingku. Matanya juga terpejam ternyata.

    Tiba-tiba ibu itu menggeser sedikit tubuhnya. Ya, kearahku. Kami berdua menjadi duduk berdempetan. Sisi samping kananku menempel pada bagian kiri tubuhnya. Harum rambut dan parfumnya mulai merasuki hidungku. Aku mulai terangsang.
    Aku mencoba untuk lebih berani. Tubuhku aku condongkan sedikit ke depan, dan kemudian aku bergeser ke arahnya. Sehingga posisi saat itu, lenganku tepat di depan dadanya. Tubuh itu diam saja. Lenganku kemudian ku tekan sedikit ke belakang, sehingga aku bisa merasakan sesuatu yang begitu empuk. Ya, payudaranya. Payudaranya besar. Aku bisa merasakan volumenya ketika lenganku menggeseknya. Dan sangat empuk. Sikuku kemudian membuat gerakan melingkar di dadanya. Pelan sekali, sikuku bergerak. Aku tidak mau membuat ia berpikir macam-macam dan kemudian menamparku.

    Tubuh itu diam saja. Kulirik matanya. masih terpejam. Tapi aku mendengar dia menghela napas. Jadi ia terangsang. Aku? sangat terangsang. Aku merasakan dadaku berdentum-dentum. Kepalaku berputar-putar karena aliran darah yang sangat cepat ke otakku. Aku bisa mendengar degup jantungku di telingaku sendiri. Aku akan melakukan dosa. 4 hari sebelum pernikahanku. Sepanjang sejarah hidupku. Tapi perasaan itu, nafsu itu, benar-benar membuat aku tidak tahan …..

    lenganku terdiam sebentar dari kegiatan menggesek dadanya. Yang lebih mengejutkan lagi, tangan ibu itu mulai mengelus pahaku. ya, pahaku yang dibalut celana panjang kain warna coklat. Tangannya sangat perlahan mengelus kakiku dari mulai pangkal paha sampai atas lutut. Aku gemetar. Sangat gemetar. Aku tidak tahan ……
    Sekarang posisiku berubah. Aku membuka tas dan mengambil sweater. Aku sudah memakai jaket tentu saja, karena aku tidur di bawah AC. tapi sweater tadi untuk maksud lain. Sweater tadi kemudian aku tutupkan di atas dadaku, dan kemudian tanganku kulipat. Apabila dililhat dari jauh, seperti orang yang tangannya kedinginan karena AC. Tapi bukan itu alasannya. Aku beringsut lagi mendekati tubuhnya. Tangan ibu itu masih mengelus pahaku. Kami berpandangan sebentar. Lucunya, setelah itu kami berdua kembali bersender pada tempat duduk kami dengan mata terpejam. Tanganku mulai beraksi. Tangan kiriku yang tadi dilipat mulai bergerak ke arah dadanya. Sangat pelan. Tangan itu mulai menyusuri bukit indah yang tertutup kain, mulai dari tepi. Aku sangat menghayati momen itu. Pelan-pelan kuelus bukit indah itu, dari tepi ke kanan. Sedikit ku remas, tapi tidak banyak. Aku tidak mau menyakiti bukit indah itu. Sungguh, ibu itu mempunyai dada yang sempurna. Besar, dan sangat kenyal. Aku merasakan bahwa dia memakai BH yang berenda. Aku membayangkan bentuknya. Mungkin warnanya hitam. Atau merah. Dan rendanya sedikit tembus pandang. Mungkin cupnya cuma setengah. Mungkin cupnya tidak bisa menahan volume payudara sebesar itu. Oooh, aku semakin terangsang.
    Ibu itu mengenakan baju jeans terusan dengan bawahan rok dengan kancing dari dada sampai di lutut. Kain jeansnya untungnya kain yang lemas, sehingga aku bisa merasakan tekstur renda BHnya. Sangat merangsang. Aku melirik sedikit ke arah dia. Dia masih terus mengelus pahaku. Aku tidak sabar. Tangan kananku yang nganggur kemudian memimpin tangannya ke penisku yang sudah tegang. Aha, dia mengerti. Kemudian dia berlanjut mengelus kontur penisku dengan jari telunjuk dan jempolnya yang tercetak jelas di dalam celanaku. OOoh, mantab.
    “Besar …..,” desisnya. Matanya tetap terpejam. Mataku juga.
    Aku melanjutkan kenakalanku. Kali ini, dua kancing tepat di depan dada besar itu aku buka. Dengan susah payah. Pernah membayangkan membuka kancing-kancing besar pada kain jeans? Yup, susah sekali. Akhirnya dia turun tangan. Tangannya kanannya membantuku membukanya.
    Tanganku kemudian masuk pelahan ke dalam bajunya, untuk merasakan keindahan payudara di baliknya. Bayanganku memang menjadi kenyataan. BH setengah cukup yang terlalu kecil, dengan renda yang sangat merangsang. Aku suka sekali renda, terutama apabila renda itu ada di tempat yang tepat. BH dan celana dalam. Aku kembali mengelus dadanya. SEkarang aku sedikit meremasnya. Sensasinya benar-benar luar biasa. Dia mendesis. Kepalaku berdentum-dentum. Jantungku berdebar sangat keras.
    “Buka,” bisikku lirih. Mungkin tidak terdengar. Tapi aku tidak mau mengambil resiko terdengar. Apalagi oleh suaminya yang hanya duduk 50 cm di seberangnya. Ternyata dia mendengar. Dia berhenti mengelus penisku, membungkukkan sedikit badannya, dan kemudian berusaha melepas kait BHnya di belakang. Agak lama dia membukanya. Selagi dia membuka BHnya, pelahan aku menarik ritsleting celanaku ke bawah. Pelaaan sekali. Setelah itu, aku memelorotkan celana dalamku. Tidak melorot sih sebenarnya. Cuman mengaitkan kolornya ke bagian bawah penisku. Tidak nyaman memang. Tapi sekarang penisku bisa bebas mengacung menunjuk langit. Menanti elusannya.
    Sepertinya kait BHnya sudah lepas. Tangan dia sepertinya cerdas, kembali mencari sasarannya yang tadi lepas. Dan dia tidak kaget, kali ini penisku sudah tegak menjulang, keluar dari celana. Kemudian dia seperti terkejut dan kemudian menarik tangannya dan kemudian melipatnya di depan dada. Pura-pura tidur, sambil menutupi dua kancing dadanya yang sudah terbuka lebar.
    Sial. ada orang mau ke toilet. dia berjalan melangkah dari depan. Untung aku ada sweater yang bisa menutupi si “burung” nakal. Aah, seorang wanita. Bakalan lama nih. Jantungku berdegup keras.

    Lama sekali orang itu di toilet. Aku mulai tidak sabar. Penisku sudah mulai menyusut. ya iyalah, baru juga pemanasan. Kepotong deh. ….
    Akhirnya wanita itu lewat juga di di samping kami. Uuuh, lega. Tangan ibu itu mulai duluan, menyusup di bawah sweater, mencari “adikku” yang mulai tegang lagi. hmmm. Tangannya sungguh mulus, dan sentuhannya, benar-benar nikmat. Dia tahu betul cara merangsang penis dengan sentuhan. Sentuhan itu ringan, seperti melayang. Dia tidak meremas, atau menggosok terlalu keras. semuanya serba ringan dan melayang. Dan itu membuatku melayang.
    Tanganku juga tidak mau kalah, seperti mempunyai mata sendiri yang bergerak mencari sasarannya. Si bukit kembar yang kenyal. Dan tangan itu menemukan sasarannya. Dada itu benar-benar lembut. Mulus tak bercela. Aku meresapi setiap jengkal usapan tanganku di dadanya. Meremas pangkal dadanya. Memilin putingnya. Putingnya. Putingnya runcing, ukurannya luar biasa, sepanjang buku jari telunjukku. Dan keras. Sangat keras. Sperti penis kecil. Aku memilinnya. lagi. Dan dia mendesis.
    “jangan keras-keras,” bisiknya sangat lirih. AKu mengerti. Aku meremas, memilin, mengelus tanpa henti. Benar-benar nikmat.
    Tapi tetap ada yang kurang. Kami berdua tidak terpuaskan. Penisku tetap tegang luar biasa. Dan rasanya mulai sakit sekarang. berdenyut-denyut ga karuan. Tangannya masih tetap mengelus penisku, tapi sungguh, tangan itu tidak mampu membuat aku nikmat terus-menerus. Dia mengerti hal itu.
    “Ke bawah ….,” bisiknya sambil mengarahkan tanganku yang tadi ada di dadanya ke arah bawah. Aku langsung tanggap. Tanganku berubah posisi, mengelus pahanya yang tertutup kain jeans. Tidak berasa memang. Tapi dari gerakan tubuhnya aku tahu, dia sangat terangsang. Dia berulangkali menggerakkan tubuhnya, seolah menikmati betul elusan tanganku di pahanya. Pelan-pelan aku naik sedikit ke atas, tepat di gundukan di bawah pusar itu. Dia menahan tanganku.
    “Jangan … “
    Aku nekat.

    “Jangan …” Ok. Aku turuti. Aku kembali mengelus pahanya. Kali ini tanganku lebih berani. Kupegang ujung roknya dan kunaikkan sedikit ke atas. Dia tidak menolak. Aku kembali mengelus pahanya. Hhhm, sungguh mulus. Benar-benar mulus. Aku merasakan bulu-bulu halus di telapak tanganku. Dia terengah-engah. Tangannya sejak dari tadi berhenti mengelus penisku. Tak apa. lebih baik begitu daripada menyiksa “adikku” yang sudah tegang luar biasa.
    Aku tiba-tiba menghentikan elusanku dan menarik tanganku. Kemudian memandang ke arah dia. Matanya bertanya. Menanyakan mengapa aku menghentikan itu.
    “Aku mau itu,” bisikku mendekat di telinganya, sambil menunjuk ke arah gundukan tempat vaginanya berada.
    Dia menggeleng. Aku kemudian berpura-pura tidur. Memejamkan mata.
    Lama sekali. Mungkin 5 menit, mungkin kurang dari itu. Tangannya menarik tanganku dan mengarahkannya ke tempat yang aku inginkan. Hehehehe, aku menang. Dia tidak tahan. Tanganku sudah berada tepat di atas gundukan itu. Dia membuka kancing bajunya tepat di area itu. Tanganku bergerak mencari celana dalamnya. Dapat.
    Jelas, ini sutra. Atau Satin? aku tidak peduli. bahan kain celana dalamnya halus sekali. aku merabanya. memastikan. Terus ke bawah, dan kutemukan apa yang kucari. Sesuatu itu sudah basah. Pasti basah, karena aku merasakannya dengan tanganku. Tanganku berhenti di situ. Merasakan bentuknya. Sedikit bergelombang. Aku merasakan lipatan vertikal. Bulu-bulu halus di sekitarnya. Cukup tebal. dan sangat basah. Aku tersenyum kembali. Penuh kemenangan. Jari tengahku kemudian mengelus lipatan basah itu. Pelan, tapi sedikit menekan. Dia mendesis. Oh tidak. Dia melenguh. Tetap memejamkan matanya.
    Aku makin berani. Celana itu aku pegang elastisnya. dan aku turunkan ke bawah. Dia memegang tanganku. Aku tetap berkeras. Dia menyerah.
    Kembali jari tengahku mencari tempat tadi. Jari itu mencari sumber kenikmatan seorang wanita. Sebuah penis kecil yang sudah amat basah. Aku menggoyangnya pelan dengan jariku. Kemudian mengelusnya. Kemudian menekannya. Tubuhnya menegang.
    Aku kembali mengelusnya. Pelan dan sedikit menekan. Pelan dan sedikit menekan. Tempat itu terasa lebih basah daripada sebelumnya. Jariku masuk lebih ke dalam. Merasakan lipatan lain di dalam yang sangat basah. Benar-benar basah. Rongga itu seperti tidak berujung. Kemudian jariku kugerakkan. ke dalam dan ke luar. Berulangkali.
    Aha, aku merasakan jariku seperti tersedot ke dalam. Ada sesuatu yang mencengkeram. Dan rasa itu kembali membuatku terangsang. Aku terus menggerakkan jariku. Semakin cepat. Tiba-tiba jariku seperti ditumpahi cairan hangat. kental. Dia terengah-engah. Tubuhnya menegang. Kali ini cukup lama. Aku terus menggerakkan jariku. Dia kemudian menahan tanganku. Aku menurut. Aku memandangnya.
    Matanya terpejam. Seperti menghayati sesuatu. Mungkin orgasme. Dadanya naik turun, terengah-engah seperti habis lari kencang. Kancing masih terbuka.
    “Apa kau ..?”
    “Ya … . Luar biasa …,” bisiknya, memandang kepadaku. Oooh, senyumnya manis sekali. Matanya yang bulat besar memantulkan kilatan cahaya neon di luar bus.
    Dia memandang ke bawah tubuhku.
    “Kasihan ya,…” senyumnya menunjuk ke “adikku”. Ya iyalah. “adikku” tidur nyenyak sementara dia sendiri terpuaskan. Paling tidak dengan jariku.
    “ga papa …”
    Kami berdua terdiam. Menghayati momen-momen gila tadi. Kedua mata terpejam. Hawa dingin AC menyergap. Aku melirik jamku. 2 dinihari. Dan kemudian bus berhenti. cukup lama. Orang-orang sepertinya tidak peduli. tetap mereka tertidur nyenyak, padahal AC mati.
    Aku memandang “partner”ku. Matanya terpejam. Bajunya sudah dikancingkan. Lengkap. Aku pun bergerak membetulkan celanaku.
    “Jangan ….,” katanya sambil menahan tanganku yang hendak menarik ritsleting. Oh, dia ternyata melirikku. Ok. Aku menurut. Aku ingin tahu apa yang ingin dia lakukan. Aku hanya menutupnya kembali dengan sweater. Temperatur udara dalam bis mulai panas. Keringatku mulai menetes dari kening.
    Akhirnya bus berjalan. AC mulai berhembus lagi. Sejuk. Aku memejamkan mata lagi.
    “Buka matamu, awasin ….”

    Aku tidak mengerti. aku membuka mataku. Tiba-tiba dia membungkuk.
    Gilaaaa. Aku merasakan bibir mungilnya menyentuh kepala “adikku”. Ringan sekali. Aku mengerti maksudnya. Mengawasi sekeliling supaya tidak ada seseorang pun memergoki aksi gila ini. Penisku mulai hidup lagi. Gila mungkin, tapi aduuuh, memang nikmat. Kurasakan bibirnya mulai menciumi kepala penisku. Ohh, bibirnya mulai membuka dan memasukkan kepala penisku ke mulutnya. Penisku mulai masuk ke dalam mulutnya. Dan pelan-pelan mulut itu mulai menghisap. Adduh, sakit.
    “Jangan keras-keras …,” aku berbisik sambil membelai rambutnya. Membelai rambutnya? iya, seperti layaknya pacar saja. Dia kembali melanjutkan kulumannya. Kali ini pelan-pelan. Naik turun. Naik turun. Nikmat tak terkira.
    Tampaknya dia sudah sering melakukan ini. Mulutnya bagaikan sebuah mesin handal perangsang penis. Setelah selesai menghisap, dia berhenti sebentar, dan kemudian menjilat bagian bawah kepala penisku. Tidak cuma menjilat, lidahnya juga bergetar ketika bergerak menyusuri daging itu.
    “Ooohhh ..,” kali ini aku terpaksa harus melenguh. Ini nikmat sekali. Dia tahu sekali kelemahan “adikku”. Bagian itu kemudian digigitnya dengan bibirnya. Siall, makin nikmat. Lagi-lagi digigitnya dengan bibirnya. Kalau begini terus, aku pasti tak tahan. Gelliiii.
    Kemudian mulutnya kembali mengulum. Naik turun. Yang aku heran, penisku bisa masuk semua ke mulutnya. Wooa, sensasinya benar-benar luar biasa. Telaten sekali dia. Mulutnya kemudian berpindah ke …. bolaku. Menciumnya sebentar, kiri dan kanan, dan kemudian memasukkannya ke dalam mulutnya. Ohhhh….. . Ketika mengulum bolaku, kurasakan lidahnya menari-nari di dalam mulutnya.
    Aku yang ga telaten. Kurasakan nikmatku semakin memuncak. Tidak tahan lagiiiiiiiii …..
    “Aku mau ….”
    Mulutnya berpindah ke kepala penisku. Mengulumnya lagi. naik turun. Tangannya mengocok pangkal penisku. Pelan tapi erat.
    “Aaaahhhhh …”
    Ujung penisku berkedut. Sekali. Kurasakan aliran sperma ke mulutnya. Dua kali. Tiga kali. Empat kali. Selama itu pula mulutnya tetap mencengkeram kepala penisku. Aku ejakulasi. Di dalam mulut seorang ibu. Orang asing. Aku bahkan tidak tahu namanya.
    Dia memandangku. Tatapan itu ….
    “Makasih ….,” hanya itu yang terlontar dari mulutku. Dia bangkit, kemudian tersenyum kepadaku. Sekilas kulihat bekas sperma di pinggir bibirnya. Aku mengangkat tanganku, membersihkannya.
    Kami berdua terpejam.
    Pagi menjelang. Orang-orang sudah sibuk ngobrol. Isi bus kembali ramai. Aku? masih terlelap. Atau pura-pura? Setelah kejadian malam tadi, aku sama sekali tidak berani untuk menatap ibu di sampingku. Bahkan mengajak bicara pun tidak berani. Kurasa dia juga begitu. Kudengar dia sibuk dengan anaknya, sambil bicara dengan suaminya seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa antara aku dan dia. Sepanjang jalan ku membuang muka, menatap pemandangan di luar jendela bus.
    Pesta bujanganku kurasa.
    Pukul 6.30. Orang-orang sudah mulai turun bus. Sudah sampai Sedayu. Berarti sebentar lagi masuk kota. Keluarga di sampingku bangkit. Oh, mereka mau turun.
    “Mas, duluan, mas …,” kata suaminya ramah, ditimpali ibu itu. Aku terpaksa menoleh ke arah mereka. Baru kusadari sekarang. Ibu itu sangat manis. Aku merasa berterimakasih padanya.
    “Oiya, monggo monggo,” sahutku.
    Mereka turun dari bus. Bus semakin sepi mendekati terminal Giwangan. Ada secarik kertas kecil di bekas tempat duduk ibu tadi. Aku memungutnya. Penasaran.

  • Cerita Sex Ekstrim Ngentot

    Cerita Sex Ekstrim Ngentot


    1456 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Ekstrim NgentotCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2020.

     

    Perawanku – Aku dan istriku sudah menikah 2 tahun yang lalau dan belum mempunyai anak dimana usia istriku 26 tahun dia orangnya cantik, seksi , tinggi, ukuran buah dadanya juga lumayan gede, sedangkan aku berumur 30 tahun berkelabalikan denga istriku kulitku gelap karena suka panas panasan saat main golf dan renang. Cerita Sex Terbaru

    Istriku bekerja di salah satu perusahaan multi nasional di Jakarta dan mempunyai karir yang cukup baik, sedangkan aku sendiri lumayan sukses berwiraswasta sebagai kontraktor jalan dan bangunan. Secara ekonomi dapat dikatakan kami berkecukupan, apalagi kami tidak ada tanggungan,

    Baik saudara maupun orangtua. Mungkin itulah yang menyebabkan kami hobi “dugem” setiap malam minggu sekedar untuk melepas lelah pikiran dan kejenuhan hidup di Jakarta.

    Namun di malam minggu itu ada sesuatu yang lain yang mengubah hidup kami. Di malam itu, sengaja atau tidak, untuk pertama kalinya istriku berselingkuh di depan mataku. Dan aku membiarkannya. Begini awal ceritanya..

    “Ra, ayo dong.. Kok dandannya lama amat?!” Lusi, istriku, berteriak dari lantai bawah rumah kami. Aku yang memang sedang mematut diri di depan kaca tersenyum mendengarnya, lalu membalas..

    “Iya, sabar sayang, sebentar lagi!”

    5 menit kemudian aku turun dan mendapatinya sedang cemberut di sofa ruang tengah kami. Lusi tampak sangat “cute” dengan terusan tipis berdada agak terlalu terbuka berwarna merah marun, sedikit di atas lutut dan tanpa lengan.

    Sepatu hak 7 cm dengan warna senada menambah keserasian dan keseksiannya. Dengan polesan make-up sederhana, ia tampak manis. Sepertinya ia tidak mengenakan bra.

    “Let’s go, babe.. Senyum dong. Kan mau seneng-seneng?” demikian aku membujuknya sambil kugamit lengannya yang mulus dan halus.

    “Hh.. BT nih nungguin kamu! Cium dulu, kalo nggak aku ngambek..!” Lusi memonyongkan bibirnya lucu. Aku tersenyum, dan kucium pipinya lembut.

    “Cup! Tuh, udah dicium. Jangan ngambek lagi dong. Yuk, kita berangkat”. Sedikit kutarik lagi lengannya. Bola Tangkas Android

    “Hei.. Di bibir. Masa di pipi? Dasar deh, nggak romantis!” Lusi makin cemberut dan membuang muka, pura-pura ngambek. Maka kupegang dagunya, dan kutolehkan wajahnya ke wajahku, lalu kukecup bibirnya yang tipis itu. Tak dinyana, Lusi melakukan “french kiss” yang membuat penisku agak mengeras.

    “Hihihi.. Kok jadi sesak gitu, celananya? Payah deh, gitu aja napsu”. Lusi cekikikan sambil tangannya mengelus ringan depan celanaku. Penisku jadi makin keras. Tapi cepat kutampik hal itu karena memang kita sudah harus berangkat. Jam sudah menunjukkan pk. 11:30 malam.

    “Namanya juga lelaki.. Hehe. Yuk, ah. Udah malem nih, nggak enak nanti ditungguin teman-teman”. Aku menggamitnya sekali lagi dan kali ini Lusi menurut. Berangkat juga kami akhirnya.

    Setibanya kami di sebuah Nite Club berlantai dua di bilangan Kuningan, waktu telah menunjukkan lewat tengah malam. Langsung saja kami menuju lantai 2 yang menawarkan musik bernuansa pop-jazz yang ringan dan mudah dinikmati.

    Dari salah satu pojokan, seorang sahabat Lusi, Poppy, melambaikan tangannya memanggil kami dan bereriak agak keras, berusaha mengatasi suara hingar-bingar band yang sedang beraksi.

    “Yuhuu!! Sini, sini!! Ya amplop.. Malem banget sih kalian?? Kita-kita udah pada mau pulang nih!” Poppy meledek kami sambil pura-pura menenteng tasnya dan berjalan pergi.

    “Kalau jam segini udah mau pulang, kenapa loe nggak nonton bioskop aja, Neng? Ati-ati ya di jalan..” demikian sergah Lusi. Aku cengar-cengir saja memperhatikan mereka.

    Kulihat “gank” kami yang biasa sudah kumpul semua. Pertama ada Poppy dan pacarnya (seorang keturunan Chinese yang cukup ganteng bernama Benny). Mereka masih menunggu restu orang tua untuk menikah karena, maklum, berbeda suku/keturunan.

    Poppy adalah seorang gadis Sunda yang entah mengapa mirip keturunan indo. Lalu yang sedang menyalakan cerutu kesukaannya adalah sahabat kentalku Reno dan istrinya yang seorang model, Carol, yang malam itu..

    Hmm.. Luar biasa dengan rok mini dari bahan kulit warna coklat tua, yang memperlihatkan hampir seluruh paha mulusnya, dipadukan dengan blouse ketat berlengan 3/4 warna putih dan cukup tipis. Ditambah dengan sepatu hak tingginya membuatku menelan ludah.

    “Hi, guys. Sorry kemaleman. Abis gue dandannya lama sih. Takut Carol nggak naksir lagi, nanti. Anyway, Ren, bisa teler gue nyium bau cerutu loe, jeg!”

    Aku ngomong sekenanya sambil tertawa. Carol senyam-senyum (GR kali) dan Reno pura-pura pingsan sambil memeletkan lidahnya, sambil jari tengahnya diacungkan ke arahku.

    “Emang nih, genit deh Si Ara.” Lusi berkata seakan setuju dengan ekspresi Reno sambil mencibir ke arahku dan tangan kirinya menjewer telinga kananku keras-keras. Aaww!

    Kulihat lagi duduk-duduk santai di sebelah Poppy, sambil merokok, jelalatan dengan jakun yang turun-naik karena memolototi makhluk-makhluk feminin yang berpenampilan “minimalis” alias 2/3 telanjang, dua bujang lapuk kawan-kawanku sejak SMA, Gary dan Eddy. Mereka tidak pernah membawa pasangan kalau lagi di Club.

    “Ngapain kita bawa makanan kalau mau ke buffet?” demikian celetuk Eddy suatu waktu yang lalu saat kutanyakan alasannya. Benar juga, pikirku waktu itu. Hehehe.

    “Jangan sampai gitu dong, prens.. Nanti bajunya pada lepas semua!” sambil terbahak Benny mendorong Gary agak keras sampai-sampai Eddy yang duduk disebelahnya ikut terdorong. Mata Benny yang agak sipit sampai tinggal segaris.. Eh, dua garis deh.

    “Sial, loe, Ben. Minuman gue ampir tumpah! Gue guyur loe, ye!” Eddy mencak-mencak sambil berlagak mau menyiram Benny dengan segelas XO nya yang baru sedikit dicicipi.

    “Sini, guyur ke dalam mulut gue. Hehehe.” Benny mangap-mangap persis ikan koki. Kocak sekali wajahnya. Lusi dan Poppy sampai tertawa keras sekali. Gary balas mendorong Benny sambil menjitaknya pelan.

    Begitulah, kami berdelapan memang sangat akrab satu dengan yang lainnya, jadi memang seru kalau sudah ngumpul semua begini. Rata-rata sudah sekitar 5-10 tahun kami berteman. Ada yang dari SMA seperti aku, Gary dan Eddy, ada yang dari kuliah dan ada yang dari teman sekantor, seperti Poppy dan Lusi, dan Reno & Eddy. Dari pertemanan seperti itulah kami bertemu, merasa sangat cocok satu dengan yang lainnya, dan lalu bersahabat seperti sekarang.

    “Gini, gini..” Gary tiba-tiba angkat bicara dengan logat betawinya yang khas.

    “Gue ade usul, dijamin seru. Tapi kagak ada yang boleh marah atawa tersinggung. Gimane, broer and sus?” Teman kita yang satu ini memang segudang idenya. Ada yang waras tapi lebih banyak yang aneh bin ajaib alias norak.

    “Usul ape loe, Bang? Jangan kayak nyang kemaren ye.. Bikin gue malu abis. Sompret loe!” Eddy nggak mau kalah betawi.

    Beberapa minggu yang lalu memang Gary mengajak main “truth or dare” yang mengakibatkan Eddy lari keliling lapangan parkir salah satu restoran di bilangan Kemang dengan hanya bercelana dalam. Kakinya yang kurus dan tanpa bulu itu benar-benar pas buat diteriaki oleh para pengunjung yang lain,

    “Wow, seksi bener nih.. Tapi kok jenggotan ya??” Hobi temanku yang satu ini memang memelihara jenggot sejak SMA, dan cukup lebat pula.

    “Diem dulu loe. Lagian ini buat para cewek-cewek. Loe kan kakinya doang yang wanita, sisanya waria..” sambaran maut Gary yang demikian membuat Eddy mati kutu.

    “Jadi..” lanjut Gary, “Setuju nggak?”

    Kami saling berpandangan. Aku sendiri agak was-was kalau Gary yang memberi usul, karena biasanya diperlukan keberanian extra untuk “bermain” dengannya.

    “Apa dulu idenya?” Lusi dan Poppy bicara hampir bersamaan. Sedangkan Carol malah cuek, asik mengepulkan asap berbentuk bulatan-bulatan dari mulutnya. Mulai suka bercerutu ria juga, dia ternyata.

    Reno juga agak cuek sambil memeluk pinggang istrinya tersebut dengan mesra sambil menciumi tengkuk Carol yang jenjang. Sialan, pikirku. Si Reno hoki bener bisa dapet bini kayak bidadari begitu. Aku tahu Lusi juga cantik, tapi yah, rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau!

    “Loe pade lihat itu segerombolan cowok-cowok yang di meja seberang?” Gary menyorongkan dagunya ke arah yang dimaksud.

    “Yang dari tadi gue perhatiin pada jelalatan ngeliatin penyanyi cewek yang pantatnya bohai itu.. Lihat kan?” lanjutnya antusias.

    “Oh itu. Mau ngapain, Gar? Loe mau suruh bini gue ke sono, terus nabokin satu-satu? Hehehe..” Si Benny nyerocos nggak jelas. Apa dia mulai mabok? Padahal cuma minum ice lemon tea doang.

    “Loe juga.. Diem dulu dong, broer.” Gary mulai agak kesal.

    “Gue lihat mereka udah pada horny semua gara-gara ngeliatin pantat cewek penyanyi itu. Tuh, lihat sampe mau megang segala. Ck ck ck..”

    Memang kulihat mereka duduk sangat dekat dengan panggung, jadi mungkin saja.

    “Let’s play a game. I call it, ‘Seduce or be seduced’ game.” Wah, mulai coro Inggris, Si Gary. Gawat nih, pikirku.

    “You go there, pick one or two or more guys, whatever, and then dance with him. Try to seduce him while dancing. If we see and decide that you’re the one who got seduced, then you loose and you must buy all of us here a round of drinks.” Waduh bagus juga Inggrisnya bocah ini ternyata, lho.

    “Nyang ber-alkohol, ye!” Yah, jadi betawi lagi dia. Sambil ngomong gitu, dia melirik ke arah Benny yang masih asik dengan ice lemon tea nya sambil nyengir jahat.

    “Reseh loe, kunyuk!” Merasa disindir, Benny nyolot.

    “Gue lagi mau menjauhi minuman keras nih. Supaya “itu” gue bisa lebih keras. Huahahaha!”

    Kami semua sampai kaget denger kerasnya tawa Benny. Orang satu ini memang dulunya jagoan minum, tapi belakangan, entah mengapa kegemarannya itu hilang tiba-tiba. Mungkin mau mengambil hati orang tua Poppy.

    “Udah keras banget kok, Yang..” Poppy menggelendot manja di bahu Benny sambil memberikan ekspresi horny.
    “Berasaa banget..” katanya lagi. Ya ampun..

    “Eh, Gar.. Loe mau jadiin bini gue perek, apa?” kataku sedikit ketus. Sebenarnya aku deg-degan juga kalau-kalau Lusi tertarik sama ide gila ini.

    “Kalau bini gue digrepe-grepe orang, gue keberatan nih.” kataku lagi. Sebenarnya aku sengaja supaya Lusi makin tertantang. Kukedipkan mataku ke arah Gary, dan langsung dia paham. Dihisapnya rokoknya dalam-dalam tanda mengerti akan maksudku.

    “Tenang, Ra. This is just a game. Belum tentu juga ada yang mau sama bini loe.” tandas Gary.

    That’s done it. Mata Lusi langsung melotot ke arah Gary dan berdiri.

    “Eh, denger ya, Bang betawi.. Lelaki yang nggak suka sama gue pastilah hombreng atau buta atau yang masih bayi. Ya nggak, Pop? Rol, Carol.. Jangan nyerutu doang dong dikau.” Lusi menyerang membabi-buta. Tercium bau alcohol dari mulut istriku.. Hmm pasti seru nih. Lusi akan sangat nekat kalau sudah fly.

    “Iya nih, Si Abang. Tega nian kau berkata demikian kepada kawanku yang bohay ini..” Poppy mulai teler juga kayaknya.

    “Carol.. Say something, sexy..” sambil ngomong gitu Poppy mengelus-elus paha kiri Carol yang terpampang mulus diseberangnya. Darahku berdesir melihatnya.

    “Wah, mulai ada ‘live show’ nih. Asiikk..” Eddy tiba-tiba nimbrung sambil melihat ke arah Poppy dan Carol. Padahal sepertinya dia tadi lagi asik ngobrol sama seorang cewek ABG yang duduk di meja sebelah kami.

    “Iihh, Poppy.. Ntar gue basah nih loe elus-elus gitu..” kata Carol sambil menjilat bibir sexynya dengan gaya horny yang dibuat-buat. Gila, pikirku. Bisa ngaceng berat nih gue.

    “Gue rasa semua cowok di sini bakalan horny sama Lusi, tapi apakah Lusinya berani?? Hmm?? Berani nggak, sayang?” Yah, Poppy malah nambah manas-manasin Lusi.

    Lusi memandang sebentar ke arah Poppy yang langsung asik lagi dengan cerutu dan ciuman-ciuman kecil suaminya di tengkuk dan lehernya. Tanpa berkata apapun, berjalanlah dia menghampiri meja seberang yang penuh cowok-cowok horny.

    Ada 6 orang jumlahnya. This is one bad combination.. Satu cewek cantik nan seksi setengah mabuk yang merasa ditantang, dan sejumlah cowok-cowok keren yang sudah sangat horny. Very bad.

    Setiba di meja seberang, Lusi langsung pasang aksi. Aku dan teman-temanku memperhatikannya dengan sedikit tegang. Mula-mula kulihat dia berbicara dengan salah seorang dari mereka sambil bergaya agak genit namun tetap anggun.

    Tak berapa lama kemudian, turunlah mereka ke lantai dansa sambil bergandengan tangan. Lelaki itu berpostur sedikit lebih pendek dariku, tapi sangat atletis. I think he’s a gym rat. Kekar sekali, mungkin ada keturunan Arabnya.

    “Damn, beneran Si Lusi. Are you OK, buddy?” Reno bertanya setengah berbisik kepadaku.

    “Fine. Gue mau lihat ini arahnya kemana. Tenang aja dulu, man.” Ujarku ke Reno.

    “Wah, mulai ngegrepe tuh orang.” Tangan lelaki itu kuperhatikan mulai mengelus lengan atas istriku yang terbuka. Terus dielus-elusnya, lalu mulai turun ke pinggang dan berhenti di sana.

    Saat dipegang pinggangnya, Lusi berjoget dengan seksi sambil mengangkat kedua lengannya sambil meliuk-liukan pinggulnya mengikuti irama musik pop-jazz. Liukan pinggulnya yang seksi, ditambah dengan ekspresi wajahnya, sungguh dapat membuat lelaki manapun terangsang.

    Lalu wajahnya sedikit didekatkan ke wajah Si lelaki sambil tersenyum kecil. Jemari kirinya mengelus wajah lelaki itu yang tampak macho dengan brewok tipisnya. Diperlakukan demikian, Si lelaki mulai berani, lalu tangan kanannya bergerak pelan ke arah pantat istriku yang padat seksi itu.

    Mulai dielusnya pelan pantat istriku, dan air mukanya sedikit berubah karena didapatinya istriku memakai G-string.

    Kulihat ia berbisik sesuatu kepada istriku, lalu istriku tertawa menengadah sambil tangannya perlahan turun merangkul leher lelaki tersebut. Terlihat begitu mesranya, sehingga bagi orang-orang yang tidak tahu pasti mengira mereka adalah pasangan yang sedang jatuh cinta. Istriku lalu balas berbisik kepadanya, dan.. Hei! Lelaki itu mendekap pantat istriku dengan kuat sehingga dari pinggang ke bawah tubuh mereka menempel erat.

    Keduanya lalu bergoyang erotis sambil meliuk-liukan pinggul mereka. Lusi, istriku yang cantik, tampak semakin seksi dengan gerakan-gerakan itu. Kulihat semua teman-temanku menelan ludah, baik yang pria maupun yang wanita. Termasuk Carol, yang sudah hilang konsentrasi pada cerutunya itu.

    “Gila, gue jadi horny ngeliat bini lu sama tuh cowok.” begitu celetuk Poppy. Kuperhatikan wajahnya memerah dan dadanya naik turun. Mungkin benar, napsunya naik. Kuakui, aku pun demikian.

    “Iya nih. Hebat! Gue akuin deh bini lu, broer!” jakun Gary naik-turun. Aku tersenyum saja sambil pura-pura tidak begitu peduli dan menyalakan rokokku. Entah yang keberapa batang.

    Gerakan yang memutar itu kemudian berganti. Lusi dengan antusias tampak menggosok-gosokkan selangkangannya ke selangkangan lelaki itu, naik-turun, sambil merangkul erat lehernya. Sang lelaki tak mau kalah, mulai menciumi leher mulus istriku perlahan dari atas sampai ke dekat belahan dadanya yang montok, dan sebaliknya..

    Begitu terus beberapa saat. Jelas terlihat dari wajah mereka bahwa birahi keduanya sudah memuncak. Tangan kanan Lusi terlihat turun ke pantat Si lelaki dan meremas-remasnya kuat. Begitu pula tangan lelaki itu menyengkram erat kedua bongkah padat pantat istriku yang masih bergerak naik turun, perlahan namun pasti.

    Makin lama kulihat gerakan Lusi makin kuat dan sedikit dipercepat. Wajahnya pun berubah jadi lebih liar dan agak memerah. Dadanya yang padat membusung makin dibusungkan dengan tengadahnya kepalanya ke belakang.

    Remasan pada pantat lelaki itu makin kuat dan sekarang ia menghisap jari tengah kirinya sendiri. Lusi bergerak makin cepat, makin mantap.. Kepalanya semakin jauh terlempar ke belakang.. Hisapan pada jarinya semakin kuat..

    Cengkraman pada pantatnya semakin menjadi-jadi.. Dan.. Tiba-tiba pinggulnya berhenti bergerak naik-turun. Terlihat pantat dan selangkangannya berkedutan diatas selangkangan lelaki itu, sambil bibirnya dengan liar mengulum bibir lelaki tersebut yang terlihat agak shock dengan itu semua.

    Lalu dengan perlahan cengkraman mereka mengendur, namun masih berciuman panjang dan mesra.

    Lusi, istriku yang sangat kucintai, milikku seorang, mencapai orgasme dengan lelaki lain di lantai dansa sebuah Nite Club dengan disaksikan oleh setidaknya 12 orang.

    Lima di meja seberang, dan tujuh di meja kami. Hatiku terasa sangat kacau, antara kaget, bingung dan napsu bercampur menjadi satu.

    Kuperhatikan Lusi berbisik lagi kepada lelaki itu, Si lelaki mengangguk, tersenyum, mencium pipinya. Istriku lalu kembali berjalan pelan ke arah kami.

    Tanpa berkata apapun ia lalu duduk bersebrangan denganku tepat di samping Poppy, lalu meletakan kepalanya di bahu gadis itu sambil menyender di sofa panjang tempat duduknya. Tak berapa lama, ia tertidur.

    Tak ada satupun dari teman-temanku yang berani memandangku, kecuali Carol yang memandangku dengan dingin sekali namun menyelidik. Aku tidak tahu apa arti pandangannya itu. Yang jelas, aku mencoba sekuat tenaga seakan tak tahu apa yang terjadi barusan, walaupun cukup jelas terlihat ada noda basah di gaun Lusi, tepat didepan selangkangannya.

    “Pop, tolong dong bangunin Lusi. Kasihan dia kayaknya capek banget. Kita duluan ya!” begitu rokokku selesai kuhisap, kuminta Poppy untuk membangunkan Lusi, memberinya minum segelas air putih dingin, dan aku menggandengnya pulang setelah say goodbye pada kawan-kawanku. Tak sepatah katapun keluar dari mulut istriku.

    “Are you OK, babe?” tanyaku pada Lusi, tanpa menoleh, dalam perjalanan pulang kami di dalam mobil.

    Mobil ini adalah sebuah BMW seri 5 terbaru yang merupakan hasil kerja kerasku sendiri. This car is a testament to my success, and I’m so proud of it.

    “No.” ujarnya lirih. Lho, ternyata ada air mata di kedua pipinya.

    “Maafin aku, sayang.. Aku keterlaluan..” tangisnya mulai keras dan terisak-isak.

    “That was very wrong, I was so drunk and I am so sorry it happened.” dengan terbata-bata istriku berkata.

    “It’s fine, babe. Aku sekarang hanya mau dengar dari kamu sendiri, dengan detail, apa yang terjadi tadi di sana?” kupertegas suaraku.

    “I want you to be honest with me, and I will forget it all”.

    Lusi menunduk sambil masih terisak pelan. Diam seribu bahasa. Sampai akhirnya kami tiba di rumah. Kutekan klakson mobilku pendek-pendek dua kali, dan beberapa detik kemudian pembantu rumah tangga kami terlihat tergopoh-gopoh keluar sambil masih mengantuk. Kulirik jam di mobilku. Pk 2:52 dini hari, nggak heran kalau dia ngantuk.

    Setibanya di kamar tidur, kubuka pakaianku satu persatu, lalu masuk ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar. Lusi menyusul tak lama kemudian, pada saat aku sedang menyabuni tubuhku. Penisku terasa menegang melihat tubuh telanjang istriku sambil masih terbayang permainannya tadi di Club.

    Aku terbayang betapa erotisnya mereka bergoyang dan betapa air maniku juga hampir menyembur tatkala Lusi mencapai orgasme. Hentakan dan kedutan pinggulnya yang liar saat dia mencapai puncak birahinya terus menari-nari di kepalaku membuatku tak sadar mengelus sendiri penisku yang 22 cm sudah sangat tegang.

    Lusi terperangah melihat ulahku itu. Lalu dia mulai mengerti dan tersenyum penuh arti. Dia mendekatiku dan melekatkan payudara montoknya ke punggungku.

    “So, that was a turn-on for you, eh?” sambil berkata begitu tangannya mengusap pundakku, terus turun ke lenganku dan bergerak ke arah selangkanganku.

    Sampai di sana, tangannya mengambil alih kegiatan tanganku yang sedang mengelus penisku turun naik. Merinding aku dibuatnya, pinggulku sedikit tersentak, dan napasku jadi tertahan. Kepala penisku yang keunguan dan sudah mengeluarkan “pre-cum”nya jadi semakin licin dan nikmat terasa dengan adanya sabun yang dibalurkan istriku.

    “Kalau digituin terus, aku bakalan keluar, sayang.” kataku setengah berbisik.

    “Kamu seksi sekali tadi. Did you cum on the dance floor?”

    “Ehmm.. What do you think?” Lusi terus mengocok pelan penisku. Kurasakan air maniku akan segera menyembur. Aku yakin Lusi juga merasakannya.

    “Sayang, kontol kamu rasanya udah gede banget dan anget. Are you cumming, baby?” Namun begitu Lusi malah makin perlahan mengocoknya, dan genggamannya diperlonggar.

    Jarinya tiba-tiba menekan pangkal penisku untuk menahan gelombang air mani yang akan segera meluap. Aku jadi blingsatan dibuatnya.

    “Aduh, aku udah hampir sampai tuh, tadi.” Aku protes sambil mencoba mengocok sendiri penisku. Tapi tanganku dipegangnya.

    “Eit, kamu nggak boleh ngocok sendiri. Sabar dong, sayang. Let’s finish up and go to bed.” Sambil mengecup bibirku ringan, Lusi bergegas mandi dan setelah selesai mengeringkan rambut dan tubuhnya. Ia lalu masuk ke dalam selimut dengan tubuh polos. Aku mengikutinya dengan semangat di sebelah kanannya.

    Dengan lembut Lusi mengelus penisku yang sudah agak melemah di dalam selimut. Penisku tiba-tiba bangkit kembali dan berdiri dengan tegar.

    Lusi lalu mulai mengocok penisku lagi sambil menghisap dan menjilati puting kiriku. Cairan dari penisku sanaget nikmat dijadikan pelumas oleh istriku. Kurasakan juga kedua biji pelirku dielus dan sedikit diremasnya. Benar-benar gelisah aku dibuatnya.

    “Aku bilang sama Adam bahwa dia ganteng, dan aku pingin joget sama dia.” Tanpa ba-bi-bu Lusi mulai bercerita. Ternyata lelaki itu bernama Adam.

    “Dia OK aja, lalu kugandeng dia turun.” Suaranya mendesah dan setengah berbisik.

    Daun telingaku dan leherku diciumi dan dijilatinya lembut. Penisku kurasakan makin tegang dan benar-benar mulai membasah.

    “Waktu sedang asik-asiknya berjoget, aku ngerasa tangannya kok jadi berani dan mengelus-elus pantatku. Tapi aku diamkan saja, karena kupikir, ‘Let’s play the game’. Terus terang aku jadi horny digitukan.” Demikian cetus Lusi sambil jilatannya mulai turun ke dada dan perutku.

    Agak geli rasanya saat perutku dijilatnya, tapi tak lama karena lalu kepala penisku jadi sasarannya.

    “Aahh..” setengah berteriak aku merasakan kehangatan mulut istriku yang menjilati dan mulai mengulum kepala penisku.

    “Masukkan sampai dalam, sayang.. Oohh.. Hisap, sayang.. Eemmhh.. Eemmhh.. Aahh..” aku mulai meracau merasakan kenikmatan yang luar biasa.

    Mendadak Lusi melepaskan penisku dari mulutnya, lalu meludahi kepalanya sedikit sambil terus mengocoknya pelan dan berkata.

    “Adam membisikiku katanya ‘kamu seksi sekali. Saya suka wanita yang memakai G-string. Very sexy!’ Aku tertawa saja mendengarnya, tapi senang juga dipuji begitu.”

    Tangannya membuat gerakan seperti memelintir naik-turun penisku dan menggenggamnya agak keras, membuatku mendelik-delik keenakan.

    “Aku bilang juga sama dia, ‘kamu juga macho banget sih, bikin aku horny aja’. Suaraku kubuat seseksi mungkin supaya dia makin berani.”

    Setelah berkata begitu, lagi-lagi penisku jadi sasaran hisapan mulutnya dan jilatan lidahnya. Ohh, nikmatnya tidak terkira.

    “Terus terang memekku basah sekali waktu itu. Apalagi waktu kita bergerak-gerak memutar. Aku bisa ngerasin kontolnya Adam menekan clit-ku. Aku jadi sadar kalau dia juga pasti merasakan juga clit-ku di kontolnya. It makes me so horny..

    ” Kulihat jari istriku bermain di kelentitnya dalam posisi menungging. Seksi sekali. Bau kewanitaannya mulai menusuk hidungku dan menambah birahiku.

    Aku tak tahan lagi, kurengkuh tubuh istriku, dan saat dia masih dalam posisi menungging, kusodokan penisku perlahan ke dalam memeknya. Ahh.. Basah, hangat dan terasa berdenyut lembut. Kukeluar-masukkan dengan mantap penisku sambil kucengkram pinggulnya erat.

    “Oohh, baby.. Fuck me.. Fuck me.. Oouughh.. Enak banget sayang..” Lusi terengah-engah dalam birahinya yang liar. Pinggulnya bergerak maju-mundur menambah dalam terobosan penisku dengan sangat erotis..

    Buah dadanya berguncang-guncang ke depan dan ke belakang membuatku ingin menjamah dan meremasnya. Namun tanganku malah bergerak ke kelentitnya dan mengosok-gosoknya lembut dengan jari tengahku. Hal itu membuatnya makin berkelojotan.

    “Shit.. Baby, aku pingin keluar.. Ooughh.. Cepetin kontol kamu, sayang.. Oohh..” Lusi benar-benar mendekati puncak birahinya. Saat kepalanya menoleh kearahku, kusambut & kukulum bibirnya dan kuhentikan gerakanku. Tangan kiriku meremas buah dada kirinya dengan gemas.

    “Kok stop, sayang? Ayo dong, sayang..” Lusi dengan gelisah berusaha memaju-mundurkan pinggulnya, tapi kutahan dengan sekuat tenaga dengan mencengkram pinggulnya.

    Tapi aku tetap membiarkan penisku di dalam vaginanya. Kuperhatikan ada cairan putih kental di pangkal penisku yang adalah cairan birahi istriku yang sudah membanjir.

    “Continue your story atau aku akan berhenti di sini.” Sambil berkata begitu, aku terus mengosok-gosok kelentitnya pelan untuk membuatnya makin bernapsu. Kuremas lembut buah dadanya dan kumainkan pentilnya yang sudah sangat keras. Kurasakan vaginanya berdenyut pelan beberapa kali.

    “Waktu sudah beberapa saat kontol menekan memekku, aku tahu kalau aku nggak akan berhenti sampai aku orgasme. Enak sekali soalnya.” Lusi melanjutkan ceritanya. Akupun mulai menggoyang pantatku lagi.

    “Aku benar-benar nggak peduli lagi siapa yang ngelihat atau apa yang bakalan terjadi nantinya.”

    “Lalu aku putuskan untuk benar-benar mendapat orgasme. Ku cengkram pantatnya supaya lebih mantap dan aku bergerak naik-turun karena dengan begitu aku yakin bisa lebih cepat. Dan Adam mengerti yang aku mau kerena kurasakan dia juga menyengkram pantatku dengan erat sehingga gesekannya sangat terasa..” sambil bercerita Lusi memaju-mundurkan pinggulnya menyambut kontolku.

    Aku lalu mencabut kontolku dan telentang di ranjang. Lusi mengerti maksudku dan dengan cepat menaiki tubuhku dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya yang sudah sangat basah. Cairan birahinya terlihat meleleh di paha bagian dalamnya.

    Tubuhnya yang bergerakn naik-turun-memutar mutar sangat seksi luar biasa dan aku merasa tidak lama lagi akan menyemburkan air maniku di dalam vaginanya. Penisku terasa demikian nikmat di dalam pijatan dan gesekan vagina istriku. Kuremas kedua buah dadanya yang bergelayut manja dan bergoyang kekiri dan kekanan.

    “Benar aja, nggak lama kemudian aku ngerasa orgasmeku udah makin dekat dan akupun semakin cepat ingin mencapainya.” Lusi melanjutkan ceritanya.

    “Oouugghh.. Baby.. I’m cumming.. Oohh, I’m gonna cum.. Yess.. Aagghh..!” Lusi berteriak keras saat puncak kenikmatan birahi menyergapnya.

    Aku bergerak semakin cepat dan liar. Kuremas pantatnya, dan kusodok-sodokkan penisku dengan cepat ke dalam vaginanya yang berkedutan sangat kuat, berkali-kali.

    “Yaahh.. Aagghh.. Oh fuck.. Aku juga mau keluar, sayaang.. Aahh.. Aarrgghh..!! Dengan beberapa kali sodokan kuat dan cepat aku mencapai orgasmeku yang tertunda begitu lama. Tubuhku terasa enteng dan melayang.. Kukeluar-masukkan terus penisku beberapa kali lagi sampai kurasakan tuntas semburan air maniku. Vagina istriku berdenyut-denyut kuat beberapa kali menambah indah orgasme kami.

    Lusi ambruk di atas tubuhku. Hanya napas terengah kami berdua yang terdengar bersahutan. Tubuh kami terasa licin oleh keringat yang membanjir. Kuelus-elus lembut punggung dan pantat telanjang istriku, sambil kucium kepalanya. Buah dadanya naik-turun seirama dengan napasnya terasa lembut di atas dadaku

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Guru Yang Menggairahkan

    Cerita Sex Guru Yang Menggairahkan


    785 views

    Perawanku – Cerita Sex Guru Yang Menggairahkan, Pagi itu seperti biasanya aqu semangat sekali ke sekolah. Alasannya karena pelajaran pertama hari Sabtu adalah Bahasa Inggris. Bukan karena Bahasa Inggris adalah pelajaran favoritku, tetapi karena guru Bahasa Inggrisku sangat seksi.Namanya Bernike (nama samaran). Tetapi lebih suka dipanggil Miss Bernike. Dia sudah bersuami seorang pelayaran dan punya satu anak berumur 3 tahun. Tetapi walau sudah bersuami dan punya anak, dia suka sekali mengenakan pakaian yg seksi walaupun itu sedang berada di sekolah. Mungkin jika tak mengenalnya akan mengira kalau dia masih perawan.

    Seperti biasanya pagi ini aqu tak memperhatikan materi yg dibeikan Miss Bernike, walau aqu terlihat fokus ke depan. Kenyataannya aqu hanya memandangi badan seksi Bernike dan membaygkan andai bisa menidurinya walau hanya semalam. Lamunanku akhirnya dikejutkan oleh perkataan Miss Bernike,”Oke, tutup bukunya. Kita adakan ulangan !”. Sial ! Aqu jelas tak siap karena memang tadi tak memperhatikan pelajaran yg dia berikan. Pelajaran Bahasa Inggris berakhir. Dan waktu hasil ulangan diberikan, aqu harus remidi. Sebelum meninggalkan kelas Miss Bernike berpesan agar aqu menemuinya di kantor waktu pulang sekolah.

    Singkat cerita akhirnya aqu menemui Miss Bernike di kantor waktu pulang sekolah. Sebagian besar guru sudah pulang karena memang sekarang adalah waktunya pulang. Setelah aqu dipersilahkan duduk, Miss Bernike langsung menegurku lantaran aqu remidi. “Saya heran ya kok kamu bisa remidi ? Dan yg jadi masalah adalah waktu saya perhatikan tadi kamu memperhatikan waktu saya mengajar. Tapi kenapa bisa remidi. Apa yg amu perhatikan tadi ?”. Pertanyaan seperti itu jelas membuatku bingung harus jawab apa. Masa iya mau dijawab kalo aqu hanya memandangi badan seksinya. Nggak mungkin banget kan ?!. Akhirnya Miss Bernike berkata ,“Oke. Itu tak penting. Yg jelas kamu nanti malam harus ke rumah saya. Saya ingin tahu cara belajar kamu. Jangan sampai tak datang !”. Belum sempat aqu berkata apa-apa, Miss Bernike sudah meninggalkan kantor.

    Malamnya aqu emang benar-benar ke rumah Miss Bernike. Setiap Malam Minggu aqu memang selalu diberi kebebasan untuk keluar. Waktu aqu mengetuk pintu, ternyata anak Miss Bernike yg membuka pintu. “mama kamu ada?”, tanyaqu kemudian. “Ada. Masih di kamar”, jawabnya.

    Kemudian anak iu masuk lagi memanggil ibunya. Tak lama kemudian Miss Bernike keluar. Dan aqu benar-benar terpana waktu melihat Miss Bernike. Dia memakai kaos putih yg sangat ketat hingga badan seksinya terlihat jelas. Dan juga celana ketatnya yg sangat pendek hingga tak mampu menyembunyikan kemulusan pahanya. Benar-benar tak terlihat seperti cara berpakaian seorang guru.
    Miss Bernike segera mengajakku belajar di ruang tamu dan menyuruh anaknya untuk segera tidur.

    Tetapi selama 20menit belajar, aqu tak bisa konsentrasi. Miss Bernike yg duduk sangat dekat dgnku membuatku berdebar-debar. Apalagi pahanya yg sejak tadi menempel di pahaqu. Sepertinya dia sengaja melaqukan itu. Entah apa yg merasuki pikiranku, tiba-tiba tanganku tergerak untuk meraba paha mulus Miss Bernike. Tak beberapa lama Miss Bernike menoleh ke arahku. Aqu langsung tersadar dgn apa yg telah kulaqukan. Dan sudah siap jika tiba-tiba kena tampar karena berani melaqukan tindakan kurang ajar terhadap guru. Tetapi ternyata tak. Miss Bernike malah tersenyum kepadaqu dan mengedipkan sebelah matanya kepadaqu dgn manja. Hal itu membuatku semakin berani untuk meneruskan perbuatanku.

    Aqu mendorong badannya tidur terlentang di sofa . Lalu aqu menindihnya dan membisikkan kalimat di telinganya,“aqu mencintamu Bernike…..”. Bernike tak menjawabnya. Dia hanya memelukku dgn erat. Aqu lalu dgn mesra menggigit telinganya dgn pelan. Tangan kananku segera membelai rambut Bernike dgn mesra. Sementara tangan kiriku mulai meraba-raba buah dada Bernike. Tapi waktu aqu ingin meremas buah dadanya, dia menahanku. “kenapa sayg ?” tanyaqu. “sebentar…”, jawab Bernike dgn tersenyum. Dia lalu menuju pintu dan menguncinya. Lalu dia kembali menuju sofa. Sekarang giliran dia yg menindihku. “sekarang sudah aman”, katanya lalu tersenyum. Aqu lalu mencium bibirnya. Tetapi Miss Bernike malah membuka mulutnya menyuruhku memagut bibirnya dan kini bibir kami berpagutan dgn ganas. Tangan kiriku pun segera meremas-remas buah dada Bernike yg tadi sempat tertunda. Dan tangan kananku meremas-remas bokong Bernike yg montok.

    “Saygku….puasin aqu ya… Suamiku sudah hampir satu tahun nggak pulang. Aqu butuh cumbuan dan belaian dari seorang lelaki..”, kata Bernike dgn mendesah. Memang wajar jika Miss Bernike kesepian. Suaminya yg kerja pelayaran hanya pulang paling cepat setengah tahun sekali. Aqu terus meremas-remas buah dada Bernike. Setelah kira kira 5 menit, aqu segera membuka kaosku dan celanaqu. Begitu juga dgn Bernike. Kali ini dia hanya memakai bra dan CD. Dan aqu sangat terpana melihat badan Bernike.

    Cerita Sex Guru Yang Menggairahkan

    Cerita Sex Guru Yang Menggairahkan

    Badannya sangat seksi dan mulus. Tiba-tiba saja Bernike meremas batang kemaluanku yg sudah tegang sejak tadi. “jangan cuma dilihat, sayg. Malam ini puasin aqu”, kata Bernike sembari tersenyum. Kemudian dia menuntun tanganku untuk melepas CD nya. Lalu mendorong kepalaqu dan menghentikannya tepat di depan kemaluannya yg sangat harum. “malam ini, itu milikmu….” . Aqu tak hanya diam. Sedetik kemudian lidahku sudah menjilati liang keperempuanan milik guruku tersebut. Bernike terlihat terangsang. Tangannya menekan kepalaqu ke liang kemaluannya. Bernike terlihat kecewa waktu aqu menghentikan jilatanku. Tetapi dia kembali terdiam waktu tangan kananku sudah menemukan ‘mainan’ baru.

    Ya, jari-jari tanganku sudah mengelus-elus bibir kemaluan Bernike yg ditumbuhi bulu-bulu tipis. Tak lama kemudian aqu berhasil menemukan klitorisnya. Waktu aqu sentuh dgn jariku, dia terlihat menggelinjang. kami berganti posisi. Kali ini aqu yg berada di atas. Tangan kiriku menahan posisinya. Sementara tangan kananku masih terus mengocok kemaluannya yg sudah basah. Bernike terus menggelinjang.

    Dia melepas bra nya sendiri dan meremas-remas buah dadanya sendiri. “aaaaahhhh, sayg. Jangan siksa aqu sayg…. nikmat….ahhhhh”, rancaunya tak terkendali. Aqu mempercepat gerakan jariku di kemaluannya. Semakin cepat dan Bernike terlihatnya akan segera mencapai klimaks pertamanya.

    “aaaaaaaahhh”,jeritan Bernike akhirnya keluar bersamaan dgn muncratnya cairan cinta dari lubang kenikmatan Bernike. Badan seksi Bernike pun terlihat berkeringat. “Aqu kagum padamu. Jarimu saja sudah membuatku mencapai puncak kenikmatan. Bagaimana jika ini yg masuk ke memekku…”, kata Bernike sembari melepas CD yg kugunakan. Lalu dgn mesra dia menyepong kemaluanku. Aqupun terangsang hebat.

    Bibir seksi Bernike yg selama ini kukagumi sekarang sedang mengulum kemaluanku. Tapi waktu aqu hampir klimaks aqu mencabut kemaluanku. “kenapa sayg…?”, tanya Bernike. Aqu tak menjawab. Aqu hanya mendorong Bernike agar terlentang di sofa.

    Lalu aqu menjepit kemaluanku dgn buah dada montok milik Bernike. Aqu menggesek-geskkan kemaluanku di belahan dada Bernike dan kenikmatan yg tiada tara membuatku klimaks. Air mani yg keluar cukup banyak. Aqu mengoleskan seluruh air maniku ke buah dada Bernike. Bernike terlihat tersenyum dgn apa yg kulaqukan. Kemudian tanpa disuruh dia langsung bangun dan menjilat sisa sisa air mani di kemaluanku dgn mulutnya. “bagaimana sayg ? Kamu puas ?”,tanya Miss Bernike dgn mesra. “Aqu mencintaimu Bernike….. aqu sangat ingin memilikimu…..”,kataqu. Dia mengalungkan tangannya di leherku. Kemudian mencium bibirku dan kami kembali bepagutan. Semetara tangan kananku terus meremas remas buah dada milik Bernike.setelah puas,

    Bernike bekata,” sekarang waktunya kita mulai permainan yg sesungguhnya….” . Dia lalu menuntunku masuk ke kamar. Setelah itu dia mengunci pintu dan sekarang kami berdua merasa lebih nyaman. Ya, ternyata anaknya memiliki kamar sendiri. Tak ikut tidur dgn mamanya. Dan itu membuatku merasa lebih leluasa untuk bercumbu dgn Bernike. Aqu membopong Bernike ke kasur dan aqu menindihnya. Bernike memelukku dan aqu membelai rambutnya. “sudah siap ?”,tanya Bernike. Agen BandarQ

    “tapi Bernike…., aqu belum pernah melaqukan ini….”. Aqu memang sering melihat video porno. Tetapi berhubungan layaknya suami istri seperti ini adalah pengalaman pertama bagiku.
    Bernike meyakinkanku “Wah, asyik dong. Aqu adalah orang pertama yg merasakan kontolmu yg besar ini. Dan sekarang ucapkan selamat tinggal untuk status perjaka mu. Aqu akan memberi kenikmatan yg tak akan pernah kamu lupakan…..” .

    Kemudian tangannya menuntun kemaluanku masuk ke lubang kemaluan nya. Dia berkata lagi,”ooohh, punyamu lebih besar daripada punya suamiku sayg…… Sekarang, dorong kemaluanmu untuk menembus liang kenikmatan ini….” . Aqu pun dgn pelan mendorong kemaluanku. Sedikit sulit karena selain kemaluanku yg luayan besar tetapi juga walau Bernike sudah bersuami, dia sudah tak melaqukan hubungan intim hampir satu tahun. Aqu terus mencobanya. “ahhhh, ayo sayg. Terus……sedikit lagi…..awwwww…ahhhhh….”, desah Bernike. Aqu terus mendorong kemaluanku dan blessssss….

    Aqu berhasil memasukkan seluruh kemaluanku ke dalam kemaluan Bernike dibarengi dgn jeritan Miss Bernike. Aqu mendiamkannya sebentar. lalu aqu mulai melaqukan gerakan maju mundur. Bernike pun menambah kenikmatan bersenggama dgn goygan bokongnya. Semakin lama aqu mempercepat gerakanku. Begitu juga dgn Bernike. Aqu merancau tak terkendali “sayg…. aqu akan klimaks sayg……aaaahhhhh” . “sabar sayg….. tahan dulu. Kita klimaks bersama-sama”, kata Bernike. “tapi aqu sudah tak tahan sayg…. aaaahhhhh……”, akhirnya aqu pun klimaks dan menyemprotkan banyak sekali sperma di dalam liang keperempuanan Bernike. Kemaluanku terlihat berdenyut -denyut. Sementara Bernike belum klimaks dan terlihat kecewa. Bernike mendorongku. “aaah, payah kamu…. !“, kata Bernike sembari memasang muka kecewa. “maafkan aqu sayg…..”, kataqu lalu mengecup bibir Bernike.

    “lagi yuk.. aqu masih pegen ni..” kata Bernike sembari mengelap kemaluanku dgn tissu. “capek sayg?”, tanya Bernike penuh perhatian. Aqu hanya menggeleng. “ayo kita mulai lagi”, kata Bernike sembari menindihku. Kami kembali melaqukan hubungan intim tetapi kali ini posisi Bernike ada di atasku. Bernike mulai menggerakkan badannya maju mundur. “ooowwww, nikmat sekali sayg….. ahhhh…ahhhh…ahhhhh” desah Bernike dgn mesra. Terlihatnya dia sengaja memancing birahiku agar cepat muncul. Kemaluanku pun kembali tegang. Tetapi kali ini aqu berusaha untuk lebih menahan nafsuku. Aqu tak ingin kembali kalah oleh perempuan yg sekarang berada di atasku. Gerakan Bernike semakin cepat. “ohhh, nikmat sekali. Ohhh sayg, sudah lama aqu tak merasakan hubungan ini…”.

    Aqu hanya tersenyum. Kali ini kami berbalik posisi. Giliran aqu yg berada di atas. Aqu memompa badan Bernike. Dia hanya merancau ,“ah…ah…ahhh.ahhhh…..ayo sayg semakin cepat sayg….ayo cepat……ahhhhh” . Aqu mempercepat gerakanku. Aqu merasa akan segera klimaks. Tetapi terlihatnya Bernike juga akan segera klimaks. “sayg….aqu akan keluar……ahhhhh…..”, kataqu. “owwwhh, aqu juga akan klimaks”,jawab Bernike. Aqu terus mempercepat gerakanku. Keringat terlihat keluar dari badan kami berdua. “sayg….aqu keluarrrrrrrr…..”, kata Bernike. Dan tak beberapa lama kemudian kami klimaks bersama sama. Crot…crot….crottt…. . sperma yg keluar sangat banyak seakan memenuhi kemaluan Bernike yg sempit. Badanku sangat lemas. Kami kelelahan. Terutama aqu yg malam ini sudah klimaks tiga kali. Bernike berkata,“sayg….nggak nygka kamu hebat sekali malam ini. Inilah kenikmatan yg sangat aqu dambakan… kenikmatan yg tak pernah aqu dapatkan dari suamiku…. jangan pernah tinggalin aqu sayg….” . “Aqu tak akan pernah meninggalkan perempuan secantik kamu Bernike. Aqu tak peduli walaupun kamu adalah guruku… tapi aqu harus segera pulang Bernike”, kataqu. Tetapi Bernike menahanku,“jangan sayg…. tidurlah di sini malam ini”. Aqu lalu mengambil hp dan menelfon mama kalo aqu tidur di rumah kawan. Bernike terlihat senang. Aqu pun mengambil selimut dan tidur dgn posisi kemaluan masih menancap di kemaluan Bernike.

    ******

    Paginya aqu terbangun pukul 04.20 . Badanku terasa pegal semua. Aqu membangunkan Bernike,“sayg…..bangun sayg !”. “Kenapa…? ini kan hari Minggu. Kamu ketagihan memekku ya?”,rayu Bernike. “Aqu taqut kamu hamil Bernike”,kataqu. “Kenapa harus taqut ? Yg perlu kulaqukan jika aqu benar-benar hamil adalah menceraikan suamiku dan menikah dgnmu”,jawab Bernike dgn enteng. “apa?! aqu masih sekolah. Aqu tak siap jka harus menikahimu”, kataqu. Bernike berkata lagi,”masa bodoh dgn itu. kamu menumpahkan seluruh spermAmu ke rahimku. Jika aqu hamil, ini anak kita saygku….”. Belum sempat aqu berkata apa-apa, Bernike sudah mengarahkan kemaluanku masuk ke Dalam kemaluannya dan berkata,”main lagi yuk. Biar semangat…”. Kami pun bermain satu ronde pagi itu. Waktu permainan selesai, jam menunjukkan pukul 05.04. Aqupun ingin pulang tetapi masih kepikiran dgn kemungkinan Bernike hamil. Tiba-tiba Bernike mengecup bibirku dan berkata,”Kamu masih kepikiran dgn perkataanku ya? kamu nggak perlu taqut aqu hamil. Kecil kemungkinan aqu hamil karena kemarin dan hari ini bukanlah masa suburku. Rahasia ini aman kok ! minggu depan datang lagi ya” .

    Aqupun membalas ciumannya dan pulang dgn gembira. Tak sabar menantikan Malam Minggu lagi.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Seshi Dengan Bibir Sexynya – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sex Seshi Dengan Bibir Sexynya – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1570 views

    Perawanku – Waktu itu Rounald yg masih duduk di perkuliahan mempunyai teman akrab namanya. Silvina dia berasal dari Sumatera dan katanya dia masih menumpang di rumah tantenya, kebetulan hobi kita sama yaitu naik gunung pecinta alam kita sering bersama kadang aku juga maen kerumahnya, dan bisa lebih karena aku juga naksir dgn adik sepupunya namanya Seshy.Seshy adalah anak dari tante yg rumahnya ditumpangi oleh Silvina, meskipun aku sudah akrab dgn keluarganya tante tapi aku tak langsung pacari si Seshy, tapi selama perjalanan waktu sudah berubah dimana ayah Seshy yg wakil rakyat meninggal dunia.

    Jadi Sekarang Ibunya yg mengurus semua perusahaan yg dikendalaikan ayah Seshy, Harapanku untuk memacari Seshy tetap ada, meskipun saat aku berkunjung kerumahnya jarang bertemu langsung dgn Seshy, malah Ibunya yg namanya Desta menemaniku, karena kesibukannya Seshy yg di Jakarta sedang belajar di sekolah presenter stasiun TV swasta.

    Tapi sebenarnya kalau mau jujur Seshy masih kalah dgn ibunya. Bu Desta lebih cantik.,kulitnya lebih putih bersih, dewasa dan tenang pembawaannya. Sementara Seshy agak sawo matang, nurun ayahnya kali? Seandainya Seshy seperti ibunya: tenang pembawaannya, keibuan dan penuh perhatian, baik juga.

    Sekarang, di rumah yg cukup mewah itu hanya ada bu Desta dan seorang pembantu. Silvina sudah tidak di situ, sementara Seshy sekolah di ibukota, paling-paling seminggu pulang. Akhirnya aku di suruh bu Desta untuk membantu sebagai karyawan tidak tetap mengelola perusahaannya. Untungnya aku memiliki kemampuan di bidang komputer dan manajemennya, yg aku tekuni sejak SMA.

    Setelah mengetahui manajemen perusahaan bu Desta lalu aku menawari program akuntansi dan keuangan dgn komputer, dan bu Desta setuju bahkan senang. Merencanakan kalkulasi biaya proyek yg di tangani perusahaannya, dsb.

    Aku menyukai pekerjaan ini. Yg jelas bisa menambah uang saku aku, bisa untuk membantu kuliah, yg saat itu baru semester dua. Bu Desta memberi honor lebih dari cukup menurut ukuran aku. Pegawai bu Desta ada tiga perempuan di kantor, tambah aku, belom termasuk di lapangan.

    Aku sering bekerja setelah kuliah, sore hingga malam hari, datang menjelang pegawai yg lain pulang. Itupun kalau ada proyek yg harus dikerjakan. Part time begitu. Bagi aku ini hanya kerja sambilan tapi bisa menambah pengalaman.

    Karena hubungan kerja antara majikan dan pegawai, hubungan aku dgn bu Desta semakin akrab. Semula sih biasa saja, lambat-laun seperti sahabat, curhat, dan sebagainya.

    Aku sering dinasehati, bahkan saking akrabnya, bercanda, aku sering pegang tangannya, mencium tangan, tentu saja tanpa diketahui rekan kerja yg lain. Dan rupanya dia senang. Tapi aku tetap menjaga kesopanan.

    Pengalaman ini yg mendebarkan jantungku, betapapun dan siapapun bu Desta, dia mampu menggetarkan dadaku. Meskipun sudah cukup umur perempuan ini tetap jelDesta. Aku kira siapapun orangnya pasti mengatakan orang ini cantik bahkan cantik sekali.

    Dasar pandai merawat badan, karena ada dana untuk itu, rajin fitnees, di rumah disediakan peralatannya. Kalau sedang fitnees memakai pakaian fitnees ketat sangat sedap dipandang. Ini sudah aku ketahui sejak aku SMA dulu, tapi karena aku kepingin mendekati Seshy, hal itu aku kesampingkan.

    Data-data pribadi bu Desta aku tahu betul karena sering mengerjakan biodata berkaDestan dgn proyek-proyeknya. Tingginya 161 cm, usianya saat kisah ini terjadi 37 tahun, lima bulan dan berat badannya 52 kg. Cukup ideal.

    Pada suatu hari aku lembur, karena ada pekerjaan proyek dan paginya harus didaftarkan untuk diikutkan tender. Pukul 22.00 pekerjaan belom selesai, tapi aku agak terhibur bu Desta mau menemaniku, sambil mengecek pekerjaanku.

    Dia cukup teliti. Kalau kerja lembur begini ia malah sering bercanda. Bahkan kalau minumanku habis dia tidak segan-segan yg menuang kembali, aku malah menjadi kikuk. Dia tak enggan pegang tanganku, mencubit, namun aku tak berani membalas.

    Apalagi bila sedang mencubit dadaku aku sama sekali tidak akan membalas. Dan yg cukup surprise tanpa ragu memijit-pijit bahuku dari belakang.

    “Capek ya..? Aku pijit, nih”, katanya.

    Aku hanya tersenyum, dalam hati senang juga, dipijit janda cantik. Apalagi yg kurasakan dadanya, pasti teteknya menyenggol kepalaku bagian belakang, aku rasakan nyaman juga. Lama-lama pipiku sengaja aku pepetkan dgn tangannya yg mulus, dia diam saja.

    Dia membalas membelai-belai daguku, yg tanpa rambut itu. Aku menjadi cukup senang. Hampir pukul 23.00 baru selesai semua pekerjaan, aku membersihkan kantor dan masih dibantu bu Desta. Wah perempuan ini betul-betul seorang pekerja keras, gumanku dalam hati.

    Aku bersiap-siap untuk pulang, tapi dibuatkan kopi, jadi kembali minum.

    “Kamu sudah punya pacar Ron?”

    “Belom Bu”, jawabku

    “Masa.., pasti kamu sudah punya. Perempuan mana yg tak mau dgn lelaki ganteng”, katanya

    “Belom Bu, sungguh kok”, kataku lagi. Kami duduk bersebelahan di sofa ruang tengah, dgn penerangan yg agak redup. Entah siapa yg mendahului, kami berdua saling berpegangan tangan saling meremas lembut. Yg jelas semula aku sengaja menyenggol tangannya

    Mungkin karena terbawa suasana malam yg dingin dan suasana ruangan yg syahdu, dan terdengar suara mobil melintas di jalan raya serta sayup-sayup suara binatang malam, aku dan bu Desta hanyut terbawa oleh suasana romantis.

    Bu Desta yg malam itu memakai gaun warna hDestam dan sedikit motif bunga ungu. Sangat kontras dgn warna kulitnya yg putih bersih.

    Perempuan pengusaha ini makin mendekatkan badannya ke arahku. Dalam kondisi yg baru aku alami ini aku menjadi sangat kikuk dan canggung, tapi anehnya nafasku makin memburu, kejar-kejaran dan bergelora seperti gemuruh ombak di Pelabuhan Ratu. Aku menjadi bergemetaran, dan tak mampu berbuat banyak, meski tanganku tetap memegang tangannya.

    “Dingin ya Ron..?!”, katanya sendu.

    Sementara tangan kiriku dDestarik dan mendekap lengan kirinya yg memang tanpa lengan baju itu.
    “Ya, Bu dingin sekali”, jawabku.

    Terasa dingin, sementara tangannya juga merangkul pinggangku. Bau wewanginan semerbak di sekitar, aku duduk, menambah suasana romantis

    “Kalau ketahuan Darti (pembantunya), gimana Bu?”, kataku gemetar.

    “Darti tidak akan masuk ke sini, pintunya terkunci”, katanya.

    Aku menjadi aman. Lalu aku mencoba mengecup kening perempuan lincah ini, dia tersenyum lalu dia menengadahkan wajahnya. Tanpa diajari atau diperintah oleh siapapun, kukecup bibir indahnya.

    Dia menyambut dgn senyuman, kami saling berciuman bibir saling melumat bibir, lidah kami bertemu berburu mencari kenikmatan di setiap sudut-sudut bibir dan rongga mulut masing-masing.

    Tangankupun mulai meraba-raba badan sintal bu Desta, diapun tidak kalah meraba-raba punggungku dan bahkan menyusup dibalik kaosku. Aku menjadi semakin terangsang dalam permainan yg indah ini.

    Sejenak jeda, kami saling berpandangan dia tersenyum manis bahkan amat manis, dibanding waktu-waktu sebelomnya.

    Kami berangkulan kembali, seolah-olah dua sejoli yg sedang mabuk asmara sedang bermesraan, padahal antara majikan dan pegawainya. Dia mulai mencumi leherku dan menggigit lembut semantara tanganku mulai meraba-raba badannya, pertama pantatnya, kemudian menjalar ke pinggulnya.

    “Sejak kamu kesini dgn Silvina dulu, aku sudah berpikir: “Ganteng banget ini anak!””, katanya setengah berbisik.

    “Ah ibu ada-ada saja”, kataku mengelak meskipun aku senang mendapat sanjungan.

    “Aku tidak merayu, sungguh”, katanya lagi.

    Kami makin merangsek bercumbu, birahiku makin menanjak naik, dadaku semakin bergetar, demikian juga dada bu Desta. Diapun nampak bergetaran dan suaranya agak parau.

    Kemudian aku beranjak, berdiri dan menarik tangan bu Desta yg supaya ikut berdiri. Dalam posisi ini dia aku dekap dgn hangatnya. Hasrat kelakianku menjadi bertambah bangkit dan terasa seakan membelah celana yg aku pakai.

    Lalu aku bimbing dia ke kamarnya, bagai kerbau dicocok hidungnya bu Desta menurut saja. Kami berbaring bersama di spring bed, kembali kami bergumul saling berciuman dan becumbu.

    “Gimana kalau aku tidur di sini saja, Bu”, pintaku lirih.

    Ia berpikir sejenak lalu mengangguk sambil tersenyum. Kemudian dia beranjak menuju lemari dan mengambil pakaian sambil menyodorkan kepada aku.

    “Ini pakai punyaku”, dia menyodorkan pakaian tidur.

    Lalu aku melorot celana panjangku dan kaos kemudian memakai kimononya.

    Aku menjadi terlena. Dalam dekapannya aku tertidur. Baru sekitar setengah jam aku terbangun lagi. Dalam kondisi begini, jelas aku susah tidur.

    Udara terasa dingin, aku mendekapnya makin kencang. Dia menyusupkan kaki kanannya di selakangan aku. Kemaluanku makin bergerak-gerak, sementara cumbuan berlangsung, kemaluanku semakin menjadi-jadi kencangnya, yg sesungguhnya sejak tadi di sofa.

    Aku berpikir kalau sudah begini bagaimana? Apakah aku lanjutkan atau diam saja? Lama aku berfikir untuk mengatakan tidak! Tapi tidak bisa ditutupi bahwa hasrat, nafsu birahiku kuat sekali yg mendorong melonjak-lonjak dalam dadaku bercampur aduk sampai kepada ubun-ubunku.

    Meskipun aku diamkan beberapa saat, tetap saja kejaran libido yg terasa lebih kuat. Memang aku sadar, perempuan yg ada didekapanku adalah majikanku, tantenya Silvina, mamanya Seshy, tapi sebagai lelaki normal dan dewasa aku juga merasakan kenikmatan bibir dan rasa perasaan bu Desta sebagai perempuan yg sintal, cantik dan mengagumkan.

    Sedikitnya aku sudah merasakan kehangatannya badannya dan perasaannya, meski pengalaman ini baru pertama kali kualami.

    Aku tak kuasa berkeputusan, dalam kondisi seperti ini aku semakin bergemetaran, antara mengelak dan hasrat yg menggebu-gebu. Aku perhatikan wajahnya di bawah sorot lampu bed, sengaja aku lihat lama dari dekat, wajahnya memancarkan penyerahan sebagai perempuan, di depan lelaki dewasa.

    Pelan-pelan tanganku menyusup di balik gaunnya, meraba pahanya dia mengeliat pelan, aku tidak tahu apakah dia tidur atau pura-pura tidur. Aku cium lembut bibirnya, dan dia menyambutnya. Berarti dia tidak tidur. Ku singkap gaun tidurnya kemudian kulepas, dia memakai beha warna putih dan celana dalamnya juga putih.

    Aku menjadi tambah takjub melihat kemolekan badan bu Desta, putih dan indah banget. Ku raba-raba badannya, dia mengeliat geli dan membuka matanya yg sayu. Jari-jari lentiknya menyusup ke balik baju tidur yg kupakai dan menarik talinya pada bagian perutku, lalu pakaianku terlepas. Kini akupun hanya pakai celana dalam saja.

    “Kamu ganteng banget, Ron, tinggi badanmu berapa, ya?”, bisiknya. Aku tersenyum senang.

    “Makasih. Ada 171. Bu Desta juga cantik sekali”, mendengar jawabanku, dia hanya tersenyum.

    Aku berusaha membuka behanya dgn membuka kaDestannya di punggungnya, kemudian keplorotkan celana dalamnya sehingga aku semakin takjub melihat keindahan alam yg tiada tara ini. Hal ini menjadikan dadaku semakin bergetar.

    Betapa tidak?! Aku berhadapan langsung dgn perempuan tanpa busana yg berbadan indah, yg selama ini hanya kulihat lewat gambar-gambar orang asing saja. Kini langsung mengamati dari dekat sekali bahkan bisa meraba-raba.

    Perempuan yg selama ini aku lihat berkulit putih bersih hanya pada bagian wajah, bagian kaki dan bagian lengan ini, sekarang tampak seluruhnya tiada yg tersisa. Menakjubkan! Darahku semakin mendidih, melihat pemandangan nan indah itu.

    Di saat aku masih bengong, pelan-pelan aku melorot celana dalamku, aku dan bu Desta sama-sama tak berpakaian. Kemaluanku benar-benar maksimal kencangnya. Kami berdua berdekapan, saling meraba dan membelai.

    Kaki kami berdua saling menyilang yg berpangkal di selakangan, saling mengesek. Kemaluanku yg kencang ikut membelai paha indah bu Desta. Sementara itu ia membelai-belai lembut kemaluanku dgn tangan halusnya, yg membawa efek nikmat luar biasa.

    Tanganku membela-belai pahanya kemudian kucium mulai dari lutut merambat pelan ke pangkal pahanya. Ia mendesah lembut. Dadaku makin bergetaran karena kami saling mencumbu, aku meraba selakangannya, ada rerumputan di sana, tidak terlalu lebat jadi enak dipandang.

    Dia mengerang lembut, ketika jemariku menyentuh bibir vaginanya. Mulutku menciumi buah dadanya dgn lembut dan mengedot puntingnya yg berwarna coklat kemerah-merahan, lalu membenamkan wajahku di antara kedua buah dadanya.

    Sementara tangan kiriku meremas lembut teteknya. Desisan dan erangan lembut muncul dari mulut indahnya. Aku semakin bernafsu meski tetap gemetaran. Tanganku mulai aktif memainkan selakangannya, yg ternyata basah itu.

    Aku penasaran, lalu kubuka kedua pahanya, kemudian kusingkap rerumputan di sekitar keperempuanannya. Bagian-bagian warna pink itu aku belai-belai dgn jemariku. Klitorisnya, ku mainkan, menyenangkan sekali.

    Desta mengerang lembut sambil menggerakkan pelan kaki-kakinya. Lalu jariku kumasukkan keterowongan pink tersebut dan menari-nari di dalamnya. Dia semakin bergelincangan. Kelanjutannya ia menarikku.

    “Ayo Ron”aku tak tahan”, katanya berbisik

    Dan merangkulku ketat sekali, sehingga bagian yg menonjol di dadanya tertekan oleh dadaku.
    Aku mulai menindih badan sintal itu, sambil bertumpu pada kedua siku-siku tanganku, supaya ia tidak berat menompang badanku.

    Sementara itu senjataku terjepit dgn kedua pahanya. Dalam posisi begini saja enaknya sudah bukan main, getaran jantungku makin tidak teratur. Sambil menciumi bibirnya, dan lehernya, tanganku meremas-remas lembut buah dadanya.

    Kemaluanku menggesek-gesek sekalangannya, ke arah atas (perut), kemudian turun berulang-ulang. Tak lama kemudian kakinya direnggangkan, lalu pinggul kami berdua beringsut, untuk mengambil posisi tepat antara senjataku dgn lubang keperempuanannya. Beberapa kali kami beringsut, tapi belom juga sampai kepada sasarannya. Kemaluanku belom juga masuk ke vaginanya “Alot juga”, bisikku. Bu Desta yg masih di bawahku tersenyum.

    “Sabar-sabar”, katanya. Lalu tangannya memegang kemaluanku dan menuntun memasukkan ke arah keperempuanannya.

    “Sudah ditekan… pelan-pelan saja”, katanya. Akupun menuruti saja, menekan pinggulku…

    “Blesss”, masuklah kemaluanku, agak seret, tapi tanpa hambatan. Ternyata mudah! Pada saat masuk itulah, rasa nikmatnya amat sangat. Seolah aku baru memasuki dunia lain, dunia yg sama sekali baru bagiku.

    Aku memang pernah melihat film orang beginian, tetapi untuk melakukan sendiri baru kali ini. Ternyata rasanya enak, nyaman, mengasyikkan. Wonderful! Betapa tidak, dalam usiaku yg ke 23, baru merasakan kehangatan dan kenikmatan badan perempuan.

    Gerakanku mengikuti naluri lelakiku, mulai naik-turun, naik-turun, kadang cepat kadang lambat, sambil memandang ekspresi wajah bu Desta yg merem-melek, mulutnya sedikit terbuka, sambil keluar suara tak disengaja desah-mendesah. Merasakan kenikmatannya sendiri.

    “Ah… uh… eh… hem””

    Ketika aku menekankan pinggulku, dia menyambut dgn menekan pula ke atas, supaya kemaluanku masuk menekan sampai ke dasar vaginanya. Getaran-getaran perasaan menyatu dgn lenguhan dan rasa kenikmatan berjalan merangkak sampai berlari-lari kecil berkejar-kejaran.

    Di tengah peristiwa itu bu Desta berbisik

    “Kamu jangan terlalu keburu nafsu, nanti kamu cepat capek, santai saja, pelan-pelan, ikuti iramanya”, ketika aku mulai menggenjot dgn semangatnya.

    “Ya Bu, maaf”, akupun menuruti perintahnya.

    Lalu aku hanya menggerakkan pinggulku ala kadarnya mengikuti gerakan pinggulnya yg hanya sesekali dilakukan. Ternyata model ini lebih nyaman dan mudah dinikmati. Sesekali kedua kakinya diangkat dan sampai ditaruh di atas bahuku, atau kemudian dibuka lebar-lebar, bahkan kadang dirapatkan, sehingga terasa kemaluanku terjepit ketat dan semakin seret.

    Gerak apapun yg kami lakukan berdua membawa efek kenikmatan tersendiri. Setelah lebih dari sepuluh menit , aku menikmati badannya dari atas, dia membuat suatu gerakan dan aku tahu maksudnya, dia minta di atas.

    Aku tidur terlentang, kemudian bu Desta mengambil posisi tengkurap di atasku sambil menyatukan alat vital kami berdua. Bersebadanlah kami kembali.Ia memasukkan kemaluanku rasanya ketat sekali menghujam sampai dalam.

    Sampai beberapa saat bu Desta menggerakkan pinggulnya, buah dadanya bergelantungan nampak indah sekali, kadang menyapu wajahku. Aku meremas kuat-kuat bongkahan pantatnya yg bergoyg-goyg. Buah dadanya disodorkan kemulutku, langsung kudot.

    Gerakan perempuan berambut sebahu ini makin mempesona di atas badanku. Kadang seperti orang berenang, atau menari yg berpusat pada gerakan pinggulnya yg aduhai. Bayg-bayg gerakan itu nampak indah di cermin sebelah ranjang.

    Badan putih nan indah perempuan setengah baya menaiki badan pemuda agak coklat kekuning-kuningan. Benar-benar lintas generasi!

    Adegan ini berlangsung lebih dari lima belas menit, kian lama kian kencang dan cepat, gerakannya. Nafasnya kian tidak teratur, sedikit liar. Kayak mengejar setoran saja. Tanganku mempererat rangulanku pada pantat dan pinggulnya, sementara mulutku sesekali mengulum punting buah dadanya. Rasanya enak sekali. Setelah kerja keras majikanku itu mendesah sejadi-jadinya”

    “Ah… uh, eh… aku, ke.. luaar..Ron..”, rupanya ia orgasme.

    Puncak kenikmatannya diraihnya di atas badanku, nafasnya berkejar-kejaran, terengah-engah merasakan keenakan yg mencapai klimaknya.

    Nafasnya berkejar-kejaran, gerakannya lambat laun berangsur melemah, akhirnya diam. Ia menjadi lemas di atasku, sambil mengatur nafasnya kembali. Aku mengusap-usap punggung mulusnya. Sesekali ia menggerak-gerakkan pinggulnya pelan, pelan sekali, merasakan sisa-sisa puncak kenikmatannya. Beberapa menit dia masih menindih aku.

    Setelah pulih tenaganya, dia tidur terlentang kembali, siap untuk aku tembak lagi. Kini giliran aku menindihnya, dan mulai mengerjakan kegiatan seperti tadi. Gerakan ku pelan juga, dia merangku l aku. Naik turun, keluar masuk. Saat masuk itulah rasa nikmat luar biasa, apalagi dia bisa menjepit-jepit, sampai beberapa kali. Sungguh aku menikmati seluruhnya badan bu Desta. Ruaar biasa! Tiba-tiba suatu dorongan tenaga yg kuat sampai diujung senjataku, aliran darah, energi dan perasaan terpusat di sana, yg menimbulkan kekuatan dahsyat tiada tara.

    Energi itu menekan-nekan dan memenuhi lorong-lorong rasa dan perasaan, saling memburu dan kejar-kejaran. Didorong oleh gairah luar biasa, menimbulkan efek gerakan makin keras dan kuat menghimpit badan indah, yg mengimbangi dgn gerakan gemulai mempesona.

    Akhirnya tenaga yg menghentak-hentak itu keluar membawa kenikmatan luar biasa”, suara tak disengaja keluar dari mulut dua insan yg sedang dilanda kenikmatan. Air maniku terasa keluar tanpa kendali, menyemprot memenuhi lubang kenikmatan milik bu Desta.

    “Ahh… egh… egh… uhh”, suara kami bersaut-sahutan.

    Bibir indah itu kembali kulumat makin seru, diapun makin merapatkan badannya terutama pada bagian bawah perutnya, kuat sekali. Menyatu semuanya,

    “Aku” keluar Bu”, kataku terengah-engah.

    “Aku juga Ron”, suaranya agak lemah.

    “Lho keluar lagi, tadi kan sudah?! Kok bisa keluar lagi?!”, tanyaku agak heran.

    “Ya, bisa dua kali”, jawabnya sambil tersenyum puas.

    Kami berdua berkeringat, meski udara di luar dingin. Rasanya cukup menguras tenaga, bagai habis naik gunung saja, lempar lembing atau habis dari perjalanan jauh, tapi aku masih bisa merasakan sisa-sisa kenikmatan bersama.

    Selang beberapa menit, setelah kenikmatan berangsur berkurang, dan terasa lembek, aku mencabut senjataku dan berbaring terlentang di sisinya sambil menghela nafas panjang. Puas rasanya menikmati seluruh kenikmatan badannya.

    Perempuan punya bentuk badan indah itupun terlihat puas, seakan terlepas dari dahaganya, yg terlihat dari guratan senyumnya. Aku lihat selakangannya, ada ceceran air maniku putih kental meleleh di bibir vaginanya bahkan ada yg di pahanya.

    Pengalaman malam itu sangat menakjubkan, hingga sampai berapa kali aku menaiki bu Desta, aku lupa. Yg jelas kami beradu nafsu hampir sepanjang malam dan kurang tidur.

    Keesokan harinya. Busa-busa sabun memenuhi bathtub, aku dan bu Desta mandi bersama, kami saling menyabun dan menggosok, seluruh sisi-sisi badannya kami telusuri, termasuk bagian yg paling pribadi. Yg mengasyikkan juga ketika dia menyabun kemaluanku dan mengocok-kocok lembut. Aku senang sekali dan sudah barang tentu membawa efek nikmat.

    “Aku heran barang ini semalaman kok tegak terus, kayak tugu Silvinas, besar lagi. Ukuran jumbo lagi?!”, katanya sambil menimang-nimang tititku.

    “Kan Ibu yg bikin begini?!”, jawabku. Kami tersenyum bersama.

    Sehabis mandi, kuintip lewat jendela kamar, Darti sedang nyapu halaman depan, kalau aku keluar rumah tidak mungkin, bisa ketahuan. Waktu baru pukul setengah enam. Tetapi senjata ini belom juga turun, tiba-tiba hasrat lelakiku kembali bangkit kencang sekali.

    Kembali meletup-letup, jantung berdetak makin kencang. Lagi-lagi aku mendekati janda yg sudah berpakaian itu, dan kupeluk, kuciumi. Aku agak membungkuk, karena aku lebih tinggi. Bau wewangian semerbak disekujur badannya, rasanya lebih fresh, sehabis mandi.

    Lalu ku lepas gaunnya, ku tanggalkan behanya dan kuplorotkan celana dalamnya. Kami berdua kembali berbugil ria dan menuju tempat tidur. Kedua insan lelaki perempuan ini saling bercumbu, mengulangi kenikmatan semalam.

    Ia terbaring dgn manisnya, pemandangan yg indah paduan antara pinggul depan, pangkal paha, dan rerumputan sedikit di tengah menutup samara-samar huruf “V”, tanpa ada gumpalan lemaknya. Aku buka dgn pelan kedua pahanya. Aku ciumi, mulai dari lutut, kemudian merambat ke paha mulusnya. Sementara tangannya mengurut-urut lembut kemaluanku. Badanku mulai bergetaran, lalu aku membuka selakangannya, menyibakkan rerumputan di sana.

    Aku ingin melihat secara jelas barang miliknya. Jariku menyentuh benda yg berwarna pink itu, mulai bagian atas membelai-belainya dgn lembut, sesekali mencubit dan membelai kembali. Bu Desta bergelincangan, tangannya makin erat memegang tititku.

    Kemudian jariku mulai masuk ke lorong, kemudian menari-nari di sana, seperti malam tadi. Tapi bibir, dan terowongan yg didominasi warna pink ini lebih jelas, bagai bunga mawar yg merekah. Beberapa saat aku melakukan permainan ini, dan menjadi paham dan jelas betul struktur keperempuanan bu Desta, yg menghebohkan semalam.

    Gelora nafsu makin menggema dan menjalar seantero badan kami, saling mencium dan mencumbu, kian memanas dan berlari kejar-kejaran. Seperti ombak laut mendesir-desir menerpa pantai. Tiada kendali yg dapat mengekang dari kami berdua.

    Apalagi ketika puncak kenikmatan mulai nampak dan mendekat ketat. Sebuah kejutan, tanpa aku duga sebelomnya kemaluanku yg sejak tadi di urut-urut kemudian dikulum dgn lembutnya. Pertama dijilati kepalanya, lalu dimasukkan ke rongga mulutnya.

    Rasanya aku diajak melayg ke angkasa tinggi sekali menuju bulan. Aku menjadi kelelahan. Sesi berikutnya dia mengambil posisi tidur terlentang, sementara aku pasang kuda-kuda, tengkurap yg bertumpu pada kedua tangan aku.

    Aku mulai memasukkan kemaluanku ke arah lubang keperempuanan bu Desta yg tadi sudah aku “pelajari” bagian-bagiannya secara seksama itu. Benda ini memang rasanya tiada tara, ketika kumasukkan, tidak hanya aku yg merasakan enaknya penetrasi, tetapi juga bu Desta merasakan kenikmatan yg luar biasa, terlihat dari ekpresi wajahnya, dan desahan lembut dari mulutnya.

    “Ah”, desahnya setiap aku menekan senjataku ke arah selakangannya, sambil menekankan pula pinggulnya ke arah tititku. Kami berdua mengulangi mengarungi samodra birahi yg menakjubkan, pagi itu.

    Semuanya sudah selesai, aku keluar rumah sekitar pukul setengah delapan, saat Darti mencuci di belakang. Dalam perjalanan pulang aku termenung, Betapa kejadian semalam dapat berlangsung begitu cepat, tanpa liku-liku, tanpa terpikirkan sebelomnya.

    Sebuah wisata seks yg tak terduga sebelomnya. Kenikmatan yg kuraih, prosesnya mulus, semulus paha bu Desta. Singkat, cepat dan mengalir begitu saja, namun membawa kenikmatan yg menghebohkan.

    Betapa aku bisa merasakan kehangatan badan bu Desta secara utuh, orang yg selama ini menjadi majikanku. Menyaksikan rona wajah bu Desta yg memerah jambu, kepasrahannya dalam ketelanjangannya, menunjukkan kedagaan seorang perempuan yg mebutuhkan belaian dan kehangatan seorang lelaki.

    Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, si kumbang muda makin sering mendatangi bunga untuk mengisap madu. Dan bunga itu masih segar saja, bahkan rasanya makin segar menggairahkan. Memang bunga itu masih mekar dan belom juga layu, atau memang tidak mau layu.

  • Cerita Sex Dapet Ngentot Gratis Gara-Gara Asal Kirim Pesan Nyasar

    Cerita Sex Dapet Ngentot Gratis Gara-Gara Asal Kirim Pesan Nyasar


    1018 views

    Perawanku – Cerita Sex Dapet Ngentot Gratis Gara-Gara Asal Kirim Pesan Nyasar, Perkenalkan nama saya Nala (nama samaran saya), lulus kuliah baru bulan kemarin di suatu perguruan tinggi tekemukan di Jogya, cerita ini baru saya alami dalam bebrepa bulan kemarin tepatnya bulan Januari, dimulai dari saya kirim SMS ke seorang cewek yang sudah lama tidak berjumpa, karena sudah lama tidak berhubungan saya kehilangan nomer kontaknya, kemudian saya meminta temenku nomernya (katanya dia sih punya) suatu ketika langsung saya kirimkan SMS kepada dia yang berisi bahwa saya kangen ingin bertemu dengannya.

    Saat sudah aku kirimkan SMS tadi saya tunggu berjam juga tidak ada balasan, dan ketika itu saya mengirimkan ulang lagi dengan saya kasih nama saya di belakangnya, selang beberapa waktu yang saya SMS miss call ke hapeku, karena saya dalam perjalan naik motor, kemudian saya kirim SMS lagi ke dia yang isinya “bentar saya lagi dalam perjalanan nanti saya hubungi setelah sampai ketujuan”

    Setelah yang kujanjikan tadi saya baru telepon si dia, Hallo Anita “tanya saya” dia menjawab “maaf anda salah orang”, ternyata yang saya telepon salah orang sambil menahan malu saya mau kumatikan teleponku, tetapi lawan bicara saya segera bertanya “yang anda cari siapa? dengan nada mendesah” saya jawab “saya sedang mencari teman lama saya yang hampir 6 tahun tidak ada kabarnya” singkat kata kami kemudian berkenalan ternyata yang saya telepon salah sambung namanya Fitri.

    Sejak saat itu, kami sering berkirim SMS. Kadang-kadang gw malah menelponnya. Namun, tidak ada niat sedikitpun dalam diriku untuk menemuinya, atau melihat wajahnya. Toh tidak ada maksud apa-apa, pikirku. Dua bulan berjalan sejak perkenalan itu, entah mengapa, isi pesan SMS berubah menjadi hal-hal yang agak menjurus ke sex.

    Tiga bulan berjalan sejak perkenalan kami lewat telepon. Tiba-tiba, Fitri mengirim SMS yang menyatakan ingin bertemu. Mengapa tidak, kupikir. Toh tidak ada ruginya untukku. Saat itu pikiranku belum berpikir jauh sampai ke sex. Kami janjian sore pukul 17.00. Kebetulan hari itu hari libur. Setelah tiba di tempat yang dijanjikan, gw segera meneleponnya. Gua pake sweater pink, kata Fitri.

    Segera kutemui Fitri yang sedang berdiri menunggu. Hai, Fitri ya?, tanyagw. Fitri segera tersenyum. Wajahnya memang tidak cantik, tubuhnya pun tidak aduhai seperti poster swimsuit di majalah Popular. Namun, gw memang tidak terlalu mempermasalahkan penampilan fisik. Segera kuperkenalkan diriku. Gua Nala, katagw. Memang pergaulanku dengan wanita tidak intens, sehingga saat itu gw sedikit gugup. Namun, segera kututupi kegugupanku dengan sedikit jaim (jaga image).

    Kami segera menjadi akrab. Kami berbicara sebentar sambil menikmati makanan di sebuah food court.Nala, suka nyanyi-nyanyi gak?, tanya Fitri setelah kami selesai makan. Suka, tapi tidak di depan umum, begitu jawabku. Sama dong. Kalo gitu, mau gak kamu saya ajak utk nyanyi di karaoke? Kita bisa pesan private room kok, jadi tidak ada orang lain. tanya Fitri. Kupikir, asyik juga ya, untuk melepas lelah. Segera kami meluncur ke sebuah karaoke terdekat menggunakan mobilku.

    Setibanya di sana, kami memesan tempat untuk dua orang. Kami segera dituntun masuk oleh seorang wanita. Ruangannya agak remang-remang, dan ditutupi gorden, jadi memang tidak akan terlihat dari luar. Sambil waitress menyiapkan ruangan, kami memesan minuman. Fitri permisi kepadagw untuk ke toilet. Tepat setelah waitress menyiapkan ruangan dan minuman, Fitri kembali. Kurasa agak aneh waktu itu karena aroma wewangiannya kian tajam. Namun, tidak kupedulikan.Segera kami mulai memasang lagu kesukaan kami, dan kami bernyanyi-nyanyi. Sampai tibalah kami di lagu yang kelima. Fitri memesan lagu yang lembut, dan agak romantis.

    Sebelum lagu tersebut dimulai, tak sengaja punggung tanganku menyentuh punggung tangan Fitri. Halus sekali, pikirku. Sayang sekali tanganku untuk berpindah dari punggung tangannya, sehingga kubiarkan saja di situ. Fitri pun diam saja, tidak berusaha melepaskan sentuhan tangannya dari tanganku. Dingin ya?, tanya Fitri, kepadagw, sambil melihat tanganku. Iya, jawabku mengangguk lemah. Segera Fitri mendekatkan tanganku ke tangannya. Tanganku segera menggenggam jari-jarinya.

    Kami bernyanyi sambil menikmati kehangatan tersebut. Pelan-pelan, naluriku mulai berjalan. Ingin sekali gw mengelus pipinya yang lembut, namun gw agak takut-takut. Perlahan-lahan Fitri mendekatkan bahunya ke bahuku sehingga kami duduk sangat dekat.Wangi aroma tubuh Fitri segera membius diriku. Tak kupedulikan lagi ketakutanku. Segera kubelai pipi dan kening Fitri. Ia menatapku. Gw balas menatapnya. Lalu kuusap lembut rambutnya. Darah kelelakianku segera berdesir. Kukecup keningnya. Fitri diam saja. Kukecup rambut dan pipinya, segera aroma tubuhnya kembali membius diriku. Fitri benar-benar kuperlakukan seperti pacarku sendiri. Tiba-tiba timbul gelora yang besar untuk memeluknya. Fitri sepertinya mengerti karena dia segera mengubah posisi duduknya sehingga memudahkanku untuk memeluknya.

    Segera kupeluk Fitri dengan rasa sayang.Tiba-tiba Fitri menarik tanganku ke dada kirinya. Segera kurasakan bagian lembut kewanitaannya tersebut. Nikmat sekali, namun dengan rasa agak takut. Pelan-pelan kusentuh buah dadanya yang lembut itu. Fitri diam saja. Gw mulai berani. Ku elus-elus buah dadanya, perlahan-lahan, dengan gerakan memutar, tanpa menyentuh bagian putingnya. Gw semakin berani. Tangan kananku kumasukkan ke dalam sweater merahnya. Segera ku elus bukit lembut tersebut di bagian pinggirannya.

    Ku putar-putar tanganku mengelilingi putingnya. Setelah beberapa saat, kusentuh putingnya. Ternyata putingnya sudah mengeras. Lalu kuremas dengan lembut. Fitri mendesah. Ssshh, desahnya.Kulanjutkan penjelajahanku ke dada kanannya. Kuulangi hal yang sama. Lagi-lagi Fitri mendesah. Segera ia memagut bibirku, dan melumatnya. Saat kujulurkan lidahku, segera dihisapnya kuat-kuat. Oh, nikmat sekali berciuman seperti ini, pikirku karena memang gw belum pernah berciuman dengan wanita. Badanku bergetar hebat, karena gw belum pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Kami lanjutkan permainan kami beberapa saat. Setelah itu, kami berhenti untuk menikmati minuman kami.

    Kusodorkan sedotan minumanku untuk diminum terlebih dulu oleh Fitri. Kemudian kami lanjutkan nyanyian kami sambil berpelukan. Nyaman sekali rasanya saat itu.Kuteruskan permainan tanganku dengan lembut, mengelus dan meremas dengan lembut buah dada Fitri. Fitri kembali memagut bibirku. Kami berciuman hebat. Tiba-tiba Fitri menarik tanganku, dan memasukan tanganku ke dalam celana panjangnya. Segera terasa bulu-bulu halus kemaluannya tersentuh oleh tanganku. Pelan-pelan kudorong tanganku ke bawah, menuju organ intimnya. Segera terasa tanganku menyentuh vaginanya yang hangat dan basah. Montok kan punya gua?, begitu ungkap Fitri saat tanganku mengelus lembut vaginanya. Segera kuiyakan pertanyaannya itu, padahal gw tidak bisa membedakan seperti apa vagina yang tidak montok. Kuusap terus vaginanya, seraya desahan Fitri mengiringi gerakanku. Sssh.. Oh, Nala.

    Baru kamu laki-laki yang bisa memperlakukanku dengan lembut, begitu terus desahnya. Tersanjung juga gw dipuji dirinya.Kami terus bercumbu sampai tak terasa dua jam berlalu. Nala, kamu jangan pulang dulu ya. Gw ingin dikelonin sama kamu. Temani sebentar gw di hotel ya?, tanya Fitri kepadagw. Saat itu, gw agak takut. Takut gw tidak bisa menahan diri untuk tidak tidur dengannya. Segera kuingat ajaran2 agama yang melarangku melakukannya. Namun sepertinya Fitri mengerti ketakutanku. Gw cuma minta dibelai kok. Tidak lebih. Ya, Nala?, tanyanya dengan mata memohon. Berat sekali rasanya untuk mengiyakan permintaannya. Di satu sisi, gw takut sekali melanggar ajaran agama. Lagipula, gw banyak tugas yang malam itu harus kuselesaikan. Namun sisi kemanusiaanku membuat gw tidak tega menolaknya. Baiklah, tapi tidak lebih dari itu ya?, jawabku. Iya, gua janji deh, kata Fitri lagi.

    Kami segera keluar dari ruangan, membayar ke kasir, dan meluncur ke sebuah hotel menggunakan mobilku. Fitri menjadi penunjuk jalan. Setelah membayar uang deposit di kasir hotel, kami segera melenggang ke dalam kamar. Di dalam kamar, gw menyalakan televisi. Sejenak kami menikmati sebuah film. Tak lama kemudian, Fitri membentangkan tubuhnya di kamar tsb. Nala, sini dong, kata Fitri. Gw mengubah posisi duduk ku di ranjang mendekati Fitri.

    Gw dalam posisi duduk, sementara Fitri sudah telentang. Nala, belai gw lagi ya, kata Fitri. Segera tanganku mengelus dahi Fitri. Kuelus-elus dahinya beberapa lama, turun ke pipi, lalu ke rambutnya yang panjang.Fitri menikmati gerakanku sambil menutup mata. Lalu kusandarkan tubuhku ke ranjang, kukecup lembut kening dan dahinya. Fitri membuka matanya, tersenyum. Lalu kucium kelopak matanya. Fitri benar-benar menikmati perlakuanku. Perlahan kukecup lembut bibirnya. Gw hanya menyentuhkan bibirku di bibirnya. Namun segera Fitri menjerat bibirku di bibirnya. Dilumat bibirku dengan bergairah, sementara tangannya dengan kuat memelukku. Kujulurkan lidahku untuk menyentuh bibir bawahnya, namun Fitri segera menghisap bibirku tersebut.

    Segera kuarahkan ciumanku ke bagian telinganya, dan kujilat bagian dalam daun telinganya dengan lidahku.Fitri meronta-ronta dan mendesah. Aduh Nala, geli sekali. Teruskan Nala, katanya. Kucumbu Fitri terus di telinganya. Kemudian kuarahkan cumbuanku ke lehernya. Fitri mendesah hebat. Ssshh.. sshh.. ohh, desah Fitri. Gw tidak bisa menahan diriku lagi. Fitri, boleh kubuka bajumu?, tanya gw pelan kepada Fitri. Fitri mengangguk, tersenyum. Perlahan-lahan kubuka kancing bajunya. Terlihatlah tubuhnya yang putih mulus, dengan bra berwarna biru. Kulanjutkan ciumanku di seputar payudaranya.

    Cerita Sex Dapet Ngentot Gratis Gara-Gara Asal Kirim Pesan Nyasar

    Cerita Sex Dapet Ngentot Gratis Gara-Gara Asal Kirim Pesan Nyasar

    Tak lupa kukecup pelan ketiaknya yang bersih tanpa bulu. Fitri mengerang. Nala, buka BH gua dong, pinta Fitri. Segera kuarahkan tanganku ke punggungnya untuk membuka BHnya. Sulit sekali membuka BHnya. Maklum, belum pernah gw membuka BH wanita.Setelah terbuka, pelan-pelan kutanggalkan BHnya. Segera tampak bukit indahnya yang putih bersih, tanpa cacat, dengan puting kecoklatan. Indah sekali, pikirku. Ingin sekali gw menciumnya. Kupindahkan BHnya dan bajunya ke meja supaya tidak kusut.

    Lalu, pelan-pelan kubasahi buah dadanya dengan lidahku. Kuputar wajahku memutari tokednya. Fitri mendesah lagi. Gerakan itu terus kuulang beberapa kali, lalu berpindah ke toked kanannya. Di sana kuulangi lagi gerakanku sebelum akhirnya lidahku tiba di puncak tokednya. Kubasahi putingnya dengan lidahku, kumain-mainkan, kukulum, dan kuhisap. Fitri mengerang-ngerang. Aduh, Nala..ssh..ssh.. geli sekali. Terus Nala… Sambil mengulum putingnya, pelan2 kuelus bagian perutnya. Auw.. enak Nala.., Fitri menekan wajahku ke dadanya. Kira-kira 15 menit Fitri kuperlakukan seperti itu.Nala, bukain celanaku dong.., pinta Fitri. Segera kubuka kancing celananya, dan kupelorotkan ke bawah. Terlihatlah pahanya yang putih bersih, dan kewanitaannya yang masih tertutupi Celana Dalam warna hitam. Masih mengulum putingnya, segera kuarahkan tanganku ke selangkangannya. Kuelus-elus perlahan.

    Kugerakan tanganku dari dekat lututnya, terus bergerak sedikit demi sedikit ke arah pangkal pahanya.ohh.., rintih Fitri menahan kenikmatan yang kuberikan. Kuelus vaginanya yang masih tertutupi CD. Ternyata CD-nya sudah basah. Kubelai pelan-pelan bagian tersebut. Fitri meronta-ronta, dijepitnya tanganku dengan kedua belah pahanya. Oh.. ohh.. ronta Fitri. Gantian tangan Fitri yang masuk ke celana dalamku. Dipegangnya Kontolku, lalu dikocok pelan-pelan. Uuh, nikmat sekali rasanya..

    Nala, buka celana dalam gua.., pinta Fitri. Jangan Fitri, gua gak berani melakukan itu.. katagw.Gw bukan bermaksud munafik, tapi gw memang benar-benar takut saat itu, karena belum pernah melakukannya. Tak apa-apa, Nala, tidak usah dimasukin. Gua cuma minta diciumi aja, pinta Fitri memohon. Akhirnya kubuka celana dalam Fitri. Kunikmati pemandangan indah dihadapanku. Oh, indah sekali makhluk bernama wanita ini, pikirku. Elus lagi, Nala.., pinta Fitri.

    Perlahan-lahan, tanganku mulai mengelus bibir vaginanya yang sudah basah. Kuputar-putar jariku dengan lembut di sana. Lagi-lagi Fitri meronta. Ohh..ohh. Ke atas lagi Nala. Elus klitorisku, begitu desahnya perlahan. Gw tidak tahu persis di mana klitoris. Gw terus mengelus bibir vaginanya. Segera tangan Fitri membimbing tanganku ke klitorisnya.Baru sekali itu gw tahu bentuk klitoris.

    Mungil dan menggemaskan. Dengan lembut kuputar-putar jariku di atas klitorisnya. Setiap 5 putaran, Fitri langsung mengepit tanganku dengan pahanya. Sepertinya ia benar2 menikmati perlakuanku. Nala, tolong hisap klitorisku, yah?, pinta Fitri. Gw sedikit ragu, dan jijik. Pake tangan aja yah, Fitri.., gw berusaha menolak dengan halus. Tolong dong, Nala. Sekali ini saja. Nanti gantian deh , pinta Fitri. Gw masih berat hati menghisapnya. Fitri, maaf ya. Tapi kan itu kemaluan. Apa nanti… Belum selesai gw bicara, Fitri segera memotongku. Kemaluanku bersih kok, Nala. Gw selalu menggunakan antiseptik. Tolong ya.. sebentar saja, kok, pinta Fitri lagi.Perlahan-lahan kudekatkan mulutku ke memeknya Fitri.

    Segera tercium aroma yang tidak bisa kugambarkan. Perlahan-lahan kujulurkan lidahku ke klitorisnya. Gw takut sekali kalau rasanya tidak enak atau bau. Kukecap lidahku ke vaginanya. Ternyata tawar, tidak ada rasa apa-apa. Terus, Nala..ohh.. enak sekali, desah Fitri. Kuulangi lagi, pelan-pelan. Lama-lama rasa takut dan jijikku hilang, malah berganti dengan gairah. Kuulang-ulang menjilati vaginanya. Fitri makin mendesah. ooh.. oohh.. ohh.. ohh.

    Fitri menggenggam jari telunjukku, lalu memasukkan ke dalam liang vaginanya. Kamu nanti tidak kesakitan?, tanyaku kepadanya. Ia menggeleng pelan. Lalu, kuputar-putar jariku di dalam vaginanya. Ahh.., Fitri menjerit kecil. Kuputar jariku tanpa menghentikan jilatanku ke vaginanya.Saat kuarahkan jariku ke langit-langit memeknya, terasa ada bagian yang agak kasar. Kuelus pelan bagian tersebut, berkali-kali. ‘Ya, terus di situ Nala.. ahh.. enak sekali..

    Kuteruskan untuk beberapa saat. Fitri makin membuka lebar-lebar pahanya. Tiba-tiba Fitri menggerakkan pantatnya ke atas dan bawah, berlawanan dengan arah jilatanku. Ah Nala.. gw mau keluaar.. erang Fitri. Fitri makin mempercepat gerakannya, dan tiba-tiba gerakan pantatnya dia hentikan, lalu dikepitnya kepalagw dengan pahanya. Ahh.. Nala..gw keluar, desahnya. Segera kupeluk tubuh Fitri, dan kugenggam tangannya erat.

    Kubiarkan Fitri menikmati orgasmenya. Setelah beberapa saat, kuelus-elus dahi dan rambutnya. Nala, enak sekali, kata Fitri. Gw diam saja.Sekarang gantian, ya, kata Fitri. Gw mengangguk pasrah, antara mau dan takut. Diputarnya tubuhku sehingga tubuhnya menindih tubuhku sekarang. Dibukanya celana dan celana dalamku. Malu sekali rasanya saat itu. Segera kututupi Kontolku yang masih terduduk lemas.

    Sepertinya Fitri mengerti perasaanku. Ia segera mematikan lampu kamar. Gw merasa lebih tenang jadinya. Lalu, dibukanya pahagw yang menutupi Kontolku. Fitri segera meraba-raba Kontolku. Oh, geli sekali rasanya. Rasa geli itu membuatku secara refleks menggelinjang. Fitri tertawa. Enak kan, Nala? tanyanya menggodagw. Sial nih orang, pikirku. Dikerjain gua. Mau diterusin gak, Nala? tanya Fitri sambil menggoda lagi. Gw hanya mengangguk.Saat itu Kontolku belum berdiri. Aneh sekali. Padahal biasanya kalo melihat adegan yg sedikit porno, punyagw langsung keras.

    Akhirnya Fitri mendekatkan mulutnya ke Kontolku. Dikecupnya ujung Kontolku perlahan. Ada getaran dashyat dalam diriku saat kecupannya mendarat di sana. Nala, punya kamu enak. Bersih dan terawat, ujar Fitri. Geer juga gw dipuji begitu. Dipegangnya gagang Kontolku, lalu Fitri mulai menjilati Kontolku. Ya ampun, pikirku. Geli sekali.. Secara reflek gw meronta, melepaskan Kontolku dari mulut Fitri. Kenapa, Nala?, tanya Fitri. Gua gak tahan. Geli banget, sih?, katagw protes. Ya udah, pelan-pelan aja, ya?, kata Fitri. Gw mengangguk lagi. Fitri mulai memperlambat tempo permainannya. Rasa geli masih menjalari tubuhku, tapi dengan diikuti rasa nyaman.Kuperhatikan Fitri menjilati Kontolku, tak terasa Kontolku segera mengeras. Fitri senang sekali melihatnya. Segera dilahap kembali Kontolku itu, kali ini sambil dikocok-kocok dengan tangannya.

    Sekali lagi gw disiksanya dengan rasa geli yang amat sangat. Kunikmati permainannya, tak terkira nikmatnya. Ya ampun, baru sekali ini kurasakan kenikmatan yang tiada tara seperti ini. Ah.., tak kuasa gw menahan desahanku. Nala, kumasukan ya punyamu?, tanya Fitri. Nanti kamu sakit, gak?, tanyagw. Gw sudah tak bisa menguasai diri lagi.

    Ingin sekali rasanya Kontolku dikepit oleh vaginanya. Ya, kalau gw yang ngontrol sih, gak sakit, kata Fitri. Ya udah, kamu yang di atas aja, katagw kepadanya.Fitri segera mengubah posisi tubuhnya. Ia kangkangkan pahanya di atas tubuhku, lalu pelan-pelan dibimbingnya Kontolku menuju liang Kontolnya. Ditekannya sedikit, masuklah sedikit ujung Kontolku ke dalam. Terasa sedikit basah dan licin kemaluannya. Didiamkan punyagw di sana utk beberapa saat. Gw diam menunggu. Lalu ditekannya sedikit lagi. Kali ini punyagw masuk lebih dalam dan makin terasa cairan pelicin kemaluannya.

    Sudah sepertiga dari panjang Kontolku yang berada dalam vaginanya. Dia diamkan lagi Kontolku di sana beberapa saat. Ia sedikit mengernyit. Sakit?, kutanya. Iya, tapi gak apa2. , jawab Fitri. Kemudian ia mendorong Kontolku makin dalam, hingga akhirnya semua Kontolku tertelan di dalam vaginanya. Terasa basah dan hangat vaginanya. Nikmat dan geli sekali rasanya. Setelah beberapa saat, Fitri mulai menggerakkan pinggulnya naik dan turun. Ahh.. enak sekali menikmati Kontolku terjepit dalam vagina Fitri.

    Gerakan pantat Fitri membuat Kontolku terkocok, dan segera gw merasakan kenikmatan yang tiada tara. Fitri pun seakan-akan begitu. Ohh.. ohh.. ohh.. ohh, Fitri mengerang-ngerang.
    Fitri terus menggerakan pinggulnya naik dan turun selama beberapa saat dengan diiringi desahan. Tiba-tiba ia berhenti. Entah mengapa tiba-tiba ada perasaan kesal dalam diriku. Namun, ternyata Fitri tidak berhenti begitu saja. Kini pinggulnya digerakan tidak naik-turun lagi, tapi maju mundur, dan terkadang berputar. Sepertinya Fitri sangat menikmati gerakan ini, terbukti erangannya semakin sering. Ah.. ah.. ahh.. ahh.., desahnya terus, tanpa henti. Kuremas dengan lembut payudaranya, Fitri makin merintih. Sssh.. ssh.. sshh.. enak Nala.

    Makin lama gerakan Fitri makin cepat. Nala, gw mau keluar lagi, Nala.. rintihnya. Gw pun merasa Kontolku berdenyut kencang. Fitri, tolong lepaskan, gw mau keluar, katagw. Gw takut sekali kalau sampai Fitri hamil. Tapi Fitri tidak mau melepaskan Kontolku. Ditekannya kuat tanganku dengan kedua tangannya sehingga gw tidak bisa melepaskan diri darinya. Tiba-tiba kurasa Kontolku menyemburkan cairan kuat di dalam vaginanya. Aduh, Fitri, jangan.. nanti kamu hamil.., teriakku, sesaat sebelum cairanku keluar. Tapi semua sudah terlambat. Semua cairanku sudah keluar dalam vaginanya.

    Nikmat sekali rasanya, namun terasa lemas tubuhku sesudahnya. Segera otot-otot Kontolku mengerut, dan menjadi kecil kembali.Fitri dengan kecewa melepaskan Kontolku. Fitri, kalo kamu hamil gimana, tanyagw dengan setengah takut. Tenang aja, Nala. Gua pake alat kontrasepsi kok. Kamu gak perlu takut, ya?, kata Fitri menenangkan diriku. Kemudian, Fitri segera memijat-mijt Kontolku. Dielus, dan di kulum lagi seperti tadi.

    Tak lama, Kontolku segera mengejang lagi. Segera Kontolku dimasukan lagi oleh Fitri ke vaginanya. Kembali Fitri melakukan gerakan maju mundur tadi. ohh.. ohh.. ohh.. oohh, erangnya. Kuremas lembut tokednya. Ssshh.. sshh.. sshh, begitu terus rintihannya. Selama beberapa saat Fitri mengocok Kontolku dengan vaginanya, sampai akhirnya ia berteriak. Nala, gw hampir keluar, desah Fitri. Segera Fitri mempercepat gerakannya. Gw pun membantunya dengan menggerakan pinggulku berlawanan dengan arah gerakannya. Ahh.. Nala, gw keluar, desahnya agak keras.

    Sejenak ia menikmati orgasmenya, sebelum rubuh ke dalam pelukanku. Kubiarkan ia menikmati orgasmenya, kuelus rambutnya, dan kukecup keningnya. Kami berpelukan, dan tidur tanpa busana sampai pagi hari. Alangkah Indahnya Hidup ini dibuat oleh fitri dan gw tak akan pernah melupakan kenangan terindah di malam pertama bersama fitri walaupun kini gw gat au kabarnya si Fitri ini! HIkz….hikzzzz…. nasib2 salah kirim sms dapat ngentot cewek gratis! hehehehehe…

     

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Villa Puncak Jadi Kenikmatan

    Villa Puncak Jadi Kenikmatan


    1501 views


    Perawanku – “Ke puncak yuk say..” ajak Ale’ pacarku tiba-tiba sambil memeluk badanku yang kecil (160/54). Dia memang punya sebuah villa di puncak. Memang sih, rasanya sudah lama sekali kami tidak berlibur, sejak ia membuka usaha bengkelnya. “Boleh.. Kapan?” jawabku. “Jumat sore ini kita berangkat, terus pulangnya senin sore.

    Kan senin hari libur!” Boleh juga pikirku. “Ok!” jawabku setuju. Jumat sore itu, aku dijemput di kantor. Sudah siap dengan semua barang-barangku.

    Kuletakkan badanku dijok mobil porche birunya yang empuk. Sebelum berangkat, ia sempat mencium bibirku lembut, kemudian menginjak gas, dan kami berangkat ke puncak. Dalam perjalanan, sebentar-sebentar tangan kanannya mengusap pahaku, kadang ke dadaku, dan mengusap tetekku yang berukuran 36B, hingga puting ku mengeras.

    Ku geser badanku menghadapnya dengan satu kaki menekuk ke arahnya hingga rokku terbuka dan memperlihatkan celah vaginaku yang hanya ditutupi celana g-string merah yang dibelikannya minggu lalu. Jarinya pun menggeser tali g-stringku kesamping, kemudian memainkan jarinya di vaginaku yang sudah mulai basah. Jarinya mengorek-ngorek ke dalam vaginaku, seakan berusaha menarik clitorisku keluar. “Ssh.. Aah.. Shh.. Ah..” desahku sambil memuntir muntir putingku sendiri.

    Ditengah jalanan yang macet antara puncak dan jakarta, didalam mobil porche nya yang berkaca hitam, aku membuka resleting celananya, dan mulai mengulum penisnya yang sudah mulai mengeras. Batang penis sepanjang 20 cm itu kukulum masuk ke dalam mulutku. Karena tidak dapat semuanya masuk, aku memegang sisa batangnya dengan tangan kananku dan mulai mengocoknya. “Aaakhh.. Say.. Enak.. Pinter banget sih..” sambil tangannya sebentar sebentar menekan kepalaku.

    Kujilati batang penisnya, kuemput buah zakarnya. Kusedot sedot kepala penisnya, dan kumainkan lidahku berputar putar diatas helemnya saat penisnya masih dalam mulutku, hingga penisnya yang besar itu seperti berputar putar di mulutku yang sempit. Tiba tiba ia menekan kepalaku hingga penisnya terasa penuh dalam mulutku dan ia mengeluarkan pejunya ke dalam mulutku yang kutelan habis pejunya.

    “Ssshh.. Ahh.. Say, makin mahir aja kamu nyedotnya.. Ada yang ngajarin ya?” ujarnya sambil tersenyum dan melirikku nakal. Aku kembali ke posisiku bersandar pada sandaran kursi dengan satu kaki naik dan jariku memainkan vaginaku yang sudah sangat basah.

    “Sudah nggak tahan sayang? Ada dildo tuh di dalem dashbord,” ujarnya sambil menunjuk dashbord mobilnya. Ia memang paling senang membelikan aku mainan baru berupa dildo atau hanya sebuah vibrator. Sebuah dildo karet yang cukup kecil sepanjang 10 cm dan berdiameter 2 cm dengan duri-duri yang agak rebah.

    Perlahan dia masukkan dalam vaginaku. “Sshh..” desisku merasakan ada barang yang masuk dalam vaginaku. Belum sampai mentok ia mendorongnya, tiba-tiba ia menariknya cepat dan membuat duri-duri yang tadinya tidur, tiba tiba berdiri dan menggaruk dinding vaginaku! “Aaahh.. Allee’..” jeritku kaget, aku tidak mengira akan seenak itu.

    Dengan pintu sebagai topangan badanku, aku sedikit menggoyang pinggulku mengikuti irama keluar masuk dildo dalam vaginaku. Karena sesekali Ale’ harus melepas dildo itu, akhirnya aku mengambilnya dan mengendalikannya sendiri.

    “Aaahh.. Aahh.. Allee..” desahku setiap kali dildo itu kutarik keluar. Belum aku mencapai klimaks, ternyata mobil telah masuk ke dalam garasi Villanya. Tiba-tiba Ale’ membuka pintu yang kusandari, hingga aku hampir terjatuh, tapi ia menahanku dari belakang. Kemudian ia mengambil alih dildo yang ada dalam vaginaku dan ia mengocoknya cepat. Hokibet99

    “Ssshha aahh.. Aaahh.. Aaahh.. Allee’.. Ahh.. Fuck me.. Fuck me..” Mendengar rintihanku, ia langsung membalik badanku dan mengarahkan penisnya yang telah berdiri tegak ke lubang vaginaku. Sekalipun sudah basah, tapi tetap saja, penisnya yang berdiameter 5 cm itu tidak dapat masuk dengan mudah. Setelah beberapa kali kepala penisnya mengorek lubang vaginaku, akhirnya dapat juga masuk.

    “Sshh aahh..” jeritku ketika ia menusukkan penisnya dalam sekalipun masih tersisa 4 cm diluar vaginaku. Ia mengikatkan kakiku ke pinggulnya dan ia menarikku keluar dari mobil, hingga aku digendongnya dengan penis sudah ada didalam vaginaku. Ia membawaku masuk ke dalam kamarnya di lantai 1, sekalipun ia harus naik tangga, Ale’ tetap kuat mengangkatku, dan aku sudah mulai mengejang karena terasa sangat mengganjal dengan 4 cm penisnya yang seperti menusuk-nusuk berusaha mendobrak peranakanku. Dan kakiku semakin kuat menjepit pinggulnya. Sesampainya di kamar, ia menidurkanku diatas kasurnya yang empuk, kemudian mengangkat kedua kakiku ke pundaknya dan merapatkan pahaku.

    “Ahh.. Allee.. Ennakk.. ffuucckk.. HH..” Vaginaku terasa sangat sempit, dan ia mengocok penisnya dan memaksakan penisnya yang tersisa diluar untuk masuk lebih dalam. Namun tetap tidak bisa. Ia segera membalikkan badanku, hingga dalam posisi doggy dengan dia berdiri di pinggir kasur. Badanku sudah mulai bergetar keras karena nikmatnya, Ale’ tetap menusukkan penisnya dengan membabi buta ke dalam vaginaku, sementara tangannya memeras-meras tetekku dengan keras hingga meninggalkan bekas merah.

    “Aaahh.. Allee.. SsSSHH.. Alee.. Aku mau keluaarr nihh.. lebbiihh ceeppaatt ssaayyaangghh..” pintaku dengan nafsu yang sudah hampir tidak dapat ditahan lagi. “Samaa ssayy.. keeluaariin diimanaa?” tanya alle dengan semakin cepat ia mengocok penisnya. “Di daleemm ajaa.. diddalleemm.. Aaahh.. Ssshh.. Aaahh..” jawabku karena aku sudah minum pil KB beberapa bulan ini. “Baarreengngg ssaayy.. Dikkitt llaggii.. Aahh..” Bersamaan dengan keluarnya pejunya dalam vaginaku dan rongga vaginaku yang berkedut keras. Entah berapa kali Ale’ semprotkan pejunya, karena cukup banyak, sampai meleleh keluar vaginaku bercampur dengan cairan cinta dari dalam vaginaku. “Makasih sayang..” ujarnya sambil mengecup keningku. judi slot online

    “Ale’.. Kamu emang jago!” pujiku padanya. Setelah agak lama aku berbaring di dadanya. Ia menyuruhku membersihkan diri di kamar mandi, sementara ia mengambil barang-barang kami di mobilnya. Sementara aku mandi dengan shower, samar samar aku mendengar ada orang berbincang bincang di kamar. Tadinya kupikir suara TV yang keras. Ternyata ketika aku keluar hanya dengan berlilitkan handuk, aku terkejut melihat Micky dan Barry, dua teman Ale’ yang nggak kalah macho! Ale’ langsung memelukku dari belakang dan mencium leherku dan membuyarkan terkejutku.

    “Mereka kesini mau ikutan main say. Kamukan dulu bilang ingin coba main dengan cowok lebih dari 1. Dari pada cari yang enggak jelas, mending cari teman sendiri. Mereka juga suka kok say, dan mereka juga suka kamu. Nggak papa kan?” ujarnya mesra. “Ale’.. Kamu tahu aja!” ujarku sambil melingkarkan tanganku ke belakang kepalanya kemudian menciumnya mesra. Sambil Ale’ menciumku, ia memberi tanda pada kedua temannya untuk mendekat, ia sedikit mendorongku untuk tiduran di kasur. Ketika aku sudah terlentang diatas kasur, ia menyodorkan penisnya ke mulutku. Langsung ku sambut penisnya yang besar itu dan mulai menjilat jilatnya. Sementara Barry mulai menjilati putingku yang sudah keras. Micky, memainkan vaginaku dengan lidahnya. Mengorek ngoreknya dengan lidahnya yang panas.

    “Emmpphh..” desahku tertahan penis Ale’ setiap kali Micky mengorek clitorisku dengan lidahnya. Barry tiba tiba melepas antingnya dan menjepitkan di putingku. “Barry.. Sakit sayang..” kataku sesaat melepaskan penis Ale’ dari mulutku. “Tenang sayang.. Enak kok.” ujarnya kemudian menjilat putingku yang memakai anting itu. Dan memang ternyata enak.

    Kujilat kembali penis Ale’ seperti menjilat batang eskrim yang besar. Tak lama, Micky melepas mulutnya dari vaginaku dan tiduran di sebelahku sementara Barry tiduran diatasku. Kulirik Micky yang sedang mengoleskan penisnya dengan madu. Ale’ mengangkatku hingga hampir duduk diatas Micky yang terbaring disebelahku. Ia menyandarkan kepalaku ke dadanya yang bidang, hingga pantatku menghadap Micky. Tiba tiba kurasakan jari Micky yang telah diolesi madu memasuki anusku. “Ssshh.. Aaahh.. Mic, sakit.. Ssshh..” jeritku. “Tenang say.. Sakitnya cuma sebentar, tapi nikmatnya selangit.

    Relax aja, dan enjoy biar nggak sakit.” Aku berusaha tenang sambil bersandar pada dada Ale’. Makin lama makin enak, tak lama kemudian Micky menusukkan penisnya sepanjang 14 cm dg diameter 4 cm, menerobos dalam anusku. “Aaahh.. Ssshh..” jeritku sambil mempererat pelukanku pada Ale’. Setelah penisnya masuk semua ke dalam anusku, Ale’ membuatku terlentang diatas Micky. Kemudian ia mengikatkan kedua tanganku ke kepala ranjang yang cukup tinggi dengan menggunakan kain yang cukup halus, hingga aku dapat berpegangan dan sedikit mengangkat pantatku dengan kaki mengangkang. Ale’ tidak membuang kesepatan ini untuk mulai mengorek lubang vaginaku dengan penisnya yang besar. judi bola sbobet

    “Aahh.. Hhh.. Ssshh.. Alee.. Massuukkinn ssayy..” mendengar permintaanku itu, Ale’ tidak segan segan mulai menusukkan penisnya ke dalam vaginaku. “Emmpphh.. Penuhh Lee’.. Pelan pelan..” Perlahan namun pasti, Ale’ menusukkan penisnya yang besar itu ke dalam vaginaku hingga mentok. Ale’ mulai mencondongkan badannya ke arahku dan memakai satu kakinya untuk menopang badannya, ia mulai mengayunkan pinggangnya. Pertama pelan..

    Kemudian makin cepat, dan makin cepatt.. “Ssshh aahh.. Alee..” Micky juga mulai menggoyangkan pinggulnya membuat kedua lubangku dikocok bergantian. Ketika Ale’ masuk, Micky keluar. Ale’ keluar, Micky masuk, begitu seterusnya hingga.. “Ahh.. Ssshh.. AAHh.. Ssayy.. Fuckk..!! Alee.. Bentar lagi dapeett nih.. Aaahh..” jeritku.. “I’m coming..” desah Micky.. “Ssh.. Iiyaa.. Keeluar bareng ya.. Shh.. Aahh.. Ahh” ujar Ale’. Tiba tiba kurasakan perasaan nikmat yang tak dapat kutahan, lorong vaginaku mulai berkedut keras tanda aku mulai orgasme.

    “AAH..” jeritku, bersamaan dengan semprotan pejuh di anusku. Disambut dengan tusukkan yang dalam di vaginaku dan tumpahan pejuh Ale’ dalam vaginaku serta kedutan yang keras dari penis Micky di anusku dan penis Ale’ di vaginaku. Lemas badanku dibuatnya, aku masih berada diantara Micky dan Ale’ seperti sandwich yang basah dengan keringat. Masih dengan penis yang menancap di anus dan vaginaku. Ale’ menarikku hingga penis Micky lepas dari anusku.

    “Plop” bunyinya nyaring. Penis Ale’ masih setengah berdiri masih dalam vaginaku, sambil ia menidurkanku di dadanya. Kulirik jam dinding sudah pukul 3 pagi dan aku langsung tertidur lelah. Paginya, aku terbangun karena merasakan ada yang menjilat jilat vaginaku dan meremas remas tetekku. Ternyata Barry yang menjilatku dan Ale’ serta Micky yang meremas tetekku. “Ssh.. Aaahh.. Enak Barry..” Tak lama Barry duduk berlutut di depan vaginaku dan mengarahkan penisnya yang agak bengkok ke atas seperti pisang itu ke celah vaginaku. “Aaahh..” jeritku ketika ia menusukkan penisnya dengan cepat ke dalam vaginaku. Seakan ada yang menggaruk bagian atas lorong vaginaku. Kemudian Barry mengangkat kaki kananku dan meletakkannya di atas kaki kiriku hingga badanku seperti terpelintir karena kedua tetekku ditahan dalam mulut Ale’ dan Micky.

    “Aduuhh.. Enaakkhh..” Penisnya yang bengkok itu menggaruk bagian dalam vaginaku. Perlahan namun pasti Barry mengocok vaginaku.. “Sshh.. Aahahh.. Barryy.. Mmmhh..” Dengan irama 3 kali tusukan pelan dan 1 kali tusukan cepat dan dalam, membuatku melayang dibuatnya. Tak lama tusukkan penisnya semakin tak terkontrol, semakin membabi buta membuatku semakin melayang! “Ahh.. Ssshh.. Emmpphh..” desahku saat Barry kembali membuka kakiku hingga vaginaku terbuka lebar dihadapannya. Ale’ menepuk nepuk dan menekan nekan vaginaku supaya aku semakin terangsang. Ia mengaitkan jarinya ke bibir vaginaku hingga tertarik.

    “Ahh.. Ssshh.. Ahh.. Bbarryy.. Lebihh cceeppaat.. Mauu keluaarr niihh..” Segera Barry mencabut penisnya. Seketika aku kecewa, ternyata ia berganti posisi dengan Ale’, Ale’ langsung menusukkan penisnya yang besar itu dalam vaginaku dan Barry menjepitkan penisnya diantara tetekku dan mulai mengocoknya hingga ia memuncratkan pejunya ke wajahku. Sementara Ale’ mengocokkan penisnya yang panjang itu dalam vaginaku. “Aaahh.. Ssshh,” jeritku terasa semua ototku tegang karena orgasm yang kurasakan sambil merasakan kedutan penis Ale’ menandakan ia sudah mengeluarkan pejunya dalam vaginaku. Lemas sekali badanku, harus melayani mereka. Ale’ tiba tiba mengangkatku dan membawaku ke kamarmandi. Disana sudah ada Micky yang sedang mengisikan bath tub dengan air panas dan sabun susu wangi.

    Ale’ mencelupkan badanku yang letih ke dalamnya. “Kamu istirahat dulu deh say.. Nanti kalau sudah selesai, langsung ke ruang makan ya,” ujarnya sambil mencium keningku. Sekitar setengah jam aku berendam melepas lelah. Setelah selesai, seperti permintaan Ale’ aku menuju ruang makan, hanya dibalut mantel mandi. Disana sudah ada dua orang perempuan yang sedang memasak di dapur. Keduanya tak kalah sexy dariku.

    Ternyata mereka adalah Amy (160/54 34C) yang ternyata pacarnya Micky. Serta Sylvy (158/53 34B) yang adalah pacarnya Barry. Keduanya memakai celana hotpants yang memperlihatkan paha mereka yang putih dan mulus dan kaos model kemben yang hanya menutup payudara mereka yang besar. Samar samar terlihat puting mereka menonjol dibalik kaosnya. “Sini sayang, kita sarapan dulu,” ujar Ale’ sambil mengeluarkan kursi disebelahnya.

    Setelah menunggu aku duduk, ia pun duduk di kursinya. Micky dan Amy ternyata sudah selesai makan, dan mereka sekarang ada di dapur sambil berciuman ditonton kami berempat. Celana Amy dibuka dan di lemparkan ke bawah kemudian melepaskan kembennya, hingga Amy menjadi bugil. Kulihat penis Ale’ dan Barry yang berada disisiku yang satunya sudah berdiri tegak. Aku dan Sylvy saling melihat, tak lama Sylvy menghilang dibawah meja, ternyata sedang meng-oral penisnya Barry.

    Ale’ kemudian melihatku seakan memintaku mengoral penisnya. Tapi karena aku belum selesai makan, aku hanya mengocok penisnya pelan sambil berkata, “Sabar sayang..” Micky mengangkat kaki kanan Amy kemudian mulai menusukkan penisnya dalam-dalam. “Aaahh..” desah Amy membuatku juga semakin terangsang. Ale’ yang telah selesai makan, menyingkapkan mantel mandiku dan mulai menggigit putingku yang sudah mengeras dan mengorek vaginaku dengan jarinya.

    Sambil aku menekan kepalanya ke dadaku, aku melihat Micky yang sedang mengocok vagina Amy sambil menciumi teteknya dan Barry yang keenakan disebelahku karena penisnya dikulum Sylvy. “Aaagghh.. Mic.. I’m commingg..” jerit Amy. Tak lama kulihat lelehan pejuh di paha kiri Amy menandakan Micky sudah menembakkan pejunya. “Ssshh.. fuucckk..” desah Barry disebelahku, kemudian kulihat Sylvy muncul dari bawah meja dengan bibirnya penuh dengan pejuh. Ale’ melepaskan pagutannya di tetekku. “Nonton BF yuk,” ajaknya ke ruang TV. Dan kami bermain sepanjang hari.

    ***** Kami semua menuju ruang TV. Ale duduk di singel sofa empuk miliknya depan TV. Barry mulai menjalankan VCD Player dengan film BF yang mereka punya. Aku duduk menyamping diatas pangkuan Ale, pantatku disela sela pahanya. Ketika film dimainkan, tangan Barry dan Sylvy sudah mulai saling merangsang, sementara Micky dan Amy sudah berciuman diatas sofa panjang. Sepertinya sudah tidak ada lagi yang memperhatikan film di VCD, karena masing-masing sudah memulai permainannya sendiri sendiri. Jari-jari Ale sudah mulai membelai celah memekku.

    Menarik-narik klirotisku membuatku semakin terangsang. Ia juga menciumi tetekku menggigit putingku. Tangan kiriku mengocok kontolnya lembut. Tak lama, kakiku diangkatnya hingga aku duduk berhadapan dengannya sementara kontolnya terjepit antara perutnya dan memekku dan kedua kakiku melewati sandaran sofa. Perlahan Ale mengorek-ngorek lubang memekku dengan kontolnya.

    “Ahh..” desahku saat kepala kontolnya mulai menerobos masuk dalam memekku. Aku menekan pantatku kebawah, hingga kontolnya masuk sampai ke batangnya, sekalipun rasanya sakit sekali, tapi nikmatnya luar biasa. Kemudian aku terlentang diatas pangkuannya masih dengan kontol yang tertancap dalam memekku. Amy dan Sylvy mendekatiku, mereka menjilati tetekku dan menggigit gigitnya serta meremas remasnya hingga memerah, sementara Micky dan Barry memasukkan kontol mereka ke dalam vagina kedua perempuan yang sedang menungging itu, kemudian mengocoknya. Jari-jari Sylvy dan Amy menggelitik klitorisku, membuatku semakin bergetar. Ale’ memegang pinggangku dan sedikit mengangkatnya, hingga ia bisa mengocokkan kontolnya dalam memekku. “Ahh.. Ssshh..” desahku keenakan.. Tanganku berpegangan pada sandaran tangan sofa dan mulai mengangkat pantatku dan memutar mutarnya, hingga kontol Ale yang panjang serasa mengaduk aduk memekku. Pelan namun pasti, pantat Ale’ pun di goyangkan mengikuti irama goyangan pantatku.

    Makin cepat dan makin tak beraturan.. “Ahh.. Alee..” Ia mengeluarkan sebuah vibrator kecil, seukuran ibu jari dan memasangnya pada getaran tertinggi. Kemudian menempelkan pada klitorisku. “Aahh.” Jeritku seakan tersetrum listrik seluruh tubuhku, bersamaan dengan itu terasa memekku berkedut sangat kuat dan. “Aahh.. Alee.” Aku menggoyangkan pantatku semakin kuat dan badanku bergetar sangat keras dan kurasa dinding memekku mengejang sangat kuat menjepit kontol Ale yang masih ada didalam. “Aaahh.. Sayang.. Ohh.. Fffuck!” Desah Ale, bersamaan dengan mengalirnya pejuhnya dalam memekku. Kedua orang di sebelahku juga mulai mendesah dan mencengkram erat pegangan sofa. Masih dalam posisi yang sama, aku menghampiri Amy dan menghisap teteknya, sementara Ale’ mecium bibir dan memainkan lidahnya dalam mulut Sylvy sambil meremas teteknya. Tak lama mereka menjerit keras sambil menggoyangkan pantat mereka dan kemudian menelungkupkan kepalanya di sandaran kursi. Setelah sejenak kami semua berisitarahat ditempat, kami semua bangkit dari tempat duduk kami. ‘Plop’ suara dari kontolnya Ale yang tadi tertanam dalam memekku ketika terlepas.

    Ale mengangkatku ke kamar mandi dan meletakkanku dalam bathtub kemudian mengisinya dengan air hangat. Dengan tubuh yang sangat letih, aku tertidur dalam bathtub yang hangat. Ketika aku terbangun, air sudah meluber keluar dari bathtub. Kemudian aku mandi dan membersihkan memekku dengan sabun. Terasa sangat perih karena sudah beberapa kali dimasukkan kontolnya Ale yang sangat besar itu. Kemudian aku keluar dengan baju mandi yang masih ada di kamar mandi. Ternyata Barry, Micky, Amy dan Sylvy terlelap diatas sofa panjang depan TV, sementara kulihat Ale yang masih telanjang berdiri di dapur sedang membuat secangkir kopi. “Sudah mandinya? Seger?” “He.. eh..” Jawabku sambil menganggukkan kepala. “Ini kopimu” Katanya sambil menyerahkan kopi susu kesukaan ku. “Ke kolam yuk.. Pemandangannya bagus!” Ajaknya sambil melilitkan handuk di pinggangnya. Aku mengikutinya kolam indoor dengan kaca di sekelilingnya.

    Pemandangan senja yang indah terlihat dibalik kaca. Matahari yang sudah memerah membuat suasana menjadi sangat romantis. Tapi aku menggigil karena penghangat ruangan baru saja dinyalakan. Tiba-tiba, Ale melepaskan handuknya dan masuk ke dalam kolam kecil itu. “Ayo masuk!” ajaknya. Pertama aku takut, karena dingin sekali udaranya, tapi kemudian ketika aku memasukkan jari kakiku ke dalamnya, ternyata hangat! Ternyata kolam itu bisa berfungsi menjadi kolam air panas. Maka aku memberanikan masuk ke dalamnya. Didalam kolam terdapat tangga kecil hingga kami bisa duduk sambil berendam hingga leher. Ale duduk di salah satu pojok kemudian ia menarikku dan meletakkan kepalaku di pundaknya.

    Ia mengangkat daguku dan mengecup bibirku mesra. Aku membalikkan badanku dan memeluknya dari depan kemudian mencium bibirnya. Lidahnya mulai menari dalam mulutku. Tangannya memijat-mijat tetekku dan menarik narik putingnya. Tangan kananku mulai mengelus-elus kontolnya yang sudah setengah berdiri. Tak lama jarinya mengorek-ngorek memekku. “Shh.. Ah.. Aduh.. Sakit say.. Perih!” Ujarku langsung melepaskan ciumanku. Terasa sangat perih di daerah klitorisku. “Iya.. Pelan pelan deh.. Masukkin aja ya say biar nggak terasa perihnya. Biar terasa enaknya” Terdiam ku sesaat, sambil merasakan jarinya yang sudah mulai dimasukkan satu persatu dalam memekku.

    “Iya deh.. Tapi pelan pelan ya.. Ujungnya sakit nih!” Kataku sambil membimbing jarinya ke klitorisku yang terasa agak perih, berusaha menunjukan daerah yang sakit. “Ya sudah.. Dari belakang aja.. Kamu munggungin aku” Ujarnya sambil membimbing pantatku naik ke pahanya hingga aku duduk membelakangi Ale. Perlahan ia membimbing kontolnya masuk ke dalam memekku. “Sshh.. Aaahh..” desahku ketika kurasakan kontolnya yang panjang 20 cm dan tebal 5 cm itu menyeruak masuk dalam memekku yang masih sedikit perih. “Tahan sayang..” sambil mendorong pantatku hingga kontolnya masuk sepenuhnya ke dalam memekku. Terasa sedikit perih. Aku bertahan pada pinggir kolam, kemudian mulai menaikturunkan pantatku. Setiap aku menurunkan pantatku, terasa Ale’ mengangkat pantatnya, hingga kontolnya masuk lebih dalam dari yang kuperkirakan. “Sshh.. Ahh.. Enak sayang..” Ujarku setiap ia menusukkan kontolnya. Makin lama, makin cepat dengan sentakan sentakan yang mengejutkan, membuatku semakin melayang.

    “Aaahh.. Ahh.. Ssshh.. Mau keluar saayy..” Tanganku makin mencengkram kuat pinggiran kolam, merapatkan pahaku supaya dapat lebih menggigit kontolnya. Tiba tiba, Ale mendorongku sedikit, hingga aku berdiri agak bungkuk menghadap pinggiran kolam. Sementara ia menempelkan dadanya, erat di punggungku sambil meremas remas tetekku dan menusukkan kontolnya bertubi tubi dalam memekku. “Aaahh.. Ssshh.. Allee..” Jeritku tak tahan. “Tahan say.. Dikit laggii.. Aaarrgghh..!!” Jeritnya bersamaan dengan keluarnya pejuhnya dalam memekku bercampur cairan cintaku yang juga keluar saat itu. Lemas rasanya lututku hingga aku berlutut dan bertopang pada pinggir kolam. “Aduh.. Enak ya..” Tiba tiba ada suara yang mengejutkan kami berdua. Ternyata keempat teman Ale yang muncul di belakang kami. Barry kemudian duduk di depanku mengarahkan kontolnya ke mulutku. “Kata Ale’ isapan mu maut! Isap punya aku ya! Aku ingin ngerasain permainan lidah mu” Sebentar aku melihat ke Ale seakan meminta konfirmasinya.

    “Maaf sayang, habisnya kamu jago banget sih kalau ngisep!” dengan senyumnya yang manis, ia mencium punggungku. Ketika aku mulai memasukkan kontolnya ke dalam mulutku, tiba-tiba Ale menarik kontolnya dari dalam memekku. Sempat kulirik ke belakang, ternyata ia ditarik oleh Amy dan Sylvy ke bungalow di pinggir kolam. Kumainkan lidahku di kepala kontol milik Barry yang ternyata memiliki ketebalan yang sama dengan Ale, 5 cm tapi masih lebih panjang milik Ale. Kuhisap bijinya dan menjilat batangnya, seperti menjilat es krim. Aku masukkan kontol sepanjang 14 cm itu ke dalam mulutku sambil kukocok. Micky memelukku dari belakang, menciumi punggungku dan memainkan jarinya di putingku dan memekku.

    “Aaahh.. Allee..” Jerit Amy membuatku harus meliriknya. Di bungalow yang tak jauh dari tempat kami, kulihat Amy menunggingkan pantatnya, sementara Ale sedang memasukkan kontolnya ke dalam vagina Amy. Dan Sylvy menjilati vagina Amy dari bawah sambil meraba-raba memekknya sendiri. Tanpa sadar aku lebih cepat mengocok kontolnya Barry dan lebih cepat memutar mutar lidahku di kepala kontolnya. “Ssshh.. Aaahh.. Lidah lo enak banget Le’ Aku mau keluar say.. Telen ya..” Ujar Barry ke Ale dan aku sambil menekan kepalaku hingga gelagapan. Hingga aku hampir tak dapat bernafas menerima pejuhnya dalam mulutku. Aku terus menghisapnya hingga kontolnya menciut.

    Tapi tetap aku tak melepaskannya hingga kontolnya kembali berdiri tegak. Barry turun dan masuk ke dalam kolam, bertukar tempat dengan Micky yang tadi dibelakangku menjadi berhadapan denganku. Aku dipangkunya dan Micky duduk di tangga. Perlahan ia memasukkan kontolnya ke dalam memekku. “Aahh.. Mick..” Desahku ketika semua batangnya masuk ke dalam memekku. Serasa penuh, sekalipun memekku baru saja dimasukkan oleh kontol Ale yang besar, tapi tetap saja rasanya penuh. Sebentar kulirik bungalow tempat Ale dan dua perempuan lainnya. Kulihat Amy dan Sylvy terlentang hampir bertindihan, sambil membuka liang memeknya. Sementara Ale memasukkan kontolnya bergantian dari vagina Amy ke Sylvy.

    Kemudian Amy lagi dan Sylvy lagi, Kedua perempuan itu berteriak setiap kali Ale menghujamkan kontolnya ke vagina mereka. “Sshh.. Ahh..” Aku terkejut ketika Micky mulai mengocok memekku. Ia mencium dan melumat bibirku mesra. Sementara Barry dibelakangku mulai mengelus elus tetekku. Tak berapa lama, Barry mulai mengorek lubang pantatku dengan kontolnya. “Ahh.. Barry..” Desahku ketika kontolnya masuk ke dalam memekku. “Ssshh.. Aaahh.. Lleebiihh cceeppaat Mick.. Akku mmau kkeluuaarr..” Desahku keenakan. “Barengg saayyaangngg.. Aaahh.. Ttahhnn.. Bbenntaar llaggii.. Ssshh.. Aaahh aahh” Jerit Micky bersamaan dengan mengalirnya pejuhnya ke dalam memekku bercampur dengan cairan cinta di dalamnya. Juga kontol di pantatku yang juga menembakkan pejuhnya. Kakiku mengikat pinggang Micky dengan erat, menahan kenikmatan yang tiada tara. Sekalipun dalam kelelahan, aku masih menginginkan kontol Ale yang besar itu bersarang dalam memekku.

    Hingga dengan sedikit tertatih, aku melepaskan pelukan dari Micky dan Barry, dan membersihkan memekku dalam kolam itu dengan mengusap-usapnya, dan menghampiri Ale dan kedua perempuan yang masih bergelut. Ale terlentang diatas kursi panjang dengan Amy dan Sylvy menjilati kontol Ale yang panjang itu. Kuarahkan memekku ke mulut Ale. “Ssshh.. Hhhaa.. Allee.. Enaakk Sayyangg..” Desahku ketika ia mulai menjalari memekku dengan lidahnya yang hangat. Tiba tiba, ia mengorek liang memekku dengan lidahnya membuat aku semakin menggelinjang.

    “Ahh.. Alee.. Enak..” Desahku sambil mengacak acak rambutnya dan menekan kepalanya ke terbenam dalam selangkanganku. Tak lama, terasa liang memekku mulai berkontraksi. Pangkal pahaku mulai bergetar keenakan. Tiba tiba Ale’ mengangkat pantatku dan membawaku ke arah kontolnya dan memasukkan kontolnya dalam memekku.

    “Ssshh.. Aaahh.. Aaacchkk.. Allee.. Aaa..” Jeritku saat kontolnya menyeruak masuk, bersamaan dengan bergetarnya liang memekku menandakan aku telah orgasme dan akupun terkulai lemas di dadanya yang bidang, dengan kontol yang masih berdiri tegak dalam memekku. Dengan sisa-sisa tenagaku, aku kembali menggoyangkan pantatku, hingga Ale dapat mengeluarkan pejuhnya. “Shh.. Sayyaanngg.. Eennakk.. Ooohh..” Ale melenguh panjang, ketika ia mengeluarkan pejuhnya dalam memekku. Kami semua tertidur di pinggir kolam, hingga pagi.

  • Cerita Sex Pemerkosaan Dua Sahabatku

    Cerita Sex Pemerkosaan Dua Sahabatku


    782 views

    Perawanku – Cerita Sex Pemerkosaan Dua Sahabatku, Kisah yang tragis dialami oleh sahabatku, mereka sudah seperti adik ku sendiri, setelah kejadian yang menimpa mereka aku mencoba untuk menuliskan kembali kata demi kata yang mereka ceritakan kepadaku, dari nama sudah aku samarkan.

    Waktu kejadian itu aku sedang berada di luar negeri, nama sahabatku astute waktu itu dia kuliah di PTS Jakarta kira kira satu tahun yang lalu kejadian pilu terjadi waktu itu astuti di temani oleh sahabatku juga sejak aku kecil namanya saskia.

    Dengan tinggi 160 cm berat 55 kg, tubuh Saskia boleh dibilang cukup montok sesampai orang sering menyebutnya ‘semok’ atau seksi & montok. Tubuh Saskia sangatlah terawat, walau pinggulnya besar & usianya 28 thn, lekuk tubuhnya sangat indah, toketnya yang berukuran 34B itu masih kencang & kulitnya kuning langsat mulus.

    Hal ini disebabkan mereka sering fitness bersama & mandi susu secara rutin di salah satu hotel di bilangan Sudirman.

    Pada malam kelabu itu, seusai dari fitness kami mencari makan di daerah Tanah Abang. Astuti memakai blue jeans & kaos biru tua sedangkan Saskia memakai celana aerobik hitam ketat serta kaos putih tipis. Setelah berputar-putar beberapa menit mereka lihat ada warung sop kaki kambing yang ramai pengunjungnya.

    “Wah, pasti masakannya enak, kita makan disitu aja yuk”, ajak Saskia. Astuti mengangguk saja sambil mencari parkir di dekat warung itu.Kami memesan 2 porsi sop kaki kambing & nasi putih.

    Singkat cerita kami makan sampai habis & asyik ngobrol, sampai akhirnya kami sadar bahwa warung itu sudah sepi. Selain mereka, ternyata masih ada tiga pria yang sudah selesai makan.

    Seorang tinggi kurus satunya hitam kekar & satunya lagi pendek gemuk berkumis. Ternyata mereka sedang menatap Astuti & Saskia sambil berbisik-bisik di antara mereka.

    Pria yang tinggi kurus itu tanpa berkedip memandang Saskia, mulai dari wajahnya yang cantik & manis lalu ke tubuhnya yang ketika itu terlihat jelas lekuk tubuhnya karena keringat membasahi kaos putih tipis milik Saskia.

    Maklum Saskia merupakan gadis keturunan bermata sipit, tapi justru itulah daya tariknya didukung hidungnya yang mancung membikin wajahnya sangat menarik.

    Merasa kurang nyaman Astuti segera mengajak Saskia untuk pulang. Sementara itu Astuti melirik mereka yang terus menatap kami berdua, kulihat matanya merah seolah habis minum alkohol.

    Tidak mereka kuduga ketika kami menghampiri mobil, ketiga pria tersebut di belakang kami & mendorong kami masuk ke dalam mobil. Astuti kaget sampai tidak sempat berteriak,

    ” Diam!, kalau kalian mau selamat”, bentidak pria yang hitam kekar itu sambil menunjukkan golok di balik jaket hitamnya.

    Dengan mata tertutup mereka dibawa ke suatu tempat yang sepi & asing sesampai mereka tidak tahu berada di daerah mana. Kedua tangan Astuti diikat di belakang badan, begitu juga dengan Saskia.

    Saskia mencoba meronta, & hal ini membikin mereka gusar.

    “Plak..plak..”, tampar pria tinggi kurus, sampai bibir Saskia berdarah.

    “Tolong bebaskan kami” pinta Astuti, tapi mereka tidak peduli, justru mendorong Astuti ke dalam ruangan besar bersamaan dengan Saskia.

    Si kumis mulai menggerayangi tubuh Astuti, baju Astuti dilucuti dengan kasar sesampai kini Astuti telanjang bulat. Sambil mencoba menciumi Astuti, tangan si kumis meremas-remas toket Astuti yang montok itu.

    Bau alkohol & rokok dari mulutnya membikin Astuti terbatuk batuk beberapa kali. Sementara Saskia disobek pakaiannya oleh dua pria lainnya, lalu dengan kasar mereka mendorong Saskia ke ranjang berukuran besar.

    Saskia mencoba melawan, tapi sia-sia saja, ia terkapar tidak berdaya karena kedua tangannya terikat ke belakang & kedua kakinya di pegang oleh pria hitam besar itu.

    Ternyata mereka merupakan binatang buas yang senang melihat mangsanya disakiti.

    “Aduh.. jangan..” rintih Saskia, ketika pria itu mencoba memasukkan kontolnya ke memek Saskia.

    Ternyata pria tersebut kesulitan memasukkan kontolnya karena lubang memek Saskia yang sempit itu.

    “Aduh.. ahk.. ahhk”, jerit Saskia ketika akhirnya perawan Saskia kebobolan, ternyata jeritan Saskia ini membikin pria tersebut semakin ganas.

    “Ha.. ha.. ternyata kau masih perawan.. oohh.. sesak sekali”, pria itu tertawa sambil terus memaju-mundurkan pantatnya untuk menekan memek yang sempit itu. Tubuh Saskia yang sintal itu ditindih sambil menggeliat kesakitan.

    “Ahh.. ohkk..” nafas pria hitam kekar itu yang sudah basah oleh keringat. Sedangkan pria tinggi kurus mengulum toket Saskia yang masih kencang itu.

    Tiba-tiba Saskia menjerit lagi karena ternyata toketnya disundut dengan rokok. Tidak puas mengulum ternyata pria kurus itu meminta berubah posisi. Tubuh Saskia dibalik & menindih pria hitam kekar sambil memeknya tetap tersumbat kontol yang besar.

    Ternyata pria tinggi kurus itu menginginkan anal seks. Kontolnya, walau tidak sebesar yang hitam kekar itu tapi lebih panjang, ditekankan ke lubang anus Saskia, sementara pria di bawah tetap mendorong kontolnya ke memek Saskia.

    Terus terang Astuti ketika itu sangat ketakutan, tapi pemandangan itu sedikit banyak membikin Astuti terangsang. Astuti teringat ketika Herry pacar Astuti (dia sering bercerita kepadaku mengenai kehidupan seksualnya karena kami merupakan teman dekat tapi aku tetap menganggapnya sebagai adik angkatku) mengajak bermain anal seks, pedih tapi ada kenikmatan tersendiri.

    Tubuh Saskia yang mulus itu tampak terjepit di antara dua binatang buas. Saskia beberapa kali menggelinjang kesakitan karena secara bersamaan dua lubang yang masih perawan di tekan bersamaan.

    Beberapa waktu berselang pria kurus itu mengambil sabuknya & melecuti punggung Saskia yang mulus terawat, kulihat mata Saskia berair menahan rasa sakit yang luar biasa. Sementara kontol pria di bawah berlumuran darah perawan Saskia. “Ohh.. nikmat sekali”, pria tinggi kurus itu mendesah.

    Tiba-tiba pria berkumis yang sejak tadi memandang atraksi temannya memandangi Astuti dengan buas. ia mulai mengulum toket Astuti & tangannya menjelajahi memek Astuti.

    Ternyata ia baru sadar bahwa Astuti sedang mens sesampai ia kaget melihat tangannya berdarah.
    “Plak.!, kurang ajar kau”, bentaknya,sambil mendorong badan Astuti ke lantai.

    Tubuh Astuti diputar menjadi posisi menungging, “Aduh.. ahk..”, jerit Astuti kesakitan ketika pria berkumis itu memaksakan kontolnya ke anusnya.

    Walau sudah beberapa kali bermain cinta dengan Herry, tapi kali ini sakit luar biasa karena tidak menggunakan pelicin.

    “Blesss..”, seluruh kontolnya terbenam di lubang anus Astuti, sementara tangannya meremas-remas toket Astuti.

    Tidak puas sampai di situ pria tersebut ikutan mengambil sabuk & melecuti punggung Astuti. Tubuh Astuti bergetar keras menahan sakit.

    “Ahkk.. aduh..”, jerit Astuti ketika ia menggigit leher Astuti. Astuti mengerang kesakitan, tapi semakin Astuti kesakitan semakin pria itu bersemangat mendorong keluar masuk kontolnya di anus Astuti.

    Tidak tahan lagi menahan rasa sakit tiba-tiba mata Astuti gelap tidak sadarkan diri.

    Seketika Astuti sadar, ia sudah terbaring di rumah sakit, ia masih merasakan anusnya yang perih & tubuh memar, sedangkan Saskia masih pingsan di ranjang sebelahnya.

    Bila anda ingat perkosaan dua orang wanita dipertengahan tahun 2016 yang ditemukan di pinggir jalan tol jagorawi, itulah kedua teman baikku yang menjadi korban perkosaan & aku cuma bisa berdoa semoga tuhan memberikan hukuman yang setimpal kepada pelaku.


    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • BERCINTA DENGAN GADIS PERAWAN DI HOTEL

    BERCINTA DENGAN GADIS PERAWAN DI HOTEL


    1254 views

    Cerita Sex ini berjudulBERCINTA DENGAN GADIS PERAWAN DI HOTELCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Siang itu aku berada di kantor sedang membaca suratsurat dan dokumen yang barusan dibawa sekretarisku LIA, untuk aku tanda tangani. Kulihat di layar handphone ku tampak sebuah nomor telepon yang sudah kukenal.

    Hello.. Dita.. Apa kabar sapaku. Hi.. Pak Robert.. Kok udah lama nih nggak kontak Dita. Iya habis sibuk sih jawabku sambil terus menandatangani suratsurat di mejaku. Ini Pak Robert.. Ada barang bagus nih.. terdengar suara Dita di seberang sana.

    Dita ini memang kadangkadang aku hubungi untuk menyediakan wanita untuk aku suguhkan pada tamu atau klienku. Memang terkadang untuk menggolkan proposal, perlu adanya servis semacam itu. Terkadang lebih ampuh dari pada memberikan uang di bawah meja.

    Bagusnya gimana Dit? tanyaku penasaran.

    Masih anakanak Pak.. Baru 15 tahun. Kelas 3 SMP. Masih perawan, benerbener gadis virgin Mendengar hal itu langsung senjataku berontak di sarangnya.

    Memang sering aku kencan dengan wanita cantik, ABG atupun istri orang. Tetapi jarangjarang aku mendapatkan yang masih perawan seperti ini. Cantik nggak? tanyaku

    Cantik dong Pak.. Tampangnya innocent banget. Bapak pasti suka deh.. rayu Mami Dita ini. Setelah itu aku tanya lebih lanjut latar belakang gadis itu. Namanya Tari, anak keluarga ekonomi lemah yang perlu biaya untuk melanjutkan sekolahnya.

    Orang tuanya tidak mampu menyekolahkannya lagi sehabis SMP nanti, sehingga setelah dibujuk Dita, dia mau melakukan hal ini.

    Minta berapa Dit? tanyaku

    Murah kok Pak.. cuma lima juta Wah.. Pikirku.

    Murah sekali.. Aku pernah dengar ada orang yang beli keperawanan sampai puluhan juta. Singkat kata, akupun setuju dengan tawaran Dita.

    Aku berjanji untuk menelponnya lagi setelah aku sampai di lokasi nanti. Lia.. Ke sini sebentar kutelpon sekretarisku yang sexy itu.

    Tak lama Lia pun masuk ke ruanganku. Sambil tersenyum manis dia pun duduk di kursi di hadapanku. Ada apa Pak Robert? tanyanya sambil menyilangkan kakinya memamerkan pahanya yang putih. Belahan buah dadanya tampak ranum terlihat dari balik blousenya yang agak tipis. Ingin rasanya aku nikmati dia saat itu juga, tetapi aku lebih ingin menikmati perawan yang ditawarkan Dita.

    Toh masih ada hari esok untuk Lia, pikirku.

    Saya perlu uang lima juta untuk entertain klien. Tolong minta ke bagian keuangan ya kataku.

    Baik Pak jawabnya. Ada lagi yang bisa saya bantu Pak Robert..? Lia berkata genit sambil menatapku menggoda

    Nggak.. Mungkin lain kali Lia.. Saya sibuk banget nih kataku purapura. Aku tak ingin staminaku habis sebelum bertempur dengan Tari, anak SMP itu. Liapun beranjak pergi dengan raut muka kecewa, dan tak lama dia kembali membawa uang yang aku minta beserta slip tanda terima untuk aku tandatangani.

    Nanti kalau perlu lagi, panggil Lia ya Pak katanya masih mengharap.

    Baik Lia.. Saya pergi dulu sekarang. Jangan telepon saya kecuali ada emergency ya jawabku sambil mengemasi laptopku. Tak lama akupun sudah meluncur dengan Mercy kesayanganku menuju hotel di kawasan Semanggi.

    Akupun cek in di hotel yang berdekatan dengan plaza yang baru dibangun di daerah itu. Setelah mendapatkan kunci akupun bergegas menuju kamar suite di hotel itu. Setiba di kamar, kutelpon Dita untuk memberitahukan lokasiku.

    Dia berjanji untuk datang sekitar satu jam lagi. Sambil menunggu kunyalakan TV dan menonton siaran CNN di ruang tamu kamarku. Sedang asyikasyiknya melihat berita perang di Irak tibatiba HPku berbunyi.

    Sialan Lia. Aku khan sudah bilang jangan telepon. pikirku sambil mengangkat telepon tanpa melihat caller IDnya.

    Halo. Pak Robert.. Ini Santi kata suara di seberang sana.

    Santi ini adalah istri dari Pak Arief, manajer keuangan di kantorku.

    Oh Santi.. Aku pikir sekretarisku. Ada apa San?

    Nggak Pak Robert.. Cuma kangen aja. Pengin ketemu lagi nih Pak.. Aku pengin ulangi kejadian yang di pesta dulu itu.

    Bisa ketemuan nggak Pak hari ini?

    Wah.. Kalau hari ini nggak bisa San.. Aku sedang di tempat klien nih jawabku mengelak.

    Khan minggu depan suamimu sudah pergi.. Jadi kita bisa puas deh nanti seharian lanjutku.

    Habis Santi udah kangen banget Pak.. rengeknya.

    Sabar ya sayang.. Tinggal beberapa hari lagi kok hiburku. OK deh.. Sorry kalau mengganggu ya Pak katanya menyudahi pembicaraan.

    Wah, ternyata dia sudah tak sabar kepengin aku kencani, pikirku. Mungkin baru pertama dia bertemu dengan lakilaki jantan sepertiku di pesta perkawinan dulu. Kemudian aku telepon Lia untuk menanyakan kepastian kepergian Pak Arief ke Singapore, yang dijawab bahwa semuanya sudah confirm dan Pak Arief akan berangkat tiga hari lagi.

    Setelah satu jam setengah aku menunggu, terdengar bunyi bel kamarku. Kubuka pintu kamarku dan tampak Dita bersama seorang gadis belia, Tari.

    Maaf Pak Robert. Tadi Tari baru pulang dari latihan pramuka di sekolahnya alasan Dita. Mungkin tampak di wajahku kalau aku kesal menunggu mereka.

    OK nggak apa.. Ayo masuk kataku sambil memperhatikan Tari.

    Hari itu dia mengenakan tanktop yang memperlihatkan bahunya yang putih mulus. Juga rok mini jeans yang dikenakan menambah cantik penampilannya. Tubuhnya termasuk bongsor untuk anak seusia dirinya. Dari balik tanktopnya tersembul buah dadanya yang baru tumbuh.

    Yang membuat aku kagum adalah wajahnya yang cantik dan terkesan innocent. Tari.. Ini Oom Robert kata Dita memperkenalkanku padanya. Kuulurkan tanganku dan disambutnya sambil berkata lirih, Tari.. Kemudian kami bertiga duduk di sofa, dengan Tari duduk disamping sedangkan Dita berhadapan denganku.

    Kurengkuh pundak Tari dengan tangan kiriku, sambil kuelus elus sayang. Gimana Pak.. OK khan Dita bertanya OK.. Kamu jemput lagi aja nanti jawabku sambil mengelus dan meremas lengan Tari yang mulus itu gemas.

    Setelah itu Dita pamitan, tentu saja setelah menerima pembayarannya. Kamu lapar nggak Tari? Kita pesan makanan dulu yuk saranku. Dia hanya menganggukkan kepalanya. Sekarang memang sudah waktunya makan malam, dan aku tak mau staminaku tidak prima hanya karena perutku yang lapar.

    Apalagi ternyata gadis yang dibawa Dita ini cantik sekali. Pesan apa? tanyaku sambil memberikan room service menu padanya.

    Nasi goreng aja Oom Minumnya? Minta susu boleh Oom? jawabnya. Langsung aja aku pesan beefsteak dan bir untukku, dan nasi goreng serta susu untuk Tari. Sambil menunggu pesanan datang, kamipun menonton TV.

    Channelnya Tari ganti ya Oom katanya sambil mengambil remote.

    Oh ya.. Oom juga bosen lihat perang terus jawabku sambil mengagumi keindahan Tari. Setelah dia duduk, kueluselus rambutnya yang berpita dan panjangnya sebahu itu.

    Tari kemudian mengubah channel TV ke channel Disney. Rupanya dia suka menonton film kartun. Maklum masih anakanak, pikirku.

    Kamu sudah punya pacar? tanyaku setelah kami terdiam beberapa saat.

    Belum Oom.. Kenapa? tanyaku lagi Tari khan masih kecil.. katanya sambil terus menatap adegan kartun di TV.

    Aku pun makin bernafsu mendengar jawabannya. Yah.. Akulah nantinya yang akan menikmatimu untuk pertama kalinya he.. He.. Kuciumi pipinya sambil kueluselus pahanya. Tari nampak tak terbiasa dan bergerak agak menghindar.

    poker online terbaik – Pahanya yang putih mulus makin tersibak menampakkan pemandangan yang indah. Tanganku kemudian meraba dadanya yang baru tumbuh itu. Kemudian kupegang wajahnya dan kucium bibirnya. Tampak sekali bahwa dia belum berpengalaman dalam hal seperti ini.

    Tanganku sudah ingin melucuti tanktopnya ketika tibatiba bel kamarku berbunyi. Room Service terdengar suara di depan kamarku. Akupun berdiri meninggalkan Tari untuk membuka pintu. Tampak ada perasaan lega di raut wajah Tari ketika aku beranjak pergi.

    Ada pesanan lagi Pak? tanya petugas room service setelah meletakkan makanan di meja. Nggak jawabku Mungkin buat anaknya? tanyanya lagi Mungkin nanti menyusul kataku sambil menandatangani bill yang diserahkannya.

    Cerita Sex Aku geli juga mendengar si petugas menyangka Tari adalah anakku. Memang pantas sih dilihat dari perbedaan umur kami. Kamipun lalu menyantap makanan kami. Tari menikmati nasi goreng dan segelas susunya sambil terus menonton kartun kesayangannya.

    Mau buah Tari? kataku sambil mengambil buahbuahan dari minibar. Nggak Oom.. Udah kenyang. Dibungkus aja boleh ya Oom.. Untuk adik di rumah katanya. Hm.. Benarbenar manis ini anak, pikirku.

    Dalam hati aku kasihan juga pada dia, tapi aku tak dapat menahan nafsu birahiku untuk menikmati tubuhnya yang muda itu.

    Aku makan satu buah apel dan kuberikan sisanya padanya. Diterimanya buahbuahan itu dan kemudian dimasukkan dalam tasnya. Akupun kembali duduk disampingnya dan kemudian kuambil remote dan kumatikan TVnya.

    Ayo sayang kita mulai ya.. kataku sambil menciumi pundaknya yang terbuka. Aku kemudian beralih menciumi bibirnya sambil tanganku meremas remas dadanya. Tak ada response darinya. Ketika tangannya yang mungil aku letakkan di atas kemaluanku, dia diam saja.

    Kok diam saja sih!! Bentakku. Oom.. Tari nggak pernah Oom.. Belum ngerti jawabnya lirih ketakutan. Ya sudah sini kamu.. kataku sambil beranjak ke meja dimana laptopku berada.

    Tari mengikutiku dari belakang. Langsung kusetel film BF yang aku simpan di dalam harddiskku. Ayo sini duduk Oom pangku kataku. Taripun duduk di atas pangkuanku sambil melihat adegan persetubuhan dimana seorang wanita bule cantik sedang dengan rakusnya mengulum kemaluan orang berkulit hitam.

    Mata Tari tampak takjub melihat adegan yang pasti baru pertama kalinya dia lihat itu. Sementara aku menciumi dan menjilati pundak dan lehernya yang jenjang dari belakang. Tangankupun telah masuk ke dalam tanktopnya dan meremasremas buah dadanya yang masih tertutup BH itu.

    Kutarik ke atas cup BHnya sehingga tangankupun leluasa menjelajahi dan meremas buah dadanya yang mulai tumbuh itu. Kupilin perlahan puting dadanya yang mulai mengeras.

    Oom.. Jangan Oom.. Tari malu katanya sambil menatap adegan di laptopku dimana si wanita bule sedang mengerangerang nikmat disetubuhi dari belakang. Nggak usah malu sayang jawabku sambil agak memutar tubuhnya sehingga aku leluasa menikmati dadanya.

    Kulumat buah dada yang baru tumbuh itu dan kujilat lalu kuisap putingnya yang kecil berwarna merah muda itu. Sementara tanganku yang satu telah merambah paha sampai mengenai celana dalamnya.

    Pelanpelan Oom.. Sakit desahnya ketika tanganku mengusapusap kemaluannya setelah celana dalamnya aku sibak. Mulutku masih sibuk mencari kepuasan dari buah dada anak belia ini.

    Kamu cantik sekali Tari.. Ohh yeah.. kataku meracau sambil mengulum dan menjilati buah dadanya. Tanganku mengeluselus pundaknya yang jernih, sedangkan yang satunya sedang merambah kemaluan anak perawan ini. Kemaluanku tampak memberontak di dalam celanaku, bahkan sudah mengeluarkan cairannya karena sudah sangat terangsang.

    Kuturunkan Tari dari pangkuanku, dan akupun berdiri didepannya. Kuciumi bibirnya dengan ganas sambil tanganku meremasremas rambutnya.

    Emmhh.. Emmhh.. hanya itu yang terdengar dari mulut Tari. Kumasukkan lidahku dan kujelajahi rongga mulutnya. Sementara kuraih tangan Tari dan kuletakkan ke kemaluanku yang sudah sangat membengkak.

    Tetapi lagilagi dia hanya diam saja. Memang dasar anakanak, belum tahu cara memuaskan lelaki, pikirku. Dengan agak kesal kutekan pundaknya sehingga dia berlutut di depanku. Dia agak berontak akan bangun lagi.

    Ayo.. Berlutut!! kataku sambil menarik rambutnya. Tampak air mata Tari berlinang di sudut matanya. Dengan cepat aku lepas celana dan celana dalamku, sehingga kemaluanku berdiri dengan gagah di depannya.

    Ayo isap!! perintahku pada Tari yang tampak ketakutan melihat kemaluanku yang sebesar lengannya itu. Kugenggamkan tangannya pada kemaluanku itu.

    Ampun oomm.. Jangan Oom.. Besar sekali.. Nggak muat Oom katanya mengibaiba. Terasa tangannya bergetar memegang kemaluanku.

    Ayo!! bentakku sambil menarik rambutnya sehingga kemaluankupun menyentuh wajahnya yang imut dan innocent itu. Tampak Tari sambil menahan tangisnya membuka mulutnya dan akupun sambil berkacak pinggang menyorongkan kemaluanku padanya.

    Aahh.. Yes.. Make Daddy happy.. desahku ketika kemaluanku mulai memasuki mulutnya yang mungil. Akupun mengeluselus rambutnya yang berpita itu dengan penuh kasih sayang ketika Tari mulai menghisapi kemaluanku.

    Ayo jilati batangnya.. Sayang kataku sambil mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya. Taripun mulai menjilati batang kemaluanku dengan perlahan.

    Ayo isap lagi instruksiku lagi sambil tanganku mengangkat dagunya dan menyorongkan kemaluanku padanya. Taripun mulai lagi mengulum kemaluanku, walaupun hanya ujungnya saja yang masuk ke dalam mulutnya.

    Kutekan kemaluanku ke dalam mulutnya sehingga hampir separuhnya masuk kedalam mulutnya. Tampak dia tersedak ketika kemaluanku mengenai kerongkongannya. Dikeluarkannya kemaluanku untuk mengambil nafas, sementara aku tertawa geli melihatnya.

    Sudah. Oom.. Jangan lagi Oom Tari memohon. Air matanya tampak menetes di pipinya Oom belum puas. Ayo lagi!! bentakku sambil menjambak rambutnya, sehingga wajahnya terdongak ke atas menatapku.

    Taripun terisak menangis, tetapi kemudian dia kembali menjilati dan mengulum kemaluanku. Pemandangan di kamar hotel itu sangatlah indah menurutku. Seorang lakilaki dewasa dengan tubuh tinggi besar sedang berkacak pinggang, sementara seorang anak di bawah umur dengan wajah tanpa dosa sedang mengulum kemaluannya.

    Mungkin sekitar 15 sampai 20 menit aku ajari anak perawan itu cara untuk memberikan kepuasan oral pada lelaki. Setelah itu aku merasakan kemaluanku akan meledakkan cairan ejakulasinya.

    Buka mulutmu!! perintahku pada Tari sambil mengeluarkan kemaluanku dari kulumannya. Kemudian kukocokkocok kemaluanku sebentar, dan kemudian muncratlah cairan spermaku ke dalam mulutnya dan sebagian mengenai wajahnya.

    Oh.. Yeahh.. Nikmat.. Kamu hebat Tari.. erangku saat orgasme.

    Ayo telan!! perintahku lagi ketika melihat dia akan memuntahkan spermaku keluar. Tampak dia berusaha menelan spermaku, walaupun karena jumlahnya yang banyak, sebagian meleleh keluar dari mulutnya.

    Diambilnya tisu dan dibersihkannya wajahnya sambil membetulkan pakaiannya sehingga rapi kembali. Dia pun kemudian mengambil dan meminum habis sisa susunya. Sementara aku pergi ke toilet untuk buang air kecil.

    Sekembalinya aku dari toilet, tampak Tari sedang duduk gelisah di sofa. Pandangan matanya tampak kosong dan berubah menjadi takut ketika melihat aku menghampirinya. Aku tersenyum dan duduk disampingnya. Kembali kueluselus pundak dan tangannya.

    Omm.. Tari pengin pulang Oom.. Tari capek.. katanya. Yach kamu istirahat dulu aja sayang jawabku sambil mencium pipinya. Kamipun duduk terdiam. Kusetel kembali TV yang masih menayangkan acara kartun kesukaannya itu.

    Kuusapusap tubuhnya yang duduk di sampingku sambil sesekali kuciumi. Aku menunggu hingga kejantananku bangkit kembali. Aku beranjak ke meja dimana laptopku masih menayangkan adegan syur semenjak tadi.

    Di layar sekarang seorang pria bule sedang dihisap kemaluannya oleh dua wanita cantik. Yang satu bule juga, sedangkan yang lain wanita Asia, kalau tidak salah Asia Carrera namanya. Memang film produksi Vivid ini bagus sehingga aku menyimpannya di harddiskku.

    Melihat adegan demi adegan di layar, kejantananku pun perlahan bangkit kembali. Kudatangi sofa dimana Tari berada. Tari tampak gelisah ketika aku berlutut di depannya. Aku ingin menikmati memekmu sayang kataku sambil menyibakkan rok mininya.

    Kuciumi pahanya dan kujilati sampai mengenai celana dalamnya. Kemudian kulepas celana dalamnya itu sehingga vaginanya yang bersih tak berbulu itu tampak mempesonaku.

    Jangan Oom.. Tolong Oom kata Tari ketika tanganku mulai meraba kemaluannya. Karena gemas, langsung aku jilati dan isap vaginanya. Lidahku menarinari dan kumasukkan ke dalam liangnya yang perawan itu.

    Uhh.. Ampun Oom.. erangnya ketika aku menemukan klitorisnya dan langsung kuhisap. Sementara tanganku naik ke atas meremas buah dadanya. Kupilinpilin putingnya sehingga mulai mengeras. Sementara vaginanya pun sudah mengeluarkan lendir tanda dia telah siap untuk disetubuhi.

    Ayo kita lanjutkan di ranjang, manis.. kataku sambil merengkuh tubuhnya dan menggendongnya. Aku ciumi bibirnya sambil badannya tetap aku gendong menuju kamar tempat tidur. Kurebahkan tubuhnya di ranjang, dan akupun mulai melucuti pakaianku.

    Tampak kemaluanku sudah kembali membengkak ingin diberi kenikmatan oleh anak kecil ini. Tari tampak memandangku dengan tatapan mengiba. Matanya menampakkan ketakutan melihat ukuran kemaluanku.

    Langsung kuterkam tubuhnya di ranjang dan kuciumi wajahnya yang manis. Kubuka tanktopnya juga BHnya dan kulempar ke lantai. Langsung kusantap buah dadanya yang masih dalam masa pertumbuhan itu, dan kujilati dan kuisapi putingnya hingga mengeras.

    Lalu kubuka rok mininya, sehingga Taripun sudah telanjang bulat pasrah di atas ranjang. Jariku kemudian menari merambah vaginanya dan mengusapusap klitorisnya.

    Tolong jangan Oom.. Aduh.. Oom.. Jangan Oom.. Tari masih perawan Oom. rengeknya. Aku menghentikan kegiatanku dan menatapnya Memangnya Bu Dita bilang apa? tanyaku Katanya Tari nggak akan diperawani.

    Cuma dipegang dan diciumi aja jawabnya terisak.

    Mendengar itu timbul perasaan iba karena ternyata dia telah dibohongi oleh Dita.

    Ya sudah.. Kataku. Kamu hisap lagi aja kontol Oom seperti tadi perintahku.

    Akupun lalu tidur telentang dan Taripun kutarik hingga wajahnya berada di depan kemaluanku yang sudah berdiri tegak. Kutekan kepalanya perlahan, hingga Taripun kembali memberikan kenikmatan mulutnya pada kemaluanku.

    Tampak dari tatapanku, kepalanya naik turun menghisapi kemaluanku. Tangankupun mengeluselus rambutnya penuh rasa sayang seperti rasa sayang bapak kepada anaknya.

    Ya terus.. Sayang erangku menahan nikmat yang tiada tara. Setelah beberapa menit, kutarik tubuhnya sehingga wajahnya tepat berada diatas wajahku. Kuciumi bibirnya sambil tanganku meremasremas pantatnya.

    Kemudian kubalikkan badannya, sehingga badanku yang tinggi besar menindih tubuh belianya. Kusedot puting buah dadanya dan kugigitgigit sehingga menimbulkan bekas memerah. Lalu kurenggangkan pahanya, dan kuarahkan kemaluanku ke vaginanya.

    Jangan Oom.. Ampun Oom.. Jangan.. Ampun.. rengek Tari ketika kemaluanku mulai menyentuh bibir vaginanya.

    Aku tambah bernafsu saja mendengar rengekannya, dan kutekan kemaluanku sehingga mulai menerobos liang vagina perawannya.

    Terasa sesuatu menghalangi kemaluanku, yang pasti adalah selaput daranya Ahh.. Sakiitt.. jeritnya menahan tangis ketika kutekan kemaluanku merobek selaput daranya.

    Kutahan sebentar menikmati saat aku mengambil keperawanan anak ini, kemudian kugerakkan pantatku maju mundur menyetubuhinya.

    Ah.. Nikmat.. Ahh.. God.. Memekmu enak Tari. racauku Oh.. Ampun.. Sakit.. Udah Oom.. Ampun.. Tari merintih kesakitan sambil menangis.

    Yes.. You naughty girl.. Daddy must punish you.. Yeah.. aku kembali meracau kenikmatan. Kugenjot terus kemaluanku, dan aku merasakan nikmatnya jepitan vagina Tari yang sangat sempit itu. Tampak air mata Tari meleleh membasahi pipinya, dan ketika kugenjot kemaluanku tampak wajahnya menyeringai menahan sakit.

    Kemudian kutarik pahanya sehingga melingkari pinggangku, dan sambil duduk di ranjang kugenjot lagi vaginanya. Tanganku sibuk menjelajahi buah dadanya. Bosan dengan posisi itu, kubalikkan badannya dan kusetubuhi dia dengan gaya doggy style. Sudah tak terdengar lagi rengekan Tari, hanya suara erangannya dan isak tangisnya yang memenuhi ruangan itu.

    Ahh.. Sakit Oom ampun.. rengeknya kembali ketika rambutnya kutarik sehingga wajahnya terdongak ke atas. Sambil kusetubuhi tubuhnya, kadang kuciumi dan kugigiti pundak dan lehernya dari belakang, sambil tanganku memerah buah dadanya.

    Setelah kurang lebih satu jam aku setubuhi dia dengan berbagai macam posisi, akupun tak tahan untuk mengeluarkan cairan ejakulasiku. Kubalikkan badannya dan kugesekgesekkan kemaluanku di dadanya. Kadang kugesekgesekkan juga ke seluruh wajahnya.

    Ahh.. Memang enak perawan kamu Tari.. erangku sambil menumpahkan spermaku di dadanya. Akupun kemudian bergegas menuju toilet untuk membersihkan diri. Kemaluanku pun kubersihkan dari sisa sperma bercampur darah perawan Tari.

    Sekembalinya aku dari toilet, kulihat Tari masih terbaring di ranjang sambil menangis terisakisak. Kubiarkan saja dia di sana, karena aku sudah merasa puas dan merasa menjadi lebih muda setelah mereguk kenikmatan dari anak itu.

    Kuminum sisa birku, dan kutelepon Dita untuk menjemput Tari. Tak lama, Dita pun datang. Gimana Pak Robert? tanyanya tersenyum.

    Wah.. Puas.. Tuh anak enak banget kataku tertawa kecil. Syukurlah Pak Robert puas. Sengaja saya pilihin yang bagus kok Pak katanya lagi.

    Percaya deh sama Dita. Tuh anaknya masih di kamar Dita pun masuk ke kamar tidur sedangkan aku nonton TV di sofa. Lagilagi masih berita perang di CNN. Sementara itu, terdengar Tari menangis di kamar sedangkan Dita berusaha menghiburnya.

    Setelah kurang lebih setengah jam, merekapun muncul dari dalam kamar tidur.

    Saya permisi dulu Pak Robert pamit Dita.

    Oh ya Dit.., kalau ada yang bagus lagi telepon ya. Untuk obat awet muda. jawabku sambil mengedipkan mataku.

    Beres Pak jawabnya sambil menggandeng Tari keluar. Ini tasnya ketinggalan kataku sambil menyerahkan tas Tari yang berisi buahbuahan untuk adiknya itu.

    Kuperhatikan mata Tari masih sembab, dan jalannya pun agak pincang ketika meninggalkan kamar hotelku. Tak lama akupun cek out dari hotel. Dalam perjalanan pulang ke apartemenku, aku mampir di panti pijat langgananku.

    Tubuhku agak pegal sehabis menyetubuhi Tari tadi. Setelah dipijat, dan mandi air hangat, tubuhku terasa sangat segar. Akupun bergegas pulang dengan mengendarai Mercy silver metalik kesayanganku.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Tergoda Tubuh Montok Tante Istriku

    Cerita Sex Tergoda Tubuh Montok Tante Istriku


    893 views

    Perawanku – Cerita Sex Tergoda Tubuh Montok Tante Istriku, Genap 4 tahun aku menikah dengan istriku Yanti dan sekarangpun kami sudah memiliki momongan yang baru berusia 2 tahun. Sedang nakal-nakalnya dan lucu-lucunya untuk balita seperti anakku, dan kami beri nama Ryan. Aku sendiri bernama Heru seorang laki-laki yang cukup mapan di lingkunganku dan tambah lengkap dengan adanya nak dan istri yang mendampingiku.

    Tapi hal itu tidak membuat aku menjadi laki-laki yang bersyukur, karena pada akhirnya akupun menghianati istriku bersama dengan orang dekat dengannya. Dia adalah adik dari mamanya sendiri dan kami biasa memanggilnya tante Nilna. Dia seorang wanita yang sudah cukup dewasa tapi belum menikah juga, aku lihat di identitsnya kalau tante Nilna sudah berusia 37 tahun.

    Sedangkan aku saat ini berusia 27 tahun. Aku bekerja di sebuah perusahaan swasta dan istriku seorang ibu rumah tangga biasa, dia hanya mengurus rumah dan juga putra kami. Sedangkan tante Nilna punya usaha yang bergerak di bidang alat kecantikan, karena hal itu juga dia begitu pintar menjaga penampilannya sehingga terlihat masih muda dari usia sebenarnya.

    Tapi karena dia begitu pilah-pilih pada laki-laki yang berusaha masuk dalam kehidupannya. Akhirnya sampai sekarang dia tidak menikah juga, tapi aku yakin kalau tante Nilna sering melakukan adegan seperti dalam cerita dewasa. Aku tahu dari lekuk tubuhnya yang begitu montok dan juga beda banget dengan wanita yang masih perawan, dan aku yakin hal itu sebagai seorang laki-laki yang sudah berpengalaman.

    Hampir setiap hari aku pergi ke rumah tante Nilna karena istriku main ke sana dan aku harus menjemputnya. Karena hal itu juga tante Nilna menjadi lebih dekat padaku begitu juga aku, dia tidak jarang meminta bantuanku untuk melakukan sesuatu yang tidak bisa dia lakukan, hingga akhirnya diapun sering curhat padaku mulai dari bisnisnya hingga masalah pribadinya.

    Hari demi hari banyak aku lalui bersama dengan tante Nilna mulai dari dia berangkat kerja, aku yang mengantarnya sampai akhirnya pulangpun aku yang menjemputnya. Bahkan pegawainya ada yang mencoba menggoda tante Nilna saat aku menjemputnya “Wah.. bu sekarang ada yang teman dekat nich…” Tante Nilna hanya tersenyum tanpa menjelaskan kalau aku adalah suami dari ponakannya.

    Karena hal itu kami menjadi lebih mesra tanpa tahu siapa yang memulai hal ini lebih dulu. Hingga pada suatu saat aku sedang berada di ruang kantor, jam menunjukan jam makan siang dan aku lihat sudah bnayak teman kerjaku yang sudah meninggalkan kantor. Tapi aku masih berada di ruanganku karena aku masih ingin menyelesaikan pekerjaanku hingga nanti bisa lebih santai.

    Namun aku di kejutkan oleh suara seseorang yang tidak asing bagiku “Ternyata kamu karyawan yang rajin ya…” Aku langsung menoleh ke arahnya dan aku lihat tante Nilna sedang masuk dalam ruanganku sambil tersenyum “Tante… kenapa tidak bilang kalau mau ke sini..” Dia tersenyum sambil menjawab “Aku takut nanti sama kamu nggak di perbolehkan.” Aku menatapnya.

    Tatapan kami berdua begitu dalam tante Nilna semakin mendekatiku dan bukannya duduk di kursi depan mejaku, tapi dia malah mendekat dari samping dan begitu dia berada di dekatku kamipun saling berciuman dan saling mengulum bibir kami dengan mesra. Aku tidak diam saja tapi aku begitu menikmatinya tanganku mulai meraba tubuh tante Nilna yang menggelinjang.

    Akupun berdiri lalu aku menuju pintu untuk menutup pintu serta mengunci ruanganku. Belum aku berjalan untuk menghampiri tante NIlna dia sudah berada di sampingku kamipun langsung kembali berpagutan “Tante kangen sama kamu… tante nggak sanggup buat lama-lama jauh dari kamu…” Aku membiarkannya dia menumpahkan isi hatinya tapi tanganku mulai bergerilya kembali.

    Sampai akhirnya tante Nilna menungging sambil berpegangan pada gagang pintu, dan aku lihat dia sudah melorotkan celana dalamnya. Sehingga dengan mudah aku langsung menancapkan kontolku pada lubang memeknya dari arah belakang “OOOouuuggghhhhh… oooouuuggghhh…..ooouuuggghhh… aaaagggggggghhh… aaaaagggggghh.. ” Desahku sambil terus bergerak di belakang tante Nilna.

    Diapun menikmatinya karena itu aku dengar tante Nilna mendesah “Eeeeeuuummmpppphhh…. aaaaaggggghhhh…. eeeuuummpphhhh…. eeeeuuuummppphh… oooouuggghhh…” Diapun ikut bergerak perlahan mengimbangi gerakan pantataku yang bergoyang dari belakang, sungguh sensasi yang begitu berbeda dari adegan cerita dewasa sex aku dengan sitriku sendiri ponakan dari tante Nilna.

    Tante Nilna begitu buas desah nafsunya, kini dia menarik tanganku untuk mengikutinya dan aku lihat tante NIlna berbaring di atas meja. Akupun menindih tubuhnya lalu aku genjot kembali pantatku “OOOuuuggghh… oooooouuuggghh…. aaaaaagggggghh… aaaaaggggghhh… aaaggghhh…” Semakin binal desah nafsu tante Nilna bahkan dia bergelinjang dengan kasarnya.

    Hingga akhirnya aku rasa aku harus menumpahkan sesuatu yang mulai terkumpul sedari tadi dan “Aaaggghh… aaaagggghhh.. ooouughh…. tante…. aaaggggghh…” Spermaku tumpah dalam memek tante Nilna hingga aku lihat di atas meja juga ada tumpahan spermaku, sedangkan aku begitu menikmatinya layaknya pemain dalam adegan cerita sex yang sering aku baca.

    Bukannya tiduran menikmati permainan sex kami, tapi kami langsung buru-buru merapikan pakaian kami lagi. Begitu rapi tante NIlna masih mendekat an kembali memeluk tubuhku “Makasih ya sayang.. kamu telah memuaskan tante..” Akupun tidak tinggal diam “Tante.. sebenarnya aku juga sayang sama tante..” Lalu kamipun kembali saling dekap hingga aku dengar banyak teman kantor yang telah kembali dari istirahatnya.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Aku Pernah Perkosa Gadis ABG Cantik

    Aku Pernah Perkosa Gadis ABG Cantik


    1213 views

    Cerita Sex ini berjudulAku Pernah Perkosa Gadis ABG CantikCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2020.

    Perawanku – Namaku Santoso, sudah lupa aku beningnya air di sungai tempat aku dulu memancing bersama teman-temanku, air yang sejuk dengan kejernihan yang membuat kami bisa dengan leluasa melihat ikan-ikan yang berenang mendekati umpan-umpan kami.

    Sudah 24 tahun aku mengadu nasib di Jakarta, ketika pertama kali menginjakkan kaki di Jakarta aku berkeyakinan besar kalau aku dapat sukses dan dapat kembali ke kampung sebagai orang besar yang dapat membantu kehidupan emak dan bapak.

    Jalan nasib tidak ada yang tahu, hasil kerja keras selama lima belas tahun hilang tidak berbekas karena kebodohan aku mempercayai partner kerjaku dan lebih parahnya lagi dia juga berhutang besar kepada bank tapi dengan menggunakan nama dan asetku sebagai jaminannya.

    Sekarang aku hanya dapat hidup terlunta-lunta di kota jakarta ini, tidak berani hati ini melangkah pulang menghadap orang-orang sekampung apalagi melihat emak dan bapak, aku berdoa semoga emak dan bapak masih sehat-sehat dan tidak khawatir akan keadaanku di jakarta.

    Sekarang aku tinggal di sebuah gedung perkantoran yang sudah terbengkalai sejak lama, aku menyambung hidup dengan bekerja serabutan, pernah aku menjadi kuli bangunan di komplek perumahan di dekat sini, tetapi karena sekarang kebanyakan rumah itu sudah selesai terpaksa pekerjaan aku sekarang untuk menyambung hidup adalah hanya dengan menjadi tukang sampah di komplek dulu bekerja.

    Di kompleks perumahan ini, aku satu-satunya tukang sampah yang dapat memasuki perumahan ini, itu dikarenakan aku kenal dengan beberapa satpam di perumahan ini mereka dulu bekerja sama dengan aku ketika menjadi kuli bangunan mereka yang meminta kepada atasan mereka untuk dapat tetap mempertahankan aku walaupun hanya menjadi tukang sampah, “hahaha sial memang!”

    tertawa aku memikirkan mereka, sungguh nasib mereka lebih bagus dari aku, karena mereka kelihatan lebih kekar dan muda daripada aku mereka dapat mendapatkan pekerjaan yang cukup layak di perumahan ini, sedangkan aku hanya dapat memunguti sampah ketika para atasan busuk itu melihat aku sudah tidak muda dan kuat lagi.

    Di pagi hari aku sudah keluar dari gedung reyot ini, ditemani oleh gerobak berwarna oranye aku menyusuri komplek perumahan ini untuk sampah-sampah dari setiap rumah di komplek ini, tidak jarang aku melihat mereka membuang benda yang sebenarnya belum spenuhnya rusak terkadang hanya karena tergores ataupun hanya karena warnanya pudar benda itu dibuang oleh pemiliknya,

    makanya tidak jarang aku menemukan baju, sepatu, celana bahkan handphone dan TV pernah dibuang oleh pemiliknya hanya karena barang tersebut sudah dianggap kuno, aneh-aneh memang kebiasaan para orang kaya ini, tapi tidak apa-apa semakin mereka seperti itu semakin aku yang beruntung karena aku bisa mendapatkan barang-barang ini secara gratis walaupun sudah agak tua dan terlihat jelek.

    Suatu ketika aku melewati sebuah rumah mewah di salah satu blok di perumahan ini, aku melihat sesosok gadis cantik di belakang pagar rumahnya sedang berjalan keluar sambil memegang kantung plastik berwarna putih kecil, sejenak dia mencari-cari alas kakinya dan segera memakainya ketika ditemukannya sendal tersebut terselip di bawah mobil yang terparkir di garasinya, aku begituu terpesona dengan gadis ini.

    Dia menggunakan celana pendek berwarna biru muda yang begitu menunjukkan kemulusan kaki jenjang dan pahanya yang putih itu, kaus berwarna pink juga terlihat cocok sekali membalut badannya yang tidak begitu besar tapi terlihat lekukan badannya cukup tercetak di baju yang dipakainya,

    wajahnya manis dan cantik sekali semuanya ditambah dengan kulitnya yang walaupun aku melihat dari kejauhan aku tetap terperangkap oleh betapa cantiknya dia, ditambah ketika dia mulai berjalan keluar ke arah pagar dan mulai terkena sinar matahari aku makin takjub melihat kecantikannya dengan lebih jelas. kulit putihnya makin bersinar terang ketika terkena sinar matahari,

    pahanya dan tengkuknya juga semakin terlihat sangat menggoda mata, dadanya yang dibalut oleh kaus pink juga dan bra juga makin terlihat jelas aku dapat melihat lekukan dada yang dibentuk oleh bra yang ia pakai, menurut perkiraan aku ukuran cup BH’nya mungkin 34B. terdiam aku beberapa saat memandangi pemandangan ini,

    lambat laun aku mulai tersadar ketika gadis cantik ini berjalan keluar dan mengantungkan kantong plastik kecil yang ia bawa ke gantungan sampah di depan rumahnya. Perlahan aku memberanikan diri menarik gerobak sampah di belakang ku mendekati rumah gadis tersebut.

    ketika aku sampai disanna gadis itu telah berjalan masuk kerumahnya, aku tetap memperhatikan dia dan makin terasa cantik gadis ini di setiap langkahku bertambah mendekati rumahnya. Di balik pagar setelah dia menutupnya dia tersenyum kecil sambil menganggukan kepala ketika melihat aku mendekat,

    ternyata gadis cantik ini benar-benar sangat amat cantik dan baik hati bahkan kepada aku yang hanya tukang sampah komplek dia tidak ragu-ragu untuk melemparkan senyum dan mengangguk sejenak, padahal dia adalah anak orang kaya dan seorang gadis yang cantik luar biasa. Makin hati ini tertawan oleh pesonanya, luarr biasa gadis ini.

    Aku tidak dapat berbuat apa-apa hanya pelan-pelan melihat dia melangkah kembali masuk ke dalam rumahnya. Terdiam lama aku berdiri disana di depan rumahnya di bawah terik matahari yang beranjak menuju siang hari,

    aku benar-benar terperangkap oleh gadis itu aku jatuh cinta pada pandangan yang pertama..,

    cinta sebuah kata dan perasaan yang sudah lama tidak aku rasakan dan ucapkan aku ingin membingkai senyum gadis itu dan melihat senyum tiap hariku…,

    aku ingin melindunginya agar senyum itu dapat terus mengembang dan mencerahkan dunia ini…

    Tetapi jauh di dalam perasaan itu di bawah sadar sebenarnya ada perasaan lain yang jauh lebih gelap dan kotor:
    aku ingin merasakan tubuh ini bersentuhan dengan tubuhnya…
    aku ingin merasakan manis bibirnya…
    aku ingin mencumbu dadanya…
    aku ingin merasakan halus dadanya….
    aku ingin…aku ingin…aku ingin…

    tersadar aku dari lamunan aku, aku cepat-cepat mengingatkan diri akan tugasku sebagai tukang sampah dan hanya sebagai tukang sampah, aku membuang jauh-jauh lamunan itu biarlah itu menjadi impian di siang bolong. Aku bergerak mendekati tempat sampah di depan rumahnya,

    dengan cekatan aku menarik kluar tongkat sampah dari gerobak sampah, ya walaupun aku tukang sampah terkadang aku masih merasa jijik jika harus menggunakan langsung tanganku untuk menyentuh bungkusan plastik-plastik sampah ini.

    satu bungkus plastik sampah…
    dua bungkus plastik sampah…

    dengan cepat aku dengan gampang memindahkan plastik-plastik sampah tersebut dari tempatnya ke dalam gerobak sampah, tinggal kantong plastik yang terakhir yang belum aku masukkan.

    terdiam aku melihat kantong plastik itu, aku tau bahwa itu adalah kantong plastik yang tadi dibawa keluar oleh gadis cantik itu, plastik yang secara ukuran lebih kecil daripada plastik yang sudah aku pindahkan sebelumnya. Entah mengapa aku merasakan ini adalah plastik yang spesial, mungkin karena kantong plastik ini adalah satu-satunya benda yang pernah dipegang oleh jari jenjang dan tangan dari gadis itu.

    Perlahan aku memincingkan mata melihat kantong plastik putih itu, aku berusaha melihat apa yang dibungkus oleh kantong plastik itu, terlihat ada bungkusan biru tua di dalam plastik putih itu aku memiringkan kepala untuk mencoba membaca tulisan apa yang tertulis di bungkusan biru tua itu.

    tertulis tulisan:

    “Laurier”

    dibawahnya tercetak tulisan “Relax night with gathers…”, “opo iki??”…pikirku berusaha menebak apa sebenarnya bungkusan ini
    dan di bawahnya lagi tertulis “daya serap maksimal, proteksi dari segala arah dan anti bocor”, “oohh oyalahh…” tersadar aku benda apa itu sebenarnya di dalam bungkusan plastik itu

    Terlihat juga gambar benda yang sedang aku pikirkan itu dengan tulisan “35cm” di atasnya, makin aku yakin bahwa itu adalah bungkus pembalut.

    agak jijik aku memikirkannya ketika aku tau itu adalah bungkusan pembalut, dan kemungkinan besar di dalamnya pun ada pembalut bekas yang dipakai oleh gadis cantik itu. Secantik cantiknya wanita itu, tetap saja aku agak jijik jika memikirkan pembalut bekasnya dengan darah menstruasinya yang mungkin ada juga di pembalut tersebut….

    Ketika aku sedang memikirkan itu tiba-tiba terdengar suara, entah dari mana yang tiba-tiba berteriak

    “WANITA dan DARAH…!”

    aku langsung terperanjat, tapi badanku tidak bisa bergerak padahal aku mau mencari dimana sumber suara itu…aku merasakan ada desiran angin di tengkuk leherku dan membuat aku merinding padahal ini adalah siang hari yang terik.

    aku merasakan panas di badanku, dan mataku terasa semakin berat dan berbayang…aku merasa lemas dan pelan-pelan aku mendengar

    “Biarkan aku memakai tubuhmu nak”…suara itu bersuara lagi dan semakin jelas kali ini kalau aku tidak salah mendengar.

    “Jangan mengeraskan jiwamu, aku akan membantumu untuk merasakan gadis itu, aku sudah memperhatikanmu sedari tadi…serahkan tubuhmu dan biarkan aku yang mengontrol badan ini” aku semakin ketakutan,tetapi aku juga tidak dapat melawan dan merasa sangat bernafsu sekali…aku merasakan kontolku pelan-pelan mengeras.

    “Nah begitu nak…AKU PINJAM TUBUHHMMUUU….!”
    Brrukkk…
    …aku terjatuh…

    aku membuka mata, dan tertawa di dalam hati “hahahaha….akhirnya ada lagi gadis yang dapat aku nikmati”….itu bukan suara hatiku, ini suara dia yang tadi.

    aku menjatuhkan tongkatku, perlahan aku merentangkan tangku kedepan ke arah kantung plastik sampah itu…”Aku jijik, jangan itu kotor…” batinku berteriak.

    “DIAAAM, tubuh ini sekarang milikku. AKU CRUSADER13” suara itu berteriak menghardik aku yang kehilangan kontrol atas tubuhku ini…aku hanya dapat terdiam mengikuti apa yang dia lakukan, aku hilang di dalam tubuhku sendiri.

    Aku angkat pelan-pelan kantong plastik itu dari gantungan sampah itu, aku membuka kantong plastik itu…pelan-pelan bau anyir bercampur sabun menyeruak memenuhi hidungku, tetapi kali ini aku tidak merasa jijik malahan aku merasa sangat bernafsu dan tidak sabar untuk cepat-cepat melihat kedalam kantong plastik ini,

    aku pegang bungkusan biru tua itu, dan segera ku keluarkan dari kantong plastik putih itu… sekarang dapat kulihat jelas bungkusan pembalut itu.

    aku membuka bungkusan pembalut itu dan melihat di dalamnya ada dua bungkusan kecil berwarna pink di dalamnya, aku memasukkan tanganku dan mengambil salah satunya.

    Perlahan aku buka bungkusan itu dan terpampang jelaslah pembalut bekas pakai gadis itu, dengan noda merah yang cukup banyak di pembalut itu. Aku menebak bahwa gadis cantik itu mungkin baru saja mens di hari pertama atau keduanya melihat jumlah darah yang terserap di pembalut ini.

    terpana aku melihat pembalut itu…tiba-tiba terdengar teriakan di belakangku, “Bapaakkkk..!”, “Ngapain kamu??” kaget aku dan langsung menjatuhkan pembalut bekas itu ke tanah, aku menengok kebelakang menghadap sumber suara itu.

    Alangkah kagetnya ternyata gadis itu telah berdiri di luar rumah memperhatikan aku dari belakang, sepertinya dia sedang mau berangkat pergi ketika memergoki aku sedang terpana memandangi pembalut yang pernah dia pakai.

    “ihh bapak kelainan ya, ngapain bapak pegang-pegang softex??” “mau guna-gunain aku ya??” “Pergi ga…dasar bajingan mesum..!” “PERGII…”

    aku kaget diberondong oleh kata-katanya, tetapi dengan cepat aku berusaha mengendalikan keadaan.

    aku beralasan “Maaf mba, ga ada maksud apa-apa tadi di plastik itu sobek ketika aku mau pindahin ke gerobak…” dia terdiam sejenak mencoba berpikir rasional dengan alasan yang aku buat-buat.

    gadis itu lalu menjawab “Terus ngapain pegang-pegang softex itu?”, pertanyaannya membuat aku kembali harus berpikir keras memikirkan jawabannya…

    Aku menjawab lagi “Gini mba, pas tadi plastiknya sobek saya lihat pembalut bekas mba, maaf aku ga sengaja perhatiin kalau darah mens mba ga normal…” alasan asal bunyi saja dan yang terpikir di otakku saat ini

    “GA normal gimana, jangan alasan pakkk???” dengan setengah membentak ia mengajukan lagi pertanyaan

    “Gini mba, embah saya dulu mantri di desa beliau kalau praktik dia sering ajak saya, nah mbah pernah tunjukkin kalau darah mens wanita kalau warnanya seperti ini artinya ga normal dan akan kemungkinan mungkin juga tumor mba” melihat dia mau menjawab dengan pertanyaan lain aku langsung berbicara lagi ” gini mba, mba kalau tebakan saya lagi mens di hari pertama atau kedua kan? dan pasti perut mba lagi sakit dan mba merasa pusing?

    “koq bapak tau aku dapet hari kedua? dan perut aku lagi sakit? aku beneran ga normal ya mensnya?” gadis cantik itu menatap aku berharap dapat diberikan jalan keluar dari penyakit yang dikira diidapnya.

    “hehehe…satu-satunya penyakit yang kau idap adalah kebodohan dan polosnya dirimu nak.” Pikirku dalam hati sambil menahan tawa… Dari jumlah dan warna darah mens yang ada di pembalutnya mudah sekali menyimpulkan kalau itu adalah darah mens di hari-hari awal, dan untuk sakit perutnya memangnya ada seorang wanitapun yang merasakan perutnya tidak sakit ketika sedang mendapatkan tamu bulanannya itu.

    “tenang mba, coba saya lihat tangan mba” aku mengambil kesempatan untuk memegang tanggannya yang halus dan putih bersih itu, sungguh kontras dengan tanganku yang kotor dan kasar ini. Aku pura-pura mengukur denyut nadi di tangannya, sambil dia terus memandangi aku berharap akan jawaban yang dapat menenangkan hatinya.

    “hmmm…agak buruk ini” aku berpura-pura memperburuk kekhawtirannya…

    “Pak kita masuk ke rumah dulu deh,*****enak diliatin orang..” “wkakakaka malaikat surga pasti sedang tersenyum kepadaku, tanpa susah payah aku dapat masuk ke rumah gadis ini”

    akupun berjalan mengikutinya melewati gerbang lalu garasi rumahnya, berjalan menaiki tangga kecil menuju pintu ruang tamu rumahnya. Aku bertanya “mba rumahnya besar ya, tapi koq ga ada orangnya nih?”. “mba lagi pulang kampung, belum balik dari minggu lalu”, “kalau papi mami lagi pergi sama adik aku ke mal”

    “Hahaha…kesempatan indah, di rumah sendiri dengan gadis cantik. malang nian hidupmu nak siap-siap kunikmati tubuhmu yang indah itu”

    aku dipersilahkan duduk di sofa, lalu dia melanjutkan bertanya “jadi gimana pak,sebenarnya aku sakit apa, pasti ada obatnya kan?” matanya berkaca-kaca ketika menanyakan hal itu

    “bentar ya mba…” aku bergerak mendekatinya, lalu menaruh tanganku di atas perutnya. “Apa-apaan ini, jangan macem-macem ya…!”

    “tenang mba, aku hanya mau mengecek keadaan rahim mba”, ” kalau mba tidak percaya ya sudah, kalau begitu saya keluar saja, tapi hati-hati dengan penyakit itu ya mba” aku menjawab sambil menakuti-nakuti dia.

    “baik-baik pak, tolong bantu saya” “tapi tolong hargai kepercayaan saya dan jangan berbuat macam-macam”…

    “Baik” aku menjawab sekenanya…kembali aku menaruh tanganku di perutnya, perutnya rata tanpa ada lemak sama sekali sempurna sekali gadis ini..cantik, sexy dan terutama polos alias bodoh hahaha

    “mba sori saya mau tanya, mba masih perawankah?” “ouww ya sori saya Crusad…sori maksudnya Santoso, mba namanya siapa?mba umur berapa”

    Dia tercekat dengan pertanyaanku “Aku fanny pak, taun ini 18 tahun…maaf tapi apa hubungannya perawan atau tidak?”

    “karena kalau masih perawan akan lebih mudah mba Fanny untuk menyembuhkannya…” iya menyembuhkan nafsu aku yang sedang terbakar ini maksudnya wkakaka…

    “Ouww syukurlah, ia saya masih perawan pak…” jawab Fanny dengan hati yang lega. Dan aku merasakan aku mendapatkan tambang emas, gadis cantik perawan lagi wkakakaa.

    pelan-pelan aku menekan-nekan perutnya dia meringis-ringis karena memang wanita ketika sedang menstruasi pasti akan merasakan kurang nyaman di rahimnya, apalagi jika ditekan-tekan, setelah itu aku menyelipkan tanganku kedalam bajunya aku mengusap-usap perut itu secara langsung…aku tau wanita paling suka jika ada benda hangat diusap-usapkan ke perutnya ketika sedang mens, Fanny terpejam menikmati tanganku mengusap-usap perutnya.

    “Sakitnya agak hilang kan mba Fanny?” tanya aku…”Ia pak, bapak hebat ihh..”

    aku masih terus mengusap-usap perutnya, aku mengusapnya dengan tangan kananku tangan kiriku mulai kuberanikan mulai mengusap-usap perutnya juga. tapi sebenarnya bukan itu sebenarnya tujuanku, pelan-pelan tangan kiriku bergerilya merangkak naik keatas menuju gundukan di dadanya.

    tampaknya Fanny tidak menyadari bahwa tangan kiriku sudah pelan-pelan naik menuju bra yang ia pakai… pelan-pelan aku mengusap gundukan dadanya yang masih tertutup BH itu, Fanny masih menikmati pijatan tanganku di perutnya dan sepertinya dia sama sekali tidak menyadari bahwa payudaranya sedang aku cabuli.

    meskipun aku hanya cabuli melalui BH yang ia pakai tetapi seharusnya dia merasakan ada tangan asing sedang memainkan bongkahan daging kenyal di dadanya itu. Sungguh cantik sekali memang gadis ini cantik dan seksi, walaupun hanya melalui BH’nya kekenyalan dadanya sudah dapat aku rasakan.

    Buah dadanya tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil, ukurannya pas di gengaman tanganku, memang BH’nya agak terasa tebal spertnya dia menambahkan busa pelapis untuk terlihat semakin memperbesar payudaranya.

    Sayang sekali kali ini payudara ini dijamah oleh aku, tukang sampah kompleks yang telah dirasuki setan jaman dulu.

    cukup lama aku memainkan payudara Fanny, tetapi dia tetap tidak bereaksi apa-apa sepertinya dia memang merasakan kram perut yang cukup menyakitkan ketika mens jika tidak mana mungkin dia menikmati tangan tua ini mengusap-usap perutnya dan tidak menyadari bahwa sedari tadi aku telah mencabuli payudaranya ini.

    Lama kelamaan aku semakin gerah dan bosan hanya begini saja menyentuh payudaranya hanya melalui BH’nya…
    aku ingin melakukan lebih…
    aku ingin mengusap gundukan di dadanya itu secara langsung…
    aku ingin memegang payudaranya dan merasakan puting payudaranya di tanganku, aku ingin merasakan puting payudaranya di mulutku…

    pelan-pelan aku mencoba menyusupkan jariku melalui celah atas bra’nya untuk mencari ujung puting payudaranya, memang bra yang ia pakai adalah tipe 3/4 cup sehingga bagian atasnya cukup terbuka untuk aku dapat menyelipkan jariku kedalam payudaranya…pelan-pelan jariku bergeser dari payudara yang masih tertutup BH ke payudaranya yang tidak tertutup payudara, kupegang tipis payudaranya itu…

    Halus sekali kulit anak ini, walaupun hanya seujung jari tapi aku tau Fanny memiliki payudara yang sangat empuk dan halus..

    aku menggeser kembali jariku, masuk kedalam BH yang ia pakai…mencari-cari ujung puting payudaranya

    Surga dunia hampir saja kugapai…

    Fanny tersadar dengan perbuatanku dan langsung mendorong diriku sambil berteriak “Bapak JAHAATT….Pergiii”

    Dengan sigap langsung kubekap mulutnya…

    “emmmmhhhhhhh….!” Fanny berusaha berteriak sekencang-kencangnya

    dia menendang-nendangkan kaki dan memukulkan tangannya ke arah ku, tapi aku mendekap sekuat tenaga sehingga pukulannya dan tendangannya tidak begitu terasa sakit, lagipula nafsu ini sudah di ubun-ubun untuk dapat merasakan gadis cantik ini.

    ‘Mhmhhh….!”

    “mmmmmmmhyhhhhh…!”

    “bbubbbbaaaaa….!” ternyata gadis ini tidak lelah memberontak. “hehehe ssttt… jangan melawan terus cantik, cup cup nanti kamu ga cantik lagi lowh” kataku, sambil aku mengusap matanya yang mengeluarkan air mata.

    sambil terus aku bekap mulutnya dengan tangan kiri, aku perhatikan gadis ini sungguh cantik parasnya… aku belai lembut rambutnya, aku rapikan poni rambutnya, “memang cantik kamu fanny, mimpi apa aku semalam sekarang bisa melihat kamu dan menyentuh kamu seperti ini” dia hanya terdiam sambil terus memperhatikan aku dengan tajam… Dia mulai sadar bahwa tidak ada gunanya melawan, karena kebodohan dia sendiri sekarang dia terjebak di keadaan ini.

    Melihat keadaanya sekarang aku mulai berani untuk membelai pipi dan tengkuknya, dia tetap tidak melawan tetapi aku dapat melihat bahwa dari matanya terlihat dia masih belum sepenuhnya menyerah. Aku belai tipis tengkuk dan belakang telinganya, dan beberapa kali aku melihat dia memejamkan mata, sepertinya Fanny juga mulai merasakan kegelian dan nikmat ketika ku belai dengan lembut.

    “Fanny cantik…enak kan, tenang sayang aku tidak akan menyakiti kamu… Nikmati sajalah ya?” Fanny hanya sejenak membuka mata lalu memejamkan matanya kembali

    “hehehe mudah sekali makhluk cantik ini untuk di buat menyerah, sepertinya dia tidak pernah sedikitpun memiliki pengalaman seksual sama sekali…dasar bocah, beruntung sekali aku”

    aku mulai mengendurkan tanganku di mulutnya dan tangan ku pun kucoba untuk mencoba menjamah kembali susunya yang sedang ranum-ranumnya itu…pelan-pelan aku memasukan menurunkan tali tanktopnya agar aku dapat melihat dengan jelas buah dadanya itu

    “Buuukkkkk..!” aku merasakan ngilu yang menusuk di perutku, melihat aku telah sedikit menjauh dia menghantamkan lututnya ke perutku… belum sempat aku bereaksi…

    “Duaaaakkk…!” kepalaku dihantam dengan menggunakan remote TV yang memang dari tadi ada di sofa ini.

    “Siall…” Geramku…ternyata dia dari tadi sudah merencakan hal ini untuk dapat lari menyelamatkan diri. Fanny langsung lari ketika melihatku mengaduh menahan sakit di perut dan di kepalaku

    tapi untung dia hanya menendang perut ini, mungkin sebenarnya dia mengarahkan ke kontolku tapi tidak tepat sasaran… Sedetik kemudian aku berdiri mengejar dia.

    Fanny berlari menuju pintu ke garasi dia tertahan karena pintu itu tidak dapat terbuka, dia lupa bahwa grendel pintu itu terpasang sehingga pintu itu tidak dapat terbuka, aku langsung berlari dan menarik rambutnya dari belakang…

    Kubekap dia dari belakang…dan kubisiki

    “hehe kau ingin main kasar rupanya, untung tadi grendel pintu ini sudah aku grendel pada saat kau tidak lihat” geramku di kupingnya…

    “gadis cantik sebentar lagi akan kubuat dada ini” kuremas kasar dadanya, Fanny menangis sesengukan dalam bekapanku…

    “Dan memek ini akan kujadikan miliku dan kubuat lebih berdarah-darah lagi dibanding sekarang…!” aku membelai paha’nya lalu menyingkap-kan roknya lalu kutaruh tanganku di pangkal selangkangnya..

    “darah mens dan darah P E R A W A N mu F A N N Y…..!” ku katakan dengan pelan dan pasti masing-masing kata itu agar merasuk kedalam hati dan pikirannya, kuremas pelan memeknya dari luar celana dalamnya…

    “HAHAHAHAHAHA…..hahahahahaha”

    mukanya pucat dan tubuhnya bergetar setelah mendengar semua kata-kataku itu, kurasakan kakinya goyah sehingga aku harus menahan badannya agar tidak terjatuh. Tanganku yang berada di selangkannya terasa basah dan hangat, makin lama makin terasa basah…

    “hahaha dia ketakutan sampai terkencing-kencing” pikirku…

    “Fanny jangan pipisin tangan bapak dong cantik, pipisin kontol bapak aja ya sebentar lagi…..hahahahaha” tertawa aku tergelak selesai berkata itu.

    “MMMMMMmmmmuuauaaahhhhh” Fanny berteriak kencang tapi percuma karena kubekap mulutnya…dia berontak tapi lemah tak bertenaga.

    kulepas bekapanku di mulutnya Fanny hanya terdiam menangis sesengukan… Aku hentikan remasan di memeknya, aku tanya dia “Cantik kamar orang tua kamu yang mana??”

    Dia langsung menjawab “Di atas pak, di sana ada banyak perhiasan pintunya tidak dikunci… di atas pak, tolong jangan apa-apa kan saya, apalagi saya sedang datang bulan pak, tolong lepaskan saya” Fanny mengiba sepenuh hati, menegosiasikan kesucian dirinya dengan perhiasan orang tuanya.

    “Baik…coba tunjukan ke bapak kamarnya dimana” aku berpura-pura mengiyakan permohonannya untuk tidak jadi memperkosa dia.

    ” Janji pak jangan perkosa saya, saya masih perawan pak masa depan saya masih panjang dan saya juga sedang datang bulan pak bisa menimbulkan penyakit kalau kena darah kotor pak” Fanny berusaha menguru’i setan macam aku, “mana mungkin kulepaskan mahkluk cantik ini, apalagi dia sedang datang bulan ini yang membuat’ku lebih bernafsu lagi untuk segera mencicipi memeknya yang sedang berdarah itu” pikirku sambil berusaha menahan tawa agar ia mau menunjukkan kamar orang tuanya…

    pelan-pelan Fanny berdiri berjalan di depan ku, melewati ruang tamu dan menuju tangga besar ke lantai dua rumahnya… Di dekat tangga terlihat foto besar yang digantung di dinding, bersama beberapa pigura-pigura untuk foto yang lebih kecil tergantung di bawahnya. Di foto yang paling besar terlihat Orang tua dan dua anak perempuan yang masih kecil, sepertinya itu dibuat ketika fanny masih kecil.

    Tapi yang paling menarik perhatiankku adalah sebuah foto di barisan paling ujung tetapi terlihat paling baru karena karena Fanny terlihat sudah seperti yang aku lihat sekarang. Aku tertarik dengan sesosok wanita yang berdiri di sebelah Fanny di dalam foto tersebut, aku bertanya “Fanny siapa itu duduk disebelah boneka sama kamu??”…

    “ouw itu Caroline adik ku” Jawab dia…

    hehehehe sepertinya aku akan lama di tubuh bapak tua ini, ternyata mahkluk cantik ini memiliki adik yang tidak kalah cantiknya. Kalau aku tebak adiknya mungkin masih SMP atau SMA jika dilihat dari postur badannya, tetapi kecantikannya sudah terlihat, hampir secantik Fanny tetapi terlihat lebih muda dan kecil.

    Kupertahankan mimik muka ini agar fanny tidak curiga kalau aku juga ingin memperkosa adiknya…

    Aku ikuti terus fanny sampai ke lantai dua, dia menunjuk sebuah kamar di ujung lantai tersebut dekat dengan balkon yang mengarah ke jalanan. “Ayo jalan, bukakan pintunya kamu harus ikut masuk…bapak tidak mau lagi dibohongi kamu dan kamu lari lagi” “Tenang bapak tidak akan menyakiti kamu asalkan benar di dalam sana ada yang berharga”…

    “Benar pak, dikamar papi mami ada perhiasan dan uang…ambil saja semau bapak asal jangan sakiti saya” fanny berusaha meyakinkan aku kembali

    “Makanya ayukk jalan cantik, jangan memperlama waktu…” aku berkata lembut agar ia percaya dengan muslihatku, “akan kuperkosa kau di kamar orang tuamu cantik…!” Hatiku berdegup memikirkan apa yang akan kuperbuat di kamar itu

    sesampai di depan kamar itu, Fanny pelan-pelan membuka pintu dan berjalan masuk kedalam…aku mencari saklar lampu dan menyalakannya.

    “Clickk…” terang lampu menyinari kamar itu, ada sebuah ranjang besar di tengah kamar itu dengan seprainya yang berwarna putih dan tumpukan bantal-bantal yang terlihat sangat empuk untuk ditiduri…kamar ini terlihat sangat mewah dengan ukir-ukiran di langit-langitnya dan di perabotan yang ada di kamar tersebut.

    Fanny berjalan mendekati sebuah lemari yang ada di pojok ruangan tersebut, dia perlahan membuka lemari tersebut dan mencari-cari sesuatu di dalamnya. Sejenak kemudian dia mengeluarkan sebuah kotak kayu dari lemari tersebut, ketika dia berbalik badan ke arahku….

    “Cekleekk…” bunyi kunci pintu yang aku putar untuk mengunci pintu tersebut…

    Muka Fanny langsung memucat dan ia jatuh lemas bersandar di lemari itu, kotak kayu yang berisi perhiasan itu pun jatuh ke lantai…

    Aku tersenyum dan berjalan mendekati dia…”yukk cantik kamar ini sempurna untuk acara perkawinan kita”

    “Tidaaaaakkkkk……” Fanny berteriak kencang

    aku menarik tangannya dengan kencang sampai ia terlonjak ke arahku, aku peluk dia…Dia menangis lagi tersedu-sedu menyadari nasibnya

    Aku mengangkat badannya yang cukup mungil itu ke tempat tidur ayah dan ibunya ini, kuletakan pelan di atas seprai halusnya..

    Fanny langsung mundur ke arah pinggir tempat tidur.

    “jangan pak, aku masih perawan…” “aku sedang mens, aku sedang kotor bisa menyebakan penya…. Plaakkkk…!

    “Ppplaaaakkk…” belum selesai ia berkata-kata aku tampar pipinya.

    “Arrrgghhhh…” aku pegang dan tekan keras rahangnya dengan satu tangan sampai mulutnya membentuk huruf O…

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Ayah Dan Kakekku Nafsu Melihat Toket 36B Punyaku

    Ayah Dan Kakekku Nafsu Melihat Toket 36B Punyaku


    2356 views

    Cerita Sex ini berjudulAyah Dan Kakekku Nafsu Melihat Toket 36B PunyakuCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Awal kejadiannya di saat ibuku sakit kira-kira satu tahun yang lalu. Ibuku harus masuk rumah sakit karena kanker rahim yang dideritanya sejak melahirkan adikku. Sudah 2 bulan, ibuku di rumah sakit, karena kami hanya bertiga maka untuk menjaga ibu kami bergantian. Ayah, aku dan adikku.

    Malam itu aku sehabis makan malam, bersiap mau tidur, adikku berangkat ke rumah sakit untuk menggantikan ayahku menjaga ibu. Setelah adikku berangkat karena belum terlalu mengantuk, iseng aku ke kamar adikku, kutemukan buku-buku gambar porno punya adikku dan kubawa ke kamarku, setelah iseng melihat gambarnya aku mulai terangsang.

    Sekitar jam 10.00 malam, ayahku datang dari rumah sakit. Selesai makan, ayah mengunjungi kamarku.

    “Vir.. kamu sudah tidur..?” kata ayahku sambil mengetuk pintu kamarku.

    “Masuk.. Yah.. Vir belum tidur,” teriakku dari dalam kamar sementara aku sudah berbaring di tempat tidur.

    Pintu kamar terbuka, kulihat ayahku menatapku di depan pintu dari raut mukanya seakan mau menanggis.

    “Ayah.. kenapa.. Mama.. baik-baik aja khan? kataku sambil berusaha duduk di tempat tidur.

    Ayahku masuk ke kamarku lalu duduk di sampingku, dia memelukku sambil meneteskan air mata.

    “Ibumu makin parah saja sayang, rasanya Ibu tidak akan bertahan lama lagi kalau melihat kondisi ibumu,” tangis ayahku yang mambasahi dasterku. Aku pun mulai terisak.

    “Ayah.. kalau ada apa-apa sama Ibu, Ayah nggak perlu merasa kehilangan, Ayah harus pasrah, lagi khan ada kami berdua yang akan menemani Ayah.” Ayah menatapku lalu diciumnya keningku dan berkata,

    “Iya.. Ayah harus tegar yach.. Ayah sayang sama kamu berdua.”

    Lalu ayah mencium kedua pipiku, tetapi ketika akan berpaling secara tidak sengaja bibir ayahmenyentuh bibirku. Aku tiba-tiba ada perasaan aneh pada diriku, aku merasa terangsang lebih-lebih aku terbayang buku porno adikku yang tadi aku lihat. Kubalas kecupan ayahku, kukecup bibirnya dengan dalam dan lidahku kucoba masukkan ke mulut ayahku, ayahku yang agak gelagapan dan mulai terangsang, mengikuti dengan balasan lidahnya sehingga lidah kami bertautan.

    Rupanya ayahku makin terangsang, disibaknya selimut yang masih menutup tubuhku sehingga aku yangmemakai daster mulai digerayangi ayahku. Lidah kami masih bertautan membuat makin bergelora nafsu seks kami. Aku biarkan saja ketika tangan ayahku mulai merayap di paha putihku yang semakin naik sehingga menyentuh celana dalamku. Jari tengahnya mulai menggaruk vaginaku yang masih tertutup celana dalam. Aku mulai mengelinjang.

    Ayahku mulai menurunkan tali daster dari bahuku sehingga payudaraku yang mancung dengan puting berwarna kecoklatan kini terpampang di depan muka ayah. Aku terbiasa tidur hanya menggunakan daster dan CD saja, aku tidak pernah pakai BH. Ayahku mulai menelusuri leher jenjangku sampai ke payudara dengan mulutnya.

    Ketika putingku mulai digigitnya, aku semakin menggelinjang, “Ah.. ah.. sshh.. ah..” Karena aku sudah makin terangsang yang disebabkan oleh buku porno itu, aku menganggap ayahku adalah seorang lelaki yang harus memuaskan nafsu birahiku.

    Tanganku mulai ikut berkerja dengan memegangi batang ayahku yang masih bersembunyi di balik celana panjang. Kugosokkan tanganku pada celananya yang membuat ayahku semakin ganas menggigit putingku dan dasterku disibaknya sehingga CD-ku dengan satu tarik telah merosot yang membuat vaginaku yang setiap hari kurawat dengan baik terpampang jelas serta mengeluarkan bau yang sangat harum menyerbak di ruang tidurku.

    “Bau.. apa.. ini.. Vir? harum sekali,” tanya ayahku.

    “Bau dari vagina Virni, Ayah,” kataku.

    “Vir.. baunya harum sekali, Ayah suka baunya.”

    “Ayah, vagina Virni boleh kok kalau mau dijilatin, dimasukkin punya Ayah juga boleh,” kataku lagi.

    “Bener nih, Vir?” tanya ayahku.

    “Iya,” kataku.

    Dengan nafsunya dimana ayah yang sedang mengemut dan menggigit payudaraku langsung menurunkan tubuhnya sehingga sekarang vaginaku sudah tepat di depan muka ayahku. Lidahnya yang halus menyapu vaginaku. Dijilatnya vaginaku bagian luar. Aku mulai belingsatan. Aku makin bergelinjang ketika lidah ayahku menemukan biji klitorisku.

    “Ah.. ah.. ssh.. argh.. argh..” kataku sambil menggelengkan kepalaku. Rupanya ayahku senang memainkan klitorisku dengan lidahnya yang hampir 15 menit lamanya. Aku pun makin memuncak nafsuku dan meminta pada ayahku,

    “Ayah, bo.. boleh nggak kalau Virni nyoba.. batang kemaluan Ayah?”

    “Oh.. kamu mau?” tanya ayahku. Agen Judi Slot

    “Iya Yah..” kataku lagi.

    Sementara lidah ayah masih di klitorisku, ayah melepas semua yang melekat di tubuhnya dan langsung menindihku sehingga batang kemaluan ayahku persis di depan hidungku, posisikami seperti angka 69. Batang kemaluan ayahku panjang, besar dan hitam, kira-kira 25 cm. Aku langsung berpikir ayah harus memuaskan diriku.

    Batang ayah yang besar, hitam dan panjang kucoba kumasukkan dalam mulutku, tetapi karena bibirku yang mungil batang itu hanya masuk kepalanya saja dan lidahku mulai menjilatinya. Ayahku mulai belingsatan.

    Hampir 15 menit aku jilat dan kuhisap batang kemaluan ayahku, ada sesuatu yang mendesak dari dalam vaginaku yang langsung keluar yaitu berupa cairan kental yangmembasahi vaginaku dan muka ayahku, tetapi ayah lebih dulu menangkap cairanku ke dalam lidahnya lalu ditelan ke mulut ayah. “Ah.. argh.. argh.. ssh.. Ayahh..” kataku sambil tubuhku ambruk, terlepaslah batang ayah dari mulutku. Ayahku berdiri dan berkata,

    “Vir.. boleh vaginamu Ayah tusuk sekarang?”

    “Iya.. Yah..” kataku lirih.

    Ayah lalu menindihku, batang kemaluan ayahku ditempelkan tepat di depan vaginaku. Jari ayahku mengorek vaginaku yang masih rapat sehingga aku jadi menggelinjang.

    “Ah.. ah.. ssh..”

    Setelah vaginaku agak lebar dan besar, batang kemaluan ayahku dicobanya untuk memasuki vaginamilikku. Karena masih agak sempit lubangnya maka baru kepala batang kemaluan ayah yang bisa masuk, ayah lalu memberi tekanan yang membuatku merem melek.

    “Vir.. sakit ya,” kata ayahku.

    “Ah.. nggak apa-apa koq.. Yah, nanti juga nggak sakit kalau batang kemaluan ayah sudah masuk semua.” Ayah pun kembali menekan batang kemaluannya ke vaginaku. Tapi karena batang kemaluan ayah yang memang besar sekali, pada tekanan yang ke-10 kalinya keluar-masuk, hanya bisa masuk setengahnya saja batang kemaluan ayah ke vaginaku. Aku pun menjerit,

    “Aaawww..”

    “Sakit yach.. Vir..” kata ayah.

    “Ah.. nggak Yah, terus.. Yah.. nekennya, biar vagina Vir.. jadi lebar!” kataku. Ayahku pun lalu menekan lagi batang kemaluannya keluar-masuk vaginaku.

    Ayah agak membungkuk sehingga payudaraku kembali jadi bulan-bulanan mulut dan lidah ayahku. Aku mengusap kepala ayahku yang menetek pada payudaraku dan menghujamkan batang kemaluannya di vaginaku, seperti mengelus anak kecil. Hampir satu jam aku mengikuti permainan nafsu buas ayahku yang membuatku orgasme.

    Cairan putih kental bercampur darah mendesak keluar dari vaginaku yang masih dihujam batang kemaluan ayah sehingga membasahi pahaku dan kakiku serta keringat yang mengucur deras dari pori-pori tubuhku.

    “Agh.. agh.. arg.. awww.. agh.. Vir.. keluar.. nih.. Yah.. agh.. ssh,” kataku dengan tubuh menggelepar seperti cacing kepanasandan lemaslah tubuhku.

    Sementara ayahku masih kuat berpacu dengan semakin cepat memasuk-keluarkan batang kemaluannya dari vaginaku yang sudah becek. Batang kemaluan ayah dicabutdari vaginaku.

    Badanku yang loyo diputar oleh ayahku dari terlentang sekarang tengkurap, posisi pantatku diangkat sehingga vaginaku kembali menantang lalu ditempelkan batang kemaluan ayahku pada vaginaku, lalu ditekannya supaya masuk kembali. Vaginaku yang masih becek dibersihkan oleh dasterku lalu jari ayah menusuk lagi ke vaginaku untuk melebarkan vaginaku agar memudahkan batang kemaluan ayah masuk. Kali ini batang kemaluan ayah bisa masuk ke dalam vagina semuanya sampai berasa di rahimku. Satu jam lamanya vaginaku disodok batang kemaluan ayah dari belakang yang membuatku orgasme kedua kalinya.

    “Argh.. argh.. aahh.. sshh.. agh.. Ayah.. nikmat sekali.. argh..” Basahlah batang kemaluan ayah oleh cairanku, tetapi 5 menit kemudian ayah sampai juga mencapai titik orgasmenya.

    “Vir.. Ayah.. juga.. mau.. keluar.. nih.. argh.. argh..” kata ayahku tersengal-sengal.

    “Yah.. keluarin aja di dalam rahim.. Vir..” pintaku pada ayah, dimana sebenarnya aku sudah setengah sadar karena kecapaian.

    “Crot.. crot.. ser.. ser.. argh.. argh..” suara cairan ayah yang menyembur deras ke vagianku disertai suaralenguhan ayah yang langsung ambruk di atas tubuhku. Aku merasakan kehangatan yang sangat di dalam vaginaku di saat cairan batang kemaluan ayah menyembur yang membuatku pun langsung tertidur.

    Jam 05.00 pagi aku terbangun dalam keadaan bugil yang sedang dipeluk ayahku yang masih tertidur. Aku lalu bangkit ketika melihat batang kemaluan ayahku yang loyo, aku mencoba menjilat sisa-sisa cairan yang rasanya agak manis asin, kujilat sampai habis dan ayahku terbangun.

    “Virni.. maafin Ayah yach, Ayah nggak sadar berbuat ini kepadamu, Ayah khilaf karena 5 bulan ayah tidak menyentuh Ibumu, maafin Ayah yach,” kata ayah.

    “Tidak apa-apa kok Yah.. Vir senang dapat memuaskan Ayah yang sudah 5 bulan tidak menyentuh Mama, Virnijuga senang sudah merasakan kehangatan Ayah, Vir juga senang dan menikmati saat batang kemaluan Ayah yang gede itu menyemburkan isinya di dalam vagina Vir, Vir jadi mau lagi kapan-kapan,” kataku dengan perasaan senang.

    Ayah sebenarnya agak bingung melihat Aku yang senang, tapi setelah itu ayah tersenyum dan memelukku dan menciumku.

    “Ya.. kapan-kapan lagi,” gumam ayahku.

    Dan memang setelah kejadian malam yang indah itu, setiap adikku ke rumah sakit untuk jaga mama, aku dan ayah pasti melakukan perbuatan berburu nafsu lagi. Hal itu terjadi hingga 3 bulan kemudian dan terhenti disaat mama meninggal dunia, sampai hari ke-7. Sejak kematian mamaku, kakekku, ayah dari mamaku yang tinggal di luar kota menginap di rumah kami, usia kakekku 63 tahun, dia seorang duda yang sudah 7 tahun ditinggal mati nenekku.

    Hari ini adalah hari ke-7 meninggalnya mama, saudara mama sedang sibuk untuk mengurus acara malam nanti, waktu itu jam 10.00 pagi, aku ada di kamarku, karena sudah 7 hari ayah tidak menyentuh nafsu birahiku, aku mencoba orgasme sendiri.

    Kuangkat rokku, vaginaku yang terbuka bebas karena aku tidak pakai CD sedang kumainkan dengan jariku, saking asyiknya mataku pun ikut kupejamkan, aku tidak tahu kalau kakekku sudah di dalam kamarku.

    “Vir.. kamu lagi ngapain? Kakek pinjam sarung yach, adikmu lagi pergi sih, jadi Kakek kesini.”

    Aku tersentak kaget, kubelalakan mataku dan buru-buru rokku kuturunkan menutupi vaginaku.

    “Ah.. Kakek ngagetin Vir aja nih, kenapa nggak ketuk pintu dulu.”

    “Kakek sudah ketuk pintu, tapi kamu lagi asyik, kayaknya jadi Kakek masuk aja, nggak taunya kakek melihat pemandangan yang indah,” kata kakek seakan menyangkal kataku.

    “Ah Kakek bisa aja,” kataku pucat pasi.

    “Vir.. boleh.. kakekmu melihatnya lagi punyamu.. sudah 8 tahun kakek tidah pernah melihatnya lagi.”

    Sebenarnya aku agak malu untuk memperlihatkannya pada kakekku, tapi karena sudah 7 hari ayah tidak menyentuhku dan aku lagi onani maka kuijinkan.

    “Boleh Kek!”

    Kuangkat rokku dan terpampanglah dengan jelas vagina milikku di depan kakekku yang langsung berkomentar.

    “Virni.. luar biasa sekali vaginamu, bagus banget bentuknya lagi mengeluarkan bau yang harum, wah.. wah.. wah, boleh Kakek memegangnya?” pinta kakekku.

    “Boleh.. Kek, malah tidak hanya memegang, kalau Kakek mau coba jilat juga boleh,” kataku yang mulai naik nafsuku.

    Dengan cepatnya kakek menundukkan badannya, saat itu juga vaginaku sudah tepat di depan muka kakekku, lidah kakekku langsung menjulur untuk menjilat vaginaku sementara pahaku sudah diraba dengan lembutnya oleh tangan kakek yang mulai keriput.

    Seperti anak muda, kakekku dengan cepat mengusap pahaku dan kedua jempol sudah ditempelkan ke vaginaku, bulu halus yang menutup vaginaku disibak dengan jempolnya dan dimasukkan ke dalam lubang vaginaku agar lebih lebar, kemudian lidah kakekku mulai menyapu bibir vaginaku yang membuatku panas dingin.

    “Aaahh.. aahh.. sshh.. aargh..” aku pun mulai berceracau ketika biji klitorisku tersentuhlidah dengan lembutnya. Klitorisku sudah mulai dijilat, dihisap dan digigit oleh kakekku, yang membuatku makin menggelinjang.

    “Aaawwhggh..” Pantatku kuangkat menahan rasa nikmat itu, mataku merem melek, sementara tanganku mengelus kepala kakekku yang sudah membotak, yang membuat kakekku makin rakus menjilat dan menggigit klitorisku.

    Kedua tangannya mulai merambah ke dalam kaos yang menutupi tubuhku. Ketika BH-ku terpegang langsung disobeknya sehingga payudaraku dan putingnya menjadi bulan-bulanan tangan kakekku. Tangannya meremas payudara sedangkan jarinya memelintirkan putingku.

    Hampir 15 menit berlalu yang tiba-tiba badanku mengejang dan sampailah aku pada puncak orgasme. Kutekan kepala kakekku di selangkanganku lalu keluarlah cairan kental yang membasahi vaginaku.

    “Argh.. argh.. sshh.. Kek.. Virni.. keluuarr niih.. argh.. sshh..” Tapi kakekku dengan cepat dan tangkas menangkap cairan kental yang keluar dengan derasnya dengan lidahnya yanglangsung menelannya.

    “Virni.. luar biasa.. klitorismu rasanya manis, tapi cairan kentalmu lebih manis lagi.. wahh.. Kakek jadi lebih segar sekarang ini,” kata kakekku sementara aku sudah terbaring lemas.

    “Vir.. boleh nggak.. kalau vaginamu dimasukkin oleh batang kemaluan Kakek?” tanya kakekku.

    Dengan setengah sadar kukatakan, “Boleh.. Kek..”

    Kakek dengan sigap melepaskan semua yang dipakainya hingga bugil lalu baju kaosku juga ditanggalkannya. Kulirik kakekku yang sudah agak membungkuk, naik ke tempat tidur. Direnggangkannya kakiku dan diangkatnya sedikit.

    Kakek menindihku, dipegangnya batang kemaluannya lalu ditempelkan pada bibir vaginaku yang masih agak becek, setelah itu dengan sekali hentakan batang itu masuk ke dalam vaginaku.

    “Bleess.. jeb.. jeb..” batang kemaluan kakekku langsung menusuk sampai ke dalam vaginaku yang sudah lebar sejak dimainkan ayahkutetapi batang kemaluan kakekku rasanya lebih besar dan lebih panjang dari punya ayahku.

    “Heehhkk,” aku menahan nafasku karena sembulan batang kemaluan kakekku ke dalam vaginaku yang berasa sampai ke dalam dadaku.

    “Kenapa Vir.. sakit.. yah?” tanya kakekku.

    “Ah.. nggak Kek.. nggak apa-apa, punya kakek gede banget sih, berapa sih.. Kek panjangnya?” tanyaku dengan tersengal.

    “Kamu.. pasti puas.. deh.. ini panjangnya 30 cm, nenekmu aja puas.. makanya ibumu punya enambersaudara,” kata kakekku membanggakan batang kemaluannya sendiri.

    “Tapi.. Vir.. memekmu.. luar biasa uueennaak buuangeett.. punya nenekmu.. mah kalah.”Dalam hatiku membenarkan bahwa batang kemaluan kakekku lebih enak dari punya ayahku. Dan benar juga perkiraanku rupanya selain lebih enak, lebih panjang, kakekku tenaganya tenaga kuda, hampir 4 jam lamanya aku menjadi bulan-bulanan kakekku.

    Setelah satu jam cara pertama, kami merubah posisi kami yaitu aku menungging, kakek menyodokkudari belakang, setelah satu jam posisi kami pun berubah lagi, kakek terlentang, aku naik di atasnya seperti naik kuda, posisi ini kami lakukan selama 2 jam. Setiap berubah posisi, aku pasti sampai orgasme, hingga aku 3 kali orgasme, kakekku hanya 1 kali itu pun pada posisiterakhir.

    Tubuhku sudah lemas sekali ketika posisi kami, aku di atas, kakek terlentang di bawah dimana aku sudah 3 kali dan kakekku akhirnya sampai juga puncak orgasmenya.

    “Vir.. argh.. argh.. Kakek.. nggak kuat lagi.. nigh.. Kakek mau keluar nih..” kata kakekku.

    Cepat-cepatkulepaskan vaginaku dari batang kemaluan kakekku yang langsung menyemburkan cairan kentalnya deras sekali, tapi batang itu sempat kutangkap dan kubimbing ke mulutku sehingga sebagian cairan kakekku sempat kutelan dan sebagian lagi membasahi mukaku oleh lendir kakekku.

    Kami pun langsung ambruk ketika kulihat jam menunjukkan pukul 14.00 siang. Ketika kami terbangun waktu sudah menunjukkan pukul 04.30 sore, kakekku langsung membersihkan sisa-sisa lendir di batangnya dan meninggalkanku yang masih tergeletak di tempat tidur.

    Sebelum kakekkupergi dia sempat mengatakan bahwa dia senang bisa memerawaniku dan ingin sekali bisa mengulanginya. Memang sejak saat itu, aku selalu melayani ayahku di saat adikku tidak di rumah dan melayani kakekku jika setiap akhir bulan kakekku mengunjungiku atau aku yang mengunjunginya.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • AYAHKU MENGAMBIL PERAWANKU

    AYAHKU MENGAMBIL PERAWANKU


    1431 views

    Cerita Sex ini berjudulAYAHKU MENGAMBIL PERAWANKUCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Aku adalah seorang wanita yang berusia 20 tahun di tahun 2000 ini. Ibuku adalah asli orang Indonesia karena dia dilahirkan di Bandung sedangkan ayahku adalah pendatang dari Shanghai sehingga aku bisa berkomunikasi dalam banyak bahasa dan logat termasuk bahasa Mandarin dan bahasa Sunda.

    Aku boleh berbangga karena banyak sekali cowok-cowok di kampusku yang mengejarku bahkan ada yang terang-terangan ingin menjadikanku sebagai pacar mereka mungkin disebabkan karena wajahku yang seperti campuran Cecilia Cheung (mesti nonton FLY TO POLARIS jika ingin tahu siapa dia) dan almarhum Nike Ardilla, tetapi aku menolak mereka karena aku ingin menuruti semua perintah orang tuaku untuk memilih kuliah daripada pacaran.

    Di antara ayah dan ibuku, aku sangat mengagumi ayahku karena dia termasuk orang yang gigih bekerja dari situasi yang tidak memiliki apa-apa menjadi seseorang yang bisa dianggap cukup kaya dan mewah. Tentu saja, aku sebagai anaknya bahagia dan salut kepada jiwa pantang menyerah ayahku itu.

    Hal ini membuatku menjadi semakin akrab dan menumbuhkan keinginan untuk mencari kekasih seperti ayahku. Mungkin hal ini pula yang membuatku tetap single karena tidak ada laki-laki di kampusku yang seperti dia.

    Sejujurnya rata-rata laki-laki di kampusku di Universitas **** (edited) yang aku kenal tidak mempunyai prinsip pemikiran masa depan bahkan ada beberapa dari mereka lebih menyukai kenikmatan Narkoba yang membuatku menjadi benci dengan mereka.

    Pada suatu hari menjelang hari raya, ibuku pergi bersama temannya untuk pergi keluar negeri dan aku hanya di rumah bersama ayahku (oh ya, sebelum aku lupa, kami sekeluarga memiliki agama yang berbeda dan aku sendiri tidak tahu bagaimana bisa terjadi). Sebelum pergi ke luar negeri, ibuku menyuruh ayahku untuk menjagaku dan dirinya sendiri.

    Setelah kepergian ibuku ke luar negeri bersama temannya, ayahku menjadi lebih sering mengurung diri dan dia jarang sekali keluar rumah sampai suatu ketika, aku iseng-iseng mengintip kegiatannya sehingga terjadi hal yang indah tersebut.

    Suatu sore, aku curiga sama ayahku karena selama seharian dia tidak keluar dari kamarnya dan aku takut terjadi apa-apa dengannya, sehingga aku memutuskan untuk mengintip dari pintu kamarnya.

    Ketika aku membuka pintu itu sedikit demi sedikit, aku sempat terbengong ketika mendengar dan melihat ayahku sedang menonton Blue Film dengan posisi setengah telanjang. Kulihat dengan jelas bahwa ayahku sedang mengocok dengan penuh ritme kemaluannya yang tidak begitu terlihat olehku karena dia sedang membelakangiku.

    Desahan ayahku yang bercampur oleh suara TV membuatku mengalami perasaan gelisah (mungkin aku menjadi terangsang barangkali ya) sehingga pintu menjadi terbuka lebar dan ayahku cepat-cepat menghentikan aksinya dan mematikan TV. Dia sempat marah karena aku mengganggu aktifitasnya. Aku merasa bersalah dan aku menanyakan apa yang bisa kuperbuat untuknya.

    Akhirnya dia menjawab bahwa aku mesti dihukum dengan menuruti kemauannya dan aku tentu saja menolaknya karena bagaimanapun dia adalah ayah kandungku. Melihat penolakanku, ayahku tampaknya kesal dan hanya mencuekiku saja dan kembali menonton film itu tanpa peduli bahwa anaknya satu-satunya berada di dekatnya.

    Selama film itu berlangsung, aku hanya diam saja dan aku tampaknya sudah terbuai dengan film itu karena aku sempat menelan ludahku berkali-kali dan aku merasakan celana dalamku sudah basah oleh cairan kewanitaanku apalagi disaat aku kembali melihat ayahku mengocok kemaluannya yang semakin lama semakin besar.

    Entah setan dari mana, aku tiba-tiba saja memeluknya dari samping dan menempelkan payudaraku di tangannya. Ayahku berhenti dan memandangku, dia tidak menolak, tidak berkomentar apapun. Dari dekat wajahnya sudah tampak guratan-guratan kulit tuanya, dihiasi kumis yang mulai tampak uban satu dua. Tampaknya beliau salah tingkah harus bersikap apa, aku kan anaknya.

    Beliau tampak memandangiku dan perlahan-lahan menggerakkan tangannya menjamah payudaraku dan meremasnya perlahan sekali. Aku jadi agak risih, meskipun tidak menolak juga. Dia menangkupkan telapak tangannya di gunung itu dan menekannya sambil meremasnya. Caranya agak lain tetapi entah kenapa aku merasakan sesuatu yang lain yang mulai mengaliri tubuhku.

    Untuk orang seumur ayahku kemaluannya mungkin terlihat masih kokoh. Panjangnya mungkin sekitar 17 atau 18 cm, agak tebal kulitnya, terus ada urat besar di sisi kiri dan kanan yang terlihat seperti ada cacing di dalam kulitnya. Kepala batangnya tampak kompak (ini istilahku!), penuh dan agak berkerut-kerut. Garis lubangnya tampak seperti luka irisan di kepala kemaluannya.

    Aku memegangnya perlahan, terasa ada sedikit kedutan terutama di bagian uratnya. Lingkaran genggamanku tampak tak tersisa memenuhi lingkaran batangnya. Ternyata beliau memang hebat meski sudah berumur. Aku mulai menggerakkan tanganku mengocok batangnya itu, saat itu yang terpikir segeralah beliau ejakulasi terus menyelesaikan urusan lainnya.

    Eh tidak tahunya setelah beberapa lama, ayahku bangkit dan mendorongku perlahan-lahan sehingga berbaring di ranjang. Beliau bangkit dan mengunci pintu. Aduh jangan.. jangan.. Entah terpengaruh apa, aku sudah tidak ingat lagi batasnya.

    Ayahku perlahan-lahan menggerayangi tubuhku dimulai dari payudaraku. Beliau menarik kaos ketat dan bra-ku ke atas sehingga berada di atas gundukan payudaraku yang menyebabkan payudaraku terlepas dan tanpa perlindungan. Jemarinya mulai meremas-remas payudaraku dan memilin-milin putingnya.

    Saat itu separuh tubuhku masih belum total terhanyut tetapi ternyata ayahku jagoan juga dan mungkin karena alasan ini ibuku menyayanginya. Dalam waktu mungkin kurang dari 10 menit aku mulai mengeluarkan suara mendesis yang tak bisa kutahan. Kulihat dia tersenyum. Dan menghentikan aktivitasnya. Tiba-tiba aku merasakan sabuk celanaku dibuka. Belum selesai berpikir aku merasakan hawa dingin AC di kulit pahaku yang artinya celanaku telah lepas.

    Beberapa saat kemudian aku merasakan tarikan lembut di pahaku yang berarti celana dalamku pun telah dilepas. Aku masih terhanyut oleh rasa nikmat dari ayahku di payudaraku tadi dan tak tahu harus bagaimana.

    Tiba-tiba aku merasakan sepasang jemari menjembeng (membuka ke kiri dan ke kanan) bibir-bibir kemaluanku. Dan yang dahsyat lagi aku merasakan sebuah benda tumpul dari daging mendesak di tengah-tengah bentangan bibir itu.

    Aku mulai sedikit panik karena tidak mengira akan sejauh ini tetapi tentu saja aku tidak bisa berbuat apa-apa karena aku sendiri yang memulainya tadi dan juga aku sangat mengagumi ayahku dan sangat menyayanginya. Sementara itu batang kemaluan ayah kandungku mulai mendesak masuk dengan mantap. Untuk orang seusia dia, boleh juga.

    Aku mulai merasakan perasaan penuh di kemaluanku dan semakin penuh seiring dengan semakin dalamnya batang itu masuk ke dalam liangnya. Sedikit suara lenguhan kudengarkan dari beliau ketika seluruh batang itu amblas masuk.

    Aku sendiri tidak mengira batang sebesar dan sepanjang tadi bisa masuk seluruhnya. Rasanya seperti terganjal dan untuk menggerakkan kaki saja rasanya agak susah. Sesaat keherananku yang sama muncul ketika melihat film biru dimana adegannya seorang cewek berada di atas cowoknya dan bisa bergerak naik turun dengan cepat.

    Padahal ketika seluruh batang kemaluan itu masuk, bergerak sedikit saja terasa aneh bagiku. Beberapa saat kemudian ayahku mulai menarik perlahan batang kemaluannya dan aku merasakan gesekan yang terasa agak geli di dinding lubangku. Sedikit demi sedikit aku mulai merasa nyaman.

    Beliau terus bergerak dan sayang belum sampai 10 gerakan tusuk dan tarik, beliau menarik batang kemaluannya dan mengocoknya sendiri dan mengarahkannya ke meja yang tidak jauh dari ranjangnya. Sementara aku sendiri masih dalam kondisi menggantung, ketika semprotan-semprotan ganas itu terlontar seperti semprotan pemadam kebakaran.

    Ayahku tampak melenguh-lenguh tertahan ketika dari ujung kemaluannya menyemprot-nyemprotkan tak kurang dari 8 kali semprotan cairan putih kental, padahal tangannya hanya bergerak mengocok sekali untuk dua kali semprotan.

    Tampak dahsyat sekali yang dialami ayahku. Sementara aku sendiri betul-betul masih menggantung, posisiku bahkan belum berubah, mengangkang di ranjang, sehingga dari sebelah meja kerja ayahku pastilah selangkanganku tampak terlihat jelas.

    Ayahku duduk di ranjang di depanku sambil memegangi kepala kemaluannya yang tampak memerah. Diliriknya selangkanganku terus di rebahkannya dirinya di sana. Beberapa saat berlalu. Tiba-tiba di tengah kegamanganku, kesadaran moralku muncul. Aku bangkit dan mengambil pakaianku, memakainya cepat-cepat, merapikan rambut, terus duduk menunduk.

    Dan berucap, “Aku minta maaf Pi, aku nggak sengaja!” Ayahku hanya tersenyum kepadaku dan langsung menjawab ucapanku tadi, “Bantuin aku membersihkan ini, ya!” dia mengambil kain dan tissue dan mulai membersihkan sisa-sisa di atas meja dan sofa tadi.

    Aku mengambil tissue dan mulai ikut membersihkan, sekali aku memandanginya dan tanpa sadar beliau memandang balik dan kami saling berpandangan beberapa lama.

    Setelah bersih aku berniat keluar kamarnya untuk mandi. Entah kenapa, dia membukakan pintu, dan sebelumnya dia membisikkan kata-kata ini. “Terima kasih anakku sayang, maaf Papi terlalu cepat, mungkin habis kamu mandi aku bisa memperbaikinya, kamu mandi dulu gih dan Papi juga mau mandi nih.” Hahh.. habis mandi? Ya.. ampun..! Masih dengan perasaan menggantung, aku berjalan menyusuri ruang tengah itu dan menuruni tangga untuk menuju ke kamar mandi untuk mandi.

    Setiap gerak langkah kakiku menggesekkan perasaan geli dan entah apa yang membuatku kadang-kadang menggelinjang sendiri. Mungkin karena sebenarnya aku pun menyimpan keinginan itu di bawah sadar sehingga -sama seperti ayahku- ketika ada penyaluran yang dibutuhkan adalah penyaluran total.

    Ketika aku mandi, terlupakan sudah perasaan menggantung tadi, meskipun kadang-kadang kalau secara tidak sengaja saat mandi, menyabuni selangkanganku terasa begitu nyaman. Tiba-tiba saja rasa was-was muncul di hatiku, jangan-jangan aku mengidap kelainan (maksudku ayahku kan hampir 20 tahun lebih tua dariku, dan aku bernafsu padanya!).

    Atau mungkin hanya karena ‘itunya’ Ayahku yang tampak mempesona apalagi aku baru pertama kali merasakan kemaluan laki-laki (aku kehilangan perawan ketika waktu aku masih kecil karena aku suka sekali naik sepeda dan aku pernah jatuh dari sepeda sehingga hal ini merusak perawanku dan itu mungkin kenapa aku tidak mengeluarkan darah perawan ketika berhubungan dengan ayahku).

    Sampai suatu saat aku merasakan beberapa jemari meraba payudara dan paha bagian dalamku. Aku segera tersadar tapi ayahku telah merangkul anak kandungnya sendiri secara erat dari belakang. Entah bagaimana aku telah berada di pangkuannya di atas toilet bowl. Pantatku terasa sedang menduduki sesuatu yang keras.

    Sementara tangan satunya sedang mengelus bagian paha dalamku hanya sekian centimeter dari area kemaluanku. “Pi.. jangan.. Tolong.. Pi!” Entah bagaimana kedengarannya kalimatku tadi, bernada menolak atau malah terhanyut.

    Yang pasti sentuhan di kedua titik tererotis dari tubuhku itu, seperti mengalirkan daya penghanyut yang dahsyat. Jadi sementara sebagian akalku menolak perbuatan papiku itu, seluruh tubuhku yang lain mulai terhanyut total. Ketika dari bibirku keluar kalimat-kalimat penolakan dan tanganku mulai bergerak memberontak,

    seluruh bagian yang tubuh yang lain malah pasrah dan terutama pahaku yang mulai terasa kesemutan mengiringi rasa seperti ingin kencing dari selangkanganku setiap kali jemari papiku menyapu seluruh permukaan kemaluanku yang tertutup oleh bulu-bulu pubic-ku yang banyak dan halus.

    Akhirnya kira-kira seperempat jam kemudian seluruh tubuhku hanyut luruh, bahkan dari bibirku keluar suara mendesis dan rengekan manja setiap kali ayahku berbuat sesuatu di bagian tubuhku tadi.

    Mungkin kelebihan dari mereka yang telah berumur seperti ayahku di antaranya ialah kesabarannya dalam melakukan seluruh proses hubungan intim, tidak asal ingin segera menyelipkan itunya saja seperti kebanyakan anak-anak muda dan hal ini yang akhirnya membuat saya menjadi tergila-gila bersenggama dengan orang yang berusia seperti ayahku.

    Aku menyandarkan punggungku di atas dadanya. Sementara itu terasa bagiku sebuah silinder panjang, keras dan hangat, berdenyut-denyut di antara kedua bongkahan pantatku.

    Ayahku menghentikan aktivitasnya dan berbisik lagi, “Kita ke kamar saja ya!” Beliau mendorongku berdiri dan merangkulku, terus menuntunku masuk ke dalam kamarku yang letaknya bersebelahan kamar mandi itu. Aku seperti tak berdaya mengikuti apa saja yang dilakukannya. Ada dorongan yang sangat kuat mengalahkan segala energi penolakanku.

    Dibaringkannya aku ditepi ranjang, separuh paha dan kakiku masih terjuntai di lantai sehingga hanya punggung sampai pantat saja yang berbaring di ranjang. Entah bagaimana rasanya laki-laki melihat seorang wanita telanjang bulat dalam keadaan pasrah (siap disenggamai) berbaring dalam posisi seperti posisiku saat itu? Yang pasti aku melihat Ayahku seperti tertegun beberapa saat memandangiku.

    “Kamu memang sempurna anakku sayang.” Aku melihat beliau melepas kaos oblongnya sehingga dapat kulihat tubuh ceking putih itu.

    Dalam keadaan seperti itu kulihat bahwa dari balik celana pendeknya tampak kemaluannya sudah menegang terlihat dari mencuatnya batangnya itu sehingga terlihat menonjol. Kemudian dibukanya juga celana pendeknya itu sehingga terlihat ayunan batang panjang dan besar itu tampak memerah kepalanya tegak mengacung ke depan di antara kedua pahanya yang ceking.

    “Pii..” aku bahkan tidak tahu memanggilnya untuk apa. Sambil berlutut mendekatkan tubuhnya di antara pahaku, ayahku berbisik, “Sstt.. kamu diam saja, nikmati saja!” katanya sambil dengan kedua tangannya membuka pahaku sehingga selangkanganku terkuak tepat menghadap pinggulnya karena ranjangnya itu tidak terlalu tinggi.

    Itu juga berarti bahwa sekian saat lagi akan ada sesuatu yang akan menempel di permukaan kemaluanku. Benar saja, aku merasakan sebuah benda tumpul menempel tepat di permukaan kemaluanku. Tidak langsung diselipkan di ujung lubangnya, tetapi hanya digesek-gesekkan di seluruh permukaan bibirnya, membuat bibir-bibir kemaluanku terasa monyong-monyong kesana kemari mengikuti arah gerakan kepala kemaluannya.

    Tetapi pengaruh yang lebih besar ialah aku merasakan rasa nikmat yang benar-benar bergerak cepat di sekujur tubuhku dimulai dari titik gesekan itu. Beberapa saat ayahku melakukan itu, cukup untuk membuat tanganku meraih tangannya dan pahaku terangkat menjepit pinggulnya. Aku benar-benar menanti puncak permainannya.

    Ayahku menghentikan aktivitasnya itu dan menempelkan kepala kemaluannya tepat di antara bibir labia mayora-ku dan terasa bagiku tepat di ambang lubang kemaluanku. Aku benar-benar menanti tusukannya. Oh.. God.. please! Tidak ada siksaan yang lebih membuat wanita menderita selain dalam kondisiku itu.

    Yang wanita dan yang sudah pernah melakukan senggama dan menikmatinya, pasti setuju, ya nggak! Akhirnya ayahku benar-benar mendorongkan pinggulnya mendorong terkuaknya lubang kemaluanku oleh batang kemaluannya. Sedikit demi sedikit aku merasakan terisinya ruangan dalam liang kemaluanku. Aku benar-benar tergial ketika merasakan kepala kemaluannya mulai melalui area G-spot-ku, diikuti oleh gesekan dari urat-urat batangnya setelahnya.

    Aku hanya mengangkang merasakan desakan pinggul ayahku membuka pahaku lebih lebar lagi. “Papi..!” lagi-lagi hanya kata itu yang terucap dari bibirku. Sedikit bergetar aku ketika mengucapkannya. Saat itu seluruh batang kemaluan ayahku telah amblas masuk seluruhnya di dalam liang kemaluanku. Tanpa sengaja aku terkejang seperti menahan kencing sehingga akibatnya seperti meremas batang kemaluan ayahku.

    Beliau bahkan belum lagi bergerak. “Aduhh.. Caroline sayang.. kamu.. hebat sekali!” Ayahku ikutan menegang, mungkin akibat kejangan tadi. Beliau mencengkeramkan kedua tangannya di pinggulku, terasa sedikit kukunya di ujung kulitku. Tapi itu hanya rasa yang kecil saja dibandingkan apa yang terjadi tepat di tengah-tengah tubuhku saat itu. Kakiku masih menjuntai di lantai karpet kamarnya itu.

    Tanganku memegangi lengannya yang mencengkeram pinggulku. Aku mencakarnya ketika beliau menarik kemaluannya dan belum sampai tiga perempat panjangnya kemudian menghunjamkannya lagi dengan kuat. Aku nyaris menjerit menahan lonjakan rasa nikmat yang disiramkannya secara tiba-tiba itu.

    Begitulah beberapa kali ayahku melakukan hujaman-hujaman ke dalam liang terdalamku tersebut. Setiap kali hujaman seperti menyiramkan rasa nikmat yang amat banyak ke tubuhku. Aku begitu terangsang dan semakin terangsang seiring dengan semakin seringnya permukaan dinding lubang kemaluanku menerima gesekan-gesekan dari urat-urat batang kemaluan ayahku yang seperti akar-akar beringin yang menjalar-jalar itu.

    Mungkin karena tenaganya yang mungkin sudah tidak sekuat masa mudanya. Biasanya kalau orang bersenggama itu semakin lama semakin cepat gerakannya, ayahku malah semakin melambat sampai pada sebuah irama gerakan yang konstan tidak cepat dan tidak lambat. Tapi anehnya justru bagiku aku semakin bisa merasakan setiap milimeter permukaan kulit kemaluannya.

    Pada tahap ini, seperti sebuah tahap ancang-ancang menuju ke sebuah ledakan yang hebat, aku merasakan pahaku mulai seperti mati rasa seiring dengan semakin membengkaknya rasa nikmat di area selangkanganku.

    Aku mulai mengejang, kedua tanganku meremas-remas lengannya sesekali mencakarnya, disertai jatuhnya tetesan keringat di dada dan perutku. Aku mulai tidak terkontrol lagi, suaraku terdengar keras sekali.

    Aku tak perduli lagi. Aku mulai secara tak sadar seperti memerintah ayahku. “Cepatlah.. hh.. Papi.. Caroline sayang sama Papii!” sambil berkata demikian aku bangkit dari berbaringku dan menjepit pinggul ayahku dengan kedua pahaku sementara betisku kuangkat. Aku meraih pinggul ayahku dan menggerak-gerakkannya secara kasar.

    Ayahku seperti kedodoran menanganiku saat itu, beliau terengah-engah mengikuti gerakan tanganku di pinggulnya. Tapi seperti kuceritakan di atas, beliau luar biasa sekali saat itu.

    Bayangkan ini sudah hampir 20 menit, beliau terus bergerak kontinyu sampai pada suatu titik, “Ahh.. Pii.. hh..” (aku tidak bisa bercerita lagi pada bagian ini, kakiku mengejang, pinggulku terasa kesemutan rasa nikmat, nafasku memburu cepat, detak jantungku terasa cepat sekali, sementara di bawah sana aku terus merasakan gesekan-gesekan kuat dan mantap dari ayahku).

    Ketika usai, aku masih berbaring di ranjang tetap dengan posisi seperti tadi, tapi kali ini lemas sekali. Lemas yang sangat melegakan tubuhku, seperti separuh tubuhku telah menguap. Aku memandangi langit-langit dan masih tetap belum bisa berpikir jernih. Tiba-tiba aku mendengar bisikan dan sentuhan kulit basah di sampingku.

    “Caroline anakku, bantuin Papi ya.. menyelesaikan ini!” Aku melirik ke samping dan yang pertama kulihat sebuah batang mengkilat yang tegak mengacung ke atas, separuh pangkalnya tergenggam oleh tangan keriput ayahku. Beliau berbaring tepat di sampingku dan kelihatannya masih belum ejakulasi.

    Gila apa ini? Ayahku menarik tangan kiriku dan menggenggamkannya di batang kemaluannya itu dan mengarahkannya untuk menggerak-gerakkan kocokan. Aku mengikuti saja, tubuhku masih lemas sekali termasuk kedua tanganku. Jadi kugerakkan saja sekuat tenaga tangan kiriku menggerak-gerakkan kocokan dengan tangan kiri, pandanganku masih ke atas langit-langit.

    Aku tidak perduli, pokoknya aku seperti menggerakkannya dengan cepat, hingga tak berapa lama kemudian, aku merasakan raupan tangan di dadaku, dan beberapa saat kemudian suara erangan disertai tetesan cairan hangat dan lengket di perut dan seluruh dadaku.

    Sementara itu di telapak tangan kiriku aku merasakan seperti pompaan-pompaan cepat dan kuat yang mengalir dengan cepat dari dalam tubuh ayahku keluar dengan kuat dari ujung lubang batang kemaluannya yang karena gerakanku mengocok, mengarahkan semprotan ke atas dan jatuh di atas tubuhku. Sensasi dari rasa hangatnya aku rasakan di seluruh kulit tubuhku, diperkuat dengan suara erangan tua dari mulutnya.

    Setelah ia klimaks, kami akhirnya sama-sama tertidur dan saya tertidur di atas dadanya yang masih bidang, sungguh pengalaman yang tidak terlupakan. Kami akhirnya selalu melakukan perbuatan itu sampai sekarang apalagi mamiku masih berada di luar negeri sekarang jadinya kita bebas melakukannya. Papi, jika papi baca ini, Caroline sayang papi.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Hot Gagal Fokus Melihat Tubuh Angel – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Hot Gagal Fokus Melihat Tubuh Angel – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1648 views

    Perawanku – Angel dari namanya sudah terlihat cantik dengan wajah yang lonjong mata bulat alis yang tebal serta hidung yang mancung lengkap sudah kecantikan dia, di tambah bentuk tubuhnya yang langsing rambut hitam memanjang sangat terawat tubuh dia karena dia anak dari orang yang terpandang di kotanya, usianya masih belia 16 tahun.

    Seminggu yang lalu Angel mulai rutin mengikuti les privat Fisika di rumahku, Renne Lobo, saya seorang duda. saya mempunyai sebuah rumah mungil dengan dua buah kamar, diantaranya ada sebuah kamar mandi yang bersih dan harum.

    Kamar depan diperuntukkan ruang kerja dan perpustakaan, buku-buku tersusun rapi di dalam rak dengan warna-warna kayu, sama seperti meja kerja yang di atasnya terletak seperangkat komputer. Sebuah lukisan yang indah tergantung di dinding, lukisan itu semakin tampak indah di latar belakangi oleh warna dinding yang serasi.

    Ruang tidurnya dihiasi ornamen yang serasi pula, dengan tempat tidur besar dan pencahayaan lampu yang membuat suasana semakin romantis. Ruang tamu ditata sangat artistik sehingga terasa nyaman.

    Rumahku memang terkesan romantis dengan terdengar pelan alunan lagu-lagu cinta, Angel sedang mengerjakan tugas yang baru kuperintahkan. ia terlalu asyik mengerjakan tugas itu, tanpa sengaja penghapusnya jatuh tersenggol.

    Angel berusaha menggapai ke bawah bermaksud untuk mengambilnya, tetapi ternyata ia memegang tanganku yang telah lebih dulu mengambilnya. Angel kaget melihat ke arahku yang sedang tersenyum padanya. Angel berusaha tersenyum, saat tangan kirinya kupegang dan telapak tangannya kubalikkan dengan lembut, kemudian kutaruh penghapus itu ke dalam telapak tangannya.

    Saya sebagai orang yang telah cukup berpengalaman dapat merasakan getaran-getaran perasaan yang tersalur melalui jari-jari gadis itu, sambil tersenyum saya berkata, “Ngel, kamu tampak lebih cantik kalau tersenyum seperti itu”. Kata-kataku membuat gadis itu merasa tersanjung, dengan tak sadar Angel mencubit pahaku sambil tersenyum senang.

    “Udah punya pacar Ngel?”, godaku sambil menatap Angel.

    “Belum, Kak!”, jawabnya malu-malu, wajahnya yang cantik itu bersemu merah.

    “Kenapa, kan temen seusiamu sudah mulai punya pacar”, lanjutku.

    “Habis mereka maunya cuma hura-hura kayak anak kecil, caper”, komentarnya sambil melanjutkan menulis jawaban tugasnya.

    “Ohh!”, saya bergumam dan beranjak dari tempat duduknya, mengambil minuman kaleng dari dalam kulkas.

    “Minum Coca Cola apa Fanta, Ngel?”, lanjutku.

    “Apa ya! Coca Cola aja deh Kak”, sahutnya sambil terus bekerja.

    Saya mambawa dua kaleng minuman dan mataku terus melihat dan menelusuri tubuh Angel yang membelakangi, ternyata menarik juga gadis ini, badannya yang semampai dan bagus cukup membuatku bergairah, pikirku sambil tersenyum sendiri.

    “Sudah Kak”, suara Angel mengagetkan lamunanku, kuhampiri dan kusodorkan sekaleng Coca-Cola kesukaan gadis itu. Kemudian saya memeriksa hasil pekerjaan itu, ternyata benar semua.

    “Ahh, ternyata selain cantik kamu juga pintar Ngel “, pujiku dan membuat Angel tampak tersipu dan hatinya berbunga-bunga.

    Saya yang sengaja duduk di sebelah kanannya, melanjutkan menerangkan pemecahan soal-soal lain, Bau wangi parfum yang kupakai sangat lembut dan terasa nikmat tercium hidung, mungkin itu yang membuatnya tanpa sadar bergeser semakin dekat padaku.

    Pujian tadi membuatnya tak dapat berkonsentrasi dan berusaha mencoba mengerti apa yang sedang dijelaskan, tetapi gagal. saya yang melihatnya tersenyum dalam hati dan sengaja duduk menyamping, agak menghadap pada gadis itu sehingga instingku mengatakan hatinya agak tergetar.

    “Kamu bisa ngerti yang baru kakak jelaskan Ngel “, kataku sambil melihat wajah Angel lewat sudut mata.
    Angel tersentak dari lamunannya dan menggeleng,

    “Belum, ulang dong Kak!”, sahutnya. Kemudian saya mengambil kertas baru dan diletakkan di depannya, tangan kananku mulai menuliskan rumus-rumus sambil menerangkan, tangan lainnya diletakkan di sandaran kursi tempatnya duduk dan sesekali saya sengaja mengusap punggungnya dengan lembut.

    Angel semakin tak bisa berkonsentrasi, saat merasakan usapan lembut jari tanganku itu, jantungnya semakin berdegup dengan keras, usapan itu kuusahakan senyaman dan selembut mungkin dan membuatnya semakin terlena oleh perasaan yang tak terlukiskan. ia sama sekali tak bisa berkonsentrasi lagi. Tanpa terasa matanya terpejam menikmati belaian tangan dan bau parfum yang lembut.

    Dia berusaha melirikku, tetapi saya cuek saja, sebagai perempuan yang selalu ingin diperhatikan, Angel mulai mencoba menarik perhatianku. ia memberanikan diri meletakkan tangan di atas pahaku. Jantungnya semakin berdegup, ada getaran yang menjalar lembut lewat tanganku.

    Selesai menerangkan saya menatapnya dengan lembut, ia tak kuasa menahan tatapan mata yang tajam itu, perasaannya menjadi tak karuan, tubuhnya serasa menggigil saat melihat senyumku, tanpa sadar tangan kirinya meremas lembut pahaku, akhirnya Angel menutup mata karena tak kuat menahan gejolak didadanya. saya tahu apa yang dirasakan gadis itu dengan instingku.

    “Kamu sakit?”, tanyaku berbasa basi. Angel menggelengkan kepala, tetapi tanganku tetap meraba dahinya dengan lembut, Angel diam saja karena tak tahu apa yang harus dilakukan. saya genggam lembut jari tangan kirinya.

    Udara hangat menerpa telinganya dari hidungku, “Kamu benar-benar gadis yang cantik, dan telah tumbuh dewasa Ngel “, gumamku lirih. pujian itu membuat dirinya makin bangga, tubuhnya bergetar, dan nafasnya sesak menahan gejolak di dadanya.

    Dan Angel ternyata tak kuasa untuk menahan keinginannya meletakkan kepalanya di dadaku, “Ahh..”, Angel mendesah kecil tanpa disadari.

    Saya sadar gadis ini mulai menyukaiku, dan berhasil membangkitkan perasaan romantisnya. Tanganku bergerak mengusap lembut telinga gadis itu, kemudian turun ke leher, dan kembali lagi naik ke telinga beberapa kali.

    Angel merasa angan-angannya melambung, entah kenapa ia pasrah saja saat saya mengangkat dagunya, mungkin terselip hatinya perasaan ingin terus menikmati belaian-belaian lembut itu.

    “Kamu memang sangat cantik dan saya yakin jalan pikiranmu sangat dewasa, saya kagum!”, kataku merayu.

    Udara hangat terasa menerpa wajahya yang cantik, disusul bibir hangatku menyentuh keningnya, lalu turun pelan ke telinga, hangat dan lembut, perasaan nikmat seperti ini pasti belum pernah dialaminya. Anehnya ia menjadi ketagihan, dan merasa tak rela untuk cepat-cepat mengakhiri semua kejadian itu.

    “Ja.., jangan Kak”, pintanya untuk menolak. Tetapi ia tak berusaha untuk mengelak saat bibir hangatku dengan lembut penuh perasaan menyusuri pipinya yang lembut, putih dan halus, saat merasakan hangatnya bibirku mengulum bibirnya yang mungil merah merekah itu bergeter, saya yakin baru pertama kali ini ia merasakan nikmatnya dikulum dan dicium bibir laki-laki.

    Jantung di dadanya berdegup makin keras, perasaan nikmat yang menyelimuti hatinya semakin membuatnya melambung. “Uuhh..!”, hatinya tergelitik untuk mulai membalas ciuman dan kuluman-kuluman hangatku.

    “Aaahh..”, ia mendesah merasakan remasanku lembut di toket kiri yang menonjol di dadanya, seakan tak kuasa melarang. ia diam saja, remasan lembut menambah kenikmatan tersendiri baginya.

    “Dadamu sangat indah Ngel “, sebuah pujian yang membuatnya semakin mabuk, bahkan tangannya kini memegang tanganku, tak untuk melarangnya, tetapi ikut menekan dan mengikuti irama remasan di tanganku. ia benar-benar semakin menikmatinya. Serdadukupun mulai menegang.

    “Aaahh”, Angel mendesah kembali dan pahanya bergerak-gerak dan tubuhnya bergetar menandakan memeknya mulai basah oleh lendir yang keluar akibat rangsangan yang dialaminya, hal itu membuat memeknya terasa geli, merupakan kenikmatan tersendiri.

    Dia semakin terlena diantara degup-degup jantung dan keinginannya untuk mencapai puncak kenikmatan. Diimbanginya kuluman bibir dan remasan lembut di atas buah dadanya.

    Saat tanganku mulai membuka kancing baju seragamnya, tangannya mencoba menahannya.

    “Jangan nanti dilihat orang”, pintanya, tetapi tak kupedulikan. Kulanjutkan membuka satu persatu, dadanya yang putih mulus mulai terlihat, buah dadanya tertutup bra warna coklat.

    Seakan ia sudah tak peduli lagi dengan keadaannya, hanya kenikmatan yang ingin dicapainya, ia pasrah saat kugendong dan merebahkannya di atas tempat tidur yang bersprei putih. Di tempat tidur ini saya merasa lebih nyaman, semakin bisa menikmati cumbuan, dibiarkannya dada yang putih mulus itu makin terbuka.

    “Auuuhh”, bibirku mulai bergeser pelan mengusap dan mencium hangat di lehernya yang putih mulus.
    “Aaaahh”, ia makin mendesah dan merasakan kegelian lain yang lebih nikmat.

    Saya semakin senang dengan bau wangi di tubuhnya. “Tubuhmu wangi sekali”, kembali rayuan itu membuatnya makin besar kepala. Tanganku itu dibiarkan menelusuri dadanya yang terbuka. Angel sendiri tak kuasa menolak, seakan ada perasaan bangga tubuhnya dilihat dan kunikmati.

    Tanganku kini menelusuri perutnya dengan lembut, membuatnya menggelinjang kegelian. Bibir hangatku beralih menelusuri dadanya.

    “Uhh.!”, tanganku menarik bajunya ke atas hingga keluar dari rok abu-abunya, kemudian jari-jarinya melepas kancing yang tersisa dan menari lembut di atas perutnya.

    “Auuuhh” membuatnya menggelinjang nikmat, perasaannya melambung mengikuti irama jari-jariku, sementara serdaduku terasa makin tegang.

    Dia mulai menarik kepalaku ke atas dan mulai mengimbagi ciuman dan kuluman, seperti caraku mengulum dan mencium bibirnya.

    “Ooohh”, terdengar desah Angel yang semakin terlena dengan ciuman hangat dan tarian jari-jariku diatas perutnya, kini dada dan perutnya terlihat putih, mulus dan halus hanya tertutup bra coklat muda yang lembut.

    Saya semakin tegang hingga harus mengatur gejolak birahi dengan mengatur pernafasanku, saya terus mempermainkan tubuh dan perasaan gadis itu, kuperlakukan Angel dengan halus, lembut, dan tak terburu-buru, hal ini membuat Angel makin penasaran dan makin bernafsu, mungkin itu yang membuat gadis itu pasrah saat tanganku menyusup ke belakang, dan membuka kancing branya.

    Tanganku mulai menyusup di bagian dada yang menonjol di bawah bra gadis itu, terasa kenyal dan padat di tanganku.

    “Aaahh.. Uuuhh. ooohh”, Angel menggelinjang gelinjang geli dan nikmat, jemari itu menari dan mengusap lembut di atas buah dadanya yang mulai berkembang lembut dan putih, seraya terus berpagutan. ia merasa semakin nikmat, geli dan melambungkan angan-angannya.

    Ujung jariku mulai mempermainkan puting susunya yang masih kecil dan kemerahan itu dengan sangat hati-hati.

    “Kak.. Aaahh.. uuhh.. ahh”. Angel mulai menunjukkan tanda-tanda terangsang hingga berusaha ikut membuka kancing bajuku, agak susah, tetapi ia berhasil. Tangannya menyusup kebalik baju dan mengelus dadaku, sementara birahinya makin memuncak.

    “Ngghh.. “, memeknya yang basah semakin membuatnya nikmat, pikirku. Angel menurut ketika badannya diangkat sedikit, dibiarkannya baju dan branya kutanggalkan, lalu dilempar ke samping tempat tidur.

    Sekarang tubuh bagian atasnya tak tertutup apapun, ia tampak tertegun dan risih sejenak, saat mataku menelusuri lekuk tubuhnya. Di sisi lain ia merasa kagum dengan dua gunung indah yang masih perawan yang menyembul di atas dadanya, belum pernah terjamah oleh siapapun selain dirinya sendiri.

    Sedangkan saya tertegun sejenak melihat pemandangan di depan mataku, birahiku bergejolak kembali, saya berusaha mengatur pernafasan, karena tak ingin melepaskan nafsu binatangku hingga menyakiti perasaan gadis cantik yang tergolek pasrah di depanku ini.

    Aku mulai mengulum buah dada gadis itu perlahan, terasa membusung lembut, putih dan kenyal. Diperlakukan seperti itu Angel menggelinjang, “Ahh.. uuuhh.. aaahh”. Pengalaman pertamanya ini membuat angan-angannya terbang tinggi.

    Buah dadanya yang putih, lembut, dan kenyal itu terasa nikmat kuhisap lembut, tarian lidah diputing susunya yang kecil kemerahan itu mulai berdiri dan mengeras.

    “Aaahh..!”, ia merintih geli dan makin mendekap kepalaku, memeknya mungkin kini terasa membanjir. Birahinya semakin memuncak.

    “Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. Uhh”, rintihnya makin panjang. saya terus mempermainkan buah dada gadis lugu itu dengan bibir dan lidahku, sambil membuka kancing bajuku sendiri satu persatu, kemudian baju itu kutanggalkan, terlihat dadaku yang bidang dan atletis.

    Kembali ujung bibirnya kukulum, terasa geli dan nikmat. Saat Angel akan membalas memagutnya, telapak tangannya kupegang dan kubimbing naik ke atas kepalanya. saya mulai mencium dan menghisap lembut, dan menggigit kecil tangan kanannya, mulai dari pangkal lengan, siku sampai ujung jarinya diisap-isap. Membuatnya bertambah geli dan nikmat. “Geli.. ahh.. ohh!”

    Perasaannya melambung kembali, ketika buah dadanya dikulum, dijilati dan dihisap lembut. “Uuuhh.!”, ia makin mendekapkan kepalaku, itu akan membuat memeknya geli, membuat birahinya semakin memuncak.

    “Kak.. ahh, terus kak.. ahh.. ssst.. uhh”, ia merintih rintih dan menggelinjang, sesekali kakinya menekuk ke atas, hingga roknya tersingkap.

    Sambil terus mempermainkan buah dada gadis itu. saya melirik ke paha mulus, indah terlihat di antara rok yang tersingkap. Darahku berdesir, kupindahkan tanganku dan terus menari naik turun antara lutut dan pangkal paha putih mulus, masih tertutup celana yang membasah, saya merasakan birahi Angel semakin memuncak. saya terus mempermainkan buah dada gadis itu.

    “Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh”, terdengar gadis itu merintih panjang. saya dengan pelan dan pasti mulai membuka kancing, lalu menurunkan retsleting rok abu-abu itu, seakan Angel tak peduli dengan tindakanku itu. Rangsangan yang membuat birahinya memuncak membuatnya bertekuk lutut, menyerah.

    “Jangan Kak.. aahh”, tetapi saya tak peduli, bahkan kemudian Angel malah membantu menurunkan roknya sendiri dengan mengangkat pantatnya. saya tertegun sejenak melihat tubuh putih mulus dan indah itu. Kemudian badan gadis itu kubalikkan sehingga posisinya tengkurap, bibirku merayap ke leher belakang dan punggung.

    “Uuuhh”, ketika membalikkan badan, Angel melihat sesuatu yang menonjol di balik celana dalamku. ia kaget, malu, tetapi ingin tahu.

    “Aaahh”. Angel mulai merapatkan kakinya, ada perasaan risih sesaat, kemudian hilang kalah oleh nafsu birahi yang telah menyelimuti perasaannya.

    “Ahh..”, ia diam saja saat saya kembali mencium bibirnya, membimbing tangannya ke bawah di antara pangkal paha, ia kini memegang dan merasakan serdadu yang keras bulat dan panjang di balik celanaku, sejenak Angel sejenak mengelus-elus benda yang membuat hatinya penasaran, tetapi kemudian ia kaget dan menarik tangannya.

    “Aaahh”, Angel tak kuberikan kesempatan untuk berfikir lain, ketika mulutku kembali memainkan puting susu mungil yang berdiri tegak dengan indahnya di atas tonjolan dada. Memeknya terasa makin membanjir, hal ini membuat birahinya makin memuncak. “Ahh.. ahh.. teruuus.. ahh.. uhh”, sambil terus memainkan buah dadanya, tanganku menari naik turun antara lutut dan pangkal pahanya yang putih mulus yang masih tertutup celana.

    Tanpa disadarinya, karena nikmat, tanganku mulai menyusup di bawah celana dalamnya dan mengusap-usap lembut bawah pusar yang mulai ditumbuhi rambut, pangkal paha, dan pantatnya yang kenyal terbentuk dengan indahnya bergantian.

    “Teruuuss.. aaahh.. uuuhh”, karena geli dan nikmat Angel mulai membuka kakinya, jari-jari Rene yang nakal mulai menyusup dan mengelus memeknya dari bagian luar celana, birahinya memuncak sampai kepala.

    “Ahh.. terus.. ahh.. ohh”, gadis itu kaget sejenak, kemudian kembali merintih rintih. Melihat Angel menggelinjang kenikmatan, tanganku mencoba mulai menyusup di balik celana melalui pangkal paha dan mengelus-elus dengan lembut memeknya yang basah lembut dan hangat.

    Angel makin menggelinjang dan birahinya makin membara. “Ahh.. teruusss ooh”, Angel merintih rintih kenikmatan.

    Saya tahu gadis itu hampir mencapai puncak birahi, dengan mudah tanganku mulai beraksi menurunkan celana dalam gadis itu perlahan. Benar saja, Angel membiarkannya, sudah tak peduli lagi bahkan mengangkat pantat dan kakinya, sehingga celana itu terlepas tanpa halangan.

    Tubuh gadis itu kini tergolek bugil di depan mataku, tampak semakin indah dan merangsang. Pangkal pahanya yang sangat bagus itu dihiasi bulu-bulu lembut yang mulai tumbuh halus. Memeknya tampak kemerahan dan basah dengan puting memek mungil di tengahnya.

    Saya terus memainkan puting susu yang sekarang berdiri tegak sambil terus mengelus bibir memek makin membanjir. “Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh”.

    Memek yang basah terasa geli dan gatal, nikmat sampai ujung kepala. “Kak.. aahh”, Angel tak tahan lagi dan tangannya menyusup di bawah celana dalamku dan memegang serdadu yang keras bulat dan panjang itu. Angel tak merasa malu lagi, bahkan mulai mengimbangi gerakanku.

    Saya tersenyum penuh kemenangan melihat tindakan gadis itu, secara tak langsung gadis itu meminta untuk bertindak lebih jauh lagi. saya melepas celana dalamku, melihat serdaduku yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, mata gadis itu terbelalak kagum.

    Sekarang kami tak memakai penutup sama sekali. Angel kagum sampai mulutnya menganga melihat serdadu yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya, baru pertama kali ia melihat benda itu. Memeknya pasti sudah sangat geli dan gatal, ia tak peduli lagi kalau masih perawan, kemudian telentang dan pelan-pelan membuka leber-lebar pahanya.

    Sejenak saya tertegun melihat memek yang bersih kemerahan dan dihisi bulu-bulu yang baru tumbuh, lubang memeknya tampak masih tertutup selaput perawan dengan lubang kecil di tengahnya.

    Angel hanya tertegun saat saya berada di atasnya dengan serdadu yang tegak berdiri. Sambil bertumpu pada lutut dan siku, bibirku melumat, mencium, dan kadang menggigit kecil menjelajahi seluruh tubuhnya.

    Kuluman di puting susu yang disertai dengan gesekan-gesekan ujung burung ke bibir memeknya kulakukan dengan hati-hati, makin membasah dan nikmat tersendiri.

    “Kak.. ahh, terus ssts.. ahh.. uhh”, birahinya memuncak bisa-bisa sampai kepalanya terasa kesemutan, dipegangnya serdaduku. “Ahh” terasa hangat dan kencang.

    “Kak.. ahh!”, ia tak dapat lagi menahan gejolak biraninya, membimbing serdaduku ke lubang memeknya, ia mulai menginginkan serdaduku menyerang ke lubang dan merojok memeknya yang terasa sangat geli dan gatal.

    “Uuuhh.. aaahh”, tetapi saya malah memainkan topi baja serdaduku sampai menyenggol-nyenggol selaput daranya. “Ooohh Kak masukkan ahh”, gadis itu sampai merintih rintih dan meminta-minta dengan penuh kenikmatan.

    Dengan hati-hati dan pelan-pelan saya terus mempermainkan gadis itu dengan serdaduku yang keras, hangat tetapi lembut itu menyusuri bibir memek.

    “Ooohh Kak masukkan aaahh”, di sela rintihan nikmat gadis itu, setelah kulihat puting susunya mengeras dan gerakannya mulai agak lemas, serdadu mulai menyerang masuk dan menembus selaput daranya, Sreetts

    “Aduuhh.. aahh”, tangannya mencengkeram bahuku. Dengan begitu, Angel hanya merasa lubang memeknya seperti digigit nyamuk, tak begitu sakit, saat selaput dara itu robek, ditembus serdaduku yang besar dan keras.

    Burungku yang terpercik darah perawan bercampur lendir memeknya terus masuk perlahan sampai setengahnya, ditarik lagi pelan-pelan dan hati-hati. “Ahh”, ia merintih kenikmatan.

    Aku tak mau terburu-buru, saya tak ingin lubang memek yang masih agak seret itu menjadi sakit karena belum terbiasa dan belum elastis. Burung itu masuk lagi setengahnya dan.. Sreeets “Ohh..”, kali ini tak ada rasa sakit, Angel hanya merasakan geli saat dirasakan burung itu keluar masuk merojok memeknya. Angel menggelinjang dan mengimbangi gerakan dan mendekap pinggangnya.

    “Kak.. ahh, terus Kak.. ohh.. uhh”, serdaduku terus menghunjam semakin dalam. Ditarik lagi, “Aaahh”, masuk lagi.

    “Ahh, terus… ahh.. uhh”, lubang memek itu makin lama makin mengembang, hingga burung itu bisa masuk sampai mencapai pangkalnya beberapa kali.

    Angel merasakan nikmat birahinya memuncak di kepala, perasaannya melayang di awan-awan, badannya mulai bergeter getar dan mengejang, dan tak tertahankan lagi.

    “Aaahh, ooohh, aaahh” memeknya berdenyut-denyut melepas nikmat. ia telah mencapai puncak orgasme, kemudian terlihat lega yang menyelimuti dirinya.

    Melihat Angel sudah mencapai orgasme, saya kini melepas seluruh rasa birahi yang tertahan sejak tadi dan makin cepat merojok keluar masuk lubang memek Angel,

    “Kak.. ahh.. ssst.. ahh.. uhh”, Angel merintih dan merasakan nikmat birahinya memuncak kembali. Badannya kembali bergetar dan mengejang, begitu juga denganku.

    “Ahh.. oohh.. ohh.. aaaahh!”, kami merintih rintih panjang menuju puncak kenikmatan. Dan mereka mencapai orgasme hampir bersamaan, terasa serdadu menyemburkan air mani hangat ke dalam memek gadis itu yang masih berdenyut nikmat.

    Aku mengeluarkan serdadu yang terpercik darah perawan itu pelan-pelan, berbaring di sebelah Angel dan memeluknya supaya Angel merasa aman, ia tampak merasa sangat puas dengan pelajaran tahap awal yang kuberikan.

    “Bagaimana kalau Angel hamil Kak”, katanya sambil sudut matanya mengeluarkan air mata.

    Sesaat kemudian saya dengan sabar menjelaskan bahwa Angel tak mungkin hamil, karena tak dalam masa siklus subur, berkat pengalamanku menganalisa kekentalan lendir yang keluar dari memek dan siklus menstruasinya.

    Angel semakin merasa lega, aman, merasa disayang. Kejadian tadi bisa berlangsung karena merupakan keinginan dan kerelaannya juga. Diapun bisa tersenyum puas dan menitikkan air mata bahagia, kemudian tertidur pulas dipelukanku yang telah menjadikannya seorang perempuan.

    Setelah dia bangun dia langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dengan handuk yang masih menempel dia di hadapanku, mengambil pakaiannya dan membuka handuk tersebut sangat indah pemandangan saat saya masih tiduran , setelah dipakai pakaiannya dia pamit untuk pergi kerumah. Demikian lah cerita sex dengan anak didikku yang saya les di rumah saya sendiri.

  • Cerita Sex Mesum Di Bus Waktu Penumpang Lain Sedang Tertidur

    Cerita Sex Mesum Di Bus Waktu Penumpang Lain Sedang Tertidur


    904 views

    Perawanku – Cerita Sex Mesum Di Bus Waktu Penumpang Lain Sedang Tertidur, Liburan semester tiba,seperti tahun sebelumnya aku memutuskan untuk berlibur dikota Malang,kebetulan disana sanak saudaraku tinggal. Aku sering,bahkan hampir setiap tahun liburan kesana dgn menggunakan Bus,kereta atau Pesawat.Tapi aku lebih sering memilih bus dan kereta karena lbh bsa menikmati perjalanan.

    Suasana sangat ramai disalah satu terminal dijakarta timur,aku langsung naik kedalam bus Pa** Ke** yg telah siap menanti calon penumpangnya..Duduk dikursi deret ke enam dari depan..”hah..Cape juga..”keluhku..

    Lumayan cape juga memang menggendong tas pundak yg berisikan pakaian dan keperluanku lainnya didalam tas.Sekitar 10menit aku duduk,kebetulan kursi bus tsb 1-2,sebelah kanan satu,sdgkan sebelah kiri untuk 2 orang(super eksekutif)!!

    Aku duduk dibangku yg diperuntukan 2 orang..Tiba2 datang seorang ibu beserta 1 anaknya yg aku perkirakan berumur 15 tahunan,namun tubuhnya tinggi dan berisi,terutama dibagian pantatdan dadanya..Anak itu manis,putih dan memakai soft lens dimatanya.

    “dik,titip anak saya ya??”ujar sang ibu..”oh iya bu!”ucapku kaget..Anak abg itupun duduk disebelahku.

    10 menit berselang,bus akan segera berangkat,sekali lagi sang ibu berkata “adik,turun dimana?”..”diMa**ng bu.”ujarku..”oh sama,anak saya juga mw turun diMa** ,kalo gitu tolong dijagain ya anak saya?Maklum ini pertama kali dia pergi jauh sendirian..”lanjut sang ibu.

    “beres bu,tenang aja..!”balasku dgn senyum.Ibu itupun segera turun dari bus setelah sblmnya mencium pipi kanan kiri anaknya,sambil memberikan wejangan2 buat anaknya.. Bus berangkat pukul 16.00 tepat meninggalkan terminal..Anak itu melambaikan tangan kepada ibunya yg berada diluar bus.

    Setelah agak jauh dari terminal akupun membuka obrolan dgn abg itu..”nama kamu siapa?”…”mia..”jawabnya singkat..Terlihat senyum manis keluar dari wajahnya yg putih dan bersih,apalagi tatapnnya yg sedikit menggoda,aku yakin dia terbiasa berhadapn dgn laki2.

    “knp nyokap lo ga ikut?”tanyaku.“ga,nyokap kerja..Gua lagi liburan sekolah,dari pd dijakarta terus..Sumpek..”jawab dia.“emang ga takut pergi sendirian?”tanyaku dgn sedikit meledeknya..”ah,cuek aja..Emg takut knapa?”ucap dia dgn santainya.
    “eh,nama lo sapa?”tanya mia padaku..”gw boy..”jwbku.

    Hampir 2 jam perjalanan,ngobrol ngalor ngidul sambil bercanda ga jelas,akupun mulai terbiasa dgn mia..Sampai pada akhirnya bus berhenti untuk istirahat disalah satu restauran di daerah jawabarat..

    “mia,bawa dompet sama hape lo,jangan ditinggal di dalam tas..” “okey..”jwb mia sambil bergegas berdiri dari tempat duduknya.

    Aku beranikan diri memegang tangannya sambil berjalan turun dari bus.Direstauran,kami kembali duduk disatu meja sambil makan bersama..Selesai makan,mia ijin mw kekamar kecil,begitu juga aku yg dari tadi nahan kencing..(sbnrnya ada toilet juga dibus,tp sempit dan takut ga da airny pkrku..).

    Setelah kurang lebih 30menit,bus kembali melanjutkn perjalanan..Sedang aku dan mia makin akrab saja..Bahkan dia sudah berani bersandar dan memelukku dari samping!Waktu semakin malam,semakin gelap keadaan didalam bus,walau ada lampu kecil diatas tempat duduk,tapi aku lbh memilh tdk memanfaatkannya.

    Semakin malam semakin dingin,ditambah udara AC yg menambah dingin didalam bus..
    “lo kedinginan ga mia?”tanyaku..”iya dingin banget..”jwbnya.

    “pake aja selimutnya..”aku mulai memasang selimut ditubuhnya,tanpa persetujuan dari dia..Setelah itu aku jg memakai selimut yg memang telah disediakan didalam bus.
    Mia,menyandarkan kepalanya dipundaku,sambil tangannya yg ada dibalik selimut dilingkarkan dipinggangku..

    “wah,ni anak kayanya manja..”pkrku dalam hati.

    Tanpa berkatakata,akupun juga memeluk dia dari samping..Tubuh kami terasa hangat,walau udara didalam bus benar2 terasa dingin sblm kami berpelukan. Mia memejamkan matanya..

    Rupanya dia tertidur,akupun coba memejamkan mataku walau dlm keadaan menggebu2 didlm hati,apalagi ‘adik kecilku’ mulai resah dibalik celana ketika dada mia yg lumayan gede menempel disamping tubuhku..Dgn goyangn bus saat berbelok kekanan atau kekiri,makin rapat saja dadanya ditubuhku. Tapi aku tahan,dan mencoba tidur..

    Sekitar 30menitan aku coba tidur,akhrnya kebangun juga..Ga tenang bgt tidur dgn godaan yg membuat hasrat naik turun.Aku palingkan pandangan ke jalan,sambil menahan gejolak..Tiba2,”boy..”mia memanggil pelan..

    “udah bangun??”jwbku.Tanpa menjawab pertanyaanku mia lsng mengencangkan dekapannya..“dingin bgt boy” kata mia..”lha kan udah pake selimut??”jwbku
    “iya,tp masih kerasa dingin..Apalagi tanganku,dingin bgt..Aku masukin tangan aku kedalam baju kamu ya?” kaget mendengar permintaan mia yg diluar dugaanku itu..
    “iya..Yaudah..”jwbku gugup..

    Jujur aku ga kpkrn mcm2 malam itu,tp stlh mendengar kata2 mia itu aku lsg tambah bergejolak,malahan mulai berfikiran kotor deh. Mia memasukkan tanganku kedalam kausku,msh dalam keadaan berselimut..Seluruh tubuh kami tertutup selimut,hanya muka kami yg tdk tertutup.

    Perlahan tangan mia bergerilya menyusup ke dalam kausku..Ketika berhasil masuk,perlahan lahan pula dia mulai membelai lembut seluruh tubuhku,mulai dari dada sampai perut..Kadang memainkan puting dadaku lembut..Wah,makin memuncak saja hasrat nafsuku mlm itu. Aku terdiam tanpa bcara apapa,sambil menikmati kelakuan nakal mia itu.. Mia tersenyum kecil memandang aku yg sedang ga karuan karna perbuatannya..

    ”kamu knapa boy?”
    “ah.Anu,gapapa..”jwbku

    aku menatap wajah mia,,hmm manis juga nih cewe,apalagi lesung pipinya tampak menambah manisnya wajah mia saat tersenyum. Tiba2..Makin gila ku dibuatnya ketika tangan mia yg tanpa komando masuk kedalam celana jinsku..(Waktu itu aku memakai jins sedengkul)..

    Makin terbakar saja kepalaku,seakan ingin menerkam tubuh mia dan langsung ku perkosa..Tapi ga mungkin,keadaan bus yg tidak mungkin sulit untuk aku melakukan apa yg aku mau..Sebagian penumpang msh ada yg terjaga,mereka sedang menonton vcd yg diputar dibus.

    “boy..Kamu ga pernah deket sama cewe ya?”tanya mia memecah kebisuan.
    “pernh..”jwbku
    “pernah ML?”tanya mia lagi..
    “pernah sekali,tapi ga sampe slesai..Knp tnya itu?”jwbku heran.
    “gapapa..Tanya aja!”kata mia.

    Aku mulai berfikir,kalo mia adalah ABG yg punya pengalaman dalam sex,mgkin dia pernah ngesex dgn pcrnya..Apalagi,belaian tangan mia yg lembut benar2 seperti ahlinya dlm memberikan rangsangan2 kepada laki2..Ga disangka tangan mia sampai didalam celanaku,bermain main diatas ‘adik kecilku’ yg masih tertutup celana dalam..Makin terasa membesar saja kontolku dipermainkan tangannya.

    Tanpa basa basi,mia lsg melepaskan tangannya dari dalam celana,dan membuka ikat pinggangku serta resleting celanaku..Lalu sekonyong konyong tangannya masuk lg kedalam celana,kali ini tidak terpisahkan celana dalamku lagi..Benar benar menyentuh kontolku.

    “mia,msh rame..Blum pada tidur..”aku kebingungan dgn kelakuan mia,makin gila aja kelakuan abg ini..
    “gapapa,cuek..Kan ketutup selimut..!”jwb mia enteng membelai dan mengocok halus kontolku..

    Aku diam,sambil menikmati permainan tangan mia yg lihai seperti sudah terbiasa melakukannya. Sekitar 30 menitan,aku mulai mencoba membiasakan diri dgn apa yg dilakukan tangan mia thd kontolku. Sambil ngobrol ga karuan,aku benar2 terhanyut dalam suasana yg penuh hasrat tsb..

    Ternyata didalam pembicaraanku dgn mia,mia mengaku,kalau dia sudah ga perawan lagi..Pacarnya yg mengambil kesuciannya,dan sudah melakukan hubungan sex berulang kali sampai sekarang.. Mlm terus bertambah larut,ketika itu para penumpang lain satu persatu mulai terlelap!Hanya aku dan mia yg msh terjaga seakan akan ga kepengen sedetikpun melewatkan kebersamaan ini.

    “boy,gw nyaman deket lo!”ujar mia melirih..”gw juga,lo dewasa,walaupun umur lo msh 15 tahun.”jwbku

    lalu tanpa sadar kita sudah saling memandang,aku nekat mendekatkan wajahku ke wajahnya..Kucium bibir lembutnya sambil memejamkan mataku,begitupun juga mia yg pelan pelan memainkan lidahnya didalam mulutku..Sungguh sebuah saat yg indah buat aku,walau umurku 22 tahun waktu itu,serta mia yg 15 tahun tapi sikap serta perlakuannya mirip wanita dewasa yg lihai dalam membuai seorang laki2..

    Sekitar 5 menit kami berciuman mesra,tanganku mulai nekat masuk kedalam kaus merah jambu mia,kubelai halus naik hingga ke BH yg berisikan bukit indah nan besar itu..Kuusap lembut,dan kusingkap BH keatas agar payudara indah mia dapat kusentuh dgn tanganku..

    Oh,besar,lembut dan kenyal payudaranya..Apalagi putingnya yg berukuran lumayan besar untk ukuran gadis seumurnya..”hmm..!”mia mendesah lembut..”sshh..Terus boy..”semakin kecang dan keras aku rasakan payudara milik mia..

    Sementara,tangannya mia masih setia mendekap dan mengocok lembut kontolku sejak tadi.. Semua itu kami lakukan dgn bebas karna tubuh kami msh tertutup selimut! “boy..Turunkan kebwah tangan lo..”pinta mia. Aku mengerti maksudnya,aku turunkan tangan kananku ke resleting clana jinsnya..Aku buka dan..Aku kaget,ternyata mia udah ga pakai Celana dalam lagi..

    Cerita Sex Mesum Di Bus Waktu Penumpang Lain Sedang Tertidur

    Cerita Sex Mesum Di Bus Waktu Penumpang Lain Sedang Tertidur

    “lo ga pake celana dalam??”bisikku.
    “hihi..Engga,gw copot waktu direstauran tadi!!”..Jwbnya cuek.
    “niat banget lo..”kataku heran..
    “bodo,gw udah nafsu waktu pertama kali ngliat lo boy,lo ganteng bgt!”..Jwbnya lagi.
    Rupanya mia adlh tipe cewe yg agresif,bahkan bsa dibilang hyper jg dalam urusan sex..
    “boy,copot celana lo ya,gw susah megangnya..”pinta mia..
    “ntr ketauan orang2 ah..”jwbku ragu..
    “engga deh,kan ketutup selimut..”

    aku msh ragu,tapi bener juga sih orang2 ga bakal liat,krn emang tubuh kita ketutup rapat selimut..Lgpula orang2 juga pada tidur dan kita duduk dideret paling blakang,jd ga ada yg merhatiin kita. Aku turunkan celanaku sedengkul,kuperhatikan mia pun menurunkan celana jinsnya kebawah..

    Lalu dia melepaskan tangannya dari kontolku,dan memutar tubuhnya membelakangiku.. Posisinya aku menghadap mia,dan mia membelakangiku..Badan dia agak condong kedepan,serta pinggulnya didekatkn ke aku.. “masukin boy..”pinta mia. Kaget dan bingung aku mendengar tantangan mia..”masukin apanya?”jwbku dgn bodohnya..”kontol kamu boy,cepet!”jwbnya santai..

    Gila,nekat bener ni cewe pikir ku dalam hati..Tp kapan lagi punya pengalaman yg kaya gini..Pelan pelan aku arahkan juniorku ke dalam vaginanya,aku nyodok dia dari belakang.. Agak susah juga,karna bus yg terus goyang kekanan kadang kekiri.

    Akhrnya..Ujung kontolku sampai juga dilubang vaginanya..Dan,masuk perlahan2 amblas ditelan vagina mia..Agak,sempit rasanya..”mmhh,aaahh..”desah mia yg agak tertahan karna takut kedengaran penumpang lain..

    “boy,enak..Punya kmu lumayan gede,panjang pula,punya cowoku ga kaya bgini..”

    mendengar kata2 mia itu aku makin bersemangat..Aku senderkan punggungku kejendela bus (aku duduk samping jendela)..Sambil diam menikmati vagina mia yg membuat kontolku berdenyut denyut..Sengaja kontolku ga dikeluar masukan,karna goyangn bus sudah membuat nikmat dan membantu permainan kita berdua.

    Lama juga kita hanyut dalam goyangan bus,gelapnya suasana bus yg diselingi cahaya2 lampu mobil dari kaca jendela bus,benar2 suasana yg penuh kehangatan dan romantis wkt itu..(aku yakin penumpang lain lagi merasakan dinginnya AC menusuk tulang mereka!!)..

    Tp tidak dgn kami,justru yg terasa hangat,damai dan nikmat..Sekitar setengah jam kita mengikuti irama goyangan bus,lalu tanpa melepaskan kontolku didalam vagina mia,aku mencoba menarik tubuhnya ke belakang,dan bersandar ditubuh aku..Kini posisi mia berada diatas tubuhku,tp tetap membelakangiku..

    Aku mulai memainkan kontolku,aku keluar dan masukan kontolku didalam vaginanya..
    “mmh..Boy..Uh..Goyang terus boy..Enak!” erang mia lirih..
    “ssh..Iya,enak..Memek kamu enak mia..”kataku sambil terus menggoyangkan pinggulku..
    Aku bener2 ga lagi memikirkan sekitar,aku yakin penumpang lain ga akan sadar apa yg kita lakukan dibelakang!!
    “oh..Boy,terus!”..

    Sambil aku goyangkan pinggulku,tangan kananku memainkan klitoris mia,serta tangan kiriku memainkan puting payudaranya yg telah mengencang dan mengacung keatas.. Makin mia ga tertahankan,dia terus bergeliat karna rangsangan yg aku berikan..Tp tetp kita mengatur dan berhati2 menjaga agar gerakan2 kita tidak membuat curiga penumpang lainnya!!

    “boy,aku mw keluar..”erang mia lirih,bahkan sedikit membisik..”ssh..Ah,boy goyang terus..Ak..Aku keluar”..Mia akhrnya merasakan orgasmenya yg pertama..

    Aku cuek dan terus kugoyang kontolku,sementara mia mengejang merasakan nikmat orgasmenya!! Aku hentikan goyanganku,melihat mia yg sedang mengatur nafasnya akupun tersenyum memandang tingkahnya yg bener2 sedang merasakan puncak kenikmatan..

    Ga lama kemudian,setelah selesai menikmati orgasmenya,aku menyuruh mia untuk tidur telentang menghadap keatas,kepalanya bersantar ke tangan kursi,serta Kedua Kakinya ditekuk..Aku mengatur posisi selimut yg sudah berantakan,dan kututup lagi tubuh mia dgn selimut hingga kekakinya yg mengangkang..Aku mengatur posisi dudukku,pinggul aku mengarah ke selangkangan mia..Dan kembali kumasukan kontolku ke dalam vaginanya.

    “blezz..”..Uh,kembali kontolku ditelan vagina mia..Aku goyangkan pelan pinggulku..
    “aahh..Mm..Enak!”..Miapun tampak kembali larut dlm kenikmatan setelah tadi dya merasakan orgasme. “oh..Mm..”..

    Kali ini,goyangan ku terasa lebih mantap,dan ****** terasa lebih basah,karna vagina mia sudah bener2 becek akibat orgasmenya tadi..Creek..Crek..! Tangan kiriku membelai dan memainkan klitorisnya..Terlihat mia menggigit bibir bawahnya,terkadang memainkan lidahny kebibirnya!!

    Sekitar 15 menit,mia pun mulai tampak gusar,kelihatannya dia akan orgasme lagi..Bgtu juga aku yang mulai merasakan desiran nikmat mengalir didalam tubuhku,mengalir dari atas hingga kebawah..”boy,a..a..aku mw keluar lagi..”mulutnya bicara tp matanya terpejam..”aku juga mia..”jwbku berbisik.

    “boy..Ga tahan..Mw keluar..!!”

    aku mempercepat goyangan kontolku keluar masuk vagina mia,dan tanganku jg makin cepat mempermainkan klitorisnya walau tidak beraturan iramanya!!

    “..Mia,aku mw keluar..”..Lirihku.
    “sama..Aku juga..Keluarin bareng boy!!”

    tiba2 tubuh mia kembali mengejang..Dan..”oouuhh..Aghh. .Enaak..”erang mia,ternyata orgasme keduanya telah sampai..

    Kini giliranku..Sambil terus ku goyang kontolku terasa mulai berdenyut2 kontolku..
    “keluarin dimana??”tanyaku lirih..”diluar boy!”jwb mia..

    Dan seketika terasa ada yg mengalir menuju lubang kontolku,buru2 kukeluarkan dari dalam vagina mia,dan..Croot..Croot..,air maniku keluar menumpahi perut mia dan sebagian mengenai selimut..

    “..Oouh..Mantap,enak bgt mia..”ujarku penuh kenikmatan..
    Terasa kontolku masih berdenyut pelan dan basah karena tersiram muncratan cairan orgasme didalam vagina mia tadi.. Diam,lemas..Dan tanpa suara yg terjadi sekitar 5 menit.

    Kemudian aku ambil tisu dari kantong jaketku untuk mengelap air maniku yg membasahi perut mia..Bayangkan,kita bermandi keringat diantara dinginnya udara AC didalam bus!! Mia bergegas duduk dan membetulkan pakaian dan celananya,begitu jga aku!! Kita kembali duduk dan berdekapan,lalu tdk terasa tertidur pulas karna kecapean.

    Jam 5 pagi bus kembali istrht dan berhenti direstauran didaerah jawa timur..Seluruh penumpang turun,begitu jg aku dan mia..Kita lsg sarapan pagi dan minum kopi panas untk menghangatkan tubuh kita..Hehe,baru kita merasakan dinginnya udara pagi dikota Tuban yg letaknya dipinggr pantai tsb,padhal td mlm kita bermandikan keringat hanyut dlm kenikmatan!!

    Lumayan pegel2 jg badan rasanya..Mgkn karna posisi waktu ngentot td mlm kurang nyaman jdnya rontok jg rasanya badan ini.Mia bergegas ketoilet untuk memakai celana dalam..Kemudian kembali bus berangkat menyelesaikan sisa perjalanannya.

    Disisa perjalanan,kami habiskan untk bercanda dan bercerita..Terkadang diselingi gerakan nakal dari tangan mia yg menggoda kontolku. 3 setengah jam kemudian,bus hampir tiba di Kota Ma**ng..Aku sempatkan untk bertukar nomor hape.

    Bus akhrnya sampai diterminal kota Ma**ng,tampak sepupu mia sudah menanti untk menjemputnya..Kita turun,dan saling berpisah,krn aku kembali melanjutkn perjalanan kerumah budeku..

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Bokep – MANDI KENIKMATAN DENGAN ISTRIKU DAN SAHABATNYA MEI

    Cerita Bokep – MANDI KENIKMATAN DENGAN ISTRIKU DAN SAHABATNYA MEI


    1598 views

    Perawanku – seharian kerja terasa penat banget, kudu pulang jam 6, untung dah punya istri yang masih sempat-sempatnya nyiapin makan ama kopi. Padahal dia pasti capek juga seharian kerja. Mungkin jam 8 kita berdua udah tertidur. Capek banget, lewat dulu deh ML-nya.

    Siang ini aku kok ngantuk banget ya rasanya. Mumpung direksi pada lagi rapat, kesempatan nih aku pulang kerumah, tidur barang 1-2 jam sempatlah pikirku, langsung deh aku ngacir kerumah yang  jaraknya cuma 15 menit dari kantor.

    Sampe dirumah aku memang punya kebiasaan masuk dengan ‘silent style’ tapi bukan ninja ya bro. Maklum daerah pinggiran mesti cek dulu, daripada keduluan rampok, apalagi kalo ada “Sejenis Ryan” bisa ngacir nih nyawa.

    Perlahan kubuka garasi rumah, “lho kok ada motor istri yach” padahal kan dia tadi ngantor, turunnya aja sama-sama, cuti juga ndak. Kalo sakit pasti dia telpon aku, ndak mungkin berani pulang sendiri. Perasaan curiga mulai muncul, pengalaman selingkuhku justru mengganggu aku nih.

    Garasiku memang langsung mengarah ke ruang tengah, kulihat Tas istriku, ada diatas meja kerjaku, blazer kantornya tergeletak di sofa, bau asap rokok menusuk hidungku dan kulihat diatas meja masih menyala rokoknya dan sepertinya baru saja dihisap. Kontan darahku mendidih sampe ke ubun-ubun. Gila istriku yang kusayang dan perhatian ternyata berselingkuh. Perasaan marah bercampur sakit hati membuat aku hampir saja menendang pintu kamarku.

    “Mundur 7 langkah, maju 7 langkah” aku teringat sebuah buku filsafat cina yang intinya bisa meredakan amarah. Emosiku akhirnya bisa terkendali, memang aku tidak mundur tapi mengambil nafas biar hatiku tetap dingin. Aku hanya mundur beberapa langkah, mengambil sebuah kursi bar yang cukup tinggi.

    Kubawa ke depan pintu kamarku, aku mengintip lebih dulu melalui ventilasi kamar tidurku. Tempat tidurku terhalang oleh dinding kamar mandi, hanya seperempat kasur saja yang terlihat, dan disitu hanya terlihat sepasang kaki mulus istriku saja, “ah ternyata istriku sedang istirahat sendiri” aku agak sedikit lega.

    Sesaat aku diam dan berniat ingin turun, namun tiba-tiba ada sebuah kaki yang merayap menaiki kaki istriku, kagetku membuat aku hampir melompat dari kursi. Untung aku bisa bertahan dan terus kuperhatikan sepasang kaki lainnya itu. “mulus” lho kok?

    Aku turun dari kursiku pelan-pelan mengembalikan kursi itu ketempat semula, berjalan kearah garasi, kuamati disitu, sepatu lelaki yang ada hanya milikku. Dan beberapa sepatu wanita, yang aku sendiri tidak hafal dengan sepatu-sepatu istriku.

    Aku jadi penasaran kudekati lagi kamar tidurku, beruntung sekali aku selalu merawat engsel pintuku yang ternyata tidak terkunci, karena memang tidak ada orang lain dirumah kami. Suara TV dikamarku menyamarkan bunyi handle pintu. Posisi tempat tidurku memang sedikit salah sehingga jika pintu kamar terbuka pasti tidak akan kelihatan dari arah kepala tempat tidur.

    Aku berjalan perlahan seperti ninja menyusuri dinding kamar mandi, dan berhenti setelah aku bisa melihat bayangan tempat tidurku dari cermin rias. Aku kembali terkejut melihat tubuh istriku yang sudah tidak menggunakan apa-apa lagi, sementara diatasnya menindih seseorang yang sangat aku kenal, “sahabat istriku” yang juga tempat curhatku kalo lagi marahan sama istriku. Temannya sekantornya yang selama ini aku percayakan jika istriku ingin berlibur keluar kota. Seseorang yang juga aku senangi.

    Dia selalu membayangi pikiranku yang kadang ngeres namun sedang bosan dengan wajah istriku. Keturunan cina yang kulitnya sedikit lebih putih dari istriku. Pernah sekali pas istriku sedang keluar kota dengannya aku minta difotoin dia kalo lagi tidur sama istriku, sayangnya sampai saat ini ndak pernah dituruti sama istriku.

    Oke bro, Mei memang seorang wanita keturunan cina, dengan wajah yang cantik. Tingginya juga seukuran istriku, hanya saja bokongnya yang padat sudah agak turun karena sudah punya 2 anak. Kok bisa punya anak ya padahal kehidupannya dengan suami yang aku dengar dari cerita istriku sih biasa saja, malahan cukup dingin, Mei sering iri dengan gaya kami yang masih seperti orang pacaran. Tapi hari ini aku ndak percaya kalo ternyata istriku dan Mei bukan hanya bersahabat tapi menjadi sepasang kekasih.

    Lamunanku buyar karena kudengar suara desahan istriku, istriku dan Mei masih melakukan French kiss, aku sedikit cemburu karena kulihat begitu semangatnya istriku membalas setiap ciuman yang diberikan Mei, mereka terlihat sangat mahir memainkan lidahnya, posisi Mei yang diatas istriku, selalu menggoyangkan pinggulnya mengikuti irama tangan kanan istriku yang memegang bokongnya, sementara tangan kiri istriku mengelus leher dan punggungnya, desahan istriku terdengar lagi saat Mei memegang puting istriku.

    Ampun dah sekarang bukannya aku marah sama istriku, malahan aku jadi ikutan horny, aku justru menikmati show itu. Mei mulai melepas gaya frenchkissnya dan mulai menjilati leher istriku, ketelinga istriku, mengulumnya, membuat istriku mendesah dan memperkuat pelukannya pada Mei, aku tau rasanya saat itu, karena itu juga yang aku lakukan ke istri saat foreplay. Mei mencium istriku dan menjilati leher istriku seperti menikmati eskrim. Mei mulai turun ke arah payudara istriku yang sekel itu.

    Diremasnya kedua bukit dengan begitu halusnya, sambil menjilati dan mengulum putingnya, istriku menggelinjang dan begitu menikmatinya, aku merasa bersalah pada istriku karena sering melewati bagian ini, “ah yank” desahan itu keluar dari mulut istriku, bukannya “ah mas”. Kumajukan badanku karena aku semakin horny dan supaya bisa melihat jelas tanpa lewat cermin lagi, wajah istriku begitu menikmati gigitan-gigitan yang diberikan Mei. Kedua tangan istriku mencengkram bantal tanda ia begitu menikmati, kaki istriku melingkari badan Mei yang terus bergoyang menekan daerah selangkangan istriku.

    Mei kembali memberikan kenikmatan pada istriku dengan menciumi daerah pusar dan terus turun ke daerah miss-V istriku. Mei menjilati seluruh daerah itu membuat badan istriku terkadang sontak kejang, memang wanita bisa saling mengerti bagian itu.

    aku benar-benar menikmati tubuh Mei yang selama ini hanya bisa aku bayangkan, posisi Mei yang menungging dengan wajahnya yang mengarah ke tubuh istriku membuatnya tubuhnya semakin sexy, bokongnya yang putih.

    Duh kepingin rasanya aku melompat dan menjilati bokong itu. payudara Mei memang sudah tidak terik lagi, maklum sudah punya anak, namun dengan putingnya yang kecil itu begitu berbeda dengan milik istriku yang sedikit besar.

    Desahan istriku semakin sering, tanda istriku hampir mencapai klimaksnya mengeluarkan lendir, Mei sekarang mengambil posisi 69. Dasar aku masih sayank ama istriku, aku ndak tega kalo istriku juga harus menjilati Miss-V nya Mei. Nekat aku berdiri di depan Mei yang masih asyik memainkan miss-V istriku.

    Sontak Mei terhenyak, aku tau pasti dia kaget bener, tubuhnya gemetar ketakutan, aku sengaja memasang wajah angker dulu, padahal aku juga lagi horny banget. “Mas” suara istriku juga bergetar, keduanya terduduk, istriku benar-benar salah tingkah, sedangkan Mei menutupi payudara dan miss-V nya, tapi ndak mungkin bisa kan,

    Aku masih bisa melihat bentuk tubuhnya yang putih mulus itu, sedikit lebih putih dari istriku, udah dari sononya emang putih sih Mei, aku berpura-pura mengambil nafas panjang. Kudekati mereka berdua. Wajah istriku menunduk, pasti ia takut aku gampar. “Mas maaf, ampun mas”.

    Kini aku duduk mendekati istriku, duduknya semakin meringkuk, sedangkan Mei semakin gemetaran. Kupandangi wajah mereka berdua, keduanya ndak berani menatapku, he..he.. sandiwaraku berhasil, padahal aku sedang menikmati dua wajah cantik dihadapanku, seseorang yang aku cintai dan seseorang yang aku senangi dan selalu mengganggu hayalanku. Kuambil selimut dan kututupi kedua tubuh wanita ini. Mei ingin berdiri, pasti dia akan mengenakan bajunya.

    “Mei, kamu duduk dulu, aku mau ngomong” cegahku. Suaraku sengaja kutinggikan biar lebih gimana gitu.

    “Sudah berapa lama, ma begini?”
    “B..baru kali ini mas” jawabnya.
    “Tapi kalian kan sering pergi liburan sama-sama, malahan seringnya satu kamar, biarpun perginya rame-rame”

    “Benar mas, baru kali ini kita keterusan sampe gini” istriku diam “dulu pernah pegangan tangan aja waktu tidur bang” sambut Mei.
    “Ma, aku lebih suka kamu jujur”

    “Iya mas, dulu waktu liburan ke Bali yang berlima, kami cuma ciuman mas, ndak lebih” yah aku ingat istriku pernah cerita kalo suami Mei saat itu sedang selingkuh, dan dia curhat ke istriku sampe nangis, mungkin itu yang buat Mei jadi ndak mesra lagi ama suaminya. Dan berita terakhir Mei pingin cerai dari suaminya.

    “Ya udahlah, mau diapain lagi, aku tau kalian juga saling menyayangi” “Mei.. kamu tega benar ama aku, padahal aku percaya sama kamu, dan aku suka kok sama kamu”

    “Maaf ya bang” he..he.. pasti Mei ndak ngerti arah omonganku tadi.

    Wajahku tidak lagi angker, aku sebenarnya dari tadi sudah mau tersenyum, dan saat kupandangi wajah istriku dan aku tersenyum padanya, istriku meraih tanganku dan mencium tanganku tanda menyesal. Kupegangi wajahnya dan aku mencium kening istriku.

    Dasar akunya dari tadi emang udah horny, langsung kucium istriku, kulumat bibirnya dengan gaya French kiss yang tadi aku saksikan. Ciuman kali ini benar-benar beda banget, istriku membalasnya seakan ia benar-benar mau menyenangi aku.

    Ia menarikku dan meluruskan tubuhnya keranjang, sedangkan Mei masih terduduk disamping kami, kupegang payudara istriku, dia membalasnya dengan menggenggam Mr-P ku, istriku mulai melucuti baju kemejaku dan melemparnya ke lantai, aku bergerak menciumi leher istriku,

    Wangi tubuh Mei, masih melekat di tubuh istriku membuat aku semakin semangat mengulum telinganya. Istriku mendesah, “oh mas, aku sayang mas” sambil tangannya mulai membuka celanaku, sekilas kulihat Mei mulai bergerak menyingkir, dia pasti ingin memberi kesempatan kepada kami berdua.

    Tanganku langsung menangkap tangannya, tanda ia tidak boleh pergi dari situ. “Bentar bang, aku ke WC dulu ya” pasti karena ketakutan tadi Mei jadi pengin pipis. Kuteruskan melumat bibir istriku dan mengulum payudara istriku, sementara istriku telah melepaskan seluruh pakaianku.

    Kudengar dari kamar mandi ada suara air tanda Mei telah selesai, “Ma panggil Mei” kataku. Saat Mei keluar dari kamar mandi istriku memberinya kode untuk duduk kembali ketempat semula. Mei menurutinya. Kutangkap tangan Mei, namun aku masih asyik mencumbu istriku, kuremas tangan Mei layaknya orang berpacaran, Mei menanggapinya dia juga meremas tanganku dengan kedua tangannya, dan mencium tanganku seperti mengucapkan terima kasih karena tidak seperti yang dia takutkan tadi.

    Istriku juga melihat kejadian itu, lalu ia bergeser menaikkan kepalanya ke atas paha Mei sambil menarikku untuk mengikutinya. Posisi ku sungguh diuntungkan aku berciuman dengan istriku dengan tangan kananku memegang tangan Mei sementara tangan kiriku mengelus payudara istriku, sementara wajahku menempel ke payudara Mei.

    Sesaat kemudian istriku melepaskan ciumanku, lalu memandangku kemudian ke arah Mei, aku menatap wajahnya dan wajah Mei, Mei membalas kami berdua sambil tersenyum. Coba kukecup pipi Mei. Dia agak menghindar, aku tau ia pasti merasa tidak enak dengan istriku.

    “Jadi gimana kita ma?” tanyaku. “Ya mas kan sayang ama aku, senang ama Mei juga dari dulu sampe minta fotonya yang habis mandi kan? Hi..hi..” “Terus?” tanyaku lagi

    “Aku sayang ama mas dan Mei, Mei sayang juga ama aku, Cuma ndak tau dianya dengan mas”.

    “Kalo mama selingkuhnya ama laki-laki sih aku pasti bisa marah besar, tapi kalo ama Mei, sih aku ndak masalah ma, rasa senangku bisa berubah jadi sayang juga kan”

    “Makasih ya mas, aku beruntung punya suami kayak kamu mas, kamu gimana Mei?”

    “Entah kenapa kok aku jadi sayang ya ama kalian berdua, aku ijin ya selingkuh ama suami kamu?” jawabnya. Istriku tersenyum.

    Lalu kucium lagi istriku sambil merangkul Mei, tak lama istriku mendorongku keatas aku pun mencium Mei yang membalasku, kali ini aku merasakan double French kiss yang luar biasa. Ciumannya lebih liar saat istriku mulai meremas dan mencium payudara Mei, sementara satu tangannya membelai torpedoku.

    Lidah kami seperti dua orang satria yang berperang memainkan pedang dengan liukan-liukan jurus mematikan, jurus kami yang selalu saja seri membuat aku melakukan manuver untuk melakukan jurus lainnya, kini kuarahkan lidahku ke arah leher Mei.

    “hh.. hhh..” desahannya yang tertahan mengisyaratkan manuverku cukup berhasil, pingin rasanya kubuat tanda disitu, tapi ah, ntar jadi berabe, jadi kulanjutkan kearah telinga, kujilati dan kukulum bagian bawah telinganya, Mei menyerah tak berkutik, gigitan kecil dan remasan istriku ke payudaranya tentu membuatnya semakin tak berdaya.

    Posisi Mei yang tadi duduk kini berganti menjadi terlentang, sementara istriku mendapatkan daerah bawah aku mendapatkan tubuh bagian atas Mei, bentuk payudaranya yang masih agak kencang berarti punya Mei jarang disentuh sama suaminya, putingnya mengeras, nafsu Mei mulai naik.

    Istriku mulai meraba paha dan daerah selangkangan Mei, akupun mulai memijat susu Mei, meremasnya dengan lembut, Mei membalasnya dengan menyentuh mr-P, masih agak kaku, pasti karena bukan punya suaminya, walau begitu dengan sentuhan jari-jarinya membuat mr-P ku mengeras dengan sangat-sangat.

    Dengan ujung jari telunjuknya ia memainkan milikku dari atas ke arah pangkal, menyentuh buah zakar ku hingga menggenggamnya, dan kali ini kekakuannya telah hilang. Kuarahkan milikku mendekati wajahnya, Mei ngerti maksudnya, dia mulai mendekatkan bibirnya ke milikku. Dimasukkan milikku mulutnya, hangat..

    Rasanya ingin kudorong penuh ke mulut kecilnya itu, tapi kubiarkan saja Mei yang mengontrol permainan itu, saat itu aku sudah berganti arah memegang payudara istriku, Mei ternyata lebih mahir dalam jurus ini dibandingkan istriku. Sedotannya serasa ingin mengeluarkan cairanku.

    Aku jadi semangat meremas bokong istriku. Dengan jariku kusentuh bagian clitorisnya, mengusapnya, istriku menggelinjang dan membuka selangkangannya, sesekali kumasukkan jariku ke dalam lubang V nya, cairan pelumas dari lubang itu kumanfaatkan untuk mengusap clitorisnya.

    Istriku juga mulai high, sesaat dia mau mencium miss-V Mei, tapi kucegah dengan merubah posisinya, aku masih ndak tega, kalo istriku yang harus melakukan itu dengan orang lain, sekalipun itu Mei. Kurelakan melepas jurus Mei dari Mr-P ku dan kuarahkan ke bibir istriku, dan sebenarnya aku kepingin sekali mengenal Mei lebih jauh, apalagi Miss-V nya Mei yang selama ini aku idam-idamkan.

    Mei berbalik ke arah selangkangan istriku, aku langsung berbaring dan mulai mencium Miss-V nya. Kukeluarkan jurus pembangkit selera, bentuk Mei ternyata lebih tembem dari punya istriku, dengan jariku kubuka daerah clitorisnya, kuhujamkan lidahku disitu, gerakan naik turun lidahku membuat pinggul Mei bergerak naik turun melawan arus lidahku,

    Sementara Mei juga melakukan hal yang sama ke istriku, apa yang dilakukan Mei ke istriku sekarang juga kulakukan kepadanya, saat ia memasukkan lidahnya ke lubang istriku, kulakukan hal yang sama kepadanya, wajahnya menunjukkan ekspresi senang, istriku yang tengah mendapatkan kenikmatan itu pun memasukkan hampir seluruh Mr-P ku kemulutnya, Luar biasa memang segitiga yang kami lakukan ini, pantaslah ‘segitiga bermuda’ bisa menelan banyak korban.

    Aku benar-benar hampir mencapai klimaks mengeluarkan lendir dan sebelum itu terjadi kulepaskan sedotan istriku, kali ini kubiarkan Mei, merayap menaiki tubuh istriku. Mei menjilati tubuh istriku, menggigit payudaranya, dan mencium bibir istriku.

    Gerakan pinggul mereka pasti membuat clitorisnya saling bergesekan, aku bergerak ke arah mereka, kuangkat kaki istriku, aku benar-benar kepingin melakukan penetrasi kepada mereka berdua, posisi Mei yang menungging bisa membuat aku lebih cepat keluar,

    Makanya kupilih istriku, Mei memberi ruang dan memajukan badannya kedepan sehingga payudaranya tepat diatas wajah istriku, aku langsung menancapkan milikku ke lubang istriku, desahan istriku mulai terdengar ngos-ngosan, sambil ia mengulum payudara Mei dan memainkan clitoris Mei dengan jarinya,

    hingga akhirnya kurasakan hawa hangat pada mr-P ku, istriku sudah mencapai titik puasnya dan mengeluarkan lendir. Kucabut penetrasiku pada istriku setelah merasakan pijatan dari dalam lubang istriku mengendor, kali ini kuarahkan mr-P ke lubang milik Mei. Mulai kumasukkan milikku ke arahnya.

    “Ahhh..” kudengar desahan Mei, lubang itu agak lebih sempit dari milik istriku, “Yank, punya suamimu lebih gede” kudengar bisikan mesra Mei ke istriku. Istriku tersenyum ke arahku dan mengangguk pertanda aku bisa melanjutkan lagi. Kali ini aku mencoba memasukkan hampir seluruh Mr-P ku, tubuh Mei kejang antara menahan sakit atau keenakan,

    Entah karena ia jarang disentuh sama suaminya atau memang punya suaminya lebih kecil aku ndak mau mikir, karena aku kembali menikmati bokong indah Mei, sekaligus rapatnya lubang miliknya membuatku harus bisa bertahan lebih lama, manalagi posisinya yang menungging itu. istriku membantu dengan mencumbu Mei.

    Hisapan pada payudara Mei dan gerakanku membuat Mei mulai mendesah, nafasnya mulai memburu, untung saja mereka sudah melakukan lebih awal sehingga aku bisa bertahan, hingga akhirnya Mei mendesah, “bang terus, lebih kencang lagi bang” aku tau Mei sudah hampir mencapai klimaks dan mengeluarkan lendir, aku juga hampir mencapai klimaks dan mengeluarkan lendir, maka gerakan maju mundurku kali ini lebih kencang, memang benar filsafat cina, bahwa kegiatan maju mundur dalam kondisi perasaan seperti apapun pasti membawa nikmat.

    Sampai akhirnya, dari torpedoku keluarlah semburan lendir, yang memuntahkan hampir berjuta pasukan kecil ke sarang musuh yang bisa mematikan semua benda milik lelaki setelah lendir keluar dari lubang itu. kurasakan pijatan otot dari arah dalam lubang ke milikku, benar-benar kenikmatan lendir yang luar biasa.

    Mei perlahan melepaskan milikku yang hampir mati layu, dan merebahkan dirinya disamping istriku setelah mengecup bibir istriku, aku yang kecapean juga ikut merebahkan diriku, kuambil posisi ditengah-tengah mereka.

    Istriku langsung memelukku dan menciumku, “Makasih mas, kamu suami terbaik di dunia, aku ndak rela orang lain merebut mas”, “Tapi kalo buat Mei aku rela kok, kalo nanti Mei cerai sama suaminya, mas kawini aja dia, kan enak kita bertiga bisa serumah, aku sayang ama mas”

    Mei pun langsung memelukku juga, dia mencium bibirku “Bang, aku juga mau jadi istri kedua kamu, pasti kamu bisa adil ke kita berdua, makasih ya bang, Love u honey”.

    Aku hanya tersenyum toh kalo aku kawini mereka berdua kan ndak masalah, kita masing-masing sudah punya gaji, Cuma saja apa kata orang-orang kalo aku punya 2 istri yang serumah dan sekantor lagi mereka. Bodoh ah, yang aku tau aku capek sekali setelah mengeluarkan lendir, dan mataku langsung terpejam lagi, ketiduran.

  • 25 Foto Gadis Jepang Doyan Sepong Kontol – Foto Bugil Telanjang Bikin Horny 2018

    25 Foto Gadis Jepang Doyan Sepong Kontol – Foto Bugil Telanjang Bikin Horny 2018


    1764 views

    Perawanku – Bagaimana ketika kontol anda di sepong oleh seorang wanita, tentu sangat geli bukan dan akan semakin nikmat bila di tambah sambil dengan kocokan tangan mulus wanita tersebut.

    Nahh disini kami sudah mempersiapkan Foto Wanita jepang ini yang doyan sepong,  Bos ku langsung ambil posisi kunci kamar  dan siapkan lotion yaa ! dan bayangin saja bos ku cewek ini lagi sepongin kontol kontol anda semua yang haus akan sex dan pastinya bakalan membuat para bos ku semua pada crottt dehh : Togel Jawa

     

  • Cerita Sex Janda Kesepian Pemilik Toko

    Cerita Sex Janda Kesepian Pemilik Toko


    826 views

    Perawanku – Cerita Sex Janda Kesepian Pemilik Toko, Namaku Otong (bukan nama sebenarnya), aku bekerja di sebuah perusahaan cukup terkenal di Jawa Barat, di sebuah kota yang sejuk, dan saya tinggal (kost) di daerah perkampungan yang dekat dengan kantor. Di daerah tersebut terkenal dengan gadis-gadisnya yang cantik & manis. Aku dan teman-teman kost setiap pulang kantor selalu menyempatkan diri untuk menggoda cewek-cewek yang sering lewat di depan kost. Di sebelah kostku ada sebuah warung kecil tapi lengkap, lengkap dalam artian untuk kebutuhan sehari-hari, dari mulai sabun, sandal, gula, lombok, roti, permen, dsb itu ada semua.

    Aku sudah langganan dengan warung sebelah. Kadang kalau sedang tidak membawa uang atau saat belanja uangnya kurang aku sudah tidak sungkan-sungkan untuk hutang. Warung itu milik Ibu Ita (tapi aku memanggilnya Tante Ita), seorang janda cerai beranak satu yang tahun ini baru masuk TK nol kecil. Warung Tante Ita buka pagi-pagi sekitar jam lima, terus tutupnya juga sekitar jam sembilan malam. Warung itu ditungguin oleh Tante Ita sendiri dan keponakannya yang SMA, Krisna namanya.

    Seperti biasanya, sepulang kantor aku mandi, pakai sarung terus sudah stand by di depan TV, sambil ngobrol bersama teman-teman kost. Aku bawa segelas kopi hangat, plus singkong goreng, tapi rasanya ada yang kurang.., apa ya..?, Oh ya rokok, tapi setelah aku lihat jam dinding sudah menunjukkan jam 9 kurang 10 menit (malam), aku jadi ragu, apa warung Tante Ita masih buka ya..?, Ah.., aku coba saja kali-kali saja masih buka. Oh, ternyata warung Tante Ita belum tutup, tapi kok sepi.., “Mana yang jualan”, batinku.

    “Tante.., Tante.., Dik Krisna.., Dik Krisna”, lho kok kosong, warung ditinggal sepi seperti ini, kali saja lupa nutup warung.

    Ah kucoba panggil sekali lagi, “Permisi.., Tante Ita?”.

    “Oh ya.., tungguu”, Ada suara dari dalam. Wah jadi deh beli rokok akhirnya.

    Yang keluar ternyata Tante Ita, hanya menggunakan handuk yang dililitkan di dada, jalan tergesa-gesa ke warung sambil mengucek-ngucek rambutnya yang kelihatannya baru selesai mandi juga habis keramas.

    “Oh.., maaf Tante, Saya mau mengganggu nich.., Saya mo beli rokok gudang garam inter, lho Dik Krisna mana?

    “O.., Krisna sedang dibawa ama kakeknya.., katanya kangen ama cucu.., maaf ya Mas Otong Tante pake’ pakaian kayak gini.. baru habis mandi sich”.

    “Tidak apa-apa kok Tante, sekilas mataku melihat badan yang lain yang tidak terbungkus handuk.., putih mulus, seperti masih gadis-gadis, baru kali ini aku lihat sebagian besar tubuh Tante Ita, soalnya biasanya Tante Ita selalu pakai baju kebaya. Dan lagi aku baru sadar dengan hanya handuk yang dililitkan di atas dadanya berarti Tante Ita tidak memakai BH. Pikiran kotorku mulai kumat.

    Malam gini kok belum tutup Tante..?

    “Iya Mas Otong, ini juga Tante mau tutup, tapi mo pake’ pakaian dulu?

    “Oh biar Saya bantu ya Tante, sementara Tante berpakaian”, kataku. Masuklah aku ke dalam warung, lalu menutup warung dengan rangkaian papan-papan.

    “Wah ngerepoti Mas Otong kata Tante Ita.., sini biar Tante ikut bantu juga”. Warung sudah tertutup, kini aku pulang lewat belakang saja.

    “Trimakasih lho Mas Otong..?”.

    “Sama-sama..”kataku.

    “Tante saya lewat belakang saja”.

    Saat aku dan Tante Ita berpapasan di jalan antara rak-rak dagangan, badanku menubruk tante, tanpa diduga handuk penutup yang ujung handuk dilepit di dadanya terlepas, dan Tante Ita terlihat hanya mengenakan celana dalam merah muda saja. Tante Ita menjerit sambil secara reflek memelukku.

    “Mas Otong.., tolong ambil handuk yang jatuh terus lilitkan di badan Tante”, kata tante dengan muka merah padam. Aku jongkok mengambil handuk tante yang jatuh, saat tanganku mengambil handuk, kini di depanku persis ada pemandangan yang sangat indah, celana dalam merah muda, dengan background hitam rambut-rambut halus di sekitar vaginanya yang tercium harum. Kemudian aku cepat-cepat berdiri sambil membalut tubuh tante dengan handuk yang jatuh tadi. Tapi ketika aku mau melilitkan handuk tanpa kusadari burungku yang sudah bangun sejak tadi menyentuh tante.

    “Mas Otong.., burungnya bangun ya..?”.

    “Iya Tante.., ah jadi malu Saya.., habis Saya lihat Tante seperti ini mana harum lagi, jadi nafsu Saya Tante..”.

    “Ah tidak apa-apa kok Mas Otong itu wajar..”.

    “Eh ngomong-ngomong Mas Otong kapan mo nikah..?”.

    “Ah belum terpikir Tante..”.

    “Yah.., kalau mo’ nikah harus siap lahir batin lho.., jangan kaya’ mantan suami Tante.., tidak bertanggung jawab kepada keluarga.., nah akibatnya sekarang Tante harus bersetatus janda. Gini tidak enaknya jadi janda, malu.., tapi ada yang lebih menyiksa Mas Otong.. kebutuhan batin..”.

    “Oh ya Tante.., terus gimana caranya Tante memenuhi kebutuhan itu..”, tanyaku usil.

    “Yah.., Tante tahan-tahan saja..”.

    Kasihan.., batinku.., andaikan.., andaikan.., aku diijinkan biar memenuhi kebutuhan batin Tante Ita.., ough.., pikiranku tambah usil.

    Waktu itu bentuk sarungku sudah berubah, agak kembung, rupanya tante juga memperhatikan.

    “Mas Otong burungnya masih bangun ya..?”.

    Aku cuma megangguk saja, terus sangat di luar dugaanku, tiba-tiba Tante Ita meraba burungku.

    “Wow besar juga burungmu, Mas Otong.., burungnya sudah pernah ketemu sarangnya belom..?”.

    “Belum..!!”, jawabku bohong sambil terus diraba turun naik, aku mulai merasakan kenikmatan yang sudah lama tidak pernah kurasakan.

    “Mas.., boleh dong Tante ngeliatin burungmu bentarr saja..?”, belum sempat aku menjawab, Tante Ita sudah menarik sarungku, praktis tinggal celana dalamku yang tertinggal plus kaos oblong.

    “Oh.., sampe’ keluar gini Mas..?”.

    “Iya emang kalau burungku lagi bangun panjangnya suka melewati celana dalam, Aku sendiri tidak tahu persis berapa panjang burungku..?”, kataku sambil terus menikmati kocokan tangan Tante Ita.

    “Wah.., Tante yakin, yang nanti jadi istri Mas Otong pasti bakal seneng dapet suami kaya Mas Otong..”, kata tante sambil terus mengocok burungku. Oughh.., nikmat sekali dikocok tante dengan tangannya yang halus kecil putih itu. Aku tanpa sadar terus mendesah nikmat, tanpa aku tahu, Tante Ita sudah melepaskan lagi handuk yang kulilitkan tadi, itu aku tahu karena burungku ternyata sudah digosok-gosokan diantara buah dadanya yang tidak terlalu besar itu.

    “Ough.., Tante.., nikmat Tante.., ough..”, desahku sambil bersandar memegangi dinding rak dagangan, kali ini tante memasukkan burungku ke bibirnya yang kecil, dengan buasnya dia keluar-masukkan burungku di mulutnya sambil sekali-kali menyedot.., ough.., seperti terbang rasanya. Kadang-kadang juga dia sedot habis buah salak yang dua itu.., ough.., sesshh.

    Aku kaget, tiba-tiba tante menghentikan kegiatannya, dia pegangi burungku sambil berjalan ke meja dagangan yang agak ke sudut, Tante Ita naik sambil nungging di atas meja membelakangiku, sebongkah pantat terpampang jelas di depanku kini.

    “Mas Otong.., berbuatlah sesukamu.., cepet Mas.., cepet..!”.

    Tanpa basa-basi lagi aku tarik celana dalamnya selutut.., woow.., pemandangan begini indah, vagina dengan bulu halus yang tidak terlalu banyak. Aku jadi tidak percaya kalau Tante Ita sudah punya anak, aku langsung saja mejilat vaginanya, harum, dan ada lendir asin yang begitu banyak keluar dari vaginanya. Aku lahap rakus vagina tante, aku mainkan lidahku di clitorisnya, sesekali aku masukkan lidahku ke lubang vaginanya.

    “Ough Mas.., ough..”, desah tante sambil memegangi susunya sendiri.

    “Terus Mas.., Maas..”, aku semakin keranjingan, terlebih lagi waktu aku masukkan lidahku ke dalam vaginanya, ada rasa hangat dan denyut-denyut kecil semakin membuatku gila.

    Kemudian Tante Ita membalikkan badannya telentang di atas meja dengan kedua paha ditekuk ke atas.

    “Ayo Mas Otong.., Tante sudah tidak tahan.., mana burungmu Mas.. burungmu sudah pengin ke sarangnya.., wowww.., Mas Otong.., burung Mas Otong kalau bangun dongak ke atas ya..?”. Aku hampir tidak dengar komentar Tante Ita soal burungku, aku melihat pemandangan demikian menantang, vagina dengan sedikit rambut lembut, dibasahi cairan harum asin demikian terlihat mengkilat, aku langsung tancapkan burungku dibibir vaginanya.

    “Aughh..”, teriak tante.

    “Kenapa Tante..?”, tanyaku kaget.

    “Udahlah Mas.., teruskan.., teruskan..”, aku masukkan kepala burungku di vaginanya, sempit sekali.

    “Tante.., sempit sekali Tante.?”.

    “Tidak apa-apa Mas.., terus saja.., soalnya sudah lama sich Tante tidak ginian.., ntar juga nikmat..”.

    Yah.., aku paksakan sedikit demi sedikit.., baru setengah dari burungku amblas.., Tante Ita sudah seperti cacing kepanasan gelepar ke sana ke mari.

    “Augh.., Mas.., ouh.., Mas.., nikmat Mas.., terus Mas.., oughh..”.

    Begitu juga aku.., walaupun burungku masuk ke vaginanya cuma setengah, tapi sedotannya oughh luar biasa.., nikmat sekali. Semakin lama gerakanku semakin cepat. Kali ini burungku sudah amblas dimakan vagina Tante Ita. Keringat mulai membasahi badanku dan badan Tante Ita. Tiba-tiba tante terduduk sambil memelukku, mencakarku.

    “Oughh Mas.., ough.., luar biasa.., oughh.., Mas Otong..”, katanya sambil merem-melek.

    “Kayaknya ini yang namanya orgasme.., ough..”, burungku tetap di vagina Tante Ita.

    “Mas Otong sudah mau keluar ya..?”. Aku menggeleng. Kemudian Tante Ita telentang kembali, aku seperti kesetanan menggerakkan badaku maju mundur, aku melirik susunya yang bergelantungan karena gerakanku, aku menunduk dan kucium putingnya yang coklat kemerahan. Tante Ita semakin mendesah, “Ough.., Mas..”, tiba-tiba Tante Ita memelukku sedikit agak mencakar punggungku.

    “Oughh Mas.., aku keluar lagi..”, kemudian dari kewanitaannya aku rasakan semakin licin dan semakin besar, tapi denyutannya semakin terasa, aku dibuat terbang rasanya. Ach rasanya aku sudah mau keluar, sambil terus goyang kutanya Tante Ita.

    “Tante.., Aku keluarin dimana Tante..?, di dalam boleh nggak..?”.

    “Terrsseerraah..”, desah Tante Ita. Ough.., aku percepat gerakanku, burungku berdenyut keras, ada sesuatu yang akan dimuntahkan oleh burungku. Akhirnya semua terasa enteng, badanku serasa terbang, ada kenikmatan yang sangat luar biasa. Akhirnya spermaku aku muntahkan dalam vagina Tante Ita, masih aku gerakkan badanku rupanya kali ini Tante Ita orgasme kembali, dia gigit dadaku.

    “Mas Otong.., Mas Otong.., hebat Kamu Mas”.

    Aku kembali kenakan celana dalam serta sarungku. Tante Ita masih tetap telanjang telentang di atas meja.

    “Mas Otong.., kalau mau beli rokok lagi yah.., jam-jam begini saja ya.., nah kalau sudah tutup digedor saja.., tidak apa-apa.., malah kalau tidak digedor Tante jadi marah..”, kata tante menggodaku sambil memainkan puting dan clitorisnya yang masih nampak bengkak.

    “Tante ingin Mas Otong sering bantuin Tante tutup warung”, kata tante sambil tersenyum genit. Lalu aku pulang.., baru terasa lemas sakali badanku, tapi itu tidak berarti sama sekali dibandingkan kenikmatan yang baru kudapat. Keesokan harinya ketika aku hendak berangkat ke kantor, saat di depan warung Tante Ita, aku di panggil tante.

    “Rokoknya sudah habis ya.., ntar malem beli lagi ya..?”, katanya penuh pengharapan, padahal pembeli sedang banyak-banyaknya, tapi mereka tidak tahu apa maksud perkataan Tante Ita tadi, akupun pergi ke kantor dengan sejuta ingatan kejadian kemarin malam.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • CERITA SEKS PENIKMAT GAIRAH ISTRI ORANG

    CERITA SEKS PENIKMAT GAIRAH ISTRI ORANG


    1201 views

    Cerita Sex ini berjudulCERITA SEKS PENIKMAT GAIRAH ISTRI ORANGCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Saat ini aku tinggal di komplek di kawasan Jakarta, kurang lebih ada 150 kepala rumah tangga, ada satu rumah yang mana sangat asri ditempati oleh keluarga pak Okta dia adalah seorang pengusaha, dan ada yang namanya Mbak Aning paling terkenal bila memakai pakaian yang minim dan berani apalagi belahan dadanya yang sering terlihat jika dia jongkong.

    Yang lebih gile lagi kalau dia tahu sang Bapak ada dan ngelirik doi , secara sengaja dia pamerin CD nya yang sumpah jembutnya sebagian betebaran nongol keluar dari pinggiran CD-nya . Bulan lalu , rumah aku yang ketiban rejeki ngadain arisan , so pasti aku pura -pura repot bantuin bokin nyiapin segalanya , tau dong aku musti tampil keren abis , jeans Versace dan baju gombrong Guess sengaja aku lepas kancing atasnya , biar sexy katanya .

    Bener aja , aku liat si Mbak Aning duduk dipojokan menghadap kamar kerja aku yang pintunya aku buka setengah aja . Sambil menghadap komputer secara nyamping aku bisa melihat kearah ruang keluarga , khususnya kearah doi duduk . Sundel banget , doi sore itu pakai rok mini hitam kontras dengan kulitnya dan pakai baju beige yang ketat , tapi bahannya alus banget.

    Aku masa bodo deh denger ibu – ibu berkicau yang penting aku bisa liat terus Mbak Aning yang sesekali juga ngelirik aku , kalau bertatapan aku senyum doi juga dong . Mulailah doi buka jepitan pahanya , asli coy celana dalemnya yang krem keliatan , tengahnya keliatan item pasti karena jembutnya yang lebat , dan duile itu jembut gimana sih koq pada berurai keluar .

    Tiba – tiba doi ngedipin aku , terus aku bales ngedip sambil julurin lidah , eh dia malah senyum senyum dan sambil meremin matanya seperti orang kalau lagi keasyikan di toi . Aku makin nekad , sekarang aku ngadep kedia sambil ngangkang dan secara atarktif aku usap-usap kontol aku dari luar celana , terus aku kasih kode supaya dia menuju kamar mandi , belagak kencing lah .

    Doi ngangguk , terus dia samperin bokin bilang mau numpang kekamar mandi . Aku dan doi tahu banget , dikamar mandi luar masih dipakai sama ibu Agus yang gendut dan beser melulu .

    ” Mas , ini ibu Aning mau numpang kekamar mandi yang disini ” bini aku dengan polos ngajakin doi kekamar mandi yang ada diruang kerja aku . ” Ya nih Pak Luki , abis kamar mandinya masih lama rasanya dipakai Ibu Agus ”

    ” Numpang ya , abis udah enggak tahan kebanyakan minum ” biasalah doi basa-basi biar enak dikupingnya bokin .

    ” Silahkan Bu , tapi enggak papa khan saya nerusin kerja dikomputer , maklum Bu belum jadi pengusaha seperti Pak Okta ”

    ” Ah Pak Luki bisa aja ” kata doi sambil nyelonong kekamar mandi aku . Dasar otaknya juga pinter dalam hal berselingkuh , doi buka pintu kamar mandi setengah dan bilang ” Pak Luki , ledengnya rusak ya ? ” bokin aku masih ada lagi disitu .

    ” Mas coba liat dulu deh , bantuin Ibu Aning , malu-maluin aja kamar mandinya ” bokin aku setengah ngomel . ” Biar dibantu sama Mas Luki ya Bu , dia yang sering pakai kamar mandi itu ” terus bokin balik lagi kekamar tengah , soalnya bokin musti tanggung jawab dong sama rakyat arisannya .

    Dengan belagak males – malesan aku berdiri , eits kontol aku masih ngaceng lagi , ah cuek deh . Mbak Aning ngelirik juga dan secara refleks doi ngeraba selangkangannya , anjir….terang aja itu tenda celana aku makin tinggi ,

    “Hayo , celananya kenapa tu” dia berbisik waktu aku masuk kekamar mandi . “Kamu sih bikin aku horny , jadi aku yang sengsara deh , mana pakai jean lagi ” aku nekad ngomong gitu sambil ngeraba paha mulusnya .

    Gilanya doi bukannya marah malah bilang ” Ya , kalau dibagian itu sih belum asyik ” ” Abis yang mana dong kalau asyik ” aku masih setengah berbisik menyelusurin pahanya kearah memeknya yang bejembut gila .

    ” Nah yang itu baru asyik , kamu juga kalau saya gituin juga asyik lah ” gantian doi yang ngelus kontol aku dari luar sambil coba – coba buka retsleitingnya . Busyet gila juga ini perempuan , mana bau Isei Miyakenya merangsang banget .

    Aku enggak tahan , ” Mbak ngentot yuk ” kata aku edan-edanan . ” Ayo , kapan dong , mending berani lagi ” tangannya sekarang udah masuk kedalam jeans aku dan mulai narikin halus kontol aku .

    ” Eh , siapa takut apalagi kalau ngentotnya bareng Mbak ” aku sekarang udah berhasil masukin jari kedalam memeknya yang basah dan lembab . ” Besok ya , kekolam renang Ancol , jam 10 ” Babi banget nih si Mbak , kenapa kekolam renang sih , emangnya aku kecebong .

    Besok jam 10 kurang seperempat aku udah stand by diparkiran kolam renang Ancol , aku telepon dia dengan no yang dikasih kemarin secara rahasia .

    ” Mbak , aku udah sampe nih , kamu dimana ” aku rada was was juga kalau doi enggak dateng .

    ” Ini aku baru mau masuk Ancol , tungguin ya , kontolnya udah ngaceng lagi belum ” sialan ngetest aku kali , tapi koq kedengarannya rame banget sih ada yang cekikikan dibelakangnya . Mati aku , jangan – jangan aku mau dijebak , siapa tau dia bawa bokin aku juga .

    ” Kamu sama siapa sih , koq rame banget , aku jadi bisa enggak ngaceng lagi nih ”

    ” Janjinya gimana sih , katanya mau ML eh kamu bawa orang lain ” setengah kesel aku ngomong ditelpon .

    ” Pasti deh janjinya , pokoknya asyik banget kamu nantinya ” dia ngalemin aku . Enggak sampai 10 menit , mobil Honda putihnya mendarat persis disamping mobil aku . ” Surprise , nah ketauan ya enggak ngajak – ngajak kita ” suara 2 Ce temennya Aning teriak bareng .

    Waduh pucet banget aku , karena ternyata yang diajak juga tetangga aku , Mbak Nara bininya pak Joko dan Mbak Ita bininya pak Raja . Salah tingkah abis aku .

    ” Eh , kaget ya , take it easy aja , khan udah kenal , asyik-asyik aja deh pak Luki , eh kalau diluar Mas Luki dong ” Mbak Ita yang mungil dan putih ( persis banget Kris Dayantie ) itu nyerocos aja membuat suasana jadi enggak tegang .

    ” Enggak deh kita bilangin sang istri ” si Nara yang body dan facenya seperti Dian Nitami nambahin , ya aku makin ngerasa siep banget dong . Tapi kewaspadaan tetap dipertahankan jangan lengah man .

    Setelah basa basi bentar , ” Udah ya , pokoknya enggak ada yang boleh tahu selain kita – kita ya Mas ” Nara sekarang yang membuat aku makin PD .

    ” Pokoknya enjoy aja deh , kita bertiga udah kompak berat lho ” Aning tanpa sungkan ngegandeng aku menuju loket .

    ” Khan aku yang janjian sama Mas Luki , elo pada jangan ngiri ya , entar juga kebagian ” . Kepala jalan sekarang si Nara , doi pesen kamar ganti dan bilas keluarga . Sekalian pesan ban renang 2 buah yang akude banget .

    Ampun , ide apalagi sih . Seolah kita sekeluarga enteng aja mereka ngajak aku masuk bareng keruang ganti dan bilas . Denngan tenang mereka buka rok , baju dan terus BH , sialan mereka tenang aja seolah aku enggak ada disitu . Cerita Mesum

    Gila aja kalau aku enggak ngaceng liat Aning , Nara dan Ita yang umurnya sekitar 30 an pada memamerkan bodynya .

    ” Eh , Mas Luki mau berenang atau mau nonton kita streap tease ” kata si Ita sambil buka BH putih transparantnya . ” Ya terang mau berenang dong , tapi aku maunya sih bilas dulu ah , masak langsung berenang ” aku akal – akalan supaya mereka juga mau berbulat ria , tanggung amat baru liat toket dan setengah body .

    Aku buka baju dan celana , begitu tinggal CD mereka teriak bareng ” Asyik ya , udah ngaceng ” ” He eh abis kalian sih begitu merangsang dan mempesona ” kata aku sembarang siap – siap mau buka CD aku .

    ” Ah enggak fair nih , masak jadi aku duluan yang telanjang , barengan dong jadi aku enggak malu ” ” Hu…maunya tuh , ya Aning kamu khan yang punya ide , kamu dulu dong…mana jembutnya aduh udah pada keluar tu ” kata si Ita sambil narikin jembutnya Aning yang nongol terus dari pinggiran CD .

    ” Aku sih Ta prinsip , sekali buka celana pantang kalau enggak di……”

    ” Joss !!!!! ” Ita dan Nara seperti koor nerusin apa maunya si Aning .

    ” Ia deh , aku juga malu khan kalau keluar kamar ganti nanti swempaknya ada tenda mancung “. Cari pembenaran dong .

    ” Bisa bubar orang dikolam nanti , elo pada mau ya aku jadi tontonan ” aku belagak memelas sambil nunjukin si Monas. Supaya enggak kaku , aku datengin si Aning yang masih berdiri dekat gantungan baju , aku peluk doi dengan kedua tangan dibagian pantatnya , aku cium bibirnya ala French kissing , lidah saling ketemu .

    ” Wow , nafsu nih ya ” si Ita ngeledek . Asyik banget deh pantat si Aning yang nonggeng aku remes – remes , tempelin abis mekinya dengan kontol aku , Aning langsung horny pingggangnya digoyang yang otomatis mekinya berputar diatas kontol aku .

    Sekitar 3 menit adegan itu aku pertahankan , sebenarnya aku udah nafsu banget mau langsung masukin kontol aku kememeknya Aning yang aku yakin udah basah . Sabar cing aku musti cool dong , pasang strategi soalnya masih ada 2 nonok lain menanti .

    Perlahan aku melorot , dengan tetap mata memandang dia tangan aku pindah berputar meremas perlahan toketnya yang pentilnya relatif masih belum gede . ” Eh elo jangan ngiri , sementara belum dapat giliran elo pada meremas sendiri aja dulu ” masih sempat juga Aning ngeledek temannya yang terpana melihat aku yang sambil meremas toketnya sambil usaha jongkok depan dia , pakai gigi aku tarik perlahan CD nya .

    ” Enak ya Can remasannnya Mas Luki ? ” Nara bertanya tanpa arah karena aku tau dia juga tanpa sadar meremas dan memilin pentil toketnya . ” Kita suruh buka sendiri ya ” Ita protes narik sedikit CDnya sambil tangannya ngobel memeknya sendiri .

    ” Sini dong sayang , tangan aku enggak sampe kalau elo pada jauh – jauh ” Aku enggak bisa ngomong panjang lagi karena Aning narik kepala aku kearah nonoknya minta dijilat , setelah CDnya melorot sampai dengkul kakinya .

    Anjir….kesampean juga aku jilatin dan rasain nonoknya Aning yang jembutnya gilaaaaaa !!!!! Itilnya agak gembung , merah banget , aku tahu setelah berupaya keras menepis bulu jembutnya . Sejenak ruang ganti sunyi

    Sambil ngejokil abis liang kenikmatannya Aning aku solider untuk pelorotin CD nya Nara dan Ita barengan , dan inilah pemandangan matanya pemirsa sekalian : Aning , toketnya 34 bentuknya bagus banget , pentilnya agak gede kecoklatan , kulit seluruh bodynya coy kuning kencang mengkilat , bagian pantat ada sedikit selulit , jembutnya…khan udah tau elo pada en bulu keteknya idem ditto.

    Yang jelas enggak rapi , serabutan menutup semua bagian memeknya mendekati puser . Sambil ngedorong pantatnya kedepan supaya lidah aku bisa lebih dalam masuk kelobang nonoknya , dia terus mendesah , kaki kananya ngegesek pelan kontol aku dari luar CD , sambil usaha masuk dari samping CD .

    Nara , yang aku pelorotin pakai tangan kanan , toketnya gede agak panjang seperti pepaya , kulitnya sawo matang , maklum Jawa Solo sepertinya , bulu ketek anti cukur , serabutan disekitar susunya yang 36 .

    Pentilnya agak masuk kedalam . Pahanya kencang , tinggi sekitar 170cm , jembutnya keriting rapi , diatur sekitar lobang nonoknya ( Sering berbikini kali..) Lobang nonoknya memanjang , dibawah lipatan perut ada bekas jahitan Caesarnya . Doi terus meremas susunya sambil liatin tangan aku yang lagi berusaha nurunin CD pinknya .

    Supaya cepat , doi ikut ngebantu nurunin CDnya . Ita , siimut , tinggi sekitar 158 lah , jembutnya paling jarang jadi bagian dalam memeknya yang merah muda gampang keliatan , toketnya kecil kenceng ukuran 32 , perutnya rata , paling kalem keliatannya tapi tangannya aktif terus megangin bokongnya sendiri , jangan – jangan doi paling hobby dibol dari belakang .

    Ngimpi apa aku liat tetangga aku pada telanjang bulet , elo elo yang belum ada pengalaman maen sama bini orang , aku anjurin deh elo cari mereka bertiga , enggak resek , berpengalaman dan tahu penuh apa enaknya ML .

    Kalau mau orgy cari yang sehati , kompak istilahnya dan enggak egoist , artinya mereka berupaya menikmati SEX sepenuhnya tanpa ada rasa sungkan , rilex dan terbuka . Hal ini juga aku buktikan sebelumnya dengan 2 sahabat mahasiswi yang kompak , tapi ya kita harus konsider atas kebutuhan jajannya lah , jangan merki .

    Kurang yakin kemampuan ya modalin VIAGRA yang paling mahal Rp. 150.000 / pil 100 mg . ” Ya kamu pada mandi dulu deh dishower ” kata aku pelan , sambil menjilat sisa juicenya Aning yang ada disekitar bibir aku .

    Aning enggak bereaksi , dia nuntun aku ketempat duduk , pas aku duduk dia jongkok didepan aku dan brebet dia tarik CD aku , dia pandangin seluruh kostruksi kontol aku , enggak pakai komentar yang basi seperti cerita bokep yang lain ,

    ” Aduh gede amat kontolnya , atau sok ngebandingin sama kontol Co yang lain , itusih kuno , tipu….!!! Jangan mau elo dibohongin sama yang bikin cerita , itukan cuma kebanggaan semu , yang penting gocekannya bukan gedenya , emangnya mau modal berat aja…tipuuuuu……”

    ” Jangan kelamaan Can , langsung maenkan , tunjukan kecanggihannya , apa perlu aku nih yang terjun ” Nara sewot ngeliatin Aning yang masih memandang kontol aku sambil ngurut dari arah palkon kepangkalnya , tanpa komentar sambil tangan kirinya kasih kode enggak perlu , langsung kontol aku mulai dijilatin perlahan .

    Seluruh kepala kontol aku ( helmnya ) dijilat berputar , doi tau bagian yang paling enak yaitu dibagian bawah Palkon sekitar sambungannya . Cairan bening aku dijilatin sambil matanya memandang arah mata aku , seolah butuh pengakuan atau komentar Aku cuma bisa angkat 2 jempol , bravo go ahead Can .

    Selanjutnya cepet banget lidahnya bergeser enggak berhenti menari disekitar batang kontol , begitu dikemot kedalam mulutnya yang memang sexy dia keluarin cadangan ludahnya , jadi rasanya kontol aku berenang didalam air ludah , enggak ada rasa gigi Cing , belajar dari banci Taman Lawang kali .

    Aku udah seperti kura – kura yang dibalik , kaki aku kelayapan , aku tumpangin diatas pundaknya sambil kalau aku udah enggak tahan kepala si Aning aku bekep abis sama paha aku . ” Nara – Ita sini dong , aku mau nih megangin tetek dan nonok kamu

    ” Enggak sampai 2 kali order mereka langsung nyamperin aku dan Aning . Si Nara nyodorin susu pepayanya minta aku isap dan siimut Ita ngangkat kaki sebelah keatas bangku , berdiri disamping aku dan minta dirojok nonoknya dengan telunjuk aku yang masih bebas karena belum ada order .

    Aku pegang nonoknya yang merah sudah rada becek , maklum turunan Cina , begitu telunjuk aku masuk dia yang gerakin pinggulnya maju mundur kaya lagi ngentot aja gayanya . Doi merem melek ngerasain bulu – bulu yang ada ditangan aku , tangannya ngusap pentil susu aku secara beraturan .

    Bibirnya ngejilatin bagian dalam kuping aku yang rada caplang , kadang ngemut juga bagian gelambir telinga ogud , terus berbisik supaya enggak kedengaran sama yang lain ” Mas Luki , pejunya jangan diabisin semua ya , kamu mau enggak ngerasain bokongnya Ita ” …Busyet bener khan doi doyan dibool , buktinya begitu aku pindahin jari kelobang pantatnya udah rada longgar , gila kali pak Raja , doyan bener sodomi bokinnya yang imut .

    Aku cuma ngangguk dan nyodorin bibir aku buat ngerasain juga ciumannya si Ita . Wangi banget deh si Ita , bau Kenzonya makin ngerangsang aku . Biar adil nonoknya Nara yang jembutnya rapi aku rojok juga ,

    Masih agak kering tapi mantap itilnya tebal , karena ngerasa agak dicuekin kali , enggak sabar si Ita sekarang jongkok dibelakang Aning , tangan kanannya ngelus tetek dan pentilnya Aning dan tangan kirinya berusaha ngobok – ngobok nonoknya Aning yang makin basah , soalnya aku liat kadang – kadang si Ita jilatin jarinya yang basah berlendir , apalagi kalau bukan juicenya Aning yang asyik banget rasanya .

    Aning makin asyik aja nyepong aku , badannya menggeliat – geliat karena keasyikan dikobel Ita , aku tau terkadang Ita masukin telunjuknya kedalam pantat Aning , entar aku timpa juga deh boolnya Aning , aku berandai andai .

    Aku cuma bisa teriak kecil ” Ngentot…..gila ngentot enak bener sama kamu pada , Aning uhhhh…uhhhh….abis ini aku entotin elo ya , aku nggak mau ngentotin kamu dari belakang , aku mau ngentot sambil terus ngeliatin nonok kamu yang jembutnya gila..”

    ” Nara , aku mau ngentotin kamu sambil duduk biar aku bisa terus meres tetek kamu yang sexy banget ” aku ngomong terus ngaco .

    ” Ta , aku ngentotin kamu dari belakang ya Ta , aku pengen ngentot dilobang pantat Ta , abis elo sexy banget sih goyangnya ” Elo aku saranin deh kalau lagi ngentot musti sering – sering ngomong yang vulgar ,

    Ce jenis apapun makin nafsu dengernya , dan elo aku jamin makin nafsu kalau Ce yang bukan Cabo atau Pecun teriak ngomong vulgar juga . Wuih ai jamin dah….. ” Mas Luki , nanti pejunya buat Nara juga ya , jangan disemprot semua kemulutnya Aning ” Nara sambil narik perlahan rambut aku juga turut berharap dengan memandang nafsu kerah kontol aku yang udah abis dikemot Aning .

    ” Terus aku kebagian apa dong , aku mau juga dong ngerasain pejunya Mas Luki ” Ita protes ke Nara pura – pura belum minta jatah dari aku . Enggak tahan aku tarik kontol aku yang enggak begitu gede dari mulutnya Aning , aku dudukin si Nara kebangku , aku kangkangin pahanya yang juga seperti si Dian Nitami , penasaran aku sih mau liat dalemnya .

    Aku jilat itilnya yang udah rada ngegelambir , gile cing juicenya asyik banget rasanya , banyak banget dan meleleh ke bagian lobang pantatnya .

    Tanggung aku jilat sekalian lobang pantatnya yang berwarna coklat , yang didalamnya masih juga bejembut . Aning bantuin ngisepin teteknya Nara , tangannya ikut bantu ngedorong kepala aku supaya makin masuk ngejilatin nonoknya Nara yang rapi tercukur jembutnya .

    ” Ah gila Aningaaaa…….Mas Luki enak banget ya jilatannya , aduh mama…..mama….aku ndak tahan nih ,…..Aning elo apain sih pentil aku….enakkkkkk Can….” Nara meronta – ronta yang membuat toketnya bergelantungan kekiri dan kekanan , pemandangan semakin horny cing .

    Eh kemana si imut Ita , doi kalem aja , pantat aku diangkat pelan sampai ketinggiannya sejajar kepala aku yang berada didaerah selangkangan Nara , doi duduk menyelinap melalui selangkangan aku sekarang jadi duduk menghadap kontol aku yang terayun bebas .

    Cepat dan tangkas dia hisap kontol aku dengan mulutnya yang mungil , maju mundur berupaya menelan habis seluruh batang kontol aku . Sesekali dia pindah mengulum biji peler aku yang jembutnya lumayanlah , wuih cing asyik banget…

    Saking imutnya seprti kancil dia menyelinap melalu selangkangan bergerak menuju arah belakang , dia remas – remas pantat aku.. Aku kaget , tiba tiba ada rasa aneh geli – geli asyik dilobang pantat aku yang sedikit berjembut ,….ih apaan sih … Anjir …..rupanya lidahnya Ita yang menari disekitar lubang pantat yang kadang – kadang dia coba julurin masuk .

    Nah sekarang aku enggak heran kenapa Homo doyan dimonon , rupanya emang enak kalau bool kita dimasukan sesuatu .

    “Ta…..terus Ta….entar gantian deh aku jilatin anus kamu yang merah jambu…..terus Ta…asyik…, enak gila…..” aku sejenak melupakan tugas ngejilatin nonoknya Nara .

    ” Mas Luki….Nara hampir nih….lagi dong jilatin….tanggung dikit lagi Mas…aduh tega ya….” Nara mengharap aku bertindak . Langsung aku sosor lagi nonoknya , aku jilat abis lelehan juicenya yang mengarah kelobang pantatnya , aku jilat terus …menuju bolnya dan Nara makin menggeliat – geliat seperti ayam yang dipotong tanggung .

    ” Mas…..entotin aku dong , sebentar aja deh pasti keluar ” Nara mengangkat kepala aku sambil berharap benar . Gua bertindak gentle dong , jangan buat dia kecewa , secara berlutut aku pegang batang kontol aku yang masih basah karena campuran ludahnya Aning dan Ita .

    Ita sigap pindah tempat disisi kiri Nara , sementara si Aning tetap pada posisinya dikanan Nara sambil terus meremas toket pepayanya Nara . Kesemuanya kelihatan menanti apa yang akan terjadi , ” Aning – Ita , aku ngentotin Nara duluan bukan berarti elo pada aku nomor duakan , aku janji deh elo semua satu persatu akan aku entotin juga ”

    ” Okay Mas , buat kita enggak ada masalah yang penting kita bener – bener ML ” Aning memberi semangat . Aku salut abis sama si Aning , solidaritasnya tinggi , tidak egois , pantas dia jadi kepala gang .

    ” Ya Mas Luki , khan Mas Luki nantinya bisa ganti namanya jadi Mas Cipto ( Cicip roto ) ” si Ita ikut nimpalin . Perlahan aku arahin kontol aku yang bentuknya agak mengarah kekiri kepalanya , enggak sulit masukin nonoknya Nara , tapi buat menghargai doi aku pura – pura merasa susah dong .

    Blebessss……gile cing , emang bener ngentot tu enak banget . Aku tolak pinggang pakai tangan kiri , kontol aku yang 15 cm maju – mundur terus , meliuk kiri kanan , berputar mencari itil dan G spotnya Nara ……….

    ” Mas Luki ,……ya..ya…yang disitu yang marem Mas ” Nara bergetar , semua bagian bodynya yang enak – enak ada yang bertanggung jawab , nonok – toket kiri dan kanan , lobang pantat ada koordinator lapangannya ( KorLap ) ” Enak ya kontolnya Mas Cipto ..eh Mas Luki ….,…terus Nar ..goyang terus Nar…nikmatin abis…jangan ditahan – tahan

    ” Aning tetap memilin pentilnya Nara sambil matanya nafsu melihat kontol aku yang bekerja dimemeknya Nara .

    ” Ayo terus Mas Luki …bikin si Nara puas ,…sini dong tangannya yang satu ” Aning bernasehat sambil minta jatah dirojer nonoknya . Kalau mau jujur seharusnya aku musti muasin Aning duluan , disamping memang target utamanya khan dia tadinya , enggak pakai dua kali lagi aku masukin jari tengah aku kedalam nonoknya yang sudah semakin basah .

    ” Aghhhhhh….agh……. aku dapet Can…aku dapet Ta……, Mas….ini ya Mas rasanya enaknya ngentot ” Nara makin mengelinjang . ” Mas….nanti lagi ya….Massss…….asu….asu. ….peline kui lho Mas…, maremmmmmm” hu…keliatan aslinya deh si Nara , keluar Jawanya .

    Aku tancep lebih dalam kontol aku , tanpa gerakan lagi aku pendam habis….dan emang bener enaknya Ce Solo , tau enggak lo…tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang berputar – putar cepat dibagian kepala dan batang ..

    ” Aduh..aduh apaan nih Nar , aduh…gila asyik – asyik….” aku senyum sambil terus tancepin kontol aku . ” Nah , baru tau dia …makanya jangan main – main sama Ce Solo ” Nara nyubit perut aku sambil senyum lebar ngeledek .

    Perlahan aku tarik keluar kontol aku yang masih ngaceng abis , keliatan makin berurat kayaknya . ” Waduh Aning , enggak salah deh kita janjian sama Mas Luki ” kata Nara sambil balik meres toketnya Aning dan Ita .

    ” Bener ya Nar , enak banget ya ngentotnya….ih kamu keringetan banget deh ” Ita melap keringat disekitar leher sampai perutnya Nara .

    ” Hayo ,sekarang siapa nih yang bertanggung jawab mengeluarkan peju aku ” dengan pura – pura marah aku liat kearah Aning . Soalnya seperti aku bilang , Aning adalah target utama , jadi dia musti tau dong . Elo ngebayangi enggak sih Aning seperti siapa , tidak lain adalah paduan antara Iis Dahlia dan Cut Keke , nafsuin khan

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Dewasa Pelipur Hati Sedihku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Dewasa Pelipur Hati Sedihku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1484 views

    Perawanku – Ditinggal mati oleh isteri di usia 39 tahun bukan hal yang menyenangkan. Pembaca perkanalkan dulu namaku Ardy, berasal dari kawasan Timur Indonesia, tinggal di Surabaya. Isteriku Lia yang terpaut lima tahun dariku telah dipanggil menghadap hadirat penciptanya. Tinggal aku seorang diri dengan dua orang anak yang masih membutuhkan perhatian penuh. Aku harus menjadi ayah sekaligus ibu bagi mereka. Bukan hal yang mudah. Sejumlah teman menyarankan untuk menikah lagi agar anak-anak memperoleh ibu baru. Anjuran yang bagus, tetapi saya tidak ingin anak-anak mendapat seorang ibu tiri yang tidak menyayangi mereka.

    Kehadiran anak-anak jelas merupakan hiburan yang tak tergantikan. Anita kini berusia sepuluh tahun dan Marko adiknya berusia enam tahun. Anak-anak yang lucu dan pintar ini sangat mengisi kekosonganku. Namun kalau anak-anak lagi berkumpul bersama teman-temannya, kesepian itu senantiasa menggoda. Ketika hari telah larut malam dan anak-anak sudah tidur, kesepian itu semakin menyiksa. Sejalan dengan itu, nafsu birahiku yang tergolong besar itu meledak-ledak butuh penyaluran. Beberapa teman mengajakku mencari wanita panggilan tetapi aku tidak berani. Resiko terkena penyakit mengendurkan niatku. Terpaksa aku bermasturbasi. Sesaat aku merasa lega, tetapi sesudah itu keinginan untuk menggeluti tubuh seorang wanita selalu muncul di kepalaku.

    Tidak terasa tiga bulan telah berlalu. Perlahan-lahan aku mulai menaruh perhatian ke wanita-wanita lain. Beberapa teman kerja di kantor yang masih lajang kelihatannya membuka peluang. Namun aku lebih suka memiliki mereka sebagai teman. Karena itu tidak ada niat untuk membina hubungan serius. Di saat keinginan untuk menikmati tubuh seorang wanita semakin meningkat, kesempatan itu datang dengan sendirinya.

    Senja itu di hari Jumat, aku pulang kerja. Sepeda motorku santai saja kularikan di sepanjang Jalan Darmo. Maklum sudah mulai gelap dan aku tidak terburu-buru. Di depan hotel Mirama kulihat seorang wanita kebingungan di samping mobilnya, Suzuki Baleno. Rupanya mogok. Kendaraan-kendaraan lain melaju lewat, tidak ada orang yang peduli. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, tidak tahu apa yang hendak dilakukan. Rupanya mencari bantuan. Aku mendekat.

    “Ada yang bisa saya bantu, Mbak?” tanyaku sopan.

    Ia terkejut dan menatapku agak curiga. Saya memahaminya. Akhir-akhir ini banyak kejahatan berkedok tawaran bantuan seperti itu.

    “Tak usah takut, Mbak”, kataku.”Namaku Ardy. Boleh saya lihat mesinnya?”

    Walaupun agak segan ia mengucapkan terima kasih dan membuka kap mesinnya. Ternyata hanya problema penyumbatan slang bensin. Aku membetulkannya dan mesin dihidupkan lagi. Ia ingin membayar tetapi aku menolak. Kejadian itu berlalu begitu saja. Tidak kuduga hari berikutnya aku bertemu lagi dengannya di Tunjungan Plaza. Aku sedang menemani anak-anak berjalan-jalan ketika ia menyapaku. Kuperkenalkan dia pada anak-anak. Ia tersenyum manis kepada keduanya.

    “Sekali lagi terima kasih untuk bantuan kemarin sore”, katanya,”Namaku Mei. Maaf, kemarin tidak sempat berkenalan lebih lanjut.”
    “Aku Ardy”, sahutku sopan.

    Harus kuakui, mataku mulai mencuri-curi pandang ke seluruh tubuhnya. Wanita itu jelas turunan Cina. Kontras dengan pakaian kantor kemarin, ia sungguh menarik dalam pakaian santainya. Ia mengenakan celana jeans biru agak ketat, dipadu dengan kaos putih berlengan pendek dan leher rendah. Pakaiannya itu jelas menampilkan keseksian tubuhnya. Buah dadanya yang ranum berukuran kira-kira 38 menonjol dengan jujurnya, dipadu oleh pinggang yang ramping. Pinggulnya bundar indah digantungi oleh dua bongkahan pantat yang besar.

    “Kok bengong”, katanya tersenyum-senyum,”Ayo minum di sana”, ajaknya.

    Seperti kerbau dicocok hidungnya aku menurut saja. Ia menggandeng kedua anakku mendahului. Keduanya tampak ceria dibelikan es krim, sesuatu yang tak pernah kulakukan. Kami duduk di meja terdekat sambil memperhatikan orang-orang yang lewat.

    “Ibunya anak-anak nggak ikut?” tanyanya.

    Aku tidak menjawab. Aku melirik ke kedua anakku, Anita dan Marko. Anita menunduk menghindari air mata.

    “Ibu sudah di surga, Tante”, kata Marko polos. Ia memandangku.
    “Isteriku sudah meninggal”, kataku. Hening sejenak.
    “Maaf”, katanya,”Aku tidak bermaksud mencari tahu”, lanjutnya dengan rasa bersalah.

    u aku sangat hati-hati.

    Pokok pembicaraan beralih ke anak-anak, ke sekolah, ke pekerjaan dan sebagainya. Akhirnya aku tahu kalau ia manajer cabang satu perusahaan pemasaran tekstil yang mengelola beberapa toko pakaian. Aku juga akhirnya tahu kalau ia berusia 32 tahun dan telah menjanda selama satu setengah tahun tanpa anak. Selama pembicaraan itu sulit mataku terlepas dari bongkahan dadanya yang menonjol padat. Menariknya, sering ia menggerak-gerakkan badannya sehingga buah dadanya itu dapat lebih menonjol dan kelihatan jelas bentuknya. Beberapa kali aku menelan air liur membayangkan nikmatnya menggumuli tubuh bahenol nan seksi ini.

    “Nggak berpikir menikah lagi?” tanyaku.
    “Rasanya nggak ada yang mau sama aku”, sahutnya.
    “Ah, Masak!” sahutku,”Aku mau kok, kalau diberi kesempatan”, lanjutku sedikit nakal dan memberanikan diri.”Kamu masih cantik dan menarik. Seksi lagi.”
    “Ah, Ardy bisa aja”, katanya tersipu-sipu sambil menepuk tanganku. Tapi nampak benar ia senang dengan ucapanku.

    Tidak terasa hampir dua jam kami duduk ngobrol. Akhirnya anak-anak mendesak minta pulang. Mei, wanita Cina itu, memberikan alamat rumah, nomor telepon dan HP-nya. Ketika akan beranjak meninggalkannya ia berbisik,

    “Saya menunggu Ardy di rumah.”

    Hatiku bersorak-sorak. Lelaki mana yang mau menolak kesempatan berada bersama wanita semanis dan seseksi Mei. Aku mengangguk sambil mengedipkan mata. Ia membalasnya dengan kedipan mata juga. Ini kesempatan emas. Apalagi sore itu Anita dan Marko akan dijemput kakek dan neneknya dan bermalam di sana.

    “OK. Malam nanti aku main ke rumah”, bisikku juga, “Jam tujuh aku sudah di sana.” Ia tersenyum-senyum manis.

    Sore itu sesudah anak-anak dijemput kakek dan neneknya, aku membersihkan sepeda motorku lalu mandi. Sambil mandi imajinasi seksualku mulai muncul. Bagaimana tampang Mei tanpa pakaian? Pasti indah sekali tubuhnya yang bugil. Dan pasti sangatlah nikmat menggeluti dan menyetubuhi tubuh semontok dan selembut itu. Apalagi aku sebetulnya sudah lama ingin menikmati tubuh seorang wanita Cina. Tapi apakah ia mau menerimaku? Apalagi aku bukan orang Cina. Dari kawasan Timur Indonesia lagi. Kulitku agak gelap dengan rambut yang ikal. Tapi.. Peduli amat. Toh ia yang mengundangku. Andaikata aku diberi kesempatan, tidak akan kusia-siakan. Kalau toh ia hanya sekedar mengungkapkan terima kasih atas pertolongaku kemarin, yah tak apalah. Aku tersenyum sendiri.

    Jam tujuh lewat lima menit aku berhasil menemukan rumahnya di kawasan Margorejo itu. Rumah yang indah dan mewah untuk ukuranku, berlantai dua dengan lampu depan yang buram. Kupencet bel dua kali. Selang satu menit seorang wanita separuh baya membukakan pintu pagar. Rupanya pembantu rumah tangga.

    “Pak Ardy?” ia bertanya, “Silahkan, Pak. Bu Mei menunggu di dalam”, lanjutnya lagi.

    Aku mengikuti langkahnya dan dipersilahkan duduk di ruang tamu dan iapun menghilang ke dalam. Selang semenit, Mei keluar. Ia mengenakan baju dan celana santai di bawah lutut. Aku berdiri menyambutnya.

    “Selamat datang ke rumahku”, katanya.

    Ia mengembangkan tangannya dan aku dirangkulnya. Sebuah ciuman mendarat di pipiku. Ini ciuman pertama seorang wanita ke pipiku sejak kematian isteriku. Aku berdebaran. Ia menggandengku ke ruang tengah dan duduk di sofa yang empuk. Mulutku seakan terkunci. Beberapa saat bercakap-cakap, si pembantu rumah tangga datang menghantar minuman.

    “Silahkan diminum, Pak”, katanya sopan, “Aku juga sekalian pamit, Bu”, katanya kepada Mei.
    “Makan sudah siap, Bu. Saya datang lagi besok jam sepuluh.”
    “Biar masuk sore aja, Bu”, kata Mei, “Aku di rumah aja besok. Datang saja jam tiga-an.”

    Pembantu itu mengangguk sopan dan berlalu.

    “Ayo minum. Santai aja, aku mandi dulu”, katanya sambil menepuk pahaku.

    Tersenyum-senyum ia berlalu ke kamar mandi. Di saat itu kuperhatikan. Pakaian santai yang dikenakannya cukup memberikan gambaran bentuk tubuhnya. Buah dadanya yang montok itu menonjol ke depan laksana gunung. Pantatnya yang besar dan bulat berayun-ayun lembut mengikuti gerak jalannya. Pahanya padat dan mulus ditopang oleh betis yang indah.

    “Santai saja, anggap di rumah sendiri”, lanjutnya sebelum menghilang ke balik pintu.

    Dua puluh menit menunggu itu rasanya seperti seabad. Ketika akhirnya ia muncul, Mei membuatku terkesima. Rambutnya yang panjang sampai di punggungnya dibiarkan tergerai. Wajahnya segar dan manis. Ia mengenakan baju tidur longgar berwarna cream dipadu celana berenda berwarna serupa.

    Tetapi yang membuat mataku membelalak ialah bahan pakaian itu tipis, sehingga pakaian dalamnya jelas kelihatan. BH merah kecil yang dikenakannya menutupi hanya sepertiga buah dadanya memberikan pemandangan yang indah. Celana dalam merah jelas memberikan bentuk pantatnya yang besar bergelantungan. Pemandangan yang menggairahkan ini spontan mengungkit nafsu birahiku. Kemaluanku mulai bergerak-gerak dan berdenyut-denyut.

    “Aku tahu, Ardy suka”, katanya sambil duduk di sampingku, “Siang tadi di TP (Tunjungan Plaza) aku lihat mata Ardy tak pernah lepas dari buah dadaku. Tak usah khawatir, malam ini sepenuhnya milik kita.”

    Ia lalu mencium pipiku. Nafasnya menderu-deru. Dalam hitungan detik mulut kami sudah lekat berpagutan. Aku merengkuh tubuh montok itu ketat ke dalam pelukanku. Tangaku mulai bergerilya di balik baju tidurnya mencari-cari buah dadanya yang montok itu. Ia menggeliat-geliat agar tanganku lebih leluasa bergerak sambil mulutnya terus menyambut permainan bibir dan lidahku. Lidahku menerobos mulutnya dan bergulat dengan lidahnya.

    Tangannya pun aktif menyerobot T-shirt yang kukenakan dan meraba-raba perut dan punggungku. Membalas gerakannya itu, tangan kananku mulai merayapi pahanya yang mulus. Kunikmati kehalusan kulitnya itu. Semakin mendekati pangkal pahanya, kurasa ia membuka kakinya lebih lebar, biar tanganku lebih leluasa bergerak. Peralahan-lahan tanganku menyentuh gundukan kemaluannya yang masih tertutup celana dalam tipis. Jariku menelikung ke balik celana dalam itu dan menyentuh bibir kemaluannya. Ia mengaduh pendek tetapi segera bungkam oleh permainan lidahku. Kurasakan badannya mulai menggeletar menahan nafsu birahi yang semakin meningkat.

    Tangannyapun menerobos celana dalamku dan tangan lembut itu menggenggam batang kemaluan yang kubanggakan itu. Kemaluanku tergolong besar dan panjang. Ukuran tegang penuh kira-kira 15 cm dengan diameter sekitar 4 cm. Senjata kebanggaanku inilah yang pernah menjadi kesukaan dan kebanggaan isteriku. Aku yakin senjataku ini akan menjadi kesukaan Mei. Ia pasti akan ketagihan.

    “Au.. Besarnya”, kata Mei sambil mengelus lembut kemaluanku.

    Elusan lembut jari-jarinya itu membuat kemaluanku semakin mengembang dan mengeras. Aku mengerang-ngerang nikmat. Ia mulai menjilati dagu dan leherku dan sejalan dengan itu melepaskan bajuku. Segera setelah lepas bajuku bibir mungilnya itu menyentuh puting susuku. Lidahnya bergerak lincah menjilatinya. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tangannya kembali menerobos celanaku dan menggenggam kemaluanku yang semakin berdenyut-denyut. Aku pun bergerak melepaskan pakaian tidurnya. Rasanya seperti bermimpi, seorang wanita Cina yang cantik dan seksi duduk di pahaku hanya dengan celana dalam dan BH.

    “Ayo ke kamar”, bisiknya, “Kita tuntaskan di sana.”

    Aku bangkit berdiri. Ia menjulurkan tangannya minta digendong. Tubuh bahenol nan seksi itu kurengkuh ke dalam pelukanku. Kuangkat tubuh itu dan ia bergayut di leherku. Lidahnya terus menerabas batang leherku membuat nafasku terengah-engah nikmat. Buah dadanya yang sungguh montok dan lembut menempel lekat di dadaku. Masuk ke kamar tidurnya, kurebahkan tubuh itu ke ranjang yang lebar dan empuk. Aku menariknya berdiri dan mulai melepaskan BH dan celana dalamnya.

    Ia membiarkan aku melakukan semua itu sambil mendesah-desah menahan nafsunya yang pasti semakin menggila. Setelah tak ada selembar benangpun yang menempel di tubuhnya, aku mundur dan memandangi tubuh telanjang bulat yang mengagumkan itu. Kulitnya putih bersih, wajahnya bulat telur dengan mata agak sipit seperti umumnya orang Cina. Rambutnya hitam tergerai sampai di punggungnya. Buah dadanya sungguh besar namun padat dan menonjol ke depan dengan puting yang kemerah-merahan. Perutnya rata dengan lekukan pusar yang menawan. Pahanya mulus dengan pinggul yang bundar digantungi oleh dua bongkah pantat yang besar bulat padat. Di sela paha itu kulihat gundukan hitam lebat bulu kemaluannya. Sungguh pemandangan yang indah dan menggairahkan birahi.

    “Ngapain hanya lihat tok,” protesnya.
    “Aku kagum akan keindahan tubuhmu”, sahutku.
    “Semuanya ini milikmu”, katanya sambil merentangkan tangan dan mendekatiku.

    Tubuh bugil polos itu kini melekat erat ditubuhku. Didorongnya aku ke atas ranjang empuk itu. Mulutnya segera menjelajahi seluruh dada dan perutku terus menurun ke bawah mendekati pusar dan pangkal pahaku. Tangannya lincah melepaskan celanaku. Celana dalamku segera dipelorotnya. Kemaluanku yang sudah tegang itu mencuat keluar dan berdiri tegak. Tiba-tiba mulutnya menangkap batang kemaluanku itu. Kurasakan sensai yang luar biasa ketika lidahnya lincah memutar-mutar kemaluanku dalam mulutnya. Aku mengerang-ngerang nikmat menahan semua sensasi gila itu.

    Puas mempermainkan kemaluanku dengan mulutnya ia melepaskan diri dan merebahkan diri di sampingku. Aku menelentangkannya dan mulutku mulai beraksi. Kuserga buah dada kanannya sembari tangan kananku meremas-remas buah dada kirinya. Bibirku mengulum puting buah dadanya yang mengeras itu. Buah dadanya juga mengeras diiringi deburan jantungnya. Puas buah dada kanan mulutku beralih ke buah dada kiri. Lalu perlahan tetapi pasti aku menuruni perutnya. Ia menggelinjang-linjang menahan desakan birahi yang semakin menggila. Aku menjilati perutnya yang rata dan menjulurkan lidahku ke pusarnya.

    “Auu..” erangnya, “Oh.. Oh.. Oh..” jeritnya semakin keras.

    Mulutku semakin mendekati pangkal pahanya. Perlahan-lahan pahanya yang mulus padat itu membuka, menampakkan lubang surgawinya yang telah merekah dan basah. Rambut hitam lebat melingkupi lubang yang kemerah-merahan itu. Kudekatkan mulutku ke lubang itu dan perlahan lidahku menyuruk ke dalam lubang yang telah basah membanjir itu. Ia menjerit dan spontan duduk sambil menekan kepalaku sehingga lidahku lebih dalam terbenam. Tubuhnya menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan. Pantatnya menggeletar hebat sedang pahanya semakin lebar membuka.

    “Aaa.. Auu.. Ooo..”, jeritnya keras.

    Aku tahu tidak ada sesuatu pun yang bakalan menghalangiku menikmati dan menyetubuhi si canting bahenon nan seksi ini. Tapi aku tak ingin menikmatinya sebagai orang rakus. Sedikit demi sedikit tetapi sangat nikmat. Aku terus mempermainkan klitorisnya dengan lidahku. Tiba-tiba ia menghentakkan pantatnya ke atas dan memegang kepalaku erat-erat. Ia melolong keras.

    Pada saat itu kurasakan banjir cairan vaginanya. Ia sudah mencapai orgasme yang pertama. Aku berhenti sejenak membiarkan ia menikmatinya. Sesudah itu mulailah aku menjelajahi kembali bagian tersensitif dari tubuhnya itu. Kembali erangan suaranya terdengar tanda birahinya mulai menaik lagi. Tangannya terjulur mencari-cari batang kejantananku. Kemaluanku telah tegak sekeras beton. Ia meremasnya. Aku menjerit kecil, karena nafsuku pun sudah diubun-ubun butuh penyelesaian.

    Kudorong tubuh bahenon nan seksi itu rebah ke kasur empuk. Perlahan-lahan aku bergerak ke atasnya. Ia membuka pahanya lebar-lebar siap menerima penetrasi kemaluanku. Kepalanya bergerak-gerak di atas rambutnya yang terserak. Mulutnya terus menggumam tidak jelas. Matanya terpejam. Kuturunkan pantatku. Batang kemaluanku berkilat-kilat dan memerah kepalanya siap menjalankan tugasnya. Kuusap-usapkan kemaluanku di bibir kemaluannya. Ia semakin menggelinjang seperti kepinding.

    “Cepat.. Cepat.. Aku sudah nggak tahan!” jeritnya.

    Kuturunkan pantatku perlahan-lahan. Dan.. BLESS!

    Kemaluanku menerobos liang senggamanya diiringi jeritannya membelah malam. Tetangga sebelah mungkin bisa mendengar lolongannya itu. Aku berhenti sebentar membiarkan dia menikmatinya. Lalu kutekan lagi pantatku sehingga kemaluanku yang panjang dan besar itu menerobos ke dalam dan terbenam sepenuhnya dalam liang surgawi miliknya. Ia menghentak-hentakkan pantatnya ke atas agar lebih dalam menerima diriku. Sejenak aku diam menikmati sensasi yang luar biasa ini. Lalu perlahan-lahan aku mulai menggerakkan kemaluanku. Balasannya juga luar biasa.

    Dinding-dinding lubang kemaluannya berusaha menggenggam batang kemaluanku. Rasanya seberti digigit-gigit. Pantatnya yang bulat besar itu diputar-putar untuk memperbesar rasa nikmat. Buah dadanya tergoncang-goncang seirama dengan genjotanku di kemaluannya. Matanya terpejam dan bibirnya terbuka, berdesis-desis mulutnya menahankan rasa nikmat. Desisan itu berubah menjadi erangan kemudian jeritan panjang terlontar membelah udara malam. Kubungkam jeritannya dengan mulutku. Lidahku bertemu lidahnya. Sementara di bawah sana kemaluanku leluasa bertarung dengan kemaluannya, di sini lidahku pun leluasa bertarung dengan lidahnya.

    “OH..”, erangnya, “Lebih keras sayang, lebih keras lagi.. Lebih keras.. Oooaah!”

    Tangannya melingkar merangkulku ketat. Kuku-kukunya membenam di punggungku. Pahanya semakin lebar mengangkang. Terdengar bunyi kecipak lendir kemaluannya seirama dengan gerakan pantatku. Di saat itulah kurasakan gejala ledakan magma di batang kemaluanku. Sebentar lagu aku akan orgasme.

    “Aku mau keluar, Mei”, bisikku di sela-sela nafasku memburu.
    “Aku juga”, sahutnya, “Di dalam sayang. Keluarkan di dalam. Aku ingin kamu di dalam.”

    Kupercepat gerakan pantatku. Keringatku mengalir dan menyatu dengan keringatnya. Bibirku kutekan ke bibirnya. Kedua tanganku mencengkam kedua buah dadanya. Diiringi geraman keras kuhentakkan pantatku dan kemaluanku membenam sedalam-dalamnya. Spermaku memancar deras. Ia pun melolong panjang dan menghentakkan pantatnya ke atas menerima diriku sedalam-dalamnya. Kedua pahanya naik dan membelit pantatku. Ia pun mencapai puncaknya. Kemaluanku berdenyut-denyut memuntahkan spermaku ke dalam rahimnya. Inilah orgasmeku yang pertama di dalam kemaluan seorang wanita sejak kematian isteriku. Dan ternyata wanita itu adalah Mei yang cantik bahenol dan seksi.

    Sekitar sepuluh menit kami diam membatu mereguk semua detik kenikmatan itu. Lalu perlahan-lahan aku mengangkat tubuhku. Aku memandangi wajahnya yang berbinar karena birahinya telah terpuaskan. Ia tersenyum dan membelai wajahku.

    “Ardy, kamu hebat sekali, sayang”, katanya, “Sudah lebih dari setahun aku tidak merasakan lagi kejantanan lelaki seperti ini.”
    “Mei juga luar biasa”, sahutku, “Aku sungguh puas dan bangga bisa menikmati tubuhmu yang menawan ini. Mei tidak menyesal bersetubuh denganku?”
    “Tidak”, katanya, “Aku malah berbangga bisa menjadi wanita pertama sesudah kematian isterimu. Mau kan kamu memuaskan aku lagi nanti?”
    “Tentu saja mau”, kataku, “Bodoh kalau nolak rejeki ini.” Ia tertawa.
    “Kalau kamu lagi pingin, telepon saja aku,” lanjutnya, “Tapi kalau aku yang pingin, boleh kan aku nelpon?”
    “Tentu.. Tentu..”, balasku cepat.
    “Mulai sekarang kamu bisa menyetubuhi aku kapan saja. Tinggal kabarkan”, katanya.

    Hatiku bersorak ria. Aku mencabut kemaluanku dan rebah di sampingnya. Kurang lebih setengah jam kami berbaring berdampingan. Ia lalu mengajakku mandi. Lapar katanya dan pingin makan.

    Malam itu hingga hari Minggu siang sungguh tidak terlupakan. Kami terus berpacu dalam birahi untuk memuaskan nafsu. Aku menyetubuhinya di sofa, di meja makan, di dapur, di kamar mandi dalam berbagai posisi. Di atas, di bawah, dari belakang. Pendek kata hari itu adalah hari penuh kenikmatan birahi. Dapat ditebak, pertemuan pertama itu berlanjut dengan aneka pertemuan lain. Kadang-kadang kami mencari hotel tetapi terbanyak di rumahnya. Sesekali ia mampir ke tempatku kalau anak-anak lagi mengunjungi kakek dan neneknya. Pertemuan-pertemuan kami selalu diisi dengan permainan birahi yang panas dan menggairahkan.

    Satu malam di kamar tidurnya. Setelah beberapa kali orgasme iseng aku menggodanya.

    “Mei”, kataku, “Betapa beruntungnya aku yang berkulit gelap ini bisa menikmati tubuhmu bahenol, seksi, putih dan mulus seorang wanita Cina.”
    Ia malah tertawa. tahu apa jawabannya? “Tulisan yang paling indah di atas kertas putih justru harus dengan tinta hitam.”

  • Pengalaman Sex Dina Merintih Kesakitan – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Pengalaman Sex Dina Merintih Kesakitan – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1990 views

    Perawanku – Aku Dina, cerita ini terjadi ketika Aku baru masuk SMU. Aku tinggal bersama dengan ke 2 ortu dan adikku di sebuah apartment. Ortu membeli 2 apartmen yang letaknya saling berhadapan di lantai yang sama. Aku dan adikku tinggal di satu apartment dan ortu di apartmen satunya lagi. Ayahku punya seorang kakak angkat yang umurnya gak jauh diatas ayah. Hubungan keluargaku dengan om itu cukup akrab. om sering berkunjung ke apartmen baik untuk urusan pekerjaan maupun hanya bersilaturahmi. Maklum om dah pisah dari tante, yang telah menikah lagi dengan orang lain, sedang om masih sendiri sejak perpisahannya dengan tante. Om ku ganteng, walaupun umurnyaa sedikit diatas ayahku tapi malah kelihatan lebih muda dari ayahku. Badannya tegap atletis, mungkin karena dia masih rajin melakukan fitness seminggu sekali, jogging ampir tiap hari dan juga renang seminggu sekali. Gak seperti ayahku yang udah gendut dan keliatan tua, maklum deh ayah sibuk dengan kerjaannya, workaholik lah orang bilang, sehingga gak sempet ngapa-ngapain. waktu untuk keluarga paling weekend, itupun sering dianggu karena ada pekerjaan yang harus dilakukan ayah. Om sering mengajak kami jalan2, kalo ayah kharus melakukan pekerjaannya.

    Diam-diam aku mengagumi om, kelihatannya macho sekali deh. Cerita ini terjadi ketika ortu dan adikku harus keluar kota untuk menengok nenekku yang sedang sakit. Aku tidak ikut karena hari ini om akan datang untuk mengambil pesanannya yang dititipkan lewat aya. ayah berpesan untuk menyampaikan pesanan itu kalo om datang ke apartment. Katanya om akan datang sore sekitar magrib. Aku senang juga karena bisa berduaan aja ama om tanpa ada orang lain diapartment yang mengganggu.

    Sorenya terdengar bel pintu berbunyi. Om mengebel pintu apartmentku karena ayah dah memberi tau kalo mereka keluar kota, tapi pesanan om dititpkan pada aku. Segera aku membuka pintu menyambut om.

    “Hai cantik”, om selalu menyapa aku seperti itu. Seneng aku dipuji cantik oleh om.
    “Kok seneng banget kelihatannya”.
    “Iya om, seneng bisa berduaan ama om”, jawabku terus terang.
    “Loh kok seneng, kan dah sering jalan ma om”.
    “Iya tapi kan ramean. duduk om. ini pesenan om yang dititipkan ayah buat om”.

    Om duduk di sofa. Memang apartment aku dan adikku lumayan lengkap perabotannya walaupun serba minimalis. Di ruang tamu yang merangkap kamar makan ada seperangkat sofa, tv, audio system, meja makan dan pantri kering. Dapur diubah fungsi sebagai gudang karena makanan disupply dari apartment ortu.

    “Om jalan yuk”, kataku.
    “Mo kemana”, tanya om.
    “Ke mall yuk”.
    “Mo nyari apa?”
    “Makan ama liatliat aja. di apartment gak ada makanan. tadi mama pesen supaya aku ngajak om nyari makan diluar aja”. “Emangnya ortu kamu pulangnya kapan. Adikmu mana?”
    “Adik ikut om, pulangnya besok sore kali”.
    “Terus kamu takut sendirian, mau om temenin”. Wah itu yang aku harapkan bisa berduaan ama om sampe besok.
    “Bentar ya om, aku tuker baju dulu”.

    Segera aku menghilang kekamarku dan tukar pakean. Aku gak tau, rupanya om ngintip ketika aku tuker pakean. Tapi ya gak tejadi apa2. Kemudian segera aku keluar apartment bersama om. Dengan manjanya aku memeluk tangan om. Kami bermobil ke mal yang deket dengan apartmentku. Sampe malem aku bener2 have fun bersama om, kami cari makan, dan setelah makan om ngajak aku nonton film. Aku ya ok aja, didalem bioskop aku memegangi tangan om terus, perhatianku gak pada filmnya tapi pada sosok pria macho yang duduk disebelah aku.

    “Tu orang pada ngeliatin kita, mereka kira aku om senang yang lagi gaet abg cantik”, kata om ketika keluar dari bioskop.
    “Kamu manja amat sih”.
    “Biarin aja”, jawabku.
    “Mo kemana lagi nih”.
    “Pulang yuk om”.
    “ayuk”.

    Kami menuju ke tempat parkir dan langsung kembali ke apartment. Segera mobil meluncur kembali ke apartment, gak lama karena apartment dekat dengan mal. Sesampe di apartment aku segera tuker dengan pakean rumah lagi. aku kalo dirumah Memang gak memakai bra. Aku hanya memakai tanktop ketat sepinggang dan celana pendek yang juga ketat. kedua pentilku tampak jelas sekali tercetak di tanktopku. Si om terpana melihat lekak liku bodiku yang Memang mengundang selera lelaki yang melihatnya.

    “Kamu beneran mo om temenin”.
    “Kalo om gak keberatan”.
    “Tapi om gak bawa baju ganti”.
    “Nanti aku ambilin celana kolor dan baju kaos ayah”.

    Segera aku keluar apartment, membuka apartment ortu dan masuk ke kamar ortu untuk mengambil celana kolor dan kaos oblong ayah.

    “Kegedean kali ya om, ayah kan gendut”, kataku sembari menyerahkan pakean itu ke om.
    “Gak apa, kan cuma buat bobo”.

    Si om masuk ke kamarku, ketika keluar kamar hanya memakai celana kolor gombrang dan kaos yang rada kebesaran. Kelihatannya dia tidak mengenakan CD karena penisnya kelihatan jelas tercetak di celana gombrangnya, kayanya dah ngaceng deh. Mungkin dia napsu ngeliat bodiku. Om duduk di sofa nonton tv. Aku duduk disebelahnya.

    “Din kamu seksi sekali. toket kamu besar juga ya, pasti cowok kamu suka ya, suka diremes2 ya Din ma cowok kamu”.
    “Ih om tau aja”.
    “Iya tau lah Din, om kan juga lelaki. Lelaki mana yan gak suka ngeremes toket montok seperti toketmu itu”.
    “Om suka ngeremes juga ya, terus om ngeremes siapa, kan gak ada tante”. Om cuma tersenyum,
    “Kamu mau gak om remes”. “Ih om genit ih”.
    “Kamu suka nonton film bokep ya Din”.
    “Iya om ma cowok Dina”.
    “Dimana nontonnya?”
    “Dirumah cowok Dina, dia kan sering sendirian di rumahnya, ortunya sering pergi dua2nya, katanya berbisnis”. Terus, diremes deh”.
    “Iya om, abis nonton film gituan kan napsu juga”.
    “Cuma diremes?”
    “he he”, aku hanya tertawa. “Kamu dah sering maen ma cowok kamu ya Din”.
    “Gak sering om, cuma ampir tiap malem minggu”.
    “Itu mah sering”, kata om sambil merangkul pundakku.

    Aku merinding ketika om menarikku merapat kebadannya. Dia mencium pipiku.

    “Om bawa film bokep, yang maen orang indonesia ma bule. mo liat?’
    “Mau om, biasanya aku nonton kalo gak bule, ya cina apa jepun”.

    Si om mengambil dvd dari tas yang dibawanya tdi dan dipasangnya. Segera filmpun mulai. Ceweknya orang sini, togepasar lah, jembutnya juga lebat, sedang si bule krempeng, tapi penisnya gede en panjang banget. Biasalah ritual film bokep saling isep sampe akhirnya si bule naikin tu prempuan dan masuk deh. serenade ah uh dimulai. Si om rupanya sudah dibawah pengaruh napsu berahinya. Dia menatapku dengan pandangan yang seakan2 mau menelanjangiku. Segera dia mencium bibirku, aku menyambutnya.

    Lidah kami saling melilit dan kemudian dijulurkan lidahnya kedalam mulutku. Segera kuemut lidahnya, kemudian ganti aku yang menjulurkan lidahku ke mulutnya. Diapun tidak menyia2kan kesempatan untuk segera memerah kedua toketku gantian.

    “Din, om dah lama pengen ngeremes toket kamu”. Pentilku yang dah mulai mengeras dipilin2 dari luar tanktopku. “Dilepas ya Din tanktopnya”, katanya seraya menarik tanktopku keatas.

    Dvd dimatikannya karena kami sudah tidak lagi memperhatikan perilaku ke2 anak manusia yang berlainan jenis sedang beraksi di film itu. Toketku sudah telanjang dihadapannya. Dia segera meremas2 toketku.

    “Baru 16 dah besar gini Din toket kamu, kenceng lagi, om mau ngasi kenikmatan sama kamu, mau kan”, katanya perlahan sambil mencium toket ku yang montok. “.

    Aku diam saja, mataku terpejam. Dia mengendus-endus kedua toketku yang berbau harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahnya. pentil toket kananku dilahap ke dalam mulutnya. Badanku sedikit tersentak ketika pentil itu digencet perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasnya.

    “Om…”, rintihku, tindakannya membangkitkan napsuku juga.

    Aku menjadi sangat ingin merasakan kenikmatan dien tot, sehingga aku diam saja membiarkan dia menjelajahi tubuhku. Disedot-sedotnya pentil toketku secara berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak diperkuat sedotannya. Diperbesar daerah lahapan bibirnya. Kini pentil dan toket sekitarnya yang berwarna kecoklatan itu semua masuk ke dalam mulutnya. Kembali disedotnya daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Mimik wajahku tampak sedikit berubah, seolah menahan suatu kenikmatan. Kedua toketku yang harum itu diciumi dan disedot-sedot secara berirama.

    Dibenamkannya wajahnya di antara kedua belah gumpalan dada ku. Perlahan-lahan dia bergerak ke arah bawah. Digesek-gesekkan wajahnya di lekukan tubuhku yang merupakan batas antara gumpalan toket dan kulit perutku. Kiri dan kanan diciumi dan dijilatinya secara bergantian. Kecupan-kecupan bibir, jilatan-jilatan lidah, dan endusan-endusan hidungnya pun beralih ke perut dan pinggangku. Bibir dan lidahnya menyusuri perut sekeliling pusarku yang putih mulus. Wajahnya bergerak lebih ke bawah.

    Dengan nafsu yang menggelora dia memeluk pinggulku secara perlahan-lahan. Celana pendekku ditariknya kebawah, aku mengangkat pantatku supaya lebih mudah dia melepaskan celanaku. Kecupannya pun berpindah ke CD tipis yang membungkus pinggulku. Ditelusurinya pertemuan antara kulit perut dan CD, ke arah pangkal paha. Dijilatnya helaian-helaian rambut jembutku yang keluar dari CDku.

    “Din, jembut kamu lebat banget ya, pantes kamu napsunya besar”. Lalu diendus dan dijilatnya CD pink itu di bagian belahan bibir nonokku. Aku makin terengah menahan napsuku, sesekali aku melenguh menahan kenikmatan yang kurasakan.

    Dia melepaskan semua yang nempel dibadannya sehingga bertelanjang bulat. Aku terkejut melihat penisnya yang begitu besar dan panjang dalam keadaan sangat tegang. Napsuku bangkit juga melihat penisnya, timbul hasratku untuk merasakan bagaimana nikmatnya kalo penis besar itu menggesek keluar masuk nonokku. Dia bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut dikangkanginya tubuhku. penisnya yang tegang ditempelkan di kulit toketku. Kepala penis digesek-gesekkan di toketku yang montok itu.

    Sambil mengocok batangnya dengan tangan kanannya, kepala penisnya terus digesekkan di toketku, kiri dan kanan. Setelah sekitar dua menit dia melakukan hal itu. Diraih kedua belah gumpalan toketku yang montok itu. Dia berdiri di atas lutut dengan mengangkangi pinggang ramping ku dengan posisi badan sedikit membungkuk. penisnya dijepitnya dengan kedua gumpalan toketku. Perlahan-lahan digerakkannya maju-mundur penisnya di cekikan kedua toket ku. Di kala maju, kepala penisnya terlihat mencapai pangkal leherku yang jenjang. Di kala mundur, kepala penisnya tersembunyi di jepitan toketku. Lama-lama gerak maju-mundur penisnya bertambah cepat, dan kedua toketku ditekannya semakin keras dengan telapak tangannya agar jepitan di penispenisnya semakin kuat. Dia pun merem melek menikmati enaknya jepitan toketku. Akupun mendesah-desah tertahan,

    “Ah… hhh… hhh… ah…” penisnya pun mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan tersebut membasahi belahan toketku.

    Gerakan maju-mundur penisnya di dadaku yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan remasan-remasan tangannya di kedua toketnya, menyebabkan cairan itu menjadi teroles rata di sepanjang belahan dadaku yang menjepit penisnya. Cairan tersebut menjadi pelumas yang memperlancar maju-mundurnya penisnya di dalam jepitan toketku. Dengan adanya sedikit cairan dari penisnya tersebut dia terlihat merasakan keenakan dan kehangatan yang luar biasa pada gesekan-gesekan batang dan kepala penisnya dengan toketku.

    “Hih… hhh… … Luar biasa enaknya…,” dia tak kuasa menahan rasa enak yang tak terperi. Nafasku menjadi tidak teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirku , yang kadang diseling desahan lewat hidungku,
    “Ngh… ngh… hhh… heh… eh… ngh…” Desahan-desahanku semakin membuat nafsunya makin memuncak.

    Gesekan-gesekan maju-mundurnya penisnya di jepitan toketku semakin cepat. penisnya semakin tegang dan keras.

    “Enak sekali, Din”, erangnya tak tertahankan.

    Dia menggerakkan penisnya maju-mundur di jepitan toketku dengan semakin cepat. Alis mataku bergerak naik turun seiring dengan desah-desah perlahan bibirku akibat tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di toketku. Ada sekitar lima menit dia menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan toketku itu. Toket sebelah kanan dilepas dari telapak tangannya. Tangan kanannya lalu membimbing penis dan menggesek-gesekkan kepala penis dengan gerakan memutar di kulit toketku yang halus mulus.

    Sambil jari-jari tangan kirinya terus meremas toket kiriku, penisnya digerakkan memutar-mutar menuju ke bawah. Ke arah perut. Dan di sekitar pusarku, kepala penisnya digesekkan memutar di kulit perutku yang putih mulus, sambil sesekali disodokkan perlahan di lobang pusarku. Dicopotnya CD minimku. Pinggulku yang melebar itu tidak berpenutup lagi. Kulit perutku yang semula tertutup CD tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus. Di bawah perutku, jembutku yang hitam lebat menutupi daerah sekitar nonokku.

    Kedua paha mulusku direnggangkannya lebih lebar. Kini hutan lebat di bawah perutku terkuak, mempertontonkan nonokku. Dia pun mengambil posisi agar penisnya dapat mencapai nonokku dengan mudahnya. Dengan tangan kanan memegang penis, kepalanya digesek-gesekkannya ke jembutku. Kepala penisnya bergerak menyusuri jembut menuju ke nonokku. Digesek-gesekkan kepala penis ke sekeliling bibir nonokku. Terasa geli dan nikmat. Kepala penis digesekkan agak ke arah nonokku. Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut nonokku menjadi basah. Digetarkan perlahan-lahan penisnya sambil terus memasuki nonokku.

    Kini seluruh kepala penisnya yang berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut nonokku. Kembali dari mulutku keluar desisan kecil karena nikmat tak terperi. penisnya semakin tegang. Sementara dinding mulut nonokku terasa semakin basah. Perlahan-lahan penisnya ditusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh penis yang tersisa di luar. Secara perlahan dimasukkan penisnya ke dalam nonokku. Terbenam sudah seluruh penisnya di dalam nonokku. Sekujur penis sekarang dijepit oleh nonokku . Secara perlahan-lahan digerakkan keluar-masuk penisnya ke dalam nonokku. Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam nonokku hanya kepalanya saja. Sewaktu masuk seluruh penis terbenam di dalam nonokku sampai batas pangkalnya.

    Dia terus memasuk-keluarkan penisnya ke lobang nonokku. Alis mataku terangkat naik setiap kali penisnya menusuk masuk nonokku secara perlahan. Bibir segarku yang sensual sedikit terbuka, sedang gigiku terkatup rapat. Dari mulut sexy ku keluar desis kenikmatan,

    “Sssh…sssh… hhh… hhh… ssh… sssh…” Dia terus mengocok perlahan-lahan nonokku. Enam menit sudah hal itu berlangsung. Kembali dikocoknya secara perlahan nonokku sampai selama dua menit.

    Kembali ditariknya penisnya dari nonokku. Namun tidak seluruhnya, kepala penis masih dibiarkannya tertanam dalam nonokku. Sementara penis dikocoknya dengan jari-jari tangan kanannya dengan cepat Rasa enak itu agaknya kurasakan pula. Aku mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan getar kepala penisnya pada dinding mulut nonokku,

    “Sssh… sssh… zzz…ah… ah… hhh…” Tiga menit kemudian dimasukkannya lagi seluruh penisnya ke dalam nonokku. Dan dikocoknya perlahan. Sampai kira-kira empat menit.

    Lama-lama dia mempercepat gerakan keluar-masuk penisnya pada nonokku. Sambil tertahan-tahan, dia mendesis-desis,

    “Din… nonokmu luar biasa… nikmatnya…” Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit.

    Tiba-tiba dicopotnya penis dari nonokku. Segera dia berdiri dengan lutut mengangkangi tubuhku agar penisnya mudah mencapai toketku. Kembali diraihnya kedua belah toket montok ku untuk menjepit penisnya yang berdiri dengan amat gagahnya. Agar penisnya dapat terjepit dengan enaknya, dia agak merundukkan badannya. penis dikocoknya maju-mundur di dalam jepitan toketku. Cairan nonokku yang membasahi penisnya kini merupakan pelumas pada gesekan-gesekan penisnya dan kulit toketku.

    “Oh…hangatnya… Sssh… nikmatnya…Tubuhmu luarrr biasa…”, dia merintih-rintih keenakan. Aku juga mendesis-desis keenakan,
    “Sssh.. sssh… sssh…” Gigiku tertutup rapat. Alis mataku bergerak ke atas ke bawah.

    Dia mempercepat maju-mundurnya penisnya. Dia memperkuat tekanan pada toketku agar penisnya terjepit lebih kuat. Karena basah oleh cairan nonokku, kepala penisnya tampak amat mengkilat di saat melongok dari jepitan toketku. Leher penis yang berwarna coklat tua dan helm penis yang berwarna pink itu menari-nari di jepitan toketku. Semakin dipercepat kocokan penisnya pada toketku. Tiga menit sudah kocokan hebat penisnya di toket montok ku berlangsung. Dia makin cepat mengocokkan penis di kempitan toket indah ku. Akhirnya dia tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahanannya.

    “Din..!” pekiknya dengan tidak tertahankan. Matanya membeliak-beliak. Jebollah pertahanannya.

    penisnya menyemburkan peju. Crot! Crot! Crot! Crot! Pejunya menyemprot dengan derasnya. Sampai empat kali. Kuat sekali semprotannya, sampai menghantam rahangku. Peju tersebut berwarna putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang peju mengalir turun ke arah leherku. Peju yang tersisa di dalam penispenisnya pun menyusul keluar dalam tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini semprotannya lemah. Semprotan awal hanya sampai pangkal leherku, sedang yang terakhir hanya jatuh di atas belahan toketku. Dia menikmati akhir-akhir kenikmatan.

    “Luar biasa…Din, nikmat sekali tubuhmu…,” dia bergumam.
    “Kok gak dikeluarin di dalem aja om”, kataku lirih.
    “Gak apa kalo om ngecret didalem Din”, jawabnya.
    “Gak apa om, biasanya cowokku juga ngecret didalem kok om. Tapi belum dien tot juga aku ngerasa nikmat sekali om”, kataku lagi.
    “Ini baru ronde pertama Din, mau lagi kan ronde kedua”, katanya.
    “Mau om, tapi ngecretnya didalem ya”, jawabku. “Kok tadi kamu diem aja Din”, katanya lagi.
    “Bingung om, tapi nikmat”, jawabku sambil tersenyum.
    “Engh…” aku menggeliatkan badanku.

    Dia segera mengelap penis dengan tissue yang ada di atas meja, dan mengelap peju yang berleleran di rahang, leher, dan toketku. Ada yang tidak dapat dilap, yakni cairan peju yang sudah terlajur jatuh di rambut ku.

    “Mo kemana om”, tanyaku.
    “Mo ambil minum dulu”, jawabnya.

    Dia kembali membawa gelas berisi air putih, diberikannya kepada ku yang langsung kutenggak sampe habis. Dia kembali lagi untuk mengisi gelas dengan air. Masih tidak puas dia memandangi toket indahku yang terhampar di depan matanya. Dia memandang ke arah pinggangku yang ramping dan pinggulku yang melebar indah. Terus tatapannya jatuh ke nonokku yang dikelilingi oleh jembut hitam jang lebat. Aku ingin mengulangi permainan tadi, digeluti, didekap kuat. Mengocok nonokku dengan penisnya dengan irama yang menghentak-hentak kuat. Dan dia dapat menyemprotkan pejunya di dalam nonokku sambil merengkuh kuat-kuat tubuhnya saat aku nyampe. Nafsuku terbakar. Aku diajaknya kekamar. Aku berbaring diranjang dan dia disebelahku.

    “Din…,” desahnya penuh nafsu. Bibirnya pun menggeluti bibirku. Bibir sensualku yang menantang itu dilumat-lumat dengan ganasnya. Sementara aku pun tidak mau kalah. Bibirku pun menyerang bibirnya dengan dahsyatnya, seakan tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibirnya. Kedua tangannyapun menyusup diantara lenganku. Tubuhku sekarang berada dalam dekapannya. Dia mempererat dekapannya, sementara aku pun mempererat pelukanku pada dirinya. Kehangatan tubuhnya terasa merembes ke badanku, toketku yang membusung terasa semakin menekan dadanya. Aku meremas-remas kulit punggungnya. Aku mencopot celananya dan merangkul punggungnya lagi.

    Dia kembali mendekap erat tubuhku sambil melumat kembali bibirku. Dia terus mendekap tubuhku sambil saling melumat bibir. Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami yang saling menempel. Kini kurasakan toketku yang montok menekan ke dadanya. Dan ketika saling sedikit bergeseran, pentilku seolah-olah menggelitiki dadanya. penisnya terasa hangat dan mengeras. Tangan kirinya pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping dan pinggul besar ku, menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutnya. penisnya tergencet diantara perut bawahku dan perut bawahnya. Sementara bibirnya bergerak ke arah leherku, diciumi, dihisap-hisap dengan hidungnya, dan dijilati dengan lidahnya.

    “Ah… geli… geli…,” desahku sambil menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai daguku terbuka dengan luasnya. Aku pun membusungkan dadaku dan melenturkan pinggangku ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajahnya dalam keadaan menggeluti leherku, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu dengan rapatnya.

    Tangan kanannya lalu bergerak ke dadaku yang montok, dan meremas-remas toketku dengan perasaan gemas. Setelah puas menggeluti leherku, wajahnya turun ke arah belahan dadaku. Dia berdiri dengan agak merunduk. Tangan kirinya pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak memegangi toket. Digeluti belahan toketku, sementara kedua tangannya meremas-remas kedua belah toketku sambil menekan-nekankannya ke arah wajahnya. Digesek-gesekkan memutar wajahnya di belahan toketku. Bibirnya bergerak ke atas bukit toket sebelah kiri. Diciuminya bukit toketku, dan dimasukkan pentil toketku ke dalam mulutnya. Kini dia menyedot-sedot pentil toket kiriku. Di ainkan pentilku di dalam mulutnya dengan lidah. Sedotan kadang diperbesar ke puncak bukit toket di sekitar pentil yang berwarna coklat.

    “Ah… ah… om…geli…,” aku mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Dia memperkuat sedotannya.

    Sementara tangannya meremas kuat toket sebelah kanan. Kadang remasan diperkuat dn diperkecil menuju puncak, dan diakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jarinya pada pentilku.

    “Om… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu…ngilu…” Dia semakin gemas.

    Toketku dimainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket kadang disedot sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang disedot hanya pentilku dan dicepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang diremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya dipijit-pijit dan dipelintir-pelintir kecil pentil yang mencuat gagah di puncaknya.

    “Ah…om… terus… hzzz…ngilu… ngilu…” aku mendesis-desis keenakan. Mataku kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhku ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya. Sampai akhirnya aku tidak kuat melayani serangan-serangan awalnya. Jari-jari tangan kananku yang mulus dan lembut menangkap penisnya yang sudah berdiri dengan gagahnya. “Om.. penisnya besar ya”, ucapku. Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tangannya terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketku, jari-jari lentik tangan kananku meremas-remas perlahan penisnya secara berirama.

    Dia merengkuh tubuhku dengan gemasnya. Dikecupnya kembali daerah antara telinga dan leherku. Kadang daun telinga sebelah bawahnya dikulum dalam mulutnya dan dimainkan dengan lidahnya. Kadang ciumannya berpindah ke punggung leherku yang jenjang. Dijilati pangkal helaian rambutku yang terjatuh di kulit leherku. Sementara tangannya mendekap dadaku dengan eratnya. Telapak dan jari-jari tangannya meremas-remas kedua belah toketku. Remasannya kadang sangat kuat, kadang melemah. Sambil telunjuk dan ibu jari tangan kanannya menggencet dan memelintir perlahan pentil toket kiriku, sementara tangan kirinya meremas kuat bukit toket kananku dan bibirnya menyedot kulit mulus pangkal leherku yang bebau harum, penisnya digesek-gesekkan dan ditekan-tekankan ke perutku. Aku pun menggelinjang ke kiri-kanan.

    “Ah… om… ngilu… terus om… terus… ah… geli… geli…terus… hhh… enak… enaknya… enak…,” aku merintih-rintih sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama sejalan dengan permainan tangannya di toketku. Akibatnya pinggulku menggial ke kanan-kiri.
    “Din.. enak sekali Din… sssh… luar biasa… enak sekali…,” diapun mendesis-desis keenakan.
    “Om keenakan ya? penis om terasa besar dan keras sekali menekan perut aku. Wow… penis om terasa hangat di kulit perut aku. Tangan om nakal sekali … ngilu,…,” rintihku.
    “Jangan mainkan hanya pentilnya saja… geli… remas seluruhnya saja…” aku semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratnya.
    Aku sudah makin liar saja desahannya, aku sangat menikmati gelutannya, lupa bahwa dia ini om suamiku.
    “Om.. remasannya kuat sekali… Tangan om nakal sekali..Sssh… sssh… ngilu… ngilu…Ak… penis om … besar sekali… kuat sekali…”

    Aku menarik wajahnya mendekat ke wajahku. Bibirku melumat bibirnya dengan ganasnya. Dia pun tidak mau kalah. Dilumatnya bibirku dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tangannya mendekap tubuhku dengan kuatnya. Kulit punggungku yang teraih oleh telapak tangannya diremas-remas dengan gemasnya. Kemudian dia menindihi tubuhku. penisnya terjepit di antara pangkal pahaku dan perutnya bagian bawah. Akhirnya dia tidak sabar lagi. Bibirnya kini berpindah menciumi dagu dan leherku, sementara tangannya membimbing penisnya untuk mencari nonokku.

    Diputar-putarkan dulu kepala penisnya di kelebatan jembut disekitar bibir nonokku. Aku meraih penisnya yang sudah amat tegang. Pahaku yang mulus itu terbuka agak lebar. “Om penisnya besar dan keras sekali” kataku sambil mengarahkan kepala penisnya ke nonokku. Kepala penisnya menyentuh bibir nonokku yang sudah basah. Dengan perlahan-lahan dan sambil digetarkan, penis ditekankan masuk ke kunonok. Kini seluruh kepala penisnya pun terbenam di dalam nonokku. Dia menghentikan gerak masuk penisnya.

    “Om… teruskan masuk… Sssh… enak… jangan berhenti sampai situ saja…,” aku protes atas tindakannya.

    Namun dia tidak perduli. Dibiarkan penisnya hanya masuk ke nonokku hanya sebatas kepalanya saja, namun penisnya digetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungnya dengan ganasnya menggeluti leherku yang jenjang, lengan tanganku yang harum dan mulus, dan ketiakku yang bersih dari bulu. Aku menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan.

    “Sssh… sssh…enak… enak… geli..geli, om. Geli… Terus masuk, om..” Bibirnya mengulum kulit lengan tanganku dengan kuat-kuat.

    Sementara tenaga dikonsentrasikan pada pinggulnya. Dan…satu… dua… tiga! penisnya ditusukkan sedalam-dalamnya ke dalam nonokku dengan sangat cepat dan kuat. Plak! Pangkal pahanya beradu dengan pangkal pahaku yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara penisnya bagaikan diplirid oleh bibir nonokku yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt!

    “Auwww!” pekikku. Dia diam sesaat, membiarkan penisnya tertanam seluruhnya di dalam nonokku tanpa bergerak sedikit pun.
    “Sakit om… ” kataku sambil meremas punggungnya dengan keras.
    Dia pun mulai menggerakkan penisnya keluar-masuk nonokku. Seluruh bagian penisnya yang masuk nonokku dipijit-pijit dinding lobang nonokku dengan agak kuatnya.
    “Bagaimana Din, sakit?” tanyaku.
    “Sekarang sudah enggak om…ssh… enak sekali… enak sekali… penis om besar dan panjang sekali… sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru nonok aku..,” jawabku. Dia terus memompa nonokku dengan penisnya perlahan-lahan.

    Toketku yang menempel di dadanya ikut terpilin-pilin oleh dadanya akibat gerakan memompa tadi. Kedua pentilku yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadanya. penisnya diiremas-remas dengan berirama oleh otot-otot nonokku sejalan dengan genjotannya tersebut. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala penisnya menyentuh suatu daging hangat di dalam nonokku. Sentuhan tersebut serasa geli-geli nikmat. Dia mengangkat kedua kakiku. Sambil menjaga agar penisnya tidak tercabut dari nonokku, dia mengambil posisi agak jongkok. Betis kananku ditumpangkan di atas bahunya, sementara betis kiriku didekatkan ke wajahnya.

    Sambil terus mengocok nonokku perlahan dengan penisnya, betis kiriku yang amat indah itu diciumi dan dikecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang diciumi dan digeluti, sementara betis kiriku ditumpangkan ke atas bahunya. Begitu hal tersebut dilakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan gerakan penisnya maju-mundur perlahan di nonok ku. Setelah puas dengan cara tersebut, dia meletakkan kedua betisku di bahunya, sementara kedua telapak tangannya meraup kedua belah toketku. Masih dengan kocokan penis perlahan di nonokku, tangannya meremas-remas toket montok ku. Kedua gumpalan daging kenyal itu diremas kuat-kuat secara berirama.

    Kadang kedua pentilku digencet dan dipelintir-pelintir secara perlahan. Pentilku semakin mengeras, dan bukit toketku semakin terasa kenyal di telapak tangannya. Aku pun merintih-rintih keenakan. Mataku merem-melek, dan alisku mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.

    “Ah…om, geli… geli… … Ngilu om, ngilu… Sssh… sssh… terus om, terus…. penis om membuat nonok aku merasa enak sekali… Nanti jangan dingecretinkan di luar nonok, ya om. Ngecret di dalam saja… ” Dia mulai mempercepat gerakan masuk-keluar penisnya di nonokku. “Ah-ah-ah… bener, om. Bener… yang cepat…Terus om, terus… ” Dia bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihanku.

    Tenaganya menjadi berlipat ganda. Ditingkatkan kecepatan keluar-masuk penisnya di nonokku. Terus dan terus. Seluruh bagian penispenisnya diremas-remas dengan cepatnya oleh nonokku. Aku menjadi merem-melek. Begitu juga dirinya, dia pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.

    “Sssh… sssh… Din… enak sekali… enak sekali nonokmu… enak sekali nonokmu…”
    “Ya om, aku juga merasa enak sekali… terusss…terus om, terusss…” Dia meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk penisnya pada nonokku.
    “Om… sssh… sssh… Terus… terus… aku hampir nyampe…sedikit lagi… sama-sama ya om…,” aku jadi mengoceh tanpa kendali. Dia mengayuh terus. Sementara itu nonokku berdenyut dengan hebatnya.
    “Om… Ah-ah-ah-ah-ah… Mau keluar om… mau keluar..ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…” Tiba-tiba penisnya dijepit oleh dinding nonok ku dengan sangat kuatnya.

    Di dalam nonokku, penisnya disemprot oleh cairan yang keluar dari nonokku dengan cukup derasnya. Dan aku meremas lengan tangannya dengan sangat kuatnya. Aku pun berteriak tanpa kendali:

    “…keluarrr…!” Mataku membeliak-beliak. Sekejap tubuh kurasakan mengejang. Dia pun menghentikan genjotannya.

    penisnya yang tegang luar biasa dibiarkan tertanam dalam nonokku. Aku memejam beberapa saat dalam menikmati puncak. Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tanganku pada lengannya perlahan-lahan mengendur. Kelopak mataku pun membuka, memandangi wajahnya. Sementara jepitan dinding nonokku pada penisnya berangsur-angsur melemah, walaupun penisnya masih tegang dan keras. Kedua kakiku lalu diletakkan kembali di atas ranjang dengan posisi agak membuka. Dia kembali menindih tubuh telanjangku dengan mempertahankan agar penisnya yang tertanam di dalam nonokku tidak tercabut.

    “Om… luar biasa… rasanya seperti ke langit ke tujuh,” kataku dengan mimik wajah penuh kepuasan.

    penisnya masih tegang di dalam nonokku. penisnya masih besar dan keras. Dia kembali mendekap tubuhku. penisnya mulai bergerak keluar-masuk lagi di nonokku, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding nonokku secara berangsur-angsur terasa mulai meremas-remas penisnya. Namun sekarang gerakan penisnya lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan yang disemprotkan oleh nonokku beberapa saat yang lalu.

    “Ahhh…om… langsung mulai lagi… Sekarang giliran om.. semprotkan peju om di nonok aku.. Sssh…,” aku mulai mendesis-desis lagi.

    Bibirnya mulai memagut bibirku dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kirinya ikut menyangga berat badannya, tangan kanannya meremas-remas toket ku serta memijit-mijit pentilnya, sesuai dengan irama gerak maju-mundur penisnya di nonokku.

    “Sssh… sssh… sssh… enak om, enak… Terus…teruss… terusss…,” desisku. Sambil kembali melumat bibirku dengan kuatnya, dia mempercepat genjotan penisnya di nonokku. Pengaruh adanya cairan di dalam nonokku, keluar-masuknya penis pun diiringi oleh suara,

    “srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret…” Aku tidak henti-hentinya merintih kenikmatan,
    “Om… ah… ” penisnya semakin tegang. Dilepaskannya tangan kanannya dari toketku.

    Kedua tangannya kini dari ketiak ku menyusup ke bawah dan memeluk punggungku. Akupun memeluk punggungnya dan mengusap-usapnya. Dia pun memulai serangan dahsyatnya. Keluar-masuknya penisnya ke dalam nonok ku sekarang berlangsung dengan cepat dan bertenaga. Setiap kali masuk, penis dihunjamkan keras-keras agar menusuk nonokku sedalam-dalamnya. penisnya bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding nonokku. Sampai di langkah terdalam, aku membeliak sambil mengeluarkan seruan tertahan,

    “Ak!” Sementara daging pangkal pahanya bagaikan menampar daging pangkal pahaku sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar nonokku, penisnya dijaga agar kepalanya tetap tertanam di nonokku.

    Remasan dinding nonokku pada penisnya pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir nonokku yang mengulum penisnya pun sedikit ikut tertarik keluar. Pada gerak keluar ini akumendesah,

    “Hhh…” Dia terus menggenjot nonokku dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak.

    Aku meremas punggungnya kuat-kuat di saat penis dihunjam masuk sejauh-jauhnya ke nonokku. Beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara penisnya dan nonokku menimbulkan bunyi srottt-srrrt… srottt-srrrt… srottt-srrrt… Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecilku:

    “Ak! Hhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…”
    “Din… Enak sekali Din… nonokmu enak sekali… nonokmu hangat sekali… jepitan nonokmu enak sekali…”
    “Om… terus om…,” rintihku,
    “enak om… enaaak… Ak! Hhh…” Diapun mengocokkan penisnya ke nonokku dengan semakin cepat dan kerasnya.

    Setiap masuk ke dalam, penisnya berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya.

    “Din… aku… aku…” Karena menahan rasa nikmat yang luar biasa dia tidak mampu menyelesaikan ucapannya yang Memang sudah terbata-bata itu.
    “Om, aku… mau nyampe lagi… Ak-ak-ak… aku nyam…” Tiba-tiba penisnya mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya.

    Dia tidak mampu lagi menahan lebih lama lagi. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding nonok ku mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu, dia tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan pejunya. Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala penisnya disemprot cairan nonokku, bersamaan dengan pekikanku,

    “…nyampee…!” Tubuhku mengejang dengan mata membeliak-beliak.
    “Din…!” dia melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuhku sekuat-kuatnya. Wajahnya dibenamkan kuat-kuat di leherku yang jenjang. Pejunya pun tak terbendung lagi. Crottt! Crottt! Crottt! Pejunya menyembur dengan derasnya, menyemprot dinding nonokku yang terdalam. penisnya yang terbenam semua di dalam nonokku terasa berdenyut-denyut. Beberapa saat lamanya kami terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali.

    Dia menghabiskan sisa-sisa peju dalam penisnya. Cret! Cret! Cret! penisnya menyemprotkan lagi peju yang masih tersisa ke dalam nonokku. Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan baik tubuhku maupun tubuhnya tidak mengejang lagi. Dia menciumi leher mulusku dengan lembutnya, sementara aku mengusap-usap punggungnya dan mengelus-elus rambutnya. Aku merasa puas sekali dien tot om. Ini baru awal permainan, karena si om akan nemani aku sampe besok sore, bayangkan berapa besarnya kenikmatan yang akan aku peroleh dari penis si om..

  • Cerita Sex Tante Perkosa Tante Muda Nafsu Sexnya Tinggi

    Cerita Sex Tante Perkosa Tante Muda Nafsu Sexnya Tinggi


    1083 views
    Perawanku – Sebut saja Elly. Usiaku sekitar 23 tahun. Aku sudah sudah menikah dengan suamiku yang kini berusia sekitar 25 tahun, dan kini aku termasuk ibu yang masih muda, dikaruniai seorang anak yang baru berusia 6 bulan yang kami beri nama Michel. Mulai dari pacaran dan menikah sampai sekarang ini, suamiku sering pergi ke luar negeri untuk urusan pekerjaan. Aku sendiri adalah wanita yang mendapat karunia wajah yang cantik, itu menurut teman temanku. Aku memiliki rambut yang lurus dan panjang sampai sebahu. Tubuhku telah kembali ramping lagi dan indah seperti pujian suamiku, kendatipun aku baru melahirkan setengah tahun yang lalu.
    Kelihatanya hal itu karena aku rajin mengikuti olahraga senam aerobik, dan memang aku mengontrol pola makan supaya badanku tak semakin melar, dan aku sedikit banyak bangga sekali karenanya. Aku sendiri tak bekerja diluar, dikarenakan suamiku memiliki nafkah yang lebih dari lumayan. Dan memang suamiku kepingin aku menjadi ibu rumah tangga yg baik saja, hanya tinggal di rumah buat rawat anak kami dengan baik.
    Suamiku memang lelaki perkasa diatas ranjang, dan aku sungguh menikmati sekali kehidupan sex dengan suamiku karena kontol gede suamiku. Kini kalau suamiku tak ada dirumah, aku hanya berdua sama anakku sendiri, juga pembantu kami yang kupanggil bi siti, satpam kami yang bernama Adrian, dan tukang kebun kami yang bernama pak marno, dan juga sopir kami yang bernama anton. Di usiaku yang sekarang ini, nafsu sex tentu sedang tinggi sekali.
    Ditinggal seorang suamiku bekerja seperti ini, kadang terlintas aku amat merindukan bermain cinta dengan nya. Demikian sekilas akan keadaanku serta keluargaku.Pada Siangsabtu itu, aku menerima telepon dan aku terkejut dengan berita yang aneh sekali. Aku dapatkan hadiah suatu mobil lewat undian sebuah produk. Dan seingat aku, aku tak pernah mengikuti prosedur undian seperti demikian.
    Cerita Sex Tante Perkosa Dengam santainya aku coba berkata, “Pak, terserah bapak mau bicara apa, namun saya tidak akan pernah mentransfer uang sepeserpun untuk pajak atau yang lain”.Dan orang itu berkata blablabla… panjang lebar, “Ibu Elly, kami maklumi jika ibu berhati hati, memang kami tidak memungut biaya sepeserpun, hal ini dikarenakan semuah pajak hadiah di tanggung oleh pihak kami. Kami akan mengantarkan langsung hadiahnya kerumah ibu sekitar 1 jam lagi. Agen Maxbet
    Cerita Sex Tante Perkosa Gratis ibu, tak sepeserpun dipungut biaya apapun. Ibu bisa mencoba nya, bilamana ternyata mobil nya bermasalah kami segera akan mengganti dengan yang anyar langsung. Tapi hal tersebut tidak akan terjadi sama ibu, mengapa demikian di karenakan kami telah coba pemeriksaan terhadap mobil ini”.
    Mendengar hal seperti demikian ini, aku hanya bisa mengangkat bahu terus berkata, “Ya. . . terserah bapaknya sajalah. Maaf, dg bapak siapa saya bicara ?”.Dan orang itu menjawab, “Dengan bapak johan, Ibu boleh langsung saja hubungi kantor dinomer kantor kami di ******. Aku mengiyakanya saja dan kemudian memutus pembicaraan tadi. did alam hatiku merasa aneh jg, namun ya kalau gratis, ngk ada salahnya juga?
    Kulihat waktu ini adalah perkiraan jam 1 siang. Baru saja selesai makan siang aku menyusui dan menidurkan anakku, agar kelak nanti ketika aku pergi aku tidak lagi begitu kuatir. Dan memang selang waktu 1jam kemudian aku dengar bel yang berbunyi, lalu ketika aku keluar membuka pintu rumah, aku melihat suatu mobil Kijang Innova keluaran paling terbaru, dengan cat yang mulus serta kinclong. Dibelakangnya ada sebuah mobil Kijang. Mungkin untuk mereka yang antar mobilku ini pulang nantinya.
    Aku amat sangat terkejut, berarti mungkin ini benar aku dapat hadiah mobil. Seseorang turun dari mobil pickupnya didepan rumah, sementara orang yg sudah berdiri didepan pintu rumah menyapa aku. “dengan Bu Elly? Saya Anto”, kata orang yg bernama Anto itu sambil mengulurkan tangan nya.
    Aku menjabat tangan nya dengan sedikit perasaan ragu dan menjawab “Elly”.
    Orang tersebut memang penampilannya rapi. akan tetapi wajahnya agak seram. Aku mencoba menghilangkan semua pikiran negatifku. Dan kemudian temanya yg tampangya cukup lumayan, yang juga berwajah biasa biasa, menjabat tangan aku.
    “Seto”, katanya. Aku berjabat tangan dan menjawab, “Elly”.
    Cerita Sex Tante Perkosa Sehabis acara kenalan yang menurutku hanya formalitas kami saja, kami duduk diteras rumah, serta aku juga di sodori formulir yang aku baca dibagian awal dan penutupnya saja, untuk memastikanya saja aku tak keluar uang apapun untuk mendapatkan hadiah tersebut. Lalu Anto mengajak untuk coba mobil itu, hal itu dikarenakan nantinya aku harus mengisi formulir buat memberikan ‘penilaian’ tentang perihal mobil itu, sebelum acara serah terima surat kendaraan dilakukan Aku setuju” saja.
    Aku menerima kunci mobil itu dari Anto. Aku masuk kedalam mobil tersebut, joknya masih terbungkus plastik semuanya, serta untuk baunya juga khas mobil baru. Dan dengan didampingi mereka, dan lalu aku mulai mencoba mobil tersebut.Semua baik saja, sampai tiba tiba disebuah gang yang sepi sekali didekat rumah, Anto yang duduk dikursi depan menarik handbrake. Aku sangatlah terkejut sekali, sampai abaikan menginjak pedal kopling dan mesin mobil ini mati. Aku menoleh kepada kebelakang mobil, tapi belum sempat aku tanya, dari belakang aku dibekap, oleh Seto tentunya.
    Kurasakan sebuah aroma yang menyengat, dan tidak lama kemudian semuanya terasa gelap mataku. Perlahan lahan aku mulai tersadar. Aku mengeluh perlahan, waktu itu aku tidaklah sanggup menggerakkan kedua tanganku yang terlentang. Sakit rasanya, Dan Aku coba mengerti apa yang sudah terjadi. Ternyata kedua pergelangan tanganku yg terlentang ini, terikat sangat erat pada semacam pilar diruangan. Sedangkan aku sendiri sudah terbaring di atas matras. yg membuatku tercekat, aku sudah bugil. kedua Kakiku memang masih bebas, tapi apa arti semua ini? Aku kini sudah tak berdaya dg tangan yang terpasung dengan di bulat tali. Aku pejamkan mata dan menggigit bibir, tak sanggup bayangkan apa yang akan terjadi padaku. Aku mulai menyesali kebodohan ku tadi, mengapa bisa terjebak dg iming iming hadiah mobil.
    Tiba tiba pintu diruangan ini terbuka, lalu dibukanya dan masuk seseorang yang membuatku ternganga tidak percaya pada pengelihatanku sewaktu itu.
    “ Arman? ”, seruku tidak percaya akan ini yg terjadi. Agen Bola Maxbet Terpercaya
    “Halo bu Elly… lama tak jumpa… yaa… bagaimana kabar nya?”, kata Arman dengan senyum yang buat hatiku dingin seperti di siram dengn air es. Aku takut sekali saat itu.
    “Arman… apa yang kamu lakukan sekarang? ” Cerita Sex Pemerkosaan “ Ingatlah Arman, aku ini kakak iparmu. Tolong lepas kan aku dari ikatan ini..”, aku mencoba menyadarkan Arman walaupun aku tahu ini mungkin sekali merupakan sebuah hal yang sia”. Memang Aku sudah tahu Arman memang menginginkan aku sejak aku di kenalkan Albert pada keluarga nya. Arman adalah salah satu dari adik Albert yang kini berusia 23 tahun. Wajahnya memang cukuplah menarik tampan buat aku. Dan sejak itu mengenalku, ia sudah beberapa kali mencoba untuk mendekatiku, tapi tentu saja aku tak pernah sekalipun memberinya respon. Suatu ketika aku berkunjung ke rumah Albert saat itu dia masih tinggal bersama keluarga nya, Arman nekat sekali dan nyaris hampir saja berhasil memperkosa aku saat itu. Untungnya saja sewaktu itu kepulangan Albert menyelamatkan u, dan semenjak saat itu aku tahu aku harus menghindari arman. Tapi kini aku sudah jatuh kedalam tangannya. Mendengar kata”ku, Arman hanya tertawa saja. dia mendekatiku dan ‘krek…’. Arman merenggut braku hingga tali talinya terputus.
    Cerita Sex Tante Perkosa Tante Muda Nafsu Sexnya Tinggi

    Cerita Sex Tante Perkosa Tante Muda Nafsu Sexnya Tinggi

    “Aduh. . . . ”, aku mengeluh kesakitan, sedikit sakit bagian tubuhku yang tertekan tali braku saat ditarik Arman. Aku memejamkan kedua mataku, malu sekali rasanya payudaraku terlihat oleh laki” selain selain suami ku. “Elly… Elly… kamu pikir aku segoblok itu sudah bersusah menjebakmu seperti ini dan akan melepaskan kamu begitu saja ? Haha . . . aku tidak gila, Elly”, kata Arman sambil menyeringai mengeri kan saat aku menatap nya dengan marah bercampur rasa ketakutan.”
    “Arman, kamu memang gila… lepaskan aku ! ! ”, aku mulai panik sekali serta membentak nya.
    Lalu Arman dengan merenggut robek celana dalam ku, hingga kini aku sudah telanjang bulat tanpa sehelai pakaian.
    Cerita Sex Tante Perkosa Aku menjerit kecil. sekarang ini aku cuman bisa memandangi Arman dengan jantung berdebar ketika ia telah melucuti pakaiannya sendiri. Sesekali aku mencoba berontak kepada arman, namun tidak ada hasil sama sekali sebab aku benar” ngak bisa gerakkan tanganku yang terentang lebar. Aku tahu, nasib yang buruk segera menimpaku, dan perlahan aku menangis.
    “Lho kak kok nangis sih ? Tenang saja, sebentar lagi kakak juga akan keenakan kok”, ejek Arman yg sudah bersiap diselangkanganku.
    Aku semakin ngeri melihatnya, dengan suara gemetar aku memohon, “Arman, tolonglah kakak jangan macam” sama aku ini aku kakakmu iparmu… masa kamu tega sekali berbuat begini padaku…”. Arman tertawa dan berkata dengan suara kasar, “Diam Elly. Kamu sudah merendahkanku selama ini. Kamu selalu menolakku. Kamu tidak pernah sekali menghargai aku”.
    Aku memang sadar kalau aku memang sering menjaga jarak dengannya, karena aku merasa ia berbahaya. Dan sekarang memang semuanya terbukti kan?, Dan sambil merenggangkan kedua pahaku ngangkang, Arman melanjutkan, “Kamu tidak pernah mau aku ajak pergi makan berdua. Kamu anggap aku tidaklah layak pergi berdampingan bersamamu. Benar” perempuan sombong ! Karena itu smua sekarang rasakan pembalasan ku!”.
    Arman menempel kan kepala penis nya ke bibir vagina ku. Aku makin menjadi panik dan coba berusaha menggerakkan pinggulku menghindari hunjaman kontol gede Arman saat Arman mulai memajukan pinggul dia.
    Berhasil, kontol gede dia tak sampai melesak masuk menerobos vagina ku.Tapi rupanya dia marah dengan tingkahku, ia menamparku keras, sampai sampai aku mengaduh, menangis kesakitan. “Jangan coba-coba” lagi Elly, atau setelah aku kamu akan kuberikan pada dua temanku didepan itu!”, ancam Arman nada suara yang galak. Melihat dia begitu aku langsung pasrah saja, disela tangisanku, aku hanya bisa merintih, “ Kau gila. . .Arman ”.
    Cerita Sex Tante Arman hanya tertawa dan aku bisa membiarkan kepala kontol gede Arman menemukan bibir vagina ku, dan sesaat kemudian aku jadi mengerang sakit saat vagina ku tertembus batang kontol gede Arman. Aku mulai menangis saat dia memompa vagina ku. meskipun aku sudah pernah punya anak, tapi berkat senam serta ramuan khusus, vagina ku kembali sempit. ”
    Konsekuensi nya, kini aku merasa kesakitan karna vagina ku dipompa kontol gede Arman. Aku memalingkan wajahku agak tidak lihat wajah Arman yang kesenangan karena berhasil menjamah tubuhku yang montok dan vagina sempit ku. Ia meremas kedua payudara montok ku dengan gemas, seolah dia melampiaskan segala nafsu nya yang tak kesampaian untuk menikmati tubuhku sejak dahulu. Sedangkan aku sendiri hanya bisa terus menggeliat kesakitan menikmati kontol gede arman. “Elly vagina kamu legit rapet banget”, erang Arman dengan tatapan penuh gairahnya kontol masuk vagina ku.
    Rasanya aku ingin menampar nya, tapi kedua tanganku tidak mampu kugerakkan. Aku hanya bisa merelakan liang vagina sempet ku ditembusi kontol gede oleh laki laki yang harusnya memperlakukanku sebagai kakak ipar nya. Tapi Arman memang sudah kesetanan, dia mulai mencumbui ku dengan sangat buas sekali. Bibirku dilumat nya dg ganas, sementara kedua payudara montokku diremas nya dengan kuat.
    Cerita Sex Tante Perkosa Perlahan aku mulai terangsang menikmati kontol gede adik ipar ku ini, rasa terhina karena diperkosa mulai berganti dg rasa nikmat yang melanda selangkangan ku dan juga sekujur tubuhku. Rupanya vagina sempit ku sudah mampu beradaptasi dengan ukuran kontol gede Arman yg tadinya terasa sangat menyiksaku. Aku malu sekali, ingin rasanya aku menyembunyi kan wajahku yang terasa panas ini. Tapi tentu saja hal itu tidak mungkin bisa kulakukan, maka aku hanya dapat pasrah namun mati matian berusaha menahan diri supaya agar tidak kelihatan menikmati kontol gede arman.
    Tapi sayang, tubuhku terlalu jujur dengan perlahan tanpa mampu kucegah, pinggangku terangkat saat aku menahan nikmatnya kontol gede arman itu yang luar biasa. Kurasakan kontol Arman melesak begitu dalam ketika ia menghunjamkan kuat kuat kedalam vagina sempit ku, membuatku menggeliat keenakan seperti cacing kepanasan.
    Arman tertawa sinis dan mulai menghinaku “Ternyata kamu menikmati kontol gede ku juga yaa Elly. Makanya kamu jadi cewek jangan sok kalau sudah vagina dimasukin kontol gede gini, toh kamu keenakan juga..”.
    Sambil menghinaku Arman terus memompa vagina sempit ku dengan buasnya. Aku sudah tidak tahu apalagi yang harus kulakukan saat itu, karena perlahan tapi pasti aku sedang diantar menuju orgasm.
    “Armann…. oohh… sudaah… ampn uchhhh”, aku mulai mendesah dan melenguh kenikmatan.
    “ Kenapa El ? Enak ya? ”, ejek Arman dan malah makin gencar memompa vagina sempit ku.
    “Kamu..” aku tak lagi bisa menjawab, tubuhku menggigil, selangkanganku serasa akan meledak.
    Aku terus mengerang merintih dan melenguh, sampai akhirnya aku orgasme hebat, kepalaku terlempar ke sana kemari karena aku menggelepar dihantam badai orgasm.
    “Oh ternyata kamu cantik sekali kalau seperti ini”, desah Arman yang menunjuk kan tanda” akan orgasm yang sangat dahsyat, sementara aku sendiri sedang menderita dalam kenikmatan orgasm yg amat berkepanjangan ini, dan nikmat nya selangkanganku yang terus dipompa Arman semakin menjadi.
    Cerita Sex Tante Perkosa Namun rasa ngilu mulai menghampiri vagina ku, dan makin lama rasa itu makin menderaku vagina ku. Aku sudah tidak kuat lagi arman, dan berteriak “Armaaan… aaah… hentikaan… amppuuun…”. Dia benar” pria perkasa seperti suamiku yang kuat dan kontol gede, hanya saja suamiku bisa lebih pengertian, membiarkan aku beristirahat kala aku mengalami orgasme. Sedangkan Arman sama sekali tak memperdulikan keadaan ku, dia hanya mencari kenikmatan nya sendiri.
    Aku makin menderita dalam kenikmatan ini, rasanya tulang tulang ini terlepas semua dari sambungan nya, sementara tubuhku meliuk liuk dan menggelepar terhempas badai orgasme yg terus menerus mengeliat. Entahlah cairan cintaku sudah membanjir berapa banyak yang keluar, aku mulai pening dan tak lagi mampu mengerang lagi. Dengan kejam Arman terus memompa vagina ku, sampai akhir nya ruangan ini rasanya berputar, semua nya gelap.
    Ketika aku mulai bangun dari tidurku, kurasakan ada lagi perasaan kedua puting payudara ku seperti ada yang mengulum dan menyedoti dengan kuatnya. Vagina ku masih terasa sedikit sakit, tapi sudah tak lagi terasa sesak, yang punya arti Arman sudah selesai memompa vagina ku. Becek sekali rasanya vagina ku, aku tahu si brengsek ini pasti mengeluarkan spermanya didalam sana. Untungnya saja aku telah fase dalam masa tidak subur, jadi aku tak perlu takut hamil karena pemerkosaan ini
    Cerita Sex Tante Perkosa Tapi kini aku sudah sadar, ada dua orang sekaligus yang mengulum puting payudara montokku, yang berarti ada seseorang selain Arman. Dan aku mulai mengenali mereka ber2 ini, bahkan Arman bukan salah satu dari mereka. Ternyata Anto dan Seto yang kini sedang menyusu pada kedua payudaraku. “Jangaaaan”, aku menjerit keras.
    Aku tidaklah lagi bisa berbuat apapun lagi”, kedua tanganku yg terentang ini tak lagi bisa kugerakkan sedikitpun, sementara mereka ber2 dg santai meneruskan perbuatan mereka.“Lepaskan aku… Armaaan kamu emang bajingan…”, aku mengumpat dalam keputus asaanku. Dan kudengar tawa yang membuatku merinding ketakutan. Kemudian aku melihat Arman masuk, dan memegang handycamnya. dan dIa merekamku ! Merekamku yang sedang pasrah tak lagi berdaya saat kedua puting susuku disedot oleh kedua kacungnya. “Biadab kamu Arman… Kamu kan sudah janji.”, aku langsung terdiam. Bajingan ini memang tak pernah berjanji apa”
    “Kenapa Elly? Kok diam ? Apa aku salah ? Aku memang tak pernah berjanji kalau kamu tidak akan kuberikan pada mereka bukan ? Haha haa…”, Arman tertawa dengan memuakkan.Aku hanya bisa menangis. Habislah aku sekarang ini, aku sudah dalam cengkeraman si Arman sepenuhnya. Entah seperti apa nasibku di hari hari berikutnya lagi. Sementara kedua kacung Arman ini tertawa senang dengan adegan gangbang, dan mereka kembali menghisap dengan ganasnya kedua puting susuku dengan bersemangat sekali, tak lupa tentunya mereka juga meremasi payudaraku. Beberapa saat kemudian,dengan gaya yang menjijikkan buatku, mereka membuka mulut mereka yang penuh air susuku ke arah kamera.“Wow.. air susu Elly ”, kata Arman sambil menyorot mulut kedua kacung nya.
    Kedua pria itu menelan air susuku. “Bagaimana rasanya Anto bilangnya ? Seto? Enak tidak?”, tanya Arman penasaran.
    “nikmat dan legit banget bos, susu amoy gini”, kata Anto.
    “Lebih enak dari susu apa aja”, sambung Seto.
    Memang Kurang ajar sekali mereka, Dan Arman terlihat penasaran, lalu ia menaruh handycam nya.
    “Aku juga ingin mencoba”, gumannya.
    Ia mendekati payudaraku, dan setelah mereka memberikan beberapa jilatan yang membuatku mau tak mau aku merasa terangsang, tiba” dia sudah menghisap puting payudaraku. Beberapa sedotan dilakukann ya, sementara aku hanya bisa mendesah keenakan.
    “Bos, susunya diremas”, kata Anto. ”
    “Bisa tambah buanyak sekali keluarnya”, Seto menyambung.
    Maka Arman menyedot puting payudara sambil meremasi payudaraku dengan ganasnya. Aku sedikit menggeliat kesakitan. dIa terus melakukan nya sampai puas, sementara aku cuman bisa menggigil menahan kenikmatan kontol mereka.
    “ Susu yang enak, Elly ”, kata Arman dengan nada puas.
    “Nanti aku minta tambah lagi”, sambungnya sambil balik lagi mengambil handycamnya.
    “Lanjutkan”, perintah Arman ke Anto dan Seto.
    Mereka ber2 yang sudah melepaskan semua baju mereka hingga telanjang bulat selagi menunggu Arman mencicipi menghisap bagian puting susu ku. Mereka tentu saja kembali mengerubutiku dengan kesenangan. Handycam itu balik lagi merekamku. Kini Anto dan Seto hendak memuaskan diri mereka sendiri, bisa terlihat dari mereka kocok kontol mereka sendiri untuk makin menegangkan ereksi kontol mereka. Melihat ukuran kontol mereka berdua ini, aku semakin takut melihatnya. Baik panjang maupun diameter nya semuanya lebih dari ukuran kontol Arman. Aku bergerak dengan mematikan semua perasaanku. Kini aku di jamahi oleh 2 kacung Arman. Kedua selengkanganku dilebarkan Anto. Aku masih terlalu lemas buat mencoba menghindar.
    Akibatnya…., bless… kembali vagina dimasukin kontol gede lagi.
    Aku menggigit bibir dan menahan semua perasaan malu dan sakit ini, air mata ku terus mengalir. Handycam yang dipegang Arman terus menerus menyorot ke arah vagina ku yang sedang dipompa oleh Anto. Muka ku rasanya panas sekali membayang kan aku sedang membintangi film porno amatir.
    Dengan perlahan Arman mengarahkan sorotan handycamnya kearah tubuhku dibagian atas, dan sempat diam agak lama ketika menyorot kedua payudara ku. Seto sempat meremasi kedua payudaraku serta semua itu di sorot oleh Arman. Sementara itu tubuhku harus terus terusan menggeliat karna menerima rangsangan dua orang sekaligus. Vagina ku dipompa dengan gencar oleh Anto sementara kedua payudaraku diremas dengan buasnya oleh Seto. Aku sendiri antara mendesah keenakan dan merintih kesakitan. Vaginaku masih belum bisa beradaptasi sepenuhnya dengan ukuran KONTOL GEDE Anto, tapi sudah mendatangkan nikmatnya yang membuat ku serasa melayang tinggi.
    “Sudah… hentikaan…”, aku mengerang, mulai mengerang, karna kurasakan vagina dimasukin kontol gede lagi.
    Anto sendiri kelihatannya sudah akan berejakulasi, tubuhnya bergetar hebat sekali saat menyodok vaginaku, dan tak lama kemudian ia mengerang panjang dan meneriakkan namaku, “Ooouuuhhh… bu Ellyyy…”.
    Tubuhnya berkelojotan diatasku, dan kurasakan penisnya berdenyut keras sekali didalam sana. Beberapa semprotan sperma hangat kurasakan membasahi vaginaku, dan Arman segera bergerak ketempat yg bagus untuk menyorotan handy camnya kearah vaginaku. Kurasakan Anto mencabut kontolnya perlahan, lalu Arman terus menyorot daerah vaginaku, aku malu kali. Gejolak yang sempat membuat ku hampir orgasme kini mereda. Tapi gila sekali, Seto langsung bersiap menggilirku, dia sudah mengarahkan kontol nya ke liang vaginaku. Aku memang tak lagi bisa apa apa, hanya bisa menggigit bibir saat kurasakan vaginaku ter tusuk oleh penis nya Seto. Hanya saja sekarang rasanya tak lagi begitu sakit, dan setelah beberapa genjotan, Arman menyorot mukaku, karena si Anto sudah menempelkan penisnya ke mulutku. “Elly, ayooo kulum”, perintah Arman.
    Cerita Sex Tante Perkosa Aku hanya bisa menurut mereka, toh aku sudah tak lagi ada gunanya lagi membantah. Dari pada aku mendapat tamparan atau siksaan yang lain, aku lebih baik mengikuti kemauan mereka. Perlahan kubuka mulut ku, dan kontol Anto yg masih belepotan sperma, cairan cintaku, menerjang masuk ke dalam mulut. Rasanya amis, asin, membuatku ingin muntah. Akan tetapi aku berusaha tak lagi memikirkan rasanya, dan ingin cepat menyelesai kan tugasku. Aku terus mengulum kontol si Anto ini, kubersihkan cepat cepat dan kutelan semua sisa sperma nya dan cairan cintaku sendiri. Anto yg sudah tak lagi tertahan lagi mengerang panjang dan menarik kontolnya dari mulutku.
    Penderitaanku belum selesai.
    “Buka mulutmu, Elly”, perintah Arman sambil menyorot kan handycamnya ke mulut ku.
    “Perlahan!”, perintah nya lagi. Aku mulai membuka mulutku dengan perlahan, dan Arman terus menyorot mulutku.
    “Bagus”, katanya dengan puas.
    Aku malu sekali, pasti aku terlihat layak nya seorang wanita nakal didalam handycam itu. Tak lama kemudian tubuh ku terguncang habis, rupanya Seto mulai menikmati vagina ku. Dengan bersemangat ia menggenjot vagina ku, sementara aku tidak lagi tahu bagaimana sekarang raut wajah ku saat menahan malu dan nikmat dan disorot dg handycam milik Arman. Panas sekali wajah ku terasa, untungya Arman kemudian ganti menyorot tubuhku bagian vagina ku yang basah. Kini aku tinggal memusatkan perhatian ku pada Seto.
    ”Diam” aku melakukan gerakan menahan buang air kecil, sambil berpura-pura merintih keenakan, agar Seto cepat keluar dan semua ini segera berakhir. Sesuai harapan ku, tak lama kemudian si Seto yang terangsang habis, melolong lolong dan meneriak kan namaku.
    “Aaaaarrrhh… Ellyyyyy…”, jerit nya dan kemudian ia menarik penisnya, tentu saja setelah di dalam sana vaginaku dibasahi lahar panasnya. Arman dengan giat terus menyorot vagina ku yang tentunya tak lagi mampu menampung sperma ke2 pemerkosaaan yang kualami. Jari tangan nya ditusukkan ke vaginaku mengorek sisa sperma Anto, Seto. Seto sendiri segera beranjak ke arah wajahku, aku tahu dia mau menagih jatah lagi oral dariku jg. Seperti tadi, Arman yang buru buru mengarahkan handy camnya ke wajah ku memberikan instruksi instruksi padaku hingga membuat ku kembali terlihat seperti pelacur. Tapi aku hanya bisa menuruti, walaupun dengan hati sedih. Sehabis semua itu selesai, Arman mematikan handy camnya.
    “Arman, sudah cukup lepaskan, tolong”, aku memohon.
    Tapi Arman tidaklah mengubris sedikitpun juga, malah ia dengan bernafsu melihat kearah payudaraku.
    Aku langsung tersadar lalu teringat keinginan Arman tadi, yaitu ingin merasakan air susu ku lagi.
    Dan memang benar, Arman segera melumat puting susu ku, mengenyot susuku sepuas puasnya. Aku mendesah mengerang keenakan, memang rasanya nikmat ketika puting ku di jilat arman dan itu amat merangsangku. Aku nikmati dan menggigit bibir, apalagi Anto ikutan yang sama pada puting payudara yang sebelah. Kini 2 orang tersebut memainkan kedua putingku pada kedua payudara layanya seperti bayi, dan aku hanya bisa memejamkan mata dan menikmati mereka memainkan kedua putingku.
    Aku melamun kan suami ku… maafkanlah aku sayang… aku bahkan sempat orgasme ketika di perkosa adikmu.
    Tak terasa sampai si Seto juga sudah puas memainkan putingku, dan akhirnya ikatan ku dilepaskan. Lega rasa nya, meskipun terasa sakit pada bekas ikatan dikedua pergelangan tanganku. Aku duduk dan mengurut kedua pergelangan tangan aku, dan aku melihatnya Arman dengan rasa benci sekaligus takut, karna dengan rekaman handy cam itu, dia pasti akan menggunakan nya untuk mengancam ku agar menurutinya kelak kalau dia menginginkan tubuhku lagi. dIa tersenyum dg penuh kepuasan bersama dua kacungnya itu asyik melihat hasil rekaman film porno yg mereka buat tadi.
    Aku amat malu sekali, dan aku mencari cari pakaian luar ku yang ternyata berserakan tak jauh dari tempat aku di gangbang 3 pria tadi.
    “ Sudah puaskan kalian menghujam aku ? ”, bentakku dengan jengkel dan menahan tangis.
    Aku memakai pakaian ku tanpa bra, celana dalam. Ke2nya memang sudah tidak lagi bisa aku pakai karena tadi di renggut paksa dari tubuhku hingga tersobek. Mereka tertawa kadang beberapa saat lama nya mereka menonton rekaman pemerkosaan diriku tadi, kemudian Arman mematikan handycam yang dibawanya. Ia menghampiriku dan tiba tiba melumat bibirku. Aku menarik wajah ku kebelakang untuk melepaskan diri dari ciumannya, selanjutnya aku menampar nya, keras.
    “Bajingan kamu ya Arman! Kamu sungguh sangat tega sekali sama kakak ipar mu… sekarang antarkan aku pulang!”, kata ku lirih menangis.
    Arman mengelus pipi nya yang baru kutampar keras dan memandangku dengan wajah yg aneh. Aku bergidik di tatap oleh Arman seperti itu. kemudian Arman melangkah kearah luar di ikuti oleh kedua kacung nya. Aku ikuti mereka, dan dg tegang aku masuk ke dalam mobil pembawa mala petaka itu. Aku duduk dikursi penumpang yg depan, Arman yang menyetir, sementara Anto, Seto duduk dibelakang.
    Dalam perjalanan, kami semua terdiam, sedangkan aku sendiri masih merasakan ketegangan yang luar biasa, karena aku berada semobil dengan para pemerkosa ku. Tapi mereka tak lagi melecehkanku lebih lanjut, dan mobil sialan ini mengarah kerumahku. Ketika aku turun, aku mendengar Arman berkata, “Elly, sampai ketemu lagi ya, kapan kapan kita main main lagi yaaa”.
    Dengan muak sekali aku membanting pintu mobil, kemudian aku segera masuk kedalam rumah sambil menahan tangis.Aku segera melihat anakku. Agak lega melihat nya masih tertidur pulas. Aku segera mandi, keramas, membersihkan tubuhku yang sudah ternoda oleh adik iparku yang bangsat, yang sudah tega sekali menyerahkan ku pada dua kacung nya. Aku memang rindu bermain cinta, tapi itu dengan suami ku sendiri bukan dg arman, bukan dg mereka bertiga. Apalagi di perkosa seperti tadi, sakit sekali rasanya di dalam hati ini. Tanpa sadar aku kembali lagi menangis.
    Aku tahu hari ini adalah hari yg pertamaku mengalami penghinaan, dan ini bukan hari terakhir.Terbukti dua hari kemudian, aku dapat kiriman DVD dari Arman, yang isinya rekaman pemerkosaan terhadap ku oleh dua kacung nya itu, dengan sebuah surat bertuliskan “Elly, lain kali kita bermain tanpa ikatan pada kedua tanganmu yaa, kamu pasti akan lebih menikmati permainan kita kelak nanti”.
    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Dapat Menikmati Istri Orang Di Kampung

    Dapat Menikmati Istri Orang Di Kampung


    1309 views

    Cerita Sex ini berjudulDapat Menikmati Istri Orang Di KampungCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Minggu pagi itu aku sudah menunggu di bandara polonia menunggu kedatangan kawanku saat di Jakarta dulu. Kiyat adalah seorang pemuda keturunan Chinese berusia 33 tahun sebaya denganku, hanya saja tubuhnya lebih tinggi dan besar daripada aku, aku hanya 170 dengan berat 60 kg sementara dia 185 dan berat 90 kg. dijakarta kami bertetangga . rumah orangtuanya dan orangtuaku bersebelahan dan orangtuanya adalah mantan majikan dari istriku.

    Yah istriku adalah mantan pembantu rumah tangga pada keluarga kiyat. Tetapi meskipun dia pembantu tetapi wajahnya sangat jelita dan bodynya sintal persis ayu azhari, makanya aku pacarin dia , mirah namanya saat ini berusia 27 tahun.

    2 bulan Menjelang aku menikahinya,mirah berhenti bekerja dan setelah menikah kami merantau ke medan. Rupanya rezekiku memang disini. Bisnis ku berkembang dan sekarang aku punya rumah sendiri yanglumayan megah serta mobil camry keluaran terbaru. Bandar Judi Online Terpercaya

    Kiyat sahabatku ini kebetulan sedang ada bisnis dipekanbaru,setelah urusan selesai ia berniat mampir ketempatku karena kebetulan tidak jauh hanya lk ½ jam penerbangan. Aku menunggunya diruang kedatangan sambil merokok.

    Tak berselang lama kulihat sosok yang kukenal celingukan di pintu kedatangan. Aku melambai , ia melihat dan tersenyum.Bergegas kami mendekat dan berangkulan. Maklum sudah lima tahun kamiberpisah. Diperjalanan menuju rumahku kami banyak bercerita tenatang masa lalu dan sekarang .

    rupanya ia masih betah melajang. Belum ada yang cocok katanya. Jam 11.30 kami sampai dirumahku, ia takjub memandangirumahku.

    “ hebat kau sudah jadi orang kaya rupanya “.

    “ ah belum seberapa dibandingmu “ aku merendah.

    “ wah… mirah, sudah lama kita ngga ketemu gimana kabarmu? Sudah ada momongan?

    “ baik koh.. belum tuh.” Saut istriku.

    “ wah kalian payah masa udah lama kawin belum punya anak , gimana sih lu son “ sindirnya padaku.

    Akau hanya nyengir, belum dikasih yat, yah sabar ajalah. Malamnya sekitar habis maghrib aku dan kiyat keluar menikmati pemandangan kota berastagi. Sekitar jam 9 setelah puas berkeliling kami pun pulang.

    Diperjalanan saat lampu merah, didepan mobil kami berhenti sebuah motoe tiger ditumapngi sepasang muda – mudi. Yang membuat kami terbelalak adalah si perempuan yang berkaos puti dan bercelana jeans chatter , bawah kaos terangkat keatas sementara celana nya tertarik kebawah sehingga menampakkan belahan pantatnya yang mulus putih.

    Kiyat terlongo menyaksikan sambil berdecak “ wuih…. Ikutin son” serunya ketika lampu menyala hiaju. Kamipun membuntuti perlahan dibelakang motornya, namun ternyata di perempatan depan mereka berbelok arah sementara kami terus lurus “ yah…” kecewa kiyat.

    Sampai dirumah kami menonton tv, sementara istriku pamit tidur. Saat asik menonton acara tv, kiyat berbisik, son kita ke lokalisasi yuk,

    “ ngapain lu, udeh malem nih “ sahutku.

    “ aduh… ngaceng terus nih , gara – gara cewek tadi “ “ ha…ha..ha.. “ aku tertawa.

    Tiba – tiba muncul fantasiku yang sangat lama kupendam dan pernah dua kali kuutarakan pada istriku, dan istriku setuju. Namun niat itu belum kami jalani karenamasih ragu.

    “ hm… kucoba aja sekarang” bhatinku. “ sebentar yat aku kekamar dulu “ pamitku. Aku masuk kamar, ternyata istriku belum tidur.

    Kuutarakan saja niat ku yang terpendam selama ini pada istriku .” mam…kamu masih ingetkan tentang fantasi kita dahulu ? “ pancingku “hmm.. ya kenapa ?” sahut istriku.

    “ gimana kalo kita lakukan aja sekarang?”usulku. “sekarang?.. dengan siapa ?” Tanya mirah.

    “ kiyat lagi kelimpungan, gara – gara liat pantat cewe dijalan, sekarang lagi konak. Kasihan tuh “

    “ kiyat.. tapi ..” istriku ragu ragu.

    “ ah… sudah.. taka pa – apa “ rayuku. Istriku akhirnya setuju.” Nti kalo dia masuk kamar,kamu pura – pura tidu, terus pamerin inimu “ kataku menepuk memeknya.

    Lalu kuperosotkan cd nya. “ ih.. kok dibuka sekarang?” kata mirah. “ biar gampang” sahutku. Akupun keluar kamar menemui kiyat diruang keluarga.

    “ wah.. istriku udeh tidur. Ngga bisa tuh yat kita keluar” pura-puraku. Terus gimana gue dong?” wajah kiyat memelas campur belingsatan. Aku senyum “ begini aja,,kalo cewek diluar sana kan kotor, gimana kalo yang bersih aja “ kataku “ maksud lo?” tanyanya aku membisikkan fantasiku kepada kiyat .” ah…gila lo, bisa dibejek gue ama bini lo.”

    ‘ lo tenang aja , bini gue kalo tidur udeh kaya orang mati.Ada bom meledak disamping juga gak bakal bangun ‘ bujukku.

    “ ah..serius lo?” kiyat tak yakin. Kutarik tangan kiyat bangun dari kursi menuju kamar. Kubuka pintu kamar. Kiiyat terlongo melihat pemandangan didalam kamr. Diranjang mirah yang pura pura tidur , dasternya terangkat keatas sampai dada dan tidak mengenakan celana dalam.

    Otomatis selangkangannya yang berbulu lebat terpampang. Sementara sepasang buah dadanya yang
    montok mengintip sedikit dari bawah daster yang tersingkap.

    “ wah ..mulus banget binilu, lebat lagi bulunya ‘ kiyat menelan liurnya menyaksikan itu.

    ‘ udeh… jangan lama lama . buka pakaian lu’ kataku.

    Kiyat sgera membuka semua pakaiannya. “ aku tertegun melihat ****** kiyat yang sudah sangat tegang besar dan panjangnya melebihi punyaku, berurat pula disekelilingnya.kiyat mendekati istriku yang sedang ngangkang mempertontonkan auratnya.

    Dielusnya memek istriku lalu diciuminya. ‘ wangi son ‘ katanya. Dibukanya bibir kemaluan istriku, tampaklah bagian dalamnya yang berwarna pink. Dijilatinya bagian dalam bibir kemaluan istriku kanan dan kiri.kulihat istriku menahan gairahnya mendapat cumbuan.

    Kiyat seamkin dalam memasukkan lidahnya menjilati kacang istriku. Istriku yang tak kuat mendesah perlahan. Kiyat tetap nekat menjilati memek istriku bahkan kini semua mulutnya terbenam di selangkangan istriku. Istriku bangun dan duduk tak kuasa menerima rangsangan itu, berpura pura kaget .

    “ loh koh kiyat ngapain, loh udah telanjang. Ih..gede amat barangnya “ kiyat berdiri ditepi ranjang mempertontonkan barangnya yang mengacung bergerak- gerak. Kulihat ukurannya melewati pusarnya. Wah kalo masuk kememek istriku bisa mentok tuh kerahimnya. Kiyat melangkah perlahan mendekati istriku dan berada diantara kedua paha istriku.

    “ koh.. mau ngapain “ pura- pura istriku. Kiyat hanya senyum sambil mengelus kedua paha istriku.

    “ ih..geli ah.. tuh ngacung acung lagi barangnya “ kiyat yang sudah tak tahan mendorong
    tubuh istriku kekasur lalu menindihnya .

    mulutnya menciumi mulut istriku yang disambut istriku , lidah mereka saling melibat .

    tangan kiri istriku meremas remas batang kemaluan kiyat yang semakin tegang. Kiyat melepas ciuman dimulut istriku, kedua tangannya melepas daster yang dipakai istriku , lalu tangan kirinya menyelusup kebalik punggung mirah melepas kaitan BH dan melepaskannya.

    Kini istriku terbaring menelentang,kedua tangannya terentang mempertunjukkan ketiaknya yang bersih sementara dua bukit didadanya yang berukuran 38 dengan putting merah dadu berguncang pelan akibat gerakan nya. Kiyat melongo berdecak kagum.” Gila… tau kaya gini bodilu, dulu 2 gue embat “ istriku tersenyum “

    sekarang juga sama aja kok “ sahutnya. Jemari kiyat memilin putting istriku bergantian dan meremas bukit yang mengkal tersebut. Lalu perlahan mulutnya menyusuri buah dada istriku dan melumatnya. ‘ akhh..” desah istriku.

    Kiyat merenggangkan kedua paha istriku dan memperhatikan gundukan kecil berbulu lebat . ditempelkannya batang kejantanannya dimulut kemaluan istriku , perlahan dotekan dan blesss masuklah batang kontolnya kedalam benda kesayanganku.

    Perlahan digoyangnya tubuh istriku yang montok . aku betul betul horny melihat tersebut. Serasa mimpi , khayalanku terlaksana juga. Kontan saja kontolku pun mngacung tegang didalam celana menyaksikan istriku melayani lelaki lain dihadapanku.

    Ada lebih kurang 20 menit berlalu Tubuh montok istriku yang putih mulus mulai di basahi keringat. Dalam posisi missionaries, badan istriku
    didekap erat oleh kiyat. Kedua tangan kiyat menyelusup lewat ketiak istriku sesekali diangkat ketika mulut kiyat melumat buah dada dan putting istriku.

    Sementara kulihat bagian bawah kiyat merapat diselangkangan istriku. Sesekali tampak merenggang memperlihatkan rambut rambut pada kemaluan mereka yang saat ini saling bertautan. Sesekali pula kulihat batang kiyat yang kini mulai basah oleh lender istriku terangkat lalu menghujam kembali kelubang surga istriku.

    Tiba-tiba istriku melenguh “ uhhh.. akhuu muuu kelluarhh .. oh.hh” dan nampak merah padam muka istriku pertanda dia orgasme telah sampai. Sesaat terdiam mereka lau istriku mendorong perlahan tubuh kiyat menjauhi selangkangannya.

    Kiyat mencabut kontolnya. Istriku mengambil kain di kasur dan mengelap cairan dimemeknya. Etelah kering kembali telentang. Kiyat berujar kepadaku “wahh.. enak luh barangnya.. sedep betul son binilu, sori ya..” katanya sambil cengengesan dan hendak memulai kembali kegiatan mereka.

    Diangkatnya kaki kanan istriku dan disampirkan dipundak kiyat, lalu kiyat memasukkan batangnya menerobos liang istriku. Setelah masuk semua , kembali digoyagkannya kemaluan istriku. Istriku menggoyangkan pantatnya mengimbangi gerakan kiyat.

    Tak lama berselang kiyat melenguh, “ ohh.. gue mau keluar saying. Dimana..?” “ didalam saja saying, biar enak “ sahut istriku. Kiyat mendorong lebih dalam batangnya hingga masuk rahim istriku. “ aw… jangan dalem dalem masuk kerahim ntar

    “ kata istriku tapi kiyat tak perduli dia akan sampai malah ditekan terus.

    Istriku berusaha mendorong pinggul kiyat tapi kiyat menekan terus dan “ ohhhh….” Rupanya ia sudah melepas spermanya didalam rahim istriku.

    Beberapa saat kiyat mencabut kontolnya yang berlepotan sperma mereka. Istriku ngedumel pelan. Koh kiyat gimana sih udah dibilang jangan dalem eh malah diteken. Masuk deh kerahim nih”.

    “ kan biar lu cepet punya anak

    “ kata kiyat. Aku hanya mesem saja . istriku berlalu kekamar mandi membersihkan dirinya.

    ” Thankyou ya son, elu udah kasih kesenangan buat gue “ kiyat masih terengah engah mengucapkan kepadaku. Aku kembali senyum.

    Namun kontolku masih kenceng sekali , aku tak tahan dan membuka seluruh pakaianku, telanjang bulat. Ketika mirah keluar dari kamar mandi langsung kudorong kekasur dan kusetubuhi. Kiyat berlalu kekamar mandi.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Memuaskan Tante Vera Di Atas Ranjang

    Cerita Sex Memuaskan Tante Vera Di Atas Ranjang


    1180 views

    Perawanku – Cerita Sex Memuaskan Tante Vera Di Atas Ranjang, Perkenalkan namaku Aris, umurku saat ini 23 tahun, aku kuliah disuatu universitas terkenal dikotaku. Aku sendiri memilki penampilan yang kurang lebih bisa menarik perhatian kaum wanita karena perawakanku yang atletis dan wajah ganteng yang menghiasi tubuhku.

    Dalam hubungan Sex tak perlu ditanyakan lagi, aku sudah mendapat banyak pengalaman dari banyak wanita, karena aku memulai berhubungan Sex sejak SMA sampai sekarang. Namun kali ini aku tak menyangka kisahku ini akan terjadi, karena persetubuhan ini aku lakukan dengan tanteku sendiri yang dimana adalah istri om ku yang adik dari ayahku. Namun mau bagaimana lagi, jika kucing dikasih ikan asin ya mana mau nolak,hehe..

    Suatu pagi saat aku masih tidur, telpon HP ku berbunyi dan aku yang masih dengan mata tertutup mengangkat HP ku, ternyata adalah Om Yudi yang menelponku. “Ris, kamu beberapa hari ini sibuk gak??” tanya om Yudi. “Kayaknya Enggak om, emang kenapa om??” tanyaku balik. “Om mau minta tolong niiih, bisa gak???” tanya om Yudi.

    “Eeeemmm….Minta tolong apa om?? Kalau aku bisa pasti aku bantu om” jawabku. “Om minta kamu menginap dirumah om karena om mau keluar kota selama beberapa hari, kamu temenin Tante Vera dan Tia dan Lia ya Ris, bisa gak??” taya om Yudi. “Eeeemmm….Bisa deeh om, aku kerumah om kapan, nanti apa sekarang om??” tanyaku.

    “Sekarang aja Ris, karena om sebentar lagi mau berangkat dan om juga sudah ngomong sama tantemu kok, kalau kamu yang akan menemaninya” jawab om Yudi. “Okkee…Deeeh om, aku mandi dulu, nanti aku terus kerumah om” jawabku. “Makasih ya Ris, kamu memang keponakanku yang paling baik, nanti jika om sudah berangkat kamu tinggal masuk aja ya Ris” ucap om Yudi. “Iyha om” jawabku singkat.

    Setelah menutup telpon dengan mata yang masih berat, aku pun bergegas menuju kamar mandi untuk mandi. Didalam kamar mandi aku sempat membayangkan yang tidak-tidak, aku membayangkan tubuh bahenol tante Vera, kubayangkan pantatnya yang semok aku remas-remas,

    kujilati memek tante Vera sampai tante Vera ngecrot, penisku dikulum tante Vera, membuat penisku menegang dan Aaarrgghhh akhirnya aku membasahi tubuhku dengan air, hingga bayanganku tentang tante Vera hilang dengan seketika. Tak lama aku selesai mandi, dan aku pun bergegas ganti baju dan langsung menuju rumah om Yudi. Sekitar setengah jam perjalanan, akhirnya aku sampai dirumah om Yudi.

    Dan ternyata om yudi sudah berangkat lalu aku disambut oleh tante Vera. Pemandangan indah seketika pun aku dapatkan, baju ketat dan super seksi menghiasi tubuh tante Vera sehingga bentuk lekuk-lekuk tubuh tante Vera menjadi terlihat, dan bahkan garis-garis CD tante Vera kelihatan karena roknya yang sangat ketat. Sejenak aku menelan ludah sebelum akhirnya tante Vera membuyarkan pemandanganku itu.

    “Ris tante minta tolong kamu antar Tia dan Lia kesekolah yaaa” pinta tante Vera. “Okkee deeh tante” jawabku singkat. Lalu aku mengajak kedua anak tante Vera yang masih kecil kemobil, dan aku pun mengantarkannya kesekolah. Diperjalanan aku mengantar Tia dan Lia, kembali aku teringat kemolekan tubuh tante yang tadi aku lihat.

    Aku tak kuasa menahan nafsuku hingga dalam perjalanan batang Penisku menengang sehingga kelihatan dari luar celanaku karena penisku yang lumayan besar. Untungnya aku mengantarkan anaknya tante Vera, jika yang kuantarkan adalah tante Vera bisa-bisa aku langsung menubruknya “pikiran kotor itu yang terus mengganguku selama dalam perjalanan”.

    Selesai sudah tugasku mengantar untuk hari ini. Kupacu mobil ke rumah tante Vera. Setelah parkir mobil aku langsung menuju meja makan, lalu mengambil porsi tukang dan melahapnya. Tante Vera masih mandi, terdengar suara guyuran air agak keras. Lalu hening agak lama, setelah lebih kurang lima menit tidak terdengar gemericik air aku mulai curiga dan aku hentikan makanku. Setelah menaruh piring di dapur.

    Aku menuju ke pintu kamar mandi, sasaranku adalah lubang kunci yang memang sudah tidak ada kuncinya. Aku matikan lampu ruang tempatku berdiri, lalu aku mulai mendekatkan mataku ke lubang kunci. Di depanku terpampang pemandangan alam yang indah sekali, tubuh mulus dan putih tante Vera tanpa ada sehelai benang yang menutupi terlihat agak mengkilat akibat efek cahaya yang mengenai air di kulitnya.

    Ternyata tante Vera sedang masturbasi, tangan kanannya dengan lembut digosok-gosokkan ke vaginanya. Sedangkan tangan kiri mengelus-elus payudaranya bergantian kiri dan kanan. Terdengar suara desahan lirih, “hmhmhmhmmmm, ohh, arhh”. Kulihat tanteku melentingkan tubuhnya ke belakang, sambil tangan kanannya semakin kencang ditancapkan ke vagina. Rupanya tante Vera ini sudah mencapai orgasmenya.

    Lalu dia berbalik dan mengguyurkan air ke tubuhnya. Aku langsung pergi ke ruang keluarga dan menyalakan televisi. Aku tepis pikiran-pikiran porno di otakku, tapi tidak bisa. Tubuh molek tante Vera, membuatku tergila-gila. Aku jadi membayangkan tante Vera berhubungan badan denganku. “Lho Ris, kamu lagi apa tuh kok tanganmu dimasukkan celana gitu. Hayo kamu lagi ngebayangin siapa? Nanti aku bilang ke ibu kamu lho.” Tiba-tiba suara tante Vera mengagetkan aku.

    “Kamu ini pagi-pagi sudah begitu. Mbok ya nanti malam saja, kan enak ada lawannya.” Celetuk tante Vera sambil masuk kamar. Aku agak kaget juga dia ngomong seperti itu. Tapi aku menganggap itu cuma sekedar guyonan. Setelah tante Vera berangkat kerja, aku sendirian di rumahnya yang sepi ini. Karena masih ngantuk aku ganti celanaku dengan sarung lalu masuk kamar tante dan langsung tidur.

    “hmhmhmhmmmm.. geli ah” Aku terbangun dan terkejut, karena tante Vera sudah berbaring disebelahku sambil tangannya memegang Penis dari luar sarung. “Waduh, maafin tante ya. Tante bikin kamu terbangun.” Kata tante sambil dengan pelan melepaskan pegangannya yang telah membuat Penis menegang 90%. “Tante minta ijin ke atasan untuk tidak masuk hari ini dan besok”, dengan alasan sakit.

    Setelah ambil obat dari apotik, tante pulang. Begitu alasan tante ketika aku tanya kenapa dia tidak masuk kerja. “Waktu tante masuk kamar, tante lihat kamu lagi tidur di kasur tante, dan sarung kamu tersingkap sehingga CD kamu terlihat. Tante jadi terangsang dan pingin pegang punya kamu. Hmm, gedhe juga ya Penis mu” Tante terus saja nyerocos untuk menjelaskan kelakuannya. “Sudahlah tante, gak pa pa kok.

    Lagian Aris tahu kok kalau tante tadi pagi masturbasi di kamar mandi” celetukku sekenanya. “Lho, jadi kamu..” Tante kaget dengan mimik setengah marah. “Iya, tadi Aris ngintip tante mandi. Maaf ya. Tante gak marah kan?” agak takut juga aku kalau dia marah. Tante diam saja dan suasana jadi hening selama lebih kurang sepuluh menit.

    Sepertinya ada gejolak di hati tante. Lalu tante bangkit dan membuka lemari pakaian, dengan tiba-tiba dia melepas blaser dan mengurai rambutnya. Diikuti dengan lepasnya baju tipis putih, sehingga sekarang terpampang tubuh tante yang toples sedang membelakangiku. Aku tetap terpaku di tempat tidur, sambil memegang tonjolan Penis di sarungku. Bra warna hitam juga terlepas, lalu tante berbalik menghadap aku.

    Cerita Sex Memuaskan Tante Vera Di Atas Ranjang

    Cerita Sex Memuaskan Tante Vera Di Atas Ranjang

    Aku jadi salah tingkah. “Aku tahu kamu sudah lama pingin menyentuh ini..” dengan lembut tante berkata sambil memegang kedua bukit kembarnya. “Emm.., nggak kok tante. Maafin Aris ya.” aku semakin salah tingkah. “Lho kok jadi munafik gitu, sejak kapan?” tanya tanteku dengan mimik keheranan. “Maksud Aris, nggak salahkan kalau Aris pingin pegang ini..!” Sambil aku tarik bahu tante ke tempat tidur, sehingga tante terjatuh di atas tubuhku.

    Langsung aku kecup payudaranya bergantian kiri dan kanan. “Eh, nakal juga kamu ya.. ihh geli Ris.” tante Vera merengek perlahan. “hmhmhmhmmmm..shh” tante semakin keras mendesah ketika tanganku mulai meraba kakinya dari lutut menuju ke selangkangannya. Rok yang menjadi penghalang, dengan cepatnya aku buka dan sekarang tinggal CD yang menutupi gundukan lembab.

    Sekarang posisi kami berbalik, aku berada di atas tubuh tante Vera. Tangan kiriku semakin berani meraba gundukan yang aku rasakan semakin lembab. Ciuman tetap kami lakukan dibarengi dengan rabaan di setiap cm bagian tubuh. Sampai akhirnya tangan tante masuk ke sela-sela celana dan berhenti di tonjolan yang keras. “hmhmhmhmmmm, boleh juga nih

    Sepertinya lebih besar dari punyanya om kamu deh.” tante mengagumi Penis yang belum pernah dilihatnya. “Ya sudah dibuka saja tante.” pintaku. Lalu tante melepas celanaku, dan ketika tinggal CD yang menempel, tante terbelalak dan tersenyum. “Wah, rupanya tante punya Penis lain yang lebih gedhe.”

    Gila tante Vera ini, padahal Penisku belum besar maksimal karena terhalang CD. Aksi meremas dan menjilat terus kami lakukan sampai akhirnya tanpa aku sadari, ada hembusan nafas diselangkanganku. Dan aktifitas tante terhenti. Rupanya dia sudah berhasil melepas CD ku, dan sekarang sedang terperangah melihat Penis yang berdiri dengan bebas dan menunjukkan ukuran sebenarnya.

    “Tante.. ngapain berhenti?” aku beranikan diri bertanya ke tante, dan rupanya ini mengagetkannya. “Eh.. anu.. ini lho, punya kamu kok bisa segitu ya..?” agak tergagap juga tante merespon pertanyaanku. “Gak panjang banget, tapi gemuknya itu lho.. bikin tante merinding” sambil tersenyum dia ngoceh lagi.

    Tante masih terkesima dengan Penisku yang mempunyai panjang 17cm dengan diameter 6cm. “Emangnya punya om gak segini? ya sudah tante boleh ngelakuin apa aja sama Penisku.” Aku ingin agar tante memulai ini secepatnya. “hmhmhmhmmmm, iya deh.” Lalu tante mulai menjilat ujung Penis Ada sensasi enak dan nikmat ketika lidah tante mulai beraksi naik turun dari ujung sampai pangkal Penis

    “Ahh.. enak tante, terusin hh.” aku mulai meracau. Lalu aku tarik kepala tante Vera sampai sejajar dengan kepalaku, kami berciuman lagi dengan ganasnya. Lebih ganas dari ciuman yang pertama tadi. Tanganku beraksi lagi, kali ini berusaha untuk melepas CD tante Vera. Akhirnya sambil menggigit-gigit kecil puting susunya, aku berhasil melepas penutup satu-satunya itu.

    Tiba-tiba, tante merubah posisi dengan duduk di atas dadaku. Sehingga terpampang jelas vaginanya yang tertutup rapat dengan rambut yang dipotong rapi berbentuk segitiga. “Ayo Ris, gantian kamu boleh melakukan apa saja terhadap ini.” Sambil tangan tante mengusap vaginanya. “OK tante” aku langsung mengiyakan dan mulai mengecup vagina tante yang bersih.

    “Shh.. ohh” tante mulai melenguh pelan ketika aku sentuh klitorisnya dengan ujung lidahku. “Hh.. mm.. enak Ris, terus Ris.. yaa.. shh” tante mulai berbicara tidak teratur. Semakin dalam lidahku menelusuri liang vagina tante. Semakain kacau pula omongan tante Vera. “Ahh..Ris..shh..Risr aku mau keluar.” tante mengerang dengan keras. “Ahh..” erangan tante keras sekali, sambil tubuhnya dilentingkan ke kebelakang. Rupanya tante sudah mencapai puncak. Aku terus menghisap dengan kuat vaginanya, dan tante masih berkutat dengan perasaan enaknya. “hmhmhmhmmmm..kamu pintar Ris.

    Gak rugi tante punya keponakan seperti kamu. Kamu bisa jadi pemuas tante nih, kalau om kamu lagi luar kota. Mau kan?” dengan manja tante memeRis tubuhku. “Ehh, gimana ya tante..” aku ngomgong sambil melirik ke Penis ku sendiri. “Oh iya, tante sampai lupa. Maaf ya” tante sadar kalau Penisku masih berdiri tegak dan belum puas. Dipegangnya Penis ku sambil bibirnya mengecup dada dan perutku. Lalu dengan lembut tante mulai mengocok Penis.

    Setelah lebih kurang 15 menit tante berhenti mengocok. Ris, kok kamu belum keluar juga. Wah selain besar ternyata kuat juga ya.” tante heran karena belum ada tanda-tanda mau keluar sesuatu dari Penisku. Tante bergeser dan terlentang dengan kaki dijuntaikan ke lantai. Aku tanggap dengan bahasa tubuh tante Vera, lalu turun dari tempat tidur. Aku jilati kedua sisi dalam pahanya yang putih mulus.

    Bergantian kiri-kanan, sampai akhirnya dipangkal paha. Dengan tiba-tiba aku benamkan kepalaku di vaginanya dan mulai menyedot. Tante menggelinjang tidak teratur, kepalanya bergerak ke kiri dan kanan menahan rasa nikmat yang aku berikan. Setelah vagina tante basah, tante melebarkan kedua pahanya. Aku berdiri sambil memegang kedua pahanya. Aku gesek-gesekkan ujung Penis ke vaginanya dari atas ke bawah dengan pelan. Perlakuanku ini membuat tante semakin bergerak dan meracau tidak karuan.

    “Tante siap ya, aku mau masukin Penis” aku memberi peringatan ke tante. “Cepetan Ris, ayo.. tante sudah gak tahan nih.” tante langsung memohon agar aku secepatnya memasukkan Penis. Dengan pelan aku dorong Penis ke arah dalam vagina tante Vera, ujung kepalaku mulai dijepit bibir vaginanya. Lalu perlahan aku dorong lagi hingga separuh Penis sekarang sudah tertancap di vaginanya. Aku hentikan aktifitasku ini untuk menikmati moment yang sangat enak.

    Pembaca cobalah lakukan ini dan rasakan sensasinya. Pasti Anda dan pasangan akan merasakan sebuah kenikmatan yang baru. Ris, kok rasanya nikmat banget.. kamu pintar ahh.. shh” tante berbicara sambil merasa keenakan. “Ahh.. shh mm, tante ini cara Aris agar tante juga merasa enak” Aku membalas omongan tante. Lalu dengan hentakan lembut aku mendorong semua sisa Penis ke dalam vagina tante.

    “Ahh..” kami berdua melenguh. Kubiarkan sebentar tanpa ada gerakan, tetapi tante rupanya sudah tidak tahan. Perlahan dan semakin kencang dia menggoyangkan pinggul dan pantatnya dengan gerakan memutar. Aku juga mengimbanginya dengan sodokan ke depan. Vagina tante Vera ini masih kencang, pada saat aku menarik Penis bibir vaginanya ikut tertarik. “Plok.. plok.. plokk” suara benturan pahaku dengan paha tante Vera semakin menambah rangsangan.

    13 menit lebih kami melakukan gaya tersebut, lalu tiba-tiba tante mengerang keras “Ahh.. Ris tante nyampai lagi” Pinggulnya dirapatkan ke pahaku, kali ini tubuhnya bergerak ke depan dan merangkul tubuhku. Aku kecup kedua payudaranya. dengan Penis masih menancap dan dijepit Vagina yang berkedut dengan keras. Dengan posisi memangku tante Vera, kami melanjutkan aksi.

    Lima belas menit kemudian aku mulai merasakan ada desakan panas di Penis. “Tante, aku mau keluar nih, di mana?” aku bertanya ke tante. “Di dalam aja Ris, tante juga mau lagi nih” sahut tante sambil tubuhnya digerakkan naik turun. Urutan vaginanya yang rapat dan ciuman-ciumannya akhirnya pertahananku mulai bobol. “Arghh.. tante aku nyampai”. “Aku juga Ris.. ahh” tante juga meracau. Aku terus semprotkan cairan hangat ke vagina tante.

    Setelah delapan semprotan tante dan aku bergulingan di kasur. Sambil berpelukan kami berciuman dengan mesra. Ris, kamu hebat.” puji tante Vera. “Tante juga, vagina tante rapet sekali” aku balas memujinya. Ris, kamu mau kan nemani tante selama om pergi” pinta tante.

    “Mau tante, tapi apa tante gak takut hamil lagi kalau aku selalu keluarkan di dalam?” aku balik bertanya. “Gak apa-apa Ris, tante masih ikut KB. Jangan kuatir ya sayang” Tante membalas sambil tangannya mengelus dadaku. Akhirnya kami berpagutan sekali lagi dan berpelukan erat sekali. Rasanya seperti tidak mau melepas perasaan nikmat yang barusan kami raih.

    Lalu kami mandi bersama, dan sempat melakukannya sekali lagi di kamar mandi. Itulah pengalamanku dengan tante Vera. Ternyata enak juga bermain dengan wanita yang berumur empat puluhan-an. Semenjak itu aku sering dapat telepon ajakan untuk berkencan dengan tante-tante.

    Rupanya tante Vera menceritakan hal kehebatanku kepada teman-temannya , karena teman tante Vera pada penasaran dengan diriku seringkali aku di kejar kejar dengan cara yang berbeda beda.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Birahi Terpesona Dengan Pemandangan Pantat Empuk

    Cerita Sex Birahi Terpesona Dengan Pemandangan Pantat Empuk


    1296 views

    Perawanku – Dunia sex yang mana saya sudah melang melintang lokasi panas sexsualitas yang ada di ibu kota sudah
    pernah aku datangi, tapi ada satu tempat yang menjadi favoritku di daerah Jakarta Timur, cewek disana
    banyak yang muda muda dan masih polos kelihatannya dari desa, penampilannya juga masih kayak orang
    kampung.

    Aku akhirnya punya langganan, namanya Katem, tapi lalu kuganti namanya jadi Ami. Jadi aku panggil dia
    Ami. Dia akhirnya terbiasa. Suatu hari dia bercerita ingin pulang kampung. Aku menawarkan diri
    mengantarnya sampai ke rumahnya.

    Dia dengan senangnya menyambut tawaranku. Kami akhirnya janjian untuk berangkat bersama. Kami janjian
    ketemu di halte mikrolet di dekat pasar. Dari situ kami menuju Pulo Gadung untuk mengambil bus jurusan
    Cirebon. Baru sekali itu aku naik bus dari Pulo Gadung dan bersama cewek.

    Sorry aku lupa menggambarkan bagaimana profil Mia. Usianya sekitar 15 tahun, mukanya manis, kulitnya
    agak gelap tingginya sekitar 155 cm. Rambut lurus sebahu. Bicara kurang lancar berbahasa Indonesia,
    dia sekolah sampai kelas 4 SD.

    Sekitar 3 jam setengah akhirnya kami sampai di pemberhentian sebelum kota Indramayu. Sebut saja KS,
    kami menyeberang jalan, dan di situ sudah ada puluhan ojek. Mia menyebut nama kampungnya dan kami
    menyewa 2 ojek dengan ongkos masing-masing 20 ribu. Rupanya tempatnya jauh juga masuk kedalam.

    Di kampung-kampung Indramayu dan Karawang, cukup banyak orang tua yang menganjurkan anaknya jadi
    pelacur. Jadi mereka sama sekali tidak keberatan ketika anaknya punya tamu. Bagi ortunya tamu itu
    adalah rejeki dan ini masuk area bisnis jadinya.

    “Nak, nginep disini aja, pulang ke jakarta besoklah, ngapain buru-buru pulang,” kata bapaknya.
    Jadi sebelum aku memohon sudah ditawari so ya why not kan. Lantas aku keluarin Rp 100k kasi langsung
    sama emaknya.

    “Mak ini buat beli makanan, nanti malam saya makan disini.”  Agen Judi Bola

    Wah itu emak langsung buru-buru pergi, pulangnya nenteng ayam hidup, lalu bapaknya suruh motong tuh
    ayam. Malamnya hidangannya adalah ayam goreng, sambel dan lauk berkuahnya 2 bungkus indomi direbus
    dengan banyak air. Yang makan berenam.

    Adik si cewek ada 2 soalnya. Aku gak bisa makan banyak, tapi dipaksa juga. Aku kurang selera, karena
    ayamnya masih keras dan masih bau amisnya ayam. Aku telen-telenin aja, abis kepaksa. Mau makan
    indomienya. Biasanya dua bungkus aku makan sendiri, ini dua bungkus dimakan berenam. Wah aku jadi gak
    enak body.

    Abis makan aku keluarin 50 k kasi ke bapaknya untuk beli rokok dan 50k lagi aku kasi ke dia juga
    dengan pesen untuk keamanan. Wekkk rumah tuh bapak akhirnya dijagain 2 hansip kampung semalaman.

    Buset deh, jadi raja minyak aku di kampung ini. Abis makan bukan terus tiarap, ngobrol dulu ama
    bokapnya ke utara-selatan. Yah bisa-bisa aku menerka minat obrolan dia. Begitu aku tau dia tertarik
    ama pertanian.

    Aku keluarin jurus-jurus dewa mabok aku untuk mengimbangi percakapannya. Bukan mau sombong sih diajak
    ngomong soal apa aja dari mulai menanam padi sampai nuklir korea utara aku bisa njabani. Kalo soal
    olah raga aku nyerah deh, gak hobi. Namanya ilmu dewa mabuk, si bapak jadi kalah ilmu ama aku,
    wakakakak.

    Aku inget hari itu dia nanya-nanya nanem apa yang hasilnya lumayan. Aku bilang semangka tanpa biji
    bagus tuh pasarnya. Dia bingung, semangka tanpa biji yang ditanam apanya. Aku bilang ya biji, ada tuh
    bibitnya di jual kalengan cuma harganya rada mahal.  Agen Judi Bola

    “mau dong” kata bapaknya.

    “Yah nanti deh kalo saya kemari lagi.”

    Ngobrol sampai jam 10 an sambil minum kopi dan makan kacang garuda. Akhirnya tuh bapak nyadar juga dan
    nyuruh aku istirahat.

    “Kamarnya udah disiapi, silahkan nak istirahat dulu.”

    Jam 10 malam di kampung, sunyinya kayak orang tuli, mana gelap lagi. Tapi aku PD aja meski rada was-
    was juga, Gimana gak PD rumah dijagai 2 hansip. Kayaknya hansip kelurahan. Was-wasnya kalau ada apa-
    apa aku lari kemana.

    Aku kan gak bawa kendaraan. Oh ya aku lupa. Kalo masuk kampung pedalaman gitu dan mau nginep jangan
    bawa mobil, mencolok bo. Orang jadi banyak perhatiin kita. Kalo kita datang naik ojek, kita jadi
    membaur dan gak kelihatan mentang-mentang.

    Si bapak nunjuki kamar tidur untuk aku, dan anak perempuannya udah tiduran di situ. Kamarnya cuma
    diterangi lampu minyak dan yang istimewa tempat tidurnya pake kelambu. buset dah seumur-umur aku baru
    pernah kali itu tidur pake kelambu.

    Tadinya pengen malu, tapi karena bapaknya nganjurin aku tidur ama anaknya, aku jadi bingung pengen
    malu ama siapa wakakakakak.

    Besok paginya aku rada kesiangan bangunnya, malemnya kebanyakan tiarap kali ya. eh si cewek walau udah
    bangun tapi dia belum keluar dari tempat tidur.Mungkin nunggu sampai aku juga bangun.Wah setia banget.

    Di luar udah disiapi kopi dan nasi goreng. Wuissh raja minyak diservice abis. Aku salut ama diri aku
    sendiri, sebab petualangan itu aku jalani sendiri tanpa kawan. nekat abis. Aku akhirnya nginep lagi
    semalem, mengingat dana dikantong masih mencukupi dan aku rasa aman-aman aja.

    Seharian di kampung aku ditemani tetangganya (laki-laki) nyewa motor muter-muter di kampung. Eh dia
    malah nunjuki potensi cewek di desanya.

    Jadi aku dikenali ama banyak cewe. Buset banget, ternyata banyak yang ok. Gilanya dia nawari perawan.
    Bukan satu, kalo aku nggak salah inget ada 3 semuanya dikenali ke aku.

    Tetangga sebelah si Mia ini rupanya juga lagi pulang kampung. Gilanya dia kelihatan lebih muda,
    mungkin usianya masih 13 – 14 tahun. Aku diperkenalkan dan dia mengaku kerja (melacur) di daerah
    Cilincing. Tempat yang dia sebutkan itu belum pernah aku datangi.

    Cerita Sex Birahi Terpesona Dengan Pemandangan Pantat Empuk

    Cerita Sex Birahi Terpesona Dengan Pemandangan Pantat Empuk

    Setelah nginap semalam aku kemudian pamit kepada orang tua si Mia. Diantar oleh tetangganya aku
    berangkat dari rumah Mia. Heri begitu nama tetangga Mia yang menjadi penunjuk jalan.

    Aku bukan sungguh-sungguh pulang tapi pindah nginap di kampung yang letaknya jauh lebih ke pelosok.
    Tujuannya adalah rumah Nani. Anaknya manis agak tinggi sekitar 160 usianya juga masih amat belia
    sekitar 15 tahun.

    Dia termasuk stok baru, karena belum pernah dikaryakan. Kata Heri Nani baru cerai. Padahal mereka
    belum genap 3 bulan kawin. Seperti diceritakan Heri, orang-orang di kampung itu banyak yang kawin
    singkat hanya untuk mengejar status janda. Dengan status janda, dia bisa punya KTP dan bisa kerja ke
    kota.

    Rumah Nani tidak begitu besar, berdinding separuh tembok separuh bambu anyaman (gedek). Kami disambut
    seorang wanita usianya sekitar 32 tahun, dia adalah ibunya Nani.

    “Mari mas masuk,” katanya mempersilahkan kami.

    Aku memilih duduk di bale-bale (amben) bambu di teras rumahnya. Sementara itu Heri masuk bersama
    ibunya Nani, sepertinya ada yang mereka rembukkan.

    “Dari mana mas,” tanya ibu si Nani.

    “Jakarta,” jawabku singkat.

    Maknya si Nani ini kelihatan akrab sekali, sedangkan aku masih rada kikuk. Aku merasa malu karena
    niatku akan menginap di rumah itu, kayaknya vulgar banget. Tapi Bu Karta begitu dia mengenalkan
    namanyam dia pintar sekali mencairkan suasana, dan dia sudah tau betul niatku .

    “Mas tunggu sebentar ya, si Nani lagi mandi, katanya.

    Kami mengobrol macam-macam sampai aku tahu bahwa Bu Karta ini juga janda dengan 2 anak. Anak yang
    pertama laki-laki sekarang kerja di Jakarta.. Jadi mereka hanya tinggal berdua.

    “Masnya jadikan menginap di sini,” tanya Bu Karta.

    “ Kalau ibu boleh, ya saya mau,” kataku.

    “Ya boleh lah mas, hotel dari sini jauh, tapi disini rumah kampung, nggak ada listrik, rumahnya juga
    jelek, nggak kayak rumah di Jakarta, gedongan semua,” katanya merendah.

    Heri memberi kode agar aku ikuti dia. Heri membrief aku, bahwa semuanya oke dan ada juga uang
    keamanan. Dia mau pamit, dan aku minta dia datang lagi besok jam 10 pagi. Heri kemudian pamit kepada
    mak nya Nani dan segera ngacir.

    Perutku sudah rada kroncongan karena sekarang udah jam 1 siang. Kutarik 5 lembar uang 20 ribuan dan
    kuserahkan ke Bu Karta.

    “Ini bu untuk beli makanan, siang ini ibu beli indomi bangsa 5 bungkus, minyak goreng dan kalau ada
    sedikit tepung sagu (kanji), lainnya beliin tempe dan cabe rawit ijo juga bawang putih.”

    Ibunya masuk ke dalam rumah sebentar dan keluar lagi membawa secangkir kopi. Tak lama kemudian datang
    belanjaan. Rupanya Bu karta minta tetangganya untuk belanja , pantesan dia gak beranjak dari tadi.

    “Mas tepung sagunya mau dibuat apa ya,” katanya.

    “Mau buat mi bu,” kata ku.

    “Ah jangan panggil bu ah, panggil mbak aja, kayaknya kok jadi tua banget,” katanya sambil matanya
    genit.

    “Boleh saya masak mi nya di dapur bu,”

    “Eh masnya pinter masa yaa, tapi dapurnya jelek dan kotor” katanya lalu membibimbingku ke bagian
    belakang rumahnya.

    Aku berpapasan dengan Nani yang berbalut handuk masuk dari belakang rumah. Dia malu-malu menundukkan
    muka , langsung masuk kamar. Aku meminta 3 bungkus indomi untuk digoreng.

    “Sini mas kita saja yang goreng,” kata bu karta.

    Orang di Indramayu ini menyebut kita untuk aku.

    Setelah mi di goreng aku minta dia merebus air dan pinjem mangkuk untuk mencampur air dengan tepung
    sagu.“ Segini cukup gak mas airnya.

    “Kurangi dikit mbak.”

    Setelah air menggelegak aku masukkan air campuran dengan kanji dan bumbu mi instannya. Setelah
    mendidih dan kuah agak mengental kuminta dipindahkan ke tempat lain. Sekarang makanannya sudah siap.

    Mas kita cuma punya nasi ama ikan asin. Lalu kami pun mengelilingi meja makan yang posisinya
    ditempelkan ke tembok dengan 4 kursi. Aku duduk di tengah, disamping ku Nani, dan di kiriku Bu karta.

    “Wah enak mi-nya mas, masnya pinter masak juga ya,”

    “Ini namanya ifumi, tapi sebenarnya bumbunya lebih lengkap dari ini ada sayur, ada bakso, baso ikan,
    dan udang segala, tapi karena adanya ini ya begini aja lah,” kata ku .

    “Enak ya mak, kita jadi pengin nambah mi nya lagi,” kata Nani yang makan sambil duduk kakinya diangkat
    satu (metingkrang).

    “Mas itu ada tempe mau diapain, biar kita yang ngerjain,” kata mak Karta.

    “Digoreng aja biasa mbak,” kata ku.

    Dia lalu menghilang ke belakang tinggal aku dan Nani di ruang yang rada gelap. Kami ngobrol dan aku
    mengorek banyak informasi. Katanya dia sudah ditawari kerja ke Jakarta, Tapi maknya belum ngasih
    karena sendirian di rumah. Gak terasa sudah jam 4 sore, cuaca mulai teduh.

    “ E mas-e mau mandi kan, ayu bareng kita ke belakang saya unjukin tempatnya.” kata mak Karta.
    Aku segera mengorek isi tas ku mengambil sabun cair, handuk dan celana pendek serta kaus oblong, juga
    sikat gigi.

    Maknya Nani juga kelihatannya bawa perlengkapan mandi nani juga. Mereka masing masing menjinjing ember
    kecil. Mereka mau mandi juga nampaknya.

    Kami sampai di halaman belakang yang jaraknya sekitar 10 m dari rumah ditengh kebun singkong. Di situ
    hanya ada ponpa tangan dan ember yang lebar. Tidak ada dinding, sehingga sama sekali terbuka.

    Aku melihat ke sekeliling, tidak ada bangunan apa pun . Ternyata kamar mandinya ya di pompa itu. Di
    situ hanya ada dua tonggak yang dihubungkan dengan kawat. Maksudnya mungkin untuk jemuran. Mereka
    berdua lalu melampirkan handuk, dan baju-baju mereka.

    Kulihat mereka gak bawa sarung, aku jadi mikir nih mereka mandinya gimana. Aku diam aja sambil pura-
    pura terlihat biasa sambil menyampirkan baju-bajuku dan membuka semua pakaianku kecuali celanda dalam
    yang memang bentuknya boxer.

    Si mak giat sekali memompa. Aku segera mengambil alih memompa. Astaga mereka berdua membuka semua
    bajunya sampai telanjang bulat di depan ku lalu jongkok di pinggir ember.

    Dengan gayung bekas kaleng susu mereka membasahi semua badannya lalu menyabuni tubuhnya Aku terus
    memompa sambil pura-pura cuek, padahal dedeku mulai mengembang.

    “Udah itu mas air juga udah penuh masnya juga mandi sini, kata si mak,”

    Aku tidak mau kalah dengan aksi mereka, Aku berbalik dan segera melepaskan celana dalam, dan
    kugantungkan dengan bajuku. Kututup burungku lalu aku jongkok berhadapan dengan mereka. Pembatas kami
    hanya ember.

    “Wah masnya gak biasa mandi di kampung jadi masih malu ya mas,” kata Mak karta.

    Aku hanya nyengir,

    “Ah nggak mbak, Cuma burungku susah diatur,” kataku berkilah.

    Mas nya gak biasa sih jadi burungnya kaget kali,” kata bu Karta.

    Ibu nya si Nani ini tampak makin cantik ketika semua rambutnya dibasahi. Toketnya cukup montok mungkin
    ukuran 38 , perutnya agak gendut sedikit, tapi masih bisa digolongkan ramping untuk seumuran dia,
    pantanya buset gede banget, begitu juga pahanya. Badannya putih mulus pula.

    Nani badan gadis remaja Teteknya masih mancung menantang dengan putting kecil yang belum berkembang,
    jembutnya masih jarang sekali, berbeda sama jembut ibunya. Karena mereka cuek, aku juga cuek aja,
    meski pun barangku ngacung terus. Ah normal aja pikir ku, laki-laki dekat perempuan telanjang pula
    pastilah on.

    “Gitu dong mas jangan malu-malu,” Komentar ibunya sambil dia mengambil semacam sabut untuk
    menggosokkan badannya. Aku diberinya satu sabut yang kuperhatikan bentukunya bulat panjang seperti
    gambas atau oyong.

    Aku tenang saja menggosok badan ku sambil berdiri dan mereka berdua juga akhirnya berdiri sih. Mas
    sini aku gosok punggungnya dan mas gosok punggunya Nani. Kami pun lalu berbaris saling menggosok.

    Mulanya aku menggosok punggung Nani, Tapi lama-lama tangan ku gak tertahan meremas pula tetek si Nani.
    Tapi dia diem aja. Si Ibu masih terus menggosok, tapi tidak hanya punggung juga sampai ke kaki-kaki
    pula Eh lama-lama naik sampai ke dekat dede ku.

    Di bagian vital itu disabuninya pula tapi gak pake sabut. Aku jadi menggelinjang gak karuan. Eh dia
    malah lama sekali berputar-putar menyabuni dedeku. Aku jadi gelap mata kutarik si Nani lalu kucium.
    Nani membalas. Aku udah kehilangan akal, sampai gak terasa kalau dedeku dibasuh air. Tapi aduh
    ternyata burungku dilomot sama si ibu. Buset kok jadi orgi di kebun singkong gini.

    Aku tidak bertahan lama segera muncrat di dalam mulut si ibu. Dia buang air mani ku. Aku segera
    menempelkan barang ku ke pantat si nani yang kupeluk dari belakang sementera tanganku sudah dari tadi
    mengorek-korek itil si Nani sampai dia muncak juga nampaknya. Aku kemudian berbalik ke si emak dan
    kurangkul dia lalu kucium mulutnya. Dia membalas dengan ganas.

    Tangan ku tak hanya meremas teteknya yang super toge, tapi juga mulai mengelus-elus mekinya. Aku mau
    balas dendam. Perlahan-lahan kujilati tubuhnya kebawah sampai akhirnya aku berlutut dan di depanku
    terpampang mem3k berjembut lebat.

    Lidahku mencari sendiri belahan mem3k sambil tanganku menyibak hutan rimba. Mem3knya tidak ada baunya,
    malah cenderung bau sabun. Mulutku kubekap ke mem3knya dan kaki kirinya kupanggul dipundakku.

    Si emak berpegangan ke tiang sambil mendesis-desis. Gak sampai 2 menit dia sudah muncak dan sambil
    mengerang. Barangku jadi keras lagi aku segera berdiri dan kusuruh si emak membungkuk dengan sekali
    tusuk masuklah si dede ke meki emaknya dari belakang.

    Aku sungguh terpesona dengan pemandangan pantat yang demikian besar membulat aku tabrak-tabakkan badan
    ku ke pantat si emak dan si emak mengimbanginya dengan mendesis-desis.

    Nani yang jongkok sambil mengguyur badannya memperhatikan kelakuan kami. Kupanggil dia agar mendekat.
    Nani menurut lalu aku sambil memompa emaknya aku gerayangi badannya. Sekitar 5 menit si emak sudah
    bilang

    “udah-udah mas ampun mas saya lemes banget,” katanya setelah dia meregang puncak orgasme.

    Sementara aku masih nanggung.Kini nani ku minta nungging dan segera dedeku kuarahkan ke mem3knya dari
    belakang. Beda banget mem3k sianak dengan si Mak, Si Emak tadi mudah sekali mencoblosnya. Kalau sianak
    pake rada dituntun baru bisa pelan-pelan masuk.

    Aku kembali memompa dan karena ketatnya liang nani aku tidak mampu bertahan lama baru sekitar 5 menit
    aku sudah merasa akan meledakkan lahar. Kucabut dari meki si Nani lalu ku tembakkan ke udara bebas.

    Si emak lagi di duduk dilantai lemes.

    “Si emas jago banget maennya,” kata emak.

    Kami lalu menuntaskan mandi dan segera kemlai ke rumah. Kami jadi makin akrab dan aku segera dibawanya
    masuk ke ruang tidur. Kamar tidur itu adalah satu-satunya kamar tidur di rumah itu.

    Di situ terbentang 2 kasur yang didempetkan namun dengan dua sprei yang berbeda corak. Aku disuruhnya
    istirahat tiduran. Dan mereka berdua juga ikut tidur mengapit aku.

    Si emak ini agresif sekali. Kalau bicara sebentar-sebentar nyium pipiku.

    “Aku gemes sama si emas abis cakep sih,” katanya.

    Karena matahari masih mencorong dan kami di dalam kamar yang tidak berventilasi, dengan birahi tinggi
    maka badanku cepat sekali berkuah alias berkeringat.

    “Panas banget boleh gak kita buka baju,“ kata ku menyebut diriku dengan kita menyesuaikan bahasa
    mereka.

    Tanpa menunggu jawaban dari mereka aku segera bangkit dan melepas tidak hanya baju tetapi semua busana
    ku sampai aku telanjang bulat.

    “Kok dibuka semuanya,” kata si Nani.

    “Abis panas, lagian kan tadi udah pada liat di sumur, jadi malunya udah ilang,” kata ku.

    “Idih,” kata Nani.

    Aku kembali mengambil posisi di antara mereka dan diam saja tidak bereaksi. Si emak langsung meremas
    tol ku sambil menciumi pipiku.

    Kelihatannya dia menginstruksikan anaknya untuk juga menciumiku dari sisi lain. Nani gerakannya masih
    canggung, tapi aku diam saja. Emaknya bangkit sambil duduk mengintrusikan anaknya untuk menciumi
    seluruh badan ku.

    Aku protes agar mereka juga telanjang sehingga kita bertiga sama posisinya. Emaknya lalu berdiri
    membuka semua bajunya dan dia juga menyuruh anaknya untuk membuka semua bajunya juga..
    Si emak kembali mengajari anaknya bagaimana caranya menyenangkan laki-laki, sampai akhirnya anaknya
    disuruh ngemut tool-ku.

    “Jangan sampai kena giginya, nanti masnya ngrasa sakit. Mulanya si Nani agak ragu. Tapi kemudian
    ibunya memberi contoh dengan cara mempraktekkannya langsung lengkap menjilat kedua kantong zakarku
    sampai ke lubang matahari

    Aku yang menjadi bahan praktikum, mengelinjang-gelinjang nikmat. Nani tampaknya berbakat, karena dalam
    waktu relatif singkat dia sudah menguasi ilmu oral-mengoral. Setelah sekitar 10 menit kutarik tubuhnya
    ke atas lalu kusuruh dia duduk di dadaku kusuruh maju sedikit sampai mekinya tepat jangkauan lidahku.

    Kukuak mem3knya yang masih gundul dan baru berambut sedikit. Benjolan kecil nampak menonjol di ujung
    atas bibir dalamnya. Itu tanda dia sudah cukup terangsang, Segera lidahku menggapai clitoris sambil
    kedua tanganku menahan pinggulnya yang kalau kulepas gerakannya terlalu liar.

    Nani mendesis sambil mengerang. Dia kelihatannya lebih rame dari pada ibunya. Ibunya yang dari tadi
    duduk saja memperhatikan permainan kami tiba-tiba bangkit. Aku tidak bisa jelas melihatnya, tapi aku
    merasa dia duduk mengangkangi badanku sambil menuntun tool ku yang lagi siaga ke dalam mekinya.

    Blebesss, masuk semua barang ku kedalam mekinya dan dia segera memaju mundurkan pinggulnya. Toolku
    seperti diulek atau dikacau (stir). Kosentrasiku jadi terbelah. Tapi aku berusaha memuatkan serangan
    lidahku secara konstan di ujung clitoris si Nani. Nani makin hot terlihat dari gerakannya yang melawan
    tahanan tanganku.

    Aku semakin keras menahan pinggul nani agar dia tidak menggelinjang terlalu liar. Akhirnya Nani sampai
    dan dia menjerit.

    Aku lalu membenamkan mulutku di meki nani. Ibunya nampaknya terpengaruh dengan teriakan Nani sehingga
    dia pun lalu mempercepat gerakkannya dan semakin liar sampai akhirnya dia juga berhenti dengan liang
    vaginanya berkedut. Dia memeluk anaknya.

    Keduanya aku minta tidur telentang untuk istirahat. Aku mengambil alih dengan mencolokkan jari tengah
    kanan ke Nani dan jari tengah kiri ke emaknya. Aku meraba titik G spot mereka. Keduanya akhirnya
    teraba.

    Lalu ku usap halus. Mereka mulai bereaksi dan pinggulnya di gerakkan gak beraturan, kadang maju mundur
    kadang kiri-kanan, sampai tiba-tiba Nani teriak sekencang-kencangnya gak sampai semenit Emaknya juga
    ikut teriak panjang.

    Mereka berdua seperti orang tak berdaya lemas dan pasrah. Aku segera mengambil alih untuk memuaskan
    diriku. Pertama kupilih meki emaknya, kugenjot sampai sekitar 10 menit, kemudian aku pindah ke nani
    dan kugenjot terus sampai akhirnya aku memuntahkan lahar putih jauh di dalam meki si Nany.

    Kami tertidur bertiga dalam keadaan bugil.

    Aku tidak sadar berapa lama tertidur sampai kudengar suara samar-samar emak si nani bangun .dia
    mencari lampu untuk dihidupkan, karena seisi rumah itu gelap gulita. Lampu yang dinyalakan adalah
    lampu minyak.

    Aku pun lalu bangun dan akhirnya kami bertiga dengan obor menuju ke sumur untuk membersihkan diri. Aku
    merasa kayak punya dua istri dua di kampung ini. Tapi uniknya kedua istri itu anak dan ibu. Keduanya
    berlaku manja sekali dan sering menggelendot.

    “Mas tempenya udah digoreng, mau dimasak apaan” kata si emak.

    ”Diulek pake 1 siung besar bawang putih dan cabe rawit ijo, tapi cabe dan bawangnya diulek dulu sama
    garam, jangan terlalu alus baru tempenya di teken-teken ke sambelnya,” kata ku.

    Dengan lauk tempe itu kami bertiga makan malam dengan lahapnya. “Enak banget ya padahal Cuma gitu aja
    bikinnya, “ kata si emak.

    Selesai makan kami duduk di beranda rumahnya sambil aku dibuatkan kopi dan singkong rebus. Kami
    ngobrol sampai sjam 11 malam. Lalu kembali masuk rumah dan menutup pintu. Kami bertiga kembali
    berbaring dan aku selalu ditempatkan diantara mereka berdua.

    Kami malam itu bertempur lagi sampai jam 2. Sampai akhirnya bangun agak kesiangan. Jam 7 baru kami
    terjaga dari tidur nyenak. Lalu kami buru-buru berkemas dan kembali ke sumur untuk membersihkan diri.
    Di sumur tidak terjadi insiden.

    Jam 10 si Heri datang untuk menjemput aku. Si emak minta agar aku memperpanjang waktu dan minta Heri
    datang besok lagi.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Sex Di Sekolah

    Sex Di Sekolah


    4397 views


    Perawanku – Ini adalah cerita baru kami, Cerita Seks ketika aku belajar di sekolah dengan guruku, awalnya aku kepergok sedang ciuman di dalam kelas, tiba tiba.

    Dua orang muridnya yang cantik datang menyerahkan diri, cukup lama Pak Doni mengintai mangsanya dan akhirnya kerja kerasnya berhasil dengan gemilang, bayangkan betapa berat ia mencurahkan seluruh pikiran dan tenaganya siang dan malam demi dapat menikmati santapannya yang lezat dan nikmat.

    Pak Doni tidak pernah merasa memaksa mereka, ia memberikan dua pilihan sebagai bentuk “demokrasi” ciptaannya, serahkan keperawanan kalian atau rekaman kalian akan segera beredar luas. Pak Doni mengunci pintu kantornya, kemudian segera menarik pergelangan tangan kedua gadis itu, dengan santai ia menyuruh keduanya agar duduk di atas meja, sedangkan ia sendiri duduk di atas kursi empuknya tepat di hadapan mereka. Tania dan Velly saling memandang kemudian tertunduk lesu tanpa daya.

    Velly merapatkan kedua kakinya ketika merasakan rok seragamnya disibakkan ke atas oleh Pak Doni, pria itu tersenyum sambil menyibakkan rok seragam Tania.“Kalian kenapa sichhh….??? Koq lemas gitu, padahalkan kalian ini biasanya hot banget……, sampe ngecrot barengan..He he he” Pak Doni terkekeh-kekeh, tangannya menyibakkan rok seragam Velly.

    “Ehhhh….!! ” Pak Doni merasa tersinggung ketika Velly menepiskan tangannya, senyuman mesum mendadak hilang dari wajahnya, sambil menggeram ia bangkit dari kursinya dan

    ”Plakkkkkk!!! “

    “Dengar baik-baik, bapak bisa melakukannya dengan kasar kalau kalian terus seperti ini, dasar murid tidak tahu diuntung, disuruh belajar yang enak-enak malah ngak mau, jarang bapak memberikan kesempatan seperti ini…!!”

    “Jangan pakkk, jangan, tolong….jangan” Tania menahan tangan pak Doni yang melayang hendak kembali menampar wajah Velly.

    “Hmmmmmhhh…….” Pak Doni mencoba meredakan emosinya.

    “Baiklah, nama kamu Tania ya ??” Pak Doni membelai kepala gadis itu, Tania mengangguk kecil.

    “Sekarang coba kamu ciuman dengan Velly, Bapak pengen lihat langsung, pengen nonton lesbian live show, hehehe….”

    Tania menekan perasaannya, kemudian bibirnya mengejar bibir Velly, nafas Velly memburu antara marah dan nafsu yang perlahan-lahan mulai menggoyahkan, menghancurkan rasa marah dan kebencian dihatinya. Sang nafsu mengupas kemudian membasuh rasa marah di hati Velly, perlahan-lahan sang nafsu melemparkan jauh-jauh rasa risih yang mengganjal di dalam hati kedua pasangan lesbi itu, Pak Doni tersenyum kemudian duduk kembali di atas kursinya, berkali-kali kepala sekolah bejat itu menelan ludah ketika menyaksikan Tania dan Velly saling melumat dengan mesra

    “Ckkk Ckkkk.. Ckkkkk…..” suara bibir kedua muridnya yang cantik terdengar saling berdecakan ketika mereka saling melumat dan mengulum.

    “Ha Ha Ha.., wahh,!!, Ck ck Ck ” Pak Doni berdecak kagum sambil menatap tajam dua pasang paha kedua muridnya yang putih dan mulus, tangan kirinya bermain dipermukaan paha Tania sedangkan tangan kanannya bermain di permukaan paha Velly. Posisi kedua kaki yang merapat itulah yang sengaja dimanfaatkan oleh Pak Doni untuk meloloskan celana dalam kedua muridnya.

    Tangan Pak Doni memaksa kedua paha Velly untuk mengangkang, ia menatap wajah Velly dengan tatapan sinisnya, kepala sekolah bejat itu merasa di atas angin karena Velly hanya terdiam pasrah tanpa daya, menatapnya dengan tatapan putus asa.

    “Awwww…..!! ” Velly memiawik kaget ketika jari tangan Pak Doni mengusap selangkangannya yang mengangkang, tubuhnya tersentak seperti tersengat listrik merasakan usapan kurang ajar itu.

    Wajah Velly merah padam, baru pertama kali ini selangkangannya dielus oleh jari tangan laki-laki, bahkan kini jari-jari itu mulai menghampiri selangkangannya kembali, nafas Velly semakin berat, berkali-kali Velly merasakan tubuhnya menggigil , dan merinding hebat.

    “Nah Velly, coba sekarang kamu buka bajunya Tania…” Pak Doni memerintahkan Velly, perlahan-lahan ia melaksanakan perintah Pak Doni, tangannya mulai melepaskan kancing baju seragam Tania kemudian menarik lepas baju seragam temannya.

    “Sekarang buka BH-nya….” Pak Doni memberikan instruksi lebih lanjut dan Velly melaksanakan instruksi Pak Doni, Tania merapatkan kedua kakinya sambil menyilangkan tangankirinya di depan dada berusaha menyembunyikan buah dadanya yang terekspose dengan bebas, sedangkan telapak tangannya yang satunya lagi berusaha menutupi wilayah intimnya.”bagus.., bagus.. Ha Ha Ha” Pak Doni tertawa senang.

    “Nah, Sekarang giliran Tania….., Buka baju ama BH-nya Velly…” Pak Doni meleletkan lidahnya ketika Tania mulai melaksanakan instruksinya.

    “Luar biasa….!!” mata Pak Doni berbinar-binar menatap keindahan tubuh Velly dan Tania.

    Tangan Pak Doni mencekal pergelangan tangan Velly dan Tania kemudian menyuruh mereka untuk berlutut di sisi kanan dan kirinya.

    “Oke.., sekarang biar bapak ajarkan, mata pelajaran pertama yang sangat penting bagi kalian berdua, yaitu belajar menservice penis laki-laki, ” Pak Doni cengengesan dengan wajahnya yang menyebalkan.

    “Seperti biasa dan pada umumnya sebelum belajar kita harus membuka buku terlebih dahulu, sebab bagaimana kita mau belajar kalau bukunya tidak kita buka, iya tohh…, nah, karena ini tentang penis, maka bapak sarankan kalian mulai membuka celana bapak… ayooo tunggu apa lagi sih!!! “Pak Doni membentak karena Tania dan Velly tidak menyimak pelajaran darinya.

    Mereka saling berpandangan kemudian perlahan-lahan mereka mulai membagi tugas, Velly membuka ikat pinggang Pak Doni sedangkan Tania menarik resleting celananya “Srerrtttt…..!! ” , bersamaan mereka menarik celana panjang Pak Doni sampai terlepas, kini hanya celana dalam itu sajalah yang menutupi selangkangan Pak Doni.

    Velly dan Tania memalingkan wajah mereka ketika Pak Doni meraih sesuatu dari balik celana dalamnya. “Sekarang kita mulai pelajaran kedua dengan topik, tanpa keberanian maka semuanya sia-sia, oleh karena itu dalam pelajaran kedua ini kalian harus berani mempergunakan mata kalian, coba lihat benda Bapak yang hebat ini HE HE HE”

    “Ayo Tania jangan malu gitu dong ahh, harus berani kaya Velly…” Pak Doni membujuk Tania agar mau menatap batang kemaluannya.

    “Ihhhh…gede amat….” Tania tanpa sadar mengungkapkan isihatinya.

    “Nah sekarang , selain sebagai alat perasa lidah juga mempunyai fungsi lain, demikian pula dengan fungsi mulut kalian selain untuk makan tentu ada gunanya….juga dalam pelajaran yang satu ini,, julurkan lidah kalian…” Pak Doni tersenyum sambil menekankan kepala Velly dan Tania kearah batang kemaluannya.

    “Nahhh…, Ayo belajar baik-baik, dijilat, dihisap…, diciumin….” Pak Doni menyandarkan punggunya bersandar pada kursi empuknya. Sesekali terdengar suara Tania dan Velly yang terbatuk-batuk, mereka belum terbiasa menghirup aroma kemaluan pria yang menyengat.

    “Bagus, cukup pandai.., ” Pak Doni mengelus-ngelus kepala Velly dan Tania, bergantian mereka mengecup-ngecupi buah zakar Pak Doni, lidah mereka terjulur-julur keluar menjilati permukaan batang kemaluan Pak Doni yang berwarna hitam kecoklatan.

    “Nahh, ini juga dicobain.., kamu pasti suka…” Pak Doni menekan kepala Tania sambil menjejalkan kepala kemaluannya, sementara Velly menatap Tania yang sedang menghisap-hisap kepala kemaluan Pak Doni, mulut Tania bedecakan ketika melumat-lumat puncak kepala kemaluan Pak Doni, sementara kedua tangan Tania menggenggam penis Pak Doni yang besar.

    “Taniaaaaa, jangan serakah gitu dong, ayo biar sekarang Velly yang nyicipin ****** Bapak…..”

    Tania melepaskan kemaluan Pak Doni kemudian menyodorkannya pada Velly, sebentar Velly menatap kepala kemaluan Pak Doni sebentar kemudian menolehkan wajahnya menatap Tania seolah-olah bertanya seperti apa rasanya. Tania menganggukkan kepalanya seolah meyakinkan Velly kalau mainan baru yang satu ini ternyata sangat mengasikkan. Perlahan lidah Velly terjulur keluar dan memijati kepala kemaluan Pak Doni sebelum memasukkannya ke mulut, Hmmmmm ternyata seperti inilah rasanya kepala penis laki-laki, asin, kenyal,dan gurih. Bergantian Tania dan Velly menservice kemaluan Pak Doni, mulai dari buah zakar, batang kemaluan dan juga kepala kemaluan Pak Doni.

    Pak Doni menarik tubuh Tania kemudian membaringkannya kembali di atas meja, tangannya mendekap pinggul Tania dan menggusup pinggul gadis itu sampai posisi vagina gadis itu pas untuk disodok oleh batang kemaluannya, kepala sekolah bejat itu kemudian sibuk berusaha melakukan penetrasi pada lubang vagina Tania yang masih rapat.

    “Aaaakkhhh……!! ” Tania membeliakkan matanya ketika merasakan batang kemaluan Pak Doni mulai terbenam, membelah jepitan vaginanya dengan perlahan-lahan.

    “Arhhhhh………, Owwwww….. Hkk Hkkkk” Tania menolehkan kepalanya kesamping ketika merasakan seseorang menggenggam lembut tangannya.

    “Vellyyyyy….,Ahhhh.., “Tania memiawik sambil menggenggam erat tangan Velly ketika merasakan kepala kemaluan Pak Doni merobek-robek selaput perawannya, Velly membelai-belai kepala Tania, berusaha menenangkan Tania yang sedang diperawani oleh Pak Doni.

    Pak Doni terkekeh-kekeh sambil semakin dalam membenamkan batang kemaluannya sampai mentok kemudian ditariknya perlahan-lahan kemudian disodokkannya masuk sekaligus kedalam jepitan vagina Tania.

    “Pelan-pelan Pakkk, ” Velly memohon memelas pada Pak Doni, agar Pak Doni menyetubuhi Tania dengan lebih lembut.

    “Boleh, tentu boleh…!! Tapi… syaratnya kamu juga harus ikut ngegarap Tania…., kalo nggak Bapak sodok dia kayak gini !! Hihhhhh…..!! ” Pak Doni menggenjot vagina Tania dengan kasar sampai Tania memiawik – mekik kesakitan.

    “Jangan…!!, Jangannnn Pakkkk!!, Saya lakukan…..” Tangan Velly menahan gerakan pinggul Pak Doni yang sedang menggenjot-genjot vagina Tania.

    Pak Doni tersenyum-senyum ketika Velly mulai duduk di pinggiran meja menghadap ke Tania yang terlentang pasrah, tangan Velly mengelus-ngelus payudara Tania, diusapnya payudara Tania sampai gadis itu menggeliatkan tubuhnya karena kegelian.

    “Veil…” gadis itu merintih lirih ketika merasakan remasan-remasan lembut pada gundukan buah dadanya,

    ”Ahhhh…………… ” Tania mendesah ketika merasakan tangan Velly mencubit putting susunya kemudian mulai menarik-nariknya dengan lembut, sementara Pak Doni mulai mengayunkan batang kemaluannya dengan lembut. Ditekankannya batang kemaluannya yang besar dan panjang itu dalam dalam kemudian perlahan-lahan kembali ditariknya sampai sebatas leher penis kemudian ia kembali menekankan batang kemaluannya dalam-dalam sampai mentok.

    “Ahhh…, Ahhhhhhh, Velly” Tania merintih sambil mendekap kepala Velly yang sedang mencumbui puncak payudaranya.

    Mulut Velly mengecupi buntalan payudara Tania yang padat dan kenyal, lidahnya terjulur keluar menjalari permukaan payudaranya kemudian menjilati puttingnya sebelum melumat dan mengenyot-ngenyot puncak payudara Tania dengan kuat. Serangan Velly di buah dadanya dan juga genjotan-genjotan lembut Pak Doni akhirnya meruntuhkan dinding pertahanan Tania, dinding itu jebol ketika denyutan-denyutan kenikmatan menerjang tanpa ampun.

    “Ahhh… Crrr Crrrrr.. Crrrr…..” Tania memejamkan matanya, Velly agak tercekat ketika menatap Tania, bibirnya agak terbuka sambil mendesis pelan “Ohhhhhhh, nikmatnya……….”

    Tania tidak lagi merintih kesakitan ketika Pak Doni mulai melakukan genjotan-genjotan yang agak kuat dan kencang, “Crepppp… Crepppp… Creppppp…” Benda besar dan panjang itu keluar masuk membelah vagina Tania

    “Ahhhh Ahhhh Ahhhhh Awwwww….” Tania memiawik – mekik kecil keenakan, tusukan-tusukan pak Doni terasa semakin nikmat, terkadang ia menjerit keras dengan liarnya.

    “Taniaa ??!! ” Velly tercengang , Tania yang ia kenal tidak seperti ini, Ohh, kenapa ? apakah tusukan-tusukan batang kemaluan Pak Doni yang membuat Tania berubah menjadi liar seperti ini ???

    “Ennnhh Ennnnh Ennnhh… Aaaaaaa” Tania semakin keras merengek ketika Pak Doni semakin kuat menggenjot-genjotkan penisnya.

    “Arhhhhh….!! “Tania mengerang keras ketika penis Pak Doni mengaduk-ngaduk vaginanya, pria itu tampak semakin bernafsu menyodok-nyodokkan batang kemaluannya.

    “Oahhhhhhh…., Hshhhhhhhh……Hshhhhhh” Tania mendesis-desis, sungguh sulit menahan nikmatnya sodokan-sodokan penis Pak Doni yang membuat Tania berkali-kali terperanjat seperti terkena sengatan listrik tegangan tinggi, dan pada sentakan terakhir ia memiawik kecil

    “Ahhhhh…, Pak Doninnn, Crrr Crrrrr…….” tubuh Tania mengejang beberapa detik sebelum akhirnya terkulai dengan lemas, Pak Doni menghela nafas panjang sambil meremas-remas buah dadanya, kepala sekolah bejat itu menarik batang kemaluannya dari dalam jepitan vagina Tania. “Plophhhh”

    “Velly.., sekarang giliran kamu he he he” Pak Doni memerintahkan Velly agar duduk di atas kursi empuknya.

    “Ayooo…, ngak apa-apa koqq…” Pak Doni membimbing Velly dengan paksaan, dibukanya kedua lutut Velly agar mengangkang ke samping, gadis itu berusaha mengumpulkan keberaniannya ketika kepala Pak Doni menunduk dan mendekati wilayah intimnya, Velly merasa risih ketika merasakan hembusan-hembusan nafas pak Doni yang memburu menerpa permukaan vaginanya.

    “AHHHHH…!! ” Velly tersentak ketika merasakan sebuah jilatan dibibir vaginanya, tubuhnya menggigil hebat ketika merasakan ulasan-ulasan lidah Pak Doni menjilati dan mengorek-ngorek belahan vaginanya.

    “Slllcckkkk….Sllllcccckkkkk… Slllccckkkkk!! “

    “Ennnhhhhhh……” Tubuh Velly kelojotan ketika mulut Pak Doni tiba-tiba mengenyot-ngenyot bibir vaginanya “Uhhhhh!! Crrrr Crrrr Crrrrr” Cairan kenikmatan itu berdenyut berkali-kali dan semuanya habis dikenyot dan ditelan oleh Pak Doni.

    “He he he…, Nyamm, Gurih…, Ehmmm” Pak Doni mengangkat kepalanya ,

    Velly terdiam dengan wajah merah padam, ketika si kepala sekolah bejat itu berhasil membuatnya mencapai puncak klimaks.

    Velly menolehkan kepalanya ke kiri ketika Pak Doni mulai mengarahkan batang kemaluannya pada bibir vaginanya, Velly merintih ketika merasakan gesekan-gesekan kepala kemaluan Pak Doni yang menggeseki belahan vaginanya.

    “AHHHHH………!! ” gadis itu memejamkan matanya rapat-rapat ketika merasakan belahan vaginanya dipaksa melar pada saat kepala kemaluan Pak Doni mulai melakukan penetrasi, tubuhnya melenting kemudian terhempas begitu saja.

    “Hsssshhhhh…… Awwww…..!! “Velly menatap Wajah Pak Doni sambil berusaha menahan gerakan pinggul Pak Doni, Pak Doni tertawa senang sambil menikmati jepitan vagina Velly pada leher penisnya.

    “Uuuuhhhh……” bibir Velly meruncing ketika merasakan penis Pak Doni mulai menekan untuk masuk lebih dalam, Velly menggeliat-geliat resah, bibirnya terus mendesis-desis tanpa henti.

    “Awwww…., Aduhhhhh……” Velly mengernyit kesakitan ketika kepala kemaluan Pak Doni bersuka ria merobek-robek selaput daranya,

    Sambil meremas induk payudara Velly, Pak Doni menyentakkan batang kemaluan kuat-kuat.”Owwwww……!! “Velly terkulai lemas di atas kursi empuk dengan sebatang penis Pak Doni yang besar dan panjang tertancap dalam-dalam di lubang vaginanya. Air mata meleleh dari sudut matanya, gadis itu terisak menangis sambil menatap wajah Pak Doni, betapa menyebalkannya wajah pria itu, dasar bajingan!! keparat!!

    Velly mengumpat dalam hati.

    Pak Doni menarik penisnya perlahan-lahan kemudian kembali disodokkannya sekaligus, bibir vagina Velly sampai terlipat kedalam ketika batang kemaluan yang besar dan panjang itu menyodok masuk dengan paksa.

    “Hemmmppphhh…..” Velly bertahan agar dirinya tidak berteriak, ia tidak ingin si keparat ini terkekeh senang mendengarnya memiawik-mekik tanpa daya dalam genjotan-genjotan batang kemaluannya.

    Pak Doni menggeram kemudian semakin kasar dan liar menarik dan membenamkan batang kemaluannya, begitu kasar, liar dan brutal,

    “Clepp.. Cleppp Cleppp….”

    “Oawwwww….!! Ampunnn… Pakkkk!! Ampunnnn Ohhhhh” Velly tidak sanggup lagi menahan genjotan-genjotan kasar Pak Doni, Pak Doni malah semakin mempercepat genjotannya, sambil sesekali tertawa senang mendengarkan jeritan-jeritan kecil Velly.

    “HHhhsshhh…..” Velly berusaha mengambil nafas sebanyak mungkin ketika Pak Doni membenamkan batang kemaluannya dalam-dalam dan berhenti bergerak, kedua tangan Pak Doni meremasi induk payudara Velly yang sudah basah oleh lelehan cairan keringat, dijepitnya putting susu gadis itu kemudian dipilin-pilinnya putingnya yang sudah meruncing keras. Pak Doni mencekal tungkai lutut Velly sebelah bawah dan mendorong sambil mengangkangkan kedua kaki gadis itu. Posisi kaki Velly mirip huruf “M” yang sangat indah. Velly meringis ketika Pak Doni menarik kembali batang kemaluannya, gadis itu tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

    “Ahhh, AHHHH, Owwww…! Owwwww!” Tubuh Velly tersentak-sentak dengan kuat ketika Pak Doni kembali menggenjot-genjot kasar lubang vagina Velly yang seret dan sempit.

    “Ahhhh, kenapa ini ??, Ohh, Ampun, enak bangetttt…..” Velly membatin ketika merasakan genjotan-genjotan Pak Doni yang kasar dan brutal terasa semakin enak. Apa ini yang dirasakan oleh Tania, Hmm, pantesan Tania malah mendesah-desah keenakan ketika digenjot-genjot oleh batang kemaluan Pak Doni.

    “Ahhhh… Pak Doninnn, Ahhhhhh….” Velly menatap sayu wajah Pak Doni, menatap laki-laki gemuk itu mengayunkan batang kemaluannya yang besar dan panjang.

    “He He He, Gimana pelajaran khusus dari bapak ?? rasanya enak bukan ?? Kamu harus bersyukur dan berterimakasih sama Bapak, nggak semua murid perempuan mendapatkan kesempatan emas ini !!!, Cuma yang cantik-cantik aja, HA HA HA HA” Pak Doni mencekal pinggang Velly kuat-kuat kemudian menghentak-hentakkan batang kemaluannya dengan liar dan brutal sampai Velly melolong panjang “Owwwwww…………hhhhhh”

    “Hemmmmmffffff… Ucchhhhh….?” Velly mendesah-desah ketika tiba-tiba lubang vaginanya berkedut-kedut dengan nikmat, ada sesuatu yang keluar tanpa dapat ditahan atau dicegah, semuanya terjadi begitu saja, begitu lega, nyaman, kenikmatan itu membuat Velly merinding.”OHHH…, nikmat banget sichhh……” tanpa sadar Velly mendesis lirih.

    Pak Doni meraih pundak Velly kemudian menarik tubuh gadis itu ke arahnya sambil melakukan kocokan-kocokan lembut. Kepala sekolah bejat itu menciumi bibir Velly yang terus mendesah-desah, sesekali dilumatnya bibir gadis itu.

    “ckkkk… Ckkkk… Cllllkkkkk, Ohhh,, Hsshhh Ahhh Ckkkk..”

    Suara decakan-decakan itu bercampur dengan desahan dan rintihan Velly yang semakin manja dan menggairahkan.Pak Doni menolehkan kepalanya pada Tania yang sedang duduk di pinggiran meja sambil menonton perbuatan mesum antara Pak Doni dan Velly.

    “Tania sini…” Pak Doni memanggil Tania, perlahan-lahan Tania mendekati pak Doni.

    Kepala sekolah bejat itu menarik pergelangan tangan Tania agar gadis itu ikut berlutut disamping tubuhnya yang gembrot, dengan santai lengan Pak Doni melingkari pinggang Tania, setelah mengecup pipi Tania, Pak Doni kembali menggenjotkan batang kemaluannya menerjang lubang vagina Velly. Velly menatap Tania dengan tatapan matanya yang sayu, berkali-kali bibirnya mendesah-desah lembut, terkadang mengerang lirih, nafas Tania semakin memburu, gadis itu menundukkan tubuhnya dan mengalungkan kedua tangannya pada leher Velly. Dengan lembut Tania melumat bibir Velly.

    “Ha Ha HA…, Bagus, Bagus….! ” Pak Doni tertawa senang, sambil menatap kedua muridnya yang lesbi saling berpelukan dan berciuman dengan mesra, kepala sekolah bejat itu menatap pantat Tania yang agak menungging di sisinya, sambil mengocok vagina Velly Pak Doni mencari cari kelentit Tania.

    “Offffffhhh…, Ahhhh, Ahhhh Ckk Ckkk….” Tania mendesah-desah ketika merasakan kelentitnya diurut-urut oleh Pak Doni, sementara Velly mendesah resah karena lubang vaginanya terus digenjoti oleh si keparat Doni.

    “Ahhhh Ahhhhh… Pak Doninn…..”

    “Aduhhh… duhhhh Ahhhhhh… Awwww”

    Rintihan-rintihan kedua murid yang cantik itu terkadang disela oleh suara tawa pak Doni yang terkekeh-kekeh keenakan, erangan dan desahan-desahan manja semakin sering terdengar dari bibir mereka.

    “Aaaaa…. Hemmmm CRRTTT CRRRRTTT”

    “Aduhhhh… AAAAAAA…. Crrr Crrrrr…….”

    Pak Doni semakin pede ketika berhasil merobohkan kedua muridnya yang cantik sekaligus. Ia lalu mencabut batang kemaluannya.

    “Ehmmm, He he he…..kalian haus??” Pak Doni bertanya pada kedua muridnya, Tania dan Velly menganggukkan kepala sambil menatap dengan pandangan memohon.

    “Ayo kalian bersujud di depan ****** Bapak….” tangan kanan Pak Doni berkacak pinggang sedang kan tangan kirinya memegang sebotol teh botol yang sudah dibuka, perlahan-lahan Tania dan Velly berlutut di hadapan penis Pak Doni.

    “Kalian boleh minum tapi harus lewat ****** Bapak, ya itung-itung ngerasain teh botol rasa baru,” Pak Doni memiringkan teh botol ditangannya tepat pada Batang Penisnya yang sengaja diarahkan pada wajah kedua muridnya yang cantik.

    Tania dan Velly terdiam sambil menatap sedikit air teh yang mengucur di ujung kemaluan Pak Doni, antara rasa haus dan harga diri, itulah yang harus dipilih oleh mereka.

    “Gluk… Ceglukk…” berkali-kali Velly dan Tania menelan ludah berusaha membasahi kerongkongan mereka yang terasa kering dan panas sedangkan sedikit air teh yang mengucur di ujung penis Pak Doni begitu menggoda mereka.

    “Slccckkk… Slllccckkkk,, Glekkk,,, Srrrrrrpppp… Srrrpppp” Velly langsung menyeruput air teh yang mengucur di ujung penis Pak Doni, untuk mengghilangkan rasa dahaga yang menyiksanya.

    “HA HA HA HA HA HA…..” Pak Doni tertawa senang, suara tawanya semakin keras ketika Tania mengikuti jejak Velly.

    “Buka mulut kalian lebar-lebar….” Pak Doni memerintahkan agar Velly dan Tania membuka mulut mereka, ia mengarahkan kepala kemaluannya pada mulut Tania yang ternganga, kemudian menuangkan air teh melalui batang kemaluannya

    “Cerrrrrrr………” terdengar suara air teh yang sedang mengisi rongga mulut Tania, selesai mengisi mulut Tania, Pak Doni mengarah kepala kemaluannya untuk mengisi rongga mulut Velly.

    “Glukkk… Glukk”

    “Ceglukk…. Gluk”

    Tania dan Velly yang kehausan menelan air teh di rongga mulut mereka, pak Doni berulang kali mengisi mulut kedua muridnya yang terus menganga kehausan.

    “Nahhh, gimana rasanya ?? teh botol rasa ****** , HA HA HA” Pak Doni tertawa terbahak-bahak, ada sensasi tersendiri ketika melecehkan kedua muridnya yang cantik.

    Pak Doni mencekal pergelangan tangan kedua muridnya dan menarik mereka berdua berdiri, “Nahhhh , kalian sudah belajar dient*t dan terus terang, Bapak sangat salut pada kalian berdua, memiaw kalian rasanya enakk banget…, seret, peret pisannn…, top abis dahhhh….!! TWO THUMB UP BUAT memiaw KALIAN !! ” (Hemmmmm??? Waduh….kayaknya istilahnya familiar amat ^^ )

    “Setelah pelajaran dient*t, kurang sreg rasanya jika kalian tidak belajar untuk melakukan pembalasan…., nah ini dia pelajaran selanjutnya, kalianlah yang harus belajar ngent*tin Bapak…. He he he…..” Pak Doni menarik Velly dan Tania ke arah kursi sofa panjang di ruangan kepala sekolah yang biasanya dipakai untuk menjamu tamu.

    Tubuh Pak Doni duduk santai di atas kursi sofa, Velly dan Tania saling berpandangan. Harap-harap cemas, berharap untuk kembali menggapai puncak kenikmatan namun cemas menghadapi sodokan-sodokan maut pak Doni.

    “Nah, Tania…, Coba kamu naik kemari,”

    Tania menaiki tubuh Pak Doni, kedua tangannya berpegangan pada bahu pak Doni untuk menjaga keseimbangan tubuhnya, Posisi Tania Mirip seperti Orang yang sedang berjongkok untuk buang air kecil.

    “Oke, sekarang kamu dudukin kepala ****** Bapak Pakai memiaw Kamu…, Ayooo…, jangan ragu-ragu….”Pak Doni membantu dengan menarik pinggang Tania untuk turun.

    “Sllllleeeeeppppphhhhh ” Perlahan-lahan kepala kemaluan Pak Doni kembali membelah vagina Tania. “Aaakkhhh….” kepala Tania terangkat keatas sambil mendesah panjang merasakan batang kemaluan Pak Doni kembali tertancap di lubang vaginanya, Tania berusaha menekankan vaginanya ke bawah, lelehan keringat kembali bercucuran membasahi tubuh gadis itu.

    “Sekarang kamu ayun-ayunkan pinggul kamu… Ayoo…” Pak Doni menanti aksi Tania selanjutnya, sambil menggigit bibir Tania mulai bergerak mengayun-ngayunkan pinggulnya.

    “Lebih cepat !!.. Lebihhh kuatttt….!! ” Pak Doni menyemangati Tania agar lebih aktif lagi melakukan Pr-nya.

    “Ayoo,,, terusss,,!! perkosa Bapak, Tania…,!!” Pak Doni membantu Tania dengan menarik-narik pinggulnya untuk turun dengan lebih cepat dan kuat.

    “Pakkk… Doninnn!! Enakkkk…, Pakkkkkk….” Tania menjerit liar, sambil menghempas-hempaskan pinggulnya dengan lebih cepat.

    Payudara Tania yang membuntal padat bergerak-gerak dengan indah di dadanya, Pak Doni Langsung mencaplokinya bergantian dari yang kiri dan yang kanan.

    “Utsssss….!! Crr Crrr Crrrr…..” gerakan Tania tiba-tiba terhenti, tubuhnya mengejang , Tania merintih lirih dan terkulai lemas dalam dekapan Pak Doni.

    Pak Doni mendorong tubuh Tania kesamping kanan, gadis itu bersandar lemas dengan posisi kedua kakinya sedikit mengangkang.

    “Ayo.., Velly sekarang kamu yang berlatih….”

    Pak Doni terkekeh-kekeh sambil membantu memegangi pinggang Velly yang berusaha menaiki tubuh Pak Doni yang gembrot.

    Nafas Velly memburu kencang ketika merasakan kepala kemaluan Pak Doni yang tidak tahu malu itu kembali menerobos Belahan Vagina gadis itu.

    “Ahhhh…. Hsssshhhhhhh…..” Velly mendesis, tubuhnya melenting ke belakang sehingga buah dadanya semakin menonjol, sebuah kesalahan fatal karena Pak Doni justru memanfaatkan moment tersebut untuk mencaploknya, rakus sekali pria itu melumat-lumat payudara Velly yang segar sampai itu sepuas-puasnya.

    “Nahhh, ayoo, mulai berlatih…!! ” Pak Doni sudah tidak sabaran ingin mewariskan pelajaran penting untuk Velly.

    “Susah Pakkk, susahhhhh…..” Velly tampak kesulitan

    “Makanya jangan terlalu tegang begitu santai saja…. Ayo coba lagi…Bapak yakin kamu bisa melakukannya !! “

    “Hsssshhh… Ahhhhh Haaaaasssshhhh….” Velly mulai dapat melakukan tugasnya dengan baik, bahkan lebih pandai dari Tania karena Velly tampak lihai menggoyang-goyangkan pinggulnya seperti orang main hulahop.

    “Wahhhhh…, rupanya kamu punya bakat terpendam!! ” Pak Doni tersenyum sambil meremas buah dada Velly.

    “Ahh Ahhh Ahhh….” Velly mulai belajar untuk menghempas-hempaskan pinggulnya, gadis itu menjerit-jerit liar sambil merengek-rengek manja

    “Wahhh…, kamu nangtang Bapak rupanya..,,, Baik bapak layani…!!” Pak Doni menyodokkan batang kemaluannya ke atas ketika Velly menghempas-hempaskan vaginanya kebawah.

    “Ohhhh…., Pakkkk!!, Lebih kerassss….!! Ahhhhh terusss Pakkk…” Velly sudah kehilangan jati dirinya, yang ada hanyalah kenikmatan demi kenikmatan yang terasa ketika vaginanya disodok-sodok oleh batang kemaluan Pak Doni.

    “AHHHHH……!! Crrr Crrrr” Velly mengalungkan kedua tangannya pada leher Pak Doni sambil menghempaskan vaginanya kebawah kuat-kuat, nafasnya tersendat-sendat ketika cairan-cairan kenikmatan itu berdenyut keluar.

    Velly menolehkan kepalanya ke belakang ketika merasakan pinggulnya di dorong ke samping oleh seseorang, rupanya Tania ingin melanjutkan permainan barunya. Velly sedang asik-asiknya menonton Tania yang sedang menghempas-hempaskan pinggulnya dengan liar ketika terdengar bunyi

    “Cklekkk…..!!”

    “Owww….!! ” Velly dan Tania berseru terkejut ketika seseorang menerobos masuk diikuti beberapa orang guru di sekolah itu.

    “Ohhhh…, Pak Jokogg….!! Silahkan….” Pak Doni mempersilahkan Pak Joko untuk masuk.

    “Wahhhh…, lagi asik rupanya, Maaf nih saya jadi menggangu Pak Doni ” Pak Joko menutup kembali pintu ruangan itu.

    “Ohhh, Tidak apa…, saya justru senang Pak Joko mau ikut bergabung, dan memberikan informasi penting tentang korban kita berikutnya… he he he” Pak Doni terkekeh-kekeh sambil meremas-remas buah pantat Tania.

    Tampaknya akan segera terjadi pertempuran tidak seimbang, antara Tania dan Velly melawan Pak Doni cs. Setelah mengunci pintu Pak Dadang, Pak Ahmad, Pak Djono dan Pak Joko mulai melepaskan pakaian mereka masing-masing, Empat batang kemaluan teracung-acung mendekati mangsa mereka.

    Pak Djono menggesek-gesekkan kepala penisnya pada belahan pantat Tania yang halus lembut. Pak Doni terkekeh – kekeh sambil mendekap punggung Tania kuat-kuat agar posisi Tania lebih menungging. Pak Djono menekankan kepala kemaluannya kuat-kuat pada lubang anus Tania. Gadis itu mengerang, lubang anusnya mengkerut ketakutan sehingga kepala kemaluan Pak Djono sulit melakukan penetrasi.

    “Hemmmm,masih susah…He he” ujung jempol kanan Pak Djono menekan kuat-kuat pinggiran anus Tania berusaha agar lingkaran anus gadis itu sedikit melar dan merekah, kemudian tangan kiri Pak Doni mengarahkan ujung kemaluannya pada lubang anus Tania dan menekan lubang yang sedikit merekah itu kuat-kuat.

    “AWWWWWW….!” Tania menjerit keras kesakitan ketika dengan satu sentakan yang kuat kepala kemaluan Pak Djono menjebol lubang duburnya,

    “Arrrhhhhh… Arhhhhhhh…. Errrrhhhhhh” Tania berulangkali ketika Pak Djono menekankan batang kemaluannya lebih dalam menyodomi lubang anus Tania.

    “Hegghhhhh…..” Mata Tania membeliak kemudian terpejam rapat disertai rintihan-rintihan kecil ketika merasakan batang kemaluan Pak Djono memasuki lubang anusnya lebih dalam dan lebih dalam lagi, sampai akhirnya pantat Tania bergesekan dengan perut Pak Djono.

    “Ahhh Ahhh Ahhhh Ahhhh….” Terdengar suara-suara menggairahkan dari bibir Tania ketika dua batang kemaluan itu berlomba menyodok-nyodok lubang vagina dan lubang anusnya.

    “Creppp Creppp Crepppp….”

    “Plokkk… plokkkk… Plokkkk” Suara lubang vagina dan lubang anus Tania yang sedang dikocok habis-habisan oleh batang kemaluan Pak Doni dan Pak Djono.

    Pak Joko mencekal pergelangan tangan Velly dan menarik gadis itu untuk berdiri, kedua tangan Pak Joko membelit pinggangnya kemudian dengan nafsu yang menggelegak bibir Pak Joko mencaplok bibir gadis itu, tubuh Velly melenting-lenting ke belakang ketika Pak Joko melumat dan mengulum-ngulum bibirnya, Velly mendorongkan kedua tangannya pada bahu Pak Joko, murid cantik itu berusaha melepaskan lumatan Pak Joko dari bibirnya, setelah berusaha beberapa saat…..

    “Auhhhh… Ohhhh… Hmmmm Hmmmmm” bibir Velly akhirnya terlepas dari lumatan Pak Joko yang ganas dan liar, namun hanya sesaat sebelum akhirnya bibir Velly kembali menjadi bulan-bulanan Pak Joko.

    “Hemmm… Mhhh… Mmmmmhhhhh” kali ini Velly lebih sulit untuk melepaskan bibirnya karena tangan kiri Pak Joko menekan belakang kepala gadis itu kuat-kuat, Pak Joko yang atletis, berotot, dengan kulitnya yang kecoklatan mendekap erat-erat tubuh Velly, sambil terus melakukan lumatan-lumatan dan kuluman kuluman mautnya, sampai hati Pak Joko puas.

    “Uhhhh….” Velly pasrah ketika tangan Pak Joko yang kekar mendekap pinggulnya kemudian mengangkatnya keatas, Pak Joko yang berotot mirip Ade Rai mendesakkan tubuh Velly kesudut ruangan. Tubuh Velly tergantung di udara, posisi buah dada Velly pas banget di hadapan wajahnya.

    Perlahan-lahan Pak Joko menjulurkan lidahnya dan menjilat lembut putting susu Velly yang berwarna pink kecoklatan. Nafas Velly semakin tidak beraturan ketika merasakan jilatan-jilatan Pak Joko yang lembut bergantian di kedua puncak payudaranya, mengulas-ngulas putting susunya dan sesekali memutarinya

    “Ohhh, Pakkk… Ahhhh!!” Velly mendesah ketika merasakan mulut Pak Joko mencaplok kemudian menghisap lembut puncak payudaranya sebelah kanan mulut, gerakan mulut Pak Joko tampak seperti sedang mengunyah payudara Velly bergantian dari yang kanan ke yang kiri.

    Sambil tersenyum pak Joko merebahkan tubuh Velly di meja, disibakkannya kedua kaki gadis itu agar mengangkang.

    “OHHHHH…!!!….” Velly bergidik ngeri menatap kemaluan Pak Joko, kalau soal panjang sih kurang lebih sama dengan panjang kemaluan Pak Doni namun yang mebuat Velly bergidik ngeri adalah bulatan batang kemaluan Pak Joko yang hampir dua kali lipat bulatan kemaluan Pak Doni,

    “Ahhhh….” punggung Velly sampai terangkat kemudian terhempas kembali ketika merasakan kepala penis Pak Joko mulai menekan berusaha membongkar jepitan vaginanya, agak lama juga Pak Joko berusaha

    “EENNNNHHHHH… AWWWWW….!! ” nafas Velly tertahan-tahan ketika kepala kemaluan Pak Joko tiba-tiba mencelat masuk.

    “Ha HA Ha, Akhirnya masuk juga, hajar langsung..!! “

    “Ayo Pak Joko sodok yang kuat…!!”

    Pak Dadang dan Pak Ahmad menyemangati Pak Joko. Pak Joko menatap Velly yang tergolek tanpa daya sambil menatap padanya dengan pandangan mata yang memelas.

    “Aduhh….Awwwww, Essshhhhhhhh, Owwwww.” Velly mengaduh ketika Pak Dadang dan Pak Ahmad meremas-remas buah dadanya dengan kasar, kemudian mencubit kuat-kuat putting Velly sampai ia merintih-rintih kesakitan.

    “Hmmmmm… ” kening pak Joko berkerut setelah mencabut batang kemaluannya, Pak Joko meraih tubuh gadis itu kemudian diangkatnya tubuh Velly dengan hati-hati sambil melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.

    “Yahhh, koq dibawa sihh…!!”

    “Lohhh mau ke mana Pak Joko…!!”

    “Mau keluar” Pak Joko menjawab singkat kemudian melangkahkan kakinya menjauhi ruangan kantor Pak Doni,

    “Nahhh…” Pak Joko mendudukkan Velly disalah satu bangku panjang yang terbuat dari kayu, gadis itu menundukkan kepalanya ketika Pak Joko duduk di sebelahnya.

    “Cuphhhh….” dengan lembut Pak Joko mengecup pipi Velly, tangannya merayap ke arah selangkangan Velly kemudian berbisik di telinga gadis itu “Masih sakit ya ??”

    “Atau kamu cape?? ” dengan mesra Pak Joko memeluk tubuh Velly, entah kenapa Velly merasa mendapat perlindungan dari Pak Joko, kalau tidak dirinya pasti sudah dikerjai habis-habisan oleh Pak Dadang dan Pak Ahmad, Velly terisak menangis dalam pelukan Pak Joko.

    “Sudah.. , sudahh, cupphh, cuphhh…” Pak Joko menciumi kening Velly sambil membelai-belai punggung gadis itu dengan penuh perasaan, Velly memasrahkan dirinya dalam pelukan Pak Joko, ada rasa aman ketika Pak Joko yang tinggi dan berotot seperti Ade Rai itu memeluk mesra dirinya, tanpa terasa Velly tertidur dalam pelukan mesra Pak Joko, dengan lembut Pak Joko mengusap-ngusap rambut gadis itu.

    Berbeda dengan Velly nasib Tania lebih mengenaskan, dua batang penis berkali-kali ditancapkan dengan kasar oleh pemiliknya ke dalam lubang vagina dan lubang anus gadis itu, sementara buah dadanya menjadi mainan Pak Dadang dan Pak Ahmad.

    “Ahhhh…, Ohhhhh, ampun Pak Aduhh Awwww…., jangan…!!” Tania meringis-ringis sambil berusaha menepiskan tangan Pak Dadang dan Pak Ahmad yang menggerayangi payudaranya.

    “Ennnngghhh… Aduhhh…!! Crrrtt.. Crrrttttt….!! ” Tania merintih lirih.

    Tubuh gadis itu berkelojotan beberapa saat.

    “HA HA HA, Aduh !!! enak katanya …..” Pak Dadang mengolok-olok Tania.

    “Iya…, pengen terus dirojok…!! “Pak Ahmad ikut meledek sambil meremas induk payudara Tania kuat-kuat.

    “Ooo, begitu ya…, kayak gini? Hihhh….!! ” Pak Doni berkali-kali menyodokkan batang kemaluannya ke atas.

    “Bukan seperti itu Pak Doni, kayak gini baru benar…!! ” Pak Djono tidak mau kalah menggenjot kuat-kuat lubang anus Tania.

    Dua batang kemaluan milik Pak Doni dan Pak Djono berlomba-lomba menusuk, menyodok dan menghajar lubang anus dan vagina gadis itu tanpa mempedulikan Tania yang mengerang-ngerang kesakitan, kedua lubangnya terasa panas akibat dikocok-kocok dengan kasar.

    “Aowwwhhhh… Hekkkk….!!” kepala Tania terangkat ke atas ketika Pak Doni dan Pak Dadang bersama-sama membenamkan batang kemaluannya,

    “Croooorrrrrttt….!! “

    “Kecroooottttt……”

    Gerakan-gerakan brutal itu mendadak berhenti,

    “Wahhh, sepertinya giliran kita nih…! ” Pak Dadang menarik Tania, Pak Ahmad cuma tersenyum kemudian langsung bergabung dengan Pak Dadang.

    Tania dipaksa menungging di atas lantai,

    “Emmmmm, Hemmmmhhh….” mulut Tania terisi penuh oleh batang kemaluan Pak Ahmad sementara Pak Dadang tersenyum sambil menimbang-nimbang, lubang manakah yang sebaiknya disodok, anus atau vagina.

    “Lohhh, Pak Dadang koq malah diam?? hemmp, Ahhhh, sedappnya…!!” tangan Pak Ahmad mendekap kepala Tania sambil memaju mundurkan batang penisnya keluar masuk kedalam mulut gadis itu.

    “Ha Ha Ha, habis saya bingung mau yang mana?? soalnya dua-duanya tampak menggiurkan….tapi ya sudah saya pilih yang ini aja dechhh buat pemanasan” Pak Dadang menggesekkan kepala kemaluannya pada belahan lubang vagina Tania kemudian dengan gerakan-gerakan menyentak ia membenamkan batang kemaluannya, kedua tangannya mencekal kedua pergelangan tangan Tania kemudian menarik tangan Tania kebelakang “Ayo, Pak Ahmad, biar saya bantu… biar Pak Ahmad lebih enak…”

    “Hemmmppphh Hemmmmhhh, Emmmmmm” Tania mendelikkan matanya ketika lubang vaginanya disodok kuat-kuat oleh batang kemaluan Pak Dadang, sedangkan kerongkongannya dirojok oleh batang kemaluan Pak Ahmad.

    Wajah Tania mengernyit-ngernyit, tampaknya ia sangat menderita, sementara kedua guru bejat itu malah terkekeh-kekeh keenakan.

    “Anjinggg…!! Whuaduhhhhh….!! ” Pak Ahmad memaki sambil menarik batang kemaluannya darid alam mulut Tania, kemudian

    “Plakkkkkk…..” Pak Ahmad menampar wajah Tania kemudian menjambak rambutnya, Tania hanya mengerang tak berdaya,

    “Lohhh ?? ada Apa Pak Ahmad ?? ” Pak Dadang bertanya keheranan.

    “Dia ngigit ****** saya…!! Sialan.. Plakkkk…!!!” Pak Ahmad kembali menampar wajah gadis itu kemudian menjambak-jambak rambut Tania.

    “Kurang ajar..!! Berdiri..!! ” Pak Dadang mencabut batang kemaluannya kemudian memaksa Tania untuk berdiri.

    Pak Ahmad mencekal dan mengangkat tungkai lutut kanan Tania sebelah bawah, kemudian “Jrebbbb Jrebbbb.. Jrebbbbbb…, berani kamu ya, Hihhh!! “

    Disodok-sodoknya lubang vagina Tania sekuat tenaga..

    “AWWWW….. AWWWWW…..” Tania menjerit panjang ketika merasakan lubang anusnya dipaksa menerima kehadiran batang kemaluan Pak Dadang. Setelah membantu menopang tungkai lutut kanan Tania, pak Dadang dan Pak Ahmad berlomba marathon merojok-rojokkan batang kemaluan mereka dengan kasar.

    “Murid seperti ini yang harus diajar adat, tidak menuruti nasehat gurunya !!”

    Sesekali Pak Dadang menjambak rambut Tania sambil menggecakkan batang kemaluannya kuat-kuat.

    “Betul Pak Dadang.., Ayo kita kasih pelajaran murid sialan ini !! “Pak Ahmad menghantamkan batang kemaluannya kuat-kuat.

    “Ayo Pak Ahmad kita kocok yang kuat…” Pak Dadang tambah liar.

    “Aduhhh… Ahhhhh… Awwwww, ampun Pakkk ampunnnnn….” Tania mejerit-jerit kewalahan, tubuhnya terjepit tanpa daya di antara tubuh Pak Dadang dan Pak Ahmad, Tania mengerang panjang kemudian terkulai jatuh tidak sadarkan diri.

    Sementara di sebuah bangku kayu panjang, Velly membuka matanya ketika merasakan rasa geli di bibir vaginanya,

    “Emmmm…….” Tubuh gadis itu menggeliat lemah, setelah terbangun dari tidurnya tubuhnya terasa segar. Tangan Velly terjulur membelai lembut kepala Pak Joko yang sedang menjilati bibir vaginanya

    “Ehhh…, Maaf .., tidur kamu jadi terganggu ya ?? ” Pak Joko menengadahkan kepalanya ketika merasakan belaian Velly.

    Velly menggelengkan kepalanya kemudian tersenyum sambil membuka kedua kakinya lebar-lebar

    “Ceglukk..! “Pak Joko menelan ludah, matanya menatap tajam pada belahan vagina Velly yang sedikit merekah, perlahan-lahan Pak Joko kembali menundukkan kepalanya dan mengencup belahan vagina Velly yang merekah.

    “Ahhhhhh……… Pakkk, “Velly mendesah panjang ketika merasakan bibir vaginanya diemut oleh Pak Joko, berkali-kali tubuhnya menggelepar ketika mulut Pak Joko mencaploki vaginanya dengan lembut.

    Tangan Pak Joko menarik bibir vagina Velly kemudian melumat isinya. Cairan kewTaniaan Velly semakin banyak meleleh membasahi lubang vaginanya, pak Joko mulai mengambil posisi sambil mengarahkan batang kemaluannya dan menggesek – gesek lubang vagina Velly yang sudah basah.

    Velly menahan nafas ketika merasakan kepala kemaluan Pak Joko mulai menekan dan berusaha membelah jepitan lubang vaginanya. Kepala Velly terangkat keatas, matanya mengerjap-ngerjap, bibir gadis itu sedikit terbuka merekah ketika perlahan-lahan kepala kemaluan Pak Joko mulai membelah dan menancap di vaginanya. “Haa, Emmmfffhhhh….

    ” Tiba-tiba tubuh Velly mengejang dan terkulai dengan nafasnya yang tersendat-sendat.

    “Sakit ?? ” Pak Joko bertanya, ia membelai rambut Velly

    Sambil tersenyum Velly menggelengkan kepalanya, walaupun vaginanya terasa seperti kram dan ngilu menerima kehadiran batang kemaluan Pak Joko, Velly ingin memberikan yang terbaik untuk Pak Joko.

    Tubuhnya menggeliat-geliat ketika Pak Joko membenamkan batang kemaluannya, sesekali Pak Joko menahan batang kemaluannya ketika Velly meringis, kemudian pelan-pelan ia kembali melanjutkan membenamkan batang kemaluannya sampai mentok, perlahan-lahan Pak Joko mengaduk-ngaduk vagina Velly dan menggecakkan batang kemaluannya mendesak-desak lubang vagina Velly yang sempit.

    Perlahan-lahan Pak Joko mulai menarik dan membenamkan batang kemaluannya, berkali-kali Velly terperangah dan terperanjat keenakan ketika Pak Joko mulai menaikkan tempo genjotannya.

    “Aaaahhhh….!! ” Velly menjerit keras kemudian

    “Crrr.. Crrrrrr.. Crrrrrr, Ennhhh Pakkk…!!”

    Pak Joko menghentikan gerakannya membiarkan Velly meresapi kenikmatan puncak klimaks yang baru saja diraihnya, setelah itu barulah Pak Joko kembali menarik dan membenamkan penisnya berulang kali.

    “Cleppp.., Clepppp, Clepppp, Clepppp ” suara vagina Velly berdecakan menikmati sodokan-sodokan batang kemaluan Pak Joko yang semakin kuat menggenjot-genjot vaginanya.

    “Auhhhhh….!! Aaaaa…..Ennnakkkkk, Ahhhhhhhh, terus Pakkk” Velly kehilangan kendali dibawah genjotan-genjotan batang kemaluan Pak Joko.

    “AHHHH, AHHHHHHHHHHH…!! Pak Jokogggg….. Ohhhhhh” Velly menggoyangkan pinggulnya menyambut datangnya klimaks.

    “Wahh…!? Vellyyyyyy, Ya Ampunnnn,!! enak banget….!! Aohhhhh!!” Pak Joko memanas-manasi Velly agar gadis itu lebih rajin menggoyangkan pinggulnya.

    Pak Joko mendekap pinggul Velly sambil menjatuhkan tubuhnya ke belakang, kini Vellylah yang memegang peranan penting dalam persetubuhan itu. Nafas Pak Joko terasa sesak ketika Velly mengibaskan rambutnya ke belakang, cantik sekali ketika gadis itu menatapnya sambil tersenyum malu.

    Pak Joko tambah sesak nafas ketika Velly menundukkan wajahnya, tangan Pak Joko mengelus-ngelus pinggang dan pinggul Velly sambil membalas lumatan Velly dengan lembut. Velly menumpukan tangannya pada dada Pak Joko yang berotot kemudian sambil tersenyum ia menghempas-hempaskan vaginanya.

    “Ahhhh.. Ahhhhh…. AHHHHH” desahan-desahan Velly terkadang terdengar keras ketika Pak Joko sesekali menghentakkan batang penisnya ke atas kuat-kuat menyambut hempasan vaginanya.

    Mata Pak Joko menatap payudara Velly yang melompat-lompat dengan indah, kedua tangannya meremas payudara itu, kemudian mengelusi putingnya.

    “Hssshhh Hsssssshhh Ahhhh Pakkk, Ohhhh enak sekali!! pakkk…Awwww… Awwwwwkkkssshh.” tangan Velly kini berpegangan pada tangan Pak Joko yang sedang meremasi induk payudaranya, hempasan vaginanya semakin lama semakin kuat dan cepat, berkali-kali Velly menjerit liar melampiaskan nafsu birahi yang meledak-ledak dengan hebat.

    “Unnnnhhhh….!! Blukkkkkk…..” tubuh Velly tiba-tiba roboh sambil menggeliat-geliat “Crrrr Crrr….” Velly tersenyum puas, kedua matanya terpejam-pejam, vaginanya terasa berkedut-kedut memuntahkan cairan klimaksnya.

    Pak Joko berbisik lembut “Kita coba sambil berdiri ya….”

    Velly mengangguk, gadis itu bangkit dari atas tubuh Pak Joko. Pak Joko memeluknya dari belakang, gadis itu kegelian ketika Pak Joko mencumbui tengkuknya, kemudian melakukan hisapan-hisapan lembut di lehernya. Velly membusungkan susunya ke depan sambil mengalungkan kedua tangannya ke belakang leher Pak Joko ketika merasakan telapak tangan pria itu mengusapi bulatan susunya sebelah bawah.

    “Lembut sekali…indah, Hemmmmm…” Pak Joko menggerayangi buah dada Velly sambil berkali-kali memuji keindahan dan kemulusan payudaranya yang sedang kenyal-kenyalnya akibat dirangsang oleh Pak Joko. Dijepitnya putting Velly kemudian dipilin-pilinnya dengan lembut, terkadang tangannya menggoyang-goyangkan bongkahan dada Velly.

    “Velly, Bapak pengen nyodomi kamu ya..” Pak Joko meminta dengan sopan

    Velly terdiam agaknya ia ragu-ragu, namun kemudian mengangguk pasrah.

    “Nungging sayang, nahhhh….” Pak Joko meminta agar Velly bersedia menunggingkan bokongnya, tangan Pak Joko menekan buah pantat Velly sampai anus gadis itu terekspose dengan jelas.

    “Haaaaaaaa…..” Velly menarik nafas panjang merasakan desakan kuat di lubang anusnya, kening gadis itu berkerut sedangkan mulutnya membentuk huruf “O”, tubuhnya berkali-kali terdorong ketika Pak Joko menghentakkan kepala kemaluannya berusaha melakukan penetrasi.

    “ARRRRRWWWHHHHH……!! “gadis itu menjerit keras ketika satu tusukan yang kuat tiba-tiba memaksa lubang anusnya untuk merekah, kemudian kemaluan Pak Joko menyodok pintu duburnya dengan sentakan-sentakan yang kuat.

    Pak Joko menahan pinggul Velly yang hendak melarikan diri, leher penisnya tertancap mengait lubang anus Velly yang merekah dan berkedut-kedut kuat mencengkram leher kemaluan Pak Joko. Lutut Velly goyah, perlahan-lahan, tubuh gadis itu melorot turun dan bersujud dengan posisi kedua lututnya yang sedikit mengangkang, Pak Joko ikut turun bersujud di belakang tubuhnya. Tangan Pak Joko yang kekar dan berotot membelit tubuh Velly dan memeluk erat-erat tubuh gadis itu, Pak Joko mendesakkan batang kemaluannya,

    sampai selangkangannya menyatu erat dengan buah pantat Velly yang bulat padat dan terasa halus ketika bergesekan dengan selangkangan dan perut Pak Joko yang berotot. Velly menolehkan kepalanya menyambut datangnya bibir Pak Joko yang melumat bibirnya.

    “Hmmmfffhhhh… Mmmmmmhhhh…., Mmmm” bibir Pak Joko melumat-lumat bibirnya sementara kedua tangan Pak Joko merayap ke depan mengelus lembut puncak payudaranya kemudian meremas-remas gundukan buah dadanya. Pada saat yang bersamaan Pak Joko memompakan batang kemaluannya keluar masuk menyodok-nyodok lubang anusnya.

    “Unngghh, Unnnggghhh, Unnnnnnnhhhh….!! ”

    berulang kali Velly mengeluh ketika merasakan sodokan-sodokan Pak Joko yang semakin lama semakin keras dan kencang merojok-rojok lubang anusnya.

    “Plokkk.. Plokkkk… Plokkkkk.. Plokkkk……”

    Suara hantaman selangkangan Pak Joko ketika membentur pantat gadis itu, Entah kenapa Velly malah rela biarpun lubang anusnya terasa sakit ketika disodok-sodok kuat oleh Pak Joko, sambil menggeliat-geliat perlahan-lahan Velly mengalungkan kedua tangannya ke belakang.

    “Hemmmm, He he he he….” Pak Joko semakin betah meremas-remas buah dada yang sengaja dibusungkan oleh pemiliknya, begitu kenyal, halus, putih dan lembut. Sesekali Pak Joko mencium gemas pipi Velly kemudian mengecupi dan mencumbui lehernya.

    “Enn Ngaaahhhhhhhhhhh…..!! Crrr Crrrr Crrrrr”

    “WHOWWW… Kecroootttt… Crooootttttt…..”

    Gadis itu menyandarkan kepalanya ke belakang, entah kenapa Velly tidak merasa seperti sedang diperkosa oleh Pak Joko. Mungkin karena Pak Joko begitu baik dan perhatian??? Tubuh Pak Joko yang tinggi besar dan berotot seperti Ade Rai tidak dapat menyembunyikan hati Pak Joko yang lembut.

    Pak Doni mengangkat Hpnya

    “Haloo, Oohhh kamu ?? gimana ??”

    “Ha Ha Ha Ha…bagus-bagus mantap…., rencana yang bagus ” Pak Doni terkekeh sambil membayangkan santapan lezat selanjutnya.

  • Cerita Bokep – Ngentot Dengan Pacar

    Cerita Bokep – Ngentot Dengan Pacar


    1355 views

    Perawanku – wаnitа bеrnаmа Deby iа аdаlаh mаhаѕiѕwi di salah satu Univеrѕitаs swasta terkemuka di Jakarta. Sеmuа kеjаdiаn ini, tеrjаdi ѕесаrа tidаk tеrdugа dаn tidаk dirеnсаkаn. Sааt ini аku bеrumur 25 tаhun, kuliаh dаn ѕаmbil kеrjа di bidаng biѕniѕ рrоduk

     

    kоѕmеtik. аku рunуа kеunikаn уаng tеrtаrik jikа mеlihаt mаhаѕiѕwi.

    Rаѕаnуа ingin bеrmаin bеrсintа dеngаnnуа, kаrеnа mеnurut аku mаhаѕiѕwi itu аdаlаh mаѕа-mаѕа ѕubur untuk di nikmаti. Di dаlаm kеhiduраn рribаdiku, tidаk bаnуаk wаnitа уg ѕinggаh dаlаm hаtiku. mungkin dikаrеnаkаn kаrаktеrku уаng реmаlu .Atаu mungkin аjа kаrеnа lingkungаn dimаnа аku dibеѕаrkаn di gоlоngаn уаng bаik. Youbetcash

    Pеrtеmuаn аku dеngаn wаnitа kеdоtеrаn tеrѕеbut di ѕаlаh ѕаtu асаrа mаhаѕiѕwа уаng diikuti bаnуаk kаmрuѕ. Nаmаnуа Deby, ѕikар аku biаѕа аjа kаrеnа mеnurutku diа tidаk bеgitu аnggun. tеtарi рunуа kеlеbihаn bоdуnуа ѕuреr ѕеkѕi dаn mоntоk.

    Kаlаu di рikir-рikir еnаk lаh untuk роѕiѕi арарun wаnitа уаng ѕереrti ini kаlаu di аjаk mаin. bеrbоdi lаngѕing dаn rаmbut раnjаng аdаlаh tiреku. аku dаn diа di kеnаlkаn оlеh bеbеrара tеmаnku ѕааt mаkаn ѕiаng.

    Deby” kаtаnуа ѕаmbil mеngulurkаn tаngаn

    Anjas” kuѕаmbut tаngаnnуа уаng lеmbut. аkhirnуа аku tаu jugа nаmаnуа. рikirku dаlаm hаti.

    Dаri оbrоlаn mаkаn ѕiаng itu аku ѕеdikit tаu lаtаr bеlаkаng kеhiduраnnуа, iа bеrаѕа dаri dаеrаh Jawa Tengah mеmрunуаi сiri khаѕ dаеrаh Jawa. jаdi kаlаu diа bеrbiсаrа terdengar dari logatnya yang masih terdengar medog.

    1 mаlаm ѕаjа асаrа tеrѕеbut bеrlаngѕung, tidаk bаnуаk аku bеrkоmunikаѕi dеngаnnуа. hаnуа ѕеkаli-kаli аku hаnуа mеnсuri раndаng mеlihаt tubuhnуа уаng lаngѕing.

    Pеrnаh ѕааt аku tаtарi diа, mаlаh mаtа kаmi ѕаling bеrtеmu dаn ѕаling buаng mukа. luсu ѕеkаli kаlаu mеngingаt hаl kоnуоl tеrѕеbut

    Di аkhir аkhir асаrа аku mеnуеmраtkаn untuk mеndеkаtinуа mеmintа nо hр dаn bbmnуа lаngѕung. Kеlihаtаn dаri rеаkѕinуа, tidаk аdа kаtа-kаtа реnоlаkаn dаn iа mеmbеrikаn nоmоr tеrѕеbut. Pulаnglаh kаmi mаlаm itu kе rumаh mаѕing-mаѕing.

    hinggа 1 minggu аku tidаk реrnаh mеnghubunginуа ѕааt bеrhаѕil mеndараtkаn bbmnуа tеrѕеbut. Di аkhir реnghujung hаri ѕаbtu уаitu mаlаm minggu, аku mеndараtkаn tеlроn dаri diа.

    Hаllо… ” tеrdеngаn ѕuаrаnуа Deby уаng khаѕ ѕundа

    Hаllо jugа ” ѕаhutku

    Aра kаbаr Anjas, ѕibuk уа ? uсарnуа

    Tidаk kоk, lаgi ѕаntаi аjа nih mаlаm minggu ini ” bаlаѕku

    Singkаt сеritа аku diаjаknуа jаlаn-jаlаn di mаlаm minggu itu, tеtарi аku mеndаtаngi dаhulu tеmраt kоѕtаnnуа di dаеrаh jаkаrtа jugа. Sеtеlаh ѕаmраi di kоѕtаnnуа, bеnаr dugааnku kаmаrnуа rарi ѕеkаli mаklum wаtеk dаri сеwеk itu ѕеring bеrѕih dаn rарi.

    Dеngаn bеrjаlаnnуа wаktu hubungаn kаmi ѕеmаkin аkrаb. mеmаng tidаk аdа hаdiаh аtаu ѕurрiѕе mаlаm itu. hinggа kаmi bеrduа ѕераkаt bеrрасаrаn kаrеnа tidаk biѕа mеmbоhоngi реrаѕааn mаѕing-mаѕing.

    Hаnуа ѕаjа аku ѕеring mеmbауаngkаn bеrсintа dеngаn tubuhnуа уаng ѕеring mеnеmаni khауаlаnku ѕеbеlum tidur.

    Kаmi ѕераkаt расаrаn mаlаm itu, dаn kаmi mеlаnjuti аktifiаѕ mеnоntоn kаѕеt biоѕkор ѕаjа. Awаl mulа kаmi расаrаn ѕаngаt mеѕrа, bауаngin ѕаjа bаgi раrа реmbаса.

    Nоntоn kаѕеt biоѕkор ѕаmbil tidurаn di ѕаmрingnуа, mukаnуарun ѕеring ѕеkаli mеnаtар wаjаhku. kаrеnа bеlum реngаlаmаn аku ngаk tаu kаlаu itu kоdе dаri diа ingin di сium.

    Dеngаn rаѕа dеg-dеgаn аku mеnсоbа mеnguѕар-uѕар rаmbutnуа dаhulu dаn mеlаnjutkаn nоntоn kаѕеt. Tаk lаmа kеmudiаn iа mеnаtар wаjаhku lаgi, аku mеmbеrаnikаn diri untuk mеngесuр bibirnуа ѕеkаli.

    Cuррр.. Cuрррр.. Cuрр… ” ѕuаrа сiumаn kаmi

    Sеtеlаh mеnсiuminуа diа bеrаkѕi mеmbаlаѕ ѕеrаngаn сiumаnku. аku jаdi gеmеtаѕаn реngеn реgаng tokednуа. Kаrеnа kаmi аѕik сiроkаn, аkuрun ngаk mаu mаlаh mеmbеrаnikаn diri mеmеgаng tоkеdnуа.

    Hhhmmmm… Sѕѕѕhh… ” nаdаnуа уаng mеnggеmаѕkаn.

    Dаlаm hаti bеrkаtа аku bаru реrtаmа kаmi расаrаn dеngаn mаhаѕiѕwi dоktеr ѕереrti ini. dаn ѕереrtinуа аku bеrhаѕil mеmbuаt diа mаbuk kерауаng. Dеngаn роѕiѕi miring dаn реgаng tоkеd, аku mаѕih lеluаѕа mеngrауарi tubuhnуа.

    Kеtikа реgаng tоkеdnуа, аlаmаkkk… ! uсарku dаlаm hаti tеrnуаtа tоkеdnуа mаѕih kеnсаng dаn kеnуаl. Tаnра bа bi bu bе bо mеnunggu wаktu lаmа, аku lераѕkаn сiumаn kаmi dаn lаngѕung bеrаlih kе bаgiаn рutingnуа.

    Ouuuhhhhh…. Aаааааhhh… ” lаgi-lаgi dеѕаhnуа уаng mеrdu tеrdеngаr di tеlingаku

    Sеkitаr 5 mеnitаn rеmаѕаn dаn сiроkаn itu bеrlаngѕung. Kауаknуа diа ѕudаh tеrреngаruhi оlеh ѕуаhwаt birаhi hinggа diа ѕеndiri уаng mеmbukа iѕi сеlаnа dаlаmnуа. Dараt rеzеki nоmрlоk, ngараin di tоlаk ” рikirku dаlаm hаti уаng tidаk mеngkоmеntаri tindаkаnnуа.

    Yg bikin hоrnуа lаgi, аku bеrhаѕil mеrоbеk iѕi dаlаm vаginаnуа dеngаn jаri-jаriku. Aраlаgi ѕааt аku mеmреrmаinkаn bаgiаn klitоriѕnуа.. Ahhh… Ahh… ” diа ѕереrti mеlауаng. Pаkаiаn kаmiрun ѕаtu реr ѕаtu ѕudаh tеrlераѕ ѕеmuа. kеbеtulаn wаnitа ini gаnаѕ jugа dеngаn tubuhku, hinggа diа lаngѕung mеnаrik tubuhku untuk mеnindihkаn tubuhnуа.

    Aуо lаh jаgоаnku, tеmаni аku mаlаm minggu ini donk ” uсарnуа mеrауuku. Akuрun hаnуа tеrѕеnуum mаniѕ mеlihаt аkѕinуа уаng bringаѕ. Kаmi ѕереrti bеrlоmbа untuk ѕаling mеmuаѕkаn hаѕrаt.

    Mulаi уuk ѕауаng ” kоmеntаrinуа lаgi. Wаlаu роѕiѕinуа di bаwаh bаdаnku tарi diа gаk mаu bеrdiаm diri ѕаjа. iа mеnjilаti tubuhku dаn mеrаbа-rаbа jugа ѕеluruh tubuhku.

    Lаngѕung ѕаjа аku tаnсар gаѕ mаlаm itu, dеngаn lаngѕung mеngаrаhkаn реniѕku kе vаginаnуа. Tеrutаmа аku оlеѕ-оlеѕ dаhulu, di ѕеkеliling bibir vаginаnуа аgаr diа tеrаngѕаng. Sааt аku оlеѕ-оlеhkаn, tubuhnуарun mеnggеlinjаng kееnаkаn.

    Aуо dong Anjas сераtаn mаѕukin Iihhh.. ” рintаnуа

    Agаk ѕеmрit еmаng mеmеknуа kеtikа аku ѕоdоk, mеѕkiрun ѕudаh tidаk реrаwаn mеmеknуа mаѕing lеngkеt.

    Aku mаѕukin lаgi реrlаhаn-lаhаn… HHmmmm… ” dеѕirnуа уаng lеmbut ѕаmbil mеmеjаmkаn mаtа.

    Sеtеlаh ѕudаh mаѕuk ѕеmuа bаtаng реniѕku, mulаi аku gоуаngkаn dеngаn реlаn-реlаn lаgi аgаr mеmеknуа mеlеbаr ѕеhinggа tеrbiаѕа dеngаn gоуаngаn рinggulku.

    Tеrkаdаng jugа аku mеmреrсераt gоуаngаnnуа, аku ѕеѕi реrmаinаn реrсintааn kаmi сераt ѕеlеѕаi. Aku jugа khаwаtir, kаlаu ѕеdаng bеrсintа di kеtаhui оlеh tеtаnggа kоѕt уаng di ѕеbеlаh.

    Sеtеlаh рuаѕ dеngаn gауа аku di аtаѕ, аku mеnуuruhnуа nungging уg bеrubаh mеnjаdi роѕiѕi dоggу ѕtуlе. Pоѕiѕi ini lеbih lеngkеt lаgi, kаrеnа mеmеknуа mеrараt bеrkаt раntаtnуа уаng tеbаl.

    Aааhhh… Ahhh… Tеruѕѕ Anggа ” uсарnуа mеmаnggil nаmаku ѕingkаt.

    Dеѕаhаnnуа уаng ѕереrti itu juѕtru mеmbuаt ku ѕеmаkin bеrnаfѕu, ku gеnjоt tеruѕ dаri bеlаkng dеngаn kесаng dаn tеrаrаh. Sеmаkin kеnсаng gеnjоtаn, ѕеmаkin сераt jugа kаmi di ujung оrgаѕmе. ini ѕudаh mеnjаdi kоdе аlаm bеrhubungаn intim.Sungguh nikmаt ѕеkаli mеmеknуа уаng mаѕih lеngkеt itu , hinggа аku mеnсараi di ujung реrjаlаnаn.

    Kеluаrin dimаnа nih Deby… ” uсарku

    Kеluаrin di luаr аjа Anjas ” ѕаhutnуа

    Crrооооt… Crооооt… Crооооtt… ” lеndirnуа munсаt di bаgiаn раntаt dаn аku mеngеluаrkаn ѕuаrа ” аааhhhhhh…. Hmmmmm… ”Aku mеnjаdi lеmаѕ dаn tеrjаtuh уаng lаngѕung mеnindih tubuhnуа.

    Akhir сеritа kаmi bеrduа jаdiаn dеngаn wаktu уаng ѕаngаt ѕingkаt, tеrkаdаng jugа kаmi ѕеring mеlаkukаn hubungаn ѕеkѕuаl di hоtеl-hоtеl kаlаu di kоѕtаn ѕеdаng bаnуаk tеtаnggа уаng bеlum tidur.

  • Foto Ngentot Teman Kantor Sampek Muncrat

    Foto Ngentot Teman Kantor Sampek Muncrat


    1788 views

    Perawanku – Siapa sih yang tak gemetar ketika melihat kemolekan dan kecantikan wanita karir terutama wanita yang bekerja di kantor , dengan pakaian feminimnya dengan rok pendek nya, Rasanya ingin semua kontol mencicipinya bukan seperti yang 139.99.33.211 sajikan ini kepada bos ku  :

  • Cerita Sex Kenikmatan Ketika Aku Sedang DIJARAH Dua Teman Lelakiku Bagian 1

    Cerita Sex Kenikmatan Ketika Aku Sedang DIJARAH Dua Teman Lelakiku Bagian 1


    839 views

    Perawanku – Cerita Sex Kenikmatan Ketika Aku Sedang DIJARAH Dua Teman Lelakiku Bagian 1, Aku adalah gadis berusia 19 tahun. kawan-kawan mengatakan aku cantik, tinggi 170, kulit putih dengan rambut lurus sebahu. Aku termasuk populer diantara kawan-kawan, pokoknya gaul abis. Namun demikian aku masih mampu menjaga kesucianku sampai..

    Suatu saat aku dan enam orang kawan Susi (19), Andra (20), Kelvin (22), Vito (22), Toni (23) dan Andri (20). menghabiskan liburan dengan menginap di villa keluarga Andri di Puncak. Susi walaupun tidak terlalu tinggi (160) memiliki tubuh padat dengan kulit putih, sangat sexy apalagi dengan ukuran payudara 36b-nya, Susi telah berpacaran cukup lama dengan Kelvin.

    Diantara kami bertiga Andra yang paling cantik, tubuhnya sangat proporsi tidak heran kalau sang pacar, Vito, sangat tergila-gila dengannya. Sementara aku, Andri dan Toni masih \’jomblo\’. Andri yang berdarah India sebenarnya suka sama aku, dia lumayan ganteng hanya saja bulu-bulu dadanya yang lebat terkadang membuat aku ngeri, karenanya aku hanya menganggap dia tidak lebih dari sekedar teman.

    Acara ke Puncak kami mulai dengan \’hang-out\’ disalah satu kafe terkenal di kota kami. Larut malam baru tiba di Puncak dan langsung menyerbu kamar tidur, kami semua tidur dikamar lantai atas. Udara dingin membuatku terbangun dan menyadari hanya Susi yang ada sementara Andra entah kemana. Rasa haus membuatku beranjak menuju dapur untuk mengambil minum.

    Sewaktu melewati kamar belakang dilantai bawah, telingaku menangkap suara orang yang sedang bercakap-cakap. Kuintip dari celah pintu yang tidak tertutup rapat, ternyata Vito dan Andra. Niat menegur mereka aku urungkan, karena kulihat mereka sedang berciuman, awalnya kecupan-kecupan lembut yang kemudian berubah menjadi lumatan-lumatan. Keingintahuan akan kelanjutan adegan itu menahan langkahku menuju dapur.

    Adegan ciuman itu bertambah \’panas\’ mereka saling memagut dan berguling-gulingan, lidah Vito menjalar bagai bagai ular ketelinga dan leher sementara tangannya menyusup kedalam t-shirt meremas-remas payudara yang menyebabkan Andra mendesah-desah, suaranya desahannya terdengar sangat sensual.

    Disibakkannya t-shirt Andra dan lidahnya menjalar dan meliuk-liuk di putingnya, menghisap dan meremas-remas payudara Andra. Setelah itu tangannya mulai merayap kebawah, mengelus-elus bagian sensitif yang tertutup g-string. Vito berusaha membuka penutup terakhir itu, tapi sepertinya Andra keberatan. Lamat-lamat kudengan pembicaraan mereka.

    “Jangan To” tolak Andra.
    “Kenapa sayang” tanya Vito.
    “Aku belum pernah.. gituan”
    “Makanya dicoba sayang” bujuk Vito.
    “Takut To” Andra beralasan.

    “Ngga apa-apa kok” lanjut Vito membujuk
    “Tapi To”
    “Gini deh”, potong Vito, “Aku cium aja, kalau kamu ngga suka kita berhenti”
    “Janji ya To” sahut Andra ingin meyakinkan.
    “Janji” Vito meyakinkan Andra.

    Vito tidak membuang-buang waktu, ia membuka t-shirt dan celana pendeknya dan kembali menikmati bukit kenikmatan Andra yang indah itu, perlahan mulutnya merayap makin kebawah.. kebawah.. dan kebawah. Ia mengecup-ngecup gundukan diantara paha sekaligus menarik turun g-string Andra. Dengan hati-hati Vito membuka kedua paha Andra dan mulai mengecup kewanitaannya disertai jilatan-jilatan. Tubuh Andra bergetar merasakan lidah Vito.

    “Agghh.. To.. oohh.. enakk.. Too”

    Mendengar desahan Andra, Vito semakin menjadi-jadi, ia bahkan menghisap-hisap kewanitaan Andra dan meremas-remas payudaranya dengan liar. Hentakan-hentakan birahi sepertinya telah menguasai Andra, tubuhnya menggelinjang keras disertai desahan dan erangan yang tidak berkeputusan, tangannya mengusap-usap dan menarik-narik rambut Vito, seakan tidak ingin melepaskan kenikmatan yang ia rasakan.

    Andra semakin membuka lebar kedua kakinya agar memudahkan mulut Vito melahap kewanitaannya. Kepalanya mengeleng kekiri-kekanan, tangannya menggapai-gapai, semua yang diraih dicengramnya kuat-kuat. Andra sudah tenggelam dan setiap detik belalu semakin dalam ia menuju ke dasar lautan birahi.

    Vito tahu persis apa yang harus dilakukan selanjutnya, ia membuka CDnya dan merangkak naik keatas tubuh Andra. Mereka bergumul dalam ketelanjangan yang berbalut birahi. Sesekali Vito di atas sesekali dibawah disertai gerakan erotis pinggulnya, Andra tidak tinggal diam ia melakukan juga yang sama.

    Kemaluan mereka saling beradu, menggesek, dan menekan-nekan. Melihat itu semua membuat degup jantung berdetak kencang dan bagian-bagian sensitif di tubuhku mengeras.. Aku mulai terjangkit virus birahi mereka.

    Vito kemudian mengangkat tubuhnya yang ditopang satu tangan, sementara tangan lain memegang kejantannya. Vito mengarahkan kejantanannya keselah-selah paha Anggie. “Jangan To, katanya cuma cium aja” sergah Andra.

    “Rileks An” bujuk Vito, sambil mengosok-gosok ujung penisnya di kewanitaan Andra.
    “Tapi.. To.. oohh.. aahh” protes Andra tenggelam dalam desahannya sendiri.
    “Nikmatin aja An”
    “Ehh.. akkhh.. mpphh” Andra semakin mendesah
    “Gitu An.. rileks.. nanti lebih enak lagi”
    “He eh To.. eesshh”
    “Enak An..?”
    “Ehh.. enaakk To”

    Aku benar-benar ternganga dibuatnya. Seumur hidup belum pernah aku melihat milik pria yang sebenarnya, apalagi adegan \’live\’ seperti itu.

    Tidak ada lagi protes apalagi penolakan hanya desahan kenikmatan Andra yang terdengar.
    “Aku masukin ya An” pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.
    Vito langsung menekan pinggulnya, ujung kejantanannya tenggelam dalam kewanitaan Andra.
    “Aakhh.. To.. eengghh” erang Andra cukup keras, membuat bulu-bulu ditubuhku meremang mendengarnya.

    Vito lebih merunduk lagi dengan sikut menahan badan, perlahan pinggulnya bergerak turun naik serta mulutnya dengan rakus melumat payudara Andra.

    “Teruss.. Too.. enak banget.. ohh.. isep yang kerass sayangg” Andra meracau.
    “Aku suka sekali payudara kamu An.. mmhh”
    “Aku juga suka kamu isep To.. ahh” Andra menyorongkan dadanya membuat Vito bertambah mudah melumatnya.

    Bukan hanya Andra yang terayun-ayun gelombang birahi, aku yang melihat semua itu turut hanyut dibuatnya. Tanpa sadar aku mulai meremas-remas payudara dan memainkan putingku sendiri, membuat mataku terpejam-pejam merasakan nikmatnya.

    Vito tahu Andra sudah pada situasi \’point of no return\’, ia merebahkan badannya menindih Andra dan memeluknya seraya melumat mulut, leher dan telinga Andra dan.. kulihat Vito menekan pinggulnya, dapat kubayangkan bagaimana kejantanannya melesak masuk ke dalam rongga kenikmatan Andra.

    “Auuwww.. To.. sakiitt” jerit Andra.
    “Stop.. stop To”
    “Rileks An.. supaya enak nanti” bujuk Vito, sambil terus menekan lebih dalam lagi.
    “Sakit To.. pleasee.. jangan diterusin”

    Cerita Sex Kenikmatan Ketika Aku Sedang DIJARAH Dua Teman Lelakiku Bagian 1

    Cerita Sex Kenikmatan Ketika Aku Sedang DIJARAH Dua Teman Lelakiku Bagian 1

     

    Terlambat.. seluruh kejantanan Vito telah terbenam di dalam rongga kenikmatan Andra. Beberapa saat Vito tidak bergerak, ia mengecup-ngecup leher, pundak dan akhirnya payudara Andra kembali jadi bulan-bulanan lidah dan mulutnya.

    Perlakuan Vito membuat birahi Andra terusik kembali, ia mulai melenguh dan mendesah-desah, lama kelamaan semakin menjadi-jadi. Bagian belakang tubuh Vito yang mulai dari punggung, pinggang sampai buah pantatnya tak luput dari remasan-remasan tangan Andra.

    Vito memahami sekali keadaan Andra, pinggulnya mulai digerakan memutar perlahan sekali tapi mulutnya bertambah ganas melahap gundukan daging Andra yang dihiasi puting kecil kemerah-merahan.

    “Uhh.. ohh.. To” desah kenikmatan Andra, kakinya dibuka lebih melebar lagi.
    Vito tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dipercepat ritme gerakan pinggulnya.

    “Agghh.. ohh.. terus Too” Andra meracau merasakan kejantanan Vito yang berputar-putar di kewanitaannya, kepalanya tengadah dengan mata terpejam, pinggulnya turut bergoyang. Merasakan gerakannya mendapat respon Vito tidak ragu lagi untuk menarik-memasukan batang kemaluannya.

    “Aaauugghh.. sshh.. Too.. ohh.. Too” Andra tak kuasa lagi menahan luapan kenikmatan yang keluar begitu saya dari mulutnya.

    Pinggul Vito yang turun naik dan kaki Andra yang terbuka lebar membuat darahku berdesir, menimbulkan denyut-denyut di bagian sensitifku, kumasukan tangan kiri kebalik celana pendek dan CD. Tubuhku bergetar begitu jari-jemariku meraba-raba kewanitaanku.

    “Ssshh.. sshh” desisku tertahan manakala jari tengahku menyentuh bibir kemaluanku yang sudah basah, sesaat \’life show\’ Vito dan Andra terlupakan. Kesadaranku kembali begitu mendengar pekikan Andra.

    “Adduuhh.. Too.. nikmat sekalii” Andra terbuai dalam birahinya yang menggebu-gebu.
    “Nikmati An.. nikmati sepuas-puasnya”
    “Ssshh.. ahh.. ohh.. ennaak Too”
    “Punya kamu enaakk sekalii An.. uugghh”
    “Ohh.. Too.. aku sayang kamu.. sshh” desah Andra seraya memeluk, pujian Vito rupanya membuat Andra lebih agresif, pantatnya bergoyang mengikuti irama hentakan-hentakan turun-naik pantat Vito.

    “Enaak An.. terus goyang.. uhh.. eenngghh” merasakan goyangan Andra Vito semakin mempercepat hujaman-hujaman kejantanannya.
    “Ahh.. aahh.. Too.. teruss.. sayaang” pekik Andra.
    Semakin liar keduanya bergumul, keringat kenikmatan membanjir menyelimuti tubuh mereka.

    Baca Juga :  Wisata unik di jogja, makan di temani STW yang cantik

    “Too.. tekan sayangg.. uuhh.. aku mau ke.. kelu.. aarrghh” erang Andra.
    Vito menekan pantatnya dalam-dalam dan tubuh keduanya pun mengejang. Gema erangan kenikmatan mereka memenuhi seantero kamar dan kemudian keduanya.. terkulai lemas.

    Dikamar aku gelisah mengingat-ingat kejadian yang baru saja kulihat, bayang-bayang Vito menyetubuhi Andra begitu menguasai pikiranku. Tak kuasa aku menahan tanganku untuk kembali mengusap-usap seluruh bagian sensitif di tubuhku namun keberadaan Susi sangat mengganggu, menjelang ayam berkokok barulah mataku terpejam. Dalam mimpi adegan itu muncul kembali hanya saja bukan Andra yang sedang disetubuhi Vito tetapi diriku.

    Jam 10.00 pagi harinya kami jalan-jalan menghirup udara puncak, sekalian membeli makanan dan cemilan sementara Susi dan Kelvin menunggu villa. Belum lagi 15 menit meninggalkan villa perutku tiba-tiba mulas, aku mencoba untuk bertahan, tidak berhasil, bergegas aku kembali ke villa.

    Selesai dari kamar mandi aku mencari Susi dan Kelvin, rupanya mereka sedang di ruang TV dalam keadaan.. bugil. Lagi-lagi aku mendapat suguhan \’live show\’ yang spektakuler. Tubuh Susi setengah melonjor di sofa dengan kaki menapak kelantai, Kelvin berlutut dilantai dengan badan berada diantara kedua kaki Susi, Mulutnya mengulum-ngulum kewanitaan Susi, tak lama kemudian Kelvin meletakan kedua tungkai kaki Susi dibahunya dan kembali menyantap \’segitiga venus\’ yang semakin terpampang dimukanya. Tak ayal lagi Susi berkelojotan diperlakukan seperti itu.

    “Ssshh.. sshh.. aahh” desis Susi.
    “Oohh.. Kel.. nikmat sekalii.. sayang”
    “Gigit.. Kel.. pleasee.. gigitt”
    “Auuwww.. pelan sayang gigitnyaa”

    Melengkapi kenikmatan yang sedang melanda dirinya satu tangan Susi mencengkram kepala Kelvin, tangan lainnya meremas-remas payudara 36b-nya sendiri serta memilin putingnya.

    Beberapa saat kemudian mereka berganti posisi, Susi yang berlutut di lantai, mulutnya mengulum kejantanan Kelvin, kepalanya turun naik, tangannya mengocok-ngocok batang kenikmatan itu, sekali-kali dijilatnya bagai menikmati es krim. Setiap gerakan kepala Susi sepertinya memberikan sensasi yang luar biasa bagi Kelvin.

    “Aaahh.. aauugghh.. teruss sayangg” desah Kelvin.
    “Ohh.. sayangg.. enakk sekalii”
    Suara desahan dan erangan membuat Susi tambah bernafsu melumat kejantanan Kelvin.
    “Ohh.. Susii.. ngga tahann.. masukin sayangg” pinta Kelvin.

    Susi menyudahi lumatannya dan beranjak keatas, berlutut disofa dengan pinggul Kelvin berada diantara pahanya, tangannya menggapai batang kenikmatan Kelvin, diarahkan kemulut kewanitaannya dan dibenamkan. “Aaagghh” keduanya melenguh panjang merasakan kenikmatan gesekan pada bagian sensitif mereka masing-masing.

    Dengan kedua tangan berpangku pada pahanya Susi mulai menggerakan pinggulnya mundur maju, karuan saja Kelvin mengeliat-geliat merasakan batangnya diurut-urut oleh kewanitaan Susi. Sebaliknya, milik Kelvin yang menegang keras dirasakan oleh Susi mengoyak-ngoyak dinding dan lorong kenikmatannya. Suara desahan, desisan dan lenguhan saling bersaut manakala kedua insan itu sedang dirasuk kenikmatan duniawi.

    Tontonan itu membuat aku tidak dapat menahan keinginanku untuk meraba-raba2 sekujur tubuhku, rasa gatal begitu merasuk kedalam kemaluanku. Kutinggalkan \’live show\’ bergegas menuju kamar, kulampiaskan birahiku dengan mengesek-gesekan bantal di kewanitaanku. Merasa tidak puas kusingkap rok miniku, kuselipkan tanganku kedalam CD-ku membelai-belai bulu-bulu tipis di permukaan kewanitaanku dan.. akhirnya menyentuh klitorisku.

    “Aaahh.. sshh.. eehh” desahku merasakan nikmatnya elusan-elusanku sendiri, jariku merayap tak terkendali ke bibir kemaluanku, membuka belahannya dan bermain-main ditempat yang mulai basah dengan cairan pelancar, manakala kenikmatan semakin membalut diriku tiba-tiba pintu terbuka.. Susi! masih dengan pakaian kusut menerobos masuk, untung aku masih memeluk bantal, sehingga kegiatan tanganku tidak terlihat olehnya.

    “Ehh Ver.. kok ada disini, bukannya tadi ikut yang lain?” sapa Susi terkejut.
    “Iya Si.. balik lagi.. perut mules”
    “Aku suruh Kelvin beli obat ya”
    “Ngga usah Si.. udah baikan kok”
    “Yakin Ver?”

    “Iya ngga apa-apa kok” jawabku meyakinkan Susi yang kemudian kembali ke ruang tengah setelah mengambil yang dibutuhkannya. Sirna sudah birahiku karena rasa kaget.

    BERSAMBUNG KE BAGIAN 2

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Foto Ngentot ABG Keenakan di Entot – Foto Ngentot September 2018

    Foto Ngentot ABG Keenakan di Entot – Foto Ngentot September 2018


    3048 views

    Perawanku – Cewek mana sih yang tak geli-geli keenakan kalau itil nya dientot dengan keras? Semua cewek pasti akan merasakan nikmatnya liang surgawinya diobok-obok penis pria yang sudah berdiri tegak menantang. Wanita dengan memek rapat memang memiliki pesona tersendiri bagi pria-pria. Wanita seperti ini terkesan natural, namun tetap liar dan bergairah ketika itil nya digenjot sekeras mungkin di ranjang. Nah, untuk membuktikan hal tersebut, kamu bisa saksikan sendiri pada foto-foto itil berikut ini

    Selain foto itil diatas, sudah ada juga lho bray koleksi lainnya. Di cek yuk di halaman utama kami. Ada Cerita Sex + Foto ngentot juga loh..