Author: perawanku

  • Cerita Sex Desahan Guruku Yang Cantik – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sex Desahan Guruku Yang Cantik – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1146 views

    Perawanku – Disekolahku ada wanita yang cantik dengan tubuh indahnya dia berprofesi sebgai guru sejarah di SMA
    namanya Ibu Yeni umurnya mash muda 28 tahun dan dia bercerai dengan suaminya kalau di diskripsikan
    wajahnya seperti Yeyen Presenter Bola, dengan tinggi 170 cm buah dada kiranya berukuran 36 B, semua
    murid bahkan guru laki pun jika melihat dia berjalan rasanya ingin menggodanya. MarkasJudi

    Suatu hari Yeni terpaksa harus memanggil salah satu muridnya ke rumahnya, untuk ulangan susulan. Si
    Adi harus mengulang karena ia kedapatan menyontek di kelas. Adi juga terkenal karena kekekaran
    tubuhnya, maklum dia sudah sejak SD bergulat dengan olah raga beladiri, karenanya ia harus menjaga
    kebugaran tubuhnya.

    Bagi Yeni, kedatangan Adi ke rumahnya juga merupakan suatu kebetulan. Ia juga diam-diam naksir dengan
    anak itu. Karenanya ia bermaksud memberi anak itu ‘pelajaran’ tambahan di Minggu siang ini.

    “Sudah selesai Adi?”,

    Yeni masuk kembali ke ruang tamu setelah meninggalkan Adi selama satu jam untuk mengerjakan soal-soal
    yang diberikannya.

    “Hampir bu”

    “Kalau sudah nanti masuk ke ruang tengah ya saya tinggal ke belakang..”

    “Iya..”

    “Bu Yeni, Saya sudah selesai”, Adi masuk ke ruang tengah sambil membawa pekerjaannya.

    “Ibu dimana?”

    “Ada di kamar.., Adi sebentar ya”, Yeni berusaha membetulkan t-shirtnya.

    Ia sengaja mencopot BH-nya untuk merangsang muridnya itu. Di balik kaus longgarnya itu bentuk
    payudaranya terlihat jelas, terlebih lagi puting susunya yang menyembul.

    Begitu ia keluar, mata Adi nyaris copot karena melotot, melihat tubuh gurunya. Yeni membiarkan rambut
    panjangnya tergerai bebas, tidak seperti biasanya saat ia tampil di muka murid-muridnya.

    “Kenapa ayo duduk dulu, Ibu periksa..”

    Muka Adi merah karena malu, karena Yeni tersenyum saat pandangannya terarah ke buah dadanya.

    “Bagus bagus…, Kamu bisa gitu kok pakai menyontek segala..?”

    “Maaf Bu, hari itu saya lupa untuk belajar..”

    “oo…, begitu to?”

    “Adi kamu mau menolong saya?”, Yeni merapatkan duduknya di karpet ke tubuh muridnya.

    “Apa Ibu?”, tubuh Adi bergetar ketika tangan gurunya itu merangkul dirinya, sementara tangan Yeni yang
    satu mengusap-uasap daerah ‘vital’ nya.

    “Tolong Ibu ya…, dan janji jangan bocorkan pada siapa–siapa”.

    “Tapi tapi…, Saya”.

    “Kenapa?, oo…, kamu masih perawan ya?”.Muka Adi langsung saja merah mendengar perkataan Yeni

    “Iya”

    “Nggak apa-apa”, Ibu bimbing ya.

    Yeni kemudian duduk di pangkuan Adi. Bibir keduanya kemudian saling berpagutan, Yeni yang agresif
    karena haus akan kehangatan dan Adi yang menurut saja ketika tubuh hangat gurunya menekan ke dadanya.

    Ia bisa merasakan puting susu Yeni yang mengeras. Lidah Yeni menjelajahi mulut Adi, mencari lidahnya
    untuk kemudian saling berpagutan bagai ular.

    Setelah puas, Yeni kemudian berdiri di depan muridnya yang masih melongo. Satu demi satu pakaiannya
    berjatuhan ke lantai. Tubuhnya yang polos seakan akan menantang untuk diberi kehangatan oleh perjaka
    yang juga muridnya ini.

    “Lepaskan pakaiannmu Adi”, Yeni berkata sambil merebahkan dirinya di karpet. Rambut panjangnya
    tergerai bagai sutera ditindihi tubuhnya.

    “Ahh cepat Adi”, Yeni mendesah tidak sabar.

    Adi kemudian berlutut di samping gurunya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pengetahuannya
    tentang seks hanya di dapatnya dari buku dan video saja.

    “Adi…, letakkan tanganmu di dada Ibu”,

    Dengan gemetar Adi meletakkan tangannya di dada Yeni yang turun naik. Tangannya kemudian dibimbing
    untuk meremas-remas payudara Yeni yang montok itu.

    “Oohh…, enakk…, begitu caranya…, remas pelan-pelan, rasakan putingnya menegang..”
    Dengan semangat Adi melakukan apa yang gurunya katakan.

    “Ibu…, Boleh saya hisap susu Ibu?”.

    Yeni tersenyum mendengar pertanyaan muridnya, yang berkata sambil menunduk,

    “Boleh…, lakukan apa yang kamu suka”.

    Tubuh Yeni menegang ketika merasakan jilatan dan hisapan mulut pemuda itu di susunya. Perasaan yang ia
    pernah rasakan 3 tahun lalu saat ia masih bersama suaminya.

    “Oohh…, jilat terus sayang…, ohh”,

    Tangan Yeni mendekap erat kepala Adi ke payudaranya.

    Adi semakin buas menjilati puting susu gurunya tersebut, mulutnya tanpa ia sadari menimbulkan bunyi
    yang nyaring. Hisapan Adi makin keras, bahkan tanpa ia sadari ia gigit-gigit ringan puting gurunya
    tersebut.

    “mm…, nakal kamu”, Yeni tersenyum merasakan tingkah muridnya itu.

    “Sekarang coba kamu lihat daerah bawah pusar Ibu”.Adi menurut saja.

    Duduk diantara kaki Yeni yang membuka lebar. Yeni kemudian menyandarkan punggungya pada dinding di
    belakangnya.

    “Coba kamu rasakan”, ia membimbing telunjuk Adi memasuki vaginanya.

    “Hangat Bu..

    “Bisa kamu rasakan ada semacam pentil…?”

    “Iya..”

    “Itu yang dinamakan kelentit, itu adalah titik peka cewek juga. Coba kamu gosok-gosok”
    Pelan-pelan jari Adi mengusap-usap clitoris yang mulai menyembul itu.

    “Terus…, oohh…, ya…, gosok…, gosok”,

    Yeni mengerinjal-gerinjal keenakan ketika clitorisnya digosok-gosok oleh Adi.”Kalo diginiin nikmat ya
    Bu?”, Adi tersenyum sambil terus menggosok-gosok jarinya.

    “Oohh…, Adio…, mm”,

    tubuh Rini telah basah oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang, sementara bibirnya merintih-
    rintih keenakan.

    Tangan Adi semakin berani mempermainkan clitoris gurunya yang makin bergelora dirangsang birahi.
    Nafasnya yang semakin memburu pertanda pertahanan gurunya akan segera jebol.
    “Ooaahh…, Anntoo”,

    Tangan Yeni mencengkeram pundak muridnya, sementara tubuhnya menegang dan otot-otot kewanitaannya
    menegang. Matanya terpejam sesaat, menikmati kenikmatan yang telah lama tidak dirasakannya.

    “Hmm…, kamu lihai Adi…, Sekarang…, coba kamu berbaring”.Adi menurut saja.

    Penisnya segera menegang ketika merasakan tangan lembut gurunya.

    “Wah…, wahh.., besar sekali”,

    tangan Yeni segera mengusap-usap penis yang telah mengeras tersebut.

    Segera saja benda panjang dan berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Yeni. Ia segera menjilati penis
    muridnya itu dengan penuh semangat. Kepala penis muridnya itu dihisapnya keras-keras, sehingga Adi
    merintih keenakan.

    “Ahh…, enakk…,enakk”,

    Adi tanpa sadar menyodok-nyodokkan pinggulnya untuk semakin menekan penisnya makin ke dalam kuluman
    Yeni. Gerakannya makin cepat seiring semakin kerasnya hisapan Yeni.

    “oohh Ibu…, Ibbuu”

    Muncratlah cairan mani Adi di dalam mulut Yeni, yang segera menjilati cairan itu hingga tuntas.

    “Hmm…, manis rasanya Adi”, Yeni masih tetap menjilati penis muridnya yang masih tegak.

    “Sebentar ya aku mau minum dulu”.

    Ketika Yeni sedang membelakangi muridnya sambil menenggak es teh dari kulkas. Tiba-tiba ia merasakan
    seseorang mendekapnya dari belakang.

    “Adi…, biar Ibu minum dulu”.

    “Tidak…, nikmati saja ini”,

    Adi yang masih tegang berat mendorong Yeni ke kulkas.Gelas yang dipegang Yeni jatuh, untungnya tidak
    pecah. Tangan Yeni kini menopang tubuhnya ke permukaan pintu kulkas.

    “Ibu…, sekarang!”

    “Ahhkk”, Yeni berteriak,

    saat Adi menyodokkan penisnya dengan keras ke liang vaginanya dari belakang. Dalam hatinya ia sangat
    menikmati hal ini, pemuda yang tadinya pasif berubah menjadi liar.

    “Adio…, enakk…, ohh…, ohh”.

    Tubuh Yeni bagai tanpa tenaga menikmati kenikmatan yang tiada taranya. Tangan Adi satu menyangga
    tubuhnya, sementara yang lain meremas payudaranya. Dan penisnya yang keras melumat liang vaginanya.

    “Ibu menikmati ini khan”, bisik Adi di telinganya

    “Ahh…, hh”, Yeni hanya merintih,

    setiap merasakan sodokan keras dari belakang.

    “Jawab…, Ibu”,

    dengan keras Adi mengulangi sodokannya.

    “Ahh…,iyaa”

    “Adi…, Adi jangann…, di dal.. La” belum sempat ia meneruskan kalimatnya, Yeni telah merasakan
    cairan hangat di liang vaginanya menyemprot keras. Kepalang basah ia kemudian menyodokkan keras
    pinggulnya.

    “Uuhgghh”,

    penis Adi yang berlepotan mani itupun amblas lagi ke dalam liang Yeni.

    “Ahh”.

    Kedua insan itupun tergolek lemas menikmati apa yang baru saja mereka rasakan.
    Setelah kejadian dengan Adi, Yeni masih sering bertemu dengannya guna mengulangi lagi perbuatan
    mereka. Namun yang mengganjal hati Yeni adalah jika Adi kemudian membocorkan hal ini ke teman-
    temannya.
    Ketika Yeni berjalan menuju mobilnya seusai sekolah bubar, perhatiannya tertumbuk pada seorang
    muridnya yang duduk di sepeda motor di samping mobilnya, katakanlah dia Reza. Ia berbeda dengan Adi,
    anaknya agak pembuat onar jika di kelas, kekar dan nakal. Hatinya agak tidak enak melihat situasi ini.

    “Bu Yeni salam dari Adi”, Reza melemparkan senyum sambil duduk di sepeda motornya.

    “Terima kasih, boleh saya masuk”,

    Ia harus berkata begitu karena sepeda motor Reza menghalangi pintu mobilnya.

    “Boleh…, boleh Bu saya juga ingin pelajaran tambahan seperti Adi.”

    Langkah Yeni terhenti seketika. Namun otaknya masih berfungsi normal, meskupun sempat kaget.

    “Kamu kan nilainya bagus, nggak ada masalah kan..”, sambil duduk di balik kemudi.

    “Ada sedikit sih kalau Ibu nggak bisa mungkin kepala guru bisa membantu saya, sekaligus melaporkan
    pelajaran Adi”, Reza tersenyum penuh kemenangan.

    “Apa hubungannya?”, Keringat mulai menetes di dahi Yeni.

    “Sudahlah kita sama-sama tahu Bu. Saya jamin pasti puas”.

    Tanpa menghiraukan omongan muridnya, Yeni langsung menjalankan mobilnya ke rumahnya. Namun ia sempat
    mengamati bahwa muridnya itu mengikutinya terus hingga ia menikung untuk masuk kompleks perumahan.

    Setelah mandi air hangat, ia bermaksud menonton TV di ruang tengah. Namun ketika ia hendak duduk pintu
    depan diketuk oleh seseorang. Yeni segera menuju pintu itu, ia mengira Adi yang datang. Ternyata
    ketika dibuka

    “Reza! Kenapa kamu ngikuutin saya!”, Yeni agak jengkel dengan muridnya ini.

    “Boleh saya masuk?”.

    “Tidak!”.

    “Apa guru-guru perlu tahu rahasiamu?”

    .”!!”dengan geram ia mempersilakan Reza masuk.

    “Enak ya rumahnya, Bu”, dengan santainya ia duduk di dekat TV.

    “Pantas aja Adi senang di sini”.

    “Apa hubunganmu dengan Adi?, Itu urusan kami berdua”, dengan ketus Yeni bertanya.

    “Dia teman dekat saya. Tidak ada rahasia diantara kami berdua”.

    “Jadi artinya”, Kali ini Yeni benar-benar kehabisan akal.

    Tidak tahu harus berbuat apa.

    “Bu, kalo saya mau melayani Ibu lebih baik dari Adi, mau?”,

    Reza bangkit dari duduknya dan berdiri di depan Yeni.Yeni masih belum bisa menjawab pertanyaan
    muridnya itu. Tubuhnya panas dingin.

    Yeni masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu. Tubuhnya panas dingin. Belum sempat ia
    menjawab, Reza telah membuka ritsluiting celananya. Dan setelah beberapa saat penisnya meyembul dan
    telah berada di hadapannya.

    “Bagaimana Bu, lebih besar dari Adi khan?”.Reza ternyata lebih agresif dari Adi, dengan satu gerakan
    meraih kepala Yeni dan memasukkan penisnya ke mulut Yeni.

    “Mmpfpphh”.

    “Ahh yaa…, memang Ibu pandai dalam hal ini. Nikmati saja Bu…, nikmat kok”

    Rupanya nafsu menguasai diri Yeni, menikmati penis yang besar di dalam mulutnya, ia segera mengulumnya
    bagai permen. Dijilatinya kepala penis pemuda itu dengan semangat. Kontan saja Reza merintih keenakan.

    “Aduhh…, nikmat sekali Bu oohh”, Reza menyodok-nyodokkan penisnya ke dalam mulut Yeni, sementara
    tangannya meremas-remas rambut ibu gurunya itu. Yeni merasakan penis yang diisapnya berdenyut-denyut.
    Rupanya Reza sudah hendak keluar.

    “oohh…, Ibu enakk…, enakk…, aahh”.Cairan mani Reza muncrat di mulut Yeni, yang segera
    menelannya. Dijilatinya penis yang berlepotan itu hingga bersih. Kemudian ia berdiri.

    “Sudahh…, sudah selesai kamu bisa pulang”, Namun Yeni tidak bisa memungkiri perasaannya.
    Ia menikmati mani Reza yang manis itu serta membayangkan bagaimana rasanya jika penis yang besar itu
    masuk ke vaginanya.

    “Bu, ini belum selesai. Mari ke kamar, akan saya perlihatkan permainan yang sebenarnya.”

    “Apa! beraninya kamu memerintah!”, Namun dalam hatinya ia mau.

    Karenanya tanpa berkata-kata ia berjalan ke kamarnya, Reza mengikuti saja.

    Setelah ia di dalam, Yeni tetap berdiri membelakangi muridnya itu. Ia mendengar suara pakaian jatuh,
    dugaannya pasti Reza sedang mencopoti pakaiannya. Ia pun segera mengikuti jejak Reza. Namun ketika ia
    hendak melepaskan kancing dasternya.

    “Sini saya teruskan”, ia mendengar Reza berbisik ke telinganya.

    Tangan Reza segera membuka kancing dasternya yang terletak di bagian depan. Kemudian setelah dasternya
    jatuh ke lantai, tangan itupun meraba-raba payudaranya. Yeni juga merasakan penis pemuda itu diantara
    belahan pantatnya.

    “Gilaa…, besar amat”, pikirnya.

    Tak lama kemudian iapun dalam keadaan polos. Penis Reza digosok-gosokkan di antara pantatnya,
    sementara tangan pemuda itu meremasi payudaranya. Ketika jemari Reza meremas puting susu Yeni, erangan
    kenikmatan pun keluar.

    “mm oohh”.Reza tetap melakukan aksi peremasan itu dengan satu tangan, sementara tangan satunya
    melakukan operasi ke vagina Yeni.

    “Reza…, aahh…, aahh”, Tubuh Yeni menegang saat pentil clitorisnya ditekan-tekan oleh Reza.
    “Enak Bu?”, Reza kembali berbisik di telinga gurunya yang telah terbakar oleh api birahi itu.

    Yeni hanya bisa menngerang, mendesah, dan berteriak lirih. Saat usapan, remasan, dan pekerjaan tangan
    Reza dikombinasi dengan gigitan ringan di lehernya. Tiba-tiba Reza mendorong tubuh Yeni agar
    membungkuk. Kakinya di lebarkan.

    “Kata Adi ini posisi yang disukai Ibu”

    “Ahhkk…, hmm…, hmmpp”, Yeni menjerit, saat Reza dengan keras menghunjamkan penisnya ke liang
    vaginanya dari belakang.

    “Ugghh…, innii…, innii”, Reza medengus penuh gairah dengan tiap hunjaman penisnya ke liang Yeni.
    Yenipun berteriak-teriak kenikmatan, saat liang vaginanya yang sempit itu dilebarkan secara cepat.

    “Adduuhh…, teruss.., teruss Rezaa…, oohh”, Kepala ibu guru itu berayun-ayun, terpengaruh oleh
    sodokan Reza. Tangan Reza mencengkeram pundak Yeni, seolah-olah mengarahkan tubuh gurunya itu agar
    semakin cepat saja menelan penisnya.

    “Oohh Yeni…, Rinnaa”.

    Yeni segera merasakan cairan hangat menyemprot di dalam vaginanya dengan deras. Matanya terpejam
    menikmati perasaan yang tidak bisa ia bayangkan.

    Yeni masih tergolek kelelahan di tempat tidur. Rambutnya yang hitam panjang menutupi bantalnya,
    dadanya yang indah naik-turun mengikuti irama nafasnya. Sementara itu vaginanya sangat becek,
    berlepotan mani Reza dan maninya sendiri.

    Reza juga telajang bulat, ia duduk di tepi tempat tidur mengamati tubuh gurunya itu. Ia kemudian duduk
    mendekat, tangannya meraba-raba liang vagina Yeni, kemudian dipermainkannya pentil kelentit gurunya
    itu.

    “mm capek…, mm”, bibir Yeni mendesah saat pentilnya dipermainkan.

    Sebenarnya ia sangat lelah, tapi perasaan terangsang yang ada di dalam dirinya mulai muncul lagi.
    Dibukanya kakinya lebar-lebar sehingga memberikan kemudahan bagi Reza untuk memainkan clitorisnya.

    “Rezz aahh”, Tubuh Yeni bergetar, menggelinjang-gelinjang saat Reza mempercepat permainan tangannya.

    “Bu…, balik…, Reza pengin nih”

    “Nakal kamu ahh”, dengan tersenyum nakal, Yeni bangkit dan menungging. Tangannya memegang kayu dipan
    tempat tidurnya. Matanya terpejam menanti sodokan penis Reza.

    Reza meraih payudara Yeni dari belakang dan mencengkeramya dengan keras saat ia menyodokkan penisnya
    yang sudah tegang

    “Adduuhh…, owwmm”, Yeni mengaduh kemudian menggigit bibirnya, saat lubang vaginannya yang telah
    licin melebar karena desakan penis Reza.

    “Bu Yeni nikmat lho vagina Ibu…, ketat”, Reza memuji sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya.

    “mm…, aahh…, ahh…, ahhkk”, Yeni tidak bisa bertahan untuk hanya mendesah. Ia berteriak lirih
    seiring gerakan Reza. Badannya digerakkannya untuk mengimbangi serangan Reza. Kenikmatan ia peroleh
    juga dari remasan muridnya itu.

    “Ayoo…, aahh.., ahh… Mm.., buat Ibu keluuaa.. Rr lagi…”.

    Gerakan Yeni makin cepat menerima sodokan Reza.

    Tangan Reza beralih memegangi tubuh Yeni, diangkatnya gurunya itu sehingga posisinya tidak lagi “doggy
    style”, melainkan kini Yeni menduduki penisnya dengan membelakangi dirinya. Reza kini telentang di
    tempat tidur yang acak-acakan dan penuh oleh mani yang mengering.

    “Ooww..”, Teriakan Yeni terdengar keras saat ia tidak bisa lagi menahan orgasmenya.

    Tangannya mencengkeram tangan Reza, kepalanya mendongak menikmati kenikmatan yang menjalar ke seluruh
    tubuhnya. Sementara Reza sendiri tetap menusuk-nusukkan penisnya ke vagina Yeni yang makin becek.

    “Ayoo…, makin dalam dalamm”.

    “Ahh.., aahh…, aahh..”, Rezapun mulai berteriak-teriak.

    “Mau kelluuaarr”

    Yeni sekali lagi memejamkan matanya, saat mani Reza menyemprot dalam liang vaginanya. Yeni kemudian
    ambruk menindih tubuh Reza yang basah oleh keringat.

    Sementara diantara kaki-kaki mereka mengalir
    cairan hangat hasil kenikmatan mereka.

    “Bu Yeni…, sungguh luar biasa, Coba kalau Adi ada disini sekarang”.

    “mm memangnya kamu mau apa”, Yeni kemudian merebahkan dirinya di samping Reza.
    Tangannya mengusap-usap puting Reza.

    “Kita bisa main bertiga, pasti lebih nikmat..”

    Yeni tidak bisa menjawab komentar Reza, sementara perasaannya dipenuhi kebingungan.

    Akhirnya hari kelulusan murid klas 3 sampai juga. Dengan demikian Yeni harus berpisah dengan kedua
    murid yang disayanginya, terlebih lagi ketika ia harus pindah ke kota lain untuk menempati pos baru di
    Kanwil.

    Karenanya ia memanggil Adi untuk datang ke rumahnya untuk memberitahukan perihal kepindahannya.Ketika
    seputar Indonesia mulai ditayangkan, Adi muncul. Ia langsung dipersilakan duduk.

    “Bu, Adi kangen lho”.

    “Iya deh…, nanti. Gini, Ibu bulan depan pindah ke kota B, soalnya akan dinaikkan pangkatnya.
    Jadi…, jadi…, Ibu ingin malam ini malam terakhir kita”, mata Yeni berkaca-kaca ketika mengucapkan
    itu.

    “…………..”, Adi tidak bisa menjawab.

    Ia kaget mendengar berita itu. Baginya Yeni merupakan segalanya, terlebih lagi ia telah mendapatkan
    pelajaran berharga dari gurunya itu.

    “Tapi Adi masih boleh berkirim surat kan?”.Yeni bisa sedikit tersenyum melihat muridnya tabah,
    “Iya…, boleh…, boleh”

    “Minum dulu Nto, ada es teh di meja makan. Kalau sudah nonton VCD di kamar yaa”, Yeni mengerling nakal
    ke muridnya sambil beranjak ke kamar.

    Di kamar ia mengganti pakaiannya dengan kimono kegemarannya, melepas BH, menghidupkan AC dan tentu
    saja menyetel VCD ‘Kamasutra-nya Penthouse”. Lalu ia tengkurap di tempat tidur sambil menonton TV.

    Diluar Adi meminum es teh yang disediakan Yeni dan membiarkan pintu depan tidak terkunci. Ia mempunyai
    rencana yang telah disusun rapi.Lalu Adi menyusul Yeni ke kamar tidur. Begitu pintu dibuka ia melihat
    gurunya tengkurap menonton VCD dengan dibalut kimono merah tipis, lekuk tubuhnya jelas terlihat.

    Rambutnya yang panjang tergerai di punggungnya bagai gadis iklan shampo Pantene.”Ganti pakaian itu
    Nto..”, Yeni menunjuk celana pendek dan kaos tipis yang terlipat rapi di meja riasnya.

    Ketika Adi sedang mencopot celananya Yeni sempat melihat penis pemuda itu menyembul di balik CD GT
    Man-nya. Setelah selesai Adi juga tengkurap di samping Yeni.

    “Sudah liat film ini belum? Bagus lho untuk info posisi-posisi ngesex”.

    “Belum tuh…”, Mata Adi tertuju pada posisi dimana si wanita berdiri memegang pohon sementara si pria
    memasukkan penisnya dari belakang, sambil meremas-remas payudara partnernya.

    “mm…, itu posisi fave saya. Kalau kamu suka nanti CD itu bisa kamu ambil”.

    “Thanx..”, Adi kemudian mengecup pipi gurunya.

    Adegan demi adegan terus bergulir, suasana pun menjadi semakin panas. Yeni kini tengkurap dengan tidak
    lagi mengenakan selembar benangpun. Demikian pula Adi.

    Adi kemudian duduk di sebelah gurunya itu, dibelainya rambut Yeni dengan lembut, kemudian
    disibakkannya ke sebelah kiri. Bibir Adi kemudian menciumi tengkuk Yeni, dijilatinya rambut-rambut
    halus yang tumbuh lebat.

    “aahh…”

    Setelah puas, Adi kemudian memberi isyarat pada Yeni agar duduk di pangkuannya.

    “Bu, biar Adi yang puasin ibu malam ini…”, Bisik Adi di telinga Yeni.

    Yeni yang telah duduk di pangkuan Adi pasrah saja saat kedua tangan muridnya meremas-remas payudaranya
    yang liat. Kemudian ia menjerit lirih saat puting susunya mendapat remasan.

    “Akhh…”, Yeni memejamkan matanya.

    “Adi…, jilatin vagina ibu…”

    Adi kemudian merebahkan Yeni, dibukanya kaki gurunya itu lebar-lebar, kemudian dengan perlahan ia
    mulai menjilati vagina gurunya. Bau khas dari vagina yang telah basah oleh gairah itu membuat Adi kian
    bernafsu.

    “oohh…, teruss…, teruuss…”, Yeni bergetar merasakan kenikmatan itu.

    Tangannya membimbing tangan Adi dalam meremasi susunya. Memberikan kenikmatan ganda.

    “Jilatin…, pentil itu…, oohohh”, Bagai dikomando Adi menjilati pentil clitoris Yeni, dengan penuh
    semangat.

    “Aduuhh….. Oohh…oohh…hh.. Hh…..”

    “Adi…, massuukk”.

    Kaki Yeni kemudian disampirkannya ke pundak, dan dengan cepat disodokkannya penisnya ke vagina Yeni
    yang becek.

    “mm…”, Yeni menggigit bibirnya.

    Meskipun lubang vaginanya telah licin, namun penis yang besar itu tetap saja agak kesulitan menerobos
    masuk.

    “Uuhh…, masih susah juga ya Bu…”, Adi sambil meringis memaju mundurkan penisnya.
    Ia merasakan penisnya bagai diremas-remas oleh tangan yang sangat halus saat di dalam. Tangan Yeni
    mempermainkan puting Adi. Dengan gemas dicubitnya hingga Adi berteriak.

    “Uhh…, nakal, Ini balasannya!”, sodokan Adi makin keras, lebih keras dari saat ia memasukkan
    penisnya.

    “aa…”.

    Tiba-tiba pintu kamar tebuka! Spontan Yeni terkejut, tapi tidak bagi Adi. Reza sudah berdiri di muka
    pintu, senjatanya telah tegak berdiri.

    “mm…, hot juga permainan Ibu dengan Dia, boleh saya bergabung?”, Reza kemudian berjalan mendekati
    mereka. Yeni yang hendak berdiri ditahan oleh Adi, yang tetap menjaga penisnya di dalam vagina Yeni.

    “Nikmati saja…” Reza kemudian mengangkangi Yeni, penisnya berada tepat di mukanya.

    “Isap… Ayoo”, sambil memasukkan penisnya. Saat itu pula Adi menghentakkan gerakannya. Saat Yeni
    berteriak, saat itu pula penis Reza masuk.

    “Ahh…, nikmat..”, Yeni merem-melek menghisap-hisap penis muridnya, sementara Adi dengan puas
    menggarap vaginanya.

    “uufff…, jilatin…, jilatt”, tangan Reza memegangi kepala Yeni, agar semakin dalam saja mengisap
    penisnya.

    Posisi itu tetap bertahan hingga akhirnya Adi keluar duluan. Maninya menyemprot dengan leluasa di
    lubang vagina gurunya yang cantik. Sementara Reza tetap mengerang-erang sambil medorong-dorong kepala
    Yeni.Setelah Adi mengeluarkan penisnya dari vagina Yeni,

    “Berdiri menghadap tembok Bu!” Yeni masih kelelahan.

    Ia telah orgasme pula saat Adi keluar, namun ia tidak bisa teriak karena ada penis di mulutnya. Saat
    ia berdiri dengan tangan di tembok menahan tubuhnya, mani Adi menetes ke lantai.

    “mm…, Nto…, liat tuh punya kamu..”, seru Reza sambil tertawa.

    Ia kemudian menempelkan tubuhnya ke Yeni. Penisnya tepat berada di antara kedua pantat Yeni.

    “Nih Bu rasakan punya Reza juga ya”.

    Adi dengan santai menyaksikan temannya menggarap gurunya dari belakang. Tangan Reza memegangi pinggang
    Yeni saat ia menyodok-nyodokkan penisnya keluar masuk dengan cepat.

    Saat Yeni merintih-rintih menikmati permainan mereka, Adi merasakan penisnya tegang lagi. Ia tidak
    tahan melihat pemandangan yang sangat erotik sekali.Kedua insan itu saling mengaduh, mendesah, dan
    berteriak lirih seiring kenikmatan yang mereka berikan dan rasakan.

    “ooww…”, Tubuh Yeni yang disangga Reza menegang, kemudian lemas.

    Adi menduga mereka berdua telah sampai di puncak kenikmatan. Timbul isengnya, ia kemudian mendekati
    mereka dan menyusup diantara Yeni dan tembok. Dipindahkannya tangan Yeni ke pundaknya, dan penisnya
    menggantikan posisi milik Reza.

    “Adi…”, Lagi-lagi Yeni mendesah saat penis Adi masuk dan pinggulnya didorong oleh Reza dari
    belakang.

    “Ahh.. Ahh…. Dorongg…dorongg………….”

    “aa.. Aa… Aa”.”oohhkk…, kk…, kk..”, Yeni berteriak keras sekali, saat dorongan Reza sangat keras
    menekan pinggulnya.

    penis Adi amblas hingga mencapai pangkalnya masuk ke vagina Yeni. Saat itu pula ia merasakan penis
    yang berdenyut-denyut itu melepaskan muatannya untuk kedua kali.

  • Kisah Dewasa Desahan Gadis Penggila Seks – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Kisah Dewasa Desahan Gadis Penggila Seks – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1560 views

    Perawanku – Mata Bu Sofie menyapu panorama dari ruang tak berbatas, matahari pagi memberi warna berkilauan pada ombak yang pagi itu sedikit lebih jinak. Wanita berambut ikal yang diikat keatas itu melepas sendalnya, berjalan menyambut ombak kecil yang dengan cepat menjilati jari-jari dan telapak kakinya.

    Aku ingin seperti ini selamanya gumam Bu Sofie pelan, merentang kedua tangan seolah ingin memeluk langit. bibir tersenyum bahagia, bahagia dengan kebebasan yang tengah dinikmatinya. Lepas dari sorotan mata bengis para wanita sosialita, lepas dari segala macam barang branded puluhan juta. Tas versace, gaun dari desainer ternama, jam tangan hingga kalung dan cincin berlian yang selalu menjadi barometer kesuksesan para suami.

    Bu Sofie menggerak-gerakkan tangannya yang serasa begitu bebas tanpa mata berlian yang setiap hari menjepit erat aliran darah, yang terkadang membuat jari-jarinya kebas. Bebaaass gumamnya, tersenyum lepas, terbebas dari segala beban.Bukan sekedar bebas dari rintih persaingan para srikandi borjuis, tapi juga bebas dari kritik tajam Pak Prabu yang sehari-hari tak kalah cerewet dengannya.

    Tak ada pula komentar miring dari suaminya saat mendapati pantat montoknya hanya dibalut kain pantai tipis, tanpa underwear. Bahkan beberapa kali tubuh montoknya dipeluk Dako dan Munaf dihadapan suaminya, tapi lelaki berkumis itu hanya tersenyum, seolah mengizinkan dirinya mencari bahagia ditempat itu. Bibir Bu Sofia tersenyum kecut, saat teringat tingkah suaminya yang pura-pura tidak melihat saat tubuh montoknya diseret Dako ke kaki sebuah tebing. Pemuda yang nakal, kepala Bu Sofie menggeleng-geleng, coba mengingat bagaimana lelaki muda itu menggumuli dirinya dengan begitu buas di atas pasir pantai.

    Teringat pula bagaimana serunya persaingan antara dirinya dan Aida saat berebut mengendarai batang Adit subuh tadi. Keponakan geloo dikira pingsan beneran, ga taunya malah main kuda-kudaan sama Aida, umpat Bu Sofie sambil tertawa. Parahnya lagi, beberapa saat lalu, secara terang-terangan dirinya menawarkan tubuh montoknya kepada Arga, Uuugghhh,****punya maluuu Bu Sofie memaki dirinya sendiri, sambil tertawa kecil. Kakinya menendang gumpalan ombak kecil.Ibu baik-baik aja kan Bu?

    Tanya Mang Oyik yang heran melihat tingkah Bu Sofie yang tertawa sendiri.Ehh, iyaa baik Mang kenapa di sini lebih banyak batu karangnya dibanding pantai di depan cottage? Bu Sofie berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah, malu dengan tingkahnya sendiri, bertanya pada Mang Oyik, namun lelaki berambut kriwel itu mengangkat kedua pundaknya tanda tak tau.

    Mata belo (baca: mata bola pingpong nya Bung Iwan Fals) yang dihias bulu mata lentik itu beralih menuyusuri bibir pantai. Tiba-tiba pandangannya beralih pada ATV yang masih diduduki Mang Oyik. Mang ajarin saya nyetir ATV dong, kaya nya seru kalo bisa ngebut di pantai sepi begini pinta Bu Sofie. Lhaa terus nyiapin peralatan game nya gimana Bu? Mang Oyik menjawab pertanyaan bu Sofie dengan mata yang tak lepas dari payudara besar Bu Sofie yang dipastikan tidak mengenakan bra. Gilaa pentilnya aja gede banget gumam Mang Oyik penuh birahi.

    Kenapa Mang? Eenghh maksud saya, saya ga enak kalo mereka ke sini peralatan game belum siap
    Kali ini mata Mang Oyik lebih beruntung, angin pantai begitu lihai meniup rok lebar Bu Sofie, hingga menampilkan pantat yang begitu montok. Itu gampang Mang lagian mereka masih lama ke sini kita aja yang terlalu pagi Ayolaaah, ajarin sayaaa rengek Bu Sofie, begitu acuh dengan kenakalan angin yang memanjakan mata Mang Oyik.

    Mang Oyik meneguk ludah, saat Bu Sofie berbalik menghadapnya, memohon dengan gaya centil khas ABG, tak peduli dengan ulah angin yang berhasil menyingkap rok bagian depannya, hingga menampilkan gundukan vagina yang gemuk. Tangan Mang Oyik gemetar menyerahkan kunci, disambut tawa Bu Sofia yang sukses mengerjai lelaki berambut kriting itu. Ayo naik biar saya bonceng, seru Bu Sofia yang sudah duduk manis mengangkangi ATV.

    Dan ternyata, memang tidak sulit bagi Bu Sofia untuk menjinakkan ATV di atas pasir pantai, ulah ngebut Bu Sofie membuat membuat Mang Oyik sedikit terganggu menikmati tubuh dan paha mulus di depannya. Jangan terlalu ngebut Bu, pasir pantai bikin roda jadi liar lhoo apalagi kalo mau naik tanjakan bukit itu seru Mang Oyik menunjuk bukit pasir yang tengah dituju oleh Bu Sofie, Laju ATV yang mulai liar, memberi alasan bagi Mang oyik untuk berpegangan pada pinggang yang sedikit berlemak.

    Bu Sofia justru tertawa, menggeber gas semakin kencang. Namun tiba-tiba laju ATV mulai menurun saat Mang Oyik mengelusi paha. ATV Menaiki bukit pasir yang landai namun cukup tinggi dengan gas tertatih, akibat ulah Mang Oyik yang berhasil mengganggu konsentrasi wanita itu, hingga akhirnya kendaraan beroda 4 itu turun dengan sendirinya dari bukit. Mang kalo mamang takut jatuh, pegangan yang kenceng seru Bu Sofie, yang diamini mang Oyik, memindah telapak tangannya ke payudara besar Bu Sofia, dan meremasnya dengan kuat.

    Pegangan seperti ini Bu? Tidaaak, lebiiih kencaaang lagiii rintih Bu Sofie, menikmati keberanian tangan Mang Oyik. ATV terhenti ketika Mang Oyik berusaha menarik keluar sepasang payudara. Silahkan jalan lagi buu bisik Mang Oyik, ditengah kekaguman, telapak tangannya yang kasar tak mampu sepenuhnya menangkup kedua daging milik Bu Sofie. ATV berjalan dengan sangat lambat, bibir wanita itu terus mendesis, putingnya yang mengeras terasa sedikit pedih saat jari-jari Mang Oyik mencubit dan memelintir. Tubuh Bu Sofie semakin gemetar saat pantatnya merasakan menggesek batang yang sudah sangat keras.

    yang nempel di pantat saya ini apa Mang?,Cuma tongkat persneling koq Bu Mana ada sih ATV pake persneling,hahahaa oowwwhsss Bu Sofie tertawa di sela rintihannya. hahahaa ya artinya ini tongkat persneling saya bu hahaha Pengen nyoba tongkat persneling saya? Deg, Laju ATV direm mendadak, Bu Sofie memang sudah sering mencoba ketangguhan para pejantan muda yang menjadi bahan arisan teman-temannya, tentunya tanpa sepengetahuan suami-suami mereka, tapi Mang Oyik adalah manusia paling amburadul yang pernah menjamah tubuh sosialita itu.

    Matanya menyusur bibir pantai, menoleh ke kiri dan ke kanan, memastikan tidak ada seorangpun selain mereka ditempat itu. Mengucap terimakasih pada bukit pasir yang tadi dinakinya, menutup akses pandangan dari arah cottage Boleehhh, biar saya coba jawab Bu Sofie dengan jantung berdebar, coba merasakan batang keras yang terus menggesek-gesek sekitar pinggang dan pantatnya.

    Wanita itu berdiri, mengangkangi jok ATV, perlahan menurunkan celana dalamnya dengan mata waspada mengamati sekitar pantai. Melihat pantat montok mulus yang terbuka di depan wajahnya Mang Oyik langsung membenamkan wajahnya ke belahan pantat Bu Sofie. Aaaakkkhhh, Maaaangssss, tubuh wanita terlonjak, tak menduga dengan serangan Mang Oyik, tangannya segera memegang stang menahan tubuhnya yang terhuyung kedepan.

    Oowwwhhssss,Ganas baangeetss ni Orang, Aaaggghhhsss gumam wanita itu tak jelas, merasakan lidah panas Mang Oyik yang dengan cepat melakukan sapuan panjang di selangkangannya, menjilati bibir vaginanya dan terus menyapu hingga ke lubang anusnya.Terus berulang-ulang, menyapu, menggelitik, sesekali menusuk lorong vagina dan anusnya, membuat tubuhnya merinding. Aaaaggghhh, gilaaaa, masukin maaaaang kalo beraniii rintih Bu Sofie semakin membuka lebar pahanya, dan benar saja, sesaat kemudian Mang Oyik menjawab tantangannya.

    Lidah panas itu berusaha menguak lubang anus Bu Sofie. Akibatnya wanita itu semakin kalang kabut dilanda birahi. Tak pernah dirinya diperlakukan seperti ini, selama ini pejantan muda yang dibokingnya kebanyakan dari kalangan mahasiswa, yang minim pengalaman dan terlalu menjaga sopan santun. Tapi kini, wanita itu dapat merasakan lidah panas yang berhasil menerobos liang kotor itu, menggelitik liar berusaha masuk semakin dalam, Aaaaaggghhhh Maaaang,jilaaaatin dalam nyaaa jugaaaa Maaaangssshhh pantat besar Bu Sofie menekan wajah Mang Oyik.

    Tak ingin mengecewakan tamunya, Mang Oyik tak lagi peduli dengan rasa pahit di lidah, daging tak bertulang itu menari, melengkung ke kiri ke kanan seolah mencari sesuatu di lorong anus Bu Sofie. Dasaaarrr, betinaaa binaaaallll rintihnya, mengakat pantatnya semakin tinggi, memberi akses sepenuhnya pada lidah Mang Oyik untuk bertualang. Bibirnya terus mendesis, merintih, menjerit histeris.

    Aaaaakkkkhhhhhh pindaaaah depaaaaannn, sedooottt yang didepaaaan Maaaaang, jerit Bu Sofia tiba-tiba, menjambak rambut kriting Mang Oyik, mengangkangi wajah Mang Oyik, mengarahkan lidah yang masih terjulur itu kebagian depan. Tapi, belum puas dengan gerakan lidah Mang Oyik di vaginanya, pantat Bu Sofie bergerak semakin liar, menggesek-gesek bibir vaginanya yang penuh lendir ke wajah mang Oyik dengan kuat. Hingga akhirnya gelombang orgasme menyerang tubuhnya.Aaaaggghhh, keluaaaaaarrrr,

    Sedooot Maaang, minuuuum,sedoooot semuaaaa perintah Bu Sofie yang merintih penuh kenikmatan, menjejalkan bibir vaginanya ke mulut Mang Oyik yang terbuka. Tapi bukan Mang Oyik namanya jika pasrah begitu saja menjadi objek pelampiasan seorang wanita. Karena bibir tebalnya tiba-tiba membekap seluruh pintu vagina Bu Sofie, dan melakukan sedotan kuat, hingga wanita itu terkencing-kencing.

    Didera orgasme panjang kaki montok itu gemetar, Sudaaaah Maaaang,stooop namun bibir Mang Oyik terus menghisap, menyedot lorong vaginanya, memaksa semua cairan keluar dan beralih ke mulutnya. Uuuuggghhh Seeeerrr…. lagi-lagi Bu Sofie squirt, memuntahkan air seni yang dipaksa keluar. Tubuhnya roboh memeluk stang ATV, menungging membelakangi Mang Oyik yang tertawa puas dengan wajah basah oleh cairan vagina.

    Saat nya beraksi batin Mang Oyik, Tangan kirinya mengocoki batang yang sudah mengeras, sementara tangan kanannya mengusap-usap bibir vagina yang penuh dengan tetesan lendir. Oooowwwwhhhssss lenguh Bu Sofie, saat merasakan batang Mang Oyik yang dengan mudah menerobos vagina yang basah, tanpa menunggu dirinya siap, Mang Oyik langsung menggenjot dengan kasar.

    Bu Sofie tertawa melihat ulah Mang Oyik yang begitu bernafsu, wajar saja, sangat jarang lelaki itu bisa merasakan barang semulus milik Bu Sofie. Selamat menikmati seru Bu Sofie dengan gaya yang sangat genit, menduduki batang Mang Oyik di atas ATV. Menggerakkan pinggulnya pelan. Wanita itu sadar, lorong vaginanya yang terbiasa dengan batang besar, terasa sedikit longgar saat berusaha mengempot batang Mang Oyik.

    Waaahhh, Mang Oyik, ada barang bagus dipake sendiri nih seru seseorang dari arah belakang. Bu Sofie yang terlalu asik dengan Mang Oyik tak menyadari seorang pemuda menghampiri mereka. Bu Sofie berusaha meloncat turun dari atas tubuh Mang Oyik, tapi lelaki itu mencengkram erat pinggulnya sambil tertawa. akhirnya wanita itu hanya bisa berusaha menutupi selangkangannya dengan rok yang terlalu pendek.

    Tenang Bu, dia si Kontet teman saya koq, penjaga cottage sebelah, ga usah takut, Kontet ini kalo ga diizinin ga bakalan ikut nyodok koq, terang Mang Oyik, yang langsung dijawab Kontet dengan plototan mata. Gila lu Mang, barang bagus gini masa gue cuma disuruh nonton, aaahh, tai lu Mang, bini gue kemarin lu obrak-abrik gue santai aja, sekarang elu ada barang bagus dipake sendiri, liat aja ntar bini lu gue pake siang malam jangan protes lu

    Aaahh berisik Lu Tet, bikin orang ga khusu aja, Mang Oyik melempar sendal ke arah Kontet.Bu Sofie tak bisa menahan tawanya, meski tampangnya lebih sangar dan punya body yang jauh lebih besar dari Mang Oyik, ternyata lelaki itu cerewetnya minta ampun. Bu gimana?, boleh ikut gabung ga? Eeenghh iya deehh eemmh terserah deh maksud sayaa wajah Bu Sofie panas seketika, bibirnya telah mempersilahkan dua manusia amburadul itu untuk menikmati tubuhnya, tubuh istri dari seorang direktur cabang perusahaan besar di negeri maritim ini.

    Tapi ulah Kontet yang tertawa girang menampilkan gigi yang sebagian ompong itu, membuat Bu Sofie tak mampu lagi menahan tawanya. Dan akhirnya hanya bisa merutuki nasibnya yang harus menjadi pemuas nafsu dua kura-kura pantai selatan. Tapi bilangin Mang, kalo nusuk punya saya ini mulut harus diam, ga boleh cerewet Hihihihi Namun tawa Bu Sofie terhenti saat Kontet mengeluarkan batangnya. Batang yang lebih besar dari milik suaminya yang sudah termasuk kategori big size. Berselimut kulit yang coklat kehitaman, membuat tampilannya semakin sangar.

    Kenapa Bu gede banget ya,hehehee, makanya saya ga pernah ngizinin dia ngentotin bini saya, pasti ancur meqi Marni kalo disodok tu batang,hehehee Jantung Bu Sofie bergemuruh mendengar paparan dari Mang Oyik yang begitu vulgar, khas orang pinggiran. Tapi batang itu memang sangat besar. Pinggul Bu Sofie kembali bergerak, berusaha sekuat mungkin menjepit batang Mang Oyik agar lelaki itu cepat selesai.

    Sementara Kontet berjalan ke depan ATV, seolah ingin memamerkan batang gorilanya kepada Bu Sofie yang tak berkedip memandang dengan bibir mendesis birahi. Tak sabar menunggu giliran. Bu, kelamaan kalo nungguin Mang Oyik kelar langsung masukin double dong Bu Gila kamuu bisa hancur beneran punya sayaa, Sini deehhh Aaawwwhh pelan Mangss Bu Sofie kembali menungging, agar mulutnya dapat menjangkau batang besar itu.

    Dasar kau Sofiee ga pernah bisa sabar kalo liat batang besar, batinnya tertawa girang bercampur ngeri. Ooowwwhhh,yaaa, jilaaat buuu,yaaa,basaaahiin dulu batangnyaaa jilat memutar buuu oowwhhh yaaa sekarang masukin kemulut ibu, ooowwwhhhsss, gilaaa mulut ibuuu hangaaat bangeeettt masukiiin semua dong Buuu ayoo buuu semuaaa AAAAWWWW, SAKIT BUUUU Kontet menjerit seketika, batang besarnya digigit oleh Bu Sofie.

    Makanya diam, tinggal nikmatin aja repot bener sih, ga tau apa kalo ni batang gede banget ga bisa masuk semua tauu Tapi Bu, kan ga usah pake digi Diam!!! Kontet langsung menutup rapat mulutnya. Whuahahahaa emang bener Lu Tet, sampe ngentot aja mulut lu ga bisa diam Mang Oyik sontak tertawa. disambut tawa Bu Sofie yang ga sanggup melihat wajah Kontet yang seketika pucat, mendengar bentakannya.

    Kehadiran Kontet membuat Bu Sofie bisa lebih rileks, seakan lupa dengan status sosialnya. Waduuuhh, koq malah ngecil sih ni batang, Bu Sofie tiba-tiba panik saat mendapati batang Kontet yang keras seperti kayu mulai loyo. Sini dehh ibu masukin semuuaaa Eeemmmpphhh uuummpphhh Bu Sofie berusaha menjejalkan batang gemuk itu kemulutnya, membekap dengan lidahnya. Namun batang itu hanya mampu masuk setengah.

    Uuugggmmpphhh Ooommppphh Bu Sofie gelagapan, saat batang kontet yang hitam kembali membesar di dalam mulutnya. Tapi mulut wanita itu enggan untuk melepaskan.Ini adalah persetubuhan paling gila dari yang pernah dialaminya. Tangan Bu Sofie mencengkram pantat Kontet, memberi perintah agar batang itu bergerak di dalam mulutnya.

    Ooommmpphhh, uuggmmmppp jari lentiknya menekan pantat Kontet lebih kuat, hingga batang besar itu hampir masuk ke kerongkongannya, menutup saluran nafasnya.Ooogghhhh mulut Bu Sofie tersedak, melepaskan batang besar, matanya berair akibat tersedak, tapi gilanya bibir sensualnya itu justru tersenyum. Gimanaa Tet,nikmat mana sama meqi binimu

    Juancuuuk mulut Ibu ganas banget nikmat banget Bu,hampir aja saya muncrat di mulut ibuuu, telinga Bu Sofie terasa panas saat mendengar Kontet hampir saja memenuhi mulutnya dengan sperma, batangnya saja sudah bau, bagaimana spermanya. Buu sebelum mulut ibu menampung sperma kita-kita saya cium dulu dong Buu Mang Oyik yang merasa diacuhkan memalingkan wajah Bu Sofie, lalu dengan cepat melumat ganas.

    Eeemmpphhh, Mmaamgghhh emmpphh Bu Sofie gelagapan, mulutnya dihisap Mang Oyik, lidahnya membelit, menarik masuk lidah wanita cantik itu ke dalam mulut yang bau tembakau. Tak henti-hentinya Mang Oyik menyedot dan meneguk ludah Bu Sofie yang terkumpul. Sementara batangnya kembali bergerak menghajar kemaluan wanita itu. Belum lagi Kontet yang begitu ganas menyusu di payudara besarnya. Bolehkan? kalo saya nyemprot di mulut ibu? tanya Mang Oyik, dengan nafas memburu. Pantatnya semakin cepat bergerak.

    mulut sayaa? Yaaa saya rasa itu lebih baik, saya sedang subuurrr, ucap Bu Sofie terengah-engah, entah apa maksudnya, padahal subuh tadi keponakannya Adit berkali-kali memenuhi rahimnya dengan benih yang sangat subur. Tapi yang pasti, mulut Mang Oyik yang bau itu hampir saja menghantarnya pada orgasme yang liar. Buu isep punya saya lagi buuu pinta Kontet dengan suara memelas, sesaat Bu Sofie menatap wajah Kontet yang penuh harap. Haapp…Kembali batang besar itu memenuhi mulut Bu Sofie.Eeemmpphh Oooommggghh Ooowwhhggg

    Ooowwhhhsss Buuu enaaaak Buuu Tangan Bu Sofie kembali mencengkram pantat kekar Kontet, memandu agar batang besar itu bergerak lebih cepat di dalam mulutnya, begitu kompak dengan kedua tangan kontet yang memegangi kepala Bu Sofie, seakan benar-benar tengah menyenggamai mulut wanita cantik itu.

    Oooommmgggghh, Aaaaagghhmmm Mata Bu Sofie kembali berair, berkali-kali batang besar itu menyodok tenggorokannya dengan kasar. Tapi wanita enggan melepaskan, bahkan lidahnya semakin liar menggelitik batang besar Kontet. Buuu, sayaaa keluaar duluaaannn, Aggghhhh tiba-tiba Mang Oyik mendengus liar, menghambur sperma di lorong kemaluan Bu Sofie.

    Wanita itu berusaha berdiri, melepaskan batang Mang Oyik, tapi lelaki itu mencengkram erat pinggulnya, menekan kuat pantatnya ke bawah, membuat Batang Mang Oyik semakin jauh tenggelam. Mati-matian Bu Sofie berusaha melepaskan batang yang terus berkedut menghambur benih, tapi sangat sulit, mulutnyapun masih dipenuhi oleh Batang besar. Bahkan gerakan batang itu semakin kasar. Bu Sofie menatap wajah Kontet yang habang ijo mengejar kenikmatan tertinggi.

    Uuugghhh Siaaal hati Bu Sofie mengumpat melihat wajah Kontet yang menunjukkan bagaimana besarnya kenikmatan yang diberikan oleh mulut seorang wanita sosialitas kelas atas. Ooommmggghhh, uuuggmmhhhh, tangan Bu Sofie meremas erat pantat Kontet, pinggul besar wanita itu kembali bergerak, berharap batang Mang Oyik masih dapat melaksanakan tugasnya.Terlanjur basah, dirinyapun tak ingin rugi, harus mendaptkan orgasme seperti yang tengah dikejar Kontet, dengan mulut menggeram, penuh dengan jejalan batang besar, mata wanita itu menatap Kontet memberi sinyal. Inilah saat yang tepat.

    Oooowwwhhhsss Buuu,Aaaagghhhh Gilaaa nikmat bangeeeet Kontet histeris menghambur sperma, yang sigap disambut mulut Bu Sofie, berkali-kali mulutnya meneguk sperma Kontet yang memancar, seiring lorong vaginanya yang juga menghambur cairan orgasme ditengah sumpalan batang Mang Oyik. Ooommpphh puiihh puaahh puihhh asin banget sperma mu Tet Haayyaaaahh kalo asin kenapa ditelan Buu heheheee

    Terpaksa tau Bu Sofie mencoba berdalih, meski mulutnya sudah terbiasa dengan beberapa cita rasa sperma. Buu Kontet kembali merengek, meminta bibir mungil Bu Sofie membersihkan batangnya. Aaahhh ngelunjak Lu Tet gue kan juga mau disepong ama Bu Sofie protes Mang Oyik yang merasa tersisih. Iyaa iyaa sini gantian wanita itu melepaskan batang Mang Oyik dari vaginanya. Lalu turun dari ATV, tanpa tendeng aling langsung melahap batang yang masih mengeras, dan itu membuatnya sangat heran.

    BREEMMM…BREEEMMMM… BREEEEMMMMM…. tiba-tiba terdengar suara ATV di kejauhan. Bu Sofie terkaget, itu pasti rombongan suaminya. dan mereka pasti mencari dirinya yang tiba lebih dulu. Sebenarnya Bu Sofie bisa saja langsung melepaskan batang Mang Oyik, membenahi pakaiannya lalu menghampiri mereka. Tapi matanya menatap nanar batang Kontet yang besar dan masih mengeras. Yaa dirinya masih ingin merasakan batang yang lebih besar dari milik suaminya itu memasuki tubuhnya. Aaahh persetanlah ntar gampang cari-cari alasan, batin Bu Sofie menghentak.

    Tet cepet tiduran BU Sofie mendorong tubuh besar Kontet kepasir, lalu dengan sigap menggenggam batang besar pemuda itu, dan mengarahkan keliang kemaluannya. Oooowwhhhhsss Gilaaa emang besar bangeeeettsss Aaagghhh, Tai Lu jangan diaaam cepet masukiin batang Luu Bentak Bu Sofie panik,kata-katanya terdengar vulgar. Tanpa pikir panjang Kontet menghentak dengan kuat, bahkan terlalu kuat, hingga batang besarnya menggelosor masuk menghentak hingga ke lorong rahim.

    Aaagghhhh, begooo,sakiiitt kegedeaaann Tapi bisa masuk koq Bu jawab Kontet cengengesan, antara takut dan nikmat. Yaaa masuukk Aaahhhss sampe mentoookss Bu Sofie coba meresapi kenikmatan di lorong vaginanya. Maaang,mau Apaa?,jangaaan disituuu Aaagghhh gilaaa,masuuukk jangaaann sakiitt begooo,Aaagghhh dikit lagiii

  • Cerita Sex Ibu – Ibu Muda Yang Doyan Sexual

    Cerita Sex Ibu – Ibu Muda Yang Doyan Sexual


    891 views

    Perawanku – Karena setiap pagi aku lewat di depan rumahnya jadinya aku tahu persis penghuni yang ada dirumah
    tersebut dengan anak balitanya yang masih kecil , mamah mudanya namanya Sari dia lulusan seni tari di
    ikip, keluarganya berjiwa seni dimana suaminya seorang pelukis, mbak Sari juga tidak cantik banget
    cuman yang bikin penasaran itu cara bicanya yang khas jawa.

    Lembut dan pasrah itu bikin aku betah ngelihatin mukanya kalo pas bertamu ke rumahnya. Apalagi dia
    enak juga diajak ngomong, suaranya itu senada dengan wajah pasrahnya. Aku jadi suka bayangin dia
    merintih-rintih di bawah siksaan aku.

    Nah, suatu hari lakinya jadi kaya mendadak karena ada order lukisan dalam jumlah besar. Terus, dia
    ngontrak rumah sebelah buat Sari sama anaknya. Rumah yang sekarang dijadiin galeri lukis.

    Doi yang sebelumnya sering cerita kalo lakinya sibuk banget, sekarang cerita repotnya ngurus rumah dan
    anaknya yang umur 3 tahun sendirian. Itu sebabnya dia ngajak adiknya Poppy dan ponakannya Umi untuk
    tinggal serumah.

    Tampang dua cewek itu mirip banget sama Sari, cuma dua-duanya lebih seger dan imut-imut. Akhirnya aku
    tahu juga kalo di rumah itu, sering cuma ada tiga cewek tadi sama satu anak balita. Nafsu juga aku
    waktu temen aku ngasih usul yang menarik. Langsung saja aku telepon Sari malem itu. Aku rubah suara
    aku biar nggak dikenal.

    “Choirun ada?”

    “Nggak ada, lagi mancing. Ini siapa ya?”

    Huh bego, pikirku. Dia kagak tahu kalo lakinya lagi maen sama Linda, tante Chinese yang gatal !

    “Mbak Sari sendiri ya?”

    “Nggak, sama Poppy dan Umi,”  Agen Judi Bola

    “Ya sudah, besok saja,”

    Tiga temen aku langsung bersorak begitu pasti malam itu lakinya Sari nggak di rumah. Kami berempat pun
    segera berjalan ke rumah dekat gerbang perumahan itu. Tiga temen aku sudah siap dengan ‘peralatan’nya,
    lalu mengetuk pintu. Seorang perempuan mengintip dari balik korden.

    “Siapa ya?”

    “Kami dari Polres bu, ada yang ingin kami sampaikan,” sahut teman aku yang badannya memang mirip
    polisi.

    Tak lama kemudian pintu terbuka, tiga temen aku masuk. Dari jauh aku lihat Poppy dan Umi ikut menemui
    mereka.

    “Maaf bu, suami ibu kami tangkap satu jam lalu,”

    “Lho, kenapa?” Sari terlonjak.

    “Ia kedapatan menghisap ganja…”

    “Nggak mungkin!” perempuan itu memiawik.

    “Tapi begitulah kenyataannya. Kami juga dapat perintah menggeledah rumah ini. Ini suratnya,”

    Sari tak dapat menolak, dibiarkannya ketiga ‘polisi’ itu menggeledah rumahnya. Dasar nakal, seorang
    temen aku sudah menyiapkan seplastik ganja dan kemudian ia teriak,

    “Ada di bawah kasur sini, komandan!” Temenku yang paling besar memandang Sari dengan tajam.
    “Sekarang kalian bertiga ikut ke kantor polisi!” tegasnya.

    “Tapi…tapi…saya nggak tahu bagaimana barang itu ada di situ…” kata Sari terbata-bata.
    “Sekarang ibu bantu kami, ikut saja ke kantor polisi, juga dua adik ini,”

    Akhirnya ketiga cewek itu mau juga ikut, setelah sebelumnya Sari menitipkan anaknya ke Bu Tukiran.
    Temen aku pinter juga, dia pinjam mobil Feroza Sari dengan alasan mereka cuma bawa motor. Lewat
    handphone, salah satu temen aku ngasih tahu.

    “Beres Dan, siap cabut,” katanya.

    Aku segera pakai topeng ski, ambil kunci mobil dan duduk di belakang stir. Sebelum masuk, kaget juga
    tiga cewek itu karena tangan mereka diborgol di belakang punggung.

    “Kami nggak ingin repot nantinya,” alasan temen aku. Hanya beberapa saat saja, mobil pun berjalan.
    Sari duduk di tengah dengan satu temen aku menjaga pintu. Sedang Poppy dan Umi di belakang dijaga dua
    lagi temen aku.

    Baru jalan 100 meteran di jalan menurun ke arah Kasongan, tiga temen aku itu ketawa ngakak.
    “Gampang banget…” kata mereka.

    Tentu saja tiga cewek itu bingung. Apalagi Sari kini terpaksa duduk merapat jendela karena dipepet
    lelaki besar di sebelahnya.

    “Kalian tidak akan kami bawa ke kantor polisi, seneng kan nggak perlu lihat pistol? Tapi jangan
    khawatir, nanti kita tunjukin pistol yang lain,” desisnya.

    “Eh…eh…apa-apaan ini?” Sari ketakutan.

    “Eiiiiii….awwwhhhh…kurangajj…awwwhhhh…” Sari menjerit dan meronta, sebab tiba-tiba kedua payudaranya
    ditangkap dua telapak tangan yang besar, lalu diremas-remas keras seenaknya.

    Dua gadis di belakang juga menjerit-jerit ketika payudara mereka pun diperlakukan sama. Lelaki itu
    lalu menyingkapkan jilbab Sari dan dengan nafsu kembali mencengkeram payudara montok itu.

    Sari makin keras menjerit. Lalu tiba-tiba…breetttt….bagian muka jubah tipisnya koyak sehingga
    memperlihatkan tonjolan buah dadanya yang berbungkus BH coklat muda.

    “Wah, susu yang segar,” kata temen aku.

    “Jangannn…tolong…jangaann…” Sari menangis.

    “Jangan cerewet, kalian bertiga tidak usah bawel, nurut saja atau tempik kalian kuculek pake belati
    ini!” kali ini temen aku mulai mengancam dengan menyentuhkan ujung belati ke permukaan payudara Sari
    yang menyembul dari BH-nya.

    Di belakang, Poppy dan Umi terisak-isak. Blus keduanya sudah lepas, tinggal rok yang menutupi bagian
    bawah tubuh muda dan mulus itu. Keduanya pun memiawik berbarengan ketika penutup dada mereka direnggut
    hingga putus.

    “Wah…wah…ini susu yang indah…” kata kedua temen aku di belakang.

    Cerita Sex Ibu – Ibu Muda Yang Doyan Sexual

    Cerita Sex Ibu – Ibu Muda Yang Doyan Sexual

    “Coba lihat punya Nyonya ini…” lanjut mereka.

    Temen aku di depan pun bertindak cepat, memutus tali antara dua cup BH Sari. Sari terisak, buah
    dadanya kini telanjang dan…..

    ”Awwwwww….” ia menjerit agak keras ketika kedua putingnya dijepit dan ditarik serta diguncang-
    guncangkan.

    Kedua temen aku di belakang ketawa dan ikut-ikutan melakukan hal yang sama pada puting Umi dan Poppy.

    Sari meronta-ronta tapi sia-sia saja ketika tubuhnya dibaringkan di jok mobil, lalu temen aku duduk di
    atas perutnya, memunggungi dan menyingkapkan bagian bawah jubahnya. Kedua kaki telanjangnya
    menendang-nendang, tapi ia kesakitan juga waktu kedua bagian dalam paha mulusnya dicengkeram keras.

    Ia menjerit lagi waktu selangkangannya yang ditutupi celana dalam putih digebuk sampai bunyi berdebuk.
    Dengan kasar, jari-jari temen aku menyingkapkan kain segitiga itu hingga memiawnya yang berjembut agak
    lebat terbuka.

    Tanpa ba bi bu, ditusukkannya telunjuknya ke lubang memiaw Sari.

    “Aaaaakhhhh….” Sari menjerit kesakitan. memiawnya yang kering membuat tusukan itu jadi amat
    menyakitkan.

    Tapi temen aku itu nekad terus nyodok-nyodok memiaw yang legit itu. Malah waktu telunjuknya sudah
    terasa agak licin, dia tambah jari tengah. Lagi-lagi Sari menjerit kesakitan. Tapi nggak kapok juga
    temen aku itu. Sebentar saja sudah tiga jari yang nyodok-nyodok memiaw perempuan manja itu.

    Di belakang, Poppy dan Umi juga merintih-rintih, sebab dua lelaki yang bersama mereka kini mengisap-
    isap pentil susu mereka sambil terus meremas-remas teteknya yang kenyal. Poppy pertama kali memiawik
    waktu tangan temen aku menelusup sampai ke balik celdamnya dan meremas-remas memiawnya sambil sesekali
    mencabuti jembutnya.

    Umi akhirnya juga mendapat penghinaan yang sama, bahkan ia merasa klentitnya lecet karena terus
    diuyel-uyel dengan kasar.

    Mobil akhirnya sampai ke rumah besar punya temen aku yang asyik ngobok-obok memiaw Sari. Aku buka
    pintu belakang mobil. Di dalam, aku liat Poppy dan Umi yang topless, cuman pake rok doank! Dan yang
    lebih bikin aku kaget lagi,

    Ternyata tongkol dua temen aku lagi dijilatin ama dua perawan itu. Toket kedua anak itu kelihatan
    mulai memerah karena terus diremet-remet. Terang aja aku tersentak, tapi aku sendiri gak bisa berbuat
    apa-apa lagi! Soalnya aku sendiri nggak tahan, terus ikut mencet pentil kanan Poppy dan pentil kiri
    Umi.

    “Nggghhhhh….” dua cewek itu cuma bisa mengerang karena dua tongkol ada di mulut mereka.
    Terus aku buka pintu tengah. Buset, di dalam, temen aku masih asyik menjilati memiaw Sari dan
    menyodok-nyodok lubangnya dengan tiga jari.

    Sari sudah tidak menjerit-jerit lagi. Yang terdengar sekarang cuma rintihannya, persis seperti
    bayangan aku. Nggak tahan, aku naik, terus aku pegangin kepala perempuan berjilbab itu.

    “Emut tongkol aku, kalau nggak, aku potong tetek lu!” kata aku sambil nyodorin tongkol yang udah
    ngaceng sejak tadi.

    Tangan kiri aku mencengkeram tetek kanan Sari yang montok sampai ke pangkalnya. Tangan kanan aku
    menahan kepala Sari biar tetep menghadap tongkol. Sari nyerah, dia buka mulutnya. Cepet aku masukin
    tongkol aku sampe ke pangkalnya.

    “Diemut!” bentak aku sambil menambah tenaga remasan di buah dadanya.

    Aku ngerasain kenikmatan yang luar bisa banget waktu tongkol aku diemut-emutnya sambil merintih-
    rintih. Biar gampang, sama temen aku tadi, aku gotong cewek itu dan aku lempar ke lantai garasi. Sari
    menjerit kesakitan dan makin keras jeritannya waktu jubahnya aku lucuti, begitu juga rok dalam dan
    celdamnya. Terlihatlah memiawnya yang terpelihara rapi, dengan bulu-bulu halus yang diatur dengan
    indahnya.

    Aku mainkan itilnya yang ada di dalam bibir memiawnya sampai dia berkelojotan ke kanan-ke kiri.
    Sekarang temen aku yang jongkok di depan muka cewek itu dan memaksanya berkaraoke. Dari belakangnya,
    tanpa banyak bicara, aku langsung ngent*t cewek itu.

    “Aunghhhhhh…” Sari mengerang panjang waktu tongkol aku nyodok memiawnya sampai mentok. memiawnya
    lumayan rapet dan legit biarpun dia sudah punya anak satu. Ada seperempat jam aku kocok memiawnya pake
    tongkol, terus aku suruh dia nungging.

    Dari depan, temen aku masih ngent*t mulutnya sambil memegangi kepala cewek berjilbab itu. Dari
    belakang, pemandangan itu bikin aku makin nafsu. Aku remet keras-keras memiawnya pake tangan kiri,
    terus telunjuk kanan aku tusukin ke pantatnya.

    Sari mengerang lagi waktu aku gerakin telunjuk aku berputar-putar supaya lobang kecil itu jadi lebar.
    Begitu mulai lebar, aku masukin tongkol ke dalamnya. Tubuh Sari mengejang hebat, erangannya juga
    terdengar amat heboh.

    Tapi tetep aku paksa tongkol aku biar susahnya bukan main. Sampe akhirnya tongkol aku masuk sampai ke
    pangkal, aku tarik lagi sampai tinggal kepalanya yang kejepit. Terus dengan tiba-tiba aku dorong
    sekuat tenaga.

    “Aaaaaakhhhhh…..” Sari melepas tongkol temen aku dan menjerit keras.

    Tapi rupanya pas temen aku sampai puncak kenikmatannya. Akibatnya air maninya nyemprot muka Sari
    sampai belepotan. Cuek, aku genjot terus pantat perempuan montok itu biar dia menangis-nangis
    kesakitan.

    Malah sekarang aku peluk dia sambil kedua teteknya aku remes-remes. Temen aku yang barusan nyemprot
    sekarang malah masukin dua jarinya ke lubang memiaw Sari dan diputar-putar. Ini bikin Sari makin
    kesakitan.

    Aku ngerasa tongkol aku udah peka banget. Jadi makin cepet aku genjot dan langsung aku banting cewek
    itu. Sari nggak sempet mengelak, waktu tongkol aku tempelkan ke mulutnya dan aku paksa dia
    mengulumnya.

    “Crooottt…crottt…crottt…” air mani aku nyemprot sampai tiga kali ke dalam mulutnya. Sari sudah mau
    menumpahkannya, jadi aku pencet pentilnya dan aku tarik ke atas.

    “Telen!” bentak aku.

    Sambil merem, Sari menelannya semua, lalu menekuk tubuhnya sambil menangis. Dengan ujung jilbabnya aku
    dan temen aku mengelap tongkol yang berlendir. Dari celah pantat bundar Sari aku lihat ada darah
    keluar.

    Lagi asyik ngelihatin tubuh bugil Sari, aku dengar ketawa ngakak dua temen aku. Lalu terlihat Poppy
    dan Umi turun dari mobil dan jalan sempoyongan. Aku melotot. Dua cewek itu nyaris bugil. Jilbab mereka
    disampirkan ke belakang sehingga teteknya yang kemerahan bekas diremas-remas bebas terlihat, dengan
    pentilnya yang kecoklat-coklatan.

    Dua-duanya terisak-isak, di sekitar bibir dua cewek hitam manis itu belepotan lendir putih. Yang
    menarik, rok mereka sudah lepas, tinggal celdam putih milik Poppy dan kuning muda Umi. Malah celdam
    Poppy dibikin temen aku terangkat tinggi sampai nyelip di bibir memiawnya. Akibatnya, bibir memiawnya
    kanan dan kiri kelihatan gemuk dan jembutnya menyembul ke kanan dan kiri.

    Nggak tahan, aku pepet anak itu ke mobil, terus tangan aku mulai merayapi selangkangannya. Tangan aku
    mulai bermain-main di bibir vaginanya yang njepit celananya.

    “Jangaann…ampun oommm…” rintihnya. “Adduhhhh…” pekik mahasiswi UAD itu, karena aku cabut beberapa
    helai jembutnya.

    Dari bawah aku cengkeram tetek kanan Poppy yang nggak seberapa gede tapi kenyal itu, terus aku dorong
    ke atas sampai putingnya ngacung, lalu aku sedot kuat-kuat. Poppy meronta kesakitan, apalagi kemudian
    aku tarik celdamnya ke atas.

    Poppy memiawik waktu celdamnya akhirnya putus. Aku terus melorot dan aku paksa cewek itu nyodorin
    memiawnya buat aku hisap. Aku mainin itilnya dengan lidah aku, bahkan sampai aku sedot pakai mulut
    aku! Poppy makin kelojotan dan mendesah.

    Sementara itu, aku lihat Umi lagi dipaksa menyepong tongkol temen aku. Sedang Sari sudah mulai
    disodomi lagi. Malah, dia dipaksa telentang dengan tongkol menusuk pantatnya, lalu memiawnya disodok
    dari depan. Kedengeran Sari menjerit-jerit kesakitan.

    “Aihhh…” Poppy memiawik waktu telunjuk aku masuk satu ruas ke lubang pantatnya, terus aku dorong ke
    depan sampai lubang memiawnya merekah dan kelihatan lorong yang merah dan basah, aku jilatin sampai
    cewek 21 tahun itu menggeliat-geliat.

    “Aduhh…jangaann…” Poppy menjerit waktu aku tiba-tiba berdiri sambil mengangkat kaki kirinya.
    Tapi aku nggak peduli, tongkol aku pas banget nunjuk memiawnya. Terus aku kucek-kucek memiaw anak itu,
    sampai mulai terasa basah.

    Terus aku pegang tongkol aku dan aku paksa masuk kepalanya ke celah bibir memiawnya. Kepala tongkol
    aku terasa seperti direndam di air hangat. Poppy menjerit makin nggak karuan waktu tangan kiri aku
    mencengkeram tetek kanannya sampai ke pangkalnya sekuat tenaga. Malah, daging kenyal itu sampai terasa
    seperti remuk.

    “Aaaakkhh….auhhhhh….ouchhh…aiiiii….sakkkiiittt….adduhhhhh….” Poppy menjerit histeris waktu aku dorong
    pinggang ke depan dengan tiba-tiba dan sekuat tenaga.

    Tongkol aku masuk sampai ke pangkalnya. Malah kerasa kepalanya sampai mentok ke dasar memiawnya.
    Begitu mentok aku berhenti sebentar. Gadis itu sesenggukan, nafasnya tersengal-sengal. Tapi yang
    paling asyik, aku merasa tongkol aku di dalam memiawnya seperti dibasahi cairan hangat. Belakangan aku
    tahu yang hangat itu darah keperawanannya.

    Dengan gerakan kasar dan tiba-tiba, aku kocok tongkol aku di dalam memiaw Poppy. Terasa sempit banget
    dan kering. Aku sih enak, tapi akibatnya Poppy menjerit-jerit kesakitan dan minta ampun. Poppy masih
    merintih-rintih waktu tongkol aku tarik keluar, terus aku jongkok di depan selangkangannya. Langsung
    aku masukin empat jari ke dalam lubang memiawnya yang masih menganga.

    “Aucchhhhh…sakkkiiittt…aaahhhh…” Poppy menjerit lagi waktu empat jari aku puter-puter di dalam
    memiawnya.

    Waktu aku tarik keluar empat jari aku yang basah lendir dan darah, cewek itu jatuh melorot sambil
    terus menangis.

    “Hey, bawa sini perawan satu itu, lu ambil memiaw yang ini. Pantatnya buat aku ya!” teriak aku ke
    teman yang lagi asyik ngucek-ngucek memiaw Umi.

    Temen aku cepat bangun lalu menyeret kedua kaki Umi dan menggeletakkan cewek imut-imut itu di dekat
    kaki aku. Tanpa banyak bicara, dia terus mendorong Poppy yang menangis sambil duduk bersimpuh sehingga
    jatuh terlentang.

    Aku tarik Umi sampai kepalanya berbantalkan paha aku, menghadap Poppy yang lagi digarap ulang. Aku
    remas-remas pelan kedua payudaranya yang kenyal. Cewek itu menangis.

    “Kamu paling muda, jadi memiawmu pasti paling enak. Kamu mau tongkolku masuk memiawmu?” kata aku
    sambil memilin-milin putingnya yang hitam dan mungil tetapi tebal.

    “Huuu…jangaaannn…huuu…” ABG itu menangis lagi.  Agen Judi Bola

    “Lihat Bu Lik Sari dan Bu Lik Poppy itu…memiawnya sudah jebol…kalau kamu nggak mau seperti mereka,
    kamu harus nurutin apa kata aku, ngerti? Sekarang lihat ini,” Aku lalu menghampiri Sari yang sedang
    dient*t dan disodomi berbarengan.

    Aku pegang kepala Sari yang lagi menjerit-jerit kesakitan. Lalu aku paksa dia mengulum tongkol aku
    lagi sampai tongkol aku basah. Terus aku suruh temen aku yang lagi nyodok memiaw Sari bangun, gantian
    dia memasukkan tongkolnya ke mulut Sari.

    Terus aku suruh pindah tongkol temen aku satunya dari pantat ke memiaw. Badan Sari kelojotan dan
    gemeteran waktu aku paksa tongkol aku ikut masuk memiawnya.

    Temen aku yang dari tadi menyodomi dia rupanya nggak tahan lama lagi. Dia cepat-cepat menggerakkan
    tongkolnya maju mundur. Sari menjerit histeris, sebab dua tongkol di dalam memiawnya bikin memiawnya
    seperti mau sobek.

    Temen aku rupanya nggak tahan. Nggak lama dia ngecrot di dalam memiaw Sari. Yang di atas juga gitu,
    dia ngecrot lumayan banyak di dalam mulut Sari. Sari ambruk, lemes di lantai. Sekarang aku balik ke
    Poppy yang lagi menjerit-jerit karena dipaksa duduk di atas tongkol temen aku.

    Kedua teteknya dicengkeram sehingga dia terpaksa bergerak-gerak naik turun. Dari belakang, aku dorong
    punggung Poppy yang mulus sampai dia ambruk di atas dada temen aku.

    “Kamu nggak mau disodomi juga kan. Lihat nih,” kata aku lagi kepada Umi yang makin kenceng nangisnya.

    Poppy menjerit melengking waktu telunjuk aku paksa masuk ke lubang anusnya. Rapet banget, jadi aku
    paksa satu telunjuk lagi masuk dan aku gerak-gerakin, bikin lubangnya makin lebar. Sampai cukupan buat
    masuknya kepala tongkol, aku sodok aja. Kepala tongkol aku sekarang kejepit pantat Poppy. Aku dorong
    dua senti,

    Poppy menjerit lagi. Mundur satu senti lalu maju tiga senti. Poppy makin keras menjerit. Lalu mundur
    lagi satu senti dan dengan tenaga penuh….

    “Aaaaaachhhhh…aauuhhhhh….saakkkiiitt….nggghhhhh….” Poppy menjerit histeris.

    Tongkol aku masuk sampai pangkalnya ke dalam lubang pantatnya. Sempit banget, sampai kerasa tongkol
    aku seperti remuk di dalam. Tapi terus aku genjot agak lama.

    Lima menitan, aku lepas dan dua temen aku yang tadi ngerjain Sari udah siap di belakang Poppy, mau
    gantiin. Aku balik ke Umi, sementara Poppy mulai menjerit lagi waktu pantatnya disodomi lagi. Tapi
    jeritannya hilang waktu mulutnya juga diperkosa.

    “Gimana? Kamu mau nurut?” kata aku sambil jongkok di sebelah Umi dan mengucek-ucek memiawnya yang
    berjembut tipis.

    “I…iya…iya…” katanya terbata-bata.

    “Bagus, sekarang bersihin tongkolku,” kata aku sambil berdiri, menyodorkan tongkol aku yang basah air
    mani temen aku dan darah dari pantat Poppy.

    Umi menelan ludahnya, tampangnya tampak jijik. Tapi karena takut, dia jilat juga tongkol aku. Gila,
    aku kayak di awang-awang, apalagi dia terus mulai menyedot-nyedot tongkol aku. Setelah lama dia
    nyepong aku, aku liat tiga temen aku udah selesai. Poppy kayaknya pingsan. memiaw, pantat dan mulutnya
    belepotan air mani.

    “Aku juga bersihin dong,” kata temen-temen aku berbarengan.

    Umi nggak punya pilihan lain. Akhirnya gadis imut-imut itu berjongkok di depan empat lelaki, menjilati
    dan menyepong tongkol-tongkol berlendir.

    Tidak cuma itu, dia juga aku suruh jilat seluruh air mani di badan Sari dan Poppy. Malah, dari memiaw
    Sari aku sendokin air mani dan aku suapin ke mulut Umi yang berbibir mungil itu.

    “Huuu…huuu…sudahh…saya mau pulang…” Umi terisak sambil duduk bersimpuh.

    “Boleh, tapi kamu harus joget dulu,” kata aku sambil melepas ikatan di tangannya.

    Umi seperti kebingungan. Tapi tiba-tiba ia menjerit karena temen aku tahu-tahu menyabetkan ikat
    pinggangnya, kena payudara kirinya.

    “Ayo cepet joget!” bentaknya.

    Takut-takut Umi berdiri, tapi kali ini temen aku yang lain menampar pantatnya dari belakang.
    “Joget yang hot!” bentaknya.

    Akhirnya Umi mulai meliuk-liukkan tubuhnya. Merangsang banget, gadis berjilbab tapi bugil, joget di
    depan aku. Aku tunjuk selangkangannya.

    “Ayo, gerakin pinggulmu maju mundur sampai memiawmu kena telunjukku ini,” kata aku.

    Umi nurut. Pinggulnya maju mundur sampai memiawnya yang berjembut tipis nyenggol telunjuk aku. Pas mau
    nyenggol kelima kalinya, sengaja aku sodok agak kenceng sampai seperti menusuk klentitnya. Umi
    menjerit kesakitan. Sekarang dia malah ketakutan waktu tiga temen aku ikut joget di sekelilingnya
    sambil memegang-megang buah dada, pantat dan memiawnya.

    “Jogetmu bikin aku ngaceng nih!” kata aku sambil mengacungkan tongkol aku yang emang udah tegang
    banget.

    Temen-temen aku ketawa ngakak lalu memegangi kedua tangan Umi dan menelentangkannya di lantai.

    “Aaahhh….janngaaaannnn….kalian jahaaaattt…aaahhhh…” Umi menjerit dan meronta-ronta.
    Satu kakinya dipegangi temen aku, satu lagi aku pegangin, ngangkang lebar banget. Umi nangis lagi,
    waktu ngerasa memiawnya mulai kesenggol kepala tongkol aku.

    Cewek mungil ini menjerit keras waktu jari aku dan temen aku menarik bibir memiawnya ke kanan dan
    kiri. Terus, tongkol aku mulai masuk 4 senti dan tarikan langsung dilepas. Sekarang tongkol aku
    kejepit memiaw perawan yang sempit. Aku ambil posisi, pegangan dua buah dadanya yang mulus sambil
    jempol dan telunjuk aku menjepit pentilnya.

    “Aku harus adil dong, masak saudaramu dapat tongkol, kamu nggak?” kata aku sambil dengan tiba-tiba
    mendorong tongkol aku maju dengan kekuatan penuh.

    Akibatnya luar biasa. Umi menjerit sangat keras. Aku sendiri merasa tongkol aku merobek sesuatu yang
    sangat liat. Begitu tongkol aku mentok ke dasar memiawnya, aku berhenti sebentar. Kerasa memiawnya
    berdenyut-denyut meremas-remas tongkol aku. Pelan-pelan aku merasa ada cairan hangat membasahi tongkol
    aku. Itu pasti darah perawannya.

    Akhirnya, ABG imut-imut itu menjerit-jerit tak berhenti waktu tongkol aku kocok dengan gerak cepat di
    dalam memiawnya. Apalagi temen-temen aku asyik meremas-remas teteknya. Malah, kerasa ada yang mulai
    nusuk pantatnya pakai jari. Ada lagi yang memaksanya ngemut tongkolnya.

    Nggak lama, aku pindah tongkol ke pantatnya setelah Umi dibikin nungging. Lagi-lagi Umi menjerit
    histeris, sebab pantatnya yang lebih sempit dari memiawnya itu tetap bisa aku jebol pakai tongkol aku.

    Seperti dua cewek lainnya, sekarang Umi telentang di atas dada aku, terus memiawnya yang berdarah
    disodok tongkol temen aku dari depan. Mulutnya sekarang malah dipaksa ngemut dua tongkol sekaligus.

    Sekarang Umi aku paksa nungging di atas dada temen aku sambil tongkolnya tetap di dalam memiaw cewek
    yang baru lulus SMU itu. Dua tongkol masih berebut masuk mulutnya. Dari belakang, sekarang aku coba
    masukin tongkol aku, bareng tongkol temen aku yang sudah masuk duluan.

    Umi merintih kesakitan, waktu tongkol aku bisa masuk. Pas tongkol temen aku masuk sampai pangkalnya,
    aku sodok keras-keras sampai tongkol aku juga masuk sampai pangkal. Umi memiawik keras, sebab terasa
    ada yang ‘krekk’ di dalam memiawnya. Selaput daranya mungkin sobek lebih lebar lagi.

    Aku ambil tongkol karet punya temen aku, terus aku tusukin jauh-jauh ke dalam anusnya. memiawnya jadi
    terasa tambah sempit aja. Umi mengerang panjang waktu aku nggak tahan lagi, ngocokkan tongkol beneran
    dan tongkol karet makin cepat.

    “Minggir…minggir…” kata aku ke dua temen aku yang lagi memperkosa mulut Umi.

    Cepet aku masukin tongkol aku ke dalam mulut berbibir mungil itu dan, sedetik kemudian, air mani aku
    tumpah banyak banget di dalam mulutnya. Umi sudah lemas waktu dia ditelentangin dan tiga temen aku
    antri ngocok cepat-cepat lalu nembak di dalam mulutnya.

    Cewek itu betul-betul tak berdaya. Saat temen aku yang terakhir nyemprot ke dalam mulutnya, dia malah
    sudah pingsan. Mulutnya yang terbuka betul-betul putih, penuh air mani. Malah, wajah imut-imutnya juga
    ikut basah.

    Tiga cewek itu sekarang sudah di mobil lagi. Mulut-mulut mereka yang penuh air mani sudah dilakban,
    sedang tangan diikat di belakang punggung. Tiga cewek bugil itu digeletakkan begitu saja di lantai
    tengah mobil.

    Sari yang pertama siuman, merintih dan menggeliat. Dua temen aku yang jaga di jok tengah lalu
    mengangkatnya hingga duduk di tengah-tengah. Lagi-lagi payudara montoknya diremas-remas dan putingnya
    disedot-sedot. Sari cuma bisa merintih. Tapi ia mengerang kesakitan waktu dua ujung gagang kuas lukis
    yang runcing didorong di atas dua putingnya sampai tak bisa maju lagi.

    “Ini bagus dan menarik,” kata temen aku lalu mengikat empat kuas dengan karet gelang di dua ujung
    gagang kuas, masing-masing dua kuas.

    Ia lalu merenggangkan kedua kuas dan menyelipkan payudara Sari di antaranya. Selanjutnya, tarikan
    dilepas sehingga kuas kembali merapat dan menjepit erat gumpalan daging montok itu di pangkalnya.

    Dua buah dada Sari diperlakukan seperti itu, sehingga menggelembung dan makin lama makin terlihat
    merah kehitaman. Sari merintih dan menggeliat-geliat kesakitan. Lalu Poppy yang menyusul siuman juga
    diperlakukan sama.

    Terakhir, begitu sampai Kasongan, Umi siuman. Perlakuan yang diterimanya nyaris sama. Bedanya, cuma
    dua kuas yang menjepit di payudaranya. Tapi, pasti sakit sekali karena yang dijepit adalah dua
    putingnya sekaligus.

    Rumah Sari dini hari itu sepi sekali. Maka mobil langsung masuk garasi yang memiliki pintu tembus ke
    kamar Sari. Tiga pigura besar langsung disiapkan temen-temen aku. Lalu cewek-cewek yang masih
    menggeliat kesakitan itu, kita ‘pigura’ dengan tangan terikat di frame atas, kaki di frame bawah.
    “Ini pasti lucu,” kata temen aku sambil bawa masuk dongkrak mobil.

    Diputarnya dongkrak sehingga bagian pengangkat turun merapat dan ulirnya yang berdiameter tiga senti
    menonjol tiga senti. Lalu dibuatnya Umi duduk di atas dongkrak. Otomatis besi berulir menusuk
    memiawnya.

    Lalu diputarnya lagi dongkrak sehingga turun dan besi berulir naik. Umi mengerang kesakitan, sebab
    begitu besi pengangkat rapat, besi berulir itu mencuat ke dalam memiawnya sedalam 10 senti lebih.

    Darah perawannya bercampur air manipun menetes ke dongkrak dan lantai keramik putih. Sedang Sari dan
    Poppy dipigura pada posisi berdiri. Dua puting Sari dan Poppy lalu disentuh dengan raket nyamuk.

    Sekejap tapi dua cewek itu langsung melonjak dan mengerang kesakitan. Lalu gagang raket ditusukkan ke
    dalam memiaw Poppy. Lubang pantatnya dimasuki lima kuas dengan bulu di dalam. Di memiaw Sari aku
    masukin dua baterai besar dan satu di pantatnya.

    Tiga buah pancing lalu aku ikat di pigura Sari. Lalu, tiga kail aku tancapkan di pentil dan
    klitorisnya. Sari mengerang hebat waktu tali pancing aku gulung sampai menarik tiga titik peka itu.
    Sampai akhirnya, Sari pingsan lagi.

    “Kamu berdua harus pingsan lagi ya?” kata aku kepada Poppy dan Umi yang ketakutan waktu ngelihat enam
    tusuk gigi lancip di tangan aku.

    Pertama-tama Poppy yang mengerang hebat waktu dua tusuk gigi aku tancepin di dua pentilnya sampai lima
    senti. Darah lalu mengalir dan menetes lewat ujung tusuk gigi. Waktu klentitnya yang aku tusuk dari
    bawah sampai tembus ke atas, Poppy mengerang lagi dan tubuhnya kejang sampai akhirnya lemas, pingsan.

    Sekarang Umi yang ketakutan. Aku tarik satu persatu putingnya, aku tusuk tembus melintang sehingga
    nyangkut di gagang kuas. Darah juga menitik lewat ujung tusuk gigi. Seperti Poppy, dia juga pingsan
    waktu klentitnya juga aku tusuk tembus melintang.

    Keadaan sepi, aku dan temen-temen membuka lebar korden ruang tamu, lalu menyalakan lampu. Cepat kami
    cabut dari situ sambil melihat pemandangan indah di ruang tamu… *** Seminggu kemudian, aku mampir ke
    rumahnya.

    Berlagak nggak tahu, toh Sari, Poppy dan Umi juga nggak tahu kalo aku yang merkosa mereka. Tapi aku
    kaget juga waktu yang membuka pintu bukan mereka, tapi seorang gadis berjilbab putih panjang dan jubah
    ungu.

    “Saya Kantuningsih. Saya kos di sini,” kata gadis berwajah khas Jawa itu.

    “Bu Sari kemana?”

    “Bu Sari sekarang tinggal di Klaten…” sahutnya.

    Ow… ow… aku kecewa. Tapi entar dulu, kapan-kapan si Kantun ini perlu disodok juga memiawnya. Temen-
    temen aku harus dikasih tau ! Betapa mempesonanya wanita ini. dibalik kesopanan pakaian tersembunyi
    pesona liar.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Nikmatnya Bersetubuh Dengan Tante Nakal

    Cerita Sex Nikmatnya Bersetubuh Dengan Tante Nakal


    803 views

    Perawanku – Cerita Sex Nikmatnya Bersetubuh Dengan Tante Nakal, Namaku Roy Dian Putra, saya pertama kali berbicara tentang ceritanya hari ini, saya berusia 18 tahun, dan saat ini tercatat sebagai mahasiswi sebuah universitas swasta ternama di Jakarta.

    Ini adalah cerita dewasa panas yang paling seru. Datang dari rumah keluarga yang rusak, kedua orang tua saya yang sebenarnya bercerai sejak saya berusia 6 tahun. Saya tinggal dengan ayah saya, cerpen sampai suatu hari dia mendapat masalah di luar negeri dan kemudian saya tinggal di rumah teman saya yang menjadi teman baik ayah saya juga, sedangkan teman masa kecil saya sekarang dia kuliah di Malang, sebulan sekali dia baru pulang, , Ibu teman saya dan pembantu wanita yang baik juga bodynya.

    Ibu teman saya sangat seksi dan cantik meski berusia 32 tahun, Hampir setiap hari saya melakukan masturbasi karena ga tahan terhadap gejolak seks untuk melihat keramahan tubuh ibu teman saya, sampai akhirnya muncul.

    Setelah 3 minggu saya tinggal bersama mereka, timbul nafsu saya untuk bercinta dengan ibu teman saya. Bagaimana tidak terangsang untuk melihat wajah cantik orang dewasa dan menarik serta tubuh seksi yang luar biasa (mungkin karena pergi ke senam). Setiap ibu temanku mandi, aku selalu meluangkan waktu untuk mengintipnya. Sambil mengawasiku masturbasi ke titik di mana semprotanku ada di lantai tempat aku mengintip.

    Di situlah setiap hari saya melakukan aktivitas ini tanpa takut tertangkap oleh ibu dan saudara perempuan dan asisten saya. Terkadang jika saya tidak punya waktu, saya tidak membersihkan jejak saya karena takut ibu teman saya datang lebih dulu. Saya tidak tahu dia sadar akan hal ini atau tidak, tapi yang pasti sampai 3 minggu ini masih aman.

    Pagi harinya ibu temanku menyiapkan sarapan untukku, aku duduk di meja makan sambil menunggu sarapan tiba. Saat itu pembantu sudah berangkat ke pasar. Saya melihat ibu teman saya hanya mengenakan celana dalamnya, sedangkan bagian atas dia hanya mengenakan kaus oblong, jadi tonjolan dadanya terlihat satu kali. Mungkin dia tidak nyaman berpakaian jadi karena seluruh rumah biasanya hanya wanita, tapi saya yang melihatnya membuat jantungku berdegup kencang dan darah mudaku mendesis. Terutama sarapan yang saya makan kebanyakan menambahkan libido, jadi loftier saya semakin tinggi.

    “Say .., celana kamu kenapa ..?” Dia bertanya.

    Memang pada saat itu batang ketegangan saya tumbuh sekali terlihat dari luar celana. Saya sangat terkejut bertanya, gelas yang saya minum tumpah, keberuntungan tidak pecah.

    “Kalau kamu minum perlahan dong, sayang ..” katanya sambil mendekati aku dan menyeka tumpahan air di bajuku.
    Begitu dia mendekat, aku merasa sudah cukup. Aku langsung berdiri dan memeluknya dan mengisap lehernya. Pada saat itu otak saya mendung dan tidak peduli apa

    “Katakan, tidak … aku ibu temanmu ..” hanya itu yang dia katakan, tapi dia tidak berkelahi sedikit, malah biarkan aku membuka bajunya agar tubuhnya yang cantik itu terlihat.

    Aku mulai membelai seluruh tubuhnya, payudaranya yang besar mengisap seperti saat aku masih bayi, dan tanganku digunakan untuk memijat payudaranya dan memeluknya.

    Setelah itu daerah erotis lainnya saya langsung menikmati seperti dadanya, ketiak, sampai akhirnya saya duduk tepat di celana dalamnya. Saya melihat bahwa CD itu basah kuyup, lalu saya menarik CD ke bawah dan segera saya melakukan oral seks di lubang feminin wanita teman saya. Saat itu ada bau khas seorang wanita yang sangat tidak menyenangkan, namun baunya adalah bau paling indah yang pernah saya baunya karena nafsu saya telah memuncak.

    Aku mencium permukaan kemaluannya saat lidahku menari di daerahnya yang paling sensitif, tindakanku membuatnya melompat seperti sengatan listrik.

    “Cukup Roy, hentikan .. aah ..” katanya tapi tangannya terus menahan kepalaku tenggelam di selangkangannya, bahkan menahanku untuk terus menjilatnya.

    Saat lidahku menjilat klitorisnya dengan lembut, tidak lama setelah tubuh ibu teman saya berputar keras, dan napasnya semakin kencang. Saya tidak peduli lagi dan terus menjilat alat kelamin teman saya yang menyembur cairan kental saat ia mencapai orgasme tadi. Aku mengisap semua cairan keluar, meski rasanya aneh di lidah tapi rasanya enak.

    Lalu ibuku yang tampak lelah melepaskan kepalaku dan duduk di kursi makan. Saya segera berdiri dan melucuti pakaian saya. Dia tampak terkesan melihat pangkal paha besar saya dengan panjang sekitar 15 cm dan diameter 4 cm. Ketika saya mendekat, ibu teman saya mendorong saya jadi saya duduk di kursi makan dengan sisa energi lemasnya. Kupikir ibu temanku menolak dan akan marah, tapi dia langsung berlutut ke tangkai laki-laki saya. Mulutnya begitu dekat dengan pangkal pahaku tapi dia tidak mengatakan apapun. Saya yang tidak tahan langsung mendorong kepalanya ke arah batang pria saya.

    Ibu teman saya langsung mengisap senjata saya dengan penuh nafsu. Itu terlihat dari kuluman liar dan ritmisnya dan tangannya menggosok pangkal pahaku. Saat melakukannya, saya membelai rambutnya dan merasakan kenikmatan yang luar biasa, tak terukur dan tak terlukiskan. Sampai akhirnya saya merasa tidak bisa lagi, air saya muncrat di mulut ibu teman saya.

    Dia segera memuntahkannya, dan kemudian membersihkan sisa-sisa air mani yang menetes di batang laki-laki saya dengan mulutnya. Melihat batang laki-laki saya masih tegang, dia langsung naik ke pangkuan saya dan membimbing burung saya ke sarang. Akhirnya tenggelam semua batang selangkangan saya ke dalam lubang senggamanya. Gila .., rasanya luar biasa. Meski saya sering camilan, tapi saya akui beban pemakaman ibu teman saya terasa lebih menakjubkan dari pada yang lain.

    Dia mulai naik turun sambil menggosok tangkai jantanku saat dia memeluk kepalaku sehingga aku benar di sisi payudaranya. Itu kumanfaatkan untuk dinikmati di sekitar area dada.

    Akhirnya dia berada di puncak orgasme, dan langsung mengerang kenikmatan. Aku mulai terbebani dengan goyangan liar, dan akhirnya menyemburkan air mani untuk kedua kalinya di lubang senggamanya. Kami kemudian saling mencium sayang. Kemudian tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia langsung menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.

    Pada waktu itu saya menyadari bahwa saya telah meniduri ibu teman saya sendiri, merasa bersalah karena segera menyerahkannya ke perguruan tinggi setelah dibersihkan, saat dia masih berada di kamar mandi. Saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan dan bingung untuk menghadapi semua.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Nikmatnya Perawan Anak SMA

    Cerita Sex Nikmatnya Perawan Anak SMA


    680 views

    Perawanku – Cerita Sex Nikmatnya Perawan Anak SMA, Tidak pernah terbayang olehku, suatu ketika aku akan memperawani anak kost yang begitu cantik dengan bibir berwarna merah muda, Kisahnya terjadi dengan cepat sampai – sampai, aku sulit sekali melupakan kenangan indah itu.

    Pertama kali aku mengenalnya adalah saat pulang dari Jakarta, dia adalah siswa sekolah keguruan yang ada di kotaku pada saat itu,dia cantik,manis dan bertubuh mungil dengan kulit putih. Dasar nasibku lagi mujur tak lama berselang dia pindah kost kerumahku jadi mudah bagiku tuk lebih jauh mengenalnya.
    Ternyata orangnya supel dan pandai bergaul, sehingga aku tambah berani tuk menyatakan perasaan hatiku, lagi-lagi aku beruntung dia menerima pernyataanku ,ukh bahagianya aku.
    Suatu hari aku ada acara keluar kota ,iseng aku mengajaknya pergi,ternyata dia menyambut ajakanku. Sepanjang jalan menuju luar kota kami ngobrol sambil bercanda mesra,kadang tanganku iseng pura – pura tak disengaja menyentuh pahanya mulanya dia menepis tanganku tapi lama kelamaan membiarkan tanganku yang iseng mengelus pahanya yang putih dan gempal,aku memberanikan diri mengelus- elus pahanya sampai kepangkal pahanya . Dia tetap diam bahkan seperti menikmati elusan tanganku.
    Aku tarik tanganku dari rok hitamya lalu bertanya padanya boleh nggak aku menyentuh payudaranya yang membukit dibalik baju berwarna pink.mulanya dia menolak ,aku coba merayunya bahwa aku ingin mengelus walau hanya sebentar.
    Akhirnya dia mengangguk pelan,langsung aja tanganku menyusup kebalik bajunya dan mengusap,mengelus bahkan saat kuremas susunya yang mungil dan kenyal dia hanya mendesah dan menyandarkan kepalanya pada sandaran jok mobil yang kami kendarai.Kupermainkan putting susunya dengan dua jari dia semakin mendesah, sambil tetap menyetir aku tarik reslting celanaku dan aku keluarkan penisku yang telah menegang sejak tadi bak laras tank baja ,aku pegang tangannya dan kutarik kearah penisku, saat tangannya menyentuh penisku yang besar dan panjang dia tarik kembali tangannya mungkin kaget karena baru pertama kali.
    Dengan sedikit basa basi kembali kutarik tangannya tuk memegang penisku akhinya dia menyerah kemudian mulai mengelus penisku perlahan.
    “ Ang,punyamu besar sekali hampir sebesar pergelangan tanganku “ katanya
    “ Hmm,susumu juga kenyal sekali “ kataku sambil menikmati elusan tangannya pada penisku
    Tak lama kami sampai di kota tujuan,langsung aku cari tempat untuk menginap setelah itu pergi lagi tuk belanja keperluan selama di kota itu.
    Malam kami ngobrol diberanda depan kamar tempat kami menginap sambil nonton tv ,kami duduk berdampingan sekali kali tanganku bergerilnya ditubuhnya ternyata dia dibalik baju tidurnya dia hanya memakai cd sehingga tanganku bisa bebas meremas remas susunya dan mempermainkan putingnya.
    “ Akh,Ang jangan terlalu keras “ katanya kala kuremas dengan rasa gemas.
    “ Maaf,habis susumu kenyal sekali “ kataku
    “ Iya ,tapi sakit “ katanya
    “ Iya pelan deh,kita pindah kedalam yuk “ kataku berbisik padanya dan mengangguk perlahan.
    Sesampainya didalam aku peluk dia dari belakang,kuciumi tengkuknya yang putih dengan penuh nafsu dia bergelinjang kegelian sedangkan kedua tanganku bergerilya pada tubuhnya.
    “ Akh,Ang ………..shhhhhhhh “ kata mendesah
    Tanganku mulai membuka kancing bajunya satu persatu dan kulepas bajunya hanya tinggal cd nya yang berwarna hitam.Kukulum bibirnya ,dia membalas kulumanku dengan penuh gairah.Tangannya mengusap-usap penisku sesekali meremasnya sehingga aku merasakan nikmat yang tak terhingga.
    “Ukh,…teruskan yang “ kataku
    “ Ikh besar sekali,panjang lagi “ katanya.
    “ Ssssst ,”kataku sambil mengulum putting susunya yang makin menegang,tanganku kupergunakan untuk menurunkan cdnya .Kuusap perlahan gundukan daging empuk yang ditumbuhi bulu – bulu hitam halus ,dia menggelinjang kegelian dan kulanjutkan dengan menggelitik belahan memeknya hangat terasa.
    “Akh,….teruskan pelan pelan “katanya sambil meremas penisku.Kemudian aku menurunka kulumanku pada susunya ke pusarnya ,dia mengangkat pinggangnya keenakan kuteruskan ciumanku pada memeknya dan menegang saat lidahku yang kasar menjilati memeknya yang merah merekah. Dia mengimbangi permainan lidahku dengan menggoyangkan pinggulnya bibirnya tak henti-henti mendesah .
    “Sekarang giliranmu sayang “kataku padanya sambil menyodorkan penisku kemulutnya .Perlahan tapi pasti dia mulai menciumi batang kemaluanku yang sejak tadi menegang ,saat dia mulai mengulum penisku terbang rasanya menahan rasa nikmat .
    Setelah itu kutelentangkan kekasihku yang putih,susunya yang mungil menggunung dengan memeknya yang merah merekah dibalik bulu- bulu hitam halus .Perlahan – lahan aku menaikinya ,kugosok-gosokkan penisku pada belahan memeknya dia meregang sambil mendesah tak karuan merasakan nikmatnya gosokkan penisku.Kemudian kutekan sedikit demi sedikit penisku pada memeknya ,pinggulnya naik seakan menyuruh agar penisku segera dimasukkan pada memeknya.
    “Ayo,akh aaaaaaaakh teruskan sayangku” katanya sambil menarik pinggangku
    “Baiklah ,sayang aku masukkan ya “ kataku sambil menekan penisku agar masuk lebih dalam lagi pada lubang memeknya perlahan karena takut dia kesakitan,sempit sekali.
    “Aduh..,sakit Ang akh……..” katanya
    “Sebentar juga hilang “ kataku,penisku keluar masuk memeknya yang terasa basah dan hangat.Rupanya ini pengalaman pertama baginya karena ada noda darah pada pangkal pahanya.
    “Terus ….lebih cepat akh………ukh nikmat sekali kontolmu yang” katanya berani mungkin karena pengaruh rasa nikmat dari keluar masuknya penisku yang panjangnya 28 cm,penisku pun mulai merasakan nikmat dari gesekan dengan dinding dalam memeknya.
    “Akh…….terus goyang pinggulmu “ kataku padanya,dan dia menuruti kataku menggoyangkan pinggulnya Tak lama dia mengerang sambil memelukku erat rupanya dia telah mencapai orgasme,dia berbaring lemas dibawaku sedangkan penisku masih menancap pada memeknya yang terasa basah.
    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Skandal Janda Kaya Pemuas Nafsu Birahiku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Skandal Janda Kaya Pemuas Nafsu Birahiku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1610 views

    Perawanku – Perkenalkan namaku Joni, usiaku saat ini 26 tahun, tinggi 174cm, badan atletis dan kulit putih. Kata para tetangga aku adalah anak haram dari hasil hubungan gelap ibuku dan majikannya dahulu saat bekerja menjadi TKI di singapura.

    Alhasil sejak kecil aku sudah terbiasa tertekan mental, selalu diejek anak haram oleh teman-teman dan tetangga. Maklum, ayahku (suami ibuku) meninggal saat aku masih dalam kandungan dan setiap aku bertanya pada ibu, jawaban yang keluar hanya air mata.

    Aku tumbuh menjadi sosok yang bermental baja dan sejak SMA aku memanfaatkan wajah indoku untuk menggaet cewek dan morotin uangnya tetapi tidak pernah sekalipun aku melakukan hubungan badan karena takut anak yang terlahir akan bernasib sama sepertiku. Tetapi hal itu berubah, saat aku memasuki kelas 2 SMA dan pindah sekolah di kota Malang bersama pamanku.

    Bisa dibilang kehidupanku berangsur membaik terutama soal penampilan dan uang, karena aku memang di beri ATM khusus oleh pamanku yang bekerja di perusahaan pertambangan terbesar di Papua tanpa sepengetahuan tante Rima atau orang lain. Maklum, pamanku adalah keluarga satu-satunya ibuku dan pamanku menganggap aku anaknya sendiri. Aku kebetulan satu sekolah tetapi berbeda ruangan dengan sepupuku, namanya Vina.

    Sesampainya dirumah, aku langsung menuju kamar dan berniat untuk tidur siang tetapi hal itu urung aku lakukan karena Tante Rima berteriak-teriak kolam renangnya kotor dan menyindir aku, karena hanya aku yang ada dirumah itu sementara pembantu semua kabur karena tidak betah.

    Tante Rima sangat judes, bawel dan nada bicaranya keras sangat bertolak belakang dengan penampilanya yang alim, berjilbab dan cantik tentunya. Uang kiriman pamanku yang berlebih membuat hari-harinya hanya pergi ke salon dan fitnes center.

    Buru-buru aku berganti baju, hanya mengenakan kaos singlet serta celana pendek boxer dan langsung menuju kolam renang. Aku buka pipa pembuangan dan mulai membersihkan kolam dengan hati yang agak jengkel. Mendadak aku disuguhi pemandangan yang sangat indah, Tante Rima sedang beraerobik dengan pakaian super ketat sehingga melukis lekuk tubuhnya yang bohay.

    Tinggi 165an, BH 36 (setelah eksekusi) berat 46kg tetapi berpantat menantang, langsing tapi mempunyai bulatan yang besar dan kenyal. Mendadak kontol ku mengeras, terus berdenyut hingga menyembul keluar dari CD dan boxer. Panjang kontol ku 15 cm dengan diameter sekitar 4,5 cm, mungkin benar aku anak haram majikanku karena ukuran ini sangat tidak mungkin dimilki orang indonesia tanpa campur tangan mak erot dkk.

    Aku terus berusaha menahan diri dengan berbalik badan dan membelakangi, tetapi bayangan tubuh Tante Rima sudah terlanjur merasuk dan menjadi nafsu. Mendadak ada suara langkah kaki mendekat, tetapi aku pura-pura tidak tahu dan terus menyikat lantai kolam.

    ‘‘Jon…buruan dikit, aku mau berenang!” Kata Tante Rima

    “iya Tan, ini sudah dipercepat kok! Sambil tetap membelakangi.

    ‘‘kamu tidak sopan ya, bicara membelakangi Tante!” Tegasnya.

    “iii…iyaaa..Tan maaf, aku tidak bermaksud…. jawabku

    Kulihat mata Tante Rima melotot tidak berkedip dan seakan tidak menghiraukan jawabanku, hingga akhirnya aku menyadari bahwa mata Tante Rima tertuju kearah kont*lku yang tercetak jelas panjang menjulang bahkan seperempatnya terlihat jelas di kaos tipisku yang sudah basah. Karena takut dimarahi, aku langsung bergegas mengambil selang dan membilas kolam kemudian mengisinya kembali.

    Buru-buru aku menuju kamar untuk mandi dan berganti pakaian yang kering, saat itu yang ada dalam otakku hanya takut ketahuan kalau aku sempat mengintipnya beraerobik dan menjadi terangsang. Tanpa terasa aku ketiduran dan bermimpi basah dengan Tante Rima!

    ‘‘tok…tok…tok…Jon…mana Vina kok belum pulang?? Teriak Tante Rima.

    “belajar kelompok Tan! Jawabku spontan sambil berlari membuka pintu.

    ‘‘Hpnya gak aktif, coba telepon temannya! Katanya sambil menyodorkan HP.

    “iya… jawabku singkat.

    Entah disengaja atau tidak, walpaper di Hpnya adalah fotonya berpakaian senam dengan kulit mengkilat karena keringat, sangat sexy dan menggairahkan. Di telepon, Vina bilang akan merayakan ultahnya yang ke 17 dengan teman-temanya dan memintaku memberi tahu mamanya bahwa dia masih belajar dan menginap karena tugasnya akan dikumpulkan besok. Tante Rima mengangguk tanda mengizinkan padahal biasanya akan marah besar.

    ‘‘Jon…ayo keruang tamu, aku ingin bicara sesuatu! Ajaknya.

    “iya Tan, aku ganti baju dulu!! Jawabku.<br> ‘gak usah, ayo… ajaknya setengah memaksa sambil menarik tanganku.

    Sesampainya di ruang tamu, Tante Rima tanpa basa-basi langsung menyalakan TV dan DVD porno koleksinya tanpa sungkan-sungkan. Katanya, dia ingin mendengar pendapatku tentang masalah yang di hadapinya. Yaitu, tentang niat edannya mencari pemuas nafsu karena pamanku pulangnya 6 bulan sekali. Aku diajak curhat dengan harapan aku mau memahami keadaannya dan merahasiakannya dari pamanku. Dengan gugup dan terpaksa, aku mempersilahkannya asal jangan sering-sering.

    ‘‘tapi, aku takut… jawabnya

    “udah niat kok takut?! Jawabku berani karena Tante Rima tidak lagi seram buatku.

    ‘‘bukan itu, aku takut tertular penyakit kelamin. Jawabnya.

    “susah juga, walau sakit pasti ngaku sehat! Jawabku.

    ‘‘kalau kamu, sudah pernah apa belum?! Tanya Tante mengejutkan aku.

    “belum Tan, gak berani takut kalau hamil! Jawabku.’‘tapi kamu pengen gak?? Tanya Tante memaksa.

    Aku hanya diam dan itu diartikan Tante sebagai jawaban ‘pengen’ sehingga dengan entengnya Tante Rima bilang ingin bekerja sama denganku. Aku ditawari menjadi pemuasnya dengan iming-iming bayaran perbulan, aman, sehat dan berjanji akan meminta suaminya untuk menguliahkan aku agar bisa merubah kehidupanku dan ibuku. Aku takut dan teringat pamanku, tetapi keseksian dan alasan meraih cita-cita membuatku harus berkata iya!

    Begitu aku mengangguk, tangan Tante Rima langsung memelorotkan sarungku dan mengeluarkan kont*l jumboku dari CD. Seakan belum pernah melihat kont*l, Tante Rima melihat punyaku dengan tatapan penuh kemenangan, kagum dan takjub akan besarnya serta menelan ludahnya berulang kali.

    ‘‘barang impor memang beda! Pujinya.

    “ajari aku Tan… jawabku asal, sebenarnya kesel juga dibilang barang impor pasti konotasinya aku anak haram lagi gumamku dalam hati.

    ‘‘pasti sayang! Tolong panggil Rima saja ya biar mesra?! jawabnya.

    “selamat menikmati keperjakaanku! Bisikku lirih menggodanya.

    Rima tersenyum memanja dan mulai menjilati palkonku dengan lahapnya. Hisapan dan lidah basahnya berkecipak memenuhi ruang tamu beriring dengan desah Asia Carera di DVD. Aaaaaahhhh….sungguh nikmat rasanya, sebuah pengalaman pertama yang berharga. Sluuuuuuuurrrrppp….sluuuuuuuuuuurrrrrrrppp….lu dah dan lidahnya menyapu palkonku tanpa henti, sementara genggaman tangannya mulai mengocok pangkal kont*lku.

    ‘0oohhh…yeeeessssssssssss! Baby…kont*lmu besar sekali, pasti aku akan terkapar malam ini! Katanya disela-sela hisapanya

    “bukanya itu yang Tante cari… jawabku

    ‘‘kok Tanteee… protesnya!

    “sori…Say…emuuuuuuuuuuaaaaaaaaaachhhh! jawabku sambil mencium keningnya.

    Aku si pemuas nafsu mulai terangsang dan larut dalam godaan nafsunya, tanganku bergerilya menyusup baju tidurnya dan langsung menarik tali BHnya dengan keras hingga putus. Toket Rima menggantung dan kenyal sekali, toket terbesar dan terseksi yang pernah aku nikmati.

    Maklum biasanya toket pacarku SMA cukup imut dan putingnya susah di mainkan. Kepala Rima menggeleng tidak percaya, palkonku menthok di tenggorokanya tetapi menyisakan separuh di genggamanya. Aku hanya tersenyum bangga sambil memainkan toketnya.

    Rima mendorong tubuhku hingga terlentang di Sofa mengisyaratkan untuk meniru adegan di DVD, posisi 69 yang sangat terkenal itu. Memek Rima terlihat gundul seperti baru saja dicukur, begitu tembem dengan lipatan-lipatan di bibir memeknya. aku pijit-pijit dan aku gelitikin dengan ujung lidahku.

    aaaaaaaaahhhhhhhhh….ekspresi kegelian Rima tergambar jelas pada hisapanya yang kuat dan setengah menggigit. Sudah sangat becek dan licin rupanya Tanteku ini, gumamku dalam hati sambil membuka memeknya dengan dua jariku aku si pemuas nafsu memasukkan lidahku jauh kedalam batas jangkauanku.

    Pantat Rima mengejang, kedua pahanya menghimpit wajahku dan kurasakan lendir asin kembali keluar dari memek indahnya. Begitu harum dan kencang, sangat terawat sekali memeknya…. uuuuuuuuuuuuhhhhhh….palkonku berulang kali menyentuh tenggorokanya, sangat hangat dan basah.

    Nikmat sekali rasanya disepong dan ini adalah pengalaman pertamaku! Tak mau kalah, dengan jari telunjuk dan jari tengah aku mulai mengocok memeknya, sangat cepat dan sesekali menggelitiki dinding memeknya dengan tarian jariku.

    ‘‘aaaaaaaaaaaaaammmmmmmmmppuuuuun..Beib…aku gak kuattt!.

    Rengeknya dan lagi-lagi Rima mencapai orgasme.

    “enak kan say… kataku sambil mengoleskan lendir di jariku ke anusnya.

    ‘masukin sekarang Beib…. katanya sambil duduk berjongkok membelakangiku.

    Di geseknya palkon ke bibir memek beceknya, berulang kali hingga membuatku nyeri dan ngilu. Layaknya penthol korek yang digesekkan dan menyala, gesekan palkon di memeknya seakan serupa dan membakar gelora nafsuku.

    Pelan-pelan Rima memposisikan palkon ke lubang memeknya dan perlahan mendudukinya.

    BLEEEEEESss….Aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh….sakit Beib…gak muat rasanya! Rengeknya.

    “ooohh….say…sakit… kataku meringis karena memeknya tidak mampu menampung panjang kont*lku dan pangkalnya menjadi bengkok karena di duduki pantatnya.

    Agar sama-sama enak, aku si pemuas nafsu berinisiatif untuk mengarahkan tubuhnya ke posisi doggy style dengan bertumpu pada sandaran sofa. Aku menusuknya dengan sangat pelan, menikmati setiap mili dinding memeknya. membuat Rima menjerit melengking memecah keheningan malam.

    ‘‘ah…ah…ah…ah..ah..ah…ah…ah…ah…ah… aaaaaaaaaaaammmmpun Beib! Teriaknya.

    “bagaimana Say? Bisikku sambil memainkan lubang anusnya dengan jariku.

    ‘‘hemmmmmmmmm…aku belum pernah merasakan yang senikmat ini.

    Butuh tenaga extra untuk memompanya lebih cepat, karena memeknya memang press membungkus kont*lku. Aku mengambil 1 sachet madu dan coba-coba menuangkan dimemeknya dan melumuri kont*lku. Jauh lebih nikmat, lebih licin, agak lengket dan otomatis membuat dinding memeknya tertarik keluar masuk seiring drngsn goyangan kont*lku.

    ‘‘auh…ah…ah…ooooooooooooooooohhhh…. desah Rima.

    PLAK…PLAK…PLAK…PLAK….PLAAAAAAAAAAAKKKKKKKK K…. benturan pantatnya dan pahaku terdengar semakin jelas. Hemmmmmmmmmmmm…sangat nikmat dan dahsyat.

    ‘‘ayo Beib, buruan aku mau keluar! Desahnya

    “uuuuuuuuuuuhhhhh…tunggu bentar say kita keluarin bersamaan” kataku lirih.

    Dan benar saja, hanya dalam hitungan menit aku si pemuas nafsu dan Rima menyemprotkan lendir orgasme hampir bersamaan, begitu banyak dan kental sekali. Sengaja aku tidak mencabut kont*lku dan membiarkanya tetap terbenam dalam memeknya.

    Aku peluk dari belakang sambil memainkan toketnya dan kemudian aku dudukkan Rima diatas pangkuanku dalam keadaan kont*l masih tetap menancap. Hingga 4 kali aku ber-ML ria, memanfaatkan rumah kosong dan memaksimalkan potensi kont*lku pada hobi baru ini. Diatas tangga, di dalam kamarnya dan di dalam kamarku.

    Bahkan di pagi harinya sekitar jam 06:15 saat Rima memasak mie, aku sempatkan kembali menusuk memeknya dari belakang dengan masih berpakaian lengkap. Aku hanya membuka resleting serta menurunkan CDku saja dan langsung menyingkap dasternya kemudian memasukkanya dari sisi CD kuningnya.

    Sejak saat itu, kami seperti pengantin baru yang sedang berhoney moon dengan memanfaatkan waktu-waktu dimana Vina sedang tertidur atau keluar rumah. Disisi lain, dompetku semakin tebal Tante Rima memberiku uang saku berlebih padahal tanpa sepengetahuanya Pamanku juga memberikan uang saku bahkan dengan ATM khusus. Semua tampak harmonis, bahkan Pamanku juga senang karena istri tercintanya tidak lagi bersikap kasar terhadapku.

    Selama empat bulan, tiada hari tanpa ngentot dan ujung-ujungnya aku si pemuas nafsu menjadi ketagihan berat dengan apa yang namanya memek. Aku sangat tersiksa saat Pamanku pulang kerumah, walau hanya 12 hari tetapi itu sangat lama bagiku.

    Lucunya, suatu hari dengan sms Rima menceritakan bahwa suaminya kaget karena memeknya longgar tidak sesempit dulu tapi dengan tanpa sesal dan dosa Rima beralibi bahwa untuk mengatasi gejolak nafsunya dia memakai dildo sambil membayangkan pamanku. Hehehee….ujung-ujungnya pamanku lah yang merasa bersalah dan meminta maaf pada tante karena jarang pulang.

  • Cerita Bokep Supir Taksi ML dengan Pelanggannya

    Cerita Bokep Supir Taksi ML dengan Pelanggannya


    1762 views

    Perawanku – Aditya Pagi hari itu sudah berangkat mengendarai sebuah mobil, Pria 30 tahun itu adalah seorang supir Taksi.

    “Adit, tumben nunggu disini”,
    “Iya bro, coba suasana baru” Pria yang sering dipanggil Adit itu tampak bercakap dengan teman seperjuangannya yang baru saja lewat

    Aditya memang tidak biasanya berhenti dan menunggu penumpang didaerah tengah kota, karena biasanya ia memilih untuk menunggu penumpang dipinggir kota yang dekat pasar dan mall. Ditengah kota ini malah banyak tempat penginapan dan juga taman kota. Ia mulai berkenalan dengan beberapa pedagang dan juga beberapa orang yang sering berkeliaran disekitar daerah tengah kota itu, sudah beberapa hari berlalu, dan tampak sudah banyak penumpang yang menggunakan pelayanan taksinya.

    “Mas, Taksi..” Seorang perempuan mendekati taksi milik Aditya. Aditya yang bersandar dimobil taksinya itu segera membuka pintu belakang mobil itu, dan perempuan itu masuk kedalam, pria itu lalu menuju kursi depan dan bersiap mengemudikan taksinya.

    “Mau kemana mbak?”,
    “Ke ****** mas”,
    “Oke mbak” Aditya sempat kagum, penumpangnya itu ternyata cantik sekali, mungkin lebih muda beberapa tahun darinya.

    Segera Aditya mengemudikan mobilnya dan mengantar perempuan itu. Beberapa menit kemudian Taksinya sudah sampai ditempat tujuan.

    “Brp mas?”,
    “50 ribu mbak”,
    “Mahal kali, kalau jadi pelanggan tetap dapet diskon nggak?”,
    “Ya gak bisa mbak, kan tarifnya udah diatur dimeterannya ini“,
    “Ya udah mas, ini” Perempuan itu menyodorkan uang, setelah diterima Aditya, perempuan itu segera turun.
    “Makasih mbak”,
    “Eh mas, besok ketempat yang tadi bisa?”,
    “oh, saya selalu disana mbak”,
    “Oke, besok tunggu Disana mas”,
    “Siap mbak”. Perempuan itu pergi meninggalkan Aditya. Sempat difikiran supir taksi itu bagaimana cantiknya perempuan itu, sambil ia terus melanjutkan pekerjaannya.

    Keesokan harinya, Aditya sudah menunggu ditempat biasanya. Ternyata perempuan kemarin itu sudah kembali menemuinya.

    “Taxi mbak?”,
    “Iya mas” Kembali Aditya mengantarkan perempuan itu.
    “Alamatnya tetep yang kemarin itu mbak?”,
    “Beda lagi mas, jalan aja kealamat kemarin, nanti aku bilangin kalau berhenti”,
    “Siap mbak” Kembali Aditya mengemudikan taksinya ditemani perempuan cantik itu.

    Dalam perjalanan, Aditya jadi tertarik untuk menanyakan nama penumpang cantik itu. Judi Poker Online

    “mbak, boleh Tanya?”,
    “hmm? Tanya apa mas?”,
    “Namanya siapa mbak?”,
    “Saya Alivia mas”,
    “Oh, saya Aditya”,
    “panggilannya siapa mas?”,
    “panggil Adit aja mbak”,
    “Oke deh…” Sempat terpasang senyum diwajah mereka berdua.
    Beberapa menit kemudian, Aditya harus menghentikan mobilnya,

    “Stop situ mas” Segera taksi itu menepi,
    “Turun sini mbak?”,
    “mas Adit tunggu bentar, saya panggil seseorang”,
    “oke mbak” Perempuan itu mengeluarkan handphonenya, dan segera menelpon seseorang.
    “Halo? Iya om ini Via…iya ini udah didepan…udah saya carikan taksi…iya om, saya tunggu” Tak lama menunggu, tampak seorang pria mendekati taksi, dan kemudian masuk dikursi belakang menemani Via.

    “Hai Via..”,
    “Hai juga Om…cup” Alivia mencium om-om itu, sempat Aditya kaget mengetahui hal itu.
    “Hehehe, Yuk mas lanjut”,
    “Kemana tujuan selanjutnya mbak?”,
    “Kembali ketempat tadi mas” Adit sempat bingung, namun ia segera menuruti kemauan

    Via itu. Dalam perjalanan kembali ketengah kota, Aditya mau tak mau mendengarkan Alivia bercakap cakap dengan om-om itu,

    “Hehe, ya gitu deh om…”,
    “Kamu memang cantik ya, persis kayak difoto itu”,
    “Masak sih om? Kayaknya cantikan yang asli dari pada yang difoto? Hehe”,Cerita Bokep Supir Taksi ML dengan Pelanggannya – Aditya Pagi hari itu sudah berangkat mengendarai sebuah mobil, Pria 30 tahun itu adalah seorang supir Taks
    “Bisa aja kamu, hehe” Aditya sempat berfikir kenapa Perempuan muda itu sangat akrab dengan om om itu. Beberapa menit kemudian taksi milik Aditya sudah tiba ditempat semula.

    “ini mas, kembaliannya ambil aja”,
    “w…wah, terima kasih om..eh pak”,
    “Sip, yuk cantiik ikut om” Alivia lalu turun bersama om-om itu.

    Dalam mobil taksinya itu Aditya melihat Alivia berjalan menuju hotel didekat sana bersama Om-om itu. Aditya mulai berfikir yang tidak tidak, namun ia kembali melanjutkan pekerjaannya sendiri. Keesokan harinya lagi, Aditya sudah ditempat biasa, ia berharap Alivia menemuinya lagi. Tak diduga, bukannya Alivia yang datang, malah Om-om yang kemarin bersamanya itu yang menemui Aditya.

    “Eh mas ini lagi, antarkan saya pulang ya, kerumah saya, tau kan? yang kemarin itu”,
    “Oh, iya pak, siap…” Segera Aditya mengantarkan Om-om itu menuju rumahnya kemarin.

    Kembali ditengah perjalanan Aditya tertarik menanyakan pertanyaanya kepada penumpangnya itu,

    “m..Pak, boleh saya Tanya sesuatu?”,
    “Silahkan mas, pasti Tanya soal Alivia toh?”,
    “w..wah, bapak tau jalan fikiran saya”,
    “Iya lah, Si Alivia itu tadi saya tinggal dikamar hotel” Aditya sempat shock, pikiran negatifnya mulai kembali teringat dari kejadian kemarin.
    “oh, jadi mbak Via itu…”,
    “Dia cewek panggilan mas, mumpung ada uang Aku nikmati aja sehari bercinta dengan cewek cantik itu, hahaha” Aditya berusaha agar tidak tampak kaget dan menjawab pernyataan Om-om itu,
    “o..ooh, begitu ya pak, pasti bapak ini puas sekali…”,
    “Betul mas, wah, luar biasa nikmat deh memeknya Alivia”

    Aditya tak berfikir Om-om itu akan menjawab dengan begitu lepas. Aditya memilih diam dan mengantar Om-om itu, tak lama taksinya sudah tiba dikediaman penumpangnya itu.

    “Ini mas”,
    “Terima kasih pak”,
    “Loh kembaliannya mana?”,
    “Eh, maaf pak, ini…”,
    “Kemarin kan soalnya ada Alivia, sekarang beda cerita, haha, yuk mas”,
    “iya pak…” Aditya kemudian meninggalkan tempat itu. Diperjalanan

    Aditya berfikir cukup dalam, ia tak mengira cewek secantik Alivia itu adalah cewek panggilan yang sering memuaskan hasrat seks para pria berduit.

    Beberapa hari kemudian, Aditya tidak menemukan Alivia menumpang taksinya, kembali muncul pertanyaan dikepalanya. Namun
    disuatu hari, saat malam itu Aditya akan pulang, namun ia melihat Alivia mendekati taksinya.

    “Hai mas Adit, lama tak jumpa..”,
    “Eh, mbak Via, taksi mbak?”,
    “Iya dong, masak mau diem disini sama mas Adit, haha”,
    “Mungkin aja kalau mbak Via mau ya gak papa, hehe, kemana ini mbak?”,
    “Pulang kerumahku mas”,
    “Oke deh mbak” Aditya mengantar Alivia pulang. Dalam perjalanan, Adit sempat diberi petunjuk jalan dimana rumah perempuan cantik itu. Aditya sempat memperhatikan sepertinya Alivia tampak kelelahan.
    “mm…mbak, kok tumben keliatan lemes gitu..”,
    “Kepo yam as Adit? Haha”,
    “Ya maaf, pasti habis kerja ya?”,
    “I…iya mas, capek” Aditya kemudian diam dan memilih mengemudi dengan tenang, sambil sesekali melihat Alivia dari spion tengah mobilnya itu.

    Beberapa menit kemudian Ia sudah menepikan taksinya dan Alivia segera turun setelah membayar tariff taksi itu.

    “Sampai ketemu lagi mas Adittt”,
    “i..iya mbak, terima kasih” hari itu berbeda, Adit melihat Senyum yang sangat manis ditunjukan Alivia saat berpamitan padanya.

    Aditya dalam perjalanan pulangnya sempat tersenyum sendiri, memikirkan si Alivia itu.

    Besok paginya, Aditya sudah stay ditempat nongkrongnya menunggu penumpang. Pagi itu ia sudah kaget melihat Alivia menemuinya, karena tak pernah sebelumnya perempuan cantik itu menemuinya dipagi hari.

    “Mbak Via? Tumben pagi pagi udah kesini” Tampak Alivia diam saja, perempuan itu langsung masuk kedalam taksi milik Aditya.
    “Kemana ini mak Via? Pulang?”,
    “Iya mas…” Aditya tau ada yang tidak beres karena Alivia tidak secentil dan tampak sedikit lebih tenang.

    Segera saja Aditya mengantar Alivia pulang. Aditya selalu menyempatkan waktu melirik si cantik Alivia, sempat Alivia menyadari kalau Aditya itu meliriknya, namun Aditya segera kembali fokus mengemudi, meski pandangannya tak seperti biasa, Aditya tetap terpesona kecantikan pelanggan setianya itu. Setelah tiba dirumah Alivia, perempuan itu segera turun, namun tak mengeluarkan uang.

    “M..mbak, anu… itu…”,
    “bayarnya mas? Mm… ngutang dulu boleh mas?”,
    “Waduh, gimana ya mbak?” Aditya menggaruk lehernya, dan Alivia kemudian mendekati pria yang duduk dikursi pengemudi itu.
    “mm… Mas Adit, turun bentar deh, ikut aku kedalam rumah”,
    “Eh, tumben mbak”, “Uangnya…didalem soalnya”,
    “Gitu ya, ya udah deh…” Aditya menurut, ia turun dari taksinya dan menguncinya, kemudian mengikuti Alivia kedalam rumah itu.

    Aditya mengetahui rumah itu sangat sepi,

    “Kok sepi sekali mbak?”,
    “Lagi keluar temenku, duduk dulu deh mas” Aditya kemudian duduk disofa bersama Alivia, pria itu sempat merasa canggung, karena tak seperti ditaksinya, kini ia sudah bersebelahan dengan sicantik itu.

    Aditya jadi malu mengetahui Alivia itu sedangmemandanginya,

    “mm…. mbak Via, anu…”,
    “Apa mas Adit?”, “ndak, itu loh…apa…mmm…” Aditya makin bingung, Alivia yang cantik sekali itu tersenyum kepadanya.
    “Berapa sih bayarnya mas?” Alivia merapat kesebelah Aditya, membuat pria itu jadi makin bingung.
    “Ya.. kayak biasanya itu mbak”,
    “Kalau aku gak punya uang, gimana mas?”,
    “mm…iya sudah mbak, gak papa, besok besok kan juga ketemu lagi..”,
    “Hehe, beneran kan mas?”,
    “Iya beneran, kalau gitu saya mau berangkat lagi aja mbak” Belum sempat berdiri, Alivia meraih tangan Kiri Aditya itu, dan merangkulnya dengan erat.

    “Mas Adit disini aja… temenin Via” Aditya menelan ludah, sambil berusaha tetap tenang. “gimana ya mbak? Aku kan musti…”, “Ayolah mas, Hari ini… Aku gak ada yang nyari… Tadi dibatalin ketemuannya, hiks” Aditya kaget, ternyata Alivia itu benar benar cewek panggilan,
    “Jadi…mbak Via ini beneran kalau kerjanya…”,
    “Tuh tau…hehe…”,
    “Terus, kalau aku disini… mbak Via mau…”,
    “Mas, itu liat deh” Alivia menunjuk kekanan, Aditya menoleh, namun tidak ada apa apa.
    “Nggak ada apa ap…mmf!” Saat menoleh kembali kehadapan Alivia, Aditya sudah disambar mulutnya oleh bibir merah Alivia, Pria itu kini berciuman dengan Alivia.
    “mm…cup…mmm…” Alivia melumat mulut pria itu, sambil lidahnya sudah bergerak gerak, membuat Aditya kebingungan, Pria itu melihat wajah cantik Alivia itu sudah sangat dekat dengannya, Aditya masih membuka matanya, tak seperti Alivia yang menutup matanya sambil menikmati cumbuan itu.
    “mm…mbak..mm..”,
    ” ayo mas bales ciumanku…mmm…” Aditya menurut, mau tak mau ia harus membalas permainan lidah Alivia itu, kini ia dengan nikmat bercumbu dengan perempuan cantik itu.

    Beberapa saat kemudian, Alivia berhenti, lalu berdiri dihadapan Aditya.

    “Hehe, Mas Adiitt, aku cantik gak sih?” Alivia bergerak layaknya model majalah dewasa dihadapan Aditya, pria itu malah melongo, ia tak pernah berfikir kalau si cantik Alivia akan mempertontonkan kecantikannya langsung didepan matanya.
    “mm…mbak Via cantik banget kok, dari pertama ketemu… sampai sekarang juga… makin cantik kok”,

    “Makacih mas ganteng… hehe” Aditya tak pernah dipanggil ganteng oleh siapapun, kecuali orang tuanya sendiri.
    “Ah, bisa aja mbak…” Alivia lalu menunduk dan mendekat menghadap Aditya lagi.
    “Mas Adiitttt, aku udah ngebet pengen ngeseks nih, Mas Adit mau kan ngeseks saya aku?” PIkiran Aditya meledak, Berciuman saya tak pernah terfikirkan, malah sekarang diajak ngeseks, Aditya tak bisa menolak permintaan perempuan cantik itu, apalagi saat Alivia menunduk, belahan dadanya itu membuat Aditya makin tertarik.

    “mmmm…gimana ya mbak? Kasian mbak Vianya juga… gak ada yang nemenin”,
    “iiih, gak usah sok cool deh, huuh, dasar, biasanya sering goda goda ditaksi gitu, haha”,
    “iya iya, aku mau deh”,
    “Yeeees, cup… yuk mas, sini sini kekamar…” Aditya gembira setengah bingung, kini ia dibawa Alivia menuju kamarnya.

    Alivia segera melompat keatas kasur, lalu dengan posisi menantang, perempuan cantik itu mengajak Aditya untuk segera memulai adegan asyik itu.

    “Hehe, ayo mas Adiit, Bukain pakaianku doong…hehe” Aditya hatinya meleleh, mendengar godaan itu dari si cantik Alivia, tanpa ragu ia mendekati Alivia.

    Aditya perlahan mendaratkan tangannya dikedua bahu sicantik Alivia. Karena Alivia memakai baju yang tak menutup lengannya, Aditya tinggal menurunkan baju itu dari atas buah dada sicantik itu. Perlahan bajunya diturunkan, Aditya kembali menelan ludah setelah baju itu sudah terlepas. Kemudian ia sempat terdiam, karena kagum melihat tubuh mulus milik Alivia itu, perut dan buah dada yang masih ditutupi bh saja sudah membuatnya terangsang. Alivia kemudian melepas bhnya tanpa menunggu Aditya,

    “Mas Adiit, check my mountain please.. hehe” Aditya tak mengerti ucapan Alivia, tapi ia tau sicantik itu ingin buah dadanya yang bundar dan menggemaskan itu untuk segera dimainkan.

    Segera kedua tangan Aditya mendarat digunung kenyal milik Alivia, Aditya menghela nafas panjang, ia baru pertama menyentuh langsung gundukan indah itu.

    “Wow, mbak Via… aku… uuh, gemesnya…” Aditya mengelus dan menggoyang kedua buah dada milik Alivia itu dengan nikmat, Alivia kini sudah tersenyum gembira, tidak salah ia memilih supir taksi langganan.

    “oouh…mmf…terus mas… enak deh…hmmf” Aditya hatinya terus berdetak kencang, sambil kini meremas buah dada montok ditubuh mulus Alivia itu.

    Aditya tak kuasa melihat wajah cantik itu menatapnya dengan penuh hasrat. Aditya melesatkan kepalanya kearah buah dada itu, lalu segera ia mencium dan menjilati gundukan kenyal dan sintal itu.
    Aditya mencium keringat Alivia yang malah membuatnya makin tertarik untuk
    menelusuri tubuh indah sicantik itu. Aditya kini menjilat dan mengelus tubuh
    bagian atas milik Alivia itu, dari bahu, ketiak, perut, dan buah dada milik
    Alivia itu tak bisa ia tinggal begitu saja, lidahnya tak bisa berhenti bergerak
    menikmati keindahan tubuh Alivia.
    “Aaahn…mmf…Geli deh…mas Adit suka jilat jilat
    yach..ooh…sshh…aahn” ,
    ”mm…m..aah…tubuh mbak Via wangi dan nikmat untuk ditelusuri, huh, sungguh mempesona…mmm..cup”,
    “aaahn…ooh…uuhf” Alivia mendongakan kepalanya keatas, saat Aditya mencium lehernya. Tak lama, Alivia sudah tak tahan, ia mendorong Adit, lalu membuka celana pria itu.
    “Gantian dong mas, aku mau juga… jilat jilat yang enak, hehe” Kontol tegak milik Aditya segera ditangkap oleh Alivia, dan mulai dikocok dengan nikmat.
    belum pernah diginiin sama perempuan”,
    “Asyiik, masih perjaka nih mas Adit?”,
    “Bisa dibilang begitu..hehe..uuuh” Alivia jadi liar mengetahui Aditya masih belum pernah bercinta, namun sudah sehebat itu menjamah tubuhnya.

    Segera kontol tegak itu dikocok dengan hebat, tak lama Alivia memasukkan kepala kontol Aditya itu kedalam mulutnya. LIdahnya bukan main liar, menjilat kepala kontol milik Aditya itu dengan cepat, lidah perempuan itu berputar putar dan menjilat kepala kontol Aditya yang basah oleh cairan bening. Aditya yang keenakan itu memegang kepala Alivia, dan menggerakkannya, kini Alivia mengulum kontol besar pria itu dengan cepat mulutnya sudah dipenuhi kontol besar itu.
    “mm…mm…ofhg…mm..slruup..mmm..”,
    “oooh, luar biasa, uuuh” Aditya tak kuasa menikmati sensasi yang pertama kali ia rasakan itu.

    Croot crooot crooot, Alivia kaget seketika saat mulutnya sudah terisi cairan putih yang keluar dari kontol Aditya.

    “oghf..mm..gleegk..uhuk uhuk…mmf…wow… hehe”,
    “Ouuh, uuh”, “Asyiik, keperjakaan mas Adit aku yang ambil, hehe, ayo mas kita lanjutkan, hehe” Alivia lalu melepas semua pakaiannya yang tersisa, Kini Perempuan cantik itu sudah telanjang bulat, tubuh mulus nan mempesona itu membuat Aditya sudah kembali terangsang.

    Alivia merebahkan tubuhnya dikasur, sambil membuka selangkangannya. Lubang diantara paha mulus itu tampak sudah basah kuyub.

    “Mas Adiit, Bantuin Via ya… Memekku minta dijilati juga, kan mas Adit hebat kalau disuruh jilat jilat, hehe” Tak perlu menjawab, Aditya mendaratkan kepalanya atas selangkangan tak berbulu itu, lalu lidahnya segera bergerak gerak, dengan liar menikmati cairan dalam lubang memek Alivia.

    “mm..mm…mm… slruup.. mmm …mmm… wow… sedap ya mbak memeknya…mm..” Alivia tak mengira Aditya begitu hebat menjilati lubang kewanitaannya,
    “Aaahn…aaahn…oooh…hebat banget mas…aaahn” Beberapa menit berlalu, Alivia sudah tak kuat menahan geliat lidah Aditya dilubang memeknya.

    Perempuan itu mendorong kepala Aditya, menghentikan aksi jilatan mautnya.

    “Udah mas, bisa sehari mas Adit jilatin memekku nanti, haha”,
    “hehehe, maaf ya cantik, Aku gemes dan seneng banget bisa menikmati memeknya mbak Via”,
    “Udah mas, sekarang masukan punya nya mas Adiitt, puasin aku yaach” Alivia tersenyum sambil mengangkat tangannya seraya meminta Aditya menyetubuhinya.

    Segera Adit melepas pakaiannya yang tersisa, lalu melesat mendekati Tubuh indah Alivia.

    Kontolnya yang tegak kembali itu ditempelkan diatas lubang memek Alivia, tanpa berargumen, Aditya mendorong kontolnya masuk,

    “Wow, mas…auh… besarnya…Aaahhhhh! Oooh!” Kontol Aditya mengisi penuh memek sicantik Alivia itu.

    Aditya sempat Diam diatas tubuh Alivia, ia sedang merasakan kontolnya yang diselimuti dinding memek Alivia itu sedang membuat sensasi ternikmat dalam hidupnya.

    “Waaah, nikmatnya mbak… waoow” , Alivia memeluk Aditya, buah dadanya menempel ditubuh Pria itu.
    “aahn…ooh…ayo mas…gesekin mas…aaahn” Aditya menurut, perlahan ia gerak kan bokongnya, sehingga kontolnya terdorong keluar masuk mengoyak memek Alivia yang sudah tidak perawan itu.

    Tubuh Sicantik Alivia itu ikut bergoyang seiring hentakan kontol besar milik Aditya. Sleeb sleeb sleeb, Aditya terus menusuk memek nikmat itu, “ssh…Via yang cantik…kamu memang terbaik…oooh… nikmatnya memek kamu…”,

    “Uuhf…ssh…aahn..aaahn…ooh… terus mas ganteng…lebih cepet..aaaahn” Aditya mempercepat interfal tusukannya, kini kontol besarnya mengoyak lubang memek Alivia itu dengan hebat, maju mundur keluar masuk tanpa henti.

    “Aaahn…eih eih…ooh…super deh mas Adittt…aaaahn” kaki Alivia menyilang diatas tubuh Aditya, membuat mereka berdua semakin rapat bersetubuh dikasur yang ikut bergoyang itu.

    Aditya tak menyangka pagi itu ia sudah bersetubuh dengan pelanggan setianya yang cantik dan sungguh nikmat itu.

    Bermenit menit Aditya menusuk memek cewek panggilan itu, diiringi desahan dan suara indah tabrakan kontolnya itu.

    “Oooh, Mbak Via…aku…mau keluar nih…”,
    “Lepas dulu mas… ssh… sini biar aku hisap kontolmu..” Aditya berhenti, lalu berdiri dan menghadapkan kontolnya kearah Alivia.

    Kontol itu langsung dilahap mulut Alivia, tanpa perlu menunggu, kontol itu sudah muncrat isinya, Crooot crooot crooot, Alivia tak kuasa menahan cairan sperma dalam mulutnya.

    “Ofghhf..hooek…mmf..uhuk uhuk..oooh..aaah…mm…” Alivia sempat memuntahkan sperma dari mulutnya yang penuh, meski sudah menelan sisanya. Perempuan cantik itu lalu kelelahan di atas kasur.
    “m..mbak Alivia…gak papa kan?”,
    “uhuk…mmf…gak papa kok mas… aku seneng malah..hehe..uhuk..mmf” Alivia tampak meneteskan air mata, tentu karena tenggorokannya tadi dipenuhi sperma milik Aditya, meski kini sudah ditelan dan masuk kedalam perutnya.

    Aditya kemudian memeluk Alivia, sambil mengelus rambutnya.

    “Udah kan mbak? Aku udah puasin mbak Alivia kan?”,
    “iya kok mas Adit, makasih ya…”,
    “Gak usah bayar deh soal taksinya tadi, ini udah lebih dari cukup bagiku…”,
    “hehe, emang itu mauku mas, cup” Alivia mencium kening Aditya, kemudian mereka berdua tersenyum lepas, dan kemudian tertidur dikasur itu.

    Setelah beberapa jam tertidur, Aditya segera bangun, berpakaian lagi, lalu membangunkan Alivia.

    “mbak Via, aku pergi dulu ya…”,
    “Loh kok pergi, Alivia sendiri dong..”,
    “Kalau boleh nanti aku mampir lagi deh, kan mbak Via juga tiap hari ketemu saya”,
    “hehe, iya deeh, hati hati mas yaa, nanti kita ngeseks lagi kan? haha”,
    “Terserah mbak Via deeh, hehe, terima kasih mbak..” Aditya meninggalkan Alivia yang beristirahat itu.

    Kembali ia mengemudikan taksinya, sambil tersenyum puas.

    Kini Aditya benar benar senang, ia jadi semakin dekat dengan Alivia, karena sangat sering bertemu, juga sering sekali bercinta lagi. Aditya kemudian memilih menikahi Alivia, pria itu tak mau perempuan secantik itu dinikmati orang selain dirinya, dan pelak nanti Hidupnya diharapkan bisa lebih baik, dan lebih bermartabat.

  • Cerita Sex Mendesis Meronta Ronta

    Cerita Sex Mendesis Meronta Ronta


    1427 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Mendesis Meronta RontaCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku –  Saat ini aku single dan aku bekerja di kantor satu ruang dengan atasasn yaitu seorang cewek yang cantik, diruangan dia selalu memakai pakain yang membuat nafsuin apalagi bodynya yang menggoda, dalam ruangannya aku sering dibuatnya berdiri k*ntol. Jadi aku gak kaget kalau dia juga hobi sex sama dengan aku juga.

    Tapi tidak semaniak dia. Hampir tiap hari dia ngesex dengan cowok yang disenanginya, bahkan aku sering diajak ‘Anu’ sama dia. Disamping aku senang dan menikmati tubuhnya yang aduhai itu, aku juga tidak berani menolak perintahnya.. pokoknya “A.I.S”-lah.. itu..tuu.. Asal Ibu Senang. Dan aku dijanjikan naik pangkat dan tentu saja gaji naik juga dong plus bonus tubuhnya yang montok itu.

    Dia orangnya cantik meskipun umurnya jauh diatas aku. Karena dia selalu suka pakai rok ‘super’ mini warna putih transparan. Maka aku tahu kalau dia tiap hari nggak pernah pakai CD. Yang aku heran ama dia, pas dia ada di luar ruang kerja dia selalu pakai rok biasa bahkan pernah pakai celana.

    Tapi pas ada di ruang kerja kita dia selalu pakai rok ‘super’ mini itu. Jadi kalau ada sesuatu yang dia butuhkan dia selalu minta tolong aku yang ngurus. Meja kerjanya yang berada di depan aku, jadi aku bisa melihat apa yang dikerjakannya.

    Tiap menit dia selalu memancing nafsu aku. Dia sering pura-pura lihat suasana diluar jendela, padahal dia ingin memeperlihatkan kemontokan pantatnya yang super montok itu. Lalu dia pura-pura melihat hasil kerja aku sambil dekat-dekat terus dia menundukkan kepalanya.. lalu yah jelaslah payudaranya yang tergantung bebas tanpa halangan dari BH.

    Dia goyangkan badannya, maka bergoyanglah payudara itu kiri-kanan-kiri lagi.. Tapi yang paling parah, dia pura-pura menjatuhkan bulpen di lantai, terus dia jongkok membelakangi aku. Pas dia nunduk, roknya tersingkap keatas jadi terlihatlah pantatnya yang montok putih dan memeknya yang putih kemerahan dengan bulu yang tampak menantang untuk dijamah.

    Pas dia udah ambil itu bolpoint, eh.. dijatuhin lagi terus nungging lagi.. lagi.. lagi.. Dia goyangin itu pantatnya maju-mundur, bawah-atas..lalu dia renggangkan kakinya sehingga memeknya yang lezat itu merekah bagai bunga ‘mawar’ dan begitu seterusnya. Hingga aku nggak tahan akan kelakuannya itu. Langsung aja aku deketin dia terus aku obok-obok ‘anu-nya’.. Dan ternyata.. apa yang terjadi.. ohh..

    Dia menikmati sentuhan-sentuhan aku. Saat ini aku bekerja dengan lidah aku. Aku jilat sedikit kacangnya dan di “suck” agar basah. Nggak samapai dua menit udah tampak ada cairan bening di memeknya. Karena k*ntol aku udah nggak tahan, lalu aku masukin k*ntol aku ke memeknya.

    Dia mendesis – meronta – mengerang nikmat(3M) demikian juga aku. Hangat dan lembab. Lalu aku mula goyang kiri kanan, maju-mundur dan kadang-kadang aku putar. Dia bener-bener hebat, setelah aku agak pasif dalam gerakan aku karena udah hampir nyampe. Dia dengan perkasa menggoyang tubuhnya maju-mundur, kanan-kiri dan berputar dengan garang.

    Sementara aku makin berat nahan orgasme aku, akhirnya..

    “Bu boleh keluarin di dalam..?”kataku.

    “Boleh aja sayang, emang sudah hampir.. ya?”katanya sambil terus menggenjot pantatnya maju-mundur.

    “Ya, bu”kataku.

    “Kita sama-sama ya, hmm..ohh..”.

    Dengan sisa tenaga aku goyang lagi sampai aku terasa enak bener karena orgasme aku udah sampai deket pintu helm “NAZI”.

    Lalu aku peluk dia dari belakang sambil aku remes dadanya. Dan cret.. cret.. cret. cret, air mani aku muncrat didalam lubang memeknya. Dan diapun merintih ohh yes dan lalu mencengkeram kursi dengan erat serta badannya bergetar dan menegang.. Rupanya dia klimaks juga. Dengan k*ntol dan memek masih bersatu aku tetep peluk dia dari belakang. Solaire99

    Dia tersenyum puas lalu melumat bibirku. Dia bilang kontolku enak banget sih. Dia kangen katanya kalau nggak dicoblos kontolku barang sehari. Nggak lama aku peluk pinggangnya kuat-kuat dari belakang sambil ngerintih akhh.. akhhgg dan lalu di dinding memeknya kubikin terasa hangat karena semprotan sperma aku tadi. Nggak ke tulungan enaknya katanya, tapi dia harus buru-buru ngrapiin baju dan nyuci memeknya. Habis gituan luemes banget dan nggak bisa kerja lagi. Abis sambil berdiri sih.

    Enak juga lho making love di kantor. Apalagi kalau lembur jangan dibilang. Di meja kerja, di WC, di lift, di lantai atas gedung atau juga di dalam mobilnya juga bisa, rasa takut ketahuan itu selalu ada, tapi kenikmatannya lain dari pada yang lain, pokoknya sensasinya lain.

    Malamnya aku diajak ke pub. Setelah jam dua belas malam, aku ajak dia pulang. Dia kutuntun ke mobilku karena dia mulai mabuk akibat terlalu banyak mengkonsumsi minuman dan kuantarkan ke apartemennya.

    Aku bingung mengapa dia nggak pulang ke rumahnya sendiri.. mengapa kesini. Kuantar sampai ke dalam kamarnya di lantai 7, aku istirahat sejenak di sofanya. Dia bangun dan menghampiri aku untuk mengucapkan terima kasih dan selamat malam

    Tapi tubuhnya jatuh dalam pelukan aku sehingga nafsu aku untuk meng’anu’nya mulai bangkit. Kuciumi dari kening, mata, hidung hingga mulut sensualnya disambutnya ciuman aku dengan permainan lidahnya yang sudah profesional.

    Lama kami berciuman dan aku mulai meremas teteknya yang agak kenyal.. lalu kubuka resleting bajunya..kemudian kususupkan tanganku ke dalam behanya untuk meremas teteknya lagi dan memainkan putingnya.. sambil terus berciuman.

    Satu persatu pakaiannya jatuh ke lantai.. BH.. CD.. tapi kami masih berciuman. tanganku tak tinggal diam.. meremas diatas sesekali memainkan puting dan meraba dan memainkan di bagian memeknya.. oi.. jembutnya yang menggoda.. lezatnya..

    Memeknya telah banjir akibat otot memeknya mengeluarkan cairan karena rangsangan dari aku.. tangannya mulai membuka satu persatu pakaianku sampai kami berdua full bugil. Kusodok sodok jari tengahku ke dalam memeknya ..

    sshh.. oohh.. gung.. please.. sshh.. don’t stop..aahh.. terus jariku telunjukku memainkan itilnya yang mulai menegang .. sshh.. aahh.. dan dia mulai merebahkan badannya di sofa kuciumi lagi putingnya dan kusodok-sodok lagi memeknya dengan dua jari..

    sshh.. aahh..oohh my goodd..sshh .. dia mulai mencari-cari kontolku yang sudah tegang sejak tadi.. dan mulai menghisap kontolku .. mulai dari kepala .. sshh .. aahh.. buu.. aahh.. sshh .. perlahan lahan mulutnya masuk dan melahap kontolku semuanya

    sshh ..hhmm.. kutambah jariku satu lagi hingga tiga yang masuk ke dalam memeknya sshh.. aachh.. tambah satu lagi hingga hanya jempol saja yang masih di luar memainkan itilnya.. sukasex

    sshh.. hhmm.. aku lepaskan kontolku dari mulutnya dan mulai kuarahkan ke bibir memeknya yang banjir.. perlahan lahan kudorong kontolku..

    sshh.. oohh.. honey.. hhmm.. bibir bawahnya menggigit bibir atasnya.. kuangkat kedua pahanya dan kusandarkan di sandaran sofa yang sebelah kiri sedang yang kanan kuangkat.. dan bless.. aahh.. sshh.. kuayunkan perlahan lahan.. sshh.. oohh my god.. come on.. sshh..terus kuayunkan hingga kupercepat ayunanku .. sshh.. buu.. saya mau keluar buu..sshh.. keluarin di dalem aja sayang..ohh aahh.. kedua pahanya mulai dijepitkan pada pinggangku sambil terus menggoyangkan pantatnya sshh.. aahh..

    Tiba-tiba dia menjerit histeris oohh..sshh.. sshh..sshh.. ternyata dia sudah keluar.. aku terus menggenjot pantatku semakin cepat dan keras hingga mentok ke dasar memeknya sshh.. aahh.. dan aagghh.. crett.. crreett.. ccrreett..

    Kutekan pantatku hingga kontolku menempel dasar memeknya.. dan keluarlah pejuku ke dalam liang memeknya.. sshh.. bbrr.. saat terakhir pejuku keluar.. akupun lemas tetapi tidak aku cabut melainkan menaikan lagi kedua pahanya hingga dengan jelas aku lihat bagaimana kontolku masuk ke dalam memeknya yang di kelilingi oleh jembutnya yang menggoda.

    Kubelai jembutnya sambil sesekali menyentuh itilnya. Ssshh.. aahh.. aku mulai mengayunkan kembali kontolku.. biar agak ngilu aku paksakan..kapan lagi.. sshh.. aahh.. hhmm.. aku meminta dia untuk posisi nungging dengan tidak melepaskan kontolku dalam memeknya.

    Kontolku terasa dipelintir oleh memeknya.. terus kugenjot lagi ..sshh dan.. sshh.. dia mendorong pantatnya dan aachh.. lebih cepet honey ..sshh.. dia sudah keluar lagi

    Aku masih asik mengoyang pantatku sambil meremas teteknya yang dari tadi aku biarkan.. sshh.. hhmm..aahh.. dan creett.. creett.. akupun menekan pantatku dan menarik pinggulnya hingga kontolku mentok lagi di dasar memeknya.. kami berdua sama lemas..

    Dia ambil sebatang rokok.. dinyalakannya dan dia hisap itu rokok.. persis seperti saat dia menghisap k*ntol aku.. kami duduk dan sama menikmati permainan tersebut sambil dia merokok kami saling mengobok-obok kemaluan masing-masing.

    Kuangkat tubuhnya ke tempat tidur.. kami tidak membereskan pakaian kami yang masih berserakan di lantai ruang tamu.. aku putar jam bekerja tepat pukul 5 soalnya aku mau pulang.

    Dia mulai merapatkan matanya sambil tangannya merangkul dan tubuhnya yang berkeringat merapat ke tubuhku.. meskipun udara di rungan sudah dingin tetapi tubuh kami masih berkeringat akibat permainan tadi.

    Pada kesempatan lain aku datang ke rumahnya nganterin surat-surat penting. Kebetulan siang itu dia lagi sendiri. “Oh kamu sayang.. ayo cepet masuk..ehhmm”katanya sambil nutup pintu. “Iya bu, saya cuma mau ngantar surat ini “kataku.

    Terus aku minta pamit pulang.. tapi.. “Aduh koq buru-buru amat sih.. ibu mau minta tolong lagi.. boleh khan ..”katanya manja. Lalu, matanya merem melek sambil lidahnya dikeluarkan, aku udah tahu pasti dia pengen ngentot lagi nich. Pokoknya udah nggak tahan deh. Langsung aku diajak dia masuk dan duduk di teras. Waktu itu dia pakai baju kulot putih transparan. Terlihat payudaranya yang montok dengan putingnya yang menyembul dari balik bajunya. Aku lihat dia lagi ‘super’ nafsu, lalu dia pancing aku untuk making love. Aku sih “A.I.S” saja.

    Lalu kulot dan CD dilepaskan step by step, lalu memeknya aku raba-raba, dan kelentitnya aku diplintir sampai dia terangsang banget. Terus baju, celana dan CD aku diplorotin. Lalu kita duduk di lantai teras.

    Dalam posisi duduk santai kakiku selonjor, dia sedot-sedot kontolku sampai aku mendesah-desah dan kontolku menjadi tegang dan keras. Dia kangkangi kakinya terus dia pegang kontolku yang udah keras sambil mengarahkan ke memeknya yang sudah basah dan merekah itu.

    Aduh enaknya terus dia naik turun terus sambil digoyang-goyang terus dikocok terus sampai kenikmatan yang tak terhingga. Rasanya dia jadi lemas dan capai, tapi dia berusaha tidak mau udahan. Kayaknya teriak tertahan, mungkin dia takut kedengaran tetangga.

    Dia terus naik turun dan aku juga ngimbangi dari bawah, terus sampai akhirnya aku dan dia pelukan erat-erat karena dia sudah merasa hampir klimaks, dan nggak lama dia pun menegang dan akhirnya sama-sama puncak dan keluar.

    Pokoknya nikmat banget, dan badan aku juga terasa lemas tak bertenaga kepinginnya nggak mau lepas dari tubuhnya. Tanpa pakai celana dulu dia pergi ke kamar mandi. Pantatnya yang montok bergoyang kanan-kiri-kanan-kiri..

    Kadang dia menundukkan tubuhnya sehingga posisinya nungging ke arah aku.. sehingga memeknya terlihat merekah.. ohh. Aku melotot lihat tingkahnya begitu seronok. Ah aku cuek aja. Yang penting.. uueennaakk.. ooii.. Byyee..

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Guru Gairah Seks

    Cerita Sex Guru Gairah Seks


    1090 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Guru Gairah SeksCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Simak saja cerita nyataku ini yaitu menceritakan guru disekolah yang bernama Melis beliau adalah guru SMU dan mengajar sebagai guru sejarah, jujur saja dia paling cantik ketimbang guru lainnya karena memang dia mempunyai body yang seksi bila berjalan lekukan pinggangnya bikin nafsu apalagi siswa laki laki pasti betah sekali diajar olehnya.

    Suatu hari Melis terpaksa harus memanggil salah satu muridnya ke rumahnya, untuk ulangan susulan. Si Anto harus mengulang karena ia kedapatan menyontek di kelas. Anto juga terkenal karena kekekaran tubuhnya, maklum dia sudah sejak SD bergulat dengan olah raga beladiri, karenanya ia harus menjaga kebugaran tubuhnya.

    Bagi Melis, kedatangan Anto ke rumahnya juga merupakan suatu kebetulan. Ia juga diam-diam naksir dengan anak itu. Karenanya ia bermaksud memberi anak itu ‘pelajaran’ tambahan di Minggu siang ini.

    “Sudah selesai Anto?”, Melis masuk kembali ke ruang tamu setelah meninggalkan Anto selama satu jam untuk mengerjakan soal-soal yang diberikannya.”Hampir bu””Kalau sudah nanti masuk ke ruang tengah ya saya tinggal ke belakang..

    “”Iya..””Bu Melis, Saya sudah selesai”, Anto masuk ke ruang tengah sambil membawapekerjaannya.”Ibu dimana?””Ada di kamar.., Anto sebentar ya”, Melis berusaha membetulkan t-shirtnya. Ia sengaja mencopot BH-nya untuk merangsang muridnya itu. Di balik kaus longgarnya itu bentuk payudaranya terlihat jelas, terlebih lagi puting susunya yang menyembul.

    Begitu ia keluar, mata Anto nyaris copot karena melotot, melihat tubuh gurunya. Melis membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas, tidak seperti biasanya saat ia tampil di muka murid-muridnya.

    “Kenapa ayo duduk dulu, Ibu periksa..”Muka Anto merah karena malu, karena Melis tersenyum saat pandangannya terarah ke buah dadanya.

    “Bagus bagus…, Kamu bisa gitu kok pakai menyontek segala..?”

    “Maaf Bu, hari itu saya lupa untuk belajar..””oo…, begitu to?””Anto kamu mau menolong saya?”, Melis merapatkan duduknya di karpet ke tubuh muridnya.

    “Apa Ibu?”, tubuh Anto bergetar ketika tangan gurunya itu merangkul dirinya, sementara tangan Melis yang satu mengusap-uasap daerah ‘vital’ nya.

    “Tolong Ibu ya…, dan janji jangan bocorkan pada siapa–siapa”.

    “Tapi tapi…, Saya”.”Kenapa?, oo…, kamu masih perawan ya?”.Muka Anto langsung saja merah mendengar perkataan Melis”Iya””Nggak apa-apa”, Ibu bimbing ya.

    Melis kemudian duduk di pangkuan Anto. Bibir keduanya kemudian saling berpagutan, Melis yang agresif karena haus akan kehangatan dan Anto yang menurut saja ketika tubuh hangat gurunya menekan ke dadanya.

    Ia bisa merasakan puting susu Melis yang mengeras. Lidah Melis menjelajahi mulut Anto, mencari lidahnya untuk kemudian saling berpagutan bagai ular.

    Setelah puas, Melis kemudian berdiri di depan muridnya yang masih melongo. Satu demi satu pakaiannya berjatuhan ke lantai. Tubuhnya yang polos seakan akan menantang untuk diberi kehangatan oleh perjaka yang juga muridnya ini.

    “Lepaskan pakaiannmu Anto”, Melis berkata sambil merebahkan dirinya di karpet. Rambut panjangnya tergerai bagai sutera ditindihi tubuhnya.”Ahh cepat Anto”, Melis mendesah tidak sabar.

    Anto kemudian berlutut di samping gurunya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pengetahuannya tentang seks hanya di dapatnya dari buku dan video saja.”Anto…, letakkan tanganmu di dada Ibu”,

    Dengan gemetar Anto meletakkan tangannya di dada Melis yang turun naik. Tangannya kemudian dibimbing untuk meremas-remas payudara Melis yang montok itu.”Oohh…, enakk…, begitu caranya…, remas pelan-pelan, rasakan putingnya menegang..”

    Dengan semangat Anto melakukan apa yang gurunya katakan.”Ibu…, Boleh saya hisap susu Ibu?”.Melis tersenyum mendengar pertanyaan muridnya, yang berkata sambil menunduk, “Boleh…, lakukan apa yang kamu suka”.

    Tubuh Melis menegang ketika merasakan jilatan dan hisapan mulut pemuda itu di susunya. Perasaan yang ia pernah rasakan 3 tahun lalu saat ia masih bersama suaminya.”Oohh…, jilat terus sayang…, ohh”, Tangan Melis mendekap erat kepala Anto ke payudaranya.

    Anto semakin buas menjilati puting susu gurunya tersebut, mulutnya tanpa ia sadari menimbulkan bunyi yang nyaring. Hisapan Anto makin keras, bahkan tanpa ia sadari ia gigit-gigit ringan puting gurunya tersebut.

    “mm…, nakal kamu”, Melis tersenyum merasakan tingkah muridnya itu.”Sekarang coba kamu lihat daerah bawah pusar Ibu”.

    Anto menurut saja. Duduk diantara kaki Melis yang membuka lebar. Melis kemudian menyandarkan punggungya pada dinding di belakangnya.”Coba kamu rasakan”, ia membimbing telunjuk Anto memasuki vaginanya.

    “Hangat Bu..”Bisa kamu rasakan ada semacam pentil…?””Iya..””Itu yang dinamakan kelentit, itu adalah titik peka cewek juga. Coba kamu gosok-gosok”Pelan-pelan jari Anto mengusap-usap clitoris yang mulai menyembul itu.

    “Terus…, oohh…, ya…, gosok…, gosok”, Melis mengerinjal-gerinjal keenakan ketika clitorisnya digosok-gosok oleh Anto.”Kalo diginiin nikmat ya Bu?”, Anto tersenyum sambil terus menggosok-gosok jarinya.

    “Oohh…, Antoo…, mm”, tubuh Rini telah basah oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang, sementara bibirnya merintih-rintih keenakan.

    Tangan Anto semakin berani mempermainkan clitoris gurunya yang makin bergelora dirangsang birahi. Nafasnya yang semakin memburu pertanda pertahanan gurunya akan segera jebol.”Ooaahh…, Anntoo”, Tangan Melis mencengkeram pundak muridnya, sementara tubuhnya menegang dan otot-otot kewanitaannya menegang.

    Matanya terpejam sesaat, menikmati kenikmatan yang telah lama tidak dirasakannya.”Hmm…, kamu lihai Anto…, Sekarang…, coba kamu berbaring”.Anto menurut saja. Penisnya segera menegang ketika merasakan tangan lembut gurunya.”Wah…, wahh.., besar sekali”, tangan Melis segera mengusap-usap penis yang telah mengeras tersebut.

    Segera saja benda panjang dan berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Melis. Ia segera menjilati penis muridnya itu dengan penuh semangat. Kepala penis muridnya itu dihisapnya keras-keras, sehingga Anto merintih keenakan.

    “Ahh…, enakk…,enakk”, Anto tanpa sadar menyodok-nyodokkan pinggulnya untuk semakin menekan penisnya makin ke dalam kuluman Melis. Gerakannya makin cepat seiring semakin kerasnya hisapan Melis.”oohh Ibu…, Ibbuu”Muncratlah cairan mani Anto di dalam mulut Melis, yang segera menjilati cairan itu hingga tuntas.”Hmm…, manis rasanya Anto”, Melis masih tetap menjilati penis muridnya yang masih tegak.”Sebentar ya aku mau minum dulu”.

    Ketika Melis sedang membelakangi muridnya sambil menenggak es teh dari kulkas. Tiba-tiba ia merasakan seseorang mendekapnya dari belakang.”Anto…, biar Ibu minum dulu”.”Tidak…, nikmati saja ini”, Anto yang masih tegang berat mendorong Melis ke kulkas.Gelas yang dipegang Melis jatuh, untungnya tidak pecah.

    Tangan Melis kini menopang tubuhnya ke permukaan pintu kulkas.”Ibu…, sekarang!””Ahhkk”, Melis berteriak, saat Anto menyodokkan penisnya dengan keras ke liang vaginanya dari belakang. Dalam hatinya ia sangat menikmati hal ini, pemuda yang tadinya pasif berubah menjadi liar.”Antoo…, enakk…, ohh…, ohh”.

    Tubuh Melis bagai tanpa tenaga menikmati kenikmatan yang tiada taranya. Tangan Anto satu menyangga tubuhnya, sementara yang lain meremas payudaranya. Dan penisnya yang keras melumat liang vaginanya.

    “Ibu menikmati ini khan”, bisik Anto di telinganya”Ahh…, hh”, Melis hanya merintih, setiap merasakan sodokan keras dari belakang.”Jawab…, Ibu”, dengan keras Anto mengulangi sodokannya.

    “Ahh…,iyaa””Anto…, Anto jangann…, di dal.. La” belum sempat ia meneruskan kalimatnya, Melis telah merasakan cairan hangat di liang vaginanya menyemprot keras. Kepalang basah ia kemudian menyodokkan keras pinggulnya.”Uuhgghh”, penis Anto yang berlepotan mani itupun amblas lagi ke dalam liang Melis.”Ahh”.

    Kedua insan itupun tergolek lemas menikmati apa yang baru saja mereka rasakan.

    Setelah kejadian dengan Anto, Melis masih sering bertemu dengannya guna mengulangi lagi perbuatan mereka. Namun yang mengganjal hati Melis adalah jika Anto kemudian membocorkan hal ini ke teman-temannya.

    Ketika Melis berjalan menuju mobilnya seusai sekolah bubar, perhatiannya tertumbuk pada seorang muridnya yang duduk di sepeda motor di samping mobilnya, katakanlah dia Reza. Ia berbeda dengan Anto, anaknya agak pembuat onar jika di kelas, kekar dan nakal. Hatinya agak tidak enak melihat situasi ini.

    “Bu Melis salam dari Anto”, Reza melemparkan senyum sambil duduk di sepeda motornya.”Terima kasih, boleh saya masuk”, Ia harus berkata begitu karena sepeda motor Reza menghalangi pintu mobilnya.

    “Boleh…, boleh Bu saya juga ingin pelajaran tambahan seperti Anto.”Langkah Melis terhenti seketika. Namun otaknya masih berfungsi normal, meskupun sempat kaget.”Kamu kan nilainya bagus, nggak ada masalah kan..”, sambil duduk di balik kemudi.

    “Ada sedikit sih kalau Ibu nggak bisa mungkin kepala guru bisa membantu saya, sekaligus melaporkan pelajaran Anto”, Reza tersenyum penuh kemenangan.”Apa hubungannya?”, Keringat mulai menetes di dahi Melis.”Sudahlah kita sama-sama tahu Bu. Saya jamin pasti puas”.

    Tanpa menghiraukan omongan muridnya, Melis langsung menjalankan mobilnya ke rumahnya. Namun ia sempat mengamati bahwa muridnya itu mengikutinya terus hingga ia menikung untuk masuk kompleks perumahan.Setelah mandi air hangat, ia bermaksud menonton TV di ruang tengah.

    Namun ketika ia hendak duduk pintu depan diketuk oleh seseorang. Melis segera menuju pintu itu, ia mengira Anto yang datang. Ternyata ketika dibuka”Reza! Kenapa kamu ngikuutin saya!”, Melis agak jengkel dengan muridnya ini.

    “Boleh saya masuk?”.”Tidak!”.

    “Apa guru-guru perlu tahu rahasiamu?”.”!!”dengan geram ia mempersilakan Reza masuk.

    “Enak ya rumahnya, Bu”, dengan santainya ia duduk di dekat TV. “Pantas aja Anto senang di sini”.”Apa hubunganmu dengan Anto?, Itu urusan kami berdua”, dengan ketus Melis bertanya.

    “Dia teman dekat saya. Tidak ada rahasia diantara kami berdua”.”Jadi artinya”, Kali ini Melis benar-benar kehabisan akal. Tidak tahu harus berbuat apa.

    “Bu, kalo saya mau melayani Ibu lebih baik dari Anto, mau?”, Reza bangkit dari duduknya dan berdiri di depan Melis.Melis masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu. Tubuhnya panas dingin.

    Melis masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu. Tubuhnya panas dingin. Belum sempat ia menjawab, Reza telah membuka ritsluiting celananya. Dan setelah beberapa saat penisnya meyembul dan telah berada di hadapannya.

    “Bagaimana Bu, lebih besar dari Anto khan?”.Reza ternyata lebih agresif dari Anto, dengan satu gerakan meraih kepala Melis dan memasukkan penisnya ke mulut Melis.”Mmpfpphh”.”Ahh yaa…, memang Ibu pandai dalam hal ini.

    Nikmati saja Bu…, nikmat kok”Rupanya nafsu menguasai diri Melis, menikmati penis yang besar di dalam mulutnya, ia segera mengulumnya bagai permen. Dijilatinya kepala penis pemuda itu dengan semangat. Kontan saja Reza merintih keenakan.

    “Aduhh…, nikmat sekali Bu oohh”, Reza menyodok-nyodokkan penisnya ke dalam mulut Melis, sementara tangannya meremas-remas rambut ibu gurunya itu. Melis merasakan penis yang diisapnya berdenyut-denyut.

    Rupanya Reza sudah hendak keluar.”oohh…, Ibu enakk…, enakk…, aahh”.Cairan mani Reza muncrat di mulut Melis, yang segera menelannya. Dijilatinya penis yang berlepotan itu hingga bersih. Kemudian ia berdiri.”Sudahh…, sudah selesai kamu bisa pulang”,

    Namun Melis tidak bisa memungkiri perasaannya. Ia menikmati mani Reza yang manis itu serta membayangkan bagaimana rasanya jika penis yang besar itu masuk ke vaginanya.”Bu, ini belum selesai. Mari ke kamar, akan saya perlihatkan permainan yang sebenarnya.”

    “Apa! beraninya kamu memerintah!”, Namun dalam hatinya ia mau. Karenanya tanpa berkata-kata ia berjalan ke kamarnya, Reza mengikuti saja.

    Setelah ia di dalam, Melis tetap berdiri membelakangi muridnya itu. Ia mendengar suara pakaian jatuh, dugaannya pasti Reza sedang mencopoti pakaiannya. Ia pun segera mengikuti jejak Reza. Namun ketika ia hendak melepaskan kancing dasternya.

    “Sini saya teruskan”, ia mendengar Reza berbisik ke telinganya. Tangan Reza segera membuka kancing dasternya yang terletak di bagian depan. Kemudian setelah dasternya jatuh ke lantai, tangan itupun meraba-raba payudaranya. Melis juga merasakan penis pemuda itu diantara belahan pantatnya.”Gilaa…, besar amat”, pikirnya.

    Tak lama kemudian iapun dalam keadaan polos. Penis Reza digosok-gosokkan di antara pantatnya, sementara tangan pemuda itu meremasi payudaranya. Ketika jemari Reza meremas puting susu Melis, erangan kenikmatan pun keluar.

    “mm oohh”.Reza tetap melakukan aksi peremasan itu dengan satu tangan, sementara tangan satunya melakukan operasi ke vagina Melis.”Reza…, aahh…, aahh”, Tubuh Melis menegang saat pentil clitorisnya ditekan-tekan oleh Reza.”Enak Bu?”, Reza kembali berbisik di telinga gurunya yang telah terbakar oleh api birahi itu.

    Melis hanya bisa menngerang, mendesah, dan berteriak lirih. Saat usapan, remasan, dan pekerjaan tangan Reza dikombinasi dengan gigitan ringan di lehernya. Tiba-tiba Reza mendorong tubuh Melis agar membungkuk.

    Kakinya di lebarkan.”Kata Anto ini posisi yang disukai Ibu””Ahhkk…, hmm…, hmmpp”, Melis menjerit, saat Reza dengan keras menghunjamkan penisnya ke liang vaginanya dari belakang.””Ugghh…, innii…, innii”, Reza medengus penuh gairah dengan tiap hunjaman penisnya ke liang Melis.

    Melispun berteriak-teriak kenikmatan, saat liang vaginanya yang sempit itu dilebarkan secara cepat.”Adduuhh…, teruss.., teruss Rezaa…, oohh”, Kepala ibu guru itu berayun-ayun, terpengaruh oleh sodokan Reza.

    Tangan Reza mencengkeram pundak Melis, seolah-olah mengarahkan tubuh gurunya itu agar semakin cepat saja menelan penisnya.”Oohh Melis…, Rinnaa”.Melis segera merasakan cairan hangat menyemprot di dalam vaginanya dengan deras. Matanya terpejam menikmati perasaan yang tidak bisa ia bayangkan.

    Melis masih tergolek kelelahan di tempat tidur. Rambutnya yang hitam panjang menutupi bantalnya, dadanya yang indah naik-turun mengikuti irama nafasnya.

    Sementara itu vaginanya sangat becek, berlepotan mani Reza dan maninya sendiri. Reza juga telajang bulat, ia duduk di tepi tempat tidur mengamati tubuh gurunya itu. Ia kemudian duduk mendekat, tangannya meraba-raba liang vagina Melis, kemudian dipermainkannya pentil kelentit gurunya itu.”mm capek…, mm”, bibir Melis mendesah saat pentilnya dipermainkan.

    Sebenarnya ia sangat lelah, tapi perasaan terangsang yang ada di dalam dirinya mulai muncul lagi. Dibukanya kakinya lebar-lebar sehingga memberikan kemudahan bagi Reza untuk memainkan clitorisnya.”Rezz aahh”,

    Tubuh Melis bergetar, menggelinjang-gelinjang saat Reza mempercepat permainan tangannya.”Bu…, balik…, Reza pengin nih””Nakal kamu ahh”, dengan tersenyum nakal, Melis bangkit dan menungging. Tangannya memegang kayu dipan tempat tidurnya. Matanya terpejam menanti sodokan penis Reza.

    Reza meraih payudara Melis dari belakang dan mencengkeramya dengan keras saat ia menyodokkan penisnya yang sudah tegang”Adduuhh…, owwmm”, Melis mengaduh kemudian menggigit bibirnya, saat lubang vaginannya yang telah licin melebar karena desakan penis Reza.”

    Bu Melis nikmat lho vagina Ibu…, ketat”, Reza memuji sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya.”mm…, aahh…, ahh…, ahhkk”, Melis tidak bisa bertahan untuk hanya mendesah. Ia berteriak lirih seiring gerakan Reza.

    Badannya digerakkannya untuk mengimbangi serangan Reza. Kenikmatan ia peroleh juga dari remasan muridnya itu.”Ayoo…, aahh.., ahh… Mm.., buat Ibu keluuaa.. Rr lagi…”. Gerakan Melis makin cepat menerima sodokan Reza.

    Tangan Reza beralih memegangi tubuh Melis, diangkatnya gurunya itu sehingga posisinya tidak lagi “doggy style”, melainkan kini Melis menduduki penisnya dengan membelakangi dirinya. Reza kini telentang di tempat tidur yang acak-acakan dan penuh oleh mani yang mengering.

    “Ooww..”, Teriakan Melis terdengar keras saat ia tidak bisa lagi menahan orgasmenya. Tangannya mencengkeram tangan Reza, kepalanya mendongak menikmati kenikmatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Sementara Reza sendiri tetap menusuk-nusukkan penisnya ke vagina Melis yang makin becek.”

    Ayoo…, makin dalam dalamm”.”Ahh.., aahh…, aahh..”, Rezapun mulai berteriak-teriak.”Mau kelluuaarr”Melis sekali lagi memejamkan matanya, saat mani Reza menyemprot dalam liang vaginanya. Melis kemudian ambruk menindih tubuh Reza yang basah oleh keringat.

    Sementara diantara kaki-kaki mereka mengalir cairan hangat hasil kenikmatan mereka.”Bu Melis…, sungguh luar biasa, Coba kalau Anto ada disini sekarang”.”mm memangnya kamu mau apa”, Melis kemudian merebahkan dirinya di samping Reza. Tangannya mengusap-usap puting Reza.”Kita bisa main bertiga, pasti lebih nikmat..”Melis tidak bisa menjawab komentar Reza, sementara perasaannya dipenuhi kebingungan.

    Akhirnya hari kelulusan murid klas 3 sampai juga. Dengan demikian Melis harus berpisah dengan kedua murid yang disayanginya, terlebih lagi ketika ia harus pindah ke kota lain untuk menempati pos baru di Kanwil.

    Karenanya ia memanggil Anto untuk datang ke rumahnya untuk memberitahukan perihal kepindahannya.Ketika seputar Indonesia mulai ditayangkan, Anto muncul. Ia langsung dipersilakan duduk.”Bu, Anto kangen lho”.”Iya deh…, nanti.

    Gini, Ibu bulan depan pindah ke kota B, soalnya akan dinaikkan pangkatnya. Jadi…, jadi…, Ibu ingin malam ini malam terakhir kita”, mata Melis berkaca-kaca ketika mengucapkan itu.”…………..”, Anto tidak bisa menjawab. Ia kaget mendengar berita itu.

    Baginya Melis merupakan segalanya, terlebih lagi ia telah mendapatkan pelajaran berharga dari gurunya itu.”Tapi Anto masih boleh berkirim surat kan?”.Melis bisa sedikit tersenyum melihat muridnya tabah,

    “Iya…, boleh…, boleh”.”Minum dulu Nto, ada es teh di meja makan. Kalau sudah nonton VCD di kamar yaa”, Melis mengerling nakal ke muridnya sambil beranjak ke kamar.

    Di kamar ia mengganti pakaiannya dengan kimono kegemarannya, melepas BH, menghidupkan AC dan tentu saja menyetel VCD ‘Kamasutra-nya Penthouse”. Lalu ia tengkurap di tempat tidur sambil menonton TV.

    Diluar Anto meminum es teh yang disediakan Melis dan membiarkan pintu depan tidak terkunci. Ia mempunyai rencana yang telah disusun rapi.Lalu Anto menyusul Melis ke kamar tidur. Begitu pintu dibuka ia melihat gurunya tengkurap menonton VCD dengan dibalut kimono merah tipis, lekuk tubuhnya jelas terlihat. Rambutnya yang panjang tergerai di punggungnya bagai gadis iklan shampo Pantene.”Ganti pakaian itu Nto..”, Melis menunjuk celana pendek dan kaos tipis yang terlipat rapi di meja riasnya.

    Ketika Anto sedang mencopot celananya Melis sempat melihat penis pemuda itu menyembul di balik CD GT Man-nya. Setelah selesai Anto juga tengkurap di samping Melis.”Sudah liat film ini belum? Bagus lho untuk info posisi-posisi ngesex”.

    “Belum tuh…”, Mata Anto tertuju pada posisi dimana si wanita berdiri memegang pohon sementara si pria memasukkan penisnya dari belakang, sambil meremas-remas payudara partnernya.”mm…, itu posisi fave saya. Kalau kamu suka nanti CD itu bisa kamu ambil”.”Thanx..”, Anto kemudian mengecup pipi gurunya.

    Adegan demi adegan terus bergulir, suasana pun menjadi semakin panas. Melis kini tengkurap dengan tidak lagi mengenakan selembar benangpun. Demikian pula Anto. Anto kemudian duduk di sebelah gurunya itu, dibelainya rambut Melis dengan lembut, kemudian disibakkannya ke sebelah kiri. Bibir Anto kemudian menciumi tengkuk Melis, dijilatinya rambut-rambut halus yang tumbuh lebat.”aahh…”Setelah puas,

    Anto kemudian memberi isyarat pada Melis agar duduk di pangkuannya.”Bu, biar Anto yang puasin ibu malam ini…”, Bisik Anto di telinga Melis. Melis yang telah duduk di pangkuan Anto pasrah saja saat kedua tangan muridnya meremas-remas payudaranya yang liat. Kemudian ia menjerit lirih saat puting susunya mendapat remasan.”Akhh…”, Melis memejamkan matanya.”Anto…, jilatin vagina ibu…”

    Anto kemudian merebahkan Melis, dibukanya kaki gurunya itu lebar-lebar, kemudian dengan perlahan ia mulai menjilati vagina gurunya. Bau khas dari vagina yang telah basah oleh gairah itu membuat Anto kian bernafsu.”oohh…, teruss…, teruuss…”,

    Melis bergetar merasakan kenikmatan itu. Tangannya membimbing tangan Anto dalam meremasi susunya. Memberikan kenikmatan ganda.”Jilatin…, pentil itu…, oohohh”, Bagai dikomando Anto menjilati pentil clitoris Melis, dengan penuh semangat.”Aduuhh….. Oohh…oohh…hh.. Hh…..””Anto…, massuukk”.

    Kaki Melis kemudian disampirkannya ke pundak, dan dengan cepat disodokkannya penisnya ke vagina Melis yang becek.”mm…”, Melis menggigit bibirnya. Meskipun lubang vaginanya telah licin, namun penis yang besar itu tetap saja agak kesulitan menerobos masuk.

    “Uuhh…, masih susah juga ya Bu…”, Anto sambil meringis memaju mundurkan penisnya. Ia merasakan penisnya bagai diremas-remas oleh tangan yang sangat halus saat di dalam. Tangan Melis mempermainkan puting Anto.

    Dengan gemas dicubitnya hingga Anto berteriak.”Uhh…, nakal, Ini balasannya!”, sodokan Anto makin keras, lebih keras dari saat ia memasukkan penisnya.”aa…”.

    Tiba-tiba pintu kamar tebuka! Spontan Melis terkejut, tapi tidak bagi Anto. Reza sudah berdiri di muka pintu, senjatanya telah tegak berdiri.”mm…, hot juga permainan Ibu dengan Dia, boleh saya bergabung?”, Reza kemudian berjalan mendekati mereka.

    Melis yang hendak berdiri ditahan oleh Anto, yang tetap menjaga penisnya di dalam vagina Melis.

    “Nikmati saja…”Reza kemudian mengangkangi Melis, penisnya berada tepat di mukanya.”Isap… Ayoo”, sambil memasukkan penisnya. Saat itu pula Anto menghentakkan gerakannya. Saat Melis berteriak, saat itu pula penis Reza masuk.”Ahh…, nikmat..”, Melis merem-melek menghisap-hisap penis muridnya, sementara Anto dengan puas menggarap vaginanya.”uufff…, jilatin…, jilatt”, tangan Reza memegangi kepala Melis, agar semakin dalam saja mengisap penisnya.

    Posisi itu tetap bertahan hingga akhirnya Anto keluar duluan. Maninya menyemprot dengan leluasa di lubang vagina gurunya yang cantik. Sementara Reza tetap mengerang-erang sambil medorong-dorong kepala Melis.Setelah Anto mengeluarkan penisnya dari vagina Melis,

    “Berdiri menghadap tembok Bu!”Melis masih kelelahan. Ia telah orgasme pula saat Anto keluar, namun ia tidak bisa teriak karena ada penis di mulutnya. Saat ia berdiri dengan tangan di tembok menahan tubuhnya, mani anto menetes ke lantai.”mm…, Nto…, liat tuh punya kamu..”, seru Reza sambil tertawa. Ia kemudian menempelkan tubuhnya ke Melis. Penisnya tepat berada di antara kedua pantat Melis.”Nih Bu rasakan punya Reza juga ya”.

    Anto dengan santai menyaksikan temannya menggarap gurunya dari belakang. Tangan Reza memegangi pinggang Melis saat ia menyodok-nyodokkan penisnya keluar masuk dengan cepat. Saat Melis merintih-rintih menikmati permainan mereka,

    Anto merasakan penisnya tegang lagi. Ia tidak tahan melihat pemandangan yang sangat erotik sekali.Kedua insan itu saling mengaduh, mendesah, dan berteriak lirih seiring kenikmatan yang mereka berikan dan rasakan.”ooww…”,

    Tubuh Melis yang disangga Reza menegang, kemudian lemas. Anto menduga mereka berdua telah sampai di puncak kenikmatan. Timbul isengnya, ia kemudian mendekati mereka dan menyusup diantara Melis dan tembok.

    Dipindahkannya tangan Melis ke pundaknya, dan penisnya menggantikan posisi milik Reza.”Anto…”, Lagi-lagi Melis mendesah saat penis Anto masuk dan pinggulnya didorong oleh Reza dari belakang.”Ahh.. Ahh…. Dorongg…dorongg………….””aa.. Aa… Aa”.”oohhkk…, kk…, kk..”, Melis berteriak keras sekali, saat dorongan Reza sangat keras menekan pinggulnya. penis Anto amblas hingga mencapai pangkalnya masuk ke vagina Melis. Saat itu pula ia merasakan penis yang berdenyut-denyut itu melepaskan muatannya untuk kedua kali.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • CERITA DEWASA PUNYA IBU TIRI ITU TERNYATA ENAK

    CERITA DEWASA PUNYA IBU TIRI ITU TERNYATA ENAK


    1656 views

    Cerita Sex ini berjudulCERITA DEWASA PUNYA IBU TIRI ITU TERNYATA ENAKCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Namaku Kemal, lahir di kota Tegal 25 tahun yang lalu. Aku menyelesiakan kuliah di fakultras kedokteran 3,5 tahun yang lalu, dilanjutkan dengan praktek asisten dokter (koas) selama setahun dan kemudian mengikuti ujian profesi dokter.

    Kini aku sudah resmi menyandang gelar dokter di depan namaku dan sebagai tahap terakhir, aku kini sedang mengikuti praktek di puskemas di daerah terpencil sebagai bentuk pengabdian sebelum mendapatkan izin praktek umum. Aku dibesarkan di kota kelahiranku sampai SMU dan kemudian menjutkan kuliah di Jogja.

    Keluargaku sebenarnya bukan keluarga broken home, namun karena ayahku yang berpoligami jadi aku agak jarang berinteraksi dengan ayahku, lebih banyak dengan ibuku dan 2 orang adikku. Seperti kebanyakan orang sukses di kotaku, Ayah adalah seorang pengusaha warung makan yang lebih dikenal dengan sebutan Warteg. Sejak aku SMP, ayahku sudah punya 2 warteg di kota asalku, 4 di Jakarta dan 2 gerai di Jogja.

    Berbekal kesuksesan itulah Ayah yang dulu hanya beristrikan ibuku, mulai buka cabang di Jakarta dan Jogja. Alasannya sederhana: butuh tempat singgah waktu memantau jalannya usaha. Pada awalnya, aku sebagai anak sulung, menjadi anaknya yang menentang poligami Ayah.

    Waktu itu aku masih duduk di bangku kelas 3 SMU dan Ayah pertama kalinya berpoligami dengan menikahi seorang gadis yang usianya hanya terpaut 10 tahun dariku. Namun justru ibuku yang mendamaikan perselisihanku dengan Ayah dengan alasan klasik yaitu Ayah sudah berjanji untuk tetap membiayai hidup kami dan sebagai jaminannya, 2 warteg di Tegal secara penuh menjadi milik Ibu. Joker123

    Berbekal pendapatan dari usaha warteg itulah, aku bisa kuliah sampai menjadi dokter saat ini, dan tentu saja ibuku sangat bangga karena aku sebagai putra sulungnya berhasil mandiri dan menjadi contoh buat adikadikku. Lalu bagaimana dengan perselisihanku dengan Ayah? Wah, sejak Ibu sudah memaklumi Ayah, aku pun sudah tidak pernah mengungkitnya lagi.

    Hubunganku dengan Ayah, bahkan dengan dua isteri muda Ayah baikbaik saja. Bahkan Ayah menyempatkan diri hadir dalam wisudaku dulu. Isteri kedua ayah, yang berarti ibu tiriku, bernama Nurlela, tinggal di sebuah perumahan di daerah Bintaro.

    Dari hasil pernikahan dengan Mama Lela (begitu Ayah menyuruhku memanggilnya), Ayah dikaruniai 2 orang anak. Setelah 5 tahun menikah dengan Nurlela, Ayah kemudian buka cabang lagi di Jogja, kali ini dengan seorang janda beranak satu, bernama Windarti, yang kupanggil dengan Mama Winda, usianya bahkan hanya terpaut 6 tahun denganku.

    Sebagai seorang lelaki, aku harus jujur untuk mengacungkan jempol buat Ayah dalam memilih isteri muda. Kedua gendukannya, meskipun tidak terlalu cantik, namun punya kemiripan dalam hal body, yaitu toge pasar. Rupanya selera ayah mengikuti tren selera pria masa kini yang cenderung mencari susu yang montok dan goyangan pantat yang bahenol.

    Dari dua ibu tiriku itu, tentu saja aku lebih akrab dengan Mama Winda, karena selama aku kuliah di Jogja, setiap akhir bulan aku menyempatkan bermalam di rumahnya yang juga lebih sering ditinggali Ayah. Maklum Mama Winda adalah isteri termuda, meskipun berstatus janda.

    Bagiku sebenarnya sangat canggung memanggil Winda dengan sebutan Mama, jauh lebih cocok kalau aku memanggilnya Mbak Winda, karena usianya memang hanya lebih tua 6 tahun dariku. Wajahnya manis selayaknya orang Jogja, dan yang membuatku betah bermalam di rumahnya adalah toge pasar yang menjadi keunggulannya. Suatu saat, ketika aku masih kuliah.

    Seperti biasa, pada akhir pekan di minggu terakhir, aku membawa sepeda motorku dari kost menuju rumah Ayah dan Mama Winda. Rupanya saat itu Ayah sedang dinas ke Jakarta, mengunjungi Mama Nurlela, sehingga hanya ada Mama Winda dan anaknya dari suami pertamanya yang berusia 5 tahun bernama Yoga. Seperti biasa pula, aku membawakan cokelat buat adik tiriku itu.

    Saat datang, aku disambut oleh Yoga, sementara ibunya ternyata sedang mandi. Karena belum tahu kalau aku datang, Mama Winda keluar kamar mandi dengan santainya hanya berbalut handuk yang hanya aspel asal tempel. Melihat kehadiranku di ruang tengah, sontak Mama Winda kaget dan salah tingkah.

    Eh ada Mas Kemal.., serunya sedikit menjerit dan melakukan gerakan yang salah sehingga handuknya melorot hingga perut sehingga payudaranya yang sebesar pepaya tumpah keluar. Glek.., aku menelan ludah dan menatap nanar pada ibu tiriku yang bertoket brutal itu. Sayang sekali pemandangan indah itu hanya berlangsung sebentar karena Mama Winda segera berlari ke kamar.

    Dadaku berdegup kencang, birahiku langsung naik ke ubunubun. Ingin rasanya aku ikut berlari mengejar Mama Winda ke kamarnya, menubruknya dan meremas buah dada pepayanya. Sayang aku belum berani melakukannya.

    Aku hanya bisa manyun sambil bermain dengan adik tiriku sampai akhirnya sang ibu tiri keluar kamar. Tidak tangungtanggung, dia membungkus tubuh montoknya yang baru saja kulihat toket brutalnya dengan pakaian muslim, lengkap dengan jilbabnya.

    Mama Winda sehariharinya memang mengenakan jilbab. Birahiku langsung watering down layu sebelum berkembang. Sebagai pelampiasan, pada saat mandi aku menyempatkan diri untuk masturbasi, kebetulan ada tumpukan pakaian dalam kotor milik Mama Winda di dalam ember. Awalnya aku mengambil bra warna hitam dengan tulisan ukuran 36BB yang mulai memudar.

    Pantas besar seperti pepaya pikirku membayangkan dua buah dada besar milik Mama Winda yang sempat kulihat beberapa waktu lalu. Sambil membayangkan buah dada Mama Winda, aku mengambil celana dalam hitam Mama Winda dan menciuminya. Aroma khas vagina masih tertinggal di sana, mengantarkan masturbasiku dengan sabun mandi sampai akhirnya menyemprotkan sperma di dinding kamar mandi.

    Sesudah mandi aku menonton TV bersama Mama Winda dan adik tiriku. Kami mengobrol akrab sampai sekitar jam 8 adik tiriku minta ditemani mamanya untuk tidur.

    Sebelum menemani anaknya tidur, Mama Winda masuk kamarnya untuk bertukar pakaian tidur baru kemudian masuk kamar anaknya. Setelah anaknya tidur, Mama Winda keluar kamar dengan kostum tidurnya yang sama sekali berbeda dengan kostumnya tadi sore. Pakaian muslimnya yang tertutup berganti dengan gaun tidur warna putih yang meskipun tidak tipis tapi memperlihatkan bayangan lekuk tubuh montoknya, termasuk warna bra dan celana dalamnya yang berwarna ungu.

    Kontan birahiku langsung naik kembali. Wow Mbak Winda cantik sekali, pujiku tulus terhadap ibu tiriku yang memang tampak cantik dengan gaun tidur putih itu. Rambut panjangnya tergerai indah menghiasi wajah manisnya.

    Huss kalau Bapakmu tahu, bisa dimarahin kamu, panggil Mbak segala, serunya agak ketus namun tetap ramah. Bapak lagi ngelonin Mama Lela, mana mungkin dia marah, pancingku. Ih, apa sih hebatnya si Lela itu? Aku belum pernah ketemu, sergah Mama Winda.

    Nadanya mulai agak tinggi. Hmm menurut saya sih dan Bapak pernah cerita bahwa dia suka buah dada Mama Lela yang besar, sadar pancinganku mengena, aku segera melanjutkannya. Padahal tentu saja aku berbohong kalau bapak pernah cerita, tapi kalau ukuran buah dada, mana kutahu dengan pasti. Yang kutahu buah dada Mama Lela memang besar.

    Oh ya? , benar saja, emosi Mama Winda semakin meninggi. Dadanya ditarik seakan ingin menunjukkan padaku bahwa buah dadanya juga besar. Bapak kalau di rumah Mama Lela suka lupa diri, pernah mereka ML di dapur, padahal waktu itu ada saya, cerita bohongku berlanjut,mereka asyik doggy style dan tidak sadar kalau saya melihat mereka.

    Gila bener pasti si Lela itu gatelan dan tidak tahu malu ya?, sergah Mama Winda dengan emosi. Apanya yang gatelan Mbak?, tanyaku. Ya memeknya. , karena emosi, Mama Winda sudah tidak peduli omongan jorok yang keluar dari mulutnya,pasti sudah kendor tuh memeknya si Lela! Kalau punya Mbak pasti masih rapet ya?, tantangku.

    Pasti dong saya kan baru punya anak satu, kilahnya,dan saya kan sering senam kegel, Bapakmu gak akan kuat nahan sampai 5 menit, pasti KO. Ya lawannya udah tua, pasti Mbak menang KO terus, aku terus menyerang sambil menghampiri Mama Winda sehingga kami duduk berdekatan. Maksudmu apa Kemal?, Mama Winda mulai mengendus hasratku. Matanya membalas tatapan birahiku pada dirinya.

    Sekalikali Mbak harus uji coba dengan anak muda doong, jawabku enteng sambil tersenyum. Welehh makin berani kamu ya?, tangannya menepis tanganku yang mulai mencoba menjamah lengannya. Enggak berani ya Mbak?, tantangku semakin berani,melawan anak muda?. Gendeng kamu aku ini kan ibu tirimu, katanya berdalih. Ibu tiri yang cantik dan seksi, puji dan rayuku.

    Gombal kamu, serunya dengan wajah agak merah pertanda rayuanku mengena. Mbak Winda, aku terus berusaha,coba bayangkan Bapak sedang ML sama Mama Lela sekarang dan sementara Mbak Winda nganggur di sini. Terus?, pancingnya.

    Ya saya bisa memberikan sentuhan dan kepuasan yang lebih buat Mbak daripada yang diberikan Bapak, kataku persuatif. Kamu sudah gila Kemal, ibu tiriku masih nyerocos, namun tangannya kini tidak menolak ketika kupegang dan kuarahkan ke penisku yang sudah mengeras.

    Mungkin saya memang gila Mbak, tapi Bapak lebih gila, mungkin dia sekarang sedang nyedot susunya Mama Lela yang besar atau mungkin sedang jilatjilat memeknya, aku terus membakar Mama Winda. Huh Bapakmu enggak pernah jilat memek, ngarang kamu.., sergahnya. Oh ya? tapi dia pernah cerita kalau di hobby sekali menjilat memek Mama Lela.., aku terus berbohong sementara tanganku sudah aktif menarik rok Mama Winda ke atas sehingga kini pahanya yang montok dan putih sudah terlihat dan kubelaibelai.

    Kamu bohong, katanya pelan, suaranya sudah bercampur birahi. Ih bener Mbak, Bapak suka cerita yang begitu pada saya sejak saya kuliah di kedokteran, ceritaku. Awalnya Bapak ingin tahu apakah klitoris Mama Lela itu normal atau tidak, karena menurut Bapak, klitoris Mama Lela sebesar jari telunjuk. Tanganku semakin jauh menjamah, sampai di selangkangannya yang ditutup celana dalam ungu.

    Mama Winda sedikitpun tidak memberi penolakan, bahkan matanya semakin sayu. Stop Kemal, jangan ceritakan lagi si Lela sialan itu, pintanya,Kalau tentang aku, Bapakmu cerita apa? Eh maaf ya Mbak kata Bapak, memek Mbak agak becek, kataku bohong,Pernah Bapak bertanya pada saya apakah perlu dibawa ke dokter. Sialan Bapakmu itu waktu itu kan cuma keputihan biasa, sergah Mama Winda.

    Bagian bahwa gaun tidur putihnya sudah tersingkap semua, memperlihatkan pahanya yang montok dan putih serta gundukan selangkangannya yang tertutup kain segitiga ungu.

    Sungguh pemandangan indah, terlebih beberapa helai pubis (jembut) yang menyeruak di pinggiran celana dalamnya. Hmm coba saya cek ya Mbak, kataku sembari menurunkan wajah ke selangkangannya. Crup, kukecup mesra celana dalam ungu tepat di tengah gundukannya yang sudah tampak sedikit basah.

    Tersibak aroma khas vagina Mama Winda yang semakin membakar birahiku. Dengan sedikit tergesa aku menyibak pinggiran celana dalam ungu itu sehingga terlihatlah bibir surgawi Mama Winda yang sudah basah dikelilingi oleh pubis yang tumbuh agak liar. slrupp. slrupp.., tanpa menunggu lama aku sudah menjulurkan lidahku pada klitoris Mama Winda dan menjilatnya penuh nafsu.

    Mama Winda menggelinjang dan meremas kepalaku,Kamukamu bandel banget Kemal.okh okh. Kenapa saya bandel Mbak slruppp, tanyaku disela serangan oralku pada vagina Mama Winda. Okhkamu kamu menjilat memek ibu tirimuOkhhh.edannn kamu apakan itilku Kemal??, teriaknya ketika aku mengulum dan menyedot klitorisnya.

    Kini 100% aku sudah menguasai Mama Winda. Wanita itu sudah pasrah padaku, bahkan dia membantuku melucuti celana dalamnya sehingga aku semakin mudah melakukan oral seks. Sambil terus menjilat, aku memasukkan jari telunjukku ke liang vaginanya yang sudah terbuka dan basah. Oooohh. edannn. enak Kemal, jeritnya sambil menggelinjang, menikmati jariku yang mulai keluar masuk liang vaginanya.

    Bahasa tubuh Mama Winda semakin menggila tatkala jari tengahku ikut nimbrung masuk liang kenikmatannya bersama jari telunjuk. Maka tak sampai 5 menit, aku berhasil membuat ibu tiriku berteriak melepas orgasmenya.

    Okh.. edannn.aku puassss.okh.., tubuh Mama Winda melejatlejat seirama pijatan dinding vaginanya pada dua jariku yang berada di dalamnya. Setelah selesai menggapai orgasmenya, bahasa tubuh Mama Winda memberi sinyal padaku untuk dipeluk.

    Akupun memeluk dan mencium bibirnya dengan mesra. Dia membalas ciumanku dengan penuh semangat. Enak kan Mbak?, tanyaku basabasi. Heeh, dia mengangguk dan terus menciumiku. Tapi saya belum selesai periksanya lho Mbak, kataku manja.

    He3x kamu benarbenar calon dokter yang bandel Kemal, dia terkekeh senang,Kamu mau periksa apa lagi heh? Periksa yang ini Mbak, kataku seraya meremas buah pepaya yang masih terbungkus gaun tidur dan bra. Ohh iya tuh sering nyeri Dok, candanya,minta diremasremas he3x.

    Sejenak kemudian Mama Winda sudah melucuti gaun tidurnya dan mempersilahkanku untuk membuka bra ungunya yang tampak tak sanggup menahan besar buah dadanya. Hmmm slrupp , dengan penuh nafsu aku segera menciumi buah dada besar itu dan mengulum putingnya yang juga besar. Warna putingnya sudah gelap menghiasi buah dadanya yang masih lumayan kencang.

    Pantas Bapak ketagihan pikirku sambil terus menikmati buah dada impianku itu. Kemal., panggil Mama Winda mesra,Mana kontolmu? ayo kasih lihat ibu tirimu ini, hi3x. Aku segera menurut dan menanggalkan celana panjang dan sekaligus celana dalamku, memperlihatkan batang penisku yang dari tadi sudah mengeras dan mengacung ke atas.

    woww lebih besar punya kamu Mal daripada punya Bapakmu, puji Mama Winda seraya menggenggam penisku. Sejenak kemudian ibu tiriku sudah mengemut penisku penuh nafsu. Weleh. udah kedutkedut kontolnya minta memek ya?candanya, Sini masuk memek Mama Mama Winda mengangkang, membuka pahanya lebarlebar di sofa tengah, membuka jalan penisku memasuki liang surgawinya yang sudah becek.

    Setelah penisku melakukan penetrasi, kedua kakinya dirapatkan dan diangkat sehingga liang vaginanya terasa sempit, membuat penisku semakin betah keluar masuk. Seperti promosinya di awal, Mama Winda mengerahkan kemampuannya melakukan kontraksi dinding vagina (kegel) sehingga penisku terasa terjepit dan terhisap, namun seperti sudah kuduga, aku bukan tipe yang mudah dikalahkan. Aku bahkan balik menyerang dengan mengusap dan memijit klitorisnya sambil terus memompa vaginanya.

    Okh kamu sudah ahli ya Kemal?. kamu sering ngentot ya?, Mama Winda mulai mengelinjanggelinjang lagi, menikmati permainan penis dan pijatan pada klitorisnya. Semakin lama aku rasakan dindingdinding vaginanya semakin mengeras pertanda dia sudah dengan dekat orgasme keduanya. Aku semakin mempercepat kocokan penisku pada vaginanya, berupaya meraih orgasme bersamaan.

    Mbak saya semprot di dalam ya?.. tanyaku basabasi. Semprot Kemalokh semprot aja yang banyakokh. Mama Winda terus mendesahdesah, wajahnya semakin mesum. Akhirnya dia kembali berteriak. Okhhh.. ayo. okh. semprot Kemal semprot memek Mama., jeritan jorok, wajah mesumnya dan sedotan vaginanya membuatku juga tidak tahan lagi.

    Yesss..yess., akupun menjerit kecil menikmati orgasmeku dengan semprotan mani yang menurutku cukup banyak ke dalam rahim Mama Winda, ibu tiriku. Orgasme yang spektakuler itu berlangsung hampir menit dan disudahi lagi dengan pelukan dan ciuman mesra.

    Terima kasih Kemal, katanya mesra,Enak banget, hi3x. Samasama Mbak, nanti saya kasih obat anti hamil, jawabku sambil melihat lelehan maniku di vaginanya. Hi3x enggak apa lagi tapi peju kami memang banyak banget nihhhhi3x Mama Winda terkekeh girang melihat lelehan mani putihku di vaginanya.

    Kapankapan pakai kondom ya. mahasiswa kedokteran kok enggak siap kondom, hi3x. candanya. Yaa saya kan alim Mbak he3x Ha3x. bohong banget, kamu jago gitu pasti udah sering ngentot ya?, tanyanya penuh keingintahuan. Pernah sih sekali dua kali waktu main di Jakarta kataku jujur sambil mengingat PSK di panti pijat yang pernah kudatangi di Jakarta. Jakarta? heeee. jangan2x kamu. Agen Joker123

    main sama Lela sialan itu, iya??? sorot matanya berubah, agak emosi,pantes kamu cerita buah dada Lela besar, klitorisnya juga besar jangan2x kamu sudah main sama Lela juga ya?. Enggak Mbak. bukan sama Mama Lela sumpah! seruku berkilah. Awas kamu kalau main sama Lela serunya dengan nada cemburu. Wajahnya yang mesum tampak manja. Saya janji tidak akan main sama Mama Lela kalau Mbak rutin kasih jatah sayahe3x., pintaku manja.

    Mama Winda memeluk dan menciumku mesra,Baik kalau Bapak enggak ada, aku SMS aku ya. Siip saya bawa kondom dehhe3x. kataku girang. Kami bermesraan sampai akhirnya on kembali dan melanjutkan satu ronde pertempuran sebelum pergi tidur. Itu adalah pengalaman pertamaku dengan ibu tiriku, dan tentu saja bukan yang terakhir. Setiap ada waktu, Mama Winda dengan semangat mengirim SMS dan aku segera datang memenuhi hasrat binal ibu tiriku.

    Bahkan saking ngebetnya, pernah Mama Winda mengajak aku bertemu di luar rumah karena ada Bapak di rumah. Bagaimana kisahnya? Nantikan edisi berikutnya. Petualanganku juga tak berhenti pada Mama Winda, karena aku masih punya satu ibu tiri di Jakarta, Mama Lela, yang juga tak kalah montok dengan Mama Winda.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Kisah Ngentot Tante Imel Dan anaknya

    Cerita Kisah Ngentot Tante Imel Dan anaknya


    1552 views


    Perawanku –  Masih ingat sama saya ? Nama saya Vito, 35 tahun, saya yang beberapa waktu lalu bercerita tentang hubungan saya dengan kakak beradik Mirna dan Rere.

    Sekarang saya sudah tidak pernah bertemu mereka lagi, karena sehubungan dengan Andre -suami Mirna- yang dipindah tugaskan ke Jawa Timur, beserta keluarganya tentu saja. Kepindahan Mirna, sekitar 2 bulan lalu itu, tentu saja membawa dampak yang kurang baik bagi saya. Bagaimana Tidak ? selama hampir 5 bulan hubungan kami, saya mendapatkan pengalaman sex yang amat sangat indah dan hebat. Sekarang ? Ya,… saya terpaksa ‘bertugas’ lagi dengan Jenny, istri saya.
    Tapi, saya punya pengalaman unik lagi. Berawal dari hobby saya berenang, kira-kira 3 minggu yang lalu, saya memulai hubungan lagi dengan seorang ibu rumah tangga, kali ini beserta putrinya yang masih kelas 2 SMP. Ceritanya begini,…

    Waktu itu saya berenang di kolam renang milik sebuah Country Club, dimana saya tercatat sebagai membernya. Saat itu sudah amat sore, sekitar pukul 5. Saya baru saja naik ke pinggir kolam renang untuk handukkan. Saya melihat ada seorang gadis mungil bersama anak perempuan kecil, gadis itu kira-kira berusia antara 14-15 tahun.

    Karena gadis itu berdiri tidak jauh dari saya, saya liatin aja dia. Untuk usia segitu, badannya bolah dibilang bagus, wajah manis, kulit putih bersih, rambut panjang, swimsuit yang benar-benar sexy dan sekilas saya lihat bibir dan dadanya yang menantang sekali. Setelah saya perhatikan baik-baik, tiba-tiba ‘adik kecil’ saya bangun, bagaimana tidak,… ternyata dia tidak mengenakan celana dalam. Hal ini nyata sekali dari belahan vaginanya yang tercetak di baju renangnya itu.

    Eh,…ngak disangka-sangka, si anak kecil (yang ternyata adiknya), menghampiri saya, lalu dia bilang “Om, mau main bola sama Grisa gak ?”
    “Eh,… mmh,… boleh,… kamu sama kakakmu ya ?” tanya saya gugup.
    “Iya,… itu kakak !” katanya sambil menunjuk kakaknya. Lalu saya hampiri dia dan kami berkenalan. Ternyata, gadis manis itu bernama Revi, dan juga, dia baru kelas 2 SMP. “Mmh, Revi cuma berdua sama Grisa ?” tanya saya mencoba untuk menghangatkan suasana.
    “Nggak Om, kami sama mami. Mami lagi senam BL di Gym diatas!” kata Revi sambil menunjuk atas gedung Country Club. “Ooo,… sama maminya, toh” kata saya,“Papi kamu ndak ikut Rev ?”
    “Nggak, Papi kan kalo pulang malem banget, yaa,… jam-jam 2-an gitu deh. Berangkatnya pagiii bener” katanya lucu.
    Saya tersenyum sambil memutar otak untuk dapat berkenalan sama maminya, “Mmh, mami kamu bawa mobil Rev ? kalo ndak bawa, nanti pulang sama Om saja, mau ndak ? Sekalian Om kenalan sama mami kamu, boleh kan ?”
    “Boleh-boleh aja sih Om. Tapi, rencananya, habis dari sini, mau ke Mall sebentar. Grisa katanya mau makan McD.”
    “O,.. ya udah ndak apa-apa. Om boleh ikut kan ? Nanti pulangnya Om anterin” Tapi yang menjawab si kecil Grisa, “Boleh,… Om boleh ikut,….”

    Sekitar ½ jam kami mengobrol, mami mereka datang. Dan ternyata, orangnya cantik banget. Tinggi dan postur tubuhnya benar-benar mengingatkan saya pada Mirna, mirip abis. Buah dada yang besar dan ranum, leher dan kulit yang putih,… pokoknya mirip. Singkat cerita, kami pun berkenalan. Revi dan Grisa berebut bercerita tentang awal kami semua berkenalan, dan mami mereka mendengarkan sambil tersenyum-senyum, sesekali melirik ke saya.

    Nama mami mereka Imel, umurnya sudah 29 tahun, tapi bodinya,… 20 tahun. Ngobrol punya ngobrol, ternyata Imel dan suaminya sedang pisah ranjang. Saya dalam hati berkata, wah,… kesempatan nih. Makanya setelah makan dari Mall, saya memberanikan diri untuk mengantarkan mereka ke rumah, dan ternyata Imel tidak berkeberatan. Setelah sampai di rumahnya di bilangan Cilandak, saya dipersilahkan masuk, langsung ke ruang keluarganya.

    Waktu itu sudah hampir jam 8 malam. Grisa yang sepertinya capek sekali, langsung tidur. Tapi saya, Imel dan Revi ngobrol-ngobrol di sofa depan TV.“Mel, suamimu sebenarnya kerja dimana?”, tanya saya.
    “Anu mas,… dia kontaraktor di sebuah perusahaan penambangan gitu,” jawab Imel ogah-ogahan.
    “Iya Om, jangan nanya-nanya Papi.Mami suka sebel kalo ditanya tentang dia,” timpal Revi, yang memang kelihatan banget kalo dia deket sama maminya.Mendengar Revi bicara seperti itu, Imel agak kaget, “Revi, nggak boleh bicara gitu soal Papi, tapi bener mas, aku ngak suka kalo ditanya soal suamiku itu”.
    ”Iya deh, aku nggak nanya-nanya lagi,…” kata saya sambil tersenyum.“Eh Iya,… Mas Vito mau minum apa ?” tanya Imel sembari bangkit dari sofa, “Kopi mau ?
    “Eh,… iya deh boleh,… “ jawab saya.Tak lama kemudian Imel datang sambil membawa 2 cangkir kopi.“Ini kopinya,…” katanya sambil tersenyum. Revi yang sedang nonton TV, dengan mimik berharap tiba-tiba berkata, “Om, malem ini nginep di sini mau ya ? bolehkan mam ?” Imel yang ditanya, menjawab dengan gugup, “Eh,… mmh,… boleh-boleh aja,… tapi emangnya Om Vito mau ?” Merasa dapat durian runtuh, saya menjawab sekenanya, “Yah,… mau sih,… “
    Singkat cerita, waktu sudah menunjukkan jam ½ 12 malam ketika Imel berdiri dari sofa dan berkata, “Mas Vito,aku mau ganti baju tidur dulu ya ?”
    “Eh, iya,… “ jawab saya, “kamu ndak tidur Rev, kan besok sekolah ?”“Mmh, belom ngantuk,… “ jawabnya lucu.Tak lama kemudian, Imel datang lagi ke ruang TV dengan mengenakan busana tidurnya yang tipis sekali. Di dalamnya dia hanya memakai celana dalam jenis G-string dan Bra tanpa tali. Revi yang sedang tidur-tiduran di karpet terbelalak kaget melihat maminya memakai baju se-sexy itu.“Ya ampun,… mami,… bajunya itu lho, gak sopan banget.”
    “Gak papa Rev’, mami udah lama nggak pake baju ini. Sekalian nyobain lagi,” kata Imel sambil tersenyum ke arah saya, “Om Vito aja nggak keberatan, masa kamu keberatan sih ?”

    Saya yang masih terkagum-kagum dengan kemulusan body Imel, tidak bisa bicara apa-apa lagi.“ Rev’ kamu tidur sana, sudah malam. Besok terlambat sekolah,… mami masih mau ngobrol sama Om Vito,… sana tidur!” kata Imel.Saya yang memang sudah pingin sekali mencoba tubuh Imel, juga ikut-ikutan ngomong,

    “Iya, Rev’ besok telat masuk sekolahnya,… kamu tidur duluan sana.”Revi sepertinya kesal sekali di suruh tidur, “Aaahh,… mami nih. Orang masih mau ngobrol sama Om Vito kok,…” tapi dia masuk juga ke kamarnya.
    Setelah ditinggal Revi, saya mulai melakukan agresi militer.“Mel, kok kamu pake baju kaya gitu sih ? kamu tidak malu apa sama aku, kita kan baru kenal. Belum ada 1 hari,… kamu ndak takut apa kalo’ aku apa-apain ? “Mas, aku memang sudah lama nggak pake baju ini. Kalaupun toh pake, suamiku sudah nggak peduli lagi kok sama aku. Dia lebih memilih sekretarisnya itu,” kata Imel dengan mimik muka sedih.“Berarti suami mu itu tolol.

    Dia nggak liat apa, kalo istrinya ini punya badan yang bagus, kulitnya putih, bibirnya tipis,… wah, kalo aku jadi suamimu, thak perem kamu ndak boleh keluar kamar,” kata saya bercanda.
    “Dan lagi kamu punya ‘itu’ mengkel banget,…”Si Imel menatap saya dengan wajah lugu, “Itu apa mas ?”“Mmh, boleh aku jujur tidak ?”“Boleh,… ngomong aja ““Anu,… payudaramu itu lho,… mengkel banget, dan lagi aku yakin kalo ‘anu’mu pasti seukuran satu sendok makan” kata saya sambil melakukan penetrasi dengan mengelus pahanya.“Ooo,… ini,” kata Imel sambil memegang buah dadanya sendiri, “Mas Vito mau ? terus apaku yang seukuran…”Belum selesai Imel berbicara, langsung saja aku potong dengan memegang dan mengelus kemaluannya, “Ini,.. mu,… buka dong bajumu !” kata saya asal.
    Imel yang sepertinya sudah setengah jalan, langsung melepas kain tipis yang menutupi tubuhnya. Sambil mengulum bibirnya yang tipis dan hangat, saya langsung membuka bra-nya. Imel dengan gerakan spontan yang halus sekali, membiarkan celana dalamnya saya lucuti.“Mas, aku sudah telanjang.

    Sekarang gantian ya,…” kata Imel tanpa memberi saya kesempatan bicara, Imel langsung melepas baju dan celana serta celana dalam saya, akibatnya dia shock setengah mati melihat batangan saya yang sudah terkenal itu. Hebatnya lagi, dia tanpa minta ijin, langsung jongkok di bawah saya dan mengulum si ‘adik’ dengan beringas. Sekitar 5 menit kemudian, dia berdiri dan menyuruh saya untuk menjilati bibir vertikalnya. Imel kelojotan setengah mati, ketika lidah saya menyapu dengan kasar klitorisnya.

    Imel saya suruh terlentang di karpet dan membuka kakinya, ‘Veggy’nya yang sudah basah itu, saya hajar dengan gerakan tajam dan teratur. Sambil terus menyerang, saya meremas buah dadanya yang besar, dan menghisap lidahnya dalam-dalam ke mulut saya. Sekitar 10 menit kami melakukan gaya itu, kemudian dia berdiri dan membelakangi saya dengan posisi menungging dan berpegangan di meja komputer didepannya, dia membuat jalan masuk dengan menggunakan kedua jarinya.

    Langsung saya pegang pantatnya dan saya tusuk dia perlahan-lahan sebelum gerakan makin cepat karena licinnya liang surga itu. Tak lama kemudian, Imel bergetar hebat sekali,… dia orgasme, tapi cairan sperma saya belum juga mau keluar. Saya percepat gerakan saya, dan tidak memperdulikan erangan dan desahan Imel, dalam hati saya berkata, dia enak sudah klimaks, aku kan belum. Tak lama kemudian saya sudah ndak tahan.

    Saya tanya : “Mel, aku mau keluar,… dimana nih ?”Di tengah cucuran keringat yang amat banyak, Imel mendesah sambil berpaling ke arah saya, “Di dalam aja mas ! biar lengkap “Benar saja, akhirnya cairan saya, saya semprotkan semua di dalam liang vaginanya. Banyak sekali, kental dan lengket.

    Setelah itu, kami duduk di sofa sambil dia saya suruh menjilati ‘Mr. Penny’ saya. Hisapan Imel tetap tidak berubah, tetap penuh gairah, walaupun bibirnya terkadang lengket di kepala ‘Mr. Penny’ saya.Sekitar 5 menit, Imel menikmati si ‘vladimir’, sebelum dia akhirnya melepaskan hisapannya dan bangun.“Mas, aku ke kamar mandi dulu ya,” katanya, “Aku mau nyuci ‘ini’ dulu,” sambil dia mengelus vaginanya sendiri.“Ya,… jangan lama-lama,… “ kata saya.

    Karena sendirian, saya kocok saja sendiri batangan saya. Tiba-tiba si Revi keluar kamar,… dia berdiri di depan pintu kamarnya sambil memperhatikan saya. Saya kaget sekali.“Loh, Rev… kamu belum tidur ?” tanya saya setengah panik.“Belum.” Jawabnya singkat. Lalu dia berjalan ke arah saya, sementara saya berusaha menutupi ‘Mr. Penny’ saya dengan bantal sofa. “Om, tadi ngapain sama mami ?” tanyanya lagi.“Eh,… anu,… Om sama mami lagi… “ belum selesai saya menjelaskan, Imel masuk ke ruang TV.

    Dia kaget sekali melihat Revi ada di situ. Sambil tangan kanannya menutupi vaginanya dan tangan kirinya menyilang menutupi buah dadanya yang ranum (tidak semua tertutupi sih…),Imel berkata, “Rev kamu ngapain, kok belum tidur ?”Revi berpaling menghadap Maminya, “Aku nggak bisa tidur, Mami tadi berisik banget. Ngapain sih sama Om Vito ?”Akhirnya saya menjelaskan, setelah sebelumnya menyuruh Imel duduk di samping saya, dan Revi saya suruh duduk di karpet, menghadap kami.“Revi, kamu kan tahu, Papi sama Mamimu sudah pisah ranjang selama hampir 4 bulan. Sebenarnya Om sama Mami sedang melakukan kegiatan yang sering dilakukan sama Mami dan Papimu setiap malam. Om dan istri Om juga sering melakukan ini,” kata saya sambil melirik Imel yang terlihat sudah agak santai.

    “Tapi karena sekarang ndak ada Papi, Mami minta tolong Om Vito untuk melakukan hal itu.”Revi terlihat sedikit bingung, “Hal itu hal apa Om ?”Di sini, Imel mencoba menjelaskan, “Rev, Mami jangan disalahin ya,…Revi sayang Mami kan ?”Revi tersenyum, “Iya lah, mi. Revi saayyaaaang banget sama Mami. Tapi Revi mau tahu, Mami sama Om Vito ngapain ?”Saya tersenyum sendiri mendengar rasa ingin tahu Revi yang cukup besar, “Om Vito sama Mami lagi making love.

    Kamu tahu artinya kan ?”“Mmh,… iya dikit-dikit. Jelasin semua dong Om,… Revi mau lihat,” jawab Revi.Wah,… kaget sekali mendengar Revi bicara begitu. Lalu saya melirik Imel, dan Imel mengangguk mengerti. “Revi beneran mau lihat Mami sama Om Vito making love ?” tanya Imel.Revi menjawab dengan polos, “Iya mau. Dan kalau Om Vito mau ngajarin, Revi juga mau diajarin,… biar bisa”. Saya beneran seperti ketiban durian runtuh, “Mmhh, tanya Mami ya ?! soalnya Om tidak bisa ngajarin, kalo Mamimu tidak ngijinin,… Om sih mau aja ngajarin.”Revi merajuk, merayu Maminya, “Mi, boleh ya ?”Imel ragu-ragu menjawab, “Kamu lihat aja dulu deh ya ?!”Sambil tersenyum Revi menjawab, “Iya deh,…,” senang sekali ia.
    Setelah itu, Revi saya suruh mundur beberapa langkah, dia masih duduk dan memperhatikan dengan serius, ketika saya ‘memamerkan’ batangan besar saya. Dan Revi hanya bisa melongo ketika saya mengulum bibir Maminya sambil mengelus-elus vagina yang tanpa bulu itu. Tak lama kemudian, Imel saya suruh untuk melakukan pekerjaan menghisap lagi. Sambil Imel disibukkan dengan pekerjaannya itu, saya menyuruh Revi untuk duduk mendekat disamping saya.

    “Lihat Rev, Mami seneng banget kan ?” kata saya. Sementara Imel melirik kami sambil terus menjilati ‘Mr. Penny’ saya. “Revi sudah pernah ciuman belom ?” tanya saya.“Belum Om.”“Mau Om ajarin ndak ?” tanya saya lagi sambil melingkarkan tangan saya di lehernya.“Mau !” jawabnya singkat.“Ya sudah,… Revi ikutin Om aja ya,… apa yang Om Vito lakukan, diikutin ya ?!”Belum sempat Revi menjawab, saya langsung saja mengulum bibirnya, tegang sekali si Revi. Ketika saya menarik lidah saya dengan lembut di dalam mulutnya, Revi terasa berusaha mengikuti, walaupun dengan gerakan yang tidak beraturan.

    Imel terus menghisap batangan saya, ketika saya melucuti tubuh anaknya yang putih bersih dan mulus itu. Buah dada Revi memang belum begitu besar, tapi untuk ukuran anak kelas 2 SMP, sudah cukup ranum. Puting susunya masih berwarna merah muda dan ketika saya memilin-milinnya, si Revi bergelinjang kegelian. Tak lama kemudian, Imel berlutut di depan saya dan membantu Revi melepas celana dalamnya yang berwarna hijau muda. Revi menurut aja ya sama Om Vito “kata Imel.

    Sementara saya meremas-remas toketnya, Imel menyuruh Revi untuk menggenggam batang ‘Mr. Penny’ saya.“Rev, sekarang kamu jongkok disini ya “ kata Imel, “Kamu hisap ‘Mr. Penny’nya Om Vito, seperti Mami tadi. Jangan dihisap terus, nanti kamu kehabisan nafas, “ Imel tersenyum sayang kepada Revi, “Kadang di lepas, terus di jilat-jilat. Pokoknya kayak Mami tadi. Bisa kan ?”Revi menjawab singkat, “Bisa, mam “Saya mengarahkan si ‘adik’ ke mulut Revi, sambil mengelus rambutnya yang hitam legam. “Pelan-pelan Rev, jangan ditelan semuanya ya !” Revi tersenyum.Imel memperhatikan cara Revi menghisap, kadang dia memberikan instruksi.

    Tak lama setelah itu, saya menyuruh Revi berdiri. Saya tersenyum memandang vaginanya yang masih rapat, tampak bulu-bulu halus menghiasi lubang sempit yang berwarna putih kemerahan itu. Terus terang saya tidak tega untuk menembusnya. Ya sudah, saya ciumi dan jilati saja ‘Veggy’ muda itu. Revi benar-benar kegelian. Akhirnya, Imel menyuruh Revi istirahat. Pekerjaannya dilanjutkan oleh Imel. Tanpa berbasa-basi, Imel langsung menduduki ‘Mr. Penny’ saya, dan mulai melakukan gerak maju mundur, nikmat sekali. Sambil Imel terus mengerjai ‘Mr. Penny’ saya, saya meremas-remas toketnya.

    Setelah itu, kami pindah tempat. Saya berbaring di karpet, dengan Imel masih menduduki si ‘adik’, kali ini dia membelakangi saya. Revi yang hanya diam melihat aksi kami, saya suruh mendekat ke arah saya. Saya menyuruh dia untuk jongkok, dengan posisi ‘Veggy’nya di mulut saya. Sambil saya remas pantatnya, saya tembus liang sempit itu dengan lidah, terkadang, saya sapu dengan jari, sampai akhirnya, setengah jari tengah saya, masuk ke ‘Veggy’nya dan direspon dengan gerakan yang sangat liar. Revi mulai mendesah tidak karuan, sementara pada saat bersamaan, Maminya mendesah keenakkan.

    Saya mulai serius menanggapi Imel. Revi saya suruh menyingkir. Setelah itu, saya membalik tubuh Imel, sekarang dia yang dibawah. Saya lebarkan kakinya dan saya tusuk dengan tajam dan tanpa ampun. Kali ini, Imel bertahan cukup lama, dia sudah mulai terbiasa dengan tusukan-tusukan saya. Akhirnya Imel tidak tahan juga, begitu juga saya. Dia orgasme, berbarengan dengan saya yang kembali memuntahkan sperma ke dalam liang kemaluannya. Setelah melepas si ‘vladimir’, Revi saya suruh menjilatinya.“Mmmhhh,….. Om… kok asin sih rasanya ?“ protes Revi.Imel sambil terengah-engah menjawab, “Memang gitu rasa sperma. Tapi enak kan ? Mami bagi dong ?!”Saya senyum-senyum saja melihat anak beranak itu berebut menjilati ‘Mr.

    Penny’ saya. Pada saat itu, saya teringat Vina (anak Mirna) yang selalu senang dan tertawa ketika melihat ibu dan tantenya berebutan ‘Mr. Penny’ dan menjilati sisa sperma di ujungnya. Begitu juga Imel dan anaknya, Revi, yang seperti mengagungkan batangan saya. Saya memegang kepala ibu dan anak itu, dan dengan maksud bercanda, kadang saya buat gerakan yang memaksa mereka harus berciuman dan menempelkan lidah masing-masing. Mereka tertawa dan tersenyum ceria, tanpa beban.

    Sekali dua kali, kami masih sering bersenggama bertiga. Tapi sekali tempo, saya hanya berdua saja dengan Revi, yang benar-benar telah merelakan keperawanannya saya ambil. Tapi kalau dengan Imel,… wow, jangan ditanya berapa kali, kami sering janjian di sebuah restoran di PIM, dan Grisa, anak bungsu Imel, selalu diajak. Pernah suatu saat, ketika saya dan Imel sedang ‘perang alat kelamin’ di kamar mandi rumahnya (tanpa menutup pintu), Grisa tiba-tiba masuk dan menonton dengan bingung adegan saya dan Maminya yang sedang nungging di bathtub.

    dia bertanya kepada Maminya (walaupun tidak dijawab, karena sedang ‘sibuk’ “Mami diapain Om Vito, kok teriak-teriak ?” katanya. Dan dia pun ikut menyaksikan kakaknya, yang saya senggamai di ruang TV, di samping Maminya yang telanjang bulat, dengan sperma di buah dadanya yang besar itu (bila saya buang di luar, dia tidak mau membersihkan sendiri, selalu menyuruh Revi untuk menjilatinya).
    Kami masih sering melakukan itu sampai sekarang. Untuk yang satu ini, saya tidak mau berbagi rezeki dengan teman kantor saya, tidak seperti sewaktu dengan Mirna dan Rere.

  • Cerita Sex Anak Tiri Jatuh Cinta Pada Ibu Tiri

    Cerita Sex Anak Tiri Jatuh Cinta Pada Ibu Tiri


    1034 views

    Perawanku – Cerita Sex Anak Tiri Jatuh Cinta Pada Ibu Tiri, Hampir 8 tahun ibuku meninggal dunia, akupun sudah terbiasa tanpa kehadiran sesosok ibu dalam hidupku, Tapi tidak bagi ayahku, dia merasa sangat kesepian, ayah selalu saja meminta izin padaku untuk menikah lagi dan dengan terpaksa aku mengiyakan permintaan dari ayahku.

    Karena aku juga kasian pada ayah bagaimana perasaan batinnya tanpa kehadiaran seorang istri sebagai pelengkap hidupnya.

    Selang beberapa bulan setelah mendapat izin dariku untuk menikah lagi, akhirnya ayah memberanikan diri mengajak calon ibu tiriku ke rumah, Sebut saja namanya Anisa. Umurnya sekitar 40 tahun lebih muda dari ayahku 7 tahun.

    Tubuhnya agak berisi dan wajahnya terlihat masih muda. Dia bekerja sebagai staff di kantor ayahku. Aku memanggilnya dengan sebutan tante Anisa.

    Saat tante Anisa main ke rumah, aku sering melihat ayah dan tanet Anisa berpelukan saat sedang menonton tv, terkadang tangan ayah dengan nakalnya mengelus buah dada tante Anisa dengan penuh gairah.

    Bagaimana tidak bergairah, tubuh tante Anisa sangat semok dan mempunyai buah dada yang besar bak gunung. Semenjak ayah sering membawa tante Anisa ke rumah, aku menjadi hobi coli dengan membayangkan tanta Anisa.

    Pada hari minggu pagi aku bangun karena kaget mendengar suara gelas pecah di dapur, saat kulihat ada tanet Anisa sedang membersihkan serpihan kaca.

    “Awas jangan mendekat ada banyak pecahan kaca, tadi tak sengaja aku menjatuhkan gelas dan pecah…” katanya sambil jongkok mengambil serpihan kaca.

    Aku yang masih sedikit mengantuk dengan sekita mataku jadi terbuka lebar karena melihat pemandangan pantat yang besar tante Anisa yang saat itu memakai daster tipis.

    “Kak, tolong deh tante diambilkan sapu…” ujarnya memerintahku.
    “Baik tante akan aku ambilkan, tunggu sebentar…” kataku lantas berjalan mencari sapu yang ada di halaman depan.

    Sembari berjalan aku membayangkan bulatan empuk yang kulihat tadi, kontolku pun langsung menegang dibalik celana kolor yang kupakai. Saat sudah mendapatkan sapu dan berjalan kembali ke dapur, tanganku mengelus-elus kontolku dari luar celana kolorku.

    “Ini tan sapunya…oya ayah mana tan?” tanyaku.
    “Ayahmu sudah berangkat kerja dari subuh tadi, dia dapet tugas mendadak dan harus ke kantor pusat yang ada di Jakarta, tante disuruh diem disini nemenin kamu dan disuruh memasak juga…oya kamu mau dimasakin apa biar nanti tante masakin…” katanya sambil menyapu serpihan kaca.
    “Aku mau nasi goreng aja tan…” kataku dan lalu aku berjalan menuju kamar mandi.

    Aku semakin bernafsu ketika kulihat lagi pantatnya yang bergoyang ketika sedang menyapu, ditambah buah dadanya yang ikut bergoyang mengimpangi pantatnya. Di kamar mandi aku langsung saja coli seperti biasa tanpa sabun dan saat sudah mencapai punjak aku langsung mandi.

    Usai mandi dengan hanya melilitkan handuk seperti rpok wanita aku menuju dapur bermaksud menanyakan apakah nasi goreng pesananku sudah jadi apa belum. tapi ketika sampai di dapur aku malah melihat pemandangan lain yang lebih indah, kulihat bongkahan pantat tante Anisa yang terlihat menggairahkan ketika sedang masak.

    Entah kemasukan setan dari mana, aku memberanikan diri memeluk tante Anisa dari belakang, kuelus pantatnya dan kuciumi lehernya dari belakang. Tanta Anisa mencoba berontak, tapi aku semakin brutal.

    “Iiihhh…kakak ngapain sih…jangan perkosa tante donk…aku ini calaon ibu tirimu…” katanya.
    “Udah diam aja tante… kamu gak cocok jadi ibuku… kamu cocoknya jadi pelucur ayah…” kataku geram.
    “Kamu ngomong apa sih kak… aku mohon hentikan kak…” katanya semakin pelan sepertinya dia sudah terangsang juga karana lehernya terus kuciumi.

    “Tante diam aja ya… nurut sama aku… aku lagi nafsu banget nih… lagian di rumah cuma ada kita berdua ja kog… oya aku juga tau kalau tadi malem tante habis ngentot sama ayah kan… aku dengar erangan ayah tapi aku sama sekali tak mendengar erangan tante, pasti tante gak terpuaskan oleh ayah ya?” bisikku pelan di telinganya sambil terus kuelus pantat dan buah dadanya dari belakang.

    “Aku mohon kak, lepasin tante…” pintanya memohon sambil mengerang dan menolak elusanku.
    Tak kupedulikan omongan tante. aku terus saja mencumbu tante Anisa. Aku tahu kalau tante Anisa sangat liar kalau ngentot hanya saja saat ini dia belum begitu nafsu, hanya butuh waktu sebentar saja untuk membangkitkan gairah nafsunya.

    Terus saja kuciumi dan kujilati lehernya sambil tanganku meremas-remas buah dadanya dari belakang. Setan yang merasukiku menginginkan aku lebih dari sekedar meremas dan menciuminya saja.

    Secara naluri aku segera membuka dasternya dengan cara mereboknya dari belakang. Dan terlihatlah punggungnya yang putih mulus, juga pantatnya yang saat itu tak memakai CD membuatnya menjadi semakin cantik dan otomatis membuat kontolku semakin mengeras.

    Tak berlama-lama, kupaksa dia untuk menungging, dia terus saja meronta memberikan perlawanan. Tapi aku tak memperdulikannya dan malah membuatku semakin liar. Kumulai memasukkan kontolku dari belakang.

    “Hentikan kak…aku calon ibumu…” jaritnya lagi.
    “Sudah diam saja tante… kamu belum jadi ibuku…” kataku sambil menyodokan kontolku dan kupegang punggungnya agar kontolku bisa masuk lebih dalam.

    Kurasakan memek tante Anisa belum terlalu basah, nampaknya dia belum begitu terangsang dengan apa yang sudah kulakukan tadi. Kemudian kucabut kontolku lalu kuposisikan badanku berjongkok dari belakang pantatnya dan kujilati memeknya dari bawah.

    “Aahhh… mau kamu apain lagi…” katanya dengan suara khas wanita yang sedang menahan nikmat.

    Kujilati memeknya seperti layaknya anjing yang sedang kehausan. Aku mencium bau memek yang khas. Aku bisa merasa kalau dia sudah mulai bernafsu, dia tak lagi berontak bahkan dia malah berpegangan ke meja kompor menahan nikmat karena jilatanku yang liar. Dam akhirnya dia pun ikut kerasukan setan.

    Dia semakin menunggingkan pantatnya dan mengoyangkannya kearah mukaku. Aku benar-benar menikmatinya apa yang dia lakukan, sesekali kujilati bongkahan pantatnya yang bulat seksi.

    “Aku menyerah kak, kalau niatmu ingin menikmati tubuhku dan memuaskan aku, aku persilakan tapi tolong jaga rahasia ini ya… jangan sampai ayahmu tahu… aku sayang ayahmu… aku tak mau pernikahan kita batal, aku mau tetap mau jadi ibu tirimu…tapi aku minta ini hanya sekali ini saja ya… aku tak mau mengkhianati ayahmu…” keluhnya.

    Kemudian tante Anisa membalikan badan dan aku berdiri dihadapannya sambil kutatap tajam matanya. Tak kusangka dia tiba-tiba menciumi bibirku dengan liarnya seolah tak ada hari esok lagi.

    AKupun lantas membalas ciumanya sambil meremas buah dadanya. Tak lama setelah itu langsung saja menganngkat tubuhnya kududukkan diatas meja makan, lalu aku mulai memasukan kontolku ke dalam lubang memeknya.
    “Sssttthhhh… aaahhh… nikmat kak… kontolmu benar-benar besar dan keras beda sama punya ayahmu…” rancunya keenakan.
    Genjotankupun semakin ganas. Hampir 10menit aku menggenjotnya hingga akhirnya dia meraih orgasme. Tapi aku belum juga mencapai klimaksku.

    “Tante aku belum bisa keluar….” keluhku padanya.
    Seperti orang kelaparan dia langsung turun dari meja dan menjilati kontolku dengan ganasnya. Dia benar-benar mahir sponge kontol. Kontolku hampir habis ditelannya. Tak lama kemudian kutekan kepalanya dan…

    “Ooooohhh…tanteee aku keluaaaarrr….aahhh…” erangku. Kumuntahkan semua spermaku ke dalam tenggorokannya.

    Singkat cerita diapun akhirnya menikah dengan ayahku juga. Aku sangat senang sekali karena hampir sebulan sekali aku selalu mengajaknya ngentot diapun mau karena menurutnya aku yang bisa memuaskannya. Katanya kontolku ayahku tak sekeras kontolku.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Dapet Ngentot Gratis Gara-Gara Asal Kirim Pesan Nyasar

    Cerita Sex Dapet Ngentot Gratis Gara-Gara Asal Kirim Pesan Nyasar


    876 views

    Perawanku – Cerita Sex Dapet Ngentot Gratis Gara-Gara Asal Kirim Pesan Nyasar, Perkenalkan nama saya Nala (nama samaran saya), lulus kuliah baru bulan kemarin di suatu perguruan tinggi tekemukan di Jogya, cerita ini baru saya alami dalam bebrepa bulan kemarin tepatnya bulan Januari, dimulai dari saya kirim SMS ke seorang cewek yang sudah lama tidak berjumpa, karena sudah lama tidak berhubungan saya kehilangan nomer kontaknya, kemudian saya meminta temenku nomernya (katanya dia sih punya) suatu ketika langsung saya kirimkan SMS kepada dia yang berisi bahwa saya kangen ingin bertemu dengannya.

    Saat sudah aku kirimkan SMS tadi saya tunggu berjam juga tidak ada balasan, dan ketika itu saya mengirimkan ulang lagi dengan saya kasih nama saya di belakangnya, selang beberapa waktu yang saya SMS miss call ke hapeku, karena saya dalam perjalan naik motor, kemudian saya kirim SMS lagi ke dia yang isinya “bentar saya lagi dalam perjalanan nanti saya hubungi setelah sampai ketujuan”

    Setelah yang kujanjikan tadi saya baru telepon si dia, Hallo Anita “tanya saya” dia menjawab “maaf anda salah orang”, ternyata yang saya telepon salah orang sambil menahan malu saya mau kumatikan teleponku, tetapi lawan bicara saya segera bertanya “yang anda cari siapa? dengan nada mendesah” saya jawab “saya sedang mencari teman lama saya yang hampir 6 tahun tidak ada kabarnya” singkat kata kami kemudian berkenalan ternyata yang saya telepon salah sambung namanya Fitri.

    Sejak saat itu, kami sering berkirim SMS. Kadang-kadang gw malah menelponnya. Namun, tidak ada niat sedikitpun dalam diriku untuk menemuinya, atau melihat wajahnya. Toh tidak ada maksud apa-apa, pikirku. Dua bulan berjalan sejak perkenalan itu, entah mengapa, isi pesan SMS berubah menjadi hal-hal yang agak menjurus ke sex.

    Tiga bulan berjalan sejak perkenalan kami lewat telepon. Tiba-tiba, Fitri mengirim SMS yang menyatakan ingin bertemu. Mengapa tidak, kupikir. Toh tidak ada ruginya untukku. Saat itu pikiranku belum berpikir jauh sampai ke sex. Kami janjian sore pukul 17.00. Kebetulan hari itu hari libur. Setelah tiba di tempat yang dijanjikan, gw segera meneleponnya. Gua pake sweater pink, kata Fitri.

    Segera kutemui Fitri yang sedang berdiri menunggu. Hai, Fitri ya?, tanyagw. Fitri segera tersenyum. Wajahnya memang tidak cantik, tubuhnya pun tidak aduhai seperti poster swimsuit di majalah Popular. Namun, gw memang tidak terlalu mempermasalahkan penampilan fisik. Segera kuperkenalkan diriku. Gua Nala, katagw. Memang pergaulanku dengan wanita tidak intens, sehingga saat itu gw sedikit gugup. Namun, segera kututupi kegugupanku dengan sedikit jaim (jaga image).

    Kami segera menjadi akrab. Kami berbicara sebentar sambil menikmati makanan di sebuah food court.Nala, suka nyanyi-nyanyi gak?, tanya Fitri setelah kami selesai makan. Suka, tapi tidak di depan umum, begitu jawabku. Sama dong. Kalo gitu, mau gak kamu saya ajak utk nyanyi di karaoke? Kita bisa pesan private room kok, jadi tidak ada orang lain. tanya Fitri. Kupikir, asyik juga ya, untuk melepas lelah. Segera kami meluncur ke sebuah karaoke terdekat menggunakan mobilku.

    Setibanya di sana, kami memesan tempat untuk dua orang. Kami segera dituntun masuk oleh seorang wanita. Ruangannya agak remang-remang, dan ditutupi gorden, jadi memang tidak akan terlihat dari luar. Sambil waitress menyiapkan ruangan, kami memesan minuman. Fitri permisi kepadagw untuk ke toilet. Tepat setelah waitress menyiapkan ruangan dan minuman, Fitri kembali. Kurasa agak aneh waktu itu karena aroma wewangiannya kian tajam. Namun, tidak kupedulikan.Segera kami mulai memasang lagu kesukaan kami, dan kami bernyanyi-nyanyi. Sampai tibalah kami di lagu yang kelima. Fitri memesan lagu yang lembut, dan agak romantis.

    Sebelum lagu tersebut dimulai, tak sengaja punggung tanganku menyentuh punggung tangan Fitri. Halus sekali, pikirku. Sayang sekali tanganku untuk berpindah dari punggung tangannya, sehingga kubiarkan saja di situ. Fitri pun diam saja, tidak berusaha melepaskan sentuhan tangannya dari tanganku. Dingin ya?, tanya Fitri, kepadagw, sambil melihat tanganku. Iya, jawabku mengangguk lemah. Segera Fitri mendekatkan tanganku ke tangannya. Tanganku segera menggenggam jari-jarinya.

    Kami bernyanyi sambil menikmati kehangatan tersebut. Pelan-pelan, naluriku mulai berjalan. Ingin sekali gw mengelus pipinya yang lembut, namun gw agak takut-takut. Perlahan-lahan Fitri mendekatkan bahunya ke bahuku sehingga kami duduk sangat dekat.Wangi aroma tubuh Fitri segera membius diriku. Tak kupedulikan lagi ketakutanku. Segera kubelai pipi dan kening Fitri. Ia menatapku. Gw balas menatapnya. Lalu kuusap lembut rambutnya. Darah kelelakianku segera berdesir. Kukecup keningnya. Fitri diam saja. Kukecup rambut dan pipinya, segera aroma tubuhnya kembali membius diriku. Fitri benar-benar kuperlakukan seperti pacarku sendiri. Tiba-tiba timbul gelora yang besar untuk memeluknya. Fitri sepertinya mengerti karena dia segera mengubah posisi duduknya sehingga memudahkanku untuk memeluknya.

    Segera kupeluk Fitri dengan rasa sayang.Tiba-tiba Fitri menarik tanganku ke dada kirinya. Segera kurasakan bagian lembut kewanitaannya tersebut. Nikmat sekali, namun dengan rasa agak takut. Pelan-pelan kusentuh buah dadanya yang lembut itu. Fitri diam saja. Gw mulai berani. Ku elus-elus buah dadanya, perlahan-lahan, dengan gerakan memutar, tanpa menyentuh bagian putingnya. Gw semakin berani. Tangan kananku kumasukkan ke dalam sweater merahnya. Segera ku elus bukit lembut tersebut di bagian pinggirannya.

    Ku putar-putar tanganku mengelilingi putingnya. Setelah beberapa saat, kusentuh putingnya. Ternyata putingnya sudah mengeras. Lalu kuremas dengan lembut. Fitri mendesah. Ssshh, desahnya.Kulanjutkan penjelajahanku ke dada kanannya. Kuulangi hal yang sama. Lagi-lagi Fitri mendesah. Segera ia memagut bibirku, dan melumatnya. Saat kujulurkan lidahku, segera dihisapnya kuat-kuat. Oh, nikmat sekali berciuman seperti ini, pikirku karena memang gw belum pernah berciuman dengan wanita. Badanku bergetar hebat, karena gw belum pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Kami lanjutkan permainan kami beberapa saat. Setelah itu, kami berhenti untuk menikmati minuman kami.

    Kusodorkan sedotan minumanku untuk diminum terlebih dulu oleh Fitri. Kemudian kami lanjutkan nyanyian kami sambil berpelukan. Nyaman sekali rasanya saat itu.Kuteruskan permainan tanganku dengan lembut, mengelus dan meremas dengan lembut buah dada Fitri. Fitri kembali memagut bibirku. Kami berciuman hebat. Tiba-tiba Fitri menarik tanganku, dan memasukan tanganku ke dalam celana panjangnya. Segera terasa bulu-bulu halus kemaluannya tersentuh oleh tanganku. Pelan-pelan kudorong tanganku ke bawah, menuju organ intimnya. Segera terasa tanganku menyentuh vaginanya yang hangat dan basah. Montok kan punya gua?, begitu ungkap Fitri saat tanganku mengelus lembut vaginanya. Segera kuiyakan pertanyaannya itu, padahal gw tidak bisa membedakan seperti apa vagina yang tidak montok. Kuusap terus vaginanya, seraya desahan Fitri mengiringi gerakanku. Sssh.. Oh, Nala.

    Baru kamu laki-laki yang bisa memperlakukanku dengan lembut, begitu terus desahnya. Tersanjung juga gw dipuji dirinya.Kami terus bercumbu sampai tak terasa dua jam berlalu. Nala, kamu jangan pulang dulu ya. Gw ingin dikelonin sama kamu. Temani sebentar gw di hotel ya?, tanya Fitri kepadagw. Saat itu, gw agak takut. Takut gw tidak bisa menahan diri untuk tidak tidur dengannya. Segera kuingat ajaran2 agama yang melarangku melakukannya. Namun sepertinya Fitri mengerti ketakutanku. Gw cuma minta dibelai kok. Tidak lebih. Ya, Nala?, tanyanya dengan mata memohon. Berat sekali rasanya untuk mengiyakan permintaannya. Di satu sisi, gw takut sekali melanggar ajaran agama. Lagipula, gw banyak tugas yang malam itu harus kuselesaikan. Namun sisi kemanusiaanku membuat gw tidak tega menolaknya. Baiklah, tapi tidak lebih dari itu ya?, jawabku. Iya, gua janji deh, kata Fitri lagi.

    Kami segera keluar dari ruangan, membayar ke kasir, dan meluncur ke sebuah hotel menggunakan mobilku. Fitri menjadi penunjuk jalan. Setelah membayar uang deposit di kasir hotel, kami segera melenggang ke dalam kamar. Di dalam kamar, gw menyalakan televisi. Sejenak kami menikmati sebuah film. Tak lama kemudian, Fitri membentangkan tubuhnya di kamar tsb. Nala, sini dong, kata Fitri. Gw mengubah posisi duduk ku di ranjang mendekati Fitri.

    Gw dalam posisi duduk, sementara Fitri sudah telentang. Nala, belai gw lagi ya, kata Fitri. Segera tanganku mengelus dahi Fitri. Kuelus-elus dahinya beberapa lama, turun ke pipi, lalu ke rambutnya yang panjang.Fitri menikmati gerakanku sambil menutup mata. Lalu kusandarkan tubuhku ke ranjang, kukecup lembut kening dan dahinya. Fitri membuka matanya, tersenyum. Lalu kucium kelopak matanya. Fitri benar-benar menikmati perlakuanku. Perlahan kukecup lembut bibirnya. Gw hanya menyentuhkan bibirku di bibirnya. Namun segera Fitri menjerat bibirku di bibirnya. Dilumat bibirku dengan bergairah, sementara tangannya dengan kuat memelukku. Kujulurkan lidahku untuk menyentuh bibir bawahnya, namun Fitri segera menghisap bibirku tersebut.

    Segera kuarahkan ciumanku ke bagian telinganya, dan kujilat bagian dalam daun telinganya dengan lidahku.Fitri meronta-ronta dan mendesah. Aduh Nala, geli sekali. Teruskan Nala, katanya. Kucumbu Fitri terus di telinganya. Kemudian kuarahkan cumbuanku ke lehernya. Fitri mendesah hebat. Ssshh.. sshh.. ohh, desah Fitri. Gw tidak bisa menahan diriku lagi. Fitri, boleh kubuka bajumu?, tanya gw pelan kepada Fitri. Fitri mengangguk, tersenyum. Perlahan-lahan kubuka kancing bajunya. Terlihatlah tubuhnya yang putih mulus, dengan bra berwarna biru. Kulanjutkan ciumanku di seputar payudaranya.

    Cerita Sex Dapet Ngentot Gratis Gara-Gara Asal Kirim Pesan Nyasar

    Cerita Sex Dapet Ngentot Gratis Gara-Gara Asal Kirim Pesan Nyasar

    Tak lupa kukecup pelan ketiaknya yang bersih tanpa bulu. Fitri mengerang. Nala, buka BH gua dong, pinta Fitri. Segera kuarahkan tanganku ke punggungnya untuk membuka BHnya. Sulit sekali membuka BHnya. Maklum, belum pernah gw membuka BH wanita.Setelah terbuka, pelan-pelan kutanggalkan BHnya. Segera tampak bukit indahnya yang putih bersih, tanpa cacat, dengan puting kecoklatan. Indah sekali, pikirku. Ingin sekali gw menciumnya. Kupindahkan BHnya dan bajunya ke meja supaya tidak kusut.

    Lalu, pelan-pelan kubasahi buah dadanya dengan lidahku. Kuputar wajahku memutari tokednya. Fitri mendesah lagi. Gerakan itu terus kuulang beberapa kali, lalu berpindah ke toked kanannya. Di sana kuulangi lagi gerakanku sebelum akhirnya lidahku tiba di puncak tokednya. Kubasahi putingnya dengan lidahku, kumain-mainkan, kukulum, dan kuhisap. Fitri mengerang-ngerang. Aduh, Nala..ssh..ssh.. geli sekali. Terus Nala… Sambil mengulum putingnya, pelan2 kuelus bagian perutnya. Auw.. enak Nala.., Fitri menekan wajahku ke dadanya. Kira-kira 15 menit Fitri kuperlakukan seperti itu.Nala, bukain celanaku dong.., pinta Fitri. Segera kubuka kancing celananya, dan kupelorotkan ke bawah. Terlihatlah pahanya yang putih bersih, dan kewanitaannya yang masih tertutupi Celana Dalam warna hitam. Masih mengulum putingnya, segera kuarahkan tanganku ke selangkangannya. Kuelus-elus perlahan.

    Kugerakan tanganku dari dekat lututnya, terus bergerak sedikit demi sedikit ke arah pangkal pahanya.ohh.., rintih Fitri menahan kenikmatan yang kuberikan. Kuelus vaginanya yang masih tertutupi CD. Ternyata CD-nya sudah basah. Kubelai pelan-pelan bagian tersebut. Fitri meronta-ronta, dijepitnya tanganku dengan kedua belah pahanya. Oh.. ohh.. ronta Fitri. Gantian tangan Fitri yang masuk ke celana dalamku. Dipegangnya Kontolku, lalu dikocok pelan-pelan. Uuh, nikmat sekali rasanya..

    Nala, buka celana dalam gua.., pinta Fitri. Jangan Fitri, gua gak berani melakukan itu.. katagw.Gw bukan bermaksud munafik, tapi gw memang benar-benar takut saat itu, karena belum pernah melakukannya. Tak apa-apa, Nala, tidak usah dimasukin. Gua cuma minta diciumi aja, pinta Fitri memohon. Akhirnya kubuka celana dalam Fitri. Kunikmati pemandangan indah dihadapanku. Oh, indah sekali makhluk bernama wanita ini, pikirku. Elus lagi, Nala.., pinta Fitri.

    Perlahan-lahan, tanganku mulai mengelus bibir vaginanya yang sudah basah. Kuputar-putar jariku dengan lembut di sana. Lagi-lagi Fitri meronta. Ohh..ohh. Ke atas lagi Nala. Elus klitorisku, begitu desahnya perlahan. Gw tidak tahu persis di mana klitoris. Gw terus mengelus bibir vaginanya. Segera tangan Fitri membimbing tanganku ke klitorisnya.Baru sekali itu gw tahu bentuk klitoris.

    Mungil dan menggemaskan. Dengan lembut kuputar-putar jariku di atas klitorisnya. Setiap 5 putaran, Fitri langsung mengepit tanganku dengan pahanya. Sepertinya ia benar2 menikmati perlakuanku. Nala, tolong hisap klitorisku, yah?, pinta Fitri. Gw sedikit ragu, dan jijik. Pake tangan aja yah, Fitri.., gw berusaha menolak dengan halus. Tolong dong, Nala. Sekali ini saja. Nanti gantian deh , pinta Fitri. Gw masih berat hati menghisapnya. Fitri, maaf ya. Tapi kan itu kemaluan. Apa nanti… Belum selesai gw bicara, Fitri segera memotongku. Kemaluanku bersih kok, Nala. Gw selalu menggunakan antiseptik. Tolong ya.. sebentar saja, kok, pinta Fitri lagi.Perlahan-lahan kudekatkan mulutku ke memeknya Fitri.

    Segera tercium aroma yang tidak bisa kugambarkan. Perlahan-lahan kujulurkan lidahku ke klitorisnya. Gw takut sekali kalau rasanya tidak enak atau bau. Kukecap lidahku ke vaginanya. Ternyata tawar, tidak ada rasa apa-apa. Terus, Nala..ohh.. enak sekali, desah Fitri. Kuulangi lagi, pelan-pelan. Lama-lama rasa takut dan jijikku hilang, malah berganti dengan gairah. Kuulang-ulang menjilati vaginanya. Fitri makin mendesah. ooh.. oohh.. ohh.. ohh.

    Fitri menggenggam jari telunjukku, lalu memasukkan ke dalam liang vaginanya. Kamu nanti tidak kesakitan?, tanyaku kepadanya. Ia menggeleng pelan. Lalu, kuputar-putar jariku di dalam vaginanya. Ahh.., Fitri menjerit kecil. Kuputar jariku tanpa menghentikan jilatanku ke vaginanya.Saat kuarahkan jariku ke langit-langit memeknya, terasa ada bagian yang agak kasar. Kuelus pelan bagian tersebut, berkali-kali. ‘Ya, terus di situ Nala.. ahh.. enak sekali..

    Kuteruskan untuk beberapa saat. Fitri makin membuka lebar-lebar pahanya. Tiba-tiba Fitri menggerakkan pantatnya ke atas dan bawah, berlawanan dengan arah jilatanku. Ah Nala.. gw mau keluaar.. erang Fitri. Fitri makin mempercepat gerakannya, dan tiba-tiba gerakan pantatnya dia hentikan, lalu dikepitnya kepalagw dengan pahanya. Ahh.. Nala..gw keluar, desahnya. Segera kupeluk tubuh Fitri, dan kugenggam tangannya erat.

    Kubiarkan Fitri menikmati orgasmenya. Setelah beberapa saat, kuelus-elus dahi dan rambutnya. Nala, enak sekali, kata Fitri. Gw diam saja.Sekarang gantian, ya, kata Fitri. Gw mengangguk pasrah, antara mau dan takut. Diputarnya tubuhku sehingga tubuhnya menindih tubuhku sekarang. Dibukanya celana dan celana dalamku. Malu sekali rasanya saat itu. Segera kututupi Kontolku yang masih terduduk lemas.

    Sepertinya Fitri mengerti perasaanku. Ia segera mematikan lampu kamar. Gw merasa lebih tenang jadinya. Lalu, dibukanya pahagw yang menutupi Kontolku. Fitri segera meraba-raba Kontolku. Oh, geli sekali rasanya. Rasa geli itu membuatku secara refleks menggelinjang. Fitri tertawa. Enak kan, Nala? tanyanya menggodagw. Sial nih orang, pikirku. Dikerjain gua. Mau diterusin gak, Nala? tanya Fitri sambil menggoda lagi. Gw hanya mengangguk.Saat itu Kontolku belum berdiri. Aneh sekali. Padahal biasanya kalo melihat adegan yg sedikit porno, punyagw langsung keras.

    Akhirnya Fitri mendekatkan mulutnya ke Kontolku. Dikecupnya ujung Kontolku perlahan. Ada getaran dashyat dalam diriku saat kecupannya mendarat di sana. Nala, punya kamu enak. Bersih dan terawat, ujar Fitri. Geer juga gw dipuji begitu. Dipegangnya gagang Kontolku, lalu Fitri mulai menjilati Kontolku. Ya ampun, pikirku. Geli sekali.. Secara reflek gw meronta, melepaskan Kontolku dari mulut Fitri. Kenapa, Nala?, tanya Fitri. Gua gak tahan. Geli banget, sih?, katagw protes. Ya udah, pelan-pelan aja, ya?, kata Fitri. Gw mengangguk lagi. Fitri mulai memperlambat tempo permainannya. Rasa geli masih menjalari tubuhku, tapi dengan diikuti rasa nyaman.Kuperhatikan Fitri menjilati Kontolku, tak terasa Kontolku segera mengeras. Fitri senang sekali melihatnya. Segera dilahap kembali Kontolku itu, kali ini sambil dikocok-kocok dengan tangannya.

    Sekali lagi gw disiksanya dengan rasa geli yang amat sangat. Kunikmati permainannya, tak terkira nikmatnya. Ya ampun, baru sekali ini kurasakan kenikmatan yang tiada tara seperti ini. Ah.., tak kuasa gw menahan desahanku. Nala, kumasukan ya punyamu?, tanya Fitri. Nanti kamu sakit, gak?, tanyagw. Gw sudah tak bisa menguasai diri lagi.

    Ingin sekali rasanya Kontolku dikepit oleh vaginanya. Ya, kalau gw yang ngontrol sih, gak sakit, kata Fitri. Ya udah, kamu yang di atas aja, katagw kepadanya.Fitri segera mengubah posisi tubuhnya. Ia kangkangkan pahanya di atas tubuhku, lalu pelan-pelan dibimbingnya Kontolku menuju liang Kontolnya. Ditekannya sedikit, masuklah sedikit ujung Kontolku ke dalam. Terasa sedikit basah dan licin kemaluannya. Didiamkan punyagw di sana utk beberapa saat. Gw diam menunggu. Lalu ditekannya sedikit lagi. Kali ini punyagw masuk lebih dalam dan makin terasa cairan pelicin kemaluannya.

    Sudah sepertiga dari panjang Kontolku yang berada dalam vaginanya. Dia diamkan lagi Kontolku di sana beberapa saat. Ia sedikit mengernyit. Sakit?, kutanya. Iya, tapi gak apa2. , jawab Fitri. Kemudian ia mendorong Kontolku makin dalam, hingga akhirnya semua Kontolku tertelan di dalam vaginanya. Terasa basah dan hangat vaginanya. Nikmat dan geli sekali rasanya. Setelah beberapa saat, Fitri mulai menggerakkan pinggulnya naik dan turun. Ahh.. enak sekali menikmati Kontolku terjepit dalam vagina Fitri.

    Gerakan pantat Fitri membuat Kontolku terkocok, dan segera gw merasakan kenikmatan yang tiada tara. Fitri pun seakan-akan begitu. Ohh.. ohh.. ohh.. ohh, Fitri mengerang-ngerang.
    Fitri terus menggerakan pinggulnya naik dan turun selama beberapa saat dengan diiringi desahan. Tiba-tiba ia berhenti. Entah mengapa tiba-tiba ada perasaan kesal dalam diriku. Namun, ternyata Fitri tidak berhenti begitu saja. Kini pinggulnya digerakan tidak naik-turun lagi, tapi maju mundur, dan terkadang berputar. Sepertinya Fitri sangat menikmati gerakan ini, terbukti erangannya semakin sering. Ah.. ah.. ahh.. ahh.., desahnya terus, tanpa henti. Kuremas dengan lembut payudaranya, Fitri makin merintih. Sssh.. ssh.. sshh.. enak Nala.

    Makin lama gerakan Fitri makin cepat. Nala, gw mau keluar lagi, Nala.. rintihnya. Gw pun merasa Kontolku berdenyut kencang. Fitri, tolong lepaskan, gw mau keluar, katagw. Gw takut sekali kalau sampai Fitri hamil. Tapi Fitri tidak mau melepaskan Kontolku. Ditekannya kuat tanganku dengan kedua tangannya sehingga gw tidak bisa melepaskan diri darinya. Tiba-tiba kurasa Kontolku menyemburkan cairan kuat di dalam vaginanya. Aduh, Fitri, jangan.. nanti kamu hamil.., teriakku, sesaat sebelum cairanku keluar. Tapi semua sudah terlambat. Semua cairanku sudah keluar dalam vaginanya.

    Nikmat sekali rasanya, namun terasa lemas tubuhku sesudahnya. Segera otot-otot Kontolku mengerut, dan menjadi kecil kembali.Fitri dengan kecewa melepaskan Kontolku. Fitri, kalo kamu hamil gimana, tanyagw dengan setengah takut. Tenang aja, Nala. Gua pake alat kontrasepsi kok. Kamu gak perlu takut, ya?, kata Fitri menenangkan diriku. Kemudian, Fitri segera memijat-mijt Kontolku. Dielus, dan di kulum lagi seperti tadi.

    Tak lama, Kontolku segera mengejang lagi. Segera Kontolku dimasukan lagi oleh Fitri ke vaginanya. Kembali Fitri melakukan gerakan maju mundur tadi. ohh.. ohh.. ohh.. oohh, erangnya. Kuremas lembut tokednya. Ssshh.. sshh.. sshh, begitu terus rintihannya. Selama beberapa saat Fitri mengocok Kontolku dengan vaginanya, sampai akhirnya ia berteriak. Nala, gw hampir keluar, desah Fitri. Segera Fitri mempercepat gerakannya. Gw pun membantunya dengan menggerakan pinggulku berlawanan dengan arah gerakannya. Ahh.. Nala, gw keluar, desahnya agak keras.

    Sejenak ia menikmati orgasmenya, sebelum rubuh ke dalam pelukanku. Kubiarkan ia menikmati orgasmenya, kuelus rambutnya, dan kukecup keningnya. Kami berpelukan, dan tidur tanpa busana sampai pagi hari. Alangkah Indahnya Hidup ini dibuat oleh fitri dan gw tak akan pernah melupakan kenangan terindah di malam pertama bersama fitri walaupun kini gw gat au kabarnya si Fitri ini! HIkz….hikzzzz…. nasib2 salah kirim sms dapat ngentot cewek gratis! hehehehehe…

     

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Seks Cicipi meki anak pelajar SMP

    Cerita Seks Cicipi meki anak pelajar SMP


    1516 views

    Perawanku – Cerita Seks Cicipi meki anak pelajar SMP, Suatu hari aku ke Jakarta, Ketika aku sampai ke rumah kakakku, aku melihat ada tamu, rupanya ia adalah teman kuliah kakakku waktu dulu. Aku dikenalkan kakakku kepadanya. Rupanya ia sangat ramah kepadaku.

    Usianya 40 tahun dan sebut saja namanya Diky. Ia pun mengundangku untuk main ke rumahnya dan dikenalkan pada anak-istrinya. Istrinya, Aivi, 7 tahun lebih muda darinya, dan putrinya, Sinta, duduk di kelas 2 SMP.

    Kalau aku ke Jakarta aku sering main ke rumahnya. Dan pada hari Senin, aku ditugaskan oleh Diky untuk menjaga putri dan rumahnya karena ia akan pergi ke Malang, ke rumah sakit untuk menjenguk saudara istrinya.

    Menurutnya sakit demam berdarah dan dirawat selama 3 hari. oleh karena itu ia minta cuti di kantornya selama 1 minggu. Ia berangkat sama istrinya, sedangkan anaknya tidak ikut karena sekolah.

    Setelah 3 hari di rumahnya, suatu kali aku pulang dari rumah kakakku, karena aku tidak ada kesibukan apapun dan aku pun menuju rumah Diky. Aku pun bersantai dan kemudian menyalakan VCD. Selesai satu film.

    Saat melihat rak, di bagian bawahnya kulihat beberapa VCD porno. Karena memang sendirian, aku pun menontonnya. Sebelum habis satu film, tiba-tiba terdengar pintu depan dibuka. Aku pun tergopoh-gopoh mematikan televisi dan menaruh pembungkus VCD di bawah karpet.

    Hallo, Oom Chandra..!” Sinta yang baru masuk tersenyum.
    “Eh, tolong dong bayarin Bajaj.. uang Sinta sepuluh-ribuan, abangnya nggak ada kembalinya.”

    Aku tersenyum mengangguk dan keluar membayarkan Bajaj yang cuma dua ribu rupiah.
    Saat aku masuk kembali.., pucatlah wajahku! Sinta duduk di karpet di depan televisi, dan menyalakan kembali video porno yang sedang setengah jalan. Dia memandang kepadaku dan tertawa geli.

    “Ih! Oom Chandra! Begitu, tho, caranya..? Sinta sering diceritain temen-temen di sekolah, tapi belom pernah liat.”
    Gugup aku menjawab, “Sinta.. kamu nggak boleh nonton itu! Kamu belum cukup umur! Ayo, matiin.”
    “Aahh, Oom Chandra. Jangan gitu, dong! Tu, liat.. cuma begitu aja! Gambar yang dibawa temen Sinta di sekolah lebih serem.”

    Tak tahu lagi apa yang harus kukatakan, dan khawatir kalau kularang Sinta justru akan lapor pada orangtuanya, aku pun ke dapur membuat minum dan membiarkan Sinta terus menonton. Dari dapur aku duduk-duduk di beranda belakang membaca majalah.

    Sekitar jam 7 malam, aku keluar dan membeli makanan. Sekembalinya, di dalam rumah kulihat Sinta sedang tengkurap di sofa mengerjakan PR, dan.. astaga! Ia mengenakan daster yang pendek dan tipis.

    Tubuh mudanya yang sudah mulai matang terbayang jelas. Paha dan betisnya terlihat putih mulus, dan pantatnya membulat indah. Aku menelan ludah dan terus masuk menyiapkan makanan.
    Setelah makanan siap, aku memanggil Sinta.

    Dan.., sekali lagi astaga.. jelas ia tidak memakai BH, karena puting susunya yang menjulang membayang di dasternya. Aku semakin gelisah karena penisku yang tadi sudah mulai “bergerak”, sekarang benar-benar menegak dan mengganjal di celanaku.

    Selesai makan, saat mencuci piring berdua di dapur, kami berdiri bersampingan, dan dari celah di dasternya, buah dadanya yang indah mengintip. Saat ia membungkuk, puting susunya yang merah muda kelihatan dari celah itu. Aku semakin gelisah. Selesai mencuci piring, kami berdua duduk di sofa di ruang keluarga.

    “Oom, ayo tebak. Hitam, kecil, keringetan, apaan..!”
    “Ah, gampang! Semut lagi push-up! Khan ada di tutup botol Fanta! Gantian.. putih-biru-putih, kecil, keringetan, apa..?”
    Sinta mengernyit dan memberi beberapa tebakan yang semua kusalahkan.
    “Yang bener.. Sinta pakai seragam sekolah, kepanasan di Bajaj..!”
    “Aahh.. Oom Chandra ngeledek..!”
    Sinta meloncat dari sofa dan berusaha mencubiti lenganku. Aku menghindar dan menangkis, tapi ia terus menyerang sambil tertawa, dan.. tersandung!

    Ia jatuh ke dalam pelukanku, membelakangiku. Lenganku merangkul dadanya, dan ia duduk tepat di atas batang kelelakianku! Kami terengah-engah dalam posisi itu. Bau bedak bayi dari kulitnya dan bau shampo rambutnya membuatku makin terangsang.

    Dan aku pun mulai menciumi lehernya. Sinta mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tanganku pun mulai meremas kedua buah dadanya.

    Nafas Sinta makin terengah, dan tanganku pun masuk ke antara dua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang.
    “Uuuhh.. mmhh..” Sinta menggelinjang.

    Kesadaranku yang tinggal sedikit seolah memperingatkan bahwa yang sedang kucumbu adalah seorang gadis SMP, tapi gairahku sudah sampai ke ubun-ubun dan aku pun menarik lepas dasternya dari atas kepalanya.

    Aahh..! Sinta menelentang di sofa dengan tubuh hampir polos!
    Aku segera mengulum puting susunya yang merah muda, berganti-ganti kiri dan kanan hingga dadanya basah mengkilap oleh ludahku. Tangan Sinta yang mengelus belakang kepalaku dan erangannya yang tersendat membuatku makin tak sabar.

    Aku menarik lepas celana dalamnya, dan.. nampaklah bukit kemaluannya yang baru ditumbuhi rambut jarang. Bulu yang sedikit itu sudah nampak mengkilap oleh cairan kemaluan Sinta. Aku pun segera membenamkan kepalaku ke tengah kedua pahanya.

    “Ehh.. mmaahh..,” tangan Sinta meremas sofa dan pinggulnya menggeletar ketika bibir kemaluannya kucium.
    Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan mengemut perlahan.
    “Ooohh.. aduuhh..,” Sinta mengangkat punggungnya ketika lidahku menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat.

    Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai membuka. Sesekali lidahku akan membelai kelentitnya dan tubuh Sinta akan terlonjak dan nafas Sinta seakan tersedak. Tanganku naik ke dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya sedikit membesar dan mengeras.

    Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Sinta tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa aku membuka semua pakaianku, dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit, kubelai-belaikan di pipi Sinta.

    “Mmmhh.. mmhh.. oohhmm..,” ketika Sinta membuka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku.
    Mungkin film tadi masih diingatnya, jadi ia pun mulai menyedot. Tanganku berganti-ganti meremas dadanya dan membelai kemaluannya.

    Segera saja kemaluanku basah dan mengkilap. Tak tahan lagi, aku pun naik ke atas tubuh Sinta dan bibirku melumat bibirnya. Aroma kemaluanku ada di mulut Sinta dan aroma kemaluan Sinta di mulutku, bertukar saat lidah kami saling membelit.

    Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah di selangkangan Sinta, dan sebentar kemudian kurasakan tangan Sinta menekan pantatku dari belakang.
    “Ohhmm, mam.. msuk.. hh.. msukin.. Omm.. hh.. ehekmm..”

    Perlahan kemaluanku mulai menempel di bibir liang kemaluannya, dan Sinta semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku kutekan, tetapi gagal saja karena tertahan sesuatu yang kenyal. Aku pun berpikir, apakah lubang sekecil ini akan dapat menampung kemaluanku yang besar ini.

    Terus terang saja, ukuran kemaluanku adalah panjang 15 cm, lebarnya 4,5 cm sedangkan Sinta masih SMP dan ukuran lubang kemaluannya terlalu kecil.

    Tetapi dengan dorongan nafsu yang besar, aku pun berusaha. Akhirnya usahaku pun berhasil. Dengan satu sentakan, tembuslah halangan itu. Sinta memekik kecil, dahinya mengernyit menahan sakit. Kuku-kuku tangannya mencengkeram kulit punggungku.

    Aku menekan lagi, dan terasa ujung kemaluanku membentur dasar padahal baru 3/4 kemaluanku yang masuk. Lalu aku diam tidak bergerak, membiarkan otot-otot kemaluan Sinta terbiasa dengan benda yang ada di dalamnya.

    Sebentar kemudian kernyit di dahi Sinta menghilang, dan aku pun mulai menarik dan menekankan pinggulku. Sinta mengernyit lagi, tapi lama kelamaan mulutnya menceracau.
    “Aduhh.. sshh.. iya.. terusshh.. mmhh.. aduhh.. enak.. Oomm..”

    Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Sinta, lalu membalikkan kedua tubuh kami hingga Sinta sekarang duduk di atas pinggulku. Nampak 3/4 kemaluanku menancap di kemaluannya. Tanpa perlu diajarkan, Sinta segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku berganti-ganti meremas dan menggosok dada, kelentit dan pinggulnya, dan kami pun berlomba mencapai puncak.

    Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Sinta makin menggila dan ia pun membungkukkan tubuhnya dan bibir kami berlumatan. Tangannya menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya menyentak berhenti. Terasa cairan hangat membalur seluruh batang kemaluanku.

    Setelah tubuh Sinta melemas, aku mendorong ia telentang. Dan sambil menindihnya, aku mengejar puncakku sendiri. Ketika aku mencapai klimaks, Sinta tentu merasakan siraman air maniku di liangnya, dan ia pun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang ke dua.

    Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme.

    “Aduh, Oom.. Sinta lemes. Tapi enak banget.”

    Aku hanya tersenyum sambil membelai rambutnya yang halus. Satu tanganku lagi ada di pinggulnya dan meremas-remas. Kupikir tubuhku yang lelah sudah terpuaskan, tapi segera kurasakan kemaluanku yang telah melemas bangkit kembali dijepit liang vagina Sinta yang masih amat kencang.

    Aku segera membawanya ke kamar mandi, membersihkan tubuh kami berdua dan.. kembali ke kamar melanjutkan babak berikutnya. Sepanjang malam aku mencapai tiga kali lagi orgasme, dan Sinta.. entah berapa kali.

    Begitupun di saat bangun pagi, sekali lagi kami bergumul penuh kenikmatan sebelum akhirnya Sinta kupaksa memakai seragam, sarapan dan berangkat ke sekolah.

    Kembali ke rumah Diky, aku masuk ke kamar tidur tamu dan segera pulas kelelahan. Di tengah tidurku aku bermimpi seolah Sinta pulang sekolah, masuk ke kamar dan membuka bajunya, lalu menarik lepas celanaku dan mengulum kemaluanku.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Adik Keponakan Ku Yang Centil Dan Sexy

    Cerita Sex Adik Keponakan Ku Yang Centil Dan Sexy


    712 views

    Perawanku – Cerita Sex Adik Keponakan Ku Yang Centil Dan Sexy, Kisah ini terjadi sekitar awal Januari, dimana waktu itu aku sedang sendiri di rumah, sedang nonton TV tiba-tiba aku di kejutkan oleh suara bel berbunyi.

    “Kringg.. kring..” suara bel berbunyi itu membuat aku terkejut.

    Kemudian aku membuka pintu, aku melihat seorang gadis berdiri menggunakan baju kaos berwarna putih dan rok mini berwarna hijau sampai ke lutut, wajahnya cantik dan sedap dipandang mata.

    Aku bertanya, “Cari siapa dik..?”

    Dia balas dengan bertanya, “Benarkah ini rumah paman Rizal..?”
    Aku terkejut, karena nama yang dia sebutkan adalah nama papaku. Kemudian aku bertanya lagi. “Adik ini siapa?”

    Dia hanya tersenyum. Senyumannya manis sekali, lalu aku jawab, “Benar, ini rumah paman Rizal,” sambungku lagi. Dan sekali lagi dia tersenyum, manis sekali, membuat hatiku dag dig dug.

    Aku bertanya lagi, “Adik ini siapa sih..?”

    Sambil terseyum dia memperkenalkan dirinya, “Namaku Lisa,” kata-katanya terhenti,

    “Aku datang kemari disuruh mama untuk menyampaikan sesuatu untuk paman Rizal.”
    “Oh iyah..” aku sampai lupa mempersilakan dia masuk ke rumah. Lalu kusuruh dia masuk.
    “Silakan masuk,” kataku.

    Aku persilakan dia masuk, “Kan ngga enak bicara di depan pintu, apa lagi tamu.”

    Setelah berbicara sebenter di depan pintu, dia masuk dan duduk di kursi ruang tamu. Setelah kupersilakan duduk, aku mulai bertanya lagi tentang dia, dan siapa dia bagaimana hubungannya dengan papaku.

    “Kalau boleh tau, adik ini siapa yah..?”
    “Hihihi..” dia tertawa, aku jadi heran, tetapi dia malah tertawa.
    “Kalau ngga salah, pasti abang ini bang.. Sultan yah?” sambungnya.

    Aku terkejut, dari mana dia tahu namaku, lalu aku bertanya, “Kog adik tau nama abang?”
    Lalu dia tertawa lagi, “Hihihi… ..tau dong.”
    “Masa abang lupa sama aku?” lanjutnya. “Aku Lisa, bang. Aku anaknya tante Maria,” celotehnya menjelaskan.
    Aku terkejut, “..ah.. jadi kamu anaknya tante Maria?” tambahku.

    Aku jadi termangu. Aku baru ingat kalau tante Maria punya anak, namanya Lisa. Waktu itu aku masih SMP kelas 3 dan Lisa kelas 1 SMP. Kami dulu sering bermain di taman bersama. Waktu itu kami belum tahu tentang apa yang namanya cinta/sex dan kami tidak berjumpa lagi karena waktu itu aku pergi ke Australia sekitar 2 tahun.

    Sekembalinya dari Australia aku tidak pernah ke rumahnya karena sibuk sekolah. Sudah kira-kira 3 tahun kami tidak berjumpa, sampai aku mahasiswa tingkat 2, aku tidak ingat namanya lagi, kini bertemu sudah besar dan cantik lagi.

    Lalu kubertanya kembali menghamburkan lamunanku sendiri, “Bagaimana kabar mamamu?” tanyaku.
    “Baik…” jawabnya.

    Kemudian dia mengulangi maksud dan tujuannya. Katanya, papaku diminta mamanya untuk datang ke rumahnya untuk membicarakan sesuatu hal.

    Lalu aku balik bertanya dengan penasaran, “Kira-kira yang akan dibicarakan apa sih..?”
    Dia menjawab sambil tersenyum manis nan menggoda. Sambil tersenyum, aku memperhatikan dirinya penasaran.

    Tiba-tiba dia bicara, “Ternyata abang ganteng deh, ternyata mama ngga salah bilang.”

    Aku jadi salah tingkah dan wajahku memerah karena dipuji. Adik ini ada-ada saja pikirku. Kemudian aku sambut kata-katanya, “Ternyata tante Maria punya anak cantik juga.” dia hanya tersenyum saja.

    “Paman Rizal kemana bang?” dia bertanya membuka keheningan.
    “Belum pulang kerja.” jawabku.
    “Hmmm…” gumamnya.
    “Ya udah deh, titip pesen aja gitu tadi, ya bang!” memastikan.
    “Iya… oke.” jawabku pasti.
    “Jangan lupa yah..!” lebih memastikan.
    “Iya..” aku tegaskan lagi.

    “Oke deh.. kalau gitu Lisa pamit dulu yah.. ngga bisa lama-lama nih.. mama bilang jangan lama-lama.” jelasnya. “Pamit yah bang!” tambahnya.
    “Oke deh,” mengiyakan. “Hati-hati yah!” sambungku seperti cowok-cowok lain pada cewek umumnya.

    Dia hanya tersenyum menjawabnya, “Iya bang…”

    Nah, detik itu jugalah momen itu terjadi. Tidak tahu kenapa dia tiba-tiba menarik tanganku dan mencium pipiku. Bercampur rasa bingung dan asyik di hatiku.

    “Waduh… buat apa itu tadi?” tanyaku bodoh. Dia hanya tersenyum.
    “Abang ganteng deh,” jelasnya sambil melepaskan pegangan tangannya.

    Nah, itu dia, karena menurutku aji mumpung perlu diterapkan, aku menangkap tangannya dan balik mencium pipinya. Dia menjadi kaget dan aku hanya tersenyum saja, memasang wajah innocent yang jauh dari sempurna.

    Balas dendam pikirku. Karena kepalang keasyikan dan sudah timbul nafsu. Aku memberanikan diri lagi untuk mencium bibirnya mengusik kediamannya karena kaget pada ciuman pertamaku tadi.

    “Mumpung rumah sepi… kesempatan nih..” pikirku dalam hati.
    Aku memberanikan diri untuk lebih lagi dengan meraba tonjolan yang ada di dadanya yang terbungkus bra dari luar.
    Dia mendesah, “..ahh..hem..”

    Tonjolannya agak lumayan kalau tidak salah taksir, kira-kira 32b besarnya. Karena sudah sangat bernafsu, dan ego kelelakianku meningkat, hasrat itu pun timbul. Aku belai tubuhnya perlahan dan terus menaik sampai ke lehernya. Kubuka baju yang dia pakai hingga terlepas. Dan aku terus meraba bongkongnya yang lumayan juga besarnya kalau tidak salah taksir dapurnya kira-kira 61.

    “Seperti penyanyi saja,” gumamku dalam hati.

    Karena keadaan kurang memungkinkan, kugendong dia ke kamarku sambil kami berciuman terus. Kurebahkan dia di kasur dan kutindih dia. Kubuka perlahan-lahan kaos yang dia pakai dan BH-nya aku buka hingga polos. Terpampang di depanku sebuah pemandangan yang indah, sebuah gunung dua yang sangat indah dengan pucuknya berwarna merah ranum.

    Aku dengan rakusnya meremas dan mengulum kanan dan kiri. Tanganku dengan aktif terus menjalar ke rok yang dia pakai. Perlahan-lahan aku turunkan hingga terbuka semuanya. Aku melihat kodam (kolor,dalam) warna putih dengan berenda bunga. Kubuka perlahan-lahan dengan sabar, hati-hati dan lembut. Tiba-tiba dia menepis tanganku.

    “Jangan bang..! Jangan bang..!” dia memohon, tetapi aku yang sudah dirasuki setan tidak ambil pikir.

    Kemudian kucium bibirnya dan kuremas kembali gunungnya. Dia terangsang. Kucoba mengulang kembali, kutarik kodamnya (kolor,dalam) perlahan-lahan. Dia tidak menepis tanganku, terus kubuka dan kuterpana melihat pemandangan yang begitu indah yang tidak bisa dikatakan dengan kata-kata. Aku melihat sebuah kemaluan yang masih gundul yang hanya dikelilingi dengan rambut yang masih belum lebat.

    Kusibak hutan yang masih agak gundul. Ada cairan bening yang keluar dari dalam hutannya. Dia sudah terangsang. Kubuka bajuku tergesa-gesa. Pakaianku hanya tinggal kodam (kolor dalam) saja tetapi Ucokku (kejantananku) sudah mau lompat saja, ingin mencari sasaran.

    Cerita Sex Adik Keponakan Ku Yang Centil Dan Sexy

    Cerita Sex Adik Keponakan Ku Yang Centil Dan Sexy

    Sudah tidak tahan ucokku sehingga aku langsung meraba hutannya. Kusibak (buka) hutannya dan aku menciumnya. Kemudian kujilat semacam daging yang keluar dari kemaluannya. Kujilat terus kelentitnya hingga dia meyilangkan kakinya ke leherku.

    “Ahh.. ohh.. yaa..” desahnya.

    Kumasukan jari tanganku satu dan kukorek-korek dalam hutanya. Dia semakin merapatkan kakinya ke leherku sehingga mukaku terbenam dalam hutannya. Aku tidak bisa bernafas. Aku terus hajar hutannya.

    “Hauhh.. ahh.. yahh.. huhhh..” terdengar suara desahya.

    Aku terus hisap sehingga timbul suara yang entah dia dengar atau tidak. Kemudian perlahan-lahan kakinya agak melonggar sehingga aku bisa nafas dengan bebas kembali. Aku terus menghisap dalam hutannya. Setelah puas kubermain di hutanya, kuhisap lagi gunung kembarnya, kiri dan kanan.

    “Bang.. aku udah ngga tahan nih.. mau keluar..” desahnya.
    Kupercepat lagi hisapanku, dia merintih.

    “Ahh.. oohhh.. yahh.. serrrr..” dia lemas. Ternyata dia sudah klimaks.

    Kubuka kodamku dan kejantananku ini kukeluarkan. Taksiranku, kejantananku kira-kira 14 cm panjangnya kalau sudah tegang. Kubimbing kejantananku (ucok) ke arah hutannya. Kugesek-gesekan kejantananku pada liang kelaminnya, kusodok perlahan-lahan.

    Awalnya meleset, tidak masuk. Wah, ternyata dia masih perawan. Kucoba lagi perlahan-lahan, tidak juga bisa masuk. Kuberi air ludah ke batang kejantananku agar tambah licin. Kemudian kucoba lagi, hanya masuk ujung kepalanya saja, dia merintih.

    “Aduh.. sakit bang.. sakit..” rintihnya.

    Aku berhenti sejenak, tidak melanjutkan sodokanku, kukulum lagi gunungnya, dadanya terangkat ke atas. Tidak lama dia terangsang lagi, lalu kucoba lagi untuk meyodok (seperti permainan bola billyard).

    Kusodok terus dengan hati-hati, aku tidak lupa memberi ludahku ke kejantananku. Karena hutannya becek akibat klimaks tadi jadi agak licin sehingga kepala kejantananku bisa masuk dia merintih.

    “Aduh.. sakit bang…”

    “Tahan dikit yah.. adikku manis..`ngga sakit kok.. cuman sebentar aja sakitnya…” bisikku di daun telinganya. Dia diam saja. Kusodok lagi, akhirnya masuk juga kepala si ucok, terus kusodok agak keras biar masuk semua.

    “Slupp.. blesss..” dan akhirnya masuk juga ucokku. Dia menggigit bibirnya menahan sakit. Karena kulihat dia menahan sakit aku berhenti menunggu dia tidak kesakitan lagi. Ucokku masih terbenam dalam hutannya, kulihat dia tidak menggigit bibirnya lagi. Kusodok lagi ucokku perlahan-lahan dan lembut, ternyata dia meresapinya dan kembali terangsang. Kusodok terus.

    “Ahh.. auuohhh.. yahh.. terus bang..” pintanya karena dia teransang hebat sambil mengoyangkan pinggulnya ke kiri kanan. Rupanya dia sudah tidak kesakitan lagi. Semakin kuat kusodok.

    “Auoohhh.. ahhh.. yahh.. uhhh.. terus bang!” kakinya dililitkan ke leherku.
    “Ahh.. yaa..” rintihnya lagi, terus kusodok agak keras.

    “Selupp.. selup..” suara ucokku keluar masuk, aku juga merasakan ada denyutan dalam hutannya seperti menghisap (menarik) ucokku. Rasanya tidak bisa dikatakan dengan kata-kata.

    “Yahh.. aouuhh… yahh..” suaraku tanpa sadar karena nikmatnya.
    “Bang.. enak bang.” kusodok terus.
    “Uohh.. ahhh.. yahh.. terusss bang! Yahh.. yahh.. ngga tahan nih bang..” dia terus berkicau keenakan, “oohh.. yahh… aouuhh.. yaa.. i coming.. yes..” terus dia berkicau

    Entah apa katanya, aku tidak tahu karena aku juga merasakan sedotan dalam hutanya semakin kuat. Dia meremas kain penutup tilam sampai koyak. Aku terus meyodok dan terus tidak henti-henti.

    “Aouhhh.. ahhh.. yahh.. yaa.. mau keluar nih bang..” dan, “Slerrrr…” dia keluar, terasa di kepala ucokku. Dia klimaks yang kedua kalinya.

    Aku terus memacu terus mengejar klimaksku, “Yahh.. aouuu.. yahh..” ada denyutan di kepala ucokku.

    “Yahh.. ahhh..” aku keluar, kutarik ucokku keluar, kuarahkan ke perutnya.
    Air maniku sampai 3x menyemprot, banyak juga maniku yang keluar, lalu kukecup keningnya.
    “Terima kasih..” aku ucapkan.

    Kulihat ada bercak darah di sprei tilam, ternyata darah perawanya. Lalu kuajak dia membersihkan diri di kamar mandi, dia mengangguk. Kami mandi bersama. Tiba-tiba ucokku bangkit lagi melihat bongkongnya yang padat dan kenyal itu. Kutarik bokongnya dan kutunggingkan. Kusodok dari belakang.

    “Aduh..” gumamnya karena masih agak sempit dan masih terasa ngilu karena baru hilang keperawanannya.

    Dia terangsang kembali, kuremas gunung kembarnya, aku berdengus. “Ahh.. aouhhh.. yaaa.”

    “Crottt.. croottt.. crottt..” kukeluarkan maniku dan kutumpahkan di bokongnya.

    Kami terus bermain sampai 3 kali. Aku teringat kalau sebentar lagi mama akan pulang, lalu kusuruh cepat-cepat si Lisa mandi dan mengenakan pakaiannya. Kami tersenyum puas.

    “Terima kasih yah bang,” aku tersenyum saja dan aku mencium bibirnya lagi serta membisikkan ke telinganya, “Kapan-kapan kita main lagi yah!”

    Dia hanya tersenyum dan, “..iya,” jawabnya.

    Setelah berpakain dan merapihkan diri, kuantar dia ke depan rumah. Dan ciuman manis di bibir tidak lupa dia berikan kepadaku sebelum pergi. Aku hanya bisa melihat dia berjalan pergi dengan langkah yang agak tertatih karena merasakan nyeri di selangkangannya.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Dewasa Malam Yang Indah Bersama Adik Sepupu – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Dewasa Malam Yang Indah Bersama Adik Sepupu – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1263 views

    Perawanku – Kedua barbel kecil masing-masing seberat 5 kilogram terasa telah kian berat saja kuayun-ayunkan bergantian. Keringatku telah sejak tadi berseleweran membasahi seluruh tubuhku yang kuperhatikan lewat cermin sebesar pintu di depanku itu telah tambah mekar dan kekar. Kalau dibandingkan dengan atlet binaraga, aku tak kalah indahnya. Bandar Bola Online

    Aku hanya tersenyum sambil kemudian menaruh kedua barbelku dan menyeka keringat di dahi. Kuperhatikan jam telah menunjukan pukul 22:39 tepat. Ya, memang pada jam-jam seperti ini aku biasa olahraga berat untuk membentuk otot-otot di tubuhku. Suasana sepi dan udara
    sejuk sangat aku sukai. Kamar kost-ku di pinggirn utara kota Jogja memang menawarkan hawa dinginnya. Itulah sebabnya aku sangat betah kost di sini sejak resmi jadi mahasiswa hingga hampir ujian akhirku yang memasuki semester delapan ini.

    Sudah jadi kebiasaanku, aku selalu berolahraga dengan telanjang bulat, sehingga dapat kuperhatikan tubuhku sendiri lewat cermin itu yang kian hari kian tumbuh kekar dan indah. berkulit sawo matang gelap. Rambut kasar memenuhi hampir di seluruh kedua lengan tangan dan kaki serta dadaku yang membidang ke bawah, lebih-lebih pada daerah kemaluanku. Rambutnya tumbuh subur dengan batang zakarnya yang selalu terhangati olehnya. Kuraba-raba batang kemaluanku yang mulai beranjak tegang ereksi ini. Hmm, ouh, mengasyikan sekali. Air keringatku turut membasahi batang zakar dan buah pelirku. Dengan sambil duduk di kursi plastik aku berfantasi seandainya ini dilakukan oleh seorang wanita. Mengelus-elus zakarku yang pernah kuukur memiliki panjang 20 centimeter dengan garis lingkar yang 18 centimeter! Mataku hanya merem melek saja menikmati sensasi yang indah ini. Perlahan-lahan aku mulai melumuri batang zakarku dengan air liurku sendiri. Kini sambil menggenggam batang zakar, aku terus menerus melakukan mengocok-ngocok secara lembut yang berangsur-angsur ke tempo cepat.

    Aku tengah menikmati itu semua dengan sensasiku yang luar biasa ketika tiba-tiba pintu kamar kost-ku diketok pelan-pelan. Sial, aku sejenak terperangah, lebih-lebih saat kudengar suara cewek yang cukup lama sekali tak pernah kudengar.
    “Mas, Mas Wid? Ini aku, Irma!”
    Irma? Adik sepupuku dari Pekalongan? Ngapain malam-malam begini ini datang ke Jogja? Gila! Buru-buru aku melilitkan kain handuk kecilku sambil memburu ke arah pintu untuk membukakannya. “Irma?” ucapku sambil menggeser posisiku berdiri untuk memberi jalan masuk buat adik sepupuku yang terkenal tomboy ini. Irma terus saja masuk ke dalam sambil melempar tas ranselnya dan lari ke kamar mandi yang memang tersedia di setiap kamar kost ini. Sejenak aku melongok keluar, sepi, hanya gelap di halaman samping yang menawarkan kesunyian. Pintu kembali kututup dan kukunci. Aku hanya menghela nafasku dalam-dalam sambil memperhatikan tas ransel Irma.

    Tak berapa lama Irma keluar dengan wajah basah dan kusut. Rambutnya yang lebat sebahu acak-acakan. Aku agak terkejut saat menyadari bahwa kini Irma hanya memakai kaos oblong khas Jogja. Rupanya ia telah melepas celana jeans biru ketatnya di kamar mandi. Kulit pahanya yang kuning langsat dan ketat itu terlihat jelas. “Ada masalah apa lagi, hmm? Dapat nilai jelek lagi di sekolahan lalu dimarahi Bapak Ibumu?” tanyaku sambil mendekat dan mengelus rambutnya, Irma hanya terdiam saja. Anak SMU kelas dua ini memang bandel. Mungkin sifat tomboynya yang membuat dirinya begitu. Tak mudah diatur dan maunya sendiri saja. Jadinya, aku ini yang sering kewalahan jika ia datang mendadak minta perlindunganku. Aku memang punya pengaruh di lingkungan keluarganya.

    Irma hanya berdiri termangu di depan cermin olah ragaku. Walau wajahnya merunduk, aku dapat melihat bahwa dia sedang memandangi tubuhku yang setengah telanjang ini.
    “Lama ya Mas, Irma nggak ke sini.”
    “Hampir lima tahun,” jawabku lebih mendekat lagi lalu kusadari bahwa lengan dan tangannya luka lecet kecil.
    “Berantem lagi, ya? Gila!” seruku kaget menyadari memar-memar di leher, wajah, kaki, dan entah dimana lagi.
    “Irma kalah, Mas. Dikeroyok sepuluh cowok jalanan. Sakit semua, ouih. Mas, jangan bilang sama Bapak Ibu ya, kalau Irma kesini. Aduh..!” teriak tertahan Irma mengaduh pada dadanya.
    “Apa yang kamu rasakan Ir? Dimana sakitnya, dimana?” tanyaku menahan tubuhnya yang mau roboh.
    Tapi dengan kuat Irma dapat berdiri kembali secara gontai sambil memegangi lenganku.
    “Seluruh tubuhku rasanya sakit dan pegal semua, Mas, ouh!”
    “Biar Mas lihat, ya? Nggak apa-apa khan? Nggak malu, to?” desakku yang terus terang aku sudah mulai tergoda dengan postur tubuh Irma yang bongsor ketat. Irma hanya mengangguk kalem.
    “Ah, Mas Wid. Irma malah pengin seperti dulu lagi, kita mandi bareng.. Irma kangen sama pijitan Mas Wid!” ujar Irma tersenyum malu.


    Edan! Aku kian merasakan batang kemaluanku mengeras ketat. Dan itu jelas sekali terlihat pada bentuk handuk kecil yang menutupinya, ada semacam benda keras yang hendak menyodok keluar. Dan Irma dapat pula melihatnya! Perlahan kulepas kaos oblong Irma. Sebentar dirinya seperti malu-malu, tapi kemudian membiarkan tanganku kemudian melepas BH ukuran 36B serta CD krem berenda ketatnya. Aku terkejut dan sekaligus terangsang hebat. Di tubuh mulusnya yang indah itu, banyak memar menghiasinya. Aku berjalan memutari tubuh telanjangnya. Dengan gemetaran, jemariku menggerayangi wajahnya, bibirnya, lalu leher dan terus ke bawahnya. Cukup lama aku meraba-raba dan mengelus serta meremas lembut buah dadanya yang ranum ini. “Mas Wid.. enak sekali Mas, teruskan yaa.. ouh, ouh..!” pinta mulut Irma sambil merem-melek. Mulutku kini maju ke dada Irma. Perlahan kuhisap dan kukulum nikmat puting susunya yang coklat kehitaman itu secara bergantian kiri dan kanannya. Sementara kedua jemari tanganku tetap meremas-remas kalem dan meningkat keras. Mulut Irma makin merintih-rintih memintaku untuk berbuat lebih nekat dan berani. Irma menantangku, sedotan pada puting susunya makin kukeraskan sambil kuselingi dengan memilin-milin puting-puting susu tersebut secara gemas.

    “Auuh, aduh Mas Wid, lebih keras.. lebih kencang, ouh!” menggelinjang tubuh Irma sambil berpegangan pada kedua pundakku. Puting Irma memang kenyal dan mengasyikan. Kurasakan bahwa kedua puting susu Irma telah mengeras total. Aku merendahkan tubuhku ke bawah, mulutku menyusuri kulit tubuh bugil Irma, menyapu perutnya dan terus ke bawah lagi. Rambut kemaluan Irma rupanya dicukur habis, sehingga yang tampak kini adalah gundukan daging lembut yang terbelah celah sempitnya yang rapat. Karuan lagi saja, mulutku langsung menerkam bibir kemaluan Irma dengan penuh nafsu. Aku terus mendesakkan mulutku ke dalam liang kemaluannya yang sempit sambil menjulurkan lidahku untuk menjilati klitorisnya di dalam sana. Irma benar-benar sangat menggairahkan. Dalam masalah seks, aku memang memliki jadwal rutin dengan pacarku yang dokter gigi itu. Dan kalau dibandingkan, Irma lebih unggul dari Sinta, pacarku. Mulutku tidak hanya melumat-lumat bibir kemaluan Irma, tapi juga menyedot-nyedotnya dengan ganas, menggigit kecil serta menjilat-jilat.

    Tanpa kusadari kain handukku terlepas sendiri. Aku sudah merasakan batang kemaluanku yang minta untuk menerjang liang kemaluan lawan. Karuan lagi, aku cepat berdiri dan meminta Irma untuk jongkok di depanku. Gadis itu menurut saja. “Buka mulutmu, Dik. Buka!” pintaku sambil membimbing batang kemaluanku ke dalam mulut Irma. Gadis itu semula menolak keras, tapi aku terus memaksanya bahwa ini tidak berbahaya. Akhirnya Irma menurut saja. Irma mulai menyedot-nyedot keras batang kemaluanku sembari meremas-remas buah zakarku. Ahk, sungguh indah dan menggairahkan. Perbuatan Irma ini rupanya lebih binal dari Sinta. Jemari Irma kadangkala menyelingi dengan mengocok-ngocok batang kemaluanku, lalu menelannya dan melumat-lumat dengan girang.

    “Teruskan Dik, teruskan, yeeahh, ouh.. ouh.. auh!” teriakku kegelian. Keringat kembali berceceran deras. Aku turut serta menusuk-nusukan batang kemaluanku ke dalam mulut Irma, sehingga gadis cantik ini jadi tersendak-sendak. Tapi justru aku kian senang. Kini aku tak dapat menahan desakan titik puncak orgasmeku. Dengan cepat aku muntahkan spermaku di dalam mulut Irma yang masih mengulum ujung batang kemlauanku.
    “Croot.. creet.. crret..!”
    “Ditelan Dik, ayo ditelan habis, dan bersihkan lepotannya!” pintaku yang dituruti saja oleh Irma yang semula hendak memuntahkannya. Aku sedikit dapat bernafas lega. Irma telah menjilati dan membersihkan lepotan air maniku di sekujur ujung zakar.

    “Maass, ouh, rasanya aneh..!” ujar Irma sambil kuminta berdiri. Sesaat lamanya kami saling pandang. Kami kemudian hanya saling berpelukan dengan hangat dan mesra. Kurasakan desakan buah dadanya yang kencang itu menggelitik birahiku kembali.
    “Ayo Dik, menungging di depan cermin itu!” pintaku sambil mengarahkan tubuh Irma untuk menungging. Irma manut. Dengan cepat aku terus membenamkan batang kemaluanku ke liang kemaluan Irma lewat belakang dan melakukan gerakan maju mundur dengan kencang sekali. “Aduuh, auuh.. ouh.. ouh.. aah.. ouh, sakit, sakit Mas!” teriak-teriak mulut Irma merem-melek. Tapi aku tak peduli, adik sepupuku itu terus saja kuperkosa dengan hebat. Sambil berpegangan pada kedua pinggulnya, aku menari-narikan batang kemaluanku pada liang kemaluan Irma.


    “Sakiit.. ouhh..!”
    “Blesep.. slep.. sleep..” suara tusukan persetubuhan itu begitu indah.
    Irma terus saja menggelinjang hebat.

    Aku segera mencabut batang kemaluanku, membalikkan posisi tubuh Irma yang kini telentang dengan kedua kakinya kuminta untuk melipat sejajar badannya. sementara kedua tangannya memegangi lipatan kedua kakinya. Kini aku bekerja lagi untuk menyetubuhi Irma.
    “Ouuh.. aahhk.. ouh.. ouh..!”
    Dengan menopang tubuhku berpegangan pada buah dadanya, aku terus kian ganas tanpa ampun lagi menikam-nikam kemaluan Irma dengan batang kemaluanku.
    “Crroot.. cret.. creet..!”
    Menyemprot air mani zakarku di dalam liang kemaluan Irma. “Maas.. ouuh.. aduh.. aahk!” teriak Irma yang langsung agak lunglai lemas, sementara aku berbaring menindih tubuh bugilnya dengan batang kemaluanku yang masih tetap menancap di dalam kemaluanya.

    “Dik Irma, bagaimana kalau adik pindah sekolah di Jogja saja. Kita kontrak satu rumah.. hmm?” tanyaku sambil menciumi mulut tebal sensual Irma yang juga membalasku. “Irma sudi-sudi saja, Mas. Ouh..” Entah, karena kelelehan kami, akhirnya tidur adalah pilihannya. Aku benar-benar terlelap.

  • Wanita Cantik yang Memiliki Hobi Ngesex di Kantor – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018

    Wanita Cantik yang Memiliki Hobi Ngesex di Kantor – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018


    1154 views

    Perawanku – Saat ini aku masih jomblo tapi aku sudah bekerja jadi karyawan perusahaan, dimana aku satu ruang dengan wanita yang cantik dia adalah atasanku, kalau di kantor dia selalu berpakaian seksi apalagi bodynya yang montok membuat biarahiku di dalam ruangan selalu naik dan berpikiran yang menghayal dengan atasanku tersebut.

    Nggak heran dia punya hobby ngesex. Aku juga punya hobby yang sama. Tapi tidak semaniak dia. Hampir tiap hari dia ngesex dengan cowok yang disenanginya, bahkan aku sering diajak ‘Anu’ sama dia.

    Disamping aku senang dan menikmati tubuhnya yang aduhai itu, aku juga tidak berani menolak perintahnya.. pokoknya “A.I.S”-lah.. itu..tuu.. Asal Ibu Senang. Dan aku dijanjikan naik pangkat dan tentu saja gaji naik juga dong plus bonus tubuhnya yang montok itu.

    Dia orangnya cantik meskipun umurnya jauh diatas aku. Karena dia selalu suka pakai rok ‘super’ mini warna putih transparan. Maka aku tahu kalau dia tiap hari nggak pernah pakai CD. Yang aku heran ama dia, pas dia ada di luar ruang kerja dia selalu pakai rok biasa bahkan pernah pakai celana.

    Tapi pas ada di ruang kerja kita dia selalu pakai rok ‘super’ mini itu. Jadi kalau ada sesuatu yang dia butuhkan dia selalu minta tolong aku yang ngurus. Meja kerjanya yang berada di depan aku, jadi aku bisa melihat apa yang dikerjakannya.

    Tiap menit dia selalu memancing nafsu aku. Dia sering pura-pura lihat suasana diluar jendela, padahal dia ingin memeperlihatkan kemontokan pantatnya yang super montok itu. Lalu dia pura-pura melihat hasil kerja aku sambil dekat-dekat terus dia menundukkan kepalanya.. lalu yah jelaslah payudaranya yang tergantung bebas tanpa halangan dari BH.

    Dia goyangkan badannya, maka bergoyanglah payudara itu kiri-kanan-kiri lagi.. Tapi yang paling parah, dia pura-pura menjatuhkan bulpen di lantai, terus dia jongkok membelakangi aku. Pas dia nunduk, roknya tersingkap keatas jadi terlihatlah pantatnya yang montok putih dan memeknya yang putih kemerahan dengan bulu yang tampak menantang untuk dijamah.

    Pas dia udah ambil itu bolpoint, eh.. dijatuhin lagi terus nungging lagi.. lagi.. lagi.. Dia goyangin itu pantatnya maju-mundur, bawah-atas..lalu dia renggangkan kakinya sehingga memeknya yang lezat itu merekah bagai bunga ‘mawar’ dan begitu seterusnya. Hingga aku nggak tahan akan kelakuannya itu. Langsung aja aku deketin dia terus aku obok-obok ‘anu-nya’.. Dan ternyata.. apa yang terjadi.. ohh..

    Dia menikmati sentuhan-sentuhan aku. Saat ini aku bekerja dengan lidah aku. Aku jilat sedikit kacangnya dan di “suck” agar basah. Nggak samapai dua menit udah tampak ada cairan bening di memeknya. Karena ****** aku udah nggak tahan, lalu aku masukin ****** aku ke memeknya.

    Dia mendesis – meronta – mengerang nikmat(3M) demikian juga aku. Hangat dan lembab. Lalu aku mula goyang kiri kanan, maju-mundur dan kadang-kadang aku putar. Dia bener-bener hebat, setelah aku agak pasif dalam gerakan aku karena udah hampir nyampe. Dia dengan perkasa menggoyang tubuhnya maju-mundur, kanan-kiri dan berputar dengan garang.

    Sementara aku makin berat nahan orgasme aku, akhirnya..

    “Bu boleh keluarin di dalam..?”kataku.

    “Boleh aja sayang, emang sudah hampir.. ya?”katanya sambil terus menggenjot pantatnya maju-mundur.

    “Ya, bu”kataku.
    “Kita sama-sama ya, hmm..ohh..”.

    Dengan sisa tenaga aku goyang lagi sampai aku terasa enak bener karena orgasme aku udah sampai deket pintu helm “NAZI”. Lalu aku peluk dia dari belakang sambil aku remes dadanya. Dan cret.. cret.. cret. cret, air mani aku muncrat didalam lubang memeknya.

    Dan diapun merintih ohh yes dan lalu mencengkeram kursi dengan erat serta badannya bergetar dan menegang.. Rupanya dia klimaks juga. Dengan ****** dan memek masih bersatu aku tetep peluk dia dari belakang.

    Dia tersenyum puas lalu melumat bibirku. Dia bilang kontolku enak banget sih. Dia kangen katanya kalau nggak dicoblos kontolku barang sehari. Nggak lama aku peluk pinggangnya kuat-kuat dari belakang sambil ngerintih akhh.. akhhgg dan lalu di dinding memeknya kubikin terasa hangat karena semprotan sperma aku tadi. Nggak ke tulungan enaknya katanya, tapi dia harus buru-buru ngrapiin baju dan nyuci memeknya. Habis gituan luemes banget dan nggak bisa kerja lagi. Abis sambil berdiri sih.

    Enak juga lho making love di kantor. Apalagi kalau lembur jangan dibilang. Di meja kerja, di WC, di lift, di lantai atas gedung atau juga di dalam mobilnya juga bisa, rasa takut ketahuan itu selalu ada, tapi kenikmatannya lain dari pada yang lain, pokoknya sensasinya lain.

    Malamnya aku diajak ke pub. Setelah jam dua belas malam, aku ajak dia pulang. Dia kutuntun ke mobilku karena dia mulai mabuk akibat terlalu banyak mengkonsumsi minuman dan kuantarkan ke apartemennya.

    Aku bingung mengapa dia nggak pulang ke rumahnya sendiri.. mengapa kesini. Kuantar sampai ke dalam kamarnya di lantai 7, aku istirahat sejenak di sofanya. Dia bangun dan menghampiri aku untuk mengucapkan terima kasih dan selamat malam..

    tapi tubuhnya jatuh dalam pelukan aku sehingga nafsu aku untuk meng’anu’nya mulai bangkit. Kuciumi dari kening, mata, hidung hingga mulut sensualnya disambutnya ciuman aku dengan permainan lidahnya yang sudah profesional.

    Lama kami berciuman dan aku mulai meremas teteknya yang agak kenyal.. lalu kubuka resleting bajunya..kemudian kususupkan tanganku ke dalam behanya untuk meremas teteknya lagi dan memainkan putingnya.. sambil terus berciuman.

    Satu persatu pakaiannya jatuh ke lantai.. BH.. CD.. tapi kami masih berciuman. tanganku tak tinggal diam.. meremas diatas sesekali memainkan puting dan meraba dan memainkan di bagian memeknya.. oi.. jembutnya yang menggoda.. lezatnya..

    Memeknya telah banjir akibat otot memeknya mengeluarkan cairan karena rangsangan dari aku.. tangannya mulai membuka satu persatu pakaianku sampai kami berdua full bugil. Kusodok sodok jari tengahku ke dalam memeknya ..sshh.. oohh.. gung.. please.. sshh.. don’t stop..aahh..

    Terus jariku telunjukku memainkan itilnya yang mulai menegang .. sshh.. aahh.. dan dia mulai merebahkan badannya di sofa kuciumi lagi putingnya dan kusodok-sodok lagi memeknya dengan dua jari.. sshh.. aahh..oohh my goodd..sshh ..

    Dia mulai mencari-cari kontolku yang sudah tegang sejak tadi.. dan mulai menghisap kontolku .. mulai dari kepala .. sshh .. aahh.. buu.. aahh.. sshh .. perlahan lahan mulutnya masuk dan melahap kontolku semuanya sshh ..hhmm.. kutambah jariku satu lagi hingga tiga yang masuk ke dalam memeknya sshh.. aachh..

    Tambah satu lagi hingga hanya jempol saja yang masih di luar memainkan itilnya.. sshh.. hhmm.. aku lepaskan kontolku dari mulutnya dan mulai kuarahkan ke bibir memeknya yang banjir.. perlahan lahan kudorong kontolku.. sshh.. oohh.. honey.. hhmm.. bibir bawahnya menggigit bibir atasnya..

    Kuangkat kedua pahanya dan kusandarkan di sandaran sofa yang sebelah kiri sedang yang kanan kuangkat.. dan bless.. aahh.. sshh.. kuayunkan perlahan lahan.. sshh.. oohh my god.. come on.. sshh..

    Terus kuayunkan hingga kupercepat ayunanku .. sshh.. buu.. saya mau keluar buu..sshh.. keluarin di dalem aja sayang..ohh aahh.. kedua pahanya mulai dijepitkan pada pinggangku sambil terus menggoyangkan pantatnya sshh.. aahh..

    Tiba-tiba dia menjerit histeris oohh..sshh.. sshh..sshh.. ternyata dia sudah keluar.. aku terus menggenjot pantatku semakin cepat dan keras hingga mentok ke dasar memeknya sshh.. aahh.. dan aagghh.. crett.. crreett.. ccrreett..

    Kutekan pantatku hingga kontolku menempel dasar memeknya.. dan keluarlah pejuku ke dalam liang memeknya.. sshh.. bbrr.. saat terakhir pejuku keluar.. akupun lemas tetapi tidak aku cabut melainkan menaikan lagi kedua pahanya hingga dengan jelas aku lihat bagaimana kontolku masuk ke dalam memeknya yang di kelilingi oleh jembutnya yang menggoda..

    Kubelai jembutnya sambil sesekali menyentuh itilnya. Ssshh.. aahh.. aku mulai mengayunkan kembali kontolku.. biar agak ngilu aku paksakan..kapan lagi.. sshh.. aahh.. hhmm.. aku meminta dia untuk posisi nungging dengan tidak melepaskan kontolku dalam memeknya..

    Kontolku terasa dipelintir oleh memeknya.. terus kugenjot lagi ..sshh dan.. sshh.. dia mendorong pantatnya dan aachh.. lebih cepet honey ..sshh.. dia sudah keluar lagi

    Aku masih asik mengoyang pantatku sambil meremas teteknya yang dari tadi aku biarkan.. sshh.. hhmm..aahh.. dan creett.. creett.. akupun menekan pantatku dan menarik pinggulnya hingga kontolku mentok lagi di dasar memeknya.. kami berdua sama lemas..

    Dia ambil sebatang rokok.. dinyalakannya dan dia hisap itu rokok.. persis seperti saat dia ngesex dan menghisap ****** aku.. kami duduk dan sama menikmati permainan ngesex tersebut sambil dia merokok kami saling mengobok-obok kemaluan masing-masing..

    Kuangkat tubuhnya ke tempat tidur.. kami tidak membereskan pakaian kami yang masih berserakan di lantai ruang tamu.. aku putar jam bekerja tepat pukul 5 soalnya aku mau pulang..

    Dia mulai merapatkan matanya sambil tangannya merangkul dan tubuhnya yang berkeringat merapat ke tubuhku.. meskipun udara di rungan sudah dingin tetapi tubuh kami masih berkeringat akibat permainan tadi..

    Pada kesempatan lain aku datang ke rumahnya nganterin surat-surat penting. Kebetulan siang itu dia lagi sendiri.

    “Oh kamu sayang.. ayo cepet masuk..ehhmm”katanya sambil nutup pintu.

    “Iya bu, saya cuma mau ngantar suratini “kataku.

    Terus aku minta pamit pulang.. tapi.. “Aduh koq buru-buru amat sih.. ibu mau minta tolong lagi.. boleh khan ..”katanya manja. Lalu, matanya merem melek sambil lidahnya dikeluarkan, aku udah tahu pasti dia pengen ngentot lagi nich.

    Pokoknya udah nggak tahan deh. Langsung aku diajak dia masuk dan duduk di teras. Waktu itu dia pakai baju kulot putih transparan. Terlihat payudaranya yang montok dengan putingnya yang menyembul dari balik bajunya. Aku lihat dia lagi ‘super’ nafsu, lalu dia pancing aku untuk ngesex . Aku sih “A.I.S” saja.

    Lalu kulot dan CD dilepaskan step by step, lalu memeknya aku raba-raba, dan kelentitnya aku diplintir sampai dia terangsang banget. Terus baju, celana dan CD aku diplorotin. Lalu kita duduk di lantai teras.

    Dalam posisi duduk santai kakiku selonjor, dia sedot-sedot kontolku sampai aku mendesah-desah dan kontolku menjadi tegang dan keras. Dia kangkangi kakinya terus dia pegang kontolku yang udah keras sambil mengarahkan ke memeknya yang sudah basah dan merekah itu.

    Aduh enaknya terus dia naik turun terus sambil digoyang-goyang terus dikocok terus sampai kenikmatan yang tak terhingga. Rasanya dia jadi lemas dan capai, tapi dia berusaha tidak mau udahan. Kayaknya teriak tertahan, mungkin dia takut kedengaran tetangga.

    Dia terus naik turun dan aku juga ngimbangi dari bawah, terus sampai akhirnya aku dan dia pelukan erat-erat karena dia sudah merasa hampir klimaks, dan nggak lama dia pun menegang dan akhirnya sama-sama puncak dan keluar.

    Pokoknya ngesex-nya nikmat banget, dan badan aku juga terasa lemas tak bertenaga kepinginnya nggak mau lepas dari tubuhnya. Tanpa pakai celana dulu dia pergi ke kamar mandi. Pantatnya yang montok bergoyang kanan-kiri-kanan-kiri..

    Kadang dia menundukkan tubuhnya sehingga posisinya nungging ke arah aku.. sehingga memeknya terlihat merekah.. ohh. Aku melotot lihat tingkahnya begitu seronok. Ah aku cuek aja. Yang penting aku sudah ngesex dengannya.

  • Cerita Hot Nikmatnya Memek Tentanggaku Ibu Yetty

    Cerita Hot Nikmatnya Memek Tentanggaku Ibu Yetty


    2009 views

    Perawanku – Perkenalkan nama saya Ridwan umur saya 23th ,kulit putih. Saya akui bahwa saya mengidap penyakit sexual yakni lebih suka kepada wanita yang lebih tua ,apalagi kalau saya sedang melihat ibu2 yang senam wahhh saya langsung bergairah melihat pantat mereka dan payudara mereka yang menurut saya sangat indah. Nah berikut adalah pengalaman gairah sex saya dengan istri tetangga saya yang bernama ibu Yetty. Dia berumur kurang lebih 42th dan sudah memiliki 2 orang anak ,tetapi body nya sangat menggoda. Dengan toket berukuran 36c serta pinggul dan pantatnya yang sangat menggoda ,kulitnya juga putih dan tinggi badannya tidak beda jauh dengan saya.

    Kejadian ini terjadi sekitar akhir tahun 2008 , nah waktu itu malam minggu saya lagi nggak kemana-mana karena cewek lagi ada urusan keluarga di rumah sodaranya. Waktu itu jam 11 malam tepatnya, saya melihat bu Yetty masih duduk di teras rumahnya dan seperti orang yang sedang menunggu sesuatu.
    Lalu saya hampiri dia,

    “loh bu Yetty tumben jam segini belom tidur,lagi nungguin siapa bu ?” tanyaku
    “saya lagi nunggu mas Edy wan , kok tumben ya dia belum pulang. saya jadi cemas.”jawabnya
    “oh pak Edy belum pulang bu ,oya si Andi dan Wiwid mana bu ?” saya menanyakan anak-anaknya.
    “itu di dalam wan ,mereka juga belum tidur masih main playstation dari tadi.”

    Lalu kedua anak bu Yetty melihat saya dan mereka memanggil saya untuk main playstation dengan mereka.

    “mas Ridwan ayo mas kita main ps, sini mas..” kata Wiwid si bungsu
    “sudah sana wan main ps sama anak-anak gpp.” kata bu Yetty
    “iya bu.”

    saya pun masuk ke dalam rumahnya bu Yetty dan gabung dengan kedua anak bu Yetty. Dan tak lama saya pun mendengar suara motor pak Edy ,ternyata memang benar pak Edy telah pulang.

    “maaf bu aku tadi ada kerjaan mendadak ,jadi aku pulang agak telat.” kata pak Edy pada istrinya

    “oh ada nak Ridwan toh.” kata pak Edy

    “iya pak saya di nemenin Andi dan Wiwid main ps ,saya juga heran kok tumben mereka berdua belum tidur. ya sudah saya mampir saja dan main ps di sini.” jelas ku

    “pak…mas Ridwan nginep aja yah ,supaya Andi ada temen main ps.”tegas Andi anak pertama bu Yetty yang sudah kelas 3 sd itu.

    “loh bapak terserah mas Ridwan mau apa nggak ,gimana mas Ridwan ?”tanya pak Edy
    “ya sudah deh ,lagian besok saya ga ada acara pergi kemana-mana.”jawabku

    Lalu pak Edy dan bu Yetty masuk ke dalam kamar. dan saya pun melanjutkan main ps dengan kedua anak bu Yetty. Sekitar jam 2 malam akhirnya kedua anak ini tidur dan saya pun sudah lelah main ps ,akhirnya saya matikan tv dan lampu ruang tengah tapi saya tidak tidur. Saya lihat pintu kamar bu Yetty terbuka dan yang keluar adalah bu Yetty ,wow saya benar-benar kagum melihat pakaian tidur bu Yetty dengan tali kecil di pundaknya dan yang bikin saya kaget adalah bentuknya yang sangat sexy dan transparan.

    “loh kamu belum tidur wan ?” tanya bu Yetty
    “belum bu ,pak Edy sudah tidur bu .” tanyaku
    “sudah ,wan bantuin saya ya pindahin anak ke kamarnya. tuh kamu gendong Andi nah aku si Wiwid.” peritah bu Yetty
    “iya bu.”

    Saya dan bu Yetty membawa Wiwid dan Andy ke kamar mereka. Setelah sampai di kamar sayapun menaruh Andy di tempat tidurnya ,akan tetapi pada saat bu Yetty menaruh Wiwid di kasurnya ,entah kenapa bu Yetty terjatuh dan saya lihat daster bu Yetty tersingkap sampai paha bu Yetty terlihat. Bu Yetty pun meringis kesakitan dan saya pun tidak tega lalu menghampiri bu Yetty.

    “yang mana yang sakit bu ?”tanyaku sambil sesekali melihat ke arah paha bu Yetty
    “ini wan kaki saya.”

    lalu saya mengurut kakinya dan dia pun menyadari kalau saya melihat pahanya terus dan dengan perlahan dia menutup pahanya. Pijatan saya pun lama-lama ke atas pahanya dan saya menyingkap daster bu Yetty tapi tentunya saya izin dulu dengan dia.

    “bu dasternya tolong singkap sebentar supaaya saya bisa urut paha ibu ,karena kalau tidak di urut nanti paha ibu jadi keram.” hahaha padahal itu hanya akal-akalan saya saja

    Saat saya memijit pahanya ,saya lihat nafasnya jadi lebih cepat dan saya betul ngaceng melihat payudara bu Yetty yang besar. Dan pijatan saya pun berubah menjadi elusan dan pada saat saya mengelus pahanya ,diapun mendesah sambil matanya terpejam dan itulah yang membuat saya semakin berani mengelus pahanya lebih ke atas.

    “ahhh…” desah bu Yetty saat elusan saya semakin ke atas.
    Wah saya betul sudah lupa diri waktu itu ,yang saya pikirkan adalah saya harus berhasil menyetubuhi bu Yetty. Lalu saya angkat tangan bu Yetty dan saya arahkan ke tongkol saya yang sudah sangat tegang ,tetapi dia sempat tersadar.

    “Ridwan apa yang sudah kita lakukan ,kita tidak boleh seperti ini.” kata bu Yetty
    saya sudah tidak perduli lagi dengan kata-kata dia ,lalu dengan tenang saya mendekat ke arahnya dan mengelus rambut bu Yetty sambil merayunya.

    “sudah lah bu ,di sini cuma ada kita kok.” rayuku
    “itu dosa Ridwan.” jawabnya
    “ayo lah bu ,saya sudah lama ingin berdua seperti ini dengan bu Yetty yang cantik.” haha gombal sekali saya

    “aku takut suami ku bangun wan.”
    “sudah ibu tenang saja ,pak Edy biar saya yang mengawasi nanti ,yang penting malam ini saya ingin berdua dengan ibu.” kataku

    “tapi jangan di sini .kita ke ruang tamu saja supaya dapat melihat suamiku kalau bangun.
    lalu kami pun berjalan ke ruang tamu ,setelah di sana kami duduk di sofa dan saling menatap dengan penuh arti. Dan tak lama kami akhirnya berciuman ,ternyata bu Yetty ini sangat lihai dalam melakukan ciuman bahkan kami pun melakukan french kiss.

    “mmmphhhh…,mmmmpphhh..” begitulah suara kami saat berciuman.

    Tangan ku pun mulai meraba payudaranya bu Yetty dan berhasil masuk ke dalam daster bu Yetty ,saya dapat merasakan bra merah berenda itu begitu sesak menampung payudara bu Yetty yang besar. Kemudian tangan saya pun mengeluarkan payudaranya dari dalam branya ,dia melenguh saat jari saya memilin putingnya.

    “ohh…Ridwan ayo langsung masukkan saja kontol mu ,nanti mas Edy curiga kalau saya tidak ada di kamar.” kata bu Yetty.

    Bu Yetty lalu mengangkat dasternya dan tidur di atas sofa dengan mengangkang. Saya dengan cepat melepas celana dan cd saya ,bu Yetty juga menurunkan tali dasternya dan mengeluarkan payudaranya ,dan dia pun melepas cd nya juga. Lalu saya arahkan penis saya ke vagina bu Yetty ,dia merintih pelan saat kepala penis saya mulai masuk ke vaginanya.

    “arrgghhh…. pelan-pelan ya wan,,uhhhhh…” rintihnya
    bleeesssssss…..masuklah semua penis saya ke vagina bu Yetty ,dan saya langsung menindih bu Yetty. Oh sungguh luar biasa vagina ibu dari 2 orang anak
    ini masih begitu nikmat ,bu Yetty memeluk saya dengan erat seolah tak mau terlepas pelukannya.

    “ayo goyang dong wan ,kocok memek saya cepat.”bisik bu Yetty di telinga saya
    “iya sayang,,ohhhh…ohhh”desah saya ketika saya mersakan sedotan vagina bu Yetty di penis saya
    “ahhh,ahhh,ahhh,iya teruuss,,Ridwan ,,aduuhh,aduuuhh besar banget sih punya kamu sayang,,ahhh,,ahhh.” racau bu Yetty tak karuan ketika saya sudah mulai memompa penis saya maju mundur.

    Saya kadang2 mengisap payudaranya dan kadang saya mencium dengan gemas bibirnya sehingga dia melenguh tertahan. Lama2 goyangan kami semakin cepat dan saya sudah mau merasakan ejakulasi sebentar lagi ,begitu pula dengan bu Yetty yang goyangan pantatnya makin liar.

    ploookk,cllebbb.slleebbb…,slleebbbb,pllaakk,plak kk. itulah bunyi peraduan kelamin kami yang sedang asik bertemu.

    “ahhh,ahh,Ridwan aku mau keluarrrr,,ya,ya,ya,,terruss gooyaangg…sayang ahh,ahh..” rintih bu Yetty yang sudah mau orgasme.
    “iya sayang aku juga sebentar lagi ,ahh,ahh.” balasku

    “oohhhh akkuu kkeelll,kkellluarrr ,,arrrggggghhh….”desah bu Yetty panjang saat orgasmenya datang dan kakinya membelit di pinggang saya lalu pantatnya menekan ke atas agar vaginanya tertusuk dengan dalam oleh penis saya.

    saya pun sudah tidak tahan lagi dan,,CROOOTTT,JROOOTTT,CROOOTT,CRRIITTTT….
    begitu banyak sperma saya menyembur dalam memek bu Yetty,

    “ohhhh….niikkkmmaatttttt saaaaaaayyyyyannggg……ahhhhhh…”desahku begitu panjang karena saking nikmatnya ,dan tekan dalam2 penis saya ke vaginanya.

    “aduuh mentok sayang..”bisik bu Yetty

    Lama juga kami berpelukan dan mengatur nafas ,kemudian saya cabut penis saya dan membersihkan di kamar mandi ,dan bu Yetty langsung masuk ke kamarnya dan mencuci vaginanya di dalam kamar mandi yang biasa bu Yetty dan suaminya gunakan. saya kembali ke ruang tengah dan tertidur karena lelah habis gempur dengan bu Yetty yang sexy ,oh pak Edy saya telah mencoblos memek istri anda yang tolol itu hahaha.pikir ku dalam hati.

    Besoknya ketika saya terbangun ,saya melihat bu Yetty dan pak Edy sedang ngobrol di teras depan. Wah saya bangun siang juga sekitar jam 11 ,maklum semalaman habis tempur dengan bu Yetty.

    “eh Ridwan baru bangun kamu.”tanya bu Yetty yang bersikap biasa saja di depan suaminya, padahal

    semalam sudah saya tusuk vaginanya dengan penis saya.

    “iya nih bu,maaf ya pak Edy dan bu Yetty saya bangun siang2.”
    “ohh nggak apa-apa nak Ridwan.”kata pak Edy
    “bu ,pak saya pamit pulang ya ,makasih saya sudah boleh nginep di sini.”kata ku
    “oh iya sama2.”kata pak Edy.”

    “lain kali kalo mau nginep di sini silahkan kok Ridwan.”kata bu Yetty sambil tersenyum ke arahku dengan penuh arti

    haha rupanya bu Yetty ketagihan ku entot. kataku dalam hati.
    “iya bu .saya pulang ya.permisi.” kata ku

    Dan semenjak itu saya dan bu Yetty sering melakkukan hubungan sex saat suaminya tak di rumah, sekian cerita dari saya dan lain waktu saya berjanji akan menceritakan pengalaman saya yang lain.

  • Cerita Sex Ngentot Mantan Murid

    Cerita Sex Ngentot Mantan Murid


    816 views

    Perawanku – Cerita Sex Ngentot Mantan Murid, Kisah dan Cerita Panas ini berawal dari keberanian manta muridku, Sandi, Tampaknya sejak SD dia sudah sering mengintip dan memperhatikan tubuhku yang molek. Sebenernya cerita dewasa ini tak layak diceritakan. Tapi, apa mau dikata perbuatan itu telah kami lakukan, dan kenikmatan itu ingin kami bagikan disini.

    “Aarrgghhh…!!!” aku menjerit.
    “Aku hampir keluar!” Sandi bergumam. Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak bisa bergoyang dalam posisi seperti itu, maka aku pasrah saja, menikmati gecakan-gecakan keras batang kemaluan Sandi. Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat.

    “Terus, Sayang…, teruuusss…!”desahku.
    “Ooohhh, enak sekali…, aku keenakan…, enak ‘bercinta’ sama Ibu!” Erang Sandi
    “Ibu juga, Ibu juga, vagina Ibu keenakaan…!” Balasku.
    “Aku sudah hampir keluar, Buu…, vagina Ibu enak bangeet… ”
    “Ibu juga mau keluar lagi, tahan dulu! Teruss…, yaah, aku juga mau keluarr!”

    Namaku Asmiati, tinggi 160 sentimeter, berat 56 kilogram, lingkar pinggang 65 sentimeter. Secara keseluruhan, sosokku kencang, garis tubuhku tampak bila mengenakan pakaian yang ketat terutama pakaian senam. Aku adalah Ibu dari dua anak berusia 44 tahun dan bekerja sebagai seorang guru disebuah SLTA di kota S.

    Kata orang tahi lalat di daguku seperti Berliana Febriyanti, dan bentuk tubuhku mirip Minati Atmanegara yang tetap kencang di usia yang semakin menua. Mungkin mereka ada benarnya, tetapi aku memiliki payudara yang lebih besar sehingga terlihat lebih menggairahkan dibanding artis yang kedua. Semua karunia itu kudapat dengan olahraga yang teratur.

    Kira-kira 6 tahun yang lalu saat usiaku masih 38 tahun salah seorang sehabatku menitipkan anaknya yang ingin kuliah di tempatku, karena ia teman baikku dan suamiku tidak keberatan akhirnya aku menyetujuinya. Nama pemuda itu Sandi, kulitnya kuning langsat dengan tinggi 173 cm. Badannya kurus kekar karena Sandi seorang atlit karate di tempatnya. Oh ya, Sandi ini pernah menjadi muridku saat aku masih menjadi guru SD.

    Sandi sangat sopan dan tahu diri. Dia banyak membantu pekerjaan rumah dan sering menemani atau mengantar kedua anakku jika ingin bepergian. Dalam waktu sebulan saja dia sudah menyatu dengan keluargaku, bahkan suamiku sering mengajaknya main tenis bersama. Aku juga menjadi terbiasa dengan kehadirannya, awalnya aku sangat menjaga penampilanku bila di depannya. Aku tidak malu lagi mengenakan baju kaos ketat yang bagian dadanya agak rendah, lagi pula Sandi memperlihatkan sikap yang wajar jika aku mengenakan pakaian yang agak menonjolkan keindahan garis tubuhku.

    Cerita Sex Ngentot Mantan Murid

    Cerita Sex Ngentot Mantan Murid

    Sekitar 3 bulan setelah kedatangannya, suamiku mendapat tugas sekolah S-2 keluar negeri selama 2, 5 tahun. Aku sangat berat melepasnya, karena aku bingung bagaimana menyalurkan kebutuhan sex-ku yang masih menggebu-gebu. Walau usiaku sudah tidak muda lagi, tapi aku rutin melakukannya dengan suamiku, paling tidak seminggu 5 kali. Mungkin itu karena olahraga yang selalu aku jalankan, sehingga hasrat tubuhku masih seperti anak muda. Dan kini dengan kepergiannya otomatis aku harus menahan diri.

    Awalnya biasa saja, tapi setelah 2 bulan kesepian yang amat sangat menyerangku. Itu membuat aku menjadi uring-uringan dan menjadi malas-malasan. Seperti minggu pagi itu, walau jam telah menunjukkan angka 9. Karena kemarin kedua anakku minta diantar bermalam di rumah nenek mereka, sehingga hari ini aku ingin tidur sepuas-puasnya. Setelah makan, aku lalu tidur-tiduran di sofa di depan TV. Tak lama terdengar suara pintu dIbuka dari kamar Sandi.

    Kudengar suara langkahnya mendekatiku.

    “Bu Asmi..?” Suaranya berbisik, aku diam saja. Kupejamkan mataku makin erat. Setelah beberapa saat lengang, tiba-tiba aku tercekat ketika merasakan sesuatu di pahaku. Kuintip melalui sudut mataku, ternyata Sandi sudah berdiri di samping ranjangku, dan matanya sedang tertuju menatap tubuhku, tangannya memegang bagian bawah gaunku, aku lupa kalau aku sedang mengenakan baju tidur yang tipis, apa lagi tidur telentang pula. Hatiku menjadi berdebar-debar tak karuan, aku terus berpura-pura tertidur.

    “Bu Asmi..?” Suara Sandi terdengar keras, kukira dia ingin memastikan apakah tidurku benar-benar nyeyak atau tidak.

    Aku memutuskan untuk pura-pura tidur. Kurasakan gaun tidurku tersingkap semua sampai keleher.

    Lalu kurasakan Sandi mengelus bibirku, jantungku seperti melompat, aku mencoba tetap tenang agar pemuda itu tidak curiga. Kurasakan lagi tangan itu mengelus-elus ketiakku, karena tanganku masuk ke dalam bantal otomatis ketiakku terlihat. Kuintip lagi, wajah pemuda itu dekat sekali dengan wajahku, tapi aku yakin ia belum tahu kalau aku pura-pura tertidur kuatur napas selembut mungkin.

    Lalu kurasakan tangannya menelusuri leherku, bulu kudukku meremang geli, aku mencoba bertahan, aku ingin tahu apa yang ingin dilakukannya terhadap tubuhku. Tak lama kemuadian aku merasakan tangannya meraba buah dadaku yang masih tertutup BH berwarna hitam, mula-mula ia cuma mengelus-elus, aku tetap diam sambil menikmati elusannya, lalu aku merasakan buah dadaku mulai diremas-remas, aku merasakan seperti ada sesuatu yang sedang bergejolak di dalam tubuhku, aku sudah lama merindukan sentuhan laki-laki dan kekasaran seorang pria. Aku memutuskan tetap diam sampai saatnya tiba.

    Sekarang tangan Sandi sedang berusaha membuka kancing BH-ku dari depan, tak lama kemudian kurasakan tangan dingin pemuda itu meremas dan memilin puting susuku. Aku ingin merintih nikmat tapi nanti amalah membuatnya takut, jadi kurasakan remasannya dalam diam. Kurasakan tangannya gemetar saat memencet puting susuku, kulirik pelan, kulihat Sandi mendekatkan wajahnya ke arah buah dadaku. Lalu ia menjilat-jilat puting susuku, tubuhku ingin menggeliat merasakan kenikmatan isapannya, aku terus bertahan. Kulirik puting susuku yang berwarna merah tua sudah mengkilat oleh air liurnya, mulutnya terus menyedot puting susuku disertai gigitan-gigitan kecil. Perasaanku campur aduk tidak karuan, nikmat sekali.

    Tangan kanan Sandi mulai menelusuri selangkanganku, lalu kurasakan jarinya meraba vaginaku yang masih tertutup CD, aku tak tahu apakah vaginaku sudah basah apa belum. Yang jelas jari-jari Sandi menekan-nekan lubang vaginaku dari luar CD, lalu kurasakan tangannya menyusup masuk ke dalam CD-ku. Jantungku berdetak keras sekali, kurasakan kenikmatan menjalari tubuhku. Jari-jari Sandi mencoba memasuki lubang vaginaku, lalu kurasakan jarinya amblas masuk ke dalam, wah nikmat sekali. Aku harus mengakhiri Sandiwaraku, aku sudah tak tahan lagi, kubuka mataku sambil menyentakkan tubuhku.

    “Sandi!! Ngapain kamu?”

    Aku berusaha bangun duduk, tapi tangan Sandi menekan pundakku dengan keras. Tiba-tiba Sandi mecium mulutku secepat kilat, aku berusaha memberontak dengan mengerahkan seluruh tenagaku. Tapi Sandi makin keras menekan pundakku, malah sekarang pemuda itu menindih tubuhku, aku kesulitan bernapas ditindih tubuhnya yang besar dan kekar berotot. Kurasakan mulutnya kembali melumat mulutku, lidahnya masuk ke dalam mulutku, tapi aku pura-pura menolak.

    “Bu.., maafkan saya. Sudah lama saya ingin merasakan ini, maafkan saya Bu… ” Sandi melepaskan ciumannya lalu memandangku dengan pandangan meminta.

    “Kamu kan bisa denagan teman-teman kamu yang masih muda. Ibukan sudah tua,” Ujarku lembut.

    “Tapi saya sudah tergila-gila dengan Bu Asmi.. Saat SD saya sering mengintip BH yang Ibu gunakan… Saya akan memuaskan Ibu sepuas-puasnya,” jawab Sandi.

    “Ah kamu… Ya sudah terserah kamu sajalah”

    Aku pura-pura menghela napas panjang, padahal tubuhku sudah tidak tahan ingin dijamah olehnya.

    Lalu Sandi melumat bibirku dan pelan-pelan aku meladeni permainan lidahnya. Kedua tangannya meremas-remas pantatku. Untuk membuatnya semakin membara, aku minta izin ke WC yang ada di dalam kamar tidurku. Di dalam kamar mandi, kubuka semua pakaian yang ada di tubuhku, kupandangi badanku di cermin. Benarkah pemuda seperti Sandi terangsang melihat tubuhku ini? Perduli amat yang penting aku ingin merasakan bagaimana sich bercinta dengan remaja yang masih panas.

    Keluar dari kamar mandi, Sandi persis masuk kamar. Matanya terbeliak melihat tubuh sintalku yang tidak berpenutup sehelai benangpun.

    “Body Ibu bagus banget.. ” dia memuji sembari mengecup putting susuku yang sudah mengeras sedari tadi. Tubuhku disandarkannya di tembok depan kamar mandi. Lalu diciuminya sekujur tubuhku, mulai dari pipi, kedua telinga, leher, hingga ke dadaku. Sepasang payudara montokku habis diremas-remas dan diciumi. Putingku setengah digigit-gigit, digelitik-gelitik dengan ujung lidah, juga dikenyot-kenyot dengan sangat bernafsu.

    “Ibu hebat…,” desisnya.

    “Apanya yang hebat..?” Tanyaku sambil mangacak-acak rambut Sandi yang panjang seleher.

    “Badan Ibu enggak banyak berubah dibandingkan saya SD dulu” Katanya sambil terus melumat puting susuku. Nikmat sekali.

    “Itu karena Ibu teratur olahraga” jawabku sembari meremas tonjolan kemaluannya. Dengan bergegas kuloloskan celana hingga celana dalamnya. Mengerti kemauanku, dia lalu duduk di pinggir ranjang dengan kedua kaki mengangkang. DIbukanya sendiri baju kaosnya, sementara aku berlutut meraih batang penisnya, sehingga kini kami sama-sama bugil.

    Agak lama aku mencumbu kemaluannya, Sandi minta gantian, dia ingin mengerjai vaginaku.

    “Masukin aja yuk, Ibu sudah ingin ngerasain penis kamu San!” Cegahku sambil menciumnya.

    Sandi tersenyum lebar. “Sudah enggak sabar ya ?” godanya.

    “Kamu juga sudah enggak kuatkan sebenarnya San,” Balasku sambil mencubit perutnya yang berotot.

    Sandi tersenyum lalu menarik tubuhku. Kami berpelukan, berciuman rapat sekali, berguling-guling di atas ranjang. Ternyata Sandi pintar sekali bercumbu. Birahiku naik semakin tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Terasa vaginaku semakin berdenyut-denyut, lendirku kian membanjir, tidak sabar menanti terobosan batang kemaluan Sandi yang besar.

    Berbeda dengan suamiku, Sandi nampaknya lebih sabar. Dia tidak segera memasukkan batang penisnya, melainkan terus menciumi sekujur tubuhku. Terakhir dia membalikkan tubuhku hingga menelungkup, lalu diciuminya kedua pahaku bagian belakang, naik ke bongkahan pantatku, terus naik lagi hingga ke tengkuk. Birahiku menggelegak-gelegak.

    Sandi menyelipkan tangan kirinya ke bawah tubuhku, tubuh kami berimpitan dengan posisi aku membelakangi Sandi, lalu diremas-remasnya buah dadaku. Lidahnya terus menjilat-jilat tengkuk, telinga, dan sesekali pipiku. Sementara itu tangan kanannya mengusap-usap vaginaku dari belakang. Terasa jari tengahnya menyusup lembut ke dalam liang vaginaku yang basah merekah.

    “Vagina Ibu bagus, tebel, pasti enak ‘bercinta’ sama Ibu…,” dia berbisik persis di telingaku. Suaranya sudah sangat parau, pertanda birahinya pun sama tingginya dengan aku. Aku tidak bisa bereaksi apapun lagi. Kubiarkan saja apapun yang dilakukan Sandi, hingga terasa tangan kanannya bergerak mengangkat sebelah pahaku.

    Mataku terpejam rapat, seakan tak dapat lagi membuka. Terasa nafas Sandi semakin memburu, sementara ujung lidahnya menggelitiki lubang telingaku. Tangan kirinya menggenggam dan meremas gemas buah dadaku, sementara yang kanan mengangkat sebelah pahaku semakin tinggi. Lalu…, terasa sebuah benda tumpul menyeruak masuk ke liang vaginaku dari arah belakang. Oh, my God, dia telah memasukkan rudalnya…!!!

    Sejenak aku tidak dapat bereaksi sama sekali, melainkan hanya menggigit bibir kuat-kuat. Kunikmati inci demi inci batang kemaluan Sandi memasuki liang vaginaku. Terasa penuh, nikmat luar biasa.

    “Oohh…,” sesaat kemudian aku mulai bereaksi tak karuan. Tubuhku langsung menggerinjal-gerinjal, sementara Sandi mulai memaju mundurkan tongkat wasiatnya. Mulutku mulai merintih-rintih tak terkendali.

    “Saann, penismu enaaak…!!!,” kataku setengah menjerit.

    Sandi tidak menjawab, melainkan terus memaju mundurkan rudalnya. Gerakannya cepat dan kuat, bahkan cenderung kasar. Tentu saja aku semakin menjerit-jerit dibuatnya. Batang penisnya yang besar itu seperti hendak membongkar liang vaginaku sampai ke dasar.

    “Oohh…, toloongg.., gustii…!!!”

    Sandi malah semakin bersemangat mendengar jerit dan rintihanku. Aku semakin erotis.

    “Aahh, penismu…, oohh, aarrghh…, penismuu…, oohh…!!!”

    Sandi terus menggecak-gecak. Tenaganya kuat sekali, apalagi dengan batang penis yang luar biasa keras dan kaku. Walaupun kami bersetubuh dengan posisi menyamping, nampaknya Sandi sama sekali tidak kesulitan menyodokkan batang kemaluannya pada vaginaku. Orgasmeku cepat sekali terasa akan meledak.

    “Ibu mau keluar! Ibu mau keluaaar!!” aku menjerit-jerit.

    “Yah, yah, yah, aku juga, aku juga! Enak banget ‘bercinta’ sama Ibu!” Sandi menyodok-nyodok semakin kencang.

    “Sodok terus, Saann!!!… Yah, ooohhh, yahh, ugghh!!!”

    “Teruuss…, arrgghh…, sshh…, ohh…, sodok terus penismuuu…!”

    “Oh, ah, uuugghhh… ”

    “Enaaak…, penis kamu enak, penis kamu sedap, yahhh, teruuusss…”

    Pada detik-detik terakhir, tangan kananku meraih pantat Sandi, kuremas bongkahan pantatnya, sementara paha kananku mengangkat lurus tinggi-tinggi. Terasa vaginaku berdenyut-denyut kencang sekali. Aku orgasme!

    Sesaat aku seperti melayang, tidak ingat apa-apa kecuali nikmat yang tidak terkatakan. Mungkin sudah ada lima tahun aku tak merasakan kenikmatan seperti ini. Sandi mengecup-ngecup pipi serta daun telingaku. Sejenak dia membiarkan aku mengatur nafas, sebelum kemudian dia memintaku menungging. Aku baru sadar bahwa ternyata dia belum mencapai orgasme.

    Kuturuti permintaan Sandi. Dengan agak lunglai akibat orgasme yang luar biasa, kuatur posisi tubuhku hingga menungging. Sandi mengikuti gerakanku, batang kemaluannya yang besar dan panjang itu tetap menancap dalam vaginaku.

    Lalu perlahan terasa dia mulai mengayun pinggulnya. Ternyata dia luar biasa sabar. Dia memaju mundurkan gerak pinggulnya satu-dua secara teratur, seakan-akan kami baru saja memulai permainan, padahal tentu perjalanan birahinya sudah cukup tinggi tadi.

    Aku menikmati gerakan maju-mundur penis Sandi dengan diam. Kepalaku tertunduk, kuatur kembali nafasku. Tidak berapa lama, vaginaku mulai terasa enak kembali. Kuangkat kepalaku, menoleh ke belakang. Sandi segera menunduk, dikecupnya pipiku.

    “San.. Kamu hebat banget.. Ibu kira tadi kamu sudah hampir keluar,” kataku terus terang.

    “Emangnya Ibu suka kalau aku cepet keluar?” jawabnya lembut di telingaku.

    Aku tersenyum, kupalingkan mukaku lebih ke belakang. Sandi mengerti, diciumnya bibirku. Lalu dia menggenjot lebih cepat. Dia seperti mengetahui bahwa aku mulai keenakan lagi. Maka kugoyang-goyang pinggulku perlahan, ke kiri dan ke kanan.

    Sandi melenguh. Diremasnya kedua bongkah pantatku, lalu gerakannya jadi lebih kuat dan cepat. Batang kemaluannya yang luar biasa keras menghunjam-hunjam vaginaku. Aku mulai mengerang-erang lagi.

    “Oorrgghh…, aahh…, ennaak…, penismu enak bangeett… Ssann!!”

    Sandi tidak bersuara, melainkan menggecak-gecak semakin kuat. Tubuhku sampai terguncang-guncang. Aku menjerit-jerit. Cepat sekali, birahiku merambat naik semakin tinggi. Kurasakan Sandi pun kali ini segera akan mencapai klimaks. Maka kuimbangi gerakannya dengan menggoyangkan pinggulku cepat-cepat. Kuputar-putar pantatku, sesekali kumajumundurkan berlawanan dengan gerakan Sandi. Pemuda itu mulai mengerang-erang pertanda dia pun segera akan orgasme.

    Tiba-tiba Sandi menyuruhku berbalik. Dicabutnya penisnya dari kemaluanku. Aku berbalik cepat. Lalu kukangkangkan kedua kakiku dengan setengah mengangkatnya. Sandi langsung menyodokkan kedua dengkulnya hingga merapat pada pahaku. Kedua kakiku menekuk mengangkang. Sandi memegang kedua kakiku di bawah lutut, lalu batang penisnya yang keras menghunjam mulut vaginaku yang menganga.

    “Aarrgghhh…!!!” aku menjerit.

    “Aku hampir keluar!” Sandi bergumam. Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak bisa bergoyang dalam posisi seperti itu, maka aku pasrah saja, menikmati gecakan-gecakan keras batang kemaluan Sandi. Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat.

    “Terus, Sayang…, teruuusss…!”desahku.

    “Ooohhh, enak sekali…, aku keenakan…, enak ‘bercinta’ sama Ibu!” Erang Sandi

    “Ibu juga, Ibu juga, vagina Ibu keenakaan…!” Balasku.

    “Aku sudah hampir keluar, Buu…, vagina Ibu enak bangeet… ”

    “Ibu juga mau keluar lagi, tahan dulu! Teruss…, yaah, aku juga mau keluarr!”

    “Ah, oh, uughhh, aku enggak tahan, aku enggak tahan, aku mau keluaaar…!”

    “Yaahh teruuss, sodok teruss!!! Ibu enak enak, Ibu enak, Saann…, aku mau keluar, aku mau keluar, vaginaku keenakan, aku keenakan ‘bercinta’ sama kamu…, yaahh…, teruss…, aarrgghh…, ssshhh…, uughhh…, aarrrghh!!!”

    Tubuhku mengejang sesaat sementara otot vaginaku terasa berdenyut-denyut kencang. Aku menjerit panjang, tak kuasa menahan nikmatnya orgasme. Pada saat bersamaan, Sandi menekan kuat-kuat, menghunjamkan batang kemaluannya dalam-dalam di liang vaginaku.

    “Oohhh…!!!” dia pun menjerit, sementara terasa kemaluannya menyembur-nyemburkan cairan mani di dalam vaginaku. Nikmatnya tak terkatakan, indah sekali mencapai orgasme dalam waktu persis bersamaan seperti itu.

    Lalu tubuh kami sama-sama melunglai, tetapi kemaluan kami masih terus bertautan. Sandi memelukku mesra sekali. Sejenak kami sama-sama sIbuk mengatur nafas.

    “Enak banget,” bisik Sandi beberapa saat kemudian.

    “Hmmm…” Aku menggeliat manja. Terasa batang kemaluan Sandi bergerak-gerak di dalam vaginaku.

    “Vagina Ibu enak banget, bisa nyedot-nyedot gitu…”

    “Apalagi penis kamu…, gede, keras, dalemmm…”

    Sandi bergerak menciumi aku lagi. Kali ini diangkatnya tangan kananku, lalu kepalanya menyusup mencium ketiakku. Aku mengikik kegelian. Sandi menjilati keringat yang membasahi ketiakku. Geli, tapi enak. Apalagi kemudian lidahnya terus menjulur-julur menjilati buah dadaku.

    Sandi lalu menetek seperti bayi. Aku mengikik lagi. Putingku dihisap, dijilat, digigit-gigit kecil. Kujambaki rambut Sandi karena kelakuannya itu membuat birahiku mulai menyentak-nyentak lagi. Sandi mengangkat wajahnya sedikit, tersenyum tipis, lalu berkata,

    “Aku bisa enggak puas-puas ‘bercinta’ sama Ibu… Ibu juga suka kan?”

    Aku tersenyum saja, dan itu sudah cukup bagi Sandi sebagai jawaban. Alhasil, seharian itu kami bersetubuh lagi. Setelah break sejenak di sore hari malamnya Sandi kembali meminta jatah dariku. Sedikitnya malam itu ada 3 ronde tambahan yang kami mainkan dengan entah berapa kali aku mencapai orgasme. Yang jelas, keesokan paginya tubuhku benar-benar lunglai, lemas tak bertenaga.

    Hampir tidak tidur sama sekali, tapi aku tetap pergi ke sekolah. Di sekolah rasanya aku kuyu sekali. Teman-teman banyak yang mengira aku sakit, padahal aku justru sedang happy, sehabis bersetubuh sehari semalam dengan bekas muridku yang perkasa.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Foto Tante Mirna Lagi Sange

    Foto Tante Mirna Lagi Sange


    1781 views

    Perawanku – Tante Mirna yang sudah sange ini tidak tau harus melampiaskan nafsunya kemana ni guys , buat kalian para penggemar berat tante-tante segera merapat ya guys , tante mirna yang kulit putih nenen yang imut dan memek yang sudah dicukur sudah tidak tahan mau entot ni guys . 

     

    Berikut kami sajikan foto-fotonya guys :

  • Cerita Sex Enaknya Dapet Jatah Ngewe Sama Janda Montok

    Cerita Sex Enaknya Dapet Jatah Ngewe Sama Janda Montok


    2871 views

    Perawanku – Cerita Sex Enaknya Dapet Namaku Heri adalah seorang karyawan yang tinggal di kota Bandung,aku tinggal bersama paman dan bibiku. Sampai suatu waktu bibi dan paman ku pindah rumah tapi rumah yang sekarang aku tinggali tetep tidak dijual, karena sayang untuk di tinggal sendiri bibiku menyarankan untuk di kontrakan saja rumah itu. Rumah itu ada 2 tingkat , ditingkat dasar di kontrakan, sampai akhirnya ada wanita yang ingin ngontrak dan bibiku menyetujui nya dengan cara pembayaran nya bulanan, 1 bulan, 300rb.

    Cerita Dewasa Janda Montok – Wanita itu bernama Bu Apong, perlu diketahui Bu Apong adalah seorang janda berumur 42 thn ditinggal oleh suaminya karena selingkuh, dia menceritakan kenapa suaminya selingkuh karena dia marah tidak mendapatkan keturunan dari Bu Apong.
    Bu Apong orangnya baik, tutur katanya sopan serta gaya berpakaian nya pun terbilang sopan. Sudah hampir 3 bulan dia ngontrak di rumah bibiku, aku senang karena ada teman untuk ngobrol di rumah, lama-kelaman aku dan Bu Apong makin akrab sampai-sampai aku sempat ketiduran di ruangan dimana bu Apong mengontrak.
    Singkat cerita, karena keakraban kami, gaya berpakaian Bu Apong menjadi beda, sekarang dia berani memakai baju yang ketat, celana pendek sebatas paha atau hanya memakai daster terusan sebatas paha sehingga paha putih nya yang mulus serta toket nya yang sekel terpampang dengan indah.
    Perlu diketahui Bu Apong orang nya lumayan cantik bertubuh putih, lekuk tubuh nya aduhai, pantatnya semok, toket nya besar dan padat, paha nya putih mulus,ukuran toketnya 36 cup F. Kadang2x aku suka curi2x pandang pada toket, paha ataupun pantatnya, mengetahui hal itu Bu Apong hanya tersenyum tp senyuman yang binal.
    Sampai pada hari sabtu siang ketika kami mengobrol sambil duduk di karpet, dia hanya memakai daster terusan sebatas paha, aku iseng menggodanya.  Agen Obat Kuat Pasutri
    “bu, pake baju nya seksi amat, ga takut di perkosa sama saya….?”, sambil tanganku mengelus paha putih nya.
    Bu Apong menjawab di luar dugaan, “ooh, gitu yaa….tp suka kan…???”, lalu Bu Apong meneruskan kata2x nya.
    Cerita Sex Enaknya Dapet“ga, ga takut koq..,silahkan aja mau perkosa ibu mah, paling ibu teriak keenakan….!”. Mendengar hal itu, tanpa basa-basi tanganku langsung meremas memek nya dan aku tubruk dia sehingga dia jatuh terlentang dan tubuhnya aku tindih serta aku mengesek-gesekan kontolku ke memek nya masih memakai celana dalam. Kejadian itu membuat Bu Apong kaget dan meronta tetapi rontaan lemah seorang wanita yang ingin di entot, lalu bu Apong berkata.
    “eeits…tapi ada syarat nya…!!!”
    “apa syarat nya….??”kataku sambil tanganku terus meremas toket nya
    “bayarin kontrakan ibu bulan ini…, maka kamu bebas perkosa ibu sampai puas…”
    “ok, setuju…dan ibu harus siap diperkosa sama saya kapanpun dan dimanapun…”kataku, lalu aku cium dengan buas bibir nya, dia hanya bisa melenguh “eeemmhh…..emmmhhh..”. Bu Apong melepaskan ciumanku lalu dia berkata.
    “ambil dulu uangnya,dong…nanti dah itu perkosahh ibuhh….”kata Bu Apong sambil mendesah
    Cerita Sex Enaknya Dapet Jatah Ngewe Sama Janda Montok

    Cerita Sex Enaknya Dapet Jatah Ngewe Sama Janda Montok

    Aku bangkit lalu mengambil uang sejumlah 300rb lalu aku serahkan kepada Bu Apong.
    “jadi sekarang gimana…??, mau perkosa ibu…??”kata Bu Apong sambil membuka lebar2 paha nya, terlihatlah gundukan memek nya yang tembem yang masih menggunakan celana dalam serta paha putihnya yang mulus.
    “lagian ibu juga dah lama ga ngerasain kontol dan dah lama memek ibu enggak di entot…”sambungnya.
    “woooww…,ibu sekarang bicaranya jadi kotor,yaaa…”kataku.
    “biarin aja, supaya tambah binal dan supaya kamu makin nafsu sama ibu…!!!”katanya.
    “gimana, mau ga perkosa ibu….??”tanya bu Apong.
    “enggak aacch, ga mau…..tapi saya akan entot memek ibu sampai lecet….!!!!”kataku.
    Cerita Sex Enaknya Dapet
    Sejurus dengan itu, aku sergap dia dengan melumat bibirnya, kami berciuman, saling melumat bibir, air liur kami saling bersatu dan saling lilit lidah. Tangan ku pun tidak tinggal diam,menyusup ke balik celana dalam nya, mengelus memek dan itil nya. Mendapat serangan spt itu, Bu APong mendesah.
    “aacchh…emmhh….eeeemmmmhhh…aaaacchhh, oohh nikmat banget…!!”serunya
    “oohhhh….teeeruuuuss, iyaa itu itil ibu, oooocchhh….elus teruuuuss…”
    Tangan Bu Apong langsung meremas kontol ku yang sudah ngaceng
    “aaacchh, nikmat bu….”kataku
    Tanganku tak hanya mengelus tp jari telunjuk dan jari tengah ku mencoba untuk mengobok2x ke dalam memeknya, ternyata memek nya sudah basah bahkan karena banyak nya, cairan pelumas sampai meleleh keluar.
    “memek mu udah banjir, bu…,dah ga tahan nya pengen di entot…?”bisikku pada bu Apong.
    “ooohhh….eeemmhhmm,iya Her….ibu pengen di ewe sama kontol kamu….aaaacchh”balasnya,
    Mendengar hal itu tanganku langsung mengobok2x memek tembemnya dengan kecepatan tinggi.
    “aaacchhh…..aacchhh…ooohhmmmm….aaacchh, yang kenceng Her….!!”
    “öoooowwwwhhhh……aaacchch…terus kocok memek ibu…ooohhhh, entot pake jari kamu…..oooohhhh”
    Tidak hanya memek yang aku mainkan, susu nya pun tak lepas dari jamahan tangan ku, puting nya aku pilin2 lalu berganti meremas susu besar nya, Bu Apong kewalahan mendapat perlakuaan spt itu, akhirnya dia mendapatkan orgasme nya yg pertama, tubuh nya mengejan, meliuk spt cacing kepanasan
    “aaaaccchhhhcchh…..mmmhhmmmh, ibu ngecret…..aaaccchhhhhhh……ooooommmhhmm….aaa aaaaaccchh”lirih bu Apong
    Aku biarkan sejenak dia tuk menikmati kepuasan nya
    “bu, pindah ke atas yu…supaya ibu bebas teriak, tapi kunci dulu pintunya…”kataku
    Lalu bu Apong bangkit dan berjalan ke arah pintu, aku tak kuasa melihat pemandangan yg seksi ini, segera aku peluk dia dari belakang sambil mengesek2x kan kontol ku yang sudah tegang ke belahan pantat nya, tak lupa tanganku bergerilya ke arah toket nya yang ranum, aku remas toketnya dengan gemas, dia hanya mendesah..
    “aaacchh…aacchh”
    Setelah dia mengunci pintu, aku balikan badan nya aku ciumi lagi bibir nya sambil tanganku meremas memeknya yang basah, Bu Apong hanya bisa pasrah lalu aku pegang tangannya dan aku arah kan ke kontol ku,dia tau apa yg harus dilakukan, segera dia remas kontolku kemudian dia berjongkok dan membuka celana dalam ku serta langsung mengulum kontolku. Bu Apong dengan rakus menyepong kontolku….srruullpp….srruulpp….srlluupp, suara indah ketika dia memaju-mundurkan kontolku ke dalam mulut nya.
    “eeemmmmhhhh…..eemmhhhmmhh…anget banget mulutmu, bu…..oooohhhh niikkmmaaaattt”seruku.
    Cerita Sex Enaknya DapetKenikmatan yang tiada tara ini sedang ku rasakan, aku sedang mengentot mulut janda bahenol. Lalu aku pegang kepalanya dengan kedua tanganku lalu aku bantu dia untuk mempercepat sepongan nya, dia tampak kewalahan, air liur nya menetes di sela2x bibirnya.
    “oooooommhh….ooommmhhh……ooommmhh…ooommhhh. …ssrruulluupp…..ssrruulluupp”
    Ternyata tangan Bu Apong tidak tinggal diam, dia mencolok2x sendiri memeknya.
    “aaaccchhh….aaaccckkkhhhhh…nikmaaattt”seru ku
    Segera aku hentikan aktifitas ini lalu aku ajak dia ke atas tuk menuntaskan birahiku.”Yu, ka atas, bu….”
    Lalu kami berjalan ke arah tangga sambil ku peluk di dari belakang tak lupa tanganku aktif meremas toket dan kontol ku aku gesekan ke pantatnya, sebelum menaiki tangga dengan segera aku loloskan celana dalam bu Apong sehingga sekarang bu Apong hanya mengenakan daster mini sebatas paha tanpa celana dalam dan bra. Aku suruh dia naik duluan, di luar dugaan bu Apong menggoda ku dengan menggoyang2xkan pantat nya, melihat hal itu dengan gemas aku remas dengan kuat pantat nya dan aku tampar buah.
    “aaaccchhh….ooowwwwwwwww….ssshhhhhmmmmm”se ru bu Apong.
    “nakal nya…nich pantat…”kataku sambil meremas pantat bahenol bu Apong.
    Sampai di kamar aku suruh bu apong nungging atou dalam posisi sujud, dengan segera dia melakaukannya lalu dia berkata
    “ayo cepetan,Her….entot memek ibu, memek ibu udah gatel pengen di entot….aaacchh”
    “tenang bu Apong ada saatnya, sekarang saya masih ingin bermain2x dulu sama memek dan itil ibu…..”
    Dengan segera aku remas pantatnya silih berganti lalu aku sapukan lidah ku pada lubang memeknya, trus aku masukan lidahku pada memek nya, mendapat perlakuan itu bu Apong bingsatan tubuhnya bergetar. Aku terus menjilati lubang memek nya kadang2x aku gigit dengan gemas bibir dalam memek nya.
    “ooooccchhh….mmmhhhmhhhhhcchh…..aaaaccchhh”
    “diapain lagi memek ibu, Her…???oooccchhh….enaaaakkkksskk”
    “mmmmhhhmmm….aaaaccchhhh…..”
    Tangan ku tidak diam, aku elus2x lobang pantatnya, trus aku ludahi lubang pantat nya dan dengan jari telunjuk, aku masukan ke dalam lubang pantatnya. Bu Apong mengerang kenakan dan.
    “aaaaaaaaaaaaaacccccccccchhhhhhhhhhhh…………. …..ooooooooooooocchhhhhhhhh….ibu keluar…oooohhhhh…memek ku enaaakk….ooohhh koooonntttollll”teriak bu apong.
    Bu Apong mendapatkan orgasme nya yang kedua, tubuh nya ambruk tertelungkup di kasur, tanpa membuang waktu karena kontolku dan ngaceng banget, aku tunggingkan lagi tubuh nya segera ku masukan kontolku ke dalam memek nya yang sudah sangan banjir lalu aku entot memek nya.
    “oohhh…rasanya kontolmu makin keras dan besar dalam memekku…oh…setubuhi aku…oh entotanmu…oh enaknya…eeewwee teruuss memek ku…aaaccchh”
    “memek ibu tebal..memek ibu enak dientot…kontolku keenakan bu…”
    “ohhh..Herriii…aku bisa ketagihan dientoti kontolmu Herri,,,ohh…enak herr…”
    “aku juga bu apooong….enak sekali mengentoti memek bu apong….aku juga pasti ketagihan ngentot sama kamu aapooonggg…”
    “ohhh.. Herriii aku ketagihan kontol mu…”
    “Ohh Apppoooonnngg aku ketagihan memek dan ittiill mu…”
    “ooohhhh apooong memek mu enak dientttoott…”
    “aaaacchhh….mmmhhhh….yyyaaahh….entoottt teruuss”
    Dengan buas aku genjot memek nya dengan cepat, pantat nya aku remas dengan keras kadang aku tampar sehingga bu Apong memekik
    “aaaaaaaaaaaaacccchhhhhhhhhhhhh…….ooooohhhhhhh ”
    “ooohhhhh apoong, aku haamiili kamu…pong”
    “akan ku buat kamu bunting, bu apoong…ooocchhh….memek kamu sedapp….memmeeeekkk…..aacchhh mmeemeeeeeekkkk….”sedikit ku berteriak
    Bu apong pun tak kalah, dia menjawab dengan kata2 kotor
    “iiyya herr…hamili apoong…buntingin aappoong….memek apong enaaakk….oooccchhh….aaaammmhhhh….memek sama itiil ibu buat kamu smuaaa…aaaacchh”jeritnya
    Aku terus memompa memek bu apong dan bu apong mengimbanginya dengan menggoyang2xkan pantatnya, kontolku terasa ennaak seperti di pijit oleh memek nya.
    “aaaaaaaaaaaaachhhhhhhhhhhhhhhhh…………….aa ppoonggg dapett……….acccccchhhhhhhhh”
    Mendengar hal itu semakin cepat dan semakin dalam aku hujamkan kontolku ke dalam memek nya…dia mendapatkan orgasme nya yang ke tiga
    Lalu aku balikan tubuh semok nya, sekarang posisi bu apong terlentang dan dengan posisi konvensional aku masukan kontolku ke dalam memek nya. Dengan kecepatan tinggi aku entot memek bu apong,bu apong telihat pasrah munging karena tubuh nya sudah lemas, aku terus mengewe memek janda ini sampai puas.
    Sekarang dalam posisi yang sama aku repatkan kakinya sehingga terasa sempit sekali lubang memek nya dan aku miringkan tubuh bu apong dengan begitu aku leluasa meremas pantat bahenolnya dan memilin puting toket nya. Rupanya birahi bu apong naik lagi ditandai dengan desahan dan erangan erotis serta mengimbangi nya dengan menyedot2x kontol ku dengan otot2x memek nya. Tubuh sekel ini meliuk2x bagaikan ular, kepalanya menengadah ke atas, mata nya merem melek merasakan kenikmatan yang tiada tara dalam memek tembem nya.
    “ooohhhh bu apong enak sekali ngewe sama kamu…..aku ingin memek kamu poong….oooaaahhhhcchh…ooohhhh memeeekkk…ooohhh…memek enaaakk”desah ku.
    “aacchh kontol kamu panjaang dan besaarr…enak memek akuu….enttoot truuuss….ewe…..ee..wweeee truuus memek aahkkuu…oooohh”
    “oooccchhhh konttolll….enak banget kamuuu kontttooollll…..ooohhhhoohhhhhhhhh……kkonnnnt ttooolllll…..mmmeeemmmekkk aku di eeenttooottt…oooohhh”
    “ooohhh… Bu apoong aku keenakan bu…oh…kontolku rasanya mentok bu…oh…enaknya bu….ohhhh…bu… Bu apoong…maniku juga lagi banyak bu…….oookkkhhh…bu…”
    “oookkkkhhh Heerrrii …oh… Heerrii…aq suka Heerrii…aku suka manimu banyak Heerrii…”
    Lalu tiba-tiba aku merasa kontolku diperas dan dihisap lobang memek bu apong…
    “oookkkhhh…..bu…oookkkkhhh…”erangku tak kuasa menahan nikmat.
    “Iya sayang…okhh. Heerrii…enaknya…”
    “Ohh.. enak sekali, sayang..”, kataku sambil mempercepat gerakan kontolku karena sudah mulai terasa ada sesuatu yang ingin keluar seiring rasa nikmat yang aku rasakan.
    “Buuuu…aku mau keluar bu…”
    “keluarkan saja di dalam memekku, sayang..semprot rahimku…aaaahh Heerii…”, kata bu apong sambil mempercepat goyangan pantatnya.
    “ohhh akan kusembur rahimmu bu apoong…aku akan semprot maniku sebanyak-banyaknya dalam rahimmu bu…ooohhh…ohhh…bu…ohhh aapoong..aku akn membuatmu hamil aappoong…aku akan membuntingimu aappooong…oookkkhhhh…”
    “iya Herri…entoti…okkhhh…entotin memekkku…..keluarkan manimu sebanyaknya….sirami rahimku…oh…hamili aku….entoti sampai aku bunting…aku pasti hamil oleh manimu…oookkkhhh….aku rela kamu entot sampai hamil…”
    Kupercepat kontolku keluar masuk memeknya sambil meremas buah dadanya, lalu tak lama kemudian kudesakkan kontolku sedalam-dalam ke memeknya..
    Croott…! Croott….! Croott…!
    Cerita Sex Enaknya Dapet Air maniku menyembur sangat banyak di dalam memeknya seiring rasa nikmat dan nyaman kurasakan. Aku terus desakkan kontolku dalam-dalam ke dalam rahim bu Apong sambil kukerahkan otot dan nafasku agar maniku keluar sebanyak-banaykanya… sampai kurasakan air maniku habis keluar….Aku lakukan semua itu sambil mengulum bibirnya…
    “ookkkkkhhh…Heri banyak sekali spermamu…oohhh….rahimku merasa hangat oleh manimu…ookkk…semprot terus pejuhmu yang banyak….aaahhh iya…oookkkhh iya..”, kata bu Apong sambil meliukkan pinggulnya.. Aku merasa lobang memeknya meremasi dan menghisap batang kontolku…kepala kontolku serasa diemut-emut oleh memeknya…Bu Apong seolah ingin memeras spermaku sebanyak-banyaknya..
    “okkkhhhh….aku juga keluar Herrii….”desahnya…
    “okkhhh…..aku enak …memek aku puas…akkkhh…enaknya memek ku…”
    lalu akhirnya irama pergelutan badan kami berhenti…Ia mendesah dan memeluk kepalaku dalam dadanya…
    Nafas kami memeburu…. Lalu bisikkanya terdengar lirih…
    “Kontol kamu enak…kontolmu besar dan panjang sayang…aku suka ngentot sama kamu…”
    “ibu juga hebat, memek ibu tebal dan tembem…susumu besar bu…tubuh Bu apong semok dan mulus…memek ibu enak dientot..”, kataku lirih.
    “Kapan pun kamu mau, aku mau dientoti kamu….aku suka birahimu…Kontol kamu besar dan panjang…aku bisa ketagihan ngentot sama kamu..”, kata bu Apong sambil tersenyum lalu mengecup bibirku.
    “Aku juga suka sama bu apong…aku juga suka birahimu…aku juga suka ngentoti ibu kapan saja…oohhh….”, kataku sambil meremas toketnya.
    Di sela2 kenikmatan yang kita raih, aku bertanya padanya
    “bu, kenapa ibu berubah binal seperti ini…?”kata ku.
    “ooohh, memang dari dulu pertama liat kamu, ibu dah suka dan nafsu sama kamu, ibu sering berandai2x bisa ngentot sama kamu, malahan ibu sering onani pake jari ibu sambil menbayangin sedang di entot sama kontol kamu…”
    “oohh gitu yaa…”
    “mulai sekarang aku bisa ngentotin memek ibu kapan pun ibu mau…”kataku sambil ngegerayangin memek nya.
    “ok…mulai saat ini tubuh ibu milik kamu sepenuhnya, kamu bebas ngelakuian apa az sama tubuh ibu…”balasnya.
    “susu ibu, bibir ibu, memek ibu, itil ibu, pantat ibu, bahkan kalo kamu mau lubang pantat ibu bebas kamu mau apa2in…”desah bu apong sambil meremas kontolku.
    “ibu rela kamu perkosa…..ibu rela kamu enttoottin memek ibu….ibu rela kamu ewe pantat ibu….”sambung bu apong
    “mulai saat ini ibu harus telanjang di rumah ini supaya klo aku mo ngentot tinggal masukin aza ke memek ibu…ookk” perintahku
    “trus klo mau pake baju ato celana harus yang bikin kontol aku ngaceng…spt cuman pake bra sama celana dalam aza, pake baju yang ketat tnpa pake bra supaya puting susu ibu tercetak,pokok nya klo pake baju ga usah pake bra..” kataku
    “lalu kalo pake celana sama harus yang ketat tanpa pake celana dalam, klo pake legging harus ketat banget, klo pake daster harus yang pendek banget lebih seksi pake celana pendek yang sebatas memek…” sambungku
    “iyaa decch, akan ibu lakukan apa mau kamu, demi kontol kamu ngaceng terus stiap hari dan bisa ngentotin memek ibu….” goda nya
    “satu lagi bu, aku ingin liat ibu onani di depan aku….aku ingin liat ibu mencolok2x memek ibu pake tangan ibu sendiri…!” pintaku
    “ok…sayang…akan ku lakukan smua permintaan kamu tp dengan 1 syarat….ibu ingin kamu slamanya ngentotin memek ibu…ok” balasnya
    “ok…memek ku yang tembem…”kataku sambil memasukan 2 jari ku ke dalam memeknya lalu mengobel2x isi memek bu apong
    “aaacchhh…ooohhh…udah dong kontolku…memekku lemes banget….” lirihnya
    Akhirnya karena kelelahan kami pun tertidur dan tak terasa waktu sdh menujukan pukul 16.30, aku pun terbangun lalu menyandarkan tubuhku pada dinding sambil mengelus2s kontol, pas menoleh ke samping bu apong sudah tidak ada di tempat tidur lalu aku memanggil nya.
    “buuu, buuu, bu apooong…..” panggil ku
    “iyaaa, bentar lagi ke atas” serunya
    Tak lama kemudian bu apong kembali ke kamarku sambil membawa nampan berisi secangkir kopi susu dan segelas teh hangat serta pisang goreng tp yang membuat kontolku ngaceng lagi adalah dia memakai tanktop putih super ketat sehingga toket nya membentuk sempurna dan puting susu nya tercetak dengan jelas serta terlihat dengan jelas belahan toket nya. Sedangkan bawahannya memakai legging ketat sebetis terlihat pula gundukan memek tembemnya serta belahan memek nya tercetak pula. Dengan lenggokan erotis dia menghampiriku yang sedang duduk lalu menyimpan nampan di sebelahku.
    “nich ibu buatkan kopi susu sama pisang goreng…”
    “waah, makasih bu….” seruku
    “bu, pake baju nya seksi amat, bikin kontol saya ngaceng….”
    “yaaa, iyaa lah kan supaya kamu terangsang trus bisa ngentotin memek ibu lagi…” jawabnya
    “eemmhh, sini dong, saya pengen susu nich..” kataku sambil menyalakan sebatang rokok
    “ibu, boleh ngerokok ga….?” tanya bu apong
    “jangan dong bu, bahaya buat ibu…” jawabku
    “ini, rokok yg bisa ngeluarin pejuh….” balasnya sambil meremas kontolku lalu langsung menyepong nya
    “aaacchhh, dasar binal kamu, pong…” kataku keenakan
    Aku pun tak kalah tangan ku langsung mengelus2x memek bu apong dari luar legging. lalu bu apong bergeser sehingga sekarang posisi nya spt 69. Bu apong mash menyepong kontolku kadang2 biji pelirku dia hisap2x ato dia kulum, aku sungguh sangat keenakan, hanya desahan yang terdengar, lama2x memek bu apong basah juga karena aku terus mengobel2 terlihat di bagian legging tempat memeknya basah kuyup. Tanpa membuang waktu aku telanjangi bu apong dan langsung aku ewe memek nya, bu apong mendesah keenakan
    “aaacchhh….eeemmmhhh…..ooohhhh kontttoolll entot memek ibuuuu….aaaccch” ceracau nya
    “ooooohhhhhhhh…..aaa…a…..cccc..hhhhh…..ent ooot yang kenceng Her…ooohhhh, memek aku milik kamu…..oooohhh”
    “bu, enak bangeet ngewe sama ibuuuu…..ooohhhh….ooohhh memek apoong…..memeeeekk” teriaku
    “iyyaaaahhh…..kontol kamu juga eannnaakkk….aapoong penggeenn tiiaap hari kamu entttooott”
    “setubuhi ibu….her…ooohhh….remaass susu ibu….” pengennya
    Aku pun segera meremas toketnya, bu apong semakin tak karuan, lalu aku kangkangkan paha nya supaya kontolku bisa masuk lebih dalam, terus aku kilik2x itil nya terlihat itil bu apong semakain mengembang karena terstimulasi, saat aku elus2x itil nya, bu apong mengejan dengan hebat dan sampailah dia ke puncak kenikmatan…
    “aaacccchhhhhhhhhhh……oooooooooooooohhhhhhhhhhh hh…………ibuuuuu……..keeeluuuaarr”
    “oooooooooohhhhhhhhhhhhhhhhhhh……………..eee naaakkk meemeeeekuuu……oooooooooohhhhhhhhhh memek aapoooong di entttoooott sama kontttollll….oooohh” jritnya histeris
    Pertahanan ku akan jebol, segera aku cabut kontol ku lalu aku masukan ke dalam mulut bu apong dan bu apong dengan cepat memaju-mundurkan kontolku di dalam mulut nya tak lupa tangan bu apong meremas2x biji pelirku…aku sudah di ambang batas karena keenakan dan akhirnya aku sesakkan kontolku dalam2 di dalam mulutnya serta menahan kepala bu apong supaya jangan terlepas dann Croott…! Croott….! Croott…!
    pejuhku keluar di dalam mulut bu apong,bu apong gelagapan karena tak menyangka akan spt itu dan mau tak mau pejuhku ditelan oleh bu apong….
    Setelah kurasa smua pejuh keluar, aku keluarkan kontolku dari mulut nya, bu apong tersenyum nakal dan mengeluarkan sesuatu dan ternyata pejuhku
    “yang tadi jatah buat mulut ibu, yang ini buat memek dan itil ibu…” katanya sambil mengeluskan pejuhku ke memek dan itilnya
    Karena kelelahan akhirnya kami pun tertidur sambil berpelukan…. ooohhh indah nya hidup ini.
    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Berpacu Dalam Nafsu – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018

    Berpacu Dalam Nafsu – Cerita Sex Dewasa Terbaru 2018


    1341 views

    Perawanku – Perjalanan Bisnis ke Surabaya sebenarnya sungguh menyenangkan, karena akan ketemu dengan sobat lama yang sudah lama kutinggalkan, sayangnya suamiku Hendra tidak bisa menemaniku karena kesibukannya.

    Dengan ditemani Andi, salah seorang kepercayaanku, kami terbang dengan flight sore supaya bisa istirahat dan besok bisa meeting dalam keadaan fresh dan tidak loyo karena harus bangun pagi pagi buta, mengingat meeting besok aku perkirakan akan berlangsung cukup alot karena menyangkut negosiasi dan kontrak, disamping itu meeting dengan Pak Reza, calon clien, jadwalnya jam 10:00 pagi.

    Pukul 19:00 kami check in di Sheraton Hotel, setelah menyelesaikan administrasinya kami langsung masuk ke kamar masing masing untuk istirahat.

    Kurendam tubuhku di bathtub dengan air hangat untuk melepas rasa penat setelah seharian meeting di kantor menyiapkan bahan meeting untuk besok. Cukup lama aku di kamar mandi hingga kudengar HP ku berbunyi, tapi tak kuperhatikan, paling juga suamiku yang lagi kesepian di rumah, pikirku.

    Setelah puas merendam diri, kukeringkan tubuhku dengan handuk menuju ke kamar. Kukenakan pakaian santai, celana jeans straight dan kaos ketat full press body tanpa lengan hingga lekuk tubuhku tercetak jelas, kupandangi penampilanku di kaca, dadaku kelihatan padat dan menantang, cukup attraktif, di usiaku yang 32 tahun pasti orang akan mengira aku masih berumur sekitar 27 tahun.

    Kutelepon ke rumah dan HP suamiku, tapi keduanya tidak ada yang jawab, lalu kuhubungi kamar Andi yang nginap tepat di sebelah, idem ditto. Aku teringat miss call di HP-ku, ternyata si Rio, gigolo langgananku di Jakarta, kuhubungi dia. MarkasJudi

    “hallo sayang, tadi telepon ya” sapaku
    “mbak Lily, ketemu yok, aku udah kangen nih, kita pesta yok, ntar aku yang nyiapin pesertanya, pasti oke deh mbak” suara dari ujung merajuk
    “pesta apaan?”
    “pesta asik deh, dijamin puas, Mbak Cuma sediakan tempatnya saja, lainnya serahkan ke Rio, pasti beres, aku jamin mbak” bujuknya
    “emang berapa orang” tanyaku penasaran
    “rencanaku sih aku dengan dua temanku, lainnya terserah mbak, jaminan kepuasannya Rio deh mbak”
    “asik juga sih, sayang aku lagi di Surabaya nih, bagaimana kalo sekembalinya aku nanti”
    “wah sayang juga sih mbak, aku lagi kangen sekarang nih”
    “simpan saja dulu ya sayang, ntar pasti aku kabari sekembaliku nanti”
    “baiklah mbak, jangan lupa ya”
    “aku nggak akan lupa kok sayang, eh kamu punya teman di Surabaya nggak?” tanyaku ketika tiba tiba kurasakan gairahku naik mendengar rencana pestanya Rio.
    “Nah kan bikin pesta di Surabaya” ada nada kecewa di suaranya
    “gimana punya nggak, aku perlu malam ini saja”
    “ada sih, biar dia hubungi Mbak nanti, nginapnya dimana sih?”
    “kamu tahu kan seleraku, jangan asal ngasih ntar aku kecewa”
    “garansi deh mbak”

    Kumatikan HP setelah memberitahukan hotel dan kamarku, lalu aku ke lobby sendirian, masih sore, pikirku setelah melihat jam tanganku masih pukul 21:00 tapi cukup telat untuk makan malam.

    Cukup banyak tamu yang makan malam, kuambil meja agak pojok menghadap ke pintu sehingga aku bisa mengamati tamu yang masuk. Ketika menunggu pesanan makanan aku melihat Pak Reza sedang makan bersama seorang temannya, maka kuhampiri dan kusapa dia.

    “malam Bapak, apa kabar?” sapaku sambil menyalami dia
    “eh Mbak Lily, kapan datang, kenalin ini Pak Edwin buyer kita yang akan meng-export barang kita ke Cina” sambut Pak Reza, aku menyalami Pak Edwin dengan hangat.
    “silahkan duduk, gabung saja dengan kami, biar lebih rame, siapa tahu kita tak perlu lagi meeting besok” kelakar Pak Edwin dengan ramah.
    “terima kasih Pak, wah kebetulan kita bertemu di sini, kan aku nginap di hotel ini” jawabku lalu duduk bergabung dengan mereka.

    Kami pun bercakap ringan sambil makan malam, hingga aku tahu kalau Pak Edwin dan Pak Reza ternyata sobat lama yang selalu berbagi dalam suka dan duka, meskipun kelihatannya Pak Reza lebih tua, menurut taksiranku sekitar 45 tahun, sementara Pak Edwin, seorang chinesse, mungkin usianya tidak lebih dari 40 tahun, maximum 37 tahun perkiraanku. Setelah selesai makan malam, aku pesan red wine kesukaanku, sementara mereka memesan minuman lain yang aku tidak terlalu perhatikan.

    “Bagaimana dengan besok, everything is oke?” Tanya Pak Reza
    “Untuk Bapak aku siapkan yang spesial, kalau tahu bapak ada disini pasti kubawa proposalku tadi” kelakarku sambil tersenyum melirik Pak Edwin, si cina ganteng itu.
    Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 22:30, cukup lama juga kita ngobrol dan entah sudah berapa gelas red wine yang sudah meluncur membasahi tenggorokanku hingga kepalaku agak berat, tak pernah aku minum wine sebanyak ini, pengaruh alcohol sepertinya sudah menyerangku. Tamu sudah tidak banyak lagi disekitar kami. Kupanggil waitres untuk menyelesaikan pembayaran yang di charge ke kamarku.

    Kamipun beranjak hendak pulang ketika tiba tiba kepalaku terasa berat dan badanku terhuyung ke Pak Edwin, Pak Reza sudah duluan pergi ketika Pak Edwin memeluk dan membimbingku ke lift menuju kamar, aku sendiri sudah diantara sadar dan tidak, ketika Pak Edwin mengambil tas tanganku dan mengambil kunci kamar lalu membukanya.
    Dengan hati hati Pak Edwin merebahkan tubuhku di ranjang, dilepasnya sepatu hak tinggiku dan perlahan membetulkan posisi tubuhku, aku sudah tak ingat selanjutnya.

    Kesadaranku tiba tiba timbul ketika kurasakan dadaku sesak dan ada kegelian bercampur nikmat di antara putingku, kubuka mataku dengan berat dan ternyata Pak Edwin sedang menindih tubuhku sambil mengulumi kedua putingku secara bergantian, tubuhku sudah telanjang, entah kapan dia melepasnya begitu juga Pak Edwin yang hanya memakai celana dalam.

    Bukannya berontak setelah kesadaranku timbul tapi malah mendesah kenikmatan, kuremas rambut kepala Pak Edwin yang masih bermain di kedua buah dadaku. Tangannya mulai mempermainkan selangkanganku, entah kapan dia mulai menjamah tubuhku tapi kurasakan vaginaku sudah basah, aku Cuma mendesah desah dalam kenikmatan.

    “sshh.. eehh.. eegghh” desahku membuat Pak Edwin makin bergairah, dia kemudian mencium bibirku dan kubalas dengan penuh gairah. Kuraba selangkangannya dan kudapati tonjolan mengeras di balik celananya, cukup besar pikirku. Sambil berciuman, kubuka celana dalamnya. Dia menghentikan ciumannya untuk melepas hingga telanjang, ternyata penisnya yang tegang tidak sedasyat yang aku bayangkan, meski diameternya besar tapi tidak terlalu panjang, paling sepanjang genggamanku, dan lagi belum disunat, ada rasa sedikit kecewa di hatiku, tapi tak kutunjukkan.

    Dia kembali menindih tubuhku, diciuminya leherku sambil mempermainkan lidahnya sepanjang leher dan pundakku, lalu turun dan berputar putar di buah dadaku, putingku tak lepas dari jilatannya yang ganas, jilatannya lalu beralih ke perut terus ke paha dan mempermainkan lututku, ternyata jilatan di lutut yang tak pernah kualami menimbulkan kenikmatan tersendiri. Daerah selangkangan adalah terminal terakhir dari lidahnya, dia mempermainkan klitoris dan bibir vaginaku sambil jari tangannya mulai mengocok vaginaku.

    “sshh.. eegghh.. eehhmm.. ya Pak..truss Pak” desahku merasakan kenikmatan dari jilatan dan kocokan jari Pak Edwin. Pak Edwin kembali ke atasku, kakinya dikangkangkan di dadaku sambil menyodorkan penisnya, biasanya aku tak mau mengulum penis pada kesempatan pertama, tapi kali ini entah karena masih terrpengaruh alcohol atau karena aku terlalu terangsang, maka kuterima saja penisnya di mulutku. Kupermainkan ujung kepalanya dengan lidah lalu turun ke batang penis, kemudian tak lupa kantung bolanya dan terakhir kumasukkan penis itu ke dalam mulutku, cukup kesulitan juga aku mengulum penisnya karena batang itu memang besar.

    Dia mengocok mulutku dengan penisnya selama beberapa saat, cukup kewalahan juga aku menghadapi kocokannya untung, tidak berlangsung lama. Pak Edwin kembali berada diantara kakiku, disapukannya penisnya ke bibir vaginaku lalu mendorong tanpa kesulitan berarti hingga melesaklah penis itu ke vaginaku semua, aku merasa masih banyak ruang kosong di bagian dalam vaginaku meski di bagian luarnya terasa penuh oleh besarnya batang penis Pak Edwin.

    “ehh.. sshh.. eeghghgh” aku mulai mendesah ketika Pak Edwin mulai mengocokkan penisnya, dengan cepat dia mengocokku seperti piston pada mesin mobil yang tancap gas, ada perbedaan rasa atas kocokan pada penis yang tidak disunat itu, gesekan pada dinding vaginaku kurang greger, tapi tak mengurangi kenikmatan malahan menambah pengalaman, tanpa ampun pantatnya turun naik di atas tubuhku sambil menciumi leher jenjangku, kurasakan kenikmatan dari kocokannya dan kegelian di leherku.

    Pak Edwin menaikkan tubuhnya dan bertumpu pada lutut dia mengocokku, dengan posisi seperti ini aku bisa melihat expresi wajahnya yang kemerahan dibakar nafsu, tampak sekali rona merah diwajahnya karena kulitnya yang putih tipikal orang cina, wajah gantengnya bersemu kemerahan. Kutarik wajahnya dan kucium bibirnya karena gemas, kocokannya makin cepat dan keras, keringat sudah membasahi tubuhnya meski belum terlalu lama kami bercinta. Kugoyangkan pantatku mengimbangi gerakannya, ternyata itu membuat dia melambung ke atas dan menyemprotlah spermanya di vaginaku, kepala penisnya kurasakan membesar dan menekan dinding vaginaku, denyutnya sampai terasa di bibir vaginaku, lalu dia terkulai lemas setelah menyemprotkan spermanya hingga habis.

    Agak kecewa juga aku dibuatnya karena aku bahkan belum sempat merasakan sensasi yang lebih tinggi, terlalu cepat bagiku, tak lebih dari sepuluh menit.
    “sorry aku duluan” bisiknya di telingaku sambil tubuhnya ditengkurapkan di atas tubuhku.
    “nggak apa kok, ntar lagi” kataku menghibur diri sendiri, kudorong tubuhnya dan dia rebah disampingku, dipeluknya tubuhku, dengan tetap telanjang kami berpelukan, napasnya masih menderu deru.
    Aku berdiri mengambil Marlboro putih dari tas tanganku, kunyalakan dan kuhisap dalam dalam dan kuhembuskan dengan keras untuk menutup kekesalan diriku.

    “I need another kontol” pikirku kalut
    Kulihat di HP ada SMS dari Rio dengan pesan “namanya Rino, akan menghubungi mbak, dari Rio”
    Jarum jam sudah menunjukkan 23:20, berarti cukup lama aku tadi tidak sadarkan diri sampai akhirnya “dibangunkan” Pak Edwin, kulihat Pak Edwin sudah terlelap kecapekan, kupandangi dia, dengan postur tubuh yang cukup atletis dan wajah yang ganteng sungguh sayang dia tidak bisa bertahan lama, pikirku.

    Kunyalakan Marlboro kedua untuk menurunkan birahiku yang masih tinggi setelah setelah mendapat rangsangan yang tak tuntas, lalu kucuci vaginaku dari sperma Edwin, kalau tidak ingat menjaga wibawa seorang boss, sudah kuminta si Andi menemaniku malam ini, tapi ketepis angan itu karena akan merusak hubungan kerjaku dengannya.
    Kulayangkan pandanganku keluar, gemerlap lampu Kota Surabaya masih kukenali meski sudah bertahun tahun kutinggalkan. Kalau tidak ada Pak Edwin mungkin sudah kuhubungi Rio untuk segera mengirim Rino kemari, tapi aku jadi nggak enak sama dia.

    Ketika akan kunyalakan batang rokok ketiga, kudengar bel pintu berbunyi, agak kaget juga ada tamu malam malam begini, kuintip dari lubang intip di pintu, berdiri sosok laki laki tegap dengan wajah ganteng seganteng Antonio Banderas, maka kukenakan piyama dan kubuka pintu tanpa melepaskan rantai pengamannya.

    “mbak Lily? saya Rino temannya Rio” sapanya
    Agak bingung juga aku, disatu sisi aku membutuhkannya apalagi dengan penampilan dia yang begitu sexy sementara di sisi lain masih ada Pak Edwin di ranjang.
    “Sebentar ya” kataku menutup pintu kembali, terus terang aku nggak tahu bagaimana menentukan sikap, sebenarnya aku nggak keberatan melayani mereka berdua malah itu yang aku harapkan tapi bagaimana dengan Pak Edwin, rekanan bisnis yang baru beberapa jam yang lalu aku kenal, tentu aku harus menjaga citraku sebagai seorang bisnis women professional, aku bingung memikirkannya.
    “kudengar ada bel pintu, ada tamu kali” kata Pak Edwin dari ranjang
    “eh..anu..enggak kok Pak” jawabku kaget agak terbata
    “jangan panggil Pak kalau suasana begini, apalagi dengan apa yang baru saja terjadi, panggil Edwin atau Koh Edwin saja, toh hanya beberapa tahun lebih tua”
    “iya teman lama, nggak penting sih, tapi kalau bapak keberatan aku suruh dia pulang biar besok dia kesini lagi” kataku
    “ah nggak pa pa kok, santai saja” jawabnya ringan.

    Aku kembali membuka pintu tapi aku yang keluar menemui dia di depan pintu, kini kulihat jelas postur tubuhnya yang tinggi dan atletis, usia paling banter 26 tahun, makin membuat aku kepanasan.

    “di dalam ada rekanku, bilang aja kamu teman lama dan apapun yang terjadi nanti suka atau nggak suka kamu harus terima bahkan kalau aku memintamu untuk pulang tanpa melakukan apa apa kamu harus nurut, besok aku telepon lagi, aku mohon pengertianmu” kataku pada Rino tegas.
    “Nggak apa mbak, aku ikuti saja permainan Mbak Lily, aku percaya sama Rio dan aku orangnya easy going kok mbak, pandai membawa diri” katanya lalu kupersilahkan masuk.
    Kulihat Edwin masih berbaring di ranjang dengan bertutupkan selimut. Aku jadi canggung diantara dua laki laki yang baru kukenal ini sampai lupa mengenalkan mereka berdua, basa basi kutawari Rino minuman, tiba tiba Edwin bangkit dari ranjang dan dengan tetap telanjang dia ke kamar mandi. Aku kaget lalu melihat ke Rino yang hanya dibalas dengan senyuman nakal.

    “wah ngganggu nih” celetuk Rino
    “ah enggak udah selesai kok”jawabku singkat
    “baru akan mulai lagi, kamu boleh tinggal atau ikutan atau pergi terserah kamu, tapi itu tergantung sama Lily” teriak Edwin dari kamar mandi, entah basa basi atau bercanda atau serius aku nggak tau.
    “Rio udah cerita sama aku mengenai mbak” bisik Rino pelan supaya tidak terdengar Edwin.

    Edwin keluar dari kamar mandi dengan tetap telanjang, dia mendekatiku menarikku dalam pelukannya lalu mencium bibirku, tanpa mempedulikan keberadaan Rino dia melorotkan piyamaku hingga aku telanjang di depan mereka berdua. Kami kembali berpelukan dan berciuman, tangan Edwin mulai menjamah buah dadaku, meraba raba dan meremasnya. Ciumannya turun ke leherku hingga aku mendongak kegelian, kemudian Edwin mengulum putingku secara bergantian, kuremas remas rambutnya yang terbenam di kedua buah dadaku.

    Kulihat Rino masih tetap duduk di kursi, entah kapan dia melepas baju tapi kini dia hanya mengenakan celana dalam mini merahnya, benjolan dibaliknya sungguh besar seakan celana dalamnya tak mampu menampung kebesarannya.
    Badannya begitu atletis tanpa lemak di perut menambah ke-sexy-annya. Melihat potongan tubuhnya berahiku menjadi cepat naik disamping rangsangan dan serbuan dari Edwin di seluruh tubuhku, kupejamkan mataku sambil menikmati cumbuan Edwin.

    Ketika jilatan Edwin mencapai selangkanganku, kuraskan pelukan dan rabaan di kedua buah dadaku dari belakang, kubuka mataku ternyata Edwin sedang sibuk di selangkanganku dan Rino berada di belakangku. Sambil meraba raba Rino menciumi tengkuk dan menjilati telingaku membuat aku menggelinjang kegelian mendapat rangsangan atas bawah depan belakang secara bersamaan, terutama yang dari Rino lebih menarik konsentrasiku.

    Mereka merebahkan tubuhku di ranjang, Edwin tetap berkutat di vaginaku sementara Rino beralih mengulum putingku dari kiri ke kanan. Kugapai penis Rino yang menegang, agak kaget juga mendapati kenyataan bahwa penisnya lebih panjang, hampir dua kali punya Edwin meski batangnya tidak sebesar dia, tapi bentuknya yang lurus ke depan dan kepalanya yang besar membuat aku semakin ingin cepat menikmatinya, kukocok kocok untuk mendapatkan ketegangan maximum dari penisnya.
    Edwin membalikkan tubuhku dan memintaku pada posisi doggie, Rino secara otomatis menempatkan dirinya di depanku hingga posisi penisnya tepat menghadap ke mukaku persisnya ke mulutku.

    Untuk kedua kalinya Edwin melesakkan penisnya ke vaginaku dan langsung menyodok dengan keras hingga penis Rino menyentuh pipiku. Kuremas penis itu ketika Edwin dengan gairahnya mengobok obok vaginaku. Tanpa sadar karena terpengaruh kenikmatan yang diberikan Edwin, kujilati Penis Rino dalam genggamanku dan akhirnya kukulum juga ketika Edwin menghentakkan tubuhnya ke pantatku, meski tidak sampai menyentuh dinding terdalam vaginaku tapi kurasakan kenikmatan demi kenikmatan pada setiap kocokannya. Kukulum penis Rino dengan gairah segairah kocokan Edwin padaku, Rino memegang kepalaku dan menekan dalam dalam sehingga penisnya masuk lebih dalam ke mulutku meski tidak semuanya tertanam di dalam. Sambil mengocok tangan Edwin meraba raba punggungku hingga ke dadaku, sementara Rino tak pernah memberiku peluang untuk melepaskan penisnya dari mulutku.

    “eegghhmm.. eegghh” desahku dari hidung karena mulutku tersumbat penis Edwin.
    Tak lama kemudian Edwin menghentikan kocokannya dan mengeluakan penisnya dari vaginaku meski belum kurasakan orgasmenya, Rino lalu menggantikan posisi Edwin, dengan mudahnya dia melesakkan penisnya hingga masuk semua karena memang batangnya lebih kecil dari penis Edwin, kini ini kurasakan dinding bagian dalam vaginaku tersentuh, ada perasaan menggelitik ketika penis Rino menyentuhnya. Dia langsung mengocok perlahan dengan penuh perasaan seakan menikmatai gesekan demi gesekan, makin lama makin cepat, tangannya memegang pinggangku dan menariknya berlawanan dengan gerakan tubuhnya sehingga penisnya makin masuk ke dalam mengisi rongga vaginaku yang tidak berhasil terisi oleh penis Edwin.

    Ada kenikmatan yang berbeda antara Edwin dan Rino tapi keduanya menghasilkan sensasi yang luar biasa padaku saat ini. Cukup lama Rino menyodokku dari belakang, Edwin entah kemana dia tidak ada di depanku, mungkin dia meredakan nafsunya supaya tidak orgasme duluan.
    Rino lalu membalikku, kini aku telentang di depannya, ditindihnya tubuhku dengan tubuh sexy-nya lalu kembali dia memasukkan penisnya, dengan sekali dorong amblaslah tertelan vaginaku, dengan cepat dan keras dia mengocokku, penisnya yang keras dengan kepala besar seakan mengaduk aduk isi vaginaku, aku mendesah tak tertahan merasakan kenikmatan yang kudapat.

    “eehh..yess..fuck me hard..yess” desahku mulai ngaco menerima gerakan Rino yang eksotik itu. Sambil mendesah kupandangi wajah tampan Antonio Banderas-nya yang menurut taksiranku tidak lebih dari 26 tahun, membuat aku makin kelojotan dan tergila gila dibuatnya. Kulihat Edwin berdiri di samping Rino, tatapan mataku tertuju pada penisnya yang terbungkus kondom yang menurutku aneh, ada asesoris di pangkal kondom itu, sepertinya ada kepala lagi di pangkal penisnya. Kulihat dia dan dia membalas tatapanku dengan pandangan dan senyum nakal.

    Ditepuknya pundak Rino sebagai isyarat, agak kecewa juga ketika Rino menarik keluar penisnya disaat saat aku menikmatinya dengan penuh nafsu. Tapi kekecewaan itu tak berlangsung lama ketika Edwin menggantikan posisinya, begitu penisnya mulai melesak masuk kedalam tak kurasakan perbedaannya dari sebelumnya tapi begitu penisnya masuk semua mulailah efek dari kondom berkepala itu kurasakan, ternyata kepala kondom itu langsung menggesek gesek klitorisku saat Edwin menghunjam tajam ke vaginaku, klitorisku seperti di gelitik gelitik saat Edwin mengocok vaginaku, suatu pengalaman baru bagiku dan kurasakan kenikmatan yang aneh tapi begitu penuh gairah.

    Edwin merasakan kemenangan ketika tubuhku menggelinjang menikmati sensasinya. Rino kembali mengulum putingku dari satu ke satunya, lalu tubuhnya naik ke atas tubuhku dan mekangkangkan kakinya di kepalaku, disodorkannya penisnya ke mulutku, aku tak bisa menolak karena posisinya tepat mengarah ke mulut, kucium aroma vaginaku masih menempel di penisnya, langsung kubuka mulutku menerima penis itu. Sementara kocokan Edwin di vaginaku makin menggila, kenikmatannya tak terkirakan, tapi aku tak sempat mendesah karena disibukkan penis Rino yang keluar masuk mulutku. Aku menerima dua kocokan bersamaan di atas dan dibawah, membuatku kewalahan menerima kenikmatan ini.

    Setelah cukup lama mengocokku dengan kondom kepalanya, Edwin menarik keluar penisnya dan melepaskan kondomnya lalu dimasukkannya kembali ke vaginaku, tak lama kemudian kurasakan denyutan dari penis Edwin yang tertanam di vaginaku, denyutannya seakan memelarkan vaginaku karena terasa begitu membesar saat orgasme membuatku menyusul beberapa detik kemudian, dan kugapailah kenikmatan puncak dari permainan sex, kini aku bisa mendapatkan orgasme dari Edwin. Tahu bahwa Edwin telah mendapatkan kepuasannya, Rino beranjak menggantikan posisi Edwin, tapi itu tak lama, dia memintaku untuk di atas dan kuturuti permintaannya.
    Rino lalu telentang di sampingku, kunaiki tubuhnya dan kuatur tubuhku hingga penisnya bisa masuk ke vaginaku tanpa kesulitan berarti.

    Aku langsung mengocok penisnya dengan gerakan menaik turunkan pantatku, buah dadaku yang menggantung di depannya tak lepas dari jamahannya, diremasnya dengan penuh gairah seiring dengan kocokanku. Gerakan pinggangku mendapat perlawanan dari Rino, makin dia melawan makin dalam penisnya menancap di vagina dan makin tinggi kenikmatan yang kudapat. Karena gairahku belum turun banyak saat menggapai orgasme dengan Edwin, maka tak lama kemudian kugapai lagi orgasme berikutnya dari Rino, denyutanku seolah meremas remas penis Rino di vaginaku.

    “OUUGGHH.. yess.. yess.. yess” teriakku
    Rino yang belum mencapai puncaknya makin cepat mengocokku dari bawah, tubuhku ambruk di atas dadanya, sambil tetap mengocokku dia memeluk tubuhku dengan erat, kini aku Cuma bisa mendesah di dekat telinganya sambil sesekali kukulum. Tak berapa lama kemudian Rino pun mencapai puncaknya, kurasakan semprotan sperma dan denyutan yang keras di vaginaku terutama kepala penisnya yang membesar hingga mengisi semua vaginaku.

    “oouuhh..yess..I love it” teriakku saat merasakan orgasme dari Rino.
    Kurasakan delapan atau sembilan denyutan keras yang disusul denyutan lainnya yang melemah hingga menghilang dan lemaslah batang penis di vaginaku itu.
    Kami berpelukan beberapa saat, kucium bibirnya dan akupun berguling rebahan di sampingnya, Rino memiringkan tubuhnya menghadapku dan menumpangkan kaki kanannya di tubuhku sambil tangannya ditumpangkan di buah dadaku, kurasakan hembusan napasnya di telingaku.

    “mbak Lily sungguh hebat” bisiknya pelan di telingaku.
    Aku hanya memandangnya dan tersenyum penuh kepuasan. Cukup lama kami terdiam dalam keheningan, seolah merenung dan menikmati apa yang baru saja terjadi.
    Akhirnya kami dikagetkan bunyi “beep” satu kali dari jam tangan Rino yang berarti sudah jam 1 malam.
    “Rino, kamu nginap sini ya nemenin aku ya, Koh Edwin kalau nggak keberatan dan tidak ada yang marah di rumah kuminta ikut nemenin, gimana?” pintaku
    “Dengan senang hati” jawabnya gembira, Rino hanya mengangguk sambil mencium keningku.

    Kami bertiga rebahan di ranjang, kumiringkan tubuhku menghadap Edwin, kutumpangkan kaki kananku ke tubuhnya dan tanganku memeluk tubuhnya, sementara Rino memelukku dari belakang, tangannya memegang buah dadaku sementara kaki kanannya ditumpangkan ke pinggangku.Tak lama kemudian kami tertidur dalam kecapekan dan penuh kenangan, aku berada ditengah diantara dua laki laki yang baru kukenal beberapa jam yang lalu.

    Entah berapa lama kami tidur dengan posisi seperti itu ketika kurasakan ada sesuatu yang menggelitik vaginaku, kubuka mataku untuk menepis kantuk, ternyata Rino berusaha memasukkan penisnya ke vaginaku dari belakang dengan posisi seperti itu. Kuangkat sedikit kaki kananku untuk memberi kemudahan padanya, lalu kembali dia melesakkan penisnya ke vaginaku, aku masih tidak melepaskan pelukanku dari Edwin sementara Rino mulai mengocokku dari belakang dengan perlahan sambil meremas remas buah dadaku. Tanganku pindah ke penis Edwin dan mengocoknya hingga berdiri, tapi anehnya Edwin masih memejamkan matanya, sepuluh menit kemudian Rino kurasakan denyutan kuat dari penis Rino pertanda dia orgasme, tanpa menoleh ke Rino aku melanjutkan tidurku, tapi ternyata Edwin sudah bangun, dia memintaku menghadap ke Rino ganti dia yang mengocokku dari belakang seperti tadi sambil aku memeluk tubuh Rino dan memegangi penisnya yang sudah mulai melemas.

    Berbeda dengan kocokan Rino yang pelan pelan, Edwin melakukan kocokan dengan keras disertai remasan kuat di buah dadaku sampai sesekali aku menjerit dalam kenikmatan, cukup lama Edwin mengocokku hingga aku mengalami orgasme lagi beberapa detik sebelum dia mengalaminya, kemudian kami melanjutkan tidur yang terputus.

    Kami terbangun sekitar pukul delapan ketika telepon berbunyi, kuangkat dan ternyata dari Andi.
    “pagi bu, udah bangun?” tanyanya dari seberang
    “pagi juga Andi, untung kamu bangunin kalau tidak bisa ketinggalan meeting nih, oke kita ketemu di bawah pukul 9, tolong di atur tempat meetingnya, cari yang bagus” jawabku memberi perintah
    “beres bu” jawabnya
    “Edwin, aku ada meeting dengan Pak Reza jam 10, kamu bagaimana?” tanyaku
    “lho meetingnya kan juga sama sama aku” jawab Edwin
    “oh ya? dia tidak pernah cerita tuh, dia Cuma bilang meetingnya antara aku, dia dan satu orang lagi rekannya”
    “oke anyway, aku tak mau datang ke tempat meeting dengan pakaian yang sama dengan kemarin”
    “Ayo mandi lalu kita cari pakaian di bawah” kataku
    “Rino, kamu boleh tinggal disini atau pergi, tapi yang jelas aku nanti memerlukanmu setelah meeting” kataku sambil menuju ke kamar mandi menyusul Edwin yang mandi duluan.

    Kami berdua mandi dibawah pancuran air hangat, kami saling menyabuni satu sama lain, dia memelukku dari belakang sambil meremas remas buah dadaku dan menjilati telingaku, kuraih penisnya dan kukocok, tubuh kami yang masih berbusa sabun saling menggesek licin, ternyata membuatku lebih erotis dan terangsang. Tanpa menunggu lebih lama kuarahkan angkat kaki kananku dan mengarahkan penisnya ke vaginaku, dengan ketegangannya ditambah air sabun maka mudah baginya untuk masuk ke dalam, Edwin langsung menancapkan sedalam dia bisa. Pancuran air panas membasahi tubuh kami berdua lebih romantis rasanya, tapi itu tak berlangsung lama ketika Edwin menyemprotkan spermanya di dalam vaginaku, tidak banyak dan tidak kencang memang tapi cukuplah untuk memulai hari ini dengan dengan penuh gairah.

    Setelah mandi aku mengenakan pakaian kerja resmi, entah mengapa kupilih pakaian yang resmi tapi santai, mungkin karena terpengaruh perasaanku yang lagi bergairah maka tanpa bra kukenakan tank top dan kututup dengan blazer untuk menutupi putingku yang menonjol di balik tank top-ku, lalu kupadu dengan rok mini sehingga cukup kelihatan resmi, aku merasa sexy dibuatnya.

    Kutinggalkan amplop berisi uang di meja dan kucium Rino.
    “Kalau kamu mau mau keluar ada uang di meja, ambil saja ntar aku hubungi lagi, kalau mau tinggal up to you be my guest” bisikku yang dibalas ciuman dan remasan di buah dadaku.

    Pukul 9:15 kami keluar kamar, bersamaan dengan Andi keluar dari kamarnya tepat ketika aku keluar bersama Edwin dan Rino memberiku ciuman di depan pintu, dia menoleh ke arah kami tapi segera memalingkan wajahnya ke arah lain seolah tidak melihat, tapi aku yakin dia melihatnya.

    “Morning Andi” sapaku
    “eh morning Bu, ruang meeting sudah aku atur dan semua dokumen sudah saya siapkan, copy file-nya ada di laptop ibu” jawabnya memberi laporan ketika kami menuju lift.
    “Thanks Ndi” jawabku singkat.

    Kami bertiga terdiam di lift, aku yang biasanya banyak bicara mencairkan suasana jadi kaku dan salah tingkah, masih memikirkan apa yang ada di pikiran Andi bahwa aku keluar dari kamar dengan seorang laki laki dan ada laki laki lainnya di kamarku, ah persetan pikirku, saking kikuknya sampai aku lupa mengenalkan Edwin pada Andi. Dalam kebekuan kuamati Andi dari bayangan di cermin lift, baru kusadari kalau sebenarnya Andi mempunyai wajah tampan dan berwibawa, meski umurnya baru 27 tahun tapi ketegasan tampak di kerut wajahnya. Sedikit lebih tinggi dariku tapi karena aku pakai sepatu hak tinggi, maka kini aku lebih tinggi darinya, posturnya tubuhnya cukup proporsional karena dia sering cerita kalau fitness secara teratur 3 kali seminggu, aku baru sadar bahwa selama ini aku nggak pernah melihat Andi sebagai seorang laki laki, tapi lebih kepada pandangan seorang Bos ke anak buahnya.

    Diluar dugaan, Andi ternyata memergokiku saat mengamatinya, pandangan mata kami bertemu di pantulan cermin.
    “Ting”, untunglah lift terbuka, aku segera keluar menghindar dari pandangan Andi, kami langsung breakfast setelah terlebih dulu mencarikan Edwin pakaian dan dasi pengganti, meski Shopping Arcade masih belum buka karena terlalu pagi, tapi dengan sedikit paksaan akhirnya mereka mau juga melayani kami.
    “Eh Bu Lily, saya kok belum dikenalin dengan Mas ini” Tanya Edwin bersikap resmi, mengingatkanku akan kekonyolanku pagi ini.
    “Oh iya, Andi, ini Pak Edwin, clien dari Pak Reza yang akan menjual produk kita ke Cina yang berarti Clien kita juga, dan nanti Pak Edwin akan gabung dengan kita di meeting” kataku yang disambut uluran tangan Edwin ke Andi.
    “Pak Edwin, Andi ini salah satu orang kepercayaan saya, dialah yang in charge nanti, meski baru dua tahun ikut saya tapi naluri bisnisnya boleh di uji” lanjutku memuji Andi, itu biasa kulakukan untuk memperbesar rasa percaya diri anak buah sekaligus supaya
    clien lebih confident.

    Ini adalah breakfast terlama yang pernah aku alami, serba salah tingkah dan yang pasti aku tak berani memandang Andi, entah mengapa. Untunglah Edwin bisa mencairkan suasana bengan berbagai joke-nya.

    Bertiga kami masuk ke ruang meeting yang sudah di booking Andi, ternyata cukup nyaman suasananya, tidak seperti ruang meeting biasa yang kaku dan menjemukan, tapi lebih terkesan bernuansa santai tapi serius, Meeting table bulat dengan dikelilingi 6 kursi putar, sementara dipojokan ada sofa dan meja kecil, di ujung yang lain terdapat tea set lengkap dengan electric kettle.

    Aku dan Andi duduk bersebelahan menyiapkan dokumen di meja, kuletakkan laptop di depanku, Pak Edwin duduk di sebelah kiriku.
    “Ndi tolong nyalakan laptop, aku ke toilet sebentar” kataku sambil meninggalkan mereka berdua. Kuhabiskan sebatang Marlboro di toilet untuk menghilangkan keteganganku dan kurapikan baju dan make up ku.
    Pak Reza sudah berada di ruangan ditemani dengan wanita yang muda dan cantik ketika aku kembali ke ruangan meeting.
    “Pagi Pak Reza, pagi Bu” sapaku sambil menyalami mereka berdua
    “Pagi juga Mbak Lily, anda kelihatan cantik pagi ini” kata Pak Reza
    “emang selama ini nggak cantik” jawabku
    “Lily” sapaku pada wanita di samping Pak Reza sambil mengulurkan tangan
    “Lisa” jawabnya sambil tersenyum manis
    “bukan begitu, tapi pagi ini lebih cantik dan cerah”
    “Oh Mbak Lisa, selama ini kita hanya bertemu lewat telepon dan faximile” kataku lagi
    “dan sekarang inilah dia orangnya” lanjut Pak Reza.

    Ternyata Andi belum menyalakan laptopku, agak marah juga aku melihat dia tidak melaksanakan perintahku, maka dengan mata melotot ke arahnya kuambil kembali laptopku dari hadapannya lalu kunyalakan. Betapa terkejutnya aku ketika laptop itu menyala, tampak di monitor laptopku seorang wanita sedang telentang menerima kocokan di vaginanya sementara mulutnya mengulum penis kedua dan tangan satunya memegang penis ketiga, aku baru tersadar kalau sebelum berangkat dari kantor kemarin sempat membuka koleksi pic yang ada laptop-ku dan karena buru buru mungkin saat mematikan laptop bukan “shut down” yang aku pilih tapi “stand by”. Mukaku merah dibuatnya, untung tak ada yang memperhatikan, langsung aku “re-booting”, kulirik Andi tapi dia menyiapkan document dan tidak memperhatikanku, pantesan dia langsung mematikannya, pikirku. Aku jadi lebih salah tingkah lagi terhadap Andi, tapi segera aku kembali konsentrasi untuk meeting ini.

    Meeting dimulai dengan presentasi Andi dan dilakukan tanya jawab, justru yang banyak bertanya adalah Lisa dan itu dilayani dengan cekatan oleh Andi, sementara aku Cuma kadang kadang saja menguatkan pendapat Andi atau membantunya membuat keputusan untuk menerima atau klarifikasi, hal ini kulakukan untuk lebih meyakinkan Lisa maupun Pak Reza disamping untuk memperbesar rasa percaya diri pada Andi. Cukup alot juga pembicaraan antara mereka berdua, tapi aku tak mau mencampuri sebelum dia benar benar kepepet. Aku kagum sama Lisa yang cantik tapi piawai dalam negosiasi.

    Setelah masalah teknis dan kontrak selesai sampailah pada masalah harga dan itu adalah tugasku dengan Pak Reza, dengan beberapa alternatif harga yang aku tawarkan akhirnya dicapailah kesepakatan.
    “Ndi, kamu revisi dan di print di Business Center supaya bisa ditandatangani sekarang juga, jangan lupa materei-nya” perintahku
    “baik bu”jawabnya lalu dia keluar sambil membawa laptopku dokumen dokumen yang diperlukan.
    Kupesan champagne merayakan kerja sama ini ketika Andi sudah meninggalkan ruangan.
    “Selamat Mbak Lily semoga sukses dengan kerja sama kita ini” Pak Edwin menyalamiku sambil mencium kedua pipiku.
    Aku menyalami lalu memeluk Lisa dan menempelkan pipiku padanya.
    “Anda begitu hebat dalam negosiasi” kataku
    Tanpa kuduga dia menjawab berbisik di telingaku.
    “terima kasih, Pak Reza tahu lho apa yang terjadi tadi malam di tempat Ibu”
    “oh ya? apa itu”jawabku kaget
    “Pak Edwin menginap di tempat mbak” katanya pelan mengagetkanku
    “dan satu orang cowok lagi” lanjutnya
    Kulepas pelukannya dan kupandangi Lisa yang masih kelihatan polos itu, lalu pandanganku beralih ke Edwin sebagai protes, tapi dia hanya mengerutkan kening dan mengangkat bahu saja sambil senyum.
    Tak sempat terbengong lebih lama, Pak Reza menyalamiku
    “Selamat atas kerja sama kita” katanya sambil menyalamiku dan tak kusangka sangka dia menarik tubuhku ke pelukannya
    “I know what you did last night” katanya sambil mempererat pelukannya dan mengelus elus punggungku.
    Aku masih tertegun tak merespon ucapan maupun tindakan Pak Reza, tapi kurasakan buah dadaku tergencet di dadanya saat dia memelukku erat.
    “Pak Reza banyak orang, malu ah” jawabku pelan
    “banyak orang? ini kan kita kita juga” jawabnya tanpa melepas pelukannya tapi malah meremas pantatku
    Kulirik Pak Edwin, dia hanya bediri di pojok melihat kami, sementara Lisa malah mendekat ke Pak Edwin.
    “Mari kita rayakan kerja sama ini dengan penuh persahabatan” bisiknya sambil mencium pipi dan bibirku bersamaan dengan tangannya menyingkap rok miniku hingga ke pinggang, aku yakin Lisa maupun Edwin bisa melihat celana dalam model “Thong” yang hanya terdapat penutup segitiga kecil di depan, hingga pasti mereka sudah melihat pantatku.

    Ciuman Pak Reza sudah sampai di leherku, dilepasnya blazer yang menutupi bagian luarku hingga tampak tank top pink yang kukenakan dibaliknya. Dengan hanya mengenakan tank top, maka tampaklah putingku yang menonjol di baliknya.

    Sebenarnya aku bisa saja menolak cumbuan Pak Reza kalau mau, tapi melihat pandangan Pak Reza yang penuh wibawa dan wajahnya yang galak tegas membuat aku takluk dalam pelukan dan ciumannya. Bukan ketakutan masalah bisnis, aku yakin sebagai seorang professional dia bisa membedakan antara bisnis dan pribadi, tapi memang pada dasarnya aku juga mau dicumbunya.

    Kulihat Pak Edwin sudah berciuman dengan Lisa sementara tangannya meremas remas buah dada Lisa yang montok itu.
    Pak Reza lalu menelentangkan tubuhku di atas meja meeting, disingkapkan rokku dan dari celah celana dalam mini dia mulai menciumi dan menjilati vaginaku dengan gairahnya.

    Tiba tiba kami dikagetkan ketukan di pintu, segera aku berdiri dan membetulkan rok miniku dan kuambil blazerku, tapi Pak Reza memberi tanda supaya nggak usah dipakai.
    Lisa membuka pintu, ternyata room boy yang mengantar champagne pesananku, Lisa menerima dan menyelesaikan pembayarannya ke kamarku dan dia minta supaya di depan pintu diberi tanda “DO NOT DISTURB”, setelah mengunci pintu Lisa membuka dan menuangkan untuk kami.

    Pak Reza tak mau kehilangan waktu, begitu pintu ditutup, dia kembali memelukku lalu menurunkan tali tank top ku hingga ke tangan, setelah meremas remas sambil mencium leherku, ditariknya tank topku hingga ke perut, maka terpampanglah buah dadaku di depan semua orang.
    “wow, very nice breast, begitu kencang, I love it” komentar Pak Reza lalu kepalanya dibenamkan di antara kedua bukit itu sambil tangannya meremas remasnya. Ciumannya dengan cepat berpindah ke puncak bukit dan secara bergantian dia mengulum dari satu puncak ke puncak lainnya. Dengan cepat ciuman Pak Reza turun ke perut dan selangkanganku setelah terlebih dahulu melemparkan tank top ke Edwin dan kembali merebahkan aku di meja meeting, dijilatinya vaginaku dari balik celana dalamku.

    Edwin mendekatiku dari atas lalu mencium bibirku dan meremas buah dadaku kemudian mengulum putingnya, sementara jilatan Pak Reza makin menggila di vaginaku, tapi aku tak berani mendesah. Lisa sudah melepas blazernya hingga kelihatan buah dadanya yang montok menantang dibalik kaos you can see ketatnya, dia hanya duduk memperhatikan kami, tak seorangpun menyentuh champagne yang sudah kupesan, ternyata akulah yang menjadi santapan selamat, bukan champagne itu. Disaat aku lagi meregang dalam kenikmatan, kembali kami dikagetkan suara handle pintu dibuka, lalu berganti dengan ketukan.

    “Andi” teriakku panik aku tak ingin Andi melihatku dalam keadaan seperti ini, akan mengurangi wibawaku dimatanya.
    Kudorong kepala Pak Reza dengan halus, aku mencari tank top atau blazerku tapi terlambat, Lisa sudah membuka dengan hati hati pintu itu dan masuklan Andi dengan membawa laptop dan dokumen dokumennya sebelum aku sempat menutupi tubuh atasku.

    Kulihat wajah Andi melongo terkaget kaget melihat aku duduk di meja meeting dalam keadaan topless dan kaki di atas kursi, sementara Pak Reza masih jongkok di bawahku dan Edwin ada dibelakangku dengan bertelanjang dada.
    “eh ma..ma..maaf mengganggu” katanya lalu berbalik ke pintu, tapi Lisa segera menghalangi dan menutup kembali pintu itu.
    “Udah duduk saja di sini” jawab Lisa sambil menghalangi pintu itu dengan tubuhnya.
    “tapi..tapi ..tapi ini harus ditandatangani” jawabnya belum sadar dengan apa yang terjadi.
    “nggak ada tapi, tanda tangan mah gampang, sini aku Bantu” kata Lisa sambil mengambil dokumen dan laptop dari tangan Andi dan meletakkannya di meja pojok ruangan di samping champagne..
    “taruh di sini saja, kamu lihat sendiri kan mereka sedang sibuk” kata Lisa sambil menarik Andi duduk disebelahnya di sofa.
    Kulihat wajah Andi masih melongo kaget melihat bagaimana tingkah lakuku.
    “Sudah terlambat, persetan, apa yang terjadi terjadilah” pikirku dan kembali telentang di meja menuruti permintaan Pak Reza, dipelorotnya rok mini dan celana dalamku.

    Pada mulanya agak risih juga bertelanjang di depan Andi tapi selanjutnya sudah tak kuperhatikan lagi kehadiran Andi di ruangan itu ketika lidah Pak Reza dengan cantiknya kembali menggelitik klitorisku. Edwin membimbing tanganku dan dipegangkan ke penisnya yang sudah tegang, ternyata dia sudah mengeluarkan penisnya dari lubang resliting, tanpa menunggu lebih lama kukocok penis itu.

    Pak Reza melepas celana dalamku dan dilemparkannya ke arah Lisa dan Andi, ternyata Lisa sudah duduk di pangkuan Andi dan mereka sedang berciuman.
    Pak Reza menarikku duduk di tepi meja, ternyata dia masih berpakaian lengkap, kubantu melepaskan pakaiannya, lalu aku jongkok di depannya, kupelorotkan celananya, ternyata dia tidak memakai celana dalam, dan wow penisnya yang menegang membuatku terpesona, besar dengan guratan otot di batangnya menonjol dengan jelas.

    Segera kujilati kepala penisnya dan memasukkan kepala penisnya ke mulutku, kupermainkan dengan lidahku di dalam, tak tahan diperlakukan seperti itu, Pak Reza menaikkanku kembali duduk di meja, disapukannya kepala penis itu ke bibir vaginaku, pelan pelan mendorong hingga masuk semua lalu didiamkannya sejenak, maka melesaklah penis kedua di hari untuk vaginaku. Dia memandangku dengan penuh nafsu, mencium bibirku, lalu mulai menggoyangkan pantatnya maju mundur mengocok vaginaku, tangannya meraba buah dadaku lalu wajahku dan jarinya dimasukkan ke mulutku, kukulum dan kupermainkan jarinya dengan lidahku.

    Pak Edwin mendekat lalu meremas remas buah dadaku, kuraih penisnya yang masih tegang nongol dari lubang resliting dan kukocok seirama kocokan Pak Reza.
    Kudengar desahan dari tempat lain, ternyata Lisa sudah semi telanjang di pangkuan Andi sedang mendapat kuluman dan remasan darinya di kedua putingnya, buah dada Lisa yang montok itu hampir menutup wajah Andi yang sedang terbenam di celah celahnya. Melihat hal itu, Pak Edwin meninggalkan kami menuju ke Lisa dan Andi, segera dia mengulum puting Lisa yang merah menantang berbagi dengan Andi, mendapat kuluman dari dua orang, Lisa sepertinya ingin teriak tapi ditahannya dengan menggigit jarinya.

    Setelah puas mengocokku dari depan sambil meremas remas buah dadaku, Pak Reza memintaku berbalik, maka aku berdiri membelakangi dia dan tubuhku membungkuk ke depan bertumpu pada meja, kaki kananku kunaikkan di kursi, Pak Reza kembali melesakkan penisnya di vaginaku, dia mengocok dengan kerasnya hingga meja meeting itu begoyang goyang. Dengan posisi seperti ini aku bisa melihat Lisa sedang duduk di sofa menerima jilatan Andi di vagina mengulum penis Pak Edwin yang berdiri di sampingnya.

    Kocokan Pak Reza serasa menggesek semua sisi dinding vaginaku, begitu nikmat hingga aku melayang dibuatnya, ingin aku menjerit karenanya tapi kutahan dengan menggigit bibirku.

    Terbuai oleh kenikmatan dari Pak Reza, tanpa kusadari ternyata Lisa, Andi dan Edwin ternyata sudah bergeser ke meja di dekatku hingga aku bisa melihat dengan jelas bagaimana Andi mempermainkan klitoris Lisa sambil mengocokkan jarinya, ternyata dia sudah mahir juga, batinku. Sementara Pak Edwin berada di antara aku dan Lisa, sambil mengulum puting Lisa dia meremas buah dadaku.

    Terkaget aku ketika melihat Andi mengusapkan penisnya di vagina Lisa, ternyata penis Andi begitu besar, sepertinya jauh lebih besar dari punya Pak Reza apalagi Pak Edwin, mungkin sama besar dengan punya suamiku tapi dengan bentuk yang melengkung ke atas membuatku ingin menikmatinya, itu adalah bentuk penis favoritku.
    Sepertinya dia kesulitan memasukkan penis besarnya ke vagina Lisa, berulang kali dia berusaha memasukkan tapi gagal meski vagina Lisa sudah basah, dicoba lagi dan dicoba lagi hingga berhasil meski hanya separuh, tapi Lisa sudah menggelinjang gelinjang entah kesakitan atau ke-enak-an. Kupegang tangannya dan dia meremasnya dengan kuat saat Andi berusaha mendorong lebih dalam, memasukkan mili demi mili penisnya ke dalam vagina Lisa. Sementara kocokan Pak Reza juga tak kalah nikmatnya, goyangannya semakin bervariasi menghunjam vaginaku dari berbagai arah dan gerakan. Tangan kami saling meremas dalam kenikmatan.

    Andi mulai mengocok Lisa dengan perlahan dan semakin lama semakin cepat, desah tertahan keluar dari hidung Lisa, dia kelojotan menerima kocokan Andi meskipun pelan menurutku, sambil meremas buah dada Lisa Andi mulai mempercepat dan menyodok dengan keras. Remasan tangan Lisa makin kencang, sekencang kocokan Andi padanya.
    “Aaauughh..eeghh..ss” teriak Lisa tak dapat menahan kenikmatan yang diberikan Andi.
    “sstt” bisikku sambil menutupkan tanganku ke mulutnya, meski aku sendiri sedang terbakar nafsu dan kenikmatan.

    Andi mengocok Lisa dengan penuh gairah nafsu, buah dada Lisa yang besar bergoyang goyang liar seiring dengan kocokannya, tapi segera dihentikan dengan kuluman Pak Edwin yang sepertinya nggak rela membiarkan buah dada itu bergoyang sendirian.

    Kokocakan Pak Reza sungguh bervariasi, baik kecepatan, arah maupun goyangannya, sungguh trampil dia dalam bercinta, membuatku panas dingin dibuatnya.
    Setelah puas mengocokku, Pak Reza menarik keluar penisnya, dan digantikan dengan Pak Edwin mengocokku. Aku berjongkok di kursi dan tanganku bersandarkan sandaran kursi hingga Pak Edwin mengocokku dengan doggie style dengan tetap menghadap ke Lisa dan Andi dan juga Pak Reza yang kini berdiri di sisi Andi menunggu giliran sambil meremas dan mengulum buah dada Lisa yang montok manantang itu menggantikan posisi Pak Edwin.

    Andi mengocok Lisa makin ganas, dengan satu kaki terangkat di pundaknya sedang satu kaki lagi dipegang tangannya dengan posisi terpentang pasti penis Andi melesak masuk ke vagina Lisa hingga menyentuh dinding terdalamnya, dengan disertai dorongan yang keras pasti Lisa sudah terbang ke awang awang kenikmatan.
    Andi lalu memiringkan tubuh Lisa hingga dia menghadap ke arahku, lalu dia kembali mengocoknya dengan keras, buah dada Lisa ikut bergoyang goyang seirama kocokan Andi. “gila hebat juga ini anak” batinku.

    Kocokan Pak Edwin tak terlalu kuperhatikan karena setelah mendapatkan Pak Reza punya Pak Edwin tidaklah terlalu berasa meski aku bisa menikmati sedikit kenikmatan yang berbeda, dengan melihat bagaimana Andi memperlakukan Lisa aku bisa dengan cepat bergairah kembali, maka kugoyangkan pantatku melawan gerakan Pak Edwin, secepat kocokan Andi pada Lisa, aku begitu horny dibuatnya, sambil berharap supaya Andi tidak orgasme di vagina Lisa terlebih dahulu supaya aku bisa menikmati semprotan pertamanya.

    Sambil menunggu giliran yang belum juga diberikan Andi, Pak Reza menggapai buah dadaku dan tangan satunya meremas buah dada Lisa yang lebih montok seolah hendak membandingkan, kedua tangannya meremas dua buah dada yang berlainan bentuk dan ukuran.

    Aku sudah khawatir cemas kalau ternyata Andi menyemprotkan spermanya di vagina Lisa terlebih dahulu, karena sudah cukup lama dia mengocokkan penisnya ke vagina Lisa, sudah setengah jam lebih.
    “gila kuat juga si Andi ini” batinku.

    Kini Andi mengocok Lisa dengan posisi doggie di atas kursi, meniru posisiku hingga kami saling berhadapan, buah dada Lisa yang besar menggantung dan bergoyang dengan indahnya ketika Andi mengocoknya, Pak Reza yang masih menunggu giliran dari Andi duduk di meja antara kami, hingga kami bisa mengulumnya secara bersamaan antara kuluman dan jilatan. Lisa mengulum maka aku menjilati sisanya begitu juga sebaliknya, dua lidah di satu penis.

    Mendapatkan perlakuan seperti itu dari dua wanita cantik seperti aku dan Lisa membuat Pak Reza merem melek, tangannya meremas rambutku juga rambut Lisa. Sepertinya Lisa sudah bisa merasakan nikmatnya penis Andi yang besar itu hingga dia bisa membagi konsentrasi dengan kuluman pada penis Pak Reza.

    Andi menghentikan kocokannya dan menyerahkan Lisa ke Bos-nya dan mereka bertukar tempat, Andi mengganti posisi pada mulut Lisa setelah terlebih dahulu memutar kursi Lisa menjauh dariku, kecewa juga aku dibuatnya karena tidak bisa menikmati penis Andi itu, ingin minta tapi masih ada perasaan segan atau gengsi. Masih bisa kulihat dengan lebih jelas betapa nikmatnya penis Andi itu hingga Lisa mengulum dengan ganasnya meski tak bisa memasukkan semuanya.

    Aku yakin Lisa kurang bisa menikmati Pak Reza setelah merasakan penis Andi. Kocokan Pak Edwin tidak kuperhatikan lagi, tapi aku lebih menikmati kuluman Lisa pada penis Andi itu meski Pak Edwin mulai melakukan variasi gerakannya, tangannya mengelus punggung dan buah dadaku, dia lalu memutar kursi hingga Aku dan Lisa berjejer, tapi Andi malah menggeser tubuhnya ke sisi lain malah menjauhiku.

    Pak Reza meremas buah dadaku sambil mengocok Lisa, sementara Pak Edwin meremas buah dada Lisa sambil mengocokku dan Andi meremas remas buah dada montok yang satunya dari sisi lainnya, kini Lisa mendapat servis dari tiga orang, sementara aku menginginkan Andi tapi dia selalu menghindariku sepertinya dia segan menyentuhku.

    “come on Andi, satu remasan atau satu kuluman saja darimu, I need you” jerit batinku tapi kembali rasa gengsi sebagai Bos terhadap dia masih tinggi. Andi berciuman dengan Lisa sambil tangannya tetap meremas buah dadanya, aku iri melihatnya, bahkan ketika Pak Reza dan Pak Edwin bertukar tempat, Andi tetap tak mau beranjak ke arahku. Kembali aku mendapat kocokan dari Pak Reza, oh much better than before, kurasakan kenikmatan kembali dari Pak Reza, ouh betapa nikmatnya sodokan dan kocokan beliau jauh lebih nikmat dibanding dengan Pak Edwin tadi, kini aku kembali tenggelam dalam kenikmatan birahi. Tapi itu tak berlangsung lama ketika Pak Reza dan Pak Edwin bertukaran tempat lagi, hingga tiga kali.

    Tak lama kemudian ketika Pak Reza sedang keras kerasnya menyodokku, kembali aku dibuat iri pada Lisa saat Pak Edwin dan Andi bertukar tempat, Lisa sudah mendapat kocokan Andi untuk kedua kalinya, kepalanya mendongak dan tubuhnya menggeliat ketika Andi memasukkan kembali penisnya tapi tak lama setelah itu dia sudah mulai mengulum penis Pak Edwin. Pak Reza kembali meremas remas buah dada Lisa sambil mengocokku tapi Andi tak mau melakukan hal itu padaku, dia tetap serius mengocok Lisa sampai berulang kali dia menggeliat ketika Andi mengocoknya dengan keras. “Lisa sudah mendapatkan tiga penis, di mulut maupun vagina, tapi aku baru dua, itupun kurang memuaskanku” teriak batinku.

    Kupandangi wajah Andi ketika mengocok Lisa begitu ganteng dan cool, expresinya tidak berubah seperti biasa saja kecuali keringatnya yang menetes membasahi tubuhnya yang atletis itu sehingga makin sexy. Belum sekalipun Andi menyentuhku, entah dia mau menghukumku atau karena segan, aku tak tahu.

    Kuhibur diriku dengan berkonsentrasi pada kocokan Pak Reza, aku tak mau tersiksa terlalu lama mengharapkan Andi, maka kugerakkan pinggangku mengimbangi Pak Reza dan hasilnya sungguh luar biasa, dia bergerak semakin liar dan akhirnya tak bisa bertahan lama, maka menyemprotlah spermanya ke vaginaku dengan kencangnya, kurasakan denyutan yang keras dari penisnya di dalam vaginaku seakan menghantam dinding rahimku. Bersamaan dengan semprotan Pak Reza, ternyata Pak Edwinpun menyemprotkan spermanya di muka Lisa, sperma itu menyemprot kemana mana baik di mulut, wajah dan sebagian ke rambutnya.

    Pak Reza menarik penisnya yang sudah lemas begitupun dengan Pak Edwin, aku belum mencapai orgasme, hanya satu penis yang masih berdiri yaitu Andi, akhirnya aku harus mengalahkan gengsiku yang dari tadi mencegahku.
    Kuhampiri Andi yang sedang menyocok Lisa, dari belakang kupeluk dia hingga tubuh telanjangku menempel di punggungnya, keringat kami menyatu, aku elus dadanya yang bidang berbulu. Sesaat dia menghentikan gerakannya tapi kemudian dilanjutkan kembali dengan lebih keras.

    Merasa belum mendapat respon darinya, aku bergeser ke depan, kujilati puting dadanya sambil mengelus kantung bolanya, Andi masih tetap tak mau menyentuhku malah makin cepat mengocok Lisa, maka kupegang tangannya dan kuletakkan di buah dadaku, kugosok gosokkan, barulah dia mulai merespon dengan remasan halus tanpa berhenti mengocok Lisa, lalu kucium bibirnya, tanpa kuduga dia langsung memegang kepalaku dan diciumnya bibirku dengan penuh gairah, full of passion, seperti orang melepas rindu berat, mungkin dari tadi Andi memang menginginkanku tapi tidak berani.

    Ciuman pada bibirku yang penuh nafsu tak menghentikan kocokan pada Lisa, lalu turun ke leherku sebagai sasaran selanjutnya dan berhenti di kedua putingku.
    Dengan penuh nafsu dan dengan liarnya dia mengulum, menjilat, menyedot dan meremas remas puting dan buah dadaku. Ouuhh aku menggeliat dalam kenikmatan yang indah.

    Konsentrasiku terganggu ketika kudengar teriakan dari Lisa yang sedang mencapai kenikmatatan tertinggi, dia mengalami orgasme dengan hebatnya, terlihat badannya bergetar hebat dan kepalanya digoyang goyangkan seperti orang yang kesetanan, beberapa detik kemudian tubuhnya melemas di atas kursi dengan napas terputus putus. Bersamaan dengan ditariknya penis dari vagina Lisa, dia mendorong tubuhku ke bawah lalu disodorkannya penis besar itu ke wajahku, agak ragu sejenak tapi kemudian tanpa membuang waktu lebih lama kukulum juga penis anak buah kepercayaanku itu, seperti dugaanku ternyata aku tak mampu mengulum penis itu semuanya, lalu kukocok pelan, aroma dari vagina Lisa tercium olehku tapi tak kupedulikan, Andi memegang kepalaku dan mengocokkan penisnya di mulutku dengan liar, hampir aku tak bisa bernafas.

    Lisa sudah duduk di antara Pak Edwin dan Pak Reza, kemudian Andi memintaku duduk di kursi, dipegangnya kedua kakiku dan dipentangkannya, kuraih penis besar yang dari tadi kuimpikan, kusapukan di bibir vaginaku dan kuarahkan masuk, ternyata Andi tak mau terlalu lama bermain main di luar, dengan keras di sodoknya penis besar itu masuk ke vaginaku.

    “OOUUGGHHh” teriakku spontan lalu kututupi mulutku dengan tangan sambil melotot ke arahnya.
    Vaginaku terasa penuh hingga aku tak berani menggerakkan tubuhku, tapi Andi seperti tak peduli, langsung mengocokku dengan cepat dan keras, kurasakan penisnya menggesek seluruh dinding dan mengisi semua rongga di vaginaku, begitu nikmat hingga seakan aku melayang layang dalam kenikmatan birahi yang tinggi. Kakiku kujepitkan di pinggangnya, kedua tangannya meremas dengan keras kedua buah dadaku dan memilin ringan putingku sambil mencium bibirku dengan ganasnya.

    Begitu liar dan ganas dia mencumbuku seakan menumpahkan segala dendam yang lama tesimpan, kocokannya yang keras seakan mengaduk aduk vaginaku. Kulawan gerakannya dengan menggerakkan pinggulku secara acak, dan aku mendapatkan kenikmatan yang bertambah.

    Entah sudah berapa lama kami bercinta di kursi hingga dia memintaku untuk rebah di karpet lantai ruangan, lalu segera dia menyetubuhiku, tubuh atletisnya menindih tubuhku sambil pantatnya turun naik mengocok vaginaku, ciumannya sudah menjelajah ke seluruh wajah dan leherku tanpa sedikitpun bagian yang terlewatkan.

    Aku mengagumi kekuatan fisik Andi yang begitu kuat, dinginnya AC tak mampu mencegah peluh kami sudah bertetesan di seluruh tubuh. Kuraih kenikmatan demi kenikmatan dari setiap gerakan Andi di atas tubuhku.
    Selanjutnya kami bergulingan, kini Andi telentang dan aku duduk di atasnya, secepatnya kugoyangkan pantatku mengocok penis Andi, goyanganku kubuat tidak aturan dan banyak variasi hingga dia menggigit bibirnya, dipandanginya wajahku, lalu dia kembali meremas buah dadaku dengan kerasnya, tanpa kusadari ternyata Pak Reza sudah berdiri di sampingku dan menyodorkan penisnya ke mulutku, kugapai dan langsung kukulum dengan gairahnya sambil tetap menggoyang pantatku. Pak Reza ternyata tak mau diam saja, dia ikut mengocokkan penisnya di mulutku sambil memegangi kepalaku. Tak mau kalah Andi kemudian ikutan menggoyangkan pinggulnya hingga kami seolah berpacu meraih kenikmatan birahi.

    Andi lalu duduk hingga tubuhku berhadapan dalam pangkuannya, kujepitkan kakiku di pinggangnya sambil tetap menggoyangkan pantat tanpa melepas kocokan mulutku pada penis Pak Reza, Andi menjilati seluruh leher dan dadaku, disedotnya putingku dengan keras, kurasakan gigitan gigitan kecil di sekitar buah dada dan putingku tapi tak kuperhatikan.

    Akhirnya kurasakan tubuh Andi menegang dan sedetik kemudian kurasakan kepala penisnya membesar memenuhi rongga dalam vaginaku lalu menyemprotkan spermanya, sementara gigitan dan sedotan di dadaku terasa semakin kuat, denyutannya membuat aku terbang melayang tinggi hingga ke puncak kenikmatan, maka akupun orgasme saat penis Andi sedang berdenyut dengan hebatnya di vaginaku, kami sama sama menggapai orgasme dalam waktu yang relatif bersamaan, tubuhku sudah mulai melemas tapi penis Pak Reza masih di tanganku, maka kukeluarkan kemampuanku untuk segera mengakhiri kemauan Pak Reza sambil masih tetap duduk di atas Andi, tangan Andi masih meremas dengan lembut kedua buah dadaku, tapi konsentrasiku hanya tertuju ke Pak Reza, tak lama kemudian berdenyutlah penis Pak Reza di mulutku, tak kurasakan cairan sperma keluar dari penis itu, hanya denyutan denyutan ringan hingga melemas dengan sendirinya.

    Aku terkulai lemas di atas tubuh Andi, anak buahku itu, dan dia membalas dengan ciuman dan elusan di punggung telanjangku, beberapa saat kemudia aku tersadar dan berdiri menjauhinya, duduk kembali di kursi.
    Lisa memberikan teh hangat, kami semua masih telanjang, masih kurasakan seakan penis Andi masih mengganjal vaginaku.

    Baru aku sadari ternyata ada empat titik memerah bekas gigitan Andi pada dada dan sekitar buah dadaku, kulirik Andi tapi dia tidak memperhatikan.
    Jarum jam menunjukkan pukul 13:30, ketika kami menandatangani kontrak itu dalam keadaan telanjang, sambl memangkuku Pak Reza menandatangani lembaran itu dan di atas pangkuan Pak Reza pula aku menandatanganinya. Sementara Pak Edwin sebagai saksi, ikut menandatangani kontrak itu sambil memangku Lisa yang masih telanjang.

    “Alangkah asiknya kalau kita bisa makan siang bersama sambil telanjang” usul Pak Edwin
    Aku hanya tersenyum menanggapi usulan nakal Pak Edwin, kukenakan kembali pakaianku meski tanpa celana dalam karena diminta Pak Edwin yang masih bujangan itu.
    Tak lama kemudian kami semua sudah berpakaian lengkap, kubereskan dokumen yang berserakan di lantai maupun meja dan kuberikan semuanya ke Andi.
    Dan selesailah official meeting hari ini.

    Sebenarnya aku tak mau mencampur adukkan antara bisnis dan kesenangan seperti ini, baru pertama kali terjadi. Awal bisnis yang di awali seperti ini terus terang membuat aku takut, tapi apa bedanya dengan para bisnisman lainnya yang memberikan wanita cantik untuk dapat mendapatkan proyek, toh proyek itu jalan juga.

    Setelah makan siang, aku dan Andi mengantar mereka hingga ke lobby dan disanalah kami berpisah, Aku dan Andi naik ke atas, tak ada pembicaraan sepanjang jalan ke kamar meskipun di lift Cuma kami berdua, suasana menjadi kaku, hal seperti inilah yang tidak aku inginkan.
    “Andi apapun yang telah terjadi adalah tidak pernah terjadi, tolong camkan itu demi kebaikan kita semua” kataku pada Andi sambil mengecup bibirnya, sebelum dia masuk kamarnya.

    Dan kami kembali ke Jakarta sebagai mana tidak terjadi sesuatu kecuali kenangan indah.

    Aku tidak pernah bisa memenuhi kata kataku sendiri seperti yang aku pesan di atas, karena bercinta dengan Andi terlalu nikmat untuk di tinggalkan.

  • Cerita Sex Sedarah Pacar kasih Kado Ultah Berupa Ngentot Dengan Dia – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sex Sedarah Pacar kasih Kado Ultah Berupa Ngentot Dengan Dia – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    2450 views

    Perawanku – Kali ini juga bukan kisahku sendiri yang akan kuceritakan, tapi tentang Wen, temanku di kota N dulu, yang sekarang telah duduk di kelas II SMP, ketika aku bertemu beberapa waktu yang lalu saat aku berkunjung ke tempat pamanku di sana. Meski saat itu hubungan antara keluargaku dan keluarganya sedang tidak begitu baik karena ada masalah, tapi kami sempat bertemu dan mengobrol banyak tentang dirinya, sehingga aku dapat menuliskannya dalam beberapa cerita, di antaranya adalah yang berikut ini.

    Menurut Wen, sepeninggalku dari sana, banyak kejadian yang dialaminya, terutama mengenai kehidupan seksualnya. Salah satunya adalah kejadian ini yang terjadi hampir setahun lalu. Menurutnya waktu itu dia baru saja disunat, dan setelah sembuh, banyak teman yang menggodanya agar mencoba memakai ‘burung’nya untuk melakukan hubungan seks, menurut mereka sebagai ‘pemanasan’ atau ‘percobaan’ atau apalah istilahnya. Demikian pula di sekolah, banyak teman-temannya yang menawarinya hal-hal yang berbau seks, terutama majalah porno, cerita-cerita stensilan, VCD BF dan lain sebagainya. Wen mengganggapnya biasa saja, karena anak baru gede pasti begitu, demikian pula dirinya, kadang-kadang dia juga onani kalau sedang bernafsu, apalagi kalau soal melakukan seks, dia pernah juga melakukannya meskipun tidak normal seperti dalam “berburu burung”.

    Keluarga Wen terdiri dari empat orang, yaitu orang tua, kakak cewek satu-satunya, Ris namanya yang masih duduk di kelas II SMU, dan Wen adalah bungsu. Papa dan Mamanya adalah PNS. Sebuah keluarga yang bahagia sebenarnya, hanya saja banyak orang yang bilang bahwa mamanya agak gila dan sering kambuh jika keinginannya tidak terpenuhi. Tetapi meski begitu Mamanya sangat menyayanginya, sehingga Wen tumbuh menjadi anak yang manja dengan Mamanya.

    Waktu itu bertepatan dengan ulang tahun Mamanya, setelah pesta kecil-kecilan yang dilakukan sepanjang sore hingga malam, seluruh anggota keluarga Wen minum suplemen makanan untuk menjaga kesehatan dan capeknya cepat hilang, meski besoknya hari Minggu, karena biasanya hari itu malah banyak acara terutama acara keluarga. Namun efek yang dirasakan Wen agaknya lain, dia jadi enggak bisa tidur, sudah tiduran beberapa lama tetap saja dia tidak bisa memejamkan matanya. Akhirnya dia mencoba onani saja biar capek sekalian tapi bisa cepat tidur dan istirahat, seperti yang hari-hari biasa dia lakukan onani bila tidak bisa tidur.

    Wen melepasakan seluruh pakaiannya seperti biasa, agar tidak terkena cipratan sperma, sebagai gantinya diambilnya sapu tangan untuk tempat menampung keluarnya sperma nantinya. Kemudian dia telanjang, diranjang dan diletakkannya saputangan diatas perutnya dan dia mulai meremas kelaminnya, mengocok penisnya pelan-pelan, diselingi mengusap dadanya sambil membayangkan film-film porno yang pernah ditontonnya atau mengingat apapun yang dapat menimbulkan nafsunya. Hingga tak lama kemudian mulai dia mempercepat kocokannya karena nafsunya sudah membumbung dan rasanya spermanya juga mau segera keluar, tiba-tiba dia mendengar langkah kaki menuju kamarnya. Sudah begitu dia baru ingat kalo lupa mengunci pintu, mau menuju pintu untuk mengunci langkah itu sudah didepan pintunya, tanpa pikir panjang diapun langsung menutupi tubuhnya dengan selimut, karena paling-paling yang datang Mamanya.

    Ternyata benar Mamanya, Wen pun pura-pura tidur dengan agak memicingkan mata agar bisa memperhatikan apa yang dilakukan Mamanya, meski penisnya bekedut-kedut karena mau keluar sperma dia coba menahannya. Mamanya menuju ke ranjangnya, dan duduk ditepi kemudian mencium keningnya, terus berusaha merapikan selimutnya. Saat itulah terlihat penis Wen yang tegang terlihat Mamanya.
    “Loh anak ini kok tidur telanjang sih”, gumamnya.
    “Kontolnya mengacung menantang lagi”, sambil memperhatikan anak lelakinya itu.
    Wen diam saja.
    “Ehm ini keluar cairannya lagi”, katanya lagi sambil memegang penis Wen.
    Saat itulah Wen pura-pura terbangun.
    “Ada apa Ma?”, tanya Wen pura-pura terkejut dan menutupi tubuhnya dengan selimut.
    “Kamu itu lho, tidur kok gak pake baju, emang kepanasan, nanti malah masuk angin lagi, apa kamu memang lagi main-main dengan kontolmu itu?”, tanya mamanya memberondong.
    “Iya Ma, Wen mau onani, tapi keburu Mama datang”, Wen tidak bisa mengelak.
    “Tadi Wen gak bisa tidur sih Ma”
    “Ooo begitu, ya sudah kalau begitu biar Mama bantu”, sambil berusaha meraih dirinya.

    “Tapi, enggak usah Ma, entar..”
    “Nggak usah tapi-tapian”, potong mamanya.
    Tangannya pun sudah meraih penis Wen dan mulai mengocoknya. Wen hanya bisa diam dan keheranan dengan apa yang dilakukan mamanya, hingga tak lama kemudian sudah terdengar desisnya yang tak jelas dari mulut Wen.
    “Wen, kontolmu besar juga ya?”, puji mamanya.
    “Dikocokin sama Mama enak ya?”.
    Wen hanya mengangguk dan menatap langit kamar sambil membuka mulutnya mengeluarkan desisan.

    “Kalo mama beginikan, gimana?”, katanya seraya mendekatkan kepalanya ke selangkangan Wen dan memasukkan penis anaknya itu ke mulutnya, dikulum beberapa saat kemudian dihisapnya dalam-dalam sebelum menjilatinya.
    Kali ini Wen tidak hanya mendesis tapi bersuara meski ditahannya sehingga tak jelas didengar,
    “Ma enak banget Ma, ah uhh”, gumamnya sambil berkelojotan, menggoyang pinggulnya ke kanan dan ke kiri, sementara nafasnya memburu tak beraturan.

    “Ehm ehm, ternyata begini ya? yang dilakukan mama dan anaknya?”
    Tiba-tiba suara papanya sudah ada di belakang meraka, mereka tak menyadari karena terlalu keasikan.
    “Papa..” ucap Wen dan mamanya hampir bersamaan.
    “Ini Pa, anakmu kan sudah gede nih, belum tahu namanya seks, jadi mama coba ajari biar gak kuper sekalian ngetes normal nggak dia”, kata Mamanya.
    “Ooo gitu, tapi kok sampai kayak gitu”
    “Biar dia juga punya pengalaman, kan lebih baik kita yang memberitahu, daripada orang lain yang mengajarinya entar malah salah”, jelas mamanya sambil melanjutkan mengulum penis anaknya itu.
    “Ya sudah, biar Papa lihat”, meski begitu terlihat celana kolornya agak menonjol tidak seperti biasanya.

    Agaknya papanya juga terangsang melihat apa yang dilakukan Mama dan Wen atau memang sedang bernafsu ingin bersetubuh. Kemudian dia mendekatkan mulutnya ke kepala Mama.
    “Ma, sebenarnya Papa juga pingin”, bisiknya.
    “Papa sudah terangsang nih”
    “Ya gantian ya Pa”, jawab Mama.

    Sementara Wen yang dari tadi hanya mendengarkan saja sudah nggak tahan spermanya mau keluar, hingga kemudian diapun memberitahu mamanya.
    “Ma, Wen mau keluar nih”
    “Tahan dulu”, mamanya mengeluarkan penisnya dari mulutnya, kemudian dia melepaskan daster tidurnya, kemudian BH-nya dan terakhir celana dalamnya.
    Melihat itu Papanya langsung protes.
    “Ma, apa-apaan sih kok ikutan telanjang juga?”
    “Lho pa, kan sekalian, biar dia tahu semuanya, Papa sekalian sini deh”
    “Ma, Wen kan anak kandungmu, masak kamu mau melakukan sama dia”, sambil mendekati istrinya.
    “Pa, biar dia tahu, lagian hari ini ulang tahun mama, sekali ini saja deh Pa”, rayu mama.
    “Mama memang gila, tapi terserah mama deh”
    “Thanks Pa”, ucap mama, sambil mencium suaminya.
    “Papa mau kan sekalian melakukannya disini?”.

    Tanpa menunggu jawaban dari suaminya dia merebahkan tubuhnya telentang di ranjang di hadapan dua laki-laki itu.
    “Wen, sini sayang, gantian ini tetek Mama kamu isep ya”
    Wen segera menyodorkan kepalanya ke dada Mamanya, terus mulai menghisap payudara mamanya yang sudah agak kencang karena sudah mulai terangsang. Sedangkan Papanya sekarang sudah melepas celananya sehingga telanjang juga.
    “Pa, Mama dikerjain dong”, pintanya.

    Papanya pun langsung menuju ke arah selangkangannya dan mulai menjilatinya, bahkan kadang-kadang menghisapnya, sehingga suasana semakin panas saja. Mamanya yang mulanya hanya mendesis ringan tak jarang mengeluarkan jeritan kecil saat vaginanya dihisap suaminya, sambul tangannya sibuk meremas pantat Wen dan juga mengocok penis Wen agar tetap menegang.
    “Ah ah uh Pa, sebentar Pa beri kesempatan Wen dulu Pa”, kata Mama tertahan.
    “Biar Wen merasakan memek mamanya Pa”.
    Papanya pun segera bergeser. Demikian pula dengan Wen.
    “Wen, sayang, dulu kamu lahir dari lubang ini, sekarang coba kamu rasakan nikmatnya memek Mama!”, ucap Mama.
    “Sekarang masukkan kontolmu ke lubang Mama Ya Wen, Mama sudah nggak tahan nih!”
    “Ya, Ma”, ujar Wen sembari mengarahkan penisnya yang mengacung ke selangkangan Mamanya.
    Setelah tepat di depan lubang vagina Mamanya didorongnya penisnya agar masuk, tapi “Sret” penis Wen meleset, karena memang bibir vagina mamanya sudah agak licin setelah dijilati Papanya, kemudian dicobanya lagi, gagal lagi, hingga kemudian dia dibantu Papanya.
    “Coba Papa bantu”, katanya sambil memegang penis Wen dan mengarahkan ke vagina istrinya
    “Sekarang dorong kontolmu, Wen!”.
    Dan “Bless” penis Wen masuk ke vagina mamanya.
    “Ahh..” hampir bersamaan suara Wen dan Mamanya mendesah merasakan sensasinya.
    “Sekarang maju mundurkan kontolmu di memek mama sayang”, pinta Mamanya.

    Wen pun langsung tancap gas, dimaju mundurkannya penisnya, mula-mula pelan-pelan kemudian semakin agak cepat, membuat mamanya semakin mendesak keenakan.
    “Gimana sayang rasanya, sayang?”
    “Enak banget Ma”, jawab Wen sambil mendengus.
    Papanya pun mulai beraksi lagi, disodorkannya penisnya ke mulut mamanya yang sedang menikmati kocokan penis anaknya.
    “Ma, sekarang sambil isep kontol Papa dong”.

    Mama pun langsung memasukkan penis suaminya itu ke mulutnya. Melihat adegan yang dilakukan Papa dan Mamanya tersebut membuat Wen semakin terangsang, sehingga dia semakin mempercepat kocokannya di vagina Mamanya, sehingga terdengar bunyi ketika pahanya bertatapan dengan paha mamanya yang mekangkang. Mamanya juga tak segan-segan mendesah atau menjerit kecil ketika dia keenakan, demikian pula papanya yang berulang kali mendengus panjang ketika penisnya dihisap istrinya, demikian pula Wen yang terus mengocok penisnya di vagina Mamanya.

    “Terus sayang, cepat sedikit sayang, Mama Mau keluar nih”, kata Mamanya mendesah.
    Wen pun agak mempercepat kocokannya, Terlihat Mamanya kelojotan, goyang kanan, dan ke kiri memainkan pinggulnya sambil terus mengulum penis Papa. Sesaat kemudian Mamanya merapatkan pahanya sehingga menjepit tubuhnya. Wen merasakan ada cairan hangat yang keluar dari dalam vagina mamanya, tapi dia tidak peduli, dia terus memaju-mundurkan penisnya, hingga mamanya kelihatan melemas.
    “Ma, aku mau keluar Ma”, tiba tiba Wen berteriak.
    “Tahan Wen, jangan dikeluarkan di dalam, biar Mama isep lagi saja”

    Wen segera menarik keluar penisnya dari vagina mamanya, “Plub” terdengar suara penisnya keluar dari vagina Mamanya, terlihat penisnya yang memerah berkilat-kilat karena terkena cairan vagina Mamanya.
    “Pa, ganti posisi Pa”, katanya sambil bangkit dari telentangnya.
    “Sini wen kamu ganti yang telentang”
    Wen pun jadi telentang, penisnya yang mengacung itupun langsung dikulum oleh mamanya, sementara Papanya mengambil tempat di belakang Mamanya dan langsung memasukkan penisnya ke vagina istrinya dari belakang.
    “Ughk”, desah mamanya ketika penis suaminya memasuki vaginanya.
    Papanya kemudian terus mengocokkan penisnya.
    Sementara hanya bisa mendesah dan bersuara “ah uh ugh” ketika Mamanya menghisap penisnya semakin panjang saja, hingga dia tidak bisa menahan keluarnya spermanya lagi.
    “Ma, ah uh ahk Ma aku keluar.., Maa..”
    Seiring menyemburnya cairan putih kental dari penisnya, banyak sekali spermanya yang keluar di mulut mamanya yang langsung ditelan Mamanya, bahkan sampai ada yang keluar dari mulutnya, sedangkan yang masih tertinggal di penisnya dijilati Mamanya sampai bersih tak tersisa. Wen pun mulai melemas.
    “Ma, enak banget Ma”, desah Wen.
    Mamanya memberikan isyarat kedipan matanya dan mencium bibirnya dengan mesra.

    Tak lama kemudian Papanyapun mencabut penisnya dari vagina mamanya itu dan mengacungkan didepan mulutnya, dan dengan sedikit kocokan keluarlah cairan putih kentalnya yang menyembur ke wajah istrinya bahkan ada yang mengenai wajah Wen, sebagian masuk ke mulut istrinya dan ditelannya, kemudian Mama mengulum dan menghisap penis suaminya itu dan dibersihkannya penisnya dari sisa sperma yang masih menempel, sedangkan yang ada di wajahnya diratakannya dengan mengusap wajahnya hingga kelihatan bersih. Terlihat Papa dan mamanya puas dengan apa yang baru saja dilakukannya.

    Dengan masih telanjang ketiganya kemudian terbaring kelelahan, kemudian mereka berpelukan bertiga, Wen yang berada ditengah-tengah Papa dan Mamanya merasa kebahagiaan yang luar biasa saat itu dan akhirnya ketiganya ketiduran hingga keesokan harinya. Benar-benar malam yang penuh kenikmatan. Begitu seperti yang diceritakan Wen kepada Fikki.
    Aku hanya bisa berkata, “Gila..!”.

  • Cerita Sex Di Perkosa Kakak Kandung Saat Mabuk Ciu

    Cerita Sex Di Perkosa Kakak Kandung Saat Mabuk Ciu


    1219 views

    Perawanku – Cerita Sex Di Perkosa Kakak Kandung Saat Mabuk Ciu, Saya adalah cewek yang lumayan cantik karena saya memiliki hidung yang mancung dengan mata yang kecil dan lentik, Payudara saya cukup besar untuk cewek berumur 16 tahun saat itu. Saya tidak mempunyai pacar karena saya ingin belajar giat supaya saya bisa bersekolah di Philadelphia, United States setelah saya lulus SMA

    Saya memiliki kakak laki-laki yang usianya 2 tahun di atas saya. Namanya adalah Herry Susanto (Nama belakangnya bukan nama keluarga saya karena nama belakangnya adalah karangan saya saja). Dia satu sekolah dengan saya sehingga tiap hari Herry selalu menemani saya di sekolah. Saya tidak pernah berpikir kenapa dia sampai melakukan perbuatan maksiat itu terhadap saya apalagi saya adalah adik perempuannya satu-satunya.
    Saat itu kami berdua sedang libur setelah 2 minggu menjalankan ujian kenaikan kelas. Saya masih ingat sekali bahwa hari kejadian itu adalah hari senin. Saat itu saya sedang nonton VCD Donald Duck dan Mickey Mouse. Ketika saya sedang menonton film tersebut, tiba-tiba saya mau pipis sehingga saya meninggalkan TV untuk cepat-cepat pergi ke kamar mandi karena saya tidak mau ngompol di sofa di mana saya sedang tiduran karena saya bisa dimarahi mama nantinya.
    Saya lari ke kamar mandi dan langsung pipis. Itulah kesalahan saya yang fatal karena saya lupa menutup pintu. Sewaktu saya sedang pipis, kakak saya Herry datang tergopoh-gopoh. Saya yakin sekali bahwa Herry pasti habis memakai putaw atau jenis drugs yang lain karena saya sering melihat dia teler kalau habis pakai obat. Herry melihat saya sedang pipis dan saya membiarkan saja ketika dia masuk ke kamar mandi karena saya tidak ada perasaan curiga pada dia.
    Ketika dia masuk, tiba-tiba dia mengunci pintu kamar mandi dan tiba-tiba dia menyerang tubuh saya yang saat itu sedang pipis. Saya kaget dan hendak berteriak tetapi dengan cepat Herry menutup mulut saya dan mengancam mau membunuh saya kalau saya berteriak. Saya langsung menangis karena saya tidak mengerti kenapa kakak saya tega melakukan perbuatan bejad kepada saya.
    Saya cuma menangis saja menyaksikan Herry membuka pakaian dan celana dalam yang saya kenakan. Setelah saya tidak memakai busana apa-apa lagi, Herry langsung menciumi puting susu saya dengan ganasnya sementara jari-jarinya memainkan klitoris saya.
    Cerita Sex Di Perkosa Kakak Kandung Saat Mabuk Ciu

    Cerita Sex Di Perkosa Kakak Kandung Saat Mabuk Ciu

    Saya masih menangis karena saya masih tidak mengerti tetapi di lain pihak, saya mulai menikmati permainan kakak saya karena saya kadang-kadang mendesah di tengah tangisan saya, apalagi saya sempat merasakan pipis beberapa kali ketika Herry mulai menjilati liang kemaluan saya dan memainkan lidahnya di dalam lubang kemaluan saya.
    Saya yakin dia menelan semua cairan kewanitaan saya. Perasaan saya saat itu tidak karuan karena saya mulai menyenangi permainannya dan sekaligus benci dengan sikapnya yang telah memperkosa saya.
    Herry terus menjilati kemaluan saya dan saya sudah 2 kali merasakan ingin pipis tetapi saya tidak mengerti kenapa saya ingin pipis ketika dia menjilati kemaluan saya, saya merasakan kenikmatan yang maha dasyat. Tiba-tiba saya melihat Herry mulai membuka pakaiannya dan mulai mempersiapkan batang kemaluannya yang sudah mengacung sempurna.
    Herry langsung menciumi saya dan saya cuma bisa berkata, “Jangan.. jangan..”, tetapi Herry diam saja dan mulai memasukkan batang kemaluannya ke dalam liang kenikmatan saya. Saya tahu saya masih perawan makanya saya meronta-ronta ketika dia mau memasukkan batang kemaluannya. Saya menampar pipinya tetapi dia malah membalas tamparan saya sehingga saya menjadi sangat takut waktu itu.
    Akhirnya saya cuma diam saja sambil menangis sementara Herry mulai mengarahkan batang kenikmatannya ke dalam liang kemaluan saya. Ketika batang kemaluan Herry mulai masuk ke dalam kemaluan saya, saya merasakan sakit yang amat sangat tetapi saya tidak bisa melakukan apa-apa karena saya sangat ketakutan apalagi saya tahu dia dalam pengaruh obat, jadinya dia tidak menyadari bahwa dia sedang menyetubuhi adiknya sendiri.
    Di saat Herry mulai memainkan batangannya di dalam lubang kenikmatan saya, saya merasakan ada cairan darah perawan yang keluar dari liang senggama saya yang sudah dirobek oleh kakak saya sendiri. Saya tiba-tiba menjadi tidak mengerti karena saya mulai menyukai goyangan batang kemaluannya di dalam liang kenikmatan saya karena secara otomatis saya mulai bergoyang-goyang mengikuti irama batang kemaluan Herry di dalam liang senggama saya walaupun saat itu saya masih menangis. Herry memeluk tubuh saya sambil terus menggenjot tubuh saya.
    Selama 20 menit Herry tetap menggenjot tubuh saya dengan tubuhnya dan batang kenikmatannya yang tertanam di dalam liang kemaluan saya. Saya mulai merasakan bahwa saya ingin pipis tetapi kali ini saya merasakan sesuatu yang belum pernah saya rasakan sebelumnya tetapi rasanya enak sekali dan saya sama sekali tidak mengerti apa itu tetapi ketika saya mengeluarkan cairan nikmat saya, saya berteriak dan memeluk kakak saya erat-erat dan ketika saya memeluknya erat-erat.
    Rupanya batang kemaluan kakakku sepertinya tertanam lebih dalam lagi di liang kenikmatan saya sehingga dia sepertinya mengeluarkan cairan dari dalam batang kelaminnya dan membasahi lapisan kemaluan saya. Setelah itu, herry melepaskan pelukan saya serta mencabut batang kemaluannya dari dalam liang kenikmatan saya dan kemudian meninggalkan saya seorang diri.
    Saya masih sempat melihat ada cairan bekas Herry yang masih menetes dari dalam lubang kemaluan saya. Saya hanya diam dan tiba-tiba saya menangis sedih karena harga diri saya telah dirusak oleh kakak saya sendiri. Sejak saat itu saya mulai membenci laki-laki, tetapi saya mulai mengenal seks karena ketika saya ingin sekali merasakan pipis nikmat, saya selalu melakukan masturbasi di kamar mandi atau bahkan di kamar tidur saya.
    Tapi tentunya saya selalu melakukannya kalau tidak ada orang di rumah. Sejak saat itu saya membenci kakak saya dan setiap kali ada lelaki yang mencoba mendekati saya, saya selalu mengolok-oloknya dengan kata-kata yang kasar sehingga satu persatu dari mereka menjauhi saya.
    Sekarang saya berada di Philadelphia dan banyak teman saya yang mengatakan bahwa saya ini termasuk cewek bodoh karena saya selalu menolak cowok baik-baik yang cakap dan pandai dan itu tidak terjadi sekali..
    Saya memang membenci laki-laki tetapi saya bukan lesbi karena ketika saya menghindari semua laki-laki di dalam hidup saya, ada seorang lesbi yang mendekati saya dan saya juga menghindarinya. Akibatnya persahabatan kami menjadi renggang dan dia mulai meninggalkan saya. Saya hanya dapat mencapai orgasme ketika saya melakukan masturbasi ketika saya sedang mandi atau sebelum tidur.
    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Hot Mama Selingkuh Dengan Sopir Pribadi Dengan Hotnya – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Hot Mama Selingkuh Dengan Sopir Pribadi Dengan Hotnya – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    2185 views

    Perawanku – Masih ingat dalam benakku ketika pertama kali Bang Agus datang kerumah ini. Dengan berpenampilan biasa saja dia melamar menjadi sopir pada papa, yang saat itu papa memang memasang iklan kalau dia sedang butuh seorang sopir pada salah satu surat kabar. Karena papa merasa Bang Agus bagus di dalam tesnya akhirnya dia diterima dan langsung mendapatkan pekerjaan itu.

    Awalnya Bang Agus memang begitu baik dan santun, tapi akhir-akhir ini dia menjadi lebih malas dari sebelumnya. Dari yang aku lihat perubahan sikap Bang Agus sudah di ambang batas, pernah suatu hari aku mendapati dia sedang menyuruh Mbok Minah pambantuku buat membuatkan makanan kesukaaannya, ketika mbok Minah menolak dia ngancam buat memberi tahu mamaku.

    Bagai orang yang ketakutan mbok Mina langsung membuatkan makanan yang Agus minta. Sejak saat itu aku merasa kalau dia ada hubungan dengan mamaku, apalagi aku melihat mereka berdua sering keluar rumah dengan alasan ngantar mama kerumah temannya atau yang lain. Dan mereka lama pulangnya bahkan sampai papa pulang dari kantor mereka belum pulang juga.

    Dengan hati yang menyimpan kemarahan aku masuk dalam kamarku, hampir setiap hari aku menghindar dari Mama, pikirku biar dia mengerti kalau aku marah padanya. Tapi aku justru membuatnya semakin menggila dengan perbuatannya. Hingga pada suatu hari aku pulang dari sekolah saat itu aku langsung pergi kebelakang dan makan siang di dapur, karena aku memang sudah terbiasa makan di sana.

    Tapi aku melihat gelagat mencurigakan dari mbok Minah, dia selalu memandangi wajahku. Bahkan ketika dia mengambilkan makanan aku melihatnya bergetar, saat itu juga aku ingat pada mama. Belum habis makanan dalam piringku, akupun segera pergi menuju ke kamar mama. Dan benar saja aku mendapati mereka berdua sedang bergumul di atas tempat tidur.

    Tanpa pakaian sehelaipun mereka saat itu saling bergaya 69 seperti dalam film dewasa dan saat bang Agus melumat memek mama begitupun mama mengulum kontol Bang Agus, saat itu mereka tidak merhatiin kedatanganku. Tapi ketika aku berteriak bukannya menghentikan permainan sexnya, Mama malah lebih liar mengulum kontol Bang Agus. Dan dia menoleh kearahku sebentar.

    Lalu melanjutkan permainannya lagi, Aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi. saat itu juga aku lunglai pada sofa di kamar itu. Kini mereka berganti posisi Mama bangun dan menindih tubuh Bang Agus, kemudian dia menunggangi Bang Agus setelah itu bergoyang di atas tubuhnya

    ” Oouugghhh…. ooouuugghh…. ooouuugghhh… aaagghh… ” Kata Mama dari atas tubuh bang Agus.

    Sedangkan Bang Agus memegang tetek Mama dari bawah sambil meremas-remasnya. Dan mama begitu lihai bagai menunggangi seekor kuda jantan, dia menengadah sambil terus menggoyang dengan gencarnya

    ” Oouuggghh… Agus…. sa…. yang… aaagghhh…. aaaagghhh… ooouuugghh… ” Desahan nafsu setan mereka semakin keras dan seakan mengikuti desahannya.

    Goyangan mama semakin keras dan semakin cepat pula bang Agus mengimbangi, dia memejamkan matanya begitu menikmati goyangan mama dari bawah. Setelah agak lama akhirnya dia merubah posisi. Kini Bang Agus berada di atas tubuh Mama. Bagai orang kesetanan bang Agus memutar kontolnya dalam memek mama bahkan dia bergerak cepat sehingga melesat ke liang senggama mama.

    Begitupun Mama dia semakin hot mengimbangi permainan Bang Agus

    ” Oouuugghhh… ooouuggghhh…. ooouugghh…. aaagghh… yaaaachh… yaaaacchh…. ” kata Mama sambil terus mengeluarkan desahan.

    Tiba-tiba Bang Agus menekan keras kontolnya bahkan dia seakan membelalakkan matanya dan terus mengerang keras, bagai tidak dapat menahan sesuatu yang akan di tumpahkan.

    Belum beberapa menit kemudian benar saja, bang Agus sudah menumpahkan sperma kentalnya pada lubang memek Mama yang terlihat tidak dapat menampung sperma bang Agus. Lama mereka saling menekan kontol dan memek mereka. Setelah itu terlihat bang Agus terkulai lemas di atas tubuh Mama, dan mamapun mendekap erat tubuh bang Agus yang masih licin oleh keringat.

    Sementara aku dari tadi hanya bisa memandangi mereka namun dengan mata yang mengalirkan air mata terus. Bagai orang yang tidak berbuat dosa, Mama bangun dari tempat tidurnya dan berkata.

    ” Kalau kamu bilang papa… kamu nggak akan pernah liat mama lagi… ”

    Terus dia masuk dalam kamar mandinya dan diikuti oleh bang Agus dari belakang, dan sejak hari itu mereka tidak lagi takut melakukan persetubuhan mereka di depan mataku. akupun takut untuk melaporkan hal ini pada papa, aku bingung apa yang harus aku lakukan sekarang, karena aku juga takut kehilangan mama jika kulaporkan hal ini.

  • Cerita Sex Kuperkosa Anak Polos Temanku

    Cerita Sex Kuperkosa Anak Polos Temanku


    793 views

    Perawanku – Cerita Sex Kuperkosa Anak Polos Temanku, Aku ingat Dhea waktu dia masih kecil, Dia anak temanku yang paling kecil, Dhea benar-benar membuat hatiku tidak karuan, dengan rambut sebahu, hitam legam ikal. Umurnya sekitar 15 atau 16 tahun sekarang, dan wajahnya yang baby face membuatnya seperti tak berdosa. Ketika melihat Dhea untuk yang kesekian kalinya, aku bersumpah kalau aku harus berhasil tidur bersamanya sebelum aku pergi dari kota ini. Dan aku sudah menjalankan rencanaku. Aku main ke rumah Dhea bekali-kali, sepanjang siang dan malam sampai aku telepon untuk mengetahui kapan Dhea ada sendirian dan kapan orang tuanya ada. Dan pada waktu malam aku memutuskan untuk masuk ke rumah Dhea aku sudah memastikan bahwa orang tua Dhea sudah tidur dan Dhea ada di kamar tidurnya. Rencanaku akan kuperkosa Dhea sementara orang tuanya tidur di kamar mereka.Tubuhku kaku karena tegang, waktu aku buka jendela belakang rumahnya pakai linggis. Suara jendela yang terdongkel terdengar seperti letusan membuatku harus diam tidak bergerak selama setengah jam menunggu apakah ada penghuni rumah yang terbangun. Untung saja semuanya masih dalam keadaan sunyi senyap, dan aku memutuskan untuk masuk. Tubuhku sekarang gemetar. Setiap langkahku seperti membuat seluruh rumah berderit dan aku siap meloncat melarikan diri. Tapi waktu aku sampai di depan kamar tidur Dhea rumah itu masih gelap dan sunyi senyap. Aku buka pintu dan masuk sambil menutupnya kembali. Aku seperti bisa mendengar jantungku yang berdetak keras sekali. Aku belum pernah setakut ini seumur hidupku. Tapi bagian yang paling susah sudah berhasil aku lampaui. Kamar tidur orang tua Dhea ada di lantai dasar. Aku berdiri di samping ranjang Dhea memilih langkah selanjutnya. Perlahan penisku mulai menegang sampai akhirnya besar dan tegang sampai ngilu. Mata Dhea terbuka menatapku tidak bisa bernafas. Aku ada di sebelah ranjangnya mencekik lehernya, sementara tangan kiriku mengcungkan belati di depan wajahnya.

    “Diem. Jangan bergerak, jangan bersuara, atau lo mati.” aku dengar nada suaraku yang lain sekali dari biasa. Kedengarannya bengis dan kejam.
    Dhea tetap terlihat cantik. Umurnya lima belas tahun. Dia terbatuk-batuk.
    “Kalau aku lepasin tanganku, lo berguling tengkurap dan jangan berisik atau aku potong leher lo.” Aku tentu tidak bermaksud akan membunuh dia, tapi paling tidak itu berhasil bikin Dhea ketakutan. Dhea langsung menurut dan segera kuikat tubuhnya, menutup mulutnya dengan plester, dan mengikat pergelangan tangannya di belakang.

    Selimut yang menutupi tubuh Dhea sekarang sudah ada di lantai, dan aku bisa melihat jelas gadis yang lagi tengkurap di depanku. Tubuh Dhea langsing dan mungil, dan baju tidur yang dipakainya terangkat ke tas membuatku bisa melihat kakinya yang putih dan mulus. Ereksiku sudah maksimal dan aku sudah tidak tahan sakitnya, celanaku menyembul didorong oleh penisku yang besar, dan bersentuhan dengan pantat Dhea yang mungil. Aku menindih Dhea dan bergoyang-goyang membuat penisku bergesekan dengan pantat Dhea dan dengan tanganku yang bebas kuraba bagian dada Dhea yang masih ditutup oleh dasternya. Buah dada Dhea masih kecil, yang membuatku makin birahi. Mulutku bersentuhan dengan telinga Dhea.
    “Lo benar-benar sempurna. Tetap diam dan aku akan pergi sebentar segera.”

    Mata Dhea terpejam seakan-akan telah tertidur kembali. Aku lepaskan celana trainingku dan celana dalamku sampai ke kakiku tapi belum aku melepaskannya dari badanku, sambil menatap bagian belakang tubuh Dhea yang indah. Kakinya yang telanjang membuat nafasku berat, dan dasternya tidak bisa lagi menutupi pantatnya yang ditutupi celana dalam putih. Dan tangannya yang terikat erat benar-benar membuat Dhea sempurna buatku. Aku buka kaki Dhea tanpa perlawanan yang berarti, dan membenamkan wajahku, yang membuat Dhea mengeluarkan erangan untuk pertama kalinya. Aku benamkan wajahku ke selangkangan Dhea, menikmati wangi tubuh Dhea, yang terus mengerang ketakutan. Selanjutnya aku raba-raba vaginanya yang tertutup celana dalam dari belakang, meraba, dan akhirnya menusuk-nusuk dengan jariku. Ini membuat erangan Dhea makin keras sehingga aku harus mengancamnya lagi dengan belatiku. Kemudian kulihat dia gemetar dan kelihatannya mulai menangis. Celana dalamnya lembab, dan aku jadi berpikir mungkin Dhea mulai terangsang oleh jariku.
    “Lo suka Dhea? Hei, lao suka tidak?” Dhea hanya menangis. Aku terus meraba vaginanya, sampai aku tidak tahan lagi, dan langsung kutarik celana dalam Dhea sampai lepas.

    Aku makin mencium bau tubuh Dhea. Dan aku mulai gila. Aku balik lagi badannya, karena aku tahu aku lebih mudah ngerjain Dhea lewat depan. Dhea berbaring tidak nyaman, berbaring telentang dengan tangan terikat ke belakang, dan telanjang mulai pinggang ke bawah, rambut kemaluannya yang masih tipis terlihat jelas. Ia menatap mataku, air mata membuat pipi Dhea berkilat tertimpa cahaya lampu kamarnya. Aku tidak begitu suka lihat tatap mata Dhea, aku jadi berpikir untuk bikin dia tengkurap lagi begitu penisku sudah masuk ke vaginanya. Aku menempatkan tubuhku, aku harus memnyuruhnya beberapa kali untuk membuka kakinya lebih lebar, seperti dokter gigi, “Ayo lebih lebar sayang, lho kok segitu, lebih lebar lagi, bagus anak manis..”, Aku ingin tahu dia masih perawan atau tidak. Dhea tidak meronta-ronta, soalnya aku masih pegang belatiku, tapi terus menangis tersedu-sedu, dan mengerang-erang, berusaha berkata sesuatu.
    “Lo masih perawan tidak Dhea? Masih? Masih apa tidak.”

    Dhea terus menangis. Aku angkat dasternya ke atas lagi. Di depan Dhea agak rata, buah dadanya hanya sekepal dengan puting susu yang mengeras. Aku pikir itu karena udara dingin, tapi mungkin juga bagian dari tubuh Dhea yang emang terangsang.
    “Bukan gitu sayang, lo musti buka lebih lebar lagi..”

    Aku tekan penisku di belahan vaginanya yang masih mungil. Terasa basah. Kutarik lagi penisku dan kumasukkan jariku, dan merasakan jepitan vagina Dhea yang hangat yang membuat penisku ingin merasakannya juga. Aku gerakkan penisku maju mundur beberapa kali dan mengarahkan penisku lagi, tegang seperti tongkat kayu.
    “Buka lagi manis. Lo benar-benar cantik. Aku cuma mau perkosa kamu terus pergi.”

    Aku harus mendorong, bergoyang, berputar, dan akhirnya mengangkat kedua kaki Dhea ke atas sebelum aku berhasil mendorong kepala penisku masuk ke vagina Dhea. Aku lihat lagi buah dada Dhea dengan putingnya yang mencuat ke atas, mata yang memohon dan meratap dengan air mata dan aku dorong penisku masuk ke vagina mungil milik gadis berumur lima belas tahun itu dengan seluruh tenagaku. Dhea menjerit, diredam oleh plester, membuatku makin semangat. Vaginanya sempit sekali seperti menggenggam penisku. Dia ternyata tidak basah sama sekali. Aku perkosa dia dengan kasar, seakan-akan aku ingin membuatnya mati dengan penisku, berusaha membuat Dhea menjerit serta aku menghentak masuk. Dhea semakin histeris sekarang.

    Keadaanku sudah 100 persen dikuasai birahi, dan sekarang aku memusatkan perhatian untuk menyakiti Dhea, dan aku tidak punya lagi rasa kasihan buat Dhea. Aku terus menghentak-hentak di atas tubuh Dhea, dengan kecepatan yang brutal, dan tubuhnya yang mungil terbanting-banting karena gerakanku. Aku merasa aku seperti merobek vagina Dhea dengan penisku, dan membuatku makin terangsang, mendorongku bergerak makin brutal. Di sela-sela gerakanku, aku jatuhkan belatiku dan kulepaskan celanaku yang membuat tanganku bebas menggunakan tubuh Dhea. Aku kesetanan merasakan tubuh Dhea, aku meremas setiap bagian tubuh Dhea, meremas buah dadanya, menjepit puting susunya, dan menggunakan bahunya yang kecil buat menopang tubuhku.

    Aku hampir tidak ingat apa aja yang aku kerjakan sama Dhea. Dhea beberapa kali meronta pada awalnya, berusaha membebaskan tangannya, berusaha berguling, berusaha mengeluarkan penisku dari vaginanya. Wajah Dhea memancarkan rasa panik dan takut, dan aku terus memperkosanya sekuat tenagaku, seakan-akan itu masalah hidup dan matiku. Seaat sebelum aku mengalami orgasme aku menarik penisku keluar dan Dhea langsung berusaha untuk berguling. Aku jambak rambutnya dan menariknya.
    “Brengsek, tidur ke lantai.”

    Aku tarik kepalanya sampai menempel ke lantai. Sementara dia jatuh berlutut, tapi Dhea sama sekali tidak bisa mengangkat wajahnya dengan tangan masih terikat ke belakang. Kepala Dhea terbenam ke lantai. Dhea masih menangis dan gemetar. Aku masukkan lagi penisku ke vagina Dhea tanpa kesulitan, karena penisku sudah seluruhnya dilumuri darah perawan Dhea. Aku masukkan dari belakang sebelum Dhea sempat meronta, aku pegangin pinggulnya sementara aku terus mendorong sekuat tenaga. Dengan pantat masih nungging ke atas aku tekan punggung Dhea dengan tanganku sehingga kepala dan dada Dhea makin terhimpit ke lantai, dan aku terus memperkosa dia dengan gaya seperti anjing. Dan Dhea sendiri sekarang mendengking-dengking seperti anak anjing yang ketakutan. Sekarang kutarik lagi rambutnya, membuat kepala Dhea terangkat.

    Dhea benar-benar cantik dan tak berdaya, tangannya terikat di punggung. Aku terus menyetubuhinya dengan keras dan tidak berirama, kadang brutal berhenti sedetik dan mulai lagi dengan keras, dan bergatin menekan punggungnya ke lantai lalu menarik rambutnya hingga ia mendongak lagi, sampai aku merasakan tanda-tanda ejkulasi lagi. Aku ingin sekali melepas plesternya dan memasukan penisku ke mulutnya yang mungil, tapi untung saja aku masih sadar kalau itu bisa bikin aku ketahuan, jadi aku tetap metahan penisku di liang kenikmatan Dhea sedalam-dalamnya dan melepaskan ejakulasiku. Aku pegangin belahan pantat Dhea dekat dengan selangkanganku waktu aku menyemburkan spermaku ke rahim Dhea yang menerimanya dengan tatapan mata panik.
    “Oh Dhea, sayangku, oh, oh..”

    Penisku bekerja keras memompa, berdenyut, menyemburkan sperma ke tubuh Dhea, dan aku belum pernah mengeluarkan sperma sebanyak ini selama hidupku. Dhea tetap diam tidak bergerak, terengah-engah. Nafasku juga terputus-putus, dan bergidik sedikit ketika aku mengejang lagi dan menyemprotkan sisa spermaku ke rahim Dhea. Aku menghentak dia beberapa kali lagi, sekarang dengan penuh perasaan seperti sepasang kekasih. Dhea sadar bahwa aku sudah selesai, dan menerima gerakanku yang terakhir ini masih tak bergerak, dengan kepala terbenam ke dalam karpet kamarnya yang tebal.

    Aku tarik penisku keluar. Dan aku langsung merasa cemas lagi. Aku langsung mengenakan pakaianku, dan secara ajaib masih ingat untuk mengambil belatiku dan memikirkan sesuatu untuk aku ucapkan pada Dhea.
    “.. Makasih sayang”, aku berbisik lirih, dan langsung melarikan diri.

    Dan biarpun aku sempat cemas ketika aku sudah dalam perjalanan ke luar kota, beberapa saat kemudian aku kembali dipenuhi hasrat baru. Aku berpikir untuk kembali dan menculik Dhea serta mengajak beberapa orang temanku untuk mencicipinya.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Bercinta Dengan Supir Pribadiku

    Cerita Sex Bercinta Dengan Supir Pribadiku


    3331 views

    Perawanku – Cerita Sex Bercinta Dengan Supir Pribadiku, Namaku Lia. Aku adalah ibu rumah tangga yang telah berumur 35 tahun. Hidupku boleh dikatakan beruntung, aku mempunyai rumah yang megah di Pulomas dan harta benda yang melimpah, sehingga bagiku krisis moneter tak terlalu berpengaruh bagi perekonomian keluargaku.

    Suamiku, Liem, 50 tahun, mempunyai jaringan bisnis baik di Indonesia maupun di luar negri. Ia adalah pengusaha yang sukses. Walaupun dijejali dengan materi yang melimpah ruah, tetapi kehidupanku rumah tanggaku terasa hambar. Dulu, aku dikawinkan dengan Liem setelah aku menamatkan kuliahku, umurku kira-kira 22 tahun. Aku adalah anak tunggal. Aku tidak terlalu mengenalnya, keluargaku yang menjodohkanku dengannya karena pada waktu itu Liem adalah rekan bisnis ayahku, dan ayahku sangat mempercayainya.

    Di awal perkawinan, hubungan suami istri kami hanya sebagai formalitas saja, Liem banyak menghabiskan waktunya di luar rumah, bahkan hingga umurnya yang telah mencapai setengah abad ini, ia masih sering berada di luar. Sedangkan di rumah, sering aku merasa kesepian, karena aku belum juga dikaruniai seorang anak yang bisa mengisi kesepianku. Untuk memenuhi hasrat birahiku, aku sering menonton film Blue.

    Aku terangsang tiap kali melihat gerakkan penis yang menusuk-nusuk vagina. Uuhh.., aku mulai mempermainkan vaginaku dengan jariku, membayangkan, penis yang panjang dan besar itu, menghunjam keras, menusuk-nusuk liang vaginaku. Suara-suara melenguh, gerakan-gerakan pinggul, ekspresi muka dari masing-masing pasangan yang begitu mendalami kenikmatan bersetubuh.

    Tak henti-hentinya tanganku memain-mainkan klitorisku.., naik.., turun.., naik.., turun.., sambil berputar.., kugerakkan tanganku dengan cepat, sehingga vaginaku mulai basah dan membengkak.., “aahhkk..”, walaupun penis itu hanya bayanganku saja, tapi sudah terasa nikmat sekali. Kadang, kugoyang-goyangkan pinggulku.

    “aahhkk nikmat sekali..”. Sementara, suara ceplak ceplok terdengar dari TV, gaya dog-style.., “aahh.., aahh.., aahh..”, bercampur-baur dengan lenguhan-lenguhan nikmat. Aku menikmati segala suara-suara senggama yang keluar dari TV 36 inch-ku itu. “Ssshh.., sshh..”, kugigit bibir bawahku, mendalami khayalku bersenggama dengan penis raksasa, aku merasakan kanikmatan yang makin memuncak. “aahh.., aahh..”, eranganku membahana menyamai erangan di TV.

    Kupercepat gerakan jariku, aku tak tahan lagi, sesuatu akan menyemprot keluar dari dalam liang Vaginaku. “aahhkk.., ahhkk.., ahhkk..”, otot-otot tubuhku mengejang bagaikan tersetrum listrik ribuan volt. Alam pikirku terbang ke awang-awang meresapi kenikmatan orgasme. “aahh.., aahh.., niikkmaat sekali..”, kuhela nafas panjang. Kukira sampai disini saja masturbasiku.

    Akibat lama-lama bermasturbasi dengan berkhayal disetubuhi oleh penis raksasa, aku jadi ingin betul-betul merasakan nikmatnya penis raksasa. Tapi, penis siapa..?, Sampai pada suatu hari, pertanyaanku itu terjawab.

    Hari itu, aku hendak pergi ke Gym, biasa, Fitness. Untuk mempertahankan tubuhku agar tetap langsing dan kencang. Aku mempunyai supir pribadi yang biasa mengantarku ke Gym, namanya Pak Marlon, orang dari Sorong, Irian Jaya. Pak Marlon ini telah dipercaya menjadi supir pribadi suamiku selama hampir 10 tahun. Kami mendapatkan beliau dari seorang teman. Pak Marlon ini setia menjadi supir keluarga kami, apalagi dengan gaji $500 per bulan, ia selalu dapat diandalkan. Tetapi pagi itu, kudapati seorang anak muda sedang mengelap mobil Mercy-ku.

    “Mana Pak Marlon..?”, tanyaku.
    “Pagi bu, maaf, nama saya Rony, saya anak Pak Marlon, hari ini bapak tidak bisa kerja sebab beliau harus menjenguk keluarga kami yang sakit di Bandung, jadi untuk sementara saya gantikan..”, katanya dengan sopan.

    Hmm.., anak muda ini.., kuperhatikan tubuhnya dari atas sampai bawah.., boleh juga badannya yang gelap dan atletis, tangannya yang kekar, dadanya yang bidang dengan bahu yang lebar. Mukanya.., rasanya aku pernah lihat. Hmm.., mirip seperti Baby Face, penyanyi itu. Boleh juga nih, kataku dalam hati.
    “Oke Rony.., kamu bisa antar saya ke Gym..?”, tanyaku.
    “Bisa nyonya..”, jawabnya.

    Dalam perjalanan, aku bertanya banyak tentang dia. Ternyata umurnya telah 23 tahun, dan ia sekarang ia telah menyelesaikan kuliahnya di– (edited by Yuri) jurusan Teknik Sipil. Aku berusaha untuk akrab dengannya. Kadang pada saat aku memulai suatu pembicaraan, aku sentuh bahunya, dia tampak salah tingkah.:)

    Sampai di Gym, aku segera berganti baju dengan menggunakan Bicycle Pents yang pendeknya 2-3 senti dari selangkanganku, dan menggunakan baju tanpa lengan yang ketat, menampakkan perutku yang kencang. Dengan pakaian itu, tubuhku yang tinggi (169/52) dan kulitku yang putih (Chinese), serta rambutku yang bergaya Demi More di film Ghost, aku tampak seksi dan sportif. Mulailah aku menjalani latihanku.

    Selesai Fitness, dengan masih mengenakan pakaian senamku tadi dan handuk kecil untuk mengelap keringat, aku berjalan keluar Gym menuju mobilku di areal parkir. Rony yang sejak tadi menunggu di mobil, segera berdiri dan membukakan pintu belakang mobil untukku. Lalu aku bilang kalau aku ingin duduk di depan. Dengan cepat ia menutup pintu belakang, kemudian membuka pintu depan.

    Ketika itu, lengannya secara tidak sengaja menyerempet payudaraku, “Ups.., geli..”, ketika lengan itu bersentuhan dengan payudaraku. Kulihat Rony jadi salah tingkah. Aku tersenyum kepadanya. Kulihat ia memperhatikan bagian bawah tubuhku, ketika aku memasukkan kakiku jenjang dan mulus itu, dan pantatku ke dalam mobil dan mendudukkan pantatku di jok. Setelah menutup pintu, ia berlari kecil melalui depan mobil ke arah pintu pengemudi. Dari dalam mobil, kulihat bagian atas celana Rony yang menggembung.

    Di dalam mobil, kamipun kembali ngobrol. Agar lebih akrab, kularang ia memanggilku dengan sebutan nyonya, panggil saja Lia. Makin lama obrolan kami terasa makin akrab, kadang aku tertawa, mendengar obrolan-obrolan lucu yang menyerempet-nyerempet, dan dengan gemas kucubit lengan Rony yang berisi itu. Kadang kuperhatikan tangannya yang hitam dan kekar itu memegang kemudi. Sungguh macho.

    Suatu ketika, Rony membanting stir ke kanan secara tiba-tiba, ternyata, karena keasyikan ngobrol, Rony tidak memperhatikan sepeda motor yang ada di depannya. Ketika itu, tubuhku jatuh ke arah kanan, dan secara refleks, tanganku jatuh tepat di bagian kemaluan Rony. “Upss..”, dalam hatiku. Ketika mobil kembali stabil, tak kulepas telapak tanganku di atas celananya itu. Kutatap wajah Rony yang terlihat grogi, salah tingkah, dan memerah

    Tiba-tiba, muncul keberanianku untuk mengelus-ngelus “terpedo” Rony yang makin lama membengkak itu. Waahh.., seperti memegang lontong saja, pikirku. Setelah beberapa lama kuelus, tanpa bicara, kuberanikan diri untuk membuka relsliting celananya, kusikap celananya. Tampak “terpedo” Rony yang begitu ketat dibungkus oleh celana dalamnya, dengan kepala terpedo yang menyembul ke atas CD, seakan berusaha keluar dari sesaknya bungkusan CD itu.

    Kuselipkan tanganku ke dalam CD-nya. Wuuh.., Gede amat, genggaman jari jempol dan jari tengahku hampir tak saling bertemu dan batang yang sangat keras menegang. Untuk beberapa saat kuelus-elus penis Rony yang besar itu. mmhh.., tiba-tiba birahiku bergejolak. Segera kutundukkan kepalaku ke arah penis Rony, dan kusibakkan CD-nya. Tampak penis Rony yang hitam, besar dan panjang itu dan kelilingi oleh rambut yang lebat dan keriting.

    Seperti di film BF, kujulurkan lidahku ke “kepala” penis Rony. Kujilat-jilat “kepala” penis yang menyerupai “topi Pak tani” itu. Kumainkan lidahku di sekeliling kepala penis itu dan kemudian mengarah ke batang. Kukecup-kecup batang penis yang panjangnya kira-kira 2 telapak tanganku itu.

    “Cup.., cup.., cup..”, Kudengar desahan-desahan nikmat dari Rony yang masih terus memegang setir itu, dan itu membuatku terangsang. Segera kumasukkan kepala penis itu ke dalam rongga mulutku. Kusedot-sedot penis itu dengan nafsuku yang sudah meletup-letup. mmhh.., Mhh.., sambil kunaik-turunkan kepalaku. Penis itu tidak seutuhnya bisa masuk ke mulutku, hanya 1/3 bagiannya saja. mmhh.., mmhh.., enakk sekali rasanya, seperti anak kecil yang sedang dahaga, dan dibelikan es krim. Itulah yang kurasakan saat itu, aku dahaga akan seks. Terus kusedot-sedot penis itu, sembari kumainkan lidahku dan mulai kukocok batang penis dengan menggunakan tanganku.

    oohh.., nikmatnya merasakan penis raksasa ini. Tiba-tiba aku berfikir, “Hei..! mungkin inilah penis raksasa yang selama ini aku idam-idamkan”. Setelah beberapa saat, kulepas penis Rony dari mulutku, dan aku kembali duduk tegak, sementara tanganku masih mengocok penis itu.

    “Gimana Ron, Enak?”, tanyaku sambil mengatur nafasku yang sejak tadi tidak teratur.
    “Enak Lin, Enak banget..!”, serunya riang.

    Setelah beberapa lama membicarakan apa yang telah kami alami tadi, aku berinisiatif mengajaknya ke kamar apartemenku yang belum laku tersewa. Sebelum memasuki gerbang apartemen yang di jaga satpam, Rony menutup kembali bagian atas celananya yang terbuka tadi.

    Setelah tiba di depan pintu apartemen, kubuka pintu apartemen, dan kusuruh Rony untuk menutupnya, sementara aku langsung menuju ke kamar dan menyalakan AC Split. Setelah itu, aku berbalik, dan ternyata, Rony yang telah melepaskan seluruh bajunya langsung merangkulku dan menjatuhkan tubuh kami berdua di Kasur. Di ciuminya mukaku, dari pipi, kemudian ke bibirku.

    mmghh.., disedot-sedotnya “bibir bawah”-ku dengan gemas, kemudian dimain-mainkan lidahnya ke dalam rongga mulutku yang terbuka, merasakan keenakan permainannya. Sementara tangan kirinya memegangi kepalaku, tangan kanannya beraksi berusaha melepas celanaku dengan susah payah. Kusadari kesulitannya membuka celanaku, kemudian kudorong tubuhnya ke arah kanan, dan aku berdiri sambil melepas baju dan celanaku. Sambil kulihat Rony yang tanpa berkedip melihatku melepas bajuku dengan pelan-pelan sekali, sehingga tampak kemolekan tubuhku yang putih dan masih kencang ini.

    Kulihat tubuh Rony yang atletis, dengan bulu-bulu kecil dan kriting di dadanya, bentuk badannya yang berbentu huruf V, dan bagian kemaluannya yang besar itu, menjuntai, menantang, hitam legam, berbeda dengan tubuhku yang putih mulus, tanpa ada suatu cacatpun. Setelah semuanya lepas dari tubuhku, segera kujatuhkan tubuhku di atas tubuh Rony.

    Kukecup bibirnya yang basah, dan kumainkan lidahku seperti tadi ia memainkan lidahnya. mmhh.., lidah kami saling bertaut, kumasukkan lidahku dan kusedot lidah Rony. mmhh.., Kuelus dadanya yang bidang, kumainkan putingnya. Rony tampak menikmati kegelian permainan tanganku di putingnya. Lalu, kepalaku turun ke putingnya, kujilat putingnya, kuisap dan kadang kugigit kecil puting Rony yang berwarna hitam gelap itu. Rony sekali lagi menikmati permainanku, tangannya mengusap-usap kepalaku dengan gemas

    Setelah beberapa saat, di dorongnya tubuhku ke arah kiri, gantian sekarang, putingku yang merah kecoklat-coklatan di isapnya dengan ganas.

    “oohh.., nikmatnya.., engkau pandai sekali Rony..”, putingku di kanan di isapnya, dan dimainkan dengan lidahnya, sementara payudara sebelah kiri di peras dengan tangannya yang kekar itu dan dimainkan putingku dengan jarinya. uuhh.., bagaikan terkena listrik arus lemah, geli sekali kurasakan.., tubuhku menggelinjang keenakan.

    Selama beberapa menit, kunikmati permainannya yang ganas di payudaraku. Kemudian, tangannya yang tadi memegang payudaraku, tiba-tiba beralih mengusap-usap selangkanganku. “aahh..”, aku tersentak dan kurasakan aliran darahku bagaikan turun dari kepala. Oh, usapan lembut itu, sudah lama tak kurasakan dari seorang lelaki. Biasanya suamiku (dulu), sebelum menancapkan batangnya, ia mengelus-elus vaginaku dengan lembut, sama seperti yang kurasakan saat ini. Elusan itu lama-lama semakin cepat, memainkan clitoris di selangkanganku. Nafasku terus memburu, mengikuti gerakan jari-jemari Rony yang terus memainkan clitorisku dengan tempo yang makin cepat, sementara mulut Rony belum lepas dari payudaraku yang semakin menegang dan keras.

    oohh.., kurasakan kedahsyatan permainan jari-jemari Rony. “aahh.., aahh.., ahh”, desahku begitu dahsyatnya, hingga kurasakan cairan mengalir melalui saluran di dalam kemaluanku. Kucoba kutahan cairan itu keluar. Tapi tak bisa kebendung kenikmatan yang telah meletup-letup itu dan “aahhgg.., aahhgg.., Roonnyy.., aahhgg.., eennaak”, sambil kutahan nafasku, kudalami kenikmatan itu. Kenikamatan orgasme.

    Wuuff.., tubuhku yang tadi mengejang berubah menjadi lemas dengan segala peluh di tubuhku, aku berusaha mengatur nafasku sementara, kurasakan kegelian di selangkanganku, kulihat, ternyata sekarang Rony telah mencicipi cairan yang keluar dari liang kemaluanku.Lidahnya menjilat-jilat vaginaku sambil sesekali menyedot-nyedotnya. “Sssrrpp.., ssrrpp.., seperti tidak mau membersihkan cairan yang tadi keluar dari dalam lubang kenikmatanku. Sambil kurasakan kenikmatan tiada tara itu, pikiranku melayang.., enaknya hidup ini kalau dari dulu aku mengenal anak ini.., aku tidak perlu lagi repot-repot bermasturbasi di depan TV.

    Selagi pikiranku melanglang buana, tiba-tiba Rony menimpa tubuhku, dan menciumi mukaku dengan lembut.
    “Bagaimana Lia, puas..?”, tanyanya sambil tersenyum.
    “Wuah.., andaikan kamu dapat merasakan kenikmatan yang aku rasakan sekarang.., tiada taranya.., fantastis!”, kataku.., hey, tiba-tiba kusadari penis Rony yang masih mengeras di antara perutku dan perut Rony.
    “Ron, kamu belum..?”, belum selesai aku berkata, kembali bibirnya memagut bibirku.

    mmhh, dan kurasakan badannya agak ditinggikan, kemudian tangannya diarahkan ke bawah, dan tiba-tiba kurasakan benda yang keras menyumbat mulut vaginaku. Aku mengerti maksudnya. Kunaikan kakiku, merangkul pinggangnya. Sementara, mulut kami masih saling bertaut, dengan tangannya, ia memainkan kepala penisnya di mulut vaginaku. Birahiku kembali muncul atas perlakuan yang demikian. mmhh.., aku sudah tak sabar ingin merasakan kenikamatan penis raksasa itu.., kataku dalam hati

    Tapi Rony masih saja mempermainkan penisnya, dan itu membuatku menggelinjang kegelian dan perasaanku sudah tak sabar. Kulepaskan pagutan bibirnya.

    “Ron.., ayo.., langsung aja”, kataku dengan nafas yang tidak teratur lagi. Kemudian dengan tangannya, ia meraba-raba vaginaku untuk mencari dimana “lubang surga dunia” itu berada. Setelah menemukannya, segera ia tusukkan kepala “terpedonya” ke lubang itu. Begitu pinggulnya menekan dengan keras, secara refleks (karena sakit..) pinggulku terdorong ke depan.
    “Ahh.., Ronn.., pelan-pelan dong..”, kataku sambil meringis.

    Kemudian dicobanya lagi kepada penisnya dicocokkan ke lubang vaginaku. Kali ini ia mencobanya berhati-hati dan pelan. “oohhgg.., oohhgg..”, kepala terpedo Rony terasa menyesaki lubang kemaluanku, aku mencoba menahan rasa sakit.., rasa sakit yang telah lama tak kurasakan. Kemudian sedikit demi sedikit, “lontong kulit” itu masuk ke dalam liang Vaginaku.., sampai akhirnya. “Bleess..”, masuk semua.. “Ooohhgg”, kurasakan kenikmatan.., fantastis.., seluruh batang penis Rony memenuhi liang Vaginaku.

    “Goyang Ron..”, pintaku. Langsung, Rony menggoyangkan pinggulnya, keluar.., masuk.., keluar.., masuk.., “Ooohhgg.., oohhgg..” sungguh nikmat, teringat aku akan film BF yang aku tonton dulu. Goyangan pinggul Rony kubarengi dengan goyangan pinggulku, sehingga terasa penis Rony menggesek-gesek dinding vaginaku yang rasanya membengkak, sehingga bisa menyedot semua batang milik Rony.

    Kurasakan saat itu bukan hanya tubuhku yang bergetar, kasurpun ikut bergetar akibat dorongan pinggul Rony yang kuat, terus menghunjam-hunjamkan penis raksasanya ke liang vaginaku. Desahan-desahan kenikmatan dari kami berdua bersahut-sahutan. “Aahhgg.., aahhgg.., aahhgg”, kadang kugigit bibir bawahku saking nikmatnya permainan kami. Aku teringat akan film BF yang aku tonton, dan aku minta kepada Rony untuk mencoba gaya standing-bamboo. Kali ini, aku berada di atas, dan Rony tidur di bawah.

    Dengan mudah penis Rony dapat masuk ke liang Vaginaku, dan akupun mulai bergerak naik turun. Rony mengimbanginya gerakanku itu.., “Ooohh nikmatnya”, melihat payudaraku yang bergerak-gerak seiring pergerakan tubuhku, tangan Rony kemudian memegangi kedua payudaraku, dan meremas-remasnya. Sementara itu.., aku merasakan kenikmatan klimaks sudah dekat, aku terus menggenjot dengan cepat.., aahh.., aahh.., aahh.., truss”, Rony dan aku saling mendesah, hingga akhirnya aku merasakan kembali tubuhku mengejang, tanganku mencengkram seprei dengan kuat dan sekali lagi aku mencapai orgasme.

    “aahhgg.., aahghgg.., aahgg”, aku mengerang dengan lantang. Sukmaku kembali melejit ke langit ke tujuh.
    “oohh.., Rony, engkau memang jagoanku”, Belum habis aku menikmati dahsyatnya orgasme keduaku, Rony memintaku untuk menungging, dan kemudian ia mulai menusukkan penisnya dari belakang. “oohh.., Oohh..”, aku kembali merasakan kenikmatan bersenggama, suara desahan kami berdua kembali mengalun dibarengi dengan suara “ceplok-ceplok.., plok.., plok.., plok..”.

    Rony makin mempercepat hunjaman penisnya ke vaginaku, tempo permainan semakin cepat. Kudengar suara desahan Rony semakin keras dan pada akhirnya ia melenguh keras, seperti suara orang menahan sesuatu dibarengi dengan dihunjamkannya kuat-kuat seluruh penisnya ke dalam Vaginaku.
    “aahhgg.., aahhgg.., aahhgg..”

    Akhirnya.., ia mengalami orgasme. Segera kubalikkan tubuhku, dan kuisap-isap kepala penis serta kukocok-kocok batangnya, mencari sisa-sisa sperma yang dimuntahkan penis Rony, hingga akhirnya tak tersisa sama sekali, dan Rony tergeletak lemas.

     

    Sejak saat itulah aku menemukan kenikmatan seks sejati. Sementara dengan suamiku, hubungan kami bertambah dingin, dan kukira ia tak menghiraukan akan hal tersebut, ia masih menyibukkan dirinya dengan kegiatan di luar rumah, ia tak menghiraukan lagi keindahan tubuh istrinya yang haus akan hunjaman-hunjaman kenikmatan.

    Frekwensi hubungan seks-ku dengan Rony makin bertambah sering, walaupun sekarang Pak Marlon telah kembali menjadi supir keluarga kami, Rony kubekali dengan HP, yang sewaktu-waktu bila keinginanku untuk “ditusuk-tusuk oleh terpedo” Rony muncul, aku bisa langsung menghubunginya, dan bertemu di apartement.

    Hingga kini, apartement itu tidak aku sewakan, dan menjadi tempat rahasia kami untuk bercinta.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Penjual Jamu Yang Ketagihan Sex

    Cerita Sex Penjual Jamu Yang Ketagihan Sex


    848 views

    Perawanku – Aku sangat betah di kontrakanku yang aku tinggali sekarang walaupun harganya naik terus pertahunnya
    tapi aku perpanjang dengan alasan karena memang tempatnya strategis dalam gang hanya ada rumah yang
    aku tinggali, rumah temboknya tinggi jadi tidak ada orang yang bisa melihat kegiatanku didalam rumah
    jadi merasa bebas.

    Setelah Mia meninggalkan diriku . aku jadi jomblo. Mau pacaran aku malas dengan basa-basi dan berbagai
    tuntutan. Untuk melampiaskan libido ku, siapa saja yang kusenangi sering kubawa ke kamar yang istimewa
    ini. Karena alamatnya rumit banyak lika-likunya, tidak satu pun temen cewek ku yang berhasil mencari
    alamat ku.

    Suatu hari saat aku baru membeli rokok di warung aku berpapasan dengan penjual jamu yang cukup
    mengagetkan. Wajahnya manis dan bodynya bahenol betul.

    “Nggak salah ini orang jadi tukang jamu,” kata ku membatin.

    “Mbak jamu” tegurku. Dia menoleh.

    “Mau minum jamu mas ?” tanyanya.

    “Iya tapi jangan di sini, ke rumah” ajakku dan dia ikut dibelakang ku.

    Sesampai di rumah , si mbak melihat sekeliling.

    “Wah enak juga tempatnya mas ya,” ujarnya.

    “Mbak jamu apa yang bagus”

    “Lha mas maunya untuk apa, apa yang mau untuk pegel linu, masuk angin atau jamu kuat”

    “Kuat apa” tanya ku.

    “Ya kuat segalanya” katanya sambil melirik.  Agen Judi Bola

    “Genit juga si mbak” kata ku dalam hati.

    “Aku minta jamu kuat lah mbak, biar kalau malam kuat melek bikin skripsi.”

    Tapi terus terang aku kurang mempunyai keberanian untuk menggoda dan mengarahkan pembicaraan ke yang
    porno-porno. Sejak saat itu mbak jamu jadi sering menghampiriku.

    “Mas kemarin kemana saya kesini kok rumahnya dikunci. Saya ketok sampai pegel nggak ada yang buka.”

    “Oh ya kemarin ada kuliah sore jadi saya dari pagi sampai malam di kampus” kataku.

    “Mas ini mas jamu kunyit asam, bagus untuk anak muda, biar kulitnya cerah dan jauh dari penyakit.”

    “Mbak suaminya mana ?” tanya ku iseng.

    “Udah nggak punya suami mas, kalau ada ngapain jualan jamu berat-berat.”

    “Anak punya mbak ?”

    “Belum ada mas, orang suami saya dulu udah tua, mungkin bibitnya udah abis.”

    Kami semakin akrab sehingga hampir setiap hari aku jadi langganannya. Kadang-kadang lagi nggak punya
    duit, dia tetap membuatkan jamu untuk ku. Dia pun sudah tidak canggung lagi masuk ke rumah ku. Bahkan
    dia sering numpang ke WC.

    Iklan Sponsor :

    Mbak Wisti, begitulah dia mengaku namanya setelah beberapa kali mengantar jamu . Dia kini memasuki
    usia 27 tahun, asalnya dari daerah Wonogiri. Mbak Wisti menganggap rumah ku sebagai tempat
    persinggahan tetapnya. Dia selalu protes keras jika aku tidak ada di rumah.

    Semula Mbak Wisti mengunjungi ku pada sekitar pukul 13. Tapi kini dia datang selalu sekitar pukul 5
    sore. Kalau dia datang ke rumah ku jamunya juga sudah hampir habis. Paling paling sisa segelas untuk
    ku.

    Rupanya Mbak Wisti menjadikan rumah ku sebagai terminal terakhir. Ia pun kini makin berani. Dia tidak
    hanya menggunakan kamar mandiku untuk buang hajat kecil, tetapi kini malah sering mandi. Sampai sejauh
    ini aku menganggapnya sebagai kakakku saja.

    Karena dia pun menganggapku sebagai adiknya. Sering kali dia membawa dua bungkus mi instan lalu
    direbus di rumah ku dan kami sama-sama menikmatinya.

    Iklan Sponsor :

    Sebetulnya pikiran jorokku sudah menggebu-gebu untuk menikmati tubuh mbak Wisti ini. Namun keberanian
    ku untuk memulainya belum kutemukan. Mungkin juga karena aku tidak berani kurang ajar jadi Mbak Wisti
    makin percaya pada diri ku. Padahal wooo ngaceng.

    Aku hanya berani mengintip jika Mbak Wisti mandi. Lubang yang sudah kusiapkan membuatku makin ngaceng
    saja kalau menikmati intaian. Tapi bagaimana nih cara mulainya.

    “Mas boleh nggak saya nginep di sini ?” tanya Mbak Wisti suatu hari.

    “Saya mau pulang jauh dan sekarang sudah kesorean, lagi pula besok saya nggak jualan, capek., ”
    katanya beralasan tanpa saya tanya.

    “Lha Mbak, tempat tidurnya cuma satu”

    “Nggak pa-pa, saya tidur di tiker aja. Mas yang tidur di kasur.”

    “Bener nih,” kata ku, dengan perasaan setengah gembira.

    Karena kupikir inilah kesempatan untuk menyergapnya.

    “Iya nggak apa-apa koq” katanya.

    Tanpa ada rasa canggung dia pun masuk kamar mandi dan mandi sepuasnya. Aku pun tidak menyia-nyiakan
    kesempatan untuk kembali mengintainya. Badannya mulus walaupun kulitnya tidak putih, tetapi bentuk
    tubuhnya sangat sempurna sebagai seorang wanita.

    Sayang dia miskin, kalau kaya mungkin bisa jadi bintang film, pikir ku. Teteknya cukup besar, mungkin
    ukuran 36, pentilnya kecil dan bulu jembutnya tebal sekali. Mungkin ada hubungannya dengan kumis tipis
    yang ada di atas bibirnya itu.

    Selesai mandi, kini giliranku masuk kamar mandi dan membersihkan diri. Aku nggak tahan , sehingga
    kesempatan mandi juga kugunakan untuk ngloco.

    “Mas mandinya koq lama sekali sih, ngapain aja” tanyanya mengagetkan.

    “Ah biasa lah keramas sekalian biar seger” kata ku.

    “Itu saya buatkan kopi, jadi keburu dingin deh, abis mandinya lama banget.”

    Malam itu kami ngobrol ke sana-kemari dan aku berusaha mengorek informasi sebanyak mungkin mengenai
    dirinya.

    Iklan Sponsor :

    “Mas suka di pijet nggak” katanya tiba-tiba.

    “Wah nggak, nggak nolak” kata ku bercanda.

    “Sini saya pijetin mas.”

    Tanpa menunggu terlalu lama aku segera menuju ke kamar dikuti mbak Wisti dan semua baju dan celana ku
    ku buka tinggal celana dalam. Kumatikan lampu sehingga suasana kamar jadi agak remang-remang.

    Nggak nyangka sama sekali, ternyata mbak Wisti pinter sekali memijat. Dia menggunakan cairan body
    lotion yang dibawanya untuk melancarkan mengurut. Aku benar-benar pasrah. Meski ngaceng berat, tetapi
    aku nggak berani kurang ajar.

    Cilakanya Mbak Wisti ini tidak canggung sedikit pun merambah seluruh tubuhku sampai mendekati si
    dicky. Beberapa kali malah ke senggol sedikit, membuat jadi tambah tegang aja.

    “Mas celananya dibuka saja ya biar nggak kena cream.”

    “Terserahlah mbak” kata ku pasrah.

    Dengan cekatan dia memelorotkan celana dalam. Sehingga aku kini jadi telanjang bulat.

    “Apa mbak nggak malu melihat saya telanjang” tanya ku.

    “Ah nggak apa-apa, saya dulu sering memijat suami saya.”

    “Dia yang ngajari saya mijet.”

    Tegangan ku makin tinggi karena tangan nya tanpa ragu-ragu menyenggol kemaluan ku. Dia lama sekali
    memijat bagian dalam paha ku, tempat yang paling sensitive dan paling merangsang. Mungkin kalau ada
    kabel di hubungkan diriku dengan lampu, sekarang lampunya bakal menyala, orang teganganku sudah mulai
    memuncak.

    Cerita Sex Penjual Jamu Yang Ketagihan Sex

    Cerita Sex Penjual Jamu Yang Ketagihan Sex

    Aku tidur telungkup sambil berfikir, gimana caranya memulai. Akhirnya aku berketetapan tidak mengambil
    inisiatif. Aku akan mengikuti kemana kemauan Mbak Wisti. Kalau terjadi ya terjadilah, kalau nggak yaa
    lain kali mungkin. Tapi aku ingin menikmati dominasi perempuan atas laki-laki.

    Setelah sekitar satu jam aku tidur telungkup, Mbak Wisti memerintahkan aku telentang. Tanpa ragu dan
    tanpa rasa malu dan bersalah aku segera menelentangkan badan ku. Otomatis si dicky yang dari tadi
    berontak, kini bebas tegak berdiri.

    Celakanya si dicky tidak menjadi perhatian Mbak Wisti dia tenang saja memijat dan sedikitpun tidak
    berkomentar mengenai dicky ku. Kaki kiri, kaki kanan, paha kiri, paha kanan, kepala tangan kiri,
    tangan kanan, lalu perut. Bukan hanya perut tetapi si Dicky pun jadi bagian yang dia pijat. Aku
    melenguh.

    “Aduh mbak”

    “Kenapa mas” katanya agak manja.

    “Aku nggak tahan, ngaceng banget”

    “Ah nggak apa-apa tandanya mas normal”

    “Udah tengkurep lagi mas istirahat sebentar saya mau ke kamar mandi sebentar.”

    Lama sekali dia di kamar mandi, sampai aku akhirnya tertidur dalam keadaan telungkup dan telanjang.
    Tiba-tiba aku merasa ada yang menindihku dan kembali kurasakan pijatan di bahu.

    Dalam keadaan setengah sadar kurasakan ada seusatu yang agak berbeda. Kenapa punggungku yang
    didudukinya terasa agak geli

    Kucermati lama-lama aku sadar yang mengkibatkan rasa geli itu ada bulu-bulu apa mungkin Mbak Wisti
    sekarang telanjang memijatiku. Ternyata memang benar begitu. Tetapi aku diam saja tidak berkomentar.

    Kunikmati usapan bulu jembut yang lebat itu di punggungku. Kini aku sadar penuh , dan dicky yang dari
    tadi bangun meski aku sempat tertidur makin tegang. Wah kejadian deh sekarang, pikirku dalam hati.

    “Balik mas katanya” setelah dia turun dari badan ku

    Aku berbalik dan ruangan jadi gelap sekali. Ternyata semua lampu dimatikannya. Aku tidak bisa melihat
    Mbak Wisti ada dimana. Dia kembali memijat kakiku lalu duduk di atas kedua pahaku. Ia terus naik
    memijat bagian dadaku dan seiring dengan itu, jembutnya berkali-kali menyapu si dicky. Kadang-kadang
    si dicky ditindihnya sampai lama dan dia melakukan gerakan maju mundur.

    Beberapa saat kemudian aku merasa mbak Wisti mengambil posisi jongkok dan tangannya memegang batang si
    dicky. Pelan-pelan di tuntun kepala si dicky memasuki lubang kemaluannya. Aku pasrah saja dan sangat
    menikmati dominasi perempuan. Lubangnya hangat sekali dan pelan-pelan seluruh tubuh si dicky masuk ke
    dalam lubang vagina mbak waty.

    Mbak Wisti lalu merebahkan dirinya memeluk diriku dan pantatnya naik turun, sehingga si dicky keluar
    masuk . Kadang-kadang saking hotnya si dicky sering lepas, lalu dituntunnya lagi masuk ke lubang yang
    diinginkan. Karena aku tadi sudah ngloco dan posisiku di bawah, aku bisa menahan agar mani ku tidak
    cepat muncrat. Gerakan mbak Wisti makin liar dan nafasnya semakin memburu.

    Tiba-tiba dia menjerit tertahan dan menekan sekuat-kuatnya kemalauannya ke si dicky. Dia berhenti
    bergerak dan kurasakan lubang vaginanya berdenyut-denyut. Mbak Wisti mencapai orgasmenya yang pertama.

    Dia beristirahat dengan merebahkan seluruh tubuhnya ke tubuhku. Jantungnya terasa berdetak cepat. Aku
    mengambil alih dan membalikkan posisi tanpa melepas si dicky dari lubang memiaw mabak Wisti. Ku atur
    posisi yang lega dan mencari posisi yang paling enak dirasakan oleh memiaw mbak Wisti.

    Aku pernah membaca soal G-spot. Titik itulah yang kucari dengan memperhatikan reaksi mbak Wisti.
    Akhirnya kutemukan titik itu dan serangan terus ku kosentasikan kepada titik itu sambil memaju dan
    memundurkan si dicky.

    Mbak Wisti mulai melenguh-lenguh dan tak berapa lama dia berteriak, dia mencapai klimaks tertinggi
    sementara itu aku juga sampai pada titik tertinggi ku. Dalam keadaan demikian yang terpikir hanya
    bagaimana mencapai kepuasan yang sempurna.

    Kubenamkan si dicky sedalam mungkin dan bertahan pada posisi itu sekitar 5 menit. tongkolku
    berdenyut-denyut dan vaginanya mbak Wisti juga berdenyut lama sekali.

    “Mas terima kasih ya, saya belum pernah main sampai seenak ini.”  Agen Judi Bola

    “Saya ngantuk sekali mas.”

    “Ya sudah lah tidur dulu.”

    Aku bangkit dari tempat tidur dan masuk kamar mandi membersihkan si dicky dari mani yang belepotan.
    Aku pun tidak lama tertidur. Paginya sekitar pukul 5 aku bangun dan ternyata mbak Wisti tidur di
    samping ku. Kuraba memiawnya, lalu ku cium, tangan ku, bau sabun.

    Berarti dia tadi sempat bangun dan membersihkan diri lalu tidur lagi. Dia kini tidur nyenyak dengan
    ngorok pelan.

    Kuhidupkan lampu depan sehingga kamar menjadi agak remang-remang. Kubuka atau kukangkangkan kedua
    kakinya. Aku tiarap di antara kedua pahanya dan kusibakkan jembut yang lebat itu untuk memberi ruang
    agar mulutku bisa mencapai memiawnya.

    Lidahku mencari posisi clitoris mbak Wisti. Perlahan-lahan kutemukan titik itu aku tidak segera
    menyerang ujung clitoris, karena kalau mbak Wisti belum terangsang dia akan merasa ngilu. Daerah
    sekitar clitoris aku jilat dan lama-lama mulai mengeras dan makin menonjol.

    “Mas kamu ngapain mas, jijik mas udah, mas” tangannya mendorong kepala ku, tetapi kutahu tenaganya
    tidak sunguh-sungguh karena dia juga mulai mengelinjang.

    Tangannya kini tidak lagi mendorong kepalaku, mulutnya berdesis-desis dan diselingin teriakan kecil
    manakala sesekali kusentuh ujung clitorisnya dengan lidahku.

    Setelah kurasakan clitorisnya menonjol penuh dan mengeras serangan ujung lidahku beralih ke ujung
    clitoris. Pinggul mbak Wisti mengeliat seirama dengan gerakan lidahku. Tangannya kini bukan berusaha
    menjauhkan kepalaku dari vaginanya tetapi malah menekan, sampai aku sulit bernafas.

    Tiba-tiba dia menjepitkan kedua pahanya ke kepalaku dan menekan sekeras-kerasnya tangannya ke kepalaku
    untuk semakin membenam. Vaginanya berdenyut-denyut. Dia mencapai klimak. Beberapa saaat kupertahankan
    lidah ku menekan clitorisnya tanpa menggerak-gerakkannya.

    Setelah gerakannya berhenti aku duduk di antara kedua pahanya dan kumasukkan jari tengah ke dalam
    memiawnya kucari posisi G-spot, dan setelah teraba kuelus pelan. Dengan irama yang tetap. Mbak Wisti
    kembali menggerakkan pinggulnya dan tidak lama kemudian dia menjerit dan menahan gerakan tanganku di
    dalam memiawnya. Lubang vaginanya berdenyut lama sekali.

    “Aduh mas ternyata mas pinter sekali.”

    “Aku kira mas nggak suka perempuan. Aku sampai penasaran mancing-mancing mas, tapi kok nggak nyerang-
    nyerang aku.”

    “Jadi aku bikin alasan macem-macem supaya bisa berdua sama mas.”

    “Aku segen mbak, takut dikira kurang ajar. Selain itu aku juga ingin menikmati jika didului
    perempuan.”

    “Ah mas nakal, menyiksa aku. Tapi aku suka mas orangnya sopan nggak kurang ajar kayak laki-laki lain.”

    “Mas tadi kok nggak jijik sih jilati memiaw ku. Aku belum pernah lho digituin. Rasanya enak juga ya.”
    kata Mbak Wisti.

    Wisti mengaku ketika berhubungan dengan suaminya yang sudah tua dulu hanya hubungan yang biasa saja
    dan itu pun mbak Wisti jarang sampai puas. Dia mengaku belum pernah berhubungan badan dengan orang
    lain kecuali suaminya dan diriku.

    “Pantes memiawnya enak sekali, peret mbak,” kata ku.

    “Wong tukang jamu koq, yo terawat toh yo.”

    “Sekarang gantian mbak, barang ku mbok jilati po’o.”

    “Aku ra iso he mas”

    “Nanti tak ajari.”

    Mbak Wisti mengambil posisi diantara kedua pahaku dan mulai memegang si dicky dan pelan-pelan
    memasukkan mulutnya ke ujung tongkol.

    Dia berkali-kali merasa mau muntah, tetapi terus berusaha mengemut si dicky Setelah terbiasa akhirnya
    dikulumnya seluruh batang tongkol ku sampai hampir mencapai pangkalnya. Aku merasa ujung si dicky
    menyentuh ujung tenggorokkannya.

    Dia memaju-mundurkan batang di dalam kulumannya . Ku instruksikan untuk juga melakukannya sambil
    menghisap kuat-kuat.dia menuruti semua perintahku. Bagian zakarnya juga dijilatnya seperti yang
    kuminta. Dia tidak lagi mau muntah tetapi mahir sekali. Setelah berlangsung sekitar 15 menit kini aku
    perintahkan dia tidur telentang dan aku segera menindihnya.

    “Mas tongkole kok enak tenan, keras sampai memiaw ku rasanya penuh sekali.”

    Kugenjor terus sambil kosentrasi mencari titik G. Tidak sampai 5 menit Mbak Wisti langsung berteriak
    keras sekali. Dia mencapai orgasme tertinggi. Sementara aku masih agak jauh .
    Setelah memberi kesempatan jeda sejenak.

    Mbak Wisti kusuruh tidur nungging dan kami melakukan dengan Dogy Style. Rupanya pada posisi ini titik
    G Mbak Wisti tergerus hebat sehingga kurang dari 3 menit dia berteriak lagi dan aku pun mencapai titik
    tertinggi sehingga mengabaikan teriakannya dan kugenjot terus sampai seluruh maniku hambis di dalam
    memiaw mbak Wisti.

    Dia tertidur lemas, aku pun demikian. Sekitar jam 8 pagi kami terbangun dan bersepakat mandi bareng.
    Badan Mbak Wisti memang benar-benar sempurna, Teteknya besar menentang, pinggulnya besar dan
    pinggangnya ramping.

    Setelah malam itu mbak Wisti jadi sering menginap di kamar ku. Sampai satu hari dia datang dengan muka
    sedih.

    “Mas aku disuruh pulang ke kampung mau dikawinkan sama Pak lurah.”

    “Aku berat sekali mas pisah sama mas, tapi aku nggak bisa nolak keinginan orang tua ku,” katanya
    bersedih.

    Malam itu Mbak Wisti nginap kembali di kamar ku dan kami main habis-habisan. Seingat saya malam itu
    saya sampai main 7 ronde, sehingga badan ku lemas sekali.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Pembantuku yang Genit

    Cerita Sex Pembantuku yang Genit


    1267 views

    Perawanku – Cerita Sex Pembantuku yang Genit, Pak Bagus dapat digolongkan sebagai kaum menengah ke atas. dia kerja untuk sebuah multinational company di bidang telekomunikasi. dia memiliki 2 buah kendaraan & sebuah rumah yang sangat cukup untuk ditinggali oleh dia, istrinya & seorang anak tunggalnya. Bahkan Pak Bagus dapat mempekerjakan seorang pembantu untuk mengurus rumahnya.

    Nuryanti, 21 tahun, itulah nama pembantu tersebut. dia berasal dari sebuah kampung di Dekat Cilacap Jawa Tengah. Sudah hampir 1 tahun dia mengabdi kepada Pak Bagus & keluarganya. Perlakuan Pak Bagus & keluarganya benar – benar membuatnya betah walaupun dia harus berpisah dengan suaminya yang menjadi petani di kampungnya. Jika pekerjaan rumahnya sudah selesai, dia akan pergi ke taman & berkumpul bersama pembantu – pembantu lain di perumahan tempat Pak Bagus tinggal.

    Pak Bagus hanya memiliki seorang anak. Istrinya merasakan trauma hebat akibat kelahiran anak pertamanya yang hampir merenggut nyawanya, sehingga sangat takut untuk dapat hamil lagi. Hans nama anak satu – satunya. Saat ini usDianya sudah 18 tahun. dia bersekolah di sebuah SMA swasta yang bonafid. Maklum, kedudukannya sebagai anak tunggal membuat semua perhatian & harta dari Pak Bagus tertuju kepadanya.

    Sore itu pukul 3 sore. Hans telah pulang dari sekolahnya. Hans merasa sangat lelah hari itu sehingga ajakan temannya untuk nongkrong di mall dia tolak. dia hanya ingin sampai di rumah & bersantai. Sampai di rumah dia langsung berganti pakaian & menuju ruang TV. dia nyalakan tv & duduk sambil menyandarkan punggunya di sofa empuk. Pak Bagus sendiri tentu saja masih ada di kantornya.

    Dengan kemacetan Jakarta membuat dia paling cepat bisa sampi di rumah pukul 7 malam. Sedangkan istrinya tidak jauh berbeda, sebagai sesama karyawan tentu istrinya pun merasakan apa yang suaminya rasakan. Sedangkan Nuryanti, dia sedang mengerjakan tugas sehari – harinya. Kali ini dia sedang menyapu lantai di sekitar ruang TV tempat Hans berada.

    Sebenarnya tidak ada acara tv yang menarik bagi hans, dia pun mulai merasa bosan. Namun, sesaat sebelum Hans beranjak dari sofa malasnya. Tiba – tiba.

    HAP!

    Tiba2 saja Nuryanti duduk mengangkang di depan Hans. Belum selesai kekagetan Hans. Tiba2 saja Hans didekap oleh Nuryanti ke dada besarnya.

    5 menit sebelumnya…..

    “Aduhhhh kenapa sih aku jadi mikirin film bokep dari si Indah tetangga sebelah terus. Mana mas parto akhir – akhir ini klo diajak telponan jorok suka gamau…huh..”

    Begitulah, kemajuan teknologi tidak hanya dirasakan oleh kalangan atas. Para pembantu pun merasakan perkembangan teknologi informasi, apalagi kalau bukan untuk saling tukar video bokep. & pagi tadi, Indah menyebarkan video porno barunya ke pembantu – pembantu lain.

    Berbeda dengan Indah & sebagian pembantu lainnya yang di malam harinya bisa bertemu suaminya (Indah adalah pembantu yang tinggal di sekitar kompleks itu, sehingga pagi datang ke majikan, sore bisa pulang), Nuryanti adalah tipe pembantu yang tinggal di rumah majikan & biasanya pulang setahun dua kali saja.

    Walhasil Nuryanti pun kali ini bingung ketika birahinya sedang naik. Biasanya di malam hari dia akan mengajak suaminya melakukan phone sex. Namun entahlah, akhir – akhir ini suaminya menolak dengan alasan lelah setelah Seharian mencangkul sawah. Namun tiba – tiba Nuryanti melihat Hans.

    “Loh kok tumben den ganteng udah pulang. Aduhhhh emang ganteng bener anak majikanku ini. Ga salah deh klo den hans jadi idola pembantu2 disini hihih. Duh makin gatel deh nih meki”.

    Nuryanti menyapu dengan tidak tenang. dia berpikir untuk berbuat nekat. dia tahu risikonya sangat besar. Jika Hans menolak & melaporkan ke ortunya maka sudah dipastikan karir Nuryanti sebagai PRT di rumah ini akan lenyap.

    Namun Nuryanti membayangkan juga reward yang akan dia dapat jika dia berhasil. Bukan hanya hasratnya saat ini saja yang akan terpuaskan. Tapi tentunya ke depannya pun tidak akan sulit bagi dirinya untuk bersetubuh dengan Hans. dia juga sudah membayangkan betapa dia akan menjadi buah bibir di kalangan rekan – rekannya sesame pembantu. Bagaimana tidak, dia berhasil menaklukan hati pujaan para pembantu di kompleks ini. Ahhhhhh membayangkannya saja sudah basah.

    “haduhhh bodo amat. Meki gue udah kaga bisa diajak kompromi. Masa dih den hans kaga suka ama toket gue. Pak sarip aja ampe kelojotan”

    Ya pak sarip, satpam kompleks, memang pernah dibuat KO hanya dengan jepitan toket 38D milik Nuryanti. Nuryanti terpaksa melakukan itu karena saat itu ketika sedang booming video Ariel – Luna, Nuryanti yang penasaran dengan video tersebut disyaratkan oleh Pak Sarip untuk berhubungan badan dengannya jika ingin dikirimkan video Ariel – Luna.

    Cerita Sex Pembantuku yang Genit

    Cerita Sex Pembantuku yang Genit

    Untung saja baru titfuck saja Pak Sarip sudah KO. Sehingga aman lah meki Nuryanti dari kontol pak sarip. Walau Nuryanti jablay (jarang dibelai), namun dia juga pilih-pilih untuk melampiaskan nafsunya hehehe.

    “hmmphhhh”
    “ahhh den hans ayo nikmati susu mbak Nuryanti. Ayo den ganteeeng” Hans tidak berdaya didekap oleh Nuryanti
    “hmmmphhhh” hans mencoba melepaskan dekapan itu karena tidak bisa bernapas. Namun kuat sekali dekapan Nuryanti.

    Nuryanti melepaskan dekapan itu sejenak. Secepat kilat dia melepaskan kaos & branya lalu mendekap hans kembali.

    Hans yang masih kaget langsung menarik napas panjang ketika dilepaskan. Namun tidak sampai 5 detik kemudian

    “hmmmmmppphhhhh” namun kali ini mukanya langsung bertemu kulit toket Nuryanti. dia merasakan nikmatnya kekenyalan toket Nuryanti.
    “ayo den hans rasain gimana toket mbak Nuryanti. Ahhhh” Nuryanti sambil menggoyang2kan pinggulnya.

    Tentunya sambil menggesek-gesekk an vaginanya ke tonjolan di celana Hans. Walaupun Keduanya masih menggunakan bawahannya namun gesekan itu sangat terasa karena Nuryanti memakain rok lebar & celana dalam, sedangkan hans menggunakan celana boxer & celana dalam rider di dalamnya. Alhasil vagina yang berlapis celana dalam langsung bergesekan dengan kontol yang beralaskan boxer.

    Hans mulai merasakan nikmatnya permainan ini tangannya mulai meremas2 toket Nuryanti. Memang Nuryanti tidak wangi seperti pacarnya Cinthya yang dengan parfumnya mampu memabukkan dirinya. Wangi tubuh yang dia cium saat ini adalah wangi alami khas perempuan desa.

    Tidak wangi memang, namun entah mengapa Hans senang dengan wangi ini. Kulit Nuryanti pun tidak semulus Cinthya, namun hans sangat senang dengan kekencangan kulit dari Nuryanti. Kekencangan kulit khas dari wanita yang sehari – hari bekerja membersihkan rumah.

    Nuryanti yang mulai merasakan adanyaya kerjasama dari Hans lalu melepaskan dekapannya.

    “hahhh hahhh hahhhh. Gila hah hah. Ampir bunuh saya mbak Nuryanti nih hah hah!!”
    “ ehehheeh jangan marah dong ganteng. Nih isep lagi susunya mbak”

    Kali ini hans langsung melahap putting kiri Nuryanti. Terlihat betul gerakan hans masih kaku. dia hanya menghisap-hisap putting Nuryanti. Terlihat memang hans belum berpengalaman.

    Nuryanti perlahan melepaskan celana dalamnya. Sehingga kali ini di dalam rok nya tidak ada lagi yang melindungi memeknya. Nuryanti melanjutkan goyangan pinggulnya. Terasa kontol hans semakin keras.

    “hihihi ada yang ngaceng nih. Hayooooo”
    “mmmmhh mmmhh. Gimana lagi. Digesek-gesek gitu sama mbak Nuryanti hihihih”
    “kluarin dong kontolnya. Kasian tuh kesempitan hihihi”

    Hans pun langsung menurunkan celana pendek & celana dalamnya. Setelah kontol itu muncul. Nuryanti langsung mengocok-ngocok nya. Pas segenggam besarnya. Lumayan pikir Nuryanti. Walau tentu saja belum sebesar kontol suaminya di rumah.

    “Siap den menuju surga dunia? Hihihi”

    Nampaknya Nuryanti sudah tidak sabar merasakan kontol. Tentu saja, ini sudah bulan ketiga semenjak terakhir kali dia pulang ke kampung. Lagipula dia merasakan rangsangan Hans tidak ada apa – apanya. Jadi dia pikir langsung saja ditancap.

    “iii iiiya iya”
    “hihihii belum pernah ya sebelumnya?”

    Hans menggeleng. Dalam hati Nuryanti merasa puas sekali. Siapa sangka dia akan mendapatkan perjaka dari hans si ganteng hihih.

    “eh bentar sebelum dimasukin” Nuryanti mengambil HP nya yang dia sakukan di rok. Lalu dia melakukan selfie dengan Hans
    “ih buat apa mbak?”
    “buat disombongin dong ke pembantu-pembantu lain. Den hans kan favoritnya pembantu-pembantu sini. Klo lagi masturbasi atau gituan sama suaminya katanya pada bayangin den hans hihihi”

    Hans tidak peduli. dia masih saja memainkan toket Nuryanti. dia tidak pernah menyangka ada toket sebesar ini. dia pernah secara tidak sengaja menyentuh toket pacarnya, & sangat jauh ukurannya daripada toket di depannya ini. Hans & Cinthya memang belum pernah ML. paling jauh yang mereka lakukan hanyalah kissing. Itu pun hanya ciuman tempel bibir. Bukan French kiss.

    “siap yaaaaa.. ahhhhhh” Nuryanti akhirnya memasukkan kontol itu ke memeknya.

    Setelah masuk seluruhnya, Nuryanti diam & tidak goyang dahulu. dia sedikit tersenyum menahan tawa melihat muka Hans yang dilanda kenikmatan untuk pertama kalinya. Nuryanti semakin gemas dengan muka anak majikannya ini

    “hihihi kenapa den ganteng?”
    “ouhhhhh ouhhhhhhh” Hans fokus dengan kenikmatan yang dirasakan kontolnya

    Nuryanti pun lalu mencium-cium wajah tampan Hans saking tidak kuatnya menahan gemas. dia basahi seluruh muka dari Hans. Hans yang merasa nikmat hanya pasrah saja menerima kebinalan pembantunya itu.

    Perlahan – lahan Nuryanti mulai menggoyangkan pinggulnya sambil tetap menikmati ketampanan muka hans. Ciuman & hisapan – hisapan dari Nuryanti mulai turun ke leher dari Hans. Nuryanti meninggalkan banyak cupangan di leher Hans tersebut.

    “mmmuuachh mmmm cup cupppp” Nuryanti sangat menikmati mengeksplor Hans, Wangi tubuh hans yang sering merawat diri benar – benar memabukkan Nuryanti.

    Jika ditelaah mungkin sudah tidak ada lagi bagDian wajah & leher Hans yang bebas dari liur Nuryanti.

    Nuryanti semakin bersemangat menggoyangkan pinggulnya. Terlihat Hans yang baru pertama kali ngeseks benar – benar kewalahan menghadapi kebinalan Nuryanti yang memang sudah banyak pengalaman dalam hal ini.

    “mmhhh ahh ahhh uhhhh mmmmmhhhh” Terlihat hans berusaha keras menahan dorongan spermanya untuk segera keluar. Mukanya memerah.

    Namun apa daya, belum sampai 5 menit kemudian.

    “Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh” Sperma kental keluar dari kontol Hans di dalam memek Nuryanti.
    “Hans, heh Hans. Bangun kamu. Kebiasaan klo nonton tivi ampe ketiduran. Pindah ke kamar sana” Tiba – tiba Hans terbangun karena dibangunkan ibunya yang langsung berlalu ke kamar.

    Hans yang terbangun lalu dia meraba raba tubuhnya. Ternyata dia masih berpakaDian lengkap. Namun dia memang merasa ada sesuatu yang lengket di celana dalamnya.

    “Huh sial ternyata mimpi basah doang. Gue kirain beneran nyata”

    Dari kamar, Ibunya lalu berterDiak

    “Hans ati-ati ah kalo tidur pake selimut. Sekarang lagi jaman demam berdarah. Tuh leher kamu bentol-bentol digigit nyamuk”

    Hans kaget. Hah bentol – bentol. Sekilas lalu dia bertukar pandang dengan Pembantunya Nuryanti yang sedang berada di pintu dapur. Terlihat Nuryanti tersenyum geli lalu mengedipkan sebelah matanya pada Hans sambil menggigit bibir.

    “Hah…yang tadi mimpi ga sih??”

    Hans yang masih bingung lalu mendengar HP nya berbunyi tanda ada SMS masuk. dia buka ternyata dari nomor yang tidak dia kenal. & isinya adalah

    “makasih ya mas hans. Kapan-kapan kita ewean lagi ya. Tapi nanti mas hans nya minum obat kuat dulu ya biar mainnya lama hihihihi”
    “glek” Hans senang sekaligus bingung sekaligus takut.

    Senang karena dia benar – benar merasakan tubuh nikmat pembantunya. & mungkin bukan hanya saat itu saja. Ke depannya mungkin dia akan lebih sering menikmati tubuh pembantunya.

    Bingung karena kenapa dia bisa menikmati bermain seks dengan pembantunya. Padahal oembantunya sangat berbeda tipenya dibandingkan paacarnya saat ini. CInthya, perempuan keturunan Chinese dengan kulit mulus & wajah cantik tiada tara.

    Dan takut, bagaimana jika pembantunya cerita ke orang tua atau orang di sekitar kompleksnya. Bisa hancur nama baiknya. Apalagi dia ingat pembantunya sempat mengambil foto.

    Sementara di dapur, Nuryanti masih tersenyum-senyum penuh kemenangan. dia yakin hans sudah takluk pada dirinya. dia bisa memenuhi kebutuhan seksualnya kapan saja. Bukan dengan orang sembarangan, tapi orang yang paling ganteng sekompleks ini.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Skandal Ibu Mertua Super Toge

    Skandal Ibu Mertua Super Toge


    1593 views

    Cerita Sex Mertua ini Berjudul ” Skandal Ibu Mertua Super Toge ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,.Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2017.

    Perawanku – ini menceritakan perselingkuhan antara seorang suami dengan ibu mertuanya ketika isterinya sedang pergi ke luar kota. Mereka berdua menikmati hubungan seks terlarang ini. Seakan melepaskan nafsu birahinya, anak menantu dan ibu mertua ini mencapai kenikmatan seks yang mereka dambakan dan pendam selama ini. Selengkapnya, simak ceritanya berikut ini!

    Cerita Sex Skandal Ibu Mertua Super Toge

    Bapak mertuaku (Pak Tom, samaran) yang berusia sekitar 60 tahun baru saja pensiun dari pekerjaannya di salah satu perusahaan di Jakarta. Sebetulnya beliau sudah pensiun dari anggota ABRI ketika berumur 55 tahun, tetapi karena dianggap masih mampu maka beliau terus dikaryakan. Karena beliau masih ingin terus berkarya, maka beliau memutuskan untuk kembali ke kampungnya didaerah Malang, Jawa Timur selain untuk menghabiskan hari tuanya, juga beliau ingin mengurusi kebun Apelnya yang cukup luas.

    Ibu mertuaku (Bu Mar, samaran) walaupun sudah berumur sekitar 45 tahun, tetapi penampilannya jauh lebih muda dari umurnya. Badannya saja tidak gemuk gombyor seperti biasanya ibu-ibu yang sudah berumur, walau tidak cantik tetapi berwajah ayu dan menyenangkan untuk dipandang. Penampilan ibu mertuaku seperti itu mungkin karena selama di Jakarta kehidupannya selalu berkecukupan dan telaten mengikuti senam secara berkala dengan kelompoknya.

    Beberapa bulan yang lalu, aku mengambil cuti panjang dan mengunjunginya bersama Istriku (anak tunggal mertuaku) dan anakku yang baru berusia 2 tahun. Kedatangan kami disambut dengan gembira oleh kedua orang mertuaku, apalagi sudah setahun lebih tidak bertemu sejak mertuaku kembali ke kampungnya. Pertama-tama, aku di peluk oleh Pak Tom mertuaku dan istriku dipeluk serta diciumi oleh ibunya dan setelah itu istriku segera mendatangi ayahnya serta memeluknya dan Bu Mar mendekapku dengan erat sehingga terasa payudaranya mengganjal empuk di dadaku dan tidak terasa penisku menjadi tegang karenanya.

    Dalam pelukannya, Bu Mar sempat membisikkan Sur…(namaku).., Ibu kangen sekali denganmu”, sambil menggosok-gosokkan tangannya di punggungku, dan untuk tidak mengecewakannya kubisiki juga, “Buuu…, Saya juga kangen sekali dengan Ibu”, dan aku menjadi sangat kaget ketika ibu mertuaku sambil tetap masih mendekapku membisikiku dengan kata-kata, “Suuur…, Ibu merasakan ada yang mengganjal di perut Ibu”, dan karena kaget dengan kata-kata itu, aku menjadi tertegun dan terus saling melepaskan pelukan dan kuperhatikan ibu mertuaku tersenyum penuh arti.

    Setelah dua hari berada di rumah mertua, aku dan istriku merasakan ada keanehan dalam rumah tangga mertuaku, terutama pada diri ibu mertuaku. Ibu mertuaku selalu saja marah-marah kepada suaminya apabila ada hal-hal yang kurang berkenan, sedangkan ayah mertuaku menjadi lebih pendiam serta tidak meladeni ibu mertuaku ketika beliau sedang marah-marah dan ayah mertuaku kelihatannya lebih senang menghabiskan waktunya di kebun Apelnya, walaupun di situ hanya duduk-duduk seperti sedang merenung atau melamun. Istriku sebagai anaknya tidak bisa berbuat apa-apa dengan tingkah laku orang tuanya terutama dengan ibunya, yang sudah sangat jauh berlainan dibanding sewaktu mereka masih berada di Jakarta, kami berdua hanya bisa menduga-duga saja dan kemungkinannya beliau itu terkena post power syndrome. Karena istriku takut untuk menanyakannya kepada kedua orang tuanya, lalu Istriku memintaku untuk mengorek keterangan dari ibunya dan supaya ibunya mau bercerita tentang masalah yang sedang dihadapinya, maka istriku memintaku untuk menanyakannya sewaktu dia tidak sedang di rumah dan sewaktu ayahnya sedang ke kebun Apelnya.

    Di pagi hari ke 3 setelah selesai sarapan pagi, istriku sambil membawa anakku, pamitan kepada kedua orang tuanya untuk pergi mengunjungi Budenya di kota Kediri, yang tidak terlalu jauh dari Malang dan kalau bisa akan pulang sore nanti.
    “Lho…, Mur (nama istriku), kok Mas mu nggak diajak..?”, tanya ibunya.
    “Laah.., nggak usahlah Buuu…, biar Mas Sur nemenin Bapak dan Ibu, wong nggak lama saja kok”, sahut istriku sambil mengedipkan matanya ke arahku dan aku tahu apa maksud kedipan matanya itu, sedangkan ayahnya hanya berpesan pendek supaya hati-hati di jalan karena hanya pergi dengan cucunya saja.

    Tidak lama setelah istriku pergi, Pak Tompun pamitan dengan istrinya dan aku, untuk pergi ke kebun apelnya yang tidak terlalu jauh dari rumahnya sambil menambahkan kata-katanya, “Nak Suuur…, kalau nanti mau lihat-lihat kebun, susul bapak saja ke sana”. Sekarang yang di rumah hanya tinggal aku dan ibu mertuaku yang sedang sibuk membersihkan meja makan. Untuk mengisi waktu sambil menunggu waktu yang tepat untuk menjalankan tugas yang diminta oleh istriku, kugunakan untuk membaca koran lokal di ruang tamu.

    Entah sudah berapa lama aku membaca koran, yang pasti seluruh halaman sudah kubaca semua dan tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara sesuatu yang jatuh dan diikuti dengan suara mengaduh dari belakang, dengan gerakan reflek aku segera berlari menuju belakang sambil berteriak, “Buuu…, ada apa buuu?”. Dan dari dalam kamar tidurnya kudengar suara ibu mertuaku seperti merintih, “Nak Suuur…, tolooong Ibuuu”, dan ketika kujenguk ternyata ibu mertuaku terduduk di lantai dan sepertinya habis terjatuh dari bangku kecil di dekat lemari pakaian sambil meringis dan mengaduh serta mengurut pangkal pahanya. Serta merta kuangkat ibu mertuaku ke atas tempat tidurnya yang cukup lebar dan kutidurkan sambil kutanya, “Bagian mana yang sakit Buuu”, dan ibu mertuaku menjawab dengan wajah meringis seperti menahan rasa sakit, “Di sini.., sambil mengurut pangkal paha kanannya dari luar rok yang dipakainya”.

    Tanpa permisi lalu kubantu mengurut paha ibu mertuaku sambil kembali kutanya, “Buuu…, apa ada bagian lain yang sakit..?
    “Nggak ada kok Suuur…, cuman di sepanjang paha kanan ini ada rasa sakit sedikit..”, jawabnya.
    “Ooh…, iya nak Suuur…, tolong ambilkan minyak kayu putih di kamar ibu, biar paha ibu terasa panas dan hilang sakitnya”.
    Aku segera mencari minyak yang dimaksud di meja rias dan alangkah kagetku ketika aku kembali dari mengambil minyak kayu putih, kulihat ibu mertuaku telah menyingkap roknya ke atas sehingga kedua pahanya terlihat jelas, putih dan mulus. Aku tertegun sejenak di dekat tempat tidur karena melihat pemandangan ini dan mungkin karena melihat keragu-raguanku ini dan tertegun dengan mataku tertuju ke arah paha beliau, ibu mertuaku langsung saja berkata, “Ayooo..lah nak Suuur…, nggak usah ragu-ragu, kaki ibu terasa sakit sekali ini lho, lagi pula dengan ibu mertua sendiri saja kok pake sungkan sungkan…, tolong di urutkan paha ibu tapi nggak usah pakai minyak kayu putih itu…, ibu takut nanti malah paha ibu jadi kepanasan.

    Dengan perasaan penuh keraguan, kuurut pelan-pelan paha kanannya yang terlihat ada tanda agak merah memanjang yang mungkin sewaktu terjatuh tadi terkena bangku yang dinaikinya seraya kutanya, “Bagaimana Buuu…, apa bagian ini yang sakit..?
    “Betul Nak Suuur…, yaa yang ituuu…, tolong urutkan yang agak keras sedikit dari atas ke bawah”, dan dengan patuh segera saja kuikuti permintaan ibu mertuaku. Setelah beberapa saat kuurut pahanya yang katanya sakit itu dari bawah ke atas, sambil memejamkan matanya, ibu mertuaku berkata kembali, “Nak Suuur…, tolong agak ke atas sedikit ngurutnya”, sambil menarik roknya lebih ke atas sehingga sebagian celana dalamnya yang berwarna merah muda dan tipis itu terlihat jelas dan membuatku menjadi tertegun dan gemetar entah kenapa, apalagi vagina ibu mertuaku itu terlihat mengembung dari luar CD-nya dan ada beberapa helai bulu vaginanya yang keluar dari samping CD-nya.

    “Ayoo…,doong…, Nak Sur, kok ngurutnya jadi berhenti”, kata ibu mertuaku sehingga membuatku tersadar.
    “Iii…, yaa…, Buuu maaf, tapi…, Buuu”, jawabku agak terbata-bata dan tanpa menyelesaikan perkataanku karena agak ragu.
    “aah… kenapa sih Nak Suuur..?, kata ibu mertuaku kembali sambil tangan kanannya memegang tangan kiriku serta menggoncangnya pelan.
    “Buuu…, Saa…, yaa…, saayaa”, sahutku tanpa sadar dan tidak tahu apa yang harus kukatakan, tetapi yang pasti penisku menjadi semakin tegang karena melihat bagian CD ibu mertuaku yang menggelembung di bagian tengahnya.

    “Nak Suuur..”, katanya lirih sambil menarik tangan kiriku dan kuikuti saja tarikan tangannya tanpa prasangka yang bukan-bukan, dan setelah tanganku diciumnya serta digeser geserkan di bibirnya, lalu secara tidak kuduga tanganku diletakkan tepat di atas vaginanya yang masih tertutup CD dan tetap dipegangnya sambil dipijat-pijatkannya secara perlahan ke vaginanya diikuti dengan desis suara ibu mertuaku, “ssshh…, ssshh”. Kejadian yang tidak kuduga sama sekali ini begitu mengagetkanku dan secara tidak sadar aku berguman agak keras.
    “Buuu…, Saa…yaa”, dan belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, dari mulut ibu mertuaku terdengar, “Nak Suuur…, koook seperti anak kecil saja.., siiih?”.
    “Buu…, Saa…, yaa…, takuuut kalau nanti bapak datang”, sahutku gemetar karena memang saat itu aku takut benar, sambil mencoba menarik tanganku tetapi tangan ibu mertuaku yang masih tetap memegang tanganku, menahannya dan bahkan semakin menekan tanganku ke vaginanya serta berkata pelan, “Nak Suuur…, Bapak pulang untuk makan siang selalu jam 1 siang nanti…, tolong Ibuuu…, naak”,terdengar seperti mengiba.

    Sebetulnya siapa sih yang tidak mau kalau sudah seperti ini, aku juga tidak munafik dan pasti para pembaca Situs “17 Tahun.Com” pun juga tidak bisa menahan diri kalau dalam situasi seperti ini, tetapi karena ini baru pertama kualami dan apalagi dengan ibu mertuaku sendiri, tentunya perasaan takutpun pasti akan ada.
    “Ayooo…lah Nak Suuur…, tolongin Ibuuu…, Naak”, kudengar ibu mertuaku mengiba kembali sehingga membuatku tersadar dan tahu-tahu ibu mertuaku telah memelukku.
    “Buuu…, biar saya kunci pintunya dulu, yaa..?”, pintaku karena aku was-was kalau nanti ada orang masuk, tetapi ibu mertuaku malah menjawab, “Nggak usah naak…, selama ini nggak pernah ada orang pagi-pagi ke rumah Ibu”, serta terus mencium bibirku dengan bernafsu sampai aku sedikit kewalahan untuk bernafas. Semakin lama ibu mertuaku semakin tambah agresif saja, sambil tetap menciumiku, tangannya berusaha melepaskan kaos oblong yang kukenakan dan setelah berhasil melepaskan kaosku dengan mudah disertai dengan bunyi nafasnya yang terdengar berat dan cepat, ibu mertuaku terus mencium wajah serta bibirku dan perlahan-lahan ciumannya bergerak ke arah leher serta kemudian ke arah dadaku.

    Ciuman demi ciuman ibu mertuaku ini tentu saja membuatku menjadi semakin bernafsu dan ketakutanku yang tadipun sudah tidak teringat lagi.
    “Buuu…, boleh saya bukaa…, rok Ibu..? tanyaku minta izin.
    “Suuur…, bol…, eh…, boleh…, Nak, Nak Suur…, boleh lakukan apa saja..”, katanya dengan suara terputus-putus dan terus kembali menciumi dadaku dengan nafasnya yang cepat dan sekarang malah berusaha melepas kancing celana pendek yang ada di badanku. Setelah rok ibu mertuaku terlepas, lalu kulepaskan juga kaitan BH-nya dan tersembulah payudaranya yang tidak begitu besar dan sudah agak menggelantung ke bawah dengan puting susunya yang besar kecoklatan. Sambil kuusapkan kedua tanganku ke bagian bawah payudaranya lalu kutanyakan, “Buuu…, boleh saya pegang dan ciumi tetek…, Ibuu..?
    “Bool…, eh…, boleh…, sayang.., lakukan apa saja yang Nak Sur mau.., Ibu sudah lama sekali tidak mendapatkan ini lagi dari bapakmu…, ayoo.., sayaang”, sahut ibu mertuaku dengan suara terbata-bata sambil mengangkat dadanya dan perlahan-lahan kupegang kedua payudara ibu mertuaku dan salah satu puting susunya langsung kujilati dan kuhisap-hisap, serta pelan-pelan kudorong tubuh ibu mertuaku sehingga jatuh tertidur di kasur dan dari mulut ibu mertuaku terdengar, “ssshh…, aahh.., sayaang…, ooohh…, teruuus…, yaang…, tolong puasiiin Ibuu…, Naak”, dan suara ibu mertuaku yang terdengar menghiba itu menjadikanku semakin terangsang dan aku sudah lupa kalau yang kugeluti ini adalah ibu mertuaku sendiri dan ibu dari istriku.

    “Naak Suuur”, kudengar suara ibu mertuaku yang sedang meremas-remas rambut di kepalaku serta menciuminya, “Ibuu…, ingin melihat punyamu…, Naak”, seraya tangannya berusaha memegang penisku yang masih tertutup celana pendekku.
    “Iyaa…, Buu…, saya buka celana dulu Buuu”, sahutku setelah kuhentikan hisapanku pada payudaranya serta segera saja aku bangkit dan duduk di dekat muka ibu mertuaku. Segera saja ibu mertuaku memegang penisku yang sedang berdiri tegang dari luar celana dan berkomentar, “Nak Suur…, besar betuuul…, dan keras lagi, ayooo…, dong cepaat.., dibuka celananya…, agar Ibu bisa melihatnya lebih jelas”, katanya seperti sudah tidak sabar lagi, dan tanpa disuruh ibu untuk kedua kalinya, langsung saja kulepas celana pendek yang kukenakan.

    Cerita Dewasa : Ketika aku membuka CD-ku serta melihat penisku berdiri tegang ke atas, langsung saja ibu mertuaku berteriak kecil, “Aduuuh…, Suuur…, besaar sekali”, padahal menurut anggapanku ukuran penisku sepertinya wajar saja menurut ukuran orang Indonesia tapi mungkin saja lebih besar dari punya suaminya dan ibu mertuaku langsung saja memegangnya serta mengocoknya pelan-pelan sehingga tanpa kusadari aku mengeluarkan desahan kecil, “ssshh…, aahh”, sambil kedua tanganku kuusap-usapkan di wajah dan rambutnya.

    “Aduuuh…, Buuu…, sakiiit”, teriakku pelan ketika ibu mertuaku berusaha menarik penisku ke arah wajahnya, dan mendengar keluhanku itu segera saja ibu mertuaku melepas tarikannya dan memiringkan badannya serta mengangkat separuh badannya yang ditahan oleh tangan kanannya dan kemudian mendekati penisku. Setelah mulutnya dekat dengan penisku, langsung saja ibu mertuaku mengeluarkan lidahnya serta menjilati kepala penisku sedangkan tangan kirinya meremas-remas pelan kedua bolaku, sedangkan tangan kiriku kugunakan untuk meremas-remas rambutnya serta sekaligus untuk menahan kepala ibu mertuaku. Tangan kananku kuremas-remaskan pada payudaranya yang tergantung ke samping.

    Setelah beberapa kali kepala penisku dijilatinya, pelan-pelan kutarik kepala ibu mertuaku agar bisa lebih dekat lagi ke arah penisku dan rupanya ibu mertuaku cepat mengerti apa yang kumaksud dan walaupun tanpa kata-kata langsung saja kepalanya didekatkan mengikuti tarikan kedua tanganku dan sambil memegangi batang penisku serta dengan hanya membuka mulutnya sedikit, ibu mertuaku secara pelan-pelan memasukkan penisku yang sudah basah oleh air liurnya sampai setengah batang penisku masuk ke dalam mulutnya. Kurasakan lidah ibu mertuaku dipermainkannya dan digesek-gesekannya pada kepala penisku, setelah itu kepala ibu ditariknya mundur pelan-pelan dan kembali dimajukan sehingga penisku terasa sangat nikmat. Karena tidak tahan menahan kenikmatan yang di berikan ibu mertuaku, aku jadi mendesis, “ssshh…, aacccrrr…, ooohh”, mengikuti irama maju mundurnya kepala ibu. Makin lama gerakan kepala ibu mertuaku maju mundur semakin cepat dan ini menambah nikmat bagiku.

    Beberapa menit kemudian, ibu mertuaku secara tiba-tiba melepaskan penisku dari mulutnya, padahal aku masih ingin hal ini terus berlangsung dan sambil kembali menaruh kepalanya di tempat tidur, dia menarik bahuku untuk mengikutinya. Ibu langsung mencium wajahku dan ketika ciumannya mengarah ke telingaku, kudengar ibu berkata dengan agak berbisik, “Naak Suuur…, Ibu juga kepingin punya ibu dijilati”, dan sambil kunaiki tubuh ibu mertuaku lalu kutanyakan, “Buuu…, apa boleh…, saya lakukan?”, dan segera saja ibu menjawabnya, “Nak Suuur…, tolong pegang dan jilati kepunyaan ibu…, naak…, ibu sudah lama kepingin di gituin”.

    Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, aku menurunkan badanku secara perlahan-lahan dan ketika melewati dadanya kembali kuciumi serta kujilati payudara ibu mertuaku yang sudah tidak terlalu keras lagi, setelah beberapa saat kuciumi payudara ibu, aku segera menurunkan badanku lagi secara perlahan sedangkan ibu mertuaku meremas-remas rambutku, juga terasa seperti berusaha mendorong kepalaku agar cepat-cepat sampai ke bawah. Kuciumi dan kujilati perut dan pusar ibu sambil salah satu tanganku kugunakan untuk menurunkan CD-nya. Kemudian dengan cekatan ku lepas CD-nya dan kulemparkan ke atas lantai. Kulihat vagina ibu mertuaku begitu lebat ditumbuhi bulu-bulu yang hitam mengitari liang vaginanya. Mungkin karena terlalu lama aku menjilati perut dan sekitarnya, kembali kurasakan tangan ibu yang ada di kepalaku menekan ke bawah dan kali ini kuikuti dengan menurunkan badanku pelan-pelan ke bawah dan sesampainya di dekat vaginanya, kuciumi daerah di sekitarnya dan apa yang kulakukan ini mungkin menyebabkan ibu tidak sabaran lagi, sehingga kudengar suara ibu mertuaku, “Nak Suuur…, tolooong…, cepaat…, saa.., yaang…, ayooo…, Suuur”.

    Tanpa kujawab permintaannya, aku mulai melebarkan kakinya dan kuletakkan badanku di antara kedua pahanya, lalu kusibak bulu vaginanya yang lebat itu untuk melihat belahan vagina ibu dan setelah bibir vagina ibu terlihat jelas lalu kubuka bibir kemaluannya dengan kedua jari tanganku, ternyata vagina ibu mertuaku telah basah sekali. Ketika ujung lidahku kujilatkan ke dalam vaginanya, kurasakan tubuh ibu menggelinjang agak keras sambil berkata, “Cepaat…, Suuur…, ibu sudah nggak tahaan”.

    Dengan cepat kumasukkan mulut dan lidahku ke dalam vaginanya sambil kujilati dan kusedot-sedot dan ini menyebabkan ibu mulai menaik-turunkan pantatnya serta bersuara, “ssshh…, aahh…, Suuur…, teruuus…, adduuuhh…, enaak…, Suuur”, Lalu kukecup clitorisnya berulang kali hingga mengeras, hal ini membuat ibu mertuaku menggelinjang hebat, “Aahh…, ooohh…, Suuur…, betuuul…, yang itu…, Suuur…, enaak…, aduuuh…, Suuur…, teruskaan…, aahh”, sambil kedua tangannya menjambak rambutku serta menekan kepalaku lebih dalam masuk ke vaginanya. Kecupan demi kecupan di vagina ibu ini kuteruskan sehingga gerakan badan ibu mertuaku semakin menggila dan tiba-tiba kudengar suara ibu setengah mengerang, “aahh…, oooh…, duuuh…, Suuur…, ibuu…, mau.., mauuu…, sampaiii…, Naak…, oooh”, disertai dengan gerakan pantatnya naik turun secara cepat.

    Gerakan badannya terhenti dan yang kudengar adalah nafasnya yang menjadi terengah-engah dengan begitu cepatnya dan tangannyapun sudah tidak meremas-remas rambutku lagi, sementara itu jilatan lidahku di vagina ibu hanya kulakukan sekedarnya di bagian bibirnya saja. Dengan nafasnya yang masih memburu itu, tiba-tiba ibu mertuaku bangun dan duduk serta berusaha menarik kepalaku seraya berkata, “Naak Suuur…, ke siniii…, saayaang”, dan tanpa menolak kuikuti saja tarikan tangan ibu, ketika kepalaku sudah di dekat kepalanya, ibu mertuaku langsung saja memelukku seraya berkata dengan suara terputus-putus karena nafasnya yang masih memburu, “Suuur…, Ibu puas dengan apa yang Nak Suuur…, lakukan tadi, terima kasiih…, Naak”. Ibu mertuaku bertubi-tubi mencium wajahku dan kubalas juga ciumannya dengan menciumi wajahnya sambil kukatakan untuk menyenangkan hatinya, “Buuu…, saya sayang Ibuuu…, saya ingin ibu menjadi…, puu..aas”.

    Setelah nafas ibu sudah kembali normal dan tetap saja masih menciumi seluruh wajahku dan sesekali bibirku, dia berkata, “Naak Suuur…, Ibu masih belum puas sekali…, Suuur…, tolooong puasin ibu sampai benar-benar puaas…, Naak”, seraya kurasakan ibu merenggangkan kedua kakinya. Karena aku masih belum memberikan reaksi atas ucapannya itu, karena tiba-tiba aku terpikir akan istriku dan yang kugeluti ini adalah ibu kandungnya, aku menjadi tersadar ketika ibu bersuara kembali, “Sayaang…, ayooo…, tolooong Ibu dipuasin lagi Suuur, tolong masukkan punyamu yang besar itu ke punya ibu”.
    “Buuu…, seharusnya saya tidak boleh melakukan ini…, apalagi kepada Ibuu”,sahutku di dekat telinganya.
    “Suuur…, nggak apa-apa…, Naak…, Ibu yang kepingin, lakukanlah Naak…, lakukan sampai Ibu benar-benar puas Suuur”, katanya dengan suara setengah mengiba.

    “aahh…, biarlah, kenapa kutolak”, pikirku dan tanpa membuang waktu lagi aku lalu mengambil ancang-ancang dan kupegang penisku serta kuusap-usapkan di belahan bibir vagina ibu mertuaku yang sudah sedikit terbuka. Sambil kucium telinga ibu lalu kubisikkan, “Buuu…, maaf yaa…., saya mau masukkan sekarang, boleh?”.
    “Suur…, cepat masukkan, Ibu sudah kepingin sekali Naak”, sahutnya seperti tidak sabar lagi dan tanpa menunggu ibu menyelesaikan kalimatnya aku tusukkan penisku ke dalam vaginanya, mungkin entah tusukan penisku terlalu cepat atau karena ibu katanya sudah lama tidak pernah digauli oleh suaminya langsung saja beliau berteriak kecil, “Aduuuh…, Suuur…, pelan-pelan saayaang…, ibu agak sakit niiih”, katanya dengan wajah yang agak meringis mungkin menahan rasa kesakitan. Kuhentikan tusukan penisku di vaginanya, “Maaf Buu…, saya sudah menyakiti Ibu…, maaf ya Bu”. Ibu mertuaku kembali menciumku, “Tidak apa-apa Suuur…, Ibu cuma sakit sedikit saja kok, coba lagi Suur..”, sambil merangkulkan kedua tangannya di pungungku.

    “Buuu…, saya mau masukkan lagi yaa dan tolong Ibu bilang yaa…, kalau ibu merasa sakit”, sahutku. Tanpa menunggu jawaban ibu segera saja kutusukkan kembali penisku tetapi sekarang kulakukan dengan lebih pelan. Ketika kepala penisku sudah menancap di lubang vaginanya, kulihat ibu sedikit meringis tetapi tidak mengeluarkan keluhan, “Buuu…, sakit.., yaa?”. Ibu hanya menggelengkan kepalanya serta menjawab, “Suuur…, masukkan saja sayaang”, sambil kurasakan kedua tangan ibu menekan punggungku. Aku segera kembali menekan penisku di lubang vaginanya dan sedikit terasa kepala penisku sudah bisa membuka lubang vaginanya, tetapi kembali kulihat wajah ibu meringis menahan sakit. Karena ibu tidak mengeluh maka aku teruskan saja tusukan penisku dan, “Bleess”, penisku mulai membongkar masuk ke liang vaginanya diikuti dengan teriakan kecil, “Aduuuh…, Suuur”, sambil menengkeramkan kedua tangannya di punggungku dan tentu saja gerakan penisku masuk ke dalam vaginanya segera kutahan agar tidak menambah sakit bagi ibu.
    “Buuu…, sakit yaa..? maaf ya Buuu”. Ibu mertuaku hanya menggelengkan kepalanya.
    “Enggak kok sayaang…, ibu hanya kaget sedikit saja”, lalu mencium wajahku sambil berucap kembali, “Suuur…, besar betul punyamu itu”.

    Pelan-pelan kunaik-turunkan pantatku sehingga penisku yang terjepit di dalam vaginanya keluar masuk dan ibupun mulai menggoyang-goyangkan pantatnya pelan-pelan sambil berdesah, “ssshh…, oooh…, aahh…, sayaang…, nikmat…, teruuuskan…, Naak”, katanya seraya mempercepat goyangan pantatnya. Akupun sudah mulai merasakan enaknya vaginan ibu dan kusahut desahannya, “Buuu…, aahh…, punyaa Ibu juga nikmat, buuu”, sambil kuciumi pipinya.

    Makin lama gerakanku dan ibu semakin cepat dan ibupun semakin sering mendesah, “Aah…, Suuurr…, ooh…, teruus…, Suur”. Ketika sedang nikmat-enaknya menggerakkan penisku keluar masuk vaginanya, ibu menghentikan goyangan pantatnya. Aku tersentak kaget, “Buuu…, kenapa? apa ibu capeeek?”, Ibu hanya menggelengkan kepalanya saja, sambil mencium leherku ibu berucap, “Suuur…, coba hentikan gerakanmu itu sebentar”.
    “Ada apa Buuu”, sahutku sambil menghentikan goyangan pantatku naik turun.
    “Suuur…, kamu diam saja dan coba rasakan ini”, kata ibu tanpa menjelaskan apa maksudnya dan tidak kuduga tiba-tiba terasa penisku seperti tersedot dan terhisap di dalam vagina ibu mertuaku, sehingga tanpa sadar aku mengatakan, “Buuu…, aduuuh…, enaak…, Buu…, teruus Bu, oooh…, nikmat Buu”, dan tanpa sadar, aku kembali menggerakkan penisku keluar masuk dengan cepat dan ibupun mulai kembali menggoyangkan pantatnya.
    “oooh…, aah…, Suuur…, enaak Suuur”, dan nafasnya dan nafaskupun semakin cepat dan tidak terkontrol lagi.

    Mengetahui nafas Ibu serta goyangan pantat Ibu sudah tidak terkontrol lagi, aku tidak ingin ibu cepat-cepat mencapai orgasmenya, lalu segera saja kuhentikan gerakan pantatku dan kucabut penisku dari dalam vaginanya yang menyebabkan ibu mertuaku protes, “Kenapa…, Suuur…, kok berhenti?”, tapi protes ibu tidak kutanggapi dan aku segera melepaskan diri dari pelukannya lalu bangun.

    Tanpa bertanya, lalu badan ibu mertuaku kumiringkan ke hadapanku dan kaki kirinya kuangkat serta kuletakkan di pundakku, sedangkan ibu mertuaku hanya mengikuti saja apa yang kulakukan itu. Dengan posisi seperti ini, segera saja kutusukkan kembali penisku masuk ke dalam vagina ibu mertuaku yang sudah sangat basah itu tanpa kesulitan. Ketika seluruh batang penisku sudak masuk semua ke dalam vaginanya, segera saja kutekan badanku kuat-kuat ke badan ibu sehingga ibu mulai berteriak kecil, “Suuur…, aduuuh…, punyamu masuk dalam sekali…, naak…, aduuuh…, teruuus sayaang…, aah”, dan aku meneruskan gerakan keluar masuk penisku dengan kuat. Setiap kali penisku kutekan dengan kuat ke dalam vagina ibu mertuaku, ibu terus saja berdesah, “Ooohh…, aahh…, Suuur…, enaak…, terus, tekan yang kuaat sayaang”.

    Aku tidak berlama-lama dengan posisi seperti ini. Kembali kehentikan gerakanku dan kucabut penisku dari dalam vaginanya. Kulihat ibu hanya diam saja tanpa protes lagi dan lalu kukatakan pada ibu, “Buuu…, coba ibu tengkurap dan nungging”, kataku sambil kubantu membalikkan badan dan mengatur kaki ibu sewaktu nungging, “Aduuh…, Suuur…, kamu kok macem-macem sih”, komentar Ibu mertuaku. Aku tidak menanggapi komentarnya dan tanpa kuberi aba-aba penisku kutusukkan langsung masuk ke dalam vagina ibu serta kutekan kuat-kuat dengan memegang pinggangnya sehingga ibu berteriak, “Aduuuh Suuur, oooh”, dan tanpa kupedulikan teriakan ibu, langsung saja kukocok penisku keluar masuk vaginanya dengan cepat dan kuat hingga membuat badan ibu tergetar ketika sodokanku menyentuh tubuhnya dan setiap kali kudengar ibu berteriak, “oooh…, oooh…, Suuur”, dan tidak lama kemudian ibu mengeluh lagi, “Suuur…, Ibu capek Naak…, sudaah Suuur…, Ibuu capeeek”, dan tanpa kuduga ibu lalu menjatuhkan dirinya tertidur tengkurap dengan nafasnya yang terengah-engah, sehingga mau tak mau penisku jadi keluar dari vaginanya.

    Tanpa mempedulikan kata-katanya, segera saja kubalik badan ibu yang jatuh tengkurap. Sekarang sudah tidur telentang lagi, kuangkat kedua kakinya lalu kuletakkan di atas kedua bahuku. Ibu yang kulihat sudah tidak bertenaga itu hanya mengikuti saja apa yang kuperbuat. Segera saja kumasukkan penisku dengan mudah ke dalam vagina ibu mertuaku yang memang sudah semakin basah itu, kutekan dan kutarik kuat sehingga payudaranya yang memang sudah aggak lembek itu terguncang-guncang. Ibu mertuaku nafasnya terdengar sangat cepat, “Suuur…, jangaan…, kuat-kuat Naak…, badan ibu sakit semua”, sambil memegang kedua tanganku yang kuletakkan di samping badannya untuk menahan badanku.

    Mendengar kata-kata ibu mertuaku, aku menjadi tersadar dan teringat kalau yang ada di hadapanku ini adalah ibu mertuaku sendiri dan segera saja kehentikan gerakan penisku keluar masuk vaginanya serta kuturunkan kedua kaki ibu dari bahuku dan langsung saja kupeluk badan ibu serta kuucapkan, “Maaf…, Buu…, kalau saya menyakiti Ibu, saya akan mencoba untuk pelan-pelan”, segera saja ibu berucap, “Suuur nggak apa-apa Nak, tapi Ibu lebih suka dengan posisi seperti ini saja, ayoo…, Suuur mainkan lagi punyamu agar ibu cepat puaas”.
    “Iyaa…, Buuu…, saya akan coba lagi”, sahutku sambil kembali kunaik-turunkan pantatku sehingga penisku keluar masuk vagina ibu dan kali ini aku lakukan dengan hati-hati agar tidak menyakiti badan ibu, dan ibu mertuakupun sekarang sudah mulai menggoyangkan pantatnya serta sesekali mempermainkan otot-otot di vaginanya, sehingga kadang-kadang terasa penisku terasa tertahan sewaktu memasuki liang vaginanya.

    Ketika salah satu payudara ibu kuhisap-hisap puting susunya yang sudah mengeras itu, ibu mertuaku semakin mempercepat goyangan pinggulnya dan terdengar desahannya yang agak keras diantara nafasnya yang sudah mulai memburu, “ooohh…, aahh…, Suuur…, teruuus…, oooh”, seraya meremas-remas rambutku lebih keras. Akupun ikut mempercepat keluar masuknya penisku di dalam vaginanya.

    Goyangan pinggul ibu mertuakupun semakin cepat dan sepertinya sudah tidak bisa mengontrol dirinya lagi. Disertai nafasnya yang semakin terengah-engah dan kedua tangannya dirangkulkan ke punggungku kuat-kuat, ibu mengatakan dengan terbata-bata, “Nak Suuur…, aduuuh…, Ibuuu…, sudaah…, oooh…, mauuu kelluaar”. Aku sulit bernafas karena punggungku dipeluk dan dicengkeramnya dengan kuat dan kemudian ibu mertuaku menjadi terdiam, hanya nafasnya saja yang kudengar terengah-engah dengan keras dan genjotan penisku keluar masuk vaginanya. Untuk sementara aku hentikan untuk memberikan kesempatan pada ibu menikmati orgasmenya sambil kuciumi wajahnya, “Bagaimana…, Buuu?, mudah-mudahan ibu cukup puas.

    Ibu mertuaku tetap masih menutup matanya dan tidak segera menjawab pertanyaanku, yang pasti nafas ibu masih memburu tetapi sudah mulai berkurang dibanding sebelumnya. Karena ibu masih diam, aku menjadi sangat kasihan dan kusambung pertanyaanku tadi di dekat telinganya, “Buu…, saya tahu ibu pasti capek sekali, lebih baik ibu istirahat dulu saja.., yaa?”, seraya aku mulai mengangkat pantatku agar penisku bisa keluar dari vagina ibu yang sudah sangat basah itu. Tetapi baru saja pantatku ingin kuangkat, ternyata ibu mertuaku cepat-cepat mencengkeram pinggulku dengan kedua tangannya dan sambil membuka matanya, memandang ke wajahku, “Jangaan…, Suuur…, jangan dilepas punyamu itu, ibu diam saja karena ingin melepaskan lelah sambil menikmati punyamu yang besar itu mengganjal di tempat ibuuu, jangaan dicabut dulu…, yaa…, sayaang”, terus kembali menutup matanya.

    Mendengar permintaan ibu itu, aku tidak jadi mencabut penisku dari dalam vagina ibu dan kembali kujatuhkan badanku pelan-pelan di atas badan ibu yang nafasnya sekarang sudah kelihatan mulai agak teratur, sambil kukatakan, “Tidaak…, Buuu…, saya tidak akan mencabutnya, saya juga masih kepingin terus seperti ini”, sambil kurangkul leher ibu dengan tangan kananku. Ibu hanya diam saja dengan pernyataanku itu, tetapi tiba-tiba penisku yang sejak tadi kudiamkan di dalam vaginanya terasa seperti dijepit dan tersedot vagina ibu mertuaku, dan tanpa sadar aku mengaduh, “Aduuuh…, oooh…, Buuu”.
    “Kenapa…, sayaang…, enaak yaa?”, sahut ibu sambil mencium bibirku dengan lembut dan sambil kucium hidungnya kukatakan, “Buuu…, enaak sekaliii”, dan seperti tadi, sewaktu ibu mertuaku mula-mula menjepit dan menyedot penisku dengan vaginanya, secara tidak sengaja aku mulai menggerakkan lagi penisku keluar masuk vaginanya dan ibu mertuakupun kembali mendesah, “oooh…, aah…, Suuur…, teruuus…, naak…, aduuuh…, enaak sekali”.

    Semakin lama gerakan pinggul ibu semakin cepat dan kembali kudengar nafasnya semakin lama semakin memburu. Gerakan pinggul ibu kuimbangi dengan mempercepat kocokan penisku keluar masuk vaginanya. Makin lama aku sepertinya sudah tidak kuat untuk menahan agar air maniku tetap tidak keluar, “Buuu…, sebentar lagi…, sayaa…, sudaah…, mau keluaar”, sambil kupercepat penisku keluar masuk vaginanya dan mungkin karena mendengar aku sudah mendekati klimaks, ibu mertuakupun semakin mempercepat gerakan pinggulnya serta mempererat cengkeraman tangannya di punggungku seraya berkata, “Suuur…, teruuuss…, Naak…, Ibuuu…, jugaa…, sudah dekat, ooohh…, ayooo Suuur…, semprooot Ibuu dengan airmuu…, sekaraang”.

    “Iyaa…, Buuu…, tahaan”, sambil kutekan pantatku kuat-kuat dan kami akhiri teriakan itu dengan berpelukan sangat kuat serta tetap kutekan penisku dalam-dalam ke vagina ibu mertuaku. Dalam klimaksnya terasa vagina ibu memijat penisku dengan kuat dan kami terus terdiam dengan nafas terengah-engah.

    Setelah nafas kami berdua agak teratur, lalu kucabut penisku dari dalam vagina ibu dan kujatuhkan badanku serta kutarik kepala ibu mertuaku dan kuletakkan di dadaku.Setelah nafasku mulai teratur kembali dan kuperhatikan nafas ibupun begitu, aku jadi ingat akan tugas yang diberikan oleh istriku.
    “Buuu…, apa ini yang menyebabkan ibu selalu marah-marah pada Bapak..?”, tanyaku.
    “Mungkin saja Suuur…, kenapa Suuur?”, Sahutnya sambil tersenyum dan mencium pipiku.
    “Buuu…, kalau benar, tolong ibu kurangi marah-marahnya kepada Bapak, kasihan dia”, ibu hanya diam dan seperti berfikir.
    Setelah diam sebentar lalu kukatakan, “Buuu…, sudah siang lho, seraya kubangunkan tubuh ibu serta kubimbing ke kamar mandi.

    Setelah peristiwa ini terjadi, ibu seringkali mengunjungi rumah kami dengan alasan kangen cucu dan anaknya Mur, tetapi kenyataannya ibu mertuaku selalu mengontakku melalui telepon di kantor dan meminta jatahnya di suatu motel, sebelum menuju ke rumahku. Untungnya sampai sekarang Istriku tidak curiga, hanya saja dia merasa aneh, karena setiap bulannya ibunya selalu mengunjung rumah kami.

    Cerita Sex Mertua,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Mesum,Cerita Hot,Cerita Sex Bergambar,Cerita Sex Panas,Cerita Bokep Seks,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Tante,Kisah Seks,Cerita Panas,Cerita Mesum

  • Pengalaman Ngewek Vagina Ku Disedot Sampai Jerit – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Pengalaman Ngewek Vagina Ku Disedot Sampai Jerit – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1714 views

    Perawanku – Pada suatu liburan sekolah yang panjang, kami dari sebuah SLTA mengadakan pendakian gunung di Jawa Timur. Rombongan terdiri dari 5 laki-laki dan 5 wanita. Diantara rombongan itu satu guru wanita ( guru biologi) dan satu guru pria ( guru olah raga ). Acara liburan ini sebenarnya amat tidak didukung oleh cuaca. Soalnya, acara kami itu diadakan pada awal musim hujan. Tapi kami tidak sedikitpun gentar menghadapi ancaman cuaca itu.

    Ada yang sedikit mengganjal hati saya, yakni Ibu Guru Anisa ( saya memanggilnya Anisa ) orangnya terkenal galak dan judes itu dan anti cowok ! denger-denger dia itu lesbi. Ada yang bilang dia patah hati dari pacarnya dan kini sok anti cowok. Bu Anis umurnya belum 30 tahun, sarjana, cantik, tinggi, kulit kuning langsat, full press body. Sedangkan teman – teman cewek lainnya terdiri dari cewek-cewek bawel tapi cantik-cantik dan periang, cowoknya, terus terang saja, semuanya bandit asmara ! termasuk pak Martin guru olah raga kami itu.

    Perjalanan menuju puncak gunung, mulai dari kumpul di sekolah hingga tiba di kaki gunung di pos penjagaan I kami lalui dengan riang gembira dan mulus-mulus saja. Seperti biasanya rombongan berangkat menuju ke sasaran melalui jalan setapak. Sampai tengah hari, kami mulai memasuki kawasan yang berhutan lebat dengan satwa liarnya, yang sebagian besar terdiri dari monyet-monyet liar dan galak. Menjelang sore, setelah rombongan istirahat sebentar untuk makan dan minum, kami berangkat lagi.

    Kata pak Martin sebentar lagi sampai ke tujuan. Saking lelahnya, rombongan mulai berkelompok dua-dua. Kebetulan aku berjalan paling belakang menemani si bawel Anisa dan disuruh membawa bawaannya lagi, berat juga sih, sebel pula! Sebentar-sebentar minta istirahat, bahkan sampai 10 menit, lima belas menit, dan dia benar-benar kecapean dan betisnya yang putih itu mulai membengkak.

    Kami berangkat lagi, tapi celaka, rombongan di depan tidak nampak lagi, nah lo ?! Kami kebingungan sekali, bahkan berteriak memanggil-manggil mereka yang berjalan duluan. Tak ada sahutan sedikitpun, yang terdengar hanya raungan monyet-monyet liar, suara burung, bahkan sesekali auman harimau. Anisa sangat ketakutan dengan auman harimau itu. Akhirnya kami terus berjalan menuruti naluri saja. Rasa-rasanya jalan yang kami lalui itu benar, soalnya hanya ada satu jalan setapak yang biasa dilalui orang.

    Sial bagi kami, kabut dengan tiba-tiba turun, udara dingin dan lembab, hari mulai gelap, hujan turun rintik-rintik. Anisa minta istirahat dan berteduh di sebuah pohon sangat besar. Hingga hari gelap kami tersasar dan belum bertemu dengan rombongan di depan. Akhirnya kami memutuskan untuk bermalam di sebuah tepian batu cadas yang sedikit seperti goa.

    Hujan semakin lebat dan kabut tebal sekali, udara menyengat ketulang sumsum dinginnya. Bajuku basah kuyup, demikian juga baju Anisa. Dia menggigil kedinginan. Sekejap saja hari menjadi gelap gulita, dengan tiupan angin kencang yang dingin. Kami tersesat di tengah hutan lebat.

    Tanpa sadar Anisa saking kedinginan dia memeluk aku. “Maaf” katanya. Aku diam saja, bahkan dia minta aku memeluknya erat-erat agar hangat tubuhnya. Pelukan kami semakin erat, seiring dengan kencangnya deras hujan yang dingin. Jika aku tak salah, hampir tiga jam lamanya hujan turun, dan hampir tiga jam kami berpelukan menahan dingin.

    Setelah hujan reda, kami membuka ransel masing-masing. Tujuan utamanya adalah mencari pakaian tebal, sebab jaket kami sudah basah kuyup. Seluruh pakaian bawaan Anisa basah kuyup, aku hanya punya satu jaket parasut di ransel. Anisa minta aku meminjamkan jakaetku. Aku setuju. Tapi apa yag terjadi ? wow…Anisa dalam suasana dingin itu membuka seluruh pakaiannya guna diganti dengan yang agak kering. Mulai dari jaket, T. Shirt nya, BH nya, wah aku melihat seluruh tubuh Anisa. Dia cuek saja, payudaranya nampak samar-samar dalam gelap itu. Tiba-tiba dia memelukku lagi.

    “Dingin banget” katanya. “Terang dingin , habis kamu bugil begini” jawabku.
    “Habis bagaimana? basah semua, tolong pakein aku jeketmu dong ?” pinta Anisa.

    Aku memakaikan jaket parasut itu ketubuh Anisa. Tanganku bersentuhan dengan payudaranya, dan aku berguman

    ” Maaf Nisa ?”
    “Enggak apa-apa ?!”: sahutnya.

    Hatiku jadi enggak karuan, udara yang aku rasakan dingin mendadak jadi hangat, entah apa penyebabnya. Anisa merangkulku, “Dingin” katanya, aku peluk saja dia erat-erat. ” Hangat bu ?” tanyaku ” iya, hangat sekali, yang kenceng dong meluknya ” pintanya. Otomatis aku peluk erat-erat dan semakin erat.
    Aneh bin ajaib, Anisa tampak sudah berkurang merasakan kedinginan malam itu, seperti aku juga. Dia meraba bibirku, aku reflex mencium bibir Anisa. Lalu aku menghindar. “Kenapa?” tanya Anisa

    ” Maaf Nisa ? ” Jawabku.
    ” Tidak apa-apa Rangga, kita dalam suasana seperti ini saling membutuhkan, dengan begini kita saling bernafsu, dengan nafsu itu membangkitkan panas dalam darah kita, dan bisa mengurangi rasa dingin yang menyengat.

    Kembali kami berpelukan, berciuman, hingga tanpa sadar aku memegang payudaranya Anisa yang montok itu, dia diam saja, bahkan seperti meningkat nafsu birahinya. Tangannya secara reflek merogoh celanaku kedalam hingga masuk dan memegang penisku. Kami masih berciuman, tangan Anisa melakukan gerakan seperti mengocok-ngocok ‘Mr. Penny’ku. Tanganku mulai merogoh ‘Ms. Veggy’nya Anisa, astaga ! dia rupanya sudah melepas celana dalamnya sedari …
    tadi.

    Karena remang-remang aku sampai tak melihatnya. ‘Ms. Veggy’nya hangat sekali bagian dalamnya, bulunya lebat.
    Anisa sepontan melepas seluruh pakaiannya, dan meminta aku melepas pula . Aku tanpa basa basi lagi langsung bugil. Kami bergumul diatas semak-semak, kami melakukan hubungan badan ditengah gelap gulita itu. Kami saling ganti posisi, Anisa meminta aku dibawah, dia diatas. Astaga, goyangnya!! Pengalaman banget dia ? kan belum kawin ?

    ” Kamu kuat ya?” bisiknya mesra.
    ” Lumayan sayang ?!” sahutku setengah berbisik.
    ” Biasa main dimana ?” tanyanya
    “Ada apa sayang?” tanyaku kembali.
    ” Akh enggak” jawabnya sambil melepas ‘Ms. Veggy’nya dari ‘Mr. Penny’ku, dan dengan cekatan dia mengisap dan menjilati ‘Mr. Penny’ku tanpa rasa jijik sedikitpun.

    Anisa meminta agar aku mengisap payudaranya, lalu menekan kepalaku dan menuntunnya ke arah ‘Ms. Veggy’nya. Aku jilati ‘Ms. Veggy’ itu tanpa rasa jijik pula. Tiba-tiba saja dia minta senggama lagi, lagi dan lagi, hingga aku ejakulasi.

    Aku sempat bertanya, “Bagaimana jika kamu hamil ?”

    ” Don’t worry !” katanya.

    Dan setelah dia memebersihkan ‘Ms. Veggy’nya dari spermaku, dia merangkul aku lagi. Malam semakin larut, hujan sudah reda, bintang-bintang di langit mulai bersinar. Pada jam 12 tengah malam, bulan nampak bersinar terang benderang. Paras Anisa tampak anggun dan cantik sekali. Kami ngobrol ngalor-ngidul, soal kondom, soal sekolah, soal nasib guru, dsb. Setelah ngobrol sekian jam, tepat pukul 3 malam, Anisa minta bersetubuh denganku lagi, katanya nikmat sekali ‘Mr. Penny’ku. Aku semakin bingung, dari mana dia tahu macam-macam rasa ‘Mr. Penny’, dia kan belum nikah ? tidak punya pacar ? kata orang dia lesbi.

    Aku menuruti permintaan Anisa. Dia menggagahi aku, lalu meminta aku melakukan pemanasan sex (foreplay). Mainan Anisa bukan main hebatnya, segala gaya dia lakukan. Kami tak peduli lagi dengan dinginnya malam, gatalnya semak-semak. Kami bergumul dan bergumul lagi. Anisa meraih tanganku dan menempelkan ke payudaranya. Dia minta agar aku meremas-remas payudaranya, lalu memainkan lubang ‘Ms. Veggy’nya dengan jariku, menjilati sekujur bagian dagu. Tak kalah pula dia mengocok-ngocok ‘Mr. Penny’ku yang sudah sangat tegang itu, lalu dijilatinya, dan dimasukkannya kelubang vaginanya, dan kami saling goyang menggoyang dan hingga kami saling mencapai klimaks kenikmatan, dan terkulai lemas.

    Anisa minta agar aku tak usah lagi menyusul kelompok yang terpisah. Esoknya kami memutuskan untuk berkemah sendiri dan mencari lokasi yang tak akan mungkin dijangkau mereka. Kami mendapatkan tempat ditepi jurang terjal dan ada goa kecilnya, serta ada sungai yang bening, tapi rimbun dan nyaman. Romantis sekali tempat kami itu. Aku dan Anisa layaknya seperti Tarzan dan pacarnya di tengah hutan. Sebab seluruh baju yang kami bawa basah kuyup oleh hujan.

    Anisa hanya memakai selembar selayer yang dililitkan diseputar perut untuk menutupi kemaluannya. Aku telanjang bulat, karena baju kami sedang kami jemur ditepi sungai. Anisa dengan busana yang sangat minim itu membuat aku terangsang terus, demikian pula dia. Dalam hari-hari yang kami lalui kami hanya makan mi instant dan makanan kaleng.

    Tepat sudah tiga hari kami ada ditempat terpencil itu. Hari terakhir, sepanjang hari kami hanya ngobrol dan bermesraan saja. Kami memutuskan esok pagi kami harus pulang. Di hari terakhir itu, kesmpatan kami pakai semaksimal mungkin. Di hari yang cerah itu, Anisa minta aku mandi bersama di sungai yang rimbun tertutup pohon-pohon besar. Kami mandi berendam, berpelukan, lalu bersenggama lagi. Anisa menuntun ‘Mr. Penny’ku masuk ke ‘Ms. Veggy’nya. Dan di menggoyangkan pinggulnya agar aku merasa nikmat. Aku demikian pula, semakin menekan ‘Mr. Penny’ku masuk kedalam ‘Ms. Veggy’nya.

    Di atas batu yang ceper nan besar, Anisa membaringkan diri dengan posisi menantang, dia menguakkan selangkangngannya, ‘Ms. Veggy’nya terbuka lebar, disuruhnya aku menjilati bibir ‘Ms. Veggy’nya hingga klitoris bagian dalam yang ngjendol itu. Dia merasakan nikmat yang luar biasa, lalu disuruhnya aku memasukkan jari tengahku ke dalam lubang ‘Ms. Veggy’nya, dan menekannya dalam-dalam. Mata Anisa merem melek kenikmatan. Tak lama kemudian dia minta aku yang berbaring, ‘Mr. Penny’ku di elus-elus, diciumi, dijilati, lalu diisapnya dengan memainkan lidahnya, Anisa minta agar aku jangan ejakulasi dulu,

    “Tahan ya ?” pintanya. ” Jangan dikeluarin lho ?!” pintanya lagi.

    Lalu dia menghisap ‘Mr. Penny’ku dalam-dalam. Setelah dia enggak tahan, lalu dia naik diatasku dan memasukkan ‘Mr. Penny’ku di ‘Ms. Veggy’nya, wah, goyangnya hebat sekali, akhirnya dia yang kalah duluan. Anisa mencubiti aku, menjambak rambutku, rupanya dia ” keluar”, dan menjerit kenikmatan, lalu aku menyusul yang “keluar” dan oh,,,,oh…oh….muncratlah air maniku dilubang ‘Ms. Veggy’ Anisa.

    “Jahat kamu ?!” kata Anisa seraya menatapku manja dan memukuli aku pelan dan mesra. Aku tersenyum saja. ” Jahat kamu Rangga, aku kalah terus sama kamu ” Ujarnya lagi. Kami sama-sama terkulai lemas diatas batu itu.

    Esoknya kami sudah berangkat dari tempat yang tak akan terlupakan itu. Kami memadu janji, bahwa suatu saat nanti kami akan kembali ke tempat itu. Kami pulang dengan mengambil jalan ke desa terdekat dan pergi ke kota terdekat agar tidak bertemu dengan rombongan yang terpisah itu. Dari kota kecil itu kami pulang ke kota kami dengan menyewa Taxi, sepanjang jalan kami berpelukan terus di dalam Taxi. Tak sedikitpun waktu yang kami sia-siakan. Anisa …
    menciumi pipiku, bibirku, lalu membisikkan kata

    ” Aku suka kamu ” Aku juga membalasnya dengan kalimat mesra yang tak kalah indahnya. Dalam dua jam perjalanan itu, tangan dan jari-jari Anisa tak henti-hentinya merogoh celana dalamku, dan memegangi ‘Mr. Penny’ku. Dia tahu aku ejakulasi di dalam celana, bahkan Anisa tetap mengocok-ngocoknya. Aku terus memeluk dia, pak Supir tak ku ijinkan menoleh kami kebelakang, dia setuju saja. Sudah tiga kali aku ” keluar” karena tangan Anisa selalu memainkan ‘Mr. Penny’ku sepanjang perjalanan di Taxi itu.

    ” Aku lemas sayang ?!” bisikku mesra
    ” Biarin !” Bisiknya mesra sekali. ” Aku suka kok !” Bisiknya lagi.

    Tidak mau ketinggalan aku merogoh celana olah raga yang dipakai Anisa. Astaga, dia tidak pakai celana dalam. Ketika jari-jari tanganku menyolok ‘Ms. Veggy’nya, dia tersenyum, bulunya ku tarik-tarik, dia meringis, dan apa yang terjadi ? astaga lagi, Anisa sudah ‘keluar’ banyak, ‘Ms. Veggy’nya basah oleh semacam lendir, rupanya nafsunya tinggi sekali, becek banget. Tangan kami sama-sama basah oleh cairan kemaluan.

    Ketika sampai di rumah Anisa, aku disuruhnya langsung pulang, enggak enak sama tetangga katanya. Dia menyodorkan uang dua lembar lima puluh ribuan, aku menolaknya, biar aku saja yang membayar Taxi itu. Lalu aku pulang.Hari-hari berikutnya di sekolah, hubunganku dengan Anisa guru biologiku, nampak wajar-wajar saja dari luar. Tapi ada satu temanku yang curiga, demikian para guru. Hari-hari selanjutnya selalu bertemu ditempat-tempat khusus seperti hotel diluar kota, di pantai, bahkan pernah dalam suatu liburan kami ke Bali selama 12 hari.

    Ketika aku sudah menyelesaikan studiku di SLTA, Anisa minta agar aku tak melupakan kenangan yang pernah kami ukir. Aku diajaknya ke sebuah Hotel disebuah kota, yah seperti perpisahan. Karena aku harus melanjutkan kuliah di Australia, menyusul kakakku. Alangkah sedihnya Anisa malam itu, dia nampak cantik, lembut dan mesra. Tak rela rasanya aku kehilangan Anisa. Kujelaskan semuanya, walau kita beda usia yang cukup mencolok, tapi aku mau menikah dengannya.

    Anisa memberikan cincin bermata berlian yang dipakainya kepada aku. Aku memberikan kalung emas bermata zamrud kepada Anisa. Cincin Anisa hanya mampu melingkar di kelingkingku, kalungku langsung dipakainya, setelah dikecupinya. Anisa berencana berhenti menjadi guru, “sakit rasanya” ujarnya kalau terus menjadi guru, karena kehilangan aku. Anisa akan melanjutkan S2 nya di USA, karena keluarganya ada disana. Setelah itu kami berpisah hingga sekian tahun, tanpa kontak lagi.

    Pada suatu saat, ada surat undangan pernikahan datang ke Apartemenku, datangnya dari Dra. Anisa Maharani, MSC. Rupanya benar dia menyelesaikan S2 nya.Aku terbang ke Jakarta, karena resepsi itu diadakan di Jakarta disebuah hotel bintang lima. Aku datang bersama kakakku Rina dan Papa. Di pesta itu, ketika aku datang, Anisa tak tahan menahan emosinya, dia menghampiriku ditengah kerumunan orang banya itu dan memelukku erat-erat, lalu menangis sejadi-jadinya.

    “Aku rindu kamu Rangga kekasihku, aku sayang kamu, sekian tahun aku kehilangan kamu, andai saja laki-laki disampingku dipelaminan itu adalah kamu, alangkah bahagianya aku ” Kata Anisa lirih dan pelan sambil memelukku.

    Kamu jadi perhatian para hadirin, Rina dan Papa saling tatap kebingungan. Ku usap airmata tulus Anisa. Kujelaskan aku sudah selesai S1 dan akan melanjutkan S2 di USA, dan aku berjanji akan membangun laboratorium yang kuberi nama Laboratorium “Anisa”. Dia setuju dan masih menenteskan air mata.

    Setelah aku diperkenalkan dengan suaminya, aku minta pamit untuk pulang, akupun tak tahan dengan suasana yang mengharukan ini. Setelah lima tahun tak ada khabar lagi dari dia, aku sudah menikah dan punya anak wanita yang kuberi nama Anisa Maharani, persis nama Anisa. Ku kabari Anisa dan dia datang kerumahku di Bandung, dia juga membawa putranya yang diberi nama Rangga, cuma Rangga berbeda usia tiga tahun dengan Anisa putriku. Aku masih merasakan getaran-getaran aneh di hatiku, tatapan Anisa masih menantang dan panas, senyumnya masih menggoda. Kami sepakat untuk menjodohkan anak kami kelak, jika Tuhan mengijinkannya.

  • Cerita Sex Nafsu Tak Tertahankan

    Cerita Sex Nafsu Tak Tertahankan


    1584 views

    Perawanku – Intan merupakan seorang mahasiswi kedokteran dari sebuah universitas swasta di Yogyakarta yang terkenal
    memiliki banyak mahasiswi cantik-cantik serta seksi. Tidak hanya itu saja, disana juga banyak mahasiswi
    yang katanya bisa di-booking, walaupun dengan harga mahal tentunya. Intan sendiri merupakan mahasiswi
    kedokteran yang sebentar lagi akan melakukan praktek di daerah terpencil di daerah Purwokerto, Jawa
    Tengah.

    Intan mempunyai seorang pacar yang bernama Rangga, dia hanyalah seorang buruh pabrik, walaupun begitu
    tekad kerja keras untuk menjadi tulang punggung keluarganya-lah yang membuat Intan jatuh hati dan
    akhirnya bersedia menjadi pacarnya. Intan sendiri memakai hijab modern ketika keluar rumah, tapi tidak
    ketika bersama Rangga, seperti sore itu di kontrakan Rangga.

    “Aaaaaahhhhh.. uuhh.. Ranggaaa.. nikmatnya, sayangg!” teriakan dan desahan nikmat berasal dari bibir
    seorang calon dokter yang sehari-harinya berhijab, Intan.

    Dia sedang mendaki bukit kenikmatan bersama kekasihnya, Rangga. Seperti biasa, sore itu ketika semua
    teman Rangga pulang ke kampung halamannya masing-masing, dia mengayuh perahu birahi bersama Intan.

    “Uuuccchh.. memek kamu enak banget ngejepit kontol aku, sayangg.. uuchh!” Rangga hampir tidak tahan
    untuk menyemprotkan isi testisnya ketika Intan berkata,
    “Iya, kontol kamu juga nusuk banget ke dalem memek aku, bebbb!” Intan yang saat itu hanya tinggal
    memakai bra, masih menggoyang pantatnya di atas pangkuan Rangga.
    “Uuuhh.. kamu kuat banget sih, sayangg? Udah 15 menit belum keluar juga! Uuuhh!” Rambutnya yang tergerai
    panjang membuat kesan menggairahkan bagi Rangga.
    “Aku udah mau keluar, Yang! Uuuhh.. aku harus keluar dimana nih?” Rangga sudah sangat ingin mengeluarkan
    spermanya dari tadi pagi ketika melihat foto-foto selfie telanjang Intan yang dikirim via Line.
    “Di luar, Sayangg! Uhh.. aku masih masa subur soalnya nih. Uuhh.. bareng-bareng ya, sayangg!” Intan
    mengingatkan.

    Crott! Crott! Hampir lima kali semprotan sperma dari penis Rangga akhirnya jatuh ke atas perutnya
    sendiri ketika penisnya dikeluarkan dari vagina sempit Intan.

    Intan pun membantu dengan mengocok npenis Rangga agar semua isinya keluar, serta sesekali mengulumnya
    juga.

    “Uuuhh.. sayangku Intan, makasih ya buat ngentot sore ini. Uuuhh.. aku keluar banyak banget nih!” Rangga
    tidak sadar bahwa Intan hampir klimaks tapi belum mencapai puncak orgasme.  Agen Judi Bola

    Oleh karena itu, dia seolah tidak peduli ketika jatuh tertidur dan Intan mengocok vaginanya sendiri
    dengan dua jari tangannya sendiri.

    “Uuuhh.. uuhh.. Rangga, kontol kamu enak banget. Uuhh.. memekku bakal selalu kangen kontol kamu kalo aku
    udah di Purwokerto! Uuuhh.. kontol kamu boleh aku bawa gak? Uuuhh!” Itulah kebiasaan Intan untuk
    menaikkan birahinya, bicara kotor. Dan akhirnya,

    Crott! Crott Croootttt! Intan mencapai puncak orgasmenya dan ikut tidur di sebelah Rangga yang sudah
    terlelap lebih dulu. Intan tidak tersenyum.

    Keesokan harinya.. Intan terbangun dan memakai sebuah kemeja putih polos yang terlalu besar ukurannya
    karena itu punya Rangga, dan di dalamnya ia tidak memakai daleman. Dia menuju dapur dan mengambil minum
    ketika ada suara pintu diketuk.

    Tok! Tok! Tok! itu ternyata adalah Pak Jarwo, ketua RT disini. Intan mengenakan hotpants dan
    mengancingkan kemejanya sampai atas, dia lalu membuka pintu.

    “Iya, Pak Jarwo kan? Ada apa ya, Pak?”
    “Eh, ada mbak Intan. Begini, mbak, ada sesuatu yang harus dibicarakan. Boleh saya masuk? Mas Rangga-nya
    ada? Atau teman-temannya yang lain?”Bingunglah Intan untuk menjawab pertanyaan tersebut, kalau dibilang
    ada maka teman-teman Rangga akan dipanggil.

    Tapi kalau dijawab tidak ada, maka Intan dan Rangga akan langsung diarak keliling desa karena dituduh
    berbuat asusila. Mata Pak Jarwo pun tak pernah lepas dari paha putih milik Intan, wanita yang selama ini
    tertutup dan memakai hijab ternyata bisa menjadi binal juga, begitulah pikir Pak Jarwo.

    “Tidak ada, Pak.” akhirnya Intan menjawab dengan jujur. Pak Jarwo tersenyum licik.
    “Ah, begini… tadi malam ada laporan dari warga bahwa mbak Intan menginap berdua disini dengan mas
    Rangga.

    Sudah menjadi etika moral disini bahwa hal tersebut tidak diperbolehkan, bisa jadi fitnah bahkan bisa
    kita arak keliling desa.” Pak Jarwo menjelaskan duduk permasalahan dengan santai.

    “Iya, Pak, saya minta maaf. Lain kali tidak akan saya ulangi lagi.” Intan berusaha memilih kata-kata
    dengan hati-hati agar tidak salah ucap dan supaya kejadian kali ini tidak menjadi buah bibir masyarakat
    desa.
    “Oh ya, bapak mau minum apa? Saya bikinkan kopi ya,” Intan berusaha mengalihkan bahan pembicaraan.
    “Tapi ada beberapa syarat ketika mbak Intan ingin kejadian ini tidak menjadi besar, mungkin mbak Intan
    bisa buatkan saya kopi terlebih dahulu.” ujar ketua RT ini dengan begitu santainya.

    Intan pun berjalan menuju dapur diikuti ekor mata Pak Jarwo yang sudah sangat lapar untuk menyantap
    belahan pantat montok kepunyaannya. Diam-diam Pak Jarwo mengikuti Intan ke dapur, dan seketika itu pula
    mendekap Intan dari belakang dan menutup mulutnya.

    “Ini syarat pertama, saya mau kopi susu dan… susunya langsung dari sini.” Pak Jarwo mengelus pelan
    payudara Intan yang tidak ditutupi bra dan hanya dilapisi oleh kemeja tipis.

    Seketika Intan berusaha berontak, tapi apalah daya Intan melawan kekuatan Pak Jarwo. Intan juga takut
    Rangga terbangun dan memergoki mereka.

    “Hmm.. kamu memang binal, pagi-pagi sudah menggoda saya dengan tidak memakai bra dan celana pendek.”
    ujar Pak Jarwo.
    “Intan baru bangun tidur, Pak Jarwo.” Intan sudah memahami maksud dari Pak Jarwo yang mendekapnya saat
    ini dan mencoba santai.
    “Pak Jarwo mau pakai susu? Yang kanan apa yang kiri? Aahh..” kata Intan manja. Seketika itu juga Intan
    berubah menjadi sangat binal dengan harapan permainan ini cepat selesai.

    Mendengar Intan yang dipikirnya susah ditaklukan lalu menjadi seperti pelacur, tak ayal penis Pak Jarwo
    pun menegang kuat bahkan hampir keluar dari celana bahannya karena saking panjangnya.

    “Intan, Intan… kamu luarnya saja berhijab, mahasiswi kedokteran, tapi dalamnya tidak beda dengan para
    perek yang saya temui di jalanan. Kalau begitu langsung masuk ke syarat kedua, kamu harus menjadi budak
    seks saya.” kata Pak Jarwo sambil tangannya terus menerus meremas payudara besar milik Intan.

    “A-apa, Pak? Budak seks? Intan siap memberikan semuanya buat Pak Jarwo kok, Pak Jarwo bisa entot Intan
    dimanapun dan kapanpun. Uuuhh.. remas terus tetek Intan dong, Pak. Intan yakin kontol Pak Jarwo lebih
    bisa muasin memek Intan daripada kontol Rangga.. uuhh.. uuhh..” Intan semakin tidak bisa mengontrol
    kata-katanya ketika dia merasakan kerasnya penis Pak Jarwo yang sengaja digesekkan ke belahan pantatnya.

    “Oke, bawa kopi dan susunya ke ruang tamu. Kamu harus telanjang, hanya pakai handuk dan temui saya.
    Bisa?”

    Pak Jarwo dengan sangat jumawa memerintah Intan. Intan pun berbalik dan mengemuti jari-jari tangan Pak
    Jarwo sambil berkata dengan suara manja,

    “Apa pun yang Pak Jarwo mau dengan tubuh Intan, Intan akan berusaha muasin Pak Jarwo dan membuat Pak
    Jarwo setia sama memek Intan. Uuuhh.. Pak Jarwo tunggu aja di ruang tamu, yaa..” Usai berkata begitu,
    Pak Jarwo pun akhirnya meninggalkan Intan di dapur dan menuju ruang tamu.

    Intan sendiri masih merenung di dapur, dia bingung kenapa dia mau mengiyakan permintaan Pak Jarwo untuk
    melayaninya pagi ini padahal Rangga, kekasihnya yang tampan, masih tidur nyenyak di kamarnya. Tapi Intan
    tak ingin dia dan Rangga pada akhirnya dituduh berbuat asusila dan diarak keliling desa, mau ditaruh
    dimana harga diri dan nama baik keluarganya? Padahal sehari-harinya Intan memakai hijab.

    Banyak pertanyaan muncul di kepalanya saat itu. Satu hal yang membuat Intan akhirnya mantap menjadi
    budak seks Pak Jarwo mulai pagi ini adalah ukuran penis Pak Jarwo yang tadi digesekkan ke pantatnya,
    seakan membelai vagina dan lubang pantatnya. Intan seketika itu juga tersenyum dan membawa kopi panas ke
    ruang tamu.

    Cerita Sex Nafsu Tak Tertahankan

    Cerita Sex Nafsu Tak Tertahankan

    “Ini, Pak, kopinya. Intan mau siap-siap dulu, Pak Jarwo tunggu ya..” Sambil mengelus pantat Intan, Pak
    Jarwo berkata,
    “Iya, pelacur, jangan lama-lama ya.. saya tidak punya waktu banyak.” Pak Jarwo tersenyum menjijikkan.

    Intan pun berjalan menuju kamar tidur bsambil menggoyangkan pantat, mempertontonkan kemontokan tubuhnya
    pada Pak Jarwo. Sampai di depan pintu, ia menengok ke belakang dan dengan kerlingan mata nakal, Intan
    menjilat bibirnya sendiri. Uuuh! Penis milik Pak Jarwo sudah tidak tahan ingin segera mencoblos vagina
    Intan saat itu juga, tapi Pak Jarwo masih bersabar. Tak berapa lama kemudian, Intan keluar hanya dengan
    memakai handuk. Ia berjalan menuju ruang tamu dan duduk menyamping di pangkuan Pak Jarwo.

    “Pejantannya Intan, nih maunya udah diturutin. Sekarang Pak RT cabul ini mau apalagi?” Intan berusaha
    menjadi pelacur yang baik walau dalam hatinya masih ada sedikit keraguan.

    Pak Jarwo yang ditanya seperti itu malah semakin memuncak birahinya, tapi memang beliau adalah pria yang
    sudah sangat matang, tidak mau terburu-buru.

    Maka sambil mengelus lengan Intan yang terbuka, ia berkata,

    “Sekarang berdiri di hadapan saya, buka handuknya, terus rentangkan sambil kamu duduk di pangkuan saya
    sekarang. Ayo lakukan!!” Intan segera berdiri, membuka lipatan handuknya dan memperlihatkan vaginanya
    yang tercukur rapi serta payudaranya yang montok dengan putingnya yang berwarna pink mencuat ke atas,
    tanda dia sendiri pun sebenarnya dalam kondisi terangsang.

    Perlahan-lahan dengan menyunggingkan senyum nakal, Intan duduk di pangkuan Pak Jarwo.

    “Hmm.. bapak ini banyak maunya deh, aku juga paham kok caranya muasin tua bandot mesum kayak bapak.
    Bapak tenang aja ya..” Sehabis berkata begitu, Intan perlahan mendekatkan bibirnya yang ranum ke telinga
    Pak Jarwo,
    “Jangan selesai terlalu cepat ya, suamiku sayang.” Intan berbisik dengan begitu mesra dan itu membuat
    jantung Pak Jarwo semakin berdetak kencang.

    Intan mengulum telinga Pak Jarwo dengan pelan dan mesra, dengan tangan masih memegang handuk dan memeluk
    leher Pak Jarwo, seakan-akan mereka tak ingin terlihat orang lain. Pak Jarwo pun tersenyum licik,
    menyadari ketidakpercayaannya bagaimana begitu mudah ia menaklukkan mahasiswi kedokteran yang sehari-
    harinya berjilbab ini. Dengan tangannya yang kasar, Pak Jarwo mengelusi buah dada Intan yang hanya bisa
    dibayangkannya selama ini.

    “Uuuhh.. Pak Jarwo nakal ya tangannya. Kok cuma dielus sih, Pak? Diremes juga dong, ini kan punya bapak
    sekarang. Hihi,” Intan pun mulai terbawa arus birahi ketika bibirnya menyentuh bibir Pak Jarwo yang
    kental dengan bau tembakau,

    tapi itu malah menambah gairahnya untuk mengulum bibir pejantan tuanya.

    “Uuhh.. hmm.. mmhh.. hmm.. uuhh.. Pak Jarwo lebih aktif dong! Uuuhh.. hmm.. mmhh..” Lidah mereka berdua
    saling bertautan, beradu seakan saling mendorong keluar.

    Kecipak suara mereka juga sangat keras karena Pak Jarwo sangat menyukai seks yang sedikit kasar dan
    berisik, maka dia coba meludahi mulut Intan dan Intan dengan sangat setia menelan semua air liur Pak
    Jarwo.

    Pak Jarwo meremas payudara Intan dengan sedikit kasar, membuat Intan melenguh nikmat. Jari-jari tua itu
    mulai
    memilin puting mahasiswi kedokteran tersebut, pegangan tangan Intan pada handuk pun lepas karena Intan
    tidak
    tahan dengan sentuhan-sentuhan tangan Pak RT tersebut. Tangan Intan mengelus rambut Pak Jarwo yang
    sudah memutih dengan penuh rasa sayang.

    “Uuuhh.. Pak Jarwooo.. bapak pasti udah lama gak ngerasain tubuh montok kayak Intan ya? Intan pagi ini
    jadi istri bapak deh, Intan akan bikin bapak ngerasain surga dunia ya.. uuhh..” Intan menarik kepala Pak
    Jarwo menuju payudaranya, berharap putingnya diemut bibir tua namun menggairahkan tersebut.

    “Hmm.. umm.. mmm.. puting kamu memang manis, sama seperti orangnya. Hihi..” Pak Jarwo mencolek dagu
    Intan sehingga pipi Intan pun semakin memerah mendengar pujian tersebut.

    Pak Jarwo terus mengemuti puting Intan dan akhirnya.. mencupang payudara Intan dengan keras dan berisik.

    “Auuuww!! Pak Jarwo, pelan-pelan dong ah. Intan gak mau Rangga sampe bangun, nanti Intan gak ngerasain
    kontol Pak Jarwo pagi ini..” PakJarwo melempar handuk yang tadi dipakai Intan, meremas pantat gadis itu
    dan menciumi lehernya.

    Pak Jarwo berubah menjadi beringas karena ia sebenernya sudah tidak tahan dengan segala kata-kata yang
    keluar dari mulut Intan saat ini.

    Intan melenguh menahan desahannya yang sebenarnya sudah tidak tertahankan, ia baru ingat bahwa ia lupa
    mengunci pintu kamarnya dan Rangga bisa keluar sewaktu-waktu. Tapi rasa takut ketahuan malah membuat
    birahinya makin meningkat. Intan berusaha melepaskan kancing-kancing kemeja Pak Jarwo saat lidah laki-
    laki itu semakin ganas melumuri lehernya dengan air liur. Intan melempar kemeja Pak Jarwo entah kemana,
    ia begitu kagum melihat dada bidang Pak Jarwo yang sedikit berbulu.

    “Aaaahh.. Pak Jarwo, biarkan saya yang bekerja melayani bapak ya..” Intan tersenyum manja dan turun dari
    pangkuan Pak Jarwo secara perlahan sambil menciumi leher lelaki tua itu.
    “Aaahh.. Intan, kamu memang pintar sekali memainkan lidahmu di kulit bapak, uuhh!” Pak Jarwo baru kali
    ini dimanjakan oleh lidah seorang perempuan, apalagi ketika ciuman Intan turun menuju putingnya. Gadis
    itu mencium, menjilat dan sedikit menggigit puting Pak Jarwo.  Agen Judi Bola

    Birahi Intan sudah tak tertahankan lagi, ia sudah bertransformasi menjadi layaknya pelacur jalanan yang
    menghamba pada kenikmatan seksual. Ciumannya kembali turun menuju perut Pak Jarwo yang sudah sedikit
    membuncit, walau begitu sisa-sisa hasil fitness zaman dulu masih terlihat samar. Hmm.. dengan sedikit
    tergesa-gesa, Intan mencoba melepas ikat pinggang dan celana panjang milik Pak Jarwo, ia sendiri tidak
    sabar untuk memanjakan kontol yang tadi digesekkan ke belahan pantatnya.

    “Pak Jarwo..” Intan memanggil nama ketua RT tersebut sambil mendesah dan mengerlingkan matanya dengan
    nakal, tangannya meremas penis Pak Jarwo sambil menciuminya dari luar celana dalam.

    Ah, bagai mimpi jadi kenyataan bagi Pak Jarwo sendiri, ia bisa mengelusi rambut seorang Intan yang
    sedang membuka celana dalamnya dan akhirnya mengelus penisnya. Kulit bertemu kulit. Bagaikan adegan film
    slow motion, Intan mengecup pelan kepala penis Pak Jarwo.

    Cup! Lalu ia mulai menjilati pinggiran penis Pak Jarwo, masih dengan gerakan yang lambat karena Intan
    ingin meresapi rasa penis yang mungkin akan menjadi penis favoritnya untuk selamanya. Intan menjilat
    penis Pak Jarwo senti demi senti, sambil menutup matanya bagaikan mencoba pertama kali es krim coklat
    kesukaannya saat SD.

    “Hmm.. mmhh.. umm.. Intan suka rasa Pak Jarwo, mulut ini bakal selalu kangen disentuh kontol Pak Jarwo,
    hmm.. mmm..” Penis Pak Jarwo makin tegang mendengar Intan berkata kotor seperti itu.

    Mulailah Intan memasukkan semua bagian penis Pak Jarwo setelah dirasa cukup basah oleh liurnya.
    Perlahan, sangat pelan, Intan memasukkan semua ke dalam mulutnya, ia ingin penis tersebut menyentuh
    ujung tenggorokannya. Lalu juga dengan pelan sekali, Intan melepaskan penis tersebut.

    Cup! Penis tersebut sudah begitu tegang ketika pada akhirnya Intan menghisapnya, dari pelan perlahan
    menjadi semakin cepat, cepat dan semakin cepat.

    “Uhh.. hmm.. mmhh.. hmm.. Pak Jarwo.. hmm.. mmhh!!”
    “Iya, mbak Intan? Kontol saya sepertinya jodoh sama mulut mbak, hehe..”

    Tapi Pak Jarwo tetaplah seorang pria tua, ia tak akan tahan kalau begini terus. Maka dari itu sebelum
    spermanya keluar, segera ia membangunkan Intan dan menyuruh gadis itu kembali dipangku olehnya untuk
    mulai memasukkan penis ke dalam liang vagina Intan yang sudah begitu basah. Intan juga berpikir kalau
    lama-lama, Rangga bisa bangun dan memergokinya bergumul mesra dengan Pak Jarwo. Maka Intan pun naik dan
    duduk di pangkuan Pak Jarwo, tangannya yang lembut memegang dan mengarahkan penis Pak Jarwo ke dekat
    bibir vaginanya.

    “Uuuhh.. Pak Jarwo.. puaskan saya ya, Pak.. cup!” Intan mencium pipi keriput Pak Jarwo dan menurunkan
    tubuhnya perlahan-lahan supaya penis Pak Jarwo bisa masuk secara sempurna ke dalam lorong vaginanya.
    “Hhhh… saya tidak menyangka bisa ngentot sama mbak Intan. Tenang aja, bukan Jarwo namanya kalau gak bisa
    muasin memek perempuan, hehe..” Pak Jarwo membantu dengan menaikkan pinggulnya guna menyambut pantat
    Intan yang semakin turun menyelimuti penisnya dengan kehangatan liang vaginanya.
    “Uuhh.. hhh.. mmhh.. uuhh!!” Intan mulai mendesah ketika ia mulai memompa penis Pak Jarwo dengan vagina
    sempitnya yang bak perawan. Sambil menggenjot, ia meremas rambut Pak Jarwo dan menciumi pipinya.
    “Aahh.. mbak Intan! Uuhh.. uuhh.. memek mbak enak banget, belum pernah saya menikmati memek seperti ini,
    uuhh!”

    Darah tua Pak Jarwo mulai berganti menjadi darah muda kembali, tangannya mengelus punggung dan pantat
    Intan yang sedikit demi sedikit mulai berkeringat. Kecipak pertemuan penis dan vagina perempuan dan
    lelaki berbeda usia ini begitu berisik, untung saja Rangga memang terbiasa bangun siang karena ini hari
    Minggu. Intan yang mengetahui hal itu menerima saja tumbukan penis di vagina yang sehari-harinya hanya
    diisi oleh penis kekasihnya.

    “Uuuhh.. teruusshh, Pak Jarwoo.. kontol bapak memang tidak ada duanyaaa!!” Selesai berkata seperti itu,
    bibir Intan mencium, mengulum bahkan seperti akan memakan bibir Pak Jarwo, begitu ganas, liar dan
    beringas.

    Intan terbiasa menerima perlakuan seksual yang lembut dari Rangga, tapi sekarang ia menjadi liar karena
    kenikmatan yang kelewat batas.

    “Uuuhh.. uuuhh.. mbak Intan! Ayo ganti gaya, saya mau mbak nungging, saya mau doggy style! Uuhh.. hhhh!”
    Pak Jarwo merasa bahwa ia harus mengeluarkan spermanya di vagina Intan, kalau bisa menghamilinya. Intan
    akhirnya turun dari pangkuan Pak Jarwo dan dengan berpegangan pada sofa, ia menunggingkan pantatnya yang
    montok ke arah Pak Jarwo.

    Pak Jarwo berdiri dan mencoba memasukkannya ke vagina Intan saat tiba-tiba ia berkata,

    “Mbak Intan yang binal, rayu kontol saya biar mau masuk ke memek mbak dong, hehe..” Dia tersenyum
    menjijikkan.
    “Uuhh.. Pak Jarwo.” Intan mendesah sambil menggoyangkan pantatnya seakan menyambut penis Pak Jarwo yang
    semakin mendekat ke liang vaginanya.
    “Ayo dong kontolku sayang, masuk ke memek aku. Aku udah gak tahan banget pengen disodok sama kamu, terus
    disemprot pake peju, uuhh!” Intan berkata dengan manja sambil memperlihatkan muka sayu,

    menggigit jarinya sendiri dan itu cukup membuat Pak Jarwo kembali menusukkan penisnya ke vagina Intan
    dengan ganas!

    “Uuuhh.. uuhh.. dasar perek nakal! Mahasiswi emang semuanya bisa dipake! Uuhh.. uuhh! Ini bapak entot!
    Uuuhh!” Pak Jarwo menggenjot vagina Intan dengan ganas,

    sambil menampar pantat gadis itu sampai memerah.

    ”Uhh! Uhh! Uuhh! Uuhh!” desahan mereka bsaling bersahutan tetapi tetap berusaha untuk tidak terlalu
    keras.

    Intan juga ikut menggoyangkan pantatnya dan mencari kenikmatan dengan menggosok kelentitnya sendiri
    menggunakan jari-jarinya.

    “Uuuhh.. uuuhh.. terus, Pak Jarwooo!! bSudah hampir setengah jam berlalu, bapak belum keluar juga!
    Uuhhh!” Intan
    terus mendesah,

    sebentar lagi ia akan mencapai klimaksnya!

    “Aaahhh.. Pak Jarwoo!! Saya keluaarrrrr!! Aaahhhhh!!” Intan mendorong pantatnya ke belakang dengan
    keras, ia ingin penis Pak Jarwo menyentuh ujung rahimnya.
    “Aaaahhhhh.. nikmatnya, Pak Jarwo.. aahhh.. bapak belum keluar ya? Yuk keluarin aja, Pak, di dalem juga
    gak papa. Hehe..” Kata-kata Intan yang menggoda membuat Pak Jarwo tidak sabar menyirami vagina mahasiswi
    kedokteran ini dengan spermanya.
    “Aaahh.. aahhh!” Pak Jarwo semakin ganas menusuk vagina Intan sampai suara tumbukan antara pantat Intan
    dan pinggul Pak Jarwo semakin berisik, untung saja tidak berapa lama kemudian Pak Jarwo merasa bahwa
    spermanya telah berada di ujung penis dan siap buntuk ditembakkan.
    “Aaahh.. aaahhh! Memek mbak enak banget! Sumpah saya ndak bohong! Aaahhh.. uuuhh.. saya keluar yaaa..
    aaaaaaaaahhhhhhhhh!!!” Dengan satu lolongan kuat dan dorongan yang kuat akhirnya sperma Pak Jarwo
    meluncur masuk ke dalam rahim Intan.
    “Aaaahhh.. akhirnya saya bisa puas ngentot sama memek perempuan kayak kamu, uuhh..” Jatuhlah tubuh tua
    namun masih bertenaga milik Pak Jarwo ke sofa, ia masih menutup mata dan terengah- engah.

    Belum benar-benar bangun dari kenikmatan surgawi yang baru ia rasakan. Intan sendiri juga ikut menyusul
    merebahkan dirinya di atas tubuh Pak Jarwo, ia bersandar pada dada bidang laki-laki itu sambil memainkan
    penis Pak Jarwo yang masih sedikit tegang namun
    sangat basah.

    “Hmm.. saya puas banget bisa main sama Pak Jarwo.. hmm, kontol bapak sekarang bebas keluar masuk memek
    saya deh.. oke pejantanku sayang?” Intan sekarang benar-benar manja dan terlihat tidak mau melepas penis
    milik Pak Jarwo,

    ia sudah takluk dan menghamba pada kenikmatan seksual yang diberikan oleh Pak Jarwo.

    “Iya, mbak, saya juga puas banget. Hhmm.. ya sudah, pokoknya mbak harus janji selalu sedia memek setiap
    kali saya sange ya, mbak.. hehe, cup!” Pak Jarwo mengecup kening Intan, membuat perempuan itu semakin
    terbang melayang.

    Akhirnya Pak Jarwo memakai kembali pakaiannya dan pergi dari kontrakan Rangga sebelum hari makin siang
    dan Rangga kembali terbangun. Sebelumnya, Pak Jarwo dan Intan sempat bertukar liur sebelum mereka
    berpisah. Ah, hari yang indah! Intan akhirnya mandi dan pulang meninggalkan Rangga yang sebenarnya..
    berpura-pura tidur!!

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,