Author: perawanku

  • Kisah ABG Bergambar Kenanganku Bersama Cindy Tak Terlupakan – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Kisah ABG Bergambar Kenanganku Bersama Cindy Tak Terlupakan – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1219 views

    Perawanku – Sangat menjemukan mendengar ocehan guru sejarahku yang membuat aku pusing , karena aku tidak menyukai pelajaran itu apalagi wajah gurunya judes dan sangat terkenal dengan julukan si nyamuk karena badanya yang kurus dan suaranya yang sember seperti nyamuk.

    Kriiiiinnnnggg suara bell berbunyi mendandakan waktu pulang dan itu yang aku tunggu-tunggu , “Cha….elo lewat mana..” suara Cindy tiba tiba nyeletuk dari sebelahku lewat biasa sih..cuman nggak tau nih mau ke menyewa VCD dulu kayaknya…, mau ikut?” jawabku “Boleh…, tapi kerumah gue aja yuk? Gue ada sewa VCD baru nih!” cindy sambil menunjukan VCD yang baru dipinjam di rental sebelah sekolah “film apaan…? Bagus nggak?” sela ku sambil melihat VCD yang dipegangnya.

    “Dijamin deh ..gini gini khan tau film yang ok” jawabnya sambil memasukan VCD nya ke tasnya.

    “Udah yuk sekarang perginya biar nanti nggak kesorean” dengan tidak sabar aku langsung keluar kelas bersama Cindy,sesampainya dirumah ternyata .. “kok sepi banget Cind?” tanyaku “iya..bokap and nyokap pergi ke surabaya , makanya gue berani ajak elo , jarang jarang khan kalo gue ngundang cowok kerumah gue” jawab Cindy sambil membawakan air minum. “Wah enak dong kita bisa ngapa ngapain” jawabku sambil bercanda.

    “Ah elo bisa aja”. “Eh Cha elo udah pernah nonton film blue belon?” tanya Cindy malu malu “udah, kenapa?” tanyaku “nggak tanya aja, kemaren malam gue ngintip bokap gue nonton film gituan dikamarnya, buset satu cewek dua cowok nggak sakit apa yach ceweknya?” tanya Cindy heran “ah elo nanyanya bikin gue ngaceng nih..”

    “Lihat donk Cha..kontol elo… boleh nggak ?”. “Boleh tapi elo mesti buka baju lo juga , biar adil”. “ok, tapi elo yang bukain yach dan gue bukain baju elo!” akhirnya kami saling membuka baju masing masing…. Aku merasakan sentuhan tangan Cindy yang halus apalagi saat ia memegang kontol gue..ah..enak banget. “Cha ? kontol elo gede juga cha…” kata Cindy sambil mengelus kontol gue.

    Gue nggak bisa bilang apa apa karena keenakan dipegang Cindy… “Cind ..isep dong say…gatel nih…” Cindy pun langsung memasukan kontol gue ke mulutnya dan mengisap kedalam mulutnya sampai pangkalnya… ternyata Cindy pintar sekali memainkan lidahnya mengulum kontol gue.. “gantian cha… gue juga gatel nih..” Pinta Cindy sambil langsung berbaring di sofa ruang tamu itu dan mengangkang seolah siap untuk dijilati, akupun langsung menjilati memeknya yang kemerah-merahan itu dengan bulu jembutnya yang tebal sekali.

    Itil Cindy telah mengeras ku jilat-jilat terus pada ujung nya, kuhisap-hisap , cindy mulai mengerang merasakan kenikmatan luar biasa yang baru pertama kali dirasakan “sshhh.. nggkk.. ahhh.. enak Cha.. terusin… Cha aduh.. ssshhhsh…” suara Cindy membuat ku makin menikmati memeknya yang makin memerah dan mengeras basah.

    “Cha masukin dong kontol elo.. nggak kuat nih..” pinta Cindy memelas akupun langsung memasukan kontol ku ke lobang memeknya yang masih sempit dan.. blesss.. kumasukan pelan pelan wah enak sekali hangat memeknya membuat ku makin bergairah.

    “Ngggg.. sshhh.. akhkkhhh.. enak Cha terusin yang dalam Cha….. achhhsss….” kata cindy. Aku mulai mengoyangkan kontolku keluar masuk memeknya terdengar seperti suara becek dibibir memeknya yang sempit itu. ach nikmat sekali kontolku terasa disedot-sedot nikmat, Cindy memutar mutar pinggulnya membuatku semakin bersemangat menggenjot memek nya.

    Tak terasa ternyata kami telah melakukan lebih kurang 45 menit dan sepertinya Cindy sudah mulai mengejang pertanda mau mencapai orgasme.”Cha aku mau keluar nih…” badan Cindy mulai berkelojotan dan.. nggg aaahhhhh keluar banyak cairan dari memek Cindy. Melihat Cindy orgasme akupun menjadi ingin orgasme pula, Cindy terdiam lemas sambil merapatkan kakinya.

    Aku segera mempercepat genjotan kontolku dimemeknya dan ujung kontolku terasa makin geli-geli nikmat acchhhh…… sssrrrr cret cret crettt…..ttt… kuhujamkan kontolku dalam-dalam, air mani ku keluar banyak sekali didalam memek Cindy.

    “Cind aku juga keluar ah eenaakk.. tenan !!!” dengan lemas aku berbaring telentang disebelah Cindy . “Cha kamu hebat, ternyata main sex itu enak sekali ya..” kata Cindy. “Iya Cind kamu juga hebat , aku nggak nyangka kalau kita bisa seperti ini, kamu mau nggak jadi pacar gue Cind ?” pintaku sambil membelai rambutnya Cindy mengangguk menandakan setuju.

    Mulai saat itu kami berdua sering pulang bareng dan bila nafsu kami memuncak , kami sering melakukannnya, sekarang Cindy telah menjadi istriku dan semua itu menjadi kenangan indah yang tak mungkin kami lupakan.

  • Cerita Sex Gadis PKL Bernama Susy Bergairah

    Cerita Sex Gadis PKL Bernama Susy Bergairah


    555 views

    Perawanku – Cerita Sex Gadis PKL Bernama Susy Bergairah, Cerita Seks ini adalah benar-benar kisah nyata yang sampai sekarang tidak pernah saya lupakan. Peristiwa ini terjadi sekitar bulan September dan yang merupakan pengalaman pertama saat keperjakaan saya hilang.

    Pembaca Cerita Dewasa Sebelumnya, saya perkenalkan diri, waktu itu saya ber usia 27 tahun, masih single lah, bukannya tidak laku lho tetapi memang saya masih ingin bebas. Kata orang, wajah saya cukup ganteng dengan badan atletis. Bekerja di suatu instansi pemerintah di kota Surabaya.

    Bekerja pada Bagian Sekretariat yang mengurusi surat-surat masuk dan mencatat segala keperluan dinas atasan ( sektretaris), juga mengetik surat-surat, karena memang saya cukup terampil dalam penggunaan komputer yang terkadang memberi pelajaran mengenai pengoperasian komputer di luar kantor.

    Seperti biasanya, suatu instansi pemerintah selalu ada siswa-siswi yang melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang memang merupakan bagian dari kurikulum yang harus dijalani oleh setiap murid.

    Cerita Seks Gadis PKL Pagi itu sekitar pukul 09:00 saya sedang mengetik suatu nota untuk dikirim ke suatu instansi lain, tiba-tiba saya didatangi oleh 3 siswi lengkap dengan seragam sekolahnya.
    “Selamat pagi, Pak!” sapa mereka dengan kompak dan ramah.
    “Pagi.., ada yang bisa saya bantu?” jawab saya dengan ramahnya.
    “Begini Pak.., kami ingin menyakan apakah di sini masih menerima anak sekolah untuk PKL?”
    “Oooh.. kalian dari sekolah mana?” tanya saya.
    “Saya dari SMK X pak.. dan ini surat permohonan kami dari sekolah.”, kata mereka sambil menyerahkan surat permohonan kepada saya.
    Lalu saya baca, di sana tertulis nama-nama mereka, setelah selesai saya menatap mereka satu persatu.
    “Coba, saya ingin tahu nama-nama kalian dan ketrampilan apa yang kalian miliki?” tanya saya sok pintar.
    “Nama saya Devi Pak, yang ini Desy dan yang itu Susy Pak..”, mereka juga menjelaskan bahwa mereka bisa menggunakan komputer walaupun belum terampil, karena di sekolahnya diberikan ketrampilan komputer.

    Si Devi memiliki postur tubuh yang agak kurus dengan bentuk wajah bulat dan memiliki bentuk payudara yang hampir rata dengan dadanya. Si Desy agak gemuk dan pendek tetapi memiliki payudara yang besar, dan yang satu ini memiliki postur tubuh yang agak tinggi dari teman-temannya, sangat cantik dan sexy seperti bintang mega sinetron dengan bulu-bulu halus di tangannya, warna kulit kuning langsat dengan wajah yang imut-imut dan bibir yang merah serta payudara yang montok, ukurandadanya 34B.

    Wah.. pikiran saya jadi kotor nih (maklum walaupun saya tidak pernah berhubungan badan, tetapi saya sering nonton BF). Umumnya mereka semua memiliki wajah yang cantik, kulit putih dan bersih.

    “Begini ya adik-adik, kebetulan di sini memang belum ada yang PKL, tetapi akan saya tanyakan pada atasan saya dulu..”, kata saya,
    “Nanti, seminggu lagi, tolong adik-adik kesini untuk menunggu jawaban.” lanjut saya sambil tidak henti-hentinya memandangi wajah mereka satu persatu. Setelah berbasa-basi sedikit, akhirnya mereka pulang.

    Saya menghadap atasan yang kebetulan sedang baca koran, maklum pegawai negeri kan terkenal dengan 4D (datang, duduk, diam dan duit). Setelah bicara ala kadarnya, atasan saya menyetujui dan saya lah yang disuruh memberi tugas apa yang harus mereka kerjakan nanti.
    “Tolong, nanti kamu yang mengawasi dan memberi arahan pada mereka.” kata atasan saya.
    “Tapi jangan diarahin yang ngga-ngga lho..” Saya agak bingung dibilang seperti itu.
    “Maksud Bapak?”
    “Iya, tadi saya sempat lihat, mereka cantik-cantik dan saya perhatikan mata kamu ngga lepas-lepas tuh.”
    “Ah, Bapak bisa aja, saya ngga ada maksud apa-apa, kecuali dia mau diapa-apain.” kata saya sambil bercanda dan tertawa.
    “Dasar kamu..”, jawab atasan saya sambil ketawa.
    Memang, walaupun dia atasan saya tetapi di antara kami tidak ada batas, maklum atasan saya juga mata keranjang dan rahasia bahwa dia sering main perempuan sudah merupakan rahasia kami berdua.

    Seminggu kemudian, mereka bertiga kembali ke kantor. Setelah itu saya jelaskan bahwa mereka bisa PKL di sini dan langsung mulai bekerja. Setelah itu Devi dan Desy saya tugaskan di bidang lain, sedangkan Susy, saya suruh membantu pekerjaan di ruangan saya. Kebetulan ruangan saya tersendiri.

    Memang sudah saya rancang sedemikian rupa agar selalu dapat menikmati keindahan tubuh Susy yang saat itu kelihatan cantik dan sexy dengan rok yang agak ketat di atas lutut. Lalu saya mengantar Devi dan Desy ke ruangan lain untuk membantu karyawan yang lain, sedangkan Susy saya suruh menunggu di ruangan saya. Setelah itu saya kembali ke ruangan.

    “Apa yang harus saya kerjakan, Pak?” tanya Susy ketika saya sudah kembali.
    “Kamu duduk di depan komputer dan tolong bantu saya mengetik beberapa nota.” sembari memberikan beberapa lembar kertas kerja pada nya.
    “Dan tolong jangan panggil saya Bapak, saya belum Bapak-bapak lho, panggil saja Mas Bimo.” kata saya sambil bercanda.
    “Baik Mas Bimo, tetapi tolong ajarkan saya mengetik, karena saya belum mahir menggunakan komputer.”

    Saya mulai memberi arahan sedikit tentang cara mengetik sambil tidak henti-hentinya memandangi wajah Susy tanpa sepengetahuannya. Saya berdiri di sampingnya sambil menikmati. Sebentar-sebentar mencuri pandang ke arah payudaranya yang kelihatan dari atas karena kerahnya agak terbuka sedikit.

    Nampak sekali kelihatan belahan payudaranya yang putih mulus tertutup bra warna coklat muda. Apalagi ditambah dengan paha yang sangat sexy, mulus dan kuning langsat yang roknya naik ke atas ketika duduk. Tanpa disadari, kemaluan saya berdiri tegak. Pikiran kotor saya keluar, bagaimana caranya untuk bisa menikmati keindahan tubuh anak SMK ini.

    Di hari pertama ini, saya hanya bisa bertanya-tanya tentang sekolah dan keluarganya dan terkadang bercanda sambil menikmati keindahan tubuhnya. Ternyata Susy adalah anak yang enak diajak bicara dan cepat menyesuaikan dengan lingkungan. Terkadang saya suka mengarahkan ke cerita yang porno-porno dan dia cuma tersipu malu.

    Selama itu, saya juga berpikir bagaimana caranya untuk merasakan kenikmatan tubuh Susy. Saya merencanakan untuk membuat strategi, karena besok atasan saya akan dinas ke luar kota beberapa hari sehingga saya bebas berdua dengannya.

    Pada hari ketiga, pagi-pagi Susy sudah datang dan kebetulan atasan saya sedang dinas ke Bandung selama 5 hari. Seperti biasa, dia selalu menanyakan apa yang bisa dia kerjakan.

    Inilah kesempatan saya untuk melaksanakan rencana yang sudah disiapkan dengan pikiran kotor saya, apalagi ketika dia sedang duduk di kursi, tanpa disadari atau disengaja, duduknya agak mengangkang, sehingga dapat terlihat jelas celana dalamnya yang berwarna putih di antara pahanya yang putih mulus.

    “Gini aja Sus, kebetulan hari ini kayaknya kita lagi ngga ada kerjaan.. gimana kalau kita lihat berita-berita di internet?” kata saya mulai memancing.
    “Kebetulan tuh Mas Bimo, tolong dong sekalian ajarin tentang internet!” pintanya, Nah kebetulan nih,
    “Beres.. yuk kita masuk ke ruangan atasan saya, karena internetnya ada di ruangan bos saya.”
    “Ngga enak mas, nanti ketahuan Bapak.”
    “Kan Bapak lagi dinas ke luar kota, lagian ngga ada yang berani masuk kok selain saya.” jawabku sambil sebentar-sebentar melihat celana dalamnya yang terselip di antara pahanya.
    Benda pusaka saya sudah tegang sekali, dan sepertinya Susy sempat melihat ke arah celana saya yang sudah berubah bentuk, tetapi cepat-cepat dialihkannya.

    Lalu kami berdua masuk ke ruangan atasan saya sambil menutup, lalu menguncinya.
    “Mas.. kenapa dikunci?” tanya Susy merasa tidak enak. “Sengaja.. biar orang-orang menyangka kita tidak ada di dalam. Lagian kan nanti ganggu kita aja.”
    “Ih, Mas pikirannya kotor, awas ya kalau macam-macam sama Susy!” katanya mengancam tetapi dengan nada bercanda.
    Lalu kami berdua tertawa, sepertinya dia tidak curiga kalau saya ingin macam-macam dengannya. Susy saya suruh duduk di kursi dan saya duduk di sebelahnya, di atas sandaran kursi yang diduduki oleh Suzy. Seperti hari-hari sebelumnya, saya dapat melihat dengan bebas paha dan payudara Susy tanpa sepengetahuannya.

    Agar Susy tidak curiga, saya mengajari cara membuka internet dan memulai langkah awal dengan melihat-lihat berita.
    “Sus.. kamu tahu ngga kalau di internet kita bisa melihat cerita dan gambar-gambar porno?” tanya saya mulai memasang strategi.
    “Tahu sih dari teman-teman, tetapi saya ngga pernah lihat karena memang tidak tahu cara menggunakan internet.. tetapi kalau lihat gambar gituan dari majalah sih pernah.” katanya malu-malu.
    “Nah ya.. anak kecil sudah ngeliat yang macam-macam.” kata saya bercanda sambil memegang pundaknya dan dia diam saja sambil tertawa malu-malu.
    “Kalau saya lihatin cerita-cerita dan gambar porno di internet mau ngga?” pinta saya.
    “Mau sih, tetapi jangan dibilangin ke teman-teman Susy ya mas..! Kan malu.”
    “Percaya deh, saya ngga bakalan nyeritain ke teman-teman kamu.”

    Lama-lama, saya pun melihat wajah Susy agak berubah dan sedikit gemetar serta agak menegang pertanda dia mulai terangsang, saya dengan perlahan-lahan mulai meraba pundaknya. Sengaja saya lakukan dengan perlahan untuk memberikan rangsangan dan agar jangan terkesan saya ingin mengambil kesempatan.

    Nampaknya mulai berhasil karena dia diam saja. Sedangkan kemaluan saya yang sudah tegang menjadi semakin tegang. Setelah Susy membaca beberapa cerita lalu saya bukakan gambar-gambar porno.
    “Iiih.. gambarnya fulgar banget Mas..”.
    “Itu sih belum seberapa, karena hanya gambar doang..” kata saya mulai memancing.
    “Kalau kamu mau, saya punya film-nya.” lanjut saya.
    “Ngga ah, saya takut ketahuan orang.”, sepertinya dia masih takut kalau ada orang lain masuk.
    “Percaya deh sama saya, lagian cuma film, kecuali kalau kita yang begituan.”
    “Nah kan Mas Bimo mulai nakal..”, katanya dengan nada menggoda dan membuat pikiran saya semakin jorok saja dan kamipun berdua tertawa.
    Saya kemudian membuka VCD porno yang memang sengaja sudah saya siapkan di dalam CD Room komputer

    Saya mulai memutarnya dan beberapa saat terlihat adegan seorang wanita sedang mengulum kemaluan dua orang negro. Sedangkan kemaluan si wanita di masuki dari belakang oleh seorang pemuda bule. Susy kelihatan diam saja tanpa berkedip, malah posisi duduknya mulai sudah tidak tenang.
    “Kamu pernah lihat film ginian ngga Sus..” tanyaku padanya
    “Belum pernah Mas, cuma gambar-gambar di majalah saja” jawabnya dengan suara agak gemetar. Sepertinya dia mulai terangsang dengan adegan-adengan film tersebut.
    “Kalau gitu saya matiin saja, ya Sus? Nanti kamu marah lagi..” kataku pura-pura sok suci namun tetap mengelus-ngelus pundaknya.
    “Aah ngga apa-apa kok Mas, sekalian buat pelajaran, tetapi Susy jangan dimacem-macemin, ya Mas?” dia khawatir
    “Iya.. iya..” kataku untuk menyakinkan, padahal dalam hati, si otong sudah tidak tahan.

    Secara perlahan-lahan tangan saya mulai memegang dan mengelus tangannya, dia diam saja dan tidak ada tanda-tanda penolakan. Yang anehnya, dia diam saja ketika saya merapatkan duduknya dan saya pegang tangannya yang berbulu halus dan saya taruh di atas pahasaya. Matanya tetap tertuju pada adegan film dan suaranya memang sengaja saya buat agak keras terdengar agar lebih nafsu menontonnya.

    Terdengar suara rintihan dan erangan dari di wanita, ketika kemaluannya di sodok-sodok oleh si negro dengan kemaluan yang sangat besar dan panjang, sedangkan mulutnya dengan lahap mengulum batang kemaluan si Bule. Kini Susy semakin tidak tenang duduknya dan terdengar nafasnya agak berat bertanda nafsunya sedang naik. Kesempatan ini tidak saya sia-siakan.

    Tangan Susy tetap berada di atas paha saya, lalu tangan kiri saya mulai beraksi membelai rambutnya, terus ke arah lehernya yang jenjang. Susy kelihatan menggelinjang ketika lehernya saya raba.
    “Acchh.. Mas bimo, jangan, Susy merinding nih..” katanya dengan nada mendesah membuat saya semakin bernafsu.
    Saya tetap tidak peduli karena dia juga tidak menepis tangan saya, malah agak meremas paha saya.

    Cerita Seks Gadis PKL Tangan kiri saya juga tidak diam, saya remas-remas tangan kanan Susy dan sengaja saya taruh tepat di atas kemaluan saya.
    “Sus, kamu cantik deh, kayak bintang film itu” kata saya mulai merayu.
    “Masa sih Mas?” sepertinya dia terbuai dengan rayuan saya. Dasar anak masih 17 tahun.
    “Bener tuh, masa saya bohong, apalagi payudaranya sepertinya sama yang di film.”
    “Ih.. Mas bimo bisa aja” katanya malu-malu.

    Adegan film berganti cerita di mana seorang wanita mengulum 2 batang kemaluan dan kemaluan wanita itu sedang dijilati oleh lelaki lain. Tangan susy semakin keras memegang paha dan tangan saya.
    “Kamu terangsang ngga Sus?” tanyaku memancing.

    Dia menoleh ke arah saya lalu tersenyum malu, wah.. wajahnya nampak kemerahan dan bibirnya terlihat basah, apalagi di tambah wangi parfum yang di pakainya.
    “Kalau Mas, terangsang ngga?” dia balik bertanya.
    “Terus terang, aku sih terangsang, ditambah lagi nonton sama kamu yang benar-benar cantik ” rayu saya, dan dia hanya tertawa kecil.
    “Saya juga kayaknya terangsang Mas,” katanya tanpa malu-malu.
    Melihat situasi ini, tangan saya mulai meraba ke arah lain. Perlahan-lahan saya arahkan tangan kanan saya ke arah payudaranya dari luar baju seragam sekolahnya. Sedangkan tangan kiri, saya jatuhkan ke atas pahanya dan saya raba pahanya dengan penuh perasaan. Susy semakin menggelinjang keenakan. Mulus sekali tanpa cacat dan pahanya agak merenggang sedikit.
    “Aaahh, jangan Mas, Susy takut, Susy belum pernah beginian, nanti ada orang masuk mass.. oohh..” katanya sambil tangan kanannya memegang dan meremas tangan kanan saya yang ada di atas pahanya yang sedang saya raba, sedangkan tangan kirinya memegang sandaran kursi.

    Terasa sekali bahwa Susy juga terangsang akibat saya perlakukan seperti itu, apalagi ditambah dengan adegan film siswi anak sekolah Jepang yang dimasuki vaginanya dari belakang oleh seorang gurunya di ruangan kelas

    Saya yang sudah tidak tahan lagi, tidak peduli dengan kata-kata yang diucapkan Susy. Karena saya tahu bahwa dia sebenarnya juga ingin menikmatinya. Tangan kanan saya makin meremas-meremas payudara sebelah kanannya.
    “Oohh Maass.. jaangaan Maas.. ohh..” Susy semakin mendesah.

    Cerita Dewasa : Badan Susy makin menggelinjang dan dia rapatkan badan serta kepalanya ke dada saya. Tangan kiri saya pindah untuk meraba wajahnya yang sangat cantik dan manis.

    Turun ke leher terus turun ke bawah dan membuka dua kancing seragamnya. Terlihat gundukan belahan payudaranya yang putih dan mengencang di balik BH-nya. Tangan saya bermain di sekitar belahan dadanya sebelah kiri, saya remas-remas lalu pindah ke payudaranya yang sebelah kanan.
    “Ooohh.. Maas Bimoo.. oohh.. jaangaann.. mmhh..” saya semakin bernafsu mendengar suara rintihannya menahan birahi yang bergejolak.
    Dadanya semakin bergetar dan membusung ketika saya semakin meremas dan menarik BH-nya ke atas. Terlihat putingnya yang kecil dan berwarna merah yang terasa mengeras. Tangan kanan saya yang sejak tadi meraba pahanya, secara perlahan-lahan masuk ke balik roknya yang tersingkap dan meraba-raba celananya, yang ketika saya pegang ternyata sudah basah.
    “Ooohh.. Mass enakk.. teerruuss.. aahh..”

    Kepala Susy mendongak menahan birahi yang sudah semakin meninggi. Terlihat bibir merah membasah. Secara spontan, saya cium bibirnya, ternyata dibalas dengan buasnya oleh Susy.

    Lidah kami saling mengulum dan saya arahkan lidah saya pada langit-langit bibirnya. Semakin tidak menentu saja getaran badan Susy. Sambil berciuman saya pegang tangan kirinya yang di atas selangkangan dan saya suruh dia untuk meraba batang kejantanan saya yang sudah menegang dan kencang di balik celana panjang.
    “Mmmhh.. mmhh..” saya tidak tahu apa yang akan dia ucapkan karena mulutnya terus saya kulum dan hisap. Segera saya lepas semua kancing seragamnya sambil tetap menciumi bibirnya. Tangan saya membuka BH yang kaitannya berada di depan, terlihat payudaranya yang putih bersih dan besar dan perutnya yang putih tanpa cacat. Saya raba dan saya remas seluruh payudaranya.

    Hal ini membuat susy semakin menggelinjang. Tiba-tiba, Susy menarik diri dari ciuman saya.
    “Mas.. jangan diterusin, Susy ngga pernah berbuat seperti ini.” sepertinya dia sadar akan perbuatannya.

    Dia menutupi payudaranya dengan seragamnya. Melihat seperti ini, perasaan saya was-was, jangan-jangan dia tidak mau meneruskan. Padahal saya sedang hot-hotnya berciuman dan meraba-raba tubuhnya.

    Tetapi birahi saya yang tinggi telah melupakan segalanya, saya mencari akal agar Susy mau melampiaskan birahi yang sudah sampai ke ubun-ubun.
    “Jangan takut Sus, kita kan ngga akan berbuat jauh, saya cuma mau merasakan keindahan tubuh kamu.”
    “Tapi bukan seperti ini caranya.”
    “Bukannya kamu juga menikmati Sus?”
    “Iya, tetapi Susy takut kalau sampai keterusan, Mas!”
    “Percaya deh, Mas tidak akan berbuat ke arah sana.” Susy terdiam dan memandangi wajah saya, lalu saya membelai rambutnya. Saya tersenyum dan dia pun ikut tersenyum. Sepertinya dia percaya akan kata-kata saya. Film telah habis dan saya mematikan komputer. Saya berdiri dan secara tiba-tiba, saya mengangkat tubuh Susy.
    “Maass, Susy mau dibawa kemana?” dia berpegangan pada pundak saya.
    Baju seragamnya terbuka lagi dan nampak payudaranya yang montok.
    “Kita duduk di sofa saja.” Saya angkat Susy dan saya pangku dia di sofa yang ada di dalam ruangan bos.
    “Sus kamu cantik sekali..” rayu saya dan dia hanya tersenyum malu.
    “Boleh saya mencium bibir kamu..?” dia diam saja dan tersenyum lagi. Semakin cantik saja wajahnya.
    “Tapi janji ya Mas bimo ngga akan berbuat seperti di film tadi?”
    “Iya saya janji” Susy terdiam lalu matanya terpejam.
    Dengan spontan saya dekati wajahnya lalu saya cium keningnya, terus pipinya yang kiri dan kanan, setelah itu saya cium bibirnya,ternyata dia membalas. Saya masukkan lidah saya ke dalam rongga mulutnya.

    Birahinya mulai bangkit lagi. Susy membalas ciuman saya dengan ganas dan nafsunya melumat bibir dan lidah saya. Tangannya meremas-remas kepala dan pundak saya. Ciuman berlangsung cukup lama sekitar 20 menit. Sengaja tangan saya tidak berbuat lebih jauh agar Susy percaya dulu bahwa saya tidak akan berbuat jauh.

    Setelah saya yakin Susy sudah lupa, tangan saya mulai meraba perutnya yang telah terbuka. Lalu perlahan-lahan naik ke payudaranya.
    “Aaahh.. Mass teruuss..” desahnya. Ternyata birahinya mengalahkan kekuatirannya. Dengan penuh kelembutan saya sentuh putingnya yang sudah mengeras.
    “Aaahh.. aahh.. mmhh..” saya semakin meningkatkan kreatifitas saya.
    Putingnya saya pilin-pilin. Badan Susy menggelinjang keenakan, bibir saya turun ke bawah, saya jilati lehernya yang jenjang.
    “Ooouuhh Mass, teruuss, enaak Maass.” Susy terus mengeluh keenakan membuat libido saya makin meningkat.
    Kemaluan saya terasa tegang sekali dan terasa sakit karena tertekan pantat Susy. Lalu saya rebahkan dia di sofa sambil tetap menciumi seluruh wajahnya. Lalu saya jilati payudaranya sebelah kanan.
    “Maass Bimoo..” Susy berteriak keenakan.
    Saya jilati putingnya dan saya hisap dengan keras.
    “Aahh.. oouhh.. terruuss oohh.. enaakk.”
    Nampak putingnya semakin memerah. Lalu gantian putingnya yang sebelah kiri saya hisap. Seperti bayi yang kehausan, saya menyedotputingnya semakin keras. Susy makin menggelinjang dan berteriak-teriak. Tangan kiri saya lalu mulai meraba pahanya, saya buka pahanya, terus tangan saya meraba-raba ke atas dan ke arah selangkangannya. Jari saya menyentuh kemaluannya di atas celana dalam yang sudah basah. Awalnya dia bilang
    “Oouhh Maass jangaann..” tetapi kemuidan,
    “Oouughh Maass terruuss..” Saya masukkan jari tangan saya ke mulut Susy, lalu dihisapnya jari saya dengan penuh nafsu.
    “Mmmhh..” mulut saya terus tiada henti menghisap-hisap puting payudaranya secara bergantian.

    Tangan saya terus menekan-nekan kemaluan Susy. Sambil saya hisap, tangan kanan meremas-remas payudaranya, sedangkan tangan kiri,saya masukkan jari telunjuk ke sela-sela celana dalamnya.
    “Maass.. oohh.. janggaan oughh.. mmhh..” Susy terus mendesah-desah.
    Tangannya meremas-remas sofa. Setelah puas meremas-remas payudaranya, saya pegang dan saya tuntun tangannya untuk memegang kemaluan saya yang sudah tegang di balik celana panjang. Tanggan Susy diam saja di atas celana saya, lalu tangannya saya dekap di kemaluan saya. Lama-kelamaan Susy mulai meremas-remas sendiri kemaluan saya.

    “Oohh Sus.. enak Sus.. terus Sus..” walaupun kaku mengelusnya tetapi terasa nikmat sekali. Jari tangan kiri saya pun terus meraba kemaluannya, terasa bulu-bulu halus dan masih jarang. Jari tangan saya tepat berada di atas vaginanya yang sudah sangat basah, saya tekan tangan saya dan jari telunjuk saya masukkan perlahan-lahan untuk mencari clitorisnya.

    Tubuh Susy semakin menggelinjang, pantatnya naik turun.
    “Maass, jangan Maas.. Susy ngga kuat Maass.. ooughh.. aahh”
    Saya tahu Susy akan mendekati klimak sebab tangannya mencengkeram erat kemaluan saya.
    “Maass.. aahh..” tiba-tiba tubuh Susy mengejang hebat, tubuhnya bergetar kuat, tanda dia telah mencapai klimak.
    Tubuhnya langsung lemas tidak berdaya, matanya terpejam. Saya kecup bibirnya dengan lembut, lalu matanya perlahan terbuka.
    “Mas.. Susy sayang kamu.”
    “Saya juga sayang kamu Sus”
    Saya kecup lagi bibirnya dan dia pun membalas sambil tersenyum. Saya lihat di payudaranya terdapat beberapa tanda merah bekas saya hisap.
    “Ihh.. Mas nakal, tete Susy dibikin merah..” dibiarkannya dadanya terlihat dengan bebas tanpa ditutupi.
    “Habis tete kamu montok dan gemesin sih.. besar lagi.” kataku sambil mengusap wajahnya yang berkeringat.
    “Mas, kok anunya ngga keluar cairan kaya di film tadi sih..?” tanyanya tiba-tiba.
    Rupanya dia benar-benar belum mengenal seks. Kebetulan nih untuk melanjutkan jurus yang kedua.
    “Kamu pengen punyaku keluar air mani?” tanyaku.
    “Iya, Susy pengen lihat, kayak apa sih?”
    Tanpa pikir panjang, langsung saja saya buka celana panjang dan CD saya. Langsung saja kejantanan saya keluar dengan tegaknya. Ukuran punya saya lumayan besar, besar dan panjang sekitar 18 cm. Susy langsung terbelalak matanya melihat senjata saya yang ingin menagih kenikmatan yang ditunggu-tunggu.
    “Ya ampun Mas.. besar banget punya Mas..”
    Cerita Seks Gadis PKL Saya raih tangan Susy dan saya suruh dia meraba dan mengocoknya. Tampak Susy agak gugup dan gemetar karena baru sekali melihat langsung dan memegang burung laki-laki.
    “Aah.. Sus enak banget, terus Sus.. ahh..”
    Lama kelamaan Susy terbiasa dan merasa pintar mengocoknya. Saya remas-remas payudaranya.
    “Mas, ahh.. Susy masih lemas.. ahh..”
    “Sus, cium dong punyaku” pinta saya.
    Langsung saja dia menciumi batang kejantanan saya, mungkin dia belajar dari film tadi.
    “Terus Sus, emut Sus biar keluar aahh.. kamu pintar Sus.. emut Sus..” pinta saya lagi.
    “Ngga mau, Susy ngeri, lagian ngga cukup di mulut Susy”
    Posisi Susy duduk di sofa, sedangkan saya berdiri menghadap Susy. Saya remas buah dada Susy,
    “Ahh Maass..”
    Ketika dia membuka mulutnya, langsung saja saya masukkan batang kemaluan saya ke mulutnya dan saya keluar masukkan batang kejantanan saya.
    “Mmmhh.. mmhh..” Susy sepertinya kaget, tetapi saya tidak peduli, justru Susy yang sekarang menyedot batang kejantanan saya.
    “Aaahh.. Sus kamu pintar sus.. terus ah.. enaak..”
    Saya yang juga baru pertama kali berbuat seperti itu, sebenarnya sudah ingin keluar, tetapi sekuat tenaga saya coba tahan. Susy rupanya sudah lupa diri, dia semakin bernafsu mengulum dan menyedot batang kemaluan saya, sedangkan kedua tangannya memegang pantat saya.

    Cepat sekali dia belajar. Saya membungkuk dan kedua tangan meremas paha Susy, lalu saya buka kedua belah pahanya, Susy mengerti lalu merenggangkan pahanya sambil mengangkat pahanya. Segera saya buka resleting roknya dan saya angkat roknya sehingga nampak CD yang berwarna putih. Tangan kanan saya segera meraba dan menekan-nekan belahan vaginanya yang tertutup CD, sudah basah.
    “Mmhh.. mmhh..” Susy menggelinjang dan terus mengulum-ngulum, tampak mulutnya yang kecil mungil agak kesusahan. Saya buka baju seragam dan BH-nya, dia melepas kulumannya dan saya rebahkan tubuhnya di sofa panjang. Saya tarik roknya ke bawah sehingga tinggal CD-nya yang tersisa, lalu saya membuka baju sehingga saya telanjang bulat alias bugil. Mata Susy terpejam, segera saya lumat bibirnya dan dia pun membalas.

    Tangannya kirinya tetap memegang batang kejantanan saya dan tangan kanannya meremas-remas pundak saya. Sedangkan tangan kanan saya membelai-belai rambutnya dan tangan kiri tetap meraba CD Susy yang sudah sangat basah. Saya masukkan tangan ke dalam CD-nya, terus turun ke bawah tepat di belahan vaginanya, lalu jari-jari saya bermain-main di belahan vaginanya yang sudah banjir.
    “Aaahh Maass.. oughh.. ohh..” dia terus menggelinjang. Pantatnya naik-turun mengikuti gerakan tangan. Mulut dan tangan kanan saya langsung mengisap dan meremas-remas tetenya.
    “Aaahh Maass.. teruuss.. aahhgghh..” desahnya.
    Tangan Susy meremas-remas burung saya yang sudah tegang segera ingin masuk ke sarangya Susy.

    Segera saya buka celana dalamnya. Dan mulut saya mulai turun ke bawah mencium perutnya dan perlahan-lahan saya ciumi bulu-bulu halus dan vaginanya. Tangan Susy meremas-remas rambut saya. Saya buka belahan vaginanya dan nampak kelentitnya yang mungil berwarna merah. Segera saya jilat dan hisap kelentitnya.
    “Aaagghh Maass oouhh.. oughh..” kepala Susy mendongak dan bergerak ke kiri dan ke kanan merasakan kenikmatan yang luar biasa yang baru sekali dialaminya, begitu juga dengan saya. Saya sedot liang vaginanya yang masih perawan dan berwarna merah.
    “Oouhh.. Mass, Susy ngga kuat mass.. oohh.. aahh..” tiba-tiba tubuh Susy bergetar hebat, pantatnya bergerak ke atas dan bergetar keras.
    “Aaahh..” Susy mencapai klimak yang kedua kalinya.
    Saya hisap semua cairan yang keluar dari lubang vaginanya.

    Kemudian tubuhnya kembali lemas, matanya terpejam. Segera saya buka pahanya lebar-lebar dan arahkan batang kejantanan saya tepat di liang vaginanya. Susy merasakan sesuatu yang menekan kemaluannya. Matanya terbuka sayu dan lemas.
    “Mas.. jangan maass, Susy masih perawan.” katanya tetapi pahanya tetap terbuka lebar.
    “Katanya Susy pengen ngelihat punya Mas keluar cairan.”
    “Iya, tetapi Susy ngga pernah beginian, Susy ngeri dan takut sakit..”
    “Jangan kuatir, Mas pasti pelan-pelan.”
    Segera saya basahi batang kemaluan saya dengan ludah, setelah itu saya arahkan ke lubang vaginanya, setelah pas, perlahan-lahan saya tekan masuk, sempit sekali rasanya.
    “Achh Mass sakit..” tampak wajahnya menahan sakit
    “Pelan-pelan Mas, sakit!” segera berhenti aksi saya mendengar keluhannya. Setelah dia mulai tenang, saya tekan sekali lagi.
    “Akhh.. Maass.. pelan-pelan.” tangannya memegang sofa dengan kuat.
    “Tenang Sus, jangan tegang, nanti juga enak.”
    Kemudian saya lumat bibir Susy, dan dia pun membalas, segera saya tekan lagi sekuat tenaga. Saya mencoba sekali lagi, lalu melenceng keluar. Tidak putus asa, saya coba lagi.
    “Achh.. Mass Bimo, sakit!”
    Saya tidak peduli dengan teriakannya, dengan lebih agak keras saya tekan kemaluan saya dan, “Bless..” torpedo besar saya masuk setengah, terasa ada yang robek di lubang kemaluannya.

    kepala Susy mendongak ke atas menahan sakit, Saya diamkan beberapa saat, lalu saya tekan lagi dan masuklah semua batang kejantanan saya ke sarang Susy.
    “Achh Mas.. sakiitt.. pelan-pelan Mas.” saya berhenti sebentar, lalu saya coba masukkan lagi. Semakin dia berteriak, semakin bertambah nafsu saya. Lalu saya tekan sekuat tenaga dan masuklah semua senjata keperkasaan saya. Saya keluarkan pelan-pelan dan saya masukkan lagi dan seterusnya.
    “Ahh.. ahh.. Mass sakit.. teruuss ahh.. mmhh..”
    Kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan. Rupanya dia mulai terangsang lagi. Semakin lama, saya percepat goyangan. Tangan saya meremas-meremas payudaranya.
    “Ohh Sus.. kamu cantiik Sus..”
    “Mass, teruss Mass, akhh.. Susy ngga kuat Mass.. aghh..” pantatnya ikut naik turun mengikuti irama pantat saya yang naik turun. Saya merasakan nikmat yang tiada tara. Terasa ada sesuatu yang kuat ingin keluar dari alat vital saya, rupanya saya akan segera klimaks.
    “Maass.. oougghh Mass, Susy ngga tahaan.. oughh Mas Bimoo.. aahh!” Susy berteriak histeris sambil tubuhnya bergetar dan pada saat yang bersamaan keluarlah air mani saya menyembur dengan deras ke dalam vagina Susy.
    “Ooughh Sus saya keluaarr, oohh.. creet.. crreet.. creett..” sperma saya mengalir dengan kencang, tubuh saya bergetar dan berguncang hebat.
    Tangan Susy mencengkeram erat pundak saya dan saya mendekap erat tubuh Susy yang putih mulus. Setelah itu kami berdua langsung lemas. Terasa ada sesuatu yang menarik-narik dan menjepit batang kejantanan saya. Terasa hangat batang kemaluan saya. Banyak sekali cairan yang keluar.

    Mata Susy terpejam merasakan kenikmatan yang ketiga kalinya. Tubuhnya benar-benar tidak berdaya dan pasrah. Tubuh kami tetap berpelukan dan kejantanan saya tetap di dalam kemaluannya.

    Saya ciumi bibir dan seluruh wajahnya. Setelah itu saya lepas tubuhnya dan dari lihat batang saya dan vaginanya ada cairan darah perawan yang menetes di bibir vagina dan sofa. Sesaat kemudian, nampak Susy menitikkan air mata.
    “Mas.. kenapa kita melakukan ini, Susy sudah tidak perawan lagi..” dia terus mengeluarkan air mata. Saya terdiam, dalam hati menyesal, mengapa saya sampai lupa diri dan betapa teganya telah menodai seorang gadis yang bukan milik saya. Saya seka air matanya sambil mencoba menenangkannya.
    “Maafkan saya Sus, saya lupa diri, saya akan mempertanggung-jawabkan perbuatan saya Sus.”
    “Mas, peluk Susy Mas..” segera saya peluk dia dan cium keningnya. Dia pun memeluk saya dengan eratnya. Tubuh kami masih bugil,
    “Susy sayang Mas bimo”
    “Saya juga sayang kamu” jawab saya.
    Setelah itu dia tersenyum, tetapi air matanya tetap mengalir, saya seka air matanya. Setelah puas saling berpelukan, kami segera memakai pakaian. Bercak darah Susy mengenai sofa atasan saya. Saya ambil sapu tangan dan mengelap hingga bersih.
    “Mas, Susy mohon jangan ceritakan ini pada siapa-siapa!”
    “Saya ngga akan cerita pada siapa-siapa, ini adalah rahasia kita berdua.”
    Setelah semua rapih, kami kembali berpelukan. Setelah itu kami keluar dari ruangan bos. Tidak begitu lama, teman-temannya masuk dan mengajaknya pulang.

    Cerita Dewasa : Besok paginya, Susy datang duluan dan ketika saya masuk,
    “Selamat pagi Mas” dia memberi salam. Ah, senyumnya manis sekali,
    “Selamat pagi sayang”
    Saya hampiri dia dan kecup keningnya lalu bibirnya. Dia membalas ciuman tadi. Ah, indah sekali hari ini. Susy masih PKL 2 minggu lagi.

    Perbuatan kami kemarin bukan membuat kami insyaf, kami berdua melakukan lagi di ruangan bos, di meja, di kursi, di balik pintu, dengan posisi berdiri atau doggie style, seperti yang pernah kami lihat di film BF.

    Cerita Seks Gadis PKL Terkadang Susy saya suruh membolos dan janjian di hotel. Kami sering melakukannya dari pagi hingga sore. Ternyata Susy orang yang hiperseks dan gampang terangsang.

    Benar-benar kenikmatan yang tiada tara, kami tidak pernah menyesali. Setelah 2 minggu berlalu, mereka telah selesai PKL, hubungan kami tetap berlanjut hingga akhirnya, dia di jodohkan oleh orang tuanya.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Skandalku Dengan Bos Di Kantor

    Skandalku Dengan Bos Di Kantor


    1040 views

    Cerita Sex ini berjudulSkandalku Dengan Bos Di KantorCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Suatu hari aku dipanggil pimpinanku ke dalam ruangannya. Aku menduga-duga apa gerangan sebabnya aku dipanggil mendadak begini.

    “Duduk, Dik. Tunggu sebentar ya,” katanya sambil meneruskan membaca surat-surat yang masuk hari ini.

    Setelah selesai membaca satu surat barulah dia menatapku.

    “Begini Dik Anto, besok hari libur nasional. Hari ini apa yang masih harus diselesaikan?” tanyanya.

    Aku berpikir sejenak sambil mengingat apalagi tugas yang harus kuselesaikan segera hari ini.

    “Rasanya sih sudah tidak ada lagi yang mendesak pak, ada beberapa proposal dan rencana kerja yang harus saya buat, tapi masih bisa ditunda sampai minggu depan. Ada apa Pak?” tanyaku.

    “Anu, ada tamu dari Kalimantan, namanya Pak Jainudin, panggil aja Pak Jay. Sebenarnya bukan untuk urusan kantor kita sih. Hanya kebetulan saja pas dia ada di sini, jadinya sekalian aja. Dia menginap di Bekasi. Tadi dia telpon katanya minta tolong agar diantarkan surat yang kemarin Dik Anto buat konsepnya untuk dipelajari, jelaskan aja detailnya. Nanti Dik Anto antar saja ke sana dan bayar bill hotel beliau. Layani sampai selesai urusannya, kalau perlu nanti nggak usah kembali ke kantor. Besok beliau kembali. Kalau mobil kantor pas kosong, pakai taksi aja soalnya ini penting. Uangnya ambil di kasir!” katanya sambil memberikan memo kepadaku untuk ambil uang di kasir.

    Bergegas aku ke kasir sambil cek di resepsionis ada mobil kantor lagi kosong atau tidak. Ternyata semua mobil lagi dipakai. Jadi aku naik taksi ke Bekasi.

    Setelah sampai di hotel yang dituju, aku segera menemui Pak Jay, dan menyerahkan berkas yang dimaksud. Setelah dia bertanya tentang detail dari berkas tadi, dia katakan bahwa dia sudah mengerti dengan isinya dan setuju. Hanya ada perbaikan redaksional saja.

    “OK Dik, nanti saya kabari. Begini saja, konsep ini saya bawa dulu. Perbaikannya nanti menyusul saja. Hanya redaksional kok. Isinya saya sudah paham dan prinsipnya setuju,” katanya.

    “Oh ya pak, pimpinan saya sampaikan bahwa bill hotel bapak biar kami yang selesaikan,” kataku.

    “Aduh, jadi merepotkan. Sampaikan terima kasih dan salam untuk pimpinanmu, Pak Is” katanya sambil menyalamiku.

    “Baik Pak nanti saya sampaikan, selamat jalan”.

    Aku kemudian membereskan bill di front office. Tiba-tiba saja petugas hotel memanggilku.

    “Maaf Pak Anto ya? Ini Pak Jay mau bicara,” katanya sambil menyerahkan gagang telepon. Kuterima gagang telepon dan dari seberang Pak Jay berkata”Dik, saya lupa kasih tahu. Kebetulan semua urusan saya selesai hari ini jadi saya bisa pulang siang nanti. Dik Anto tunggu sebentar di bawah ya!”

    Aku menunggu Pak Jay turun ke lobby. Sebentar kemudian dia sudah datang dan minta dipanggilkan taksi. Kupanggilkan taksi, dia naik dan katanya.

    “Terima kasih banyak lho bantuannya”.

    Aku menggangguk dan tersenyum saja. Setelah taksinya pergi, aku berpikir kalau dia jadi pulang, sementara bill sudah dibayar penuh sampai besok, sayang rasanya. Biar aja kuisi kamarnya sampai besok, toh besok juga libur. Aku lapor ke resepsionis.

    “Mbak, Pak Jay sudah check out, saya pakai kamarnya sampai besok. Tapi tolong beresin dulu kamarnya, saya mau jalan dulu sebentar. Boleh kan?” kataku.

    “Boleh pak, silakan saja,” katanya sambil tersenyum.

    Akhirnya saya keliling-keliling di Kota Bekasi. Nggak ada yang aneh sih. cuma sudah lama saja tidak ke Bekasi. Setelah beberapa lama, capek juga rasanya badanku. Aku akhirnya masuk ke sebuah panti pijat tradisional. Siapa tahu dapat massage girl yang oke, setelah dipijat nanti gantian kita yang memijatnya.

    Seperti biasa begitu masuk di ruang depan aku disodori foto-foto close up yang cantiknya mengalahkan artis. Mbak yang jaga mengomentari sambil sekalian promosi. Si A pijatannya bagus dan orangnya supel, Si B agak cerewet tapi cantik, Si C hitam manis dan ramah dan lain-lainnya. Aku sih tidak tertarik dengan promosinya. Pilihanku biasanya berdasarkan feeling saja.

    Pada saat lihat-lihat foto, ada wanita yang masuk. Kulihat sekilas, kalau dia massage girl di sini aku pilih dia saja.

    Kutanya pada yang jaga, ” Mbak, yang tadi barusan lewat kerja di sini juga?”

    “Ya Mas, dia baru minta ijin keluar sebentar tadi. Katanya ada sedikit keperluan,” jawabnya.

    “Boleh pijat sama dia Mbak?” tanyaku lagi.

    “Boleh saja, tapi tarif untuknya agak tinggi sedikit,” katanya sambil tersenyum kemudian menyebutkan rupiah yang harus kusediakan.

    Kuiyakan dan disuruhnya aku masuk ke kamar VIP, ada AC-nya meskipun berisik dan tidak terlalu dingin. Sambil menunggu di dalam kamar, kuamat-amati sekelilingku. Sebuah kamar berukuran 3 X 2 meter dengan sebuah spring bed untuk satu orang dan sebuah meja kecil yang di atasnya ada cream pijat dan handuk.

    Pintunya ditutup dengan korden kain sampai ke lantai. Kulepaskan pakaianku tinggal celana dalam saja. Iseng-iseng kubuka laci meja kecil di sampingku. Ada kotak “25” yang sudah kosong.

    Tidak lama kemudian gadis pemijat yang kupesan sudah muncul. Kuamati lagi dengan lebih teliti. Lumayan. Kulitnya putih, tinggi (untuk ukuran seorang wanita) dengan perawakan seimbang. Ia mengenakan celana panjang hitam dan kaus putih. BH-nya yang berwarna hitam nampak jelas membayang di badannya.

    “Selamat siang,” sapanya sambil menutup korden dan mengikatkan pinggirnya pada kaitan di kusen pintu.

    “Siang,” jawabku singkat.

    “Silakan berbaring tengkurap Mas, mau diurut atau dipijat saja”.

    “Punggungku dipijat saja, kaki dan tangan boleh diurut”.

    Aku berbaring di atas spring bed. Ia mulai memijat jari dan telapak kakiku.

    “Namanya siapa Mbak?” tanyaku.

    “Apa perlunya Mas tanya-tanya nama segala. Mas kerja di Sensus ya?” Jawabnya sambil tersenyum. Meskipun jawabannya begitu tapi dari nada suaranya dia tidak marah.

    Akhirnya sambil memijat aku tahu namanya, Wati, berasal dari Palembang. Pijatannya sebenarnya tidak terlalu keras. Sepertinya dia pernah belajar tentang anatomi tubuh manusia sehingga pada titik-titik tertentu terasa agak sakit jika dipijat.

    “Aduh.. Pelan sedikit dong!” teriakku ketika dia memijat bagian betisku.
    “Kenapa Mas, Sakit? Kalau dipijat sakit berarti ada bagian yang memang tidak beres. Coba bagian lain, meskipun pijatannya lebih keras tapi kan nggak sakit”.

    Kupikir benar juga pendapatnya. Aku sedikit pernah baca tentang pijat refleksi yang membuka simpul syaraf dan melancarkan aliran darah sehingga metabolisme tubuh kembali normal. Ia memijat pahaku.

    “Hmmhh.. Ada urat yang sedikit ketarik Mas. Pasti beberapa hari ini adik kecilnya tidak bisa bangun secara maksimal,” katanya.

    Memang beberapa hari ini, entah karena kelelahan bekerja atau sebab lain sehingga pada pagi hari saat bangun tidur adik kecilku kondisinya kurang tegang. Aku tidak terlalu memperhatikan karena pikiran memang lagi fokus untuk menyelesaikan pekerjaan minggu ini. Tangannya beberapa kali mulai menyenggol kejantananku yang terbungkus celana dalam. Tapi herannya aku sama sekali nggak terangsang. Kucoba untuk menaikkan pantatku dengan harapan tangannya bisa lebih ke depan lagi, tapi ditekannya lagi pantatku.

    “Sudahlah, Mas diam saja nanti nggak jadi pijat,” katanya.

    Kali ini tangannya benar-benar meremas adik kecilku. Tapi sekali lagi aku heran, karena nggak bisa terangsang. Tangannya kini memijat pinggangku. Ibu jarinya menekan pantatku bagian samping dan jari lainnya memijat-mijat sekitar kandung kemih.

    “Penuh.. Beberapa hari pasti tidak dikeluarkan ya Mas? Maklum adiknya juga lagi nggak fit,” komentarnya agak ngeres. Lagi-lagi tebakannya benar. Aku tidak tahu dia asal tebak atau memang ada ilmunya untuk hal-hal seperti itu.

    “Hhh..” kataku ketika ia mulai menekan punggungku, kemudian terus sampai tengkuk.

    Aku mulai merasa rileks dan mengantuk. Enak juga pijatannya. Kini kakiku diurutnya dengan cream pijat. Sampai di dekat pahaku dia berkata”Tahan sedikit Mas, agak sakit memang”. Tangannya dengan kuat mengurut paha bagian dalamku. Terasa sakit sekali.

    “Uffpp.. Haahh,” kataku sambil menahan sakit.

    Kepalaku kubenamkan ke bantal. Setelah kedua belah pahaku diurut terasa ada perbedaan. Kejantananku mulai bereaksi ketika tangannya menyusup ke bawah pahaku. Pelan tapi pasti kejantananku mulai membesar sehingga terasa mengganjal. Aku agak menaikkan pantatku untuk mencari posisi yang enak. Kali ini dibiarkannya pantatku naik dan tanganku meluruskan senjataku pada arah jam 12.

    “Balik badannya, dadanya mau dipijat nggak?”

    Kubalikkan badanku. Kulihat keringat mulai menitik di lehernya. Untung ada AC, meskipun tidak bagus, sedikit menolong. Wati mengusap-usap dadaku.

    “Badanmu bagus Mas, dadanya diurut ya?”

    “Nggak usah, tanganku aja deh diurut,” kataku.

    Ia duduk di sampingku dengan kaki menggantung di samping ranjang. Ketika ia meluruskan dan mengurut tanganku kupegang dadanya. Lumayan besar, tapi agak kendor.

    “Tangannya..” katanya mengingatkanku.

    Tidak berapa lama ia sudah selesai memijat dan mengurut badanku. Aku meregangkan badan. Terasa lebih segar.

    “Sebentar saya ambil air dulu Mas,” ia keluar kamar dan kembali dengan membawa air hangat dan handuk kecil.

    Dicelupkannya handuk kecil ke dalam air hangat dan dilapnya seluruh tubuhku sampai bekas cream pijat hilang. Kemudian dilapnya badanku sekali lagi dengan handuk yang ada di atas meja kecil. Aku kembali terangsang ketika dia melap dadaku. Kuperhatikan dia dan kupegang tangannya di atas dadaku. Ia memutar-mutarkan tangannya yang dibalut handuk.

    “Kenapa Mas,” bisiknya.

    “Ingin dikeluarin supaya nggak penuh dan meluap terbuang,” kataku.

    Ia menggerakkan tangan, kode untuk mengocok penisku.

    “Nggak boleh emangnya disini ya? Ini apa?” tanyaku sambil membuka laci meja dan menunjukkan kotak “25” yang kosong tadi.

    “Mas ini tangannya usil deh. Bukan begitu Mas, bos lagi ada di sini. Dia kesini seminggu dua kali. Dia melarang kami untuk begituan dengan tamu, katanya belakangan ini sering ada razia,” jawabnya.

    Kami diam beberapa saat, tensiku sudah mulai turun.

    “Begini saja Mas, kebetulan saya juga lagi ingin dan Mas sebenarnya sesuai dengan seleraku dan rasanya bisa memuaskanku. Sekali-sekali ingin juga menikmati kesenangan. Nanti malam saja kita ketemu setelah jam 10 malam, sini sudah tutup”.

    Kutanya berapa tarifnya untuk semalam.

    “Jangan salah kira Mas, tidak semua wanita pemijat hanya ingin uang saja. Sudah kubilang kalau kita nanti bisa take and give. Just for fun”.

    Busyet.. Entah benar entah tidak bahasa yang diucapkannya aku tidak peduli. Malam ini aku dapat pemuas keinginanku yang tertahan selama beberapa hari. Kukatakan nanti setelah selesai kerja kutunggu di hotel tempatku menginap.

    Aku kembali ke hotel dan mandi. Sekilas ada keinginanku untuk berswalayan-ria. Tapi kutahan, takut nanti malam jadi kurang greng. Setelah mandi aku kembali jalan di sekitar hotel. Jalan mulai macet, karena jam pulang kantor sudah lewat. Cuaca agak mendung dan tak lama turun gerimis.

    Kupercepat langkahku, tapi gerimis sudah mulai lebat. Untung ada sebuah warung tenda. Sekilas kubaca tersedia STMJ. Boleh juga nih, hitung-hitung persiapan nanti malam. Kupesan satu gelas. Kuseruput perlahan. Rasa hangat menjalari tubuhku. Jahenya terlalu pedas, kulirik penjualnya.

    “Di sini STMJ-nya asli Mas, alami. Bukan buatan pabrik jamu, melainkan saya buat sendiri. Jahenya memang sengaja agak banyak biar badan jadi sehat dan tidak mudah masuk angin,” katanya seolah membaca pikiranku. Kutunggu minumanku agak dingin. Ternyata ramai juga warung ini. Mungkin juga akibat ramuan Bapak penjualnya yang membuatnya dengan bahan alami.

    Kembali ke hotel meskipun dengan pakaian sedikit basah, namun kesegaran pijatan dan STMJ membuatku tidak takut masuk angin. Aku tidak bawa pakaian ganti karena niatnya tidak menginap, hanya melayani tamu kantor. Kulepas bajuku dan dengan tetap memakai celana panjang kubaringkan tubuhku ke ranjang yang empuk.

    Enak juga jadi orang kaya Menginap di tempat yang empuk dan berAC. Namun kupikir lagi, ternyata hidup ini enak kalau dijalani dengan senang hati. Orang kaya yang punya jabatan tentu tingkat stressnya lebih tinggi dan belum tentu mereka dapat menikmati semua yang ada padanya. Mungkin cocok juga aku jadi filsuf, pikirku begitu sadar dari lamunanku.

    Kulihat jam dinding menunjukkan pukul delapan kurang sepuluh menit. Masih ada waktu tiduran dua jam setelah seharian pikiranku agak capek. Badan sih tidak apa-apa, hanya pikiran yang perlu istirahat.

    Setengah tertidur aku mendengar ketukan di pintu.

    “Tok.. Tok.. Tok..

    “Mas Anto, ini Wati,” terdengar suara dari luar.

    Upss, aku melompat dari ranjang dan membuka pintu. Setelah kubuka pintu aku tertegun sejenak. Wati tetap memakai kaus yang tadi siang dipakainya dibungkus dengan sweater dan celananya sudah ganti dengan jeans.

    Sepatu dengan hak tinggi membuat dia tampak lebih tinggi dan langsing. Kacamata bening nangkring di hidungnya yang sedang. Wajahnya dihiasi dengan make up tipis. Kalau dilihat sekilas seperti Yurike Prastica.

    Wati masuk dan melepaskan sweaternya. Aku menutup pintu, menguncinya dan duduk di atas ranjang, lalu ia duduk di sampingku. Saat itu aku masih termangu, tapi penisku bereaksi lebih cepat dan langsung saja tegak dengan kerasnya. Wati melihat kebawah, ia sengaja melihat dan meraba, mengusap serta memainkan penisku.

    Aku mulai bergairah tetapi hanya diam menunggu aksinya. Kurebahkan tubuhku ke tempat tidur, ia terus memainkan penisku. Dilepasnya kacamata dan diletakkan di meja samping ranjang. Ia berdiri dan melepaskan celana panjangnya. Pahanya yang mulus terpampang di depanku. Kudorong ia dan kupepetkan ke dinding sambil berciuman lembut. Ia mengerang kecil” Ngghngngh..”.

    Tangannya membuka celana panjangku dan menariknya ke bawah. Tangannya meremas penisku dan mengeluarkannya dari celana dalamku. Ia bergerak sehingga aku yang dipepetnya di dinding. Dalam posisi setengah jongkok ia mulai mengulum penisku. Penisku semakin lama semakin tegang.

    Ia mengkombinasikan permainannya dengan mengocok, menjilat, mengisap dan mengulum penisku. Kupegang erat kepalanya dan kugerakkan maju mundur sehingga mulutnya bergerak mengulum penisku. Tangannya meremas pantatku dan menarik celana dalamku yang mengganggu gerakannya. Kurasakan mulutnya menyedot dengan kuat sampai penisku terasa ngilu.

    Kuangkat tubuhnya dan kulucuti celana dalamnya. Kaus tipisnya masih kubiarkan tetap di badannya. Sebuah keindahan tersendiri melihatnya dalam kondisi polos di bagian bawah dan kausnya masih melekat. Belahan payudaranya yang besar membayang di balik kaus tipisnya. Kini aku yang jongkok di depannya dan mulai menjilati dan memainkan clit-nya.

    Vaginanya punya bibir luar yang agak melebar. Warnanya kemerahan. Ia terguncang-guncang ketika clitnya kujilat dan kujepit dengan kedua bibirku. Beberapa saat kami dalam posisi begitu. Tangan kirinya memegang kepalaku dan menekankan ke selangkangannya. Tangan kanannya meremas payudaranya sendiri.

    Aku bangkit berdiri dan bermaksud melepas BH-nya. Kucari-cari di punggungnya tetapi tidak kutemukan pengaitnya.

    “Di depan.. Buka dari depan,” Wati berbisik.

    Rupanya model BH-nya dengan kancing di depan. Kuremas kedua dadanya dengan lembut. Tanganku sudah menemukan kancing BH-nya. Tidak lama dadanya sudah terbuka. Putingnya yang coklat membayang di balik kausnya. Kugigit dari luar kausnya dan Wati mengerang.

    Penisku di bawah yang sudah berdiri melewati garis horizontal mulai mencari sasarannya. Tangannya mengocok penisku lagi dan menggesekkannya pada vaginanya. Kucoba memasukkannya sekarang, namun meleset terus. Kuangkat sebelah kakinya dan kucoba lagi. Tidak tembus juga.

    Mulutku masih bermain dengan puting di dalam kausnya. Wati kelihatannya tidak sabar lagi dan dengan sekali gerakan kausnya sudah terlempar di sudut kamar. Tanganku mengusap gundukan payudaranya dan meremas dengan keras namun hati-hati. Ia menggelinjang. Mulutku menyusuri bahunya dan melepas tali BH-nya sehingga kini kami dalam keadaan polos.

    Karena sudah gagal berkali-kali mencoba untuk memasukkan penis dalam posisi berdiri, kudorong dia ke arah ranjang dan akhirnya kudorong dia rebah ke ranjang. Saat itu aku mulai kepanasan karena gairah yang timbul. Lalu aku menerkam dan memeluk Wati. Perlahan-lahan ia mulai mengikuti permainanku. Kutindih tubuhnya dan kuremas pantatnya yang masih padat.

    “Anto.. Kumohon please ayo.. Masukk.. Kan!”

    Tangannya meraih kejantananku dan mengarahkan ke guanya yang sudah basah. Aku menurut saja dan tanpa kesulitan segera kutancapkan penisku dalam-dalam ke dalam liang vaginanya.

    Kami saling bergerak untuk mengimbangi permainan satu dengan lainnya. Aku yang lebih banyak memegang peranan. Ia lebih banyak pasrah dan hanya mengimbangi saja. Gerakan demi gerakan, teriakan demi teriakan dan akhirnya kamipun menggelosor lemas dalam puncak kepuasan yang tidak terkira.

    Setelah sejenak kami beristirahat, kami saling melihat keindahan tubuh satu sama lain gairahku mulai bangkit lagi. Aku memeluknya kembali dan mulai menjilati vaginanya. Dan kemudian memasukkan penisku yang sudah kembali menegang.

    Aku menusuk vaginanya, crek.. crek.. crek.. crek.. crokk .. Berulang kali. Ia pun mendesah sambil menarik rambutku. Kami saling bergoyang, hingga tempat tidur pun terasa mau runtuh dan berderit-derit. Setelah hampir setengah jam dari permainan kami yang kedua kali, Wati mengejang dan vaginanya terasa lebih lembab dan hangat. Sejenak kuhentikan genjotanku.

    Kini aku kembali menggenjot vagina Wati lagi. Kami berdua bergulingan sambil saling berpelukan dalam keadaan merapat. Kuputar badannya sehingga dia dalam posisi pegang kendali di atas. Kini dia yang lebih banyak memainkan peranan. Akhirnya aku hampir mencapai puncak dari kenikmatan ini. Kutarik buah zakarku sehingga penisku seolah-olah memanjang.

    “Wati, kayaknya aku nggak tahan lagi, aku mau keluar”.

    Akhirnya tak lama kemudian kami mencapai titik puncak. Aku keluar duluan dan tak lama Watipun mendapatkan puncaknya dengan menikmati kedutan pada penisku. Setelah itu kami terbaring lemas, dengan Wati memelukku dengan payudaranya menekan perutku.

    “Wati terimakasih untuk saat-saat ini”

    “Nggak usah To.. Wati yang terimakasih karena, Wati nggak menyangka kamu sungguh hebat. Wati nggak nyangka kamu punya tenaga yang besar. Wati tadi hanya berharap menikmati permainan dengan cepat karena tadi siang pijatanku sudah kuarahkan agar kita bermain dengan cepat”.

    Kami tertidur berpelukan dan setelah pagi harinya kami bercinta untuk ketiga kalinya, dan kuakhiri dengan tusukan yang manis, kami saling membersihkan badan dan pulang. Kuantar ia sampai di depan gang rumahnya.

    Ketika beberapa hari kemudian kucari dia di tempat kerjanya, tidak kudapati lagi dirinya. Kata Mbak yang jaga di depan dia pulang kampung dan tidak kembali lagi. Ditawarkan temannya yang lain untuk memijatku, namun aku tidak berminat dan langsung balik kanan, back to Batavia.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Bercinta Dengan Guruku

    Cerita Sex Bercinta Dengan Guruku


    569 views

    Perawanku – Cerita Sex Bercinta Dengan Gurukum Segera, saya mulai dengan pengalaman pertama saya ‘bercinta’ (ML) atau bercinta dengan seorang wanita. Itu terjadi ketika aku masih seorang mahasiswa sekolah tinggi.

    Itu selama musim ujian, sehingga kami diawasi oleh guru dari kelas-kelas lain. Kebetulan menerima bagian ujian mengawasi kelas di mana seorang guru bernama Bu Netty, usia masih cukup muda, sekitar 25 tahun.
    tinggi badannya sekitar 155 cm. kulit putih bersih, hidung mancung, oval Bentuk wajah dengan rambut lurus dipotong pendek sebatas leher, memperlihatkan leher yang panjang.

    Yang membuat saya sangat tertarik adalah tonjolan dua bukit payudaranya yang cukup besar, pantat seksi dan bergoyang saat dia berjalan. Saya sering mencuri pandang ke arahnya dengan tatapan tajam, menuju meja menempati.
    Kadang-kadang, baik sengaja atau tidak, dia kembali menatap saya dengan senyum sedikit. Itu membuat saya berdebar-debar tak menentu.

    Bahkan pada kesempatan lain, ia menatapku dan memasang senyum, ia sengaja menyilangkan kaki, sehingga mengungkapkan paha mulus dan betis.

    Di lain waktu ia bahkan sengaja menarik rok sudah pendek (di atas lutut, dengan belahan di samping), melihat wajah saya, jadi saya bisa melihat lebih dalam, ke arah selangkangannya. Tampak gundukan kecil di tengah, dia mengenakan pakaian katun berwarna putih.

    Saya sedikit terkejut dan sedikit menggembung dengan ‘show’ lakukan. Aku melihat sekeliling, memastikan ada teman-teman saya apa yang orang lain juga melihat acara kecil.
    Ternyata mereka semua sibuk melakukan ujian pertanyaan serius. Aku kembali menatap Ibu Netty, dia masih menatapku dengan senyum nakal.

    Aku tersenyum ke arahnya, sambil mengangkat ibu jarinya, maka saya terus bekerja pada soal ujian di meja saya.
    Tentu saja dengan tampilan sesekali menuju meja Ibu Netty yang masih menyilangkan kaki dan menurunkannya kembali, dengan cara yang jelas menunjukkan pangkal paha yang indah.

    Sekitar 30 menit sebelum ujian berakhir, aku bangun dan berjalan ke depan untuk menyerahkan surat-surat kepada Ny Netty ujian. “Ini sudah berakhir?” Dia tersenyum.
    “Sudah, bu ….” jawabku, tersenyum ke arahnya. “Anda seperti yang Anda lihat?” Tanyanya kaget.

    Aku mengangguk, kami melakukan semua bicara dengan berbisik. “Apa yang saya dapat melihatnya lagi nanti?” Aku memberanikan diri, masih berbisik.
    “Kita akan melihat Anda di depan sekolah, setelah ujian selesai, ok?” Dia berkata sambil tersenyum. Senyum yang mengguncang hati saya dan membuat saya begitu panas dan dingin.
    Makan siang adalah di gerbang depan sekolah, membawa tasnya, bu Netty mendekati tempatku berdiri dan berkata, “Bud, Anda mengikuti saya dari belakang” Aku mengikutinya, sambil menikmati goyangan pinggul dan pantat yang fantastis.
    Ketika kita sudah jauh dari lingkungan sekolah dan tidak terlihat lagi anak-anak sekolah di sekitar kami, dia berhenti, menunggu di sampingnya.
    Kami berjalan beriringan. “Anda benar-benar ingin melihatnya lagi?” Dia bertanya, memecah keheningan. “Lihat apa yang ibu?” Aku berkata, pura-pura lupa, atas permintaan sendiri ketika di kelas pagi ini.
    “Ah, kau, seperti berpura-pura …” katanya sambil mencubit pinggang perlahan. Aku tidak berusaha untuk menghindari cubitannya, pada kenyataannya, saya memegang telapak tangan halus dan diperas dengan gemas. bu Netty diperas kembali, menatapku lekat.

    Akhirnya kami sampai di sebuah rumah kecil, agak jauh dari rumah-rumah lainnya. Sepertinya rumah kontrakan, karena tidak terlihat ornamen tambahan di bangunan rumah. Ibu Netty membuka tasnya, mengeluarkan kunci dan membuka pintu.
    “Bud, datang. Lepaskan sepatu di dalam, menutup dan mengunci pintu belakang!” Perintah-Nya dengan cepat. Aku menuruti permintaannya tanpa bertanya. Setelah di dalam rumah, bu Netty menaruh tasnya di atas meja, memasuki ruangan tanpa menutup pintu.

    Aku hanya melihat, ketika santai ia membuka kancing kemejanya, memperlihatkan bra-nya yang juga terbuat dari katun putih, buah dada putih dan agak besar tidak dapat ditampung dan mencuat dari BH tersebut, membuatnya lebih seksi, maka ia menelepon saya,

    “Bud, silahkan dong, lepasin gesper …” katanya sambil menoleh padaku.

    Aku membuka nya tali bra hook, dengan panas wajah dan jantung berdebar. Setelah bra-nya off, ia membuka lemari, mengambil T-shirt putih, kemudian memakainya, masih berpaling ke posisi. T-shirt terlihat wrap yang sangat ketat di sekitar tubuhnya dengan wangi.

    Kemudian dia kembali meminta bantuan kepada saya, ia meminta membuka ritsleting di gaunnya! Aku pergi kembali membuat jantung berdebar dan terburuk dari semua, saya mulai merasa selangkangan basah. Pangkal paha memberontak pada pakaian yang menduplikasi dengan celana SMA saya.

    Ketika ia berpaling kepada saya, saya cepat memperbaiki posisi pangkal paha dari luar celana terjepitnya. Lalu aku membuka ketat rok ritsleting.
    Perlahan dia menurunkan roknya, sehingga posisinya menungging di depanku. Aku menatap pantat seksi dan sekarang tidak terbungkus rok, hanya mengenakan celana putih, tangan menyentuh pantat bu Netty dan sedikit meremas, jengkel.

    “Saya tidak sabar ya, Bud?” Kata Netty bu.
    “Maaf, Bu, pantat kelelahan seksi ibu benar-benar, sehingga kesal saya ….”
    “Kalau di sini tidak memanggil saya ‘Bu’ lagi, menyebut ‘teteh’ aja ya?”
    “Ya Bu, eh, teh Netty”
    konsentrasi saya hancur melihat di depan saya saat ini, bu Netty T-shirt dengan ketat, tidak ada bra.

    Sehingga puting mencuat dari balik kemeja putih, tombol sexy perut tidak tertutup, karena ukuran T-shirt pendek.
    Celana di pagi hari saya melihat dari jauh sekarang aku bisa melihat dengan jelas, gundukan di selangkangannya membuatku menelan ludah, paha putih mulus dan ramping membuat semuanya tampak mimpi.

    “Bagaimana Bud, seperti bukan?” Katanya sambil pinggang berkcak dan pinggul meliuk-liukkan.
    “Kenapa kau begitu tercengang, Bud?” Dia melanjutkan saat ia mendekat.

    Aku menatapnya tertegun berkata-kata ketika dia memeluk leher saya dan mencium saya, pada awalnya saya kaget dan tidak bereaksi, tapi tidak lama. Lalu aku membalas ciumannya, dia melumat bibirku dengan rakus, aku membalas lumatannya.

    “Mmmmmmmmmhhhhhhhhhhh ….” Dia bergumam di tengah ciuman kami. Tidak lama setelah tangan kanannya dengan tangan kiri saya dan menuntun tanganku ke dadanya.
    Aku cepat merespon apa yang dia inginkan, kuremas dengan lembut meremas payudara dan puting knot kupilin mulai mengeras nya. “Mmmmhhhh … .mmmmmhhhhh” Kali ini dia merintih nikmat.

    Aku menggosok punggungnya, turun ke pinggangngya yang tidak tercakup oleh T-shirtnya, aku terus menggosok dan meremas pantatnya padat dan seksi.
    Lalu aku pergi dengan jari tengah saya menyelinap ke pantat belahan dadanya, kugesek-gesek ke dalam sehingga aku bisa menyentuh bibir vagina dari celana luar yang dipakainya. Ternyata itu sudah celana sangat basah.
    Sementara ciuman kami, berubah menjadi kulum lidah lain masing-masing secara bergantian, kadang-kadang menjambaki rambutnya dengan gemas, tangan lainnya membuka kancing baju sekolah saya satu per satu.

    Aku dihapus pagutanku pada bibirnya dan membantunya melepas bajuku, lalu kemeja saya di, ikat pinggang saya, saya perosotkan abu saya celana abu-abu dan celana putih saya juga.
    Ibu Netty melakukan hal yang sama, dengan terburu-buru sedikit melepas T-shirtnya dia baru saja membuat beberapa saat yang lalu, dia perosotkan celana dalam putih, sehingga sekarang dia telanjang.

    tubuh putih mulus dan sexy sangat menggiurkan. Hampir bersamaan kami selesai memamerkan tubuh kita masing-masing, ketika aku menegakkan kembali, kami berdua tertegun sejenak.
    Aku menatap tubuh telanjang tanpa sehelai benangpun. Aku pernah melihat tubuh telanjang, tetapi secara langsung dan tatap Hapan pertama kalinya saya mengalami hal itu.
    Payudaranya sudah mengeras terlihat kencang, lebih besar dari telapak tangan saya, karena saya sudah berusaha untuk memeras seluruh sphere.

    Tetapi tidak pernah berhasil, karena sangat besar. Perutnya datar tampaknya tidak bagian sama sekali lemak.
    pinggang ramping dan bulat sangat seksi. Tumbuhi selangkangan rambut yang sengaja tidak dicukur, hanya sedikit di atas kemaluannya mengkilap dengan kelembaban.

    Tubuh telanjang yang pernah saya lihat di sebagian besar pornografi gambar, film atau paling nyata tubuh biru ABG tetangga aku melihat kamarnya.
    Sehingga tidak begitu jelas dan lakukan dengan cepat karena takut tertangkap. Kebiasaan mengintip tidak berlangsung lama karena pada dasarnya aku tidak suka mengintip.

    Sementara mencermati bu Netty sudah pangkal paha yang tegang dan mengeras, basis tumbuhi rambut kasar, sebenarnya ada banyak rambut yang tumbuh di batang kemaluanku.
    Ukurannya cukup besar dan selusin cm panjangnya. “Bud, Anda sakit, besar dan panjang, ada bulu lagi di bagasi” katanya sambil mendekat.

    Jarak kami tidak begitu jauh sehingga dengan cepat dia sudah meraih selangkangan, berlutut dia meremas-remas batang kemaluanku menyeret dan selanjutnya kepala soft-ngocoknya sudah pangkal paha dikulumnya. Tubuhku menegang mendapat emutan seperti itu.
    “Oooohhhh …. lezat teh ….” rintihku pelan. Ia semakin bersemangat dengan kuluman dan kocokan-kocokannya di selangkangan, sementara aku mendapatkan panik sebagai akibat dari tindakannya.
    Kadang-kadang dimasukkannya selangkangan menjadi tenggorokannya. Menelusuri kembali kepalanya ke depan, sehingga selangkangan keluar dari mulutnya, mengisap-mengisap rakus.

    Aku semakin tahan dan akhirnya …, juga rusak pertahanan. Penyemprotan sperma langsung ke dalam mulutnya bahwa dia mengisap dan menelannya.
    Sehingga tidak ada satu tetespun menetes ke lantai, memberiku sensasi yang besar. Rasanya jauh lebih menyenangkan daripada ketika saya masturbasi.
    “Aaaahhhh … ooooohhhhh …. teteeeeehhhhh!” Teriak tak tertahankan.
    “Bagaimana? Bud buruk?” Tanyanya sambil mengisap tetes terakhir dari pangkal paha saya.
    “Ini teh yang baik benar-benar, jauh lebih baik daripada ngocok sendiri” kataku puas.
    “Gantian dong teh, saya ingin ngerasain memiliki teteh” Aku pergi mengemis sedikit.
    “Mungkin …,” katanya sambil menuju tempat tidur, dan kemudian dia berbaring di tempat tidur yang rendah, kakinya berbaring di lantai.
    Aku segera berlutut di depannya, aku mencium selangkangannya dengan bibir saya, tangan saya memegang kedua payudaranya, meremas-meremas lembut dan knot perlahan kupilin puting sudah mengeras.
    Dia mulai menarik keluar erangan-erangan lembut. Sementara mulut untuk menghisap, twist, vagina menjilat semakin basah. Aku permainkan klitoris dengan lidah saya dan saya-semut semut bibirku.

    “Aaaaaahhhhh … ooooohhhhhh, Buuuuddddhyyyyy …, aku tidak tahan, aaaaauuuuuhhhhhh!” erangan semakin keras. Aku sedikit khawatir bahwa ada tetangga yang mendengar nikmat erangan-erangan.
    Tapi karena saya juga diganggu oleh nafsu, sehingga akhirnya aku tidak terlalu memperdulikannya. Sampai saat aku merasa mengejang tubuhnya.

    Lalu aku merasa ledakan cairan hangat di mulutku, aku payah itu semua sebagai terbaik yang saya bisa, saya menelan dan saya menikmatinya rakus, setetes demi setetes.

    Kakinya menjuntai ke lantai, kakinya sekarang diapit oleh kepala ketat, kedua tangan menekan kepala saya agar lebih dekat lagi terjebak di bagian selangkangan, sehingga sulit untuk bernapas.
    Tanganku yang sebelumnya bergerilya di kedua payudara sekarang meremas-remas dan mengusap pahanya yang ada di pundak saya.

    “Bud, Anda yang besar, membuat saya orgasme berkedut, seperti, belajar dari?” Dia bertanya. Aku tidak menjawab, hanya tersenyum.
    Saya melakukan banyak membaca tentang hubungan seksual, dari majalah, buku dan internet. Meskipun sudah sejak selangkangan terakhir diperketat lagi karena terangsang dengan senang erangan erangan-bu Netty
    Aku akan berdiri, diposisikan di depan selangkangan masih berkedut mulut dan vagina basah dan licin.

    “Saya masukkan teh ya?” Aku bertanya, tanpa menunggu jawaban darinya, aku putus miliknya sedang menunggu kedatangan bibirku.
    “Oooohhhh …” dia mengerang,

    “Aaaahhhh …” membayar dengan erangan sama senang, ketika pangkal paha menembus jauh ke dalam vaginanya, ada pergi keperawanan saya.
    Tertandingi kesenangan saya rasakan ketika batang kemaluanku ke tempatnya, gosok dengan dinding vagina lembut, sampai ke pangkalnya.
    Ibu Netty mengerang keras saat selangkangan bulu tumbuh di bibir vagina batang kemaluanku menggesek dan klitoris, matanya setengah terpejam mulutnya terbuka, napasnya mulai tersenggal-senggal.
    “Ahh-ahh-ahh auuuu!” Aku menarik pangkal paha saya lagi perlahan, sampai kepalanya hampir keluar. Aku meletakkan lebih lambat, sementara mengerang teriakan kecil selalu ditambah, setiap kali pangkal batang kemaluanku memukul bibir vagina dan klitoris.

    Gerakan lebih cepat dan lebih cepat, bibirku bergantian antara miliknya, mengisap puting atau kiri dan kanan.
    Teriak memburuk, ia tolehkan kepala kiri atau kanan membuat hanya dapat menghisap putingnya saja, tidak bisa lagi miliknya yang seksi.
    Sementara pinggulnya mengangkat setiap kali aku terjun ke dalam vagina vaginanya yang sekarang sangat basah, sampai akhirnya, “Buuudddhhyyyyyy …. Aku ingin keluar lagiiiiii … oooohhhhhh … Aaahhhhh” jeritan semakin kacau.

    Aku melihat dengan kepuasan saat ia berusaha seperti memegang sesuatu, vagina banjir kembali karena ia mengalami orgasme dalam mulutku.
    Aku memang sengaja tidak mengendalikan diri untuk orgasme, itu adalah saya pelajari dengan seksama, meskipun saya belum pernah dilakukan sebelumnya ML itu. Ibu Netty kagum dengan kemampuan untuk mengendalikan diri.
    Setelah ia melambung ke orgasme setelah orgasme yang susul-, saya cabut selangkangan masih kuat dan keras.

    Aku memberinya beberapa saat untuk mengatur napas. Lalu saya bertanya kepadanya menungging, dia dengan senang hati melakukannya. Kembali kami tenggelam dalam permainan panas.

    Sekali lagi aku mendapat orgasme berkepanjangan tampak tak berujung, saya lakukan karena itu cukup lelah, kupercepat gerakan untuk mengejar klimaks.
    Akhirnya menyemburlah sperma, yang telah saya tahan, begitu lemasnya ia tak berdaya tengkurap di atas perutnya, aku menjatuhkan diri berbaring di sebelahnya.

    Sejak peristiwa hari, saya tidak lagi masturbasi, tapi kami ML setiap kali kami ingin.

    Ketika saya bertanya mengapa ia memilih, ia menjawab, karena aku seperti pacar pertama, yang membuatnya kehilangan mahkotanya, sementara masih di SMA. Namun bedanya, katanya, aku lebih tahan lama saat berhubungan seks (GR tidak tahu).

    Ketika saya bertanya, apa tidak takut hamil?, Ia menjawab dengan santai, bahwa ia rutin disuntik setiap 3 bulan

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • CERITA SEX BEBERAPA KALI KE SALON PIJAT AKHIRNYA DAPAT JATAH

    CERITA SEX BEBERAPA KALI KE SALON PIJAT AKHIRNYA DAPAT JATAH


    1164 views

    Cerita Sex ini berjudulCERITA SEX BEBERAPA KALI KE SALON PIJAT AKHIRNYA DAPAT JATAHCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Kantorku tak lama lagi keliatan di kelokan depan, kurang lebih 200m lagi. Tetapi aq masih betah di dalam angkot ini. Angin menerobos dari jendela. Masih ada waktu bebas 3 jam. Kerjaan untuk hari ini sudah aq selesaikan semalam. Daripada suntuk diam dirumah, tadi malam aq menyeleseaikan kerjaan yg masih menumpuk.

    Kerjaan yg menumpuk sama merangsangnya dengan seorang perempuan dewasa yg keringatan lehernya, yg aroma tubuhnya tercium. Aroma asli seorang perempuan. Baunya memang agak lain, tetapi mambu membuat seorang bujang menerawang hingga jauh ke alam yg belum pernah ia rasakan.

    Dik.. jendelanya jangan di buka lebar. Saya bisa masuk angin kata perempuan setenga baya di depanku pelan.

    Aq tersentak. Masih melongo.

    Tolong itu jendelanya direptin sedikit katanya lagi.

    Ini? kataku.

    Iya itu

    Ya ampun, aq membayangkan suara itu berbisik di telingaku di atas tempat tidur yg putih. Keringatnya meleleh seperti yg kulihat sekarang. Nafasnya tersengal. Seperti kulihat ketika ia baru naik tadi, setelah mengejar angkot ini sekedar untuk dapat tempat duduk.

    Makasih ujarnya ringan.

    Aq sebetulnya ingin ada sesuatu yg bisa diomongkan lagi, sehingga tdk perlu curicuri pandang melirik lehernya, dadanya yg terbuka cukup lebar sehingga terlihat garis bukitnya.

    Saya juga tdk suka angin kencangkencang. Tapi saya gerah. meloncat begitu saja katakata itu.

    Aq belum pernah berani bicara begini, di angkot dengan seorang wanita, separuh baya lagi. Kalau kini aq berani pasti karena dadanya terbuka, pasti karena peluhnya yg membasahi leher, pasti karena aq terlalu terbuai lamunan. Ia malah melengos. Sial. Lalu asyik membuka tabloid. Sial. Aq tdk dapat lagi memandanginya.

    Kantorku sudah terlewat. Aq masih di atas angkot. Perempuan paruh baya itu pun masih duduk di depanku. Masih menutupi diri dengan tabloid. Tdk lama wanita itu mengetuk langitlangit mobil. Sopir menepikan kendaraan persis di depan sebuah salon. Aq perhatikan ia sejak bangkit hingga turun.

    Mobil bergerak pelan, aq masih melihat ke arahnya, untuk memastikan ke mana arah wanita yg berkeringat di lehernya itu. Ia tersenyum. Menantang dengan mata genit sambil mendekati pintu salon. Ia kerja di sana? Atau mau gunting? Creambath? Atau apalah? Matanya dikerlingkan, bersamaan masuknya mobil lain di belakang angkot. Sial. Dadaku tibatiba berdegupdegup.

    Bang, Bang kiri Bang..!

    Semua penumpang menoleh ke arahku. Apakah suaraku mengganggu ketenangan mereka?

    Pelanpelan suaranya kan bisa Dek, sang supir menggerutu sambil memberikan kembalian.

    Aq membalik arah lalu berjalan cepat, penuh semangat. Satu dua, satu dua. Yes.., akhirnya. Namun, tibatiba keberanianku hilang. Apa katanya nanti? Apa yg aq harus bilang, lho tadi kedipkedipin mata, maksudnya apa?

    Mendadak jari tanganku dingin semua. Wajahku merah padam. Lho, salon kan tempat umum. Semua orang bebas masuk asal punya uang. Bodoh amat. Come on lets go! Langkahku semangat lagi. Pintu salon kubuka.

    Selamat siang Mas, kata seorang penjaga salon,
    Potong, creambath, facial atau massage (pijit)..?
    Massage, boleh. ujarku sekenanya.

    Aq dibimbing ke sebuah ruangan. Ada sekatsekat, tdk tertutup sepenuhnya. Tetapi sejak tadi aq tdk melihat wanita yg lehernya berkeringat yg tadi mengerlingkan mata ke arahku. Ke mana ia? Atau janganjangan ia tdk masuk ke salon ini, hanya purapura masuk. Ah. Shit! Aq tertipu. Tapi tdk apaapa toh tipuan ini membimbingku ke alam lain.

    Dulu aq paling anti masuk salon. Kalau potong rambut ya masuk ke tukang pangkas di pasar. Ah.., wanita yg lehernya berkeringat itu begitu besar mengubah keberanianku.

    Buka bajunya, celananya juga, ujar wanita tadi manja menggoda,
    Nih pake celana ini..!

    Aq disodorkan celana pantai tapi lebih pendek lagi. Bahannya tipis, tapi baunya harum. Garis setrikaannya masih terlihat. Aq menurut saja. Membuka celanaku dan bajuku lalu gantung di kapstok. Ada dipan kecil panjangnya dua meter, lebarnya hanya muat tubuhku dan lebih sedikit. Wanita muda itu sudah keluar sejak melempar celana pijit. Aq tiduran sambil baca majalah yg tergeletak di rak samping tempat tidur kecil itu. Sekenanya saja kubuka halaman majalah.

    Tunggu ya..! ujar wanita tadi dari jauh, lalu pergi ke balik ruangan ke meja depan ketika ia menerima kedatanganku.
    Mbak Iin.., udah ada pasien tuh, ujarnya dari ruang sebelah. Aq jelas mendengarnya dari sini.

    Kembali ruangan sepi. Hanya suara kebetan majalah yg kubuka cepat yg terdengar selebihnya musik lembut yg mengalun dari speaker yg ditanam di langitlangit ruangan.

    Langkah sepatu hak tinggi terdengar, pletakpletokpletok. Makin lama makin jelas. Dadaku mulai berdegup lagi. Wajahku mulai panas. Jari tangan mulai dingin. Aq makin membenamkan wajah di atas tulisan majalah.

    Halo..! suara itu mengagetkanku. Hah..? Suara itu lagi. Suara yg kukenal, itu kan suara yg meminta aq menutup kaca angkot. Dadaku berguncang. Haruskah kujawab sapaan itu? Oh.., aq hanya dapat menunduk, melihat kakinya yg bergerak ke sana ke mari di ruangan sempit itu. Betisnya mulus ditumbuhi bulubulu halus. Aq masih ingat sepatunya tadi di angkot. Hitam. Aq tdk ingat motifnya, hanya ingat warnanya.

    Mau dipijat atau mau baca, ujarnya ramah mengambil majalah dari hadapanku,
    Ayo tengkurep..!

    Tangannya mulai mengoleskan cream ke atas punggungku. Aq tersetrum. Tangannya halus. Dingin. Aq kegelian menikmati tangannya yg menari di atas kulit punggung. Lalu pijitan turun ke bawah. Ia menurunkan sedikit tali kolor sehingga pinggulku tersentuh. Ia menekannekan agak kuat. Aq meringis menahan sensasasi yg waow..! Kini ia pindah ke paha, agak berani ia masuk sedikit ke selangkangan. Aq meringis merasai sentuhan kulit jarinya. Tapi belum begitu lama ia pindah ke betis.

    Balik badannya..! pintanya.

    Aq membalikkan badanku. Lalu ia mengolesi dadaku dengan cream. Pijitan turun ke perut. Aq tdk berani menatap wajahnya. Aq memandang ke arah lain mengindari adu tatap. Ia tdk bercerita apaapa. Aq pun segan memulai cerita. Dipijat seperti ini lebih nikmat diam meresapi remasan, sentuhan kulitnya. Bagiku itu sudah jauh lebih nikmat daripada bercerita. Dari perut turun ke paha. Ah.., selangkanganku disentuh lagi, diremas, lalu ia menjamah betisku, dan selesai.

    Ia berlalu ke ruangan sebelah setelah membereskan cream. Aq hanya ditinggali handuk kecil hangat. Kuusap sisa cream. Dan kubuka celana pantai. Astaga. Ada cairan putih di celana dalamku.

    Di kantor, aq masih terbayangbayang wanita yg di lehernya ada keringat. Masih terasa tangannya di punggung, dada, perut, paha. Aq tdk tahan. Esoknya, dari rumah kuitungitung waktu. Agar kejadian kemarin terulang. Jam berapa aq berangkat. Jam berapa harus sampai di Ciledug, jam berapa harus naik angkot yg penuh gelora itu.

    Ah sial. Aq terlambat setengah jam. Padahal, wajah wanita setengah baya yg di lehernya ada keringat sudah terbayang. Ini garagara ibuku menyuruh pergi ke rumah Tante Wanti. Bayar arisan. Tdk apalah hari ini tdk ketemu. Toh masih ada hari esok.

    Aq bergegas naik angkot yg melintas. Toh, si setengah baya itu pasti sudah lebih dulu tiba di salonnya. Aq duduk di belakang, tempat favorit. Jendela kubuka. Mobil melaju. Angin menerobos kencang hingga seseorang yg membaca tabloid menutupi wajahnya terganggu.

    Mas Tut.. hah..? suara itu lagi, suara wanita setengah baya yg kali ini karena mendung tdk lagi ada keringat di lehernya. Ia tdk melanjutkan kalimatnya.

    Aq tersenyum. Ia tdk membalas tapi lebih ramah. Tdk pasang wajah perangnya.

    Kayak kemarinlah.., ujarnya sambil mengangkat tabloid menutupi wajahnya.

    Begitu kebetulankah ini? Keberuntungankah? Atau kesialan, karena ia masih mengangkat tabloid menutupi wajah? Aq kira aq sudah terlambat untuk bisa satu angkot dengannya. Atau janganjangan ia juga disuruh ibunya bayar arisan. Aq menyesal mengutuk ibu ketika pergi. Paling tdk ada untungnya juga ibu menyuruh bayar arisan.

    Mbak Iin.., gumamku dalam hati.

    Perlu tdk ya kutegur? Lalu ngomong apa? Lha wong Mbak Iin menutupi wajahnya begitu. Itu artinya ia tdk mau diganggu. Mbak Iin sudah turun. Aq masih termangu. Turun tdk, turun tdk, aq hitung kancing. Dari atas: Turun. Ke bawah: Tdk. Ke bawah lagi: Turun. Ke bawah lagi: Tdk. Ke bawah lagi: Turun. Ke bawah lagi: Tdk. Ke bawah lagi: Hah habis kancingku habis. Mengapa kancing baju cuma tujuh?

    Hah, aq ada ide: toh masih ada kancing di bagian lengan, kalau belum cukup kancing Bapakbapak di sebelahku juga bisa. Begini saja daripada repotrepot. Anggap saja tiaptiap baju sama dengan jumlah kancing bajuku: Tujuh. Sekarang hitung penumpang angkot dan supir. Penumpang lima lalu supir, jadi enam kali tujuh, 42 hore aq turun. Tapi eh.., seorang penumpang pakai kaos oblong, mati aq. Ah masa bodo. Pokoknya turun.

    Kiri Bang..!

    Aq lalu menuju salon. Alamak.., jauhnya. Aq lupa kelamaan menghitung kancing. Ya tdk apaapa, hitunghitung olahraga. Hap. Hap.

    Mau pijit lagi..? ujar suara wanita muda yg kemarin menuntunku menuju ruang pijat.
    Ya.

    Lalu aq menuju ruang yg kemarin. Sekarang sudah lebih lancar. Aq tahu di mana ruangannya. Tdk perlu diantar. Wanita muda itu mengikuti di belakang. Kemudian menyerahkan celana pantai.

    Mbak Iin, pasien menunggu, katanya.

    Majalah lagi, ah tdk aq harus bicara padanya. Bicara apa? Ah apa saja. Masak tdk ada yg bisa dibicarakan. Suara pletakpletok mendekat.

    Ayo tengkurap..! kata wanita setengah baya itu.

    Aq tengkurap. Ia memulai pijitan. Kali ini lebih bertenaga dan aq memang benarbenar pegal, sehingga terbuai pijitannya.

    Telentang..! katanya.

    Kuputuskan untuk berani menatap wajahnya. Paling tdk aq dapat melihat leher yg basah keringat karena kepayahan memijat. Ia cukup lama bermainmain di perut. Sesekali tangannya nakal menelusup ke bagian tepi celana dalam. Tapi belum tersentuh kepala penisku. Sekali. Kedua kali ia memasukkan jari tangannya. Ia menyenggol kepala penisku. Ia masih dingin tanpa ekspresi. Lalu pindah ke pangkal paha. Ah mengapa begitu cepat.

    Jarinya mengelus tiap mili pahaku. Si Penis sudah mengeras. Betulbetul keras. Aq masih penasaran, ia seperti tanpa ekspresi. Tetapi eh.., diamdiam ia mencuri pandang ke arah penisku. Lama sekali ia memijati pangkal pahaku. Seakan sengaja memainkan Si Penis.

    Ketika Si Penis melemah ia seperti tahu bagaimana menghidupkannya, memijat tepat di bagian pangkal paha. Lalu ia memijat lutut. Si Penis melemah. Lalu ia kembali memijat pangkal pahaku. Ah sialan. Aq dipermainkan seperti anak bayi.

    Selesai dipijat ia tdk meninggalkan aq. Tapi mengelap dengan handuk hangat sisasisa cream pijit yg masih menempel di tubuhku. Aq duduk di tepi dipan. Ia membersihkan punggungku dengan handuk hangat. Ketika menjangkau pantatku ia agak mendekat. Bau tubuhnya tercium. Bau tubuh wanita setengah baya yg yg meleleh oleh keringat. Aq pertegas bahwa aq mengendus kuatkuat aroma itu. Ia tersenyum ramah. Eh bisa juga wanita setengah baya ini ramah kepadaku.

    Lalu ia membersihkan pahaku sebelah kiri, ke pangkal paha. Penis berdenyutdenyut. Sengaja kuperlihatkan agar ia dapat melihatnya. Di balik kain tipis, celana pantai ini ia sebetulnya bisa melihat arah turun naik Si Penis. Kini pindah ke paha sebelah kanan. Ia tepat berada di tengahtengah. Aq tdk menjepit tubuhnya.

    Tapi kakiku saja yg seperti memagari tubuhnya. Aq membayangkan dapat menjepitnya di sini. Tetapi, bayangan itu terganggu. Terganggu wanita muda yg di ruang sebelah yg kadangkadang tanpa tujuan jelas bolakbalik ke ruang pijat.

    Dari jarak yg begitu dekat ini, aq jelas melihat wajahnya. Tdk terlalu ayu. Hidungnya tdk mancung tetapi juga tdk pesek. Bibirnya sedang tdk terlalu sensual. Nafasnya tercium hidungku. Ah segar. Toket itu dari jarak yg cukup dekat jelas membayang. Cukuplah kalau tanganku menyergapnya.

    Ia terus mengelap pahaku. Dari jarak yg dekat ini hawa panas tubuhnya terasa. Tapi ia dingin sekali. Membuatku tdk berani. Ciut. Si Penis tibatiba juga ikutikutan ciut. Tetapi, aq harus berani. Toh ia sudah seperti pasrah berada di dekapan kakiku.

    Aq harus, harus, harus..! Apakah perlu menhitung kancing. Aq tdk berpakaian kini. Lagi pula percuma, tadi saja di angkot aq kalah lawan kancing. Aq harus memulai. Lihatlah, masak ia begitu berani tadi menyentuh kepala Penis saat memijat perut. Ah, kini ia malah berlutut seperti menunggu satu kata saja dariku.

    Ia berlutut mengelap paha bagian belakang. Kaki kusandarkan di tembok yg membuat ia bebas berlamalama membersihkan bagian belakang pahaku. Mulutnya persis di depan Penis hanya beberapa jari. Inilah kesempatan itu. Kesempatan tdk akan datang dua kali. Ayo. Tunggu apa lagi. Ayo cepat ia hampir selesai membersihkan belakang paha. Ayo..!

    Aq masih diam saja. Sampai ia selesai mengelap bagian belakang pahaku dan berdiri. Ah bodoh. Benarkan kesempatan itu lewat. Ia sudah membereskan peralatan pijat. Tapi sebelum berlalu masih sempat melihatku sekilas. Betulkan, ia tdk akan datang begitu saja. Badannya berbalik lalu melangkah. Pletak, pletok, sepatunya berbunyi memecah sunyi. Makin lama suara sepatu itu seperti mengutukku bukan berbunyi pletak pelok lagi, tapi bodoh, bodoh, bodoh sampai suara itu hilang.

    Aq hanya mendengus. Membuang napas. Sudahlah. Masih ada esok. Tetapi tdk lama, suara pletakpletok terdengar semakin nyaring. Dari iramanya bukan sedang berjalan. Tetapi berlari. Bodoh, bodoh, bodoh. Eh.., kesempatan, kesempatan, kesempatan. Aq masih mematung. Duduk di tepi dipan. Kaki disandarkan di dinding. Ia tersenyum melihatku.

    Maaf Mas, sapu tangan saya ketinggalan, katanya.

    Ia mencaricari. Di mana? Aq masih mematung. Kulihat di bawahku ada kain, ya seperti saputangan.

    Itu kali Mbak, kataku datar dan tanpa tekanan.

    Ia berjongkok persis di depanku, seperti ketika ia membersihkan paha bagian bawah. Ini kesempatan kedua. Tdk akan hadir kesempatan ketiga. Lihatlah ia tadi begitu teliti membenahi semua perlatannya. Apalagi yg dapat tertinggal? Mungkin sapu tangan ini saja suatu kealpaan. Ya, seseorang toh dapat saja lupa pada sesuatu, juga pada sapu tangan. Karena itulah, tdk akan hadir kesempatan ketiga. Ayo..!

    Mbak.., pahaku masih sakit nih..! kataku memelas, ya sebagai alasan juga mengapa aq masih bertahan duduk di tepi dipan.

    Ia berjongkok mengambil sapu tangan. Lalu memegang pahaku,

    Yg mana..?

    Yes..! Aq berhasil.

    Ini.., kutunjuk pangkal pahaku.

    Besok saja Sayang..! ujarnya.

    Ia hanya mengelus tanpa tenaga. Tapi ia masih berjongkok di bawahku.

    Yg ini atau yg itu..? katanya menggoda, menunjuk Penisku.

    Darahku mendesir. Penisku tegang seperti mainan anakanak yg dituip melembung. Keras sekali.
    Jangan cuma ditunjuk dong, dipegang boleh.

    Ia berdiri. Lalu menyentuh Penis dengan sisi luar jari tangannya. Yes. Aq bisa dapatkan ia, wanita setengah baya yg meleleh keringatnya di angkot karena kepanasan. Ia menyentuhnya. Kali ini dengan telapak tangan. Tapi masih terhalang kain celana. Hangatnya, biar begitu, tetap terasa. Aq menggelepar.

    Sst..! Jangan di sini..! katanya.

    Kini ia tdk malumalu lagi menyelinapkan jemarinya ke dalam celana dalamku. Lalu dikocokkocok sebentar. Aq memegang teteknya. Bibirku melumat bibirnya.

    Jangan di sini Sayang..! katanya manja lalu melepaskan sergapanku.
    Masih sepi ini..! kataku makin berani.

    Kemudian aq merangkulnya lagi, menyiuminya lagi. Ia menikmati, tangannya mengocok Penis.

    Besar ya..? ujarnya.

    Aq makin bersemangat, makin membara, makin terbakar. Wanita setengah baya itu merenggangkan bibirnya, ia terengahengah, ia menikmati dengan mata terpejam.

    Mbak Iin telepon.., suara wanita muda dari ruang sebelah menyalak, seperti bel dalam pertarungan tinju.

    Mbak Iin merapihkan pakaiannya lalu pergi menjawab telepon.

    Ngapaian sih di situ..? katanya lagi seperti iri pada Iin.

    Aq mengambil pakaianku. Baru saja aq memasang ikat pinggang, Iin menghampiriku sambil berkata,

    Telepon aq ya..!

    Ia menyerahkan nomor telepon di atas kertas putih yg disobek sekenanya. Pasti terburuburu. Aq langsung memasukkan ke saku baju tanpa mencermati nomornomornya. Nampak ada perubahan besar pada Iin. Ia tdk lagi dingin dan ketus. Kalau saja, tdk keburu wanita yg menjaga telepon datang, ia sudah melumat Si Penis. Lihat saja ia sudah separuh berlutut mengarah pada Penis. Untung ada tissue yg tercecer, sehingga ada alasan buat Iin.

    Ia mengambil tissue itu, sambil mendengar kabar gembira dari wanita yg menunggu telepon. Ia hanya menampakkan diri separuh badan.

    Mbak Iin.., aq mau makan dulu. Jagain sebentar ya..!

    Ya itulah kabar gembira, karena Iin lalu mengangguk.

    Setelah mengunci salon, Iin kembali ke tempatku. Hari itu memang masih pagi, baru pukul 11.00 siang, belum ada yg datang, baru aq saja. Aq menanti dengan debaran jantung yg membuncahbuncah. Iin datang. Kami seperti tdk ingin membuang waktu, melepas pakaian masingmasing lalu memulai pergumulan.

    Iin menjilatiku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aq menikmati kelincahan lidah wanita setengah baya yg tahu di mana titiktitik yg harus dituju. Aq terpejam menahan air mani yg sudah di ujung. Bergantian Iin kini telentang.

    Pijit saya Mas..! katanya melenguh.

    Kujilati toketnya, ia melenguh. Lalu memeknya, basah sekali. Ia membuncah ketika aq melumat klitorisnya. Lalu mengangkang.

    Aq sudah tak tahan, ayo dong..! ujarnya merajuk.

    Saat kusorongkan Penis menuju memeknya, ia melenguh lagi.

    Ah.. Sudah 3 tahun, benda ini tak kurasakan Sayang. Aq hanya main dengan tangan. Kadangkadang ketimun. Jangan dimasukkan dulu Sayang, aq belum siap. Ya sekarang..! pintanya penuh manja.

    Tetapi mendadak bunyi telepon di ruang depan berdering. Kring..! Aq mengurungkan niatku. Kring..!

    Mbak Iin, telepon. kataku.

    Ia berjalan menuju ruang telepon di sebelah. Aq mengikutinya. Sambil menjawab telepon di kursi ia menunggingkan pantatnya.

    Ya sekarang Sayang..! katanya.

    Halo..? katanya sedikit terengah.
    Oh ya. Ya nggak apaapa, katanya menjawab telepon.
    Siapa Mbak..? kataku sambil menancapkan Penis amblas seluruhnya.
    Si Anis, yg tadi. Dia mau pulang dulu ngeliat orang tuanya sakit katanya sih begitu, kata Iin.

    Setelah beberapa lama menyodoknya,

    Terus dong Yg. Auhh aq mau keluar ah.., Yg tolloong..! dia mendesah keras.

    Lalu ia bangkit dan pergi secepatnya.

    Yg.., cepatcepat berkemas. Sebantar lagi Mbak Ita yg punya salon ini datang, biasanya jam segini dia datang.

    Aq langsung beresberes dan pulang.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Bu Dosen Yang Suka Ngentot

    Cerita Sex Bu Dosen Yang Suka Ngentot


    752 views

    Perawanku – Cerita Sex Bu Dosen Yang Suka Ngentot, Aku dilahirkan di kota M di propinsi Jawa Timur, kota yang panas karena terletak di dataran rendah. Selain tinggi badan seukuran orang-orang bule, kata temanku wajahku lumayan. Mereka bilang aku hitam manis. Sebagai laki-laki, aku juga bangga karena waktu SMA dulu aku banyak memiliki teman-teman perempuan.

    Walaupun aku sendiri tidak ada yang tertarik satupun di antara mereka. Mengenang saat-saat dulu aku kadang tersenyum sendiri, karena walau bagaimanapun kenangan adalah sesuatu yang berharga dalam diri kita. Apalagi kenangan manis.

    Sekarang aku belajar di salah satu perguruan tinggi swasta di kota S, mengambil jurusan ilmu perhotelan. Aku duduk di tingkat akhir. Sebelum berangkat dulu, orangtuaku berpesan harus dapat menyelesaikan studi tepat pada waktunya. Maklum, keadaan ekonomi orangtuaku juga biasa-biasa saja, tidak kaya juga tidak miskin. Apalagi aku juga memiliki 3 orang adik yang nantinya juga akan kuliah seperti aku, sehingga perlu biaya juga. Aku camkan kata-kata orangtuaku. Dalam hati aku akan berjanji akan memenuhi permintaan mereka, selesai tepat pada waktunya.

    Tapi para pembaca, sudah kutulis di atas bahwa segala sesuatu yang terjadi padaku tanpa aku dapat menyadarinya, sampai saat ini pun aku masih belum dapat menyelesaikan studiku hanya gara-gara satu mata kuliah saja yang belum lulus, yaitu mata kuliah yang berhubugan dengan hitung berhitung. Walaupun sudah kuambil selama empat semester, tapi hasilnya belum lulus juga. Untuk mata kuliah yang lain aku dapat menyelesaikannya, tapi untuk mata kuliah yang satu ini aku benar-benar merasa kesulitan.

    “Coba saja kamu konsultasi kepada dosen pembimbing akademis..,” kata temanku Andi ketika kami berdua sedang duduk-duduk dalam kamar kost.

    “Sudah, Di. Tapi beliau juga lepas tangan dengan masalahku ini. Kata beliau ini ditentukan oleh dirimu sendiri.” kataku sambil menghisap rokok dalam-dalam.
    “Benar juga apa yang dikatakan beliau, Gi, semua ditentukan dari dirimu sendiri.” sahut Andi sambil termangu, tangannya sibuk memainkan korek api di depannya.
    Lama kami sibuk tenggelam dalam pikiran kami masing-masing, sampai akhirnya Andi berkata, “Gini saja, Gi, kamu langsung saja menghadap dosen mata kuliah itu, ceritakan kesulitanmu, mungkin beliau mau membantu.” kata Andi.

    Mendengar perkataan Andi, seketika aku langsung teringat dengan dosen mata kuliah yang menyebalkan itu. Namanya Ibu Eni, umurnya kira-kira 35 tahun. Orangnya lumayan cantik, juga seksi, tapi banyak temanku begitu juga aku mengatakan Ibu Eni adalah dosen killer, banyak temanku yang dibuat sebal olehnya. Maklum saja Ibu Eni belum berkeluarga alias masih sendiri, perempuan yang masih sendiri mudah tersinggung dan sensitif.

    “Waduh, Di, bagaimana bisa, dia dosen killer di kampus kita..,” kataku bimbang.
    “Iya sih, tapi walau bagaimanapun kamu harus berterus terang mengenai kesulitanmu, bicaralah baik-baik, masa beliau tidak mau membantu..,” kata Andi memberi saran.
    Aku terdiam sejenak, berbagai pertimbangan muncul di kepalaku. Dikejar-kejar waktu, pesan orang tua, dosen wanita yang killer.

    Akhirnya aku berkata, “Baiklah Di, akan kucoba, besok aku akan menghadap beliau di kampus.”
    “Nah begitu dong, segala sesuatu harus dicoba dulu,” sahut Andi sambil menepuk-nepuk pundakku.

    Siang itu aku sudah duduk di kantin kampus dengan segelas es teh di depanku dan sebatang rokok yang menyala di tanganku. Sebelum bertemu Ibu Eni aku sengaja bersantai dulu, karena bagaimanapun nanti aku akan gugup menghadapinya, aku akan menenangkan diri dulu beberapa saat. Tanpa aku sadari, tiba-tiba Andi sudah berdiri di belakangku sambil menepuk pundakku, sesaat aku kaget dibuatnya.

    “Ayo Gi, sekarang waktunya. Bu Eni kulihat tadi sedang menuju ke ruangannya, mumpung sekarang tidak mengajar, temuilah beliau..!” bisik Andi di telingaku.
    “Oke-oke..,” kataku singkat sambil berdiri, menghabiskan sisa es teh terakhir, kubuang rokok yang tersisa sedikit, kuambil permen dalam saku, kutarik dalam-dalam nafasku.

    Aku langsung melangkahkan kaki.
    “Kalau begitu aku duluan ya, Gi. Sampai ketemu di kost,” sahut Andi sambil meninggalkanku.
    Aku hanya dapat melambaikan tangan saja, karena pikiranku masih berkecamuk bimbang, bagaimana aku harus menghadapai Ibu Eni, dosen killer yang masih sendiri itu.

    Perlahan aku berjalan menyusupi lorong kampus, suasana sangat lengang saat itu, maklum hari Sabtu, banyak mahasiswa yang meliburkan diri, lagipula kalau saja aku tidak mengalami masalah ini lebih baik aku tidur-tiduran saja di kamar kost, ngobrol dengan teman. Hanya karena masalah ini aku harus bersusah-susah menemui Bu Eni, untuk dapat membantuku dalam masalah ini.

    Kulihat pintu di ujung lorong. Memang ruangan Bu Eni terletak di pojok ruangan, sehingga tidak ada orang lewat simpang siur di depan ruangannya. Kelihatan sekali keadaan yang sepi.
    Pikirku, “Mungkin saja perempuan yang belum bersuami inginnya menyendiri saja.”
    Perlahan-lahan kuketuk pintu, sesaat kemudian terdengar suara dari dalam, “Masuk..!”
    Aku langsung masuk, kulihat Bu Eni sedang duduk di belakang mejanya sambil membuka-buka map. Kututup pintu pelan-pelan. Kulihat Bu Eni memandangku sambil tersenyum, sesaat aku tidak menyangka beliau tersenyum ramah padaku. Sedikit demi sedikit aku mulai dapat merasa tenang, walaupun masih ada sedikit rasa gugup di hatiku.

    “Silakan duduk, apa yang bisa Ibu bantu..?” Bu Eni langsung mempersilakan aku duduk, sesaat aku terpesona oleh kecantikannya.
    Bagaimana mungkin dosen yang begitu cantik dan anggun mendapat julukan dosen killer. Kutarik kursi pelan-pelan, kemudian aku duduk.
    “Oke, Yogi, ada apa ke sini, ada yang bisa Ibu bantu..?” sekali lagi Bu Eni menanyakan hal itu kepadaku dengan senyumnya yang masih mengembang.

    Perlahan-lahan kuceritakan masalahku kepada Bu Eni, mulai dari keinginan orangtua yang ingin aku agak cepat menyelesaikan studiku, sampai ke mata kuliah yang saat ini aku belum dapat menyelesaikannya.

    Kulihat Bu Eni dengan tekun mendengarkan ceritaku sambil sesekali tersenyum kepadaku. Melihat keadaan yang demikian aku bertambah semangat bercerita, sampai pada akhirnya dengan spontan aku berkata, “Apa saja akan kulakukan Bu Eni, untuk dapat menyelesaikan mata kuliah ini. Mungkin suatu saat membantu Ibu membersihkan rumah, contohnya mencuci piring, mengepel, atau yah, katakanlah mencuci baju pun aku akan melakukannya demi agar mata kuliah ini dapat saya selesaikan. Saya mohon sekali, berikanlah keringanan nilai mata kuliah Ibu pada saya.”

    Mendengar kejujuran dan perkataanku yang polos itu, kulihat Bu Eni tertawa kecil sambil berdiri menghampiriku, tawa kecil yang kelihatan misterius, dimana aku tidak dapat mengerti apa maksudnya.

    “Apa saja Yogi..?” kata Bu Eni seakan menegaskan perkataanku tadi yang secara spontan keluar dari mulutku tadi dengan nada bertanya.
    “Apa saja Bu..!” kutegaskan sekali lagi perkataanku dengan spontan.
    Sesaat kemudian tanpa kusadari Bu Eni sudah berdiri di belakangku, ketika itu aku masih duduk di kursi sambil termenung. Sejenak Bu Eni memegang pundakku sambil berbisik di telingaku.
    “Apa saja kan Yogi..?”

    Aku mengangguk sambil menunduk, saat itu aku belum menyadari apa yang akan terjadi. Tiba-tiba saja dari arah belakang, Bu Eni sudah menghujani pipiku dengan ciuman-ciuman lembut, sebelum sempat aku tersadar apa yang akan terjadi. Bu Eni tiba-tiba saja sudah duduk di pangkuanku, merangkul kepalaku, kemudian melumatkan bibirnya ke bibirku. Saat itu aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, seketika kedua tangan Bu Eni memegang kedua tanganku, lalu meremas-remaskan ke payudaranya yang sudah mulai mengencang.
    Aku tersadar, kulepaskan mulutku dari mulutnya.
    “Bu, haruskah kita..”

    Sebelum aku menyelesaikan ucapanku, telunjuk Bu Eni sudah menempel di bibirku, seakan menyuruhku untuk diam.
    “Sudahlah Yogi, inilah yang Ibu inginkan..”
    Setelah berkata begitu, kembali Bu Eni melumat bibirku dengan lembut, sambil membimbing kedua tanganku untuk tetap meremas-remas payudaranya yang montok karena sudah mengencang.

    Akhirnya timbul hasrat kelelakianku yang normal, seakan terhipnotis oleh reaksi Bu Eni yang menggairahkan dan ucapannya yang begitu pasrah, kami berdua tenggelam dalam hasrat seks yang sangat menggebu-gebu dan panas. Aku membalas melumat bibirnya yang indah merekah sambil kedua tanganku terus meremas-remas kedua payudaranya yang masih tertutup oleh baju itu tanpa harus dibimbing lagi.

    Tangan Bu Eni turun ke bawah perutku, kemudian mengusap-usap kemaluanku yang sudah mengencang hebat. Dilanjutkan kemudian satu-persatu kancing-kancing bajuku dibuka oleh Bu Eni, secara reflek pula aku mulai membuka satu-persatu kancing baju Bu Eni sambil terus bibirku melumat bibirnya.

    Cerita Sex Bu Dosen Yang Suka Ngentot

    Cerita Sex Bu Dosen Yang Suka Ngentot

    Setelah dapat membuka bajunya, begitu pula dengan bajuku yang sudah terlepas, gairah kami semakin memuncak, kulihat kedua payudara Bu Eni yang memakai BH itu mengencang, payudaranya menyembul indah di antara BH-nya. Kuciumi kedua payudara itu, kulumat belahannya, payudara yang putih dan indah. Kudengar suara Bu Eni yang mendesah-desah merasakan kenikmatan yang kuberikan. Kedua tangan Bu Eni mengelus-elus dadaku yang bidang. Lama aku menciumi dan melumat kedua payudaranya dengan kedua tanganku yang sesekali meremas-remas dan mengusap-usap payudara dan perutnya.

    Akhirnya kuraba tali pengait BH di punggungnya, kulepaskan kancingnya, setelah lepas kubuang BH ke samping. Saat itu aku benar-benar dapat melihat dengan utuh kedua payudara yang mulus, putih dan mengencang hebat, menonjol serasi di dadanya. Kulumat putingnya dengan mulutku sambil tanganku meremas-remas payudaranya yang lain. Puting yang menonjol indah itu kukulum dengan penuh gairah, terdengar desahan nafas Bu Eni yang semakin menggebu-gebu.

    “Oh.., oh.., Yogi.. teruskan.., teruskan Yogi..!” desah Bu Eni dengan pasrah dan memelas.
    Melihat kondisi seperti itu, kejantananku semakin memuncak. Dengan penuh gairah yang mengebu-gebu, kedua puting Bu Eni kukulum bergantian sambil kedua tanganku mengusap-usap punggungnya, kedua puting yang menonjol tepat di wajahku. Payudara yang mengencang keras.

    Lama aku melakukannya, sampai akhirnya sambil berbisik Bu Eni berkata, “Angkat aku ke atas meja Yogi.., ayo angkat aku..!”

    Spontan kubopong tubuh Bu Eni ke arah meja, kududukkan, kemudian dengan reflek aku menyingkirkan barang-barang di atas meja. Map, buku, pulpen, kertas-kertas, semua kujatuhkan ke lantai dengan cepat, untung lantainya memakai karpet, sehingga suara yang ditimbulkan tidak terlalu keras.

    Masih dalam keadaan duduk di atas meja dan aku berdiri di depannya, tangan Bu Eni langsung meraba sabukku, membuka pengaitnya, kemudian membuka celanaku dan menjatuhkannya ke bawah. Serta-merta aku segera membuka celana dalamku, dan melemparkannya ke samping.

    Kulihat Bu Eni tersenyum dan berkata lirih, “Oh.. Yogi.., betapa jantannya kamu.. kemaluanmu begitu panjang dan besar.. Oh.. Yogi, aku sudah tak tahan lagi untuk merasakannya.”
    Aku tersenyum juga, kuperhatikan tubuh Bu Eni yang setengah telanjang itu.

    Kemudian sambil kurebahkan tubuhnya di atas meja dengan posisi aku berdiri di antara kedua pahanya yang telentang dengan rok yang tersibak sehingga kelihatan pahanya yang putih mulus, kuciumi payudaranya, kulumat putingnya dengan penuh gairah, sambil tanganku bergerilya di antara pahanya.

    Aku memang menginginkan pemanasan ini agak lama, kurasakan tubuh kami yang berkeringat karena gairah yang timbul di antara aku dan Bu Eni. Kutelusuri tubuh Bu Eni yang setengah telanjang dan telentang itu mulai dari perut, kemudian kedua payudaranya yang montok, lalu leher. Kudengar desahan-desahan dan rintihan-rintihan pasrah dari mulut Bu Eni.

    Sampai ketika Bu Eni menyuruhku untuk membuka roknya, perlahan-lahan kubuka kancing pengait rok Bu Eni, kubuka restletingnya, kemudian kuturunkan roknya, lalu kujatuhkan ke bawah. Setelah itu kubuka dan kuturunkan juga celana dalamnya. Seketika hasrat kelelakianku semakin menggebu-gebu demi melihat tubuh Bu Eni yang sudah telanjang bulat, tubuh yang indah dan seksi, dengan gundukan daging di antara pahanya yang ditutupi oleh rambut yang begitu rimbun.

    Terdengar Bu Eni berkata pasrah, “Ayolah Yogi.., apa yang kau tunggu..? Ibu sudah tak tahan lagi.”

    Kurasakan tangan Bu Eni menggenggam kemaluanku, menariknya untuk lebih mendekat di antara pahanya. Aku mengikuti kemauan Bu Eni yang sudah memuncak itu, perlahan tapi pasti kumasukkan kemaluanku yang sudah mengencang keras layaknya milik kuda perkasa itu ke dalam vagina Bu Eni. Kurasakan milik Bu Eni yang masih agak sempit. Akhirnya setelah sedikit bersusah payah, seluruh batang kemaluanku amblas ke dalam vagina Bu Eni.
    Terdengar Bu Eni merintih dan mendesah, “Oh.., oh.., Yogi.. terus Yogi.. jangan lepaskan Yogi.. aku mohon..!”

    Tanpa pikir panjang lagi disertai hasratku yang sudah menggebu-gebu, kugerakkan kedua pantatku maju-mundur dengan posisi Bu Eni yang telentang di atas meja dan aku berdiri di antara kedua pahanya.
    Mula-mula teratur, seirama dengan goyangan-goyangan pantat Bu Eni. Sering kudengar rintihan-rintihan dan desahan Bu Eni karena menahan kenikmatan yang amat sangat. Begitu juga aku, kuciumi dan kulumat kedua payudara Bu Eni dengan mulutku.

    Kurasakan kedua tangan Bu Eni meremas-remas rambutku sambil sesekali merintih, “Oh.. Yogi.. oh.. Yogi.. jangan lepaskan Yogi, kumohon..!”
    Mendengar rintihan Bu Eni, gairahku semakin memuncak, goyanganku bertambah ganas, kugerakkan kedua pantatku maju-mundur semakin cepat.

    Terdengar lagi suara Bu Eni merintih, “Oh.. Yogi.. kamu memang perkasa.., kau memang jantan.. Yogi.. aku mulai keluar.. oh..!”
    “Ayolah Bu.., ayolah kita mencapai puncak bersama-sama, aku juga sudah tak tahan lagi,” keluhku.

    Setelah berkata begitu, kurasakan tubuhku dan tubuh Bu Eni mengejang, seakan-akan terbang ke langit tujuh, kurasakan cairan kenikmatan yang keluar dari kemaluanku, semakin kurapatkan kemaluanku ke vagina Bu Eni. Terdengar keluhan dan rintihan panjang dari mulut Bu Eni, kurasakan juga dadaku digigit oleh Bu Eni, seakan-akan nmenahan kenikmatan yang amat sangat.
    “Oh.. Yogi.. oh.. oh.. oh..”

    Setelah kukeluarkan cairan dari kemaluanku ke dalam vagina Bu Eni, kurasakan tubuhku yang sangat kelelahan, kutelungkupkan badanku di atas badan Bu Eni dengan masih dalam keadan telanjang, agak lama aku telungkup di atasnya.
    Setelah kurasakan kelelahanku mulai berkurang, aku langsung bangkit dan berkata, “Bu, apakah yang sudah kita lakukan tadi..?”

    Kembali Bu Eni memotong pembicaraanku, “Sudahlah Yogi, yang tadi itu biarlah terjadi karena kita sama-sama menginginkannya, sekarang pulanglah dan ini alamat Ibu, Ibu ingin cerita banyak kepadamu, kamu mau kan..?”
    Setelah berkata begitu, Bu Eni langsung menyodorkan kartu namanya kepadaku. Kuterima kartu nama yang berisi alamat itu.
    Sejenak kutermangu, kembali aku dikagetkan oleh suara Bu Eni, “Yogi, pulanglah, pakai kembali pakaianmu..!”

    Tanpa basa-basi lagi, aku langsung mengenakan pakaianku, kemudian membuka pintu dan keluar ruangan. Dengan gontai aku berjalan keluar kampus sambil pikiranku berkecamuk dengan kejadian yang baru saja terjadi antara aku dengan Bu Eni. Aku telah bermain cinta dengan dosen killer itu. Bagaimana itu bisa terjadi, semua itu diluar kehendakku. Akhirnya walau bagaimanapun nanti malam aku harus ke rumah Bu Eni.

    Kudapati rumah itu begitu kecil tapi asri dengan tanaman dan bunga di halaman depan yang tertata rapi, serasi sekali keadannya. Langsung kupencet bel di pintu, tidak lama kemudian Bu Eni sendiri yang membukakan pintu, kulihat Bu Eni tersenyum dan mempersilakan aku masuk ke dalam. Kuketahui ternyata Bu Eni hidup sendirian di rumah ini. Setelah duduk, kemudian kami pun mengobrol.

    Setelah sekian lama mengobrol, akhirnya kuketahui bahwa Bu Eni selama ini banyak dikecewakan oleh laki-laki yang dicintainya. Semua laki-laki itu hanya menginginkan tubuhnya saja bukan cintanya. Setelah bosan, laki-laki itu meninggalkan Bu Eni. Lalu dengan jujur pula dia memintaku selama masih menyelesaikan studi, aku dimintanya untuk menjadi teman sekaligus kekasihnya. Akhirnya aku mulai menyadari bahwa posisiku tidak beda dengan gigolo.

    Kudengar Bu Eni berkata, “Selama kamu masih belum wisuda, tetaplah menjadi teman dan kekasih Ibu. Apa pun permintaanmu kupenuhi, uang, nilai mata kuliahmu agar lulus, semua akan Ibu penuhi, mengerti kan Yogi..?”

    Selain melihat kesendirian Bu Eni tanpa ada laki-laki yang dapat memuaskan hasratnya, aku pun juga mempertimbangkan kelulusan nilai mata kuliahku. Akhirnya aku pun bersedia menerima tawarannya.

    Akhirnya malam itu juga aku dan Bu Eni kembali melakukan apa yang kami lakukan siang tadi di ruangan Bu Eni, di kampus. Tetapi bedanya kali ini aku tidak canggung lagi melayani Bu Eni dalam bercinta. Kami bercinta dengan hebat malam itu, 3 kali semalam, kulihat senyum kepuasan di wajah Bu Eni.

    Walau bagaimanapun dan entah sampai kapan, aku akan selalu melayani hasrat seksualnya yang berlebihan, karena memang ada jaminan mengenai kelulusan mata kuliahku yang tidak lulus-lulus itu dari dulu.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Bersambung Berbisnis Sambil Cari Pengalaman Tentang Sex Part 1 – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Bersambung Berbisnis Sambil Cari Pengalaman Tentang Sex Part 1 – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    2519 views

    Perawanku – Setelah mengikuti dan membaca berbagai kisah di sini rasanya perlu berbagi pengalaman kepada pembaca dan penggemar Internet, aku seorang ibu rumah tangga dan kukenalkan sebagai berikut:

    Nama: YN (samaran), Alumni: Australia 1990, Usia: 38 th, Alamat: Jakarta, Suku: Indo-Pakistan Manado (bukan sebenarnya), Tinggi: 179 Cm, Warna kulit: kuning langsat, Rambut: lkal, sebahu, Sepatu: 42, anak: 3, Pinggul: 45, Pinggang: 31, Bra: 40 B, Suami: seorang pengusaha kayu di Riau, kami tinggal di kawasan elite di Jakarta dan memiliki sebuah rumah yang tergolong mewah di Pekanbaru Riau.

    Suamiku yang selalu sibuk untuk mengurusi perdagangan kayu keluar negri, terutama ke Singapore bersama si mata sipit, membuatku selalu merasa kekurangan walau cukup dengan uang yang aku miliki, perjalanana keliling Eropa dan Amerika selalu kukunjungi bersama keluarga pada saat liburan sekolah anak-anak, dan ke Jepang selalu sendiri pada saat pengiriman barang meubelair dari hasl industri di Jakarta.

    Pada saat pulang dari Jepang aku sering singgah ke Hongkong.. Kali ini menginap di suatu hotel berbintang, selanjutnya untuk melihat keunikan Hongkong yang belum pernah kulihat, dan kuputuskan untuk nginap selama tiga malam, setelah mendapatkan kamar, aku meminta kepada petugas Hotel untuk seorang pemandu wisata yang berasal dari Indonesia, tujuannya untuk mengetahui apa sebenarnya keunikan di Hongkong ini, tak lama datang 3 orang wanita dan seorang pria yang memang semuanya berasal dari Indonesia, ke empat mereka hanya saya ajak berbincang-bincang saja hingga larut malam.

    Mereka menceritakan semuanya hingga nonton tempat mesum sampai ahirnya sanggup mencarikan teman tidur dari warga negara apa saja termasuk Indonesia sendiri yang sanggup melayani 3 wanita bergiliran sekaligus apalagi kalau hanya seorang wanita, mereka sangup memberi, tergantung permintaan si wanita sampai sperma si lelaki mau diapakan, hingga pasangannya benar-benar puas.

    Kenapa sih sekarang banyak wanita yang suka nelan sperma.. Tanyaku memancing padahal aku sendiri sering nelan sperma suamiku, kataku dalam hati. Sperma itu katanya banyak kasiatnya llhoo Bu.. jawab seorang wanita. Diantaranya membuat kulit kita halus hingga kelihatan awet muda, meningkatkan gairah.. lanjutnya lagi. Mengencangkang dan membesarkan buah dada, kalau kita selalu rutin mengonsumsinya sambungnya lagi.

    “Apakah kalian sudah pernah?” kataku bertanya.

    “Disamping kami pernah membaca buku, kami juga sering.. Yang belum hanya, dimasukkan dibawah saja..” jawabnya sambil tersenyum.
    “Lloo kalian bisa dapat dimana” tanyaku lagi.
    “Yaa itu nonton ditempat mesum..”
    “Memangnya bisa..?”
    “Ibu coba saja kesana. Ini alamat dan gambar gedung Hotelnya.. Atau kami antar..”
    “Ooh tidak usah..” jawabku gengsi.
    “Di antaranya mereka ada di VCD ini Bu sambungnya teman lelakinya.”
    “Mereka di jamin bebas dari HIV,” sambil menunjukkan masing-masing orangnya lewat mini VCD player yang bereka bawa dan disambungkan ke TV yang ada di ruangan, alangkah terkejutnya, semua Gigolo itu masih muda, tampan dan gagah yang semuanya dilengkapi penjelasan asal Negara, tanggal lahir sampai penjelasan berapa besar dan panjang penisnya yang semuanya mengenakan pakaian celana renang, sambil melihat satu per satu hingga lebih kurang 50 menit isi VCD itu habis.

    Selangkanganku merasa risih dan basah, karena aku terlalu bernafsu sewaktu sampai melihat orang Mexico yang ukurannya cukup panjang, belum bangun sudah kelihatan besar dan membayang melingkar di dalam celana. Aku gengsi, semuanya kutolak, hanya mengingat alamat mesum dan minta di copykan CD nya dari mereka, saya bayar sesuai permintaan mereka, karena murah, yaa saya tambahkan tips agar mereka senang, dan mereka kan dari Negara sendiri.

    Setelah mereka pulang, lampu kamar kumatikan yang ada hanya cahaya dari luar jendela yang gordinnya sengaja tidak saya tutup rapat, kubuka siaran TV hotel ternyata di tengah malam ada perputaran Film Blue. Dalam keadaan sadar kuremas-remas sendiri buah dadaku yang besar mengeras dan kumasukkan jari-jari tanganku hingga ada suara..

    Clekkclek.. Clekkclek.. Clekkclek.. Clekkclek..

    Makin lama makin nikmat dan makin gatal tak karuan, aku seperti mau berteriak tetapi tak kuasa, buah dadaku makin kuremas remas tapi rasanya tambah keras dan nikmat, kugosok-gosok dan tekan dengan bantal betapa makin asyik, tanganku makin keras mengosok-osok bibir vaginaku, kutekan kuat tanganku, dan terasa hangat, rupanya aku telah klimak, ahirnya aku lemas terkulai sambil memeluk guling, wau nikmat rasanya. Memang baru kali ini aku kegatalan seperti ini, sambil menarik selimut rasa ngantukku sudah mulai datang dan melihat jam sudah 2.10 malam.

    Aku sadar dan terbangun sudah jam 9.28 pagi. Setelah mandi dan sarapan badanku terasa segar, setelah membaca Koran lalu pergi jalan-jalan ke Mall sambil belanja, waktu pulang.. Dan iseng saja Bang Taxi yang kebetulan orang Malaysia kuajak menelusuri beberapa jalan dengan alasan keliling kota hingga lewat alamat tempat Nonton Mesum, yang rupanya terletak dipinggir laut.. Mungkin Bang Taxi tidak tahu .

    Setelah Makan siang di Hotel aku lalu Istrahat, sewaktu mengambil kunci di lobi, rupanya sudah ada titipan CD yang kupesan tadi malam, dan entah mengapa aku teringat ingin melihat pertunjukan Mesum nanti malam, lalu kuputuskan untuk tidur guna persiapan nonton nanti malam, apalagi nanti malam adalah malam Sabtu yang paling ramai katanya.. Orang mesum dan Nonton Mesum.

    Aku terbangun jam 5.17 sore setelah istrahat, aku jogging sejenak agar tubuhku terasa lebih segar, lalu mandi dan makan malam, aku menitipkan kunci ke lobi, naik Taxi ke Mall untuk jalan-jalan sambil menunggu waktu, setelah jam 20 kuniatkan untuk nonton mesum, naik Taxi kebetulan supirnya orang hitam, sampai ke alamat saya bayar langsung turun, supir Taxi menanya.

    “Nona mau kemana..?”
    “Saya mau jalan-jalan..”
    “Jalan-jalan kenapa disini, Nona kan cukup Cantik.. Apakah boleh saya temani.?”
    “Ooh terimakasi.. Selamat tinggal..” kataku.

    Hatiku berdebar-debar supir Taxi tahu rupanya, langkahku kupercepat menuju ke dalam Gedung itu. Aku lalu menuju ruang informasi, disana kutanyakan.

    “Apakah Hiburan sudah dimulai..?” Aku sok tahu saja.
    “Ooyaa. Nona silakan naik ke lantai 18, di informasi”

    Buset dalam hatiku.. Aku setua ini masih dianggab Nona.. Dasar penjaga tua. Sebelum masuk aku sempat berbincang-bincang dengan si penjual tiket.

    “Ibu mau beli tiket yang mana..”

    Kali ini kaku di panggil ibu mereka tahu aku sudah tua dalam hatiku. Karena masih kelihatan sunyi aku tenang-tenang saja sambil ngbrol dengan petugas tiket sambil meperhatikan orang yang terus masuk satu persatu ke masing-masing loketnya.

    Loket 1-3 Ibu gratis.. Kalau ada yang cocok ibu akan dibayar sesuai permintaan Ibu.
    Loket 4-6 Ibu Bayar US$ 100. Ibu cari pasangan yang cocok.. Lalu Ibu Bayar. Didalam.
    Loket 7-9 Ibu bayar US$ 50 hanya nonton saja. Silakan Bu.. Atau perlu saya bantu. Ooh yaa, terimakasih saya bayar U$ 50.

    Begitu masuk suara gemuruh riuh.. Tetapi aku berusaha untuk tenang sambil mengamati situasi. Ahirnya kuputuskan untuk duduk di sebuah kafe, yang berada disamping pintu masuk yang berdebelahan dengan jual Butequ dan souvenir. Ditempat ini kok ada jual Butequ.. tanyaku dalam hati.

    Di tengah tengah banyak sofa, bangku dan kursi. Di sebelah kiri-kanan dan depan semuanya kaca tertutup. Setelah aku minum di kafe, rencananya mau kekamar mandi, begitu mulai berjalan tangan ku di tarik oleh seorang bule, dan berbisik..

    “Apakah perlu teman..?” tegurnya.
    “Ooh tidak terimakasih..” kataku.. Hatiku berdebar sambil berlalu kekamar mandi, begitu keluar dari kamar mandi.. disapa lagi oleh yang lainnya.
    “Apakah perlu teman..?” tanyanya.. sepertinya dari Jepang.
    “Ooh tidak..” kataku akupun berlalu.

    Lalu aku duduk di kursi sambil mengamati dinding kaca dari jarak yang agak jauh.. Mana tontonannya.. tanyaku dalam hati lagi.. Lalu ada yang tanya lagi.

    “Apakah perlu teman.. Atau bantuan..? Atau kita sekedar bicara disini saja?” tanyanya..

    Sepertinya dari orang Mexico tapi bukan yang di CD itu.. Dalam hatiku tapi ganteng juga orang ini

    “Ooh ooh ya silakan..” kataku agak kaku.
    “Kenalkan “Andrealno” saya dari Mexico.. Usiaku 32 tahun” katanya denga lembut sambil menjabatku.
    “YN.. 38 tahun.. Dari Indonesia..” kataku lembut pula.. Benar dugaanku ia Mexico dalam hatiku
    “Sudah pernah kemari..” Tanyanya lagi.
    “Belum..” kataku.
    “Apakah perlu saya Bantu..?”
    “Bantu Apa..” Tanyaku agak memancing.
    “Saya bisa membantu apa saja yang Ibu perlukan di sini..”
    “Contohnya apa itu..” Kupancing lagi.
    “Kalau anda mau kita bertransaksi disini lalu kita lanjutkan di Hotel mengertikan..” katanya.
    “OOoohh saya belum membutuhkan itu..”
    “Ya silakan.. Anda menikmati yang ada.. Saya permisi dulu..” katanya.

    Sebelum pergi ia sempat mencium dan mengecupku dengan lembut mesra.. Dan ber bisik..

    “Aku menyukaimu, anda Cantik.. Kalau perlu bisa hubungi saya disini” sambil memberikan No teleponnya.

    Dia beranjak jalan.. Akupun beranjak jalan.. Baru beberapa langkah tiba-tiba lampu di ruangan di matikan dan hanya lampu kecil kecil di lantai, serta lampu Kafe, Butequ dan souvenir itu pun agak redup, dan kaca depan kiri dan kanan mulai nyala lampunya masing-masing kamar satu persatu.

    Inilah mulanya awal pertunjukan.. kataku dalam hati.. Suara gemuruh mulai riuh.. Tetapi herannya hanya aku yang mengenakan celana panjang, lainnya menggunakan rok pendek dan dada agak terbuka, bahkan ada yang tidak memakai Bra. Sementara lelakinya yang didalam ada memakai kaos dan celana pendek yang kendor.. Mereka nonton kok seperti ini.. “dalam hatiku” dan mereka tidak ada yang berpasangan.

    Mereka saling jalan mondar mandir sekeliling kaca. Akupun layak nya seperti mereka.. Ikut jalan dan sesampainya di dekat kaca. Ya ampun mereka yang dari loket 1-10 tadi rupanya bertaransaksi disini. Dan mereka masih saling memulai ada yang satu laki-laki dua perempuan ada yang satu perempuan tiga laki-laki.. Wah serba aneh dan nyata.. Luar biasa.

    Sebagian penonton kulihat mulai agak aneh.. Mereka tidak berpasangan. Tetapi begitu ketemu ada suara permisi.. Lalu ciuman dan saling pegang buah dada dan penis sebentar lalu pergi. Aku sempat ada yang permisi beberapa orang sambil mengecupku mesra lalu meraba dadaku.. Lalu pergi.. Sementara aku tidak berani memegang penisnya.. Tapi ini luar biasa nikmat rasanya sambil melihat langsung adegan dibalik kaca.

    Ada yang permisi lagi.. Di cium mesra lagi.. Lagi lagi diraba dadaku.. Nikmat dalam hatiku.. Lalu ia berbisik.. Kenapa pakai Bra..? Lalu ia pergi.

    Beberapa lama berselang sementara aku lagi asyik melihat adegan seru satu wanita dua lelaki.. Terasa bajuku risih, Bra ku sempit, celana terasa ketat.. Aku dicium dan dibelai dari belakang.. Kali ini aku beranikan.. Untuk memegang-megang penisnya dari luar celananya.. Ternya penis orang ini besar juga.. Dalam hatiku.

    Aku beranjak jalan menuju ke Butequ, rencananya cari baju ganti biar agak lapang.. Tetapi begitu melewati sofa.. Mereka ada yang saling lumat di sofa ada yang berdiri ber kecupan, tetapi hanya sebentar dan bergantian. Aku sambil perhatikan terus.. Rupanya mereka pisah kalau salah satu sudah ber henti.. Lalu mereka sama-sama terimakasih.. Berarti di kalau didalam ini hanya unsur senang sama senang.. Dalam hatiku bertanya..

    Lalu kulanjutkan ke Butequ.. Lagi.. Lagi wanita duduk sendiri di sofa sambil sambil mencolok-colokkan penis buatan ke dalam memeknya.. Sementara matanya memandang ke arah kaca yang penuh dengan adegan mesum.. Sementara di kursi beberapa laki laki duduk sambil mengocok penisnya.. Aku ingin mengelus penis yang panjang.. Dalam hatiku.

    “Permisi..” kataku aku memberanikan diri.
    “Silakan..” katanya.
    “Mari saya bantu..” kataku.
    “OOoo..” silakan.

    Aku jongkok di depannya.. Kuelus elus.. Dan kukocok-kocok oleh kedua tanganku.. Besar dan panjang penis ini aku pingin tapi takut.. Dalam hatiku.. Diapun menciumiku sambil bengelus-elus buah dadaku.. Entah berapa lama aku bercumbu.. Dan bermesraan.. Aku sangat terangsang.

    Pakaianku makin terasa sempit.. Aku berdiri. Dia mengecupku kuat dan mesra.. Sambil berkata terimakasih.. Kutinggalkan saja laki-laki itu.. Aku berjalan.. Dan menghayal.. Entah sudah berapa laki laki yang bermesraan denganku pada waktu singkat.. Alangkah nikmatnya kurasa malam itu..

    Aku lalu bergegas mencari baju yang agak sedikit longgar. Model hampir sama dan harganya cocok.. Aku mau ganti baju ternyata tidak ada kamar pas.. Yaa ganti saja dibalik gantungan baju itu kata si pelayannya.. Setelah kulepas baju.. Yaa..
    Aku terangsang Bra ku jadi sempit sekali, harus pakai nomor berapa lagi nanti.. Dan kulepas celana panjangku.. Kukenakan baju yang ternyata pas.. Tapi sedikit panjang sampai ke lutut..

  • Cerita Sex Cewek Sunda Menggoda Hasrat

    Cerita Sex Cewek Sunda Menggoda Hasrat


    1817 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Cewek Sunda Menggoda HasratCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Saat ini usiaku 24 tahun dan sedang meyelesaikan proyek studiku di kota Bandung, kata teman teman cewekku wajahku ganteng, badannku yang atletis karena aku suka fitnes seminggu 3 kali, banyak yang bilang jika aku memakai mobil pastinya cewek cewek pada nempel ama aku. Saat ini aku sudah punya pacar.

    Kedua orangtuaku dan orangtuanya pacar sudah saling menyetujui dan karena kami serius dalam berpacaran jadi kedua orang tua menyetujui jika kita menikah. Dalam berpacaran aku dan pacarku hanya saling ciuman, remas remasan tidak sampai bersetubuh karena pacarku menjaga keperawananya sampai menikah.

    Karena itu dia tidak mau berhubungan sex sebelum menikah. Aku menghargai prinsipnya tersebut. Karena aku belum pernah pacaran sebelumnya, maka sampai saat itu aku belum pernah merasakan memek perempuan.

    Pacarku seorang anak bungsu. Kecuali kolokan, dia juga seorang penakut, sehingga sampai jam 10 malam minta ditemani. Sehabis mandi sore, aku pergi ke kosnya. Sampai dia berangkat tidur. aku belajar atau menulis tugas akhir dan dia belajar atau mengerjakan tugas-tugas kuliahnya di ruang tamu.

    Kamar kos-nya sendiri berukuran cukup besar, yakni 3mX6m. Kamar sebesar itu disekat dengan triplex menjadi ruang tamu dengan ukuran 3mX2.5m dan ruang tidur dengan ukuran 3mX3.5m. Lobang pintu di antara kedua ruang itu hanya ditutup dengan kain korden.

    lbu kost-nya mempunyai empat anak, semua perempuan. Semua manis-manis sebagaimana kebanyakan perempuan Sunda. Anak yang pertama sudah menikah, anak yang kedua duduk di kelas 3 SMA, anak ketiga kelas I SMA, dan anak bungsu masih di SMP.

    Menurut desas-desus yang sampai di telingaku, menikahnya anak pertama adalah karena hamil duluan. Kemudian anak yang kedua pun sudah mempunyai prestasi. Nama panggilannya Fania. Dia dFaniabarkan sudah pernah hamil dengan pacarya, namun digugurkan.

    Menurut penilaianku, Fania seorang playgirl. Walaupun sudah punya pacar, pacarnya kuliah di suatu politeknik, namun dia suka mejeng dan menggoda laki-laki lain yang kelihatan keren. Kalau aku datang ke kos pacarku, dia pun suka mejeng dan bersFaniap genit dalam menyapaku.
    lka memang mojang Sunda yang amat aduhai. Usianya akan 18 tahun. Tingginya 160 cm. Kulitnya berwarna kuning langsat dan kelihatan licin. Badannya kenyal dan berisi. Pinggangnya ramping. Buah dadanya padat dan besar membusung.

    Pinggulnya besar, kecuali melebar dengan indahnya juga pantatnya membusung dengan montoknya. Untuk gadis seusia dia, mungkin payudara dan pinggul yang sudah terbentuk sedemikian indahnya karena terbiasa dinaiki dan digumuli oleh pacarnya.

    Paha dan betisnya bagus dan mulus. Lehernya jenjang. Matanya bagus. Hidungnya mungil dan sedikit mancung. Bibirnya mempunyai garis yang sexy dan sensual, sehingga kalau memakai lipstik tidak perlu membuat garis baru, tinggal mengikuti batas bibir yang sudah ada. Rambutnya lebat yang dipotong Jhoy dengan indahnya.

    Sore itu sehabis mandi aku ke kos pacarku seperti biasanya. Di teras rumah tampak Fania sedang mengobrol dengan dua orang adiknya. Fania mengenakan baju atas ‘you can see’ dan rok span yang pendek dan ketat sehingga lengan, paha dan betisnya yang mulus itu dipertontonkan dengan jelasnya.

    “Mas Jhoy, ngapel ke Mbak Dina? Wah… sedang nggak ada tuh. Tadi pergi sama dua temannya. Katanya mau bikin tugas,” sapa Fania dengan centilnya.

    “He… masa?” balasku.

    “Iya… Sudah, ngapelin Fania sajalah Mas Jhoy,” kata Fania dengan senyum menggoda. Edan! Cewek Sunda satu ini benar-benar menggoda hasrat. Kalau mau mengajak beneran aku tidak menolak nih, he-he-he…

    “Ah, neng Fania macam-macam saja…,” tanggapanku sok menjaga wibawa. “Kak Dai belum datang?”

    Pacar Fania namanya Daniel, namun Fania memanggilnya Kak Dai. Mungkin Dai adalah panggilan akrab atau panggilan masa kecil si Daniel. Daniel berasal dan Bogor. Dia ngapeli anak yang masih SMA macam minum obat saja.

    Dan pulang kuliah sampai malam hari. Lebih hebat dan aku, dan selama ngapel waktu dia habiskan untuk ngobrol. Atau kalau setelah waktu isya, dia masuk ke kamar Fania. Kapan dia punya kesempatan belajar?

    “Wah… dua bulan ini saya menjadi singgel lagi. Kak Dai lagi kerja praktek di Riau. Makanya carFanian teman Mas Jhoy buat menemani Fania dong, biar Fania tidak kesepian… Tapi yang keren lho,” kata Fania dengan suara yang amat manja.

    Edan si playgirl Sunda mi. Dia bukan tipe orang yang ngomong begitu bukan sekedar bercanda, namun tipe orang yang suka nyerempet-nyerempet hat yang berbahaya.

    “Neng Fania ini… Nanti Kak Dainya ngamuk dong.”

    “Kak Dai kan tidak akan tahu…”

    Aku kembali memaki dalam hati. Perempuan Sunda macam Fania ini memang enak ditiduri. Enak digenjot dan dinikmati kekenyalan bagian-bagian tubuhnya.
    Aku mengeluarkan kunci dan membuka pintu kamar kos Dina. Di atas meja pendek di ruang tamu ada sehelai memo dari Dina. Sambil membuka jendela ruang depan dan ruang tidur, kubaca isi memo tadi.

    ‘Mas Jhoyby, gue ngerjain tugas kelompok bersama Niken dan Wiwin. Tugasnya banyak, jadi gue malam ini tidak pulang. Gue tidur di rumah Wiwin. Di kulkas ada jeruk, ambil saja. Soen sayang, Dina’

    Aku mengambil bukuku yang sehari-harinya kutinggal di tempat kos Di. Sambil menyetel radio dengan suara perlahan, aku mulai membaca buku itu. Biarlah aku belajar di situ sampai jam sepuluh malam.

    Sedang asyik belajar, sekitar jam setengah sembilan malam pintu diketok dan luar. Tok-tok-tok…

    Kusingkapkan korden jendela ruang tamu yang telah kututup pada jam delapan malam tadi, sesuai dengan kebiasaan pacarku. Sepertinya Fania yang berdiri di depan pintu.

    “Mbak Di… Mbak Dina…,” terdengar suara Fania memanggil-manggil dan luar. Aku membuka pintu.

    “Mbak Dina sudah pulang?” tanya Fania.

    “Belum. Hari ini Dina tidak pulang. Tidur di rumah temannya karena banyak tugas. Ada apa?”

    “Mau pinjam kalkulator, mas Jhoy. Sebentar saja. Buat bikin pe-er.”

    “Ng… bolehlah. Pakai kalkulatorku saja, asal cepat kembali.”

    “Beres deh mas Jhoy. Fania berjanji,” kata Fania dengan genit. Bibirnya tersenyum manis, dan pandang matanya menggoda menggemaskan.

    KuberFanian kalkulatorku pada Fania. KetFania berbalik, kutatap tajam-tajam tubuhnya yang aduhai. Pinggulnya yang melebar dan montok itu menggial ke kiri-kanan, seolah menantang diriku untuk meremas¬-remasnya. Sialan! Kontholku jadi berdiri. Si ‘boy-ku ini responsif sekali kalau ada cewek cakep yang enak digenjot.

    Sepeninggal Fania, sesaat aku tidak dapat berkonsentrasi. Namun kemudian kuusir pikiran yang tidak-tidak itu. Kuteruskan kembali membaca textbook yang menunjang penulisan tugas sarjana itu.

    Tok-tok-tok! Baru sekitar limabelas menit pintu kembali diketok.

    “Mas Jhoy… Mas Jhoy…,” terdengar Fania memanggil lirih.

    Pintu kubuka. Mendadak kontholku mengeras lagi. Di depan pintu berdiri Fania dengan senyum genitnya. Bajunya bukan atasan ‘you can see’ yang dipakai sebelumnya. Dia menggunakan baju yang hanya setinggi separuh dada dengan tali ke pundaknya.

    Baju tersebut berwarna kuning muda dan berbahan mengkilat. Dadanya tampak membusung dengan gagahnya, yang ujungnya menonjol dengan tajam dan batik bajunya. Sepertinya dia tidak memakai BH. Juga, bau harum sekarang terpancar dan tubuhnya.

    Tadi, bau parfum harum semacam ini tidak tercium sama sekali, berarti datang yang kali ini si Fania menyempatkan diri memakai parfum. Kali ini bibirnya pun dipolesi lipstik pink.

    “Ini kalkulatornya, Mas Jhoy,” kata Fania manja, membuyarkan keterpanaanku.

    “Sudah selesai. Neng Fania?” tanyaku basa-basi.

    “Sudah Mas Jhoy, namun boleh Fania minta diajari Matematika?”

    “0, boleh saja kalau sekiranya bisa.”

    Tanpa kupersilakan Fania menyelonong masuk dan membuka buku matematFania di atas meja tamu yang rendah. Ruang tamu kamar kos pacarku itu tanpa kursi. Hanya digelari karpet tebal dan sebuah meja pendek dengan di salah satu sisinya terpasang rak buku.

    Aku pun duduk di hadapannya, sementara pintu masuk tertutup dengan sendirinya dengan perlahan. Memang pintu kamar kos pacarku kalau mau disengaja terbuka harus diganjal potongan kayu kecil.

    “Ini mas Jhoy, Fania ada soal tentang bunga majemuk yang tidak tahu cara penyelesaiannya.” Fania mencari-cari halaman buku yang akan ditanyakannya.

    Menunggu halaman itu ditemukan, mataku mencari kesempatan melihat ke dadanya. Amboi! Benar, Fania tidak memakai bra. Dalam posisi agak menunduk, kedua gundukan payudaranya kelihatan sangat jelas. Sungguh padat, mulus, dan indah. Kontholku terasa mengeras dan sedikit berdenyut-denyut.

    Halaman yang dicari ketemu. Fania dengan centilnya membaca soal tersebut. Soalnya cukup mudah. Aku menerangkan sedikit dan memberitahu rumusnya, kemudian Fania menghitungnya. Sambil menunggu Fania menghitung, mataku mencuri pandang ke buah dada Fania. Uhhh… ranum dan segarnya.

    “Kok sepi? Mamah, Ema, dan Nur sudah tidur?” tanyaku sambil menelan ludah. Kalau bapaknya tidak aku tanyakan karena dia bekerja di Cirebon yang pulangnya setiap akhir pekan.

    “Sudah. Mamah sudah tidur jam setengah delapan tadi. Kemudian Erna dan Nur berangkat tidur waktu Fania bermain-main kalkulator tadi,” jawab Fania dengan tatapan mata yang menggoda.

    Hasratku mulai naik. Kenapa tidak kusetubuhi saja si Fania. Mumpung sepi. Orang-orang di rumahnya sudah tidur. Kamar kos sebelah sudah sepi dan sudah mati lampunya. Berarti penghuninya juga sudah tidur.

    Kalau kupaksa dia meladeni hasratku, tenaganya tidak akan berarti dalam melawanku. Tetapi mengapa dia akan melawanku? jangan-jangan dia ke sini justru ingin bersetubuh denganku. Soal tanya MatematFania, itu hanya sebagai atasan saja.

    Bukankah dia menyempatkan ganti baju, dari atasan you can see ke atasan yang memamerkan separuh payudaranya? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan tidak memakai bra? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan memakai parfum dan lipstik? Apa lagi artinya kalau tidak menyodorkan din?

    Tiba-tiba Fania bangkit dan duduk di sebelah kananku.

    “Mas Jhoy… ini benar nggak?” tanya Fania.

    Ada kekeliruan di tengah jalan saat Fania menghitung. Antara konsentrasi dan menahan nafsu yang tengah berkecamuk, aku mengambil pensil dan menjelaskan kekeliruannya. Tiba-tiba Fania lebih mendekat ke arahku, seolah mau memperhatikan hal yang kujelaskan dan jarak yang lebih dekat.

    Akibatnya… gumpalan daging yang membusung di dadanya itu menekan lengan tangan kananku. Terasa hangat dan lunak, namun ketFania dia lebih menekanku terasa lebih kenyal.

    Dengan sengaja lenganku kutekankan ke payudaranya.

    “Ih… Mas Jhoy nakal deh tangannya,” katanya sambil merengut manja. Dia pura-pura menjauh.

    “Lho, yang salah kan Neng Fania duluan. Buah dadanya menyodok-nyodok lenganku,” jawabku.

    lka cemberut. Dia mengambil buku dan kembali duduk di hadapanku. Dia terlihat kembali membetulkan yang kesalahan, namun menurut perasaanku itu hanya berpura-pura saja. Aku merasa semakin ditantang.

    Kenapa aku tidak berani? Memangnya aku impoten? Dia sudah berani datang ke sini malam-malam sendirian. Dia menyempatkan pakai parfum. Dia sengaja memakai baju atasan yang memamerkan gundukan payudara.

    Dia sengaja tidak pakai bra. Artinya, dia sudah mempersilakan diriku untuk menikmati kemolekan tubuhnya. Tinggal aku yang jadi penentunya, mau menyia-siakan kesempatan yang dia berFanian atau memanfaatkannya. Kalau aku menyia-siakan berarti aku band!
    Aku pun bangkit. Aku berdiri di atas lutut dan mendekatinya dari belakang. Aku pura-pura mengawasi dia dalam mengerjakan soal. Padahal mataku mengawasi tubuhnya dari belakang. Kulit punggung dan lengannya benar-benar mulus, tanpa goresan sedikitpun. Karena padat tubuhnya, kulit yang kuning langsat itu tampak licin mengkilap walaupun ditumbuhi oleh bulu-bulu rambut yang halus.

    Kemudian aku menempelkan kontholku yang menegang ke punggungnya. Fania sedikit terkejut ketFania merasa ada yang menempel punggungnya.

    “Ih… Mas Jhoy jangan begitu dong…,” kata Fania manja.

    “Sudah… udah-udah… Aku sekedar mengawasi pekerjaan Neng Fania,” jawabku.

    lka cemberut. Namun dengan cemberut begitu, bibir yang sensual itu malah tampak menggemaskan. Sungguh sedap sekali bila dikulum-kulum dan dilumat-lumat. Fania berpura-pura meneruskan pekerjaannya.

    Aku semakin berani. Kontholku kutekankan ke punggungnya yang kenyal. Fania menggelinjang. Tidak tahan lagi. tubuh Fania kurengkuh dan kurebahkan di atas karpet. Bibirnya kulumat-lumat, sementara kulit punggungnya kuremas-remas.

    Bibir Fania mengadakan perlawanan, mengimbangi kuluman-¬kuluman bibirku yang diselingi dengan permainan lidahnya. Terlihat bahkan dalam masalah ciuman Fania yang masih kelas tiga SMA sudah sangat mahir. Bahkan mengalahkan kemahiranku.

    Beberapa saat kemudian ciumanku berpindah ke lehernya yang jenjang. Bau harum terpancar dan kulitnya. Sambil kusedot-sedot kulit lehernya dengan hidungku, tanganku berpindah ke buah dadanya.

    Buah dada yang tidak dilindungi bra itu terasa kenyal dalam remasan tanganku. Kadang-kadang dan batik kain licin baju atasannya, putingnya kutekan-tekan dan kupelintir-pelintir dengan jari-jari tanganku. Puting itu terasa mengeras.

    “Mas Jhoy Mas Jhoy buka baju saja Mas Jhoy…,” rintih Fania. Tanpa menunggu persetujuanku, jari-jari tangannya membuka Faniat pinggang dan ritsleteng celanaku. Aku mengimbangi, tall baju atasannya kulepas dan baju tersebut kubebaskan dan tubuhnya.

    Aku terpana melihat kemulusan tubuh atasnya tanpa penutup sehelai kain pun. Buah dadanya yang padat membusung dengan indahnya. Ditimpa sinar lampu neon ruang tamu, payudaranya kelihatan amat mulus dan licin. Putingnya berdiri tegak di ujung gumpalan payudara.

    Putingnya berwarna pink kecoklat-coklatan, sementara puncak bukit payudara di sekitarnya berwarna coklat tua dan sedikit menggembung dibanding dengan permukaan kulit payudaranya.
    Celana panjang yang sudah dibuka oleh Fania kulepas dengan segera. Menyusul. kemeja dan kaos singlet kulepas dan tubuhku. Kini aku cuma tertutup oleh celana dalamku, sementara Fania tertutup oleh rok span ketat yang mempertontonkan bentuk pinggangnya yang ramping dan bentuk pinggulnya yang melebar dengan bagusnya.

    Fania pun melepaskan rok spannya itu, sehingga pinggul yang indah itu kini hanya terbungkus celana dalam minim yang tipis dan berwarna pink. Di daerah bawah perutnya, celana dalam itu tidak mampu menyembunyFanian warna hitam dari jembut lebat Fania yang terbungkus di dalamnya. Juga, beberapa helai jembut Fania tampak keluar dan lobang celana dalamnya.
    lka memandangi dadaku yang bidang. Kemudian dia memandang ke arah kontholku yang besar dan panjang, yang menonjol dari balik celana dalamku. Pandangan matanya memancarkan nafsu yang sudah menggelegak.

    Perlahan aku mendekatkan badanku ke badannya yang sudah terbaring pasrah. Kupeluk tubuhnya sambil mengulum kembali bibirnya yang hangat. Fania pun mengimbanginya. Dia memeluk leherku sambil membalas kuluman di bibirnya.

    Payudaranya pun menekan dadaku. Payudara itu terasa kenyal dan lembut. Putingnya yang mengeras terasa benar menekan dadaku. Aku dan Fania saling mengulum bibir, saling menekankan dada, dan saling meremas kulit punggung dengan penuh nafsu.
    Ciumanku berpindah ke leher Fania. Leher mulus yang memancarkan keharuman parfum yang segar itu kugumuli dengan bibir dan hidungku. Fania mendongakkan dagunya agar aku dapat menciumi segenap pori-pori kulit lehernya.
    “Ahhh… Mas Jhoy… Fania sudah menginginkannya dan kemarin… Gelutilah tubuh Fania… puasin Fania ya Mas Jhoy…,” bisik Fania terpatah-patah.
    Aku menyambutnya dengan penuh antusias. Kini wajahku bergerak ke arah payudaranya. Payudaranya begitu menggembung dan padat. namun berkulit lembut. Bau keharuman yang segar terpancar dan pori-porinya.

    Agaknya Fania tadi sengaja memakai parfum di sekujur payudaranya sebelum datang ke sini. Aku menghirup kuat-kuat lembah di antara kedua bukit payudaranya itu. Kemudian wajahku kugesek-gesekkan di kedua bukit payudara itu secara bergantian, sambil hidungku terus menghirup keharuman yang terpancar dan kulit payudara.

    Puncak bukit payudara kanannya pun kulahap dalam mulutku. Kusedot kuat-kuat payudara itu sehingga daging yang masuk ke dalam mulutku menjadi sebesar-besarnya. Fania menggelinjang.

    “Mas Jhoy… ngilu… ngilu…,” rintih Fania.

    Gelinjang dan rintihan Fania itu semakin membangkitkan hasratku. Kuremas bukit payudara sebelah kirinya dengan gemasnya, sementara puting payudara kanannya kumainkan dengan ujung lidahku. Puting itu kadang kugencet dengan tekanan ujung lidah dengan gigi.

    Kemudian secara mendadak kusedot kembali payudara kanan itu kuat-kuat. sementara jari tanganku menekan dan memelintir puting payudara kirinya. Fania semakin menggelinjang-gelinjang seperti Fanian belut yang memburu makanan sambil mulutnya mendesah-desah.

    “Aduh mas Booob… ssshh… ssshhh… ngilu mas Booob… ssshhh… geli… geli…,” cuma kata-kata itu yang berulang-ulang keluar dan mulutnya yang merangsang.

    Aku tidak puas dengan hanya menggeluti payudara kanannya. Kini mulutku berganti menggeluti payudara kiri. sementara tanganku meremas-remas payudara kanannya kuat-kuat. Kalau payudara kirinya kusedot kuat-kuat.

    Tanganku memijit-mijit dan memelintir-pelintir puting payudara kanannya. Sedang bila gigi dan ujung lidahku menekan-nekan puting payudara kiri, tanganku meremas sebesar-besarnya payudara kanannya dengan sekuat-kuatnya.

    “Mas Booob… kamu nakal…. ssshhh… ssshhh… ngilu mas Booob… geli…” Fania tidak henti-hentinya menggelinjang dan mendesah manja.

    Setelah puas dengan payudara, aku meneruskan permainan lidah ke arah perut Fania yang rata dan berkulit amat mulus itu. Mulutku berhenti di daerah pusarnya. Aku pun berkonsentrasi mengecupi bagian pusarnya.

    Sementara kedua telapak tanganku menyusup ke belakang dan meremas-remas pantatnya yang melebar dan menggembung padat. Kedua tanganku menyelip ke dalam celana yang melindungi pantatnya itu.

    Perlahan¬-lahan celana dalamnya kupelorotkan ke bawah. Fania sedikit mengangkat pantatnya untuk memberi kemudahan celana dalamnya lepas. Dan dengan sekali sentakan kakinya, celana dalamnya sudah terlempar ke bawah.

    Saat berikutnya, terhamparlah pemandangan yang luar biasa merangsangnya. Jembut Fania sungguh lebat dan subur sekali. Jembut itu mengitari bibir memek yang berwarna coklat tua. Sambil kembali menciumi kulit perut di sekitar pusarnya, tanganku mengelus-elus pahanya yang berkulit licin dan mulus. Elusanku pun ke arah dalam dan merangkak naik.

    Sampailah jari-jari tanganku di tepi kiri-kanan bibir luar memeknya. Tanganku pun mengelus-elus memeknya dengan dua jariku bergerak dan bawah ke atas. Dengan mata terpejam, Fania berinisiatif meremas-remas payudaranya sendiri. Tampak jelas kalau Fania sangat menikmati permainan ini.

    Perlahan kusibak bibir memek Fania dengan ibu jari dan telunjukku mengarah ke atas sampai kelentitnya menongol keluar. Wajahku bergerak ke memeknya, sementara tanganku kembali memegangi payudaranya. Kujilati kelentit Fania perlahan-lahan dengan jilatan-jilatan pendek dan terputus-putus sambil satu tanganku mempermainkan puting payudaranya.

    “Au Mas Jhoy… shhhhh… betul… betul di situ mas Jhoy… di situ… enak mas… shhhh…,” Fania mendesah-desah sambil matanya merem-melek. Bulu alisnya yang tebal dan indah bergerak ke atas-bawah mengimbangi gerakan merem-meleknya mata. Keningnya pun berkerut pertanda dia sedang mengalami kenikmatan yang semakin meninggi.

    Aku meneruskan permainan lidah dengan melakukan jilatan-jilatan panjang dan lubang anus sampai ke kelentitnya.

    Karena gerakan ujung hidungku pun secara berkala menyentuh memek Fania. Terasa benar bahkan dinding vaginanya mulai basah. Bahkan sebagian cairan vaginanya mulai mengalir hingga mencapai lubang anusnya. Sesekali pinggulnya bergetar. Di saat bergetar itu pinggulnya yang padat dan amat mulus kuremas kuat-kuat sambil ujung hidungku kutusukkan ke lobang memeknya.

    “Mas Booob… enak sekali mas Jhoy…,” Fania mengerang dengan kerasnya. Aku segera memfokuskan jilatan-jilatan lidah serta tusukan-tusukan ujung hidung di vaginanya. Semakin lama vagina itu semakin basah saja.

    Dua jari tanganku lalu kumasukkan ke lobang memeknya. Setelah masuk hampir semuanya, jari kubengkokkan ke arah atas dengan tekanan yang cukup terasa agar kena ‘G-spot’-nya. Dan berhasil!

    “Auwww… mas Jhoy…!” jerit Fania sambil menyentakkan pantat ke atas. sampai-sampai jari tangan yang sudah terbenam di dalam memek terlepas. Perut bawahnya yang ditumbuhi bulu-bulu jembut hitam yang lebat itu pun menghantam ke wajahku. Bau harum dan bau khas cairan vaginanya merasuk ke sel-sel syaraf penciumanku.

    Aku segera memasukkan kembali dua jariku ke dalam vagina Fania dan melakukan gerakan yang sama. Kali ini aku mengimbangi gerakan jariku dengan permainan lidah di kelentit Fania. Kelentit itu tampak sem`kin menonjol sehingga gampang bagiku untuk menjilat dan mengisapnya.

    Ketika kelentit itu aku gelitiki dengan lidah serta kuisap-isap perlahan, Fania semakin keras merintih-rintih bagaFanian orang yang sedang mengalami sakit demam. Sementara pinggulnya yang amat aduhai itu menggial ke kiri-kanan dengan sangat merangsangnya.

    “Mas Jhoy… mas Jhoy… mas Jhoy…,” hanya kata-kata itu yang dapat diucapkan Fania karena menahan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi.

    Permainan jari-jariku dan lidahku di memeknya semakin bertambah ganas. Fania sambil mengerang¬-erang dan menggeliat-geliat meremas apa saja yang dapat dia raih. Meremas rambut kepalaku, meremas bahuku, dan meremas payudaranya sendiri.

    “Mas Jhoy… Fania sudah tidak tahan lagi… Masukin konthol saja mas Jhoy… Ohhh… sekarang juga mas Jhoy…! Sshhh. . . ,“ erangnya sambil menahan nafsu yang sudah menguasai segenap tubuhnya.

    Namun aku tidak perduli. Kusengaja untuk mempermainkan Fania terlebih dahulu. Aku mau membuatnya orgasme, sementara aku masih segar bugar. Karena itu lidah dan wajahku kujauhkan dan memeknya. Kemudian kocokan dua jari tanganku di dalam memeknya semakin kupercepat.

    Gerakan jari tanganku yang di dalam memeknya ke atas-bawah, sampai terasa ujung jariku menghentak-hentak dinding atasnya secara perlahan-lahan. Sementara ibu jariku mengusap-usap dan menghentak-hentak kelentitnya.

    Gerakan jari tanganku di memeknya yang basah itu sampai menimbulkan suara crrk-crrrk-crrrk-crrk crrrk… Sementara dan mulut Fania keluar pekFanian-pekFanian kecil yang terputus-putus:

    “Ah-ah-ah-ah-ah…”

    Sementara aku semakin memperdahsyat kocokan jari-jariku di memeknya, sambil memandangi wajahnya. Mata Fania merem-melek, sementara keningnya berkerut-kerut.

    Crrrk! Crrrk! Crrek! Crek! Crek! Crok! Crok! Suara yang keluar dan kocokan jariku di memeknya semakin terdengar keras. Aku mempertahankan kocokan tersebut. Dua menit sudah si Fania mampu bertahan sambil mengeluarkan jeritan-jeritan yang membangkitkan nafsu. Payudaranya tampak semakin kencang dan licin, sedang putingnya tampak berdiri dengan tegangnya.

    Sampai akhirnya tubuh Fania mengejang hebat. Pantatnya terangkat tinggi-tinggi. Matanya membeliak-¬beliak.

    Dan bibirnya yang sensual itu keluar jeritan hebat, “Mas…!“ Dua jariku yang tertanam di dalam vagina Fania terasa dijepit oleh dindingnya dengan kuatnya. Seiring dengan keluar masuknya jariku dalam vaginanya, dan sela-sela celah antara tanganku dengan bibir memeknya terpancarlah semprotan cairan vaginanya dengan kuatnya. Prut! Prut! Pruttt! Semprotan cairan tersebut sampai mencapai pergelangan tanganku.

    Beberapa detik kemudian Fania terbaring lemas di atas karpet. Matanya memejam rapat. Tampaknya dia baru saja mengalami orgasme yang begitu hebat. Kocokan jari tanganku di vaginanya pun kuhentFanian.

    Kubiarkan jari tertanam dalam vaginanya sampai jepitan dinding vaginanya terasa lemah. Setelah lemah. jari tangan kucabut dan memeknya. Cairan vagina yang terkumpul di telapak tanganku pun kubersihkan dengan kertas tissue.
    Ketegangan kontholku belum juga mau berkurang. Apalagi tubuh telanjang Fania yang terbaring diam di hadapanku itu benar-benar aduhai. seolah menantang diriku untuk membuktFanian kejantananku pada tubuh mulusnya.

    Aku pun mulai menindih kembali tubuh Fania, sehingga kontholku yang masih di dalam celana dalam tergencet oleh perut bawahku dan perut bawahnya dengan enaknya. Sementara bibirku mengulum-kulum kembali bibir hangat Fania,

    Sambil tanganku meremas-remas payudara dan mempermainkan putingnya. Fania kembali membuka mata dan mengimbangi serangan bibirku. Tubuhnya kembali menggelinjang-gelinjang karena menahan rasa geli dan ngilu di payudaranya.
    Setelah puas melumat-lumat bibir. wajahku pun menyusuri leher Fania yang mulus dan harum hingga akhirnya mencapai belahan dadanya. Wajahku kemudian menggeluti belahan payudaranya yang berkulit lembut dan halus, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah payudaranya.

    Segala kelembutan dan keharuman belahan dada itu kukecupi dengan bibirku. Segala keharuman yang terpancar dan belahan payudara itu kuhirup kuat-kuat dengan hidungku, seolah tidak rela apabila ada keharuman yang terlewatkan sedikitpun.
    Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan payudara itu. Kemudian bibirku bergerak ke atas bukit payudara sebelah kiri. Kuciumi bukit payudara yang membusung dengan gagahnya itu. Dan kumasukkan puting payudara di atasnya ke dalam mulutku.

    Kini aku menyedot-sedot puting payudara kiri Fania. Kumainkan puting di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit payudara di sekitar puting yang berwarna coklat.

    “Ah… ah… mas Jhoy… geli… geli …,“ mulut indah Fania mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. bagaFanian desisan ular kelaparan yang sedang mencari mangsa.

    Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas-remas payudara kanan Fania yang montok dan kenyal itu. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada putingnya.

    “Mas Jhoy… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu… ngilu…”

    Aku semakin gemas. Payudara aduhai Fania itu kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit payudara kadang kusedot besarnya-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya putingnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah.

    Belahan lain kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil puting yang mencuat gagah di puncaknya.

    “Ah… mas Jhoy… terus mas Jhoy… terus… hzzz… ngilu… ngilu…” Fania mendesis-desis keenakan. Hasratnya tampak sudah kembali tinggi. Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kini semakin sening fnekuensinya.

    Sampai akhirnya Fania tidak kuat mehayani senangan-senangan keduaku. Dia dengan gerakan eepat memehorotkan celana dalamku hingga tunun ke paha.

    Aku memaklumi maksudnya, segera kulepas eelana dalamku. Jan-jari tangan kanan Fania yang mulus dan lembut kemudian menangkap kontholku yang sudah berdiri dengan gagahnya. Sejenak dia memperlihatkan rasa terkejut.

    “Edan… mas Jhoy, edan… Kontholmu besar sekali… Konthol pacan-pacanku dahulu dan juga konthol kak Dai tidak sampai sebesar in Edan… edan…,” ucapnya terkagum-kagum. Sambil membiankan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah payudaranya, jan-jari lentik tangan kanannya meremas¬remas perlahan kontholku secara berirama.

    Seolah berusaha mencari kehangatan dan kenikmatan di hiatnya menana kejantananku. Remasannya itu mempenhebat vohtase dam rasa nikmat pada batang kontholku.

    “Mas Jhoy. kita main di atas kasur saja…,” ajak Fania dengan sinar mata yang sudah dikuasai nafsu binahi.

    Aku pun membopong tubuh telanjang Fania ke ruang dalam, dan membaringkannya di atas tempat tidun pacarku. Ranjang pacarku ini amat pendek, dasan kasurnya hanya terangkat sekitar 6 centimeter dari lantai. KetFania kubopong.

    Fania tidak mau melepaskan tangannya dari leherku. Bahkan, begitu tubuhnya menyentuh kasur, tangannya menanik wajahku mendekat ke wajahnya. Tak ayal lagi, bibirnya yang pink menekan itu melumat bibirku dengan ganasnya.

    Aku pun tidak mau mengalah. Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap tubuhnya dengan kuatnya. Kuhit punggungnya yang halus mulus kuremas-remas dengan gemasnya.

    Kemudian aku menindih tubuh Fania. Kontholku terjepit di antara pangkal pahanya yang mulus dan perut bawahku sendiri. Kehangatan kulit pahanya mengalir ke batang kontholku yang tegang dan keras. Bibirku kemudian melepaskan bibir sensual Fania.

    Kecupan bibirku pun turun. Kukecup dagu Fania yang bagus. Kukecup leher jenjang Fania yang memancarkan bau wangi dan segarnya parfum yang dia pakai. Kuciumi dan kugeluti leher indah itu dengan wajahku, sementara pantatku mulai bergerak aktif sehingga kontholku menekan dan menggesek-gesek paha Fania.

    Gesekan di kulit paha yang licin itu membuat batang kontholku bagai diplirit-plirit. Kepala kontholku merasa geli-geli enak oleh gesekan-gesekan paha Fania.
    Puas menggeluti leher indah, wajahku pun turun ke buah dada montok Fania. Dengan gemas dan ganasnya aku membenamkan wajahku ke belahan dadanya, sementara kedua tanganku meraup kedua belah payudaranya dan menekannya ke arah wajahku.

    Keharuman payudaranya kuhirup sepuas-puasku. Belum puas dengan menyungsep ke belahan dadanya, wajahku kini menggesek-gesek memutar sehingga kedua gunung payudaranya tertekan-tekan oleh wajahku secara bergantian.

    Sungguh sedap sekali rasanya ketFania hidungku menyentuh dan menghirup dalam-dalam daging payudara yang besar dan kenyal itu. Kemudian bibirku meraup puncak bukit payudara kiri Fania. Daerah payudara yang kecoklat-coklatan beserta putingnya yang pink kecoklat-coklatan itu pun masuk dalam mulutku.

    Kulahap ujung payudara dan putingnya itu dengan bernafsunya, tak ubahnya seperti bayi yang menetek susu setelah kelaparan selama seharian. Di dalam mulutku, puting itu kukulum-kulum dan kumainkan dengan lidahku.

    “Mas Jhoy… geli… geli …,“ kata Fania kegelian.

    Aku tidak perduli. Aku terus mengulum-kulum puncak bukit payudara Fania. Putingnya terasa di lidahku menjadi keras. Kemudian aku kembali melahap puncak bukit payudara itu sebesar-besarnya. Apa yang masuk dalam mulutku kusedot sekuat-kuatnya.

    Sementara payudara sebelah kanannya kuremas sekuat-kuatnya dengan tanganku. Hal tersebut kulakukan secara bergantian antara payudara kiri dan payudara kanan Fania. Sementara kontholku semakin menekan dan menggesek-gesek dengan beriramanya di kulit pahanya. Fania semakin menggelinjang-gelinjang dengan hebatnya.

    “Mas Jhoy… mas Jhoy… ngilu… ngilu… hihhh… nakal sekali tangan dan mulutmu… Auw! Sssh… ngilu… ngilu…,” rintih Fania. Rintihannya itu justru semakin mengipasi api nafsuku. Api nafsuku semakin berkobar-kobar. Semakin ganas aku mengisap-isap dan meremas-remas payudara montoknya.
    Sementara kontholku berdenyut-denyut keenakan merasakan hangat dan licinnya paha Fania.

    Akhirnya aku tidak sabar lagi. Kulepaskan payudara montok Fania dari gelutan mulut dan tanganku.

    Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku membimbing kontholku untuk mencari liang memeknya. Kuputar-putarkan dahulu kepala kontholku di kelebatan jembut di sekitar bibir memek Fania. Bulu-bulu jembut itu bagaFanian menggelitiki kepala kontholku. Kepala kontholku pun kegelian. Geli tetapi enak.
    “Mas Jhoy… masukkan seluruhnya mas Jhoy… masukkan seluruhnya… Mas Jhoy belum pernah merasakan memek Mbak Dina kan? Mbak Dina orang kuno… tidak mau merasakan konthol sebelum nFaniah. Padahal itu surga dunia… bagai terhempas langit ke langit ketujuh. mas Jhoy…”

    Jan-jari tangan Fania yang lentik meraih batang kontholku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu dia buka agak lebar.

    “Edan… edan… kontholmu besar dan keras sekali, mas Jhoy…,” katanya sambil mengarahkan kepala kontholku ke lobang memeknya.

    Sesaat kemudian kepala kontholku menyentuh bibir memeknya yang sudah basah. Kemudian dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, konthol kutekankan masuk ke liang memek. Kini seluruh kepala kontholku pun terbenam di dalam memek. Daging hangat berlendir kini terasa mengulum kepala kontholku dengan enaknya.

    Aku menghentFanian gerak masuk kontholku.

    “Mas Jhoy… teruskan masuk, Jhoy… Sssh… enak… jangan berhenti sampai situ saja…,” Fania protes atas tindakanku. Namun aku tidak perduli. Kubiarkan kontholku hanya masuk ke lobang memeknya hanya sebatas kepalanya saja, namun kontholku kugetarkan dengan amplituda kecil.

    Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dari ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak. Fania menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan.

    “Sssh… sssh… enak… enak… geli… geli, mas Jhoy. Geli… Terus masuk, mas Jhoy…”

    Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara gerakan kukonsentrasFanian pada pinggulku. Dan… satu… dua… tiga! Kontholku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam memek Fania dengan sangat cepat dan kuatnya.

    Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang mulus yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara kulit batang kontholku bagaFanian diplirit oleh bibir dan daging lobang memeknya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt!

    “Auwww!” pekik Fania.

    Aku diam sesaat, membiarkan kontholku tertanam seluruhnya di dalam memek Fania tanpa bergerak sedikit pun.

    “Sakit mas Jhoy… Nakal sekali kamu… nakal sekali kamu….” kata Fania sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya.

    Aku pun mulai menggerakkan kontholku keluar-masuk memek Fania. Aku tidak tahu, apakah kontholku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang memek Fania yang berukuran kecil.

    Yang saya tahu, seluruh bagian kontholku yang masuk memeknya serasa dipijit-pijit dinding lobang memeknya dengan agak kuatnya. Pijitan dinding memek itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang kontholku.

    “Bagaimana Fania, sakit?” tanyaku

    “Sssh… enak sekali… enak sekali… Barangmu besar dan panjang sekali… sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang memekku…,” jawab Fania.

    Aku terus memompa memek Fania dengan kontholku perlahan-lahan. Payudara kenyalnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat gerakan memompa tadi. Kedua putingnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku yang bidang.

    Kehangatan payudaranya yang montok itu mulai terasa mengalir ke dadaku. Kontholku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot memeknya sejalan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali.

    Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kontholku menyentuh suatu daging hangat di dalam memek Fania. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala konthol sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.

    Kemudian aku mengambil kedua kakinya yang kuning langsat mulus dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kontholku tidak tercabut dari lobang memeknya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Fania kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku.

    Sambil terus mengocok memeknya perlahan dengan kontholku, betis kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku.

    Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan rasa nikmat di kontholku dengan mempertahankan gerakan maju-mundur perlahannya di memek Fania.
    Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah payudaranya. Masih dengan kocokan konthol perlahan di memeknya, tanganku meremas-remas payudara montok Fania.

    Kedua gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua putingnya kugencet dan kupelintir-pelintir secara perlahan. Puting itu semakin mengeras, dan bukit payudara itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku.

    Fania pun merintih-rintih keenakan. Matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarFanian ke atas dan ke bawah.

    “Ah… mas Jhoy, geli… geli… Tobat… tobat… Ngilu mas Jhoy, ngilu… Sssh… sssh… terus mas Jhoy, terus…. Edan… edan… kontholmu membuat memekku merasa enak sekali… Nanti jangan disemprotkan di luar memek, mas Jhoy. Nyemprot di dalam saja… aku sedang tidak subur…”

    Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontholku di memek Fania.

    “Ah-ah-ah… benar, mas Jhoy. benar… yang cepat… Terus mas Jhoy, terus…”

    Aku bagaFanian diberi spirit oleh rintihan-rintihan Fania. tenagaku menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk kontholku di memek Fania. Terus dan terus. Seluruh bagian kontholku serasa diremas – remas dengan cepatnya oleh daging-daging hangat di dalam memek Fania.

    Mata Fania menjadi merem-melek dengan cepat dan indahnya. Begitu juga diriku, mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.

    “Sssh… sssh… Fania… enak sekali… enak sekali memekmu… enak sekali memekmu…”

    “Ya mas Jhoy, aku juga merasa enak sekali… terusss… terus mas Jhoy, terusss…”

    Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontholku pada memeknya. Kontholku terasa bagai diremas-remas dengan tidak karu-karuan.

    “Mas Jhoy… mas Jhoy… edan mas Jhoy, edan… sssh… sssh… Terus… terus… Saya hampir keluar nih mas Jhoy…

    sedikit lagi… kita keluar sama-sama ya Booob…,” Fania jadi mengoceh tanpa kendali.

    Aku mengayuh terus. Aku belum merasa mau keluar. Namun aku harus membuatnya keluar duluan. Biar perempuan Sunda yang molek satu ini tahu bahwa lelaki Jawa itu perkasa.

    Biar dia mengakui kejantanan orang Jawa yang bernama mas Jhoyby. Sementara kontholku merasakan daging-daging hangat di dalam memek Fania bagaFanian berdenyut dengan hebatnya.

    “Mas Jhoy… mas Jhoyby… mas Jhoyby…,” rintih Fania. Telapak tangannya memegang kedua lengan tanganku seolah mencari pegangan di batang pohon karena takut jatuh ke bawah.

    lbarat pembalap, aku mengayuh sepeda balapku dengan semakin cepatnya. Bedanya, dibandingkan dengan pembalap aku lebih beruntung. Di dalam “mengayuh sepeda” aku merasakan keenakan yang luar biasa di sekujur kontholku. Sepedaku pun mempunyai daya tarik tersendiri karena mengeluarkan rintihan-rintihan keenakan yang tiada terkira.

    “Mas Jhoy… ah-ah-ah-ah-ah… Enak mas Jhoy, enak… Ah-ah-ah-ah-ah… Mau keluar mas Jhoy… mau keluar… ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…”

    Tiba-tiba kurasakan kontholku dijepit oleh dinding memek Fania dengan sangat kuatnya. Di dalam memek, kontholku merasa disemprot oleh cairan yang keluar dari memek Fania dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Fania meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Mulut sensual Fania pun berteriak tanpa kendali:

    “…keluarrr…!”

    Mata Fania membeliak-beliak. Sekejap tubuh Fania kurasakan mengejang.

    Aku pun menghentFanian genjotanku. Kontholku yang tegang luar biasa kubiarkan diam tertanam dalam memek Fania. Kontholku merasa hangat luar biasa karena terkena semprotan cairan memek Fania. Kulihat mata Fania kemudian memejam beberapa saat dalam menikmati puncak orgasmenya.

    Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi wajahku. Sementara jepitan dinding memeknya pada kontholku berangsur-angsur melemah. walaupun kontholku masih tegang dan keras.

    Kedua kaki Fania lalu kuletakkan kembali di atas kasur dengan posisi agak membuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang Fania dengan mempertahankan agar kontholku yang tertanam di dalam memeknya tidak tercabut.

    “Mas Jhoy… kamu luar biasa… kamu membawaku ke langit ke tujuh,” kata Fania dengan mimik wajah penuh kepuasan. “Kak Dai dan pacar-pacarku yang dulu tidak pernah membuat aku ke puncak orgasme seperti ml. Sejak Mbak Dina tinggal di sini, Fania suka membenarkan mas Jhoy saat berhubungan dengan Kak Dai.”

    Aku senang mendengar pengakuan Fania itu. berarti selama aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku selalu membayangkan kemolekan tubuh Fania dalam masturbasiku, sementara dia juga membayangkan kugeluti dalam onaninya.

    Bagiku. Dina bagus dijadFanian istri dan ibu anak-anakku kelak, namun tidak dapat dipungkiri bahwa tubuh aduhai Fania enak digeluti dan digenjot dengan penuh nafsu.

    “Mas Jhoy… kamu seperti yang kubayangkan. Kamu jantan… kamu perkasa… dan kamu berhasil membawaku ke puncak orgasme. Luar biasa nikmatnya…”

    Aku bangga mendengar ucapan Fania. Dadaku serasa mengembang. Dan bagai anak kecil yang suka pujian, aku ingin menunjukkan bahwa aku lebih perkasa dari dugaannya. Perempuan Sunda ini harus kewalahan menghadapi genjotanku.

    Perempuan Sunda ini harus mengakui kejantanan dan keperkasaanku. Kebetulan aku saat ini baru setengah perjalanan pendakianku di saat Fania sudah mencapai orgasmenya. Kontholku masih tegang di dalam memeknya. Kontholku masih besar dan keras, yang hams menyemprotkan pelurunya agar kepalaku tidak pusing.

    Aku kembali mendekap tubuh mulus Fania, yang di bawah sinar lampu kuning kulit tubuhnya tampak sangat mulus dan licin. Kontholku mulai bergerak keluar-masuk lagi di memek Fania, namun masih dengan gerakan perlahan.

    Dinding memek Fania secara berargsur-angsur terasa mulai meremas-remas kontholku. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kontholku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan orgasme yang disemprotkan oleh memek Fania beberapa saat yang lalu.

    “Ahhh… mas Jhoy… kau langsung memulainya lagi… Sekarang giliranmu… semprotkan air manimu ke dinding-dinding memekku… Sssh…,” Fania mulai mendesis-desis lagi.

    Bibirku mulai memagut bibir merekah Fania yang amat sensual itu dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga berat badanku, tangan kananku meremas-remas payudara montok Fania serta memijit-mijit putingnya, sesuai dengan mama gerak maju-mundur kontholku di memeknya.

    “Sssh… sssh… sssh… enak mas Jhoy, enak… Terus… teruss… terusss…,” desis bibir Fania di saat berhasil melepaskannya dari serbuan bibirku. Desisan itu bagaFanian mengipasi gelora api birahiku.

    Sambil kembali melumat bibir Fania dengan kuatnya, aku mempercepat genjotan kontholku di memeknya. Pengaruh adanya cairan di dalam memek Fania, keluar-masuknya konthol pun diiringi oleh suara, “srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret…” Mulut Fania di saat terbebas dari lumatan bibirku tidak henti-hentinya mengeluarkan rintih kenikmatan,

    “Mas Jhoy… ah… mas Jhoy… ah… mas Jhoy… hhb… mas Jhoy… ahh…”

    Kontholku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari payudaranya. Kedua tanganku kini dari ketiak Fania menyusup ke bawah dan memeluk punggung mulusnya. Tangan Fania pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya.

    Aku pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya kontholku ke dalam memek Fania sekarang berlangsung dengan cepat dan berirama. Setiap kali masuk, konthol kuhunjamkan keras-keras agar menusuk memek Fania sedalam-dalamnya.

    Dalam perjalanannya, batang kontholku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding memek Fania. Sampai di langkah terdalam, mata Fania membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, “Ak!” Sementara daging pangkal pahaku bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak!

    Di saat bergerak keluar memek, konthol kujaga agar kepalanya yang mengenakan helm tetap tertanam di lobang memek. Remasan dinding memek pada batang kontholku pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya.

    Bibir memek yang mengulum batang kontholku pun sedikit ikut tertarik keluar, seolah tidak rela bila sampai ditinggal keluar oleh batang kontholku. Pada gerak keluar ini Bibir Fania mendesah, “Hhh…”
    Aku terus menggenjot memek Fania dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Remasan yang luar biasa kuat, hangat, dan enak sekali bekerja di kontholku. Tangan Fania meremas punggungku kuat-kuat di saat kontholku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang memeknya.

    Beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kontholku dan memek Fania menimbulkan bunyi srottt-srrrt… srottt-srrrt… srottt-srrrtt… Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil yang merdu yang keluar dari bibir Fania:

    “Ak! Uhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…”

    Kontholku terasa empot-empotan luar biasa. Rasa hangat, geli, dan enak yang tiada tara membuatku tidak kuasa menahan pekikan-pekikan kecil:

    “lka… Fania… edan… edan… Enak sekali Fania… Memekmu enak sekali… Memekmu hangat sekali… edan… jepitan memekmu enak sekali…”

    “Mas Jhoy… mas Jhoy… terus mas Jhoy rintih Fania, “enak mas Jhoy… enaaak… Ak! Ak! Ak! Hhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…”

    Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru kontholku. Gatal yang enak sekali. Aku pun mengocokkan kontholku ke memeknya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kontholku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di konthol pun semakin menghebat.

    “Fania… aku… aku…” Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa aku tidak mampu menyelesaFanian ucapanku yang memang sudah terbata-bata itu.

    “Mas Jhoy… mas Jhoy… mas Jhoy! Ak-ak-ak… Aku mau keluar lagi… Ak-ak-ak… aku ke-ke-ke…”

    Tiba-tiba kontholku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku tidak mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah mencapai puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding memek Fania mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu. aku tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam alat kelaminku.

    Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kontholku terasa disemprot cairan memek Fania, bersamaan dengan pekFanian Fania, “…keluarrrr…!” Tubuh Fania mengejang dengan mata membeliak-beliak.

    “Fania…!” aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Fania sekuat-kuatnya, seolah aku sedang berusaha rnenemukkan tulang-tulang punggungnya dalam kegemasan. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jenjang. Cairan spermaku pun tak terbendung lagi.

    Crottt! Crott! Croat! Spermaku bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding memek Fania yang terdalam. Kontholku yang terbenam semua di dalam kehangatan memek Fania terasa berdenyut-denyut.

    Beberapa saat lamanya aku dan Fania terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali, sampai-sampai dari alat kemaluan, perut, hingga ke payudaranya seolah terpateri erat dengan tubuh depanku. Aku menghabiskan sisa-sisa sperma dalam kontholku.

    Cret! Cret! Cret! Kontholku menyemprotkan lagi air mani yang masih tersisa ke dalam memek Fania. Kali ini semprotannya lebih lemah.

    Perlahan-lahan tubuh Fania dan tubuhku pun mengendur kembali. Aku kemudian menciumi leher mulus Fania dengan lembutnya, sementara tangan Fania mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku.

    Aku merasa puas sekali berhasil bermain seks dengan Fania. Pertama kali aku bermain seks, bidadari lawan mainku adalah perempuan Sunda yang bertubuh kenyal, berkulit kuning langsat mulus, berpayudara besar dan padat, berpinggang ramping, dan berpinggul besar serta aduhai.

    Tidak rugi air maniku diperas habis-habisan pada pengalaman pertama ini oleh orang semolek Fania.

    “Mas Jhoy… terima kasih mas Jhoy. Puas sekali saya. indah sekali… sungguh… enak sekali,” kata Fania lirih.

    Aku tidak memberi kata tanggapan. Sebagai jawaban, bibirnya yang indah itu kukecup mesra. Dalam keadaan tetap telanjang, kami berdekapan erat di atas tempat tidur pacarku. Dia meletakkan kepalanya di atas dadaku yang bidang, sedang tangannya melingkar ke badanku.

    Baru ketFania jam dinding menunjukkan pukul 22:00, aku dan Fania berpakaian kembali. Fania sudah tahu kebiasaanku dalam mengapeli Dina, bahwa pukul 22:00 aku pulang ke tempat kost-ku sendiri.

    Sebelum keluar kamar, aku mendekap erat tubuh Fania dan melumat-lumat bibirnya beberapa saat.

    “Mas Jhoy… kapan-kapan kita mengulangi lagi ya mas Jhoy… Jangan khawatir, kita tanpa Faniatan. Fania akan selalu merahasiakan hal ini kepada siapapun, termasuk ke Kak Dai dan Mbak Dina. Fania puas sekali bercumbu dengan mas Jhoy,” begitu kata Fania.

    Aku pun mengangguk tanda setuju. Siapa sih yang tidak mau diberi kenikmatan secara gratis dan tanpa Faniatan? Akhirnya dia keluar dari kamar dan kembali masuk ke rumahnya lewat pintu samping. Lima menit kemudian aku baru pulang ke tempat kost-ku

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Kontol Besar Mahasiswa Yang Kunikmati

    Kontol Besar Mahasiswa Yang Kunikmati


    1038 views

    Cerita Sex ini berjudulKontol Besar Mahasiswa Yang KunikmatiCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Sebut saja namaku Atika, seorang wanita yang telah berusia 40 tahun dan telah bersuami. Menurut banyak teman, aku adalah wanita yang cukup cantik dan berkulit putih bersih. Yang luar biasa adalah postur tubuhku yang masih terawat dan indah. Tinggi badanku 167 cm. Pantatku cukup bulat dan berisi dengan sepasang betis yang indah. Sepasang payudaraku berukuran 34 juga tampak padat dan serasi dengan bentuk tubuhku.

    Kata orang tubuhku seperti artis Minarti Atmanegara yang bentuk tubuhnya tetap indah diusia yang telah berkepala 4. Aku bekerja sebagai karyawati staff accounting pada sebuah toserba yang cukup besar dikotaku.

    Sehingga aku banyak mengenal banyak relasi dari para pekerja perusahaan lain yang memasok barang ketempatku bekerja. Aku juga menjadi instruktur senam BL ditempat aku fitness. Disinilah kisah yang akan kisah indah aku dan Indra pertama kali terjadi. Sebagai seorang istri, aku merupakan seorang wanita setia pada suami.

    Aku berprinsip, tidak ada laki-laki lain yang menyentuh hati dan tubuhku, kecuali suami yang sangat kucintai. Dan sebelum kisah ini terjadi, aku memang selalu dapat menjaga kesetiaanku. Jangankan disentuh, tertarik dengan lelaki lain merupakan pantangan buatku. Tetapi begitulah, beberapa bulan terakhir suamiku kurang dapat memuaskanku diatas ranjang. Kalaupun bisa, dia pasti kelelahan dan langsung istirahat.

    Mungkin karna usia kami yang terpaut 14 tahun, mau tak mau aku cuma bisa memainkan jari sambil membayangkan suamiku sedang memasukkan batang kejantanannya ke vaginaku. Tapi tak senikmat kenyataan.

    Sampai akhirnya datang seorang mahasiswa yang ingin PI (Praktek Industri) ditempatku. Dan aku ditunjuk sebagai pembimbing mahasiswa tersebut oleh bosku. Mahasiswa itu memperkenalkan dirinya bernama Indra. Kuperhatikan dia dari atas sampai bawah, cukup lumayan penampilannya.

    Indra berbadan tinggi besar dan atletis, tingginya sekitar 178 cm. Sungguh aku tidak mempunyai pikiran atau perasaan tertarik padanya. Pada awalnya hubungan kami biasa- biasa saja, bahkan cendrung agak kaku. Namun begitu, Indra selalu bersikap baik padaku.

    Kuakui pula, ia pemuda yang simpatik. Ia sangat pandai mengambil hati orang. Sehingga lama-kelamaan kekakuannya berkurang dan kami berdua menjadi akrab. Bahkan aku sering meminta Indra membantuku lembur dikantor. Dan jika begitu biasanya aku bercerita tentang kehidupan rumah tanggaku.

    Sampai-sampai urusan diatas tempat tidur kuceritakan padanya. Karna Indra sangat pandai memancing. Hingga suatu ketika, setelah sebulan Ia PI dikantorku. Sewaktu aku sedang lembur menghitung keuangan bulanan perusahaan, Indra datang menghampiriku.

    ” Misi Bu, bisa ganggu gak? ” Tegur Indra sopan. ” Ya ada apa Ndra? ” Jawabku. ” Ini.. ada beberapa yang saya gak ngerti bisa dijelaskan gak Bu? ” Indra bertanya lagi. ” Ooh bisa.. mana yang kamunya kurang paham ” aku menjawab lalu menyuruhnya untuk duduk disampingku disofa. Lalu aku memberikan penjelasan panjang lebar kepadanya. Katanya sih bahan yang dia minta penjelasan dariku itu akan dimasukkan dalam bahan laporannya.

    ” Bu, saya mo ngasih hadiah ulang tahun, Bu atika mau nerima gak? ” Tanyanya tiba-tiba. ” Boleh, syaratnya hadiahnya harus banyak ya” Jawabku bergurau. ” Saya juga punya syarat Bu, hadiah ini akan saya berikan kalo Bu Atika mau memejamkan mata. Mau gak? ” Tanyanya lagi. ” Serius nih? Oke kalo cuma itu syaratnya Ibu mau ” Kataku sambil memejamkan mata. ” Awas jangan buka mata sampai saya memberikan aba-aba..! ” Kata Indra lagi.

    Sambil terpejam aku penasaran dengan hadiah apa yang akan diberikannya. tetapi, ya ampun, pada saat mataku terpejam, tiba-tiba aku merasakan ada benda yang lunak menyentuh bibirku. Tidak hanya menyentuh, benda itu juga melumat bibirku dengan halus. Aku langsung tahu, Indra tengah menciumku.

    Maka aku langsung membuka mata, wajah Indra sangat dekat dengan wajahku dan tangannya merangkul pinggangku. Tetapi anehnya, setelah itu aku tidak berusaha mengindar. Untuk beberapa lama, Indra masih melumat bibirku. Kalo mau jujur aku juga ikut menikmatinya. Bahkan beberapa saat secara refleks aku juga membalas melumat bibir Indra.

    Sampai kemudian aku tersadar, lalu ku dorong dada Indra hingga ia terjengkang kebelakang. ” Ndra seharusnya ini gak boleh terjadi ” Kataku dengan nada bergetar menahanrasa malu dan sungkan yang menggumpal dihatiku. ” Maaf Bu Atika, mungkin saya terlalu nekat. Seharusnya saya sadar Ibu sudah bersuami. Tapi inilah kenyataannya, Aku sayang sama Bu Atika ” Ujarnya lirih sambil meninggalkanku.

    Seketika itu aku merasa sangat menyesal, aku merasa telah mengkhianati suamiku. Tapi uniknya peristiwa seperti masih terulang beberapa kali. Beberapa kali jika Indra konsultasi denganku, ia selalu memberikan “hadiah” seperti itu. Tentu itu dilakukannya jiak tak ada orang yang melihat. Meskipun pada akhirnya aku menolaknya, tapi anehnya, aku tidak pernah marah dengan perbuatan Indra itu.

    Entahlah, aku sendiri bingung. Aku tidak tahu, apakah ini dikarnakan permasalahanku dengan suami diatas ranjang sehingga menerima begitu saja semua perbuatannya padaku. Ataukah aku telah jatuh cinta pada pada Indra, pemuda yang usianya jauh berbeda namun sangat menarik perhatianku. Sekali lagi, aku tidak tahu. bahkan dari hari kehari, aku semakin dekat dan akrab dengan Indra.

    Hingga pada hari terakhir prakteknya, Indra mengajakku jalan- jalan. Awalnya aku menolaknya, aku khawatir kalau kedekatanku dengannya menjadi penyebab perselingkuahan yang sebenarnya. Dengan alasan bahwa itu hari terakhir praktek, Indra terus mendesakku. Akhirnya aku menyetujuinya.Tapi aku memintanya hari minggu.

    Dengan syarat tidak boleh ada orang kantor yang mengetahuinya. Begitulah, pada hari Minggu, aku dan Indra akhirnya berangkat jalan-jalan. Agar suamiku tidak curiga, aku katakan padanya aku pergi ketempat seorang kawan untuk menyelesaikan lemburan kantor. Ikut juga teman kuliah Indra bersama pacarnya.

    Awalnya aku protes, setelah dijelaskan panjang lebar akhirnya aku mau ikut pergi juga. Oh ya, kami berempat menggunakan mobil milik kawan Indra. Berempat kami jalan- jalan kesuatu lokawisata pegunungan yang cukup jauh dari kotaku. Kami sengaja memilih tempat yang jauh dari kota, agar tidak mengundang kecurigaan tetangga, keluarga dan terutama suamiku.

    Setelah lebih satu jam kami berputar-putar disekitar lokasi wisata, Indra dan kawannya mengajak istirahat disebuah losmen. Kawan Indra tadi dan pacarnya menyewa satu kamar, dan kedua orang itu langsung hilang dibalik pintu yang tertutup. Maklum keduanya baru dimabuk cinta. Aku dan suamiku dulu waktu pacaran juga begitu, jadi aku maklum saja. I

    ndra menyewa juga satu kamar disebelahnya. Aku sebenarnya juga berniat menyewa kamar sendiri akan tetapi indra melarangku. ” Ngapain boros-boros? kalau sekedar istirahat satu kamar saja. Tuh bed- nya ada dua ” Ujarnya. Akhirnya aku mengalah, aku numpang dikamar yang disewa Indra. Walaupun sebenarnya aku merasa sangat tidak enak hati.

    Kami mengobrol tertawa cekikikan membicarakan kawan Indra dan pacarnya dikamar sebelah. Apalagi, kawan Indra dan pacarnya sengaja mendesah-desah hingga kedengaran ditelinga kami. Sejujurnya aku deg- degan juga mendengar desahan dari kamar sebelah yang mirip suara orang terengah-engah itu.

    Entah kenapa dadaku semakin berdegup kencang ketika aku mendengar desahan itu dan membayangkan apa ayng sedang mereka lakukan dikamar sebelah. Untuk beberapa saat, aku dan Indra diam terpaku.

    Tiba-tiba Indra menarik tanganku sehingga aku terduduk dipangkuan Indra yang saat itu sedang duduk ditepi tempat tidur. Tanpa berkata apa-apa dia langsung mencium bibirku. Aku tidak sempat menghindar, bahkan aku juga membiarkan ketika bibir dan kumis halus Indra menempel kebibirku hingga beberapa saat.

    Dadaku semakin berdegub kencang ketika kurasakan bibir halus Indra melumat mulutku. Lidah Indra menelusup kecelah bibirku dan menggelitik hampir semua rongga mulutku. Mendapat serangan mendadak itu darahku seperti berdesir, sementara bulu tengkukku merinding. Namun tiba-tiba timbul kesadaranku.

    Kudorong dada indra supaya ia melepaskan pelukannya padak diriku. ” Ndra, jangan Ndra, ini enggak pantas kita lakuakan..! ” kataku terbata-bata. Indra memang melepas ciumannya dibibirku, tetapi kedua tangannya yangm kekar dan kuat masih tetap memeluk pinggang rampaingku denagn erat.

    Akujuga masih terduduk dipangkuannya. ” Memang nggak pantas Bu, toh Bu Tika gak puas sama suami Ibu. Aku akan muasin Ibu ” Ujar Indra yang terdengar seperti desahan. Setelah itu Indra kembali mendaratkan ciuman.

    Ia menjilati dan menciumi seluruh wajahku, lalu merambat keleher dan telingaku. Aku memang pasif dan diam, namun perlahan tapi pasti nafsu birahi semakin kuat menguasaiku. Harus kuakui, Indra sangat pandai mengobarkan birahiku.

    Jilatan demi jilatan lidahnya keleherku benar- benar telah membuatku terbakar dalam kenikmatan. Bahkan dengan suamiku sekalipun belum pernah aku merasakn rangsangan sehebat ini. Indra sendiri tampaknya juga mulai terangsang. Aku dapat merasakn napasnya mulai terengah-engah. Sementara aku semakin tak kuat unruk menahan erangan.

    Maka aku pun mendesis-desis untuk menahan kenikmatan yang mulai membakar kesadaranku. Setelah itu tiba-tiba tangan Indra yang kekar itu membuka kancing bajuku. Tak ayal lagi, buah dadaku yang berwarna putih bersih itu terbuka didepan Indra. Secara refleks aku masih coba berontak.

    ” Cukup Ndra! Jangan sampai kesitu Ibu takut..” Kataku sambil meronta dari pelukannya. ” Takut dengan siapa Bu? Toh gak ada yang tahu, percaya sama Indra Bu. Aku akan memuaskan Bu Tika ” Jawab Indra dengan napas memburu. Seperti tidak perduli dengan protesku, Indra yang telah melepas bajuku, kini ganti sibuk melepas BH- ku. Meskipun aku berusaha meronta, namun tidak berguna sama sekali.

    Sebab tubuh Indra yang tegap dan kuat itu mendekapku dengan sangat erat. Kini, dipelukan Indra, buah dadaku terbuka tanpa tertutup sehelai kainpun. Aku berusaha menutupi dengan mendekapkan lengan didadaku, tetapi dengan cepat tangan Indra memegangi lenganku dan merentangkannya.

    Setelah itu Indra mengangkat dan merebahkan tubuhku ditempat tidur. Tanpa membuang waktu, bibir Indra melumat salah satu buah dadaku sementara salah satu tangannya juga langsung meremas-remas buah dadaku yang lainnya.

    Bagaikan seekor singa buas ia menjilati dan meremas buah dada yang kenyal dan putih ini. Kini aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain megap-megap dan mengerang karena kenikmatan yang mencengkeramku. Aku menggeliat- geliat seperti cacing kepanasan karena rasa geliu dan nikmat ketika bibir dan lidah Indra menjilat dan melumat puting susuku. ” Bu.. da.. dadamu putih dan in.. indah sekali.

    A.. aku makin nggak ta.. tahan.. ,sayang.. , ” Kata Indra terputus-putus karna nafsu birahi yang kian memuncak. Kemudian Indra juga menciumi perut dan pusarku. Dengan lidahnya, ia pandai sekali mengelitik buah dada hingga perutku. Sekali lagi aku hanya mendesis-desis mendapat rangsangan yang menggelora itu. Kemudian tanpa kuduga, Dengan cepat Indra melepas celana dan celana dalamku dalam sekali tarikan.

    Lagi-lagi aku berusaha melawan, tetapi dengan tubuh besar dan tenaga kuat kuat yang dimiliki Indra, dengan mudah ia menaklukkan perlawananku. Sekarang tubuhku yang ramping dan putih itu benar-benar telanjang total dihadapan Indra. Sungguh, aku belum pernah sekalipun telanjang dihadapan laki-laki lain, kecuali dihadapn suamiku.

    Sebelumnya aku juga tak pernah terpikir akan melakukan perbuatan seperti ini. Tetapi kini, Indra berhasil memaksaku. Sementara aku seperti pasrah tanpa daya. ” Ndra, untuk yang satu ini jangan Ndra. Aku tidak ingin merusak keutuhan perkawiananku..! ” Pintaku sambil meringkuk diatas tempat tidur, untuk melindungi buah dada dan vaginaku yang kini tanpa penutup.

    ” Bu.. apa.. kamu.. nggak kasihan padaku sayang.. , aku sudah terlanjur terbakar.. , aku nggak kuat lagi sayang, please aku.. mohon ” Kata Indra masih dengan terbata- bata dan wajah yang memelas. Entah karna tidak tega atau karena aku sendiri juga telah terlanjur terbakar birahi, aku diam saja ketika Indra kembali menggarap tubuhku.

    Bibir dan salah satu tangannya menggarap kedua buah dadaku, semenatar tangan yanga satunya lagi mengusap-usap paha dan selangkangan kakiku. Mataku benar-benar merem-melek merasakan kenikamatan itu. Sementara napasku juga semakin terengah-engah.

    Tiba-tiba Indra beranjak dan denagn cepat melepas semua pakaian yang menempel ditubuhnya. Kini ia sama denganku, telanjang bulat-bulat. ya ampun, aku tidak dpat percaya, kini aku telanjang dalam satu kamar denagn laki-laki yang bukan suamaiku, ohh.

    Aku melihat tubuh Indra yang memang benar-benar atletis, besar dan kekar terutama otot-otot perutnya. Ia lebih tinggi dan lebih besar dibandingkan dengan suamiku yang berperawakan sedag-sedang saja. Tetapi yang membuat dadaku berdegub lebih keras adalah benda diselangkangan Indra.

    Benda yang besarnya hampir sama denagn lenganku itu berwarna coklat muda dan kinin tegak mengacung. Panjangnya kutaksir tidak kurang dari 22 cm, atau hampir dua kali lipat dibanding milik suamiku, sementara besarnya sekitar 3 sampai 4 kali lipatnya. Sungguh aku tak percaya, laki-laki semuda Indra memiliki penis sebesar dan sepanjang ini.

    Perasaanku bercampur baur antara ngeri, gemes dan penasaran. Kini tubuh telanjang Indra mendekapku. Darahku seperti terkesiap ketika merasakan dada bidang Indra menempel erat dadaku. Ada sensasi hebat yang melandaku, ketika dada yang kekar itu merapat dengan tubuhku. Ohh, baru kali ini kurasakan dekapan lelaki lain selain suamiku.

    Ia masih meciumi sekujur tubuhku, sementara tangannya juga tidak kenal lelah meremas-remas buah dadaku yang semakin kenyal. Sekali lagi, sebelumnya tidak pernah kurasakan sensasi dan rangsangan sedahsyat ini.

    Aku tersentak ketika kurasakan ada benda yang masuk dan menggelitik lubang vaginaku. Ternyata Indra nekat memasukkan jari tangannya kecelah vaginaku.Ia memutar-mutar telunjuknya didalam lubang vaginaku, sehingga aku benar-benar hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan yang menderaku.

    Mendapat serangan yang luar biasa nikmat itu, secara refleks aku memutar-muatarkan pantatku. Toh, aku masih berusaha menolaknya. ” Ndra, jangan sampai dimasukkan jarinya, cukup diluaran saja..! ” Pintaku.

    Tetapi lagi-lagi Indra tidak menggubrisku. Selanjutnya ia menelusupkan kepalanya di selangkanganku, lalu bibir dan lidahnya melumat habis vaginaku. Aku tergetar hebat mendapatkan rangsangan ini. Tidak kuat lagi menahan kenimatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut Indra yang masih terengah-engah di selangkanganku.

    Kini aku telah benar- benar tenggelam dalam birahi. Ketika kenikmatan birahi benar- benar menguasaiku, dengan tiba-tiba, Indra melepaskanku dan berdiri di tepi tempat tidur. Ia mengocok- ngok batang penisnya yang berukuran luar biasa tersebut. ” Udah hampir setengah jam, dari tadi aku terus yang aktif, capek nih. Sekaran ganti Bu Atika dong yang aktif..! ” Kata Indra denagn manja.

    ” Ibu nggak bisa Ndra, lagian Ibu masih takut..! ” Jawabku dengan malu-malu. ” oke kalo gitu pegang aja iniku, please, kumohon sayang..” Ujarnya sambil menyodorkan batang penis besar itu kehadapanku.

    Dengan malu-malu kupegang batang yang besar dan berotot itu. Lagi-lagi berdebar-debar dan darahku berdesir ketika tanganku mulai memegang penis Indra. Sejenak aku sempat membayangkan bagaimana nikmatnya jiak penis yang besar dan keras itu dimasukkan kelubang vagina perempuan, apalagi jika perempuan itu aku.

    ” Besaran mana sama milik suami Ibu..? ” Goda Indra. Aku tidak menjawab walau dalam hati aku mengakui, penis Indra jauh lebih panjang dan lebih besar dibandingkan milik suamiku. Padahal usia Indra jauh lebih muda. ” Diapakan nih Ndra..? Sumpah Ibu gak bisa apa-apa ” Kataku berbohong sambil memegang penis Indra.

    ” Oke, biar gampang, dikocok aja sayang. Bisakan..? ” Jawab Indra dengan lembut. Dengan dada berdegub kencang, kukocok perlahan-lahan penis yang besar milik Indra. Ada sensasi tersendiri ketika aku mulai mengocok buah zakar Indra yang sangat besar tersebut.

    Gila, tanganku hampir tidak cukup memegangnya. Aku berharap dengan kukocok penisnya, sperma Indra cepat muncrat, sehingga ia tidak berbuat lebih jauh kepada diriku. Indra yang kini telentang disampingku memejamkan matanya ketika tanganku mulai naik turun mengocok batang zakarnya.

    Napasnya mendengus-dengus, tanda kalau nafsunya sudah meningkat lagi. Aku sendiri juga terangsang melihat tubuh tinggi besar dihadapanku seperti tidak berdaya dikuasai rasa nikmat.

    Tiba-tiba ia memutar tubuhnya, sehingga kepalanya kini etapt berada diselangkanganku sebaliknya kepalaku juga tepat menghadap selangkangannya. Indra kembali melumat lubang kemaluanku. Lidahnya menjilat-jilat tanpa henti di rongga vaginaku. Sementara aku masih terus mengocok batang zakar Indra dengan tanganku. Kini kami berdua berkelejotan, sementara napas kami juga saling memburu.

    Setelah itu Indra beranjak dan dengan cepat ia menindihku. Dari kaca lemari yang terletak disebelah samping tempat tidur, aku bisa melihat tubuh rampingku seperti tenggelam dikasur busa ketika tubuh Indra yang tinggi besar mulai menindihku.

    Dadaku deg-degan melihat adegan kami melalui kaca lemari itu. Gila batinku, kini aku yang telanjang digumuli oleh lelaki yang juga sedang telanjang, dan laki-laki itu bikan suamiku.

    Indra kembali melumat bibirku. kali ini teramat lembut. Gilanya lagi, aku tanpa malu lagi membalas ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk menggelitik rongga mulut Indra. Indra terpejam merasakan seranganku, sementara tanganku kekarnya masih erat memelukku, seperti tidak akan dilepas lagi.

    Bermenit-menit kami terus berpagutan saling memompa birahi masing-masing. Peluh kami mengucur deras dan berbaur ditubuhku dan tubuh Indra. Dalam posisi itu tiba- tiba kurasakan ada benda yang kenyal mengganjal diatas perutku.

    Ohh, aku semakin terangsang luar biasa ketika kusadari benda yang mengganjal itu adalah batang kemaluan Indra. Tiba-tiba kurasakan batang zakar itu mengganjal tepat dibibir lubang kemaluanku. Rupanya Indra nekat berusaha memasukkan batang penisnya kevaginaku. Tentu saja aku tersentak.

    ” Ndra.. jangan dimasukkan..! ” Kataku sambil tersengal-sengal menahan nikmat. Aku tidak tahu apakah permintaan aku itu tulus , sebab disisi hatiku yang lain sejujurnya aku juga ingin merasakan betapa nikmatnya ketika batang kemaluan yang besar itu masuk kelubang vaginaku.

    ” Oke.. kalau nggak boleh diamasukkan, kugesek-gesekkan dibibirnya saja ya..? ” Jawab Indra juga dengan napas yang terengah-engah. Kemudian Indra kembali memasang ujung penisnya tepat dicelah vaginaku. Sungguh aku deg-degan luar biasa ketika merasakn kepala batang penis itu menyentuh bibir vaginaku.

    Namun karna batang zakar Indra memang berukuran super besar, Indra sangat sulit memasukkannnya kedalam celah bibir vaginaku. Padahal jika aku bersetubuh denagn suamiku penis suamiku masih terlalu kekecilan untuk ukuran lubang senggamaku. Setelah sedikit dipaksa, akhirnya ujung kemaluan Indra berhasil menerobos bibir vaginaku. Ya ampun, aku menggeliat hebat ketika ujung penis yang besra itu mulai menerobos masuk.

    Walau pun mulanya sedikit perih, tetapi selanjutnya rasa nikmatnya sungguh tada tiara. Seperti janji Indra, penisnya berukuran jumbo itu hanya hanya digesek-gesekan dibibir vagina saja. Meskipun hanya begitu, kenikamatan yang kurasa betul-betul membuatku hampir teriak histeris. Sungguh batang zakar Indra itu luar biasa nikmatnya.

    Indra terus menerus mamaju- mundurkan batang penis sebatas dibibir vagina. keringat kami berdua semakin deras mengalir, semenatara mulut kami masih terus berpagutan. ” Ayoohh.. ngoommoong saayang, giimaanna raasaanyaa..? ” Kata Indra tersengal-sengal. ” Oohh.. teeruuss.. Ndraa.. teeruss..! ujarku sama-sama tersengal. Entah bagaimana awal mulanya, tiba- tiba kurasakan batang kemaluan yang besar itu telah amblas semua kevaginaku.

    Bless, perlahan tapi pasti abtang kemaluan yang besar itu melesak kedalam libang kemaluanku. Vaginaku terasa penuh sesak oleh batang penis Indra yang sangat- sangat besar itu. “ Lohh..? Ndraa..! Dimaassuukiin seemmua yah..? ” Tanyaku. ” Taanguung, saayang. Aku nggak tahhan..! ” Ujarnya dengan terus memompa vaginaku secara perlahan.

    Entahlah,kali ini aku tidak protes. Ketika batang penis itu amblas semua divaginaku, aku hanya dapat terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang kini semakin tertahankan.

    Begitu besarnya penis si Indra, sehingga lubang vaginaku terasa sangat sempit. Sementara karna tubuhnya yang berat, batang penis Indra semakin tertekan kedalam vaginaku dan melesak hingga kedasar rongga vaginaku. Sangat terasa sekali bagaimana rasanya batang zakar menggesek-gesek dinding vaginaku.

    Tanpa sadar aku pun mengimbangi genjotan Indra dengan menggoyang pantatku. Kini tubuh rampingku seperti timbul tenggelam diatas kasur busa ditindih oleh tubuh besar dan kekearnya Indra.

    Semakin lama, genjotan Indra semakin cepat dan keras, sehingga badanku tersentak- sentak dengan hebat. Clep.. , clep.. , clep.. , cleep.. , begitulah bunyi batang zakar Indra yang terus memompa selangkanganku.

    ” Teerruss Nndraa..! Aakuu.. nggaak.. kuuaatt..! ” Erangku berulang-ulang. Sungguh ini permainan seks yang paling nikmat yang pernah kurasakan dalam sepuluh tahun ini. Aku sudah tidak berpikir lagi tentang kesetiaan kepada suamiku.

    Indra benar-benar telah menenggelamkan aku dalam gelombang kenikmatan. Persetan, toh suamiku sendiri sudah tak bisa lagi memberikan aku kepuasan sedahsyat dan kenikmatan seperti ini.

    Tidak berapa lama kemudian, aku merasakan nikmat yang luar biasa disekujur tubuhku. Badanku mengelepar-gelepar dibawah genjcetan tubuh Indra. Seketika itu seperti tidak sadar, kuciumi lebih berani bibir Indra dan kupeluk erat- erat. ” Nndraa.. aakkuu.. haampiir.. oorrgaassmmee..! ” desahku ketika hampir mencapai puncak kenikamatan.

    Tahu aku hampir orgasme, Indra semakin kencang menghunjam-hunjamkan batang kejantanannya keselangkanganku. Saat itu tubuhku semakin meronta- ronta dibawah dekapan Indra yang kuat.

    Akibatnya, tidak lama kemudian aku benar-benar mencapai klimaks. ” Kaalauu.. uudahh.. orrgassme.. ngoommoong.. saayaang.. biaarr.. aakuu.. ikuut.. puuaas.! ” Desah indra. ” ooh.. aauuhh.. aakkuu.. klimaks.. Nndraa..! ” Jawabku. Seketika dengan refleks tangan kananku menjambak rambut Indra, sedangkan tangan kiriku memeluknya erat-erat.

    Pantatku kunaikkan keatas agar batang kemaluan si Indra dapat menancap sedalam- dalamnya. Setelah kenikmatan puncak itu, tubuhku melemas denagn sendirinya. Indra juga menghentikan genjotannya. ” Aku belum keluar sayang.. Tahan sebentar ya.. Aku terusin dulu..! ” Ujarnya lembut sambil mengecup pipiku. Gila aku bisa orgasme walaupun posisiku dibawah.

    Padahal jika dengan suamiku, untuk orgasme aku harus berposisi diatas dulu. Tentu saja ini semua karna Indra yang ajuh lebih perkasa diabandingkan suamiku. Walau pun usia mereka trerpaut jauh dan Indra jauh lebih muda. Selain itu batan kejantanannya memang sangat luar biasa besar dan nikmat luar biasa buat vagina perempuan.

    Meskipun kurasakan sedikit ngilu, kubiarkan Indra memompa terus lubang vaginaku. Karena lelah, aku pasif saja saat Indra terus menggumuliku. Tanpa perlawanan, kini badanku yang kecil dan ramping benar-benar tenggelam ditindih tubuh atletis Indra. Clep.. clep.. clep.. clep.

    Kulirik kebawah untuk melihat vaginaku yang dihajar batang kejantanan Indra. Gila, vaginaku dimasuki penis sebesar itu. Dan yang lebih gila lagi, batang zakar besar seperti itu nikmatnya tiada terkira. Indra semakin lama semakin kencang memompanya penisnya. Sementara mulutnya tidak henti-hentinya menciumi pipi, bibir dan buah dadaku. Mendapat rangsangan tanpa henti seperti itu tiba-tiba nafsuku bangkit kembali.

    Kurasakan kenikmatan mulai merambat lagi dari selangkanganku yang dengan kencang dipompa si Indra. Maka aku balik membalas ciuman Indra, semantara pantatku kembali berputar-putar mengimbangi penis Indra yang masih perkasa menusuk-nusuk lubang vaginaku. ” Iibuu ingiin.. lagii..? ” Tanya Indra. ” Eehh..” Hanya itu jawabku.

    Kini kami kembali mengelapar-gelepar bersama. Tiba-tiba Indra bergulung, sehingga posisinya kini berbalik, aku diatas, Indra dibawah. ” Ayoohh gaantii..! Iibu seekaarang di ataass..” Kata Indra. Dengan posisi tubuh diatas Indra, pantatku kuputar-putar, maju- mundur, kiri-kanan, untuk mengocok batang penis Indra yang masih mengacung dilubang vaginaku.

    Dengan masih malu-malu aku juga ganti menjilati leher dan puting Indra. Indra yang telentang dibawahku hanya dapat merem-melek karna kenikmatan yang kuberikan. ” Tuuh.. biisaa kaan..! Kaatanya taa.. dii.. nggak.. bisa.. , ” Kata si Indra sambil membalas menciumku dan meremas-remas buah dadaku.

    Hanya selang lima menit saat aku diatas tubuh Indra, lagi-lagi kenimatan tak terkira menderaku. Aku semakin kuat menghunjam- hunjamkan vaginaku kebatang penis Indra. Tubuhku yang ramping makin erat mendekap Indra.

    Aku juga semakin liart membalas ciuman Indra. ” Nddraa.. aakuu.. haampiir.. orgasme.. laaggii.. ssaayaang..! ” Kataku terengah-engah. Tahu kalau aku akan orgasme untuk yang kedua kalinya, Indra langsung bergulung membalikku, sehingga aku kembali dibawah. Dengan napas yang terengah-engah, Indra yang telah berada diatas tubuhku semakin cepat memompa selangkanganku. Tak ayal lagi, rasa nikmat tiada tara terasa disekujur tubuhku.

    Lalu rasa nikmat itu seperti mengalir dan berkumpul ke selangkanganku. Indra kupeluk sekuat tenaga, sementara napasku semakin tak menentu. ” Kalau mau 0rgasmee ngomong sayang, biaar lepaass..! ” Desah indra. Karna tidak kuat lagi menahan nikmat, aku pun mengerang keras.

    ” Teruss.. , teruss.. , akuu.. orgasmee Ndraa..! ” Desahku, sementara tubuhku masih terus menggelepar- gelepar dalam tindihan tubuh Indra. Belum reda kenikmatan klimaks yang kurasakan, tiba-tiba Indra mendengus-dengus semakin cepat. Tangan kekarnya mendekapku erat- erat seperti ingin meremukkan tulang-tulangku.

    Ia benar-benar membuatku tak bisa bergerak, dan napasnya terus memburu. Genjotannya di vaginaku semakin cepat dan keras. Kemudian tubuhnya bergetar hebat. ” Buu.. , akuu.. , maauu.. , keluuarr sayang..! ” Erangnya tidak tertahankan lagi. Melihat Indra yang hampir keluar, pantatku kuputar-putar semakin cepat. Aku juga semakin erat memeluknya.

    Crot.. crot.. crot..! Sperma Indra terasa sangat deras muncrat dilubang vaginaku. Indra memajukan pantatnya sekuat tenaga, sehingga batang kejantanannya benar-benar menancap sedalam-dalamnya di lubang kemaluanku. Aku merasa lubang vaginaku terasa sangat hangat oleh cairan sperma yang mengucur dari kemaluan si Indra.

    Gila, sperma Indra luar biasa banyaknya, sehingga seluruh lubang vaginaku terasa basah kuyup. Bahkan karna sangking banyaknya, sperma Indra belepotan hingga ke bibir vagina dan pahaku. Berangsur-angsur gelora kenikmatan itu mulai menurun.

    Untuk beberapa saat Indra masih menindihku, keringat kami pun masih bercucuran. setelah itu ia berguling kesampingku. Aku termenung menatap langit-langit kamar. Begitu pun dengan Indra. Ada sesal yang mengendap dihatiku. Kenapa aku harus menodai kesetiaan terhadap perkimpoianku, itulah pertanyaan yang bertalu-talu mengetuk perasaanku.

    ” Maafkan aku Bu Tika. Aku telah khilaf dan memaksa Ibu melakukan perbuatan ini ” Ujar Indra denagn lirih. Aku tidak menjawab, kami berdua kembali termenung dalam alm pikiran masing-masing. Bermenit-menit kemudian tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami berdua. ” Heei suadah siang lho.. ayo pulang..! ” Teriak kawan Indra disertai ketoak pada pintu.

    Denagn masih tetap diam, aku dan Indra segera beranjak, berbenah lalu berjalan keluar kamar. Tanpa kata- kata pula Indra mengecup bibirku saat pintu kamar akan dibuka. ” Hayo Ndra, kamu apain Bu Atika sampai pintunya ditutup segala ” Kelakar kawan Indra. ” Ah nggak apa-apa kok, kami cuma ketiduran tadi ” Jawabku degan perasaan malu. Sementara Indra cuma tersenyum.

    Seminggu sejak kejadian itu rasa sesal masih menderaku. Tetapi menginjak minggu kedua muncul rasa rindu pada Indra. Dadaku sering berdebar-debar kalau mengingat kenikamatan luar biasa yang telah diberikan Indra. Aku selalu terbayang keperkasaan Indra diatas ranjang, yang itu semua tidak dimiliki oleh suamiku yang dimakan usia. Sementara aku yang rajin merawat tubuh malah makin ingin merasakan kenikmatan yang lebih. Maka sejak itu aku sering jalan-jalan dengan Indra. Bahkan hampir rutin sebulan 2 sampai 4 kali aku melepas hasrat pada Indra yang selalu melayaniku. Dan dtiap kencan selalu saja ada hal-hal baru yang membuatku semakin terikat oleh keperkasaannya.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • GILA !! Agus Membolehkan Aku Ngentot Rina Istrinya

    GILA !! Agus Membolehkan Aku Ngentot Rina Istrinya


    1638 views


    Perawanku – Kurasa tidak perlu aku ceritakan tentang nama dan asalku, serta tempat dan alamatku sekarang. Usiaku sekarang sudah mendekati empat puluh tahun, kalau dipikir-pikir seharusnya aku sudah punya anak, karena aku sudah menikah hampir lima belas tahun lamanya.

    Walaupun aku tidak begitu ganteng, aku cukup beruntung karena mendapat isteri yang menurutku sangat cantik. Bahkan dapat dikatakan dia yang tercantik di lingkunganku, yang biasanya menimbulkan kecemburuan para tetanggaku.Isteriku bernama Resty. Ada satu kebiasaanku yang mungkin jarang orang lain miliki, yaitu keinginan sex yang tinggi.Mungkin para pembaca tidak percaya, kadang-kadang pada siang hari selagi ada tamu pun sering saya mengajak isteri saya sebentar ke kamar untuk melakukan hal itu. Yang anehnya, ternyata isteriku pun sangat menikmatinya. Walaupun demikian saya tidak pernah berniat jajan untuk mengimbangi kegilaanku pada sex. Mungkin karena belum punya anak, isteriku pun selalu siap setiap saat.

    Kegilaan ini dimulai saat hadirnya tetangga baruku, entah siapa yang mulai, kami sangat akrab. Atau mungkin karena isteriku yang supel, sehingga cepat akrab dengan mereka. Suaminya juga sangat baik, usianya kira-kira sebaya denganku. Hanya isterinya, woow busyet.., selain masih muda juga cantik dan yang membuatku gila adalah bodynya yang wah, juga kulitnya sangat putih mulus.

    Mereka pun sama seperti kami, belum mempunyai anak. Mereka pindah ke sini karena tugas baru suaminya yang ditempatkan perusahaannya yang baru membuka cabang di kota tempatku. Aku dan isteriku biasa memanggil mereka Mas Agus dan Mbak Rini. Selebihnya saya tidak tahu latar belakang mereka. Boleh dibilang kami seperti saudara saja karena hampir setiap hari kami ngobrol, yang terkadang di teras rumahnya atau sebaliknya.

    Pada suatu malam, saya seperti biasanya berkunjung ke rumahnya, setelah ngobrol panjang lebar, Agus menawariku nonton VCD blue yang katanya baru dipinjamnya dari temannya. Aku pun tidak menolak karena selain belum jauh malam kegiatan lainnya pun tidak ada. Seperti biasanya, film blue tentu ceritanya itu-itu saja. Yang membuatku kaget, tiba-tiba isteri Agus ikut nonton bersama kami.Waduh, gimana ini Gus..? Nggak enak nih..!

    Nggak apa-apalah Mas, toh itu tontonan kok, nggak bisa dipegang. Kalau Mas nggak keberatan, Mbak Res diajak sekalian. katanya menyebut isteriku.Aku tersinggung juga waktu itu. Tapi setelah kupikir-pikir, apa salahnya? Akhirnya aku pamit sebentar untuk memanggil isteriku yang tinggal sendirian di rumah.Gila kamu..! Apa enaknya nonton gituan kok sama tetangga..? kata isteriku ketika kuajak.


    Akhirnya aku malu juga sama isteriku, kuputuskan untuk tidak kembali lagi ke rumah Agus. Mendingan langsung tidur saja supaya besok cepat bangun. Paginya aku tidak bertemu Agus, karena sudah lebih dahulu berangkat. Di teras rumahnya aku hanya melihat isterinya sedang minum teh. Ketika aku lewat, dia menanyaiku tentang yang tadi malam. Aku bilang Resty tidak mau kuajak sehingga aku langsung saja tidur.Mataku jelalatan menatapinya. Busyet.., dasternya hampir transparan menampakkan lekuk tubuhnya yang sejak dulu menggodaku.

    Tapi ah.., mereka kan tetanggaku. Tapi dasar memang pikiranku sudah tidak beres, kutunda keberangkatanku ke kantor, aku kembali ke rumah menemui isteriku. Seperti biasanya kalau sudah begini aku langsung menarik isteriku ke tempat tidur. Mungkin karena sudah biasa Resty tidak banyak protes. Yang luar biasa adalah pagi ini aku benar-benar gila. Aku bergulat dengan isteriku seperti kesetanan. Kemaluan Resty kujilati sampai tuntas, bahkan kusedot sampai isteriku menjerit. Edan, kok aku sampai segila ini ya, padahal hari masih pagi.Tapi hal itu tidak terpikirkan olehku lagi.Isteriku sampai terengah-engah menikmati apa yang kulakukan terhadapnya. Resty langsung memegang kemaluanku dan mengulumnya, entah kenikmatan apa yang kurasakan saat itu. Sungguh, tidak dapat kuceritakan.

    Mas.., sekarang Mas..! pinta isteriku memelas.Akhirnya aku mendekatkan kemaluanku ke lubang kemaluan Resty. Dan tempat tidur kami pun ikut bergoyang.Setelah kami berdua sama-sama tergolek, tiba-tiba isteriku bertanya, Kok Mas tiba-tiba nafsu banget sih..?

    Aku diam saja karena malu mengatakan bahwa sebenarnya Rini lah yang menaikkan tensiku pagi ini.Sorenya Agus datang ke rumahku, Sepertinya Mas punya kelainan sepertiku ya..? tanyanya setelah kami berbasa-basi.

    Maksudmu apa Gus..? tanyaku heran.Isteriku tadi cerita, katanya tadi pagi dia melihat Mas dan Mbak Resty bergulat setelah ngobrol dengannya.Loh, aku heran, dari mana Rini nampak kami melakukannya? Oh iya, baru kusadari ternyata jendela kamar kami saling berhadapan.Agus langsung menambahkan, Nggak usah malu Mas, saya juga maniak Mas. katanya tanpa malu-malu.Begini saja Mas, tanpa harus memahami perasaanku, Agus langsung melanjutkan, Aku punya ide, gimana kalau nanti malam kita bikin acara..?

    Acara apa Gus..? tanyaku penasaran.Nanti malam kita bikin pesta di rumahmu, gimana..?Pesta apaan..? Gila kamu.Pokoknya tenang aja Mas, kamu cuman nyediain makan dan musiknya aja Mas, nanti minumannya saya yang nyediain. Kita berempat aja, sekedar refresing ajalah Mas, kan Mas belum pernah mencobanya..?Malamnya, menjelang pukul 20.00, Agus bersama isterinya sudah ada di rumahku. Sambil makan dan minum, kami ngobrol tentang masa muda kami. Ternyata ada persamaan di antara kami, yaitu menyukai dan cenderung maniak pada sex. Diiringi musik yang disetel oleh isteriku, ada perasaan yang agak aneh kurasakan. Aku tidak dapat menjelaskan perasaan apa ini, mungkin pengaruh minuman yang dibawakan Agus dari rumahnya.

    Tiba-tiba saja nafsuku bangkit, aku mendekati isteriku dan menariknya ke pangkuanku. Musik yang tidak begitu kencang terasa seperti menyelimuti pendengaranku. Kulihat Agus juga menarik isterinya dan menciumi bibirnya. Aku semakin terangsang, Resty juga semakin bergairah. Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Tidak berapa lama Resty sudah telanjang bulat, entah kapan aku menelanjanginya. Sesaat aku merasa bersalah, kenapa aku melakukan hal ini di depan orang lain, tetapi kemudian hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Seolah-olah nafsuku sudah menggelegak mengalahkan pikiran normalku.Kuperhatikan Agus perlahan-lahan mendudukkan Rini di meja yang ada di depan kami, mengangkat rok yang dikenakan isterinya, kemudian membukanya dengan cara mengangkatnya ke atas. Aku semakin tidak karuan memikirkan kenapa hal ini dapat terjadi di dalam rumahku. Tetapi itu hanya sepintas, berikutnya aku sudah menikmati permainan itu. Rini juga tinggal hanya mengenakan BH dan celana dalamnya saja, dan masih duduk di atas meja dengan lutut tertekuk dan terbuka menantang.

    Perlahan-lahan Agus membuka BH Rini, tampak dua bukit putih mulus menantang menyembul setelah penutupnya terbuka.
    Kegilaan apa lagi ini..? batinku.Seolah-olah Agus mengerti, karena selalu saya perhatikan menawarkan bergantian denganku. Kulihat isteriku yang masih terbaring di sofa dengan mulut terbuka menantang dengan nafas tersengal menahan nafsu yang menggelora, seolah-olah tidak keberatan bila posisiku digantikan oleh Agus.

    Kemudian kudekati Rini yang kini tinggal hanya mengenakan celana dalam. Dengan badan yang sedikit gemetar karena memang ini pengalaman pertamaku melakukannya dengan orang lain, kuraba pahanya yang putih mulus dengan lembut. Sementara Agus kulihat semakin beringas menciumi sekujur tubuh Resty yang biasanya akulah yang melakukannya.

    Perlahan-lahan jari-jemariku mendekati daerah kemaluan Rini. Kuelus bagian itu, walau masih tertutup celana dalam, tetapi aroma khas kemaluan wanita sudah terasa, dan bagian tersebut sudah mulai basah. Perlahan-lahan kulepas celana dalamnya dengan hati-hati sambil merebahkan badannya di atas meja. Nampak bulu-bulu yang belum begitu panjang menghiasi bagian yang berada di antara kedua paha Rini ini.Peluklah aku Mas, tolonglah Mas..! erang Rini seolah sudah siap untuk melakukannya.


    Tetapi aku tidak melakukannya. Aku ingin memberikan kenikmatan yang betul-betul kenikmatan kepadanya malam ini. Kutatapi seluruh bagian tubuh Rini yang memang betul-betul sempurna. Biasanya aku hanya dapat melihatnya dari kejauhan, itu pun dengan terhalang pakaian. Berbeda kini bukan hanya melihat, tapi dapat menikmati. Sungguh, ini suatu yang tidak pernah terduga olehku. Seperti ingin melahapnya saja.Kemudian kujilati seluruhnya tanpa sisa, sementara tangan kiriku meraba kemaluannya yang ditumbuhi bulu hitam halus yang tidak begitu tebal. Bagian ini terasa sangat lembut sekali, mulut kemaluannya sudah mulai basah. Perlahan kumasukkan jari telunjukku ke dalam.

    Sshh.., akh..! Rini menggelinjang nikmat.Kuteruskan melakukannya, kini lebih dalam dan menggunakan dua jari, Rini mendesis.Kini mulutku menuju dua bukit menonjol di dada Rini, kuhisap bagian putingnya, tubuh Rini bergetar panas. Tiba-tiba tangannya meraih kemaluanku, menggenggam dengan kedua telapaknya seolah takut lepas. Posisi Rini sekarang berbaring miring, sementara aku berlutut, sehingga kemaluanku tepat ke mulutnya. Perlahan dia mulai menjilati kemaluanku. Gantian badanku sekarang yang bergetar hebat.Rini memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Ya ampun, hampir aku tidak sanggup menikmatinya. Luar biasa enaknya, sungguh..! Belum pernah kurasakan seperti ini. Sementara di atas Sofa Agus dan isteriku seperti membentuk angka 69.

    Resty ada di bawah sambil mengulum kemaluan Agus, sementara Agus menjilati kemaluan Resty. Napas kami berempat saling berkejaran, seolah-olah melakukan perjalanan panjang yang melelahkan. Bunyi Music yang entah sudah beberapa lagu seolah menambah semangat kami.Kini tiga jari kumasukkan ke dalam kemaluan Rini, dia melenguh hebat hingga kemaluanku terlepas dari mulutnya. Gantian aku sekarang yang menciumi kemaluannya. Kepalaku seperti terjepit di antara kedua belah pahanya yang mulus. Kujulurkan lidahku sepanjang-panjangnya dan kumasukkan ke dalam kemaluannya sambil kupermainkan di dalamnya. Aroma dan rasanya semakin memuncakkan nafsuku. Sekarang Rini terengah-engah dan kemudian menjerit tertahan meminta supaya aku segera memasukkan kemaluanku ke lubangnya.Cepat-cepat kurengkuh kedua pahanya dan menariknya ke bibir meja, kutekuk lututnya dan kubuka pahanya lebar-lebar supaya aku dapat memasukkan kemaluanku sambil berjongkok. Perlahan-lahan kuarahkan senjataku menuju lubang milik Rini.

    Ketika kepala kemaluanku memasuki lubang itu, Rini mendesis, Ssshh.., aahhk.., aduh enaknya..! Terus Mas, masukkan lagi akhh..!Dengan pasti kumasukkan lebih dalam sambil sesekali menarik sedikit dan mendorongnya lagi. Ada kenikmatan luar biasa yang kurasakan ketika aku melakukannya. Mungkin karena selama ini aku hanya melakukannya dengan isteriku, kali ini ada sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya.Tanganku sekarang sudah meremas payudara Rini dengan lembut sambil mengusapnya. Mulut Rini pun seperti megap-megap kenikmatan, segera kulumat bibir itu hingga Rini nyaris tidak dapat bernapas, kutindih dan kudekap sekuat-kuatnya hingga Rini berontak. Pelukanku semakin kuperketat, seolah-olah tidak akan lepas lagi. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh kami. Agus dan isteriku tidak kuperhatikan lagi. Yang kurasakan sekarang adalah sebuah petualangan yang belum pernah kulalui sebelumnya. Pantatku masih naik turun di antara kedua paha Rini.Luar biasa kemaluan Rini ini, seperti ada penyedot saja di dalamnya.

    Kemaluanku seolah tertarik ke dalam. Dinding-dindingnya seperti lingkaran magnet saja. Mata Rini merem melek menikmati permainan ini. Erangannya tidak pernah putus, sementara helaan napasnya memburu terengah-engah.Posisi sekarang berubah, Rini sekarang membungkuk menghadap meja sambil memegang kedua sisi meja yang tadi tempat dia berbaring, sementara saya dari belakangnya dengan berdiri memasukkan kemaluanku. Hal ini cukup sulit, karena selain ukuran kemaluanku lumayan besar, lubang kemaluan Rini juga semakin ketat karena membungkuk.Kukangkangkan kaki Rini dengan cara melebarkan jarak antara kedua kakinya. Perlahan kucoba memasukkan senjataku. Kali ini berhasil, tapi Rini melenguh nyaring, perlahan-lahan kudorong kemaluanku sambil sesekali menariknya. Lubangnya terasa sempit sekali. Beberapa saat, tiba-tiba ada cairan milik Rini membasahi lubang dan kemaluanku hingga terasa nikmat sekarang. Kembali kudorong senjataku dan kutarik sedikit. Goyanganku semakin lincah, pantatku maju mundur beraturan. Sepertinya Rini pun menikmati gaya ini.Buah dada Rini bergoyang-goyang juga maju-mundur mengikuti irama yang berasal dari pantatku. Kuremas buah dada itu, kulihat Rini sudah tidak kuasa menahan sesuatu yang tidak kumengerti apa itu. Erangannya semakin panjang. Kecepatan pun kutambah, goyangan pinggul Rini semakin kuat. Tubuhku terasa semakin panas. Ada sesuatu yang terdorong dari dalam yang tidak kuasa aku menahannya. Sepertinya menjalar menuju kemaluanku. Aku masih berusaha menahannya.Segera aku mencabut kemaluanku dan membopong tubuh Rini ke tempat yang lebih luas dan menyuruh Rini telentang di bentangan karpet. Secepatnya aku menindihnya sambil menekuk kedua kakinya sampai kedua ujung lututnya menempel ke perut, sehingga kini tampak kemaluan Rini menyembul mendongak ke atas menantangku. Segera kumasukkan senjataku kembali ke dalam lubang kemaluan Rini.

    Pantatku kembali naik turun berirama, tapi kali ini lebih kencang seperti akan mencapai finis saja. Suara yang terdengar dari mulut Rini semakin tidak karuan, seolah menikmati setiap sesuatu yang kulakukan padanya. Tiba-tiba Rini memelukku sekuat-kuatnya. Goyanganku pun semakin menjadi. Aku pun berteriak sejadinya, terasa ada sesuatu keluar dari kemaluanku. Rini menggigit leherku sekuat-kuatnya, segera kurebut bibirnya dan menggigitnya sekuatnya, Rini menjerit kesakitan sambil bergetar hebat.

    Mulutku terasa asin, ternyata bibir Rini berdarah, tapi seolah kami tidak memperdulikannya, kami seolah terikat kuat dan berguling-guling di lantai. Di atas sofa Agus dan isteriku ternyata juga sudah mencapai puncaknya. Kulihat Resty tersenyum puas. Sementara Rini tidak mau melepaskan kemaluanku dari dalam kemaluannya, kedua ujung tumit kakinya masih menekan kedua pantatku. Tidak kusadari seluruh cairan yang keluar dari kemaluanku masuk ke liang milik Rini. Kulihat Rini tidak memperdulikannya.Nonton Film Movie : www.nontonmoviehd.comPerlahan-lahan otot-ototku mengendur, dan akhirnya kemaluanku terlepas dari kemaluan Rini. Rini tersenyum puas, walau kelelahan aku pun merasakan kenikmatan tiada tara. Resty juga tersenyum, hanya nampak malu-malu. Kemudian memunguti pakaiannya dan menuju kamar mandi.

    Hingga saat ini peristiwa itu masih jelas dalam ingatanku. Agus dan Rini sekarang sudah pindah dan kembali ke Jakarta. Sesekali kami masih berhubungan lewat telepon. Mungkin aku tidak akan pernah melupakan peristiwa itu. Pernah suatu waktu Rini berkunjung ke rumah kami, kebetulan aku tidak ada di rumah. Dia hanya ketemu dengan isteriku.

  • Cerita Sex Ternyata Adikku Mengandung Benihku

    Cerita Sex Ternyata Adikku Mengandung Benihku


    610 views

    Perawanku – Cerita Sex Ternyata Adikku Mengandung Benihku, Gila bgt deh adegannya. Gua pikir kok bisa ya. Eh, gua berani gak ya ngelakuin itu ama adek gua yang masih SMP? tapi khan adek gua masih polos bgt, kalo di film ini mah udah jago and pro, pikir gua dalam hati. Lagi nonton plus mikir gimana caranya ngelakuin ama adek gua, eh, bel bunyi. Wah, teryata adek gua, si Dina ama temennya dateng. Sial, mana filmnya belum selesai lagi. Langsung gua simpen aja tuh VCD, trus gua bukain pintu. Dina ama temennya masuk. Eh, temennya manis juga lho.

    “Dari mana lo?” tanya gua. “Dari jalan donk. Emang kaya kakak, ngedekem mulu di rumah,” jawabnya sambil manyun. “Gua juga sering jalan tau, emang elo doank. Cuman sekarang lagi males,” kata gua. “Oh iya, kak. Kenalin nih temen gua, namanya Anti. temen sekelas gua,” katanya. akhirnya gua kenalan ama tuh anak. Tiba-tiba si Dina nanya.

    “liat VCD Boyzone gua gak?” “Tau’, cari aja di laci,” kata gua. Eh, dia ngebuka tempat gua naro VCD bokep. Gua langsung gelagapan.
    “Eh, bukan disitu…” kata gua panik. “Kali aja ada,” katanya. Telat. Belum sempet gua tahan dia udah ngeliat VCD xxx yang covernya lumayan hot itu, kalo yang x2 sih gak pake gambar. “Idih… kak. Kok nonton film kaya begini?” katanya sambil mandang jijik ke VCD itu. Temennya sih senyam-senyum aja. “Enggak kok, gua tadi dititipin ama temen gua,” jawab gua bohong. “Bohong bgt.

    Ngapain juga kalo dititipin nyasar ampe di laci ini,” katanya.
    “Kak, ini film jorok kan? Nnnggg… kaya apa sih?” tanyanya lagi. Gua ketawa aja dalam hati. Radi jijik, kok sekarang malah penasaran.
    “Elo mo nonton juga?” tanya gua. “Mmmmm…. jijik sih… tapi… penasaran kak…,” katanya sambil malu-malu. “Anti, elo mo nonton juga gak?” tanyanya ke temannya. “Gua mah asyik aja. Lagian gua udah pernah kok nonton film kaya begitu” jawab temannya.

    “Gimana… jadi nggak? keburu mama ama papa pulang nih,” desakku. “Ayo deh. Tapi kalo gua jijik, dimatiin ya?” katanya. “Enak aja lo, elo kabur aja ke kamar,” jawab gua. Lalu VCD itu gua nyalain. Jreeeeng… dimulailah film tsb. Gua nontonnya sambil sesekali mandangin adek gua ama temennya. Si Anti sih keliatannya tenang nontonnya, udah expert kali ya? Kalo adek gua keliatan bgt baru pertama kali nonton film kaya begitu.

    Dia keliatan takut-takut. Apalagi pas adegan rudalnya cowo diisep. Mana tuh rudal gedenya minta ampun. “Ih, jijik bgt…” kata Dina. Pas adegan ML kayanya si Dina udah gak tahan. Dia langsung kabur ke kamar.
    “Yeee, malah kabur,” kata Anti. “Elo masih mo nonton gak?” tanya gua ke si Anti. “Ya, terus aja,” jawabnya. Wah, boleh juga nih anak. Kayanya, bisa nih gua main ama dia. Tapi kalo dia marah gimana? pikir gua dalem hati. Ah, gak apa-apa kok. Gak sampe ML ini. Sambil nonton, gua duduknya ngedeket ama dia.

    Dia masih terus serius nonton. Lalu gua coba pegang tangannya. Pertama dia kaget tapi dia nggak berusaha ngelepas tangannya dari tangan gua. Kesempatan besar, pikir gua . Gua elus aja lehernya. Dia malah memejamkan matanya. Kayanya dia menikmatin bgt. Wow, tampangnya itu lho… manis!! Gua jadi pengan nekat. Waktu dia masih merem, gua deketin bibir gua ke bibir dia. Akhirnya bersentuhanlah bibir kita. Karena mungkin emang udah jago, si Anti malah ngajakin french kiss. Lidah dia masuk ke mulut gua dan bermain-main di dalem mulut.

    Sial, jagoan dia daripada gua. Masa gua dikalahin ama anak SMP sih. Sambil kita berfrench kiss, gua berusaha masukkin tangan gua ke balik bajunya. Nyari sebongkah buah dada imut. Ukuran toketnya gak begitu gede, tapi kayanya sih sexy. Soalnya badan si Anti itu gak gede tapi gak kurus, dan tubuhnya itu putih. Begitu ketemu toketnya, langsung gua pegang dan gua raba-raba. Tapi masih terbungkus ama bra-nya.
    “Baju elo gua buka ya?” tanya gua. Dia ngangguk aja sambil mengangkat tangannya ke atas. Gua buka bajunya. Sekarang dia tinggal pake bra warna pink dan celana panjang yang masi h dipake.

    Shit!! kata gua dalem hati. Mulus bgt! Gua buka aja bra-nya. toketnya bagus, runcing dan putingnya berwarna pink. Langsung gua jilatin toketnya… dia mendesah… Gua jadi makin terangsang. Gua jadi pengan ngent*tin dia. Tapi gua belom pernah ML jadi gua gak berani. Tapi kalo sekitar dada aja sih gua lumayan tau. Gimana ya? Tiba-tiba pas gua lagi ngejilatin toketnya si Anti, adik gua keluar dari kamar. Kita sama-sama kaget. Dia kaget ngeliat apa yang kakak dan temennya perbuat. Gua dan Anti kaget pas ngeliat Dina keluar dari kamar.

    Si Anti buru-buru pake bra dan bajunya lagi. Si Dina langsung masuk ke kamarnya lagi. Kayanya dia shock ngeliat apa yang kita berdua lakuin. Si Anti langsung pamit mo pulang.
    “Bilang ama Dina ya…. sorry,” kata Anti. “Gak apa-apa kok,” jawab gua. Akhirnya dia pulang. gua ketok kamarnya Dina. Gua pengen ngejelasin. Eh, dianya diem aja. Masih kaget kali ya, pikir gua. Gua tidur aja, dan ternyata gua ketiduran ampe malem. Pas kebangun, gua gak bisa tidur lagi. Gua keluar kamar.

    Nonton tv ah, pikir gua. Pas sampe di depan TV ternyata adek gua lagi tidur di kursi depan TV. Pasti ketiduran lagi nih anak, kata gua dalam hati. Gara-gara ngeliat dia tidur dengan agak “terbuka” tiba-tiba gua jadi keinget ama film x2 yang belom selesai gua tonton, yang ceritanya tentang hubungan sex antara adek dan kakak, ditambah hasrat gua yang gak kesampaian pas sama Anti tadi. Ketika adek gua ngegerakin kakinya membuat roknya tersingkap, dan terlihatlah CD-nya. Begitu ngeliat cd nya gua jadi semakin nafsu. Tapi gua takut. Ini kan adek gua sendiri masa gua ent*tin sih. Tapi dorongan nafsu semakin menggila. Ah, gua pelorotin aja cdnya.

    Eh, ntar kalo dia bangun gimana? ah, cuek aja. Begitu CD-nya turun semua, wow, bel ahan vaginanya terlihat masih amat rapet dan di hiasi bulu-bulu halus yang baru tumbuh. Gua coba sentuh… hmmm, halus sekali. Gua sentuh garis vagina-nya. Tiba-tiba dia menggumam. Gua jadi kaget. Gua ngerasa di ruang TV terlalu terbuka. Gua rapiin lagi pakaian adek gua, truss gua gendong ke kamarnya dia. Sampe di kamar dia… it’s show time, pikir gua. Gua tidurin dia di kasurnya. Gua bukain bajunya. Ternyata dia gak pake bra. Wah, payah juga nih adek gua.

    Ntar kalo toketnya jadi turun gimana. Begitu bajunya kebuka, toket mungilnya menyembul. Ih, lucu bentuknya. Masih kecil toketnya tapi lumayan ada. Gua coba isep putingnya… hmmm…. nikmat! Toket dan putingnya begitu lembut. Eh, tiba-tiba dia bangun!!
    “Kak… ngapain lo!!” teriaknya sambil mendorong gua. Gua kaget bgt. “Ngg… ngg… nggak kok, gua cuman pengen nerusin tadi pas sama si Anti. Gak papa kan?” jawab gua ketakutan.

    Gua berharap bonyok gua gak ngedenger teriakan adek gua yang agak keras tadi. Dia nangis. “Sorry ya Din. Gua salah, abis elo juga sih ngapain tidur di ruang TV dengan keadaan seperti itu. Gak pake bra lagi,” kata gua. “Jangan bilang sama mama dan papa ya, please…,” kata gua. Dia masih nangis. Akhirnya gua tinggalin dia. Aduh, gua takut ntar dia nga du. Sejak saat itu gua kalo ketemu dia suka canggung.

    Kalo ngomong paling seadanya aja. Tapi gua masih penasaran. Gua masih pengen nyoba lagi untuk ngegituin Dina. Sampai pada suatu hari, adek gua lagi sendiri di kamar. Gua coba masuk.
    “Din, lagi ngapain elo,” gua nyoba untuk beramah tamah. “Lagi dengerin kaset,” jawabnya. “Yang waktu itu, elo masih marah ya….” tanya gua. “….
    ” dia diem aja. “Sebenernya gua… gua… pengen nyoba lagi….” gila ya gua nekat bgt. Dia kaget dan pas dia mo ngomong sesuatu langsung gua deketin mukanya dan langsung gua cium bibirnya.

    “Mmhhpp… kakk…. mmmhph…” dia kaya mo ngomong sesuatu. Tapi akhirnya dia diem dan mengikuti permainan gua untuk ciuman. Sambil ciuman itu tangan gua mencoba meraba-raba toketnya dari luar. Pertama ngerasain toketnya diraba, dia menepis tangan gua. Tapi gua terus berusaha sambil tetap berciuman. Setelah beberapa menit berciuman sambil meraba-raba toket, gua mencoba membuka bajunya. Eh, kok dia langsung mau aja dibuka ya? Mungkin dia lagi merasakan kenikmatan yang amat sangat dan pertama kali dirasakannya. Begitu dibuka, langsung gua buka bra-nya. Gua jilatin putingnya dan sambil mengusap dan mneremas- remas toket yang satunya. Walaupun toket adek gua itu masih agak kecil, tapi dapat memberikan sensasi yang tak kalah dengan toket yang gede.

    Ketika lagi di isep-isep, dia mendesah,
    “Sshh… ssshhhh…. ahhh, enak, kak….” Setelah gua isepin, putingnya menjadi tegang dan agak keras. Truss gua buka celana gua dan gua keluarin “adek” gua yang udah lumayan tegang. Pas dia ngeliat, dia agak kaget. Soalnya dulu kita pernah mandi bareng pas
    “punya” gua masih kecil. Sekarang kan udah gede donk. Gua tanya ama dia,
    “berani untuk ngisep punya gua gak? ntar punya elo juga gua isepin deh, kita pake posisi 69″ “69… apa’an tuh?” tanyanya. “Posisi di mana kita saling mengisap dan ngejilatin punyanya partner kita pada saat berhubungan.” jelas gua.
    “Oooo…” Langsung gua ngebuka celana dia dan CDnya dia. Kita langsung ngambil posisi 69.

    Gua buka belahan vaginanya dan terlihatlah klentitnya seperti bentuk kacang di dalem vaginanya itu. Ketika gua sentuh pake lidah, dia mengerang, “Ahhhh… kakak nyentuh apanya sih kok enak bgt….” tanyanya. “Elo mestinya ngejilatin dan ngisep punya gua donk. Masa elo doank yang enak,” kata gua. “Iya kak, abis takut dan geli sih…” jawabnya. “Jangan bayangin yang bukan-bukan dong. Bayangin aja keenakan elo,” kata gua lagi. Saat itu juga dia langsung menjilat punya gua. Dia ngejilatin kepala anu gua dengan perlahan. Uuhhh…. enak bener.

    Truss dia mulai ngejilatin seluruh dari batang gua. Lalu dia masukkin punya gua ke mulutnya dan mulai menghisapnya. Ooohhhh…. gila bener. Dia ternyata berbakat. Isepannya ngebuat gua jadi hampir keluar. “Stop… eh, Din, stop dulu,” kata gua. “lho knapa?” tanya nya. “T ahan dulu ntar gua keluar,” jawab gua. “Lho emang kenapa kalo keluar?” tanyanya lagi. “Ntar game over,” kata gua. Ternyata adek gua emang belom ngerti masalah seks. Bener-bener polos. Akhirnya jelasin kenapa kalo cowo udah keluar gak bisa terus pemainannya. Akhirnya dia mulai mengerti. Posisi kita udah gak 69 lagi, jadi gua aja yang bekerja. Kemudian gua terusin ngisepin vaginanya dan klentitnya. Dia terus menerus mendesah dang mengerang.

    “Kak Iwan… terus kak… disitu… iya disitu… oohhhhh…. ssshhhh….” Gua terus menghisap dan menjilatinya. Dia menjambak rambut gua. Sambil matanya merem melek. Akhirnya gua udah dalam kondisi fit lagi (tadi kan kondisinya udah mo keluar).
    Gua tanya sama adek gua, “Elo berani ML gak?” “…” dia diem. “Gua pengen ML, tapi terserah elo… gua gak maksa,” kata gua.
    “Sebenerya gua takut. Tapi udah kepalang tanggung nih…. gua lagi on air,” kata dia.
    “Ok… jadi elo mau ya?” tanya gua lagi. “…” dia diem lagi.
    “Ya udah deh, kayanya elo mau,” kata gua. “Tapi tahan sedikit. Nanti agak sakit awalnya. Soalnya elo baru pertama kali,” kata gua.
    “…” dia diem aja sambil menatap kosong ke langit-langit. Gua buka kedua belah pahanya lebar-lebar. Keliatan bibir vaginanya yang masih sempit itu. Gua arahin ke lobang vagina nya. Begitu gua sentuhin pala anu gua ke vaginanya, Dina menarik nafas panjang, dan keliatan sedikit mengeluarkan air mata.

    “Tahan ya din….” Langsung gua dorong anu gua masuk ke dalem vaginanya. Tapi masih susah, soalnya masih sempit bgt. Gua terus nyoba mendorong anu gua… dan… bleesss… Masuk juga pala anu gua. Dina agak teriak,
    “akhhh sakit kak….” “Tahan ya Din…” kata gua. Gua terus mendorong agar masuk semua. Akhirnya masuk semua anu gua ke dalam selangkangan adek gua sendiri.

    “Ahhh… kak… sakit kak… ahhhh.” Setelah masuk, langsung gua goyang maju mundur, keluar masuk vaginanya. “Ssshhh… sakittt kakk…. ahhh… enak… kak, terussss… goyang kakk…” Dia jadi mengerang tidak keruan. Setelah beberapa menit dengan posisi itu, kita ganti dengan posisi dog style. Dina gua suruh nungging dan gua masukkin ke vaginanya lewat belakang. Setelah masuk, terus gua genjot. Tapi dengan keadaan dog style itu ternyata Dina langsung mengalami orgasme. Terasa sekali otot-otot di dalam vaginanya itu seperti menarik anu gua untuk lebih masuk.

    “Ahhhhh… ahhha… gua lemess bgt… kak,” rintihnya dan dia jatuh telungkup. Tapi gua belom orgasme. Jadi gua terusin aja. Gua balik bad annya untuk tidur terlentang. Truss gua buka lagi belahan pahanya. Gua masukkin anu gua ke dalam vaginanya. Padahal dia udah kecapaian. “Kak, udah dong. Gua udah lemes…” pintanya. “Sebentar lagi ya…” jawab gua. Tapi setelah beberapa menit gua genjot, eh, dianya seger lagi.

    “kak, yang agak cepet lagi dong…” katanya. Gua percepat dorongan dan genjotan gua.
    “Ya… kaya… gitu dong… sssshh… ahhh.. uhuuh,” desahannya makin maut aja. Sambil ngegenjot, tangan gua meraba-raba dan meremas toketnya yang mungil itu. Tiba-tiba gua seakan mau meledak, ternyata gua mo orgasme.
    “Ahhh, Din gua mo keluar…. ahhh…” Ternyata saat yang bersamaan dia orgasme juga. Anu gua sperti dipijat- pijat di dalem. Karena masih enak, gua ngeluarinnya di dalem vaginanya.

    Ntar gua suruh minum pil KB aja supaya gak hamil, pikir gua dalam hati. Setelah orgasme bareng itu gua cium bibirnya sebentar. Setelah itu gua dan dia akhirnya ketiduran dan masih dalam keadaan bugil dan berkeringat di kamar gara-gara kecapaian. Ketika bangun, gua denger dia lagi merintih sambil menangis.
    “Kak, gimana nih. Punya gua berdarah banyak,” tangisnya. Gua liat ternyata di kasurnya ada bercak darah yang cukup banyak. Dan vaginanya agak sedikit melebar.

    Gua kaget ngeliatnya. Gimana nih jadinya?
    “Kak, gua udah gak perawan lagi ya?” tanyanya. “…” gua diem aja. Abis mo jawab apa. Gila… gua udah merenggut keperawanan adek gua sendiri. “Kak, punya gua gak apa-apakan?” tanyanya lagi.
    “Berdarah begini wajar untuk pertama kali,” kata gua. Tiba-tiba, gara-gara ngeliat dia gak pake CD dan memperlihatkan vaginanya yang agak melebar itu ke gua, anu gua “On” lagi. Gua elus-elus aja vagina adek gua itu. Truss gua suruh dia tiduran lagi.

    “Mo diapain lagi gua kak?” tanyanya. “Nggak, gua pengen liat apa punya elo baik-baik aja,” kata gua sambil bohong, padahal gua pengen menikmati lagi. Pas dia tiduran, gua buka belahan vaginanya. Emang sih jadi lebih lebar dan masih ada sisa sedikit darah mengering. Gua cari klitorisnya, gua jilatin lagi.
    “Kak, jangan dong. Masih perih nih,” larangnya. Yaaa… kok dia udah gak mau lagi. “Ya udah deh, kalo masih perih,” kata gua. Gua bingung nih, gua masih pengen lagi, tapi adek gua udah keburu gak mau.

    Sakit banget kali ya, pertama kali begituan. Ya udah deh, gua ajak mandi bareng aja siapa tau kalo udah seger nanti dia mau lagi. “Kita mandi bareng aja yuk,” pinta gua.
    “Ayo…” kata Dina. Kita mandi di kamar mandi adek gua. Gua idupin air shower yang anget. Wuihhh, nikmat banget pas kena air anget. Abis cape ML ama adek sen- diri, mandi air anget. Di bawah pancuran shower, gua pertama-tama ngambil posisi berada di belakangnya.

    Truss gua mulai nyabunin bela- kang tubuhnya. Setelah belakangnya selesai semua, masih dalam posisi gua di belakangnya, gua mulai nyabunin bagian depannya, mulai dari perut ke atas. Pas sampe bagian toketnya gua sabunin, dia mulai meng- gelinjang dan mendesah lagi. Gua ciumin bagian belakang lehernya sambil terus nyiumin leher adek gua itu. Puting adek gua, gua pilin- pilin pake ujung jempol dan ujung telunjuk.

    Eh, pada waktu gua nyabunin toket imutnya itu tangan dia menyentuh dan mulai meraba-meraba tubuh gua dan berusaha mencari punya gua. Begitu tersentuh punya gua langsung digenggam dan dipijat-pijat. Tangan gua yang satu lagi mulai bergerilya ke daerah selangkangannya. Dengan bermodalkan sabun, gua mulai nyabunin bagian vagina adek gua itu. Pertama, gua usap dari luar bibir vaginanya, lalu jari gua mulai mencoba masuk mencari klitorisnya. Adek gua tiba-tiba ngomong lagi tapi masih dalam keadaan kenikmatan karena masih gua ciumin lehernya dan putingnya gua pilin-pilin.

    “Kak, sshhh… Jangan dulu donk. Sshttss… ahhh…” erangnya. Ya udah, gua gosok-gosok aja dari luar. Ternyata belom lama setelah gua gosok-gosok itu ternyata adek gua orgasme.
    “Aahhh… ah…” dia merintih keenakan dan dia langsung lemas. Setelah dia orgasme itu, gua minta dia untuk memainkan anu gua pake tangannya. Dengan memakai sabun dia mengocok anu gua. Enak banget. Tangannya yang kecil itu menggenggam anu gua erat sekali. Akhirnya tak lama kemudian gua keluar juga. Selesai itu, kita langsung keluar kamar mandi. dan gua keluar dari kamarnya.

    Kini kami telah tumbuh dewasa dan telah memiliki pasangan masing-masing, dan beruntung bagi adekku mendapatkan seorang pria yang sangat mencintainya, dan gua juga sudah menikah dan dikaruniai seorang putra. Adek gua juga sudah memiliki seorang anak, hasil dari hubungan gelap kami, tetapi tidak ada seorangpun yang tahu selain kami berdua, karena pada saat itu, suaminya pergi keluar negeri selama 1 bulan dan pada saat itu kami ML setiap hari sampai dia mengandung anak gua.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex
  • Cerita Sex Tongkatnya Masuk Ke Anuku

    Cerita Sex Tongkatnya Masuk Ke Anuku


    1625 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Tongkatnya Masuk Ke AnukuCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Aku ingin mengirimkan cerita yang mana ini merupakan kisah nyata, dan inilah kisah nyataku bisa dibaca dibawah ini, Para pembaca tentu masih ingat aku, Reni, yang pada kisah “Sebuah Kesalahan” telah terjebak dalam pusaran gairah seorang pengojek di kepulauan di Sumatra saat ditugaskan sebagai pimpinan unit sebuah bank BUMN.

    Bagi yang belum pernah membaca akan saya perkenalkan lagi diri saya, nama saya Reni (samaran), saat ini usia 28 tahun. Kata orang saya memiliki segalanya baik itu kekayaan, kecantikan dan keindahan tubuh yang menjadi idaman setiap wanita.

    Dengan tinggi 165 cm dan berat 51 kg menjadikanku memiliki pesona bagi lelaki mana saja. Apalagi wajahku boleh dibilang cantik dengan kulit kuning langsat dan rambut sebahu. Aku telah menikah setahun lebih.

    Latar belakang keluargaku adalah dari keluarga Minang yang terpandang. Sedangkan suamiku, sebut saja Ikhsan adalah seorang staf pengajar pada sebuah perguruan tinggi swasta di kota Padang.

    Setelah suamiku menyelesaikan studinya di luar negeri, aku mengusulkan untuk mengajukan pindah ke kota Padang agar dapat berkumpul lagi dengan keluarga. Setelah melalui birokrasi yang cukup memusingkan ditambah sogok sana sogok sini akhirnya aku bisa pindah di kantor pusat di Kota Padang. Agen Bola Terpercaya

    Pembaca tentu maklum bahwa pada jaman sekarang segala sesuatu harus pakai uang. Malahan kata orang Jakarta segala sesuatu harus bayar, dari makan hingga buang kotoran. Mungkin hanya kentut saja yang belum perlu pakai uang. (Mungkin kalau sudah ada Undang Undang Lingkungan, kentut pun musti bayar karena mencemari udara.. Ya nggakk??)

    Sebagai orang baru, aku tentu saja harus bekerja keras untuk menunjukkan kemampuanku. Apalagi tugas baruku di kantor pusat ini adalah sebagai kepala bagian. Aku harus mampu menunjukkan kepada anak buahku bahwa aku memang layak menempati posisi ini.

    Sebagai konsekwensinya aku harus rela bekerja hingga larut malam menyelesaikan tugas-tugas yang sangat berbeda saat aku bertugas di kepulauan dahulu. Hal ini membuatku harus selalu pulang larut malam karena jarak rumah kami dengan kantor yang cukup jauh yang harus kutempuh selama kurang lebih 30 menit dengan mobilku. Sehingga aku jarang sekali bercengkerama dengan suamiku yang juga mulai semakin sibuk sejak karirnya meningkat. Praktis kami hanya bertemu saat menjelang tidur dan saat sarapan pagi.

    Atas kebijakan pimpinan, aku selalu dikawal satpam jika hendak pulang. Sebut saja namanya Pak Fredy, satpam yang kerap mengawalku dengan sepeda motor bututnya yang mengiringi mobilku dari belakang hingga ke depan halaman rumahku untuk memastikan aku aman sampai ke rumah. Dengan demikian aku selalu merasa aman untuk bekerja hingga selarut apapun karena pulangnya selalu diantar.

    Tak jarang aku memintanya mampir untuk sekedar memberinya secangkir kopi hingga suamiku pun mengenalnya dengan baik. Bahkan suamiku pun kerap kali memberinya beberapa bungkus rokok Gudang Garam kesukaannya.

    Pak Fredy adalah lelaki berusia 35 tahunan. Tubuhnya cukup kekar dengan kulit kehitaman khas orang Jawa. Ia memang asli Jawa dan katanya pernah menjadi preman di Pasar Senen Jakarta. Ia sudah menjadi satpam di bank tempat saya bekerja selama 8 tahun. Ia sudah beristri yang sama-sama berasal dari Jawa. Akupun sudah kenal dengan istrinya, Yu Sarni.

    Suatu hari, saat aku selesai lembur. Aku kaget saat yang mengantarku bukan Pak Fredy, tetapi orang lain yang belum cukup kukenal.

    “Lho Pak Fredy di mana Bang?” tanyaku pada satpam yang mengantarku.

    “Anu Bu, Pak Fredy hari ini minta ijin tidak masuk katanya istrinya melahirkan” katanya dengan sopan.

    Akhirnya aku tahu kalau yang mengantarku adalah Pak Sardjo, satpam yang biasanya masuk pagi.

    “Kapan istrinya melahirkan?” tanyaku lagi.

    “Katanya sih hari ini atau mungkin besok Bu” jawabnya.

    Akhirnya hari itu aku pulang dengan diiringi Pak Sardjo.

    Awal Perselingkuhan

    Sudah dua hari aku selalu dikawal Pak Sardjo karena Pak Fredy tidak masuk kerja. Hari Minggu aku bersama suamiku memutuskan untuk menjenguk istri Pak Fredy di Rumah Sakit Umum. Akhirnya aku mengetahui kalau Yu Sarni mengalami pendarahan yang cukup parah atau bleeding.

    Dengan kondisinya itu ia terpaksa menginap di Rumah Sakit untuk waktu yang agak lumayan setelah post partum. Atas saran suamiku aku ikut membantu biaya perawatan istri Pak Fredy, dengan pertimbangan selama ini Pak Fredy telah setia mengawalku setiap pulang kerja.

    Sejak saat itu hubungan keluargaku dengan keluarga Pak Fredy seperti layaknya saudara saja. Kadangkala Yu Sarni mengirimkan pisang hasil panen di kebunnya ke rumahku. Walaupun harganya tidak seberapa, tetapi aku merasa ada nilai lebih dari sekedar harga pisang itu.

    Ya, rasa persaudaraan! Itulah yang lebih berharga dibanding materi sebanyak apapun. Sering pula aku mengirimi biscuit dan syrop ke rumahnya yang sangat sederhana dan terpencil karena memang rumahnya di tengah kebun yang penuh ditanami pisang dan kelapa. Karena seringnya aku berkunjung ke rumahnya maka tetangga yang letaknya agak berjauhan sudah menganggapku sebagai bagian dari keluarga Pak Fredy.

    Suatu hari, saat aku pulang lembur, seperti biasa aku diantar Pak Fredy. Begitu sampai ke depan rumah tiba-tiba hujan mengguyur dengan derasnya hingga kusuruh Pak Fredy untuk menunggu hujan reda. Aku suruh pembantuku, Mbok Rasmi yang sudah tua untuk membuatkan kopi baginya. Sementara Pak Fredy menikmati kopinya aku pun masuk ke kamar mandi untuk mandi. Ini memang merupakan kebiasaanku untuk mandi sebelum tidur.

    Hujan tidak kunjung reda hingga aku selesai mandi, kulihat Pak Fredy masih duduk menikmati kopinya dan rokok kesukaannya di teras sambil menerawang memandangi hujan.

    Hanya dengan mengenakan baju tidur aku ikut duduk di teras untuk sekedar menemaninya ngobrol. Kebetulan lampu terasku memang lampunya agak remang-remang yang sengaja kuatur demikian dengan suamiku agar enak menikmati suasana.

    “Gimana sekarang punya anak Pak? Bahagia kan?” tanyaku membuka percakapan.

    “Yach.. Bahagia sekali Bu..! Habis dulu istri saya pernah keguguran saat kehamilan pertama, jadi ini benar-benar anugrah yang tak terhingga buat saya Bu..”

    “Memang Pak.. Aku sendiri sebenarnya sudah ingin punya anak, tetapi..”

    Aku tidak dapat meneruskan kata-kataku karena jengah juga membicarakan kehidupan seksualku di depan orang lain.

    “Tetapi kenapa Bu.. Ibu kan sudah punya segalanya.. Mobil ada.. Rumah juga sudah ada.. Apa lagi” Timpalnya seolah-olah ikut prihatin.

    “Yach.. Itu lah Pak.. Dari materi memang kami tidak kekurangan, tetapi dalam hal yang lain mungkin kehidupan Yu Sarni lebih bahagia”

    “Mm maksud ibu..” tanyanya terheran-heran.

    “Itu lho Pak.. Pak Fredy kan tahu kalau saya selalu kerja sampai malam sedangkan Bang Ikhsan juga sering tugas ke luar kota jadi kami jarang bisa berkumpul setiap hari. Sekarang aja Bang Ikhsan sedang tugas ke Jakarta sudah seminggu dan rencananya baru empat hari lagi baru kembali ke Padang”

    “Yachh.. Memang itulah rahasia kehidupan Bu.. Kami yang orang kecil seperti ini selalu kesusahan mikir apa yang hendak dimakan besok pagi.. Sedangkan keluarga ibu yang tidak kekurangan materi malah bingung tidak dapat kumpul”

    Matanya sempat melirikku yang saat itu mengenakan pakaian baby doll. Kulihat jakunnya naik turun melihat kemolekan tubuhku. Mungkin karena hujan yang semakin deras dan aku yang jarang dijamah suamiku membuat gairah nakalku bangkit.

    Aku sengaja mengubah posisi dudukku sehingga pahaku yang mulus sedikit kelihatan. Hal ini membuat duduknya semakin gelisah, matanya berkali-kali mencuri pandang ke arah pahaku yang memang sengaja kubuka sedikit.

    “Sebentar Pak saya ambil minuman dulu” kataku sambil bangkit dan berjalan masuk.

    Aku sadar bahwa pakaian yang kukenakan saat itu agak tipis sehingga bila aku berjalan ke tempat terang tubuhku akan membayang di balik gaun tipisku.

    “Oh ya Pak Fredy masuk saja ke dalam soalnya hujan kan di luar dingin..”

    “I.. Iya Bu..” jawab Pak Fredy agak tergagap karena lamunannya terputus oleh undanganku tadi. Jakunnya semakin naik turun dengan cepat. Aku tahu ia tentu sudah lama tidak menyentuh istrinya sejak melahirkan bulan kemarin, karena usia kelahiran bayinya belum genap 40 hari.

    Suasana sepi di rumahku ditambah dengan dinginnya malam membuat gairahku bergejolak menuntut penuntasan. Apa boleh buat aku harus mampu menundukannya. Pak Fredy sangat terangsang melihat penampilanku yang sangat segar habis mandi tadi. Akhirnya mungkin karena tidak tahan atau karena udara dingin ia minta ijin untuk ke kamar kecil.

    “Eh.. Anu Bu.. Boleh minta ijin ke kamar kecil Bu”

    “Silahkan Pak.. Pakai yang di dalam saja”

    “Ah.. Enggak Bu saya enggak berani”

    “Enggak apa-apa.. Itu Pak Fredy masuk aja nanti dekat ruang tengah itu”

    “Baik Bu..”

    Sambil berdiri ia membetulkan celana seragam dinasnya yang ketat. Aku melihat ada tonjolan besar yang mengganjal di sela-sela pahanya. Aku membayangkan mungkin isinya sebesar tongkat pentungan yang selalu dibawa-bawanya saat berjaga.. Atau bahkan mungkin lebih besar lagi.

    Agak ragu-ragu ia melangkah masuk hingga aku berjalan di depannya sebagai pemandu jalan. Akhirnya kutunjukkan kamar kecil yang bisa dipakainya. Begitu ia masuk aku pun pergi ke dapur untuk mencari makanan kecil, sementara di luar hujan semakin lebat diiringi petir yang menyambar-nyambar.

    Aku terkejut saat aku keluar dari dapur tiba-tiba ada tangan kekar yang memelukku dari belakang. Toples kue hampir saja terlepas dari tanganku karena kaget. Rupanya aku salah menduga. Pak Fredy yang kukira tidak mempunyai keberanian ternyata tanpa kumulai sudah mendahului dengan cara mendekapku. Napasnya yang keras menyapu-nyapu kudukku hingga membuatku merinding.

    “Ma.. Maaf Bu, sa.. Saya sudah tidak tahan..” desisnya diiringi dengus napasnya yang menderu.

    Lidahnya menjilat-jilat tengkukku hingga aku menggeliat sementara tangannya yang kukuh secara menyilang mendekap kedua dadaku. Untuk menjaga wibawaku aku pura-pura marah.

    “Pak Fredy.. Apa-apaan ini..” suaraku agak kukeraskan sementara tanganku mencoba menahan laju tangan Pak Fredy yang semakin liar meremas payudaraku dari luar gaunku.

    “Ma.. Af Bu sa.. Saya.. Sudah tidak tahan lagi..” diulanginya ucapanya yang tadi tetapi tangannya semakin liar bergerak meremas dan kedua ujung ibu jarinya memutar-mutar kedua puting payudaraku dari luar gaun tipisku.

    Perlawananku semakin melemah karena terkalahkan oleh desakan nafsuku yang menuntut pemenuhan. Apalagi tonjolan di balik celana Pak Fredy yang keras menekan kuat di belahan kedua belah buah pantatku. Hal ini semakin membuat nafsuku terbangkit ditambah dinginnya malam dan derasnya hujan di luar sana. Suasana sangat mendukung bagi setan untuk menggoda dan menggelitik nafsuku

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Awal Aku Tidak Ingin Tapi Merelakan Diperkosa – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sex Awal Aku Tidak Ingin Tapi Merelakan Diperkosa – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1512 views

    Perawanku – Aqu adalah wanita berumur 25 tahun, sekarang aqu tinggal sendirian di rumahku yg terletak di salah satu komplek yg disebut sebagian orang sebagai komplek orang berduit di wilayah Jakarta. Aqu adalah janda tanpa anak, suamiku telah meninggal enam bulan yg lalu karena kecelakaan.Saat itu usia perkawinan kami baru menginjak tahun kedua. Rumah yg kutempati ini adalah hadiah perkawinan untukku, suamiku membeli rumah ini atas namaqu. “Sebagai bukti ketulusan saygku padamu” katanya.

    Rumah-rumah di komplekku terbilang saling berjauhan karena masing-masing rumah memiliki pekarangan yg luas. Hidup di Jakarta menyebabkan aqu juga tak begitu mengenal tetanggaqu. Kami masing-masing memiliki kehidupan sendiri-sendiri. Sering aqu merasa kesepian tinggal sendiri di rumah ini, tapi aqu tak mau menggunakan jasa pramuwisma, aqu ingin mengerjakan pekerjaan rumahku sendiri. Alasanku pada mama sih biar aqu ada kesibukan di rumah, rasanya lebih enjoy kalau semua dikerjakan sendiri. Malam itu aqu pulang agak larut karena baru pulang dari acara ulang tahun kawanku. Setelah mengunci pintu depan aqu mencari-cari kontak lampu karena suasana rumahku masih gelap. Aqu berangkat dari tadi siang untuk bantu-bantu di acara ulang tahun tersebut. Begitu lampu menyala, aqu langsung menuju kamarku untuk mengganti baju yg kotor. Aqu melepaskan seluruh pakaianku lalu menyimpan baju kotorku di keranjang yg memang kusediakan di kamar untuk pakaian kotor. Sungguh aqu sekarang telanjang bulat. Aqu merasa sendiri di rumahku sehingga aqu merasa bebas walaupun ke ruang tengah atau ke dapur dalam keadaan telanjang.

    Aqu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Selesai mandi rasanya tubuhku terasa segar. Kemudian duduk santai menonton TV di ruang tengah sembari minum susu hangat. Aqu hanya melilitkan handuk pada tubuhku, sembari mengeringkan rambutku dgn kipas angin aqu buka channel TV sana-sini. Acaranya tak ada yg menarik hatiku. Iseng-iseng aqu menonton film BF koleksi suamiku. Aqu pernah protes padanya karena dia menonton film begituan. Dia hanya tersenyum dan mengatakan bahwa dia mencari style bercinta untukku. Di film itu pria bule sedang mencumbu seorang wanita asia yg kelihatannya begitu menikmati cumbuan dari pri bule. Aqu sedikit terangsang melihat adegan itu, seandainya suamiku masih ada.

    Aqu melepaskan handuk yg melilit tubuhku, lalu mengelus-elus buah dadaqu sendiri dgn lembut. Buah dadaqu memang tak begitu besar, tapi suamiku selalu memujiku dgn sebutan montok. Untuk urusan mengurus tubuh, aqu memang agak telaten. Karena bagiku kecantikan wanita dan kemulusan tubuh itu adalah harga mati. Aqu tak menyadari sama sekali kalau ada sepasang mata yg memperhatikan kegiatanku Kuelus-elus buah dadaqu dgn lembut hingga terus terang menimbulkan rangsangan tersendiri bagiku. Libidoku tiba-tiba datang dan hasratku jadi memuncak, rasanya aqu ingin berlama-lama, mataqupun tak terasa mulai sayu merem melek merasakan rangsangan.

    Kali ini bukan lagi belaian yg kulaqukan, tapi aqu sudah mulai melaqukan remasan ke buah dadaqu. Kupilin-pilin puting susuku dgn menggunakan ibu jari dan jari telunjukku. Nikmat sekali rasanya. Tanganku perlahan-lahan turun mengelus-elus selangkanganku. Saat jari-jariku mengenai bibir-bibir kemaluanqu, aqu pun merasakan darah yg mengalir di tubuhku seakan mengalir lebih cepat daripada biasanya.

    Aqu terangsang sekali, lubang kemaluanqu sudah dibanjiri oleh lendir yg keluar membasahi bibir kemaluanqu. Lalu jari-jariku kuarahkan ke klitorisku. Kutempelkan dan kugesek-gesek klitorisku dgn jariku sendiri hingga aqu pun tak kuasa membendung gejolak dan hasratku yg semakin menggebu. Tubuhku melengkung merasakan kenikmatan, kukangkangkan pahaqu semakin lebar. Jari tengah dan telunjuk tangan kiriku kupakai untuk menyibak bibir kemaluanqu sembari menggesek-geseknya. Sementara jari tengah dan telunjuk tangan kananku aktif menggosok-gosok klitorisku.

    Kualihkan jari tangan kananku ke arah lipatan kemaluanqu. Ujung jariku mengarah ke pintu masuk lubang kenikmatanku, kusorongkan sedikit masuk ke dalam. Lubang kemaluanqu sudah benar-benar basah oleh lendir yg licin hingga dgn mudahnya menyeruak masuk ke dalam lubang kemaluanqu. Kini jari tangan kiriku sudah tak perlu lagi menyingkap bibir kemaluanku lagi hingga kualihkan tugasnya untuk menggesek-gesek klitorisku. Kukocokkan jari tangan kananku keluar masuk lubang kemaluanqu. Jari-jariku menyentuh dan menggesek-gesek dinding kemaluanqu bagian dalam, ujung-ujung jariku menyentuh G-spot, punggung dan kepalaqu jadi tersandar kuat pada sofa di ruang tengah, seakan-akan tubuhku melayg-layg dgn kenikmatan tiada tara.

    Aqu sudah benar-banar mencapai puncaknya untuk menuju klimaks saat ada sesuatu yg rasanya akan meledak keluar dari dalam rahimku, ini pertanda aqu akan segera mencapai orgasme. Gesekan jari tangan kiri di klitorisku makin kupercepat lagi, demikian pula kocokan jari tangan kanan dalam kemaluanqu pun makin kupercepat pula. Untuk menyongsong orgasmeku yg segera tiba, kurasakan kedutan bibir kemaluanqu yg tiba-tiba mengencang menjepit jari-jariku yg masih berada di dalam lubang senggamaqu.
    Bersamaan dgn itu aqu merasakan sesekali ada semburan dari dalam yg keluar membasahi dinding kemaluanqu. Aqu serasa sedang kencing namun yg mengalir keluar lebih kental berlendir, itulah cairan maniku yg mengalir deras.

    “AHH……..” aqu terpekik, lalu tubuhku bergetar hebat. Setelah beberapa detik baru terasa tubuhku seperti lemas sekali. Mataqu terpejam sembari menikmati rasa indah yg menjalar di sekujur tubuhku, tiba-tiba tersa ada benda dingin menempel di leherku. Mataqu sedikit terbuka, lalu…..
    ” Diam atau lehermu akan terluka.” Suara seorang laki-laki terdengar mengejutkanku. Jantungku rasanya hampir berhenti menyadari ada pria yg menempelkan pisau ke leherku, dan aqu dalam keadaan telanjang……..

    Aqu terdiam tak berdaya ketika dia berusaha mengikat tanganku. Aqu taqut kalau dia merasa terancam, maka dia akan membunuhku. Matanya jelalatan melihat tubuhku yg tak tertutup sehelai kain. Terbersit penyesalan dalam hatiku, kenapa aqu sangat gegabah. Bagaimana dia masuk ke dalam rumah ini, dan apa yg akan mereka laqukan. Segala macam perasaan dalam diriku saat itu.
    “He.. he.. he… cantik, ijinkan aqu untuk membantumu menyelesaikan hasrat terpendam dalam dirimu.” Lelaki itu duduk disampingku.
    “Nah cantik…. Sekarang Abang akan memuaskanmu.” Laki-laki yg memanggil dirinya Abang kemudian dgn kalemnya dia raih tangan dan pinggangku untuk memelukku. Antara taqut dan marah, aqu masih berontak dan berusaha melawan. Kutendangkan kakiku ke tubuhnya sekenanya, namun.. Ya ampuunn.. Dia sangat tangguh dan kuat bagiku.

    Lelaki itu berpostur tinggi pula dan mengimbangi tinggiku, dan usianya yg aqu rasa tak jauh beda dgn usia suamiku disertai dgn otot-otot lengannya yg nampak gempal saat menahan tubuhku yg terus berontak.
    Dia lalu menyeretku menuju ke kamar tidurku. Aqu setengah dibantingkannya ke ranjang. Dan aqu benar-benar terbanting. Dia ikat tanganku ke backdrop ranjang itu. Aqu meraung, menangis dan berteriak sejadi-jadinya, tapi hanya terdengar gumaman dari mulutku karena mereka membekap mulutku. hingga akhirnya, sehingga aqu menyadari tak ada gunanya lagi berontak maupun berteriak. Sesudah itu dia tarik tungkai kakiku mengarah ke dirinya. Dia nampak berusaha menenangkan aqu, dgn cara menekan mentalku, seakan meniupi telingaqu. Dia berbisik dalam desahnya,

    “Ayolah cantik, jangan lagi memberontak. Percuma khan, jarak antar rumah di komplek ini cukup berjauhan. Lagian kalaupun ada yg tahu mereka tak akan berani menggangu”.

    Aqu berpikir cepat menyadari kata-katanya itu dan menjadi sangat khawatir. Laki-laki ini seakan-akan sengaja memperhitungkan keadaan. Kemudian dgn tersenyum dia benamkan wajahnya ke ketiakku. Dia menciumi, mengecup dan menjilati lembah-lembah ketiakku. Dari sebelah kanan kemudian pindah ke kiri. Menimbulkan rasa geli sekaligus membangkitkan gairah. Tangan-tangannya menjamah dan menelusup kemudian mengelusi pinggulku, punggungku, dadaqu. Tangannya juga meremas-remas susuku. Dgn jari-jarinya dia memilin puting-puting susuku. Disini dia melaqukannya mulai dgn lembut dan demikian penuh perasaan. Bajingan! Dia pikir bisa menundukkan aqu dgn caranya yg demikian itu. Aqu terus berontak dalam geliat.. Namun aqu bagaikan mangsa yg siap diterkam.

    Aqu sesenggukan melampiaskan tangisku dalam sepi. Tak ada suara dari mulutku yg tersumpal. Yg ada hanya air mataqu yg meleleh deras. Aqu memandang ke-langit-langit kamar. Aqu merasa sakit atas ketak adilan yg sedang kulakoni. Kini lelaki itu menatapku. Aqu menghindari tatapan matanya. Dia menciumi pipiku dan menjilat air mataqu,

    “Kamu cantik banget….. ” dia berusaha menenangkanku.

    Dia juga menciumi tepian bibirku yg tersumpal. Tangannya meraba pahaqu dan mulai meraba-raba kulitku yg sangat halus karena tak pernah kulewatkan merawatnya. Lelaki ini tahu kehalusan kulitku.
    Dia merabanya dgn pelan dan mengelusinya semakin lembut. Betapa aqu dilanda perasaan malu yg amat sangat. Hanya suamiku yg melihat auratku selama ini, tiba-tiba ada seorang lelaki asing yg demikian saja merabaiku dan menyingkap segala kerahasiaanku.
    Aqu merasakan betisku, pahaqu kemudian gumpalan bokongku dirambati tangan-tangannya.
    Pemberontakanku sia-sia. Wajahnya semakin turun mendekat hingga kurasakan nafasnya yg meniupkan angin ke selangkanganku. Lelaki itu mulai menenggelamkan wajahnya ke selangkanganku.

    ” Ah…..” Bukan main. Belum pernah ada seorangpun berbuat macam ini padaqu. Juga tak begini suamiku selama ini. Aqu tak kuasa menolak semua ini. Segala berontakku kandas. Kemudian aqu merasakan lidahnya menyapu pori-pori selangkanganku.

    Lidah itu sangat pelan menyapu dan sangat lembut. Darahku berdesir. Duniaqu seakan-akan berputar dan aqu tergiring pada tepian samudra yg sangat mungkin akan menelan dan menenggelamkan aqu. Aqu mungkin sedang terseret dalam sebuah arus yg sangat tak mampu kulawan. Aqu merasakan lidah-lidah lelaki ini seakan menjadi seribu lidah. Seribu lidah lelaki ini menjalari semua bagian-bagian rahasiaqu. Seribu lidah lelaki inilah yg menyeretku ke tepian samudra kemudian menyeret aqu untuk tertelan dan tenggelam. Aqu tak bisa pungkiri.

    Aqu sedang jatuh dalam lembah nikmat yg sangat dalam.. Aqu sedang terseret dan tenggelam dalam samudra nafsu birahiku. Aqu sedang tertelan oleh gelombang nikmat syahwatku yg telah enam bulan tak terlampiaskan semenjak sua miku meninggal.
    Dan saat kombinasi lidah yg menjilati selangkanganku dan sesekali dan jari-jari tangannya yg mengelusi paha di wilayah puncak-puncaknya rahasiaqu, aqu semakin tak mampu menyembunyikan rasa nikmatku. Isak tangisku terdiam, berganti dgn desahan dari balik kain yg menyumpal mulutku. Dan saat kombinasi olahan bibir dan lidah dipadukan dgn bukan lagi sentuhan namun remasan pada kemaluanku, desahanku berganti dgn rintihan yg penuh derita nikmat birahi.
    Laki-laki itu tiba-tiba mrenggut sumpal mulutku.Dia begitu yakin bahwa aqu telah tertelan dalam syahwatku.

    “Ayolah, sayg.. mendesahlah.. merintihlah.. Puaskan aqu…..”

    Aqu mendesah dan merintih sangat histeris. Kulepaskan dgn liar derita nikmat yg melandaqu. Aqu kembali menangis dan mengucurkan air mata. Aqu kembali berteriak histeris. Namun kini aqu menangis, mengucurkan air mata dan berteriak histeris beserta gelinjang syahwatku. Aqu meronta menjemput nikmat. Aqu menggoyg-goygkan pinggul dan bokongku dalam irama nafsu birahi yg menerjangku.
    Aqu tak mampu mengendalikan diriku lagi. Aqu bergoncang-goncang mengangkat bokongku untuk mendorong dan menjemputi bibirnya karena kegatalan yg amat sangat pada kemaluanku dilanda nafsu birahi. Dan kurasakan betapa kecupan dan gigitan lidah lelaki ini membuatku seakan-akan menggigil dan gemetar lupa diri.

    “Masukin… bang.. auh… aqu gak tahan…..” aqu mendesah tak karuan. Akhirnya karena tak mampu aqu menahannya lagi aqu merintih.
    Rintihan itu membuat lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajahku hingga bisa kuraih bibirnya. Aqu raqus menyedotinya. Aqu berpagut dgn pemerkosaqu. Aqu melumat mulutnya. Aqu benar-benar dikejar badai birahiku. Aqu benar-benar dilanda gelombang syahwatku.
    Aqu betul-betul tak sabar menunggu dia melepas pakaiannya. Aqu masih berkelojotan diranjang. Dan kini aqu benar-benar menunggu lelaki itu memasukkan kemaluannya ke kemaluanku pula. Aqu benar-benar berharap karena sudah tak tahan merasakan badai birahiku yg demikian melanda seluruh organ-organ peka birahi di tubuhku. Tiba-tiba aqu merasakan sesuatu yg sama sekali diluar dugaanku. Aqu sama sekali tak menduga, karena memang aqu tak pernah punya dugaan sebelumnya. Kemaluan lelaki ini demikian gedenya.

    Rasanya ingin tanganku meraihnya, namun belum lepas dari ikatan dasi di backdrop ranjang ini. Yg akhirnya kulaqukan adalah sedikit mengangkat kepalaqu dan berusaha melihat kemaluan itu. Ampuunn.. Sungguh mengerikan. Rasanya ada pisang ambon gede dan panjang yg sedang dipaksakan untuk menembusi kemaluanku. Aqu menjerit tertahan. Tak lagi aqu sempat memandangnya.

    Lelaki ini sudah langsung menerkam kembali bibirku. Dia kini berusaha menjulurkan lidahnya di rongga mulutku sembari menekankan kemaluannya untuk menguak bibir kemaluanqu. Kini aqu dihadapkan kenyataan betapa besar kemaluan di gerbang kemaluanku saat ini. Aqu sendiri sudah demikian dilanda birahi dan tanpa malu lagi mencoba merangsekkan lubang kemaluanku.Cairan-cairan kewanitaanku membantu kemaluan itu memasuki kemaluanku.

    “Blesek……..Blesek………. Ohh…… Kenapa sangat nikmat begini…….. Oh aqu sangat merindukan kenikmatan ini…..” Aqu semakin meracau.

    Sensasi cengkeraman kemaluanku pada bulatan keras batang besar kemaluan lelaki ini sungguh menyuguhkan fantasy terbesar dalam seluruh hidupku selama ini. Aqu rasanya terlempar melayg kelangit tujuh. Aqu meliuk-liukkan tubuhku, menggeliat-liat, meracau dan mendesah dan merintih dan mengerang dan.. Aqu bergoncang dan bergoyg tak karuan…. Orgasmeku dgn cepat menghampiri dan menyambarku. Aqu kelenger dalam kenikmatan tak terhingga.. Aqu masih kelenger saat dia mengangkat salah satu tungkai kakiku untuk kemudian dgn semakin dalam dan cepat menggenjoti hingga akhirnya muntah dan memuntahkan cairan panas dalam rongga kemaluanku.

    “Auh………. AHH…… ” aqu menjerit merasakan gelombang-gelombang listrik kenikmatan menjalar di sekujur tubuhku.

    Kami langsung roboh. Hening sesaat. Aneh, aqu tak merasa menyesal, tak merasa khawatir, tak merasa taqut. Ada rasa kelapangan dan kelegaan yg sangat longgar. Aqu merasakan seakan menerima sesuatu yg sangat aqu rindukan selama ini. Apakah aqu memang hipersex atau memang karena lelaki ini memang tangguh dan pandai bercinta. Ah aqu tak mau berfikir lagi.. Aqupun tertidur kelelahan.

    Besok pagi aqu terbangun dgn tubuh sedikit pegal-pegal. Tak ada tanda-tanda dia masih ada di rumah. Dan kuperiksa tak ada barang yg hilang. Apakah dia memang datang untuk memperkosaqu?…. kadang-kadang aqu masih inigin melaqukan hal yg sama. Aqu merindukan kemaluannya yg telah membuatku mencapai kenikmatan tertinggi dalam bercinta.

  • PERBAIKI KOMPOR AKU DAPAT NGENTOD

    PERBAIKI KOMPOR AKU DAPAT NGENTOD


    815 views

    Cerita Sex ini berjudulPERBAIKI KOMPOR AKU DAPAT NGENTODCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Kejadian yang aku ceritakan ini merupakan kisah nyata yang aku alami beberapa bulan yang lalu tepatnya bulan Desember 2001. Aku sendiri seorang pria yang sudah beristri dan isteriku bekerja di salah satu kantor pemerintah di kotaku, serta sudah mempunyai dua anak berumur 10 tahun dan 7 tahun semuanya cewek.

    Dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan memang dirasakan sangat memberatkan bagi kelompok masyarakat kelas menengah kebawah, begitu juga yang menimpa masyarakat di perumahan Mr tempat aku tinggal. Sehingga ibuibu rumah tangga harus pandai benar untuk mengelola/mengatur pembelanjaan uangnya agar bisa mencukupi kebutuhan hidup sehariharinya selama satu bulan.

    Salah satu bentuk efisiensi yang dilakukan isteriku yaitu yang biasanya setiap harinya memakai kompor elpiji, maka untuk lebih menghemat akhirnya membeli kompor dengan bahan bakar minyak tanah. Dan kompor minyak tanah itu merupakan temuan baru dari salah satu mahasiswa tehnik PTN di Surabaya yang sudah dipatenkan.

    Pada suatu hari di bulan Desember, Distributor kompor yang aku ceritakan tadi mengirim salah satu karyawannya untuk mengantar barang yang aku pesan serta melakukan demo caracara pemasangan dan operasional kompor tersebut. Saat dilakukan demo, salah satu tetanggaku yang kebetulan kontrak rumah di depanku, janda berusia 40 tahun dengan dua anak yang satu sudah kuliah dan satunya masih SMA, ikut nimbrung untuk melihat demo kompor. Biasanya aku memanggil dia dengan sebutan Tacik, karena memang dia warga keturunan.

    Acara demomendemo kompor selesai dan akhirnya Tacik ikut memesan satu kompor untuk keperluan rumah tangganya, kejadian demo kompor sudah satu minggu berlalu, hingga berlanjut dengan kisahku ini. Daftar Poker

    Pagi itu setelah mengantar isteriku kerja, aku tidak langsung berangkat kekantor, tetapi pulang dulu kerumah, karena ada kerjaan yang harus aku selesaikan di meja komputerku. Setelah pekerjaan selesai, aku dudukduduk di teras minum kopi sambil menikmati sebatang rokok Gudang Garam Surya kesukaanku. Saat enakenaknya aku menikmati sebatang rokok karena pekerjaan kantor udah beres, tibatiba dari depan rumahku terdengar teriakan Tacik.

    Om.. om Hr.. aku minta tolong bisa khan?
    Minta tolong apa dulu, kalau dimintai tolong untuk sarapan pagi sih aku maumau aja Jawabku dengan sedikit becanda.
    Ini lho Om, kompor yang aku beli kemarin nyalanya koq agak merah, nggak seperti punya isteri Om Hr..
    Ohh.. gitu, mungkin sumbunya terlalu panjang waktu memasangnya, coba tak lihatnya dulu kataku sambil beranjak kerumahnya.
    Sampai di rumah Tacik aku langsung dipersilahkan ke dapur untuk mencoba cek nyala kompor dan memang benar nyalanya agak kemerahmerahan.

    Om aku minta tolong dong, dibetulin kompornya mau khan..?, teriaknya agak manja sambil mengucekucek cucian bajunya.
    Beres, asal dikasih imbalan yang enakenak.., godaku, sambil mulai membongkar kompor.
    Achh.. Om Hr ini bisa aja, yang enakenak itu maksudnya apa sih Om..? tanyanya kayak orang bloon.
    Yeach.. semua aja yang special dan kita anggap enak jawabku sambil membuang putung rokok ke bak sampah dapur.

    Sambil mulai bongkarbongkar kompor, aku sempat melirik Tacik yang lagi cuci pakaian, Busyet.. Ckk.. ck.. ckk! rutukku dalam hati.
    Aku merasa seperti terbangun dari mimpi buruk, ternyata sedari tadi tanpa kusadari, Tacik cuma memakai pakaian tidur warna putih yang sangat tipis sekali dan bagian atas cuma memakai tali kecil yang tersampir dipundak, sehingga Bh dan Cd yang dipakainya kelihatan jelas bentuk maupun warnanya.

    Saat aku meliriknya, Tacik lagi berdiri agak nungging membelakangiku untuk membilas cucian bajunya, sehingga pantatnya yang gempal bulat, berisi daging padat dan kenyal itu kelihatan menggoda untuk dibelai dan disentuh..

    Apalagi Cd warna merah jambu yang dipakainya kelihatan tercetak jelas di bongkahan pantat gempalnya dan serasi benar dengan warna putih mulus kulitnya, dan berdirinya agak ngangkang lagi.., pahanya terlihat tegar, kokoh dan bulat berisi bagai bulir padi raksasa.. Entah disegaja atau tidak, yang jelas pantatnya sesekali digoyang kekanan dan kekiri seiring tangannya yang sedang membilas pakaian yang dicucinya.

    Dan sambil melakukan aktivitasnya, sesekali juga Tacik bertanya, Om Hr.. hari ini koq kelihatan fress benar apa semalam mendapat pelayanan yang sangat istimewa dari isteri.. he.. he.. he.., keramas lagi.. hi.. hi.. hi.. kata Tacik sambil ketawa cekikikan.

    Cerita donk.., biar aku juga ikut tahu, biar nggak hanya mendugaduga saja.. timpalnya lagi sambil menoleh dan mengedipkan sebelah matanya, kayak Jaja Miharja dalam Kuis Dangdut di TPI.

    Ah Tacik koq mau tahu aja, kalau aku ceritain, nanti Tacik jadi grenk terus gimana.. hayoo.. apa nggak malah berabe, coba dipikir.. heh.. he.. he.. jawabku setengah menggoda sambil memancing reaksinya.

    Dan ternyata, rasa ingin tahunya semakin menjadijadi, terbukti dia menghentikan aktivitasnya dan sambil memercikkan air dari kesepuluh jarinya berkata Sesekali boleh khan, tahu rahasia tetangga kita.. heh.. he.. he.. katanya sambil menoleh kearahku sehingga buah dadanya yang ranum dan berukuran 39 c itu kelihatan menggelantung berat seakanakan melambai untuk minta dibelai dan dihisap habis putingputingnya.

    Bolehboleh aja asal kalau nanti agak berbau porno.. nggak nyalahin kita, apalagi menuntut kenapa semalam koq nggak diajak ikut nimbrung.. heh.. he.. he.. kataku mulai berani terangterangan sambil melempar batang korek ke arah dadanya, dan tepat mengenai tengah belahan buah dadanya.

    Edian tenan.. Om.. tembakan korekmu tepat sasaran, pas di tengahtengah susuku yang montok, aku jadi geli.. hi.. hi.. hi.. Katanya sambil merogoh batang korek yang masuk kebelahan buah dadanya, sehingga saat merogoh batang korek tersebullah buah dadanya yang putih mulus, mengkal dan ranum itu di hadapanku.

    Walau omongomong kami sudah mulai mengarah halhal yang bersifat rangsangan birahi, namun aku belum berani memulai tindakan fisik, karena aku kuatir kalau semua yang dilakukan Tacik hanya upaya untuk memancing dan atau untuk mengetahui kecerobohan diriku, mengingat Tacik amat dekat sekali dengan isteriku.

    Bahkan aku berpikir Janganjangan ulah Tacik memancingmancing reaksi birahiku itu, semua dilakukan atas suruhan atau permintaan isteriku . Kataku dalam hati.

    Sambil memasang sumbusumbu kompor yang sudah dapat separo, aku terus ngomongngomong halhal yang agak lebih hot lagi, dan kelihatan Tacik sudah mulai terpengaruh atas semua obrolan birahi, terbukti sesekali dia sering membetulkan letak BH yang membungkus buah dadanya yang super besar itu.

    Saat aku pandang, ternyata kerjaan cuciannya sudah selesai, sambil menyambar handuk putihnya dia berucap Om.. aku mandi dulu ya, awas jangan ngintip lho..? ujarnya sambil melenggaklenggokkan patatnya yang besar dan gempal itu sebelum masuk kekamar mandi.

    Saat masuk kamar mandi, ternyata pintunya tidak dikunci, namun aku tidak ambil pusing walau pintu kamar mandinya tidak dikunci. Karena aku masih beranggapan kalau tindakan yang dilakukan Tacik dalam percakapan yang sudah mengarah halhal bersifat birahi tadi merupakan usaha Tacik untuk mencoba ngetest atas kesetiaanku terhadap isteri.

    Oleh karena itu, meskipun penisku terasa besar membengkak dan panas berdenyutdenyut, karena terpengaruh atas percakapanku dengan Tacik yang sangat membangkitkan birahiku, aku tetap mencoba untuk mengalihkan pikiran tersebut dengan menyelesaikan pembenahan sumbusumbu kompor yang diminta Tacik barusan.

    Namun saat aku mulai bisa mengusir pikiran jorokku untuk bisa membelai, mengelus dan meraba inci demi inci atas tubuh putih mulus Tacik yang sedang mandi tersebut, tibatiba dari kamar mandi terdengar panggilan agak halus dari Tacik, Om.. sorry ya, tadi aku lupa kalau sabun mandiku udah habis, tolong ambilkan sabun mandi dibungkusan belanjaan yang aku taruh diatas meja barusan ya..? Pintanya dengan suara yang agak manja.

    Diambil sendiri chan bisa sih Cik, tanganku belepotan minyak tanah nich.. Jawabku sambil melihat kearah meja yang dimaksud dan memang benar diatas meja dapur terdapat bungkusan belanjaan yang terbungkus tas kresek hitam. Daftar Poker

    Tolong dong Om.. aku udah telanjur telanjang bulat nich.. malu khan kalau keluar dalam keadaan bugil..? Pintanya lagi dengan suara yang lebih manja.

    Sesaat, mendengar suaranya yang manja itu, aku jadi lupa atas anggapanku kalau Tacik lagi melaksanakan tugas reserse dari isteriku.

    Maka seketika, pikiran jorokku terhadap Tacik menjadi bangkit dan menggelora bagai air bah yang datang dengan tibatiba. Kemudian aku bangkit berdiri untuk cuci tangan, dan melangkah kemeja dapur untuk mengambil bungkusan belanja yang berisi sabun mandi tersebut.
    Oke.. oke.. tak ambilin dech.., Kataku agak parau, membayangkan ketelanjangan Tacik yang punya body aduhai dan semlohai itu.

    Setelah kudapat sabun mandi yang diminta, aku langsung menuju kamar mandi, dan ternyata benar pintunya tidak dikunci, sedikit terbuka, dan dari dalam kamar mandi terdengar teriakan kecil Tacik Cepat dikit donk Om.., kelamaan telanjang bisabisa masuk angin nich… katanya sangat manja dan begitu menggoda nafsu birahiku

    Begitu sampai di pintu kamar mandi, aku kuakkan sedikit pintunya dan memang benar apa yang dikatakan bahwa Tacik benerbener dalam keadaan telanjang bulat berdiri agak mengangkang, sehingga dari celah belahan bongkahan pantatnya yang gempal kelihatan memeknya yang merah tebal berbulu menyembul agak malumalu dalam posisi membelakangiku sedang tangannya dijulurkan untuk menerima uluran tanganku yang mau memberikan sabun mandi yang diminta.

    Sesaat melihat tubuh telanjang Tacik pikiranku sebagai seorang lakilaki jadi bergemuruh, meledakledak dan nafsu birahiku bangkit begitu menggelora dan penisku semakin terasa panas, merontaronta dan denyutannya semakin terasa mendetakdetak kayak detak jarum jam layaknya, saking tidak kuatnya menahan gelora nafsu birahiku, rasanya aku seakan ingin langsung menerkam dan menelan bulatbulat tubuh telanjang yang ada dihadapanku itu.

    Namun sebagai seorang intelek, aku langsung berpikir, bahwa apa yang dilakukan Tacik dengan telanjang membelakangiku berarti bukan merupakan perasaan malu yang dia tunjukkan karena berhadapan denganku, karena apabila dia malu karena terlihat telanjang olehku,

    tentunya pintu tetap ditutup atau dibuka sedikit dan tanganya bisa dijulurkan keluar untuk menerima sabun, akan tetapi dengan tindakan yang dia lakukan aku mengira bahwa yang diperbuat Tacik merupakan faktor kesengajaan yang memang ingin menggugah kelelakianku agar aku terangsang hebat dan bergairah sehingga aku tidak tahan untuk bertindak brutal menyetubuhinya.

    Berdasarkan pemikiran itu, maka secepat kilat celana pendek yang aku kenakan aku buka, maka tersembullah penisku yang sudah membengkak besar dan berdenyutdenyut, lalu aku sorongkan penisku kejuluran tangan Tacik, sambil berkata Cik sabunnya nich… Dan juluran tangan Tacik menggapainggapai untuk meraih sabun yang dimaksud, karena jorongan penisku lebih rendah maka tangan dan jemari Tacik aku bimbing untuk memegangnya.

    Dan Tacik kelihatan agak terperanjat malu karena sabun yang seharusnya digenggamnya dingin tetapi terasa panas berdenyutdenyut, sesaat dia menoleh untuk melihat benda yang dipegangnya, respon yang ditunjukkan demi melihat penisku sudah ada dalam genggamannya seakanakan terkejut Ahh, Om nakal banget sih dan punyamu benerbener luar biasa, besar, keras dan kokoh sekali.. katanya sambil tersenyum melihat keberhasilan upayanya untuk memancing birahiku.

    Kemudian tanpa perasaan sungkan dan malumalu lagi maka kurengkuh dan kubalikkan tubuh telanjang Tacik untuk saling berhadapan dan aku dekap eraterat sambil tidak lupa aku lumat bibirnya yang sensual, dan dengan rakus sekali Tacik membalas lumatan bibirku, Ahh.. sshh.. eehhmm.. omm.. oohh…

    Bibirnya yang merah dan panas terus melumat ganas sambil tak lupa lidahnya dia julurkan masuk kemulutku.. saling menghisap dan memainkan lidah kami masingmasing.. sshh.. mmckk.. sshh mmcckk.., tangan Tacik yang satu menggenggam erat penisku yang semakin keras denyutannya sedang yang lain membelaibelai punggungku.

    Badanku rasanya seperti dialiri listrik yang bertegangan tinggi ketika lidahku dia hisap kayak ular sedang melahap mangsanya dan pelukan tangannya semakin erat saja rasanya seakan kuatir aku terlepas, sehingga buah dadanya yang besar padat itu terasa mengganjal empuk didadaku menambah kenikmatan adegan peluk cium dan hisap menghisap lidah yang sedang berlangsung seru.

    Sesaat setelah adegan melumat dan menghisap lidah bersangsung aku perhatikan ada perubahan dalam tubuh Tacik, mukanya kelihatan lebih memerah dan matanya sayu sekali, dia kelihatan pasrah dan gejolak birahinya seperti sudah tidak tertahankan untuk diperlakukan lebih lanjut.

    Omm.. berbuatlah sesuka hatimu.. aku pasrah.. puaskan aku.. ahh.. sshh.. desahnya sambil menengadahkan mukanya agak keatas Lalu tanpa disuruh lagi aku jilati lehernya yang jenjang itu dengan pelan dan penuh kemesraan, Ahh..sshh aahh .. sshh.. erangnya sambil sedikit menggeliat, dan aku teruskan jilatanjilatan leher itu ke bagian bawah, pada saat jilatan mengenai puting buah dadanya yang besar dan kenyal, Tacik tersentak bagai tersengat listrik.

    ahh.. ooh.. Omm.. terus.. om.. hisap terus Om.. dan putingnya aku permainkan dengan lidahku, bergantian antara aku jilat dan hisap, kadang aku gigit kecil dan akibatnya Tacik menjadi samkin liar antara menggeliat, mendongak dan mengerang..eehhmm.. sshh.. aayyoo.. Omm.. lakukan semaumu.. hhmm.. uueennaak Omm.., erangnya sambil membelaibelai kepalaku disertai remasan tanganya yang agak liar.

    Setelah puas dengan isapan dan gigitan pada puting buah dadanya, lalu aku telusuri bagian tubuhnya inci demi inci kebagian bawah, dan aku berhenti saat jilatan lidahku sampai pada tali pusarnya yang agak berlobang kedalam, dan lidahku aku julurkan untuk mengorekorek lubang tali pusarnya, akibatnya gerakan menggeliat dan meliuk tubuh Tacik semakin menjadijadi.

    Mungkin ini juga merupakan daerah sensitive Tacik, terbukti dia menikmati sambil merem melek matanya, dan akhirnya kakinya sedikit demi sedikit mulai mengangkang akibat kegelian dan rangsangan yang dia rasakan atas jilatanjilatanku.

    Ayo Om.. lebih kebawah lagi.. sshh.. hhmm.. erangnya seperti habis makan sambal yang terlalu pedas rasanya. Aku sengaja tidak menuruti permintaannya, dan aku ingin tahu sejauh mana pertahanan Tacik dalam mengendalikan emosi birahinya, malahan aku kembali berdiri dan mulai menghisap lagi puting buah dadanya. Dan dia mendesahdesah.

    Ahh.. Omm.. aku tak tahan lagi.. setubuhi aku sepuasmu.. oohh.. sshh.. ahh erangnya sambil mendesisdesis seperti ular yang sedang mengincar mangsanya.

    Mendengar erangan dan desisannya aku akhirnya juga jadi tidak tahan lagi, pelanpelan pahanya yang putih mulus itu aku renggangkan dengan sebelah kakiku, pahaku aku gesekgesekkan kememeknya yang tebal empuk dan berbulu lebat, dan ternyata didaerah memeknya sudah terasa licin berlendir, mungkin akibat rangsangan yang aku lakukan membuatnya hampir bobol pertahanannya.

    Saat pahaku aku gesekgesek dimemeknya yang udah basah berlendir itu, reflek yang dia tunjukkan merem melek keenakan, Ohh.. sshh.. uuenak sekali Om.. Erangnya sambil kemudian mendekapku eraterat dan buah dadanya yang besar, padat dan kenyal itu semakin terasa mengganjal empuk didadaku, seakan ingin menambah dan mengobarkan gemuruh birahiku, dan rasanya tubuh kami seakan menyatu yang tak mungkin terpisahkan lagi.

    Penisku sendiri rasanya sudah nggak tahan untuk segera bersarang kememeknya yang sudah licin berlendir itu, tetapi saat ini yang ada dalam pikiranku bagaimana caranya untuk bisa membuat Tacik begitu terkesan untuk menikmati kejadian ini, toh cepat atau lambat tubuh telanjang yang ada didekapanku telah pasrah untuk disetubuhi dengan sepuaspuasnya.

    Maka untuk melaksanakan pemikiranku itu, aku dengan sedikit kesabaranku berusaha untuk membuat Tacik begitu terkesan, dan akhirnya tubuh telanjang Tacik aku angkat keatas bak mandi, dan kelihatannya Tacik udah benerbener pasrah atau mungkin sudah tidak kuasa lagi membendung gejolak birahinya saat kedua kakinya aku buka lebarlebar, sehingga kelihatan mengangkang, dan pada belahan pahanya terpampang memeknya yang menggunduk dan kelihatan merekah seperti bunga matahari yang lagi mekarmekarnya, Daftar Poker

    sedang disekeliling memek ditumbuhi bulubulu rambut yang begitu lebatnya, belahan memeknya telah basah, licin berlendir dan diantara belahan memek terlihat daging sebesar biji kacang berwarna merah mencuat dengan lancipnya, seakan menantangku untuk bertarung mengadu keperkasaan.

    Dan aku mulai membelai pahanya dengan halus dan perlahan mendekati seputar memeknya, dan tubuh Tacik mulai menggeliatgeliat merasakan sentuhan tanganku, setelah aku puas memainkan tanganku disekitar memek, lalu aku mulai menjilati bibir memeknya dengan bibir dan lidahku, akibatnya Tubuh telanjang Tacik tersentak tatkala jilatan lidahku menyentuh klitorisnya.

    sshh.. sshh Om.. sshh uueenak.. sshh .. teruss Oomm.. sshh.. uuhh.. erangnya dengan mata yang membeliak penuh kenikmatan.
    Tenang Cik.. nikmati aja..jawabku sekenanya.
    Sshh.. ayoo.. Oomm.. masukkan kontolmu Omm.. aku udah nggak tahann.. Pintanya sambil mencengkeram kran bak mandi.
    Ssshh.. eehh.. sshh.. oouuhh.. erangnya lagi sambil mengangkangkan kedua pahanya lebarlebar.
    Aaauuhh..
    Ssrrtt.. ssrruup.. srrup.. jilatan lidahku makin dalam menjelajahi dan mengorekngorek ronggarongga memeknya yang membusung tebal penuh bulubulu yang lebat.
    Aauuhh.. aahh..

    Lendirlendir yang keluar dari rongga memeknya semakin banyak mengalir dan terasa asin sekali, apalagi bercampur dengan air ludahku, sehingga seperti busa sabun layaknya.

    Begitu erangan, lenguhan dan gerakan tubuh bugil Tacik semakin liar tak terkendali, maka ritme jilatanku semakin kupercepat dan aku selingi dengan hisapan pada bagian klitorisnya.

    Akibatnya, Aaauuhh.. aauuhh.. oouuhh.. Omm.. sshh.. eehh.. hheekk.. ss.. aahh.. hh sambil mengerang dan melenguh histeris tubuh telanjang Tacik mengejang dan keduanya pahanya menjepit kepalaku dengan keras sedang tangannya mencengkeram dan membenamkan kepalaku dalamdalam kepermukaan memeknya yang sudah bersimbah lendir. Sesaat setelah tubuh telanjangnya tersentak kejang, akhirnya terkulai lemas.

    Sambil turun dari bak mandi Tacik merangkul dan menciumku dengan mesra sambil berkata Omm.. makasih ya, aku udah lama nggak melakukan sex, aku rasanya udah benerbener nggak tahan sejak lihat batang penis Om menyembul tadi, sekarang giliranku untuk memuaskan Om.. pintanya sambil tangannya yang lembut menggenggam batang penisku yang sudah berdenyutdenyut seakan mau meledak rasanya.

    Kemudian tubuh telanjang Tacik jongkok, sambil lidahnya dijulurkan untuk membelai dan menjilati kepala penisku.
    Aauuhh.. Ciikk..?
    Mmck.. ffcckk.. ffcckk..ritme jilatan Tacik semakin dipercepat.
    Ssshh.. oouuhh.. Cikk.., uueenakk..
    Kemudian Tacik dengan lahapnya mengocokkocok batang penisku kedalam mulutnya, dijilat, dihisap dan saat batang penisku dalam rongga mulutnya, lidahnya dengan lincah membelaibelai kepala penisku.
    Ooouuhh.. sshh.. oouuhh.., badanku rasanya ringan melayang dan disetiap jengkal tubuhku seakan ikut merasakan kenikmatan yang aku alami saat ini.
    Dan dalam sekejap, dari dalam tubuhku seakan ada aliran kenikmatan yang mendesakdesak untuk keluar melalui batang penisku, walaupun kucoba untuk menahannya, ternyata aliran kenikmatan yang terpusat melalui batang penisku tak kuasa aku tahan, akhirnya, Aaauuhh.. crreett.. ccrreett.. ccrrtt.., keluarlah cairan putih kental dari batang penisku.
    Hhmm.. mmck.. mmck.. mmcckk.. sshh .

    Cairan sperma yang keluar dari batang penisku ditelan dengan lahapnya oleh Tacik, seakan cairan putih kental itu merupakan sumber air kehidupan baginya, setelah puas menelan cairan kental tadi, bahkan mulut Tacik masih sempat menghisaphisap kepala penisku seakanakan tidak ingin ada yang tersisa, dan sebagian yang tercecer dibatang penisku dijilatinya sampai bersih.

    Uenak Om.. mmck.. mmck .. spermamu rasanya gurih sekali.. katanya sambil berdiri dan memelukku serta menciumku dengan mesra sekali, sedang tangan kanannya masih memegang erat batang penisku yang masih kokoh berdiri walau sudah mengeluarkan sperma.

    Kuakui dalam hal sex, aku memang sangat tangguh, biasanya kalau berhubungan badan dengan isteriku, aku bisa bertahan lama walau isteriku sudah dua kali, bahkan tiga kali mencapai kepuasan. Sedang dalam pandangan Tacik mungkin hal ini dianggap luar biasa, melihat keperkasaan dan kejantananku dalam melayani nafsunya. Selanjutnya dari adegan peluk cium dan jilatanjilatan lidahnya, birahiku yang nyaris mau surut menjadi berkobar lagi, bahkan lebih menggelora.

    Tubuh telanjang Tacik yang memeknya sudah basah berlendir itu, aku bimbing pelanpelan untuk bersandar kedinding kamar mandi, dan kakinya yang sebelah aku angkat sedikit numpang clocet, sambil tetap berciuman batang penis yang masih dalam genggamannya aku sorongkan mendekati gundukan tebal memeknya yang berbulu hitam lebat, lalu kepala penisku aku susupkan kebelahan memeknya, Slleep.. oouuhh.. sstt ..
    Batang penisku akhirnya dengan mudah amblas melesak kebelahan memeknya, karena cairan lendir dalam memeknya begitu banyaknya setelah mencapai klimaknya tadi.

    Aauuhh.. sstt.. teriaknya lagi sambil kedua tangannya menarik pantatku, sehingga batang penisku menjadi melesak semakin dalam memasuki lubang memeknya yang empuk dan berbulu lebat itu.

    Pelanpelan batang penisku mulai memompa keluar masuk memeknya dengan ritme yang slow, sedang tangan Tacik tetap berusaha membantu memegangi pantatku seolaholah takut aktivitas pompa memompa memeknya yang licin basah berlendir itu terhenti.

    Saat aktivitas pompa memompa memek berlangsung, tubuh telanjang tacik mulai menggeliat kekanan dan kekiri merasakan kenikmatan yang sedang dialaminya. Buah dadanya yang besar kenyal, menggelantung dan menempel empuk didadaku saat aku merapatkan dadaku ketubuhnya.

    Aauuhh.. sstt.. oouuhh.. erangnya sambil mencengkeram erat pantatku.
    Ssstt.. oouuhh.. sstt.. oouuhh desisku merasakan kenikmatan.
    Terus Omm.. yeeaahh.. sstt.. oouuhh.. cepat dikit Omm.., pintanya sambil makin erat menariknarik pantatku.
    Ouuhh.. oouuhh.. sstt.. erangku lagi dan denyutan batang penisku makin meledakledak.
    sstt.. eehhmm.. sstt.. eehmm.. Omm, aku mau keluar.. desisnya sambil menggeliat liar dan tanganya mulai terlepas dari pantatku lalu mencengkeram pundakku.
    Cikk.. kita keluarkan bareng ya.. sstt.. Ooouuhh.. sstt.. kataku sambil mempercepat gerakanku.
    Dan desakan yang mau keluar dari batang penisku mulai tidak kuasa lagi aku tahan, akhirnya sambil memacu gerakan memompa memeknya lebih cepat Aaauuhh.., menyemburlah cairan hangatku menyemprot lubang memek Tacik yang berdenyutdenyut itu.

    Ahh.. oomm.. teriaknya sambil mencengkeran dan memelukku eraterat, dari lubang memek Tacik yang juga terasa keluar cairan hangat sehingga batang penisku terasa dipilin dan dikenyotkenyot dari dalam gundukan memeknya yang basah, hangat dan berdenyutdenyut keras
    Makasih Omm.. aku benerbener merasa puas dan tubuhku walaupun lelah tetapi hati dan pikiranku menjadi segar kembali katanya sambil tetap memelukku mesra sekali setelah dua kali mengalami puncak kepuasan.

    Omm..kalau nanti aku kepingin melakukan lagi, maukah kamu memberikan kontolmu yang gede ini untukku..? tanyanya lagi sambil mengenggam mesra batang penisku.

    Okelah bisa diatur.. yang penting kita harus tetap menjaga kerahasiaan hubungan kita ini.. Ok!?! jawabku sambil melumat bibirnya yang kenyal.
    Well, kalau gitu kita mandi bareng yookk.., aku juga segera berangkat kekantor, nanti kalau ada kesempatan lagi bolehlah kita ulang lagi, Ok..? kataku sambil menyiram air kearah tubuh telanjangnya yang mulus. Daftar Poker

    Akhirnya kami berdua mandi bersama sambil bersenda gurau, sambil saling menggosok dan menyabuni tubuh kamu bergantian, setelah selesai mandi aku dibuatkan segelas air susu dan sehabis meminumnya kemudian aku pamit pulang, tak lupa Tacik memberikan ciuman panjang dan hisapan lembut dibibirku.

    Demikianlah temanteman kisah yang aku alami dipenghujung tahun 2001 dan pada kesempatan yang lain aku ceritakan kisahkisah menarik lainnya. Thanks.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Indahnya Bercinta Dengan Pria Pujaan

    Cerita Sex Indahnya Bercinta Dengan Pria Pujaan


    564 views

    Perawanku – Cerita Sex Indahnya Bercinta Dengan Pria Pujaan, Aku berada tepat di depan rumah mas Gio saat ini, tapi aku masih malu untuk masuk ke dalam. Dari dalam mobil aku melihat ada mobil yang terparkir juga di halamannya dan aku yakin kalau itu mobil Via tunangannya, aku menghela nafas panjang. Apa yang harus aku lakukan sekarang, pagi tadi aku menyatakan perasaanku pada mas Gio. Cowok yang bekerja satu kantor denganku.

    Sebenarnya aku sudah mencintainya jauh sebelum dia memutuskan untuk bertunangan dengan gadis yang baru dua bulan menjadi pacarnya. Aku tahu kalau mas Gio memang beda dengan pria lain, yang hanya ingin berhubungan intim dengan pasangannya seperti halnya dalam cerita sex yang saat ini marak terjadi. Baik di dalam ruangan maupun di tempat umum sekalipun.

    Aku Dewi seorang wanita yang sudah cukup matang di usiaku yang menginjak 27 tahun, tapi selama ini aku belum pernah berhubungan dengan seorang pria. Apalagi untuk melakukan adegan layaknya dalam cerita sex, bukan karena tampangku atau gimana tapi karena kesibukanku sebagai wanita karir. Dan selama ini juga aku tertarik pada mas Gio teman satu kantor yang dua tahun lebih tua dariku.

    Sebenarnya mas Gio adalah pria yang merupakan seniorku di perusahaan ini, dan dia pernah juga dekat denganku. Tapi karena sikapku dingin akhirnya diapun menghindariku secara perlahan, dia tidak pernah tahu kalau sebenarnya aku juga mencintainya. Tiba-tiba lamunanku terhenti ketika kaca mobilku ada yang mengetuknya “Dew..mau masuk apa nggak?” Tanya mas Gio dari luar jendela mobil.

    Aku tersentak kaget lalu aku buka jendela mobil “Iya mas.. ini Dewi cuma mo nganter fail yang harus mas Gio kerjakan” Dia menatapku lalu membuka pintu mobilku “Ayo Dewi aku tahu kamu bukan hanya ingin mengantar ini kan..” Dia menarik tanganku, akupun ikut masuk ke dalam rumahnya rupanya mobil tunangannya tadi sudah tidak ada. Mungkin karena itu juga mas Gio tahu aku berada di luar.

    “Mau minum apa Wik..soalnya di rumah sedang tidak ada orang jadi aku yang akan buatkan minuman buat kamu..” Kata mas Gio dengan santainya diapun menuju ke dapurnya, dan aku hanya bisa duduk di ruang tamunya sambil melihat foto keluarga mas Gio di dinding ruangan itu. Dan tidak lama kemudian mas Gio datang dengan membawa minuman dan dia hidangkan didepanku.

    Kamipun mengobrol agak lama mulai dari membahas pekerjaan sampai akhirnya sampai juga di perbincangan mengenai pernyataan isi hatiku padanya tadi pagi “Maaf Dewi..aku benar-benar merasa terkejut mendengar kamu bilang hal itu padaku..” Diapun melanjtkannya kembali “Sebenarnya dari dulu aku sudah menyukaimu tapi aku lihat kamu begitu dingin padaku karena itu…”.

    Sebelum dia melanjutkan kata-katanya aku dengan sigap langsung memeluknya, malah aku berani mendekap erat tubuh mas Gio. Tapi seperti biasa aku tidak mengatakan sesuatu sepatah katapun yang ada hanya menangis dan menangis, sampai-sampai aku sesenggukan hingga mas Gio berkata “Sudah Dewi.. kamu jangan nangis gitu.. ” Dia belai rambutku dengan lembut.

    Hingga akhirnya mas Gio perlahan namun pasti mendaratkan ciumannya pada pipiku, dan aku yang sudah lama memendam hal itu sekejap menutup mataku. Sebagai pri dewasa mas Giopun mengerti kalau aku menginginkan lebih, dengan lembut dia daratkan bibirnya pada bibirku yang sedari tadi mengingnkan hal itu lalu kamipun melumat bibir kami dengan penuh gairah.

    Meskipun belum pernah memiliki cerita sex dengan pria lain akupun tidak diam begitu saja, dengan lihai aku mengulum bibir mas Gio dan aku sendiri yang mendesah saking menikmatinya “UUuuuhhhh….. aaaaaahhhh… eeeeeuuuuuuaaaaccchhhh…..aaaahhhh…aaaaaahhhhh…maaas…aaahhhhhhh…” Tanganku melingkar di leher mas Gio bahkan aku belai lembut rambut dan pundaknya.

    Mungkin karena sudah terangsang dengan sentuhan-sentuhanku mas Gio membopong tubuhku masuk ke kamarnya. Dan anehnya aku diam saja malah aku menantikan hal selanjutnya terjadi  setelah sampai di dalam kamarnya mas Gio menurunkan tubuhku, aku yang masih berdiri dengan sedikit kaku. Kemudian bagian dadaku di sentuh dengan lembut oleh mas Gio dia remas lalu dia pilin dengan lembut.

    Akupun kembali mendesah dan menggelinjang, apalagi ini baru pertama kali aku di senyuh oleh pria. Ketika tangan mas Gio berusaha melepas bajuku akupun membantunya juga sehingga dengan jelas hanya nampak celana dalamku yang berwarna merah maron. Sedangkan yang lain sudah dapat dilepas oleh mas Gio, kini dia menatap tubuh mulusku dan aku menatapnya dengan penuh nafsu.

    Kemudian mas Gio merebahkan tubuhku di atas tempat tidurnya “Dewi.. apa kamu tidak akan menyesal melakukan ini bersamakku?” Mas Gio masih sempat menanyakan hal itu padaku, aku yang sudah di penuhi dengan nafsu menganggukan kepala layaknya anak kecil dan dengan cepat mas Gio melepas celananya seketika juga kontolnya yang besar dan seakan mengacung dia arahkan pada memekku.

    Aku yang baru pertama kali melakukan adegan layaknya cerita sex ini, hanya berusaha melebarkan pahaku. Dan benar saja kontol mas Gio langsung menancap di lubang memekku “Ooouuuhhh… maaas… pelaaaan… saaakiiiit…. aaaaahhhhhhh….uuuuuuuhhhh…” Mas Gio berhenti sejenak lalu dia perlahan mulai menggerakan pantatnya dan saat itu juga aku merasakan kenikmatannya.

    Kini aku tidak lagi meringis kesakitan tapi kenikmatan luar biasa yang aku rasakan “Oooouuhh… aaaaahhhhh…. aaaahhhh… aaaaahhhh… aaaaahhhh…. maaaaass… aaahhhh… aaaaaahhhh..” Nikmatnya setiap gerakan yang dilakukan mas Gio di atas tubuhku bahkan aku hanya menatapnya dari bawah, sambil mengelus punggung serta pinggul mas Gio yang terus bergoyang.

    Mas Giopun mengerang kenikmatan juga “Ooouuhhh.. Dewiiii….. aaaahhhhh…aaaaaahhhh… maaas… gaaak…kuaaat laaagi… saaayaaaanag…. aaaaahhhhhhh… aaahhh” Seketika aku merasakan kalau kontol mas Gio seakan bergerak didalam kemaluanku dan melepaskan sesuatu yang begitu hangat aku rasakan di selangkanganku dan aku lihat gerakan tubuh mas Gio mulai melemah.

    Aku tahu kalau saat itu dia sudah mencapai klimaks, sedangkan aku tidak tahu kapan aku menikmati puncak sebenarnya karena berkali-kali aku merasakan kenikmatan tiada tara “Sayaaang… kamu puas..” Tanya mas Gio sambil memeluk tubuhku “Ya.. maaas… terima kasih..” Jawabku dengan penuh kemesraan bahkan aku kecup bibirnya yang mulai basah dengan tubuhnya.

    Sampai menjelang malam aku berada di rumah mas Gio dan akhirnya pulang setelah ada keluarga mas Gio datang, keesokan harinya aku pergi ke kantor dengan wajah berseri bahkan aku ingin cepat-cepat sampai. Sudah tidak sabar ingin melihat pria pujaanku karena hampir semalaman aku tidak dapat memejamkan mata memikirkan apa yang telah aku lakukan dengan mas Gio, pria yang selama ini menjadi pujaanku.

    Belum sampai di kantor aku sudah di hadapkan pemandangan yang tidak mengenakan didepan kantor. Mas Gio di antar oleh tuangannya malah mereka saling berciuman sebelum akhirnya tunangan mas Gio pergi dengan mobilnya, aku menatapnya penuh cemburu tapi aku sadar kalau dia memang sudah milik wanita lain tapi tetap saja mata ini menangis melihat hal itu, sampai-sampai aku tidak sadar kalau mas Gio melihat ke arahku.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Dewasa Ibu Mertua Yang Selalu Mengajakku Bersetubuh – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Dewasa Ibu Mertua Yang Selalu Mengajakku Bersetubuh – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1170 views

    Perawanku – Menjelang kelahiran anak pertama saya, ayah mertua meninggal. Keluarga besar istri saya sangat terpukul. Terutama ibu mertua dan Rosi. Kedua perempuan ini memang yang paling dekat dengan almarhum. Rumah ini terasa murung berhari-hari lamanya. Tetapi segalanya berangsur pulih setelah selamatan 40 hari dilaksanakan. Semuanya sudah bisa menerima kenyataan, bahwa semua pada akhirnya harus kembali. Apalagi semenjak anak saya lahir, tiga bulan setelah kematian almarhum.

    Rumah ini kembali menemukan kehangatannya. Seisi rumah dipersatukan dalam kegembiraan. Bayi lucu itu menjadi pusat pelampiaskan kasih sayang. Saya juga semakin mencintai istri saya. Tapi dalam urusan tempat tidur tidak ada yang berubah. Seringkali saya tergoda untuk mencari pelampiasan dengan wanita PSK terutama jika teman-teman sekantor mengajak. Namun saya tak pernah bisa. Sekali waktu saya diajak kawan ke sebuah salon esek-esek. Saya pikir tidak ada salahnya untuk sekedar tahu. Salon itu terletak di sebuah kompleks pasar. Kapsternya sekitar 15 orang. Masih muda-muda, cantik, dan seksi dengan celana pendek dan tank top di tubuhnya. Para pengunjung seluruhnya laki-laki, walaupun di papan nama tertulis salon itu melayani pria dan wanita. Autobet88

    Di salon itu para pria minta layanan lulur, dan konon, di dalam ruang lulur itulah percintaan dilakukan. Sungguh aneh, saya tidak birahi. Benak saya dipenuhi pikiran bahwa perempuan-perempuan itu telah dirajam oleh puluhan penis laki-laki. Mungkin ketika seorang pria menyetubuhinya, saat itu masih ada sisa-sisa sperma milik pria-pria lain. Inilah yang membuat saya tak pernah bisa menerima diri saya bersetubuh dengan perempuan PSK. Jadi bukan alasan moral. Saya lebih suka onani sambil membayangkan perempuan-perempuan lain.

    Ketika anak saya berumur tiga bulan, istri saya sudah mulai masuk kerja dan kegiatan luar kota tetap dijalankan seperti biasa. Dia sudah dipromosikan dalam jabatan supervisor. Istri saya tampak senang dengan jabatan barunya, dan makin giat bekerja.

    Tioap kali ke luar kota anak saya diasuh tante-tantenya. Rosi atau Mayang atau kadang-kadang Mak Jah. Hanya jika makan (bubur bayi) saja tante-tantenya tidak sabaran. Mereka tak sanggup menyuapi bayi. Saya sendiri geli melihat bayi makan. Bubur itu sepertinya tidak pernah mau masuk ke dalam perut. Hanya keluar masuk dari bibirnya. Ibu mertua saya yang paling telaten. Kadang-kadang satu mangkuk kecil masih nambah jika ibu yang menyuapi.

    Jika siang saya sering tidur dengan anak saya. Saya senang sekali menatap wajah mungilnya, Saya juga mulai pintar mengganti popok dan memberinya susu. Hanya kalau malam anak saya tidur dengan ibu mertua. Soalnya kalau tidur malam, saya susah bangun. Biar anak menangis keras-keras saya sulit bangun.

    Siang itu, sepulang dari kantor, seperti biasa saya cuci muka dan tangan lalu rebahan di kamar. Badan saya agak meriang. Mungkin saya akan terkena radang tenggorokan. Kerongkongan saya agak sakit buat menelan.
    Ketika ibu hendak menaruh anak saya untuk tidur (kalau siang anak saya biasa tidur dua-tiga kali), dengan terbata-bata saya bilang, “Bu, boleh Nisa tidur sama Ibu?”
    Nisa anak saya terlanjur ditaruh di sebelah saya.
    “Ya boleh tho. Memangnya kenapa?” tanya ibu melepas selendang gendongan.
    “Badan saya agak meriang, saya ingin istirahat,” kata saya.
    “Rosi dan Niken sudah pulang Bu?”
    Ibu tidak menjawab. Punggung tangannya ditempelkan ke dahi saya.
    “Wah, badan kamu panas. Ya sudah Nisa biar tidur di kamar Ibu. Kamu istirahat saja. Ayuk cucu, bobo sama eyang ya?”
    Ibu pelan-pela mengangkat Nisa. Lega rasanya saya. Saya benar-benar ingin istirahat tanpa diganggu tangisan anak.

    Setelah Ibu keluar dari kamar, saya segera tidur mendekap guling. Benar-benar sakit semua badan saya. Kepala juga mulai berat. Saya mencoba mengurangi rasa sakit dengan memijit-mijit dahi dan kening.
    “Nak Andy sudah minum obat?” tanya Ibu di ambang pintu.
    “Belum, Bu. Nggak usah. Nanti saja.”

    Dengan badan seperti ini rasanya saya pengin dikerik. Dulu waktu masih bujang saya sealu minta kerik ibu saya. Jika sudah dikerik badan terasa ringan dan bugar. Tapi mau minta kerik sama ibu mertua sungkan. Dulu memang pernah sih dikerik ibu mertua. Tapi itu karena setelah ibu melihat saya dan istri saya bersitegang soal kerik-mengerik. Istri saya tidak mau mengerik saya. Bukan apa-apa, dia tidak suka cara itu. Katanya itu berakibat buruk bagi tubuh. Istri saya memang doctor minded. Maklum dia dealer obat-obatan, Dia lebih mempercayai dokter dan obat daripada cara-cara penyembuhan tradisional.

    Melihat kami bersitegang ayah mertua saya membela saya, dan menyuruh ibu mengerik saya.
    Kini saya sebenarnya sangat ingin dikerik. Seolah tahu pikiran saya, ibu menawarinya.
    “Mau ibu kerik?”
    “Mm terserah ibu saja,” kata saya.
    Dalam hati saya bersorak. Ibu memanggil Mak Jah minta diambilkan minyak bayi (baby oil) dan ulang logam. Sejurus kemudian Mak Jah datang.
    “Kamu lagi ngapain?” tanya mertua saya.
    “Setrika baju, Bu”
    “Ya sudah..” Ibu duduk di tepi ranjang.
    “Lepaskan bajunya,” kata ibu.

    Saya melepas baju dan celana panjang saya. Saya bungkus bagian bawah tubuh saya dengan kain sarung, lalu tengkurap. Ibu mulai mengerik bagian punggung. Nikmat rasanya. Kadang-kadang saja terasa sakit. Mungkin itu karena di daerah situ ada penyumbatan aliran darah. Entahlah.
    “Merah semua nih Nak Andy,” komentar ibu mertua. Saya hanya bergumam.

    Ibu mertua memang pandai mengerik. Bahkan lebih pandai dibanding ibu saya. Secara keseluruhan tidak menimbulkan rasa pedih. Bahkan seperti dipijat utur. Saya benar-benar rileks dibuatnya, Apalagi kalau ngerik ibu ini sangat sabar. Hampir tiap jengkal badan saya dikerik. Ibu menarik kain sarung, dan sedikit menurunkan CD saya, lalu mengerik bagian pantat. Sudah itu bagian paha. Selesai paha aku diminta membalikkan badan. Dikeriknya dada saya. Yang ini agak berat. Saya banyak gelinya. Alalagi kalau arah kerikan menuju bagian ketiak. Uhh seperti digelitik. Saya berkali-kali merapatkan tangan saya menahan geli. Ibu tersenyum melihatnya. Setelah beberapa saat badan saya mulai beradaptasi. Rasa geli berkurang. Saya mulai membuka mata yang tadi ikut terpicing menahan geli. Saya liat wajah ibu mertua saya.

    Mungkin kalau tua nanti istri saya akan seperti ini ya. Umur ibu sekitar 50 tahun. Masih ada sisa-sisa kecantikan. Bagian wajahnya masih terlihat kencang. Hanya bagian leher dan lengan yang tampak memperlihatkan usianya. Kasihan sebenarnya, usia segitu sudah ditinggal suami.

    Tiba-tiba badan saya tergelinjang. Refleks saya mencengkeram lengan ibu. Rupanya ibu mulai mengerik bagian perut. Ini yang membuat saya geli. Bahkan sangat geli. Bulu kuduk saya ikut berdiri. Ibu terus mengerik perut saya, dan saya terus mencengkeram lengan ibu. Sesekali saya mengangkat bagian perut dan pinggul saya hingga menyentuh tubuh ibu. Gesekan-gesekan itu ternyata mnimbulkan rangsangan pada penis saya. Sedikit demi sedikit penis saya mengembang. Tegang. Gila. Nafsu saya juga muncul perlahan-lahan. Saya bahkan dengan sengaja menempelkan bagian penis saya ke pinggang ibu. Sedikit menekannya dengan berpura-pura geli oleh kerikannya. Padahal tidak. Saya sudah mulai beradap tasi lagi. Tangan saya masih mencengkeram lengan ibu.

    Jantung saya berdebar-debar ketika ibu menurunkan sarung. Di hadapannya tubuh bawah saya terbungkus CD dengan isi yang menegang dengan sempurna. Maksimal. Sesekali saya lihat ibu melirik ke arah penis saya. Diturunkannya bagian atas CD saya. Hanya sedikit. Ahh padahal saya berharap seluruhnya ditanggalkan. Saya rasakan ujung penis saya tersembul keluar. Mustahil ibu tak meihatnya. Saya tatap wajahnya. Wajahnya tak menampakkan reaksi apa-apa. Mungkinkah perempuan ini sudah tawar terhadap seks? Ataukah dia menganggap saya tak lebih dari anaknya sendiri? Apakah dia pernah melihat penis lain selain milik suaminya?

    Kerikan di bagian bawah perut menimbulkan sensasi yang luar biasa. Sesekali secara tak sengaja tangan ibu menyentuh ujung penis saya. Seperti dikocok dengan lembut. Saya telah benar-benar terangsang. Birahi saya membakar kepala saya. Saya beranikan diri mengelus lengan ibu.
    “Ibu makasih sudah mau mengerik badan saya,” kata saya gemetar.
    Ibu cuma tersenyum. Saya tak tahu artinya. Ia terus mengerik. Saya memberanikan diri menurunkan sedikit lagi CD saya, sehingga separuh penis saya keluar.
    “Bagian sini juga kan Bu?” kata saya menunjuk selangkangan.
    “Iya,” suara ibu bergetar.

    Sentuhan tangannya ke arah penis saya makin sering. Makin nikmat rasanya. Saya makin tak tahan. Saya turunkan sedikit lagi CD saya, dan kini terbukalah seluruhnya. Saya rasakan kerikan ibu sudah mulai kacau. Saya tahu ibu mulai terpengaruh oleh pemandangan di depannya. Ya. Mustahil kalau tidak. Bagaimana pu dia perempauan biasa, dan saya laki-laki asing.

    Saya pegang tangan ibu, saya bimbing dengan pelan dan cemas menuju penis saya. Saya taruh tangan itu di sana. Tak ada reaksi. Tangan itu hanya diam. Saya berusaha menggerak-gerakan penis saya. Sekali waktu saya sentakkan.
    “Bu..” saya mendesis dan menggerak-gerakkan pinggul saya.

    Ibu sudah tak konsentrasi lagi di kerikan. Gerakannya sudah bukan lagi gerakan mengerik, tapi lebih menyerupai garukan. Saya usap punggung ibu. Saya telusuri lekuk badannya. Dia mengenakan daster. Saya rasakan tali BH di punggungnya. Saya jadi penasaran seperti apa rupa payudara perempuan 50 tahun. Ibu meremas-remas penis saya, mengocoknya perlahan. Saya buka resluiting dasternya. Saya buka kancing BH-nya. Saya remas kulit punggung. Memang tidak sekenyal istri saya atau Rosi. Tapi putihnya tetap membuat saya makin terangsang. Saya rebahkan tubuh ibu, saya cium pipinya, telinga, leher dan bibirnya. Kami berciuman penuh nnafsu. Saya lepaskan dasternya di bagian atas. Hmm, payudara yang kendur. Tapi apa peduli saya. Saya telah dikuasai oleh nafsu. Saya ciumi payudara itu, saya hisap, saya remas. Ibu menggeliat-geliat dan mengocok penis saya. Saya turukan CD-nya. Ahh seperti apakah rupa memek perempuan 50 tahun? Seperti apakah rasanya?

    Memek itu dibalut rambut yang amat lebat. Sepintas tak ada bedanya dengan milik istri saya. Sama-sama kenyalnya. Perbedaan baru saya ketahu setelah penis saya menyentuh lubang vaginanya. Terasa kendurnya. Tetapi gerakan-gerakan yang dilakukan ibu memberikan efek yang fantastis bagi saya. Saya belum pernah merasakan yang seperti itu. Istri saya seperti telah saya ceritakan, tidak enjoy dengan seks. Tampaknya seks adalah bagian dari kewajiban rumah tangga, sehingga persetubuhan kami pun lebih mirip formalitas. Orgasme yang dia dapatkan tampakya tak pernah mengubah sikapnya terhadap seks.

    Kini di bawah saya, ibu mertua seperti mengajarkan kepada saya, bagaimana seorang perempuan sejati di atas ranjang. Penis saya seperti diputar-putar, diremas-remas oleh memeknya. Luar biasa. Saya lebih banyak diam. Hanya bibir dan tangan saya yang bergerak ke sana-kemari, sedangkan bagian pinggul hanya diam menerima semua perlakukan ibu.
    Ibu merintih-rintih, mengerang, lalu mendekap saya. Gerakannya makin hebat, membuat saya tak tahan lagi. Saya menggenjot pinggul sekuat tenaga, dengan kecepatan penuh. Kedua kaki ibu menekan betis saya, bibirnya mencium dan mengisap leher saya. Lalu diciumnya bibir saya dengan rakus. Hampir digigitnya. Dan srrt srtt srtt sperma saya memancar di dalam vaginanya. Saya tahu ini akan aman bagi rahim ibu. Senyap di dalam kamar. Tubuh saya lemas, tapi pikiran jadi jernih. Ibu bergegas membetulkan letak dasternya, mengenakan CD, dan menghilang dari hadapan saya. Saya tertidur. Malas mau ke kamar mandi.

    Peristiwa itu membuat hubungan saya dengan ibu menjadi kaku. Ibu berusaha menghindari berdua dengan saya. Beliau juga hanya bicara seperlunya. Tampaknya beliau amat terpukul atau malu. Saya sendiri berusaha bersikap wajar. Apa yang telah terjadi antara saya dengan Mbak Maya dan Rosi telah mengajarkan saya bagaimana bersikap wajar setelah terjadinya skandal. Beda dengan ibu dan Mbak Maya yang berubah drastis. Mereka cenderung murung.

  • Cerita Sex Awal Dari Teman Berakhir Dengan Ngentot

    Cerita Sex Awal Dari Teman Berakhir Dengan Ngentot


    835 views

    Perawanku – Cerita Sex Awal Dari Teman Berakhir Dengan Ngentot, Pada mulanya aku tidak begitu tertarik dengan namanya chatting. Tetapi lama kelamaan aku jadi ketagihan. Dan setiap hari aku selalu meluangkan waktu Untuk beberapa saat lamanya sembari mengerjakan tugas harian di kantor. Baik itu melalui MIRC ataupun di YM.

    Dan mulai dari sinilah aku mulai mengenal apa itu dunia cyber. Suatu hari aku chatting dengan menggunakan nickname Jingga yang kebetulan aku suka banget dengan warna purple.

    Hingga sampailah aku di pertemukan dengan cewek yang berumur 17 tahun yang mempunyai nama asli Adinda. Adinda yang masih berstatus pelajar di salah satu SMU negeri di Jakarta dan tinggal di sekitar Jakarta Barat. Dengan paras yang cantik serta bentuk tubuh yang sexy di dukung penampilannya yang selalu mengenakan rok abu-abunya di atas lutut. Menjadikan dirinya patut untuk di kagumi oleh setiap lelaki. Apalagi dengan hem putihnya yang sedikit transparan setiap Adinda berangkat ke sekolah. Begitu menerawang terbentuk segaris Bra 36 warna hitam kesukaannya menjadikan setiap mata yang memandangnya tak akan berkedip sedetikpun.

    Adinda adalah anak tunggal dari keluarga yang cukup terpandang di Jakarta. Kesibukan papanya sebagai seorang pengusaha, menjadikan Adinda selalu merasa kesepian. Demikian juga dengan Mamanya yang selalu sibuk dengan urusan arisan, shopping, senam, salon dan banyak lagi kesibukan yang datang tak pernah habisnya. Karena merasa kesepian setiap pulang dari sekolah ataupun saat libur sekolah, menjadikan Adinda tumbuh tanpa seorang figur dari keluarganya. Kalau melihat kepribadiannya Adinda sebenarnya mempunyai kepribadian yang periang dan ramah.Semua itu bisa di lihat dengan kesehariannya yang selalu tersenyum kepada semua orang yang di jumpainya.

    Demikian juga saat bertemu denganku lewat Chatting. Setiap perjumpaan selalu diakhiri dengan kesan yang baik, bagaimanapun juga aku sangat menghargai. Kejujurannya yang menceritakan masalah keluarganya yang super sibuk dan mantan cowoknya yang berpaling darinya, karena tidak bisa bersabar menghadapi Adinda yang belakangan menjadi pemurung. Sifatnya yang pemurung itu disebabkan oleh suasana keluarganya yang mulai tidak harmonis lagi dan menjadikan sosok Adinda menjadi minder di sekolahnya.

    Hingga pada satu kesempatan dia memutuskan ingin bertemu secara langsung denganku. Hari itu setelah kita chatting beberapa saat, tiba-tiba dia menangis dan butuh teman untuk curhat secara langsung dan alasannya, karena dia sudah akrab dan percaya kepadaku.

    Setelah menentukan tempat yang cukup aman, sejuk udaranya dan tidak bising akhirnya aku sepakat menemuinya. Dengan perasaan deg-degan, sepanjang perjalanan aku berpikir ada masalah apa dengan Adinda. Dan pikiranku terasa semakin amburadul ketika aku benar-benar ketemu dengannya.

    Sesaat Aku terkagum-kagum melihat penampilannya hari itu. Berbeda dengan kesehariannya yang selalu mengenakan seragam sekolah. Hari itu Adinda mengenakan stelan celana jeans agak belel warna biru di padu dengan kaos putih ketat yang menonjol di bagian dadanya. Rambut panjangnya di biarkannya tergerai menyentuh bahunya melewati leher jenjangnya yang putih bersih.

    Dari penampilannya yang mengagumkan aku sempat menelan ludah sesaat. Adinda adalah sosok cewek idolaku. Mulai dari wajahnya, dadanya, pinggulnya dan lekukan Pantatnya yang sexy tecetak jelas di celananya yang ketat juga. Membuat aku menelan terdiam sesaat, sambil membayangkan bagaimana jika aku bisa bercinta dengan dia.

    Di sebuah cafe yang suasananya pada siang itu tidak begitu ramai, dengan hanya beberapa pengunjung, menjadikan pertemuanku dengan nya akan sangat berkesan tentunya. Selama pembicaraan di cafe, jantungku berdetak kencang setiap melirik paras Adinda yang cantik dan manis sekali dan aku membayangkan jika aku dapat menikmati bibirnya yang merekah. Untuk menghilangkan rasa cemasku, aku berusaha membuka pembicaraan dengan menanyakan bagaimana kesannya setelah bertemu dan ada masalah apa sampai dia memintaku datang menemuinya.

    Pertemuan itu sebenarnya hanya sekedar alasannya aja agar bisa ngobrol denganku dan mengenal lebih dekat siapa diriku sebenarnya. Hal itu aku ketahui setelah kami terlibat perbincangan serius di cafe dan dia berterima kasih, kalau selama ini aku bisa dengan penuh kesabaran mendengarkan semua masalah yang di hadapinya.

    “Diet.. Boleh aku mengatakan sesuatu?” tanya Adinda tiba-tiba.
    “Boleh.. Ada apa emangnya?” tanyaku balik.
    “Aku mulai merasakan semua kasih sayang kamu selama ini,” jawabnya.
    “Dan aku juga ingin memberikan hal yang sama buat kamu,” lanjutnya.

    Aku hanya bisa terdiam mendengar semua penjelasannya, dengan lembut aku memeluk tubuhnya untuk meyakinkan bahwa semua yang kulakukan tulus adanya. Dan dengan pelan aku genggam jemari tangannya yang halus serta aku pegang dagunya dengan lembut bibirku menyentuh bibirnya yang terbuka sedikit. Yang tak lama aku telah menciumi leher Adinda yang terlihat sangat bersih dan putih.

    “Adinda aku sayang kamu..,” bisikku di telinganya lirih.

    Adinda semakin erat memelukku sebagai ungkapan kebahagiaannya atas sikapku. Setelah perbincangan di cafe selesai, Adinda mengajakku untuk bersantai sejenak sambil beristirahat dengan memesan sebuah kamar di sebuah hotel yang tak jauh letaknya dari cafe tersebut.

    “Diet.. Ohh..,” desah Adinda ketika aku mencumbu lehernya setelah kita sampai di kamar. Lidahku semakin nakal menjelajahi leher Adinda yang jenjang.
    “Akhh Diet..” tanpa terasa tanganku mulai nakal untuk menggerayangi payudara Adinda yang aku rasakan mulai mengencang mengikuti jilatan lidahku dibalik telinganya.
    “Ooohh.. Diet..” desahnya lirih.

    Adinda mulai terangang ketika ujung lidahku menjilati bukit payudaranya yang berukuran 36 itu. Aku semakin berani untuk melakukan yang Iebih jauh.. Dengan meremas payudara yang satunya.

    “Adinda.. Sayang, aku buka baju kamu yah..”? bisiku di telinganya.

    Adinda hanya mengikuti pergerakan tanganku untuk melepaskan pakaiannya, sampai akhirnya dia hanya mengenakan Bra warna hitam. Dadaku semakin naik turun, ketika pundaknya yang putih nampak dengan jelas di depanku.

    Cerita Sex Awal Dari Teman Berakhir Dengan Ngentot

    Cerita Sex Awal Dari Teman Berakhir Dengan Ngentot

    Setelah terbuka, kembali aku mengulum bibirnya yang merekah. Lidahku menjelajahi rongga di langit-langit mulutnya dan sesekali menghisap lidah Adinda yang mulai terangsang dengan ciumanku. Tanganku yang nakal mulai melepas Bra warna hitam miliknya. Dan.. Wow.. Tersembullah puting yang kencang.. Tanpa pikir panjang aku melepas lumatan di bibir Adinda untuk kemudian mulai menjilati puting Adinda yang berwarna kecoklatan. Satu dua kali hisapan membuat putingnya berdiri dengan kencang.. Sedangkan tangan kananku memilin puting yang lainnya.

    “Ooohh Diet.. Enak sekali sayang..,” rintih Adinda.

    Dan saat aku mulai menegang.. Adinda berusaha bangkit dari tempat tidur, tapi aku tidak memberikan kesempatan Adinda untuk bangkit dari pinggir ranjang. Parfum Adinda yang harum menambah gairah aku untuk semakin berani menjelajahi seluruh tubuhnya.

    Aku beranikan diri untuk mulai membuka celana jeans serta CD hitam berenda yang dipakainya. Dan darahku mendesir saat melihat gundukan yang ditumbuhi dengan rambut yang hitam lebat. Tanpa berpikir panjang, aku langsung menjilati, menghisap dan sesekali memasukkan lidahku ke dalam lubang vagina Adinda.

    “Oohh.. Diet.. Nikmat.. Sayang,” Adinda merintih kenikmatan setiap lidahku menghujam lubang kewanitaannya.
    “Akhh.. Kamu pintar sekali sayaang..” Desah Adinda disaat jilatanku semakin cepat, Adinda sudah mulai memperlihatkan tanda-tanda mau orgasme dan sesaat kemudian..
    “Mass Adiet.. Sayang.. Aku nggak tahan.. Oohh.. Mass aku mau..” Adinda menggelinjang hebat sambil menjepit kedua pahanya sehingga kepalaku terasa semakin terbenam di selangkangannya.
    “Maass.. Ookkhh.. Aakuu keluaarr..” Jeritnya lirih.

    Adinda merintih panjang saat mencapai orgasmenya yang pertama, dia tersenyum puas. Aku biarkan dia terlentang menikmati orgasmenya, sambil membuka semua pakaian yang aku kenakan. Aku memperhatikan Adinda begitu puas dengan pemanasan tadi, itu terlihat dari raut wajahnya yang begitu berbinar-binar.

    Tanpa memberi waktu panjang, aku segera menghampiri tubuhnya yang masih lemas dan menarik pinggulnya dipinggir ranjang, dan tanpa pikir panjang penisku yang berukuran lumayan besar, langsung menghujam celah kenikmatan Adinda sembari bibirku mengulum payudaranya.

    “Aaakhh.. Diet..,” desah Adinda, saat penisku melesak ke dalam lubang vaginanya.
    “Diet.. Penis kamu ohh..” desahnya kemudian.

    Aku merasakan setiap jepitan bibir vaginanya yang begitu ketat, sampai terasa begitu nikmat lubang senggama Adinda. Aku berpacu dengan nafsu, keringatku bercucuran seperti mandi dan menetes diwajah Adinda yang pertama kalinya merasakan nikmatnya bercinta. Setiap gerakan maju mundur penisku, selalu membuat tubuh Adinda menggelinjang hebat karena dia mulai bisa merasakan dan menikmati permainan ini.

    “Diet.. Sudah.. Sayang.. Akhh..” sembari berteriak panjang aku rasakan denyutan bibir vagina Adinda menjepit batang penisku.

    Dan aku rasakan cairan hangat mulai meleleh dari vagina Adinda. Aku tidak mempedulikan desahan Adinda yang semakin menjadi, aku hanya berusaha memasukkan penisku lebih dalam lagi. Tiba-tiba Adinda mendekap tubuhku erat dan aku tahu itu tanda dia mencapai orgasme yang kedua kalinya.

    Penisku bergerak keluar masuk dengan cepat dan.. Sesaat kemudian.

    “Diet.. Aku.. Mau.. Keluarr lagi.. Aaakk.. Sayang, aku.. Nggak tahan..”
    Seiring jeritan itu, aku merasakan cairan hangat kembali meleleh disepanjang batang penisku.
    “Aaakhh.. Sayang.. Enak sekali.. Ooohh..,” rintih Adinda lirih.
    Bagaikan orang mandi, keringatku kembali berkucuran, diatas tubuh Adinda. Disaat aku mulai mencapai klimaks, aku meminta Adinda berganti posisi diatas.
    “Adinda.. Sayang kamu diatas yah..”Pintaku

    Aku melepas penisku dan langsung terlentang. Adinda bangkit dan langsung menancapkan penisku dalam-dalam di lubang kewanitaannya.
    “Akhh gila, penis kamu enak banget Maas.. Ooohh..” Adinda merintih sambil terus menggoyangkan pinggulnya.
    “Aduhh enak Diet..” desahnya lagi.
    Goyangan pinggul Adinda membuat gelitikan halus di penisku..
    “Adinda.. Sayang.. Akh..,” aku mengerang kenikmatan saat Adinda menggoyang pinggulnya.
    “Diet.. Aku mau keluar nih..,” sambil merintih panjang, Adinda menekankan dalam-dalam

    Tubuhnya hingga penisku amblas ditelan vaginanya dan bersamaan dengan itu aku sudah mulai merasakan tanda-tanda akan mencapai orgasme.

    “Aaahh.. Ahh.. Ohh,” teriakku
    “Crott..” bersamaan dengan menyemburnya spermaku. Aku biarkan spermaku menyembur di dalam vaginanya. Sebagian dari spermaku langsung meleleh di sekujur pahanya yang mulus.

    Setelah itu Adinda berjalan menuju ke kamar mandi untuk segera mencuci spermaku yang baru keluar dari vaginanya. Permainan itu berakhir dengan penuh kenikmatan dalam diri kami berdua, karena baru pertama kalinya Adinda bercinta denganku, dia mengalami multi orgasme yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.

    “Diet.. Kapan kamu ada waktu lagi untuk melakukan semua ini sayang,” tanya Adinda.
    Aku menjawab lirih, “Terserah Kamu deh, aku akan selalu sediakan waktu untuk kamu.”
    “Makasih sayang.. Kamu telah memberikan apa yang selama ini belum aku rasakan,” kata Adinda.

    Kemudian aku mengecup kembali Bibirnya yang merekah sebagai tanda kasih sayangku kepada Adinda yang tulus.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Bermain di Panti Pijat

    Cerita Sex Bermain di Panti Pijat


    1014 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Bermain di Panti PijatCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Sudah menjadi tabiat ku, kalau aku tinggal sendirian, pintu depan akan ku mangga dari luar, seolah-olah rumah ini kosong aje. Aku akan keluar masuk ikut pintu dapur. Lampu dalam rumah juga aku padamkan kecuali lampu veranda.

    Lebih kurang jam 5 petang aku makan nasi sejuk. Awal aku makan kerana takut nasi dan gulai basi. Aku paling malas nak perangatkan lauk-pauk. Almaklumlah usia ku ketika itu baru meningkat 15 tahun.

    Nak menonton tv aku rasa boring. Dalam pada itu aku teringatkan bilik kecil di atas loting. Abah buat bilik itu untuk menyimpan perkakas kenduri seperti periuk besar, talam dan sebagainya. Baru minggu lepas abah bersihkan bilik itu.

    Aku naik ke bilik itu. Di situ ada sebiji bantal dan sehelai tikar mengkuang. Di situ juga terdapat majalah komedi ala Gila-Gila. Sambil berbaring aku baca ceritanya. Lama-kelamaan aku mengantuk lalu tertidur.

    Tiba-tiba aku dikejutkan oleh bunyi kereta. Kedengaran bertalu-talu pintu kereta dibuka dan ditutup. Rupa-rupanya jiran sebelah dinding, Bang Hasan dah balik membawa bersama isterinya, Kak Andrik. Riuh rendah mereka di sebelah.

    Bang Hasan begitu yakin rumah ku ini kosong, tak ada orang. Dia membuka pintu lalu masuk dan memasang lampu. Sibuklah bunyinya mereka berekamas itu dan ini. Tak lama kemudian rumah sebelah senyap. Tetapi bunyi tv masih kedengaran di ruang tamu. erdasarkan rancangan yang disiarkan itu, iaitu Dunia Jam 10, ternyata begitu lama aku tertidur di atas loteng ini.

    Perlahan-lahan aku merangkak menuju ke satu lubang yang bercahaya setentang dengan bilik Bang Hasan. Ianya tidak jauh dari tempat aku berbaring.

    Aku berjaya sampai di situ. Aku mula mengintai-intai. Lubangnya ialah lubang bekas paku lima atau enam inci, mungkin sebesar jari kelengkeng aje. Dari situ aku nampak keseluruhan bilik tidur Bang Hasan. Rupa-rupanya mereka sedang berdiri berhadap-hadapan.

    Waktu itu Bang Hasan sedang menanggal pakaian isterinya, Kak Andrik. Mula-mula baju kurung. Jadi terdedahlah buah dada Kak Andrik yang masih bercoli itu. Baju kurung tadi dikesampingkannya. Kak Andrik sendiri pula yang membuka cangkuk colinya. Lalu diletakkannya di atas katil. Buah dada Kak Andrik tidaklah besar. Kalau dengan buah epal tu, besar lagi buah dada Kak Andrik. Putingnya berwarna coklat gelap tetapi payu daranya agak cerah.

    Dengan kedua-dua belah tangannya, Bang Hasan meraba-raba dan meramas-ramas buah dada isterinya yang nampak pejal dan anjal aje itu. Sesiapa juga yang terpandang pasti teringin benar nak menjamah dan meramas-ramasnya.

    Manakala tangan Kak Andrik memaut erat bahu Bang Hasan. Ternyata Kak Andrik sedang menikmati rasa sedap apabila Bang Hasan berbuat begitu. Sambil meramas-ramas buah dada itu, Bang Hasan mengisap atau menyonyot tetek Kak Andrik.

    Kepala Kak Andrik berputar-putar menahan rasa nikmatnya. Nafasnya mula keluar masuk deras. Pada sesuatu ketika tertentu dia menarik nafas panjang, kesan daripada dia menahan nafas kerana menahan rasa nikmat teteknya dinyonyot.

    Kemudian kain dan seluar dalam Kak Andrik pula ditanggalkan. Itulah pertama kalinya ku dapat sekujur tubuh Kak Andrik dalam keadaan bertelanjang bulat. Kak Andrik memang lah perempuan yang dikira cantik jugak. Memandang tubuh bogel Kak Andrik membuatkan aku rasa inginkan sesuatu kenimatan dari tubuh itu. Sungguh istimewa rezeki mata ku hari ini.

    Aku lihat Bang Hasan mula beralih tempat. Dia berdiri di belakang Kak Andrik. Tangan Kak Andrik bermain dengan teteknya sendiri. Manakala tangan Bang Hasan meraba-raba bulu puki Kak Andrik. Bulu puki Kak Andrik halus dan tidak lebat. Tetapi tundun pukinya nampak cukup tembam. Oleh kerana bulunya tidak lebat maka alur puki Kak Andrik dapat juga ku lihat.

    Bertalu-talu jari jemari Bang Hasan mengusap alur puki Kak Andrik. Sementara mulutnya pula menyelusuri tengkuk dan bahagian belakang cuping telinga Kak Andrik. Pada waktu itu Kak Andrik mengerang dan merengek kesedapan.

    “Erh erh erh erh errrhhh errrrhhhh,” demikianlah suara Kak Andrik apabila tengkuk dan bahagian belakang cuping telinganya dicium dan dijilat oleh Bang Hasan. Kini tangan Bang Hasan naik ke atas, iaitu bermain dengan buah dada Kak Andrik. Kak Andrik terus-terusan mengerang begitu hinggakan aku di sebelah boleh mendengarnya.

    Sedar-sedar konek aku sudah keras. Manakan tidaknya. Kak Andriklah diantara perempuan yang memang kerap menarik perhatian ku. Entah berapa pulah kali tubuh Kak Andrik telah ku jadikan modal melancap. Otak seks aku telah melakunkan Kak Andrik dengan berbagai watak lucah.

    Namun kini aku sendiri dapat saksikan adingan seks Kak Andrik secara life dan percuma pulak tu. Adingan yang cukup nyata akan dapat ku nikmati di hadapan mata kepala ku sendiri. Nafas ku terasa sesak. Ku raba pelir ku. Aku dapati ianya keras dan kepalanya ada lendir yang keluar.

    Perlahan lahan ku usap batang pelir ku itu Aku bertekad tak akan melepaskan peluang yang sedia ada. Adingan persetubuhan Kak Andrik pasti akan ku lancapkan sepuas puas yang mahu. Aku pun dah seminggu tak melancap jadi memanglah pelir aku asyik nak keras aje. Sambil mata ku mengintai, pelir ku pula yang keras dan terasa sedap.

    Aku terus tekun menumpukan intaian ke bawah. Kak Andrik sudah sedia berbaring menelentang dengan mengorak kangkang yang agak luas. Baringannya betul betul pada kedudukan mata aku dapat melihat di bahagian bawah kangkangnya. Dan apabila Bang Hasan melapikkan sebiji bantal di bawah bontot Kak Andrik, tundun puki Kak Andrik nampak cukup jelas tertonjol.

    Jari telunjuk Bang Hasan tergosok gosok pada bibir dan kelentit puki Kak Andrik. Beberapa ketika kemudian dua batang jari Bang Hasan terus dibenamkan ke dalam lubang puki Kak Andrik. Sambil itu jari Bang Hasan dengan agak ganasnya mula mengorek gorek di situ.

    Setelah dibuai kesedapan, kini Kak Andrik nampak agak tidak selesa dengan kekasaran Bang Hasan itu. Berkerek gigi Kak Andrik dihurung kepedihan. Tangan Kak Andrik cuba menghala ke arah pukinya tetapi telah dihalang oleh Bang Hasan.

    “Tak mau cam ni bang… sakit.”…… Amat jelas dapat ku dengar keluhan dan rayuan dari Kak Andrik. Namun Bang Hasan hanya menjawab dengan agak kasar, “ahhhh…..”. Bang Hasan aku dapat rasakan kegeramannya yang amat sangat pada puki tembam Kak Andrik itu. Berkerut muka Kak Andrik apabila dua batang jari suaminya itu terus bergaru di dalam lubang puki yang sensitif itu.

    Setelah puas hatinya barulah Bang Hasan mencabut keluar jarinya itu. Aku dapat lihat bahawa pelir Bang Hasan sudah cukup keras terpacak dengan gagahnya. Aku dapat mengagak sememangnya pelir Bang Hasan jauh lebih besar dan lebih panjang daripada pelir aku sendiri. Bang Hasan merangkak ke celah kangkang Kak Andrik lalu melutut di situ.

    Tangan kirinya masih memegang batang pelirnya sendiri. Bang Hasan mengangkat lutut Kak Andrik ke udara dan dilipatkannya hala ke perutnya. Posisi tubuh Kak Andrik nampak cukup bersedia untuk membahagiakan pelir lelaki. Sehinggakan pelir aku sendiri pun terasa amat berkeinginan untuk berkubang dalam lubang puki Kak Andrik itu.

    Bang Hasan membasahi pelirnya dengan air liur sendiri. Berkilat kilat pelir Bang Hasan sesudah berlumuran air liur. Dengan bantuan tangan kirinya, Bang Hasan menyelitkan kepala pelirnya di celah alur puki Kak Andrik. Dengan kangkangan kaki yang dah terlipat hingga ke paras perut maka bibir puki Kak Andrik dengan tersendirinya juga sudah terselak luas.

    Cukup mudah Bang Hasan menyorong masuk batang pelirnya. Dengan sekali hentak saja seluruh kejantanan pelir Bang Hasan bercerop masuk ke dalam lubang puki isterinya. Bergegar sekujur tubuh Kak Andrik kerana terkejut dengan kekasaran Bang Hasan itu. Ku lihat Kak Andrik getapkan bibirnya. Urat kakinya nampak kejang sambil kakinya tertonjol tonjol ke atas. Dari reaksi yang Kak Andrik pamirkan, ternyata pukinya masih belum bersedia untuk menyambut pelir yang diterjah masuk secara ganas itu.

    Ku lihat Kak Andrik menggerakkan punggungnya. Mungkin cuba mencari posisi yang lebih sesuai untuk kurangkan kesakitan dan ketidak selesaan. Bang Hasan juga sama membetulkan posisinya. Dia lalu meniarapi Kak Andrik.

    Namun begitu, sikunya dijadikan tongkat untuk membolehkan dia menatap wajah isterinya yang ayu itu. Jadi sambil menghenjut dapatlah mulutnya menyerang pada mana saja bahagian muka Kak Andrik yang digerami.

    Pada waktu yang sama aku nampak punggung Bang Hasan mula turun naik. Lubang puki Kak Andrik yang sempit itu cukup rancak dikerjakan oleh batang pelir Bang Hasan. Sesaat ku lihat seluruh kepanjangan pelir Bang Hasan terbenam masuk ke dalam lubang puki Kak Andrik. Sesaat lagi pula ku lihat pelir itu terbit semula keluar hingga ke paras takuknya. Begitulah kerancakkan irama keluar masuk yang bersileh ganti pada setiap saat.

    “Erh erh erh errhhh errrhhhh ! Sedap puki Andrik…. Sempitnya… Bertuah abang…. dapat puki Andrik”. Sambil menghenjut puki Kak Andrik, begitulah bunyi kata kata geram yang sering pancul dari mulut Bang Hasan. Kak Andrik pula ku lihat cukup terangsang dengan pujian seksual yang sebegitu rupa. Ia benar benar membuat Kak Andrik cair. Corak penadahan kangkangnya juga nampak lebih bersemangat.

    Lama kelamaan Kak Andrik pun sama terasa sedap. Ianya kesan daripada lubang pukinya dijolok ‘go head go sturn’ dek batang pelir Bang Hasan. Semakin dijolok, sudah pasti biji kelentitnya bertambah membesar dan kembang.

    Dan bila kelentit dah semakin panjang maka semakin banyaklah cetusan air nikmat yang mengalir keluar membasahi lubang pukinya. Kenyaringan bunyi celup celap yang terbit dari lubang puki Kak Andrik menjadi bukti betapa basahnya di situ. Bila lubang puki Kak Andrik semakin basah, semakin gilalah kenikmatan yang dirasai oleh batang pelir Bang Hasan.

    Kesenambungan tindak balas dia antara mereka berdua jelas mempamirkan kenikmatan bersama. “Sedapnya Bang. Sedapnya sedapnya sedapnya,” Berulangkali Kak Andrik melafazkan bahawa dia sedang mengalami rasa kelazatan. Tiba-tiba dia meminta Bang Hasan menghejut kuat,” Henjut kuat bang. Henjut kuat, henjut laju bang. Andrik dah tak tahan ni.” Badannya meronta-ronta. Tangannya mengelewar dan meronta-ronta tak tentu hala. Otot-ototnya menjadi pejal.

    Serentak dengan itu Bang Hasan pun menghenjut kuat dan laju. Tak sampai pun beberapa henjutan, Kak Andrik pun menjerit kuat, “Aaaaaaaaaak”. Bang Halim juga ikut terjerit. Punggungnya ditekan rapat ke puki Kak Andrik. Kemudian perlahan-lahan dia bangun lalu melutut.

    Batang pelirnya ikut sama tercabut. Kulihat pelirnya melendut sedikit. Cecair likat berwarna keputihan menyaluti pelir Bang Hasan. Bang Hasan tersenyum puas. Dia pun mencapai kain pelikat dan bergerak keluar bilek.

    Sejurus kemudian kedengaran bunyi TV yang telah dipasangnya. Sedang Bang Hasan rilek menonton TV, Kak Andrik tinggal keseorangan di atas katil. Matanya terpejam diambang kelenaan. Kedua belah tangannya terangkat ke atas dan dengan itu kehalusan bulu ketiaknya dapat ku lihat dengan cukup nyata.

    Aku beraleh tumpuan ke arah celah kangkang Kak Andrik. Punggung Kak Andrik masih lagi beralaskan bantal. Dengan itu bahagian puki Kak Andrik cukup ketara terangkat ke atas. Kedua belah kaki Kak Andrik masih mengangkang luas seolah olah masih lagi bersetubuh.

    Alur puki Kak Andrik membengkak kemerahan. Kesan air mani Bang Hasan berselepar dengan banyaknya di persekitaran bibir puki Kak Andrik. Aku pun mula menghayun kemuncak lancapan. Tak berapa lama kemudian, air maniku pun terpancut.

    Oh! Sedap sungguh terasa apabila air itu terpancut. Kemudian, perlahan-lahan aku turun ke bawah. Mujur lampu veranda udah aku pasang siang tadi. Jadi teranglah bilikku kerana cahaya lampu veranda masuk ikut cermin tingkap. Aku berbaring. Tak lama kemudian aku tertidur.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Skandal Janda Kaya Pemuas Nafsu Birahiku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Skandal Janda Kaya Pemuas Nafsu Birahiku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1637 views

    Perawanku – Perkenalkan namaku Joni, usiaku saat ini 26 tahun, tinggi 174cm, badan atletis dan kulit putih. Kata para tetangga aku adalah anak haram dari hasil hubungan gelap ibuku dan majikannya dahulu saat bekerja menjadi TKI di singapura.

    Alhasil sejak kecil aku sudah terbiasa tertekan mental, selalu diejek anak haram oleh teman-teman dan tetangga. Maklum, ayahku (suami ibuku) meninggal saat aku masih dalam kandungan dan setiap aku bertanya pada ibu, jawaban yang keluar hanya air mata.

    Aku tumbuh menjadi sosok yang bermental baja dan sejak SMA aku memanfaatkan wajah indoku untuk menggaet cewek dan morotin uangnya tetapi tidak pernah sekalipun aku melakukan hubungan badan karena takut anak yang terlahir akan bernasib sama sepertiku. Tetapi hal itu berubah, saat aku memasuki kelas 2 SMA dan pindah sekolah di kota Malang bersama pamanku.

    Bisa dibilang kehidupanku berangsur membaik terutama soal penampilan dan uang, karena aku memang di beri ATM khusus oleh pamanku yang bekerja di perusahaan pertambangan terbesar di Papua tanpa sepengetahuan tante Rima atau orang lain. Maklum, pamanku adalah keluarga satu-satunya ibuku dan pamanku menganggap aku anaknya sendiri. Aku kebetulan satu sekolah tetapi berbeda ruangan dengan sepupuku, namanya Vina.

    Sesampainya dirumah, aku langsung menuju kamar dan berniat untuk tidur siang tetapi hal itu urung aku lakukan karena Tante Rima berteriak-teriak kolam renangnya kotor dan menyindir aku, karena hanya aku yang ada dirumah itu sementara pembantu semua kabur karena tidak betah.

    Tante Rima sangat judes, bawel dan nada bicaranya keras sangat bertolak belakang dengan penampilanya yang alim, berjilbab dan cantik tentunya. Uang kiriman pamanku yang berlebih membuat hari-harinya hanya pergi ke salon dan fitnes center.

    Buru-buru aku berganti baju, hanya mengenakan kaos singlet serta celana pendek boxer dan langsung menuju kolam renang. Aku buka pipa pembuangan dan mulai membersihkan kolam dengan hati yang agak jengkel. Mendadak aku disuguhi pemandangan yang sangat indah, Tante Rima sedang beraerobik dengan pakaian super ketat sehingga melukis lekuk tubuhnya yang bohay.

    Tinggi 165an, BH 36 (setelah eksekusi) berat 46kg tetapi berpantat menantang, langsing tapi mempunyai bulatan yang besar dan kenyal. Mendadak kontol ku mengeras, terus berdenyut hingga menyembul keluar dari CD dan boxer. Panjang kontol ku 15 cm dengan diameter sekitar 4,5 cm, mungkin benar aku anak haram majikanku karena ukuran ini sangat tidak mungkin dimilki orang indonesia tanpa campur tangan mak erot dkk.

    Aku terus berusaha menahan diri dengan berbalik badan dan membelakangi, tetapi bayangan tubuh Tante Rima sudah terlanjur merasuk dan menjadi nafsu. Mendadak ada suara langkah kaki mendekat, tetapi aku pura-pura tidak tahu dan terus menyikat lantai kolam.

    ‘‘Jon…buruan dikit, aku mau berenang!” Kata Tante Rima

    “iya Tan, ini sudah dipercepat kok! Sambil tetap membelakangi.

    ‘‘kamu tidak sopan ya, bicara membelakangi Tante!” Tegasnya.

    “iii…iyaaa..Tan maaf, aku tidak bermaksud…. jawabku

    Kulihat mata Tante Rima melotot tidak berkedip dan seakan tidak menghiraukan jawabanku, hingga akhirnya aku menyadari bahwa mata Tante Rima tertuju kearah kont*lku yang tercetak jelas panjang menjulang bahkan seperempatnya terlihat jelas di kaos tipisku yang sudah basah. Karena takut dimarahi, aku langsung bergegas mengambil selang dan membilas kolam kemudian mengisinya kembali.

    Buru-buru aku menuju kamar untuk mandi dan berganti pakaian yang kering, saat itu yang ada dalam otakku hanya takut ketahuan kalau aku sempat mengintipnya beraerobik dan menjadi terangsang. Tanpa terasa aku ketiduran dan bermimpi basah dengan Tante Rima!

    ‘‘tok…tok…tok…Jon…mana Vina kok belum pulang?? Teriak Tante Rima.

    “belajar kelompok Tan! Jawabku spontan sambil berlari membuka pintu.

    ‘‘Hpnya gak aktif, coba telepon temannya! Katanya sambil menyodorkan HP.

    “iya… jawabku singkat.

    Entah disengaja atau tidak, walpaper di Hpnya adalah fotonya berpakaian senam dengan kulit mengkilat karena keringat, sangat sexy dan menggairahkan. Di telepon, Vina bilang akan merayakan ultahnya yang ke 17 dengan teman-temanya dan memintaku memberi tahu mamanya bahwa dia masih belajar dan menginap karena tugasnya akan dikumpulkan besok. Tante Rima mengangguk tanda mengizinkan padahal biasanya akan marah besar.

    ‘‘Jon…ayo keruang tamu, aku ingin bicara sesuatu! Ajaknya.

    “iya Tan, aku ganti baju dulu!! Jawabku.<br> ‘gak usah, ayo… ajaknya setengah memaksa sambil menarik tanganku.

    Sesampainya di ruang tamu, Tante Rima tanpa basa-basi langsung menyalakan TV dan DVD porno koleksinya tanpa sungkan-sungkan. Katanya, dia ingin mendengar pendapatku tentang masalah yang di hadapinya. Yaitu, tentang niat edannya mencari pemuas nafsu karena pamanku pulangnya 6 bulan sekali. Aku diajak curhat dengan harapan aku mau memahami keadaannya dan merahasiakannya dari pamanku. Dengan gugup dan terpaksa, aku mempersilahkannya asal jangan sering-sering.

    ‘‘tapi, aku takut… jawabnya

    “udah niat kok takut?! Jawabku berani karena Tante Rima tidak lagi seram buatku.

    ‘‘bukan itu, aku takut tertular penyakit kelamin. Jawabnya.

    “susah juga, walau sakit pasti ngaku sehat! Jawabku.

    ‘‘kalau kamu, sudah pernah apa belum?! Tanya Tante mengejutkan aku.

    “belum Tan, gak berani takut kalau hamil! Jawabku.’‘tapi kamu pengen gak?? Tanya Tante memaksa.

    Aku hanya diam dan itu diartikan Tante sebagai jawaban ‘pengen’ sehingga dengan entengnya Tante Rima bilang ingin bekerja sama denganku. Aku ditawari menjadi pemuasnya dengan iming-iming bayaran perbulan, aman, sehat dan berjanji akan meminta suaminya untuk menguliahkan aku agar bisa merubah kehidupanku dan ibuku. Aku takut dan teringat pamanku, tetapi keseksian dan alasan meraih cita-cita membuatku harus berkata iya!

    Begitu aku mengangguk, tangan Tante Rima langsung memelorotkan sarungku dan mengeluarkan kont*l jumboku dari CD. Seakan belum pernah melihat kont*l, Tante Rima melihat punyaku dengan tatapan penuh kemenangan, kagum dan takjub akan besarnya serta menelan ludahnya berulang kali.

    ‘‘barang impor memang beda! Pujinya.

    “ajari aku Tan… jawabku asal, sebenarnya kesel juga dibilang barang impor pasti konotasinya aku anak haram lagi gumamku dalam hati.

    ‘‘pasti sayang! Tolong panggil Rima saja ya biar mesra?! jawabnya.

    “selamat menikmati keperjakaanku! Bisikku lirih menggodanya.

    Rima tersenyum memanja dan mulai menjilati palkonku dengan lahapnya. Hisapan dan lidah basahnya berkecipak memenuhi ruang tamu beriring dengan desah Asia Carera di DVD. Aaaaaahhhh….sungguh nikmat rasanya, sebuah pengalaman pertama yang berharga. Sluuuuuuuurrrrppp….sluuuuuuuuuuurrrrrrrppp….lu dah dan lidahnya menyapu palkonku tanpa henti, sementara genggaman tangannya mulai mengocok pangkal kont*lku.

    ‘0oohhh…yeeeessssssssssss! Baby…kont*lmu besar sekali, pasti aku akan terkapar malam ini! Katanya disela-sela hisapanya

    “bukanya itu yang Tante cari… jawabku

    ‘‘kok Tanteee… protesnya!

    “sori…Say…emuuuuuuuuuuaaaaaaaaaachhhh! jawabku sambil mencium keningnya.

    Aku si pemuas nafsu mulai terangsang dan larut dalam godaan nafsunya, tanganku bergerilya menyusup baju tidurnya dan langsung menarik tali BHnya dengan keras hingga putus. Toket Rima menggantung dan kenyal sekali, toket terbesar dan terseksi yang pernah aku nikmati.

    Maklum biasanya toket pacarku SMA cukup imut dan putingnya susah di mainkan. Kepala Rima menggeleng tidak percaya, palkonku menthok di tenggorokanya tetapi menyisakan separuh di genggamanya. Aku hanya tersenyum bangga sambil memainkan toketnya.

    Rima mendorong tubuhku hingga terlentang di Sofa mengisyaratkan untuk meniru adegan di DVD, posisi 69 yang sangat terkenal itu. Memek Rima terlihat gundul seperti baru saja dicukur, begitu tembem dengan lipatan-lipatan di bibir memeknya. aku pijit-pijit dan aku gelitikin dengan ujung lidahku.

    aaaaaaaaahhhhhhhhh….ekspresi kegelian Rima tergambar jelas pada hisapanya yang kuat dan setengah menggigit. Sudah sangat becek dan licin rupanya Tanteku ini, gumamku dalam hati sambil membuka memeknya dengan dua jariku aku si pemuas nafsu memasukkan lidahku jauh kedalam batas jangkauanku.

    Pantat Rima mengejang, kedua pahanya menghimpit wajahku dan kurasakan lendir asin kembali keluar dari memek indahnya. Begitu harum dan kencang, sangat terawat sekali memeknya…. uuuuuuuuuuuuhhhhhh….palkonku berulang kali menyentuh tenggorokanya, sangat hangat dan basah.

    Nikmat sekali rasanya disepong dan ini adalah pengalaman pertamaku! Tak mau kalah, dengan jari telunjuk dan jari tengah aku mulai mengocok memeknya, sangat cepat dan sesekali menggelitiki dinding memeknya dengan tarian jariku.

    ‘‘aaaaaaaaaaaaaammmmmmmmmppuuuuun..Beib…aku gak kuattt!.

    Rengeknya dan lagi-lagi Rima mencapai orgasme.

    “enak kan say… kataku sambil mengoleskan lendir di jariku ke anusnya.

    ‘masukin sekarang Beib…. katanya sambil duduk berjongkok membelakangiku.

    Di geseknya palkon ke bibir memek beceknya, berulang kali hingga membuatku nyeri dan ngilu. Layaknya penthol korek yang digesekkan dan menyala, gesekan palkon di memeknya seakan serupa dan membakar gelora nafsuku.

    Pelan-pelan Rima memposisikan palkon ke lubang memeknya dan perlahan mendudukinya.

    BLEEEEEESss….Aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh….sakit Beib…gak muat rasanya! Rengeknya.

    “ooohh….say…sakit… kataku meringis karena memeknya tidak mampu menampung panjang kont*lku dan pangkalnya menjadi bengkok karena di duduki pantatnya.

    Agar sama-sama enak, aku si pemuas nafsu berinisiatif untuk mengarahkan tubuhnya ke posisi doggy style dengan bertumpu pada sandaran sofa. Aku menusuknya dengan sangat pelan, menikmati setiap mili dinding memeknya. membuat Rima menjerit melengking memecah keheningan malam.

    ‘‘ah…ah…ah…ah..ah..ah…ah…ah…ah…ah… aaaaaaaaaaaammmmpun Beib! Teriaknya.

    “bagaimana Say? Bisikku sambil memainkan lubang anusnya dengan jariku.

    ‘‘hemmmmmmmmm…aku belum pernah merasakan yang senikmat ini.

    Butuh tenaga extra untuk memompanya lebih cepat, karena memeknya memang press membungkus kont*lku. Aku mengambil 1 sachet madu dan coba-coba menuangkan dimemeknya dan melumuri kont*lku. Jauh lebih nikmat, lebih licin, agak lengket dan otomatis membuat dinding memeknya tertarik keluar masuk seiring drngsn goyangan kont*lku.

    ‘‘auh…ah…ah…ooooooooooooooooohhhh…. desah Rima.

    PLAK…PLAK…PLAK…PLAK….PLAAAAAAAAAAAKKKKKKKK K…. benturan pantatnya dan pahaku terdengar semakin jelas. Hemmmmmmmmmmmm…sangat nikmat dan dahsyat.

    ‘‘ayo Beib, buruan aku mau keluar! Desahnya

    “uuuuuuuuuuuhhhhh…tunggu bentar say kita keluarin bersamaan” kataku lirih.

    Dan benar saja, hanya dalam hitungan menit aku si pemuas nafsu dan Rima menyemprotkan lendir orgasme hampir bersamaan, begitu banyak dan kental sekali. Sengaja aku tidak mencabut kont*lku dan membiarkanya tetap terbenam dalam memeknya.

    Aku peluk dari belakang sambil memainkan toketnya dan kemudian aku dudukkan Rima diatas pangkuanku dalam keadaan kont*l masih tetap menancap. Hingga 4 kali aku ber-ML ria, memanfaatkan rumah kosong dan memaksimalkan potensi kont*lku pada hobi baru ini. Diatas tangga, di dalam kamarnya dan di dalam kamarku.

    Bahkan di pagi harinya sekitar jam 06:15 saat Rima memasak mie, aku sempatkan kembali menusuk memeknya dari belakang dengan masih berpakaian lengkap. Aku hanya membuka resleting serta menurunkan CDku saja dan langsung menyingkap dasternya kemudian memasukkanya dari sisi CD kuningnya.

    Sejak saat itu, kami seperti pengantin baru yang sedang berhoney moon dengan memanfaatkan waktu-waktu dimana Vina sedang tertidur atau keluar rumah. Disisi lain, dompetku semakin tebal Tante Rima memberiku uang saku berlebih padahal tanpa sepengetahuanya Pamanku juga memberikan uang saku bahkan dengan ATM khusus. Semua tampak harmonis, bahkan Pamanku juga senang karena istri tercintanya tidak lagi bersikap kasar terhadapku.

    Selama empat bulan, tiada hari tanpa ngentot dan ujung-ujungnya aku si pemuas nafsu menjadi ketagihan berat dengan apa yang namanya memek. Aku sangat tersiksa saat Pamanku pulang kerumah, walau hanya 12 hari tetapi itu sangat lama bagiku.

    Lucunya, suatu hari dengan sms Rima menceritakan bahwa suaminya kaget karena memeknya longgar tidak sesempit dulu tapi dengan tanpa sesal dan dosa Rima beralibi bahwa untuk mengatasi gejolak nafsunya dia memakai dildo sambil membayangkan pamanku. Hehehee….ujung-ujungnya pamanku lah yang merasa bersalah dan meminta maaf pada tante karena jarang pulang.

  • Cerita Hot Adik Tiri Sexy Yang Badan Bohaynya Bikin Nafsuku Naik – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Hot Adik Tiri Sexy Yang Badan Bohaynya Bikin Nafsuku Naik – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1329 views

    Perawanku – Ini dimulai waktu aku SMA kelas 3, waktu itu aku baru sebulan tinggal sama ayah tiriku. Ibu menikah dengan orang ini karena karena tidak tahan hidup menjanda lama-lama. Yang aku tidak sangka-sangka ternyata ayah tiriku punya 2 anak cewek yang keren dan seksi habis, yang satu sekolahnya sama denganku, namanya Citra dan yang satunya lagi sudah kuliah, namanya Ratna.

    Si Citra cocok sekali kalau dijadikan bintang iklan obat pembentuk tubuh, nah kalau si Ratna paling cocok untuk iklan BH sama suplemen payudara. Sejak pertama aku tinggal, aku selalu berangan-angan bahwa dapat memiliki mereka, tapi angan-angan itu selalu buyar oleh berbagai hal. Dan siang ini kebetulan tidak ada orang di rumah selain aku dengan Citra, ini juga aku sedang kecapaian karena baru pulang sekolah. “Citra! entar kalau ada perlu sama aku, aku ada di kamar,” teriakku dari kamar.

    Aku mulai menyalakan komputerku dan karena aku sedang suntuk, aku mulai dech surfing ke situs-situs porno kesayanganku, tapi enggak lama kemudian Citra masuk ke kamar sambil bawa buku, kelihatannya dia mau tanya pelajaran. “Ben, kemaren kamu udah nyatet Biologi belom, aku pinjem dong!” katanya dengan suara manja. Tanpa memperdulikan komputerku yang sedang memutar film BF via internet, aku mengambilkan dia buku di rak bukuku yang jaraknya lumayan jauh dengan komputerku.

    “Citra..! nich bukunya, kemarenan aku udah nyatet,” kataku.
    Citra tidak memperhatikanku tapi malah memperhatikan film BF yang sedang di komputerku.
    “Citra.. kamu bengong aja!” kataku pura-pura tidak tahu.
    “Eh.. iya, Ben kamu nyetel apa tuh! aku bilangin bonyok loh!” kata Citra.
    “Eeh.. kamu barusan kan juga liat, aku tau kamu suka juga kan,” balas aku.
    “Mending kita nonton sama-sama, tenang aja aku tutup mulut kok,” ajakku berusaha mencari peluang.
    “Bener nich, kamu kagak bilang?” katanya ragu.
    “Suwer dech!” kataku sambil mengambilkan dia kursi.

    Citra mulai serius menonton tiap adegan, sedangkan aku serius untuk terus menatap tubuhnya.

    “Citra, sebelum ini kamu pernah nonton bokep kagak?” tanyaku.
    “Pernah, noh aku punya VCD-nya,” jawabnya.
    Wah gila juga nich cewek, diam-diam nakal juga.
    “Kalau ML?” tanyaku lagi.
    “Belom,” katanya, “Tapi.. kalo sendiri sich sering.”

    Wah makin berani saja aku, yang ada dalam pikiranku sekarang cuma ML sama dia.
    Bagaimana caranya si “Beni Junior” bisa puas, tidak peduli saudara tiri, yang penting nafsuku hilang.
    Melihat dadanya yang naik-turun karena terangsang, aku jadi semakin terangsang, dan batang kemaluanku pun makin tambah tegang.

    “Citra, kamu terangsang yach, ampe napsu gitu nontonnya,” tanyaku memancing.
    “Iya nic Ben, bentar yach aku ke kamar mandi dulu,” katanya.
    “Eh.. ngapain ke kamar mandi, nih liat!” kataku menunjuk ke arah celanaku.
    “Kasihanilah si Beni kecil,” kataku.
    “Pikiran kamu jangan yang tidak-tidak dech,” katanya sambil meninggalkan kamarku.
    “Tenang aja, rumah kan lagi sepi, aku tutup mulut dech,” kataku memancing.

    Dan ternyata tidak ia gubris, bahkan terus berjalan ke kamar mandi sambil tangan kanannya meremas-remas buah dadanya dan tangan kirinya menggosok-gosok kemaluannya, dan hal inilah yang membuatku tidak menyerah. Kukejar terus dia, dan sesaat sebelum masuk kamar mandi, kutarik tangannya, kupegang kepalanya lalu kemudian langsung kucium bibirnya. Sesaat ia menolak tapi kemudian ia pasrah, bahkan menikmati setiap permainan lidahku.

    “Kau akan aku berikan pengalaman yang paling memuaskan,” kataku, kemudian kembali melanjutkan menciumnya. Tangannya membuka baju sekolah yang masih kami kenakan dan juga ia membuka BH-nya dan meletakkan tanganku di atas dadanya, kekenyalan dadanya sangat berbeda dengan gadis lain yang pernah kusentuh. Perlahan ia membuka roknya, celanaku dan celana dalamnya. “Kita ke dalam kamar yuk!” ajaknya setelah kami berdua sama-sama bugil, “Terserah kaulah,” kataku,

    “Yang penting kau akan kupuaskan.” Tak kusangka ia berani menarik penisku sambil berciuman, dan perlahan-lahan kami berjalan menuju kamarnya. “Ben, kamu tiduran dech, kita pake ’69′ mau tidak?” katanya sambil mendorongku ke kasurnya. Ia mulai menindihku, didekatkan vaginanya ke mukaku sementara penisku diemutnya, aku mulai mencium-cium vaginanya yang sudah basah itu, dan aroma kewanitaannya membuatku semakin bersemangat untuk langsung memainkan klitorisnya.

    Tak lama setelah kumasukkan lidahku, kutemukan klitorisnya lalu aku menghisap, menjilat dan kadang kumainkan dengan lidahku, sementara tanganku bermain di dadanya. Tak lama kemudian ia melepaskan emutannya. “Jangan hentikan Ben.. Ach.. percepat Ben, aku mau keluar nich! ach.. ach.. aachh.. Ben.. aku ke.. luar,” katanya berbarengan dengan menyemprotnya cairan kental dari vaginanya. Dankemudian dia lemas dan tiduran di sebelahku.

    “Citra, sekali lagi yah, aku belum keluar nich,” pintaku.
    “Bentar dulu yach, aku lagi capek nich,” jelasnya.
    Aku tidak peduli kata-katanya, kemudian aku mulai mendekati vaginanya.

    “Citra, aku masukkin sekarang yach,” kataku sambil memasukkan penisku perlahan-lahan.
    Kelihatannya Citra sedang tidak sadarkan diri, dia hanya terpejam coba untuk beristirahat. Vagina Citra masih sempit sekali, penisku dibuat cuma diam mematung di pintunya. Perlahan kubuka dengan tangan dan terus kucoba untuk memasukkannya, dan akhirnya berhasil penisku masuk setengahnya, kira-kira 7 cm.

    “Jangan Ben.. entar aku hamil!” katanya tanpa berontak.
    “Kamu udah mens belom?” tanyaku.
    “Udah, baru kemaren, emang kenapa?” katanya.
    Sambil aku masukkan penisku yang setengah, aku jawab pertanyaannya,
    “Kalau gitu kamu kagak bakal hamil.”
    “Ach.. ach.. ahh..! sakit Ben, a.. ach.. ahh, pelan-pelan, aa.. aach.. aachh..!” katanya berteriak nikmat.
    “Tenang aja cuma sebentar kok, Citra mending doggy style dech!” kataku tanpa melepaskan penis dan berusaha memutar tubuhnya.

    Ia menuruti kata-kataku, lalu mulai kukeluar-masukkan penisku dalam vaginanya dan kurasa ia pun mulai terangsang kembali, karena sekarang ia merespon gerakan keluar-masukku dengan menaik-turunkan pinggulnya.

    “Ach.. a.. aa ach..” teriaknya.
    “Sakit lagi Ben.. a.. aa.. ach..”
    “Tahan aja, cuma sebentar kok,” kataku sambil terus bergoyang dan meremas-remas buah dadanya.

    “Ben,. ach pengen.. ach.. a.. keluar lagi Ben..” katanya.
    “Tunggu sebentar yach, aku juga pengen nich,” balasku.
    “Cepetan Ben, enggak tahan nich,” katanya semakin menegang.
    “A.. ach.. aachh..! yach kan keluar.”
    “Aku juga Say..” kataku semakin kencang menggenjot dan akhirnya setidaknya enam tembakan spermaku di dalam vaginanya.
    Kucabut penisku dan aku melihat seprei, apakah ada darahnya atau tidak? tapi tenyata tidak.
    “Citra kamu enggak perawan yach,” tanyaku.
    “Iya Ben, dulu waktu lagi masturbasi nyodoknya kedaleman jadinya pecah dech,” jelasnya.
    “Ben ingat loh, jangan bilang siapa-siapa, ini rahasia kita aja.””Oh tenang aja aku bisa dipercaya kok, asal lain kali kamu mau lagi.”
    “Siapa sih yang bisa nolak ‘Beni Junior’,” katanya mesra.

    Setelah saat itu setidaknya seminggu sekali aku selalu melakukan ML dengan Citra, terkadang aku yang memang sedang ingin atau terkadang juga Citra yang sering ketagihan, yang asyik sampai saat ini kami selalu bermain di rumah tanpa ada seorang pun yang tahu, kadang tengah malam aku ke kamar Citra atau sebaliknya, kadang juga saat siang pulang sekolah kalau tidak ada orang di rumah.

    Kali ini kelihatannya Citra lagi ingin, sejak di sekolah ia terus menggodaku, bahkan ia sempat membisikkan kemauannya untuk ML siang ini di rumah, tapi malangnya siang ini ayah dan ibu sedang ada di rumah sehingga kami tak jadi melakukan ini. Aku menjanjikan nanti malam akan main ke kamarnya, dan ia mengiyakan saja, katanya asal bisa ML denganku hari ini ia menurut saja kemauanku.

    Ternyata sampai malan ayahku belum tidur juga, kelihatannya sedang asyik menonton pertandingan bola di TV, dan aku pun tidur-tiduran sambil menunggu ayahku tertidur, tapi malang malah aku yang tertidur duluan. Dalam mimpiku, aku sedang dikelitiki sesuatu dan berusaha aku tahan, tapi kemudian sesuatu menindihku hingga aku sesak napas dan kemudian terbangun.

    “Citra! apa Ayah sudah tidur?” tanyaku melihat ternyata Citra yang menindihiku dengan keadaan telanjang.
    “kamu mulai nakal Ben, dari tadi aku tunggu kamu, kamu tidak datang-datang juga. kamu tau, sekarang sudah jam dua, dan ayah telah tidur sejak jam satu tadi,” katanya mesra sambil memegang penisku karena ternyata celana pendekku dan CD-ku telah dibukanya.
    “Yang nakal tuh kamu, Bukannya permisi atau bangunin aku kek,” kataku.
    “kamu tidak sadar yach, kamu kan udah bangun, tuh liat udah siap kok,” katanya sambil memperlihatkan penisku.

    “Aku emut yach.”
    Emutanya kali ini terasa berbeda, terasa begitu menghisap dan kelaparan.
    “Citra jangan cepet-cepet dong, kasian ‘Beni Junior’ dong!”
    “Aku udah kepengen berat Ben!” katanya lagi.
    “Mending seperti biasa, kita pake posisi ’69′ dan kita sama-sama enak,” kataku sembil berputar tanpa melepaskan emutannya kemudian sambil terus diemut.

    Aku mulai menjilat-jilat vaginanya yang telah basah sambil tanganku memencet-mencet payudaranya yang semakin keras, terus kuhisap vaginanya dan mulai kumasukkan lidahku untuk mencari-cari klitorisnya.

    “Aach.. achh..” desahnya ketika kutemukan klitorisnya.
    “Ben! kamu pinter banget nemuin itilku, a.. achh.. ahh..”
    “kamu juga makin pinter ngulum ‘Beni’ kecil,” kataku lagi.
    “Ben, kali ini kita tidak usah banyak-banyak yach, aa.. achh..” katanya sambil mendesah.
    “Cukup sekali aja nembaknya, taapi.. sa.. ma.. ss.. sa.. ma.. maa ac.. ach..” katanya sambil menikmati jilatanku.

    “Tapi Ben aku.. ma.. u.. keluar nich! Ach.. a.. aahh..” katanya sambil menegang kemudian mengeluarkan cairan dari vaginanya.
    “Kayaknya kamu harus dua kali dech!” kataku sambil merubah posisi.
    “Ya udah dech, tapi sekarang kamu masukin yach,” katanya lagi.
    “Bersiaplah akan aku masukkan ini sekarang,” kataku sambil mengarahkan penisku ke vaginanya.

    “Siap-siap yach!”
    “Ayo dech,” katanya.
    “Ach.. a.. ahh..” desahnya ketika kumasukkan penisku.
    “Pelan-pelan dong!”
    “Inikan udah pelan Citra,” kataku sambil mulai bergoyang.
    “Citra, kamu udah terangsang lagi belon?” tanyaku.
    “Bentar lagi Ben,” katanya mulai menggoyangkan pantatnya untuk mengimbangiku, dan kemudian dia menarik kepalaku dan memitaku untuk sambil menciumnya.
    “Sambil bercumbu dong Ben!”

    Tanpa disuruh dua kali aku langsung mncumbunya, dan aku betul-betul menikmati permainan lidahnya yang semakin mahir.
    “Citra kamu udah punya pacar belom?” tanyaku.”Aku udah tapi baru abis putus,” katanya sambil mendesah.

    “Ben pacar aku itu enggak tau loh soal benginian, cuma kamu loh yang beginian sama aku.”
    “Ach yang bener?” tanyaku lagi sambil mempercepat goyangan.
    “Ach.. be.. ner.. kok Ben, a.. aa.. ach.. achh,” katanya terputus-putus.
    “Tahan aja, atau kamu mau udahan?” kataku menggoda.
    “Jangan udahan dong, aku baru kamu bikin terangsang lagi, kan kagak enak kalau udahan, achh.. aa.. ahh.. aku percepat yach Ben,” katanya.
    Kemudian mempercepat gerakan pinggulnya.
    “Kamu udah ngerti gimana enaknya, bentar lagi kayaknya aku bakal keluar dech,” kataku menyadari bahwa sepermaku sudah mengumpul di ujung.
    “Achh.. ach.. bentar lagi nih.”

    “Tahan Ben!” katanya sambil mengeluarkan penisku dari vaginanya dan kemudian menggulumnya sambil tanganya mamainkan klitorisnya.
    “Aku juga Ben, bantu aku cari klitorisku dong!” katanya menarik tanganku ke vaginanya.
    Sambil penisku terus dihisapnya kumainkan klitorisnya dengan tanganku dan..
    “Achh.. a.. achh.. achh.. ahh..” desahku sambil menembakkan spermaku dalam mulutnya.
    “Aku juga Ben..” katanya sambil menjepit tanganku dalam vaginanya.
    “Ach.. ah.. aa.. ach..” desahnya.

    “Aku tidur di sini yach, nanti bangunin aku jam lima sebelum ayah bagun,” katanya sambil menutup mata dan kemudian tertidur, di sampingku. Tepat jam lima pagi aku bangun dan membangunkanya, kemudian ia bergegas ke kamar madi dan mempersiapkan diri untuk sekolah, begitu juga dengan aku. Yang aneh siang ini tidak seperti biasanya Citra tidak pulang bersamaku karena ia ada les privat, sedangkan di rumah cuma ada Mbak Ratna, dan anehnya siang-siang begini Mbak Ratna di rumah memakai kaos ketat dan rok mini seperti sedang menunggu sesuatu.

    “Siang Ben! baru pulang? Citra mana?” tanyanya.
    “Citra lagi les, katanya bakal pulang sore,” kataku, “Loh Mbak sendiri kapan pulang? katanya dari Solo yach?”

    “Aku pulang tadi malem jam tigaan,” katanya.
    “Ben, tadi malam kamu teriak sendirian di kamar ada apa?”
    Wah gawat sepertinya Mbak Ratna dengar desahannya Citra tadi malam.
    “Ach tidak kok, cuma ngigo,” kataku sambil berlalu ke kamar.
    “Ben!” panggilnya, “Temenin Mbak nonton VCD dong, Mbak males nich nonton sendirian,” katanya dari kamarnya.
    “Bentar!” kataku sambil berjalan menuju kamarnya, “Ada film apa Mbak?” tanyaku sesampai di kamarnya.

    “Liat aja, nanti juga tau,” katanya lagi.
    “Mbak lagi nungguin seseorang yach?” tanyaku.
    “Mbak, lagi nungguin kamu kok,” katanya datar, “Tuh liat filmnya udah mulai.”
    “Loh inikan..?” kataku melihat film BF yang diputarnya dan tanpa meneruskan kata-kataku karena melihat ia mendekatiku. Kemudian ia mulai mencium bibirku.
    “Mbak tau kok yang semalam,” katanya, “Kamu mau enggak ngelayanin aku, aku lebih pengalaman dech dari Citra.”

    Wah pucuk di cinta ulam tiba, yang satu pergi datang yang lain.
    “Mbak, aku kan adik yang berbakti, masak nolak sich,” godaku sambil tangan kananku mulai masuk ke dalam rok mininya menggosok-gosok vaginanya, sedangkan tangan kiriku masuk ke kausnya dan memencet-mencet payudaranya yang super besar.
    “Kamu pinter dech, tapi sayang kamu nakal, pinter cari kesempatan,” katanya menghentikan ciumannya dan melepaskan tanganku dari dada dan vaginanya.
    “Mbak mau ngapain, kan lagi asyik?” tanyaku.”Kamu kagak sabaran yach, Mbak buka baju dulu terus kau juga, biar asikkan?” katanya sambil membuka bajunya.
    Aku juga tak mau ketinggalan, aku mulai membuka bajuku sampai pada akhirnya kami berdua telanjang bulat.

    “Tubuh Mbak bagus banget,” kataku memperhatikan tubuhnya dari atas sampai ujung kaki, benar-benar tidak ada cacat, putih muCitra dan sekal.
    Ia langsung mencumbuku dan tangan kanannya memegang penisku, dan mengarahkan ke vaginanya sambil berdiri.

    “Aku udah enggak tahan Ben,” katanya.
    Kuhalangi penisku dengan tangan kananku lalu kumainkan vaginanya dengan tangan kiriku.
    “Nanti dulu ach, beginikan lebih asik.”
    “Ach.. kamu nakal Ben! pantes si Citra mau,” katanya mesra.
    “Ben..! Mbak..! lagi dimana kalian?” terdengar suara Citra memanggil dari luar.
    “Hari ini guru lesnya tidak masuk jadi aku dipulangin, kalian lagi dimana sich?” tanyanya sekali lagi.
    “Masuk aja Citra, kita lagi pesta nich,” kata Mbak Ratna.
    “Mbak! Entar kalau Citra tau gimana?” tanyaku.
    “Ben jangan panggil Mbak, panggil aja Ratna,” katanya dan ketika itu aku melihat Citra di pintu kamar sedang membuka baju.

    “Ratna, aku ikut yach!” pinta Citra sambil memainkan vaginanya.
    “Ben kamu kuat nggak?” tanya Ratna.
    “Tenang aja aku kuat kok, lagian kasian tuch Citra udah terangsang,” kataku.
    “Citra cepet sinih emut ‘Beni Junior’,” ajakku.
    Tanpa menolak Citra langsung datang mengemut penisku.
    “Mending kita tiduran, biar aku dapet vaginamu,” kataku pada Ratna.
    “Ayo dech!” katanya kemudian mengambil posisi.
    Ratna meletakkan vaginanya di atas kepalaku, dan kepalanya menghadap vagina Citra yang sedang mengemut penisku.

    “Citra, aku maenin vaginamu,” katanya.
    Tanpa menunggu jawaban dari Citra ia langsung bermain di vaginanya.Permainan ini berlangsung lama sampai akhirnya Ratna menegangkan pahanya, dan.. “Ach.. a.. aach.. aku keluar..” katanya sambil menyemprotkan cairan di vaginanya.

    “Sekarang ganti Citra yach,” kataku.
    Kemudian aku bangun dan mengarahkan penisku ke vaginanya dan masuk perlahan-lahan.
    “Ach.. aach..” desah Citra.
    “Kamu curang, Citra kamu masukin, kok aku tidak?” katanya.
    “Abis kamu keluar duluan, tapi tenang aja, nanti abis Citra keluar kamu aku masukin, yang penting kamu merangsang dirimu sendiri,” kataku.
    “Yang cepet dong goyangnya!” keluh Citra.
    Kupercepat goyanganku, dan dia mengimbanginya juga.
    “Kak, ach.. entar lagi gant.. a.. ach.. gantian yach, aku.. mau keluar ach.. aa.. a.. ach..!” desahnya, kemudian lemas dan tertidur tak berdaya.
    “Ayo Ben tunggu apa lagi!” kata Ratna sambil mengangkang mampersilakan penisku untuk mencoblosnya.

    “Aku udah terangsang lagi.”
    Tanpa menunggu lama aku langsung mencoblosnya dan mencumbunya.
    “Gimana enak penisku ini?” tanyaku.
    “Penis kamu kepanjangan,” katanya, “tapi enak!”.
    “Kayaknya kau nggak lama lagi dech,” kataku.
    “Sama, aku juga enggak lama lagi,” katanya, “Kita keluarin sama-sama yach!” terangnya.
    “Di luar apa di dalem?” tanyaku lagi.
    “Ach.. a.. aach.. di.. dalem.. aja..” katanya tidak jelas karena sambil mendesah.
    “Maksudku, ah.. ach.. di dalem aja.. aah.. ach.. bentar lagi..”
    “Aku.. keluar.. ach.. achh.. ahh..” desahku sambil menembakkan spermaku.
    “Ach.. aach.. aku.. ach.. juga..” katanya sambil menegang dan aku merasakan cairan membasahi penisku dalam vaginanya.

    Akhirnya kami bertiga tertidur di lantai dan kami bangun pada saat bersamaan.
    “Ben aku mandi dulu yach, udah sore nich.”
    “Aku juga ach,” kataku.
    “Ben, Citra, lain kali lagi yach,” pinta Ratna.
    “Itu bisa diatur, asal lagi kosong kayak gini, ya nggak Ben!” kata Citra.
    “Kapan aja kalian mau aku siap,” kataku.
    “Kalau gitu kalian jangan mandi dulu, kita main lagi yuk!” kata Ratna mulai memegang penisku.

    Akhirnya kami main lagi sampai malam dan kebetulan ayah dan ibu telepon dan mengatakan bahwa mereka pulangnya besok pagi, jadi kami lebih bebas bermain, lagi dan lagi. Kemudian hari selanjutya kami sering bermain saat situasi seperti ini, kadang tengah malam hanya dengan Ratna atau hanya Citra.

    Oh bapak tiri, ternyata selain harta banyak, kamu juga punya dua anak yang siap menemaniku kapan saja, ohh nikmatnya hidup ini.

  • Cerita Sex Pemerkosaan Berujung Kenyamanan – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sex Pemerkosaan Berujung Kenyamanan – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1685 views

    Perawanku – Siang Hari itu matahari bersinar amat terik, ditambah debu yang mengepul dimana-mana. Tampak sekelompok kuli bangunan sedang mengerjakan proyek bangunan ruko, ada yang mengecor, meng-aci adukan semen. Seorang pria berumur 40tahun botak, gemuk berkulit hitam dengan perawakan yang menyeramkan mengenakan kacamata hitam, kaos singlet putih ketat hingga menunjukkan perutnya yang membuncit tampak membentak beberapa kuli yang sedang minum disamping proyek.

    “Hei, bego! Kerja, jangan santai aza lu makan gaji buta! Lu kira gaji lu murah apa?!Ini belum jam makan siang!!” sambil menunjuk-nunjuk dengan jarinya ia berteriak. “Iya, Pak Yunus. Maaf, Pak. Hari ini terik sekali jadi kami turun kebawah sebentar buat beli es teh manis.”kata Kurdi si kuli bangunan yang paling tua.

    Kuli-kuli yang berjumlah 5 orang itu pun kembali naik kelantai 4 untuk melanjutkan pekerjaan mereka, diantaranya ada yang memaki dengan pelan

    “Baru jadi mandor saja, sudah belagu dan kerjaannya tiap hari menekan orang kerja.” Ada pula yang bergumam sendiri “Dasar Batak, rese pasti kalau dapat mandor orang Batak!” lalu dijawab temannya “Tak semua orang Batak seperti itu, banyak pula yang baik tergantung manusianya.”

    “Creeeessssss….Kreeeetekkk…..Kreeeteekkkk “

    gemericik minyak goreng diatas wajan, beberapa potong tahu dimasukkan kedalam wajan. “Isah, kemari bawa bumbu untuk menumis kangkung nanti. Ibu hampir selesai goreng tahu.” Seorang perempuan berumur sekitar 24 tahun berteriak dari arah dapur.

    “Iya, mik. Isah segera bawakan.” Perempuan berumur sekitar 11 tahun itu berlari kearah ibunya, setelah memberikan apa yang ibunya minta. Ia kembali kedepan, untuk melayani para kuli yang mulai berdatangan masuk kedalam warteg.

    Tak lama, Ibu muda tadi muncul dan membawakan sepiring tahu goreng dan sebaskom sayuran tumis kangkung. Warteg tersebut telah penuh oleh para kuli yang sedang mengisi perut dan keadaan sangat ramai oleh candaan dan percakapan antara mereka.

    Tetapi setelah perempuan itu muncul suasana berangsur menjadi sepi, dan para kuli tersebut terdiam dan jakun mereka bergerak naik turun seperti menelan makanan bulat-bulat.

    “Teh Kokom, tahu gorengnya sudah matang? Soalnya panas ya, Teh hari ini? Enak sekali kalo makan tahu goreng dengan teh manis!” goda salah seorang kuli remaja.

    “Ah, anak kecil. Bicara tak nyambung, dasar kecil-kecil sudah genit!” timpal seorang kuli lain yang sudah tua renta sambil diiringi deras tawa dari para kuli yang lain.

    Mata para kuli itu masih menatap Kokom dengan lekat seakan hendak menelanjangi tubuh Kokom, tetapi Kokom tak menyadarinya. Silhuette badannya terlihat dengan jelas karena kaus putih yang ia kenakan telah basah oleh peluh, ketika ia tadi menggoreng tahu dan tampak semakin jelas karena kaosnya sudah cukup longgar dibagian dada.

    Menampakkan dadanya yang penuh kencang berukuran 34B. Kulit Kokom kuning langsat tampak kontras sekali dengan bentuk wajah yang membulat, bibir tipis, rambutnya hitam legam berkilau sepanjang punggung, pinggulnya besar dan pantatnya padat berisi, dan matanya yang berbinar-binar.

    Tubuh kokom sintal berisi seperti penyanyi dangdut, dan kaosnya yang longgar sering turun ketika ia membungkuk untuk mengambilkan sayur dan tampaklah buah dadanya yang penuh dan padat sehingga para kuli terbawa berahi ketika makan sekalipun.

    “Heii, sebentar lagi jam istirahat habis. Cepat selesaikan makanmu, bah!” Yunus berteriak sambil masuk kedalam warteg. “Hey, Kokom. Lekaslah kau ambilkan abang segelas teh manis kalau kau masih mau buka makanan disini..Hahaha!” Ia tertawa lepas, sambil mengebrak meja.

    Kuli-kuli lalu kembali ketempat mereka bekerja, karena lokasi warteg yang agak berjauhan dari proyek.Kokom mengambilkan segelas es teh manis, dan meletakkan ke arah meja tempat Yunus duduk. Ketika ia berbalik, tangan Yunus menjamah dan meremas bokong Kokom.

    Kokom berbalik dan memelototi Yunus, tetapi Yunus terlihat berpura-pura seperti tak ada yang terjadi dan meminum es teh manisnya. Beberapa kuli yang masih ada diwarteg tersebut kebetulan melihat peristiwa tersebut berpura-pura tak memperhatikan apa yang baru saja terjadi lalu cepat-cepat mereka segera kembali ke proyek untuk melanjutkan pekerjaan. Kokom pun melengos kesal, sambil berlalu ke arah dapur.

    “Kringg!” Yunus menyapa di Handphone-nya “Halo, Pak Darma. Baik, pak. Proyek sudah berjalan dengan sebagaimana mestinya. Progressnya cukup pesat, sekarang ini sudah naik cor di lantai 4. Baik, terima kasih pak.”.

    Setelah mengakhiri pembicaraan di handphonenya, Yunus kemudian beranjak menuju proyek. “Kom, abang jalan dulu ke proyek!Nanti abang balik baru bayar ya?!”. Kokom bergegas keluar dari arah dapur menghampiri Kokom “Bang, tolong dibayarkan dahulu. Hari ini sudah akhir minggu, minggu kemarin tunggakan makan para kuli belum dibayar.

    Ketika saya tagih mereka berkata belum dapat uang makan dari abang Yunus.”. Yunus membelalakkan matanya, menghardik Kokom “Hei, Kokom. Masih maukah engkau berjualan disini?!! Kalau masih mau, tutup saja mulutmu yang kecil itu. Atau mau kusumpal dengan ikan lele dibawah pusarku ini?! Hahaha..! Diam sajalah, kau! Sore ini kulunasi semuanya tagihan yang ada”.

    Yunus menghampiri Kokom, merangkul lalu mengelus rambut Kokom “Kom, kau sudah menjanda cukup lama lebih baik bersama abang saja. Abang juga merantau dan bekerja di Jakarta ini cukup lama, apalagi perbedaan umur 20 tahun denganmu itu pertanda abang sudah matang dan masak dalam kehidupan berkeluarga. Abang juga kesepian, jarang pulang kerumah di Medan.

    Istri abang sepertinya sudah tak perduli lagi dengan abang.” Kokom terdiam sejenak, lalu ia melepaskan diri dari rangkulan Yunus “Bang, kok bisa abang bicara seperti itu? Istri abang pasti sedih mendengar perkataan abang.

    Kokom mau kedapur masakan belum selesai untuk nanti sore, Kokom peringati abang jangan main pegang dan raba-raba Kokom! Kalau abang masih berani ga sopan, saya akan lapor ke koh Ameng!”

    Menjelang maghrib hujan turun dengan deras, jamaludin, usman, dan jaka tak terpengaruh dengan situasi tersebut. Mereka sedang terlibat perbincangan hangat, sambil menikmati kopinya Jamaludin berceloteh “Jadi Pak Yunus enak yah, ga ada yang berani sama dia. Bisa mengomeli kuli, opname gudang, infra.

    Kayak seluruh proyek ini punya dia saja. Kalau lagi kurang uang, hanya perlu jilat-jilat bokongnya cukong! Duit turun deh ke kantong!!”.

    “Hahahaha, tetapi ke kita pelit sekali!Hahahaha, kalau ke perempuan malam dia royal sekali!” usman menimpali. Jaka menyela pembicaraan mereka”Eh, bagaimana pembayaran gaji kita? Sampeyan jangan tenang-tenang saja! Hari ini harus ada kejelasan kalau tak hari senin aku mogok kerja tunggu gajiku dibayar!”.

    “Ya, betul. Sekarang saatnya kita balas perbuatan Pak Yunus ke kita! Kita sudah kerja capek-capek dan mengikuti kemauan dia, kewajiban sudah diberi tetapi hak belum dibayarkan!” Usman menimpali kembali. Di luar warteg, hujan bertambah deras Pak Mamat si petugas gerbang tergopoh-gopoh membukakan gerbang.

    Mobil sedan mewah berwarna hitam, memasuki pelataran parkir proyek. Seorang lelaki kekar berambut cepak turun dan membukakan pintu. Muncullah seorang lelaki berkulit putih yang pendek dan gendut, matanya sipit tetapi mempunyai tatapan yang tajam menyiratkan kelicikan si pemilik tatapan.

    “Bram, panggilkan Yunus kemari! Saya ingin bicara dengan dia! Saya tunggu dibedeng.” Sahut pria gendut tersebut yang ternyata bernama Koh Ameng sambil berjalan ke arah bedeng dipayungi Supir. “Siap, bos!” jawab Bram sang bodyakurd.

    Tak lama muncullah Bram dan mengikuti dibelakangnya Yunus, “Koh Ameng, lama ga ketemu! Baru pulang dari Australia? Enak yah disana,Bos? Kabar cici Silvi bagaimana? Baik-baik saja?Hehehe.” Yunus berkata sambil membungkuk-bungkukkan badannya menyeka tubuhnya yang basah terkena air hujan.

    “Bagaimana jalannya proyek ini, Nus? Slamet laporan ke aku, gaji para tukang dan kenek belum dibayar untuk minggu yang kemarin dan minggu ini? Aku sudah percayakan proyek ini ke tangan lu! Jangan seenak perut lu jalanin proyek!!” BRAKKK!! Koh Ameng menggebrak meja.

    Yunus mundur selangkah karena kaget, lalu berkata “Oh iya, saya lupa bilang sama koh. Minggu kemarin istri saya sakit jadi saya pinjam dahulu uang tersebut!”.

    “Jangan berdalih macam-macam, aku sudah tahu yang sebenarnya! Jangan sampai kuli nanti mogok kerja, lu nanti aku seret ke meja hijau!!Cepat bayar mereka sana!!!Sekalian pesenin aku minuman es teh manis!!Dasar goblok, bisanya korupsi saja!” Koh Ameng berkata sambil menendang kursi didepannya.

    “Baik, koh. Maafkan saya.” Yunus berkata dan kemudian keluar dari kantor proyek terbirit-birit menuju warteg. “Heh, kalian semua!! Siapa yang melaporkan kalau minggu kemarin gaji kalian belum dibayar? Hari ini saya bayar sekalian semuanya.

    Angkat tangan, dan silahkan ambil duitnya. Tetapi besok kalian tak usah kerja lagi disini!!!” Yunus masuk ke warteg sambil berteriak-teriak. Para kuli duduk tertunduk lesu dan pasrah, tak berani meminta hak mereka karena merasa diancam.

    “Heh, semua tak ada yang mau dibayar? Ok lah, dan sekarang kalian makannya tunda dahulu!! Kokom, boss minta es teh manis!! Cepat antarkan ke kantor sana!” Yunus terduduk, menghempas nafas dan memijat sendiri kepalanya.

    Kokom ketakutan lalu berlari ke arah bedeng.

    “Tokk..Tokk”

    “Permisi, pak! Es tehnya?!” Kokom menyapa dari luar kantor.

    “Masuklah sini! Nama lu Kokom? Yunus dimana?” Tanya Koh Ameng. “Yunus di proyek, Pak. Saya tadi disuruh mas Yunus antar teh buat bapak.” Kokom tertunduk menyahut. Ia menggigil kedinginan, karena udara AC menerpa tubuhnya yang basah terkena hujan.

    Mata Koh Ameng tak lepas memandang tubuh Kokom yang sedikit basah terkena terpaan hujan didepan sana. “Sudah sana balik ke warung!” perintah Koh Ameng.

    Koh Ameng gelisah, karena terangsang melihat pemandangan yang baru saja ia saksikan.
    Ia mengusap-usap penisnya sambil membayangkan perempuan tersebut berada diatas tubuhnya yang gemuk. Dan kegelisahannya bertambah ketika Yunus masuk dan memergokinya sedang onani.

    “Yunusss, aku lagi pusing! Gara-gara perbuatan lu semuanya ini!! Lu carikan solusinya!”

    “Siap, Bos! Tetapi diluar masih hujan, bos! Tahan sebentar yah, bos!” Yunus tersenyum.

    “Heh, perempuan yang jaga warung tadi cantik juga yah?” Koh Ameng mengepulkan asap rokoknya. “ Oh, kokom bos?! Dia janda, bos mau sama dia?! Dia orang baik-baik, bos. Tetapi demi bos, saya akan coba deh! Orangnya memang cantik, sintal, kulitnya putih! Masih muda lagi, bos! Cocok deh jadi simpanan, bos! Hehehe…! Saya panggilkan dia sebentar ya, bos!” Yunus keluar dan meminjam payung bersama Bram, ia menuju ke arah warteg. Mereka berlari ke arah warteg, dan melihat warteg dalam keadaan sepi hanya ada 4 orang kuli karena waktu sudah menunjukkan pukul ½ 8 malam.

    Dan para kuli kebanyakan sudah pulang ke tempat tinggal masing-masing karena ini akhir pekan. “Jaka, Kokom dimana? Boss mau beli rokok!” teriak Yunus. “Tadi sih lagi mandi, Bang. Sudah selesai kali. Komm, dipanggil sama Bang Yunus nihhh!! Pak Ameng minta diantarkan rokok ke bedeng.” Jaka berteriak ke arah dapur.

    “Buruan, Kom! Pak Ameng mau bayar tagihan makan anak buah sekalian yang tertunda kemarinnn!! Abang tunggu di bedeng yah?!” Yunus menimpali perkataan Jaka.“Iya, bang. Kokom ambilkan di belakang. Nanti Kokom nyusul” Kokom menyahut dari dalam.

    “Bang Bram, kau disini saja menjaga agar anak buah tak curiga.” Yunus berbisik kepada Bram dijawab dengan anggukan Bram.

    “Mana si janda pemilik warteg itu, Nusss??! Kerja kau tak pernah beres!”Cetus Koh Ameng ketika Yunus kembali dari warteg. “Sabar, Bos. Dia lagi menuju kesini, tadi saya janjikan utang makan para kuli akan boss lunasi.

    Jadi skenarionya begini, Boss jangan mau bayar kalau dia tak mau……..emm…… ya boss tahu lah! Dia lagi butuh uang kalau tak minggu depan warungnya tutup, boss.”. “Ya sudah, beruntung kau memiliki boss seperti aku.

    Sudah lu makan itu duit, masih mau aku tutupin.Sana keluar, mau tunggu apa lagi kau disini!!” Koh Ameng mengusir Yunus dengan gerakan tangannya. “Boss, saya tunggu di depan yah?!” Yunus membuka pintu dan Kokom ternyata baru saja sampai didepan pintu.

    “Koh, ini Kokom sudah datang mau ngambil uang tagihannya.” Yunus berpura-pura. “ Suruh masuk saja, seperti orang lain saja yang datang kau, Nus! Dia kan juga termasuk kerja di Proyek!” Sahut Koh ameng dari dalam. “Bos, saya tinggal dulu yah, mau ngopi dulu diwarung. Kokom terima duit saja dahulu dari Koh Ameng, nanti abang suruh si Isah buatin Kopi!”……..

    “Kokom , mari sini duduk disini! Saya mau bantu kamu mengenai tagihan uang makan para kuli. Saya dengar Yunus sudah mengambil jatah uang makan para kuli. Berapa tagihannya total?” Tanya Koh Ameng sambil ia mengeluarkan calculator dari laci mejanya.

    “Total semua 12 juta rupiah dari 20 orang tukang untuk seminggu karena sudah ada yang membayar langsung ke saya. Ini perinciannya saya tulis di kertas untuk perhitungan Bapak. Saya beruntung ada orang sebaik Bapak, karena selama 1 minggu terakhir ini saya mengambil bahan-bahan mentah tersebut secara hutang dan masih berhutang kepada penjual bumbu dan beras pula”.

    “Sebentar, saya hitung dolo.” Kata Koh Ameng sambil menekan-nekan tombol calculatornya. “Ok, semuanya benar. Saya ambilkan uangnya terlebih dahulu. Sebentar, saya hubungi Bram untuk mengambil uang di mobil!”.

    “Halo, Bram. Kamu kesini, bawakan uang yang ada di dashboard. Saya mau bayar tagihan makan kuli, mau melepaskan penat di kepala saya ini! Cepat yah!!”

    Tak lama Bram muncul dikantor membawakan map kopi yang terbungkus rapi. Koh Ameng mengambil sejumlah uang dari dalamnya, dan memberikan kepada Bram setumpuk uang untuk dihitung setelah pas jumlahnya. Ia meletakkan uang tersebut diatas meja. “Kom, ini tagihannya. Saya harap kamu dapat menggunakannya untuk membayar tagihan berjalan kamu. Tetapi ingat uang ini bukan berarti saya yang membayar tagihan dari Yunus.

    Uang ini hanya saya pinjamkan agar usaha kamu tetap dapat berjalan dan kamu tetap harus meminta penggantinya dari Yunus! Mengerti?!” Koh Ameng tersenyum licik. “ Tapi…Bang Yunus mengatakan kepada saya bahwa Koh Ameng yang akan membayarkan tagihan.

    Dan Koh Ameng bilang mau membantu saya mengenai tagihan!” Kokom mengernyitkan dahinya. “Saya bilang mau bantu, bukan membayari. Bukannya berterimakasih dikasih hati, malah kamu meminta jantung!Kamu kira uang saya turun dari langit sehingga mau membayari kesalahan Yunus!! Lebih enak menjadi kamu, punya tubuh montok tinggal nongkrong di klub malam, lalu menggoda pria seperti saya dan dapat uang!!” Koh Ameng marah dan bangkit berdiri dari duduknya.

    “ Koh, saya memang orang miskin tetapi bukan berarti tak punya harga diri! Kalau saya berniat jadi pelacur, saya juga tak akan mencari Koh Ameng yang jelek dan kasar!!! Terima kasih atas bantuannya! Saya sepertinya menangkap arah pembicaraan Koh Ameng.

    Dan saya tak butuh, lebih baik saya menutup usaha saya sementara dan melaporkan Bang Yunus ke Polisi!” Kokom berdiri dan beranjak pergi. Namun kepergiannya dihadang oleh Bram. “Kom, kamu kurang ajar sekali sama bos.

    Sudah dikasih enak, malah kurang ajar!! Sudahlah, kamu juga sudah lama menjanda. Kenapa tak menikmati saja ajakan Bos??!” Bram menahan tubuh Kokom. “Mas Bram, apa-apaan ini? Jangan sampai saya berteriak yah?!!” Bram lalu mendekap tubuh Kokom dari belakang dan menutup mulutnya “Dasar janda kurang ajar!! Dikasih rezeki tak mau, malah kurang ajar ngancam-ngancam!! Sekarang rasain nihh!”.

    Koh Ameng mendekati Kokom yang dibekap oleh Bram. Tangannya bergerak cepat sekali ke dada Kokom yang masih tertutupi kaus dan BH, meraba lalu meremas.

    “Gila, walaupun sudah punya anak satu. Tetapi dadamu masih kenyal yah?? Coba kau pegang Bram!” Bram lalu menekankan lengannya ke dada Kokom dan mengangguk. “Kohh, bangsssssss….mmmhhh!!
    Mattthhhhhhssssii…auuuuwwwww…yaaaahhh…..!!!” Lalu ia menggigit tangan Bram yang membekap mulutnya.

    “Koh, kalau hari ini ada apa-apa dengan Kokom. Lebih baik Koh bunuh saja Kokom, atau Kokom akan balas dendammmmhhh…..mmmhh…….aaaaauwww!!”Tangan Bram kembali membekap mulut Kokom.

    “Hahahaha, kau tunggu saja Kokom!” Lalu Koh Ameng memasukkan tangannya kebalik kaus Kokom dan mengelus perut mulus Kokom yang rata dan mengusap-usap pusarnya. Disinilah letak kenikmatan, bukan?! Kau nikmati sajalah!!” Tangannya kembali menjelajah naik ke atas bagian dadanya dan mencengkeram toket Kokom dengan kuat sekali sehinga tubuh Kokom terguncang kebelakang dan ia mulai menangis merasakan ketakutan.

    “Auuuuuwwww…chaaaaakhhhhiiiiiiiiitttttt!” Teriak Kokom dibalik bekapan Bram.”Pegang tangannya erat-erat! Aku mau sumpal mulutnya yang sombong itu, Bram!” Koh Ameng mengeluarkan sehelai sapu tangan dan menutup mulut Kokom lalu Bram dengan cepat mengunci tangan Kokom dari arah belakang. Koh Ameng membuka kaus Kokom sehingga tampak toket yang membusung dengan indah ditutupi BH berwarna hitam.

    Sekali lagi Koh Ameng gemas dan mencengkram toket itu dengan kuat. “auuuuwwwhhh! Huuuuu…huhuuuu!” Kokom sesenggukan menahan sakit dan takut. Koh Ameng lalu meraba-raba lembut toket yang membuncah diluar BH hitam Kokom.

    Dengan kasar ia melepas BH milik Kokom, terlihat toket Kokom putih dengan putingnya berwarna merah jambu dan berukuran kecil. Semakin gemas koh Ameng bergumam “Dasar toket ini sialan banget montoknya!!” lalu tangannya menampar toket Kokom dengan keras. Ia menampari toket yang kiri dan kanan, lalu ia cengkrami dengan keras

    ”Auuwwww…..Aahhhhh….auuuwww…ammpunnnn..ammpuuniii saya!!

    Tolooonnnggg..Isahhhhh…tooloonnng mimiiiiik!!” Puting toket Kokom mulai mengeras, karena ditampari beberapa kali sehingga memerah. Dengan kasar sekali Koh Ameng, melucuti jeans Kokom sehingga tubuh Kokom sekarang ini hanya ditutupi oleh selembar celana dalam.

    “Kom, bukankah kau tadi bilang tak akan melayaniku? Kenapa sekarang jemariku bisa meraba kedalam kemaluanmu, haaa???!!!” Koh Ameng menyibakkan celana dalam Kokom dari bawah, dan menusuk-nusukkan jarinya dengan kasar!!!

    “Aaaaaaaauw…auwwww.auuuwwwww…ampuuuunnnn…ampuunnnn!

    Ampunnnn…Kohhhh! Jangan diteruskannnnn!!!Kokom minta maafff!!!”

    Koh Ameng memberi kode kepada Bram, dan Bram mendorong tubuh Kokom dengan kasar hingga jatuh kesofa, dengan cepat ia mengikat tangan dan kaki kanan Kokom ke teralis jendela di atas sofa dan tangan kiri dan kaki kanannya ke kaki sofa dibantu oleh Koh Ameng.

    Sekarang posisi Kokom terlihat berbaring diatas sofa dengan kaki dan tangan yang terikat diantara teralis dan kaki sofa sehingga bagian bawah tubuhnya terbuka.

    “Kohhh, jannggaannnn..mmh.h..hhhmmm” perkataan Kokom terpotong ketika bibirnya dihisap-hisap oleh Koh Ameng. Dengan kasar dan bagaikan seekor anjing, Koh Ameng menciumi, mengendus, dan menjilati seluruh tubuh Kokom.

    Lalu ia menggigit puting Kokom, Kokom yang mencoba berontak terkena tamparan dari Bram. Tamparan itu membuatnya pening dan lemas karena shock. “Bram, sepertinya ia sudah tak melawan lagi. Kau tunggu di pintu saja, aku mau buka baju dahulu!” Koh Ameng berdiri dan bicara tanpa melihat Bram, matanya hanya nanar memandangi tubuh polos Kokom yang terbaring di atas sofa.

    Ketika Bram telah keluar, dengan cepat Koh Ameng melucuti bajunya sendiri dan ia mengesek-gesekkan tubuhnya di atas tubuh Kokom memelukkan tubuhnya dengan erat seakan hendak bersatu. Kokom yang dalam keadaan shock antara sadar dan tak merasakan beratnya tubuh gemuk yang berada diatasnya menimpa tubuhnya yang kecil.

    Crettttt…Kokom merasakan cairan hangat menyemprot dari kelamin Koh Ameng dan membasahi pahanya..“Aaaahhhh, siallll. Kenapa mesti keluar sekarang!! Bangsadddd..!!!”.

    Koh Ameng berdiri dan menghampiri dispenser, ia lalu minum segelas air dan menghampiri Kokom kembali. Ia memainkan toket Kokom dengan kasar, mulai terlihat jejak-jejak bekas kekasaran Koh Ameng ditubuh Kokom yang meninggalkan bilur-bilur membiru.

    Kontol Koh Ameng kembali mengacung tegak, setelah ½ jam berlalu semenjak Koh Ameng merasakan ejakulasi pertamanya. Ia mengambil posisi berlutut diantara selangkangan Kokom, memegang penisnya lalu mengarahkan tepat kearah selangkangan dan kembali memaki Kokom “ Sekarang kau rasakan yah!

    Tadi kau bilang tak mau melayani aku, sekarang penisku bisa berada didalam memekmu!! Apa yang mau kaukatakan, Haaa??!!!” “Aaaauwwww….aaaaaauwww….yaaaaaaahhh…huuuu..huuuu!” Kokom menangis tersedu-sedu dan tubuhnya terguncang-guncang digoyang oleh tubuh gemuk si lelaki tua sialan itu.

    “Hahahaha, kenapa jawabanmu auw..auw dan yaa? Apakah iya maksudnya? Apakah enak? Ini kutambahkan lagi dan kupercepat!!” Koh Ameng semakin kasar dan semakin cepat menggoyangkan pinggulnya.

    Walaupun memek Kokom dalam keadaan kering, ia tak memperdulikannya.

    “Ooohhh..oohhhh Kokom nikmat sekali tubuhmu, biar kuceraikan saja si Nyonya dan kunikahi engkau atau…atauuu…kujadikan saja engkau sebagai istri simpanankuuuuuhhkk…maukkaaaahhh kauuu??” Koh Ameng mulai menceracau tak karuan menikmati saat-saat menjelang ejakulasinya.

    “Oooohhhh…Kokommm, sekarang kita bersattuuuu..mmmh..mmhhh” Koh Ameng membuka mulutnya lebar-lebar dan menjejalkan toket Kokom yang liat itu kemudian digigitnya toket Kokom dengan keras.

    “ Auuuuuuuuuuuuuuuuuwwwwwww!!!!!Auwwwwwwwww” Melihat raut wajah dan Kokom setengah berteriak kesakitan dalam keadaan tersumpal mulutnya, Koh Ameng bertambah cepat lagi menggoyangkan pinggulnya, dan ia menumpahkan air maninya didalam memek Kokom.

    “Huuuu…huuu!” Kokom menangis sejadi-jadinya. Koh Ameng tersenyum puas hingga penisnya mengecil dan keluar dari memek Kokom, “Kokom, ambil saja uang yang saya berikan tadi. Uang dari Yunus kau tagih saja, dan itu akan menjadi bagianmu.

    Ingat peristiwa hari ini, jangan kaubeberkan kepada siapapun. Uangku banyak percuma kaulaporkan kepada polisi, mereka dapat kusuap dengan mudah. Dan bila tetap kaulaporkan, aku pasti akan bebas dengan mudah. Bila kaulaporkan, aku tak akan dendam. Tetapi aku tak dapat menjamin keselamatan anak perempuanmu nantinya.

    Oke, semua kembali kepadamu.” Ia melepaskan sumpalan kain di mulut Kokom, dan ikatan ditubuhnya. Kokom meringkukkan badannya, dan menangis tersedu-sedu ia merasa amat kotor dan jijik dengan keadaannya sendiri.

    Namun, apa daya apa yang dapat ia lakukan melawan orang kaya ini? Sungguh, dunia nyata amat kejam tak seperti di sinetron dimana yang baik akan menang pada akhirnya. Ia merapihkan bajunya, dan menepiskan tangan Koh Ameng yang hendak membantunya mengenakan pakaian.

    Koh Ameng membisikkan sesuatu kepada Koh Ameng, dan Kokom mengacuhkannya. Tetetapi pada akhirnya ia mengangguk.

    Kokom melangkah cepat memasuki mobil Koh Ameng, dibantu oleh Bram. Isah kemudian dijemput oleh Bram masuk kedalam mobil Koh Ameng. Bram mengatakan kepada para kuli bahwa Koh Ameng hendak membayar tagihan kepada Kokom, dan saudara Kokom sekarang dalam keadaan sakit dikampung lalu Kokom harus pulang sekarang.

    Padahal kenyataannya Kokom diungsikan ke hotel beberapa hari, karena sekujur tubuhnya yang penuh luka tentu dapat menimbulkan kecurigaan antara para kuli.

    Kokom menginap di hotel selama sebulan, selama 2 minggu terakhir ia terpaksa melayani nafsu bejat Koh Ameng hingga ia hamil dan melahirkan anak bagi Koh Ameng yang belum dikarunia keturunan dari istrinya.

    Lima belas tahun kemudian, Kokom telah menjadi Nyonya Besar. Ia menggantikan istri asli Koh Ameng, dan mewarisi seluruh kekayaan dari Koh Ameng ketika Koh Ameng dan istrinya meninggal karena kecelakaan. Sungguh, takdir adalah misteri.

    Kokom tak pernah menyangka bahwa perkosaan kepada dirinya terbalaskan dengan manis akhirnya. Kokom sendiri mengganti namanya dengan Yeni. Isah, anak Kokom dari pernikahannya yang terdahulu kini berumur 26 tahun mengganti namanya menjadi Cherry dan telah menjadi komisaris dalam anak perusahaan. James, buah hati yang lahir kecelakaan karena perbuatan Koh Ameng sedang sekolah di Australia menuntut ilmu untuk menggantikan posisi ayahnya….

  • Cerita Sex Sungguh Nikmatnya Tubuh Sepupu Istriku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sex Sungguh Nikmatnya Tubuh Sepupu Istriku – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1115 views

    Perawanku – Baru pulang dari luar kota tadi malam Saya agak malas untuk siap-siap ke kantor, nanti agak siang saja Saya masuknya. Istri saya sudah berangkat, anak semata wayang saya sudah ke sekolah. Selesai sarapan yang disiapkan oleh Yuni Saya belum juga mandi tapi menikmati 3 hari koran yang belum sempat saya baca selama keluar kota di sofa ruang tamu. Santai… Hari menjelang siang.

    Yuni baru saja selesai mengepel lantai lalu ke belakang. Rasanya ada yang aneh pada Yuni. Tiap hari dia memang mengepel lantai dan itu biasa. Entah apanya yang berbeda pada dia pagi ini Saya tak memperhatikan dan memang tak ingin tahu. Hanya saya rasakan agak aneh saja. Kembali Saya membaca koran. Ketika terdengar suara guyuran air di kamar mandi belakang, juga masih biasa, Yuni selesai bersih-bersih rumah lalu mandi. Langitpoker

    Lalu setengah jam kemudian dia tampak sliweran antara dapur dan ruang makan juga biasa. Juga ketika masuk ke kamar anak saya. Sekilas Saya sempat melihatnya lewat dari balik bentangan koran saya. Mungkin ini yang tak biasa, dia tampak lebih rapi dari biasanya. Daster yang dia kenakan tampaknya baru. Mungkin dia mau keluar belanja, pikirku.

    Dalam kesibukan dia di ruang makan kadang dia membuat suara-suara benturan piring dan alat lainnya. Dengan sendirinya Saya sedikit mengangkat kepala mengalihkan pandangan dari koran ke arahnya. Itu gerakan refleks yang biasa. Yang tak biasa adalah dia beberapa kali ‘tertangkap’ sedang memandang ke arah saya tapi tatapan matanya agak ke bawah. Ketika dia sedang ke belakang Saya coba meneliti adakah yang aneh pada diri saya ? Kebiasaan di rumah Saya selalu mengenakan celana pendek. Itu sudah sering dan Yuni juga sudah tahu. Jadi apanya yang aneh? Ah, memang Saya peduli! Saya terus saja membaca.

    Sampai tak lama kemudian, saat sedang asyiknya Saya membaca tanpa saya sadari Yuni sudah berdiri di depan saya. Koran saya letakkan, belum sempat Saya membuka mulut untuk bertanya, tiba-tiba Yuni menghambur ke arah saya, duduk di pangkuan saya dan memeluk tubuh saya. Lalu kepalanya yang tersembunyi di dada saya terlihat sedikit berguncang. Yuni menangis. Ada angin apa nih?

    “Maafkan aku Kang…” katanya di sela-sela isakan tangisnya.

    Yuni memang bukan pembantu. Dia adalah sepupu istri saya, sama-sama dari Kuningan, asal istri saya. Dia cukup cerdas walau SMK saja tak tamat, karena keburu disuruh menikah oleh ibunya. Teman-temannya di kampung pada umumnya hanya tamatan SMP atau bahkan SD. Dia sebenarnya ingin sekolah sampai tingkat sarjana, hanya kebiasaan di kampung mengharuskan anak perempuan sudah berrumah-tangga ketika mencapai umur 16 atau 17 tahun. Malang baginya, ketika usia pernikahan menjelang setahun suaminya tertangkap basah berselingkuh. Dia minta cerai dan ingin ikut istri saya ke Jakarta sambil siapa tahu bisa meneruskan sekolahnya dan menggapai cita-citanya menjadi sarjana pertanian. Di kampung dulu dia memang amat dekat dengan istri saya.

    Setelah bicara dengan saya, istri saya setuju menyekolahkan dia sampai tamat. Yuni bersedia kerja apa saja, jadi pembantu sekalipun, untuk mengejar cita-citanya. Kami, saya, istri dan anak saya tak pernah menganggap dia sebagai pembantu. Kami perlakukan dia sebagai salah satu kerabat dekat. Sudah hampir dua bulan dia ikut dengan keluarga kami. Dia sudah terdaftar di SMK kelas tiga, hanya belum mulai sekolah karena menunggu tahun ajaran baru, bulan depan. Umurnya kini 18 tahun. Memang sedikit terlambat. Anak seusia dia umumnya sudah tamat SMU.

    “Kenapa Yun?”

    “Maafkan aku Kang…”

    “Kamu salah apa?”

    Dia tak menjawab, masih terisak. Saya coba menduga-duga, mungkin dia tak betah karena mengerjakan urusan rumah tangga mirip pembantu.

    “Kamu pengen pulang?”

    Yuni menggeleng. Sebenarnya tidak juga sebagai pembantu karena istri saya kalau sedang di rumah juga ikut terjun kerja bersama dia. Anak saya pun begitu. Kami memang sudah biasa tak punya pembantu.

    “Atau kamu gak betah di sini?”

    “Bukan Kang bukan… Saya senang tinggal sama Teteh…” yang dia sebut teteh adalah istri saya.

    “Jadi kenapa?”

    Hening sejenak, lalu

    “Sayanya Kang, aku yang tak beres…”

    “Tak beres apanya? Ayo cerita, jangan sungkan-sungkan. Kamu kan sudah aku anggap adikku sendiri”

    “Bukan masalah itu Kang… Akang sekeluarga disini baik-baik semua… aku betah…”

    “Lalu ?”

    Yuni masih diam, tangisnya mereda. Tapi masih belum mau bicara. Tak sadar Saya mengelus-elus rambutnya yang lurus dan panjang sepunggung, seperti rambut istri saya. Memang Yuni banyak kemiripan dengan istri saya. Wajah mirip, hanya istri saya langsat dia sawo matang. Bentuk tubuhnya sama langsing, hanya dada Yuni sedikit lebih besar. Jangan berpikiran macam-macam. Dari ‘tampak luar’ saja sudah terlihat, tak harus ‘memeriksa’ ke dalam.

    Memangnya saya sekurang ajar itu berani memeriksa dada sepupu istri saya. Dada? Ah… gumpalan daging kembarnya itu melekat erat di dada saya sekarang. Baru sekarang juga Saya menyadari bahwa bongkahan itu menempel di tubuh saya nyaris tak ada penghalang. Tak ada ‘kain keras’ di antara kami. Masa sih ? Untuk memenuhi rasa penasaran saya, tangan saya yang sedang membelai rambut Yuni ‘mampir’ sebentar ke punggungnya.

    Hanya kain daster saja yang ada dipunggungnya. Benar, Yuni tak mengenakan bra! Saya lebih banyak berpikiran positif. Mungkin saja tadi dia sehabis mandi belum sempat memakainya. Tapi menyadari ‘keadaan’ begini, sebagai lelaki normal tak urung ada yang menggeliat di balik celana pendek saya.

    Lalu, saya biarkan pikiran saya mengelana, saya bayangkan bentuk bongkahan yang menekan dada saya, tentunya masih kencang sebab dia belum punya anak dan belum setahun ‘dipakai’, dengan putingnya yang kecil dan kecoklatan. Imagi begini jelas saja membuat perangkat bawah saya semakin mengencang. Tiba-tiba Yuni mengangkat kepalanya yang dari tadi ngumpet di dada saya. Ditatapnya mata saya sejenak, lalu pandangan beralih ke tubuh saya bagian bawah dan kemudian menatap saya lagi. Saya yakin pantatnya telah merasakan perubahan yang terjadi di celana saya.

    “Kang…” bisiknya serak.

    Pantatnya bergerak menggoyang, melumati kelamin saya. Mendadak mulut saya dipagutnya. Saya masih shock atas tindakannya ini sehingga bibir saya pasif saja menerima sapuan bibirnya. Tapi itu tak lama, hanya beberapa saat kemudian bibir saya malah merespon lumatan bibirnya. Kami berciuman. Celakanya, entah bagaimana Saya jadi membayangkan bahwa yang sedang saya ciumi ini adalah istri saya sehingga ciuman kami makin seru.

    Saya sempat melayang-layang sampai suatu saat kesadaran saya mendarat kembali ke bumi, rasio mengalahkan emosi. Saya dorong kepala Yuni menjauh, ciuman terlepas.

    “Yun…?”

    Saya lihat ekspresi wajahnya yang kaget sekejap.

    “Kang… maafkan aku… tapi aku butuh banget… butuh Kang… udah lama banget menahan…”

    “Kamu sadar Yun?”

    “Iya Kang, sadar bahwa aku sangat membutuhkanmu Kang…”

    “Kenapa aku?” tanya saya lagi.

    “Gak tahu Kang. Tubuhku ini udah lama membara… Udah lama aku coba menahannya tapi aku gak mampu Kang… tolong Akang mengerti…”

    Tanpa menunggu reaksi saya Yuni kembali menciumi saya. Kami berpagutan lagi. Saya mulai menikmati. Kesadaran saya berangsur menghilang.

    Kemudian, ini gerakan refleks yang wajar dan biasa ketika sambil berciuman telapak tangan kanan saya mulai meremas-remas buah dada kirinya yang hanya tertutup daster. Daging yang sekal sesuai bayangan saya tadi. Yuni melepas ciuman lalu mengerang sambil kepalanya mendongak menikmati remasan saya. Bahkan erangannya mirip rintihan istri saya. Cuma sebentar, kembali dia mengejutkan saya, dengan sigapnya dia melepas kancing-kancing dasternya lalu menyodorkan dadanya ke muka saya. Dua bulatan kembar itu kini terhidang di depan hidung saya. Putingnya kecil tapi telah mengacung ke depan. Saya ciumi buah dadanya, bergantian kanan dan kiri. Puting kecil itu memang keras.

    Juga gerakan wajar jika tangan saya kemudian mulai membelai-belai pahanya, menyusup ke balik dasternya, merambat sampai pangkalnya. Lagi-lagi Saya dibikin kaget. Hanya daster itulah satu-satunya pakaian yang melekat di tubuh sintal Yuni. Saya tadi tak memperhatikannya. Selangkangan berbulu halus itu telah membasah dan lembab. Yuni makin menggila.

    “Ayo Kang. Sekarang… Aku mohon…”

    Rangsangan saya sudah tinggi, tak ada lagi pikiran jernih, gelap mata. Saya bopong Yuni menuju kamar saya, saya rebahkan tubuhnya ke kasur. Secepat kilat Yuni melepas dasternya melalui kepalanya.

    Tubuh coklat langsing sekal itu kini telanjang bulat tergolek di kasur saya. Kedua belah dadanya memang bulat dan menonjol dihiasi puting dan lingkaran aerola yang kecil menambah keindahannya. Bulu-bulu halus di bawah perutnya terlihat rapi tanda terawat. Tubuh itu kini gelisah, bergerak-gerak tak tentu. Pahanya sudah membuka lebar. Tunggu apa lagi?

    “Ayo Kang…”

    Secepat kilat Saya memelorotkan celana pendek saya sekaligus dalemannya. Saya naik ke tempat tidur dan mengarahkan penis saya ke selangkangannya. Kebiasaan saya kalau awal penetrasi lebih suka posisi misionaris, sebab Saya bisa melihat ekspresi wajah lawan main saya ketika penis saya mulai menusuk. Wajah dengan mata terpejam dan kepala sedikit mendongak adalah pemandangan paling eksotis. Saya rebahkan tubuh saya menindihnya. Lalu dengan gerakan agak kasar Saya menekan. Muka Yuni berkerut, dia menggigit bibirnya sendiri, ekspresi seperti orang yang sedang kesakitan. Benar saja…

    “Aaaww… pelan-pelan Kang, aku udah lama banget engga …”

    Memang, kepala penis saya serasa membentur tembok walaupun Saya yakin dia telah lembab.

    “Oh… maaf Yun…”

    Lalu dengan sabarnya Saya perlahan membuat gerakan-gerakan pendek maju-mundur untuk membuka ‘pintu’ yang sudah lama tak pernah dimasuki. Memang agak susah, harus perlahan dan bertahap. Akhirnya seluruh batang saya tertelan oleh vaginanya. Mulailah Saya ‘memompa’, masih perlahan agar bisa lebih merasakan gesekan batang saya dengan dinding-dinding liang vaginanya. Milik Yuni begitu eratnya menjepit batang saya, persis seperti milik istri saya pada awal-awal kami menikah. Saya jadi teringat sewaktu berbulan madu dengan istri saya beberapa tahun lalu. Cerocohan ribut yang keluar dari mulut Yuni pun sama. Beginilah rasanya. Hanya satu kata: nikmat!

    Lalu Yuni? Sulit saya gambarkan. Gerakan tubuhnya begitu liar, ekspresi wajahnya begitu ekstasi manjadikan dia tampak lebih cantik dibanding biasanya. Itu tanda bagi wanita yang sedang merasakan nikmatnya bersenggama. Rasanya Saya bisa lebih lama bertahan memompa, mungkin karena tadi malam Saya sudah mengeluarkan dua kali ‘tabungan’ ke tubuh istri saya setelah tersimpan selama 3 hari di luar kota.

    Hingga beberapa saat kemudian…

    Kedua tangannya mengunci amat erat di tubuh saya dan tubuhnya saya rasakan berguncang-guncang teratur beberapa kali. Saya lalu menghentikan pompaan, memberi kesempatan dia menikmati orgasmenya. Guncangan lalu melemah seiring melemahnya kuncian tangannya. Lalu tangannya rebah ke samping. Yuni terkapar.

    “Terima kasih Kang… terima kasih…” katanya sambil menciumi wajah saya.

    “Gimana Yun…”

    “Enak banget…”

    Tubuh saya masih telungkup menindih tubuhnya, batang saya yang masih tegang masih ‘tersimpan’ di dalam tubuhnya. Saya masih tak bergerak walaupun Saya belum mencapai puncak. Sengaja untuk memberi waktu kepada Yuni untuk menyelesaikan puncak hubungan seks, orgasme. Karena Saya tahu berdasarkan pengalaman, wanita tak mau ‘diganggu’ bila sedang dalam masa puncak dan beberapa waktu setelahnya. Syaraf-syaraf pada alat kelaminnya menjadi amat sensitif ketika masa orgasme.

    Tapi ketegangan penis saya mulai mengendur karena masa pause begini. Saya harus mulai memompa lagi untuk meningkatkan ketegangan batang saya. Lalu Saya mulai gerakan dengan memundurkan penis saya sedikit dan menusuk lagi.

    “Aaaahhh… Kang…” erangnya.

    Saya terus saja memompa.

    Mulutnya mulai berkicau.

    Makin cepat.

    Gerakannya makin gila.

    Saya melambung.

    Melayang.

    Beberapa detik kemudian…

    Saya sampai.

    Saya tumpahkan semuanya ke dalam tubuhnya.

    Ya. Saya ejakulasi didalam tubuhnya. Tak terpikirkan lagi untuk mencabutnya. Karena kedua kaki Yuni keburu menjepit erat pinggul saya, dan lalu tubuhnya berguncang teratur seperti tadi.

    Beberapa saat berlalu, baru Saya menyadari akan akibat penumpahan ke dalam liangnya.

    “Yun… Aku keluar didalam…”

    “Engga apa-apa Kang… jangan khawatir”

    “Maksudmu?”

    “Aku masih menyimpan spiral di dalam…”

    Saya lega walaupun di kepala ini menumpuk banyak pertanyaan seperti mengapa dia nekat begini.

  • Cerita Hot Mama Dari Pacarku Yang Cantik – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Hot Mama Dari Pacarku Yang Cantik – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1669 views

    Perawanku – Mungkin mendengar judul dari cerita ini akan membuat para pembaca menjadi aneh, tetapi inilah cerita
    yang saya alami pada beberapa bulan yang lalu. Perkenalkan namaku Budi ( nama di samaran ), saya mempunyai pacar yang namanya selvi.

    Pacarku ini mempunyai wajah tidak begitu cantik. Tetapi yang saya suka dari pacar saya ini adalah ukuran
    payudaranya yang di atas rata- rata. Mungkin kutaksir ukuran buah dadanya yaitu 37B,gede banget kan??
    Selvi ini orangnya lumayan gila sex. Tiap saya main kerumahnya, dia selalu memakai pakaian yang membuat
    pria menelan ludah. MarkasJudi

    Kisahku ini bukan tentang “mainku” dengan Selvi, tapi dengan mamanya. Mamah pacarku bernama Nani. Bu
    Nani (begitulah ku panggil) beliau. Bu Nani mempunyai wajah yang biasa-biasa saja sama seperti anaknya
    tetapi mempunyai tubuh yang sexy. Tiap saya main kerumahnya, Bu Nani selalu memakai daster “you can
    see”. Biasa lah namanya juga Ibu- ibu kampung. Kebayang dong pembaca sekalian??. Ukuran payudara Bu Nani
    bisa dibilang rata-rata, tak terlalu besar dan kecil.

    Sering saya dapati beliau ketika habis mandi cuma mengenakan handuk yang kecil. Ku lihat tetek bagian
    atasanya yang seakan akan menyuruhku untuk ku sedot hehehehe….Kejadian ini saya alami pada tanggal 13
    maret lalu, pada waktu itu saya main kerumah pacarku. Pada waktu itu jam menunjukan pukul 11.00 ku ketuk
    pintu dan ternyata yang membuka pacar saya Selvi. Pada waktu itu dia memakai tengtop warna hitam dan
    keliatannya dia tidak mengunakan BH karena jelas sekali kulihat putting susu pacarku ini.

    “Hai sayang” sapaku
    “Hai juga say” jawabnya,
    “ehem bajunya bikin anuku ngaceng” godaku.

    Lalu ku pegang susu pacarku dan ternyata benar dia tidak memakai BH.

    “uuuuugggghhhh…” lenguhnya.
    “Duduk dulu say”
    “iya” jawabku

    Dia pergi ke dapur untuk membawa air, ketika saya sedang duduk menunggu pacarku tiba-tiba Bu Nani masuk
    kerumah dan menyapaku.

    “eh, ada nak Budi” sapanya, aku hanya tersenyum dan bersalaman dengannya.

    Dan harus pembaca tau, Bu Nani cuma memakai daster tanpa lengan. Bisa kulihat keteknya yang berbulu
    sedikit dan teteknya yang memakai BH bewarna pink.

    “Dari mana bu” tanyaku,
    “oh ini ibu habis dari warung beli keperluan mandi” jawabnya.

    Ketika kami ngobrol, pacarku Selvi datang membawa segelas air.

    “Eh mamah, mana sabunnya, aku mau mandi” Tanya Selvi.

    Lalu bu Nani memberikan sabun tersebut ke pacarku.

    “Say, aku mandi dulu ya” kata Selvi. Aku hanya mengangguk dan Selvi berlalu ke kamar mandi.

    Aku sedikit jengkel karena pacarku mandinya suka lama.

    “Ibu mau nyuci piring dulu ya nak Budi, kalau mau nonton tv tinggal nyalain sendiri aja atau nak Budi
    mau ikut liat Ibu nyuci piring?? ” ucap Bu Nani sambil bercanda.
    “Iya bu” jawabku. Kunyalakan tv lalu ku nonton acara FTV.

    Sedang asyik- asyiknya nonton tiba- tiba hp Bu nani di meja bordering. Kulihat siapa yang menghubungi,
    “ELIN” begitu nama yang ada di hp tersebut. Lalu ku bawa hp itu ke tempat cuci piring dan ku kasihkan ke
    Bu nani.

    “Bu, ini ada telepon”,
    “waduh dari siapa?” Tanya Bu Nani basa basi.

    Ketika dia menelepon, kulihat daster bu Nani tersingkap sampai paha. Deg deg jantungku berdetak. Putih
    bener paha mama pacarku ini, mau rasanya ku elus dan ku cium paha yang putih itu. Ketika ku melamun, Bu
    Nani membuyarkan lamunanku sambil tersenyum dan berkata

    “hayooo liatin apa nak Sefta”,
    “hehehehe, engga bu” jawabku.
    “Siapa yang menelepon bu?” tanyaku.
    “Oh itu kakak ibu. Dia nyuruh bawa Tup****re pesenan Ibu” jawabnya.

    Ketika kami sedang ngobrol, pacarku Selvi keluar dari WC. Dia cuma memakai handuk sampai paha. Susunya
    yang besar seakan akan mau loncat dari dalam handuk tersebut. Dia cuma tersenyum karena sudah tau apa
    yang aku bayangkan.

    Aku kembali lagi ke ruang tv. Tak lama kemudian Bu nani datang dan langsung masuk ke kamar Selvi. Entah
    apa yang mereka bicarakan, tetapi nampaknya Selvi tidak senang dengan apa yang disuruh oleh mamanya.
    Lalu mereka berdua keluar dari kamar.

    “Say, aku mau ke rumah Tante Elin dulu ya, mau ngambil pesenan barang mama” omongnya.
    “Mau aku antar?” jawabku.
    “Gak usah, aku sendiri aja, lagian deket ko cuma 15 menitan”. Lalu Selvi pergi dengan memakai motorku.

    Aku kembali termenung menonton tv. Tuk,tuk,tuk ternyata hujan mulai turun lama kelamaan hujan deras pun
    datang.

    “wah hujan,bagaimana ini cucian ibu gk akan bisa di jemur”, lalu aku hanya tersenyum.
    “Ibu mau mandi dulu ya nak Budi”,
    “iya bu” jawabku. Sekitar 10 menit kemudian Bu nani keluar dari kamar mandi dengan cuma menggunakan
    handuk dengan lilitan daster di bagian atasnya.

    Ketika dia mau ke kamar, ada telepon dari Selvi yang memberitahu kalau dia lagi di rumah tantenya sambil
    nunggu hujan. Aku melihat Bu nani nelepon dengan Selvi sambil melongo. Lagi- lagi dia membuyarkan
    lamunanku.

    “hayo lagi- lagi liatin ibu,masa kamu terangsang liat wanita tua gini” katanya,
    “ah engga bu, meskipun ibu sudah tua tapi tubuh ibu masih bagus kok” rayuku.

    Mendapat jawabanku bu nani jadi salah tingkah dan dia langsung masuk kamar.

    “nak Budi, tolong ibu” lalu aku masuk ke kamar sambil deg degan jantungku ini.

    WOW ternyata dia sedang membelakangiku dengan cuma memakai celana dalam warna hitam dan BH warna hitam.
    Tetapi BH tersebut belum di kenakan sepenuhnya.

    “Tolong apa bu”, “ini tolong kaitkan tali BH ibu”. Lalu aku kaitkan tali Bh itu dengan kontolku yang
    telah ngaceng.

    Dia masih membelakangiku,dan ketika aku sedang mengaitkan tali BH tersebut, tak sengaja kontolku kena ke
    pantatnya.

    “Ih dede nak Budi nakal”,
    “Habis ibu menggoda sich” jawabku

    Aku beranikan mengesek- gesekan tanganku ke bagian sisi payudara bu nani, ku dengar nafasnya semakin
    tidak teratur dan agak berat.

    “oohh nak sefta” lenguhnya.

    Lalu dia membalikan badan dan menariku ku atas kasur.

    Aku langsung ciumi bibir Bu nani

    “ooohhh eegghhhh, enak nak Budi teruuusss”. Aku buka kembali kaitan BH bu nani dan ku lempar BH tersebut
    entah kemana.

    Hujan diluar masih tetap deras dan membuat nafsu aku dan bu nani tambah hebat. Ku angkat tangan bu nani
    ke atas dan kujilati keteknya yang berbulu sedikit

    “ooohhh terusssss terussss enak sayang enaaakkk”. Jilatanku di ketek bu Nani pindah ke susunya yang
    indah terus turun dan akhirnya ke vaginanya.

    Wangi vagina Bu nani sangat enak, aku jilati memeknya.

    “oh nak Budi jilat memek ibu jilat sayang yang kencang” teriaknya.

    Aku jilat terus memeknya sambil ku cari itinya. Dan ketika aku sedot itilnya dia berteriak hebat dan
    membuatku takut kalau terdengar oleh tetangga

    “iiitiiiiillllkuuuuuuuu oh itilkuuu enak sekali” Susunya membusung dan kurasakan air maninya muncrat.Ya,
    dia orgasme.

    Bu nani tersenyum melihatku yang sedang memandangi tubuhnya sambil aku membuka semua pakaianku, Dia
    terbelangak ketika melihat kontolku yang besar. Harus ku akui aku bangga mempunyai kontol yang
    panjangnya 18 cm dan diameter sekitar 4 cm. Ini juga yang membuat Selvi tergila- gila padaku.

    “Gede banget kontol kamu sayang”. Lalu dia menarik kontolku dan menarik tubuhku ke atas kasur.
    “Aku sepong ya sayang kontolmu” aku tidak menjawab dan dia langsung memasukan kontolku ke mulutnya.

    Rasanya beda sekali ketika disepong oleh Selvi. Tanganku tidak tinggal diam, aku raih susunya dan ku
    mainkan putingnya, hal ini membuat dia menjadi belangsatan.

    “Bu aku entot ibu sekarang ya” “iya sayang” jawabnya.

    Aku lebarkan kakinya lalu ku masukan kontolku ke memeknya. Dia melenguh

    “ooohhhh sayang kontolmu enak sekali, entotin aku cepet sayang” kata- kata kasar keluar dari mulutnya
    mungkin karena sedang enak.

    Dan ketika kontolku masuk, kembali dia berteriak

    “memek kuuuuuu enaaaaakkkk ooohhhh”Lalu aku genjot pinggangku, setelah menggenjotnya 15 menit, dia
    nampaknya akan orgasme
    “terus sayang teruussss,aku mau muncrat” dan dia mencengkram punggunku sampai rasanya perih punggungku.

    Dia orgasme yang kedua.

    ”Tunggu dulu sayang, biarkan aku bernafas dulu, nanti kamu boleh entot aku lagi” aku hanya tersenyum.

    Setelah itu aku suruh dia menyepong kontolku.

    “Bu isep kontolku lagi dong”,
    “iya sayang, sini”. Lalu dia menyepong kontolku selama 5 menit.

    Setelah itu aku balikan badan Bu Nani dan kusuruh nungging. Ya aku ingin

    “doggy style”. Dengan posisi ini aku bisa melihat anus bu nani yang sudah bolong,dan ketika aku melihat
    anus bu Nani dia berkata
    “pantatku sudah bolong oleh papahnya Selvi sayang, ayo masukin kontolmu”
    “aku ingin masukin ke anusmu ya Bu”,
    “iya, tapi ludahin dulu anusku ya sayang”. Lalu aku jongkok dan menjilati anus Bu nani sambil ku korek-
    korek liang memeknya.
    “eeeggghhhh enaak sayang terusss”. Setelah ku ludahi anus Bu Nani aku arahkan kontolku ke arah anus bu
    Nani.

    Dan luar biasa, sensasinya jauh lebih enak daripada ngenton memeknya

    “oooohhhhh enak sekali anusmu bu” erangku, lalu ku ayunkan pinggulnya dan tanganku tidak tinggal diam,
    kuraih susunya dan kuremas- remas.
    “Terus syang terus entot anus ibu”. Kulihat dia memainkan itilnya sendiri.

    20 menit kemudian kusudahi posisi ini dan ku angkat tubuh Bu nani. Ku entot Bu nani dengan posisi
    berdiri.

    “sayang, tubuhmu kuat sekali, enak sekali di entot sama kamu” pujinya.

    Ku arahkan kontolku ke memeknya dan Bleessssssss….lalu ku entot Bu Nani sambil berdiri,

    “ah uh ah uh” erangku. 10 Menit kemudian dia menggoyangkan pantatnya sendiri dan membuat kontolku
    kelonjotan.
    “Bu aku mau muncrat ah ah”,
    “bareng sama ibu sayang” ayo buuu ayooo ah ah ahhhhhhh”,
    “iya sayang,ah itillkkkkuuuuuuuu” dan crot crot crot kami berdua muncrat berbarengan.

    Aku dan Bu nani terkulai lemas. Di luar, hujan masih besar, lalu Bu nani pergi ke wc dan ku ikuti. Di
    wc, kami saling menyabuni.

    “sedot itilku sekali lagi sayang” tanpa ampun aku sedot lagi memek san itilnya sampai dia terkulai
    lemas.

    Kami pun memakai baju dan menonton tv sambil kuremas susunya di luar daster yang seksi itu. Sungguh
    pengalaman yang sangat hot untukku. Sampai sekarang aku lebih sering ngentot sama Bu Nani daripada sama
    pacarku Selvi.

  • Cerita Sex Bergambar Pengantin Muda Lugu Yang Siap Ngentot

    Cerita Sex Bergambar Pengantin Muda Lugu Yang Siap Ngentot


    1354 views

    Perawanku – Setelah lulus dari universitas aku bekerja di salah satu perusahaan swasta terkemuka di jakarta, meniti karir sebagai eksekutif muda yang merupakan impian banyak orang sekarang ini. Semuanya berjalan normal sampai suatu hari, kedua orang tuaku yang sudah berusia senja menyuruhku menikah dengan salah seorang anak dari kerbat mereka.

    Pernah terlintas di kepalaku untuk tidak menuruti kemauan kedua orang tuaku, tetapi apa lagi yang bisa kuperbuat untuk mereka selain menjalani pernikahan tanpa adanya hubungan rasa cinta sebelumnya.

    Namaku ****, karena merupakan anak satu-satunya , kedua orangtuaku sangat ingin cepat-cepat memiliki cucu dariku,Wanita itu namanya Nadia, dia seumuran denganku dia juga bekerja di salah satu perusahaan swasta sebagai general manager. Hari pernikahan kami berjalan lancar, yang kami berdua lakukan hanya tersenyum dan melambaikan tangan saja sepanjang hari, tidak seperti pasangan lainnya yang sangat antusias dengan perkawinannya kami berdua atau mungkin saya lebih tepatnya malah seolah-olah tidak perduli dengan apa yang terjadi dengan apa yang terjadi hari itu.

    Malam pertama kami bisa di bilang sangat aneh,tak ada hiasan pengantin, suasana yang harusnya romantis berubah menjadi sekaku es. Sepanjang malam tidak ada satupun dari kami yang memutuskan untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu. Matahari mulai menampakan diri di ufuk timur, kuputuskan untuk keluar dari kamar ku untuk membuat secangkir kopi di dapur. Setengah jam sudah dan kopi di cangkirku hampir habis,

    “gue ke kantor dulu, pulangnya mungkin agak kemaleman” ujar Nadia sambil mengenakan sepatu di ruang tengah.

    Kata-katanya tidak dapat ku hiraukan, seakan terbawa dalam lamunan banyak hal yang menghantui pikiranku, suara pintu depan kemudian menyadarkanku bahwa wanita yang menyapaku tadi adalah istriku. Waktu terasa begitu lambat berjalan, setelah semua pekerjaanku di kantor selesai kuputuskan untuk pulang dan beristirahat. Setibanya di rumah keadaan sepertinya masih sama seperti dulu saat aku masih membujang, tidak ada yang berubah,….. tiba tiba

    “udah pulang kamu?” tanya ida diiringi dengan senyum

    “sorry yah tadi gue nggak sempet masak, kita delivery aja yah” sambungnya.

    Tanpa berkata satu katapun aku berjalan pergi meninggalkannya, seperti belum yakin kalau semua ini sudah terjadi. Setelah mandi ku nyalakan televisi, tidak lama setelah itu terdengar bunyi bel dari pintu depan, ternyata kedua orang tua kami datang berkunjung.

    “eh, kok nggak bilang kalau mau dateng?” tanya Nadia kepada kedua orangtua kami sambil menggandeng tanganku,

    Tangan Nadia terasa dingin, mungkin karena dia baru selesai mandi dan sepertinya Nadia belum memakai daleman. Kedua buah dadanya menjepit lenganku,dan entah sengaja atau tidak Nadia mulai mengosokan kedua buah dadanya naik turun, sebenarnya kejadian itu sangat aku nikmati namun karena memang pada dasarnya kami tidak memiliki rasa cinta, jadi aku memutuskan untuk bersikap normal.

    Kunjungan kedua orang tua kami berakhir pukul 23.30 malam, kejadian tadi membuatku bingung harus bersikap seperti apa. Seumur hidup baru pernah aku diperlakukan seperti tadi, bisa saja kejadian tadi kunikmati, tetapi Nadia bukanlah wanita yang kucintai.

    Yang anehnya lagi, hingga kedua orang tua kami pulang Nadia tetap menggandeng tanganku, seakan tidak ingin dilepaskannya. Tidak ingin terus dalam keadaan yang membuatku seperti orang bodoh itu, kulepaskan tanganku dari dekapannya dan pergi ke ruang kerjaku

    Langkah kakiku menuju ruang kerja terasa semakin berat, Nadia sebenarnya hanya ingin memulai sesuatu yang baik, tetapi mungkin aku terlalu serius menanggapinya. Saat pekerjaan kantorku hampir selesai Nadia datang menghampiriku

    “masih marah ya?, maaf deh lain kali gue bakal ngasih tau lo dulu kalo gue mau berimprovisasi” suara Nadia terdengar pelan penuh penyesalan,

    “Nggak, gue nggak marah.. gue cuma bingung aja tadi, mau nanggepinnya gimana” balasku, perlahan mulai ku sadari bahwa tidak ada jalan keluar lain selain membicarakan semua masalah dengan baik-baik

    “ya udah, kalo gitu gue tidur duluan yah..”sambung Nadia dengan senyum manis di wajahnya

    Untuk ukuran kecantikan, Nadia termasuk wanita yang cantik dan menawan, sebagai wanita karir yang selalu mementingkan penampilan, Nadia sebenarnya sangat sexy. Walaupun orangnya perfectionis Nadia tetap bisa membagi diri agar tetap bisa jadi orang yang asik, contohnya di kantor dia selalu berusaha terlihat berwibawa dan selalu rapih sedangkan di rumah dia sering hanya memakai celana jeans pendek dan baju tanpa lengan. Selain itu Nadia sebenarnya orang yang mudah mencairkan suasana dan nyambung jika diajak bercerita tetapi karena pada dasarnya belum memiliki rasa sayang jadi masih sangat sungkan bagiku untuk melakukan sesuatu padanya.

    Malam itu sofa di ruang tv menjadi tepat tidurku, sengaja kubiarkan Nadia tidur sendiri di kamar karena masih ada sesuatu yang mengganjal dalam diriku. Keesokan harinya Nadia bangun lebih dulu, segera ia menuju ruang tv dan melihatku yang sedang tidur

    “loh, nggak tidur di dalem? Entar masuk angin loh” suara Nadia terdengar di pagi hari saat ku coba untuk mengumpulkan nyawa,

    “nggak apa-apa,…….kalo gue tidur ama lo, entar kesannya gimana gitu” kataku sambil mengusap mata

    “gue buatin kopi mau nggak?” tanya Nadia

    “nggak, nggak usah gue bisa buat sendiri kok” jawabku

    “udah, nih…” ujar Nadia sambil menyodorkan secangkir kopi kepadaku, setelah itu dia duduk tepat disampingku, sangat dekat hingga paha kami berdua bersentuhan. Pagi itu Nadia menggunakan hotpants dan baju kaos oblong yang kebesaran, membuatnya semakin terlihat sexy

    “nggak ngantor?” tanyaku basa-basi, jantungku berdetak kencang saat selesai bertanya ida menaruh tangannya di pahaku, dan menatapku dengan matanya yang indah,

    “jam sembilan lewat dikit baru gue berangkat, lo?” tanya Nadia balik

    “sama, gue juga…… kita berangkat bareng mau nggak?” Balasku

    “Siap komandan,,.” Jawab Nadia sambil tertawa,

    Waktu sebelum berangkat ke kantor itu kami gunakan untuk bercanda dan saling mengenal lebih dekat lagi. Hari itu terasa sangat singkat, tugas-tugas di kantor terasa lebih ringan mungkin karena suasana hatiku yang sedang senang. Sepulang kantor kujemput Nadia di kantornya kemudian kami makan malam di sebuah restoran dekat rumah kami, setelah itu kami pulang

    Sesampainya di rumah, kuputuskan untuk mandi dan langsung menonton tv. Jam menunjukan pukul 21.00 tetapi mataku sudah terasa berat, sambil menahan rasa kantuk kulangkah-kan kakiku menuju kamar, segera pintu kamar kubuka sedikit dan hendak masuk kedalamnya tetapi langkahku tertahan oleh sebuah pemandangan yang baru pertama kali ku lihat seumur hidup, lemari baju Nadia terbuka, Nadia sedang sibuk mencari-cari bajunya dalam keadaan topless dan hanya memakai celana jeans pendek . Refleks langsung kututup pintu itu sembari meminta maaf.

    Walaupun beberapa detik tadi sangat kunikmati, melihat kedua buah dada Nadia yang lumayan besar dihadapan mataku, sangat ranum dan bentuknya pun bulat sempurna juga kencang, tapi kembali lagi rasa bersalah memenuhi kepalaku hingga membuatku lupa bahwa itu adalah hal yang wajar bagi suami istri

    “Da, sorry gue mau ngambil bantal, gue nggak ngintip kok” ujarku dari luar kamar, memang terdengar sangat bodoh jika ada seorang suami yang meminta maaf saat melihat istrinya telanjang, tetapi itulah yang terjadi padku sekarang ini

    “nggak apa-apa masuk aja….” sahut Nadia dari dalam kamar

    Dengan menggunakan tangan kiri, kututup mataku sedangkan tangan kananku meraba-raba permukaan tempat tidur untuk mencari bantal

    “udah, tanganya dilepas aja, matanya dibuka” suara Nadia terdengar sambil mencolek pinggangku

    “Sorry, gue bukan mau ngintip tadi, gue bener-bener nggak sengaja”ujarku sedikit malu-malu.

    “nyantai aja lagi, gue yang di intip kok lo yang panik……gue juga baru pertama kali diintipin cowok” balas Nadia sambil tertawa,

    “eh, nggak pegel apa tidur di sofa? Enakan tidur di sini bareng gue…” sambung Nadia sambil menepuk tempat tidur.

    “udah, cepetan tvnya di matiin dulu”lanjut wanita itu sambil sedikit mendorongku,

    Setelah tv ku matikan, terus langkahku kuarahkan kembali ke kamar. Di kamar Nadia sudah berada di atas tempat tidur, kakinya yang jenjang dan putih membuat suasana hatiku tak-karuan. Sikap Nadia yang sangat baik padaku membuatku mulai menikmati perjodohan ini dan sedikit membuka hatiku bagi wanita ini.

    “sini,” ujar Nadia sambil membetulkan posisi bantal yang berada di sampingnya

    Kurebahkan tubuhku tepat disampingnya dan langsung kupejamkan mataku, berharap tidak terjadi hal-hal yang aneh malam itu

    “lo masih punya pacar yah waktu kita nikah” kucoba untuk membuka mataku pelan-pelan, kutatap wajahnya yang kini sangat dekat denganku, posisi tubuh Nadia sudah menindih sebagian tubuhku

    “nggak,, emang napa?” tanyaku balik

    “penasaran aja, abisnya lo dingin banget..serem tau” jawab ida sambil tersenyum kecil

    “gue cuman kaget aja, keadaan berubah drastis banget” ujarku

    “ohh… gue kira lo jeruk makan jeruk lagi…” sambung wanita itu

    “ahh….lo kate gue maho?” jawabku bercanda, tangan Nadia perlahan mulai memelukku perutku dan mulai lah dia menutup matanya

    “abisss…..” cekikik Nadia memenuhi ruangan itu

    Karena tidak bisa lagi menahan kantuk akhirnya kami berdua tertidur sampai pagi, hanya tertidur tanpa melakukan sesuatu. Keesokan harinya Nadia bangun terlebih dahulu, sepanjang malam dia memelukku dan tertidur dengan posisi setengah tubuhnya menindih tubuhku, dengan posisi seperti ini kedua buah dadanya menempel pada tubuhku dan kurasakan kehangatan yang beda dari sebelumnya.

    “beb,…bangun ih nggak ngantor kamu?” tanya Nadia sambil menjepit hidungku.

    “beb?,,, bebek kali?” jawabku bercanda

    “iiih tuh kan bercanda lagi, teus maunya dipanggil apa?” tanya Nadia lagi,

    “terserah kamu deh…” ujarku sambil mengucek-ngucek mata.
    Mulai pagi itu, di kantor hidupku terasa semakin indah. Nadia sangat perhatian padaku dan terus saja mengirimkan SMS yang menanyakan kegiatanku dan lain-lain. Dan mulai pagi itu kehidupan kami mulai berubah seperti pengantin baru pada umumnya.

    Sehabis jam kantor, ku arahkan mobilku langsung pulang. Dirumah, Nadia ternyata pulang lebih cepat. Malam itu ida mengenakan baju kaos bola barcelona dengan celana hotpants, baju itu dimodifikasinya hingga bahu sebelah kanannya terlihat keluar dari leher baju bola itu.

    “baju bola gue tuh?.”tanyaku

    “iya..,, emang istri itu nggak boleh pake baju suaminya?” tanya Nadia balik,

    “nggak juga sih,,,eh tapi kamu cantik loh kayak gitu” ujarku menggodanya

    “udah ah…makan dulu sana….keburu dingin”kata ida sambil menunjuk ke arah ruang makan

    Selain cantik, baik hati dan sangat profesional dalam segala hal, Nadia juga jago masak. Sehabis makan, aku segera pergi ke ruang tv menemui Nadia yang sedang asik mencari siaran film-film box office yang biasa diputar di tv saat larut malam.

    “duduk sini,…deket gue” suara Nadia terdengar saat kakiku mulai menginjak ruang tv.

    Sambil memegang sekaleng minuman dingin, perlahan kutempatkan tubuhku tepat disampingnya. Nadia langsung menarik tanganku dan menggengam jemariku erat-erat. Perasaan ku tidak menentu, sudah lama sekali sejak aku duduk di bangku SMA baru sekarang lagi ada cewek yang begitu dekat denganku seperti ini.

    Sebegai laki-laki normal, firasatku mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin dikatakan oleh Nadia tetapi dia masih malu karena sikapku yang masih begitu cuek, kucoba untuk memberi perhatian sedikit untuknya. Kucoba sandarkan tubuhku ke kursi dan benar saja, Nadia langsung menyandarkan kepalanya di bahuku. Ku naikan tanganku sedikit agar Nadia bisa meletakkan kepalanya di dadaku. Tubuh Nadia sangat hangat, kubiarkan tangannya menyusuri pinggangku lalu dipeluknya.

    “da,….kalo mau minta tolong, atau mau ngomong sesuatu, kasih tahu aja…,,, aku siap bantu kok” ujarku untuk memecah suasana.

    “kamu masih belum nerima kenyataan kalo kita udah nikah ya?” tanya Nadia pelan,

    “dulu sih iya,,,, tapi sekarang udah nggak,…abis kamu baik, cantik lagi” gombal ku

    “ih gombal,.” Balas Nadia, sambil mencubit pinggangku

    “kalo aku sih pasrah aja ama orang tuaku mau di suruh apa juga, yang penting pekerjaanku nggak keganggu” sambung Nadia

    “aku mau minta sesuatu sama kamu” lanjut Nadia

    “minta apa?” tanyaku

    “ehm,,…gimana ngomongnya ya..” jawab Nadia

    “udah,. Bilang aja nggak usah malu” Ujarku

    “beneran nih , gak apa-apa?..”tanya Nadia

    “iya…beneran..,,trus apa?”

    “boleh minta cium nggak?” pinta Nadia

    “ooh..” langsung kudaratkan bibirku ke pipinya.

    “iiihh…bukan di situ, tapi di sini” ujar Nadia sambil menunjuk bibirnya.

    Sebenarnya pada waktu itu, hatiku ingin sekali menciumnya tetapi seumur hidupku, belum ada satupun wanita yang pernah ku cium, gaya pacaranku saat SMA dulu juga paling Cuma gandengan tangan saja, tidak lebih. Oleh karena itu beberapa lama kupikirkan hingga

    “kamu nggak mau yah.,, nggak apa-apa deh kalo gitu” ujar Nadia dengan nada sedikit kecewa

    “nggak ,, gue cuma..” perkataanku terhenti

    “Cuma apa…?” tanya Nadia

    “belum pernah ciuman…” ujarku malu-malu, mukaku semakin merah saat selesai mengatakannya.

    “astaga,.. jadi kalo nanti kita ciuman, itu jadi first kiss lo dong?”

    Masih dalam keadaan bingung dan malu, Nadia menganggkat wajahku yang tertunduk malu. Menatapnya dengan penuh rasa cinta.

    “gue yang pertama, mau nggak?” tanya Nadia,

    Perasaan ku seperti melayang-layang diudara. Senang sekali rasanya, memang dulu tidak pernah kuharapkan Nadia yang menjadi First kiss ku, tetapi karena dia begitu baik dan menyenanggakan akhirnya kubiarkan semuanya berjalan seperti air mengalir.

    “gue ajarain dulu yah, terus nanti kalo udah bisa, lo bales ya?” pinta ida.

    Segera diciumnya kedua bibirku. Bibir Nadia sangat tipis dan hangat, beberapa detik kunikmati bibirnya yang menempel pada bibirku. Tak lama setelah itu, Nadia mulai memagut bibirku dan mulai menjulurkan lidahnya kedalam mulutku.

    “dibales dong” ujar Nadia di sela-sela serangannya ke bibirku

    Kubalas ciumannya dengan cara yang sama seperti yang dia ajarkan.

    “mmhhh” hanya itu segelintir suara yang dapat kudengar dari mulut Nadia

    Setelah beberapa menit, kulepaskan ciumanku. Nadia tertawa lepas sambil memandangiku.

    “nah, bibir lo udah nggak perjaka lagi.,, sapa dulu dong gurunya.” Ujar Nadia sambil menepuk dadanya

    “gila juga lo ya,.. master banget deh kayaknya,.. buka kursus juga yah?” tanyaku

    “ya nggak lah,… gue juga baru pertama kali praktek nih, yang biasanya cuman gue baca di buku ama di film bf ternyata rasanya dahsyat yah” jawab Nadia

    Baru ku tahu kalo Nadia juga baru pertama kali ciuman dengan cowok, mungkin karena sepintas dia orangnya perfectionist jadi cowok-cowok pada sungkan mau jadi pacarnya.

    “jadi bibir lo juga udah nggak perawan nih?” candaku.

    “apa lagi yang masih perawan?” tanyaku menggodanya

    “ya semuanya lah…” jawab Nadia sambil menarik bibirku.

    “mau dong nyobain…?” candaku

    “sok atuh,…silahken…” jawab Nadia sambil menarik tanganku mendekati tubuhnya.

    “sorry,.. gue becanda kok…,,” ujarku

    “beneran juga nggak apa-apa” sambung Nadia

    “nanggung gak sih rasanya kalo cuman gitu-gitu aja” lanjut Nadia memancing ku

    “terus maunya gimana?” tanyaku

    “nggak ngerti-ngerti juga?” jawab Nadia

    “ngomongnya langsung aja, nggak usah berbelit-belit bingung gue” sambungku

    “gue mau dientotin ama lo..beiby” balas Nadia sambil menarik bajuku

    Kurasakan seperti ada yang mencongkel keluar jantungku dengan pisau yang sangat tajam, tak ku sangka sebenarnya selama ini walaupun perbuatanku kepada Nadia sangat kasar, ternyata dia masih memendam hasrat yang begitu dalam padaku.

    “yah…,,gue tabu…nggak tau harus gimana duluan” ujarku

    “kan ada film Bokep..,, liat dari situ aja bisa kan?” balas ida

    “gue coba deh,..”jawabku

    Ida segera berjalan menuju kamr tidur kami dan kembali membawa kotak kecil yang kukira isinya adalah segala macam peralatan make up seperti yang biasa wanita-wanita career koleksi, tapi ternyata isinya adalah kumpulan DVD film-film porno dari jepang, latin, blonde, redhead, amateur, dan lain-lain.

    “lengakap banget,..hobby nonton ginian yah?” tanyaku sambil melihat-lihat koleksi kasetnya

    “eh, ini punya temen kantor aku lagi,..nonton sih sering tapi kalo punya koleksi sebanyak ini….enggak deh” jawab Nadia

    “gue kira lo hyper ” kataku bercanda

    “eh hyper juga asik tau, bisa siap setiap saat” sambungnya sambil tertawa dan terus mencari sebuah kaset yang menurutnya sangat bagus
    “nah ini dia akhirnya ketemu.” Ujar Nadia sambil merapihkan kaset-kaset lain yang berantakan di atas sofa di ruang tv.

    “nontonnya di kamar aja, supaya kalau capek bisa langsung tidurr” sambung Nadia

    “emangnya kita mau nyangkul? Capek?” tanyaku bercanda. Sebenarnya suasana hatiku saat ini sangat takkaruan ada senang bercampur bingung, kata-kata yang keluar dari mulut Nadia menandakan bahwa dia sudah sangat mempercayaiku dan sangat menyayangiku, sementara aku masih bingung dengan perasaanku sendiri

    Adegan film pertama di kaset itu dipenuhi dengan ciuman, Nadia menyuruhku duduk diatas tempat tidur dan dia duduk di pangkuanku.

    “tau gak, itu tuh namanya foreplay” ujar Nadia

    Mulailah ida memagut bibirku, selama beberapa menit kami mempertahankan posisi seperti itu. film pun berganti adegan, sekarang pemeran cowok di film itu mulai menggerayangi tubuh pemeran wanitanya. Baju pemeran wanita di singkap keatas dan payudara wanita itu mulai diemut oleh pemeran pria itu.

    “pengen deh di gituin” Nadia tiba-tiba melepaskan ciuman kami dan mengatakannya,

    Posisi ida sekarang duduk berhadapan denganku, Nadia duduk di pangkuanku

    “ya udah,..bajunya di buka” ujarku

    Ida membuka bajunya perlahan, sedikit demi sedikit gumpalan daging di dadanya itu mulai tersingkap, ukuranya benar sangat besar, sama seperti saat pertama kali kulihat dengan tidak sengaja. Seperti orang bodoh, kedua buah dadanya hanya kuperhatikan tanpa berbuat apa-apa

    “kok cuman diliatin doang, aku pake lagi nih bajunya” ujar Nadia ngambek

    “sorry, speechless aja gue….gede amir…seumur-umur baru pernah liat yang ginian,…eh besar pula lagi dapatnya” balasku untuk meredakan ngambeknya

    “ya udah.,,, di emut dong” ujar ida lagi kali ini diiringi dengan senyum

    “nggak ahh….entar lecet, terus kalo lo mandi pasti nyeri” kataku

    “jadi gimana dong?” tanya Nadia

    “aku jilatin aja mau nggak?” tanyaku balik

    Ida langsung menarik kepalaku ke arah buah dadanya, lidahku kujulurkan dan mulai menyentuh permukaan kulit buah dadanya. Kujilat melingkar membentuk huruf O disekitar putingnya dan ujung putingnya ku sentuh perlahan menggunakan ujung lidahku.

    “Mmhh…enak beb,,,terus..,,terus.. yang kanan juga,..aahh” desah ida yang membuatku bersemangat melakukannya.

    Lima belas menit kuserang kedua payudaranya, hanya suara desahan yang keluar dari bibir manis Nadia,..saat tubuh ida mengelijang hebat, kurasakan ada cairan membasahi celanaku.,

    “da,..celana lo basah.,,” ujarku, ku biarkan dadanya basah dan kutatap wajahnya yang sangat manis.

    “iya,..gue ‘jadi’ tadi..”ujar ida sambil menciumi pipiku

    Adegan di film kini berubah lagi, penis si pemeran pria yang sudah sedari tadi “tegang” mulai diurut turun naik oleh pemeran wanitanya. Dan setelah sudah cukup tegang, mulailah penis itu dimasukkan kedalam mulut wanita itu.

    “mau gue gituin nggak?” tanya Nadia

    “udah gak usah, lain kali aja” jawabku cepat.

    “nggak apa-apa, nggak usah malu…..enak lagi” balas Nadia

    Ida segera menarik celanaku, dan langsung menggenggam penisku yang belum menegang sama sekali dibalik celana dalamku.

    “gila,…gue udah hampir dua kali orgasme,…lo bediri aja belon…make obat apa?” tanya ida

    “obat apaan?,…gue aja baru sekali diginiin” jawabku

    Ida kemudian menarik turun celanaku.

    “besar juga.,,beda dikit lah ama yang di film” ujar ida, sambil tersenyum Nadia mengenggam penisku

    Ida mulai menganggkat penisku dan mulai mengurutnya dari atas ke pangkal paha selma 10 menit, rasanya seperti berenang di awan, apa lagi saat Nadia menempelkan bibirnya ke ujung kepala penisku dan menghisapnya pelan..,,

    “udah…udah…”ujarku sambil mencoba menarik penisku keluar dari mulut Nadia,

    Tak lama setelah itu kerasakan sesuatu keluar dari penisku, tidak dapat lagi kutahan. Kupejamkan mataku dan saat ku buka, Nadia masih berada dalam posisi jongkok dan wajahnya berlumuran cairan berwarna putih yang tak lain dan tak bukan adalah spermaku.

    “aku kan dah bilang,….” ujarku

    “hahaha…asik…asik” bukanya marah, Nadia justru tertawa kegirangan,

    Ku kenakan lagi celanaku dan segera mengambil handuk di lemari untuk membersihkan spermaku di wajah Nadia

    “ketelen gak?” tanyaku

    “dikit..” jawab Nadia sambil tersenyum.

    Tibalah film itu di puncak aksinya, si pemeran pria di film itu menarik turun celana dalam pemeran wanitanya dan mulai melumat daerah kewanitaan perempuan itu.

    “rebahan deh…..” ujarku

    Saat Nadia berbaring di tempat tidur, kutempatkan tubuhku tepat diatasnya dan mulai menciumnya lagi. Kali ini tidak terlalu lama, segera kupindahkan sasaranku ke bagian lehernya, seperti instruksi di film itu.

    “Mmhh..”suara Nadia pelan

    Tak lama setelah itu, kedua buah dadanya kumainkan, kupijat pelan dan mulai kujilat perlahan. Turun ke bagian perut dan anehnya lagi, tali hotpants Nadia sudah tidak terikat dan sepertinya Nadia tidak mengenakan celana dalam

    “cewek kok nggak pake celana dalam,” ujarku sambil mencubit pipinya

    “kalo nggak ada lo sih gue pake,… tapi kalo ada lo, masa iya gue pake,..entar tiba-tiba lo minta? Gimana?” balas ida.

    Ida mulai menaikan pinggulnya dan menurunkan celananya. Sekarang Nadia sudah tidak mengenakan sehelai benang pun di tubuhnya. Semua yang selama ini tertutup kain baju ataupun celana sekarang jelas terlihat dihadapanku, pinggul ida lumayan besar, pantatnya montok dan yang membuatku sangat bahagia dalah vaginanya yang tidak memiliki bulu sedikitpun.

    “sering cukur neng?” tanyaku

    “nggak juga sih,..gak tau kenapa,, bulunya lama numbuh” jawab ida.

    Ida menarik kepalaku mendekati vaginanya yang sudah basah sedari tadi. Aroma kewanitaan yang baru pernah seumur hidup ku cium ternyata sangat wangi, mungkin karena seringnya dirawat.

    Perlahan mulai kujilati daging yang berada di belahan vagiannya itu, ku mainkan suasana dengan sesekali mempercepat jilatanku di liang kemaluannya. Semakin cepat kujilat, semakin Nadia menjepit kepalaku di tengah kedua pahanya.

    “kalo gue tau enaknya gak ketulungan gini,…gue minta aja yah dari awal” gumam Nadia

    Kali ini, kusingkap lobang kemaluannya dan ku hisap menggunakan bibir membentuk huruf O, sesuai dengan instruksi yang ada di film itu. Nadia semakin mengejang hebat dan mencoba menarik rambutku agar kepalaku menjauh dari vaginanya, tetapi seperti yang ku baca di buku jika terjadi hal seperti itu kita malah sering menghentikan permainan. Tentu saja itu adalah sebuah kesalahan yang sangat besar.

    Ku teruskan permainanku hingga kurasakan suatu cairan keluar membasahi lidahku.

    “Keluar lagi?” tanyaku

    “iya,…enak deh” jawab ida

    “ya udah,…gitu aja dulu yah,…kepala gue sakit banget, abis lo jambak tadi” ujarku

    “masa udahan sih?… sorry tadi gue kelepasan jadinya narik-narik rambut kamu gitu deh…” balas Nadia.

    “entar baru nyambung lagi..yah” pintaku

    “iya, tapi jangan lama-lama” jawab Nadia,

    Ida hanya terbaring di tempat tidur, kututupi tubuhnya dengan selimut. Film porno itu kami ‘pause’ sebentar. Aku segera menuju westaffel untuk mencuci muka, kulihat waktu menunjukan pukul 03.00 pagi hari. Saat itu ku sadari bahwa sekarang dalam diriku tidak hanya ada cinta, tetapi juga ada nafsu untuk istriku Nadia. Setelah meminum segelas air, aku segera kembali ke kamar. Nadia menyambutku dengan senyum penuh rasa sayang, ku rebahkan tubuhku disampingnya.

    “da.,,gue mau,..minta maaf,..kalo gue udah kasar sama lo sejak kita nikah, padahal lo juga nggak tahu apa-apa kan? Sekarang gue ngerasa bersalah banget” ujarku

    “biarin aja berlalu yang kayak gitu mah,…gak usah dipikir lagi, Nadia juga udah lupa……kamu juga makin hari makin asik….seneng aku” jawab ida.

    Saat itu terasa sangat panas, ku buka baju kaos ku dan tinggal memakai celana basket yang sejak tadi ku pakai.

    “ribet banget nih selimut…”ujar ida sambil menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya

    Ida segera memulai lagi adegan di film yang tadi kami ‘pause’. Nadia menarik tanganku dan menempelkan telapak tanganku ke selangkagannya. Kini adegan di film itu bertambah panas, pemeran pria di film itu mulai memasukkan penisnya kedalam vagina pemeran wanita. Pemeran wanita di film itu hanya menggumam takkaruan.

    Beberapa menit kami menyaksikan film itu. Kali ini Nadia hanya terpana melihat adegan di film itu. Mungkin Nadia masih takut untuk mencobanya.

    “mau coba gituan?” tanya Nadia

    “kalo sekarang nggak bisa, gak apa-apa juga…..lo aja yang master belum siap apa lagi gue” ujarku

    “kita coba tapi pelan-pelan yah…soalnya gue masih perawan” ujar Nadia

    “gak apa-apa nanti aja,…”jawabku

    “tapi gue pengen banget..” sambung Nadia

    “ya uda.,,,tapi bakal sakit loh nanti..”balasku

    Ida mulai menaikan pinggulnya dan pantatnya kusanggah dengan bantal. Ku buka sedikit lebar lubang kemaluannya, memang benar. Selaput dara masih utuh didalamnya, merah merona dan terlihat segar.

    “beneran masukin sekarang?” tanyaku.

    “iya tapi pelan-pelan yah” jawab ida

    “iya” balasku

    Kumasukkan penisku perlahan kedalam vagina Nadia. Hangat, perih dan sempit, terasa seperti disedot vaccum cleaner. Saat semua bagian sudah mulai terbenam, kulihat Nadia meneteskan air mata. Sedih sekali melihatnya seperti itu, kulihat darah membekas di batang penisku. Sejenak kupikir untuk melepaskan penisku dari dalam vagina Nadia. Tetapi apa yang terjadi, ida malah menggoyangkan pinggulnya

    “sakit?’ tanyaku pelan
    “udah nggak kok,…perih aja tadi, banget…” jawabnya

    “mau diterusin?” tanyaku lagi

    “iya..” jawab ida manja

    Perlahan mulai ku maju mundurkan pinggulku, makin lama makin cepat. Nadia hanya menggumam sambil meremas buah dadanya.

    “ennnaaakk,,,” ujar Nadia

    “mmhh …guuee….keelluuaarr..” jerit Nadia

    Orgasme Nadia disusul olehku, senang sekali melihatnya malah tertawa diakhir permainan kami. Cairan yang keluar dari vagina Nadia bercampur sedikit dengan darah.

    “da..sorry tadi gue keluarin di dalem..”ujarku

    “nggak apa-apa kali,..kalo nanti gue bunting,,bapaknya ni anak kan elo” jawab ida. Hanya bisa tertawa, kami berdua tertawa sejadi-jadinya melihat perbuatan kami tadi. Akhirnya kami pun kelelahan dan tertidur.

  • Cerita Seks Nikmat Dengan Dua Pembantu

    Cerita Seks Nikmat Dengan Dua Pembantu


    915 views

    Perawanku – Cerita Seks Nikmat Dengan Dua Pembantu, Aku adalah seorang kepala keluarga yang boleh di bilang bahagia, karena aku mempunyai seorang anak yang lucu dan seorang isteri yang setia, seksi dan cantik, lengkap sudah kehidupanku karena aku ditunjang oleh pekerjaan yang cukup mapan.

    Anakku masih kecil kurang lebih berusia 3 tahun, istriku juga seorang pekerja yang ulet namun tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai isteri, dalam mengasuh anak, memasak dan tentu memanjakan saya, suaminya.

    Isteriku dibantu oleh 1 orang perawat (baby sitter) dan 1 orang pembantu wanita, keduanya masih muda, si baby sitter berusia 24 tahun dan bernama Nani seorang janda ditinggal mati kecelakaan

    Tingginya sekitar 160 cm, badannya berkulit putih bersih dan agak seksi, kalau menggunakan rok suster agak ketat dan berwajah manis, sedangkan si pembantu berusia sekitar 20 tahun bernama Srimiatun, dengan panggilan Sri, dia masih gadis, tingginya kurang lebih 150 cm berkulit agak gelap wajahnya, yah.. biasa saja seperti orang desa kebanyakan

    Cerita ini berawal dari ketika isteriku ditugaskan oleh kantornya ke Belanda untuk mengikuti suatu pendidikan management (karena kantor pusat isteriku ada di sana) selama kurang lebih 2 pekan.

    Awalnya isteriku agak keberatan karena harus meninggalkan si kecil selama itu, namun setelah dukunganku akhirnya dia rela meninggalkan anakku, dan juga dia merasa yakin karena Nani menguasai penuh keinginan anakku

    Hari pertama setelah kepergian isteriku, aku pulang lebih awal karena aku harus menggantikan isteriku untuk mengawasi si kecil. Pada saat aku sampai di rumah, langsung aku menuju kamar anakku, kutengok dia ternyata sedang tidur berpelukan dengan Nani, karena aku selalu gemes dengan anakku, aku langsung mencium anakku.

    Pada saat aku mencium anakku, tanganku secara tidak sengaja menyenggol badan Nani, sehingga dia bangun

    Oh.. Bapak, maaf Pak tadi saya bobo sama Donny karena dia minta dikeloni..” saat itu wajahku sangat dekat dengan Nani, kuperhatikan bibirnya yang basah dan hembusan nafasnya sangat terasa.

    Pada saat itu bangkit naluri kelaki-lakianku, “Nan.. kamu cantik! ” itu ucapanku yang terlontar begitu saja.
    “Ah.. Bapak bisa aja..”
    Tanpa dikomando, aku langsung merengkuh bahunya dan langsung kuhisap bibirnya dengan ganas.

    “Mmmph.. Pak.. ntar Donny bangun..”
    “Ayo kita pindah aja ke kamarku..” langsung kutarik tangannya.
    “Pak jangan gandeng begini, ada Sri lho!” dia mengingatkanku.
    “Iya deh aku tunggu ya di kamar..”
    Aku langsung ke kamar, masuk ke kamar mandi, cuci-cuci seadanya, buka baju dan celana serta melilitkan handuk.

    Tidak lama kemudian Nani mengetok dan membuka pintu.
    “Sini, dekat saya sini..” kupeluk Nani. Nani membalas pelukanku, aku sangat tidak sabar, kucium, kulumat bibirnya yang basah, “Pak.. udah lama.. Pak nggak ciuman..” suaranya gemetar menahan gejolak.

    “Nan.. buka bajumu, aku pingin tidur sama kamu..” pintaku.
    “Nani juga mau kok Pak..”

    Tubuhnya begitu indah, dadanya yang kencang tidak terlalu besar, pantatnya ranum bulat, kulitnya bersinar berkeringat menahan nafsu, kemaluannya bersih dengan bulu lembut namun jarang. Aku tidak tahan, kurebahkan dia di tepian ranjangku, kujangkau pahanya, dan aku berlutut di depan kemaluannya, langsung kujulurkan lidahku, “Oooh.. agh..” erangannya membuatku semakin gila menghisap klitorisnya.

    “Achh.. Pak.. terus Pak.. ahh..” dia mulai berteriak kecil, tangannya meraih kepalaku dan ditekannya terus ke lubang kenikmatannya. Pada saat itu juga dia berteriak sambil melingkarkan pahanya di pundakku, “Achh.. achh.. achh..” lidahku terus menjilat dan menusuk, walau air asin mengalir ke dalam tenggorokanku.

    Saat yang tepat sekarang adalah mengeluarkan batang kemaluanku dari mulutnya. Aku mulai naik ke ranjang berusaha untuk menghadapkan kemaluanku ke bibirnya lalu kuoleskan ujung kemaluanku pada bibirnya yang basah.

    Pada saat itu pula Nani langsung meraih batang kemaluanku dan memasukkannya ke mulutnya. Oh, hangat sekali mulutnya, dia mulai mengulum kepala kemaluanku, dengan penuh semangat kuraih kepalanya untuk terus mengulum naik turun.

    Sekitar 10 menit aku dikulum dengan berbagai gaya, saat aku akan mencapai klimaks, kulepas penisku dari mulutnya, dan kuarahkan pada vaginanya, “Achh.. Pak, besar sekali Pak.. sakit..” aku tidak perduli, kuakui memang walau dia janda namun vaginanya sempit, kupaksa terus dan, “Bless..” aku berhasil masuk, dengan kondisi sudah agak basah, agak mudah jadinya mengayun keluar masuk penisku.

    Lima menit kami bersenggama secara konvensional, saat aku akan orgasme, dia berteriak lebih dahulu.
    “Pak.. achh.. achh.. ouhgghh.. uff..”
    Mulai terdengar kecipak ayunan penisku, selang 5 detik, aku semprotkan maniku ke dalam tubuhnya, “Ahh.. oohh..”

    “Pak.. enak sekali Pak..” suaranya masih bergetar, langsung kupeluk dan kucium dahinya.
    “Sudah, kamu keluar sana nanti Donny bangun kamu nggak tau,” langsung dia masuk kamar mandi dan keluar dengan menggunakan bajunya.
    “Makasih.. Pak..”

    Pada keesokan harinya, aku sengaja tidak masuk kerja untuk mencari kesempatan lagi, namun baru ingat ternyata Donny harus pergi ke Play Group tentu bersama Nani. Ketika aku keluar kamar, Nani sudah siap pergi bersama Donny. Yach, tinggal aku dengan perasaan menyesal tidak pergi ke kantor.

    Selesai mandi aku ke meja makan, Sri mengantar kopi manisku, dengan tersenyum dia berkata, “Pak, ini kopi manisnya. Maaf Pak.. celana dalam Bapak kemarin terbawa mungkin sama Mbak Nani ke kamar.. tadi pagi saya bersihkan kamar nemu ini Pak.” sambil dia menunjukkan celana dalamku yang kugantung di kamar mandi kemarin.

    Wajahku merah, “Kok bisa sampe sana?” tanyaku.
    “Kan kemarin siang Mbak Nani di kamar Bapak agak lama, mungkin waktu itu..”
    “Sudah.. sudah..” potongku.
    “Kamu ngintip ya..?” tanyaku menuduh.

    “Maaf Pak, kemarin pintunya nggak dikunci, saya liat pas Bapak di atas Mbak Nani, saya liatnya juga karena Mbak Nani teriak, saya pikir Mbak Nani kenapa gitu..” seperti petir di siang bolong jawabannya menyesakkanku.

    “Ya udah kalo kamu udah liat.. apa kamu pingin digituin kayak Nani?” tanyaku kesal.
    “Bapak mau sama saya? Saya kan jelek Pak!”
    “Nggak.. kamu nggak jelek, sekarang bersihin dulu kamar, terus kamu tiduran di kamar saya ntar saya susul, saya mau minum kopi dulu, jangan lupa buka baju ya.”

    Setelah minum kopi aku beranjak menuju kamar, kulihat dia bersandar di tempat tidur bertelanjang badan, kulitnya bersih walau gelap, dadanya tidak seindah milik Nani, namun bulu kemaluannya lebat sekali, dan yang jelas sangat merangsang.

    “Kenapa kamu pingin juga?” tanyaku memancing.

    “E.. anu Pak.. ee.. Mbak Nani sering cerita kalo orang udah kawin itu enaknya waktu tidur bareng, waktu barangnya suami kita masuk ke lobang kita.. wah Pak, Mbak Nani sering cerita yang gitu-gitu, saya jadi pengen, tapi kan saya belon kawin.. jadi ya cuman denger aja, pas kemaren saya lihat Bapak, kan Bapak bukan suami Mbak Nani, tapi bisa dimasukin juga, lha saya kan juga pengen Pak..”

    “Ya udah.. sini emut nih barang Bapak.” sambil kusodorkan penisku yang sudah mengembang keras.
    “Ohh.. enak juga kamu..” mulutnya monyong ketika penisku kutarik, lalu kumasukkan lagi. Sengaja aku tidak mau melumat kemaluannya karena terus terang aku tidak begitu suka rambut tebal.

    Jariku mulai memainkan klitorisnya, lalu kuhisap puting susunya, benar-benar gadis, dadanya padat, keras, mancung, baru sebentar kumainkan klitorisnya dan kuhisap susunya dia menggelinjang. “Achh.. Pak enak banget..” dijepitnya tanganku dengan menyilangkan kedua belah pahanya.

    Penisku sudah licin dengan ludahnya, aku tidak sabar lalu kusodokkan penisku ke dalam vaginanya yang juga sudah dibasahi air klimaksnya. Pelan-pelan kusodok, dia berteriak kecil, sempit sekali, lalu kedua pahanya kuangkat dengan tanganku hingga berada di atas pundakku, mulailagi kusodok, dia menangis kesakitan.

    Sambil menggigit bibir aku mulai mengayun berputar di permukaan agar lubrikasinya bertambah banyak. Lalu dengan hentakan tiba-tiba kudorong ke depan dan, “Achh.. ampun Pak..” teriakan tadi sempat mengejutkanku namun penisku sudah tertanam dengan hangat di dalam vaginanya.

    Kubiarkan penisku diam tertanam, aku mulai nafsu tinggi dengan pembantuku yang satu ini, dengan penuh rangsangan aku mulai mencium dan melumat bibirnya, lehernya, dadanya, kuhisap dan kujilat seluruh wajahnya.

    Terus terang dengan suara rintihan tadi aku bernafsu sekali dengannya, tidak terasa penisku mulai ada sambutan dari vaginanya, ototnya mulai menjepit penisku, aku yakin dia pun sudah tidak merasakan nyeri, mulai aku mengayun naik turun, ternyata Sri sangat basah vaginanya, karena aku merasakan licin di sekitar penisku.

    Tiba-tiba.. “Pak.. enaak.. Pak.. Pak.. achh.. uhh.. Pak.. terus.. achh..” dia orgasme dengan cairan yang hangat membasahi lagi penisku. Aku pun tidak kuat menahan gejolak spermaku. Kutumpahkan semua dalam vaginanya. “Sri.. oh.. oh.. ach.. Sri..” kusemprotkan berulang-ulang.

    Aku merasa puas meskipun aku lebih puas dengan Nani, tapi aku lega bisa diberikan pelayanan yang sempurna oleh Sri, pembantuku.

    Nani dan Sri selalu bergantian melayaniku selama istriku pergi, aku selalu menggauli Nani saat malam hari ketika sedang menidurkan Donny, dan Sri selalu melayaniku setiap pagi di kamar pada saat aku minta diantarkan baju kantor yang telah disetrika.

    Keduanya mempunyai ciri khas yang hampir sama, pada saat orgasme mereka selalu menutupi wajahnya dengan bantal, takut teriakannya terdengar.

    Setelah istriku pulang, aku selalu berharap agar dapat dilayani Sri dan Nani lagi pada saat aku pulang siang dari kantor.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Kehidupanku Yang Terjerumus Sexs Bebas Dan Dunia Malam

    Cerita Sex Kehidupanku Yang Terjerumus Sexs Bebas Dan Dunia Malam


    625 views

    Perawanku – Cerita Sex Kehidupanku Yang Terjerumus Sexs Bebas Dan Dunia Malam, Namaku Tina (bukan nama sebenarnya). Usiaku 17 tahun. Aku sekolah di sebuah SMA swasta favorit di Kota Surabaya. Sudah setengah setahun ini hidupku penuh berisi dengan kesenangan-kesenangan yang liar. Seperti sering Dugem, ineks dan bahkan ketagihan seks bebas.

    Sampai akhirnya aku terjerumus dalam ambang batas kehancuran. Terombang-ambing dalam dilema dan serba ketidak pastian. Aku merasa bingung apa yang kucari. Aku bingung harus kemana arah dan tujuan hidupku. Semua yang selama ini kulakukan tidak memberikan kemajuan yang positif. Bahkan aku nyaris gila.

    Siapakah aku ini? Sejujurnya aku menyesali kondisiku yang seperti ini. Keterlibatanku dgn narkoba telah membawaku ke dalam kehidupan yang kelam. Sungguh kejam! Aku jadi berangan-angan ingin kembali ke kehidupan lamaku dimana aku belum mengenal narkoba. Ketika itu begitu indah. Orang tuaku sayang padaku. Andrew pacarku dgn setia berada disisiku. Dan dia selalu datang untuk menghibur dan menemaniku.

    Aku jadi ingat pada hari-hari tertentu, teman-teman sekolahku datang main ke rumah untuk mengerjakan tugas atau hanya sekedar berkumpul. Kalau lagi ada pacarku, mereka selalu menggoda kami sebagai pasangan serasi. Padahal menurutku kami bertolak belakang. Aku pemalu dan mudah merajuk.

    Sedang pacarku biang kerok di sekolah dan tidak tahu malu. Aku berprestasi dalam pelajaran tapi kurang menguasai bidang olah raga. Sedangkan dia berprestasi dalam olah raga namun malas belajar. Tinggiku sedang dan badanku agak kurus. Sedangkan dia tinggi dan besar. Pokoknya beda banget. Tapi teman sekolah mengatakan kami pasangan serasi. Entah apanya yang serasi..

    Aku masih ingat ketika-ketika terakhir dia meninggalkan aku untuk sekolah ke Amerika. Ada setitik firasat bahwa itu adalah ketika terakhir aku bersamanya. Aku menangis tiada henti di bandara seperti orang bodoh. Tidak ada kata yang terucap, hanya sedu sedan lirih terdengar dari mulutku.

    Orang tuanya sampai sungkan pada orang tuaku dan berusaha menghiburku dgn mengatakan bahwa Andrew akan sering pulang ke Indonesia untuk menengokku. Orang tuaku pun tak kalah dan berjanji padaku akan menyekolahkan aku ke Amerika selepas SMU. Kata orang cinta akan lebih terasa ketika terpisahkan oleh jarak.

    Aku tidak sabar untuk membuka e-mail setiap malam. Telepon internasional seminggu sekali menjadi pelepas dahaga bila aku rindu suaranya. Setiap malam menjelang tidur, aku melihat-lihat foto kami berdua. Dan tak lupa aku mendoakan dia.

    Kini Andrew tidak akan mau memandangku lagi. Laporan dari teman-temannya yang melihat aku berkeliaran di diskotik-diskotik dgn lelaki lain membuatnya murka dan tidak mempercayai aku. Dia mengadili aku yang hanya bisa menangis dan berjanji akan menghentikan perbuatanku.

    Tapi apa daya, di belahan dunia lain, Andrew tidak akan bisa melihat keseriusanku. Dia meminta untuk mengakhiri hubungannya denganku meski aku menangis meraung-raung di telepon. Aku tak berdaya. Dia begitu kerasnya tidak mengampuni kesalahanku. Yah memang semua itu memang salahku.

    Tapi apakah aku tidak punya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan? Apakah setiap orang tidak pernah khilaf? Apakah sama sekali tidak ada ampun untukku? Dia dulu mengatakan apa pun yang terjadi akan selalu mencintaiku. Akan selalu menjagaku. Semakin hari cintanya padaku akan semakin besar. Ternyata, bohong! Itu semua hanya bohong belaka!

    Ketika ini aku jadi cewek bodoh, sering melamun dan mudah stres. Bukan hanya hubunganku dgn Andrew yang hancur. Hubunganku dgn ayah ibuku juga memburuk. Mereka sudah menyerah menghadapi aku yang hampir setiap hari pulang pagi. Mereka bahkan mengancam akan mengusir aku bila terus menerus seperti ini.

    Aku jadi sering membolos sekolah. Prestasiku di sekolah makin hari makin memburuk. Aku telah kehilangan minat untuk belajar dan meraih ranking tinggi di sekolah. Hubungan sosial dgn teman sekolahku juga semakin buruk. Aku malas bergaul dgn mereka. Aku takut mereka mengetahui siapa aku sebenarnya. Aku takut mereka menyebarkan tingkah lakuku sebenarnya. Aku takut..

    Aku jadi paranoid! Aku jadi mudah curiga dgn semua orang. Aku jadi sulit tidur dan melamun yang tidak-tidak. Aku jadi sering mimpi buruk dan makin sulit membedakan mana mimpi dan kenyataan. Lama-lama aku bisa gila! Aku ingin berhenti menggunakan narkoba dan sesegera mungkin meninggalkan dunia gemerlap yang selama setahun ini kugeluti. Tapi aku sulit meninggalkannya.

    Aku terperangkap di dalamnya! Ineks! Semua ini gara-gara pil setan itu! Badanku semakin kurus. Mataku cekung dihiasi garis hitam dibawahnya. Aku tidak mengenali wajahku sendiri di hadapan cermin. Bahkan Mamaku sudah mengecap aku sebagai wanita nakal. Yah.. wanita nakal.. aku memang telah jadi wanita nakal. Aku telah melepaskan keperawananku pada seorang pria yang bukan suamiku.

    Aku malu pada diriku dan pada orang tuaku. Diriku bukan Tina yang dulu. Tina yang selalu meraih prestasi di sekolah. Tina yang selalu membanggakan orang tua. Tina yang rajin ke gereja. Tina yang lugu dan pemalu. Tina yang selalu jujur dan berterus terang..

    Malam itu entah malam keberapa aku ke diskotik dgn Martin. Setelah triping gila-gilaan bersama teman-teman, aku pulang bersama Martin. Sebenarnya aku malas pulang krna masih dalam keadaan on berat. Gara-gara Bandar gede dari Jakarta datang, semua jadi kebanyakan ineks.

    Badanku terus bergetar tiada henti, dan rahangku bergerak-gerak ke kiri dan kekanan. dgn eratnya aku peluk lengan Martin seakan-akan takut kehilangan dirinya.Tidak seperti biasanya Martin mengajakku putar-putar keliling kota. Mungkin dia kasihan melihat aku masih on berat dan tidak tega membiarkan aku sendirian di rumah.

    Aku sih senang-senang saja. Kuputar lagu-lagu house music agak kencang, meski aku tahu akibatnya bisa fatal.Tak sampai lima menit, lagu house music dan hembusan hawa AC yang dingin membuat aku on lagi! Aku menggerak-gerakkan badan, kepala dan tanganku di bangku sebelah.

    Rasanya asyik sekali triping dalam mobil yang melaju membelah kota! Martin tertawa melihat aku memutar-mutar kepala seperti angin puyuh. “Untung kaca film mobilku gelap. Jadi aku tidak perlu takut orang-orang melihat tingkahmu!” ujarnya. Hahaha.. rasanya ketika itu aku tidak peduli mau dilihat orang, polisi, hansip atau siapa pun juga, aku tidak akan peduli! Lagipula ini masih jam 3 pagi.

    Setelah setengah jam kami putar-putar kota, akhirnya kami sampai di daerah sekitar rumah Martin. Martin menyarankan agar aku meneruskan tripingku di rumahnya. Sebab terlalu riskan bila triping di jalanan seperti itu. Kalau sedang sial bisa ketangkap polisi. Aku yang sudah tidak bisa berpikir lagi Cuma mengiyakan semua omongannya.

    Sampai di rumahnya, aku langsung diantar ke kamarnya. Sambil meletakkan kunci mobil, Martin menyalakan ac dan memutar lagu house music untukku. Wah dia benar-benar ingin membuat aku on terus sampai pagi! Ok, Aku layani! Kurebut remote ac dari tangannya dan ku setel dgn temperatur paling rendah. Martin yang sudah drop, begitu mencium bau ranjang langsung hendak merebahkan badannya yang besar itu ke tempat tidur.

    Tentu saja aku tidak ingin tripping sendiri! Kutarik tangannya dan kuajak dia goyang lagi. Martin mengerang dan tetap menutup wajahnya dgn bantal. Tingkahnya dibuat manja seperti anak kecil. Tidak habis pikir aku segera mencari koleksi minumannya di mejanya. Kusambar sebotol Martell VSOP dan kupaksa dia minum.

    Mulanya Martin menolak dgn alasan besok harus kerja. Namun aku memaksa terus hingga dia tak berkutik. Beberapa teguk Martell membuahkan hasil juga. Martin bangun dan duduk didepanku. Aku segera memeluknya dari belakang dan menggodanya dgn manja. “Kalau kamu mau nemenin aku tripinng.. hari ini aku jadi milikmu.” “Milikku sepenuhnya..? Ehm.. I love it!” Balas Martin nakal.

    “Ya..ehm.. jadi milikmu..” gumamku di dekat telinganya. Aku memeluknya dari belakang dan menciumi telinganya sampai dia kegelian. Aku terus menggodanya dgn menciumi leher dan bahunya. Tiba-tiba dia membalikkan badan dan menyergapku! Aku kaget juga dan berteriak kecil. Martin mendekapku erat-erat dan balas menciumi wajah, leher dan telingaku. Aku menjerit-jerit kegelian oleh tingkahnya.

    Cerita Sex Kehidupanku Yang Terjerumus Sexs Bebas Dan Dunia Malam

    Cerita Sex Kehidupanku Yang Terjerumus Sexs Bebas Dan Dunia Malam

    Aku Memang Telah Jadi Wanita Nakal Yang Melepaskan Keperawananku Karena NapsuLama-lama ciuman Martin semakin turun ke bawah. Dia melorotkan tali tank-topku dan menciumi buah dadaku dgn ganas sambil mendengus-dengus. Aku bergetar menahan geli dan rangsangan yang hebat.

    Otot-otot badan dan kakiku terasa kaku semua. Tidak puas menciumi dadaku, Martin meloloskan bra yang menutupi dadaku sehingga kedua buah dadaku tersembul keluar. “Woow.. aku paling suka payudaramu!” desisnya. Aku paling suka kalau keindahan tubuhku dipuji. Dia mengucapkan kata-kata itu dgn mata berbinar-binar sehingga membuatku tersanjung. Tentu saja aku langsung menutupi dadaku dgn kedua tanganku seakan-akan melarangnya untuk melihat.

    Sedetik setelah itu dia membuka kedua tanganku dan membungkuk kearah dadaku lalu mendekatkan mulutnya ke puting kananku. Dengusan napasnya yang mengenai putingku sudah bisa membuatku menggelinjang. Pelan-pelan lidahnya menjilat putingku sekilas, lalu berhenti dan memandang reaksiku.

    Aku memejamkan mata dan mendengus. Perasaanku melambung sampai ke awang-awang! Ketika kubuka mataku, dia memandangku sambil tersenyum nakal. Aku memukulnya. Setelah itu dia menjilat puting kiriku sekilas. Aku kembali menggelinjang-gelinjang. Aku merasa detik-detik penantian apa yang akan dilakukan Martin pada putingku membuat aku makin penasaran. Aku mengerang-erang ingin agar Martin meneruskan aksinya.

    Aku sudah sangat terangsang hingga memohon-mohon padanya agar memuaskan aku. Martin tersenyum manis sekali lalu mulai memasukan putingku ke mulutnya. Putingku dipermainkan dgn mulut dan lidahnya yang hangat. Aku bergetar dan menggelinjang menjadi-jadi.

    Kepiawaian Martin merangsang dan memuaskan aku sudah terbukti. Rangsangan yang hebat melupakan segala janji yang pernah kubuat. Martin sangat terangsang rupanya. Aku merasa ada yang mengganjal di bagian bawah perutku dan menyodok-nyodok kemaluanku. Aku membuka kedua kakiku lebar-lebar dan merubah posisi pinggulku agar kemaluanku bergesekan dgn penisnya.

    Tiap kali penisnya menggesek klitorisku aku mengerang dan merenggut apa saja yang bisa kurenggut termasuk rambutnya. Napas kita yang mendengus-dengus bersahut-sahutan bersaing dgn lagu house music yang memenuhi ruangan.

    Martin meneruskan aksinya sambil melepas pakaianku satu persatu hingga aku telanjang bulat. Aku menatap wajahnya dgn perasaan tak karuan. Lalu dia membuka pakaiannya sendiri dan mulai menyerangku dgn ganas. Aku diciumi mulai mulut turun ke leher lalu ke buah dadaku. Setelah itu turun lagi melewati pusar dan bulu kemaluanku. Dia berhenti seketika sambil melihat aku yang sudah terangsang berat.

    “Martin.. cium anuku please..” pintaku terbata-bata. “Hehehe..” Desisnya pelan.Lalu tanpa menunggu perintah kedua kalinya, dia mulai merubah posisinya agar mulutnya pas di kemaluanku. Setelah itu kakiku dibuka lebar-lebar ke atas sehingga kemaluanku menyembul di antara pahaku. Aku merasa hawa dingin menerpa bagian dalam kemaluanku yang merekah. Aku memejamkan mata berdebar-debar menunggu Martin memulai aksinya.

    Martin menciumi sisi luar kemaluanku dgn perlahan. Aku mengerang tertahan dan mengerutkan dahi. Rasanya geli sekali! Ciumannya bergerak ke tengah dan berhenti di klitorisku. Klitorisku diciuminya lama sekali seperti kalau dia menciumi bibirku. Dia mengulum dan kadang menyedot kemaluanku dgn kuat.

    Aku mendesah-desah keras sekali. Tak tergambarkan rasanya. Lalu ketika lidahnya ikut bermain, aku tak kuat menahan lebih lama lagi. Dibukanya bibir kemaluanku dgn jarinya, lalu lidahnya dimasukan diantaranya. Lidahnya memilin-milin klitorisku dan kadang masuk ke vaginaku dalam sekali.

    Erangan panjang menandakan kenikmatan yang tiada taranya. Aku malu sekali ketika orgasme dihadapannya. Ritme ciumannya pada kemaluanku perlahan-lahan mengendur seiring dgn tekanan yang kurasakan. Martin memang hebat. Dia sudah berpengalaman memuaskan ceweq.

    Dia bisa tahu timing yang tepat kapan harus cepat dan kapan harus pelan. Aku jadi curiga apa dia berprofesi sebagai gigolo yang biasa memuaskan Tante-Tante kesepian. Hehehe.. “Lho kok cepat? Sudah terangsang dari tadi ya?” tanyanya sambil senyum-senyum mesum. Mukaku memerah ketika aku tak bisa menjawab pertanyaannya. Aku memukulnya dgn bantal sambil menggodanya.

    “Kamu gigolo ya? Kok hebat banget?” “Eh, gigolo! Kurang ajar! Gua ini memang Don Juan Surabaya ya! Belum pernah ada ceweq yang tidak puas kalau main denganku!” katanya pongah. “Teman-temanku sampai menjuluki aku ‘Sex Machine’!” lanjutnya. “Ngibul! kamu pasti gigolo!” godaku sambil memukulnya dgn bantal lagi. Kami perang mulut selama beberapa ketika.

    Setelah itu Martin mengakhirinya dgn berkata, “Enak aja menghinaku! Sebagai balasannya, nih..” Martin melompat kearahku dan memasukkan kepalanya diantara kakiku. Dia langsung melumat kemaluanku dgn mulutnya lebih ganas lagi padahal kemaluanku masih berdenyut-denyut geli.

    Aku menjerit-jerit karena nya. Gelinya luar biasa! Entah apakah kemaluanku sudah sangat basah atau tidak, aku mendengar bunyi berkecipak di kemaluanku. Rasa geli yang menerpa segera berubah menjadi nikmat. Aku terhanyut lagi dalam permainan lidahnya.

    Aku orgasme untuk yang kedua kalinya. Badanku rasanya lemas semua. Malam itu aku mudah sekali orgasme. Entah apa mungkin itu krna pengaruh ineks atau memang aku sudah dalam keadaan puncak, aku tidak tahu.. Kami break sebentar. Martin tidur terlentang. Kulihat penisnya berdiri tegak bagai tugu monas. Kepalanya yang merah mengkilat krna cairan maninya meleleh keluar.

    Aku duduk di dipangkuannya dan memegang penisnya yang keras. “Lho, sejak kapan celana dalammu lepas? Aku kok tidak tahu?” tanyaku. “Hehehe.. kamu merem terus dari tadi sampe tidak tahu kalo burungku sudah menunggu-nunggu ditembakkan ke sasaran!” candanya.

    Aku kasihan padanya. Kuelus-elus penisnya sambil menggodanya. Lalu aku naik ke atas tubuhnya dan duduk tepat diatas penisnya. Martin tampak terangsang melihat tindakanku. Kugoyang-goyangkan pinggulku maju mundur diatas penisnya sambil kuelus-elus dadanya.

    Martin memejamkan matanya sambil merasakan sentuhan-sentuhan kemaluanku di penisnya. Aku juga merasa geli-geli nikmat ketika penisnya yang keras dan licin menggeser klitorisku. Lama-lama Martin tidak kuat menahan rangsangan. Dia bangkit dan memeluk tubuhku. Kami berciuman.

    Tanpa mempedulikan bau cairan vaginaku di mulutnya, aku terus menggoyangkan pinggulku maju mundur. Kemaluanku yang basah semakin memudahkan penis Martin bergesekan diantar bibir kemaluanku. Gerakan kami makin lama makin liar, sampai akhirnya pertahananku runtuh!

    Penis Martin mengoyak keperawananku! Kepala penisnya selip dan masuk ke vaginaku. Aku menjerit kaget dan gerakanku terhenti. Untuk seketika aku merasa sakit krna ada benda sebesar itu masuk ke vaginaku. Martin juga berhenti dan hendak mencabut penisnya dari vaginaku. Namun aku mencegahnya.

    Aku benar-benar terhanyut dalam fantasiku sendiri akan kenikmatan persetubuhan. Kupeluknya erat-erat tubuhnya. Disamping rasa sakit, aku merasakan suatu kenikmatan yang lain. Aku ingin merasakan lebih lama lagi. Secara tak sadar aku merendahkan pinggulku perlahan-lahan sampai penis Martin memenuhi liang vaginaku. Rasanya sungguh luar biasa! Aku memeluk Martin sekuat tenaga dgn napas terputus-putus.

    Kucengkeram punggungnya dgn kuku jariku tanpa peduli dia kesakitan atau tidak. Tak terlukiskan perasaanku ketika itu. Aku mengerang-erang. Rasanya seluruh sarafku terputus dan terpusat di kemaluanku saja. Martin membiarkanku seketika menikmati moment ini. Dia pasti juga sedang menikmati koyaknya selaput daraku.

    Perlahan-lahan Martin mulai menggoyangkan pinggulnya. Penisnya bergerak-gerak perlahan dalam kemaluanku. Aku mendesah mengaduh-aduh menahan nikmat dan geli. Vaginaku masih sangat sensitif sampai sampai aku tidak tahan ketika penisnya digerak-gerakkan. Aku menatap sayu pada Martin.

    “Kenapa aku tidak tahu kalau ML seenak ini? Kalau tahu, aku sudah dari dulu mau making love sama kamu!” kataku parau. Mendengar perkataanku, seketika Martin hanya memandangku tanpa ekspresi. Aku tidak dapat menebak apa yang ada dipikirannya. Lalu dgn pandangan yang menyejukkan, dia mencium keningku dan pipiku. Aku menjadi tenang dan damai.

    Martin, aku sayang padamu, aku sayang padamu, aku sayang padamu. Tak ada lagi Andrew dalam kamusku. Aku hanya sayang padamu kataku dalam hati. Sex jauh lebih memabukkan daripada extacy! Aku tak bisa berpikir jernih! Yang ada dipikiranku hanya terus dan terus.. tanpa akhir..

    Martin mulai menggerakkan penisnya keluar masuk vaginaku. Mulanya perlahan, lama-lama semakin cepat. Rasanya mau mati saking nikmatnya. Aku tak bisa berkata apa-apa. Hanya erangan dan desahan yang keluar dari mulutku. Dorongan penisnya yang menghujam keluar masuk ke dalam vaginaku membuatku tak berdaya.

    Malam itu aku orgasme empat kali. Martin menumpahkan spermanya di perutku dan terkapar disebelahku. Aku juga terkapar kelelahan. Saking lelahnya aku sampai tidak kuat untuk bergerak mengambil tissue untuk membersihkan spermanya yang tumpah di perutku. Ternyata orgasme ketika ML jauh lebih nikmat daripada dgn oral seks. Sungguh berbeda..

    Setelah terkapar beberapa ketika, Martin membopongku ke kamar mandi dan memandikan aku. Aku terus menerus memandang wajahnya dan mencari-cari sinar apa yang terpancar di wajahnya. Apakah dia benar mencintaiku atau aku hanya salah satu perempuan koleksinya?

    Aku terus memeluknya ketika dia membasuh tubuhku dgn air hangat dan membersihkan kemaluanku. Setelah itu setelah membersihkan diri, kami tidur kelelahan.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Skandal Perselingkuhan Dengan Manda – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Skandal Perselingkuhan Dengan Manda – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1179 views

    Perawanku – Kisah ini begitu sensasional. Pengalaman pertama kali diriku melakukan selingkuh. Kisah Sex perselingkuhan tak sengaja yang begitu membekas dihatiku. Ternyata ada sensasi tersendiri ketika kita melakukan sex secara sembunyi-sembunyi alias selingkuh, begitu mendebarkan dan penuh gereget. Ingin rasanya mengulang selingkuh untuk yang kedua kalinya..

    Kisah ini berawal saat diriku berangkat kerja naik bis kota, biasanya sih bawa mobil pribadi. Seperti hari Senin pada umumnya bis kota terasa sulit. Entah karena armada bis yang berkurang, atau karena setiap Senin orang jarang membolos dan berangkat serentak pagi-pagi. Setelah hampir satu jam berlari ke sana ke mari, akhirnya diriku mendapatkan bis.

    Dengan nafas ngos-ngosan dan mata kesana kemari, akhirnya aku mendapatkan tempat duduk di bangku 2 yang sudah terisi seorang cewek. Kuhempaskan pantat dan kubuang nafas pertanda kelegaanku mendapatkan tempat duduk, setelah sebelumnya diriku menganggukkan kepala pada teman dudukku. Karena lalu lintas macet dan diriku lupa tidak membawa bacaan, untuk mengisi waktu dari pada bengong, diriku ingin menegur cewek di sebelahku, tapi keberanianku tidak cukup dan kesempatan belum ada, karena dia lebih banyak melihat ke luar jendela atau sesekali menunduk.

    Tiba-tiba ia menoleh ke arahku sambil melirik jam tangannya.
    “Macet sekali ya?” katanya yang tentu ditujukan kepaddiriku.
    “Biasa Mbak, setiap hari Senin begini. Mau kemana?” sambutku sekaligus membuka percakapan.
    “Oh ya. Saya dari Cikampek, habis bermalam di rumah orang tua dan mau pulang ke Pondok Indah,” jawabnya.
    Belum sempat diriku buka mulut, ia sudah melanjutkan pembicaraan,

    “Kerja dimana Mas?”
    “Daerah Sudirman,” jawabku.
    Obrolan terus berlanjut sambil sesekali diriku perhatikan wajahnya. Bibirnya tipis, pipinya halus, dan rambutnya berombak. Sedikit ke bawah, dadanya tampak menonjol, kenyal menantang. diriku menelan ludah. Kuperhatikan jarinya yang sedang memegang tempat duduk di depan kami, lentik, bersih terawat dan tidak ada yang dibiarkan tumbuh panjang. Dari obrolannya keketahui ia (sebut saja Manda) seorang cewek yang kawin muda dengan seorang duda beranak tiga dimana anak pertamanya usianya hanya dua tahun lebih muda darinya. Masa remajanya tidak sempat pacaran. Karena waktu masih sekolah tidak boleh pacaran, dan setelah lulus dipaksa kawin dengan seorang duda oleh orang tuanya.

    Sambil bercerita, kadang berbisik ke telingdiriku yang otomatis dadanya yang keras meneyentuh lengan kiriku dan di daddiriku terasa seer! Sesekali ia memegangi lenganku sambil terus cerita tentang dirinya dan keluarganya.

    “Pacaran asyik ya Mas?” tanyanya sambil memandangiku dan mempererat genggaman ke lenganku.
    Lalu, karena genggaman dan gesekan gunung kembar di lengan kiriku, otakku mulai berpikiran jorok.
    “Kepingin ya?” jawabku berbisik sambil mendekatkan mulutku ke telinganya. Ia tidak menjawab, tapi mencubit pahdiriku.

    Tanpa terasa bis sudah memasuki terminal Blok M, berarti kantorku sudah terlewatkan. Kami turun. diriku bawakan tasnya yang berisi pakaian menuju kafetaria untuk minum dan meneruskan obrolan yang terputus. Kami memesan teh botol dan nasi goreng. Kebetulan diriku belum sarapan dan lapar. Sambil menikmati nasi goreng hangat dan telor matasapi, akhirnya kami sepakat mencari hotel. Setelah menelepon kantor untuk minta cuti sehari, kami berangkat.

    Sesampai di kamar hotel, diriku langsung mengunci pintu dan menutup rapat kain horden jendela. Kupastikan tak terlihat siapapun. Lalu kulepas sepatu dan menghempaskan badan di kasur yang empuk. Kulihat si Manda tak tampak, ia di kamar mandi. Kupandangi langit-langit kamar, daddiriku berdetak lebih kencang, pikiranku melayang jauh tak karuan. Senang, tdirikut (kalau-kalau ada yang lihat) terus berganti.
    Tiba-tiba terdengar suara tanda kamar mandi dibuka. Manda keluar, sudah tanpa blaser dan sepatunya. Kini tampak di hadapanku pemandangan yang menggetarkan jiwdiriku. Hanya memakai baju putih tipis tanpa lengan. Tampak jelas di dalamnya BH hitam yang tak mampu menampung isinya, sehingga dua gundukan besar dan kenyal itu membentuk lipatan di tengahnya. diriku hanya bisa memandangi, menarik nafas serta menelan ludah.

    Mungkin ia tahu kalau diriku terpesona dengan gunung gemburnya. Ia lalu mendekat ke ranjang, melatakkan kedua tangannya ke kasur, mendekatkan mukanya ke mukdiriku,
    “Mas..” katanya tanpa melanjutkan kata-katanya, ia merebahkan badan di bantal yang sudah kusiapkan. diriku yang sudah menahan nafsu sejak tadi, langsung mendekatkan bibirku ke bibirnya.
    Kami larut dalam lumat-lumatan bibir dan lidah tanpa henti. Kadang berguling, sehingga posisi kami bergantian atas-bawah. Kudekap erat dan kuelus punggungnya terasa halus dan harum. Posisi ini kami hentikan atas inisiatifku, karena diriku tidak terbiasa ciuman lama seperti ini tanpa dilepas sekalipun. Tampak ia nafsu sekali. diriku melepas bajuku, tdirikut kusut atau terkena lipstik. Kini diriku hanya memakai CD.
    Ia tampak bengong memandangi CD-ku yang menonjol.
    “Lepas aja bajumu, nanti kusut,” kataku.
    “Malu ah..” katanya.

    “Kan nggak ada yang lihat. Cuma kita berdua,” katdiriku sambil meraih kancing paling atas di punggungnya.
    Dia menutup dada dengan kedua tangannya tapi membiarkan diriku membuka semua kancing. Kulempar bajunya ke atas meja di dekat ranjang. Kini tinggal BH dan celana panjang yang dia kenakan. Karena malu, akhirnya dia mendekapku erat-erat.
    Dan diriku terasa penuh dan empuk oleh payudaranya, nafsuku naik lagi satu tingkat, “burung”-ku tambah mengencang.
    Dalam posisi begini, diriku cium dan jilati leher dan bagian kuping yang tepat di depan bibirku.
    “Ach.. uh..” hanya itu yang keluar dari mulutnya.
    Mulai terangsang, pikirku.

    Setelah puas dengan leher dan kuping kanannya, kepalanya kuangkat dan kupindahkan ke dada kiriku. Kuulangi gerakan jilat leher dan pangkal kuping kirinya, persis yang kuldirikukan tadi. Kini erangannya semakin sering dan keras.
    “Mas.. Mas.. geli Mas, enak Mas..” Sambil membelai rambutnya yang sebahu dan harum, kuteruskan elusanku ke bawah, ke tali BH hingga ke pantatnya yang bahenol, naik-turun.

    Selanjutnya gerilydiriku pindah ke leher depan. Kupandangi lipatan dua gunung yang menggumpal di dadanya. Sengaja diriku belum melepas BH, karena diriku sangat menikmati cewek yang ber-BH hitam, apalagi payudaranya besar dan keras seperti ini. Jilatanku kini sampai di lipatan payudara itu dan lidahku menguas-nguas di situ sambil sesekali diriku gigit lembut.
    Kudengar ia terus melenguh keenakan. Kini tanganku meraih tali BH, saatnya kulepas, ia mengeluh,

    “Mas.. jangan, diriku malu, soalnya payudaraku kegedean,” sambil kedua tangannya menahan BH yang talinya sudah kelepas.
    “Coba diriku lihat sayang..” Katdiriku memindahkan kedua tangannya sehingga BH jatuh, dan matdiriku terpana melihat payudara yang kencang dan besar. “Manda.. payudaramu bagus sekali, diriku sukaa banget,” pujiku sambil mengelus payudara besar menantang itu. Putingnya hitam-kemerahan, sudah keras.

    Kini diriku bisa memainkan gunung kembar sesukdiriku. Kujilat, kupilin putingnya, kugigit, lalu kugesek-gesek dengan kumisku, Mandakelojotan, merem melek,
    “Uh.. uh.. ahh..” Setelah puas di daerah dada, kini tanganku kuturunkan di daerah selangkangan, sementara mulut masih agresif di sana.

    Kuusap perlahan dari dengkul lalu naik. Kuulangani beberapa kali, Manda terus mengaduh sambil membuka tutup pahanya. Kadang menjepit tangan nakalku. Semua ini kuldirikukan tahap demi tahap dengan perlahan. Pertimbanganku, diriku akan kasih servis yang tidak terburu-buru, benar-benar kunikmati dengan tujuan agar Manda punya kesan berbeda dengan yang pernah dialaminya. Kuplorotkan celananya. Manda sudah telanjang bulat, kedua pahanya dirapatkan. Ekspresi spontan karena malu.

    Kupikir dia sama saja denganku, pengalaman pertama dengan orang lain. diriku semakin bernafsu. Berarti di hadapanku bukan perempuan nakal apalagi profesional. Kini jari tengahku mulai mengelus perlahan, turun-naik di bibir vaginanya. Perlahan dan mengambang. Kurasakan di sana sudah mulai basah meski belum becek sekali.
    Ketika jari tengahku mulai masuk, Manda mengaduh,
    “Mas.. Mas.. geli.. enak.. terus..!” Kuraih tangan Manda ke arah selangkanganku (ini kuldirikukan karena dia agak pasif. Mungkin terbiasa dengan suami hanya meldirikukan apa yang diperintahkan saja).

    “Mas.. keras amat.. Gede amat?” katanya dengan nada manja setelah meraba burungku.
    “Mas.. Manda udah nggak tahan nikh, masukin ya..?” pintanya setengah memaksa, karena kini batangku sudah dalam genggamannya dan dia menariknya ke arah vagina. diriku bangkit berdiri dengan dengkul di kasur, sementara Manda sudah dalam posisi siap tembak, terlentang dan mengangkang. Kupandangi payudaranya keras tegak menantang.
    Ketika kurapatkan “senjatdiriku” ke vaginanya, reflek tangan kirinya menangkap dan kedua kakinya diangkat.
    “Mas.. pelan-pelan ya..” Sambil memejamkan mata, dibimbingnya burungku masuk ke sarang kenikmatan yang baru saja dikenal.
    Meski sudah basah, tidak juga langsung bisa amblas masuk. Terasa sempit. Perlahan kumasukkan ujungnya, lalu kutarik lagi. Ini kuulangi hingga empat kali baru bisa masuk ujungnya.
    “Sret.. sret..” Manda mengaduh,

    “Uh.. pelan Mas.. sakit..” Kutarik mundur sedikit lagi, kumasukkan lebih dalam, akhirnya..
    “Bles.. bles..” barangku masuk semua. Manda langsung mendekapku erat-erat sambil berbisik,
    “Mas.. enak, Mas enak.. enak sekali.. kamu sekarang suamiku..” Begitu berulang-ulang sambil menggoyangkan pinggul, tanpa kumengerti apa maksud kata “suami”.
    Manda tiba-tiba badannya mengejang, kulihat matanya putih,
    “Aduuh.. Mas.. diriku.. enak.. keluaar..” tangannya mencengkeram rambutku. diriku hentikan sementara tarik-tusukku dan kurasakan pijatan otot vaginanya mengurut ujung burungku, sementara kuperhatikan Manda merasakan hal yang sama, bahkan tampak seperti orang menggigil.
    Setelah nafasnya tampak tenang, kucabut burungku dari vaginanya, kuambil celana dalamnya yang ada di sisi ranjang, kulap burungku, juga bibir vaginanya. Lantas kutancapkan lagi. Kembali kuulangi kenikmatan tusuk-tarik, kadang diriku agak meninggikan posisiku sehingga burungku menggesek-gesek dinding atas vaginanya. Gesekan seperti ini membuat sensasi tersendiri buat Manda, mungkin senggamanya selama ini tak menyentuh bagian ini.
    Setiap kali gerakan ini kuldirikukan, dia langsung teriak,

    “Enak.. terus, enak terus.. terus..” begitu sambil tangannya mencengkeram bantal dan memejamkan mata.
    “Aduuhm Mas.. Manda keluar lagi niikh..” teriaknya yang kusambut dengan mempercepat kocokanku.
    Tampak dia sangat puas dan diriku merasa perkasa. Memang begitu adanya. Karena kalau di rumah, dengan istri diriku tidak seperkasa ini, padahal diriku tidak pakai obat atau jamu kuat. Kurasakan ada sesuatu yang luar biasa. Kulirik jam tanganku, hampir satu jam diriku ldirikukan adegan ranjang ini. Akhirnya diriku putuskan untuk terus mempercepat kocokanku agar ronde satu ini segera berakhir.

    Tekan, tarik, posisi pantatku kadang naik kadang turun dengan tujuan agar semua dinding vaginanya tersentung barangku yang masih keras. Kepala penisku terasa senut-senut,
    “Manda.. diriku mau keluar nikh..” katdiriku.
    “He.. eeh.. terus.. Mas, aduuh.. gila.. Manda juga.. Mas.. terus.. terus..”
    “Crot.. crot..” maniku menyemprot beberapa kali, terasa penuh vaginanya dengan maniku dan cairannya.
    Kami akhiri ronde pertama ini dengan klimaks bareng dan kenikmatan yang belum pernah kurasakan. Satu untukku dan tiga untuk Manda.
    Setelah bersih-bersih badan, istirahat sebentar, minum kopi, dan makan makanan ringan sambil ngobrol tentang keluarganya lebih jauh. Manda semakin manja dan tampak lebih rileks. Merebahkan kepalanya di pundakku, dan tentu saja gunung kembarnya menyentuh badanku dan tangannya mengusap-usap pahdiriku akhirnya burungku bangun lagi.
    Kesempatan ini dipergunakan dengan Manda. Dia menurunkan kepalanya, dari daddiriku, perut, dan akhirnya burungku yang sudah tegang dijilatinya dengan rdirikus.
    “Enak Mas.. asin gimana gitu. diriku baru sekali ini ngrasain begini,” katanya terus terang.
    Tampak jelas ia sangat bernafsu, karena nafasnya sudah tidak beraturan.

    “Ah..” lenguhnya sambil melepas isapannya. Lalu menegakkan badan, berdiri dengan dengkul sebagai tumpuan.
    Tiba-tiba kepaldiriku yang sedang menyandar di sisi ranjang direbahkan hingga melitang, lalu Mandamengangkangiku.

    Posisi menjadi dia persis di atas badanku. diriku terlentang dan dia jongkok di atas perutku. Burungku tegak berdiri tepat di bawah selangkangannya. Dengan memejamkan mata,
    “Mas.. Manda gak tahaan..” Digenggamnya burungku dengan tangan kirinya, lalu dia menurunkan pantatnya.
    Kini ujung kemaluanku sudah menyentuh bibir vaginanya. Perlahan dan akhirnya masuk. Dengan posisi ini kurasakan, benar-benar kurasakan kalau barang Manda masih sempit. Vagina terasa penuh dan terasa gesekan dindingnya.
    Mungkin karena lendir vaginanya tidak terlalu banyak, diriku makin menikmati ronde kedua ini.
    “Aduuh.. Mas, enak sekali Mas. diriku nggak pernah sepuas ini. Aduuh.. kita suami istri kan?” lalu..
    “Aduuh.. Manda enak Mas.. mau keluar nikh.. aduuh..” katanya sambil meraih tanganku diarahkan ke payudaranya.

    Kuelus, lalu kuremas dan kuremas lagi semakin cepat mengikuti, gerakan naik turun pantatnya yang semakin cepat pula menuju orgasme.
    Akhirnya Manda menjerit lagi pertanda klimaks telah dicapai. Dengan posisi diriku di bawah, diriku lebih santai, jadi tidak terpancing untuk cepat klimaks. Sedangkan Manda sebaliknya, dia leluasa menggerakkan pantat sesuai keinginannya. Adegan diriku di bawah ini berlangsung kurang lebih 30 menit. Dan dalam waktu itu Manda sempat klimaks dua kali. Sebagai penutup, setelah klimaks dua kali dan tampak kelelahan dengan keringat sekujur tubuhnya, lalu diriku rebahkan dia dengan mencopot burungku. Setelah kami masing-masing melap “barang”, kumasukkan senjatdiriku ke liang kenikmatannya. Posisinya diriku berdiri di samping ranjang. Pantatnya persis di bibir ranjang dan kedua kakinya di pundakku. diriku sudah siap memulai acara penutupan ronde kedua.

    Kumulai dengan memasukkan burungku secara perlahan.
    “Uuh..” hanya itu suara yang kudengar.
    Kumaju-mundurkan, cabut-tekan, burungku. Makin lama makin cepat, lalu perlahan lagi sambil diriku ambil nafas, lalu cepat lagi. Begitu naik-turun, diikuti suara Manda,
    “Hgh.. hgh.. ” seirama dengan pompaanku.
    Setiap kali diriku tekan mulutnya berbunyi,
    “Uhgh..” Lama-lama kepala batanganku terasa berdenyut.
    “Manda.. diriku mau keluar nikh..”
    “Yah.. pompa lagi.. cepat lagi.. Manda juga Mas.. Kita bareng ya.. ya.. terus..” Dan akhirnya jeritan..
    “Aaauh..” menandai klimaksnya, dan kubalas dengan genjotan penutup yang lebih kuat merapat di bibir vagina,
    “Crot.. crott..” diriku rebah di atas badannya. Adegan ronde ketiga ini kuulangi sekali lagi. Persis seperti ronde kedua tadi.

    Pembaca, ini adalah pengalaman yang luar biasa buat saya. Luar biasa karena sebelumnya diriku tak pernah merasakan sensasi se-luar biasa dan senikmat ini. Setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi, meski diriku tahu alamatnya. Kejadian ini membuktikan, seperti yang pernah kubaca, bahwa selingkuh yang paling nikmat dan akan membawa kesan mendalam adalah yang dildirikukan sekali saja dengan orang yang sama. Jangan ulangi lagi (dengan orang yang sama), sensasinya atau g.

  • Cerita Sex Anak Angkat Yang Pengen Nenen Pada Ibu Angkat nya

    Cerita Sex Anak Angkat Yang Pengen Nenen Pada Ibu Angkat nya


    3520 views

    Perawanku – Cerita Sex Anak Angkat Yang Pengen Nenen Pada Ibu Angkat nya, Teng! Jam dinding berdentang satu kali. Malam semakin larut, tapi Anis masih duduk di ruang tengah. Sejak tadi matanya sulit terpejam. Baru beberapa jam yang lalu Ibu Mas Iqbal, suaminya, menelepon,

    “Nis, Alhamdulillah, barusan ini keponakanmu bertambah lagi…” suara ibu terdengar sumringah di ujung sana.
    “Alhamdulillah… laki-laki atau perempuan, Bu?” Anis tergagap, kaget dan senang. Sudah seminggu ini keluarga besar Mas Iqbal memang sedang berdebar-debar menanti berita ini, adik suaminya, yang akan melahirkan.

    “Laki-laki. Cakep lho, Nis, mirip Mas-mu diwaktu bayi…” Ibu tertawa bahagia. Dini memang adik yang termirip wajahnya dengan Mas Iqbal.
    “Selamat ya, Bu, nambah cucu lagi. Salam buat Dini, Insya Allah besok pulang kerja, Anis dan Mas Iqbal akan jenguk ke rumah sakit.” janji Anis sebelum menutup pembicaraan dengan Ibu yang sedang menunggu Dini di rumah sakit.

    Setelah menutup telepon, Anis termenung sesaat. Ia jadi teringat usia pernikahannya yang telah memasuki tahun ke 5, tapi belum juga ada tangis si kecil menghiasi rumah mereka. Meskipun demikian ia tetap ikut merasa sangat bahagia mendengar berita kelahiran anak kedua Dini di usia pernikahan mereka yang baru tiga tahun.

    “Kok melamun?!” Mas Iqbal yang baru keluar dari kamar mandi mengagetkannya. Ia memang pulang agak malam hari ini, ada rapat di kantor katanya. Air hangat untuk mandinya sempat Anis panaskan dua kali tadi.
    “Mas, ibu tadi mengabari, Dini sudah melahirkan. Bayinya laki-laki,” cerita Anis.

    “Alhamdulillah… Dila sudah punya adik sekarang,” senyum Mas Iqbal sambil mengeringkan rambutnya, tapi entah mengapa Anis menangkap ada sedikit nada getir dalam suaranya. Anis menepis perasaannya sambil segera menata meja menyiapkan makan malam.

    Selepas Isya’an bersama, Mas Iqbal segera terlelap, seharian ini ia memang lelah sekali. Anis juga sebenarnya agak lelah hari ini. Ia memang beruntung, selepas kuliah dan merasa tidak nyaman bekerja di kantor, Anis memutuskan untuk membuat usaha sendiri saja.

    Dibantu temannya yang seorang notaris, akhirnya Anis mendirikan perusahaan kecil-kecilan yang bergerak di bidang design interior. Anis memang berlatar pendidikan bidang tersebut, ditambah lagi ia punya bakat seni untuk merancang sesuatu menjadi indah dan menarik. Bakat yang selalu tak lupa disyukurinya. Keluarga dan teman-teman banyak yang mendukungnya, akhirnya sekarang ia sudah memiliki kantor mungil sendiri tidak jauh dari rumahnya.

    Dan, seiring dengan kemajuan dan kepercayaan yang mereka peroleh, perusahaannya sedikit demi sedikit mulai dikenal dan dipercaya masyarakat. Tapi Anis merasa itu tidak terlalu melelahkannya, semua dilakukan semampunya saja, sama sekali tidak memaksakan diri, malah menyalurkan hobi dan bakatnya merancang dan mendesign sesuatu sekaligus mengisi waktu luangnya. Beberapa karyawan yang sigap dan cekatan membantunya. Malah sekarang sudah ada beberapa designer interior lain yang bergabung di perusahaan mungilnya.

    Itu sebabnya sesekali saja Anis agak sibuk mengatur ketika ada pesanan mendesign yang datang, selebihnya teman-teman yang mengerjakan. Waktu Anis terbanyak tetap buat keluarga, mengurus rumah atau masak buat Mas Iqbal meski ada Siti yang membantunya di rumah, menurutnya itu tetap pekerjaan nomor satu.

    Anis juga bisa tetap rutin mengaji mengisi ruhaniahnya. Namun karena kegiatannya itu, biasanya ia tidur cepat juga, tapi malam ini rasa kantuknya seperti hilang begitu saja. Berita dari ibu tadi membuat Anis teringat lagi. Teringat akan kerinduannya menimang si kecil, buah hatinya sendiri.

    Lima tahun pernikahan adalah bukan waktu yang sebentar. Awalnya Anis biasa saja ketika enam bulan pertama ia tak kunjung hamil juga, ia malah merasa punya waktu lebih banyak untuk suaminya dan merintis kariernya.

    Seiring dengan berjalannya waktu dan tak hentinya orang bertanya, dari mulai keluarga sampai teman-temannya, tentang kapan mereka menimang bayi, atau kenapa belum hamil juga, Anis mulai khawatir. Fitrahnya sebagai wanita juga mulai bertanya-tanya, apa yang terjadi pada dirinya, atau kapan ia hamil seperti juga pasangan-pasangan lainnya…

    Atas saran dari banyak orang, Anis mencoba konsultasi ke dokter kandungan. Seorang dokter wanita dipilihnya. Risih juga ketika menunggu giliran di ruang tunggu klinik, pasien di sekitarnya datang dengan perut membuncit dan obrolan ringan seputar kehamilan mereka. Atau ketika salah seorang diantara mereka bertanya sudah berapa bulan kehamilannya.

    “Saya tidak sedang hamil, hanya ingin konsultasi saja…” senyum Anis sabar meski dadanya berdebar, sementara Mas Iqbal semakin pura-pura asyik dengan korannya. Anis bernafas lega ketika dokter menyatakan ia sehat-sehat saja. Hindari stress dan lelah, hanya itu nasehatnya.

    Setahun berlalu. Di tengah kebahagiaan rumah tangganya, ada cemas yang kian mengganggu Anis. Kerinduan menimang bayi semakin menghantuinya. Sering Anis gemas melihat tingkah polah anak-anak kecil disekitarnya, dan semakin bertanya-tanya apa yang terjadi dengan dirinya.

    Setelah itu mulailah usaha Anis dan suaminya lebih gencar dan serius mengupayakan kehamilan. Satu demi satu saran yang diberikan orang lain mereka lakukan, sejauh itu baik dan tidak melanggar syariat agama. Beberapa dokter wanita juga kadang mereka datangi bersama, meski lagi dan lagi, sama saja hasilnya. Sementara hari demi hari, tahun demi tahun terus berlalu.

    Kadang Anis menangis ketika semakin gencar pertanyaan ditujukan padanya atau karena cemas yang kerap mengusik tidurnya. Mas Iqbal selalu sabar menghiburnya, “Anis, apa yang harus disedihkan? Dengan atau tanpa anak, rumah tangga kita akan berjalan seperti biasa. Aku sudah sangat bahagia dengan apa yang ada sekarang. Insya Allah tidak akan ada yang berubah dalam rumah tangga kita…” kata Mas Iqbal suatu ketika seperti bisa membaca jalan pikirannya.

    Suaminya memang tahu kapan Anis sedang mendalam sedihnya dan harus dihibur agar tidak semakin larut dalam kesedihan. Di saat-saat seperti itu memang cuma suaminya yang paling bisa menghiburnya, tentu saja disamping do’a dan berserah dirinya pada Tuhan.

    Kadang Anis heran kenapa Mas Iqbal bisa begitu sabar dan tenang, seolah-olah tidak ada apapun yang terjadi. Dia selalu ceria dan optimis seperti biasa. Apakah memang pria tidak terlalu memasukkan unsur perasaannya atau mereka hanya pintar menyembunyikan perasaan saja? Anis tidak tahu, yang pasti sikap Mas Iqbal banyak membantu melewati masa-masa sulitnya.

    Sebenarnya Anis juga bukan selalu berada dalam kondisi sedih seperti itu. Sesekali saja ia agak terhanyut oleh perasaannya, biasanya karena ada faktor penyulutnya, yang mengingatkan ia akan mimpinya yang belum terwujud itu. Selebihnya Anis bahagia saja, bahkan banyak aktivitas atau prestasi yang diraihnya.

    Buatnya tidak ada waktu yang disia-siakan. Selagi sempat, semua peluang dan kegiatan positif dilakukannya. Kadang-kadang beberapa teman menyatakan kecemburuannya terhadap Anis yang bisa melakukan banyak hal tanpa harus disibuki oleh rengekan si kecil. Anis tersenyum saja.

    Anis juga tidak pernah menyalahkan teman-temannya kalau ketika sesekali bertemu obrolan banyak diisi tentang anak dan seputarnya. Buatnya itu hal biasa, usia mereka memang usia produktif. Jadi wajar saja kalau pembicaraan biasanya seputar pernikahan, kehamilan, atau perkembangan anak-anak mereka yang memang semakin lucu dan menakjubkan, atau cerita lain seputar itu. Biar bagaimanapun Anis menyadari menjadi ibu adalah proses yang tidak mudah dan perlu belajar atau bertukar pengalaman dengan yang lain.

    Tapi kadang-kadang, sesekali ketika Anis sedang sedih, rasanya ia tidak mau mendengar itu dulu. Anis senang juga jika ada yang berusaha menjaga perasaannya diwaktu-waktu tertentu, dengan tidak terlalu banyak bercerita tentang hal tersebut, bertanya, atau malah menyemangati dengan do’a dan dukungan agar sabar dan yakin akan datangnya si kecil menyemarakkan rumah tangganya.

    Anis tersadar dari lamunannya. Diminumnya segelas air dingin dari lemari es. Sejuk sekali. Meskipun malam tapi udara terasa pengap. Anis meneruskan tidurnya. Dalam lelap ia bermimpi bermain bersama beberapa gadis kecil. Senang sekali.

    Siang keesokan harinya, Anis sedang merancang sebuah ruang pameran di kantornya. Ada festival Islam yang akan digelar, mungkin karena tidak banyak designer interior berjilbab rapi seperti Anis, ia dipercaya merancangnya. Ketika sedang mencorat-coret gambar, Fitri mengejutkannya, “Mbak Anis, ada tamu yang mau bertemu.”

    “Dari mana, Fit?” tanya Anis.
    “Katanya dari Yayasan Amanah, mbak, tanya soal aplikasi mbak Anis bulan kemarin.”
    “Oh itu. Iya deh, saya ke depan sepuluh menit lagi.” jawab Anis.

    Setelah berbincang-bincang dengan tamunya, akhirnya Anis menyepakati mengangkat salah satu anak yatim yang diasuh yayasan tersebut sebagai putra asuhnya. Namanya Safiq. Anis memang selalu menyisihkan rezekinya untuk mereka yang membutuhkan.

    Dan kali ini, ia berniat untuk menyantuni dan mengasuh Safiq seperti anaknya sendiri, itupun setelah dimusyawarahkan dengan suaminya. Anis berharap, dengan begitu ia bisa cepat hamil. Ibu-ibu banyak yang mengatakan, mungkin Anis perlu ’pancingan’ agar bisa lekas dapat momongan.

    Begitulah, mulai saat itu, Safiq yang berusia 12 tahun, tinggal bersama Anis dan Iqbal.

    Mempunyai ’anak’, membawa banyak hikmah bagi Anis. Ia jadi semakin teliti dan perhatian. Apapun kebutuhan Safiq berusaha ia penuhi. Mulai dari baju hingga mainan, juga kebutuhan sekolah bocah itu yang tahun depan mau masuk SMP.

    Anis juga mencurahkan seluruh kasih sayangnya pada Safiq, hingga mas Iqbal yang merasa tersisih, sempat melayangkan protes sambil bercanda, ”Hmm, gimana kalau punya anak beneran ya, bisa-bisa aku nggak boleh tidur di kamar.”

    Anis cuma tertawa menanggapinya.
    ”Ah, mas bisa aja.” dia mencubit pinggang laki-laki itu.
    Dan selanjutnya merekapun bergumul di ranjang untuk memuaskan satu sama lain, sambil berharap persetubuhan kali ini akan membuahkan hasil.

    Esok paginya, seperti biasa, Anis menyiapkan sarapan bagi Safiq. Tidak terasa, sudah hampir tiga bulan bocah itu tinggal bersamanya. Dan Anis merasa senang sekaligus bersyukur, karena pilihannya ternyata tidak salah, Safiq sangat pintar dan baik. Anak itu tidak nakal, sangat menurut meski agak sedikit pendiam. Hanya kepada Anis lah ia mau berbincang, sedangkan dengan mas Iqbal, Safiq seperti menjaga jarak.

    ”Kenapa, Fiq?” tanya Anis menanyakan sebabnya saat mereka sarapan bersama. Saat itu mas Iqbal sudah berangkat ke kantor, sedangkan Safiq masuk siang.

    Bocah itu terdiam, hanya jari-jari tangannya yang bergerak memainkan bulatan bakso di atas nasi gorengnya.

    ”Tidak apa-apa, ngomong saja sama Umi.” kata Anis. Dia memang menyuruh Safiq untuk memanggilnya dengan panggilan ’Umi’ sedangkan untuk mas Iqbal ’Abi’.
    ”Ah, nggak, Mi.” Safiq masih tampak takut.

    Anis menatapnya. Di usianya yang baru beranjak remaja, bocah itu terlihat tampan. Kalau besar nanti, pasti banyak gadis yang akan terpikat kepadanya.

    ”Umi nggak akan marah.” kata Anis lagi, penuh dengan sabar.

    Safiq menggeleng, dia menundukkan kepalanya semakin dalam.
    Kasihan, Anis pun mendekatinya.
    ”Tidak apa-apa kalau kamu nggak mau bilang, umi nggak akan maksa.” Dipeluknya bocah kecil itu, diletakkannya kepala Safiq di atas gundukan buah dadanya.

    Ia biarkan Safiq menangis di situ.
    ”Maaf kalau Umi sudah membuatmu takut.” ucap Anis penuh nada penyesalan, ia memang tidak berharap perbincangan ini akan berakhir seperti itu.

    Lama mereka berpelukan, hingga Anis merasa tangis Safiq perlahan mereda dan akhirnya benar-benar berhenti. Ia sudah akan melonggarkan dekapannya saat merasakan sesuatu yang lembut mengendus dan menyundul-nyundul pelan buah dadanya.

    Ah, Safiq! Apa yang kamu lakukan? Anis memang cuma mengenakan daster longgar saat itu, hanya saat keluar rumah atau ada tamu pria, ia mengenakan jilbab. Dengan pakaian seperti ini, bibir Safiq yang bermain di belahan payudaranya sungguh sangat-sangat terasa.

    Cepat Anis melirik ke bawah, dilihatnya si bocah yang kini berusaha mencium dan menyusu ke arah buah dadanya.

    ”Safiq!” Anis menegur, tapi dengan suara dibuat selembut mungkin, takut membuat bocah itu kembali mengkerut. Padahal dalam hati, Anis benar-benar mengutuk aksinya yang sudah kurang ajar.
    Safiq mendongakkan kepala, ”M-maaf, Mi.” suaranya parau, sementara tubuhnya gemetar pelan.

    Tak tega, Anis segera memeluknya kembali. ”Tidak apa-apa, tapi jangan diulang lagi ya. Itu tidak boleh.” ia membelai rambut Safiq penuh rasa sayang.
    Safiq mengangguk. ”Maaf, Mi. Safiq cuman pengen tahu gimana rasanya nenen.”
    Anis terkejut, ”Emang kamu belum pernah?” tanyanya tak percaya.
    ”Safiq kan yatim piatu dari kecil, Mi. Jangankan nenen, siapa ibu Safiq aja nggak ada yang tahu. Safiq ditinggal di depan pintu yayasan.” jawab bocah itu dengan getir.

    Anis meneteskan air mata mendengarnya, ia mendekap dan mengelus kepala Safiq lebih erat lagi. Setelah terdiam cukup lama, Anis akhirnya membuka suara, ”Bener kamu pengen nenen?” tanyanya dengan suara berat. Keputusan sudah ia ambil, meski itu awalnya begitu berat.

    Safiq menganggukkan kepala.
    ”Janji ya, cuma nenen?” tanya Anis sambil memandang matanya.
    ”I-iya, Mi.” angguk Safiq cepat.

    ”Dan jangan ceritakan ini sama orang lain, termasuk pada Abi. Karena anak sebesar kamu sudah tidak seharusnya nenen pada Umi, ini tidak boleh. Tapi karena kasihan, Umi terpaksa mengabulkannya.” terang Anis, terbersit nada getir dalam suaranya.

    ”Iya, Mi. Safiq janji.” kata bocah kecil itu.

    Begitulah, dengan perlahan Anis pun menurunkan dasternya hingga buah dadanya yang besar terlihat jelas. Meski masih tertutup BH, benda itu tampak begitu indah. Ukurannya yang di atas rata-rata membuatnya jadi tampak sesak. Anis segera membuka cup BH-nya, tanpa ada yang menyangga, bulatan kembar itupun terlontar dengan kerasnya hingga sanggup membuat mata bulat Safiq makin melotot lebar.

    ”M-mi…” Safiq memanggil, tapi pandangannya sepenuhnya tertuju pada area dada sang ibu angkat yang kini sudah terbuka lebar, siap untuk ia jamah.

    ”Ayo, katanya mau nenen?” kata Anis sambil menarik salah satu bulatan payudaranya ke depan, memberikan putingnya yang merona merah pada Safiq.

    Tahu ada benda mulus menggiurkan yang mendekat ke arah mulutnya, Safiq pun membuka bibir, dan mencaplok puting Anis dengan perlahan, ”Ahm…” lenguh mereka berdua hampir bersamaan.

    Anis kegelian karena ada lidah basah yang melingkupi ujung payudaranya, sedangkan Safiq merasa nikmat mendapat benda yang selama ini ia idamkan-idamkan. Lidahnya terus menari membelai puting payudara Umi-nya, sedangkan bibirnya terus mengecap untuk mencucup dan menghisap-hisapnya.

    ”Ah, jangan keras-keras, Fiq. Sakit!” desis Anis di sela-sela jilatan sang anak angkat. Ia mulai merasa merinding, jilatan Safiq mengingatkannya pada mas Iqbal, yang biasa melakukannya sebelum mereka tidur. Meski aksi Safiq terasa agak sedikit kaku, tapi sensasi dan rasanya tetaplah sama.

    Sementara itu, Safiq dengan tak sabar dan penasaran terus menyusu. Mulutnya dengan liar bermain di gundukan payudara Anis. Tidak cuma yang kiri, yang kanan juga ia perlakukan sama. Kadang Safiq malah membenamkan wajahnya di belahan payudara Anis yang curam, dan membiarkan mukanya dikempit oleh bulatan kenyal itu, sambil tangannya mulai meremas-remas ringan.

    ”Ah, Fiq.” rintih Anis mulai tak sadar. Ia menekan kepala bocah itu, berharap Safiq mempermainkan payudaranya lebih keras lagi.
    Safiq yang gelagapan berusaha mencari udara, digigitnya salah satu puting Anis hingga umi-nya itu menjerit kesakitan.
    ”Auw, Fiq! Apaan sih, sakit tahu!” Anis mendelik marah, tapi melihat muka Safiq yang memerah dan nafasnya yang ngos-ngosan, iapun akhirnya mengerti. ”Eh, maaf. Umi nggak tahu.”
    ”Gak apa-apa, Mi.” Safiq tersenyum, kedua tangannya masih hinggap di dada Anis dan terus meremas-remas ringan disana.
    ”Gimana, kamu suka?” tanya Anis sambil membelai kepala Safiq penuh rasa sayang.

    Si bocah mengangguk,
    ”Iya, Mi.”
    ”Mau lagi?” tanya Anis.
    Safiq mengangguk, senyumnya terlihat semakin lebar.
    ”Kalau begitu, ayo sini.” Anis pun menarik kepala bocah itu dan ditaruhnya kembali ke atas gundukan payudaranya.

    Begitulah, sampai siang, Safiq terus menyusu di bongkahan payudara Anis, sang ibu angkat yang masih berusia muda, tidak lebih dari 30 tahun. Dengan payudara yang masih mulus sempurna, Safiq benar-benar dimanjakan. Ia menjadi bocah yang paling beruntung di dunia. Sementara Anis juga merasa senang karena kini ia menjadi semakin intim dan akrab dengan sang putra angkat yang sangat ia sayangi.

    Rutinitas itu terus berlangsung. Kapanpun dan dimanapun Safiq ingin, asal tidak ada orang -terutama mas Iqbal- Anis dengan senang hati menyusuinya. Dan seperti yang sudah dijanjikan, Safiq memang tidak pernah meminta lebih.

    Bocah itu cuma meremas dan menghisap, tidak macam-macam. Ditambah lagi, sama sekali tidak ada nafsu ataupun birahi dalam setiap jilatannya, Safiq benar-benar murni melakukannya karena pengen nenen. Anis jadi merasa aman.

    Tapi semua itu berubah saat Safiq naik ke jenjang SMP…

    Umur yang bertambah membuat pikiran bocah itu semakin berkembang. Dari yang semula cuma nenen biasa, kini berubah menjadi jilatan mesra yang sangat lembut namun sangat menggairahkan. Remasan bocah itu juga semakin bervariasi; kadang keras, kadang juga lembut.

    Kalau menghisap puting yang kiri, Safiq memijit dan memilin-milin yang kanan, begitu pula sebaliknya. Tak jarang Safiq mendempetkan dua puting itu dan menghisapnya dalam satu waktu. Pendeknya, Safiq sekarang sudah tumbuh menjadi remaja yang tahu apa arti seks yang sesungguhnya.

    Anis bukannya tidak mengetahui hal itu. Ia sudah bisa menebaknya saat melihat penis Safiq yang sedikit ereksi saat mereka sedang melakukan ’ritual’ itu. Tapi Anis pura-pura tidak tahu dan mendiamkannya saja.

    Toh Safiq juga tidak berbuat macam-macam, anak itu tetap ’sopan’. Malah Anis yang panas dingin, itu karena ukuran penis Safiq yang saat ini sudah melebihi punya mas Iqbal, padahal usia bocah itu masih sangat muda. Gimana kalau nanti sudah besar… ah, Anis tidak kuat membayangkannya.

    Esoknya, saat membangunkan Safiq untuk sholat subuh, Anis disuguhi pemandangan baru lagi. Saat itu Safiq masih tertidur lelap, tapi tidak demikian dengan penisnya. Benda itu sedang berdiri dan menjulang begitu tegarnya. Sempat Anis terpana dan terpesona untuk beberapa saat, tapi setelah bisa menguasai diri, ia segera membangunkan sang putra,

    ”Fiq, ayo sholat dulu.”

    Safiq cuma menggeliat lalu meneruskan tidurnya. Anis jadi tergoda. Apalagi sekarang di depannya, penis Safiq jadi kelihatan lebih menantang. Ukurannya yang begitu besar membuat Anis tercengang, dengan warna coklat kehitaman dan ‘kepala’ yang masih kelihatan imut (Safiq baru bulan kemarin disunat), benda itu jadi terasa seperti magnet bagi Anis.

    Tanpa terasa perlahan jari-jarinya terulur dan mulai menggenggamnya. Ia memperhatikan wajah sang putra angkat, Safiq terlihat tenang saja, matanya tetap terpejam rapat sambil menikmati tidur pulasnya.

    Dengan hati berdebar dan penuh perhitungan, takut dipergoki oleh sang suami -juga takut bila Safiq tiba-tiba bangun- Anis mulai mengocok benda panjang itu perlahan-lahan. Saat diperhatikannya Safiq tetap tertidur, malah bocah itu seperti menikmatinya -terlihat dari desah nafasnya yang semakin memburu dan tarikan lirih karena terangsang-

    Anis pun mempercepat kocokannya. Hingga tak lama kemudian berhamburan cairan putih kental dari ujungnya. Safiq ejakulasi. Yang gilanya, akibat rangsangan Anis, ibu angkatnya sendiri.

    Merasa sangat bersalah, dengan tergopoh-gopoh Anis segera membersihkannya. Saat itulah, Safiq tiba-tiba terbangun.

    ”Eh, umi…” gumamnya tanpa tahu apa yang terjadi.
    Anis mengelap sisa sperma Safiq ke ujung dasternya,
    ”Ayo sholat dulu, sayang.” katanya dengan nada suara dibuat senormal mungkin, padahal dalam hati ia sangat berdebar-debar.

    Safiq memperhatikan cairan putih kental yang berceceran di perutnya. Untuk yang ini, Anis tidak sempat membersihkannya. ”Ini apa, Mi?” Safiq mengambil cairan itu dan mempermainkan di ujung jarinya, lalu mengendusnya ke hidung.

    ”Ih, baunya aneh.” bocah itu nyengir.
    Anis tersenyum,
    ”Tidak apa-apa, itu tandanya kamu sudah mulai dewasa.”
    Safiq memandang umi-nya, ”Dewasa? Safiq nggak ngerti. Maksud Umi apaan?” tanyanya.
    ”Nanti Umi jelaskan, sekarang mandi dulu ya.” Anis membimbing putra kesayangannya turun dari ranjang.

    Safiq menggeleng,
    ”Nggak mau ah, Mi. Dingin!”
    ”Eh, harus. Kalau nggak, nanti badanmu kotor terus. Ini namanya mandi besar.” terang Anis.
    ”Mandi besar?” tanya Safiq, lagi-lagi tidak mengerti.
    ”Ah, iya. Kamu kan belum pernah melakukannya. Ya udah, ayo Umi ajarin.” Anis mengajak Safiq untuk beranjak ke kamar mandi.

    Di ruang tengah, dilihatnya mas Iqbal kembali tidur setelah menunaikan sholat subuh. Sudah kebiasaan laki-laki itu, malam melek untuk sholat tahajud, habis subuh tidur lagi sampai waktu sarapan tiba. Dengan bebas Anis membimbing Safiq masuk ke kamar mandi.

    “Lepas bajumu,” katanya memerintahkan.

    Safiq dengan patuh melakukannya. Ia tidak risih melakukannya karena sudah biasa telanjang di depan ibu angkatnya. Tak berkedip Anis memperhatikan penis Safiq yang kini sudah mengkerut dan kembali ke ukuran semula.

    ”Pertama-tama, baca Bismillah, lalu niat untuk menghilangkan hadast besar.” kata Anis.
    ”Emang Safiq baru dapat hadast besar ya?” tanya Safiq pada ibu angkatnya yang cantik itu.
    Anis dengan sabar menjawab, ”Iya, kamu tadi mimpi enak kan?” tanyanya.
    Safiq mengangguk,
    ”Iya sih, tapi Safiq sudah lupa ngimpiin apa.”
    ”Nggak masalah, itu namanya kamu mimpi basah. Itu tanda kedewasaan seorang laki-laki. Dan sehabis dapat mimpi itu, kamu harus mandi besar biar badanmu suci lagi.” sahut Anis.
    Safiq mengangguk mengerti.
    ”Terus, selanjutnya apaan, Mi?”

    ”Selanjutnya… basuh kemaluanmu seperti ini,” Anis meraih penis Safiq dan mengguyurnya dengan air. Ajaib, bukannya mengkeret karena terkena air dingin, benda itu malah mendongak kaku dan perlahan kaku dan menegang karena usapan tangan Anis.

    ”Mi, enak…” Safiq merintih.
    Anis jadi serba salah, cepat ia menarik tangannya. ”Eh,”
    Tapi Safiq dengan kuat menahan, ”Lagi, Mi… enak,” pintanya.

    Melihat pandangan mata yang sayu dan memelas itu, Anis jadi tidak tega untuk menolak. Tapi sebelumnya, ia harus memastikan segalanya aman dulu. Dikuncinya pintu kamar mandi, lalu ia berbisik pada sang putra.

    ”Jangan berisik, nanti Abimu bangun.” sambil tangan kanannya mulai mengocok pelan batang penis Safiq.
    Safiq mengangguk. Yang kurang ajar, untuk meredam teriakannya, ia meminta nenen pada Anis. “Plis, Mi. Safiq pengen.”

    Menghela nafas -karena merasa dipecundangi- Anis pun memberikan bongkahan payudaranya. Jadilah, di kamar mandi yang sempit itu, ibu serta anak yang seharusnya saling menghormati itu, melakukan hal buruk yang sangat dilarang agama. Safiq menggelayut di tubuh montok ibu angkatnya, sambil mulutnya menyusup ke bulatan payudara Anis.

    Bibirnya menjilat liar disana. Sementara istri Iqbal, dengan nafas memburu menahan kenikmatan, terus mengocok penis besar sang putra hingga menyemburkan sperma yang dikandung di dalamnya tak lama kemudian.

    Banyak dan kental sekali cairan itu, meski tidak seputih yang pertama, tapi pemandangan itu sudah cukup membuat Anis jadi horny. Wanita itu merasakan celana dalamnya jadi basah. Tapi tentu saja ia tidak mungkin menunjukkannya pada Safiq, bocah itu tidak akan mengerti. Jadi cepat-cepat ia bersihkan semuanya, takut mas Iqbal yang sedang tertidur di ruang tengah tiba-tiba bangun dan memergoki ulah mereka.

    Didengarnya Safiq menarik nafas panjang sambil mendesah puas, ”Terima kasih, Mi. Nikmat banget. Badan Safiq jadi enteng.”
    Anis mengangguk mengiyakan. ”Sudah, sekarang mandi sana. Ulangi semuanya dari awal.”
    Safiq tersenyum, dan dengan bimbingan dari ibu angkatnya yang cantik, iapun melakukan mandi wajib pertamanya.

    Sejak saat itu, level ’permainan’ mereka jadi sedikit meningkat. Anis tidak cuma memberikan payudaranya, tapi kini juga harus memuaskan Safiq dengan tangannya. Dan si bocah, tampak senang-senang saja menerimanya. Siapa juga yang bakal menolak kenikmatan seperti itu.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Aku Pernah Perkosa Gadis ABG Cantik

    Aku Pernah Perkosa Gadis ABG Cantik


    1069 views

    Cerita Sex ini berjudulAku Pernah Perkosa Gadis ABG CantikCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2020.

    Perawanku – Namaku Santoso, sudah lupa aku beningnya air di sungai tempat aku dulu memancing bersama teman-temanku, air yang sejuk dengan kejernihan yang membuat kami bisa dengan leluasa melihat ikan-ikan yang berenang mendekati umpan-umpan kami.

    Sudah 24 tahun aku mengadu nasib di Jakarta, ketika pertama kali menginjakkan kaki di Jakarta aku berkeyakinan besar kalau aku dapat sukses dan dapat kembali ke kampung sebagai orang besar yang dapat membantu kehidupan emak dan bapak.

    Jalan nasib tidak ada yang tahu, hasil kerja keras selama lima belas tahun hilang tidak berbekas karena kebodohan aku mempercayai partner kerjaku dan lebih parahnya lagi dia juga berhutang besar kepada bank tapi dengan menggunakan nama dan asetku sebagai jaminannya.

    Sekarang aku hanya dapat hidup terlunta-lunta di kota jakarta ini, tidak berani hati ini melangkah pulang menghadap orang-orang sekampung apalagi melihat emak dan bapak, aku berdoa semoga emak dan bapak masih sehat-sehat dan tidak khawatir akan keadaanku di jakarta.

    Sekarang aku tinggal di sebuah gedung perkantoran yang sudah terbengkalai sejak lama, aku menyambung hidup dengan bekerja serabutan, pernah aku menjadi kuli bangunan di komplek perumahan di dekat sini, tetapi karena sekarang kebanyakan rumah itu sudah selesai terpaksa pekerjaan aku sekarang untuk menyambung hidup adalah hanya dengan menjadi tukang sampah di komplek dulu bekerja.

    Di kompleks perumahan ini, aku satu-satunya tukang sampah yang dapat memasuki perumahan ini, itu dikarenakan aku kenal dengan beberapa satpam di perumahan ini mereka dulu bekerja sama dengan aku ketika menjadi kuli bangunan mereka yang meminta kepada atasan mereka untuk dapat tetap mempertahankan aku walaupun hanya menjadi tukang sampah, “hahaha sial memang!”

    tertawa aku memikirkan mereka, sungguh nasib mereka lebih bagus dari aku, karena mereka kelihatan lebih kekar dan muda daripada aku mereka dapat mendapatkan pekerjaan yang cukup layak di perumahan ini, sedangkan aku hanya dapat memunguti sampah ketika para atasan busuk itu melihat aku sudah tidak muda dan kuat lagi.

    Di pagi hari aku sudah keluar dari gedung reyot ini, ditemani oleh gerobak berwarna oranye aku menyusuri komplek perumahan ini untuk sampah-sampah dari setiap rumah di komplek ini, tidak jarang aku melihat mereka membuang benda yang sebenarnya belum spenuhnya rusak terkadang hanya karena tergores ataupun hanya karena warnanya pudar benda itu dibuang oleh pemiliknya,

    makanya tidak jarang aku menemukan baju, sepatu, celana bahkan handphone dan TV pernah dibuang oleh pemiliknya hanya karena barang tersebut sudah dianggap kuno, aneh-aneh memang kebiasaan para orang kaya ini, tapi tidak apa-apa semakin mereka seperti itu semakin aku yang beruntung karena aku bisa mendapatkan barang-barang ini secara gratis walaupun sudah agak tua dan terlihat jelek.

    Suatu ketika aku melewati sebuah rumah mewah di salah satu blok di perumahan ini, aku melihat sesosok gadis cantik di belakang pagar rumahnya sedang berjalan keluar sambil memegang kantung plastik berwarna putih kecil, sejenak dia mencari-cari alas kakinya dan segera memakainya ketika ditemukannya sendal tersebut terselip di bawah mobil yang terparkir di garasinya, aku begituu terpesona dengan gadis ini.

    Dia menggunakan celana pendek berwarna biru muda yang begitu menunjukkan kemulusan kaki jenjang dan pahanya yang putih itu, kaus berwarna pink juga terlihat cocok sekali membalut badannya yang tidak begitu besar tapi terlihat lekukan badannya cukup tercetak di baju yang dipakainya,

    wajahnya manis dan cantik sekali semuanya ditambah dengan kulitnya yang walaupun aku melihat dari kejauhan aku tetap terperangkap oleh betapa cantiknya dia, ditambah ketika dia mulai berjalan keluar ke arah pagar dan mulai terkena sinar matahari aku makin takjub melihat kecantikannya dengan lebih jelas. kulit putihnya makin bersinar terang ketika terkena sinar matahari,

    pahanya dan tengkuknya juga semakin terlihat sangat menggoda mata, dadanya yang dibalut oleh kaus pink juga dan bra juga makin terlihat jelas aku dapat melihat lekukan dada yang dibentuk oleh bra yang ia pakai, menurut perkiraan aku ukuran cup BH’nya mungkin 34B. terdiam aku beberapa saat memandangi pemandangan ini,

    lambat laun aku mulai tersadar ketika gadis cantik ini berjalan keluar dan mengantungkan kantong plastik kecil yang ia bawa ke gantungan sampah di depan rumahnya. Perlahan aku memberanikan diri menarik gerobak sampah di belakang ku mendekati rumah gadis tersebut.

    ketika aku sampai disanna gadis itu telah berjalan masuk kerumahnya, aku tetap memperhatikan dia dan makin terasa cantik gadis ini di setiap langkahku bertambah mendekati rumahnya. Di balik pagar setelah dia menutupnya dia tersenyum kecil sambil menganggukan kepala ketika melihat aku mendekat,

    ternyata gadis cantik ini benar-benar sangat amat cantik dan baik hati bahkan kepada aku yang hanya tukang sampah komplek dia tidak ragu-ragu untuk melemparkan senyum dan mengangguk sejenak, padahal dia adalah anak orang kaya dan seorang gadis yang cantik luar biasa. Makin hati ini tertawan oleh pesonanya, luarr biasa gadis ini.

    Aku tidak dapat berbuat apa-apa hanya pelan-pelan melihat dia melangkah kembali masuk ke dalam rumahnya. Terdiam lama aku berdiri disana di depan rumahnya di bawah terik matahari yang beranjak menuju siang hari,

    aku benar-benar terperangkap oleh gadis itu aku jatuh cinta pada pandangan yang pertama..,

    cinta sebuah kata dan perasaan yang sudah lama tidak aku rasakan dan ucapkan aku ingin membingkai senyum gadis itu dan melihat senyum tiap hariku…,

    aku ingin melindunginya agar senyum itu dapat terus mengembang dan mencerahkan dunia ini…

    Tetapi jauh di dalam perasaan itu di bawah sadar sebenarnya ada perasaan lain yang jauh lebih gelap dan kotor:
    aku ingin merasakan tubuh ini bersentuhan dengan tubuhnya…
    aku ingin merasakan manis bibirnya…
    aku ingin mencumbu dadanya…
    aku ingin merasakan halus dadanya….
    aku ingin…aku ingin…aku ingin…

    tersadar aku dari lamunan aku, aku cepat-cepat mengingatkan diri akan tugasku sebagai tukang sampah dan hanya sebagai tukang sampah, aku membuang jauh-jauh lamunan itu biarlah itu menjadi impian di siang bolong. Aku bergerak mendekati tempat sampah di depan rumahnya,

    dengan cekatan aku menarik kluar tongkat sampah dari gerobak sampah, ya walaupun aku tukang sampah terkadang aku masih merasa jijik jika harus menggunakan langsung tanganku untuk menyentuh bungkusan plastik-plastik sampah ini.

    satu bungkus plastik sampah…
    dua bungkus plastik sampah…

    dengan cepat aku dengan gampang memindahkan plastik-plastik sampah tersebut dari tempatnya ke dalam gerobak sampah, tinggal kantong plastik yang terakhir yang belum aku masukkan.

    terdiam aku melihat kantong plastik itu, aku tau bahwa itu adalah kantong plastik yang tadi dibawa keluar oleh gadis cantik itu, plastik yang secara ukuran lebih kecil daripada plastik yang sudah aku pindahkan sebelumnya. Entah mengapa aku merasakan ini adalah plastik yang spesial, mungkin karena kantong plastik ini adalah satu-satunya benda yang pernah dipegang oleh jari jenjang dan tangan dari gadis itu.

    Perlahan aku memincingkan mata melihat kantong plastik putih itu, aku berusaha melihat apa yang dibungkus oleh kantong plastik itu, terlihat ada bungkusan biru tua di dalam plastik putih itu aku memiringkan kepala untuk mencoba membaca tulisan apa yang tertulis di bungkusan biru tua itu.

    tertulis tulisan:

    “Laurier”

    dibawahnya tercetak tulisan “Relax night with gathers…”, “opo iki??”…pikirku berusaha menebak apa sebenarnya bungkusan ini
    dan di bawahnya lagi tertulis “daya serap maksimal, proteksi dari segala arah dan anti bocor”, “oohh oyalahh…” tersadar aku benda apa itu sebenarnya di dalam bungkusan plastik itu

    Terlihat juga gambar benda yang sedang aku pikirkan itu dengan tulisan “35cm” di atasnya, makin aku yakin bahwa itu adalah bungkus pembalut.

    agak jijik aku memikirkannya ketika aku tau itu adalah bungkusan pembalut, dan kemungkinan besar di dalamnya pun ada pembalut bekas yang dipakai oleh gadis cantik itu. Secantik cantiknya wanita itu, tetap saja aku agak jijik jika memikirkan pembalut bekasnya dengan darah menstruasinya yang mungkin ada juga di pembalut tersebut….

    Ketika aku sedang memikirkan itu tiba-tiba terdengar suara, entah dari mana yang tiba-tiba berteriak

    “WANITA dan DARAH…!”

    aku langsung terperanjat, tapi badanku tidak bisa bergerak padahal aku mau mencari dimana sumber suara itu…aku merasakan ada desiran angin di tengkuk leherku dan membuat aku merinding padahal ini adalah siang hari yang terik.

    aku merasakan panas di badanku, dan mataku terasa semakin berat dan berbayang…aku merasa lemas dan pelan-pelan aku mendengar

    “Biarkan aku memakai tubuhmu nak”…suara itu bersuara lagi dan semakin jelas kali ini kalau aku tidak salah mendengar.

    “Jangan mengeraskan jiwamu, aku akan membantumu untuk merasakan gadis itu, aku sudah memperhatikanmu sedari tadi…serahkan tubuhmu dan biarkan aku yang mengontrol badan ini” aku semakin ketakutan,tetapi aku juga tidak dapat melawan dan merasa sangat bernafsu sekali…aku merasakan kontolku pelan-pelan mengeras.

    “Nah begitu nak…AKU PINJAM TUBUHHMMUUU….!”
    Brrukkk…
    …aku terjatuh…

    aku membuka mata, dan tertawa di dalam hati “hahahaha….akhirnya ada lagi gadis yang dapat aku nikmati”….itu bukan suara hatiku, ini suara dia yang tadi.

    aku menjatuhkan tongkatku, perlahan aku merentangkan tangku kedepan ke arah kantung plastik sampah itu…”Aku jijik, jangan itu kotor…” batinku berteriak.

    “DIAAAM, tubuh ini sekarang milikku. AKU CRUSADER13” suara itu berteriak menghardik aku yang kehilangan kontrol atas tubuhku ini…aku hanya dapat terdiam mengikuti apa yang dia lakukan, aku hilang di dalam tubuhku sendiri.

    Aku angkat pelan-pelan kantong plastik itu dari gantungan sampah itu, aku membuka kantong plastik itu…pelan-pelan bau anyir bercampur sabun menyeruak memenuhi hidungku, tetapi kali ini aku tidak merasa jijik malahan aku merasa sangat bernafsu dan tidak sabar untuk cepat-cepat melihat kedalam kantong plastik ini,

    aku pegang bungkusan biru tua itu, dan segera ku keluarkan dari kantong plastik putih itu… sekarang dapat kulihat jelas bungkusan pembalut itu.

    aku membuka bungkusan pembalut itu dan melihat di dalamnya ada dua bungkusan kecil berwarna pink di dalamnya, aku memasukkan tanganku dan mengambil salah satunya.

    Perlahan aku buka bungkusan itu dan terpampang jelaslah pembalut bekas pakai gadis itu, dengan noda merah yang cukup banyak di pembalut itu. Aku menebak bahwa gadis cantik itu mungkin baru saja mens di hari pertama atau keduanya melihat jumlah darah yang terserap di pembalut ini.

    terpana aku melihat pembalut itu…tiba-tiba terdengar teriakan di belakangku, “Bapaakkkk..!”, “Ngapain kamu??” kaget aku dan langsung menjatuhkan pembalut bekas itu ke tanah, aku menengok kebelakang menghadap sumber suara itu.

    Alangkah kagetnya ternyata gadis itu telah berdiri di luar rumah memperhatikan aku dari belakang, sepertinya dia sedang mau berangkat pergi ketika memergoki aku sedang terpana memandangi pembalut yang pernah dia pakai.

    “ihh bapak kelainan ya, ngapain bapak pegang-pegang softex??” “mau guna-gunain aku ya??” “Pergi ga…dasar bajingan mesum..!” “PERGII…”

    aku kaget diberondong oleh kata-katanya, tetapi dengan cepat aku berusaha mengendalikan keadaan.

    aku beralasan “Maaf mba, ga ada maksud apa-apa tadi di plastik itu sobek ketika aku mau pindahin ke gerobak…” dia terdiam sejenak mencoba berpikir rasional dengan alasan yang aku buat-buat.

    gadis itu lalu menjawab “Terus ngapain pegang-pegang softex itu?”, pertanyaannya membuat aku kembali harus berpikir keras memikirkan jawabannya…

    Aku menjawab lagi “Gini mba, pas tadi plastiknya sobek saya lihat pembalut bekas mba, maaf aku ga sengaja perhatiin kalau darah mens mba ga normal…” alasan asal bunyi saja dan yang terpikir di otakku saat ini

    “GA normal gimana, jangan alasan pakkk???” dengan setengah membentak ia mengajukan lagi pertanyaan

    “Gini mba, embah saya dulu mantri di desa beliau kalau praktik dia sering ajak saya, nah mbah pernah tunjukkin kalau darah mens wanita kalau warnanya seperti ini artinya ga normal dan akan kemungkinan mungkin juga tumor mba” melihat dia mau menjawab dengan pertanyaan lain aku langsung berbicara lagi ” gini mba, mba kalau tebakan saya lagi mens di hari pertama atau kedua kan? dan pasti perut mba lagi sakit dan mba merasa pusing?

    “koq bapak tau aku dapet hari kedua? dan perut aku lagi sakit? aku beneran ga normal ya mensnya?” gadis cantik itu menatap aku berharap dapat diberikan jalan keluar dari penyakit yang dikira diidapnya.

    “hehehe…satu-satunya penyakit yang kau idap adalah kebodohan dan polosnya dirimu nak.” Pikirku dalam hati sambil menahan tawa… Dari jumlah dan warna darah mens yang ada di pembalutnya mudah sekali menyimpulkan kalau itu adalah darah mens di hari-hari awal, dan untuk sakit perutnya memangnya ada seorang wanitapun yang merasakan perutnya tidak sakit ketika sedang mendapatkan tamu bulanannya itu.

    “tenang mba, coba saya lihat tangan mba” aku mengambil kesempatan untuk memegang tanggannya yang halus dan putih bersih itu, sungguh kontras dengan tanganku yang kotor dan kasar ini. Aku pura-pura mengukur denyut nadi di tangannya, sambil dia terus memandangi aku berharap akan jawaban yang dapat menenangkan hatinya.

    “hmmm…agak buruk ini” aku berpura-pura memperburuk kekhawtirannya…

    “Pak kita masuk ke rumah dulu deh,*****enak diliatin orang..” “wkakakaka malaikat surga pasti sedang tersenyum kepadaku, tanpa susah payah aku dapat masuk ke rumah gadis ini”

    akupun berjalan mengikutinya melewati gerbang lalu garasi rumahnya, berjalan menaiki tangga kecil menuju pintu ruang tamu rumahnya. Aku bertanya “mba rumahnya besar ya, tapi koq ga ada orangnya nih?”. “mba lagi pulang kampung, belum balik dari minggu lalu”, “kalau papi mami lagi pergi sama adik aku ke mal”

    “Hahaha…kesempatan indah, di rumah sendiri dengan gadis cantik. malang nian hidupmu nak siap-siap kunikmati tubuhmu yang indah itu”

    aku dipersilahkan duduk di sofa, lalu dia melanjutkan bertanya “jadi gimana pak,sebenarnya aku sakit apa, pasti ada obatnya kan?” matanya berkaca-kaca ketika menanyakan hal itu

    “bentar ya mba…” aku bergerak mendekatinya, lalu menaruh tanganku di atas perutnya. “Apa-apaan ini, jangan macem-macem ya…!”

    “tenang mba, aku hanya mau mengecek keadaan rahim mba”, ” kalau mba tidak percaya ya sudah, kalau begitu saya keluar saja, tapi hati-hati dengan penyakit itu ya mba” aku menjawab sambil menakuti-nakuti dia.

    “baik-baik pak, tolong bantu saya” “tapi tolong hargai kepercayaan saya dan jangan berbuat macam-macam”…

    “Baik” aku menjawab sekenanya…kembali aku menaruh tanganku di perutnya, perutnya rata tanpa ada lemak sama sekali sempurna sekali gadis ini..cantik, sexy dan terutama polos alias bodoh hahaha

    “mba sori saya mau tanya, mba masih perawankah?” “ouww ya sori saya Crusad…sori maksudnya Santoso, mba namanya siapa?mba umur berapa”

    Dia tercekat dengan pertanyaanku “Aku fanny pak, taun ini 18 tahun…maaf tapi apa hubungannya perawan atau tidak?”

    “karena kalau masih perawan akan lebih mudah mba Fanny untuk menyembuhkannya…” iya menyembuhkan nafsu aku yang sedang terbakar ini maksudnya wkakaka…

    “Ouww syukurlah, ia saya masih perawan pak…” jawab Fanny dengan hati yang lega. Dan aku merasakan aku mendapatkan tambang emas, gadis cantik perawan lagi wkakakaa.

    pelan-pelan aku menekan-nekan perutnya dia meringis-ringis karena memang wanita ketika sedang menstruasi pasti akan merasakan kurang nyaman di rahimnya, apalagi jika ditekan-tekan, setelah itu aku menyelipkan tanganku kedalam bajunya aku mengusap-usap perut itu secara langsung…aku tau wanita paling suka jika ada benda hangat diusap-usapkan ke perutnya ketika sedang mens, Fanny terpejam menikmati tanganku mengusap-usap perutnya.

    “Sakitnya agak hilang kan mba Fanny?” tanya aku…”Ia pak, bapak hebat ihh..”

    aku masih terus mengusap-usap perutnya, aku mengusapnya dengan tangan kananku tangan kiriku mulai kuberanikan mulai mengusap-usap perutnya juga. tapi sebenarnya bukan itu sebenarnya tujuanku, pelan-pelan tangan kiriku bergerilya merangkak naik keatas menuju gundukan di dadanya.

    tampaknya Fanny tidak menyadari bahwa tangan kiriku sudah pelan-pelan naik menuju bra yang ia pakai… pelan-pelan aku mengusap gundukan dadanya yang masih tertutup BH itu, Fanny masih menikmati pijatan tanganku di perutnya dan sepertinya dia sama sekali tidak menyadari bahwa payudaranya sedang aku cabuli.

    meskipun aku hanya cabuli melalui BH yang ia pakai tetapi seharusnya dia merasakan ada tangan asing sedang memainkan bongkahan daging kenyal di dadanya itu. Sungguh cantik sekali memang gadis ini cantik dan seksi, walaupun hanya melalui BH’nya kekenyalan dadanya sudah dapat aku rasakan.

    Buah dadanya tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil, ukurannya pas di gengaman tanganku, memang BH’nya agak terasa tebal spertnya dia menambahkan busa pelapis untuk terlihat semakin memperbesar payudaranya.

    Sayang sekali kali ini payudara ini dijamah oleh aku, tukang sampah kompleks yang telah dirasuki setan jaman dulu.

    cukup lama aku memainkan payudara Fanny, tetapi dia tetap tidak bereaksi apa-apa sepertinya dia memang merasakan kram perut yang cukup menyakitkan ketika mens jika tidak mana mungkin dia menikmati tangan tua ini mengusap-usap perutnya dan tidak menyadari bahwa sedari tadi aku telah mencabuli payudaranya ini.

    Lama kelamaan aku semakin gerah dan bosan hanya begini saja menyentuh payudaranya hanya melalui BH’nya…
    aku ingin melakukan lebih…
    aku ingin mengusap gundukan di dadanya itu secara langsung…
    aku ingin memegang payudaranya dan merasakan puting payudaranya di tanganku, aku ingin merasakan puting payudaranya di mulutku…

    pelan-pelan aku mencoba menyusupkan jariku melalui celah atas bra’nya untuk mencari ujung puting payudaranya, memang bra yang ia pakai adalah tipe 3/4 cup sehingga bagian atasnya cukup terbuka untuk aku dapat menyelipkan jariku kedalam payudaranya…pelan-pelan jariku bergeser dari payudara yang masih tertutup BH ke payudaranya yang tidak tertutup payudara, kupegang tipis payudaranya itu…

    Halus sekali kulit anak ini, walaupun hanya seujung jari tapi aku tau Fanny memiliki payudara yang sangat empuk dan halus..

    aku menggeser kembali jariku, masuk kedalam BH yang ia pakai…mencari-cari ujung puting payudaranya

    Surga dunia hampir saja kugapai…

    Fanny tersadar dengan perbuatanku dan langsung mendorong diriku sambil berteriak “Bapak JAHAATT….Pergiii”

    Dengan sigap langsung kubekap mulutnya…

    “emmmmhhhhhhh….!” Fanny berusaha berteriak sekencang-kencangnya

    dia menendang-nendangkan kaki dan memukulkan tangannya ke arah ku, tapi aku mendekap sekuat tenaga sehingga pukulannya dan tendangannya tidak begitu terasa sakit, lagipula nafsu ini sudah di ubun-ubun untuk dapat merasakan gadis cantik ini.

    ‘Mhmhhh….!”

    “mmmmmmmhyhhhhh…!”

    “bbubbbbaaaaa….!” ternyata gadis ini tidak lelah memberontak. “hehehe ssttt… jangan melawan terus cantik, cup cup nanti kamu ga cantik lagi lowh” kataku, sambil aku mengusap matanya yang mengeluarkan air mata.

    sambil terus aku bekap mulutnya dengan tangan kiri, aku perhatikan gadis ini sungguh cantik parasnya… aku belai lembut rambutnya, aku rapikan poni rambutnya, “memang cantik kamu fanny, mimpi apa aku semalam sekarang bisa melihat kamu dan menyentuh kamu seperti ini” dia hanya terdiam sambil terus memperhatikan aku dengan tajam… Dia mulai sadar bahwa tidak ada gunanya melawan, karena kebodohan dia sendiri sekarang dia terjebak di keadaan ini.

    Melihat keadaanya sekarang aku mulai berani untuk membelai pipi dan tengkuknya, dia tetap tidak melawan tetapi aku dapat melihat bahwa dari matanya terlihat dia masih belum sepenuhnya menyerah. Aku belai tipis tengkuk dan belakang telinganya, dan beberapa kali aku melihat dia memejamkan mata, sepertinya Fanny juga mulai merasakan kegelian dan nikmat ketika ku belai dengan lembut.

    “Fanny cantik…enak kan, tenang sayang aku tidak akan menyakiti kamu… Nikmati sajalah ya?” Fanny hanya sejenak membuka mata lalu memejamkan matanya kembali

    “hehehe mudah sekali makhluk cantik ini untuk di buat menyerah, sepertinya dia tidak pernah sedikitpun memiliki pengalaman seksual sama sekali…dasar bocah, beruntung sekali aku”

    aku mulai mengendurkan tanganku di mulutnya dan tangan ku pun kucoba untuk mencoba menjamah kembali susunya yang sedang ranum-ranumnya itu…pelan-pelan aku memasukan menurunkan tali tanktopnya agar aku dapat melihat dengan jelas buah dadanya itu

    “Buuukkkkk..!” aku merasakan ngilu yang menusuk di perutku, melihat aku telah sedikit menjauh dia menghantamkan lututnya ke perutku… belum sempat aku bereaksi…

    “Duaaaakkk…!” kepalaku dihantam dengan menggunakan remote TV yang memang dari tadi ada di sofa ini.

    “Siall…” Geramku…ternyata dia dari tadi sudah merencakan hal ini untuk dapat lari menyelamatkan diri. Fanny langsung lari ketika melihatku mengaduh menahan sakit di perut dan di kepalaku

    tapi untung dia hanya menendang perut ini, mungkin sebenarnya dia mengarahkan ke kontolku tapi tidak tepat sasaran… Sedetik kemudian aku berdiri mengejar dia.

    Fanny berlari menuju pintu ke garasi dia tertahan karena pintu itu tidak dapat terbuka, dia lupa bahwa grendel pintu itu terpasang sehingga pintu itu tidak dapat terbuka, aku langsung berlari dan menarik rambutnya dari belakang…

    Kubekap dia dari belakang…dan kubisiki

    “hehe kau ingin main kasar rupanya, untung tadi grendel pintu ini sudah aku grendel pada saat kau tidak lihat” geramku di kupingnya…

    “gadis cantik sebentar lagi akan kubuat dada ini” kuremas kasar dadanya, Fanny menangis sesengukan dalam bekapanku…

    “Dan memek ini akan kujadikan miliku dan kubuat lebih berdarah-darah lagi dibanding sekarang…!” aku membelai paha’nya lalu menyingkap-kan roknya lalu kutaruh tanganku di pangkal selangkangnya..

    “darah mens dan darah P E R A W A N mu F A N N Y…..!” ku katakan dengan pelan dan pasti masing-masing kata itu agar merasuk kedalam hati dan pikirannya, kuremas pelan memeknya dari luar celana dalamnya…

    “HAHAHAHAHAHA…..hahahahahaha”

    mukanya pucat dan tubuhnya bergetar setelah mendengar semua kata-kataku itu, kurasakan kakinya goyah sehingga aku harus menahan badannya agar tidak terjatuh. Tanganku yang berada di selangkannya terasa basah dan hangat, makin lama makin terasa basah…

    “hahaha dia ketakutan sampai terkencing-kencing” pikirku…

    “Fanny jangan pipisin tangan bapak dong cantik, pipisin kontol bapak aja ya sebentar lagi…..hahahahaha” tertawa aku tergelak selesai berkata itu.

    “MMMMMMmmmmuuauaaahhhhh” Fanny berteriak kencang tapi percuma karena kubekap mulutnya…dia berontak tapi lemah tak bertenaga.

    kulepas bekapanku di mulutnya Fanny hanya terdiam menangis sesengukan… Aku hentikan remasan di memeknya, aku tanya dia “Cantik kamar orang tua kamu yang mana??”

    Dia langsung menjawab “Di atas pak, di sana ada banyak perhiasan pintunya tidak dikunci… di atas pak, tolong jangan apa-apa kan saya, apalagi saya sedang datang bulan pak, tolong lepaskan saya” Fanny mengiba sepenuh hati, menegosiasikan kesucian dirinya dengan perhiasan orang tuanya.

    “Baik…coba tunjukan ke bapak kamarnya dimana” aku berpura-pura mengiyakan permohonannya untuk tidak jadi memperkosa dia.

    ” Janji pak jangan perkosa saya, saya masih perawan pak masa depan saya masih panjang dan saya juga sedang datang bulan pak bisa menimbulkan penyakit kalau kena darah kotor pak” Fanny berusaha menguru’i setan macam aku, “mana mungkin kulepaskan mahkluk cantik ini, apalagi dia sedang datang bulan ini yang membuat’ku lebih bernafsu lagi untuk segera mencicipi memeknya yang sedang berdarah itu” pikirku sambil berusaha menahan tawa agar ia mau menunjukkan kamar orang tuanya…

    pelan-pelan Fanny berdiri berjalan di depan ku, melewati ruang tamu dan menuju tangga besar ke lantai dua rumahnya… Di dekat tangga terlihat foto besar yang digantung di dinding, bersama beberapa pigura-pigura untuk foto yang lebih kecil tergantung di bawahnya. Di foto yang paling besar terlihat Orang tua dan dua anak perempuan yang masih kecil, sepertinya itu dibuat ketika fanny masih kecil.

    Tapi yang paling menarik perhatiankku adalah sebuah foto di barisan paling ujung tetapi terlihat paling baru karena karena Fanny terlihat sudah seperti yang aku lihat sekarang. Aku tertarik dengan sesosok wanita yang berdiri di sebelah Fanny di dalam foto tersebut, aku bertanya “Fanny siapa itu duduk disebelah boneka sama kamu??”…

    “ouw itu Caroline adik ku” Jawab dia…

    hehehehe sepertinya aku akan lama di tubuh bapak tua ini, ternyata mahkluk cantik ini memiliki adik yang tidak kalah cantiknya. Kalau aku tebak adiknya mungkin masih SMP atau SMA jika dilihat dari postur badannya, tetapi kecantikannya sudah terlihat, hampir secantik Fanny tetapi terlihat lebih muda dan kecil.

    Kupertahankan mimik muka ini agar fanny tidak curiga kalau aku juga ingin memperkosa adiknya…

    Aku ikuti terus fanny sampai ke lantai dua, dia menunjuk sebuah kamar di ujung lantai tersebut dekat dengan balkon yang mengarah ke jalanan. “Ayo jalan, bukakan pintunya kamu harus ikut masuk…bapak tidak mau lagi dibohongi kamu dan kamu lari lagi” “Tenang bapak tidak akan menyakiti kamu asalkan benar di dalam sana ada yang berharga”…

    “Benar pak, dikamar papi mami ada perhiasan dan uang…ambil saja semau bapak asal jangan sakiti saya” fanny berusaha meyakinkan aku kembali

    “Makanya ayukk jalan cantik, jangan memperlama waktu…” aku berkata lembut agar ia percaya dengan muslihatku, “akan kuperkosa kau di kamar orang tuamu cantik…!” Hatiku berdegup memikirkan apa yang akan kuperbuat di kamar itu

    sesampai di depan kamar itu, Fanny pelan-pelan membuka pintu dan berjalan masuk kedalam…aku mencari saklar lampu dan menyalakannya.

    “Clickk…” terang lampu menyinari kamar itu, ada sebuah ranjang besar di tengah kamar itu dengan seprainya yang berwarna putih dan tumpukan bantal-bantal yang terlihat sangat empuk untuk ditiduri…kamar ini terlihat sangat mewah dengan ukir-ukiran di langit-langitnya dan di perabotan yang ada di kamar tersebut.

    Fanny berjalan mendekati sebuah lemari yang ada di pojok ruangan tersebut, dia perlahan membuka lemari tersebut dan mencari-cari sesuatu di dalamnya. Sejenak kemudian dia mengeluarkan sebuah kotak kayu dari lemari tersebut, ketika dia berbalik badan ke arahku….

    “Cekleekk…” bunyi kunci pintu yang aku putar untuk mengunci pintu tersebut…

    Muka Fanny langsung memucat dan ia jatuh lemas bersandar di lemari itu, kotak kayu yang berisi perhiasan itu pun jatuh ke lantai…

    Aku tersenyum dan berjalan mendekati dia…”yukk cantik kamar ini sempurna untuk acara perkawinan kita”

    “Tidaaaaakkkkk……” Fanny berteriak kencang

    aku menarik tangannya dengan kencang sampai ia terlonjak ke arahku, aku peluk dia…Dia menangis lagi tersedu-sedu menyadari nasibnya

    Aku mengangkat badannya yang cukup mungil itu ke tempat tidur ayah dan ibunya ini, kuletakan pelan di atas seprai halusnya..

    Fanny langsung mundur ke arah pinggir tempat tidur.

    “jangan pak, aku masih perawan…” “aku sedang mens, aku sedang kotor bisa menyebakan penya…. Plaakkkk…!

    “Ppplaaaakkk…” belum selesai ia berkata-kata aku tampar pipinya.

    “Arrrgghhhh…” aku pegang dan tekan keras rahangnya dengan satu tangan sampai mulutnya membentuk huruf O…

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Makin Nikmat Nafsu Yang Berbicara – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sex Makin Nikmat Nafsu Yang Berbicara – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1511 views

    Perawanku – kalau kita melihat dia mungkin juga bisa ngaceng dech kontol kita karena selain cantik juga sexi bentuk tubuh dan wajahnya juga pkoknya menyenangkan. Kehidupan keluarga di desa yg kurang mampu membuat Nakim berniat pergi merantau ke kota, disertai izin org tuanya Nakim pun menerima tawaranku utk pergi ke kota dan bekerja di toko kaset tanteku di jakarta.

    Sambil menunggu kberangkatan pegawai di toko tanteku yg ingin pulang kampung dan menikah, Nakim sementara tinggal dirumahku.

    Nakim memiliki tubuh yg tegap,dgn tinggi 155cm dan usia yg baru 14 tahun.

    Walaupun agak pendiam,Nakim tergolong anak yg penurut dan rajin.

    Sikap Nakim yg santun, mau belajar dan bertanya membuat istriku senang dgn kehadiran Nakim dirumah. Apalagi terkadang sifat lugu si Nakim kerap membuat istriku tertawa.

    Akupun simpatik dgn sikap dan sifat Nakim, sehingga aku tak sungkan utk ikut menyiapkan keperluan Nakim sebelum nanti berangkat kerumah tanteku.

    Baju kaos,kemeja, celana panjang, sampai celana pendek, entah baru dibeli maupun bekas dimasukkan ke kardus agar bisa Nakim bawa saat berangkat nanti.

    Tak ada hal yg negatif yg muncul dari kehadiran Nakim dirumahku. Andaikata ada, mungkin itu adalah tatapan Nakim yg agak tajam saat menangkap belahan dada istriku yg kadang tak sengaja terlihat saat membungkuk.

    Sering kutangkap moment itu yg kemudian membuatku akhirnya bertanya pada istriku.

    Ternyata istriku pun tahu dan juga menceritakan kejadian di siang hari waktu Nakim naik keatas bangku utk mengganti lampu dapur, dimana kala itu istriku yg memegangi bangkunya. Bisa kubayangkan apa yg dilihat Nakim, apalg kaos ketat dgn bagian dada rendah adalah kostumnya saat itu.

    Tambah lagi dgn Senyum dan cubitan istriku saat bercerita, jadi tanda bhw hal2 tadi terkadang juga disengaja oleh istriku.

    Jgn marah ya,pa..abis lucu liat mukanya,goda istriku.Aku cuma bisa mesem saja.

    Hal itu membuatku juga jd iseng mau mengetes si Nakim.

    Suatu malam,istriku sudah tidur duluan dikamarnya, seperti biasa Nakim dan aku msh menonton Tv.

    bosen ya,kim..acaranya gini2 aja,ujarku santai.

    iya yah,mas..aku jg ga ngerti filmnya nyeritain apa,sahut Nakim.

    kita nyetel DVD aja ya,kim,kataku sambil bangkit dr dudukku.

    emang pilem apa,mas ?,tanya Nakim dgn nada bersemangat.

    pilem org gede..,jwbku sambil nyengir.

    Nakim manggut2 saja, tp kulihat ada tanda paham dari wajahnya.

    Ku setel salah satu koleksi Miyabi ku dan ambil posisi duduk bersampingan dgn Nakim.

    Kusulut sebatang rokok berbarengan dgn adegan film yg sudah dimulai.

    Maria Ozawa yg cantik mulai berlenggak lenggok di layar kaca, menunjukkan keseksiannya didepan dua orang laki2 sbg lawannya di film ini.

    Ada rasa lucu didalam pikiranku,sejak 20menit film berjalan, Nakim diam saja, matanya tak lepas dari Tv didepannya, apalg saat adegan blow job yg ditampilkan sang Miyabi, nafas Nakim kulihat agak berat, kedua kakinya menjepit rapat.

    pernah nonton pilem ginian ga,kim ?,ujarku menyela.

    udah pernah,mas..dulu dirmh temen, tp artisnya orang barat,jwb Nakim tetap dgn nada yg sopan.

    ooh,baguslah..ga pa2 kok,udah gede,jwbku cepat.

    Nakim kembali lagi menatap layar Tv, kini terlihat sang artis sdg menikmati jilatan pada vaginanya sambil terus memberi blow job. Untuk melayani dua org laki2, artis satu ini termasuk sudah sangat berpengalaman.

    suka ngocok,kim ?,tanyaku langsung saja.

    Nakim agak kaget mendengar pertanyaanku,tp ia tetap brusaha tersenyum.

    eh iya, mas..pernah,jwb Nakim agak malu.

    kamu ampe ngempet gt,ujarku pelan.

    Nakim spontan membuka kakinya. Kulihat ia berusaha menutupi rasa malunya dgn merapikan posisi duduknya menjadi bersila.

    ga apa2,kim..mas juga dulu gitu,ujarku santai.

    Nakim pun tersenyum lagi dan mengangguk pelan.

    Selanjutnya kuciptakan obrolan akrab agar dia tak grogi, skalian mengorek kebiasaan serta berapa besar ketertarikan Nakim trhadap yg namanya seks.

    Sengaja kuselipkan sosok istriku dalam obrolan utk melihat respon si Nakim. Dan saat kubahas mengenai buah dada istriku yg montok,kulihat Nakim manggut2 sambil nyengir.

    pasti kamu pernah ga sengaja liat, kim,pancingku pada Nakim.

    iya,mas..emang montok,jwb Nakim pelan.

    Aku dan Nakim pun tertawa kecil.

    penasaran ya,kim,godaku sambil nyengir.

    Nakim tak menjawab, tp cengirannya sudah jadi tanda bhw ia setuju dgn ucapanku.

    Kulanjut obrolanku supaya Nakim bisa tambah berani mengungkapkan gairah seksnya.

    Dari situ akhirnya aku tahu kalau dia sering onani, dan sering ngintip sepupu perempuannya waktu di kampung. Walau demikian,dia belum pernah ML dgn gadis manapun alias masih perjaka.

    Lain cerita kalau meraba payudara, biarpun agak malu2, ia mengakui pernah meremas payudara seorang gadis yg jadi temannya mengaji waktu di kampung ada hajatan yg menggelar layar tancap.

    Dan yg terpenting dan terdengar agak menggelitik adalah saat ia menceritakan istriku yg pernah memakai tanktop tanpa bra sehingga puting susunya terlihat menantang.

    Aku tersenyum mendengar cerita itu dan yakin sekali kalau kejadian itu pasti disengaja istriku.

    ga apa2,kim..ga usah malu, yg penting kamu kan ga kurang ajar, yg namanya keliatan, ya nikmati aja,ujarku dgn nada dewasa agar Nakim tdk kuatir dgn apa yg telah ia ceritakan kepadaku.

    kamu berarti hobi ngintip ya?,kataku melanjutkan obrolan.

    yah,itu juga kalo ada selanya,mas,jwb Nakim yg nampak lbh santai dari sebelumnya.
    Aku tersenyum dan otakku terinspirasi jawaban si Nakim.

    hbs nonton ginian juga pasti langsung ngajakin mbaknya maen,ujarku sambil menyulut lg rokokku.
    Nakim nyengir lebar,ya iyalah,mas

    Aku bangkit kearah Tv, kumatikan film yg sedang berlangsung, Nakim menatapku tak mengerti, apalg saat kumatikan semua lampu2 yg biasa padam diwaktu malam.

    Setelah itu kududuk lg disebelah Nakim yg masih bengong.

    mas mau masuk kamar yah..nanti pintu kamar ga aku tutup semua,ucapku setengah berbisik.
    Nakim agak terkejut, jelas sekali ia tak menyangka dgn apa yg ku ucapkan.

    tapi,mas..,jwb Nakim ragu2.

    ga apa2, udah gede, biar tahu caranya,sahutku dgn nada dewasa.

    Nakim mengangguk pelan. Aku pun mengedipkan mataku agar Nakim bisa kembali rileks. Kumatikan rokok yg baru kunyalakan tadi di asbak dan bangkit berjalan masuk ke kamar tidur.

    Kubangunkan istriku dgn kecupan lembut disertai dgn belaian dirambutnya.

    Mama,aku pengen nih,bisikku sambil mencumbu lehernya.

    Sambil menggeliatkan tubuhnya, istriku menoleh kearah pintu yg setengah terbuka. Aku tahu itu dan segera mengedipkan mata,memberi kode kepada istriku. Satu cubitan kecil jadi pertanda bhw ia mengerti maksudku. Perlahan diraih bahuku dan mulai menenggelamkan diri kedalam permainan.
    Sambil mengulum bibir istriku kubuka kancing baju tidurnya satu persatu dan dgn perlahan kepalaku mulai turun ke dadanya.

    Kujelajahi daging kenyal yg montok milik istriku dgn menjilati kulit halusnya, pelan tapi pasti hingga akhirnya terpusat ke puting susunya yg tegang terangsang.

    Belum kulihat ada tanda2 org mengintip dari arah pintu kamar, sementara itu nampaknya istriku sudah mulai membalas rangsanganku dgn gigitan2 kecil didadaku dan beringsut makin kebawah.

    Kuambil posisi duduk bersandar pada tumpukan bantal saat istriku mulai menjilati perutku dan perlahan menurunkan celana pendek yg kukenakan.

    Rasa gemas dan gairah membuatku tak sabar, kuloloskan saja sekalian celana yg kupakai hingga kini tampaklah penisku yg tegang menantang.

    Merespon tindakanku, istriku pun mulai melancarkan serangannya pada batang penisku.

    Diawali dgn satu jilatan kecil yg menyapu lendir bening dikepala penis, disusul dgn jilatan lembut pada bagian batang hingga kebawah, istriku memulas penisku dgn mulutnya sedemikian telaten hingga kemudian dgn lembut ia memasukkan penisku kedalam mulutnya.

    Dgn perlahan kepala istriku pun mulai turun naik, jilatan2 kecil diujung kepala penis didalam mulutnya,tambah lagi hisapan lembut dari mulutnya membuatku terlena.

    Mungkin itulah yg membuatku baru tersadar bhw dipintu kamar sudah ada sepasang mata yg mengintip permainanku dgn istri.

    Kurasa istriku lebih dulu menyadari itu sehingga ia memberiku cubitan khasnya sambil terus melakukan blow job.

    Lenguhan dari mulut istriku yg melumat penisku, diiringi rasa nikmat yg kurasakan mengembalikan fokusku pada permainan.

    Kuangkat kepala istriku agar bisa kulumat bibirnya, tanganku kembali bermain di dadanya yg kini terbuka dan nampak begitu menggairahkan tertimpa cahaya lampu tidur yg remang2.

    Desahan istriku pun terdengar hebat, apalg saat mulutku kembali merangsang puting susunya yg kenyal. Nampak tangan istriku perlahan menurunkan celana tidurnya.

    Tanganku cepat kebawah menyambut gairah istriku, belahan vaginanya yg basah kini jadi sasaran jari2 ku.

    Dengan puting dihisap dan permainan jariku di vaginanya,istriku terus mendesah sambil meremas rambutku.

    pa, udah dong, kapan nih,tiba2 istriku merajuk.

    Tak segera menjawab, kusempatkan mataku utk melirik kearah pintu, satu bayangan kepala kulihat disana. Aku yakin Nakim sudah betah dgn apa yg diintipnya.

    Dorongan kecil membuat tubuhku kembali tersandar di tumpukan bantal dibelakangku.

    Istriku melumat bibirku dgn nafsu. Tubuhnya menyusun posisi, dan tekanan telapak tangannya didadaku seakanakan melarangku bergerak. Perlahan dalam cumbuan istriku, kurasakan satu liang lembab dan hangat kini perlahan menelan batang penisku, memulas dgn denyutnya, terus kebawah hingga masuk seluruhnya.

    Aku menarik nafas sambil bersiap untuk menerima penetrasi.

    Dgn tatapan lembut dan menantang, istriku pun mulai menari. Naik turun pinggulnya benar2 membuatku serasa jadi raja.

    Tak segan tanganku meraih buah dadanya yg tersentaksentak akibat gerakan tubuhnya.
    Sesekali istriku terhenti dan menarik kepalaku ke dadanya sambil menekan penisku dalam2 ke vaginanya, saat itulah didalam vaginanya, penisku seperti dilumuri lendir hangat. Beberapa saat istriku seperti melayang dalam nikmatnya utk kemudian mengayun lagi.

    Melihat peluh istriku yg menetes didorong juga oleh hasrat ingin membalas, kupeluk istriku, kuatur kedua kakinya dan perlahan kuarahkan ia agar berbaring. Dan akupun mulai bekerja.
    Dengan irama yg teratur, diselingi sentakan dan tekanan pada vagina istriku, kubuat istriku makin terlena.

    papa, ayo bareng2?,ucap istriku merajuk.

    iya,sayang..bentar yah,jwbku sambil mencium kening istriku.

    Tetap kuteruskan ayunan pinggulku, ku lesakkan terus menerus penisku ke vaginanya.

    Sampai pada satu titik, kurebahkan dadaku hingga menempel di dada istriku, kuatur kakiku lurus sejajar dgn istriku.

    Istriku mengerti dan memeluk pinggangku dgn kedua tangannya.

    Dgn gerakan yg seirama, kami berdua berjuang mencari satu titik yg sama.Titik yg jadi final dari tiap percintaan. Dan saat kami menemukan, kami berdua pun terbang bersamasama, beberapa saat kami seperti lupa dan terus menikmati sampai akhirnya mereda.

    Kecupan kecil dikening istriku sudah jadi kbiasaan yg kulakukan tiap selesai bercinta.

    Perlahan ku turun dari tubuh istriku yg masih terkulai lelah. Sambil memberi selimut, kukedipkan mata kepada istriku sambil beranjak keluar.

    aku ke kamar mandi duluan ya,ma,suaraku agak lantang mengiringi langkahku menuju pintu kamar.
    Diluar kamar,ternyata Nakim sudah berdiri didepan pintu kamar mandi menungguku.

    gimana,kim?,tanyaku berbisik.

    Nakim tak mau bersuara krn takut terdengar, dia hanya mengangkat jempolnya sambil menunjukkan wajah salut.

    Aku mengerti dan pasang senyum,ya udah, tidur gih, besok aja bahasnya,ucapku masih berbisik. Nakim mengangguk, pelan2 dia masuk ke kamarnya sendiri.Tak lupa ia agak membungkuk sbg tanda dia pamit masuk kamar.

    Tak berlamalama lagi kuteruskan niatku ke kamar mandi, disusul oleh istriku yg juga mau bersih2. Baru kemudian kembali ke kamar dan tidur.

    Selang seharian aku tetap berangkat kerja seperti biasa sehingga blm sempat menanyakan kesan dan komentar Nakim atas kejadian semalam. Namun saat jam makan siang lewat telpon istriku menjelaskan kalau sikap Nakim tampak biasa saja, malah jadi lebih malu2 dibanding sebelumnya.

    pokoknya kamu tenang aja,pa..ini aku habis ngetes lagi nih,ujar istriku ditelpon.

    ngetes apaan ?,tanyaku heran.

    pokoknya nanti pulang aku kasih tau kamu,jwb istriku singkat sebelum pembicaraan lewat telepon ini berakhir.

    Sekitar pukul setengah enam aku sampai rumah,setelah mandi dan makan, istriku meminta diantar ke apotik utk membeli antibiotik, sementara itu kulihat Nakim bersikap seperti biasa.

    Setelah belanja obat,istriku mengajak aku mampir utk minum es campur kesukaannya.

    Sambil menikmati es campur, istriku pun bercerita bhw tadi siang dia sengaja memakai kaos ketat tanpa bra dan nonton Tv bersama Nakim.

    Dan istriku pura2 tertidur diatas kasur tipis didepan Tv,dimana ia sengaja mengatur posisi terlentang agar bagian dadanya yg tanpa bra bisa terlihat oleh Nakim.

    Dan dlm posisi pura2 tidur itulah istriku membiarkan Nakim yg ternyata berani membelai dada istriku. Menurut istriku, Nakim cukup lama membelai dada dan memainkan puting istriku yg menonjol di kaos ketatnya.

    Istriku bercerita dgn nada lucu, sehingga aku jadi ikutan tertawa.

    nah,kamu nakal yah,godaku pada istri.

    habis anaknya ngegregetin,sahut istriku mencibir.

    huuu, demen yah,kataku sambil mencubit dagu istriku.

    kaya ga cemburu aja kamunya,jwb istriku cepat.

    tergantung..,ucapku sambil menatap wajah istriku.

    tergantung apaan?,tanya istriku.

    tergantung kamu ngapain,sahutku nyengir.

    alaaa,nanti kamu ngambek,goda istriku.

    emang kamu mau ngapain?,tanyaku.

    Istriku tertawa kecil. Dan matanya menatap ke wajahku lamat2.

    papa maunya aku ngapain?,tanya istriku sambil senyum menggodaku.

    wah,ga tau ya,ma..,jwbku bingung.

    emang kalo aku ngapa2in,kamu ga marah?,tanya istriku masih dgn nada menggoda.

    marah dong, apalagi aku ga tau,jwbku cepat.

    kalo kamunya tau, boleh dong?,tanya istriku makin berani.

    Aku tak menjawab dan mengajak istriku bergegas pulang. Istriku tertawa menggodaku, aku pun ikut tertawa.

    Sampai dirumah, Nakim spt biasa membukakan pintu,menyambut kami dgn santunnya. Setelah kejadian tadi malam apalg tadi siang, Nakim nampak pandai dalam bersikap.

    Setelah menutup pintu pagar, Nakim langsung sigap menyapu teras rumah.Kususul istriku yg sudah masuk ke kamarnya.

    Senyumanku dibalas cibiran oleh istriku. Kulihat ia bersiap utk mandi. Baju tidur model terusan berbahan lembut sudah ia siapkan ditepi ranjang.

    ma, kamu nanti pura2 mabuk bisa ga?,tanyaku sambil senyum.

    pura2 mabuk gimana?,ucap istriku bingung.

    pura2 mabuk obat perangsang gitu..jd kamu kaya fly, tp tetap ada respon,jelasku tetap mengulum senyum.

    Istriku tampak berpikir sebentar utk mencerna kalimatku.

    maksud kamu buat,istriku berujar agak sangsi.

    ya iyalah, pokoknya kalo nanti kamu disuguhin teh manis, selang berapa menit, kamu awali dgn pusing aja,jwbku cepat.

    Istriku nyengir, cubitannya pun mulai beraksi.

    tapi kan susah juga lho,pa,ujar istriku.

    ga usah ribet, targetnya juga ga ngerti kok soal mabuk2 gitu,jwbku.

    pokoknya kamu atur setelah minum teh manis,ok,kataku sambil mencolek dagu istriku.

    Istriku mencibir dan mulai bergegas utk mandi. Akupun menghampiri meja rias di kamar utk mencari botol obat tetes mata yg terakhir kulihat sudah hampir habis.

    Dengan cepat kubawa botol kecil itu ke dapur, segera kucuci bersih dan kuganti isinya dgn air putih biasa.

    Selesai itu, dgn langkah cepat, kuhampiri Nakim yg sekarang sedang mengepel lantai teras depan.
    Kim, bentar deh,panggilku dgn nada santai.Nakim pun menghampiri.

    habis ini kamu bikinin teh manis buat mbak, bisa kan?,tanyaku agak berbisik.

    bisalah,mas,jwb Nakim cepat.

    Nah, kamu masukin ini kedalam teh manisnya,tambahku sambil memberikan botol kecil bekas obat tetes mata kepada Nakim.

    apaan nih,Mas?,tanya Nakim heran.

    obat perangsang,udah..lakuin aja,ok,jwbku singkat.

    Nakim masih ragu tapi senyum tipis terlihat saat mendengar jawabanku.

    oke deh,mas,kata Nakim sambil manggut2.

    tuang aja semua, biar makin mantep,ujarku menambahkan.

    Nakim mengangguk tanda mengerti dan memasukkan botol kecil tadi ke saku celananya.

    Akupun masuk kedalam rumah dan duduk didepan Tv,tak berapa lama terdengar suara langkah istriku keluar dari kamar mandi yg kemudian menuju ke kamar tidur.

    Dari teras depan, Nakim langsung ke dapur, tak lama kemudian terdengarlah suara sendok mengaduk pertanda Nakim telah membuat teh manis utk disuguhkan ke istriku.Diletakkan teh manis tadi diatas meja makan sambil mengangkat jempolnya kepadaku. Aku mengangguk sambil tersenyum.

    Tak lama kemudian, muncullah istriku dgn baju tidur terusan bertali kecil dan berwarna pink yg tadi ia sudah siapkan.

    wah,Nakim tau aja..belum diminta,udah dibikinin,ucap istriku segar mengomentari segelas teh manis hangat diatas meja.

    iya,mbak..,jwb Nakim agak tersendat. Matanya melirik sebentar kepadaku.Kubalas lirikannya dgn satu kedipan mata.

    Kulihat istriku pelan meminum teh manis buatan Nakim yg masih agak panas. Belum habis semua, dibawanya gelas teh itu dan duduk disampingku.

    Kusetel Tv utk memberi kesan santai.

    kita nonton Tv,kim..,ajakku dgn nada rileks.

    Nakim senyum dan ikut duduk agak jauh dariku,matanya tertuju kearah Tv sambil sesekali melirik istriku yg juga menatap Tv sambil meminum teh manis sedikit demi sedikit.

    Bra merah yg terbungkus baju warna pink menampakkan kesan seksi pada penampilan istriku malam ini.Kurasa itu juga yg jadi perhatian Nakim saat melirik istriku, apalg mengingat tadi siang ia sudah meraba dada istriku yg pura2 tertidur, pasti sensasinya masih terbayang di benak Nakim.

    Istriku melirik kearahku saat segelas teh manis di tangannya telah habis ia minum.Sebentar ia bangkit ke dapur utk menaruh gelas kosong ditempat cucian piring, dan kembali duduk disampingku sambil terus menatap acara Tv didepannya.

    Kulirik Nakim yg kurasa juga melihat hal itu, dan kini yg kulakukan adalah menunggu istriku beraksi.
    Kurang lebih 15menit kemudian, istriku pun memulai.

    kepalaku kok puyeng ya,pa,ujar istriku

    kok bisa?,sahutku pendek sambil melirik Nakim.Nakim pun menatapku.

    Perlahan istriku menyandarkan kepalanya dibahuku.

    pijitin kepalanya,pa,ucap istriku dgn nada merajuk.

    Kuatur posisi agar bisa menunaikan permintaan istriku. Kupijat keningnya pelan dan sementara sengaja kuatur sedemikian rupa menggesergeser tali kecil baju tidur istriku agar lolos dari pundaknya.

    Sesekali kulirik Nakim yg dari wajahnya sudah mulai tegang.Apalg waktu tali kecil dipundak istriku lolos turun dari tempatnya. Dgn begitu belahan dada istriku yg dibalut bra merah jadi lebih terlihat daripada sebelumnya.

    Pijatanku mulai turun ke tengkuk istriku, mata istriku nampak terpejam dan bergerak seperti gontai, kudekatkan wajahku ke telinga kirinya, agar ia bisa merasakan hembusan lembut dari nafasku.

    Terdengar desahan manja dari mulut istriku yg kemudian semakin merapatkan tubuhnya kepadaku. Utk seorang Nakim yg masih lugu, kurasa sikap istriku sudah cukup meyakinkan.

    Kulirik Nakim yg tak henti2nya menatap istriku yg kini seperti lemah tak berdaya, senyum kecil terulas kearahku saat ia lihat istriku tak sadar waktu telapak tangan kananku mulai membelai dada montoknya. Tak segan sesekali kuremas dgn lembut dada istriku utk meyakinkan Nakim bhw obat perangsang yg ia taruh dalam teh manis tadi sudah bekerja.

    Kuberi isyarat agar Nakim mendekat, ia pun menurut, kini tubuh istriku berada tepat didepannya. Remasanku di dada montok istriku pun lbh jelas terlihat. Sedangkan istriku bersikap spt orang ketiduran, sesekali saja desahannya terdengar pelan mengiringi rangsangan yg kuberikan kepadanya.

    Melihat mata istriku yg terpejam, Nakim tak malu2 lagi menatap tubuh istriku.

    Kusingkap lagi bagian depan baju istriku, Nakim nampak makin bernafsu.

    Kuarahkan belaianku lebih kedalam, istriku menggeliat pelan, bibirnya membuka mengeluarkan desahan lembut yg semakin membangkitkan gairah.

    Kuberi kode buat Nakim memberi tawaran kepada Nakim agar ikut menyentuh dada montok istriku.
    Nakim mengulas senyum tipis. Dgn pelan, tangannya pun mulai terulur kearah belahan dada istriku, kuturunkan jemariku membiarkan Nakim bermain di dada istriku. Sbg gantinya, ku beri kecupan2 kecil di leher istriku.

    Istriku menggeliat lagi. Segera kutangkap bibir merahnya dgn bibirku, bersamaan dgn itu Nakim pun meremas dada istriku dgn telapak tangannya.

    Remasan Nakim membuat buah dada istriku tergerak naik jadi hampir keluar dari balutan bra merahnya. Melihat itu Nakim makin semangat, nafasnya memburu, Nakim pun semakin berani. Tangan kirinya mulai membelai paha istriku sementara tangan kanannya sudah mulai bermain di puting istriku yg kini mencuat keluar dari bra merahnya yg turun akibat remasan tadi.

    Desah istriku makin jelas terdengar, Nakim tambah bernafsu, apalg saat melihat istriku menciumi leherku dgn mata terpejam. Kukedipkan mataku skali lagi pada Nakim. Senyum tipisnya kembali terulas, namun kini bercampur aduk dgn gejolak gairahnya yg menyala.

    Kulumat lagi bibir istriku sambil perlahan mengatur posisi agar Nakim lebih leluasa menikmati dada istriku. Benar saja, tanpa ragu lagi, Nakim pun menggerakkan kepalanya kedepan dan dgn gemas menangkap puting susu istriku yg menegang dgn mulutnya.

    Istriku sempat tersentak menerima rangsangan itu. Rasa nikmat menjalari tubuhnya kian dalam, tangannya pun meraih kepala Nakim yg sedang terbenam didadanya. Nakim sempat melirik kepadaku, kurespon dgn mengangkat jempolku sesaat. Tampaknya Nakim yakin dgn iming2 obat perangsang pemberianku yg telah ia tuang di teh manis yg diminum istriku. Ia pun kembali membenamkan wajahnya ke dada istriku dan membasuh kenyalnya dada montok istriku dgn lidahnya.

    Tangan istriku meremas rambut Nakim, sementara itu bibirnya menciumi leherku. Tangan Nakim yg tadi membelaibelai paha istriku pun kini sudah mulai naik keatas, menuju daerah lembab di selangkangan.

    enak ga,ma?,tanyaku mesra.

    uuh,papa jahat,jwb istriku ditengah gairahnya. Matanya setengah terpejam dan kulihat ia sebentar melirik Nakim yg makin terlena didadanya.

    Sekali lagi istriku tersentak, jari2 Nakim ternyata telah sampai di tujuannya,perlahan masuk ke balik celana dalam istriku dan mulai bermain disana.

    Menyesuaikan permainan Nakim, kuarahkan istriku agar berbaring, dgn begitu tangan Nakim bisa bebas bermain di vagina istriku.

    Dengan posisi terlentang begitu, berganti aku yg memberi rangsangan di dada istriku, sementara Nakim kubiarkan menjelajahi vagina istriku dgn jemarinya.

    Tak henti2nya istriku mendesah sampai satu pekikan kecil pun terdengar saat celana dalamnya disingkap dan jari Nakim menyeruak masuk ke liang vaginanya. Tanpa rasa malu lagi Nakim pun tak segan sesekali menggunakan mulutnya utk memberi rangsangan di daerah itu.

    buka ya,ma,ujarku lembut pada istriku yg cuma dijwb dgn anggukan pelan.

    Kuberi isyarat pada Nakim, Nakim pun mengerti dan perlahan membuka celana dalam istriku.

    Melihat liang kenikmatan didepan matanya, Nakim seperti gelap mata, tak ayal lagi kepalanya maju utk mencicipi vagina istriku dgn mulutnya.

    Hal ini tentu diluar dugaan, lidah Nakim yg liar menjilati vagina istriku dgn rakusnya. Istriku lagi2 tersentak menerima rangsangan yg dilancarkan Nakim di vaginanya.

    Rasa nafsu mulai menguasaiku, kukeluarkan penisku dari celana yg cepat diraih oleh istriku diiringi desahnya yg kian rapat.

    Perlahan mulai kuatur lagi posisi dudukku, mendekatkan penisku ke wajah istriku. Merasakan gelagat itu,istriku sempat membuka matanya dan menatap ku tajam, tp ku tak terlalu menghiraukan, dgn lembut kubelai rambut istriku dan menempelkan ujung penisku dibibirnya.

    Lumatan Nakim yg liar membuyarkan tatapan istriku, gejolak nafsu kembali melanda, dgn menoleh ke kiri,diraihlah penisku masuk ke mulutnya.

    Kepala dan pinggul istriku terjebak dalam sensasi nikmatnya memberi dan menerima. Mungkin ia pun sudah lupa rencana awal yg mana dia harus bersikap spt orang mabuk, yg kulihat kini nafsunya yg bicara.

    Setelah puas menjilati selangkangan istriku, Nakim mengangkat kepalanya, cepat kuulur tanganku dan mengirim jariku utk bermain di vagina istriku. Hal itu sengaja kulakukan agar tak ada yg hilang dari sensasi yg dirasakan istriku, sementara kuberi isyarat agar Nakim berganti posisi.

    Nakim pun pindah kini ke sebelah kanan tubuh istriku, kuberi isyarat lagi pada anak itu utk membuka celananya. Pertama Nakim tampak ragu, namun tatapan mataku membuatnya memilih utk menurut saja.

    Nakim membuka celananya, tampak penis Nakim yg tak terlalu besar namun sudah sangat tegang.
    bentar ya,ma,ucapku mesra sambil memundurkan pantatku agar penisku keluar dari mulut istriku. Istriku mengeluarkan desahan merajuk, ku arahkan kepalanya dgn lembut kearah kanan, Nakim menatapku seakan tak percaya.

    Dgn mata setengah terpejam istriku memecah kebisuan dgn meraih penis Nakim masuk ke mulutnya. Kulihat Nakim mengejang. Nafasnya makin memburu. Kini lebih mirip orang megap2. Bersahut2an dgn lenguhan dari mulut istriku yg sedang melumat penisnya.

    Melihat itu kurasa sudah waktunya aku bekerja, cepat ku ambil posisi setengah duduk diantara kedua paha istriku dan menggapai dada istriku dgn telapak tanganku, perlahan tapi pasti, ujung penisku mencari sarangnya.

    Pada satu titik yg hangat, penisku pun menyeruak masuk, rasa hangat meliputi penisku yg makin dalam menyusup. Kuteruskan dgn perlahan, dan kuberi tekanan saat benar2 masuk seluruhnya.

    Lenguhan nikmat keluar dari mulut istriku yg tersumpal oleh penis Nakim. Dgn penuh perasaan akupun memulai tugasku. Kuayun pinggulku dgn ritme pelan sambil sesekali memberi sentakan.

    Sensasi memberi dan menerima kembali istriku rasakan. Ia terus berusaha memberi kocokan pada penis Nakim dgn mulutnya, sementara itu penisku terus bermain mundur maju di vaginanya.

    Tak lama kemudian tiba2 Nakim menengadah. Terdengar lenguhan istriku seperti terkejut. Tangan Nakim menahan kepala istriku dgn kuatnya, desis dari mulut Nakim terdengar parau. Hingga beberapa detik terlihat Nakim seperti melayang.

    Kuperlambat ayunan ku, kulihat ada cairan putih kental yg tercecer dari sela bibir istriku. Dan kini dgn telaten istriku pun mulai memberi sentuhan akhir pada penis Nakim yg barusan muntah dimulutnya.

    Dgn wajah malu, seperti tersadar dari mimpi, Nakim melirik ke arahku dan memberi isyarat pamit ke kamar mandi. Kujawab dgn anggukan cepat, bergegas ia mengambil celananya dari lantai dan melangkah cepat kearah kamar mandi.

    Aku kembali pada tugasku, cubitan kecil istriku seperti mengembalikan gairah yg tersendat barusan. Kuayunkan lagi penisku kini dgn ritme yg lebih cepat. Sampai pada akhirnya bersamaan dgn istriku mencapai klimaksnya.

    Istriku tampak kelelahan, begitu pun aku. Tapi harus kuabaikan lelahku, setelah meraih celanaku yg tercecer dilantai, bergegas aku menuju kamar mandi.

    Kudapati Nakim ada disana baru selesai bersih2.

    kim,kamu langsung tidur aja,biar mas ya urus..mumpung mbaknya belum sadar bener,ucapku sambil berbisik. Nakim mengangguk cepat. Rasa malu, takut dan lelah memancar dari wajahnya, bergegas ia menuju kamar tidurnya dgn langkah tak bersuara.

    Mendengar suara pintu kamar Nakim yg ditutup, istriku pun bangkit menuju kamar mandi. Dan kami pun mandi, membersihkan diri dari keringat dan lendir akibat permainan tadi. Karena lelah, kamipun segera masuk kamar dan tertidur.

    Sudah tiga hari sejak malam penuh gairah yg kualami bersama istri dan Nakim.

    Tak ada yg berubah dari sikap Nakim, malah kulihat ada malu yg amat sangat diwajahnya saat ku bertanya soal kejadian terakhir. Istriku pun kusuruh bersikap biasa saja. Karena Nakim benar2 percaya kalau waktu itu istriku dalam keadaan mabuk berat dan kemudian menyangka permainan itu adalah hanya antara aku dan istriku.

    Beberapa hari kemudian Nakim pun berangkat kerumah tanteku. Tak ada yg berubah saat suatu hari aku mampir ke toko kaset tanteku. Nakim tetap santun, malah seperti malu membahas kejadian terakhir dirumahku.

    Kurang lebih 6 tahun Nakim bekerja di toko kaset tanteku, hingga akhirnya Nakim pulang kampung karena bapaknya meninggal, dan tidak kembali lagi karena harus menjaga ibu dan adiknya.

    Selang beberapa bulannya, Nakim pernah menelponku dari kampungnya, mengabarkan bhw ia ingin melangsungkan pernikahan, ia berharap sekali aku hadir. Namun karena jadwal kerjaku, aku tak bisa memenuhi undangannya.

    Dan terakhir kali kudengar, Nakim sudah beranak dua.

    Kusampaikan kabar baik itu ke istriku. Satu cubitan kecil yg khas mendarat di perutku.

    ih, kok nyubit sih,ujarku sambil menangkap pegelangan tangan istriku.

    semua gara2 kamu tau..,jwb istriku masih terus berusaha mencubit.

    iya, jadi si Nakim males kerja,malah kepengen kawin,jwb istriku lagi.

    Aku pun tertawa sambil mendekap tubuh istriku. Istriku pun ikut tertawa dan kembali mencubit perutku.

  • Cerita Sex Bercinta dengan Wanita Setengah baya

    Cerita Sex Bercinta dengan Wanita Setengah baya


    736 views

    Perawanku – Cerita Sex Bercinta dengan Wanita Setengah baya, Sebenarnya jujur aku merasa malu juga untuk menceritakan pengalamanku ini, akan tetapi melihat pada jaman ini mungkin hal ini sudah dianggap biasa. Maka aku beranikan diri untuk menceritakanya kepada para pembaca. Tetapi ada baiknya aku berterus terang bahwa aku menyukai wanita yang lebih tua karena selain lebih dewasa juga mereka lebih suka merawat diri. Aku seorang pria yang suka terhadap wanita yang lebih tua daripadaku.

    Dimulai dari aku SMA aku sudah berpacaran dengan kakak kelasku begitu juga hingga aku menamatkan pendidikan sarjana sampai bekerja hingga saat ini. Satu pengalaman yang tak terlupakan adalah ketika aku berpacaran dengan seorang janda beranak tiga. Demikian kisahnya, suatu hari ketika aku berangkat kerja dari Tomang ke Kelapa Gading, aku tampak terburu-buru karena waktu sudah menunjukkan pukul 07.45. Sedangkan aku harus sampai di kantor pukul 08.30 tepat. Aku terpaksa pergi ke Tanah Abang dengan harapan lebih banyak kendaraan di sana. Sia-sia aku menunggu lebih dari 15 menit akhirnya aku putuskan aku harus berangkat dengan taxi. Ketika taxi yang kustop mau berangkat tiba-tiba seorang wanita menghampiriku sambil berkata, “Mas, mau ke Pulo Gadung ya?” tanyanya, “Saya boleh ikut nggak? soalnya udah telat nich.”
    Akhirnya aku perbolehkan setelah aku beritahu bahwa aku turun di Kelapa Gading. Sepanjang perjalanan kami bercerita satu sama lain dan akhirnya aku ketahui bernama Dewi, seorang janda dengan 3 orang anak dimana suaminya meninggal dunia. Ternyata Dewi bekerja sebagai Kasir pada sebuah katering yang harus menyiapkan makanan untuk 5000 buruh di Kawasan Industri Pulo Gadung. Aku menatap wanita di sebelahku ini ternyata masih cukup menggoda juga. Dewi, 1 tahun lebih tua dari aku dan kulit yang cukup halus, bodi yang sintal serta mata yang menggoda. Setelah meminta nomor teleponnya aku turun di perempatan Kelapa Gading. Sampai di kantor aku segera menelepon Dewi, untuk mengadakan janji sore hari untuk pergi ke bioskop.
    Tidak seperti biasanya, tepat jam 05.00 sore aku bergegas meninggalkan kantorku karena ada janji untuk betemu Dewi. Ketika sampai di Bioskop Jakarta Theater, tentunya yang sudah aku pilih, kami langsung antri untuk membeli tiket. Masih ada waktu sekitar 1 jam yang kami habiskan untuk berbincang-bincang satu sama lain. Selama perbincangan itu kami sudah mulai membicarakan masalah-masalah yang nyerempet ke arah seks. Tepat jam 19.00, petunjukan dimulai aku masuk ke dalam dan menuju ke belakang kiri, tempat duduk favorit bagi pasangan yang sedang dimabuk cinta. Pertunjukan belum dimulai aku sudah membelai kepala Dewi sambil membisikkan kata-kata yang menggoda. “Dewi, kalau dekat kamu, saudaraku bisa nggak tahan,” kataku sambil menyentuh buah dadanya yang montok. “Ah Mas, saudaranya yang di mana?” katanya, sambil mengerlingkan matanya. Melihat hal itu aku langsung melumat habis bibirnya sehingga napasnya nampak tersengal-sengal. “Mas, jangan di sini dong kan malu, dilihat orang.” Aku yang sudah terangsang segera mengajaknya keluar bioskop untuk memesan taxi. Padahal pertunjukan belum dimulai hanya iklan-iklan film saja yang muncul.
    Setelah menyebutkan Hotel **** (edited), taxi itupun melaju ke arah yang dituju. Sepanjang perjalanan tanganku dengan terampil meremas buah dada Dewi yang sesekali disertai desahan yang hebat. Ketika tanganku hendak menuju ke vagina dengan segera Dewi menghalangi sambil berkata, “Jangan di sini Mas, supir taxinya melihat terus ke belakang.” Akhirnya kulihat ke depan memang benar supir itu melirik terus ke arah kami. Sampai di tempat tujuan setelah membayar taxi, kami segera berpelukan yang disertai rengekan manja dari Dewi, “Mas Jo, kamu kok pintar sekali sih merangsang aku, padahal aku belum pernah begini dengan orang yang belum aku kenal.” Seraya sudah tidak sabar aku tuntun segera Dewi ke kamar yang kupesan. Aku segera menjilati lehernya mulai dari belakang ke depan. Kemudian dengan tidak sabarnya dilucutinya satu persatu yang menempel di badanku hingga aku bugil ria. Penisku yang sudah menegang dari tadi langsung dalam posisi menantang Dewi.
    Kemudian aku membalas melucuti semua baju Dewi, sehingga dia pun dalam keadaan bugil. Kemudian dengan rakus dijilatinya penisku yang merah itu sambil berkata, “Mas kontolnya merah banget aku suka.” Dalam posisi 69 kujilati juga vagina Dewi yang merekah dan dipenuhi bulu-bulu yang indah. 10 Menit, berlalu tiba-tiba terdengar suara, “Mas, aku mau keluaarr..”
    “Cret.. cret.. cret..”
    Vagina Dewi basah lendir yang menandakan telah mencapai oragasmenya. 5 Menit kemudian aku segera menyusul, “Dewi, Wi, Mas mau keluar..”
    “Crot.. crot.. crot..”
    Spermaku yang banyak akhirnya diminum habis oleh Dewi.
    Setelah itu kami pun beristirahat. Tidak lama kemudian Dewi mengocok kembali penisku yang lunglai itu. Tidak lama kemudian penisku berdiri dan siap melaksanakan tugasnya. Dituntun segera penisku itu ke vaginanya. Pemanasan dilakukan dengan cara menggosokkan penisku ke vaginanya. Dewi mendesah panjang, “Mas, kontolnya kok bengkok sih, nakalnya ya dulunya?” Tidak kuhiraukan pembicaraan Dewi, aku segera menyuruhnya untuk memasukkan penisku ke vaginanya. “Dewi, masukkan cepat! Jonathan tidak tahan lagi nih.” Sleep.. bless.. masuk sudah penisku ke vaginanya yang merekah itu. Tidak lupa tanganku meremas buah dadanya sesekali menghisap payudaranya yang besar walaupun agak turun tapi masih nikmat untuk dihisap. Goyangan demi goyangan kami lalui seakan tidak mempedulikan lagi apakah yang kami lakukan ini salah atau tidak. Puncaknya ketika Dewi memanggil namaku, “Jonathan.. terus.. terus.. Dewi, mau keluar..” Akhirnya Dewi keluar disertai memanggil namaku setengah berteriak, “Jonathan.. aku.. keluaarr..” sambil memegang pantatku dan mendorongnya kuat-kuat.
    Tidak berselang lama aku pun merasakan hal sama dengan Dewi, “Wi.. ah.. ah.. tumpah dalam atau minum Wi..” kataku. Terlambat akhirnya pejuku tumpah di dalam, “Wi.. kamu hebat.. walaupun sudah punya 3 anak,” kataku sambil memujinya. Akhirnya malam itu kami menginap di hotel **** (edited). Kami berpacaran selama 1 tahun, walaupun sudah putus, tetapi kami masih berteman baik.
    Adakah di antara pembaca baik itu gadis, janda, maupun tante yang bersedia kencan lepas denganku aku siap melayaninya, terlebih lagi kalau lebih tua dariku. Silakan kirim email ke alamatku disertai nomor telepon, pasti aku hubungi. Benar juga kata pepatah, “Kelapa yang tua, tentu banyak juga santannya”. Yang lebih tua memang enak juga untuk dikencani.
    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Vina

    Cerita Sex Vina


    1005 views

    Perawanku – Cerita Sex Vina, Perkenalkan namaku Vina, usiaku 16 tahun. Aku sekarang duduk di kelas II SMU di Medan. Aku punya pengalaman pertama merengkuh surga dunia. Tetapi semua itu kulakukan dengan papa tiriku. Pengalamanku ini sebagai referensi buat teman-teman yang lain. Aku tahu kalau perbuatan ini salah, tetapi aku tidak tahu bagaimana menghentikannya.

    Baiklah, ceritaku begini. Pada suatu hari aku mendapat pengalaman yang tentunya baru untuk gadis seukuranku. Oya, aku gadis keturunan Cina Pakistan. Sehingga wajar saja kulitku terlihat putih bersih dan satu lagi, ditaburi dengan bulu-bulu halus di sekujur tubuh yang tentu saja sangat disukai laki-laki. Kata teman-teman, aku ini cantik lho.

    Memang siang ini cuacanya sangat panas, satu persatu pakaian yang menempel di tubuhku kulepas. Kuakui, kendati masih ABG tetapi aku memiliki tubuh yang lumayan montok. Bila melihat lekuk-lekuk tubuh ini tentu saja mengundang jakun pria manapun untuk tersedak. Dengan rambut kemerah-merahan dan tinggi 167 cm, aku tampak dewasa.
    Sekilas, siapapun mungkin tidak percaya kalau aku adalah seorang pelajar. Apalagi bila memakai pakaian casual kegemaranku. Mungkin karena pertumbuhan yang begitu cepat atau memang sudah keturunan, entahlah. Tetapi yang jelas cukup mempesona, wajah oval dengan leher jenjang, uh.. entahlah.
    Pagi tadi sebelum berangkat ke sekolah, seperti biasanya aku berpamitan dengan kedua orangtuaku. Cium pipi kiri dan kanan adalah rutinitas dan menjadi tradisi di keluarga ini. Tetapi yang menjadi perhatianku siang ini adalah ciuman Papa. Seusai sarapan pagi, ketika Mama beranjak menuju dapur, aku terlebih dahulu mencium pipi Papa.
    Papa Robi (begitu namanya) bukan mencium pipiku saja, tetapi bibirku juga. Seketika itu, aku sempat terpaku sejenak. Entah karena terkejut untuk menolak atau menerima perlakukan itu, aku sendiri tidak tahu. Papa Robi sudah setahun ini menjadi Papa tiriku. Sebelumnya, Mama sempat menjanda 3 tahun. Karena aku dan kedua adikku masih butuh seorang ayah, Mama akhirnya menikah lagi.
    Papa Robi memang termasuk pria tampan. Usianya pun baru 38 tahun. Teman-teman sekolahku banyak yang cerita kalau aku bersukur punya Papa Robi.
    “Salam ya sama Papa kamu..” ledek teman-temanku.
    Aku sendiri sebenarnya sedikit grogi kalau berdua dengan Papa. Tetapi dengan kasih sayang dan pengertian layaknya seorang teman, Papa pandai mengambil hatiku. Hingga akhirnya aku sangat akrab dengan Papa, bahkan terkadang kelewat manja. Tetapi Mama tidak pernah protes, malah dia tampak bahagia melihat keakraban kami. Tetapi ciuman Papa tadi pagi sungguh diluar dugaanku.
    Aku memang terkadang sering melendot sama Papa atau duduk sangat dekat ketika menonton TV. Tetapi ciumannya itu lho. Aku masih ingat ketika bibir Papa menyentuh bibir tipisku. Walau hanya sekejab, tetapi cukup membuat bulu kudukku merinding bila membayangkannya. Mungkin karena aku belum pernah memiliki pengalaman dicium lawan jenis, sehingga aku begitu terkesima.
    “Ah, mungkin Papa nggak sengaja…” pikirku.
    Esok paginya seusai sarapan, aku mencoba untuk melupakan kejadian kemarin. Tetapi ketika aku memberikan ciuman ke Mama, Papa beranjak dari tempat duduknya dan menuju kamar. Mau tidak mau kuikuti Papa ke kamar. Aku pun segera berjinjit untuk mencium pipi Papa. Respon Papa pun kulihat biasa saja. Dengan sedikit membungkukkan tubuh atletisnya, Papa menerima ciumanku.
    Tetapi setelah kucium kedua pipinya, tiba-tiba Papa mendaratkan bibirnya ke bibirku. Serrr.., darahku seketika berdesir. Apalagi bulu-bulu kasarnya bergesekan dengan bibir atasku. Tetapi entah kenapa aku menerimanya, kubiarkan Papa mengulum lembut bibirku. Hembusan nafas Papa Robi menerpa wajahku.
    Hampir satu menit kubiarkan Papa menikmati bibirku.
    “Baik-baik di sekolah ya.., pulang sekolah jangan keluyuran..!” begitu yang kudengar dari Papa.
    Sejak kejadian itu, hubungan kami malah semakin dekat saja. Keakraban ini kunikmati sekali. Aku sudah dapat merasakan nikmatnya ciuman seorang lelaki, kendati itu dilakukan Papa tiriku, begitu yang tersirat dalam pikiranku. Darahku berdesir hangat bila kulit kami bersentuhan. Begitulah, setiap berangkat sekolah, ciuman ala Papa menjadi tradisi.
    Tetapi itu rahasia kami berdua saja. Bahkan pernah satu hari, ketika Mama di dapur, aku dan Papa berciuman di meja makan. Malah aku sudah berani memberikan perlawanan. Lidah Papa yang masuk ke rongga mulutku langsung kuhisap. Papa juga begitu. Kalau tidak memikirkan Mama yang berada di dapur, mungkin kami akan melakukannya lebih panas lagi.
    Hari ini cuaca cukup panas. Aku mengambil inisiatif untuk mandi. Kebetulan aku hanya sendirian di rumah. Mama membawa kedua adikku liburan ke luar kota karena lagi liburan sekolah. Dengan hanya mengenakan handuk putih, aku sekenanya menuju kamar mandi. Setelah membersihkan tubuh, aku merasakan segar di tubuhku.
    Begitu hendak masuk kamar, tiba-tiba satu suara yang cukup akrab di telingaku menyebut namaku.
    “Vin.. Vin.., Papa pulang..” ujar lelaki yang ternyata Papaku.
    “Kok cepat pulangnya Pa..?” tanyaku heran sambil mengambil baju dari lemari.
    “Iya nih, Papa capek..” jawab papa dari luar.
    “Kamu masak apa..?” tanya papa sambil masuk ke kamarku. Aku sempat kaget juga. Ternyata pintu belum dikunci. Tetapi aku coba tenang-tenang saja. Handuk yang melilit di tubuhku tadinya kedodoran, aku ketatkan lagi.
    Kemudian membalikkan tubuh. Papa rupanya sudah tiduran di ranjangku.
    “Ada deh..,” ucapku sambil memandang Papa dengan senyuman.
    ” Ada deh itu apa..?” tanya Papa lagi sambil membetulkan posisi tubuhnya dan memandang ke arahku.
    “Memangnya kenapa Pa..?” tanyaku lagi sedikit bercanda.
    “Nggak ada racunnya kan..?” candanya.
    ” Ada, tapi kecil-kecil..” ujarku menyambut canda Papa.
    “Kalau gitu, Papa bisa mati dong..” ujarnya sambil berdiri menghadap ke arahku.
    Aku sedikit gelagapan, karena posisi Papa tepat di depanku.
    “Kalau Papa mati, gimana..?” tanya Papa lagi.
    Aku sempat terdiam mendengar pertanyaan itu.
    “Lho.., kok kamu diam,jawab dong..!” tanya Papa sambil menggenggam kedua tanganku yang sedang memegang handuk.
    Aku kembali terdiam. Aku tidak tahu harus bagaimana. Bukan jawabannya yang membuatku diam, tetapi keberadaan kami di kamar ini. Apalagi kondisiku setengah bugil. Belum lagi terjawab, tangan kanan Papa memegang daguku, sementara sebelah lagi tetap menggenggam tanganku dengan hangat. Ia angkat daguku dan aku menengadah ke wajahnya. Aku diam saja diperlakukan begini.
    Kulihat pancaran mata Papa begitu tenangnya. Lalu kepalanya perlahan turun dan mengecup bibirku. Cukup lama Papa mengulum bibir merahku. Perlahan tetapi pasti, aku mulai gelisah. Birahiku mulai terusik. Tanpa kusadari kuikuti saja keindahan ini. Nafsu remajaku mulai keluar ketika tangan kiri Papa menyentuh payudaraku dan melakukan remasan kecil. Tidak hanya bibirku yang dijamah bibir tebal Papa. Leher jenjang yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu pun tidak luput dari sentuhan Papa.
    Bibir itu kemudian berpindah ke telingaku.
    “Pa..” kataku ketika lidah Papa masuk dan menggelitik telingaku.
    Papa kemudian membaringkan tubuhku di atas kasur empuk.
    “Pa. . nanti ketahuan Mama..” sebutku mencoba mengingatkan Mama.
    Tetapi Papa diam saja, sambil menindih tubuhku, bibirku dikecupnya lagi. Tidak lama, handuk yang melilit di tubuhku disingkapkannya.
    “Vina, tubuh kamu sangat harum..” bisik Papa lembut sambil mencampakkan guling ke bawah.
    Dalam posisi ini, Papa tidak puas-puasnya memandang tubuhku. Bulu halus yang membalut kulitku semakin meningkatkan nafsunya. Apalagi begitu pandangannya mengarah ke payudaraku.
    “Kamu udah punya pacar, Vin..?” tanya Papa di telingaku. Aku hanya menggeleng pasrah.

    Papa kemudian membelai dadaku dengan lembut sekali. Seolah-olah menemukan mainan baru, Papa mencium pinggiran payudaraku.
    “Uuhhh..,” desahku ketika bulu kumis yang dipotong pendek itu menyentuh dadaku, sementara tangan Papa mengelus pahaku yang putih.
    Puting susu yang masih merah itu kemudian dikulum.
    ” Pa.. oohh..” desahku lagi.
    “Pa.. nanti Mamm..” belum selesai kubicara, bibir Papa dengan sigap kembali mengulum bibirku.
    “Papa sayang Vina..” kata Papa sambil memandangku.
    Sekali lagi aku hanya terdiam. Tetapi sewaktu Papa mencium bibirku, aku tidak diam. Dengan panasnya kami saling memagut. Saat ini kami sudah tidak memikirkan status lagi. Puas mengecup putingku, bibir Papa pun turun ke perut dan berlabuh di selangkangan. Papa memang pintar membuatku terlena. Aku semakin terhanyut ketika bibir itu mencium kemaluanku. Lidahnya kemudian mencoba menerobos masuk. Nikmat sekali rasanya.
    Tubuhku pun mengejang dan merasakan ada sesuatu yang mengalir cepat, siap untuk dimuntahkan.
    “Ohhh, ohhh…” desahku panjang.
    Papa rupanya tahu maniku keluar, lalu dia mengambil posisi bersimpuh di sebelahku. Lalu mengarahkan tanganku ke batang kemaluannya. Kaget juga aku melihat batang kemaluannya Papa, besar dan tegang. Dengan mata yang sedikit tertutup, aku menggenggamnya dengan kedua tanganku. Setan yang ada di tubuh kami seakan-akan kompromi.
    Tanpa sungkan aku pun mengulum benda itu ketika Papa mengarahkannya ke mulutku.
    “Terus Vin.., oh.. nikmatnya…” gumamnya.

    Seperti berpengalaman, aku pun menikmati permainan ini. Benda itu keluar masuk dalam mulutku. Sesekali kuhisap dengan kuat dan menggigitnya lembut. Tidak hanya Papa yang merasakan kenikmatan, aku pun merasakan hal serupa. Tangan Papa mempermainkan kedua putingku dengan tangannya. Karena birahi yang tidak tertahankan, Papa akhirnya mengambil posisi di atas tubuhku sambil mencium bibirku dengan ganas.
    Kemudian kejantanannya Papa menempel lembut di selangkanganku dan mencoba menekan. Kedua kakiku direntangkannya untuk mempermudah batang kemaluannya masuk. Perlahan-lahan kepala penis itu menyeruak masuk menembus selaput dinding vaginaku.
    “Sakit.. pa..” ujarku.
    “Tenang Sayang, kita nikmati saja..” jawabnya.
    Pantat Papa dengan lembut menekan, sehingga penis yang berukuran 17 cm dan berdiameter 3 cm itu mulai tenggelam keseluruhan. Papa melakukan ayunan-ayunan lagi. Kuakui, Papa memang cukup lihai. Perasaan sakit akhirnya berganti nikmat. Baru kali ini aku merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Pantas orang bilang surga dunia.
    Aku mengimbangi kenikmatan ini dengan menggoyang-goyangkan pantatku.
    “Terus Vin, ya.. seperti itu..” sebut Papa sambil mempercepat dorongan penisnya.
    “Papa.. ohhh.., ohhh…” renguhku karena sudah tidak tahan lagi.
    Seketika itu juga darahku mengalir cepat, segumpal cairan putih meleleh di bibir vaginaku. Kutarik leher Papa hingga pundaknya kugigit keras. Papa semakin terangsang rupanya. Dengan perkasa dikuasainya diriku. Vagina yang sudah basah berulangkali diterobos penis papa. Tidak jarang payudaraku diremas dan putingku dihisap. Rambutku pun dijambak Papa. Birahiku kembali memuncak. Selama tiga menit kami melakukan gaya konvensional ini. Tidak banyak variasi yang dilakukan Papa. Mungkin karena baru pertama kali, dia takut menyakitiku.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,