Author: perawanku

  • Cerita Sex Dewasa Nining Pemuas Nafsu Sex – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Sex Dewasa Nining Pemuas Nafsu Sex – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1577 views

    Perawanku – Aku bekerja di perusahaan kontraktor swasta di daerah Indramayu yang mempunyai sekitar 20 pegawai dan 3 orang diantaranya adalah wanita. Pada umumnya pegawai-pegawai itu datang dari desa sekitar perusahaan ini berada dan rata-rata pegawai prianya sudah bekerja di perusahaan ini sekitar 15 tahunan lebih, sedangkan aku diperbantukan dari kantor pusat di Jakarta dan baru sekitar 1 tahun di kantor cabang ini sebagai kepala personalia merangkap kepala keuangan. Karena pindahan dari kantor pusat, maka aku dapat tinggal di rumah yang disewa oleh perusahaan. Istriku tidak ikut tinggal di sini, karena dia juga kerja di Jakarta, jadi kalau tidak aku yang ke Jakarta setiap Jum’at sore dan kembali hari Minggu sore atau istriku yang datang.

    Hubungan antar para pekerja begitu akrab, sehingga beberapa diantara mereka ada yang sudah menganggap aku sebagai saudara atau anaknya saja. Dalam situasi seperti sekarang ini, perusahaan dimana aku bekerja juga mengalami krisis yang cukup serius dan jasa pekerjaan yang kami terima dari perusahaan kilang minyak dan perusahaan lainnya juga semakin berkurang.

    Hal ini mengakibatkan pimpinanku memerintahkan untuk mengurangi beberapa orang pegawainya dan ini harus kulaksanakan dalam waktu sebulan ini.Setelah kupilah-pilah dari 20 orang pegawai itu, lalu aku mengambil 5 orang pegawai yang paling tua dan yang dalam 1 atau 2 tahun ini akan mencapai usia 55 tahun, lalu aku menyuruh sekretaris kantor yang bernama Sri (samaran) dan juga dari penduduk di sekitar perusahaan untuk mengetik draft surat-surat yang sudah kupersiapkan dan rencanaku dalam 2 minggu ini masing-masing pegawai akan kupanggil satu persatu untuk keberikan penjelasan sekaligus memberikan golden shake hand pesangon yang cukup besar. Sri adalah salah satu diantara 3 pekerja wanita di sini dan umur mereka bertiga sekitar 30 tahunan. Sri, menurut teman-teman kerjanya adalah seorang pegawai yang agak sombong, entah apa yang disombongkan atau mungkin karena merasa yang paling cantik diantara ke 2 wanita lainnya.Padahal kalau aku bandingkan dengan pekerja wanita di kantor pusat Jakarta, belum ada apa-apanya. Suaminya Sri menurut mereka itu sudah setahun ini bekerja di Arab sebagai TKI. Di hari Jum’at sore, sewaktu aku besiap siap akan pulang, tiba-tiba muncul salah seorang pegawai yang biasa kupanggil Pak Tus datang menghadap ke ruangan kantorku.“Ada apa Pak Tus”, tanyaku.

    “Ini…, Pak…, kalau Bapak ada waktu, besok saya ingin mengajak Bapak untuk melihat kebun buah-buahan di daerah pegunungan sekitar Kuningan dan peninggalan orang tua saya, siapa tahu Bapak tertarik untuk membelinya”. Setelah kipikir sejenak dan sekaligus untuk menyenangkan hatinya karena Pak Tus ini adalah salah satu dari pegawai yang akan terkena PHK, segera saja permintaannya kusetujui.
    “Oke…, Pak Tus, boleh deh, kebetulan saya tidak punya acara di hari Sabtu dan Minggu ini…, kita pulang hari atau nginap Pak…?
    “Kalau Bapak nggak keberatan…, kita nginap semalam di gubuk kami…, Pak.., dan kalau Bapak tidak berkeberatan, saya akan membawa Istri, anak dan cucu saya, Biar agak ramai sekaligus untuk masak.., karena tempatnya agak jauh dari warung”, jawab Pak Tus dengan wajah berseri.
    “Yapi…, Pak…, saya tidak punya kendaraan.., lanjut Pak Tus dengan wajah agak sedih”.
    “Pak…, Tus…, soal kendaraan jangan terlalu di pikir, kita pakai Kijang saya saja.., dan Pak Tus boleh membawa semua keluarganya, asal mau berdesak-desakan di Kijang dan besok jam 10 pagi akan saya jemput ke rumah Pak Tus”, sahutku dan Pak Tus dengan wajah berseri kembali lalu mengucapkan terima kasih dan pamit untuk pulang. “Besok paginya sekitar jam 10 pagi aku menjemput ke rumah Pak Tus yang boleh dibilang rumah sangat sederhana. Di depan rumahnya aku disambut oleh Pak Tus dan Istrinya. Aku agak terkejut, karena Istrinya kelihatan jauh lebih muda dari yang kuduga. Dia kutaksir berumur sekitar 35 tahunan dan walau tinggal di kampung tapi sepertinya tidak ketinggalan jaman. Istri Pak Tus mengenakan rok dan baju agak ketat tanpa lengan serta ukuran dadanya sekitar 36C.“silakan masuk…, Pak…”, katanya hampir serentak,

    “Ma’af Pak…, rumahnya jelek”, sambung Pak Tus.
    “Ah, Bapak dan Ibu.., bisa saja, Oh iya…, anak dan cucu nya apa jadi ikut?”, sahutku sambil bertanya karena aku tidak melihat mereka.
    “Oh…, si Nining (mana disamarkan) sedang di belakang menyiapkan barang-barang bawaannya dan cucu saya tidak mau pisah dari ibunya”, sahut Pak Tus.Tidak lama kemudian dari belakang muncul wanita muda yang tidak bisa dibilang jelek dengan tinggi sekitar 160 Cm serta memakai T shirt ketat sedang menggendong anak laki-laki dan tangan satunya menjinjing tas agak besar, mungkin berisi pakaian.“Pak..”, kata Pak Tus, yang membuatku agak kaget karena aku sempat terpesona dengan body Nining yang yang aduhai serta berjalan dengan dada yang menantang walau ukuran dadanya boleh dibilang tidak besar.

    “Paak…, ini kenalkan anak perempuan saya…, Nining dan ini cucu saya Dodi”. Kusambut uluran tangan Nining serta kujabat tangannya yang terasa agak dingin dan setelah itu kucubit pipi Dodi.
    “Ayo…, Pak…”, ajak Pak Tus, “Kita semua sudah siap dan bisa berangkat sekarang”.
    “Lho…, apa bapaknya Dodi tidak ikut…, Pak?, tanyaku dan kulihat Pak Tus saling berpandangan dengan Istrinya, tapi yang menyahut malah Nining. “Enggak kok…, Pak…, dia lagi pergi jauh”.
    “Ayo…, lah kalau begitu…, kita bisa berangkat sekarang.., Pak”, kataku walau aku masih ada tanda tanya besar dalam hatiku soal suami Nining.Sesampainya tempat yang dituju, aku jadi terkagum-kagum dengan kebun yang dimiliki Pak Tus yang cukup luas dan tertata rapi serta seluruhnya ditanami pohon buah-buahan, bahkan banyak yang sedang berbuah. Rumah yang boleh dibilang tidak besar, terletak di bagian belakang kebun itu.“Ayo…, Pak, kita beristirahat dulu di gubuk, nanti setelah itu kita bisa keliling kebun melihat pohon-pohon yang ada”, kata bu Tus dan disambut dengan sahutan Pak Tus.
    “Iyaa…, Pak…, silakan istirahat ke rumah dulu, biar Istri saya menyiapkan minum buat Bapak, sedang saya mau ketemu dengan yang menjaga kebun ini.Lalu aku dan Bu Tus berjalan beriringan menuju rumahnya dan sepanjang perjalanan menuju rumah kupuji kalau kebunnya cukup luas serta terawat sangat baik.“Aahh…, Bapak…, jangan terlalu memuji…, kebun begini.., kok dibilang bagus.., tapi inilah kekayaan kami satu-satunya dan peninggalan mertua”, kata bu Tus yang selalu murah senyum itu. Ketika mendekati rumah, Bu Tus lalu berkata,

    “silakan Pak…, masuk”, dan aku segera katakan, “silakan…, sambil bergeser sedikit untuk memberi jalan pada bu Tus.Entah mengapa, kami berdua berjalan bersama masuk pintu rumah sehingga secara tidak sengaja tangan kiriku telah menyenggol bagian dada bu Tus yang menonjol dan kurasakan empuk sekali. Sambil kupandangi wajah bu Tus yang kelihatan memerah, segera kukatakan.“Maaf…, bu…, saya tidak sengaja”, Bu Tus tidak segera menjawab permintaan maafku, aku jadi merasa agak nggak enak dan takut dia marah, sehingga kuulangi lagi.
    “Benar…, buu…, saya tidak sengaja…”.
    “Aahh..”, Pak Pur.., saya nggak apa apa kok…, hanya…, agak kaget saja, lupakan.., Pak…, cuma gitu saja…, kok”, kata bu Tus sambil tersenyum. “Oh iya…, Bapak mau minum apa”, tanya bu Tus.
    “Terserah Ibu saja deh”.
    “Lhoo…, kok terserah saya..?”.
    “Air putih juga boleh kok bu”. Setelah bu Tus ke belakang, aku lalu duduk di ruang tamu sambil memperhatikan ruangan nya model rumah kuno tetapi terawat dengan baik.

    Tidak terlalu lama, kulihat bu Tus yang telah mengganti bajunya dengan baju terusan seperti baju untuk tidur yang longgar berjalan dari belakang sambil membawa baki berisi segelas teh dan sesampainya di meja tamu dimana aku duduk, bu Tus meletakkan gelas minuman untukku sambil sedikit membungkuk, sehingga dengan jelas terlihat dua gundukan besar yang menggantung didadanya yang tertutup BH dan bagian dalam badannya, membuat mataku sedikit melotot memperhatikannya. “Cerita Mesum: Nining Hot”“Iihh…, matanya Pak Puur…, kok…, nakal.., yaa”, katanya sambil menyapukan tangannya dimukaku serta tersenyum.Aku jadi agak malu dikatakan begitu dan untuk menutupi rasa maluku, aku jawab saja sambil agak bergurau.“Habiis…, bu Tus berdirinya begitu…, sih. “Aahh…, bapak ini…, kok sepertinya…, belum pernah melihat seperti itu saja”, sahut bu Tus yang masih berdiri di dekatku dan mencubit tanganku.
    “Betul kok…, buu…, saya belum pernah melihat yang seperti itu, jadi boleh kan buu…, saya lihat lagi..?”.
    “aahh…, bapak..”, kembali mencubitku tetapi sekarang di pipiku sambil terus berjalan ke belakang.Setelah minuman kuhabiskan, aku lalu balik keluar menuju ke kebun dan ngobrol dengan pak Tus yang sedang membersihkan daun-daun yang berserakan. Selang berapa lama, kulihat bu Tus datang dari dalam rumah sambil membawa gulungan tikar dan setelah dekat lalu menggelar tikarnya di kebun sambil berkata kepada suaminya.“Paak…, kita ajak Pak Pur makan siang disini saja…, yaa”, dan pak Tus tidak menjawab pertanyaan istrinya tetapi bertanya kepadaku.
    “Nggak…, apa-apa…, kan.., paak.., makan di kebun..? Biar tambah nikmat”.
    “Nggak apa apa kok.., paak”, jawabku.Tidak lama kemudian dari arah rumah tetangganya, kulihat Nining yang sudah mengganti bajunya dengan baju terusan yang longgar seperti ibunya datang membawa makanan dan sambil membungkuk meletakkan makanan itu di tikar dan aku yang sedang duduk di tikar itu kembali melihat buah yang menggantung di dada, dan sekarang dadanya Nining.

    Kelihatan sekali kalau Nining tidak mengenakan BH dan ukurannya tidak besar. Nining tidak sadar kalau aku sedang memperhatikan buah dadanya dari celah bajunya pada saat menaruh dan menyusun makanan di tikar.Setelah Nining pergi, sekarang datang Ibunya sambil membawa makanan lainnya dan ketika dia membungkuk menaruh makanan, kembali aku disungguhi pemandangan yang sama dan sekarang agak lama karena makanan yang disusun oleh Nining, disusun kembali oleh bu Tus. Tidak kuduga, tiba-tiba bu Tus sambil tetap menyusun makanan lalu berkata agak berbisik, mungkin takut didengar oleh suaminya yang tetap masih bekerja membersihkan daun-daun tidak jauh dari tempatku duduk.“Paak…, sudah puas melihatnyaa..?” . Lalu kudekatkan wajahku sambil membantu menyusun makanan dan kukatakan pelan,
    “Beluum…, buu…, saya kepingin memegangnya dan menghisapnyaa”. Bu Tus langsung mencubitkan tangannya di pahaku sambil berkata pelan,
    “Awas…, yaa…, nanti saya gigit punya bapak.., baru tahu”, sambil terus berjalan.Sekarang muncul lagi Nining dan kembali meletakkan makanan sambil membungkuk dan kembali terlihat buah dadanya dan kepingin rasanya kupegang. Rupanya Nining tahu kalau aku sedang memperhatikan dadanya, lalu dia berbisik.“Paakk…, matanya kok nakal…, yaa…”, tapi tanpa menutupnya dan langsung saja kujawab,

    “aam…, habis bagus siih…, pingin pegang…,boleh apa nggak?”, Nining hanya tersenyum sambil mencubit tanganku lalu pergi.Setelah itu kami berempat makan di tikar dan nikmat sekali rasanya makan di kebun dan setelah selesai makan, Nining pamit untuk memberi makan anaknya di rumah bibinya. Ketika kutanyakan ke Pak Tus, kemana suaminya Nining segera Pak Tus menceritakan keluarganya., bahwa Istri Pak Tus ini adalah adik kandung dari Istri pertamanya yang sudah meninggal dan Nining adalah anak satu-satunya dari istri pertamanya. Sedang Nining sudah bercerai dari suaminya pada saat Nining hamil, suaminya meninggalkan begitu saja karena kawin dengan wanita lain. Tidak terasa kami ngobrol di kebun cukup lama dan mungkin karena hawanya agak dingin dan anginnya agak keras, aku merasa seperti sedang masuk angin.Sementara Pak Tus dan istrinya membereskan sisa makan siang, aku memukul-mukul perutku untuk membuktikan apa benar aku sedang masuk angin dan ternyata benar. Perbuatanku memukul perut rupanya diketahui oleh Pak Tus dan istrinya.

    “Kenapa paak..”, tanya mereka hampir serentak.
    “Nggak apa apa kok…, cuman masuk angin sedikit”.
    “Paak…, masuk angin kok…, dibilang nggak apa apa..”, jawab Pak Tus
    “Apa bapak biasa dikerokin”, lanjutnya.
    “Suka juga sih paak”, jawabku. “Buu…, biar saya yang beresin ini semua…, itu tolong kerokin dan pijetin Pak Puur, biar masuk anginnya hilang”, kata Pak Tus.
    “Oh…, iya.., Buu”, lanjut Pak Tus,
    “Habis ini saya mau mancing ikan di kali belakang, siapa tahu dapat ikan untuk makan malam nanti…”.
    “Pak Tuus…, nanti kalau masuk angin saya hilang, saya mau ikut mancing juga”, kataku.
    “Ayoo…, pak Puurr.., kita ke rumah…, biar saya kerokin di sana…, kalau di sini nanti malah bisa sakit beneran.Sesampainya di dalam rumah lalu bu Tus berkata,“Paak…, silakan bapak ke kamar sini saja”, sambil menunjuk salah satu kamar, dan
    “Saya ke belakang sebentar untuk mengambil uang untuk kerokannya”. Tidak lama kemudian bu Tus muncul ke dalam kamar dan menutup pintunya dan menguncinya.
    “Paak…, kerokannya di tempat tidur saja yaa…, dan tolong buka kaosnya”. Setelah beberapa tempat di punggungku dikerokin, bu Tus berkomentar. “Paakk…, rupanya bapak masuk angin beneran…, sampai merah semua badan bapak”.Setelah hampir seluruh punggungku dikerokin dan dipijitin, lalu bu Tus memintaku untuk tidur telentang.“Paak…, sekarang tiduran telentang…, deh…, biar bisa saya pijitin agar angin yang di dada dan perut bisa keluar juga. Kuturuti permintaannya dan bu Tus naik ke tempat tidur di samping kiriku dan mulai memijit kedua bahuku.Dengan posisi memijit seperti ini, tentu saja kedua payudara bu Tus terlihat sangat jelas dan bahkan seringkali menyentuh wajahku sehingga mau tak mau membuat penisku menjadi tegang. Karena sudah tidak kuat menahan diri, kuberanikan untuk memegang kedua payudaranya dan bu Tus hanya berkata pelan.“Jangaan…, paak…, sambil tetap memijit bahuku.

    “Kenapa buu…”, tanyaku sambil melepas pegangan di payudaranya.
    “Nggak…, apa apa kok…, paak”, jawabnya pelan sambil tersenyum.Karena tidak ada kata-kata lainnya, maka kuberanikan lagi untuk menyelusupkan tangan kiriku ke dalam bajunya bagian bawah serta kupegang vaginanya dan kembali terdengar suara bu Tus.“Paakk…, sshh…, jangaan…, aahh…”, dan badannya dijatuhkan ke badanku serta bibirnya bertemu dengan bibirkuDengan tidak sabar, lalu kuangkat rok terusannya ke atas dan kulepaskan dari kepalanya sehingga badannya telanjang hanya tertutup oleh BH dan CD saja, lalu segera badannya kubalik sehingga aku sekarang ada di atas badannya dan segera kaitan BH-nya kulepas sehingga tersembul buah dadanya yang besar.Kujilati dan kuhisap kedua payudaranya bergantian dan bu Tus hanya berdesah pelan.“sshh…, aahh…, paak…, sshh…, dan tangan kiriku kugunakan untuk melepas CD-nya dan kumasukkan jariku diantara belahan vaginanya yang sudah basah dan ini mungkin membuat bu Tus semakin keenakan dan terus mendesah.
    “sshh…, aduuhh…, paakk…, sshh…, aahh”.Sambil tetap Kujilati payudaranya, sekarang kugunakan tanganku untuk melepas celana panjang dan CD-ku dan setelah berhasil, kembali kugunakan jari tanganku untuk mempermainkan vaginanya dan kembali kudengar desahannya.“sshh…, aahh…, paak…, sshh…, ayoo.., paak”, dan kurasakan bu Tus telah membukakan kedua kakinya agak lebar.Walau tidak bilang kurasa bu Tus sudah tidak tahan lagi, maka segera saja kuarahkan penisku ke arah vaginanya dan kedua tangannya telah melingkar erat di punggungku. Belum sempat aku siap-siap,“Bleess…”, penisku masuk ke dalam vaginanya akibat bu Tus menekan kuat-kuat punggungku dan bu Tus berteriak agak keras,
    “aahh..”, sehingga terpaksa mulutnya segera kusumpal dengan bibirku agar teriakannya tidak terdengar sampai keluar kamar.Sambil kujilati payudaranya, aku menggerakkan pantatku naik turun sehingga penisku keluar masuk vaginanya dan menimbulkan bunyi.“ccrreett…, ccrreett…, ccrreett”, dan dari mulut bu Tus terdengar desahan yang agak keras,
    “Aahh…, sshh…, paak…, aahh..”, dan tidak lama kemudian bu Tus semakin cepat menggerakkan pinggulnya dan tiba-tiba kedua kakinya dilingkarkan kuat-kuat di punggungku sehingga mempersulit gerakan keluar masuk penisku dan terdengar suaranya yang agak keras,
    “aaduuhh.., sshh…, aahh…, aaduuhh…, paakk…, aarrhh.., sambil menekan kuat-kuat badanku lalu bu Tus terdiam, dengan nafas yang cepat.Untuk sementara, kudiamkan dulu sambil menunggu nafas bu Tus agak normal kembali dan tidak lama kemudian, sambil menciumi wajahku, bu Tus berkata. “Paakk…, sudah lamaa…, saya…, tidak pernah seperti ini…, terima kasih…, paak”. Setelah nafasnya kembali normal dan penisku masih tetap di dalam vaginanya, lalu kuminta bu Tus untuk menungging.
    “Paak…, saya belum pernah seperti itu”, katanya pelan.
    “Nggak apa-apa kok buu…, nanti juga bisa”, kataku sambil mencabut penisku dari vaginanya yang sangat basah.Kubalik badannya dan kuatur kakinya sehingga posisinya nungging, bu Tus hanya mengikuti kemauanku dan menaruh kepalanya di bantal. Lalu kudekatkan wajahku di dekat vaginanya dan kujulurkan lidahku ke dalam lubang vaginanya dan kupermainkan, sambil kupegang kedua bibir vaginanya, bu Tus hanya menggerakkan pantatnya pelan-pelan. Tetapi setelah bu Tus memalingkan kepalanya dan menengok ke arah bawah serta tahu apa yang kuperbuat, tiba-tiba bu Tus menjatuhkan badannya serta berkata agak keras, “Cerita Ngentot: Nining Hot”“Paakk…, jangaan”, sambil berusaha menarik badanku ke atas.Terpaksa kudekati dia dan sambil kucium bibirnya yang mula-mula ditolaknya, lalu kutanya,“Kenapa…, buu..?
    “Paakk…, jangaan…, itu kan kotoor..”, Sambil agak berbisik, segera kutanyakan.
    “Buu…, apa ibu belum pernah…, dijilati seperti tadi..?”.
    “Beluum.., pernah paak..”, katanya.
    “Buu…, nggak apa-apa.., kok…, coba deh…, pasti nanti ibu akan nikmat..”, sambil kutelentangkan dan kutelisuri badannya dengan jilatan lidahku.Sesampainya di vaginanya, kulihat tangan bu Tus digunakan untuk menutupi vaginanya, tapi dengan pelan-pelan berhasil kupindahkan tangannya dan segera kuhisap clitorisnyanya yang membuat bu Tus menggelinjang dan mendesah.“Paakk…, jangaann…, aahh…, aduuhh”, tapi kedua tangannya malah diremaskan di kepalaku dan menekannya ke vaginanya.Kelihatannya bu Tus sudah tahu nikmat vaginanya dihisap dan dijilati, sehingga sekarang semakin sering kepalaku ditekan ke vaginanya disertai desahan-desahan halus,“aahh…, sshh…, aahh…, aaccrrhh”, seraya menggerak-gerakkan pinggulnya.Jilatan serta hisapanku ke seluruh vagina bu Tus membuat gerakan pinggulnya semakin cepat dan remasan tangannya di rambutku semakin kuat dan tidak lama kemudian, lagi-lagi kedua kakinya dilingkarkan ke bahuku dan menjepitnya kuat-kuat disertai dengan desahan yang cukup keras“aahh…, aaduuh…, sshh…, aaccrrhh…, paakk…, adduuhh…, aacrrhh.Kulihat bu Tus terdiam lagi dengan nafasnya yang terengah-engah sambil mencoba menarik badanku ke atas dan kuikuti tarikannya itu, sesampainya kepalaku di dekat kepalanya, bu Tus sambil masih terengah-engah mengatakan,“Paakk…, enaak…, sekalii…, paak..,. terima kasiih..”. Pernyataannya itu tidak kutangapi tetapi aku berusaha memasukkan penisku ke dalam vaginanya, dan karena kakinya masih terbuka, maka penisku yang masih sangat tegang itu dapat masuk dengan mudah.Karena nafas bu Tus masih belum normal kembali, aku hanya menciumi wajahnya dan diam menunggu tanpa menggerakkan pinggulku, tetapi dalam keadaan diam seperti ini, terasa sekali penisku terhisap keras oleh vaginanya dan terasa sangat nikmat dan kubilang,“Buu…, ituu…, Buu…, enaakk…, laggii…, buu”, dan mungkin ingin membuatku keenakan, kurasakan sedotannya semakin keras saja dan,
    “Buu…, teruuss…, buu…, enaakk.., aaduuh”. Setelah nafasnya kembali normal, lalu kuangkat kedua kaki bu Tus dan kutempatkan di atas bahuku dan bu Tus hanya diam saja mengikuti kemauanku.Dengan posisi begini, terasa penisku semakin dalam menusuk ke vaginanya dan ketika penisku kuhentakkan keluar masuk vaginanya, bu Tus kembali berdesah,“Aahh…, Paakk…, enaakk…, Paakk…, aahh…, sshh”, dan akupun yang sudah hampir mendekati klimaks ikut berdesah,
    “aahh…, sshh…, aaccrrhh…, Buu.., aahh”, sambil mempercepat gerakan penisku keluar masuk vaginanya dan ketika aku sudah tidak dapat menahan air maniku segera saja kukatakan,
    “Buu…, Buu…, saayaa…, sudah mau keluar…, aahh…, taahaan…, yaa…, Buu..”, dan bu Tus sambil memelukku kuat-kuat, menganggapinya dengan mengatakan,
    “Paakk…, ayoo…, cepaatt…, Paakk…”, dan kutekan penisku kuat-kuat menusuk vaginanya sambil berteriak agak keras,
    “aahh…, aacrrhh…, bbuu…, aahh..”, Aku sudah tidak memperhatikan lagi apa yang diteriakkan bu Tus dan yang aku dengar dengan nafasnya yang terengah-engah bu Tus menciumi wajahku sambil berkata,

    “Teriimaa…, kasiih…, paakk…, saayyaa…, capeek…, sekali.., paakk”. Setelah istirahat sebentar dan nafas kami kembali agak normal, bu Tus mengambil CD-nya dan dibersihkannya penisku hati-hati.Aku segera mengenakan pakaianku dan keluar menuju sungai untuk menemani pak Tus memancing. “Sudah dapat berapa Paak ikannya..”, tanyaku setelah dekat.“ooh…, bapaak…, sudah tidak masuk angin lagi…, paak..?”, dan lanjutnya, “Lumayan paak.., sudah dapat beberapa ekor dan bisa kita bakar nanti malam.Malam harinya setelah makan dengan ikan bakar hasil pancingannya pak Tus, kami berempat hanya ngobrol di dalam rumah dan suasananya betul-betul sepi karena tidak ada TV ataupun radio, yang terdengar hanyalah suara binatang-binatang kecil dan walaupun sudah di dalam rumah tetapi hawanya terasa dingin sekali, maklum saja karena kebun pak Tus berada di kaki bukit.Sambil ngobrol kutanyakan pada Nining,“Aam…, ke mana anaknya..? Kok dari tadi tidak kelihatan”
    “oohh…, sudah tidur paak”, katanya.Karena suasana yang sepi ini, membuat orang jadi cepat ngantuk dan benar saja tidak lama kemudian Nining pamit mau tidur duluan. Sebetulnya aku juga sudah mengantuk demikian juga kulihat mata bu Tus sudah layu, tetapi karena pak Tus masih bersemangat untuk ngobrol maka obrolan kami lanjutkan bertiga. Tidak lama kemudian, bu Tus juga pamit untuk tidur duluan dan mungkin pak Tus melihatku menguap beberapa kali, lalu pak Tus berkata padaku,“Paak…, lebih baik kita juga nyusul tidur”.

    “Betul…, paak, karena hawanya dingin membuat orang cepat mengantuk”, jawabku.
    “ooh…, iyaa…, paak.., silakan bapak tidur di kamar yang sebelah depan”, kata pak Tus sambil menunjuk arah kamar dan lanjutnya lagi,
    “Maaf…, yaa.., paakk.., rumahnya kecil dan kotor lagi”.
    “aahh…, pak Tus…, ini selalu begitu”,jawabku.Aku segera bangkit dari dudukku dan berjalan menuju kamar depan yang ditunjuk oleh pak Tus. Tetapi setelah masuk ke kamar yang ditunjuk oleh pak Tus, aku jadi sangat terkejut karena di kamar itu telah ada penghuninya yang telah tidur terlebih dahulu yaitu Nining dan anaknya. Karena takut salah kamar, aku segera keluar kembali untuk menanyakan kepada pak Tus yang kebetulan baru datang dari arah belakang rumah, lalu segera kutanyakan,“Maaf…, paak…, apa saya tidak masuk kamar yang salah?”, kataku sambil menunjuk kamar dan pak Tus langsung saja menjawab,

    “Betuul…, paak…, dan maaf kalau Nining dan anaknya tidur di situ…, habis kamarnya hanya dua…, mudah-mudahan mereka tidak mengganggu tidur bapak”, kata pak Tus.
    “ooh…, ya sudah kalau begitu paak…, saya hanya takut salah masuk kamar…, oke kalau begitu paak…, selamat malaam”. Aku segera kembali masuk ke kamar dan menguncinya.Dapat kuceritakan kepada para penggemar situs 17Tahun, kamar ini mempunyai hanya satu tempat tidur yang lebar dan Nining serta anaknya tidur disalah satu sisi, tetapi anaknya ditaruh di sebelah pinggir tempat tidur dan dijaga dengan sebuah bantal agar supaya tidak jatuh.Setelah aku ganti pakaianku dengan sarung dan kaos oblong, pelan-pelan aku menaiki tempat tidur agar keduanya tidak terganggu dan aku mencoba memejamkan mataku agar cepat tidur dan tidak mempunyai pikiran macam-macam, apalagi badanku terasa lelah sekali. Baru saja aku akan terlelap, aku terjaga dan kaget karena dadaku tertimpa tangan Nining yang merubah posisi tidurnya menjadi telentang. Aku jadi penasaran, ini sengaja apa kebetulan tetapi setelah kulirik ternyata nafas Nining sangat teratur sehingga aku yakin kalau Nining memang telah tidur lelap, tetapi kantukku menjadi hilang melihat cara Nining tidur.Mungkin sewaktu tidur tadi dia lupa mengancingkan rok atasnya sehingga agak tersingkap dan belahan dada yang putih terlihat jelas dan rok bawahnya tersingkap sebagian, hingga pahanya yang mulus itu terlihat jelas. Hal ini membuat kantukku hilang sama sekali dan membuat penisku menjadi tegang. Kepingin rasanya memegang badannya, tetapi aku takut kalau dia berteriak dan akan membangunkan seluruh rumah. Setelah kuperhatikan sejenak lalu kugeser tubuhku menjauh sehingga tangannya yang berada di dadaku terjatuh di samping badannya dan kudengar Nining menarik nafas panjang seperti terjaga.Setelah kudiamkan sejenak, seolah mengganti posisi tidur lalu kumiringkan tidurku menghadap ke arahnya dan kujatuhkan tangan kiriku pelan-pelan tepat di atas buah dadanya. Nining tidak bereaksi jadi aku mempunyai kesimpulan kalau dia memang telah tidur nyenyak sekali. Perasaanku semakin tidak menentu apalagi tangan kiriku berada di badannya yang paling empuk, tetapi aku tidak berani berbuat lebih jauh, takut Nining jadi kaget dan berteriak. Aku berpikir harus bagaimana agar Nining tidak kaget, tetapi belum sempat aku menemukan apa yang akan kulakukan, Nining bergerak lagi mengganti posisi tidurnya dan sekarang menghadap ke arahku dan tangan kanannya dipelukkan di pinggangku.Dengan posisi ini, wajahnya sudah sangat dekat dengan wajahku, sehingga nafasnya terasa menyembur ke arahku. Dengan posisi wajahnya yang sudah sangat dekat ini, perasaanku sudah semakin kacau dan penisku juga sudah semakin tegang, lalu tanpa kupikir panjang kulekatkan bibirku pelan-pelan di bibirnya, tetapi tanpa kuduga Nining langsung memelukku erat sambil berbisik,“Paakk..”, dan langsung saja dengan sangat bernafsu mencium bibirku dan tentu saja kesempatan ini tidak kusia-siakan.Sambil berciuman, kupergunakan tangan kiriku untuk mengusap-usap dahi dan rambutnya. Nining sangat aktif dan bernafsu serta melepaskan ciuman di bibir dan mengalihkan ciumannya ke seluruh wajahku dan ketika menciumi di dekat telingaku, dia membisikkan,“Paak…, sshh…, cepaatt…, Paakk…, toloong…, puasiinn…, am.., Paakk..,sshh”, setelah itu dia mengulum telingaku.Setelah aku ada kesempatan mencium telinganya, aku segera mengatakan,“Aamm…, kita pindahkan Dody di bawah…, yaa”, dan Nining langsung saja menjawab,

    “Yaa…, paak”, dan segera saja aku melepaskan diri dan bangun menyusun batal di bawah dan kutidurkan dody di bawah.Selagi aku sibuk memindahkan Dody, kulihat Nining membuka pakaian dan BH-nya dan hanya tinggal memakai CD berwarna merah muda dan kulihat buah dadanya yang boleh dibilang kecil dan masih tegang, sehingga sulit dipercaya kalau dia sudah pernah kawin dan mempunyai anak. Aku langsung saja melepaskan semua pakaian termasuk CD-ku dan baru saja aku melepas CD-ku,langsung saja aku diterkam oleh Nining dan kembali kami berciuman sambil kubimbing dia ke tempat tidur dan kutidurkan telentang.“Ayoo…, Paak…”, kembali Nining berbisik di telingaku,

    “Am…, sudah…, tidak tahaan…, paak”. Nining sepertinya sudah tidak sabar saja, ini barangkali karena dia sudah lama cerai dan tidak ada laki-laki yang menyentuhnya, tetapi permintaannya itu tidak aku turuti.Pelan-pelan kualihkan ciumanku di bibirnya ke payudaranya dan ketika kusentuh payudaranya dengan lidahku, terasa badannya menggelinjang dan terus saja kuhisap-hisap puting susunya yang kecil, sehingga Nining secara tidak sadar mendesah,“Sshh…, aahh…, Paakk.., aduuh…, sshh”,dan seluruh badannya yang berada di bawahku bergerak secara liar.Sambil tetap kijilati dan kuhisap payudaranya, kuturunkan CD-nya dan kupermainkan vaginanya yang sudah basah sekali dan desahannya kembali terdengar,“sshh…, aahh…, ayoo…, paak.., aduuh.., paak”, seperti menyuruhku untuk segera memasukkan penisku ke vaginanya.Aku tidak segera memenuhi permintaannya, karena aku lebih tertarik untuk menghisap vaginanya yang kembung menonjol dan tidak berbulu sama sekali.Segera saja kulepaskan hisapanku di payudaranya dan aku pindahkan badanku diantara kedua kakinya yang telah kulebarkan dahulu dan ketika lidahku kujilatkan di sepanjang belahan bibir vaginanya yang basah dan terasa agak asin, Nining tergelinjang dengan keras dan mengangkat-angkat pantatnya dan kedua tangannya mencengkeram keras di kasur sambil mendesah agak keras,“aahh…, Paakk…, adduuhh.., paak.” Aku teruskan jilatan dan hisapan di seluruh vagina Nining sambil kedua bibir vaginanya kupegangi dan kupermainkan, sehingga gerakan badan Nining semakin menggila dan tangannya sekarang sudah tidak meremas kasur lagi melainkan meremas rambut di kepalaku dan menekan ke vaginanya dan tidak lama kemudian terdengar Nining mengucap,
    “Aaduuhh…, adduuh…, Paak…, aahh…, aduuh.., aahh.., paak”, dan badannya menggelepar-gelepar tidak karuan, lalu terdiam dengan nafas terengah-engah, tetapi dengan masih tetap meremasi rambutku.Aku hentikan jilatanku di vaginanya dan merayap keatas lalu kucium dahinya, sedangkan Nining dengan nafasnya yang masih terengah-engah menciumi seluruh wajahku sambil memanggilku,“Paakk…, paak”, entah untuk apa. Ketika nafas Nining sudah mulai agak teratur, lalu kutanya,
    “aam.., boleh kumasukkan sekarang.., aam..”, Nining tidak segera menjawab hanya terus menciumi wajahku, tetapi tak lama kemudian terdengar suara pelan di telingaku,
    “Paak…, pelaan…, pelaan…, yaa…, Paak”, dan dengan tidak sabar lalu kupegang batang penisku dan kugesek gesekan pada belahan vaginanya dengan sedikit kutekan dan ketika kuanggap pas di lubang vaginanya, segera kutekan pelan-pelan dan Nining sedikit mengeluh,

    “Paak…, sakiit…, paak”.Mendengar keluhannya ini, segera kuhentikan tusukan penisku ke vaginanya. Sambil kucium dahinya, kembali ketekan penisku pelan-pelan dan terasa kepala penisku masuk sedikit demi sedikit ke lubang vaginanya dan lagi-lagi terpaksa gerakan penisku kuhentikan, ketika Nining mengeluh,“Adduuh…, paak..”. Setelah kudiamkan sebentar dan Nining tidak mengeluh lagi, kuangkat penisku keluar dari vaginanya dan kembali kutusukkan pelan-pelan, ketika penisku terasa masuk, kulihat wajah Nining hanya mengerenyit sedikit tetapi tidak ada keluhan, sehingga kembali kutusukkan penisku lebih dalam dan,
    “Bleess..”, masuk disertai dengan teriakan Nining,
    “Aduuh…, paak”, dan tangannya mencengkeram pantatku, terpaksa penisku yang sudah masuk sebagian kutahan dan kudiamkan di tempatnyaTidak lama kemudian, terasa tangan Nining menekan pantatku pelan-pelan dan kembali kutekan penisku sehingga sekarang sudah masuk semua dengan tanpa ada keluhan dari Nining.
    “Aam…, masih sakiitt..?”, Tanyaku dan Nining hanya menggelengkan kepalanya pelan.Karena Nining sudah tidak merasakan kesakitan lagi, segera saja aku mulai menggerakkan penisku pelan-pelan keluar masuk vaginanya, sedangkan Nining hanya mengelus-eluskan tangannya di punggungku.Makin lama gerakan penisku kupercepat dan Nining mulai ikut menggerakkan pinggulnya sambil bersuara,“aahh…, sshh…, aahh…, aahh…, sshh…, teruus…, Paak”. Aku tidak menuruti permintaannya dan segera kuhentikan gerakan penisku dan kucabut keluar dari vaginanya dan Nining kelihatannya memprotes kelakuanku,
    “Paak…, kenapaa..”. Aku tidak menjawab protesnya tetapi kubilang,
    “aam…, coba sekarang Nining berbalik dan nungging”.Nining menuruti permintaanku tanpa protes dan setelah kuatur kakinya, secara pelan-pelan kutusukkan penisku ke dalam vaginanya dari belakang dan kutekan agak kuat sehingga membuat Nining berteriak kecil,

    “aahh..”, dan segera kugerakkan penisku keluar masuk vaginanya dan Nining bersuara,
    “aahh…, oohh…, aah…, ooh…, aahh”, seirama dengan kocokan penisku keluar masuk.Tidak lama kemudian kudengar keluhan Nining,“Paak…, aam…, capeek…, paak”, sambil terus menjatuhkan badannya tengkurap, sehingga penisku jadi lepas dari vaginanya.Langsung badan Nining kubalik telentang dan kembali kutancapkan penisku dengan mudah ke dalam vaginanya yang masih tetap basah dan kuayun keluar masuk, sehingga membuat Nining merasa keenakan dan mendesah,“aahh…, oohh…, sshh…, aahh…, ssh”, demikian juga aku.Setelah beberapa saat, lalu kuhentikan gerakan senjataku dan kubalik badanku sehingga posisi Nining sekarang berada di atas.“aam…, sekarang Nining yang maiin…, yaa…, biar aku juga enaak”, kataku.Mula-mula Nining hanya diam saja, mungkin malu tetapi lama-lama mulai mau menggerakkan pinggulnya ke atas dan ke bawah sehingga vaginanya menelan penisku sampai habis dan gerakannya semakin lama semakin cepat yang membuatku semakin keenakan,“aahh…, sshh…, aamm.., truus…, aam…, enaak.., aam”, dan Nining hanya mendesah,
    “aahh…, oohh…, aahh..”. Karena gerakan Nining semakin cepat, membuatku semakin mendekati klimaks dan segera saja kukatakan,
    “Aam…, sshh…, ayoo…, aam…, sayaa…, sudah mau keluaar.., cepaat.., aam”.
    “Paak…, ayoo.., kita.., sama samaa”, katanya sambil mempercepat gerakan pinggulnya ke atas dan ke bawah dan akhirnya aku sudah nggak kuat menahan air maniku supaya tidak keluar dan,
    “Aam…, sekaraang”, kataku cepat sambil kutekan pinggulnya kuat-kuat dan Nining hanya berteriak,
    “aahh”, dan terus sama-sama terdiam dengan nafas terengah-engah.Kami berdua lalu tidur dengan penisku tetap masih berada di dalam vaginanya.Pagi harinya, ketika aku makan pagi ditemani oleh bu Tus sendiri dan Pak Tus katanya sedang ke kebun dan Nining sedang menyuapi anaknya di depan, bu Tus bertanya,“Paak…, apa benar…, suami saya…, akan di PHK?”.Aku jadi sangat terkejut dengan pertanyaan itu, karena setahuku belum ada orang lain yang kuberitahu, kecuali pimpinanku dan sekretaris yang kusuruh menyiapkan surat-surat.

    “Buu…, lebih baik kita bicarakan dengan Bapak sekalian agar bisa tuntas.’
    “Ayoo…, kita temui Bapak di kebun’ ajakku.Karena Pak Tus sudah tahu dan mungkin dari sekretaris kantor, lalu aku terangkan semuanya dan apa yang menjadi pertimbanganku dan yang lebih penting soal pesangonnya yang spesial dan cukup besar.Pada mulanya, di wajah Pak Tus kulihat ada perasaan kurang senang, tetapi setelah kuberikan penjelasan dan kuberitahu besar uang pesangonnya, Pak Tus dengan wajah berseri malah berbalik bertanya,“Paak…, kapan uang pesangonnya bisa diambil…, saya mau gunakan untuk kebun saya ini dan ditabung”.Aku jadi lega bisa menyelesaikan masalah ini dan sekaligus dapat vaginanya bu Tus dan Nining.Siangnya kami kembali ke Indramayu dan sesampainya di rumah mereka, Pak Tus mengatakan,“Paak…, jangan kapok…, ya paak”, dan kujawab,
    “Paak…, pokoknya kalau Pak Tus ajak lagi…, saya akan ikut”, sambil aku melihat bu Tus yang tersenyum penuh arti.Pada hari Senin pagi kupanggil Sri sekretaris kantor yang pernah kusuruh mempersiapkan surat berhenti untuk pegawai-pegawai yang telah kupilih.

    Setelah Sri menghadap di kantorku, kumarahi dan kudamprat dia habis-habisan karena tidak bisa menjaga rahasia.Kuperhatikan wajah Sri yang ketakutan sambil menangis, tetapi apa peduliku dan saking kesalku, kusuruh dia untuk pulang dan memikirkan apa yang telah dilakukannya.Aku lalu meneruskan pekerjaanku tanpa memikirkan hal tadi.Malam harinya, dengan hanya mengenakan kaos singlet dan sarung, aku duduk di ruang tamu sambil melihat acara sinetron di salah satu stasion TV, tiba-tiba kudengar ada orang mengetuk pintu rumahku yang sudah kukunci.Aneh juga, selama ini belum ada tamu yang datang ke rumahku malam-mala, aku jadi sedikit curiga siapa tahu ada orang yang kurang baik, maklum saja di masa krisis seperti sekarang ini, tetapi ketika kuintip ternyata yang di depan adalah Sri.Hatiku yang tadinya sudah melupakan kejadian tadi siang, mendadak jadi dongkol kembali dan sambil kubukakan pintu, kutanya dia dengan nada dongkol,“Ngapain malam-malam ke sini”. Sri tidak menjawab tapi malah bertanya,
    “Paak…, boleh saya masuk?
    “Yaa…, sana duduk”, kataku dengan dongkol, sambil menutup pintu rumah.Sri segera duduk di sofa panjang dan terus menangis tanpa mengeluarkan kata-kata apapun.Aku diamkan saja dia menangis dan aku segera duduk di sampingnya tanpa peduli.Lama juga aku menunggu dia menangis dan ketika tangisnya agak mereda, dengan tanpa melihat ke arahku dan diantara suara senggukan tangisnya,

    Sri akhirnya berkata dengan nada penuh iba,“Paak…, maafkan Srii…, paak, saya mengaku salah…, paak dan tidak akan mengulangi lagi”, dan terus menangis lagi, mungkin karena tidak ada jawaban dariku.Lama sekali si Sri menangis sambil menutup mukanya dengan sapu tangan yang sudah terlihat basah oleh air matanya, lama-lama aku menjadi tidak tega mendengar tangisannya yang belum juga mereda, lalu kugeser dudukku mendekati Sri dan kuraih kepalanya dengan tangan kiriku dan kusandarkan di bahuku.Ketika kuusap-usap kepalanya sambil kukatakan,“Srii…, sudaah…, jangan menangis lagi…, Srii”, Sri bukannya berhenti menangis, tetapi tangisnya semakin keras dan memeluk pinggangku serta menjatuhkan kepalanya tepat di antara kedua pahaku.Dengan keadaan seperti ini dan apalagi kepala Sri tepat ada di dekat penisku yang tertutup dengan sarung, tentu saja membuat penisku pelan-pelan menjadi berdiri dan sambil kuusap punggungnya dengan tangan kiriku dan kepalanya dengan tangan kananku lalu kukatakan,“Srii…, sudah…, laah…, jangan menangis lagi”.Setelah tangisnya mereda, perlahan-lahan Sri menengadahkan kepalanya seraya berkata dengan isaknya,
    “Paak…, maafkan…, srii…, yaa”, sambil kucium keningnya lalu kukatakan,
    “Srii…, sudah.., laah…, saya maafkan…, dan mudah-mudahan tidak akan terulang lagi”. Mendengar jawabanku itu, Sri seperti kesenangan langsung memelukku dan menciumi wajahku berulangkali serta mengatakan dengan riang walaupun dengan matanya yang masih basah,

    “Terima kasiih…, paak…, terima kasiih”, lalu memelukku erat-erat sampai aku sulit bernafas.
    “Sudah.., laah…, Sri”, kataku sambil mencoba melepaskan pelukannya dan kulanjutkan kata-kataku.
    “Gara-gara kamu nangis tadi…, aku jadi susah…”.
    “Ada apa paak”, tanyanya sambil memandangku dengan wajah yang penuh kekuatiran.Sambil kurangkul lalu kukatakan pelan di dekat telinganya,“Srii…, itu lhoo…, gara-gara kamu nangis di pangkuanku tadi…, adikku yang tadi tidur…, sekarang jadi bangun”, kataku memancing dan mendengar jawabanku itu, Sri mencubit pinggangku dan berguman,
    “iihh…, bapaak”, dan sambil mencium pipiku kudengar Sri agak berbisik di dekat telingaku,
    “Paak…, Sri…, suruh…, tiduur…, yaa?”, seraya tangannya menyingkap sarungku ke atas dan menurunkan CD-ku sedikit sehingga penisku yang sudah tegang dari tadi tersembul keluar dan dengan dorongan tanganku sedikit, kepala Sri menunduk mendekati penisku serta,
    “Huup..”, penisku hilang setengahnya tertelan oleh mulutnya.Sri segera menggerakkan kelapanya naik turun serta terasa lidahnya dipermainkan di kepala penisku sehingga membuatku seperti terbang di awang-awang,“Sshh…, aahh…, oohh.., Srii…, sshh…, aahh”, desahku keenakan tanpa sadar.

    “Srii…, lepas sebentaar…, Srii…, saya mau lepas sarung dan CD-ku dulu..”, kataku sambil sedikit menarik kepalanya dan setelah keduanya terlepas, kembali Sri melahap penisku sambil tangannya sekarang mempermainkan buahku dan aku gunakan tanganku untuk meremas-remas payudara Sri dan sekaligus mencari serta membuka kancing bajunya.Setelah baju atas Sri berhasil kulepas dari tubuhnya, maka sambil kuciumi punggungnya yang bersih dan mulus, aku juga melepas kaitan BH-nya dan kulepas juga dari tubuhnya. Sementara Sri masih menggerakkan kepalanya naik turun, aku segera meremas-remas payudaranya serta kucium dan kujilati punggungnya, sehingga badan Sri bergerak-gerak entah menahan geli atau keenakan, tetapi dari mulutnya yang masih tersumpal oleh penisku terdengar suara,“Hhmm…, hhmm…, hhmm”.Dalam posisi seperti ini, aku tidak bisa berbuat banyak untuk membuat nikmat Sri, segera saja kukatakan,
    ” Srii…, sudah duluu…”, sambil menarik kepalanya dan Sri lalu kupeluk serta berciuman, sedang nafasnya Sri sudah menjadi lebih cepat.
    “Srii…, kita pindah ke kamar…, yaa”, kataku sambil mengangkat Sri berdiri tanpa menunggu persetujuannya dan Sri mengikuti saja tarikanku dan sambil kurangkul kuajak dia menuju kamarku lalu langsung saja kutidurkan telentang di tempat tidurku.Segera kulepas singletku sehingga aku sudah telanjang bulat dan kunaiki badannya serta langsung kucium dan kujilati payudaranya yang terasa sudah lembek.

    Tapi…, ah.., cuek saja.Sambil terus kujilati kedua payudara Sri bergantian yang makin lama sepertinya membuat Sri semakin naik nafsunya, aku juga sedang berusaha melepas kaitan dan ritsluiting yang ada di rok nya Sri.Sementara aku menarik roknya turun lalu menarik turun CD-nya juga, Sri sepertinya sudah tidak sabar lagi dan terus mendesah,“Paak…, paak…, ayoo…, paak…, cepaat…, paak…, masukiin…, sshh”, dan setelah aku berhasil melepas CD dari tubuhnya, segera saja Sri melebarkan kakinya serta berusaha menarik tubuhku ke atas seraya masih tetap berguman,
    “Paak…, ayoo…, cepaat.., Srii…, aah…, sudah nggak tahaan…, paak”. Aku turuti tarikannya dan Sri seperti sudah tidak sabar lagi, segera bibirku dilumatnya dan tangan kirinya berhasil memegang penisku dan dibimbingnya ke aah vaginanya.
    “Srii…, aku masukin sekarang…, yaa”, tanyaku minta izin dan Sri cepat menjawab,
    “Paak…, cepaat…, paak”, dan segera saja kutekan penisku serta,
    “Blees..”, disertai teriakan ringan Sri,”aahh..”, masuk sudah penisku dengan mudah ke dalam vaginanya Sri.Sri yang sepertinya sudah tidak bisa menahan dirinya lagi, mendekap diriku kuat-kuat dan menggerakkan pinggulnya dengan cepat dan kuimbangi dengan menggerakkan penisku keluar masuk vaginanya disertai bunyi“Ccrreet…, creet.., crreet”, dari vaginanya mungkin sudah sangat basah dan dari mulutnya terdengar,

    “oohh…, aahh…, sshh…, paak…, aah”.Gerakan penisku kupercepat sehingga tak lama kemudian gerakan badan Sri semakin liar saja dan berteriak,
    “Adduuh…, paak…, aahh…, oohh…, aduuhh…, paak…, aduuhh…, paak”, sambil mempererat dekapannya di tubuhku dan merangkulkan kedua kakinya kuat-kuat di punggungku sehingga aku kesulitan untuk bergerak dan tak lama kemudian terkapar dan melepas pelukannya dan rangkuman kakinya dengan nafasnya yang memburu.Aku agak sedikit kecewa dengan sudahnya Sri, padahal aku juga sebetulnya sudah mendekati puncak, hal ini membuat nafsuku sedikit surut dan kuhentikan gerakan penisku keluar masuk.“Srii…, kenapa nggaak bilang-bilang…, kalau mau keluar”, tanyaku sedikit kecewa.

    “Paakk.., jawab Sri dengan masih terengah engah,
    “Sri…, sudah nggak…, tahaan…, paak..” Agar Sri tidak mengetahui kekecewaanku dan untuk menaikkan kembali nafsuku, aku ciumi seluruh wajahnya, sedangkan penisku tetap kudiamkan di dalam vaginanya.eeh, tidak terlalu lama terasa penisku seperti terhisap dan tersedot-sedot di dalam vaginanya.“Srii…, teruus…, Srii…, enaak…, teruuss…, Srii”, dan membuatku secara tidak sadar mulai menggerakkan penisku kembali keluar masuk, dan Sri pun mulai menggerakkan pinggulnya kembali.Aku semakin cepat mengerakkan penisku keluar masuk sehingga kembali terdengar bunyi,
    “Ccrroot…, crreet…, ccrroot…, creet”, dari arah vaginanya.
    “Srii…, Srii…, ayoo…, cepaat…, Srii”, dan seruanku ditanggapi oleh Sri.
    “Paak…, iyaa…, paak…, ayoo”, sambil mempercepat gerakan pinggulnya.
    “aahh…, sshh…, Ssrrii…, ayoo…, Srrii.., saya.., sudah dekaat srii.”
    “Ayoo…, paak…, cepaatt…, sshh…, paak” Aku sudah tidak bisa menahan lagi dan sambil mempercepat gerakanku, aku berteriak
    “Srrii…, ayoo…, Srrii…, sekaraang”, sambil kutusukan penisku kuat-kuat ke dalam vaginanya Sri dan ditanggapi oleh Sri.
    “Paak…, ayoo…, aduuh…, aah…, paak”, sambil kembali melingkarkan kedua kakinya di punggungku kuat-kuat.Setelah beristirahat cukup lama sambil tetap berpelukan dan penisku tetap di dalam vaginanya, segera aku ajak Sri untuk mandi, lalu kuantar dia pulang dengan kendaraanku.Minggu depannya, aku berhasil melaksanakan PHK tanpa ada masalah, tetapi beberapa hari kemudian setelah pegawai-pegawai yang tersisa mengetahui besarnya uang pesangon yang diberikan kepada 5 orang ter-PHK, mereka mendatangiku untuk minta di-PHK juga. Tentu saja permintaan ini tidak dapat dipenuhi oleh pimpinanku.

  • Dua Lawan Empat Dengan Para Prajurit

    Dua Lawan Empat Dengan Para Prajurit


    939 views

    Cerita Sex ini berjudulDua Lawan Empat Dengan Para PrajuritCerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Pada suatu sore saat aku dengan Dewi temanku dalam perjalanan di jalan bebas hambatan, waktu itu hujan cukup deras sehingga jalanan kurang nampak jelas dari kaca mobil kami. Dewi yang memegang setir pada waktu itu sebenarnya juga mengendarai dengan hati-hati, tapi karena sedang apes mobil yang kami naiki itu keluar jalur dan mobilnya terperosok ke dalam parit.

    Untung Dewi tidak ngebut sehingga kami berdua selamat dan tidak mengalami lecet sedikit pun. Karena mobilnya terperosok ke dalam parit, maka kami tidak bisa langsung membawa mobil ke jalur yang semestinya lagi.

    “Waduh.. Sus! Nggak bisa keluar nih bannya, mana HP-ku habis batterainya, wah! Gimana nih?” Dewi panik dan sepertinya kehabisan akal.

    “HP-ku juga nih, mana hujan lagi, sepi kendaraan lagi, kalau gini sich! Meski ada orang yang memperkosa kita nggak pa-pa deh! Asal kita diantar pulang saja”, aku ngomong sekenanya.

    “Gila kau Sus, tapi benar juga asal jangan kasar-kasar kali ya, hehehe..!”

    “Loh! Semakin kasar semakin nikmat lagi, hahaha..!” kami tertawa seakan-akan kami sudah terlepas dari masalah.

    “Sus, kalau kita di dalam mobil saja, kita akan di sini sampai mampus”, gerutu Dewi.

    “Habis gimana lagi, di luar kan hujan gitu.”

    “Yah kamu, nggak takut diperkosa, masak takut sama hujan, ya sudah aku saja yang keluar, kucoba dorong mobil ini keluar dari lubang”, Dewi nekat dengan semangat empat lima dia keluar dan mulai mendorong moncong depan mobil sialan ini.

    Aku melihat Dewi berusaha dengan keras dan mengerahkan seluruh tenaganya, tapi mobil sialan ini tidak bergerak sedikit pun.

    “Sus! Hidupin mesinnya!” Dewi teriak-teriak, kuhidupkan mesin lalu giginya kuganti gigi mundur, ternyata mobil hanya bergeming sedikit saja. Lalu aku ikut keluar dan juga mencoba mendorong sama-sama dan ternyata tidak membawa perubahan yang berarti.

    “Ya.. nggak bisa juga Wik”, keluhku.

    “Iyah, tapi bodimu cukup bagus basah-basah gini Sus..”

    “Kamu itu mabok ya? Tapi bodimu juga terlihat bagus”, lalu kami tertawa-tawa.

    “Hei..! Sus itu ada mobil, kita cegat yuk”, sambil Dewi menunjuk ke arah mobil truk yang semakin mendekat, dan kemudian kami bergegas berlari sampai ke tengah jalan dan melambai-lambaikan kedua tangan kami. Dan kami berhasil, truk itu ternyata adalah truknya tentara.

    “Kenapa kalian? Kenapa dengan mobilnya?” Teriak supir truk, dan kami menghampirinya, “Itu Pak mobil kami masuk parit, jadi mobil kami tidak bisa jalan lagi nih Pak!” kujawab dengan nada yang mesra.

    “O iya! Hei! Anak-anak bantu nyonya-nyonya ini ayo cepat.” Kemudian turun empat orang dari belakang truk itu.

    “Mari Nyonya, anda yang pegang kemudi”, kata salah satunya dengan tegas kepadaku, lalu kujawab, “Loh, kok Nyonya sih, kan aku masih muda dan single lagi”, sambil kugoda dia, huh badannya tegap, tampangnya nggak jelek-jelek amat, tapi yang penting kan bodinya kekar.

    Kucoba menghidupkan mesin lagi beberapa kali tapi tak mau hidup-hidup, waduh kenapa ya?, dan kulihat ternyata bensinnya sudah habis.

    “Waduh Mas bensinnya habis, ada cadangan ngak mas-mas ini”, teriakku.

    “Waduh maaf Nona kami tak punya..”

    “Yah sudah, kalau gitu kami ikut kalian saja”, setelah kami mengambil tas, kami langsung naik truk mereka.

    Setelah masuk, dengan santainya aku melepas bajuku yang basah di hadapan keempat prajurit yang tidak jelas pangkatnya itu, kulihat mereka menatap kami tanpa berkedip sedikit pun, lalu kudekati salah satu dari mereka setelah pakaianku terlepas semua.

    “Kenapa? suka dengan bodiku hmm..” godaku.

    Kulihat jakunnya naik turun dan matanya tak henti-hentinya melihat payudaraku yang boleh dibilang montok dan seksi cukup mengoda pokoknya. Lalu kupegang tangannya, kudekatkan ke bongkahan payudaraku,

    “Gruungg!” suara itu tiba-tiba merusak suasana hening, “Hei! Jangan berangkat dulu”, mereka berempat bergegas mendekati jendela sopir, entah apa yang mereka bicarakan.

    “Sus, kamu sudah gila ya?” tegur Dewi yang terlihat agak malu-malu tapi mau.

    “Sudahlah, lagian kita kan kedinginan butuh penghangat dong”, sambil kucubit susu kirinya dan Dewi pun tersenyum dan mulai melepas bajunya.

    Mesin truk tak lama kemudian mati lagi dan keempat prajurit itu dengan cepat melucuti bajunya masing-masing. “Nona jangan salahkan kami, karena kami sudah empat bulan tidak pernah menyentuh wanita, mungkin nanti agak kasar”, kata salah seorang prajurit yang hanya tinggal celana dalamnya saja yang menempel di tubuhnya.

    Kemudian dia mendekap tubuhku lalu langsung melumat halus bibirku, ternyata dia mahir memainkan lidahnya, nafasku habis rasanya, dan sekilas kulihat prajurit yang lain menggelar terpal dalam tuk yang cukup luas itu dan kulihat Dewi sudah mulai dikerjai seorang prajurit yang mulai membelai, mencium dan mengulum dada montok milik Dewi.

    Setelah beberapa saat berciuman, prajurit yang berhadapan denganku mulai mencium leher di bawah telingaku sambil mendesah-desah merasakan kenikmatan, setelah itu dia merambat mengerjai susu sebelah kiriku dengan liar dan ganas.

    Ssst! Sunguh nikmat sekali. Dengan tiba-tiba badanku ditarik lalu dibaringkan ke atas terpal kasar di lantai truk itu. Sekilas kulihat supir tadi juga mulai naik, kemudian dengan tergesa-gesa melepas pakaiannya sampai polos, lalu mendekatiku dan menuju selangkanganku, kemudian dia menjilati liang kewanitaanku, langsung aku mendesis dan mengeram, dengan tiba-tiba prajurit yang tadi membaringkanku langsung menghimpit kepalaku dengan selangkangannya, kemudian dengan cepat kulepas celana dalamnya.

    Setelah keluar batang kemaluannya kemudian langsung kulahap batang kemaluan yang lumayan besar itu. Kukulum-kulum dan kusedot kuat-kuat hingga prajurit itu mengeram-ngeram sambil menekan-nekan kepalaku sampai aku sesak nafas.

    Sesekali aku mendengus dan mendesis akibat ulah supir truk yang mejilat dan menggigit lembut klitorisku, sampai tubuhku mengejang lalu tak lama kemudian sepertinya tumpah semua cairan dalam liang kewanitaanku.

    Aku tetap sibuk dengan batang kemaluan yang ada dalam mulutku lalu kurasakan payudaraku ada yang meremas dan sesekali dikulum-kulum. Sungguh kewalahan aku melayani mereka. Dengan tiba-tiba aku mendengar erangan Dewi tepat di sebelah kiri kupingku, ternyata dia sedang dalam keadaan tengkurap di antara kedua prajurit.

    “Gilaa Suss.. ughh.. sst!” Dewi mulutnya ngomel-ngomel nggak karuan sambil merem-melek tak berdaya.

    Gila, Dewi dikerjai depan belakang. Lalu prajurit-prajurit yang mengerjaiku berusaha membimbingku untuk nungging, setelah nungging di atas salah seorang dari mereka dan setelah batang kemaluan prajurit di bawahku tepat di antara bibir kewanitaanku, pantatku ditarik dengan keras-keras hingga masuk semua betang kemaluan prajurit itu dengan lancar karena liang kewanitaanku sudah licin.

    Setelah beberapa kali genjotan prajurit yang lain berusaha memasukkan batang kemaluannya ke dalam anusku.

    “Ssst.. aah.. aah!” Gila sakit banget, baru kali ini anusku digarap orang.

    “Aaakkh..!” aku menjerit sekuat tenaga begitu batang kemaluan prajurit yang besar itu masuk ke dalam anusku.

    Selang beberapa saat, terasa juga nikmatnya gesekan dari dua lubangku yang sebelumnya tidak terbayang, meski rasa sakit masih menyertai. Kemudian tubuhku mengejang dan sampailah aku pada klimaks kedua, tapi kuperhatikan kedua prajurit itu masih sibuk menggenjotku. Pelir besar tiba-tiba berada di wajahku, kemudian peler itu didorongnya ke mulutku yang kemudian kukulum dan kusedot, di sela-sela desisan dan eranganku.

    “Ayo Nona sedot yang kuat!” kata prajurit itu sambil menekan-nekan kepalaku.

    “Uuugh.. aakh.. esst!” suara geraman dan desisan silih berganti saling sahut menyahut dalam truk itu.

    Saat kulihat di sebelah, Dewi terkapar dan lemas, sesekali dia mengeram karena prajurit itu masih getol menyetubuhi Dewi. Gila rasanya aku mau keluar untuk ketiga kalinya sebentar lagi, beberapa saat kemudian kurasakan kedua prajurit yang menyetubuhiku depan belakang mengeram serta merangkul kuat-kuat tubuhku dan kemudian kurasakan liang kewanitaan dan duburku tersembur cairan yang hangat hampir bersamaan, aku pun mencapai klimaks yang ketiga.

    Setelah aku mencapai klimaks, aku semakin bersemangat mengulum dan menyedot batang kemaluan di hadapanku sampai pada akhirnya cairan hangat itu menyembur memenuhi rongga tenggorokanku. Lalu prajurit itu melepaskanku dan bergerak menjauhiku. Dan kulihat Dewi pun mulai di tinggal sendirian, kemudian kelima prajurit itu mendekat.

    “Ayo sini kita gantian, aku pingin rasain juga dia”, kata salah satu dari mereka sambil tertawa-tawa, waduh habis aku.

    Dua prajurit yang menyetubuhi Dewi mendekat, lalu satu dari mereka menggendongku dan kemudian setelah pelernya tepat di tengah-tengah liang kewanitaanku, aku sedikit diturunkan dan amblas sudah batang kemaluannya tertelan liang kewanitaanku tanpa halangan.

    Aku disetubuhinya sambil berdiri, sambil tangannya tak henti-hentinya naik turun dengan posisi aku merangkul erat tubuhnya, kemudian dari belakang duburku disodok peler dari belakang, aku menjerit dan mengeram kesakitan, buah dadaku digerayanginya dengan brutal.

    Setelah beberapa saat aku dikerjain berdiri, aku diturunkan kemudian aku disuruh mengangkangi seorang prajurit, dan setelah pas masuklah kembali peler besar itu dalam liang kewanitaanku, dan yang lain menyusul menimpaku dari belakang, dan bukannya masuk ke duburku melainkan juga masuk ke dalam liang kewanitaanku, gila ini prajurit, dengan kasar dan brutal akhirnya masuk juga pelernya meski hanya setengahnya, tapi sakitnya bukan main aku menjerit-jerit minta ampun tapi tidak di gubrisnya.

    Karena mungkin tidak memuaskan dia, maka peler yang masuk hanya setengah itu dicabutnya kemudian dengan serta-merta menyodokkan ke duburku dengan keras, lalu mengosoknya dengan brutal, tak lama kemudian dia mencapai klimaks, setelah beberapa saat lalu batang kemaluannya dicabutnya.

    Sekarang aku berkonsentrasi pada satu orang saja, aku merubah posisiku dengan posisi nangkring di atas selangkangannya, kemudian aku mulai naik turun dan sedikit goyang kanan kiri, hingga tak lama kemudian pertahanannya terlihat sedikit goyang, begitu pula aku sepertinya aku akan mencapai klimaks keempat kalinya.

    Setelah beberapa saat kurasakan liang kewanitaanku di sembur cairan hangat dan kemudian aku pun mencapai klimaks yang keempat kalinya, kami pun saling menggeram, lalu aku menggulirkan tubuhku di samping prajurit yang terlihat lemas. Kulihat Dewi masih di kerjai tiga orang prajurit, Dewi meringis-ringis sambil terus dijejali batang kemaluan prajurit yang besar itu.

    Karena aku merasa kasihan dengan Dewi dengan sedikit sempoyongan kuhampiri mereka kemudian kutarik salah satu dari mereka yang sedang getol-getolnya ngerjai dubur Dewi lalu kukangkangi dia, setelah tepat posisi pelernya diantara bibir kewanitaanku, kududuki dan langsung masuk seluruh batang kemaluan prajurit itu.

    Kugoyang-goyang dengan gencar hingga prajurit itu kewalahan menghadapi seranganku, membuatnya tak kuasa menahan lahar spermanya, menyemburlah spermanya dalam liang kewanitaanku. Karena aku belum mencapai klimaks lagi kepalang tanggung sehinga aku tetap menggoyang pinggulku sampai aku mencapai klimaks.

    Setelah selesai prajurit-prajurit itu mengerjaiku dan Dewi mereka terlihat lelah. Aku menghampiri Dewi, kulihat wajahnya sudah lelah,

    “Gimana Wik?” bisikku.

    “Wah! habis aku, sampai aku klimaks lima kali Sus”, Dewi menjawab pertanyaanku dengan sisa-sisa tenaganya.

    Setelah itu kami minta diantar ke rumah kontrakanku dan kemudian aku menghubungi jasa mobil derek kemudian kami istirahat setelah kami mandi bersama.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Akibat Dari Suka Menggoda

    Cerita Sex Akibat Dari Suka Menggoda


    1055 views

    Perawanku – Cerita Sex Akibat Dari Suka Menggoda, Bеbеrара tаhun lаlu kеtikа реruѕаhааn tеmраtku bеkеrjа mеndараtkаn kоntrаk ѕuаtu рrоуеk раdа ѕеbuаh Pеruѕаhааn bеѕаr di Jаwа Bаrаt, ѕеlаmа 6 bulаn аku ngаntоr di gеdung mеgаh kаntоr рuѕаt реruѕаhааn itu. Fаѕilitаѕ di kаntоr ini lеngkар.

    Kаntоrku di lаntаi 3, di lаntаi 1 gеdung ini tеrdараt ѕеbuаh tоkо milik kореrаѕi реgаwаi уаng mеnуеdiаkаn kеbutuhаn ѕеhаri-hаri, miriр ѕwаlауаn kесil. Adа 3 оrаng реgаwаi kореrаѕi уаng mеlауаni tоkо ini, 2 diаntаrаnуа сеwеk. Sеоrаng ѕudаh bеrkеluаrgа, ѕаtu lаgi ѕinglе, 24 tаhun, lumауаn саntik, рutih dаn muluѕ, mungil, ѕеbut ѕаjа Mеgа nаmаnуа.

    Awаlnуа, аku tаk аdа niаt “mеnggаnggu” Mеgа, аku kе tоkо ini kаrеnа mеmаng butuh mаkаnаn kесil dаn rоkоk. Mеgа mеnаrik реrhаtiаnku kаrеnа раhа muluѕnуа Rоknуа ѕеlаlu mоdеl mini dаn саrа duduknуа ѕеmbаrаngаn. CD-nуа ѕеmраt tеrlihаt kеtikа iа jоngkоk mеngаmbil dаgаngаn уаng tеrlеtаk di bаgiаn bаwаh rаk kаса еtаlаѕе. Aku jаdi рunуа niаt mеnggаnggunуа (dаn tеntu ѕаjа ingin mеnуеtubuhinуа) ѕеtеlаh tаhu bаhwа Mеgа tеrnуаtа gеnit dаn оmоngаnnуа “nуrеmреt-nуrеmреt”. Niаtku mаkin mеnggеbu ѕеtеlаh Mеgа tаk mеnunjukkаn kеmаrаhаn kеtikа bеbеrара kаli аku mеnjаmаh раhа muluѕnуа dаn bаhkаn ѕеkаli аku реrnаh mеrеmаѕ buаh dаdаnуа. Pаling-раling iа hаnуа mеnерiѕ tаngаnku ѕаmbil mаtаnуа jеlаlаtаn khаwаtir аdа оrаng уаng mеlihаtnуа. Tеntu ini аdа “оngkоѕnуа”, уаitu аku tаk реrnаh mintа uаng kеmbаliаn.

    Agаr biѕа bеbаѕ mеnjаmаh, аku рilih wаktu уаng tераt jikа ingin mеmbеli ѕеѕuаtu. Tеrnуаtа раdа раgi hаri kеtikа tоkо bаru bukа аtаu ѕоrе hаri mеnjеlаng tutuр аdаlаh wаktu-wаktu “аmаn” untuk mеnggаnggunуа. Kеnаkаlаnku mаkin mеningkаt. Mulаnуа hаnуа mеngеluѕ-еluѕ раhа, kеmudiаn mеrеmаѕ buаh dаdа (mаѕih dаri luаr), tеruѕ mеnуuѕuрkаn tаngаn kе BH (kеnуаl, tаk bеgitu bеѕаr ѕеѕuаi dеngаn tubuhnуа уаng ѕеdаng), lаlu mеnеkаn-nеkаn реniѕku уаng ѕudаh tеgаng kе ѕераѕаng bulаtаn раntаtnуа уаng раdаt. Bаhkаn Mеgа ѕudаh “bеrаni” mеrеmаѕ реniѕku wаlаu dаri luаr. Entаh kеnара Mеgа mаu ѕаjа kugаnggu. Mungkin kаrеnа аku mеmаkаi dаѕi ѕеhinggа аku dikirаnуа mаnаgеr di Pеruѕаhааn ini, раdаhаl аku hаnуа ѕtаf biаѕа di реruѕаhааnku. Aturаn реruѕаhааn mеmаng mеnghаruѕkаn аku раkаi dаѕi jikа kеrjа di kаntоr kliеn.

    Aku mаkin реnаѕаrаn. Aku hаruѕ biѕа mеmbаwаnуа, mеnggеluti tubuhnуа уаng раdаt muluѕ, lаlu mеrаѕаkаn vаginаnуа. Mulаilаh аku mеnуuѕun rеnсаnа. Singkаtnуа, Mеgа bеrѕеdiа kuаjаk “jаlаn-jаlаn” ѕеtеlаh jаm kеrjаnуа, рukul 4 ѕоrе. Tеntаng wаktu ini mеnjаdi mаѕаlаh. Wаlаuрun jаm kеrjа rеѕmiku ѕаmраi рukul 4, tарi аku jаrаng biѕа рulаng tераt wаktu. Sеringnуа ѕаmраi jаm 6 аtаu 7 mаlаm. Aku соbа mеnаwаr jаmnуа аgаk mаlаm ѕаjа. Tаk biѕа, tеrlаlu mаlаm kеnа mаrаh mаmаnуа, kаtаnуа. Okеlаh, nаnti саri аkаl mеnсuri wаktu. Pаdа hаri уаng tеlаh diѕераkаti, Mеgа аkаn mеnunggu di jаlаn “P” рukul 16.15. Dаri kаntоr kе jаlаn “P” mеmаng mаkаn wаktu 15 mеnit jаlаn kаki.

    Pukul !6.15 аku ѕudаh ѕаmраi di jаlаn уаng kitа tеntukаn. Kulihаt Mеgа bеrdiri di tерi jаlаn, tарi tаk ѕеndiriаn. Bu Nеni kаwаn ѕеkеrjаnуа уаng tеlаh bеrkеluаrgа аdа di ѕаmрingnуа. Cеlаkа. Tаdi Mеgа bilаng ѕеndiriаn. Kаlаu bаwа оrаng lаin biѕа tеrbоngkаr bеlаngku оlеh kаwаn kаntоr. Hаl ini ѕаngаt kuhindаri.

    “Bu Nеni сumа mаu nеbеng ѕаmраi hаltе”, kаtа Mеgа ѕеоlаh mеngеtаhui kеkhаwаtirаnku.
    Sуukurlаh. Tарi, реriѕtiwа ini hаruѕnуа tаk ѕеоrаngрun bоlеh tаhu.
    “Tеnаng аjа Mаѕ…, rаhаѕiа dijаmin, уа Mеgа”, kаtа Bu Nеni ѕаmbil mеngеdiр реnuh аrti.
    Sеtеlаh mеnurunkаn bu Nеni di hаltе, аku lаngѕung mеngаrаh kе рinggirаn kоtа. Kаlаu ѕudаh аdа сеwеk duduk di ѕаmрingku, ѕереrti biаѕа mоbilku lаngѕung саri hоtеl, wiѕmа, guеѕt-hоuѕе, аtаu арарun nаmаnуа уаng bеrtеbаrаn di dаеrаh рinggirаn kоtа. Dаеrаh уаng ѕudаh bеkеn di аntаrа раrа реѕеlingkuh, ѕеbаb ѕеbаgiаn bеѕаr tеmраt-tеmраt tаdi mеnуеdiаkаn tаrif khuѕuѕ, tаrif “iѕtirаhаt” аntаr 3-6 jаm, 75 % dаri rооm-rаtе.

    Mеgа mеmbiаrkаn tаngаnku mеngеluѕ-еluѕ раhаnуа уаng mаkin tеrbukа kеtikа duduk di mоbil. Pеniѕku mulаi bаngun mеmbауаngkаn ѕеbеntаr lаgi аku bаkаl mеnggеluti tubuh muluѕ раdаt ini.

    “Kеmаnа Mаѕ…”, tаnуа Mеgа kеtikа аku mеnghiduрkаn lаmрu ѕеin kе kаnаn mаu mаѕuk kе Hоtеl.”Kitа саri tеmраt ѕаntаi…”, jаwаbku.”Jаngаn аh. Luruѕ аjа”.
    “Kеmаnа…”, аku bаlik bеrtаnуа.
    “Kаtа Mаѕ tаdi mаu jаlаn-jаlаn kе Lеmbаng…”.

    Aku jаdi rаgu. Sеlаmа ini Mеgа mеmbеri ѕinуаl “biѕа dibаwа”, tарi ѕеkаrаng iа mеnоlаk mаѕuk hоtеl. Tаngаnku kеmbаli kе раhаnуа, bаhkаn tеruѕ kе аtаѕ mеrаbа CD-nуа. “Ih, Mаѕ…, dilihаt оrаng”, ѕеrgаhnуа mеnерiѕ tаngаnku. Mеmаng раdа wаktu уаng bеrѕаmааn аku mеnуаliр mоtоr dаn ѕi реmbоnсеng ѕеmраt mеlihаt kеlаkuаn tаngаnku.
    Kаmi ѕаmраi di Lеmbаng. Aku bingung. Tаdi ѕеwаktu аku mаu bеlоk kiri kе Hоtеl lаgi-lаgi Mеgа mеnоlаk. Mаu ngараin di Lеmbаng? Kе Mаribауа? Ah, itu tеmраt wiѕаtа, ѕuѕаh untuk “bеgituаn”. Lеbih bаik mаmрir dulu buаt minum ѕаmbil mеngаtur tаktik.

    “Kitа minum dulu kе ѕini, уа..?”, аjаkku untuk mаmрir di tеmраt minum ѕuѕu ѕеgаr уаng biаѕа ditоngkrоngi аnаk-аnаk mudа.
    “Mаu minum ѕuѕu? Enggа…, аh. Mеndingаn minum ѕuѕu Mеgа аjа..”. Aku tаk hеrаn, biсаrаnуа mеmаng ѕukа “nуrеmреt”.
    “Bоlеh…”, kаtаku ѕаmbil mеmindаhkаn tаngаnku dаri раhа kе bеlаhаn kеmеjаnуа, mеnуuѕuр kе bаlik BH-nуа, mеrеmаѕ.

    Tаk аdа реnоlаkаn. Dаging bulаt уаng ‘mеngkаl’. Tаk bеgitu bеѕаr tарi раdаt. Puting уаng hаmрir tаk tеrаѕа, kаrеnа kесil. Cеlаnаku tеrаѕа ѕеѕаk. Sаmраi di реrеmраtаn аku hаruѕ аmbil kерutuѕаn mаu kе mаnа? Luruѕ kе Mаribауа. Kаnаn kеmbаli kе kоtа. Kiri kе аrаh Tаngkubаn Pеrаhu. Kulераѕ tаngаnku dаri “ѕuѕu ѕеgаr” Mеgа, аku bеlоk kiri. Tаngаn Mеgа kurаih kulеtаkkаn di ѕеlаngkаngаnku, lаlu tаngаnku kеmbаli kе ѕuѕu ѕеgаrnуа. Tаngаnnуа mеmijit-mijit реniѕku (dаri luаr). Bеrbаhауа ѕеbеnаrnуа. Kоndiѕi jаlаn уаng реnuh tikungаn dаn tаnjаkаn ѕеmеntаrа kоnѕеntrаѕi tаk реnuh.

    Hаri mulаi gеlар, аku bеlum mеnеmukаn ѕоluѕi mаѕаlаhku, di mаnа аku аkаn mеnggumuli Mеgа? Di tерi kаnаn jаlаn kе аrаh Tаngkubаn Pеrаhu itu bаnуаk tеrdараt kеdаi-kеdаi jаgung bаkаr. Kubеlоkkаn mоbilku kе ѕitu, mеnсаri tеmраt раrkir уаng mоjоk dаn gеlар.

    “Mаu mаkаn jаgung?”, tаnуаnуа.
    “Iуа”, jаwаbku. Mаkаn “jаgung”-mu.

    Kuреrikѕа kеаdааn ѕеkеliling mоbil. Gеlар dаn ѕерi. Sеgеrа kurеbаhkаn jоk Mеgа ѕаmраi rаtа, kuѕеrbu bibirnуа. Mеgа mеnуаmbut dеngаn реrmаinаn lidаhnуа. Tаngаnku kеmbаli mеrеmаѕi bukit kесil kеnуаl itu ѕаmbil ѕесаrа bеrtаhар mеnсороti kаnсing kеmеjаnуа. Mеgа mеlераѕkаn сiumаn, bаngkit, mеmеrikѕа ѕеkеliling.

    “Jаngаn khаwаtir…, аmаn”, kаtаku.
    “Mаu minum ѕuѕu..?”, tаwаrnуа.

    Tаwаrаn уаng nаif, ѕеbаb jаwаbаnnуа bеgitu jеlаѕ. Mеgа mеnаrik ѕеndiri ѕераѕаng ‘сuр’-nуа kе аtаѕ ѕеhinggа ѕераѕаng bukit рutih itu ѕаmаr-ѕаmаr tаmраk. Dеngаn gеmаѕ kulumаt hаbiѕ-hаbiѕаn buаh dаdаnуа. Sеkаrаng tоnjоlаn рutingnуа lеbih jеlаѕ, kаrеnа mеngеrаѕ. Tаngаnku mеnуuѕuр kе bаlik CD-nуа. Rаmbut kеlаminnуа уаng tаk bеgitu lеbаt itu kuuѕар-uѕар. Sеmеntаrа ujung tеlunjukku mеmеnсеt сlitоriѕnуа.

    “ааhh”, dеѕаhnуа.

    Tаngаnnуа kutuntun kе ѕеlаngkаngаnku. Iа mеrеmаѕ.

    “Bukа kаnсingnуа Mеg..” Mеgа mеnurut, dеngаn аgаk ѕuѕаh iа mеmbukа kаnсing, mеnаrik ritѕluiting сеlаnаku dаn “mеngаmbil” реniѕku уаng tеlаh kеrаѕ tеgаng.
    Bеbеrара mеnit kаmi bеrgumul dеngаn саrа bеgini. Sаmраi kеtikа ujung jаriku mulаi mаѕuk kе “рintu” vаginаnуа, Mеgа bеrоntаk, bаngkit, lаgi-lаgi mеn-сеk kеаdааn. Di dераn tеrlihаt  beberapaоrаng реjаlаn kаki mеnuju kе аrаh kаmi. Mеgа сераt-сераt mеngаnсingkаn kеmеjаnуа, kutаngnуа bеlum ѕеmраt dibеrеѕkаn. Sеmеntаrа аku kеmbаli kе tеmраtku. Pеniѕku mаѕih kubiаrkаn tеrbukа bеrdiri tеgаk. Tоh tidаk аkаn kеlihаtаn. Kаmi bеrlаgаk “аlim” ѕаmраi kеduа оrаng itu lеwаt. Kеmbаli kаmi bеrgumul. Kеtеgаngаnku уаng tаdi ѕеmраt turun оlеh “gаngguаn” оrаng lеwаt, kini nаik lаgi. Pintu vаginа Mеgарun ѕudаh bаѕаh. Sааtnуа untuk mulаi. Kuреlоrоtkаn CD nуа. Tарi, mаѕа kutеmbаk di mоbil? Ruраnуа Mеgа bеrрikirаn ѕаmа.

    “Jаngаn…, Mаѕ…, bаnуаk оrаng..”
    “Mаkаnуа…, kitа саri tеmраt, уа..”

    Mеgа bеrbеrеѕ ѕеmеntаrа аku mеnѕtаrt mоbil. Aku mеnуеtir dеngаn роѕiѕi реniѕku tеtар tеrbukа tеgаng.

    “Si dеdеk udаh еnggа tаhаn уа…”, gоdа Mеgа.
    “Iууаа…, ѕini…”, kurаih tаngаnnуа mеnuju kе реniѕku. Diеluѕ-еluѕ.

    Tеmраt tеrdеkаt уаng ѕudаh kukеnаl аdаlаh Hоtеl “MY”, ѕеdikit di bаwаh Lеmbаng. Dаri jаlаn rауа kubеlоkkаn mоbilku mаѕuk kе lоrоng jаlаn khuѕuѕ kе hоtеl MY.
    “Hеее…, ѕtор…, ѕtор Mаѕ..”, ѕеrunуа.
    “Lhо.., kitа ‘kаn саri tеmраt..”, аku mеnginjаk rеm bеrhеnti. Mеgа diаm ѕаjа.
    “Di ѕini аmаn, dеh Mеg..”.
    “Udаh mаlеm.., Mаѕ…, Lаin kаli аjа уа?”, Aku mulаi jеngkеl. Si “dеdеk” mаnа mаu mеngеrti lаin kаli.
    “Aуоlаh…, Mеg, ѕеbеntаr аjа, ѕеkаli аjа..”.
    “Mааf Mаѕ, lаin kаli ѕауа mаu dеh…, bеnеr. Sеkаrаng udаh kеmаlеmаn. Sауа tаkut dimаrаhin Mаmа”, Aku diаm ѕаjа, jеngkеl.
    “Bеnеr…, Mаѕ. lаin kаli ѕауа mаu..”, kаtаnуа lаgi mеуаkinkаnku.

    Aku mеngаlаh, tоh mаѕih bаnуаk kеѕеmраtаn. Aku kеmbаli mеnuju kоtа. Kirа-kirа 100 m ѕеbеlum hоtеl HS, kеmbаli аku mеmbujuk Mеgа untuk mаmрir. Lаgi-lаgi Mеgа mеnоlаk ѕаmbil ѕеdikit ngаmbеk. Aku tеruѕ tаk jаdi mаmрir.

    Sаmраi di jаlаn luruѕ mеnjеlаng tеrminаl, mасеt ѕеkitаr ѕеrаtuѕаn mеtеr. Tеmраt ini mеmаng biаѕа mасеt. Sеlаin kеluаr/mаѕuknуа аngkоt, jugа аdа реrtigааn jаlаn Sеrѕаn Bаjuri. Iѕеng mеngаntrе, kuаmbil tаngаn Mеgа kе реniѕku уаng mаѕih bеlum “kuѕimраn”, Mеgа mеnggоѕоknуа. Lераѕ dаri kеmасеtаn tibа-tibа Mеgа mеmbеri tаwаrаn уаng nikmаt.

    “Mаu diсium..?”.
    “Dеngаn ѕеnаng hаti”.

    Sеgеrа ѕаjа Mеgа mеmbungkuk mеlаhар реniѕku уаng ѕudаh tеgаng lаgi. Kераlаnуа nаik turun di раngkuаnku. Nikmаtnуа…, Bаru kаli ini аku mеnуеtir ѕаmbil dikulum. Aku mеmреrlаmbаt jаlаn mоbilku, mеnikmаti kulumаnnуа ѕаmbil mаtа tеtар mеngаwаѕi kеndаrааn lаin. Sеmеntаrа rаѕа nikmаt mеnуеlimuti bаwаh bаdаnku, dеg-dеgаn jugа dеngаn kоndiѕi уаng “аnеh” ini. Sаmраi di реrtigааn jаlаn Pаnоrаmа mасеt lаgi. Situаѕi rаmаi. Kumintа Mеgа mеlераѕ kulumаnnуа, bаnуаk оrаng lаlu-lаlаng. Lераѕ dаri kеmасеtаn kеmbаli Mеgа mеmаinkаn lidаhnуа di lеhеr реniѕku. Adа untungnуа jugа jаlаnаn mасеt. Aku рunуа wаktu untuk mеnurunkаn tеnѕi ѕеhinggа biѕа bеrtаhаn lаmа. Oоhh…, ѕеdарnуа lidаh itu mеngkilik-kilik lеhеr dаn kераlа kеlаminku. Nikmаtnуа bibir itu turun nаik mеnеluѕuri ѕеluruh bаtаng реniѕku. Sауаngnуа, аku hаruѕ mеmbаgi kоnѕеntrаѕiku kе jаlаn.
    Mеnjеlаng реrtigааn Cihаmреlаѕ Mеgа mеlераѕ jilаtаnnуа, bаngkit mеlihаt ѕеkеliling.

    “Sаmраi di mаnа nih?”, tаnуаnуа tеrеngаh.
    “Hаmрir Cihаmреlаѕ”, jаwаbku.
    “Mаmрir kе Sultаn Plаzа.., уа Mаѕ..”.
    “Mаu ngараin?”.
    “Mаmа tаdi реѕаn”.

    Okеу, mеndаdаk аku аdа idе untuk mеlераѕkаn kеtеgаngаn ѕеlераѕ-lераѕnуа tаnра tеrресаh kоnѕеntrаѕi. Aku mаѕuk kе Plаzа, саri tеmраt раrkir уаng аmаn, di bеlаkаng bаngunаn. Sеngаjа kuрilih tеmраt уаng gеlар. Kuсеgаh Mеgа mеmbukа рintu hеndаk turun.

    “Oh уа…, ѕini Mеgа rарiin”. Kutаrik kераlа Mеgа bеgitu iа mеmbungkuk аkаn mеrарikаn сеlаnаku.
    “Tеruѕin…, Mеg…”, реrintаhku.

    Mеgа bаngkit lаgi. Kukirа iа mаu mеnоlаk, tаhunуа hаnуа mеlihаt ѕеkеliling. Amаn. Kеmbаli kераlа Mеgа turun-nаik mеngulum реniѕku. Kini аku biѕа kоnѕеntrаѕi kе rаѕа nikmаt di ujung реniѕ. Mеgа mеmаng рintаr bеrimрrоviѕаѕi. Kеlihаtаnnуа iа ѕudаh biаѕа bеr-оrаl-ѕеkѕ. Lidаhnуа tаk mеlеwаtkаn ѕеinсiрun bаtаng kеmаluаnku. Kаdаng ditеluѕuri dаri ujung kе раngkаl, kаdаng bеrhеnti аgаk lаmа di “lеhеr”. Kаdаng bibirnуа bеrреrаn ѕеbаgаi “bibir” bаwаhnуа, mеnjерit ѕаmbil nаik-turun. Tеrkаdаng nаkаl dеngаn ѕеdikit mеnggigit. Aku bеbаѕ ѕаjа mеndеѕаh, mеlеnguh, аtаu bаhkаn mеnjеrit kесil, tеmраt раrkir уаng luаѕ itu mеmаng ѕерi. Kеtikа mulutnуа mulаi mеlаkukаn gеrаkаn “hubungаn kеlаmin”, реrlаhаn аku mulаi

    “nаik”, rаѕа gеli-gеli di ujung ѕаnа ѕеmаkin mеmunсаk. Sааtnуа ѕеgеrа tibа.
    “Diсереtin…, Mеg..”. Mеgа bukаnnуа mеmреrсераt, mаlаh mеlераѕ.
    “Uh, реgеl mulut ѕауа..”.
    “Sеbеntаr lаgi…, Mеg..”.  Agen BandarQ

    Kеmbаli iа mеlаhар. Kаli ini gеrаkаn kераlаnуа mеmаng сераt. Aku mеnuju рunсаk. Mеgа mаkin сераt. Sеbеntаr lаgi…, hаmрir..! Mеgа mеmреrсераt lаgi, ѕаmраi bunуi. Hаmрir…, hаmрir…, dаn

    “Crеееtt”, Kuѕеmрrоtkаn mаniku kе dаlаm mulut Mеgа. Aku mеlауаng.
    “Uuhh” Mеgа mеlераѕkаn kulumаnnуа, “Crоt..”, kеduа dаn ѕеtеruѕnуа kе сеlаnа dаn реrutku.
    “Iihh…, еnggа bilаng mаu kеluаr…, jijik..”, kаtаnуа ѕаmbil mеnсаri-саri tiѕѕu.Aku rеbаh tеrkulаi. Sеmеntаrа Mеgа mеmbеrѕihkаn mulutnуа dеngаn tiѕѕu.
    Bеbеrара ѕааt kеmudiаn.

    “Yuk…, Mаѕ…, turun”.
    “Entаr dоng..”, Aku bеrѕih-bеrѕih diri. Cеlаkа, nоdа уаng di сеlаnа tаk biѕа hilаng.
    “Kаmu ѕеndiri dеh”.
    “Sаmа Mаѕ dоng..”.
    “Ini…, еnggа biѕа ilаng”, kаtаku ѕаmbil mеnunjuk nоdа itu.
    “Bаjunуа еnggа uѕаh dimаѕukin”, ѕаrаnnуа. Bеtul jugа.

    Akhirnуа аku mеmbауаr bеlаnjааn Mеgа. Aku dimintа ikut bеlаnjа kаrеnа mаkѕudnуа mеmаng itu. Aku jugа mеmbеrinуа uаng dеngаn hаrараn аgаr lаin kаli biѕа kuѕеtubuhi.
    Eѕоknуа kеtikа аku mеmbеli rоkоk, Mеgа kеlihаtаn biаѕа ѕаjа tаk bеrubаh. Mаѕih gеnit dаn ѕеdikit mаnjа. Pеriѕtiwа ѕеmаlаm tаk mеngubаh рrilаkunуа. Aku уаng mаkin реnаѕаrаn ingin mеnidurinуа. Pеrnаh ѕuаtu раgi ѕеkаli tоkоnуа bеlum bukа tарi Mеgа ѕudаh dаtаng ѕеndiriаn ѕеdаng mеrарikаn bаrаng-bаrаng, kukеluаrkаn реniѕku уаng ѕudаh tеgаng kаrеnа ѕеbеlumnуа mеrеmаѕ dаdаnуа. Kumintа Mеgа mеngulumnуа di ѕitu.
    “Gilа…! еntаr аdа оrаng”.
    “Bеlum аdа…, ауо ѕеbеntаr аjа”.

    Diарun mеngulum ѕаmbil wаѕ-wаѕ. Mаtаkuрun jеlаlаtаn mеmреrhаtikаn ѕеkеliling. Kulumаn ѕеbеntаr, tарi mеmbuаtku еxсiting.
    Sеtiар аdа kеѕеmраtаn untuk рulаng jаm 4, аku ѕеlаlu mеngаjаk Mеgа. Bеbеrара kаli iа mеnоlаk. Mасаm-mасаm аlаѕаnnуа. Sеdаng mеnѕ, mаu ngаntаr аdik, ditunggu mаmаnуа. Sауаng ѕеkаli, ѕаmраi Mеgа рindаh kеrjа аku tаk bеrhаѕil mеnidurinуа.

    Tарi kеmаrin, ѕеtеlаh hаmрir 1 tаhun, аku kеtеmu Mеgа di Gеdung Sаtе bеrduа dеngаn tеmаn сеwеk. Diа ruраnуа ѕudаh tidаk bеkеrjа di tоkо kореrаѕi itu lаgi, ѕеkаrаng kеrjа di Bаgiаn Adminiѕtrаѕi di ѕеbuаh Guеѕt Hоuѕе. Jеlаѕ аku mеnсаtаt nоmоr tеlероnnуа. Lеtаk tеmраt kеrjаnуа tаk jаuh dаri kаntоr itu. Hаnуа, kеmungkinаn kеtеmu kесil, ѕеbаb рrоуеkku di kаntоr itu tеlаh ѕеlеѕаi.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Kisah Seks Ketika Duda Dan Janda Bertemu Dalam Nafsu – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Kisah Seks Ketika Duda Dan Janda Bertemu Dalam Nafsu – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1726 views

    Perawanku – Tak pernah sekalipun terlintas dalam pikiranku kalau akhirnya aku harus menjadi seorang duda. Bagiku kehidupan perkawinan yang kulalui selama ini didasarkan atas rasa cinta. Aku mencintai istriku, begitu pula ia juga mencintaiku. Tapi ternyata cinta saja tak cukup untuk membina sebuah rumah tangga yang bahagia.
    Menginjak tahun ketiga usia perkawinanku, keutuhan rumah tanggaku mulai goyah. Apalagi sejak kelahiran anak kami yang kedua yang hanya berselang setahun dengan anak kami yang pertama. Aku memang sepakat dengan istriku untuk berproduksi secepatnya dan akan sedikit repot di awal-awal tahun perkawinan untuk membesarkan anak-anak dan setelah itu kami baru akan konsentrasi untuk karir, cari uang dan tujuan hidup yang lainnya.

    Namun rupanya rencana tak berjalan seperti yang kami harapkan. Istriku terpaksa harus keluar dari kantornya yang bangkrut akibat krismon. Padahal kelahiran anak keduaku bagaimanapun cukup menambah pengeluaran kami. Sehingga aku terpaksa bekerja lebih keras, meskipun saat itu aku sudah menjadi wakil manajer di perusahaanku. Aku mulai kembali mengajar di beberapa perguruan dan akademi swasta, seperti yang pernah kulakukan pada saat belum berkeluarga dulu. Di sinilah masalah keluarga mulai muncul. Beberapa bulan menganggur, istriku mulai uring-uringan dan kelihatan tertekan. Sementara aku harus sering pulang larut malam, karena aku tidak hanya sibuk mengajar, tetapi juga mulai aktif dipanggil sebagai pembicara di beberapa pertemuan-pertemuan bisnis.

    Kondisi seperti itu berlangsung hampir satu tahun. Entah sudah berapa puluh kali aku bertengkar dengan istriku. Dari masalah yang sepele hingga masalah yang berkaitan dengan urusan ranjang. Istriku kurasakan mulai dingin dan tak jarang menolak bila kuajak berhubungan intim. Sikapnya juga mulai aneh. Beberapa kali aku menemui rumah dalam keadaan kosong karena istriku pergi dan menginap di rumah orang tuanya bersama anak-anakku. Kadang ia berada di sana selama satu minggu, meskipun aku sudah menyusulnya dan mengajaknya untuk pulang.

    Singkat cerita, setelah kurang lebih satu setengah tahun kondisi seperti itu berlangsung terus menerus, istriku akhirnya meminta cerai. Aku kaget dan tak pernah menduga ia akan melakukan itu padaku. Sulit bagiku untuk membujuk dan mengajaknya bicara secara baik-baik. Bahkan kedua orang tua kami sampai ikut campur mendamaikan. Akhirnya dengan berat hati aku harus berpisah dengan istri dan kedua anakku. Pupuslah sudah angan-anganku membentuk Keluarga yang Bahagia. Ada tiga bulan aku seperti orang linglung menghadapi cobaan itu. Aku stres berat. Bahkan sempat hampir masuk rumah sakit.

    Aku mendapatkan hak untuk menempati rumah kami. Tapi anak-anak ikut istriku yang kini tinggal dengan orang tuanya. Sesekali aku menemui mereka, karena anak-anakku masih kecil dan tetap perlu figur seorang ayah.

    Kurang lebih setahun setelah perceraianku, aku mulai menjalin hubungan lagi dengan seorang wanita. Maryati namanya, seorang janda tanpa anak. Perkenalan kami terjadi sewaktu aku terlibat dalam sebuah kepanitiaan temu bisnis yang diadakan sebuah perusahaan terkemuka di ibu kota. Pertemuan demi pertemuan dan pembicaraan-pembicaraan di telepon akhirnya berkembang menjadi acara kencan bagi kami berdua.

    Rasa kesepian yang selama ini kualami seperti mendapat obatnya. Maryati memang seorang yang wanita yang menarik dan menyenangkan bagi siapa pun laki-laki yang mengenal dia. Entah kenapa ia memilihku. Mungkin kami sama-sama berstatus cerai. Tapi ternyata ia punya alasan lain. Menurutnya ia menyukaiku karena aku orangnya kalem tapi terlihat matang, dan menurutnya lagi, wajahku ganteng dan ia suka dengan laki-laki yang berkumis sepertiku. Komentar yang terakhir itu hampir sama dengan yang pernah disampaikan oleh mantan istriku waktu kami pacaran dulu.

    Sebagai laki-laki normal, terus terang di samping tertarik pada personalitasnya, aku juga tertarik secara seksual dengan Dik Mar (demikian aku biasa memanggil Maryati, sementara ia biasa memanggilku Mas Is, kependekan dari namaku, Iskandar). Selama menduda, kehidupan seksualku memang cukup menjadi suatu masalah bagiku. Karena aku bukan tipe yang bisa main dengan sembarang orang, karena aku takut dengan berbagai risiko yang nanti bisa menimpaku. Meskipun kuakui sekali dua kali aku terpaksa melacur. Tapi jarang sekali aku melakukannya dan bisa dihitung dengan jari. Itu pun kulakukan dengan penuh perhitungan dan hati-hati. Terus terang selama ini aku lebih banyak menyalurkan hasrat seksualku dengan cara onani sambil lihat BF atau majalah porno yang kumiliki.

    Maka ketika aku mengenal Maryati, dan semakin mengenalnya lebih jauh lagi, serta merasa yakin dengan siapa aku menjalin hubungan, aku tak sungkan-sungkan lagi menyatakan kesukaanku padanya. Statusnya yang janda secara psikologis membuatku lebih berani untuk berbicara dan bersikap lebih terbuka dalam beberapa hal yang sensitif, termasuk masalah seks. Dan seperti sudah kuduga semula, Maryati meresponku dengan baik.

    Kami pertama kali melakukan hubungan intim di sebuah hotel di daerah Puncak. Aku yang mengajaknya. Meskipun semula ia menolak ajakanku dengan halus, tapi akhirnya aku berhasil mengajaknya bermalam di Puncak.

    Pagi itu kami berangkat dari Jakarta sekitar jam 9 pagi. Selama perjalanan kami mengobrol dan bercanda tentang berbagai hal, bahkan kadang-kadang menyerempet ke masalah-masalah yang intim, karena kami sadar bahwa kepergian kami ke Puncak memang untuk itu. Begitu tiba di dalam kamar hotel, tubuh Maryati langsung kudekap dan kuciumi ia dengan mesra. Ia membalasku dengan ciuman yang tak kalah hangatnya. Cukup lama kami berciuman dalam posisi berdiri. Senjataku pun sudah lama berdiri sejak mulai masuk lobby hotel tadi, karena terus membayangkan kejadian yang bakal terjadi.

    Dadaku terasa berdegup keras sekali. Kurasakan pula debaran jantung Maryati pada tanganku yang merayap-rayap di sekitar dadanya. Memang baru pertama kali inilah kami berbuat agak jauh. Bahkan bisa dipastikan kami akan lebih jauh lagi.

    Selama ini kami hanya sebatas berciuman. Itupun baru kami lakukan sebanyak dua kali dan dalam suasana yang tidak mendukung. Yang pertama terjadi di gedung bioskop dan yang kedua waktu aku mampir ke kantornya dan sempat masuk ke ruang kerjanya. Sehingga pada kedua kesempatan itu kami tak leluasa untuk saling menjamah.

    Tapi kali ini, kami bisa saling menyentuh, meremas dan melakukan apa saja dengan bebasnya. Tanganku berulang-ulang meremas gemas bongkahan pantatnya, karena bagian tubuhnya itulah yang selama ini paling kusukai tapi paling sulit kujamah. Sedangkan ia asyik menelusuri dadaku dan mengusap-usap bulu yang tumbuh lebat di sana. Barangkali bagian tubuhku itulah yang selama ini disukainya tapi sulit disentuhnya. Dia memang pernah mengomentari tentang bulu dadaku yang memang bisa terlihat jelas bila aku memakai kemeja biasa.

    Siang itu kami akhirnya melakukan sesuatu yang sudah lama kami pendam. Terus terang kami melakukannya dengan terburu-buru dan cepat. Bahkan pakaian tak sempat kami buka semua. Maryati masih mengenakan rok dan blusnya. Hanya saja blusnya sudah terbuka, demikian pula dengan BH-nya, sudah terkuak dan menonjolkan isinya yang bulat padat itu. Sementara rok hitamnya sudah kutarik ke atas pinggangnya dan celana dalamnya sudah kulepas sejak dari tadi. Aku sendiri masih berpakaian lengkap, hanya beberapa kancing bajuku sudah terlepas bahkan ada yang copot direnggut oleh tangan Maryati. Sedangkan celana jeans dan celana dalamku tak sempat lagi kulepas, hanya ikat pinggang dan ritsluitingnya saja yang kubuka. Sehingga batang kemaluanku bisa langsung kujulurkan begitu saja dari celana dalamku yang juga tak sempat kulepas.

    Segera Maryati kutelentangkan di atas ranjang dan aku langsung melakukan penetrasi. Tanpa ba bi Bu lagi aku segera tancap gas. Menusuk sedalam-dalamnya dan mulai menggenjotnya.

    Kami berdua seperti balas dendam. Segera ingin mencapai puncak. Suara erangan dan lenguhan terdengar bersahutan dengan nafas kami yang saling memburu. Kami benar-benar bermain agak liar. Mungkin karena sudah lama saling memendam birahi. Sehingga saat itu kami lebih tepat disebut sedang bermain seks daripada bermain cinta.

    Akhirnya permainan kami selesaikan dengan cepat. Kami tak sempat melakukan variasi atau posisi gaya yang macam-macam. Cukup gaya konvensional saja. Yang penting kami berdua bisa mencapai puncak kenikmatan. Maka begitu Maryati sudah mendapat orgasmenya, aku langsung menggenjotnya dengan semangat dan tak lama kemudian aku pun mengerang seiring dengan muncratnya cairan kenikmatan dari batang kemaluanku dalam tubuhnya, berkali-kali.

    Aku lalu merebahkan badanku memeluk tubuh Maryati dengan nafas tersengal-sengal. Ia membalasku dengan mengusap-usap rambutku dan menciumi kepalaku. Kami lalu berciuman dengan lumatnya.
    “Aku mandi dulu ya Mas..” tiba-tiba Maryati melepas pagutannya dan beranjak dari posisi telentangnya.

    Sebenarnya aku masih ingin berdekapan. Tapi segera kuikuti langkahnya menuju kamar mandi. Kulihat ia mulai melepas sisa pakaiannya. Aku memandangnya sambil bersandar pada pintu kamar mandi. Bibirnya terus tersenyum membalas pandanganku yang terus lekat selama ia melepas pakaiannya satu persatu. Sementara aku melongo menyaksikan striptease gratis di depanku. Sampai akhirnya ia benar-benar bertelanjang bulat.

    Baru kali ini aku melihat tubuhnya dalam keadaan benar-benar polos. Selama ini aku hanya bisa membayangkan bagian-bagian tertentu dari tubuhnya. Kini aku bisa melihat semuanya. Terpampang jelas.
    “Mau gabung?” katanya menggoda. Dan aku memang tergoda. Langsung kucopot pakaianku yang sebagian besar sudah setengah terbuka lalu sengaja kusisakan celana dalam saja. Aku langsung menuju ke arahnya. Lalu kembali kami berciuman. Tangannya langsung meremas-remas milikku yang sudah agak lemas dan masih terbungkus celana dalam itu. Sementara aku pun sibuk memainkan puting susunya dengan jari-jariku. Permainan seperti ini sebenarnya pernah kami lakukan. Hanya bedanya kali ini kami melakukannya dalam keadaan tubuh telanjang.

    “Mas..” bisiknya di sela-sela acara saling memagut dan meremas.
    “Ya, sayang?” balasku.
    “Sudah kuduga, punya Mas Iskandar pasti gede.”
    “O ya?”
    “Ya”, sambil tangannya meremas kuat milikku. Aku mengerang tertahan, enak.
    “Aku juga sudah menduga..” kataku sambil mengarahkan jariku ke sela-sela pahanya.
    “Apa?” tanyanya.
    “Punya Dik Mar pasti legit..”
    “Kayak apa sih yang dibilang legit itu?”
    “Ya kayak tadi”, jawabku sambil menusukkan jari tengahku ke celah bibir kemaluannya. Terasa agak seret tapi lentur dan sedikit lengket. Itulah legit.

    Aku mulai terangsang. Milikku pelan-pelan mengembang dan mengeras. “Masshh..” ia mulai merintih ketika sambil tanganku bermain di bawah sana, mulutku juga mulai merambah telinga, leher dan berhenti di ujung buah dadanya yang telah mengeras. Jilatan dan isapan mulutku makin membuatnya merintih-rintih kenikmatan.

    Sementara tangannya kini sudah menelusup masuk ke celana dalamku dan meremas-remas isinya dengan gemas. Membuatku makin tegang dan ingin segera menyetubuhinya lagi.

    “Mau lagi?” tanyaku agak berbisik. Ia mengangguk.
    “Sekarang?” tanyaku lagi. Dan ia mengangguk lagi.

    Akhirnya kami melakukannya lagi di dalam kamar mandi. Bahkan kami tak sempat mandi lebih dahulu sesuai rencana semula. Tapi kali ini kami ingin bermain cinta, tidak semata-mata main seks seperti tadi. Semua berawal ketika ia melepaskan celana dalamku dan lalu memintaku untuk segera menusuknya. Segera kuangkat dan kududukkan tubuhnya di atas meja wastafel. Lalu dalam posisi berdiri aku langsung menghujamkan kejantananku ke sela-sela pahanya yang segera dibukanya lebar-lebar. Kami berdua kembali bernafsu. Bibir kami saling melumat dan tangannya langsung merangkulku erat-erat. Sementara pinggulku spontan menyentak-nyentak, mengayun dan menghujam dengan liarnya. Gerakan yang sudah lama tak kulakukan.

    Kurasakan Maryati pun sepertinya sudah lama tak menikmati permainan cinta seperti ini. Kedua kakinya melilit pinggangku dengan ketatnya. Kedua tangannya terus mencakar punggungku bila dirasakannya aku menusuknya terlalu dalam. Kudengar mulutnya mendesis dan melenguh bergantian. Aku sendiri hanya bisa mendengus dan menahan agar tak keluar terlalu cepat.

    “Mass Iss.. Mass Isshh..” ia mulai memangil-manggil namaku. Sepertinya ia sudah mau orgasme. Maka aku terus mempergencar gerakanku. Kurengkuh kedua pantatnya dan kutekan ke depan sehingga membuat batang kemaluanku makin melesak dalam liang surganya. Berkali-kali kulakukan gerakan itu sehingga makin membuatnya meneriakkan namaku berulang-ulang. Akhirnya kurasakan badannya menggigil hebat dan mulutnya merintih panjang. Orgasmenya datang. Cukup cepat menurutku, seperti waktu kami main di ranjang tadi. Ia ternyata memang cepat panas.

    Sejenak aku menghentikan gerakanku. Kubiarkan Maryati menikmati sendiri puncak birahinya. Aku mencoba membantu menambah kenikmatannya dengan cara menjepitkan jempol dan telunjukku pada kedua puting susunya dan melintirnya pelan-pelan. Bola matanya sayu menggantung, meresapi rasa nikmat yang tengah melanda sekujur tubuhnya. Tangannya mencengkeram erat bahu dan punggungku. Sementara kakinya makin kuat menjepit, sebelum akhirnya pelan-pelan mengendor. Nafasnya kini mulai satu-satu.

    “Enak Dik?” tanyaku nakal.
    “Enak.. Mas.. enak sekali..” jawabnya masih dengan nafas satu-satu.
    “Mas Iskandar belum keluar?” lanjutnya sambil matanya melihat sebagian batang kemaluanku yang masih tertancap di jepitan pahanya.

    “Belum dong. Ini kan ronde kedua”, kataku sambil tersenyum. Sebenarnya aku tadi juga hampir muncrat. Meskipun ronde kedua, tapi aku agak tak kuat juga menahan laju birahiku yang sudah lama tak tersalurkan. Tapi untuk permainan kali ini aku berusaha menahan sekuatnya. Karena ini benar-benar pengalaman pertamaku bermain cinta dengannya, harus sip. Pelan-pelan pinggulku mulai kugoyang lagi. Kutatap matanya lekat-lekat sambil terus kugerakkan pinggul dan pantatku maju mundur. Ia kembali tersenyum merasakan gerakanku yang sengaja kubuat pelan tapi mantap. Diaturnya posisinya sehingga aku bisa melakukan tusukan lebih dalam.

    Kembali kami berdua bekerja sama mencapai puncak kenikmatan. Kukocok-kocokkan terus batang kemaluanku dalam liang senggamanya. Sementara bibirku sibuk menelusuri telinga dan lehernya dengan ganas. Ia sampai menggelinjang ke sana ke mari karena kegelian. Punggungnya lalu terasa menegang ketika mulutku mampir ke buah dadanya dan mulai bermain-main di situ. Putingnya yang coklat dan menonjol besar itu kini menjadi bulan-bulanan lidah dan bibirku. Kubuat beberapa cupang merah di gundukan kedua bukit dadanya. Mulutnya memintaku untuk terus menyedot susunya. Dan aku melakukannya dengan senang hati.

    Pertahananku akhirnya bobol ketika secara pelan-pelan kurasakan batang kemaluanku terasa dijepit oleh dinding yang makin menjepit dan berdenyut-denyut. Beberapa saat kunikmati sensasi itu. Sensasi yang sudah lama tak pernah kurasakan. Tampaknya Maryati hampir mendapatkan orgasmenya yang kedua. Maka dengan perlahan-lahan penuh konsentrasi aku mulai mengayun pinggulku, mengayun dan terus mengayun, dan akhirnya menjadi gerakan menyentak-nyentak yang makin lama makin kuat. Membuat tubuh Maryati terlonjak-lonjak. Beberapa kali kutekan pantatku kuat-kuat ke depan. Menusuk dan mengocok. Dan pada tusukan yang kesekian, mulailah muncul rasa geli yang berdesir-desir pada pangkal kemaluanku. Makin lama desiran itu makin kuat, makin geli, makin enak, makin nikmat.

    Akhirnya aku tak kuat lagi menahan desakan cairan yang terasa mengalir dari kemaluanku yang kemudian meluncur sepanjang batang kemaluanku sampai akhirnya menyemprot kuat berkali-kali dari lubang kecil di ujung kepala kemaluanku. Cairan kental hangat itu makin melicinkan dinding liat milik Maryati sehingga memudahkan gerakan-gerakan yang mengiringi ejakulasiku. Dan gerakan-gerakan yang kubuat ternyata telah memicu kembali puncak birahi Maryati. Akhirnya yang terdengar adalah erangan kami berdua, saling bersahutan. Lalu diam. Tinggal suara dengusan nafas kami yang tersengal-sengal.

    Kami tadi tak sempat mandi sesuai rencana semula, tapi tubuh kami kini benar-benar telah basah karena keringat. Berdua kami berpelukan meresapi rasa nikmat yang sudah lama tak kami rasakan.

    Aku mau mencabut milikku, tapi dengan gaya manja Maryati melarangku. Ia lalu malah menciumku dan memintaku untuk menggendongnya ke arah shower. Dililitkannya kedua kakinya pada pinggangku lalu dengan batang kemaluan masih terselip di selangkangannya, kugendong tubuhnya menuju shower. Selanjutnya kami pun mandi bersama. Malam harinya kami mengulang kembali kejadian siang itu dengan permainan yang lebih bergairah.

    Begitulah pengalaman pertamaku dengan Maryati. Pengalaman pertamaku bermain cinta yang sebenarnya dengan seorang wanita yang kusukai sejak aku menduda setahun yang lalu. Hari-hari selanjutnya aku dan Maryati sudah bagaikan suami isteri yang sah saja. Tak jarang ia menginap di rumahku atau sebaliknya. Hubungan kami sangat hangat dan mesra. Bahkan menurutku lebih mesra dibandingkan dengan mantan istriku yang dulu (sebenarnya aku tak ingin membuat perbandingan, tapi itu sulit kuhindari dan memang demikianlah kenyataannya).

    Waktu pertama kali kenal dengan Maryati, aku tak pernah mempunyai pikiran untuk menjadi orang terdekatnya. Terus terang aku memang menyukainya, tapi hanya berani sebatas mengaguminya saja. Apalagi waktu itu aku dengar ia sedang menjalin hubungan dengan manajer sebuah perusahaan asing, seorang ekspatriat. Jadi kupikir ia punya selera bule dan aku merasa tidak masuk dalam hitungannya.

    Sampai suatu ketika, pada suatu malam, sehabis kami bertemu dalam sebuah acara dinner party, ia memintaku untuk mengantarnya pulang. Kebetulan saat itu ia tidak bawa mobil karena sedang masuk bengkel. Sebagai teman, dan juga sebagai lelaki, aku tentu saja tak bisa menolak permintaannya.

    Selama perjalanan menuju rumahnya, kami mengobrol kesana kemari. Saat masih berada di mobil, entah dalam konteks apa kami bicara, tiba-tiba kami terlibat dalam obrolan yang akhirnya kelak mengarah pada sebuah hubungan yang makin akrab.

    “Apakah Mas Is nggak pernah merasa kesepian?” itu pertanyaan pribadinya yang pertama kuingat. Pandangannya tetap lurus ke depan kaca mobil.
    “Yah, namanya juga sendiri”, aku menjawab sekenanya, setelah sebelumnya agak gelagapan menerima pertanyaan yang agak sensitif itu.
    “Memang kenapa?” aku mulai berani memancing.
    “Ya tidak apa-apa, cuma nanya saja kok. Nggak boleh?”
    “Boleh..”

    Beberapa menit kemudian kami saling terdiam.
    “Dik Mar sendiri bagaimana?”
    “Ya, sama..”
    “Sama bagaimana?”
    “Ya sama. Kadang-kadang merasa sepi juga..”
    “Lho, katanya sedang dekat sama Mister..”
    “Kata siapa?” katanya memotong seolah memprotes omonganku.
    “Ya, saya hanya dengar-dengar saja.”
    “Gosip itu Mas!”
    “Bener juga nggak pa-pa kok.”
    “Mas Is percaya?” Aku diam saja.
    “Saya percaya. Karena orang seperti Dik Mar pasti banyak yang suka dan mudah kalau mau cari teman.”
    “Kalau asal cari teman sih memang gampang. Tapi yang cocok? Sulit!”
    “Masak nggak ada satu pun yang cocok? Memang cari yang seperti apa?”, pancingku mesra.
    Maryati tertawa dan menyahut cepat, “Yang seperti Mas Iskandar!”

    Aku tertawa meski agak terkejut juga dan sedikit GR dengan ucapannya. Tapi aku lalu menganggap dia hanya bercanda dan aku pun lalu menanggapi dengan bercanda juga.
    “Wah, saya sih jauh kalau dibandingkan sama Mister..”
    “Tuh kan! Dibilang itu cuma gosip, nggak percaya!” ia memotong kalimatku.
    “Iya deh, percaya..”
    “Lagi pula, dia bukan tipe saya”, nadanya agak menurun.
    “Saya lebih suka tipe laki-laki yang kalem, tenang.. tapi macho.. seperti Mas Is..”

    Kali ini aku tidak lagi menganggap dia sedang bercanda. Karena ia mengucapkan kalimat itu dengan nada yang terjaga dan kemudian menoleh ke arahku sambil tersenyum. Aku jadi nervous. Aku ikut tersenyum dan spontan menghela nafas. Aku menoleh ke arahnya dan ia masih tersenyum tapi kini wajahnya agak tertunduk.

    “Dik..” aku mencoba memanggilnya, seolah ingin mendapat penegasan.
    “Ya, Mas..” ia menjawab dan menatap ke arahku, lalu tersenyum. Dari sikap dan ekspresi wajahnya, aku berusaha meyakinkan diriku sendiri sebelum akhirnya kuberanikan diri untuk menggenggam tangannya. Dan ia diam saja. Bahkan kemudian membalas remasan tanganku.

    Itulah peristiwa yang mengukuhkan hubunganku dengan Maryati. Malam itu aku hanya mengantarnya sampai depan pintu pagar saja. Menjabat tangannya. Tak lebih dari itu. Tapi aku bahagia. Dan aku yakin ia juga bahagia.

    Ketika sampai di rumah, aku langsung menelponnya. Ada kurang lebih satu jam lamanya kami ngobrol, saling mengungkapkan perasaan kami berdua selama ini. Selanjutnya kami rajin saling menelepon dan mengadakan pertemuan demi pertemuan, mulai dari makan siang, belanja, nonton atau jalan-jalan.

    Aku pertama kali menciumnya waktu berada di bioskop. Tapi suasana waktu itu kurang mendukung untuk bercumbu secara total. Karena kami dalam posisi duduk berjejer, maka kami hanya bisa saling meraba, menyentuh dan sesekali berciuman. Bila aku memegang atau menyentuh bagian tertentu tubuhnya, ia akan diam saja. Demikian sebaliknya. Beberapa kali kami sempat berciuman, meski tak sempat lama. Tapi kami cukup menikmati kencan di bioskop saat itu. Bahkan tanganku sempat menelusup masuk ke celah roknya tapi hanya bisa mengelus-elus pahanya saja, karena saat itu rok yang dikenakan Maryati agak panjang. Sementara tangan Maryati relatif lebih bebas menyentuhku. Tapi ia benar-benar hanya menyentuh saja, meski sesekali memberi pijitan pada bagian depan celanaku yang menonjol karena isinya sedang menegang. Aku sebenarnya mengharap ia melakukannya lebih dari itu. Tapi lagi-lagi, suasana bioskop saat itu tak terlalu mendukung.

    Baru pada kesempatan kedua kami sempat bercumbu cukup panas. Kesempatannya terjadi waktu aku berkunjung ke kantornya dan masuk ke ruangan kerjanya. Ketika itu ia minta ijin sebentar untuk ke toilet pribadinya, aku segera menyusulnya dan kami lalu berciuman di lorong menuju ke arah toilet itu.

    Kami lalu berciuman dengan penuh gairah. Saat itulah pertama kali aku benar-benar bisa merasakan kehangatan dan kelembutan bibirnya. Sudah lama kami tak melakukan percumbuan seperti ini. Sehingga nafas kami terdengar memburu dan kami berciuman dengan lahapnya. Dan karena suasananya agak mendukung, aku pun berani menjamah bagian-bagian tubuhnya yang sensitif terutama dada dan pantatnya yang selama ini hanya bisa kupandang. Maryati pun juga mulai berani meremas milikku yang sudah mengeras dari balik celana pantalon yang kukenakan. Aku lalu membalasnya dengan menekankan telapak tanganku ke celah pahanya yang tertutup rok kantor dan meremas bagian yang ada di sana. Meski begitu, kami tetap tak bisa leluasa untuk melakukan hal-hal yang lebih jauh. Karena bisa saja sewaktu-waktu ada karyawan yang akan masuk sementara kami dalam keadaan kusut masai. Jadi kami tetap harus menjaga semua ini. Tapi setidak-tidaknya kami bisa saling meluapkan kerinduan kami dengan bercumbu sambil saling menyentuh.

    Pada pertemuan di kantor itulah aku mencoba mengajaknya untuk suatu saat berkencan lebih jauh di suatu tempat yang lebih leluasa untuk melakukannya. Maryati tidak mengiyakan atau menolak ajakanku. Ia hanya menunjukkan sikap dan jawaban yang tampaknya masih hati-hati dan perlu waktu untuk memikirkannya. Dan aku menghargai sikapnya itu. Sampai akhirnya aku berhasil membawanya pergi ke Puncak sebagaimana telah kuceritakan pada bagian pertama.

    Kini hubungan kami sudah semakin dekat. Kencan lebih banyak kami lakukan di luar rumah. Karena bagaimana pun, status kami sebagai sebagai duda dan janda sedikit banyak pasti mendapat sorotan tersendiri di lingkungan kami masing-masing. Jadi aku dan Maryati harus bisa menjaga hubungan ini agar tak terlalu menyolok. Untuk itu aku lebih senang kalau Maryati saja yang bertandang ke rumahku, daripada aku yang harus ke rumahnya. Hal ini untuk menjaga kesan bagi diri Maryati sebagai seorang janda, di samping karena lingkunganku juga relatif lebih aman. Beberapa kali ia sempat menginap di rumahku. Sementara aku baru dua kali menginap di rumahnya.

    Pertama kali Maryati kuajak ke rumahku adalah sehabis aku mengantarnya jalan-jalan membeli arloji, kira-kira seminggu setelah kejadian di Puncak. Berhubung waktu pulang hujan cukup lebat, aku harus mengambil jalan memutar yang cukup jauh menuju rumahnya untuk menghindari wilayah yang biasanya banjir. Kebetulan jalan yang harus kuambil melewati jalan menuju kompleks rumahku. Maka daripada tanggung, aku menyarankan Maryati untuk mampir sebentar.

    “Lama juga nggak pa-pa” katanya menggoda.
    “Jangan ah.. Takut!” sahutku gantian menggodanya.
    “Takut apa?”
    “Takut tidak terjadi apa-apa.. ha.. ha.. ha..”
    “Iiihh.. dasar!” sambil tangannya mencubit pahaku. Aku berteriak, meskipun cubitannya tidak sakit.
    “Cubit yang lainnya dong..” aku menggodanya lagi.
    “Maunya!”

    Tapi tangannya kemudian terulur ke arah selangkanganku dan mulai menarik retsleting celana jeans-ku ke bawah. Masih dalam posisi menyetir, aku segera mengatur posisi dudukku agar ia bisa leluasa membuka celanaku. Dalam sekejap milikku sudah terjulur keluar dari celah atas celana dalamku. Milikku mulai membesar tapi belum tegang.

    Tangan kanan Maryati lalu mulai beraksi meremas dan memijit-mijit. Maka segera pula otot pejal kebanggaanku itu mulai bangun berdiri. Aku berusaha berkonsentrasi dengan setir mobil. Apalagi di luar sana hujan makin lebat. Wiper yang bergerak-gerak seperti tak mampu menahan air hujan yang turun meleleh di kaca depan. Sebagaimana aku tak dapat menahan rasa geli yang mulai muncul ketika tangan Maryati pelan-pelan mulai mengocok. Batangku dijepitnya hanya dengan menggunakan jempol dan jari tengahnya. Lalu dengan cara seperti itu ia membuat gerakan memijit dan mengocok bergantian.

    “Digenggam dong..” kataku menuntut.
    “Tadi katanya minta dicubit”, jawabnya sambil melakukan gerakan mencubit pelan pada pangkal kemaluanku yang kini sudah mengeras. Membuatku menggelinjang.

    Aku tersenyum mendengar jawabannya. Ya sudah, aku nikmati saja apa yang dilakukan. Bahkan aku kemudian menjulurkan tangan kiriku ke arah buah dadanya yang terbungkus blus tanpa kancing, sementara tangan kananku tetap memegang kemudi. Kurasakan buah dadanya sudah mengeras kencang. Aku makin bernafsu meremasnya. Maka mulailah acara saling meremas dan memijit, di dalam mobil, di tengah hujan deras.

    Tampaknya Maryati mulai terangsang dengan gerayangan tanganku pada buah dadanya. Ia memintaku untuk melakukannya di bagian tubuhnya yang lain, ketika tangannya tiba-tiba menuntun jariku menuju ke sela-sela pahanya yang sengaja dibukanya agak lebar. Roknya sudah ia tarik ke atas sebatas pinggul. Maka jari-jari tangan kiriku pun segera beraksi di bagian depan celana dalamnya yang menyembul hangat dan sudah mulai lembab itu.

    Pandanganku tetap harus ke depan, ke arah jalan yang mulai masuk ke kompleks rumahku. Sedangkan Maryati bisa dengan enaknya menggeliat-geliat sambil mendongakkan kepalanya menikmati gelitikan jariku pada bagian luar CD-nya tepat di bagian celah kemaluannya. Sementara tangan kanannya kini tak lagi memijit-mijit, tapi sudah menggenggam batang kemaluanku yang makin meradang karena terus dikocok-kocok olehnya.

    Aku menarik tanganku dari sela paha Maryati ketika mobil sudah mulai masuk ke jalan menuju rumahku. Maryati sempat mendesah ketika aku menghentikan aksiku. “Sudah sampai..” kataku memberi alasan sekaligus mengingatkan dia.

    Ia segera membenahi pakaiannya dan kemudian gantian membereskan celanaku yang sudah setengah terbuka. Kemaluanku yang belum sepenuhnya lemas, agak sulit untuk dibungkus kembali.
    “Bandel nih!” gerutu Maryati.
    “Gede sih.. hehehe..” aku tertawa melihatnya kesulitan memasukkan batang kemaluanku kembali ke celana.
    “Sudah biarin, nanti juga kan dikeluarin”, lanjutku.

    Maryati lalu kusuruh turun duluan menuju teras. Aku kemudian memasukkan mobil ke garasi, membetulkan celanaku dan kemudian bergegas keluar garasi menuju teras menyusul Maryati yang rambut dan pakaiannya terlihat agak basah oleh air hujan.

    Kami lalu segera masuk ke dalam rumah. Inilah pertama kali Maryati berkunjung ke kediamanku. Ia agak sedikit canggung dan terlihat kurang nyaman ketika berada di ruang tamu. Apalagi kondisi tubuhnya agak basah oleh air hujan. Blusnya yang basah menampakkan bagian gumpalan dadanya yang sedikit menyembul dari BH yang dikenakannya. Aku kembali terangsang melihat pemandangan itu. Segera kupeluk tubuhnya dan kami pun lalu tenggelam dalam ciuman yang bergelora.

    Birahi kami memanas kembali. Ciuman pun berkembang menjadi acara saling meremas. Saling menekan. Saling merangsang. Kami berdua lalu membantu melepaskan pakaian satu sama lain dan membiarkannya terserak di lantai ruang tamu. Tubuh telanjang kami pun menempel makin lekat.
    “Di sini saja..” katanya ketika aku akan menariknya untuk masuk ke kamar tidur.

    Kami kemudian memilih sofa ruang tamu sebagai tempat main. Di luar hujan masih turun dengan derasnya. Suara tempaan airnya menyamarkan desahan dan lenguhan yang keluar dari mulut kami berdua. Tubuh bugil kami bergelut dengan penuh gairah di atas sofa tamu itu.

    Beberapa saat kemudian Maryati meminta ijinku untuk melakukan oral seks. Tentu saja kuijinkan. Ia memang senang dengan milikku yang katanya punyaku ukuran besar terutama di bagian kepalanya. Sehingga ia senang sekali melumat dan mengisap bagian kepala kemaluanku yang kini terlihat bulat membonggol dan tampak licin mengkilat akibat lumuran ludahnya.

    Selama ia melakukan permainan mulut, aku berusaha mengimbanginya dengan merangsang bibir kemaluannya dengan jariku. Saat itu posisiku setengah rebahan dan menyandarkan kepalaku pada sandaran sofa. Sedangkan Maryati berbaring miring setengah telungkup di samping pinggangku. Ia menggeliat ketika jari tengahku mulai menerobos masuk ke celah miliknya, sementara jempolku bermain-main pada klitorisnya.

    “Ouu..” jeritnya tertahan.
    “Kenapa? enak?” tanyaku sambil menusukkan jari tengahku lebih dalam dan memutar lebih keras jempolku pada tonjolan kecil di atas bibir kemaluannya. Kembali mulutnya bersuara, tapi kali ini lebih riuh dan lebih mirip desisan. Sejenak mulutnya terlepas dari batang kemaluanku. Tapi sesaat kemudian ia menunduk kembali dan melumat habis pisang ambonku hampir ke pangkalnya dan mengisapnya sedemikian rupa sampai aku merinding kegelian. Pantatku sempat tersentak-sentak karena kenikmatan.

    “Kenapa? enak ya?” katanya sambil melirikku, lalu melanjutkan kulumannya kembali. Sepertinya Maryati ingin membalas atau mungkin ingin mengimbangi perbuatanku tadi.

    Selanjutnya kami tak sempat bicara sepatah kata pun karena terlalu serius untuk saling melakukan dan menikmati rangsangan. Mataku terpejam mencoba menikmati setiap hisapan mulut Maryati, sementara jari-jari tangan kananku terus asyik bermain-main di sekitar liang kewanitaannya.

    Berbeda dengan milikku, rambut yang tumbuh di sekitar kemaluan Maryati tak terlalu lebat, tapi tumbuhnya lebih halus dan rapi. Dan aku suka sekali mengusap-usapnya. Sedangkan rambut kemaluanku tentu saja lebih kasar dan lebat tumbuhnya hingga ke arah pusar, perut dan dada. Maryati juga suka mengusap-usap bulu-bulu yang tumbuh di sekitar tubuhku itu. Katanya, dengan kondisi seperti itu, aku seperti nyomet, demikian ia memplesetkan istilah monyet.

    Siang itu akhirnya kami melakukannya sampai dua kali. Ronde pertama diawali ketika Maryati mulai bangkit dari posisi tengkurapnya, lalu mulai mengangkangi pinggulku, dan kemudian menelusupkan batang kejantananku yang sudah tegang keras itu ke sela-sela pahanya. Dengan posisi antara duduk dan bersandar, aku mencoba membantunya dengan sedikit mengangkat pantatku ke atas. Maka sedikit demi sedikit amblaslah kepala kemaluanku ditelan mulut kecil yang ada di selangkangannya. Terasa sekali liang ketat namun lembut menjepit sepanjang batang kemaluanku. Rasanya hangat, lembut dan agak-agak terasa kesat.

    Kenikmatan semakin terasa ketika kepala kemaluanku yang sensitif itu menyentuh ujung dinding kemaluan Maryati. Sejenak Maryati memutar-mutar pinggulnya seolah merayakan pertemuan total itu. Secara spontan kami berdua serempak memperdengarkan rintihan kenikmatan.

    Maryati pun tampaknya meresapi jejalan batang dan gesekan urat yang ada di sekujur kemaluanku. Mulutnya mendesis-desis seperti orang kepedasan. Beberapa kali jarinya berusaha menyentuh bagian luar bibir kewanitaannya seperti mau menggaruk seolah kegelian.

    Maryati kemudian mengatur posisi berlututnya sedemikian rupa dan beberapa saat kemudian ia mulai menggenjot tubuhnya naik turun. Makin lama genjotannya makin cepat, sehingga membuat buah dadanya tampak berayun-ayun di depan wajahku. Mulutku segera menangkap putingnya yang sudah mengeras itu dan segera melumatnya habis. Ia menjerit tertahan. Tapi aku tak mempedulikan dan bahkan makin asyik mengulum kedua bukit padatnya itu bergantian. Sementara di bawah sana pinggulku terus menyentak-nyentak mengimbangi genjotannya di atas tubuhku. Terasa sekali rasa nikmat menjalar di sekitar pangkal dan sekujur batang kemaluanku.

    Suara hujan di halaman depan makin membuatku bergairah. Entah sudah berapa lama kami dalam posisi seperti ini. Kami hanya bisa saling memperdengarkan rintihan dan desah kenikmatan. Tubuh Maryati pun terus meliuk dan menggeliat-geliat di atas tubuhku. Kedua pahanya yang sejak tadi mengangkang dan bertumpu di jok sofa, mulai kuelus-elus. Dan ia menyukainya karena lenguh kenikmatannya makin kerap terdengar. Elusanku lalu bergeser ke bukit pantatnya. Tapi kini aku tak lagi mengelus. Tanganku lebih sering meremas di bagian itu. Membuat Maryati makin menggelinjang.

    Kami mengakhiri permainan ketika Maryati mulai menunjukkan tanda-tanda akan mencapai puncak birahi. Aku segera mempergencar tusukan dan hentakanku dari bawah. Kedua tangannya sudah memeluk kepalaku sehingga membuat wajahku terbenam di belahan dadanya. Kedua kakinya kini menjepit erat pinggangku. Sementara posisi bersandarku sudah agak merosot ke bawah. Beberapa menit kami masih sempat bertahan dalam posisi itu sambil terus berpacu menuju puncak kenikmatan.

    “Mass.. Masshh.. Mass Isshh..”
    “Dik Maarrhh.. oohh.. Dik..”
    Kami saling memanggil nama masing-masing. Entah apa maksudnya. Barangkali untuk menyatakan kemesraan, atau untuk mencoba menahan rasa nikmat yang mulai sulit kami kendalikan.

    Ketika nada jeritan Maryati mulai terdengar agak keras, aku segera mengangkat tubuhnya, membalikkan dan membaringkannya ke badan sofa. Kini dalam posisi aku berada di atas, kugenjot tubuhnya habis-habisan sampai kami berdua akhirnya mencapai orgasme hampir bersamaan.

    Aku mengerang-ngerang ketika kurasakan air maniku mulai menyembur. Ada sekitar empat kali aku menembakkan air maniku. Alirannya terasa sepanjang batang kemaluanku. Rasanya berdesir-desir nikmat. Maryati pun kulihat menikmati puncak birahinya. Wajahnya memerah dan matanya terpejam. Sementara tubuhnya sesekali bergetar menahan rasa geli yang menjalar di seluruh tubuhnya. Aku segera melumat bibirnya dan kami pun melengkapi puncak kenikmatan ini dengan ciuman yang dalam dan lama. Sesekali tubuh kami tersengal oleh sisa-sisa letupan kenikmatan yang belum sepenuhnya reda.

    Suara riuh hujan tak terdengar lagi. Hanya bunyi tetes-tetes air yang berdentang-dentang menimpa atap seng. Entah sejak kapan hujan mulai reda. Kami terlalu sibuk untuk memperhatikannya. Kami masih berbaring di atas sofa. Maryati berbaring di atas tubuhku yang telentang. Tanganku mengusap-usap punggungnya yang masih bergerak-gerak halus seiring nafasnya. Sementara tangannya bermain-main di sekitar bulu dada dan perutku yang masih basah oleh keringat.

    “Tidur di sini ya..” kataku membujuknya.
    “Tidur di sini? Di sofa ini?” tanyanya.
    “Bukan. Maksudku Dik Mar malam ini nginep di rumahku”, jelasku.
    “Oo.. Boleh.. Tapi hadiahnya apa?” sahutnya mulai manja.
    “Hadiahnya?” tanyaku bingung. Aku terdiam sejenak, dan kemudian kuraih tangannya lalu kuarahkan ke batang kemaluanku yang sudah mulai melemas, “Niih.. hadiahnya!”

    Ia tergelak dan kami lalu tertawa bersama. Tangannya kemudian meremas milikku. Meremas dan terus meremas. Selanjutnya kami pun akhirnya kembali bergelut di atas sofa itu, mempersiapkan permainan berikutnya. Tapi untuk ronde kedua ini kami akan menyelesaikannya di kamar tidur.

    Setelah puas melakukan pemanasan di atas sofa di ruang tamu, kami lantas beranjak masuk ke kamar tidurku. Inilah pertama kali Maryati masuk ke sini. Sebenarnya sudah lama aku ingin mengajaknya masuk ke ruangan ini. Tapi baru pada kesempatan inilah keinginanku kesampaian. Bahkan aku tidak hanya kesampaian membawanya masuk, tapi sebentar lagi aku juga kesampaian untuk menidurinya di atas kasur yang selama menduda ini hanya kupakai tidur sendirian.

    Begitu pintu kamar tertutup, Maryati langsung memelukku dan kami berciuman dengan mesranya. Kulit tubuh kami yang sudah polos telanjang itu seolah telah menjadi konduktor yang saling mengirimkan panas birahi yang terus menggelegak. Batang kemaluanku yang tegang berat itu menempel ketat tepat di atas belahan kemaluannya mengacung ke arah pusarnya. Dengan posisi demikian kantong zakarku langsung bergesekan dengan rambut kemaluannya. Rasanya geli. Apalagi Maryati terus menggesek-gesekkan bagian itu selama kami berciuman. Ia tampak kesenangan menikmati permainan ini.

    Tapi Maryati paling senang ketika aku memeluknya dari belakang. Tak henti-hentinya ia menggoyang-goyangkan pantatnya pada batang kemaluanku, dan aku mengimbanginya dengan meremasi buah dadanya dari belakang sambil terus menciumi daerah telinga, leher dan bibirnya dari arah samping. Bercumbu dengan posisi begini memang mengasyikan. Batang kejantananku seperti meluncur-luncur di sela-sela garis pantatnya. Rasanya lembut dan geli. Bagai dielus-elus dengan kain beludru.

    “Mass..” desahnya sambil membalikkan badannya dan kemudian melingkarkan tangannya ke leherku.
    “Apa..?” kucengkeram kedua pinggulnya yang padat bulat itu.
    “Siapa saja yang sudah pernah tidur di sini?” tanyanya mulai menggodaku. Aku agak heran dengan pertanyaannya yang rada menyelidik itu.
    “Nggak ada”, jawabku pendek.
    “Masak sih, nggak ada?”
    “Iya..” aku berusaha meyakinkannya.
    “Lha, istri Mas Is dulu tidur di mana?”
    “Oo itu.. Ya, kalau dulu sih ini memang tempat tidur kami berdua. Tapi sejak pisah, ya nggak ada orang lain lagi yang pernah tidur di sini selain aku sendiri..”
    “Beneer..?” nadanya mulai meledek.
    “Sumpah..” balasku manja.
    “Terus, kalau Mas Is lagi kepingin, mainnya di mana dong?”
    “Kepingin apa?” tanyaku pura-pura bodoh.
    “Ya, kepingin begituan..”
    “Kalau lagi kepingin.. ya kadang-kadang mainnya di sini..”
    “Lho? tadi katanya nggak ada orang lain yang tidur di sini selain istri Mas Is..”

    Aku tertawa pendek menyadari kebingungan Maryati.
    “Kalau mau main, memangnya harus ada orang lain?” kataku kemudian.
    “Maksudnya?” ia makin kebingungan.
    “Emangnya nggak bisa main sendiri..?”
    “Idiih.. maksudnya..?” Maryati tak meneruskan kalimatnya, tapi matanya menatapku lucu dan tangannya lalu menggenggam milikku dan mengocok-ngocoknya. Seolah ingin memastikan bahwa perbuatan seperti itulah yang aku maksudkan dengan main sendiri, alias onani.

    Aku mengangguk membenarkan maksudnya. Ia tertawa.
    “Kok ketawa?” kataku sambil mendekap tubuhnya dengan gemas.
    “Nggak kebayang deh..” jawabnya sambil masih cekikikan.
    “Ya jangan dibayangin dong.”
    “Kalau nggak boleh ngebayangin, boleh dong saya lihat Mas Is melakukan itu.”
    “Hah?” kataku kaget.
    Kini gantian aku yang tertawa mendengar permintaannya yang tidak biasa itu.

    Selama ini, sejak pisah dengan istriku, pemenuhan kebutuhan seksualku memang lebih banyak kulakukan dengan cara onani saja, karena aku termasuk konservatif, nggak bisa main sembarangan, hati-hati dan penuh perhitungan. Melakukan onani bagiku lebih save dan cukup memuaskan. Hampir semua laki-laki pasti pernah melakukan seks swalayan itu. Dulu waktu masih remaja aku juga sering melakukannya dan mendapatkan kepuasan dari situ. Bahkan ketika sudah menikah pun aku kadang-kadang juga masih melakukannya, terutama bila istriku dulu sedang berhalangan. Aku bisa minta dia membantuku beronani atau aku melakukannya sendiri tanpa dia. Apalagi setelah kami cerai, acara ngocok bisa kulakukan seminggu sekali, bahkan lebih kalau nafsuku lagi kencang-kencangnya.

    Biasanya aku melakukannya menjelang tidur atau saat bangun tidur. Sudah alamiah, punya laki-laki kalau saat bangun tidur pagi hari biasanya dalam kondisi sedang ereksi. Kalau kebetulan saat itu volatage-ku juga sedang tinggi-tingginya, biasanya langsung kusalurkan dengan cara mengocok. Aku bisa melakukannya di atas tempat tidur atau di kamar mandi waktu mandi pagi.

    Kalau aku melakukannya menjelang tidur, biasanya sambil melihat majalah atau film porno koleksiku atau hasil pinjaman. Tapi kalau melakukannya ketika bangun tidur atau di kamar mandi, aku cukup dengan berkhayal saja. Selama ini aku lebih banyak melakukan onani dengan tangan kering, karena keluarnya bisa agak lama. Tapi untuk sensasi, kadang-kadang aku pakai baby oil atau sabun kalau pas melakukannya di kamar mandi. Saya rasa yang terakhir itu (nyabun) biasa dilakukan oleh laki-laki. Tentunya dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Dan kamar mandi memang tempat yang paling populer untuk beronani ria. Karena tempatnya aman, tertutup dan bisa telanjang dengan bebas, sehingga tak perlu takut dicurigai atau diketahui orang lain.

    Tapi kini, ada seorang wanita yang ingin menontonku melakukan onani di hadapannya. Gila! Aku sampai tertawa menanggapi permintaan Maryati yang nyeleneh itu. Tapi aku menghentikan tawaku begitu menyadari bahwa Maryati tampaknya serius memintaku melakukan itu.

    “Oke”, kataku akhirnya, “Tapi janji, Dik Mar juga harus ikut melakukan itu di depan saya..”
    “Nggak ah!” sergahnya cepat.
    “Kenapa? Memang nggak pernah..?”
    “Ihh.. pakai nanya lagi!” katanya sambil mencubitku.

    Segera kutangkap tangannya, kupeluk tubuhnya dan kami lalu kembali tenggelam dalam ciuman yang mesra dan bergairah. Sejenak kemudian aku melepas pelukanku dan membimbing tubuhnya berbaring di atas ranjang. Aku sendiri kemudian berbalik berjalan menuju kursi dekat meja kecil di seberang tempat tidur, dan duduk santai di atasnya.

    “Dik..” kataku memberi isyarat pada Maryati yang tergolek di atas kasur di depanku. Aku kemudian memancing dia dengan mulai meremas-remas milikku sendiri yang sudah tegang itu. Beberapa saat kemudian Maryati pun mulai mengikuti perbuatanku. Jari-jarinya mulai terarah menuju selangkangannya, mulai menggelitik dan mengusap-usap miliknya sendiri. Maka dimulailah pertunjukan seks swalayan. Kami berdua saling berpandangan dan saling mengamati perbuatan satu sama lain. Tubuh Maryati tampak telentang miring bersandar pada salah satu sikunya. Posisi tubuhnya menghadap ke arahku. Sehingga aku bisa dengan leluasa melihat semua gerakan masturbasinya.

    Posisi dudukku sendiri sudah tidak tegak lagi, tapi sudah setengah bersandar. Kedua paha dan kakiku selonjor ke depan dan sengaja kubuka lebar-lebar. Aku memainkan milikku dengan gerakan bervariasi, mulai dari meremas, mengurut, memijat sampai gerakan mengocok. Sesekali aku juga merangsang buah pelirku dengan cara mengusap-usap dan meremas-remasnya. Seolah-olah aku ingin menunjukkan pada Maryati semua gerakan onani yang biasa kulakukan selama ini.

    Kami berdua mulai saling terangsang oleh perbuatan kami masing-masing. Kalau selama ini aku beronani sambil nonton BF atau lihat gambar porno sambil mengkhayal hal-hal yang merangsang, maka kini aku melakukannya dengan bantuan obyek dan kejadian yang lebih nyata. Aku sampai kesulitan menahan keinginanku untuk tidak menyetubuhi Maryati karena sangat terangsang melihat segala gerakannya selama bermasturbasi itu. Semua begitu nyata dan merangsang. Aku yakin Maryati pun merasakan hal yang sama selama melihat secara langsung seorang laki-laki beronani di hadapannya. Matanya kulihat mulai sayu tapi terus mengamati gerakan-gerakan tangan yang kubuat terhadap kemaluanku sendiri.

    Aku hampir mencapai puncak, ketika kudengar mulut Maryati mulai merintih-rintih sambil menatapku dengan wajah seperti orang ingin menangis. Jari manis dan jari tengahnya tampak bergerak cepat mengusap dan menekan-nekan bagian atas bibir kemaluannya khususnya di bagian klitorisnya. Ia mulai memanggil-manggil namaku dan tubuhnya mulai mengejang. Punggungnya kemudian melengkung dan kedua pahanya merapat menjepit tangannya sendiri yang terselip di selangkangannya.

    Aku semakin terangsang melihat pemandangan nyata di depanku. Desiran-desiran mulai kurasakan pada pangkal kemaluanku sendiri. Dan aku semakin memperkuat kocokan tanganku sendiri sampai menimbulkan sedikit bunyi yang diakibatkan oleh bercampurnya keringat di telapak tanganku dan cairan bening yang mulai keluar dan meleleh dari lubang kecil di ujung kemaluanku.

    Tapi akhirnya aku tak tahan lagi begitu mendengar Maryati berteriak memekik. Dan aku segera loncat dari kursi dan menghambur ke arahnya. Aku sudah tak tahan lagi dengan semua ini. Segera kubuka pahanya yang masih merapat itu dan tanpa ba bi Bu kutusukkan batang kemaluanku ke lubang yang sudah basah oleh cairan birahi itu. Maryati terpekik ketika seluruh kejantananku dengan cepat dapat menerobos dan menyelip masuk. Kurasakan di dalam sana milikku berdenyut-denyut oleh konstraksi dindingnya, menimbulkan rasa geli yang sangat nikmat. Rupanya orgasme Maryati datang bersamaan dengan hujaman rudalku.

    Sejenak aku diam menikmati pengaruh orgasme di tubuh Maryati pada batang kemaluanku. Lalu pelan-pelan aku mulai menggoyang dan mengayun pinggulku. Pelan dan pelan. Berputar dan mengulir. Sesekali menyentak. Kunikmati sekali persetubuhan ini, sampai akhirnya aku mulai melakukan gerakan memompa dan menusuk-nusuk.

    Maryati tampak mulai menikmati genjotanku. Ia menggeliat-geliat sambil melenguh dan sesekali tersenyum dengan mata terpejam. Seolah meresapi segala gerakan nikmat yang kuciptakan pada tubuhnya.

    Aku sendiri, karena akibat onani tadi, sudah beberapa kali harus menahan desiran yang terus muncul dari pangkal selangkanganku. Biasanya ini tanda orgasmeku mau datang. Tapi aku merasa sayang untuk mengeluarkannya sekarang.

    Seolah seperti membaca pikiranku, tiba-tiba Maryati memintaku untuk segera menyemprotkan cairan maniku yang sedari tadi kutahan.
    “Keluarin Mass.. keluarin sekarang.. di luar saja..” ia merintih sambil menatapku sayu. Aku mengerti maksudnya. Maka segera kucabut batang kemaluanku dan dengan posisi mengangkangi perutnya, aku lalu melakukan onani di atas tubuhnya. Kukocok dan kukocok terus milikku dengan kuat. Cairan kemaluan Maryati yang menempel di sekujur batang kemaluanku makin memperlancar gerakan tanganku. Kepala kemaluanku yang bulat mengkilat tampak tersengal-sengal dalam genggaman tanganku. Maryati pun tampak menikmati sekali atraksi yang sedang kulakukan di atas tubuhnya. Bahkan ia mulai meraba-raba kantung pelirku. Oh tidak, ia tak cuma meraba, tapi juga meremas-remas kantung bulat berkulit tebal itu. Membuat pinggul dan pantatku bergerak-gerak seiring remasan tangannya. “Ooohh, nikmat sekali..”

    Aku menggeram tertahan, ketika akhirnya semprotan maniku yang pertama memancar dengan kuat. Langsung mengenai wajah Maryati. Tapi ia dengan senangnya merasakan sentuhan air kental hangat itu di pipinya. Matanya tak sedikit pun lepas dari kemaluanku yang sedang meradang memuntahkan semprotan-semprotan berikutnya. Semua memancar dan menyemprot tak hanya ke wajahnya, tapi juga bibir dan buah dada Maryati. Tangannya kulihat sibuk mengusap cairan putih kental itu dan meratakannya ke permukaan payudaranya. Terakhir kulihat Maryati menjilat sisa spermaku yang ada di ujung jarinya.

    Aku betul-betul puas dengan semua ini dan puncak birahi ini telah membuat seluruh sendi tubuhku serasa dilolosi sehingga aku terpaksa harus menahan tubuhku agar tak rebah menjatuhi tubuh Maryati. Maka dengan bertumpu pada kedua telapak tanganku, pelan-pelan aku merundukkan tubuhku sehingga tubuhku merapat agak menindih dan membuat batang kemaluanku mendarat tepat di sela-sela kedua bukit buah dadanya. Rasa kenyal yang diciptakan membuatku bereaksi untuk menggeser-geserkan pisang ambonku di celah kedua bukit itu. Ah.. geli sekali rasanya. Geli yang nikmat. Nikmat yang sangat. Beberapa kali tubuhku sampai tersentak-sentak oleh rasa geli yang muncul belakangan itu. Apalagi kedua telapak tangan Maryati kemudian menekan kedua pantatku ke bawah dan memutar-mutarnya. Aku hanya bisa melenguh menikmati bonus orgasme yang diberikannya.

    “Enak Mas?” kata Maryati ketika akhirnya aku rebah di sebelah kiri tubuhnya.
    “Hhheehh..” aku hanya bisa mendesah dan membalas kecupan bibirnya.
    “Mas Is seksi banget kalau lagi ngocok..”
    “Hmm.. asal jangan djadikan tontonan rutin saja..” sahutku masih terengah.
    “Kenapa?” tanyanya.
    “Masak mau ngocok terus?” sahutku.
    “Katanya sudah biasa..” katanya.
    “Ya, tapi kan sekarang sudah ada Dik Mar”, kataku.
    “Kalau saya sedang nggak ada, atau lagi berhalangan, gimana?” tanyanya.
    “Tergantung..” sahutku seenaknya.
    “Tergantung apa?” tanyanya lagi.
    “Tergantung yang menggantung!” kataku.
    “Iiihh..” tangan Maryati mencubit bagian tubuhku yang menggantung itu. Aku sampai berteriak. Tapi kemudian ia membelai-belai mesra buah pelirku.

    “Bagaimana kalau yang berhalangan saya?” aku lalu gantian bertanya.
    “Hmm..” ia tampak berpikir.
    “Ya, kalau dalam keadaan terjepit seperti itu ya harus bisa memanfaatkan kesempatan..” katanya.
    “Kok, kesempatan?” tanyaku heran.
    “Iya, yang sempit-sempit harus diberi kesempatan untuk tetap menjepit meskipun dalam keadaan terjepit..” jawabnya tenang sambil senyum-senyum.

    Aku tertawa ngakak mendengar balasannya yang cerdas itu. Segera kurengkuh pinggangnya dan kutindih tubuhnya sebelum ia sempat mengelak. Kutempelkan punyaku tepat di cekungan pangkal pahanya.

    “Jadi, kapan lagi mau menjepit yang menggantung?” tanyaku bercanda sambil menekan milikku ke miliknya.
    “Itu sih tergantung dari yang mau terjepit..” sahutnya kocak sambil sedikit menggoyangkan pinggulnya. Sialan, gerakannya membuatku berdesir.

    Tapi sore ini aku tak ingin terlalu menuruti hawa nafsu yang muncul. Maryati pun bukan type wanita yang menggebu-gebu nafsu seksnya. Bagi kami, yang penting adalah kualitas dalam bermain cinta, bukan kuantitas atau frekuensinya.

    Maka sore itu juga, setelah selesai mandi, Maryati memintaku untuk mengantarnya pulang ke rumah. Selama di mobil kami ngobrol dan guyon-guyon mengenai hal-hal yang ringan. Tak ada lagi acara saling remas seperti siang tadi. Karena semuanya sudah tersalurkan.

  • Cerita Ngentot Nakalnya Mama Andre Yang Kuat Nafsu Seks – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Ngentot Nakalnya Mama Andre Yang Kuat Nafsu Seks – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1462 views

    Perawanku – Minggu pagi yang cerah. Andre sarapan berdua saja dengan Mamanya di rumah. Biasanya acara sarapan hari minggu mereka lakukan bertiga bersama dengan papanya. Soalnya di hari-hari lain, tidak ada kesempatan untuk mereka dapat sarapan bersama, apalagi makan siang bahkan makan malam. Kesibukan kedua orang tuanya, menyebabkan mereka hanya dapat berkumpul bersama di hari minggu pagi.

    Papanya yang seorang direktur jenderal di Departeman Dalam Negeri selalu padat dengan kegiatan kantor. Sedangkan sang Mama yang aktivis kegiatan sosial selalu sibuk dengan urusan arisan, urusan anak-anak panti asuhan, anak-anak jalanan, anak-anak pengungsi Aceh, Maluku dan segala macam anak-anak lainnya. Akhirnya Andre, sang anak semata wayang, malah kurang diperhatikan. Bandar Bola Terpercaya

    Pagi itu, sang papa tidak bisa ikut sarapan bersama karena sedang melakukan kunjungan ke daerah. Katanya sih meninjau pelaksanaan otonomi daerah di tiga propinsi. Paling cepat baru kembali minggu depan. Meskipun kadangkala Andre merasa sedih karena sering ditinggal sendirian di rumah, namun Andre sesungguhnya menikmati kesibukan kedua orang tuanya itu. Rumah yang selalu sepi membuatnya lebih punya banyak kesempatan untuk memuas-muaskan nafsunya di rumah. Ia bisa melakukannya dengan Cindy, sang pacar, atau dengan Calvin teman sekaligus yang mengajarinya menjelang ujian akhir dan SPMB, atau juga rame-rame dengan teman-temannya dari Tim Basket SMU Dwi Warna.

    “Hari ini Mama pergi lagi Ma?” tanya Andre berbasa-basi pada Mamanya. Ia tahu pasti, sesudah sarapan nanti Mamanya pasti ngeluyur dari rumah dan baru pulang hampir tengah malam.
    “Iyalah sayang. Kamu kan tahu, Aceh sedang bergolak nih. Jadinya Mama makin sibuk mengurusi pengiriman stock makanan untuk saudara-saudara kita disana sayang,” jawab Mamanya dengan senyum penuh kebijakan.
    “Harus itu Ma, Andre juga mau pergi nih abis sarapan,” kata Andre.
    “Belajar bersama Calvin lagi?” tanya Mama, sambil memasukkan sepotong roti bakar melalui bibirnya yang tipis.

    Diusia yang hampir empat puluh tahun, Mama Andre masih kelihatan sangat cantik. Tubuhnya padat seperti gadis usia dua puluh tahunan saja. Gimana enggak, sang Mama kan rajin fitness dan makan makanan suplemen plus minum jamu untuk menjaga stamina dan kekencangan otot serta kulitnya.

    “Enggak Mah, Maen basket sama anak-anak,”
    “Lho, kamu kan sudah dekat ujian akhirnya sayang. Kok bukannya belajar bareng Calvin, malah maen basket?”
    “Ini juga main basketnya bareng Calvin kok Mah,”
    “Hmm,”
    “Iya. Kata Calvin, sekali-kali perlu refresing juga agar pikiran tidak butek karena belajar terus-menerus. Selain itu kesegaran tubuh kan harus dijaga ma,”
    “Gitu ya. Kalau gitu ya terserah. Yang penting kamu belajarnya yang bagus ya sayang, supaya bisa lulus dengan nilai baik di ujian akhir nanti. kalau nilai kamu kurang bagus, cita-cita kamu untuk masuk Akademi Angkatan Udara kan bisa gagal sayang”
    “Beres Mah, Yang penting Mama doain Andre selalu ya,”
    “Pasti sayang,” jawab Mamanya dengan senyum sayang.

    Andre melahap potongan roti bakarnya yang terakhir. Kemudian berpamitan pada Mamanya,

    “Andre pergi duluan ya Mah Mama kapan berangkatnya?” tanya Andre sambil mencium pipi Mamanya.
    “Setelah Mama beres-beres dulu sayang,”
    “Pergi sama Mas Dharma, Ma?”
    “Iya dong sayang. Abis sama siapa lagi. Kan supir Mama cuman dia satu-satunya,”
    “Oke deh Mah Andre berangkat kalau gitu,” kata Andre, disandangkannya ransel olah raganya ke bahunya.
    “Hati-hati ya sayang,”

    Andre menuju garasi di samping rumah untuk mengambil sepeda motornya. Ia bertemu dengan Mas Dharma disana. Supir Mamanya itu sedang asyik berbasah-basah ria, mencuci sedan milik Mamanya.

    “Selamat pagi Mas Andre,” sapa Mas Dharma ramah pada Andre sambil tersenyum manis memamerkan barisan giginya yang rapi dan putih.
    “Pagi Mas Dharma. Masih nyuci mobil Mas? Mama sudah mau berangkat tuh,”
    “Waduh, Mas harus buru-buru kalau gitu,” jawabnya.

    Kemudian ia sibuk mengelap mobil sedan itu dengan kain yang masih kering. Andre memandangi cowok itu dengan serius. Gimana enggak serius, Mas Dharma ini orangnya ganteng. Bodynya putih bersih dan kekar. Saat ini ia hanya menggenakan celana pendek tanpa atasan, memamerkan dada bidangnya yang dihiasi bulu-bulu halus nan lebat.

    Dengan cueknya di depan Andre, Mas Dharma mengangkat-angkat tangannya yang berotot itu saat mengelap atap mobil. Bulu-bulu lebat di lipatan ketiaknya yang putih itu terpampang jelas di mata Andre. Membuat jakun remaja ganteng itu naik turun menahan nafsu. Rencana Andre untuk segera meluncur menuju rumah Calvin akhirnya tertunda. Andre merasa sayang kehilangan kesempatan menikmati pemandangan bagus di depan matanya ini. Pelan-pelan ransel yang tadi sudah disandangnya diletakkannya di lantai. Ia mendekati Mas Dharma, pura-pura mengamati kegiatan mencuci mobil supir ganteng itu.

    “Mas, bagian atas ini masih basah nih,” komentarnya, ia tak mau menimbulkan kecurigaan Mas Dharma.

    Mas Dharma ini sebenarnya adalah salah satu dari dua orang ajudan papanya Andre yang bertugas di rumah mereka. Usianya masih muda, baru 24 tahun. Asli Manado. Dia lulusan STPDN. Demikian juga Mas Fadly ajudan papa Andre yang satu lagi, yang saat ini mendampingi sang papa melaksanakan tugas ke daerah. Mereka berdua bertugas sejak sang papa diangkat menjadi dirjen.

    Kedua ajudan ini sama-sama kekar. Maklum aja ketika pendidikan dulu mereka kan dididik semi militer. Kebetulan juga keduanya memiliki paras yang ganteng. Saat sang papa memperkenalkan kedua ajudan itu kepadanya, Andre blingsatan. Waktu itu keduanya datang dengan menggenakan seragam semi ketat. Andre dapat melihat dengan jelas otot-otot terlatih dibalik seragam mereka itu. Tonjolan besar di selangkangan mereka membuat kontol Andre ngaceng berat. Akhirnya untuk menuntaskan birahinya yang memuncak Andre melakukan onani di kamarnya, ia belum berani untuk ngajak mereka berhubungan sex. Andre selalu berharap suatu saat dia bisa ngerjain kedua ajudan itu. Namun sampai saat ini harapannya itu tak pernah kesampaian.

    Berdiri dekat-dekat Mas Dharma membuat birahi Andre semakin meningkat. Batang kontolnya sudah berdenyut-denyut. Ia tak mau ngecret sambil berdiri karena horny ngelihatin Mas Dharma. Segera ia meninggalkan ajudan jantan itu. Dalam pikirannya kemudian, lebih baik dia segera menuju rumah Calvin. Disana ia bisa menuntaskan hasratnya pada temannya itu sebelum mereka berangkat ke sekolah untuk main basket.

    Sepanjang perjalanan menuju ke rumah Calvin, bayangan lekuk-lekuk tubuh Mas Dharma sang ajudan ganteng, menari-nari di benak Andre. Apalagi ketika tadi Mas Dharma asyik nungging mengelap mobil, bongkahan buah pantat sang ajudan yang montok itu benar-benar membuatnya ngiler.

    Andre hampir tiba di rumah Calvin. Tiba-tiba disadarinya ransel olah raganya tak tersandang dipunggungnya. Gara-gara mengamati sang ajudan ia terlupa mengambilnya lagi saat pergi. Segera Andre memutar laju sepeda motornya kembali ke rumahnya. Gimana dia mau main basket kalau pakaian basket tak dibawanya.

    Tak sampai lima belas menit, Andre sudah kembali ke rumah. Dilihatnya mobil sedan sang Mama yang mengkilap masih terparkir dengan rapi di garasi.

    “Dasar Mama, beres-beres aja lama banget,” pikirnya.

    Dicarinya ranselnya di garasi, namun tak ditemukannya disana. Kemana ya? Ia segera menuju dapur mencari Mbak Minah, pembantu rumahnya. Barangkali pembantunya itu menyimpan tasnya.

    “Eh, Mas Andre. enggak jadi perginya Mas?” tanya Mbak Minah.
    “Tadi sudah pergi. Tapi ransel saya ketinggalan. Mbak ada lihat enggak?”
    “Enggak ada Mas. Memangnya tadi Mas Andre tinggalin dimana?”
    “Di garasi, waktu Mas Dharma nyuci mobil tadi,”
    “Mungkin dibawa sama Mas Dharma kalau gitu,”
    “Mas Dharma kemana Mbak?”
    “Mungkin di kamarnya Mas, kan mau pergi dengan ibu,”

    Andre segera menuju kamar tidur Mas Dharma. Tapi tak ada orang disana. Ia hanya menemukan dua tempat tidur yang kosong, milik Mas Dharma dan Mas Fadly. Kamar mandi didalam ruangan kamar itu juga kosong. Ia kembali ke dapur menemui Mbak Minah.

    “Enggak ada Mbak, kemana ya?”
    “Coba liat di ruang kerja Bapak Mas. Tadi ibu menyuruh saya memanggil Mas Dharma ke ruang kerja Bapak. Tapi apa masih disana ya? Coba liat dulu Mas,”

    Andre segera menuju ruang kerja papanya yang terletak disamping kamar tidur kedua orang tuanya itu. Sesampainya disana dilihatnya pintu kamar kerja sang papa tertutup. Ia memutar gerendel pintu itu, ternyata terkunci. Andre segera menuju kamar kedua orang tuanya. Barangkali Mamanya masih di kamar itu beres-beres. Ia bisa bertanya tentang keberadaan Mas Dharma pada Mamanya. Diputarnya gerendel pintu kamar itu, ternyata tidak terkunci. Andre segera memasuki kamar besar itu. Mamanya tidak terlihat duduk di meja riasnya. Matanya menelusuri seluruh isi kamar. Kosong. Pintu kamar mandi Mamanya terbuka, tak ada orang disana.

    Matanya kemudian tertumbuk pada pintu penghubung antara ruang kerja papanya dengan kamar tidur kedua orang tuanya itu. Pintu itu dilihatnya buka sedikit. Andre mendekati pintu itu. Barangkali Mamanya ada disana, pikirnya. Ketika langkahnya semakin dekat dengan pintu kamar itu, telinganya tiba-tiba menangkap suara-suara dari ruang kerja papanya. Ia menghentikan langkahnya, mencoba berkonsentrasi mendengarkan suara itu. Tiba-tiba jantung Andre berdegup dengan keras. Perasaannya mulai tidak enak. Suara yang didengarnya itu adalah suara-suara erangan-erangan tertahan, milik laki-laki dan perempuan.

    Andre semakin mendekat ke pintu kamar yang terkuak itu. Ia longokkan kepalanya sedikit ke celah pintu yang terbuka itu. Serta merta mata Andre melotot melihat pemandangan di ruang kerja papanya itu. Diatas meja kerja papanya, dua manusia lain jenis dalam keadaan bugil sedang asyik memacu birahi dengan penuh nafsu. Kedua manusia itu tiada lain tiada bukan adalah Mamanya dan Mas Dharma sang ajudan! Kaki Andre terasa lemas, jantungnya seperti mau copot.

    Dari tempatnya berdiri saat ini ia dapat melihat sang Mama sedang ditindih oleh Mas Dharma. Mama Andre telentang dengan kaki mengangkang lebar diatas meja, sedangkan diatasnya Mas Dharma melakukan genjotan pantat dengan gerakan yang cepat dan keras sambil bibirnya melumat bibir sang Mama dengan buas. Meskipun ia tak bisa melihat batang kontol Mas Dharma, karena terhalang oleh paha Mamanya, namun ia yakin seyakin-yakinnya, batang kontol milik ajudan ganteng itu sedang mengebor lobang vagina Mamanya tanpa ampun. Baik Mamanya maupun Mas Dharma sama-sama mengerang-erang keenakan.

    Andre tak pernah menyangka akan menyaksikan peristiwa ini. Ia tak pernah menyangka Mamanya akan melakukan zinah dengan ajudan papanya sendirinya. Mamanya yang selama ini dikenalnya sebagai aktivis kegiatan sosial dan selalu berbicara soal norma-norma moral, ternyata melakukan perselingkuhan di ruang kerja milik suaminya sendiri!

    Andre tidak tahu harus melakukan apa. Ia sangat marah. Mukanya merah, tangannya mengepal-ngepal menahan amarah yang membara. Ia menarik kepalanya dari celah kamar. Dengan kesal dihempaskannya tubuhnya ke atas tempat tidur orang tuanya. Dari ruang kerja papanya terdengar racauan-racauan mesum dari mulut Mamanya dan sang ajudan.

    “Ohh.. Ohh.. Enakkhh.. Terusshh..,” racau Mamanya.
    “Hihh.. Hihh.. Apahh.. Yang enakhh.. Hihh.. Buh..,”
    “Konthollsshh.. Kamuhh.. Dahrmahh.. Ouhh..,”
    “Ibuh sukahh.. Hihh.. Ouhh.. Ouhh.. Sukahh??,”
    “Sukahh.. Besar.. Bangethh.. Ouh.. Dharmahh..,”
    “Hihh.. Mememkhh.. Ibuhh.. Jugahh.. Enakk.. Buhh.. Ohh..,”
    “Enakhh?? Benar.. Enakhh.. Darmahh..??”
    “Yahh.. Iyahh.. Buhh..,”

    Meskipun sangat marah, racauan yang didengarnya itu sungguh-sungguh sangat merangsang. Birahinya mulai bangkit. Akhirnya meskipun dilanda kemarahan, remaja ganteng itu kembali mendekati pintu penghubung kamar itu. Ia kembali mengintip persenggamaan mesum Mamanya dan Mas Dharma itu. Persenggamaan mereka sangat bersemangat dan kasar, racauan mereka benar-benar sangat merangsang, akibatnya Andre tak mampu menahan kontolnya yang mulai mengeras. Tangannya kemudian menyusup ke balik celananya, meremas-remas batang kontolnya sendiri.

    “Enakhh.. Manah.. Samah.. Ohh.. Memmek.. Bu.. Menterihh.. Ohh..,” racau Mamanya lagi.
    “Enakkhh.. Mememkhh.. Ibuhh..,”
    “Mmmasakhh sihh.. Dharamahh.. Oohh.. Yesshh.. Disituhh.. Ahh..,”
    “Iyahh.. Buhh.. Masih.. Serethh.. Ohh.. Njepithh..,”

    Andre kaget mendengar racauan itu. Tak disangkanya ternyata Mas Dharma ini pernah ngentot sama istri menteri juga rupanya.

    “Kalauhh.. Samahh.. vagina.. Fenihh.. Pacarhh.. Kamuhh..?”
    “Ohh.. Samah.. Samahh.. Enaknyahh, .. Buh.. Ohh..,”
    “Dasarhh.. Sshh.. Gombalhh.. Ouhh..,”
    “Ohh.. Ohh.. Ohh.. Yahh.. Ohh., ..,”
    “Kerashh.. Oohh.. Besarhh bangethh.. Ohh..,”
    “Besar manahh buhh.. Sama kontolhhsshh.. Fadlyhh.. Ohh..,”
    “Samahh.. Samahh.. Sayanghh.. Ohh.. Yesshh..,”

    Mas Fadly??!! Andre benar-benar tak menyangka. Ternyata Mamanya pernah juga ngerasain batang kontol ajudan papanya yang satu lagi itu.

    Beberapa saat kemudian sang Mama dan Mas Dharma berganti posisi. Mas Dharma tidur telentang diatas meja kerja dengan kedua pahanya yang kokoh dan berbulu itu menjuntai ke bawah. Sang Mama kemudian duduk diatas selangkangan Mas Dharma. Saat Mas Dharma mengatur posisi, Andre sempat melihat barang perkasa Mas Dharma dengan jelas. Benar-benar besar, gemuk dan panjang dihiasi dengan bulu jembut yang lebat. Panjangnya sekitar dua puluh centimeter. Pantes aja Mamanya keenakan banget.

    Andre membayangkan bagaimana bila kontol besar milik Mas Dharma itu membetot lobang pantatnya. Pasti gesekannya terasa banget. Lebih terasa dari punya si Wisnu, teman basketnya yang putra bali itu. Tiba-tiba muncul pikiran nakal di benak Andre. Ia ingin ngerjain Mamanya dan sang ajudan. Dikeluarkannya ponsel mungilnya yang memiliki fasilitas video phone itu dari saku celananya. Sambil terus meremas-remas kontolnya sendiri, Andre merekam persenggamaan mesum Mamanya dan Mas Dharma itu.

    Sang Mama menggenjotkan pantatnya naik turun dengan keras. Mas Dharma membalas dengan genjotan pantat yang tak kalah keras. Suara tepokan terdengar keras,

    “Plokk.. Plokk.. Plokk.. Plokk..,”

    Kamar kerja papa Andre diramaikan dengan suara-suara erangan, jeritan, desahan dari mulut Mamanya dan Mas Dharma.

    “Hahh.. Hahh.. Hahh.. Ohh.. Tekan lebihh.. Dalamhh,” erangan Mas Dharma kedua tangannya meremas-remas payudara Mama Andre.
    “Hihh.. Beginihh.. Hihh..,”
    “Lagihh.. Ohohh.. Ahh.. Ahh..,”
    “Hihh.. Beginihh.. Ohh..,”
    “Yeshh.. Yeshh.. Terusshh.. Ohh.. Ohh..,”

    Tiba-tiba tubuh Mas Dharma yang tadi berbaring bangkit. Dalam posisi tubuh menekuk, kepalanya bersarang di payudara sang Mama yang besar dan bergoyang-goyang akibat genjotan yang mereka lakukan. Dengan buas Mas Dharma mengisap pentil payudara sang Mama yang kemerahan.

    “Ohh.. Dharmahh.. Nakalhh kamuhh.. Ohh.. Enakhh..,” Mama meracau semakin menggila.

    Kepalanya bergoyang ke kiri ke kanan. Rambut yang sebahunya yang basah oleh keringat berkibar-kibar. Mama Andre benar-benar keenakan. Kedua tangan sang Mama memeluk punggul lebar Mas Dharma dengan kuat. Tak sampai lima menit dalam posisi seperti itu. Tiba-tiba genjotan Mama berhenti. Mulutnya meraung keras. Pantatnya bergetar menekan keras menggencet selangkangan Mas Dharma. Tubuhnya yang basah oleh keringat berkelojotan.

    “Ahh.. Akuhh sampaihh.. Ouhh..,” erangnya.

    Mas Dharma terus menyelomoti payudara sang Mama. Semenit kemudian kepala sang Mama terlihat bertumpu ke bahu Mas Dharma. Ia lemas karena orgasmenya.

    “Saya lanjuthh yah buhh..,” kata Mas Dharma minta ijin melanjutkan. Soalnya orgasmenya belum datang.
    “Silakan Dharmahh.. Ohh..,” suara sang Mama terdengar lemas.

    Mas Dharma kemudian turun dari meja kerja itu. Tanpa melepaskan kontolnya dari lobang vagina sang Mama, Mas Dharma membopong tubuh sang Mama kemudian membaringkannya telentang diatas lantai yang berkarpet. Kemudian ia kembali melanjutkan pekerjaannya menyetubuhi sang Mama. Andre bisa melihat tubuh Mamanya yang lemas itu dikentot Mas Dharma dengan penuh keperkasaan.

    “Sakit buhh.. Ahh..?”
    “Terus sayanghh.. Saya istirahat sebentar ahh.. Kamuhh terusshh ajahh.. Ohh..”

    Tak sampai lima menit sang Mama kembali bergairah. Pantatnya kembali bergerak-gerak dengan luwes membalas gerakan Mas Dharma. Rupanya sang Mama tak mau hanya menjadi objek. Tiba-tiba ia membalikkan posisi, untuk kemudian menindih tubuh atletis sang ajudan ganteng yang bersimbah keringat. Dengan penuh semangat sang Mama kemudian menggenjot pantatnya naik turun mengocok batang kontol Mas Dharma dengan memeknya yang basah dengan cairan lendirnya sendiri, sambil menciumi bibir ajudan muda ganteng itu dengan binal. Dari mulutnya keluar erangan-erangan,

    “Urghh.. Urghh.. Yahh.. Yahh,”
    “Ohh.. Ibuhh.. Ohh.. Buashh.. Banget.. Ohh..,” racau Mas Dharma.
    “Kamuhh.. Sukahh.. Kanhh..,”

    Begitulah. Permainan cabul antara Mamanya Andre dan Mas Dharma yang memakan waktu tak kurang dari dua jam itu akhirnya usai dengan skor 5-2 untuk kemenangan Mas Dharma. Maksudnya, sang Mama ngecret tiga kali, sedangkan Mas Dharma ngecret dua kali saja didalam vagina sang Mama.

    Andre sendiri ngecret dua kali. Sperma kentalnya melumuri daun pintu kamar penghubung. Ia sangat terangsang menyaksikan live show sang Mama dan Mas Dharma. Ia tak sabar untuk segera dapat mengerjai sang ajudan yang gila ngentot itu. Dengan tubuh yang masih terasa lemas akibat orgasme, perlahan-lahan Andre meninggalkan kamar orang tuanya. Spermanya yang menempel di daun pintu kamar dibersihkannya terlebih dahulu. Saat meninggalkan kamar, Andre, masih sempat melirik Mamanya dan Mas Dharma yang berbaring saling berpelukan di lantai. Keduanya terlihat sangat lelah.

    Andre segera melaju kembali dengan sepeda motornya menuju rumah Calvin. Sepanjang perjalanan ia menyusun rencana untuk mengerjai Mamanya dan Mas Dharma nanti. Ia tersenyum-senyum cabul membayangkan rencananya itu.

    Setiba di rumah Calvin, teman sekolahnya itu sudah menunggu di teras sambil duduk santai membaca majalah remaja. Calvin menggenakan t-shirt putih polos dan celana jeans biru plus topi pet hitam. Wajah gantengnya tersenyum senang menyambut kedatangan Andre.

    “Kok telat Ndre?” tanyanya.
    “Sorry Vin. Ada urusan sama Mama tadi,” jawab Andre nyengir, “Kita langsung cabut aja yuk. Sudah hampir jam sepuluh nih,”

    Calvin mengiyakan, segera ia duduk di boncengan, rapat di belakang tubuh Andre. Tangannya diletakkannya di paha Andre. Kemudian kedua remaja SMU itu melaju menuju sekolah mereka.

    “Kok enggak bawa baju olah raga Vin?” tanya Andre di tengah perjalanan.
    “Enggak usahlah. Gue kan bukan anak basket. Kesana juga cuman mau liat permainan basket doang,” jawabnya.
    “Liat permainannya, atau liat pemainnya nih?” tanya Andre menggoda.
    “Dua-duanya. Hehehe,”
    “Vin, ini perasaan gue aja tahu emang benar sih?”
    “Maksud lo?”
    “Elo ngaceng ya? Kok rasanya ngeganjal nih di bokong gue,”
    “Enak aja!”

    Andre tertawa ngakak. Sementara Calvin tersenyum malu di boncengan. Kontolnya memang sudah ngaceng sejak nungguin Andre dari tadi. Ia tak sabar menantikan apa yang akan terjadi nanti di sekolah.

  • Foto Gadis Pelayan Hotel Di Paksa Ngentot – Foto Ngentot Jepang Terbaru 2018

    Foto Gadis Pelayan Hotel Di Paksa Ngentot – Foto Ngentot Jepang Terbaru 2018


    2055 views

    Perawanku –  Di paksa ? Tentu sangat membuat anda terangsang bukan, apalagi ketika anda melihat seseorang wanita dengan kriteria anda lewat dengan wajah yang manis putih body sexy dengan buah dada yang besar, Tentunya anda sangat ingin langsung membawanya kesebuah kamar bukan untuk langsung memuaskan hasrat seksual anda pada diri nya.

    Tapi jangan kasar begitu sahabat 139.99.33.211, digunakan dengan cara halus donk seperti foto berikut ini : Kumpulan Foto Gadis pelayan jepang yang di paksa melayani nafsu buas Penghuni Hotel.

  • Pengalaman Hangat Ngentot Threesome

    Pengalaman Hangat Ngentot Threesome


    1416 views


    Perawanku – Aku bekerja di sebuah perusahaan Event Orgenizer yang cukup terkenal di Jakarta. Disana aku bekerja sebagai Senior Account Executive. Klien terbesarku adalah U*******r. Aku telah banyak menggoalkan proposal event yang kukerjakan bersama teamku, namun pada saat presentasi biasanya aku sendirian atau berdua dengan staffku seorang junior account executive atau salah seorang dari team kreatif.

    O ya, namaku Aryo, biasa dipanggi Ari. Usiaku 29 tahun belum menikah, belum punya pacar, saat ini. Asli Bandung namun aku mengontrak rumah kecil, dekat yang dengan kantorku di bilangan Gatot Subroto. Penghasilanku lumayan, hasil tabunganku 4 tahun bekerja di 3 perusahaan periklanan, dapat membeli mobil yang kuidamkan, sebuah Mercy Tiger tahun 1986, warna hitam dan gaya custom pelek lebar 18 inch, body ceper gaul, dan audio dengan sound quality yang memanjakan telinga. Cukup cocok mendukung pekerjaan dan penampilanku. Setidaknya orang dapat menilaiku seorang eksekutif menengah di sebuah perusahaan.

    Senin pagi itu aku ada janji bertemu dengan Brand Manager U******r, untuk produk shampo terkenal, berkaitan dengan pitching event shampo tersebut yang cukup menyita waktu istirahatku. Berangkat pagi pulang subuh, selama dua minggu walau diselingi dugem di HR atau di daerah Kemang sebagai pelepas penat.

    “Selamat siang, ada yang bisa dibantu?” gadis manis receptionist menyapa dengan senyum ramah di wajahnya.
    Lumayan, agak menurunkan tensi, karena terus terang hari itu aku merasa tegang sekali berkaitan dengan proposal event yang sempat aku presentasikan seminggu yang lalu.

    “Bisa bertemu dengan Ibu Silvy? Saya ada janji bertemu dengan beliau, Saya Ari, dari I*****”, sambil menunjukkan name tag-ku.
    “Mohon ditunggu sebentar, Ibu Silvy sedang ada tamu”, sambil mempersilahkan duduk, Cinthya tersenyum kembali. Link Alternatif HokiJudi99
    Kutahu namanya dari name tag-nya.
    “Revi kemana Mbak?” tanyaku menanyakan receptionist yang pernah kutemui saat aku presentasi.
    “Dia sudah resign, persis satu minggu yang lalu”.
    Ooo.. berarti ketika aku presentasi, hari itu adalah hari terakhirnya Revi.

    Imut sekali. Lebih cantik dari Revi Tidak terlalu tinggi, tapi terlihat manis dengan blazer coklat, blouse krem dan rok sepaha, yang cukup lumayan tinggi, hingga kulit pahanya yang mulus terlihat dengan jelas. Sepatu hak tinggi menambah seksi kaki mungil cinthya. Usianya kira-kira 24 atau 25 tahun. Ah,.. sudahlah, setidaknya dengan melihat Cinthya pikiran ku agak sedikit rileks, berhubung minggu lalu aku dibantai habis-habisan oleh Ibu Silvy, mulai dari konsep event hingga budget yang kuajukan. Berbeda dengan brand manager produk lainnya, Ibu Silvy agak sedikit dingin namun kritis sekali dalam menilai sebuah proposal. Pertanyaan yang bertubi-tubi pada saat presentasi menandakan beliau sangat berpengalaman sekalidalam menghandle produk. Saat fantasiku melayang memikirkan Cinthya dengan lingeries (dasar cowok), tiba-tiba suara Cinthya memecah konsentrasiku..

    “Pak Ari, silakan, ditunggu di ruang kerja Ibu Silvy”, sambil berdiri dekatku yang duduk di sofa ruang tunggu.
    Bau Cool Water women tercium harum sekali menambah tajamnya fantasiku tentang Cinthya, yang kusimpan dulu sementara untuk dilanjutkan setelah bertemu Ibu Silvy. Cinthya jalan didepan mengantarku menuju raung kerja Ibu Silvy. Roknya cukup ketat, hingga menampilkan garis CD yang tidak biasanya ku lihat.. G-String! Woow.. Kalau aku Ryo Saeba (City Hunter) tentunya aku telah dibuatnya mimisan. Tamu Ibu Silvy terlihat keluar dari ruangan Ibu Silvy. Sososk yang tidak mungkin kulupakan, Hendra! bajingan itu mencuri konsepku dua tahun yang lalu ketika sama-sama kerja di B**O. Kurang ajar.. ngapain dia ketemu Ibu Silvy? Apakah dia mengerjakan proyek yang sama seperti aku tangani sekarang? Diakah musuh pitchingku? Who cares! Ketika saling papasan kami hanya saling pandang sebentar dan berlalu begitu saja..

    “Ibu, pak Ari dari I*****”, Cinthya memberitahu Ibu Silvy yang sedang duduk menghadap jendela kaca.
    Begitu membalik, Ibu Silvy sedang memegang proposalku dan melemparnya ke meja dihadapan beliau. Glek!.. This could be the end of the world.. Perasaanku semakin tidak enak, karena pengalamanku selama mengerjakan 19 proposal proyek event atuapun Integrated Marketing Communication, hanya 2 yang ditolak, itupun kalah pithcing denga agensi lain. Berarti ini yang ketiga dari 20.. que sera sera.. what ever will be, will be.

    “Duduk Ri,..” seiring pintu ditutup Cintya dari luar.

    Kira-kira 3 menit ruangan itu hening. Terus terang aku semakin grogi dibuatnya. Tidak terpikirkan satu katapun untuk diluncurkan membuka kebekuan ini. Ibu Silvy melihat proposalku sambil sesekali melirik padaku. Gilaa.. Aku semakin salah tingkah dibuatnya.. tidak pernah sebelunya aku merasa setegang ini dan menjadi tidak pede.

    “Ha.. ha.. ha.. ha.. nggak usah tegang gitu deh Ri!” sambil berdiri dan berjalan ke lemari es kecil di samping sofa di ruangannya.
    “Mau minum apa Ri..?” sambil membuka lemari beliau berkata.
    Puihh.. tensiku sedikit menurun.

    “Ehm.. anything you drink.. same as you I guess”, masih beku lidahku, walaupun di lemari es itu kulihat Vodka Cruiser, minuman kegemaranku.
    Beliau mengambil 2 Coke kaleng dingin. Satu ditaruhya di depanku setelah sebelumnya beliau buka.

    “Honestly.. I do like your proposal.. very much!” sambil kemudian meneguk Coke dari kalengnya.
    Sedikit mengibaskan rambutnya sebelum minum, leher jenjangnya terlihat putih, sangat seksi..

    Hampir loncat dari kursi aku mendengarnya dan berteriak hore.. Namun tidak kulakukan.. Jaim.. jaim Ri..

    “O ya..? How could you posibbly like my proposal? Perasaan aku bikinnya nggak begitu pede bu,” kataku merendah, sambil kumundurkan badanku menyentuh sandaran, hingga merasa rileks.

    “Oo.. jadi kalo pede, mungkin lebih bagus lagi yaa..? Ah, lu bisa aja deh Ri”, sambil sedikit tertawa.
    Hari itu Ibu Silvy yang kukenal ketika pertama kali presentasi sangat berbeda. Imageku tentang Bu Silvy langsung berubah 180 derajat. She’s so lovely today.

    “Mmm, sini deh Ri..!” kembali berdiri dan berjalan menuju sofa. HokiJudi99
    Sedari tadi baru sekarang aku penampilan Ibu Silvy yang begitu menggairahkan, karena konsentrasiku masih tertuju pada proposal. Blouse putih, tipis ketat, menampilkan garis bra hitam yang begitu menggoda. Rok tinggi hitam dan stocking hitam tipis membungkus kakinya, ditambah sepatu hak tinggi bergaya stilletto semakin menambah beliau seksi.

    Aku berjalan mengikuti beliau duduk di sofa. Beliau duduk di one piece sofa sedangkan aku duduk di sofa besarnya. Aku duduk agak di tengahnya dan beliau duduk di sofa sebelah sofaku dan membentuk sudut 90 derajat kira-kira.

    “I like the idea about hair test.., hal itu dapat membangkitkan ketergantungan konsumen pada produk S*****k. I mean, we can find the reason why people must use certain variances..”, kulihat semangat di matanya, pertanda proposalku diterima. Bahasanya campur aduk Inggris-Indonesia, lu gue, dan segala kosa kata yang masih kumengerti.

    Percakapan itu semakin hangat. Gestur Ibu silvy semakin santai dengan bermacam posisi. Sekali-kali bersandar, kemudian maju lagi. Seringkali menyilangkan kakinya bolak-balik, membuat aku sedikit melirik ke arah pahanya dan memikirkan apa yang ada di balik roknya, membuatku semakin tidak enak duduk, karena burungku sudah ingin lepas dari sangkarnya. Apalagi beliau sering sekali menepuk pahaku, walaupun aku sudah berusaha untuk menjauh sedikit, karena ingin menjaga imageku. Hingga akhirnya dudukku semakin ketengah sofa, yang otomatis membuat jarak duduk cukup satu orang di sampingku. Konsentrasiku semakin terpecah, ya mendengarkan Ibu Silvy, sambil sesekali membalas percakapan, dan melihat beberpa bagian tubuh Ibu Silvy, muali dari kancing atas blousnya yang tidak tertutup, yang dengan jelas memperlihatkan dua bukit tertutup bra berlace hitam, dan ke arah bagian paha hingga dalamnya rok atasnya.

    “But, before I accept this proposal, ada beberapa hal yang pengen gue omongin sama elu”, sambil menarik badannya bersandar pada sofa.
    Jarak duduk dia yang agak jauh dengan senderan sofa, membuat dia agak sedikit berbaring. Kedua pahanya terbuka, membuat aku semakin penasaran daerah yang tadinya gelap. Tanggannya menarik sedikit roknya ke atas. Jantungku sedikit berdegup keras, sambil menelan ludah mataku terkonsentrasi pada daerah tadi.

    “Gue dari tadi merhatiin elu liatin badan gue.., lu suka khan..?” sambil senyum sedikit menggoda.
    “Eehhm.. mm.. mmaksud Ibu..?” tergagap aku mendengar pertanyaan itu.
    “Gak usah panggil gue Ibu, panggil gue Silvy”, sambil berpindah posisi duduknya di sebelahku.
    Gila.. mau ngapain nih si Ibu? Pikirku dalam hati. Terus terang, hasrat kelelakianku makin kuat.
    “Don’t be so naive.. Ini khan yang lu tunggu..?” bibirnya mendekati mukaku.


    Kontan aku menyambutnya. Hilang sudah perasaan sungkanku pada beliau. Yang ada hanya nafsu yang ingin kupuaskan, setelah 2 minggu puasa kebutuhan biologis, mengerjakan proposal proyek ini. Bibir kami bersatu, lidah kami saling menyeruak masuk ke dalam rongga mulut. Sambil mendorong badanku hingga akhirnya tiduran di sofa panjang itu, Silvy, begitulah kupanggil namanya sekarang tanpa atribut Ibu, semakin agresif meraba burung yang masih dalam sangkar namun sudah berdiri tegak. Rasa pegal di burung akhirnya hilang ketika kusadari Silvy telah membuka celanaku, dan mengeluarkan penis yang berdiri tegak, mencari sangkar hangat.

    “Jika lu mau proyek ini goal, puasin gue sekarang.. ngerti? Gue gak ragu-ragu untuk menunda atau menolak porposal lu, kalo lu gak puasin gue hari ini..”, ancaman itu terdengar menantang sekaligus anugrah yang tak terkira.
    Kemejaku telah terbuka, Silvy menjilati dan mencium leherku, kemudian turun menjalar ke bawah, centi demi centi dadaku, hingga akhirnya menjilati dan menciumi putingku. Putingku digigitnya, menimbulkan sensasi luarbiasa. Aku berusaha melepas baju yang dipakai Silvy, hingga akhirnya kulempar entah kemana. Tinggallah silvy hanya menggunakan bra hitam seksi, sambil masih menjilati tiap centi dadaku.

    “Oooh.. Sil.. god.. mmh” aku meracau menikmati permainan lidahnya.
    Silvy begitu buas menjilati dadaku yang ditumbuhi sedikit bulu. Tanganku meraih pengait bra, dan terlepas. Kulepaskan dan kulempar lagi entah kemana. Kini dua daging kembar itu menyentuh perutku. Semakin Silvy bergerak kebawah, terasa gumpalan daging itu memijat penisku dan semakin memberikan sensasi luar biasa. Tiba-tiba, Silvy menghentikan kegiatannya, dan berdiri.

    “Tunggu, gue punya kejutan tambahan buat lo..”, sambil berjalan menuju telepon.
    “Cin, ke ruangan ku sebentar,.. gantiin tugas mu sama Marini. Minta sama dia, Gue gak mau terima telepon, gue gak terima tamu hari ini sampe jam 5. Is that clear?” jawaban Cinthya di speaker phone mengakhiri permintaan Silvy.
    Aku kaget setengah mati, dan buru-buru mengancingkan kemejaku dan berusaha merapikan celanaku.

    “Ri, nggak perlu deh lu rapiin, .. ..”, ujar Silvy, seraya pintu dibuka oleh Cinthya.
    Cinthya tersenyum ke arahku, sambil mengunci pintu dari dalam dan lalu menghampiri Silvy yang masih berdiri dekat meja. Kekagetanku bertambah, ketika mereka berpelukan dan saling cium ala french kiss. Cinthya meremas payudara Silvy, sambil berciuman.

    “Cin, mau kan nemenin aku muasin diriku bareng Ari?” tiba-tiba Silvy berubah jadi romantis.
    Cinthya mengangguk tanda setuju dan tersenyum ke arahku. Fantasiku jadi kenyataan, akhirnya aku dapat menikmati tubuh Cinthya.

    Mereka berdua menghampiriku. Silvy kembali menciumku, bibir kami saling berpagut. Sementara Cinthya mengeluarkan batang penisku, yang kemudian dihisapnya. Woow sensasi luar biasa.

    Gantian kuhisap payudara Silvy, dan dia pun melenguh.
    “Eughh.. hmm.. Ari.. ahh..”, ceracau Silvy, sambil kuremas pantatnya.
    Kusingkapkan roknya, dan ternyata Silvy memakai pantyhose, stocking celana. G-String hitam membayang menambah gairah. Sementara Cinthya masih sibuk dengan penisku. Hisapan sangat enak, pertanda dia pun pengalaman. Sambil membuka satu-persatu pakaiannya, Cinthya menjilati zakarku, ujung penisku pun tak luput dibikin geli olehnya, hingga akhirnya tinggal g-stringnya yang masih menempel.

    Aku akhirnya berbaring di sofa panjang, gantian Silvy menjilat dan menghisap penisku, sementara vagina Cinthya berada di atas mukaku. Kujilati vagina yang sudah mulai becek dari sela g-string yang masih menempel.

    “Ahh, .. Ehm.. nikmath sekalihh.. uhh..”, lidahku menari di vagina Cinthya.
    Cinthya membungkuk hingga akhirnya kami membentuk posisi 69, bergabung dengan Silvy yang tengah menghisap penisku. Bergantian mereka menjilat dan menghisap penisku, dan kadang mereka saling menjilat lidah masing-masing, ataupun berciuman.

    “Slurp.. Slurp.. mmcup.. ahh.. slurp..”, bunyi hisapan bercampur air liur mereka yang membasahi penisku.

    “Aaach.. Arii.. ohchh.. aahh”, Cinthya berteriak, tanda orgasme.
    Mulutku pun belepotan oleh cairan vagina Cinthya. Cinthya beranjak dari mukaku dan duduk di sofa satunya lagi.

    “Sekarang giliranmu Sil”, kataku mulai berani untuk mengimbangi permainannya.
    Rasa sungkan itu hilang seiring munculnya nafsu menggebu untuk turut menikmati vagina Silvy. Silvy berbaring di sofa panjang. Terlihat noda basah di sekitar pantyhose yang menutupi g-string dan vaginanya.

    Kujilati perlahan pantyhosenya, menambah lebarnya noda basah tersebut. Kuakui, akhirnya aku menyukai wanita dengan pantyhose terpasang seperti Silvy. Silvy menggelinjang keenakan. Kugigit hingga sobek pantyhosenya, hingga membuat lubang dan dengan jelas menampakkan CD hitam seksinya. Kusingkapkan ke pinggir, hingga celah vagina Silvy terlihat. Peduli amat aku harus ganti atau tidak pantyhosenya. Seribu pantyhose pun yang dia minta pasti kuganti.. mercy aja aku bisa beli apalagi yang begituan.

    Penetrasi lidahku semakin buas, membuat Silvy mengerang kenikmatan, dan sesekali berteriak. Kutahu pasti ruangan itu kedap suara, karena pintunya pun sangat tebal, duakali tebal pintu biasa kali. Sementara itu Cinthya yang masih kelelahan, memainkan vaginanya dengan jari, sambil menikmati permainanku dengan Silvy.

    Erangan kuat Silvy menandai dia telah mencapai puncaknya, semakin besar pula lah, noda basah di pantyhose sekitar vaginanya.

    “Ari.. aku puas banget, Ri sungguh..”, Silvy memuji permainan lidahku.
    “Just wait ladies, you haven’t seen it all..”, kataku sambil melepaskan kemeja yang sudah terlepas kancingnya.
    Kuturunkan juga celana lea permanent pressku dan cdnya.

    Perlahan ku hampiri Silvy yang masih terbaring. Kuraih kaki indah yang masih terbungkus pantyhose hitam. Kujilati ujung kakinya, sambil sesekali kukgigit perlahan, menimbulkan rasa geli yang tak dapat ditahan Silvy, hingga tubuh indah Silvy bergerak ke kanan dan ke kiri. Kaki Silvy menimbulkan bau harum khas yang menambah naiknya libidoku ke ubun-ubun. Ku sususri betis hingga paha dengan lidahku, hingga akhirnya sampai pada vagina basahnya. Sekitar lima menit kujilati, lalu aku berdiri tegak. Bagai pedang terhunus, ku dekatkan penis tegak ini ke vagina Silvy. Lewat lubang pantyhose yang kubuat dan celah g-string yang tersingkap, ku mainkan penisku, mengusap labia mayora Silvy yang sudah becek.

    “Masukin.. Ri.. Ayoo.. Masukin sayang, aku udah nggak tahan.. jangan sikhsa akuhh Rii.. Ingat proposalmu sayang.. ohh..” dalam keadaan terangsangpun Silvy masih bisa mengancam.

    “Siap ya sayang..,” dan perlahan centi-demi centi batang penisku amblas di vagina hangat dan sempit ini.
    Bless.. seluruh batangku dilahap vagina Silvy. Rasa hangat dan geli semakin terasa. Apalagi vagina Silvy seperti memijat penisku. Perlahan kucabut dan kumasukkan kembali dengan tempo yang semakin cepat. Tangan Silvy merangkul leherku. Gerakan pantatku maju mundur dengan irama yang makin cepat.


    “Oh.. Oh.. Oh.. Good.. ah.. aa.. aahh” kata-kata itu muncul seirama dengan keluar masuknya penisku di vagina Silvy.
    Smentara itu Cinthya yang sedari tadi memainkan vaginanya, menghampiri Silvy. Bibir mereka saling berpagut, kemudian lidah Cinthya menjalar ke leher hingga payudara Silvy. Dihisapnya puting Silvy sambil sesekali digigitnya.

    “Damn it, You fuck me ghhoodd.. occhh.. .Shit!” Silvy kembali meracau.
    “I wanna cum.. I wanna cumm.. AAHH.. Shit.. You’re really good honey..”.
    Tidak percuma aku merawat tubuhku di Gym hotel Mulia Senayan. In fact, aku juga punya langganan tetap penyaluran hasratku di sana. Seorang Instruktur aerobic cewek.

    Kucabut perlahan penisku dari vagina Silvy. Aku menghampiri pantat Cinthya yang masih sibuk menjilat puting payudara Silvy. Kuturunkan CD-nya, dan kulepas dari kakinya. Kuciumi sebentar, dan aromanya membuat libidoku semakin meledak. Kugigit g-string warna krem tadi sambil kuarahkan penisku, mencari lubang anus Cinthya. Kubasahi penisku dengan ludahku sendiri. Cinthya tampak agak keberatan karena pantatnya bergerak-gerak terus kiri kanan. Namun sekali kesempatan kupegangi kuat-kuat pantanya. Kumasukkan perlahan. Cinthya menjerit. Pertama akupun merasa perih, namun lama-lama, seiring dengan banyaknya ludah kuoleskan di penis, semain licin pula jalan masuk. Cinthya pun merasa keenakan, mendapat sensasi baru ini.

    “Ari.. Achh.. Nikmat sekali.. aduuhh.. Ari.. cepetin dong.. achh” racau Cinthya.

    “Yes, fuck her in the ass baby!”, seru Silvy sambil mengubah posisi dengan vagina menghadap muka Cinthya.
    Cinthya tidak melepaskan kesempatan untuk menjilat vagina Silvy. Permainan tetap berjalan bertiga. Sesekali kutampar pantat Cinthya, membuat Cinthya melenguh kesakitan, namun suaranya menambah sensasi.

    Geli di ujung penisku semakin kuat. Tak berapa lama ku cabut batang penisku. Cinthya membalik menghadap penisku sambil duduk di sofa. Begitu pula Silvy. Kukocok cepat penisku, sementara mulut mereka telah siap menerima spermaku.

    “Give it to me darling.. yes.. shake it..! seru Silvy menyemangati kocokanku.
    “Ayo Ri.. aku udah lama nggak minum sperma.. c’mon Ri”, Cinthya pun turut menyemangati pula bersahut-sahutan dengan Silvy.

    “I’m Cumming.. oh.. oh.. oh.. AARGHH..!”, teriakku, seiring dengan keluarnya sperma, menyemprot muka mereka berdua silih berganti.
    Cinthya dan Silvy menjilati leleran spermaku di mukanya, sesekali mereka juga saling menjilat. Oooh, pengalaman pertama orgyku yang hebat.

    Aku terduduk lemas, mereka menghampiriku sambil kemudian menjilati batang penis yang masih penuh dengan sisa-sisa sperma. Tentunya perbuatan mereka membuatku menggelinjang.

    “Ok, Ri, .. you’re the best fucker I’ve ever know.. and proposal lu juga gue terima”, kata Silvy sambil duduk di samping kananku.
    Sementara Cinthya berada di samping kiriku. Kenikmatan ganda yang tiada duanya.
    “Ri, thank you very much”, ujar Cinthya sambil kemudian melumat bibirku.

    Begitulah hari itu, 4 Jam kami bercinta, dan merupakan awal dari petualangan orgy ku selanjutnya.

  • Aku Ngewe Dipinggir Pantai

    Aku Ngewe Dipinggir Pantai


    1178 views

    Cerita Sex ini berjudulAku Ngewe Dipinggir PantaiCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Dinding rumah mulai agak kusam,tandanya rumah harus segera ada perhatian.Ya plafon juga sudah ada sedikit ada sedikit kerusakan,ya lumyan lama rumah ini berdiri sekitar 5 tahun yang lalu.Suasanya halaman yang dulunya asri oleh bunga warna-warni kini seakan tiada lagi,hanya tertinggal berbagi saja,bunga tulip,melati satu batang,bunga anggrek pemberian tante.

    Semua itu prediksi ku harus segera di percepat mengingat rumah ku sebagai tempat kost,Penghuninya biar nyaman yang “punya rumah kudu”perhatian juga.Mengingat service itu dimana saja harus baik.

    Aku Punya tempat kos-kosan,dengan menjadikan rumah sebagai tempat beristirihat sejenak bagi yang membutuhkan,Tapi dalam yang ku alami aku tidak pernah menduga ada kejadian mengesankan,ini ceritanya,Pertama kali aku mengenalnya adalah saat pulang dari Jakarta, dia adalah siswa sekolah keguruan yang ada di kotaku pada saat itu,dia cantik,manis dan bertubuh mungil dengan kulit putih. Dasar nasibku lagi mujur tak lama berselang dia pindah kost kerumahku jadi mudah bagiku tuk lebih jauh mengenalnya.

    Ternyata orangnya supel dan pandai bergaul, sehingga aku tambah berani tuk menyatakan perasaan hatiku, lagi-lagi aku beruntung dia menerima pernyataanku ,ukh bahagianya aku.

    Suatu hari aku ada acara keluar kota ,iseng aku mengajaknya pergi,ternyata dia menyambut ajakanku. Sepanjang jalan menuju luar kota kami ngobrol sambil bercanda mesra,kadang tanganku iseng pura –pura tak disengaja menyentuh pahanya mulanya dia menepis tanganku tapi lama kelamaan membiarkan tanganku yang iseng mengelus pahanya yang putih dan gempal,aku memberanikan diri mengelus- elus pahanya sampai kepangkal pahanya . Dia tetap diam bahkan seperti menikmati elusan tanganku.

    Aku tarik tanganku dari rok hitamya lalu bertanya padanya boleh nggak aku menyentuh payudaranya yang membukit dibalik baju berwarna pink.mulanya dia menolak ,aku coba merayunya bahwa aku ingin mengelus walau hanya sebentar.

    Akhirnya dia mengangguk pelan,langsung aja tanganku menyusup kebalik bajunya dan mengusap,mengelus bahkan saat kuremas susunya yang mungil dan kenyal dia hanya mendesah dan menyandarkan kepalanya pada sandaran jok mobil yang kami kendarai.Kupermainkan putting susunya dengan dua jari dia semakin mendesah.

    sambil tetap menyetir aku tarik reslting celanaku dan aku keluarkan penisku yang telah menegang sejak tadi bak laras tank baja ,aku pegang tangannya dan kutarik kearah penisku, saat tangannya menyentuh penisku yang besar dan panjang dia tarik kembali tangannya mungkin kaget karena baru pertama kali.

    Dengan sedikit basa basi kembali kutarik tangannya tuk memegang penisku akhinya dia menyerah kemudian mulai mengelus penisku perlahan.

    “ Ang,punyamu besar sekali hampir sebesar pergelangan tanganku “ katanya
    “ Hmm,susumu juga kenyal sekali “ kataku sambil menikmati elusan tangannya pada penisku

    Tak lama kami sampai di kota tujuan,langsung aku cari tempat untuk menginap setelah itu pergi lagi tuk belanja keperluan selama di kota itu.

    Malam kami ngobrol diberanda depan kamar tempat kami menginap sambil nonton tv ,kami duduk berdampingan sekali kali tanganku bergerilnya ditubuhnya ternyata dia dibalik baju tidurnya dia hanya memakai cd sehingga tanganku bisa bebas meremas remas susunya dan mempermainkan putingnya .

    “ Akh,Ang jangan terlalu keras “ katanya kala kuremas dengan rasa gemas.
    “ Maaf,habis susumu kenyal sekali “ kataku
    “ Iya ,tapi sakit “ katanya
    “ Iya pelan deh,kita pindah kedalam yuk “ kataku berbisik padanya dan mengangguk perlahan.

    Sesampainya didalam aku peluk dia dari belakang,kuciumi tengkuknya yang putih dengan penuh nafsu dia bergelinjang kegelian sedangkan kedua tanganku bergerilya pada tubuhnya.
    “ Akh,Ang ………..shhhhhhhh “ kata mendesah

    Tanganku mulai membuka kancing bajunya satu persatu dan kulepas bajunya hanya tinggal cd nya yang berwarna hitam.Kukulum bibirnya ,dia membalas kulumanku dengan penuh gairah.Tangannya mengusap-usap penisku sesekali meremasnya sehingga aku merasakan nikmat yang tak terhingga.

    “Ukh,…teruskan yang “ kataku
    “ Ikh besar sekali,panjang lagi “ katanya.
    “ Ssssst ,”kataku sambil mengulum putting susunya yang makin menegang,tanganku kupergunakan untuk menurunkan cdnya .Kuusap perlahan gundukan daging empuk yang ditumbuhi bulu – bulu hitam halus ,dia menggelinjang kegelian dan kulanjutkan dengan menggelitik belahan memeknya hangat terasa.

    “Akh,….teruskan pelan pelan “katanya sambil meremas penisku.Kemudian aku menurunka kulumanku pada susunya ke pusarnya ,dia mengangkat pinggangnya keenakan kuteruskan ciumanku pada memeknya dan menegang saat lidahku yang kasar menjilati memeknya yang merah merekah. Dia mengimbangi permainan lidahku dengan menggoyangkan pinggulnya bibirnya tak henti-henti mendesah .

    “Sekarang giliranmu sayang “kataku padanya sambil menyodorkan penisku kemulutnya .Perlahan tapi pasti dia mulai menciumi batang kemaluanku yang sejak tadi menegang ,saat dia mulai mengulum penisku terbang rasanya menahan rasa nikmat .

    Setelah itu kutelentangkan kekasihku yang putih,susunya yang mungil menggunung dengan memeknya yang merah merekah dibalik bulu- bulu hitam halus .Perlahan – lahan aku menaikinya ,kugosok-gosokkan penisku pada belahan memeknya dia meregang sambil mendesah tak karuan merasakan nikmatnya gosokkan penisku.Kemudian kutekan sedikit demi sedikit penisku pada memeknya ,pinggulnya naik seakan menyuruh agar penisku segera dimasukkan pada memeknya.

    “Ayo,akh aaaaaaaakh teruskan sayangku” katanya sambil menarik pinggangku
    “Baiklah ,sayang aku masukkan ya “ kataku sambil menekan penisku agar masuk lebih dalam lagi pada lubang memeknya perlahan karena takut dia kesakitan,sempit sekali.

    “Aduh..,sakit Ang akh……..” katanya
    “Sebentar juga hilang “ kataku,penisku keluar masuk memeknya yang terasa basah dan hangat.Rupanya ini pengalaman pertama baginya karena ada noda darah pada pangkal pahanya.

    “Terus ….lebih cepat akh………ukh nikmat sekali kontolmu yang” katanya berani mungkin karena pengaruh rasa nikmat dari keluar masuknya penisku yang panjangnya 18 cm,penisku pun mulai merasakan nikmat dari gesekan dengan dinding dalam memeknya.

    “Akh…….terus goyang pinggulmu “ kataku padanya,dan dia menuruti kataku menggoyangkan pinggulnya Tak lama dia mengerang sambil memelukku erat rupanya dia telah mencapai orgasme,dia berbaring lemas dibawaku sedangkan penisku masih menancap pada memeknya yang terasa basah .Terlihat ada air mata pada ujung kelopak matanya ,melihat itu aku segera berbisik padanya bahwa aku akan bertanggung jawab atas semua ini.

    Barulah dia berubah riang kembali dan aku mulai aktifitas kembali menaik turunkan penisku dan dia merespon gerakanku dengan bersemangat .Malam itu melakukannya sebanyak 6 kali sampai akhirnya tertidur pulas sampai pagi.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Keseksian Tante Ratih Membuatku Tergoda

    Keseksian Tante Ratih Membuatku Tergoda


    1321 views

    Perawanku – Siang itu begitu panas udaranya, membuat jalan di depan rumah sepi sekali. Tidak ada satupun orang yg keliatan. Mgkn pada ngumpet di dlm rumah masing2. Saat itu aku hanya mengenakan celana pendek dan kaos singlet. Kebetulan rumahku jg sepi bgt.

    Krn g tahan aku beranjak untuk membeli es batu di tetangga. Saat melewati rumah temanku, aku sedikit tertegun melihat sesosok wanita paruh baya. Ya, Namanya adalah Tante Ratih, mama temanku. Saat itu tante ratih memakai daster yang seksi sekali. Tampaknya dia tidak memakai BH jg, krn putingnya tercetak jelas.

    “Siang tante” sapaku padanya. “Eh, leo mau kemana panas2 gini??” tanyanya. “Mau beli es tante, buat ngadem..”sahutku. “Ohhhh….ni tante punya es, gak usah beli deh, sini aja…” kata tante ratih. “Waaah boleh jg nih tan, okey deh” seruku. Kami berdua masuk ke rumah. “Bentar ya tante buatin es nya dulu…” kata tante ratih. “Oke deh tan, makasih banget lho…” sahutku. Mataku tidak bisa diam dan mengekor mengikuti goyangan pantat tante ratih. Astaga…begitu terkena sinar matahari, daster itu jadi transparan..

    Aku bisa melihat belahan pantat tante ratih. Saat itu pikiranku mulai kacau. Kontolku jg perlahan bangkit. “Nih es nya” seru tante ratih membuyarkan fantasiku. “Duuh, makasih tante. Kok sepi banget sih tan??” tanyaku sambil meneguk es cincau buatan tante. “Biasa lah, kalo jam segini masih kerja semua” kata tante sambil mengambil sebatang rokok lalu menyalakannya. “Emang gak takut tante, sendirian??” tanyaku lagi. “Ahh, ngapain jg takut, khan siang2 gini…” jawabnya enteng. Lalu obrolan kami berlanjut tentang aktifitas sehari-hari. Dan, tentunya mataku masih sibuk meneliti paha tante ratih.

    Tiba2 tante ratih mendekati aku sambil berkata, “Dari tadi tante liat, km ngeliat ke bawah aja terus, emang ada apa??”. “Busyet, ketauan deh” gumamku. “Oh…eh…nggak apa2 kok tante..” jawabku sebisanya. “Km liat ini ya??” kata tante sambil mengelus2 pahanya. “Alamaaak, harus bilang apa nih??” batinku. Aku hanya tersenyum saja. Tiba2 tangan tante ratih menyentuh kontolku dari luar celana. “Nih buktinya kontolnya ngaceng tuhh…” serunya genit. Aku hanya diam saja, seperti orang kena hipnotis. Entah siapa yg mulai, tau2 bibir kami berpagutan. Tangan tante ratih g henti2nya mengelus2 kontolku. “Ehm….aah…..” desah tante ratih ketika aku jilat telinga dan lehernya. Tanganku tidak tinggal diam.

    Aku sibak daster tante sampai keliatan memeknya. Lalu aku usap2 memek tante ratih dan aku mainkan klitorisnya. “uuuhhh….leo….enak sayang….terusin…..ahhhhhh” tante ratih terus mendesah. Aku pun menyudahi aksiku dan mulai berjongkok di depan tante ratih. Aku jilatin paha tante ratih sampai ke selangkangannya. Aku jilat juga memeknya….harum dan sedikit asin rasanya. Rupanya memek tante ratih udah basah. “Ah…..ouuuhhh….sssssshshs…terus sayang, emutin itil tante….mainkan sayang…aaahhhh…” tante ratih mendesah2. Aku mainkan itil tante dengan jempolku, sambil sesekali lidahku menyeruak ke dalam memek tante ratih…”Ah…..leo….pinter kamu sayang…..ahhhh….” tante ratih semakin meracau. Aku buka daster tante ratih hingga dia telanjang di depanku.

    Aku remas tetek tante ratih, aku mainkan putingnya….Lalu aku jilat n kulum bergantian. Kemudian aku cium tante ratih sambil aku masukkan jariku ke memek tante ratih. Aku mainkan untuk menyetuh G-Spot tante ratih. “Aaaaaaahhh….leo, tante mo dapet…..uuhhh..sssst, gila kamu leo,,,,aaahh” tante ratih semakin menggelinjang dan akhirnya bergetar. Nampaknya dia mengalami orgasme. Langsung saja aku jilat semua cairan tante ratih lalu aku kulum lagi itilnya….”Hmm….nikmat bgt tante rasanya” seruku. “uhhh…..ssshhhh…enak bgt sayang…..”seru tante ratih sambil memejamkan mata menikmati orgasmenya. Akupun duduk dan kembali menikmati es cincau punyaku.

    Tante ratih perlahan bangkit, lalu menghampiriku dan melumat bibirku. “Oahm….sshhh….” tante ratih mulai mendesis lagi ketika aku kulum putingnya n aku remas teteknya. Tante ratih mulai melepas celana pendek dan CD ku. Lalu tangannya mainin kontolku. “Ah….”seruku sambil menatapnya ketika tante ratih mulai mengulum kontolku. Rupanya tante ini sangat profesional dalam blowjob. Sesekali kontolku dikocok dengan kencang, lalu dikendorkan lagi sambil dikulum n dihisap. Buah pelirku jg tak luput dari jilatan dan kuluman tante ratih. “Oohhh….enak tante….terus….jilat n sedot lagi tante….aaaahh” seruku mulai tak karuan.

    Tante ratih bangkit dan memegang kontolku. Lalu tante naik ke kursi dan mulai menggesekkan kontolku ke memeknya…dan….slep…bles, kontolku masuk ke memek tante ratih. “Ahhhh…..”seru tante ratih. Tante lalu menciumku sambil mulai menggoyang pantatnya…”aihh….oohhh…ssshhhh…enak banget kontolmu leo….” serunya. “Ohhhh….iya tante,,,,memek tante jg enak, masih rapet n anget tan…aaaahhh” jawabku. “slep….slep….plok..plok…plokk, suara kontolku beradu dengan memek tante ratih. aaahhhhh….nikmat tante…” seruku. Tante ratih berhenti dan mulai menggoyang pantatnya dengan gerakan memutar yg erotis sambil meremas2 teteknya….aaaaaauuuuhhh……tante……enak bgt……” seruku lagi. Tante ratih memegang kepalaku dan ditekan ke arah teteknya…aku hisap dan kulum tetek tante ratih….”Ahhhhh…sssshhhh….sedot terus sayang…..aaaaghjhh” rintihnya. Tante ratih berhenti dan melepas kontolku.

    “Ayo sayang sekarang doggy style” sahut tante sambil nungging. Perlahan aku masukkan lagi kontolku ke memek tante ratih….slep…slep….crok…crok…..” pahaku beradu dengan pantat tante ratih. Cukup lama di posisi ini, tante ratih minta ganti lagi. Tante lalu duduk mengangkang di kursi. “ayo sayang….tante mau nyampai nih….” serunya. Aku jilat lagi itil tante ratih sebelum aku masukkan ****** aku lagi. “ahhh…tante….geli banget ****** aku…..hhhh” seruku. “Ahhh….iya…aahhh….kontolmu kuat juga ya…ohhhhh…yeesss…sshhhhh” tante ratih mulai meracau tak karuan. “auuuhhh leo,,,tante mau nyampai nih….hssshshs oooohhhh…” “iya tante leo jg hampir nih…..” tak lama kemudian tubuh tante ratih mengejang…”aaaaaaaaaaaaaaahhhhh……shhhhhhhh tante keluar leo….” jeritnya.


    Memek tante berdenyut2 dan membuat ****** aku semakin geli…”ahhhhh….tante……crot…crot….crot.. ..crot…tak kurang dari 4 kali aku semprotkan sperma aku ke memek tante. “auuuuhhh..ssshsh leo sperma mu hangat sayang…..” sahut tante. Tubuhku terasa lemas sekali. Aku biarkan kontolku di dalam memek tante ratih untk beberapa saat sampai lemas. Lalu aku keluarkan kontolku dari memek tante ratih. “ahh…enak banget tante….” kataku sambil memejamkan mata ketika tante ratih membersihkan sisa sperma dengan kulumannya. “Makasih ya leo…tante puasss sekali…” kata tante ratih. “Sama2 tante….memek tante nikmat bgt..” jawabku. “Kapan km mau, kalo rmh lagi sepi, datang aja kesini ya…” seru tante sambil lalu mengecup bibirku. “Beres tante….” jawabku sambil meremas teteknya. Aku lalu berpakaian dan keluar dari rumah tante ratih stelah sebelumnya kami berpagutan lagi.

  • Cerita Sex Anak SMA Ngentotin Adik Kandungnya Sendiri Di Kamar Mandi

    Cerita Sex Anak SMA Ngentotin Adik Kandungnya Sendiri Di Kamar Mandi


    1965 views

    Perawanku – Cerita Sex Anak SMA Ngentotin Adik Kandungnya Sendiri Di Kamar Mandi, Nama gw radit (bukan nama yang sebenarnya) gw masih kuliah di salah satu PTS di jakarta, gw orangnya biasa aja tapi banyak yang bilang badan gw gagah tinggi gw 175. dulu di SMU gw termasuk salah satu cowo yang di PUJA sama wanita dari Kelas 1 sampai kelas 3.

    Cerita ini berawal pas gw duduk di SMU.. pertama kali gw masuk kelas 3.. gw pindahan dari surabaya.. SMA gw di jakarta cuma sampai kelas 2 semester1.. kelas 2 SMA.. selanjutnya gw terusin di surabaya.. maklum ORANG TUA pindah kerja melulu terpaksa gw ikut juga

    waktu itu hari pertama gw masuk kelas 3.. gw di kenalin di salah satu kelas kalu nggak salah 3 IPA gw orang pinter wajar masuk IPA hauahahhauah!!.. gw di kenalin sama guru gw n kepsek di kelas udah gitu gw di suruh duduk di samping cewe yang langsung gw kenal namanya meita tingginya sebahy gw.. badannya sintel banget payudaranya yang selalu buat gw ndisir melulu klo deket dya. gw sempet tukertukeran no. hp sama dya setelah gw tau dya kaya gimana gw coba aja jadian sama dya

    Gw jalan sama dya masih sampai sekarang dya klo deket gw rada binal Napsuan bersyukur banget gw dapet cewek macem gitu waktu itu pelajaran biologi, kebetulan gurunya nggak masuk gw sama meita ngobrol aja dipojok kelas.. maklum tempat duduk gw sama dya di taro di pojok sama walas pertama gw sich nggak berani ngapangapain dya di kelas tapi klo udah masuk ke mobil gw abis tuch cewe. waktu itu gw liat temen gw lagi cipokan di depan kelas. balakng meja guru tiba aja cewe gw ngomong gini

    tuch rido aja berani.. masa kamu kalah sama dya??

    ha? aku kalah

    belum sempet selesai bibir gw di lahap sama meita di bales aja dengan ciuman n sedotan yang bikin dya ampunan sama gw meita sempet ngasih lidahnya ke gw.. tapi gw lepas ciumannya kenapa?? gw bilang aja begini aku nggak mau maen lidah di kelas.. takut kelewatan y udah.. maen biasa aja gw lanjutin ciuman gw di bawah.. bangku meja gw gw dorong ke depan supaya lebih luas gw ngelakuin ciuman demi ciumanahhhhhh. ahhhh dittttt.. kata itu selalu keluar dari mulutnya. setelah gw puas ciumin tuch bibir gw turun ke bawah ke lehernya dya yang makin membuat dya kewalahan dan tangan gw ngeremes payudara dya.. yang ukurannya gw taksir 35 tau A B C D.. cuz setiap gw tanya dya g pernah mau jawab. gw remes tuch dadanya sampe dya kelojotan

    setelah gw nandain tanda merah di lehernya dya ngeremes remes kontol gw yang membuat ni ADEK kagak kuat lagi buat nahan di dalam kancut. maupun masih make baju seragam n gw ngelakuin di dalam kelas gw tetep nggak gentar. gw bukan resleting seragam gw n gw keluarin tuch siADEK.. dan si meita udah siap dengan mulutnya yang menganga. gw sempet nutupin dya pake jaket gw sehingga misalnya temen gw nanya gw bilang aja lagi sakit..

    Cerita Sex Anak SMA Ngentotin Adik Kandungnya Sendiri Di Kamar Mandi

    Cerita Sex Anak SMA Ngentotin Adik Kandungnya Sendiri Di Kamar Mandi

    jilatan demi jilatan dya beri untuk gw.. isapan dya bikin gw nggak kuat lagi buat nahan keluarnya mani gw.. lidahnya bergoyang di ADEK gw. akhhhhhhh. crotttttt croooootttt crotttttttttttt. keluar mani gw.. meita membersihkannya dengan mulutnya dan di kocok trus di ADEK gw.. selesai itu gw bersiin mulutnya dya pake tissue yang ada di kantongnya. gw sama meita kembali berciuman freenc kiss,,, lidahnya dya ber gelugit di dalam mulut gw

    jam 12.00 gw balik sekolah. sebelum gw gas mobil gw ke rumah gw di bilangan bekasi.. nggak jauh dari rumahnya meita.. gw bermain dadanya meita dolo di mobil gw. gw buka kancing seragam pelan di bantu meita dengan napsu yang ganas meita ngerti maksud gw and dya nge buka tali BHNya dan 2 buah gunung merapi yang bakal mengeluarkan volcano gara isapan gw muncul di depan gw.. dengan napsu di ujung rambut gw isap puting susunya tangan kiri gw megangin kepala belakang dya.. and tangan kanan gw ngeremes dada yang satu lagi. ahhhhh..
    radit pelan donkkk. meita udah nggak bisa nahannnnn lagiiiii nehhhhhhhh.. puting meita yang berwarna merah ke merah mudaan tertelan abis oleh mulut gw and tiba aja tubuhhhhh meita mejelijang seperti cacing kepanasan. gw sedot trus dada meita. sampai puting itu terasa keras banget di mulut gw. meita cuma diam dan terkulai lemas di mobil gw. gw liat parkiran mobil di sekolahan gw udah sepi. meita mengancingi baju seragamnya satu gw bantu supaya cepet.
    selama perjalanan pulang meita tetap lemas dan memejamkan matanya gw kecup keningnya sesampai di rumah gw.

    meita bangun dan dya pengen ke kamar kecil gw suruh dy ganti seragam dengan baju kaos yang dya bawa dari rumah sebelum berangkat kesekolah. selesai dari kamar mandi gw liat meita nyopot BHnya. terlihat jelas putingnya dan bongkahan susu sebesar melon itu..

    belum sempat masukin baju ke tasnya dya dya gw dorong gw tempat tidur dan gw lahap bibirnya dan dya membalas nya dengan penuh hot panas bercampur dengan napsu gw yang cuma make bokser doank ke walahan tangan dy bermain di selangakangan gw.. gw bermain di leher dya dan gw buat cap merah lagi di lehernya. gw sibak SMA negeri yang hanya sampai lutut itu dy cuma make CD G string dengan perlahan dya nurunin roknya dan dy hanya menggunakan CDnya gw copot dan gw jilatin vaginanya.. ahhhhhhhhhhhhhhhhhh.. . dit..ahhh hhhhhhh cuma kata itu yang keluar daru mulutnya.. gw rasain vagina meita semakin keras dan gw gigit kelentitnya dya terik semakin kencang untung di rumah cuma da pembantu gw.. dit.. puasin gwwww dunkkkkkkk. nggak pake cing cong gw jilat n gw sodok tuch vagina pake telunjuk gw dittttttttttttttttt.. .. gw keluarrrrrrrrrrrrrrrr.. vagina meita basah ketika di depan mata gw di sedot sampai bersih tuch vagina udah gitu gw liat dya memegang bantal dengan keras. gw deketin dya dan gw cium bibir dya. ternyata dya blum lemas.. dy bangkit dan memegang kontol gw dan di kocokinnya sampe si ADEK mengacung sangat keras.. kontol gw di masukin ke mulutnya meita. di masukan di keuarkan. sampai di sedot.uhhhhhhhhh.. nikmat banget yang sekarang dari pada yang di kelas tadi. biji zakar gw juga nggak lupa ikut ke sedot.. pass biji gw di sedot rasanya gw pengen FLY. kocokin meita semakin panas dan hisapannya semakin nggak manusiawi lagi wajahnya tambah maniss kalo dya sambil horny begini.. ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh.. . crottttttttttttttttttttttttttt tt many gw tumpah semua ke lantai kamar gw. yang sisanya di jilatin meita sampai bersuh gw bangkit dan menarik tangan meita gw ciumin dadanya gw kenyotlagi putingnya sampai merah.. gw cupang di sebelah putingnya. manis banget susunya. membuat gw semakin napsu sama dya

    meitaku sayang. masukinnn sekarang yach??

    ya udahhhh cepetannn aku dari tadi Nungggu kamu..

    gw bertukar posisi meita di bawah. dan gw di atas sebelum gw masukan gw gesek dolo di depan vaginanya belum gw masukin aja meita udah meringis. gw dorong perlan Dit pelan sakit. nee.. di bantu dengan tangannya dya perlahan kontol gw masuk. baru seperempatnya masukkk gw cabut lagi dannn gw sodok lagi. dan akhirnya masuk semua.. gw lihat meita sangat menderita tapi sepertinya dya seneng banget. udah semuanya masuk gw goyangin gw maju mundurin perlahan lahan.. bokong meita pun ikut bergoyang yang membuatku kewalahan.. setelah beberapa menit gw goyang tiba badan meita mengejang semua.. dan akhirnya meita orgasme untuk ke 3xnya..

    gw cabut kembali penisg w dan meita berada di atas gw.. posisi ini membuat gw lebih rileks. meita memasukannya pelan di genggamnya penisku dan di masukannya penisku ke vaginanya. dan blesssss ternanam semua di dalam vaginanya.. badan meita naik turun mengikuti irama. meita mengambil bantal yang da di sebelahnya dan menarohnya di pala gw. posisi ini membuat gw bisa ngerasaain 2 gerakan sekaligus gw emut kecil putingnya meita dan meremas remasnya.. bokong meita terusss bergoyaanggg.. ahhhhhhhhh ahhhhhhhhh.. isappp teruss dit badan meita mengenjang dan radittttttttttttttt akuuu pengen keluar lagi… akuuu juga pengennnnn selesaiiiiii metttt tahannnn sebentarrrrrrr lagi… gw dan meita mempercepat permainan dan akhirnyaahhhhh hhhhhhhhhhhhhhhhhhhh hhhhhhhhhh.. gw keluar.. kata itu yang menngakiri permainan ini..

    sampaiiii sekarang pun meita tetep bermain sama gw kami tetap melakukan banyakk hal. dan gw di tunangin sama meita karena orang tua kami sama setuju atas hubungan kami.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • NGENTOT IBU MERTUA

    NGENTOT IBU MERTUA


    1422 views

    Cerita Sex ini berjudulNGENTOT IBU MERTUACerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Sudah dua tahun ini aku menikah dengan Virni, dia seorang model iklan dan enam bulan lalu, dia menjadi seorang bintang sinetron, sementara aku sendiri adalah seorang wiraswasta di bidang pompa bensin. Usiaku kini 32 tahun, sedangkan Virni usia 21 tahun. Virni seorang yang cantik dengan kulit yang putih bersih mungkin karena keturunan dari ibunya.

    Aku pun bangga mempunyai istri secantik dia. Ibunya Virni, mertuaku, sebut saja Mama Mona, orangnya pun cantik walau usianya sudah 39tahun. Mama Mona merupakan istri ketiga dari seorang pejabat negara ini, karena istri ketiga jadi suaminya jarang ada di rumah, palingpaling sebulan sekali. Sehingga Mama Mona bersibuk diri dengan berjualan berlian.

    Aku tinggal bersama istriku di rumah ibunya, walau aku sndiri punya rumah tapi karena menurut istriku, ibunya sering kesepian maka aku tinggal di Pondok Mertua Indah. Aku yang sibuk sekali dengan bisnisku, sementara Mama Mona juga sibuk, kami jadi kurang banyak berkomunikasi tapi sejak istriku jadi bintang sinetron 6 bulan lalu, aku dan Mama Mona jadi semakin akrab malahan kami sekarang sering melakukan hubungan suami istri, inilah ceritanya.

    Sejak istriku sibuk syuting sinetron, dia banyak pergi keluar kota, otomatis aku dan mertuaku sering berdua di rumah, karena memang kami tidak punya pembantu.

    Tiga bulan lalu, ketika istriku pergi ke Jogja, setelah kuantar istriku ke stasiun kereta api, aku mampir ke rumah pribadiku dan baru kembali ke rumah mertuaku kirakira jam 11.00 malam. Ketika aku masuk ke rumah aku terkaget, rupanya mertuaku belum tidur. Dia sedang menonton TV di ruang keluarga.

    Eh, Mama.. belum tidur..

    Belum, Tom.. saya takut tidur kalau di rumah belum ada orang..

    Oh, Maaf Ma, saya tadi mampir ke rumah dulu.. jadi agak telat..

    Virni.. pulangnya kapan?

    Ya.. kirakira hari Rabu, Ma.. Oh.. sudah malam Ma, saya tidur dulu..

    Ok.. Tom, selamat tidur..

    Kutinggal Mama Mona yang masih nonton TV, aku masuk ke kamarku, lalu tidur. Keesokannya, Sabtu Pagi ketika aku terbangun dan menuju ke kamar makan kulihat Mama Mona sudah mempersiapkan sarapan yang rupanya nasi goreng, makanan favoritku.

    Selamat Pagi, Tom..

    Pagi.. Ma, wah Mama tau aja masakan kesukaan saya.

    Kamu hari ini mau kemana Tom?

    Tidak kemanamana, Ma.. paling cuci mobil..

    Bisa antar Mama, Mama mau antar pesanan berlian.

    Ok.. Ma..

    Hari itu aku menemani Mama pergi antar pesanan dimana kami pergi dari jam 09.00 sampai jam 07.00 malam. Selama perjalanan, Mama menceritakan bahwa dia merasa kesepian sejak Virni makin sibuk dengan dirinya sendiri dimana suaminya pun jarang datang, untungnya ada diriku walaupun baru malam bisa berjumpa. Sejak itulah aku jadi akrab dengan Mama Mona.

    Sampai di rumah setelah berpergian seharian dan setelah mandi, aku dan Mama nonton TV bersamasama, dia mengenakan baju tidur modelnya baju handuk sedangkan aku hanya mengenakan kaus dan celana pendek. Tibatiba Mama menyuruhku untuk memijat dirinya.

    Tom, kamu capek nggak, tolong pijatin leher Mama yach.. habis pegal banget nih..

    Dimana Ma?

    Sini.. Leher dan punggung Mama..

    Aku lalu berdiri sementara Mama Mona duduk di sofa, aku mulai memijat lehernya, pada awalnya perasaanku biasa tapi lamalama aku terangsang juga ketika kulit lehernya yang putih bersih dan mulus kupijat dengan lembut terutama ketika kerah baju tidurnya diturunkan makin ke bawah dimana rupanya Mama Mona tidak mengenakan BH dan payudaranya yang cukup menantang terintip dari punggungnya olehku dan juga wangi tubuhnya yang sangat menusuk hidungku.

    Maaf, Ma.. punggung Mama juga dipijat..

    Iya.. di situ juga pegal..

    Dengan rasa sungkan tanganku makin merasuk ke punggungnya sehingga nafasku mengenai lehernya yang putih, bersih dan mulus serta berbulu halus. Tibatiba Mama berpaling ke arahku dan mencium bibirku dengan bibirnya yang mungil nan lembut, rupanya Mama Mona juga sudah mulai terangsang.

    Tom, Mama kesepian.. Mama membutuhkanmu.. Aku tidak menjawab karena Mama memasukkan lidahnya ke mulutku dan lidah kami bertautan. Tanganku yang ada di punggungnya ditarik ke arah payudaranya sehingga putingnya dan payudaranya yang kenyal tersentuh tanganku.

    Hal ini membuatku semakin terangsang, dan aku lalu merubah posisiku, dari belakang sofa, aku sekarang berhadapan dengan Mama Mona yang telah meloloskan bajunya sehingga payudaranya terlihat jelas olehku.

    Aku tertegun, rupanya tubuh Mama Mona lebih bagus dari milik anaknya sendiri, istriku. Aku baru pertama kali ini melihat tubuh ibu mertuaku yang toples.

    Tom, koq bengong, khan Mama sudah bilang, Mama kesepian..

    iya.. iya.. iya Mah,

    Ditariknya tanganku sehingga aku terjatuh di atas tubuhnya, lalu bibirku dikecupnya kembali. Aku yang terangsang membalasnya dengan memasukkan lidahku ke mulutnya. Lidahku disedot di dalam mulutnya. Tanganku mulai bergerilya pada payudaranya. Payudaranya yang berukuran 36B sudah kuremasremas, putingnya kupelintir yang membuat Mama Mona menggoyangkan tubuhnya karena keenakan.

    Tangannya yang mungil memegang batangku yang masih ada di balilk celana pendekku. Diusapusapnya hingga batangku mulai mengeras dan celana pendekku mulai diturunkan sedikit, setelah itu tangannya mulai mengorek di balik celana dalamku sehingga tersentuhlah kepala batangku dengan tangannya yang lembut yang membuatku gelisah.

    Keringat kami mulai bercucuran, payudaranya sudah tidak terpegang lagi tanganku tapi mulutku sudah mulai menarinari di payudaranya, putingnya kugigit, kuhisap dan kukenyot sehingga Mama Mona kelojotan, sementara batangku sudah dikocok oleh tangannya sehingga makin mengeras.

    Tanganku mulai merabaraba celana dalamnya, dari selasela celana dan pahanya yang putih mulus kuraba vaginanya yang berbulu lebat. Sesekali kumasuki jariku pada liang vaginanya yang membuat dirinya makin mengelinjang dan makin mempercepat kocokan tangannya pada batangku.

    Hampir 10 menit lamanya setelah vaginanya telah basah oleh cairan yang keluar dengan berbau harum, kulepaskan tanganku dari vaginanya dan Mama Mona melepaskan tangannya dari batangku yang sudah keras.

    Mama Mona lalu berdiri di hadapanku, dilepaskannya baju tidurnya dan celana dalamnya sehingga aku melihatnya dengan jelas tubuh Mama Mona yang bugil dimana tubuhnya sangat indah dengan tubuh tinggi 167 cm, payudara berukuran 36B dan vagina yang berbentuk huruf V dengan berbulu lebat, membuatku menahan ludah ketika memandanginya.

    Tom, ayo.. puasin Mama..

    Ma.. tubuh Mama bagus sekali, lebih bagus dari tubuhnya Virni..

    Ah.. masa sih..

    Iya, Ma.. kalau tau dari 2 tahun lalu, mungkin Mamalah yang saya nikahi..

    Ah.. kamu bisa aja..

    Iya.. Ma.. bener deh..

    Iya sekarang.. puasin Mama dulu.. yang penting khan kamu bisa menikmati Mama sekarang..

    Kalau Mama bisa memuaskan saya, saya akan kawini Mama..

    Mama lalu duduk lagi, celana dalamku diturunkan sehingga batangku sudah dalam genggamannya, walau tidak terpegang semua karena batangku yang besar tapi tangannya yang lembut sangat mengasyikan.

    Tom, batangmu besar sekali, pasti Virni puas yach.

    Ah.. nggak. Virni.. biasa aja Ma..

    Ya.. kalau gitu kamu harus puasin Mama yach..

    Ok.. Mah..

    Mulut mungil Mama Mona sudah menyentuh kepala batangku, dijilatnya dengan lembut, rasa lidahnya membuat diriku kelojotan, kepalanya kuusap dengan lembut. Batangku mulai dijilatnya sampai biji pelirku, Mama Mona mencoba memasukkan batangku yang besar ke dalam mulutnya yang mungil tapi tidak bisa, akhirnya hanya bisa masuk kepala batangku saja dalam mulutnya.

    Hal ini pun sudah membuatku kelojotan, saking nikmatnya lidah Mama Mona menyentuh batangku dengan lembut. Hampir 15 menit lamanya batangku dihisap membuatnya agak basah oleh ludah Mama Mona yang sudah tampak kelelahan menjilat batangku dan membuatku semakin mengguncang keenakan.

    Setelah itu Mama Mona duduk di Sofa dan sekarang aku yang jongkok di hadapannya. Kedua kakinya kuangkat dan kuletakkan di bahuku. Vagina Mama Mona terpampang di hadapanku dengan jarak sekitar 50 cm dari wajahku, tapi bau harum menyegarkan vaginanya menusuk hidungku.

    Ma, Vagina Mama wangi sekali, pasti rasanya enak sekali yach.

    Ah, masa sih Tom, wangi mana dibanding punya Virni dari punya Mama.

    Jelas lebih wangi punya mama dong..

    Aaakkhh..

    Vagina Mama Mona telah kusentuh dengan lidahku. Kujilat lembut liang vagina Mama Mona, vagina Mama Mona rasanya sangat menyegarkan dan manis membuatku makin menjadijadi memberi jilatan pada vaginanya.

    Ma, vagina.. Mama sedap sekali.. rasanya segar..

    Iyaah.. Tom, terus.. Tom.. Mama baru kali ini vaginanya dijilatin.. ohh.. terus.. sayang..

    Vagina itu makin kutusuk dengan lidahku dan sampai juga pada klitorisnya yang rasanya juga sangat legit dan menyegarkan. Lidahku kuputar dalam vaginanya, biji klitorisnya kujepit di lidahku lalu kuhisap sarinya yang membuat Mama Mona menjerit keenakan dan tubuhnya menggelepar ke kanan ke kiri di atas sofa seperti cacing kepanasan.

    Ahh.. ahh.. oghh oghh.. awww.. argh.. arghh.. lidahmu Tom.. agh, eena.. enakkhh.. aahh.. trus.. trus.. Klitoris Mama Mona yang manis sudah habis kusedot sampai berulangulang, tubuh Mama Mona sampai terpelintir di atas sofa, hal itu kulakukan hampir 30 menit dan dari vaginanya sudah mengeluarkan cairan putih bening kental dan rasanya manis juga, cairan itupun dengan cepat kuhisap dan kujilat sampai habis sehingga tidak ada sisa baik di vaginanya maupun paha mama Mona.

    Ahg.. agh.. Tom.. argh.. akh.. akhu.. keluar.. nih.. ka.. kamu.. hebat dech.. Mama Mona langsung ambruk di atas sofa dengan lemas tak berdaya, sementara aku yang merasa segar setelah menelan cairan vagina Mama Mona, langsung berdiri dan dengan cepat kutempelkan batang kemaluanku yang dari 30 menit lalu sudah tegang dan keras tepat pada liang vagina Mama Mona yang sudah kering dari cairan.

    Mama Mona melebarkan kakinya sehingga memudahkanku menekan batangku ke dalam vaginanya, tapi yang aku rasakan liang vagina Mama Mona terasa sempit, aku pun keheranan.

    Ma.. vagina Mama koq sempit yach.. kayak vagina anak gadis.

    Kenapa memangnya Tom, nggak enak yach..

    Justru itu Ma, Mama punya sempit kayak punya gadis. Saya senang Ma, karena vagina Virni sudah agak lebar, Mama hebat, pasti Mama rawat yach?

    Iya, sayang.. walau Mama jarang ditusuk, vaginanya harus Mama rawat sebaikbaiknya, toh kamu juga yang nusuk..

    Iya Ma, saya senang bisa menusukkan batang saya ke vagina Mama yang sedaap ini..

    Akhh.. batangmu besar sekali..

    Vagina Mama Mona sudah terterobos juga oleh batang kemaluanku yang diameternya 4 cm dan panjangnya 28 cm, setelah 6 kali kuberikan tekanan.

    Pinggulku kugerakan majumundur menekan vagina Mama Mona yang sudah tertusuk oleh batangku, Mama Mona hanya bisa menahan rasa sakit yang enak dengan memejamkan mata dan melenguh kenikmatan, badannya digoyangkan membuatku semakin semangat menggenjotnya hingga sampai semua batangku masuk ke vaginanya.

    Tom.. nggehh.. ngghh.. batangmu menusuk sampai ke perut.. nich.. agghh.. agghh.. aahh.. eenaakkhh.. Aku pun merasa keheranan karena pada saat masukkan batangku ke vaginanya Mama Mona terasa sempit, tapi sekarang bisa sampai tembus ke perutnya. Payudara Mama Mona yang ranum dan terbungkus kulit yang putih bersih dihiasi puting kecil kemerahan sudah kuterkam dengan mulutku.

    Payudara itu sudah kuhisap, kujilat, kugigit dan kukenyot sampai putingnya mengeras seperti batu kerikil dan Mama Mona belingsatan, tangannya membekap kepalaku di payudaranya sedangkan vaginanya terhujam keras oleh batangku selama hampir 1 jam lamanya yang tibatiba Mama Mona berteriak dengan lenguhan karena cairan telah keluar dari vaginanya membasahi batangku yang masih di dalam vaginanya, saking banyaknya cairan itu sampai membasahi pahanya dan pahaku hingga berasa lengket.

    Arrgghh.. argghh.. aakkhh.. Mama.. keluar nich Tom.. kamu belum yach..? Aku tidak menjawab karena tubuhnya kuputar dari posisi terlentang dan sekarang posisi menungging dimana batangku masih tertancap dengan kerasnya di dalam vagina Mama Mona, sedangkan dia sudah lemas tak berdaya.

    Kuhujam vagina Mama Mona berkalikali sementara Mama Mona yang sudah lemas seakan tidak bergerak menerima hujaman batangku, Payudaranya kutangkap dari belakang dan kuremasremas, punggungnya kujilat. Hal ini kulakukan sampai 1 jam kemudian di saat Mama Mona meledak lagi mengeluarkan cairan untuk yang kedua kalinya, sedangkan aku mencapai puncak juga dimana cairanku kubuang dalam vagina Mama Mona hingga banjir ke kain sofa saking banyaknya cairanku yang keluar.

    Akhh.. akh.. Ma, Vagina Mama luar biasa sekali.. Aku pun ambruk setelah hampir 2,5 jam merasakan nikmatnya vagina mertuaku, yang memang nikmat, meniban tubuh Mama Mona yang sudah lemas lebih dulu.

    Aku dan Mama terbangun sekitar jam 12.30 malam dan kami pindah tidur ke kamar Mama Mona, setelah terbaring di sebelah Mama dimana kami masih samasama bugil karena baju kami ada di sofa, Mama Mona memelukku dan mencium pipiku.

    Tom, Mama benarbenar puas dech, Mama pingin kapankapan coba lagi batangmu yach, boleh khan..

    Boleh Ma, saya pun juga puas bisa mencoba vagina Mama dan sekarangpun yang saya inginkan setiap malam bisa tidur sama Mama jika Virni nggak pulang.

    Iya, Tom.. kamu mau ngeloni Mama kalau Virni pergi?

    Iya Ma, vagina Mama nikmat sih.

    Air manimu hangat sekali Tom, berasa dech waktu masuk di dalam vagina Mama.

    Kita Main lagi Ma..?

    Iya boleh..

    Kami pun bermain dalam nafsu birahi lagi di tempat tidur Mama hingga menjelang ayam berkokok baru kami tidur. Mulai hari itu aku selalu tidur di kamar Mama jika istriku ada syuting di luar kota dan ini berlangsung sampai sekarang.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Meremas Dan Merangsang Pembantu Sange Bagian Dua

    Cerita Sex Meremas Dan Merangsang Pembantu Sange Bagian Dua


    1120 views

    Perawanku – Cerita Sex Meremas Dan Merangsang Pembantu Sange Bagian Dua, Hingga suatu malam di ranjangku yang besar kami saling berpelukan. Aku bertelanjang dada dan Mbak Sum pakai daster. Masih sekitar jam 9 waktu itu dan kami terus asyik berciuman, berpagutan, berpelukan erat-erat saling raba, pijat, remas. Kuselusupkan tanganku di bawah dasternya lalu menariknya ke atas. Terus ke atas hingga pahanya menganga, perutnya terbuka dan akhirnya beha putihnya nampak menantang. Tanpa bicara dasternya terus kulepas lewat kepalanya.

    “Jangan, Mas..” Mbak Sum menolak.
    “Nggak apa-apa, Mbak, cuma dasternya kan..” rayuku.

    Dia jadi melepaskan tanganku. Juga diam saja ketika aku terang-terangan membuka celana luarku hingga kami sekarang tinggal berpakaian dalam. Kembali tubuh gempal janda montok itu kugeluti, kuhisap-hisap puncak branya yang nampak kekecilan menampung teteknya. Mbak Sum mendesis-desis sambil meremasi rambut kepalaku dan menggapitkan pahanya kuat-kuat ke pahaku.

    Cerita Sex Meremas Dan Merangsang Pembantu Sange Bagian Dua

    Cerita Sex Meremas Dan Merangsang Pembantu Sange Bagian Dua

    “Mbak Sum pingin kita telanjang?” tanyaku.
    “Jangan, Mas. Pingin sih pingin.. tapi.. gimana ya..”
    “Sudah berapa lama Mbak Sum tidak ngeseks?”
    “Ya sejak suami Mbak meninggal.. kira-kira tiga tahun..”
    “Pasti Mbak jadi sering masturbasi ya?”
    “Kadang-kadang kalau sudah nggak tahan, Mas..”
    “Kalau main dengan pria lain?”
    “Belum pernah, Mas..”
    “Masak sih, Mbak? masak nggak ada yang mau?”
    “Bukan begitu, tapi aku yang nggak mau, Mas..”
    “Kalau sama aku kok mau sih, Mbak?” godaku lagi.
    “Ah, kan Mas yang mulai.. dan lagi, kita kan nggak sampai anu..”
    “Anu apa, Mbak?”
    “Ya itu.. telanjang gitu..”
    “Sekarang kita telanjang ya, Mbak..”
    “Eee.. kalau hamil gimana, Mas?”
    “Aku pakai kondom deh..”
    “Ng.. tapi itu kan dosa, Mas?”
    “Kalau yang sekarang ini dosa nggak, Mbak?” tanyaku mentesnya.
    “Eee.. sedikit, Mas,” jawabnya bingung.

    Aku tersenyum mendengar jawaban mengambang itu dan kembali memeluk erat-erat tubuh sekalnya yang menggemaskan. Kuremas dan kucium-cium pembungkus teteknya. Ia memeluk punggungku lebih erat. Kuraba-raba belakang punggungnya mencari lalu melepas kaitan branya.

    “Ja..jangan, Mas..” Bisiknya tanpa reaksi menolak dan kulanjutkan gerakanku.

    Mbak Sum hanya melenguh kecil ketika branya kutarik dan kulemparkan entah kemana. Dua buah semangka segar itu langsung kukemut-kemut putingnya. Kuhisap, kumasukkan mulut sebesar-besarnya, kugelegak, sambil kulepas CD-ku. Mbak Sum terus mendesis-desis dan bergetar-getar tubuhnya. Kami bergumul berguling-guling. Kutekan-tekan selangkangannya dengan zakarku.

    “Gimana, Mbak.. sudah siap kuperawani?” tanganku menjangkau CD-nya dan hendak melepasnya.
    “Jangan, Mas. Kalau hamil gimana?”
    “Ya ditunggu saja sampai lahir to, Mbak..” gurauku sambil berusaha menarik lepas CD-nya.

    Mbak Sum berusaha memegangi CD-nya tapi seranganku di bagian atas tubuhnya membuatnya geli dan tangannya jadi lengah. Cd-nya pun merosot melewati pantatnya.

    “Kalau hamil, siapa yang ngurus bayinya?”
    “Ya, Mbak lah, kan itu anakmu.. tugasku kan cuma bikin anak, bukan ngurusi anak..” godaku terus.
    “Dasar, mau enaknya sendiri..” Mbak Sum memukulku pelan, tangannya berusaha menjangkau CD dari bawah pahanya tapi kalah cepat dengan gerakanku melepas CD itu dari kakinya. Buru-buru kukangkangkan pahanya lalu kubenamkan lidahku ke situ. Slep.. slep.. slep.. Mbak Sum melenguh dan menggeliat lagi sambil meremasi kepalaku. Nampak dia berada dalam kenikmatan.

    Beberapa menit kemudian, aku memutar posisi tubuhku sampai batang zakarku tepat di mulutnya sementara lidahku tetap beroperasi di vulvanya. Dengan agak canggung-canggung dia mulai menjilati, mengulum dan menghisapnya. Vulvanya mulai basah, zakarku menegang panjang. Eksplorasi dengan lidah kuteruskan sementara tanganku memijit-mijit sekitar selangkangan hingga anusnya.

    “Agh.. agh.. Maas.. ak.. aku..”

    Mbak Sum tak mampu bersuara lagi, hanya pantatnya terasa kejang berkejat-kejat dan mengalirlah cairan maninya mengaliri mulutku. Kugelegak sampai habis cairan bening itu.

    “Isap anuku lebih keras, Mbak!” perintahku ketika kurasakan maniku juga sudah di ujung zakar.

    Dan benar saja, begitu diisap lebih keras sebentar kemudian spermaku menyembur masuk ke kerongkongan Mbak Sum yang buru-buru melepasnya sampai mulutnya tersedak berlepotan sperma. Kami pun terjelepak kelelahan. Kuputar tubuhku lagi dan malam itu kami tidur telanjang berpelukan untuk pertama kalinya. Tapi zakarku tetap tidak memerawani vaginanya. Aku masih ingin menyimpan “makanan terenak” itu berlama-lama.

    Selanjutnya kegiatan oral seks jadi kegemaran kami setiap hari. Entah pagi, siang maupun malam bila salah satu dari kami (biasanya aku yang berinisiatif) ingin bersetubuh ya langsung saja tancap. Entah itu di kamar, sambil mandi bersama atau bergulingan di permadani. Tiap hari kami mandi keramas dan entah berapa banyak bercak mani di permadani. Selama itu aku masih bertahan dan paling banter hanya memasukkan kepala zakarku ke vaginanya lalu kutarik lagi. Batangnya tidak sampai masuk meski kadang Mbak Sum sudah ingin sekali dan menekan-nekan pantatku. “Kok nggak jadi masuk, Mas?” tanyanya suatu hari.

    “Apa Mbak siap hamil?” balikku.
    “Kan aku bisa minum pil kabe to Mas..”
    “Bener nih Mbak rela?” jawabku menggodanya sambil memasukkan lagi kepala zakarku ke memeknya yang sudah basah kuyup.
    “Heeh, Mas,” dia mengangguk.
    “Mbak nggak merasa bersalah sama suami?”
    “Kan sudah meninggal, Mas.”
    “Sama anak-anak?”
    Ia terdiam sesaat, lalu jawabnya lirih, “A.a.. aku kan juga masih butuh seks, Mas..”
    “Mana yang Mbak butuhkan, seks atau suami?” tanyaku terus ingin tahu isi hatinya.
    Kuangkat lagi kepala zakarku dari mulut memeknya lalu kusisipkan saja di sela-sela pahanya.
    “Pinginnya sih suami, Mas.. tapi kalo Mas jadi suamiku kan nggak mungkin to.. Aku ini kan cuma orang desa dan pembantu..” jawabnya jujur.
    “Jadi, kalau sama aku cuma butuh seksnya aja ya Mbak? Mbak cuma butuh nikmatnya kan? Mbak Sum pingin bisa orgasme tiap hari kan?”

    Mbak Sum tersipu. Tidak menjawab malah memegang kepalaku dan menyosor bibirku dengan bibirnya. Kami kembali berpagutan dan bergulingan. Zakar besar tegangku terjepit di sela pahanya lalu cepat-cepat aku berbalik tubuh dan memasukkan ke mulutnya. Otomatis Mbak Sum menghisap kuat-kuat zakarku sama seperti aku yang segera mengobok-obok vaginanya dengan tiga jari dan lidahku. Sejenak kemudian kembali kami orgasme dan ejakulasi hampir bersamaan. Yah, bisakah pembaca bersetubuh seperti kami? Saling memuasi tanpa memasukkan zakar ke vagina.

    Hubungan nikmat ini terus berlangsung hingga suatu sore sepulangku kerja Mbak Sum memberiku sekaplet pil kabe dan sekotak kondom kepadaku.

    “Sekarang terserah Mas, mau pakai yang mana? Mbak sudah siap..” tantangnya.
    Aku jadi membayangkan penisku memompa vaginanya yang menggunduk itu.
    “Mbak benar-benar ikhlas?” tanyaku.
    “Lha memang selama ini apa Mas? Saya kan sudah pasrah diapakan saja sama Mas.”
    “Mbak tidak kuatir meskipun aku nggak bakalan jadi suami Mbak?” lanjutku sambil berjaga-jaga untuk menghindari resiko bila terjadi sesuatu di belakang hari.

    “Saya sudah ikhlas lega lila, mau dikawini saja tiap hari atau dinikahi sekalian terserah Mas saja. Saya benar-benar tidak ada pamrih apa-apa di belakang nanti.. Saya hanya ingin kita berhubungan seks dengan maksimal.. tidak setengah-setengah seperti sekarang ini..”

    Haah, ternyata Mbak Sum pun jadi berkobar nafsu syahwatnya setelah berhubungan seks denganku secara khusus selama ini. Ternyata wanita ini memendam hasrat seksual yang besar juga. Sampai rela mengorbankan harga dirinya. Aku jadi tak tega, tapi sekaligus senang karena tidak bakal menanggung resiko apapun dalam berhubungan seks dengan dia. Aku selama ini kan memang hanya mengejar nafsu dan nampaknya Mbak Sum pun terbawa iramaku itu. Ya, seks hanya untuk kesenangan nafsu dan tubuh.

    Tanpa rasa cinta. Tidak perlu ada ketakutan terhadap resiko harus menikahi, punya anak dsb. Kapan lagi aku dapat prt sekaligus pemuas nafsu dengan tarif semurah ini (gajinya sebulan 150 ribu rupiah kadang kutambah 50 atau 100 ribu kalau ada rejeki lebih). Bandingkan biayanya bila aku harus cari wanita penghibur setiap hari. Dan kayaknya yang seperti inilah yang disukai para pria pengobral zakar dan mungkin sebagian besar pembaca 17Tahun inipun termasuk di dalamnya. Mau nikmatnya, nggak mau pahitnya. Begitu, kan? Ngaku ajalah, nggak usah cengar-cengir kayak monyet gitu. Soal seks kita sama dan sebangun kok. He he he..

    “Sekarang aku mau mandi dulu, Mbak. Urusan itu pikirin nanti saja,” jawabku sambil melepas pakaian dan jalan ke kamar mandi bertelanjang.

    Kutarik tangan Mbak Sum untuk menemaniku mandi. Pakaiannya pun sudah kulepasi sebelum kami sampai ke pintu kamar mandi. Hal seperti ini sudah biasa kami lakukan. Saling menggosok dan memandikan sambil membangkitkan nafsu-nafsu erotis kami. Dan acara mandi bersama selalu berakhir dengan tumpahnya sperma dan mani kami bersama-sama karena saling isep.

    Dan godaan untuk bermain seks dengan tuntas semakin besar setelah ada pil kabe dan kondom yang dibeli Mbak Sum. Esok malamnya eksperimen itu akan kami mulai dengan kondom lebih dulu. Soalnya aku takut kalau ada efek samping bila Mbak Sum minum pil kabe. Kata orang kalau nggak cocok malah bikin kering rahim. Kan kasihan kalau orang semontok Mbak Sum rahimnya kering. Malam itu seusai makan malam dan nonton TV sampai jam sembilan, kami mulai bergulingan di permadani. Satu persatu penutup tubuh kami bertebaran di lantai. Putingya kupelintir dan sebelah lagi kukemut dan kugigit-gigit kecil sementara tangan kananku menggosok-gosok pintu memek Mbak Sum sampai dia mengerang-erang mau orgasme.

    “Sekarang pakai ya, Mas,” bisiknya sambil menggenggam kencang zakarku yang tegang memanjang.
    “Heeh,” jawabku lalu dia menjangkau sebungkus kondom yang sudah kamu sediakan di sebelah TV.

    Disobeknya lalu karet tipis berminyak itu pelan-pelan disarungkannya ke penisku. Mbak Sum nampak hati-hati sekali.

    “Wah, jadi gak bisa diisep Mbak nih,” kataku.
    “Kan yang ngisep ganti mulut bawah, Mas..” Guraunya membuatku tersenyum sambil terus meremas-remas teteknya.
    Sleeb.. lalu karet tipis itupun digulungnya turun sampai menutupi seluruh batangku.
    “Sudah, Mas,” katanya sambil menelentangkan tubuh dan mengangkan pahanya lebar-lebar.
    Perlahan aku mengangkanginya.
    “Sekarang ya, Mbak,” bisikku sambil memeluknya mesra.
    Mbak Sum memejamkan mata. Perlahan zakarku dipegang, diarahkan ke lobang nikmatnya. Kuoser-oser sebentar di depan pintunya barulah kudesakkan masuk. Masuk separuh. Mbak Sum melenguh..
    “Sakit Mbak?”
    “Sedikit..”

    Kuhentikan sebentar lalu kudorong lagi pelan-pelan dan dia mulai melepasnya. Bless.. slep.. kugerakkan pantatku maju-mundur naik-turun. Matanya merem melek, tangan kami berpelukan, tetek tergencet dadaku, bibir kami saling kulum. Kugenjot terus, kupompa, kubajak, kucangkul, kumasuki, kubenamkan, dalam dan semakin dalam, gencar, cepat dan kencang. Sampai akhirnya gerakkanku terhambat ketika mendadak Mbak Sum memelukkan pahanya erat-erat ke pahaku.

    “Akk.. aku sampai Mas.. egh.. egh..”

    Dan seerr.. terasa cairan hangat menerpa zakarku. Kuhentikan gerakanku, dan hanya membenamkannya dalam-dalam. Menekan dan menekan masuk. Rasanya agak kurang enak karena batangku terbungkus karet tipis itu.

    Kubiarkan Mbak Sum istirahat sejenak sebelum aku mulai memompanya lagi bertubi-tubi sambil kueksplorasi bagian sensitif tubuhnya hingga dia kembali terangsang.

    “Mbak pingin keluar lagi?” tanyaku.
    “Kk.. kalau bisa, Mas.. keluar sama-sama..” ajaknya sambil mulai menggoyang dan memutar-mutar bokongnya.

    Aku merasakan nikmat yang belum pernah kurasakan. Soalnya kan baru pertama kali ini zakarku menancapi lubangnya. Ternyata hebat juga goyangannya. Goyang ngebornya Inul, ngecornya Denada atau ngedennya Camelia Malik kalah jauh deh.. soalnya mana mungkin aku ngrasain vagina mereka kan? Dan kenikmatan itu semakin terasa diujung batangku. Gerakan pompaku semakin cepat dan cepat.

    “Mbak.. hh.. hh.. hh..” dengus nafasku terus memacu gerak maju mundur pantatku.
    Sementara dengan tak kalah brutalnya Mbak Sum melakukan yang sama dari bawah.
    “Ak.. aku sudah mau Mbak..” pelukku ketat ke tubuhnya.

    Kutindih, kuhunjamkan dalam-dalam, kuhentakkan ketika sperma keluar dari ujung batangku. Yang pasti Mbak Sum tak bakalan merasakan semburannya karena toh sudah tertampung di ujung kondom. Sejenak kemudian Mbak Sum pun meregang dan berkejat-kejat beberapa kali sambil membeliak-beliak matanya. Dia orgasme lagi. Tubuhnya tetap kutelungkupi. Nafas kami memburu.

    Mata kami terpejam kecapaian. “Puas, Mbak?” bisikku sambil mengulum telinganya. Dia mengangguk kecil. Kami kembali tidur berpelukan. Mungkin dia tengah membayangkan tidur dengan suaminya. (Sementara aku tidak membayangkan apapun kecuali sesosok daging mentah kenyal yang siap kugenjot setiap saat). Hehehe.. kasihan Mbak Sum kalau dia tahu otak mesumku. Tapi kenapa mesti dikasihani kalau dia juga menikmati? Ya kan? Ya kan? Aku sering bertanya-tanya: Bila seorang wanita orgasme ketika dia diperkosa, apakah itu bisa disebut perkosaan? Siapa bisa jawab?

    Sambil menunggu jawab Anda, aku dan Mbak Sum terus mereguk kepuasan dengan pakai kondom. Sayangnya satu kondom hanya bisa dipakai satu kali main. Kalau lebih dikuatirkan bocor. Makanya hanya dalam sehari itu kondom satu dus habislah sudah. Anda bisa hitung sendiri berapa kali aku ejakulasi.

    Esoknya, “Mbak, kondomnya habis, mau pakai pil?” tanyaku.
    “Boleh,” jawabnya santai.

    Dan malam itu mulailah ia minum pil sesuai jadwal dan hasilnya.. ternyata kami lebih puas karena tidak ada lagi selaput karet tipis yang menahan semburan spermaku memasuki gua garba Mbak Sum.

    “Mas.. Mas.. semprot terus Mas, enak banget..” serunya ketika aku ejakulasi sambil berkejat-kejat diatas pahanya belasan kali menghunjamkan zakar yang menyemprot puluhan kali.

    Dari cret, crit, crut, crat sampai crot crot crot lalu cret cret cret lagi!! Soal rahim kering sudah tak kupikir lagi. Biar saja mau kering mau basah wong yang melakukan manggut-manggut saja tuh. Yah, dalam semalam minimal kami pasti sampai tiga kali orgasme dan ejakulasi. Sedangkan pagi atau siang tidak selalu kami lakukan. Kami bagaikan sepasang maniak seks. Ditambah vCD-vCD triple-x yang kutontonkan padanya, Mbak Sum jadi semakin ahli mengolah persetubuhan kami jadi kenikmatan tiada tara.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Cewek Liar

    Cerita Sex Cewek Liar


    1776 views

    Perawanku – Cerita Sex Cewek Liar, Kisah ini berlaku pada 2 tahun sudah. Aku berasal dari johor. Bekerja sebagai kerani di sebuah sekolah di Sentul. Di KL aku tinggal bersama 5 rakanku di sebuah taman yg tidak jauh dari tempat aku bekerja. Kesemua kawanku adalah guru dan masih belum berkahwin. Kawasan taman itu terdapat banyak anjing liar terutamanya pada larut malam.

    Pada cuti penggal semua kawanku pulang ke kampung halaman masing2. Tinggallah aku seorang diri. Seperti biasa, pada waktu malam aktiviti aku hanya menonton tv. Pada malam itu aku hanya memakai kain batik dan t.shirt. pada pukul 10.30 aku mengambil sampah di daapur utk diletakkan di tepi pintu pagar. Pada malam itu aku amat letih sekali. Mataku terasa amat berat utk dibuka.
    Setelah selesai membuang sampah aku segera menyambung aktiviti menonton tv. Pada ketika itu aku terlupa utk kunci dan pintuku tertutup tidak rapat. Malam itu aku rasa amat panas sekali lalu aku menanggalkan baju dan seluar dalamku. Manakala kain yg ku pakai aku longgarkannya. Entah pukul berapa aku terlelap bersama mimpi2 yg indah.

    Pada tengah malamnya, tiba2 aku terasa ada benda dicelah kangkangku dan buritku amat geli sekali, seolah2 ada sesuatu yg menjilat burit aku. Aku terkejut, lalu dengan cepat aku mengangkat kepalaku utk melihat apa yg berada di celah kangkangku. Sewaktu aku mengangkat mukaku aku dapati seekor anjing dicelah kangkangku dan kain yg ku pakai terselak hingga paras pinggang.
    Anjing mempamirkan giginya yg tajam apabila mendapati aku telah sedar dan cuba ukt lari. Aku

    menjadi amat takut dengan rupanya yg garang. (sememangnya aku amat takut pada anjing). Aku cuba mematikan diriku. Setelah mendapati aku hanya mendiamkan diri, anjing itu kembali menjilat burit ku…. aku berasa amat cemas, gementar dan takut. Aku cuba menolah sedikit kakiku agar tubuhku bergerak ke belakang. Ternyat tindakanku itu tidak berhasil.
    Anjing itu tetap mengikut dan menjilat buritku dengan rakus sekali. Ia menjilat selitar buritku. Biji

    kelentik ku, lubang kencing dan lubang nikmatku juga dijilatnya. Banyak cecair nikmatku telah mengalir dari lubang keramatku. Makin banyak ia keluar makin rakus ia jilat. Dan makin rakus ia jilat makin aku terangsang. Ia lebih nikmat dari jilatan bf ku. Lidah anjing amat kasar… apabila bergesel dengan biji mutiaraku.. ohhh sungguh nikmat. Aku membiarkan anjing itu menjilat buritku kerana aku amat terangsang lagipun aku takut kalau ia akan mencederakan aku jika aku cuba lari. Ahhhhh…ohhh emmm bunyi rengekkan manja terkeluar dari mulutku.
    Setelah lama anjing itu menjilat buritku.. aku rasa seluruh tubuhku mengejang dan gementar. Akhirnya aku terbaring terkulai dengan kepuasan yang takdapat ku ceritakan. Anjing tersebut masih menjilat-jilat burit ku. Setelah beberapa minit aku kembali terangsang dan aku tak sanggup keadaan bergini berlarutan sehingga pagi. Aku mencari jalan utk lari. Tiba2 aku mendapat satu akal. Pintu bilikku hanya 2 meter sahaja dari ku.

    Aku cuba mengalihkan badanku dalam keadaan menirap dengan ini senang utk aku bangun dan lari ke bilik. Anjing tersebut masih lagi menjilat2 tubuh ku dan kini ia menjilat punggungku dan jubur ku. Ahhhh… gelinya. Aku mengangkat dadaku pelahan-lahan agar anjing tersebut tidak perasan. Usaha ku berjaya, kini badanku telah ku angkat tetapi buritku masih tersembab dilantai. Lalu aku menarik lutut kananku dan ia berjaya. Kini aku dalam keadaan separuh merangkak.

    Tetapi malangnya belum sempat aku memecut ke bilik aku. Dengan pantas anjing tersebut telah merapatkan badannya ke tubuhku, dan kedua2 kakinya diletakkan diatas punggungku serentak di ikuti dengan bunyi gerammannya utk menakutkan aku. mujurlah kain batikku masih lagi tersimpul di pinggangku. kalau tida tentu tubuhku luka terkena kukunya. Kini aku dalam keadaan menongging seperti mana anjing betina. Kini baru ku tahu yg tindakan aku telah mengundang celaka. Dalam fikiranku, aku tahu apa yg akan berlaku nanti.

    Cerita Sex Cewek Liar

    Cerita Sex Cewek Liar

    Dugaan ku amat tepat sekali…. dalam keadaan menongging itu itu dapat rasakan yg batang anjing tersebut menyondol-yondol kemaluanku. Aku dengan pantas mengemut buritku agar lubang kemaluan sukar utk dibolosi. Tetapi batang anjing tersebut telah tepat dipintu lubang keramatku. Sedikit demi sedikit batang anjing itu menyelam didalam lubuk nikmatku. Aaahhhhhh… sakitnyaaaa… emmm besarnya batang anjing ni…. bisik hatiku. Lebih besar dari batang bf ku. Aku segera melepaskan kemutanku agar kesakitan yg ku alami dapat dikurangkan. Ahhhhh…..
    Dengan senang sekali tujahan kesemua batangnya terbenam di dalam tubuhku. Terasa suam batang anjing itu. Aku tak mampu berbuat apa lagi… melainkan aku memberi respon padanya. Aku membiarkan batangnya yang suam terendam di dalam kubang rahim ku. Anjing tu mula mengeluar-masuk batangnya ke dalam buritku… ahhhh… ahhh lama-kelamaan aku menjadi terangsang.
    Ahhhhh…emmmm ohhhhhh sedapnya…. terasa suam-suam di dlm lubang buritku… ahhh yes… yes… punggung ku mengikut rentak dayungan anjing itu. Sesekali aku merendahkan dadaku ke lantai agar pungung ku tertunging lebih tinggi. Dan aku juga membuka sedikit pahaku supaya seluruh batang anjing dapat terbenam sedalam-dalamnya… ahhhhhh…aemmmm ssiitttttt ahh.. sambil anjing itu mundar-mandir batangnya di dalam buritku aku memegang paha anjing tersebut…

    Ahhhhhhhhhhhh………emmmmmmmmm ssiiitttttttttttttttaaaaaaaahhhhhhhhhhh…… sedapnyaaaaaa….. ahhhhhhhhhhhh … seluruh badanku menjadi kejang…. urat saraf ku menjadi tengang dan gementar otot-otot tubuh ku… air nikmatku terpancut menyiram batang anjing itu.

    Aaaahhh…ahhh…ahhhhemmmmTerkemut2 burit aku mencekam batang anjing itu… dan serentak dengan itu juga anjing itu menekan sedalam-dalamnya dan memancutkan benihnya di dalam rahimku… ahhhh terasa amat suam airnya… ahhhhh aku terdampar keletihan.

    Tercabutlah batang anjing itu dari buritku. Anjing terus menjilat2 sisa-sisa air nikmatku di sekitar burit ku. Ohhh kalau lah bf ku seperti anjing ini kan best. Bisik hatiku. Dan akhirnya aku terlena dalam kepuasan.

    Kini kisah ini telah pun lama berlalu…. sesekali terasa juga keinginan ku utk melakukan seks dengan anjing… tapi aku sedar bahawa ia tidak mungkin akan berulang lagi…

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Sex Ketagihan Bersama Tante Tante

    Cerita Sex Ketagihan Bersama Tante Tante


    1017 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Ketagihan Bersama Tante TanteCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Dari sejak kelas 3 SMP aku sudah dikenalkan dengan sex, perkembangan tentang sex aku sungguh cepat dimana umurku yang baru 15 tahunh sudah bisa ngerasain kenikmatan sex, sebab dari itu aku bisa kenal dengan sex mungkin dari teman mamaku namanya tante Yohana dia cantik, seksi langsing bokong dan payudaranya montok.

    Tante Yohana ini tinggal dekat rumahku, hanya beda 5 rumahlah, nah Tante Yohana ini cukup deket sama keluargaku meskipun enggak ada hubungan saudara. Dan dapat dipastikan kalau sore biasanya banyak ibu-ibu suka ngumpul di rumahku buat sekedar ngobrol bahkan suka ngomongin suaminya sendiri. Nah Tante Yohana inilah yang bikin aku cepet gede (maklumlah anak masih puber kan biasanya suka yang cepet-cepet).

    Biasanya Tante Yohana kalau ke rumah Aku selalu memakai daster atau kadang-kadang celana pendek yang bikin aku ser.. ser.. ser.. Biasanya kalau sudah sore tuh ibu-ibu suka ngumpul di ruang TV dan biasanya juga aku pura-pura nonton TV saja sambil lirak lirik. Tante Yohana ini entah sengaja atau nggak aku juga enggak tahu yah. Dia sering kalau duduk itu tuh mengangkang, kadang pahanya kebuka dikit bikin Aku ser.. ser lagi deh hmm.

    Apa keasyikan ngobrolnya apa emang sengaja Aku juga enggak bisa ngerti, tapi yang pasti sih aku kadang puas banget sampai-sampai kebayang kalau lagi tidur. Kadang kalau sedang ngerumpi sampai ketawa sampai lupa kalau duduk nya Tante Yohana ngangkang sampai-sampai celana dalemnya keliatan (wuih aku suka banget nih).

    Pernah aku hampir ketahuan pas lagi ngelirik wah rasanya ada perasaan takut malu sampai-sampai Aku enggak bisa ngomong sampai panas dingin tapi Tante Yohana malah diam saja malah dia tambahin lagi deh gaya duduknya. Nah dari situ aku sudah mulai suka sama tuh Tante yang satu itu. Setiap hari pasti Aku melihat yang namanya paha sama celana dalem tuh Tante.

    Pernah juga Aku waktu jalan-jalan bareng ibu-ibu ke puncak nginep di villa. Ibu-ibu hanya bawa anaknya, nah kebetulan Mami Aku ngsajak Aku pasti Tante Yohana pula ikut wah asyik juga nih pikir ku. Waktu hari ke-2 malam-malam sekitar jam 8-9 mereka ngobrol di luar deket taman sambil bakar jagung.

    Ternyata mereka sedang bercerita tentang hantu, ih dasar ibu-ibu masih juga kaya anak kecil ceritanya yang serem-serem, pas waktu itu Tante Yohana mau ke WC tapi dia takut. Tentu saja Tante Yohana di ketawain sama gangnya karena enggak berani ke WC sendiri karena di villa enggak ada orang jadinya takut sampai-sampai dia mau kencing di deket pojokan taman.

    Lalu Tante Yohana menarik tangan Aku minta ditemenin ke WC, yah aku sih mau saja. Pergilah aku ke dalam villa sama Tante Yohana, sesampainya Aku di dalam villa Aku nunggu di luar WC eh malah Tante Yohanan ngsajak masuk nemenin dia soalnya katanya dia takut.

    “Lex temenin Tante yah tunggu di sini saja buka saja pintu nya enggak usah di tutup, Tante takut nih”, kata Tante Yohana sambil mulai berjongkok.

    Dia mulai menurunkan celana pendeknya sebatas betis dan juga celana dalamnya yang berwarna putih ada motif rendanya sebatas lutut juga. “Serr.. rr.. serr.. psstt”, kalau enggak salah gitu deh bunyinya.

    Jantungku sampai deg-degan waktu liat Tante Yohana kencing, dalam hatiku, kalau saja Tante Yohana boleh ngasih liat terus boleh memegangnya hmm. Sampai-sampai aku bengong ngeliat Tante Yohana.

    “Heh kenapa kamu Lex kok diam gitu awas nanti kesambet” kata Tante Yohana.

    “Ah enggak apa-apa Tante”, jawabku.

    “Pasti kamu lagi mikir yang enggak-enggak yah, kok melihatnya ke bawah terus sih?”, tanya Tante Yohana.

    “Enggak kok Tante, aku hanya belum pernah liat cewek kencing dan kaya apa sih bentuk itunya cewek?” tanyaku.

    Tante Yohana cebok dan bangun tanpa menaikkan celana sama CDnya.

    “Kamu mau liat Lex? Nih Tante kasih liat tapi jangan bilang-bilang yah nanti Tante enggak enak sama Mamamu”, kata Tante Yohana.

    Aku hanya mengangguk mengiyakan saja. Lalu tanganku dipegang ke arah vaginanya. Aku tambah deg-degan sampai panas dingin karena baru kali ini Aku megang sama melihat yang namanya memek. Tante Yohana membiarkanku memegang-megang vaginanya.

    “Sudah yah Lex nanti enggak enak sama ibu-ibu yang lain dikirain kita ngapain lagi”.

    “Iyah Tante”, jawabku.

    Lalu Tante Yohana menaikan celana dalam juga celana pendeknya terus kami gabung lagi sama ibu-ibu yang lain.

    Esoknya aku masih belum bisa melupakan hal semalam sampai sampai aku panas dingin. Hari ini semua pengen pergi jalan-jalan dari pagi sampai sore buat belanja oleh-oleh rekreasi. Tapi aku enggak ikut karena badanku enggak enak.

    “Lex, kamu enggak ikut?” tanya mamiku.

    “Enggak yah Mam aku enggak enak badan nih tapi aku minta di bawain kue mochi saja yah Mah” kataku.

    “Yah sudah istirahat yah jangan main-main lagi” kata Mami.

    “Yohana, kamu mau kan tolong jagain si Alex nih yah, nanti kalau kamu ada pesenan yang mau di beli biar sini aku beliin” kata Mami pada Tante Yohana.

    “Iya deh Kak aku jagain si Alex tapi beliin aku tales sama sayuran yah, aku mau bawa itu buat pulang besok” kata Tante Yohana.

    Akhirnya mereka semua pergi, hanya tinggal aku dan Tante Yohana berdua saja di villa, Tante Yohana baik juga sampai-sampai aku di bikinin bubur buat sarapan, jam menunjukan pukul 9 pagi waktu itu.

    “Kamu sakit apa sih Lex? kok lemes gitu?” tanya Tante Yohana sambil nyuapin aku dengan bubur ayam buatannya.

    “Enggak tahu nih Tante kepalaku juga pusing sama panas dingin aja nih yang di rasa” kataku.

    Tante Yohana begitu perhatian padaku, maklumlah di usia perkawinannya yang sudah 5 tahun dia belum dikaruniai seorang buah hati pun.

    “Kepala yang mana Lex atas apa yang bawah?” kelakar Tante Yohana padaku. Aku pun bingung,
    “Memangya kepala yang bawah ada Tante? kan kepala kita hanya satu?” jawabku polos.

    “Itu tuh yang itu yang kamu sering tutupin pake segitiga pengaman” kata Tante Yohana sambil memegang si kecilku.

    “Ah Tante bisa saja” kataku.

    “Eh jangan-jangan kamu sakit gara-gara semalam yah” aku hanya diam saja.

    Selesai sarapan badanku dibasuh air hangat oleh Tante Yohana, pada waktu dia ingin membuka celanaku, kubilang, “Tante enggak usah deh Tante biar Alex saja yang ngelap, kan malu sama Tante”
    “Enggak apa-apa, tanggung kok” kata Tante Yohana sambil menurunkan celanaku dan CDku.

    Dilapnya si kecilku dengan hati-hati, aku hanya diam saja.

    “Lex mau enggak pusingnya hilang? Biar Tante obatin yah”

    “Pakai apa Tan, aku enggak tahu obatnya” kataku polos.

    “Iyah kamu tenang saja yah” kata Tante Yohana.

    Lalu di genggamnya batang penisku dan dielusnya langsung spontan saat itu juga penisku berdiri tegak. Dikocoknya pelan-pelan tapi pasti sampai-sampai aku melayang karena baru pertama kali merasakan yang seperti ini.

    “Achh.. cchh..” aku hanya mendesah pelan dan tanpa kusadari tanganku memegang vagina Tante Yohana yang masih di balut dengan celana pendek dan CD tapi Tante Yohana hanya diam saja sambil tertawa kecil terus masih melakukan kocokannya. Sekitar 10 menit kemudian aku merasakan mau kencing.

    “Tante sudah dulu yah aku mau kencing nih” kataku.

    “Sudah, kencingnya di mulut Tante saja yah enggak apa-apa kok” kata Tante Yohana.

    Aku bingung campur heran melihat penisku dikulum dalam mulut Tante Yohana karena Tante Yohana tahu aku sudah mau keluar dan aku hanya bisa diam karena merasakan enaknya.

    “Hhgg..achh.. Tante aku mau kencing nih bener ” kataku sambil meremas vagina Tante Yohana yang kurasakan berdenyut-denyut.

    Tante Yohanapun langsung menghisap dengan agresifnya dan badanku pun mengejang keras.
    “Croott.. ser.. err.. srett..” muncratlah air maniku dalam mulut Tante Yohana, Tante Yohana pun langsung menyedot sambil menelan maniku sambil menjilatnya. Dan kurasakan vagina Tante Yohana berdenyut kencang sampai-sampai aku merasakan celana Tante Yohana lembab dan agak basah.

    “Enak kan Lex, pusingnya pasti hilang kan?” kata Tante Yohana.

    “Tapi Tante aku minta maaf yah aku enggak enak sama Tante nih soalnya Tante..”

    “Sudah enggak apa-apa kok, oh iya kencing kamu kok kental banget, wangi lagi, kamu enggak pernah ngocok Lex?”

    “Enggak Tante”

    Tanpa kusadari tanganku masih memegang vagina Tante Yohana.

    “Loh tangan kamu kenapa kok di situ terus sih”. Aku jadi salah tingkah

    “Sudah enggak apa-apa kok, Tante ngerti” katanya padaku.

    “Tante boleh enggak Alex megang itu Tante lagi” pintaku pada Tante Yohana. Tante Yohana pun melepaskan celana pendeknya, kulihat celana dalam Tante Yohana basah entah kenapa.

    “Tante kencing yah?” tanyaku.

    “Enggak ini namanya Tante nafsu Lex sampai-sampai celana dalam Tante basah”.

    Dilepaskannya pula celana dalam Tante Yohana dan mengelap vaginanya dengan handukku. Lalu Tante Yohana duduk di sampingku

    “Lex pegang nih enggak apa-apa kok sudah Tante lap” katanya. Akupun mulai memegang vagina Tante Yohana dengan tangan yang agak gemetar, Tante Yohana hanya ketawa kecil.

    “Lex, kenapa? Biasa saja donk kok gemetar kaya gitu sih” kata Tante Yohana. Dia mulai memegang penisku lagi, “Lex Tante mau itu nih”.

    “Mau apa Tante?”

    “Itu tuh”, aku bingung atas permintaan Tante Yohana.

    “Hmm itu tuh, punya kamu di masukin ke dalam itunya Tante kamu mau kan?”

    “Tapi Alex enggak bisa Tante caranya”

    “Sudah, kamu diam saja biar Tante yang ajarin kamu yah” kata Tante Yohana padaku.

    Mulailah tangannya mengelus penisku biar bangun kembali tapi aku juga enggak tinggal diam aku coba mengelus-elus vagina Tante Yohana yang di tumbuhi bulu halus.

    “Lex jilatin donk punya Tante yah” katanya.

    “Tante Alex enggak bisa, nanti muntah lagi”

    “Coba saja Lex”

    Tante pun langsung mengambil posisi 69. Aku di bawah, Tante Yohana di atas dan tanpa pikir panjang Tante Yohana pun mulai mengulum penisku.

    “Achh.. hgghhghh.. Tante”

    Aku pun sebenarnya ada rasa geli tapi ketika kucium vagina Tante Yohana tidak berbau apa-apa. Aku mau juga menjilatinya kurang lebih baunya vagina Tante Yohana seperti wangi daun pandan (asli aku juga bingung kok bisa gitu yah) aku mulai menjilati vagina Tante Yohana sambil tanganku melepaskan kaus u can see Tante Yohana dan juga melepaskan kaitan BH-nya, kini kami sama-sama telanjang bulat.

    Tante Yohana pun masih asyik mengulum penisku yang masih layu kemudian Tante Yohana menghentikannya dan berbalik menghadapku langsung mencium bibirku dengan nafas yang penuh nafsu dan menderu.

    “Kamu tahu enggak mandi kucing Lex” kata Tante Yohana.

    Aku hanya menggelengkan kepala dan Tante Yohana pun langsung menjilati leherku menciuminya sampai-sampai aku menggelinjang hebat, ciumannya berlanjut sampai ke putingku, dikulumnya di jilatnya, lalu ke perutku, terus turun ke selangkanganku dan penisku pun mulai bereaksi mengeras.

    Dijilatinya paha sebelah dalamku dan aku hanya menggelinjang hebat karena di bagian ini aku tak kuasa menahan rasa geli campur kenikmatan yang begitu dahsyat. Tante Yohana pun langsung menjilati penisku tanpa mengulumnya seperti tadi dia menghisap-hisap bijiku dan juga terus sampai-sampai lubang pantatku pun dijilatinya sampai aku merasakan anusku basah.

    Kulihat payudara Tante Yohana mengeras, Tante Yohana menjilati sampai ke betisku dan kembali ke bibirku dikulumnya sambil tangannya mengocok penisku, tanganku pun meremas payudara Tante Yohana. Entah mengapa aku jadi ingin menjilati vagina Tante Yohana, langsung Tante Yohana kubaringkan dan aku bangun, langsung kujilati vagina Tante Yohana seperti menjilati es krim.

    “Achh.. uhh.. hhghh.. acch Lex enak banget terus Lex, yang itu isep jilatin Lex” kata Tante Yohana sambil menunjuk sesuatu yang menonjol di atas bibir vaginanya.

    Aku langsung menjilatinya dan menghisapnya, banyak sekali lendir yang keluar dari vagina Tante Yohana tanpa sengaja tertelan olehku.

    “Lex masukin donk Tante enggak tahan nih”
    “Tante gimana caranya?”

    Tante Yohana pun menyuruhku tidur dan dia jongkok di atas penisku dan langsung menancapkannya ke dalam vaginanya. Tante Yohana naik turun seperti orang naik kuda kadang melakukan gerakan maju mundur. Setengah jam kami bergumul dan Tante Yohana pun mengejang hebat.

    “Lex Tante mau keluar nih eghh.. huhh achh” erang Tante Yohana.

    Akupun di suruhnya untuk menaik turunkan pantatku dan tak lama kurasakan ada sesuatu yang hangat mengalir dari dalam vagina Tante Yohana. Hmm sungguh pengalaman pertamaku dan juga kurasakan vagina Tante Yohana mungurut-urut penisku dan juga menyedotnya.

    Kurasakan Tante Yohana sudah orgasme dan permainan kami terhenti sejenak. Tante Yohana tidak mencabut penisku dan membiarkanya di dalam vaginanya.

    “Lex nanti kalau mau kencing kaya tadi bilang ya” pinta Tante Yohana padaku.

    Akupun langsung mengiyakan tanpa mengetahui maksudnya dan Tante Yohanapun langsung mengocok penisku dengan vaginanya dengan posisi yang seperti tadi.

    “Achh .. Tante enak banget achh.., gfggfgfg..” kataku dan tak lama aku pun merasakan hal yang seperti tadi lagi.
    “Tante Alex kayanya mau kencing niih”

    Tante Yohana pun langsung bangun dan mengulum penisku yang masih lengket dengan cairan kewanitaanya, tanpa malu dia menghisapnya dan tak lama menyemburlah cairan maniku untuk yang ke 2 kalinya dan seperti yang pertama Tante Yohana pun menelannya dan menghisap ujung kepala penisku untuk menyedot habis maniku dan akupun langsung lemas tapi disertai kenikmatan yang alang kepalang.

    Kami pun langsung mandi ke kamar mandi berdua dengan telanjang bulat dan kami melakukannya lagi di kamar mandi dengan posisi Tante Yohana menungging di pinggir bak mandi. Aku melakukannya dengan cermat atas arahan Tante Yohana yang hebat.

    Selasai itu jam pun menunjukan pukul 1 siang langsung makan siang dengan telur dadar buatan Tante Yohana, setelah itu kamipun capai sekali sampai-sampai tertidur dengan Tante Yohana di sampingku, tapi tanganku kuselipkan di dalam celana dalam Tante Yohana.

    Kami terbangun pada pukul 3 sore dan sekali lagi kami melakukannya atas permintaan Tante Yohana, tepat jam 4:30 kami mengakhiri dan kembali mandi, dan rombongan ibu-ibu pun pulang pukul 6 sore.

    “Lex kamu sudah baikan?” tanya Mamiku.

    “Sudah mam, aku sudah seger n fit nih” kataku.

    “Kamu kasih makan apa Ni, si Alex sampai-sampai langsung sehat” tanya Mami sama Tante Yohana.

    “Hanya bubur ayam sama makan siang telur dadar terus kukasih saja obat anti panas” kata Tante Yohana.

    Esoknya kamipun pulang ke jakarta dan di mobil pun aku duduk di samping Tante Yohana yang semobil denganku. Mami yang menyopir ditemani Ibu Herman di depan. Di dalam mobilpun aku masih mencuri-curi memegang barangnya Tante Yohana.

    Sampai sekarang pun aku masih suka melakukannya dengan Tante Yohana bila rumahku kosong atau terkadang ke hotel dengan Tante Yohana. Sekali waktu aku pernah mengeluarkan spermaku di dalam sampai 3 kali.

    Kini Tante Yohana sudah dikarunia 2 orang anak yang cantik. Baru kuketahui bahwa suami Tante Yohana ternyata menagalami ejakulasi dini. Sebenarnya kini aku bingung akan status anak Tante Yohana.

    Yah, begitulah kisahku sampai sekarang aku tetap menjadi PIL Tante Yohana bahkan aku jadi lebih suka dengan wanita yang lebih tua dariku. Pernah juga aku menemani seorang kenalan Tante Yohana yang nasibnya sama seperti Tante Yohana, mempunyai suami yang ejakulasi dini dan suka daun muda buat obat awet muda, dengan menelan air mani pria muda.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Seks Nikmatnya Ngentot Dengan Pembantu Kost – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Seks Nikmatnya Ngentot Dengan Pembantu Kost – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1861 views

    Perawanku – Seperti biasa kali ini aku akan menceritakan tentang pengalaman aku kali ini. Singkat kata dihari terakhir ujian, rasanya suntuk banget dech. Agak mendung memasuki tempat kost-kostan-ku. Perlahan aku membuka pintu kamarku, Baru aku mau memasuki kamar kost-ku. Mang Udin melintas.

    ” Non,.. ” Geli banget liat dia cengengesan begitu,. Terlebih aku belum melakukan pembalasan pada Mang Udin,..
    ” Apa Mang Ujang ?? ” Tanya-ku malas-malasan,..
    ” Nama saya Udin Non, bukan Ujang,.. ” Protesnya,..
    ” Ah sama aja,.. kan emang Ujang artinya pembantu kan ?? ” Jawab-ku
    ” Yeah, si non, Ujang nama non,.. bukan artinya pembantu,.. ” Terangnya,..
    ” Owh, gitu,.. terus kenapa Mang Udin,. ” Aku ingin cepat-cepat masuk, sebal melihat mukanya yang jelek itu,..
    ” Gapapa non, kangen aja,.. ” Dia cengengesan, dia kira bagus kali ya,..

    Aku melangkah masuk dalam kamar,.. kukunci rapat-rapat biar Mang Ujang, eh Mang Udin gak masuk ke dalam lagi kayak kejadian waktu itu,.. tunggu aja Mang Udin, seminggu lagi ya,..

    Singkat kata, yang gak perlu aku certain gimana susahnya ujian aku, akhirnya seminggu kemudian, hari kamis waktu itu, temen-temen waktu SMU-ku datang ke tempat-ku,. Yang satu namanya Adel yang ini tipe cewek yang bener-bener cerewet, 100x lebih bawel daripada aku,chubby-chubby gitu tapi tetep seksi,.. rambutnya di cat coklat,.. yang satunya lagi nama Erlin, tapi kita biasa manggil dia Lili,.. sama cerewetnya sama aku, cantik dech orangnya dan rambutnya juga masih panjang seperti dulu, kesannya anggun..

    Kalau aku ?? Gak usah diceritain dech ya,. dah sering banget, tar jadi narsis galleri lagi, hohoho^^

    Nah kebayang gak gimana rame-nya kamar kost aku, ada 3 orang cewek bawel yang udah sekitar 3 bulan-an gak ketemu,. Dan kayaknya gak kan menarik juga buat diceritain kan,.. masa u mau denger kita gosipin cowok-cowok, tar pada minder lagi,.. hehehe,..

    Ampe akhirnya aku ngungkapin ide gila buat ngerjain Mang Udin itu,.. pertamannya Lili menolak ide gila itu,. Beda dengan Adel yang penasaran dengan penis impotent-nya Mang Udin,..

    ” Yakin Dell ?? ” tanya Lili,.. mukanya gak yakin gitu,..
    ” Yakin lah, itung-itung bantuin temen hahaha,.. “
    ” Mang punya rencana pa Dell ?? ” Tanya-ku penasaran,..

    Adel pun membisik kami bertiga,..Mendengar idenya yang gila itu Aku dan Lili langsung tertawa,..
    ” Tapi lu ya yang banyak godain,.. ” Lili masih tertawa menodong Adel,.
    ” Iya dech beres,… ” Adel ikut tertawa-tawa,..

    Maka Operasi Balas Dendam pun dimulai,..

    ” Mang Udin, tolong donk,.. ” Aku memanggil Mang Udin yang kebetulan lewat, padahal sebenarnya memang sengaja sudah kutunggu,..
    ” Loh ada apa non, ” Iya buru-buru mendekat, pasti bukan karena dia pembantu yang rajin, tapi melihat ku yang hanya mengenakan handuk membebat tubuh-ku,..
    ” Itu Mang Udin, Air dikamar Mandi mati,.. ” Rajuk-ku,..
    ” Tar Mang Udin periksa diatas,.. ” Katanya, matanya itu udah kayak mau nerkam aja,..
    ” Itu Mang Udin, Shower aku aja kali yang mati, soalnya di Wastafel nyala koq,.. “
    ” OW, yawda Mang Udin masuk ya, periksa,.. ” Wajahnya itu seolah mengatakan, ” Nah gini donk, ini yang gue tunggu,.. “

    Namun Mang Udin begitu terkejut setelah memasuki kamar-ku itu, Adel dan Lili berdiri disebelah kursi yang biasa kupakai untuk main komputer dan browsing DS,. Keduanya tersenyum manja menatap Mang Udin,..
    ” Duduk sini donk Mang,.. ” Goda Adel,.Sementara aku menutup pintu kamar-ku
    ” Keran,.. ” , ” Saya mau benerin keran,.. ” Kata Mang Udin, pura-pura… dasar bandot yang suka pura-pura,..
    ” Tar aja, sini dulu duduk,.. “
    Mang udin seperti kebinggungan, menarik nafas sebelum kemudian melangkah ke arah kursi, dan duduk diatasnya,..

    Mang Udin sekarang duduk di kursi, wajahnya tampak binggung namun juga ada guratan bahagia dalam senyumannya, bagaimana tidak, didepannya berdiri tiga orang gadis cantik yang notabenenya masih mahasiswi dengan hanya handuk yang membebat tubuh kami bertiga,..

    Adel yang memang paling gila diantara kami langsung menggoda mang Udin,..
    ” Mang Udin ya ?? ” goda Adel sambil duduk di paha Mang Udin,..
    Mimik Mang Udin tampak seperti orang yang serba salah, ia mengganguk sambil menjawab dengan gelagapan,..
    ” I…I ya neng, neng siapa ya ?? ” Tanya-nya, tampaknya ia masih malu-malu kucing, padahal biasanya gak tau malu,..
    ” Ah, Mang Udin, ini kan temen aku, kenalin donk,.. ” Goda-ku, sekaligus sebal melihat gaya-nya yang sok alim itu,..
    ” Udin neng,.. ” Sambat Mang Udin, sambil menyalami Adel,..
    ” Adel,.. ” Adel senyum menggoda,..tangannya melepas kancing-kancing baju Mang Udin,..
    ” Mang udin Mang Udin, mang Udin suka ga diginiin ?? ” Goda Adel sambil membelaikan jemarinya di dada Mang Udin,..

    Ekspersi kaget Mang Udin yang gak biasa, benar-benar membuat perut ku melilit menahan tawa, Adel memang benar-benar nekad mengoda Mang Udin seperti ini,..Lili yang sendari tadi tampak grogi langsung tertawa lepas, malah ikut-ikutan menggoda Mang Udin,..
    ” Mang Udin badannya kuat ya,.. ” Bisik Lili tepat di depan telinga Mang Udin
    ” Oh iya donk Dek,.. ” Jawabnya dengan logat Madura,.. sementara ia sedikit menarik wajahnya tak tahan merasakan hembusan nafas Lili di telinganya,..
    ” Buka ya Mang Udin,.. ” Adel hanya pura-pura saja, sementara ia dan Lili sudah memelorotkan celana Mang Udin, hingga penisnya yang lemah itu menggantung.

    Adel dan Lili menahan tawa, sama seperti aku,.. Adel meraih tangan Mang Udin meminta Mang Udin melepaskan handuk-nya, iseng Mang Udin juga langsung melepaskan kaitan handuk Lili,..
    ” Aduh si Mamang,.. ” Lili seperti kaget, melihat keusilan Mang Udin,..
    ” Hehehehe,.. ” Mang Udin membalas dengan cengengesannya,..
    ” Mang udin mau ?? ” Tanya Adel,..menunjuk penis Mang Udin yang masih terkulai lemah
    ” Apa aja mau dech Neng,.. ” Mang Udin cengengesan
    Adel menunduk dan meraih penis itu dengan tangannya, lidahnya dijulurkan keluar, dan tubuh Mang Udin bergetar hebat saat lidah Adel menyentuh penisnya itu,..

    ” Duh Mang Udin, seneng ya ?? ” Ejek-ku,.
    ” Iya donk Non, hehehe,.. ” Seperti yang kuduga, begitu aku mendekat Mang Udin langsung menarik handuk-ku,..
    ” Biar telanjang semua,.. ” Katanya cengengesan,.

    Aku hanya tersenyum saja melihat tingkahnya, sambil tertawa dalam hati menunggu balas dendam-ku beberapa saat lagi,..

    Mang udin mulai berani dan memagut bibir Lili, Lili sendiri awalnya ingin menolak namun tak jadi, ia membiarkan Mang Udin menciumnya sementara Adel lebih sibuk dengan usaha-nya dan memang paling bersemangat untuk membuktikan “Ketidak-perkasaan” mang Udin itu, ia menggunakan lidahnya memainkan penis Mang Udin, sesekali mengulumnya tanpa rasa jijik sedikit pun, memang yang satu ini agak-agak hyperseks,..

    Ia mengulum kepala penis Mang Udin yang nanggung antara keras dan gak itu,.. sementara tangannya sibuk mengocok batang kemaluannya,.. aku membantu Adel dengan memainkan buah zakar Mang Udin, dan aku memang selalu tertarik dengan bentuk puting mang Udin yang selalu mengacung, aku memainkan putingnya yang lucu itu dengan lidah-ku membelai dadanya hingga mulai basah sementara Mang Udin masih sibuk memagut Lili, yang terlihat fine-fine aja menerima ciuman Mang Udin yang benernya gak enak, dan asal-asalan, sementara juga tangan Mang Udin tak membiarkan sepasang buah dada Lili yang menggantung didekatnya itu,…

    Tangannya memainkan buah dada Lili, meremas-remasnya perlahan hingga sedikit kasar, yang membuat Lili sesekali merintih,.. cukup lama juga kami berempat dalam keadaan itu, namun penis Mang Udin tak kunjung berdiri, malah bergetar-getar dan menumpahkan spermanya ke dada Adel,..

    ” Masih kuat Mang ?? ” Tanya Adel,..
    ” Iya Mang Kalo gak kuat jangan dipaksa,.. ” Ejek-ku, dengan nada halus,..
    ” Iya loh Mang nanti impoten,.. ” Kata Lili,
    ” Aduh Neng-neng ini, tenang itu belum apa-apa,..”
    ” Bener nich mang ?? ” Tanya Adel
    ” Bener dech non,.. “
    ” Yawda sini Mang ayo tiduran,.. ” Adel membimbing Mang Udin ke kasur-ku,..

    Adel berdiri sebelum memberikan vaginanya itu tepat diwajah Mang Udin, Mang Udin dengan sigap menggerakan lidahnya membelai vagina Adel itu, lidahnya menyapu-nyapu, sementara aku menggangu Mang Udin dengan membelai-belai dada-nya dengan jemari-ku, sesekali aku menggunakan lidah-ku itu membelai puting-nya itu,..

    Tubuhnya bergetar-getar menerima rangsangan demikian rupa, namun ia juga hanya bisa mendesah-desah tertahan, dan sedang sibuk menggerakan lidahnya di vagina Adel, sesekali Adel mendesah-desah nikmat, memang aku tahu benar kalau itu salah satu keahlian Mang Udin, selain permainan tangannya,.. tapi ya hanya 2 itu yang bagus dari Mang Udin, yang lainnya sich gak, apalagi junior-nya yang gak bisa tegak,..

    ” Ehmmm, Mang Udin,.. ” Adel mendesah-desah, aku sedikit menahan tawa juga melihat ekspresi wajah teman-ku itu,..
    Sementara Lili mulai memainkan penis Mang Udin dengan tangannya, sepertinya ia sangat tertarik dengan penis Mang Udin yang memiliki kepala penis yang disunat, tapi pendek dan lembek seperti itu,.. ia tersenyum-senyum sendiri sambil memainkan penis itu dengan tangannya, sambil sesekali memainkan lidahnya di buah zakar penis itu,..

    ” Mang Udin enak gak ?? ” Tanya Lili,..
    ” Enn-ennak Non,.. lagi,.. ” Jawab Mang Udin disela permainan Lidahnya untuk Adel..
    ” Kalo gitu bikin keras donk,.. ” Lili senyum-senyum terhalang oleh tubuh Adel,.
    Mang Udin sepertinya pura-pura tak mendengar dan meneruskan permainan lidahnya itu,.

    Sementara aku dan Lili sekarang sibuk merangsang penis Mang Udi, sesekali terlihat ingin mengeras namun tak lama kemudian kembali lembek dan terkulai, aku dan Lili hanya senyum-senyum sendiri, melihat lemasnya penis Mang Udin itu, sementara tangan kami berdua saling bergantian memainkan penis Mang Udin mulai dari batangnya hingga buah zakarnya itu,..

    Penis itu tiba-tiba gemetaran, tak lama kemudian tubuh Mang Udin ikut-ikutan menjadi kaku, sementara penisnya mulai menumpahkan cairan kental, aku tertawa-tawa saja melihatnya, demikian juga dengan Lili,..

    ” Mang Udah keluar ya ?? ” Goda-ku,..
    ” Belum Neng, itu sich cuma dikit aja,.. “
    ” OH gitu,.. ” Jawab-ku pura-pura bodoh,..

    ” Mang Udin kuat ya,.. ” Adel pura-pura memuji,.. di sela desahannya,..
    ” Iya donk neng, Udin,.. ” Katanya bangga,..
    ” Adel mau nyobain ya ?? ” Kata Adel lagi, mimik wajah Mang Udin langsung berubah serius, seperti orang yang kebinggungan
    ” Yawda,.. ” Katanya pasrah,.

    Adel merangkak turun, ia menarik penis Mang Udin yang terkulai lemah itu, ia memandang Mang Udin dengan ragu-ragu,..
    ” Ini bisa Mang ?? ” Tanya Adel,..
    ” Tergantung rangsangannya,.. ” Ia mengelak,..
    Adel hanya tersenyum, dan menindih penis itu, dengan tangannya ia membimbing penis itu tepat di mulut vagina-nya, sementara perlahan ia mulai menggerakan tubuhnya membalur penis Mang Udin diantara tangannya dan mulut vaginanya,

    Pasti menarik gaya Adel itu andai penis Mang Udin bisa mengeras, aku dan Lili pun berpindah mencium Mang Udin, namun wajah mang Udin malah seperti orang yang sedang menahan rasa ngilu,..sementara tangan-ku, menarik tangan Mang Udin ke dada-ku, perlahan Mang Udin mulai meremas dada-ku itu, sambil membalas ciuman Lili, tangannya meremas payudara-ku, memainkan puting-ku, hingga aku sedikit mendesah menahan rasa yang diberikan oleh Mang Udin,.

    Melihat reaksi-ku Mang Udin seperti diatas angin, tangannya mulai bergerak turun menuju belahan vagina-ku, merenggangkannya dan menyentuh daerah sensitife-ku itu dengan tangannya,.. merasakan belaian tangannya di titik itu sedikit membuat tubuh-ku merinding, namun aku tak mau ketinggalan mengerjai Mang Udin, aku pun menarik tangannya dari lubang kemaluan-ku itu, bis aku kan gampang banget naik-nya..

    Aku menyodorkan saja dada-ku kemulutnya, Mang Udin melepaskan ciumannya dari Lili, dan memainkan dada-ku itu dengan lidahnya, sentuhan lidahnya yang memainkan puting-ku membuat-ku merinding juga, terlebih sesekali gigitan pelannya itu,.. Namun bukan Mang Udin kalau cepat puas, seolah melupakan rasa sakit yang mimiknya masih terekam jelas diwajahnya itu, tak dapat dari aku, tangan Mang Udin bergerilya ke lubang kewanitaan Lili,.. Lili hanya diam saja, membiarkan tangan Mang Udin bermain disana,..

    Wajah Lili pun mulai berubah, wajahnya yang merona merah, sementara Mang Udin masih cukup dapat membagi konsentrasinya memainkan lidahnya di dada-ku dan tangannya di vagina Lili, sementara Adel makin asyik mengerjai Mang Udin meremas-remas kantung kemaluannya itu sambil terus memainkan penis Mang Udin diantara tangan dan bibir kemaluannya itu,. Membuat Mang Udin tak bertahan lama..

    Tubuh Mang Udin kembali bergetar-getar hebat, ia gemetaran tapi wajahnya seperti orang yang sedang menahan rasa sakit,..Penis Mang Udin kembali mengeluarkan cairan spermanya itu, ia merintih-rintih menahan sakit menghentikan gerakan tangannya di vagina-ku dan vagina Lili, ia seperti orang yang sedang begitu menahan rasa ngilu,.. sementara Adel pun langsung turun, melihat penis Mang Udin yang seperti mengkerut itu, wajah Adel tampak puas mengerjai Mang Udin seperti itu,..

    ” Wah jangan-jangan Mang Udin emang impotent nich,.. ” Aku menyambar kesempatan yang dibuat oleh Adel,..
    ” Eh enak aja, ini kan belum keras aja,. ” Elak Mang Udin,
    ” Tapi ini kan udah ampe keluar lagi Mang,.. ” Tanya Lili, seperti biasa dengan gaya-nya yang polos,..
    ” Ya itu sich sial aja Non,.. ” Kata Mang Udin
    ” Ah yang bener Mang,.. ” Adel mengunakan jarinya menekan-nekan penis Mang Udin yang lemah itu,..
    ” Iya bener Non,.. ” Katanya menahan rasa sakit,..
    ” Kalau gitu aku mainin lagi ya Mang,.. ” Ancam ku, menarik penis Mang Udin, seperti ingin mengocoknya,..
    ” Ampun dech Non ampun,..Iya Mang Udin Impotent ” Kata Mang Udin tak tahan, kalang kabut, penisnya kian layu setelah terpaksa 3 kali memuntahkan spermanya terlebih dengan penisnya yang tak bisa keras itu, kata dia sich sedikit ngilu,.

    ” Nah, Mang Udin mulai sekarang jangan suka iseng-iseng bawa orang luar lagi ya,.. ” Kataku, sambil membelai wajahnya,..
    ” Iya Non, gak lagi suer dech,.. “
    ” Nah Mang Udin juga gak mungkin kan cerita keimpotenaan Mang Udin kesebar,.. ” Kata-ku lagi,..
    ” Iya Non, Mang Udin negrti musti gimana, Janji,.. ” Wajahnya masih ditekuk
    ” Ya kalau gitu Mang Udin mandi dulu sana,.hehehe.. ” Adel mentertawai penis Mang Udin yang sekarang benar-benar terkulai lemah tak berdaya,..
    ” Gak dimandiin Non ?? ” Tanya Mang Udin masih tak tahu malu,..
    ” Tar ya Mang, kalau udah bisa tegak anu-nya,.. ” Lili ikut-ikutan mentertawai Mang Udin yang akhirnya mau mengakui kalau dia Impoten,..

    Dengan wajah yang Diteguk, Mang Udin keluar dari kamar-ku, dan kami bertiga pun tertawa lebar penuh dengan kepuasaan sehabis mengerjai Mang Udin,..

  • Cerita Sex Sedarah Reaksi Mesum Bersama Mertua Di Hotel Bali

    Cerita Sex Sedarah Reaksi Mesum Bersama Mertua Di Hotel Bali


    1509 views

    Perawanku – Cerita Sex Sedarah Reaksi Mesum Bersama Mertua Di Hotel Bali, Perkenalkan namaku adalah Diki, aku berusia 24 tahun, jujur wajahku tampan ( bukannya sombong ), tak heran kalau banyak wanita yang tergila gila padaku. Aku bekerja di perusahaan asing sebagai management.

    Kejadian ini berawal pada saat aku hidup berumah tangga, sudah 1 tahun lebih aku hidup berumah tangga, tapi belum juga dikaruniai seorang anak. aku punya seorang isteri yang sangat cantik, setia, sabar dan sikapnya dewasa, dia bekerja sebagai dokter disalah satu rumah sakit negeri diJakarta.

    Tiap malam jumat aku selalu melakukan hubungan sex dengan isteriku, bahkan bukan hanya hari itu juga tapi di hari senin itu sering kulakukan dengan isteriku.

    Dilain kehidupan berkeluargaku, aku punya mertua yang baik, perhatian, dan sayang terhadap menantunya. Mertuaku yang perempuan berumur 41 tahun. Tapi yang aku kagumi dari dia adalah tubuhnya masih singset, langsing, ramping, seksi, dan payudaranya yang lumayan montok, kulitnya pun masih mulus dan putih bersih, maklum dia indo perancis.

    Sedangkan mertuaku yang laki laki berumur 54 tahun, dia jarang dirumah karena dia adalah seorang konsultan dan sekarang dia sedang bertugas di Inggris. Pulangnya pun 1 minggu 1 kali. Kadang juga tidak pulang selama satu bulan. Isteriku adalah anak tunggal.

    Cerita dewasa ini berawal saat aku sedang bercumbu dengan isteriku dikamar, waktu itu aku lupa mengunci pintunya. Tak sengaja ibu mertua ku lewat didepan kamar temapt aku bercumbu dengan isteriku. Dia langsung terpaku melihatku yang sedang asyik mencumbu isteriku. Langsung aku menghentikan cumbuanku dan berhenti, “oh.. mama… ehmm..ehh….ada apa…..ma??? “ sapaku sambil berjalan menuju pintu. “maaf mama gak tahu kalau kalian lagi itu……habis pintunya tadi gak dikunci sih….!!! “ sahut ibu mertuaku.

    Sejak ibu mertuaku melihat kejadian itu, cara memandang dia ke arahku agak berbeda. Bahkan sikapnya pun agak berubah terhadapku. Aku tidak tahu apa yang menimpa ibu mertuaku sehingga menjadi seperti itu. Suatu hari aku di minta ibu mertuaku mengantarkanya ke Bali, karena dia ingin melayat saudaranya yang meninggal.

    Aku pun berangkat sabtu pagi kebetulan sabtu itu aku libur kerja. Hari itu aku naik pesawat tiba di bandara pukul 9 pagi. Langsung aku dan ibu mertuaku menuju tempat kediaman saudaranya. Waktu terus berlalu, malampun tiba. Akhirnya malam itu aku menginap diHotel yang bisa dibilang hotel berbintang diBali.

    Pukul 11 malam aku terbangun oleh dering telepon diHP ku. Aku melihat nomor dirahasiakan. Aku segera menjawab dering telepon itu. “halo ini siapa yah…malam malam begini kok nelpon” tanyaku sambil membuka kedua mataku yang masih mengantuk. “dik…ini mama…kamu uda tidur yah?? Bissa tolongin mama gak???

    Koper mama yang berisi pakaian tidak bissa dibuka…. Kamu cepetan kesini yah….kekamar mama…” sahut ibu mertuaku ditelepon. “oh…mama… iya ma… aku segera kesana” aku segera bergegas menuju kamar ibu mertuaku yang berdampingan dengan kamarku. aku mengetuk pintu kamar ibu mertuaku. “iya dik… bentar” tak lama kemudian ibu mertuaku membukakan pintu.

    Dia mengenakan kaos berwarna putih dan rok berwarna hitam. “ma… mana tas koper nya katanya gak bissa dibuka” sapaku sambil masuk kekamar ibu mertuaku. “itu loh kopernya….dik didepan ranjang itu loh…. Dari tadi mama coba buka tapi tidak bissa.” Jawab ibu mertuaku sambil menutup pintu kamar. Setelah beberapa menit aku akhirnya aku berhasil membuka kopernya secara paksa.

    Ternyata isi koper itu adalah BH dan CD G-string nya ibu mertuaku. Saat melihat hal itu aku mulai ngeres pikiranku. “terima kasih yah..dik…kamu uda nolongin mama…” “ah iya ma gak papa kok” Aku sejenak duduk disofa kamar itu. “kenapa dik….kamu capek….” Tanya ibu mertuaku sambil mendekati aku yang duduk disofa. Sejenak aku memandang wajah ibu mertuaku yang begitu cantik.

    Kemudian dia juga memandangku. Kami berpandang pandangan sampai aku mencoba mengecup bibirnya yang merah. Saat aku mengecup bibirnya, dia membalas kecupan bibirku, lidahku dan lidahnya saling bertabrakan. Saat kedua tangan ibu mertuaku mulai meraih punggungku dan mulai memeluk tubuhku.

    Aku melepaskan cumbuanku. “kenapa……sayang…. Kenapa tidak kamu teruskan… ????” kata ibu mertuaku sambil memegangi wajahku. “maaf….maaf….atas kelancangan saya….sekali lagi maaf…..” “kamu takut sama isteri kamu….??? “ Tanya mamaku sambil mendekati tubuhku. “mama… maafin saya ma….itu dosa ma….. lagian aku gak sama…hhffzz” jari telunjuk ibu mertuaku menghentikan ucapanku itu. “ssssstttt…. Uda kamu gak usah takut sama papa… ingat dik…disini kita Cuma berdua… berdua….

    Isteri kamu dan suami mama tak kan pernah tahu kejadian ini…..” sahut ibu mertuaku sambil mencoba mencium pipiku. “ma… maafin aku ma… saya ma…. Aku sebenernya juga sudah tidak tahan melihat mama…. Malam ini” langsung ciuman bibir ibu mertuaku yang mendarat dipipi ku lanjutkan dengan bibirku” kucumbu ibu mertuaku diatas sofa itu.

    Setelah beberapa menit ibu mertuaku minta berhenti. “ada apa ma..??? “ tanyaku dengan serius “jangan disini diranjang aja yah…. Mama gak nyaman kalo diatas sofa… kunci dulu pintunya dik” sahut ibu mertuaku. “langsung dengan segera aku bangun dari sofa dan berjalan menuju pintu untuk menguncinya.

    “sayaaaang.. sini dong mama uda tidak sabar…” panggilan ibu mertuaku manja. kulihat ibu mertuaku duduk diatas ranjang. Langsung aku mencopot seluruh bajuku dan kuhanya mengenakan CD. Langsung aku naik keatas ranjang besar dan empuk itu. Segera kujamah tubuh ibu mertuaku dengan sentuhan lembut dipahanya. “aaaahhhhh…..” desah ibu mertuaku sambil memejamkan mata. Langsung aku mencumbu bibirnya yang merah dengan lahap.

    Spontan langsung ibu mertuaku membalasnya dengan liar, bahkan lebih liar dari yang aku kira. Setelah beberapa menit aku beralih ke lehernya yang putih dan mulus. “aaaaahhhhh…..sudah lama mama pengen merasakan ini…..akhirnya tanpa diminta kamu mengerti apa beban bathin mama selama ini….aaaaahhhhh…..aaaaaahhhhhh” desahan ibu mertuaku semakin menjadi jadi seperti desahan di film film bokep.

    Setelah satu menit lebih aku menciumi lehernnya aku beralih ke dadanya aroma wangi ditubuhnya membuatku semakin menjadi jadi. Kuciumi dengan lahap dan bringas dadanya sambil memeluk erat tubuhnya. Penisku semakin keras dan amat keras seakan akan CD ku tak kuat menahan penisku yang tegak berdiri.

    Sambil menciumi dadanya aku mencoba melepas kaos yang dia pakai. Akhirnya beberapa menit kemudian kaosnya terlepas. Terpampang didepanku dua buah payudara montok dan mulus yang masih terbungkus oleh BH G-string hitam. Langsung aku menyosor payudaranya yang masih terbungkus BH G-String hitam itu.

    “aaaaahhh…..aaaahhhh….aaaaahhhh……buka aja….buka BH nya sayang …… “ sambil terus menciumi kedua payudaranya yang montok. Ibu mertuaku mengeluh keenakan sambil memejamkan mata dan mendesah. Kemudian aku mencoba meraih kancing BH nya yang berada dipunggungnya. Tak lama kemudian aku berhasil meraih kancing BH nya yang berada dipunggungnya, dan aku menjatuhkan BH nya ke lantai. Kulihat putting payudaranya yang coklat terlihat sangat kontras.

    Langsung ku lahap putting payudaranya yang kiri dengan mulutku. “aaaaaahhhhhh……. aaaaahhh…..aaaahhhh….aaaaahhhh…… enak baget sayaaaaaaang…. Kamu benar..benar… aaaaahhh…..aaaahhhh….tahu… apa yang mama…. aaaaahhh…..aaaahhhh….aaaaahhhh…… yang mama pengen” sambil mendesah dan memejamkan mata dia berusaha mengucapkan kata kata itu” kuciumi seluruh permukaan kedua payudaranya, kuhisap berulang kali, kuhisap dengan kuat sampai hisapan mulutku terdengar keras “ccpppceekkk” kulihat ibu mertuaku mengeluh keenakan.

    “ooohhh…oooohhhh…..aaaaahhhhh….enak…..sekali sayaaaaang !!!!” tak hanya itu aku menjilati seluruh permukaan kedua payudaranya dengan bringas sampai sampai seluruh kedua permukaan payudaranya basah karena air liurku. Ibu mertuaku mengeluh keenakan sambil memejamkan mata dan mendesah . Kemudian aku beralih ke perut dan pusarnya, kuciumi dengan penuh gairah sambil melepaskan rok hitam yang dia pakai. Tak lama kemudian rok hitam itu terlepas dari tubuhnya.

    Kulihat CD G-string yang berwarna hitam itu agak terlihat basah. Dengan posisi duduk ibu mertuaku melorotkan CD ku “buka aja…gak usah malu…sayaaaang..tuh kan udah bangun dari tadi” ibu mertuaku langsung mengelus elus penisku yang sudah tegak berdiri sambil mencoba mencium penisku. Dia mendorong tubuhku dan akhirnya aku terbaring diranjang empuk itu. Lamgsung dia menciumi pensiku dengan ganas dan bringas, liar sekali ibu mertuaku saat itu.

    Aku segera bangun dari ranjang kemudian aku mendorong tubuh ibu mertuaku dan akhirnya kepala ibu mertuaku beralas bantal yang empuk dan terbaring diatas ranjang. Langsung aku mencopot CD G-string yang dia pakai. Wow vaginanya masih terawatt dengan baik… merah merona dengan ditumbuhi bulu lebat. Kulihat vaginanya sudah basah, langsung aku menyosor selakanganya yang wangi dan menciumi seluruh permukaan vaginanya yang ternyata juga wangi.

    “aaaaahhh…..aaaahhhh….aaaaahhhh…… aaaaahhh…..aaaahhhh….aaaaahhhh…… terus… jangan berhenti… terus…. Mama pengen kamu terus ciumin punya mama…. aaaaahhh…..aaaahhhh….aaaaahhhh…… mama mohon jangan berhenti” berkali kali cairan sperma keluar dari vagina ibu mertuaku. “setelah beberapa menit aku beralih menciumi leher, dada, dan kedua payudaranya yang montok sambil menindih tubuhnya.

    Penisku yang tegak berdiri menggesek gesek selakangannya.. “aaaaahhh…..aaaahhhh….aaaaahhhh…… aaaaahhh…..aaaahhhh….aaaaahhhh…… kenapa ….. kenapa sayaaaang….. aaaaahhh…..aaaahhhh….aaaaahhhh…… kenapa gak kamu masukin…. Mama uda gak tahan… aaaaahhh…..aaaahhhh….aaaaahhhh……” “maaf ma… aku takut mama hamil….soalnya aku takut tidak bissa menahan air maniku nanti…..” sahutku menjawab.

    “oooooohhhh… aaaaahhh….ooooohhhh……aaaahhhh….oooooohhhh …..aaaaahhhh…… tidak sayyang tidak jangan buat mama tersiksa cepat masukin…. Mama gak peduli hamil apa tidak….” Langsung aku menancapkan penisku kevaginanya yang basah.

    “slep slep slep slep” penisku keluar masuk keluar masuk. Aku berulang kali menggenjot tubuhku. Ibu mertuaku mengeluh keenakan sambil memejamkan mata dan mendesah aaaaahhh….ooooohhhh……aaaahhhh….oooooohhhh …..aaaaahhhh…… “beberapa menit kemudian penisku bereaksi pinggul seperti bergetar hebat saat air maniku keluar deras menuju kedalam vaginanya ibu mertuaku. Beberapa menit kemudian kami berganti posisi yaitu ibu mertuaku duduk diatas pangkuanku sambil mengelus elus rambutku dan menggenjot genjot tubuhnya.

    Akupun menciumi leher, dada dan payudaranya dengan liar dan bringas. Ibu mertuaku mengeluh keenakan sambil memejamkan mata dan mendesah “aaaaahhh….ooooohhhh……aaaahhhh….oooooohhhh …..aaaaahhhh…… “ Tak lama kemudian kurasakan air maniku keluar bersamaan dengan air mani ibu mertuaku. “Kenapa gak dari dulu sih kamu melakukan ini pada mama aaaaahhh….ooooohhhh……aaaahhhh….oooooohhhh …..aaaaahhhh…… “ sambil mendesah dan memejamkan mata dia bertanya kepadaku. “saya tidak tahu ma… kalau sebenernya mama pengen banget bercinta dengan saya….” Jawabku dengan nada lirih.

    Setelah beberapa menit kami berganti posisi lagi. Posisiku sekarang tubuhku berbaring diatas ranjang dan ibu mertuaku menindih tubuhku. Dia berkali kali menggenjot genjot tubunya sendiri sambil mendesah dan memejamkan mata “aaaaahhh….ooooohhhh……aaaahhhh….oooooohhhh …..aaaaahhhh…… “ waktu terus berlalu kami tertidur sampai pagi diranjang besar itu”

    sinar matahari menyorot wajahku dari jendela. Kulihat ibu mertuaku sedang duduk tersenyum diatas ranjang sambil memandangku. “ayo bangun sayaaaang udah pagi nih” sapa ibu mertuaku sambil mengeringkan rambutnya yang basah

    “mama…uda pagi yah…ma…. Ma saya pengen lagi nih.. langsung ku ciumi lehernya sambil memeluknya dari belakang. “eits… eits… jangan jangan jangan gak boleh gak boleh…. Kemarin aja jual mahal sama mama…. Sekarang kamu sendiri yang minta” sahut mamaku sambil ketawa kecil. “mending kamu mandi dulu sana gi….

    Habis itu kita sarapan dulu baru deh kita lanjutin lagi ronde keduanya…. Gimana sayang tawaran mama? Mau gak? Kalo gak mau yah kamu gak boleh nyentuh mama lagi” tawar ibu mertuaku. “ya deh ya deh… aku mau” sahutku dengan ketawa.

    Habis mandi dan sarapan pagi, siang sampai sore aku melakukannya lagi dikamar itu. Malamnya aku dan ibu mertuaku jalan jalan ke pantai Kuta. Setelah pulang dari pantai Kuta, malam hari kira kira pukul 12 malam aku melakukan ronde ke 3 dengan ibu mertuaku.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Seks Tipuan ngentot untuk Pegawai Pabrik

    Cerita Seks Tipuan ngentot untuk Pegawai Pabrik


    924 views

    Perawanku – Cerita Seks Tipuan ngentot untuk Pegawai Pabrik, Kumpulan cerita selingkuh, kisah sex tentang perselingkuhan yang berujung ML diranjang paling nikmat dan semuanya ada dalam kategori cerita seks – Hari ini badanku terasa lelah sekali, seharian ini banyak sekali pekerjaan yg kuselesaikan, meski selesai semua rasanya puas juga menjalani kesibukan hari ini. Sore itu waktu sudah hampir setengah 6 sore, setelah membereskan berkas-berkas di ruang kerjaku aq siap pulang kerumah, mobil kijang hijauku sudah siap di tempat parkir mengantarku pulang.

    Kulihat jalanan di depan kantorku terlihat lancar, ternyata perkiraanku salah, kurang lebih 1 km dari kantor, jalanan macet total, ya sudahlah nikmati saja daripada menggrutu juga nggak ngurangi macet.
    Lokasi kantorku kebetulan dekat dengan jajaran pabrik-pabrik, dan jam segitu rupanya macet angkuta umum yg mencari penumpang, tiba-tiba ditengah kemacetan jalanan kulihat didepan sebuah toko ada seorang perempuan yg manis sekali, kulitnya putih, tingginya sekitar 165 cm dengan menggunakan seragam pabrik biru-biru ditutup blazer hitam terbuka yg kelihatan ketat terlihat dadanya begitu menyesakkan baju seragamnya, untuk ukuran karyawan pabrik, cewek itu terlalu cantik, meski bajunya begitu sederhana tdk sebanding dengan kecantikannya.

    Kuperhatikan dengan seksama, dia kelihatan memandangku dan tersenyum tipis menatapku, akupun tersenyum memandangnya, tiba-tiba aku dikagetkan suara klakson mobil dibelakangku, cepat-cepat kutancap mobilku berhubung jalan didepan sudah lancar sekitar 30 meter ke depan.
    Menyesal sekali aku tdk bisa berhenti waktu itu, kulihat di spion perempuan itu naik angkot di tiga mobil dibelakangku.. Seandainya saja?

    Sekira 200 meter jalan lancer, tiba-tiba kemacetan datang lagi, makin sumpek aja aku, akhirnya kulihat didepan ada toko kecil dengan tempat parkir yg agak luas, akhirnya lampu sent mobil kunyalakan kekiri dan aku berhenti, meski masih ada rokok, kuniatkan beli lagi sambil beli minuman ringan, sambil berharap perempuan di angkot belakang bisa ketahuan lagi jejaknya.
    Alamak.. Sambil minum teh botol dingin, tiba-tiba saja angkot dibelakang yg membawa perempuan itu berhenti, aku berharap.. Tiba-tiba benar saja perempuan itu turun kemudian membayar ongkos ke sopir di depan.
    Wah memang benar kalau sudah jodohku nih.. Kulihat perempuan itu masuk juga ke dalam toko, sambil tersenyum tipis dia menuju ke penjual toko itu dan kulihat membeli lima buah indomie, susu dancow dan kopi instant lima sachet.

    “Lho rumahnya dimana Mbak?” tanyaku sambil tersenyum.
    “Oh saya kos dibelakang toko ini, Mas,” jawabnya sambil mencari dompet dari dalam tasnya.
    “Nama saya Iwan, boleh kenalan Mbak?” tanyaku sambil menjulurkan tangan buat bersalaman.
    “Saya Nuning, Mas,” jawabnya sambil senyum dan menjabat tanganku..
    Busyet tangannya mulus sekali dan hangat sekali agak berkeringat.
    “Berapa Mbak?” kata Nuning pada penjual toko sambil mengeluarkan dompetnya.
    “Dua puluh sembilan ribu limaratus Mbak “jawab penjual toko itu.
    “Ini saja Mbak, sekalian teh botol satu dan rokok dua bungkus” kataku sambil ngeluarin uang seratus ribu ke wanita penjaga toko.

    “Nggak usah Mas, saya ada kok” kata Nuning sambil ngeluarin dualembar uang duapuluh ribuan.
    “Ya sudah gini aja, uang ini bawa dulu, tapi saya minta dibikinin kopi dulu, sekalian kalau boleh main ke kos-mu sambil nunggu macet, boleh nggak?” Kataku sambil ngembaliin uangnya.
    “Baiklah kalau begitu terima kasih, tapi tempatnya jelek lho Mas, kata Nuning sambil tersenyum.
    “Ah jangan gitu, saya malah nggak enak nih ngrepotin minta kopi segala” Kataku sambil nerima kembalian dari penjaga toko.
    “Mbak, saya titip mobil ya, sekalian ini buat parkirnya,” sambil kukasih wanita penjaga toko uang limaribu”
    “Wah makasih ya Mas” kata penjaga toko.

    Nuning tersenyum dan mengajakku berjalan di gang sebelah toko itu, jalannya kecil cuman satu meter lebarnya, jadi kalau jalan nggak bisa bareng, harus satu-satu, Nuning jalan di depan dan aku dibelakangnya.
    Kuperhatikan selain dadanya yg membusung, ternyata pinggul dan pantat Nuning benar-benar montok habis, sampai-sampai rok yg dipakainyapun membungkus ketat pantat indah itu serasi sekali dengan pinggul yg ramping, ditambah bau tubuhnya yg wangi meski kutahu itu bau parfum biasa.

    Kira-kira duapuluh meter jalan, Nuning berhenti dan membuka pagar besi kecil disebuah rumah tanpa halaman dan ternyata didalamnya berjajar kamar-kamar kontrakan dengan pembatas tembok satu meter antar kamarnya.

    “Disini Mas, kamarku paling ujung, dekat dengan kamar mandi, silahkan masuk dulu Mas, aku mau panasin air sebentar buat bikin kopi” kata Nuning nerocos.
    Kamarnya ternyata cukup bersih, di ruang tamu ada karpet biru, meja kecil ditengahnya dan diujung TV 14 inch terpasang rapi ditambah hiasan manik-manik yg bagus, tak sempat kulihat kamar tidurnya, tapi melihat ruang tamunya tertata rapi aku yakin kamar tidurnya pasti bersih juga.

    Kuambil remote TV dan kunyalakan, pas berita sore, kuikuti perkembangan pencalonan presiden dari para politikus negeri ini, tapi aku lebih tertarik melihat foto dibelakangku ternyata foto Nuning menggunakan kebaya dan samping, cantik sekali.. Tdk dandan saja dia cantik, apalagi dalam foto itu belahan dada kebaya agak rendah, sehingga sembulan toket putihnya kelihatan seksi dan erotis sekali.
    “Itu fotoku waktu di kampung bulan lalu Mas, waktu acara kawinan sepupuku” kata Nuning sambil membawa dua gelas kopi.

    “Memangnya kampungmu dimana? Dan lagi jadi apa waktu acara itu?” Tanyaku sambil membantu nurunin gelas kopi ditaruh di meja.
    “Kampungku di Cianjur Mas, waktu itu aku kebagian ngisi nari Jaipongan, yah gini-gini aku penari Jaipongan Mas, meski hanya sebatas acara di kampung aja” Kata Nuning sambil tersenyum manis.
    “Pantesan tapi cantik juga kamu baju kebaya ya, lebih sensual dan menarik” Kataku sambil memandang wajah cantiknya.

    “Pantesan apa Mas? Masak orang kampung gini dibilangin sensual dan menarik” Kata Nuning.
    “Pantesan tubuh kamu bagus dan terawat itu karena rajin jaipongan ya”
    “Ah Mas, bisa aja,” katanya sambil mencubit tanganku.
    “Silahkan Mas diminum kopinya, aku tinggal sebentar ya mau mandi dulu, udah gerah banget nih rasanya”
    Nuning masuk ke dalam kamarnya dan mengambil peralatan mandi, letak kamar mandi kontrakan itu ada di luar tapi masih dekat dengan kamar Nuning mungkin cuma sekitar 4 meter saja dari pintu kamarnya.
    “Tunggu sebentar ya Mas, silakan diminum kopinya” Nuning berjalan dengan berkalungkan handuk putih dipundaknya, sementara rambutnya diikat ke belakang, terlihat cantik dan alami sekali.
    Sekitar sepuluh menit Nuning di dalam kamar mandi, kudengar suara, ‘waduh gimana nih bajunya basah gini,’ akhirnya aku mendekat kamar mandi dan berteriak.
    “Ada apa Ning? Ada yg bisa saya santu?” kataku sedikit cemas dan heran.
    “Nggak apa-apa kok Mas, bajuku pada jatuh dan basah, Mas apa diluar ada orang lain?” Tanya Nuning sambil teriak.

    “Ntar aku lihat dulu, ke pintu depan” kataku sambil berjalan ke pagar dan gang kecil menuju rumahnya.
    “Nggak ada siapa-siapa” Kataku sambil mendekat ke pintu kamar mandi.
    Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan kulihat Nuning hanya berbalut handuk putihnya, kulihat pundaknya putih sekali, sementara toketnya yg montok sedikit menyembul dan pahanya yg putih dan mulus sekali terlihat tertutup handuk kira-kira 20 cm diatas lututnya, wah aku jadi kaget sekali dan tiba-tiba Nuning menengok dari belakang pintu dan berlari menuju kamarnya.
    “Sorry ya Mas, bajuku pada basah semua, aku ganti baju dulu ya,” kata Nuning sambil berlari dengan tubuh mulus terbalut handuk.

    Melihat pemandangan yg menggairahkan itu, mengakibatkan otot dalam celanaku berdenyut-denyut, dan sedikit mengembang, ‘gile bener, tubuhnya montok bener’. Kataku dalam hati, sambil masuk ke kontrakannya dan melihat-lihat lagi foto sensualnya.
    “Maaf ya Mas, sebenarnya aku malu tadi,” kata Nuning sambil duduk di sampingku, Nuning sore itu memakai kaos kuning dan bawahan celana strit hitam ketat sebatas lutut, namun kaos panjangnya menutupi bagian bawah sampai 10 cm diatas lutut.

    Malam itu kita hanya ngobrol saja sampai jam delapan malam, dari obrolan itu kutahu kalau Nuning sudah hampir setahun bekerja, pernah kuliah D-1 bagian Sekretaris dan sekarang bekerja di bagian administrasi keuangan sebuah pabrik, dan kutahu bahwa Nuning sudah punya pacar di kampungnya, namun orangtuanya kurang setuju.

    “Jangan kapok main ya Mas,” kata Nuning berharap.
    “Justru aku yg berharap boleh main kesini lagi kalau kamu nggak keberatan,” kataku sambil memakai sepatu, sambil berjalan pulang kuberikan kartu namaku.
    “Kalau ada apa-apa telpon aja,” kataku sambil bersalaman, perlahan kuremas tangan halusnya dan Nuning kelihatan malu dan tertunduk.

    “Daah” aku pamitan dan Nuning mengantarkan aku sampai ke tempat parkir.
    Setelah perkenalan itu, kurang lebih dua bulan, kami hanya bersahabat saja, bahkan Nuning menyatakan kekaguman karena aku nggak pernah bertindak tdk sopan, meski kami sering pulang sampai jam 10 malam, paling hanya berpegangan tangan saja, entahlah mungkin lama-kelamaan dia mulai sayang, meski sudah kuceritakan bahwa aku sudah beristri dan punya seorang anak. Hingga suatu hari, aku masih ingat itu hari Rabu, dia menelpon ke HP-ku,

    “Mas, aku pengen ngobrol bisa nggak, sore ini jemput aku ya?” kata Nuning di telepon.
    “Oke, emangnya ada apa?” Tanyaku.
    “Yah pokoknya nanti aja deh, aku mau cerita, udah dulu ya, sampai nanti di tempat biasanya,” Nuning menutup telponnya.
    Tepat jam 16.30 aku meninggalkan kantor, kulihat dari kejauhan Nuning sudah menunggu dan sedikit melambaikan tangan kegirangan. Nuning masuk ke mobilku dan tersenyum.
    “Mas, kita jangan pulang dulu ya, aku pengen cerita banyak dan menenangkan hatiku,” kata Nuning sambil menatapku.

    “Oke, kita jalan-jalan ke Ciater aja ya, disana kita bisa berendam air panas sambil ngobrol,” ajakku sambil terpikir ada kolam renang yg memang cukup nyaman untuk berendam di malam hari.
    “Oke, kayaknya asyik juga tuh,” Kata Nuning mengiyakan.

    Aku menelepon ke rumah, dan bilang ada pekerjaan di kantor yg harus diselesaikan, kalau ada apa-apa ngebel aja ke kantor, kebetulan aku sudah setting teleponku tiga kali kring di-forwardkan ke HP-ku.
    “Kamu ada masalah apa, kok kelihatan kusut begitu?” kataku sambil mencubit dagu Nuning.
    “Nggak tahu kenapa aku pengen cerita masalahku ke Mas, kayaknya aku tenang kalau udah ada di sampingmu Mas,” kata Nuning sambil memegang lenganku.

    Posisi mobilku memang agak susah untuk berdekatan, hingga akhirnya Nuning hanya bisa memegang lenganku saja. Sambil sedikit berkaca-kaca, Nuning menceritakan bahwa pacarnya di kampung sudah memutuskan hubungan dengannya. Selama di perjalanan aku banyak kasih nasehat dan pengertian kepadanya, dan diapun kelihatan lebih tenang. Sampai di Ayam Goreng Brebes, Lembang aku memarkirkan mobilku.

    “Kita makan dulu yuk,” ajakku.
    Berhubung tempat parkirnya penuh, aku agak jauh memarkir mobilku, dan baru kali ini Nuning berani berjalan disampingku sambil memeluk pinggangku, akupun akhirnya merapatkan tubuh dan memeluk pundaknya sambil menuju ke tempat makan.

    Menuju ke Ciater, diperjalanan Nuning memandangku terus dan tiba-tiba saja bibirnya mengecup pipiku, aku agak gugup namun menikmati juga, sambil sesekali kuremas tangan halusnya. Wah mau nggak mau banyaknya rangsangan selama perjalanan mulai mempengaruhi adrenalinku juga. Dan sesampai di Ciater ternyata suasananya hujan agak deras, jam sudah menunjukkan jam delapan malam, berendam di kolam renang rasanya nggak mungkin, pulang juga sudah telanjur, akhirnya kutawarkan ke Nuning.
    “Gimana kalau kita berendamnya di kamar aja?”
    Aku agak khaNuningr dia keberatan, tapi katanya, “Ya terserah Mas aja” kata Nuning.
    Di front room hotel, aku booking satu kamar yg ada bathtub buat berendam air panas, didepan meja frontroom Nuning masih memeluk pinggangku, kali ini terasa kelembutan dadanya menyentuh badanku, dan ini mau nggak mau berpengaruh pada otot pejal didalam CDku.

    Malam itu Ciater dingin banget, kabut turun tebal banget setelah hujan, hingga perjalanan menuju ke kamarpun harus perlahan, petugas hotel sudah menunggu di depan kamar dan membukakan pintu kamar.
    “Silahkan Pak, silahkan Bu, apa ada yg dipesan?” kata petugas hotel ramah, mengira kami pasangan suami istri.
    “Sementara belum Mas, nanti saja kalau perlu saya telpon dari kamar,” kataku sambil memberi sedikit tips buat petugas hotel.

    Nuning masuk ke kamar dan aku masih duduk di ruang TV, sambil mencari-cari chanel yg bagus, sambil melepas penat dua jam lebih di belakang kemudi. Tiba-tiba Nuning keluar dari kamar, alamak Nuning sudah berganti baju dengan celana pendek pink ketat dan kaos senam ketat putih polos pendek hingga kelihatan pusarnya, kulihat bayangan puting toketnya yg kecoklatan, tanpa dibungkus beha, pahanya putih dan mulus menantang, sementara pantatnya yg bahenol tercetak ketat di celananya dan dadanya benar-benar montok menantang.

    “Ayo Mas, katanya mau berendam? Jangan liatin gitu dong,” Kata Nuning sambil duduk disampingku.
    “Oke, tapi aku nggak bawa baju berendam nih,” kataku sambil membuka baju kerjaku, aku yg sudah tdk kuat melihat pemandangan yg memancing birahi itu.
    “Mas, badanmu kekar juga ya, “kata Nuning sambil memeluk lenganku dari samping, terasa toket montoknya melekat erat di lenganku.

    Perlahan kuusap paha putih Nuning dan tiba-tiba Nuning berdiri dan duduk di pangkuanku, akhirnya tubuh montok itu kupeluk sambil kuangkat kakinya kuletakkan pahanya yg putih, mulus dan hangat itu diatas pangkuanku. Perlahan Nuning menatap mataku, kemudian memelukku erat sekali, terasa sekali kekenyalan toket montoknya, meski terhalang kaos tipis yg dipakainya, cukup lama Nuning menyembunyikan wajahnya di bahuku, kemudian dia berkata lirih.

    “Mas, aku sayang kamu, aku takut kehilangan kamu Mas,” kubelai perlahan rambutnya, kurenggangkan pelukannya dan kutatap mata Nuning, dalam hitungan detik, bibir kami saling melumat pertama agak perlahan, sambil kunikmati kelembutan bibirnya, cukup lama kami beratraksi dengan bibir kami dan makin lama pagutan dan ciumannya makin buas, dan kamipun saling melumat bibir.

    Perlahan ciuman kami agak melemah, lembut kuciumi lehernya, belakang telinga dan pundaknya, kukecup lembut tanpa suara, tangan kananku mendarat perlahan di dadanya, begitu padat, kenyal dan kencang, sementara tangan kiriku pelahan mengangkat kaos ketatnya. Nuning menengadahkan wajahnya dan membusungkan dadanya sambil mengangkat tangannya, dan segera kulepas kaos ketatnya, betul-betul keindahan toket seorang wanita yg kulihat didepanku, kulitnya yg putih bersih tanpa cacat, ditambah sepasang toket yg montok, padat dan menantang, perlahan kujelajahi dan kusapu lembut gunung indah nan menantang itu, dan perlahan kuusap putingnya yg menonjol keras kecoklatan, mungkin dia sudah terangsang.
    “Mas, pantatku kayak ada yg mengganjal nih, dibuka celananya ya Mas, biar nggak sakit,” kata Nuning.
    Aku berdiri dan Nuning membuka reslutingku, melepas ikat pinggangku dan menurunkan celanaku.
    “Apa itu Mas?” kata Nuning sambil menutup matanya dengan jari yg masih terbuka.

    Otot pejalku yg sudah membesar dan mengeras sekali, tercetak jelas pada celana pendek katun yg ketat, perlahan kutarik tangan Nuning, kutempelkan tangannya menyusuri bonggol keras dari luar celana pendekku, perlahan dan lama-lama Nuning berinisiatif meremas penisku dari luar celana pendekku.
    Kubiarkan Nuning mengelus dengan jemarinya dan sesekali meremas, kadang pelan kadang agak kuat, mungkin dia mulai menikmati mainan barunya, sementara kunikmati aliran kenikmatan, sambil kulihat ekspresinya.
    “Gimana Ning?” kataku sambil menatap matanya.
    “Mas, aku belum pernah melakukan seperti ini, tadinya malu sekali aku melihatnya, ternyata kemaluan cowok bisa segede ini ya?” katanya sambil tersipu.
    “Kalau kamu mau, kamu boleh buka celanaku” kataku.
    Perlahan tangan halus itu menurunkan celana pendekku dan tiba-tiba penisku yg sudah tegak dan berdiri keras seolah miniatur tugu monas, Nuning menatap tak berkedip melihat kemaluanku, pelan jarinya mengelus batangku yg tegang seperti kayu, urat-urat yg menonjol dia telusuri perlahan, alamak nikmat sekali, dan garis urat di tengah-tengah bagian belakang ditelusurinya perlahan, penisku berkedut-kedut dan tiba-tiba diremasnya kantong pelirku, sungguh kenikmatan yg luar biasa.

    Kutarik Nuning untuk berdiri, kebelai pinggul indahnya, berputar kebelakang meremas bongkahan pantatnya yg bahenol, kupeluk dan kuusap erat punggungnya, perlahan kukecup lehernya, belakang telinganya dan pundaknya, kulihat dan kurasakan kulitnya merinding, Nuning mempererat pelukannya dan menempelkan ketat dadanya yg padat membusung ke dadaku, paduan antara kehangatan dan aliran birahi yg mengalir lewat kulitnya.

    Nuning yg hanya tinggal memakai CD tipis warna pink, menggoyangkan dan menempelkan ketat kemaluanku yg sudah tegang membesar ke daerah bukit venusnya, meski masih terpisahkan CDnya, namun kurasakan ada kelembaban dari balik CDnya. Kulihat mata sendu Nuning menikmati foreplay yg panjang malam itu, kelihatan dia sudah terangsang sekali, dari sorotan matanya dan pelupuk matanya yg agak sembab, serta toketnya yg kencang menantang dengan puting yg mengeras.

    Kuraba CDnya dan kuturunkan, Nuning membantu menurunkan CDnya dan melempar dengan ujung kakinya, sambil kucium dan kulumat bibir seksinya, kujamah dan kuremas toket montoknya, dan serta merta kuangkat tubuh telanjang nan mulus itu ke kamar dan kutidurkan diatas kasur bersprei putih bersih.
    Sambil tetap menciuminya, aku tidur merapatkan ke tubuhnya, kaki kuangkat dan kegesek-gesekkan diatas paha putihnya, sementara tanganku kembali meremas dadanya yg kian montok dan menggunung dengan puting susunya yg menonjol kecil kecoklatan. Perlahan aku turun menciumi lehernya dan memutar-mutarkan lidahku ke gunung kembarnya bergantian, kusapu hingga basah dengan menyisakan puting, pada bagian akhir nanti, sementara tanganku menjelajah ke pangkal pahanya, menyibak rambut kemaluannya yg halus menghitam itu, kuusap bibir memeknya dan Nuning menggelinjangkan pinggulnya.

    Kuperhatikan Nuning memejamkan matanya menikmati sentuhan dan rangsangan yg kuberikan, sementara tanpa sadar penisku yg tegak dan keras, diremasnya perlahan dan kadang menguat saat rangsangan datang menguat. Kumainkan ujung jariku menyapu bibir memeknya yg sudah membasah dan kusapu pelan belahan lubang memeknya yg membasah, sambil kujilati putingnya dengan ujung lidahku bersamaan kuputar perlahan kelentitnya dengan ujung jari telunjukku,

    seirama antara jilatan lidahku di ujung putingnya dan usapan ujung jari telunjukku di ujung kelentitnya, serta merta Nuning menggoyangkan pantat dan pinggulnya, menggeleparkan dan membuka lebar pahanya dan membusungkan dadanya hingga kelihatan merangsang sekali, sambil menutup matanya dengan bibir yg membasah dan sedikit terbuka, sementara tangannya menggenggam erat sekali kemaluanku yg masih mengeras dan berdenyut-denyut.

    “Uuff mmaas, kau apakan tubuhku ini,” mulut Nuning mengerang menahan kenikmatan.
    Tubuhnya menggelinjang keras sekali, pahanya bergetar hebat dan kadang menjepit tanganku dengan erat saat jariku masih menyentuh kelentitnya, dan tiba-tiba penisku dicengkeram dengan keras seolah mengajak untuk menikmati orgasmenya dalam foreplay itu.

    Kuremas dengan irama perlahan toketnya yg tambah mengeras dan membusung itu dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku terjepit diantara kedua paha mulusnya, kemaluanku diremasnya dan tangan satunya memelukku erat sementara paha dan kakinya menggelepar keras sekali hingga sprei putih itu berserakan tak karuan, orgasme pertama sudah dirasakannya.
    Tanpa berhenti kumainkan pelan tanpa henti kelentitnya, dan mungkin sekarang Nuning sudah terangsang kembali.
    “Mas, tolong masukkan, aku ingin merasakannya sayang,” katanya sambil menghiba dan meringis menahan kenikmatan tiada tara yg dirasakannya.

    Perlahan aku menaiki tubuhnya, pahaku menempel erat dipahanya yg mengangkang dan kepala penisku menempel di kelentitnya menggantikan ujung jari telunjukku.
    Sambil kuciumi leher putihnya, pundak dan belakang telinganya, kepala penisku bergerak-gerak mengelilingi bibir memeknya yg hangat dan basah, kulihat Nuning merem melek menikmati benda pejal di bibir memeknya, lidahnya menyapu bibirnya hingga membasah, dan wajahnya memerah dengan mata merem melek tak beraturan. Dengan perlahan akhirnya sedikit demi sedikit kumasukkan batang penisku ke dalam memeknya, saat kucoba menyelipkan kepala penisku ke mulut memeknya rasanya peret dan sulit sekali, kulihat Nuning sedikit meringis dan membuka mulutnya dan sedikit menjerit.

    “Aah,”
    Namun akhirnya kepala penisku sudah mulai masuk dan mulai kurasakan kehangatan memeknya, perlahan kumasukkan sesenti demi sesenti, pada sekitar centimeter ke 4 menuju ke 5, Nuning tiba-tiba berteriak dan menjerit.
    “Aduh Mas sakit sekali,” katanya, “Seperti ada yg menusuk dan nyerinya sampai ke perut,” katanya.
    “Aku cabut aja ya?”

    “Jangan, biarkan dulu kutahan rasa sakit ini,”
    Aku yg sudah merasa kenikmatan yg luar biasa dan sedikit demi sedikit mulai kumasukkan lagi batang penisku. Kulihat Nuning meneteskan air mata, namun tiba-tiba dia menggoyangkan pantatnya dan tentunya akhirnya penisku hampir seluruhnya masuk, kenikmatan yg belum pernah kurasakan, penisku serasa digigit bibir yg kenyal, hangat, agak lembab dan nikmat sekali.
    Akhirnya kamipun mulai menikmati hubungan badan ini.
    “Mas rasa sakitnya sudah agak berkurang, sekarang keluar masukkan penismu Mas, rasanya nikmat sekali”
    Perlahan aku mulai mengayun batang penisku keluar masuk ke memek Nuning, kulihat tangannya diangkat dan memegang erat-erat kepalanya dan akhirnya menarik sprei tempat tidurnya, sementara pahanya dia kangkangin lebar-lebar dan mencari-cari pinggulku, hingga akhirnya kakinya melingkar di pantatku dan seolah meminta penisku untuk dimasukkan dalam-dalam ke memeknya.

    Beberapa kali ayunan, akhirnya aku agak yakin dia sudah tdk begitu merasakan sakit di memeknya, dan kupercepat ayunan penisku di memeknya. Nuning berteriak-teriak dan tiba merapatkan jepitan kakinya di pantatku, kepala menggeleng-geleng dan tangannya menarik kuat-kuat sprei tempat tidurnya, mungkin dia mau orgasme, pikirku. Tiba-tiba tangannya memelukku erat-erat dan kakinya makin merapatkan jepitannya di pantatku, kurasakan toket besarnya tergencet dadaku, rasanya hangat dan kenyal sekali, aku diam sejenak dan kubenamkan penisku seluruhnya di dalam memeknya.
    “Oh, mmas aku keluar.. Ahh.. Ahh.. Ahh,”

    Aku merasakan nikmat yg amat sangat, penisku berdenyut-denyut, rasanya aliran darah mengalir kencang di penisku, dan aku yakin penisku sangat tegang sekali dan begitu membesar di dalam memek Nuning, sepertimya aku juga akan mengeluarkan air kejantananku.
    Beberapa saat kemudian, kubuka sedikit jepitan kaki Nuning dipantatku, sambil kubuka lebar-lebar paha Nuning, kulihat ada cairan kental berwarna kemerah-merahan dari memek Nuning, penisku rasanya licin sekali dialiri cairan itu, dan akhirnya dengan cepat aku kayuh penisku keluar masuk dari memek Nuning, nikmat sekali rasanya. Ada mungkin delapan sampai sembilan kayuhan penisku di memek Nuning, tiba-tiba kurasakan ada sesuatu yg akan meledak dari dalam penisku dan akhirnya..
    Croot.. Croot.. Croot.. Croot..

    Memeknya berdenyut-denyut menikmati aliran maniku yg hangat, sementara kurasakan batangku masih berdenyut-denyut nikmat, kubenamkan batangku dalam kehangatan memeknya yg basah.  Kupandang wajahnya yg berkeringat, perlahan kusapu dengan tanganku dan kuciumi dengan penuh rasa sayang, akhirnya kamipun terkulai lemas dan Nuning memeluk tubuhku erat, tanpa mempedulikan cairan yg merembes keluar dari lubang kenikmatannya.

    Ada lebih sejam kami tertidur dalam kenikmatan, dan selanjutnya berdua kita berendam dengan air hangat di bathtub, hingga badanpun terasa segar kembali. Setelah menikmati makan malam di cafeteria, akhirnya kamipun kembali ke kamar jam 12.00 malam, mengulangi permainan dengan lebih ganas hingga jam 1 dinihari, kamipun tertidur tanpa busana, dan kupeluk tubuh telanjangnya dalam kehangatan selimut.
    Hingga esoknya kuputuskan untuk mengambil cuti sehari dan sebelum checkout jam 12 siang, kami masih menyisakan dua kali permainan di kamar tidur dan di bathtub. Lain kali akan kuceritakan pengalamanku dengan Nuning di kampungnya saat aku mengantarnya mudik.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Karena Internet Atau Kesepian

    Cerita Sex Karena Internet Atau Kesepian


    899 views

    Perawanku – Cerita Sex Karena Internet Atau Kesepian, Temanku SMA, juga sekolah kami duduk di kelas 2 SMA ( walau tidak 1 sekolah ), suatu malam aku dikejutkan dengan telpon tengah malam buta. Temanku, sebut saja namanya Tisha, nangis2 dan minta bertemu dengaku. Aku katakana, sudah tengah malam, bagaimana mau bertemu? Pun ku tidak bisa kemana2 juga dia tidak bisa ke rumahku, karena rumah kami berjauhan. Akhirnya, dia mengalah, dan besok sepagi mungkin dia akan menemuiku untuk berbicara …..

    Waktu itu memang sedang libur. Sekitar jam 7 pagi, Tisha datang dan mengajak aku ke suatu tempat untuk membicarakan permasalahannya. Aku pergi bersamanya, setelah aku pamit kepada orang tuaku. Tisha memang orang kaya, dia mendapat fasilitas mobil pribadi untuk dikendarai tanpa supir, sewaktu dia sudah mempunyai SIM. Dia sih tidak sombong, tapi aku yang sering lebih tahu diri, untuk tidak minta bermain dengannya …..

    Tisha mengajaknya pulang kerumanya, karena rumahnya memang besar di Pondok Indah, dan orang tuanya sedang e luar negeri mengatur bisnis mereka. Aku memang nyama jika diajak ketempatnya, karena banyak hewan2 pelirahaan, seperti belasan anjing dan kucing. Tetapi karena fokusnya adalah aku mendengarkan keluhan Tisha, aku ‘melengos’ saja, ketika anak2 anjingnya ‘bergelut’ di kakiku …… iiiihhh, gemes nya …..

    Kami masuk ke dalam kamar pribadinya. Kamarnya besar sekali, seperti kamar putri, dengan fasilitas yang mewah. Tisha bisa hidup jika hanya tingal di kamarnya, ada pantry dengan makanan lengkap, bahkan ada kolam renang pribadinya ….. hmmmmm ….., kapan ya, aku bisa mempunyai kehidupan seperti ini? Perlahan, mimpiku mulai terbentuk untuk membangun rumah seperti yang aku idamkan …..

    Tiba2 Tisha menangis dengan menutup tangnnya dengan bantalnya. Aku bingung, apa yang terjadi? Aku memeluknya dari belakang,

    “Ada apa, Tisha? Apa yang terjadi? Aku sudah disini, ceritalah ….. aku akan mendengarkan …..”

    Tisha menubrukku keras, dan banjir air mata itupun berpindah di bahuku …..

    Sesenggukkan dia bercerita, dan aku hampir tidak mengerti apa yang diceritakan padaku. Tetapi ketika dia mengatakan bahwa ‘mensnya terlambat’, aku segera sadar, bahwa kemungkinan dia melakukan hubungan yang tidak ’sehat’ …..

    Aku lebih tertegun lagi, ketika ‘pacarnya’ sudah kabur tunggang langgang ….. ckckckck, aku geleng2 kepala. Jadi Tisha haidnya sudah 2 bulan tidak datang, dan pacarnya kabur entah kemana. Orang tua Tisha sebentar lagi akan pulang, dan bagaimana Tisha akan mempertanggungjawabkan kebuatannya? Padahal, dia ( juga aku ) masih duduk di kelas 2 SMA, sebuah umur yang masih sangat muda untuk mempertanggungjawabkan jika memang Tisha hamil …..

    Hhhhhhh ….., aku jadi pusing juga. Walau Tisha tidak terllu dekat denganku, tetapi menurutku Tisha seorang yang sangat baik. Lalu mengapa dia melakukan apa yang seharusnya dia belum boleh dilakukannya? Heran deh ….. Aku tidak mau banyak bertanya. Dia masih nangis di bahuku,sementara aku memeluknya, sambil aku berpikir, apa yang aku katakana untuknya, secara aku juga masih di umur yang sama untuk bisa berpikir yang lebih baik.

    Aku menerawang melihat kehidupan kami yang bertolak belakang, tetapi kami bisa tetap berteman baik. Aku dilahirkan sebagai anak dari orang tua yang biasa2 saja, tetapi mereka sangat mengasihiku, mereka tidak memanjakan aku, tetapi mereka mengasihiku dengan sederhana serta kasih mudah aku mengerti. Tetapi Tisha dilahirkan dari orang tua yang berglimang kekayaan dan kasih sayang orang tuanya mencekokinya dengan fasilitas2 yang mewah, sehingga dia tidak mengerti tentang kasih yang hakiki, sebagai orang tua kepada anaknya …..

    Tisha tidak nakal, seperti aku, kami termasuk remaja yang sangat ‘naif’. Tetapi karena pendidikan yang diberikan oleh orang tuaku dalam nama Tuhan, aku tetap bisa menjaga diriku, termasuk tidak pernah banyak berteman. Dan Tisha malah sebaliknya. Temannya banyak, walau aku tidak terlalu yakin bahwa teman2nya hanya mencari fasilitas2 yang dia punya, dibandingkan sebagai teman sejatinya. Walau dia banyak teman, aku tahu, Tisha sangat kesepian ditengah keramaian …..

    Sehari2an dia hanya ’sendiri’, tanpa orang tua yang menemani. Teman2nya hanya mengajaknya bersenang2. Dan itu membuat seorang remaja pria ‘masuk’ dalam hatinya, berpura2 mau mengerti dengan keadaannya tetapi justru membuat masa depannya berantakan …… Salah siapa???

    Cerita diatas adalah cerita klasik, seperti cerita Cinderella. Ini bukan cerita kayalan. Mungkin Tisha mengangankan untuk mendapat seorang pangeran yang baik hati dan yang mau mengerti keadaanya. Tetapi, seorang pangeran yang 100% sempurna hanya ada di dalam dongeng, buka kenyataan. Dan orang tuanya, mungkin dulu hanya memberikan dongeng seperti itu, tanpa bercerita tentang kehidupan yang akan dijalaninya di masa depan.

    Cerita Sex Karena Internet Atau Kesepian

    Cerita Sex Karena Internet Atau Kesepian

    ‘Pacar’ Tisha kabur, lalu apa yang Tisha akan lakukan? Sebagai teman yang seumuran dengannya dan yang belum ‘makan asam garam’, aku hanya berkata,

    “Bicaralah kepada orang tuamu, Tisha. Karena hanya merekalah tempat kamu berlindung. Dan sekarang, berdoalah, supaya hatimu tenang ……”

    Aku diantar Tisha kembali ke rumahku. Dan aku langsung berdoa untuknya. Setelah itu, aku tidak mendapat kabar apa2 lagi darinya, dan beberapa bulan lalu, dia ‘invite’ aku di FB. Aku menerimanya dan melihat keluarganya. Dia tinggal di Amerika. Aku belum berkomunikasi dengannya, tetapi terlihat di fotonya, wajah cantiknya bahagia ….. Puji Tuhan …..

    Itu adalah akhir tahun 1980-an. Itu adalah jaman ‘kuda gigit besi’, kata anak2ku. Tetapi itu juga kenyataan, bahwa hubungan seks tanpa pernikahan di banyak remaja, menjadikan duka yang berkepandangan di masa depan. Seks bukan untuk remaja. Seks adalah sebuah hubungan yang sakral dalam Tuhan, yang belum boleh dinikmati oleh remaja2 kita dan banyak orang yang belum terikat pernikahan.

    Tetapi ternyata, seks memang merupakan masalah klasik. Bukan hanya remaja2 yang mulai ‘merasakan’ ingin melakukan itu, tetapi juga banyak orang2 dewasa yang tidak terikat pernikahan, mencari dan berhubungan seks, tanpa peduli tentang pasangan yang memang berhak dalam ikatan pernikahan.

    Jika seks sekarang ( katanya ) melanda remaja2 kita karena adalah internet, ternyata tidak demikian. Sejak dulu, seks memang merupakan masalah klasik, dan tanpa internetpun, virus seks tanpa pernikahan sudah menyerbu remaja2 kita, di kota2 besar bahkan pun di pedesaan yang mungkin malah putus sekolah, karena adanya ‘kesendirian’ dan keputus-asa an …..

    Bagi remaja kita, sebagai orang tua, kasih sayang kita bisa meredam keinginan para remaja itu, untuk bisa berinteraksi dengan banyak orang dengan positif. Berusaha menanamkan masa depan yang positif bagi mereka, dan terus berdoa, agar Tuhan memberikan banyak petunjuk untuk mereka. Dengan kasih dan selalu mengajarkan remaja kita untuk berdoa, akan membuat mereka ‘terlepas’ dari sebuah virus yang disebut ’seks’, sesuatu yang belum boleh dilakukan oleh para remaja ……

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Gairah Nafsu Gila Ibu Rumah Tangga BerJilbab

    Gairah Nafsu Gila Ibu Rumah Tangga BerJilbab


    2328 views

    Perawanku – Mufidah adalah seorang ibu rumah tangga berwajah cantik yang berkulit putih bersih baru berusia 31 tahun. Selama 6 tahun perkawinannya dengan mas Syamsul, wanita ini telah dikaruniai dua anak yang masing-masing berusia 3 tahun dan 5 tahun. Selain kesibukannya sebagai ibu rumah tangga, wanita yang selalu mengenakan jilbab ini juga cukup aktif di …. demikian juga suaminya.

    Jilbab lebar serta jubah panjang serta kaus kaki sebagai cirinya ada padanya apabila dia keluar rumah atau bertemu laki-laki yang bukan mahromnya, sehingga mengesankan kealiman Mufidah. Sore ini, ibu muda yang alim ini kedatangan tamu seorang laki-laki yang dikenalnya sebagai rekan sekantor suaminya, sehingga terpaksa dia harus mengenakan jilbab lebarnya serta kaus kaki menutupi kakinya untuk menemuinya, karena kebetulan suaminya sedang rapat di kantor dan baru akan kembali selepas maghrib.

    Dengan jilbab putih yang lebar serta jubah panjang bemotif bunga kecil berwarna biru serta kaus kaki berwarna krem, Mufidah menemui tamu suaminya itu bernama Hendri. Seorang laki-laki yang kerap bertamu ke rumahnya. Wajahnya tidak tampan namun tubuhnya terlihat tegap dan atletis.Usianya lebih muda dari suaminya ataupun dirinya hingga suaminya ataupun dia sendiri memanggilnya dengan sebutan dik Hendri. Sebetulnya Mufidah kurang menyukai laki-laki bernama Hendri itu, karena matanya yang jalang kalau melihatnya seakan hendak menelannya bulat-bulat sehingga dia lebih suka menghindar jika Hendri datang bertamu.

    Namun kali ini, Mufidah harus menemuinya karena Hendri ini adalah rekan suaminya, terpaksa Mufidah bersikap ramah kepadanya. Memang tidak mungkin untuk menyuruh Hendri kembali, ketika suaminya tidak ada di rumah seperti ini karena jauhnya rumah tamu suaminya ini. Akhirnya Mufidah mempersilahkan Hendri menunggu di ruang tamu sedangkan dia pergi ke dapur membuatkan minum untuk tamunya tersebut. Sore ini, suasana rumah Mufidah memang sangat sepi. Selain suaminya yang tidak ada di rumah, kedua anaknya pun sedang ngaji dan baru pulang menjelang maghrib nanti. Di dapur, Mufidah tengah menyiapkan minuman dan makanan kecil buat tamu suaminya yang tengah menunggu di ruang tamu.Tangan ibu muda ini tengah mengaduk gelas untuk minuman tamu suaminya ketika tanpa disadarinya, laki-laki tamu suaminya yang semula menunggu di ruang tamu tersebut menyelinap ke dapur menyusul Mufidah.

    Mufidah terpekik kaget, ketika dirasakannya tiba-tiba seorang lelaki memeluknya dari belakang. Wanita berjilbab lebar ini sangat kaget ketika menyadari yang memeluknya adalah Hendri tamu suaminya yang tengah dibikinkan minuman olehnya. Mufidah berupaya meronta namun tiba-tiba sebilah belati telah menempel di pipi wanita yang halus ini.Kemudian lelaki itu langsung mendekatkan mulutnya ke telinga Mufidah.

    “Maaf, Mbak Mufidah. Mbak Mufidah begitu cantik dan menggairahkan, aku harap Mbak jangan melawan atau berteriak atau belati ini akan merusak wajah ayu yang cantik ini”. desis Hendri dalam membuat Mufidah tak berkutik. Kilatan belati yang dibawa Hendri membuat wajah wanita berjilbab ini pucat pasi. Seumur hidupnya, baru kali ini Mufidah melihat pisau belati yang terlihat sangat tajam sehingga membuat wanita ini lemas ketakutan. Tubuh ibu muda berjilbab yang alim ini mengejang ketika dia merasakan kedua tangan Hendri itu menyusup ke balik jilbab lebarnya meremas-remas lembut kedua payudaranya yang tertutup jubah dan….. Lantas salah satu tangan Hendri lalu turun ke arah selangkangannya, meremas-remas kemaluannya dari luar jubah yang dipakainya.

    “Jangaan.. dik Hendrii..”desah Mufidah dengan gemetaran. Namun laki- laki ini tak perduli, kedua tangannya kian bernafsu meremas-remas buah dada serta selangkangan wanita alim berusia 31 tahun ini. Mufidah menggeliat-geliat menerima remasan laki-laki yang bukan suaminya ini dalam posisi membelakangi laki-laki itu.

    “Jangaan.. dik Hendrii….sebentar lagi anak-anakku pulang..” desah Mufidah masih dengan wajah ketakutan dan gelisah. Hendri terpengaruh dengan kata-kata Mufidah, diliriknya jam dinding yang terdapat pada dapur tersebut. dan memang selama sering bertamu di rumah ini Hendri mengetahui tak lama lagi kedua anak wanita yang tengah diperkosanya itu pulang dari ngaji. Laki-laki ini mengumpat pelan sebelum kemudian, Hendri berlutut di belakang Mufidah.

    Mufidah menggigil dengan tubuh mengejang ketika kemudian wanita kader ini merasakan tangan lelaki tamu suaminya itu merogoh lewat bagian bawah jubahnya, lalu menarik turun sekaligus rok dalam dan celana dalamnya. Lantas tanpa diduganya, Hendri menyingkap bagian bawah jubah birunya ke atas sampai ke pinggang. Ibu muda berjilbab lebar ini terpekik dengan wajah yang merah padam ketika menyadari bagian bawah tubuhnya kini telanjang.

    Sementara Hendri justru merasa takjub melihat istri rekan sekantornya ini dalam keadaan telanjang bagian bawah tubuhnya begitu menggairahkan. Sungguh, laki-laki ini tidak pernah menyangka kalau sore ini akan melihat tubuh istri Mas Syamsul yang selalu dilihatnya dalam keadaan berpakaian rapat kini ditelanjanginya. Pertama kali Hendri melihat Mufidah, laki-laki ini memang sudah tergetar dengan kecantikan wajah wanita berkulit putih keturunan ningrat ini walaupun sebenarnya Hendri juga sudah beristri, tapi apabila dibandingkan dengan Mufidah wajah istrinya nggak ada apa-apanya. Namun wanita yang selalu berpakaian rapat tertutup dengan jilbab yang lebar membuatnya segan juga karena Mufidah adalah istri temannya.

    Cerita Sex Tetangga Tetapi seringkalinya mereka bertemu membuat Hendri semakin terpikat dengan kecantikan istri mas Syamsul ini, bahkan walaupun Mufidah memakai pakaian jubah panjang dan jilbab yang lebar, Hendri dapat membayangkan kesintalan tubuh wanita ini melalui tonjolan kemontokan buah dadanya dan pantatnya yang bulat indah bahenol. Muka Mufidah merah padam ketika diliriknya, mata Hendri masih melotot melihat tubuh Mufidah yang setengah telanjang. Celana dalam dan rok dalam yang dipakai wanita berjilbab ini kini teronggok di bawah kakinya setelah ditarik turun oleh Hendri, sehingga wanita alim ini tidak lagi memakai celana dalam. Bentuk pinggul dan pantat wanita alim yang sintal ini sangat jelas terlihat oleh Hendri.

    Belahan pantat Mufidah yang telanjang terlihat sangat bulat, padat serta putih mulus tak bercacat membuat birahi laki-laki yang telah menggelegak sedari tadi kian menggelegak. Diantara belahan pantat Mufida terlihat kemaluan wanita istri rekannya yang sangat menggiurkan. “Mbak Mufidah..Kakimu direnggangkan dong. Aku ingin melihat memekmu…” kata Hendri masih sambil jongkok seraya menahan birahinya karena melihat bagian kehormatan istri rekannya yang cantik ini. Wanita itu menyerah total, ia merenggangkan kakinya. Dari bawah, lelaki itu menyaksikan pemandangan indah menakjubkan. Di pangkal paha wanita berjilbab ini tumbuh rambut kemaluannya, meski tak lebat namun terlihat rapi. Hendri kagum melihat kemaluan Mufidah yang begitu montok dan indah, beda sekali dengan kemaluan istrinya.

    “Jangaan..diik..hentikaaan…anak-anaku sebentar lagi pulang ” pinta Mufidah dengan suara bergetar menahan malu. Namun Hendri seolah tak mendengarnya justru tangan lelaki itu menguakkan bongkahan pantat istri Mufidah dan lidahnya mulai menyentuh anusnya. Mufidah menggeliat, tubuh ibu muda berjilbab ini mengejang ketika ia merasakan lidah lelaki itu menyusuri belahan pantatnya lantas menyusuri celah di pangkal pahanya Oh dik jajajangan…. Dengan bernafsu Hendri menguakkan bibir kemaluan Mufidah yang berwarna merah jambu dan lembab. Tubuh wanita ini mengejang lebih hebat lagi saat lidah lelaki itu menyeruak ke liang vaginanya. Tubuhnya bergetar ketika lidah itu menyapu klitorisnya. Semakin lama wanita berjilbab berusia 31 tahun ini tak kuasa menahan erangannya Oh yeah…Aaaagggh !, ketika bibir lelaki itu mengatup dan menyedot-nyedot klitorisnya. dan menit-menit selanjutnya Mufidah semakin mengerang berkelojotan oleh kenikmatan birahi ketika Hendra seakan mengunyah-ngunyah kemaluannya. Seumur hidupnya, Mufidah belum pernah diperlakukan seperti ini walaupun oleh mas Syamsul suaminya.

    “Hmmm…, memekmu enak…. Mbak Mufidah….” kata Hendrii sambil berdiri setelah puas menyantap kemaluan istri rekannya ini,dan tangan kirinya terus mengucek-ngucek kelamin Mufidah sambil berbisik ketelinga ibu muda itu….

    ”Mbak saya entotin ya, saya mau mbak merasakan hangatnya penisku” “Aihhhh…eungghhhh….jangan..ampun” Mufidah mengerang dengan mata mendelik, ketika sesuatu yang besar,panjang dan panas mulai menusuk kemaluannya melalui belakang. Tubuh wanita berjilbab berdarah ningrat itu mengejang antara rasa marah bercampur nikmat Mufidah meronta lemah disertai desahannya. Dengan buas Hendri menghujamkan batang penisnya

    “Mmmfff..oh oh. enak juga ngentot sama Mbak….. tanpa melepas bajunya ibu muda itu…. Hendri menyetubuhi isteri sahabatnya dari arah belakang, Hendri sambil menggerakkan pinggangnya maju mundur dengan napas terengah-engah menghentakan penis besarnya.

    Mufidah dapat merasakan penis Hendri yang kini tengah menusuk-nusuk liang kemaluannya, jauh lebih besar dan panjang dibanding penis suaminya. Tangan kiri lelaki itu membekap pangkal paha Mufidah, lalu jari tengahnya mulai menekan klitoris ibu muda berjilbab itu lantas dipilinnya dengan lembut, membuat wanita kader salah satu partai yang alim ini menggigit bibirnya disertai desahan nikmatnya. Mufidah tak kuasa menahan sensasi yang menekan dari dasar kesadarannya.Wanita berjilbab lebar ini mulai mendesah nikmat, apalagi tangan kanan lelaki itu kini menyusup ke balik jubahnya, lalu memilin-milin puting susunya yang peka…

    “Ayo Mbak Mufidah….ahhhh…jangan bohongi dirimu sendiri…nikmati…ahh….nikmati saja….” Hendri terus memaju mundurkan penisnya yang terjepit vagina ibu muda yang alim ini. Mufidah menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba melawan terpaan kenikmatan di tengah tekanan rasa malu. Tapi ia tak mampu. Mufidah mendesah nikmat dan tanpa sadar ia meracau

    “Oh besar sekali punyamu dik hendri…sakiiiit Oooh ampuuun… yeah ampuuun dik”. Hendri dengan gencar mengocok penisnya didalam vagina yang mulai basah sambil berbisik pada ibu muda itu.

    “Mana yang enak kontolku dengan punya mas Syamsul mbak”, Mufidah mulai meracau kembali seraya mengerang…”ooooh enak punyamu dik, besar dan panjang aduh dik ngilu oh mmmf Aaaagghh….” dan akhirnya wanita cantik ini menjerit kecil saat ia meraih puncak kenikmatan, sesuatu yang baru pertama kali ditemuinya walaupun 6 tahun dia telah menjalani pernikahan dengan mas Syamsul belum pernah Mufidah mendapatkan orgasme sedahsyat ini. Tubuh Mufidah langsung lunglai, tapi lelaki di belakangnya selangkah lagi akan sampai ke puncak. Hendri masih terus mengaduk vaginanya dengan kecepatan penuh. Lalu, dengan geraman panjang Hendri menusukkan penisnya sejauh mungkin ke dalam kemaluan ibu muda berjilbab ini.Kedua tangannya mencengkeram payudara Mufidah yang padat dan montok dengan kuat diremasnya.

    Mufidah yang masih dibuai gelombang kenikmatan, kembali merasakan sensasi aneh saat bagian dalam vaginanya disembur cairan hangat mani dari penis Hendri yang terasa banyak membanjiri liangnya. Mufidah kembali merintih mirip suara anak kucing, saat dengan perlahan Hendri menarik keluar penisnya yang lunglai. Begitu gelombang kenikmatan berlalu, kesadaran kembali memenuhi ruang pikiran wanita ini. Mufidah tersadar dan terisak dengan tangan bertumpu pada meja dapur.

    “Sudah, Mbak Mufidah nggak usah nangis! toh mbak Mufidah ikut menikmati juga, jangan ceritakan pada siapa-siapa kalau tidak mau nama baik suamimu tercemar dengan perselingkuhan kita !!” kata kata Hendri dengan nada tekanan keras sambil membenahi celananya.

    Cerita Sex Tetangga Mufidah diam saja, harga dirinya sebagai seorang istri dan wanita hancur. Wanita itu baru merapikan pakaiannya yang awut-awutan ketika, dilihatnya Hendri telah pergi dari dapur dan beberapa saat kemudian tanpa berpamitan, terdengar suara mobil Hendri berlalu meninggalkan halaman rumahnya. Mufida terisak menyesali nasib yang menimpanya,namun dia juga merasa malu betapa dia ikut menikmati juga ketika tamu suaminya itu menyetubuhinya sambil berdiri dari arah belakang tubuhnya dengan posisi menungging, Mufidah belum pernah melakukan hubungan intim bersama suaminya dengan posisi demikian itu, namun segera air mata yang menghiasi wajahnya buru-buru dihapusnya saat didengar suara kedua anaknya pulang. Dan sejak peristiwa perkosaan itu, ketika ia melakukan hubungan kelamin dengan suaminya Mufidah sudah tak bisa merasakan nikmat lagi saat ia melayani suaminya. Mufidah merasakan penis suaminya tidak ada apa apanya bila dibandingkan dengan punya hendri yang besar panjang, dan bayangan saat ia diperkosa oleh hendri membuat dirinya menuntut sesuatu yang dapat memberikan gelombang kenikmatan. Ia ingin suaminya bisa seperkasa hendri yang bisa melambungkan sukmanya saat mencapai puncak kenikmatan. Rasa menyesal saat diperkosa dan gejolak syahwat berkecamuk dalam batinnya membuat ibu muda itu merindukan kejantanan milik lelaki seperti Hendri, namun semuanya ia pendam sendiri seolah olah tidak ada kejadian apa apa bila berada didepan suaminya.Dua minggu setelah peristiwa itu Mufidah menerima telepon dari Hendri saat suaminya keluar kota.

    “ Halo mbak ! mas Syamsul pergi ke Semarang ya ?” Saya mau bertamu kerumah bolehkan. “ Brengsek kamu dik Hendri !” jawab Mufidah. Lho koq mbak marah…. mbak menikmati juga kejantananku saat itu. Lalu Mufidah memutuskan hubungan telepon, dengan tubuh gemetar dan perasaan tak menentu ia masuk kedalam kamar, ia khawatir Hendri pasti akan datang bertamu siang ini disaat anak anaknya berada disekolah dan suaminya tak ada dirumah. Hatinya berkecamuk antara menerima kunjungan hendri atau tidak, namun gejolak nafsunya menuntut sesuatu yang tak pernah didapatkan dari suaminya.

    Tiba tiba ketukkan pintu terdengar olehnya dan dengan gugup ia keluar dari kamar, langkahnya sedikit gemetar saat menuju pintu rumah.Ketika ia membuka pintu tampak seringai Hendri dengan sorot mata penuh nafsu saat menatap dirinya. Tanpa basa basi lagi Hendri langsung mengunci pintu rumahnya, dan Hendri telah mempunyai rencana agar isteri sahabatnya yang cantik ini akan selalu ketagihan dengan batang kejantanannya, dan Hendri akan menunjukan bagaimana memberikan kepuasan dalam permainan seks pada isteri sahabatnya. Saat Hendri mendekati tubuh wanita cantik ini kian gemetar dan dengan buasnya Hendri menciumi leher jenjang isteri sahabatnya, tubuh ibu muda itu mengejang ketika dengan sedikit kasar Hendri meremas remas pantatnya dan kekasaran itu membuat gejolak nafsu Mufidah menggelegak hingga lupa akan segala galanya. Matanya terbelalak saat dengan cepatnya Hendri sudah dalam keadaan telanjang dihadapannya, penisnya yang besar panjang mulai membesar. Dan dengan kasar Hendri melucuti pakaian Mufidah hingga keduanya sama sama telanjang yang tinggal hanya jilbabnya yang belum terlepas, karena Hendri akan lebih bergairah jika isteri sahabatnya saat digarap masih memakai jilbab. Kemudian Hendri mendudukan ibu muda itu di sofa, lalu disorongkan penisnya kewajah Mufidah dan digesekan kehidung perempuan itu.

    “ Ayo mbak cium dan jilati ini penis yang pernah memberikan kenikmatan ayo ayo !.” Saat itu Mufidah serasa akan muntah karena ia belum pernah mencium penis Hendri sedang penis suaminya belum pernah Mufidah menjilatinya, dan ini penis orang lain. Namun kali ini ia dengan terpaksa melakukan itu.

    “ Pegang ya mbak, dan gesek gesek dipipi, nah begitu cium mbak terus terus cium. Aroma batang penis itu mulai merangsang Mufidah dan tanpa sadar ia mulai menjilati penis Hendri dengan nafsu yang menggelegak dan ia merasakan sensasi baru memacu gairahnya, ia mulai merasakan penis itu kian membesar dalam mulutnya hingga mulutnya tak sanggup lagi untuk mengulum batang penis lelaki itu. Mufidah sudah bukan Mufidah yang dulu lagi sejak ia mengenal batang penis lelaki yang besar panjang

    ,…mmmfff mmmf……“ Oh oh yeah enak juga ngentot mulut mbak, ternyata mbak suka isep kontol besar ya “, dan kata kata kotor Hendri ditelinganya serasa indah terdengar dan nafsu Mufidah kian membuncah keubun ubun.

    Dik Hendri puaskanlah mbak….. bawalah mbak masuk kekamar oh dik cepatan…..setubuhi mbak seperti tempo hari…Aaaagggh..Ouuuh”Lalu Hendri membopong tubuh molek isteri sahabatnya naik keranjang, dan dengan buas Hendri menindihnya, dan ibu muda itu berkelojotan saat mulut Hendri mengulum putting susu yang masih segar dan jari jari Hendri merogoh liang vaginanya.

    Mufidah kian mengejang…. “Ooooh mmmf ampun Dik Hendri jangan….jangaaan mempermainkan mbak oh yeah mmf. Ayo dik Hendri berilah mbak nikmat kejantananmu….aaaaaampun.

    “ He heee sabar dong mbak, aku juga suka dengan memek mbak yang sempit ini, aku suka ngentotin memekmu, mana yang enak punyaku dengan punya mas Syamsul mbak….. “Enak punyamu dik.

    Mana yang besar dan panjang punyaku sama punya mas Syamsul….. Oh dik tolong dik cepat…. Bbbbbesar pppppunya muuu. Lalu dengan gemasnya Hendri menggigit kecil payudara indah milik Mufidah seraya batang penis besar itu menerobos masuk keliangnya yang sempit, walau ia sudah melahirkan anak dua namun serasa sempit buat ukuran penis besar Hendri. Mata ibu muda itu terbeliak keatas saat penis besar itu kandas didasar rahimnya dan kenikmatan seperti itu belum pernah ia dapatkan dari suaminya dan sekarang ia dapat merasakan dari penis orang lain selain suaminya, tubuhnya menggeletar hebat ketika dengan irama lambat dan terkadang cepat ayunan batang penis Hendri keluar masuk vaginanya.

    Kenikmatan demi kenikmatan serasa sampai ke ubun ubunnya….oh oh yeh enak eeeeeenak kontol besarmu dik Hendriiiiiiii oh ampun. Ia meracau tanpa sadar saking kenikmatan itu mendera dirinya. Mufidah bagaikan kuda betina liar saat dipacu oleh lelaki sahabat suaminya, ia melenguh seperti sapi disembelih karena nikmatnya, ia menangis dan menyesal karena selama ini ia telah tertipu oleh suaminya bahwa kenikmatan itu bisa ia dapatkan asalkan mas Syamsul tahu bagaimana caranya memberikan kepuasan kepadanya, dan ternyata suaminya adalah suami yang tidak mempunyai pengetahuan tentang urusan seks, itu yang membuat ia menangis, serta menyesal, terhina dan marah pada diri sendiri. Maka bagaikan banteng betina yang terluka ia pacu nafsu berahinya yang terpendam selama ini.

    “ Ayo dik nikmatilah tubuhku, setubuhilah aku sesukamu. Baik mbak yang cantik… kekasih binalku sekarang waktunya nikmatilah rasa kontol besar ini…mmmmf yeah, oh memek mbak legit rasanya. Dan Tubuh Mufidah melengkung saat ia mencapai puncak nirwana Ooooh enak tolooooong ampuuuuuun, biji mata Mufidah mendelik ia berkelonjotan saat semburan lahar panas Hendri dengan derasnya menyemprot dasar rahimnya, dan batang penis besar itu berkedut kedut didinding vaginanya.

    Selama 6 tahun perkawinannya dengan mas Syamsul baru ini ia merasakan begitu nikmatnya semburan air man lelaki hingga tubuhnya bergetar bagai kena aliran listri ribuan watt dan sukmanya serasa terbang melambung keawang awang.Hingga kini hubungan mereka telah berjalan 1 tahun tanpa diketahui oleh suaminya, karena mereka pintar memanfaatkan waktu serta merahasiakannya, kadang bila ada kesempatan mereka melakukan di hotel dan yang lebih berani lagi saat suaminya ada dirumah. Hendri pura pura berkunjung untuk bermain catur dengan suaminya, saat itu juga isterinya menyediakan minuman kopi buat suaminya dengan dibubuhi obat tidur yang sengaja dibawa Hendri, sehingga sewaktu suaminya bermain catur dengan hendri Syamsul tidak tahan lama karena mengantuk berat lalu masuk kedalam kamar.

    Mufidah berpura pura ikut tidur juga disamping suaminya agar suaminya tidak curiga dan ia katakan bahwa Hendri ingin menginap dirumahnya dan tidur di sofa ruang tamu. Pada saat suaminya telah tertidur pulas bagaikan orang mati, Mufidah disetubuhi oleh Hendri disamping suaminya, Mufidah berpacu dalam birahi hingga ia meringkik nikmat dengan tubuh berkelojotan disamping tubuh suami yang tertidur pulas, bahkan perbuatan yang demikian itu membuat sensasi aneh tersendiri bagi mereka berdua. Persetubuhan itu mereka lakukan hingga menjelang subuh.Ada sesuatu yang lebih membuat Mufidah amat terangsang nafsunya bila saat Hendri sekali kali datang berkunjung kerumahnya, dengan berpura minta diajarkan computer sama Hendri sementara suaminya duduk diruang keluarga sambil menikmati secangkir kopi, hanya dengan jarak beberapa meter, disitu ibu muda itu sedang belajar computer bersama Hendri, Mufidah merasa sangat terangsang hebat saat dengan sengaja Hendri menggesek gesekan batang penisnya yang menegang dari balik celana training ke lengan Mufidah yang sedang mengetik didepan monitor. Gesekan itu membuat sensasi aneh dalam dirinya ketika merasakan batang penis Hendri serasa mengeras dan tegang dipangkal lengannya, dan terkadang pula ia rasakan batang penis besar itu berdenyut denyut dipinggangnya saat dengan sengaja Hendri pindah membelakangi tubuhnya.

    Cerita Sex Tetangga Suaminya tidak merasa curiga sedikitpun karena Syamsul tahu bahwa isterinya sedang diberi pelajaran tentang mengakses computer, ia tidak menyadari bahwa isterinya sedang dirangsang oleh Hendri habis habisan. Tubuh Mufidah mulai menggeletar penuh nafsu dengan aksi yang dilakukan Hendri padanya. Karena sudah tak tahan lagi Mufida pergi keruang dapur membuat minuman dan Hendri pergi menuju toilet namun sesungguhnya Hendri ikut pula menyusul isteri sahabatnya kearah dapur, dari balik lemari makan yang besar itu mereka melakukan persetubuhan dengan berdiri dengan amat tergesa gesa saat sang suami wanita itu sedang menikmati secangkir kopi sambil membaca Koran. Syamsul tidak menyadari bahwa isterinya sedang disetubuhi habis habisan oleh Hendri dengan posisi berdiri.

    “Ooooh Hendri mmmmfff…..ampun dik Hen…, dengan buas Hendri mengayunkan pantat maju mundur menusukkan penis besarnya kedalam vagina ibu muda itu, sukma wanita cantik itu serasa terbang kelangit tinggi saat ia disetubuhi dengan cara demikian itu oleh Hendri sahabat suaminya, Mufidah belum pernah merasakan disetubuhi dengan cara berdiri dan tergesa gesa, dan ini yang membuat suatu kenikmatan tersendiri buat Mufidah saat ia digarap oleh Hendri sementara sang suami berada tak jauh darinya. Oooooh Hendri mbak keluaaar oh ampun dik, cepat dik hendri nanti ketahuan suamiku, namun Hendri tidak menghiraukannya, dengan perkasanya Hendri memacu kuda betinanya yang cantik ini sampai berkelojotan dengan biji mata mendelik keatas menikmati kocokan batang penis besar itu dalam vaginanya yang sempit,

    “Oooooh yeah memek mbak sempit legit, enaak rasanya”, aku akan lebih bergairah lagi bila aku dapat ngentot mbak bila disaksikan mas Syamsul. Hendri semakin terbuai sensasi saat ia dengan buasnya menyetubuhi isteri sahabatnya padahal Syamsul tak begitu jauh jaraknya dari tempat mereka bersetubuh. Dan dengan menggeram nikmat Hendri menyemprotkan air maninya kedalam vagina ibu muda itu, Mufidah mengejang dan mengerang bagaikan kucing betina yang mengeong lirih saat semburan lahar panas Hendri menerpa dasar rahimnya, tubuhnya bergetar dengan hebat dengan nafas serasa akan putus ketika batang kejantanan Hendri yang besar panjang berkedut kedut diliang memeknya

    …..oooohhh mmmmffff…enaaaaaaaaaaak, ampuuuuuun dik, kontolmu enak dan besar. Dan persetubuhan itu berakhir dengan sama sama mencapai puncak nirwana yang diraih dengan cara tergesa gesa penuh rasa sensasi. Dan akhirnya mereka berdua kembali keruang keluarga tanpa menimbulkan kecurigaan mas Syamsul. Sebelum keluar dari dapur Hendri sempat berbisik ketelinga ibu muda itu,

    “ Lain waktu aku akan ngentotin mbak lagi ya, seraya tangan Hendri meremas remas susu mengkal wanita cantik berdarah ningrat itu.Ketika Syamsul ditugaskan oleh atasannya untuk mengelola perkebunan disumatera, Mufidah terpaksa ikut dengan suaminya dan anak anak mereka dititipkan pada neneknya di Jogyakarta karena kedua anaknya harus tetap bersekolah. Dan ditempat pindah mereka yang baru itu adalah sebuah pulau kecil dimana penduduknya masih terbelakang pola pikirnya. Ditempat tugas barunya Syamsul mendapatkan sebuah rumah perkebunan yang lengkap dengan segala fasiltasnya. Mufidah merasa sangat senang menempati rumah itu, dengan suasana alam pedesaan, disini Mufidah bisa menghindar dari Hendri. Setelah tiga bulan berada dipulau terpencil itu, kehidupan rumah tangga Mufidah masih berjalan seperti biasanya hingga suatu hari Mas Syamsul menawarkan pada Mufidah seorang tukang kebun untuk merawat pekarangan rumah dinas yang ditempatinya dan sekalian sebagai penjaga rumah. Pak Renggo adalah seorang lelaki yang berusia 65 tahun namun tubuhnya masih nampak kekar dan berkulit hitam dengan rambutnya yang telah memutih.

    Pak Renggo adalah seorang lelaki pekerja keras ia hanya memiliki sebidang tanah yang selalu digarapnya sendiri dan ditanami sayur mayur untuk kebutuhan hidupnya sehari hari. Isteri pak Renggo telah tujuh tahun meninggal dunia kini ia hidup sendiri tanpa mempunyai anak. Ketika ia ditawari Syamsul untuk bekerja dirumah dinas perkebunan, pak Renggo dengan sangat senang hati menerimanya, apalagi pak Renggo diberi sebuah kamar dibelakang rumah dinas itu. Wajah lelaki tua itu nampak sangar mengerikan dalam pandangan Mufidah ketika pertama kali diperkenalkan oleh suaminya, namun lama kelamaan Mufidah sudah terbiasa berhadapan dengan pak Renggo yang berwajah jelek dan menyeramkan itu, apalagi pak Renggo orangnya sangat rajin membersihkan pekarangan rumah dan terkadang sering membantu Mufidah menanam bunga hingga rasa ketakutan Mufidah pada pak Renggo hilang dengan sendirinya karena sering bertemu setiap waktu. Mufidah tak menyadari ketika seringnya mata pak Renggo melirik buah dadanya saat ia berjongkok menggemburkan tanah tanaman bunga, buah dada Mufidah sangat menggiurkan bergelayut indah hingga membuat pak Renggo bergairah dan ingin meremas buah dada Mufidah yang mengkal itu. Namun pak Renggo tidak berani berbuat macam macam pada isteri pak Syamsul yang telah berbaik hati memberinya pekerjaan meskipun sebagai tukang kebun. Mufidah yang telah lama tidak merasakan hangatnya batang penis lelaki jantan seperti punya Hendri kini Mufidah sangat merindukan kehangatan itu. Suaminya mas Syamsul tak mampu bercinta dan cepat berejakulasi hingga membuat Mufidah frustrasi dan kecewa selalu. Disuatu senja Mufidah melihat pak Renggo seketika Mufidah langsung terkesima saat melihat pak Renggo kencing dibalik pohon nangka sedang memegang penisnya yang tergantung panjang dan besar seperti pisang tanduk.

    Mufidah mengintip dari balik kaca hitam jendela rumahnya, dengan tubuh menggeletar Mufidah memandang batang kejantanan pak Renggo yang berwajah sangar itu namun alat kelaminnya sungguh membuat Mufidah jadi menggelegak nafsu birahinya. Mufidah tidak ingat lagi setatus sosialnya yang berdarah ningrat dan sebagai seorang isteri sah mas Syamsul, saat itu yang terbayang dalam pikirannya betapa nikmatnya penis besar panjang itu bila mengaduk aduk dalam vaginanya. Pengalaman Mufidah saat disetubuhi oleh lelaki yang punya penis besar telah membangkitkan libidonya yang tertidur. Setelah selesai kencing, pak Renggo mengeringkan sisa air seninya dengan cara menggoyang goyangkan penisnya. Meskipun penis itu dalam keadaan lemas namun begitu panjang dan besar sekali. Mufidah lalu membayangkan bagaimana bila penis itu dalam keadaan ereksi.

    Pak Renggo memang dengan sengaja melakukan itu karena bagaimanapun juga pak Renggo telah mengetahui bahwa ibu muda itu sedang terbelalak matanya melihat penisnya dari balik jendela berkaca hitam, pak Renggo sudah tahu kebiasaan Mufidah yang sering duduk menghadap jendela setiap sore hari sambil menghirup secangkir teh manis hangat. Maka dengan disengajanya lagi pak Renggo mengelus ngelus batang kejantanannya yang berurat hingga ereksi seperti tongkat hitam, hanya itu yang bisa dilakukan oleh pak Renggo untuk memancing gairah ibu muda yang cantik isterinya pak Syamsul, adapun untuk berbuat selanjutnya pak Renggo tidak berani macam macam.

    Mata Mufidah terbelalak lebar ketika melihat penis pak Renggo kian menegang dan besar dari balik jendela. Pak Renggo terus mengocok ngocok penisnya disamping pohon nangka, dan terlihat wajah pak Renggo meringis nikmat sambil mengkhayalkan sedang menyetubuhi Mufidah, semakin lama semakin cepat kocokan pada penisnya, dan pak Renggo mengerang nikmat saat batang hitamnya menyemburkan lahar panas dan air mani pak Renggo seakan menyemprot kejendela tempat dimana Mufidah terpaku menyaksikan pak Renggo beronani, karena jarak pohon nangka tempat pak Renggo beronani hanya berjarak dua meter dari jendela tempat Mufidah menyaksikan aksi gilanya pak Renggo.

    Tubuh Mufidahpun ikut menggeletar saat melihat semprotan air mani pak Renggo begitu jauh jangkauannya seakan akan menyembur kewajahnya. Tuntas sudah hasratnya pak Renggo mempertontonkan onaninya, dan pak Renggo berpura pura tidak tahu kalau ibu muda itu menyaksikan betapa dahsyatnya semburan air mani yang keluar dari penis beruratnya, lalu pak Renggo berjalan masuk kedalam rumah dinas itu menuju kamar mandi. Ketika saatnya makan malam tiba mas Syamsul mengajak pak Renggo untuk makan bersama, hidangan malam yang disediakan oleh Mufidah disantap habis oleh pak Renggo, dalam pikiran Mufidah bila seseorang dengan lahap menyantap makanannya hingga tuntas, lelaki tersebut pasti sangat lahap juga dalam bersetubuh. Malam itu Pak Renggo seperti tidak pernah ada kejadian apa apa dihadapan ibu muda itu, walaupun pak Renggo tahu bahwa Mufidah selalu memperhatikan gerak geriknya disaat mereka bertiga makan bersama. Walaupun pak Renggo hanya bercelana komprang hitam namun Mufidah sangat tahu dibalik celana lebarnya tersembunyi batang penis panjang berurat yang tergantung sebesar pisang tanduk.

    Malam itu Mufidah gelisah saat berada ditempat tidur, disampingnya sang suami sudah tertidur pulas, Mufidah kemudian beranjak bangun keruang dapur untuk menghilangkan hausnya dan setibanya Mufidah didapur ia dikejutkan oleh suara pak Renggo yang menyapa ramah…belum tidur ya..bu !, “Oh Ya pak Renggo, saya haus nih dan mau minum, saya susah tidur malam ini pak Renggo…gak tau tuh kenapa malam ini saya sulit sekali tidur”, “Oh mungkin ibu banyak pikiran barang kali kata pak Renggo, atau ibu masuk angin dan gak enak badan jadi susah tidurnya. Lalu Mufidah ikut duduk disebuah bangku plastic yang tanpa sandaran, yang kemudian Mufidah terus menanggapi ucapannya pak Renggo sambil bercerita naglor ngidul. “ Ya pak mungkin saya masuk angin nih…..dan tanpa disuruh oleh Mufidah pak Renggo telah berdiri dibelakang Mufidah seraya berbisik ditelinga ibu muda itu….” Ibu saya pijati ya biar hilang masuk anginnya sambil tangan pak Renggo mulai memijati dengan lembut pundak Mufidah. Mufidah lalu menganggukan kepalanya tanda setuju untuk dipijati oleh pak Renggo.

    Tangan kekar pak Renggo serasa hangat dan geli dirasakan oleh Mufidah ketika menyentuh kulit halusnya, pijatan pak Renggo merambat naik keleher jenjangnya dan dengan lembut pak Renggo memijat dengan jari jarinya yang kasar pada tengkuk Mufidah, pijatan pak Renggo serasa nikmat dirasakan oleh Mufidah dan pada saat yang bersamaan sesuatu yang mengeras dan hangat menyentuh kulit punggung Mufidah dari balik baju tidurnya, Pak Renggo tak hanya memijat pundak dan lehernya Mufidah akan tetapi juga pak Renggo menggesek gesekan batang penisnya yang mulai menegang dari balik celana komprangnya pada punggung Mufidah. Perempuan itu mulai dijalari sensasi birahi dan Tubuhnya menggeletar seketika saat tangan kekar pak Renggo turun menelusuri memijat kedua lengannya, entah disengaja atau tidak jari kasar pak Renggo menyenggol kedua payudaranya yang ranum itu, dan dengan batang kejantanan pak Renggo yang kian menegang yang semakin menekan punggungnya serasa mengalirkan arus hangat penuh rangsangan.

    Mufidah semakin mendesah ketika dengan tiba tiba pak Renggo menciumi leher jenjangnya sambil berbisik ditelinga Mufidah…”Ibu ingin merasakan hangatnya kejantananku…., “Ayo bu… bilang aja jangan malu malu, saya tau ibu sangat menginginkannya malam ini”…dan saya tahu pak Syamsul tidak pernah memuaskan hasrat ibu”, “ Agggh… Mufidah bagai terhipnotis dengan ucapan lelaki tua itu, dan tubuh mulus isteri pak Syamsul sudah dalam keadaan telanjang ketika pak Renggo membopongnya masuk kedalam kamar yang sempit pak Renggo, Mufidah sudah sangat pasrah dalam cengkraman pak Renggo sebab didera nafsu birahi tinggi, meski pak Renggo telah berusia lanjut namun cara ia membuai kepekaan gairah kewanitaannya bisa diacungkan jempol hingga membuat Mufidah terbuai memasuki pusaran badai nafsu lelaki tua itu.

    Sekujur tubuh Mufidah habis dijilati dengan lidah kasar pak Renggo, dan buah dadanya tak luput dari sasaran mulut pak Renggo kemudian lelaki tua itu menghisap rakus putting susunya yang kian menegang, Mufidah mengerang bagai anak kucing ketika vaginanya dijilati oleh pak Renggo dan klitorisnya diemut emut gemas oleh lelaki tua itu, tubuh sintal Mufidah yang berdarah ningrat kian mengejang, tubuhnya melengkung keatas didera nikmat saat pak Renggo menggigit lembut klitorisnya….”Aaaagggh Oooh ampuuuun pak Renggo”, Mufidah berkelojotan ketika jilatan serta gigitan gemas pak Renggo pada vaginanya membuat Mufidah orgasme seketika, malam itu erangan nikmat Mufidah memenuhi ruang kamar yang sempit sesempit vaginanya yang diobok obok pak Renggo.

    Ibu muda yang cantik beranak dua itu tak menghiraukan lagi keadaan sekitarnya, tak perduli bahwa suaminya sedang berada dirumah, kenikmatan itu telah membuat Mufidah jadi meracau tak karuan….”Ooooooh pak Renggo setubuhilah aku sesukamu…cepat pak” “ Kapan saja kalau bapak mau saya selalu bersedia disetubuhi. Pak Renggo yang situkang kebun telah membuat nyonya majikannya mengerang manja minta disetubuhi dengan permainan awalnya, sudah lama pak Renggo merindukan untuk dapat menyetubuhi perempuan cantik berdarah ningrat ini, namun baru malam itu pak Renggo dapat menyentuh kulit halus isteri pak Syamsul.

    Ketika mencapai puncak birahinya tiada lagi nampak watak darah birunya, yang ada hanya darah merah yang memacu jantungnya untuk mencapai klimaks nafsu birahi. Pak Renggo merenggangkan kaki indah Mufidah sambil dijilati telapak kakinya, tubuh Mufidah kian bergetar ketika jilatan lidah kasar pak Renggo pada telapak kakinya bagaikan arus aliran listrik yang menggelitik kepekaan simpul syarafnya, memek Mufidah nampak merah merekah dengan cairan bening yang telah meleleh keluar dari vagina saat otgasme, dan pemandangan lembah kenikmatan yang berumput subur itu membuat gairah nafsu pak Renggo menggelegak, penis beruratnya kian menegang dan Mufidah memejamkan matanya ketika batang hitam besar itu mulai menyentuh bibir vaginanya, Mufidah mengerang ketika pak Renggo mulai memasuki penisnya dengan perlahan…..”Oooooh pak besarnya, sakiiiiiit pak”….” Pelan pelan pak…Agggh,,,Ampuuun… “Sakitnya Cuma sebentar koq bu…., ibu saya entot ya”…”Ibu ikhlaskan kalau ibu saya setubuhi ?…”Ibu bisa membedakan rasanya jika dientot sama saya, ibu…suka dengan kontol besar ini ?, dan kata kata kotor pak Renggo kian membuat nafsu birahi Mufidah memuncak, kata kata itu seakan menghipnotis jiwanya yang akhirnya batang besar panjang pak Renggo semakin masuk kedalam liang vagina Mufidah yang sempit itu Blesssss…… Pak Renggo mendiamkan penisnya sesaat agar Mufidah dapat meresapi nikmatnya kedutan penis besarnya dan beradaptasi.

    Tubuh Mufidah menggeletar ketika menerima hangatnya kejantanan pak Renggo, liang vaginanya serasa sesak seakan hendak pecah, dan… rasa kenikmatan mulai menderanya ketika pak Renggo dengan perlahan menarik penis itu hingga yang tersisa kepala penis yang masih menempel dibibir vagina, lalu dengan menghentak deras disorongkan masuk kembali kedalam memek Mufidah dan itu dilakukan pak Renggo berulang ulang kali hingga membuat biji mata Mufidah terbeliak keatas, seperti anjing yang sedang kawin Mufidah melolong histeris…”Oooooh ampunnnn pak, enaaaak, setubuhi saya paaaak terus pak” Ibu muda yang berjilbab bila bila berada diluar rumah kini mengerang nikmat saat vaginanya ditusuk dengan penis hitam besar.

    Lelaki tua yang bernama Renggo itu telah membuat sukma Mufidah serasa terbang keawang awang dan tubuh keduanya telah bersimbah keringat birahi, dengan gagah perkasa pak Renggo memacu kuda betinanya yang cantik dalam dekapan dan hentakan batang kejantanannya. ‘ Bagaimana Bu….”enak ya rasa kontol besar panjang…he heee” Ayo bu goyangin pantatnya dong….rupanya ibu suka dientot sama penis besar ya…..dan kata kata kotor pak Renggo membuat Mufidah semakin terangsang, kata kotor yang penuh sensasi itu dibisikan pak Renggo pada telinganya berulang ulang sambil tetap mengayunkan pantatnya naik turun, gerakan hentakan penis pak Renggo mulai tak teratur lagi karena ikut didera nafsu birahi saat menyetubuhi wanita bertubuh sintal itu.

    Mufidah pun dapat membedakan rasa kenikmatan yang didapat dari pak Renggo dengan sewaktu Mufidah disetubuhi oleh suaminya belum pernah ia merasakan desakan nafsu begitu sangat memuncaknya sampai keubun ubun, permainan seks pak Renggo telah membuat Mufidah orgasme berkali kali. Ouuugh bu….memek ibu sungguh legit…enak rasanya….Ssssaya mauuukeluar juga bu…. “didalam apa diluar nih”……”Oooooh pak….. aaampuuuun…enaaaaknya didalam saja, semburkan…cepaaaat didalam pejuhnya paaaaak, Aaaaghhh ampuuuun”. “Ibu mau kalau saya hamili….” “Aaaaghhhh…. “ya yaaa pak hamili saja saya pak Renggo”.

    Akal pikiran Mufidah telah buntu karena didera oleh kenikmatan dari semburan lahar panas lelaki itu, hingga tanpa sadar Mufidah meracau tak karuan. Air mani pak Renggo yang menyembur sangat deras itu menyentuh dasar rahimnya sehingga membuat Mufidah berkelojotan dengan tubuh melengkung naik keatas mengangkat tubuh pak Renggo yang menindihnya. Penis berurat pak Renggo semakin dalam menusuk vagina Mufidah sampai mentok didasarnya. Pak Renggo mengaum bagaikan harimau luka, penisnya serasa disedot oleh cengkraman denyut memek Mufidah yang menggigit lembut…..”Ooooh memek ibu enaaaaak teunaaaan “.

    Dan tubuh keduanya melekat jadi satu dengan deru nafas saling memburu keduanya mencapai puncak birahi. Mufidah tak menyangka walau tinggal dipulau terpencil ini ia bisa menikmati kembali sempurnanya permainan seks meski dengan lelaki tua namun sangat perkasa diranjang. Dan penampilan Mufidah sehari hari tetap seperti biasanya, dengan baju panjang dan berjilbab namun Mufidah sudah bukan Mufidah yang seperti dulu lagi. Wanita berdarah ningrat yang alim itu namun dibelakang suaminya Mufidah adalah sosok perempuan yang haus akan batang kejantanan lelaki perkasa. Akibat Mufidah telah diperkosa oleh sahabat suaminya membuat Mufidah merindukan selalu batang kejantanan lelaki perkasa untuk dapat memuaskan dahaganya, Mufidah kini mengalami kelainan seks dan ia akan merasa puas bila disetubuhi oleh lelaki yang berpenis besar serta panjang. Dan untuk memenuhi hasratnya Mufidah telah mendapatkan dari tukang kebunnya, dan peluang itu juga tidak disia-siakan oleh pak Renggo untuk mencicipi tubuh seksi perempuan yang berdarah ningrat untuk disetubuhi pak Renggo. Bila mas Syamsul pergi kota untuk beberapa hari, kesempatan untuk menyetubuhi Mufidah semakin leluasa dilakukan, dan terkadang Mufidah merengek rengek minta disetubuhi oleh pak Renggo meski sang suami masih berada dirumah, Mufidah sering menyelinap masuk kedalam kamarnya pak Renggo dalam keadaan telanjang, dikamar sempit itu makhluk yang berlainan jenis itu memacu birahi liar dan buah dada Mufidah yang montok indah akan selalu menjadi sasaran mulut pak Renggo untuk menyusu pada ibu muda itu.

    Cerita Sex Tetangga Erangan nikmat Mufidah serta goyangan erotisnya ketika disetubuhi pak Renggo menjadi obat perangsang birahi buat lelaki tua itu untuk selalu menghempaskan Mufidah kepusaran badai kenikmatannya. Jadilah Mufidah budak nafsunya pak Renggo dan pak Renggo selalu membuat tuntas nafsu birahi Mufidah hingga Mufidah dibuat mengerang…., mengejang…. Ketika dengan liar Mufidah bergoyang erotis diatas tubuh kekar pak Renggo, sambil meremas remas payudara Mufidah, mata pak Renggo merem melek menikmati goyangan pinggul Mufidah dengan vaginanya yang penuh disesaki oleh penis beruratnya. Mufidah bagaikan penari jalang saat menghentakan pinggulnya naik turun dengan kedua tangannya bertumpu di dada bidang pak Renggo…..”Oooooh yeeeeah…tubuh ibu muda itu meliuk liuk bagai penari jalang, Aaaggggh….Ouuuuuph….paaaak…..kontolnya sampai mentoooook,…enak paaaak “. Tubuh Mufidah berkilau indah bermandikan keringat birahi ketika berada diatas tubuh kekar yang dikangkanginya….Mufidah dengan bersemangat memacu kuda jantannya untuk mencapai puncak kenikmatan yang hendak diraihnya, ayunan vaginanya yang naik turun semakin liar membenam pada penis berurat pak Renggo dan memek Mufidah semakin basah oleh lender pelicin yang mengalir dari liang vagina.

    Dengan kepala mendongak keatas dan biji mata membelalak Mufidah terus dan terus memacu diatas tubuh kekar lelaki tua tukang kebunnya. Pak Renggo memberikan kesempatan pada ibu muda itu untuk meraih sendiri kenikmatan nafsu birahi, tangan kekar pak Renggo tidak tinggal diam, dengan kasar diremasnya pantat bahenol Mufidah hingga Mufidah mengerang menahan sakit bercampur nikmat, remasan kasar disertai hentakan dari penis yang menusuk keatas kian liar, Ketika Mufidah akan mencapai pada puncak birahinya, lalu disambarnya bibir pak Renggo dan Mufidah melumat gemas dengan bibir sensualnya sambil terus mengayunkan pantatnya naik turun. Tubuh keduanya melekat jadi satu bersimbah keringat birahi tinggi….”Ooooouuh, ammmpun…enaaak”, dan tubuh Mufidah berkejat kejat diatas tubuh pak Renggo saat ia mendapatkan orgasmenya yang sempurna, Mufidah memeluk erat tubuh kekar lelaki tua itu hingga kedua payudaranya melekat di dada berotot pak Renggo. Dan kini perempuan cantik berdarah ningrat itu ditindih gentian lagi oleh pak Renggo dan dengan buasnya pak Renggo menyetubuhi ibu muda itu sampai tubuhnya berkelojotan mendapatkan orgasmenya kembali, pak Renggo belum merasa puas kalau belum bisa membuat Mufidah mengerang histeris saat ia setubuhi, lalu ditengkurapkan tubuh Mufidah dengan posisi menungging dan dengan keras dihujamkan penis beruratnya kedalam vagina yang sempit itu, tubuh Mufidah bergetar hebat saat Penis pak Renggo amblas masuk kedalam liang memeknya yang telah becek, sambil meremas payudara indah Mufidah pak Renggo mengayunkan penisnya maju mundur dengan ganas dan liar, dengan geramnya kulit punggung Mufidah yang halus itu digigit oleh pak Renggo, rasa sakit bercampur dengan nikmat membuat tubuh Mufidah mengejang mengerang histeris…..”Aaammmmpuuuuuun pak….. Ooooh terus pak…..entotin saya yang kuat paaaaak “.

    Batang penis besar itu seakan merobek liang vagina Mufidah dan kedutan penis yang keras itu membuat dinding vaginanya secara elastis ikut berdenyut meremas remas kontol pak Renggo….”Ouuuuh..Aggghh..”Pak Renggo dibuat mengerang oleh cengkraman vagina Mufidah yang berdenyut denyut, lelaki tua itu masih tetap mempertahankan ejakulasinya agar jangan meledakan lahar hangat dipertengahan permainan liarnya saat memacu kuda betina yang sedang meringkik nikmat menuju garis finish. Rambut panjang Mufidah dibuat bagaikan tali kekang dan hentakan penis pak Renggo terkadang cepat terkadang perlahan. Saat ayunan penis pak Renggo dibuat perlahan dan lembut Mufidah mengerang …mengejang dan meracau… “Ooooh…enak…enaaaak pak, terus paaaak saya suka dientot sama kontol besaaaaaar paaaaak” Dan pantat Mufidah bergoyang erotis mengikuti irama ayunan hujaman penis pak Renggo, tubuhnya menggeletar dan rasa sakit rambutnya yang dijambak oleh pak Renggo bercampur dengan rasa nikmat…wajah Mufidah menengadah kelangit langit kamar dengan kedua matanya terpejam….menikmati gesekan penis pak Renggo bagaikan gelombang disamudera. ” Ayooo bu goyang terus !…. Ayo sayangku yang binal goyang terus, teruuuuus,dan buah pantat Mufidah dipukuli oleh telapak tangan kasar pak Renggo, rasa sakit bercampur nikmat itu membuat gairah Mufidah semakin menggebu bagai orang kesurupan Mufidah menggoyangkan pinggulnya mengikuti irama tusukan penis pak Renggo.

    Cerita Sex Tetangga Tangan kekar pak Renggo tak pernah diam dan dengan gemas diremasnya kedua payudara Mufidah dengan kasar serta ayunan penisnya semakin liar dan cepat, dengan nafas memburu pak Renggo menghujamkan penis besarnya keluar masuk…Mufidah mengerang histeris bagai orang gila, tubuh Mufidah ikut berguncang guncang akibat hentakan penis pak Renggo yang menyetubuhinya dari arah belakang…..”Aaaaaapuuuuuun pak…Oooooh…”. Mufidah melolong panjang dengan tubuh berkelojotan, sambil mendekap dan meremas payudara Mufidah…lalu pak Renggo membisikan sesuatu pada ibu muda itu…. “ Ibu suka ya kalau saya entotin….Ayoo bilang bu….” “Yaaaa paak…teruuuus…enaaak pak”. “ Nah…artinya ibu sudah jadi isteri yang jalang yang suka ngentot”. Ayoo jawab….manisku….” karena didera oleh rasa akan mencapai puncak kenikmatan, Mufidah menjawab sambil merengek….”Oooooh pak….terus pak….setubuhi saya sesukamu…Aaaaah Ouuuuhggg…saya suka dientot sama bapak”.Tiba tiba dengan kuat dan kasar pak Renggo menghujamkan penis besarnya kembali hingga membuat Mufidah menjerit histeris…..”Ouuuuggh……Ampuuuuuuun saya sampai paaaak….enaaaaak pak….teruuuuus pak entot yang kuat”. Dan tubuh Mufidah menggelosor ambruk ketempat tidur, sementara penis besar pak Renggo masih mengobok obok didalam vaginanya hingga menyentuh dasar rahimnya, sukma Mufidah serasa terbang keawang awang dengan biji mata mendelik dan tubuh berkelojotan Mufidah meresapi puncak kenikmatannya yang sempurna.Pak Renggo lalu mencabut penisnya dan mengangkat tubuh Mufidah agar duduk bersimpuh, penis besar itu kemudian disorongkan kewajah Mufidah…”Ayooo kekasihku…..cepat hisap dan jilati dengan lidahmu”…saya mau ibu dapat merasakan manisnya madu batang kejantananku….dan dengan patuhnya Mufidah melaksanakan perintah pak Renggo…dikocoknya penis berurat itu seraya memasukan kedalam rongga mulutnya keluar masuk…..tubuh Mufidah serasa bergetar ketika sensasi rasa hangat penis pak Renggo berdenyut denyut ditenggorokannya dan liang vagina Mufidah ikut berdenyut.

    Cerita Sex Tetangga “Ouuughhh teruuus bu….rupanya ibu suka juga mengulum penis…” baru tahu rasanya yaaaa bu. He heeee enak juga mulut mungil ibu…saya entot”, “Agggghuuup…..terusin bu…terusss jilat….Ooooooh sebentar lagi madunya keluar” dan tubuh pak Renggo mulai berkejat kejat menahan ejakulasinya yang diambang pintu, dengan kuat kepala Mufidah dipegang oleh pak Renggo sambil kian membenamkan keselangkangannya, biji mata pak Renggo terbeliak keatas dan kakinya bergetar hebat saat lahar panasnya menyembur kedalam tenggorokan Mufidah….dan cairan kental itu sampai meleleh keluar lewat celah bibir mungil Mufidah….”Ayooo bu.. telan semua air pejuhku” Mufidah sampai tersedak…ia rasakan air hangat kental itu kian banyak dalam mulutnya, rasanya seperti putih telur ayam, Mufidah baru tahu bahwa menjilati penis lelaki termasuk kenikmatan yang menggairahkan simpul syarafnya…..dan pengalaman ini hanya Mufidah dapatkan dari pak Renggo yang sangat perkasa diatas ranjang…bermacam posisi bersetubuh telah dipraktekan oleh pak Renggo situkang kebun hingga membuat Mufidah semakin mesra dan manja pada lelaki tua itu….dan dengan rakusnya Mufidah terus menjilati sisa sisa air maninya pak Renggo hingga kering, dan batang hitam itu digesek gesekan oleh pak Renggo pada pipi dan hidung mancung Mufidah, penis itu serasa hangat dan dengan lembutnya Mufidah mengelus ngelus batang kejantanan yang telah memuaskan dahaganya. Dan tiada bosannya Mufidah memandangi penis itu dengan rasa kagum, penis besar panjang yang telah memberikan sejuta kenikmatan untuknya, pak Renggo terus menyetubuhi Mufidah dengan posisi tidur miring, penis besarnya menghujam vagina Mufidah dari arah belakang, tangan kekar pak Renggo selalu meremas remas payudara montok milik Mufidah…Ibu muda itu mengerang manja ketika pak Renggo menjilati belakang telinganya seraya berbisik….”Ooooh saya suka ngentotin ibu…memek ibu enaaaaak teuuunan”, Mufidahpun ikut meracau nikmat “Ouuugggh paaaak setubuhilah saya….entot yang kuat….semprotkan pejuh bapak ke memek sayaaa…ampuuuuun enaaaak”. “ Ooooughhhhh, baik….kekasihku yang jalang…. akan kutaburkan benihku agar kau hamil”, Ibu…mau kalau saya hamili ?, Yaaa paaak setubuhilah saya sampai hamil “.

    Keduanya bersetubuh hingga pagi disaat mas Syamsul sedang ke Jakarta mengurus pekerjaannya, keduanya bagaikan sepasang suami isteri yang sedang berbulan madu hingga Mufidah tertidur pulas dalam dekapan hangat pak Renggo situkang kebun. Selama dua minggu Syamsul berada di Jakarta, selama dua minggu itu pula Mufidah menuntaskan nafsu birahinya kepada pak Renggo. Ibu muda yang selalu berjilbab dan berbaju panjang bila keluar rumah, kini terbuai oleh kejantanan pak Renggo saat berada diranjang. Mufidah tak menghiraukan lagi siapa dirinya, seorang wanita terhormat dari kalangan ningrat dengan latar belakang pendidikan sarjana ekonomi yang telah jatuh kedalam pelukan tukang kebunnya karena didera oleh nafsu birahi, Mufidah mengalami kelainan seks akibat dari perkosaan Hendri sahabat suaminya waktu tinggal di Jakarta dulu. Pak Renggo yang telah berumur 65 tahun telah menjadi kekasih gelapnya disebuah pulau terpencil, dimana sang suami tercintanya ditugaskan oleh pimpinan perusahaannya dipulau terasing itu. Siang hari itu Mufidah sedang mendesah nikmat saat disetubuhi oleh lelaki tua itu dipekarangan belakang rumah, ketika melihat Mufidah pulang dari pasar dengan memakai baju biru panjang dan berjilbab merah membuat darah tua pak Renggo menggelegak naik keubun ubun, kala itu pak Renggo sedang membersihkan rumput dibelakang rumah dinas yang ditempati oleh Mufidah dan suaminya, dan suasana didesa terpencil itu amat sunyi dan jarak rumah dengan rumah yang lainnya sangat berjauhan, itu yang membuat pak Renggo berani menyetubuhi Mufidah dipekarangan belakang rumah dialam terbuka, hanya dengan mengangkat naik pakaian bawah ibu muda itu keatas pinggangnya, pak Renggo menghujamkan penis besarnya kedalam vagina Mufidah dari arah belakang, dan kedua tangan Mufidah bertumpu pada sebatang pohon nangka yang rindang.

    Pemandangan melihat wajah Mufidah meringis mengerang nikmat semakin membuat pak Renggo bernafsu, ibu muda itu disetubuhi oleh pak Renggo masih dengan memakai jilbabnya, sensasi nikmat pak Renggo ingin menyetubuhi Mufidah dengan berjilbab terlaksana sudah….dan pantat gempal Mufidah bergoyang erotis mengikuti irama hujaman penis berurat pak Renggo…..”Uuuuuughhh pak….enaaaak….terus paaaak setubuhi aku dengan kuat….ampuuuun”. Bau keringat pak Renggo yang sengit merangsang syaraf kewanitaan Mufidah, keringat sengit lelaki jantan seperti pak Renggo sungguh menggairahkan nafsu birahinya, tubuh kekar berotot lelaki tua itu begitu mengagumkan sekali saat Mufidah menoleh kebelakang ketika pak Renggo dengan buas menghujami penis besar kedalam vaginanya yang berkedut kedut. Dengan dahi berkerut dan keringat membasahi tubuh telanjangnya, pak Renggo nampak perkasa dalam pandangan Mufidah….”Ooooh enaak teunan memekmu sayang…..memek ibu legit dan sempit”… bisik pak Renggo sambil meremas payudara Mufidah. “Ayooo bilang bu….mana yang besar penisku sama punya suamimu…mana yang enak…ngentot denganku apa dengan pak Syamsul….”Ayoooo jawab lonteku yang jalang”. Racauan pak Renggo kian membuat Mufidah terangsang…..”Ouuuugghhhhh…….Besarnya kontol ini…..Ouuuhh pak ….enaaaaak dientot sama penismu… ampuuuuuun…….tolong, teruuuuus yang kuat masukin penis besarmu…aku suka disetubuhi sama bapaaaaaaaak…Oooooooooh yiaaa…ampun pak.

    Tubuh Mufidah akhirnya berkejat kejat dengan biji mata mendelik keatas dan cengkramannya pada pohon nangka itu semakin kuat saat orgasme menghantam puncak birahinya, dan semburan lahar panas pak Renggo dirasakan Mufidah menghentak sampai keubun ubunnya, lahar panas kental pak Renggo menyembur dengan deras kedasar rahim vaginanya, memek Mufidah berdenyut denyut mencengkram memeras batang penis pak Renggo yang juga berkedut kedut, tubuh pak Renggo menggeletar saat semburan lahar panasnya meledak didasar lembah ibu muda itu, dicengkramnya dengan kuat kuat pantat Mufidah yang bahenol ketika pak Renggo berejakulasi dengan meraung bagaikan seekor serigala liar…”Aaaaaagghhhhh….Houuupsssss…Ooooh Looontee manis enaaaak teunan tempik sempitmu,” dan remasan pada payudara Mufidah semakin kuat hingga membuat tubuh Mufidah ikut mengejang disertai raungan nikmatnya…..”Ooooooh enak enaaaak pak…kontolmu enaaaak….terus terus pak…setubuhilah lontemu.”Mufidah benar benar menikmati sensasi aneh yang menjalari seluruh simpul syarafnya saat disetubuhi oleh pak Renggo dipekarangan belakang rumah, pengalaman pertama disetubuhi oleh lelaki tua dialam terbuka membuat degup jantung Mufidah kian berdebar kencang antara takut dilihat orang bercampur dengan nikmat yang memburu, Mufidah merengek manja minta untuk segera dituntaskan gairah syahwatnya oleh pak Renggo, “Oooooh pak…setubuhilah akuuu…cepaaat paaak..berilah aku..kepuasaaaan pak Renggoooo”.

    Lelaki tua itu sudah sangat paham dengan Susana ditempat terpencil itu, bahwa amat jarang orang yang akan berlalu lalu lalang disekitar rumah dinas itu, maka dibiarkannya Mufidah mengerang histeris…” Ayooo bu…mengeranglah….suara jeritanmu sangat indah…”Ayoo lonte manis..goyangin terus pantat bahenolmu”, Tubuh Mufidah menggeletar berkejat kejat mencapai puncak nikmatnya bersamaan dengan menyemburnya lahar panas pak Renggo, dan tubuh keduanya menggelosor jatuh kerumput hijau bersimbah keringat syahwat. Penduduk dipulau itu sudah tahu betul siapa pak Renggo yang sebenarnya, pak Renggo adalah bekas seorang narapidana yang semasa mudanya adalah seorang gembong perampok yang amat ditakuti, namun semenjak ia bebas dari penjara, pak Renggo pergi merantau ke Sumatera dan terdampar dipulau terpencil ini.

    Cerita Sex Tetangga Pak Renggo mulai merubah cara jalan hidupnya dengan berkebun dipulau kecil itu, lelaki tua itu tak mau lagi terjun kedunia hitam karena merasa dirinya sudah tua, apalagi kini statusnya adalah seorang duda tanpa anak yang ditinggal mati oleh isteri tercintanya, sudah tujuh tahun lamanya pak Renggo tak pernah merasakan kehangatan tubuh seorang perempuan, saat ia ditawarkan oleh pak Syamsul untuk menjadi tukang kebunnya merangkap penjaga rumah, dirumah itulah pak Renggo dapat melihat kemolekan tubuh serta kecantikan seorang wanita yang bernama Mufidah isterinya pak Syamsul. Awal mulanya Mufidah begitu sangat takut melihat pak Renggo, karena wajah lelaki tua itu begitu seram dan sangar dalam pandangan Mufidah, dengan wajah penuh dihiasi dengan berewok dan dadanya berbulu, pak Renggo nampak seperti seekor Kingkong dengan tubuhnya yang tinggi besar dan kekar berotot, pengalaman kekerasan hidup telah menjadikan pak Renggo nampak menyeramkan. Namun karena pak Renggo sangat rajin dan pandai menempatkan diri dihadapan pasangan suami isteri terpelajar itu, lama kelamaan rasa takut Mufidah hilang dengan sendirinya, bahkan kini sebaliknya Mufidah begitu mengagumi keperkasaan pak Renggo ditempat tidur.

    Karena memang awalnya pak Renggo bekas seorang lelaki dari dunia hitam, dan tentu tidak semua sifatnya bisa berubah total seperti yang diharapkan olehnya. Masih ada saja sifat liarnya ketika suatu malam pak Renggo yang sedang meronda mengeliling sekitar rumah dinas itu, tanpa sengaja pak Renggo mendengar desahan seorang wanita yang sedang bercinta, dan pak Renggo tahu bahwa suara itu datangnya dari kamar pak Syamsul, maka dengan rasa penasaran pak Renggo coba mengintip dari celah jendela dan dengan keahliannya sebagai bekas gembong penjahat maka dengan amat mudah pak Renggo membuat daun jendela itu terkuak tanpa bersuara, dengan jantung berdegup kencang serta jakun naik turun pak Renggo menyaksikan pak Syamsul yang sedang menyetubuhi isterinya, dan pemandangan itu sangat jelas sekali karena sewaktu pasangan suami isteri itu bersetubuh tanpa memadamkan lampu diruang kamarnya, saat itu Syamsul dengan bernafsunya sedang menggumuli isterinya yang cantik itu, namun hanya dalam beberapa kali genjotan Pak Syamsul sudah memuntahkan lahar panasnya kedalam memek isterinya, dan nampak dari kerutan wajah ibu muda itu penuh dengan kekecewaan karena tak mendapatkan puncak kenikmatan sementara sang suami cepat berejakulasi dalam tempo waktu hanya satu menit, Syamsul langsung tertidur pulas setelah melepaskan hajatnya, sementara isterinya masih dengan tubuh telanjangnya coba meraih kenikimatan dengan cara bermasturbasi, dengan tangan kanan meremas remas payudaranya sendiri dan tangannya yang satu mengutil ngutil klitorisnya, pemandangan itu telah membuat nafsu birahi pak Renggo menggelegak dan pak Renggo kembali kekamarnya dengan sempoyongan, dan dikamarnya yang sempit itu pak Renggo melakukan onani sambil membayangkan wajah Mufidah yang cantik bertubuh montok, perbuatan mengintip pasangan suami isteri yang sedang bersetubuh itu kerap dilakukan oleh pak Renggo yang diakhiri dengan beronani dan lelaki tua itu terus berkhayal setiap malam.

    Payudara Mufidah yang indah dan kenyal serta lekuk tubuh moleknya adalah sebagai obyek khayalan pak Renggo saat beronani. Hingga pada suatu saat pak Renggo berhasil mempertontonkan penis beruratnya dengan berpura pura kencing dan batang kemaluannya diacungkan kearah jendela dimana saat itu Mufidah melihat dari balik jendela yang berkaca hitam, tubuh Mufidah bergetar dan ibu muda itu terhipnotis saat melihat penis berurat pak Renggo situkang kebun. Sejak saat itu Mufidah yang berdarah ningrat telah terseret pada pusaran badai birahinya pak Renggo, dan Mufidah yang berjilbab itu selalu merengek rengek minta disetubuhi terus menerus oleh Lelaki tua bernama Reggo Waskito. Dan Mufidah selalu rajin minum pil anti hamil demi untuk mendapatkan kenikmatan badai birahi, meski saat disetubuhi oleh pak Renggo ibu muda itu meracau dan merengek manja minta dibuat menjadi hamil. Racauan kata kata kotor pak Renggo dan racauan Mufidah saat didera kenikmatan adalah bumbu fantasi diatas ranjang birahi mereka. Mufidah tidak merasa canggung lagi bila disetubuhi pak Renggo disembarang tempat, dan untuk mendapatkan sensasi kenikmatan terkadang keduanya bersetubuh dipinggiran sungai dibalik bebatuan besar yang mana air sungai mengalir yang bergemuruh indah bagaikan nyanyian alam, kesanalah pak Renggo sering membawa Mufidah untuk melakukan persetubuhan, dan ibu muda itu selalu menurut saja dengan ajakan pak Renggo untuk mandi disungai yang sunyi itu, keduanya saling melumat sama mendesah didalam air yang bening, tubuh indah ibu muda itu kian menggairahkan dalam pandangan pak Renggo, geliat erotis Mufidah begitu mempesona saat orgasme, wajah ibu muda itu semakin nampak cantik ketika ia menggapai puncak birahinya.

    Hentakan serta hujaman penis pak Renggo tak henti hentinya mengisi liang vagina sempit isteri pak Syamsul yang kian jalang itu. Dan pak Renggo pun kian mengagumi kecantikan dan tubuh molek Mufidah yang membuat pak Renggo tiada bosan bosannya untuk menyetubuhi perempuan yang haus birahi itu hingga berkelojotan dialiran sungai yang bercampur dengan semburan lahar panas pejuh Renggo Waskito dan Mufidah pun mengerang histeris dengan sukmanya serasa terbang kelangit tinggi.

    S E K I A N.

  • Cerita Sek Janda Kembang Yang Suka Ngulum Kontol

    Cerita Sek Janda Kembang Yang Suka Ngulum Kontol


    2156 views

    Perawanku – Peristiwa itu bermula ketika aku berkeinginan untuk mencari tempat koskosan di Surabaya Pada saat itu, pencarian tempat kostkostan ternyata membuahkan hasil. Setelah aku menetap di tempat kost kostan yang baru, aku berkenalan dengan seorang wanita, sebut saja namanya Via.

    Umur Via saat itu baru menginjak 30 tahun dengan status janda Tionghoa beranak satu. Perkenalanku semakin berlanjut. Pada saat itu, aku baru saja habis mandi sore. Aku melihat Via sedang dudukduduk di kamarnya sambil nonton TV. Kebetulan, kamarku dan kamarnya bersebelahan.

    Sehingga memudahkanku untuk mengetahui apa yang diperbuatnya di kamarnya. Dengan hanya mengenakan handuk, aku mencoba menggoda Via.

    Dengan terkejut ia lalu meladeni olokolokanku. Aku semakin berani mengolokoloknya. Akhirnya ia mengejarku. Aku purapura berusaha mengelak dan mencoba masuk ke kamarku.

    Eh.. ternyata dia tidak menghentikan niatnya untuk memukulku dan ikut masuk ke kamarku.

    Awas kamu.. entar kuperkosa baru tahu.. gertaknya.
    Coba kalau berani.. tantangku penuh harap.  Agen Obat Kuat Pasutri

    Aku menatap matanya, kulihat, ada kerinduan yang selama ini terpendam, oleh jamahan seorang lelaki.

    Kemudian,tanpa dikomando ia menutup kamarku. Aku yang sebenarnya juga menahan gairah tidak membuangbuang kesempatan itu. Aku meraih tangannya, Via tidak menolak.

    Kemudian kami samasama berpagutan bibir. Ternyata, wanita cantik ini sangat agresif.Belum lagi aku mampu berbuat lebih banyak, ternyata ia menyambar handuk yang kukenakan.

    Ia terkejut ketika melihat kejantananku sudah setengah berdiri. Tanpa basabasi, ia menyambar kejantananku serta meremasremasnya.

    Oh.. enaaakkkk.. terssussh.. desahanku ternyata mengundang gairahnya untuk berbuat lebih jauh.

    Tibatiba ia berjongkok, serta melumat kepala kontolku.

    Cerita Sek Janda Kembang Yang Suka Ngulum Kontol

    Cerita Sek Janda Kembang Yang Suka Ngulum Kontol

    Uf.. Sshhhh.. Auuhhhh.. Nikmmaat..Ia sangat mahir seperti tidak memberikan kesempatan kepada untuk berbuat tanya.

    Dengan semangat, ia terus mengulum dan mengocok kontolku. Aku terus dibuai dengan sejuta kenikmatan. Sambil terus mengocok, mulutnya terus melumat dan memajumundurkan kepalanya.

    Oh.. aduhh.. teriakku kenikmatan.

    Akhirnya hampir 10 menit aku merasakan ada sesuatu yang mendesak hendak keluar dari kontolku.

    Oh.. tahann.. sshhhhh. Uh.. aku mau kkeluaar.. Oh..

    Dengan seketika muncratlah air maniku ke dalam mulutnya. Sambil terus mencok dan mengulum kepala kontolku, Via berusaha membersihkan segala mani yang masih tersisa. Aku merasakan nikmat yang luar biasa.

    Via tersenyum. Lalu aku mencium bibirnya. Kami berciuman kembali. Lidahnya terus dimasukkan ke dalam mulutku. Aku sambut dengan mengulum dan menghisap lidahnya. Perlahanlahan kejantananku bangkit kembali.

    Kemudian, tanpa kuminta, Via melepaskan seluruh pakaiannya termasuk bra dan CDnya. Mataku tak berkedip. Buah dadanya yang montok berwarna putih mulus dengan puting yang kemerahan terasa menantang untuk kulumat. Kuremasremas lembut payudaranya yang semakin bengkak.

    Ouuuhh.. Teruss Rik.. Terusssss.. desahnya.

    Kuhisaphisap pentilnya yang mengeras, semnetara tangan kiriku menelusuri pangkal pahanya. Akhirnya aku berhasil meraih belahan yang berada di celahcelah pahanya. Tanganku mengesek geseknya.

    Desahan kenikmatan semakin melenguh dari mulutnya. Kemudian ciumanku beralih ke perut dan terus ke bawah pusar. Aku membaringkan tubuhnya ke kasur. Tanpa dikomando, kusibakkan pahanya. Aku melihat vaginanya berwarna merah muda dengan rumputhitam yang tidak begitu tebal. Dengan penuh nafsu, aku menciumi memeknya dan kujilati seluruh bibir kemaluannya.

    Oh.. teruss.. Rik.. Aduhh.. Nikmat..

    Aku terus mempermainkan klitorisnya yang lumayan besar. Seperti orang yang sedang mengecup bibir, bibirku merapat dibelahan vaginanya dan kumainkan lidahku yang terus berputarputar di kelentitnya seperti ular cobra.

    Rik.. oh.. teruss sayangg.. Oh.. Hhh.

    Desis kenikmatan yang keluar dari mulutnya, semakin membuatku bersemangat. Kusibakkan bibir kemaluannya tanpa menghentikkan lidah dan sedotanku beraksi.

    Srucuupsrucuup.. oh.. Nikmat.. Teruss.. Teruss..

    teriakannya semakin merintih. Tibatiba ia menekankan kepalaku ke memeknya, kuhisap kuat lubang memeknya. Ia mengangkat pinggul, cairan lendir yang keluar dari memeknya semakin banyak.

    Aduhh.. Akku.. keluuaarr.. Oh.. Oh.. Croot.. Croot.

    Ternyata Via mengalami orgasme yang dahsyat. Sebagaimana yang ia lakukan kepadaku, aku juga tidak menghentikan hisapan serta jilatan lidahku dari memeknya.

    Cerita Mesum Janda Cina

    Aku menelan semua cairan yang kelyuar dari memeknya. Terasa sedikit asin tapi nikmat. Via masih menikmati orgasmenya, dengan spontan, aku memasukkan kontolku ke dalam memeknya yang basah. Bless..

    Oh.. enakk..

    Tanpa mengalami hambatan, kontolku terus menerjang ke dalam lembutnya vagina Via.

    Oh.. Viaa.. sayang.. enakk.

    Batang kontolku sepeti dipilinpilin. Via yang mulai bergairah kembali terus menggoyangkan pinggulnya.

    Oh.. Rik.. Terus.. Sayang.. Mmhhss..

    Kontolku kuhujamkan lagi lebih dalam. Sekitar 15 menit aku menindih Via.. Lalu ia meminta agar aku berada di bawah.

    Kamu di bawah ya, sayang.. bisiknya penuh nikmat.

    Aku hanya pasrah. Tanpa melepaskan hujaman kontolku dari memeknya, kami merobah posisi. Dengan semangat menggelora, kontolku terus digoyangnya.

    Cerita Ngentot Janda Cina

    Via dengan hentakan pinggulnya yang maju mundur semakin menenggelamkan kontolku ke liang memeknya.

    Oh.. Remas dadaku.. Sayaangg. Terus.. Oh.. Au.. Sayang enakk..

    erangan kenikmatan terus memancar dari mulutnya.

    Oh.. Via.. terus goyang sayang.. teriakku memancing nafsunya.

    Benar saja. Kirakira 15 menit kemudian goyang pinggulnya semakin dipercepat. Sembari pinggulnya bergoyang, tangannya menekan kuat ke arah dadaku. Aku mengimbanginya dengan menaikkan pinggulku agar kontolku menghujam lebih dalam.

    Erikkkk.. Ah.. aku.. Keluuaarr, sayang.. Oh..

    Ternyata Via telah mencapai orgasme yang kedua. Aku semakin mencoba mengayuh kembali lebih cepat. Karena sepertinya otot kemaluanku sudah dijalari rasa nikmat ingin menyemburkan sperma.

    Kemudian aku membalikkan tubuh Via, sehingga posisinya di bawah. Aku menganjal pinggulnya dengan bantal. Aku memutarmutarkan pinggulku seperti irama goyang dangdut.

    Oh.. Via.. Nikmatnya.. Aku keluuarr.. Creett.. Creett.. Tttcreett.

    Aku tidak kuat lagi mempertahankan sepermaku.. Dan langsung saja memenuhi liang vagina Via.

    Oh.. Rik.. kau begitu perkasa.

    Telah lama aku menantikan hal ini. Ujarnya sembari tangannya terus mengelus punggungku yang masih merasakan kenikmatan karena, Via memainkan otot kemaluannya untuk meremasremas kontolku.

    Kemudian, tanpa kukomando, Via berusaha mencabut kontolku yang tampak mengkilat karena cairan spermaku dan cairan memeknya.

    Cerita sex, Cerita Dewasa, cerita mesum

    Dengan posisi 69, kemudian ia meneduhi aku dan langsung mulutnya bergerak ke kepala kontolku yang sudah mulai layu. Aku memandangi lobang memeknya. Via terus mengulum dan memainkan lidahnya di leher dan kepala kontolku. Tangan kanannya terus mengocokngocok batang kontolku. Sesekali ia menghisap dengan keras lobang kontolku. Aku merasa nikmat dan geli.

    Ohh.. Via.. Geli.. desahku lirih.

    Namun Via tidak peduli. Ia terus mengecup, mengulum dan mengocok ngocok kontolku. Aku tidak tinggal diam, cairan rangsangan yang keluar dari vagina Via membuatku bergairah kembali. Aku kemudian mengecup dan menjilati lobang memeknya. Kelentitnya yang berada di sebelah atas tidak pernah aku lepaskan dari jilatan lidahku.

    Aku menempelkan bibirku dikelentit itu.

    Oh.. Rik.. nikmat.. ya.. Oh.. desisnya.

    Via menghentikan sejenak aksinya karena tidak kuat menahan kenikmatan yang kuberikan.

    Oh.. Terus.. Sss. desahnya sembari kepalanya berdiri tegak.

    Kini mememeknya memenuhi mulutku. Ia menggerakgerakkan pinggulnya.

    Ohh.. Yaahh. Teruss.. Oh.. Ooohh aku menyedot kuat lobang vaginanya.

    Rik.. Akukk ohh.. Keluuaarrrrr.. Ssshhhhssss.. Ia menghentikan gerakannya, tapi aku terus menyedotnyedot lobang memeknya dan hampir senmua cairan yang keuar masuk kemulutku.

    Kemudian dengan sisasisa tenaganya, kontolku kembali menjadi sasaran mulutnya. Aku sangat suka sekali dan menikmatinya. Kuakui, Via merupakan wanita yang sangat pintar membahagiakan pasangannya.

    Cerita sex, Cerita Dewasa, cerita mesum

    Via terus menghisap dan menyedoti kontolku sembari mengocokngocoknya. Aku merasakan nikmat yang tiada tara.

    Oh.. Via.. Teruss.. Teruss.. rintihku menahan sejuta kenikmatan.

    Via terus mempercepat gerakan kepalanya.

    Au.. Via.. Aku.. Keluuarr.. Oh.. Croott.. Croott.. Croot.. Maniku tumpah ke dalam mulutnya.

    Sementara Via seakan tidak merelakan setetespun air maniku meleleh keluar.

    Terimakasih sayang.. ucapku.. Aku merasa puas.. Ia mengecup bibirku.

    Rik.. mungkinkah selamanya kita bisa seperti ini. Aku sangat puas dengan pelayananmu. Aku tidak ingin perbuatan ini kau lakukan dengan wanita lain. Aku sangat puas. Biarlah aku saja yang menerima kepuasan ini.

    Aku hanya terdiam. Sejak saat itu, aku sering meniduri di kamarnya, selalu dalam keadaan telanjang bulat, terkadang dia juga tidur di dalam kamar kostku, tentu saja dengan mengendapendap. Terkadang, kami tidur saling tumpang tindih, membentuk posisi 69, aku tertidur dengan menghirup aroma segar kemaluannya, sedangkan Via mengulum penisku.

    Di kala pagi, penisku selalu ereksi, diemutemutnya penisku yang ereksi itu, sementara aku dengan cueknya tetap tidur sambil menikmati oralnya, terkadang aku jilat kemaluannya karena gemas.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

     

  • Cerita Sex Tubuh Lenny dipaksa Memuaskan Nafsu

    Cerita Sex Tubuh Lenny dipaksa Memuaskan Nafsu


    819 views

    Perawanku – Cerita Sex Tubuh Lenny dipaksa Memuaskan Nafsu, Setelah suaminya memberi tawaran kepada bos piyu untuk bertemu dengan istrinya untuk beberapa minggu menyuruh bos piyu untuk bisa menikmati tubuh istrinya, bos piyu sangat mengagumi akan lubang memek lenny, penis bos piyu sering di jepit oleh memek yang masih sempit.

    Lenny pun tak masalah akan kedatangan tamu dari bos piyu dengan senang hati kalau bos piyu mau memakai memeknya dengan senang hati lenny mempersilahkan, entah itu ada andri suaminya maupun tidak.

    Bos Piyu kembali datang mengunjungi Lenny. Setelah dipersilakan masuk ke ruang tamu & berbasa-basi sebentar, Bos Piyu kembali mengutarakan maksud kedatangannya yang tak lain tak bukan adalah membenamkan penisnya dalam-dalam ke vagina Lenny & memenuhi rahim Lenny dengan air maninya.

    Demi kelangsungan usaha suaminya, & tentunya kepuasan dirinya sendiri, Lenny pun tak pernah menolak. Tanpa membuang banyak waktu, Bos Piyu pun langsung melucuti pakaian Lenny & pakaiannya sendiri sehingga kedua manusia berlainan jenis itu pun kembali seperti keadaan ketika mereka dilahirkan: tanpa sehelai benang pun di tubuh mereka. Kini mereka berdua berdiri telanjang di tengah ruang tamu, siap untuk mengarungi bahtera syahwat.

    Sebagai pemanasa, Bos Piyu meremas kedua payudara Lenny sambil mengulum & menghisap putingnya. Lenny pun merespon perlakuan Bos Piyu dengan belaian-belaian lembut pada tubuh telanjang Bos Piyu sambil mengeluarkan desahan-desahan kenikmatan. Puas bermain-main dengan kedua buah dada Lenny, Bos Piyu merebahkan Lenny di atas sofa.

    Bos Piyu menciumi tubuh Lenny mulai dari leher lalu turun ke dada, perut & akhirnya singgah di selangkangan Lenny. Lidah & bibir Bos Piyu dengan lincah menari-nari di antara lipatan bibir vagina Lenny & sesekali Bos Piyu mengulum & menghisap-hisap itil Lenny yang telah mengeras.

    Lenny menggelinjang hebat sambil membuka pahanya lebar-lebar supaya Bos Piyu bisa leluasa merambah setiap sudut vaginanya. Tanpa sadar, desahan kenikmatan yang keluar dari mulut Lenny semakin lama semakin nyaring, seiring dengan meningkatnya kenikmatan yang dirasakan Lenny.

    Setelah yakin vagina Lenny siap untuk menerima kunjungan penisnya, Bos Piyu pun bersiap-siap dengan mengambil posisi di atas tubuh Lenny. Penis yang telah sangat keras itu pun dengan mudah menyeruak masuk ke dalam vagina Lenny. Lenguhan panjang keluar dari mulut Lenny begitu penis Bos Piyu terbenam seluruhnya di dalam tubuhnya.

    Sejenak mereka menikmati menyatunya tubuh mereka. Bos Piyu menatap mata yang sendu Lenny sambil tersenyum yang juga dibalas dengan senyuman oleh Lenny. Bos Piyu pun mengecup bibir Lenny dengan lembut.

    Bos Piyu & Lenny pun mulai mengayuh dayung-dayung birahi mereka mengarungi dahsyatnya samudera syahwat. Penis Bos Piyu bergerak keluar masuk vagina Lenny dalam tempo sedang. Setiap kali Bos Piyu mendorong penisnya masuk, Lenny menyambutnya dengan mengerakkan pinggulnya.

    Semakin lama gerakan pinggul Bos Piyu semakin cepat & desahan yang keluar dari mulut mereka pun semakin nyaring memenuhi ruang tamu, diseling suara tumbukan paha mereka & suara kecipak yang timbul karena pergesekan alat kelamin mereka. Mereka terus bergerak semakin cepat seiring dengan semakin dekatnya puncak kenikmatan.

    Beberapa saat kemudian tubuh mereka pun mengejang. Lenny memeluk erat tubuh Bos Piyu sambil mendesah keras sementara Bos Piyu menekan penisnya supaya melesak sedalam-dalamnya ke vagina Lenny.

    Cairan kental pun menyembur dari penis Bos Piyu yang disambut oleh semburan cairan dari dalam vagina Lenny. Mereka pun terkulai lemah sambil terus berpelukan di atas sofa, menikmati sisa-sisa dahsyatnya orgasme yang baru melanda mereka.

    Tiba-tiba dari arah pintu depan ada seseorang berkata, “Baguuuusss … Jadi begini kelakuan kalian, ya?”
    Suara itu adalah suara ketua RT yang rupanya telah lama berdiri di sana tanpa disadari oleh Bos Piyu & Lenny.

    Di belakangnya ada tiga orang Hansip berdiri tegak sambil tersenyum lebar memandangi tubuh telanjang Lenny. Bos Piyu & Lenny pun cepat-cepat bangkit dari sofa & berusaha secepatnya mengambil & memakai baju mereka.

    Setelah kedua manusia yang baru saja bersetubuh itu menutup tubuh mereka seadanya dengan baju, pak ketua RT duduk di salah satu sudut sofa sementara ketiga Hansip itu berdiri tak jauh dari dia.

    Kau tau, Nah … Karena kelakuan kau ini, saya bisa saja meminta kau & keluarga kau pergi dari kampung ini,” kata pak ketua RT sambil menyulut rokok.

    Jangan, pak … Jangan usir saya dari kampung ini. Ini tempat usaha suami saya,” kata Lenny dengan mata yang berkaca-kaca.

    Ya, pak … Tolong lah, pak … Saya siap membayar kalau memang bapak mau uang, tapi jangan usir Lenny & Adri,” timpal Bos Piyu.

    Gimana Gun, Man, Sep? Bos ini mau kasih uang suap, kalian mau, gak?” Tanya pak ketua RT kepada ketiga anggota Hansip di sebelahnya. Ketiga Hansip itu hanya nyengir sambil manggut-mangut. Mata mereka gak lepas dari tubuh Lenny yang hanya ditutup daster sekenanya.

    Oke, kami mau berdamai. Bos siapin aja duitnya. Hansip-hansip ini cukup 1 juta seorang, saya minta 2 juta. Muarh kan?” kata pak ketua RT sambil tersenyum lebar.

    Baik, pak … Semua jadi 5 juta, saya siapin segera pak …” kata Bos Piyu.

    Tapi itu baru dari situ, Bos … Dari Lenny belum …,” kat pak ketua RT lagi.

    Saya harus bayar berapa, pak?” tanya Lenny.

    Kau gak usah bayar pake duit, Nah … Sebagai gantinya, mulai malam ini kau harus ngelayanin kita selama seminggu di pos Hansip.

    Gimana?” jawab pak ketua RT sambil mengelus-elus selangkangannya yang telah menggembung. Ketiga Hansip itu langsung tertawa keras karena sebentar lagi mereka bisa menikmati tubuh yang dari setadi mereka pandangi itu.

    Baiklah, pak … Asal saya & keluarga saya jangan diusir dari kampung ini,” kata Lenny dengan suara bergetar. ia telah terbayang bagaimana capeknya melayani keempat orang ini setiap malam selama seminggu.

    Nah, sebagai tanda kau setuju, gimana kalo saya coba vagina kau sebentar?’ kata pak ketua RT sambil membuka celananya & mengeluarkan penisnya yang telah keras.

    Meski supaya ragu, Lenny pun bangkit & berjalan mendekati pak ketua RT. Baju yang ia gunakan untuk menutupi dada & selangkangannya tadi ia taruh di meja. Pak ketua RT meminta Lenny menungging sambil berpengangan pada sandaran sofa. Tanpa basa-basi, pak ketua RT pun melesakkan penisnya ke vagina Lenny dari belakang.

    Dengan penuh semangat ia menggenjot vagina Lenny. Gerakkannya begitu brutal. Untunglah vagina Lenny masih basah oleh sisa-sisa sperma Bos Piyu sehingga tak terlalu sakit bagi Lenny. Karena terlalu bersemangat, pak ketua RT tak bisa bertahan lama. Dua menit kemudian ia pun telah melenguh panjang sambil menyemprotkan air maninya ke punggung Lenny.

    Ahhhh … Itu baru vagina, Gun … Enak banget!” kata pak ketua RT sambil kembali memakai celananya.
    Ketiga Hansip itu hanya bisa menelan air ludah tak sabar menunggu sampai malam datang.

    Ada apa ini?” tiba-tiba Adri datang.

    Ah, Adri … Kami baru saja menangkap istri kau ngentot dengan laki-laki ini.” Jawab pak ketua RT.

    Tapi tadi saya liat pak ketua RT yang sedang ngentot sama istri saya,” kata Adri bingung.

    Itu hasil kesepakatan, Adri .. Kami tak akan melaporkan hal ini kepada warga asalkan Bos Piyu mau membayar kami & Lenny melayani kami selama seminggu. Itu tadi tanda persetujuan Lenny bahwa ia mau saya entot selama seminggu,” kata pak ketua RT.

    Baiklah, saya pergi dulu. Jangan lupa Lenny, nanti malam saya & Hansip-hansip ini menunggu kau di pos Hansip jam 11. Hahahaha …” kata pak ketua RT sambil ngeloyor menuju pintu.

    Satu hal lagi, Lenny. Kalo sampai kau tak datang nanti malam, saya akan mengedarkan adegan kau & Bos Piyu ngentot yang sempat saya rekam di HP tadi ke semua warga,” pak ketua RT mengancam sebelum keluar pintu.

    Maafkan saya, mas … Saya gak bisa nolak …” kata Lenny kepada Adri sambil terisak.

    Adri hanya bisa terdiam. ia hanya mampu memandangi tubuh istrinya yang masih telanjang di hadapannya. Air mani pak ketua RT & Bos Piyu pelan-pelan merembes keluar dari vagina Lenny membasahi pahanya.


    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Cerita Sex Melihat Istriku Selingkuh Di Depanku

    Cerita Sex Melihat Istriku Selingkuh Di Depanku


    3879 views

    Perawanku – Cerita Sex Melihat Istriku Selingkuh Di Depanku, Namaku Iyan biasa dipanggil iyan, aku tinggal di tengah-tengah kota Jakarta, saat ini pekerjaanku adalah seorang IT pada beberapa perusahaan di Jakarta, bandung dan Semarang. Usiaku saat ini 29 tahun, karena pekerjaanku sebagai wiraswasta di luar kota Jakarta, aku sering sekali berpergian keluar kota.

    Bahkan terkadang aku hanya satu atau dua hari tinggal di rumahku di daerah Rawamangun Jakarta Timur. Istriku bernama Nur usianya 25 tahun lulusan salah satu universitas swasta di Jakarta. Alhamdulilah aku dikarunia seorang putera yang sedang lucu-lucunya bernama firman dengan usia 1,5 tahun. Ditengah kesibukanku yang teramat sangat itulah aku sering kali tidak bisa memenuhi hasrat biologis istriku.

    Sudah hamper 3 tahun aku menikahi istriku yang selalu diliputi rasa bahagia dan lumayan berkecukupan. Hari-hari kami selalu kami jalani dengan indah, aku bersyukur sekali ternyata Tuhan sangat baik padaku, sehingga aku mendapatkan istri yang benar-benar sangat sayang dan penuh pengertian. Setiap aku ingin minta berhubungan sex dengan istriku, dia tidak menolak dan bahkan selalu memberikanku kepuasan yang tidak digambarkan dengan kata-kata.

    Meskipun aku sendiri juga sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kepuasan sexual istriku. Tiap kali berhubungan aku selalu bertanya dan berdiskusi tentang permainan sex kami, sehingga kami bisa saling memahami kekurangan kami masing-masing. Bahkan setelah itu istriku biasanya meminta berhubungan sex lagi sampai berkali-kali dalam satu malam.

    Sampai pada suatu hari istriku mengeluh padaku, tentang profesiku yang selalu meningalkan rumah sampai berhari-hari. Padahal istriku ingin sekali merasakan kehangatan belaianku yang hingga akhirnya sampai berhubungan sex. Tetapi mau gimana lagi, aku tetap sulit menerima keinginannya, karena itu adalah sudah menjadi resiko tanggung jawab ku dalam profesiku ini. Aku sudah memberikan pengertian baik-baik kepada istriku, walaupun pada akhirnya istriku mengerti dengan keadaanku ini. Tetapi tetap saja aku tidak tega.

    Aku tahu pasti kalau istriku sangat setia padaku, karena istriku adalah istri yang taat pada agama. Setiap keluar rumah dia selalu menjaga pandangannya, tak lupa dia selalu mengenakan jilbabnya ketika keluar dari rumah. Banyak temanku bilang kalau istriku itu sangat cantik, tingginya 160 cm / 152 kg, kulit putih dan wajahnya seperti maudy kusnaedi, apalagi payudaranya mnotok banget dengan ukuran 36b. aku paling suka meremas dan menghisap payudaranya, tidak ada bosan-bosannya walaupun hampIr tiap hari aku meremasnya.

    Hari semakin hari, bulan semakin bulan terus berlalu, aku melihat istriku adalah type wanita yang mudah sekali terangsang dan nafsunya sulit dikendalikan bila diatas ranjang. Dia selalu sekuat tenaga melepaskan hasrat sexnya jika ku pulang kerumah, tidak siang ataupun malam, hari-hariku selalu tidak lepas dari kata sex. Aku maklumi karena aku hanya pulang satu hari dalam seminggu. Ditengah kegalauanku akupun mendiskusikan masalah ini kepada istriku. Terus terang akupun sangat kewalahan melayani nafsu sex istriku yang menurut saya sangat gila karena aku pikir aku juga ingin sekali menghabiskan satu hari ini dirumah untuk istirahat.

    Setelah aku berdikusi cukup lama dengan istriku barulah aku mengambil kesimpulan bahwa dia cukup menderita dengan kepergianku. Dia selalu melampiaskan hasrat sexualnya dengan melakukan mastrubasi dengan tangannya. Aku tidak habis pikir kenapa ini bisa terjadi, kasian sekali istriku. Tapi bagaimanapun juga istriku tidak selingkuh dengan pria manapun demi kesetiannya terhdap aku.

    Akhirnya aku memiliki ide yang cukup gila untuk menuruti keinginan istriku ini, ya memang ini cukup gila dan melanggar kaedah agama. Tetapi mau gimana lagi ini sudah menjadi kesimpulanku untuk mengakhiri penderitaan istriku. Aku mencoba merayu istriku agar melampiaskan sexnya kepada orang lain yang bisa memuaskan dirinya selama aku tidak berada di rumah.

    Awalnya istriku menolak karena alasan agama dan memang tidak pantas dirinya dijamahi orang lain selain aku. Tetapi setelah aku memberikan pengertian dengan beberapa perjanjian-perjanjian yang harus ditepati diantara kami berdua. Sampai pada akhirnya kami menyepakati ide itu, dengan catatan istriku bisa bermain sex dengan hanya satu orang laki-laki selain diriku yang aku pilih, selain itu aku memberikan peringatan kepadanya agar jangan sekali-kali memasukkan spermanya kedalam vaginanya.

    Setelah aku pikir-pikir aku telah memilih sosok laki-laki tampan dengan usia 20 tahun bernama Irwan, dia adalah rekan kerjaku ketika kami masih bekerja diperusahaan swasta pada beberapa tahun yang lalu, dia juga sudah punya istri dan dua orang anak, kebetulan sekali saat ini masih nganggur. Langsung saja aku mengajaknya bertemu empat mata di sebuah rumah makan. Tanpa basa basi lagi aku langsung mengajaknya bekerja mulai pukul 17:00 sampai 22:00 malam. Tugasnya hanya melayani dan memenuhi hasrat sexual istriku. Tetapi sebelumnya aku ingin sekali melihat bagaimana dia melayani istriku diatas ranjang di hadapanku.

    Seminggu kemudian, setelah aku pulang dari luar kota saya dan istri saya sudah ceck in di sebuah hotel di daerah matraman Jakarta Pusat tepat pukul 17:00 BBWI. Sedangkan Anakku sudah aku titipkan ke orang tuaku, kini aku sedang menantikan kehadiran Irwan yang janjinya akan datang tepat pukul 18:00. di dalam kamar hotel tersebut, istriku kuperintahkan untuk mengenakan pakaian yang ketat dan sexy yang sengaja aku belikan dari Bandung. Jangankan irwan, aku saja yang sudah sering melihat istriku masih nafsu ketika memandang istriku berdandan seperti ini.

    Saat ini istriku mengenakan kaos putih ketat yang didalamnya hanya dibalut bra tipis, sedangkan bawahannya mengenakan rok bahan warna hitam yang panjangnya sampai selutut tapi belahannya hampir memamerkan seluruh pahanya yang putih dan mulus. Bibirnya dipoles dengan lisptik warna transparan dengan rambut panjang terurai rapi di atas bahunya. Sesaat aku melihat wajahnya begitu tegang manantikan kedatangan Irwan, sesekali aku menyentuh dadanya berdegap kencang tak karuan menantikan saat-saat yang menegangkan ini.

    Tak lama kemudian, aku mendengar suara ketukan pintu, setelah aku buka ternyata benar Irwan sudah datang. Aku persilahkan masuk dan sembari menikmati minuman dingin dan makanan kecil yang baru saja kami beli. Sebelumnya aku bertanya kepada istriku apakah istriku suka pdanya, rupanya tanpa pikir panjang dia menjawab itu adalah terserah saya, kalau saya setuju maka dia juga menuruti perintah saya. Ya pada akhirnya aku mempersilahkan Irwan mendekati istriku di ranjang yang cukup lebar dan luas ini.

    Jantungku berdebar-debar melihat istriku yang kelihatnnya tampak tegang setelah disentuh oleh tangannya Irwan. Aku melihat Irwan sosok pria yang lembut, dia tidak langsung menyambar istriku dengan sentuhan-sentuhan yang mengarah pada bagian sensitifnya. Awalnya Irwan memeluk istriku yang duduk tersipu malu menghadap sebuah cermin yang terpampang di depannya. Irwan memeluk kepala istriku dengan lembut meskipun aku lihat istriku sangat kaku sekali.

    Aku hanya duduk di samping kanan ranjang itu, memang agak jauh karena kamar hotelnnya juga cukup besar bagi ukuran untuk 3 orang. Kelihatannya aku lihat Irwan cukup sabar memeluk istriku, sambil mencunbu istrku, dia tidak sungkan-sungkan mengucapkan kata-kata yang entah aku juga tidak mendengarnya. Berkali-kali pipinya dicium oleh Irwan, tanpa canggung-canggung Irwan juga mencoba menciumi tangan, leher, hidung dan jidatnya. Istriku hanya diam saja, pdahal kalau aku main sex dengan istriku dia selalu rajin menciumi semua daerah kapalaku sampai air liurnya membasahi permukaan wajahku.

    Kini Irwan mencoba mencium bibir istriku dengan lembut, kudengar dari kejauhan suara bercakan bibirnya yang saling beradu. Aku lihat istriku juga membalas ciumannya dengan sesekali menggerakan tangannya di bahu Irwan. Ketika beberapa saat ciuman, nampaknya Irwan sudah berani menggerayangi tubuh istriku, awalnya dari punggungnya sampai kini daerah payudaranya, tangan kirinya seperti sudah melekat di payudara kiri istriku.

    Dia mencoba meraba-raba sambil mencoba meremas-remas dengan lembut. Aku merasa sangat menggairahkan melihat adegan ini, apalagi ketika mereka berdua melakukan ciuman yang dahsyat, rasanya sudah beberapa kali mereka melakukannya. Tak lama kemudian Irwan melepaskan ciumannya dan kedua tangannya mengarah ke kedua buah payudara istriku, dua tangannya mencoba meremas-remas payudara istriku dengan berbagai macam variasi.

    Istriku hanya terlihat pasrah saja, kedua tangannya ada dibelakang pinggangnya untuk menahan serangan tubuhnya. Irwan sudah tak sabar untuk membuka kaos dikenakan istriku, dia menarik kedua tangan istriku ke atas dan membukakan kaosnya, yang selanjutnya membuka kancing bra. Ouwww.. rupanya payudara istriku sudah terpampang jelas tanpa sehelai benagpun di hadapan Irwan yang nampaknya sudah bersiap-siap melahap payudara istriku.

    Kini istriku tidur terlentang mengikuti arahan Irwan, tanpa ragu lagi Irwan melahap payudaranya. Tak henti-hentinya mulutnya menjilat-jilat putingnya sambil meremas-remas payudaranya. Istriku hanya bisa memegang kepala Irwan dengan menahan kenikmatannya. Desahan-desahan kecil mulai terkuak dari mulutnya, ya memang istriku paling suka dijilati payudaranya, itu merupakan rangsangan yang hebat sebelum melakukan ml. ketika payudaranya terus dihisap, dijilat dan diremas-remas oleh Irwan matanya mulai melihat kea rah ku, aku nggak tau apa yang ingin dia katakan, pastinya dia saat ini mersakan rangsangan yang hebat.

    Cukup lama irwan menguasai peyudara istriku, akhirnya kini irwan membuka rok istriku dengan cepat, lalu tanpa ragu lagi dia membuka celana dalam istriku. Ouww pengalaman yang sangat menraik ketika seluruh tubuh istriku terpampang jelas tanpa sehelai benangpun di hadapan Irwan. Hatiku berdebar-debar menantikan apa reaksi irwan selanjutnya. Opsss nampaknya irwan membuka lebar-lebar paha istriku, dan .benar-benar aku tidak menyangka dia mulai menjilati vagina istriku yang nampaknya sudah basah karena rangangan yang begitu hebat.

    Belum lama irwan menjilati vagina istriku, kini istriku mendesah hebat, kedua tangannya mulai mengepaal keras. Kepalanya mulai bergerak tak karuan, kulihat matanyapun sudah tak mampu melihat kejadian ini. Tetapi meskipun begit, istriku masih saja menyebut-nyebut namaku ketika mendesah hebat. Aku senang rupanya istriku bisa merasakan apa yang dia inginkan, ini adalah bukti rasa cintaku padanya. Kini aku melihat wajah irwan benar-benar tenggelam di kedua belah selangkangan istriku, karena paha istriku terus mengggelinjang tanpa arah mejepit kepala irwan yang sedang isbuk menghisap vaginanya.

    Setelah permainan ini, irwan bangun dari ranjangnya, lalu dia membuka semua pakainannya sampai dia benar-benar telanjang di hadapan istriku. Ku lihat penisnya cukup besar, meskipun tak jauh ukurannya dibandingkan dengan penisku. Rupanya Irwan sudah tidak sabar ingin memasukkan penisnya kedalam vaginanya.

    Dalam kondisi yang agak lemas, istriku menwarkan untuk menghisap penisnya, tetapi Irwan menolaknya entah alasannya apa.. Irwan kini sudah berada di depan kedua selangkangan istriku, nampak istriku hanya berposisi terlentang menghadap irwan yang sedang duduk sambil memoles-moles penisnya. Baru saja Irwan merenggangkan selangkangan istriku dan ingin memasukkan penisnya. Istriku langsung memanggilku untuk menghampirinya. Langsung saja aku menghampiri istriku itu walaupun entah apa yang dia inginkan.

    Kini aku duduk di sebelah kepala istriku dan aku bertanya kepada istriku kenapa sayang? , lalu istriku menjawab maafkan aku ya sayang, tapi aku tetap cinta dan sayang sama papah, aku ingin papah mengusap-usap kepalaku ketika aku dijamah mas irwan, mau khan? . Aku hanya mengangguk-nganggukan kepalaku dan mencium keningnya. Setelah itu aku mempesilahkan irwan memasukan penisnya kedalam vagina istriku.

    Tak lama kemudian Irwan mencoba memasukkan penisnya ke dalam vagina istriku, sulit juga isrwan memasukkan penisnya kedalam vagina istriku. Akhirnya istriku mencoba membantu dengan tangannya untuk memasukan penisnya. Kini penisnya sudah masuk kedalam vaginanya, sudah kutebak irwan mencoba menggerakkan pantatnya dengan dorongan yang cukup pelan. Memang ini adalah strategi ml yang konvensional yang sudah biasa aku lakukan sehari-hari dengan istriku. Tetapi nampaknya istriku begitu sangat menikmati permainan ini, kulihat dia memejamkan matanya sambil menggigit bibirnya menahan rasa nikmat yang ada pada tubuhnya. Kaki istriku tepat ada di punggung irwan dengan vagina yang sudah terbuka lebar di hadapannya.

    Sesekali aki melihat penisnya begitu gagah keluar-masuk ke dalam vagina istriku. papahhh sshhhhh oouwwwwww ppaaahhhhhhhhhhh , aku benar-benar terkejut mendengar rintihan istriku yang cukup keras itu, tidak biasanya istriku merintih sangat keras. Gerakan tubuhnya bergetar hebat tak beraturan, tak bosan-bosannya Irwan terus menancapkan penisnya ke liang vagina istriku, sambil meremas-remas payudara istriku. Aku hanya mengusap-usap kening istriku yang tampaknya benar-benar berada dalam kondisi orgasme. Disamping aku juga lihat Irwan menikmati permainan ini, dengan mengeluarkan desahan halus yang keluar dari mulutnya.

    Hampir 15 menit berlalu irwan belum juga lelah terus mendorong pantatnya ke dalam vagina istriku, aku lihat penisnya begitu kekar masuk kedalam liang kemaluan istriku. Padahal keduanya sudah dibasahi keringat disekujur tubuhnya, walaupun hotel ini menggunakan AC yang sangat dingin. Semakin lama istriku mencoba bangkit dari tidurnya dan memeluk irwan lalu menciumi bibirnya.

    Owwwww ini adalah making love yang sangat romantis yang pernah aku lihat seumur hidupku. Istriku kini ada di atas pangkuan irwan yang secara bergantian menggoyang-goyangkan pantatnya. Hampir setengah jam kemudian Irwan berisyarat bahwa dia ingin mengeluarkan sesuatu dari kemaluannya, cepat-cepat istriku bangun dari pangkuan irwan, ya benar saja tak lama kemudian irwan memuncratkan spermanya di atas selimut ranjang hotel ini. Lalu istriku mencoba membantu mengocok-ngocok penisnya agar spermanya bisa keluar sebanyak mungkin.

    Rupanya permainan ini sudah selesai, aku bantu istriku mengambilkan tissue untuk mengelap sperma yang masih menempel di tangannya. Irwan bergegas ke toilet untuk bersih-bersih. Terlihat senyuman hangat terpancar di wajah istriku, aku cukup bahagia istriku bisa menikmati kepuasan sexualnya meskipun bukan denganku. Aku coba membantu membersihkan cairan yang ada di lobang vaginanya dengan tissue ini.

    Lalu tak lama kemudian istriku meninggalkanku untuk ke toilet.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Cerita Dewasa Melepas Keperjakaan Ku Dengan Tante Rita

    Cerita Dewasa Melepas Keperjakaan Ku Dengan Tante Rita


    1785 views

    Perawanku – Namaku randi usiaku sekitar 23 tahun, aku ingin menceritakan pengalamanku saat pertama kali aku melepas keperjakaanku.

    Sore itu aku sedang tiduran didepan tv ketika seorang datang ke rumahku. saat kubuka pintu.. kulihat seorang wanita sekitar usia 32 tahunan dan menanyakan “ibunya ada dek”?…

    lalu aku menjawab “maaf, tante siapa ya ?

    Sambil tersenyum dia berkata ” saya tante Rita, temannya ibu kamu dari bekasi”
    Bentar ya tan, aku panggil mama dulu” balasku

    Itulah awal mula perkenalanku dengan tante Rita, yang belakangan ini aku baru ketahui bahwa dia adalah Renternir. Hari demi hari terus belalu, semakin sering aku jumpa dengan tante Rita. karena hampir setiap hari ia selalu datang kerumahku untuk menagih cicilan hutang.

    Hingga suatu hari, minggu pagi aku bangun dari tidur sambil menikmati secangkir teh manis hangat. Aku mendengar langkah kaki seseorang menuju pintu depan rumahku, belum saja dia mengetuk pintu, dan pintunya sudah kubuka..

    Aku : “ehh.. ada tante, cari ibu ya” ?
    Tante Rita : iya,masih dirumah ngak? tante udah kesiangan nih… karena tadi tante bilang jam 10 mau kesini, sekarang sudah jam 11 lebih”Aku : Mama lagi antar adik2 tuh ke sekolah, aku aja baru bangun nih tan… tunggu aja kalau mau”
    Tante : Ooh ya sudah tante tunggu saja di sini
    Setelah kupersilahkan duduk, akupun ke ruang dapur membuatkan minuman untuknya…
    Tante : Wah repot-repot kamu Ran.. kalo tante hauskan bisa ambil sendiri..”
    Aku : gak apa-apa kok tan…
    Tante : Oh iya kamu sendirian dirumah?
    Aku : iya nih tan, baru aja aku bangun dari tidur, tau-taunya udah gak ada siapa-siapa di sini.
    Tante : oh gitu… kok kamu sendiri gak keluar main ?
    Aku : ngak tan, kalau aku sering di rumah aja nonton tv
    Tante : ngak pacaran ? eh ngomong-ngomong udah punya pacar belum ?
    Aku : hehehe… masih jomblo tan. Maaf tan,, permisi sebentar aku mau mandi dulu.
    Tante : Waah kamu belum mandi dari tadi? ih pantesan bau ngak wangi badanmu, ganteng-ganteng kok jorok belum mandi apa mau tante yg mandiin biar bersih ? (“sambil senyum nakal”)
    Aku : Ah tante bisa aja… ya sudah aku pergi mandi dulu ya tan…” tapi belum sempat aku tegak berdiri dari tempat dudukku, tangan tante Rita langsung menarik tanganku..
    Tante : “sebentar sini Ran..tante gak bercanda kok, mau nggak tante mandiin !!! kalau tante mandiin enak loh..beneran deh gak bohong”

    Seketika itu juga jantungku berdetak kencang, mukaku menjadi semu merah ketika tante Rita meletakkan tangannya di atas pahaku. Agen Judi Casino

    Tante : Hayolah.. Tante janji gak bakalan cerita sama siapa-siapa kok.. kamu tidak perlu takut, rasanya enak kok… Sini deh” tangan tante Rita menarik tubuhku, seraya menyuruhku untuk duduk lebih rapat di dekatnya .

    Aku menjadi bisu tak dapat berbuat apa-apa ketika tangan memegang batang penisku dan meremas-remas batang penisku.

    Aku : Aahhhh.. Tan” sambil mendesah keenakan ketika tante rita memainkan batang penisku
    Tante : Jangan panik, tenang aja” bisik tante Rita sambil mengigit daun telingaku serta turun menjilati leherku, akupun mendesah lagi ketika tante Rita menghisap pentil susuku.
    Aku : Tan…. Arrgghhhhhh… Hhmmm….

    Kemudian kepala tante Rita mulai turun menjilati perutku, dan aku makin gak tahan ketika kepala tante Rita mengulum batang penisku, aku hanya bisa mendesah keenakan tanpa bisa menolak apalagi memberontak.

    Saat tante Rita sedang asik menghisap batang penisku, kemudian tante Rita mulai membuka seluruh baju dan rok mininya. Ini menjadi moment yang indah ketika aku melihat tubuh semoknya, dan payudaranya yang aduhai.

    Tante : Sini Randi sayang.. Kamu jilatin klistoris ini ya” sambil mendorong kepalaku kearah bibir vaginanya.

    Di saat aku sedang asik-asiknya menjilati klistoris terdengar jeritan kecil dari mulut tante Rita.

    Ooohhh…. Arrgghh… terusin Randi sayang… Terus jilatin yang klistoris itu, Terus… Terus… Ooaaaahhhh… ! Desah tante Rita

    “Setelah lumayan puas menjilati bibir vaginanya”

    Tante : kamu hebat banget Ran” kemudian tante Rita membuka lebar kedua kakinya sambil menarik penisku… Sini sayang, masukin ke sini !!!

    Arrgghhh… terdengar kembali desahan tante Rita, ketika penisku masuk ke dalam lubang vaginanya, sambil kedua tangannya terus mendorong dan menarik bagian pantatku dan tante Rita terus mengerang

    Oooohh Randi… terus sayang… Aarrrrgggggg !!!

    Semakin lama gerakan maju mundurku semakin hebat. Sehingga membuat tante Rita bergairah hebat. Tak lama tante Rita memintaku menarik penis untuk berubah posisi.

    Kali ini aku berposisi tidur terlentang dengan batang penis yang tetap menonjol ke atas. Sekarang tante Rita yang memegang kendali permainan.

    Di remasnya kembali batang penisku sambil di sepongnya. Aduhhh mulutnya seperti lubang memek yang ada lidahnya. Dia mulai mengarahkan penisku hingga tepat di bawah bibir vaginanya, Selanjutnya dialah yang bergerak turun naik sampai vaginanya mengeluarkan pelumas licin.

    Oooohh Ah…. Enak banget terasa hangat penisku Tan,
    Sambil merasakan kenikmatan itu, sesekali aku meremas-remas payudara Tante Rita. Jika dia sedang menundukan kepala aku bisa mencium buah dadanya, sambil menjilati lehernya tante Rita.

    “Arrgghhh Ouuhhh.. Ran punyamu oke juga ! ucap tante Rita
    “Justru punya tante yang lebih oke ! balasku

    Tante Rita rupanya semakin ke enakan, goyangan turun naiknya malah semakin kencang. Aku merasakan vaginanya mulai kebanjiran, cairan yang keluar dari vaginanya terasa hangat apalagi batang penisku terasa di jepit dengan denyut-denyutan bibir vaginanya yang nikmat.

    Tan, aku mau keluar nih, udah ngak tahan lagi.. kutarik penisku keluar lalu ku semburkan ke bagian perutnya. aku meratakan spermaku dengan ujung penisku. Sangat nikmat rasanya saat ujung penisku di jilati tante Rita. kemudian dia membiarkan aku terkapar lemas diatas tubuh semoknya itu.

    Tante : Hehehe… kamu jagoan Ran, sambil menciumi bibirku…” Tante janji ngak akan bilang sama orang lain. Kamu ngak usah takut karena ini menjadi rahasia kita berdua.

    Setelah kejadian pagi itu, kami sering melakukan hubungan badan jika ada kesempatan di tempat yang berbeda. Tante Rita mengajariku bermacam gaya.. dari foreplay, menjilati klistoris agar wanita terangsang dan seterusnya. dan setiap kali aku mencapai orgasme, tante Rita selalu menyuruhku untuk mengeluarkan sperma di dalam vaginanya.

    dia bilang lebih greget rasa nikmatnya, bahkan terkadang dia menyuruhku untuk mengeluarkan di mulutnya agar dia bisa menelan seluruh air maniku yang manis katanya. kalau manis itu rasa brondong” tambahnya

    Dengan perlahan kehidupan ekonomi keluargaku membaik. Tante Rita selalu memberikan aku uang yang ia berikan kepadaku, selain itu dia memenuhi segala macam kebutuhan hidupku. seperti membeli motor, baju, celana dan lain-lain. malah tahun baru kemarin dia memberiku uang 30 juta di dalam amplop…

  • Skandal Ngentot Bercinta dengan PRT Atun – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Skandal Ngentot Bercinta dengan PRT Atun – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1282 views

    Perawanku – Sepeninggal Lastri, kami mendapat seorang pembantu baru dari sebuah yayasan penyalur tenaga kerja yaitu seorang wanita berumur 23 tahun bernama Atun. Atun berambut lurus sebahu, berperawakan sedang, berkulit sawo matang dengan wajah yang manis, tinggi sekitar 160 cm, badan ramping dengan berat badan sekitar 50 kg, dengan payudara yang besarnya sedang saja. Yang agak istimewa dari penampilan Atun adalah matanya yang bagus dengan lirikan-lirikan yang kelihatannya sedikit nakal.

    Hari pertama kedatangannya, saat memperkenalkan diri, ia tampak tidak banyak bicara, hanya saya melihat bahwa matanya sering melirik dan memperhatikan celana saya terutama pada bagian kemaluan. Saya berpikir, “Akh, nakal juga nih..”. Ternyata Atun ini baru menikah dua bulan lalu dan karena desakan kebutuhan ekonomi saat ini sedang terpisah dari sang suami yang bekerja menjadi TKI di Timur Tengah. Setelah beberapa hari bekerja pada kami, ternyata Atun cukup rajin dan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Memasuki minggu kedua, saya mendapat gilirin kerja shift dari kantor, yaitu shift ke 2, sehingga saya harus mulai bekerja mulai dari jam 15:00 sampai dengan jam 23:00. Jadi bila pulang telah larut malam, biasanya isteri saya sudah tidur dan bila ia tidur, ia mempunyai kebiasaan tidur yang sangat lelap dan sangat susah sekali untuk dibangunkan, dan bila saya terbangun pada pagi hari, isteri sudah berangkat kerja, sehingga biasanya kami hanya berhubungan melalui telephone saja atau ia menuliskan pesan dan menempelkannya di kulkas.
    Suatu malam sepulang kerja, Atun seperti biasa membuka pintu dan setelah itu ia biasanya menyiapkan air panas untuk saya mandi. Sedang saya asyik mandi dan menggosok-gosok tubuh saya, saya mendengar suatu bunyi halus di balik pintu kamar mandi, sambil berpura-pura tidak tahu saya tiba-tiba menunduk dan mencoba melihat dari celah yang ada di bawah pintu tersebut.

    “Hah..”, saya kaget juga, karena di situ terlihat sepasang kaki yang dalam posisi sedang menjinjit menempel di pintu kamar mandi. Wah, ternyata saya sedang diintip, oleh siapa lagi kalau bukan Atun. Saya tetap pura-pura tidak tahu saja dan mulai memasang aksi, saya mulai menggosok-gosokan sabun kebagian penis saya, meremas-remas sehingga penis saya pun mulai bangun dan menjadi keras, sambil terus mengocok penis saya, saya juga berusaha untuk berkonsentrasi mendengar suara di belakang pintu itu. Dari situ terdengar desahan halus yang sedikit lebih keras dari tarikan nafas.
    “Naah.., lo.., rasain “, kata saya dalam hati.

    Selesai mandi, saya langsung saja keluar dengan memakai handuk yang dililitkan kebadan bagian bawah saya, penis saya masih dalam posisi menegang keras, jadi terlihat menonjol dari balik handuk. Saya tetap berpura-pura tidak tahu apa-apa dan berjalan ke arah belakang untuk menaruh pakaian kotor.
    “Pep.., Pak.., Bapak mau emm.., makan”, sapa Atun,
    “Oh.., nggak Tun, sudah makan.., tolong bikinkan kopi saja”, jawab saya sambil saya perhatikan wajahnya. Ternyata wajah Atun terlihat pucat dengan tangan yang agak gemetaran.
    “Eeh.., kamu kenapa Tun.., sakit yaa?”, tanya saya
    “Ah, tidak Pak.., Saya cuma sedikit pusing aja”, jawab Atun
    “Iyaa.., Tun.., Saya juga sedikit pusing.., apa kamu bisa mijitin kepala Saya”.
    “Beb.., bis.., bisa Pak”, jawab Atun tergagap, sambil matanya terus-menerus melirik ke arah penis saya yang menyembul. Sayapun masuk ke kamar dan mengganti handuk dengan sarung tanpa memakai celana dalam lagi, dan tidak lupa memeriksa isteri saya, setelah saya perhatikan ternyata isteri saya tetap tertidur dengan pulas sekali. Sayapun duduk di sofa depan televisi sambil menunggu Atun membawa kopi, yang kemudian ditaruhnya dimeja di depan saya.
    “Tun.., tolong nyalakan TV-nya”

    Atun berjalan ke arah televisi untuk menyalakan, saat televisi telah menyala saya bisa melihat bayangan tubuh Atun dari balik dasternya. “Wah.., boleh juga”, terasa denyutan di penis saya, nafsu saya mulai memuncak.
    “Tun.., tolong kecilkan sedikit suaranya”, kata saya, Saat ia mengecilkan suara televisi itu, Atun sedikit membungkuk untuk menjangkau tombol TV tersebut, langsung tubuhnya terbayang dengan jelas sekali, Atun ternyata tidak memakai BH dan puting susunya terbayang menonjol bagaikan tombol yang minta diputar.
    “Lagi sedikit Tun..”, kata saya mencari alasan untuk dapat melihat lebih jelas. Aduh, denyutan di penis saya pun makin keras saja.
    “Ayo.., Tun.., pijitin kepala Saya”, kata saya sambil bersandar pada sofa. Dengan agak ragu, Atun mulai memegang kepala saya dan mulai memijat-mijat kepala saya dengan lembut.
    “Nah.., gitu.., baru nikmat, kata saya lagi, tapi filmnya kok jelek banget yaa..”
    “Iya.., Pak.., filmnya film tua..”, katanya.
    “Kamu mau lihat film baru”, kata saya sambil langsung berdiri dan menuju ke arah lemari televisi untuk mengambil sebuah laser disk dan langsung saja memasangnya, film itu dibintangi oleh Kay Parker, sebuah film jenis hardcore yang sungguh hot. Atun kembali memijat kepala saya sambil menanti adegan film tersebut. Saat adegan pertama dimana Kay Parker mulai melakukan french kiss dan meraba penis lawan mainnya, tangan Atun mengejang di kepala saya, terdengar ia menarik nafas panjang dan pijatan tangannya bertambah keras. Saya mengangkat kepala dan melihat ke arah Atun, terlihat matanya terpaku pada adegan di layar, biji matanya kelihatan seperti tertutup kabut tipis, ia benar-benar berkonsentrasi melihat adegan demi adegan yang diperankan oleh Kay Parker.

    Sekitar seperempat jam kemudian, terasa pijatan di kepala saya berkurang, karena hanya satu tangannya saja yang dipakai untuk memijat sedangkan setelah saya tengok kebelakang ternyata tangannya yang satu lagi terjepit diantara selangkangannya dengan gerakan menggosok-gosok. Desahan nafasnya menjadi keras buru-memburu. Atun terlihat bagai orang sedang mengalami trance dan tidak sadar akan perbuatannya. Saya langsung saja berdiri dan menuju ke belakangnya, sarung saya jatuhkan ke lantai dan dalam keadaan telanjang saya tekan penis saya ke arah belahan pantatnya sedangkan mulut saya mulai menjalar ke leher Atun, menjilat-jilat sambil menggigit pelahan-lahan. Kedua tangan saya bergerak ke arah payudaranya yang menantang dan meremas-remas sambil sesekali memuntir-muntir putingnya yang cukup panjang. Atun tetap seperti orang yang tidak sadar, matanya hanya terpaku kelayar kaca melihat bagaimana Kay Parker menjepit pinggang lawan mainnya sambil mengayunkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri.

    Dengan cepat saya membuka dasternya sampai terlepas, Atun diam saja juga saat saya memelorotkan celana dalamnya. Sambil tetap memeluknya dari belakang, saya menggeser kakinya agar selangkangannya lebih terbuka sehingga saya bisa mengarahkan penis saya ke lubang vaginanya. Saat kepala penis saya mulai memasuki vaginanya yang sudah basah, Atun sedikit tersentak, tapi saya terus menyodok kedalam sehingga penis saya terbenam seluruhnya.

    “Aakh.., Pak”, desah Atun lirih, “Ennaak.., Paak”.
    Saya tetap menekan dan kemudian mulai menarik penis saya. Waah.., vagina Atun bagaikan menjepit penis saya dan seperti tidak mau melepaskan penis saya. Vagina Atun ternyata sempit sekali dan penis saya terasa bagaikan dihisap-hisap dan diremas-remas dengan denyutan-denyutan yang sungguh nikmat sekali. Saya menarik dan menekan dengan kuat secara berulang-ulang sehingga biji saya terdengar beradu dengan pantat Atun yang mulus, plak.., plak.., plak.., saya tetap memeluknya dari belakang dengan tangan kiri yang tetap berada di payudaranya sedangkan jari tangan kanan saya berada di dalam mulut Atun. Mulut Atun menghisap-hisap jari saya bagaikan anak bayi yang telah kelaparan mendapatkan susu ibunya, matanya terpejam bagai orang sedang bermimpi. Badannya separuh, dari pinggang ke atas condong ke depan, membungkuk pada sandaran sofa, sedangkan pinggangnya berusaha untuk mengimbangi gerakan maju mundur yang saya lakukan. Bila saya menekan penis saya untuk membenamkannya lebih dalam ke lubang vaginanya, Atun segera mendorong pantatnya ke belakang untuk menyambut gerakan saya dan kemudian secara cepat mengayunkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan bergantian.
    Aah.., Atun ternyata luar biasa enaknya vaginamu. Saya benar-benar menikmati tubuh dan vagina Atun.

    Kami melakukan gerakan-gerakan seperti ini selama beberapa waktu, sampai suatu saat badan Atun mengejang, kedua kakinya juga mengejang serta terangkat kebelakang. Vaginanya meremas dan menghisap-hisap penis saya dengan keras dan berusaha untuk menelan penis saya seluruhnya.
    “aahh..”, desah Atun panjang.
    Akhirnya saya juga tidak tahan lagi, saya peluk badannya dan saya tekan penis saya kuat-kuat ke dalam vagina Atun. Saya pun melepaskan cairan mani saya ke dalam lubang vagina Atun yang begitu hangat dan menghisap.
    “Heehh”, creet.., creett..,. Creett. Kami berdua langsung lunglai dan tertekuk ke arah sandaran sofa dengan posisi penis saya masih ada di dalam jepitan vagina Atun.

    Setelah kami recover, saya buru-buru memungut sarung, mematikan televisi dan berdua berjalan ke arah belakang, Atun langsung berbelok ke kamarnya, tapi sebelumnya ia berkata halus, “Terima kasih yaa.., Pak”, dan sambil tersenyum nakal ia meremas penis saya. Saya langsung mandi lagi untuk membersihkan keringat yang mengalir begitu banyak, setelah itu ke kamar berbaring sambil memeluk isteri saya dan tertidur lelap dengan puas.

    Dipagi hari saya tersentak bangun karena merasakan sepasang tangan yang mengelus-elus penis saya, secara refleks saya melihat jam dinding dan melihat jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.
    “Loo..”, pikir saya “Kok isteri saya tidak bekerja hari ini”.
    Langsung saya mengangkat kepala melihat kebawah. Lho.., ternyata bukan isteri saya yang sedang mengelus-elus penis saya tetapi Atun yang sedang menunduk untuk mencium penis saya, yang sudah keras dan tegang.
    “Tun.., ayo naik ke sini”, kata saya kepadanya, sambil bangun terduduk saya menarik badannya dan mulai membuka dasternya, ternyata Atun sudah tidak memakai apa-apa di balik dasternya. Langsung saya balikkan badannya dan mulai mencium vaginanya yang wangi, sedangkan Atun langsung juga mengulum penis saya di mulutnya yang kecil Atun langsung cepat belajar dari tontonan film tadi malam rupanya. Saya mulai menjilat-jilat vaginanya dan sesekali mengulum serta mempermainkan clitorisnya dengan lidah saya, Atun tergelinjang dengan keras dan terdengar desahannya.

    “Heeh.., heehh”. Dari lubang vaginanya mengalir cairan hangat dan langsung saja saya jilat.., mmh.., enaknya. Setelah itu saya tarik Atun untuk jongkok di atas badan saya, sedangkan saya tetap telentang dan Atun mulai menurunkan badannya dengan lubang vaginanya yang sempit itu tepat ke arah batang penis saya yang sudah sangat tegang sekali.

    “Heehh”.., cleep, batang penis saya masuk langsung ke dalam lubang vaginanya dan terbenam sampai ke ujung biji saya, “oohh nikmat bener Tun vagina kamu”, kata saya, Atun sudah tidak menjawab lagi, dia menaikkan pantatnya dan kemudian dengan cepat menurunkannya dan memutar-mutar pinggulnya dengan cepat sekali berkali-kali, sambil terpejam dia mendesah-desah panjang terus menerus karena keenakkan. Batang penis saya terasa mau putus karena enaknya vagina Atun, benar-benar nikmat sekali permainan di pagi hari ini. Sesekali saya duduk untuk memeluknya dan terus meremas-remas payudaranya yang keras.
    “ooh.., Atun.., ennaak”, Atun kemudian berhenti sebentar dan memutarkan badannya sehingga pantatnya menghadap wajah saya, sambil terus menaik-turunkan pantatnya, vaginanya tetap menjepit batang penis saya dengan jepitan yang keras dan berdenyut-denyut. Akhirnya saya tidak tahan lagi, sambil memeluk pinggangnya saya berusaha menekan batang penis saya sedalam-dalamnya di lubang vagina Atun, badan Atun pun mengejang dan bersama-sama kita mencapai orgasme.

    Pagi hari itu saya dan Atun bermain sampai jam 13:00 siang, berkali-kali dan berbagai-bagai gaya dengan tidak bosan-bosannya. Sejak pagi itu, saya selalu dibangunkan oleh isapan lembut dari mulut mungil Atun, kecuali bila hari libur dimana isteri saya berada dirumah.

  • the power off massage

    the power off massage


    1383 views

    Perawanku – Tidakkah Anda selalu ingin mengalami kenikmatan yang memuncak dari layanan pijat layanan lengkap, Fantasy Massage adalah hal terbaik berikutnya untuk berada di sana. Cantik, berpakaian minim wanita belaian, stroke, tarik dan gosokkan ayam keras dan basah cunts untuk orgasme di situs yang membuat Anda merasa seolah-olah Anda benar di sana di atas meja. Fantasi Pijat mencakup seluruh spektrum porno pijat juga, jadi setiap keinginan terpenuhi. Anda akan menikmati semua-gadis pijat erotis. tunggu apa lagi bosku :

  • Cerita Sex Selingkuhan Yang Indah

    Cerita Sex Selingkuhan Yang Indah


    865 views

    Perawanku – Aku yang berprofesi sebagai dokter sekarang sedang mewakili proyek perbaikan gizi yang mana tempatanya di kepulauan, jarak dari aku tempati ke prakter membutuhkan waktu 2 jamman, aku sudah mempunyai suami.
    Sepeninggalku, ternyata suamiku menunjukkan dirinya sebagai gay. Dia mempunyai pemuda simpanan teman tidur dan pemuas sex. Selama aku dinas di kepulauan, pemuda itu beberapa kali dibawa pulang menginap di rumah.

    Untuk menyembunyikan sikapnya, sehari-hari teman gaynya disimpan di luar, disewakan rumah. Kejadian ini memukul perasaanku. Segala upaya untuk menyadarkan suamiku ternyata tidak membawa hasil.

    Aku membawa kedukaanku di pulau dengan cara melayani masyarakat setempat. Untuk mengisi kekosongan waktu, aku buka praktek sebagai dokter umum. Suatu hari ketika jam praktek hampir usai, seorang pasien laki-laki tegap berkumis dan bercambang datang minta agar diperiksa. Ia memperkenalkan namamanya Fredo. Keluhannya sering pusing.
    Silakan Pak Fredo naik ke tempat tidur biar saya periksa, Segera aku memeriksa pernafasan, tekanan darah dan lain-lainnya. Ketika tanganku memegang tangannya yang berbulu lebat, ada perasaan canggung dan geli. Sewaktu Pak Fredo pamit, dia meninggalkan amplop biaya pemeriksaan. Ternyata isinya melebihi kewajaran tarip seorang dokter umum.

    Hari berlalu, ketika suatu malam saat aku akan mengunci kamar praktek, dihadapanku telah berdiri Pak Fredo.

    Dokter, apakah masih ada waktu untuk periksa saya ? Maaf saya datang terlalu malam karena ada pekerjaan tanggung

    Aku kaget karena kehadirannya tanpa aku ketahui. Dengan senyum geli aku membuka kembali ruang praktek sambil mempersilakan masuk.  Agen Obat Kuat Pasutri

    Dok, saya tidak mempunyai keluhan. Hanya saya ingin tahu apakah tekanan darah saya normal
    Demikian Pak Fredo mengawali pembicaraan.

    Saya bisa tidur nyenyak setelah makan obat dokter

    Sambil memerika, kami berdua terlihat pembicaraan ringan, mulai dari sekolah sampai hobi. Dari situ aku baru tahu, Pak Fredo telah dua tahun menduda ditinggal mati istri dan anak tunggalnya yang kecelakaan di Solo.

    Sejak saat itu hidupnya membujang. Ketika pamit dari ruang praktekku, Pak Fredo menawarkan suasana santai sambil menyelam di kepulauan karang.
    Dok, panoramanya sangat indah, pantainya juga bersih lho

    Aku setuju atas tawaran itu dan Pak Fredo akan menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.
    Dalam speed boath yang menyeberangkan kami, hanya berisi aku, Pak Fredo dan pengemudi kapal.

    Sesampainya disana, aku merasa canggung ketika harus berganti pakaian selam di hadapan laki-laki. Tapi aku juga belum tahu cara mengenakan pakaian selam jika tanpa bantuan Pak Fredo. Terpaksa dengan pakaian bikini aku dibantu Pak Fredo memakai pakaian renang. Tangan kekar berbulu itu beberapa kali menyentuh pundak dan leherku. Ada perasaan merinding.
    Tanpa terasa kegiatan menyelam menjadi kegiatan rutin. Bahkan pergi ke tempat penyelaman sering hanya dilakukan kami berdua, aku dan pak Fredo. Semakin hari jarak hubungan aku dengan Pak Fredo menjadi lebih akrab dan dekat.

    Cerita Sex Selingkuhan Yang Indah

    Cerita Sex Selingkuhan Yang Indah

    Kami sudah saling terbuka membicarkan keluarga masing-masing sampai dengan keluahanku mengenai suamiku yang gay. Dia tidak lagi memanggilku Bu Dokter, tapi cukup namaku, dik Nastiti.
    Musim barat hampir tiba, kami berdua di tengah perjalanan ke tempat penyelaman.

    Tiba-tiba datang hujan dan angin sehingga gelombang laut naik-turun cukup besar. Aku mual, sehingga kapal dibelokkan Pak Fredo ke arah sisi pulau yang terlindung. Kami turun ke pantai, duduk di bangunan kayu beratap rumbia tempat para penyelam biasa istirahat sambil menikmati bekal. Hanya ada dua bangku panjang dan meja kayu di tempat itu.

    Angin kencang menyebabkan tubuh kami basah dan dingin. Aku duduk mepet ke Pak Fredo. Aku tidak menolak ketika Pak Fredo memelukku dari belakang. Tangan berbulu lebat itu melingkar dalam dada dan perutku.

    Dekapan itu terasa hangat dan erat. Aku memejamkan mata sambil merebahkan kepalaku di pundaknya, sehingga rasa mabuk laut mulai reda.
    Sebuah kecupan ringan melekat di keningku, kemudian bergeser ke bibir, aku berusaha menolak, tapi tangan yang melingkar di dadaku berubah posisi sehingga dengan mudah menyusup dalam BHku.

    Tiba-tiba badanku terasa lemas saat jari tangan itu membuat putaran halus di puting susuku. Bibir berkumis lebat itu menjelajah ke bagian sensitip di leher dan belakang telingaku. Persasaan nikmat dan merinding menjalar dalam tubuhku.

    Bibir itu kembali bergeser lambat menyusur dagu, bergerak ke leher, pundak dan akhirnya berhenti di buah dadaku. Aku tidak tahu kapan kaitan BH itu terbuka. Dorongan kuat muncul di vaginaku, ingin rasanya ada benda bisa mengganjal masuk.
    Tangan kekar itu akhirnya membopongku dan meletakkan di atas meja kayu. BHku telah jatuh di atas pasir, mulut dan tanggan Pak Fredo bergantian menghisap dan meremas kedua gunungku, kanan kiri.

    Aku bagaikan melayang, kedua tanganku menjambak rambut Pak Fredo. Kepalaku tanpa terkendali bergerak ke kanan dan kiri semakin liar disertai suara eluhan nikmat.

    Oooohhhhhaaoohhhha ooooohhhhaaaauuhhhhhh. Kedua tangannya semakin kencang meremas buah dadaku. Mulutnya bergeser perlahan ke bawah menelusur pusaraa.. terusa.vaginaku. Ahhhaa husssaa. ahhaa aahhhhhh.

    Ketika mulut itu menemukan klitorisku, jeritanku tak tertahan Auh..haha aahhha.. husssa.. sebuah benda lunak menyeruak bibir vaginaku. Bergerak perlahan dalam usapan halus serta putaran di dinding dalam, membuatku semakin melayang.

    Tanpa terasa eranganku semakin keras. Untuk menambah kenikmatan, aku angkat tinggi pantatku ke atas. Ingin rasanya benda itu masuk lebih dalam.

    Tapi aku hanya memperoleh dipermukaan. Ooohhhhaa..haahhaa haaahhahuuuaaaaa. t..earaua.sa..se..se..se..dikitaatas. Ooohhhaa.aahhh aaa.. Sebuah hisapan kecil di klitorisku memperkuat cengkeraman tanganku di pinggir meja.

    Hisapan itu semakin lama semakin kuata. kuat dan kuata.. menjadikan kenikmatan tak terhinggaa. memuncul denyutan orgasme.

    Otot-otot disekitar vaginaku mengejang nikmat dan nikmat sekali. Sesekali nafasku tersengal aaaaaa..hhhhhhaaaaahuuuaaaa..aahhhhha.aahhhhaaa aaaahhhhhhhhaa. ahhhhaa huhhhhhhhaehhhhhh.

    Denyut itu menjalar dintara pangkal paha dan pantat ke seluruh tubuh. Orgasme yang sempurna telah aku dapatkan. Puncak kenikmatan telah aku rasakan.
    Lemas sekujur tubuhku, aku ingin dipeluk erat, aku ingin ada sebuah benda yang masih tertinggal dalam vaginaku untuk mengganjal sisa denyutan yang masih terasa. Tapi aku hanya menemukan kekosongan.

    Tangan-tangan berbulu itu dengan pelan membuka kembali pahaku. Kedua kakiku diangkat diantara bahunya. Kemudian terasa sebuah benda digeser-geser dalam vaginaku. Semula terasa geli, tapi kemudian aku sadar Pak Fredo sedang membasahi penisnya dengan cairan kawinku.

    Seketika aku bangun sambil menutup kedua kakiku. Aku mendorong badannya, dan aku menangis. Sambil membuang muka aku sesenggukan. Kedua tanganku menutup dada dan selangkangan. Pak Fredo tertunduk duduk dibangku menjauhi aku.

    Ia sadar aku tidak mau dijamah lebih dari itu. Sambil menelungkupkan badan di meja, tangisku tetahan. Pak Fredo mendekati dan dengan lembut ia membisikkan kata permintaan maaf. Diapun menyorongkan BH serta celana dalamku.

    Aku tetap menangis sambil menutup muka dengan kedua tanganku. Akhirnya pak Fredo pergi menjauh menuju kapal mengambil bekal.
    Kami duduk berjauhan tanpa kata-kata. Sekali lagi Pak Fredo mengajukan permintaan maaf dan berjanji tidak mengulang kejadian itu. Ia menyerahkan botol air mineral kepadaku.
    Maafkan aku dik Nastiti, aku khilaf, aku telah lama tidak merasakan seperti ini sehingga aku khilaf. Aku minta maaf yah, aku harap kejadian ini tidak mengganggu persahabatan kita. Yuk kita minum dan makan siang, terus pulang
    Aku merasa iba pada Pak Fredo. Ternyata dengan tulus dia masih bisa menahan syahwatnya. Padahal bisa saja memaksa dan memperkosaku.

    Kesadaranku mulai pulih, emosiku mereda. Aku mulai berpikir pada kejadian tadi, bukankah aku telah terlanjur basah saat ini ? Bukankah bagian dari kehormatanku telah dijamah Pak Fredo ?

    Bukankah tubuhku yang paling sensitif telah dinikmati Pak Fredo ? Apa artinya mempertahankan kesucian perkawinan ? Bukankah aku tidak pernah menikmati rasa seperti ini dengan suamiku ? Bukankah aku telah kawin dengan seorang gay ? Yah aku telah diusir dari rumahku oleh teman gay suamiku.

    Tapi itu bukan salah suamiku. Ia terlahir dengan kelainan jiwa. Ia menjadi gay dengan menanggung penderitaan. Ia terpaksa memperistri aku hanya untuk menutupi gaynya. Aku ingin merasakan kenikmatan, tapi aku tidak ingin jadi korban, aku tidak ingin punya anak dari hubungan ini dengan Pak Fredo.

    Keberanianku mulai muncul. Aku melompat dan memeluk Pak Fredo. Kelihatan Pak Fredo ragu pada sikapku sehingga tangannya tidak bereaksi memelukku. Aku bisikan kata mesra.

    Pak, aku kepingin lagi, seperti tadi, tapi aku minta kali ini jangan dikeluarkan di dalam
    Maksud dik Nastitia..

    Sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, tanganku meraba ke penisnya. Kemudian tanganku menyusup dalam celana renangnya. Sebuah benda yang tidur melingkar, tiba-tiba bangun karena sentuhanku

    Tapi jangan dikeluarkan di dalam ya Pak.

    Terima kasih.

    Senyum Pak Fredo berkembang. Kembali aku didekap, aku dipeluk erat oleh kedua tangan kekar. Aku benamkan mukaku di dada bidang berbulu.

    Tanpa komando aku duduk di atas meja sambil tetap memeluk Pak Fredo. Aku diam, mataku terpejam ketika pelan-pelan aku direbahkan di atas meja.

    Satu persatu pengikat BHku lepas sehingga tampaklah susuku yang masih sangat padat lengkap dengan putingnya yang berwarna coklat kemerahan dan sudah berdiri dengan pongahnya. Kedua tangannya meraih dadaku, mulut hangat menyelusur gunungku, perlahan-lahan bergeser ke bawah, semakin ke bawah gerakkannya semakin liar.

    Gesekan kumis sepanjang perut membuatku menegang. Aku pasrah ketika celana dalamku ditarik ke bawah lepas dari kaki sehingga kini aku sudah benar-benar bagaikan bayi yang baru lahir tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhku.

    Mulut hangat itu kembali bermain lincah diantara bibir bawahku yang ditutupi rambut-rambut kemaluan yang berwarna hitam legam dan tumbuh dengan lebatnya disekeliling lubang kawinku dan clitorisku terasa sudah mengeras pertanda aku sudah dilanda nafsu kawin yang amat menggelegak.

    Kenikmatan kembali menjalar di rahimku. Auha.e.e.e.e.e.e.ea..haaahahaaahahaah. Auhhhhsssaa aku mengerang. Pak Fredo sambil berdiri di tepi meja mengusapkan benda panjang dan keras di klitorisku.

    Aaaahhhha..uhhh.. jeritan kecil tertahan mengawali dorongan penis Pak Fredo menyusup vaginaku. Pantatku diangkat tinggi dengan kedua tangannya ketika benda itu semakin dalam terbenam. Tanpa hambatan penis Pak Fredo masuk lebih dalam menjelajah vaginaku.

    Dimulai dengan gerakan pendek maju mudur berirama semakin lama menjadi panjang. Nafasku tersengal menahan setiap gerak kenikmatan. Aaaha.ahha..ahhaa.haaaaaaaaaaaa..haassssaa
    Entah berapa lama aku menerima irama gerakan maju mundur benda keras dalam vaginaku. Aku telah merasakan denyut orgasme. AuuuuuuuuhhhhhJeritan dan cengkeraman tanganku di pundak belakang penanda aku mencapai puncak orgasme.

    Gerakan benda itu dalam vaginaku masih tetap berirama, tegar maju mundur dan membuat gesekan dengan sudut-sudut sensitif. Tiba-tiba irama gerakan itu berubah menjadi cepat, semakin cepata.. suara eluhan Pak Fredo terdengar dan otot vaginaku kembali ikut menegang, yaha aku mau kembali orgasmea aaahhhhhhhhhhhhaa. aahhhha.

    Tiba-tiba benda dalam vaginaku ditarik keluar. Semprotan cairan hangat mengenai pahaku dan meleleh di atas meja. Pak Fredo mencapai puncak kenikmatan. Pak Fredo memenuhi janjinya, tidak mengeluarkan cairan mani dalam vaginaku. Aku lemasa..lemas sekali seperti tidak bertulang.

    Aku didekap lembut dan sebuah ciuman di kening menambah berkurang daya kekuatanku.
    Tiga tahun kemudian setelah kejadian di pulau itu, aku telah menikmati hari-hari bahagiaku. Aku sekarang telah menjadi nyonya Fredo.

    Di pelukanku ada si mungil Indri, buah hati kami berdua. Setelah perceraian dengan suamiku, satu tahun kemudian aku menikah dengan Pak Fredo. Mantan suamiku mengirim berita ia sekarang sekolah di Australia.

    Tapi aku tahu semua itu hanya kamuflase, seperti dalam pengakuannya lewat telepon, mantan suamiku menetap di Sydney agar dapat memperoleh kebebasan menjadi kaum gay.

    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,

  • Ngentot Mila Dengan Nungging

    Ngentot Mila Dengan Nungging


    1393 views

    Perawanku – Aku adalah seorang dosen pasca sarjana yang mengajar dan memberi seminar di mana-mana. Aku tinggal di Bogor dan hidup cukup bahagia dengan keluargaku. Suatu ketika, sedang iseng-iseng bermain dengan internet, aku temukan dia, perempuan ini bernama Mila, (aku harap ini nama sebenarnya). Mempunyai keinginan birahi yang nyaris serupa denganku yaitu bermain dengan tali.

    Dalam chat dan e-mail aku berhasil mengetahui bahwa dia bekerja di suatu hotel di Yogya sebagai Sales Manager. Hemm, kebetulan 2 minggu lagi aku mesti memberikan seminar 2 hari di universitas Undip Semarang. Tak sabar menunggu hari itu, masih asyik aku mengorek informasi melalui e-mail. Kami bahkan bertukar photo (tentu saja aku tidak mengirim photo yang sebenarnya), Mila bahkan sempat mengirim photonya ketika dia diikat oleh GMnya.

    Oh ya, menurut pengakuannya umurnya 34 tahun, Mila sudah 3 tahun menikah dengan seorang penerbang yang bekerja di maskapai multinasional yang bermarkas di Hong Kong. Pertemuan dengan suaminya nyaris hanya 2 minggu sekali. Starbet99

    Mila mempunyai hubungan khusus dengan laki-laki yang sudah lama ia kenal dan mengaku selama itulah dia mengagumi Mila, kira-kira sejak pertemuan mereka yang mana Mila menjadi anak buahnya 7 tahun yang lalu di Bali. Laki-laki itu sekarang merekrut Mila sebagai Sales Managernya. Laki-laki itu (GMnya), menikah dengan manager personalia sebuah bank di Semarang, tidak tinggal bersama karena karir. Sehingga saat dia tidak pulang ke Semarang, Milalah yang mengisi kekosongannya itu.

    “Yogya, Yogya, ayo mas, yang ini sudah mau berangkat mas,!”

    Suara kenek itu membuyarkan lamunanku, baru tuntas seminar dan agak lelah aku bersiap-siap ke Yogya; biasanya langsung naik bis Nusantara atau Ramayana ke Yogya dan berhenti di Ringroad ke rumah keluarga, ortu dan adikku tinggal. Tapi saat ini aku sudah punya niat lain, aku akan menculik si Mila yang ngegemesin dan selalu mengganggu pikiranku, sudah sebulan lebih ini aku selalu main internet khusus untuk bisa baca tulisannya atau lihat foto hornynya.

    Jadi bis berhenti di Ringroad juga tetapi aku langsung ke jalan Solo, ke hotel berbintang lima itu, memang diam-diam aku membawa foto ke paranormal dan beliau katakan nama hotelnya.

    Hotel tempatnya bekerja berdiri tepat bersebelahan dengan hotelku. Setelah aku check in di hotelku, aku datang ke hotelnya. Hari sudah sore aku tahu persis bahwa Mila itu pasti sudah pulang, jadi rencana akan dijalankan besok. Dari hotel aku naik taksi ke Alfa dan membeli beberapa gulungan tali pramuka yang berwarna putih. Juga sebungkus lilin murahan. Tentunya juga gunting yang cukup tajam, mau beli jepitan baju dari kayu nggak ada, jadi beli yang dari plastik aja tapi ada lubangnya sehingga bisa dimasukin tali.

    Esok harinya after breakfast aku mendatangi hotelnya, yang hanya 25 meter dari hotelku. Aku tanya sama Mbak yang di resepsionis dan katanya Mila kantornya itu tuh yang dekat GM nya katanya dengan sinis (mungkin dia nggak pernah diperhatikan sang GM).

    Dengan berpakaian necis lengkap dengan dasi dengan confident aku datangi kamar kerjanya Mila. “Wah orangnya tepat seperti yang di photo yang dikirimnya rambutnya panjang terurai di bahunya, kulitnya putih wajah paduan cina jawa, tinggi badannya 170cm beratnya mungkin 58 kg, padat bodynya..hmm!”

    Mila berdiri dan kami bersalaman; hatiku sangat bersyukur. Segera aku menguasai diri dan memperkenalkan diri bahwa aku adalah Steering Comitte dari suatu seminar internasional mengenai Lingkungan Hidup dan berminat menyewa 50 kamar dan ruang sidang untuk seminggu penuh. Mila menjelaskan harganya dan menanyakan kapan acaranya akan dimulai. Singkatnya urusan detil seminarku sudah beres (padahal seminar itu rekayasaku belaka). Mila menjelaskan panjang lebar tentang paket seminar dengan segala fasilitasnya sambil sesekali melemparkan senyum manisnya,. aku semakin kagum, lalu..

    “Bagaimana kalau proposalnya bisa Dik Mila antarkan ke hotel Ane?” umpanku sambil menyebut hotel tempatku tinggal.
    “Mengapa Bapak tidak tinggal di sini?” tanya Mila.
    “Lho maunya memang begitu, tapi kata resepsionis tadi kamar sudah penuh” balasku. Judi Bola Terpercaya
    “Betul Pak, mungkin besok Bapak bisa menginap disini dan bersedia mencoba pelayanan kami di sini?”
    “Boleh saja,.!” jawabku sambil mengharapkan ‘pelayanan’ yang lain.
    “Ane bookingkan ya Pak,!” aku mengangguk sambil menyembunyikan kekagumanku akan ketertarikanku padanya.

    Mila tidak cantik, dia menarik dan menawan. Lalu Mila berjanji akan mengantarkan proposalnya besok jam 10.30 pagi.
    Keesokannya telpon di kamar suiteku berbunyi, oh rupanya Mila sudah datang.

    “Mila mau langsung ke atas? Ini kamar suitenya bagus lho, ada istri Ane juga, biar Ane kenalkan sekalian!”
    “Oh ya, kebetulan Ane belum pernah lihat kamar suite di hotel ini, sebentar aja ya Pak” sahut dari seberang telpon.

    Sampai di suite roomku, aku silakan Mila duduk. Mila terlihat sangat manis dengan senyumnya yang mempesona. Hari ini Mila mengenakan blus berwarna biru terang mengkilap berlengan panjang dengan model kerah shanghai dengan kancing putih yang berbaris rapih dari leher hingga nyaris ujung bajunya, memakai rok hitam serta menggenggam HP Nokia 3650 warna Biru Kuning, di pergelangan tangan kirinya ada arloji berbentuk gelang. Di tangan kanannya ada karet pengikat rambut berwarna hitam, dan kutawarkan minuman, dia memilih apple juice kesukaannya. Kutuangkan dalam gelas yang sudah kucampur obat tidur yang kubeli kemarin dari toko obat Eng Tay Ho di Malioboro.

    “Ibu di mana Pak,” tanya Mila seraya meminum juicenya
    “Oh, ada di kamar mandi..”
    “Buu,.. buu..!” teriakku seolah-olah ada dia di sana.

    Mila meneguk kembali minumannya sampai hampir habis dan betul juga kata si engkoh, Mila langsung tertidur di sofa ruang tamu.

    Setelah pintu kukunci, aku langsung beraksi, pertama kubuka bajunya yang selalu nampak ketat, mulai kancing bawah hingga ke atas lalu BH Triump nya yang no 36, rok hitam yang 10 cm di atas lutut, dan terakhir CD merk Sloggy yang nampak bersih. Selanjutnya aku mulai menerapkan cara ikatan yang kuintip dari internet. Katanya yang paling canggih itu yang dari Jepang namanya Karada. Teorinya dari badan dulu, tapi aku takut dia terbangun, jadi biaraman tangannya dulu.

    Tangan kiri kuikat erat pergelangannya, juga tangan kanan. Lalu kedua tangannya dibawa ke punggung dan satu sama lain diikat dengan jenis yang mengunci (seperti laso, makin bergerak makin erat) dan dihubungkan dengan tali lagi ke leher ah jangan kasihan nanti bisa tercekik. Walaupun nggak ada di teori tali yang mustinya ke leher kuteruskan dari leher ke depan melewati susu dan di bawah buah dada di lingkarkan dan diikat erat sampai dadanya membusung seperti gunung merapi mau meletus.

    Agar kakinya nggak menendang walaupun masih pakai sepatu Edward Forrer dari Bandung dengan hak 7 cm dan ada talinya melingkar manis di pergelangan kaki itu juga diikat erat pakai tali lain. Sepatu ini yang dinamakan dia sepatu sexy.. dalam beberapa e-mailnya. Trus ikut teori aja, tali yang di buah dada diteruskan kebawah lewat vagina dan keatas lagi di belakang dan diikatkan ke tangannya yang dipunggung. Memastikan Mila sudah terikat erat, aku langsung menggendongnya,

    “Oops, lumayan juga beratnya..!” lalu meletakkannya di tempat tidur dalam posisi miring, karena tangannya terikat ke belakang. Aku tutup dan mengunci pintu yang menghubungkan ruang tamu dengan kamar tidurku. Aku cape juga mengerjakannya dan menggendongnya, sampai tertidur di sebelah Mila. Cerita Dewasa | Cerita Panas | Cerita 17 Tahun

    Aku terbangun oleh suara makian wanita.

    “Shit, ugh! Apaan ini!?” Agen Casino Online

    Mila dengan wajah ketakutan melihat tubuhnya yang berbusana tali. Yes my dream comes true! Pikirku. aku berhasil mengikat Mila, dan ia terbangun sambil memaki-maki,

    “Pak, sadar Pak.. Ibu ada di kamar mandi.. berani-beraninya berbuat begini pada Ane” teriak Mila sambil meronta-ronta berusaha membuka ikatannya.

    “Lepaskan aku, let me go! To..”

    Takut terdengar kamar sebelah sebelum Mila berhasil berteriak minta tolong, dengan gerak cepat kuambil lakban perak di meja tempat tidurku,

    “..srett” dan kusumbatkan ke mulutnya, “mmhh!! mmhh!!”.

    Mila mulai mengeliat mencoba membebaskan dirinya, akan tetapi semakin tangannya bergerak maka semakin kencang juga ikatan yang ada di buah dadanya yang gede itu. Matanya melotot marah, ia terlihat kesakitan tapi mungkin ia menikmati juga.

    “Oh Mila Aneng, istriku memang ada di kamar mandi, tapi di rumahnya di Bogor,” jerit tawaku yang kubuat seram.
    “Permainan baru akan dimulai Mila” kataku dengan tegas.
    “Uugh, mmh, awwh!!” Mila hanya bisa mengeluh tanpa suara.

    Matanya mulai berkaca-kaca dan kelihatan putus asa. Aku mulai bekerja jepitan baju kupasang di kedua putingnya dan dihubungkan dengan tali kecil yang nyambung ke tangan yang dipunggung. Mila meronta-ronta menggerakkan tangannya mencoba untuk melepaskan ikatannya, tapi hasilnya adalah ikatan di buah dadanya semakin menyakitkan, juga putingnya menjadi tertarik oleh jepitan baju dan menambah rasa sakit.

    Masih belum puas aku meneteskan lilin panas pada jarak 40 cm dari buah dadanya, ternyata ia tidak terlalu kesakitan maka kudekatkan jadi jarak 20 cm ia menggeliat, meronta mmh,.! ugh,.! semakin terikat dan makin sakit dan ia telah melewati entah orgasme yang keberapa kalinya melalui tali yang melilit melalui vagina dan anusnya.

    Akhirnya Mila nampak memelas sekali seperti minta diampuni, mungkin karena sudah terlalu lelah meronta-ronta dan orgasme.

    “Kamu akan Ane lepaskan kalau mau ngemut punyaku dan minum sampai bersih, ok?”

    Matanya mengedip lemah. Tapi aku belum puas, aku berubah pikiran, apalagi buah zakarku yang sangat bersemangat sudah menunjuk-nunjuk ke Mila! Aku membuka ritsluiting celana kemudian melepaskan ikatan di kakinya yang rapat itu lalu pergelangan kakinya yang masih terikat dengan sepatu yang sexy itu kusambungkan ke kaki tempat tidur sehingga Mila terlentang dalam posisi tangan terikat ke belakang sementara kakinya terikat terlentang. Agen Judi Bola

    Penisku 16cm itu masuk dengan paksa ke vaginanya yang ternyata sudah bercairan. Masuk, keluar, masuk, keluar, berkali-kali hingga spermaku muncrat. Aku terbaring lunglai, di atas tubuh Mila yang berbusana tali itu, setelah mencapai puncaknya,

    “Good Girl” kataku sambil memegang kepalanya seperti aku menyayang-nyayang anjing keAnenganku si Bonci.

    Mila pingsan tak sadarkan diri.

    Segera aku membersihkan tubuhnya sekedarnya dengan handuk yang kubasahi, memakaikan pakaiannya lengkap dengan blus biru kerah shanghainya, mengancingi blusnya berurutan rapi. Memakaikan CD setelah spermaku kubersihkan. Aku ganti ikatannya dengan lakban perak, meliliti tubuhnya yang berbusana, membelenggu kembali tangannya kebelakang, kakinya aku satukan lagi dengan lakban yang sama, kaki yang bersepatu yang sexy (itu sebutannya di e-mail) itu aku kulum dengan gemas. Memastikan tangan kakinya sudah terikat, serta mulutnya sudah tersumbat, aku utak atik HPnya mencari tahu nomor HPnya lalu serta merta mematikannya, kulihat banyak miss call dan SMS, beberapa dari GMnya

    “Mami, sudah jam 5 sore kok belum kembali. Sales Call, posisi?” ada 4 SMS yang bernada serupa. Kumatikan HPnya supaya dia jangan sampai bisa SMS untuk minta tolong, juga aku cabut kabel telpon di kamarku.

    Mila mulai siuman, kemudian kuperlihatkan handycam yang tadi telah di pasang pada tempat tersembunyi. Aku mengancam jika bilang siapa-siapa, rekaman ini akan aku upload ke bondage.com, bondagegirl.com, 17tahun.com atau situs-situs lainnya, bahkan bisa kuperbanyak dan kujual kuedarkan. Matanya kutatap, berkaca-kaca, Mila meronta-ronta kali ini apa daya lakban perak sudah mengikat erat dan merekat di tubuhnya, Mila menangis tersedu-sedu, putus asa dan pasrah. Semalaman penuh Mila kugarap sedemikian rupa, karena aku akan check out besok pagi, jadi malamnya aku perkosa hingga dia pingsan lagi.

    Keesokan harinya, waktu menunjukkan pukul 6.00 pagi. Aku tinggalkan dia di kamarku dengan tubuhnya yang berbusana namun tetap terikat lilitan lakban perak, kubiarkan tanda Do Not Disturb menggantung di pintu kamarku. Aku langsung kembali ke Bandung dengan KA Argowilis. Di KA sambil menikmati hasil rekaman video pada laptopku, aku menyiapkan cerita ini dan kukirimkan kepadanya lewat e-mail sehingga dia tahu siapa sebenarnya yang ‘telah memperkosanya’. Entah bagaimana dia bisa melepaskan ikatannya, menjadi misteri sendiri.

  • CERITA SEX BEBERAPA KALI KE SALON PIJAT AKHIRNYA DAPAT JATAH

    CERITA SEX BEBERAPA KALI KE SALON PIJAT AKHIRNYA DAPAT JATAH


    1271 views

    Cerita Sex ini berjudulCERITA SEX BEBERAPA KALI KE SALON PIJAT AKHIRNYA DAPAT JATAHCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Kantorku tak lama lagi keliatan di kelokan depan, kurang lebih 200m lagi. Tetapi aq masih betah di dalam angkot ini. Angin menerobos dari jendela. Masih ada waktu bebas 3 jam. Kerjaan untuk hari ini sudah aq selesaikan semalam. Daripada suntuk diam dirumah, tadi malam aq menyeleseaikan kerjaan yg masih menumpuk.

    Kerjaan yg menumpuk sama merangsangnya dengan seorang perempuan dewasa yg keringatan lehernya, yg aroma tubuhnya tercium. Aroma asli seorang perempuan. Baunya memang agak lain, tetapi mambu membuat seorang bujang menerawang hingga jauh ke alam yg belum pernah ia rasakan.

    Dik.. jendelanya jangan di buka lebar. Saya bisa masuk angin kata perempuan setenga baya di depanku pelan.

    Aq tersentak. Masih melongo.

    Tolong itu jendelanya direptin sedikit katanya lagi.

    Ini? kataku.

    Iya itu

    Ya ampun, aq membayangkan suara itu berbisik di telingaku di atas tempat tidur yg putih. Keringatnya meleleh seperti yg kulihat sekarang. Nafasnya tersengal. Seperti kulihat ketika ia baru naik tadi, setelah mengejar angkot ini sekedar untuk dapat tempat duduk.

    Makasih ujarnya ringan.

    Aq sebetulnya ingin ada sesuatu yg bisa diomongkan lagi, sehingga tdk perlu curicuri pandang melirik lehernya, dadanya yg terbuka cukup lebar sehingga terlihat garis bukitnya.

    Saya juga tdk suka angin kencangkencang. Tapi saya gerah. meloncat begitu saja katakata itu.

    Aq belum pernah berani bicara begini, di angkot dengan seorang wanita, separuh baya lagi. Kalau kini aq berani pasti karena dadanya terbuka, pasti karena peluhnya yg membasahi leher, pasti karena aq terlalu terbuai lamunan. Ia malah melengos. Sial. Lalu asyik membuka tabloid. Sial. Aq tdk dapat lagi memandanginya.

    Kantorku sudah terlewat. Aq masih di atas angkot. Perempuan paruh baya itu pun masih duduk di depanku. Masih menutupi diri dengan tabloid. Tdk lama wanita itu mengetuk langitlangit mobil. Sopir menepikan kendaraan persis di depan sebuah salon. Aq perhatikan ia sejak bangkit hingga turun.

    Mobil bergerak pelan, aq masih melihat ke arahnya, untuk memastikan ke mana arah wanita yg berkeringat di lehernya itu. Ia tersenyum. Menantang dengan mata genit sambil mendekati pintu salon. Ia kerja di sana? Atau mau gunting? Creambath? Atau apalah? Matanya dikerlingkan, bersamaan masuknya mobil lain di belakang angkot. Sial. Dadaku tibatiba berdegupdegup.

    Bang, Bang kiri Bang..!

    Semua penumpang menoleh ke arahku. Apakah suaraku mengganggu ketenangan mereka?

    Pelanpelan suaranya kan bisa Dek, sang supir menggerutu sambil memberikan kembalian.

    Aq membalik arah lalu berjalan cepat, penuh semangat. Satu dua, satu dua. Yes.., akhirnya. Namun, tibatiba keberanianku hilang. Apa katanya nanti? Apa yg aq harus bilang, lho tadi kedipkedipin mata, maksudnya apa?

    Mendadak jari tanganku dingin semua. Wajahku merah padam. Lho, salon kan tempat umum. Semua orang bebas masuk asal punya uang. Bodoh amat. Come on lets go! Langkahku semangat lagi. Pintu salon kubuka.

    Selamat siang Mas, kata seorang penjaga salon,
    Potong, creambath, facial atau massage (pijit)..?
    Massage, boleh. ujarku sekenanya.

    Aq dibimbing ke sebuah ruangan. Ada sekatsekat, tdk tertutup sepenuhnya. Tetapi sejak tadi aq tdk melihat wanita yg lehernya berkeringat yg tadi mengerlingkan mata ke arahku. Ke mana ia? Atau janganjangan ia tdk masuk ke salon ini, hanya purapura masuk. Ah. Shit! Aq tertipu. Tapi tdk apaapa toh tipuan ini membimbingku ke alam lain.

    Dulu aq paling anti masuk salon. Kalau potong rambut ya masuk ke tukang pangkas di pasar. Ah.., wanita yg lehernya berkeringat itu begitu besar mengubah keberanianku.

    Buka bajunya, celananya juga, ujar wanita tadi manja menggoda,
    Nih pake celana ini..!

    Aq disodorkan celana pantai tapi lebih pendek lagi. Bahannya tipis, tapi baunya harum. Garis setrikaannya masih terlihat. Aq menurut saja. Membuka celanaku dan bajuku lalu gantung di kapstok. Ada dipan kecil panjangnya dua meter, lebarnya hanya muat tubuhku dan lebih sedikit. Wanita muda itu sudah keluar sejak melempar celana pijit. Aq tiduran sambil baca majalah yg tergeletak di rak samping tempat tidur kecil itu. Sekenanya saja kubuka halaman majalah.

    Tunggu ya..! ujar wanita tadi dari jauh, lalu pergi ke balik ruangan ke meja depan ketika ia menerima kedatanganku.
    Mbak Iin.., udah ada pasien tuh, ujarnya dari ruang sebelah. Aq jelas mendengarnya dari sini.

    Kembali ruangan sepi. Hanya suara kebetan majalah yg kubuka cepat yg terdengar selebihnya musik lembut yg mengalun dari speaker yg ditanam di langitlangit ruangan.

    Langkah sepatu hak tinggi terdengar, pletakpletokpletok. Makin lama makin jelas. Dadaku mulai berdegup lagi. Wajahku mulai panas. Jari tangan mulai dingin. Aq makin membenamkan wajah di atas tulisan majalah.

    Halo..! suara itu mengagetkanku. Hah..? Suara itu lagi. Suara yg kukenal, itu kan suara yg meminta aq menutup kaca angkot. Dadaku berguncang. Haruskah kujawab sapaan itu? Oh.., aq hanya dapat menunduk, melihat kakinya yg bergerak ke sana ke mari di ruangan sempit itu. Betisnya mulus ditumbuhi bulubulu halus. Aq masih ingat sepatunya tadi di angkot. Hitam. Aq tdk ingat motifnya, hanya ingat warnanya.

    Mau dipijat atau mau baca, ujarnya ramah mengambil majalah dari hadapanku,
    Ayo tengkurep..!

    Tangannya mulai mengoleskan cream ke atas punggungku. Aq tersetrum. Tangannya halus. Dingin. Aq kegelian menikmati tangannya yg menari di atas kulit punggung. Lalu pijitan turun ke bawah. Ia menurunkan sedikit tali kolor sehingga pinggulku tersentuh. Ia menekannekan agak kuat. Aq meringis menahan sensasasi yg waow..! Kini ia pindah ke paha, agak berani ia masuk sedikit ke selangkangan. Aq meringis merasai sentuhan kulit jarinya. Tapi belum begitu lama ia pindah ke betis.

    Balik badannya..! pintanya.

    Aq membalikkan badanku. Lalu ia mengolesi dadaku dengan cream. Pijitan turun ke perut. Aq tdk berani menatap wajahnya. Aq memandang ke arah lain mengindari adu tatap. Ia tdk bercerita apaapa. Aq pun segan memulai cerita. Dipijat seperti ini lebih nikmat diam meresapi remasan, sentuhan kulitnya. Bagiku itu sudah jauh lebih nikmat daripada bercerita. Dari perut turun ke paha. Ah.., selangkanganku disentuh lagi, diremas, lalu ia menjamah betisku, dan selesai.

    Ia berlalu ke ruangan sebelah setelah membereskan cream. Aq hanya ditinggali handuk kecil hangat. Kuusap sisa cream. Dan kubuka celana pantai. Astaga. Ada cairan putih di celana dalamku.

    Di kantor, aq masih terbayangbayang wanita yg di lehernya ada keringat. Masih terasa tangannya di punggung, dada, perut, paha. Aq tdk tahan. Esoknya, dari rumah kuitungitung waktu. Agar kejadian kemarin terulang. Jam berapa aq berangkat. Jam berapa harus sampai di Ciledug, jam berapa harus naik angkot yg penuh gelora itu.

    Ah sial. Aq terlambat setengah jam. Padahal, wajah wanita setengah baya yg di lehernya ada keringat sudah terbayang. Ini garagara ibuku menyuruh pergi ke rumah Tante Wanti. Bayar arisan. Tdk apalah hari ini tdk ketemu. Toh masih ada hari esok.

    Aq bergegas naik angkot yg melintas. Toh, si setengah baya itu pasti sudah lebih dulu tiba di salonnya. Aq duduk di belakang, tempat favorit. Jendela kubuka. Mobil melaju. Angin menerobos kencang hingga seseorang yg membaca tabloid menutupi wajahnya terganggu.

    Mas Tut.. hah..? suara itu lagi, suara wanita setengah baya yg kali ini karena mendung tdk lagi ada keringat di lehernya. Ia tdk melanjutkan kalimatnya.

    Aq tersenyum. Ia tdk membalas tapi lebih ramah. Tdk pasang wajah perangnya.

    Kayak kemarinlah.., ujarnya sambil mengangkat tabloid menutupi wajahnya.

    Begitu kebetulankah ini? Keberuntungankah? Atau kesialan, karena ia masih mengangkat tabloid menutupi wajah? Aq kira aq sudah terlambat untuk bisa satu angkot dengannya. Atau janganjangan ia juga disuruh ibunya bayar arisan. Aq menyesal mengutuk ibu ketika pergi. Paling tdk ada untungnya juga ibu menyuruh bayar arisan.

    Mbak Iin.., gumamku dalam hati.

    Perlu tdk ya kutegur? Lalu ngomong apa? Lha wong Mbak Iin menutupi wajahnya begitu. Itu artinya ia tdk mau diganggu. Mbak Iin sudah turun. Aq masih termangu. Turun tdk, turun tdk, aq hitung kancing. Dari atas: Turun. Ke bawah: Tdk. Ke bawah lagi: Turun. Ke bawah lagi: Tdk. Ke bawah lagi: Turun. Ke bawah lagi: Tdk. Ke bawah lagi: Hah habis kancingku habis. Mengapa kancing baju cuma tujuh?

    Hah, aq ada ide: toh masih ada kancing di bagian lengan, kalau belum cukup kancing Bapakbapak di sebelahku juga bisa. Begini saja daripada repotrepot. Anggap saja tiaptiap baju sama dengan jumlah kancing bajuku: Tujuh. Sekarang hitung penumpang angkot dan supir. Penumpang lima lalu supir, jadi enam kali tujuh, 42 hore aq turun. Tapi eh.., seorang penumpang pakai kaos oblong, mati aq. Ah masa bodo. Pokoknya turun.

    Kiri Bang..!

    Aq lalu menuju salon. Alamak.., jauhnya. Aq lupa kelamaan menghitung kancing. Ya tdk apaapa, hitunghitung olahraga. Hap. Hap.

    Mau pijit lagi..? ujar suara wanita muda yg kemarin menuntunku menuju ruang pijat.
    Ya.

    Lalu aq menuju ruang yg kemarin. Sekarang sudah lebih lancar. Aq tahu di mana ruangannya. Tdk perlu diantar. Wanita muda itu mengikuti di belakang. Kemudian menyerahkan celana pantai.

    Mbak Iin, pasien menunggu, katanya.

    Majalah lagi, ah tdk aq harus bicara padanya. Bicara apa? Ah apa saja. Masak tdk ada yg bisa dibicarakan. Suara pletakpletok mendekat.

    Ayo tengkurap..! kata wanita setengah baya itu.

    Aq tengkurap. Ia memulai pijitan. Kali ini lebih bertenaga dan aq memang benarbenar pegal, sehingga terbuai pijitannya.

    Telentang..! katanya.

    Kuputuskan untuk berani menatap wajahnya. Paling tdk aq dapat melihat leher yg basah keringat karena kepayahan memijat. Ia cukup lama bermainmain di perut. Sesekali tangannya nakal menelusup ke bagian tepi celana dalam. Tapi belum tersentuh kepala penisku. Sekali. Kedua kali ia memasukkan jari tangannya. Ia menyenggol kepala penisku. Ia masih dingin tanpa ekspresi. Lalu pindah ke pangkal paha. Ah mengapa begitu cepat.

    Jarinya mengelus tiap mili pahaku. Si Penis sudah mengeras. Betulbetul keras. Aq masih penasaran, ia seperti tanpa ekspresi. Tetapi eh.., diamdiam ia mencuri pandang ke arah penisku. Lama sekali ia memijati pangkal pahaku. Seakan sengaja memainkan Si Penis.

    Ketika Si Penis melemah ia seperti tahu bagaimana menghidupkannya, memijat tepat di bagian pangkal paha. Lalu ia memijat lutut. Si Penis melemah. Lalu ia kembali memijat pangkal pahaku. Ah sialan. Aq dipermainkan seperti anak bayi.

    Selesai dipijat ia tdk meninggalkan aq. Tapi mengelap dengan handuk hangat sisasisa cream pijit yg masih menempel di tubuhku. Aq duduk di tepi dipan. Ia membersihkan punggungku dengan handuk hangat. Ketika menjangkau pantatku ia agak mendekat. Bau tubuhnya tercium. Bau tubuh wanita setengah baya yg yg meleleh oleh keringat. Aq pertegas bahwa aq mengendus kuatkuat aroma itu. Ia tersenyum ramah. Eh bisa juga wanita setengah baya ini ramah kepadaku.

    Lalu ia membersihkan pahaku sebelah kiri, ke pangkal paha. Penis berdenyutdenyut. Sengaja kuperlihatkan agar ia dapat melihatnya. Di balik kain tipis, celana pantai ini ia sebetulnya bisa melihat arah turun naik Si Penis. Kini pindah ke paha sebelah kanan. Ia tepat berada di tengahtengah. Aq tdk menjepit tubuhnya.

    Tapi kakiku saja yg seperti memagari tubuhnya. Aq membayangkan dapat menjepitnya di sini. Tetapi, bayangan itu terganggu. Terganggu wanita muda yg di ruang sebelah yg kadangkadang tanpa tujuan jelas bolakbalik ke ruang pijat.

    Dari jarak yg begitu dekat ini, aq jelas melihat wajahnya. Tdk terlalu ayu. Hidungnya tdk mancung tetapi juga tdk pesek. Bibirnya sedang tdk terlalu sensual. Nafasnya tercium hidungku. Ah segar. Toket itu dari jarak yg cukup dekat jelas membayang. Cukuplah kalau tanganku menyergapnya.

    Ia terus mengelap pahaku. Dari jarak yg dekat ini hawa panas tubuhnya terasa. Tapi ia dingin sekali. Membuatku tdk berani. Ciut. Si Penis tibatiba juga ikutikutan ciut. Tetapi, aq harus berani. Toh ia sudah seperti pasrah berada di dekapan kakiku.

    Aq harus, harus, harus..! Apakah perlu menhitung kancing. Aq tdk berpakaian kini. Lagi pula percuma, tadi saja di angkot aq kalah lawan kancing. Aq harus memulai. Lihatlah, masak ia begitu berani tadi menyentuh kepala Penis saat memijat perut. Ah, kini ia malah berlutut seperti menunggu satu kata saja dariku.

    Ia berlutut mengelap paha bagian belakang. Kaki kusandarkan di tembok yg membuat ia bebas berlamalama membersihkan bagian belakang pahaku. Mulutnya persis di depan Penis hanya beberapa jari. Inilah kesempatan itu. Kesempatan tdk akan datang dua kali. Ayo. Tunggu apa lagi. Ayo cepat ia hampir selesai membersihkan belakang paha. Ayo..!

    Aq masih diam saja. Sampai ia selesai mengelap bagian belakang pahaku dan berdiri. Ah bodoh. Benarkan kesempatan itu lewat. Ia sudah membereskan peralatan pijat. Tapi sebelum berlalu masih sempat melihatku sekilas. Betulkan, ia tdk akan datang begitu saja. Badannya berbalik lalu melangkah. Pletak, pletok, sepatunya berbunyi memecah sunyi. Makin lama suara sepatu itu seperti mengutukku bukan berbunyi pletak pelok lagi, tapi bodoh, bodoh, bodoh sampai suara itu hilang.

    Aq hanya mendengus. Membuang napas. Sudahlah. Masih ada esok. Tetapi tdk lama, suara pletakpletok terdengar semakin nyaring. Dari iramanya bukan sedang berjalan. Tetapi berlari. Bodoh, bodoh, bodoh. Eh.., kesempatan, kesempatan, kesempatan. Aq masih mematung. Duduk di tepi dipan. Kaki disandarkan di dinding. Ia tersenyum melihatku.

    Maaf Mas, sapu tangan saya ketinggalan, katanya.

    Ia mencaricari. Di mana? Aq masih mematung. Kulihat di bawahku ada kain, ya seperti saputangan.

    Itu kali Mbak, kataku datar dan tanpa tekanan.

    Ia berjongkok persis di depanku, seperti ketika ia membersihkan paha bagian bawah. Ini kesempatan kedua. Tdk akan hadir kesempatan ketiga. Lihatlah ia tadi begitu teliti membenahi semua perlatannya. Apalagi yg dapat tertinggal? Mungkin sapu tangan ini saja suatu kealpaan. Ya, seseorang toh dapat saja lupa pada sesuatu, juga pada sapu tangan. Karena itulah, tdk akan hadir kesempatan ketiga. Ayo..!

    Mbak.., pahaku masih sakit nih..! kataku memelas, ya sebagai alasan juga mengapa aq masih bertahan duduk di tepi dipan.

    Ia berjongkok mengambil sapu tangan. Lalu memegang pahaku,

    Yg mana..?

    Yes..! Aq berhasil.

    Ini.., kutunjuk pangkal pahaku.

    Besok saja Sayang..! ujarnya.

    Ia hanya mengelus tanpa tenaga. Tapi ia masih berjongkok di bawahku.

    Yg ini atau yg itu..? katanya menggoda, menunjuk Penisku.

    Darahku mendesir. Penisku tegang seperti mainan anakanak yg dituip melembung. Keras sekali.
    Jangan cuma ditunjuk dong, dipegang boleh.

    Ia berdiri. Lalu menyentuh Penis dengan sisi luar jari tangannya. Yes. Aq bisa dapatkan ia, wanita setengah baya yg meleleh keringatnya di angkot karena kepanasan. Ia menyentuhnya. Kali ini dengan telapak tangan. Tapi masih terhalang kain celana. Hangatnya, biar begitu, tetap terasa. Aq menggelepar.

    Sst..! Jangan di sini..! katanya.

    Kini ia tdk malumalu lagi menyelinapkan jemarinya ke dalam celana dalamku. Lalu dikocokkocok sebentar. Aq memegang teteknya. Bibirku melumat bibirnya.

    Jangan di sini Sayang..! katanya manja lalu melepaskan sergapanku.
    Masih sepi ini..! kataku makin berani.

    Kemudian aq merangkulnya lagi, menyiuminya lagi. Ia menikmati, tangannya mengocok Penis.

    Besar ya..? ujarnya.

    Aq makin bersemangat, makin membara, makin terbakar. Wanita setengah baya itu merenggangkan bibirnya, ia terengahengah, ia menikmati dengan mata terpejam.

    Mbak Iin telepon.., suara wanita muda dari ruang sebelah menyalak, seperti bel dalam pertarungan tinju.

    Mbak Iin merapihkan pakaiannya lalu pergi menjawab telepon.

    Ngapaian sih di situ..? katanya lagi seperti iri pada Iin.

    Aq mengambil pakaianku. Baru saja aq memasang ikat pinggang, Iin menghampiriku sambil berkata,

    Telepon aq ya..!

    Ia menyerahkan nomor telepon di atas kertas putih yg disobek sekenanya. Pasti terburuburu. Aq langsung memasukkan ke saku baju tanpa mencermati nomornomornya. Nampak ada perubahan besar pada Iin. Ia tdk lagi dingin dan ketus. Kalau saja, tdk keburu wanita yg menjaga telepon datang, ia sudah melumat Si Penis. Lihat saja ia sudah separuh berlutut mengarah pada Penis. Untung ada tissue yg tercecer, sehingga ada alasan buat Iin.

    Ia mengambil tissue itu, sambil mendengar kabar gembira dari wanita yg menunggu telepon. Ia hanya menampakkan diri separuh badan.

    Mbak Iin.., aq mau makan dulu. Jagain sebentar ya..!

    Ya itulah kabar gembira, karena Iin lalu mengangguk.

    Setelah mengunci salon, Iin kembali ke tempatku. Hari itu memang masih pagi, baru pukul 11.00 siang, belum ada yg datang, baru aq saja. Aq menanti dengan debaran jantung yg membuncahbuncah. Iin datang. Kami seperti tdk ingin membuang waktu, melepas pakaian masingmasing lalu memulai pergumulan.

    Iin menjilatiku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aq menikmati kelincahan lidah wanita setengah baya yg tahu di mana titiktitik yg harus dituju. Aq terpejam menahan air mani yg sudah di ujung. Bergantian Iin kini telentang.

    Pijit saya Mas..! katanya melenguh.

    Kujilati toketnya, ia melenguh. Lalu memeknya, basah sekali. Ia membuncah ketika aq melumat klitorisnya. Lalu mengangkang.

    Aq sudah tak tahan, ayo dong..! ujarnya merajuk.

    Saat kusorongkan Penis menuju memeknya, ia melenguh lagi.

    Ah.. Sudah 3 tahun, benda ini tak kurasakan Sayang. Aq hanya main dengan tangan. Kadangkadang ketimun. Jangan dimasukkan dulu Sayang, aq belum siap. Ya sekarang..! pintanya penuh manja.

    Tetapi mendadak bunyi telepon di ruang depan berdering. Kring..! Aq mengurungkan niatku. Kring..!

    Mbak Iin, telepon. kataku.

    Ia berjalan menuju ruang telepon di sebelah. Aq mengikutinya. Sambil menjawab telepon di kursi ia menunggingkan pantatnya.

    Ya sekarang Sayang..! katanya.

    Halo..? katanya sedikit terengah.
    Oh ya. Ya nggak apaapa, katanya menjawab telepon.
    Siapa Mbak..? kataku sambil menancapkan Penis amblas seluruhnya.
    Si Anis, yg tadi. Dia mau pulang dulu ngeliat orang tuanya sakit katanya sih begitu, kata Iin.

    Setelah beberapa lama menyodoknya,

    Terus dong Yg. Auhh aq mau keluar ah.., Yg tolloong..! dia mendesah keras.

    Lalu ia bangkit dan pergi secepatnya.

    Yg.., cepatcepat berkemas. Sebantar lagi Mbak Ita yg punya salon ini datang, biasanya jam segini dia datang.

    Aq langsung beresberes dan pulang.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.

  • Cerita Sex Puas Bermain Dengan Asih Dan Ina

    Cerita Sex Puas Bermain Dengan Asih Dan Ina


    1054 views

    Perawanku – Cerita Sex Puas Bermain Dengan Asih Dan Ina, Bangun tidur sore itu… tidak membuat Anton menjadi bugar, seperti layaknya orang bangun tidur, Bayangkan 2 malam begadang di puncak Merapi. Sebagai anggota pencinta alam, kampusnya ditugaskan untuk mencari beberapa anak SMK pendaki yang hilang di Merapi. Cuaca buruk begini nekat mendaki gunung, kutuknya dalam hati. Di dekapnya kedua kaki mengusir dingin di atas bangku teras depan kosnya, cuaca hujan rintik-rintik.

    Memang cuaca bulan Desember membuat segalanya menjadi basah, termasuk beberapa potong celana jeans belelnya yang kemungkinan hanya di bulan Desember ini bertemu dengan yang namanya air, dua potong CD pun ikut basah akibat dicucinya tadi pagi. Benar2 hari yang menyiksa bagi Anton, sudah dingin cuaca… tanpa CD pula. Sepotong kain sarung yang lumayan kering cukuplah menghangatkan tubuh cekingnya sore itu.Agen Poker
    Tempat kos Anton cukup strategis, walaupun bangunan peninggalan Belanda, tetapi letaknya terpisah dari perkampungan, karena dikelilingi oleh tembok tinggi. Ibarat memasuki sebuah benteng pada jaman dahulu, letak kamar kos-kosan disekeliling bangunan utama yang di jadikan sekolah negeri. Suasana sekitar kos-kosan memang sedang sepi… penghuninya banyak yang pulang kampung, maklum liburan. Sementara sebagian kamar dijadikan asrama sekolah yang juga kosong ditinggal penghuninya liburan, praktis Anton merasa sebagai penjaga kosan, umpatnya dalam hati.
    “Mas… jamu mas…” sapa tukang jamu gendongan membuyarkan lamunan Anton.
    “Eh embak… ujan-ujan ngagetin orang lagi ngelamun aja” sewot Anton.
    “Masnya ini lho… ujan-ujan kok ngelamun… tuh jemuran gak diangkat…” tanya mbak jamu sambil berjalan menghampiri beranda di mana Anton duduk.
    “Emang sengaja mbak… sekalian kena air” jawab Anton sekenanya.
    “Lho… kan sayang udah di cuci tapi kehujanan” kata mbak jamu keheranan.
    “belum kok, belum di cuci” elak Anton.
    “Lha… kok aneh” protes mbak jamu,
    “sekalian dicuciin sama ujan” saut Anton.
    “Dah laku jamunya mbak? tanya Anton di sela-sela gerimis.
    “Yah belum banyak sih, makanya mbok dibeli mas jamunya” pinta mbak Jamu memelas.
    “Emang jualan jamu apa aja sih mbak” selidik Anton sambil membenahi sarungnya.
    “Ya macem-macem, ada galian singset, sari rapet, kunir asem, sehat lelaki, pokoknya banyak deh, dan semuanya hasil meracik sendiri lho mas” bangga mbak jamu sembari membersihkan air di sekitar kaki dan kainnya.
    “Kalo badan pegel-pegel, jamunya apa mbak?” tanya Anton,
    “Ada tolak angin” seru mbak jamu.
    “Ah… kalo aku biasa di kerokin mbak, kalo minum jamu doang kurang marem” kata Anton.
    “Mbaknya bisa ngerokin saya?” goda Anton,
    “Emang situ mau saya kerokin” kerling mbak jamu malu-malu. Anton hanya tersenyum saja.
    “Ngomong-ngomong… namanya siapa sih mbak” tanya Anton.
    “Saya Inah mas” jawabnya tersipu. Kalo di perhatikan… manis juga nih cewek… mana putih lagi kulitnya, gumam hati Anton.
    “Kalo mas siapa namanya?” tanya Inah membuyarkan lamunan Anton.
    “Saya Anton mbak” jawab Anton gugup. Keduanya bersalaman, gila… alus juga nih cewek tangannya, bathin Anton.
    “Gimana mas Anton, mau saya kerokin?” tantang Inah memancing.
    “Bener bisa ngerokin nih?” tanya Anton antusias.
    “Boleh” jawab Inah senyum.
    “Tapi jangan di sini ya, bawa masuk aja sekalian bakulnya mbak” kata Anton sambil bangkit berdiri menyilahkan Inah masuk ke dalam kos-kosan.
    “Wah kos-kosannya bagus ya mas, ada ruang tamunya segala, ini kamar siapa aja mas kok ada tiga? selidik Inah sembari meletakkan bakulnya di pojok dekat bufet.
    “Kamar temen, cuman mereka pada pulang kampung, tinggal saya sendiri jaga kos” jawab Aton.
    “Kamar mas Anton sebelah mana” tanya Inah,
    “Itu mbak, paling pojok, paling gelap” kata Anton.
    “Ih ngeri ah… gelap-gelapan” goda Inah genit.
    “Gak pa pa kok… aku dah jinak” canda Anton sembari mengajak Inah menuju ke dalam kamarnya.
    “Kok sepi mas?” selidik Inah sembari melihat ke kiri kanan. “Rumah sebelah juga pulang kampung sekeluarga, makanya sepi” jawab Anton.
    “Kamar mandinya di mana mas, aku mau cuci kaki dulu” tanya Inah.
    “Itu di depan kamarku jawab Anton sembari membereskan tempat tidurnya yang berantakan.
    Anton merebahkan badannya telungkup di atas kasur tanpa dipan, sementara Inah mengambil minyak gosok serta uang benggol untuk kerokan. “Mbak, jangan pake minyak ah… aku gak tahan bau dan panasnya” cegah Anton. “Trus pake apa dong mas? tanya Inah bingung. Anton berdiri menuju meja rias, diambilnya sebotol Hand Body dan di berikannya kepada Inah. “Pake ini aja mbak.. wangi lagi” senyum Anton.
    Kemudian Inah mengambil posisi duduk di sebelah Anton, disingkapkannya kain batik yg dikenakannya sehingga tampaklah betis mulus Inah. Wah mulus juga, mana banyak bulu halusnya nih tukang jamu sorak hati Anton. Tangan yang menempel di punggung Anton juga dirasa lembut dan halus oleh Anton. “Umurnya berapa mbak” tanya Anton memecah keheningan mereka berdua. “Dua enam bulan besok mas” jawab Inah. “Beda dua tahun di atas dong dengan saya” kata Anton sembari meringis kesakitan. “udah rumah tangga mbak?” kejar Anton. “Pisahan mas, suami saya kabur gak tanggung jawab” kata Ginah. “Lho kenapa?” sambung Anton penasaran.
    “Kecantol janda sebelah kampung” ungkap Inah cuek.
    “Waduh… laki-laki bodoh tuh… sela Anton sembarangan.
    “Emangnya kenapa mas?” penasaran Inah.
    “Gimana gak bodoh, punya istri manis, putih dan sintal kayak gini kok di sia-siakan” rayu Anton.
    “Ah… mas Anton bisa aja” jawab Inah masuk dalam perangkap Anton, sembari mencubit pinggang lelaki itu.
    “Eh… geli ah mbak…” jerit Anton sedikit mengelinjang.
    “Laki-laki kok gelian… ceweknya cantik tuh…” goda Inah.
    “Nggak cuman cantik… tapi banyak juga mbak” sombong Anton.
    “Huh… dasar… laki-laki…” cemberut Inah.
    “Mbak… tadi jamunya apa aja?” tanya Anton kemudian setelah adegan kerokan di punggungnya selesai.
    “Kalo buat kondisi mas Anton sekarang… minum Sehat Lelaki” jawab Inah, “Kasiatnya apa aja mbak?” kejar Anton. “Selain ngilangin masuk angin, supaya badan gak lemes dan mudah loyo” jawab Inah.
    “Mudah loyo…? maksudnya apa…? tanya Anton kemudian.
    “Ih masnya ini lho… kayak gak tau aja…” jawab Inah malu-malu. Anton memutar badannya, sekarang dia telentang menghadap Inah yang masih duduk terpaku,
    “Sungguh… saya gak tau mbak” aku Anton.
    Inah memalingkan wajahnya, terlihat semu merah di pipi Inah yang menambah manis rona wajahnya.
    “Itu lho… buat pasangan suami istri kalo mau melakukan hubungan…” jawab Inah tersipu.
    “Hubungan…? hubungan apa…?” tanya Anton dengan muka bloonnya.
    “Ahhh… mas Anton ini lho… ya hubungan suami istri” jawab Inah sembari mencubit lengan Anton.
    “Bagi yang punya pasangan… kalo kayak aku gimana…? siapa pasanganku ya…?” kerling Anton menantang Inah. Inah sendiri membuang mukanya, tetapi Anton menangkap semu merah di wajah Inah.
    Inah bangkit mengambil bakul yang tertinggal di ruang tamu, sekembalinya dia bertanya lagi kepada Anton,
    “Jadi nggak… jamu Sehat Lelakinya mas?” tanyanya kepada Anton.
    “Sini dulu dong…” jawab Anton sembari tangannya mempersilahkan Inah untuk duduk di sampingnya lagi.
    “Kalo aku jadi minum… terus bereaksi… buat membuktikannya gimana kalo jamu buatan mbak itu benar-benar berkhasiat” goda Anton.
    “Ya sama pacarnya dong… maunya sama sapa?” pancing Inah gantian.
    “Gimana kalo sama mbak aja… soalnya pacar yang mana juga bingung aku” tembak Anton sekenanya.
    “Jangan ah… entar kedengeran sama tetangga lho” jawab Inah tanpa nada penolakan.
    Kemudian Inah mengambil botol dari bakul dan meracik ramuan Sehat Lelaki. Anton bangkit dari tidurnya kemudian mendekati tempat Inah duduk, dibelainya kepala gadis itu dengan lembut.
    “Jangan mas… genit ah… entar aku teriak lho” ancam Inah jinak-jinak merpati.
    “Teriak aja… paling gak ada yang keluar… orang ujan-ujan begini… pada males orang keluar” tantang Aton. Kemudian belaian Anton turun ke pipi Inah terus ke leher jenjangnya.
    “Masss… geli ahh.. entar tumpah nih gelasnya” ancam Inah.
    “Kamu cantik lho mbak… kok bodoh sekali ya bekas suamimu itu” rayu Anton,
    “Soalnya janda itu kaya mas… sementara aku kan cuma orang desa yang gak punya apa-apa” jawab Inah sembari memberikan gelas berisi ramuan jamu kepada Anton.
    “Nih… minum dulu ramuannya… ditanggung ces pleng…” jawab Inah tanpa di sadari.
    “Hee… berarti mau dong ngebuktiin khasiatnya” tembak Anton setelah meminum habis ramuan jamu tersebut.
    “Eh… ya nggak gitu… nyobanya gak sama aku” elak Inah merasa di tembak Anton.
    “Sekarang pijitin bagian depannya dong mbak, khan gak imbang kalo cuma belakangnya aja yang di garap” pinta Anton. “Depannya minta di kerok sekalian mas?” tanya Inah. “Nggak usah di kerok… pijitin aja” kata Anton.
    Pijitan Inah di dada Anton, kembali membuat pemberontakan adiknya di dalam sarung. Tangan kanan Anton kembali meraba pipi halus Inah, wanita itu terdiam. Kemudian Anton menelusuri rabaan mulai turun ke leher Inah, perlahan tapi pasti dibukanya kancing kebaya Inah, Inah menoleh ke samping, dadanya bergemuruh, dirasakan semua bulu kuduknya berdiri, sensasi ini telah lama ia rindukan, semenjak bercerai dengan suaminya setahun lalu, tidak ada tangan laki-laki lain yang menyentuh tubuh sintalnya.
    Cerita Sex Puas Bermain Dengan Asih Dan Ina

    Cerita Sex Puas Bermain Dengan Asih Dan Ina

    Anton merasakan deru nafas Inah yang mulai tidak teratur, dalam hati Anton bersorak… kena lo sekarang…! Dirabanya bukit kembar satu persatu. Anton tidak mau terburu-buru, diraba dengan bra yang masih terpasang. Rona wajah Inah semakin nyata, “Masss… jaaangaannnn… mass… nanti dilihat orang” erang Inah sembari menahan gejolak dalam dirinya tanpa menepis tangan Anton. Anton tidak menjawab, perlahan di bukanya kebaya Inah mulai dari pundak.
    Inah mencoba untuk menahan tangan Anton, kemudian Anton bangkit dari tidurannya, Inah memiringkan wajahnya seolah takut berhadapan dengan wajah Anton yang tinggal beberapa senti lagi darinya. Anton meraih dagu wanita itu, perlahan dipalingkan wajah Inah tepat dihadapannya, kemudian Anton mendekatkan bibirnya mengecup bibir Inah, Wanita itu menolak, tetapi hanya sesaat, kedua tangan Anton memegang pundak wanita itu dan dilanjutkannya mengecup bibirnya, bergetar bibir wanita itu dirasa menambah nafsu Anton, perlahan dibukanya bibir itu dan dikulumnya lidah wanita itu, terlihat Inah mulai menikmatinya sambil memejamkan mata.
    Kedua tangan Anton menurunkan kebaya yang dipakai Inah, tanpa perlawanan lagi. Sembari mereka saling berpagutan, dicarinya pengait bra di punggung wanita itu dan berhasil dibukanya, perlahan diturunkannya tali di atas pundaknya ke samping dan turun ke bawah. Anton terhenyak tanpa melepaskan pagutannya, bukit kembar wanita itu masih kencang, bulat dan mengacung putingnya menantang, kemudian dirabanya kedua bukit itu disertai erangan kecil Inah.
    “Masss… aku takuuutt…” erang Inah.
    “Sssstttt… enggak pa pa kok… nikmatin aja ya sayang” ujar Anton menenangkan wanita itu.
    Kemudian Anton mengambil tangan kiri Inah yang kemudian diletakkannya di atas sarung tepat di senjata Anton.
    “Mass… gak pake celana dalam ya…?” tanya Ginah sembari mengelusnya dari luar sarung.
    Anton hanya tersenyum, kemudian diapun berusaha untuk melepaskan kain yang masih dikenakan Inah. Setelah kain terlepas… Anton tidak dapat menahan gelinya, “Kamu juga gak pake daleman ya…? tanya Anton dengan geli.
    “Memang rata-rata tukang jamu itu tidak memakai celana dalam mas” jawab Ginah ketus, giliran Anton yang kaget dan melongo… Gila!!! Perlahan ditatapnya wajah Inah, perlahan tapi pasti tangan Anton merenguh bahu wanita itu dan perlahan-lahan merebahkannya ke lantai.
    Anton mulai meraba kedua bukit kembar Inah, sementara wanita itu memalingkan wajahnya menghindar tatapan Anton, di pegangnya tangan Anton tetapi tidak bermaksud untuk melarang. Anton memang pandai memanjakan wanita, walau dirasa tubuh wanita itu sedikit berbau ramuan jamu, tidak mengurangi nafsu Anton untuk kemudian menjilatinya. Dimulai dari leher jenjang wanita itu, kemudian perlahan turun pada dua bukit kembar, kembali lidah Anton menyelusuri gundukan bukit itu satu persatu yang diakhiri dengan sedotan diujung putingnya.
    Terdengar erangan wanita seperti kepedesan, kedua tangannya telah beralih ke rambut gondrong Aton dengan sedikit jambakan. Lidah Anton meneruskan gerilyanya, turun ke arah pusar Inah, terlihat Inah demikian menikmatinya, kegiatan yang tidak pernah dilakukan suaminya dahulu, karena suaminya hanya memaksa bila ingin dipenuhi kebutuhan sahwatnya tanpa Inah merasakan nikmatnya berhubungan insan berlainan jenis.
    Tangan Anton kembali meremas bukit kembar Inah, sementara jilatan Anton telah mendekati sasaran di sarang kenikmatan Inah. Luar biasa… bulu kemaluan Inah demikian lebatnya, menambah sensasi tersendiri buat Anton. “Eh… masss… mau ngapaiiinn…? selidik Inah di atas sana.
    Anton tidak menjawab, tangan kanannya berusaha menyingkap bulu lebat Inah untuk menemukan kenikmatan gadis itu.
    “Jangan masss… kotooorrr… achhh…” erang Inah menahan gejolak yang untuk pertama kali dirasakan sensasi itu.
    Anton hanya melirik ke atas, dilihatnya mata wanita itu terpejam kenikmatan.
    “Masss… ediaaannn… uenakeee… ssshhh… aaahhh… emmmhhh masss…” jerit tertahan Inah sembari menjambak rambut Anton.
    Lidah Anton menemukan klitoris Indah, dijilat, dipluntir dan sesekali dihisap lembut, sehingga tak lama membuat Inah kelojotan.
    “Masss… gak kuaaat… mauuu pipp pisss…” teriak Inah sambil berusaha menyingkirkan kepala Anton dari kemaluannya.
    Anton menolak dan semakin kuat membenamkan wajahnya kedalam kemaluan Inah.
    Tak lama kemudian Anton merasa kalau kepalanya sedikit sakit akibat jepitan paha Inah, tetapi di tahannya, karena Anton tahu bahwa wanita ini mengalami orgasme yang teramat hebat dan dahsyatnya.
    “Achhh… emmmhhh… masss…sss…sss acchhh…” jerit tertahan Indah mengiringi orgasme yang baru sekali ini dialaminya, seolah copot semua persendian di tubuhnya. Sensasi apa ini, yang tak mampu dicapai oleh pikirannya, karena tidak pernah di dapat dari mantan suaminya dulu. Inah terkapar kelelahan,
    Anton memeluknya, dielusnya rambut dan pipi Inah, sementara Inah kehabisan nafas, seakan habis puluhan kilometer dia lari…
    “Gimana rasanya mbak?” tanya Anton beberapa saat kemudian setelah Inah terlihat telah dapat mengatur nafasnya. “Masss… tadi itu rasanya seperti apa ya…? tanya Inah kebingungan disela nafas yang masih tersengal.
    “Sssst… sudah tak usah diungkapkan… pokoknya dirasain aja ya…” jawab Anton menenangkan Inah.
    Beberapa saat kemudian Inah telah normal kembali pernafasannya dan bangkit duduk di samping Anton. “Kok mas gak jijik sih nyiumin pepekku” tanya Inah yang membahasakan kemaluannya dengan pepek. Anton tidak menjawab, malah dia bertanya pada Inah
    “Inah bener… belum pernah merasakan seperti tadi ya?”
    “Bener mas, soalnya suami Inah itu Peltu” jawab Inah.
    “Peltu??? emangnya suami Inah itu aparat?” goda Anton.
    “Bukan… nempel metu…” jawab Inah tersipu.
    “Ha… ha… ha…” tawa renyah Anton.
    Inah sudah tidak malu-malu lagi, perlahan tangan kanannya meraih senjata Anton yang masih tegak berdiri,
    “Mas… punyanya kok panjang begini ya” tanya Inah sembari mengelus senjata Anton. Anton tersenyum, diberinya ruang untuk Inah dapat sepenuhnya menikmati senjata Anton.
    Kemudian perlahan dan agak ragu, Inah mendekati senjata Anton ke wajahnya, matanya melirik Anton seakan meminta persetujuan Anton, Anton tersenyum dan mengangguk. Dengan tidak buru-buru, dimasukkannya kepala senjata Anton ke dalam mulut Inah, Anton terpejam merasakan sensasi bibir Inah sembari mengelus rambut wanita itu, luar biasa… katanya tidak mempunyai pengalaman, tetapi dalam urusan sedot-menyedot… rupanya Inah juga jagonya, bathin Anton, mungkin ini yang dinamakan bakat alam, tanpa dipelajari sudah berjalan secara naluri.
    Anton masih bermain dengan pikirannya, sementara Inah mengulum senjatanya. Sosok Inah di mata Anton seolah tidak bedanya dengan cewek-cewek kencannya, tetapi Inah mempunyai nilai plus. Di samping Inah hanya seorang tukang jamu, tetapi dalam merawat tubuh tidaklah kalah dengan cewek kuliahan, Kulit Inah putih bersih dengan bulu-bulu halus di sekujut tubuhnya, ketiak yang tidak dicukur tetapi rapi memberi kesan tidak jorok, sementara bulu kemaluan yang lebat sampai ke belakang.
    Anton terhenyak melihat Inah terbangun dari kulumannya di senjata Anton. “Kenapa mbak?” tanya Aton, “Pegel mas mulutku, habis gede banget sih senjatanya” senyum Inah malu-malu. “Oke, sekarang mbak tiduran, aku masukin ya senjataku ke pepek embak” kata Anton. Tanpa perlu menjawab, Inah merebahkan tubuhnya memasang posisi, kemudian Anton mulai menusukkan senjatanya kedalam kenikmatan Inah.
    “Auuu… pelan-pelan ya masss… masukinnya… maklum dah lama gak di pake?” meringis Inah merasakan moncong senjata Anton memasuki lubang pepeknya. Setelah di rasa cukup masuk dan menyesuaikan di dalam lobang kenikmatan Inah, mulailah Anton memaju-mundurkan senjatanya.
    “Ssshhh… enaaak masss… terusss… yang dalammm masss…”erang Inah keenakan. Anton mulai berkeringat, walau udara di kamar sebetulnya cukup dingin, mungkin karena jamu yang diminum tadi sudah bereaksi.
    “Gila nih lobangnya mbak… adikku kamu jepit pake apa sih mbak” kata Anton disela aktifitasnya memaju mundurkan senjatanya,
    “Ah… mas Anton ini lho.. sempet-sempetnya bercanda… enggak kok mas… barangku enggak ada alatnya… cuman bisa njepit aja” bangga Inah.
    “Ini yang dinamakan orang ‘Empot Ayam’ ramuan Madura… khan ada jamunya juga mbak” kata Anton.
    “Iya mas… aku rajin minum juga… cuman gak tau namanya apa… soalnya itu jamu warisan nenekku yang memang masih ada keturunan Madura…” jawab Inah sembari merasakan sensasi kembali.
    “Accchhh… masss… aku moo pippiisss lagiii… aahhh…” untuk kedua kalinya Inah melenguh panjang, pertanda telah sampai orgasme nya yang kedua.
    Dijepitnya pinggang Anton… dipeluknya dada Anton, seolah mau melumat tubuh kurus Anton, Anton sedikit meringis merasakan jepitan kaki Inah dan pelukan tangan Inah di tubuhnya, tetapi Anton mengerti akan kenikmatan Inah, maka dibiarkannya wanita itu menjepit tubuhnya. Setelah beberapa saat Anton memberi waktu untuk Inah mengembalikan nafas liarnya, ia berinisiatif untuk merubah gaya, disuruhnya Inah untuk nungging membelakanginya, Anton melakukan dogy style. Inipun sensasi lain yang dirasakan Inah, baru dengan Anton ini ia merasakan indahnya persetubuhan.
    Anton pun merasakan sensasi lain dari jepitan lubang Inah, dengan posisi ini, lubang kemaluan Inah semakin dirasakan sempit, sedikit mengalami kesulitan bagi Anton untuk memaju-mundurkan senjatanya, walau lubang Inah sudah sedemikian basahnya akibat orgasme Inah tadi.
    Tangan Anton memegang pinggul Inah, sedangkan Inah memeluk bantal sembari mengerang kenikmatan,
    “tusuk yang dalammm… masss… ssshhh….
    Akhirnya Anton memacu semakin cepat dengan tujuan untuk mencapai puncak kenikmatan bersamaan, kali ini. “Masss… pippiiisss… lagi nihhh akuuu…” desak Inah,
    “sabar sayang… mas juga mau keluar nihhh… ayuuukkk… aaahhh… Naaahhh” lenguh Anton. demikian juga Inah yang semakin liar memeluk serta menggigit sarung Aton,
    “aaacchh… emmmhhh… enghhh… masss…”
    Keduanya terkapar di kasur dengan deru nafas yang saling berlomba, Inah memeluk Anton, Anton membelai rambut lurus Inah. Mereka saling mendekap, berpagutan, disela deru nafas mereka berdua, hujan deras di luar. Tetapi di dalam kamar telah terjadi kehangatan yang dahsyat. “Mbak, gimana rasannya dengan gaya kayak barusan tadi?” tanya Anton memulai pembicaraan.
    “Sungguh mas, baru kali ini saya merasakannya dan ternyata luar biasa, seperti pengen mengulang terus dan terus” jawab lugu Inah.
    “ha… ha… ha… kayak iklan aja nih…” gelak Anton.
    “Kalo mas Anton udah berapa cewek yang mas Anton puasin?” selidik Inah sembari memainkan puting susu Anton,
    “Hemm… berapa ya…” jawab Anton seolah berpikir,
    “tau ah… saking banyaknya”. “dasar laki-laki buaya” geram Inah sembari mencubit dada Anton.
    “Trus… kebanyakan cewek-cewek itu juga puas mas…?” tanya Inah sedikit cemburu,
    “seperti jawabanmu bila kamu di tanya sama orang, pasti jawabannya… Luar Biasaaa…” jawab Anton geli sembari mencubit mesra hidung Inah.
    “Mas Anton gak punya cewek yang diseriusin ya?” kejar Inah lagi, “mana ada yang bisa serius dengan aku… kebanyakan cewek yang deket sama aku juga paling-paling minta dipuasin nafsunya” elak Anton.
    “Nakal ya mas Anton ini…” gemes Inah sembari mencubit senjata Anton.
    “Ha… ha… ha… memang itu yang mereka inginkan.. kebanyakan mereka nggak kangen sama aku,,, tetapi kangen sama burungku… ha.. ha… ha… canda Anton sambil terkekeh renyah.
    “tapi suatu saat nanti… pasti lah aku cari pendamping yang setia… mungkin seperti kamu mbak… selain manis, putih, pintar memijit dan piawai dibidang jepit-menjepit…” aku Anton sembari memeluk dan mengelitik payudara Inah.
    “Gombal…” jawab Inah sembari berusaha melepaskan diri dari dekapan kelitikan Anton yang sengaja menyenggol payudaranya.
    “Mas… aku ke kamar mandi dulu ya, lengket rasa sekujur tubuh nih… pinjam handuknya boleh mas? tanya Inah sembari bangkit menuju kamar mandi, “Tuh di depan kamar mandi… handukku warna merah” jawab Anton.
    Memang diakui Anton bahwa jamu ramuan mbak Inah memang terbukti khasiatnya, Anton merasa cairan yang dikeluarkannya begitu banyak dan kental, serta pegal-pegal di badannya seketika hilang tak dirasa. Entah membayangkan sensasi apa yang ada dalam tubuh Inah, Anton merasa senjatanya bangkit berdiri kembali, gila nih jamu… dah minta jatah lagi adik gua.
    Anton bangkit dari tidurannya dihampirinya Inah yang sedang berada di kamar mandi,
    “lho… kok gak ditutup pintunya mbak?” tanya Aton geli dan melihat Inah sedang jongkok mengguyur air di sekujur tubuh mulusnya.
    “Katanya gak ada orang… makanya gak aku tutup pintunya, lho… kok sudah mengacung lagi mas senjatanya?” goda Inah sembari melihat kemaluan Anton yang tegak berdiri.
    “Iya nih… tanggung jawab lho mbak… gara-gara jamunya nih… adikku minta jatah lagi” protes Anton.
    “Aduh kacian… sini-sini mbak angetin…” bujuk Inah sembari meraih kemaluan Anton dan segera dikulumnya.
    “Ahhh… sssttt… enak mbak” lenguh Anton sembari mengelus rambut Inah, slruuup… slruup… ck..ck..ck.. bunyi mulut Inah terganjal kemaluan Anton.
    Setelah beberapa saat dirasa cukup oleh Anton, dipegangnya pundak Inah, dibimbingnya Inah untuk berdiri, kemudian diputarnya tubuh Inah membelakanginya, dengan tubuh basah Inah, Anton memeluk Inah dari belakang. Dicumbunya leher wanita itu dan dijilatnya rambut kalong Inah, sementara kedua tangannya menyusup dari bawah ketiak Inah dan menuju kedua bukit kembar Inah.
    Inah merasa tersanjung, diangkatnya kedua tangannya dan dipegangnya kepala Anton sembari melenguh kegelian “Masss… ennaaakk… ssshhh… geliii masss…” Puting susu Inah mengencang, mengeras disela jemari Anton. Dia memang lelaki hebat yang bisa memanjakan wanita kagum hati Inah serasa melambung ke langit ke tujuh belas… “Mbak… coba membungkuk sedikit… pegangan di bibir bak mandi… kakinya direnggangkan sedikit ya sayang” pinta Anton yang dituruti Inah dengan sedikit bingung. Kemudian Anton jongkok di belakang Inah, kedua tangan Anton meraba pantat Inah dan membelahnya layaknya membelah durian tetapi perlahan dengan perasaan.
    Kemudian Inah menjerit kecil, setelah dirasa ada benda basah tetapi hangat menyentuh lubang duburnya, ditengoknya kebelakang, ternyata Anton sedang bermain lidah di lubang duburnya. Inah kaget, tetapi menikmati sensasi lain yang tak kalah luar biasanya, Inah merasa geli yang tidak tertahan tetapi nikmat, dengan tidak sengaja Inah menggoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan karena kegelian.
    Ceplak… cepluk… bunyi lidah Anton menjilati lubang dubur Inah yang diselingi turun ke arah lubang kenikmatan Inah yang sudah terlanjur banjir. Tanpa di sadari Anton, tangan kanan Inah berpindah ke selangkangannya sendiri, dipijitnya klitoris Inah sendiri.
    “Masss… enaakk… masss… emmmhhh… ” erang Inah sembari menggigit bibir. Kemudian Anton bangkit berdiri, diciumnya bibir Inah dari samping sembari berkata
    “Enak mbak… emmmhhh…”, “Enaakkk masss… jawab Inah malas. Kemudian Anton kembali ke belakang Inah,
    perlahan tapi pasti dimasukkannya kemaluan Anton ke lobang kenikmatan Inah.
    “Ssshhh… masss… yang dalaaamm yahhh…” rintih Inah masih dengan posisi setengah terbungkuk.
    Plok… plok… plok… bunyi suara maju mundur Anton memompa yang mengenai pantat Inah membuat suasana menjadi semakin panas., sekarang dengan bercampurnya lend*r kenikmatan Inah dan air dari bak mandi, dirasa Anton tidak begitu sulit seperti tadi di kamar tidur.
    Hujan di luar kosan masih deras… sehingga erangan Inah tidak begitu terdengar, kalah dengan derasnya hujan yang turun di atas kamar mandi yg tertutup seng. Irama jatuhnya hujan di atas seng, teriakan nikmat Inah semakin menambah irama Anton dalam memacu tusukan senjatanya pada lubang kenikmatan Inah, Inah semakin liar bergoyang, ke kiri ke kanan, ke atas bawah, kadang membuat gerakan memutar seolah memeras kejantanan Anton.
    “Masss… Inahhh nyampeee lagiii masss… ssshhh… aaahhh” lenguh Inah mencapai klimaksnya. Anton menarik erat pinggul Inah, didorongkannya kemaluan Anton ke dasar lubang Inah semakin dalam sembari ditahan di dalamnya sembari dirasakan beberapa kedutan liang kenikmatan Inah yang berkontrasi meluapkan gairah orgasmenya, benar-benar empot ayam nih cewek… sorak hati Anton, Inah KO keempat kalinya.
    Dicabutnya batang kemaluan Anton, dan sekarang posisi bergantian. Anton duduk di tepi bak mandi, sementara Inah jongkok di hadapan Anton. Kemudian Inah memasukkan kemaluan Anton ke dalam mulutnya,
    mengulumnya dan memaju-mundurkan batang kemaluan Anton. Inah marasa kondisi Anton tak lama lagi mendekati klimaks, Inah mau memberi service dengan tetap mengulum kemaluan Anton serta membiarkan Anton mengeluarkan orgasmenya didalam mulutnya, dan “achhh… ssstttt… mmmbaaakhh… aagghhh… aku keluaaarrr…” dengus Anton mencapai puncak, sembari memegang kepala Inah serta mengacak-acak rambutnya, senjata Anton tetap di dalam mulut Inah, hingga tetes mani terakhir dan langsung ditelannya.
    Sensasi luar biasa dirasakan Anton sembari melihat bagaimana Inah mengulum penisnya seperti seorang anak kecil mendapat sepotong es krim kesukaannya. Setelah beberapa saat, di sela nafas yang muali teratur, Anton bertanya kepada Inah “Enak mbak…?”, “he-eh… asin tapi gurih mas…” senyum Inah puas sembari membersihkan sisa sisa lend*r dengan lidahnya di sekitar batang kemaluan Anton dan menelannya.
    “Baru ini pula aku merasakan sperma laki-laki, ternyata gurih ya mas ya…” pengakuan Inah sembari terus mengelus dan memijit batang kemaluan Anton. Setelah selesai keduanya membasahkan tubuh masing, saling menggosok, meraba dan membersihkan cairan sabunnya.
    Keluar dari kamar mandi, Inah menuju meja rias di dalam kamar Anton, sementara Anton berjalan ke dapur guna memasak air untuk membuat teh manis hangat. Sesekali diliriknya Inah dari dapur ke dalam kamar, Inah duduk membelakangi Anton sembari mengeringkan rambut dengan handuk tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh sintalnya. Melihat pemandangan itu, Anton terpana dari tempatnya membuat teh, gila perfect banget tuh body batin hatinya, orang gak akan nyangka bahwa tukang jamu memiliki body yang aduhai, apalagi barangnya… bisa memijit pula… mungkin karena setiap hari berjalan dan membawa beban di punggung, yang tanpa disadari sudah merupakan olah raga sex… masih dalam pikiran Anton melihat pemandangan Inah dari belakang.
    “Mbak… nih teh hangatnya… aku cuman bikin satu buat kita berdua ya… biar tambah mesra… bukannya pelit lho” canda Anton sembari membawa teh hangat yang diletakkan di atas meja rias. Anton meraih kursi dan duduk di sebelah meja rias yang sedang dipakai Inah untuk mengeringkan rambut, dipandanginya Inah dari sisinya duduk. “Ah… mas… kok ngeliatin Inah terus sih… Inah kan malu…” celoteh Inah manja sembari mencubit pipi Anton. Anton hanya tersenyum dan mendekati bibir wanita itu serta mengecupnya dengan mesra. Ketika Inah menyisir rambutnya, otomatis siku tangannya terangkat ke atas dan memperlihatkan ketiak Inah yang ditumbuhi bulu tetapi tidak lebat sehingga tidak memberi kesan jorok. Anton meraih ketiak Inah, dielusnya bulu-bulunya, “gak pernah dicukur ya mbak”. “Mana sempet mas… gak ada waktu ngurusin diri” bela Inah.
    Anton kembali memperhatikan Inah menyisir rambutnya, begitu pandangan Anton ke bawah, dilihatnya payudara Indah bergoyang ke kiri kanan, menambah pemandangan menjadi panas kembali. “Mbak… adikku bangkit lagi nih…” bisik Anton sembari memberi kode liwat tatapannya ke arah kemaluannya. “Ihhhh… tuh kan… baru percaya sama ramuan jamuku…” gemas Inah sembari mencubit dan mengelus kemaluan Anton. “Gimana kalo mau minta jatah lagi” harap Anton, “Aduh… khan udah mandi mas, lagian aku capek banget nih sampe berasa copot semua tulangku mas” elak Inah. Tetapi Inah bangkit dan berjongkok di depan Anton, “Ya deh… ini tanggung jawabku… aku kulum lagi aja ya mas… kasian klo gak bisa tersalur” jawab Inah memberi solusi.
    Anton hanya tersenyum sembari melihat lagi Inah mengulum kemaluannya, dielusnya rambut Inah. Inah memang cepat bisa, sedotannya membuat Anton tidak dapat bertahan lama, dan memang ini yang dimaui Anton, karena ia berpikir bila hanya dia yang bermain tidaklah terlalu nyaman. “Mbak… achhh…” jerit Anton mengiringi orgasmenya kali ini yang seperti tadi langsung ditelan habis Inah.
    “Kok cepet keluarnya sekarang mas?” tanya Inah tersenyum. “Sengaja, habis klo main sendiri gak enak lah rasanya, makanya aku kosentrasi supaya cepet keluar” bela Anton. “He… he… he… khan masih ada besok lagi mas…” kata Inah sembari membersihkan kemaluan Anton dengan tisu yang berada di atas meja tersebut, sembari mencium mesra pipi Anton.
    “Udah… tidur sini aja mbak, aku kelonin deh” rayu Anton melihat Inah mulai memakai bra kain dan kebayanya setelah dia membersihkan diri di kamar mandi sekali lagi. “Endak ah mas… gak enak sama teman kos saya” jawab Inah mengelak ajakan Anton. “Tapi besok… kalo saya kangen sama mas.. boleh ya saya main ke sini…” pinta Inah memelas, “Oke aja… kalo pas saya ada di kosan, biasanya sih suka keluyuran” jawab Anton seenaknya. “Sekarang saya tinggalin lagi jamunya ya mas, siapa tau ada yang butuh kehangatan mas Anton lagi he… he… he…” canda Inah setelah dia selesai memakai semua pakaiannya sembari mengangkat bakul berisi jamunya.
    “Berapa semuanya mbak…?” tanya Anton sembari membuka dompet untuk membayarnya. “Sudah mas… saya kasih gratis… soalnya saya sudah dapat kepuasan yang selama ini gak saya dapetin” tolak Inah halus, “Yang bener nih mbak… mosok dah disuruh ngerokin sama ngelonin… kok gak mau di kasih uang sih?” protes Anton. “Alaaahh… saya tau kantong Mahasiswa… paling juga recehan doang isinya… ha… becanda lho mas… serius kok mas… aku yang terima kasih… mas Anton bisa mengerti perasaan wanita, salam aja ya mas buat temen kencan mas yang lain” goda Inah sembari pamitan keluar kamar.
    “Eh… sebentar mbak!” seru Anton setelah memakai kain sarungnya kembali, Inah berhenti, kemudian Anton mendekati Inah memeluk wanita itu dan memberi kecupan lembut di bibir Inah sembari menyelipkan sejumlah uang ke dalam bra Inah dan berkata “Sekali ini jangan menolak ya mbak… saya bersalah jika tidak memberi ini mohon jangan anggap sebagai imbalan jasa… tetapi rasa sayang saya dan sebagai rasa terima kasih buat embak”.
    Inah terpaku dan menatap Anton, tak dinyananya bahwa lelaki ini selain ganteng, pemberi kepuasan dan baik hati terhadap wanita, ah… seandainya…. Inah tidak mampu melanjutkan impiannya yang dianggap mustahil bagi dirinya, tak terasa menetes air mata harunya. Anton mengusap air mata Inah dan mengecup kening Inah, “Sudah ya sayang… gak usah nangis… semoga besok kita bisa lebih panas lagi” goda Anton menghibur Inah. “Ma kasih ya mas” pamit Inah meninggalkan kos-kosan Anton.
    Anton terpaku melepas kepergian Inah, hujan baru saja berhenti, waktu menunjukkan pukul sepuluh malam, gila dari jam lima sore tadi kita berdua main bathin Anton. Tetapi Anton merasa klo tubuhnya dalam kondisi puncak, dahsyat sekali ramuan mbak jamu tadi ya pikir Anton, besok kalau bertemu, aku akan minta lagi ah, pikir Anton sembari menutup pintu kos-kosan dan kembali ke kamarnya untuk tidur.
    cerita seks, cerita sex, cerita bokep, cerita sex dewasa, cerita sex sedarah, cerita panas, cerita seks dewasa, cerita sex terbaru, cerita sex bergambar, cerita sex tante, kumpulan cerita sex, cerita dewasa hot, cerita dewasa sex, cerita sex hot, kumpulan cerita dewasa, cerita sex selingkuh, cerita dewasa bergambar, cerita seks sedarah, cerita dewasa sedarah, cerita bercinta, cerita seks terbaru, kisah sex,
  • Foto Seksi Model Cantik Jepang Dengan Tubuh Yang Sange Memukau

    Foto Seksi Model Cantik Jepang Dengan Tubuh Yang Sange Memukau


    1899 views

    PerawankuSegera persiapkan tisu atau lotionmu karena cewek cantik bugil ini akan membuat bosku tak tahan pengen coli. Tidak percaya langsung saja bos ku lihat sendiri pada Foto Seksi Model Cantik Jepang Dengan Tubuh Yang Sange Memukau yang satu ini  :

  • Cerita Hot Tante Lala Hyper Seks –  Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018

    Cerita Hot Tante Lala Hyper Seks – Cerita Sex Terbaru Kisah Seks Dewasa 2018


    1422 views

    Perawanku – Perkenalkan nama saya Lala diusiaku yang 40 tahun ini birahi sexsualku seakan akan bertambah, perkejaanku sebagai ibu rumah tangga setiap paginya bersih bersih rumah, sehabis bersih bersih biasanya melihat acara TV, kalau acaranya tidak ada yang bagus tiduran dikamar tidur, itulah keseharianku sebagai ibu rumah tangga. Setelah merebahkan badanku beberapa lam ternyata mata ini tidak mau terpejam. Rumah yang besar ini terasa sangat sepi pada saat-saat seperti ini. Maklum suami bekerja di kantornya pulang paling awal jam 15.00 sore, sedang anakku yang pertama kuliah di sebuah PTN di Bandung.

    Anakku yang yang kedua tadi pagi minta ijin untuk pulang sore karena ada acara extrakurikuler di sekolahnya. Sebagai seorang istri pegawai BUMN yang mapan aku diusia yang 45 tahun mempunyai kesempatan untuk merawat tubuh. Teman-temanku sering memuji kecantikan dan kesintalan tubuhku. Namun yang sering membuatku risih adalah tatapan para lelaki yang seolah menelanjangi diriku.

    Bahkan temen-teman anakku sering berlama-lama bermain di rumahku. Aku tahu seringkali mata mereka mencuri pandang kepadaku. Rumahku terletak di pinggiran kota S, kawasan yang kami huni belum terlalu padat. Halaman rumahku memang luas terutama bagian depan sedang untuk bagian samping ada halaman namun banyak ditumbuhi pepohanan rindang.

    Kami membuat teras juga disamping rumah kami. Sedang kamar tidurku dan suamiku mempunyai jendela yang berhadapan langsung dengan halaman samping rumah kami. Belum sempat memejamkan mata aku terdengar suara berisik dari halaman samping rumahku.

    Aku bangkit dan melihat keluar. Kulihat dua anak SMP yang sekolah didekat rumahku. Mereka kelihatan sedang berusaha untuk memetik mangga yang memang berbuah lebat. Tentu saja kau sebagai pemilik rumah tidak senang perilaku anak-anak tersebut. Bergegas aku keluar rumah. Seraya berkacak pinggang aku berkata pada mereka, “Dik, jangan dipetik dulu nanti kalau sudah masak pasti Ibu kasih”. Tentu saja mereka berdua ketakutan. Kulihat mereka menundukkan wajahnya.

    Aku yang tadi hendak marah akhirnya merasa iba. “Nggak apa-apa Dik, Ibu hanya minta jangan dipetik kan masih belum masak nanti kalau sakit perut bagaimana” aku mencoba menghibur. Sedikit mereka berani mengangkat wajah. Dari dandanan dan penampilan mereka kelihatan bahwa mereka anak orang mampu. Melihat wajah mereka mereka yang iba akhirnya aku mengajak mereka ke dalam rumah. Aku tanya kenapa pada jam-jam belajar mereka kok ada diluar sekolah ternyata pelajaran sudah habis guru-guru ada rapat.

    Setelah tahu begitu aku minta mereka tinggal sebentar karena mungkin mereka belum dijemput. Iseng-iseng aku juga ada teman untuk ngobrol. Benar dugaanku mereka adalah anak-anak orang kaya, keduanya walaupun masih kecil namun aku dapat melihat garis-garis ketampanan mereka yang baru muncul ditambah dengan kulit mereka yang putih bersih. Yang satu bernama Doni yang satunya lagi bernama Rio. Ketika ngobrol aku tahu mata-mata mereka sering mencuri pandang ke bagian dadaku, aku baru sadar bahwa kancing dasterku belum sempat aku kancingkan., sehingga buah dadaku bagian atas terlihat jelas.

    Aku berpikir laki-laki itu sama saja dari yang muda sampai yang tua. Semula aku tidak suka dengan perilaku mereka namun akhirnya ada perasaan lain sehingga aku biarkan mata mereka menikmati keindahan payudaraku. Aku menjadi menikmati tingkah laku mereka kepada diriku. Bahkan aku mempunyai pikiran yang lebih gila lagi untuk menggoda mereka, aku sengaja membuka beberapa kancing dasterku dengan alasan hari itu sangat panas. Tentu saja hal ini membuat mereka semakin salah tingkah. Sekarang mereka bisa melihat dengan leluasa.

    “Hayoo.. pada ngliatin apa!”, Aku pura-pura mengagetkan mereka.

    Tentu saja ini sangat membuat mereka menjadi sangat salah tingkah.

    “Ti.. dak.. kok.. Bu Lala” Doni membela diri.

    “I.. itu acara TV bagus Bu Lala” Rio menambahkan.

    “Nggak apa-apa Ibu tahu kalian melihat tetek Ibu to.. ngaku aja” aku mencoba mendesak mereka.

    “E.. Anu Bu Lala” Rio nampak akan mengatakan sesuatu, namun belum lagi selesai kalimat yang diucapkannya aku kembali menimpali,

    “Mama kalian kan juga punya to, dulu kalian kan netek dari Mama kalian
    “I.. ya Bu Lala”

    Doni menjawab. “Tapi sekarang kami kan sudah nggak netek lagi, lagian punya Mama lain ama punya Bu Lala”

    Rio nampaknya sudah mampu menguasai keadaannya.

    “Lain bagaimana?” Aku menanyakan.

    “Punya Mama nggak sebesar punya Bu Lala” Doni menyahut.

    Kata-kata tersebut membuat aku berpikiran lebih gila lagi. Gairahku yang semakin meninggi sudah mengalahkan norma-norma yang ada, aku sudah kehilangan kendali bahwa yang ada di depanku adalah anak-anak polos yang masih bersih pikirannya. Aku menarik kursi kehadapan mereka.

    “Doni, Rio kalian mungkin sekarang sudah nggak netek lagi karena kalian sudah besar kalian boleh kok..” aku berkata.
    Tentu saja kata-kataku ini membuat mereka penasaran.

    “Boleh ngapain Bu Lala” sergah Doni.

    “Boleh netek sama Ibu, kalian mau nggak..?” tanyaku walau sebenarnya aku sangat sudah tau jawaban mereka.
    “E.. ma.. u” jawab Rio.

    “Mau sekali dong” Doni menyahut.

    Jawaban mereka membuat aku semakin bergairah. Aku berpikiran hari ini aku akan mendapatkan sensasi dari pria-pria muda ini. Aku duduk dihadapan mereka kemudian dengan agak tergesa aku melepaskan daster bagian atasku sehingga kini bagian atas tubuhku hanya tertutupi BH warna krem. Sepertinya mereka sudah tidak sabaran lagi terlihat dari tangan-tangan mereka yang mulai menggerayangi susuku.

    Aku menjadi geli melihat tingkah mereka. “Sabar sayang.. Ibu lepas dulu kutangnya” sambil tersenyum aku berkata. Setelah aku melepas kutang, tumpahlah isinya, sekarang buah dadaku terbuka bebas. Mata mereka semakin melotot memandangi payudaraku. Tampaknya mereka bingung apa yang harus mereka lakukan.

    “Ayo dimulai kok malah bengong” aku menyadarkan mereka.

    Mereka bangkit dari duduknya. Tangan mereka kelihatan berebut untuk meremas.

    “Jangan rebutan dong.. ah.. Doni yang kiri.. e yang kanan” perintahku.

    Birahiku semakin meninggi, sementara Doni sudah mulai mendekatkan bibirnya ke putingku Rio masih membelai sambil dipilin-pilin putingku. Rio mulai mengisap-isap putingku. Oh betapa seakan perasaanku melayang ke awan, apalagi ketika mereka berdua mengisap secara bersamaan nafasku menjadi tersengal. Tanganku membelai kadang agak sedikit menjambak sambil menekan kepala mereka agar lebih dalam lagi menikmati buah dadaku. Mereka semakin menikmati mainan mereka aku semakin terhanyut, aku ingin lebih dari hanya ini. Aku semakin lupa. Ketika baru nikmat-nikmatnya tiba-tiba Rio melepaskan isapannya sambil berkata,

    “Bu Lala kok nggak keluar air susunya?”.

    Aku kaget harus menjawab apa akhirnya kau menjawab sekenanya

    “Rio mau nggak, kalo nggak mau biar Doni saja.. mau nggak?”

    “Mau..” Rio langsung menyahut.

    Doni tidak menggubris dia semakin lahap menikmati buah dadaku. Akhirnya aku ingin lebih dari sekedar itu.

    “Don.. Rio.. ber.. henti dulu..” aku meminta.

    “Ada apa Bu Lala?” Doni bertanya.

    “Kita ke kamar saja yuk.. disini posisinya nggak enak” jawabku.

    Kemudian aku berdiri tentu saja daster yang aku pakai merosot kebawah. Mata mereka menatap tubuhku yang sintal dengan penuh nafsu.

    “Ayo..” aku mengajak.

    Aku berjalan ke kamarku hanya menggunakan celana dalam yang berwarna hitam yang kontras dengan kulitku yang putih. Seperti kerbau dicocok hidungnya mereka mengikuti diriku. Sampai di dalam kamar aku duduk di sisi ranjang.

    “Don.. Rio.. sayang lepas saja seragam kalian” pintaku.

    “Tapi Bu Lala” Rio masih agak ragu.

    “Sudahlah turuti saja” aku menyahut.

    Dengan malu-malu mereka mulai melepas baju dan celana seragam mereka. Tampaklah kontol-kontol dari pria-pria muda itu sudah ngaceng. Rambut kemaluan mereka tampak belum tumbuh lebat, sedang batang kemaluannya belum tumbuh benar masih agak kecil. Namun melihat pemandangan ini libidoku semakin naik tinggi.

    “Bu Lala curang..” Rio berkata.

    “Kok curang bagaimana?” aku bertanya.

    “Bu Lala nggak melepas celana Ibu!” Rio menjawab.

    Gila anak ini, aku tersenyum kemudian bangkit dari dudukku. Celana dalamku kemudian aku lepaskan. Sekarang kami bertiga telanjang bulat tanpa sehelai benangpun. Tatapan mereka tertuju pada benda yang ada dibawah pusarku. Bulu yang lebat dan hitam yang tumbuh menarik perhatian mereka. Aku duduk kembali dan agak meringsut ke rangjang lalu menaikkan kakiku dan mengangkangkannya. Memekku terbuka lebar dan tentu saja terlihat isi-isinya.
    Mereka mendekat dan melihat memekku.

    “Ini namanya memek, lain dengan punya kalian” aku menerangkan.

    “Kalian lahir dari sini” aku melanjutkan. Tangan mereka mengelus-elus bibir kemaluanku. Sentuhan ini nikmat sekali.

    “Ini kok ada lobang lagi” Doni bertanya.

    “Lho ini kan lobang buat beol” aku agak geli sambil menerangkan.

    Jari Doni masuk ke lobang vaginaku dan bermain-main di dalamnya. Cairan-cairan tampak semakin membanjiri liang vaginaku. Sementara jari Rio kelihatannya lebih tertarik lubang duburku. Jari Rio yang semula mengelus-elus lobang dubur kemudian nampaknya mulai berani memasukkan ke lobang duburku. Aku biarkan kenikmatan ini berlangsung.

    “Ouw.. a.. duh.. e.. nak.. sekali.. nik.. mat.. sa.. yang.. terr.. us” aku merintih.

    Pria-pria muda ini agak lama aku biarkan mengobok-obok lobang-lobangku. Sungguh pria-pria muda ini memberiku kenikmatan yang hebat. Aku hanya bisa menggigit bibir bawahku tanpa bisa berkata-kata hanya rintihan dan nafas yang tersengal-sengal. Akhirnya aku mendorong mereka aku bangkit dan menghampiri mereka yang berdiri di tepi ranjang. Aku berjongkok dihadapan mereka sambil kedua tanganku memegang diiringi dengan remasan-remasan kecil pada penis mereka.

    Aku mendekatkan wajahku pada penis Doni aku kulum dan jilati kepala penis muda nan jantan ini. Tampak kedua lutut Doni tergetar. Aku masukkan seluruh batang penis itu kedalam mulutku dan aku membuat gerakan maju mundur. Tangan Doni mencengkeram erat kepalaku. Sementara tanganku yang satu mengocok-kocok kontol Rio.

    “Bu Lala.. say.. ya.. ma.. u.. ken.. cing..” Doni merintih.

    Tampaknya anak ini akan orgame aku nggak kan membiarkan hal ini terjadi karena aku masih ingin permainan ini berlanjut. Kemudian aku beralih pada penis Rio. Tampak penis ini agak lebih besar dari kepunyaan Doni. Aku mulai jilati dari pangkal sampai pada ujungnya, lidahku menari di kepala penis Rio. Aku tusuk-tusuk kecil lobang perkencingan Rio kemudian aku masukkan seluruh batang penis Rio. Jambakan rambut Rio kencang sekali ketika aku semakin mempercepat kulumanku.

    “Wouw.. a.. ku.. ju.. ga.. mo.. ken.. cing.. nih” Rio merintih.

    Aku hentikan kulumanku kemudian aku bangkit dan naik ke atas ranjang lalu aku kangkangkan kakiku lebar-lebar sehingga memekku terbuka lebar.

    “Siapa duluan sayang, itu tititnya dimasukkan ke sini” aku berkata sambil tanganku menunjuk ke lobang vaginaku yang nampak sudah basah kuyup.

    Mereka berpandangan, tampaknya membuat persetujuan. Dan akhirnya Doni duluan yang akan menusukku. Doni naik ke atas ranjang dan mengangkangiku tampak penis yang tegang mengkilat siap menusuk lobang yang pantas menjadi neneknya. Aku tuntun penis Doni masuk ke lobang kenikmatanku. Aku tuntun pria muda ini melepas keperjakaannya, memasuki kenikmatan dengan penuh kasih. Dan bless.. batang zakar Doni amblas ke dalam vaginaku.

    “Ah..” aku mendesis seperti orang kepedasan

    “Masukkan.. le.. bih.. da.. lam lagi.. dan genjot.. say.. ang” aku memberi perintah.

    “Iya.. Bu Lala.. e.. naak.. se.. kali” Doni berkata. Aku hanya bisa tersenyum sambil menggigit bibir bagian bawahku.

    Tampaknya Doni cepat memahami perkataanku dia memompa yang ada dibawahnya dengan seksama. Genjotannya semakin lama semakin cepat. Rio yang menunggu giliran hanya tertegun dengan permainan kami. Genjotan Doni kian cepat aku imbangi dengan goyanganku. Dan tampaknya hal ini membuat Doni tidak kuat lagi menahan sperma yang akan keluar. Dan akhirnya “Sa.. ya.. mo.. ken.. cing.. la.. gi.. Tak.. ta.. han.. la.. gi..” Doni setengah berteriak. Kakiku aku lipat menahan pantat Doni. Doni merangkul erat tubuhku dan.. cret.. cret.. ser.. cairan hangat membajiri liang kewanitaanku.

    Doni terkulai lemas diatas tubuhku, butiran-butiran keringat keluar dari sekujur tubuhnya.

    “Enak.. se.. ka.. li Bu Lala” Doni berkata.

    “Iya.. tapi sekarang gantian Rio dong sayang” aku berkata.

    Doni mencabut penisnya yang sudah agak mengempis dan terkapar lemas disampingku. “Rio sekarang giliranmu sayang” aku berkata kepada Rio

    “Kamu tusuk Ibu dari belakang ya..”aku memberi perintah. Kemudian aku mengambil posisi menungging sehingga memekku pada posisi yang menantang. Rio naik ke atas ranjang dan bersiap menusuk dar belakang.

    Dan bless.. penis pria muda yang kedua memasuki lobang kenikmatanku yang seharusnya belum boleh dia rasakan seiring dengan melayangnya keperjakaan dia. Tampaknya Rio sudah agak bisa menggerakkan tubuhnya dengan benar dari dia melihat permainan Doni. Rio menggerakkan maju mundur pantatnya. Aku sambut dengan goyangan erotisku. Semakin lama gerakan Rio tidak teratur semakin cepat dan tampaknya puncak kenikmatan akan segera diraih oleh anak ini.

    Dan akhirnya dengan memeluk erat tubuhku dari belakang sambil meremas susuku Rio mengeluarkan spermanya.. cret.. cret.. lubang vaginaku terasa hangat setelah diisi sperma dua anak manis ini. Rio terkapar disampingku. Dua anak mengapitku terkapar lemas setelah memasuki dunia kenikmatan. Aku bangkit dan berjalan ke dapur tanpa berpakaian untuk membuatkan susu biar tenaga mereka pulih.

    Setelah berpakaian dan minum susu mereka minta ijin untuk pulang. “Doni, Rio kalian boleh pulang dan jangan cerita kepada siapa-siapa tentang semua ini, kalian boleh minta lagi kapan saja asal waktu dan tempat memungkinkan” aku berkata kemudian mencium bibir kedua anak itu. Aku memberi uang jajan mereka masing-masing 50.000 ribu. Dan sampai saat ini mereka telah kuliah, aku masih sering kencan dengan mereka. Aku semakin sayang dengan mereka.

  • Cerita Sex Merayakan Kelulusan Pacar

    Cerita Sex Merayakan Kelulusan Pacar


    918 views

    Cerita Sex ini berjudulCerita Sex Merayakan Kelulusan PacarCerita Dewasa,Cerita Hot,Cmerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

    Perawanku – Dengan tinggi 170 cm dia bernama Melika jurasan perhotelan untuk melihat papan pengumuna dia tidak harus di depan karena tingginya itu, Melika adalah pacarku yang pertama dimana saat aku masih bekerja di travel agent, dengan senyumnya dia menghampiriku penuh kemenangan.

    mendatangi aku yang sedang berdiri tak jauh dari tempat parkir sepeda motor. “Mas Bram.. Aku lulus..,” teriaknya sembari memeluk aku. Yang aku sambut dengan mengulurkan tangan dan mendekapnya erat.

    “Syukur deh.. Sayang kamu bisa lulus” ujarku ikut gembira. Sesuai rencana sebelum acara pengumuman, Melika mengajaku ke Kintamani apabila dia lulus. Sebagai ungkapan kegembiraannya atas berhasilnya dia menyelesaikan masa SMU dengan baik.

    Tanpa menunggu waktu lagi aku dan Melika berangkat ke Kintamani, yang kebetulan siang itu udaranya cukup segar dan memang sebagai lokasi wisata yang menawarkan pemandangan alam pegunungannya, Kintamani selalu sejuk, apalagi menjelang senja dinginnya sampai menusuk tulang.

    Dengan mengendarai motor, aku menjalankannya tanpa perlu terburu- buru, karena aku nggak mau melewatkan saat-saat terindah berdua terlewatkan begitu saja. Tangan Melika memeluk pinggangku erat, sesekali dia mencumbu belakang telingaku mesra. Tanpa terasa penisku yang berlapiskan celana jeans biru kesukaanku

    bergerak pelan, menandakan gejolak kelakianku mulai tergoda dengan adanya cumbuan- cumbuan Melika yang lembut. Perjalanan ke Kintamani melewati jalan yang berkelok-kelok, dikanan jalan ada pemandangan danau bedugul yang sangat indah dengan airnya yang jernih, tapi sayang sore itu udaranya agak berkabut, sehingga mengganggu jarak pandang kita.

    Aku dan Melika memutuskan untuk berhenti sesaat, sambil menikmati udara sore itu di Sebuah cafe kecil di tepian jalan yang pemandangannya langsung menghadap ke Danau Bedugul. Sambil memesan minuman hangat, aku mengeluarkan sebatang rokok kesukaanku dan menyalakannya sesaat, sebelum aku menghisapnya dalam- dalam.

    Aku dan Melika Duduk memilih duduk di tempat yang agak ke pojok, karena kebetulan juga tempatnya cukup menguntungkan buat menikmati pemandangan ke Danau. Setelah menunggu beberapa saat minuman pesanan kita pun datang.

    Tanpa menunggu beberapa saat, sebelum pelayan pergi Melika sudah terlebih dulu meminumnya hal ini di karenakan udara pegunungan yang berkabut sudah mulai terasa menusuk tulang belulang. Dengan lembut aku memeluk Melika yang

    Nampaknya mulai kedinginan. “Kamu kedinginan sayang?” Tanyaku “Iyah nih Mas..” katanya pelan. Sambil memeluk Melika aku membisikan kata-kata mesra. “Bram hangatkan yah sayang..!” kataku lembut di belakang telinga.

    Melika hanya tersenyum manis, tanpa berkomentar sambil mengedipkan matanya tanda setuju. Udara sepertinya sangat mendukung sekali sehingga aku dan Melika semakin rapat berpelukan. Ketika ada keheningan sesaat diantara obrolan kita, tak pernah aku melewatkan untuk mengecup bibir Melika yang ranum tanpa terpoles lisptick.

    “Ohh.. Mas..” desahnya ketika kecupan lembutku mengantarkannya melambung. Kemesraan kita di cafe tak berlangsung lama, dikarenakan hari mulai menjelang senja. Setelah membayar minuman yang kita pesan, aku menggandeng tangan Melika dengan mesra untuk meninggalkan cafe dan mencari penginapan di sekitar Kintamani yang memang sudah dekat dari cafe tersebut.

    Tak lama berselang aku menemukan sebuah hotel yang tempatnya begitu cocok menurut kita berdua. Di Hotel itu tersedia restaurant yang pada malam harinya menyajikan acara live accustic musik. Sengaja aku memilih Hotel yang ada fasilitasnya seperti itu, karena aku juga pemain musik di cafe yang posisiku di band pemegang rythm sekaligus vokal.

    Setelah urusan dengan resepsionist selesai, aku mengajak Melika berjalan ke arah kamar. Kamar kami sangat romantis, di depan ada taman dan pancuran air kecil dari sumber mata air sekitar Kintamani dan ada tempat duduknya yang di hiasi lampu temaram.

    Di dalam kamar aku langsung rebahan di tempat tidur, karena perjalanan kita dari denpasar sedikit melelahkan membuat pegal-pegal di persendian. “Mas.. Aku mau mandi dulu yah,” katanya. “Ntar keburu kedinginan.

    Sekarang aja mulai terasa nih udaranya,” sahutnya lagi. “Kalau begitu kita sekalian aja mandi bareng,” godaku. “Boleh.. Siapa takut..” tantangnya kemudian. Dengan berlari kecil aku mengejar Melika yang sudah sampai di depan kamar mandi.

    Sesampainya di dalam kamar mandi, aku langsung membuka kaosku dan hanya mengenakan celana pendek.

    “Sayang.. Ini kan hari bahagia kamu setelah kamu lulus” kataku kemudian.

    “iya aku tahu itu.. Lantas kenapa sayang?”tanya Melika mesra.

    “Aku ingin memanjakan kamu dengan cara memandikan kamu mulai dari menggosok seluruh tubuh kamu, menyabuninya dan menyirami dengan shower,” kataku lagi.

    “Muachh..” seketika Melika mengecup bibirku lembut. “Makasih sayang.. Kamu sudah manjain aku,” sahutnya lagi.

    Dengan lembut aku mulai membuka seragam SMU Melika yang masih dikenakan saat itu. Di mulai dari hemnya aku buka kancing atasnya secara perlahan, sambil aku memandangi wajahnya yang manis serta dengan senyumnya yang penuh pesona.

    Setelah kancing kedua aku buka, maka terpampanglah keindahan bukit payudaranya yang berukuran 36b itu mencuat keluar kontras dengan branya yang berwarna hitam. Aku menyelesaikannya dengan kancing terakhir, sembari aku

    Mengecup kecil bukit payudaranya yang lembut. Tinggallah rok abu-abunya yang belum aku sentuh. Sesaat aku mengecup kembali bibirnya yang menantang dengan sorot matanya yang pasrah. Kembali dengan perlahan aku membuka rok Melika, yang aku awali dengan menurunkan ziper di belakangnya.

    “Srett..” bunyi ziper roknya ketika aku turunkan. Dengan sekali rengkuh, terlepaslah rok Melika menyentuh lantai. Melika saat itu mengenakan CD warna hitam juga, yang dikombinasikan renda di pinggir dan di bagian tengahnya, sehingga terpampanglah dengan transparan rerumputan hitam lebat melalui renda Cdnya.

    Dengan kedua tangan aku melanjutkam menurunkan CD hitamnya dan terpampanglah pemandangan yang membuat aku menelan ludah beberapa saat dan membuat kelakianku tergoda. Celana pendek yang aku kenakan telah menonjol sebelum aku melucuti pakaiannya, ditambah lagi sekarang dia sudah telanjang bulat di depanku.

    Dengan lembut aku mulai menyiramkan air dari shower ke seluruh tubuhnya. Yang aku lanjutkan dengan mulai menyabuni punggungnya, pinggulnya yang bahenol, serta betisnya yang jenjang. Yang membuat Melika menggelinjang pelan. “Ohh.. Mas..” desahnya pelan. Setelah bagian belakang selesai aku sabuni, tinggallah bagian depan yang membuat kelakianku semakin menggelegak.

    Aku mulai menggosok bagian lehernya terlebih dahulu, karena aku tahu, bagian ini merupakan bagian yang cukup sensitif di samping bagian sensitif yang lainnya yang ada di tubuh Melika. Perlahan tanganku mulai meraba sedikit demi sedikit leher jenjang nan mulus miliknya, dengan telapak tanganku yang penuh dengan busa sabun.

    Terkadang terdengar desahan lembut Melika yang menikmati setiap gerakan tanganku yang menelusuri permukaan kulit halusnya.

    “Ohh.. Mas,” desahnya lembut. Kemudian tanganku bergerak turun ke arah dadanya yang membusung dan licin sembari kembali menuangkan sabun cair di sekitar payudaranya sekaligus ke putingnya yang mulai menonjol keras.

    Sengaja gerakan tanganku di dadanya sedikit melambat, hal ini aku lakukan sekaligus menyabuni dan merangsang payudaranya secara lembut. Kembali desahan lembut terdengar olehku. “Ohh.. Mas.. Teruskan”desahnya dengan mata terpejam.

    Setelah cukup bermain di bagian dadanya, kembali tanganku bergerak turun ke arah perutnya yang datar yang hanya beberapa saat lamanya. Dan berakhir di daerah yang berbulu lebat nan hitam, tapi tertata dengan rapi menyerupai bentuk CD.

    Aku menuangkan sedikit shampoo ke tanganku, kemudian aku lanjutkan dengan menggosok bukit vaginanya dengan lembut. Sesekali tanganku menyentuh clitorisnya lembut yang menimbulkan sensasi tersendiri buat Melika.

    “Ssshshshshsh..” desisnya pelan. Tak lama aku lanjutkan untuk menggosok untuk lebih ke bawah lagi yaitu di bagian pangkal pahanya yang mulus dan aku menyelesaikan tugas terakhir memandikannya di bagian betisnya yang bak bulir padi itu.

    Setelah semua bagian tubuh Melika penuh dengan busa sabun, kembali aku menyiraminya dengan gagang shower ke seluruh permukaan tubunya untuk tahap akhir, sebelum aku mencumbu tubuhnya.

    “Thanks ya.. Mas.. sudah di manjain,” katanya pelan. “Dengan senang hati kok sayang.. Aku lakukan buat kamu,” jawabku mesra. Kemudian aku memeluk tubuh Melika mesra, sembari membimbingya untuk duduk di pinggiran bathtub.

    Dan selanjutnya aku nyalakan kran airnya. Sembari menunggu airnya penuh, aku jongkok di depannya yang lagi duduk sembari menaikkan salah satu kakinya di pinggiran bathtub. Lidahku mencumbu seluruh permukaan kakinya yang kemudian aku lanjutkan dengan menghisap lembut jemari kakinya yang lentik dan wangi itu.

    Melika terpejam menerima perlakuanku yang begitu lembut, sehingga melambungkan nafsunya yang memang sudah sangat terangsang sejak awal. Lidahku begerak naik menelusuri betisnya yang jenjang dan berakhir di pahanya yang mulus.

    Gerakan lidahku semakin liar namun lembut, setelah sampai di pangkal pahanya. Aku menjulurkan lidahku kembali ke arah lekukan pangkal pahanya dan hal ini berpengaruh sekali untuk tubuh Melika menerima rangsangan dariku.

    Dengan kedua tanganku aku mulai menyibak vaginanya yang aromanya khas sekali, dan kemudian aku julurkan lidahku yang basah ke permukaan clitorisnya yang mulai menonjol pelan. Kembali tubuh Melika mengelinjang pelan penuh kenikmatan menerima perlakuan ini.
    “Hekk.. Sshh.. Mas,” desahnya tak teratur. Aku tahu kalau Melika begitu menikmati dan suaranya parau namun terdengar cukup sensual.

    Selanjutnya dengan gerakan mantap aku julurkan lidaku menerobos liang vaginanya yang mulai basah oleh lendir kenikmatan yang keluar dari vaginanya. Tiba-tiba gerakan tangan Melika begitu cepat merengkuh belakang kepalaku dan menariknya untuk lebih dalam ke permukaan vaginanya.

    “Ohh.. Mas.. Aku mau keluar,” teriaknya kecil. Tanpa berhenti gerakan lidahku terus menerobos semakin ke dalam dan ini menimbulkan sensasi yang lebih hebat untuknya dan di akhiri dengan teriakannya yang panjang.

    “Ohh.. Mass..” Melika mendesah lembut. Setelah mencapai orgasmenya yang kesekian kalinya, aku memberikan kesempatan buatnya untuk istirahat sejenak,

    sambil aku berdiri menutup kran air yang ternyata sudah penuh. Kemudian aku berjalan ke pinggiran bathtub dan duduk disamping Melika untuk mencumbunya kembali.

    Perlahan tubuh Melika merosot ke bawah ke arah selangkanganku dan dengan gerakan lembut mulutnya melahap ujung penisku yang memang sudah sangat keras dari permainan awal.

    Lidahnya bermain dengan perpaduan hisapan dan liukan ujungnya di rongga mulut miliknya yang mungil. Aku mendesah lembut menerima perlakuannya ini. “Ohh.. Sayang.. Enak sekali,” desahku dengan nafas tertahan.

    Selanjutnya dengan lembut aku angkat tubuhnya dan memeluk pinggangnya untuk membelakangiku. Dengan lembut tanganku meremas payudaranya dari belakang dan menarik tubuhnya untuk mengambil posisi duduk.

    Melika melebarkan kakinya sembari jemari tangannya yang lentik memegang batang penisku dan mengarahkannya tepat di lubang vaginanya yang sudah basah oleh lendir. Perlahan Melika menurunkan pinggulnya secara lembut, maka melesaklah seluruh batang penisku yang sudah mencapai ereksi maksimal.

    “Ohh.. Shhss,” desah kami berbarengan. Setelah penisku menembus bagian dalam vaginanya. Tanganku kembali meremas kedua payudaranya dari belakang dan lidahku menjilati punggungnya yang penuh dengan butir-butir air.

    Jemari tanganku yang kiri memilin ujung putingnya yang keras dan ini membuat bibirnya mendesah pelan. “Ssshh..” desahnya penuh erotis. Sementara tangan kananku menarik wajahnya mendekat ke wajahku.

    Aku mengulum bibirnya yang masih terbuka menahan nikmat dengan lembut. Melika tak tinggal diam dengan menggerakkan pinggulnya memutar seirama dengan gerakan pinggulku yang menghujam vaginanya lebih dalam.

    Desahan dan teriakan kecil diantara percintaan kami sesekali terdengar. Dan ini menimbulkan kesan erotis tersendiri buat kita. Setelah beberapa saat lamanya adegan ini berlangsung. Tiba-tiba tubuh Melika bergetar dan semakin cepat gerakan pinggulnya.

    “Mas.. Aku mau keluar,” teriaknya. “Kita keluarkan bersama sayang..” sahutku “Aku juga mau keluar nih,” timpalku lagi. Kembali tanganku menarik wajahnya dan mengulum bibirnya dengan lembut. Dan tanganku satunya memilin ujung puting payudaranya. Dengan erat aku memeluk tubuhnya begitu aku merasakan cairan hangat.

    Menyirami batang penisku. Dan tak berlangsung lama penisku juga menyemburkan sperma ke dalam rongga vaginanya. “ohh.. Mass.. Aku keluar,” teriaknya bergetar. “Aku juga.. Sayangg..”

    dengan nafas tak teratur. Masih dengan posisi aku memeluk tubuhnya dari belakang aku mengulum bibirnya kembali sampai tetes terakhir spermaku dan di akhiri dengan mengecilnya penisku di dalam vagina Udiayani.

    Percintaanku dan Melika berlangsung kembali setelah acara makan malam di cafe yang malam itu pengunjungnya cukup ramai. Selama makan malam berlangsung aku memilih meja yang meghadap langsung ke panggung dan ada di deretan tengah agak di ujung.

    Di atas meja aku nyalakan sebatang lilin untuk menemani makan malam kami. Malam itu semakin berkesan buat Melika, karena aku menyumbangkan sebuah lagu karanganku di acara live musik di cafe tersebut untuk dirinya yang sengaja khusus buat dirinya. Begitulah kisah cintaku yang sampai saat ini aku masih menyimpanya di dalam hati sebagai kenangan yang manis di dalam hidupku.

    Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri.