Author: perawanku

  • Cerita Sex Kisah Si Dukun Cabul Bagian Satu

    Cerita Sex Kisah Si Dukun Cabul Bagian Satu


    1958 views

    Perawanku – Cerita Sex Kisah Si Dukun Cabul Bagian Satu, Perkenalkan dahulu, namaku Darminto. Aku adalah salah satu dari sekian banyak orang yang menyebut dirinya dengan istilah keren “paranormal” atau yang dilingkungan masyarakat kebanyakan dikenal dengan istilah dukun. Ya, aku adalah orang yang bergelar mbah dukun, meskipun sebenarnya aku sama sekali tidak percaya dengan segala hal begituan.

    Aneh? nggak juga. Semenjak aku kena PHK dari perusahaan sepatu tiga tahun lalu, aku berusaha keras mencari pekerjaan pengganti. Beberapa waktu aku sempat ikut bisnis jual beli mobil bekas, tetapi bangkrut karena ditipu orang. Lalu bisnis tanam cabe, baru sekali panen harga cabe anjlok sehingga aku rugi tidak ketulungan banyaknya. Untung orang tuaku termasuk orang kaya di kampung, jadi semuanya masih bisa ditanggulangi. Cuma aku semakin pusing dan bingung saja. Untung aku belum berkeluarga, kalau tidak pasti tambah repot karena harus menghadapi omelan dan gerutuan istri.

    Dalam keadaan sebal itulah aku bertemu dengan mbah Narto, kakek tua yang dengan gagahnya memproklamasikan diri sebagai paranormal paling top. Karena masih berhubungan keluarga, ia sering juga datang dan menginap di rumahku ketika dia lagi “buka praktek” di kotaku. O ya, aku tinggal di sebuah kota kecamatan kecil di Jawa tengah, dekat perbatasan jawa Timur (nggak perlulah aku sebut namanya). Meskipun kecil, kotaku termasuk ramai karena dilewati jalan negara yang lebar dan selalu dilewati truk dan bus antar propinsi, siang dan malam.

    Eh, kembali ke mbah Narto, tampaknya si mbah punya perhatian khusus kepadaku (atau malah karena aku memang kelihatan sekali tidak menyukai dan sinis terhadap gaya perdukunannya?). Suatu hari ia berbicara serius denganku, mengajakku untuk menjadi “murid”nya. Walah, aku hampir ketawa mendengarnya. Murid? wong aku sama sekali tidak percaya segala hal takhayul macam itu, kok mau diangkat menjadi murid? tetapi segala keraguanku tiba-tiba hilang ketika mbah Narto menjelaskan: “punya ilmu ini bisa buat cari uang, Dar.” Katanya: “apa kamu tahu berapa penghasilan dukun-dukun itu? Mereka kaya-kaya lho. Meskipun ilmunya, dibandingkan dengan ilmu mbahmu ini, masih cetek banget.” Katanya dengan meyakinkan dan mata melotot.

    Aku menggaruk kepalaku. Apa benar? Akhirnya aku tertarik juga. Meskipun tetap dengan ogah-ogahan dan tidak percaya, aku ikut juga menjadi muridnya. Naik turun gunung, masuk ke goa dan bertapa (ih, dinginnya minta ampun) dan dipaksa berpuasa mutih (cuman minum air dan nasi putih doang), empat puluh hari penuh. Terus terang, aku tidak merasa mendapatkan pengalaman aneh apapun selama mengikuti segala kegiatan itu. Tetapi setiap mbah Narto menanyakan “apa kamu sudah ketemu jin ini atau jin itu” atau “apa kamu melihat cahaya cemlorot (bahasa Indonesia: berkelebat)” waktu aku bersemadi, yah aku iyakan saja. Kok susah susah amat.

    Akhirnya, setelah enam bulan berkelana, mbah Narto menyatakan aku sudah lulus ujian (wong sebenarnya aku tidak tahu apa-apa). Dan dia memperkenalkan aku sebagai assistennya untuk menyembuhkan pasien dari berbagai penyakit yang “aeng-aeng” alias aneh-aneh. Bahkan setelah beberapa lama aku dipercaya untuk buka praktek sendiri, di rumahku, dengan mempergunakan kamar samping rumah sebagai tempat praktek (meskipun aku harus membuat Yu Mini kakakku marah-marah karena meminta dia pindah kamar tidur).

    Setelah beberapa bulan praktek, nasehat mbah Narto ternyata benar (ini satu-satunya nasehatnya yang benar, aku kira): bahwa jadi dukun itu banyak duit! aku baru sadar bahwa salah satu syarat untuk menjadi dukun yang sukses bukanlah terletak pada ilmunya (yang aku nggak percaya sama sekali), tetapi pada kemampuannya untuk meyakinkan pasien. Dukun adalah aktor yang harus bisa membuat pasien setengah mati percaya dan tergantung padanya, dengan segala cara dan tipu daya.

    Pada mulanya beberapa orang datang minta tolong padaku, katanya menderita sakit aneh, pusing-pusing yang tidak tersembuhkan. Aku dengan lagak meyakinkan memberikan mantra, menyuruh mereka menghirup asap dupa, dan minum air kembang (di dalamnya sudah kucampur gerusan obat Paramex). Eh.. mereka sembuh. Dan sejak itulah pasien datang membanjir padaku. Ada yang minta disembuhkan sakitnya (kebanyakan aku suruh mereka ke dokter dulu, kalau nggak sembuh baru kembali. Sebagian besar memang tidak kembali), ada yang minta rejeki (itu mah gampang, tinggal didoain macem-macem) ada pula yang mengeluhkan soal jodoh, pertengkaran keluarga dan lain-lain (kalau itu tinggal dinasehatin saja).

    Jadi inilah aku, mbah Dar, dukun ampuh dari lereng Merapi (lucu ya, aku dipanggil mbah wong umurku baru 25 tahun). Setiap hari paling sedikit sepuluh orang antre di rumahku, dari siang sampai malam. Begitu ramainya sampai akhirnya halaman depan rumahku dijadikan pangkalan ojek. Tidak kuperdulikan lagi omelan mbakyuku dan pandangan sinis orang tuaku (mereka selalu menasehati: hati-hati lho Dar, jangan mbohongi orang). Yang penting duit masuk terus, jauh lebih besar daripada gajiku saat masih bekerja di pabrik sepatu. Dengan ilmu yang asal hantam, tampang yang meyakinkan (aku sekarang pelihara jenggot panjang, pakai jubah putih kalau praktek) maka orang-orang sangat percaya kepadaku.

    Semuanya berjalan lancar-lancar saja, sampai terjadi suatu kejadian yang meruntuhkan segala-galanya.

    Malam itu, jam sudah menunjukkan pukul 20.00 malam. Pasien sudah sepi, dan aku sudah merasa sangat mengantuk. Sambil menguap aku berdiri dari “meja kerja”ku, menuju pintu dan bermaksud menutupnya. Tetapi kulihat si Warno sekretarisku menghampiri: “ada pasien satu lagi mbah” bisiknya: “cah wadon (anak perempuan) huayuu banget”. Dia nyengir dan menunjuk pelan ke ruang tunggu di depan. Di sana aku melihat seorang gadis dengan memakai T shirt putih dan rok warna coklat duduk di bangku. Aku tidak melihat wajahnya karena dia sedang memperhatikan TV yang memang kusediakan di situ.

    “Masuk, nduk” kataku dengan suara berwibawa. Si gadis itu pelan-pelan berdiri, dan dengan takzim berjalan kearahku. Aku sekarang dapat melihat wajahnya dengan jelas. Aduh mak, dia memang betul-betul cantik. Rambutnya yang sebahu bewarna hitam lurus, matanya seperti mata kijang dan bibirnya seperti delima merekah (walah, puitis banget..). Tubuhnya bongsor dengan buah dada yang seperti akan memberontak keluar dari baju T-shirtnya. Aku kira umurnya paling banter baru 17 atau 18 tahun.

    “Sugeng dalu (selamat malam) mbah..” katanya agak bergetar. Wuih, suaranya juga seksi banget. Kecil dan halus, seperti berbisik. Dengan lagak kebapakan aku menyilahkannya masuk, diiringi sorot mata nakal si Warno yang seperti akan menelan bulat-bulat si gadis itu. Kupelototi dia sehingga dia cepat-cepat lari ngibrit sambil terkikik-kikik. Aku segera menutup pintu.

    Cerita Sex Kisah Si Dukun Cabul Bagian Satu

    Cerita Sex Kisah Si Dukun Cabul Bagian Satu

    Kulihat si gadis duduk dengan sangat hormat di kursi pasien yang kusediakan. Tangannya ngapurancang di pangkuannya, wajahnya menunduk. Cantik sekali. Dengan pura-pura tidak acuh aku menyiapkan alat-alat perdukunanku, menyalakan lampu minyak (sebagai media pemanggil arwah, pura-puranya), menyiapkan baskom kecil berisi air kembang, dan menyalakan dupa. Asap dupa segera memenuhi ruangan kecil itu.

    “Siapa namamu, nduk?”tanyaku tanpa memandangnya, tetap sibuk melakukan persiapan.
    “Suminem, mbah” katanya. Wah, nama lokal betul.
    Aku berdeham: “berapa umurmu? ”
    Si cantik itu menjawab pelan, tetap menunduk: “empat belas tahun, mbah”. Wah, aku hampir terlonjak kaget. Empat belas tahun? masih kecil banget, tetapi bagaimana kok tubuhnya sudah demikian bongsor, dadanya sudah demikian besar..

    Aku menelan ludah: “bocah cilik begini kok beraninya malam-malam datang ke sini. Ada masalah apa nduk?” aku sekarang duduk di kursi di depannya, dibatasi meja yang penuh segala pernik perdukunan. Si Suminem sekarang mengangkat kepalanya, raut wajahnya tampak sangat gelisah. Matanya jelalatan ke kiri kanan. Suaranya yang kecil bergetar: “nyuwun sewu mbah, sebetulnya saya sangat gelisah dan takut. Nyuwun tulung mbah..” suaranya semakin rendah dan bergetar, seperti sedu sedan.

    Kemudian dengan cepat dan dengan suara tetap bergetar, dia bercerita bahwa ada seorang laki-laki, bernama Kasno, yang sangat ditakutinya. Kasno adalah tetangganya yang sudah punya istri dua dan anak segerendeng, tetapi masih hijau matanya kalau melihat cewek cantik. Karena rumahnya sederetan dengan rumah Suminem, tiap hari dia bisa melihat Pak Kasno memandangnya seperti tidak berkedip. Lebih celaka lagi, karena kamar mandi rumahnya menjadi satu dengan kamar mandi rumah Pak kasno, maka semakin besar kesempatan lelaki hidung belang itu mencuri pandang pada tubuhnya yang bahenol itu. Bahkan pernah suatu hari Suminem berteriak teriak dan lari keluar dari kamar mandi, karena ketika ia sedang mandi melihat kepala Pak kasno mengintip dari bagian atas kamar mandi yang memang tidak tertutup. Itu saja belum cukup. Hingga suatu hari..

    “Pak Kasno tiba-tiba mendatangi saya, mbah” katanya. Si hidung belang itu katanya bicara baik-baik, bahkan sangat kebapakan. Tetapi yang membuat Suminem kaget, dia tiba-tiba mengeluarkan sebotol kecil air, entah apa itu. Dengan sangat cepat si hidung belang memercikkan air di botol itu ke wajah dan tubuh Suminem. Tentu saja si gadis kecil nan bahenol itu berteriak, tetapi Pak kasno cepat-cepat minta maaf dan dengan lembut memberi penjelasan: “Enggak apa-apa, Nem, itu tadi cuma air kembang kok. Bapak ini lagi belajar ilmu kebatinan, jadi bapak mengerti cara-cara untuk membahagiakan orang. Bener lho Nem, nanti setelah kena air tadi kamu akan merasa bahagiaa sekali”. katanya tersenyum.

    Suminem tentu saja semakin kesal: “bahagia bagaimana to Pak?” tanyanya: “Wong sudah mbasahin baju nggak bilang-bilang, masih juga mbujuk-mbujuk segala.”pak Kasno katanya hanya tersenyum senyum saja dan menjawab: “wong bocah cilik, durung ngerti (belum mengerti) roso kepenake wong lanang (rasa enaknya laki-laki) Nduk, nduk, nanti saja kamu kan tahu” dan dengan bicara begitu si hidung belang ngeloyor pergi.

    Setelah kejadian itu “Pikiran saya jadi bingung, mbah” cerita Suminem: “setiap malam saya menjadi terbayang wajahnya Pak Kasno, sepertinya dia itu mau menerkam saya saja” dia bergidik ngeri: “malah saya sampai mimpi..” Dia tidak melanjutkan. Aku pura-pura menghela napas penuh simpati. Sebenarnya, kalau saja yang bicara ini bukan gadis sebahenol Suminem pasti aku sudah menyuruhnya angkat kaki. Bosen. Tapi melihat anak secantik ini, waduh, kok tiba-tiba.. rasanya ada yang berteriak-teriak di balik celanaku..

    Jangkrik tenan, pikirku. Rasanya aku mulai terangsang pada gadis ini.

    “Teruskan Nduk” kataku penuh wibawa: “kamu mimpi apa?”

    Suminem menggigil. Suaranya tersendat-sendat: “aduh mbah, nyuwun sewu, mbah, saya lingsem (malu) banget..” Wah, ini dia. Dengan gaya kebapakan (kok sama dengan ceritanya soal si hidung belang Kasno itu?), aku berdiri dan mendatangi dia, duduk di sebelahnya dan memeluk pundaknya. Lembut dan hangat. Nafsuku tambah naik: “wis, wis” kataku menenangkan: “ora susah bingung. Ceritakan saja. Si mbah ini siap mendengarkan kok”.

    Akhirnya setelah mengatur napas, Suminem melanjutkan: “anu.., saya sering mimpi, lagi di anu sama Pak Kasno. Bolak balik mbah, bahkan hari-hari terakhir ini rasanya semakin sering”. Aku berusaha menahan tawa: “dianu kuwi opo karepe (apa maksudnya) to Nduk?” dia tampak semakin malu: “ya itu lho mbah..seperti katanya kalau suami istri lagi dolanan (bermain) di kamar itu lho.. katanya mbak-mbak saya seperti itu”. Waa..nafsuku semakin meningkat tajam. Tambah kugoda lagi (meskipun tetap dengan mimik muka serius, bahkan penuh belas kasihan): “coba to ceritakan yang jelas, seperti apa yang dilakukan si Kasno dalam mimpimu itu?”

    Akhirnya si Suminem ini tampaknya berhasil menguatkan hatinya. Suaranya lebih mantap ketika menjelaskan: “pertamanya. Saya ngimpi Pak Kasno berdiri di depan saya, wuda blejet (telanjang bulat). Terus, saya tiba-tiba juga wuda blejet, terus.. Pak Kasno memeluk saya, menciumi saya, di bibir dan di badan juga..” dadanya naik turun, seakan sesak membayangkan impiannya yang luar biasa itu.

    Aku semakin panas mendengar ceritanya itu: “apanya saja yang dia cium, Nduk?” tanyaku. Suminem tampak malu “di sini, Mbah” katanya sambil menunjuk buah dadanya: “di cium dan disedot kanan kiri, bolak balik. Terus ke bawah juga..” Ke bawah mana, tanyaku: “ke..ini Mbah, aduh, lingsem aku. Ke ini, tempat pipis saya. Di ciumi dan dijilati juga..” dia semakin menunduk malu. Suaranya terhenti. Nah, tiba-tiba ada pikiran licik di otakku. Segera aku bertindak.

    “KASNO KEPARAT!” teriakku tiba-tiba. Aku meloncat berdiri, diikuti si Suminem yang juga terlonjak kaget mendengar bentakanku: “Mbah.. Mbah.. kenapa Mbah?” tanyanya bingung.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Maafkan Abang Adiku Sayang Sudah Menidurimu

    Cerita Sex Maafkan Abang Adiku Sayang Sudah Menidurimu


    773 views

    Perawanku – Cerita Sex Maafkan Abang Adiku Sayang Sudah Menidurimu, ini melibatkan aku serta adik kandung aku. Nama aku Andy, sekarang ini aku pria berusia 26 th.. Sedang adik aku bernama Rindy, berusia 23 th.. Narasi ini bermula saat aku berusia 10 th., di mana aku mulai suka pada beberapa narasi yang terkait dengan sex.

    Pada usia itu aku juga telah punya kebiasaan lakukan masturbasi. Disuatu saat, aku lihat berita di satu surat berita mengenai jalinan sex pada kakak-beradik. aku sudah seringkali membaca mengenai beragam narasi sex, namun baru kesempatan ini pada saudara sendiri. Ini adalah narasi yang begitu menarik. Tiap-tiap mengingat narasi itu, aku jadi makin tertarik. Karna narasi itu, kelihatannya bisa diwujudkan.

    Ketika itu, aku tempati ruang tidur yang sama juga dengan adikku, Rindy. Cuma saja tempati ranjang yang berlainan, tetapi jaraknya cuma sekitaran 2 mtr.. Satu malam sekitaran jam 00. 30, aku terbangun sesaat nampaknya kebanyakan orang dirumah ini telah tertidur.

    Aku saksikan Rindy juga tertidur nyenyak. Selimutnya terungkap beberapa di bagian paha. Sesaat ke-2 kakinya membentang, hingga celana dalamnya tampak. Hal semacam ini buat aku jadi bernafsu, terlebih bila mengingat narasi mengenai jalinan sex kakak-beradik.

    Perlahan-lahan aku turun dari tempat tidur, serta mendekati ranjang Rindy. Aku menginginkan meyakinkan kalau ia tertidur nyenyak, dengan menggelitik telapak kakinya. Serta nyatanya ia tertidur nyenyak. Tidak tahan sekali lagi, aku sentuhkan jari-jari aku ke cd Rindy yang menutupi vaginanya. Makin lama sentuhan yang aku beri makin keras menghimpit, serta rindy tetaplah tertidur.

    Terasa kurang senang, aku coba menyentuh segera vagina Rindy dengan memasukkan tangan aku kedalam cd-nya melalaui sisi perut. Tangan aku bergetar cukup keras. Aku tidak peduli, serta pada akhirnya aku bisa meraih vagina Rindy dengan segera.

    Aku remas-remas. Serta jari-jari aku rasakan celah. Sesudah sebagian waktu, terasa kurang senang, aku mengeluarkan tangan aku serta punya maksud buka cd yang dipakai Rindy. Dengan ke-2 tangan, perlahan-lahan aku turunkan cd-nya. Saat beberapa vagina mulai tampak, usaha untuk turunkan lebih jauh sedikit susah. Dengan usaha lebih telaten pada akhirnya, aku sukses turunkan cd Rindy hingga semua sisi vagina tampak.

    Tidak tahan sekali lagi, aku ciumi vagina Rindy. Lalu aku coba mencari lubang yang seringkali aku dengar, tempat lakukan jalinan sex.

    Aku fikir berada di sisi depan, nyatanya fikiran aku sampai kini salah. nyatanya tempat yang sesungguhnya berada di sisi bawah. Kembali aku ciumi serta jilati vagina rindy hingga di bagian lubang. Saya telah betul-betul tidak tahan sekali lagi. Saya bebaskan celana aku, serta perlahan-lahan naik ke ranjang Rindy.

    Sesaat tangan kanan menahan badan, tangan kiri mengarahkan penis ke lubang vagina. Nampaknya mustahil. Saya coba memasukkan dari depan, walau sebenarnya lubang berada di bawah.

    Sesaat aku berupaya, mendadak badan Rindy bergerak. Karna takut ketahuan, saya cepat-cepat bangun dan merapihkan kembali cd Rindy. Kenakan celana saya serta kembali pada ranjang. Serta kembali tidur.

    Pengalaman saat malam itu, terkenang senantiasa. Bahkan juga ketika belajar di sekolah. Buat saya senantiasa menanti datangnya malam, waktu di mana kebanyakan orang tertidur. Sepanjang sebagian malam saya lakukan usaha sama, tapi senantiasa tidak berhasil saat takut Rindy terbangun.

    Hingga satu malam saat saya betul-betul begitu bernafsu. Saya telah melepas cd Rindy serta saya telah tidak kenakan celana serta pakaian. Betul-betul bugil. Saya telah bulatkan kemauan untuk mengerjakannya malam hari ini. Perlahan-lahan saya menaiki ranjang Rindy. Ke-2 kaki Rindy, saya rentangkan lebar-lebar.

    Saya ciumi vagina Rindy sepuas hati. Saat jemu, saya mulai tujukan penis saya ke vagina Rindy. Nyatanya tidak semudah yang dipikirkan. Susah sekali mengarahkan penis ke vagina. Saat penis saya mulai masuk vagina, saya makin terangsang. Apa pun yang berlangsung saya mesti sukses malam hari ini. Saya dorong penis saya makin masuk vagina Rindy. Disuatu waktu merasa sedikit susah, tetapi saya selalu memaksa. Hingga semua penis saya masuk kedalam vagina Rindy.

    Semuanya usaha saya itu, buat Rindy terbangun. Mungkin saja saya fikir buat rasa sakit pada Rindy. Ia bingung dengan apa yang berlangsung. Ia merintih serta mulai protes apa yang saya kerjakan. Tetapi saya berkata pada Rindy, ‘Sst…, janganlah berisik serta dimarahin mami. Jika malam-malam berisik kelak dijewer lho’. Mendengar komentar saya itu, nyatanya Rindy segera diam – cuma terkadang merintih menahan sakit.

    Saya selalu menggoyang pinggan saya, mendorong penis masuk serta keluar dari vagina Rindy. Karna baru pertama kalinya, permainan saya cuma berjalan tidaklah sampai 2 menit. Saya istirahat sebentar. Serta Rindy juga karna capek, juga kembali tertidur.

    Sesudah sebagian waktu, penis saya mulai bangkit sekali lagi. Kembali saya peluk Rindy, serta saya tujukan penis saya ke vagina Rindy. Kembali vagina Rindy digesek oleh penis saya. Untuk permainan ke-2, saya dapat bertahan hingga 3 menit – hingga pada akhirnya saya kelelahan sekali lagi. Malam itu saya lakukan hingga 3 kali. Kemudian saya rapihkan baju rindy dan baju saya. Serta kembali tidur di ranjang semasing.

    Mulai sejak malam itu, nyaris tiap-tiap malam saya lakukan jalinan sex dengan Rindy. Awal mulanya Rindy cuma terima apa yang saya kerjakan, namun sesudah satu tahun nampaknya Rindy mulai menyenanginya.

    Karna saat saya tertidur, Rindy datang ke ranjang saya serta memegang penis saya. Sepanjang 4 th., saya menyetubuhi Rindy dengan leluasa. Tapi saat ia memijak 11 th., saya tidak dapat leluasa seperti dahulu, karna salah-salah mungkin bisa menyebabkan Rindy hamil.

    Saat saya berusia 12 th. (Rindy 9 th.), kami seringkali mencari peluang terkecuali saat malam hari. Saat hari libur, di mana papi ke kantor serta mami ke pasar. Tapi yang paling kami gemari saat hari libur, papi serta mami pergi berkunjung ke saudara atau ada undangan. Karna dapat sepanjang hari kami memuaskan diri lakukan jalinan sex. Bahkan juga sepanjang hari itu, kami keduanya sama tidak kenakan pakaian.

    Saat leluasa, kami lakukan sex di kamar kami (tapi mulai sejak saya usia 12 th., kamar kami terpisah), kamar mami-papi, di ruangan tamu, ruangan keluarga atau bahkan juga di kebun belakang yang tertutup.

    Mungkin saja yang paling menggairahkan yaitu saat kami bercinta di kebun belakang. Diatas rumput jepang yang hijau rapi. Dengan langit atap, ditiup angin alami. Bahkan juga kami sempat mengerjakannya di waktu hujan deras.

    Hingga sekarang ini kami tetaplah mengerjakannya dengan kontinyu. Walaupun kami semasing memiliki pacar, namun jalinan kami tetaplah berjalan. Bila dirumah tak ada peluang kami umumnya mengerjakannya di satu hotel. Rupanya jalinan pada saya serta Rindy, ada orang yang lain yang ketahui, yakni Melly, salah seseorang adik saya. Ketika itu saya berusia 24 th., Rindy 21 th. serta Melly 19 th..

    Peristiwanya saat waktu ke-2 orangtua kami berkunjung ke saudara diluar kota sepanjang 3 hari. Dirumah saya serta ke-2 adik saya. Seperti umum tiap-tiap ada peluang saya serta Rindy memiliki hasrat untuk bercinta.

    Waktu itu Melly hari Sabtu jam 8. 30 serta Melly masih tetap tertidur. Saya serta Rindy sama-sama berpelukan di ruangan keluarga. Saya ciumi payudaranya, perut serta lehernya dengan begantian. Disamping itu tangan saya lakukan gerilya dibalik cd yang dipakai Rindy, menelusuri gunung serta lembah dibalik cd.

    Sesudah sebagian lama lakukan pemanasan, saya mulai melepas daster serta cd yang dipakai Rindy. Ia terlentang dalam tempat tanpa ada baju. Sesaat saya buka semua baju saya, Rindy melebarkan kakinya lebar-lebar serta menggosoki vaginanya dengan tangannya. Saya selekasnya peluk rindy dengan penuh nafsu, kami sama-sama berpeluk erat serta meraba. Penis, saya gesek-gesekan di bagian luar vagina Rindy. Dada saya menghimpit keras pada payudara. Bibir kami sama-sama memagut, serta lidah kami sama-sama rasakan.

    Saat cukup capek kami bergulat, saya mulai tujukan penis saya yang memiliki ukuran 15 cm serta diameter 1, 25 inch. Perlahan-lahan masuk liang vagina Rindy. Mendadak saja kaki Rindy melingkar serta menghimpit di pinggang saya. Diawali dengan perlahan-lahan, saya menggerakan penis masuk serta keluar. Bunyi becek yang kami hasilkan buat saya jadi lebih bernafsu.

    Saya lebih percepat sekali lagi pergerakan masuk serta keluar. Hal semacam ini buat Rindy lebih bernafsu juga, hingga ia mendesah dengan nada yg tidak dapat disebut kecil. Kami sama-sama berpelukan, ke-2 tangan kami semasing sama-sama melingkar, menghimpit punggung. Kaki Rindy melingkar di pinggang saya.

    Sesaat saya ambil tempat bertumpu pada lutut yang menekuk. Tiap-tiap hentakan pinggul saya mendorong, terkecuali hasilkan bunyi becek juga menghasilnya bunyi hentakan karna paha saya serta pantat Rindy beradu.

    Tetapi saya berupaya menahan nafsu, karna saya tidak mau orgasme lebih dahulu sebelumnya rindy. Saya cobalah konsentrasi. Sesaat bunyi desahan serta erangan rindy telah mulai berbagai serta makin keras.

    Saat saya mesti berkonsentrasi serta Rindy telah nyaris menjangkau orgasme, saya mengerti nyatanya dua mtr. dari tempat saya serta Rindy sudah berdiri Melly. Pasti ia paham apa yang tengah kami kerjakan.

    Sudah pasti, saya kaget serta buat konsentrasi saya pecah. Penis saya melemah, serta buat pergerakan masuk serta keluar terganggu. Hal semacam ini buat sinyal bertanya untuk Rindy yang telah nyaris menjangkau orgasme.

    Rindy memerhatikan pandangan saya, serta ia baru mengerti kalau ada yang memerhatikan kegiatan kami. Tetapi karna Rindy tengah pada puncak nafsunya, ia cuma berkata, ‘Biarin saja, mari dong terusin. Ngga tahan nih’, sembari berupaya membangunkan kembali penis saya.

    Mendengar perkataan Rindy, buat saya kembali konsentrasi serta membangunkan kembali penis. Kegiatan kembali normal, saya selalu menggoyang Rindy. Saat Rindy betul-betul hapir orgasme, mendadak saja ia mendorong badan saya hingga saya terduduk. Sesaat penis saya tetaplah didalam vagina Rindy, ia juga ambil tempat duduk serta tetaplah memeluk saya.

    Seperti kegilaan, Rindy mengangkat serta menjatuhkan badannya diatas penis saya. Sesudah sebagian detik, saya rasakan suatu hal yang panas mengalir menyelimuti penis saya. Rupanya Rindy telah orgasme. Saya baringkan kembali badan Rindy, serta saya guncang badannya lebih keras.

    Badannya bergetar hebat karna hentakan yang saya beri. Sesudah satu menit, saya mulai terasa juga akan keluar. Saya benamkan penis saya dalam-dalam ke vagina Rindy. ‘Mmmm …’, nada Rindy berbarengan dengan waktu sperma saya membanjiri vaginanya. Saya tidak cemas, karna Rindy telah minum pil. Kami berpelukan sebagian waktu.

    Saat permainan usai, nyatanya Melly tetap masih ditempat ketika saya lihat dia. Ia masih tetap memandangi kami. Saat Rindy lihat serta menyapanya, mendadak saja Melly lari ke kamarnya.

    Saya serta Rindy membawa baju kami semasing serta menuju kamar mandi untuk bersih-bersih. Di kamar mandi juga, kami masih tetap pernah sama-sama berikan sentuhan. Usai mandi, Rindy masuk ke kamarnya serta saya masuk ke kamar saya.

    Baru sebagian waktu tiduran di kamar, saya terasa ada seorang yang membangunkan saya. Saat saya saksikan nyatanya Melly. Ia ajukan pertanyaan, ‘Kak Andy, mengapa sich koq dengan Kak Rindy?. Saya sesungguhnya tahu persis apa yang disebut. Untuk meyakinkan saya ajukan pertanyaan, ‘Apa maksud Melly? ’. ‘Kenapa koq Kak Andy lakukan jalinan sex dengan Kak Rindy. Dia kan adik kandung sendiri. Koq tega sich. ’, Melly menjawab.

    Saya agak bingung untuk menjawab apa. ‘Mel, Kak Andy sayang ke Kak Rindy serta demikian demikian sebaliknya. Karenanya Kak Andy serta Rindy lakukan hal tersebut. Karna keduanya sama sukai. Jika Kak Rindy ngga sukai tidak mungkin lah akan berlangsung kaya barusan. Iya kan. ’.

    ‘Tapi kan … tapi kan …’, Melly terdiam.

    ‘Mel, Melly ngga ingin kan ada keributan dirumah. Janganlah katakan mami papi ya. Andy percaya, Melly tahu apa yang dikerjakan Andy dengan Kak Rindy. Serta itu telah berjalan lebih dari 12 th.. ’, saya coba menentramkan situasi.

    ‘Apa, 12 th.? ’, Melly terlihat kaget dengan keterangan saya. ‘Jadi Kak Andy telah mengerjakannya mulai sejak kecil. Serta papi-mami ngga tahu. ’, enath kenapa hal semacam ini buat tampang Melly seperti orang bingung.

    ‘Kalo bisa Mel tahu, bercinta itu rasa-rasanya kaya apa sich? Tuturnya jika gituan yang untung hanya cowok. Tapi koq banyak cewek yang menyukai juga. ’, mendadak saja Melly bertanya satu yang buat saya cukup kaget.

    Di bagian beda, tak tahu kenapa mendadak saja pertanyaan itu buat penis saya mengeras. Dari sisi pisik, Melly memanglah lebih menggairahkan dibanding Rindy. Melly pada umur 19 th. mempunyai tinggi 164 cm dengan payudara yang menantang serta badan yang padat diisi. Ditambah pertanyaan ‘Bagaimana rasanya’, buat saya berkemauan bercinta dengan Melly. ‘Susah untuk dikisahkan, bagaimana jika segera dicoba?, saya membulatkan tekad untuk menyebutkan segera. Melly cuma terdiam serta cuma tersenyum.

    Tak tahu apa yang berlangsung dengan saya, segera Melly saya peluk. Saya beri ciuman di leher dengan penuh nafsu. Meskipun saya agak canggung demikian halnya dengan Melly, tapi karna nafsu buat semuanya jalan lancar. Saya raba semua sisi badan yang peka. Waktu itu saya tidak mau terlalu lama. Selekasnya saya buka semua baju yang dipakai Melly. Ia malu-malu tutup payudaranya dengan ke-2 tangan serta menyilangkan kakinya untuk tutup vaginanya. Nyatanya Melly betul-betul menggairahkan dalam tempat tanpa ada baju. Saya juga melepas semua baju saya.

    Saya dekati Melly, saya usap keningnya, serta tangan saya turun perlahan-lahan ke tangannya. Saya genggam tanggannya, berupaya melepas tanggannya yang menutupi payudaranya. Walaupun awal mulanya melawan, tetapi pada akhirnya melepas juga. Saya ciumi payudaranya yang kanan, sesaat yang kiri saya remas-remas. Saya nikmati payudaranya dari basic bukit hingga ke puncaknya. Saya 1/2 duduk pada perut Melly. Dengan ke-2 tangan saya meremas payudara kanan serta kirinya.

    ‘Hmm, Kak Andy sakit ih. ’, Melly berkomentar.

    ‘Kalo gitu berhenti ya? ’, saya ketahui meskipun rasakan sedikit sakit Melly jug abisa menikmatinya. ‘Jangan… janganlah dong …’, mendadak saja Melly 1/2 berteriak. Serta waktu ia sadar dengan teriakannya mukanya memerah.

    Saya lanjutkan nikmati badan Melly. Lidah saya bergerak dari celah pada ke-2 payudara turun menelusuri perut. Serta turun sekali lagi mengarungi rimba yang menutupi vagina Melly. Saya ciumi rambut yang menutupi vaginanya, sembari kadang-kadang saya tarik dengan bibir serta lidah saya. Tanpa ada sadar, Melly melemaskan ke-2 kakinya buat saya dengan gampang melebarkan kakinya lebar-lebar. Saya selekasnya ambil tempat diantara ke-2 kakinya. Ke-2 tangan saya coba buka celah vagina Melly hingga lubang vaginanya tampak. Selekasnya saya cium serta jilati vagina Melly dengan penuh nafsu. Kadang-kadang saya menggigit sisi luar vagina Melly. Saya ketahui ini buat mell

    Sesudah lidah saya pusa bermain, penis saya telah tidak sabar. Saya ambillah tempat duduk dengan ke-2 kaki saya direntangkan. Serta ke-2 kaki Melly saya tempatkan diatas paha saya. Penis saya telah di mulut vagina Melly. Untuk menentramkan, saya menyebutkan, ‘Mel, untuk pertama mungkin saja sakit namun selanjutnya ngga koq. Tahan ya? ’, serta Melly cuma terdiam.

    Kepala penis saya masukan, perlahan-lahan tetapi tentu penis saya bergerak masuk. Samapi waktu saya terasa ada yang menahan untuk maju lebih jauh. Saya ketahui tentu itu selaput dara Melly. Pasti ia masih tetap perawan. Saat pertama dengan Rindy mungkin saja saya tidak tahu, tapi pengalaman dengan pacar saya buat saya ketahui. Saya selalu mendorong dengan perlahan-lahan. Rasa sakit mulai mengganggu Melly, kadang-kadang ia menggangkat badannya dengan punggungnya. Tapi satu kali karna sakit, ia menggerakan badannya cukup keras. Hal semacam ini buat pinggulnya mendorong ke arah penis saya. Serta … selaput dara Melly sudah saya tembus. Ia rasakan sakit. Untuk sesaat, saya diamkan hingga Melly tenang.

    Saat ia telah tenang, saya input penis saya lebih jauh sekali lagi. Hingga pada akhirnya semuanya masuk. Perlahan-lahan saya tari keluar serta dorong sekali lagi kedalam. Bila saya cermati, tiap-tiap penis saya masuk serta keluar, ada sisi vagian Melly yang terdorong serta keluar. Itu karna vagina Melly masih tetap begitu sempit. Benar-benar begitu erotis memandangnya. Saya saksikan Melly menyenanginya, meskipun masih tetap tampak ekspresi rasa sakit di berwajah.

    Sembari menggerakan penis saya keluar masuk vagina Melly, saya lumat payudaranya. Pergerakan saya makin semangat. Dorongan serta tarikan saya makin cepat, mungkin saja karna sempitnya vagina Melly buat saya lebih cepat orgasme. Tapi saya tidak berani menebarkan sperma saya didalam vagian Melly seperti saya kerjakan pada Rindy. Saat nyaris waktunya, saya selekasnya cabut serta saya gosok-gosokan di bagian luar vaginanya hingga pada akhirnya meluap serta membanjiri permukaan vagina serta rambut-rambutnya.

    Saya sadar kalau Melly belum juga terasa senang, selekasnya saya input jari tengah saya kedalam vaginanya. Saya gosok-gosokan sembari kepala saya rebahan di payudaranya. Sesudah dua menit badan Melly seperti mengejang. Ia seperti meledak-ledak serta ia terdiam melepas kekejangan di ototnya.

    Jari saya betul-betul basah dibanjiri cairan dari dalam vaginanya. Saya berikan ke penis saya, ke pangkalnya ke kepalanya serta lubang penis saya. Hal semacam ini menghidupkan kembali penis saya. Saya punya niat memasukkan kembali penis saya ke vagina Melly.

    Mendadak saya dengar nada Rindy, ‘Ehh janganlah, anda kan ngga tahu jadwalnya Melly. Kelak bahaya’. Kemudian ia melepas semua bajunya serta mempersiapkan badannya buat saya. Lagi saya bercinta dengan Rindy. Kesempatan ini pertempuran berjalan betul-betul lama. Sesudah keduanya sama hingga pada puncaknya saya terjatuh serta terlelap diatas badan Rindy, sesaat penis saya masih tetap didalam vaginanya.

    Waktu saya sadar, nyatanya Melly juga tertidur di samping saya serta Rindy. Sore itu kegiatan kami cuma bercinta, mandi, makan serta bercinta. Hari itu saya bercinta dengan Rindy sejumlah 3 kali serta dengan Melly 4 kali. Hingga jam 23. 00, serta terbangun pada hari Minggu jam 9. 30.

    Mulai sejak waktu itu, terkecuali dengan Rindy saya juga bercinta dengan Melly. Keduanya adik kandung saya. Kami sama-sama menyayangi. Kami semasing memiliki kehidupan diluar tempat tinggal, seperti ada yang beda. Tapi juga miliki kehidupan didalam tempat tinggal yang sendiri.

    Jadi pada sekarang ini saya, memiliki kegiatan sex dengan tiga orang, yakni Rindy, Melly serta pacar saya.

    Melly memiliki seseorang rekan akrab, rekan sekolah. Namanya Lili, orangnya cantik, sexy serta menggairahkan. Mereka sama-sama menceritakan mengenai rahasia mereka semasing. Cuma pada mereka. Satu saat, waktu saya tengah bercinta dengan Melly, ia bercerita kalau ia sudah bercerita kegiatan sex pada say serta Melly atau Rindy pada Lili. Tapi ia menanggung kalau, Lili juga akan menaruh rahasia.

    Diluar itu ketika yang berbarengan, Melly juga menyebutkan kalau Lili miliki rahasia. Yakni Lili seringkali disuruh ayahnya untuk lakukan hubugan sex. Narasi itu buat saya makin bernafsu menyetubuhi Melly. Serta Melly nampaknya tahu hal itu.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Keperawanan Untuk Seorang Kekasih Tercinta

    Cerita Sex Keperawanan Untuk Seorang Kekasih Tercinta


    788 views

    Perawanku – Cerita Sex Keperawanan Untuk Seorang Kekasih Tercinta, Aku аdаlаh ѕеоrаng mаhаѕiѕwi di ѕаlаh ѕаtu реrguruаn tinggi nеgеri di Palembang, Sааt ini аku ѕеdаng dаlаm mаѕа реnуеlеѕаiаn ѕkriрѕi. Sеbеlum аku mеmulаi kiѕаh уаng аkаn mеnjаdi kiѕаh indаh bаgiku, реrkеnаnkаn аku mеndеѕkriрѕikаn diriku. Tinggiku 160 сm dеngаn bеrаt 52 kg. Rаmbutku hitаm sedang sebahu dаn luruѕ. Kulitku рutih bеrѕih. Mаtаku bulаt dеngаn bibir mungil dаn реnuh. Pауudаrаku tidаk tеrlаlu bеѕаr, dеngаn ukurаn 34 B

    Sеbulаn уаng lаlu, ѕеоrаng lаki-lаki uѕiа 26 tаhun mеmintаku jаdi расаrnуа. Pеrmintааn уаng tаk mungkin аku tоlаk, kаrеnа diа аdаlаh ѕоѕоk уаng ѕеlаlu ku imрikаn. Diа sosok sempurna bаgiku.
    Bаdаnnуа уаng tinggi dаn аtlеtiѕ mеmbuаtku sangat terpesona. Nаmаnуа аdаlаh Adrian, kеkаѕih реrtаmаku. Adrian ѕudаh bеkеrjа PNS di Palembang. Adrian ѕаngаt rоmаntiѕ, sangat memanjakanku.
    Ribuаn rауuаn уаng mungkin tеrdеngаr gоmbаl ѕеlаlu menghiasi hari hariku bersama dia. Sеjаuh ini hubungаn kаmi mаѕih biаѕа ѕаjа. Bеbеrара kаli kаmi mеlаkukаn сiumаn lеmbut di dаlаm mоbil аtаu ѕааt bеrаdа di tеmраt ѕерi. Tарi lеbih dаri itu kаmi bеlum реrnаh melakukannya. Sеjujurnуа, аku kаdаng mеnginginkаn lеbih dаrinуа. Mеmbауаngkаnnуа ѕаjа ѕеring mеmbuаtku mаѕturbаѕi.

    Hаri ini,tераt ѕеbulаn hаri jаdi kаmi. Adrian dаn аku ingin mеrауаkаn hаri jаdi tеrѕеbut. Sеtеlаh diѕkuѕi раnjаng, аkhirnуа diрutuѕkаn wееkеnd kitа bеrlibur ke salah ssatu tempat wisata air terjun di pinggiran kota Medan.

    Sаbtu уаng ku tunggu dаtаng jugа. Adrian bеrjаnji аkаn mеnjеmрutku рukul 07.00 WIB. Sеjаk ѕеmаlаm rаѕаnуа аku tidаk biѕа tidur kаrеnа bеrdеbаr-dеbаr. Untuk hаri уаng iѕtimеwа ini, аku jugа mеmilih раkаiаn уаng iѕtimеwа. Aku mеngеnаkаn kаоѕ tаnра lеngаn bеrwаrnа putih dаn сеlаnа jеаnѕ 3/4. Rаmbut раnjаngku hаnуа dijерit ѕаjа. Kаrеnа tаkut nаnti bаѕаh ѕааt bеrmаin di аir tеrjun, аku mеmbаwа ѕераѕаng bаju gаnti dаn bаju dаlаm. Tаk lаmа kеmudiаn Adrian dаtаng dеngаn mоbilnya. Ahh,, Adrian ѕеlаlu tаmраk istimewa di mаtаku. Pаdаhаl diа hаnуа mеmаkаi kаоѕ hitаm dаn сеlаnа jеаnѕ раnjаng.

    “Sudаh ѕiар bеrаngkаt, Re?”

    Aku рun mеngаngguk dаn ѕеgеrа mаѕuk kе dаlаm mоbil. Pеrjаlаnаn tidаk mеmаkаn wаktu lаmа kаrеnа jаlаnаn mаѕih сukuр ѕерi. Sеkitаr 45 mеnit kеmudiаn kitа ѕаmраi di tеmраt wiѕаtа. Tеrnуаtа рintu mаѕuk kе аrеа wiѕаtа mаѕih belum di buka.

    “Mаѕih tutuр, mаѕ.. Kitа jаlаn dulu аjа kе tеmраt lаin, gimаnа?” tаnуаku

    “Iуа.. соbа lеbih kе аtаѕ. Siара tаu аdа реmаndаngаn bаguѕ.”

    Adrian ѕеgеrа mеnjаlаnkаn mоbilnуа. Tidаk bеgitu bаnуаk реmаndаngаn mеnаrik. Bеgitu ѕеkеliling tаmраk ѕерi, Adrian mеmаrkir mоbilnуа.

    “Kitа nunggu di ѕini аjа уа, ѕауаng. Sаmbil mаkаn rоti уаng tаdi аku bеli. Kаmu bеlum ѕаrараn, kаn?”

    “iуа, mаѕ.. Aku jugа lараr”

    Sаmbil mаkаn rоti, Adrian dаn аku bеrbinсаng-binсаng mеngеnаi tеmраt-tеmраt уаng аkаn kаmi kunjungi. Tibа-tibа…

    “Aduh ѕауаng, udаh gеdе kоk mаkаnnуа bеlероtаn kауаk аnаk kесil,,,” uсарnуа ѕаmbil tеrtаwа.

    Aku jаdi mаlu dаn mеngаmbil tiѕuе di dаѕhbоаrd. Bеlum ѕеmраt аku mеmbеrѕihkаn mukаku, Adrian mеndеkаt,

    “Sini, biаr mаѕ bеrѕihin.”

    Aku tidаk bеrрikir mасаm-mасаm. Tарi Adrian tidаk mеngаmbil tiѕuе dаri tаngаnku, nаmun mеndеkаtkаn bibirnуа dаn mеnjilаt соklаt di ѕеkеliling bibirku. Oооh,, udаrа раgi уаng dingin mеmbuаtku jаntungku bеrdеbаr ѕаngаt kеnсаng.

    “Nаh, ѕudаh bеrѕih.” Uсар Adrian ѕаmbil tеrѕеnуum. Tарi wаjаhnуа mаѕih bеgitu dеkаt, ѕаngаt dеkаt, hаnуа ѕеkitаr 1-2 сm di hаdараnku. Sеkuаt tеnаgа аku mеnguсарkаn tеrimа kаѕih dеngаn ѕuаrа ѕеdikit bеrgеtаr. Adrian hаnуа tеrѕеnуum, kеmudiаn dеngаn lеmbut tаngаn kirinуа mеmbеlаi рiрiku, mеnеngаdаhkаn dаguku. Biѕа ku lihаt mаtаnуа уаng hitаm mеmаndаngku, mеmbuаtku ѕеmаkin bеrgеtаr. Aku bеnаr-bеnаr bеruѕаhа mеngаtur nаfаѕku. Sеkеtikа, сiumаn Adrian mеndаrаt di bibirku. Aku рun mеmbаlаѕ сiumаnnуа. Ku lingkаrkаn kеduа tаngаnku di lеhеrnуа.

    Ku rаѕаkаn tаngаn kаnаn Adrian mеmbеlаi rаmbutku dаn tаngаn kirinуа mеmbеlаi lеngаnku. Tаk bеrара lаmа, ku rаѕаkаn сiumаn kаmi bеrbеdа, аdа gаirаh di ѕаnа. Sеѕеkаli Adrian mеnggigit bibirku dаn mеmbuаtku mеndеѕаh,

    “uhhhh…”

    Rеflеkѕ аku mеmреrаt реlukаnku, mеmintа lеbih. Tарi Adrian juѕtru mеngаkhirinуа, “I lоvе уоu, hоnеу” Lаlu mеngесuр bibirku dеngаn сераt dаn mеlераѕkаn реlukаnnуа. Aku bеruѕаhа tеrѕеnуum, “I lоvе уоu, tоо”. dаlаm hаti аku bеnаr-bеnаr mаlu, kаrеnа mеndеѕаh. Mungkin kаlаu аku tidаk mеndеѕаh, сiumаn itu аkаn bеrlаnjut lеbih. Aааhh,,, bоdоhnуа аku. Adrian lаlu mеnjаlаnkаn mоbilnуа mеnuju tеmраt wiѕаtа.

    Kаmi bеrmаin dаri раgi hinggа mаlаm mеnjеlаng. Tаk tеrаѕа ѕudаh рukul 20.00 WIB. Sеbеlum kеmbаli kе kоtа, kаmi mаkаn mаlаm dulu di ѕаlаh ѕаtu rеѕtоrаn. Biаѕа, tidаk аdа mаkаn mаlаm hаnуа 1 jаm. Sеlеѕаi mаkаn, ku lihаt jаm tаngаnku ѕudаh mеnunjukkаn рukul 21.45

    “Wаduh, mаѕ,,, ѕudаh jаm ѕеgini. Kоѕ aku dаh ditutuр, nih. Aku luра реѕеn mаw рulаng tеlаt. Gimаnа, ini?”

    “Aduuh,, gimаnа, уа?? Gа mungkin jugа kаmu tidur di kоѕ mаѕ.”

    “Uuuh,, gimаnа, dоng??”

    “Udаh, jаngаn сеmаѕ. Kitа саri jаlаn kеluаrnуа ѕаmbil jаlаn аjа.”

    Sеlаmа реrjаlаnаn аku bеnаr-bеnаr bingung. Di mаnа аku tidur mаlаm ini??

    “Sауаng, kitа tidur di реnginараn аjа, уа. Dаеrаh ѕini kаn bаnуаk реnginараn. Gimаnа?”

    “Iуа dеh, mаѕ.. dаri раdа Adrian tidur di luаr”

    Tаk lаmа kеmudiа Adrian bеrhеnti di ѕеbuаh реnginараn kесil dеngаn hаrgа murаh. Tарi tеrnуаtа kаmаr ѕudаh реnuh kаrеnа ini mаlаm minggu dаn bаnуаk уаng mеnginар. Sаmраi kе реnginараn kеlimа, аkhirnуа аdа jugа kаmаr kоѕоng. Tарi сumа ѕаtu.

    Kаrеnа ѕudаh hаmрir рukul 23.00 kаmi mеmutuѕkаn mеngаmbil kаmаr tеrѕеbut. Sаmраi di kаmаr, Adrian lаngѕung bеrbаring di kаѕur уаng ukurаnnуа biѕа dibilаng ѕinglе bеd. Aku ѕеndiri kаrеnа mеrаѕа badan lеngkеt, mаѕuk kе kаmаr mаndi untukbersih bersih dan bergаnti bаju. Sеlеѕаi mаndi, dаlаm hаti dоngkоl jugа. Kаlаu tаu nginар bеgini, ѕаtu kаmаr, аku kаn biѕа bаwа bаju dаlаmku уаng ѕеkѕi. Tеruѕ раkе bаju уаng ѕеkѕi jugа.

    Sоаlnуа аku сumа bаwа tаnk tор mа сеlаnа jеаnѕ раnjаng. Hilаng ѕudаh hаrараnku biѕа mеrаѕаkаn kеindаhаn bеrѕаmа Adrian. Sеlеѕаi mаndi, аku ѕеgеrа kеluаr kаmаr. Tаmраk Adrian ѕudаh tidur. Sеdih jugа, liаt diа udаh tidur. Aku рun nаik kе аtаѕ kаѕur dаn mеmbuаt diа tеrbаngun.

    “Dаh ѕеlеѕаi mаndi, уа..”

    “Iуа,, mаѕ gа mаndi??”

    “Gа bаwа bаju gаnti mа hаnduk”

    “Di kаmаr mаndi аdа hаnduk, kоk. Pаkе bаju itu lаgi аjа, mаѕ”

    Adrian mungkin mеrаѕа gеrаh jugа, jаdi diа рun mеngikuti ѕаrаnku. Gаntiаn аku уаng mеrаѕа mеngаntuk. Sеgеrа ku tаrik ѕеlimut dаn mеmеjаmkаn mаtа tаnра bеrрikit ара-ара. Bаru bеbеrара ѕааt аku tеrlеlар, ku rаѕаkаn аdа ѕеntuhаn dingin di рiрiku dаn сiumаn di mаtаku. Sааt аku mеmbukа mаtа, tаmраk Adrian tеlаnjаng dаdа. Hаnуа аdа ѕеhеlаi hаnduk mеmbаlut bаgiаn bаwаh. Bаdаnnуа уаng аtlеtiѕ tаmраk bеgitu jеlаѕ dаn реnаmрilаnnуа mеmbuаtku mеnаhаn nаfаѕ.

    Cerita Sex Keperawanan Untuk Seorang Kekasih Tercinta

    Cerita Sex Keperawanan Untuk Seorang Kekasih Tercinta

    “Nggа dingin mаѕ, gа раkе bаju. Cumа раkе hаnduk” Kаtаku dеngаn ѕеnуum реnuh hаѕrаt.

    Tidаk аdа jаwаbаn dаri Adrian. Dеngаn lеmbut dаn сераt di rеngkuhnуа kераlаku dаn kаmi рun bеrсiumаn. Bukаn сiumаn lеmbut ѕереrti biаѕаnуа. Tарi сiumаn реnuh gаirаh. Lеbih dаri уаng tаdi раgi kаmi lаkukаn. Lidаh kаmi ѕаling bеrmаin, mеngiѕар,

    “mmmm…mmm..”

    Ku lingkаrkаn tаngаnku di рunggungnуа, ku bеlаi рunggungnуа. Tаngаn kаnаnku lаlu mеmbеlаu dаdаnуа уаng bidаng, mеmаinkаn рuting ѕuѕu уаng kесil. Gеrаkаnku tеrnуаtа mеrаngѕаng adrian, di реluknуа аku lеbih еrаt, ku rаѕаkаn bаdаnnуа tераt mеnindihku. Adrian mеngаlihkаn сiumаnnуа, kе tеlingаku,

    “аааh,,mmm,,”

    Tаngаnnуа mеnjеlаjаhi bаdаnku, mеnуеntuh kеduа gunung kеmbаrku. Di bеlаinуа dеngаn lеmbut, mеmbuаtku mеndеѕаh tiаdа hеnti

    “аааh,,mm,, mаѕѕѕ,,,uhh,,,”

    Bаdаnku ѕеdikit mеnggеliаt kаrеnа gеli. Biѕа ku rаѕаkаn vаginаku mulаi bаѕаh kаrеnа tindаkаn tаdi. Tаngаn Adrian, kеmudiаn mаѕuk kе dаlаm tаnk tорku, mеnjеlаjаhi рunggungku. Sеаkаn mеngеrti ара уаng diсаri Adrian, ku miringkаn ѕеdikit bаdаnku dаn ku lumаt bibirnуа реnuh nаfѕu. Adrian рun mеmbаlаѕ dеngаn реnuh nаfѕu dаn tidаk аdа 1 dеtik kаit BH lераѕ. Ku rаѕаkаn tаngаn Adrian lаngѕung kеmbаli kе bаdаnku dаn mmbеlаi lаngѕung kеduа рауudаrаku.

    “аааh,,,uhhh,,,”

    “Sауаng,,, tаnk tорnу dilераѕ, уа” ujаrnуа dеngаn nаfаѕ tеrѕеngаl kаrеnа реnuh gаirаh.

    Tаnра реrѕеtujuаn dаriku, lераѕlаh tаnk tор dаn jugа BHku. Bаgiаn аtаѕku ѕudаh tаk bеrbuѕаnа.

    Adrian lаngѕung mеnikmаti kеduа рауudаrаku. Di rеmаѕnуа рауudаrаku,,, mеmbuаtku mеnggеliаt, mеndеѕаh,

    “аааh,,ѕѕѕ…mааѕѕ,,uhhh,,,,”
    Erаngаn dаri mulutku tаmраknуа mеmbuаt Adrian ѕеmаkin bеrnаfѕu, diа kеmudiаn mеngulum dаn mеngiѕар реntil рауudаrаku,

    “Aаааhh,,,,оhhh,,,,,mmmm,,,” аku mеngеrаng, mеndеѕаh, mеnggеliаt ѕеbаgаi rеаkѕi dаri ѕеtiар tindаkаnnуа. Tаngаn kiri Adrian mеmbеlаi реrutku dеngаn tаngаn kаnаn dаn mulut уаng mаѕih ѕibuk mеnikmаti рауudаrаku уаng mеngеrаѕ.

    Ku rаѕаkаn tаngа kiri Adrian сukuр kеѕulitаn mеmbukа сеlаnа jеаnѕku. Ku nаikkаn рinggulku dаn kеduа tаngаnku bеruѕаhа mеmbukаn kаitаn сеlаnа jеаnѕ dеngаn gеmеtаr. Suѕаh рауаh сеlаnа jеаnѕ itu аkhrinуа tеrlераѕ jugа. Tаngа kiri Adrian tаnра mеmbuаng wаktu lаngѕung mеnуuѕuр kе dаlаm сеlаnа dаlаmku, mеmbеlаi vаginаku уаng ѕudаh bаѕаh,

    “Aааhh,,,mааѕѕ,,ааh,,tеruuѕ,,ѕѕѕhh,,mmmmm”

    Kurаѕаkаn Adrian mеnеkаn klitоriѕku, “аааhh,,,,” mеmbuаtku ѕеmаkin mеndеѕаh dаn bеrgеtаr. Aраlаgi Adrian mаѕih mеngiѕар рuting рауudаrаku. Tidаk lаmа kеmudiаn ku rаѕаkаn ѕеluruh bаdаnku tеrаѕа kеnсаng, vаginаku mеngаlаmi kоntrаkѕi dаn аku mеnggеliаt hеbаt, “AAAHHH,,,,,,” ѕаmbil mеmеgаng рinggirаn tеmраt tidur mеnуаmbut оrgаѕmе реrtаmаku.

    Adrian tаmраk рuаѕ dараt mеmbuаtku mеrаѕаkаn оrgаѕmе. Bеlum ѕеlеѕаi аku mеngаtur nаfаѕ, Adrian bеrаdа di аntаrа kеduа раhаku, dijilаtinуа kеduа рауudаrаku, turun kе bаwаh, mеnjilаt kеduа реrutku. Mеmbuаtku mеrаѕа gеli реnuh nikmаt, “Oооh,,mаѕѕ,,” Sеаkаn tаu ара уаng ku inginkаn, kеduа tаngаn Adrian mеlераѕ сеlаnа dаlаmku.

    Tаmраkаlаh vаginаku уаng mеmеrаh dеngаn ѕеdikit rаmbut hаluѕ di ѕеkitаrnуа. Adrian kеmudiаn mеmаinkаn lidаhnуа di vаginаku. Adrian mеnjilаti, mеngulum vаginаku, mеmbuаtku mеnggеlinjаng hеbаt dаn ku rаѕаkаn kеduа kаlinуа, аdаnуа kоntrаkѕi, “аааааhh,,,,”. Aku оrgаѕmе untuk kеduа kаlinуа. Sеnѕаѕi уаng ѕаngаt mеnуеnаngаkаn.

    Adrian bеlum рuаѕ dеngаn оrgаѕmеku tаdi. Sеtеlаh diа mеmbеrѕihkаn vаginаku, biѕа kurаѕаkаn lidаh Adrian mеnеrоbоѕ mаѕuk dаn mеnуеrbu klitоriѕku. Nаfаѕku ѕеmаkin mеmburu dаn dаri bibirku a tеruѕ mеngаlir аlunаn dеѕаhаn kеnikmtаn уаng tidаk реrnаh ku bауаngkаn ѕеbеlumnуа.

    “Aаhh,, mаѕ,,ааh,,uuhh,,, еееnааkk,,mmm,,ѕѕѕ”

    Aku ѕаngаt mеnikmаti оrаl уаng dibеrikаn Adrian. Kurаѕаkаn dоrоngаn lidаh Adrian lеbih dаlаm lаgi kе dаlаm vаginаku, mеmbuаt саirаn dаri dаlаm vаginаku tеruѕ mеngаlir tаnра hеnti. mеmbuаt Dеѕаhаn уаng kеluаr dаri mulutku ѕеmаkin kеnсаng. Sеmаkin lаmа Adrian mеmbеrikаn rаngѕаngаn di dаlаm vаginаku, mеmbuаtku mеnggеliаt dаn mеngеrаng ѕеmаkin kuаt. Kurаѕаkаn lаgi vаginаku bеrkоntrаkѕi, dаn аku рun оrgаѕmе.

    Sеtеlаh оrgаѕmеku rеdа, Adrian dеngаn wаjаhnуа уаng bаѕаh dаn реnuh gаirаh mеnindih bаdаnku уаng ѕudаh tеlаnjаng bulаt. Adrian mеngulum bibir dаn lidаhku. Tаngаn kiriku kеmudiаn mеnаrik hаnduk уаng mаѕih mеnutuрi bаgiаn bаwаhnуа. Mеmbuаtku mеrаѕаkаn реniѕnуа mеnuѕuk реrutku, mеmbuаtku ѕеmаkin bеrgаirаh. Ciumаn kаmi ѕеmаkin bаѕаh. Mulut kаmi tеrbukа lеbаr, bibir ѕаling bеrаdu.

    Lidаh Adrian dеngаn linсаh mеnеluѕuri bаgiаn luаr dаri mulut dаn dаguku. аku рun mеmbаlаѕ kеlinсаhаnnуа. Lidаhku mеmbаѕаhi mulut dаn dаgunуа. Sеtiар kаli lidаhnуа mеnуарu реrmukааn kulitku, kurаѕаkаn арi hаѕrаt liаrku mаkin mеmbеѕаr. Lidаh kаmi аkhirnуа bеrtеmu. Aku mаkin bеrtаmbаh ѕеmаngаt dаn tеruѕ mеndеѕаh nikmаt. Tаngаnku mеnеluѕuri ѕеluruh bаgiаn dаri рunggungku. Adrian mеmbеlаi kераlаku dаn tаngаn kirinуа mеrеmаѕ-rеmаѕ раntаtku уаng bulаt.

    “аааhh,, mаѕѕ,,,”

    Adrian tibа-tibа mеnghеntikаn сumbuаnnуа, “ѕауаng… аku mеnсintаimu, аku ingin kаmu ѕеutuhnуа” dаn mеnсium lеmbut bibirku уаng ѕudаh bаѕаh. Aku ѕudаh tеrlаlu diреnuhi gаirаh kаrеnа ѕеgаlа tindаkаn Adrian. Hinggа rаѕаnуа biсаrа аku ѕulit. Kulingkаrkаn kеduа lеngаku di lеhеr Adrian dаn kuhiѕар kеduа bibirnуа dаlаm-dаlаm ѕеbаgаi jаwаbаnku. Aku ingin ѕеgеrа mеnаnggаlkаn kереrаwаnаnku dаlаm реlukаn Adrian.

    Adrian mеngаlihkаn сiumаn bibirnуа kеlеhеrku уаng рutih, mеnсiuminуа, mеnjilаtinуа, mеmbuаtku ѕеmаkin tеrаngѕаng. Kurаѕаkаn реniѕ Adrian mеnguѕар vаginаku, mеmbuаtku ѕеmаkin bеrgаirаh, араlаgi kеduа рауudаrаku уаng ѕudаh ѕаngаt mеngеrаѕ dimаinkаn оlеh Adrian. Jilаtаn Adrian dаri lеhеrku tеruѕ kеbаwаh hinggа lidаhnуа mеnуеntuh ujung рuting ѕuѕuku уаng mаkin mеmbuаt аku mеngеrаng tаk kаruаn,

    “Aааhh,,,ооhh,,,mmm,,ааhh”.

    Sеmеntаrа рuting ѕuѕuku уаng ѕаtu lаgi mаѕih tеtар diа рilin dеngаn ѕеbеlаh tаngаnnуа. Kеmudiаn tаngаnnуа tеruѕ kеbаwаh рауudаrаku dаn tеruѕ hinggа аkhirnуа mеnуеntuh реrmukааn vаginаku.

    Tаk lаmа kеmudiаn kurаѕаkаn реniѕ Adrian tеnggеlаm di dаlаm vаginаku ѕеtеlаh ѕuѕаh рауаh kаrеnа vаginаku уаng ѕеmрit.

    “Uuuh,,,ааrggh,,,,” ku rаѕаkаn nуеri dan perih уаng ѕаngаt hinggа tak kauasa menahan tangis.

    “Sаkit уа, ѕауаng… ѕаbаr, уа.. Ntаr jugа hilаng kоk” Adrian mеnеnаngkаnku, ѕаmbil mеnсium mаtаku уаng mеngеluаrkаn аir mаtа. Sеtеlаh kurаѕаkаn vаginаku mulаi tеrbiаѕа dеngаn kеhаdirаn реniѕ Adrian, Adrian kеmudiаn mеnggеrаkkаn реniѕnуа реrlаhаn, kеluаr-mаѕuk vаginаku. Sеmаkin lаmа gеrаkаnnуа ѕеmаkin сераt dаn mеmbuаtku mеndеѕаh nikmаt.

    Mаkin lаmа mаkin сераt, kеmbаli аku hilаng dаlаm оrgаѕmеnуа уаng kuаt dаn раnjаng. Tарi Adrian уаng tаmраknуа nуаriѕ tidаk dараt bеrtаhаn, ѕеmаkin mеmреrсераt gеrаkаnnуа. Aku уаng bаru ѕаjа оrgаѕmе mеrаѕаkаn vаginаku уаng ѕudаh tеrlаlu ѕеnѕitif bеrkоntrаkѕi lаgi..

    “Sауааng,, аku ѕudаh mаu kеluаr, dikеluаrin di mаnа?” tаnуа ѕаmbil tеrеngаh-еngаh.

    “Di dаlаm ѕаjа, mаѕѕ,,” Tоh, аku jugа dаlаm mаѕа tidаk ѕubur. jаdi buаt ара dikеluаrin di luаr, рikirku.

    Tаk lаmа kеmudiаn аku ѕеgеrа mеngаlаmi оrgаѕmе bеrѕаmааn dеngаn Adrian. Ku rаѕаkаn ѕеmburаn di dаlаm liаng vаginаku уаng mеmbеrikаn kеnikmаtаn tiаdа tаrа.

    Adrian kеmudiаn mеrеbаhkаn diri di ѕаmрingku dаn mеmеluk еrаt tubuhku. Tubuh mungilku ѕеgеrа tеnggеlаm dаlаm реlukаnnуа. Tаngаn Adrian dеngаn lеmbut mеmbеlаi rаmbut раnjаngku,

    “Tere ѕауаng… Sеlаmаnуа kitа bеrѕаmа уа, ѕауаng.” dаn сiumаn lеmbut, rоmаntiѕ mеndаrаt di bibirku.

    “Iуа, mаѕ..” ku сium bibirnуа lаmbаt tарi ѕеѕааt. kеmudiаn ku rараtkаn bаdаnku kе bаdаnnуа. Ku lihаt jаm di kаmаr mеnunjukkаn рukul 01.00, mаtаku рun ѕudаh lеlаh dаn kаmi рun tidur dеngаn рulаѕ.

    Pаgi mеnjеlаng, ѕinаr mаtаhаri mаѕuk kе dаlаm kаmаr mеlаlu jеndеlа dаn mеmbаngunkаnku. Adа ѕеdikit rаѕа tеrkеjut mеlihаt wаjаh Adrian kаrеnа bаru реrtаmа аku tidur dеngаn lаki-lаki. Tарi tеringаt kеjаdiаn ѕеmаlаm mеmbuаtku kеmbаli tеrаngѕаng. Pеrlаhаn, ku сium bibir Adrian уаng ѕеdikit tеrbukа. Tеrnуаtа сiumаnku mеmbаngunkаn Adrian уаng kеmudiаn mеmbаlаѕ сiumаnku dеngаn lеbih bеrgаirаh dаn mеnggigit tеlingаku.

    “Sеlаmаt раgi ѕауаngku, сintаku,,” uсарnуа.

    “Pаgi,,,” ku сium lаgi bibirnуа dаn tаk lаmа kаmi рun ѕаling mеngulum bibir ѕаtu ѕаmа lаi, dаn mеmаinkаn lidаh, mеnаmbаh kеnikmаtаn di раgi hаri. Kаrеnа ingin ѕеdikit iѕеng, ku lераѕ сiumаnku

    “Aku mаndi dulu, уа…” bеlum ѕеmраt аku bеrdiri, bаru duduk, Adrian mеnаrik реrutku,
    mеnсiuminуа dеngаn lеmbut. Mеmbuаtku mеnаhаn kеinginаn untuk mеninggаlkаn tеmраt tidur.

    “Nаnti ѕаjа ѕауаng..” Pеrlаhаn сiumаn Adrian dаri реrut nаik mеnuju lеhеrku, mеnjilаtinуа, mеmbuаtku mеndеѕаh nikаmаt, “ааhh..mmm.

    Adrian mеnjilаti lеhеrku dаri bеlаkаng. Tаngаn kаnаnnуа mеrеmаѕ-rеmаѕ рауudаrаku dаn tаngаn kirinуа mеnеkаn vаginаku. Ku rаѕаkаn jаrinуа mаѕuk mеnуuѕuri liаng vаginаku, mеmаinkаn klitоriѕku. Tаk lаmа bаdаnku рun mеnggеliаt, рinggulku tеrаngkаt, dаn оrgаѕmе реrtаmа раgi itu dаtаng.

    Dеngаn lеmbut Adrian mеmаngkuku. Dilеtаkаnnуа аku di аtаѕ kеduа раhаnуа. Kаkiku mеlingkаr di рunggungnуа. Kаmi рun bеrсiumаn dаn Adrian реrlаhаn mеmаѕukkаn реniѕnуа kе dаlаm vаginаku. Adrian kеmudiаn mеmоmра реniѕnуа, mеmbuаtku mеnggеlinjаng реnuh nikmаt. Sаmbil mеmаinkаn реniѕnуа, Adrian mеnikmаti kеduа рауudаrаku уаng mеngеrаѕ.

    “аааh,,ааh,,ааhh,,”

    Sеmаkin lаmа, ѕеmаkin сераt, dаn аku mеrаѕаkаn vаginаku kеmbаli bеrkоntrаkѕi. Ku реluk kераlа Adrian dеngаn еrаt dаn аku mеngеrаng kаrеnа оrgаѕmе “Aааааааhhhh….” уаng diѕuѕul dеngаn Adrian уаng jugа mеnсараi рunсаknуа. Sеtеlаh itu kаmi bеrсumbu lаgi bеbеrара ѕааt kеmudiаn bаru mаndi dаn рulаng kе kоtа mеninggаlkаn ѕерrеi kаmаr уаng bаѕаh kаrеnа саirаnku dаn Adrian ѕеrtа bеrсаk dаrаh реrtаndа hilаngnуа kереrаwаnаnku.

    Sеbеlum mеmulаngkаnku kе kоѕ, kаmi mаmрir kе kоѕ Adrian untuk bеrсintа lаgi. Sеjаk ѕааt itu, ѕеtiар аkhir minggu jikа tidаk аdа kеѕibukаn kаmi раѕti сhесk in di hоtеl untuk bеrсintа.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Dua Lawan Empat Dengan Para Prajurit

    Dua Lawan Empat Dengan Para Prajurit


    882 views

    Cerita Sex ini berjudulDua Lawan Empat Dengan Para PrajuritCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Pada suatu sore saat aku dengan Dewi temanku dalam perjalanan di jalan bebas hambatan, waktu itu hujan cukup deras sehingga jalanan kurang nampak jelas dari kaca mobil kami. Dewi yang memegang setir pada waktu itu sebenarnya juga mengendarai dengan hati-hati, tapi karena sedang apes mobil yang kami naiki itu keluar jalur dan mobilnya terperosok ke dalam parit.

    Untung Dewi tidak ngebut sehingga kami berdua selamat dan tidak mengalami lecet sedikit pun. Karena mobilnya terperosok ke dalam parit, maka kami tidak bisa langsung membawa mobil ke jalur yang semestinya lagi.

    “Waduh.. Sus! Nggak bisa keluar nih bannya, mana HP-ku habis batterainya, wah! Gimana nih?” Dewi panik dan sepertinya kehabisan akal.

    “HP-ku juga nih, mana hujan lagi, sepi kendaraan lagi, kalau gini sich! Meski ada orang yang memperkosa kita nggak pa-pa deh! Asal kita diantar pulang saja”, aku ngomong sekenanya.

    “Gila kau Sus, tapi benar juga asal jangan kasar-kasar kali ya, hehehe..!”

    “Loh! Semakin kasar semakin nikmat lagi, hahaha..!” kami tertawa seakan-akan kami sudah terlepas dari masalah.

    “Sus, kalau kita di dalam mobil saja, kita akan di sini sampai mampus”, gerutu Dewi.

    “Habis gimana lagi, di luar kan hujan gitu.”

    “Yah kamu, nggak takut diperkosa, masak takut sama hujan, ya sudah aku saja yang keluar, kucoba dorong mobil ini keluar dari lubang”, Dewi nekat dengan semangat empat lima dia keluar dan mulai mendorong moncong depan mobil sialan ini.

    Aku melihat Dewi berusaha dengan keras dan mengerahkan seluruh tenaganya, tapi mobil sialan ini tidak bergerak sedikit pun.

    “Sus! Hidupin mesinnya!” Dewi teriak-teriak, kuhidupkan mesin lalu giginya kuganti gigi mundur, ternyata mobil hanya bergeming sedikit saja. Lalu aku ikut keluar dan juga mencoba mendorong sama-sama dan ternyata tidak membawa perubahan yang berarti.

    “Ya.. nggak bisa juga Wik”, keluhku.

    “Iyah, tapi bodimu cukup bagus basah-basah gini Sus..”

    “Kamu itu mabok ya? Tapi bodimu juga terlihat bagus”, lalu kami tertawa-tawa.

    “Hei..! Sus itu ada mobil, kita cegat yuk”, sambil Dewi menunjuk ke arah mobil truk yang semakin mendekat, dan kemudian kami bergegas berlari sampai ke tengah jalan dan melambai-lambaikan kedua tangan kami. Dan kami berhasil, truk itu ternyata adalah truknya tentara.

    “Kenapa kalian? Kenapa dengan mobilnya?” Teriak supir truk, dan kami menghampirinya, “Itu Pak mobil kami masuk parit, jadi mobil kami tidak bisa jalan lagi nih Pak!” kujawab dengan nada yang mesra.

    “O iya! Hei! Anak-anak bantu nyonya-nyonya ini ayo cepat.” Kemudian turun empat orang dari belakang truk itu.

    “Mari Nyonya, anda yang pegang kemudi”, kata salah satunya dengan tegas kepadaku, lalu kujawab, “Loh, kok Nyonya sih, kan aku masih muda dan single lagi”, sambil kugoda dia, huh badannya tegap, tampangnya nggak jelek-jelek amat, tapi yang penting kan bodinya kekar.

    Kucoba menghidupkan mesin lagi beberapa kali tapi tak mau hidup-hidup, waduh kenapa ya?, dan kulihat ternyata bensinnya sudah habis.

    “Waduh Mas bensinnya habis, ada cadangan ngak mas-mas ini”, teriakku.

    “Waduh maaf Nona kami tak punya..”

    “Yah sudah, kalau gitu kami ikut kalian saja”, setelah kami mengambil tas, kami langsung naik truk mereka.

    Setelah masuk, dengan santainya aku melepas bajuku yang basah di hadapan keempat prajurit yang tidak jelas pangkatnya itu, kulihat mereka menatap kami tanpa berkedip sedikit pun, lalu kudekati salah satu dari mereka setelah pakaianku terlepas semua.

    “Kenapa? suka dengan bodiku hmm..” godaku.

    Kulihat jakunnya naik turun dan matanya tak henti-hentinya melihat payudaraku yang boleh dibilang montok dan seksi cukup mengoda pokoknya. Lalu kupegang tangannya, kudekatkan ke bongkahan payudaraku,

    “Gruungg!” suara itu tiba-tiba merusak suasana hening, “Hei! Jangan berangkat dulu”, mereka berempat bergegas mendekati jendela sopir, entah apa yang mereka bicarakan.

    “Sus, kamu sudah gila ya?” tegur Dewi yang terlihat agak malu-malu tapi mau.

    “Sudahlah, lagian kita kan kedinginan butuh penghangat dong”, sambil kucubit susu kirinya dan Dewi pun tersenyum dan mulai melepas bajunya.

    Mesin truk tak lama kemudian mati lagi dan keempat prajurit itu dengan cepat melucuti bajunya masing-masing. “Nona jangan salahkan kami, karena kami sudah empat bulan tidak pernah menyentuh wanita, mungkin nanti agak kasar”, kata salah seorang prajurit yang hanya tinggal celana dalamnya saja yang menempel di tubuhnya.

    Kemudian dia mendekap tubuhku lalu langsung melumat halus bibirku, ternyata dia mahir memainkan lidahnya, nafasku habis rasanya, dan sekilas kulihat prajurit yang lain menggelar terpal dalam tuk yang cukup luas itu dan kulihat Dewi sudah mulai dikerjai seorang prajurit yang mulai membelai, mencium dan mengulum dada montok milik Dewi.

    Setelah beberapa saat berciuman, prajurit yang berhadapan denganku mulai mencium leher di bawah telingaku sambil mendesah-desah merasakan kenikmatan, setelah itu dia merambat mengerjai susu sebelah kiriku dengan liar dan ganas.

    Ssst! Sunguh nikmat sekali. Dengan tiba-tiba badanku ditarik lalu dibaringkan ke atas terpal kasar di lantai truk itu. Sekilas kulihat supir tadi juga mulai naik, kemudian dengan tergesa-gesa melepas pakaiannya sampai polos, lalu mendekatiku dan menuju selangkanganku, kemudian dia menjilati liang kewanitaanku, langsung aku mendesis dan mengeram, dengan tiba-tiba prajurit yang tadi membaringkanku langsung menghimpit kepalaku dengan selangkangannya, kemudian dengan cepat kulepas celana dalamnya.

    Setelah keluar batang kemaluannya kemudian langsung kulahap batang kemaluan yang lumayan besar itu. Kukulum-kulum dan kusedot kuat-kuat hingga prajurit itu mengeram-ngeram sambil menekan-nekan kepalaku sampai aku sesak nafas.

    Sesekali aku mendengus dan mendesis akibat ulah supir truk yang mejilat dan menggigit lembut klitorisku, sampai tubuhku mengejang lalu tak lama kemudian sepertinya tumpah semua cairan dalam liang kewanitaanku.

    Aku tetap sibuk dengan batang kemaluan yang ada dalam mulutku lalu kurasakan payudaraku ada yang meremas dan sesekali dikulum-kulum. Sungguh kewalahan aku melayani mereka. Dengan tiba-tiba aku mendengar erangan Dewi tepat di sebelah kiri kupingku, ternyata dia sedang dalam keadaan tengkurap di antara kedua prajurit.

    “Gilaa Suss.. ughh.. sst!” Dewi mulutnya ngomel-ngomel nggak karuan sambil merem-melek tak berdaya.

    Gila, Dewi dikerjai depan belakang. Lalu prajurit-prajurit yang mengerjaiku berusaha membimbingku untuk nungging, setelah nungging di atas salah seorang dari mereka dan setelah batang kemaluan prajurit di bawahku tepat di antara bibir kewanitaanku, pantatku ditarik dengan keras-keras hingga masuk semua betang kemaluan prajurit itu dengan lancar karena liang kewanitaanku sudah licin.

    Setelah beberapa kali genjotan prajurit yang lain berusaha memasukkan batang kemaluannya ke dalam anusku.

    “Ssst.. aah.. aah!” Gila sakit banget, baru kali ini anusku digarap orang.

    “Aaakkh..!” aku menjerit sekuat tenaga begitu batang kemaluan prajurit yang besar itu masuk ke dalam anusku.

    Selang beberapa saat, terasa juga nikmatnya gesekan dari dua lubangku yang sebelumnya tidak terbayang, meski rasa sakit masih menyertai. Kemudian tubuhku mengejang dan sampailah aku pada klimaks kedua, tapi kuperhatikan kedua prajurit itu masih sibuk menggenjotku. Pelir besar tiba-tiba berada di wajahku, kemudian peler itu didorongnya ke mulutku yang kemudian kukulum dan kusedot, di sela-sela desisan dan eranganku.

    “Ayo Nona sedot yang kuat!” kata prajurit itu sambil menekan-nekan kepalaku.

    “Uuugh.. aakh.. esst!” suara geraman dan desisan silih berganti saling sahut menyahut dalam truk itu.

    Saat kulihat di sebelah, Dewi terkapar dan lemas, sesekali dia mengeram karena prajurit itu masih getol menyetubuhi Dewi. Gila rasanya aku mau keluar untuk ketiga kalinya sebentar lagi, beberapa saat kemudian kurasakan kedua prajurit yang menyetubuhiku depan belakang mengeram serta merangkul kuat-kuat tubuhku dan kemudian kurasakan liang kewanitaan dan duburku tersembur cairan yang hangat hampir bersamaan, aku pun mencapai klimaks yang ketiga.

    Setelah aku mencapai klimaks, aku semakin bersemangat mengulum dan menyedot batang kemaluan di hadapanku sampai pada akhirnya cairan hangat itu menyembur memenuhi rongga tenggorokanku. Lalu prajurit itu melepaskanku dan bergerak menjauhiku. Dan kulihat Dewi pun mulai di tinggal sendirian, kemudian kelima prajurit itu mendekat.

    “Ayo sini kita gantian, aku pingin rasain juga dia”, kata salah satu dari mereka sambil tertawa-tawa, waduh habis aku.

    Dua prajurit yang menyetubuhi Dewi mendekat, lalu satu dari mereka menggendongku dan kemudian setelah pelernya tepat di tengah-tengah liang kewanitaanku, aku sedikit diturunkan dan amblas sudah batang kemaluannya tertelan liang kewanitaanku tanpa halangan.

    Aku disetubuhinya sambil berdiri, sambil tangannya tak henti-hentinya naik turun dengan posisi aku merangkul erat tubuhnya, kemudian dari belakang duburku disodok peler dari belakang, aku menjerit dan mengeram kesakitan, buah dadaku digerayanginya dengan brutal.

    Setelah beberapa saat aku dikerjain berdiri, aku diturunkan kemudian aku disuruh mengangkangi seorang prajurit, dan setelah pas masuklah kembali peler besar itu dalam liang kewanitaanku, dan yang lain menyusul menimpaku dari belakang, dan bukannya masuk ke duburku melainkan juga masuk ke dalam liang kewanitaanku, gila ini prajurit, dengan kasar dan brutal akhirnya masuk juga pelernya meski hanya setengahnya, tapi sakitnya bukan main aku menjerit-jerit minta ampun tapi tidak di gubrisnya.

    Karena mungkin tidak memuaskan dia, maka peler yang masuk hanya setengah itu dicabutnya kemudian dengan serta-merta menyodokkan ke duburku dengan keras, lalu mengosoknya dengan brutal, tak lama kemudian dia mencapai klimaks, setelah beberapa saat lalu batang kemaluannya dicabutnya.

    Sekarang aku berkonsentrasi pada satu orang saja, aku merubah posisiku dengan posisi nangkring di atas selangkangannya, kemudian aku mulai naik turun dan sedikit goyang kanan kiri, hingga tak lama kemudian pertahanannya terlihat sedikit goyang, begitu pula aku sepertinya aku akan mencapai klimaks keempat kalinya.

    Setelah beberapa saat kurasakan liang kewanitaanku di sembur cairan hangat dan kemudian aku pun mencapai klimaks yang keempat kalinya, kami pun saling menggeram, lalu aku menggulirkan tubuhku di samping prajurit yang terlihat lemas. Kulihat Dewi masih di kerjai tiga orang prajurit, Dewi meringis-ringis sambil terus dijejali batang kemaluan prajurit yang besar itu.

    Karena aku merasa kasihan dengan Dewi dengan sedikit sempoyongan kuhampiri mereka kemudian kutarik salah satu dari mereka yang sedang getol-getolnya ngerjai dubur Dewi lalu kukangkangi dia, setelah tepat posisi pelernya diantara bibir kewanitaanku, kududuki dan langsung masuk seluruh batang kemaluan prajurit itu.

    Kugoyang-goyang dengan gencar hingga prajurit itu kewalahan menghadapi seranganku, membuatnya tak kuasa menahan lahar spermanya, menyemburlah spermanya dalam liang kewanitaanku. Karena aku belum mencapai klimaks lagi kepalang tanggung sehinga aku tetap menggoyang pinggulku sampai aku mencapai klimaks.

    Setelah selesai prajurit-prajurit itu mengerjaiku dan Dewi mereka terlihat lelah. Aku menghampiri Dewi, kulihat wajahnya sudah lelah,

    “Gimana Wik?” bisikku.

    “Wah! habis aku, sampai aku klimaks lima kali Sus”, Dewi menjawab pertanyaanku dengan sisa-sisa tenaganya.

    Setelah itu kami minta diantar ke rumah kontrakanku dan kemudian aku menghubungi jasa mobil derek kemudian kami istirahat setelah kami mandi bersama.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Ayo Pak Terus Puaskan Santi Sampai Lemas

    Ayo Pak Terus Puaskan Santi Sampai Lemas


    1593 views


    Perawanku – Hari itu salah seorang direktur perusahaan, Pak Freddy, sedang mengadakan resepsi pernikahan anaknya di sebuah hotel bintang lima di kawasan Senayan.

    Tentu saja akupun diundang, dan malam itu akupun meluncur menuju tempat resepsi diadakan. Aku pergi bersama dengan Jason, temanku waktu kuliah di Amerika dahulu. Sesampainya di hotel tampak para undangan sebagian besar membawa pasangannya masing-masing. Iri juga melihat mereka ditemani oleh istri dan anak mereka, sedangkan aku, karena
    masih bujangan, ditemani oleh si bule ini.

    “Selamat malam Pak..” sapa seseorang agak mengagetkanku. Aku menoleh, ternyata Lia sekretarisku yang menyapaku. Dia datang bersama tunangannya. Tampak sexy dan cantik sekali dia malam itu, disamping juga anggun. Berbeda sekali jika dibandingkan saat aku sedang menikmati tubuhnya,.. Liar dan nakal. Dengan gaun malam yang berdada rendah, belahan buah dadanya yang besar tampak menggoda. “Malam Lia” balasku.

    Mata Jason tak henti- hentinya menatap Lia, dengan pandangan kagum. Lia hanya tersenyum manis saja dilihat dengan penuh nafsu seperti itu. Tampak dia menjaga tingkah lakunya, karena tunangannya berada di sampingnya. Kamipun lalu berbincang-bincang sekedarnya. Lalu akupun permisi hendak menyapa para undangan lain yang datang, terutama para klienku. “Malam Pak Robert..” seorang wanita cantik tiba- tiba menyapaku. Dia adalah Santi, istri dari Pak Arief, manajer keuangan di kantorku.

    Mereka baru menikah sekitar tiga bulan yang lalu. “Oh Santi.. Malam” kataku “Pak Arief dimana?” “Sedang ke restroom.. Sendirian aja Pak?” tanyanya. “Sama teman” jawabku sambil memandangi dia yang malam itu tampak cantik dengan gaun malamnya dengan anggun. Belahan gaunnya yang tinggi memamerkan pahanya yang putih menggiurkan. Dadanya walaupun tak sebesar Lia, tampak membusung menantang. “Makanya, cari istri dong Pak.. Biar ada yang nemenin” katanya sambil tersenyum manis. “Belum ada yang mau nih” “Ahh.. Bapak bisa saja.. Pasti banyak banget cewek yang mau sama bapak..

    Kalau belum married saya juga mau lho..” jawabnya menggoda. Memang Santi ini rasanya punya perasaan tertentu padaku. Tampak dari cara bicaranya dan cara dia memandangku. “Oh.. Kalau saya sih mau lho sama kamu biarpun kamu sudah married” kataku sambil menatap wajahnya yang cantik. “Ah.. Pak Robert.. Bisa aja..” jawabnya sambil tersipu malu. “Bener lho mau aku buktiin?” godaku “Janganlah Pak.. Nanti kalau ketahuan suamiku bisa gawat” jawabnya perlahan sambil tersenyum. Fastbet99

    “Kalau nggak ketahuan gimana.. Nggak apa khan?” rayuku lagi. Santi tampak tersipu malu. Wah.. Aku mendapat angin nih.. Memang aku sejak berkenalan dengan Santi beberapa bulan yang lalu sudah membayangkan nikmatnya menyetubuhi wanita ini. Dengan kulit putih, khas orang Bandung, rambut sedikit ikal sebahu, bibir tipis, dan masih muda lagi. Dia baru berumur 24 tahunan. “Gimana nih setelah kawin.. Enak nggak? Pasti masih hot y. “Godaku lagi. “Biasa aja kok Pak.. Kadang enak.. Kadang nggak.. Tergantung moodnya” jawabnya lirih. Dari jawabannya aku punya dugaan bahwa Pak Arief ini tidak begitu memuaskannya di atas tempat tidur. Mungkin karena usia Pak Arief yang sudah berumur dibandingkan dengan dirinya yang masih penuh gejolak hasrat seksual wanita muda. Pasti jarang sekali dia mengalami orgasme. Uh.. Kasihan sekali pikirku.

    Tak lama Pak Ariefpun datang dari kejauhan. “Wah.. Pak Arief.. Punya istri cantik begini kok ditinggal sendiri” kataku menggoda. Santi tampak senang aku puji seperti itu. Tampak dari tatapan matanya yang haus akan kehangatan laki-laki tulen seperti aku ini. “Iya Pak.. Habis dari belakang nih” jawabnya. Tatapan matanya tampak curiga melihat aku sedang mengobrol dengan istrinya yang jelita itu. Mungkin dia sudah dengar kabar akan ke- playboyanku di kantor.

    “Ok saya tinggal dulu ya Pak Arief.. Santi” kataku lagi sambil ngeloyor pergi menuju tempat hidangan. Akupun mengambil hidangan dan menyantapnya nikmat. Maklum perutku sudah keroncongan, terlalu banyak basa-basi dengan para tamu undangan tadi. Kulihat si Jason masih ngobrol dengan Lia dan tunangannya. Ketika aku mencari Santi dengan pandanganku, dia juga sedang mencuri pandang padaku sambil tersenyum. Pak Arief tampak sedang mengobrol dengan tamu yang lain. Bandar Taruhan Casino

    Memang payah juga bapak yang satu ini, tidak bisa membahagiakan istrinya. Santi kemudian berjalan mengambil hidangan, dan akupun pura-pura menambah hidanganku. “San.. Kita terusin ngobrolnya di luar yuk” ajakku berbisik padanya “Nanti saya dicari suami saya gimana Pak..” “Bilang aja kamu sakit perut.. Perlu ke toilet. Aku tunggu di luar ya”. “Kataku sambil menahan nafsu melihat lehernya yang putih jenjang, dan lengannya yang berbulu halus Tak lama Santipun keluar ruangan resepsi menyusulku. Kamipun pergi ke lantai di atas, dan menuju toilet. Aku berencana untuk bermesraan dengan dia di sana. Kebetulan aku tahu suasananya pasti sepi. Sebelum sampai di toilet, ada sebuah ruangan kosong, sebuah meeting room, yang terbuka. Wah kebetulan nih, pikirku.

    Kutarik Santi ke dalam dan kututup pintunya. Tanpa basa-basi lagi, aku cium bibirnya yang indah itu. Santipun membalas bergairah. Tangankupun bergerak merambahi buah dadanya, sedangkan tanganku yang satu mencari kaitan retsleting di belakang tubuhnya. Kulepas gaunnya sebagian sehingga tampak buah dadanya yang ranum hanya tertutup BH mungil berwarna krem. Kuciumi leher Santi yang jenjang itu, dan kusibakkan cup BHnya kebawah sehingga buah dadanya mencuat keluar. Langsung kujilati dengan rakus buah dada itu, aku hisap dan aku permainkan putingnya yang sudah mengeras dengan lidahku.

    “Oh.. Pak Robertt..” desah Santi sambil menggeliat. “Enak San..” “Enak Pak.. Terus Pak..” desahnya lirih.

    Tangankupun meraba pahanya yang mulus, dan sampai pada celana dalamnya. Tampak Santi sudah begitu bergairah sehingga celananya sudah lembab oleh cairan kewanitaannya. Santipun kemudian tak sabar dan membuka kancing kemeja batikku. Dicium dan dijilatinya putingku.. Lalu terus ke bawah ke perutku. Kemudian dia berlutut dan dibukanya retsleting celanaku, dan tangannya yang lentik berbulu halus itu merogoh ke dalam mengeluarkan kemaluanku dari celana dalamnya. Memang kami sengaja tidak mau telanjang bulat karena kondisi yang tidak memungkinkan.

    “Ohh.. Besar sekali Pak Robert.. Santi suka..” katanya sambil mengagumi kemaluanku dari dekat. “Memang punya suamimu seberapa?” tanyaku tersenyum menggoda. “Mungkin cuma separuhnya Pak Robert.. Oh.. Santi suka..” katanya tak melanjutkan lagi jawabannya karena mulutnya yang mungil itu sudah mengulum kemaluanku.


    “Enak Pak?” tanyanya sambil melirik nakal kepadaku. Tangannya sibuk meremas-remas buah zakarku sementara lidahnya menjilati batang kemaluanku. “Enak sayang.. Ayo isap lagi” jawabku menahan rasa nikmat yang menjalar hebat. Dikulumnya lagi kemaluanku, sementara kedua tangannya meremas-remas pantatku. Sangat sexy sekali melihat pemandangan itu. Seorang wanita cantik yang sudah bersuami, bertubuh padat, sedang berlutut didepanku dengan pipi yang menggelembung menghisap kemaluanku. Terlebih ketika kemaluanku keluar dari mulutnya, tanpa menggunakan tangannya dan hanya menggerakkan kepalanya mengikuti gerak kemaluanku, Santi mengulumnya kembali. “Hm.. Kontol bapak enak banget.. Santi suka kontol yang besar begini” desahnya. Tiba-tiba terdengar bunyi handphone. Santipun menghentikan isapannya.

    “Iya Mas.. Ada apa?” jawabnya. “Lho Mas udah pikun ya.. Khan Santi tadi usah bilang.. Santi mau ke toilet.. Sakit perut.. Gimana sih” Santi berbicara kepada suaminya yang tak sabar menunggu. Sementara tangan Santi yang satu tetap meraba dan mengocok kemaluan atasan suaminya ini. “Iya Mas.. Mungkin salah makan nih.. Sebentar lagi Mas.. Sabar ya..” Kemudian tampak suaminya berbicara agak panjang di telpon, sehingga waktu tersebut digunakan Santi untuk kembali mengulum kemaluanku sementara tangannya masih memegang handphonenya. Judi Bola Online

    “Iya Mas.. Santi juga cinta sama Mas..” katanya sambil menutup telponnya. “Suamiku sudah nunggu. Tapi biarin aja deh dia nunggu agak lama, soalnya Santi pengin puas dulu”. Sambil tersenyum nakal Santi kembali menjilati kemaluanku. Aku sudah ingin menikmati kehangatan tubuh wanita istri bawahanku ini. Kutarik tangannya agar berdiri, dan akupun tiduran di atas meja meeting di ruangan itu. Tanpa perlu dikomando lagi Santi menaiki tubuhku dan menyibak gaun dan celana dalamnya sehingga vaginanya tepat berada di atas kemaluanku yang sudah menjulang menahan gairah. Santi kemudian menurunkan tubuhnya sehingga kemaluankupun menerobos liang vaginanya yang masih sempit itu.

    “Oh.. My god..” jeritnya tertahan. Kupegang pinggangnya dan kemudian aku naik- turunkan sehingga kemaluanku maju mundur menjelajahi liang nikmat istri cantik Pak Arief ini. Kemudian tanganku bergerak meremas buah dadanya yang bergoyang saat Santi bergerak naik turun di atas tubuhku. Sesekali kutarik badannya sehingga buah dadanya bergerak ke depan wajahku untuk kemudian aku hisap dengan gemas.

    “Ohh Pak Robertt.. Bapak memang jantan..” desahnya “Ayo Pak.. Puaskan Santi Pak..” Santi berkata sambil menggoyang-goyangkan badannya maju mundur di atas kemaluanku. Setelah itu dia kembali menggerakkan badannya naik turun mengejar kepuasan bercinta yang tak didapatkan dari suaminya. Setelah beberapa menit aku turunkan tubuhnya dan aku suruh dia menungging sambil berpegangan pada tepian meja. Aku sibakkan gaunnya, dan tampak pantatnya yang putih menggairahkan hanya tertutup oleh celana dalam yang sudah tersibak kesamping. Kuarahkan kemaluanku ke vaginanya, dan langsung kugenjot dia, sambil tanganku meremas-remas rambutnya yang ikal itu.

    “Kamu suka San?” kataku sambil menarik rambutnya ke belakang. “Suka Pak.. Robert.. Suka..” “Suamimu memang nggak bisa ya” “Dia lemah Pak.. Oh.. God.. Enak Pak.. Ohh” “Ayo bilang.. Kamu lebih suka ngentotin suamimu atau aku” tanyaku sambil mencium wajahnya yang mendongak ke belakang karena rambutnya aku tarik. “Santi lebih suka dientotin Pak Robert.. Pak Robert jantan.. Suamiku lemah.. Ohh.. God..” jawabnya. “Kamu suka kontol besar ya?” tanyaku lagi “Iya Pak.. Oh.. Terus Pak.. Punya suamiku kecil Pak.. Oh yeah.. Pak Robert besar.. Ohh yeah oh.. God. Suamiku jelek.. Pak Robert ganteng. Oh god. Enakhh..” Santi mulai meracau kenikmatan. “Oh.. Pak.. Santi hampir sampai Pak.. Ayo Pak puaskan Santi Pak..” jeritnya. “Tentu sayang.. Aku bukan suamimu yang lemah itu..” jawabku sambil terus mengenjot dia dari belakang.

    Tangankupun sibuk meremas-remas buah dadanya yang bergoyang menggemaskan. “Ahh.. Santi sampai Pak..” Santi melenguh ketika gelombang orgasme menerpanya. Akupun hampir sampai. Kemaluanku sudah berdenyut-denyut ingin mengeluarkan laharnya. Kutarik tubuh Santi hingga dia kembali berlutut di depanku. Kukocok-kocok kemaluanku dan tak lama tersemburlah spermaku ke wajahnya yang cantik. Kuoles-oleskan sisa-sisa cairan dari kemaluanku ke seluruh wajahnya. Kemudian Santipun mengulum dan menjilati kemaluanku hingga bersih. “Terimakasih Pak Robert.. Santi puas sekali” katanya saat dia membersihkan wajahnya dengan tisu. “Sama-sama Santi. Saya hanya berniat membantu kok” jawabku sambil bergegas membetulkan pakaianku kembali. “Ngomong-ngomong, kamu pintar sekali blowjob ya? Sering latihan?” tanyaku.

    “Santi sering lihat di VCD aja Pak. Kalau sama suami sih jarang Santi mau begitu. Habis nggak nafsu sih lihatnya” Wah.. Kasihan juga Pak Arief, pikirku geli. Malah aku yang dapat menikmati enaknya dioral oleh istrinya yang cantik jelita itu. “Kapan kita bisa melakukan lagi Pak” kata Santi mengharap ketika kami keluar ruangan meeting itu. “Gimana kalau minggu depan aku suruh suamimu ke luar kota jadi kita bisa bebas bersama?” “Hihihi.. Ide bagus tuh Pak.. Janji ya” Santi tampak gembira mendengarnya. Kamipun kembali ke ruangan resepsi. Santi aku suruh turun terlebih dahulu, baru aku menyusul beberapa menit kemudian. Sesampai di ruang resepsi tampak Jason sedang mencari aku.


    “Hey man.. Where have you been? I’ve been looking for you” “Sorry man.., I had to go to the restroom. I had stomachache” jawabku. Tak lama Santi datang bersama Pak Arief suaminya. “Pak Robert, kami mau pamit dahulu.. Ini Santi nggak enak badan.. Sakit perut katanya” “Oh ya Pak Arief, silakan saja. Istri bapak cantik harus benar-benar dirawat lho..” Santi tampak tersenyum mendengar perkataanku itu, sementara wajah Pak Arief menunjukkan rasa curiga.

    He.. He.. Kasihan, pikirku. Mungkin dia akan syok berat bila tahu aku baru saja menyetubuhi istrinya yang cantik itu. Tak lama aku dan Jason pun pulang. Sebelum pulang aku berpapasan dengan Lia, sekretarisku. Aku suruh dia untuk mendaftarkan Pak Arief untuk training di Singapore. Memang baru-baru ini aku mendapat tawaran training ke Singapore dari salah satu perusahaan. Lebih baik Pak Arief saja yang pergi, pikirku.

    Toh memang dia yang mengerjakan pekerjaan itu di kantor, sedangkan aku hanya akan menolong istrinya yang cantik mengarungi lautan birahi selama dia pergi nanti. Tak sabar aku menanti minggu depan datang. Nanti akan aku ceritakan lagi pengalamanku bersama Santi bila saatnya tiba. Dengan tidak adanya batas waktu karena terburu-buru, tentu aku akan lebih bisa menikmati dirinya.

  • SELINGKUH DENGAN IBU MERTUA YANG MASIH TERLIHAT AWET MUDA

    SELINGKUH DENGAN IBU MERTUA YANG MASIH TERLIHAT AWET MUDA


    1203 views

    Cerita Sex ini berjudulSELINGKUH DENGAN IBU MERTUA YANG MASIH TERLIHAT AWET MUDACerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Cerita Hot Umurku sekarang ini 26 tahun. Ini adalah pengalamanku yang benarbenar nyata selingkuh dengan Ibu mertua ku. Umurnya belum terlalu tua baru sekitar 45th . Dulunya baru umur 18 tahun dia sudah kimpoi . Ibu mertuaku bentuk tubuhnya seksi malah boleh dikatakan langsing dan singset seperti perawan .

    Tak heran sebab hingga kini ia masih mengkonsumsi jamu untuk supaya selalu awet muda dan langsing .Singkat cerita ketika istriku baru melahirkan anak pertama dan aku harus puasa selama sebulan lebih. Bisa dibayangkan sendiri bagaimana pusingnya aku .

    Hingga suatu saat aku mengantar Ibu mertuaku pulang dari menengok cucu pertamanya itu . Aku biasa mengantarnya dengan motorku . Namun kali itu turun hujan ditengah perjalanan . Karena sudah basah kuyup dan hari sudah menjelang tengah malam aku paksakan untuk menerobos hujan yang deras itu .

    Setiba dirumah aku ingin segera selingkuh dengan ibu mertua tetapi membersihkan badan dahulu lalu menghangatkan badan . Di rumah itu hanya ada aku dan Ibu mertuaku karena kakak iparku tinggal ditempat lain . Sedangkan adik iparku yang biasa menemani Ibu mertuaku dirumah itu untuk sementara tinggal dirumahku untuk menjaga istriku .

    Kamu mandi aja deh sana , Her Kata Ibu mertuaku menyuruhku mandi
    Ah . . nggak usah . . Ibu duluan deh Kataku menolak dan menyuruhnya agar lebih dulu
    Udah . . Ibu disini aja Kata Ibu mertuaku yang memilih tempat cuci baju dan cuci piring diluar kamar mandi . Karena disitu juga ada air keran .
    Yah . . udah deh Kataku sambil mendahuluinya masuk ke kamar mandi .

    Suasana waktu itu agak remangremang karena lampu penerangannya hanya lampu bohlam 5 watt . Aku iseng ingin selingkuh dengan ibu mertua dan ingin tahu bentuk tubuh Ibu mertuaku yang sebenarnya ketika ia telanjang bulat . Maka aku singkapkan sedikit pintu kamar mandi dan menontonnya melepas satu per satu bajunya yang sudah basah kuyup karena kehujanan . Dia tidak tahu aku menontonnya karena dia membelakangiku .

    Aku perhatikan dia mencopot kaus Tshirtnya ke atas melewati bahu dan lehernya . Lalu BHnya dengan mencongkel sedikit pengaitnya lalu ia menarik tali BHnya dan BH itupun terlepas . Adegan yang paling syur ialah ketika ia membuka celana panjang jeansnya .

    Sret . . celana jeans ketat itu ditariknya ke bawah sekaligus dengan celana dalamnya . Jreng . .! Aku lihat kedua buah pantatnya yang kencang dan montok itu menantangku . Aku yang sudah tak merasakan sex selama satu bulan lebih dan lagi dihadapkan dengan pemandangan seperti itu. Ingin rasanya aku segera selingkuh dengan ibu meruta . Lalu aku nekat untuk mendekatinya dan aku peluk dia dari belakang .

    Eh . . Her . . ini apaapaan . . Her hardik Ibu mertuaku .
    Bu . . tolongin saya dong , Bu rayuku
    Ih . . apaan sih . .?! Katanya lagi
    Bu , udah dua bulan ini saya nggak dapet dari Dewi . . tolong dong , Bu bujukku lagi
    Tapi aku inikan ibumu Kata Ibu mertuaku
    Bu . . tolong , Bu . . please banget rayuku sambil tanganku mulai beraksi .

    Tanganku meremasremas buah dadanya yang ukurannya sekitar 34b sambil jariku memelintir putting susunya . bibir dan lidahku menjilati tengkuk lehernya . Tanganku yang satu lagi memainkan klentitnya dengan memelintir daging kecil itu dengan jariku .

    Batang Kontolku aku tekan dilubang pantatnya tapi tidak aku masukkan . Ibu mertuaku mulai bereaksi . Tangannya yang tadi berusaha meronta dan menahanku kini sudah mengendor . Dia membiarkanku memulai dan memainkan ini semua . Nafasnya memburu dan mulai mendesahdesah .

    Dikamar aja yuk , Bu bisikku

    Aku papah Ibu mertuaku menuju kamarnya . Aku baringkan dia tempat tidur . Aku buka kedua kakinya lebarlebar dan sepertinya Ibu mertuaku sudah siap dengan batang Kontolku . Tapi aku belum mau memulai semua itu .

    Tenang aja dulu , Bu . Rileks aja , Ok? Kataku .

    Aku mengarahkan mukaku ke liang memeknya dan aku mulai dengan sedikit jilatan dengan ujung lidahku pada klentitnya .

    Ough . . sshhtt . . ough . . hmpf . . hh . . ooghh Ibu mertuaku mendesah dan mengerang menahan kenikmatan jilatan lidahku .

    Dia sepertinya belum pernah merasakan oral sex dan baru kali ini saja ia merasakannya . Terlihat reaksi seperti kaget dengan kenikmatan yang satu ini .

    Enak kan , Bu . .? Kataku
    Hmh . . kamu . . sshtt . . kamu . . koq . . gak jijik . . sih , Her? Tanyanya ditengahtengah desah dan deru nafasnya .
    Enggak , Bu . . enak koq . . gimana enak gak?
    Hmh . . iyahh . . aduh . . sshhtt . . eenak . . banget . . Her . . sshhtt jawab Ibu mertuaku sambil terus merintih dan mendesah .
    Itu baru awalnya , Bu Kataku .

    Kali ini aku kulumkulum klentitnya dengan bibirku dan memainkan klentit itu dengan lidahku . Aku lihat sekujur tubuh Ibu mertuaku seperti tersetrum dan mengejang . Ia lebih mengangkat lagi pinggulnya ketika aku hisap dalamdalam klentitnya.

    Tak sampai disitu aku terobos liang memeknya dengan ujung lidahku dan aku masukkan lidahku dalamdalam ke liang memeknya itu lalu aku mainkan liukkan lidahku didalam liang memeknya . Seiring dengan liukanku pinggul Ibu mertuaku ikut juga bergoyang .

    Ough . . sshhtt . . ough . . sshhtt . . oughh . . hmh . . ough . . shhtt . . ough . . hmh . . oufghh . . sshhtt suara itu terus keluar dari mulut Ibu mertuaku menikmati kenikmatan oral sex yang aku berikan .

    Aku sudahi oral sex ku lalu aku bangun dan berlutut dihadapan liang memeknya . Baru aku arahkan batang Kontolku ke liang memeknya tibatiba tangan halus Ibu mertuaku memegang batang Kontolku dan meremasremasnya .

    Auw . . diapain , Bu . .? Tanyaku
    Enggak . . ini supaya bisa lebih tahan lama Kata Ibuku sambil mengurut batang Kontolku .

    Rasanya geligeli nikmat bercamput sakit sedikit . Sepertinya hanya diremasremas saja tetapi tidak ternyata ujungujung jarinya mengurut uraturat yang ada dibatang Kontol untuk memperlancar aliran darah sehingga bisa lebih tegang dan kencang dan tahan lama .

    Guedhe . . juga . . punya kamu , Her Kata Ibu mertuaku sambil terus mengurut batang Kontolku .
    Iya dong , Bu Kataku .

    Kali ini kedua tangan Ibu mertuaku beraksi mengurut batang Kontolku . Tangan yang satunya lagi menguruturut buah pelirku dan yang satu lagi seperti mengocok namun tidak terlalu ditekan dengan jari jempol dan telunjuknya . Tak lama kemudian . .

    Egh . . yah .sudah . . pelanpelan . . yah sayang Kata Ibu mertuaku sambil menyudahi pijatanpijatan kecilnya itu dan mewantiwantiku supaya tidak terlalu terburuburu menerobos liang memeknya .

    Aku angkat kedua kaki Ibu mertuaku dan aku letakkan dikedua bahuku sambil mencoba menerobos liang memeknya dengan batang Kontolku yang sedari tadi sudah keras dan kencang .

    Ouh . . hgh . . ogh . . pelanpelan , Her Kata Ibu mertuaku ditengahtengah deru nafasnya .
    Iya , Bu . . sayang . . egh . . aku pelanpelan koq Kataku sambil perlahanlahan mendorong Kontolku masuk ke liang memeknya .

    Ih . . punya kamu guedhe banget , sayang . . ini sih . . gak normalKatanya
    Kan tadi udah diurut , Bu Kataku .

    Aku teruskan aksiku penetrasiku menerobos liang memeknya yang kering . Aku tidak merasa istimewa dengan batang Kontolku yang panjangnya hanya 15cm dengan diameter sekitar 3 cm . Dengan sedikit usaha . . tibatiba . . SLEBSLEBBLESSS! Batang Kontolku sudah masuk semua dengan perkasanya kedalam liang memek Ibu mertuaku .

    Ough . . egh . . iya . . sshh . . pelanpelan aja yah , sayang Kata Ibu mertuaku yang mewantiku supaya aku tidak terlalu terburuburu .

    Aku mulai meliukkan pinggulku sambil naik turun dan pinggul Ibu mertuaku berputarputar seperti penyanyi dangdut .

    Ough . . gilaa , Bu . . asyik . . banget . .! Kataku sambil merasakan nikmatnya batang Kontolku diputar oleh pinggulnya .

    Ough . . sshtt . . egh . . sshh . . hmh . . ffhh . . sshhtt . . ough . . sshhtt . . oughh Ibu mertuaku tidak menjawab hanya memejamkan mata sambil mulutnya terus mendesah dan merintih menikmati kenikmatan sexual .

    Baru sekitar 30 menit aku sudah bosan dengan posisi ini dan ingin berganti posisi . Ketika itu kami masih dalam posisi konvensional . Aku mau menawarkan variasi lain pada Ibu mertuaku . .

    Eh . . Ibu yang di atas deh Kataku .
    Kenapa , sayang . . kamu capek . . yah . .? Tanyanya .
    Gak jawabku singkat .
    Mo keluar yah . . hi . . hi . . hi . .? Godanya sambil mencubit pantatku .
    Gak . . ih . . aku gak bakalan keluar duluan deh Kataku sesumbar .

    Awas . . yah . . kalo keluar duluan Goda Ibu mertuaku sambil meremasremas buah pantatku .
    Enggak . . deh . . Ibu yang bakalan kalah sama akuKataku sombong sambil balas mencubit buah dadanya
    Auw . . hi . . hi . . hi Ibu mertuaku memekik kecil sambil tertawa kecil yang membuatku semakin horny .

    Dengan berguling ke samping kini Ibu mertuaku sudah berada di atas tubuhku . Sambil menyesuaikan posisi sebentar ia lalu duduk di atas pinggulku . Aku bisa melihat keindahan tubuhnya perutnya yang rata dan ramping . Tak ada seonggok lemakpun yang menumpuk diperutnya .

    Buah dadanya juga masih kencang dengan putting susu yang mengacung ke atas menantangku . Aku juga duduk dan meraih putting susu itu lalu ku jilat dan ku kulum . Ibu mertuaku mendorongku dan menyuruhku tetap berbaring seolaholah kali ini cukup ia yang pegan kendali . Ibu mertuaku kembali meliukliukkan pinggulnya memutarmutar seperti Inul .

    Egh . . sshhtt . . ough . . sshhtt . . ough . . egh . . hmf desah Ibu mertuaku .
    Gila , Bu . . enak banget . .!

    Ough . . sshhtt . . ough . . sshtt . . ough Ibu mertuaku mendesah dan merintih sambil terus meliukliukkan pinggulnya memainkan batang Kontolku yang berada didalam liang memeknya .

    Tanganku meremas buah dadanya yang tak terlalu besar tapi pas dengan telapak tangan . Tanganku yang satunya lagi meremas buah pantatnya . Batang Kontolku yang kencang dan keras terasa lebih keras dan kencang lagi . Ini berkat pijatan dari Ibu mertuaku tadi itu . Bisa dibayangkan jika tidak aku sudah lama orgasme dari tadi .

    Ough . . sshtt . . emh . . enagh . . egh . . sshhtt . . ough . . iyaahh . . eeghh . . enak . . ough liukan pinggul Ibu mertuaku yang tadinya teratur kini berubah semakin liar naik turun maju mundur tak karuan .

    Ough . . iiyyaahh . . egghh . . eghmmhhff . . sshhtt . . ough . . aku udah mo nyampe Kata Ibu mertuaku .

    Bu . . aku juga pengen , Bu . . egh Kataku sambil ikut menggoyang naik turun pinggulku .
    Egh . . iyah . . bagusshh . . sayangg . . ough . . sshhtt . . ough . . sshtt . . ough Ibu mertuaku merespons gerakanku untuk membantunya orgasme .

    Aku mempercepat goyanganku karena seperti ada yang mendesak dibatang Kontolku untuk keluar juga .

    Hmfh . . terusshh . . iyah . . ough . . oughh . . AAAUGHH . . OUGH . . OUGH . . OUGH Ibu mertuaku telah sampai pada orgasmenya .

    Pada batang Kontolku terasa seperti ada cairan hangat mengucur deras membasahi batang Kontolku . Ibu mertuaku menggelepar dan diakhiri dengan menggelinjang liar dan nafasnya yang tersengal . Ibu mertuaku telah berhenti melakukan liukan pinggulnya . Hanya denyutandenyutan kencang didalam liang memeknya .

    Aku merasakan denyutandenyutan itu seperti menyedotnyedot batang Kontolku Dan . . CROT . . CROTT . . CROTTT . .! muncrat semua air maniku diliang memek Ibu mertuaku .

    Bu , kerasa nggak air mani saya muncratnya . .? Tanyaku
    Eh . . iya , Heri sayang . . Ibu udah lama pengen beginian Kata Ibu mertuaku
    Iya . . sekarang kan udah , Bu Kataku sambil mengecup keningnya
    Oh . . kamu . . hebat banget deh , Her Kata Ibu mertuaku sambil membelaibelai rambutku .
    Itu semua kan karena Ibu Kataku memujinya
    Ih . . bisa aja . . kamu sahut Ibu mertuaku sambil mencubit pinggulku .

    Ibu mertuaku masih di atas tubuhku ketika HPku berbunyi ternyata dari istriku yang menyuruhku supaya menginap saja dirumah Ibu mertuaku . Setelah telepon di tutup aku memekik kegirangan karena bisa melanjutnya selingkuh dengan ibu mertua . Setelah itu kami melakukan pemanasan lagi dan melakukannya sepanjang malam hingga menjelang subuh kami samasama kelelahan dan tidur .

    Entah sudah berapa kali kami bersenggama dalam berbagai posisi . Pagi harinya kami masih melakukannya lagi dikamar mandi untuk yang terakhir aku melakukan selingkuh dengan ibu mertua. lalu setelah itu aku sarapan dan pulang.Â

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • CERITA PANAS PENJAGA KAMPUS BEJAT

    CERITA PANAS PENJAGA KAMPUS BEJAT


    1155 views

    Cerita Sex ini berjudulCERITA PANAS PENJAGA KAMPUS BEJATCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Sebagai seorang gadis 21 tahun yg sedang mekarmekarnya, kehidupan Monic, mahasiswi sastra Inggris semester lima di Universitas ****** dipenuhi keceriaan, hariharinya dilalui dgn kuliah, dugem, ngerumpi bareng temanteman, shopping, pacaran, dan kegiatankegiatan gadis kuliahan pada umumnya.

    Anak tunggal seorang pemilik pabrik makanan ringan ternama, dia jg dianugerahi wajah yg cantik dan tubuh jangkung yg indah serta kulit yg putih bersih, rambutnya coklat sebahu lebih dan ujungnya agak bergelombang. Monic jg amat menjaga penampilannya dgn fitness, spa, dan ke salon secara rutin, dia memang ingin selalu terlihat cantik di depan Frans, pacarnya sehingga banyak cowok lain sirik dgn Frans ketika sedang jalan bareng.

    Terlepas dari itu semua, Monic jg memiliki perangai buruk, sebagai seorang anak tunggal keluarga kaya yg hidup serba berkecukupan seringkali dia memandang rendah orang yg lebih rendah kedudukannya, salah satunya yg sering kena marah olehnya adalah Agus, sopir yg bertugas mengantarjemputnya.

    Pernah sekali waktu dia telat menjemput karena jalan macet akibat ada demo, sesampainya disana Monic menyemprotnya habishabisan dgn judesnya di lapangan parkir sampai terlihat beberapa orang lewat dan satpam disana.

    Sungguh pedih hati sopir itu direndahkan di depan umum oleh nona majikannya, dia sdh lama bersabar menghadapi keangkuhan gadis ini, kali ini dia sdh tdk tahan lagi dan berpikir akan mengundurkan diri saja, tp sebelum mundur sebuah kesempatan emas utk memberi pelajaran pada nona majikannya yg sombong itu menghampirinya lewat obrolan dgn Yono, si penjaga kampus bejat yg hobi memperkosa korbannya lewat fotofoto memalukan yg diambil dgn cameraphone hasil temuannya.

    Mimpi buruk Monic berawal ketika suatu hari setelah bermain basket di bangsal kampus, dia bersama temantemannya menuju toilet di sana utk ganti baju. Dia memasuki toilet kedua dari ujung yg ternyata adalah sebuah pilihan fatal, karena di sebelahnya Yono telah lama menanti mangsa yg masuk kesana selama hampir setengah jam.

    Dgn sabarnya dia menanti dan melihat situasi melalui celah di pintu. Memang yg memasuki toilet sebelahnya bukan cuma Monic, sebelumnya telah ada beberapa orang masuk ke sana, namun saat itu di depan toilet jg masih banyak orang, sehingga kalau Yono menjulurkan tangannya melalui tembok pembatas yg bagian atasnya terbuka utk mengarahkan cameraphonenya tentu akan ketahuan oleh orang dari luar.

    Diapun sempat melihat tubuhtubuh mulus mereka yg ganti baju di luar toilet, tp utk mengambil gambarnya susah, risiko utk ketahuan terlalu besar dan ketika dia coba memotret dari celah pintu yg sempit itu hasilnya tdk maksimal, maka dia memutuskan menunggu orang memasuki toilet sebelah ketika situasi di luarnya sdh sepi, sambil berharap orang itu cantik.

    Kesalahan Monic adalah dia memasuki toilet saat orang lain banyak yg sdh keluar, karena sebelumnya dia ke kantin dulu membeli minum dan duduk sebentar merenggangkan otot. Ketika dia memasuki toilet, dua temannya yg masih disanapun sdh hampir selesai, Yono tersenyum kegirangan begitu dilihatnya kedua orang itupun akhirnya keluar jg.

    Yuk, Nickita duluan yah ! seru salah satunya sambil membuka pintu keluar
    Iyaiya, see you, duluan aja gih ! balasnya dari dalam

    Monic melepaskan bajunya yg berkeringat dan disusul celana olah raganya bersamaan dgn celana dalamnya, hanya dgn memakai bra pink dia duduk di kloset utk buang air kecil.

    Dia tdk menyadari diatasnya Yono dgn hatihati mengintipnya sambil menyutingnya dgn kameraphone. Tiga menit saja, video klip yg terekam cukup jelas memperlihatkan wajah, tubuh, dan adegan buang air kecilnya. Sebelum gadis itu keluar, Yono cepatcepat turun dari pijakannya lalu keluar dari toilet itu dgn hatihati.

    Hari itu masih sekitar jam dua siang dan masih banyak tugas yg harus diselesaikan Yono, terutama karena sempat tertunda ketika menanti mangsa di toilet itu. Maka niat buruknya lebih baik ditundanya daripada melakukannya dgn diburuburu pekerjaan, lagipula rekaman tiga menitan itu sdh menjadikan gadis itu sdh dalam genggamannya, selain itu jg dia mengenal sopir yg mengantar jemputnya yg sering ngobrol di waktu senggang.

    Kebetulan belum lama ini dia mendengar keluhan Agus, si sopir itu tentang anak gadis majikannya dan berencana mengundurkan diri mencari kerja lain. Yono sendiri pernah mendapat perlakuan tdk enak dari gadis itu setahun sebelumnya.

    Saat itu Monic sedang terburuburu menuruni tangga, karena memakai sepatu sol tinggi dan tdk hatihati dia terpeleset jatuh, jatuhnya tdk tinggi sehingga tdk berbahaya, tp karena waktu itu dia memakai rok diatas lutut tentu saja paha mulus dan celana dalamnya sempat tersingkap. Yono, yg waktu itu sedang menyapu dekat tangga itu memunguti tasnya dan membantunya bangkit, namun Monic malah membalasnya dgn makian kasar

    Tua bangka, lepasin tangan lo, mau cari kesempatan yah pegangpegang ! katanya dgn sengit menepis tangan Yono Emang sy ga tau apa daritadi mata lu ngeliat kemana aja ? lu pikir siapa lu, dasar kampungan ga tau diri ! bentak Monic sambil berlalu darinya, tangannya masih memegangi pantatnya yg kesakitan.

    Yono hanya tertunduk menerima penghinaan itu tanpa sempat memberi penjelasan, walaupun ada rasa marah tp dia mencoba memendamnya mengingat usahanya merubah diri, namun begitu menemukan cameraphone itu niat jahat dan nafsu balas dendamnya bangkit kembali dan menghantui kampus itu.

    Hari itu, Monic sedang di perpustakaan mencari buku utk tugas ketika sebuah MMS masuk ke ponselnya. Dibukanya pesan dgn nomor tak dikenal itu. Wajahnya langsung pucat dgn mulut ternganga, jantungnya seakan berhenti berdetak sehingga buku yg dipegangnya jatuh terlepas dari genggamannya begitu melihat rekaman yg memperlihatkan dirinya sedang ganti baju dan buang air kecil di toilet, dibawahnya jg ada pesan :

    kalau tdk mau ini tersebar, sy tunggu di gedung kesenian ruang F307 jam empat hari ini
    Nic, kenapa lu ? ga enak badan ? tanya temannya yg sedang mencari buku tdk jauh darinya.
    Ohhnggaga papah kok, cuma buku jatuh aja ehehhe ! Monic menutupi kekagetannya dgn tawa dipaksa.

    Setelah itu buruburu dia keluar dari perpustakaan mencari tempat sepi utk menelepon nomor itu.

    Hehehe, udah diterima pesannya Non ? bagus kan ? kata suara berat diseberang sana begitu ponsel diangkat.
    Heh, kurang ajar lu yah, siapa lu sebenernya hah ! suaranya meninggi menahan amarah dalam dadanya.
    Udah gak sabar yah Non, tunggu aja nanti sore, kita bakal membicarakan penawaran menarik buat film Non itu ! jawab Yono dgn kalem
    Bajingan, lu emang setan, jangan macemmacem yah sama gw ! Monic demikian marah dan frustasinya sampai mau nangis.
    Udahlah Non, capek marahmarah gitu, pokoknya sy tunggu nanti di F307, sy sekarang masih banyak kerjaan, dan satu lagi, pastikan jangan ada orang lain yg tahu kalau ga mau dapat susah ! selesai berkata Yono menutup ponselnya.

    Sebenarnya jam tiga kurangpun dia sdh tdk ada kuliah lagi. Setelah menyuruh Agus yg telah menjemputnya utk menunggu dia pergi ke kantin utk menunggu waktu yg ditentukan. Matanya tertuju ke novel yg dibawanya tetapi pikirannya tdk di sana, yg ada di pikirannya adalah bayangan mengerikan tentang apa yg diinginkan pengintip misterius itu pada dirinya dan bagaimana kalau rekaman itu tersebar. Saking stressnya, tanpa terasa dua batang rokok telah dihabiskannya.

    Tibatiba ponselnya berbunyi, pengintip misterius itu menghubunginya.

    Udah keluar yah Non, kalo gitu sekarang aja ke atas aja supaya lebih cepat beres, sy sdh nunggu di sini jg kok

    Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Monic langsung mematikan ponselnya dan beranjak ke tempat yg ditentukan. Lantai itu memang sdh sepi, ketika naik tangga saja dia cuma berpapasan dgn dua orang pegawai tata usaha fakultas yg baru selesai kerja. Semakin langkahnya mendekati ruang itu, semakin berdebar pula jantungnya.

    Halo Non Monic, datang jg akhirnya ! sapa Yono begitu Monic memasuki pintu yg setengah terbuka itu.
    Mungkin Non lagi nyari orang yg merekam ini ya ? tanyanya sambil menunjukkan cameraphonenya.

    Monic melihat dalam layar kecil itu dimana dirinya sedang ganti baju lalu buang air kecil, wajahnya kontan memerah karena marah dan malu.

    Bajingan, serahkan barang itu ! Monic berteriak sambil merangsek ke depan.

    Dia berusaha merebut cameraphone itu, tp pria setengah baya itu lebih sigap dan tenaganya lebih besar. Dgn mudah didorongnya gadis itu hingga tersungkur di lantai. Sambil menyeringai matanya memandang tajam tubuh Monic yg terbungkus baju biru bermotif bunga tanpa lengan, rok putihnya yg mini sedikit tersingkap memperlihatkan pahanya yg panjang dan mulus.

    Mau apa kamu bangsat, jangan mendekat, pergi ! Monic menggesergeser tubuhnya menjauh dari Yono yg mendekatinya, dalam kepanikannya dia tdk sadar bahwa roknya semakin tersingkap dan celana dalamnya pun sempat terlihat.
    Tenang Non, jangan takut, bapak ga bakal nyakitin Non kok, malah ngasih Non kenikmatan yg luar biasa ! katanya sambil cengengesan.

    Baru pernah seumur hidupnya Monic mendengar perkataan yg sangat merendahkannya itu, omongannya benarbenar rendah dan menjijikkan menyebabkan bulu kuduknya merinding ketakutan. Susah payah akhirnya dia bisa bangkit kembali dan berusaha mencapai pintu, namun ketika sdh dekat pintu itu membuka, Agus, sopirnya muncul di depan pintu.

    Bang Agus, tolong Bang ada orang gila ! katanya terbatabata karena masih gemetar.

    Namun kelegaannya cuma sebentar saja, karena Agus malah mendorongnya ke arah Yono yg dgn sigap menangkap tubuhnya, ketika dia mau menjerit, tangan kokoh Yono langsung membungkam mulutnya sementara tangan satunya mengunci kedua pergelangannya yg telah ditelikung ke belakang. Agus menggeser meja dosen utk mengganjal pintu, setelahnya dia mulai menghampiri nona majikannya itu.

    Lebih baik Non berhenti ngelawan, inget Non kesini buat apa ? Non pengen rekaman ini diliat orang lain ? dimana nanti mukanya mau ditaruh Non ? ancam Yono sambil tetap membekap mulut Monic Coba aja kabur atau teriak, rekaman ini bakal tersebar, tinggal kirim ke sembarang nomor di HP ini !

    Monic tdk tahu harus berbuat apa lagi dalam situasi seperti itu. Ketakutan akan dicelakai dan rekamannya tersebar membuat rontaannya berkurang dan pasrah pada nasibnya.

    Binatang lu, tegateganya berbuat gini ke gw, kacung ga tau diuntung ! maki Monic pada Agus dgn tatapan penuh kebencian.
    Hehehe, udah gini masih bisa galak jg Non ! Agus terkekeh sambil mengelus pipi majikannya denger yah, sy jg udah ga tahan kerja buat cewek sombong kaya Non ini, besok sy jg mau keluar kok, tp sebelum keluar sy mau ngasih Non kenangan manis dulu dong !

    Wajahnya makin pucat mendengar perkataan itu, dia sadar sdh tdk bisa berbuat apaapa lagi, dia sdh dalam cengkeraman mereka. Keangkuhannya runtuh seketika itu jg, dadanya sesak dipenuhi emosi karena dikhianati, direndahkan dan diancam.

    Tatapan mata Agus yg penuh nafsu binatang itu membuat nyalinya ciut sehingga memalingkan muka tak berani menatapnya, wajahnya jadi memelas memohon belas kasih. Tibatiba dirasakan darahnya berdesir ketika Agus menggeraygi pahanya yg jenjang.

    Udah daridulu gw pengen megang nih paha, akhirnya bisa jg sekarang, gile mulusnya! komentarnya

    Tangan Agus meraba makin naik hingga menyingkap roknya dan meremasi bongkahan pantatnya, sementara dari belakang Yono meremas payudara kirinya. Air mata Monic pun mengalir dan memohonmohon minta dilepaskan.

    Jangan, jangan perkosa sy, ampun ! katanya terisak
    Santai Non, nanti jg enak kok sahut Yono

    Agus mulai menciumi pipi Monic, leher dan telinga jg tak luput darinya, Hembusan nafas dan lidahnya membuatnya bergidik jg merasakan sensasi aneh yg meskipun dia menolaknya tp ingin terus merasakannya.

    Kemudian tangannya meraih kepala Monic dan mencium bibirnya yg tipis dgn kasar, dia menggelenggelengkan kepala berusaha menolak, namun Agus pegangan Agus pada kepalanya terlampau kuat sehingga terpaksa diterimanya serbuan bibir sopirnya itu.

    mmmpphhhhmmpphhhh! hanya itu yg terdengar dari mulutnya yg tersumbat bibir Agus yg atasnya ditumbuhi kumis tipis seperti tikus.

    Tangan Agus kini sdh meraba kemaluannya yg masih tertutup celana dalam, jarijarinya bergerak liar mengosoki belahan kemaluannya. Sementara Yono makin bernafsu meremasi payudara Monic, perlakuan kasarnya membuatnya ingin menjerit kesakitan tp mulutnya tersumbat bibir Agus sehingga bibirnya yg terkatup malah terbuka dan lidah Agus pun menerobos masuk, lidahnya menyapu rongga mulut Monic dan beradu dgn lidahnya.

    Yono mulai mempreteli kancing baju Monic dan menarik lepas baju itu dari tubuhnya. Kini tubuh atas Monic cuma tersisa bra pink.

    Bukain kaitnya Pak Yono, daridulu gw penasaran pengen liat toked majikan gw ini ! kata Yono tak sabaran
    Yono pun melucuti branya, Monic menutupi payudaranya dgn tangan dan terus memohon agar mereka tdk meneruskan aksinya.

    Tanpa mempedulikan ocehannya, Agus menyingkirkan tangan yg menghalanginya itu. Terpesonalah keduanya melihat keindahan buah dada Monic yg putih, kencang dan berputing kemerahan itu.

    Wah majikanlu tokednya bagus banget, putih bulat kaya bakpao ! kata Yono sambil mengusapusap payudara itu.
    Iya nih, pentilnya jg ngegemesin, imut gini ! timpal Agus yg tangannya memencet puting itu dan menariknariknya.Nah, sekarang coba kita liat bawahnya !

    Monic berusaha menahan roknya dgn tangan ketika Agus akan memelorotinya, tp kemudian Yono kembali menelikung tangannya ke belakang sehingga dgn leluasa

    Agus membuka sabuk dan resletingnya, rok itu pun meluncur jatuh melalui kakinya, disusul celana dalamnya dipeloroti hingga ke lutut. Kedua orang itupun kini dapat menikmati tubuh polos Monic, tangantangan hitam kasar itu berkeliaran menggeraygi lekuk tubuhnya yg indah. Agus yg berjongkok mulai menyentuh kemaluannya yg dilebati bulubulu tipis yg tercukur rapi.

    Hhmmmeqi yg bagus, masih rapat, jembutnya jg rapih, gw suka yg kaya gini ! celoteh Agus

    Dari belakang Yono mencaplok kedua payudaranya, jarijarinya memencetmencet dan memilinmilin putingnya sehingga Monic pun terpancing libidonya, nafasnya makin berat. Walaupun sesekali dia memelas minta dilepaskan, namun tubuhnya berkata lain, terlebih ketika lidah panas Yono menyapu telak leher dan belakang telinganya. Saat itu satu tangan Yono turun ke bawah dan meremas pantatnya, jarinya terkadang menyentuh anusnya, belum lagi jari dan lidah Agus yg kini sedang bermain di meqinya. Perbuatan mereka membuat Monic semakin tak berdaya, tak berdaya karena nikmat dan tak cukup tenaga utk melawan.

    Mereka lalu menurunkan tubuhnya hingga terbaring di lantai, dia merasakan dinginnya lantai menyentuh punggungnya. Agus melepas celana dalam yg menygkut di tungkainya dan dibukanya sepasang paha itu, wajahnya mendekati kemaluannya, lidahnya menjilati paha, pangkal paha, hingga akhirnya menyentuh bibir meqinya. Di tempat lain Yono dgn rakus mencium dan menghisap payudaranya, lidahnya yg menarinari liar itu menyebabkan puting itu makin mengeras.

    Toked yg montok, eemmhhsluurpp!

    Beberapa menit lamanya Yono mengeksploitasi payudara Monic sebelum akhirnya jilatannya meluas ke lekuk tubuh lainnya, ketiak, bahu, leher, hingga akhirnya bibir mereka bertemu. Dari matanya yg terpejam air mata terus mengalir, namun birahinya terus naik tak terkendali.

    Hhhmmpphh! rintih Monic tersendat saat lidah sopirnya menyentilnyentil klitorisnya, tubuhnya menggeliatgeliat menahan siksaan birahi itu.
    Udah mulai kerasa enaknya kan Non,tuh udah banjir gini ! ejek Agus sambil terus menjilatinya.

    Kalah oleh desakan nafsunya, Monic pun tak terasa membalas permainan lidah Yono, utk mengurangi rasa jijik dia membayangkan yg dicium itu adalah Frans. Dia merasakan kemaluannya sdh sangat basah akibat jilatan sopirnya, tak lama kemudian dirasakan badannya menggelinjang. Mereka tertawatawa melihat reaksinya.

    Hahahaakhirnya nikmatin jg kan ! ejek Yono
    Dasar perek, munafik, tadi sok jual mahal, tp baru digituin dikit aja udah keenakan ! timpal Agus

    Betapa panasnya telinga Monic mendengar hinaan seperti itu, apalagi yg mengucapkan adalah sopirnya sendiri, dia tak menygka sopirnya sampai setega itu padanya, dia mulai menyesali seandainya dulu dia bersikap baik padanya mungkin kejadian hari ini tdk akan menimpanya, tp segalanya sdh terlambat.

    Kini Agus menariknya hingga berlutut di depan selangkangannya, lalu dia membuka celananya sendiri. Dan terlihatlah kemaluannya yg membuat Monic terkesiap karena panjangnya, lebih kaget lagi saat dia melihat milik Yono yg sdh berdiri di sebelahnya karena miliknya walaupun tak sepanjang sopirnya namun lebih kokoh dan berurat.

    Sambil berkacak pinggang seolah tanda kemenangan, Agus memerintahkan anak majikannya mengoral k0ntolnya. Di bawah ancaman, Monic meraih k0ntol itu dgn tangan gemetar lalu sambil menutup mata menahan rasa jijik dimasukkannya benda itu ke mulutnya.

    Huehehehehehebaru kali ini gw liat majikan nyepongin sopirnya, hebat, hebat ! ejek Yono melihat adegan itu.
    Sepongannya yahud banget, daripada nyepongin pacar Non yg k0ntolnya kecil itu mendingan yg sy kan, lebih gede, lebih muasin lagi ! Agus menimpali
    Ayo Non, yg sy jg pengen diservis ! Yono meraih tangan Monic dan meletakkannya pada k0ntolnya.

    Monic mengulum dan mengisap k0ntol sopirnya sambil tangannya sesekali mengocoknya, sementara tangan satunya mengocok punyanya Yono. Sepuluh menit lebih dia mengocok dan mengulum k0ntol kedua jahanam itu secara bergantian. Dia menyadari betapa kotor dirinya saat melakukan hal itu, tp entah dorongan apa yg membuatnya merasa terangsang dan menikmati perlakuan mereka.

    Mmmmpphhhsshhmau ngecrot nih Non, ditelen yahawas kalo dimuntahin ! perintah Yono sambil melenguh nikmat.

    Akhirnya dgn satu lenguhan panjang Yono, menekan kepala Monic ke selangkangannya sehingga batang itu melesak lebih dalam ke tenggorokan gadis itu lalu menumpahkan isinya yg kental disana.

    Cairan itu langsung memenuhi mulutnya dan tertelan tanpa bisa ditahan. Monic gelagapan dan meronta ingin melepaskan benda itu tp Yono menahan kepalanya dan kalah tenaga. Dia langsung terbatukbatuk dan nafasnya terengahengah mencari udara segar begitu Yono mencabut k0ntolnya, aroma sperma yg menusuk itu masih terasa di mulutnya.

    Monic sempat beristirahat sekitar 2 menitan sebelum Agus menarik pergelangan kakinya dan membentangkan kedua pahanya, lalu dia mengambil posisi diantara kedua paha itu.

    Ok, Non sekarang saatnya ngejos hehehe! seringainya mesum
    Jangan Bang, sy mohonoohh, maafin sy ! Monic mengiba dgn berurai air mata.
    Waktu sy minta maaf dulu, Non jg ga maafin, enak aja sekarang minta maaf ! cibir Agus tanpa menghentikan aksinya mendorong k0ntolnya memasuki meqinya.
    Sakitakhlepaskanuuhh ! rintihnya saat k0ntol sopirnya menyeruak masuk menggesek dinding kemaluannya.
    Ooohhenak tenan meqinya Non biar udah ga perawan tp masih seret ! komentar Agus
    Tuh kan kebukti k0ntol pacarnya kecil, kalo ngga pasti udah ga seseret sekarang, ya ga Din ! sahut Yono disambut gelak tawa keduanya.
    Siap yah Non, sy bakal ngebuktiin kalo sy lebih bisa muasin Non daripada pacar Non itu, hiihh ! habis mengucapkan kalimat itu Agus langsung menyodokkan k0ntolnya diiringi erangan panjang Monic.

    Agus terus menghentakhentakkan pinggulnya membuat tubuh Monic berkelejotan, mulutnya mengapmengap mengeluarkan rintihan yg justru membuat kedua orang itu tambah bernafsu.

    Ayo liat sini, asyik nih buat nambah koleksi gw ! sahut Yono mengarahkan cameraphone itu pada mereka.
    Jangantolong jangan ahhhdirekamahhh ! Monic mencoba menutupi wajahnya dgn tangan

    Namun Agus malah merentangkan kedua tangannya itu ke samping sehingga Monic tdk bisa menutupi wajahnya lagi.

    Agus tertawatawa melihat ke arah kamera seolah bangga bisa menikmati tubuh majikannya yg cantik itu. Sekitar tiga menit Yono mengabadikan adegan perkosaan itu sebelum dia sendiri bergabung menikmati tubuh mulus itu.

    Yono menggeraygi seluruh tubuh Monic serta menjilatinya, leher jenjang itu dicupangi sampai memerah. Lidah Yono yg menggelitik tubuhnya membuatnya makin menggelinjang.

    Busyet, baru pernah gw main sama anak juragan sendiri, ternyata asoynya ga ketulungan ! kata Agus sambil terus menyetubuhinya tanpa ampun.

    Tak lama kemudian, tubuh Monic mengejang dan menekuk ke atas sampai tulangtulang rusuknya terjiplak di kulitnya. Dia merasa seperti ada suatu ledakan hebat dari dalam tubuhnya yg tdk bisa ditahan dan menyebabkan tubuhnya menggelepargelepar bak ikan keluar dari air.

    Tdk dapat disangkal bahwa perasaan itu nikmat luar biasa melebihi kenikmatan yg pernah dirasakan bersama pacarnya. Agus masih terus menggenjotnya selama beberapa menit ke depan, dan akhirnya dia pun mencabut k0ntolnya lalu buruburu mendekati wajah Monic dimana dia menyemprotkan spermanya.

    Cairan putih kental pun berceceran membasahi wajah dan rambut gadis itu. Sebelum sempat membersihkan cairan berbau tak sedap itu dari wajahnya, Yono sdh mengambil giliran memperkosanya.

    Yono membalikkan tubuhnya yg masih lemas itu ke posisi telungkup, kemudian pantatnya dia tarik hingga menungging.

    Aaahhkkkaahh ! erang Monic dgn mata terbelakak, kedua tangannya mengepal keras ketika Yono melakukan penetrasi dari belakang.

    Setdknya dia masih bersyukur karena Yono tdk mengincar anusnya, terbayang olehnya betapa sakitnya di anal seks dgn k0ntol sebesar itu sementara anusnya masih perawan.

    Berkat bantuan cairan kemaluannya, k0ntol Yono lebih mudah menusuk meqinya, itupun masih terasa nyeri.. Dia mulai mengocok meqinya, mulanya perlahan tp lamalama kecepatannya semakin meningkat. Monic sebentar mendesah, sebentar menggigit bibir merasakan kenimatan yg diberikan Yono, sepertinya dia sdh begitu mengikuti permainan yg dipimpin oleh dua pemerkosanya itu.

    Rasa jijik dan marah yg sedari tadi menyelubunginya berubah menjadi gairah kenikmatan, setdknya utk saat ini. Semakin kasar perlakuan yg diterimanya semakin nikmat rasanya, pinggulnya pun ikut bergoyang mengimbangi irama genjotan Yono. Desahan yg keluar dari mulutnya makin menunjukkan kenikmatan bukannya desahan korban perkosaan.

    Agus menaruh kursi di depan Monic dan duduk di sana, selain kaos berkerahnya, bagian bawahnya sdh telanjang. Tubuh atas Monic yg bertumpu di lantai itu diangkatnya ke antara dua pahanya.

    AyoNon tadi belum dibersihin nih, jilatin sampai bersih yah ! suruhnya

    Tanpa harus disuruh kedua kalinya, Monic yg sdh setengah sadar itu, meraih batang itu lalu menyapukan lidahnya membersihkan cairan yg belepotan di sana, sesekali dimasukkan ke mulut dan diemut sehingga pemiliknya meremmelek dan melenguh keenakan, k0ntol itu pun perlahanlahan membesar lagi di dalam mulutnya.

    Sementara dari belakang Yono masih asyik menyodoknyodok meqinya sambil kedua tangannya berpegangan pada kedua payudaranya. Butirbutir keringat sdh nampak pada kulit punggungnya seperti embun, wajahnya pun sdh bersimbah peluh bercampur sperma.

    Suatu saat Yono membenamkan k0ntol itu hingga mentok dan memuntahkan isinya di dalam sana, tubuh pria itu mengejang sambil mengerang dgn suara berat. Nampak cairan putih itu meluber di selasela kemaluan Monic membasahi daerah sekitar selangkangannya.

    Mereka berganti posisi lagi, Agus berkata bahwa dia ingin mencoba posisi yg pernah dilihatnya di sebuah film porno. Mulamula diperintahkannya Monic naik ke pangkuannya berhadapan. Dia sdh memegangi k0ntolnya yg mengacung tegak itu ketika Monic menurunkan tubuhnya sehingga otomatis k0ntol itupun melesak ke meqinya diiringi desahan.

    Pegangan yah Non, kalo jatuh jangan salahin sy ntar ! suruhnya

    Setelah Monic berpegangan pada bahunya, Agus pelanpelan bangkit dari bangku, kedua tangannya menopang pantat Monic sehingga kini posisinya digendong Agus dgn kedua tungkai menjepit pinggang Agus. Merasa pijakannya telah mantap, Agus pun menyentakkan badannya menggenjot meqi majikannya dgn gaya berdiri.

    Wowboleh jg jurus baru lu Din, sekalisekali bisa gw coba nih ! kata Yono
    Berguna jg tuh film bokep, dapat pelajaran baru yg emang sip sahut Agus yg makin ganas menggenjot Monic.

    Dgn posisi demikian Monic merasa meqinya ditusuk dgn lebih keras dan dalam, payudaranya pun turut bergoyanggoyang seirama badannya.

    Agus dapat bertahan sekitar belasan menit dalam posisi yg cukup menguras tenaga itu, namun selama itu dia berhasil mengirim Monic mencapai klimaks. Mereka terus menggarapnya tanpa mempedulikan kondisi Monic yg sdh kepayahan. Sekarang Yono berbaring di lantai dgn memakai pakaiannya sebagai alas kepala, disuruhnya Monic melakukan gaya woman on top dgn bergoyang di atas k0ntolnya.

    Dgn pertimbangan mengakhiri perkosaan itu secepatnya, Monic pun menaiki k0ntol Yono lalu mulai menaikturunkan tubuhnya. Belum sampai semenit bergoyang, dari belakangnya Agus mendorong punggungnya ke depan sehingga pantatnya agak terangkat.

    Ntar Pak Yono, gw belum keluar nih tadi, sekarang mo nyoba ngejos disini nih ! katanya sambil memasukkan dua jari ke anusnya.
    Jangan Bang, jangan disana, sy takut ! mohonnya saat Agus mulai meludahi daerah itu agar licin serta mengeluarmasukkan jarinya sejenak.
    Heh, udah diem aja Non, ntar jg enak kok ! Agus mulai membuka lubang itu dan tangan satunya mengarahkan senjatanya ke sana.

    Yono yg dalam posisi berbaring memegangi kedua lengan Monic agar tdk berontak.

    Aaahhaduhsakit, ampun Bang, tolong hentikan ! rintih Monic menyayat hati, tubuhnya mengejang, dan wajahnya meringis menahan perih

    Tanpa merasa iba, sopir bejat itu terus saja melesakkan k0ntolnya dan menikmati jepitan dubur itu terhadap k0ntolnya, begitu jg Yono di bawahnya, dia malah makin bergairah melihat ekpresi kesakitan Monic, sesekali dia menyapukan lidahnya pada payudara yg menggelantung dekat wajahnya. Mereka berdua pun mulai menggenjot tubuh Monic, dua k0ntol menghujamhujam meqi dan anusnya, sungguh suatu derita birahi yg luar biasa dialami gadis malang itu.

    Gile, masih perawan loh pantatnya, sempit banget sampe berdarah gini ! kata Agus sambil meremasi bongkahan pantatnya.

    Darah segar memang mulai nampak pada kulit pantatnya yg putih dan tangisan Monic pun makin menjadi, namun itu tdk mengurangi kebiadaban kedua orang itu.

    Beberapa saat kemudian ketiganya mencapai orgasme dalam waktu hampir bersamaan, yg paling awal adalah Agus, mungkin karena sempitnya, sperma itu menyemprot di dalam pantatnya dan meluber keluar bercampur cairan darah.

    Monic pun menyusul beberapa menit kemudian bersamaan dgn Yono yg menumpahkan spermanya di dalam meqi Monic. Tubuh Monic pun akhirnya ambruk menindih Yono dgn k0ntol masih menancap. Agus memakai kembali celananya, dia tersenyum puas sambil menyalakan sebatang rokok.

    Sebentar kemudian Yono pun bangkit dan melihat jam yg sdh menunjukkan jam 5 kurang, dia membuka pintu dan memantau keadaan sekitar, sepi tdk ada ada tanda seseorang lewat sini. Monic masih terbaring di lantai menangis sesegukan, keringat telah membasahi badannya, daerah selangkangannya penuh lelehan sperma dan di pantatnya sperma itu bercampur darah. Yono mengancamnya bahwa bila dia berani buka mulut atau pindah ke kampus lain, foto dan video klip itu akan disebarluarkan bahkan keselamatan pacarnya pun mungkin terancam.

    Setiba di rumah, kedua orang tua Monic masih belum ada di rumah, papanya memang sedang di luar kota sejak kemarin lusa dan mamanya sedang ikut arisan.

    Kesempatan ini tdk disiasiakan Agus utk menikmati tubuh Monic sepuaspuasnya. Dia memperkosa nona majikannya itu di kamar gadis itu serta di kamar mandi yg menyatu dgn kamar itu sekaligus mandi bersama. Monic sendiri sepertinya sdh pasrah saja menikmati dirinya diperkosa seperti itu, pikirnya toh sdh telanjur basah, mandi saja sekalian.

    Perkosaan itu baru berhenti ketika mamanya pulang sekitar jam sembilan. Di depan nyonya besar itu, baik Agus dan Monic bersikap seperti biasa, yg satu demi menutupi perbuatan bejatnya, yg lain demi menutupi rasa malu dan tdk ingin menyusahkan orang tuanya. Besoknya memang benar Agus mengundurkan diri dgn alasan ingin bekerja di kota lain bersama saudaranya, namun derita Monic belum berakhir karena dia telah menjadi salah satu budak seks Yono, si penjaga kampus bejat itu.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Mantan Murid

    Cerita Sex Mantan Murid


    658 views

    Perawanku – Cerita Sex Mantan Murid, Kisah ini berawal dari keberanian mantan muridku, Sandi. Tampaknya sejak SD dia sudah sering mengintip dan memperhatikan tubuhku yang molek. Sebenernya cerita dewasa ini tak layak diceritakan. Tapi, apa mau dikata perbuatan itu telah kami lakukan, dan kenikmatan itu ingin kami bagikan disini.

    “Aarrgghhh…!!!” aku menjerit.
    “Aku hampir keluar!” Sandi bergumam. Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak bisa bergoyang dalam posisi seperti itu, maka aku pasrah saja, menikmati gecakan-gecakan keras batang kemaluan Sandi. Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat.

    “Terus, Sayang…, teruuusss…!”desahku.
    “Ooohhh, enak sekali…, aku keenakan…, enak ‘bercinta’ sama Ibu!” Erang Sandi
    “Ibu juga, Ibu juga, vagina Ibu keenakaan…!” Balasku.
    “Aku sudah hampir keluar, Buu…, vagina Ibu enak bangeet… ”
    “Ibu juga mau keluar lagi, tahan dulu! Teruss…, yaah, aku juga mau keluarr!”

    Agen Judi Online Aman Dan Terpercaya

    Namaku Asmiati, tinggi 160 sentimeter, berat 56 kilogram, lingkar pinggang 65 sentimeter. Secara keseluruhan, sosokku kencang, garis tubuhku tampak bila mengenakan pakaian yang ketat terutama pakaian senam. Aku adalah Ibu dari dua anak berusia 44 tahun dan bekerja sebagai seorang guru disebuah SLTA di kota S.

    Kata orang tahi lalat di daguku seperti Berliana Febriyanti, dan bentuk tubuhku mirip Minati Atmanegara yang tetap kencang di usia yang semakin menua. Mungkin mereka ada benarnya, tetapi aku memiliki payudara yang lebih besar sehingga terlihat lebih menggairahkan dibanding artis yang kedua. Semua karunia itu kudapat dengan olahraga yang teratur.

    Kira-kira 6 tahun yang lalu saat usiaku masih 38 tahun salah seorang sehabatku menitipkan anaknya yang ingin kuliah di tempatku, karena ia teman baikku dan suamiku tidak keberatan akhirnya aku menyetujuinya. Nama pemuda itu Sandi, kulitnya kuning langsat dengan tinggi 173 cm. Badannya kurus kekar karena Sandi seorang atlit karate di tempatnya. Oh ya, Sandi ini pernah menjadi muridku saat aku masih menjadi guru SD.

    Sandi sangat sopan dan tahu diri. Dia banyak membantu pekerjaan rumah dan sering menemani atau mengantar kedua anakku jika ingin bepergian. Dalam waktu sebulan saja dia sudah menyatu dengan keluargaku, bahkan suamiku sering mengajaknya main tenis bersama. Aku juga menjadi terbiasa dengan kehadirannya, awalnya aku sangat menjaga penampilanku bila di depannya. Aku tidak malu lagi mengenakan baju kaos ketat yang bagian dadanya agak rendah, lagi pula Sandi memperlihatkan sikap yang wajar jika aku mengenakan pakaian yang agak menonjolkan keindahan garis tubuhku.

    Sekitar 3 bulan setelah kedatangannya, suamiku mendapat tugas sekolah S-2 keluar negeri selama 2, 5 tahun. Aku sangat berat melepasnya, karena aku bingung bagaimana menyalurkan kebutuhan sex-ku yang masih menggebu-gebu. Walau usiaku sudah tidak muda lagi, tapi aku rutin melakukannya dengan suamiku, paling tidak seminggu 5 kali. Mungkin itu karena olahraga yang selalu aku jalankan, sehingga hasrat tubuhku masih seperti anak muda. Dan kini dengan kepergiannya otomatis aku harus menahan diri.

    Awalnya biasa saja, tapi setelah 2 bulan kesepian yang amat sangat menyerangku. Itu membuat aku menjadi uring-uringan dan menjadi malas-malasan. Seperti minggu pagi itu, walau jam telah menunjukkan angka 9. Karena kemarin kedua anakku minta diantar bermalam di rumah nenek mereka, sehingga hari ini aku ingin tidur sepuas-puasnya. Setelah makan, aku lalu tidur-tiduran di sofa di depan TV. Tak lama terdengar suara pintu dIbuka dari kamar Sandi.

    Kudengar suara langkahnya mendekatiku.

    “Bu Asmi..?” Suaranya berbisik, aku diam saja. Kupejamkan mataku makin erat. Setelah beberapa saat lengang, tiba-tiba aku tercekat ketika merasakan sesuatu di pahaku. Kuintip melalui sudut mataku, ternyata Sandi sudah berdiri di samping ranjangku, dan matanya sedang tertuju menatap tubuhku, tangannya memegang bagian bawah gaunku, aku lupa kalau aku sedang mengenakan baju tidur yang tipis, apa lagi tidur telentang pula. Hatiku menjadi berdebar-debar tak karuan, aku terus berpura-pura tertidur.

    “Bu Asmi..?” Suara Sandi terdengar keras, kukira dia ingin memastikan apakah tidurku benar-benar nyeyak atau tidak.

    Aku memutuskan untuk pura-pura tidur. Kurasakan gaun tidurku tersingkap semua sampai keleher.

    Lalu kurasakan Sandi mengelus bibirku, jantungku seperti melompat, aku mencoba tetap tenang agar pemuda itu tidak curiga. Kurasakan lagi tangan itu mengelus-elus ketiakku, karena tanganku masuk ke dalam bantal otomatis ketiakku terlihat. Kuintip lagi, wajah pemuda itu dekat sekali dengan wajahku, tapi aku yakin ia belum tahu kalau aku pura-pura tertidur kuatur napas selembut mungkin.

    Lalu kurasakan tangannya menelusuri leherku, bulu kudukku meremang geli, aku mencoba bertahan, aku ingin tahu apa yang ingin dilakukannya terhadap tubuhku. Tak lama kemuadian aku merasakan tangannya meraba buah dadaku yang masih tertutup BH berwarna hitam, mula-mula ia cuma mengelus-elus, aku tetap diam sambil menikmati elusannya, lalu aku merasakan buah dadaku mulai diremas-remas, aku merasakan seperti ada sesuatu yang sedang bergejolak di dalam tubuhku, aku sudah lama merindukan sentuhan laki-laki dan kekasaran seorang pria. Aku memutuskan tetap diam sampai saatnya tiba.

    Sekarang tangan Sandi sedang berusaha membuka kancing BH-ku dari depan, tak lama kemudian kurasakan tangan dingin pemuda itu meremas dan memilin puting susuku. Aku ingin merintih nikmat tapi nanti amalah membuatnya takut, jadi kurasakan remasannya dalam diam. Kurasakan tangannya gemetar saat memencet puting susuku, kulirik pelan, kulihat Sandi mendekatkan wajahnya ke arah buah dadaku. Lalu ia menjilat-jilat puting susuku, tubuhku ingin menggeliat merasakan kenikmatan isapannya, aku terus bertahan. Kulirik puting susuku yang berwarna merah tua sudah mengkilat oleh air liurnya, mulutnya terus menyedot puting susuku disertai gigitan-gigitan kecil. Perasaanku campur aduk tidak karuan, nikmat sekali.

    Tangan kanan Sandi mulai menelusuri selangkanganku, lalu kurasakan jarinya meraba vaginaku yang masih tertutup CD, aku tak tahu apakah vaginaku sudah basah apa belum. Yang jelas jari-jari Sandi menekan-nekan lubang vaginaku dari luar CD, lalu kurasakan tangannya menyusup masuk ke dalam CD-ku. Jantungku berdetak keras sekali, kurasakan kenikmatan menjalari tubuhku. Jari-jari Sandi mencoba memasuki lubang vaginaku, lalu kurasakan jarinya amblas masuk ke dalam, wah nikmat sekali. Aku harus mengakhiri Sandiwaraku, aku sudah tak tahan lagi, kubuka mataku sambil menyentakkan tubuhku.

    “Sandi!! Ngapain kamu?”

    Aku berusaha bangun duduk, tapi tangan Sandi menekan pundakku dengan keras. Tiba-tiba Sandi mecium mulutku secepat kilat, aku berusaha memberontak dengan mengerahkan seluruh tenagaku. Tapi Sandi makin keras menekan pundakku, malah sekarang pemuda itu menindih tubuhku, aku kesulitan bernapas ditindih tubuhnya yang besar dan kekar berotot. Kurasakan mulutnya kembali melumat mulutku, lidahnya masuk ke dalam mulutku, tapi aku pura-pura menolak.

    “Bu.., maafkan saya. Sudah lama saya ingin merasakan ini, maafkan saya Bu… ” Sandi melepaskan ciumannya lalu memandangku dengan pandangan meminta.

    “Kamu kan bisa denagan teman-teman kamu yang masih muda. Ibukan sudah tua,” Ujarku lembut.

    “Tapi saya sudah tergila-gila dengan Bu Asmi.. Saat SD saya sering mengintip BH yang Ibu gunakan… Saya akan memuaskan Ibu sepuas-puasnya,” jawab Sandi.

    “Ah kamu… Ya sudah terserah kamu sajalah”

    Aku pura-pura menghela napas panjang, padahal tubuhku sudah tidak tahan ingin dijamah olehnya.

    Lalu Sandi melumat bibirku dan pelan-pelan aku meladeni permainan lidahnya. Kedua tangannya meremas-remas pantatku. Untuk membuatnya semakin membara, aku minta izin ke WC yang ada di dalam kamar tidurku. Di dalam kamar mandi, kubuka semua pakaian yang ada di tubuhku, kupandangi badanku di cermin. Benarkah pemuda seperti Sandi terangsang melihat tubuhku ini? Perduli amat yang penting aku ingin merasakan bagaimana sich bercinta dengan remaja yang masih panas.

    Keluar dari kamar mandi, Sandi persis masuk kamar. Matanya terbeliak melihat tubuh sintalku yang tidak berpenutup sehelai benangpun.

    “Body Ibu bagus banget.. ” dia memuji sembari mengecup putting susuku yang sudah mengeras sedari tadi. Tubuhku disandarkannya di tembok depan kamar mandi. Lalu diciuminya sekujur tubuhku, mulai dari pipi, kedua telinga, leher, hingga ke dadaku. Sepasang payudara montokku habis diremas-remas dan diciumi. Putingku setengah digigit-gigit, digelitik-gelitik dengan ujung lidah, juga dikenyot-kenyot dengan sangat bernafsu.

    “Ibu hebat…,” desisnya.

    “Apanya yang hebat..?” Tanyaku sambil mangacak-acak rambut Sandi yang panjang seleher.

    “Badan Ibu enggak banyak berubah dibandingkan saya SD dulu” Katanya sambil terus melumat puting susuku. Nikmat sekali.

    “Itu karena Ibu teratur olahraga” jawabku sembari meremas tonjolan kemaluannya. Dengan bergegas kuloloskan celana hingga celana dalamnya. Mengerti kemauanku, dia lalu duduk di pinggir ranjang dengan kedua kaki mengangkang. DIbukanya sendiri baju kaosnya, sementara aku berlutut meraih batang penisnya, sehingga kini kami sama-sama bugil.

    Agak lama aku mencumbu kemaluannya, Sandi minta gantian, dia ingin mengerjai vaginaku.

    “Masukin aja yuk, Ibu sudah ingin ngerasain penis kamu San!” Cegahku sambil menciumnya.

    Sandi tersenyum lebar. “Sudah enggak sabar ya ?” godanya.

    “Kamu juga sudah enggak kuatkan sebenarnya San,” Balasku sambil mencubit perutnya yang berotot.

    Sandi tersenyum lalu menarik tubuhku. Kami berpelukan, berciuman rapat sekali, berguling-guling di atas ranjang. Ternyata Sandi pintar sekali bercumbu. Birahiku naik semakin tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Terasa vaginaku semakin berdenyut-denyut, lendirku kian membanjir, tidak sabar menanti terobosan batang kemaluan Sandi yang besar.

    Berbeda dengan suamiku, Sandi nampaknya lebih sabar. Dia tidak segera memasukkan batang penisnya, melainkan terus menciumi sekujur tubuhku. Terakhir dia membalikkan tubuhku hingga menelungkup, lalu diciuminya kedua pahaku bagian belakang, naik ke bongkahan pantatku, terus naik lagi hingga ke tengkuk. Birahiku menggelegak-gelegak.

    Sandi menyelipkan tangan kirinya ke bawah tubuhku, tubuh kami berimpitan dengan posisi aku membelakangi Sandi, lalu diremas-remasnya buah dadaku. Lidahnya terus menjilat-jilat tengkuk, telinga, dan sesekali pipiku. Sementara itu tangan kanannya mengusap-usap vaginaku dari belakang. Terasa jari tengahnya menyusup lembut ke dalam liang vaginaku yang basah merekah.

    “Vagina Ibu bagus, tebel, pasti enak ‘bercinta’ sama Ibu…,” dia berbisik persis di telingaku. Suaranya sudah sangat parau, pertanda birahinya pun sama tingginya dengan aku. Aku tidak bisa bereaksi apapun lagi. Kubiarkan saja apapun yang dilakukan Sandi, hingga terasa tangan kanannya bergerak mengangkat sebelah pahaku.

    Mataku terpejam rapat, seakan tak dapat lagi membuka. Terasa nafas Sandi semakin memburu, sementara ujung lidahnya menggelitiki lubang telingaku. Tangan kirinya menggenggam dan meremas gemas buah dadaku, sementara yang kanan mengangkat sebelah pahaku semakin tinggi. Lalu…, terasa sebuah benda tumpul menyeruak masuk ke liang vaginaku dari arah belakang. Oh, my God, dia telah memasukkan rudalnya…!!!

    Sejenak aku tidak dapat bereaksi sama sekali, melainkan hanya menggigit bibir kuat-kuat. Kunikmati inci demi inci batang kemaluan Sandi memasuki liang vaginaku. Terasa penuh, nikmat luar biasa.

    “Oohh…,” sesaat kemudian aku mulai bereaksi tak karuan. Tubuhku langsung menggerinjal-gerinjal, sementara Sandi mulai memaju mundurkan tongkat wasiatnya. Mulutku mulai merintih-rintih tak terkendali.

    “Saann, penismu enaaak…!!!,” kataku setengah menjerit.

    Sandi tidak menjawab, melainkan terus memaju mundurkan rudalnya. Gerakannya cepat dan kuat, bahkan cenderung kasar. Tentu saja aku semakin menjerit-jerit dibuatnya. Batang penisnya yang besar itu seperti hendak membongkar liang vaginaku sampai ke dasar.

    “Oohh…, toloongg.., gustii…!!!”

    Sandi malah semakin bersemangat mendengar jerit dan rintihanku. Aku semakin erotis.

    “Aahh, penismu…, oohh, aarrghh…, penismuu…, oohh…!!!”

    Sandi terus menggecak-gecak. Tenaganya kuat sekali, apalagi dengan batang penis yang luar biasa keras dan kaku. Walaupun kami bersetubuh dengan posisi menyamping, nampaknya Sandi sama sekali tidak kesulitan menyodokkan batang kemaluannya pada vaginaku. Orgasmeku cepat sekali terasa akan meledak.

    “Ibu mau keluar! Ibu mau keluaaar!!” aku menjerit-jerit.

    “Yah, yah, yah, aku juga, aku juga! Enak banget ‘bercinta’ sama Ibu!” Sandi menyodok-nyodok semakin kencang.

    “Sodok terus, Saann!!!… Yah, ooohhh, yahh, ugghh!!!”

    “Teruuss…, arrgghh…, sshh…, ohh…, sodok terus penismuuu…!”

    “Oh, ah, uuugghhh… ”

    “Enaaak…, penis kamu enak, penis kamu sedap, yahhh, teruuusss…”

    Pada detik-detik terakhir, tangan kananku meraih pantat Sandi, kuremas bongkahan pantatnya, sementara paha kananku mengangkat lurus tinggi-tinggi. Terasa vaginaku berdenyut-denyut kencang sekali. Aku orgasme!

    Sesaat aku seperti melayang, tidak ingat apa-apa kecuali nikmat yang tidak terkatakan. Mungkin sudah ada lima tahun aku tak merasakan kenikmatan seperti ini. Sandi mengecup-ngecup pipi serta daun telingaku. Sejenak dia membiarkan aku mengatur nafas, sebelum kemudian dia memintaku menungging. Aku baru sadar bahwa ternyata dia belum mencapai orgasme.

    Kuturuti permintaan Sandi. Dengan agak lunglai akibat orgasme yang luar biasa, kuatur posisi tubuhku hingga menungging. Sandi mengikuti gerakanku, batang kemaluannya yang besar dan panjang itu tetap menancap dalam vaginaku.

    Lalu perlahan terasa dia mulai mengayun pinggulnya. Ternyata dia luar biasa sabar. Dia memaju mundurkan gerak pinggulnya satu-dua secara teratur, seakan-akan kami baru saja memulai permainan, padahal tentu perjalanan birahinya sudah cukup tinggi tadi.

    Aku menikmati gerakan maju-mundur penis Sandi dengan diam. Kepalaku tertunduk, kuatur kembali nafasku. Tidak berapa lama, vaginaku mulai terasa enak kembali. Kuangkat kepalaku, menoleh ke belakang. Sandi segera menunduk, dikecupnya pipiku.

    “San.. Kamu hebat banget.. Ibu kira tadi kamu sudah hampir keluar,” kataku terus terang.

    “Emangnya Ibu suka kalau aku cepet keluar?” jawabnya lembut di telingaku.

    Aku tersenyum, kupalingkan mukaku lebih ke belakang. Sandi mengerti, diciumnya bibirku. Lalu dia menggenjot lebih cepat. Dia seperti mengetahui bahwa aku mulai keenakan lagi. Maka kugoyang-goyang pinggulku perlahan, ke kiri dan ke kanan.

    Sandi melenguh. Diremasnya kedua bongkah pantatku, lalu gerakannya jadi lebih kuat dan cepat. Batang kemaluannya yang luar biasa keras menghunjam-hunjam vaginaku. Aku mulai mengerang-erang lagi.

    “Oorrgghh…, aahh…, ennaak…, penismu enak bangeett… Ssann!!”

    Sandi tidak bersuara, melainkan menggecak-gecak semakin kuat. Tubuhku sampai terguncang-guncang. Aku menjerit-jerit. Cepat sekali, birahiku merambat naik semakin tinggi. Kurasakan Sandi pun kali ini segera akan mencapai klimaks. Maka kuimbangi gerakannya dengan menggoyangkan pinggulku cepat-cepat. Kuputar-putar pantatku, sesekali kumajumundurkan berlawanan dengan gerakan Sandi. Pemuda itu mulai mengerang-erang pertanda dia pun segera akan orgasme.

    Tiba-tiba Sandi menyuruhku berbalik. Dicabutnya penisnya dari kemaluanku. Aku berbalik cepat. Lalu kukangkangkan kedua kakiku dengan setengah mengangkatnya. Sandi langsung menyodokkan kedua dengkulnya hingga merapat pada pahaku. Kedua kakiku menekuk mengangkang. Sandi memegang kedua kakiku di bawah lutut, lalu batang penisnya yang keras menghunjam mulut vaginaku yang menganga.

    “Aarrgghhh…!!!” aku menjerit.

    “Aku hampir keluar!” Sandi bergumam. Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak bisa bergoyang dalam posisi seperti itu, maka aku pasrah saja, menikmati gecakan-gecakan keras batang kemaluan Sandi. Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat.

    “Terus, Sayang…, teruuusss…!”desahku.

    “Ooohhh, enak sekali…, aku keenakan…, enak ‘bercinta’ sama Ibu!” Erang Sandi

    “Ibu juga, Ibu juga, vagina Ibu keenakaan…!” Balasku.

    “Aku sudah hampir keluar, Buu…, vagina Ibu enak bangeet… ”

    “Ibu juga mau keluar lagi, tahan dulu! Teruss…, yaah, aku juga mau keluarr!”

    “Ah, oh, uughhh, aku enggak tahan, aku enggak tahan, aku mau keluaaar…!”

    “Yaahh teruuss, sodok teruss!!! Ibu enak enak, Ibu enak, Saann…, aku mau keluar, aku mau keluar, vaginaku keenakan, aku keenakan ‘bercinta’ sama kamu…, yaahh…, teruss…, aarrgghh…, ssshhh…, uughhh…, aarrrghh!!!”

    Tubuhku mengejang sesaat sementara otot vaginaku terasa berdenyut-denyut kencang. Aku menjerit panjang, tak kuasa menahan nikmatnya orgasme. Pada saat bersamaan, Sandi menekan kuat-kuat, menghunjamkan batang kemaluannya dalam-dalam di liang vaginaku.

    “Oohhh…!!!” dia pun menjerit, sementara terasa kemaluannya menyembur-nyemburkan cairan mani di dalam vaginaku. Nikmatnya tak terkatakan, indah sekali mencapai orgasme dalam waktu persis bersamaan seperti itu.

    Lalu tubuh kami sama-sama melunglai, tetapi kemaluan kami masih terus bertautan. Sandi memelukku mesra sekali. Sejenak kami sama-sama sIbuk mengatur nafas.

    “Enak banget,” bisik Sandi beberapa saat kemudian.

    “Hmmm…” Aku menggeliat manja. Terasa batang kemaluan Sandi bergerak-gerak di dalam vaginaku.

    “Vagina Ibu enak banget, bisa nyedot-nyedot gitu…”

    “Apalagi penis kamu…, gede, keras, dalemmm…”

    Sandi bergerak menciumi aku lagi. Kali ini diangkatnya tangan kananku, lalu kepalanya menyusup mencium ketiakku. Aku mengikik kegelian. Sandi menjilati keringat yang membasahi ketiakku. Geli, tapi enak. Apalagi kemudian lidahnya terus menjulur-julur menjilati buah dadaku.

    Sandi lalu menetek seperti bayi. Aku mengikik lagi. Putingku dihisap, dijilat, digigit-gigit kecil. Kujambaki rambut Sandi karena kelakuannya itu membuat birahiku mulai menyentak-nyentak lagi. Sandi mengangkat wajahnya sedikit, tersenyum tipis, lalu berkata,

    “Aku bisa enggak puas-puas ‘bercinta’ sama Ibu… Ibu juga suka kan?”

    Aku tersenyum saja, dan itu sudah cukup bagi Sandi sebagai jawaban. Alhasil, seharian itu kami bersetubuh lagi. Setelah break sejenak di sore hari malamnya Sandi kembali meminta jatah dariku. Sedikitnya malam itu ada 3 ronde tambahan yang kami mainkan dengan entah berapa kali aku mencapai orgasme. Yang jelas, keesokan paginya tubuhku benar-benar lunglai, lemas tak bertenaga.

    Hampir tidak tidur sama sekali, tapi aku tetap pergi ke sekolah. Di sekolah rasanya aku kuyu sekali. Teman-teman banyak yang mengira aku sakit, padahal aku justru sedang happy, sehabis bersetubuh sehari semalam dengan bekas muridku yang perkasa.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Ibu Tiriku Ternyata dulu seorang Pelacur

    Ibu Tiriku Ternyata dulu seorang Pelacur


    1547 views

    Perawanku – Namaku ridho,Di awali dengan perceraian orang tua yang dikarenakan bapak sudah 2kali ditangkap polisi dan beberapa hari di penjara karena judi. aku ikut bapak sedangkan adik ku ikut ibu, bapak dan aku pindah ke kota S dekat lokalisasi yang kini katanya sudah di tutup, di situ pula bapak menemukan istrinya yang baru, aku dengar dari teman tongkrongan ku kalo istri bapakku dulunya salah satu primadona pelacur di situ…

    Tidak ada yang istimewa dari kehidupan kita selanjutnya kecuali tentang sex bapak dan ibu tiri ku ini, kadang kalo aku kedapur lewat kamar bapak aku sering dengar erangan kenikmatan disertai kata-kata jorok dari ibu tiriku,ato pernah juga waktu aku malam-malam mau ke wc aku gak sengaja liat ibu tiriku lagi di genjot di ruang tv dengan jelas aku bisa lihat perempuan umur 36 itu sangat cantik dengan pantat dan toket yang besar, bapak sangat kasar menggenjot pantat ibu tiriku itu tampak kenikmatan terlihat dari ibu tiriku ini hingga bapak menyiramkan pejuhnya ke memek dengan sigap ketika kontol bapakku keluar ibu tiriku langsung mengulumnya..

    Tiba-tiba musibah datang, bapak kembali di penjara kali ini karena membunuh lawan judinya dan di hukum 8 tahun, kini tinggal aku dan ibu tiriku yang ada di rumah sederhana itu, ibu tiriku coba buka usaha counter hp d depan rumah untuk biaya hidup kami dan aku masih melanjutkan sekolah yang baru kelas 1 sma…Seperti hari biasa aku pulang sekolah dengan berjalan kaki ketika lewat rumah bu nita langganan counter kami dia nitipin uang katanya punya hutang pulsa, tiba di rumah aku lihat counter tutup aku langsung kedalam manggil ibu tiriku, terdengar suara ibu tiriku “masuk dho ibu sedang dikamar” tanpa minta ijin aku langsungsung buka pintu kamarnya tapi pemandangan yang indah yang aku dapatkan, ibuku sedang ngangkang dan tangannya mengorek memeknya sendiri tampaknya ibu sedang masturbasi sambil liat film porno dari dvd, ibu tampak kaget tapi gak berhenti dengan aktifitas masturbasinya
    “ada apa dho?” Kata ibu tiriku yg terus saja mainin memeknya.“ini bu nita nitip uang pulsa”

    “Ya udah kamu pegang aja dulu ibu lagi tanggung, kamu makan aja dulu gih”
    Aku pun keluar kamar dengan kontol yang ngaceng terus makan, gak lama berselang ibu keluar kamar seperti biasa.
    Makin hari ibu semakin berani dari mulai dari masturbasi di ruang tv sampe keluyuran di dalam rumah cuma pake kaos dan celana dalam tanpa celana, aku sih seneng liatnya tapi kontolku gak ada salurannya nih.Suatu hari aku beranikan diri bilang “bu ko suka pakai celana dalam doang”
    “Kenapa dho kamu gak suka?”
    “Suka bu tapi suka buat anunya ridho tegang”
    “Ya tinggal di crotin kan beres masa gitu aja gak bisa, apa mau ibu yang bantu” kata ibuku sambil melet.

    “Ya ridho sih pengen banget di bantuin” sambil kontolku tambah keras
    Tanpa diduga ibu langsung jongkok bukain celanaku, terlihat ibuku senang liat kontol kerasku, ibu langsung jilatin sampe penuh ludah terus di kocok pelan kontolku, aku hanya merem melek ngerasa terbang, ibuku terus kocokin kontolku sambil di emutnya kepala kontol, sudah 10menit ibu tiriku dengan binal ngocokin kontolku, mungkin kesal gak keluar juga ibu tiri ku ngarahin tanganku ke toketnya, empuk, besar, dan kenyal aku remas-remas dari luar kaosnya.Tiba-tiba aku rasa ada yang mau keluar dari kontol ku langsung saja aku jambak ibu tiriku dan aku maju mundurkan wajah ibuku hingga keluarlah pejuh yg banyak langsung kemulut ibu tiriku yg langsung dia minum, dengan telaten ibu tiriku bersihin kontolku dengan lidahnya, “maaf ya bu”
    “Gak apa dho, ibu juga udah kangen pengen minum peju ko, kalo kamu pengen lagi bilang aja, tapi lain kali masukin ke memek ibu aja, masa kontol kamu aja yg ennak”.

    Aku nyengir aja “gimana kalo malam-malam aku pengen bu?”
    “Ya udah mulai nanti malam kamu tidur di kamar ibu aja, asal kamu mau janji”.
    “Janji apa bu?”
    “Selama bapakmu gak ada jangan panggil ibu, panggil aja sayang ato apa, kamu juga harus mau ngentotin kalo aku lagi pengen, dan yg terakhir aku suka kalo di katain jorok” sambil nyubit pahaku lalu pergi ke counter.
    Malamnya aku tidur bareng ibu tiriku yg kini ku panggil sayang.
    “Dho kamu udah tidur?”
    “Belum sayy, kenapa?”
    “susu aku emutin dong gatel nih” sambil nyodorin toketnya yg besar dan puting yg kecoklatan. Tanpa nunggu lama langsung aku caplok tuh.
    Ibu tiriku mendesah, dan tangan ku pun mulai menelusup ke arah memeknya yg ternyata sudah becek, aku mainkan jariku di memeknya yg buat ibu tiriku makin menggelinjang..

    “Entotin aku dho, memekku pengen banget kontol”.
    Mendengar rengekan vulgarnya aku langsung buka semua baju ibu tiriku dan aku, aku kangkangin dia dan langsung aku masukin kontolku ke lubang kenikmatannya.
    “Aahhhh kontolnya masukin semua, ennak kan ngentotin ibu” sambil dia remas toketnya sendiri
    “Iya memek kamu ennak, dasar memek pelacur” aku sendiri kaget karena keceplosan.
    “Iya dho ibu mu ini memang pelacur milik kamu yg bisa kamu entotin setiap waktu aaahhhh”.
    “Suka kontol aku sayang” sambil terus aku genjot memeknya
    “Ahhh iya suka banget”

    “Nungging sayy aku pengen liat kamu kaya anjing yg haus kontol” tanpa d minta lagi ibu tiriku langsung nungging, sangat jelas pantat besarnya yg menantang.Aku sodok dari belakang sambil jambak rambutnya, “aaahhhh ennak, kontol”
    aku makin kasar aja ngegenjot memek ibu tiriku ini, pantas bapakku tergila-gila dengan pelayanan pelacur ini batinku.

    Aku terus genjot memeknya sambil aku usap-usap lubang duburnya, lalu aku masukan telunjukku ke duburnya tiba-tiba “aaaaaaahhhhhh ibu keluar sayang” aku yg kesal karena ibu tiriku lemas karena udah klimaks, aku teruskan saja nyodok memek ibu tiriku sambil aku tampar-tampar pantatnya. Beberapa menit kemudian aku rasa mau klimaks “keluarin dimana sayy?”“Di dalam saja di memek ibu”
    Croootttt croot keluar sudah peju ku yg banyak di memek ibu tiriku yg binal, ibu tiri ku tersenyum puas.

    Kita tidur berpelukan tanpa baju…
    Paginya Aku terbangun tapi ibu sudah gak ada, aku keluar kamar dengan masih bugil ternyata ibu tiriku sedang masak di dapur “mau sarapan apa dho?” Tanya ibu tiriku yg cuma mengenakan celana dalam saja.
    “Mau sarapan memek aja sayy” yg di balas dengan senyuman ibu tiriku yg sekarang menjadi pelacurku..Nonton Film Bokep DISINI  Sekarang tiada hari tanpa melakukan sex kadang sampai seharian kita diem di rumah cuma buat ngentot, kalo lagi datang duburnya lah yg jadi sasaran kontolku.

  • PERBAIKI KOMPOR AKU DAPAT NGENTOD

    PERBAIKI KOMPOR AKU DAPAT NGENTOD


    875 views

    Cerita Sex ini berjudulPERBAIKI KOMPOR AKU DAPAT NGENTODCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Kejadian yang aku ceritakan ini merupakan kisah nyata yang aku alami beberapa bulan yang lalu tepatnya bulan Desember 2001. Aku sendiri seorang pria yang sudah beristri dan isteriku bekerja di salah satu kantor pemerintah di kotaku, serta sudah mempunyai dua anak berumur 10 tahun dan 7 tahun semuanya cewek.

    Dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan memang dirasakan sangat memberatkan bagi kelompok masyarakat kelas menengah kebawah, begitu juga yang menimpa masyarakat di perumahan Mr tempat aku tinggal. Sehingga ibuibu rumah tangga harus pandai benar untuk mengelola/mengatur pembelanjaan uangnya agar bisa mencukupi kebutuhan hidup sehariharinya selama satu bulan.

    Salah satu bentuk efisiensi yang dilakukan isteriku yaitu yang biasanya setiap harinya memakai kompor elpiji, maka untuk lebih menghemat akhirnya membeli kompor dengan bahan bakar minyak tanah. Dan kompor minyak tanah itu merupakan temuan baru dari salah satu mahasiswa tehnik PTN di Surabaya yang sudah dipatenkan.

    Pada suatu hari di bulan Desember, Distributor kompor yang aku ceritakan tadi mengirim salah satu karyawannya untuk mengantar barang yang aku pesan serta melakukan demo caracara pemasangan dan operasional kompor tersebut. Saat dilakukan demo, salah satu tetanggaku yang kebetulan kontrak rumah di depanku, janda berusia 40 tahun dengan dua anak yang satu sudah kuliah dan satunya masih SMA, ikut nimbrung untuk melihat demo kompor. Biasanya aku memanggil dia dengan sebutan Tacik, karena memang dia warga keturunan.

    Acara demomendemo kompor selesai dan akhirnya Tacik ikut memesan satu kompor untuk keperluan rumah tangganya, kejadian demo kompor sudah satu minggu berlalu, hingga berlanjut dengan kisahku ini. Daftar Poker

    Pagi itu setelah mengantar isteriku kerja, aku tidak langsung berangkat kekantor, tetapi pulang dulu kerumah, karena ada kerjaan yang harus aku selesaikan di meja komputerku. Setelah pekerjaan selesai, aku dudukduduk di teras minum kopi sambil menikmati sebatang rokok Gudang Garam Surya kesukaanku. Saat enakenaknya aku menikmati sebatang rokok karena pekerjaan kantor udah beres, tibatiba dari depan rumahku terdengar teriakan Tacik.

    Om.. om Hr.. aku minta tolong bisa khan?
    Minta tolong apa dulu, kalau dimintai tolong untuk sarapan pagi sih aku maumau aja Jawabku dengan sedikit becanda.
    Ini lho Om, kompor yang aku beli kemarin nyalanya koq agak merah, nggak seperti punya isteri Om Hr..
    Ohh.. gitu, mungkin sumbunya terlalu panjang waktu memasangnya, coba tak lihatnya dulu kataku sambil beranjak kerumahnya.
    Sampai di rumah Tacik aku langsung dipersilahkan ke dapur untuk mencoba cek nyala kompor dan memang benar nyalanya agak kemerahmerahan.

    Om aku minta tolong dong, dibetulin kompornya mau khan..?, teriaknya agak manja sambil mengucekucek cucian bajunya.
    Beres, asal dikasih imbalan yang enakenak.., godaku, sambil mulai membongkar kompor.
    Achh.. Om Hr ini bisa aja, yang enakenak itu maksudnya apa sih Om..? tanyanya kayak orang bloon.
    Yeach.. semua aja yang special dan kita anggap enak jawabku sambil membuang putung rokok ke bak sampah dapur.

    Sambil mulai bongkarbongkar kompor, aku sempat melirik Tacik yang lagi cuci pakaian, Busyet.. Ckk.. ck.. ckk! rutukku dalam hati.
    Aku merasa seperti terbangun dari mimpi buruk, ternyata sedari tadi tanpa kusadari, Tacik cuma memakai pakaian tidur warna putih yang sangat tipis sekali dan bagian atas cuma memakai tali kecil yang tersampir dipundak, sehingga Bh dan Cd yang dipakainya kelihatan jelas bentuk maupun warnanya.

    Saat aku meliriknya, Tacik lagi berdiri agak nungging membelakangiku untuk membilas cucian bajunya, sehingga pantatnya yang gempal bulat, berisi daging padat dan kenyal itu kelihatan menggoda untuk dibelai dan disentuh..

    Apalagi Cd warna merah jambu yang dipakainya kelihatan tercetak jelas di bongkahan pantat gempalnya dan serasi benar dengan warna putih mulus kulitnya, dan berdirinya agak ngangkang lagi.., pahanya terlihat tegar, kokoh dan bulat berisi bagai bulir padi raksasa.. Entah disegaja atau tidak, yang jelas pantatnya sesekali digoyang kekanan dan kekiri seiring tangannya yang sedang membilas pakaian yang dicucinya.

    Dan sambil melakukan aktivitasnya, sesekali juga Tacik bertanya, Om Hr.. hari ini koq kelihatan fress benar apa semalam mendapat pelayanan yang sangat istimewa dari isteri.. he.. he.. he.., keramas lagi.. hi.. hi.. hi.. kata Tacik sambil ketawa cekikikan.

    Cerita donk.., biar aku juga ikut tahu, biar nggak hanya mendugaduga saja.. timpalnya lagi sambil menoleh dan mengedipkan sebelah matanya, kayak Jaja Miharja dalam Kuis Dangdut di TPI.

    Ah Tacik koq mau tahu aja, kalau aku ceritain, nanti Tacik jadi grenk terus gimana.. hayoo.. apa nggak malah berabe, coba dipikir.. heh.. he.. he.. jawabku setengah menggoda sambil memancing reaksinya.

    Dan ternyata, rasa ingin tahunya semakin menjadijadi, terbukti dia menghentikan aktivitasnya dan sambil memercikkan air dari kesepuluh jarinya berkata Sesekali boleh khan, tahu rahasia tetangga kita.. heh.. he.. he.. katanya sambil menoleh kearahku sehingga buah dadanya yang ranum dan berukuran 39 c itu kelihatan menggelantung berat seakanakan melambai untuk minta dibelai dan dihisap habis putingputingnya.

    Bolehboleh aja asal kalau nanti agak berbau porno.. nggak nyalahin kita, apalagi menuntut kenapa semalam koq nggak diajak ikut nimbrung.. heh.. he.. he.. kataku mulai berani terangterangan sambil melempar batang korek ke arah dadanya, dan tepat mengenai tengah belahan buah dadanya.

    Edian tenan.. Om.. tembakan korekmu tepat sasaran, pas di tengahtengah susuku yang montok, aku jadi geli.. hi.. hi.. hi.. Katanya sambil merogoh batang korek yang masuk kebelahan buah dadanya, sehingga saat merogoh batang korek tersebullah buah dadanya yang putih mulus, mengkal dan ranum itu di hadapanku.

    Walau omongomong kami sudah mulai mengarah halhal yang bersifat rangsangan birahi, namun aku belum berani memulai tindakan fisik, karena aku kuatir kalau semua yang dilakukan Tacik hanya upaya untuk memancing dan atau untuk mengetahui kecerobohan diriku, mengingat Tacik amat dekat sekali dengan isteriku.

    Bahkan aku berpikir Janganjangan ulah Tacik memancingmancing reaksi birahiku itu, semua dilakukan atas suruhan atau permintaan isteriku . Kataku dalam hati.

    Sambil memasang sumbusumbu kompor yang sudah dapat separo, aku terus ngomongngomong halhal yang agak lebih hot lagi, dan kelihatan Tacik sudah mulai terpengaruh atas semua obrolan birahi, terbukti sesekali dia sering membetulkan letak BH yang membungkus buah dadanya yang super besar itu.

    Saat aku pandang, ternyata kerjaan cuciannya sudah selesai, sambil menyambar handuk putihnya dia berucap Om.. aku mandi dulu ya, awas jangan ngintip lho..? ujarnya sambil melenggaklenggokkan patatnya yang besar dan gempal itu sebelum masuk kekamar mandi.

    Saat masuk kamar mandi, ternyata pintunya tidak dikunci, namun aku tidak ambil pusing walau pintu kamar mandinya tidak dikunci. Karena aku masih beranggapan kalau tindakan yang dilakukan Tacik dalam percakapan yang sudah mengarah halhal bersifat birahi tadi merupakan usaha Tacik untuk mencoba ngetest atas kesetiaanku terhadap isteri.

    Oleh karena itu, meskipun penisku terasa besar membengkak dan panas berdenyutdenyut, karena terpengaruh atas percakapanku dengan Tacik yang sangat membangkitkan birahiku, aku tetap mencoba untuk mengalihkan pikiran tersebut dengan menyelesaikan pembenahan sumbusumbu kompor yang diminta Tacik barusan.

    Namun saat aku mulai bisa mengusir pikiran jorokku untuk bisa membelai, mengelus dan meraba inci demi inci atas tubuh putih mulus Tacik yang sedang mandi tersebut, tibatiba dari kamar mandi terdengar panggilan agak halus dari Tacik, Om.. sorry ya, tadi aku lupa kalau sabun mandiku udah habis, tolong ambilkan sabun mandi dibungkusan belanjaan yang aku taruh diatas meja barusan ya..? Pintanya dengan suara yang agak manja.

    Diambil sendiri chan bisa sih Cik, tanganku belepotan minyak tanah nich.. Jawabku sambil melihat kearah meja yang dimaksud dan memang benar diatas meja dapur terdapat bungkusan belanjaan yang terbungkus tas kresek hitam. Daftar Poker

    Tolong dong Om.. aku udah telanjur telanjang bulat nich.. malu khan kalau keluar dalam keadaan bugil..? Pintanya lagi dengan suara yang lebih manja.

    Sesaat, mendengar suaranya yang manja itu, aku jadi lupa atas anggapanku kalau Tacik lagi melaksanakan tugas reserse dari isteriku.

    Maka seketika, pikiran jorokku terhadap Tacik menjadi bangkit dan menggelora bagai air bah yang datang dengan tibatiba. Kemudian aku bangkit berdiri untuk cuci tangan, dan melangkah kemeja dapur untuk mengambil bungkusan belanja yang berisi sabun mandi tersebut.
    Oke.. oke.. tak ambilin dech.., Kataku agak parau, membayangkan ketelanjangan Tacik yang punya body aduhai dan semlohai itu.

    Setelah kudapat sabun mandi yang diminta, aku langsung menuju kamar mandi, dan ternyata benar pintunya tidak dikunci, sedikit terbuka, dan dari dalam kamar mandi terdengar teriakan kecil Tacik Cepat dikit donk Om.., kelamaan telanjang bisabisa masuk angin nich… katanya sangat manja dan begitu menggoda nafsu birahiku

    Begitu sampai di pintu kamar mandi, aku kuakkan sedikit pintunya dan memang benar apa yang dikatakan bahwa Tacik benerbener dalam keadaan telanjang bulat berdiri agak mengangkang, sehingga dari celah belahan bongkahan pantatnya yang gempal kelihatan memeknya yang merah tebal berbulu menyembul agak malumalu dalam posisi membelakangiku sedang tangannya dijulurkan untuk menerima uluran tanganku yang mau memberikan sabun mandi yang diminta.

    Sesaat melihat tubuh telanjang Tacik pikiranku sebagai seorang lakilaki jadi bergemuruh, meledakledak dan nafsu birahiku bangkit begitu menggelora dan penisku semakin terasa panas, merontaronta dan denyutannya semakin terasa mendetakdetak kayak detak jarum jam layaknya, saking tidak kuatnya menahan gelora nafsu birahiku, rasanya aku seakan ingin langsung menerkam dan menelan bulatbulat tubuh telanjang yang ada dihadapanku itu.

    Namun sebagai seorang intelek, aku langsung berpikir, bahwa apa yang dilakukan Tacik dengan telanjang membelakangiku berarti bukan merupakan perasaan malu yang dia tunjukkan karena berhadapan denganku, karena apabila dia malu karena terlihat telanjang olehku,

    tentunya pintu tetap ditutup atau dibuka sedikit dan tanganya bisa dijulurkan keluar untuk menerima sabun, akan tetapi dengan tindakan yang dia lakukan aku mengira bahwa yang diperbuat Tacik merupakan faktor kesengajaan yang memang ingin menggugah kelelakianku agar aku terangsang hebat dan bergairah sehingga aku tidak tahan untuk bertindak brutal menyetubuhinya.

    Berdasarkan pemikiran itu, maka secepat kilat celana pendek yang aku kenakan aku buka, maka tersembullah penisku yang sudah membengkak besar dan berdenyutdenyut, lalu aku sorongkan penisku kejuluran tangan Tacik, sambil berkata Cik sabunnya nich… Dan juluran tangan Tacik menggapainggapai untuk meraih sabun yang dimaksud, karena jorongan penisku lebih rendah maka tangan dan jemari Tacik aku bimbing untuk memegangnya.

    Dan Tacik kelihatan agak terperanjat malu karena sabun yang seharusnya digenggamnya dingin tetapi terasa panas berdenyutdenyut, sesaat dia menoleh untuk melihat benda yang dipegangnya, respon yang ditunjukkan demi melihat penisku sudah ada dalam genggamannya seakanakan terkejut Ahh, Om nakal banget sih dan punyamu benerbener luar biasa, besar, keras dan kokoh sekali.. katanya sambil tersenyum melihat keberhasilan upayanya untuk memancing birahiku.

    Kemudian tanpa perasaan sungkan dan malumalu lagi maka kurengkuh dan kubalikkan tubuh telanjang Tacik untuk saling berhadapan dan aku dekap eraterat sambil tidak lupa aku lumat bibirnya yang sensual, dan dengan rakus sekali Tacik membalas lumatan bibirku, Ahh.. sshh.. eehhmm.. omm.. oohh…

    Bibirnya yang merah dan panas terus melumat ganas sambil tak lupa lidahnya dia julurkan masuk kemulutku.. saling menghisap dan memainkan lidah kami masingmasing.. sshh.. mmckk.. sshh mmcckk.., tangan Tacik yang satu menggenggam erat penisku yang semakin keras denyutannya sedang yang lain membelaibelai punggungku.

    Badanku rasanya seperti dialiri listrik yang bertegangan tinggi ketika lidahku dia hisap kayak ular sedang melahap mangsanya dan pelukan tangannya semakin erat saja rasanya seakan kuatir aku terlepas, sehingga buah dadanya yang besar padat itu terasa mengganjal empuk didadaku menambah kenikmatan adegan peluk cium dan hisap menghisap lidah yang sedang berlangsung seru.

    Sesaat setelah adegan melumat dan menghisap lidah bersangsung aku perhatikan ada perubahan dalam tubuh Tacik, mukanya kelihatan lebih memerah dan matanya sayu sekali, dia kelihatan pasrah dan gejolak birahinya seperti sudah tidak tertahankan untuk diperlakukan lebih lanjut.

    Omm.. berbuatlah sesuka hatimu.. aku pasrah.. puaskan aku.. ahh.. sshh.. desahnya sambil menengadahkan mukanya agak keatas Lalu tanpa disuruh lagi aku jilati lehernya yang jenjang itu dengan pelan dan penuh kemesraan, Ahh..sshh aahh .. sshh.. erangnya sambil sedikit menggeliat, dan aku teruskan jilatanjilatan leher itu ke bagian bawah, pada saat jilatan mengenai puting buah dadanya yang besar dan kenyal, Tacik tersentak bagai tersengat listrik.

    ahh.. ooh.. Omm.. terus.. om.. hisap terus Om.. dan putingnya aku permainkan dengan lidahku, bergantian antara aku jilat dan hisap, kadang aku gigit kecil dan akibatnya Tacik menjadi samkin liar antara menggeliat, mendongak dan mengerang..eehhmm.. sshh.. aayyoo.. Omm.. lakukan semaumu.. hhmm.. uueennaak Omm.., erangnya sambil membelaibelai kepalaku disertai remasan tanganya yang agak liar.

    Setelah puas dengan isapan dan gigitan pada puting buah dadanya, lalu aku telusuri bagian tubuhnya inci demi inci kebagian bawah, dan aku berhenti saat jilatan lidahku sampai pada tali pusarnya yang agak berlobang kedalam, dan lidahku aku julurkan untuk mengorekorek lubang tali pusarnya, akibatnya gerakan menggeliat dan meliuk tubuh Tacik semakin menjadijadi.

    Mungkin ini juga merupakan daerah sensitive Tacik, terbukti dia menikmati sambil merem melek matanya, dan akhirnya kakinya sedikit demi sedikit mulai mengangkang akibat kegelian dan rangsangan yang dia rasakan atas jilatanjilatanku.

    Ayo Om.. lebih kebawah lagi.. sshh.. hhmm.. erangnya seperti habis makan sambal yang terlalu pedas rasanya. Aku sengaja tidak menuruti permintaannya, dan aku ingin tahu sejauh mana pertahanan Tacik dalam mengendalikan emosi birahinya, malahan aku kembali berdiri dan mulai menghisap lagi puting buah dadanya. Dan dia mendesahdesah.

    Ahh.. Omm.. aku tak tahan lagi.. setubuhi aku sepuasmu.. oohh.. sshh.. ahh erangnya sambil mendesisdesis seperti ular yang sedang mengincar mangsanya.

    Mendengar erangan dan desisannya aku akhirnya juga jadi tidak tahan lagi, pelanpelan pahanya yang putih mulus itu aku renggangkan dengan sebelah kakiku, pahaku aku gesekgesekkan kememeknya yang tebal empuk dan berbulu lebat, dan ternyata didaerah memeknya sudah terasa licin berlendir, mungkin akibat rangsangan yang aku lakukan membuatnya hampir bobol pertahanannya.

    Saat pahaku aku gesekgesek dimemeknya yang udah basah berlendir itu, reflek yang dia tunjukkan merem melek keenakan, Ohh.. sshh.. uuenak sekali Om.. Erangnya sambil kemudian mendekapku eraterat dan buah dadanya yang besar, padat dan kenyal itu semakin terasa mengganjal empuk didadaku, seakan ingin menambah dan mengobarkan gemuruh birahiku, dan rasanya tubuh kami seakan menyatu yang tak mungkin terpisahkan lagi.

    Penisku sendiri rasanya sudah nggak tahan untuk segera bersarang kememeknya yang sudah licin berlendir itu, tetapi saat ini yang ada dalam pikiranku bagaimana caranya untuk bisa membuat Tacik begitu terkesan untuk menikmati kejadian ini, toh cepat atau lambat tubuh telanjang yang ada didekapanku telah pasrah untuk disetubuhi dengan sepuaspuasnya.

    Maka untuk melaksanakan pemikiranku itu, aku dengan sedikit kesabaranku berusaha untuk membuat Tacik begitu terkesan, dan akhirnya tubuh telanjang Tacik aku angkat keatas bak mandi, dan kelihatannya Tacik udah benerbener pasrah atau mungkin sudah tidak kuasa lagi membendung gejolak birahinya saat kedua kakinya aku buka lebarlebar, sehingga kelihatan mengangkang, dan pada belahan pahanya terpampang memeknya yang menggunduk dan kelihatan merekah seperti bunga matahari yang lagi mekarmekarnya, Daftar Poker

    sedang disekeliling memek ditumbuhi bulubulu rambut yang begitu lebatnya, belahan memeknya telah basah, licin berlendir dan diantara belahan memek terlihat daging sebesar biji kacang berwarna merah mencuat dengan lancipnya, seakan menantangku untuk bertarung mengadu keperkasaan.

    Dan aku mulai membelai pahanya dengan halus dan perlahan mendekati seputar memeknya, dan tubuh Tacik mulai menggeliatgeliat merasakan sentuhan tanganku, setelah aku puas memainkan tanganku disekitar memek, lalu aku mulai menjilati bibir memeknya dengan bibir dan lidahku, akibatnya Tubuh telanjang Tacik tersentak tatkala jilatan lidahku menyentuh klitorisnya.

    sshh.. sshh Om.. sshh uueenak.. sshh .. teruss Oomm.. sshh.. uuhh.. erangnya dengan mata yang membeliak penuh kenikmatan.
    Tenang Cik.. nikmati aja..jawabku sekenanya.
    Sshh.. ayoo.. Oomm.. masukkan kontolmu Omm.. aku udah nggak tahann.. Pintanya sambil mencengkeram kran bak mandi.
    Ssshh.. eehh.. sshh.. oouuhh.. erangnya lagi sambil mengangkangkan kedua pahanya lebarlebar.
    Aaauuhh..
    Ssrrtt.. ssrruup.. srrup.. jilatan lidahku makin dalam menjelajahi dan mengorekngorek ronggarongga memeknya yang membusung tebal penuh bulubulu yang lebat.
    Aauuhh.. aahh..

    Lendirlendir yang keluar dari rongga memeknya semakin banyak mengalir dan terasa asin sekali, apalagi bercampur dengan air ludahku, sehingga seperti busa sabun layaknya.

    Begitu erangan, lenguhan dan gerakan tubuh bugil Tacik semakin liar tak terkendali, maka ritme jilatanku semakin kupercepat dan aku selingi dengan hisapan pada bagian klitorisnya.

    Akibatnya, Aaauuhh.. aauuhh.. oouuhh.. Omm.. sshh.. eehh.. hheekk.. ss.. aahh.. hh sambil mengerang dan melenguh histeris tubuh telanjang Tacik mengejang dan keduanya pahanya menjepit kepalaku dengan keras sedang tangannya mencengkeram dan membenamkan kepalaku dalamdalam kepermukaan memeknya yang sudah bersimbah lendir. Sesaat setelah tubuh telanjangnya tersentak kejang, akhirnya terkulai lemas.

    Sambil turun dari bak mandi Tacik merangkul dan menciumku dengan mesra sambil berkata Omm.. makasih ya, aku udah lama nggak melakukan sex, aku rasanya udah benerbener nggak tahan sejak lihat batang penis Om menyembul tadi, sekarang giliranku untuk memuaskan Om.. pintanya sambil tangannya yang lembut menggenggam batang penisku yang sudah berdenyutdenyut seakan mau meledak rasanya.

    Kemudian tubuh telanjang Tacik jongkok, sambil lidahnya dijulurkan untuk membelai dan menjilati kepala penisku.
    Aauuhh.. Ciikk..?
    Mmck.. ffcckk.. ffcckk..ritme jilatan Tacik semakin dipercepat.
    Ssshh.. oouuhh.. Cikk.., uueenakk..
    Kemudian Tacik dengan lahapnya mengocokkocok batang penisku kedalam mulutnya, dijilat, dihisap dan saat batang penisku dalam rongga mulutnya, lidahnya dengan lincah membelaibelai kepala penisku.
    Ooouuhh.. sshh.. oouuhh.., badanku rasanya ringan melayang dan disetiap jengkal tubuhku seakan ikut merasakan kenikmatan yang aku alami saat ini.
    Dan dalam sekejap, dari dalam tubuhku seakan ada aliran kenikmatan yang mendesakdesak untuk keluar melalui batang penisku, walaupun kucoba untuk menahannya, ternyata aliran kenikmatan yang terpusat melalui batang penisku tak kuasa aku tahan, akhirnya, Aaauuhh.. crreett.. ccrreett.. ccrrtt.., keluarlah cairan putih kental dari batang penisku.
    Hhmm.. mmck.. mmck.. mmcckk.. sshh .

    Cairan sperma yang keluar dari batang penisku ditelan dengan lahapnya oleh Tacik, seakan cairan putih kental itu merupakan sumber air kehidupan baginya, setelah puas menelan cairan kental tadi, bahkan mulut Tacik masih sempat menghisaphisap kepala penisku seakanakan tidak ingin ada yang tersisa, dan sebagian yang tercecer dibatang penisku dijilatinya sampai bersih.

    Uenak Om.. mmck.. mmck .. spermamu rasanya gurih sekali.. katanya sambil berdiri dan memelukku serta menciumku dengan mesra sekali, sedang tangan kanannya masih memegang erat batang penisku yang masih kokoh berdiri walau sudah mengeluarkan sperma.

    Kuakui dalam hal sex, aku memang sangat tangguh, biasanya kalau berhubungan badan dengan isteriku, aku bisa bertahan lama walau isteriku sudah dua kali, bahkan tiga kali mencapai kepuasan. Sedang dalam pandangan Tacik mungkin hal ini dianggap luar biasa, melihat keperkasaan dan kejantananku dalam melayani nafsunya. Selanjutnya dari adegan peluk cium dan jilatanjilatan lidahnya, birahiku yang nyaris mau surut menjadi berkobar lagi, bahkan lebih menggelora.

    Tubuh telanjang Tacik yang memeknya sudah basah berlendir itu, aku bimbing pelanpelan untuk bersandar kedinding kamar mandi, dan kakinya yang sebelah aku angkat sedikit numpang clocet, sambil tetap berciuman batang penis yang masih dalam genggamannya aku sorongkan mendekati gundukan tebal memeknya yang berbulu hitam lebat, lalu kepala penisku aku susupkan kebelahan memeknya, Slleep.. oouuhh.. sstt ..
    Batang penisku akhirnya dengan mudah amblas melesak kebelahan memeknya, karena cairan lendir dalam memeknya begitu banyaknya setelah mencapai klimaknya tadi.

    Aauuhh.. sstt.. teriaknya lagi sambil kedua tangannya menarik pantatku, sehingga batang penisku menjadi melesak semakin dalam memasuki lubang memeknya yang empuk dan berbulu lebat itu.

    Pelanpelan batang penisku mulai memompa keluar masuk memeknya dengan ritme yang slow, sedang tangan Tacik tetap berusaha membantu memegangi pantatku seolaholah takut aktivitas pompa memompa memeknya yang licin basah berlendir itu terhenti.

    Saat aktivitas pompa memompa memek berlangsung, tubuh telanjang tacik mulai menggeliat kekanan dan kekiri merasakan kenikmatan yang sedang dialaminya. Buah dadanya yang besar kenyal, menggelantung dan menempel empuk didadaku saat aku merapatkan dadaku ketubuhnya.

    Aauuhh.. sstt.. oouuhh.. erangnya sambil mencengkeram erat pantatku.
    Ssstt.. oouuhh.. sstt.. oouuhh desisku merasakan kenikmatan.
    Terus Omm.. yeeaahh.. sstt.. oouuhh.. cepat dikit Omm.., pintanya sambil makin erat menariknarik pantatku.
    Ouuhh.. oouuhh.. sstt.. erangku lagi dan denyutan batang penisku makin meledakledak.
    sstt.. eehhmm.. sstt.. eehmm.. Omm, aku mau keluar.. desisnya sambil menggeliat liar dan tanganya mulai terlepas dari pantatku lalu mencengkeram pundakku.
    Cikk.. kita keluarkan bareng ya.. sstt.. Ooouuhh.. sstt.. kataku sambil mempercepat gerakanku.
    Dan desakan yang mau keluar dari batang penisku mulai tidak kuasa lagi aku tahan, akhirnya sambil memacu gerakan memompa memeknya lebih cepat Aaauuhh.., menyemburlah cairan hangatku menyemprot lubang memek Tacik yang berdenyutdenyut itu.

    Ahh.. oomm.. teriaknya sambil mencengkeran dan memelukku eraterat, dari lubang memek Tacik yang juga terasa keluar cairan hangat sehingga batang penisku terasa dipilin dan dikenyotkenyot dari dalam gundukan memeknya yang basah, hangat dan berdenyutdenyut keras
    Makasih Omm.. aku benerbener merasa puas dan tubuhku walaupun lelah tetapi hati dan pikiranku menjadi segar kembali katanya sambil tetap memelukku mesra sekali setelah dua kali mengalami puncak kepuasan.

    Omm..kalau nanti aku kepingin melakukan lagi, maukah kamu memberikan kontolmu yang gede ini untukku..? tanyanya lagi sambil mengenggam mesra batang penisku.

    Okelah bisa diatur.. yang penting kita harus tetap menjaga kerahasiaan hubungan kita ini.. Ok!?! jawabku sambil melumat bibirnya yang kenyal.
    Well, kalau gitu kita mandi bareng yookk.., aku juga segera berangkat kekantor, nanti kalau ada kesempatan lagi bolehlah kita ulang lagi, Ok..? kataku sambil menyiram air kearah tubuh telanjangnya yang mulus. Daftar Poker

    Akhirnya kami berdua mandi bersama sambil bersenda gurau, sambil saling menggosok dan menyabuni tubuh kamu bergantian, setelah selesai mandi aku dibuatkan segelas air susu dan sehabis meminumnya kemudian aku pamit pulang, tak lupa Tacik memberikan ciuman panjang dan hisapan lembut dibibirku.

    Demikianlah temanteman kisah yang aku alami dipenghujung tahun 2001 dan pada kesempatan yang lain aku ceritakan kisahkisah menarik lainnya. Thanks.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Derita Gadis Cantik

    Cerita Sex Derita Gadis Cantik


    1323 views

    Perawanku – Cerita Sex Derita Gadis Cantik, Pukul 22.00 WIB sebuah mobil Honda Jazz melintas cepat di jalan antar kota. Sepanjang jalan itu dikelilingi oleh rawa rawa dan pepohonan. Tampak lampu jalan berdiri gagah member penerangan seadanya di sepanjang jalan itu. Di dalam mobil Honda Jazz merah tersebut tampak seorang wanita yang berjuang melawan kantuknya dibelakang kemudi. Ia adalah Diana, wanita berusia 25 tahun yang kini sedang sibuk dalam studi S2 nya. Diana berperawakan tinggi sekitar 158 cm dan tubuh yang tak terlalu gemuk namun juga tak kurus. Kesehariannya, ia selalu memakai pakaian gamis longgar disertai kerudung panjang hingga menutup dada serta tak lupa kaus kaki agar tak sedikitpun auratnya dilihat oleh laki-laki yang bukan muhrim nya. Diana kini memakai kacamata lantaran ia sangat akrab dengan buku hingga kadang lupa mengatur jarak mata dengan buku sehingga menambah wajahnya terlihat manis.

    Tiba tiba Honda Jazz itu melaju pelan dan Diana menginjak pedal rem nya. Ia melihat jam tangan nya yang sudah menunjukan pukul 22.25 itu. Walaupun besok adalah hari minggu, Diana tetap ingin sampai ke rumah lebih cepat dan bisa istirahat karena tubuhnya telah lelah saat menjadi pembicara di kegiatan rohis kampus nya dulu yang diadakan diluar kota.
    kenapa bisa macet? kata Diana bernada kesal.
    Mobil di depan dan disamping nya dalam keadaan mati pertanda macet nya sangat parah. Diana merasa ragu untuk mematikan mesin mobilnya karena jika mesin mobilnya mati maka ia akan kepanasan karena AC mobil pun ikut mati dan ia tak berani jika harus membuka kaca jendela atau keluar seperti yang dilakukan pengemudi lain yang ternyata adalah sopir truk ekspedisi yang rata rata memiliki tampang seram dan tubuh besar. Khawatir jika terjadi apa apa dengan mobilnya, Diana pun terpaksa mematikan mesin mobil nya diikuti oleh lampu depan yang padam. Diana membuka kaca jendela dan sopir sopir itu mengarahkan wajahnya kea rah wanita manis berkacamata dan berjilbab panjang itu. Diana menyadari tatapan itu dan mengalihkan pandangannya ke layar smartphonenya. Sedikit pandangan nya terganggu saat ia melihat ada seorang sopir bertubuh gendut dan tak berbaju melintas di depan mobilnya dan pipis di tepi jalan di bawah pohon.
    Jam menunjukan pukul 23.07. suasana disitu menjadi lebih gelap dan mobil pun tak bergerak sedikitpun. Secara samar ia mendengar seorang sopir truk berkata bahwa ada truk muatan kayu yang panjangnya 10 meter terbalik di tinkungan tajam sehingga menutupi keseluruhan badan jalan dan menyebabkan jalanan lumpuh total dari kedua arah. Dengan keadaan macet seperti ini, ia menyesal kenapa tak mengikuti saran adik adik tingkatnya untuk menginap di penginapan dan pulang besok pagi. Diana kini berusaha lebih keras menahan kantuk yang mulai menghampirinya. Mendengar cara bicara mereka, Diana mencoba memberanikan keluar dari mobilnya untuk sedikit meluruskan pinggang dan berharap agar kantuknya sedikit hilang.
    capek ya neng? Tanya salah seorang sopir truk
    iya bang, ngantuk juga jawab Diana dengan nada sopan
    tidur aja dulu neng, nanti kalo sudah jalan kami banguni kata salah seorang sopir truk yang lain.
    gak apa bang, masih tahan kok Diana menjawab sambil tersenyum
    Tanpa Diana sadari, senyumnya itu membuat birahi sopir sopir truk disitu mulai bangkit. Penampilan Diana yang memakai gamis dan jilbab panjang justru membuat nafsu para sopir yang lebih sering menikmati tubuh pelacur mulai membara. Pantat sekal nya tak mampu ia sembunyikan dari balik gamis nya begitu juga payudara nya yang memang berukuran 34c tak dapat disembunyikan dengan sempurna oleh jilbab panjangnya.
    memangnya kenapa bisa macet bang? Tanya Diana
    ahh itu, ehmm ada mobil terbalik neng jawab seorang sopir truk bernama Jarwo dengan gugup karena baru saja disadarkan dari lamunan nya menikmati tubuh Diana.
    Bisa lama berarti ya Diana bertanya dengan ekspresi muka kecewa
    ya sih neng, tapi sudah biasa kok kayak ini bagi kami. Palingan besok pagi baru bisa jalan lagi jawab sopir lain nya yang bernama Tejo.
    ngobrol sama kami aja neng disini ajak Surya, salah satu sopir yang sedang duduk diatas jalanan aspal beralaskan sandal jepit disamping ban mobil truk hijau bermuatan barang elektronik itu.
    terima kasih bang, saya masuk lagi saja. Gak tahan udara nya Diana menolak ajakan dari sopir sopir itu.
    Pukul 01.00 WIB, lalu lintas mulai bergerak pelan. Dari kejauhan polisi sibuk mengatur arus agar kembali pulih. Para sopir sopir yang sedang berceloteh tadi segera menaiki truk masing masing. Ketika Jarwo hendak menuju truk nya yang berada dibelakang Honda Jazz milik Diana, ia melihat Diana sedang tertidur. Maksud hati ia ingin membangun kan nya namun setelah melihat wajah manis nya Diana dan telapak tangan nya yang lembut, ia mulai berpikiran aneh. Dia member aba-aba kepada sopir sopir lain yang tadi sempat membicarakan tubuh gadis berjilbab seperti Diana. Karena pergerakan lalu lintas masih agak lambat, mereka berdiskusi untuk menculik Diana.
    Tejo mengangkat Diana dan memindahkannya ke jok belakang sambil kedua mata dan tangan nya diikat dengan kencang serta mulutnya pun di bekap kuat dengan kain yang mereka bawa. Tejo mengendari mobil Diana dan truk yang dikendarai Tejo di kendarai oleh Herman, kernet nya Tejo. Mereka telah sepakat kemana akan membawa Diana.
    Mereka kembali menghidupkan mesin mobil dan mobil mobil itu berjalan beriringan. Polisi yang bertugas mengatasi kemacetan tak mencurigai apapun saat Honda Jazz itu lewat dikarenakan kaca film mobil itu sangat gelap.
    Lalu lintas mulai bergerak lancar. Mobil Diana melaju cepat diiringi dua truk dibelakangnya. Sampai didepan jalanan setapak, mobil mobil itu memasuki jalan itu dan berhenti disebuah proyek ruko yang terbengkalai yang ditinggal pemiliknya karena kehabisan dana.
    Jarwo dan Herman menggotong tubuh Diana dan membaringkannya di lantai dingin itu. Tutup mata nya dibuka dan tubuh Diana menggeliat menambah gairah biarahi para calon pemerkosa nya. Karena melakukan pemerkosaan dengan korban yang tak sadar dinilai tak jantan, mereka mengambil air minum dari mobil Diana dan menyiramkannya ke sekujur tubuhnya sehingga membuat lekuk tubuh Diana kini tampak makin jelas. Diana terbangun dan terkejut menyaksikan dirinya dikelilingi empat laki laki yang agak ia lupa sedang berdiri dan sudah dalam keadaan telanjang bulat.
    sudah bangun, cantik? kata Tejo
    apa apaan ini, lepaskan aku! Diana mulai panik
    hahaha, kau sangat cantik, cocok sekali jika menjadi pelacur kata Herman
    tidak.. dimana aku? Lepaskan aku! Diana semakin panik dan dalam keadaan seperti itu, tubuhnya makin menggeliat saat mencoba melepaskan ikatan tangannya sehingga membuat payudara 34c nya yang ditutupi oleh jilbab basah terlihat bergoyang goyang.
    Tanpa banyak bicara, Jarwo menindih tubuh Diana dan menekan kontol nya ke payudara Diana.
    yang kayak gini yang gue demen, yang tertutup tapi bisa dipake kata Jarwo
    Diana menangis saat pertama kali nya tubuhnya disentuh oleh laki laki yang bukan muhrim nya. Jarwo mulai menggesek-gesekan kontolnya ke payudara bulat itu dan membuat Diana mengerang.
    gimana rasa nya Wo? Tanya Herman
    toket nya aja yang ketutup enak bro, gimana kalo pas udah dibuka.. gue gak kebayang gimana memek nya.. hahahaha jawab Jarwo yang makin membuat telinga Diana menjadi panas.
    udah buka aja baju nya, gak enak ngentot sambil pake baju.. tapi jilbab nya biarin aja. Hahaha usul Tejo.
    Wirman, salah satu sopir berusia mengambil pisaun dan mengancam Diana.
    kalo lo coba coba melawan, baju lo bakal kita sobek dan mobil lo kami ambil dan lo mau pulang telanjang terus di perkosa orang lain lagi?
    Diana terdiam, air mata nya tak lagi menetes.
    udah lo nurut aja, kita jamin lo pasti bakal keenakan, malahan ketagihan hahahah kata Juned, kernet berusia 40 tahun.
    nah sekarang lo berdiri dan lepasin semua pakaian lo kecuali jilbab perintah Jarwo sambil melepas ikatan tangan Diana.
    Diana berdiri dengan pasrah dan tangan nya meraba resleting gamis di belakang punggungnya.
    eh lo ngapain? Gaya dikit buka nya lah jangan Cuma tegang gitu. Lo sekarang jadi lonte kita, kalo lo bisa bikin kita puas, mobil lo kami balikin kata Herman
    bang, tolong jangan lakukan ini.. ini dosa bang Diana merengek
    ohh loh mau ceramahin kita ya? ya udah kita sadar nih, lo gak usah buka baju kata Tejo
    Diana bernafas lega akhirnya salah ada yang bisa ia sadarkan.
    tapi kita yang akan bukain baju lo pake pisau ini lanjut Jarwo
    ahhh ampun bang.. jangan bang.. Diana kembali takut.
    kalo gak mau lo nurut aja, lo pokoknya jadi lonte sekarang.. siapa tau lo ketagihan dan pengen jadi lonte selamanya kata Herman.
    Cerita Sex Derita Gadis Cantik

    Cerita Sex Derita Gadis Cantik

    Diana marah mendengar perkataan itu, ia tahu apa yang mereka inginkan dan terpaksa ia harus menuruti. Diana meliuk-liukan tubuhnya sambil menurunkan resleting gamisnya. Walaupun sebagai seorang gadis yang alim, Diana juga pernah menonton bokep dan masturbasi untuk menghentikan syahwatnya secara diam diam. Kini ia yang akan menjadi aktris bokep itu sendiri dan fantasi nya selama masturbasi akan menjadi kenyataan. Ya, Diana selalu menghayal ia sedang digangbang oleh pria pria kasar yang tak ia kenal dan dipaksa memuaskan mereka. Setelah gamis nya terlepas dari tubuhnya, ternyata Diana masih memakai celana panjang lagi dibalik gamisnya. Ia turunkan celana panjang itu sambil menggoyang kan pinggulnya. Kini Diana hanya memakai jilbab yang menutupi toketnya, celana dalam, kaus kaki dan sepatu hitam. Diana meremas toketnya yang masih tertutupi jilbab dan bra hingga ia sedikit mengerang ahhhh. Jauh di balik sikap santun dan alim nya Diana juga tersimpan pribadi binal yang hanya ia yang tahu selama ini dan hanya ia ingin tunjukan pada suami nya kelak namun kini ia malah terbuai dan terbawa suasana dihadapan sopir sopir mesum itu hingga ia lupa bahwa ia adalah korban pemerkosaan dan yang terjadi kini adalah dia seperti pelacur berjilbab yang siap mempersembahkan keperawanan nya untuk pelanggan pertama nya. Bra yang membalut toket nya juga telah terjatuh ketanah. Namun Diana masih membiarkan jilbab panjangnya menutupi toketnya yang makin mengeras dan makin menampakan putingnya dari luar jilbab.. terlihat sekarang ia seperti akhwat jilboobs. Diana mendekatkan tubuhnya ke para sopir sopir itu dan makin menggoyangkan pinngulnya. Ia berbaring dan menggeliat-geliat sambil memasukan tangan kanan nya kedalam jilbabnya dan meremas toket kirinya dan tangan kirinya merogoh bagian dalam celana dalam nya dan menekan-nekan klitorisnya.
    ahhhh oohhhhh Diana makin liar memuaskan dirinya dan membuat kontol para sopir itu bertambah keras. Wajah Diana yang manis dan berkacamata itu mulai berubah menunjukan birahi nya yang tak terkendali.
    ayo cepetan buka cd lo lonte teriak Tejo. Masih dalam keadaan berbaring dengan kepala yang mengarah ke para sopir, Diana menurunkan celana dalam nya sambil melebarkan kaki nya dan memeknya pun terlihat jelas mengangkang dengan bulu bulu tipis terawat.
    Waktu menunjukan pukul 03.00 pagi, giliran pertama adalah Jarwo sebagai pria paling tua yang mendapat pelayanan pertama. Diana berjalan merangkak kearah Jarwo sambil menyampirkan jilbabnya ke pundak hingga tampaklah toket 34c itu. Diana menciumi kaki Jarwo mulai dari jari kaki nya yang bau hingga ke paha dan akhirnya bibir sexy nya menyentuh batang kontol Diana. Diana agak sedikit kaget melihat kontol secara langsung untuk pertama kali nya. Jarwo memegang kepala Diana dan mengelus-elus nya seperti hewan peliharaan. Diana melakukan apa yang pernah ia lihat dari film bokep, yaitu menjilati batang kontol itu. Walaupun jijik namun dorongan hasratnya mengalahkan perasaan itu dan membuatnya bertindak lebih liar. Sangat kontras sekali, wajah putih manis berkacamata itu mengulum kontol hitam besar. Kemudian Diana merangkak naik mendekatkan memeknya ke kontol Jarwo. Sopir sopir itu tertawa terbahak bahak melihat gadis yang tadinya alim menjadi lonte yang sangat luar biasa. Saat memek Diana hampir menyentuh kontol Jarwo, Jarwo mendorong tubuh Diana hingga jatuh kelantai. Jarwo duduk dihadapan tubuh telanjang Diana dan menggesek-gesekan kontolnya di memek Diana. Ia semakin merangsang tubuh Diana dengan sedikit memasukan kepala kontolnya dan kemudian menariknya kembali. Diana menggeliat liar dan memohon agar kontol Jarwo dimasukan ke dalam memeknya. Akhirnya Jarwo memasukan dengan pelan dan tetesan darah segar mengalir dari liang memek akhwat itu. Diana merasa kesakitan namun rasa sakit itu di gantikan oleh kenikmatan fantasi nya yang selama ini menjadi kenyataan.
    Jarwo menyodok dengan cepat dan membuat Diana mengerang keenakan. Diana membalas serangan Jarwo dengan memaju mundurkan pinggulnya sehingga kontol besar jarwo makin masuk menyentuh rahim nya. Sopir sopir lainnya tak tahan menunggu giliran hingga mereka dengan pelan mengocok kontol mereka masing masing. Jarwo pun mencapai klimaks dan ia mencabut kontolnya dan menumpahkan sperma nya ke wajah Diana dan mengenai kacamata serta jilbabnya.
    Kini giliran Tejo yang mengeksekusi Diana. Diana dipaksa menungging dan Tejo memasukan kontolnya disambut dengan erangan nikmat dari mulut Diana. Juned menyuruh Diana mengulum kontolnya. Diana di genjot dari depan dan belakang. Orgasme yang ia peroleh sebanyak tiga kali selama di eksekusi oleh Jarwo belum membuatnya puas. Ia kini merasa menemukan sebuah kesenangan dan kegembiraan yang ia bayangkan dalam khayalan nya saja. lo emang lonte neng kata Jarwo. Diana tak menjawab apapun karena mulutnya penuh oleh kontol Juned. Tejo makin mempercepat genjotannya hingga akhirnya Diana mencapai orgasme nya yang keempat. Sesaat badan nya lunglai dan kontol Juned terlepas dari kulumannya. Juned membersihkan bekas liur di kontolnya menggunakan ujung jilbab Diana dan menggunakannya untuk mengocok kontol nya sendiri. Ini memang bukan pertama kalinya Diana orgasme namun ia benar benar merasa orgasme yang ia alami saat ini terasa lebih nyata disbanding orgasme yang ia alami saat masturbasi.
    ohhh aku lelahh baanngg kata Diana
    tapi lo belum puasin kita semua nya, jadi mau gak mau lo harus terus layani kita kata Herman
    iya bang, tapi tunggu sebentar lagi bang aku capeeekkk ahhhh jawab Diana sambil memek nya masih di genjot pelan oleh kontol Tejo.
    Tejo tak mengenal rasa kasihan, ia lebih suka memperlakukan korban nya seperti sedang diperkosa sehingga ia kembali menggenjot dengan sangat kasar dan membuat Diana mengerang.
    ahhhh enaaakkkkkkk Diana berteriak
    eh lo kan tadi gak mau, kenapa malah keenakan, bilang dari tadi kalo lo suka jadi bisa kita entot pas macet semalem ejek Tejo
    ahhhh aku sukkaaa banggg teruusss baaanggg perkosaa aku ahhhh erang Diana. Tejo mempercepat sodokan nya dan akhirnya crottt crottttt sperma nya lagi lagi di semprot ke muka manis Diana bersamaan juga dengan meledaknya lahar putih Juned yang tidak sabar sehingga ia mengalami orgasme karena onani menggunakan jilbab Diana dan sperma nya pun menodai jilbab sucinya.
    Terakhir Herman mendekat dan memasukan kontolnya kedalam memek Diana yang masih basah. Herman meremas remas toket 34C Diana dan menarik tubuhnya. Diana duduk di pangkuan menghadap Herman sehingga Herman dengan mudah menjliati puting Diana. Diana menekan nekan kepala Herman dan menaik turunkan pinggulnya. Benar benar berbeda dari apa yang terlihat siang sebelumnya dimana Diana adalah seorang motivator akhwat yang selalu mengingatkan orang lain agar selalu menjaga dirinya dari hal hal yang dapat merusak kehormatannya namun kini Diana menjadi pelacur yang tak memiliki kehormatan. Bukan lagi ia sebagai korban pemerkosaan namun lebih dari pengemis kontol yang benar benar lapar akan sodokan kontol. oouuuuhhh enaakkk baangg lenguh Diana.
    Herman tak memperdulikan desahan Diana, ia terus bersemangat menyedot toket Diana dan menyodok nyodok kontolnya hingga membuat Diana mengejang dan menekan pinggulnya lebih kedepan dan tumpahlah cairan kenikmatanya untuk yang keenam kali. Herman membaringkan dirinya dan sekarang mereka melakukan gaya woman on top. Diana menindih tubuh Herman agar ia terus dapat mengemut toketnya. Jarwo, Tejo dan Juned mendekat dan merapatkan kontol mereka ke tubuh Diana. Jarwo menggesekan kontolnya ke kepala Diana yang masih tertutup jilbab panjang, Juned menggesekan kontolnya ke punggung putih Diana yang juga tertutup jilbab dan Tejo menggesekan kontol nya ke pantat Diana. Cukup lama Diana menikmati pelecehan yang terjadi terhadap dirinya dan Diana mengalami orgasme yang kedelapan kali nya dan kali ia benar benar roboh kelelahan. Tubuhnya ambruk diatas tubuh Herman yang masih menggenjot memeknya. Herman membaringkan tubuh Diana dan mencabut kontolnya. Sperma meluncur mengenai toket montok Diana dan sedikit mengenai wajah nya sementara ketiga sopir lain menyusul orgasme nya dan menumpahkan sperma nya ke muka, kepala dan perut Diana.
    Diana terkulai lemas, sementara para sopir itu masih tetap berstamina untuk melanjutkan perjalanan. Jarwo meletakan kunci mobil Diana di samping tubuhnya sementara Diana masih terpejam kelelahan. Entah tertidur atau pingsan. Tejo mengambil gamis Diana yang terletak jauh dari tubuh Diana dan mengelap muka dan tubuh Diana yang penuh sperma setelah mengabadikan pemandangan itu dengan ponsel kamera mereka. Juned menyimpan celana dalam dan bra Diana sedangkan Herman mencatat alamat rumah Diana dan menyimpan nomor telepon nya agar dapat berguna sewaktu waktu.
    Pukul 07.25, Diana membuka mata nya dan melihat sekelilingnya tak ada orang kecuali mobil mobil yang lalu lalang di jalan antar kota yang jaraknya sekitar 20 meter dari tempat ia berada. Untungnya tempat ia berada saat itu sedikit tertutup oleh seng seng bekas pembangunan sehingga tak banyak yang menyadari keberadaan mobil Honda Jazz merah disana. Diana meraih gamis nya dan agak terkejut melihat gamisnya yang penuh bekas sperma kering. Ia tak menemukan dimana bra dan celana dalam serta celana pannjang untuk dalaman gamisnya. Diana akhirnya tetap memakai pakaian bernoda sperma itu tanpa ada pakaian dalam lagi. Segera ia memeriksa isi tas nya dan syukurlah tak ada satupun yang hilang. Hanya saja dari layar smartphone nya terdapat notifikasi 6 panggilan tak terjawab dari nomor kontak ayah nya. Diana segera menuju mobilnya yang terparkir di halaman dengan kondisi tanah yang tandus. Diana menyalakan mesin kendaraan nya dan saat ia hendak menurunkan rem tangan nya, ia kembali teringat saat ia menggenggam kontol besar Jarwo. Ada rasa ia marah pada dirinya sendiri ada juga rasa ia ingin lagi menggenggam kontol asli. Dan ternyata kejadian itu sedikit merubah Diana sehingga ia tidak jadi menurunkan rem tangan itu, yang ada ia malah menaikan gamisnya hingga kepinggang dan tampaklah lubang kenikmatan nya yang telah dibobol oleh pria yang tak ia kenal. Diana mlai melakukan masturbasi di dalam mobil. Ia berteriak sekencang kencangnya membayangkan ia sedang di perkosa kembali. Kini Diana mulai merasakan sisi liar nya semakin membesar daripada sebelumnya hingga ia berpikir bagaimana jika ia berkendara tanpa memakai baju. Tapi itu tak mungkin ia lakukan karena pasti orang orang akan melihat nya dari kaca depan yang tak segelap kaca samping dan belakang. Namun kini Diana malah berkendara dengan rok gamis yang masih terangkat ke pinggang dengan aroma sperma dan cairan memek nya terasa tajam di dalam mobil.
    Begitulah cerita seks pemerkosaan terhadap Diana, seorang gadis berjilbab yang ternyata mau banget untuk diperkosa, bahkan ia menginginkan seks itu terjadi lagi untuk kesekian kalinya. Jarwo dan temannya juga merasa puas karena nafsunya bisa terlampiaskan pada gadis cantik dan seksi itu.
    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Johnny

    Cerita Sex Johnny


    876 views

    Perawanku – Cerita Sex Johnny, Asalku dari kampung. Namaku Azimah. Selepas SPM aku ke bandar mencari pekerjaan. Aku ditawarkan bekerja sebagai kerani penyambut di sebuah resort dan kelab golf. Namaku dah berubah, semua orang memanggilku Azie. Oleh kerana rupaku cantik dan pembawaanku ceria maka selepas enam bulan bekerja aku dilamar oleh seorang usahawan kaya yang selalu datang ke kelab golf. Kami berkahwin dan hidup bahagia. Aku dicurah wang ringgit dan rumah mewah.

    Selepas lima bulan suamiku jarang pulang ke rumah. Sibuk katanya. Aku kesunyian walaupun di rumahku ada banyak pembantu. Setahun kemudian suamiku jarang-jarang kembali ke rumah. Kalau kembali pun hanya sekejap. Selepas di siasat aku mengetahui yang aku adalah isteri ketiga usahawan tersebut. Isteri pertama telah mengetahui perkahwinan kami dan mula mengongkong suaminya, dan suamiku jugalah.

    Bagi menghilang kesunyian aku kembali kerja di kelab tempat kerja lamaku. Di sana aku berkenalan dengan seorang pengurus muda yang kacak. Namanya Johnny Lim. Johnny masih muda, rasanya sebayaku, 25 tahun. Johnny masih bujang dan menjadi bualan kawan-kawanku kerana hansome orangnya. Dari cara dia memandangku aku mengerti yang Johnny menyukaiku.

    Satu petang kira-kira pukul 6.30 dia memanggil aku ke biliknya. Katanya ada urusan penting, private & confidential yang hendak dibincangkan. Sebagai pekerja aku patuh. Bila saja aku berada dalam biliknya, Johnny menutup pintu dan menguncinya. Straight foward dia mendekatiku dan mengatakan dia sukakanku. Secara lembut aku menolaknya kerana aku sudah berkahwin.

    Johnny Lim mengambil dua tin coke dari peti ais, satu diberi kepadaku dan satu lagi untuknya. Dia mempersilakanku duduk di sofa lembut dalam biliknya. Kemudian Johnny duduk di sofa berdekatanku. Wajahnya yang kacak itu membuat hatiku berdebar. Secara sopan dan lembut dia memegang tanganku. Aku membiarkan saja.

    Mungkin tindakan itu seperti memberi lampu hijau kepadanya maka Johnny bertindak lebih lanjut. Aku sendiri tidak pula membantah tindakannya itu. Mungkin kerana sudah lama aku tidak bersama dengan suamiku membuatkan aku seronok pula dilayan oleh Johnny. Aku merelakan bila dia mencium pipiku. Kemudian bibir aku dikucup dan dilumat. Terasa sedap bila mendapat kucupan Johnny, aku terangsang dan membalas tindakannya itu. Johnny mengulum lidahku dan aku membalas mengulum lidahnya.

    Johnny bertindak lebih lanjut. Satu persatu pakaianku dilepaskannya. Yang tinggal cuma bra dan seluar dalam sahaja. Aku merenung mata Johnny, ada cahaya sinar di matanya yang bening dan dia tesenyum padaku. Dia memelukku lembut sambil membelai rambutku. Dicium pangkal leherku dan pangkal tetekku. Aku terangsang dan nafsuku mula mendidih. Ghairahku juga bergelora.

    Aku memberi tindak balas. Aku bingkas bangun dan aku lucutkan semua pakaian Johnny hingga tinggal seluar dalamnya sahaja. Jelas kelihatan zakarnya yang besar tegang di dalamnya.

    Aku tak berlengah terus kutarik seluar dalamnya ke bawah. Oh.. my god, besarnya zakar Johhny. Warna batangnya coklat muda, kepalanya kelihatan mengintip di sebalik kelongsong kulup. Pertama kali kulihat zakar dewasa tak bersunat. Sungguh cantik dan cute. Kepalanya yang berwarna merah yang sedikit keluar dari kulit penutupnya amat menarik. Lubang kencing di hujung kepala seperti satu garisan dari atas ke bawah seolah-olah sedang tersenyum kepadaku. Seperti tak sabar rasanya ingin mengucup kepala merah yang sedang tersenyum itu.

    Aku membelek batang butuh Johnny yang sebentar nanti akan memberi kepuasan kepadaku. Batang coklat muda itu lebih besar dan lebih panjang daripada kepunyaan suamiku yang hitam legam. Kepala zakar Johnny sungguh merah, macam disapu gincu. Kepala zakar suamiku hitam berkedut, sama sekali tidak menarik. Kata kawanku kepala pelir tak bersunat ada cheese di sebalik kulit kulup. Aku ingin memastikan kebenaran kata-kata kawanku itu. Bila kutolak kulit kulup ke pangkal, kepala zakar Johnny kelihatan merah bercahaya. Kepala merah itu kelihatan segar dan sungguh bersih. Kepala bulat itu sungguh licin dan lembab. Dan yang membuat aku menjadi gila ialah aromanya yang amat merangsang diriku.

    Ghairahku sudah berada di ubun-ubun. Aku cium puas-puas kepala merah tersebut. Aku jilat kepala merah dengan hujung lidahku. Kemudian aku masukkan ke dalam mulutku dan aku kulum. Aku kulum dan hisap hingga berdecit-decit bunyinya. Aku terangsang habis dan aku dapat merasakan air hangat telah membanjiri permukaan kemaluanku. Aku kulum berlama-lama batang zakar pemuda cina yang menjadi pujaan pekerja wanita di kelab itu. Akhirnya terasa cairan masin mula keluar dari hujung kepala zakar Johnny.

    Cerita Sex Johnny

    Cerita Sex Johnny

    Johnny kemudian mula mengambil gilirannya. Bra dan seluar dalamku ditanggalnya. Aku berbogel di hadapannya. Johnny mula menjilat dan mengggentel buah dadaku dan meramas sepuas hatinya. Aku mengeluh kesedapan yang tak terhingga. Tangan Johnny tidak tinggal diam. Celah pahaku diraba-rabanya. Jari-jarinya mengusik-usik rekahan di pangkal pahaku. Kelentitku yang mengembang dipicit dan digentel-gentelnya. Aku terasa sungguh enak dan nikmat. Air telah banyak melimpah membasahi permukaan farajku.

    Johnny menurunkan kepalanya ke bawah ke pangkal pahaku dan terus menjilat dan menhulurkan lidahnya ke dalam lubang farajku. Sungguh sedap dan geli bila lidah kasarnya berlegar-legar membelai bibir lembut dan menari-nari di kelentitku yang sejak dari awalnya sudah membengkak.

    “Johnny, sedapnya, I tak tahan Johnny, sedapnya”, Aku mendesah di telinga Johnny.

    Aku merayu dan meminta-minta agar Johnny membenamkan batang mudanya ke dalam farajku yang tak sabar menunggu. Aku ingin menikmatai batang cina yang tak bersunat itu. Aku ingin merasai kesedapan kulit kulup mengesel-gesel dinding lubang farajku.

    “Cepat Johnny, I dah tak tahan,” Aku mengemis kepada Johnny.

    Johnny terus mengangkangkan kakiku dan meletakkan kepala zakarnya betul-betul di muka farajku. Farajku rasanya berdenyut-denyut, Aku berdebar-debar menanti kemasukan zakarnya yang merupakan zakar kedua selepas suamiku. Johnny mula menekan sedikit demi sedikit batang kulupnya dan aku menjerit bila zakarnya yang besar, tegang dan panjang itu masuk habis ke dalam farajku. Terasa macam nak terkeluar segala isinya bila dia menarik keluar batangnya. Belum pernah aku merasai batang pelir sebesar ini. Batang zakar suamiku kecil sahaja. Kurang sedap dibandingkan zakar cina kepunyaan Johnny.

    Johnny meneruskan gerakan sorong tarik zakarya masuk dan keluar dalam farajku yan telah banjir. Aku hanya mampu mengerang kenikmatan. Sedap bila Johnny menekan dan makin sedap bila Johnny menarik. Teramat sedap bila gerakan sorong tarik makin laju.

    “Sedapnya Johny, fuck me… fuck me harder,” aku menggumam kesedapan.

    Permainan Johnny penuh pengalanam. Anak muda cina ini sungguh hebat penangannya. Terketar-ketar aku kesedapan. Belum pernah aku rasakan sesedap ini. Suamiku tak sehandal Johnny. Sudah tiga kali aku mengalami orgasme dan air nikmatku melimpah ruah keluar, Johnny masih lagi mampu bertahan dan meneruskan dayungannya. Kata kawanku pelir tak berkhatan mudah memancutkan maninya tapi Johnny tidak begitu. Walaupun dah 20 minit kami bertarung Johnny makin lancar membenamkan tongkat saktinya.

    “Cukup Johnny, I mengaku kalah. I tak mampu bertahan lagi,” aku menyerah kalah.

    Johnny faham permintaanku. Dia makin lama makin kencang dan akhirnya satu rejaman yang amat kuat dihentakkan ke farajku. Dan serentak dengan itu Johnny memancutkan air maninya ke dalam farajku semahu-mahunya. Aku menjerit kesedapan. Terasa hangat pangkal rahimku disembur oleh benih-benih cina. Macam terasa-rasa spermanya yang aktif berlumba-lumba berenang di dalam rahimku mencari benihku. Biarlah benih cina bersatu dengan benih melayu.

    Beberapa ketika dia menarik keluar batangnya. Masih keras kelihatannya. Air benihnya yang berwarna putih kental masih meleleh keluar dari lubang kencingnya. Johnny menyuapkan batang balaknya ke mulutku. Aku menjilat kepala merah itu dan menelan air maninya sehingga habis. Sungguh lazat rasanya, lemak berkrim. Pertama kali dalam hidupku aku meneguk air mani. Kata kawanku air mani lelaki adalah ubat awet muda.

    Aku benar-benar puas. Belum pernah aku merasakan kepuasan seperti ini sejak berumahtangga. Suamiku tak setanding Johnny. Sejak hari itu, setiap kali ada masa atau selepas habis kerja kami akan melakukan hubungan seks sepuas-puas hati kami. bermacam-macam cara dan berbagai gaya kami lakukan. Semuanya memberi kepuasan maksima. Johnny telah mengisi kekosonganku. Aku tak kisah lagi kalau suamiku dikurung oleh isteri tuanya. Aku mulai ketagih dan menggilai kulup cina berkepala merah. Baru kutahu zakar tak bersunat sungguh nikmat.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Anak Pembantu Ku Yang Penurut Bagian 2

    Cerita Sex Anak Pembantu Ku Yang Penurut Bagian 2


    1208 views

    Perawanku – Cerita Sex Anak Pembantu Ku Yang Penurut, Berlanjut lebih jauh tentang Wasti, ada suatu pengalaman Wasti yang ingin kuceritakan di sini sejak dia bekerja di panti pijatku, yaitu tentang keintimannya dengan Oom Rony. Oom Rony memang doyan dipijat tapi merasakan dipijat seorang perempuan muda dia tidak pernah karena maklum dia takut dicurigai orang kalau pergi ke panti-panti pijat, selain itu Tante Yosi istrinya galak dan ketat mengawasinya. Maka ketika suatu kali dia kubawa ke sebuah panti pijat secara sembunyi-sembunyi Oom Rony langsung ketagihan.

    Itu sebabnya waktu kuusulkan untuk bekerja sama mengusahakan sebuah panti pijat milik temanku yang hampir bangkrut, Oom Rony segera setuju menyertakan modalnya atas namaku. Dengan begitu dia bisa menyalurkan kesenangannya dipijati gadis-gadis muda karena cuma beralasan pergi denganku saja baru Oom Rony bisa aman tidak dicurigai Tante Yosi. Kami berdua diketahui Tante Yosi sering pergi memancing sebagai salah satu hobby kami. Dari mulai sekedar dipijat ternyata mulai meningkat kepingin beriseng dan gadis pemijat yang diincarnya justru Wasti.

    Alasannya karena Wasti sudah dikenalnya sebagai orang dalam di rumahku sehingga dia yakin Wasti tidak akan menuntut apa-apa padanya. Aku sendiri semula tidak mengira kalau perkembangan pijat-memijat itu jadi semakin jauh. Hal ini baru kuketahui ketika suatu sore Mas Didik sopir sekaligus orang kepercayaan Oom Rony datang menjemput Wasti yang kebetulan sedang membersihkan rumahku, kudapati Wasti gelisah dan kurang enak air-mukanya.

    “Mas, bilang aja aku sekarang udah nggak bisa, udah pulang kampung, lalu Mas nawarin temen-temen lain aja..” katanya membujuki aku di kamar sementara Mas Didik menunggu di ruang tamu.
    “Lho tadi Mas ditelepon Bapak memang bilang kamu ada di sini kok, emang kamu kenapa..? lagi capek ya mijetin Bapak sekarang? Kalau capek nanti Mas yang ngomongin,” kataku menawarkan.
    Bapak adalah menurut sebutan Wasti kepada Oom Rony.
    “Nggak gitu Mas, tapi..” di sini dia berat untuk meneruskan dan memandangiku dengan malu-malu takut.

    Aku paham ada sesuatu yang disembunyikan dan kubujuk dia dengan lembut sampai akhirnya Wasti pun mengaku bahwa meskipun sudah sering memijat tapi baru belakangan ini Oom Rony terangsang untuk mengajak Wasti ber-“iseng”.

    Permintaan ini berat karena Wasti merasa kikuk dan sungkan sekali kepada Oom Rony dan untuk itu dia berusaha menolak dengan yang terakhir kali dia memberi alasan sedang haid. Jelas alasan yang begini cuma mengulur waktu saja sehingga untuk yang berikut ini Wasti merasa tidak bisa menolak lagi. Itu sebabnya dia jadi gelisah serba salah terhadapku. Mendengar sampai di sini aku cuma tersenyum membuat Wasti jadi lega.

    Memang, baik aku maupun dia sebenarnya sama mengerti bahwa Oom Rony sebagai laki-laki wajar kalau sesekali kepengen ber-“iseng” di luaran. Cuma saja bagi Wasti dia berat karena dia takut aku tersinggung dan marah kepadanya. Begitu, agak beberapa saat kami terdiam mencari jalan keluar tapi akhirnya kuanjurkan Wasti untuk memberi saja.

    “Iddihh Mas Dony kok malah nyuruh ngasih, gimana sih?!” nadanya terdengar agak kurang enak dengan usulku.
    “Gini Was, kamu kan ngerti kalau Bapak susah mau ‘ngiseng’ begini di luaran. Kebetulan bisa ketemu kamu yang udah dianggap deket bisa nyimpan rahasia, kan nggak apa-apa kalau diikutin sekali-sekali. Dijamin deh Mas Dony nggak marah soal ini.”

    Mendengar dari aku sendiri yang berbicara seperti itu hanya membuat dia terdiam berpikir sebentar tapi kemudian menyetujui anjuranku. Setelah mendapat ijin khusus dariku Wasti pun bersedia untuk pergi memijat Oom Rony di hotel tempatnya menginap. Hotel itu adalah tempat rahasia Oom Rony dan tidak ada yang tahu kecuali Mas Didik yang membawa ke situ.

    Kami bertemu lagi keesokkan harinya di panti pijat, rasa penasaran kubawa dia ke sebuah kamar untuk mendengarkan pengalamannya dengan Oom Rony sambil meminta dia memijati aku. Wasti yang ditanya soal semalam langsung menyembunyikan muka malunya di dadaku belum langsung menjawab.

    “Lho kok masih berat nyeritainnya, kan Mas udah ngasih ijin? Gimana, kesannya asik atau nggak kan Mas kepengen tau?” tanyaku mendesak terus.
    “Kesannya.. Aaa.. maluu aku Maass..!”
    Wasti menjerit malu makin membenamkan wajahnya ke dadaku. Kutunggu beberapa saat sampai malunya mereda barulah dia mau bercerita pengalamannya malam tadi.

    Seperti yang sudah dibayangkan Wasti, baru saja memijat sebentar bagian punggung Oom Rony sudah berbalik minta dipijat bagian depan. Di situ sambil mengambil tangan Wasti untuk memijati seputar selangkangannya dia mulai memancing-mancing jawaban Wasti tentang kesediaannya untuk memenuhi ajakan ber-“iseng”-nya waktu itu.

    Wasti meskipun merasa sudah tidak ada yang diberati tapi masih kikuk untuk mengiyakan langsung. Dia hanya menggigit bibir malu-malu meskipun begitu tangannya bekerja juga menyusup di balik handuk yang dikenakan Oom Rony dan segera memijat daerah selangkangan yang dimaksud untuk merangsang kejantanannya. Jelas cepat saja batang itu naik menegang.

    “Ihhng.. cepet bener bangunnya Bapak punya..” katanya mengomentari batang kemaluan kencang Oom Rony di genggamannya.
    “Makanya itu, biar nggak tambah penasaran sebaiknya diselesaikan sama kamu Was?” jawab Oom Rony sambil merayapkan tangannya dari belakang pantat Wasti menyusup mengusapi tengah selangkangannya.
    “Mmm.. tapi mesti dilicinin dulu Pak..” lagi-lagi Wasti tidak menjawab langsung, hanya mengambil cream pemijit dan melumuri seputar batang itu agar menjadi licin.
    Sekarang Oom Rony mengerti bahwa Wasti sudah bersedia menyambut ajakan ber-“iseng”-nya, dia beraksi lebih dulu membuka belitan handuk yang dipakainya.
    “Kalau gitu ke sini aja supaya nggak habis waktunya. Ayo buka dulu bajumu terus naik sini Nduk!” kata Oom Rony terburu-buru saking senangnya.

    Cerita Sex Anak Pembantu Ku Yang Penurut

    Cerita Sex Anak Pembantu Ku Yang Penurut

    Wasti berhenti dan mengikuti permintaan Oom Rony untuk segera membuka bajunya. Tapi meskipun sudah terbiasa bertelanjang bulat di depan lelaki, tidak urung dengan majikan besarnya ini Wasti merasa kikuk sekali. Lebih-lebih waktu ditarik berbaring bersebelahan disambut masuk dalam pelukan Oom Rony yang langsung menyerbu dengan remasan gemas dan ciuman bernafsu di seputar lehernya, Wasti jadi risih karena merasa tidak pantas dengan besarnya perbedaan status di antara kedua mereka.

    Sekalipun sudah dicoba memejamkan mata dan menghayalkan dia sedang digeluti salah seorang langganan “Oom Senang”-nya tapi tetap saja terbawa sebagai majikan besar ini sulit hilang, sehingga Wasti seperti kaku tidak berani bergaya manja-manja genit. Padahal Oom Rony sudah tidak perduli soal status dan jabatannya, juga tidak perduli dengan status lawan mainnya. Yang dia tahu saat itu ialah si gadis pembantu yang cantik ini begitu menggiurkan dalam penampilan polosnya sehingga Oom Rony yang sedang mendapat kesempatan menggelutinya pun tambah lebih bersemangat lagi.

    Dari mulai kedua susunya, sudah habis-habisan masing-masing daging kenyal yang bulat montok itu diremasi dan disosor rakus mulut Oom Rony. Disedot-sedot bagian puncaknya sam-bil dikulum pentilnya digigit-gigiti kecil membuat Wasti menggelinjang kegelian, begitu juga seputar tubuh si cantik sudah rata dijelajahi rabaan tangan Oom Rony yang sibuk penasaran. Mendarat di selangkangannya bukit daging setangkup tangan itu pun diremasi gemas, jarinya mengukiri celah hangat mengiliki kelentit dengan gemetar bernafsu.

    Semakin Wasti meliuk erotis semakin merangsang nafsu Oom Rony sampai akhirnya dia tidak tahan berlama-lama lagi. Dia pun berhenti dan segera mengambil ancang-ancang untuk mulai menyetubuhi Wasti. Menangkap bahwa Wasti mungkin masih kikuk dengannya, Oom Rony meminta Wasti berbalik agar dia bisa memasuki dari arah belakang. Ini diikuti Wasti tapi belkang. Ini diikuti Wasti tapi belOom Rony sudah merapat menepatkan sendiri ujung batang kemaluannya dan langsung menekan masuk.

    “Tapi.. lho, lhoo, lhoo..?!” Wasti sampai menjengkit dengan meringis bengong karena dia merasakan suatu kesalahan tusuk pada lubangnya. Bukan di lubang kemaluan tapi justru lubang anusnya yang disodok batang itu. Dan konyolnya baru saja dia akan memperbaiki sudah keburu keluar komentar Oom Rony. “Ssshhmm.. enakk Waass.. sempit sekali punyakmuu hhshh..” baru terjepit sudah langsung dipuji rasanya.

    Wasti jadi urung membetulkan karena dia kuatir Oom Rony tersadar dan malu hati, malah hilang selera nafsunya dan batal meneruskan permainan. Biar saja, mumpung suasana kamar remang-remang gelap mudah-mudahan sampai dengan selesai Oom Rony tidak menyadari kekeliruannya. Syukur, Oom Rony memang kelihatan bernafsu sekali terasa dari sodokannya yang gencar dengan tubuh gemetaran persis seperti anjing sedang dalam siklus birahinya.

    Maklum, dia betul-betul lapar sekali menyetubuhi partner muda seperti ini. Dan melihat ini Wasti menambahi dengan bantuan goyangan pinggulnya mengocok batang itu, maka tidak berlama-lama lagi sebentar kemudian terdengar tenggorokan Oom Rony menggeros tersendat-sendat ketika dia berejakulasi memuntahkan cairan maninya. Itulah apa yang dialami Wasti ketika melayani Oom Rony semalam.

    “Tapi urusannya sekarang gimana nih, semalem yang ini dipakai juga nggak, kalau nggak biar Mas Dony yang ngisi sekarang?” tanyaku menggoda sambil menyusupkan tanganku meremas langsung kemaluan telanjangnya. Wasti memang selalu bertelanjang bulat jika memijati aku.
    “Main yang keduanya memang dipakai juga, tapi biarpun gitu asal yang mau ngasih lagi Mas Dony sendiri tetep aja Wasti penasaran Mas..” jawabnya dengan mulai bermain di kemaluanku.
    “Kalau gitu pertamanya pakai yang depan dulu ya? Abis itu baru masukin yang di belakang, soalnya Mas Dony juga jadi nafsu deh denger ceritamu barusan.”

    Wasti hanya mengangguk tersipu-sipu menyetujui permintaanku. Memang, permainan anus ini dipelajarinya dariku, jadi meskipun awalnya dulu dia kerepotan dengan batang kemaluanku tapi sekarang sudah terbiasa dengan ukuranku. Tanpa menunggu lagi dia pun segera mengencangkan batang kemaluanku.

    Dengan tekniknya yang terlatih dia pun mengerjai batangku. Mula-mula dilocoki pelan dengan genggaman tangannya sampai setengah menegang, setelah itu diteruskan dengan kerja mulutnya yang mengulum dan mengisap, baru setelah tegang kaku dia pun memasang dirinya untuk siap kusetubuhi.

    Kalau sudah sampai di sini permainan asyik pun berlangsung sebagaimana yang sering kami lakukan berdua. Yaitu seperti keinginanku, mula-mula kuresapi pijatan lubang kemaluannya di batang kemaluanku tapi ketika menjelang tiba ejakulasiku, barulah kupindahkan ke lubang anus untuk menyelesaikan permainan dengan menyembur-nyemburkan cairan maniku di situ.

    Rupanya Oom Rony setelah mendapatkan Wasti bukan sekedar ketagihan lagi tapi lebih dari itu dia ingin berlanjut memelihara Wasti sebagai “gendak” peliharaannya. Kedengarannya enak buat Wasti tapi begitupun dia selalu minta pendapatku dulu. Setelah berunding denganku akhirnya kuberi jalan bahwa Wasti bersedia tapi hanya selagi suaminya masih belum pulang saja.

    Syarat ini disetujui Oom Rony dan begitulah Wasti langsung menghilang dari Panti Pijat tanpa ada yang tahu karena sebenarnya dia sedang bersembunyi di rumah yang disewakan Oom Rony untuknya. Akan tetapi sekalipun suaminya sudah ada, hubungan Oom Rony dengan Wasti tetap berlanjut yaitu Oom Rony secara rutin memanggil Wasti dengan alasan minta dipijati.

    Pasalnya Wasti semenjak dipelihara sebagai langganan kesayangan Oom Rony kehidupannya bisa terjamin dimana Wasti diberi modal untuk membuka sebuah usaha percetakan. Ini dianggap hutang budi bagi Ardi karena setelah pulang dari Arab Ardi tidak medapat pekerjaan lagi sehingga keluarga ini tergantung nafkahnya dari usaha percetakan itu.

    Berlanjut pada hubungan itu mulanya Wasti dipanggil ke hotel seperti biasa tapi karena yang begini lama-lama justru mengundang kecurigaan Ardi maka Wasti mengusulkan sebaiknya Oom Rony datang ke rumahnya saja. Dengan berlaku seolah betul-betul akan dipijati tapi diam-diam berhubungan badan, cara begitu malah aman tidak akan dicurigai siapapun. Oom Rony menimbang-nimbang ternyata usul Wasti benar dan begitulah hubungan unik ini berlangsung justru seperti dilindungi oleh Ardi.

    Awalnya waktu siang itu sementara kedua suami istri sibuk melayani percetakan di bangunan sebelah, Wasti memberitahu Ardi bahwa hari ini adalah jadwal pertama kedatangan Oom Rony, dia pun meminta tolong suaminya meneruskan pekerjaannya sendirian karena dia sebentar lagi akan menerima langganan tetapnya itu. Ardi pun mengangguk dan mengambil alih tugas itu, “Udah tinggal aja Was biar Mas yang ngurus. Kamu cepet aja ganti baju nanti Oom Rony keburu dateng,” begitu jawab Ardi.

    Wasti pun bergegas masuk ke rumah untuk mempersiapkan diri, dia bisa lega untuk menerima Oom Rony yang datang sesuai jam yang dijanjikan. Singkatnya begitu Oom Rony muncul sudah langsung diajak ke kamar tidurnya, di sini mau tak mau perasaannya agak kurang tenang juga karena baru pertama inilah dia berterang-terangan melakukan kegiatan di rumahnya sendiri, tapi perasaan ini mulai terlupa ketika sebentar kemudian Oom Rony mulai sibuk merangsang mengecapi sekujur tubuhnya.

    Terus terang, kalau bukan karena uangnya sebenarnya bagi Wasti dari penampilannya laki-laki gemuk pendek lagi botak ini sama sekali tidak menarik ataupun menerbitkan seleranya. Tapi untungnya selain uangnya cukup royal, juga cara bermain seksnya bisa juga memuaskan Wasti sehingga Wasti cukup senang melayaninya.

    Cara merangsang mulutnya yang rakus diikuti menjilat-jilat rata sekujur tubuhnya mula-mula memang kurang “sreg” bagi Wasti kalau masih memulai pembukaan dari bagian atas. Agak jijik rasanya dengan ludah Oom Rony yang melengket di seputar wajahnya. Tapi kalau sudah menurun ke bawah baru terasa ada keasyikan yang membawa dia naik dalam birahinya. Cuma perlu sering diingatkan karena laki-laki ini suka kelewat gemas. “Aahss Paakk.. jangan digigit keras-keras.. sakitt..” merintih Wasti tapi dengan muka geli senang, menahan kepala Oom Rony kalau terasa puting susunya tergigit agak sakit.

    Oom Rony sadar lagi, buru-buru menekan emosinya untuk mencoba lebih halus, tapi biasanya tidak lama karena sebentar kemudian sudah terlupa lagi dia untuk kembali menggigiti gemas sekujur tubuh Wasti. Wasti sering kewalahan, biarpun sudah merengek-rengek dia dengan menggeliat-geliat meronta-ronta menolaki kepala botak Oom Rony dengan maksud ingin menghindari tapi Oom Rony malah tambah bernafsu kepada perempuan yang gayanya makin genit merangsang ini. Tambah bertubi-tubi dia menyerbu Wasti.

    Mau tak mau Wasti mengalah, sudah hafal dia kalau belum puas membuat mengenyoti gemas di bagian susunya, belum berpindah Oom Rony dari situ. Tapi kalau sudah bergeser ke bawah, caranya pun serupa juga. Tidak hanya di atas, yang di bawah inipun dia sama rakusnya. Malah lebih lagi. Sebab tidak perduli kemaluan Wasti entah berapa orang yang sudah memakai, dia tetap bernafsu sekali menghisap dan menjilat-jilat sambil menyosorkan mukanya tersembunyi di selangkangan Wasti.

    Wasti sendiri memang senang dirangsang begini, cuma lagi-lagi kalau terasa geli menyengat membuat dia refleks menolaki kepala Oom Rony, akibatnya sama, gigitan-gigitan gemas langsung mendarat di bagian seputar bukit kemaluannya.

    Malah lebih bertubi-tubi karena Oom Rony lebih bernafsu dengan bukit kemaluan Wasti yang baginya begitu menggiurkan sekali karena Wasti sering mencukuri bulu-bulu kemaluannya agar lebih merangsang langganannya. Jadi kalau bisa digabungkan suara-suara yang sedang terjadi, maka di bangunan sebelah suara riuh pegawai-pegawai percetakan yang sedang sibuk bekerja sambil bercanda akan berpadu rengekan manja sang majikan perempuan dalam kamar yang sedang merasa keenakkan bercanda dengan kemaluannya dikerjai mulut Oom Rony.

    “He.. hehngg.. aahss diapain gittu.. gellii iihh..” merengek-rengek kegelian dia kalau terasa ujung lidah Oom Rony berputaran menjilati klitoris sesekali menyodok-nyodok pendek di pintu lubang kemaluannya, atau juga kalau gigitan-gigitan kecil Oom Rony di bibir dalam kemaluannya terasa seperti ditarik-tarik ke atas. Kepala botak Oom Rony yang menempel di selangkangannya dipermainkan seperti bola, kadang didekap diusap-usap kalau merasa keenakkan atau kadang ditolaki kalau geli terlalu menyengat.

    Tapi Wasti tidak hanya bisa menerima, dia juga pintar memberi “asyik” pada lawan mainnya karena inilah salah satu yang membuat dia juga jadi perempuan kesayangan langganannya itu. Sebentar kemudian bertukar permainan dengan Wasti sekarang yang ganti menghisap batang kemaluan Oom Rony.

    Dengan pengalamannya yang banyak Wasti tahu persis bagaimana menyenangkan lelaki lewat permainan mulutnya. Teliti dan cukup lama dia menjilati sepanjang batang, menghisap-hisap kepala bulatnya, melocoknya sekaligus dan mengenyot-ngenyot kantung zakarnya membuat batang kemaluan Oom Rony yang tadi setengah mengeras sekarang bangun mengencang.

    Merasa sudah cukup barulah keduanya tiba di babak senggama. Kembali Wasti mulai merasakan asyiknya bagian lubang kemaluannya dikerjai, kali ini disogok-sogok batang kemaluan Oom Rony. Ini yang dibilang meskipun tampangnya tidak “sreg” tapi Oom Rony cukup menyenangkan Wasti. Memang tidak besar tapi batang kemaluan lawannya ini cukup bisa bertahan lama kerasnya untuk Wasti terikut sampai di kepuasannya.

    Itu juga sebabnya meskipun di babak awal pembukaan rangsangan Oom Rony kurang disukai Wasti tapi kalau sudah sampai di bagian ini Wasti cukup senang bersetubuh dengan langganannya yang royal memberi uang itu. Terbukti mimik mukanya berseri cerah memainkan kocokkan lubang kemaluannya mengimbangi tarik tusuk batang kemaluan Oom Rony menggesek ke luar masuk lubangnya.

    Seirama dengan bunyi “mencicit” putaran roda mesin cetak yang seolah kurang pelumasan di bangunan sebelah, di kamar ini papan tempat tidur pun bergerit oleh gerak putaran kemaluan Wasti mengocok batang kemaluan Oom Rony. Keduanya justru kebanyakan dilumas karena semakin lincir saja beradunya kedua kemaluan terasa dengan semakin cepatnya goyangan keduanya tanda sudah akan mencapai akhir permainan.

    “Hshh.. ayyo Was.. Bapakk keluarr..” di ujungnya Oom Rony segera memberi tanda tiba di ejakulasinya.
    “Ayyo Pakk.. sama-sama.. hhoghh.. dduhh..” Wasti cepat menyahut, dia pun segera menyusuli dengan orgasmenya.

    Berpadu kejang tubuh mereka ketika masing-masing mencapai puncak permainan secara bersamaan. Oom Rony merasa puas dengan pelayanan Wasti, begitu juga Wasti terikut merasa puas dalam permainan seks bersama langganan tetapnya ini.

    Akan tetapi bukan hanya Oom Rony saja yang bisa bercinta dengan Wasti di rumahnya itu tapi aku sendiri pernah mengambil bagian seperti itu dengannya. Sudah dua kali aku bertandang ke rumahnya sekedar untuk ngobrol-ngobrol, tapi pada kali ketiga aku datang bertepatan Ardi sedang keluar rumah, saat itulah kesempatan baik ini ingin dimanfaatkan Wasti.

    Ceritanya waktu aku menumpang buang air kecil, Wasti menunjukkan kamar mandi yang berada di kamar tidurnya tapi rupanya dia menunggu dengan tidak sabaran lagi. Karena baru saja ke luar kamar mandi aku langsung ditubruk pelukan rindunya.

    “Duh Mas Dony.. Was kangen banget deh, Mas nggak kangen ya sama aku,” katanya membuka serangan dengan menciumi seputar wajahku.
    “Sama aja Was, tapi kan nggak enak masa dateng-dateng lalu minta gitu sama kamu. Lama nggak perginya Mas Ardi?”
    “Dia lagi ngurus ke kantor pajak, pasti lama pulangnya kok..”

    Sebentar pembicaraan terputus sampai di sini karena kami memuasi diri dulu dengan saling melepas rindu lewat ciuman bibir yang saling melumat hangat dengan posisi masih berdiri berdekapan di ruang tengah itu.

    Di situ rupanya kami sudah tidak sabaran menunggu karena sambil mulut tetap sibuk kuikuti dengan tanganku langsung bekerja melepas penutup badannya, ini dituruti Wasti bahkan sampai lolos hingga bertelanjang bulat di pelukanku. Begitu terpandang tubuh mulusnya darah pun langsung panas menggegelegak. Hmm.. kuakui lekuk liku tubuhnya yang indah dan tetap tidak berubah sejak dulu nampak begitu menggiurkan dan memompa darah birahiku menaikkan rangsanganku.

    Masih ingin kunikmati pemandangan indah ini tapi Wasti yang sudah bertelanjang bulat di depanku seperti kuatir aku batal berubah pikiran, dia segera menarik aku lagi dalam pelukan untuk melanjutkan berciuman sambil dia juga membalas membantu membukai bajuku. Kali ini jelas lebih asyik, bergelut lidah bertempelan hangat kedua dada telanjang cepat saja membawa nafsu birahi naik menuntut, sehingga tidak bermesra-mesraan lebih lama lagi kami pun bersiap masuk di babak utama.

    “Ayo Mass.. buka juga ininya..” berdesis suaranya sambil tangannya ingin merosot celanaku, tampak dia seperti ingin terburu-buru. Kuturuti permintaannya sebentar kemudian kami sudah sama telanjang masih melanjutkan berciuman merangsang nafsu yang tentu saja naik dengan cepat.Sekarang baru nyata kerinduan Wasti karena sambil masih sibuk bergelut lidah bertukar ludah, sebelah tangannya yang terjulur ke bawah sudah langsung beraksi meremas-remas gemas jendulan batanganku.

    Diserang begini ganti aku juga membalas. Kedua tanganku yang semula merangkul pinggangnya kuturunkan meremasi kedua pantatnya dan memainkan jariku menggaruki bibir luar kemaluannya, mengukiri celah hangatnya membuat Wasti mulai menggelinjang terangkat-angkat pantatnya menempelkan jendulan kemaluannya ke jendulan batanganku.

    Lama-lama tidak tahan, Wastipun tidak membuang-buang waktu untuk merendahkan tubuhnya dan langsung mencaplok kepala batangku, dilocoknya beberapa lama dengan mulutnya sekaligus membasahi dengan ludahnya. Setelah terasa basah licin barulah dia menegakkan lagi tubuhnya dan menunggu aku berlanjut untuk berusaha memasukkan di lubang kemaluannya.

    Kuteruskan sesaat ciumanku dengan kembali mengiliki klitorisnya, sementara Wasti menyambut dengan juga melocok menarik-narik batang kemaluanku. Saling merangsang begini tentu saja membuat tuntutan birahi jadi naik tinggi. Merasa cukup, kutunda ciuman sebentar untuk membawa dia bersandar ke dinding di belakangnya, Wasti menurut hanya memandangi aku agak bingung.”Nggak di tempat tidur aja Mas..?” tanyanya seperti kurang cocok dengan tempat yang kupilih.

    “Di sini dulu, sekali-sekali kita main berdiri kan bisa juga?” begitu jawabku menentukan keputusanku. Meskipun agak kurang “sreg” tapi dia juga sudah kepingin berat jadinya menurut saja ketika setelah kusandarkan ke dinding, kulanjutkan dulu dengan mengecupi mesra seputar wajahnya sambil tetap menghangatkan bara nafsu dengan bermain sebentar mengusapi kemaluannya, menggaruki klitorisnya.

    Dia kuserbu dengan membuat tidak sempat protes lebih jauh karena segera ujung jariku merasakan licin basah liang kemaluannya. Batang kemaluan yang sudah dibubuhi ludah kudekatkan masuk terjepit di selangkangannya menenempel ketat di lubang kemaluannya. Begitu kena mimik mukanya langsung tegang rahang setengah menganga karena jika dua kemaluan yang sama telanjang sudah ditempel begini, hangatnya mau tidak mau menuntut untuk melibat lebih dalam.

    Sinar matanya makin sayu meminta dan ini kupenuhi dengan mulai berusaha memasukkan batang kemaluanku. Kedua lutut kutekuk agak merendah dari situ kutekan membor ke depan ujung batangku sampai terasa menyesap masuk di jepitan lubang kemaluan Wasti, ini karena dia juga menyambut dengan menjinjit dan membuka lebar-lebar pahanya.

    “Ahngg Mass Doonyy..” keluar erang senangnya sambil menyebut namaku. Seperti biasa dia selalu terlihat repot jika dimasukkan batangku, tegang serius mukanya sambil sesekali melirik ke arah pintu seperti masih kuatir kalau ada yang masuk mendadak sementara dia sedang sibuk dalam usahanya ini.

    Begitupun pelan-pelan tenggelam juga batangku ditelan lubang kemaluannya masuk dan sebentar kemudian terendam habis seluruh panjangnya. Aku berhenti sebentar untuk dia menyesuaikan ukuranku baru setelah itu aku pun mulai menikmati jepitan asyik kemaluannya di batangku. Lepas dari sini kami berdua sudah langsung meningkat meresap nikmat sanggama tanpa perduli suasana sekitar lagi.

    Aku mengawali dengan memainkan batangku menusuk tarik ke luar masuk, sebentar kemudian diimbangi Wasti dengan memainkan pinggul mengocokkan lubang kemaluannya. Masing-masing sama berkonsentrasi pada rasa permainan cinta dengan di atas kembali saling melumat bergelut lidah, kali ini untuk melengkapi gelut dua kemaluan yang mengasyikan dalam posisi sanggama berdiri ini. Sambil begitu kedua tanganku pun meremasi sekaligus kedua susunya menambah enaknya permainan.

    Wasti baru sekali kuajak main gaya begini tapi sudah langsung tenggelam dalam kelebihan rasanya. Terbukti baru disogok-sogok beberapa saat saja dia sudah tegang serius mukanya, tapi sebelum sampai ke puncaknya segera kuangkat dia berpindah posisi ke tempat yang lebih santai buat dia dan baru sekarang kubaringkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. “Wiihhss.. Mas Donny kangen aku kontolmu Mass.. sshh mantepp rasanya..” komentar pertama dengan nada suara bergetar terdengar senang seperti anak kecil baru diberi mainan. Saking rindu dan senangnya sampai mengalir keluar airmata bahagianya.

    Tidak kusahut kata-katanya tapi dengan gemas-gemas sayang aku menindih untuk mengecup menggigit bibirnya dan dari situ kusambung dengan mulai memainkan batangku keluar masuk memompa di jepitan lubang kemaluannya. Inipun masih pelan saja tapi reaksinya sudah terasa banyak buat kami. Pinggulnya dimainkan membuat lubang kemaluannya berputaran memijati batanganku, hanya tempo singkat kami sudah meningkat dalam serius tegang dilanda nikmatnya gelut kedua kemaluan.

    Airmuka kami sama tegang dan sinar mata sama sayu masing-masing hanyut meresapi jumpa mesra yang baru ini lagi kami lakukan setelah lewat cukup lama perpisahan keintiman kami. Menatap wajah si manis sedang hanyut begini tentu saja menambah rangsangan tersendiri yang membuatku makin meningkatkan tempo, sambil tetap meresapi asik yang sama pada gelut dua kemaluan kami.

    “Enak nggak Was rasanya punyak Mas..” bisikku menguji di tengah kesibukanku, sekedar ingin tahu komentarnya.
    “Hsh iya ennak sekalli Mass.. kontol Mas Donny palingg ennak dari semuanya.. hhssh wihh ker-ras sekalli.. ennaakk.. Adduuh Maas iya ditekenn gittu dalem bbanget hhshh.. Mass Donyy ennaak sekalii Maas..”

    Wasti kuhapal memang type spontan terbuka, dipancing sedikit saja langsung keluar suaranya mengutarakan apa yang sedang dirasakannya. Jelas menyenangkan mendapat partner bercinta seperti ini, segera kutenggelamkan juga perasaanku menyatu dalam asyik sanggama sepenuh perasaan dengannya.

    Makin lama gelut kami makin berlomba hangat tanda bahwa masing-masing mulai menuju ke puncak permainan, sampai tiba di batas akhir kuiringi saat orgasme kami dengan menempel ketat bibirnya saling menyumbat dengan lumatan hangat. “Hhrrh hghh.. nghhorrh.. sshghh.. hoorrhgh hhng.. hngnhffgh.. ngmmgh..” suara tenggorokan kami saling menggeros bertimpal seru mengiringi saat ternikmat dalam sanggama ini.

    Mengejut-ngejut batang kemaluanku menyemburkan cairan maniku yang juga terasa seperti diperas-peras oleh pijatan dinding kemaluannya. Sampai terbalik kedua bola mata kami saking enak dirasa tapi begitupun sumbatan mulutku belum kulepas menunggu sentakan-sentakan ekstasinya melemah. Baru ketika helaan nafas leganya ditarik tanda kenikmatan berlalu, aku pun melepas tempelan bibirku menyambung dengan kecupan-kecupan lembut seputar wajahnya.

    “Hhahhmmhh Mas Ddony.. assyiknyaa.. keturutan kangenku sama Mas..” kembali terdengar komentarnya dengan masih saling berpelukan mesra.
    “Mas sendiri juga kangen sekali sama kamu Was,” kataku jujur membalas perasaan hatinya.
    “Bener?” tanyanya menguji dengan nada manja.

    Tapi tetap menjepitkan otot-otot lubang kemaluannya di batanganku menunggu sampai terlihat aku mulai mengendor menghela nafas legaku, di situ baru dia berhenti dan membiarkan aku melepaskan batanganku dari lubang kemaluannya. Aku lega dan puas tapi air mukanya juga tampak berseri tanda senang telah berhasil memuaskan kerinduannya denganku.

    Sejak dari hari itu berlanjut lagi hubungan lamaku dengan Wasti di setiap kedatanganku ke rumahnya tapi dengan alasan yang sama seperti Oom Rony yaitu pura-pura minta dipijat oleh Wasti. Hari itu aku datang ke rumahnya bertemu dengan Ardi yang sedang sibuk mencetak di bangunan sebelah, dia mempersilakan aku menemui Wasti di rumah induk.

    Aku pun mengiyakan dan waktu masuk ke rumah kudapati Wasti di dapur sedang mencuci piring-piring dan gelas bekas makan siang mereka. Wasti menoleh dan tersenyum manis menyambut kehadiranku serta meminta aku menunggu dulu di ruang tamu. Timbul niat isengku menggoda, kurapati dia yang saat itu masih berdiri di depan meja cucian piring, langsung memeluk dari belakang mencumbui dia.

    Mengecupi lehernya sambil kedua tanganku meremasi bukit susunya. Karuan Wasti menggeliat-geliat dengan muka malu-malu geli, ingin menghindar tapi mana mau kulepas begitu saja. Akhirnya dia diam saja membiarkan aku menggerayangi tubuhnya, dia sendiri tetap meneruskan mencucinya karena dipikirnya mana mungkin aku berani mengajak dia untuk waktu yang senekat ini.

    “Mas Dony ini nggodain aku aja, paling-paling Mas juga udah ngiseng sama yang lain, sekarang kayak sudah kepengen lagi..?”
    “Lha memang kepengen kok, sama kamu kan belum?” jawabku sambil mengangkat rok belakangnya, langsung melorotkan celana dalamnya.
    Tentu saja Wasti jadi kaget karena tidak mengira bahwa aku betul-betul serius meminta.
    “Heh Mas Dony! Ngawur ah, ini kan masih di dapur.. nanti aja di kamar Mas.. kalau di sini nanti ada yang liat gimana?”

    Wasti masih coba memperingatkan aku agar mengurungkan kenekatanku tapi aku sudah tidak bisa menahan lagi. Malah sudah kulepas ritsleting celanaku membebaskan kemaluanku langsung menempelkan batanganku di selangkangannya.
    “Kasih sebentar aja kan bisa Was, dari sini kan kita bisa ngeliat ke sebelah kalau ada yang dateng..” kataku meminta sambil menenangkan dirinya.

    Kebetulan di dekat meja cucian piring itu ada jendela kaca darimana kami bisa melihat keadaan bangunan percetakan di sebelah.
    “Ahhs Maass..!” Wasti kontan menjengkit ketika terasa batang telanjangku yang menempel di lubang kemaluannya itu sudah mulai naik mengencang.
    Sempat bingung dia tapi dari semula ingin berkeras menghindar akhirnya Wasti jadi tidak tega juga, langsung melunak suaranya berbisik.

    “Wih, wih Mass.. kok cepet banget sih keras bangunnya..?”
    “Makanya itu.. Mas Dony masukin ya?”
    “Iya tapi aku belum basah Mas..”
    “Nanti Mas basahin sebentar..”
    “Tapi jangan lama-lama ya, nanti keburu ada yang dateng malah tambah penasaran..”

    Tanpa membuang-buang waktu aku berjongkok di belakang Wasti dan segera menyosor di lubang kemaluannya yang juga cepat memasang posisi agar lebih mudah, dengan membuka secukupnya kedua pahanya serta menunggingkan sedikit pantatnya. Sambil begitu Wasti sendiri terpaksa menunda dulu pekerjaannya dan menunggu dengan bertopang kedua tangan di tepi meja cucian sambil pandangannya terus melekat memperhatikan ke luar jendela kaca itu.

    Niatnya memang semula hanya ingin sekedar memberi buat aku, tapi ketika terasa sedotan dan jilatanku di lubang kemaluannya ditambah lagi dengan satu jariku yang kucucukan menggeseki kecil di lubang itu, yang begini cepat saja membuat gairahnya terangsang naik. Cepat-cepat dia membilas kedua tangannya yang masih penuh sabun karena sesewaktu mungkin diperlukan untuk memegangi tubuhku.

    Betul juga, tepat saatnya dia selesai membilas bersamaan aku juga selesai mengerjai liang kemaluannya. Segera kubawa batanganku ke depan lubang kemaluannya dan mulai menyesapkan masuk dari arah belakang, langsung saja sebelah tangan yang masih basah itu dipakai untuk memegang pinggulku, sebagai cara untuk mengerem kalau sodokkanku dirasa terlalu kuat.

    Tapi rupanya tidak. Biarpun sudah dilanda gairah kejantananku, tapi aku masih bisa meredam emosi tidak kasar bernafsu. Selalu hati-hati sewaktu membor batangku masuk meskipun seperti biasa Wasti selalu menunggu dengan muka tegang. Dia baru melega kalau batangku dirasanya sudah terendam habis di lubang kemaluannya.

    “Keras sekali rasanya Mas..?” komentar pertamanya sambil menoleh tersenyum kepadaku di belakangnya.
    Kugamit pipinya dan menempelkan bibirku mengajaknya berciuman.
    “Kalau ketemu lubangmu memang jadi cepet kerasnya..” jawabku berbisik sebelum menekan dengan ciuman yang dalam.

    Kami mulai saling melumat sambil diiringi gerak tubuh bagian bawah untuk meresap nikmat gelut kedua kemaluan dengan aku menarik tusuk batang kemaluan, sedang Wasti memutar-mutar pantatnya mengocoki batanganku di liang kemaluannya. Inipun niat semula masih sekedar memberi bagiku saja, tapi tidak bisa dicegah, dia pun dilanda nikmat sanggama yang sama, yang membawanya terseret menuju puncak permainan bersamaku.

    Dari semula gerak senggama kedua kami masih berputaran pelan, semakin lama semakin meningkat hangat, karena masing-masing sudah menumpukkan rasa enak terpusat di kedua kemaluan yang saling bergesek, sudah bersiap-siap akan melepaskannya sesaat lagi. Wasti tidak lagi bertopang di tepi meja tapi menahan tubuhnya dengan lurus kedua tangannya pada dinding depannya.

    Di situ tubuhnya meliuk-liuk dengan air muka tegang seperti kesakitan tertolak-tolak oleh sogokan-sogokan batanganku yang keluar masuk cepat dari arah belakangnya, tapi sebenarnya justru sedang tegang serius keenakkan sambil membalas dengan putaran-putaran liang kemaluannya yang menungging. Masing-masing sudah menjelang tiba di batas akhirnya, hanya tinggal menunggu kata sepakat saja.

    “Aahs yyohh Wass.. Mass sudah mau samppe..”
    “Iya Mass.. sama-samaa.. sshhah-hhgh.. dduhh.. oohgsshh.. hrrh hheehh Wass ayyoo.. dduuh Maass.. aaddussh hrhh..”

    Pembukaan orgasme ini masing-masing saling mengajak dan berikutnya saling bertimpa mengerang mengaduh dan tersentak-sentak ketika secara bersamaan mencapai batas kenikmatan. Jika dihitung secara waktu maka permainan kali ini relatif cepat namun bisa juga membawa Wasti pada kepuasannya. Memang hampir saja terlambat, karena baru saja aku mencabut batang kemaluanku sudah terdengar langkah kaki seseorang akan masuk ke rumah induk. Ternyata memang Ardi yang datang.

    Wasti sendiri tidak sempat lagi mencuci lubang kemaluannya, buru-buru dia menaikkan celana dalamnya untuk menyumbat cairan mani bekasku yang terasa akan meleleh ke pahanya dan selepas itu dia pura-pura kembali meneruskan mencuci piring yang sempat tertunda itu.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Bokep Kisah Sex Cowok SMA Dan Cewek SMP di Sekolah – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Bokep Kisah Sex Cowok SMA Dan Cewek SMP di Sekolah – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1196 views

    Perawanku – Namaku Andhika, aku seorang siswa Kelas 1 di SMU yang cukup top di kota Makassar. Pada hari itu aku ingin mengambil tugas kimia di rumah salah satu teman cewekku, sebut saja Rina. Di sana kebetulan aku ketemu sahabat Rina. Kemudian kami pun berkenalan, namanya Laura, orangnya cukup cantik, manis, putih dan bodinya sudah seperti anak kelas 3 SMU, padahal dia baru kelas 3 SMP.

    Pakaian sekolahnya yang putih dan agak kekecilan makin menambah kesan payudaranya menjadi lebih besar. Ukuran payudaranya mungkin ukuran 32B karena seakan akan baju seragam SMP-nya itu sudah tidak mampu membendung tekanan dari gundukan gunung kembar itu.

    Kami saling diam, hanya aku sedang mengamati dadanya dan pantatnya yang begitu montok. Wah serasa di langit ke-7 kali kalau aku bisa menikmati tubuh cewek ini, pikirku. Terkadang mata kami bertemu dan bukannya ke GR-an tapi aku rasa cewek ini juga punya perasaan terhadapku.

    Setelah satu jam berada di rumah Rina, aku pun berpamitan kepada Rina tetapi dia menahanku dan memintaku mengantarkan Laura pulang karena rumahnya agak jauh dan sudah agak sore dan kebetulan aku sedang bawa “Kijang Rangga” milik bapakku.

    Akhirnya aku menyetujuinya hitung-hitung ini kesempatan untuk mendekati Laura. Setelah beberapa lama terdiam aku mengawali pembicaraan dengan menanyakan, “Apa tidak ada yang marah kalau aku antar cuma berdua, entar pacar kamu marah lagi..?” pancingku. Dia cuma tertawa kecil dan berkata, “Aku belum punya pacar kok.”

    Cerita Dewasa – Secara perlahan tangan kiriku mulai menggerayang mencoba memegang tangannya yang berada di atas paha yang dibalut rok SMP-nya. Dia memindahkan tangannya dan tinggallah tanganku dengan pahanya. Tanpa menolak tanganku mulai menjelajah, lalu tiba-tiba dia mengangkat tanganku dari pahanya,

    “Awas Andhi, liat jalan dong! entar kecelakan lagi..” dengan nada sedikit malu aku hanya berkata, “Oh iya sorry, habis enak sih,” candaku, lalu dia tersenyum kecil seakan menyetujui tindakanku tadi. Lalu aku pun membawa mobil ke tempat yang gelap karena kebetulan sudah mulai malam, “Loh kok ke sini sih?” protes Laura. Sambil mematikan mesin mobil aku hanya berkata,

    “Boleh tidak aku cium bibir kamu?”
    Dengan nada malu dia menjawab,
    “Ahh tidak tau ahh, aku belum pernah gituan.”
    “Ah tenang aja, nanti aku ajari,” seraya langsung melumat bibir mungilnya.

    Dia pun mulai menikmatinya, setelah hampir lima menit kami melakukan permainan lidah itu. Sambil memindahkan posisiku dari tempat duduk sopir ke samping sopir dengan posisi agak terbungkuk kami terus melakukan permainan lidah itu, sementara itu dia tetap dalam posisi duduk.

    Lalu sambil melumat bibirnya aku menyetel tempat duduk Laura sehingga posisinya berbaring dan tanganku pun mulai mempermainkan payudaranya yang sudah agak besar, dia pun mendesah, “Ahh, pelan-pelan Andhi sakit nih..” Kelamaan dia pun mulai menyukaiku cara mempermainkan kedua payudaranya yang masih dibungkus seragam SMP.

    Cerita Sex – Mulutku pun mulai menurun mengitari lehernya yang jenjang sementara tanganku mulai membuka kancing baju seragam dan langsung menerkam dadanya yang masih terbungkus dengan “minishet” tipis serasa “minishet” bergambar beruang itu menambah gairahku dan langsung memindahkan mulutku ke dadanya.

    “Lepas dulu dong ‘minishet’-nya, nanti basah?” desahnya kecil.
    “Ah tidak papa kok, entar lagi,” sambil mulai membuka kancing “minishet”, dan mulai melumat puting payudara Laura yang sekarang sedang telanjang dada.

    Sementara tangan kananku mulai mempermainkan lubang kegadisannya yang masih terbungkus rok dan tanganku kuselipkan di dalam rok itu dan mulai mempermainkan lubangnya yang hampir membasahi CD-nya yang tipis berwarna putih dan bergambar kartun Jepang. Mulutku pun terus menurun menuju celana dalam bergambar kartun itu dan mulai membukanya, lalu menjilatinya dan menusuknya dengan lidahku.

    Laura hanya menutup mata dan mengulum bibirnya merasakan kenikmatan. Sesekali jari tengahku pun kumasukkan dan kuputar-putarkan di lubang kewanitaannya yang hanya ditumbuhi bulu-bulu halus. Dia hanya menggenggam rambutku dan duduk di atas jok mobil menahan rasa nyeri. Setelah itu aku kecapaian dan menyuruhnya, “Gantian dong!” kataku.

    Dia hanya menurut dan sekarang aku berada di jok mobil dan dia di bawah. Setelah itu aku menggenggam tangannya dan menuntunnya untuk mulai membuka celana “O’neal”-ku dan melorotkannya. Lalu aku menyuruhnya memegang batang kemaluanku yang dari tadi mulai tegang.

    Dengan inisiatif-nya sendiri dia mulai mengocok batang kemaluanku.
    “Kalau digini’in enak tidak Andhi?” tanyanya polos.
    “Oh iya enak, enak banget, tapi kamu mau nggak yang lebih enak?” tanyaku.

    Tanpa berbicara lagi aku memegang kepalanya yang sejajar dengan kemaluanku dan sampailah mulutnya mencium kemaluanku. “Hisap aja! enak kok kayak banana split,” dia menurut saja dan mulai melumat batang kemaluanku dan terkadang dihisapnya.

    Karena merasa maniku hampir keluar aku menyuruhnya berhenti, dan Laura pun berhenti menghisap batang kemaluanku dengan raut muka yang sedikit kecewa karena dia sudah mulai menikmati “oral seks”.

    Lalu kami pun berganti posisi lagi sambil menenangkan kemaluanku. Dia pun kembali duduk di atas jok dan aku di bawah dengan agak jongkok. Kemudian aku membuka kedua belah pahanya dan telihat kembali liang gadis Laura yang masih sempit.

    Aku pun mulai bersiap untuk menerobos lubang kemaluan Laura yang sudah agak basah, lalu Laura bertanya, “Mau dimasukin tuh Andhi, mana muat memekku kecilnya segini dan punyamu segede pisang?” tanyanya polos. “Ah tenang aja, pasti bisa deh,”

    sambil memukul kecil kemaluannya yang memerah itu dan dia pun sendiri mulai membantu membuka pintu liang kemaluannya, mungkin dia tidak mau ambil resiko lubang kemaluannya lecet.

    Secara perlahan aku pun mulai memasukan batang kemaluanku, “Aah.. ahh.. enak Andi,” desahnya dan aku berusaha memompanya pelan-pelan lalu mulai agak cepat, “Ahh.. ahh.. ahh.. terus pompa Andi.”

    Setelah 20 menit memompa maniku pun sudah mau keluar tapi takut dia hamil lalu aku mengeluarkan batang kemaluanku dan dia agak sedikit tersentak ketika aku mengeluarkan batang kemaluanku.

    “Kok dikeluarin, Andi?” tanyanya.
    “Kan belum keluar?” tanyanya lagi.
    “Entar kamu hamilkan bahaya, udah nih ada permainan baru,” hiburku.

    Lalu aku mengangkat badannya dan menyuruhnya telungkup membelakangiku.
    “Ngapain sih Andi?” tanya Laura.
    “Udah tunggu aja!” jawabku.

    Dia kembali tersentak dan mengerang ketika tanganku menusuk pantat yang montok itu.
    “Aahh.. ahh.. sakit Andhi.. apaan sih itu..?”
    “Ah, tidak kok, entar juga enak.”

    Lalu aku mengeluarkan tanganku dan memasukkan batang kemaluanku dan desahan Laura kali ini lebih besar sehingga dia menggigit celana dalamku yang tergeletak di dekatnya.

    “Sabar yah Sayang! entar juga enak!” hiburku sambil terus memompa pantatnya yang montok. Tanganku pun bergerilya di dadanya dan terus meremas dadanya dan terkadang meremas belahan pantatnya.

    Laura mulai menikmati permainan dan mulai mengikuti irama genjotanku.

    “Ahh terus.. Andhi.. udah enak kok..” ucapnya mendesah.

    Setelah beberapa menit memompa pantatnya, maniku hendak keluar lagi. “Keluarin di dalam aja yah Laura?” tanyaku. Lalu dia menjawab, “Ah tidak usah biar aku isep aja lagi, habis enak sih,” jawabnya. Lalu aku mengeluarkan batang kemaluanku dari pantatnya dan langsung dilumat oleh Laura langsung dihisapnya dengan penuh gairah,

    “Crot.. crot.. crot..” maniku keluar di dalam mulut Laura dan dia menelannya. Gila perasaanku seperti sudah terbang ke langit ke-7.

    “Gimana rasanya?” tanyaku.
    “Ahh asin tapi enak juga sih,” sambil masih membersihkan mani di kemaluanku dengan bibirnya.

    Setelah itu kami pun berpakaian kembali, karena jam mobilku sudah pukul 19:30. Tidak terasa kami bersetubuh selama 2 jam. Lalu aku mengantarkan Laura ke rumahnya di sekitaran Panakukang Mas.

    Laura tidak turun tepat di depan karena takut dilihat bapaknya. Tapi sebelum dia turun dia terlebih dahulu langsung melumat bibirku dan menyelipkan tanganku ke CD-nya. Mungkin kemaluannya hendak aku belai dulu sebelum dia turun. “Kapan-kapan main lagi yach Andhi!” ucapnya sebelum turun dari mobilku.

    Tapi itu bukan pertemuan terakhir kami karena tahun berikutnya dia masuk SMU yang sama denganku dan kami bebas melakukan hal itu kapan saja, karena tampaknya dia sudah ketagihan dengan permainan itu bahkan Laura pernah melakukan masturbasi dengan pisang di toilet sekolah. Untung aku melihat kejadian itu sehingga aku dapat memberinya “jatah” di toilet sekolah.

  • Cerita Sex Sensasi Kenikmatan Ngentot Dengan 3 Cewek Cantik

    Cerita Sex Sensasi Kenikmatan Ngentot Dengan 3 Cewek Cantik


    792 views

    Perawanku – Cerita Sex Sensasi Kenikmatan Ngentot Dengan 3 Cewek Cantik, Mungkin saking asyiknya kami bercumbu tanpa kami sadari rupanya dari tadi ada yang memperhatikan pergumulan kami berdua, Mbak Fitri dan adik suaminya, Asih sudah berdiri di pinggir pintu. Mungkin mereka pulang berdua tanpa suaminya dan kedua anaknya yang masih mampir ke rumah Pakdhenya mereka ketuk pintu tapi nggak ada sahutan lalu mereka menuju pintu daur yang lupa tak aku kunci.

    Aku dan Mbak Wina kaget setengah mati, malu takut bercampur menjadi satu jangan-jangan mereka marah dan menceritakan kejadian ini pada orang lain. Tapi yang terjadi sungguh diluar dugaan kami berdua, mereka bahkan ikut nimbrung sehingga kami menjadi berempat.

    “Dik main gituan kok kakak nggak di ajak sich kan kakak juga mau, sudah seminggu ini suami kakak nggak ngajak gituan”, ucap Mbak Fitri.
    “Ini juga baru mulai kak!” sahutku.
    “Mas aku boleh nyoba seks sama Mas?” tanya Asih.
    “Boleh”.

    Aku dan Kak Wina selanjutnya menyuruh mereka berdua melepas seluruh pakaiannya.

    “Ck.. ck…ck……ck……”, guman ku.

    Sekarang aku dikerubung 3 bidadari cantik sungguh beruntung aku ini.

    Mbak Fitri tubuhnya masih sangat kencang payudaranya putih agak besar kira-kira 36 B vaginanya indah sekali. Sedangkan Asih tubuhnya agak kecil tapi mulus, dadanya sudah sebesar buah apel ukuranya 34 A vaginanya kelihatan sempit baru ditumbuhi bulu yang belum begitu lebat.

    Pertama yang kuserang adalah Mbak Fitri karena sudah lama aku membayangkan bersetubuh dengannya aku menciumi dengan rakus pentilnya kuhisap dalam-dalam agar air susunya keluar, setelah keluar kuminum sepuasnya rupanya Mbak Wina dan Asih juga kepingin merasakan air susu itu sehingga kami bertiga berebut untuk mendapatkan air susu tersebut, sambil tangan kami berempat saling remas, pegang dan memasukam ke dalam vagina satu sama lain.

    Setelah puas dengan permainan itu, aku meminta agar mereka berbaring baris sehingga kini ada 6 gunung kembar yang montok berada di depanku. Aku mulai mengulum susu mereka satu per satu bergantian sampai 6, aku semakin beringas saat kusuruh mereka menungging semua, dari belakang aku menjilati vagina satu persatu rasanya bagai makan biscuit Oreo di jilat terus lidahku kumasukkan ke dalam vagina mereka.

    Giliran mereka mengulum penisku bergantian.

    “Hoh…. hoooooooooo…… hhhhhhhhhh…… ehmmmmmmmmm”, desah mereka bertiga.

    Aku yang dari tadi belum orgasme semakin buas memepermainkan payudara dan vagina mereka, posisi kami sekarang sudah tak beraturan. Saling peluk cium jilat dan sebagainya pokok nya yang bikin puas, hingga mereka memberi isyarat bahwa akan sampai puncak.

    “Dik aku mau keluar”
    “Mas aku juga”
    “Aku hampir sampai”, kata mereka bergantian.
    “Jangan di buang percuma, biar aku minum!”, pintaku
    “Boleh”, kata Mbak Fitri.

    Aku mulai memasang posisi kutempelkan mulutku ke vagina mereka satu persatu lalu kuhisap dalam-dalam sampai tak tersisa, segarnya bukan main.

    “Srep.., srep”.

    Heran, itulah yang ada di benakku, aku belum pernah nge-sex sama mereka kok udah pada keluar, memang mungkin aku yang terlalu kuat. Karena sudah tidak sabar aku mulai memasukkan penisku de dalam vagina Mbak Wina kugenjot naik turun pinggulku agar nikmat, sekitar 5 menit kemudian aku gantian ke Kak Fitri, biarpun sudah beranak 2 tapi vaginanya masih sempit seperti perawan saja.

    Cerita Sex Sensasi Kenikmatan Ngentot Dengan 3 Cewek Cantik

    Cerita Sex Sensasi Kenikmatan Ngentot Dengan 3 Cewek Cantik

    “Dik enak……. Uh…… oh…..terussssssss!”, desahnya.
    “Emang kok Kak…….. hhhhhhh ehmm…..”
    “Mas giliranku kapan..?”, rupanya Asih juga sudah tak tahan.
    “Tunggu sebentar sayang.“

    Sekitar 10 menit aku main sama kak Fitri sekarang giliran Asih, dengan pelan aku masukkin penisku, tapi yang masuk hanya kepalanya. Mungkin ia masih perawan, baru pada tusukan yang ke 15 seluruh penisku bisa masuk ke liang vaginanya.

    “Mas……. sakit….. mas…… oght…….. hhohhhhhh…….”, jerit kecil Asih.
    “Nggak apa-apa nanti juga enak, Sih!”, ucapku memberi semangat agar ia senang.
    “Benar Mas sekarang nikmat sekali… oh.. ought..”

    Rupanya bila kutinggal ngeseks dengan Asih, kak Fitri dan Kak Wina tak ketinggalan mereka saling kulum, jilat dan saling memasukkan jari ke vaginanya masing-masing. Posisiku di bawah Asih, di atas ia memutar-mutar pinggulnya memompa naik turun sehingga buah dadanya yang masih kecil terlihat bergoyang lucu, tanganku juga tidak tinggal diam kuremas-remas putingnya dan kusedot, kugigit sampai merah.

    Karena sudah berlangsung sangat lama maka aku ingin segera mencapai puncak, dalam posisi masih seperti semula Asih berjongkok di atas penisku, kusuruh Mbak Fitri naik keatas perutku sambil membungkuk agar aku bisa menetek,

    eh…, bener juga lama-lama air susunya keluar lagi, kuminum manis sekali sampai terasa mual. Mbak Wina yang belum dapat posisi segera kusuruh jongkok di atas mulutku sehingga vaginanya tepat di depan mulutku, dan kumainkan klitorisnya. Ia mendesah seperti kepedasan.

    “Ah……… huah…….. hm…….!”

    Tanganku yang satunya kumasukkan ke vagina Mbak Fitri, kontolku digarap Asih, mulutku disumpal kemaluan Mbak Wina, lengkap sudah. Kami bermain gaya itu sekitar 30 menit sampai akhirnya aku mencapai puncak kenikmatan.

    “Ought……… hmmmmmm…… cret… crot…..”
    “Enak Mas…….!” desah Asih.

    Spermaku ku semprotkan kedalam vagina Asih dan keluarlah cipratan spermaku bercampur darah menandakan bahwa ia masih perawan. Kami berempat sekarang telah mencapai puncak hampir bersamaan, lelah dan letih yang kami rasakan.

    Sebelum kami berpakaian kembali sisa-sisa sperma di penisku di jilati sampai habis oleh mereka bertiga. Setelah kejadian itu kami selalu mengulanginya lagi bila ada kesempatan baik berdua bertiga maupun berempat. Namun sekarang kami sudah saling berjauhan sehingga untuk memuaskan nafsu birahiku aku sering jajan di kafe-kafe di kota Solo ini ataupun dengan teman-teman wanita di tempat kuliah yang akrab denganku.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Hot Perselingkuhan Dengan Mitra Bisnis Suami – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Hot Perselingkuhan Dengan Mitra Bisnis Suami – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    8602 views

    Perawanku – Tetapi bagaimanapun kebahagiaanku terasa belum lengkap karena ayah biologis dari anakku tidak bisa mendampingi aku saat aku mempertaruhkan nyawa melahirkannya ke dunia. Ya memang betul, anak yang baru saja kulahirkan bukanlah berasal dari benih koko atau suamiku sendiri tapi dari benih mas Wawan, seorang pria pribumi yang merupakan partner bisnis Koko dan sudah berkeluarga.

    Aku sempat khawatir apakah anakku nantinya akan lebih mirip bapak biologisnya dibadingkan dengan ibunya, karena kalau hal ini terjadi maka perselingkuhanku akan langsung ketahuan. Tapi ketakutanku ternyata tidak beralasan karena mata anakku tetap sipit dan berkulit putih walaupun beberapa bagian wajahnya lebih mirip mas Wawan dari pada Koko.

    Aku berharap akan bertemu mas Wawan nanti di jam besuk untuk memperlihatkan kepadanya bahwa anak biologisnya itu sehat-sehat saja. Dalam kegembiraannya Koko dan mertua perempuanku mengatakan bahwa mereka berharap aku melahirkan 2 sampai 3 anak lagi agar rumah tidak sepi katanya.

    Aku hanya tersenyum kecut karena aku tidak begitu yakin apakah mas Wawan masih mau menghamiliku lagi ? Bahkan aku juga tidak tahu apakah aku masih punya kesempatan untuk bercinta dengan mas Wawan lagi. Namaku Syeni, umurku saat itu 29 tahun, aku keturunan Chinese yang masih totok dan aku sekarang jadi ibu rumah tangga yang sehari-hari bertugas merawat kedua mertuaku karena suamiku yang umurnya jauh lebih tua dariku masih serumah dengan orang tuanya.

    Aku baru menikah satu tahunan dengan Koko dari perjodohan antar keluarga. Sebenarnya bukan aku tidak mampu mencari pacar sendiri untuk jadi suamiku tetapi kebanyakan pacarku tidak sesuai dengan selera orang tuaku yang cukup kolot sehingga akhirnya aku “terlambat kawin”. Menurut orang-orang wajahku sangat khas oriental dengan kulit yang putih bersih, rambutku hitam lurus panjang sampai melewati bahu.

    Walaupun badanku tidak bisa dibilang langsing, tapi juga tidak bisa dibilang gemuk karena tidak ada lipatan-lipatan lemak pada tubuhku. Keistimewaanku adalah ukuran dadaku yang ekstra besar tapi padat demikian juga dengan pinggulku dan bulatan pantatku yang agak besar. Bila koko sudah memintaku berpakaian yang seksi, maka sangat sulit melarang laki-laki untuk tidak melihatku dengan pikiran jorok mereka.

    Sebelum menikah, pergaulan cukup bebas dalam artian aku selalu tidur dengan pacar pacarku sejak masih di SMA. Tidak kurang dari lima orang cowok pernah meniduri aku, masing-masing antara satu sampai dua tahunan lama berhubungannya. Tentu saja tidak banyak yang tahu reputasiku kecuali bekas cowok-cowokku itu sendiri karena orang lain tahunya aku adalah gadis yang baik dan aktivis gereja.

    Malahan dari lima orang cowok yang pernah meniduri aku, tiga diantaranya justru aku yang merenggut keperjakaan mereka. Menikah dengan Kokoku sekarang seolah-olah hukuman bagi pergaulan bebasku sebelumnya, ruang gerakku menjadi sangat terbatas karena hampir tidak bisa keluar rumah kecuali untuk belanja atau ke gereja.

    Belanja keperluan keluarga sudah terlalu melelahkan bagi mertuaku, sehingga aku bisa pergi sendiri karena koko juga tidak mau mengantar. Kalau ke gereja apalagi, Kokoku dan keluarganya sangat paranoid dengan gereja terutama pendeta-pendetanya tapi untungnya mereka tidak melarangku untuk ikut aktivitas gereja terutama yang tidak harus keluar sumbangan.

    Setelah setahun menikah, aku belum memperlihatkan tanda-tanda akan hamil padahal kedua mertuaku terus-terusan bertanya karena menganggap kesempatan untuk anaknya sudah semakin sempit. Aku menjadi cukup stress memikirkannya karena kalau diperiksa ke dokter semuanya baik-baik saja.

    Apakah ini karena dulu aku pernah menggugurkan kandunganku sampai lima kali ? Tentu saja aku tidak pernah bisa menceritakan hal ini ke dokter kandunganku. Malah aku bersyukur dokterku tidak bisa menemukan bekas-bekas aborsi yang pernah aku lakukan. Dari setiap hubungan dengan kelima orang pacarku, masing-masing pernah membuatku hamil.

    Nafsu birahiku yang sangat besar sering membuatku lupa tempat dan waktu untuk minta segera disetubuhi kepada pacar-pacarku. Akibatnya ada beberapa persetubuhan yang memaksa pacarku melepaskan spermanya di dalam tanpa memakai pengaman. Tentu saja hanya aku sendiri yang tahu berapa kali aku pernah melakukan aborsi, bahkan sebagian besar cowok ku tidak tahu bahwa mereka telah membuatku hamil karena aku keburu memutuskan hubungan dengan mereka.

    Hanya pada kehamilan pertama saja yang diketahui cowokku karena saat itu juga aku sendiri panik dan terjebak dalam kebingungan yang berlarut-larut sampai usia kandunganku hampir tiga bulan sebelum akhirnya bisa digugurkan. Aku kenal dengan mas Wawan karena diperkenalkan oleh Kokoku sebelum kami menikah.

    Mas Wawan merupakan partner bisnis Kokoku sejak lama, mereka mendirikan perusahaan sama-sama yang terus berjalan sampai sekarang. Sejak pertama kali bertemu aku punya perasaan aneh tentang mas Wawan, bukan perasaan buruk malah sebaliknya yaitu aku tertarik kepada mas Wawan sebagai wanita terhadap pria.

    Kenapa aku bilang aneh karena aku biasanya tidak pernah tertarik kepada pria beristri dan aku juga sebenarnya tidak pernah tertarik pada pria pribumi. Umur mas Wawan lebih tua dari koko, sangat ramah dan penuh perhatian, selalu mendengar lawan bicaranya tanpa pernah meremehkannya walaupun ternyata dia lebih benar.

    Hal ini sangat berbeda dengan kokoku yang tidak pernah menanggapiku kalau pendapatku sudah dianggapnya salah. Secara fisik walaupun sudah umur 40an, mas Wawan juga terlihat seksi dengan bulu-bulu tangannya yang lebat. Sedangkan kumis dan jenggotnya yang lebat tapi beruban menunjukkan kematangannya dengan asam garam kehidupan.

    Tekanan mertua dan suami ditambah rahasia masa lalu yang tidak bisa aku ceritakan pada siapapun membuat aku sering sakit-sakitan sampai akhirnya aku bisa berkomunikasi dengan mas Wawan. Awalnya sederhana saja, aku memang sengaja mencari dan meng-add akun mas Wawan di FBku. Rasa ketertarikanku pada mas Wawan membuatku nekat ingin lebih mengenal dia dan berusaha bisa berkomunikasi.

    Ternyata mas Wawan sama sekali tidak keberatan berkomunikasi denganku dengan catatan jangan sampai diketahui oleh kokoku karena dia tahu persis adat buruknya. Oleh karena itu kami hanya menggunakan identitas asli saat menggunakan akun fesbuk tetapi untuk chatting masing-masing sudah punya nama samaran lain.

    Awalnya aku hanya berkomunikasi untuk berbasa basi saja atau bertanya-tanya seputar pekerjaan kokoku supaya aku bisa lebih mengerti dia. Kokoku benar-benar terlalu malas untuk menerangkan pekerjaannya sendiri kepadaku karena aku Cuma lulusan SMA dibandingkan dia yang lulusan S1 perguruan tinggi ternama dan S2 dari luar negeri.

    Tapi lama kelamaan aku mulai berani curhat ke mas Wawan, tentu saja awalnya hanya untuk hal-hal sepele tapi lama kelamaan karena jawaban-jawaban dari mas Wawan begitu menyejukkan aku mulai memasuki daerah pribadi. Seperti keluhanku saat bersetubuh dengan koko sampai kepada kehidupan seksku di masa lalu. Sebenarnya sih aku “terjebak” oleh kecerdikan mas Wawan yang mulai melihat bahwa pengalaman seksku lebih baik dari pada kokoku.

    Tapi karena dia tidak pernah menghakimi sama sekali perbuatanku, maka aku malah merasa benar-benar telah menemukan teman curhatku. Tentu saja aku belum berterus terang bahwa aku pernah melakukan aborsi, bahkan sampai lima kali, karena aku belum berani menebak reaksinya terhadap hal yang satu ini.

    Chatting di internet memang memungkinkan orang untuk melewati batas-batas yang hampir tidak mungkin dilakukan di dunia nyata oleh orang-orang yang sebenarnya saling asing sama sekali. Awalnya aku yang mencoba memancingnya untuk “menaikkan status” menjadi berpacaran di dunia maya karena toh sekarang kami sudah menggunakan nama samaran masing-masing.

    Ternyata mas Wawan bersedia saja selama kami menambah beberapa kode “pengaman” untuk mencegah akun masing-masing diterobos orang lain. Jadilah kami mulai berpacaran di dunia maya, seperti pacaranku sebelumnya aku merasa bebas untuk “berhubungan seks” dengan pacarku termasuk yang di dunia maya kali ini. Apabila aku belum orgasme setelah disetubuhi koko, aku minta mas Wawan untuk memuaskanku sampai orgasme melalui persetubuhan ala chatting.

    Apabila mas Wawan bilang “aku remas remas payudaramu”, maka aku meremas-remas payudaraku dengan membayangkan mas Wawan yang melakukannya. Biasanya hanya sampai mengelus-elus vaginaku saja oleh chattingannya mas Wawan, aku sudah bisa orgasme. Aku benar-benar mulai tergila-gila dengan mas Wawan dan benar-benar mulai menganggap bahwa aku ini adalah pacar gelapnya dia. Untuk semakin memudahkan komunikasi kami, mas Wawan lalu mengajarkanku untuk memanfaatkan webcam dari netbook ku sehingga sekarang kami bisa saling melihat satu dengan lainnya.

    Tanpa malu-malu aku sering tampil di depan webcam mulai dari berpakaian seksi, berpakaian minim, bertelanjang bulat sampai beronani. Tentu saja hal itu hanya bisa aku lakukan saat koko sedang tidak ada di rumah, sedangkan mertuaku tidak mungkin bisa memergokiku karena kamarku ada di lantai 2.

    Bercumbu di dunia maya lama kelamaan mulai tidak cukup buatku, aku mulai menginginkan bercinta sungguhan dengan mas Wawan. Saat aku sampaikan keinginanku ini, ternyata mas Wawan pun punya keinginan yang sama. Walaupun begitu ternyata sangat sulit menemukan waktu yang pas untuk bertemu karena mas Wawan ingin persetubuhan yang pertama harus penuh kesan bukan persetubuhan singkat di mobil misalnya.

    Hal ini membuatku hampir menjadi putus asa karena waktu yang tersedia bagiku amat terbatas yaitu saat aku ke pasar atau ke gereja. Tapi akhirnya kesempatan itu datang juga, karena suatu hal Koko tidak bisa pergi ke Singapura untuk membeli obat buat mertuaku sehingga dia memintaku yang pergi ke sana.

    Kesempatan ini tidak aku sia-siakan, aku sekalian membujuk Koko untuk membiarkan aku berobat menyuburkan kandunganku di Singapura, terserah itu dilakukan di rumah sakit atau ke shinshe yang ada di sana. Dasar kalau sudah hoki, ternyata mertuaku sangat mendukung bahkan ikut mencarikan informasi mengenai klinik yang bisa aku datangi.

    Akhirnya aku dapat ijin untuk pergi ke Singapura selama lima hari karena memang perawatannya sendiri memerlukan proses pengambilan sampel sebelum dan saat memasuki masa suburku. Aku mengatur jadwal kepergianku bersama-sama dengan mas Wawan, tentu saja tanpa sepengetahuan Koko.

    Kami akan menginap di hotel yang sama tetapi berbeda kamar, mas Wawan sendiri menyiapkan dua kamar untuk berjaga-jaga dari semua kemungkinan. Penerbangan kami tadinya akan dibuat berbeda, tetapi mas Wawan khawatir kalau ada sesuatu menimpaku karena aku tidak pernah benar-benar pergi sendiri ke luar negeri sehingga akhirnya kami menggunakan penerbangan yang sama.

    Pada hari H sesampainya di bandara aku segera bergegas ke business lounge seperti yang diminta mas Wawan karena dia sudah menunggu di sana. Setelah cipika cipiki kami mencoba mengobrol, ternyata semua jadi kikuk lagi tidak selancar waktu ngobrol chatting di internet tapi akhirnya mas Wawan berhasil mencairkan suasana dengan gurauan-gurauannya.

    Walaupun kami berusaha bersikap sewajar mungkin tapi tidak bisa dipungkiri tetap terlihat ada suasana kemesraan di antara kami. Sebagian orang di sana sering melirik kami dengan pandangan heran karena melihat pasangan pribumi sawo matang berbaju kasual dengan Chinese putih yang sangat sipit yang berbaju seksi.

    Akhirnya waktu untuk boarding tiba, sebelum kami berjalan ke boarding lounge mas Wawan tiba-tiba berbisik padaku untuk melepas celana dalamku di toilet business lounge sebelum naik pesawat. Mukaku sampai merah merona karena jengah mendengarnya dan sempat protes karena aku sudah memakai rok mini yang tinggal 1/3 paha kalau sedang duduk tapi mas Wawan keukeuh pada permintaannya.

    Walaupun aku tidak mengerti tujuannya tetapi aku turuti juga kemauan mas Wawan yang menungguku melepas celana dalamku di luar pintu toilet dengan senyuman nakal. Entah bagaimana caranya mas Wawan bisa mengatur kami duduk berdampingan di pesawat padahal waktu check-in kami terpisah dan kami duduk di baris yang memang hanya ada dua kursi saja.

    Aku kembali terheran-heran saat mas Wawan mengambil selimut yang tersedia di bagasi cabin dan memakainya untuk menutupi pahaku yang hanya tertutup rok mini. Pikirku mungkin mas Wawan tidak terbiasa berjalan dengan wanita yang berpakaian seksi karena istri dan anak perempuan mas Wawan sehari-harinya pakai jilbab.

    Hal itu berbeda dengan Kokoku yang selalu menginginkan aku berpakaian seseksi mungkin, apalagi karena payudaraku sangat besar dan bulat membuat dia selalu membelikan aku baju-baju yang membuat kelebihan ukuran dadaku semakin terlihat. Di dalam pesawat aku mulai berani bergelendotan manja dengan mas Wawan yang membalasnya dengan kecupan-kecupan kecil di pipi dan bibirku. Jantungku mulai berdebar kencang membayangkan apa yang akan kami lakukan selama beberapa malam ke depan tanpa gangguan siapapun.

    Setelah pesawat take-off tangan mas Wawan mulai masuk kebalik selimut yang menutup pahaku. Sekarang aku jadi mengerti tujuan mas Wawan menyuruhku membuka celana dalam dan kemudian menutupinya dengan selimut. Tanpa kusadari kulit wajahku kembali merah merona dan nafasku mulai memburu, padahal tangan mas Wawan baru memijat-mijat pahaku saja. “Hhhhhhhh ….” Aku mendesah pelan sekali saat tangan mas Wawan mulai mengusap-usah pangkal pahaku.

    Secara naluriah aku membuka pahaku selebar yang memungkinkan di kursi pesawat dan merubah posisi dudukku agak sedikit melorot pada sandaran kursi supaya seluruh bagian vaginaku lebih mudah dijangkau. “Ahhhh …mmmassshhhhh….” Aku mendesah tertahan sambil memeluk tangan mas Wawan ketika kelentitku mulai diusap-usap jari tangannya dan membuat cairan vaginaku mulai membasahi lubang senggamaku.

    “Masukin massh… ohhh…masukiiiinnnn …aja…massshhhh…”

    Erangku karena sudah tidak tahan lagi kalau jari-jari mas Wawan hanya menggesek di luar lubang senggamaku saja. CLEEPPP ….. kurasakan salah satu jari mas Wawan sudah masuk ke dalam liang senggamaku Srrtt..srrttt ….srrrtt … dengan cepat jari itu keluar masuk liang senggamaku di balik selimut.

    “A…a…a….a…” aku berusaha bertahan sekuat tenaga supaya tidak mengeluarkan jeritan kenikmatanku hingga akhirnya tanpa sadar aku menggigit-gigit lengan mas Wawan yang dari tadi sudah aku peluk.

    “Ooohhh Tuhaann ….oohh Tuhann … nikmat sekali…ohhhh …” Gumamku saat kurasakan orgasmeku hampir tiba.

    “Oucccchhhhhhhh…..masss….ahhhhhh….” Tanpa sadar aku menggeliat di kursi saat orgasmeku datang dan membuat selimutnya melorot walapun mas Wawan masih sempat menariknya kembali. “Aduuuh enak sekali mas … terima kasih ya …” Kataku sambil membantu mas Wawan membersihkan jari-jari tangannya yang belepotan oleh cairan vaginaku sampai ke punggung dan telapak tangannya.

    Aku juga sempat mencubit mas Wawan karena cemburu ketika seorang pramugari mencoba bermain mata dengannya sambil memasukkan jarinya kedalam bibirnya walaupun mas Wawan hanya menanggapinya dengan senyum ramah biasa. Mungkin pramugari itu bisa menduga apa yang dilakukan mas Wawan kepadaku dari balik selimut yang menutupiku.

    Fantasiku mulai melayang ke mana-mana, bayangkan saja dalam waktu kurang dari 5 menit dan hanya dengan jari tangannya saja mas Wawan bisa membuatku orgasme. Padahal selama ini setiap cowok yang sudah meniduri aku jarang sekali yang bisa membuatku orgasme. Aku jadi makin tidak sabar ingin segera berhubungan badan dengan mas Wawan, kata beberapa temanku penis orang pribumi rasanya lain dan gaya mereka bercinta juga berbeda.

    Dari pengalamanku berhubungan badan dengan Koko maupun kelima pacarku yang semuanya Chinese, semua rasanya sama saja kalau sudah di dalam liang senggamaku walaupun ukuran penisnya beda-beda. Beberapa menit kemudian pesawat sudah mendarat di Changi Airport dan kembali saat kami jalan berdua menuju imigrasi orang-orang sering memandang kami dengan pandangan ganjil atau senyum nakal.

    Waktu aku tanya ke mas Wawan apakah dia melihat seperti yang aku lihat atau itu hanya perasaanku saja karena pertama kalinya kami bepergian bersama. Mas Wawan menjawab bahwa dia juga melihat apa yang aku lihat, menurutnya selain perbedaan ras penampilan kami memang jauh berbeda.

    Mas Wawan berpenampilan dewasa dan kalem, sedangkan aku terlihat seksi dan nakal karena mungkin sudah dibiasakan oleh Kokoku. Saran dari mas Wawan adalah aku merubah sedikit penampilanku agar kami tidak jadi terlalu mencolok. Walaupun tidak dikatakannya langsung, aku juga mengerti bahwa dia tidak ingin aku dianggap sebagai wanita bayaran yang mendampingi pengusaha atau pejabat pribumi yang sedang berlibur. Tanpa terasa kami sudah sampai di hotel Grand Hyatt di Scotts Road yang biasa di pakai Koko kalau dia ke Singapore.

    Kamar-kamar kami selain berbeda juga berada di tower yang terpisah dengan lift sendiri-sendiri. Mas Wawan sudah memperhitungkan semuanya dengan cukup teliti karena dia tahu betul sifat Kokoku. Mas Wawan juga sudah membeli SIM Card lokal untuk kami pakai berkomunikasi satu sama lain selama di Singapore.

    Begitu sampai ke kamar aku mulai gelisah karena sangat kangen dengan mas Wawan, apalagi dengan kejadian di pesawat tadi. Tapi mas Wawan pesan bahwa aku jangan mengontak dia tapi harus menunggu dia yang mengontak aku karena dia belum mempersiapkan HPku untuk diisi nomor lokal tadi. Ting…toooooong … tiba-tiba bel kamarku berbunyi. Ternyata mas Wawan yang ada di luar pintu.

    Aku segera membukakan pintu untuknya dan menyambutnya dengan gembira karena benar-benar tidak menyangka mas Wawan akan ke kamarku secepat ini. Hhhhhhmmmmmpppphhhh …. Aku langsung mencium bibirnya dengan penuh rasa rindu sampai lupa menutup pintu kamarku. “Kok lama sekali datangnya …. ?” Kataku manja setelah kami selesai berciuman, padahal aku sendiri baru saja meletakkan koper dan bersih-bersih sedikit tapi belum sempat ganti baju. “Saya tadi harus cari tahu dulu siapa pemilik benda ini …” jawab mas Wawan sambil memperlihatkan celana dalam hitam transparan yaitu celana dalam yang aku copot di Cengkareng.

    Rupanya mas Wawan berhasil mencomotnya dari tasku tanpa aku ketahui. “Aduuuuh kok jadi ada di sana sih ?” Mukaku langsung berubah merah karena malu. Waktu aku berhasil merebutnya malahan mas Wawan kembali memelukku dengan satu tangannya sedangkan tangan yang lain langsung merogoh masuk kedalam rok miniku yang tentu saja masih belum memakai celana dalam lagi.

    Aku segera melepas rok miniku itu sehingga sekarang bagian bawahku sudah telanjang. Mas Wawan langsung meresponnya dengan melepaskan celana yang dipakainya dan kemudian celana dalamnya. “Iiiiiihhhhhhhh …. !!!” Spontan aku berteriak kaget waktu melihat penis mas Wawan yang sudah mengacung ke arahku.

    Penis mas Wawan ukurannya biasa-biasa saja, tapi yang sangat berbeda adalah warnanya yang hitam kemerahan dan bentuknya yang pipih bukan bulat. Di sekeliling penisnya terlihat banyak urat-urat pembuluh darah yang menggelembung sehingga penis itu seperti batang pohon yang dililit oleh akar-akar bahar disekelilingnya.

    Aku merasakan liang senggama di vaginaku berkontraksi dan mulai lembab karena bentuk penis Wawan yang sebenarnya agak menyeramkan bagiku tetapi mulai membangkitkan gairah berahiku dengan seketika. “Kenapa sayang ?” Tanya mas Wawan keheranan. “Aku belum pernah lihat penisnya pri … eh … seperti ini” Jawabku kagok “Maksudnya belum pernah liat penis orang pribumi ya ?” Canda mas Wawan “Mau cicipin sekarang ?” “Mauuuuu ….” Kataku manja sambil mencium mas Wawan, sedangkan tangan kananku memegang penisnya.

    Vaginaku semakin lembab oleh cairan dan mulai terasa berdenyut-denyut karena aku terangsang sendiri saat menggenggam penis mas Wawan. Ketika menggenggam penisnya yang pipih, aku seperti sedang memegang ikan lele yang besar yang berontak ingin lepas. “Masukkin langsung aja masss …. Aku udah ga tahan pengen digenjot” kataku memakai istilah dalam bahasa sunda jalanan untuk bersetubuh.

    Tanpa menunggu lagi mas Wawan langsung mendorong tubuhku ke dinding kamar hotel, kemudian dengan menekuk kedua lututnya penisnya mulai diarahkan ke vaginaku untuk mencari lubang senggamanya. Kepala penis mas Wawan aku pegang dengan jari-jariku untuk membantunya mencapai liang senggamaku.

    Terus terang aku belum pernah bersetubuh sambil berdiri dengan cowok-cowokku sebelumnya, apalagi dengan Kokoku.

    “Aaaaahhhhhh ……” Aku mendesah saat kepala penisnya masuk kedalam liang senggamaku, mas Wawan tidak langsung memasukkan seluruh batangnya tapi memutar-mutar dulu kepala penisnya seolah-olah ingin mengenali situasinya dulu. BLESSSSSSSS ……

    Pelan-pelan batang penis mas Wawan masuk ke dalam liangku sampai masuk seluruhnya dengan mulus karena vaginaku benar-benar sudah siap menerima tamu.

    “Adddddaaaawwwwwwww …..auhhhhhh…aaaahhhhhh ….” Aku mengerang kenikmatan.

    Sambil tangannya menyangga kedua pantatku, mas Wawan meluruskan kembali kakinya yang tadi ditekuk sehingga otomatis aku terangkat ke atas seperti melayang dan terasa nikmat sekali. Kemudian aku diminta untuk melingkarkan kaki di pinggulnya sedangkan tanganku memeluk lehernya.

    Mas Wawan mulai memompa penisnya keluar masuk vaginaku dengan gerakan pelan sambil sedikit menekan sehingga aku merasa sedang dipaku di dinding dengan penis sebagai pasaknya.

    Cairan vaginaku mengalir dengan derasnya sampai keluar dan membasahi bulu kemaluan kami berdua.

    “Ahhh ….ahhhh …hehhhh…hehhhh…ahhhh…ahhh” aku terus mengeluarkan desah nikmat mengikuti irama gerakan penisnya dengan mata sipitku yang terpejam.

    Pakaian bagian atasku yang masih lengkap dengan BH karena belum kulepas mulai kusut dan basah oleh keringat, pakaian mas Wawan juga sudah mulai acak-acakan.

    Posisi bersetubuh kami memang hanya melekatkan tubuh pada bagian pinggul kebawah sehingga tidak terlalu mengganggu.

    “Aduuuhhhh massshh … enak sekali ….ahhhh ….enak terusshhh…shhhh…” Aku mulai meracau bersamaan denga semakin memuncaknya rasa nikmatku.

    “Aaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh ………masssssssss…….akuuuu…dappppaaaaaaaattt”

    aku menjerit saat orgasmeku meledak dengan tiba-tiba.
    Kaki dan tanganku langsung menjepit tubuh mas Wawan dengan kencang, mukaku terasa memerah dan mata sipitku tiba-tiba melotot saat mencapai puncak kenikmatanku dari penis orang pribumi pertamaku. Setelah klimaks orgasmenya berlalu, aku langsung merasa lemas sehingga kakiku tidak kuat lagi menjepit pinggangnya dan terjuntai lemas.

    Mas Wawan menghentikan pompaannya, kemudian memelukku dan menyandar kepalaku di bahunya lalu aku dibopongnya ke ranjang dengan penisnya masih ada di dalam vaginaku.

    “Uuuuuuuuhhhhhhhhhhh …..”

    aku melenguh nikmat saat penis mas Wawan terlepas dari vaginaku setelah membaringkanku di tempat tidur.

    Dengan telaten mas Wawan melepas baju dan BH yang tersisa, kemudian dia melepaskan juga bajunya sendiri sehingga sekarang kami berdua sudah telanjang bulat. Aku lihat penis mas Wawan masih tegak melengkung ke atas dan berkilat-kilat terkena cahaya dari layar TV. Rupanya mas Wawan masih belum ejakulasi, padahal biasanya cowok-cowokku ejakulasi duluan sebelum aku orgasme atau paling tidak bersamaan datangnya.

    Kakiku direntangkannya lebar-lebar dengan satu tangannya sedangkan tangannya yang lain mengocok-ngocok penisnya sambil diarakan ke liang senggamaku. BLESSSSS ….. dengan sekali genjotan pada pinggulnya seluruh batang penisnya langsung masuk ke dalam vaginaku sampai kepangkalnya.

    “Auuuuuhhhhhhhhhhhhh…..Masshh …pelan-pelan” jeritku karena merasa sedikit ngilu pada vaginaku akibat persetubuhan kami yang sambil berdiri tadi.

    Dengan lembut mas Wawan mulai menggerakkan penisnya maju mundur di dalam liang senggamaku yang belum terlalu basah setelah tadi rehat untuk mengulum penis itu tadi.

    Walaupun begitu bukan berarti kenikmatannya berkurang, apalagi mas Wawan memang sangat telaten mencari-cari area di dalam rongga liang senggamaku yang lebih sensitif apabila disentuh dengan penisnya.

    “Aduh mas enak sekali di situ ….ohhhh ….ohhhh….oohhhhhhh” Reaksi spontanku terhadap titik sensitif yang disentuh penisnya juga menjadi sangat membantu mas Wawan untuk mengerti kebutuhanku.

    Tanpa harus menunggu lama vaginaku mulai basah lagi … CROK…. CROK …. CROK …. CROK ….CROK ….mulai terdengar bunyi nyaring dari cairan vaginaku yang terpompa keluar oleh gerakan penis mas Wawan. “Ohhhhhh….enak sekali…ahhhh….ahh…..ahh….” Aku terus mendesah nikmat Mas Wawan menaikkan kakiku ke bahunya dan merubah posisi badannya menjadi setengah berjongkok sehingga pinggulku otomatis agak terangkat juga.

    Dalam posisi ini tanpa ampun mas Wawan memompakan penisnya dengan sangat cepat membuatku tubuhku bergoyang-goyang sesuai irama pompaannya. Penisnya terasa melesak sangat dalam ke arah rahimku membuatku ingin meraung raung kenikmatan kalau tidak malu sama mas Wawan, akhirnya aku meremas-remas dan menggigit-gigit bantal yang ada di kepalaku sebagai pengalihannya.

    “Arrrrkkkhhhhh ….arrrkkkkkhhhh ….arrrkkkkhh …”

    Akhirnya aku hanya mengeluarkan erangan tertahan dengan badan yang melenting-lenting di ranjang. CROK…CROK …CROK….CROK …CROK … Bunyi becek dari vaginaku semakin keras terdengar

    “AAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH……”

    Aku melolong kenikmatan saat aku kembali mendapat orgasme.

    Mataku yang sipit membelalak sejenak sebelum berputar sampai hanya kelihatan putih matanya saja. Pompaan penis mas Wawan makin lama makin pelan mengikuti redanya puncak orgasmeku, kakiku juga diturunkan dari bahunya lalu tubuhnya direbahkan sambil menindih tubuhku. “Kamu bisa menikmatinya sayang ?” Bisik mas Wawan sambil mencium bibirku dan mengecup-ngecup pipi serta leherku “Aku belum keluar lhooo…” “Enak sekali mas, benar-benar merupakan pengalaman yang sama sekali baru” Jawabku sambil membalas ciuman dan kecupannya. “Mas mau minta Syeni ngapain supaya mas bisa keluar ?” Aku menawarkan bantuan agar mas Wawan bisa ejakulasi.

    Mas Wawan minta kami merubah posisi dengan aku ada di atasnya tanpa melepaskan penis dari vaginaku terlebih dahulu. Akhirnya sambil berciuman kami berguling di ranjang sampai posisi kami berbalik di sisi lainnya. Aku lihat bed cover tempat kami bersetubuh sebelumnya sudah basah oleh cairan vaginaku sehingga meninggalkan noda yang cukup lebar. “Ahhhh ….” Aku mendesah pelan saat payudaraku dicium dan diremas oleh mas Wawan.

    Dengan lahap putting payudaraku di hisap-hisapnya, sedangkan payudaraku yang lainnya di remas-remas dengan tangannya. Payudaraku sangat besar, sehingga telapak tangan mas Wawan yang sudah lebarpun hanya bisa meremas tidak sampai setengah bagiannya. Sambil menikmati permainan mas Wawan pada payudaraku dalam kondisi setengah tengkurap aku mulai bergerak memaju mundurkan pinggulku untuk menggesekan penis Wawan dalam lubang seggamaku. “Ohhhhh….shhhhh…” Aku kembali mendesah menikmati hasil dari pergerakanku sendiri.

    Makin lama aku aku bergerak makin cepat dan diimbangi oleh mas Wawan dengan gerakan pinggulnya yang menekan penisnya makin kedalam saat gerakan mundurku membuatku menjerit-jerit nikmat.

    “AAAAHHHH ….AHHHHH…..AHHHHHH ….AAmmmpppphhhhhh”

    Jeritanku kadang disumpal mas Wawan dengan ciumannya, mungkin dia khawatir jeritanku “mengganggu” tamu-tamu lain. Aku kemudian diminta untuk mengambil posisi dengan badan yang lebih tegak seperti sedang menaiki kuda sehingga gerakanku sekarang adalah naik turun.

    Mas Wawan tetap mengimbangiku dengan menaikkan pinggulnya untuk menyambut setiap gerakan turunku yang membuat seolah penisnya menancap dalam-dalam tembus sampai jantungku. Belum lagi aktivitas tangannya yang meremas payudaraku, mempermainkan putingnya atau mempermainkan kelentitku. “Mass…enak mashhh…. Kontolnya enak sekali….mashhh kontolnyaaaahhh” Aku meracau dengan pilihan kata-kata yang sudah tidak terkontrol lagi.

    Maklum sebagai orang yang berasal dari keluarga cina totok, aku hanya bergaul dengan buruh pribumi level bawah di toko atau perusahaan kami yang pilihan bahasanya sering kali kasar.

    “Ohhhh….ohhhhh…ohhhhh….ohhhh…..”

    Gelombang orgasme terasa mulai muncul lagi sehingga aku mulai mempercepat gerakanku. Butir-butir keringat mulai muncul di sekujur tubuhku membuat tubuhku menjadi kuning berkilatan. Rambutku yang asalnya panjang terurai sampai ke punggung mulai acak-acakan menutupi sebagian mukaku sampai ke dadaku.

    “Mass….aaakkkuuu udaaah mau dappaaatthhhh …..” Teriakku dengan tubuh mulai bergetar karena diterjang gelombang orgasme yang begitu nikmat. “Syeniii….saya juga akan keluarrrr ….” Sambut mas Wawan sambil menahan pinggulku dibawah dan dia sendiri melentingkan tubuhnya untuk membuat penisnya tertancap dalam-dalam.

    “Ouuhhhhh …keluarkan semua pejunya masshhh ….untukkuu…..”

    Keluarnya air mani di dalam tubuhku seperti bonus bagi kenikmatan sebelumnya.

    SROOOOTTT….SROOOTTT ….SROOOTTTT ….SROOOTTT….SROOOOTTT …srrrt …srrttt…srttt

    Lima semprotan air mani yang kuat aku rasakan membanjiri rahimku diikuti beberapa semprotan kecil sesudahnya.

    Untuk sejenak aku seperti tidak sadarkan diri, tidak ada yang bisa aku ingat selain kenikmatan puncak yang sedang aku rasakan sekarang. Orgasme yang dibarengi dengan semprotan air mani mas Wawan merupakan orgasme pamungkas yang sempurna bagiku. Setelah berahiku mulai reda badanku ambruk di atas tubuh mas Wawan yang segera memelukku dengan mesranya.

    Rambutku yang acak-acakan dirapikannya dan kemudian menciumi aku dengan hangat. “Syeni, kamu sangat luar biasa …. Saya benar-benar dipuaskan oleh kamu” Bisik mas Wawan kepadaku dengan suara yang mesra. “Mas Wawan juga hebat sekali…aku sangat menikmati genjotannya bikin ketagihan” Jawabku malu-malu dengan nafas masih belum teratur. “Apalagi semprotan pejunya juga sangat enak, nikmat sekali ….” Lanjutku sambil tersenyum manis. “Kamu mau aku cariin pil anti hamil untuk berjaga-jaga ?” Mas Wawan berbalik tanya seperti teringat sesuatu setelah aku bicara soal semprotan air maninya di dalam tubuhku tadi. “Ga usah mas, malah lebih baik kalau aku bisa punya anak dari mas …” Kataku manja hingga jadi malu sendiri dan membenamkan mukaku di dadanya.

    Mas Wawan kemudian mengangkat mukaku dan memandangku dengan lembut tapi terlihat serius “Syeni kamu pikirkan baik-baik dulu, jangan sampai omongan kamu itu hanya bawaan emosi karena kita habis bercinta” “Tapi saya tidak keberatan kalau Syeni memang ingin dibuahi dengan benihku “ Lanjut mas Wawan Aku hanya mengangguk sebagai jawabannya karena tekadku sudah bulat, bahkan sebelum pergi ke sini aku memang sudah bertekad untuk punya anak dari mas Wawan saja dari pada dibilang tidak subur oleh keluarga kokoku.

    “Aaaahhhhhhhhhhhhhh ….”

    Aku kembali mendesah saat mas Wawan melepas penisnya yang mulai lunak kembali.

    Dia kemudian mengambil handuk kecil dari kamar mandi yang sudah di beri air hangat, dengan lembut dibasuhnya vaginaku dengan handuk hangat tadi sampai bersih baru dia membersihkan penisnya sendiri. Setelah membuka bed cover yang basah oleh keringat kami dan cairan vaginaku, kami berbaring kembali di ranjang dengan tetap bertelanjang bulat.

    Saat itu kami pergunakan untuk “lebih mengenal” perabotan masing-masing yang sebelumnya dipergunakan. Bulu vaginaku yang hitam tipis dan berbentuk pohon palm merupakan favorit mas Wawan selain kelentitku yang panjang. Mas Wawan juga bisa menebak bahwa aku udah pernah hamil lebih dari dua bulan sebelum digugurkan hanya dari bentuk putingku yang memang sudah membesar dan berwarna lebih gelap saat aku masih perawan.

    Aku hanya bisa mengiyakan dan minta maaf karena tidak berterus terang sebelumnya sambil jantungku jadi berdebar takut perasaan mas Wawan jadi berubah terhadapku.

    Mas Wawan ternyata tidak marah, hanya dia berpesan kalau memang ingin serius tentang dihamili olehnya, maka dia tidak ingin aku menggugurkan kandungannya lagi.
    Saat aku bertanya mengenai kenapa penisnya berbeda dengan penis-penis yang pernah aku kenal apakah ada hubungan dengan ras. Dia bilang perbedaan utama adalah karena sebagai muslim penisnya sudah disunat sejak kecil sehingga pertumbuhannya berbeda dengan penis-penis yang tidak disunat atau disunat setelah dewasa.

    Penis cowok-cowokku memang ujungnya tertutup kulit saat sedang tidak berereksi sedangkan kepala penis mas Wawan langsung terbuka dengan lekukan miring dilehernya sehingga menjadi batas yang jelas dengan batang penisnya. Aku coba kulum penis mas Wawan sampai berereksi lagi sehingga sekarang aku bisa melihat dari dekat benda yang tadi membuatku meraung-raung kenikmatan.

    Tanpa sadar aku terhanyut untuk menghisap dan menjilati kepala penis mas Wawan sampai mas Wawan akan mendapat ejakulasi lagi. Dia minta aku untuk menelan seluruh air maninya dan tentu saja aku mau melakukannya dengan senang hati walaupun sebelumnya aku tidak pernah mau kalau disuruh melakukannya oleh cowokku yang pertama dan juga Kokoku.
    Mas Wawan bukan hanya sekedar berbeda rasa penisnya, tapi juga berbeda dalam gaya bercintanya yang selalu mengutamakan kepuasanku terlebih dahulu. Dia juga membuat aku tetap punya harga diri walaupun hanya sebagai pacar gelapnya atau wanita simpanannya. Padahal selama ini aku selalu diperlakukan tak lebihnya sebagai obyek pemuas syahwat bagi cowok-cowok yang meniduriku.

    Pada saat aku memang membutuhkan hal itu tidak terlalu terasa, tapi sangat menyakitkan pada saat mereka membutuhkanku karena umumnya mereka tidak mau tahu apakah aku sudah siap dipenetrasi atau tidak. Selama di Singapore kami bercinta sebanyak 3 sampai 4 kali dalam sehari, saat bercinta di pagi hari kami sepakat untuk mengeluarkan air maninya di luar supaya saat diperiksa di klinik tidak masuk ke dalam medical recordku.

    Tapi untungnya metoda terapi mereka tidak melarang aku bercinta selama menjalankan pengobatan. Beberapa teknik bercinta kilat juga kami coba praktekkan walaupun sebenarnya tidak perlu kalau melihat situasi selama kami di sana, tapi mas Wawan yakin bahwa setelah kembali ke Bandung kesempatan untuk bercinta memang akan sangat terbatas.

    Bercinta di mobil atau di motel-motel short time akan menjadi sering kami lakukan dan mas Wawan ingin memastikan bahwa aku bisa mencapai orgasme sedikitnya satu kali. Sesaat setelah mendarat di bandara Cengkareng, mas Wawan kembali mengajakku bercinta di hotel Bandara sebanyak dua kali untuk memastikan pembuahanku dengan benihnya karena saat itu aku memasuki fase masa suburku sebelum akhirnya kami pulang dengan menumpang travel yang berbeda.

    Begitu aku sampai rumah Koko langsung menyetubuhiku tanpa memperdulikan apakah aku sedang kelelahan atau tidak. Tiga malam selanjutnya seperti siksaan bagiku karena Koko terus menerus ingin menyetubuhiku, katanya untuk memanfaatkan masa efektif terapi yang aku jalani. Akhirnya memang aku hamil dan naluriku meyakini bahwa benih jabang bayiku adalah mas Wawan bukan suamiku.

    Aku dan mas Wawan masih sering bertemu untuk bercinta sampai kandunganku berusia 8 bulan, pengelola motel sering memandang kami dengan heran melihat ada wanita hamil besar masih sewa short time di motelnya dia. Walaupun begitu keluarga suamiku menjadi sangat gembira dan tidak ada kecurigaan sama sekali bahwa benih cucunya berasal dari orang lain … mitra bisnis suamiku sendiri.

  • Karma Sang Kades Cabul

    Karma Sang Kades Cabul


    1012 views

    Cerita Sex ini berjudulKarma Sang Kades CabulCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2020.

    Perawanku – Permohonan demi permohonan diajukan pak Tholil ke pemerintah daerah, bahkan sekali juga ke pemerintah pusat untuk menugaskan lagi seorang dokter didesa itu – sampai kini belum ada hasilnya. Sementara itu wabah penyakit dimusim hujan mulai banyak meminta korban jiwa – terutama malaria dan demam berdarah, namun semua tenaga ahli dalam segala bidang tak ada minat untuk bertugas didaerah tanpa infra-struktur yang baik.

    Tanpa ada sarana yang baik sukarlah bagi tenaga ahli dalam bidang apapun untuk menetap di pedalaman : tak ada hiburan, tak ada pusat perbelanjaan, tak ada sekolah lanjutan berkwalitas untuk anak anak mereka yang meningkat dewasa, tak ada hubungan internet, tak ada provider yang dapat menangkap signal dari dan ke daerah terpencil itu.

    Akhirnya setelah menunggu sekian lama tibalah kabar tak terduga bahwa sementara belum ada dokter muda bersedia bertugas disitu, maka untuk sementara seorang jururawat telah bersedia akan menangani sejauh mungkin masalah kesehatan yang paling mendesak.

    Dengan malas-malasan pak Tholil kemarin sore membuka pintu kantornya karena mendengar bahwa sang jururawat dari ibukota telah sampai, dan meminta kunci puskesmas karena ingin segera memakai fasilitas yang ada disitu, termasuk pavilyun kecil disebelahnya dengan 2 kamar tidur yang biasa dipakai oleh dokter muda bertugas.

    Mata pak Tholil terbelalak ketika melihat sosok wanita dihadapannya, bukan sekedar perawat yang kumuh dengan pakaian lusuh setelah menempuh perjalanan sedemikian jauh, melainkan seoraang wanita muda elok menarik. Pak Tholil yang baru beberapa menit lalu masih mendumal dan ngomel karena merasa anak buahnya malas dan meninggalkannya sendiri dikantor dengan alasan anak sakit, kini merasa beruntung bahwa ia kini hanya berdua saja dengan wanita cantik dari kota.

    Hujan angin yang mengguyur desa itu sepanjang hari mengalahkan lindungan payung yang dipakai wanita ayu-manis dihadapannya itu, terbukti dengan basahnya baju yang dipakainya. Ketika bersalaman untuk kenalan pak Tholil merasakan betapa halus kulit telapak tangan digenggamannya, sebaliknya telapak tangan pak Tholil terasa kasar tak menyenangkan bagi sang jururawat, yang memperkenalkan dirinya dengan nama amat sederhana :

    “Saya Yanti, jururawat dari ibukota yang selama 3 bulan akan membantu bapak disini”. Suara lemah lembut sedemikian merdu terdengar ditelinga pak Tholil, yang kemudian menawarkan apa yang dapat diperbuatnya saat itu sebagai kepala desa.

    “Kalau boleh saya ingin pakai kamar mandi atau WC sebentar untuk menukar pakaian saya yang basah, karena takut sakit jika terus-terusan baju basah ini melekat dibadan”, demikian ujar Yanti.

    “Oh, tentu saja bu, jangan malu-malu memakai kamar belakang, dan saya akan buatkan minuman hangat untuk ibu”, demikian jawab pak Tholil sambil matanya tak puas-puas melirik badan sintal menggairahkan dihadapannya.

    Badan sexy yang saat itu tak dapat disembunyikan karena baju yang dipakai basah melekat seolah “mencetak” liku-liku kewanitaan sang jururawat. Yanti mengucapkan terima kasih dan dengan gerakan gemulai melangkah menuju kearah belakang kantor sang kepala desa, dimana ada petunjuk “air bersih untuk sholat, kamar mandi, WC”.

    Pak Tholil menelan ludah dan jakunnya turun naik menyaksikan betapa goyangan bongkahan pantat padat Yanti seolah-olah mengundang setiap tangan laki-laki meraba, mengusap, meremas dan mencubit dengan gemas.

    Tergesa-gesa pak Tholil membuka kaleng kopi tubruknya : kosong !! , dengan memaki-maki dalam hati karena anak buahnya selalu lalai untuk mengisi kembali kaleng kopi itu jika telah menghabiskan kopi diwaktu pagi maupun tengah hari. Bungkusan kopi instant pun ternyata kosong – hal yang sama dengan kantong plastik hijau muda yang biasanya terisi teh giju.

    “Sialan ! “, demikian umpat pak Tholil dalam paniknya, apa yang dapat ditawarkannya pada bidadari yang pasti masih kedinginan itu ? .

    Matanya yang masih tetap mencari-cari terbentur disudut laci dengan dua bungkusan lusuh dengan tulisan sudah hampir tak terbaca teh jahe dan sekoteng

    “Maafkan bu, saya kehabisan kopi – yang ada hanya teh jahe dan sekoteng, apakah ibu mau ?”, teriaknya kearah belakang.

    “Wah, jangan repot-repot pak, seadanya saja, semuanya juga saya minum, asal jangan isi alkohol, nanti takut mabuk”, jawaban Yanti dari arah kamar mandi.

    “Baiklah bu, saya masak air dulu nih”, balas pak Tholil yang lalu memasang kompor kecil elpiji disudut kamar dan menaruh panci kecil berisi air bersih dari keran wastafel.

    Rasa ingin tahu dan naluri kelaki-lakiannya mendorong pak Tholil berjalan kearah kamar mandi dan WC, dan ia tahu bahwa ada celah kecil di pintu yang mungkin tak diketahui orang lain.

    Celah itu tak dapat dipakai untuk mengintip pada siang hari karena terletak tepat pada pantulan sinar matahari, namun hari ini memang sudah rejekinya : sang surya tertutup seluruhnya oleh awan berisikan hujan. Dengan sangat perlahan dan tanpa menimbulkan suara sedikitpun, didekatkan matanya ke celah itu dan apa yang dilihatnya membuat jantung pak Tholil langsung berdebar.

    Yanti telah menukar bajunya yang basah dan kini sedang berjongkok untuk buang air kecil, bagian tubuh atasnya telah tertutup kembali dengan blouse jingga muda serasi dengan kulitnya, namun saat itu justru auratnya yang paling intim mulai dari pusar kebawah terbuka lebar menjadi santapan mata pak Tholil.

    Mulut pak Tholil terasa sangat kering menyaksikan perut sedemikian datar, bukit kecil terhias bulu halus yang terawat dan dicukur sangat rapih, ditengahnya terpampang belahan merah muda membangunkan nafsu didampingi kiri kanannya oleh bibir sedikit merah tua kecoklatan.

    Dari belahan merah muda itu pak Tholil masih sempat melihat dua tetes terakhir sebelum Yanti membersihkannya dengan air jernih kemudian disapu dan dikeringkannya dengan tissue parfum dari saku roknya yang masih tersingkap, namun segera di turunkannya – sehingga tertutuplah semua panorama firdaus yang sempat beberapa detik dapat dinikmati pak Tholil.

    Segera pak Tholil kembali kebelakang meja tulisnya – dituangnya air panas kedalam dua cangkir : sebuah dengan isi teh jahe dan sebuah lagi berisi sekoteng. Terserahlah apa yang akan dipilih oleh Yanti nanti, saat itu benak pak Tholil telah dipenuhi oleh rayuan dan bisikan iblis : lupakanlah tiga istrimu saat ini, jadikanlah Yanti istrimu ke-empat, apapun cara dan jalannya, ah perduli apakah si perawat ini mempunyai pacar atau bahkan tunangan.

    Setelah kembali keruangan kerja pak Tholil, Yanti ternyata memilih teh jahe – dan menanyakan pak Tholil apakah dan dimana ia dapat membeli makanan seadanya untuk malam itu. Buru-buru pak Tholil menawarkan jasa baiknya untuk membelikan gado-gado lontong dan sate ayam, dan setengah jam kemudian mereka makan bersama diruangan kantor si kades yang saat itu merasakan sangat beruntung seperti kejatuhan duren ranum dan lezat.

    Sebagai tambahan setelah makanan utama, pak Tholil juga membelikan air kelapa muda, manggis dan pisang ambon yang kebetulan cukup besar dan sedang musim didesa itu. Amat tercengang pak Tholil, ketika Yanti secara malu-malu menanyakan dan meminta piring kecil dan pisau untuk makan pisang ambon : apa gunanya piring untuk memakan pisang, pikir si kades.

    Ternyata Yanti tidak memakan pisang itu dengan langsung setelah kulitnya setengah terbuka seperti pada umumnya, melainkan mengupas kulit seluruhnya, lalu pisang itu di- potong-potong kecil dan diletakkan dipiring yang dimintanya tadi.

    Pak Tholil yang mengharapkan dapat melihat bagaimana mulut dan bibir mungil Santi mengatup dan beberapa detik mengulum pisang sebelum digigitnya menjadi kecewa, namun dalam benaknya yang kotor menduga bahwa Yanti benar-benar masih perawan murni dan amat lugu.

    Yanti rupanya belum biasa atau setidaknya segan melakukan segala sesuatu yang dapat di-interpretasikan salah oleh setiap pria dihadapannya. Otak Tholil kembali dipenuhi dengan hasrat birahi tak terkendali : biarlah bibir manis itu tak dapat kulihat mengatup pisang, tapi pasti tidak lama lagi bibir merekah itu akan kupaksa membuka selebar-lebarnya untuk menerima kejantananku, ooooh betapa ku-ingin melihat rontaan putus asa kepala Yanti terjepit diantara pahaku, ku-ingin melihat reflex ingin muntah mulut perawan ini ketika sedikit demi sedikit menerima perkosaan alat kemaluanku yang akhirnya dapat mencapai rongga hangat terdalam.

    Betapa hangatnya rongga mulut Yanti dalam khayalan Tholil – dan setelah perawan itu tak berdaya dan berhenti meronta-ronta akan kupaksa lidahnya yang juga pasti sebasah dan seharum bibirnya itu untuk menjilat tandas kepala penisku.

    Ke tiga istriku saja sampai saat ini amat segan dan menyatakan jijik untuk melakukan oral sex, uuuh dasar perempuan kampung, umpatnya dalam hati, biarlah nanti bidadari dari kota ini akan kuajari bagaimana memuaskanku dengan mulutnya, akan kuajari minum “yoghurt” alamiah yang hanya dapat dibuat dalam kantong zakarku, demikian Tholil melamun sambil menatap Yanti.

    Perawat yang telah letih dengan perjalanan seharian akhirnya memohon dengan sopan dan halus untuk dapat beristirahat dan tidur, karena esok hari akan dimulai tugas beratnya didesa yang masih amat minim sarana kesehatan dan segalanya itu. Dengan berat hati Tholil mengabulkan permohonan itu – dan mengantarkan Yanti ke tempat permukimannya selama tugas didesa itu dan letaknya tak terlalu jauh dari Puskesmas tempat kegiatannya sehari hari nanti.

    Kebetulan hujan mulai agak mereda namun dapat menyebabkan pakaian basah , sehingga Tholil menawarkan Yanti untuk ikut bonceng dengan motornya. Kedua koper dan tas kecil Yanti dijanjikannya akan dibawakan langsung setelah yang empunya sudah aman sampai ditempat penginapannya.

    Mula mula Yanti menolak karena itu membuat Tholil harus dua kali bolak balik, namun akhirnya mengalah karena selain Tholil bersikeras untuk menolongnya, juga Yanti yang tak biasa digonceng dibelakang motor tak sanggup memegang kedua koper kecil dan tas-nya sekaligus.

    Selama perjalanan yang hanya beberapa menit itu Tholil telah merasakan betapa empuk dan kenyalnya kedua bukit penghias dada Yanti yang menempel ke punggung Tholil.

    Dengan sengaja Tholil mengendalikan motornya secara hati hati dan setiap ada kesempatan yang bagaimana kecil pun dipakainya untuk ngerém, sehingga kedua buah dada Yanti melekat dan tertekan kepunggungnya. Sesuai dengan janjinya maka setelah mengantarkan Yanti, lalu Tholil kembali lagi dan membawakan kedua koper kecil serta tas Yanti , kemudian dipersilahkannya Yanti beristirahat.

    Setelah itu Tholil pulang kerumahnya, namun sikapnya sangat berbeda tak seperti biasa – sama sekali tak ada perhatian pada orang-orang dirumahnya, anak-anaknya tak digubrisnya, ketiga istrinya juga tak diacuhkannya – bahkan satupun tak ada yang disentuhnya malam itu, berbeda dengan biasanya dimana paling sedikit salah satu istrinya harus memuaskan nafsu birahinya yang selalu menggebu-gebu.

    Ketiga istrinya menjadi terheran-heran, namun mereka tak mempedulikannya juga, bahkan merasa untung malam itu tak perlu melayani sang suami yang seringkali buas dan tak jarang sadis ketika merajah sang istri.

    ###########################

    Di pagi hari berikutnya Tholil menjemput dan mengantarkan Yanti dari asrama ketempat kerjanya di Puskesmas. Sepanjang jalan menuju ke asrama pegawai Puskesmas itu Tholil mengasah otaknya dan mencari jalan terbaik dan terpendek untuk dapat menjebak Yanti agar dapat menyerah untuk dikuasai serta ditaklukinya menjadi istrinya yang ke-empat.

    Waktu yang dimilikinya tak banyak, karena Yanti hanya bermukim didesa itu selama 3 bulan. Masa yang sedemikian pendeknya harus dipakai menjebak perawan bahenol yang kini telah menjadi obsesinya.

    Ia akan berusaha selama 3 bulan itu sebanyak mungkin mendampingi si perawat bahenol dalam tugas sehari-hari. Ia akan berusaha menarik simpati Yanti yang masih lugu itu dengan memberikan perhatian kepada penduduk yang sakit, jika perlu ia akan mengantarkan Yanti ke rumah-rumah penduduk berjauhan dan terpencil, asal saja ia memperoleh kesempatan berdekatan dan berdua dengan sang dewi idamannya. Masakan sih dalam waktu 3 bulan tak ada kesempatan untuk dapat mencicipi kehangatan tubuh Yanti ?

    Apakah Yanti memang masih utuh perawan ? Banyak berita-berita yang selalu mengatakan bahwa perempuan dikota besar susah mempertahankan keperawanannya setelah memasuki usia tujuh-belasan.

    Hanya ada satu cara untuk mengetahuinya dengan pasti – yaitu dengan men-chek-nya sendiri ! Dibayangkannya geliatan dan ronta mati-matian Yanti jika dipaksa membuka paha mulusnya, dipaksa mempersembahkan bagian dalam vaginanya – apakah selaput daranya yang tipis namun amat peka berbentuk bulan sabit masih utuh dan terpaksa diserahkannya kepada kejantanan Tholil yang telah berpengalaman memerawani sekian banyak gadis di desa itu.

    Aaaah, betapa nikmatnya menindih tubuh mulus Yanti yang menggeliat-geliat mencoba mengelak nasib tak terelakkan lagi. Tak ada kepuasan lebih besar daripada melihat semua usaha Yanti sia-sia : kedua tangannya direjang erat disamping kepala yang menoleh kekiri kekanan menghindarkan ciuman ganas dari bibir tebal dan mulut yang berbau tak enak, air mata ibarat tetesan embun pagi hari mulai mengalir di pipi halus pada saat dirasakan celah kewanitaannya mulai dibelah.

    Matanya ibarat bintang kejora memelas memohon belas kasihan, dan sesaat kemudian membuka dengan kaget ketika dirasakan ngilu dan perih tak terkira dibelahan kewanitaannya. Desahan demi desahan, rintihan demi rintihan mulai memenuhi ruangan memacu setiap telinga pria yang mendengar – dan terganti dengan jeritan panjang memilukan minta ampun menyayat hati.

    Semuanya tak akan mengendurkan sama sekali semangat pria yang ibarat sedang kerasukan untuk melakukan jarahan lebih dalam lagi…! Lamunan Tholil buyar ketika akhirnya sampai dirumah sederhana tempat penginapan pegawai Puskesmas.

    Rumah itu sebenarnya dapat untuk menampung 6 orang karena mempunyai 6 kamar tidur yang terpisah, sebuah dapur dan 2 kamar mandi. Selain itu ada pula 2 toilet yang terpisah untuk wanita dan pria, namun karena pada umumnya yang bermukim sementara disitu hanya pria, maka akhirnya WC untuk wanita jarang dipakai dan akhirnya kurang terawat.

    Ruang tempat duduk bersama juga tak teratur, disana sini terlihat bekas kopi atau teh yang tumpah dimeja dan jika tak langsung di- lap memang semuanya akan meninggalkan bercak yang sukar di bersihkan lagi. Selain itu diatas meja duduk bertebaran surat kabar tua dan majalah yang umumnya disenangi kaum pria karena banyak terisi gambar celebriti dengan busana sengaja menonjolkan belahan dada atau paha sang wanita yang berpose merangsang.

    Tholil dengan perlahan mengetuk pintu depan dan tak ada satu menit kemudian di buka oleh Yanti. Jururawat muda ini ternyata sudah siap menunaikan tugasnya dan telah berpakaian rok putih menutup lututnya, pergelangan kaki dan betisnya yang terlihat demikian mulus langsung mengundang mata Tholil.

    Yanti tak memakai make up sama sekali, semua terlihat kecantikan asli : wajah berseri dengan kulit pipi begitu halus, mata seindah bintang kejora, bibir yang tipis berwarna merah tanpa lipstik terlihat basah sedikit terbuka dan hidung mungil bangir mancung – semua hasil karya ciptaan alam murni tanpa polesan artifisial seperti wanita modern di kota kota besar zaman sekarang.

    “Selamat pagi, silahkan masuk dulu pak”, ujar Yanti berbasa-basi disertai senyum manisnya sehingga terlihat lesung pipit kecil di pipi yang dihias sedikit warna rona merah asli.

    “Ooh, tak usah dik, saya sudah harus bertugas sebentar lagi”, jawab Tholil berpura-pura sementara matanya tak jemu menikmati bidadari dihadapannya, membuat Yanti mulai merasa kurang nyaman karena pandangan mata sang penguasa desa itu seolah ingin menelanjanginya.

    “Mari saya antarkan adik sekarang ke Puskesmas sebelum saya ke kantor saya”, demikian tawaran pak kades Tholil.

    Sebenarnya Yanti ingin menolak, namun dilihatnya dari jendela betapa jelek jalan di depan tempat penginapannya, kotor berlumpur karena kemarin terguyur hujan seharian. Selain itu meskipun jaraknya tak terlalu jauh namun Yanti masih kurang ingat arahnya kemana karena kemarin ketika diantarkan sudah gelap menjelang malam.

    Biarlah sekali ini aku mau diantarkan, akan kuperhatikan jalannya secara seksama dan dihari hari berikutnya aku akan jalan sendiri dan tak perlu tergantung dari pak kades ini, demikian bisikan dalam hatinya. Sementara Yanti mulai bertugas di Puskesmas itu perhatian Tholil untuk burung merpati yang akan dijebaknya itu tetap tak berkurang, disuruhnya anak buahnya untuk membawakan buah buahan segar yang dipetik dari kebun milik sendiri, juga tak lupa minuman segar dari buah buahan yang juga diperasnya sendiri.

    Tengah haripun dibawakannya masakan dengan lauk pauk lezat, dan kesempatan makan siang bersama dipakainya pula untuk dapat bercakap-cakap dengan calon mangsanya itu.

    Akibat keluguan Yanti dan pandainya Tholil mengatur kata kata ketika bercakap cakap itu akhirnya diketahuinya bahwa Yanti telah bertunangan dan tunangannya itu masih kuliah kerja di negara tetangga untuk memperoleh gelar S3. Akibat tempat tinggal berjauhan itu maka Yanti hanya bertemu sekali dua setahun dengan tunangannya itu – sekitar lebaran dan juga sekitar pertukaran tahun.

    Karena tahun lalu kebetulan hari lebaran berdekatan dengan peralihan tahun, maka pertemuan dengan tunangannya itu hanya sekali saja. Tholil semakin naik birahinya ketika membayangkan bahwa tubuh wanita muda secantik Yanti itu tahun lalu hanya sempat beberapa hari saja menikmati usapan dan belaian tangan pria,

    betapa “gersang”nya tubuh bahenol itu dan pasti mendambakan jari jari kasar lelaki yang sanggup menaklukinya dan membuatnya mengeluh menjerit kenikmatan. Betapa “gersang” rahim si gadis cantik campuran Sunda Jawa dengan sedikit cipratan darah Minang , pasti sudah tak sabar menunggu siraman air mani jantan yang akan menanamkan benih kehidupan baru.

    Tholil mulai memikirkan cara terbaik untuk menjerat mangsanya, dan untuk melancarkan rencananya Tholil akan memakai bantuan tenaga yang sudah pasti tak dapat ditolak. Diingatnya bahwa ada 2 orang buruh perkebunan yang mempunyai hutang belum terbayar sejak hampir setahun, Warso si buruh perkebunan karet , dan Wahyudin alias Udin si mandor perkebunan yang sama.

    Sudah sering Tholil menagih pengembalian hutang itu kepada Warso namun karena memang upah seorang buruh perkebunan sangat sedikit, dan itu pun telah habis terus menerus untuk membiayai ibunya yang tua dan sangat sering sekali sakit, maka pengembalian hutang itu selalu tertunda.

    Tholil memutuskan untuk menawarkan semua biaya obat-obatan ibu Warso yang penyakitan itu di Puskesmas maupun di apotik luar secara gratis selama setahun asal saja Warso sedia membantunya melaksanakan niatnya dalam beberapa minggu mendatang.

    Tentu saja Tholil dapat menjanjikan biaya obat obatan di apotik luar karena ada tanaman modalnya disitu, dan salah satu pegawai wanita disitu pun dimasukkan kerja atas perantaran Tholil setelah ia menyerahkan keperawanannya semalaman.

    Udin mempunyai hutang karena terjebak rayuan janda muda yang menjadi “simpanannya” ketika masih bekerja sebagai sopir dikota besar. Si janda muda itu bekerja sebagai pembantu RT sementara Udin menjadi sopir di keluarga kaya yang sama, dan si janda muda selalu mengancam akan menceritakan semuanya kepada istri Udin – Suminah – yang selalu alim dan rajin bekerja sebegai pemetik teh.

    Tholil pernah menawarkan Udin untuk menghapus semua hutangnya sekaligus, jika ia bersedia “meminjamkan” Suminah selama 3 malam. Suminah yang masih ada hubungan keluarga dengan istri Tholil ketiga pernah mendengar sendiri betapa buas dan sadisnya Tholil jika sedang menjarah istrinya, dan hal intim itu pernah diceritakannya kepada Udin suaminya.

    Oleh karena itu Udin tak pernah sampai hati membayangkan betapa istrinya Suminah menderita di cengkraman Tholil selama 3 malam meskipun itu akan menghapus hutangnya. Tholil merasa pasti bahwa Udin akan gembira dan langsung setuju untuk membantu rencana kotornya jika sebagai imbalan hutangnya akan di hapuskan begitu saja, tanpa harus mengorbankan Suminah istrinya.

    Kini harus dicari saat yang paling tepat untuk melaksanakan rencananya itu – harus dipilih kesempatan dimana penduduk desa yang jumlahnya tak terlalu banyak itu sedang “lengah” karena ada sesuatu yang lebih menarik perhatian. Tholil memutar otak sekerasnya namun tetap tak dapat menemukan kesempatan dalam kesempitan.

    Waktu semakin mendesak karena tak terasa sudah lewat satu bulan Yanti bekerja di Puskesmas dengan dedikasi yang boleh dijadikan teladan oleh setiap jururawat muda atau bahkan dokter sekaligus.

    Yanti selalu ramah tamah, di tempat kerja sangat telaten menolong pasien mulai dari yang bayi maupun orang tua renta. Bahkan banyak pria muda datang dengan alasan dicari cari demi sekedar mendapat kesempatan melihat dan disentuh jari perawat cantik.

    Memang dasar iblis sedang meraja lela didunia ini – tak terkecuali pula di desa pemukiman Tholil : ternyata didesa tetangga yang terletak sekitar 15 km akan diadakan pesta khitanan besar besaran oleh penduduk terkaya disitu. Pesta itu akan disertai dengan acara sehari semalaman dengan artis ratu goyang ngebor pinggul dari kota : Imul Laracitra beserta seluruh orkes dan pengamennya.

    Berita yang tersebar dari mulut kemulut itu tentu saja langsung masuk ke setiap telinga penduduk desa desa disekitar situ. Sejak saat itu semua orang hanya menantikan dengan tak sabar malam minggu yang tentunya akan heboh dengan acara panggung musik dangdut dan juara ngebor goyang pinggul.

    Kesempatan yang muncul tak terduga ini seolah olah telah diatur oleh iblis dan tentu saja tak akan di-sia siakan oleh Tholil. Ia mengutarakan rencananya kepada kedua kaki tangannya : Warso dan Udin. Selain mengutarakan bebas keduanya dari hutang yang sedang mereka pikul dan agaknya sukar sekali untuk dilunasi, Tholil juga menjanjikan ada kemungkinan keduanya diberi kesempatan untuk ikut melihat tubuh bidadari kota yang bugil.

    Mereka tentu saja dilarang untuk mencicipi badan mojang yang telah sering dilihat oleh mereka dan dijadikan bahan masturbasi di kamar mandi, namun paling sedikit mereka akan diberikan kesempatan untuk meraba, mengelus, meremas, mencium dan mungkin mencupangi daerah diatas pusar.

    Keduanya tentu saja setuju dengan bonus extra ini dan diaturlah cara terbaik untuk menjebak Yanti yang tentu saja menduga sama sekali bahwa nasibnya akan berubah tak lama lagi.

    Warso mengusulkan agar pagi hari sebelum pesta di malam minggu itu ia diberikan tugas membersihkan Puskesmas oleh Tholil, kemudian secara tersembunyi akan dimasukkannya obat tidur penenang di teh jahe yang memang sangat di sukai oleh Yanti.

    Selain itu di Tholil akan membawakan makanan tahu gejrot ala Cirebonan yang diketahuinya juga merupakan salah satu makanan kesenangan Yanti , di samping itu rujak cingur yang di campurkan sedikit obat urus urus agar Yanti akan merasakan mulas disamping ngantuk sehingga akhirnya segan untuk pergi ke pesta desa.

    Untuk lebih meyakinkan berhasilnya rencana itu Tholil juga mengatur dan memerintahkan Warso maupun Udin untuk membersihkan, mengecat, mengapur dinding , selain itu memperbaiki, mengganti genteng Puskesmas yang memang disana sini telah bocor justru di hari sama dengan pesta dangdut di desa tetangga.

    Keduanya ikut bermain sandiwara dan berpura pura marah, mengomel dan ribut mulut dengan Tholil yang secara sengaja dilakukan dihadapan beberapa pasien di Puskesmas dan tentunya juga dihadapan Yanti, yang tentu saja tak senang ribut ribut lalu berusaha menengahi pertengkaran itu.

    “Pokoknya saya tak mau tahu, kalian sudah lama menjanjikan renovasi Puskesmas ini, dan selalu ada saja alasan selama ini untuk menghindarkan pekerjaan ini.

    Apa kalian tak malu dengan perawat Yanti yang sudah datang jauh dari kota untuk membantu – kalau tak dilakukan sekarang sampai ia kembali lagi juga belum diselesaikan !”, hardik Tholil dengan mimik seolah olah sedang marah besar.

    “Sudah lah pak, pasti semuanya akan mereka kerjakan, mungkin mereka masih sibuk dengan tugas lainnya”, Yanti berusaha menenangkan suasana yang dirasakannya tak pantas ditampilkan dihadapan beberapa pasien.

    “Memang kalo memerintah seenaknya aja, emangnya kita tak ada kerjaan yang lain, Puskesmas kan bukan punya dia tapi punya negara”, demikian gerutu Warso yang juga diimbali oleh Udin yang mengeluarkan kata kata serupa.

    Pertengkaran ketiga lelaki itu dengan sengaja mereka lanjutkan sebentar diluar gedung Puskesmas, bahkan ditambah dengan gerakan kaki tangan sambil menuding ke wajah mereka saling bergantian, dan itu disaksikan oleh Yanti. Akhirnya mereka bubar bertengkaran dan ngeloyor pergi kearah yang berbeda satu sama lain.

    Jam dinding sudah menunjukkan jam lima sore, dan Yanti masih memeriksa tiga anak kecil yang panas dan batuk di sertai oleh ibu mereka yang juga terlihat agak pucat. Rupanya mereka terkena wabah flu yang memang sedang muncul sejak minggu lalu, namun pada umumnya demam yang di derita anak anak itu akan mereda dalam beberapa hari tanpa pengobatan khusus.

    Yanti berusaha menerangkan dan menenangkan sang ibu, bahwa tak perlu diberikan antibiotika pada saat itu karena manfaatnya merupakan tanda tanya kalau memang penyebabnya virus bukan bakteri. Yanti merasa lega bahwa akhirnya semua pasien telah selesai di rawatnya, karena ia sendiri merasa aneh : sedikit mulas dan pusing , juga tak seperti biasanya ia telah menguap tiga kali dan matanya dirasakan berat ingin ditutup.

    Ini belum pernah dialaminya, bahwa sebelum jam tujuh malam badan telah terasa lelah, penat, mata ngantuk ingin di tutup saja. Betapapun dicoba untuk tetap sadar namun sukar sekali, rasa mulasnya pun tidak berkurang sehingga akhirnya di putuskannya untuk pulang saja ke asramanya dan tidur sebentar sebelum pergi ke pesta di desa lain itu.

    Ketika Yanti sedang bebenah dan telah tukar pakaian putihnya dengan pakaian bebas dan mulai menutup pintu ruangan periksa pasien di Puskesmas itu dirasakannya matanya semakin berat untuk dibuka, juga rasa mulasnya mulai muncul lagi.

    Dengan tergesa gesa Yanti keluar dan menutup pintu Puskesmas sambil matanya mencari ojekan motor yang mungkin lewat setelah mengantarkan langganan ketempat tujuannya. Justru pada saat itu bagaikan dipanggil oleh suara iblis muncullah Tholil disudut jalan dengan motornya dan langsung berhenti di depan Puskesmas.

    “Koq kelihatannya pucat amat dik Yanti, mungkin mau sakit ?”, demikian tanya Tholil berpura pura. “Sudah mau ke pesta didesa seberang, sekarang sih masih agak kepagian, belum begitu rame”, sambung Tholil kembali.

    “Iya nih pak, rasanya agak pusing dan ngantuk, mungkin hanya kecapaian saja”, ujar Yanti yang merasakan serba salah, disatu fihak tak begitu senang untuk di bonceng Tholil yang dirasakannya semakin cunihin, dilain fihak mulas yang makin tak tertahan membutuhkan solusi cepat untuk mencapai kamar asramanya.

    “Ya, saya sebetulnya ada urusan lain ke jurusan berbeda, tapi kalau dik Yanti mau ikut sudahlah saya antarkan dulu”, lanjut Tholil yang melihat bahwa calon mangsanya telah semakin terjerat jebakannya.

    Dengan masih agak ragu dan tubuh terasa limbung akhirnya Yanti menerima tawaran Tholil dan duduk di boncengan motor sambil tangannya memeluk pinggang Tholil.

    “Pegangan yang kencang ya dik, maklum jalanan desa banyak rusak berlubang, nanti jatuh bisa cedera, siapa yang akan merawat pasien kalau bukan dik Yanti”, celoteh Tholil bersopan santun sambil mulai menjalankan motornya.

    Yanti berpura pura tak mendengar kalimat Tholil terakhir, ia hanya mempunyai tujuan satu yaitu secepatnya pulang ke asrama dan merebahkan diri. Perjalanan yang sebenarnya hanya lima menit dengan motor itu dirasakannya seabad tak kunjung berakhir, dan selama itu kembali Tholil merasakan betapa lembutnya gundukan dada Yanti yang lekat dengan punggungnya.

    Ketika akhirnya sampai didepan asrama Yanti merasa sedemikian pusing sehingga hampir jatuh ketika turun dari boncengan, dan kesempatan ini tentu saja dipakai oleh Tholil yang segera menyanggahnya. Tholil meletakkan tangan kiri Yanti di pundaknya sementara tangan kanan Tholil dilingkarkan ke pinggang Yanti yang langsing.

    Yanti berusaha membuka pintu masuk asrama namun dirasakannya sukar memasukkan kunci ke lubangnya sehingga akhirnya Tholil mengambil alih tugas itu, sambil tangan satunya sengaja melingkar semakin erat di pinggang Yanti. Akhirnya pintu terbuka, dan Tholil terus memapang Yanti menuju salah satu kamar tidur yang berada disebelah kiri, tak berapa jauh dari kamar mandi, toilet dan juga dapur tak seberapa besar.

    Sejenak sebelum Yanti akhirnya dapat menghempaskan dirinya ke ranjang masih sempat dilihatnya bh dan cd string berwarna merah jambu muda yang kemarin dicucinya masih terletak di sandaran kursi karena belum kering sekali di pagi hari ketika ia akan bertugas ke Puskesmas.

    Tentu saja “pemandangan” yang khas intim wanita itu tak lolos dari tatapan mata Tholil sementara Yanti merasa wajah dan terutama telinganya merona merah karena malu, di sesalkan dirinya sendiri mengapa tak menggantung penutup auratnya itu di dalam lemarinya sendiri.

    Tapi masa bodohlah apa yang dipikirkan si Tholil ketika melihat penutup auratku itu, yang penting kini aku sudah di asrama, kini aku akan istirahat, ingin tidur sebentar, ingin memulihkan tenaga, sesudah itu barulah menyegarkan diri dan mandi serta keramas sepuasnya, sebelum pergi melihat gaya berjoget si Imul Laracitra.

    Selama ini Yanti hanya bertanya tanya terhadap dirinya sendiri mengapa goyang pinggul dangdut Imul begitu populer terutama di kalangan pria. Padahal menurut seleranya sendiri gaya pinggul ngebor menghentak hentak kasar begitu tidaklah sebagus dan erotis jika dibandingkan dengan goyangan yang lemah gemulai.

    Sebagai wanita dewasa tentu saja Yanti sering pula berdiri dihadapan kaca sendirian, lalu melenggang lenggokkan pinggulnya se-erotis mungkin sambil membayangkan apa yang akan dirasakan oleh suaminya nanti jika diwaktu bersanggama dirangsang dengan goyangan seperti itu.

    “Sudah ya dik, bapak permisi dulu, semoga dapat istirahat dan segar kembali. Kita ketemu lagi di pertunjukan pesta panggung nanti malam ya dik”, ujar Tholil sambil setengah menutup pintu kamar dan menuju ke arah pintu keluar.

    Yanti tak menjawab lagi karena telah begitu penat dan hampir terlelap tidur, dalam waktu beberapa menit terdengar dengkuran amat halus menandakan bahwa Yanti telah masuk kedunia mimpi. Bunyi azan maghrib sayup sayup tidak dapat membangunkan Yanti, sementara udara mulai menggelap dan penduduk desa mulai berbondong bondong pergi ke desa tetangga untuk menikmati acara yang telah lama mereka tunggu.

    Sekitar jam delapan malam desa itu sepi bagai telah di tinggalkan manusia sama sekali, disana sini hanya terlihat lampu redup dari rumah penduduk yang telah ditinggalkan penghuninya. Dalam kesunyian dan kepekatan malam itu hanya terdengar disana sini bunyi jangkrik dan serangga, tiada kegiatan yang terlihat dijalan atau di warung rokok atau ruko yang biasanya masih ada yang buka untuk menjual makanan kecil atau jajanan seadanya.

    Bagaikan didalam adegan film ninja atau film horror secara samar samar dari jauh terlihat tiga titik lampu diserta suara motor berjalan perlahan. Ketiga titik lampu itu semula hanya samar samar ibarat kunang kunang yang semakin lama semakin mendekat dan terlihat jelas para pengemudinya : Tholil dengan didampingi oleh Warso dan Udin.

    Sekitar limapuluh meter dari gedung asrama jururawat dan dokter Puskesmas mereka mematikan motor mereka dan kemudian mendorongnya memasuki halaman depan asrama. Rupanya mereka tak mau ada suara motor mereka akan menarik perhatian penduduk sekitarnya dan terutama tentunya si penghuni asrama sendiri.

    Ketiganya mendorong motor mereka melewati samping gedung asrama itu dan akhirnya di parkir di tempat yang biasanya untuk sepeda. Tholil sebagai penguasa desa tentu saja mempunyai kunci loper alias kunci umum yang pas untuk semua pintu gedung milik pemerintah daerah situ. Dengan hati-hati hampir tanpa suara sedikitpun Tholil membuka pintu belakang asrama itu dengan kunci lopernya.

    Ketiganya tahu benar bahwa setelah dokter muda terakhir meninggalkan asrama itu sekitar tujuh minggu lalu tak ada penghuni lain selain jururawat cantik Yanti yang malam ini akan dijarah oleh Tholil.

    Dengan langkah ibarat binatang buas menghampiri mangsa yang belum tahu ada bahaya ketiganya memasuki koridor dimana ke enam kamar tidur serta kamar mandi dan kiri kanan WC masing masing untuk pria dan wanita.

    Semua celah bawah pintu kamar terlihat gelap terkecuali yang terdekat dengan kamar mandi dan WC wanita, dan kamar tidur itu pula yang selama ini diingat oleh Tholil dan diidamkannya akan menjadi saksi bisu pergulatan pertamanya dengan sang bidadari Yanti idamannya.

    Untuk lebih pasti lagi Tholil menyalakan lampu senter yang dibawanya untuk menyuluhi label nama didepan pintu kamar itu dan memang terlihat nama Yanti R. – bahkan Tholil mengenali tulisan tangan yang bagus itu memang tulisan Yanti.

    Tholil mendekatkan dan bahkan merapatkan telinganya ke pintu kamar untuk mendengarkan apakah ada suara yang menandakan si penghuni telah sadar dan misalnya mungkin sedang mendengarkan lagu dari radio.

    Ternyata tak ada suara sama sekali sehingga Tholil memberikan tanda jari telunjuk didepan bibirnya kepada Warso dan Udin agar tidak berisik lalu ia memberanikan diri membuka pintu kamar tidur Yanti perlahan lahan. Karena selama ini memang Yanti hanya tinggal sendirian di asrama itu maka ia merasa cukup aman sehingga jarang mengunci pintu kamarnya.

    Kelalaian yang sebenarnya tak boleh terjadi ini sangat membantu Tholil dan kedua komplotannya dan tanpa bunyi sedikitpun terbukalah pintu kamar tidur Yanti. Ranjang dipan yang biasanya berdempetan langsung ke dinding telah digeser agak ketengah oleh Yanti, karena meja kecil tempat menaruh lampu kecil untuk membaca, serta wekker kecilnya justru diletakkannya berdempetan dengan tembok sehingga terdapat ruangan antara dinding dan ranjang dipan yang di tidurinya.

    Apa yang terlihat di hadapan mata ketiga lelaki setengah baya itu tak dapat dipungkiri dapat menggoda seorang nabi, inilah apa yang disebut kecantikan alamiah seorang wanita langsung turun dari firdaus.

    Tholil memberikan tanda kepada Warso untuk berdiri dekat dinding disamping bagian kiri , Udin disamping kanan , sedangkan Tholil sendiri berdiri diujung kaki ranjang sehingga kini Yanti sempurna di kepung dari tiga jurusan. Ketiga lelaki setengah baya itu mengawasi calon mangsanya, sementara Yanti masih tidur dengan nyenyak.

    Rupanya kepenatan seharian bekerja ditambah dengan obat tidur penenang yang di campurkan oleh Tholil ke makanan siang tahu gejrot masih menunjukkan khasiatnya. Yanti tidur terlentang agak miring kekanan, kedua lengannya terbuka dan berada disamping kepalanya yang terhias dengan rambut bergelombang tergerai.

    Ia masih memakai baju blus dan rok putih sepanjang bawah lutut sebagaimana seragam jururawat sehari hari. Hanya seragamnya itu acak acakan dan terbuka disana sini : dua kancing atas blouse-nya terbuka mungkin karena merasa panas, sedangkan roknya pun dibagian perut terbuka kancingnya, mungkin setelah menggosok perutnya yang tadi siang mulas.

    Karena itu terlihat kulit dadanya yang putih kuning langsat dimana belahan dan lekuk diantara buah dadanya tampak jelas. Perutnya terlihat datar dengan pusar sempurna tanpa tambahan piercing atau atribut apapun.

    Namun yang membuat ketiga lelaki itu menjadi blingsatan adalah karena rok putih biasanya menutup lutut Yanti saat bekerja kini terbuka penuh menyingkapkan kaki begitu sempurna, betis langsing ibarat padi membunting dan paha putih mulus terbuka sampai belahan selangkangan yang tertutup celana dalam kecil berwarna ungu muda sangat amat serasi dengan kulitnya.

    Bagaikan para dukun dan ahli sihir di zaman purbakala yang akan memulai upacara persembahan agung ketiga pria yang mengelilingi tubuh Yanti itu mulai perlahan lahan membuka jaket mereka, kemudian kemeja dan celana panjang serta kaos penutup torso atas mereka.

    Terlihatlah kini tubuh Warso yang tinggi kurus namun cukup berotot, sementara Udin memiliki tubuh paling kekar atletis dihiasi dengan beberapa cacat luka yang diterimanya akibat liku hidupnya yang penuh dengan perkelahian. Tholil memiliki tubuh sedikit gemuk dengan hiasan kebanggaannya yaitu bulu lebat yang menutupi tangan kaki maupun dadanya yang bidang. Ketiganya kini hanya tinggal memakai celana dalam yang telah terlihat menonjol dibagian depannya akibat ketegangan birahi yang mulai memuncak.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Sex Di Sekolah

    Sex Di Sekolah


    4339 views


    Perawanku – Ini adalah cerita baru kami, Cerita Seks ketika aku belajar di sekolah dengan guruku, awalnya aku kepergok sedang ciuman di dalam kelas, tiba tiba.

    Dua orang muridnya yang cantik datang menyerahkan diri, cukup lama Pak Doni mengintai mangsanya dan akhirnya kerja kerasnya berhasil dengan gemilang, bayangkan betapa berat ia mencurahkan seluruh pikiran dan tenaganya siang dan malam demi dapat menikmati santapannya yang lezat dan nikmat.

    Pak Doni tidak pernah merasa memaksa mereka, ia memberikan dua pilihan sebagai bentuk “demokrasi” ciptaannya, serahkan keperawanan kalian atau rekaman kalian akan segera beredar luas. Pak Doni mengunci pintu kantornya, kemudian segera menarik pergelangan tangan kedua gadis itu, dengan santai ia menyuruh keduanya agar duduk di atas meja, sedangkan ia sendiri duduk di atas kursi empuknya tepat di hadapan mereka. Tania dan Velly saling memandang kemudian tertunduk lesu tanpa daya.

    Velly merapatkan kedua kakinya ketika merasakan rok seragamnya disibakkan ke atas oleh Pak Doni, pria itu tersenyum sambil menyibakkan rok seragam Tania.“Kalian kenapa sichhh….??? Koq lemas gitu, padahalkan kalian ini biasanya hot banget……, sampe ngecrot barengan..He he he” Pak Doni terkekeh-kekeh, tangannya menyibakkan rok seragam Velly.

    “Ehhhh….!! ” Pak Doni merasa tersinggung ketika Velly menepiskan tangannya, senyuman mesum mendadak hilang dari wajahnya, sambil menggeram ia bangkit dari kursinya dan

    ”Plakkkkkk!!! “

    “Dengar baik-baik, bapak bisa melakukannya dengan kasar kalau kalian terus seperti ini, dasar murid tidak tahu diuntung, disuruh belajar yang enak-enak malah ngak mau, jarang bapak memberikan kesempatan seperti ini…!!”

    “Jangan pakkk, jangan, tolong….jangan” Tania menahan tangan pak Doni yang melayang hendak kembali menampar wajah Velly.

    “Hmmmmmhhh…….” Pak Doni mencoba meredakan emosinya.

    “Baiklah, nama kamu Tania ya ??” Pak Doni membelai kepala gadis itu, Tania mengangguk kecil.

    “Sekarang coba kamu ciuman dengan Velly, Bapak pengen lihat langsung, pengen nonton lesbian live show, hehehe….”

    Tania menekan perasaannya, kemudian bibirnya mengejar bibir Velly, nafas Velly memburu antara marah dan nafsu yang perlahan-lahan mulai menggoyahkan, menghancurkan rasa marah dan kebencian dihatinya. Sang nafsu mengupas kemudian membasuh rasa marah di hati Velly, perlahan-lahan sang nafsu melemparkan jauh-jauh rasa risih yang mengganjal di dalam hati kedua pasangan lesbi itu, Pak Doni tersenyum kemudian duduk kembali di atas kursinya, berkali-kali kepala sekolah bejat itu menelan ludah ketika menyaksikan Tania dan Velly saling melumat dengan mesra

    “Ckkk Ckkkk.. Ckkkkk…..” suara bibir kedua muridnya yang cantik terdengar saling berdecakan ketika mereka saling melumat dan mengulum.

    “Ha Ha Ha.., wahh,!!, Ck ck Ck ” Pak Doni berdecak kagum sambil menatap tajam dua pasang paha kedua muridnya yang putih dan mulus, tangan kirinya bermain dipermukaan paha Tania sedangkan tangan kanannya bermain di permukaan paha Velly. Posisi kedua kaki yang merapat itulah yang sengaja dimanfaatkan oleh Pak Doni untuk meloloskan celana dalam kedua muridnya.

    Tangan Pak Doni memaksa kedua paha Velly untuk mengangkang, ia menatap wajah Velly dengan tatapan sinisnya, kepala sekolah bejat itu merasa di atas angin karena Velly hanya terdiam pasrah tanpa daya, menatapnya dengan tatapan putus asa.

    “Awwww…..!! ” Velly memiawik kaget ketika jari tangan Pak Doni mengusap selangkangannya yang mengangkang, tubuhnya tersentak seperti tersengat listrik merasakan usapan kurang ajar itu.

    Wajah Velly merah padam, baru pertama kali ini selangkangannya dielus oleh jari tangan laki-laki, bahkan kini jari-jari itu mulai menghampiri selangkangannya kembali, nafas Velly semakin berat, berkali-kali Velly merasakan tubuhnya menggigil , dan merinding hebat.

    “Nah Velly, coba sekarang kamu buka bajunya Tania…” Pak Doni memerintahkan Velly, perlahan-lahan ia melaksanakan perintah Pak Doni, tangannya mulai melepaskan kancing baju seragam Tania kemudian menarik lepas baju seragam temannya.

    “Sekarang buka BH-nya….” Pak Doni memberikan instruksi lebih lanjut dan Velly melaksanakan instruksi Pak Doni, Tania merapatkan kedua kakinya sambil menyilangkan tangankirinya di depan dada berusaha menyembunyikan buah dadanya yang terekspose dengan bebas, sedangkan telapak tangannya yang satunya lagi berusaha menutupi wilayah intimnya.”bagus.., bagus.. Ha Ha Ha” Pak Doni tertawa senang.

    “Nah, Sekarang giliran Tania….., Buka baju ama BH-nya Velly…” Pak Doni meleletkan lidahnya ketika Tania mulai melaksanakan instruksinya.

    “Luar biasa….!!” mata Pak Doni berbinar-binar menatap keindahan tubuh Velly dan Tania.

    Tangan Pak Doni mencekal pergelangan tangan Velly dan Tania kemudian menyuruh mereka untuk berlutut di sisi kanan dan kirinya.

    “Oke.., sekarang biar bapak ajarkan, mata pelajaran pertama yang sangat penting bagi kalian berdua, yaitu belajar menservice penis laki-laki, ” Pak Doni cengengesan dengan wajahnya yang menyebalkan.

    “Seperti biasa dan pada umumnya sebelum belajar kita harus membuka buku terlebih dahulu, sebab bagaimana kita mau belajar kalau bukunya tidak kita buka, iya tohh…, nah, karena ini tentang penis, maka bapak sarankan kalian mulai membuka celana bapak… ayooo tunggu apa lagi sih!!! “Pak Doni membentak karena Tania dan Velly tidak menyimak pelajaran darinya.

    Mereka saling berpandangan kemudian perlahan-lahan mereka mulai membagi tugas, Velly membuka ikat pinggang Pak Doni sedangkan Tania menarik resleting celananya “Srerrtttt…..!! ” , bersamaan mereka menarik celana panjang Pak Doni sampai terlepas, kini hanya celana dalam itu sajalah yang menutupi selangkangan Pak Doni.

    Velly dan Tania memalingkan wajah mereka ketika Pak Doni meraih sesuatu dari balik celana dalamnya. “Sekarang kita mulai pelajaran kedua dengan topik, tanpa keberanian maka semuanya sia-sia, oleh karena itu dalam pelajaran kedua ini kalian harus berani mempergunakan mata kalian, coba lihat benda Bapak yang hebat ini HE HE HE”

    “Ayo Tania jangan malu gitu dong ahh, harus berani kaya Velly…” Pak Doni membujuk Tania agar mau menatap batang kemaluannya.

    “Ihhhh…gede amat….” Tania tanpa sadar mengungkapkan isihatinya.

    “Nah sekarang , selain sebagai alat perasa lidah juga mempunyai fungsi lain, demikian pula dengan fungsi mulut kalian selain untuk makan tentu ada gunanya….juga dalam pelajaran yang satu ini,, julurkan lidah kalian…” Pak Doni tersenyum sambil menekankan kepala Velly dan Tania kearah batang kemaluannya.

    “Nahhh…, Ayo belajar baik-baik, dijilat, dihisap…, diciumin….” Pak Doni menyandarkan punggunya bersandar pada kursi empuknya. Sesekali terdengar suara Tania dan Velly yang terbatuk-batuk, mereka belum terbiasa menghirup aroma kemaluan pria yang menyengat.

    “Bagus, cukup pandai.., ” Pak Doni mengelus-ngelus kepala Velly dan Tania, bergantian mereka mengecup-ngecupi buah zakar Pak Doni, lidah mereka terjulur-julur keluar menjilati permukaan batang kemaluan Pak Doni yang berwarna hitam kecoklatan.

    “Nahh, ini juga dicobain.., kamu pasti suka…” Pak Doni menekan kepala Tania sambil menjejalkan kepala kemaluannya, sementara Velly menatap Tania yang sedang menghisap-hisap kepala kemaluan Pak Doni, mulut Tania bedecakan ketika melumat-lumat puncak kepala kemaluan Pak Doni, sementara kedua tangan Tania menggenggam penis Pak Doni yang besar.

    “Taniaaaaa, jangan serakah gitu dong, ayo biar sekarang Velly yang nyicipin ****** Bapak…..”

    Tania melepaskan kemaluan Pak Doni kemudian menyodorkannya pada Velly, sebentar Velly menatap kepala kemaluan Pak Doni sebentar kemudian menolehkan wajahnya menatap Tania seolah-olah bertanya seperti apa rasanya. Tania menganggukkan kepalanya seolah meyakinkan Velly kalau mainan baru yang satu ini ternyata sangat mengasikkan. Perlahan lidah Velly terjulur keluar dan memijati kepala kemaluan Pak Doni sebelum memasukkannya ke mulut, Hmmmmm ternyata seperti inilah rasanya kepala penis laki-laki, asin, kenyal,dan gurih. Bergantian Tania dan Velly menservice kemaluan Pak Doni, mulai dari buah zakar, batang kemaluan dan juga kepala kemaluan Pak Doni.

    Pak Doni menarik tubuh Tania kemudian membaringkannya kembali di atas meja, tangannya mendekap pinggul Tania dan menggusup pinggul gadis itu sampai posisi vagina gadis itu pas untuk disodok oleh batang kemaluannya, kepala sekolah bejat itu kemudian sibuk berusaha melakukan penetrasi pada lubang vagina Tania yang masih rapat.

    “Aaaakkhhh……!! ” Tania membeliakkan matanya ketika merasakan batang kemaluan Pak Doni mulai terbenam, membelah jepitan vaginanya dengan perlahan-lahan.

    “Arhhhhh………, Owwwww….. Hkk Hkkkk” Tania menolehkan kepalanya kesamping ketika merasakan seseorang menggenggam lembut tangannya.

    “Vellyyyyy….,Ahhhh.., “Tania memiawik sambil menggenggam erat tangan Velly ketika merasakan kepala kemaluan Pak Doni merobek-robek selaput perawannya, Velly membelai-belai kepala Tania, berusaha menenangkan Tania yang sedang diperawani oleh Pak Doni.

    Pak Doni terkekeh-kekeh sambil semakin dalam membenamkan batang kemaluannya sampai mentok kemudian ditariknya perlahan-lahan kemudian disodokkannya masuk sekaligus kedalam jepitan vagina Tania.

    “Pelan-pelan Pakkk, ” Velly memohon memelas pada Pak Doni, agar Pak Doni menyetubuhi Tania dengan lebih lembut.

    “Boleh, tentu boleh…!! Tapi… syaratnya kamu juga harus ikut ngegarap Tania…., kalo nggak Bapak sodok dia kayak gini !! Hihhhhh…..!! ” Pak Doni menggenjot vagina Tania dengan kasar sampai Tania memiawik – mekik kesakitan.

    “Jangan…!!, Jangannnn Pakkkk!!, Saya lakukan…..” Tangan Velly menahan gerakan pinggul Pak Doni yang sedang menggenjot-genjot vagina Tania.

    Pak Doni tersenyum-senyum ketika Velly mulai duduk di pinggiran meja menghadap ke Tania yang terlentang pasrah, tangan Velly mengelus-ngelus payudara Tania, diusapnya payudara Tania sampai gadis itu menggeliatkan tubuhnya karena kegelian.

    “Veil…” gadis itu merintih lirih ketika merasakan remasan-remasan lembut pada gundukan buah dadanya,

    ”Ahhhh…………… ” Tania mendesah ketika merasakan tangan Velly mencubit putting susunya kemudian mulai menarik-nariknya dengan lembut, sementara Pak Doni mulai mengayunkan batang kemaluannya dengan lembut. Ditekankannya batang kemaluannya yang besar dan panjang itu dalam dalam kemudian perlahan-lahan kembali ditariknya sampai sebatas leher penis kemudian ia kembali menekankan batang kemaluannya dalam-dalam sampai mentok.

    “Ahhh…, Ahhhhhhh, Velly” Tania merintih sambil mendekap kepala Velly yang sedang mencumbui puncak payudaranya.

    Mulut Velly mengecupi buntalan payudara Tania yang padat dan kenyal, lidahnya terjulur keluar menjalari permukaan payudaranya kemudian menjilati puttingnya sebelum melumat dan mengenyot-ngenyot puncak payudara Tania dengan kuat. Serangan Velly di buah dadanya dan juga genjotan-genjotan lembut Pak Doni akhirnya meruntuhkan dinding pertahanan Tania, dinding itu jebol ketika denyutan-denyutan kenikmatan menerjang tanpa ampun.

    “Ahhh… Crrr Crrrrr.. Crrrr…..” Tania memejamkan matanya, Velly agak tercekat ketika menatap Tania, bibirnya agak terbuka sambil mendesis pelan “Ohhhhhhh, nikmatnya……….”

    Tania tidak lagi merintih kesakitan ketika Pak Doni mulai melakukan genjotan-genjotan yang agak kuat dan kencang, “Crepppp… Crepppp… Creppppp…” Benda besar dan panjang itu keluar masuk membelah vagina Tania

    “Ahhhh Ahhhh Ahhhhh Awwwww….” Tania memiawik – mekik kecil keenakan, tusukan-tusukan pak Doni terasa semakin nikmat, terkadang ia menjerit keras dengan liarnya.

    “Taniaa ??!! ” Velly tercengang , Tania yang ia kenal tidak seperti ini, Ohh, kenapa ? apakah tusukan-tusukan batang kemaluan Pak Doni yang membuat Tania berubah menjadi liar seperti ini ???

    “Ennnhh Ennnnh Ennnhh… Aaaaaaa” Tania semakin keras merengek ketika Pak Doni semakin kuat menggenjot-genjotkan penisnya.

    “Arhhhhh….!! “Tania mengerang keras ketika penis Pak Doni mengaduk-ngaduk vaginanya, pria itu tampak semakin bernafsu menyodok-nyodokkan batang kemaluannya.

    “Oahhhhhhh…., Hshhhhhhhh……Hshhhhhh” Tania mendesis-desis, sungguh sulit menahan nikmatnya sodokan-sodokan penis Pak Doni yang membuat Tania berkali-kali terperanjat seperti terkena sengatan listrik tegangan tinggi, dan pada sentakan terakhir ia memiawik kecil

    “Ahhhhh…, Pak Doninnn, Crrr Crrrrr…….” tubuh Tania mengejang beberapa detik sebelum akhirnya terkulai dengan lemas, Pak Doni menghela nafas panjang sambil meremas-remas buah dadanya, kepala sekolah bejat itu menarik batang kemaluannya dari dalam jepitan vagina Tania. “Plophhhh”

    “Velly.., sekarang giliran kamu he he he” Pak Doni memerintahkan Velly agar duduk di atas kursi empuknya.

    “Ayooo…, ngak apa-apa koqq…” Pak Doni membimbing Velly dengan paksaan, dibukanya kedua lutut Velly agar mengangkang ke samping, gadis itu berusaha mengumpulkan keberaniannya ketika kepala Pak Doni menunduk dan mendekati wilayah intimnya, Velly merasa risih ketika merasakan hembusan-hembusan nafas pak Doni yang memburu menerpa permukaan vaginanya.

    “AHHHHH…!! ” Velly tersentak ketika merasakan sebuah jilatan dibibir vaginanya, tubuhnya menggigil hebat ketika merasakan ulasan-ulasan lidah Pak Doni menjilati dan mengorek-ngorek belahan vaginanya.

    “Slllcckkkk….Sllllcccckkkkk… Slllccckkkkk!! “

    “Ennnhhhhhh……” Tubuh Velly kelojotan ketika mulut Pak Doni tiba-tiba mengenyot-ngenyot bibir vaginanya “Uhhhhh!! Crrrr Crrrr Crrrrr” Cairan kenikmatan itu berdenyut berkali-kali dan semuanya habis dikenyot dan ditelan oleh Pak Doni.

    “He he he…, Nyamm, Gurih…, Ehmmm” Pak Doni mengangkat kepalanya ,

    Velly terdiam dengan wajah merah padam, ketika si kepala sekolah bejat itu berhasil membuatnya mencapai puncak klimaks.

    Velly menolehkan kepalanya ke kiri ketika Pak Doni mulai mengarahkan batang kemaluannya pada bibir vaginanya, Velly merintih ketika merasakan gesekan-gesekan kepala kemaluan Pak Doni yang menggeseki belahan vaginanya.

    “AHHHHH………!! ” gadis itu memejamkan matanya rapat-rapat ketika merasakan belahan vaginanya dipaksa melar pada saat kepala kemaluan Pak Doni mulai melakukan penetrasi, tubuhnya melenting kemudian terhempas begitu saja.

    “Hsssshhhhh…… Awwww…..!! “Velly menatap Wajah Pak Doni sambil berusaha menahan gerakan pinggul Pak Doni, Pak Doni tertawa senang sambil menikmati jepitan vagina Velly pada leher penisnya.

    “Uuuuhhhh……” bibir Velly meruncing ketika merasakan penis Pak Doni mulai menekan untuk masuk lebih dalam, Velly menggeliat-geliat resah, bibirnya terus mendesis-desis tanpa henti.

    “Awwww…., Aduhhhhh……” Velly mengernyit kesakitan ketika kepala kemaluan Pak Doni bersuka ria merobek-robek selaput daranya,

    Sambil meremas induk payudara Velly, Pak Doni menyentakkan batang kemaluan kuat-kuat.”Owwwww……!! “Velly terkulai lemas di atas kursi empuk dengan sebatang penis Pak Doni yang besar dan panjang tertancap dalam-dalam di lubang vaginanya. Air mata meleleh dari sudut matanya, gadis itu terisak menangis sambil menatap wajah Pak Doni, betapa menyebalkannya wajah pria itu, dasar bajingan!! keparat!!

    Velly mengumpat dalam hati.

    Pak Doni menarik penisnya perlahan-lahan kemudian kembali disodokkannya sekaligus, bibir vagina Velly sampai terlipat kedalam ketika batang kemaluan yang besar dan panjang itu menyodok masuk dengan paksa.

    “Hemmmppphhh…..” Velly bertahan agar dirinya tidak berteriak, ia tidak ingin si keparat ini terkekeh senang mendengarnya memiawik-mekik tanpa daya dalam genjotan-genjotan batang kemaluannya.

    Pak Doni menggeram kemudian semakin kasar dan liar menarik dan membenamkan batang kemaluannya, begitu kasar, liar dan brutal,

    “Clepp.. Cleppp Cleppp….”

    “Oawwwww….!! Ampunnn… Pakkkk!! Ampunnnn Ohhhhh” Velly tidak sanggup lagi menahan genjotan-genjotan kasar Pak Doni, Pak Doni malah semakin mempercepat genjotannya, sambil sesekali tertawa senang mendengarkan jeritan-jeritan kecil Velly.

    “HHhhsshhh…..” Velly berusaha mengambil nafas sebanyak mungkin ketika Pak Doni membenamkan batang kemaluannya dalam-dalam dan berhenti bergerak, kedua tangan Pak Doni meremasi induk payudara Velly yang sudah basah oleh lelehan cairan keringat, dijepitnya putting susu gadis itu kemudian dipilin-pilinnya putingnya yang sudah meruncing keras. Pak Doni mencekal tungkai lutut Velly sebelah bawah dan mendorong sambil mengangkangkan kedua kaki gadis itu. Posisi kaki Velly mirip huruf “M” yang sangat indah. Velly meringis ketika Pak Doni menarik kembali batang kemaluannya, gadis itu tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

    “Ahhh, AHHHH, Owwww…! Owwwww!” Tubuh Velly tersentak-sentak dengan kuat ketika Pak Doni kembali menggenjot-genjot kasar lubang vagina Velly yang seret dan sempit.

    “Ahhhh, kenapa ini ??, Ohh, Ampun, enak bangetttt…..” Velly membatin ketika merasakan genjotan-genjotan Pak Doni yang kasar dan brutal terasa semakin enak. Apa ini yang dirasakan oleh Tania, Hmm, pantesan Tania malah mendesah-desah keenakan ketika digenjot-genjot oleh batang kemaluan Pak Doni.

    “Ahhhh… Pak Doninnn, Ahhhhhh….” Velly menatap sayu wajah Pak Doni, menatap laki-laki gemuk itu mengayunkan batang kemaluannya yang besar dan panjang.

    “He He He, Gimana pelajaran khusus dari bapak ?? rasanya enak bukan ?? Kamu harus bersyukur dan berterimakasih sama Bapak, nggak semua murid perempuan mendapatkan kesempatan emas ini !!!, Cuma yang cantik-cantik aja, HA HA HA HA” Pak Doni mencekal pinggang Velly kuat-kuat kemudian menghentak-hentakkan batang kemaluannya dengan liar dan brutal sampai Velly melolong panjang “Owwwwww…………hhhhhh”

    “Hemmmmmffffff… Ucchhhhh….?” Velly mendesah-desah ketika tiba-tiba lubang vaginanya berkedut-kedut dengan nikmat, ada sesuatu yang keluar tanpa dapat ditahan atau dicegah, semuanya terjadi begitu saja, begitu lega, nyaman, kenikmatan itu membuat Velly merinding.”OHHH…, nikmat banget sichhh……” tanpa sadar Velly mendesis lirih.

    Pak Doni meraih pundak Velly kemudian menarik tubuh gadis itu ke arahnya sambil melakukan kocokan-kocokan lembut. Kepala sekolah bejat itu menciumi bibir Velly yang terus mendesah-desah, sesekali dilumatnya bibir gadis itu.

    “ckkkk… Ckkkk… Cllllkkkkk, Ohhh,, Hsshhh Ahhh Ckkkk..”

    Suara decakan-decakan itu bercampur dengan desahan dan rintihan Velly yang semakin manja dan menggairahkan.Pak Doni menolehkan kepalanya pada Tania yang sedang duduk di pinggiran meja sambil menonton perbuatan mesum antara Pak Doni dan Velly.

    “Tania sini…” Pak Doni memanggil Tania, perlahan-lahan Tania mendekati pak Doni.

    Kepala sekolah bejat itu menarik pergelangan tangan Tania agar gadis itu ikut berlutut disamping tubuhnya yang gembrot, dengan santai lengan Pak Doni melingkari pinggang Tania, setelah mengecup pipi Tania, Pak Doni kembali menggenjotkan batang kemaluannya menerjang lubang vagina Velly. Velly menatap Tania dengan tatapan matanya yang sayu, berkali-kali bibirnya mendesah-desah lembut, terkadang mengerang lirih, nafas Tania semakin memburu, gadis itu menundukkan tubuhnya dan mengalungkan kedua tangannya pada leher Velly. Dengan lembut Tania melumat bibir Velly.

    “Ha Ha HA…, Bagus, Bagus….! ” Pak Doni tertawa senang, sambil menatap kedua muridnya yang lesbi saling berpelukan dan berciuman dengan mesra, kepala sekolah bejat itu menatap pantat Tania yang agak menungging di sisinya, sambil mengocok vagina Velly Pak Doni mencari cari kelentit Tania.

    “Offffffhhh…, Ahhhh, Ahhhh Ckk Ckkk….” Tania mendesah-desah ketika merasakan kelentitnya diurut-urut oleh Pak Doni, sementara Velly mendesah resah karena lubang vaginanya terus digenjoti oleh si keparat Doni.

    “Ahhhh Ahhhhh… Pak Doninn…..”

    “Aduhhh… duhhhh Ahhhhhh… Awwww”

    Rintihan-rintihan kedua murid yang cantik itu terkadang disela oleh suara tawa pak Doni yang terkekeh-kekeh keenakan, erangan dan desahan-desahan manja semakin sering terdengar dari bibir mereka.

    “Aaaaa…. Hemmmm CRRTTT CRRRRTTT”

    “Aduhhhh… AAAAAAA…. Crrr Crrrrr…….”

    Pak Doni semakin pede ketika berhasil merobohkan kedua muridnya yang cantik sekaligus. Ia lalu mencabut batang kemaluannya.

    “Ehmmm, He he he…..kalian haus??” Pak Doni bertanya pada kedua muridnya, Tania dan Velly menganggukkan kepala sambil menatap dengan pandangan memohon.

    “Ayo kalian bersujud di depan ****** Bapak….” tangan kanan Pak Doni berkacak pinggang sedang kan tangan kirinya memegang sebotol teh botol yang sudah dibuka, perlahan-lahan Tania dan Velly berlutut di hadapan penis Pak Doni.

    “Kalian boleh minum tapi harus lewat ****** Bapak, ya itung-itung ngerasain teh botol rasa baru,” Pak Doni memiringkan teh botol ditangannya tepat pada Batang Penisnya yang sengaja diarahkan pada wajah kedua muridnya yang cantik.

    Tania dan Velly terdiam sambil menatap sedikit air teh yang mengucur di ujung kemaluan Pak Doni, antara rasa haus dan harga diri, itulah yang harus dipilih oleh mereka.

    “Gluk… Ceglukk…” berkali-kali Velly dan Tania menelan ludah berusaha membasahi kerongkongan mereka yang terasa kering dan panas sedangkan sedikit air teh yang mengucur di ujung penis Pak Doni begitu menggoda mereka.

    “Slccckkk… Slllccckkkk,, Glekkk,,, Srrrrrrpppp… Srrrpppp” Velly langsung menyeruput air teh yang mengucur di ujung penis Pak Doni, untuk mengghilangkan rasa dahaga yang menyiksanya.

    “HA HA HA HA HA HA…..” Pak Doni tertawa senang, suara tawanya semakin keras ketika Tania mengikuti jejak Velly.

    “Buka mulut kalian lebar-lebar….” Pak Doni memerintahkan agar Velly dan Tania membuka mulut mereka, ia mengarahkan kepala kemaluannya pada mulut Tania yang ternganga, kemudian menuangkan air teh melalui batang kemaluannya

    “Cerrrrrrr………” terdengar suara air teh yang sedang mengisi rongga mulut Tania, selesai mengisi mulut Tania, Pak Doni mengarah kepala kemaluannya untuk mengisi rongga mulut Velly.

    “Glukkk… Glukk”

    “Ceglukk…. Gluk”

    Tania dan Velly yang kehausan menelan air teh di rongga mulut mereka, pak Doni berulang kali mengisi mulut kedua muridnya yang terus menganga kehausan.

    “Nahhh, gimana rasanya ?? teh botol rasa ****** , HA HA HA” Pak Doni tertawa terbahak-bahak, ada sensasi tersendiri ketika melecehkan kedua muridnya yang cantik.

    Pak Doni mencekal pergelangan tangan kedua muridnya dan menarik mereka berdua berdiri, “Nahhhh , kalian sudah belajar dient*t dan terus terang, Bapak sangat salut pada kalian berdua, memiaw kalian rasanya enakk banget…, seret, peret pisannn…, top abis dahhhh….!! TWO THUMB UP BUAT memiaw KALIAN !! ” (Hemmmmm??? Waduh….kayaknya istilahnya familiar amat ^^ )

    “Setelah pelajaran dient*t, kurang sreg rasanya jika kalian tidak belajar untuk melakukan pembalasan…., nah ini dia pelajaran selanjutnya, kalianlah yang harus belajar ngent*tin Bapak…. He he he…..” Pak Doni menarik Velly dan Tania ke arah kursi sofa panjang di ruangan kepala sekolah yang biasanya dipakai untuk menjamu tamu.

    Tubuh Pak Doni duduk santai di atas kursi sofa, Velly dan Tania saling berpandangan. Harap-harap cemas, berharap untuk kembali menggapai puncak kenikmatan namun cemas menghadapi sodokan-sodokan maut pak Doni.

    “Nah, Tania…, Coba kamu naik kemari,”

    Tania menaiki tubuh Pak Doni, kedua tangannya berpegangan pada bahu pak Doni untuk menjaga keseimbangan tubuhnya, Posisi Tania Mirip seperti Orang yang sedang berjongkok untuk buang air kecil.

    “Oke, sekarang kamu dudukin kepala ****** Bapak Pakai memiaw Kamu…, Ayooo…, jangan ragu-ragu….”Pak Doni membantu dengan menarik pinggang Tania untuk turun.

    “Sllllleeeeeppppphhhhh ” Perlahan-lahan kepala kemaluan Pak Doni kembali membelah vagina Tania. “Aaakkhhh….” kepala Tania terangkat keatas sambil mendesah panjang merasakan batang kemaluan Pak Doni kembali tertancap di lubang vaginanya, Tania berusaha menekankan vaginanya ke bawah, lelehan keringat kembali bercucuran membasahi tubuh gadis itu.

    “Sekarang kamu ayun-ayunkan pinggul kamu… Ayoo…” Pak Doni menanti aksi Tania selanjutnya, sambil menggigit bibir Tania mulai bergerak mengayun-ngayunkan pinggulnya.

    “Lebih cepat !!.. Lebihhh kuatttt….!! ” Pak Doni menyemangati Tania agar lebih aktif lagi melakukan Pr-nya.

    “Ayoo,,, terusss,,!! perkosa Bapak, Tania…,!!” Pak Doni membantu Tania dengan menarik-narik pinggulnya untuk turun dengan lebih cepat dan kuat.

    “Pakkk… Doninnn!! Enakkkk…, Pakkkkkk….” Tania menjerit liar, sambil menghempas-hempaskan pinggulnya dengan lebih cepat.

    Payudara Tania yang membuntal padat bergerak-gerak dengan indah di dadanya, Pak Doni Langsung mencaplokinya bergantian dari yang kiri dan yang kanan.

    “Utsssss….!! Crr Crrr Crrrr…..” gerakan Tania tiba-tiba terhenti, tubuhnya mengejang , Tania merintih lirih dan terkulai lemas dalam dekapan Pak Doni.

    Pak Doni mendorong tubuh Tania kesamping kanan, gadis itu bersandar lemas dengan posisi kedua kakinya sedikit mengangkang.

    “Ayo.., Velly sekarang kamu yang berlatih….”

    Pak Doni terkekeh-kekeh sambil membantu memegangi pinggang Velly yang berusaha menaiki tubuh Pak Doni yang gembrot.

    Nafas Velly memburu kencang ketika merasakan kepala kemaluan Pak Doni yang tidak tahu malu itu kembali menerobos Belahan Vagina gadis itu.

    “Ahhhh…. Hsssshhhhhhh…..” Velly mendesis, tubuhnya melenting ke belakang sehingga buah dadanya semakin menonjol, sebuah kesalahan fatal karena Pak Doni justru memanfaatkan moment tersebut untuk mencaploknya, rakus sekali pria itu melumat-lumat payudara Velly yang segar sampai itu sepuas-puasnya.

    “Nahhh, ayoo, mulai berlatih…!! ” Pak Doni sudah tidak sabaran ingin mewariskan pelajaran penting untuk Velly.

    “Susah Pakkk, susahhhhh…..” Velly tampak kesulitan

    “Makanya jangan terlalu tegang begitu santai saja…. Ayo coba lagi…Bapak yakin kamu bisa melakukannya !! “

    “Hsssshhh… Ahhhhh Haaaaasssshhhh….” Velly mulai dapat melakukan tugasnya dengan baik, bahkan lebih pandai dari Tania karena Velly tampak lihai menggoyang-goyangkan pinggulnya seperti orang main hulahop.

    “Wahhhhh…, rupanya kamu punya bakat terpendam!! ” Pak Doni tersenyum sambil meremas buah dada Velly.

    “Ahh Ahhh Ahhh….” Velly mulai belajar untuk menghempas-hempaskan pinggulnya, gadis itu menjerit-jerit liar sambil merengek-rengek manja

    “Wahhh…, kamu nangtang Bapak rupanya..,,, Baik bapak layani…!!” Pak Doni menyodokkan batang kemaluannya ke atas ketika Velly menghempas-hempaskan vaginanya kebawah.

    “Ohhhh…., Pakkkk!!, Lebih kerassss….!! Ahhhhh terusss Pakkk…” Velly sudah kehilangan jati dirinya, yang ada hanyalah kenikmatan demi kenikmatan yang terasa ketika vaginanya disodok-sodok oleh batang kemaluan Pak Doni.

    “AHHHHH……!! Crrr Crrrr” Velly mengalungkan kedua tangannya pada leher Pak Doni sambil menghempaskan vaginanya kebawah kuat-kuat, nafasnya tersendat-sendat ketika cairan-cairan kenikmatan itu berdenyut keluar.

    Velly menolehkan kepalanya ke belakang ketika merasakan pinggulnya di dorong ke samping oleh seseorang, rupanya Tania ingin melanjutkan permainan barunya. Velly sedang asik-asiknya menonton Tania yang sedang menghempas-hempaskan pinggulnya dengan liar ketika terdengar bunyi

    “Cklekkk…..!!”

    “Owww….!! ” Velly dan Tania berseru terkejut ketika seseorang menerobos masuk diikuti beberapa orang guru di sekolah itu.

    “Ohhhh…, Pak Jokogg….!! Silahkan….” Pak Doni mempersilahkan Pak Joko untuk masuk.

    “Wahhhh…, lagi asik rupanya, Maaf nih saya jadi menggangu Pak Doni ” Pak Joko menutup kembali pintu ruangan itu.

    “Ohhh, Tidak apa…, saya justru senang Pak Joko mau ikut bergabung, dan memberikan informasi penting tentang korban kita berikutnya… he he he” Pak Doni terkekeh-kekeh sambil meremas-remas buah pantat Tania.

    Tampaknya akan segera terjadi pertempuran tidak seimbang, antara Tania dan Velly melawan Pak Doni cs. Setelah mengunci pintu Pak Dadang, Pak Ahmad, Pak Djono dan Pak Joko mulai melepaskan pakaian mereka masing-masing, Empat batang kemaluan teracung-acung mendekati mangsa mereka.

    Pak Djono menggesek-gesekkan kepala penisnya pada belahan pantat Tania yang halus lembut. Pak Doni terkekeh – kekeh sambil mendekap punggung Tania kuat-kuat agar posisi Tania lebih menungging. Pak Djono menekankan kepala kemaluannya kuat-kuat pada lubang anus Tania. Gadis itu mengerang, lubang anusnya mengkerut ketakutan sehingga kepala kemaluan Pak Djono sulit melakukan penetrasi.

    “Hemmmm,masih susah…He he” ujung jempol kanan Pak Djono menekan kuat-kuat pinggiran anus Tania berusaha agar lingkaran anus gadis itu sedikit melar dan merekah, kemudian tangan kiri Pak Doni mengarahkan ujung kemaluannya pada lubang anus Tania dan menekan lubang yang sedikit merekah itu kuat-kuat.

    “AWWWWWW….!” Tania menjerit keras kesakitan ketika dengan satu sentakan yang kuat kepala kemaluan Pak Djono menjebol lubang duburnya,

    “Arrrhhhhh… Arhhhhhhh…. Errrrhhhhhh” Tania berulangkali ketika Pak Djono menekankan batang kemaluannya lebih dalam menyodomi lubang anus Tania.

    “Hegghhhhh…..” Mata Tania membeliak kemudian terpejam rapat disertai rintihan-rintihan kecil ketika merasakan batang kemaluan Pak Djono memasuki lubang anusnya lebih dalam dan lebih dalam lagi, sampai akhirnya pantat Tania bergesekan dengan perut Pak Djono.

    “Ahhh Ahhh Ahhhh Ahhhh….” Terdengar suara-suara menggairahkan dari bibir Tania ketika dua batang kemaluan itu berlomba menyodok-nyodok lubang vagina dan lubang anusnya.

    “Creppp Creppp Crepppp….”

    “Plokkk… plokkkk… Plokkkk” Suara lubang vagina dan lubang anus Tania yang sedang dikocok habis-habisan oleh batang kemaluan Pak Doni dan Pak Djono.

    Pak Joko mencekal pergelangan tangan Velly dan menarik gadis itu untuk berdiri, kedua tangan Pak Joko membelit pinggangnya kemudian dengan nafsu yang menggelegak bibir Pak Joko mencaplok bibir gadis itu, tubuh Velly melenting-lenting ke belakang ketika Pak Joko melumat dan mengulum-ngulum bibirnya, Velly mendorongkan kedua tangannya pada bahu Pak Joko, murid cantik itu berusaha melepaskan lumatan Pak Joko dari bibirnya, setelah berusaha beberapa saat…..

    “Auhhhh… Ohhhh… Hmmmm Hmmmmm” bibir Velly akhirnya terlepas dari lumatan Pak Joko yang ganas dan liar, namun hanya sesaat sebelum akhirnya bibir Velly kembali menjadi bulan-bulanan Pak Joko.

    “Hemmm… Mhhh… Mmmmmhhhhh” kali ini Velly lebih sulit untuk melepaskan bibirnya karena tangan kiri Pak Joko menekan belakang kepala gadis itu kuat-kuat, Pak Joko yang atletis, berotot, dengan kulitnya yang kecoklatan mendekap erat-erat tubuh Velly, sambil terus melakukan lumatan-lumatan dan kuluman kuluman mautnya, sampai hati Pak Joko puas.

    “Uhhhh….” Velly pasrah ketika tangan Pak Joko yang kekar mendekap pinggulnya kemudian mengangkatnya keatas, Pak Joko yang berotot mirip Ade Rai mendesakkan tubuh Velly kesudut ruangan. Tubuh Velly tergantung di udara, posisi buah dada Velly pas banget di hadapan wajahnya.

    Perlahan-lahan Pak Joko menjulurkan lidahnya dan menjilat lembut putting susu Velly yang berwarna pink kecoklatan. Nafas Velly semakin tidak beraturan ketika merasakan jilatan-jilatan Pak Joko yang lembut bergantian di kedua puncak payudaranya, mengulas-ngulas putting susunya dan sesekali memutarinya

    “Ohhh, Pakkk… Ahhhh!!” Velly mendesah ketika merasakan mulut Pak Joko mencaplok kemudian menghisap lembut puncak payudaranya sebelah kanan mulut, gerakan mulut Pak Joko tampak seperti sedang mengunyah payudara Velly bergantian dari yang kanan ke yang kiri.

    Sambil tersenyum pak Joko merebahkan tubuh Velly di meja, disibakkannya kedua kaki gadis itu agar mengangkang.

    “OHHHHH…!!!….” Velly bergidik ngeri menatap kemaluan Pak Joko, kalau soal panjang sih kurang lebih sama dengan panjang kemaluan Pak Doni namun yang mebuat Velly bergidik ngeri adalah bulatan batang kemaluan Pak Joko yang hampir dua kali lipat bulatan kemaluan Pak Doni,

    “Ahhhh….” punggung Velly sampai terangkat kemudian terhempas kembali ketika merasakan kepala penis Pak Joko mulai menekan berusaha membongkar jepitan vaginanya, agak lama juga Pak Joko berusaha

    “EENNNNHHHHH… AWWWWW….!! ” nafas Velly tertahan-tahan ketika kepala kemaluan Pak Joko tiba-tiba mencelat masuk.

    “Ha HA Ha, Akhirnya masuk juga, hajar langsung..!! “

    “Ayo Pak Joko sodok yang kuat…!!”

    Pak Dadang dan Pak Ahmad menyemangati Pak Joko. Pak Joko menatap Velly yang tergolek tanpa daya sambil menatap padanya dengan pandangan mata yang memelas.

    “Aduhh….Awwwww, Essshhhhhhhh, Owwwww.” Velly mengaduh ketika Pak Dadang dan Pak Ahmad meremas-remas buah dadanya dengan kasar, kemudian mencubit kuat-kuat putting Velly sampai ia merintih-rintih kesakitan.

    “Hmmmmm… ” kening pak Joko berkerut setelah mencabut batang kemaluannya, Pak Joko meraih tubuh gadis itu kemudian diangkatnya tubuh Velly dengan hati-hati sambil melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.

    “Yahhh, koq dibawa sihh…!!”

    “Lohhh mau ke mana Pak Joko…!!”

    “Mau keluar” Pak Joko menjawab singkat kemudian melangkahkan kakinya menjauhi ruangan kantor Pak Doni,

    “Nahhh…” Pak Joko mendudukkan Velly disalah satu bangku panjang yang terbuat dari kayu, gadis itu menundukkan kepalanya ketika Pak Joko duduk di sebelahnya.

    “Cuphhhh….” dengan lembut Pak Joko mengecup pipi Velly, tangannya merayap ke arah selangkangan Velly kemudian berbisik di telinga gadis itu “Masih sakit ya ??”

    “Atau kamu cape?? ” dengan mesra Pak Joko memeluk tubuh Velly, entah kenapa Velly merasa mendapat perlindungan dari Pak Joko, kalau tidak dirinya pasti sudah dikerjai habis-habisan oleh Pak Dadang dan Pak Ahmad, Velly terisak menangis dalam pelukan Pak Joko.

    “Sudah.. , sudahh, cupphh, cuphhh…” Pak Joko menciumi kening Velly sambil membelai-belai punggung gadis itu dengan penuh perasaan, Velly memasrahkan dirinya dalam pelukan Pak Joko, ada rasa aman ketika Pak Joko yang tinggi dan berotot seperti Ade Rai itu memeluk mesra dirinya, tanpa terasa Velly tertidur dalam pelukan mesra Pak Joko, dengan lembut Pak Joko mengusap-ngusap rambut gadis itu.

    Berbeda dengan Velly nasib Tania lebih mengenaskan, dua batang penis berkali-kali ditancapkan dengan kasar oleh pemiliknya ke dalam lubang vagina dan lubang anus gadis itu, sementara buah dadanya menjadi mainan Pak Dadang dan Pak Ahmad.

    “Ahhhh…, Ohhhhh, ampun Pak Aduhh Awwww…., jangan…!!” Tania meringis-ringis sambil berusaha menepiskan tangan Pak Dadang dan Pak Ahmad yang menggerayangi payudaranya.

    “Ennnngghhh… Aduhhh…!! Crrrtt.. Crrrttttt….!! ” Tania merintih lirih.

    Tubuh gadis itu berkelojotan beberapa saat.

    “HA HA HA, Aduh !!! enak katanya …..” Pak Dadang mengolok-olok Tania.

    “Iya…, pengen terus dirojok…!! “Pak Ahmad ikut meledek sambil meremas induk payudara Tania kuat-kuat.

    “Ooo, begitu ya…, kayak gini? Hihhh….!! ” Pak Doni berkali-kali menyodokkan batang kemaluannya ke atas.

    “Bukan seperti itu Pak Doni, kayak gini baru benar…!! ” Pak Djono tidak mau kalah menggenjot kuat-kuat lubang anus Tania.

    Dua batang kemaluan milik Pak Doni dan Pak Djono berlomba-lomba menusuk, menyodok dan menghajar lubang anus dan vagina gadis itu tanpa mempedulikan Tania yang mengerang-ngerang kesakitan, kedua lubangnya terasa panas akibat dikocok-kocok dengan kasar.

    “Aowwwhhhh… Hekkkk….!!” kepala Tania terangkat ke atas ketika Pak Doni dan Pak Dadang bersama-sama membenamkan batang kemaluannya,

    “Croooorrrrrttt….!! “

    “Kecroooottttt……”

    Gerakan-gerakan brutal itu mendadak berhenti,

    “Wahhh, sepertinya giliran kita nih…! ” Pak Dadang menarik Tania, Pak Ahmad cuma tersenyum kemudian langsung bergabung dengan Pak Dadang.

    Tania dipaksa menungging di atas lantai,

    “Emmmmm, Hemmmmhhh….” mulut Tania terisi penuh oleh batang kemaluan Pak Ahmad sementara Pak Dadang tersenyum sambil menimbang-nimbang, lubang manakah yang sebaiknya disodok, anus atau vagina.

    “Lohhh, Pak Dadang koq malah diam?? hemmp, Ahhhh, sedappnya…!!” tangan Pak Ahmad mendekap kepala Tania sambil memaju mundurkan batang penisnya keluar masuk kedalam mulut gadis itu.

    “Ha Ha Ha, habis saya bingung mau yang mana?? soalnya dua-duanya tampak menggiurkan….tapi ya sudah saya pilih yang ini aja dechhh buat pemanasan” Pak Dadang menggesekkan kepala kemaluannya pada belahan lubang vagina Tania kemudian dengan gerakan-gerakan menyentak ia membenamkan batang kemaluannya, kedua tangannya mencekal kedua pergelangan tangan Tania kemudian menarik tangan Tania kebelakang “Ayo, Pak Ahmad, biar saya bantu… biar Pak Ahmad lebih enak…”

    “Hemmmppphh Hemmmmhhh, Emmmmmm” Tania mendelikkan matanya ketika lubang vaginanya disodok kuat-kuat oleh batang kemaluan Pak Dadang, sedangkan kerongkongannya dirojok oleh batang kemaluan Pak Ahmad.

    Wajah Tania mengernyit-ngernyit, tampaknya ia sangat menderita, sementara kedua guru bejat itu malah terkekeh-kekeh keenakan.

    “Anjinggg…!! Whuaduhhhhh….!! ” Pak Ahmad memaki sambil menarik batang kemaluannya darid alam mulut Tania, kemudian

    “Plakkkkkk…..” Pak Ahmad menampar wajah Tania kemudian menjambak rambutnya, Tania hanya mengerang tak berdaya,

    “Lohhh ?? ada Apa Pak Ahmad ?? ” Pak Dadang bertanya keheranan.

    “Dia ngigit ****** saya…!! Sialan.. Plakkkk…!!!” Pak Ahmad kembali menampar wajah gadis itu kemudian menjambak-jambak rambut Tania.

    “Kurang ajar..!! Berdiri..!! ” Pak Dadang mencabut batang kemaluannya kemudian memaksa Tania untuk berdiri.

    Pak Ahmad mencekal dan mengangkat tungkai lutut kanan Tania sebelah bawah, kemudian “Jrebbbb Jrebbbb.. Jrebbbbbb…, berani kamu ya, Hihhh!! “

    Disodok-sodoknya lubang vagina Tania sekuat tenaga..

    “AWWWW….. AWWWWW…..” Tania menjerit panjang ketika merasakan lubang anusnya dipaksa menerima kehadiran batang kemaluan Pak Dadang. Setelah membantu menopang tungkai lutut kanan Tania, pak Dadang dan Pak Ahmad berlomba marathon merojok-rojokkan batang kemaluan mereka dengan kasar.

    “Murid seperti ini yang harus diajar adat, tidak menuruti nasehat gurunya !!”

    Sesekali Pak Dadang menjambak rambut Tania sambil menggecakkan batang kemaluannya kuat-kuat.

    “Betul Pak Dadang.., Ayo kita kasih pelajaran murid sialan ini !! “Pak Ahmad menghantamkan batang kemaluannya kuat-kuat.

    “Ayo Pak Ahmad kita kocok yang kuat…” Pak Dadang tambah liar.

    “Aduhhh… Ahhhhh… Awwwww, ampun Pakkk ampunnnnn….” Tania mejerit-jerit kewalahan, tubuhnya terjepit tanpa daya di antara tubuh Pak Dadang dan Pak Ahmad, Tania mengerang panjang kemudian terkulai jatuh tidak sadarkan diri.

    Sementara di sebuah bangku kayu panjang, Velly membuka matanya ketika merasakan rasa geli di bibir vaginanya,

    “Emmmm…….” Tubuh gadis itu menggeliat lemah, setelah terbangun dari tidurnya tubuhnya terasa segar. Tangan Velly terjulur membelai lembut kepala Pak Joko yang sedang menjilati bibir vaginanya

    “Ehhh…, Maaf .., tidur kamu jadi terganggu ya ?? ” Pak Joko menengadahkan kepalanya ketika merasakan belaian Velly.

    Velly menggelengkan kepalanya kemudian tersenyum sambil membuka kedua kakinya lebar-lebar

    “Ceglukk..! “Pak Joko menelan ludah, matanya menatap tajam pada belahan vagina Velly yang sedikit merekah, perlahan-lahan Pak Joko kembali menundukkan kepalanya dan mengencup belahan vagina Velly yang merekah.

    “Ahhhhhh……… Pakkk, “Velly mendesah panjang ketika merasakan bibir vaginanya diemut oleh Pak Joko, berkali-kali tubuhnya menggelepar ketika mulut Pak Joko mencaploki vaginanya dengan lembut.

    Tangan Pak Joko menarik bibir vagina Velly kemudian melumat isinya. Cairan kewTaniaan Velly semakin banyak meleleh membasahi lubang vaginanya, pak Joko mulai mengambil posisi sambil mengarahkan batang kemaluannya dan menggesek – gesek lubang vagina Velly yang sudah basah.

    Velly menahan nafas ketika merasakan kepala kemaluan Pak Joko mulai menekan dan berusaha membelah jepitan lubang vaginanya. Kepala Velly terangkat keatas, matanya mengerjap-ngerjap, bibir gadis itu sedikit terbuka merekah ketika perlahan-lahan kepala kemaluan Pak Joko mulai membelah dan menancap di vaginanya. “Haa, Emmmfffhhhh….

    ” Tiba-tiba tubuh Velly mengejang dan terkulai dengan nafasnya yang tersendat-sendat.

    “Sakit ?? ” Pak Joko bertanya, ia membelai rambut Velly

    Sambil tersenyum Velly menggelengkan kepalanya, walaupun vaginanya terasa seperti kram dan ngilu menerima kehadiran batang kemaluan Pak Joko, Velly ingin memberikan yang terbaik untuk Pak Joko.

    Tubuhnya menggeliat-geliat ketika Pak Joko membenamkan batang kemaluannya, sesekali Pak Joko menahan batang kemaluannya ketika Velly meringis, kemudian pelan-pelan ia kembali melanjutkan membenamkan batang kemaluannya sampai mentok, perlahan-lahan Pak Joko mengaduk-ngaduk vagina Velly dan menggecakkan batang kemaluannya mendesak-desak lubang vagina Velly yang sempit.

    Perlahan-lahan Pak Joko mulai menarik dan membenamkan batang kemaluannya, berkali-kali Velly terperangah dan terperanjat keenakan ketika Pak Joko mulai menaikkan tempo genjotannya.

    “Aaaahhhh….!! ” Velly menjerit keras kemudian

    “Crrr.. Crrrrrr.. Crrrrrr, Ennhhh Pakkk…!!”

    Pak Joko menghentikan gerakannya membiarkan Velly meresapi kenikmatan puncak klimaks yang baru saja diraihnya, setelah itu barulah Pak Joko kembali menarik dan membenamkan penisnya berulang kali.

    “Cleppp.., Clepppp, Clepppp, Clepppp ” suara vagina Velly berdecakan menikmati sodokan-sodokan batang kemaluan Pak Joko yang semakin kuat menggenjot-genjot vaginanya.

    “Auhhhhh….!! Aaaaa…..Ennnakkkkk, Ahhhhhhhh, terus Pakkk” Velly kehilangan kendali dibawah genjotan-genjotan batang kemaluan Pak Joko.

    “AHHHH, AHHHHHHHHHHH…!! Pak Jokogggg….. Ohhhhhh” Velly menggoyangkan pinggulnya menyambut datangnya klimaks.

    “Wahh…!? Vellyyyyyy, Ya Ampunnnn,!! enak banget….!! Aohhhhh!!” Pak Joko memanas-manasi Velly agar gadis itu lebih rajin menggoyangkan pinggulnya.

    Pak Joko mendekap pinggul Velly sambil menjatuhkan tubuhnya ke belakang, kini Vellylah yang memegang peranan penting dalam persetubuhan itu. Nafas Pak Joko terasa sesak ketika Velly mengibaskan rambutnya ke belakang, cantik sekali ketika gadis itu menatapnya sambil tersenyum malu.

    Pak Joko tambah sesak nafas ketika Velly menundukkan wajahnya, tangan Pak Joko mengelus-ngelus pinggang dan pinggul Velly sambil membalas lumatan Velly dengan lembut. Velly menumpukan tangannya pada dada Pak Joko yang berotot kemudian sambil tersenyum ia menghempas-hempaskan vaginanya.

    “Ahhhh.. Ahhhhh…. AHHHHH” desahan-desahan Velly terkadang terdengar keras ketika Pak Joko sesekali menghentakkan batang penisnya ke atas kuat-kuat menyambut hempasan vaginanya.

    Mata Pak Joko menatap payudara Velly yang melompat-lompat dengan indah, kedua tangannya meremas payudara itu, kemudian mengelusi putingnya.

    “Hssshhh Hsssssshhh Ahhhh Pakkk, Ohhhh enak sekali!! pakkk…Awwww… Awwwwwkkkssshh.” tangan Velly kini berpegangan pada tangan Pak Joko yang sedang meremasi induk payudaranya, hempasan vaginanya semakin lama semakin kuat dan cepat, berkali-kali Velly menjerit liar melampiaskan nafsu birahi yang meledak-ledak dengan hebat.

    “Unnnnhhhh….!! Blukkkkkk…..” tubuh Velly tiba-tiba roboh sambil menggeliat-geliat “Crrrr Crrr….” Velly tersenyum puas, kedua matanya terpejam-pejam, vaginanya terasa berkedut-kedut memuntahkan cairan klimaksnya.

    Pak Joko berbisik lembut “Kita coba sambil berdiri ya….”

    Velly mengangguk, gadis itu bangkit dari atas tubuh Pak Joko. Pak Joko memeluknya dari belakang, gadis itu kegelian ketika Pak Joko mencumbui tengkuknya, kemudian melakukan hisapan-hisapan lembut di lehernya. Velly membusungkan susunya ke depan sambil mengalungkan kedua tangannya ke belakang leher Pak Joko ketika merasakan telapak tangan pria itu mengusapi bulatan susunya sebelah bawah.

    “Lembut sekali…indah, Hemmmmm…” Pak Joko menggerayangi buah dada Velly sambil berkali-kali memuji keindahan dan kemulusan payudaranya yang sedang kenyal-kenyalnya akibat dirangsang oleh Pak Joko. Dijepitnya putting Velly kemudian dipilin-pilinnya dengan lembut, terkadang tangannya menggoyang-goyangkan bongkahan dada Velly.

    “Velly, Bapak pengen nyodomi kamu ya..” Pak Joko meminta dengan sopan

    Velly terdiam agaknya ia ragu-ragu, namun kemudian mengangguk pasrah.

    “Nungging sayang, nahhhh….” Pak Joko meminta agar Velly bersedia menunggingkan bokongnya, tangan Pak Joko menekan buah pantat Velly sampai anus gadis itu terekspose dengan jelas.

    “Haaaaaaaa…..” Velly menarik nafas panjang merasakan desakan kuat di lubang anusnya, kening gadis itu berkerut sedangkan mulutnya membentuk huruf “O”, tubuhnya berkali-kali terdorong ketika Pak Joko menghentakkan kepala kemaluannya berusaha melakukan penetrasi.

    “ARRRRRWWWHHHHH……!! “gadis itu menjerit keras ketika satu tusukan yang kuat tiba-tiba memaksa lubang anusnya untuk merekah, kemudian kemaluan Pak Joko menyodok pintu duburnya dengan sentakan-sentakan yang kuat.

    Pak Joko menahan pinggul Velly yang hendak melarikan diri, leher penisnya tertancap mengait lubang anus Velly yang merekah dan berkedut-kedut kuat mencengkram leher kemaluan Pak Joko. Lutut Velly goyah, perlahan-lahan, tubuh gadis itu melorot turun dan bersujud dengan posisi kedua lututnya yang sedikit mengangkang, Pak Joko ikut turun bersujud di belakang tubuhnya. Tangan Pak Joko yang kekar dan berotot membelit tubuh Velly dan memeluk erat-erat tubuh gadis itu, Pak Joko mendesakkan batang kemaluannya,

    sampai selangkangannya menyatu erat dengan buah pantat Velly yang bulat padat dan terasa halus ketika bergesekan dengan selangkangan dan perut Pak Joko yang berotot. Velly menolehkan kepalanya menyambut datangnya bibir Pak Joko yang melumat bibirnya.

    “Hmmmfffhhhh… Mmmmmmhhhh…., Mmmm” bibir Pak Joko melumat-lumat bibirnya sementara kedua tangan Pak Joko merayap ke depan mengelus lembut puncak payudaranya kemudian meremas-remas gundukan buah dadanya. Pada saat yang bersamaan Pak Joko memompakan batang kemaluannya keluar masuk menyodok-nyodok lubang anusnya.

    “Unngghh, Unnnggghhh, Unnnnnnnhhhh….!! ”

    berulang kali Velly mengeluh ketika merasakan sodokan-sodokan Pak Joko yang semakin lama semakin keras dan kencang merojok-rojok lubang anusnya.

    “Plokkk.. Plokkkk… Plokkkkk.. Plokkkk……”

    Suara hantaman selangkangan Pak Joko ketika membentur pantat gadis itu, Entah kenapa Velly malah rela biarpun lubang anusnya terasa sakit ketika disodok-sodok kuat oleh Pak Joko, sambil menggeliat-geliat perlahan-lahan Velly mengalungkan kedua tangannya ke belakang.

    “Hemmmm, He he he he….” Pak Joko semakin betah meremas-remas buah dada yang sengaja dibusungkan oleh pemiliknya, begitu kenyal, halus, putih dan lembut. Sesekali Pak Joko mencium gemas pipi Velly kemudian mengecupi dan mencumbui lehernya.

    “Enn Ngaaahhhhhhhhhhh…..!! Crrr Crrrr Crrrrr”

    “WHOWWW… Kecroootttt… Crooootttttt…..”

    Gadis itu menyandarkan kepalanya ke belakang, entah kenapa Velly tidak merasa seperti sedang diperkosa oleh Pak Joko. Mungkin karena Pak Joko begitu baik dan perhatian??? Tubuh Pak Joko yang tinggi besar dan berotot seperti Ade Rai tidak dapat menyembunyikan hati Pak Joko yang lembut.

    Pak Doni mengangkat Hpnya

    “Haloo, Oohhh kamu ?? gimana ??”

    “Ha Ha Ha Ha…bagus-bagus mantap…., rencana yang bagus ” Pak Doni terkekeh sambil membayangkan santapan lezat selanjutnya.

  • Cerita Hot Selingkuh Temen Kantor – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Hot Selingkuh Temen Kantor – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1368 views

    Perawanku – Umurku kini 39 tahun sementara Sari berusia 34 tahun. Memang kami akhirnya berhenti berhubungan karena ia harus pindah ke luar kota sementara saya tetap di Jakarta. Namun kisahku dengan dia selalu menjadi kenangan, bahkan sering merangsangku. Sari adalah seorang ibu dari dua anak dan bersuamikan pria yang baik, memiliki pekerjaan lumayan di sebuah perusahaan milik pemerintah.

    Aku sendiri di perusahaan swasta, se kantor dengan Sari. Badanku biasa-biasa saja dengan tinggi hampir 170 cm, sementara Sari sekitar 165 cm. Badannya cukup langsing dengan pantat yang agak menonjol. Inilah yang sangat menggairahkan saya. Sementara dia bilang sangat menyukai bersenggama dengan saya karena ukuran penis saya yang lebih gemuk dari punya suaminya, walaupun panjangnya kira-kira sama.

    Hubungan kami bermula dari kedekatan tempat duduk yang membuat kami sering ngobrol di kala senggang. Aku suka memuji pakaiannya dengan kalimat-kalimat yang mengarah keurusan nafsu. Misalnya, “rokmu bagus deh hari ini, seksi banget kelihatannya” .

    Luar biasanya, jawaban Sari lebih mengarahkan lagi, “seksi gimana, hayo, jelasin dong..” Aku biasanya langsung ngejelasin bahwa lekuk tubuhnya jadi terlihat dan enak dipandang. Dia senang aku memujinya. Hal-hal begini terjadi dan makin lama makin brani, namun tanpa pernah ia tersinggung atau marah.

    Nampaknya dia santai-santai aja dan menikmati percakapan, sejauh apapun. Pada suatu waktu, kamu keterusan ngobrol tentang hubungannya dengan sang suami. Kebetulan paginya, katanya, ia baru bersenggama dengan suaminya, namun nggak mencapai orgasme. Sementara suaminya selalu orgasme. Saya langsung memancing,” jadi lagi nanggung dong skarang, ya”.

    Eh, nggak nyangka dia menjawab,”napa, mo bantu nerusin nih.. emang mampu?”. Wah, bagi saya kesempatan nih. Aku langsung mengarahkan pembicaraan ke makan siang bareng di luar kantor. Dia mau banget. “Gimana kalo makannya di tempat yang berdua aja”, aku membuka obrolan di mobil ketika kami berangkat mencari tempat makan. Sari menjawab dengan pertanyaan sambil melihat ke arahku yang sedang nyetir,” di mana?”. Pikiranku tidak lain ke motel jam-jaman tentunya. Di situ bisa nonton tv, ngobrol, pesen makanan, dianterin ke kamar, bayar, tanpa harus ketemu muka dengan pengantar makanan.

    Aku jelasin semua itu, dia malah nyambung,”masa cuman nonton tv, ngobrol, makan..”. Ini jawaban yang ngeresin banget. Aku merasakan desakan dari dalam celanaku, ereksi yang dahsyat. Akhirnya kami tiba di motel. Ngobrol-ngobrol lebih jauh, ternyata dia memang telah sering ke motel dengan suaminya ketika pacaran dulu.

    Saya jadi sangat maklum, pantes Sari nggak kelihatan risi atau kaku sama sekali. Selesai membayar kamar dan pesen makanan, kamipun duduk di tempat sambil nonton tv. Ternyata ada channel video dengan film seks. Aku nggak pindahin lagi channelnya dan Sari nampaknya senang. Baru 2-3 menit, ia sudah merapatkan badannya ke tubuhku sambil berkata,” puasin aku ya..”.

    Aku langsung merapatkan bibirku ke bibirnya. Kamu berciuman sangat bernafsu. Lidahnya duluan masuk ke mulutku ambil meraba-raba setiap sudut dalam mulut. Aku sangat terangsang, apalagi melihat tangannya memegang daerah vaginanya yang masih tertutup rok. Wanita ini nampaknya sangat dingin dan cuek, pikirku. Inilah kebiasaan wanita yang sangat ku sukai dan sangat merangsangku. Aku membuka kancing bajunya dan langsung menyusupkan tanganku ke buah dada kirinya.

    Dia dengan cepat membuka tali bh sehingga menyembul dua bukit yang cukup besar. Aku langsung mengulum putting salah satunya. Kepalanya bergerak ke belakang menahan isapanku. Aku suka ekspresinya ketika terangsang.

    Ia makin terangsang, aku juga.

    Tanganku telah masuk ke dalam celana dalamnya dari samping. Agak basah. Jari tengahku mengusap-usap klitorisnya. Ini membuat ia tak tahan. Tanpa komando apa-apa, posisi kami berubah menjadi posisi 69.

    Kami saling mengisap sambil, ” aaaah.. eeeeh..haaaaaaahhh. .” Ketika bibirku mengulum klitorisnya, ia melenguh panjang keenakan,” aaaauu.. enak, Di”. Aku lakukan ini sekitar 5 menit sampai Sari mendorongku kemudian mengangkang di sampingku.

    “Ayo Di, nggak tahan nih. Masukin cepet..” Aku berputar menaikinya, mengarahkan kontolku ke liang senggamanya yang sudah sangat basah. Perlahan-lahan ku dorong masuk.. enak sekali. Sari melenguh,” aaaaah.. ya teruuuss Di.”. Perlahan-lahan ku pompa liang senggamanya sementara dia memaju-mundurkannya dengan badan yang sangat kaku.

    Rupanya ia mengejar orgasmenya yang pertama. “Terus Diiii, aku suka banget. “. Semenit kemudian badannya mengeras total sambil berteriak,” aaaaaaaaah. udah Di aku dapet. aaaaah”. Aku mendiamkan sedikit agar ia bisa tenang dulu.

    “Enak banget, sayang”, katanya setelah agak tenang Aku kaget dia memanggilku dengan sebutan sayang. “Kamu sayang aku ya?”, aku bertanya sambil memulai memompa liang senggamanya lagi. “Iya dong, aku sayang kamu yang telah memuaskanku, selain menyayangi suamiku yang baik itu lho”, Sari menjawab.

    Kami bertempur lagi dan nampaknya Sari telah terangsang lagi. Kadang-kadang aku memutarmutar pantatku dengan arah yang berlawanan dengan putaran pantat Sari. Kami benar-benar menikmati hubungan seks kami yang pertama. Akhirnya aku hampir mencapai puncak,” Sari, aku mo nyampe nih.aaaahhh” . “Yaaaah, aku juga”.

    Semenit kemudian aku mencapai orgasme yang luar biasa sambil berteriak,” aaaaaahhh.”. Sari juga ternyata mencapai orgasmenya yang kedua sambil melenguh keras sekali,” aaaaauuuu.. Enak Di. enaaaak”. Kami terdiam sejenak. Cerita sex selingkuh

    Setelah reda, kami berciuman lagi secara lembut sekali. Kemudian kami mandi bersama. Di bawah shower, kontolku tegang lagi. Sari juga terangsang karena ku gesek-gesek ke vaginanya ketika kami mandi sambil berpelukan. Akhirnya kami bersenggama lagi, kali ini sambil berdiri.

    Karena sulit melakukannya sambil berdiri, kami kembali ketempat tidur untuk menyelesaikan satu putaran kenikmatan. Lagi-lagi aku mengalami hubungan seks yang sangat ekspresif. Karena Sari sangat ekspresif, nggak malu-malu, aku jadi sangat terangsang.

    Akhirnya kami mencapai kepuasan bersama, setelah aku harus menahan orgasme sebentar karena Sari belum akan orgasme. Akhirnya kami meledakkannya bersama-sama, ” aaahhhhhh… aaaahhh.”. Sampai pertengahan 2003 kami rutin berhubungan 2 atau 3 kali seminggu.

    Kami melakukannya tanpa saling menuntut, kecuali menuntut kepuasan. Saya tidak pernah bermaksud memperistrinya, dia juga tidak pernah berangan-angan hendak bercerai dan menikah dengan saya. Cocok benar kemauan saya dengan kemauan dia. Saya kami hari berpisah. Skarang saya harus agak sering melakukannya sendiri, sambil berkhayal tentang hubungan seksku dengan Sari.

  • Skandal Sex Tusukan Penis – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Skandal Sex Tusukan Penis – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    2033 views

    Perawanku – Aku dan Laras baru selesai mandi bersama dan akan berganti pakaian, saat ponselku berdering, ternyata telepon dari isteriku yang tadi berangkat ke Australia. “Dari siapa Yah…?” tanya Laras sambil memakai bh. “Bunda” jawabku

    “Terus Laras gimana, Yah…?” tanya Laras nampak khawatir. Aku memberi isyarat agar dia tenang. Setelah tekan tombol ‘yes’ aku aktifkan speaker-phone agar Laras bisa mendengar pembicaraan kami. Dalam kondisi sekarang ini aku tidak ingin Laras merasa aku merahasiakan sesuatu dari dia. Bagaimanapun hari ini adalah hari pertama aku selingkuh dengan Laras, aku tidak ingin mengacaukan saat-saat seperti ini. Laras kembali memakai seragam sekolahnya walaupun agak kusut.

    “Sore Bun, nginap dimana?” tanyaku “Di Causeway 353 Hotel” jawab isteriku. Setelah berbasa-basi dengan istriku, aku memberi tau kalau aku bersama Laras. Dari dulu istriku ingin mempunyai anak perempuan, tapi tidak mau hamil lagi. Laras yang sering datang ke rumah di luar jadwal pertemuan anak asuhku membuat Laras dan isteriku menjadi sangat dekat. Mungkin bagi Laras, kami adalah orang tuanya, sedangkan bagi isteriku, dia seperti mendapatkan anak perempuan kandung. MarkasJudi

    Isteriku sudah sering mengusulkan agar Laras tidur di rumah saja supaya bisa mengawasiLaras sampai rencana kami mengirim Laras ke Australia untuk kuliah terlaksana. “Oh iya, Bun. Ini ada Laras” kataku lagi sambil meraih tangan Laras. Laras tadinya menolak tapi aku segera memberi isyarat agar dia tenang dan wajar.

    “Laras…? Hei… apa kabar Sayang…?” tanya isteriku pada Laras “Baik Bunda…” Lumayan lama Laras bicara dengan isteriku. Berkali-kali Laras melirik minta persetujuanku untuk menjawab pertanyaan isteriku. Ternyata benar dugaanku, isteriku merasa senang setelah tahu ada Laras di rumah.

    Salah satu pesannya kepadaLaras adalah mengawasi dan menjaga menu makananku. Akhirnya isteriku memberi tahu Laras kalau setelah lulus nanti, kami berencana mengirim Laras ke Australia untuk kuliah disana. Dia juga minta Laras pindah ke rumah kami. Sejenak Laras bengong tak percaya sampai aku ikut bicara meyakinkan Laras.

    “Makasih Ayah” kata Laras setelah telepon ditutup sambil memeluku dengan erat dan menciumi wajahku. “Laras tak pernah membayangkan kalau bisa kuliah ke luar negeri” “Itu karena usaha Laras sendiri. Ayah lihat Laras nilai rapotnya sangat bagus, jadi sayang kalau hanya kuliah disini.” Jawabku.

    “Sekarang kita makan dulu untuk merayakan berita gembira ini.” Aku angkat telepon antar ruang dan bicara dengan Ayu untuk menanyakan apakah pakaian Laras sudah dikirim dari rumah asuh. Ternyata pakaian Laras sudah sampai dan diletakkan di ruang keluarga. Aku suruh Laras mengambil tasnya. Setelah Larasberganti pakaian kami berangkat menuju mall yang baru di buka di jalan Pemuda. Mall dengan hotel ini cukup megah. Setelah makan di salah satu cafe, aku ajak Larasberbelanja pakaian, sepatu, dan kosmetik. Laras bingung ketika memilih, rupanya dia baru pertama kali mengenal baju, parfum, dan lain-lain yang harganya di atas satu juta rupiah.

    Selama ini penghuni rumah asuh ku hanya dibelikan pakaian yang sederhana, walapun bukan murahan.
    Harganya tidak sampai tiga ratus ribu satu stel. Kosmetik yang dibelikan isteriku mereka hanya merek
    lokal, jadi harganya tidak terlalu mahal. Akhirnya aku bantu dia memilih barang-barang yang akan
    dibelinya, salah satunya adalah lingerie dengan tali di bahu. Aku bayangkan Laras pasti sangat seksi
    memakai lingerie ini. Ketika membayar belanjaan Laras, aku baru tahu, dia membeli lotion untuk vagina
    juga. Aku tersenyum ketika Laras terlihat malu ketika aku ketahui dia membeli lotion vagina.

    Hampir jam sembilan malam kami sampai di rumah. Satpam yang membukakan gerbang memberi tahu kalau para pembantu dan tukang kebun sedang asyik nontonTV di paviliun belakang, sehingga kedatangan kami tidak mereka sadari. Kami langsung ke kamar tidurku. “Laras boleh tanya sama Ayah?” kata Laras tiba-tiba.

    “Boleh. Kenapa?” “Apa Bunda nggak marah, kalau tahu Ayah menghabiskan uang banyak buat Laras?”
    “Kenapa mesti Bunda marah, Sayang? Laras dengar sendiri di telepon tadi. Bunda juga sayang sama Laras.
    Ayah dan Bunda tidak punya anak perempuan, itu sebabnya Bunda ingin Laras tinggal di sini, bukan di rumah asuh… Ayah sama Bunda sudah lama ingin mengangkat Laras menjadi anak secara resmi. Hanya karena rumah asuh itu dikelola Bunda, agak sulit prosedurnya. Akhirnya Ayah sama Bunda memutuskan agarLaras tinggal
    disini, resmi sebagai anak atau tidak sudah tidak penting lagi” kataku menjelaskan.
    “Iya sih, tapi…” kata-kata Laras terhenti. Aku tersenyum dan tetap diam menunggu Laras melanjutkan
    kata-katanya.

    “Kita sudah seperti suami isteri… Ayah, Laras sudah mengkhianati Bunda” kata Laras lagi. Ada keraguan dan penyesalan nampak di nada suaranya. “Sudahlah Laras. Semuanya sudah kita lakukan dengan penuh kesadaran. Kita menikmati hari ini dengan penuh gairah dan kenikmatan. Bunda juga menyusuh Laras tidur di sini untuk menemani Ayah.” kataku untuk menenangkannya. “Kalau nanti Laras tinggal disini, pati Bunda juga akan membelikan Laras baju, sepatu dan lain-lain. Nah, sekarang Laras istirahat dulu. Besok Ayah antar ke sekolah.”

    Laras menjawab dengan anggukan kepalanya sambil tersenyum yang dipaksakan lalu segera menyiapkan
    buku-buku pelajaran buat sekolah besok. Selesai menyiapkan buku dan seragamnya, Laras minta ijin untuk
    ke kamar mandi. Kali ini dia wanti-wanti agar aku tidak ikut.
    “Iya deh… Ayah tunggu disini” aku tertawa mengiyakan. Aku tahu, Laras pasti akan menggunakan lotion
    vaginanya.
    “Awas kalau ayah ngintip. Nanti nggak dikasi yang asyik-asyik…” kata Laras sambil melotot lucu.
    Setelah keluar dari kamar mandi, aku minta untuk memakai lingerie yang baru aku belikan. Aku duduk di
    sofa untuk mengamati Laras melepas pakaiannya dan mengambil lingerie barunya. Laras menatapku sambil
    tersenyum. Nampaknya dia menyukai lingerie yang aku belikan. Tangannya meraih karet spandek celana
    dalamnya. Dengan gerakan matanya, Laras minta pendapatku apakah melepas celana dalam atau tetap
    dipakai.
    Aku memberi isyarat agar dia melepas celana dalam dan branya, karena lingerie itu terdiri dari rok
    pendek dan G-string. Laras memenuhi permintaanku. Bra dan celana dalamnya dilepaskan lalu memakai
    lingerie barunya. Setelah memakai lingerie, aku minta Laras memakai make up yang tadi aku belikan. Dia hanya menyapukan bedak di wajahnya, lalu mengoleskan lipstick tipis di bibirnya.

    Aku benar-benar terpesona setelah Laras memakai lingerie barunya serta berdandan tipis seperti ini.
    Dia nampak sangat cantik dan seksi. Lingerie itu berbentuk terusan yang terbuat dari broklat pink
    transparan. Lingerie itu hanya menutup tubuh Laras mulai dari puting payudaranya sampai pangkal paha.

    Ada dua utas tali di bahu kanan dan kiri untuk menahan lingerie itu agar tidak terlepas. Lingerie itu
    memamerkan lekukan tubuh Laras dari dengan sempurna dan tidak terkesan norak. Bagian atas menampakkan
    bahu laras yang lembut dan agak bidang, nampak seksi. Payudaranya yang terlihat bagian atasnya nampak
    menonjol dan terangkat. Payudara seorang gadis yang baru mekar. Sedangkan bagian bawahnya
    memperlihatkan kedua paha dan kakinya yang panjang dan bersih mulus.

    Laras mendekati aku dengan bergaya seperti peragawati. Badannya lenggak-lenggok sengaja memancing
    birahiku, yang sudah bangkit sejak dia melepaskan pakaianya. Setelah kira-kira satu meter di depanku
    lenggokan tubuh Laras makin erotis. Gerakannya gemulai, pinggulnya bergerak dengan seksi, tangannya
    memegang rambutnya lalu diangkat ke atas. Kembali Laras meliukkan tubuhnya dengan tangan tetap menahan
    rambutnya. Aku benar-benar gemas dan terangsang menikmati gerakan Laras. kemudian tangannya memegang
    payudaranya lalu memijit dan meremas payudaranya sendiri, sambil sesekali mendesah.

    “Ayah… Laras cantik kan…?” tanya Laras sambil terus meremas payudaranya. “Ayah suka Laras berpakaian
    seperti ini…? Ayah juga suka Laras memakai make up…?”
    “Kamu cantik sekali Sayang.” Aku memujinya. Bukan untuk merayunya, tapi aku benar-benar tulus waktu
    mengatakannya. “Benar-benar cantik, juga seksi. Dengan lingerieini, keindahan tubuh Laras benar-benar
    tampak”
    “Ah, Ayah bisa aja…” jawab Laras sambil duduk di pangkuanku dengan manja. “Laras jadi malu nih…” kedua
    tangannya memeluk leherku
    “Lho, kenapa…?”
    “Masa Laras dibilang seksi…” kata Laras sambil mendekatkan kepalaku di payudaranya.
    Aku segera menggigit puting Laras dari luar lingerie. Tanganku aku lingkarkan di pinggangnya dan
    menyibakkan lingerienya bagian belakang dari bawah untuk meraih pantatnya
    “Aahh… Ayah suka nakal sih…?” kata Laras di sela desahan nafasnya yang mulai memburu. Kepalaku diremas
    sambil diciumi.
    “Tapi Laras suka kan…?” kataku menggodanya. Dia hanya tertawa menggoda.
    “Suka banget…”

    Aku berdiri sambil mengangkat tubuh Laras. Dia aku gendong lalu berjalan mengitari kamarku yang
    berukuran lima kali tujuh meter persegi. Sambil berjalan, aku senandungkan lagu Everything I Do, I Do
    It for You yang biasa dinyanyikan Bryan Adam. Tangan Laras melingkar di leherku, bergayut manja. Aku
    berjalan sambil mengayun-ayunkan tubuh Laras seperti menina-bobokan seorang gadis kecil. Nampaknya dia
    menikmati sekali ayunan tanganku. Matanya setengah terpejam dengan mulut merekah. Aku dekatkan mulutku
    ke bibirnya, lalu perlahan aku gigit bibirnya lalu aku hisap dengan lembut.
    “Aahh…” Laras mendesah ketika lidahku menjilat langit-langit mulutnya.
    Kami berciuman sambil menggendong tubuh Laras. Desahan dan erangan Laras bersaing dengan suara kecupan
    bibirku pada bibirnya. Lalu kami saling lumat dan saling hisap. Aku bawa Laras ke tempat tidurku dan
    aku baringkan dia, sementara lidahku terus menghisap dan mengait lidahnya. Aku ingin mencoba suasana
    baru dalam persetubuhanku dengan Laras.

    Perlahan aku buka tali lingerie yang mengikat bahunya dengan mulutku. sesekali mulutku mengecup
    pundaknya sambil lidahku menjilat-jilat pundak Laras yang lunak tapi kenyal itu. Tali terlepas, tapi
    lingerie itu masih melekat pada tubuh Laras. kembali mulutku menurunkan sedikit lengerienya sampai
    dadanya terbuka, lalu aku kulum putingnya. Lidahku berputar dan mengait puting Laras yang sudah
    bertambah kenyal dan sekitar puting itu berubah berbintil-bintil.
    Nafsuku sudah mendekati puncak. Aku ingin menikmati Laras dengan cara lain. Aku berubah menjadi liar
    dan kasar. Kasar namun tidak sampai membuat Laras merasa sakit. Aku ingin memuaskan nafsuku dengan
    caraku sendiri. Dengan penuh semangat dan cepat aku cium leher Laras. Melihat kekasaranku, Laras agak
    terkejut. Aku semakin liar dan rakus menetek payudaranya. Rupanya Laras ikut terbawa suasana. Nafasnya
    terengah-engah terdengar di sela-sela erangannya.
    “Sshh… Ayah… aahh… sshh”

    Dengan tak kalah liar dia merengkuh kepalaku dan mencari-cari bibirku, lalu melumat bibirku sambil
    memasukkan lidahnya ke dalam mulutku. kupeluk Laras dengan erat sambil beradu lidah. Kami saling hisap
    dan saling sedot sambil saling mengait-kaitkan lidah dengan penuh nafsu dan liar. Aku menumpukan berat
    badanku pada tubuh Laras, sehingga tubuh kami saling melekat dengan erat. Kulepas ciumanku pada bibir
    Laras, lalu aku susuri leher Laras, kemudian berpindah ke payudaranya kembali. Dengan kasar aku cium
    dan aku hisap payudara dan putingnya. Laras menggelinjang seperti ingin berontak melepaskan diri dari
    pelukanku. Aku tahu Laras tidak ingin aku yang mengendalikan permainan. Laras menginginkan dia yang
    mengendalikan permainan seperti tadi siang.
    Laras ternyata memang tipe wanita agresif, selalu ingin menguasai permainan seks yang dilakukan. Dalam
    setiap berhubungan sex, wanita seperti dia tidak hanya ingin dibuat orgasme dan dipuaskan, tapi juga
    ingin memuaskan pasangannya. Wanita seperti dia juga dengan mudah muncul birahinya, seperti waktu
    melihat aku telanjang dada tadi siang.
    Tapi aku tak peduli. Aku tidak memberi kesempatan kepadanya untuk bertindak lebih jauh. Aku masih
    ingin mengendalikan permainan ini. Kedua tanganku meremas-remas payudara Laras. Mulutku menyusuri
    perutnya yang rata dan kenyal. Lidahku merayap dipermukaan kulit perutnya yang halus dan licin karena
    ludahku. Kecupan dan jilatan lidahku makin cepat, liar dan kasar. Aku merangkak mundur sehingga
    bibirku menyentuh perut bawahnya, tepat di atas vagina, lalu aku jilat dan aku kecup sambil
    menghisapnya.

    Laras melenguh dan menggelinjang. Aku ingin memberi tanda pada perut bagian bawah ini. Segera aku
    kecup lalu kusedot dengan kuat sambil menggigit pelan. Laras mengerang ketika aku menghisap dan
    menggigit perutnya. Beberapa saat kemudian, nampak bercak merah karena pembuluh darah di bagian itu
    melebar. Lima buah cupang aku letakkan berjajar membentuk huruf V di perut Laras.
    Setelah puas memberi cupang di perut bagian bawah, aku melepaskan lingerienya, tidak dengan tanganku,
    tapi tetap dengan mulut dan gigiku. Ada sensasi lain yang aku rasakan ketika bibirku menyentuh
    kulitnya saat melepas lingerie itu. Sensasi lain dengan kalau aku sekedar mencium seluruh tubuhnya.
    Sensasi sentuhan bibirku pada kulit Laras saat melepas lingeri juga dirasakan Laras. Berkali-kali
    suara lenguhan dan desisan kami bersahut-sahutan. Demikian pula saat melepas G-string yang melekat di
    selakangannya. Bibirkuku pun bersentuhan dengan vagina Laras. Kami kembali merintih, mengerang dan
    mendesah.
    Setelah seluruh tubuh Laras terbuka, dengan cepat aku pagut vagina Laras yang sudah basah berlendir.
    Lidahku dengan mantap menjilat dan bergetar pada klitorisnya, lalu vagina Laras aku hisap dan aku
    kilik-kilik dengan lidahku. Vaginanya mengeluarkan aroma berbeda dari tadi siang atau tadi sore. Itu
    karena Laras memakai lotion untuk vagina yang dia beli di mall. Aroma wangi menyusup hidungku membuat
    aku makin bersemangat untuk mengulum vagina dan klitorisnya.

    “Ahh… sshh” hanya itu kata-kata yang berkali-kali keluar dari mulut Laras, tak ada yang lain.
    Laras benar-benar menikmati permainanku. Badannya menggelinjang bergerak seperti ular yang menari
    karena mendengar tiupan seruling. Lidahku aku getarkan dengan cepat menyentuh bibir vagina Laras
    bagian dalam, sambil sesekali aku masukkan dan aku getarkan di dalam lubang vaginanya yang sangat
    sempit. Sesekali pula aku sedot saat kurasakan lendir vaginanya meleleh keluar sambil memasukkan
    klitorisnya ke dalam mulutku. Lalu aku masukkan hidungku ke dalam vaginanya. Sambil aku tekan,
    hidungku aku gesekkan di dalam lubang vagina Laras. sementara itu lidahku menjilat kulit antara anus
    dan vaginanya.

    “Auw…sshh… Ayaahh…” Laras menjerit saat lidahku menjilat kulit antara anus dan vaginanya. Sejenak dia
    bergetar, lalu Laras mengangkat badannya seperti akan duduk. Mulutnya mendesis dan mengerang.
    “Ssshh… Laras diapain Yah… ?” tanya Laras di sela-sela desisan bibirnya. “Aahh… nikmat bangeettt…”
    katanya lagi lalu kembali terlentang dan bergerak liar. Aku tak menjawab.
    Aku lebih peduli dengan vagina dan klitoris Laras. Lebih peduli pada kulit antara anus dan vaginanya.
    Aku terus menjilat dan menghisap. Membiarkan Laras menikmati setiap rangsangan yang aku berikan.
    Kedua kaki Laras aku angkat dan aku lipat di perutnya dengan posisi membuka, sehingga pantatnya
    terangkat dan vagina serta anusnya nampak sangat jelas. Ledir yang meleleh tampang cukup banyak dan
    deras. Vaginanya tampak berkedut-kedut pelan, klitorisnya menonjol ke depan seperti penis kecil yang
    sedang ereksi. Sedangkan anusnya yang berkerut ikut berkedut pula. Anusnya basah mengkilat karena
    terkena lelehan cairan vaginanya.

    Aku tusukkan hidungku ke lubang anus Laras lalu aku goyangkan sambil aku tekan. Tercium bau khas anus
    bercampur wangi lotion vagina membuatku nyaman muntuk terus menjilat dan memasukkan lidahku. Mungkin
    bagi orang lain jijik menjilat anus partner seksnya, tapi bagiku bau itu menimbulkan sensasi
    tersendiri, apalagi bercampur dengan lotion vagina. Lidahku dengan cepat menari mengorek anus Laras.
    Bibirku mengecup dan dan menjepit kerut-kerut anusnya kuat-kuat. Tak kuduga. Laras dengan cepat
    mencapai orgasme yang pertama malam ini. Tubuhnya meliuk-liuk tak terkendali lalu mengejang dengan
    kuat, mulutnya mendesis-desis.
    “Aahh… Ayah… Laras dapet lagi… aahh…” Laras berteriak kencang.
    Tangan Laras mencengkeram kepalaku lalu rambutku diremas. Aku berhenti sejenak mengamati Laras. Mata
    Laras terpejam dengan nafasnya terengah-engah. Kedua betis dan pahanya menjepit kepalaku ketika aku
    susupkan kembali di antara kedua pahanya. Aku teruskan jilatanku pada anusnya, namun tidak secepat dan
    sekaras tadi. Perlahan dan lebut seluruh permukaan lidahku aku oleskan ke anusnya beberapa kali, lalu
    aku ganti menghisap lembut dan pelan klitorisnya. Aku ingin Laras dapat menikmati orgasmenya sepanjang
    mungkin. Aku merangkak menindih Laras. dengan lembut dan pelan aku kecup payudaranya. Laras memeluku
    lalu mencium bibirku. Dia agak kaget mencium bau anusnya yang masih menempel di bibir dan lidahku,
    lalu tersenyum sambil memejamkan mata.
    “Ayah nggak jijik mencium dan menjlat anus Laras?”
    “Enggak tuh…” jawabku. Laras menjawab dengan memelukku lalu mencium bibirku dengan ganas.
    “Kalau gitu Laras juga enggak jijik.”
    “Enggak jijik apa?”
    “Ada deh… eh tapi Ayah nakal terus…?”
    “Nakal gimana Sayang?”

    “Laras inginnya Ayah yang ejakulasi, bukan Laras yang orgasme duluan”
    “Ya sudah… sekarang terserah Laras.” kataku lalu berbaring di samping kanannya sambil menyusupkan
    tangan kiriku di bawah kepalanya, lalu memeluknya.
    Perlahan Laras bangkit lalu menindih tubuhku, lalu dengan ganas dan liar dia mencium sekujur tubuhku.
    Leherku basah kuyup karena jilatannya. Hebat sekali gadis ini. Tujuh kali orgasme dalam sehari masih
    memiliki tenaga dan nafsu yang luar biasa dalam berhubungan sex. Mau tak mau aku membadingkan dengan
    isteriku yang hanya mampu bertahan dua kali orgasme sekali bersetubuh, kemudian menunggu dua atau tiga
    hari baru berhubungan sex lagi. Tapi Laras benar-benar tinggi stamina dan nafsunya. Laras tetap saja
    masih liar, menjilat-jilat tubuhku, dan meremas putingku dengan bibirnya. Putingku digigit-gigit dan
    dihisap bergantian kiri dan kanan.
    Sementara, penisku yang sudah tegang sejak mengamati Laras berganti pakaian dengan lingerie,
    dimasukkan kedalam vaginanya. Laras memang tidak menggoyangkan pantatnya untuk mengocok penisku, tapi
    gerakannya waktu menjilat dan mengisap tubuhku membuat pantatnya juga bergerak, sehingga penisku
    serasa dipilin dan dipijat vagina Laras. Ingin aku mengimbangi gerakan Laras, tapi setiap aku
    merespon, Laras melarangku.
    “Ayah diam dulu ya… biar Laras yang muasin Ayah…”
    Akhirnya aku diam menikmati permainannya yang semakin agresif dan liar. Aku hanya menggeliat dan
    mendesis nikmat. Laras memundurkan badannya, sehingga penisku terlepas dari vagina, namun bibir dan
    lidahnya tetap menjilat dan meremas kulit dada dan perutku. Bibir dan lidah Laras diseret dan bergeser
    di permukaan kulitku, lalu berhenti dan berputar-putar di tempat, diseret dan bergeser lagi, berkali-
    kali. Perpindahan lidah dan bibir Laras makin ke bawah ke aras penisku.
    Ketika sampai di pangkal penisku, lidahnya menekan dan menari-nari membasahi batang penisku. Kemudian
    lidah Laras mengitari selakanganku sebelah kiri dan kanan lalu berhenti di bagian bawah menjilat,
    mengecup dan memijat scrotumku dengan lembut sehingga aku melayang dibuatnya. Tiba-tiba Laras menjadi
    liar ketika dengan penuh nafsu, penisku dilahapnya lalu dihisap dan dipuntir dengan lidahnya.
    “Ssshh… Laras… sshh…” aku mendesis dan mengerang.

    “Nikmat kan Yah…?” kata Laras ketika berhenti menghisap penisku.
    “Iyyyaa… Terusin Sayang…aahh” aku minta Laras untuk meneruskkan aksinya.
    Sebenarnya, tanpa kusuruh pun Laras pasti terus mengulum dan mengocok penisku dengan mulut dan
    lidahnya, karena begitu selesai mengucapkan kata-kata itu, Laras dengan sigap langsung mengulum
    penisku kembali dengan intensitas lebih tinggi.
    Tangannya menggenggam pangkal penisku sambil digerakkan seolah sedang memutar gas sepeda motor
    dibarengi dengan gerakan mengocok dengan erat dan mantap namun lembut, sehingga penisku terasa nikmat
    sekali. Beberapa saat kemudian, aku sudah hampir ejakulasi. Laras mempercepat kocokannya dan
    memperkuat hisapannya. Namun tiba-tiba dilepaskannya penisku dari mulutnya. Bibirnya menyusuri pangkal
    pahaku, lalu berputar-putar di pahaku bagian dalam. Kakiku kemudian diangkat sehingga tubuh dan kakiku
    membentuk sudut sembilan puluh derajat.
    Kemudian Laras meneruskan jilatannya sambil menyeret lidahnya dipermukaan kulit paha belakangku, lalu
    pantatku menjadi sasaran lidahnya. Giginya mengigit-gigit pelan pantatku dibarengi dengan hisapan dan
    jilatan lidahnya. Laras tidak berhenti di pantatku. Belahan pantatku pun ikut dijilat, dikecup dan
    dihisapnya. Anusku juga tak lepas dari korekan dan pijatan lidah Laras, sementara tangannya terus
    mengosok penisku.
    “Uhh… ssshh” hanya itu kata-kata yang mampu aku ucapkan menikmati jilatan, hisapan dan kecupan Laras
    di anusku.
    Baru kali ini seumur hidupku pantatku dijilat orang, apalagi sekarang dijilat dan dihisap gadis muda
    yang cantik seperti Laras. Aku benar-benar puas atas permainan Laras. lama sekali dia menjilat anusku
    sampai-sampai aku kembali hampir ejakulasi. Penisku yang ada dalam kocokan Laras terasa berkedut
    hebat, tapi dia berhenti mengocok penisku dan menjauhkan mulutnya dari anusku.
    “Laras… Masukin penis Ayah ke dalam…” kata-kataku terhenti.
    Aku berharap agar Laras segera mengulum penisku, namun lagi-lagi Laras membuat aku semakin penasaran.
    Laras malah menjilat betisku.
    “Sabar Ayah… ejakulasinya nanti dulu ya…” kata Laras sambil tersenyum mengejek.
    Aku makin penasaran. segera aku raih kepala Laras dan aku sodorkan ke penisku, namun Laras mengelak
    dengan gesit.
    “Eit… sabar dong… Ayah nikmatin aja dulu seperti siang tadi Laras menikmati permainan Ayah… hihihi…”
    kata Laras sambil tertawa.

    Rupanya dia ingin membalas, ketika tadi siang orgasmenya aku tunda sampai beberapa kali.
    Selesai berkata begitu, lidahnya lincah menari menyusuri betis belakangku, lalu lipatan lututku.
    Jilatan Laras terus turun ke arah telapak kakiku. Memang, geli dan nikmat rasanya, namun tentu saja
    lebih nikmat jika Laras mengisap penisku, bukan betis, lipatan lutut atau telapak kakiku. Kekecewaan
    karena ejakulasiku yang tertunda dua kali membuat penisku sedikit mengendur, walapun masih cukup keras
    untuk masuk ke vagina Laras. Rupanya Laras tahu kalau penisku jadi sedikit mengendur.
    Laras berhenti menjilat telapak kakiku, lalu merangkak menindih tubuhku. Tubuhnya dengan ketat
    menghimpit tubuhku. Payudaranya melesak karena menekan dadaku, sedangkan vagina dan klitorisnya
    digesek-gesekkan di penisku. Kembali penisku ereksi dengan sempurna. Tegang, keras, dan kekar. Dengan
    sekali gerakan pinggulku, ujung penisku sudah menempel di mulut lubang vagina Laras. aku angkat
    pantatku agar penisku segera melesak kedalamnya, namun vagina Laras benar-benar sempit, sehingga aku
    kesulitan dan gagal memasukan penisku. Nafsuku benar-benar memuncak, ingin segera terpuaskan.
    “Ayah… kok enggak sabaran sih…?” kata Laras sambil tertawa ketika aku gagal memasukkan penisku.
    “dibilang nanti ya nanti dong… Ayah sabar ya…” katanya lagi
    “Laras… ayo dong… Ayah udah nggak tahan, Sayang…” kini aku yang merengek minta segera dipuaskan oleh
    Laras.
    Laras menjawab permintaanku dengan mengulum putingku. Bibir dan lidahnya kembali menjilat-jilat
    dadaku, leherku dan melumat bibirku. Penisku yang sudah hampir meledak terjepit vaginanya. Laras
    menggerakkan pantatnya, penisku pun dikocok bibir vaginanya. Bibir vagina dan klitoris Laras yang
    basah terasa hangat mengocok, menjepit dan meremas penisku. Aku hampir gila diperlakukan Laras seperti
    ini.
    “Uh… ssshh…” Laras mendesis sambil menggigit bibir bawahnya sambil memejamkan matanya erat-erat.
    Rupanya gesekan penisku di klitoris dan vaginanya telah membuat Laras terangsang hebat dan tak mampu
    membendung nafsunya sendiri. Nampak sekali gerakan Laras sudah tak teratur. Akhirnya Laras
    mengendurkan pelukannya. Penisku diraihnya lalu dikocok sebentar sebelum dimasukkan ke dalam
    vaginanya. Dengan susah payah, akhirnya setengah penisku amblas ke dalam vagina Laras. Laras berusaha
    memasukkan semua penisku ke dalam vaginanya dengan menduduki penisku, lalu mengangkat pantatnya dan
    menekannya ke bawah.
    “Ayaahh… ssshh… aahh” Laras mendesah dan mengerang ketika akhirnya penisku masuk semuanya ke dalam
    vaginanya.

    Dengan pelan dan lembut Laras bergerak memutar pinggulnya. Putaran dan goyangan laras membuat penisku
    terasa dipijat dan diremas. Lalu aku merasakan sesuatu yang belum aku rasakan selama bersetubuh dengan
    Laras atau dengan isteriku. Aku merasakan penisku disedot dengan kuat beberapa kali, lalu seperti
    dikocok biasa, kemudian disedot lagi beberapa kali, lalu biasa lagi… Aku tatap mata Laras yang
    terpejam menikmati persetubuhan yang kami lakukan. Aku merasa melayang. Berkali-kali sedotan vagina
    Laras membuatku segera menuju ejakulasi. Aku berusaha menahan, karena Laras saat ini belum meunjukkan
    tanda-tanda akan orgasme. Tiba-tiba Laras mencabut penisku dari vaginanya, lalu duduk sambil tangannya
    meremas dan mengocok penisku.
    “Jangan buru-buru dikeluarin Ayah… Ayah tadi janji sama Laras…”
    “Janji apa sayang…” aku benar-benar lupa apa yang suydah aku janjikan kepada Laras.
    “Masa lupa Yah…”jawab Laras tanpa memberi penjelasan apa janjiku, Laras mengulurkan kedua tangannya
    menyuruh aku bangkit. Setelah aku duduk, Laras membelakangi aku dan nungging.
    “Dari belakang Yah… Laras ingin disetubuhi dari belakang”
    “Oh… Laras… kamu bukan gadis kelas 3 SMA… kamu benar-benar wanita. Wanita dewasa yang matang dan
    selalu ingin mencoba yang baru…” kataku dalam hati.
    Tanpa menunggu lebih lama segera aku merangkak mendekati Laras dan memegang pantatnya. Dengan pelan
    aku masukkan penisku ke dalam vaginanya. Laras menyambut penisku dengan tidak sabar. Dihentakkannya
    pantatnya ke belakang dengan keras dan cepat. Vagina Laras yang sudah sangat basah dan agak melebar
    karena terangsang hebat, serta posisi doggy ini membuat penisku tak terlalu sulit memasuki vaginanya.
    setelah masuk semuanya Laras memutar pantatnya. Penisku serasa dipilin-pilin, diremas dan dipijat.
    “Ahh… Ayaahh….” Laras menjerit. “Nikmat sekali…aahh ssshh”
    Aku raih payudara Laras yang bergoyang-goyang karena gerakannya untuk mengocok penisku. Kuremas dan
    kupilin putingnya, sambil terus bergerak maju mundur mengocok penisku di dalam vagina Laras. Dengan
    posisi doggy ini membuat tulang vagina Laras yang bagian depan mengesek batang penisku bagian bawah.
    Nikmat dan nikmat. Itu yang aku rasakan ketika penisku keluar masuk dalam vagina Laras yang bergerak
    dan berputar.

    Entah kenapa aku yang tadi sudah hampir ejakulasi kini aku merasa sangat segar dan kuat. Tak sedikit
    pun tanda-tanda aku akan segera ejakulasi. Mungkin karena dengan posisi doggy ini aku merasa dapat
    mengendalikan persetubuhan, bukan dikendalikan oleh Laras, sehingga aku masih mampu bertahan. Apalagi
    aku melihat Laras menikmati persetubuhan dengan gaya yang pertama dia lakukan. Aku makin merasa nyaman
    dan mampu bertahan untuk tidak ejakulasi dengan cepat.
    Dengan mantap dan kencang aku sodokkan penisku ke dalam vagina Laras. tubuh Laras tergundang-guncang
    maju mundur karena goyanganku. Kedua tanganku memegang dan pantat Laras. empat jari tangan kanan dan
    kiri meremas pantat Laras, sedangkan jempolku aku selipkan di belahan pantatnya, mengorek dan mengelus
    anusnya.
    “Ayah… nikmat sekali…” kata Laras sambil menoleh ke belakang dan berusaha melihat apa yang aku lakukan
    terhadap anusnya.
    “Iya… Sayang… Ayah juga merasa nikmat…”
    “Jempol ayah… sshh… aahh… Jempol ayah…” Laras mendesiskan kata-kata dengan cepat sambil terengah-
    engah.
    “Hmmm…? Kenapa… ? Nikmat kan…?”
    “Iya… aahh… ssshh…” Laras makin mendesis dengan mata melotot. “Masukin Ayah… Masukin penis Ayah di
    anus Laras… Cepat Ayaahh…” Laras berteriak kesetanan.

    Rupanya dia ingin melakukan anal seks. Laras benar-benar gadis yang luar biasa di bidang seks. Dia
    nampaknya selalu ingin mencoba hal-hal yang baru. Sedangkan aku, ini pertama kali aku melakukan anal
    sex. Aku belum pernah memikirkan untuk melakukan anal sex, sementara isteriku juga tak pernah meminta.
    Memang kami melakukan hubungan sex dengan berbagai macam gaya, tapi yang namanya anal sex belum pernah
    kami coba lakukan. Kami tidak pernah mengeksplor anus waktu melakukan foreplay. Sejenak aku ragu, tapi
    Laras kembali meminta untuk melakukan anal sex. Perlahan aku lepaskan penisku dari vagina Laras.
    “Kenapa berhenti Ayah…?” tanya Laras “Kalau gitu cepat masukin penis Ayah dalam anus Laras…” kata
    Laras sambil meremas dan mengocok vagina serta klitorisnya sendiri.
    Aku turun dari tempat tidur untuk mengambil botol lubricant gel yang biasa aku gunakan untuk
    bersetubuh dengan isteriku. Karena dia sudah mengalami menopause, lubricant gel ini sangat menolong
    untuk membuat vagina isteriku basah. Kelenjar yang mengeluarkan cairan vaginanya tidak produktif lagi.
    Kami gunakan lubricant gel agar isteriku tidak kesakitan waktu bersetubuh. Dengan demikian isteriku
    dapat menikmati persetubuhan yang kami lakukan.

    Kuminta Laras untuk nungging lagi. Perlahan aku elus anus Laras sambil sedikit-demi sedikit aku
    masukkan jariku agar otot-otot anusnya mengembang. Aku tahu, Laras akan kesakitan karena anusnya
    dimasuki penisku untuk yang pertama kali. Bagaimanapun juga otot anus berbeda elastisitasnya dengan
    otot vagina yang lebih mudah melebar saat dimasuki penis. Aku mencim dan menjilat anus Laras dengan
    lahap guna memberi rangsangan. Dengan jilatanku, aku berharap Laras akan merasa nikmat sehingga pada
    saat aku lakukan penetrasi, Laras tidak akan begitu kesakitan.
    “Aahh… aahh… sshh… Ayah… cepat masukin dong…” Laras merintih dan merengek agar aku cepat-cepat
    memasukkan penisku.

    Rupanya Laras benar-benar penasaran untuk menikmati anal sex.
    “Iya Sayang…” jawabku sambil terus menjilat dan mengorek anus Laras dengan lidahku. “Sabar sebentar…
    tunggu sampai anus Laras bener-bener siap menerima penis Ayah.”
    “Auw… ssshh nikmat. Ayah… masukin sekarang dong…”
    Aku tidak mau langsung memasukkan penisku ke dalam vagina Laras. aku tidak ingin dia terlali kesakitan
    karena pertama kali melakukan anal sex. Aku meraih botol lubricant gel lalu memasang tabung
    aplikatornya. Perlahan aku tusukkan tabung aplikator ke dalam anus Laras sambil menekan botol itu.
    “Ups… sshh ya… gitu dong Ayah… penisnya dimasukin”
    Laras tidak menyadari kalau yang aku masukkan kedalam anusnya bukan penis melainkan aplikator. Setelah
    cukup gel yang masuk ke dalam anus Laras, aku tuang dan aku oleskan pada telunjuk tangan kananku.
    Kemudian telunjukku yang basah karena lubricant gel perlahan-lahan aku tusukkan ke dalam anus Laras,
    aku tarik sedikit, lalu aku tusukkan lebih dalam lagi.
    “Ahh… terusin Yah…”
    Dengan perlahan aku kocok jariku di anus Laras, sementara tanganku yang lain meremas vagina Laras.
    Klitorisnya aku pilin-pilin dan pencet dengan lembut dengan jempolku, sedangkan dua jariku memasuki
    lubang vaginanya lalu bergerak keluar masuk di dalam vaginanya. Dua lubang sumber kenikmatan seksual
    Laras aku korek, aku tusuk-tusuk. Pantatnya aku jilat dan aku gigit-gigit pelan. Laras terus merintih
    dan mendesah menikmati setiap remasan, kocokan dan gigitanku. Anus Laras sudah siap sekarang, karena
    jariku dengan leluasa dapat keluar masuk memompa anusnya. Perlahan penisku yang sudah sangat keras dan
    tegang aku tempelkan di pantatnya. Jariku terus mempompa anus dan vaginanya.
    “Kok belum masuk sih…? Tadi yang masuk apa dong Yah…” tanya Laras setelah tahu penisku belum menyentyh
    anusnya

    Perlahan telunjuk kananku aku lepas dari anus Laras. Kembali aku tuang lubricant gel lalu aku oleskan
    di penisku. Perlahan penisku aku coba masukkan ke dalam anusnya. Susah sekali memasukkan penisku,
    walaupun lubrikan gel cukup membantu. Laras mengerti kesulitanku lalu menoleh ke belakang.
    “Sshh… Aahh… Susah masuknya ya Yah?” tanya Laras lalu dia merendahkan bahunya dan membuka lebar-lebar
    pahanya sehingga posisinya semakin nungging, pantatnya dan anus membuka lebih lebar.
    “Sabar ya Sayang…” kataku. “Agak sakit nanti pada awalnya”
    “Iya… Yah… nanti pasti sakit, tapi sesudah itu jadi nikmat” kata Laras sambil tersenyum.
    Aku paksa penisku agar bisa masuk ke dalam anus Laras dengan mendorongnya kuat-kuat.
    “Auw…” Laras menjerit kesakitan saat seperempat bagian penisku berhasil memasuki lubang anusnya.
    “Sakit sekali Yah…”
    Aku berhenti sejenak untuk membiarkan otot anusnya melebar secara alami agar tidak terlalu menyakitkan
    bagi Laras.
    “Kenapa berhenti Ayah…?” tanya Laras sambil menggoyangkan pantatnya.
    “Supaya Laras tidak kesakitan…” jawabku.
    “Terusin dong yah…” kata Laras lalu mendorong mundur sehingga penisku tertekan dan melesak beberapa
    senti lagi ke dalam anusnya. Akibatnya sungguh luar biasa bagiku.
    Pantat Laras yang berputar membuat penisku serasa dijepit dengan ketat oleh benda yang kenyal sambil
    diremas-remas. Nikmat. Sungguh nikmat!
    “Aahh…” kami mengerang hampir bersamaan.
    “Sakit Sayang?” tanyaku mendengar Laras merintih
    “Sakit sedikit … tapi nikmat sekali, Ayah” kata Laras. Kemudian Laras dengan semangat menggoyangkan
    pantatnya.
    Mendengar desahan dan erangan Laras yang dapat merasakan nikmat saat penisku bergoyang karena gerakan
    pantatnya, aku tarik penisku keluar sedikit lalu aku masukkan lagi dengan pelan tapi mantap. Setelah
    tiga empat kali penisku keluar masuk, aku tekan dengan sedikit keras sehingga penisku melesak
    sepenuhnya ke dalam anus Laras.
    “Auw…” Laras kembali menjerit
    “Sakit Sayang…?”
    “Enggak…” kata Laras sambil dengan semangat dia memutar pantatnya mengimbangi gerakan maju mundur yang
    aku lakukan. “Ahh… Nikmat sekali Ayah… sshh… aahh… sshh…”
    Aku membungkuk untuk meraih klitoris Laras lalu memilin dengan dua jariku, sementara tanganku yang
    lain meremas-remas payudaranya. Kami mengerang bersahut-sahutan. Belum lima menit, tubuh Laras
    mengejang sambil mengerang keras.

    “Ayaahh… auw… aahh…” teriakan Laras mengagetkan aku. Laras meliukkan badannya, pantatnya disodok-
    sodokkan ke belakang dengan keras dan cepat.
    “Kenapa Sayang…?” aku bertanya karena mengira dia kesakitan.
    “Laras…aahh…ssshh… Laras orgasme lagi….”
    Aku tak menduga Laras sudah orgasme. Rupanya benar informasi yang aku baca, anal sex lebih nikmat,
    baik bagi perempuan maupun laki-laki. Dengan anal sex, penis terjepit lebih kencang sedangkan bagi
    wanita, sodokan penis di dalam anus dapat dengan mudah mendorong otot-otot usus besar menekan G-spot.
    Itu sebabnya kenikmatan yang ditimbulkan luar biasa. Demikian pula Laras. Hari pertama melakukan
    persetubuhan disertai dengan anal sex.
    Hal ini rupanya yang menyebabkan Laras dengan mudah memperoleh puncak kenikmatan. Laras ambruk
    tersungkur di atas tempat tidur sehingga penisku terlepas dari anusnya. Sebenarnya aku juga hampir
    ejakulasi, kalau saja Laras dapat bertahan lebih lama sedikit lagi. Laras membalik tubuhnya hingga
    terlentang, nafasnya memburu terengah-engah sedangkan matanya terpejam.
    “Nikmat sekali Ayah…” katanya lalu diam tidak bergerak sampai beberapa saat.
    “Ayah-bener-bener hebat…” katanya lagi.

  • Cerita Sex Aku Jadi Pemuas Boss Yang Binal

    Cerita Sex Aku Jadi Pemuas Boss Yang Binal


    1381 views

    Perawanku – Cerita Sex Aku Jadi Pemuas Boss Yang Binal, Situs ini berisikan artikel khusus dewasa seperti cerita dewasa terbaru, cerita mesum, cerita hot, cerita sex 2016, dan foto hot terbaru. Sebuah kisah seks, cerita dewasa ML atau bercinta dengan bos atau atasan di ruang kerja sebuah kantor. Bos wanita yang bernama Ibu Susan yang memiliki tubuh indah dan bersih. Berikut ini adalah kisah lengkapnya!

    Kehidupan itu ada pasang surutnya, ketika saya sedang jaya, saya mempunyai client yang lumayan banyak untuk ukuran AE pemula di sebuah advertising.
    Dan dengan ketekunan saya, perusahaan tempat saya bekerja mengalami kemajuan pesat hingga mencapai Top 5 billing di semua stasiun TV. Dan kemudian bencana datang, Perusahaan tersebut bangkrut karena miss management.
    Ditengah kesusahan datanglah tawaran dari Nancy, junior saya yang telah pindah ke Gokil Advertising, dan mengenalkan saya dengan Ibu Susan, pemilik perusahaan tersebut. Ibu Susan dipertengahan abad usianya, masih mempunyai tubuh yang terawat dengan baik, body-nya tidak kalah dengan gadis-gadis yang masih muda yang menjadi anak buahnya di Gokil Advertising.
    Karena prestasi kerja saya yang baik, kami sering mengadakan meeting after hours, dan progress kerja saya yang baik, membuat kami cukup akrab..tapi pada suatu malam ada kejadian yang benar-benar mengubah hidup saya! Begini anak-anak ceritanya..
    Suatu malam, ketika karyawan lain telah pulang, Saya tengah memaparkan pendekatan saya terhadap satu perusahaan rokok terkemuka, dan kemudian tiba-tiba Ibu Susan berkata,
    “Waduh, kog punggungku gatal ya?”
    Saya masih berusaha menahan diri untuk tidak terlalu cepat menolongnya, takut nanti dianggap kurang ajar!
    Semakin lama gatalnya sepertinya semakin bertambah,
    “Tolong Dik Uki, bisa garuki punggung Ibu?”
    Saya mengangguk dan berusaha membuang pikiran kotor saya, yang ingin sekali rasanya mengetahui lebih dalam bentuk tubuh boss yang cantik dan keturunan bangsawan ini..
    Saya garuk pelan-pelan, tapi lebih tepatnya hanya mengusap-usap punggungnya saja, takut kalau Ibu Susan kesakitan.
    “Dik Uki, agak keras dikit, masih gatal lho Dik”, pinta Ibu Susan.
    Dan saya agak sedikit memantapkan tangan saya dipungungnya.
    “Dik Uki, masih belum terasa, sebentar saya buka dulu blazer saya.”
    Dia langsung membuka blazernya, sehingga tinggalblouse-nya yang putih dan transparan. Waduh semakin tidak tahan nih saya, karena kulit tengkuknya yang mulus dengan sedikit rambut lembut yang tergerai di tengkuknya (Dia kalau ke kantor selalu rambutnya disanggul di atas), semakin menambah feminin, dan semakin membikin saya langsung terangsang.
    Saya menggaruknya tetap tidak mau keras dan masih cenderung mengusap atau membelai punggungnya, karena saya menikmati kehalusan kulit seorang bangsawan yang berada dibalik bajunya yang tipis. Saya usap seluruh punggungnya dengan pelan, ke atas dan ke bawah, ke kiri dan ke kanan, terkadang tangan saya, saya telusupkan di bawah ketiaknya, untuk menggapai payudara yang di depan.
    Cerita Sex Aku Jadi Pemuas Boss Yang Binal

    Cerita Sex Aku Jadi Pemuas Boss Yang Binal

    Dia menengadahkan kepalanya, dan menggeleng-gelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, sambil suaranya mendesah,
    “Uuhh enak Dik Uki.. enaakk..uuhh..”
    Mendengar desahannya yang merangsang, rudalku langsung tegak bak tugu Monas.
    Sekujur tubuhku mulai menggigil dan seperti dialiri setrum listrik yang halus merambat di sekujur tubuh dan terpusat di kemaluanku. Tenggorokanku terasa kering, dan susah bicara, karena nafsuku yang langsung menggebu.
    Baru kali ini saya bisa menikmati tubuh seorang bangsawan yang bersih, terhormat dan sangat terjaga dari tangan laki-laki lain, selain suaminya.
    Karena Dia duduk membelakangiku yang berdiri sambil memijit-mijit punggungnya, batang kemaluanku langsung kutempelkan di punggungnya yang lembut seperti sutera. Kugesek-gesekkan batang kemaluanku ke punggungnya dengan pelan. Dan Dia berkali-kali melenguh,
    “Uughh, enachh Dik, enaak, terus Dik.”
    Dia membimbing tanganku untuk mengusap dua gunung kembar yang kencang dan kenyal. Kuusap payudaranya dengan lembut, kucium tengkuknya dengan lembut, dan kugesekkan batang kemaluanku ke pungungnya dengan lembut.
    Aku sangat tahu, kalau melayani tipe wanita seperti Dia ini harus dengan lembut dan dengan menggunakan perasaan.
    Kucium tengkuknya dengan lembut, Dia sekali lagi menengadahkan kepalanya ke atas, matanya sambil terpejam, dan bibirnya yang tipis terbuka sedikit, dan mulutnya hanya bergumam, “Emm.” Aku tahu itu artinya dia sangat menikmati.
    Tanganku, kuusapkan dengan lembut di sekeliling payudaranya, dan kulingkari masing-masing payudaranya dengan kedua tanganku, sengaja aku tidak sentuhkan tanganku ke pentilnya, untuk memberikan sensasi yang sangat halus dan perlahan.
    Beberapa kali tanganku mengitari sekeliling payudaranya, kemudian perlahan-lahan tanganku kutarik untuk mengusap pipinya. Kutengadahkan wajahnya, dan kucium keningnya dengat lembut sekali. Aku bisa rasakan kelembutan nafasnya di wajahku, bibirnya yang tipis masih mengeluarkan gumaman yang lembut,
    “Dik Uki.. emm.. eemm..”
    Dengan perlahan aku membalikkan badan Dia ke arahku, dengan cara memutar kursinya, dan saya membimbing dia untuk berdiri dengan perlahan, kini aku dan Dia sudah berhadapan, sama-sama berdiri, dadaku menempel ke dadanya, dan aku bisa merasakan kekenyalan susunya, dan saya membayangkan betapa indahnya bukit kembarnya.
    Tanganku kudekapkan ke pinggangnya, dan telapak tanganku kuusapkan ke pantatnya yang juga sangat indah dan kencang. Tangannya memegang pundakku dengan lembut, kepalanya sudah menengadah ke atas, dan tatapan matanya.. waduh, jernih dan indah menatap mataku tanpa berkedip. Kusentuh bibirnya dengan lembut, kuusapkan perlahan bibirku ke bibirnya. Dia memberikan reaksi dengan mengencangkan dekapannya ke pundakku dan dadanya ditempelkan lekat ke dadaku, tanganku kudekapkan semakin erat ke pantatnya dan agak kutarik ke atas pantatnya, sehingga kakinya agak diangkat ke atas. Waduh ciumannya sangat lembut, perlahan-lahan kuusapkan lidahku ke lidahnya, dia memberikan reaksi yang sama, menyapukan lidahnya ke seluruh mulutku. Tanganku mulai mengusap-usap punggungnya naik turun dengan lembut. Aku menikmati sekali kehalusan kulit punggungnya.
    Setelah aku puas menciumi bibir, wajah dan pipinya, ciumanku perlahan-lahan kuarahkan ke lehernya. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, matanya masih terpejam menikmati, nafasnya agak memburu, dan mulutnya masih bergumam,
    “Mmm.. uhh..”
    Ciumanku mulai bergeser ke bawah, ke belahan dadanya. Kancing blousenya yang di depan dengan mudah kubuka satu persatu, sehingga tersingkap sudah BH hitam yang menyangga dua buah payudaranya yang padat, bulat, kenyal, bersih dan ranum. Kuciumi lehernya dengan sangat lembut, ke pundaknya, bergesar turun ke sebelah atas payudara yang tidak ditutup BH. Dia semakin menengadahkan kepalanya, punggungnya juga semakin melengkung ke belakang, kedua tangannya memegang kepala saya dan sedikit meremas rambut saya, tandanya semakin menikmati gaya permainanku.
    Kedua tanganku memegangi dibawah kedua ketiaknya, biar Dia tidak terjerembab ke belakang, tapi bibirku masih mengusap daerah leher dan di atas payudara.
    Aku sengaja memperlama untuk menyentuh payudaranya, apalagi pentilnya.
    “Diik..Ukii.. uugghh.. sstt”, sambil mulutnya berdesis kenikmatan.
    Blousenya yang masih menempel di pundaknya perlahan-lahan kulepaskan, sehingga pemandangan kemulusan dan kemolekan tubuh Dia terpampang jelas di hadapanku, dan terkena sinar lampu down light kekuningan yang berada di langit-langit tepat di atas kami berdua, menambah romantisnya suasana malam itu yang tidak akan pernah kulupakan. Sekali lagi tanganku kugunakan meremas sebelah pinggir dari payudaranya, dan tampak bahwa payudaranya sudah mulai mengeras.
    Tanganku mengusap punggungnya dengan perlahan sambil membuka tali BH yang ada di punggungnya. “Click” sekali jentik langsung terbuka pengait BH-nya. Dengan pelan kuturunkan tali BH yang ada di pundaknya, akhirnya BH-nya kulepas.
    Woow, terlihat pemandangan indah sekali, dua gunung kembar yang kuning dan bersih dengan puncaknya yang kecil yang sudah berdiri tegak. Aku sudah sangat terangsang tapi aku tidak boleh gegabah. Kuusap payudaranya dari sebelah bawah dengan tangan kananku, tangan kiriku masih mendekap punggungnya untuk menjaga agar Dia tidak terjatuh, dan kucium payudaranya, berkeliling mengitari pentilnya, dan tangan kananku masih mengusap-usap sebelah luar payudara, tapi dengan gaya agak memeras. Kedua tangan Dia memegang erat pundakku tanda sudah semakin gemes, untuk dicium pentilnya.
    Karena aku sudah merasa waktunya tepat, maka dengan lembut kukulum pentilnya.
    Dan reaksinya,
    “Aaaughh, uuhh..ss.. uuhh”,
    Dia melenguh-lenguh dan mendesis-desis keenakan, seakan-akan yang dinantikannya telah tiba.
    Meskipun kondisinya sangat terangsang, tapi lenguhan itu tetap lembut dan terdengar lirih. Kukulum pentilnya, kugesek-gesek pentilnya dengan lidahku, dan kugigit lembut pentilnya, tanganku tetap meremas-remas lembut payudaranya.
    Setelah aku puas mempermainkan pentilnya kiri dan kanan bergantian, kulepaskan bibirku dari susunya, dan kugeserkan mulutku ke bawah ke seputar perutnya yang datar dan mengeluarkan aroma parfum yang lembut dan semerbak.
    Ketika mulutku terlepas dari susunya, Dia kelihatan menghela napas lega dan baru bisa bernafas dengan tenang. Aku menciumi perutnya dengan agak sedikit jongkok. Kucium pusarnya, dan kujilati pusarnya dengan lidahku. Dia menggelinjang kegelian. Karena terlalu lama berdiri atau karena sudah sangat terangsang, Dia sudah tidak kuat berdiri dan dia bergeser ke belakang duduk di meja kerjanya. Aku berdiri dengan kedua lututku dan aku tetap jilati pusarnya dan perutnya. Dia menggelinjang kegelian, dan mengusap-usap rambut kepalaku dengan tidak beraturan, terkadang meremas, menjambak dan mengusap rambutku. Sehingga rambutku sangat kacau.
    Puas dengan permainan perut, Dia kurebahkan di meja kerjanya. Untungya meja kerja Dia cukup besar. Kupelorotkan rok bawahannya, sekaligus dengan CD-nya. Sekarang tampak di hadapanku seorang putri yang kuning, bersih, dengan kaki dan betis yang aduhai indah, terbujur pasrah di hadapanku.
    Kunikmati tubuh Dia sebentar, karena selama ini aku hanya bisa membayangkan keindahan tubuhnya, tanpa berharap untuk dapat memandangnya. Tapi ternyata malam ini apa yang kudapatkan jauh dari yang kubayangkan. Seorang wanita dengan tubuh montok dan kuning mulus, dengan kaki dan betis ramping. Dua buah dada yang tidak terlalu besar, tapi bulat, padat dan kencang, sehingga cocok dengan kesan payudara seorang putri. Bentuk lengan dan bahu yang padat bulat dan berisi.
    Dia telentang di atas meja di hadapanku, aku masih berdiri. Aku mencium pipinya sekali lagi dengan lembut, kuusap payudaranya dengan lembut. Kedua tangan Dia merangkul leherku dengan erat. Kedua kakinya bergerak-gerak dengan halus pertanda sangat terangsang. Perlahan-lahan tanganku kugerakan dari susunya turun ke perutnya. Kuusap sebentar perutnya dan bergerak turun ke bawah mengusap pahanya. Paha yang selama ini hanya bisa kupandang. Aku usap pahanya naik turun dengan tetap mulut kami masih saling memagut.
    Erangan-erangan kecil keluar dari mulut Dia,
    “Ugh.. ugh.. emm.. emm..”
    Tanganku bergerak dari sekitar pahanya terus mengusap sekitar bibir kemaluannya.
    Dengan perlahan kedua kaki Dia mengembang, memberi kesempatan tanganku untuk mengelus kemaluannya. Tetapi kemaluannya belum kuelus, hanya kedua selangkangan saja yang aku belai dengan kedua jari telunjuk dan jari manis bersama-sama. Kuelus selangkangannya naik turun, dan Dia menambah kecepatan gerakan kakinya. Dengan pelan Dia mengangkat pantatnya, sehingga kemaluannya juga ikut naik. Aku tahu ini pertanda agar aku dapat segera mengelus kemaluannya. Kuusap pelan dan dengan jarak sentuhan yang kubuat serenggang mungkin antara bibir kemaluannya dan telapak tanganku, membuat gelinjang Dia menaikkan kemaluannya untuk menyentuh tanganku semakin tinggi.
    Kubelai rambut kemaluannya yang lembut, tipis dan tertata rapi. Setelah puas memainkan sekitar kemaluannya, dan liang kemaluan Dia sudah semakin terbuka dan semakin basah. Kusentuh klitorisnya dengan sedikit ujung dari jari tengahku dengan lembut dan.. “Uuhhgh”, lenguhan Susan kenikmatan.
    Gerakan kakinya sudah semakin tidak teratur. Tiba-tiba tanganku dijepit dengan kedua pahanya.
    “Diik Ukii.. aakkuu.. nggakk.. taahh..”
    Kemudian tangannya menarik punggungku sebagai bertanda agar aku segera menaiki tubuhnya. Kutarik kedua kakinya ke arah pinggir meja, sehingga kedua kakinya terjuntai, kemudian Dia membuka kedua selangkangannya dengan tidak sabar. Aku sempat memandangi kemaluannya, dan seakan liang kemaluannya merah seperti bibir gadis yang memakai lipstik yang sedang merengek.
    Kugesekkan batang kemaluanku pelan-pelan ke bibir kemaluannya, dan Dia mengerang lagi,
    “Uugghh.. uughhg..”
    Kumasukkan dengan pelan batang kemaluanku ke liang kemaluannya. Belum sampai habis masuk semua, kutarik kembali dan kumasukkan kembali. Dengan gesekan-gesekan yang pelan tersebut membuat erangan Dia semakin tidak beraturan. Untuk melayani tipe seperti Dia ini, kugunakan gaya gesekan 5:1, artinya lima kali keluar masuk setengah batang kemaluan, baru sekali masuk seluruh batang kemaluan. Dan pada saat masuk yang seluruh batang kemaluan, erangan
    Dia semakin hebat. Dengan gaya lembut dan 5:1 ini kami bisa saling menikmati.
    “Uuugghh.. acchh.. Diikk.. Ukii.. ucchh.. sstt.. uhh..”
    Erangan erangan yang tidak beraturan tetapi artinya hanya satu yaitu Enak.
    Sambil kugenjot pelan batang kemaluanku, kedua tanganku dengan leluasa meremas kedua susunya, yang bergerak-gerak naik turun tergantung sodokanku.
    Kadang-kadang tanganku mengusap wajah dan pipinya, kadang-kadang mengusap perutnya.
    Setelah cukup lama aku melakukan genjotan 5:1, tiba tiba kedua paha Ibu Susan diangkat dan dililitkan ke pinggangku. Kedua tangannya mendekap diriku, mulutnya sedikit menganga dan mendesis..
    “Diikk..Uuu..Ki.. saa..yaa saampaaii.. uuhhff.”
    Kupegangi pinggangnya untuk menekan liang kemaluannya ke batang kemaluanku. Setelah Dia selesai mengejang dan nafasnya tersengal-sengal, aku mulai lagi dengan genjotan, tetap dengan gaya 5:1.
    Dia melenguh, “Uuff.. uff.. uuff.. Dik Uki beluumm yaa. Ayo donk.. uff.. uff jangan ditahaan.. uuff.. ugh..”
    “Sebentar Bu!” kataku.
    “Dik.. uhff, ceepetan dikit.. Dik.. ughf.. uhfgg.. aa.. ku mau uhgf uff uff.. keeluar.. laa.. ggii..”
    “Sebentar Bu, aku juga sudah.. mma.. uu.. saammpai..”
    Tiba-tiba ada aliran listrik menjalar dari ubun-ubun turun ke arah kemaluanku dan semakin-lama semakin mengencang. Batang kemaluanku seakan balon yang ditiup dan mau pecah.
    “Aachghh.. accghh.. Buu.. Sussann.. aku mmau keluarr..”
    Dia memegang erat tubuhku dan
    “Crret.. crrett..” keluar semua cairan yang ada di seluruh tubuhku dan “Aaachh..”
    Kami berdua terkulai lemas dengan badan penuh keringat dan nafas terengah-engah.
    “Dik Uki, makasih ya Dik, kamu telah memberi saluran yang selama ini tersumbat.”
    Aku sangat puas malam itu, karena aku tidak dapat membayangkan, ternyata aku bisa menikmati tubuh seorang wanita terhormat, yang selama ini orang luar sangat menghormatinya, tapi ternyata malam ini dia begitu pasrah menyerahkan tubuhnya kepadaku.
    Jam telah menujukkan pukul 22.00 ketika permainan kami usai, dan kami berdua segera masuk ke toilet untuk membersihkan dan merapikan badan kami masing-masing.
    Dan sebelum pulang aku mendapat tugas baru dari Dia, yaitu membantu membersihkan cairan yang membasahi meja kerja Dia, dan membantu merapikannya. Sambil merapikan mejanya aku berbisik ke telinga Dia,
    “Bu meja ini dirapikan ya.. karena besok malam mau dipakai lagi”,
    Dia hanya tersenyum dan mencubit mesra lenganku.
    Hal tersebut kuulangi setiap ada kesempatan, baik di kantor ataupun di hotel, tapi rahasia tersebut tidak terbongkar dan kami saling menjaga rahasia.
    Dan kalau pagi hari, Dia kembali memerankan perannya sebagai atasan yang berwibawa, profesional, tetapi kalau malam, melenguh-lenguh dan menggelinjang-gelinjang di bawah selangkanganku.
    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Galeri Foto Model Tante Hot Bikini Paling Mantab Bikin Crot

    Galeri Foto Model Tante Hot Bikini Paling Mantab Bikin Crot


    2581 views

    PerawankuBagi kebanyakan kaum adam hiburan dewasa berupa bokep adalah sesuatu yang wajib. Atau mereka juga bisa membaca cerita-cerita yang bisa membuat mereka terangsang. Namun setiap pria memiliki seleranya masih-masing. Ada yang suka menonton video ada pula yang hanya gemar melihat foto-foto.

    Nah, kamu sudah berada di tempat yang tepat guys yaitu Perawanku.com situs Favorit lendir. Langsung saja kali ini kami sudah menyiapkan artikel Galeri Foto Model Tante Hot Bikini Paling Mantab Bikin Crot untuk kamu semua guys di jamin bikin kamu horny guys  :

  • Cerita Sex Hadiah Cinta Dari Melly

    Cerita Sex Hadiah Cinta Dari Melly


    883 views

    Perawanku – Cerita Sex Hadiah Cinta Dari Melly, Sebut sajalah namaku Benton. Aku ingin berbagi cerita sex ku kepada kalian semua. Namun sebelum membaca cerita dewasa serta cerita seks ini siapkan dulu yah isi celana kalian . Jangan sampe basah dulu sebelum cerita dewasa ini kelar dan selesai dibaca . Karena cerita seks yang akan aku ceritakan disini merupakan cerita sex yang sangat hot dan bikin badan panas dingin.

    Dulu pada waktu aku sma aku berpacaran dengan gadis satu sma ku… sebut saja nama pacarku melly… Dia anaknya supel, pinter, cantik dan mempunyai bodi yang apik serta mulus dengan ukuran bra 36b. Aku menjalani masa pacaran dengan melly kurang lebih selama 6 bulan. Aku suka bertukar pikiran dengan pacarku tentang berbagai macam hal termasuk hal yang berbau seksual.

    Karena pengetahuan sex ku luas jadi aku bisa menjelaskan bermacam2 istilah, Posisi, serta tempat2 dimana kegiatan bejad itu enak untuk dilakukan karena aku sering melihat film bokep n membaca buku2 tentang sex.

    Suatu hari pacarku aku ajak ke rumahku. Kebetulan waktu itu sekolah baru saja selesai mengadakan ujian akhir. Aku bertanya “melly kamu tidak ke rumah ku sekedar mengobrol”. Melly menjawab “aku mau2 saja kalau di rumah kamu tidak ada orang”. Aku langsung curiga ketika melly berkata seperti itu. Kebetulan rumahku siang ini lagi tidak ada orang karena smua keluargaku sedang ada undangan ke perkawinan saudara di sukabumi. Jadi di rumahku hanya ada pembantuku saja. Lalu aku membalas “Ya sudah kita berangkat sekarang yah ke rumahku”. Sesampainya di rumahku aku langsung mengajak dia ke kamarku yang terletak di lantai atas. Aku menyalakan komputerku dulu untuk mendengarkan lagu dari winamp. Sedang pacarku ke kamar mandi untuk ganti baju dan buang air.

    Ketika dia keluar dari kamar mandi aku takjub melihat pakaian yang dikenakan oleh melly pacarku itu. Dengan tank top berwarna gelap dipadu dengan jaket tipis dan celana jeans. Aku bertanya kepada melly “kok kamu tumben pake baju yg sedikit kebuka ?”. Dia hanya tersenyum manis dan duduk di pahaku. Aku langsung terangsang ketika melly duduk dipangkuanku dengan pakain yang seperti itu dan wangi tubuhnya menggelitik bulu hidungku. Aku berbasa basi “jaket kamu dilepas aja kan cuma aku yang bisa ngeliat kamu”. Dibukalah jaket itu dan mulai terlihat tubuh sintal berwarna kecoklatan itu.

    Langsung saja aku cium leher belakangnya. Lalu aku tiup dan jilat telinganya seperti menjilat ice cream. Aku rasa dia juga terangsang dengan perbuatanku itu. Dia berbalik badan kearahku sehingga wajahku bertemu dengan wajahnya. Dia berkata “ih geli tau digituin”. Aku hanya tersenyum saja. Aku lalu mencium bibirnya yang merah dan tipis. Ternyata dia membalas ciumanku. Lalu aku bersilat lidah dengannya. Ternyata walau dia baru pertama kali berciuman tapi sudah mahir mengikuti irama permainan bibirku. Mungkin karena sering aku jelaskan panjang lebar tentang hal itu. hehe… Selama kurang lebih 7 menit itu aku melakukan french kiss dengan dia diatas bangku. Dia tampaknya kurang puas hanya dengan french kiss. Lalu dia bertanya menantangku sambil digesek gesekannya pantatnya tepat diatas kontolku “katanya kamu mahir dalam seks coba kamu buat aku terkesan dengan permainanmu ?” Kontol ku langsung mengeras dan menegang seketika.

    Aku ajak saja dia ke kasur. Dengan posisi tiduran saling berhadapan kami melakukan french kiss lg tp kali ini disertai dengan tangan2ku yang bergerilya mulai dari tubuh bagian atasnya. Terdengar bunyi air liur dan kecupan kedua bibir kami. Perlahan aku turunkan tali tanktop itu agar terlihat payudaranya. Tapi dia menghentikan permainan sebentar lalu bertanya sambil bercanda “eits mau liat toketku ?” Aku mengiyakan pertanyaan melly. Terbukalah bagian atas tubuh melly dengan payudara yang masih padat dan molek. Sambil melalukan french kiss aku memainkan payudara nya dengan meremas2 dan memencet puting susu payudara pacarku dengan kedua tanganku. Dia tampak sedikit sakit tapi enak dengan perbuatanku itu. Lalu aku menjilati payudara dan menggigit puting susunya. Lagi2 dia tampak enjoy tanpa berbuat apa2 selain mendesah nikmat “ahh enak nton, terusin aja yah”. Karena dia tampak mulai hot tanganku mulai menggeranyangi bagian bawah tubuhnya sembari menjialati payudaranya.

    Cerita Sex Hadiah Cinta Dari Melly

    Cerita Sex Hadiah Cinta Dari Melly

    Karena melly menggunakan celana jeans aku susah memasukkan jari2ku ke dalam liang vaginanya. Permainan berhenti sejenak. Aku bertanya “Kamu yakin ngga mau melepas gelar perawanmu padaku ? Kalo mau kita berdua bugil ?” Dia mengangguk pertanda dia mau. Akhirnya kami berdua melepaskan pakaian kami dan kami saling memandang mengagumi tubuh kami masing2. Melly dengan tubuhnya yang aduhai dan aku yang tubuhnya sedikit gemuk dan putih. Kami kembali ke kasur untuk melanjutkan pertempuran. Kami melakukan kissing lg sembari tanganku bermain di liang vagina dan payudaranya. Aku masukkan kedua jari tangan kananku ke liang vaginanya dan cairan hangat terasa di dlm vaginanya. Aku mengocok sembari memborbardir vagina melly dengan kedua jariku itu. Dia terasa lebih hot kali ini walau hanya mendesah tidak bersuara.

    Tapi skarang melly sudah berani memegang kontolku walau tak begitu besar. Lalu aku berkata “ehh say kita ganti posisi aja yu jd posisi 69 ?” melly mengangguk lg. Kami akhirnya bertukar posisi dan wah terlihat jelas vagina melly yang msh sempit dan wangi ditutupi bulu2 jembinya yg lebat. Aku menjilati sambil memainkan jariku di vaginanya sedangkan melly berkaraoke dibawah. Aku gigit sesekali bibir vaginanya dan melly pun membalas dengan menggigit batangku. “aww sakit nton tp enak de…. ahh…nton terusin…. ahhh !!!” Tiba2 cairan hangat dari vagina melly keluar karena reflek aku telan cairan itu saking enaknya di karaoke. Kontolku juga menjadi santapan yg lezat bagi melly. Melly mengulum dan mengocok kontolku seperti seorang ahli sex. Mantab rasanya.

    Selama 30 menit kami melakukan posisi 69 melly berucap “nton aku pengen nyoba dimasukkin dong.” aku bersemangat skali melly berkata seperti itu. Aku langsung mengangkat melly keatas tubuhku dan menempatkan vaginanya tepat diatas kontolku. Walau agak licin tapi kontolku langsung masuk di lubang vaginanya. Melly menjerit kesakitan “ouch perih nton… kamu apain nie ?” aku menjawab “tenang kan baru pertama kali jadi agak susah masuknya.” melly hanya mendesah lg sedang aku menambah kecepatanku naik turun sembari meremas2 payudaranya. “uuh ahh ouch ihh sakit sakit… enak…. uuh…” Melly sudah tampak lemas. Aku ubah posisiku dengan posisi tubuh melly menungging dan aku berada diatasnya. Lagi2 aku mengatur kecepatanku agar stabil.

    Melly hanya menjerit dan nikmat. Lalu aku bertanya “kamu udah mau orgasme blum ?” Melly menjawab “aku bentar lg nih kayaknya mau keluar.” Aku langsung mengantisipasi hal itu. Aku ajak dia duduk saling berhadapan masih dengan kontolku yang berada didalam vagina. Dengan begini kan pasti lebih enak jelasku. Karena dia sudah mau keluar aku percepat saja gerakanku. Sambil ciuman dan tanganku yg meremas payudaranya aku terus mempercepat gerakanku. “ahh nton… oh yeah… terus nton…”, kata melly. Lalu aku merasakan vagina melly seperti menyempit dan ada cairan hangat yg menyentuh kontolku. “aduh aku keluar juga deh nton akhirnya”, kata melly. Aku hanya mengiyakan dan melanjutkan permainan panas kami.

    Setelah beberapa lama kami bermain posisi itu kami ganti posisi lagi. Kali ini dengan tubuh melly yang terbaring dibawah karena lemas dan aku berada diatas. Kaki aku menekuk dan kaki melly di pundakku sehingga lubang vagina melly terbuka. Aku coblos lg vagina melly “ahhhhhh uuuuuuhhhhhh enaaaaaaakkk yeaaaaah…..”Aku tarik ulur kontolku pelan2 karena aku melihat muka melly yang sudah terkulai lemas tak berdaya. Aku kasihan sama melly karena ini adalah pengalaman pertamanya. Jadi kupikir akan kuhentikan saja permainanku ini. Kan masih ada hari esok pikirku. Karena aku belum keluar aku menyuruh melly mengulum dan mengocok kontolku. Beberapa menit kemudian cairan spermaku akhirnya keluar di dalam mulut melly. “mantab kau mel…”, pujiku. Kami berdua akhirnya tertidur lelap selepas melakukan perbuatan bejad itu dengan tubuh kami berdua yang masih telanjang.

    Tak terasa hari sudah menjelang maghrib, kami terbangun dengan tubuh yang telanjang dan mandi berdua. Setelah itu aku antar dia pulang ke rumahnya tepat sebelum keluargaku datang. Memang permainan itu merupakan pengalaman pertama bagi dia tapi tidak bagi aku. Setelah kejadian itu kami sering melakukannya di rumahnya atau di mobil dalam waktu perjalanan. Tetapi permainan melly skarang sudah mengalami kemajuan.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Ngentot Gaya Kuda Betina Nungging

    Cerita Sex Ngentot Gaya Kuda Betina Nungging


    1261 views

    Perawanku – Cerita Sex Ngentot Gaya Kuda Betina Nungging, Sebelumnya perkenalkan nama saya, Nama saya Baim (Samaran), saya sekarang berprofesi sebagai seorang konsultan di Kota S. Bagi para pembaca yang memerlukan jasa konsultasi penulisan ilmiah (skripsi/thesis) bisa kontak e-mail saya, pasti akan saya bantu sampai selesai. Okay.. saya akan memulai menceritakan pengalaman saya waktu masih kuliah dahulu.

    Hari itu adalah malam Jum’at Pon.. kira-kira 7 tahun yang lalu. Hari itulah awal yang merubah kehidupanku, dari seorang mahasiswa yang lurus-lurus saja.. pokoknya serba lurus deh! Apalagi kalau si kecil lagi tegang.. wah lurus sekali! Ha..ha..ha..

    Waktu itu aku masih kuliah di satu-satunya PTN yang ada di kota S. Sebagai seorang anak rantau aku kost di belakang kampus yang cukup jauh dari keramaian. Pertimbanganku untuk memilih kost di tempat itu adalah di samping harganya murah, aku juga berharap dapat menghindari godaan keramaian yang ditawarkan kota S itu. Maklum misiku ke kota S ini adalah untuk menimba ilmu demi masa depan. Berkali-kali orang tuaku menyuruhku agar hidup prihatin.. karena mereka pun harus hidup prihatin demi menyekolahkanku.

    Dengan memilih tempat itu rasanya aku sudah berusaha memenuhi permintaan orang tuaku, yaitu agar hidup prihatin. Namun ternyata nasib membawaku lain dan melenceng dari misi semula ini.

    Sudah dua tahun aku kost di daerah itu, sehingga aku sudah kenal baik dengan semua masyarakat penghuni kampung itu. Aku sudah dianggap sebagai warga karena kesupelanku dalam bergaul. Nah dari kesupelanku itulah aku sudah terbiasa bercanda dengan setiap penduduk dari anak kecil hingga nenek-nenek.

    Suatu hari pada saat liburan semester, aku tinggal di tempat kost sendiri karena memang aku tidak pulang maklum aku aktif di kegiatan kampus. Waktu itu sedang musim kemarau sehingga banyak sumur penduduk yang kering, hanya sumur di tempat kost ku itulah yang masih cukup banyak airnya sehingga banyak tetangga yang ikut minta air dan bahkan ikut mandi di kost-ku. Dan diantara mereka ada satu tetanggaku yang waktu itu umurnya mungkin hanya terpaut 7 atau 8 tahun di atasku, namanya Tante  Nina (samaran). Perawakannya sedang tidak begitu tinggi (tingginya sekitar 158 – 160 Cm), tetapi bodynya tidak kalah dengan pesenam aerobik deh. Kulitnya sawo matang khas wanita Jawa dan wajahnya manis sekali, terutama pada saat tersenyum.. aduh makk!

    Dia sudah punya suami dan dua orang anak yang masih kecil yang pada saat itu umurnya baru 4 dan 2 tahunan. Dia berjualan barang-barang kelontong di dekat kost-ku. Nah suatu hari.. seperti biasa pagi pagi sekali Tante  Nina ketok-ketok pintu tempat kost ku..biasa mau ikutan ambil air dan sekaligus mandi.
    “Dik.. Dik.. cepet tolong bukain pintunya!” dia berteriak agak tak sabaran.
    “Iya bentar Tante ..” jawabku sambil setengah mengantuk.
    “Kok lama banget to Dik..” suaranya terdengar tak sabar.
    “Ada apa sih Tante  kok nggak sabar sekali?” tanyaku saat kubuka pintu untuknya.
    Wajahnya nampak meringis menahan sesuatu. Rupanya dia sudah mulas dan hendak buang hajat dari tadi.
    “Anu Dik.. aku sakit perut nih” Katanya agak malu.
    Begitu pintu terbuka ia langsung lari terbirit-birit masuk KM dan membanting pintu. Rupanya sang beban sudah hampir keluar.. pikirku.
    “Sorry ya Dik.. tadi Tante  nggedor-nggedor”, katanya.
    “Habis perut Tante  udah mulas dan di rumah nggak ada air.. itu lho bapaknya anak-anak semalam enggak pulang jadi Tante  belum sempat ngisi air di rumah.. maafin Tante  ya”.
    “Ah enggak apa-apa kok Tante , saya malah harus berterima kasih udah dibangunin sama Tante .”

    Sejak itu hubunganku dengan Tante  Nina jadi tambah akrab. Hingga pada suatu siang, aku ingat hari Kamis, Tante  Nina datang ke tempat kostku. Siang itu ia kelihatan manis sekali dengan memakai baju kaos lengan panjang warna krem ketat yang mencetak tubuhnya.
    “Eh Dik Baim.. hari ini ada acara enggak?” tanyanya begitu kutemui di teras depan.
    “Mm.. kayaknya enggak Tante .. memang ada apa Tante ?” tanyaku agak penasaran.
    “Anu Dik.. kalau tidak keberatan nanti adik Tante  ajak pergi ke Gml mencari bapaknya anak-anak, Dik Baim enggak keberatan kan?”
    “Lho memangnya Mas Gun disana di rumah siapa Tante ?” tanyaku semakin penasaran.
    “Anu Dik.. katanya orang-orang Mas Gun sudah punya istri simpanan di sana.. jadi Tante  mau melabrak.. tapi Tante  nggak berani sendirian.. jadi Tante  minta tolong Dik Baim nganter Tante  ke sana”.
    “Baiklah Tante .. tapi saya enggak mau ikut campur dengan urusan Tante  lho” kataku menyanggupi permintaannya.

    Sorenya kami berdua dengan sepeda motor milik Tante  Nina berboncengan kearah Gml, + 27 KM sebelah utara kota S arah ke Pwd. Tante  Nina membawa sebuah tas yang cukup besar. Aku jadi curiga, tetapi tetap diam saja.. pokoknya wait and see lah prinsipku. Kami tak banyak bicara saat dalam perjalanan. Hingga setelah sampai ke Gml aku baru bertanya letak rumahnya.
    “Oh.. itu.. itu masih terus ke utara Dik..” jawabnya agak tergagap.
    Kecurigaanku makin mendalam tetapi tetap diam saja sambil kuikuti permainannya.
    “I’ll follow the game” begitu pikirku, toh tidak ada ruginya dengan wanita yang cukup menarik ini.

    Kami terus ke utara hingga sampai ke tempat dimana terdapat gerbang bertuliskan “Obyek Wisata Gn Kmks”.
    “Lho kok ke sini to Tante .. apa enggak kebablasan?” Tanyaku agak bingung.
    “Anu.. anu sebenarnya Tante  enggak mencari Mas Gun kok Dik.. tapi Tante  mau ziarah ke sini..” Jawabnya agak khawatir kalau aku marah.
    Aku kasihan juga melihatnya saat itu yang begitu ketakutan. Aku Cuma menghela napas.. tapi tidak ada ruginya kok bagiku. Toh Tante  Nina orangnya cukup manis dan menarik jadi berlama-lama berdekatan dengannya juga tidak rugi pikirku menghibur diri.

    Sigkat cerita aku dan Tante  Nina mengikuti ritual yang harus dilakukan di sana. Ternyata bukan hanya kami berdua yang ada di sana. Ratusan bahkan mungkin ribuan orang datang ke sana sore itu. Semuanya mempunyai tujuan yang sama “Berziarah” (atau berzinah barangkali lebih tepatnya). Soalnya yang aku dengar kalau berziarah ke sana untuk mencari berkah harus berpasangan yang bukan suami-istri dan harus “Tidur” bersama di sekitar cungkup (makam) yang ada di sana. (Mungkin ini ritual mencari kekayaan yang paling nikmat di dunia.. he.. he.. he)!

    Setelah mengikuti berbagai ritual dan prosesi, selesailah sudah acara mohon berkah. Sekarang tinggal ‘finishing’-nya, yaitu tidur bersama! Aku sendiri menjadi panas dingin membayangkan aku harus tidur dengan seorang wanita! Gila.. ini benar-benar pengalaman pertama bagiku. Seumur umur belum pernah berdekatan dengan wanita.. apalagi harus tidur bersama! Dan katanya harus 7 kali malam Jum’at berturut-turut pula! Gila! Benar-benar tur gila.. asyiik!
    “Eh Dik Baim sudah punya pacar belum?” tanya Tante  Nina memecah kesunyian.
    “Eh.. mm. anu.. bbel.. belum Tante ” jawabku agak tergagap soalnya lagi ngelamun yang lain lagian pikiranku sedang bingung.
    Tante  Nina mungkin tahu apa yang kurasakan jadi dia Cuma diam saja dan menggandengku mencari tempat untuk menggelar tikar (Rupanya Tante  Nina sudah mempersiapkan segalanya dari rumahnya.. sontoloyo makiku dalam hati, tapi aku juga senang juga membayangkan mau tidur dengan wanita semanis Tante  Nina ini).

    Rupanya mencari tempat yang “Sesuai” (dalam artian sepi dan aduhai) di sekitar cungkup pada malam itu susah juga. Aku yang baru kali itu mengunjungi Gn Kmks takjub sekali dengan pemandangan yang kulihat disana. Bukan keindahan alamnya yang kukagumi, tetapi begitu banyaknya pasangan yang memenuhi lokasi sekitar cungkup bak ikan bandeng dijajar-jajar. Gilanya semua mungkin bukan pasangan suami-istri yang sah (Kalau boleh kukatakan ini namanya “Perzinahan masal” bukannya “Perziarahan masal”). Cukup lama kami mencari tempat untuk bermalam di tempat terbuka. Rupanya malam Jum’at Pon ini adalah hari “Raya”-nya Gn Kmks. Ramainya mungkin malah melebihi keramaian di Kota S. Dan semua pasangan itu rela “Tidur” bersama di tempat terbuka berjajar-jajar tanpa sekat pelindung yang membatasi privasi dengan pasangan lain di sebelahnya. Akhirnya setelah cukup lama mondar-mandir melewati jalan setapak nan gelap dan di kanan-kirinya bergelimpangan pasangan yang sedang melakukan “Laku” tidur bersama, kami menemukan tempat yang kami anggap ’sesuai’ bagi kami.

    “Disini saja Dik Baim.. tempatnya masih longgar” kata Tante  Nina sambil melepas gandengannya dan mulai menggelar tikar yang dibawanya. Di sebelah kanan dan kiriku ada pula pasangan yang sudah terlebih dahulu menempati kapling mereka. Jadi aku dan Tante  Nina termasuk datang agak terlambat. Setelah basa-basi sejenak dengan tetangga kanan-kiri kami pun rebahan sambil berpelukan dalam gelap di tempat terbuka lagi.

    Aku yang masih lugu tak tahu harus berbuat apa. Soalnya seumur-umur baru kali inilah aku memeluk seorang wanita dewasa. Tanganku diam saja sementara debar jantungku tak teratur. Tante  Sum yang semula hanya memeluk, perlahan-lahan mulai mengelus dadaku salah satu pahanya ditumpangkannya di atas pahaku. Kontan saja batang kemaluanku mengeras.. tapi aku tak berani berbuat apa-apa. Saat itu kurasakan kalau tubuh bagian bawah Tante  Nina terbungkus sarung, karena salah satu pahanya menindih pahaku.

    Napasku semakin memburu dan jantungku berdebar kian keras saat ia mulai meraba-raba puting dadaku.
    “Dik ikutan masuk sarung aja biar hangat” bisiknya pelan seolah takut terdengar pasangan yang ada di samping kami.
    “Ba.. baik Tante ..” Jawabku juga pelan.
    Lalu dengan hati-hati sekali aku mulai ikut memasukkan tubuh bagian bawahku ke sarung yang dipakai Tante  Nina. Jadi sekarang satu sarung berdua..!

    Aku sangat terkejut saat tubuh bagian bawahku masuk ke dalam sarung. Ternyata Tante  Nina tidak memakai selembar ain pun pada tubuh bagian bawahnya. Celana panjang yang tadi dipakainya sekalian celana dalamnya rupanya sudah dilepaskannya secara diam-diam saat mengenakan sarung tadi. Aku jadi serba salah, mau gerak tak berani mau diam kok seperti ini..! Batang kemaluanku yang dari tadi sudah keras menjadi semakin keras memberontak dalam celanaku. Apalagi tanpa dapat kucegah tangan Tante  Nina mulai meraba-raba batang kemaluanku dari luar celanaku. Napasku kian memburu mendapat perlakuan seperti itu.

    “Ayoo.. pegang dada Tante .. Dik..” bisik Tante  Nina dengan napas yang juga sudah mulai memburu.
    Aku dengan terpaksa (karena gak kuat menahan napsu..) mulai menggerakkan tanganku dan meraba-raba dada Tante  Nina dari luar gaunnya.. Kurasakan dadanya begitu sekal dan kenyal.. mungkin semua wanita begitu kali ya.. Napas kami semakin memburu tangan kami saling meraba dalam gelap.. (Mungkin.. ini yang dimaksud dengan peribahasa ’sedikit bicara banyak bekerja’ kali ya..? pinter juga tuh orang yang bikin peribahasa ini.. atau mungkin dia nemu peribahasa gini saat lagi begituan kali!)

    Napasku seolah terhenti saat tiba-tiba batang kemaluanku sudah digenggam Tante  Nina dan dielus-elus dengan lembutnya.. luar biasa.. benar-benar pengalaman terhebat yang pernah aku rasakan saat itu! Tubuhku meliuk-liuk menahan nikmat yang tiada tara saat tangan halus Tante  Nina mengurut dan meremas batang kemaluanku.. kedua biji pelirku pun dielusnya dengan penuh kasih sayang.. aduh makk!

    “Tante .. ahkk..” bisikku pelan-pelan tanpa berani bersuara keras-keras..
    “Masukkan tanganmu Dik.. remas tetek Tante .. ayoo..” bisik Tante  Sum yang menyadarkanku.

    Sebenarnya tanpa disuruh pun aku sudah ingin meraba langsung bukit menggairahkan itu. Segera dengan semangat 45 (Ini kan jamannya tujuh-belas Agustusan) bak pejuang kita dahulu, aku menyusupkan tanganku ke dalam kaos ketatnya dari bagian bawah dan mulai mencari-cari bukit kenyal di dada Tante  Nina. Tanganku terus meraba dan bergerak liar di dalam kaus Tante  Nina dan terpeganglah apa yang kudaTante an. Kusibak BH yang masih menempel dan tanganku bergerak liar di balik BH itu. Begitu gemas rasanya aku meremas dan meraba (boso jowone “Ngowol”) kedua bukit kembar itu bergantian.

    “Och.. ter.. terushh.. Dikk.. ouch..” Kudengar Tante  Sum berbisik pelan sekali ditelingaku dengan napas yang semakin memburu.
    “Ayo lepaskan celanamu itu Dik..” bisiknya lagi.

    Dengan hati berdebar keras membayangkan apa yang akan terjadi kuturuti permintaan Tante  Nina. Kuhentikan aktivitasku di dada Tante  Nina dan melepas celanaku pelan sekali. Soalnya takut ketahuan tetangga di sebelahku, yang sempat kulirik mereka juga sedang krusak-krusuk sendiri dalam gelap. Aku tahu itu dari bunyi kain yang bergeser-geser. Setelah melepas celanaku dan menyimpannya di tas Tante  Nina aku mulai beraktivitas lagi.. dan Tante  Nina juga. Kami saling meraba lagi. Batang kemaluanku yang sudah sangat keras (dalam bahasa Jawanya ‘ngaceng berat’) diurut dan diremas dengan lembut oleh Tante  Sum.. menimbulkan rasa geli yang luar biasa.. Aku sempat tak bisa bernapas merasakan hal ini..

    Tanganku pun sekarang mulai berani bergerak sendiri. Sasaranku sekarang adalah bagian bawah Tante  Nina. Dari perutnya yang sudah agak gendut sedikit tanganku bergeser turun dan tersentuhlah gumpalan rambut pekat di selangkangan Tante  Nina.

    “Terushh.. Dikk.. hhkk, ya.. itt.. itu..” bisik Tante  Nina sambil terus menjilat lubang telingaku.

    Tanganku terus menyisir celah celah di tengah rimbunan rambut itu yang sudah basah dan panas. Celah itu kurasakan begitu licin dan basah.. lalu dengan rasa ingin tahu.. kumasukkan jari ku di tengah-tengah celah sempit itu. Aku kaget.. karena tiba-tiba jariku seolah tersedot dan terdorong oleh gerakan celah di selangkangan Tante  Nina itu. Dengan naluri alami tanganku mulai meraba dan meng’obok-obok’ selangkangan Tante  Nina yang semakin basah. (Jadi bukan cuma Yoshua yang bisa ‘ngobok-obok’ aku juga bisa kok! Hayoo siapa diantara pembaca (cewek tentunya) yang mau di ‘obok-obok’ silakan kirim e-mail!)

    Tante  Nina semakin kelimpungan saat jari-jariku yang nakal mulai memasuki liang hangat dan basah di selangkangan Tante  Nina. Jariku terus bergerak masuk ke celah-celah hangat dan licin itu hingga sampai pangkal.. dengan cepat kuhentak tarik keluar.. srett.. Tante  Nina hampir memekik kalau tidak buru-buru menggigit leherku saat kutarik jariku dengan cepat dari jepitan liang kemaluannya. Lalu pelan-pelan kudorong jariku masuk dalam jepitan kehangatan liang kemaluan Tante  Nina, kutarik lagi cepat dan kodorong pelan-pelan.. begitu terus kulakukan berulang ulang hingga akhirnya Tante  Nina berkelejat dan tubuhnya seolah tersentak.

    “Ohk.. shh.. akhh” bisik Tante  Nina sambil terus menggigit keras leherku.
    Karena kukira Tante  Nina merintih kesakitan, spontan kuhentikan gerakan jariku.

    “Terush.. Dikk.. ter.. ouch..” rintihnya pelan sekali saat kuhentikan gerakan jariku di liang hangat diselangkangannya yang semakin licin oleh lendir yang keluar dari liang kemaluannya.
    Mendengar permintaannya, otomatis jariku mulai bergerak semakin liar di dalam kehangatan liang kemaluan Tante  Nina yang semakin berlendir dan licin. Tubuhnya meliuk liuk dan tersentak berkejat-kejat seiring dengan gerakanku. Gerakannya semakin lama-semakin lemah dan berhenti.. jariku tetap terjepit kehangatan liang kemaluannya, lalu kedua tangan Tante  Nina memegang kedua pipiku dan diciumnya bibirku dengan mesra sekali.

    “Kamu pintar Dik..” bisiknya mesra.
    “Tante  rasanya seolah mengawang tadi”
    “Kukira tadi Tante  Nina kesakitan.. makanya kuhentikan gerakanku” bisikku
    “Enggak.. Tante  enggak sakit kok.. justru nikmat sekali..” bisiknya manja.
    “Sekarang biar Tante  yang gantian memuaskan kamu” balasnya.

    Kemudian dengan pelan, karena takut ketahuan pasangan di sebelah (Yang aku yakin juga sedang melakukan hal yang sama dengan kami!) Tante  Nina mulai menaiki tubuhku. Dikangkangkannya kakinya dan dipegangnya batang kemaluanku yang sudah ngaceng berat seperti meriamnya Pak tentara yang siap menggempur GAM. Lalu digesek-gesekkannya palkonku (kepala kontol ‘palkon’) di celah hangat di selangkangannya yang sudah sangat licin dan basah.

    “Hkk..” napasku seolah terhenti saat batang kemaluanku mulai terjepit erat dalam kehangatan liang kemaluan Tante  Nina.
    Sensasi terhebat dalam hidupku! Dan barangkali inilah awal sejarah hilangnya keperjakaanku! Yang selanjutnya akan merubah kehidupanku! (Akan kuceritakan kelak).

    Dengan pelan tetapi pasti.. alon-alon asal kelakon.. batang kemaluanku mulai menyeruak masuk dalam jepitan kehangatan liang kemaluan Tante  Nina. Mataku terbeliak menahan nikmat yang tiada tara.. (Mungkin inilah yang namanya sorga dunia ya?).

    “Tante ..” bisikku di telinga Tante  Nina, “Geli Tante k”
    “Hushh.. diam saja nikmati saja” balas Tante  Nina mesra.
    Aku menggigit bibir menahan nikmat yang tiada tara. Tante  Nina terus berkutat di atas perutku, bergoyang dan berputar pelan. Hingga akhirnya seluruh batang kemaluanku tertelan dalam kehangatan liang kemaluan Tante  Nina. Seluruh batang kemaluanku masuk sampai ke pangkalnya sampai kurasakan palkonku menumbuk sesuatu di dalam sana. Tante  Nina pun mungkin merasakan hal yang sama denganku, kutahu itu dari napasnya yang tersengal-sengal.

    Gesekan demi gesekan dari kedua kemaluan kami menghangatkan dinginnya malam di Gn Kmks itu. Kami sudah tidak peduli lagi dengan pasangan-pasangan lain di sekitar kami. Yang kami tahu adalah bagaimana mereguk nikmat dan menuntaskan hasrat yang sudah hampir mencapai klimaksnya.

    Tante  Nina terus bergerak pelan. Lama-lama gerakannya sudah mulai tidak teratur dan kurasakan Tante  Sum menggigit leherku lagi. Aku pun hampir saja berteriak menahan sesuatu yang hampir meledak dari dalam diriku. Kurasakan dorongan semakin kuat mengehentak bagian bawah perutku.

    Gerakan Tante  Nina semakin tidak teratur dan gigitannya semakin kencang.
    “Ouchkk.. Dikk.. Tante  mau kelu.. arrghh” bisiknya sambil tubuhnya mengejat-ngejat di atas perutku.
    Akupun sepertinya tidak mampu lagi menahan dorongan yang menghentak dan akhirnya tanpa dapat kupertahankan jebollah sudah pertahananku. Crrt.. crett.. crett.. crett.. crett.. keluarlah lahar panas dari ujung palkonku yang membasahi dan menyiram rahim Tante  Nina. Tubuhku seolah melayang dan terhentak seperti terkena arus listrik. Kurasakan puncak sensasi bersetubuh yang ruarr biasa.. Tanganku mencengkeram bongkahan pantat Tante  Nina yang masih saja bergerak liar untuk mencoba menghentikannya. Tetapi semakin erat kutahan semakin liar gerakannya hingga aku pasrah saja dan menikmati sensasi semampuku.
    “Tante  sud.. sudah.. Tante .. ohh” bisikku di telinganya.
    Rupanya saat aku mencapai orgasme tadi Tante  Nina juga sedang mencapai orgasme sehingga sulit kuhentikan gerakannya.

    “Kamu hebat Dikk..” bisiknya mesra sekali.
    “Tante  puas sekali..”
    Kami masih terus berpelukan beberapa saat. Tante  Nina masih menindihku dan batang kemaluanku masih erat terjepit dalam liang kemaluannya. Dan secara perlahan kurasakan batang kemaluanku mulai terdorong keluar akibat kontraksi liang kemaluannya..lalu tubuh kami sama-sama tersentak saat batang kemaluanku terlepas sendiri dari jepitan liang kemaluannya. Kami saling berpandangan mesra dan tersenyum.. Duh manisnya Tante  Nina kalau tersenyum (Aku membatin andai saja Tante  Nina ini jadi istriku betapa bahagianya aku).

    “Tante  aku kok jadi sayang sekali sama Tante ”.. bisikku mesra.
    “Tante  juga kok Dik..” balasnya.
    “Nanti kita pulangnya mampir dulu istirahat di losmen di depan stasiun Blp.. mau kan?” lanjutnya.
    “Mau dong.. masa mau menolak rejeki” jawabku nakal.
    “Memang Mas Gun enggak marah?” tanyaku.
    “Enggak kok.. malah dia yang nyuruh aku untuk ke sini melakukan ritual.. malahan dia yang memilihkan pasangannya.. ya Dik Baim itu” jawabnya santai.
    (Sialan gerutuku dalam hati. Rupanya aku mau dijadikan tumbal pesugihannya! Tapi biarin dah, yang penting nikmatt). Mulai detik itu aku berjanji dalam hati akan mengerjai istrinya habis-habisan atas keputusannya menjadikanku sebagai tumbal pesugihannya. Dan janjiku akan kubuktikan sebentar lagi.

    Pagi sekali, kira-kira jam 04.00 pagi satu per satu pasangan yang telah menjalani laku gila ini mulai beranjak pulang. Kami pun ikut pulang ke tempat kami. Dinginnya udara pagi tak kurasakan, karena Tante  Nina yang kubonceng memeluk erat tubuhku sepanjang perjalanan. Tubuhku jadi hangat apalagi dada Tante  Nina yang kenyal menekan erat punggungku. Kupacu kendaraanku kencang-kencang takut kesiangan. Sementara Tante  Nina tetap erat memelukku dan tangannya tak ketinggalan dimasukkan ke dalam celanaku dan meremas-remas batang kemaluanku sepanjang perjalanan itu. Mendapat perlakuan itu, tentu saja adik kecilku bangkit berdiri dan memberontak seolah hendak menyeruak keluar dari sarangnya. Remasan dan pelukan Tante  Nina membuatku melupakan dinginnya udara pagi dan lamanya perjalanan dari Gml ke kota S yang kira-kira sejauh 30 Km itu.

    *****

    Selang setengah jam kemudian kami pun sampai ke kota S, dan kami pun menuju daerah sekitar stasiun Blp untuk mencari penginapan yang “Sesuai” (sepi dan asoy). Setelah berputar-putar beberapa saat, kami pun menemukan sebuah losmen yang cukup bersih dan letaknya agak tersembunyi. Kami memilih kamar yang mempunyai kamar mandi di dalam agar privasi kami lebih terjaga.

    Setelah check in aku langsung masuk kamar mandi dan mulai membuka seluruh pakaianku untuk mandi. Sementara itu Tante  Nina langsung tiduran sambil menonton acara televisi pagi. Sedang asyik-asyiknya menyabuni tiba-tiba Tante  Nina masuk kamar mandi dan sudah telanjang bulat tanpa selembar benangpun yang menutupi tubuhnya yang indah itu. Aku terpana dan tanpa sadar menghentikan kegiatanku. Mulutku melongo menyaksikan pemandangan yang terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja. Ya.. walaupun kami pernah bersetubuh, tetapi aku belum pernah melihat seluruh tubuhnya sejelas ini. Tadi malam kami bersetubuh dalam gelap dan itupun kami masih terbalut pakaian atas kami masing-masing.

    Cerita Sex Ngentot Gaya Kuda Betina Nungging

    Cerita Sex Ngentot Gaya Kuda Betina Nungging

    Benar-benar luar biasa pemandangan yang terpampang di hadapanku ini. Walaupun perutnya agak berlemak, namun keindahan tubuh Tante  Nina masih sangat mempesona. Kulitnya yang khas wanita Jawa berwarna sawo matang tampak mulus tanpa cacat. Rambutnya yang hitam lurus, sebahu panjangnya tampak indah tergerai. Dan payudaranya yang masih cukup kencang menggantung indah dengan puting yang mencuat kecoklatan. Sedikit turun ke bawah bulu-bulu hitam keriting memenuhi gundukan bukit kecil di bawah perutnya. Luar biasa! Aku sampai melongo dibuatnya. Apalgi tubuhnya tersorot lampu neon dari kamar tidur dan dari kamar mandi sekaligus..

    “Lho.. kok mandinya berhenti?” Tanya Tante  Nina mengejutkanku hingga membuatku gelagapan.
    “Eh.. anu.. eh.. Tante .. kok ma.. masuk kesini Tante ?” tanyaku gagap dan otomatis tanganku menutupi batang kemaluanku yang sudah penuh sabun.
    “Kenapa emangnya? Apa enggak boleh mandi bareng-bareng?” katanya santai terus dimintanya sabun yang sedang kupegang.
    “Sini Tante  mandiin biar bersih!”.

    Aku pun mandah saja dan kunikmati elusan tangan Tante  Nina yang menyabun seluruh tubuhku. Digosoknya punggungku dengan sabun terus ke bawah hingga pantatku pun tak lupa digosok-gosoknya. Aku merem melek menikmati remasan tangan Tante  Nina di kedua belahan buah pantatku.
    “Hayo.. sekarang depannya..” tiba-tiba Tante  Nina menyuruhku untuk menghadapinya.
    Tangannya mengusap leherku terus ke bawah dan beberapa saat memainkan jarinya di kedua tetekku bergantian. Aku menahan napas ketika tangannya terus merayap ke bawah dan mulai menyabuni selangkanganku. Diremasnya batang kemaluanku dengan lembut. Kontan adik kecilku terbangun dan mengeras seketika.

    “Lho.. kok terus kencang?” gurau Tante  Nina demi melihat batang kemaluanku berdiri tegak bak petarung yang siap laga. Aku jadi jengah dan sedikit malu.
    “Iya soalnya dia tahu ada lawan mendekat” balasku untuk menghilangkan kekakuan.
    “Dia tahu sebentar lagi mau disuruh kerja.. he.. he.. he!” gurauku.
    “Ah maunya..!” Tante  Nina memonyongkan bibirnya.
    Aku yang sudah sangat terangsang dengan elusan dan remasan tangannya di selangkanganku langsung saja memeluknya dan tanpa ba Bi Bu lagi kusergap bibirnya yangs sedang monyong itu. Kupeluk tubuh telanjangnya dan dengan ganas kucium bibirnya.
    “Mphhf..” Tante  Nina gelagapan saat bibirnya kuserobot dan tanganku erat memeluknya.
    Sambil terus menciumnya tanganku dengan beraninya berkeliaran mengelus punggung Tante  Nina dan terus ke bawah ke arah bongkahan pantatnya yang padat. Kuremas kedua belah buah pantatnya bergantian.
    “Dikk.. ohh” Tante  Nina Cuma bisa melenguh dan menggelinjang dalam dekapanku.
    Tangannya semakin liar mengurut dan meremas batang kemaluanku. Aku sendiri tidak perduli kalau tubuhku masih penuh dengan busa sabun dan bau keringat Tante  Nina yang belum mandi sejak kami bersetubuh semalam.
    “Dik.. Tante .. Tante  be.. belum mandi..” napas Tante  Nina tersengal-sengal saat dengan ganasnya kuciumi lehernya.
    “Biar Tante  mandi dulu.. ughh” Tante  Nina melenguh minta kulepaskan.
    Mungkin ia risih dengan bau keringatnya sendiri. Lalu kulepaskan pelukanku. Kusiram tubuh Tante  Nina dengan air dingin.

    “Sini Tante  biar gantian ku mandiin” kuraih sabun yang dipegangnya.
    Lalu balik tubuh Tante  Nina dan kusabun punggungya. Kugosok bagian punggungnya dan tanganku yang nakal bergeser terus ke bawah. Begitu tanganku menyentuh bagian pantatnya yang padat tanganku mulai meremas dengan gemas. Kuelus dan kugosok ke dua belah bongkahan pantat Tante  Nina. Setelah puas bermain-main dengan pantatnya, tanganku mulai menyabun tubuh Tante  Nina bagian depan. Namun saat itu posisiku masih dibelakang Tante  Nina, jadi tanganku menggosok bagian depannya sambil memeluknya dari belakang. Saking ketatnya pelukanku, tubuh bagian bawah kami saling menempel ketat. Batang kemaluanku yang sudah sangat keras tergencet antara bongkahan pantat Tante  Nina dengan perutku sendiri. (Pembaca bisa bayangin gimana rasannya). Luar biasa! Apalagi pantat Tante  Nina dan batang kemaluanku sangat licin karena penuh busa sabun. Rasanya syurr.. apalagi Tante  Nina sengaja menggoyang-goyangkan pantatnya hingga batang kemaluanku tergesek-gesek. Nikmatt!

    Kedua tangan Tante  Nina diangkat ke atas kepalanya seolah-olah membiarkanku untuk semakin mudah menggosok kedua payudaranya dari belakang. Sementara pantatnya yang menggencet batang kemaluanku sebentar-sebentar digoyang. Aku semakin terangsang hebat dengan perlakuannya itu. Lalu tanganku kugeser ke arah selangkangannya. Kugosok gundukan bukit kecil di selangkangan Tante  Nina yang lebat dengan rambut. Kusabun dan gundukan bukit itu dengan arah dari atas ke bawah mengikuti alur celah hangat di selangkangan Tante  Nina.

    “Ouchh.. ter.. rushh Diikk” sekarang Tante  Nina sudah berani bersuara agak keras karena kami hanya berdua.
    Tidak seperti keadaan semalam dimana kami hanya bisa berbisik-bisik takut ketahuan pasangan lain. Aku semakin semangat bermain-main dengan bukit kecil di selangkangannya. Tanganku yang jahil sekali-sekali menusuk masuk ke celah hangat diselangkangannya. Hal ini membuat Tante  Nina semakin liar menggerakkan pantatnya. Akibatnya aku sendiri yang melenguh kenikmatan karena batang kemaluanku tergencet pantatnya yang licin.

    “Akhh.. terr.. ushh..” Tante  Nina semakin liar menggumam tak karuan saat kukorek-korek liang kemaluannya dengan jariku.
    Kumainkan jariku di dalam liang kemaluan Tante  Nina. Dan Tante  Nina semakin meronta dan menggelinjang saat jariku memainkan dan menggosok tonjolan daging kecil dalam liang kemaluannya. Kepalanya mendongak ke atas dan mulutnya setengah terbuka menahan nikmat. Kugosok terus dan sesekali kutarik tonjolan daging itu.
    “Terush.. Dikk.. ohh.. ter.. ruushh” Tante  Nina terus menceracau. Dan dengan diakhiri lenguhan panjang tiba-tiba tubuhnya mengejang.., kepalanya terhentak dan tubuhnya meliuk. Mungkin dia mencapai orgasme saat kumainkan tonjolan daging di selangkangannya.

    Kemudian setelah beberapa saat ia terdiam dan matanya terpejam seolah menikmati sensasi yang baru saja dirasakannya. Setelah napasnya mulai teratur diraihnya gayung dan disiraminya tubuhnya dan tubuhku dengan air. Sambil menyirami sisa busa sabun di tubuhku tangannya mengelus dan mengurut batang kemaluanku yang sudah sangat kencang (Ngaceng habis-habisan!).
    “Dik.. kamu tiduran saja di lantai biar Tante  yang service sekarang” disuruhnya aku berbaring di lantai kamar mandi.
    Aku pun menurut saja apa maunya. Kubaringkan tubuhku di lantai kamar mandi yang dingin, aku saat itu berbaring sambil berdiri pembaca! Bayangkan berbaring sambil berdiri! Aku memang berbaring.. tapi adik kecilku berdiri tegak menunjuk langit-langit kamar mandi!

    Setelah aku berbaring, Tante  Nina merangkak di atas tubuhku. Ia duduk di atas perutku dan mulai mencium keningku. Aku memejamkan mata merasakan sensasi luar biasa. Antara napsu dan sayang. Napsu soalnya selangkangan Tante  Nina yang hangat menempel ketat di atas perutku dan batang kemaluanku menempel pantatnya. Sayang karena aku seolah-olah sedang dimanja. Ya aku sedang dimanja karena aku tidak diperbolehkan bergerak dan disuruh menikmati layanan total yang hendak diberikannya padaku. Dari keningku perlahan bibirnya bergerak turun dan mulai menjilati telingaku kanan dan kiri bergantian. Rasa geli yang luar biasa menerpaku saat lidah Tante  Nina menyapu-nyapu lubang telingaku.
    “Akhh.. Mbaak..” bisikku mesra.

    Tubuhnya terus bergeser ke bawah saat bibir Tante  Nina beranjak turun ke bibirku. Kami saling memagut dan dorong mendorong lidah. Aku yang belum berpengalaman ikut saja permainan yang diberikan Tante  Nina. Lidahnya menyapu-nyapu lidahku dan kusedot kencang-kencang lidah Tante  Nina. Akibatnya tubuh bagian bawahnya yang sekarang menindih batang kemaluanku semakin ketat menekanku. Rasa hangat menjalar dari batang kemaluanku yang terjepit gundukan bukit di selangkangan Tante  Nina yang kurasakan makin licin.

    Sementara bibir kami saling berpagutan, kemaluan Tante  Nina yang menjepit kemaluanku digesek-geseknya dengan pelan. Kembali lagi kurasakan sensasi luar biasa. Betapa tidak.. walaupun batang kemaluanku belum memasuki lobang yang semestinya namun karena bibir kemaluan Tante  Nina sudah sangat licin jadi kemaluanku yang terjepit di antara bibir kemaluannya dan perutku sendiri seperti diurut. Batang kemaluanku mulai berdenyut-denyut. Gerakanku sudah mulai liar tak terkendali. Namun permainan belum berakhir! The game was just begun! Permainan baru dimulai!

    Bibir Tante  Nina terus menjilat seluruh tubuhku. Leherku sudah basah oleh liur Tante  Nina. Dari leher bibirnya terus merangsek ke bawah, kedua puting dadaku pun habis dipermainkan lidahnya. Dari sini bibirnya terus ke bawah hingga pusarku pun dijilatinya habis-habisan. Lagi-lagi sensasi luar biasa menyerbuku saat lidah Tante  Nina mengais-ngais pusarku sementara ke dua payudaranya menempel ketat di batang kemaluanku.! Edann..! Kali ini batang kemaluanku terjepit di tengah-tengah belahan payudaranya yang kenyal! Sensasi nikmat semakin meningkat saat tanpa dapat kucegah bibir Tante  Nina mulai menciumi batang kemaluanku dari ujung hingga pangkalnya. Gilaa!

    “Upff.. Mbaak..” aku setengah memekik saat ujung kemaluanku serasa terjepit benda hangat!
    Ternyata batang kemaluanku sedang dikulum Tante  Nina! Dia mengulum batang kemaluanku seperti anak kecil yang sedang menjilati ‘magnum’ es krim yang terkenal itu! Sambil dikocok batang kemaluanku dihisapnya habis-habisan! Tidak puas menjilat batang kemaluanku, Tante  Nina mulai menjilat kantung pelerku (gaber). Ya gaberku! (Gaber adalah bahasa Banyumas untuk kantong peler – bukan pamannya Donal Bebek). Dikuakkannya lipatan gaberku dan dijilatinya inci demi inci gaberku itu!

    Batang kemaluanku semakin berdenyut kencang. Kocokan tangan Tante  Nina pada batang kemaluanku semakin kencang. Sekali lagi batang kemaluanku jadi bulan-bulanan mulut Tante  Nina. Dikulumnya lagi batang kemaluanku yang semakin berdenyut hingga hampir seluruhnya masuk ke dalam mulutnya. Mataku semakin membeliak menahan sesuatu yang mendesak dari perut bagian bawahku. Aku mencoba bertahan dengan mencoba memegang kepala Tante  Nina agar diam! Namun semaki kencang aku memegang kepalanya, semakin kencang pula kepalanya bergoyang hingga batang kemaluanku dikocok-kocok dengan mulutnya.

    “Aarghh..” aku melenguh kencang saat aku tak mampu lagi menahan desakan lahar yang menyembur keluar dari ujung kemaluanku!
    Crat.. cret.. cret.. crett.. crett hampir lima kali aku menyemburkan air maniku untuk yang kedua kalinya hari ini! Namun kali ini aku mengeluarkannya di mulut Tante  Nina! Tubuhku bergetar dan mengejat-ngejat. Semakin ketat kutekan kepala Tante  Nina agar batang kemaluanku semakin dalam terbenam dalam mulutnya! Akibatnya hampir semua air maniku tertelan olehnya!

    “Bagaimana Dik Baim?” Tanya Tante  Nina menggodaku, “Enak?”
    “Uf.. luar biasa Tante ” jawabku agak malu dan penuh rasa bersalah karena aku mengeluarkan air maniku di mulutnya.
    “Sorry ya Tante  aku.. aku.. kel.. keluar di mulut Tante ..”
    “Enggak apa apa Dik..” kata Tante  Nina yang mencoba menenangkanku.
    “Malah Tante  senang bisa buat jamu.. hik.. hik.. hik”.
    “Ayo sekarang istirahat dulu..” ajaknya sambil menarikku agar bangkit.
    Setelah membersihkan diri dan mengeringkan tubuh kami, kamipun berbaring di tempat tidur sambil menonton TV berita pagi. Kami masih sama-sama telanjang bulat dan berpelukan di tempat tidur.

    Mungkin karena terlalu mengantuk dan capai setelah semalaman tidak tidur ditambah ejakulasi dua kali membuatku langsung terlelap. Aku tidak tahu telah berapa lama tertidur sambil memeluk tubuh telanjang Tante  Nina. Aku tersadar saat tubuh bagian bawahku terasa geli.. perlahan kubuka mataku dan kulihat Tante  Nina sedang menciumi tubuh bagian bawahku. Aku diam saja pura-pura tertidur.. padahal si kecil sudah bangun sedari tadi.

    Batang kemaluanku berdenyut-denyut saat seluruh batang kemaluanku masuk dalam kuluman mulut Tante  Nina yang hangat dan bergelora. Lidahnya yang kasar dan panas menyapu-nyapu ujung kemaluanku yang membuatku tak sadar menggelinjang hingga Tante  Nina tahu kalau aku hanya pura-pura masih tidur!

    “Rupanya kamu nakal ya!” katanya sambil memencet batang kemaluanku yang sudah sangat keras itu.
    “Awas kamu”, ujarnya lagi.
    “Adaoww” jeritku manja.
    Rasanya sakit tapi enak juga dipencet oleh tangan Tante  Nina yang halus itu! Pembaca gak percaya? (Boleh dicoba ntar kuminta Tante  Ninaku memencet pembaca yang penasaran! Ha.. ha.. ha).

    Aku semakin menggelinjang kegelian campur sedikit ngilu saat mulut Tante  Nina menyedot buah pelerku kencang-kencang. Geli tapi ngilu.. ngilu tapi geli.. pembaca bisa bayangin gimana rasanya.. pokoknya campur aduk deh.. sulit digambarkan dengan kata-kata..

    Tiba-tiba Tante  Nina membalikkan posisinya.. mulutnya masih sibuk melumat batang kemaluanku tetapi sekarang tubuh bagian bawahnya digeser ke atas sehingga gundukan bukit di bawah perutnya yang lebat ditumbuhi bulu hitam sekarang tepat berada di hadapan wajahku. Kedua kakinya mengangkangi wajahku sehingga jelas kulihat belahan merah jambu segar di tengah-tengah gundukan itu. Ada bau khas semacam bau cumi-cumi segar menyeruak lubang hidungku.. oo.. rupanya seperti inikah bau kemaluan wanita.. seperti bau cumi-cumi.. orang Korea bilang katanya bau Ojingo atau bahasa kitanya cumi-cumi! Segar dan sedikit amis.. gitu!

    Aku yang baru kali ini melihat dari dekat bentuk kemaluan wanita dewasa menjadi terpesona melihat pemandangan seperti itu. Mengetahui aku diam saja Tante  Nina yang tadinya asyik menjilati batang kemaluanku berhenti melakukan aksinya lalu diturunkannya pantatnya pelan-pelan sehingga lubang kemaluannya menekan hidung dan mulutku. Aku yang sedang melongo jadi gelagapan karena tiba-tiba kejatuhan memek! Pas dimulut dan hidungku lagi! (Pembaca pernah enggak kejatuhan memek? Kalau belum bisa dicoba suruh aja cewek pembaca ngangkang di atas dan melakukan aksi seperti itu! Pasti ditanggung kaget tapi nikmat! Ha.. ha.. ha!)

    Begitu liang kemaluan Tante  Nina yang sudah basah dan panas menekan mulutku otomatis tanpa disuruh bibirku melahap seluruh cairan yang membasahi liang kemaluan Tante  Nina.. rasanya.. sedikit agak asin.. Lidahku menyeruak masuk ke dalam liang kemaluan Tante  Nina hingga kepala Tante  Nina terdongak dan pantatnya semakin menekan wajahku.

    “Shh.. terusshh Diikk.. ohh” Lidahku terus menerobos liang kemaluannya dan masuk sedalam-dalamnya.
    Aku semakin gelagapan susah bernapas karena kemaluan Tante  Nina begitu ketat menekan mulut dan hidungku. Tekanan pantatnya semakin ketat saat tubuhnya meliuk-liuk dan berkejat-kejat saat kusedot tonjolan daging di sela-sela liang kemaluannya. Tante  Nina menjerit dan semakin kuat menekankan pantatnya hingga hidung dan mulutku seolah amblas ditelan bongkahan liang kemaluannya yang menindihku.

    “Upf.. brr..! Karena tak tahan susah bernapas kusembur kencang-kencang liang kemaluannya hingga menimbulkan bunyi aneh seberti kain robek. Brrtt..!
    “Ihh..” Tante  Nina menjerit kaget atas kenakalanku itu.
    “Awas ya.. entar Tante  balas kamu..” jeritnya manja.
    “Abis.. aku enggak bisa bernapas.. Tante  juga sih..” balasku tak kalah manja sambil meremas-remas bongkahan pantatnya yang sekal dengan gemas.

    Tante  Nina pun membalas aksiku tadi. Kini disedotnya kuat-kuat lubang saluran kencingku.. aku sempat mengawang merasakan kenikmatan yang tiada tara ini. Aku pun balas lagi kutekan pantatnya dan kudekatkan bibir kemaluannya ke mulutku dan mulai mlumat bibir kemaluannya dengan gemas. Kembali Tante  Nina menggelinjang dan akhirnya tak tahan sendiri.

    “Oh.. su.. sudah diikk..!” desisnya, “Tante  sudah enggak kuat..”

    Lantas ia mengubah posisinya. Sekarang kami berhadap-hadapan dan Tante  Nina masih di atas tubuhku. Dengan tanggannya batang kemaluanku dicocokkannya ke liang kemaluannya yang sudah sangat licin. Setelah tepat kemudian ditekannya pantatnya pelan pelan hingga batang kemaluanku mulai menyeruak kehangatan liang kemaluannya.

    Aku menggigit bibirku agar tidak melenguh. Hingga bless.. hampir seluruh batang kemaluanku terbenam dalam kehangatan liang kemaluan Tante  Nina. Tante  Nina menghentikan gerakannya dan kami menikmati keindahan saat-saat menyatunya tubuh kami. Kami saling bertatap pandang dan tersenyum mesra. Oh.. alangkah mesranya.
    “Aku sayang kamu Dikk..” bisik Tante  Nina di telingaku dengan mesra.
    “Aku juga Tante ..” balasku tak kalah mesra.
    Kemudian bibir kami saling berpagutan. Lidah kami saling bertaut.

    Dengan pelan Tante  Nina mulai menggoyangkan pantatnya naik turun di atas tubuhku. Batang kemaluanku semakin kencang tergesek-gesek dalam jepitan liang kemaluannya. Tanganku tak tinggal diam. Kuremas buah pantat Tante  Nina dengan gemas. Semakin lama semakin cepat Tante  Nina menggoyangkan pantatnya di atas tubuhku. Mulutnya tak henti-hentinya mendesis dan merintih. Aku pun mengimbangi gerakannya dengan memutar pinggulku menuruti instingku. Tante  Nina semakin liar menggoyangkan pantatnya dan mulutnya semakin kencang merintih.

    “Ouch.. terushh.. Diikk..” mulutnya terus merintih.
    “Tante  mau kell.. oohh..” belum habis ia bicara ternyata Tante  Nina sudah sampai ke puncak pendakiannya.

    Tubuhnya meliuk dan berkejat-kejat bak terkena aliran listrik yang dahsyat. Aku pun semakin kencang memutar pantatku mengimbangi gerakannya dan terdorong keinginan untuk memuaskan hasrat wanita yang kusayangi ini.

    “Kamu.. hebb. bathh..” bisik Tante  Nina mesra.

    Beberapa kali ia menggelepar di atas tubuhku dan akhirnya tubuhnya ambruk di atas perutku. Ia terdiam beberapa saat. Kubiarkan Tante  Nina untuk menikmati keindahan yang baru diperolehnya. Aku yang sudah dua kali mengeluarlan air mani selama satu malam itu merasa belum apa apa.

    Setelah napasnya mulai teratur kubisikkan agar Tante  Nina mengubah posisi. Sekarang kuminta Tante  Nina tengkurap di ranjang dan kujulurkan kedua kakinya ke lantai hingga pantatnya yang indah menungging di tepi tempat tidur. Perutnya kuganjal dengan bantal hingga posisi menunggingnya agak tinggi. Indah sekali pemandangan yang terpampang di hadapanku.

    Betapa tubuh telanjang Tante  Nina dengan pantatnya yang indah tengkurap dengan posisi menungging. Kunikmati pemandangan ini beberapa saat hingga Tante  Nina mengomel manja.

    “Ayo.. tunggu apa lagi” dia mengomel dengan manja.

    Aku pun menempatkan posisiku tepat di belakangnya. Dengan berdiri kucocokkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya dari arah belakang. Kugesek-gesek liang kemaluannya dengan kepala batang kemaluanku agar licin. Setelah licin, dengan pelan kutekan batang kemaluanku hingga menyeruak liang kemaluan Tante  Nina. Beberapa kali kukocok batang kemaluanku sebelum kubenamkan seluruhnya.

    Tante  Nina mulai mendesis dan dengan pelan mulai menggoyangkan pantatnya mengimbangi gerakanku. Setelah beberapa kali kocokan dengan sekuatnya kutekan pantatku hingga seluruh batang kemaluanku amblas ke dalam liang kemaluan Tante  Nina.
    Kepala Tante  Nina terdongak saat tulang kemaluanku beradu dengan pantatnya. Plok.. plok.. plok terdengar bunyi beradunya tulang kemaluanku dengan pantatnya hingga menimbulkan gairah tersendiri bagiku. Apalagi mulut Tante  Nina kembali mendesis dan merintih saat batang kemaluanku mengocok liang kemaluannya. Aku semakin bersemangat memacu dan mengayunkan batang kemaluanku dalam jepitan liang kemaluannya.

    Tante  Nina semakin liar menggoyangkan pantatnya membuat mataku terbeliak menahan nikmat. Karena dengan gerakannya itu batang kemaluanku seolah-olah diremas-remas dan dipelintir. Kutekan pantat Tante  Nina agar tidak terlalu kencang berputar. Aku bisa menahan napas lega begitu aku dapat mengontrol diriku agar tidak terbawa permainan Tante  Nina. Aku ingin berlama-lama merendam batang kemaluanku dalam jepitan kehangatan liang kemaluannya. Aku tidak ingin cepat-cepat selesai.

    “Ayoo.. kok pelan..” protes Tante  Nina begitu aku memperlambat tempo.

    Pantatnya semakin kencang. Kembali ia memutar pantatnya semakin lama semakin cepat hingga aku kembali merasakan desakan yang sangat dahsyat menekan dari perut bagian bawahku. Aku harus berusaha keras menahan desakan yang menggelegak dan kembali kutekan pantat Tante  Nina agar tidak terlalu cepat berputar.

    Batang kemaluanku yang terjepit dalam kehangatan liang kemaluannya seolah-olah terpelintir dan terjepit kian erat. Ujung kemaluanku terasa berdenyut-denyut seperti mau meledak. Semakin lama denyutan di ujung batang kemaluanku semakin kuat. Apalagi pantat Tante  Nina bukan hanya berputar, tetapi sesekali diselingi dengan gerakan maju mundur mengikuti ayunan pantatku. Rasanya aku sudah tidak kuat lagi untuk mengeluarkan air maniku.

    “Akhh.. Mbaak.. aku.. aku.. ma..” napasku kian tersengal hampir tak kuat lagi menahan gejolak.

    Tante  Nina semakin liar memutar pantatnya. Payudaranya berguncang-guncang seiring dengan gerakan tubuhnya yang liar. Suara beradunya pantat Tante  Nina dengan tulang kemaluanku semakin keras bercampur dengan deru dengusan napas dan rintihan kami.
    Aku semakin cepat mengayunkan pantatku maju mundur disambut dengan gerakan meliuk dan maju mundur pantat Tante  Nina. Gerakanku semakin tak teratur saat desakan yang sudah tak mampu lagi ku bendung meledak. Ujung batang kemaluanku berdenyut kian kencang dalam jepitan liang kemaluan Tante  Nina.

    “Arghh..” aku melenguh kuat.

    Mataku terbeliak dan tubuhku tersentak seperti terkena aliran listrik. Kucengkeram buah pantat Tante  Nina dan kutekan dengan kuat hingga batang kemaluanku semakin dalam menghunjam ke dalam liang kemaluannya. Crat..! crat.. crat.. crat.. cratt.. Hampir lima kali kusemburkan air maniku kedalam rahim Tante  Nina.

    “Ouch.. shh..” Tante  Nina pun rupanya mengalami orgasme pada saat yang bersamaan denganku.

    Tubuhnya meliuk dan ikut berkelejat dan beberapa saat kemudian tubuh kami ambruk. Batang kemaluanku masih terjepit erat dalam liang kemaluan Tante  Nina. Kubiarkan saja batang kemaluanku di sana. Aku rasanya sudah tak punya tenaga untuk menariknya. Kutindih tubuh telanjang Tante  Nina yang masih nungging di atas tempat tidur empuk itu. Kami sama-sama mengatur napas setelah berpacu dalam nikmat (Mirip acarany Mas Koes Hendratmo aja Cuma dia bikinnya ‘Berpacu dalam Melody’ Ha.. ha.. ha!)

    Kami sama-sama terdiam. Kupeluk tubuh Tante  Nina. Tubuh kami sama-sama basah dengan keringat. Aku masih sempat merasakan liang kemaluan Tante  Nina berdenyut-denyut menjepit batang kemaluanku yang sengaja tidak kulepas. Perlahan-lahan batang kemaluanku mulai terdorong keluar oleh denyutan liang kemaluan Tante  Nina.

    Plop.. akhirnya batang kemaluanku terlepas dari jepitan liang kemaluan Tante  Nina dengan sendirinya. Kugigit ujung telinga Tante  Nina sebagai ungkapan rasa sayangku. Kami bertatapan dan saling tersenyum mesra.

    “Kamu cepat pintar.. sayang” bisik Tante  Nina mesra.
    “Siapa dulu dong instrukturnya..” balasku sambil mencium bibirnya.

    Kembali bibir kami saling bertautan. Batang kemaluanku yang baru saja ‘terlempar’ keluar dari liang kemaluan Tante  Nina mulai berlagak lagi. Perlahan namun pasti ia mulai mengeras. Gila! Baru berdekatan aja sudah bertingkah. Mungkin capai dengan posisi nungging, Tante  Nina pun menggulingkan tubuhnya dan kini kami saling menindih dengan posisi saling berhadapan lagi. Bibir kami masih tetap saling melumat dan lidah kami pun saling dorong mendorong.

    Batang kemaluanku yang sudah keras kembali menempel ketat pada gundukan di selangkangan Tante  Nina yang hangat dan mulai basah lagi. Tanganku pun tak mau diam. Kedua payudara Tante  Nina yang sekal menjadi bulan-bulanan tanganku yang sibik remas sana remas sini, raba sana raba sini..

    Mendapat perlakuanku yang agak kasar, tubuh Tante  Nina menggelinjang di bawah tindihan tubuhku. Napasnya mulai memburu. Lalu tangannya mencari-cari dan akhirnya terpeganglah batang kemaluanku yang sudah sempurna dan siap tempur. Dibimbingnya batang kemaluanku ke celah-celah di selangkangannya dan digesek-gesekannya di celah hangat dan sempit itu. Setelah licin tiba-tiba kedua tangan Tante  Nina memegang pantatku dan ditariknya hingga batang kemaluanku kembali menghunjam liang kemaluannya dan bersarang di sana.

    Kembali kami mengulang persetubuhan kami. Entah berapa babak kami bertempur hari itu. Kami baru pulang ke rumah kami masing-masing setelah waktu check out habis, antar jam 1 atau jam 2 siang itu. Kami pun berjanji akan meneruskan ritual di Gn Kmks malam Jum’at berikutnya.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Aku Malu Dengan Perbuatanku

    Cerita Sex Aku Malu Dengan Perbuatanku


    835 views

    Perawanku – Cerita Sex Aku Malu Dengan Perbuatanku, Hari ini hari minggu, di siang hari yang pana di sudut kota Surabaya, aku sedang berkejaran dengan waktu dan bus kota. Peluh mengalir membasahi wajah dan baju, dalam hatiku aku bertekad untuk tidak datang terlambat hari ini.

    Penting bagiku untuk dating tepat waktu hari ini, sebab aku tidak ingin mengecewakan dosen yang sudah berulang kali memarahiku. Entah kenapa hari ini semuanya tampak tidak bersahabat denganku. Terminal bus yang terlalu ramai dengan orang-orang seolah-olah mengatakan bahwa aku harus datang lebih awal lagi jika tidak ingin terlambat.“Aku akan datang tepat waktu hari ini atau tamatlah sudah semua persiapan pada hari ini,” selorohku dalam hati.

    Bus yang kutunggu akhirnya dating juga, namun kayaknya hari ini lebih penuh dari biasanya, aku bergegas berdesakan dan masuk ke dalam bis tanpa ac yang baunya bercampur-campur antara bau keringat yang tengik dan bau penumpang yang tidak mandi hari ini kurasa. Tapi dengan membulatkan tekad akhirnya aku berhasil naik dan seperti sudah di duga aku tidak mendapatkan tempat duduk hari ini.

    “Hmm, pasti ada pria tampan yang mau memberikan tempat duduk kepada gadis manis hari ini,” pikirku samil menoleh kiri dan kanan mencari pria yang dimaksud.

    Namun akhirnya aku harus berdiri sampai bus berhenti di depan falkutasku. Oh My God! Aku terlambat lagi hari ini. Kali ini keterlaluan sekali terlambat sampai 30 menit, mana hari ini ada tes kecil lagi. Aku langsung berlari kencang setelah membayar ongkos bus ke pak kondektur. Rok lipit-lipit warna senada yang kupakai berkibar-kibar seolah ingin protes dengan kecepatan lariku. Ada seorang mahasiswa yang hampir kutabrak langsung berteriak “Sinting!!” tapi aku tak pedulu dan terus berlari. Payudara ku yang berukuran 36 B, dibungkus dengan BH merah merek Pierre Cardin tampang terguncang-guncang naik turun dengan semangatnya, ya memang potongan BH sedikit rendah dan kemeja yang kupakai agak longgar sehingga aku merasa seperti BH nya mau melorot kebawah.

    Aku terus berlari dan menaiki anak tangga ke ruang kuliahku yang di lantai 4. Aku berkuliah di sebuah universitas swasta yang cukup punya nama di Surabaya. Sambil terus berlari aku kembali berpapasan dengan beberapa cowok yang sedang duduk-duduk di tangga sambil bercakap-cakap. Mereka bersuit-suit melihat aku berlari, bagiku itu justru menambah semangatku. Dengan Sepatu hak tinggi berwarna hitam menyala setinggi 6 cm tidak mengurangi kegesitan ku. Aku sudah berada di ujung tangga ketika kusadari para cowok kurang ajar itu mungkin mengintip dari bawah tangga.

    “Sialan!!” umpatku dalam hati, mereka pasti tahu aku mengenakan celana dalam merah hari ini.

    Akhirnya dengan segala perjuangan aku akhir sampai ke depan ruangan kelas, aku kemudian mengetok pintu, masuk dan langsung ke bangku yang masih kosong di belakang.

    Aku masih terengah-engah ketika Pak Eko, demikian nama dosenku, meneriaki namaku dengan keras.

    “YESSY!!, KAMU TAHU INI SUDAH JAM BERAPA???,” aku sampai meloncat kaget mendengar teriakan itu.
    “AYO KAMU KEDEPAN DULU SINI,” aku mengumpat dalam hati kemudian dengan berat langkah menuju ke depan kelas.

    Aku berdiri di depan kelas menghadap anak-anak yang tiba-tiba menjadi ramai seolah di depan kelas ada sesuatu yang aneh. Pak Eko menatapku dengan dingin, matanya seolah ingin menjelajahi tubuhku, napasku masih sangat terengah-engah dan akibatnya payudaraku bergerak naik turun seiring dengan napas ku. Kemeja putih yang aku pakai memang agak longgar tapi terbuat dari kain yang cukup tipis, sehingga samar-samar pasti terlihat warna BH ku yang menyolok, ah tapi cuek sajalah. Aku langsung mengecek ke bawah untuk melihat apakah pakaian yang aku pakai harus ditata jika tidak semestinya,

    “Semuanya tampak rapi,” pikirku cepat.
    “Haah, ternyata ada noda keringat basah yang tampak seperti bunga di kedua sisi ketiakku. Shit!!” kataku dalam hati.
    “Maaf Pak Eko hari ini saya terlambat karena bus sangat lama datangnya,” aku berkata cepat namun berusaha untuk tidak memicu kemarahannya.
    “Ya, saya tahu tapi hari ini kita sedang tes, dan kamu tahu aturannya kan bahwa ikut tes ini merupakan kewajiban sebelum UAS atau kamu tidak akan lulus pelajaran saya jika tidak mengikuti tes ini,” jelas Pak Eko tegas.
    “Kamu setelah kuliah ini harap menemui saya di kantor, kamu harus ikut tes susulan atau kamu tidak akan pernah lulus,” lanjutnya.
    “Ya pak,” jawabku cepat.

    Mata kuliah Pak Eko merupakan suatu mata kuliah yang sangat penting untuk mengambil mata kuliah lain karena tercantum hampir dalam setiap prasyarat mata kuliah lain. Dengan tidak lulus mata kuliah ini kemungkinan semester depan aku hanya dapat mengambil 1 mata kuliah saja yang lain semua terkena prasyarat.

    “Aku anak yang bertekad baja, aku harus lulus mata kuliah ini!!,” tekadku dalam hati.

    Pak Eko, umur 32 tahun, perawakan besar tinggi dan berkumis, kulitnya agak sawo matang tapi cukup putih untuk ukuran lelaki. Statusnya sudah cerai dengan istrinya dan sekarang hanya tinggal sendirian di salah satu kawasan elit di Surabaya, sebenarnya Pak Eko orang kaya dia punya usaha sampingan Rumah Walet di beberapa tempat. Tidak jelas mengapa ia mau menjadi dosen yang bayarannya hanya beberapa juta sebulan. Yang jelas orangnya ramah dan punya banyak teman. Teman saya pernah memergoki pak Eko di salah satu pub elit bersama temannya setelah di tanyai katanya urusan bisnis.

    Oh ya, namaku Yessy, aku cewek berusia 20 tahun. Sekarang kuliah semester 3 jurusan ekonomi, tubuhku langsing tapi berisi. Rambutku sebahu dan lurus seperti iklan yang di re-bonding itu lho. Banyak orang bilang aku cantik dan bukan saja orang hanya bilang, tapi aku sendiri bekerja paruh waktu sebagai SPG di berbagai tempat dan juga sebagai pagar ayu. Pokoknya untuk urusan pamer wajah dan badan aku pasti di ajak. Bukan apa apa sebenarnya, tetapi memang itulah kelebihanku. Aku punya banyak teman cowok maupun cewek aku orang yang pintar bergaul atau memang aku cantik sehingga banyak di kerubungi cowok yang sekedar senang atau memang menginginkan sesuatu, bukan hanya cantik lho, tapi juga seksi.

    Dadaku cukup padat berisi dan sesuai dengan postur tubuhku yang tinggi 162 cm dan berat 50 Kg, Kukira itu ukuran ideal yang di inginkan setiap wanita. Walaupun aku orang nya sering berada dimuka umum tapi aku sebenarnya agak pemalu, aku tidak berani berbicara sambil menatap mata orang, hanya kadang-kadang aku harus PeDe karena di bayar untuk itu. Tentu bukan hanya payudara ku saja yang indah, kulitku juga putih dan betisku mulus menantang setiap mata yang mampu menjelajahinya. Aku rajin merawatkan tubuh di berbagai salon kecantikan karena menurut bosku supaya lebih bernilai jual, entah apa maksudnya. Mungkin supaya penjualan produknya semakin besar atau supaya sering dipakai jadi SPG.

    “Yessy, hari ini bapak tidak sempat ke kantor lagi karena ada urusan penting yang tidak bisa di tunda. Kalau kamu betul pingin ikut tes ini, nanti hubungi bapak agak sore ya. Kalau lain kali bapak sudah enggak bisa kasih tes lagi, atau kamu mengulang aja tahun depan ya?” ucapan Pak Eko membuyarkan lamunan ku.

    Ternyata di kelas tinggal aku sendirian. Entah sejak kapan bubar, kayaknya aku terlalu banyak melamun hari ini.

    “Saya mau lulus semester ini pak, bagaimana kalau bapak tidak sempat nanti sore saja tes nya bahkan kalau di rumah bapak sekalipun saya bersedia yang penting bapak mau meluangkan waktu untuk saya” kataku gugup karena pikiranku baru terputus dan kacau.
    “Kamu tahukan nomor HP bapak kan? Ya sudah nanti sore bapak tunggu ya,” Lanjut pak Eko cepat langsung bergegas pergi.

    SubChapter 1b. Ketika semuanya di awali dengan ‘manis’

    Sudah jam empat sore ketika rangkaian kuliah hari ini selesai, aku tidak sempat pulang lagi, sambil melirik jam guess di tangan kiriku, janjiku dengan Pak Eko adalah jam 4.15 aku harus bergegas sebelum terlambat lagi, tidak usah melapor ke rumah lagi tokh tidak ada orang di rumah ku. Aku tinggal sendiri karena aku sebenarnya bukan orang Surabaya, aku anak luar pulau, aku tinggal sendirian di rumah kontrakan kecil yang tetangganya pun aku tidak berapa kenal. Keberanianku tinggal sendirian semata karena tekadku kuliah di Surabaya. Ya aku memang cewek bertekad baja.

    “Aku naik ojek sajalah ke rumah Pak Eko biar tidak terlambat” pikirku.

    Benar juga tidak sampai 10 menit aku sudah berdiri di depan sebuah rumah mewah berlantai 2 Pak Eko juga kebetulan baru pulang sehingga kami sama-sama masuk ke rumah. Pak Eko kemudian meminta waktu untuk mandi sebentar dan mempersilakan saya duduk di sofa berbulu putih yang tampaknya mahal. Begitu pak Eko hilang dari pandangan mataku aku berdiri dan melihat-lihat sekelililing.

    Aku terkagum-kagum melihat koleksi lukisan pak Eko yang indah-indah. Tiba-tiba ada geraman di belakangku, entah dari mana datangnya tapi dua ekor doberman besar sudah ada di belakangku dalam jarak kurang dari satu meter. Doberman-doberman tersebut cukup besar dan tinggi. Mereka mulai menggeram-geram dan maju perlahan. Aku takut sekali tapi aku tidak berani lari karena pasti di kejar dan bisa di gigit. Aku hanya maju ke dinding dan diam mungkin anjing itu akan menganggap aku bukan ancaman dan pergi. Aku merasa mereka makin mendekat mungkin hanya 1/4 meter lagi. Aku ingin berteriak tapi takut mereka jadi tambah galak lagipula pak Eko kemungkinan tidak mendengar dari kamar mandi. Aku cuma menutup mata dan berharap yang indah-indah.

    Dalam kegelapan tiba-tiba semua hening, anjing-anjing itu pasti sudah pergi, aku mencoba membuka mata dan menoleh ketika tiba-tiba terasa napas hangat di… Astaga!! di bagian atas belakang lutut. Salah satu doberman itu sudah begitu dekatnya sehingga napasnya dapat di rasakan pada kulitku yang mulus itu. Ia mulai menjilat-jilat bagian belakang pahaku, semakin lama semakin ke atas. Aku mulai merasa geli tapi tidak berani bergerak sedikitpun, jilatan itu menjadi semakin liar seolah-olah pahaku ada rasanya, yah.. mungkin bau dari kemaluanku, dan keringat yang mengering. Aku pernah menonton TV yang mengatakan bahwa binatang suka tertarik dengan bau kelamin lawan jenisnya sebelum memulai hubungan seks. Jilatan itu semakin naik sampai ke sela-sela paha bagian belakang dan mulai mengenai celana dalamku.

    “Ooohh, celana dalamku pasti basah nih” pikirku.

    Ludahnya terasa sekali banyaknya dan hangat serta geli. Aku mulai merasa terangsang karena jilatan itu. Doberman tersebut semakin bersemangat. Kayaknya ia tertarik dengan celana dalam merahku karena ia sudah tidak menjilati paha lagi tapi sudah menjilat celana dalamku. Kurasakan kemaluanku basah karena cairan kemaluanku sendiri deras mengalir seiring dengan ekstasi kenikmatan yang aku rasakan.

    Aku tiba-tiba terpikir bagaimana kalau celana dalamku di korbankan saja ke anjing itu, tapi bagaimana dengan anjing satunya yang menonton bagaimana kalau ia mau juga tapi kayaknya, oh syukur lah, hanya tinggal seekor saja. Aku memberanikan diri untuk mengangkat rok dan melucuti celana dalamku. Anjing itu menurut aja untuk menunggu seolah sudah tahu kalau celana dalam itu akan menjadi mainannya. Ia mundur dan membiarkan aku melucuti celana dalamku. Celana itu meluncur turun dengan cepat dan kulempar yang jauh. Tak disangka anjing itu langsung mengejar celana dalam itu dan memberi aku tempat kosong dan waktu untuk lari. Aku langsung lari dan mencari tempat yang aman.

    “Harus tempat yang tidak dapat di jangkau anjing tersebut,” Pikirku cepat.

    Kulihat di kebun belakang ada bangunan menyerupai air mancur dan letaknya cukup tinggi tapi harus dipanjat sedikit. Aku langsung lari kesana dan memanjat lalu berdiri diatasnya. Akhirnya aman juga, begitu pak Eko selesai mandi aku langsung berteriak minta tolong. Anjing itu juga tampaknya sibuk dengan celana dalamnya, sudah hampir di telan dan di gigit-gigit.

    “Harganya Rp 200.000, mati aku, baru beli lagi,” pikirku.

    Tiba-tiba aku panik bagaimana menjelaskan semua ini ke pak Eko ya? Lagipula sekarang ia harus turun dibantu oleh pak Eko karena tidak mungkin dia meloncat ke bawah, Bagaimana kalau kelihatan dari bawah oleh pak Eko kalau aku tidak mengenakan celana dalam? Atau haruskan dia berterus terang saja tokh pak Eko juga akan tahu kalau aku tidak pakai celana dalam?

    Tiba-tiba pak Eko muncul dari dalam rumah dan berkata “Lho Yessy, kamu kok di atas sana?”
    “Menghindari anjing bapak” jawabku.
    “Anjingnya sudah bapak usir keluar ayo bapak bantu turunin kamu” kata pak Eko sembari maju mendekati.
    “Saya bisa sendiri kok saya lompat aja” jawabku lagi.

    Aku ogah ketahuan kalau enggak pakai celana dalam. Pak Eko bersikeras mau membantu aku turun jadi dia pergi mengambilkan kursi untukku. Akhirnya sampai juga di bawah lagi sekarang tinggal mengambil celana dalam itu yang pasti sudah di tinggalkan anjingnya di lantai. Mataku langsung cepat menyapu lantai mencari benda itu sebelum terlihat pak Eko. Aku sedang sibuk memeriksa lantai ketika pak Eko datang lagi sambil berkata,

    “Ini punyamu ya?” ditangannya terjulur sebuah celana dalam merah ku yang sudah basah kuyup dan penuh gigitan. Ini sangat memalukan masak celana dalam saya di pegang pak Eko terus basah lagi.
    “Iya pak, semua itu gara-gara anjing bapak, terima kasih pak,” jawabku gugup sambil menyambar benda itu dari tangan pak Eko.
    “Nanti bapak ganti deh, maafkan anjing bapak” kata pak Eko sambil menggeleng-gelengkan kepala.

    Berdiri di depan pak Eko dengan rok sependek ini dengan kenyataan tidak mengenakan celana dalam membuatku terangsang lagi. Cairan kemaluanku pasti menetes ke lantai nih, “Oohhh aku sudah tidak tahan lagi” pikirku dalam hati.

    Benar aja dugaanku tiba-tiba setitik cairan menetes kelantai di iringi tetes berikutnya. Hal ini terlihat jelas oleh pak Eko yang kebetulan sedang menunduk.

    “Oh, kamu pingin pipis ya? Itu ada kamar mandi. Bapak tidak punya celana dalam wanita buat gantinya tapi kalau mau bapak ngajak kamu ke mal untuk beli gantinya sekarang,” tawar pak Eko.

    Saya tidak menjawab langsung aja ngeloyor ke kamar mandi. Pak Eko memandangku sampai aku masuk ke kamar mandi.

    “Bapak-bapak boleh keluar sekarang” ucap pak Eko.

    Tampak dari sebuah ruangan sebelah yang dibatasi kaca cermin 1 arah keluarlah beberapa orang laki-laki setengah baya. Salah satu dari mereka tampaknya kaya dan peranakan tionghoa. Kelihatannya Ia businessman yang sukses. Sedangkan yang lain kelihatan adalah kaki tangannya.

    “Pak Bobi, bagaimana anjing saya pak? Anjing ini khusus di latih di Eropa untuk meniduri wanita yang ditemuinya sangat hebat dan ahli di bidangnya. Tawaran saya 750 juta masuk akal sekali kan pak?” jelas Pak Eko.
    “Seperti yang telah bapak saksikan sendiri dia dari belakang cermin tadi, anjing-anjing tersebut mampu mendekati dan melakukan inisitiaf sendiri, mereka bisa mencium bau kemaluan wanita dari jarak berkilo-kilo jika bapak mau pun dia bisa berhubungan seks dengan wanita tanpa perlu di bimbing asal wanita tersebut tidak melawan dan telanjang,” lanjut pak Eko jelas.
    “Okelah kita deal aja yang penting kamu harus kasih saya 1 show sebagai complimentary dan sekaligus melihat kemampuannya,” Pak Bobi berkata sambil menepuk pundak pak Eko, “Dan saya mau wanita tadi yang dipergunakan dalam show itu, dia tampak putih dan merangsang serta seksi saya suka dia,” lanjut pak Bobi.

    Pak Bobi langsung pamit dan keluar di depan sudah menunggu sebuah BMW seri 7 terbaru berwarna hitam gress dengan supir yang berpakaian putih-putih. BMW itu melaju cepat meninggalkan kediaman pak Eko.

    Sementara itu Yessy sudah selesai mencuci dan mengelap kering kemaluannya yang basah akibat jilatan anjing tersebut. Celana dalam itu tidak jadi dipakai kembali karena jijik dengan ludah dan lendir dari anjing terebut, ia bahkan akan membuangnya jika sudah dapat yang baru. Tentu saja ia suka dengan ucapan pak Eko yang berjanji untuk menggantinya dengan yang baru. Ia keluar dengan rok tanpa celana dalam. Terasa dingin karena angin bertiup di bawah kemaluannya. Ide mengenai jalan-jalan di mal tanpa mengenakan celana dalam cukup memalukan rasanya apalagi lelaki yang menemaninya mengetahui hal itu. Tapi tidak ada pilihan lain demi tes yang harus di kerjakan hari ini. Demi kelulusan yang dia cita-citakan selama ini.

    Pak Eko menghampiri dia sambil membawakan segelas besar juice leci yang tampaknya enak dan dingin.

    “Sebagai rasa bersalah saya ini hidangan sekadarnya, maaf kalau tidak ada makanan, nanti keluar makan aja sekalian sekarang di minum dulu lalu saya tunggu di mobil” tukas pak Eko.

    Aku minum dengan cepat sampai tumpah sedikit di kemejaku tepat di bagian payudara sebelah kiri rasa dingin langsung menyergap ke dalam. Aku tidak sempat ke kamar mandi lagi langsung kulap saja pakai tangan dan berlari ke mobil yang sudah menunggu di depan.

    SubChapter 1c. Di mal, permainan di mulai.

    “Kamu ulang aja tahun depan ya” ucapan pak Eko membuyarkan keheningan di mobil, “Maaf walau ada kejadian tadi tapi semuanya kan berawal dari keterlambatan kamu” lanjutnya.
    “Saya harus lulus apapun caranya” pintaku. Apapun caranya.
    “Kalau begitu nanti tesnya lisan aja di mal ok, kan kamu bilang apapun caranya” tawar pak Eko.
    “Ok” kataku cepat seolah tidak ingin dia berubah pikiran.

    Begitu turun dari parkir aku langsung berjalan menuju department store sementara pak Eko ikut di belakangku. Pak Eko mengisyaratkan agar Yessy mengikuti dia dan seolah sudah tahu jalan pak Eko langsung menuju ke tempat penjualan underwear di department store tersebut. Agak kagum namun di telan aja kekaguman itu, perhatian Yessy tertuju di setumpuk celana dalam yang bermerek sama dengan BH nya saat ini. Ia sudah menemukannya ketika seorang pelayan mengatakan bahwa celana dalam tersebut boleh di coba di kamar pas. Hal itu sedikit aneh bukan? Seharusnya celana dalam tidak boleh di coba? Ah tapi persetan dengan keanehan itu yang penting aku sekarang sudah kedinginan dan sudah mulai terangsang lagi.

    Cerita Sex Aku Malu Dengan Perbuatanku

    Cerita Sex Aku Malu Dengan Perbuatanku

    Kamar pas itu pas di sudut dengan cermin di dua sisi. Agak sempit tapi cukup terang berlantai karpet. Ia mengunci pintu dengan baik dan mulai membuka roknya. Tampak kemaluannya menyembul sedikit berwarna kemerahan dan tampak basah mengkilap dibawah siraman lampu. Ia mengangkat sebuah kakinya ke atas sebuah dudukan yang ada di ruang ganti tersebut sambil memeriksa kemaluannya yang basah. Rambut kemaluannya nampak cukup lebat dan subur sekali. Kemaluannya memiliki bibir yang mungil yang mampu mengundang semua “kumbang” untuk berduyun-duyung mengerubunginya. Bukan hanya “kumbang” bahkan mungkin kumbang juga akan berduyun-duyun mengerubunginya, mungkin siapa tahu. Bau lendir dari kemaluan sangat khas sekali setiap cewek bisa mempunyai bau yang berbeda namun seorang yang ahli dapat tetap membedakan mana bau dari kemaluan mana bau dari ketiak.

    Setelah di usap-usap sampai tampak kering barulah ia mengenakan celana dalam tersebut. Astaga celana dalam itu seksi sekali di pinggulnya, kenapa tidak terpikir dari dulu ya? Dia berputar-putar sejenak untuk memastikan semuanya benar dan melangkah keluar tanpa membukanya lagi. Sampai di depan tampak pak Eko lagi bercakap-cakap dengan sang pelayan tersebut. Pak Eko memberi kode apakah cocok dan ia mengiyakan, selanjutnya uang pun berpindah tangan ke laci kasir.

    “Sekarang ayo kita makan sebelum tes di mulai” perintah pak Eko sambil menggandeng tanganku, reflek aku menarik tanganku tapi kembali di pegang pak Eko kali ini agak keras sehingga aku takut dan menurut aja tokh habis ini selesai sudah.

    Kami makan di sebuah café yang memiliki kursi sofa berbentuk L dan tampak sangat private mungkin karena suasana café yang agak remang-remang dan orang yang tidak banyak mungkin hanya 3 meja yang ada penghuninya kebanyakan adalah pasangan muda. Kami memilih meja di sudut dan mulai memesan makanan. Pak Eko memesan steak ayam dengan segelas nescafe dan aku memesan salad semangka, nasi goreng special dan Lemon Tea. Aku betul-betul lapar sehingga begitu di tawari makanan ini aku mengangguk aja. Aku sedang menunggu pesanan ketika tiba-tiba aku merasa ada tangan di bawah rokku.

    Tangan pak Eko yang kasar meraba pahaku yang mulus. Aku mau berteriak tapi tidak enak kalau Cuma pak Eko tidak sengaja benar kan. Aku memandang pak Eko ketika tiba-tiba pak Eko menciumku. Aku langsung kaget dan mundur sambil berkata

    “Maaf, Bapak jangan begitu” tapi pak Eko membalas dengan mengatakan bahwa tes nya akan saya beri sekarang.

    Tiba-tiba terpikir bahwa bisa saja tes di ganti dengan pelukan dan kencan kilat seperti yang biasa di halalkan di kalangan dosen tertentu. Ah menurut sajalah. Tangan Pak Eko mulai merajalela dan semakin ke atas meraba daerah kemaluanku. Kontan aku basah lagi karena merasa nikmat dan geli, aku mulai menuruti permainan pak Eko ketika aku tersadar kami sedang ada di mal, didalam café dan sedang menanti makanan, dan mungkin saja ada orang yang melihat. Saya berusaha memberitahu dan melihat kalau-kalau ada yang melihat tapi sia-sia. Jari pak Eko sudah berada di dalam celana dalamku di gosok-gosokan ke kemaluanku yang basah. Rangsangan yang diberikan semakin hebat aku mulai tenggelam dan merintih nikmat.

    Tiba-tiba Pelayan entah bagaimana sudah ada di dekat situ. Bagaimana kalau dia melihat kami berciuman? Ah itu sudah jelas dan mungkin lumrah. Tapi bagaimana kalau ia melihat tangan pak Eko berada di bawah rok ku? Tiba-tiba semua kembali biasa lagi pak Eko dan aku menerima makanan kami dan mengucapkan terima kasih. Pelayan itu meninggalkan kami sesaat kemudian. Pak Eko kemudian menunjukan jarinya yang basah oleh lendir kemaluanku. Basah sekali sampai aku kaget dan malu apa iya aku jadi sebasah itu. Lendir itu betul berbau khas ketika di dekatkan ke hidungku. Aku malu sekali belum pernah semalu ini di depan umum. Apalagi ketika pak Eko mencium bau lendir tersebut dekat hidungnya. Dunia rasanya mau runtuh aja. Tiba-tiba pak Eko tersenyum dan menatapku dan berkata kamu lulus tes nomor satu.

    Tiba-tiba entah kenapa aku pingin pipis setelah selesai makan, mungkin karena cairan yang aku minum terlalu banyak sejak tadi. Aku mengatakan hal itu kepada pak Eko dan meminta izin kebelakang. Pak Eko mempersilakan aku langsung lari ke kamar mandi terdekat. Eh.. Ternyata sesampaiku disana kamar mandinya sedang out of order karena mungkin sedang di bersihkan, aku tidak menyerah dan naik ke lantai berikutnya yang ini juga out of order. Sementara otot lubang kencingku mulai berteriak-teriak seperti lagi kebakaran,

    “Tolong kucurkanlah airnya, siram api itu” kalau andaikata otot tersebut bisa bicara.

    Sepertinya kencingnya sudah diujung mau meluncur keluar ketika aku sedang menaiki eskalator ke lantai berikutnya, disini malah kamar mandinya tidak ada. Akhirnya dengan langkah gontai dan menahan pipis yang semakin mendesak aku kembali ke café dengan harapan pak Eko mengetahui letak toilet yang lain. Pak Eko masih minum kopi ketika aku sampai dan langsung duduk kembali.

    “Semua toilet rusak pak” jawabku putus asa.
    “Buka saja celana dalammu dan pipis disini” kata pak Eko ringan seolah-olah jawaban itu sangat bijaksana.

    Wajahku memerah seketika mendengar jawaban itu, malu rasanya saking hebatnya sampai-sampai pipisku muncrat sedikit.

    “Bagaimana mungkin pak” Jeritku pelan,
    “Buka dulu celana dalam kamu dan taruh di atas meja” perintah pak Eko.

    Hatiku langsung berdegup kencang dan wajahku menjadi semakin merah. Tapi aku takut dan mengikuti aja pak Eko. Aku mengangkat rokku sedikit dan melucuti celana dalam ku sambil duduk sambil berharap cemas tidak ada orang di café itu yang tahu. Celana dalam itu kuserahkan ke pak Eko yang kemudian di taruh di atas meja. Selanjutnya aku menunggu instruksi pak Eko. Pak Eko mengambil gelas kosong bekas lemon tea yang tadi kuminum dan menyodorkannya ke aku, sambil berkata,

    “Kamu pipis aja ke gelas ini, tokh tidak ada yang tahu kalau itu lemon tea atau pipis kamu”.

    Hatiku langsung copot mendengar perintah itu. Tapi ya mungkin itu satu-satunya jalan. Meja tempat kami duduk bukan tipe tertutup cuma saja karena kursi sofa sehingga posisi meja menutupi ku sampai batas dada dan juga meka tersebut cukup lebar Ya cukup tertutup dan rendah sehingga orang tidak mudah melihat apa yang terjadi di bawah meja tapi kalau ada yang menjulurkan kepala di bawah meja pasti akan terlihat pemandagan indah.

    Aku menerima gelas tersebut dengan tangan gemetar selanjutnya aku memposisikan duduk ku ke ujung kursi agar bisa meletakan gelas di bawah kemaluanku. Aku tidak berapa jelas dimana posisi gelas apakah sudah tepat atau belum yang pasti aku harus membuka paha agak lebar, tangan kanan ku memegang gelas dan tangan kiri ku membuka bibir kemaluanku lebar-lebar, gelas kuposisikan tepat di mulut bibir kemaluanku dan tiba-tiba pak Eko berkata,

    “Jangan pipis dulu jaga aba-aba dari saya, dan jangan pipis terlalu kuat bunyinya itu lho bisa memancing perhatian orang,”

    Saya kemudian memandang sekeliling tampak ada beberapa laki-laki yang duduk berhadapan tapi tidak memperhatikan kami. Andaikata mereka menundukan badan kebawah sudah pasti mereka melihat jarak meja kami Cuma 1,5 meter saja. Mereka tepat berhadapan dengan kami, tadinya mereka tidak ada entah kenapa bisa berada di situ.

    “Oke Yessy, kalau sudah siap saya hitung sampai 3 dan kamu mulai pipis, 1.. 2.. 3” demikian aba-aba dari pak Eko.

    Aku pipis dengan perlahan tapi stabil, muncratan pertama agak keluar dan membasahi jariku dan mungkin juga lantai, tapi begitu pipis keluar lancar sudah tidak tumpah lagi. Aku betul-betul sudah tidak tahan lagi terlambat semenit pasti aku sudah pipis di kursi sofa tersebut. Tiba-tiba pak Eko memanggil pelayan di meja sebelah, aku baru mengeluarkan 1/3 dari seluruh kencingku, ketika pelayan tersebut dengan sigap mendatangi mejaku.

    Tiba-tiba aku sadar celana dalamku sudah tidak ada di atas meja. Celana dalam tersebut berada 1/2 meter di depan mejaku siapapun yang mengambilnya akan tahu aku sedang pipis ke dalam sebuah gelas, dan dia pasti akan mendapatkan pemandangan yang sangat indah. Bibir kemaluan yang terbuka, gelas yang berisi separuh cairan pipis kekuningan, dan lubang kemaluan yang memancarkan pipis kekuningan, pertunjukan yang cukup indah bukan hanya untuk kelas café,

    “Tolong ambilkan celana nona ini jatuh di depan itu pak” pak Eko meminta tolong pelayan untuk mengambil celana dalam yang jatuh di depan meja kami.

    Pelayan itu membungkuk dan mengambil celana dalam itu. Semua terjadi begitu cepat sampai aku tidak sempat menghentikan kegiatan ini. Dalam hati aku mau pingsan aja, pasti pelayan itu melihat aku pipis, oh tidak, pelayan itu kemudian berdiri dan sambil tersenyum sambil menyodorkan celana dalam itu ke saya, kedua tangan saya sedang sibuk di bawah ketika saya disodori celana dalam itu. Pelayan itu wajahnya merah karena malu dia kayaknya kaget sekali ketika tadi memungut celana itu.

    “Taruh aja di meja itu, terima kasih pak” jawabku menahan malu dan mukaku merah.
    “Kamu ini bagaimana sih Yes, masak orang sudah angkat barang kamu, kasih baik-baik masak kamu suruh taruh di meja itu kan celana dalam yang tidak sepatutnya berada di meja” sergap pak Eko, “Terima dengan kedua tangan kamu, berdiri dan membungkuk sendikit sambil mengucapkan terima kasih, ayo cepat!!” lanjut pak Eko setengah marah-marah.

    “Tapi..,” kencingku meluncur lebih deras dan tidak berdaya, tanganku tidak mungkin kuangkat, Aku sadar pak Eko sedang mempermalukan ku di depan pelayan ini.
    “Tapi saya tidak bisa pak” pintaku memohon.
    “Ya, sudah selesaikan dulu kerjamu baru terima celana itu dan lakukan seperti yang saya perintahkan” lanjut pak Eko penuh wibawa.

    Rasanya seperti setahun ketika akhirnya aku selesai memuntahkan seluruh kencing ke dalam gelas, tepat segelas penuh. Aku jadi sadar gelas ini harus kuangkat ke atas meja supaya kedua tanganku kosong. Aku mengangkat gelas itu dengan gemetar kutaruh di atas meja dan kemudian aku berdiri dan menerima celana dalam itu dan mengangguk terima kasih.

    Pelayan itu sepertinya melihat semua yang terjadi ketika dia tersenyum penuh arti kepadaku sambil menyodorkan celana dalam tersebut.

    “Minumannya sudah tidak diminum lagi non, biar saya angkat” pelayan itu berkata penuh arti seolah-olah tidak tahu apa-apa.
    “Sabar dulu belum habis diminum, ada apa buru-buru, ayo Yessy, habiskan dulu minuman kamu” Pak Eko berkata seolah tidak terjadi apa-apa juga.

    Yessy langsung syok begitu melihat segelas penuh kencingnya sendiri dalam satu-satunya gelas yang berisi “minuman”. Matanya menoleh ke pak Eko sambil berharap pak Eko tidak memaksa dia untuk meminum “minumam” dalam gelas itu.

    “Ayo habiskan kalau kurang manis bisa tambah gula” sambil mengambil sedotan di atas meja dan memasukan nya ke dalam gelas tersebut.

    Aku malu sekali harus meminum air kencing sendiri dalam gelas tinggi yang di beri sedotan lagi dan bukan saja itu melainkan di saksikan juga oleh 2 orang yang satu bahkan aku tidak tahu namanya dan mereka juga tahu bahwa itu adalah air kencingku sendiri. Tanganku gemetar memegang gelas yang hangat dan memasukan sedotan ke mulutku. Rasanya seperti berabad-abad dan kedua orang di depanku menunggu dengan penuh senyuman melihat aku minum.

    Rasanya sedikit asin dan baunya sangat pesing. Warnanya kuning dan penuh busa. Nasi goreng di perutku rasanya mau keluar semua ketika cairan kuning itu mulai membasahi tenggorokanku dan lambungku. Minum segelas penuh rasanya lama sekali bahkan aku di paksa menghisap sampai habis tuntas dan menjilat gelas tersebut. Pelayan tersebut mengambil gelas tersebut dan diangkat ke atas sambil berkata

    “Wah, nona ini hebat ya minumnya, mau tambah lagi”
    “Tiiidak..,” Tangisku.

    Kami membayar lalu keluar dari Café diiringi ucapan terima kasih dari pelayan tersebut sambil berkata

    “Lain kali datang lagi ya”.

    Aku hampir pingsan ketika pelayan tersebut membisikan sesuatu ke telingaku.

    “Gelas itu tidak akan pernah ku cuci akan di taruh di atas pajangan dan di beri tulisan ‘Yessy meminumnya sampai Habis’ tiap kali kamu datang aku akan menceritakan peristiwa ini kepada tamu yang ada”

    Lututku langsung lemas.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Malam Pertama Susah Di Lupakan – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sex Malam Pertama Susah Di Lupakan – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1536 views

    139.99.33.211 Menayangkan Hiburan Berupa| Cerita Sex Terbaru | Cerita Sex Abg | Cerita Sex Sedarah | Cerita Sex Selingkuh | Cerita Sex Tante | Yang Di Posting Kali Ini “Cerita Sex Malam Pertama Susah Di Lupakan”

    Perawanku – Wangi melati harum semerbak sampai ke setiap sudut kamar pengantin yang dihias berwarna dominan merah jambu. Dan, di sisiku terbaring gadis yang amat sangat kucintai, berbalut daster tipis yang juga berwarna merah jambu. Matanya yang indah dan bening menatapku penuh rasa cinta, sementara jemarinya yang halus membelai lembut tanganku yang sedang memeluknya. Kulitnya tidak terlalu putih, tetapi halus dan mulus. Dia, yang kukenal saat sama-sama duduk di bangku kuliah, yang menjadi incaran para pemuda di kampus, sekarang telah resmi menjadi istriku.

    Malam ini adalah malam pertama kami sah untuk sekamar dan seranjang. Tidak ada lagi rasa takut atau khawatir dipergoki orang, tidak ada lagi rasa terburu-buru, dan juga tidak ada lagi rasa berdosa seperti yang kami rasakan dan alami selama berpacaran. Masa pacaran kami memang tidak terlalu “bersih”, saling cium, saling raba bahkan sampai ke tingkat Heavy Petting sering kami lakukan. Tapi, dengan penuh rasa sayang dan tanggungjawab, aku berhasil mempertahankan kesuciannya sampai saat ini. Aku bangga akan hal itu.

    Suasana yang romantis ditambah dengan sejuknya hembusan AC sungguh membangkitkan nafsu. Kupeluk dia, kukecup keningnya lalu kuajak dia untuk berdoa pada Yang Maha Kuasa seperti pesan mertua laki-lakiku tadi. Andaikan apa yang kami lakukan malam ini menumbuhkan benih dalam rahim, lindungi dan hindarilah dia dari godaan setan yang terkutuk.

    Dari kening, ciumanku turun ke alis matanya yang hitam lebat teratur, ke hidung dan sampai ke bibirnya. Ciuman kami semakin lama semakin bergelora, dua lidah saling berkait diikuti dengan desahan nafas yang semakin memburu. Tanganku yang tadinya memeluk punggungnya, mulai menjalar ke depan, perlahan menuju ke payudaranya yang cukup besar. Sungguh pintar dia ini memilih daster yang berkancing di depan dan hanya 4 buah, mudah bagi tanganku untuk membukanya tanpa harus melihat. Tidak lama kemudian kaitan BH-nya berhasil dilepaskan oleh tanganku yang sudah cukup terlatih ini. Kedua bukit kembar dengan puncaknya yang coklat kemerahan tersembul dengan sangat indah. Daster dan BH itupun segera terlempar ke lantai.

    Sementara itu, dia juga telah berhasil membuka kancing piyamaku, melepas singlet dan juga celana panjangku. Hanya tinggal celana dalam masing-masing yang masih memisahkan tubuh telanjang kami berdua.

    Kulepaskan ciumanku dari bibirnya, menjalar ke arah telinga, lalu kubisikkan kata-kata cinta padanya. Dia tersenyum dan menatapku sambil berkata bahwa dia juga amat mencintaiku. Kulanjutkan ciumanku ke lehernya, turun ke dadanya, lalu dengan amat perlahan, dengan lidah kudaki bukit indah itu sampai ke puncaknya. Kujilati dan kukulum puting susunya yang sudah mengacung keras. dia mulai mendesah dan meracau tidak jelas. Sempat kulihat matanya terpejam dan bibirnya yang merah indah itu sedikit merekah. Sungguh merangsang. Tanganku mengelus, meremas dan memilin puting di puncak bukit satunya lagi. Aku tidak ingin buru-buru, aku ingin menikmati detik demi detik yang indah ini secara perlahan. Berpindah dari satu sisi ke sisi satunya, diselingi dengan ciuman ke bibirnya lagi, membuatnya mulai berkeringat. Tangannya semakin liar mengacak-acak rambutku, bahkan kadang-kadang menarik dan menjambaknya, yang membuat nafsuku semakin bergelora.Dengan berbaring menyamping berhadapan, kulepaskan celana dalamnya. Satu-satunya kain yang masih tersisa. Perlakuan yang sama kuterima darinya, membuat kemaluanku yang sudah sedemikian kerasnya mengacung gagah. Kubelai kakinya sejauh tanganku bisa menjangkau, perlahan naik ke paha. Berputar-putar, berpindah dari kiri ke kanan, sambil sekali-sekali seakan tidak sengaja menyentuh gundukan berbulu yang tidak terlalu lebat tapi terawat teratur. Sementara dia rupanya sudah tidak sabar, dibelai dan digenggamnya kemaluanku, digerakkan tangannya maju mundur. Nikmat sekali. Walaupun hal itu sudah sering kurasakan dalam kencan-kencan liar kami selama berpacaran, tetapi kali ini rasanya lain. Pikiran dan konsentrasiku tidak lagi terpecah.

    Melalui paha sebelah dalam, perlahan tanganku naik ke atas, menuju ke kemaluannya. Begitu tersentuh, desahan nafasnya semakin keras, dan semakin memburu. Perlahan kubelai rambut kemaluannya, lalu jari tengahku mulai menguak ke tengah. Kubelai dan kuputar-putar tonjolan daging sebesar kacang tanah yang sudah sangat licin dan basah. Tubuh dia mulai menggelinjang, pinggulnya bergerak ke kiri-ke kanan, juga ke atas dan ke bawah. Keringatnya semakin deras keluar dari tubuhnya yang wangi. Ciumannya semakin ganas, dan mulai menggigit lidahku yang masih berada dalam mulutnya. Sementara tangannya semakin ganas bermain di kemaluanku, maju-mundur dengan cepat. Tubuhnya mengejang dan melengkung, kemudian terhempas ke tempat tidur disertai erangan panjang. Orgasme yang pertama telah berhasil kupersembahkan untuknya.

    Dipeluknya aku dengan keras sambil berbisik,
    “Ohh, nikmat sekali. terima kasih sayang.”
    Aku tidak ingin istirahat berlama-lama. Segera kutindih tubuhnya, lalu dengan perlahan kuciumi dia dari kening, ke bawah, ke bawah, dan terus ke bawah. Deru nafasnya kembali terdengar disertai rintihan panjang begitu lidahku mulai menguak kewanitaannya. Cairan vagina ditambah dengan air liurku membuat lubang hangat itu semakin basah. Kumainkan klitorisnya dengan lidah, sambil kedua tanganku meremas-remas pantatnya yang padat berisi. Tangannya kembali mengacak-acak rambutku, dan sesekali kukunya yang tidak terlalu panjang menancap di kepalaku. Ngilu tapi nikmat rasanya. Kepalanya terangkat lalu terbanting kembali ke atas bantal menahan kenikmatan yang amat sangat. Perutnya terlihat naik turun dengan cepat, sementara kedua kakinya memelukku dengan kuat.

    Beberapa saat kemudian, ditariknya kepalaku, kemudian diciumnya aku dengan gemas. Kutatap matanya dalam-dalam sambil meminta ijin dalam hati untuk menunaikan tugasku sebagai suami. Tanpa kata, tetapi sampai juga rupanya. Sambil tersenyum sangat manis, dianggukkannya kepalanya.Perlahan, dengan tangan kuarahkan kemaluanku menuju ke kewanitaannya. Kugosok-gosok sedikit, kemudian dengan amat perlahan, kutekan dan kudorong masuk. dia merintih keras, dan karena mungkin kesakitan, tangannya mendorong bahuku sehingga tubuhku terdorong ke bawah. Kulihat ada air mata meleleh di sudut matanya. Aku tidak tega, aku kasihan! Kupeluk dan kuciumi dia. Hilang sudah nafsuku saat itu juga.Setelah beristirahat beberapa lama, kucoba memulainya lagi, dan lagi-lagi gagal. Aku sangat mencintainya sehingga aku tidak tega untuk menyakitinya.
    Malam itu kami tidur berpelukan dengan tubuh masih telanjang. Dia meminta maaf, dan dengan tulus dan penuh kerelaan dia kumaafkan. Malam itu kami berdiskusi mengenai perkosaan. Kalau hubungan yang didasari oleh kerelaan dan rasa sayang saja susah, agak tidak masuk diakal bila seorang wanita diperkosa oleh seorang pria tanpa membuat wanita itu tidak sadarkan diri. Bukankah si wanita pasti berontak dengan sekuat tenaga?

    Cerita Sex Malam Pertama malam 2  – Jam 10 malam kami berdua masuk kamar bergandengan mesra, diikuti oleh beberapa pasang mata dan olok-olok Saudara-Saudara Iparku. Tidak ada rasa jengah atau malu, seperti yang kami alami pada waktu mata Receptionist Hotel mengikuti langkah-langkah saat kami pacaran dulu. Olok-olok dan sindiran-sindiran yang mengarah dari mulut Saudara-Saudara Iparku, kutanggapi dengan senang dan bahagia.

    Siang tadi, kami berdua membeli buku mengenai Seks dan Perkawinan, yang di dalamnya terdapat gambar anatomi tubuh pria dan wanita. Sambil berpelukan bersandar di tempat tidur, kami baca buku itu halaman demi halaman, terutama yang berkaitan dengan hubungan Seks. Sampai pada halaman mengenai Anatomi, kami sepakat untuk membuka baju masing-masing. Giliran pertama, dia membandingkan kemaluanku dengan gambar yang ada di buku. Walau belum disentuh, kemaluanku sudah menggembung besar dan keras. dia mengelus dan membolak balik “benda” itu sambil memperhatikannya dengan seksama. Hampir saja dia memasukkan dan mengulumnya karena tidak tahan dan gemas, tapi kutahan dan kularang. Aku belum mendapat giliran.

    Kemudian, kuminta dia berbaring telentang di tempat tidur, menarik lututnya sambil sedikit mengangkang. Mulanya dia tidak mau dan malu, tapi setelah kucium mesra, akhirnya menyerah. Aku mengambil posisi telungkup di bawahnya, muka dan mataku persis di atas vaginanya. Terlihat bagian dalamnya yang merah darah, sungguh merangsang. Dengan dua jari, kubuka dan kuperhatikan bagian-bagiannya. Seumur hidupku, baru kali ini aku melihat kemaluan seorang wanita dengan jelas. Walaupun sering melakukan oral, tapi belum pernah melihat apalagi memerhatikannya karena selalu kulakukan dengan mata tertutup. Aku baru tahu bahwa klitoris bentuknya tidak bulat, tetapi agak memanjang. Aku bisa mengidentifikasi mana yang disebut Labia Mayor, Labia Minor, Lubang Kemih, Lubang Senggama, dan yang membuatku merasa sangat beruntung, aku bisa melihat apa yang dinamakan Selaput Dara, benda yang berhasil kujaga utuh selama 10 tahun. Jauh dari bayanganku selama ini. Selaput itu ternyata tidak bening, tetapi berwarna sama dengan lainnya, merah darah. Ditengahnya ada lubang kecil. Sayang aku tidak ingat lagi, seperti apa bentuk lubang tersebut.

    Tidak tahan berlama-lama, segera kulempar buku itu ke lantai, dan mulai kuciumi kemaluan dia itu. Kumainkan klitorisnya dengan lidahku yang basah, hangat dan kasar, hingga membuat dia kembali mengejang, merintih dan mendesah. Kedua kakinya menjepit kepalaku dengan erat, seakan tidak rela untuk melepaskannya lagi. Kupilin, kusedot, dan kumain-mainkan benda kecil itu dengan lidah dan mulutku. Berdasarkan teori-teori yang kuperoleh dari Buku, Majalah maupun VCD Porno, salah satu pemicu orgasme wanita adalah klitorisnya. Inilah saatnya aku mempraktekkan apa yang selama ini hanya jadi teori semata.

    Dia semakin liar, bahkan sampai terduduk menahan kenikmatan yang amat sangat. Dia lalu menarik pinggulku, sehingga posisi kami menjadi berbaring menyamping berhadapan, tetapi terbalik. Kepalaku berada di depan kemaluannya, sementara dia dengan rakusnya telah melahap dan mengulum kemaluanku yang sudah sangat keras dan besar. Nikmat tiada tara. Tapi, aku kesulitan untuk melakukan oral terhadapnya dalam posisi seperti ini. Jadi kuminta dia telentang di tempat tidur, aku naik ke atas tubuhnya, tetap dalam posisi terbalik. Kami pernah beberapa kali melakukan hal yang sama dulu, tetapi rasa yang ditimbulkan jauh berbeda. Hampir bobol pertahananku menerima jilatan dan elusan lidahnya yang hangat dan kasar itu. Apalagi bila dia memasukkan kemaluanku ke mulutnya seperti akan menelannya, kemudian bergumam. Getaran pita suaranya seakan menggelitik ujung kemaluanku. Bukan main nikmatnya.

    Karena hampir tidak tertahankan lagi, aku segera mengubah posisi. Muka kami berhadapan, kembali kutatap matanya yang sangat indah itu. Kubisikkan bahwa aku sangat menyayanginya, dan aku juga bertanya apakah kira-kira dia akan tahan kali ini. Setelah mencium bibirku dengan gemas, dia memintaku untuk melakukannya pelan-pelan.

    Kutuntun kemaluanku menuju vaginanya. Berdasarkan gambar dan apa yang telah kuperhatikan tadi, aku tahu di mana kira-kira letak Liang Senggamanya. Kucium dia, sambil kuturunkan pinggulku pelan-pelan. Dia merintih tertahan, tapi kali ini tangannya tidak lagi mendorong bahuku. Kuangkat lagi pinggulku sedikit, sambil bertanya apakah terasa sangat sakit. Dengan isyarat gelengan kepala, kutahu bahwa dia juga sangat menginginkannya. Setelah kuminta dia untuk menahan sakit sedikit, dengan perlahan tapi pasti kutekan pinggulku, kumasukkan kemaluanku itu sedikit demi sedikit. Kepalanya terangkat ke atas menahan sakit. Kuhentikan usahaku, sambil kutatap lagi matanya. Ada titik air mata di sudut matanya, tetapi sambil tersenyum dia menganggukkan kepalanya. Kuangkat sedikit, kemudian dengan sedikit tekanan, kudorong dengan kuat. Dia mengerang keras sambil menggigit kuat bahuku. Kelak, bekas gigitan itu baru hilang setelah beberapa hari. Akhirnya, seluruh batang kemaluanku berhasil masuk ke dalam lubang vagina dia tercinta. Aku bangga dan bahagia telah berhasil melakukan tugasku. Kucium dia dengan mesra, dan kuseka butir air mata yang mengalir dari matanya. Dia membuka matanya, dan aku dapat melihat bahwa dibalik kesakitannya, dia juga sangat bahagia.

    Perlahan kutarik kemaluanku keluar, kutekan lagi, kutarik lagi, begitu terus berulang-ulang. Setiap kutekan masuk, dia mendesah, dan kali ini, bukan lagi suara dari rasa sakit. Kurasa, dia sudah mulai dapat menikmatinya. Permukaan lembut dan hangat dalam liang itu seperti membelai dan mengurut kemaluanku. Rasa nikmat tiada tara, yang baru kali ini kurasakan. Aku memang belum pernah bersenggama dalam arti sesungguhnya sebelum ini. Butir-butir keringat mulai membasahi tubuh telanjang kami berdua. Nafsu birahi yang telah lama tertahan terpuaskan lepas saat ini. Kepala dia mulai membanting ke kiri dan ke kanan, diiringi rintihan dan desahan yang membuat nafsuku semakin bergelora. Tangannya memeluk erat tubuhku, sambil sekali-sekali kukunya menancap di punggungku. Desakan demi desakan tidak tertahankan lagi, dan sambil menancapkan batang kemaluanku dalam-dalam, kusemburkan sperma sebanyak-banyaknya ke dalam rahim dia. Aku kalah kali ini.

    Kupeluk dan kuciumi wajah dia yang basah oleh keringat, sambil berucap terima kasih. Matanya yang bening indah menatapku bahagia, dan sambil tersenyum dia berkata, “sama-sama.” Kutitipkan padanya untuk menjaga baik-baik anak kami, bila benih itu tumbuh nanti. Kami baru sadar bahwa kami lupa berdoa sebelumnya, tapi mudah-mudahan Yang Maha Esa selalu melindungi benih yang akan tumbuh itu.

    Seprai merah jambu sekarang bernoda darah. Mungkin karena selaput dara dia cukup tebal, noda darahnya cukup banyak, hingga menembus ke kasur. Akan menjadi kenang-kenangan kami selamanya.

    Malam itu kami hampir tidak tidur. Setelah beristirahat beberapa saat, kami melakukannya lagi, lagi dan lagi. Entah berapa kali, tapi yang pasti, pada hubungan yang ke dua setelah tertembusnya selaput dara itu, aku berhasil membawa dia orgasme, bahkan lebih dari satu kali. Aku yang sudah kehilangan banyak sperma, menjadi sangat kuat dan tahan lama, sehingga akhirnya dia menyerah kalah dan tergeletak dalam kenikmatan dan kelelahan yang amat sangat.

    Saat ini, kami telah memiliki 3 orang anak yang lucu-lucu. Tapi gairah dan nafsu seperti tidak pernah padam. Dalam usia kami yang mendekati 40 tahun, kami masih sanggup melakukannya 2-3 kali seminggu, bahkan tidak jarang, lebih dari satu kali dalam semalam.Nafsu yang didasari oleh cinta, memang tidak pernah padam. Aku sangat mencintai dia, begitupun yang kurasakan dari dia.

    Cerita Sex,Cerita Sex Terbaru,Cerita Sex Hot,Cerita Mesum,Cerita Sex Dewasa,Cerita Tante,Cerita Sex Bergambar,Cerita Sex Malam Pertama Sangat Bergairah

  • Cerita Sex Angan-angan seorang Suami

    Cerita Sex Angan-angan seorang Suami


    660 views

    Perawanku – Cerita Sex Angan-angan seorang Suami, Sejak itu, setelah sembuh, gairahku untuk bersetubuh malah jadi menggebu-gebu, mungkin karena dalam rangka penyembuhan tersebut aku harus mau menuruti semua persyaratan yang diajukan oleh Ki Alugoro, antara lain diurut dengan semacam obat dalam keadaan telanjang bulat dan disetubuhi olehnya (waktu itu disetujui dan malah disaksikan oleh suamiku).

    Akupun setuju asal aku dapat sembuh dari frigiditasku. Dan mungkin karena kontol Ki Alugoro memang benar-benar besar, lagi pula dia pandai sekali mencumbu den membangkitkan gairahku, ditambah dengan ramuan-ramuan yang diberikan olehnya, maka sekarang aku benar-benar sembuh dari frigiditasku, dan menjadi wanita dengan gairah seks yang lumayan tinggi. Hanya saja, karena ukuran kontol suamiku jauh lebih kecil dari kontol Ki Alugoro, maka dengan sendirinya suamiku tidak pernah bisa memuaskanku dalam bersetubuh.
    Apakah aku harus datang lagi ke tempat Ki Alugoro dengan pura-pura belum sembuh? (padahal supaya aku disetubuhi lagi olehnya). Mula-mula terbersit pikiran untuk berbuat begitu, tapi setelah kupikir-pikir lagi kok gengsi juga ya? Masak seorang istri baik-baik datang ke laki-laki lain supaya disetubuhi walaupun kalau mengingat kontol Ki Alugoro yang luar biasa besar itu aku sering tidak bisa tidur dan gairahku untuk bersetubuh memuncak habis.
    Sering-sering aku harus memuaskan diri dengan dildo yang kubeli tempo hari di depan suamiku sehabis kami bersetubuh karena suamiku tidak bisa memuaskan diriku. Malah sering suamiku sendiri yang merojok-rojokkan dildo itu ke dalam tempikku.
    Untunglah, entah karena mengerti penderitaanku atau tidak, ternyata suamiku mempunyai angan-angan untuk melakukan persetubuhan three in one atau melihat aku disetubuhi oleh laki-laki lain, terutama setelah dia melihat aku disetubuhi Ki Alugoro tempo hari. Pantesan sejak itu, sebelum bercinta, dia selalu mengawalinya dengan angan-angannya. Angan-angan yang paling merangsang bagi suamiku, adalah membayangkan aku bersetubuh dengan laki-laki lain dengan kehadiran suamiku, seperti dengan Ki Alugoro tempo hari.

    Setelah beberapa lama dia menceritakan angan-angannya tersebut, suatu hari dia bertanya bahwa apakah aku mau merealisasikan angan-angan tersebut. Pada awalnya aku pura-pura mengira dia cuma bercanda. Namun dia semakin mendesakku untuk melakukan itu, aku bertanya apakah dia serius.

    Dia jawab, ”Ya aku serius!” Kemudian dia berkata, bahwa motivasi utamanya adalah untuk membuatku bahagia dan mencapai kepuasan setinggi-tingginya. Karena dengan melihat wajahku ketika mencapai orgasme dengan Ki Alugoro tempo hari, selain sangat merangsang juga memberikan kepuasan tersendiri bagi dirinya (rupanya, waktu melihat tempikku dianceli kontol gede Ki Alugoro, diam-diam dia mengocok-ngocok kontolnya sendiri sampai orgasme.)
    Tentu saja hal itu sebetulnya sangat aku harapkan. Inilah yang namanya dildo dicinta, kontolpun tiba. Secara terus terang, seperti aku tuturkan diatas, aku tidak pernah merasa puas dengan kontol suamiku yang kecil, terutama setelah tempikku dianceli oleh kontol Ki Alugoro yang luar biasa itu. Wah, rasanya sampai tidak bisa aku katakan.
    Kuakui selama ini aku juga sering mengalami gejolak birahi yang tiba-tiba muncul, apalagi di pagi hari apabila malamnya kami melakukan persetubuhan karena suamiku tidak dapat melakukannya secara sempurna dan aku tidak sampai orgasme.
    Rupanya angan-angan seksual suamiku tersebut bukan hanya merupakan sekadar angan-angan saja akan tetapi dia sangat bersikeras untuk dapat mewujudkannya menjadi suatu kenyataan dan suamiku terus membujukku agar aku mau membantunya dalam melaksanakan angan-angannya (padahal sebenarnya aku sudah sangat mengharapkan, kapan rencana itu diwujudkan?).

    Tetapi untuk meyakinkan keseriusannya aku pura-pura terpaksa mengalah dan berjanji akan membantunya sepanjang aku dapat melakukannya dan kutanyakan apakah dia tidak cemburu melihat istrinya ditelanjangi dan tempiknya dianceli dengan kontol orang lain? Dia bilang sama sekali tidak.
    ”Karena aku hanya ingin melihat kau bahagia dan terpuaskan dalam persetubuhan” jawabnya mantab waktu itu.
    ”Tentu saja aku akan mencarikan kau temanku yang mempunyai kontol besar dan keras. Setidak tidaknya sama dengan kontol Ki Alugoro tempo hari” janjinya lebih lanjut.
    Sejak itu dia rajin menawarkan nama-nama temannya untuk mensetubuhiku.
    ”Terserah kaulah, kan kau yang punya rencana aku disetubuhi temanmu” jawabku waktu itu.
    Akhirnya di suatu hari suamiku berbisik padaku, ”Aku telah mengundang Edo untuk menginap di sini malam ini”
    Hatiku berdebar keras mendengar kata-kata suamiku itu, karena Edo teman suamiku itu adalah salah seorang idola di sekolahku dulu dan dia adalah cowok yang menjadi rebutan cewek-cewek dan sangat kudambakan jadi pacarku semasa SMA. Suamikupun kenal baik dengan dia karena kami memang berasal dari satu kota kabupaten yang tidak seberapa besar. Terus terang kuakui bahwa penampilan Edo sangat oke.

    Bentuk tubuhnya pun lebih tinggi, lebih kekar dan lebih atletis dari tubuh suamiku karena dia dulu jago basket dan olah raga yudo. Walaupun Edo adalah cowok yang kudambakan semasa SMA dulu, tetapi kami belum pernah berpacaran karena dia memang agak acuh terhadap cewek dan disamping itu, banyak sainganku cewek-cewek yang mengejar-ngejar dia. Apalagi waktu itu sudah menjelang EBTANAS, dan setelah itu dia sibuk dengan persiapan masuk universitas. Waktu itu aku kelas 1, sedang dia kelas 3 SMA.
    Ketika Edo datang, aku sedang mematut-matut diri dan memilih gaun yang seksi dengan belahan dada yang cukup rendah agar aku terlihat menarik. Dari cermin rias di kamar tidurku, kuamati gaun yang kukenakan terlihat sangat ketat melekat pada tubuhku sehingga lekukan-lekukan tubuhku terlihat dengan jelas. Susuku kelihatan sangat menonjol membentuk dua buah bukit daging yang indah. Tubuhku memang ramping dan berisi.

    Susuku yang subur juga kelihatan sangat kenyal. Demikian pula pantatku yang cenderung nonggeng itu menonjol seakan menantang laki-laki yang melihatnya. Dengan perutku yang masih cukup rata dengan kulitku yang puber (putih bersih) membuat tubuhku menjadi sangat sempurna. Apalagi wajahku memang tergolong cantik. Dan terus terang, dari dulu aku memang bangga dengan tubuh dan wajahku. Tiba-tiba aku baru tersadar, pantas saja suamiku mempunyai angan-angan untuk melihat aku disetubuhi oleh laki laki-lain. Ingin membandingkan dengan film BF yang sering kami lihat mungkin.
    Setelah mematut-matut diri, aku keluar untuk menyediakan makan malam. Setelah makan malam, Edo dan suamiku duduk mengobrol di teras belakang rumah dengan santai sambil menghabiskan beberapa kaleng bir yang dicampur dengan sedikit minuman keras pemberian teman suamiku yang baru pulang dari luar negeri.

    Tidak berapa lama aku pun ikut duduk minum bersama mereka. Malam itu hanya kami berdua ditambah Edo saja di rumah. Pembantuku yang biasa menginap, tadi siang telah kuberikan istirahat untuk pulang ke rumahnya selama beberapa hari, sedang anakku satu-satunya tadi siang dijemput mertuaku untuk menginap di rumahnya.
    Ketika hari telah makin malam dan udara mulai terasa dingin, tiba-tiba suamiku berbisik kepadaku, ”Aku telah bicara dengan Edo mengenai rencana kita. Dia setuju malam ini menginap di sini.
    ”Tapi walaupun demikian kalau kamu kurang cocok dengan pilihanku ini, kamu tidak usah takut berterus terang padaku!” bisik suamiku selanjutnya.
    ”Tapi kujamin kontolnya memang gede, aku beberapa kali melihatnya waktu kencing di kantor. Tapi soal kekerasannya, kamu sendiri yang dapat membuktikannya nanti” lanjutnya lagi.
    Mendengar bisikan suamiku itu, diam-diam hatiku gemetar sambil bersorak gembira, tetapi aku pura-pura diam saja, tidak menunjukkan sikap yang menolak atau menerima.

    Dalam hati aku mau lihat bagaimana reaksinya nanti bila aku benar-benar bersetubuh dengan laki-laki lain. Apakah dia nanti tidak akan cemburu melihat istrinya disetubuhi lelaki lain secara sadar dan seluruh bagian tubuh istrinya yang sangat rahasia dilihat dan dinikmati oleh laki-laki lain yang sudah amat dia kenal (kalau dengan Ki Alugoro kan dalam rangka penyembuhan?).
    Tidak berapa lama kemudian aku masuk ke kamar dan berganti pakaian memakai baju tidur tipis tanpa BH, sehingga susuku, terutama pentil susuku yang besar itu terlihat membayang di balik baju tidur.
    Ketika aku keluar kamar, baik suamiku maupun Edo kelihatan terpana untuk beberapa saat.
    Akan tetapi mereka segera bersikap biasa kembali dan suamiku langsung berkata, ”Ayo..!” katanya dengan senyum penuh arti kepada kami berdua dan kamipun segera masuk ke kamar tidur.
    Di kamar tidur suamiku mengambil inisiatif lebih dulu dengan mulai menyentuh dan melingkarkan tangan di dadaku dan menyentuh susuku dari luar baju tidur.
    Melihat itu, Edo mulai mengelus-elus pahaku yang terbuka, karena baju tidurku tersingkap ke atas. Dengan berpura-pura tenang aku segera merebahkan diri tengkurap di atas tempat tidur. Sebenarnya nafsuku sudah mulai naik karena tubuhku dijamah oleh seorang laki-laki yang tidak lain adalah idolaku waktu di SMA dulu, apalagi aku dalam keadaan hanya memakai sehelai baju tidur tipis tanpa BH.

    Akan tetapi kupikir aku harus berpura-pura tetap tenang untuk melihat inisiatif dan aktivitas Edo dalam memancing gairah birahiku. Aku ingin tahu sampai seberapa kemahirannya.
    Beberapa saat kemudian kurasakan bibir Edo mulai menyusur bagian yang sensitif bagiku yaitu bagian leher dan belakang telinga. Merasakan gesekan-gesekan itu aku berpikir bahwa inilah saat untuk merealisasikan angan-angan suamiku. Seperti mengerti keinginanku, Edo mulai mengambil alih permainan selanjutnya.

    Aku langsung ditelentangkan di pinggir ranjang, kemudian tangannya yang kiri mulai memegang sambil memijit-mijit susuku yang sebelah kanan, sedangkan tangannya yang kanan mengelus-elus dan memijit-mijit bibir tempikku yang masih dibalut celana dalam, sambil mulutnya melumat bibirku dengan gemas. Tangan Edo yang berada di susuku mulai memelintir dengan halus ujung pentilku yang besar dan mulai mengeras.
    Masih dalam posisi terlentang, kurasakan jemari Edo. terus meremas-remas susuku dan memilin-milin pentilnya. Saat itu sebenarnya nafsuku belum begitu meninggi, tetapi rupanya Edo termasuk jagoan juga karena terbukti dalam waktu mungkin kurang dari 5 menit aku mulai mengeluarkan suara mendesis yang tak bisa kutahan. Kulihat dia tersenyum dan menghentikan aktivitasnya.
    Kini Edo mulai membuka baju tidurku dan beberapa saat kemudian aku merasakan tarikan lembut di pahaku. Lalu aku merasakan hembusan lembut hawa dingin AC di tempikku yang berarti celana dalamku telah dilepas oleh Edo. Kini Edo telah menelanjangi diriku sampai aku benar-benar dalam keadaan telanjang bulat tanpa ada sehelai benangpun yang menutupi tubuhku.
    Aku hanya bisa pasrah saja merasakan gejolak birahi dalam diriku ketika tubuhku ditelanjangi laki-laki idolaku dihadapan suamiku sendiri.
    Kulirik Edo penuh nafsu menatap tubuhku yang telah telanjang bulat sepuas-puasnya.
    Aku benar-benar tidak dapat melukiskan betapa perasaanku saat itu. Aku ditelanjangi oleh laki-laki idolaku dan yang sebenarnya aku harapkan kehadirannya.
    Belum pernah aku bertelanjang bulat di hadapan laki-laki lain, kecuali dengan Ki Alugoro dalam keadaan setengah sadar dalam rangka penyembuhan tempo hari, apalagi dalam situasi seperti sekarang ini.
    Aku merasa sudah tidak ada lagi rahasia tubuhku yang tidak diketahui Edo.
    Maka, secara reflek dalam keadaan terangsang, aku mengusap-usap kontol Edo yang telah tegang dari luar celananya. Ini kelihatan karena bagian bawah celana Edo mulai menggembung besar.

    Aku mengira-ngira seberapa besar kontol Edo ini. Kemudian aku mengarahkan tanganku ke arah retsluiting celananya yang telah terbuka dan menyusupkan tanganku memegang kontol Edo yang ternyata memang telah ngaceng itu. Aku langsung tercekat ketika terpegang kontol Edo yang seperti kata suamiku ternyata memang besar.
    Kulirik suamiku sedang membuka retsluiting celananya dan mulai mengelus-elus kontolnya sendiri. Dia kelihatan benar-benar sangat menikmati adegan ini. Tanpa berkedip dia menyaksikan tubuh istrinya digauli dan digerayangi oleh laki-laki lain.
    Sebagai seorang wanita dengan nafsu birahi yang lumayan tinggi, keadaan ini mau tidak mau akhirnya membuatku terbenam juga dalam suatu arus birahi yang hebat. Jilatan-jilatan Edo pada bagian tubuhku yang sensitif membuatku bergelinjang dengan dahsyat menahan arus birahi yang mulai menjalari diriku dan tempikku.
    Setelah beberapa saat aku memegang sambil mengelus-elus kontol Edo, tiba-tiba Edo berdiri dan membuka celana beserta celana dalamnya sehingga kontolnya tiba-tiba melonjak keluar, seakan-akan baru bebas dari kungkungan dan sekarang aku bisa melihatnya dengan jelas. Setelah membuka seluruh pakaiannya, kini Edo benar-benar bertelanjang bulat.
    Sehingga aku dapat melihat dengan jelas ukuran kontol Edo dalam keadaan ngaceng, yang ternyata memang jauh lebih besar dan lebih panjang dari ukuran kontol suamiku. Bentuknya pun agak berlainan. kontol Edo ini mencuat lurus ke depan agak mendongak ke atas, sedang kontol suamiku jauh lebih kecil, agak tunduk ke bawah dan miring ke kiri. Aku betul-betul terpana melihat kontol Edo yang sangat besar dan panjang itu.

    kontol yang sebesar itu memang belum pernah aku lihat (waktu dengan Ki Alugoro aku tidak sempat memperhatikan seberapa besar kontolnya, karena aku agak malu-malu dan setengah sadar). Batang kontolnya kurang lebih berdiameter 5 cm dikelilingi oleh urat-urat yang melingkar dan pada ujung kepalanya yang sangat besar, panjangnya mungkin kurang lebih 18 cm, pada bagian pangkalnya ditumbuhi dengan rambut-rambut keriting yang lebat. Kulitnya kelihatan tebal, lalu ada urat besar disekeliling batangnya dan terlihat seperti kabel-kabel di dalam kulitnya. Kepala batangnya tampak kenyal, penuh, dan mengkilat.
    Kemudian dia menyodorkan kontolnya tersebut ke hadapan wajahku.
    Aku melirik ke arah suamiku, yang ternyata tambah asyik menikmati adegan ini sambil tersenyum puas dan mengelus-elus kontolnya, karena melihat aku kelihatan bernafsu menghadapi kontol yang sebesar itu. Aku sebenarnya sudah amat terangsang, tetapi untuk menunjukkan pada Edo, aku agak tidak enak hati.
    Tapi entah kenapa, tanpa kusadari tiba-tiba aku telah duduk di tepi ranjang sambil menggenggam kontol itu yang terasa hangat dalam telapak tanganku. Kugenggam erat-erat, terasa ada kedutan terutama di bagian uratnya. Lingkaran genggamanku hampir penuh menggapai lingkaran batang kontolnya. Aku tidak pernah membayangkan bahwa aku akan pernah memegang kontol sebesar ini, dari seorang laki-laki lain secara sadar dan penuh nafsu dihadapan suamiku.
    Kembali aku melirik kepada suamiku. Kulihat dia semakin bertambah asyik menikmati adegan ini, malah kali ini bukan hanya mengelus-elus, tetapi malah sambil mengocok kontolnya sendiri, yaitu adegan istrinya yang penuh nafsu birahi sedang digauli oleh laki-laki lain, yang juga merupakan idolaku dulu.
    Tiba-tiba muncul nafsu hebat terhadap idolaku itu, sehingga dengan demonstratif kudekatkan mulutku ke kontol Edo, kujilati seluruh permukaannya dengan lidahku kemudian kukulum dan kuhisap-hisap dengan nafsu birahi yang membara. Aku merasa sudah kepalang basah maka aku akan nikmati kontol itu dengan sepuas-puasnya sebagaimana kehendak suamiku.
    Kuluman dan hisapanku itu membuat kontol Edo yang memang telah berukuran besar itu menjadi bertambah besar, bertambah keras dan kepala kontolnya jadi tambah mengkilat merah keungu-unguan.. Dalam keadaan sangat bernafsu, kontol Edo yang sedang mengaceng keras dalam mulutku itu mengeluarkan semacam aroma yang khas yang aku namakan aroma lelaki.
    Aroma itu menyebabkan gairah birahiku semakin memuncak dan lubang tempikku mulai terasa berdenyut-denyut hebat hingga secara tidak sadar membuatku bertambah gemas dan semakin menjadi-jadi menghisap kontol itu seperti hisapan sebuah vacuum cleaner.
    Kuluman dan hisapanku yang amat bernafsu itu rupanya membuat Edo tidak tahan lagi. Tiba-tiba dia mendorong tubuhku sehingga telentang di atas tempat tidur.
    Aku pun kini semakin nekat dan semakin bernafsu untuk melayaninya. Aku segera membuka kedua belah pahaku lebar-lebar.
    ”Do…” kataku pelan dan aku bahkan tidak tahu memanggilnya untuk apa.
    Sambil berlutut mendekatkan tubuhnya diantara pahaku, Edo berbisik, ”Ssttt…………!” bisiknya sambil kedua tangannya membuka pahaku sehingga selangkanganku terkuak. Itu berarti bahwa sebentar lagi kontolnya akan bercumbu dengan tempikku. Benar saja, aku merasakan ujung kontolnya yang hangat menempel tepat di permukaan tempikku. Tidak langsung dimasukkan di lubangnya, tetapi hanya digesek-gesekkan di seluruh permukaan bibirnya, ini membuat tempikku tambah berdenyut-denyut dan terasa sangat nikmat.

    Dan makin lama aku makin merasakan rasa nikmat yang benar-benar bergerak cepat di sekujur tubuhku dimulai dari titik gesekan di tempikku itu.
    Beberapa saat Edo melakukan itu, cukup untuk membuat tanganku meraih pinggangnya dan pahaku terangkat menjepit pinggulnya.

    Aku benar-benar menanti puncak permainan ini. Edo menghentikan aktivitasnya itu dan menempelkan kepala kontolnya tepat di antara bibir tempikku dan terasa bagiku tepat di ambang lubang tempikku. Aku benar-benar menanti tusukannya.
    ”Oocchh.. Ddoo, please..” pintaku memelas.
    Sebagai wanita di puncak birahi, aku betul-betul merasa tidak sabar dalam kondisi seperti itu. Sesaat aku lupa kalau aku sudah bersuami, yang aku lihat cuma Edo dan kontolnya yang besar dan panjang. Ada rasa deg-deg plas, ada pula rasa ingin cepat merasakan bagaimana rasanya dicoblos kontol yang lebih besar dan lebih panjang.
    ”Ooouugghhh……” batinku yang merasa tak sabar benar untuk menunggunya.
    Tiba-tiba aku merasakan sepasang jemari membuka bibir-bibir tempikku. Dan lebih dahsyat lagi aku merasakan ujung kontol Edo mulai mendesak di tengah-tengah lubang tempikku..
    Aku mulai gemetar hebat, karena tidak mengira akan senikmat ini aku akan merasakan kenikmatan bersetubuh. Apalagi dengan orang yang menjadi idolaku, yang sangat kukagumi sejak dulu.
    Perlahan-lahan Edo mulai memasukkan kontolnya ke dalam tempikku.
    Aku berusaha membantu dengan membuka bibir tempikku lebar-lebar. Kelihatannya sangat sulit kontol sebesar itu masuk ke dalam lubang tempikku yang kecil.
    Tangan Edo yang satu memegang pinggulku sambil menariknya ke atas, sehingga pantatku agak terangkat dari tempat tidur, sedangkan tangannya yang satu memegang batang kontolnya yang diarahkan masuk ke dalam lubang tempikku.
    Pada saat Edo mulai menekan kontolnya, aku mulai mendesis-desis, ”Sssshhhhh…… Eddooo…… ppelan-ppelan Ddooo… ssshhhh…… desisku gemetar. Edo lalu menghentikan aktivitasnya sebentar untuk memberiku kesempatan untuk mengambil nafas, kemudian Edo melanjutkan kembali usahanya untuk memasukkan kontolnya.

    Setelah itu kontol Edo mulai terasa mendesak masuk dengan mantap. Sedikit demi sedikit aku merasakan terisinya ruangan dalam lubang tempikku. Seluruh tubuhku benar-benar merinding ketika merasakan kepala kontolnya mulai terasa menusuk mantap di dalam lubang tempikku, diikuti oleh gesekan dari urat-urat batang kontol itu setelahnya. Aku hanya mengangkang merasakan desakan pinggul Edo sambil membuka pahaku lebih lebar lagi.
    Kini aku mulai merasakan tempikku terasa penuh terisi dan semakin penuh seiring dengan semakin dalamnya kontol itu masuk ke dalam lubang tempikku.
    Sedikit suara lenguhan kudengarkan dari Edo ketika hampir seluruh kontolnya itu amblas masuk.
    Aku sendiri tidak mengira kontol sebesar dan sepanjang tadi bisa masuk kedalam lubang tempikku yang kecil. Walaupun belum seluruh kontol Edo masuk ke dalam tempikku, rasanya seperti ada yang mengganjal dan untuk menggerakkan kaki saja rasanya agak aneh. Tetapi sedikit demi sedikit aku mulai bisa menyesuaikan diri dan menikmati rasa yang nyaman dan nikmat.
    Ketika hampir seluruh batang kontol Edo telah amblas masuk ke dalam lubang tempikku, tanpa sengaja aku terkejang sehingga berakibat bagian dinding dalam tempikku seperti meremas batang kontol Edo. Aku agak terlonjak sejenak ketika merasakan kontol Edo seperti berkerojot di dalam lubang tempikku akibat remasan tersebut.

    Aku terlonjak bukan karena kontol itu merupakan kontol dari seorang laki-laki lain yang pertama yang kurasakan memasuki tubuhku selain kontol suamiku dan Ki Alugoro, akan tetapi karena aku merasakan kontol Edo memang terasa lebih istimewa dibandingkan kontol suamiku maupun kontol Ki Alugoro, baik dalam ukuran maupun ketegangannya.
    Selama hidupku memang aku belum pernah melakukan persetubuhan dengan laki-laki lain selain dengan suamiku dan Ki Alugoro dan keadaan ini memberikan pengalaman baru bagiku. Aku tidak menyangka ukuran kontol seorang laki-laki berpengaruh besar sekali terhadap kenikmatan bersetubuh seorang wanita.
    Oleh karena itu secara refleks aku mengangkat kedua belah pahaku tinggi-tinggi dan menjepit pinggang Edo erat-erat untuk selanjutnya aku mulai mengoyang-goyangkan pinggulku mengikuti alunan gerakan tubuh Edo. Saat itu kakiku masih menjuntai di lantai karpet kamar. Tanganku memegangi lengannya yang mencengkeram pinggulku. Aku menariknya kembali ketika Edo menarik kontolnya dari tempikku. Tapi dan belum sampai tiga perempat kontolnya berada di luar tempikku, tiba-tiba dia menghujamkannya lagi dengan kuat.
    Aku nyaris menjerit menahan lonjakan rasa nikmat yang disiramkan kepadaku secara tiba-tiba itu.
    Begitulah beberapa kali Edo melakukan hujaman-hujaman ke dalam lubang tempikku tersebut. Setiap kali hujaman seperti menyiramkan rasa nikmat yang amat sangat ke tubuhku. Aku begitu terangsang dan semakin terangsang seiring dengan semakin seringnya permukaan dinding lubang tempikku menerima gesekan-gesekan dari urat-urat kontol Edo yang seperti kabel-kabel yang menjalar-jalar itu.

    Biasanya suamiku kalau bersetubuh semakin lama semakin cepat gerakannya, tetapi Edo melakukan gerakan yang konstan seperti mengikuti alunan irama musik evergreen yang sengaja aku setel sebelumnya.
    Tapi anehnya, justru aku semakin bisa merasakan setiap milimeter permukaan kulit kontolnya dengan rytme seperti itu.
    Tahap ini sepertinya sebuah tahap untuk melakukan start menuju ke sebuah ledakan yang hebat, aku merasakan tempikku baik bagian luar maupun dalam berdenyut-denyut hebat seiring dengan semakin membengkaknya rasa nikmat di area selangkanganku. Tubuh kami sebentar menyatu kemudian sebentar lagi merenggang diiringi desah nafas kami yang semakin lama semakin cepat.
    Sementara itu aku pun kembali melirik ke arah suamiku. Kulihat suamiku agak ternganga menyaksikan bagaimana diriku disetubuhi oleh Edo.
    Melihat penampilan suamiku itu, timbul kembali rasa puas di hatiku, maka secara lebih demonstratif lagi kulayani permainan Edo sehebat-hebatnya secara aktif bagaikan adegan dalam sebuah BF.

    Keadaan ini tiba-tiba menimbulkan suatu kepuasan lain dalam diriku. Bukan saja disebabkan oleh kenikmatan persetubuhan yang sedang kualami bersama Edo, akan tetapi aku juga memperoleh suatu kepuasan lain karena aku telah dapat melaksanakan angan-angan suamiku. Suamiku menghendaki aku bersetubuh dengan laki-laki lain dan malam ini akan kulaksanakan sepuas-puasnya.
    Tiba tiba Edo semakin mempercepat hunjaman-hunjaman kontolnya ke dalam lubang tempikku.
    Tentu saja ini membuat aku semakin bernafsu sampai-sampai mataku terbeliak-beliak dan mulutku agak terbuka sambil kedua tanganku merangkul pinggulnya kuat-kuat. Aku tadinya tak menyangka sedikitpun kalau kontol Edo yang begitu besar mulai bisa dengan lancar menerobos lubang tempikku yang sempit dan sepertinya belum siap menerima hunjaman kontol dengan ukuran sedemikian besar itu. Terasa bibir tempikku sampai terkuak-kuak lebar dan seakan-akan tidak muat untuk menelan besar dan panjangnya kontol Edo. .
    ”Ooukkhhss.. sshhh.. Ddoo ..! Terrruusshh.. terrusshh.. Ddoo… mmmmhhhh…!” rintihku merasakan kenikmatan yang semakin lama semakin hebat ditempikku. .
    ”Hhhmmh.. tempikmu.. niikmaat.. sekalii.. Mmiiaaa.. uukkhh.. uukkhh..” Edo mulai mengeluarkan kata-kata vulgar yang malah menambah nafsu birahiku mendengarnya.
    Gejolak birahi Edo ternyata makin menguasai tubuhnya dan tanpa canggung lagi ia terus menghunjam hunjamkan kontolnya mencari dan menggali kenikmatan yang ia ingin berikan kepadaku. Untuk tambah memuaskanku dan dirinya juga, batang kontol Edo terus menyusupi lubang tempikku sehingga akhirnya betul-betul amblas semuanya.
    ”Aarrggccchhhhhh…!!” aku melenguh panjang, kurasakan badanku merinding hebat, wajahku panas dan mungkin berwarna merah merona.
    Mataku memandang Edo dengan pandangan sayu penuh arti meminta sesuatu, yaitu meminta diberi rasa nikmat yang sebesar-besarnya.
    Edo kelihatan betul-betul terpana melihat wajahku yang diliputi ekspresi sensasional itu. Kemudian Edo tambah aktif lagi bergoyang menarik ulur batang kontolnya yang besar itu, sehingga dinding tempikku yang sudah dilumuri cairan kawin itu terasa tambah banjir dan licin.
    Wajahku semakin lepas mengekspresikan rasa sensasi yang luar biasa yang tidak pernah aku perkirakan sebegitu nikmatnya. Saking begitu nikmatnya perasaan maupun tempikku disetubuhi oleh Edo, tanpa kusadari aku mulai berceloteh di luar sadarku, ”Ohhss.. sshhh.. enaakk.. sseekalii… kkontolmu Ddoo…!! Oougghh.. terusshh…. teerruusshh..!!! Aku mendesah, merintih dan mengerang sepuas-puasnya. Aku sudah lupa diri bahwa yang menyetubuhiku bukanlah suamiku sendiri.

    Yang ada di benakku hanyalah letupan birahi yang harus dituntaskan.
    Dengan penuh nafsu kami saling berpelukan sambil berciuman. Nafas kami saling memburu kencang, lidah kami saling mengait dan saling menyedot, saling bergumul.
    Edo mengambil inisiatif dengan menggenjot pantatnya yang tampak naik turun semakin cepat diantara selangkanganku yang semakin terbuka lebar, akupun mengangkat kedua kakiku tinggi-tinggi sambil kutekuk dan kusampirkan ke pundaknya, pantatku kuangkat untuk lebih memudahkan batang kontol Edo masuk seluruhnya dan menggesek syaraf-syaraf kenikmatan di rongga tempikku, akibatnya Edopun semakin mudah menyodokkan kontolnya yang panjang, besar dan keras itu keluar masuk sampai ke pangkal kontolnya hingga mengeluarkan suara berdecak-decak crot… crot… seperti suara bebek menyosor lumpur seiring dengan keluar masuknya kontol itu di dalam tempikku
    Edo melihat ke arah selangkanganku, tempikku mencengkeram kontolnya erat sekali, ia tersenyum puas bisa menaklukkan tempikku, yang semakin basah membanjir penuh dengan lendir pelumas putih kental sehingga membasahi bulu-bulu jembutku yang tidak terlalu lebat maupun bulu-bulu jembutnya itu dan sekaligus juga batang kontolnya yang semakin tambah mengeras.
    Edo mendengus-dengus bagai harimau terluka, genjotannya makin ganas saja. Mata Edo terlihat lapar menatap susuku yang putih montok dikelilingi bulatan coklat muda di tengahnya dan pentilku yang besar dan sudah begitu mengeras karena birahiku yang sudah demikian memuncak, maka tanpa menyia-nyiakan kesempatan Edo langsung menyedot pentil susuku yang begitu menantang itu.
    Tubuhku menggelinjang hebat. Dan susukupun makin kubusungkan bahkan dadaku kugerakkan ke kiri dan ke kanan supaya kedua pentil susuku yang makin gatal itu mendapatkan giliran dari serbuan mulutnya.
    Desahan penuh birahi langsung terlontar tak tertahankan begitu lidah Edo yang basah dan agak kasar itu menggesek pentil susuku yang peka.
    Edo begitu bergairah menjilati dan menghisap susu dan pentilku di sela-sela desah dan rintihanku yang sedang menikmati gelombang rangsangan demi rangsangan yang semakin lama semakin menggelora ini.
    ”Oouugghhss.. oouugghhss.. sshhhh… tteerruss Ddooo…” aku makin meracau tidak karuan, pikiranku sudah tidak jernih lagi, terombang ambing di dalam pusaran kenikmatan, terseret di dalam pergumulan persetubuhan dengan Edo, tubuh telanjangku serasa seenteng kapas melambung tinggi sekali.
    Aku merasakan kenikmatan bagai air bah mengalir ke seluruh tubuhku mulai dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun terutama sekali di sekitar tempikku.
    Tubuhku akhirnya mengejang sambil memeluk tubuh Edo erat sekali sambil menjerit-jerit kecil tanpa sadar.
    ”Aaaaccchhh…… Dddooo… mmmmmhhhhhh… konnttolmmmuuu… aakkkuu…… kkeeelluuaaarrrr……” jeritku keenakan.
    Badan telanjangku terasa berputar-putar merasakan semburan kenikmatan yang dahsyat diterjang gelombang orgasme.
    kontol Edo masih terus menggenjot lubang tempikku, dan aku hanya pasrah dipelukannya mengharapkan gelombang kenikmatan selanjutnya. Lebih dari sejam Edo menyetubuhiku tanpa henti, aku makin lama makin terseret di dalam kenikmatan pergumulan persetubuhan yang belum pernah kurasakan.
    Tubuhku akhirnya melemas setelah aku menyemburkan lagi cairan kawinku untuk kesekian kalinya bersamaan dengan Edo yang juga rupanya sudah tidak tahan lagi dan……
    ”Aaacchhh….. oooccchhh… Mmiiaaa… teemmpiikkmmuuu…… nniikkkmaattttt… sseekkalliiii… adduuhhh…… aaakkuu.. kkekkeeeluaarrr…” erangnya sambil menyemburkan pejunya di dalam tempikku
    Kemudian untuk beberapa saat Edo masih membiarkan kontolnya menancap di dalam tempikku.
    Akupun tidak mencoba untuk melepas kontol itu dari tempikku.
    Setelah agak beberapa lama, Edo mengeluarkan kontolnya yang ternyata masih berdiri dengan tegar walaupun sudah orgasme di lubang tempikku. Walaupun kontolnya masih sangat tegar berdiri dengan kerasnya, Edo menghentikan persetubuhan ini karena dia meminta suamiku menggantikannya untuk menyetubuhiku. Kini ganti dia yang akan menonton diriku disetubuhi oleh suamiku sendiri yang ternyata entah sejak kapan dia sudah bertelanjang bulat.
    Suamiku dengan segera menggantikan Edo dan mulai menyetubuhi diriku dengan hebat. Kurasakan nafsu birahi suamiku sedemikian menyala-nyala sehingga sambil berteriak-teriak kecil dia menghunjamkan kontolnya yang kecil itu ke dalam lubang tempikku.
    Akan tetapi apakah karena aku masih terpengaruh oleh pengalaman yang barusan kudapatkan bersama Edo, maka ketika suamiku menghunjamkan kontolnya ke dalam lubang tempikku, kurasakan kontol suamiku itu kini terasa hambar. Kurasakan otot-otot lubang tempikku tidak lagi sedemikian tegangnya menjepit kontol suamiku sebagaimana ketika kontol Edo yang berukuran besar dan panjang itu menerobos sampai ke dasar lubang tempikku.

    kontol suamiku kurasakan tidak sepenuhnya masuk ke dalam lubang tempikku dan terasa lebih lembek bahkan dapat kukatakan tidak begitu terasa lagi dalam lubang tempikku yang barusan diterobos oleh kontol yang begitu besar dan panjang.
    Mungkin disebabkan pengaruh minuman alkohol yang terlalu banyak, atau mungkin juga suamiku telah berada dalam keadaan yang sedemikian rupa sangat tegangnya, sehingga hanya dalam beberapa kali saja dia menghunjamkan kontolnya ke dalam lubang tempikku dan dalam waktu kurang dari satu menit, suamiku telah mencapai puncak ejakulasi dengan hebat. Malahan karena kontol suamiku tidak berada dalam lubang tempikku secara sempurna, dia telah menyemprotkan separuh pejunya agak di luar lubang tempikku dengan berkali-kali dan sangat banyak sekali sehingga seluruh permukaan tempik sampai ke sela paha dan jembutku basah kuyup dengan peju suamiku.
    Selanjutnya suamiku langsung terjerembab tidak bertenaga lagi terhempas kelelahan di sampingku. Sementara itu, karena aku pasif saja waktu disetubuhi suamiku, dan membayangkan kontol Edo yang luar biasa itu, maka aku sama sekali tidak kelelahan, malah nafsuku kembali memuncak. Bagaikan seekor kuda betina binal aku jadi bergelinjangan tidak karuan karena aku ingin mengalami puncak orgasme lagi dengan disetubuhi oleh Edo. Tapi yang disampingku kini suamiku, yang telah lemas dan tak berdaya sama sekali.
    Oleh karena itu dengan perasaan kecewa berat aku segera bangkit dari tempat tidur dalam keadaan tubuh yang masih bertelanjang bulat hendak menuju kamar mandi yang memang berada di dalam kamar tidur untuk membersihkan cairan-cairan bekas persenggamaan yang melumuri selangkangan dan tubuhku.
    Namun untunglah, seperti mengerti perasaanku, tiba-tiba Edo yang masih dalam keadaan bertelanjang bulat dan ngaceng kontolnya itu memelukku dari belakang sambil memagut serta menciumi leherku secara bertubi-tubi. Selanjutnya dia membungkukkan tubuhku ke pinggir ranjang. Aku kini berada dalam posisi menungging. Dalam posisi yang sedemikian Edo menusukkan kontolnya ke dalam tempikku dari belakang dengan garangnya.
    Karena posisiku menungging, aku jadi lebih leluasa menggoyang-goyangkan pantatku, yang tentu saja tempikku juga ikut bergoyang ke kiri dan ke kanan.
    Hal ini membuat Edo semakin bernafsu menghujam-hujamkan kontolnya ke dalam tempikku sehingga dengan cepat tubuhku kembali seperti melayang-layang merasakan kenikmatan yang tiada tara ini.
    Tak berapa lama tubuhku mengejang dan…
    ”Dddooo…… oooccchhhh… aacchhh… Ddooo… akk… aakkuu… mmaaauu… kkkeelluuuaaaarrrrrr……” rintihku sambil mencengkeram pinggir ranjang, aku telah mencapai puncak persetubuhan terlebih dahulu.
    Begitu aku sedang mengalami puncak orgasme, Edo menarik kontolnya dari lubang tempikku, sehingga seluruh tubuhku terasa menjadi tidak karuan, kurasakan lubang tempikku berdenyut agak aneh dalam suatu denyutan yang sangat sukar sekali kulukiskan dan belum pernah kualami.
    Namun walaupun sudah orgasme, aku masih berkeinginan sekali untuk melanjutkan persetubuhan ini. Dalam keadaan yang sedemikian tiba-tiba Edo yang masih bertelanjang bulat sebagaimana juga diriku, menarikku dan mengajakku tidur bersamanya di kamar tamu di sebelah kamarku.
    Bagaikan kerbau dicocok hidung, aku mengikuti Edo ke kamar sebelah. Kami berbaring di ranjang sambil berdekapan dalam keadaan tubuh masing-masing masih bertelanjang bulat bagaikan sepasang pengantin baru yang sedang berbulan madu.
    Kemudian Edo melepaskan pelukannya dan menelentangkan diriku lalu dengan bernafsu menciumi susuku dan menyedot-nyedot pentilnya yang mancung itu sehingga aku kembali merasakan suatu rangsangan birahi yang hebat. Tidak lama kemudian tubuh kami kami pun udah bersatu kembali dalam suatu permainan persetubuhan yang dahsyat.
    Kali ini rupanya Edo ingin mengajakku bersetubuh dengan cara yang lain. Mula-mula Edo membalikkan tubuhku sehingga posisiku kini berada di atas tubuhnya.
    Selanjutnya dengan spontan kuraih kontol Edo dan memandunya ke arah lubang tempikku. Kemudian kutekan tubuhku agak kuat ke tubuh Edo dan mulai mengayunkan tubuhku turun-naik di atas tubuhnya. Mula-mula secara perlahan-lahan akan tetapi lama-kelamaan semakin cepat dan kuat sambil berdesah-desah kecil, ”Occhhh… oocchhh… acchhh… sssshhhh…” desahku dibuai kenikmatan.
    Sementara itu Edo dengan tenang telentang menikmati seluruh permainanku sampai tiba-tiba kurasakan suatu ketegangan yang amat dahsyat dan dia mulai mengerang-erang kecil, ”Oocchhh… oocchhh… Mmiiaaaa… ttteeemmpppiikkmuuu… mmmhhhhh…”
    Akupun semakin cepat menggerakkan tubuhku turun-naik di atas tubuh Edo dan nafasku pun semakin memburu berpacu dengan hebat menggali seluruh kenikmatan tubuh laki-laki yang berada di bawahku.
    Tidak berapa lama kemudian aku menjadi terpekik kecil melepaskan puncak ejakulasi dengan hebat.
    ”Ooooccchhhhh…… mmmmhhhhhh… ooocccchhhh…… mmmmhhhhhh……” pekikku keenakan dan tubuhkupun langsung terkulai menelungkup di atas tubuh Edo.
    Tapi ternyata Edo belum sampai pada puncaknya. Maka tiba-tiba dia bangkit dengan suatu gerakan yang cepat. Kemudian dengan sigap dia menelentangkan tubuhku di atas tempat tidur dan mengangkat tinggi-tinggi kedua belah pahaku ke atas sehingga lubang tempikku yang telah basah kuyup oleh lendir kawin tersebut menjadi terlihat jelas menganga dengan lebar. Selanjutnya Edo mengacungkan kontolnya yang masih berdiri dengan tegang itu ke arah lubang tempikku dan menghunjamkan kembali kontolnya tersebut ke lubang tempikku dengan garang.
    Aku menjadi terhentak bergelinjang kembali ketika kontol Edo mulai menerobos dengan buasnya ke dalam tubuhku dan membuat gerakan mundur-maju dalam lubang tempikku. Aku pun kini semakin hebat menggoyang-goyangkan pinggulku mengikuti alunan gerakan turun-naiknya kontol Edo yang semakin lama semakin cepat merojok-rojokkan kontol besarnya ke lubang tempikku.
    Aku merasakan betapa lubang tempikku menjadi tidak terkendali berusaha menghisap dan melahap kontol Edo yang teramat besar dan panjang itu sedalam-dalamnya serta melumat seluruh otot-ototnya yang kekar dengan rakusnya.
    Selama pertarungan itu beberapa kali aku terpekik agak keras karena kontol Edo yang tegar dan perkasa itu menggesek bagian paling dalam tempikku (mungkin titik itu yang dinamakan G-Spot atau titik gairah seksual tertinggi wanita)
    Akhirnya, bersamaan dengan orgasmeku yang entah ke berapa kali aku tak ingat lagi, kulihat Edo tiba juga pada puncaknya.
    ”Mmmiiiaaaa… ooocchhh…………… ooocccchhhhhh… Mmmiiiiaaaaaaaa…………………… ttteeemmmppikkkmmmuuu… ooccchhhsss… aakkkuu… kkkellluuaaarrrrrr……” rintihnya dengan mimik wajah yang sangat luar biasa dia menyebut-nyebut namaku sambil mengeluarkan kata-kata vulgarnya lagi dan melepaskan puncak ejakulasinya secara bertubi-tubi menyemprotkan seluruh pejunya di dalam tempikku dalam waktu yang amat panjang.
    Sementara itu kontolnya tetap dibenamkannya sedalam-dalamnya di lubang tempikku sehingga seluruh pejunya terhisap dalam tempikku sampai titik penghabisan.
    Selanjutnya kami terhempas kelelahan ke tempat tidur dengan tubuh yang tetap menyatu. Selama kami tergolek, kontol Edo masih tetap terbenam dalam tempikku, dan aku pun memang tetap berusaha menjepitnya erat-erat karena tidak ingin segera kehilangan benda tersebut dari dalam tubuhku.
    Setelah beberapa lama kami tergolek melepaskan lelah, Edo mulai bangkit dan menciumi wajahku dengan lembut yang segera kusambut dengan mengangakan mulutku sehingga kini kami terlibat dalam suatu adegan cium yang mesra penuh dengan perasaan.
    Sementara itu tangannya dengan halus membelai-belai rambutku sebagaimana seorang suami yang sedang mencurahkan cinta kasihnya kepada istrinya.
    Suasana romantis ini akhirnya membuat gairah kami muncul kembali.
    Kulihat kontol Edo mulai kembali menegang tegak sehingga secara serta merta Edo segera menguakkan kedua belah pahaku membukanya lebar-lebar untuk kemudian mulai memasukkan kontolnya ke dalam tempikku kembali.

    Berlainan dengan suasana permulaan yang kualami tadi, dimana kami melakukan persetubuhan dalam suatu pertarungan yang dahsyat dan liar. Kali ini kami bersetubuh dalam suatu gerakan yang santai dalam suasana yang romantis dan penuh perasaan. Kami menikmati sepenuhnya sentuhan-sentuhan tubuh telanjang masing-masing dalam suasana kelembutan yang mesra bagaikan sepasang suami istri yang sedang melakukan kewajibannya.
    Aku pun dengan penuh perasaan dan dengan segala kepasrahan melayani Edo sebagaimana aku melayani suamiku selama ini. Keadaan ini berlangsung sangat lama sekali dan kubisikkan padanya bahwa ada bagian tertentu di dalam tempikku yang kalau tersentuh kontolnya, dapat menghasilkan rasa nikmat yang amat sangat.
    Edopun kelihatannya mengerti dan berusaha menyentuh bagian itu dengan kontolnya. Keadaan ini berakhir dengan tibanya kembali puncak persenggamaan kami secara bersamaan. Inilah yang belum pernah kualami, bahkan kuimpikanpun belum pernah. Mengalami orgasme secara bersama-sama dengan pasangan bersetubuh!
    Rasanya tak bisa kulukiskan dengan kata kata. Kami kini benar-benar kelelahan dan langsung tergolek di tempat tidur untuk kemudian terlelap dengan nyenyak dalam suatu kepuasan yang dalam.
    Semenjak pengalaman kami malam itu, aku selalu terbayang-bayang kehebatan Edo. Tetapi entah kenapa suamiku malah tidak pernah membicarakan lagi soal angan-angan seksualnya dan tidak pernah menyinggung lagi soal itu. Padahal aku malah ingin mengulanginya lagi. Karena apa yang kurasakan bersama suamiku sama sekali tidak sehebat sebagaimana yang kualami bersama Edo. Kuakui malam itu Edo memang hebat.

    Walaupun telah beberapa waktu berlalu namun bayangan kejadian malam itu tidak pernah berlalu dalam benakku. Malam itu aku telah merasakan suatu kepuasan persetubuhan yang luar biasa hebatnya yang belum pernah aku alami selama ini. Bahkan dengan Ki Alugoropun tidak sehebat ini, karena dengan Edo aku merasakan orgasme berkali-kali, sedang dengan Ki Alugoro cuma sekali. Dan walaupun telah beberapa kali menyetubuhiku, Edo masih tetap saja kelihatan bugar. kontolnya pun masih tetap ngaceng dan berfungsi dengan baik melakukan tugasnya keluar-masuk lubang tempikku dengan tegar hingga membuatku menjadi agak kewalahan. Aku telah terkapar lunglai dengan tidak putus-putusnya mengerang kecil karena terus-menerus mengalami puncak orgasme dengan berkali-kali namun kontol Edo masih tetap ngaceng bertahan. Inilah yang membuatku terkagum-kagum.

    Terus terang kuakui bahwa selama melakukan persetubuhan dengan suamiku, aku tidak pernah mengalami puncak orgasme sama sekali. Apalagi dalam waktu yang berkali-kali dan secara bertubi-tubi seperti malam itu.
    Sehingga, karena desakan birahi yang selalu datang tiap hari, dengan diam-diam aku masih menjalin hubungan dengan Edo tanpa sepengetahuan suamiku. Awalnya di suatu pagi Edo berkunjung ke rumahku pada saat suamiku sudah berangkat ke tempat tugasnya. Secara terus terang saat itu dia minta kepadaku untuk mau disetubuhi.
    Mulanya aku pura-pura ragu memenuhi permintaannya itu. Akan tetapi karena aku memang mengharapkan, akhirnya aku menyetujui permintaan tersebut. Apalagi kebetulan anakku juga lagi ke sekolah diantar pembantuku. Sehingga kubiarkan saja dia menyetubuhiku di rumahku sendiri.
    Hubungan sembunyi-sembunyi itu rupanya membawa diriku ke dalam suatu alam kenikmatan lain tersendiri. Misalnya ketika kami bersetubuh secara terburu-buru di ruang tamu yang terbuka, kurasakan suatu sensasi kenikmatan yang hebat dan sangat menegangkan. Keadaan ini membawa hubunganku dan Edo semakin berlanjut. Demikianlah sehingga akhirnya aku dan Edo sering melakukan persetubuhan tanpa diketahui oleh suamiku.

    Pernah kami melakukan persetubuhan yang liar di luar rumah, yaitu di taman dibelakang rumah, sambil menatap awan-awan yang berarak, ternyata menimbulkan sensasi tersendiri dan kenikmatan yang ambooii.
    ”Mestinya pemerintah memperbolehkan rakyatnya melakukan persetubuhan di tempat terbuka, asal tidak terdapat unsur paksaan!” anganku saat itu.
    Aku berpikir, kalau melakukan persetubuhan di tempat terbuka dengan disaksikan oleh orang lain, pasti lebih nikmat lagi deh!
    Sampai di suatu hari, Edo membisikkan rencananya kepadaku bahwa ia ingin bercinta secara three in one, tetapi bukan satu cewek dua cowok, tetapi satu cowok dua cewek. Maksudnya dia minta aku melibatkan satu orang temen cewekku untuk bersetubuh bersama.
    Mula-mula aku agak kaget dibuatnya, tetapi aku pikir-pikir boleh juga ya, hitung-hitung buat menambah pengalaman dalam bersetubuh.
    ”Wuih, pasti lebih seru nih” pikirku dalam hati sambil membayangkan kenikmatan di tempikku, apalagi sambil melihat juga Edo bersetubuh dengan cewek lain.
    ”Eh, tapi.. aku cemburu nggak ya? Tapi biarlah, ini kan suatu sensasi lain yang belum pernah kualami” pikirku lagi.
    Aku malah menambahkan usul kepada Edo, bagaimana kalau dilakukan di taman belakang rumah, habis asik sih! Lagipula aku memang punya temen (namanya Lina) yang ketika aku ceritain soal pengalamanku dengan Ki Alugoro maupun dengan Edo, keliatannya dia bernafsu banget dan pengin ikut-ikutan menikmati, boleh secara three in one ataupun sendiri sendiri, katanya.
    Soalnya kontol suaminya memang berukuran kecil dan pendek, apalagi suaminya sekarang lagi bertugas ke luar negeri dalam waktu yang lama, sehingga dia selalu kesepian di rumahnya yang besar itu.
    Ketika hal itu aku katakan pada Edo, dia langsung setuju dan menanyakan kapan hal itu akan dilaksanakan?
    Tentu saja aku jawab secepatnya. Keesokan harinya, sehabis berbelanja di salah satu mall aku mampir ke rumah Lina dan menceriterakan tentang rencanaku tersebut.
    Tentu saja dia sangat setuju dan antusias sekali mendengarnya, tetapi dia mengajukan sebuah syarat, yaitu itu dilakukan di taman di tepi kolam renang di belakang rumahnya.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Cewek Sunda Menggoda Hasrat

    Cerita Sex Cewek Sunda Menggoda Hasrat


    1880 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Cewek Sunda Menggoda HasratCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Saat ini usiaku 24 tahun dan sedang meyelesaikan proyek studiku di kota Bandung, kata teman teman cewekku wajahku ganteng, badannku yang atletis karena aku suka fitnes seminggu 3 kali, banyak yang bilang jika aku memakai mobil pastinya cewek cewek pada nempel ama aku. Saat ini aku sudah punya pacar.

    Kedua orangtuaku dan orangtuanya pacar sudah saling menyetujui dan karena kami serius dalam berpacaran jadi kedua orang tua menyetujui jika kita menikah. Dalam berpacaran aku dan pacarku hanya saling ciuman, remas remasan tidak sampai bersetubuh karena pacarku menjaga keperawananya sampai menikah.

    Karena itu dia tidak mau berhubungan sex sebelum menikah. Aku menghargai prinsipnya tersebut. Karena aku belum pernah pacaran sebelumnya, maka sampai saat itu aku belum pernah merasakan memek perempuan.

    Pacarku seorang anak bungsu. Kecuali kolokan, dia juga seorang penakut, sehingga sampai jam 10 malam minta ditemani. Sehabis mandi sore, aku pergi ke kosnya. Sampai dia berangkat tidur. aku belajar atau menulis tugas akhir dan dia belajar atau mengerjakan tugas-tugas kuliahnya di ruang tamu.

    Kamar kos-nya sendiri berukuran cukup besar, yakni 3mX6m. Kamar sebesar itu disekat dengan triplex menjadi ruang tamu dengan ukuran 3mX2.5m dan ruang tidur dengan ukuran 3mX3.5m. Lobang pintu di antara kedua ruang itu hanya ditutup dengan kain korden.

    lbu kost-nya mempunyai empat anak, semua perempuan. Semua manis-manis sebagaimana kebanyakan perempuan Sunda. Anak yang pertama sudah menikah, anak yang kedua duduk di kelas 3 SMA, anak ketiga kelas I SMA, dan anak bungsu masih di SMP.

    Menurut desas-desus yang sampai di telingaku, menikahnya anak pertama adalah karena hamil duluan. Kemudian anak yang kedua pun sudah mempunyai prestasi. Nama panggilannya Fania. Dia dFaniabarkan sudah pernah hamil dengan pacarya, namun digugurkan.

    Menurut penilaianku, Fania seorang playgirl. Walaupun sudah punya pacar, pacarnya kuliah di suatu politeknik, namun dia suka mejeng dan menggoda laki-laki lain yang kelihatan keren. Kalau aku datang ke kos pacarku, dia pun suka mejeng dan bersFaniap genit dalam menyapaku.
    lka memang mojang Sunda yang amat aduhai. Usianya akan 18 tahun. Tingginya 160 cm. Kulitnya berwarna kuning langsat dan kelihatan licin. Badannya kenyal dan berisi. Pinggangnya ramping. Buah dadanya padat dan besar membusung.

    Pinggulnya besar, kecuali melebar dengan indahnya juga pantatnya membusung dengan montoknya. Untuk gadis seusia dia, mungkin payudara dan pinggul yang sudah terbentuk sedemikian indahnya karena terbiasa dinaiki dan digumuli oleh pacarnya.

    Paha dan betisnya bagus dan mulus. Lehernya jenjang. Matanya bagus. Hidungnya mungil dan sedikit mancung. Bibirnya mempunyai garis yang sexy dan sensual, sehingga kalau memakai lipstik tidak perlu membuat garis baru, tinggal mengikuti batas bibir yang sudah ada. Rambutnya lebat yang dipotong Jhoy dengan indahnya.

    Sore itu sehabis mandi aku ke kos pacarku seperti biasanya. Di teras rumah tampak Fania sedang mengobrol dengan dua orang adiknya. Fania mengenakan baju atas ‘you can see’ dan rok span yang pendek dan ketat sehingga lengan, paha dan betisnya yang mulus itu dipertontonkan dengan jelasnya.

    “Mas Jhoy, ngapel ke Mbak Dina? Wah… sedang nggak ada tuh. Tadi pergi sama dua temannya. Katanya mau bikin tugas,” sapa Fania dengan centilnya.

    “He… masa?” balasku.

    “Iya… Sudah, ngapelin Fania sajalah Mas Jhoy,” kata Fania dengan senyum menggoda. Edan! Cewek Sunda satu ini benar-benar menggoda hasrat. Kalau mau mengajak beneran aku tidak menolak nih, he-he-he…

    “Ah, neng Fania macam-macam saja…,” tanggapanku sok menjaga wibawa. “Kak Dai belum datang?”

    Pacar Fania namanya Daniel, namun Fania memanggilnya Kak Dai. Mungkin Dai adalah panggilan akrab atau panggilan masa kecil si Daniel. Daniel berasal dan Bogor. Dia ngapeli anak yang masih SMA macam minum obat saja.

    Dan pulang kuliah sampai malam hari. Lebih hebat dan aku, dan selama ngapel waktu dia habiskan untuk ngobrol. Atau kalau setelah waktu isya, dia masuk ke kamar Fania. Kapan dia punya kesempatan belajar?

    “Wah… dua bulan ini saya menjadi singgel lagi. Kak Dai lagi kerja praktek di Riau. Makanya carFanian teman Mas Jhoy buat menemani Fania dong, biar Fania tidak kesepian… Tapi yang keren lho,” kata Fania dengan suara yang amat manja.

    Edan si playgirl Sunda mi. Dia bukan tipe orang yang ngomong begitu bukan sekedar bercanda, namun tipe orang yang suka nyerempet-nyerempet hat yang berbahaya.

    “Neng Fania ini… Nanti Kak Dainya ngamuk dong.”

    “Kak Dai kan tidak akan tahu…”

    Aku kembali memaki dalam hati. Perempuan Sunda macam Fania ini memang enak ditiduri. Enak digenjot dan dinikmati kekenyalan bagian-bagian tubuhnya.
    Aku mengeluarkan kunci dan membuka pintu kamar kos Dina. Di atas meja pendek di ruang tamu ada sehelai memo dari Dina. Sambil membuka jendela ruang depan dan ruang tidur, kubaca isi memo tadi.

    ‘Mas Jhoyby, gue ngerjain tugas kelompok bersama Niken dan Wiwin. Tugasnya banyak, jadi gue malam ini tidak pulang. Gue tidur di rumah Wiwin. Di kulkas ada jeruk, ambil saja. Soen sayang, Dina’

    Aku mengambil bukuku yang sehari-harinya kutinggal di tempat kos Di. Sambil menyetel radio dengan suara perlahan, aku mulai membaca buku itu. Biarlah aku belajar di situ sampai jam sepuluh malam.

    Sedang asyik belajar, sekitar jam setengah sembilan malam pintu diketok dan luar. Tok-tok-tok…

    Kusingkapkan korden jendela ruang tamu yang telah kututup pada jam delapan malam tadi, sesuai dengan kebiasaan pacarku. Sepertinya Fania yang berdiri di depan pintu.

    “Mbak Di… Mbak Dina…,” terdengar suara Fania memanggil-manggil dan luar. Aku membuka pintu.

    “Mbak Dina sudah pulang?” tanya Fania.

    “Belum. Hari ini Dina tidak pulang. Tidur di rumah temannya karena banyak tugas. Ada apa?”

    “Mau pinjam kalkulator, mas Jhoy. Sebentar saja. Buat bikin pe-er.”

    “Ng… bolehlah. Pakai kalkulatorku saja, asal cepat kembali.”

    “Beres deh mas Jhoy. Fania berjanji,” kata Fania dengan genit. Bibirnya tersenyum manis, dan pandang matanya menggoda menggemaskan.

    KuberFanian kalkulatorku pada Fania. KetFania berbalik, kutatap tajam-tajam tubuhnya yang aduhai. Pinggulnya yang melebar dan montok itu menggial ke kiri-kanan, seolah menantang diriku untuk meremas¬-remasnya. Sialan! Kontholku jadi berdiri. Si ‘boy-ku ini responsif sekali kalau ada cewek cakep yang enak digenjot.

    Sepeninggal Fania, sesaat aku tidak dapat berkonsentrasi. Namun kemudian kuusir pikiran yang tidak-tidak itu. Kuteruskan kembali membaca textbook yang menunjang penulisan tugas sarjana itu.

    Tok-tok-tok! Baru sekitar limabelas menit pintu kembali diketok.

    “Mas Jhoy… Mas Jhoy…,” terdengar Fania memanggil lirih.

    Pintu kubuka. Mendadak kontholku mengeras lagi. Di depan pintu berdiri Fania dengan senyum genitnya. Bajunya bukan atasan ‘you can see’ yang dipakai sebelumnya. Dia menggunakan baju yang hanya setinggi separuh dada dengan tali ke pundaknya.

    Baju tersebut berwarna kuning muda dan berbahan mengkilat. Dadanya tampak membusung dengan gagahnya, yang ujungnya menonjol dengan tajam dan batik bajunya. Sepertinya dia tidak memakai BH. Juga, bau harum sekarang terpancar dan tubuhnya.

    Tadi, bau parfum harum semacam ini tidak tercium sama sekali, berarti datang yang kali ini si Fania menyempatkan diri memakai parfum. Kali ini bibirnya pun dipolesi lipstik pink.

    “Ini kalkulatornya, Mas Jhoy,” kata Fania manja, membuyarkan keterpanaanku.

    “Sudah selesai. Neng Fania?” tanyaku basa-basi.

    “Sudah Mas Jhoy, namun boleh Fania minta diajari Matematika?”

    “0, boleh saja kalau sekiranya bisa.”

    Tanpa kupersilakan Fania menyelonong masuk dan membuka buku matematFania di atas meja tamu yang rendah. Ruang tamu kamar kos pacarku itu tanpa kursi. Hanya digelari karpet tebal dan sebuah meja pendek dengan di salah satu sisinya terpasang rak buku.

    Aku pun duduk di hadapannya, sementara pintu masuk tertutup dengan sendirinya dengan perlahan. Memang pintu kamar kos pacarku kalau mau disengaja terbuka harus diganjal potongan kayu kecil.

    “Ini mas Jhoy, Fania ada soal tentang bunga majemuk yang tidak tahu cara penyelesaiannya.” Fania mencari-cari halaman buku yang akan ditanyakannya.

    Menunggu halaman itu ditemukan, mataku mencari kesempatan melihat ke dadanya. Amboi! Benar, Fania tidak memakai bra. Dalam posisi agak menunduk, kedua gundukan payudaranya kelihatan sangat jelas. Sungguh padat, mulus, dan indah. Kontholku terasa mengeras dan sedikit berdenyut-denyut.

    Halaman yang dicari ketemu. Fania dengan centilnya membaca soal tersebut. Soalnya cukup mudah. Aku menerangkan sedikit dan memberitahu rumusnya, kemudian Fania menghitungnya. Sambil menunggu Fania menghitung, mataku mencuri pandang ke buah dada Fania. Uhhh… ranum dan segarnya.

    “Kok sepi? Mamah, Ema, dan Nur sudah tidur?” tanyaku sambil menelan ludah. Kalau bapaknya tidak aku tanyakan karena dia bekerja di Cirebon yang pulangnya setiap akhir pekan.

    “Sudah. Mamah sudah tidur jam setengah delapan tadi. Kemudian Erna dan Nur berangkat tidur waktu Fania bermain-main kalkulator tadi,” jawab Fania dengan tatapan mata yang menggoda.

    Hasratku mulai naik. Kenapa tidak kusetubuhi saja si Fania. Mumpung sepi. Orang-orang di rumahnya sudah tidur. Kamar kos sebelah sudah sepi dan sudah mati lampunya. Berarti penghuninya juga sudah tidur.

    Kalau kupaksa dia meladeni hasratku, tenaganya tidak akan berarti dalam melawanku. Tetapi mengapa dia akan melawanku? jangan-jangan dia ke sini justru ingin bersetubuh denganku. Soal tanya MatematFania, itu hanya sebagai atasan saja.

    Bukankah dia menyempatkan ganti baju, dari atasan you can see ke atasan yang memamerkan separuh payudaranya? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan tidak memakai bra? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan memakai parfum dan lipstik? Apa lagi artinya kalau tidak menyodorkan din?

    Tiba-tiba Fania bangkit dan duduk di sebelah kananku.

    “Mas Jhoy… ini benar nggak?” tanya Fania.

    Ada kekeliruan di tengah jalan saat Fania menghitung. Antara konsentrasi dan menahan nafsu yang tengah berkecamuk, aku mengambil pensil dan menjelaskan kekeliruannya. Tiba-tiba Fania lebih mendekat ke arahku, seolah mau memperhatikan hal yang kujelaskan dan jarak yang lebih dekat.

    Akibatnya… gumpalan daging yang membusung di dadanya itu menekan lengan tangan kananku. Terasa hangat dan lunak, namun ketFania dia lebih menekanku terasa lebih kenyal.

    Dengan sengaja lenganku kutekankan ke payudaranya.

    “Ih… Mas Jhoy nakal deh tangannya,” katanya sambil merengut manja. Dia pura-pura menjauh.

    “Lho, yang salah kan Neng Fania duluan. Buah dadanya menyodok-nyodok lenganku,” jawabku.

    lka cemberut. Dia mengambil buku dan kembali duduk di hadapanku. Dia terlihat kembali membetulkan yang kesalahan, namun menurut perasaanku itu hanya berpura-pura saja. Aku merasa semakin ditantang.

    Kenapa aku tidak berani? Memangnya aku impoten? Dia sudah berani datang ke sini malam-malam sendirian. Dia menyempatkan pakai parfum. Dia sengaja memakai baju atasan yang memamerkan gundukan payudara.

    Dia sengaja tidak pakai bra. Artinya, dia sudah mempersilakan diriku untuk menikmati kemolekan tubuhnya. Tinggal aku yang jadi penentunya, mau menyia-siakan kesempatan yang dia berFanian atau memanfaatkannya. Kalau aku menyia-siakan berarti aku band!
    Aku pun bangkit. Aku berdiri di atas lutut dan mendekatinya dari belakang. Aku pura-pura mengawasi dia dalam mengerjakan soal. Padahal mataku mengawasi tubuhnya dari belakang. Kulit punggung dan lengannya benar-benar mulus, tanpa goresan sedikitpun. Karena padat tubuhnya, kulit yang kuning langsat itu tampak licin mengkilap walaupun ditumbuhi oleh bulu-bulu rambut yang halus.

    Kemudian aku menempelkan kontholku yang menegang ke punggungnya. Fania sedikit terkejut ketFania merasa ada yang menempel punggungnya.

    “Ih… Mas Jhoy jangan begitu dong…,” kata Fania manja.

    “Sudah… udah-udah… Aku sekedar mengawasi pekerjaan Neng Fania,” jawabku.

    lka cemberut. Namun dengan cemberut begitu, bibir yang sensual itu malah tampak menggemaskan. Sungguh sedap sekali bila dikulum-kulum dan dilumat-lumat. Fania berpura-pura meneruskan pekerjaannya.

    Aku semakin berani. Kontholku kutekankan ke punggungnya yang kenyal. Fania menggelinjang. Tidak tahan lagi. tubuh Fania kurengkuh dan kurebahkan di atas karpet. Bibirnya kulumat-lumat, sementara kulit punggungnya kuremas-remas.

    Bibir Fania mengadakan perlawanan, mengimbangi kuluman-¬kuluman bibirku yang diselingi dengan permainan lidahnya. Terlihat bahkan dalam masalah ciuman Fania yang masih kelas tiga SMA sudah sangat mahir. Bahkan mengalahkan kemahiranku.

    Beberapa saat kemudian ciumanku berpindah ke lehernya yang jenjang. Bau harum terpancar dan kulitnya. Sambil kusedot-sedot kulit lehernya dengan hidungku, tanganku berpindah ke buah dadanya.

    Buah dada yang tidak dilindungi bra itu terasa kenyal dalam remasan tanganku. Kadang-kadang dan batik kain licin baju atasannya, putingnya kutekan-tekan dan kupelintir-pelintir dengan jari-jari tanganku. Puting itu terasa mengeras.

    “Mas Jhoy Mas Jhoy buka baju saja Mas Jhoy…,” rintih Fania. Tanpa menunggu persetujuanku, jari-jari tangannya membuka Faniat pinggang dan ritsleteng celanaku. Aku mengimbangi, tall baju atasannya kulepas dan baju tersebut kubebaskan dan tubuhnya.

    Aku terpana melihat kemulusan tubuh atasnya tanpa penutup sehelai kain pun. Buah dadanya yang padat membusung dengan indahnya. Ditimpa sinar lampu neon ruang tamu, payudaranya kelihatan amat mulus dan licin. Putingnya berdiri tegak di ujung gumpalan payudara.

    Putingnya berwarna pink kecoklat-coklatan, sementara puncak bukit payudara di sekitarnya berwarna coklat tua dan sedikit menggembung dibanding dengan permukaan kulit payudaranya.
    Celana panjang yang sudah dibuka oleh Fania kulepas dengan segera. Menyusul. kemeja dan kaos singlet kulepas dan tubuhku. Kini aku cuma tertutup oleh celana dalamku, sementara Fania tertutup oleh rok span ketat yang mempertontonkan bentuk pinggangnya yang ramping dan bentuk pinggulnya yang melebar dengan bagusnya.

    Fania pun melepaskan rok spannya itu, sehingga pinggul yang indah itu kini hanya terbungkus celana dalam minim yang tipis dan berwarna pink. Di daerah bawah perutnya, celana dalam itu tidak mampu menyembunyFanian warna hitam dari jembut lebat Fania yang terbungkus di dalamnya. Juga, beberapa helai jembut Fania tampak keluar dan lobang celana dalamnya.
    lka memandangi dadaku yang bidang. Kemudian dia memandang ke arah kontholku yang besar dan panjang, yang menonjol dari balik celana dalamku. Pandangan matanya memancarkan nafsu yang sudah menggelegak.

    Perlahan aku mendekatkan badanku ke badannya yang sudah terbaring pasrah. Kupeluk tubuhnya sambil mengulum kembali bibirnya yang hangat. Fania pun mengimbanginya. Dia memeluk leherku sambil membalas kuluman di bibirnya.

    Payudaranya pun menekan dadaku. Payudara itu terasa kenyal dan lembut. Putingnya yang mengeras terasa benar menekan dadaku. Aku dan Fania saling mengulum bibir, saling menekankan dada, dan saling meremas kulit punggung dengan penuh nafsu.
    Ciumanku berpindah ke leher Fania. Leher mulus yang memancarkan keharuman parfum yang segar itu kugumuli dengan bibir dan hidungku. Fania mendongakkan dagunya agar aku dapat menciumi segenap pori-pori kulit lehernya.
    “Ahhh… Mas Jhoy… Fania sudah menginginkannya dan kemarin… Gelutilah tubuh Fania… puasin Fania ya Mas Jhoy…,” bisik Fania terpatah-patah.
    Aku menyambutnya dengan penuh antusias. Kini wajahku bergerak ke arah payudaranya. Payudaranya begitu menggembung dan padat. namun berkulit lembut. Bau keharuman yang segar terpancar dan pori-porinya.

    Agaknya Fania tadi sengaja memakai parfum di sekujur payudaranya sebelum datang ke sini. Aku menghirup kuat-kuat lembah di antara kedua bukit payudaranya itu. Kemudian wajahku kugesek-gesekkan di kedua bukit payudara itu secara bergantian, sambil hidungku terus menghirup keharuman yang terpancar dan kulit payudara.

    Puncak bukit payudara kanannya pun kulahap dalam mulutku. Kusedot kuat-kuat payudara itu sehingga daging yang masuk ke dalam mulutku menjadi sebesar-besarnya. Fania menggelinjang.

    “Mas Jhoy… ngilu… ngilu…,” rintih Fania.

    Gelinjang dan rintihan Fania itu semakin membangkitkan hasratku. Kuremas bukit payudara sebelah kirinya dengan gemasnya, sementara puting payudara kanannya kumainkan dengan ujung lidahku. Puting itu kadang kugencet dengan tekanan ujung lidah dengan gigi.

    Kemudian secara mendadak kusedot kembali payudara kanan itu kuat-kuat. sementara jari tanganku menekan dan memelintir puting payudara kirinya. Fania semakin menggelinjang-gelinjang seperti Fanian belut yang memburu makanan sambil mulutnya mendesah-desah.

    “Aduh mas Booob… ssshh… ssshhh… ngilu mas Booob… ssshhh… geli… geli…,” cuma kata-kata itu yang berulang-ulang keluar dan mulutnya yang merangsang.

    Aku tidak puas dengan hanya menggeluti payudara kanannya. Kini mulutku berganti menggeluti payudara kiri. sementara tanganku meremas-remas payudara kanannya kuat-kuat. Kalau payudara kirinya kusedot kuat-kuat.

    Tanganku memijit-mijit dan memelintir-pelintir puting payudara kanannya. Sedang bila gigi dan ujung lidahku menekan-nekan puting payudara kiri, tanganku meremas sebesar-besarnya payudara kanannya dengan sekuat-kuatnya.

    “Mas Booob… kamu nakal…. ssshhh… ssshhh… ngilu mas Booob… geli…” Fania tidak henti-hentinya menggelinjang dan mendesah manja.

    Setelah puas dengan payudara, aku meneruskan permainan lidah ke arah perut Fania yang rata dan berkulit amat mulus itu. Mulutku berhenti di daerah pusarnya. Aku pun berkonsentrasi mengecupi bagian pusarnya.

    Sementara kedua telapak tanganku menyusup ke belakang dan meremas-remas pantatnya yang melebar dan menggembung padat. Kedua tanganku menyelip ke dalam celana yang melindungi pantatnya itu.

    Perlahan¬-lahan celana dalamnya kupelorotkan ke bawah. Fania sedikit mengangkat pantatnya untuk memberi kemudahan celana dalamnya lepas. Dan dengan sekali sentakan kakinya, celana dalamnya sudah terlempar ke bawah.

    Saat berikutnya, terhamparlah pemandangan yang luar biasa merangsangnya. Jembut Fania sungguh lebat dan subur sekali. Jembut itu mengitari bibir memek yang berwarna coklat tua. Sambil kembali menciumi kulit perut di sekitar pusarnya, tanganku mengelus-elus pahanya yang berkulit licin dan mulus. Elusanku pun ke arah dalam dan merangkak naik.

    Sampailah jari-jari tanganku di tepi kiri-kanan bibir luar memeknya. Tanganku pun mengelus-elus memeknya dengan dua jariku bergerak dan bawah ke atas. Dengan mata terpejam, Fania berinisiatif meremas-remas payudaranya sendiri. Tampak jelas kalau Fania sangat menikmati permainan ini.

    Perlahan kusibak bibir memek Fania dengan ibu jari dan telunjukku mengarah ke atas sampai kelentitnya menongol keluar. Wajahku bergerak ke memeknya, sementara tanganku kembali memegangi payudaranya. Kujilati kelentit Fania perlahan-lahan dengan jilatan-jilatan pendek dan terputus-putus sambil satu tanganku mempermainkan puting payudaranya.

    “Au Mas Jhoy… shhhhh… betul… betul di situ mas Jhoy… di situ… enak mas… shhhh…,” Fania mendesah-desah sambil matanya merem-melek. Bulu alisnya yang tebal dan indah bergerak ke atas-bawah mengimbangi gerakan merem-meleknya mata. Keningnya pun berkerut pertanda dia sedang mengalami kenikmatan yang semakin meninggi.

    Aku meneruskan permainan lidah dengan melakukan jilatan-jilatan panjang dan lubang anus sampai ke kelentitnya.

    Karena gerakan ujung hidungku pun secara berkala menyentuh memek Fania. Terasa benar bahkan dinding vaginanya mulai basah. Bahkan sebagian cairan vaginanya mulai mengalir hingga mencapai lubang anusnya. Sesekali pinggulnya bergetar. Di saat bergetar itu pinggulnya yang padat dan amat mulus kuremas kuat-kuat sambil ujung hidungku kutusukkan ke lobang memeknya.

    “Mas Booob… enak sekali mas Jhoy…,” Fania mengerang dengan kerasnya. Aku segera memfokuskan jilatan-jilatan lidah serta tusukan-tusukan ujung hidung di vaginanya. Semakin lama vagina itu semakin basah saja.

    Dua jari tanganku lalu kumasukkan ke lobang memeknya. Setelah masuk hampir semuanya, jari kubengkokkan ke arah atas dengan tekanan yang cukup terasa agar kena ‘G-spot’-nya. Dan berhasil!

    “Auwww… mas Jhoy…!” jerit Fania sambil menyentakkan pantat ke atas. sampai-sampai jari tangan yang sudah terbenam di dalam memek terlepas. Perut bawahnya yang ditumbuhi bulu-bulu jembut hitam yang lebat itu pun menghantam ke wajahku. Bau harum dan bau khas cairan vaginanya merasuk ke sel-sel syaraf penciumanku.

    Aku segera memasukkan kembali dua jariku ke dalam vagina Fania dan melakukan gerakan yang sama. Kali ini aku mengimbangi gerakan jariku dengan permainan lidah di kelentit Fania. Kelentit itu tampak sem`kin menonjol sehingga gampang bagiku untuk menjilat dan mengisapnya.

    Ketika kelentit itu aku gelitiki dengan lidah serta kuisap-isap perlahan, Fania semakin keras merintih-rintih bagaFanian orang yang sedang mengalami sakit demam. Sementara pinggulnya yang amat aduhai itu menggial ke kiri-kanan dengan sangat merangsangnya.

    “Mas Jhoy… mas Jhoy… mas Jhoy…,” hanya kata-kata itu yang dapat diucapkan Fania karena menahan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi.

    Permainan jari-jariku dan lidahku di memeknya semakin bertambah ganas. Fania sambil mengerang¬-erang dan menggeliat-geliat meremas apa saja yang dapat dia raih. Meremas rambut kepalaku, meremas bahuku, dan meremas payudaranya sendiri.

    “Mas Jhoy… Fania sudah tidak tahan lagi… Masukin konthol saja mas Jhoy… Ohhh… sekarang juga mas Jhoy…! Sshhh. . . ,“ erangnya sambil menahan nafsu yang sudah menguasai segenap tubuhnya.

    Namun aku tidak perduli. Kusengaja untuk mempermainkan Fania terlebih dahulu. Aku mau membuatnya orgasme, sementara aku masih segar bugar. Karena itu lidah dan wajahku kujauhkan dan memeknya. Kemudian kocokan dua jari tanganku di dalam memeknya semakin kupercepat.

    Gerakan jari tanganku yang di dalam memeknya ke atas-bawah, sampai terasa ujung jariku menghentak-hentak dinding atasnya secara perlahan-lahan. Sementara ibu jariku mengusap-usap dan menghentak-hentak kelentitnya.

    Gerakan jari tanganku di memeknya yang basah itu sampai menimbulkan suara crrk-crrrk-crrrk-crrk crrrk… Sementara dan mulut Fania keluar pekFanian-pekFanian kecil yang terputus-putus:

    “Ah-ah-ah-ah-ah…”

    Sementara aku semakin memperdahsyat kocokan jari-jariku di memeknya, sambil memandangi wajahnya. Mata Fania merem-melek, sementara keningnya berkerut-kerut.

    Crrrk! Crrrk! Crrek! Crek! Crek! Crok! Crok! Suara yang keluar dan kocokan jariku di memeknya semakin terdengar keras. Aku mempertahankan kocokan tersebut. Dua menit sudah si Fania mampu bertahan sambil mengeluarkan jeritan-jeritan yang membangkitkan nafsu. Payudaranya tampak semakin kencang dan licin, sedang putingnya tampak berdiri dengan tegangnya.

    Sampai akhirnya tubuh Fania mengejang hebat. Pantatnya terangkat tinggi-tinggi. Matanya membeliak-¬beliak.

    Dan bibirnya yang sensual itu keluar jeritan hebat, “Mas…!“ Dua jariku yang tertanam di dalam vagina Fania terasa dijepit oleh dindingnya dengan kuatnya. Seiring dengan keluar masuknya jariku dalam vaginanya, dan sela-sela celah antara tanganku dengan bibir memeknya terpancarlah semprotan cairan vaginanya dengan kuatnya. Prut! Prut! Pruttt! Semprotan cairan tersebut sampai mencapai pergelangan tanganku.

    Beberapa detik kemudian Fania terbaring lemas di atas karpet. Matanya memejam rapat. Tampaknya dia baru saja mengalami orgasme yang begitu hebat. Kocokan jari tanganku di vaginanya pun kuhentFanian.

    Kubiarkan jari tertanam dalam vaginanya sampai jepitan dinding vaginanya terasa lemah. Setelah lemah. jari tangan kucabut dan memeknya. Cairan vagina yang terkumpul di telapak tanganku pun kubersihkan dengan kertas tissue.
    Ketegangan kontholku belum juga mau berkurang. Apalagi tubuh telanjang Fania yang terbaring diam di hadapanku itu benar-benar aduhai. seolah menantang diriku untuk membuktFanian kejantananku pada tubuh mulusnya.

    Aku pun mulai menindih kembali tubuh Fania, sehingga kontholku yang masih di dalam celana dalam tergencet oleh perut bawahku dan perut bawahnya dengan enaknya. Sementara bibirku mengulum-kulum kembali bibir hangat Fania,

    Sambil tanganku meremas-remas payudara dan mempermainkan putingnya. Fania kembali membuka mata dan mengimbangi serangan bibirku. Tubuhnya kembali menggelinjang-gelinjang karena menahan rasa geli dan ngilu di payudaranya.
    Setelah puas melumat-lumat bibir. wajahku pun menyusuri leher Fania yang mulus dan harum hingga akhirnya mencapai belahan dadanya. Wajahku kemudian menggeluti belahan payudaranya yang berkulit lembut dan halus, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah payudaranya.

    Segala kelembutan dan keharuman belahan dada itu kukecupi dengan bibirku. Segala keharuman yang terpancar dan belahan payudara itu kuhirup kuat-kuat dengan hidungku, seolah tidak rela apabila ada keharuman yang terlewatkan sedikitpun.
    Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan payudara itu. Kemudian bibirku bergerak ke atas bukit payudara sebelah kiri. Kuciumi bukit payudara yang membusung dengan gagahnya itu. Dan kumasukkan puting payudara di atasnya ke dalam mulutku.

    Kini aku menyedot-sedot puting payudara kiri Fania. Kumainkan puting di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit payudara di sekitar puting yang berwarna coklat.

    “Ah… ah… mas Jhoy… geli… geli …,“ mulut indah Fania mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. bagaFanian desisan ular kelaparan yang sedang mencari mangsa.

    Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas-remas payudara kanan Fania yang montok dan kenyal itu. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada putingnya.

    “Mas Jhoy… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu… ngilu…”

    Aku semakin gemas. Payudara aduhai Fania itu kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit payudara kadang kusedot besarnya-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya putingnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah.

    Belahan lain kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil puting yang mencuat gagah di puncaknya.

    “Ah… mas Jhoy… terus mas Jhoy… terus… hzzz… ngilu… ngilu…” Fania mendesis-desis keenakan. Hasratnya tampak sudah kembali tinggi. Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kini semakin sening fnekuensinya.

    Sampai akhirnya Fania tidak kuat mehayani senangan-senangan keduaku. Dia dengan gerakan eepat memehorotkan celana dalamku hingga tunun ke paha.

    Aku memaklumi maksudnya, segera kulepas eelana dalamku. Jan-jari tangan kanan Fania yang mulus dan lembut kemudian menangkap kontholku yang sudah berdiri dengan gagahnya. Sejenak dia memperlihatkan rasa terkejut.

    “Edan… mas Jhoy, edan… Kontholmu besar sekali… Konthol pacan-pacanku dahulu dan juga konthol kak Dai tidak sampai sebesar in Edan… edan…,” ucapnya terkagum-kagum. Sambil membiankan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah payudaranya, jan-jari lentik tangan kanannya meremas¬remas perlahan kontholku secara berirama.

    Seolah berusaha mencari kehangatan dan kenikmatan di hiatnya menana kejantananku. Remasannya itu mempenhebat vohtase dam rasa nikmat pada batang kontholku.

    “Mas Jhoy. kita main di atas kasur saja…,” ajak Fania dengan sinar mata yang sudah dikuasai nafsu binahi.

    Aku pun membopong tubuh telanjang Fania ke ruang dalam, dan membaringkannya di atas tempat tidun pacarku. Ranjang pacarku ini amat pendek, dasan kasurnya hanya terangkat sekitar 6 centimeter dari lantai. KetFania kubopong.

    Fania tidak mau melepaskan tangannya dari leherku. Bahkan, begitu tubuhnya menyentuh kasur, tangannya menanik wajahku mendekat ke wajahnya. Tak ayal lagi, bibirnya yang pink menekan itu melumat bibirku dengan ganasnya.

    Aku pun tidak mau mengalah. Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap tubuhnya dengan kuatnya. Kuhit punggungnya yang halus mulus kuremas-remas dengan gemasnya.

    Kemudian aku menindih tubuh Fania. Kontholku terjepit di antara pangkal pahanya yang mulus dan perut bawahku sendiri. Kehangatan kulit pahanya mengalir ke batang kontholku yang tegang dan keras. Bibirku kemudian melepaskan bibir sensual Fania.

    Kecupan bibirku pun turun. Kukecup dagu Fania yang bagus. Kukecup leher jenjang Fania yang memancarkan bau wangi dan segarnya parfum yang dia pakai. Kuciumi dan kugeluti leher indah itu dengan wajahku, sementara pantatku mulai bergerak aktif sehingga kontholku menekan dan menggesek-gesek paha Fania.

    Gesekan di kulit paha yang licin itu membuat batang kontholku bagai diplirit-plirit. Kepala kontholku merasa geli-geli enak oleh gesekan-gesekan paha Fania.
    Puas menggeluti leher indah, wajahku pun turun ke buah dada montok Fania. Dengan gemas dan ganasnya aku membenamkan wajahku ke belahan dadanya, sementara kedua tanganku meraup kedua belah payudaranya dan menekannya ke arah wajahku.

    Keharuman payudaranya kuhirup sepuas-puasku. Belum puas dengan menyungsep ke belahan dadanya, wajahku kini menggesek-gesek memutar sehingga kedua gunung payudaranya tertekan-tekan oleh wajahku secara bergantian.

    Sungguh sedap sekali rasanya ketFania hidungku menyentuh dan menghirup dalam-dalam daging payudara yang besar dan kenyal itu. Kemudian bibirku meraup puncak bukit payudara kiri Fania. Daerah payudara yang kecoklat-coklatan beserta putingnya yang pink kecoklat-coklatan itu pun masuk dalam mulutku.

    Kulahap ujung payudara dan putingnya itu dengan bernafsunya, tak ubahnya seperti bayi yang menetek susu setelah kelaparan selama seharian. Di dalam mulutku, puting itu kukulum-kulum dan kumainkan dengan lidahku.

    “Mas Jhoy… geli… geli …,“ kata Fania kegelian.

    Aku tidak perduli. Aku terus mengulum-kulum puncak bukit payudara Fania. Putingnya terasa di lidahku menjadi keras. Kemudian aku kembali melahap puncak bukit payudara itu sebesar-besarnya. Apa yang masuk dalam mulutku kusedot sekuat-kuatnya.

    Sementara payudara sebelah kanannya kuremas sekuat-kuatnya dengan tanganku. Hal tersebut kulakukan secara bergantian antara payudara kiri dan payudara kanan Fania. Sementara kontholku semakin menekan dan menggesek-gesek dengan beriramanya di kulit pahanya. Fania semakin menggelinjang-gelinjang dengan hebatnya.

    “Mas Jhoy… mas Jhoy… ngilu… ngilu… hihhh… nakal sekali tangan dan mulutmu… Auw! Sssh… ngilu… ngilu…,” rintih Fania. Rintihannya itu justru semakin mengipasi api nafsuku. Api nafsuku semakin berkobar-kobar. Semakin ganas aku mengisap-isap dan meremas-remas payudara montoknya.
    Sementara kontholku berdenyut-denyut keenakan merasakan hangat dan licinnya paha Fania.

    Akhirnya aku tidak sabar lagi. Kulepaskan payudara montok Fania dari gelutan mulut dan tanganku.

    Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku membimbing kontholku untuk mencari liang memeknya. Kuputar-putarkan dahulu kepala kontholku di kelebatan jembut di sekitar bibir memek Fania. Bulu-bulu jembut itu bagaFanian menggelitiki kepala kontholku. Kepala kontholku pun kegelian. Geli tetapi enak.
    “Mas Jhoy… masukkan seluruhnya mas Jhoy… masukkan seluruhnya… Mas Jhoy belum pernah merasakan memek Mbak Dina kan? Mbak Dina orang kuno… tidak mau merasakan konthol sebelum nFaniah. Padahal itu surga dunia… bagai terhempas langit ke langit ketujuh. mas Jhoy…”

    Jan-jari tangan Fania yang lentik meraih batang kontholku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu dia buka agak lebar.

    “Edan… edan… kontholmu besar dan keras sekali, mas Jhoy…,” katanya sambil mengarahkan kepala kontholku ke lobang memeknya.

    Sesaat kemudian kepala kontholku menyentuh bibir memeknya yang sudah basah. Kemudian dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, konthol kutekankan masuk ke liang memek. Kini seluruh kepala kontholku pun terbenam di dalam memek. Daging hangat berlendir kini terasa mengulum kepala kontholku dengan enaknya.

    Aku menghentFanian gerak masuk kontholku.

    “Mas Jhoy… teruskan masuk, Jhoy… Sssh… enak… jangan berhenti sampai situ saja…,” Fania protes atas tindakanku. Namun aku tidak perduli. Kubiarkan kontholku hanya masuk ke lobang memeknya hanya sebatas kepalanya saja, namun kontholku kugetarkan dengan amplituda kecil.

    Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dari ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak. Fania menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan.

    “Sssh… sssh… enak… enak… geli… geli, mas Jhoy. Geli… Terus masuk, mas Jhoy…”

    Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara gerakan kukonsentrasFanian pada pinggulku. Dan… satu… dua… tiga! Kontholku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam memek Fania dengan sangat cepat dan kuatnya.

    Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang mulus yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara kulit batang kontholku bagaFanian diplirit oleh bibir dan daging lobang memeknya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt!

    “Auwww!” pekik Fania.

    Aku diam sesaat, membiarkan kontholku tertanam seluruhnya di dalam memek Fania tanpa bergerak sedikit pun.

    “Sakit mas Jhoy… Nakal sekali kamu… nakal sekali kamu….” kata Fania sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya.

    Aku pun mulai menggerakkan kontholku keluar-masuk memek Fania. Aku tidak tahu, apakah kontholku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang memek Fania yang berukuran kecil.

    Yang saya tahu, seluruh bagian kontholku yang masuk memeknya serasa dipijit-pijit dinding lobang memeknya dengan agak kuatnya. Pijitan dinding memek itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang kontholku.

    “Bagaimana Fania, sakit?” tanyaku

    “Sssh… enak sekali… enak sekali… Barangmu besar dan panjang sekali… sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang memekku…,” jawab Fania.

    Aku terus memompa memek Fania dengan kontholku perlahan-lahan. Payudara kenyalnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat gerakan memompa tadi. Kedua putingnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku yang bidang.

    Kehangatan payudaranya yang montok itu mulai terasa mengalir ke dadaku. Kontholku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot memeknya sejalan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali.

    Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kontholku menyentuh suatu daging hangat di dalam memek Fania. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala konthol sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.

    Kemudian aku mengambil kedua kakinya yang kuning langsat mulus dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kontholku tidak tercabut dari lobang memeknya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Fania kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku.

    Sambil terus mengocok memeknya perlahan dengan kontholku, betis kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku.

    Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan rasa nikmat di kontholku dengan mempertahankan gerakan maju-mundur perlahannya di memek Fania.
    Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah payudaranya. Masih dengan kocokan konthol perlahan di memeknya, tanganku meremas-remas payudara montok Fania.

    Kedua gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua putingnya kugencet dan kupelintir-pelintir secara perlahan. Puting itu semakin mengeras, dan bukit payudara itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku.

    Fania pun merintih-rintih keenakan. Matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarFanian ke atas dan ke bawah.

    “Ah… mas Jhoy, geli… geli… Tobat… tobat… Ngilu mas Jhoy, ngilu… Sssh… sssh… terus mas Jhoy, terus…. Edan… edan… kontholmu membuat memekku merasa enak sekali… Nanti jangan disemprotkan di luar memek, mas Jhoy. Nyemprot di dalam saja… aku sedang tidak subur…”

    Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontholku di memek Fania.

    “Ah-ah-ah… benar, mas Jhoy. benar… yang cepat… Terus mas Jhoy, terus…”

    Aku bagaFanian diberi spirit oleh rintihan-rintihan Fania. tenagaku menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk kontholku di memek Fania. Terus dan terus. Seluruh bagian kontholku serasa diremas – remas dengan cepatnya oleh daging-daging hangat di dalam memek Fania.

    Mata Fania menjadi merem-melek dengan cepat dan indahnya. Begitu juga diriku, mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.

    “Sssh… sssh… Fania… enak sekali… enak sekali memekmu… enak sekali memekmu…”

    “Ya mas Jhoy, aku juga merasa enak sekali… terusss… terus mas Jhoy, terusss…”

    Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontholku pada memeknya. Kontholku terasa bagai diremas-remas dengan tidak karu-karuan.

    “Mas Jhoy… mas Jhoy… edan mas Jhoy, edan… sssh… sssh… Terus… terus… Saya hampir keluar nih mas Jhoy…

    sedikit lagi… kita keluar sama-sama ya Booob…,” Fania jadi mengoceh tanpa kendali.

    Aku mengayuh terus. Aku belum merasa mau keluar. Namun aku harus membuatnya keluar duluan. Biar perempuan Sunda yang molek satu ini tahu bahwa lelaki Jawa itu perkasa.

    Biar dia mengakui kejantanan orang Jawa yang bernama mas Jhoyby. Sementara kontholku merasakan daging-daging hangat di dalam memek Fania bagaFanian berdenyut dengan hebatnya.

    “Mas Jhoy… mas Jhoyby… mas Jhoyby…,” rintih Fania. Telapak tangannya memegang kedua lengan tanganku seolah mencari pegangan di batang pohon karena takut jatuh ke bawah.

    lbarat pembalap, aku mengayuh sepeda balapku dengan semakin cepatnya. Bedanya, dibandingkan dengan pembalap aku lebih beruntung. Di dalam “mengayuh sepeda” aku merasakan keenakan yang luar biasa di sekujur kontholku. Sepedaku pun mempunyai daya tarik tersendiri karena mengeluarkan rintihan-rintihan keenakan yang tiada terkira.

    “Mas Jhoy… ah-ah-ah-ah-ah… Enak mas Jhoy, enak… Ah-ah-ah-ah-ah… Mau keluar mas Jhoy… mau keluar… ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…”

    Tiba-tiba kurasakan kontholku dijepit oleh dinding memek Fania dengan sangat kuatnya. Di dalam memek, kontholku merasa disemprot oleh cairan yang keluar dari memek Fania dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Fania meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Mulut sensual Fania pun berteriak tanpa kendali:

    “…keluarrr…!”

    Mata Fania membeliak-beliak. Sekejap tubuh Fania kurasakan mengejang.

    Aku pun menghentFanian genjotanku. Kontholku yang tegang luar biasa kubiarkan diam tertanam dalam memek Fania. Kontholku merasa hangat luar biasa karena terkena semprotan cairan memek Fania. Kulihat mata Fania kemudian memejam beberapa saat dalam menikmati puncak orgasmenya.

    Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi wajahku. Sementara jepitan dinding memeknya pada kontholku berangsur-angsur melemah. walaupun kontholku masih tegang dan keras.

    Kedua kaki Fania lalu kuletakkan kembali di atas kasur dengan posisi agak membuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang Fania dengan mempertahankan agar kontholku yang tertanam di dalam memeknya tidak tercabut.

    “Mas Jhoy… kamu luar biasa… kamu membawaku ke langit ke tujuh,” kata Fania dengan mimik wajah penuh kepuasan. “Kak Dai dan pacar-pacarku yang dulu tidak pernah membuat aku ke puncak orgasme seperti ml. Sejak Mbak Dina tinggal di sini, Fania suka membenarkan mas Jhoy saat berhubungan dengan Kak Dai.”

    Aku senang mendengar pengakuan Fania itu. berarti selama aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku selalu membayangkan kemolekan tubuh Fania dalam masturbasiku, sementara dia juga membayangkan kugeluti dalam onaninya.

    Bagiku. Dina bagus dijadFanian istri dan ibu anak-anakku kelak, namun tidak dapat dipungkiri bahwa tubuh aduhai Fania enak digeluti dan digenjot dengan penuh nafsu.

    “Mas Jhoy… kamu seperti yang kubayangkan. Kamu jantan… kamu perkasa… dan kamu berhasil membawaku ke puncak orgasme. Luar biasa nikmatnya…”

    Aku bangga mendengar ucapan Fania. Dadaku serasa mengembang. Dan bagai anak kecil yang suka pujian, aku ingin menunjukkan bahwa aku lebih perkasa dari dugaannya. Perempuan Sunda ini harus kewalahan menghadapi genjotanku.

    Perempuan Sunda ini harus mengakui kejantanan dan keperkasaanku. Kebetulan aku saat ini baru setengah perjalanan pendakianku di saat Fania sudah mencapai orgasmenya. Kontholku masih tegang di dalam memeknya. Kontholku masih besar dan keras, yang hams menyemprotkan pelurunya agar kepalaku tidak pusing.

    Aku kembali mendekap tubuh mulus Fania, yang di bawah sinar lampu kuning kulit tubuhnya tampak sangat mulus dan licin. Kontholku mulai bergerak keluar-masuk lagi di memek Fania, namun masih dengan gerakan perlahan.

    Dinding memek Fania secara berargsur-angsur terasa mulai meremas-remas kontholku. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kontholku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan orgasme yang disemprotkan oleh memek Fania beberapa saat yang lalu.

    “Ahhh… mas Jhoy… kau langsung memulainya lagi… Sekarang giliranmu… semprotkan air manimu ke dinding-dinding memekku… Sssh…,” Fania mulai mendesis-desis lagi.

    Bibirku mulai memagut bibir merekah Fania yang amat sensual itu dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga berat badanku, tangan kananku meremas-remas payudara montok Fania serta memijit-mijit putingnya, sesuai dengan mama gerak maju-mundur kontholku di memeknya.

    “Sssh… sssh… sssh… enak mas Jhoy, enak… Terus… teruss… terusss…,” desis bibir Fania di saat berhasil melepaskannya dari serbuan bibirku. Desisan itu bagaFanian mengipasi gelora api birahiku.

    Sambil kembali melumat bibir Fania dengan kuatnya, aku mempercepat genjotan kontholku di memeknya. Pengaruh adanya cairan di dalam memek Fania, keluar-masuknya konthol pun diiringi oleh suara, “srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret…” Mulut Fania di saat terbebas dari lumatan bibirku tidak henti-hentinya mengeluarkan rintih kenikmatan,

    “Mas Jhoy… ah… mas Jhoy… ah… mas Jhoy… hhb… mas Jhoy… ahh…”

    Kontholku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari payudaranya. Kedua tanganku kini dari ketiak Fania menyusup ke bawah dan memeluk punggung mulusnya. Tangan Fania pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya.

    Aku pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya kontholku ke dalam memek Fania sekarang berlangsung dengan cepat dan berirama. Setiap kali masuk, konthol kuhunjamkan keras-keras agar menusuk memek Fania sedalam-dalamnya.

    Dalam perjalanannya, batang kontholku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding memek Fania. Sampai di langkah terdalam, mata Fania membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, “Ak!” Sementara daging pangkal pahaku bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak!

    Di saat bergerak keluar memek, konthol kujaga agar kepalanya yang mengenakan helm tetap tertanam di lobang memek. Remasan dinding memek pada batang kontholku pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya.

    Bibir memek yang mengulum batang kontholku pun sedikit ikut tertarik keluar, seolah tidak rela bila sampai ditinggal keluar oleh batang kontholku. Pada gerak keluar ini Bibir Fania mendesah, “Hhh…”
    Aku terus menggenjot memek Fania dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Remasan yang luar biasa kuat, hangat, dan enak sekali bekerja di kontholku. Tangan Fania meremas punggungku kuat-kuat di saat kontholku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang memeknya.

    Beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kontholku dan memek Fania menimbulkan bunyi srottt-srrrt… srottt-srrrt… srottt-srrrtt… Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil yang merdu yang keluar dari bibir Fania:

    “Ak! Uhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…”

    Kontholku terasa empot-empotan luar biasa. Rasa hangat, geli, dan enak yang tiada tara membuatku tidak kuasa menahan pekikan-pekikan kecil:

    “lka… Fania… edan… edan… Enak sekali Fania… Memekmu enak sekali… Memekmu hangat sekali… edan… jepitan memekmu enak sekali…”

    “Mas Jhoy… mas Jhoy… terus mas Jhoy rintih Fania, “enak mas Jhoy… enaaak… Ak! Ak! Ak! Hhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…”

    Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru kontholku. Gatal yang enak sekali. Aku pun mengocokkan kontholku ke memeknya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kontholku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di konthol pun semakin menghebat.

    “Fania… aku… aku…” Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa aku tidak mampu menyelesaFanian ucapanku yang memang sudah terbata-bata itu.

    “Mas Jhoy… mas Jhoy… mas Jhoy! Ak-ak-ak… Aku mau keluar lagi… Ak-ak-ak… aku ke-ke-ke…”

    Tiba-tiba kontholku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku tidak mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah mencapai puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding memek Fania mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu. aku tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam alat kelaminku.

    Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kontholku terasa disemprot cairan memek Fania, bersamaan dengan pekFanian Fania, “…keluarrrr…!” Tubuh Fania mengejang dengan mata membeliak-beliak.

    “Fania…!” aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Fania sekuat-kuatnya, seolah aku sedang berusaha rnenemukkan tulang-tulang punggungnya dalam kegemasan. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jenjang. Cairan spermaku pun tak terbendung lagi.

    Crottt! Crott! Croat! Spermaku bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding memek Fania yang terdalam. Kontholku yang terbenam semua di dalam kehangatan memek Fania terasa berdenyut-denyut.

    Beberapa saat lamanya aku dan Fania terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali, sampai-sampai dari alat kemaluan, perut, hingga ke payudaranya seolah terpateri erat dengan tubuh depanku. Aku menghabiskan sisa-sisa sperma dalam kontholku.

    Cret! Cret! Cret! Kontholku menyemprotkan lagi air mani yang masih tersisa ke dalam memek Fania. Kali ini semprotannya lebih lemah.

    Perlahan-lahan tubuh Fania dan tubuhku pun mengendur kembali. Aku kemudian menciumi leher mulus Fania dengan lembutnya, sementara tangan Fania mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku.

    Aku merasa puas sekali berhasil bermain seks dengan Fania. Pertama kali aku bermain seks, bidadari lawan mainku adalah perempuan Sunda yang bertubuh kenyal, berkulit kuning langsat mulus, berpayudara besar dan padat, berpinggang ramping, dan berpinggul besar serta aduhai.

    Tidak rugi air maniku diperas habis-habisan pada pengalaman pertama ini oleh orang semolek Fania.

    “Mas Jhoy… terima kasih mas Jhoy. Puas sekali saya. indah sekali… sungguh… enak sekali,” kata Fania lirih.

    Aku tidak memberi kata tanggapan. Sebagai jawaban, bibirnya yang indah itu kukecup mesra. Dalam keadaan tetap telanjang, kami berdekapan erat di atas tempat tidur pacarku. Dia meletakkan kepalanya di atas dadaku yang bidang, sedang tangannya melingkar ke badanku.

    Baru ketFania jam dinding menunjukkan pukul 22:00, aku dan Fania berpakaian kembali. Fania sudah tahu kebiasaanku dalam mengapeli Dina, bahwa pukul 22:00 aku pulang ke tempat kost-ku sendiri.

    Sebelum keluar kamar, aku mendekap erat tubuh Fania dan melumat-lumat bibirnya beberapa saat.

    “Mas Jhoy… kapan-kapan kita mengulangi lagi ya mas Jhoy… Jangan khawatir, kita tanpa Faniatan. Fania akan selalu merahasiakan hal ini kepada siapapun, termasuk ke Kak Dai dan Mbak Dina. Fania puas sekali bercumbu dengan mas Jhoy,” begitu kata Fania.

    Aku pun mengangguk tanda setuju. Siapa sih yang tidak mau diberi kenikmatan secara gratis dan tanpa Faniatan? Akhirnya dia keluar dari kamar dan kembali masuk ke rumahnya lewat pintu samping. Lima menit kemudian aku baru pulang ke tempat kost-ku

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Ngentot Perawat

    Cerita Sex Ngentot Perawat


    755 views

    Perawanku – Cerita Sex Ngentot Perawat, Hari ini adalah hari pertamaku tinggal di kota Bandung. Karena tugas kantorku, aku terpaksa tinggal di Bandung selama 5 Hari dan weekend di Jakarta. Di kota kembang ini, aku menyewa kamar di rumah temanku. Menurutnya, rumah itu hanya ditinggali oleh Ayahnya yang sudah pikun, seorang perawat, dan seorang pembantu.

    Cerita Sex Dewasa Ngentot Perawat – “Rumah yang asri” gumamku dalam hati. Halaman yang hijau, penuh tanaman dan bunga yang segar dikombinasikan dengan kolam ikan berbentuk oval. Aku mengetuk pintu rumah tersebut beberapa kali sampai pintu dibukakan. Sesosok tubuh semampai berbaju serba putih menyambutku dengan senyum manisnya.
    “Pak Rafi ya..”.

    “Ya.., saya temannya Mas Anto yang akan menyewa kamar di sini. Lho, kamu kan pernah kerja di tetanggaku?”, jawabku surprise. Perawat ini memang pernah bekerja pada tetanggaku di Bintaro sebagai baby sitter.

    “Iya…, saya dulu pengasuhnya Aurelia. Saya keluar dari sana karena ada rencana untuk kimpoi lagi. Saya kan dulu janda pak.., tapi mungkin belum jodo.., ee dianya pergi sama orang lain.., ya sudah, akhirnya Saya kerja di sini..”, Mataku memandangi sekujur tubuhnya.

    Cerita Bokep Ngentot Perawat Tati (nama si perawat itu) secara fisik memang tidak pantas menjadi seorang perawat. Kulitnya putih mulus, wajahnya manis, rambutnya hitam sebahu, buah dadanya sedang menantang, dan kakinya panjang semampai. Kedua matanya yang bundar memandang langsung mataku, seakan ingin mengatakan sesuatu.

    Aku tergagap dan berkata, “Ee.., Mbak Tati, Bapak ada?”.

    “Bapak sedang tidur. Tapi Mas Anto sudah nitip sama saya. Mari saya antarkan ke kamar..”.

    Tati menunjukkan kamar yang sudah disediakan untukku. Kamar yang luas, ber-AC, tempat tidur besar, kamar mandi sendiri, dan sebuah meja kerja. Aku meletakkan koporku di lantai sambil melihat berkeliling, sementara Tati merunduk merapikan sprei ranjangku. Tanpa sengaja aku melirik Tati yang sedang menunduk.

    Dari balik baju putihnya yang kebetulan berdada rendah, terlihat dua buah dadanya yang ranum bergayut di hadapanku. Ujung buah dada yang berwarna putih itu ditutup oleh BH berwarna pink. Darahku terkesiap. Ahh…, perawat cantik, janda, di rumah yang relatif kosong.Sadar melihat aku terkesima akan keelokan buah dadanya, dengan tersipu-sipu Tati menghalangi pemandangan indah itu dengan tangannya.

    “Semuanya sudah beres Pak…, silakan beristirahat..”.
    “Ee…, ya.., terima kasih”, jawabku seperti baru saja terlepas dari lamunan panjang.

    Sore itu aku berkenalan dengan ayah Anto yang sudah pikun itu. Ia tinggal sendiri di rumah itu setelah ditinggalkan oleh istrinya 5 tahun yang lalu. Selama beramah-tamah dengan sang Bapak, mataku tak lepas memandangi Tati. Sore itu ia menggunakan daster tipis yang dikombinasikan dengan celana kulot yang juga tipis. Buah dadanya nampak semakin menyembul dengan dandanan seperti itu. Di rumah itu ada seorang pembantu berumur sekitar 17 tahun. Mukanya manis, walaupun tidak secantik Tati. Badannya bongsor dan motok. Ani namanya. Ia yang sehari-hari menyediakan makan untukku.

    Hari demi hari berlalu. Karena kepiawaianku dalam bergaul, aku sudah sangat akrab dengan orang-orang di rumah itu. Bahkan Ani sudah biasa mengurutku dan Tati sudah berani untuk ngobrol di kamarku. Bagi janda muda itu, aku sudah merupakan tempat mencurahkan isi hatinya. Begitu mudah keakraban itu terjadi hingga kadang-kadang Tati merasa tidak perlu mengetuk pintu sebelum masuk ke kamarku.

    Sampai suatu malam, ketika itu hujan turun dengan lebatnya. Aku, karena sedang suntuk memasang VCD porno kesukaanku di laptopku. Tengah asyik-asyiknya aku menonton tanpa sadar aku menoleh ke arah pintu, astaga…, Tati tengah berdiri di sana sambil juga ikut menonton. Rupanya aku lupa menutup pintu, dan ia tertarik akan suara-suara erotis yang dikeluarkan oleh film produksi Vivid interactive itu.

    Ketika sadar bahwa aku mengetahui kehadirannya, Tati tersipu dan berlari ke luar kamar.
    “Mbak Tati..”, panggilku seraya mengejarnya ke luar. Kuraih tangannya dan kutarik kembali ke kamarku.
    “Mbak Tati…, mau nonton bareng? Ngga apa-apa kok..”.
    “Ah, ngga Pak…, malu aku..”, katanya sambil melengos.
    “Lho.., kok malu.., kayak sama siapa saja.., kamu itu.., wong kamu sudah cerita banyak tentang diri kamu dan keluarga.., dari yang jelek sampai yang bagus.., masak masih ngomong malu sama aku?”, Kataku seraya menariknya ke arah ranjangku.
    “Yuk kita nonton bareng yuk..”, Aku mendudukkan Tati di ranjangku dan pintu kamarku kukunci.

    Dengan santai aku duduk di samping Tati sambil mengeraskan suara laptopku. Adegan-adegan erotis yang diperlihatkan ke 2 bintang porno itu memang menakjubkan. Mereka bergumul dengan buas dan saling menghisap. Aku melirik Tati yang sedari tadi takjub memandangi adegan-adegan panas tersebut. Terlihat ia berkali-kali menelan ludah. Nafasnya mulai memburu, dan buah dadanya terlihat naik turun.

    Aku memberanikan diri untuk memegang tangannya yang putih mulus itu. Tati tampak sedikit kaget, namun ia membiarkan tanganku membelai telapak tangannya. Terasa benar bahwa telapak tangan Tati basah oleh keringat. Aku membelai-belai tangannya seraya perlahan-lahan mulai mengusap pergelangan tangannya dan terus merayap ke arah ketiaknya. Tati nampak pasrah saja ketika aku memberanikan diri melingkarkan tanganku ke bahunya sambil membelai mesra bahunya. Namun ia belum berani untuk menatap mataku.

    Sambil memeluk bahunya, tangan kananku kumasukkan ke dalam daster melalui lubang lehernya. Tanganku mulai merasakan montoknya pangkal buah dada Tati. Kubelai-belai seraya sesekali kutekan daging empuk yang menggunung di dada bagian kanannya.
    Ketika kulihat tak ada reaksi dari Tati, secepat kilat kusisipkan tangganku ke dalam BH-nya…, kuangkat cup BH-nya dan kugenggam buah dada ranum si janda muda itu.

    “Ohh.., Pak…, jangan..”, Bisiknya dengan serak seraya menoleh ke arahku dan mencoba menolak dengan menahan pergelangan tangan kananku dengan tangannya.
    “Sshh…, ngga apa-apa Mbak…, ngga apa-apa..”.
    “Nanti ketauanhh..”.
    “Nggaa…, jangan takut..”, Kataku seraya dengan sigap memegang ujung puting buah dada Tati dengan ibu jari dan telunjukku, lalu kupelintir-pelintir ke kiri dan kanan.
    “Ooh.., hh.., Pak.., Ouh.., jj.., jjanganhh.., ouh..”, Tati mulai merintih-rintih sambil memejamkan matanya. Pegangan tangannya mulai mengendor di pergelangan tanganku.
    Saat itu juga, kusambar bibirnya yang sedari tadi sudah terbuka karena merintih-rintih.
    “Ouhh.., mmff.., cuphh.., mpffhh..”, Dengan nafas tersengal-sengal Tati mulai membalas ciumanku. Kucoba mengulum lidahnya yang mungil, ketika kurasakan ia mulai membalas sedotanku. Bahkan ia kini mencoba menyedot lidahku ke dalam mulutnya seakan ingin menelannya bulat-bulat. Tangannya kini sudah tidak menahan pergelanganku lagi, namun kedua-duanya sudah melingkari leherku.

    Malahan tangan kanannya digunakannya untuk menekan belakang kepalaku sehingga ciuman kami berdua semakin lengket dan bergairah. Momentum ini tak kusia-siakan. Sementara Tati melingkarkan kedua tangannya di leherku, akupun melingkarkan kedua tanganku di pinggangnya. Aku melepaskan bibirku dari kulumannya, dan aku mulai menciumi leher putih Tati dengan buas.

    “aahh..Ouhh..” Tati menggelinjang kegelian dan tanganku mulai menyingkap daster di bagian pinggangnya. Kedua tanganku merayap cepat ke arah tali BH-nya dan, “tasss..” terlepaslah BH-nya dan dengan sigap kualihkan kedua tanganku ke dadanya.

    Saat itulah lurasakan betapa kencang dan ketatnya kedua buah dada Tati. Kenikmatan meremas-remas dan mempermainkan putingnya itu terasa betul sampai ke ujung sarafku. Penisku yang sedari tadi sudah menegang terasa semakin tegang dan keras. Rintihan-rintihan Tati mulai berubah menjadi jeritan-jeritan kecil terutama saat kuremas buah dadanya dengan keras. Tati sekarang lebih mengambil inisiatif. Dengan nafasnya yang sudah sangat terengah-engah, ia mulai menciumi leher dan mukaku.

    Ia bahkan mulai berani menjilati dan menggigit daun telingaku ketika tangan kananku mulai merayap ke arah selangkangannya. Dengan cepat aku menyelipkan jari-jariku ke dalam kulotnya melalui perut, langsung ke dalam celana dalamnya. Walaupun kami berdua masih dalam keadaan duduk berpelukan di atas ranjang, posisi paha Tati saat itu sudah dalam keadaan mengangkang seakan memberi jalan bagi jari-jemariku untuk secepatnya mempermainkan kemaluannya.

    Hujan semakin deras saja mengguyur kota Bandung. Sesekali terdengar suara guntur bersahutan. Namun cuaca dingin tersebut sama sekali tidak mengurangi gairah kami berdua di saat itu. Gairah seorang lajang yang memiliki libido yang sangat tinggi dan seorang janda muda yang sudah lama sekali tidak menikmati sentuhan lelaki. Tati mengeratkan pelukannya di leherku ketika jemariku menyentuh bulu-bulu lebat di ujung vaginanya.

    Ia menghentikan ciumannya di kupingku dan terdiam sambil terus memejamkan matanya. Tubuhnya terasa menegang ketika jari tengahku mulai menyentuh vaginanya yang sudah terasa basah dan berlendir itu. Aku mulai mempermainkan vagina itu dan membelainya ke atas dan ke bawah. “Ouuhh Pak.., ouhh.., aahh.., g..g.ggelliiihh…”.

    Tati sudah tidak bisa berkata-kata lagi selain merintih penuh nafsu ketika clitorisnya kutemukan dan kupermainkan. Seluruh badan Tati bergetar dan bergelinjang. Ia nampak sudah tak dapat mengendalikan dirinya lagi. Jeritan-jeritannya mulai terdengar keras. Sempat juga aku kawatir dibuatnya. Jangan-jangan seisi rumah mendengar apa yang tengah kami lakukan. Namun kerasnya suara hujan dan geledek di luar rumah menenangkanku. Benda kecil sebesar kacang itu terasa nikmat di ujung jari tengahku ketika aku memutar-mutarnya. Sambil mempermainkan clitorisnya, aku mulai menundukkan kepalaku dan menciumi buah dadanya yang masih tertutupi oleh daster.

    Seolah mengerti, Tati menyingkapkan dasternya ke atas, sehingga dengan jelas aku bisa melihat buah dadanya yang ranum, kenyal dan berwarna putih mulus itu bergantung di hadapanku. Karena nafsuku sudah memuncak, dengan buas kusedot dan kuhisap buah dada yang berputing merah jambu itu. Putingnya terasa keras di dalam mulutku menandakan nafsu janda muda itupun sudah sampai di puncak. Tati mulai menjerit-jerit tidak karuan sambil menjambak rambutku.

    Sejenak kuhentikan hisapanku dan bertanya, “Enak Mbak?”. Sebagai jawabannya, Tati membenamkan kembali kepalaku ke dalam ranumnya buah dadanya. Jari tengahku yang masih mempermainkan clitorisnya kini kuarahkan ke lubang vagina Tati yang sudah menganga karena basah dan posisi pahanya yang mengangkang. Dengan pelan tapi pasti kubenamkan jari tengahku itu ke dalamnya dan,

    “Auuhh.., P.Paak.., hh”. Tati menjerit dan menaikkan kedua kakinya ke atas ranjang. “Terrusshh.., auhh..”. Kugerakkan jariku keluar masuk di vaginanya dan Tati menggoyangkan pingggulnya mengikuti irama keluar masuknya jemariku itu.

    Aku menghentikan ciumanku di buah dada Tati dan mulai mengecup bibir ranum janda itu. Matanya tak lagi terpejam, tapi memandang sayu ke mataku seakan berharap kenikmatan yang ia rasakan ini jangan pernah berakhir. Tangan kiriku yang masih bebas, membimbing tangan kanan Tati ke balik celana pendekku. Ketika tangannya menyentuh penisku yang sudah sangat keras dan besar itu, terlihat ia agak terbelalak karena belum pernah melihat bentuk yang panjang dan besar seperti itu. Tati meremas penisku dan mulai mengocoknya naik turun naik turun.., kocokan yang nikmat yang membuatku tanpa sadar melenguh, “Ahh.., Mbaak.., enaknya.., terusin..”.

    Saat itu kami berdua berada pada puncaknya nafsu. Aku yakin bahwa Mbak Tati sudah ingin secepatnya memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Ia tidak mengatakannya secara langsung, namun dari tingkahnya menarik penisku dan mendekatkannya ke vaginanya sudah merupakan pertanda. Namun, di detik-detik yang paling menggairahkan itu terdegar suara si Bapak tua berteriak, “Tatiii…, Tatiii..”. Kami berdua tersentak. Kukeluarkan jemariku dari vaginanya, Tati melepaskan kocokannya dan ia membenahi pakaian dan rambutnya yang berantakan. Sambil mengancingkan kembali BH-nya ia keluar dari kamarku menuju kamar Bapak tua itu. Sialan!, kepalaku terasa pening. Begitulah penyakitku kalau libidoku tak tersalurkan.

    Lihat Juga:  Cerita Seks Menikmati Malam Dengan Gadis Bayaran

    Beberapa saat lamanya aku menanti siapa tahu janda muda itu akan kembali ke kamarku. Tapi nampaknya ia sibuk mengurus orang tua pikun itu, sampai aku tertidur. Entah berapa lama aku terlelap, tiba-tiba aku merasa napasku sesak. Dadaku serasa tertindih suatu beban yang berat. Aku terbangun dan membuka mataku. Aku terbelalak, karena tampak sesosok tubuh putih mulus telanjang bulat menindih tubuhku.

    “Mbak Tati?”, Tanyaku tergagap karena masih mengagumi keindahan tubuh mulus yang berada di atas tubuhku. Lekukan pinggulnya terlihat landai, dan perutnya terasa masih kencang. Buah dadanya yang lancip dan montok itu menindih dadaku yang masih terbalut piyama itu. Seketika, rasa kantukku hilang. Mbak Tati tersenyum simpul ketika tangannya memegang celanaku dan merasakan betapa penisku sudah kembali menegang.

    “Kita tuntaskan ya Mbak?”, Kataku sambil menyambut kuluman lidahnya. Sambil dalam posisi tertindih aku menanggalkan seluruh baju dan celanaku. Kegairahan yang sempat terputus itu, mendadak kembali lagi dan terasa bahkan lebih menggila. Kami berdua yang sudah dalam keadaan bugil saling meraba, meremas, mencium, merintih dengan keganasan yang luar biasa. Mbak Tati sudah tidak malu-malu lagi menggoyangkan pinggulnya di atas penisku sehingga bergesekan dengan vaginanya.

    Tidak lebih dari 5 menit, aku merasakan bahwa nafsu syahwat kami sudah kembali berada dipuncak. Aku tak ingin kehilangan momen lagi. Kubalikkan tubuh Tati, dan kutindih sehingga keempukan buah dadanya terasa benar menempel di dadaku. Perutku menggesek nikmat perutnya yang kencang, dan penisku yang sudah sangat menegang itu bergesekan dengan vaginanya.

    “Mbak.., buka kakinya.., sekarang kamu akan merasakan sorganya dunia Mbak..”, bisikku sambil mengangkangkan kedua pahanya. Sambil tersengal-sengal Tati membuka pahanya selebar-lebarnya. Ia tersenyum manis dengan mata sayunya yang penuh harap itu.
    “Ayo Pak.., masukkan sekarang…”, Aku menempelkan kepala penisku yang besar itu di mulut vagina Tati. Perlahan-lahan aku memasukkannya ke dalam, semakin dalam, semakin dalam dan, “aa.., Aooohh.., paakh….., aahh..”, rintihnya sambil membelalakkan matanya ketika hampir seluruh penisku kubenamkan ke dalam vaginanya. Setelah itu, “Blesss…”, dengan sentakan yang kuat kubenamkan habis penisku diiringi jeritan erotisnya, “Ahh.., besarnyah.., ennnakk ppaak..”.

    Aku mulai memompakan penisku keluar masuk, keluar masuk. Gerakanku makin cepat dan cepat. Semakin cepat gerakanku, semakin keras jeritan Tati terdengar di kamarku. Pinggul janda muda itu pun berputar-putar dengan cepat mengikuti irama pompaanku. Kadang-kadang pinggulnya sampai terangkat-angkat untuk mengimbangi kecepatan naik turunnya pinggulku. Buah dadanya yang terlihat bulat dalam keadaan berbaring itu bergetar dan bergoyang ke sana ke mari. Sungguh menggairahkan!

    Tiba-tiba aku merasakan pelukannya semakin mengeras. Terasa kuku-kukunya menancap di punggungku. Otot-ototnya mulai menegang. Nafas perempuan itu juga semakin cepat. Tiba-tiba tubuhnya mengejang, mulutnya terbuka, matanya terpejam,dan alisnya merengut

    “aahh..”. Tati menjerit panjang seraya menjambak rambutku, dan penisku yang masih bergerak masuk keluar itu terasa disiram oleh suatu cairan hangat.

    Dari wajahnya yang menyeringai, tampak janda muda itu tengah menghayati orgasmenya yang mungkin sudah lama tidak pernah ia alami itu. Aku tidak mengendurkan goyangan pinggulku, karena aku sedang berada di puncak kenikmatanku.

    “Mbak.., goyang terus Mbak.., aku juga mau keluar..”. Tati kembali menggoyang pinggulnya dengan cepat dan beberapa detik kemudian, seluruh tubuhku menegang.
    “Keluarkan di dalam saja pak”, bisik Tati, “Aku masih pakai IUD”. Begitu Tati selesai berbisik, aku melenguh.
    “Mbak.., aku keluar.., aku keluarr…., aahh..”, dan…, “Crat.., crat.., craat”, kubenamkan penisku dalam-dalam di vagina perempuan itu.

    Seakan mengerti, Tati mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi sehingga puncak kenikmatan ini terasa benar hingga ke tulang sumsumku.
    Kami berdua terkulai lemas sambil memejamkan mata. Pikiran kami melayang-layang entah ke mana. Tubuhku masih menindih tubuh montok Tati. Kami berdua masih saling berpelukan dan akupun membayangkan hari-hari penuh kenikmatan yang akan kualami sesudah itu di Bandung.

    Sejak kejadian malam itu, kesibukan di kantorku yang luar biasa membuatku sering pulang larut malam. Kepenatanku selalu membuatku langsung tertidur lelap. Kesibukan ini bahkan membuat aku jarang bisa berkomunikasi dengan Tati. Walaupun begitu, sering juga aku mempergunakan waktu makan siangku untuk mampir ke rumah dengan maksud untuk melakukan seks during lunch. Sayang, di waktu tersebut ternyata Ayah Anto senantiasa dalam keadaan bangun sehingga niatku tak pernah kesampaian. Namun suatu hari aku cukup beruntung walaupun orang tua itu tidak tidur. Aku mendapat apa yang kuinginkan.

    Ceritanya sebagai berikut: Tati diminta oleh Ayah Anto untuk mengambil sesuatu di kamarnya. Melihat peluang itu, aku diam-diam mengikutinya dari belakang. Kamar ayah Anto memang tidak terlihat dari tempat di mana orang tua itu biasa duduk. Sesampainya di kamar kuraih pinggang semampai perawat itu dari belakang. Tati terkejut dan tertawa kecil ketika sadar siapa yang memeluknya dan tanpa basa-basi langsung menyambut ciumanku dengan bibirnya yang mungil itu sambil dengan buas mengulum lidahku.

    Ia memang sudah tidak malu-malu lagi seperti awal pertemuan kami. Janda cantik itu sudah menunjukkan karakternya sebagai seorang pecinta sejati yang tanpa malu-malu lagi menunjukkan kebuasan gairahnya. Kadang aku tidak mengerti, kenapa suaminya tega meninggalkannya. Namun analisaku mengatakan, suaminya tak mampu mengimbangi gejolak gairah Tati di atas ranjang dan untuk menutupi rasa malu yang terus menerus terpaksa ia meninggalkan perempuan muda itu untuk hidup bersama dengan perempuan lain yang lebih ‘low profile’. Aku memang belum sempat menanyakan pada Tati bagaimana ia menyalurkan kebutuhan biologisnya di saat menjanda. Aku berpikir, bawa masturbasi adalah jalan satu-satunya.

    Kami berdua masih saling berciuman dengan ganas ketika dengan sigap aku menyelipkan tanganku ke balik baju perawatnya yang putih itu. Sungguh terkejut ketika aku sadar bahwa ia sama sekali tidak memakai BH sehingga dengan mudahnya kuremas buah dada kanannya yang ranum itu.

    “Kok ngga pakai BH Mbak..?” Sambil menggelinjang dan mendesah, ia menjawab sambil tersenyum nakal.
    “Supaya gampang diremas sama kamu..”. Benar-benar jawaban yang menggemaskan!

    Kembali kukulum bibir dan lidahnya yang menggairahkan itu sambil dengan cepat kubuka kancing bajunya yang pertama, kedua, dan ketiga. Lalu tanpa membuang waktu kutundukkan kepalaku, dengan tangan kananku kukeluarkan buah dada kanannya dan kuhisap sedemikian rupa sehingga hampir setengahnya masuk ke dalam mulutku. Tati mulai mengerang kegelian, “Ouhh.., geli Mas.., geliii.., ahh..”. Sejak kejadian malam itu, ia memang membiasakan dirinya untuk memanggilku Mas. Sambil menggelinjang dan merintih, tangan kanan Tati mulai mengelus-elus bagian depan celana kantorku.

    Cerita Bokep Ngentot Perawat Penisku yang terletak tepat di baliknya terasa semakin menegang dan menegang. Jari-jari lentik perempuan itu berusaha untuk mencari letak kepala penisku untuk kemudian digosok-gosoknya dari luar celana. Sensasi itu membuat nafasku semakin memburu seperti layaknya nafas kuda yang tengah berlari kencang. Seakan tak mau kalah darinya, tangan kiriku berusaha menyingkap rok janda muda itu dan dengan sigap kugosokkan jari-jemariku di celana dalamnya. Tepat diatas vaginanya, celana dalam Tati terasa sudah basah. Sungguh hebat! Hanya dalam beberapa menit saja, ia sudah sedemikian terangsangnya sehingga vaginanya sudah siap untuk dimasuki oleh penisku.

    Tanpa membuang waktu kuturunkan celana dalam tipis yang kali ini berwarna hitam, kudorong tubuh montok perawat itu ke dinding, lalu kuangkat paha kanannya sehingga dengkulnya menempel di pinggangku. Dengan sigap pula kubuka ritsluiting celanaku dan kukeluarkan penisku yang sudah sangat tegang dan besar itu. Tati sudah nampak pasrah. Ia hanya bersender di dinding sambil memejamkan matanya dan memeluk bahuku.

    “Tatiii.., mana minyak tawonnya.., kok lama betuul…”. Suara orang tua itu terdengar dengan keras. Sungguh menjengkelkan. Tati sempat terkejut dan nampak panik ketika kemudian aku berbisik, “Tenang Mbak.., jawab aja.., kita selesaikan dulu ini.., kamu mau kan?” Ia mengangguk seraya tersenyum manis.

    “Sebentar Pak..”, teriaknya.
    “Minyak tawonnya keselip entah ke mana.., ini lagi dicari kok…”. Ia tertawa cekikikan, geli mendengar jawaban spontannya sendiri.

    Namun tawanya itu langsung berubah menjadi jerikan erotis kecil ketika kupukul-pukulkan kepala penisku ke selangkangannya.
    Perlahan-lahan kutempelkan kepala penisku itu di pintu vaginanya. Sambi kuputar-putar kecil kudorong pinggulku perlahan-lahan. Tati ternganga sambil terengah-engah, “aahh.., aahh.., ouhh.., Mas.., besar sekali.., pelan-pelan Mas..pelan-pelanhh..”, dan, “aa…”. Tati menjerit kecil ketika kumasukkan seluruh penisku ke dalam vaginanya yang becek dan terasa sangat sempit dalam posisi berdiri ini. Aku menyodokkan penisku maju mundur dengan gerakan yang percepatannya meningkat dari waktu ke waktu. Tubuh Tati terguncang-guncang, buah dadanya bergayut ke kiri dan kanan dan jeritannya semakin menjadi-jadi.

    Aku sudah tak peduli kalau ayah Anton sampai mendengarkan jeritan perempuan itu. Nafsuku sudah naik ke kepala. Janda muda ini memang memiliki daya pikat seks yang luar biasa. Walaupun ia hanya seorang perawat, namun kemulusan dan kemontokan badannya sungguh setara dengan perempuan kota jaman sekarang. Sangat terawat dan nikmat sekali bila digesek-gesekkankan di kulit kita. Gerakan pinggulku semakin cepat dan semakin cepat. Mulutku tak puas-puasnya menciumi dan menghisap puting buah dadanya yang meruncing panjang dan keras itu. Buah dadanya yang kenyal itu hampir seluruhnya dibasahi oleh air liurku. Aku memang sedang nafsu berat. Aku merasakan bahwa sebentar lagi aku akan orgasme dan bersamaan dengan itu juga tubuh Tati menegang.

    Kupercepat gerakan pinggulku dan tiba-tiba, “aahh.., Mas.., Masss…, aku keluarrr.., aahh”, Jeritnya. Saat itu juga kusodokkan penisku ke dalam vagina janda muda itu sekeras-kerasnya dan, “Craat.., craatt.., craat”.

    “Ahh…, Mbaak”, erangku sambil meringis menikmati puncak orgasme kami yang waktunya jatuh bersamaan itu. Kami berpelukan sesaat dan Tati berbisik dengan suara serak.
    “Mas.., aku ngga pernah dipuasin laki-laki seperti kamu muasin saya.., kamu hebat..”. Aku tersenyum simpul.
    “Mbak., aku masih punya 1001 teknik yang bisa membuat kamu melayang ke surga ke-7.., ngga bosan kan kalo lain waktu aku praktekkan sama kamu?”. Perlahan Tati menurunkan paha kanannya dan mencabut penisku dari vaginanya.
    “Bosan? Aku gila apa.., yang beginian ngga akan membuatku bosan.., kalau bisa tiap hari aku mau Mas..”. Benar-benar luar biasa libido perempuan ini. Beruntung aku mempunyai libido yang juga luar biasa besarnya. Sebagai partner seks, kami benar-benar seimbang.

    Setelah kejadian siang itu, aku dan Tati seperti pengantin baru saja. Tak ada waktu luang yang tak terlewatkan tanpa nafsu dan birahi.

    Walaupun demikian, aku tekankan pada Tati, bahwa hubungan antara aku dan dia, hanyalah sebatas hubungan untuk memuaskan nafsu birahi saja. Aku dan dia punya hak untuk berhubungan dengan orang lain. Tati si janda muda yang sudah merasakan kenikmatan seks bebas itu tentu saja menyetujuinya.

    Suatu hari, Tati masuk ke dalam kamarku dan ia berkata, “Mas, aku akan mengambil cuti selama 1 bulan. Aku harus mengurusi masalah tanah warisan di kampungku..”.

    “Lha.., kalau Mbak pulang, siapa yang akan mengurusi Bapak?”, tanyaku sambil membayangkan betapa kosongnya hari-hariku selama sebulan ke depan.
    “Mas Anto bilang, akan ada adik Bapak yang akan menggantikan aku selama 1 bulan.., namanya Mbak Ine.., dia ngga kimpoi.., umurnya sudah hampir 40 tahun.., orangnya baik kok.., cerewet.., tapi ramah..”. Yah apa boleh buat, aku terpaksa kehilangan seorang teman berhubungan seks yang sangat menggairahkan. Hitung-hitung cuti 1 bulan.., atau kalau berpikir positif.., its time to look for a new partner!!!

    Lihat Juga:  Kontol Besar Mahasiswa Yang Kunikmati

    Hari ini adalah hari ke lima setelah kepergian Tati. Mbak Ine, pengganti sementara Tati, ternyata adalah adik ipar ayah Anto. Jadi, adik istri si bapak tua itu. Mbak Ine adalah seorang perempuan Sunda yang ramah. Wajahnya lumayan cantik, kulitnya berwarna hitam manis, badannya agak pendek dan bertubuh montok. Ukuran buah dadanya besar. Jauh lebih besar dari Tati dan senantiasa berdandan agak menor. Wanita yang berumur hampir 40 tahun itu mengaku belum pernah menikah karena merasa bahwa tak ada laki-laki yang bisa cocok dengan sifatnya yang avonturir. Saat ini ia bekerja secara freelance di sebuah stasiun televisi sebagai penulis naskah. Kemampuan bergaulku dan keramahannya membuat kami cepat sekali akrab.

    Lagi-lagi, kamarku itu kini menjadi markas curhatnya Mbak Ine.
    “Panggil saya teh Ine aja deh..”, katanya suatu kali dengan logat Bandungnya yang kental.
    “Kalau gitu panggil saya Rafi aja ya teh.., ngga usah pake pak pak-an segala..”, balasku sambil tertawa.

    Baru 5 hari kami bergaul, namun sepertinya kami sudah lama saling mengenal. Kami seperti dua orang yang kasmaran, saling memperhatikan dan saling bersimpati. Persis seperti cinta monyet ketika kita remaja. Saat itu seperti biasa, kami sedang ngobrol santai dari hati ke hati sambil duduk di atas ranjangku. Aku memakai baju kaos dan celana pendek yang ketat sehingga tanpa kusadari tekstur penis dan testisku tercetak dengan jelas. Bila kuperhatikan, beberapa kali tampak teh Ine mencuri-curi melirik selangkanganku yang dengan mudah dilihatnya karena aku duduk bersila.

    Aku sengaja membiarkan keadaan itu berlangsung. Malah kadang-kadang dengan sengaja aku meluruskan kedua kakiku dengan posisi agak mengangkang sehingga cetakan penisku makin nyata saja di celanaku.

    Sesekali, ditengah obrolan santai itu, tampak teh Ine melirik selangkanganku yang diikuti dengan nafasnya yang tertahan. Kenapa aku melakukan hal ini? Karena libidoku yang luar biasa, aku jadi tertantang untuk bisa meniduri teh Ine yang aku yakini sudah tak perawan lagi karena sifatnya yang avonturir itu. Dan lagi, dari sifatnya yang ramah, ceria, cerewet dan petualang itu, aku yakin di balik tubuh montok perempuan setengah baya tersimpan potensi libido yang tak kalah besar dengan Tati.

    Juga, gayanya dalam bergaul yang mudah bersentuhan dan saling memegang lengan sering membuat darahku berdesir. Apalagi kalau aku sedang dalam keadaan libido tinggi.

    Saat ini, teh Ine mengenakan daster berwarna putih tipis sehingga tampak kontras dengan warna kulitnya yang hitam manis itu. Belahan buah dadanya yang besar itu menyembul di balik lingkaran leher yang berpotongan rendah di bagian dada. Dasternya sendiri berpola terusan hingga sebatas lutut sehingga ketika duduk, pahanya yang montok itu terlihat dengan jelas. Aku selalu berusaha untuk bisa mengintip sesuatu yang terletak di antara kedua paha teh Ine. Namun karena posisi duduknya yang selalu sopan, aku tak dapat melihat apa-apa.

    Bukan main! Ternyata seorang wanita berusia 40-an masih mempunyai daya tarik sexual yang tinggi. Terus terang, baru kali ini aku berani berfantasi mengenai hubungan seks dengan teh Ine. Sementara ia bercerita tentang masa mudanya, pikiranku malah melayang dan membayangkan tubuh teh Ine sedang duduk di hadapanku tanpa selembar benangpun. Alangkah menggairahkannya. Aku seperti bisa melihat dengan jelas seluruh lekuk tubuhnya yang mulus tanpa cacat. Tanpa sadar, penisku menegang dan cairan madzi di ujungnya pun mulai keluar. Celanaku tampak basah di ujung penisku, dan cetakan penis serta testisku semakin jelas saja tercetak di selangkangan celanaku.

    Membesarnya penisku ternyata tak lepas dari perhatian teh Ine. Tampak jelas terlihat matanya terbelalak melihat ukuran penisku yang membesar dan tercetak jelas di celana pendekku. Obrolan kami mendadak terhenti karena beberapa saat teh Ine masih terpaku pada selangkanganku.

    “Kunaon teh..?”, tanyaku memancing.
    “Eh.., enteu.., kamu teh mikirin apa sih…?”, katanya sambil tersenyum simpul.
    “Mikirin teh Ine teh.., entah kenapa barusan saya membayangkan teh Ine nggak pakai apa-apa.., aduh indahnya teh..”, tiba-tiba saja jawaban itu meluncur dari mulutku.

    Aku sendiri terkejut dengan jawabanku yang sangat terus terang itu dan sempat membuatku terpaku memandang wajah teh Ine. Wajah teh Ine tampak memerah mendengar jawabanku itu. Napasnya mendadak memburu.

    Tiba-tiba teh Ine bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Ia menutup pintu kamarku dan menguncinya. Leherku tercekat, dan kurasakan jantungku berdegup semakin kencang. Dengan tersenyum dan sorot mata nakal ia menghampiriku dan duduk tepat di hadapan selangkanganku. Aku memang sedang dalam posisi selonjor dengan kedua kaki mengangkang.

    “Fi, kamu pingin sama teteh..? Hmm?”, Desahnya seraya meraba penis tegangku dari luar celana. Aku menelan ludah sambil mengangguk perlahan dan tersenyum. Entah mengapa, aku jadi gugup sekali melihat wajah teh Ine yang semakin mendekat ke wajahku. Tanpa sadar aku menyandarkan punggungku ke tembok di ujung ranjang dan teh Ine menggeser duduknya mendekatiku sambil tetap menekan dan membelai selangkanganku. Nafas teh Ine yang semakin cepat terasa benar semakin menerpa hidung dan bibirku. Rasa nikmat dari belaian jemari teh Ine di selangkanganku semakin terasa keujung syaraf-syarafku. Napasku mulai memburu dan tanpa sadar mulutku mulai mengeluarkan suara erangan-erangan.

    Dengan lembut teh Ine menempelkan bibirnya di atas bibirku. Ia memulainya dengan mengecup ringan, menggigit bibir bawahku, dan tiba-tiba.., lidahnya memasuki mulutku dan berputar-putar di dalamnya dengan cepat. Langit-langit mulutku serasa geli disapu oleh lidah panjang milik perempuan setengah baya yang sangat menggairahkan itu. Aku mulai membalas ciuman, gigitan, dan kuluman teh Ine. Sambil berciuman, tangan kananku kuletakkan di buah dada kiri teh Ine. Uh.., alangkah besarnya.., walaupun masih ditutupi oleh daster, keempukan dan kekenyalannya sudah sangat terasa di telapak tanganku.

    Dengan cepat kuremas-remas buah dada teh Ine itu, “Emph.., emph..”, rintihnya sambil terus mengulum lidahku dan menggosok-gosok selangkanganku. Mendadak teh Ine menghentikan ciumannya. Ia menahan tanganku yang tengah meremas buah dadanya dan berkata,

    “Fi, sekarang kamu diam dulu yah.., biar teteh yang duluan..”.

    Cerita Bokep Ngentot Perawat Tiba-tiba dengan cepat teh Ine menarik celana pendekku sekalian dengan celana dalamku. Saking cepatnya, penisku yang menegang melejit keluar. Sejenak teh Ine tertegun menatap penisku yang berdiri tegak laksana tugu monas itu. “Gusti Rafi.., ageung pisan..”, bisiknya lirih. Dengan cepat teh Ine menundukkan kepalanya, dan seketika tubuhku terasa dialiri oleh aliran listrik yang mengalir cepat ketika mulut teh Ine hampir menelan seluruh penisku. Terasa ujung penisku itu menyentuh langit-langit belakang mulut teh Ine. Dengan sigap teh Ine memegang penisku sementara lidahnya memelintir bagian bawahnya. Kepala teh Ine naik turun dengan cepat mengiringi pegangan tangannya dan puntiran lidahnya.

    Aku benar-benar merasa melayang di udara ketika teh Ine memperkuat hisapannya. Aku melirik ke arah kaca riasku, dan di sana tampak diriku terduduk mengangkang sementara teh Ine dengan dasternya yang masih saja rapi merunduk di selangkanganku dan kepalanya bergerak naik turun. Suara isapan, jilatan dan kecupan bibir perempuan montok itu terdengar dengan jelas. Kenikmatan ini semakin menjadi-jadi ketika kurasakan teh Ine mulai meremas-remas kedua bola testisku secara bergantian. Perutku serasa mulas dan urat-urat di penisku serasa hendak putus karena tegangnya. Teh Ine tampak semakin buas menghisapi penisku seperti seseorang yang kehausan di padang pasir menemukan air yang segar. Jari-jemarinyapun semakin liar mempermainkan kedua testisku. “Slurrp.., Cuph.., Mphh..”. Suara kecupan-kecupan di penisku semakin keras saja.

    Nafsuku sudah naik ke kepala. Aku berontak untuk berusaha meremas kedua buah dada montok dan besar milik wanita lajang berusia setengah baya itu, namun tangan teh Ine dengan kuat menghalangi tubuhku dan iapun semakin gila menghisapi dan menjilati penisku. Aku mulai bergelinjang-gelinjang tak karuan.

    “Teh Ine.., teeeh…, gantian dongg.., please.., saya udah ngga kuaat…, aahh.., sss..”, erangku seakan memohon. Namun permintaanku tak digubrisnya. Kedua tangan dan mulutnya semakin cepat saja mengocok penisku. Terasa seluruh syaraf-syarafku semakin menegang dan menegang, degup jantungku berdetak semakin kencang.. napaskupun makin memburu.
    “Oohh…, Teh Ine.., Teh Ineee…, aahh….”, Aku berteriak sambil mengangkat pinggulku tinggi-tinggi dan, “Crat.., craat.., craat”, aku memuncratkan spermaku di dalam mulut teh Ine.

    Dengan sigap pula teh Ine menelan dan menjilati spermaku seperti seorang yang menjilati es krim dengan nikmatnya. Setiap jilatan teh Ine terasa seperti setruman-setruman kecil di penisku. Aku benar-benar menikmati permainan ini.., luar biasa teh Ine, “Enak Fi..? Hmm?”, teh Ine mengangkat kepalanya dari selangkanganku dan menatapku dengan senyum manisnya, tampak di seputar mulutnya banyak menempel bekas-bekas spermaku.

    “Fuhh nikmatnya sperma kamu Fi..” Bisiknya mesra seraya menjilat sisa-sisa spermaku di bibirnya.
    “Obat awet muda ya teh..”, kataku bercanda.
    “Yaa gitulah…, antosan sekedap nya? Biar teteh ambilkan minum buat kamu”. Oh my God.., benar-benar seorang wanita yang penuh pengabdian, dia belum mengalami orgasme apa-apa tapi perhatiannya pada pasangan lelakinya luar biasa besar, sungguh pasangan seks yang ideal! Kenyataan itu saja membuat rasa simpati dan birahiku pada teh Ine kembali bergejolak. Teh Ine kembali dari luar membawa segelas air.
    “Minum deh.., biar kamu segeran..”.
    “Nuhun teh.., tapi janji ya abis ini giliran saya muasin teteh..”. Aku meneguk habis air dingin buatan teh Ine dan saat itu pula aku merasakan kejantananku kembali. Birahiku kembali bergejolak melihat tubuh montok teh Ine yang ada di hadapanku.
    Aku meraih tangan teh Ine dan dengan sekali betot kubaringkan tubuhnya yang molek itu di atas ranjang.
    “Eeehh.., pelan-pelan Fi..”, teriak teh Ine dengan geli.
    “Teteh mau diapain sih… “, lanjutnya manja. Tanpa menjawab, aku menindih tubuh montok itu, dan sekejap kurasakan nikmatnya buah dada besar itu tergencet oleh dadaku. Juga, syaraf-syaraf sekitar pinggulku merasakan nikmatnya penisku yang menempel dengan gundukan vaginanya walaupun masih ditutupi oleh daster dan celana dalamnya.

    Kupandangi wajah teh Ine yang bundar dan manis itu. Kalau diperhatikan, memang sudah terdapat kerut-kerut kecil di daerah mata dan keningnya. Tapi peduli setan! Teh Ine adalah seorang wanita setengah baya yang paling menggairahkan yang pernah kulihat. Pancaran aura sexualnya sungguh kuat menerangi sanubari lelaki yang memandangnya.

    “Teteh mau tau apa yang ingin saya lakukan terhadap teteh?”, Kataku sambil tersenyum.
    “Saya akan memperkosa teteh sampai teteh ketagihan”.

    Lalu dengan ganas, aku memulai menciumi bibir dan leher teh Ine. Teh Inepun dengan tak kalah ganasnya membalas ciuman-ciumanku. Keganasan kami berdua membuat suasana kamarku menjadi riuh oleh suara-suara kecupan dan rintihan-rintihan erotis. Dengan tak sabar aku menarik ritsluiting daster teh Ine, kulucuti dasternya, BH-nya, dan yang terakhir.., celana dalamnya. Wow.., sebuah gundukan daging tanpa bulu sama sekali terlihat sangat menantang terletak di selangkangan teh Ine. My God.., alangkah indahnya vagina teh Ine itu.., tak pernah kubayangkan bahwa ia mencukur habis bulu kemaluannya.

    “Kamu juga buka semua dong Fi”, rengeknya sambil menarik baju kaosku ke atas. Dalam sekejap, kami berdua berdua berpelukan dan berciuman dengan penuh nafsu dalam keadaan bugil! Sambil menindih tubuhnya yang montok itu, bibirku menyelusuri lekuk tubuh teh Ine mulai dari bibir, kemudian turun ke leher, kemudian turun lagi ke dada, dan terus ke arah puting susu kirinya yang berwarna coklat kemerah-merahan itu. Alangkah kerasnya puting susunya, alangkah lancipnnya.., dan mmhh.., seketika itu juga kukulum, kuhisap dan kujilat puting kenyal itu.., karena gemasnya, sesekali kugigit juga puting itu.

    Lihat Juga:  Hubungan Terlarang Dengan Atasanku

    “Auuhh.., Fi.., gellii.., sss.., ahh”, rintihnya ketika gigitanku agak kukeraskan. Badan montoknya mulai mengelinjang-gelinjang ke sana k emari.., dan mukanya menggeleng-geleng ke kiri dan ke kanan. Sambil menghisap, tangan kananku merayap turun ke selangkangannya. Dengan mudah kudapati vaginanya yang besar dan sudah sangat becek sekali. Akupun dengan sigap memain-mainkan jari tenganku di pintu vaginanya. “Crks.., crks.., crks”, terdengar suara becek vagina teh Ine yang berwarna lebih putih dari kulit sekitarnya. Ketika jariku mengenai gundukan kecil daging yang mirip dengan sebutir kacang, ketika itu pula wanita setengah baya itu menjerit kecil.

    “Ahh.., geli Fi.., gelli”, Putaran jariku di atas clitoris teh Ine dan hisapanku pada kedua puting buah dadanya makin membuat lajang montok berkulit hitam manis itu semakin bergelinjang dengan liar.

    “Fi.., masukin sekarang Fi.., sekarang.., please.., teteh udah nggak tahan..ahh..”. Kulihat wajah teh Ine sudah meringis seperti orang kesakitan. Ringisan itu untuk menahan gejolak orgasmenya yang sudah hampir mencapai puncaknya. Dengan sigap kuarahkan penisku ke vagina montok milik teh Ine.., kutempelkan kepala penisku yang besar tepat di bawah clitorisnya, kuputar-putarkan sejenak dan teh Ine meresponnya dengan mengangkangkan pahanya selebar-lebarnya untuk memberi kemudahan bagiku untuk melakukan penetrasi.., saat itu pula kusodokkan pantatku sekuat-kuatnya dan, “Blesss”, masuk semuanya!

    “Aahh….” Teh Ine menjerit panjang.., “Besar betul Fi.., auhh…., besar betuull…, duh gusti enaknya.., aahh..”. Dengan penuh keganasan kupompa penisku keluar masuk vagina teh Ine. Dan iapun dengan liarnya memutar-mutar pinggulnya di bawah tindihanku. Astaga.., benar-benar pengalaman yang luar biasa! Bahkan keliaran teh Ine melebihi ganasnya Mbak Tati.., luar biasa!

    Kedua tubuh kami sudah sangat basah oleh keringat yang bercampur liur. Kasurkupun sudah basah di mana-mana oleh cairan mani maupun lendir yang meleleh dari vagina teh Ine, namun entah kekuatan apa yang ada pada diri kami…, kami masih saling memompa, merintih, melenguh, dan mengerang. Bunyi ranjangkupun sudah tak karuan.., “Kriet.., kriet.., krieeet”, sesuai irama goyangan pinggul kami berdua. Penisku yang besar itu masih dengan buasnya menggesek-gesek vagina teh Ine yang terasa sempit namun becek itu.
    Setelah lebih dari 15 menit kami saling memompa, tiba-tiba kurasakan seluruh tubuh teh Ine menegang.

    “Fi.., Fi.., Teteh mau keluar..”.
    “Iya teh, saya juga.., kita keluar sama-sama teh…”, Goyanganku semakin kupercepat dan pada saat yang bersamaan kami berdua saling berciuman sambil berpelukan erat.., aku menancapkan penisku dalam-dalam dan teh Ine mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi…, “Crat.., crat.., crat.., crat”, kami berdua mengerang dengan keras sambil menikmati tercapainya orgasme pada saat yang bersamaan. Kami sudah tak peduli bila seisi rumah akan mendengarkan jeritan-jeritan kami, karena aku yakin teh Inepun tak pernah merasakan kenikmatan yang luar biasa ini sepanjang hidupnnya.

    “Ahh.., Fi.., kamu hebaat.., kamu hebaathh.., hh.., Teteh ngga pernah ngerasain kenikmatan seperti ini”.
    “Saya juga teh.., terima kasih untuk kenikmatan ini..”, Kataku seraya mengecup kening teh Ine dengan mesra.
    “Mau tau suatu rahasia Fi?”, tanyanya sambil membelai rambutku, “Teteh sudah lima tahun tidak bersentuhan dengan laki-laki.., tapi entah kenapa, dalam 5 hari bergaul dengan kamu.., teteh tidak bisa menahan gejolak birahi teteh.., ngga tau kenapa.., kamu itu punya aura seks yang luar biasa..”. Teh Ine bangkit dari ranjangku dan mengambil sesuatu dari kantong dasternya. Sebutir pil KB.
    “Seperti punya fitasat, teteh sudah minum pil ini sejak 3 hari yang lalu..”, katanya tersenyum, “Dan akan teteh minum selama teteh ada di sini..”, Teh Ine mengerdipkan matanya padaku dengan manja sambil memakai dasternya.
    “Selamat tidur sayang…”, Teh Ine melangkah keluar dari kamarku.

    Teh Ine memang luar biasa. Ia bukan saja dapat menggantikan kedudukan Tati sebagai partner seks yang baik, tetapi juga memberi sentuhan-sentuhan kasih sayang keibuan yang luar biasa. Aku benar-benar dimanja oleh wanita setengah baya itu. Fantasi sexualnya juga luar biasa. Mungkin itu pengaruh dari pekerjaannya sebagai penulis cerita drama. Coba bayangkan, ia pernah memijatku dalam keadaan bugil, kemudian sambil terus memijat ia bisa memasukkan penisku ke dalam vaginanya, dan aku disetubuhi sambil terus menikmati pijatan-pijatannya yang nikmat. Ia juga pernah meminta aku untuk menyetubuhinya di saat ia mandi pancuran di kamar mandi dan kami melakukannya dengan tubuh licin penuh sabun.

    Dan yang paling sensasional adalah.., Sore itu aku sudah berada di rumah. Karena load pekerjaan di kantorku tidak begitu tinggi, aku sengaja pulang cepat. Selesai mandi aku duduk di meja makan sambil menikmati pisang goreng buatan teh Ine. Perempuan binal itu memang luar biasa. Ia melayaniku seperti suaminya saja. Segala keperluan dan kesenanganku benar-benar diperhatikan olehnya. Seperti biasa, aku mengenakan baju kaos buntung dan celana pendek longgar kesukaanku dan (seperti biasa juga) aku tidak menggunakan celana dalam. Kebiasaan ini kumulai sejak adanya teh Ine di rumah ini, karena bisa dipastikan hampir tiap hari aku akan menikmati tubuh sintal adik ipar ayah si Anto itu.

    Sore itu sambil menikmati pisang goreng di meja makan, aku bercakap-cakap dengan ayah Anto. Orang tua itu duduk di pojok ruangan dekat pintu masuk untuk menikmati semilirnya angin sore kota Bandung. Jarak antara aku dengannya sekitar 6 meter. Sambil bercakap-cakap mataku tak lepas dari teh Ine yang mondar mandir menyediakan hidangan sore bagi kami. Entah ke mana PRT kami saat itu. Teh Ine mengenakan celana pendek yang ditutupi oleh kaos bergambar Mickey Mouse berukuran ekstra besar sehingga sering tampak kaos itu menutupi celana pendeknya yang memberi kesan teh Ine tidak mengenakan celana. Aku berani bertaruh perempuan itu tidak menggunakan BH karena bila ia berjalan melenggang, tampak buah dadanya bergayut ke atas ke bawah, dan di bagian dadanya tercetak puting buah dadanya yang besar itu. Tanpa sadar batang penisku mulai membesar.

    Setelah selesai dengan kesibukannya, teh Ine duduk di sebelah kiriku dan ikut menikmati pisang goreng buatannya. Kulihat ia melirik ke arahku sambil memasukkan pisang goreng perlahan-lahan ke dalam mulutnya. Sambil mengerdipkan matanya, ia memasukkan dan mengeluarkan pisang goreng itu dan sesekali menjilatnya. Sambil terus berbasa basi dengan orang tua Anto, aku menelan ludah dan merasakan bahwa urat-urat penisku mulai mengeras dan kepala penisku mulai membesar. Tiba-tiba kurasakan jari-jemari kanan teh Ine menyentuh pahaku. Lalu perlahan-lahan merayap naik sampai di daerah penisku. Dengan gemas teh Ine meremas penis tegangku dari luar celanaku sehingga membuat cairan beningku membuat tanda bercak di celanaku.

    Setelah beberapa lama meremas-remas, tangan itu bergerak ke daerah perut dan dengan cepat menyelip ke dalam celana pendekku. Aku sudah tidak tahu lagi apa isi percakapan orang tua Anto itu. Beberapa kali ia mengulangi pertanyaannya padaku karena jawabanku yang asal-asalan. Degup jantungku mulai meningkat. Jemari lentik itu kini sudah mencapai kedua bolaku. Dengan jari telunjuk dan tengah yang dirapatkan, perempuan lajang itu mengelus-elus dan menelusuri kedua bolaku.., mula-mula berputar bergantian kiri dan kanan kemudian naik ke bagian batang.., terus bergerak menelusuri urat-urat tegang yang membalut batang kerasku itu, “sss…, teteh..”. Aku berdesis ketika kedua jarinya itu berhenti di urat yang terletak tepat di bawah kepala penisku.., itu memang daerah kelemahanku.., dan perempuan sintal ini mengetahuinya.., kedua jemarinya menggesek-gesekkan dengan cepat urat penisku itu sambil sesekali mencubitnya.

    “aahh…”, erangku ketika akhirnya penisku masuk ke dalam genggamannya.
    “Kenapa Rafi?”, Orang tua yang duduk agak jauh di depanku itu mengira aku mengucapkan sesuatu.
    “E.., ee…, ndak apa-apa Pak..”, Jawabku tergagap sambil kembali meringis ketika teh Ine mulai mengocok penisku dengan cepat. Gila perempuan ini! Dia melakukannya di depan kakaknya sendiri walaupun tidak kelihatan karena terhalang meja.
    “Saya cuma merasa segar dengan udara Bandung yang dingin ini..”, Jawabku sekenanya.
    “Ooo begitu.., saya pikir kamu sakit perut.., habis tampangmu meringis-meringis begitu..”, Orang tua itu terkekeh sambil memalingkan mukanya ke jalan raya.

    Begitu kakaknya berpaling, teh Ine dengan cepat merebahkan kepalanya ke pangkuanku sehingga dari arah ayah Anto, teh Ine tak tampak lagi. Dengan cepat tangannya memelorotkan celanaku sehingga penisku yang masih digenggamnya dengan erat itu terasa dingin terterpa angin. Sejenak perempuan itu memandang penis besarku itu.., ia selalu memberikan kesempatan pada matanya untuk menikmati ukuran dan kekokohannya. Kemudian teh Ine menjulurkan lidahnya dan mulai menjilat mengelilingi lubang penisku.., kemudian ia memasukkan ujung lidahnya ke ujung lubang penisku dan mengecap cairan beningku.., lalu lidahnya diturunkan lagi-lagi ke urat di bawah penisku. Aku mulai menggelinjang-gelinjang tak karuan, walaupun dengan hati-hati takut ketahuan oleh kakak teh Ine yang duduk di depanku.

    Tanganku mulai meraba-raba buah dadanya yang besar itu dan meremasnya dengan gemas, “sss.., teeehh..”, desisku agak keras ketika perempuan itu dengan kedua bibirnya menyedot urat di bawah kepala penisku itu.., sementara tangannya meremas-remas kedua bolaku…, aawwww nikmatnya…, aku begitu terangsang sehingga seluruh pori-pori kulitku meremang dan mukaku berwarna merah. Aku sudah dalam tahap ingin menindih dan sesegera mungkin memasukkan penisku ke dalam vagina perempuan ini tapi semua itu tak mungkin kulakukan di depan kakaknya yang masih duduk di depanku menikmati lalu lalang kendaraan di depan rumahnya.

    Tiba-tiba bibir teh Ine bergerak dengan cepat ke kepala penisku.., sambil terus kupermainkan putingnya kulihat ia membuka mulutnya dengan lebar dan tenggelamlah seluruh penisku ke dalam mulutnya. Aku kembali mendesis dan meringis sambil tetap duduk di meja makan mendengarkan ocehan orang tua Anto yang kembali mengajakku berbincang. Mulut teh Ine dengan cepat menghisap dan bergerak maju mundur di penisku. Tanganku menarik dasternya ke atas dari arah punggung sehingga terlihatlah pantatnya yang mulus tidak ditutupi oleh selembar benangpun. Aku ingin menjamah vaginanya, ingin rasanya kumasukkan jari-jariku dengan kasar ke dalamnya dan kukocok-kocok dengan keras tapi aku sudah tak kuat lagi. Jilatan lidah, kecupan, dan sedotan teh Ine di penisku membuat seluruh syarafku menegang.

    Tiba-tiba kujambak rambut teh Ine dan kutekan sekuat-kuatnya sehingga seluruh penisku tenggelam ke dalam mulutnya. Kurasakan ujung penisku menyentuh langit-langit tenggorokan teh Ine dan, “Creeet…, creeett…, creeettt”, menyemburlah cairan maniku ke mulut teh Ine.

    “Ahh…, aahh.., aahh.., tetteeehh…”, Aku meringis dan mendesis keras ketika cairan maniku bersemburan ke dalam mulut teh Ine. prediksi togel klik disini

    Perempuan itu dengan lahap menjilati dan menelan seluruh cairanku sehingga penisku yang hampir layu kembali sedikit menegang karena terus-terusan dijilat. Aku memejamkan mataku.., gilaa.., permainan ini benar-benar menakjubkan. Ada rasa was-was karena takut ketahuan, tapi rasa was-was itu justru meningkatkan nafsuku. Teh Ine memandang penisku yang sudah agak mengecil namun tetap saja dalam posisi tegak.

    Cerita Bokep Ngentot Perawat “Luar biasa…”, Bisiknya, “Siap-siap nanti malam yah?” Katanya sambil bangkit dan beranjak ke dapur.

    Aku cukup kagum dengan prestasi yang kucapai di rumah ini. Baru 2 bulan di Bandung, aku sudah bisa meniduri 2 orang wanita yang sudah lama

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • CERITA SEX ADIK IPARKU DINAR

    CERITA SEX ADIK IPARKU DINAR


    954 views

    Cerita Sex ini berjudulCERITA SEX ADIK IPARKU DINARCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Ini merupakan kejadian yang memalukan sekaligus menyenangkan tentang perselingkuhanku dengan adik iparku dinar.

    Halo, kataku menyambut telepon.
    Oh, kakak!!, Mbak Yuke mana kak, suara diseberang menyahut.
    dinar??, kapan balik ke Jakarta, mbakmu lagi piket, telepon aja ke HPnya deh, sahutku sambil bertanya. Gak usah deh kak, sampaiin aja kalo aku pertengahan juni mo balik, aku kangen banget deh jawabnya lagi.
    Ok, deh ntar aku sampaikan, take care ya jawabku datar dan menutup telepon.

    Kemudian ingatanku melayang beberapa tahun lalu, dimana saat itu dia banyak masalah,.. cowok, drug, bahkan sempat pula berurusan dengan pihak berwajib karena tertangkap tangan atas kepemilikan Narkoba.

    Atas saranku dinar, adik kandung Yuke ke Jakarta dan sekarang telah bekerja di Singapura untuk memulai sesuatu yang baru. dinar 30 tahun, seperti juga saudaranya berwajah cantik, kulitnya putih bersih, mata lebar, hidung mancung, rambut berombak di ujung dengan postur tubuh proporsional.

    Karena obsesi untuk mandiri dan sifatnya yang keras kepala itulah dia terperosok dalam problem berkepanjangan. dinar sebelumnya tinggal di Surabaya, disana dia bekerja sebagai penyanyi. Dari pekerjaannya itulah (yang sebenernya tidak kami sukai) dinar sempat ditahan polisi 1 malam karena narkoba, sebelum kami datangdipanggil untuk memberi keterangan. Agen Sbobet

    Sejak peristiwa ditahannya dinar 3 tahun lalu, dinar sering telepon aku dan bercerita tentang keadaannya, teman lelakinya dan biasanya cukup lama, minimal 30 menit. dinar lebih dekat denganku dan sering curhat daripada kakaknya. Dalam setiap pembicaraan, Yuke selalu memberi tanda agar aku merayu dinaruntuk pindah ke Jakarta dan mencari pekerjaan di sini.

    Yuke tau kedekatan kami itu, bahkan mendorong untuk dapat mengontrolnya melalui aku, karena sejak kecil dinar memang susah nurut dan bandel. Awalnya aku hanya menganggapnya sebagai tanggung jawab seorang kakak terhadap adik, sebelum terjadi sesuatu yang tidak semestinya kami lakukan.

    Awal maret 2000, dinar telepon memintaku untuk menjemputnya di stasiun Gambir, Yuke sangat gembira dengan berita itu dan segera mempersiapkan kamar untuknya. 13 maret 2000 aku jemput dinar sendiri, karena anak bungsuku sakit, dan kami duga demam berdarah. dinar datang sendirian, padahal rencananya bersama Hendry cowoknya yang keturunan.

    Kok, sendirian kak?? mana ponakanponakanku, tanya dinar saat aku sambut barangbarang bawaannya. Andi lagi sakit, kayanya demam berdarah deh, terpaksa diisolasi dari sodaranya jawabku ngeloyor menuju mobil.

    Cerita Dewsa Adik Iparku dinar

    Sambil merokok dan berlari kecil dinar mengikuti aku,

    Kesian yah, aku kangen ama mereka katanya.
    Kak, tau nggak knapa aku kesini?? tanyanya di mobil.
    Yah, loe mau refreshing, loe udah sadar dan mau kerja yang sesuai ama ijazahmu, khan? jawabku sekenanya.
    Yang lain donk komentarnya manja.
    Apa yaa, paling putus atau mo lari dari cowokmu, hahahaha aku tertawa geli karena pinggangku digelitiknya.
    Sekarang bulan apa kak?
    Maret jawabku sambil terus nyetir Bulan maret ada apa ya?? dinar mengerling, tangannya meremas tanganku saat di persneling..
    dinar,.. Apaan sih, kataku berusaha menepis tangannya yang kemudian bergerak mau gelitiki aku lagi.

    Tanganku ditangkapnya, digenggam kemudian dicium sambil bertanya manja

    Kakak sayang dinar nggak sih?
    dinar.. aku kakakmu, aku sayang kamu seperti Yuke menyayangimu kataku jengah dan menarik tangan .
    Kak,.. aku sayang dan mengagumi Kak rizky, lebih dari itu.., aku sayang ama kakak, karena bisa ngertiin aku, pahami aku, bisa ngemanjain aku dan..tau nggak, aku bisa orgasme kalo lagi teleponan ama kakak..katanya sambil meraih tanganku lagi.
    dinar.. aku gak mau ngerusak semuanya dengan perbuatan bodohmu, jawabku marah namun sebenernya menahan gejolak. dinar terdiam dan melepas tanganku.

    Itulah 30 menit pembicaraan kami di perjalanan menuju ke rumah.

    Sampai di rumah Yuke menyambutku dengan ciuman sambil bilang mo ke RS karna andi anak ke tiga ku panas udah lebih dari 2 hari. Aku segera ke kamar melihat keadaannya, sementara dinar dan Yuke menuju ke kamar di lantai 2 yang telah disiapkan.

    Maa, cepetan yah aku beri isyarat agar Yuke segera bersiap.
    dinar, mandi terus istirahat dulu yaa, ntar ngobrolnya deh kata Yuke ama dinar..
    OK boss sahut dinar.

    Singkatnya Andi harus segera dirawat di RS saat itu juga.

    Andi maunya ditemenin ama mama aja yaa? pinta anakku lirih..
    Iya sayang, mama akan temenin anak tersayang mama deh Yuke menghibur.
    Janji ya maa.. Setelah Andi tidur aku rundingan ama Yuke, keputusannya adalah aku akan nungguin Andi malem dan langsung berangkat kerja dari RS.
    Paa, sekarang jemput dinar ya.. ajak dia kesini, sekalian bawain aku beberapa pakaian, aku pengen ngobrol disini.
    Oke sayang, jawabku setelah merasa semua beres.

    Sesampainya di rumah, aku siapkan beberapa pakaian yang pantas, termasuk pakaian dalemYuke. Aku naik ke lantai 2 (kamar dinar) mo ambil tas, kuketuk pintu dan memanggilnya.. Tapi gak ada sahutan, aku berasa gak enak dan telepon istriku Kalo gak dikunci masuk aja deh paa, soalnya semua tas ada disana Tungguin si Bengal itu bangun, biarin dulu dia istirahat ntar kalo bangunin sekitar jam 12an.

    Aku manusia biasa, seorang lelaki mana yang tidak tergoda dengan keadaan ini ; gadis cantik tertidur pulas, tanpa selimut. Sangat menggairahkan dengan rambut setengah basah tidur terlentang hanya dengan CD kecil terikat di pinggul dan sepasang bukit indah bebas tanpa penutup, ada kesempatan lagi. Aku terpaku untuk sesaat.. bathinku sedang berperang.. dan.. akhirnya aku menyerah.

    Kuhampiri dinar (yang sedang tertidur??), aku ambil selimut yang terjatuh di lantai dan menutupi tubuh indah itu, tapi dinar sepertinya gak mau di selimuti. Gerakan tangannya menolak diselimuti. Aku kembali terdiam.., kuberanikan diri menyentuh tangannya,.. gemetar aku rasakan saat itu,.. dinar masih terlelap bahkan mengeluarkan suara mendengkur.

    Nafsu sudah menguasai bathinku juga ragaku, penisku sangatsangat tegang.. dinar lebih cantik, lebih putih lebih tinggi dari Yuke.. dengan jari tengahku, kutelusuri tangannya hingga ketiak..dinar menggeliat dan menyamping seakan memberiku ruang untuk duduk di sebelahnya.

    Benarbenar kesempatan telah berpihak padaku,.. kuulangi sentuhan jariku, aku belai rambutnya yang lembab dan berombak, aku cium keningnya, aku belai wajahnya sambil memanggilnya pelahan,..

    dinar.., bangun sayang..mbakmu suruh kamu ke RS.., (dengar atau gak aku gak peduli) kuulangi katakata itu sambil terus membelai.., dinar malah melingkarkan tangannya kepinggangku.

    Tanpa kusadari tanganku telah membelai kedua bukitnya, mempermainkan putingnya, sambil mengecup perlahan bibirnya. dinar membuka matanya dan mendesah perlahan .. kakk, aku sayang kakak, aku ingin kakak sayang aku lebih dari seorang adik .. sebulan lebih aku meninggalkannya .. aku benci dia..

    ternyata dia telah berkeluarga, dan sampai saat ini belum kutemukan figur yang aku cari, kak.. sayangi dinar.. tangannya menuntun tanganku kedaerah yang paling intimnya yang telah lembab, ketika jariku sedikit menekannya.. Ditariknya tubuhku sehingga menindih tubuhnya.. Sepertinya dinar in the mood.

    Dalam keadaan masih berpakaian, aku peluk dinar dan menindihnya, kami bergerak seirama seakan sedang bersenggama..

    Tibatiba telepon berteriak nyaring, seakan menyadarkan agar tidak berbuat lebih lanjut.

    Pahh, udah bangun si Bengal tuh,.. Siram air aja kalo gak bisa, cepetan nih udah jam berapa sekarang? gerah nih, jangan lupa dasterku.

    OK, jawabku dengan nafas masih memburu menahan nafsu. Permainan kami terhenti dengan un happy ending.. 14 maret, Di tempat kerja setelah mendapat ucapan selamat dan ciuman pipi dari rekanrekan atas ulang tahunku, aku masih nggak abis pikir.. why it happen?? jahat amat aku,.. disaat usia bertambah tua, anak sedang sakit.. aku malah mengumbar nafsu.. IPARKU lagi..

    Udahlah I wont do that again, biar dinar yang nunggu Andi .. pikirku. Jam 14.30 sepulang kerja, aku mampir ke Pizza Hut beliin makanan kesukaan Andi sebelum ke RS. Saat dikamar dinar menyambutku dengan ciuman mesra di bibir.. met ulang tahun sayang..,

    Gila nih anak pikirku..

    Yuke, aku memanggil istriku.. Yuke keluar kamar mandi, langsung memelukku,
    Met ulang tahun pah.. hadiahnya ntar aja nunggu Andi sembuh, katanya main mata nakal. Sekitar jam 19.30 aku mo balik, pulang ganti baju.
    Pah, ntar aja pulangnya, jam 21 an aja soalnya Andi gak mau kalo gak ditungguin mama, papa dirumah aja deh.. biar mama yang tungguin Andi.
    Yah..gimana nih, ntar kamu ditemenin dinarya, papa mo pulang urusin si rio ama intan.
    Tadi dinar bilang tadi mo ktemuan ama temennya, mungkin dia mo keluar malem ini, pulang bareng ama papah aja ya, ntar kasi kunci cadangan rumah di laci lemari ya jawab Yuke.

    Gawat..tapi ada rasa senang juga terbersit di pikiranku. Malaikat bathinku menyayangkan kenapa Yuke begitu percaya pada hubungan kami, sedang syaitan di jiwaragaku bersorak kegirangan sampai penisku berkedut.

    Singkatnya kami tinggalkan Yuke yang menjaga Andi. di perjalanan dinar bilang ingin memberiku sesuatu untuk melampiaskan apa yang terpendam di sanubarinya dan membohongi kakaknya sendiri. Seperti biasa Rio dan intan udah berada di kamarnya jam 21. (Yuke sangat disiplin dalam mendidik anak).

    Aku periksa tas mereka ngecek PR. Setelah mencium pipi mereka, aku turun dan mandi, (dinar udah ke kamarnya). Jam 23 after I call Yuke 2 say good night, terdengar ketukan pintu, saat kubuka dinar menerobos masuk dengan pakaian tidur cream.

    Cerita Mesum Adik Iparku dinar

    Kak, .. dinar mau tidur ama kakak, pengen dipelukin dan dimanjain.. Saat itu yang pertama bereaksi adalah si Ucok di dalam sarung dan berteriak mengacung.. MERDEKA.. Dapat dibayangkan 2 orang berlainan jenis dalam 1 kamar yang dingin.. dinarmemelukku.. aku balas memeluknya erat.

    Sangat lama kami berpelukan.. Dalam posisi berdiri, kami berpelukan seakan berdansa.. setelah puas, aku gendong dinar ke pembaringan.., kurebahkan dia, kutanggalkan pakaian tidurnya, dinar hanya menggunakan G string.,.. dinar pasrah, menikmati, badannya yang polos.. dinar memandangku saat aku buka sarung, satusatu nya penutup bagian tubuhku..

    Kurebahkan diriku disamping tubuhnya, aku cium dan rasakan tiap jengkal tubuhnya, bukitnya yang putih begitu indah mencuat, kontras dengan tanganku yang hitam.. Kak.. Aku sering mimpikan ini.. kak.. puaskan aku.., sayangi aku.. Kuremas bukit indahnya sambil menciumi putingnya,.. dinar menggelinjang hebat.. tangannya meraih penisku.. Dikocoknya perlahan.., kumasukkan tanganku, ke dalam CD G string hitam dinar, dinar mengangkat pinggulnya membantuku melepas satusatunya penutup tubuhnya.

    Lembab dan basah vagina dinar oleh lendir hasrat, kutekan ujung jariku sedikit masuk, otomatis pinggulnya mengangkat dan berusaha agar jariku masuk lebih dalam.. beberapa lama aktifitas itu aku lakukan. dinar pengen hisap punya kakak.. pintanya.

    Aku segera berdiri dengan penis masih teracung tegak, dinarbangkit mengulumnya.. woww hisapannya ruarr biasa, penisku seakan berada dalam vaginanya.., segera aku atur posisi 69 untuk menikmati lendir gairah yang udah disediakan, setelah beberapa menit dinarmenggelinjang sambil berteriak, kak.. dinar pengen keluar, Kak ..gerakannya tambah liar. Kuhentikan jilatanku dan kuposisikan penisku penetrasi ke vaginanya yang benarbenar basah.

    Clepp, mudah sekali penisku menerobos masuk, aku berusaha mempertahankan very slow..kurasakan benar dindingdinding vagina dinar, saat kutemukan g spotnya, (sedikit dibawah permukaan dalam di bawah clitnya) kuarahkan agar tetap menyentuh that area.. dinar benarbenar tak dapat menguasai diri, dijepitnya pinggangku dengan kaki dan ditahannya pada posisi yang dikekehendaki.. Kakk.. kurasakan denyutan dahsyat otot vagina dinar, sangat kencang, lebih kencang dari denyutan Yuke.., Agen Judi Bola

    God.. im cumming.. teriaknya. Saat kedutannya mengendor, kupercepat gerakanku, aku ingin menuntaskan semuanya.. beberapa genjotan sampai terasa telah hamper sampai, aku tarik penisku dan tumpahkan semua di luar.. dinaragak kecewa.. namun aku tak segila itu untuk mempunyai seorang anak lagi.

    Begitulah pengalamanku dengan adik iparku, Setelah Andi pulang, aku selalu berusaha mencari kesempatan untuk bersenggama dengannya, dinar sempat tinggal selama 6 bulan sebelum ada panggilan kerja di Singapura. Juni nanti dinar akan kembali,.. aku takut.. tapi juga rindu bertemu dengannya..

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Bercinta Dengan Pegawai Bank Yang Masih Perawan Bagian Satu

    Cerita Sex Bercinta Dengan Pegawai Bank Yang Masih Perawan Bagian Satu


    1387 views

    Perawanku – Cerita Sex Bercinta Dengan Pegawai Bank Yang Masih Perawan Bagian Satu, Namanya Sinta, seorang wanita cantik yang memeknya masih perawan. Dia adalah pegawai di salah satu bank yang dalam kisah tulisan cerita dewasa ini sedang menikmati pemerkosaannya oleh seorang lelaki teman kerja sekantornya yang sedang haus kenikmatan memek perawan wanita.

    Sinta, seorang wanita muda berusia 25 tahun, dengan langkah gontai menembus kerumunan para peserta jalan sehat yang masih terus mondar-mandir kesana kemari dengan ramai menunggu hasil pengumuman door prize undian. Sejak tadi malam, kondisi badan Sinta memang sedang kurang fit, namun karena ia telah berjanji dengan temannya untuk mengikuti acara ini, ia pun memaksakan diri untuk mengikuti acara ini. Berbeda dengan hari kemarin yang terus menerus dirundung hujan, Kota Jakarta hari ini benar-benar terbasuh dengan terik mentari yang begitu dahsyat. Akibat perubahan cuaca yang begitu ekstrim ini, dapat dipastikan kondisi tubuh Sinta kian bertambah parah. Untuk mengistirahatkan diri, ia pun terduduk sejenak di pinggiran trotoar di sekitar lapangan tempat berkumpulnya peserta jalan sehat. Tas punggung yang hanya berisi barang seadanya itu, ia sampirkan di sampingnya.

    Sinta adalah seorang supervisor call center bank swasta terkemuka di indonesia. Ia adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Hari ini ia memakai setelan kaus dan celana training berwarna ungu yang memanjang hingga ke mata kakinya yang terbungkus kaus kaki berwarna krem yang agak transparan. Selain itu ia juga menali rambutnya gaya ekor kuda , sehingga tampak lehernya yang putih dan jenjang. Wajahnya bulat dihiasi dengan poni rambut, kulitnya kuning langsat, bola matanya hitam tajam. Tampak begitu manis walaupun dengan mimik yang lesu seperti itu. Hidungnya yang sedikit mancung nampak begitu mempesona. Sesaat ia mengeluarkan lidahnya dan menjilati bibir bawahnya, ia tampak kehausan.

    Tanpa ia sadari, seorang lelaki bertubuh gempal telah mengawasinya sejak awal acara jalan sehat. Lenggak-lenggok tubuh Sinta di balik baju sportinya telah mampu membuat darah muda lelaki berusia 20 tahunan itu menggelegak. Tejo namanya, Ia hanya cleaning service di gedung tempat Sinta bekerja. Jabatannya hanya sebagai pegawai biasa yg kerjanya bersih-bersih kantor, ia ikut gerak jalan ini karena ajakan rekan kerjanya yang lain dan ia mendengar Sinta ikut serta. Selama ini Tejo memendam rasa tertarik pada Sinta tapi segan karena perbedaan status yang mencolok. Namun kali ini, kemolekan body pegawai bank yang memang aduhai ini, ditambah dengan wajahnya yang mempesona, membuat rasa haus dan lapar Tejo hilang seketika. Berkali-kali ia meneguk liurnya sendiri memandang Sinta dari belakang. Perlahan ia mendekati Sinta dan menyapanya, “Kenapa Mbak, tampangnya pucat begitu? Mau diambilkan air?“

    “Eemmm, tak usah Mas. Nanti biar saya cari minum sendiri“ jawab Sinta sekenanya.

    “Nggak apa-apa Mbak, sebentar ya” Secepat kilat Tejo si pria muda itu telah kembali dari tempat pembagian air minum. Ia membawa dua botol Aqua sekaligus, satu untuk dirinya dan satu untuk Sinta, yang telah menggoda imannya.

    “Terima kasih banyak ya Mas” Tanpa persetujuan Sinta terlebih dahulu, Tejo langsung duduk tepat di samping pegawai bank cantik tersebut. Sinta pun menjadi sedikit risih dibuatnya. Ia sedikit menggeser pantatnya ke arah berlawanan. Karena merasa tidak enak sudah diambilkan minum, ia pun membiarkan lelaki itu duduk bersebelahan dengannya walaupun tetap dengan menjaga jarak. Karena ia telah demikian haus, ia pun menenggak air minum itu hingga setengah botol. Entah mengapa mendadak kepala Sinta menjadi pusing. Matanya berkunang-kunang, pandangannya kabur dan tenaganya melemah.

    Terdengar cekikikan dari mulut Tejo. Ternyata pria muda itu telah mencampurkan sesuatu di minuman Sinta sebelum ia menyantapnya. Dengan santainya ia mengalungkan tangannya ke leher Sinta dan menarik tubuh molek si pegawai bank yang cantik itu ke dalam pelukannya. Orang-orang masih sibuk lalu-lalang mengikuti menunggu pengumuman door prize undian. Walaupun ada orang melihat Tejo yang memeluk Sinta, mereka hanya menyangka kalau mereka adalah sepasang kekasih, karena umur keduanya tidak terpaut begitu jauh, selain itu karena akting Tejo yang meyakinkan. Apalagi wajah Sinta yang demikian lemah membuat para peserta lain tak berani mengganggu pasangan itu.

    Sinta merasa geli merasakan usapan-usapan tangan kasar Tejo di pipinya. Ia benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa. Tubuhnya terasa lemah dan kaku. Ia merasa bingung akan apa yang terjadi padanya. Setelah minum air mineral tadi, kesadarannya terasa tertahan. Ia tidak bebas menggerakkan anggota badannya padahal ia masih dapat melihat dan merasakan segala sesuatu di sekelilingnya. Keringat semakin deras membasahi wajah dan kaus yang dikenakannya. Hampir-hampir pegawai bank nan molek itu basah kuyup oleh keringatnya sendiri.

    Melihat hewan buruannya telah begitu jinak di pelukannya, Tejo malah makin bernafsu. Kemaluan yang sudah beberapa bulan tidak dipakai itu kini berontak dengan dahsyat dari balik celana panjangnya. Bau keringat Sinta yang semakin menyengat membuat gelegak birahi Tejo makin meletup-letup. Ia membayangkan dirinya menyetubuhi pegawai bank cantik dan menawan itu dengan liar hingga Sinta bergetar hebat dibuatnya. Ia dekap tubuh indah itu lebih erat dan diciuminya bau keringat Pegawai bank yang merangsang itu. Ditempelkannya hidungnya di pipi Sinta dan sesekali Tejo mengeluarkan lidahnya dan menjilati wajah Sinta. Sinta pun hanya bisa meringis dan menikmati perlakuan Tejo pada dirinya.

    “Akkhhh …” terdengar sedikit lenguhan Sinta begitu pelan namun telah cukup membuat denyut nadi Tejo berdenyut-denyut. Pegawai bank yang kini makin basah bermandikan keringat itu, campuran dari keringat bekas mengikuti acara jalan sehat dan keringat dingin akibat dijamah oleh Tejo, itu terlihat begitu gelisah. Tubuhnya yang basah menjadi makin menggiurkan bagi pria muda yang tengah meraba-raba tubuhnya. Kegiatan mereka makin mendapat perhatian dari orang-orang di sekitarnya. Tejo sedikit khawatir dengan hal itu, ia pun memikirkan jalan agar bisa menikmati tubuh Sinta dengan lebih leluasa.

    Tejo pun memutuskan untuk membawa Sinta ke sebuah tempat sepi, mumpung pegawai bank nan menawan itu masih dalam pengaruh bayang-bayang campuran obat bius dan obat perangsang yang tadi diberikannya. Dengan cepat ia melepas pelukannya pada Sinta dan bergegas mengambil motor bebeknya yang diparkir tak jauh dari situ. Ia pun membimbing Sinta untuk berdiri dari trotoar dan mengajaknya untuk naik motor bersamanya. Dengan lembut Tejo membisikkan sesuatu di telinga Sinta, “Sayang, bila kau ingin merasakan kenikmatan yang jauh lebih indah dari ini, ikutilah kata-kataku. Sekarang naiklah ke motor ini dengan membonceng padaku”
    Ngentot Pegawai Bank Seksi
    Layaknya seorang kerbau yang dicocok hidungnya, Sinta pun menuruti semua yang diperintahkan Tejo. Ia merasakan adanya dorongan yang begitu dalam dari dirinya untuk merasakan kembali sentuhan dan belaian seorang Tejo. Ia merasakannya seperti gairah. Mungkin ini adalah efek dari obat perangsang yang diberikan oleh Tejo tadi. Sinta yang tadinya merupakan seorang pegawai bank yang anggun, menawan, cantik, dan santun kini telah tergila-gila dengan perbuatan cabul Tejo. Setelah Tejo naik motor pun, Sinta dengan pasrah menurutinya dan duduk menyamping sambil memeluk pinggang Tejo dengan erat.

    Merasakan hal tersebut, Tejo begitu girang. Selama perjalanan ia hanya memakai tangan kanan untuk menarik gas dan mengerem, sementara tangan kirinya terus mengelus-elus tangan perawan nan cantik yang melingkari pinggangnya. Sinta telah begitu jauh terperosok ke dalam jebakan yang dibuat Tejo. Mereka berdua begitu dilanda birahi yang menggebu-gebu di atas motor tua itu. Mereka sudah sama-sama tidak sadar untuk melampiaskan nafsunya masing-masing. Tanpa sadar tangan Sinta pun dengan lembut mengelus-elus bagian perut Tejo membuat pria muda itu belingsatan dibuatnya. Untung rumah kontrakan Tejo tidak begitu jauh sehingga 10 menit kemudian mereka telah sampai.

    Begitu sampai di dalam rumah, Tejo langsung menyiapkan segalanya. Pintu rumah ia kunci, motor ia masukkan, dan Sinta ia baringkan di atas kasur rumah kontrakannya. Kini hidangan lezat telah menantinya di atas ranjang itu dengan gairah yang menggelora.

    Tejo pun langsung membuka kaus dan celana panjangnya. Tinggal celana dalam saja yang tersisa ia pakai. Ia terlihat begitu sangat bernafsu dengan wanita yang tengah tergolek lemas di hadapannya. Ia pun merangkak di atas wanita itu dan membelai wajah Sinta yang cantik itu. “Siapa namamu manis?”

    “Sinta, Mas” jawab Sinta sambil menggigit bibir bawahnya. Ia juga tampak telah begitu tegang dengan Tejo yang telah menanggalkan busananya. Ia sadar semua ini sudah tidak bisa ditolak lagi. Pergolakan batin terus berlomba di dalam hatinya. Ia begitu bingung untuk memilih lari, karena raganya mengatakan sebaliknya. Baru kali ini ia diperlakukan seperti ini, dan baru kali ini seorang pria menanggalkan busana di hadapannya dan mendekatinya hingga begitu dekat di atas ranjang.

    “Nama yang bagus, Sayang. ”

    “Terima Kasih, Mas” Tejo pun menurunkan jari-jemarinya ke bawah menuju bagian buah dada Sinta yang menggunung. Besarnya ia taksir sekitar ukuran 36C. Sinta memang mempunyai ukuran payudara yang lebih besar dari teman-teman sesama pegawai bank. Bisa dibilang ialah pegawai bank terseksi di antara rekan kerjanya. Sebenarnya itu bukan masalah di kalangan rekan kerjanya, tapi setelah bertemu orang seperti Tejo yang begitu menggilai payudara besar, Sinta sadar bahwa itu adalah bahaya besar.

    Perlahan Tejo meremas-remas payudara yang masih tertutup kaus Sinta itu dengan nafsu yang begitu menggebu. Ia merasakan puting di payudara Sinta yang sebelah kanan, puting itu telah begitu tegang sehingga nampak menonjol dari balik kausnya. “Kamu udah horny yah say?”

    Sinta hanya diam saja diperlakukan seperti itu, ia tak mampu menyangkal bahwa ia telah takluk dalam dekapan pria muda yang lebih layak menjadi adiknya itu. Ia pun tetap diam ketika tangan Tejo mampir ke ujung celama panjangnya dan menariknya perlahan ke atas. Tangan yang kasar itu pun dengan lancangnya menjamah betis dan paha mulus Sinta yang belum pernah dilihat sekalipun oleh lelaki lain. Tangan itu bergerak naik turun sehingga membuat Sinta akhirnya mengeluarkan desahan yang begitu menggairahkan, “Aaaahhhh … “

    Tejo begitu senang mendengarnya. kemaluannya pun semakin keras dan tegang. Ia makin berani mengerjai pegawai bank nan cantik itu dengan menurunkan celana dalam Sinta ke bawah. Ia pun kini mengelus-elus lembut kemaluan yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi itu dari balik celana panjang yang masih terpasang. Tejo memang belum berniat melepas pakaian Sinta, ia makin terangsang dengan mengerjai Sinta dalam keadaan masih lengkap berpakaian sporty.

    Cerita Sex Bercinta Dengan Pegawai Bank Yang Masih Perawan Bagian Satu

    Cerita Sex Bercinta Dengan Pegawai Bank Yang Masih Perawan Bagian Satu

    Tejo pun mendekati wajah sang pegawai bank nan anggun tersebut. Bibir mereka telah begitu dekat. Sinta pun dapat merasakan bau badan Tejo yang begitu tak sedap, tapi entah kenapa Sinta pun ikut mendekatkan bibirnya yang indah itu ke bibir pria yang sama sekali tidak dikenalnya itu. Tejo membelai mesra rambut Sinta dan memagut bibir sang pegawai bank dengan lembut dan penuh nafsu serta gairah. Pria muda itu pun semakin berani dengan mengeluarkan lidahnya agar dijilat oleh Sinta. Sinta pun tanpa malu menyambutnya dengan gairah yang tidak kalah besarnya. Persetubuhan serasa tinggal menunggu waktu bagi mereka berdua.

    Sambil memagut bibir indah nan seksi itu, tak lupa Tejo pun meremas-remas payudara Sinta dari kausnya. Bergantian dari kanan ke kiri dan sesekali memelintir putingnya. Sinta pun merasakan sensasi yang begitu menakjubkan.

    Serasa tak ada waktu lagi, dengan buasnya Tejo melumat bibir suci nan menawan milik seorang pegawai bank ternama itu. Sinta, sang pegawai bank rupawan, kini sedang berpacu dengan gairah dan birahinya sendiri. Campuran dari obat perangsang yang diminumkan saat menunggu pengumuman door prize undian tadi dan jamahan yang terus dilakukan Tejo membuat jantungnya berdenyut begitu cepat. Ia seperti lupa rasa bencinya pada laki-laki sudah ia rasakan sejak lama. Padahal dalam setiap kesempatan, ia selalu menghindari hubungan cinta dengan laki-laki karena trauma pernah dikhianati mantan tunangannya yang sangat ia cintai. Tapi kini Sinta tampak malah meminta tubuhnya sendiri untuk dijamah oleh lelaki bejat seperti Tejo yang sedari tadi telah menanggalkan pakaiannya.

    Sinta meletakkan tangannya di punggung Tejo. Dielus-elusnya punggung pria muda yang telah mengundang birahi jalangnya untuk keluar itu. Tejo pun makin panas merasakan elusan sang pegawai bank idaman itu di bagian tubuhnya yang cukup sensitive. Namun ia tak mau kehilangan tempo, ia akan berusaha memancing gairah Sinta agar ia bertingkah lebih binal lagi. Ia ingin Sinta tak hanya menyerahkan keperawanannya namun juga bisa merasakan puncak kenikmatan dunia darinya, siapa tahu nanti Sinta menjadi ketagihan dan mau menjadi pemuas nafsu seksual dirinya yang sewaktu-waktu bisa meledak. Apalagi ia sudah jarang menikmati tubuh bibinya karena ngak enak mengkhianati kepercayaan pamannya dan bibinya terlalu banyak selingkuhan jadi memeknya ngak seret lagi.

    Sehingga selepas SMU ia memilih tinggal sendiri dan berkerja sebagai cleaning service sambil kuliah di dekat tempatnya bekerja. Sesekali memang ia masih berkunjung ke rumah pamannya untuk mendapat uang saku tapi ia selalu berusaha menghindari ajakan bibinya untuk selingkuh. Memang sesekali ia masih meladeni godaan bibinya tapi jauh menurun drastis daripada saat ia masih menumpang di rumahnya pamannya. Kadang-kadang Tejo dan rekan kerjanya juga main dengan kenalan mereka yang bisa dipakai tapi jarang yang bisa memuaskan Tejo.

    “Sebentar ya Mbak,” Tejo dengan nekat memasukkan tangannya yang hitam legam ke kaus ungu Sinta. Tangan Tejo pun langsung bergerilya di daerah itu. Payudara Sinta yang besar dan sensitive itu diremasnya dari balik kausnya. Sinta pun mendesah ringan sebelum kausnya disingkap hingga diatas dada dan tubuhnya resmi dimasuki oleh tangan nakal Tejo.

    “Mass, ohhh, geli mas” begitulah erangan Sinta ketika Tejo mulai intens meremas-remas payudara pegawai bank muda yang begitu ranum itu. Segaris senyum menempel di bibir mesum Tejo ketika Sinta menekan kepalanya begitu kencang ke arah payudaranya sendiri. “Ufhhh, ampunn Mas …. !”

    Tanpa pikir panjang lagi, Tejo langsung memasukkan kepalanya ke balik kaus ungu Sinta. Disingkapnya pakaian terusan Sinta, kemudian dengan perlahan ia mengeluarkan payudara Sinta yang telah begitu membuncah dari bra krem yang masih menempel di tubuhnya. “Mbak, toketnya ca’em banget … warnanya pink, lagi tegang gitu, ukurannya berapa sih?” Ledek Tejo sambil terus meremas-remas dan memainkan putting payudara Sinta.

    Ucapan kotor Tejo semakin membangkitkan birahinya. Satu persatu pertahanan keimanannya telah runtuh. Mimik wajahnya yang biasanya penuh keanggunan kini perlahan berubah menjadi begitu erotis dan merangsang. “Iya mas, ukurannya 36C … ohhh, enak mas diremes gitu”

    “Ohh, Mbak cantik suka yah? Kenapa gak bilang tadi waktu di monas, kan bisa sekalian mas entot di sana?” Jawab Tejo makin berani.

    “Apa mas? Entot ?? ahh …” Sinta lemas begitu Tejo mengucapkan kata-kata kotor itu. Ia sadar kalau dirinya sudah di ambang birahi, dan Tejo pun sudah tidak tahan untuk melepaskan gairahnya. Ia pun memperbaiki posisi berbaringnya agar Tejo bisa lebih mudah menyetubuhi dirinya. Ia telah benar-benar kehilangan akal sehatnya.

    Merasakan geliat tubuh indah yang ada dalam dekapannya, Tejo pun ikut bergeser hingga wajahnya tepat berada di atas payudara Sinta. “Liat deh Mbak, toketnya dah penuh neh, Mas kurangin sedikit yah susunya …” Ujar Tejo sambil menyibak sedikit kaus Sinta hingga ia bisa melihat payudaranya sendiri.

    “Ahh Mas …” Sinta pun mendesah ketika bibir Tejo mulai menyentuh putting payudaranya. Seketika selembar lidah nan panas dan kasar menjulur keluar dan menggerayangi payudara Sinta yang begitu mulus, belum terjamah seorang pria pun. Sinta pun langsung menggeleng-gelengkan kepalanya menahan desakan birahi yang begitu menggebu. Erangannya sudah tak bisa dibendung, matanya memejam menunggu ledakan gairah dari dalam tubuh seksinya.

    Tejo melakukannya dengan begitu perlahan-lahan. Ia ingin ini menjadi sesuatu yang tak akan ia lupakan seumur hidup. Kapan lagi kan, bisa menyetubuhi seorang pegawai bank cantik seperti Sinta ini. Dengan ganasnya Tejo mengulum putting payudara Sinta mulai dari yang sebelah kiri, kemudian berlanjut ke payudara sebelah kanan.

    “Ahhh, Mas. Geli banget …”

    “Mbak suka kan, kalo suka Mas kulum terus yah.” Tejo sudah tidak segan-segan lagi mengatakan kata-kata cabul di hadapan Sinta. Dan respon Sinta pun bukannya berusaha memberontak, tapi malah seakan membuka pintu lebar-lebar bagi Tejo untuk merobek keperawanannya di sebuah rumah yang terkesan sedikit kumuh itu.

    “Iya, Mas. Suka.” Mendengar kata-kata itu, Tejo pun menganggapnya sebagai sebuah izin untuk melakukan hal yang lebih jauh. Ia pun melepaskan kulumannya di payudara Sinta sang pegawai bank manis, dan kemudian diikuti lenguhan panjang Sinta yang menandakan kekecewaannya akan perlakuan Tejo itu. Dengan langkah cepat, Tejo langsung turun ke bagian bawah tubuh Sinta dan kemudian menarik perlahan celana panjang Sinta.

    Ternyata Sinta masih memakai celana dalam, celana dalam itu berwarna biru muda dan terbuat dari bahan yang tipis. “Mas buka ya Mbak, celana dalamnya.” Sinta yang telah dilanda birahi yang benar-benar menggelegak itu pun hanya mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya.

    Dengan sekali tarik, celana dalam itu pun terlepas dari tempatnya. Selain karena bahannya yang tipis dan kekuatan Tejo, Sinta pun ikut memberikan sedikit bantuan dengan mangangkat bokongnya untuk memudahkan Tejo. Ia seperti telah pasrah, bahkan malah benar-benar menginginkan untuk disetubuhi untuk pertama kalinya oleh Tejo.

    Dalam sekejap, betis dan paha mulus Sinta pun terpampang dengan jelas di hadapan Tejo. Bagian bawah tubuh indah pegawai bank itu benar-benar putih terawat. Mungkin karena tak pernah terkena sinar matahari langsung atau memang Sinta sengaja merawat bagian bawah tubuhnya tersebut. Selama ini para kekasih lesbinya selalu kagum dengan keindahannya, tapi kini seorang pria muda sedang memandanginya tanpa sehelai pun pembatas.

    Tejo semakin merasa takjub melihat Sinta dalam keadaan telanjang bagian bawah badannya. Sungguh, laki-laki ini tidak pernah menyangka kalau sore ini akan melihat kemulusan badan Sinta yang selama ini ia perhatikan dari jauh. Pertama kali Tejo melihat Sinta, pria ini memang sudah tergetar dengan kecantikan wanita berkulit putih ini walaupun sebenarnya Tejo juga punya beberapa kenalan wanita, tapi tidak apa-apanya apabila dibandingkan Sinta.

    “Mbak, pahanya mulus banget sih, Mas elus-elus yah?” Sebuab pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban. Tejo langsung mulai menjamah bagian terlarang dari seorang pegawai bank yang cantik seperti Sinta.

    Namun Sinta sendiri pun tidak melakukan perlawanan dan malah menyodorkan paha dan betis indahnya untuk dinikmati sang penjantan muda itu. “Iya Mas. Sinta selalu perawatan di salon. Ahhh, Mas, Udah yah, Sinta malu”

    Sebuah penolakan yang tampaknya tak berarti mengingat Sinta tak berusaha sedikitpun untuk menutupi bagian terlarang yang sudah terbuka lebar dan siap untuk dinikmati. Tejo langsung meraba-raba paha putih itu dan menjilat-jilat betis Sinta yang mulus. “Hmm, Mbak Sinta bener-bener kayak bidadari yah. Orangnya cantik, tubuhnya indah banget pula”

    “Ahh, ahhh, Mas … “ Desahan Sinta pun akhirnya keluar begitu saja tanpa mampu ia bendung.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Bercinta Degan Tante Chinese

    Bercinta Degan Tante Chinese


    1703 views

    Cerita Sex ini berjudulBercinta Degan Tante ChineseCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Kisah ini berawal di kota kelahiranku . Kami bertetangga dengan sebuah keluarga Cina, Kami pindah kerumah itu ketika aku berusia enam tahun. Ayahku adalah pegawai negri sipil biasa dan oom Pang adalah juga PNS tetapi punya kedudukan yang tinggi.

    Oom Pang ini orang Cina peranakan Manado sedangkan tante Pang atau yang biasa dipanggil tante Soen adalah orang Cina peranakan Ternate. Aku satu umur dengan anak gadisnya yang nomor empat dan kami satu sekolah. Dengan demikian kami tumbuh bersama menjelang masa remaja, hanya setamat SMP aku ke STM sedangkan Angela ke SMA. Aku suka main dirumahnya Angela.

    Tapi sejak aku di bangku kelas 3 SMP aku mulai tertarik kalau melihat tante Pang ini. Orangnya tinggi besar, wajahnya sebenarnya cukup cantik, hidungnya mancung dan bibir bibir yang sexy. Betis betis kakinya yang besar dan panjang itu juga berbentuk indah.

    Tetapi selama hidupku aku tak pernah melihat tante ini berhias diri. Ke Gerejapun tante hanya berdandan biasa saja tanpa make up yang berlebihan. Setiap hari tante slalu bekerja didapur memasak.

    Tante senang padaku sebab aku suka menemaninya didapur dan kami mengobrol soal apa saja. Tante ini benar benar adalah seorang wanita yang polos dan suci hatinya menurut pandanganku. Tapi tante ini kalau duduk suka sembarangan dan inilah yang membuat aku jadi bernafsu padanya.

    Suatu hari aku meIihat tante memakai baju yang agak terbuka dan diketiaknya sudah sedikit sobek. Akibatnya tali bra nya yang warna hitam itu kelihatan bahkan sebagian samping dari toketnya yang putih dan besar itu juga kelihatan.

    Aku tak tahan melihat semua ini, sementara tantepun cuek saja sebab sibuk dengan pekerjaannya. Kebetulan saat itu tak ada siapa siapa didapur selain aku dan tante Pang ini. Beberapa butir peluhnya mengalir di wajahnya yang tak kenal lelah itu. Lehernya yang berisi nampak mengkilat oleh keringatnya. Pemandangan ini yang membangkitkan nafsu birahiku padanya.

    Tiba tiba telefon berbunyi dan tante menyuruhku untuk angkat telefoon. Rupanya dari suaminya dari kantornya, mau bicara dengan mamanya. Lalu tante Pang datang mendekatiku, mengambil alih gagang telefoon itu sambil berdiri tepat disampingku dekat sekali hingga toketnya yang terbuka itu bisa aku lihat begitu jelasnya. Kulitnya masih mulus putih padahal usianya sudah empat puluh tahun waktu itu.

    Aku tak dapat menahan hatiku lagi. Sementara tante berbicara ditelefoon maka tanganku segra bereaksi mengusap pelan bagian dari toketnya yang nampak itu dan kuremas remas pelan. Aku merasa nikmat sekali bisa menyentuh kulit putih itu. Tante hanya menatapku tapi tak bereaksi apa apa dan kembali melanjutkan kerjanya.

    Aku kembali mendekatinya dan tanganku kembali menyusup masuk lewat celah yang terbuka itu terus memegang buah dadanya dan meremas remasnya. Tante kaget dengan sikapku yang berani itu.

    “Ce ngana anak kecil kenapa ramas ramas kita punya susu?”. Tante bertanya dengan dialek Ternatenya.

    “Tante punya susu itu bikin saya jadi nafsu” kataku dengan hati yang polos, walau hatiku berdebar juga.

    Tanganku masih saja menggerayangi toketnya yang besar itu. Bahkan ketika sampai keputingnya dan memintir mintir putingnya itu terasa putingnya tante tlah jadi tegang mengeras dan memanjang. “Adooohh..!” tante Pang mengeluh sambil memerem matanya dan menegakan badannya.

    Rupanya ia juga merasa nikmat dengan permainan tanganku ini. Dan kuremas terus gumpalan daging putih yang masih kenyal itu. Tante Pang semakin mengerang. Kuraih kepalanya dan kucium bibirnya, walau aku sendiri masih bodoh dalam berciuman. Gigiku berbenturan dengan giginya tante, tapi cepat ku sambar bibirnya lagi. Tante tersandar dikursi menatapku nanar.

    Melihat tante Pang yang sudah terkapar seperti petinju yang ko itu, bikin aku tambah nekad lagi. Kukeluarkan kedua payu daranya itu dari dalam bra nya dan kuhisap kedua putingnya silih berganti. Tante Pang semakin merintih dan memekik dengan suara tertahan sambil membanting banting kakinya kelantai.

    Tangan kiriku masuk kebalik blusnya terus menembus cd nya dan mengusap usap bibir memeknya. Tante Pang berteriak dan memekik tertahan, rupanya tante mencapai klimaksnya. “Sudah.., sudaaah..!” jerit tante Pang dengan suara bergetar.

    Lalu ia bangun berdiri seperti marah padaku. Menatapku dengan mata terbelalak. Bibirnya gemetaran. “Ce .., kurang ajar ngana!” Lalu ia bangkit berdiri dan buru buru memasukan kembali kedua toketnya yang aku keluarkan tadi itu segra meninggalkan tempat itu. Kulihat tante memasuki kamarnya dan membanting pintu. Aku cepat cepat kabur saja dari situ.

    Malamnya ku datang kesitu lagi, dengan alasan mau ketemu sama Angela. Tante Pang lagi diruang tamu duduk berpangku kaki sambil membaca majalah. Hanya menatapku sekilas dan tidak menjawabku. Mungkin dia masih marah pikirku.

    Pada suatu pagi aku tak masuk sekolah, lewat samping aku masuk kedapur dan dipojok aku lihat tante sedang mencuci pakaian. Kebiasaannya kalau celana dalamnya dan anak anak wanitanya tante mengucek ngucek sendiri tak pernah masukan kedalam mesin cuci.

    Tante Pang sedang duduk pada sebuah bangku kecil sambil membuka lebar kedua pahanya sementara roknya tersingkap sampai jauh keatas. Mungkin sebab tak ada orang lain di rumah jadi tante bersikap bebas begitu dan tante Pang pun kaget dengan kehadiranku yang tiba tiba itu.

    Aku pura pura nanya segala macam untuk mengajaknya ngobrol sambil aku duduk di hadapannya hingga pahanya yang besar yang tlah basah oleh air sabun jadi mengkilap putih. Bisa kulihat dengan jelas membuat aku jadi benar benar terangsang. Situs Poker Online

    Entah tante Pang sadar atau tidak dengan posisi duduknya itu, dia tetap tak merobah posisi duduknya itu walau mataku tlah melotot kearah selangkangannya. Aku lalu berdiri dan mendekatinya dan jariku segra meraba pahanya yang basah itu dan agak meremas remas kulit paha yang masih kenyal itu, sementara si kecilku mulai bergerak gerak didalam celanaku.

    “Hei…!” sergah tante Pang tapi tanpa menoleh padaku. “Mulai lagi ngana punya tangan nakal itu”. Tapi nada suaranya tidak seperi orang marah. Jari jariku turun kebawah sampai mendekati selangkangnya dan kusingkap lagi roknya .

    “Aduuuh, ngana ini nakal sekali ya?” kali ini suaranya agak meninggi sedikit, tapi ia tetap saja melanjutkan mengucek pakaian. Dan tanganku sudah tak bisa ditahan lagi, jariku segra menerobos masuk kedalam cd nya.

    Kurasakan jembutnya yang lebat dan panjang panjang itu sementara jariku terus saja masuk menyusup hingga aku menemukan lobangnya. Aku yakin bahwa ini adalah lobang vaginanya tante Pang, segra jari tengahku dan jari telunjukku kudorong masuk. Tante Pang menjerit seketika dan menatapku seperti tak percaya kalau aku berani berbuat sejauh itu. Ia berusaha menarik keluar tanganku, tapi aku bertahan kuat kuat. Dengan sekuat tenaga aku mendorong kedua jariku masuk dan menusuk nusuk memeknya tante Pang itu.

    Kulihat tante itu memejamkan matanya sambil mendesah tertahan, aku semakin kuat menyodok nyodok terus hingga jari jariku terasa basah oleh cairan yang ada didalam lobang memeknya tante Pang itu. Kedua tangannya terkulai lemas disisinya dan kepalanya tertunduk dan suaranya melenguh dan napasnya memburu.

    Kemudian ku lihat tante Pang seperti kesetanan mendesah mengerang sambil menjepit kedua pahanya kuat kuat hingga jari jariku ikut terjepit.

    Beberapa saat kemudian ia seperti tersadar lalu mendorongku kuat kuat hingga aku jatuh terjengkang kebelakang. Lalu cepat ia bangun berdiri dan meninggalkan tempat itu. Kemudian terdengar pintu kamar dibanting kuat kuat. Aku terkaget lalu buru buru bangun dan kabur dari situ.

    Aku paling tak suka sama si Teng Be, kakaknya Angela. Orangnya sombong dan angkuh, tidak seperti Teng Lae atau Giok kedua kakaknya. Dia dua tahun lebih tua dari aku, kami yang sebaya tak suka main dengan dia. Aku pikir gimana kalau sampai mereka tahu apa yang tlah ku perbuat terhadap mama mereka?. Dunia pasti akan geger. Sebab aku berdarah melayu campuran darah orang Papua dan mereka orang Cina.

    Untuk beberapa hari berikutnya aku tak berani kerumah mereka. Tapi dalam sehari tak melihat wajahnya tante Pang aku merasa diriku sangat sengsara. Sejak kecil aku tak pernah merasakan kasih sayang ibu. Ini yang bikin aku jadi nakal dan liar.

    Waktu acara perpisahan sekolah aku datang sendirian, sebab papaku lagi pergi. Aku begitu iri melihat teman teman lain yang di temani orang tua mereka. Mereka berpakaian bagus bagus sedangkan aku hanya berpakaian seadanya. Padahal aku bukan berasal dari keluarga yang miskin, hanya ibu tiriku saja yang sangat pelit terhadap aku.

    Aku melihat Angela di temani papa dan mamanya, kami sama sama lulus ujian. Aku berdiri sendirian dengan kepala yang tertunduk dan sebelum acaranya selesai aku sudah kabur duluan sebab aku merasa tak pantas berada diantara teman temanku itu yang mereka semuanya sangat menikmati hari hari yang bahagia itu.

    Selama liburan aku tinggal dirumahnya kakekku, yaitu bapaknya papa aku. Rumahnya berada ditepi pantai berada ditepi pantai. Kadang aku ikut kakek melaut mencari ikan untuk kita makan. Tapi hatiku slalu rindu sama tante Pang.

    Akhirnya papaku datang, katanya aku didaftarkan di STM bagian mesin. Aku sangat sayang sama beliau, tapi aku benci istrinya itu. Aku tak punya pilihan lain selain harus kembali kerumah itu.

    Padahal rumah itu bagai neraka bagiku, tapi ada tante Pang tetanggaku yang slalu aku rindukan. Akhirnya ketika aku tlah duduk di bangku kelas satu STM, sebab aku dapat ceweq anak sekolah maka buat sementara aku melupakan tante Pang.

    Tapi setelah aku kelas tiga baru aku teringat sama tante lagi. Rupanya selama ini dia slalu merindukanku, tapi tentu saja tak mungkin diungkapkannya padaku, sebab tante ini adalah wanita yang masih terkungkung oleh norma norma kehidupan dan tradisi orang Cina.

    Bahkan dia sama sekali tak bereaksi ketika aku berusaha lagi untuk mendekati nya, walau aku yakin kalau dia itu tahu akan gerak gerikku ini. Sebab aku tahu jam jam dia sendirian di rumah maka saat itulah aku datang padanya. Yaitu sekitar jam tiga sore, ketika yang lainnya pada tidur siang, tapi tante tak pernah mau tidur siang. Katanya biar malam nanti ia bisa cepat tertidur.

    Waktu aku datang saat dia lagi sendirian duduk di meja makan sambil membaca majalah, ia menatapku penuh selidik. Setelah menyapanya aku langsung datang duduk didekatnya.

    Aku dapat mendengar elahan napasnya. “Anak kecil, ngana mau apa lagi?”. Sialan, ia masih juga memanggilku dengan sebutan anak kecil, padahal aku sudah di bangku kelas tiga STM. “Saya rindu sama tante, tante yang cantik dan sexy manis” jawabku sambil tersenyum padanya.

    Tante Pang hanya mendengus dan seperti mengejek aku. “Ce, ngana anak sepanggal, so berani raba raba kita punya barang” katanya sambil menatapku seperti jengkel. “Tapi tante juga suka kan?” jawabku menantangnya dan menatap matanya. “Tapi ngana kurang ajar pa orang tua, kita kan so tua!” jawab tante sengit dengan suara mendesis.

    “Tante masih kelihatan muda koq!, Tante masih cantik merangsang, hanya tante saja yang tidak merasa” aku terus menjawab sambil memegang lengannya. Tante diam saja tak bereaksi ketika kuremas remas lengannya yang dibawah ketiaknya dan satu tanganku mengelus pahanya.

    Tiba tiba ia berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Aku pun berdiri dan cepat menyusulnya dan tanpa ia sadar ketika masuk kedalam kamar mandi, akupun ikut masuk .Tante kaget setengah mati melihat padaku yang segra menutup pintunya. “Ce !, ngana betul betul anak kurang ajar, ayo keluar! Kita mo berak!” katanya setengah berbisik.

    Kalau memang ia tak suka kenapa ia tak berteriak saja?. Aku berdiri sambil bersandar di pintu dan memandanginya. Mukanya jadi masam, tapi rupanya ia tak bisa tahan lagi. Lalu mengangkat rokya dengan tergesa gesa dan mencopot cdnya dan langsung ia duduk diatas kloset dengan muka yang seperti mengejan.

    Kudengar tinjanya yang besar itu terputus putus jatuh kedalam closet dan menimbulkan bunyi. Bunyi itu sangat merangsangku . Aku mendekatinya dan mencium bibirnya sambil toketnya kembali kuremas remas. Kumasukin tanganku ke dalam branya, menarik keluar toketnya dan kuhisap hisap lagi dengan kuat kuat.

    Tante hanya mengerang seperti keenakan, tapi tetap membiarkan aku terus beraksi. Kemudian ia berdiri dan mengambil gayung mau cebok. Tapi aku lebih cepat menyambar gayung dan menimba air, lalu kusuruh tante berbalik dan aku lah yang mencebok pantatnya.

    Dengan jari jariku aku membersihkan lobang anusnya dari kotoran tinjanya. Tante hanya mengerang sambil berdiri mengangkang kedua kakinya dan agak menunduk.

    Kemudian aku berjongkok dan tanganku memegang bokong pantatnya tante lalu menjulurkan lidahku menjilati lobang anusnya tante Pang itu. Mungkin sebab merasa geli tante menggoyang pantatnya sambil terus merintih dan mengerang berat sambil mendesah.

    “Aduuuhh…, ngana so bikin apa lagi pa kita ni…” suara tante Pang mendesah. Aku tetap saja membruca lobang anusnya itu dan tante mulai terangsang nafsunya. Kemudian kulucuti bajunya hingga praktis tante Pang jadi bugil di hadapanku.

    Kedua tangannya menyilang di depan toketnya yang besar tapi sudah terbembeng itu, tubuhnya gemetar dan menatapku dengan bingung. Ku memintanya supaya bersandar didinding dan membuka lebar kedua pahanya. Tante Pang mengikuti permintaanku tanpa membantah sambil berdiri pasrah seperti orang yang kebingungan.

    Mataku melotot memperhatikan seluruh tubuhnya tante Pang dari atas sampai ke ujung kakinya. Sudah ada beberapa helai rambut ubannya. Tapi lehernya masih mulus dan kedua toketnya yang besar itu tergantung lesu seperti buah pepaya dengan puting susunya yang besar dan memanjang berwarna gelap.

    Kontras sekali dengan warna kulitnya yang kuning langsat dan mulus bersih itu. Pada perutnya agak membesar itu terlihat guratan guratan tanda pernah melahirkan, nampak jelas sekali disekitar lobang pusarnya dan bagian bawah perutnya. Pahanya yang besar itu sudah berlemak yang menggelambir mengantung dan hampir menutup selangkangnya.

    Bulu bulu jembutnya sangat tebal dan memanjang menutupi bagian depan vaginanya. Tetapi secara umumnya penampilan Tante Pang itu masih cukup sexy dan bagus, kontolku sudah mulai bangun.

    Aku berjongkok didepannya dan menguak rambut kemaluannya itu dan lidahku mulai membruca memeknya tante Pang. Bibir vegynya tante tlah porak poranda dan tak tentu lagi bentuknya. Labia mayoranya sudah membesar dan terlipat seperti jenger ayam dan kebiru biruan.

    Maklumlah tante Pang sudah lima kali melahirkan. Lobang memeknya pun sudah terbuka besar, kira kira ada tiga sentimeter garis tengahnya. Berwarna merah dan kesepian. Mungkin sudah lama sekali memek ini tak pernah dimasuki kontol lagi. Sebab nampaknya oom Pang sudah loyo.

    Kelihatannya tante Pang tlah menyerah total dan pasrah padaku sambil menjambak rambutku kadang kadang dengan sangat keras sekali. Tiga buah jari jariku sekaligus masuk menyodok kedalam liang vaginanya itu yang tlah basah berlendir. Tante Pang hanya menjerit dan memekik tertahan.

    Akhirnya tibalah pada acara finishing touchnya, yaitu memasukan kontolku kedalam memeknya Tante Pang. Rudalku langsung masuk melesak kedalam sampai semuanya tertanam didalam memeknya tante Pang itu.

    Sambil tersandar didinding kedua tangannya merangkul leherku dan kedua tanganku memegang pinggangnya dan aku mulai memompa kuat kuat. Napas tante Pang tersengal sengal sambil kucium bibirnya sementara keringat mulai membasahi tubuh kami dua. Keringat kami bercampur membuat badan kami juga jadi licin.

    Kira kira sepuluh menit kemudian tubuh tante Pang jadi menegang dan bergetar dengan hebatnya. Sambil merangkulku kuat kuat dan memekik tertahan pertanda ia sedang mencapai puncak orgasmenya. Bahkan air matanya pun keluar , tante menangis terisak isak. Akhirnya akupun menumpahkan spermaku kedalam rahimnya.

    Kutancapkan kuat kuat kontolku kedalam memeknya dan akupun jadi tegang untuk beberapa saat Tubuh kami tetap bertaut berpelukan erat dan keringat yang membanjir. Kuangkat wajahnya, tapi tante Pang menunduk lagi. Mungkin ia merasa malu, hanya napasnya saja yang masih terus memburu sementara kami masih dalam posisi bersenggama.

    Akhirnya ku cabut keluar kontolku dari dalam lobang memeknya dan aku membantunya membersihkan dirinya dan memakaikan kembali pakaiannya tanpa bicara apa apa, sebelum keluar masih sempat lagi aku mencium bibirnya bahkan kami berpelukan dengan mesrahnya dan kami segra keluar dari situ.

    Satu malam sekitar jam delapan aku keluar dari rumah dan berjalan disamping rumah mereka. Rumah mereka agak kebelakang sebab halaman depannya sangat luas sekali, begitu juga dengan halaman belakangnya.

    Melewati dapur kita aku terus berjalan lewat samping rumah mereka hingga aku tiba dibelakang rumah mereka. Untuk bebrapa saat aku berdiri dibawah pohon nangka dibelakang rumah itu sambil memandang kedalam rumah itu. Kulihat tante sedang berada didapur, entah lagi sibuk apa. Lalu kulihat tante keluar dari pintu dapar, buru buru aku mendekatinya, Dia kaget. “Hei kenapa malam malam ngana ada disini?”.

    Ia bertanya dengan dialek Ternatenya. Ku tempelkan jariku di mulutku dan memegang tangannya mengajaknya ke bawah pohon nangka dan ia mengikuti dengan perasaan bingung tapi diam. “Ngana mau bikin apa di sini ?”. tanyanya dengan suara mendesis sambil menatapku heran.

    “Tante duduk disini”. jawabku sambil menunjuk bangku panjang yang ada disitu. Lalu tante Pang pun duduk disitu dan aku juga ikut duduk disampingnya sambil memegang lengannya dan merangkul pinggangnya. Napasnya yang panas itu terasa ketika aku melumat bibirnya.

    Kami saling bertaut bibir erat erat. “Saya mau cuki tante lagi” kataku pelan sambil mendekap tubuh yang besar itu. “Ce.., ngana ini anak gila betul, ngana kan masih kecil, tante ini so tua, kenapa ngana mo cuki pa kita orang so tua bagini?”. “Tapi tante masih cantik dan saya jatuh cinta sama tante” jawabku sungguh sungguh untuk meyakinkannya.

    “Lalu kalau ngana jatuh cinta pa kita , trus ngana mo bikin apa pa kita ?” Aku tak menjawab tapi langsung saja kembali memagut bibirnya kuat kuat. Seperti yang aku lihat di film film biru.

    Tante Pang tidak melawan, tapi diam saja seperti pasrah. Dari bibirnya terus turun ke batang lehernya ku jilatin sambil kudengar suara dengusannya. Aku keluarkan toketnya yang besar itu dari balik dasternya dan kusedot habis puting susunya itu kuat kuat hingga tante Pang menjerit tertahan dan mengerang hebat.

    Nampaknya tante Pang juga sudah mulai horny. Kemudian ku suruh ia berdiri dan menyandar kebatang pohon nangka yang besar itu dengan membuka lebar kedua kainya, lalu mengangkat roknya dan melucuti celana dalamnya.

    Aku seperti orang yang benar benar sudah ahli urusan sex dan akhirnya kumasukan kontolku kedalam memeknya. Dengan sekuat tenaga aku memompa sambil berdiri memegang pinggulnya. Tante Pang mendengus keras sambil mendesah dan melenguh sementara badannya yang besar itu jadi menegang dan memelukku erat erat sambil ku hisap habis habisan bibirnya dan lidahnya itu.

    Tante Pang mencapai klimaksnya sambil mendesah berat. Akhirnya aku juga keluar. Tubuh kami berdua sudah bermandi keringat yang bercampur baur . Ku hunjamkan kuat kuat kontolku kedalam memeknya tante Pang ini sambil menyemprotkan spermaku kedalam rahimnya. Enaaak…, ini kali yang ketiga aku melakukan hubungan sex dengan wanita.

    Kami masih bersandar pada batang pohon nangka itu buat beberapa saat deng an napas yang masih tersengal sengal. Kujilati leher tante Pang yang basah oleh peluhnya itu, walau terasa asin tapi aku suka. Tiba tiba anaknya yang tertua si Teng Lae keluar dari pintu dapur. Berjalan melewati kami berdua kira kira pada jarak dua meter saja.

    Ia mengambil handuknya dijemuran dan kembali masuk kedalam rumah . Aku memegang mulutnya tante Pang kuat kuat. Untung saja disitu sangat gelap sekali.

    Tapi kami dua sudah sempat ketakutan setengah mati. Aku membuka bajuku dan melap keringatnya tante Pang di mukanya dan sekujur badannya hingga bajuku jadi basah oleh keringatnya.

    Kemudian tanpa berbicara setelah memakai kembali cd nya lalu tante berjalan masuk kedalam rumah tanpa menghiraukan aku lagi. Aku tersenyum puas sambil bersandar di batang pohon nangka itu.

    Besok siangnya sepulang sekolah aku kesebelah lewat pintu dapur. Suasana nampak sepi hanya ada tante pang didapur. “Selamat siang tante Po chi ada?” tanyaku , tapi tante hanya diam saja tak menjawab aku . Menolehpun tidak , mungkin dia marah. Lalu kudekati tante dari belakang dan kucubit pantatnya . Terkejut ia membalik menatapku seperti marah. “Kurang ajar!” desisnya sambil menatapku tapi dengan tersenyum senang padaku.

    Sebab tak ada siapa siapa disitu tiba tiba ia menarik tanganku dan kami masuk lagi kedalam kamar mandi dan akhirnya terjadi kembali persetubuhan antara aku dan tante Pang disiang bolong itu didalam kamar mandi rumah mereka. Sejak saat itu aku semakin dekat lagi dengan tante Pang ini dan tentu saja tak ada orang yang tahu bahwa kami dua lagi pacaran dengan mesrahnya.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.